PENGORGANISASIAN PROGRAM TAHFIDZ AL-QUR'AN DI ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of PENGORGANISASIAN PROGRAM TAHFIDZ AL-QUR'AN DI ...
PENGORGANISASIAN PROGRAM TAHFIDZ AL-QUR’AN
DI MA’HAD PUTRI IAIN BENGKULU
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Dalam Bidang Manajemen Dakwah
Oleh :
GUSTI ALEKI IKTIANNA
NIM. 1711330028
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO
(UIN FAS) BENGKULU
TAHUN 2022 M/1443H
ABSTRAK
Gusti Aleki Iktianna, NIM. 1711330028. 2022. Pengorganisasian Program
Tahfidz Al-Qur’an di Ma’had Putri IAIN Bengkulu.
Program tahfidz quran di ma‟had putri IAIN Bengkulu ini merupakan program
yang wajib bagi mahasantri. Mahasantri di tuntut untuk bisa menghafal quran
sesuai dengan batas minimal yang telah ditentukan dari pihak ma‟ahad. Adapun
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana program tahfidz al-
qur‟an berlangsung di ma’had putri IAIN Bengkulu?, 2)Bagaimana
pengorganisasian program ma’had putri IAIN Bengkulu mengelola program
tahfidz al-qur‟an?. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)
dengan pendekatan menggunakan pendekatan kualitatif. SUmber data
menggunakan sumber data primer yakni hasil wawancara dengan informan dan
data sekunder yakni dokumen-dokumen kegiatan. Berdasarkan Hasil penelitian
dan pembahasan, maka diketahui bahwa Pertama, program tahfidz ini merupakan
program yang wajib dilaksanakan oleh seluruh mahasantri IAIN Bengkulu yang
mana proses kegiatan pada program tahfidz di Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu
dilihat dari waktu pelaksanaannya untuk menghafal dan setoran hafalan
dilaksanakan empat kali dalam satu minggu. Sifatnya fleksibel sesuai dengan
kesepakatan dengan pementor masing-masing, tetapi dalam waktu satu minggu
tersebut, kegiatan pelaksanaannya harus rutin, untuk agen pelaksana dari progam
Tahfidz Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu adalah seluruh ustadz-ustadzah yang
sudah dimanahkan atau dipercayai untuk menjadi pembina atau pementor
mahasantri. Selain itu, juga ditunjuk pementor sebaya yang mana diambil dari
mahasantri yang hafalan al-Qur‟annya di atas 5 juz dan sudah dianggap mahir
dibidang tahfidz untuk mementori adik tingkat atau yang masih dibawah pementor
jumlah hafalannya. Kedua, pengorganisasian program tahfidz al-Qur‟an di
ma’had putri IAIN Bengkulu disusun berpedomankan atas syarat lulus dari
Ma‟had ini harus meiliki target hafalan al-Quran minimal lima juz, sehingga
pengorganisasiannya yaitu diawali dengan penyampaian target pendidikan yang
sudah dirumuskan sejak awal dan sudah disosialisasikan kepada para santri dan
juga orangtua seperti untuk dalam jangka pendek mahasantri sudah bisa hafal 1
ayat/hari, sedangkan untuk jangka panjang, mahasantri diwajibkan menghafal al-
Quran minimal 5 Juz al-Quran dalam jangka kurang lebih 4 tahun. Kemudian
langkah pengorganisasian selanjutnya adalah perincian tenaga pembimbing atau
disebut ustad, pembagian tugas kerja, pengelompokan tugas dan mahasantri,
menetapkan mekanisme kerja dan monitoring secara berkala hasil pencapaian
hafalan mahasantri, dan bagi yang telah mencapai target dilakukan wisuda dan
diberikan piagam.
Kata Kunci: Pengorganisasian, Program Tahfidz Al-Qur’an
KATA PENGATAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan ridho-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengorganisasian Program Tahfidz Al-Qur’an di Ma’had Putri IAIN
Bengkulu”. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Saw. yang telah berjuang membawa kebenaran dan rahmat bagi seluruh umat
manusia, mudah mudahan kita semua diakui sebagai umatnya serta mendapatkan
syafaat di akhir nanti.
Adapun tujuan pembuatan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk meraih
gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Manajemen Dakwah (MD)
Jurusan Dakwah Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah Universitas Islam
Negeri Fatmawati Sukarno (UIN FAS) Bengkulu. Dalam proses penyusuan
skripsi ini penulis mendapatkan dukungan dan bantuan baik pemikiran maupun
bimbingan dari beberapa pihak. Dengan demikian penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sirajuddin M, M.Ag, MH, selaku Rektor IAIN Bengkulu
periode 2017-2021 yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut
ilmu kampus hijau tercinta dan Prof. Dr. KH. Zulkarnain Dali, M.Pd selaku
Rektor UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu periode 2021-2025.
2. Dr. Suhirman M.Pd selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah
IAIN Bengkulu Periode 2017-2021 dan Dr. Aan Supian, M. Ag selaku
Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah UIN Fatmawati Sukarno
Bengkulu periode 2021-2025
3. Ibuk Rini Fitria, S.Ag. M.Si selaku Ketua Jurusan Dakwah IAIN Bengkulu
Periode 2017-2021 dan Bapak Wira Hadikusuma S.Sos I M.Si selaku Ketua
Jurusan Dakwah UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu Periode 2021-2025.
4. Bapak Ashadi Cahyadi, MA selaku Ketua Program Studi Manajemen
Dakwah IAIN Bengkulu Periode 2017-2021
5. Bapak Ihsan Rahmat, MPA selaku Koordinator Program Studi Manajemen
Dakwah UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu Periode 2021-2025 sekaligus
Pembimbing Dua dalam Penulisan Skripsi.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii
PENGESAHAN ................................................................................................... iii
MOTTO ................................................................................................................ iv
PERSEMBAHAN ................................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN .................................................................................... vi
SURAT KETERANGAN UJI PLAGIASI SKRIPSI ...................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 7
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 7
E. Kajian Penelitian Terdahulu .................................................................. 8
F. Sistematika Penulisan Skripsi .............................................................. 12
BAB II KERANGKA TEORI
A. Pengorganisasian .................................................................................. 13
1. Pengertian Pengorganisasian .......................................................... 13
2. Komponen Pengorganisasian ........................................................ 16
3. Proses Pengorganisasian ............................................................... 26
B. Program Tahfidz Al-Qur‟an ................................................................ 28
1. Pengertian Program ...................................................................... 28
2. Pengertian Tahfidz Al-Qur‟an ........................................................ 29
C. Konsep Ma‟had .................................................................................... 31
1. Pengertian Ma’had ........................................................................ 31
2. Ruang Lingkup Pengelolaan Ma’had ............................................. 39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian ..................................................................................... 41
B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 42
C. Sumber Data ........................................................................................ 42
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 43
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 46
F. Teknik Keabsahan Data ....................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu ..........................................48
B. Gambaran Umum Program Tahfidz Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu ........ 52
C. Hasil Penelitian .................................................................................. 54
D. Pembahasan ......................................................................................... 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 76
B. Saran .................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Menghafal al-Qur‟an merupakan aktivitas yang dapat dilakukan
semua orang. Menghafal al-Qur‟an adalah salah satu cara untuk memelihara
kemurnian al-Qur‟an. Oleh karena itu, beruntunglah bagi orang-orang yang
dapat menjaga al-Qur‟an dengan cara menghafalkannya. Sedangkan al-Qur‟an
sendiri adalah kalam Allah SWT yang berfungsi sebagai petunjuk atau
pedoman bagi ummat manusia. Untuk memahami isi kandungan al-Qur‟an
yaitu dengan cara menghafalkan dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Menghafal al-Qur‟an merupakan sebuah program. Sebuah
program harus diatur apalagi dalam hal menghafalkan al-Qur‟an harus
membuat program yang sesuai dengan aturan yang tertata rapi dalam sebuah
manajemen.
Pengorganisasian merupakan salah satu proses terlaksananya
manajemen pada suatu organisasi. Beberapa defenisi menunjukan bahwa
manajemen adalah suatu proses yang sistematis dalam melakukan kegiatan
organisasi. Proses manajemen secara umum mengikuti langkah-langkah
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan.1
Manajemen dapat diartikan semua kegiatan yang diselenggarakan oleh
seseorang atau lebih dalam suatu kelompok atau organisasi, untuk mencapai
1 Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.
94
1
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pegelolaan adalah kemampuan atau
keterampilan khusus untuk melakukan kegiatan, baik bersama orang lain atau
melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi. Manajemen atau
pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari
proses pengelolaan secara keseluruhan. Alasannya, tanpa manajemen tidak
mungkin suatu tujuan dapat terwujud secara optimal. Dalam hal inilah tumbuh
kesadaran akan pentingnya manajemen dalam mengatur suatu pengelolaan
program untuk dapat terlaksana.
Pengorganisasian (organizing) adalah 1) penentuan sumber daya-
sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
organisasi, 2) perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok
kerja yang akan dapat “membawa” hal-hal tersebut kearah tujuan, 3)
penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian, 4) pendelegasian
wewenang yang diperlukan kepada individu- individu untuk melaksanakan
tugas-tugasnya. Fungsi ini menciptakan struktur formal dimana pekerjaan
ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan.2
Mengorganisasikan sangat penting dalam manajemen karena membuat
posisi orang jelas dalam struktur dan pengerjaannya dan melalui pemilihan,
pengalokasian, dan pendistribusian kerja yang profesional, organisasi dapat
mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Dalam mengorganisasikan
seorang manejer atau kepala sekolah jelas memerlukan kemampuan
memahami sifat pekerjaan (job specification) dan kualifikasi orang yang harus
2 T. Hani Handoko, Manajeman, (Yogyakarta: BPFE, 2011), h. 24
mengisi jabatan. Dengan demikian kemampuan menyusun personalia adalah
menjadi bagian pengorganisasian.3
Penelitian yang dilakukan oleh Y, Surian dan dian, S. Nuriaeni
tentang pondok pesantren tahfidz al-Quran Assalaam yang merupakan sistem
pondok pesantren yang bertujuan agar santri dapat berakhlak mulia, mandiri
dan memiliki kompetensi terlebih dalam menghafal al-Quran. Adapun yang
menjadi prioritas pendidikan di pondok pesantren tahfidz al-Quran bagaimana
manajemen yang efektif4.
Proses belajar mengajar dan pelayanan administrasi dapat terlaksana
dengan baik diperlukan adanya sistem pengorganisasian yang baik.
Pengorganisasian yang baik dapat memotivasi tenaga kependidikan atau ustad
pembina program dan santri untuk bekerja dengan baik dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar sehingga akan menghasilkan para tahfidz seperti yang
diharapkan. Sangatlah beralasan, untuk dapat mencapai program tahfidz di
ma’had putri IAIN Bengkulu, maka diperlukan pengorganisasian program
tahfidz secara maksimal, meningkatkan pembagian tugas dan tanggungjawab
yang telah disusun oleh pimpinan pondok pesantren serta tenaga kependidikan
lainnya, di samping itu perlu diupayakan meningkatkan motivasi para santri
dalam menghapal Al-Qur‟an, dengan berbagai hal yang dapat merangsang
santri untuk meningkatkan kemampuan menghapal Al-Qur‟annya.
Institut Agama Islam Negeri Bengkulu (IAIN Bengkulu) adalah
sebuah perguruan tinggi Islam negeri di Bengkulu, Indonesia. Perguruan
3 Engkoswara dan Komariah, Administrasi Pendidikan …, h.. 95
4 Y, Surian, dian, S. Nuriaeni: Manajemen Program Tahfidz Al-Qur’an. Vol. 3,No. 2,
Desember 2018 M/1440 H
tinggi ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari Fakultas Syariah IAIN
Raden Fatah, yang kemudian dialih statuskan menjadi sekolah tinggi agama
Islam negeri. Sejak tahun 2012, STAIN Bengkulu berubah status menjadi
institut agama Islam negeri berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 51,
tanggal 25 April 2012,5 di dalam organiasi IAIN Bengkulu terdapat beberapa
bidang pengelolahan salah satunya adalah Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN
Bengkulu.
Pada program Tahfidz Quran di Ma‟had Al Jamiah IAIN Bengkulu
diharapan bisa menciptakan generasi Qurani yang bertakwa kepada Allah
Subhanahu Wa Ta‟ala. Selama ini dari progam tahfiz di Ma‟had Al-Jamiah
sudah banyak menghasilkan para-para penghafal al-quran yang berprestasi, hal
ini terbukti ketika mahasantri sudah sering melakuan perlombaan dan
memperoleh juara lomba tahfidz quran baik di tingkat daerah maupun tingkat
nasional. Hal tersebut mengindikasi keberhasilan Ma‟had IAIN Bengkulu
untuk dapat melahirkan para penghafal al-Quran.
Program tahfidz ini sangat membantu orientasi Ma‟had Al-Jami‟ah
untuk mencapai tujuan yang diharapkan yakni menciptakan mahasantri yang
mampu menguasa baik di bidang intelektual maupun spiritual. Dasar atau
landasan pembinaan keagamaan telah dijelaskan dalam al-Qur‟an bahwa
manusia dianjurkan berbuat baik menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari
berbuat munkar, terdapat dalam surah Ali Imran/3:104, Allah Swt berfirman:
5 https://iainbengkulu.ac.id/index.php/sejarah/, diakses tanggal 8 Februari 2021
لمعروف وينون ع لخي ويأمرون بأ
ل أ
يدعون إ
ة نك أم ئك ه ولتكن م لمنكر وأول
ن أ
لمفلحون ٤٠١أ
Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh berbuat yang ma‟ruf, dan mencegah
dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung”.6
Sebagai salah satu program kegiatan keagamaan di Ma‟had Al-
Jami‟ah IAIN Bengkulu, program tahfidz quran di ma’had putri IAIN
Bengkulu ini merupakan program yang diwajibkan bagi mahasantri.
Mahasantri di tuntut untuk bisa menghafal al-Quran sesuai dengan batas
minimal yang telah ditentukan dari pihak ma’had yakni minimal hafalan 5 juz
untuk dapat lulus dari ma’had. Dan ma’had IAIN Bengkulu ini merupakan
salah satu lembaga yang cukup diminati masyarakat, hal itu terlihat dari
jumlah mahasantri yang mendaftar setiap tahunnya terus meningkat.
Selain itu dari hasil observasi awal penelitian di ma’had putri IAIN
Bengkulu, diketahui bahwa kemampuan mahasantri di ma’had ini tentunya
beragam, khusunya kemampuan menghafal al-Qur‟an. Meskipun untuk dapat
di terima di ma’had ini harus melalui tes membaca dan hafalan surat-surat
pendek, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kemampuan menghafal setiap
mahasantri tetap berbeda-beda. Selain itu, program tahfidz al-Qur‟an di
ma’had putri IAIN Bengkulu sejak berdirinya ma’had tersebut telah banyak
prestasi yang diperoleh dari program ini (lihat lampiran 4). Namun, tidak
jarang juga beberapa mahasantri yang mengundurkan diri dari program tahfidz
dan keluar dari ma’had karena merasa tidak mampu untuk menghafal sesuai
6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Al-Jumanatul ‘Ali Seuntai Mutiara
yang Maha Luhur, (Bandung: J-Art, 2004), h. 63
yang ditargetkan oleh pihak ma’had selain itu juga mereka menghadapi beban
akademik yang berupa tugas-tugas yang banyak dan sangat memberatkannya.
Untuk itu pihak ma’had harus sedemikian rupa mengupayakan
pengorganisasian semaksimal mungkin agar program tahfidz al-Qur‟an
tersebut dapat berjalan dengan baik.7
Selanjutnya, berdasarkan wawancara awal penelitian kepada Risda
yang merupakan salah satu mentoring mengatakan bahwa mahasantri yang
memang basiknya dari sekolah umum dan tidak ada program tahfidz
sebelumnya, memang merasakan cukup tertekan karena disaat yang
bersamaan dia harus menuntaskan seluruh tugas-tugas akademik yang mana
jika nilai akademiknya menurun terus-menerus, mereka akan dikenakan sangsi
hingga dikeluarkan dari ma‟had dan beasiswanya juga akan dicabut. Hal
tersebut dikarenakan kebanyakan mahasantri yang ada di ma’had merupakan
mahasiswa dengan beasiswa. Sedangkan disisi lainnya, mereka juga
dibebankan untuk menghafal Al-Qur‟an dengan sistem setoran minimal satu
kali dalam satu minggu sedangkan mereka belum terbiasa dalam hal
menghafal Al-Qur‟annya.8
Sebagaimana diketahui bahwa proses menghafal al-Qur‟an merupakan
perkara yang tidak mudah untuk dilakukan oleh manusia jika sekiranya
mereka tidak bisa meluangkan waktu, usaha dan segenap kemampuan.
Apabila semua sesuatu diawali dengan niatan yang baik dan bersungguh-
sungguh maka akan mendapatkan hasil yang maksimal dan memuaskan.
7 Observasi awal penelitian, Juli 2021
8 Risda, Wawancara Awal Penelitian, (Mentoring Sebaya Ma‟had Putri IAIN
Bengkulu), Tanggal 03 Juli 2021
Berdasarkan pada paparan di atas, maka peneliti ingin
mengungkapkan bagaimana pengorganisasian program tahfidz al-Qur‟an di
ma’had putri IAIN Bengkulu. Hal ini menarik untuk diteliti karena untuk
mengetahui bagaiamana pengorganisasian program tahfidz al-Qur‟an yang
baik dan efektif serta maksimal dalam melaksanakan tugas masing-masing
tenaga pendidik dan kependidikn dalam menjalankan program tahfidz al-
Qur‟an di ma’had putri IAIN Bengkulu. Oleh karena itu, penulis mengangkat
sebuah judul penelitian dengan judul “Pengorganisasian Program Tahfidz Al-
Qur‟an di Ma’had Putri IAIN Bengkulu”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah,
1. Bagaimana program tahfidz al-qur‟an berlangsung di ma’had putri IAIN
Bengkulu?
2. Bagaimana pengorganisasian program ma’had putri IAIN Bengkulu
mengelola program tahfidz al-qur‟an?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan seluruh proses kegiatan yang berlangsung pada
program tahfidz al-Qur‟an di ma’had putri IAIN Bengkulu.
2. Untuk menjelaskan mekanisme pengorganisasian program tahfidz di
ma’had putri IAIN Bengkulu.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang
pengorganisasian program tahfidz al-qur‟an di ma’had putri IAIN
Bengkulu. Selain itu, hasil dari Penelitian yang ada nantinya diharapkan
dapat menjadi salah satu acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan Praktis
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi bagi
perguruan tinggi dalam mengelola ma’had santri putri IAIN Bengkulu
sehingga dapat meningkatkan mutu program keagamaan dan
pendidikan.
b. Secara institusional penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut
dalam mengembangkan manajemen pendidikan yang telah ada oleh
pengambil kebijakan.
E. Kajian Penelitian Terdahulu
1. Y, Surian, dian, S. Nuriaeni: Manajemen Program Tahfidz al-Qur‟an. Vol.
3, No. 2, Desember 2018 M/1440 H
Pondok Pesantren Tahfidz al-Qur‟an Assalaam merupakan sistem
pondok pesantren yang bertujuan agar santri dapat berakhlak mulia,
mandiri dan memiliki kompetensi terlebih dalam menghafal al-Qur‟an.
Pada program ini santri dibimbing oleh para ustadz/ustazah untuk bisa
menghafal ayat-ayat yang ada di dalam Al-Quran. Program Tahfidz Al-
Quran di Pondok Pesantren Tahfidz Al-Quran Assalaam Kota Bandung
sudah terstruktur dengan baik, hal ini dibuktikan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi program tersebut.
2. Eva Fatmawati: Manajemen Pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an Vol. 4, No.
1, Juni 2019 M/1440 H.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 23
oktober 2017 di Pondok Pesantren Al-Ashr Al-Madani, ditemukan
permasalahan yakni, dalam proses pembelajarannya yaitu dalam
pemberian metode pembelajaran yang ada di pesantren tetapi belum sesuai
dengan kemampuan santri. Ketika para santri diberi metode penghafalan
tahfidz dengan metode yang dinamakan metode Cordoba yaitu metode
dengan sistem 3 jam 1 halaman dengan proses penghafalan diulang ulang
sampai hapal dengan waktu 3 jam 1 halaman, setoran hafalan metode ini
dilaksanakan selama 2 hari sekali kepada ustadz bagian tahfidz.
3. Milatur Rodhiyah: Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur‟an Al Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota
Salatiga Tahun 2016
Metode pembelajaran tahfidzul Qur‟an yang menggunakan dua
metode sorogan dan bandongan. Kalau sorogan mencakup setoran dan
taqrir, taqrir itu mengulang yang sudah dihafal. Kalau yang bandongan
contohnya seperti kegiatan minggu legi simaan bersama semua santri
tahfidz dipimpin langsung oleh Kyai.
4. Semin. Tesis: Manajemen Pendidikan Berbasis Budaya Pesantren dalam
Pembentukan Karakter Mahasiswa (Studi Atas Ma’had Al-Jamiah Ulil
Abshar STAIN Ponorogo).
Hasil penelitian diambil kesimpulan bahwa (1) Ma’had Al-Jamiah
Ulil Abshar STAIN Ponorogo melaksanakan 4 manajemen, yaitu
perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan pengawasan. (2) Nilai-nilai
kejujuran yang dimplementsikan, yaitu relegius, kejujuran, kedisiplinan,
tanggung jawab, toleransi, cinta lingkungan, dan menghargai prestasi.(3)
Faktor pendukung lingkungan ma’had yang kondusif, kepengasuhan
ma’had, guru yang profesional, biaya yang terjangkau, komitmen dan
kerja sama orang tua santri. Sedang faktor penghambat, yaitu sarpras yang
kurang memadai, heterogenitas mahasantri, pengaruh luar yang tidak yang
tidak sejalan dengan pendidikan karakter dan media informasi dan
teknologi.
5. Miss Nuriee Awae. Skirpsi: Manajemen Pembelajaran Agama Islam Pada
Ma’had Al-Islahiyah Ad-Diniyah di Patani (Selatan Thailand).
Hasil penelitian menyimpulkan 1) Perencanaan pembelajaran
Agama Islam pada Ma’had Al-Islahiyah Ad-Diniyah adalah Perencanaan
pembelajaran yang ideal ialah guru menggunakan strategi pelajaran aktif,
2) pengorganisasian pembelajaran Agama Islam pada Ma’had Al-Islahiyah
Ad-Diniyah adalah Secara langsung guru selalu melaksanakan tugas dalam
mendidik siswa dan memberikan reaksi jika siswa melanggar disiplin, 3)
pelaksanaan pembelajaran Agama Islam pada Ma’had Al-Islahiyah Ad-
Diniyah adalah Proses pelaksanaan pembelajaran di kelas, berpusat pada
guru atau berpusat pada siswa. Guru berusaha menyesuaikan materi,
strategi pembelajaran dan karakteristik siswa dan 4) pengawasan
pembelajaran Agama Islam pada Ma’had Al-Islahiyah Ad- Diniyah adalah
Kepala sekolah melakukan pengawasan di kelas terhadap guru bukan
semata-mata mencari kesalahan guru, tetapi bagaimana menjalankan usaha
perbaikan dalam pembelajaran.
6. Rini Estika. Skripsi: Pelaksanaan Pembinaan Keagamaan Mahasiswa di
Ma’had Al-Jami‟ah Putri Iain Palangka Raya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pelaksanaan pembinaan
keagamaan mahasiswa di ma’had al-Jami‟ah putri bertujuan untuk
memberikan penguatan ilmu-ilmu keislaman dan sebagai pembinaan
karakter, salah-satunya mahasiswa memiliki akidah yang lurus. (2)
Kendala-kendala Pembina kurang aktif dalam mengontrol setiap proses
pembinaan, kurangnya minat dan perhatian mahasiswa dalam mengikuti
pembinaan keagamaan, sarana dan prasarana kurang digunakan secara
optimal dalam melaksanakan pembinaan.
Pada penelitian terdahulu fokus pada manajemen tahfidz di ma‟had
al-jamiah dan pondok pesantren. Studi ini banyak menyebutkan
pengulangan dalam rangka pembinaan dalam hapalan al-qur‟an. Penelitian
ini berbeda dengan penelitan sebelumnya yaitu hanya fokus pada variabel
pengorganisasian. Kemudian ma’had putri di IAN Bengkulu diangkat
sebagai lokasi penelitian. Ini merupakan penelitian pertama yang
dilakukan dilokasi tersebut.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh serta
memudahkan pembahasan, sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi
menjadi lima bab sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian terhadap
penelitian terdahulu dan sistematika penulis.
BAB II Landasan teori dalam skripsi penelitian ini terdiri dari: teori
pengorganisasian, program tahfidz al-qur‟an dan pengertian
ma’had.
BAB III Metode penelitian terdiri dari: jenis penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, informan penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik analisi data dan teknik keabsahan
data.
BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan meliputi deskripsi wilayah
penelitan sejarah ma‟had al-jamiah IAIN Bengkulu, program
tahfidz ma’had al-jamiah, pengorganisasian program tahfidz di
ma‟had al-jamiah IAIN Bengkulu.
BAB V Merupakan bab penutup, yang meliputi kesimpulan berdasarkan
hasil pelaksanaan penelitian, dan saran-saran dari uraian bab
sebelumnya.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pengorganisasian
1. Pengertian Pengorganisasian
Organisasi mempunyai arti umum yang pertama menandakan
suatu lembaga atau kelompok fungsional, seperti organisasi perusahaan,
rumah sakit atau perkumpulan suatu himpunan, kedua berkenanaan dengan
proses pengorganisasian cara dalam melaksanakan suatu kegiatan
keorganisasian di alokasikan dan ditugaskan di antara angota agar
tercapainya tujuan secara efisien.9
Organisasi sebagai suatu sistem sangat dibutuhkan oleh manusia.
Pengorganisaian (organizing) merupakan proses penyusunan struktur
organiasi/ perusahaan/ lembaga yang sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai lembaga tersebut dengan sumber daya yang dimilikinya dan
lingkungan yang menjadi ruang lingkupnya.10
Berdasarkan beberapa pengertian organisasi di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa organisasi merupakan wadah atau tempat untuk orang
melakukan proses kerja sama dengan orang lain atau secara berkelompok
guna mecapai tujuan yang dirumuskan secara bersama-sama.
Dalam organisasi aktivitas yang dilakukan perlu adanya
pengaturan yang biasa disebut dangan pengorganisasian. Pengorganisasian
9 T. Hani Handoko, Manajemen Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1997), h.162.
10 T. Hani Handoko, Manajemen Edisi 2, h 167.
13
merupakan fungsi manajemen yang kedua dan merupakan langkah
strategis untuk mewujudkan rencana. Suatu rencana yang telah
dirumuskan dan ditetapkan sebagai hasil penyelenggaraan fungsi organik
perencanaan, dilaksanaan oleh sekelompok orang yang bergabung dalam
satuan-satuan kerja tertentu. Satuan-satuan kerja tersebut merupakan
bagian dari organisasi. Karena berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan
baik yang berwujud tugas pokok maupun tugas penunjang harus
diusahakan agar terlaksana dengan efisien, efektif, dan produktif dalam
satu wadah yang sesuai dengan kebutuhan, tidak mengherankan apabila
para teoretikus manajemen menempatkan pengorganisasian sebagai fungsi
organik manajerial yang segera mengikuti fungsi perencanaan.11
Pengorganisasian (organizing = pembagian kerja) adalah fungsi
manajemen dan merupakan suatu proses yang dinamis, sedangkan
organisasi merupakan alat atau wadah yang statis. Pengorganisasian dapat
diartikan penentuan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan,
pengelompokan tugas-tugas dan membagi-bagikan pekerjaan kepada
setiap karyawan, penetapan departemen-departemen (subsistem-subsistem)
serta penentuan hubungan-hubungan. Organizing berasal dari kata
“organism” yang berarti menciptakan struktur dengan bagian-bagian yang
diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga hubungannya satu sama lain
terikat oleh hubungan terhadap keseluruhannya.12
11
Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2007).h.60 12
Malayu S.P Hasibuan, Orgaisasi dan Motivasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2008), h.22.
Menurut Malayu S.P. Hasibuan pengorganisasian adalah suatu
proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam
aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-
orang pada setiap aktifitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan,
menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap
individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.13
Sedangkan
Menurut Terry pengorganisasian adalah hubungan-hubungan tingkah laku
yang efektif diantara organisasi-organisasi sedemikian rupa sehingga
mereka dapat bekerja sama secara efesien dan memperoleh kepuasan
pribadi dalam melaksanakan tugas dan kondisi lingkungan tertentu dalam
rangka mencapai suatu tujuan.14
Definisi sederhana pengorganisasian ialah proses pengelompokan
orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan
sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.15
Berdasarkan beberapa pendapat di atas memberi pengertian bahwa
pengorganisasian merupakan usaha penciptaan hubungan tugas yang jelas
antara personalia, sehingga setiap orang dapat bekerja bersama-sama
dalam kondisi yang baik untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
13
Malayu S.P. Hasibuan, Organisasi dan Motivasi…, h. 23 14
Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta:Bumi Aksara, 2003), h. 72 15
Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial…, h. 60.
2. Komponen Pengorganisasian
a. Koordinasi dan Rentang Manajemen
Koordinasi (coordination) adalah proses pengintegrasian
tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah
(departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi secara efisien. Tanpa koordinasi, individu-
individu dan departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas
peranan mereka dalam organisasi. Mereka akan mulai mengejar
kepentingan sendiri, yang sering merugikan pencapaian tujuan
organisasi secara keseluruhan.16
Menurut James D. Thompson, ada
tiga macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi,
yaitu :17
1) Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence).
2) Saling ketergantungan yang berurutan (sequential
interdependence).
3) Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence).
Mekanisme-mekanisme Pengkoordinasian Dasar Mekanisme-
mekanisme dasar untuk pencapaian koordinasi adalah komponen-
komponen vital manajemen yang secara ringkas dapat diuraikan
sebagai berikut :18
16
T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1997), h.
195 17
T. Hani Handoko, Manajemen, h. 196 18
T. Hani Handoko, Manajemen, h. 199
1) Hirarki Manajerial, rantai perintah, aliran informasi dan kerja,
wewenang formal, hubungan tanggung jawab dan akuntabilitas
akan menumbuhkan integrasi jika dirumuskan dengan jelas dan
dilaksanakan dengan pengarahan yang tepat
2) Aturan dan prosedur keputusan manajerial yang dibuat untuk
mengatasi masalah rutin dapat digunakan sebagai alat koordinasi
dan pengawasan rutin
3) Rencana dan penetapan tujuan dimana satuan-satuan organisasi
diarahkan ke sasaran yang sama.
Meningkatkan Koordinasi Potensial, bila mekanisme
pengkoordinasian dasar tidak cukup, investasi dalam mekanisme-
mekanisme tambahan diperlukan. Koordinasi potensial dapat
ditingkatkan dalam dua cara vertikal dan horizontal:19
1) Sistem Informasi Vertikal. Peralatan melalui mana data disalurkan
melewati tingkatan-tingkatan organisasi.
2) Hubungan-hubungan lateral (horizontal), ada beberapa hubungan
lateral, yang dapat diperinci sebagai berikut :
a) Kontak langsung antara individu-individu yang dapat
maningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja.
b) Peranan hubungan.
c) Panitia dan satuan tugas.
d) Pengintegrasian peranan-peranan.
19
T. Hani Handoko, Manajemen, h. 200
e) Peranan penghubung manajerial.
f) Organisasi matriks.20
b. Wewenang, Delegasi dan Desentraliasi
Wewenang dapat diperbandingkan dengan sistem syaraf pada
manusia. Tanpa otak dan syaraf, tubuh manusia tidak dapat berfungsi.
Tampa suatu sistem wewenang, suatu organisasi juga tidak dapat
berfungsi. Wewenang (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu
atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu agar tercapai tujuan tertentu. Kekuasaan (power) sering
dicampur adukan dengan wewenang. Meskipun kekuasaan dan
wewenang sering ditemui bersama, tetapi keduanya berbeda. Bila
wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu, kekuasaan adalah
kemampuan untuk melakukan hak tersebut.21
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi individu,
kelompok, keputusan atau kejadian. Wewenang tanpa kekuasaan atau
kekuasaan tanpa wewenang akan menyebabkan konflik dalam
organisasi. Ada banyak sumber kekuasaan, yaitu :22
1) Kekuasaan balas jasa (reward power).
Kekuasaan yang diperoleh dari fakta bahwa seseorang,
dikenai sebagai pemberi pengaruh, mempunyai kemampuan untuk
memberi imbalan orang lain, dikenal sebagai orang yang
20
T. Hani Handoko, Manajemen, h. 201 21
T. Hani Handoko, Manajemen, h. 212 22
T. Hani Handoko, Manajemen, h. 214
dipengaruhi untuk melaksanakan perintah, yang mungkin
dinyatakan atau tersirat.
2) Kekuasaan paksaan (coercive power).
Berdasarkan pada kemampuan orang yang mempengaruhi
untuk menghukum orang yang dipengaruhi kalau tidak memenuhi
persyaratan, merupakan kekuasaan menghargai dari sisi negatif.
Hukuman mungkin berkisar dari menegur sampai mengeluarkan
dari pekerjaan
3) Kekuasaan sah (legitimate power).
Kekuasaan yang ada ketika seorang bawahan atau orang
yang dipengaruhi mengakui bahwa pemberi pengaruh “berhak”
atau secara hukum boleh menggunakan pengaruh, dalam ikatan
tertentu, kekuasaan ini disebut wewenang formal. Ini juga berarti
bahwa orang yang dipengaruhi mempunyai kewajiban menerima
kekuasaan ini
4) Kekuasaan pengendalian informasi (control of information power).
5) Kekuasaan panutan (referent power).
Kekuasaan berdasarkan pada keinginan orang yang
dipengaruhi untuk menjadi seperti atau menyamakan dirinya
dengan orang yang mempengaruhi. Kekuasaan rujukan juga
berfungsi di tingkat yang sejajar – rekan yang berkarisma
mungkin menarik kita untuk menyetujui pandangannya dalam
suatu rapat departemen.
6) Kekuasaan ahli (expert power).
Kekuasaan berdasarkan pada keyakinan atau pengertian
bahwa pengaruh mempunyai pengetahuan spesifik atau kepakaran
relevan yang tidak dimiliki oleh orang yang dipengaruhi.
Delegasi Wewenang Delegasi dapat didefinisikan sebagai
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain
untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Delegasi wewenang adalah
proses di mana para manajer mengalokasikan wewenang ke bawah
kepada orang-orang yang melapor kepadanya. Empat kegiatan terjadi
ketika delegasi dilakukan:23
1) Pendelegasi menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepada
bawahan.
2) Pendelegasi melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk
mencapai tujuan atau tugas.
3) Penerimaan delegasi, baik implisit atau eksplisit, menimbulkan
kewajiban atau tanggung jawab.
4) Pendelegasi menerima pertanggungjawaban bawahan untuk hasil-
hasil yang dicapai.
Efektivitas delegasi merupakan faktor utama yang membedakan
manajer sukses dan manajer tidak sukses. Sentralisasi Versus
Desentralisasi Faktor penting lainnya yang menentukan efektivitas
organisasi adalah derajat sentralisasi atau desentralisasi wewenang.
23
T. Hani Handoko, Manajemen, h. 214
Konsep sentralisasi, seperti konsep delegasi, berhubungan dengan
derajat di mana wewenang dipusatkan atau disebarkan. Bila delegasi
biasanya berhubungan dengan seberapa jauh manajer mendelegasikan
wewenang dan tanggung jawab kepada bawahan yang secara langsung
melapor kepadanya, desentralisasi adalah konsep yang lebih luas dan
berhubungan dengan seberapa jauh manajemen puncak
mendelegasikan wewenang ke bawah ke divisi-divisi, cabang-cabang
atau satuan-satuan organisasi tingkat lebih bawah lainnya.
Sentralisasi adalah pemusatan kekuasaan dan wewenang pada
tingkatan atas suatu organisasi. Desentralisasi adalah penyebaran atau
pelimpahan secara meluas kekuasaan dan pembuatan keputusan ke
tingkatan-tingkatan organisasi yang lebih rendah. Keuntungan-
keuntungan desentralisasi adalah sama dengan keuntungan-keuntungan
delegasi, yaitu mengurangi beban manajer puncak, memperbaiki
pembuatan keputusan karena dilakukan dekat dengan permasalahan,
meningkatkan latihan, moral dan inisiatif manajemen bawah, dan
membuat lebih fleksibel dan lebih cepat dalam pembuatan keputusan.24
Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat desentralisasi:25
1) Filsafat manajemen.
2) Ukuran dan tingkat pertumbuhan organisasi.
3) Strategi dan lingkungan organisasi.
4) Penyebaran geografis organisasi.
24
T. Hani Handoko, Manajemen, h. 229 25
T. Hani Handoko, Manajemen, h. 229
5) Tersediannya peralatan pengawasan yang efektif.
6) Kualitas manajer.
7) Keaneka-ragaman produk dan jasa.
8) Karakteristik-karakteristik organisasi lainnya.
c. Penyusunan Personalia Organisasi
Penyusunan personalia adalah fungsi manajemen yang
berkenaan dengan penarikan, penempatan, pemberian latihan, dan
pengembangan anggota-anggota organisasi. Kegiatan-kegiatan
penyusunan personalia sangat erat hubungannya dengan tugas-tugas
kepemimpinan, motivasi, dan komunikasi, sehingga pembahasannya
sering ditempatkan sebagai bagian dari fungsi pengarahan. Proses
penyusunan personalia.26
Langkah-langkahnya yaitu :
1) Perencanaan sumber daya manusia
Suatu organisasi tidak dapat menunggu untuk mendapatkan
orang-orang yang cakap seperti organisasi butuhkan untuk mengisi
posisi tertentu.Organisasi harus berusaha untuk merencanakan
kebutuhan yang akan datang di masa yang akan datang dan
memutuskan di mana akan menentukan orang-orang yang tepat
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.
26
T. Hani Handoko, Manajemen, h. 223
2) Penarikan personalia
Penarikan berkenaan dengan pencarian dan penarikan
sejumlah karyawan potensial yang akan diseleksi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan organisasi. Penarikan menyangut usaha-
usaha untuk memperoleh karyawan dalam jumlah yang tepat
dengan kemapuan-kemampuan yang di butuhkan untuk mengisi
jabatan-jabatan yang tersedia
3) Seleksi personalia
Seleksi adalah pemilihan seseorang tertentu dari
sekelompok karyawan-karyawan potensial untuk melaksanakan
suatu jabatan tertentu. Dalam teori, seleksi tampak sederhana.
Seperti telah di bahas sebelumnya, manajemen memutuskan
pekerjaan apa yang terlibat dan kemampuan-kemampuan individu
yang di butuhkan untuk melaksanakna pekerjaaan secara efektif.
Prosuder seleksi Berbagai prosedur seleksi untuk membandingkan
pelamar dengan spesifikasi jabatan tersedia.
4) Pengenalan dan orientasi.
Ada beberapa faktor yang cenderung mempengaruhi
prestasi karyawan. Beberapa faktor lain mungkin juga berpengaruh
dalam kondisi-kondisi tertentu, tetapi adalah tidak mugkin untuk
menyatakan secara tepat semua faktor yang dicari dalam diri
karyawan potensial.
Setelah diseleksi, Karyawan di tempatkan pada suatu
pekerjaan dan di perkenalkan dengan organisasi melalui berbagai
bentuk orientasi. Tahap orientasi (kadang-kadang dikenal sebagai
tahap induksi) merupakan kegiatan pengenalan dan penyesuaiaan
karyawan baru dengan organisasi. Proses ini merupakan proses
penting karena suatu pekerjaaan baru adalah sulit dan penyebab
frustasi bagi karyawan baru, pengenalan sederhana dengan para
karyawan lama, tetapi juga dapat merupakan proses panjang, yang
meliputi pemberiaan informasi mengenai kebijakan-kebijakan
personalia (Kondisi kerja, upah, dan jaminan sosial, prosedur-
prosedur kerja, gambaran umum sejarah dan sifat perusahaan dan
manfaat-manfaat yang diperoleh karyawan baru).
5) Latihan dan pengembangan
Karyawan-karyawan baru biasanya telah mempunyai
pendidikan dan latihan dasar yang dibutuhkan. Meraka adalah
produk dari suatu sistem pendidikan dan pengalaman yang telah
memberikan kepada mereka suatu tingkat kemampuaan dan
kecakapan tertentu. Tujuan latihan dan pengembangan karyawan
adalah untuk memperbaiki efektifitas kerja karyawan dalam
mencapai hasil-hasil kerja yang telah ditetapkan.
Pada umunya,masyarakat yang bertanggung jawab atas
penyediaan karyawan-karyawan potensial dengan pendidikan
umum. Pengembangan karyawan adalah penting bagi individu
maupun organisasi, misal karena kesempatan lingkungan, orang-
orang didalamnya juga harus di kembangkan dan ditingkatkan.
Pengembangan dibutuhkan untuk menyesuaikan diri dengan
kemajuaan teknologi, sebagai contoh para akuntan sekarang
memerlukan pemahaman dan kemampuaan dan programasi
komputer.
6) Penilaian kinerja.
Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah suatu
proses yang diselenggarakan oleh perusahaan untuk mengevaluasi
atau melakukan penilaian kinerja individu setiap karyawannya.
Departemen sumber daya manusia dari suatu perusahaan
menggunakan hasil dari penilaian kinerja sebagai informasi dasar
yang digunakan untuk mengevaluasi efektifitas dan keberhasilan
berbagai kebijakan tentang sumber daya manusia.Penilaian yang
baik harus dapat memberikan gambaran akurat tentang kinerja
yang diukur yakni dengan benar-benar menilai prestasi kerja
karyawan yang dinilai.27
7) Pemberian balas jasa dan penghargaan.
Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para
karyawan sebagai balas jasa atas kerja mereka, dan kompensasi itu
sendiri dapat dibagi menjadi dua yaitu kompensasi langsung dan
tak langsung. Dan kompensasi langsung merupakan imbalan jasa
27
Sugijono, “Penilaian Kinerja Dalam Manajemen Sumber Daya
Manusia, Orbith, Vol. 11, No. 3 November 2015, h. 215
kepada karyawan yang diterima secara langsung, rutin atau
periodik karena yang bersangkutan telah memberikan bantuan atau
sumbangan untuk mencapai tujuan organisasi.28
8) Perencanaan dan pengembangan karier.
Sebagian orang menganggap karir (career) sebagai promosi
didalam organisasi. Karier adalah urutan aktivitas-aktivitas yang
berhubungan dengan pekerjaan dan perilaku, nilai-nilai, dan
aspirasi seseorang selama rentang hidup orang tersebut.29
3. Proses Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakn proses menyusun organisasi formal
dengan melakukan aktivitas merancang struktur, menganalisis pekerjaan,
menganalisis kualifikasi pekerjaan, mengelompokkan dan membagikan
pekerjaan, mengkoordinasikan pekerjaan serta memantau pelaksanaan
pekerjaan.Menurut Dale yang dikutp oleh ENgkoswara, ada tiga langkah
sebagai prosedur pengorganisasian yaitu:30
a. Pemerincian pekerjaan, yaitu menentukan tugas-tugas apa yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.
b. Pembagian beban pekerjaan kepada orang-orang yang memiliki
kualifikasi yang tepat dan dengan beban yang rasional, tidak
28
Dinus Kenelak, dkk, „pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada
Koperasi Serba Usaha Baliem Arabica di Kabupaten Jayawijaya”. Jurnal Administrasi
Bisnis, Vol. 4 No. 4, 2016, h. 1 29
Riane Johnly Pio, “Perencanaan dan Pengembangan Karir”. Seminar Nasional
TIK dan Ilmu Sosial (SocioTech) 2017, ISBN: 978-602-17488-2-4 10 Oktober 2017 h.
209 30
Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 150
overloaded an tidak terlalu ringan agar mencapai pelaksanaan secara
efektif dan efisien.
c. Pengadaan dan pengembangan mekanisme untuk mengkoordinasikan
pekerjaan.
Sedangkan menurut Stoner, langkah-langkah dalam proses
pengorganisasian terdiri dari lima langkah, yakni:31
a. Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai
tujuan
organisasi.
b. Membagi beban kerja ke dalam kegiatan-kegiatan yang secara logis
dan memadai dapat dilakukan oleh seseorang atau oleh sekelompok
orang.
c. Mengkombinasi pekerjaan anggota perusahaan dengan cara yang logis
dan efisien.
d. Penetapan mekanisme untuk mengkoordinasi pekerjaan anggota
organisasi dalam satu kesatuan yang harmonis.
e. Memantau efektivitas organisasi dan mengambil langkah-langkah
penyesuaian untuk mempertahankan atau meningkatkan efektivitas.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa
langkah-langkah pengorganisasi yaitu dimulai dari mengidentifikasi dan
merincikan kegiatan/pekerjaan, membagi beban kerja/tugas dan memantau
31
Bowo Arief, Pengorganisasian, (Jakarta: Fak. Ekonomi Universitas
Mercubuana, 2008), h. 40
efektivitas kerja organisasi dan langkah-langkah penyesuaian untuk
mempertahankan atau meningkatkan efektivitas.
B. Program Tahfizd Al-Qur’an
1. Pengertian Program
Ada dua pengertian untuk istilah “program”, yaitu pengertian
secara umum dan khusus. Menurut pengertian secara umum, “program”
dapat diartikan sebagai “rencana” atau rancangan kegiatan yang akan
dilakukan oleh seseorang di kemudian hari. Sedangkan pengertian khusus
bermakna suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan ralisasi atau
implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses
berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi yang melibatkan
sekelompok orang.32
Program di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
didefinisikan sebagai rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha
yang akan dijalankan.
Menurut Sutapa yang dikutip oleh Rusdiana, istilah program sering
dipahami sebagai sebuah rencana atau rancangan kegiatan. Secara umum
program diartikan sebagai kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi
atau implementasi dari suatu kebijakan, langsung dalam proses
kesinambungan, terjadi dalam suatu organisasi.33
32
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 2
33
Rusdiana, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan, (Medan: Perdana, 2017),
h. 22
Menurut Hasibuan, program adalah suatu jenis rencana yang jelas
dan konkret karena didalamnya sudah tercantum sasaran, kebijaksanaan
prosedur, anggaran dan waktu pelaksanaan yang ditetapkan.34
Selain itu
defenisi program juga termuat dalam undang-undang RI Nomor 25 Tahun
2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional, menyatakan
bahwa: Program adalah instrument kebijakan yang berisi satu atau lebih
kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk
mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau
kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa
program merupakan suatu kegiatan yang jelas dan konkret, merupakan
ralisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses
berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi yang melibatkan
sekelompok orang, yang akan dilakukan oleh di kemudian hari
2. Pengertian Tahfidz Al-Qur’an
Pengertian tahfidz al-Qur‟an terdiri dari dua suku kata, yaitu
tahfidz dan Al-Qur‟an, yang mana keduanya mempunyai arti yang
berbeda. Pertama tahfidz yang berarti menghafal, menghafal dari kata
dasar hafal yang dari bahasa Arab hafidza - yahfadzu - hifdzan, yaitu
lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Menurut Abdul Aziz
Abdul Ra‟uf definisi menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik
34
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Bandung:
Alfabeta, 2010), h. 89
dengan membaca atau mendengar”. Pekerjaan apapun jika sering diulang,
pasti menjadi hafal.35
Pengertian Al-Qur‟an menurut istilah adalah kitab yang diturunkan
kepada Rasulullah saw, ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan secara
mutawatir tanpa keraguan.36
Setelah melihat definisi menghafal dan Al-
Qur‟an di atas dapat disimpulkan bahwa Tahfidz Al-Qur‟an adalah proses
untuk memelihara, menjaga an melestarikan kemurnian Al-Qur‟an yang
diturunkan kepada Rasulullah saw di luar kepala agar tidak terjadi
perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara
keseluruhan maupun sebagiannya.
Tahfidz Al-Qur‟an merupakana cara untuk memelihara, menjaga
dan melestarikan kemurnian Al-Qur‟an yang diturunkan Allah kepada
Nabi Muhammmad saw diluar kepala agar tidak terjadi perubahan dan
kepalsuan serta dapat menjaga diri dari kelupaan baik secara keseluruhan
maupun sebagian. Rosulullah bersabda, “Barang siapa yang membaca satu
huruf dari Al-Qur‟an maka baginya kebaikan sepuluh kali lipat, Aku tidak
mengatakan Alif Lam Mim satu hruf akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu
huruf, Mim satu huruf.” (Shahih HR. Tirmizi).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Tahfidz
atau menghafal pada hakikatnya adalah membaca atau mendengar secara
berulang-ulang ayat suci Al-Qur‟an sampai hafal diluar kepala yang
dibimbing oleh seorang pengampu yang sudah Hafidz. Dengan menghafal,
35
Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur’an Da’iyah,
(Jogyakarta: Araska, 2001), h. 49 36
Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), h. 31
jiwa dan otak kita akan terus menyerap lantunan ayat-ayat Al-Qur‟an yang
diulang-ulang begitu banyak oleh lidah.
Berdasarkan pengertian program dan tahfidz Al-Qur‟an tersebut di
atas dapat dipahami bahwa program tahfdz Qur‟an yaitu suatu rancangan
kegiatan menghafal Al-Qur‟an yang dilaksanankan berdasarkan aturan yang
telah dibuat, mulai dari peraturan, jadwal dan lain sebagainya untuk mencapai
tujuan program Tahfdz Qur‟an.
C. Konsep Ma’had
1. Pengertian Ma’had
Ma’had aly adalah lembaga pendidikan tingkat tinggi atau sebagai
lembaga lanjutan dari pendidikan dan pengajaran diniyah tingkat Aliyah
atau yang sederajat. Pada dasarnya ma’had aly adalah lembaga pendidikan
tinggi yang sepenuhnya dirancang dan dikelola oleh masyarakat, dan juga
merupakan pendidikan tinggi keagamaan lanjutan dari pendidikan pasca
pesantren.37
Dari pengertian di atas dapat dikatakan ma’had aly merupakan
pendidikan tingkat tinggi keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh dan
di pondok pesantren untuk menghasilkan ahli ilmu agama Islam, dengan
kekhususan bidang keilmuan tertentu berbasis kitab kuning, serta bisa
mengeluarkan gelar akademik.
Pesantren mahasiswa merupakan alternatif baru dalam dunia
pendidikan yang sering disebut ma‟had, Penyebutan ma‟had dan bukan
37
Asrori S. Karni, Etos Studi Kaum Santri, Wajah Baru Pendidikan Islam,
(Bandung: Mizan Pustaka, 2010), h.250.
asrama atau bukan pondok pondok pesantren memiliki maksud tersendiri.
Jika asrama, jika asrama dikhawatirkan melahirkan kesan bahwa bangunan
itu hanya semat-mata dijadikan tempat tinggal sebagai pengganti rumah
kos mahasiswa.
Perguruan Tinggi Pesantren (PTP) pada dasarnya merupakan
Lembaga Pendidikan tinggi ideal yang memadukan berbagai keunggulan
perguruan tinggi umum dan pesantren. Lembaga perguruan tinggi
membekali anak didik dengan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi
secara (relatif) baik. Sedangkan pesantren, dengan sistem dan model
pendidikannya yang unik mampu membekali para santri dengan tata aturan
dan moral keagamaan yang terpuji.38
Kehadiran pesantren mahasiswa pada
prinsipnya bertujuan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas, yakni yang seimbang antara kemampuan penguasaan iptek dan
keimanan kepada Allah.
Pesantren mahasiswa mengemban misi utama untuk mencetak
manusia yang berwawasan intelektual-religius. Sebagaiman penjelasan
Ronald, hubungan antara kampus dan pesantren adalah satu hal dimana
pesantren mencoba menyediakan elemen moral yang hilang pada
pengalaman kampus. Tujuannya adalah membentuk pemuda yang
bermoral yang kuat (takwa) dan kepribadian yang kuat. Yang dianggap
baru adalah target audience mahasiswa non agama yang latar agamanya
kurang kuat.
38
Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),
h.101.
Pesantren bukan satu-satunya jalan tempat komunitas Islam
mencoba memperkuat iman dan takwa mahasantri. Ada masjid kampus,
ada banyak yang mmpunyai aktifitas harian dan pengajian, organisasi
mahasiswa muslim, dan kelompok-kelompok belajar. Namun, banyak
yang merasa bahwa metode-metode pengajaran ini hanya meningkatkan
pengetahuan tentang agama dan tidak mendorong mereka untuk
mempraktikannya. Orang-orang ini menyimpulkan bahwa satu-satunya
jalan untuk melatih mahasiswa akan kehidupan moral dan agama adalah
menyediakan lingkungan yang dikontrol secara hati-hati untuk melakukan
hal tersebut.39
Karena itu lahirlah pesantren mahasiswa guna
menyeimbangkan antara moral dan keintelektualan.
Jika dikaji melalui dasar negara, maka dalam memikirkan
pendidikan sebagai bidang pembangunan bangsa yang secara integral
pelaksanaannya dilakukan bersama-sama pembangunan bidang lainnya,
telah diatur dalam perundang-undangan. Demikian juga dengan
pendidikan agama. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa dasar
pendidikan Islam adalah al-Qur‟an dan as-Sunnah maka segenap aktivitas
pendidikan Islam keseluruhanya merupakan rangkaian utuh dan terpadu
untuk senantiasa menanamkan roh Islam kepada pada peserta didik.40
Sehingga seperti yang di harapkan bahwa dalam pengembangan pemikiran
Islam kita berusaha untuk mewujudkan kepada “humanis-religius.”
39
Ronald Alan Lukens-Bull, Jihad Ala Pesantren, (Yogyakarta: Gama Media,
2004), h.228. 40
Solihin, Prinsip-Prinsip Dasar Pemikiran Keislaman, (Bandung: Pustaka Setia,
2003), h.131
Pesantren mahasiswa yang juga dikenal dengan ma‟had al-jami‟ah
al-„aly (Pesantren Perguruan Tinggi) merupakan transformasi dari sistem
pesantren yang berada di dalam asrama mahasiswa baik milik
PTAIN/UIN/PTAIS. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia telah
dijelaskan bahwa arti kata dari asrama adalah bangunan tempat tinggal
bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar
dan dipimpin oleh seorang kepala asrama.41
Lebih lanjut Ronald Alan Lukens-Bull, menjelaskan bahwa
pesanten mahasiswa merupakan fenomene baru, yang pada tahun 1994-
1995 usianya belum lebih dari tiga tahun.42
Muzammil Qomar juga
menjelaskan pesantren perguruan tinggi (ma’had al-jami’ah al-‘aly)
memang belum begitu lazim dikenal oleh masyarakat luas, dan merupakan
istilah dari asrama bagi perguruan tinggi dan mempunyai makna yang
hampir sama, yaitu tempat tinggal khusus bagi orang- orang tertentu.43
Bahkan warga kampus sendiri masih ambigu dengan kata yang lebih
familier dengan ma’had al-‘aly, dapat dimaklumi karena secara Nasional
memang belum semua Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI)
menerapkan sistem ini,44
walaupun sudah ada peraturan Kementrian dan
Dirjen perguruan tinggi yaitu di dalam Pasal 30.45
41
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar, h.72. 42
Ronald Alan Lukens-Bull. Jihad Ala Pesantren, h. 222. 43
Muzammil Qomar, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2008), h. 20. 44
Mansur Al-Maturidi, Ma’had Al-Jami’ah Sebagai Wadah Penanaman Nilai
Islami, diakses https://www.academia.edu, 45
Http://Pendis.Kemenag.Go.Id/Index.Php?A=Detilberita&Id=697
Jadi sudah menjadi tugas bagi lembaga perguruan tinggi untuk
mengenalkan kepada lingkungan dan masyarakat. Pengenalan tersebut
bertujuan untuk menjalin kerjasama dan dukungan sehingga gagasan ideal
yang berasal dari proyek akan terealisasikan secara bertahap.
Untuk merealisasikan gagasan ideal tersebut, ada dua macam
model pelaksanaan:46
Pertama, menganeksasikan (menggabungkan) perguruan tinggi
dengan pesantren. Aneksasi dapat dilakukan karena tiga hal, yaitu:
a. Sulitnya menemui sosok tenaga pengajar yang utuh, yaitu mampu
menguasai iptek dan ilmu agama secara luas dan mendalam.
b. Serbuan cultural dari ilmu-ilmu Barat yang mengandung sebagian
unsur-unsur non-Islami (sekuler).
c. Untuk menghadapi serbuan dan dampak negative dari era globalisasi.
Memang sangatlah sulit di era global yang semuanya serba instan
ini untuk menghadang semua hal yang negatif, namun paling tidak dengan
diadakannya alternatif program pesantren perguruan tinggi ini mampu
meminimalisir hal tersebut apalagi sasaran utamanya adalah bagi para
remaja usia kuliah atau biasa disebut dengan mahasiswa.
Dalam proses penggabungan ini yang perlu diperhatikan adalah
tujuan pendidikan dari lembaga tersebut yang harus sesuai dengan tujuan
pendidikan Nasional. Selain itu, lembaga perguruan tinggi yang
mendirikan asrama (pesantren mahasiswa) harus bisa saling bekerjasama,
46
Wahjoetomo, Perguruan Tinggi, h.102-103.
dan yang paling utama pada prinsipnya adalah untuk membentuk insan-
insan atau pemuda yang beriman, bermoral, berkepribadian dan menguasai
iptek sehingga mampu menjadi khalifah yang baik di bumi ini.
Dalam pelaksanannya, pesantren perguruan tinggi juga mengikuti
tujuan diselenggarakannya Pendidikan Tinggi sesuai dengan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 30 Tahun 1990. Pada bab II pasal 2 ayat 1
disebutkan bahwa tujuan Pendidikan Tinggi adalah:
a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan atau professional yang dapat menerapkan,
mengembangkan, dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan kesenian.
b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, penggunaan-
nya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya
kebudayaan Nasional.
Selain tujuan, kurikulum merupakan salah satu hal yang perlu
diperhatikan dalam mendirikan pesantren perguruan tinggi. Kurikulum
yang digunakan adalah kurikulum local. Hanya saja kurikulum lokalnya
diisi dengan pendidikan keagamaan, pengembangan kewirausahaan, dan
kesenian. Jadi untuk menambah suasana dan menanamkan keagamaan
yang kuat, maka para mahasiswa perlu diasramakan. Asrama yang
berbasis atau ala pesantren maka mahasiswa akan dapat diawasi dan
dibimbing. Sebagai catatan yang lebih ditekankan lagi adalah bahwa status
asrama mahasiswa ini tidaklah berdiri sendiri, melainkan bagian bagian
dari perguruan tinggi dan tidak dapat dipisahkan.
Agar asrama mahasiswa dapat menyamai kondisi ideal pesantren,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:47
a. Dipimpin dan diasuh oleh seorang ustadz atau kyai yang sekaligus
paham terhadap wawasan iptek.
b. Model kegiatan yang menumbuhkan dan menguatkan keagamaan serta
pembiasaan, seperti shalat berjamaah.
c. Kajian keagamaan yang bersifat filosofis dan sufistik (tasawuf).
Selain hal-hal tersebut, asrama mahasiswa atau pesantren
perguruan tinggi juga harus memperhatikan kegiatan lain yang bermanfaat
bagi perkembangan dan kreatifitas mahasiswa, seperti: seminar, bedah
buku, diskusi.
Jadi dalam mengelola pesantren mahasiswa yang sesuai tujuan
harus bisa menggabungkan antara perguruan tinggi dengan pesantren
sehingga tidak ada tumpang tindih antara tujuan perguruan tinggi dengan
tujuan asrama mahasiswa. Karena pada dasarnya perguruan tinggi
mendirikan asrama yaitu untuk memperbaiki kualitas input, sedangkan
asrama yang merupakan bagian dari perguruan tinggi harus bisa
menunjang dan mendukung kualitas lembaga pendidikan tersebut.
Strategi pengelolaan Ma’had sangat diperlukan karena untuk
mengimplementasikan berbagai aspek yang ingin dicapai sehingga akan
47
Wahjoetomo, Perguruan Tinggi, h.108-109
berdampak pada hasil/output yang dihasilkan, oleh karena itu dalam
menjalankan strategi pengelolaan Ma’had dalam meningkatkan
pendidikan karakter sebagai berikut:
a. Strategi Peningkatan Layanan Pendidikan di Ma’had
Ikhtiar untuk senantiasa pengelolaan Ma’had pada situasi
apapun, strategi yang ditempuhnya lebih difokuskan pada upaya
mencegah santri agar tidak malas sehingga berdampak pada hasil,
mempertahankan mutu pendidikan Ma’had agar tidak semakin
menurun. Indikator keberhasilannya adalah: (a) angka kelulusan santri
di Ma’had dipertahankan seperti sebelum krisis dan akhirnya dapat
diperkecil.(b) santri yang berasal dari berbagai macam daerah dapat
memperoleh layanan pendidikan. (c) proses belajar mengajar di
Ma’had tetap berlangsung meskipun waktu yang tebatas. (d)
meningkatkan program pendidikan alternatif dan berkesinambungan
untuk sasaran para santri baru.
b. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan di Ma’had
Kebijakan program untuk meningkatkan mutu ma’had,
meliputi 3 (tiga) aspek: kurikulum, guru/ustadz dan tenaga
kependidikan ma’had dan sarana ma’had. Pertama, pengelolaan
kurikulum berkelanjutan di ma’had, yang meliputi: (a) Pengelolaan
kurikulum dapat memberikan kemampuan dasar secara merata yang
disertai dengan penguatan materi yang diajarkan. (b)
mengeintegrasikan kemampuan generik dalam kurikulum yang
memberikan kemampuan adaktif. (c) meningkatkan relevansi program
Ma’had dengan tuntutan dunia kerja ma’had. (d) mengembangkan
budaya keteladanan di ma’had.
2. Ruang Lingkup Pengelolaan Ma’had
Sistem yang ditampilkan dalam Ma’had/pesantren mempunyai
keunikan dibandingkan dengan sistem yang diterapkan dalam lembaga
pendidikan pada umumnya, yaitu:
a. Memakai sistem tradisional, yang memiliki kebebasan penuh
dibandingkan dengan sekolah modern, sehingga terjadi hubungan dua
arah anatara kyai dan santri.
b. Kehidupan di ma’had/pesantren menampakkan semangat demokrasi,
karena mereka praktis bekerja sama mengatasi problem non kurikuler
mereka sendiri.
c. Para santri tidak mengidap penyakit simbolis, yaitu perolehan gelar
dan ijazah, karena sebagian besar ma’had/pesantren tidak
menegeluarkan ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya
masuk pesantren tanpa adanya ijazah tersebut. Hal itu karena tujuan
utama mereka hanya ingin mencari keridhaan Allah SWT semata.
d. Sistem ma’had/pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme,
persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri, keberanian hidup.
e. Alumi ma’had/pesantren tak ingin menduduki jabatan pemerintahan,
sehingga mereka hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.48
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa sistem pendidikan di
ma’had/ pesantren memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dengan
sistem pendidikan formal, perbedaan ini sendiri dapat dilihat dari proses
manajemen, pengembangan kurikulum, metode pengajaran, dan tradisi
belajar mengajar yang berkembang pada ma’had /pesantren tersebut.
48
Muhammad Fathurrohman, Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu
Pendidikan Islam Peningkatan Lembaga Pendidikan Islam Secara Holistik (Praktik Dan
Teori), (Yogyakarta: Teras, 2012) h. 343
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu
penelitian mendalam mencakup keseluruhan yang terjadi di lapangan, dengan
tujuan untuk mempelajari secara mendalam tentang latar belakang keadaan
sekarang ini merupakan penelitiana kualitatif dimana49
Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif, data dalam penelitian tidak diperoleh
melalui prosedur statistik atau bentuk hitung lainnya.50
Pendekatan kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan
atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu
sendiri.51
Penggunaan metode kualitatif dilakukan karena untuk menjelaskan
fenomena dengan sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data yang
sedalam-dalamnya pula, yang menunjukkan pentingnya kedalaman dan detail
suatu data yang diteliti.
Peneltian kualitatif sangat cocok dilakukan saat kondisi ini. Karena
sifatnya yang elaborative, penelitian kualitatif dapat dengan mudah membantu
peneliti untuk menggali informasi yang lebih dalam terkait suatu topik
49
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Grafindo Persada, 2001),
h. 19. 50
Anselm Strauss & Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), h. 4. 51
Robert Bogdan & Steven J. Taylor alih bahasa Arief Furchan, Pengantar Metode
Penelitian Kualitatif, (Surabaya: Usana Offset Printing, 1992), h. 21.
41
pnelitian yang nantinya informasi yang didapatkan dapat digunakan untuk
menentukan tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini, yang dilakukan adalah upaya mendeskripsikan
program tahfidz al-Qur‟an di ma’had santri putri IAIN Bengkulu, kemudian
menganalisis bagaimana pengorganiasian program tahfidz al-Qur‟an dalam
cakupan 1) komponen, 2) proses dan 3) manajemen.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Agustus 2021 s.d selesai,
lokasi penelitian adalah masyarakat yang berada di Ma’had santri putri IAIN
Bengkulu, yang berada di Jalan Raden Patah, Kelurahan, Pagar Dewa,
Selebar, Pagar Dewa, Kec. Selebar, Kota Bengkulu, Bengkulu 65144.
C. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dimana data dapat diperoleh sumber data
yang dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari orang
pertama melalui wawancara dengan para informan. Sebagaimana menurut
Sugiyono, data primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada peneliti atau pengumpul data.52
Data primer dalam penelitian
ini diperoleh melalui observasi dan wawancara kepada informan. Bentuk
data wawancara yang dikumpulkan adalah proses program tahfidz Al-
52
Sugiyono, Metode Pebelitian Kualitatif, Kualitatif dan R & D, (Jakarta:
Alfabeta, 2010), h. 225.
Qur‟an berlangsung di ma’had putri IAIN Bengkulu dan pengelolahan
program tahfidz al-Qur‟an
Sedangkan bentuk data observasi yang dikumpulkan dalam
penelitian adalah dokumen fisik dan dokumen foto yang berhubungan
langsing dengan kegiatan proses program tahfidz al-Qur‟an berlangsung di
ma’had putri IAIN Bengkulu dan pengelolahan program tahfidz Al-
Qur‟an.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui
pengumpulan data yang bersifat studi dokumentasi (analisis dokumentasi)
berupa penelaahan terhadap dokumen pribadi, resmi kelembagaan,
referensi-referensi atau peraturan (literatur laporan, tulisan dan lain-lain)
yang memiliki relevansi dengan objek penelitian.53
Sumber data sekunder
yaitu data dan dokumen yang didapatkan dari masyarakat dan lembaga
pemerintahan yang menjadi objek penelitian. Adapun bentuk data-data
sekunder dalam penelitian ini meliputi dokumen-dokumen kegiatan yang
berhubungan dengan proses program tahfidz al-Qur‟an berlangsung di
ma’had putri IAIN Bengkulu
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data.
Adapun tekniknya adalah sebagai berikut:
53
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif),
(h. 253.
1. Pengamatan (observasi)
Observasi dalam penelitian adalah pengamatan sistematis dan
terencana yang diamati untuk perolehan data yang akurat dalam proses
observasi. Secara sederhana pengamatan merupakan proses dimana
peneliti atau pengamat melihat langsung situasi penelitian.54
Dalam
penelitian ini, fokus pengamatan peneliti adalah kegiatan program tahfidz
di ma’had putri IAIN Bengkulu. Observasi dalam penelitian ini, dimana
peneliti terjun langsung untuk mencatat langsung untuk informasi yang
dilihat dalam penelitian di lapangan untuk memperoleh data tentang
kegiatan tahfidz al-qur‟an. Bagimana pada saat santri lagi menyetorkan
hapalan, mengamati suasana pada saat santri lagi setoran dan mengamati
setiap ruangan yang ada di mah‟ad.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan ini di lakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pernyataan dan wawancara (interviewee)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.55
Wawancara adalah
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab sehingga dapat dikontruksi makna dalam suatu topik tertentu.
Dalam hal ini, wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara
tidak terstruktur (bebas). Pengurus ma’had putri IAIN Bengkulu dalam
hal sistem pengelolaan program keagamaan bagi santri putri. Saat
wawancara penulis terlebih dahulu meminta izin kepada narasumber untuk
membantu mejawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kemudian
54
Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: UI-Press, 1993), h. 198. 55
Rochajat Harun, Metode Penelitian Kualitatif untuk Pelatihan, (Bandung:
2007), h. 76
peneliti melanjutkan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada
nasumber alat yang digunakan pada saat merekam suara narasumber
menggunakan handphone vivo y91C dan pada saat wawancara suasananya
lagi sunyi dan diruang aula tempat biasanya santri saat setoran hapalan.
Tabel. 3.1 Daftar Narasumber Penelitian
No Nama Jenis
Kelamin
Jabatan
1. Ustad Kurniwan Laki-laki Staf Al-Qur‟an dan Humas
2. Ustad Iwan Laki-laki Staf Bidang Humas
3. Risda Perempuan Mentoring
4. Amirul Perempuan Pemenor
5. Dinda Perempuan Mahasantri
6. Rizki Perempuan Mahasantri Sumber: Data Primer, 2021
3. Dokumentasi
Dokumentasi ialah instrumen pengumpulan data yang sering
digunakan dalam berbagai metode pengumpulan data, tujuannya untuk
mengumpulkan data. Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya
barang-barang tertulis.56
Dalam penelitian ini, dokumentasi yang
digunakan untuk mengumpulkan data-data yang berkenaan dengan
informan atau yang menjadi subjek penelitian ini berupa foto-foto yang
menunjang hasil penelitian. Adapun dokumentasi yang dikumpulkan
dalam penelitian ini berupa dokumen kegiatan program tahfidz dan foto-
foto kegiatan tahfidz di ma’had putri IAIN Bengkulu.
56
Suharsimi Arikunto, Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), h.
158
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara mengelola data yang telah
diperoleh dari lapangan. Hasil analisis ini merupakan jawaban atas pertanyaan
masalah. Dalam penelitian kualitatif model analisis data diantaranya analisis
model Miles dan Huberman dan analisis model Spydley.57
Menurut Haris
analisis data penelitian kualitatif model analisis Miles dan Huberman dapat
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:58
1. Pengumpulan data, proses pengumpulan data penelitian.
2. Reduksi data, proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data
yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis.
3. Penyajian data, data yang telah diperoleh disajikan dalam bentuk daftar
kategori setiap data yang didapat dengan bentuk naratif.
4. Mengambil kesimpulan, proses lanjutan dari reduksi data dan penyajian
data. Data yang disimpulkan berpeluang untuk menerima masukan.
Penarikan kesimpulan sementara, masih dapat diuji dengan data di
lapangan.
Analisis penelitian ini dilakukan berdasarkan model Miles dan
Huberman berdasarkan urutan langkah di atas. Maka analisis data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah: Langkah pertama, peneliti mereduksi
data yang telah didapat dari lapangan yang berkaitan langsung dengan tema
penelitian, sistem pengelolaan program keagamaan bagi ma’had santri putri
57
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan Kualitatif,
h. 245. 58
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika,
2012), h. 164.
IAIN Bengkulu. Langkah kedua, peneliti menyajikan data yang dirangkum
berdasarkan fakta di lapangan, lalu menginterpretasikan dengan teori yang
berkenaan dengan tema penelitian. Langkah ketiga, peneliti menyajikan data
yang telah diperoleh dalam bentuk naratif. Langkah keempat, peneliti
memberi kesimpulan terhadap hasil penelitian yang didapat dari lapangan.
F. Teknik Keabsahan Data
Dalam penelitian ini, teknik keabsahan data dilakukan dengan
triangulasi, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi berarti membandingkan dengan
mengecek kembali suatu informasi yang diperoleh. Menurut Moleong
triangulasi dilakukan dengan langkah berikut:59
1. Membandingkan data hasil pengamatan dan data hasil wawancara.
2. Membandingkan yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang-orang dengan situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.
59
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 178.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Ma’had Al-Jami’ah IAIN Bengkulu.
Sejarah dan Profil Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu Ma‟had Al-
Jami‟ah adalah lembaga pendidikan internal IAIN Bengkulu yang program
pendidikannya menitik beratkan pada keilmuan al-Qur‟an, yaitu dari segi
lafzan, ma‟nan wa „amalan. Sesuai dengan fungsi al-Qur‟an terhadap
orangorang yang bertaqwa. Ma‟had Al Jami‟ah sebagai institusi pendidikan
dan pengajaran ingin membentuk dan menjadikan manusia yang muttaqin
(bertaqwa) melalui al-Qur‟an.60
Islam memandang bahwa mahasiswa merupakan komunitas yang
terhormat dan terpuji karena ia merupakan komunitas yang menjadi cikal
bakal lahirnya ilmuwan (ulama) yang diharapkan mampu mengembangkan
ilmu pengetahuan dan memberikan penjelasan pada masyarakat dengan
pengetahuannya itu. Pesantren Mahasiswa IAIN Bengkulu yang kemudian
lebih dikenal Ma‟had Al-Jami‟ah memang belum begitu lazim dikenal oleh
masyarakat luas, bahkan warga kampus sendiri masih ambigu dengan kata
yang lebih familiar dengan Ma‟had Al-Jami‟ah, dapat dimaklumi karena
secara nasional memang belum semua Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI)
menerapkan sistem ini, walaupun sudah ada peraturan kementrian dan dirjen
perguruan tinggi.
60
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan Al-Kafi, (Bandung :
Diponegoro, 2013) h.402
48
Seiring waktu, dengan komitmen dan konsistensi serta tekad yang
tidak pernah lekang oleh terpaan badai, secara perlahan Ma‟had Al-
Jami‟ah mulai menampakkan konsistensinya dan dapat mempengaruhi
perubahan peta politik internal kampus serta ikut mempengaruhi suasana
perkuliahan mahasiswa di kampus, di sisi lain munculnya berbagai citra
positif yang berimplementasi langsung terhadap mahasiswa setiap fakultas
dan jurusan. Hal ini terlihat dari kiprah para mahasantri yang dapat ikut
bersaing dalam berbagai even yang diadakan pihak internal maupun
eksternal kampus, walaupun secara formal mereka tidak tampil
mengatasnamakan ma‟had, tapi terlihat dari mayoritas utusan fakultas
secara tidak langsung notabene adalah mahasantri, pengurus ma‟had
maupun alumni ma‟had.
Lahirnya Ma'had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu diharapkan dapat
mewujudkan sebagai pusat pemantapan iman dan taqwa, peningkatan
akhlak mulia dan amal shalih, pengembangan ilmu keislaman dan yang
terpenting lagi merupakan pusta kajian ilmu-ilmu al-Qur‟an. Terciptanya
central Islami civitalizen terbentuknya lntelektual muslim yang
komunikatif, terampil, kreatif dan inovatif. IAIN Bengkulu senantiasa
berbenah diri dan terus berinovasi, mengupdate serta meningkatkan
kualitas dan kuantitas mahasiswa. Langkah tersebut dilakukan dengan
meluncurkan program Ma‟had Al-Jami‟ah bagi mahasiswa dan mahasiswi
(selanjutnya disebut mahasantri) unt uk dididik dan dibina pembentukan
karakter, mental, spritual, keilmuan dan pemahaman para peserta dalam
menghadapi kondisi sosial kemasyarakatan.
Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu secara resmi lahir pada Tahun
2010 berdasarkan Surat Keputusan Ketua STAIN Bengkulu Nomor 0587
Tahun 2010 tertanggal 3 Agustus 2010 dengan menetapkan Drs.M.
Syakroni, M.Ag. dan Ismail Jalili, MA., sebagai Mudir dan Sekretaris
Ma‟had Al-Jami‟ah STAIN Bengkulu yang pertama, kemudian pada tahun
2012 berdasarkan Surat Keputusan Ketua STAIN Bengkulu Nomor 0294
Tahun 2012 tertanggal 15 Maret 2012 menetapkan Ismail Jalili, MA.,
sebagai Mudir Ma‟had Al-Jami‟ah STAIN Bengkulu periode kedua, dan
pada tahun 2013 berdasarkan Surat Keputusan Rektor IAIN Bengkulu
Nomor 0486 Tahun 2013 tertanggal 24 April 2013 menetapkan Dr. H. M.
Nasron HK., M.Pd.I., sebagai Direktur Ma‟had Al-Jami‟ah 34 Data
Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu 38 IAIN Bengkulu periode pertama
sejak alih status STAIN Bengkulu menjadi IAIN Bengkulu pada Tahun
2013 hingga sekarang.61
Tabel 4.1 Struktur Organisasi Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu
No Nama Jabatan
1 Prof. Dr. H. Sirajuddin M., M.Ag.,
MH.
Pelindung
2 Dr. Samsudin, M.Pd Pembina 3 Dr. Moh. Dahlan, M.Ag Pembina 4 Dr. H. Zulkarnain Dali, M.Pd Pembina
5 H.Ruzian Karnedi Direktur 6 Anwar Junaidi, Se., M. Si Sekertaris 7 Syahidin, Lc., MA. Staf Bidang Kurikulum 8 Iwan Ramadhan Sitorus, MHI Staf Bidang Umum Dan
61
Data Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu
Humas 9 Kurniwan, M.Pd. Staf Pengembangan Al-
Qur‟an 10 Esti Wahyu Kurniawati, M.Pd. Staf Bidang
Kemahasantrian 11 Muhammad Jordi, S.Ag Pembina Ibadah Ma‟had
Putra 12 Muhammad Yusuf S.Ag Pembina Ibadah Putra
Sumber: Data Primer, 2021.
Tabel 4.2 Pembina Program Tahfidz Al-Jami‟ah
No Nama Pengajar Jumlah Santri
1 Ustad Dr. Iwan Romadhan Sitorus, MHI 30
2 Ustad Kurnwan, M.Pd 30
3 Ustadazah Esti Wahyu Kurniwati, M.Pd. 30
6 Ustadazah Usmi Laila, S.Sos. 30
Sumber: Data Primer, 2021
1. Visi Misi Ma’had Al-Jami’ah IAIN Bengkulu
Visi:
Mewujudkan Ma‟had Al-Jami‟ah sebagai pusat pengembangan
ilmu keislaman, Tahfidz al-Qur‟an dengan barbasis pembinaan Akhlak Al-
Karimah.
Misi:
a. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran al-Qur‟an dan ilmu terkait
secara intensif
b. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran Bahasa Arab dan Inggris
secara intensif
c. Melaksanakan pendidikan dan pengamalan ajaran-ajaran agama Islam
dalam kehidupan sehari-hari dan pendalaman spiritual keagamaan.
2. Tujuan Ma’had Al-Jami’ah IAIN Bengkulu
a. Mewujudkan lulusan mahasantri yang mampu menghafal al-Qur‟an dan
menguasai ilmu terkait secara utuh.
b. Mewujudkan lulusan mahasantri yang menguasai Bahasa Arab dan
Inggris secara baik. Data Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu
c. Mewujudkan lulusan mahasantri yang mampu mengamalkan ajaran-
ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki
kedalaman spiritual keagamaan.
3. Struktur Organisasi Ma’had Al-Jami’ah IAIN Bengkulu
Adapun struktur organisasi kepengurusan Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN
Bengkulu (Terlampir).
B. Gambaran Umum Program Tahfidz Al-Jami’ah IAIN Bengkulu
IAIN Bengkulu memiliki lembaga yang bernuansa keagamaan atau
disebut sebagai Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu. Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN
Bengkulu memiliki beberapa program-program keagamaan. Seperti belajar
kitab kuning, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Ilmu Fiqih, Muhahoroh dan
program Tahfidz. Program tahfidz merupaan program yang diwajibkan bagi
seluruh mahasantri tanpa terkecuali.
Program tahfidz Al-Jami‟ah menetapkan target kepada mahasantri
untuk menghafal al-Qur‟an. Posisi Ma‟had Al-Jami‟ah di lingkungan Institut
Agama Islam Negeri Bengkulu dianggap sangat strategis, oleh karena itu
Mudir Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu ditetapkan sebagai anggota tetap
senat Institut. Keberadaan Ma‟had bukan semata-mata sebagai pelengkap dan
apalagi tambahan, melainkan sebagai unsur penting dalam Institut.
Ma‟had tahfidz Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu juga memiliki kegiatan
halaqoh di ma‟had juga dijadikan sebagai persyaratan untuk mengikuti mata
kuliah yang diprogramkan oleh masing-masing fakultas atau jurusan. Melalui
cara ini maka posisi ma‟had benar-benar ikut menentukan, dan oleh karena itu
wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa IAIN Bengkulu. Tadarus al-Qur‟an,
kegiatan menghafal al-Qur‟an semakin tumbuh di kalangan mahasiswa.
Namun untuk program tahfidz ini merupakan program yang wajib
dilaksanakan oleh seluruh mahasantri.
Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu salah satunya membawahi
ma’had putri tidak hanya memberikan ruang bagi alumni pesantren saja yang
boleh masuk, akan tetapi terbuka bagi seluruh calon mahasiswa Institut
Agama Islam Negeri Bengkulu yang ingin mengembangkan potensinya mulai
dari ceramah, tilawah, kaligrafi ataupun menghafal al-Qur‟an yang merupakan
objek utama di ma‟had ini. Sudah banyak prestasi yang dicapai Ma‟had Al-
Jami‟ah Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, mulai dari tingkat Provinsi,
antar Sumatera, maupun tingkat Nasional. Mahasantri yang berprestasi tidak
hanya alumni dari pesantren sebelumnya melainkan banyak juga dari sekolah
umum.
Keberhasilan dalam mencetak tidak serta merta lahir begitu saja
tanpa adanya program yang baik dan faktor-faktor dorongan yang dapat
menjamin melahirkan kader-kader mahasantri/mahasiswa yang bernafaskan
al-Qur‟an, selain adanya program yang dijalankan dengan baik, sudah barang
tentu dibutuhkan faktor-faktor lain dalam mencapai tujuan tersebut salah
satunya adalah adanya dorongan lingkungan yang mempengaruhi dan
memotivasi mahasiswa dalam menghafal al-Qur‟an. Dengan dibangunnya
kebijakan yang berorientasi pada spirit pengembangan al-Qur‟an di Ma‟had
Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu, maka hal inilah yang akan mendukung
terealisasinya program tahfidz secara efektif dan efisien. Dengan hasil Ma‟had
ini sudah banyak melahirkan para penghafal al-Qur‟an yang berkualitas.
C. Hasil Penelitian
1. Program Tahfidz Al-Qur’an yang Berlangsung di Ma’had Putri IAIN
Bengkulu
Program tahfidz Qur‟an yaitu suatu rancangan kegiatan menghafal
Al-Qur‟an yang dilaksanankan berdasarkan aturan yang telah dibuat, mulai
dari peraturan, jadwal dan lain sebagainya untuk mencapai tujuan program
tahfidz Al-Qur‟an. Untuk melihat hasil tentang bagaimana proses
pelaksanaan program tahfidz di ma’had putri IAIN Bengkulu agar
tercapainya suatu tujuan secara efektif dan efisien maka peneliti
mengajukan pertanyaan yaitu : Bagaimana program tahfidz di ma’had
putri IAIN Bengkulu? “
Bapak Kurniawan, M.Pd. selaku staf bidang al-Qur‟an dan humas
menjawab:
Merupakan program utama dan unggulan jadi semua mahasantri
ma‟had al-jamiah IAIN Bengkulu itu diwajibkan untuk menghapal
al-qur‟an kemudian mengulang-ulang hapalannya dan menyetrokan
hapalannnya kepada ustad dan ustadaz yang sudah ditunjuk sesuai
dengan hasil kesepakatan para ustad hasil musyawarah hasil rapat
santri ini setornya sama ustad siapa santri ini setoran sama ustadaz
yang mana itu jadi programnya wajib bagi seluruh mahad santri
yang ada di ma‟had al-jamiah kemudian masa pendemi seperti ini
santri semseter satu, dua, tiga, dan empat dipulangkan semua dan
mereka menyetorkan hapalanya secara online atau daring melalui
channel yuotube atau google drive kemudian santri yang ada di
asrama adalah santri-santri yang sedang kkn atau menulis skripsi
dan mereka bisa setor langsung kepada ustad-ustadnya”.62
Gambar 4.1 Pelaksanaan setoran hafalan quran dengan Pembina atau
mentoring secara bergantian setelah sholat magrib dan subuh
Sumber: Data Primer, 2021
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Amirul selaku mentoring
sebaya menjawab:
“Program itu merupakan wajib di ma‟had program tahfidz itu
dimulai dari juz tiga puluh disetorkan kepada musyrifah atau
kepada ustad ustadznya masing-masing sesuai dengan
pembagiannya masing-masing mahasantri yang tinggal di ma‟had
itu wajib setoran sekaligus menyelesaikan target-target yang sudah
ditetapkan”.63
62
Kurniawan, Wawancara, (Staf Bidang al-Qur‟an dan Humas Ma‟had Al-Jami‟ah
IAIN Bengkulu), Tanggal 02 September 2021 63
Amirul, Wawancara, (Mentoring Sebaya Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal
3 September 2021
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Amirul selaku mentoring
sebaya menjawab:
“Program itu merupakan wajib di ma‟had program tahfidz itu
dimulai dari juz tiga puluh disetorkan kepada musyrifah atau
kepada ustad ustadznya masing-masing sesuai dengan
pembagiannya masing-masing mahasantri yang tinggal di ma‟had
itu wajib setoran sekaligus menyelesaikan target-target yang sudah
ditetapkan”.64
Gambar 4.2 Pelaksanaan setoran hafalan quran dengan Pembina atau
mentoring secara bergantian setelah sholat subuh
Sumber: Data Primer, 2021
Untuk memberikan hasil yang maksimal terhadap suatu tujuan,
tentu dibutuhkkan sistem pengorganisasian yang terstruktur. Untuk
memperluas hasil penelitian, peneliti mengajukan pertanyaan terkait waktu
pelaksanaan hafalandan setoran program tahfidz Al-Jami‟ah IAIN
Bengkulu.
64
Amirul, Wawancara, (Mentoring Sebaya Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal
3 September 2021
Adapun waktu pelaksanaan setoran hafalan tahfidz quran di
ma’had putri IAIN Bengkulu sebagai berikut:
a. Waktu Setoran Hafalan Tahfidz
Setoran hafalan merupakan gerbang utama menuju hafidz
quran dan program ini diwajibkan bagi seluruh santri. Biasanya di
setiap lembaga memiliki berbagai metode atau kebijakan dalam
melaksanakan setoran hafalan quran. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Risda selaku mentoring sebaya yang mana peneliti mengajukan
pertanyaan: kapan pelaksanaan hafalan dan setoran rutin program
tahfidz?
“Nah kalau ustad iwan itu setorannya setiap habiis ashar, kalau
ustad dia ada dua kali jadwal habis magrib dan habis subuh,
kalau sama umi itu seminggu sekali tapi mereka banyak,
maksudnya kalau kami bedah misalnya satu kali sehari itu
minimal satu halaman jadi boleh magrib atau subuh tapi kalau
umi biasanya mereka itu terkadang sampai empat lembar
delapan halaman jadi mereka sama umi itu dikumpulkan dulu
hapalannya baru disetrokan, terus kalau misalnya peringkingan
setiap mau nak semester itu perengkingan dari terbanyak
hapalannya misalnya sudah berapa juz hapalannya sampai
yang terakhir itu tidak membatasi kalau dia semester berapa
satu, dua, tiga dia memang seluruhnya digabung dari semester
satu sampai tujuh itukan anti kalau misalnya sudah dua puluh
kebawah hati-hati dikeluarkan”.65
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Ustad Iwan Staf
Bidang Umum dan Humas beliau menjawab :
“Untuk waktu pelaksanaannya dalam satu minggu diadakan
selama empat kali pertemuan di empat kali pertemuan ini
terdapat sistem menghafal dan menyetoran hafalannya. Bagi
mahasantri yang tidak bisa memenuhi jumlah hafalannya,
65
Risda, Wawancara, (Mentoring Sebaya Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal 3
September 2021
sebagaimana sudah menjadi kebijakan Ma‟had Al-Jami‟ah,
maka santrti tersebut akan dikeluarkan dari Ma‟had selama 3
bulan.” 66
Dari hasil wawancara di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa waktu pelaksanaanya menghafal dan setoran hafalan
dilaksanakan empat kali dalam satu minggu. Sifatnya fleksibel sesuai
dengan kesepakatan dengan mentoring masing-masing. Yang
terpenting adalah dalam waktu satu mnggu ini, kegiatan menghafal dan
setoran hafalan rutin dilakasanakan.
b. Agen pelaksana program tahfidz
Dalam sebuah lembaga atau organisasi tentu diperlukan agen
pelaksana atau aktor untuk penggerak organisasi tersebut. Agar suatu
tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Hal ini juga diperkuat
berdasarkan hasil wawancara dengan ustadz Kurniawan selaku Staff
Humas dan pengembangan al-Qur‟an Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN
Bengkulu. Yang mana peneliti mengajukan pertanyaan “Siapa saja
pelaksana program tahfidz Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu?
“Pelaksana program tahfidz di ma’had putri IAIN Bengkulu
adalah seluruh Ustadz-Ustadzah Ma‟had terhususnya yang
diamanahkan dibagian posisi staff pengembangan al-Quran Al-
Jamiah IAIN Bengkulu. Selain itu kami juga mengamanahkan
kepada mahasantri yang sudah dipercaya untuk membantu
menjadi mentoring sebaya bagi adik-adiknya.”67
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Risda selaku
mentoring sebaya ma‟had putri IAIN Bengkulu.
66
Ustad Iwan, Wawancara, (Staf Bidang Umum dan Humas Ma‟had Al-Jami‟ah
IAIN Bengkulu), Tanggal 02 September 2021 67
Kurniawan, Wawancara, (Staf Bidang al-Qur‟an dan Humas Ma‟had Al-Jami‟ah
IAIN Bengkulu), Tanggal 02 September 2021
“Mentoringnya itu terdiri dari ustadz-ustadzah serta tutor
sebaya. Setiap peserta atau santri menyetorkan hafalannya
sesuai dengan mentoringnya masing-masing. Namun di
program ini memiliki beberapa target hafalan setiap santri”.68
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Amirul selaku
mentoring sebaya di ma’had putri IAIN Bengkulu.
“Pelaksananya adalah ustadz-ustadzah ma’had putri IAIN
Bengkulu dan mentoringnya juga dibantu oleh sebagian
mahasantri yang sudah memenuhi kriteria sebagai mentoring.”
Dari hasil wawancara di atas, maka penulis dapat
menyimpukan bahwa agen pelaksana dari progam tahfidz ma’had putri
IAIN Bengkulu adalah seluruh ustadz ustadzah yang sudah
dimanahkan atau dipercayai untuk menjadi pembina atau mentoring
mahasantri. Selain itu, disini juga ditunjuk mentoring sebaya yang
mana diambil dari mahasantri yang sudah mahir dibidang tahfidz.
2. Pengorganisasian Program Ma’had Putri IAIN Bengkulu dalam
Mengelola Program Tahfidz Al-Qur’an
Dalam melaksanakan sebuah lembaga atau organisasi, tentu
diperlukan pembagian kerja agar dapat memaksimalkan hasil suatu tujuan.
Pengorganisasian program tahfidz al-Qur‟an merupakan penyusunan dan
pembagian tugas kepada masing-masing anggota di dalam suatu kelompok
untuk membuat kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan
dalam kurun waktu tertentu yang bertujuan untuk mempermudah santri
dalam melakukan kegiatan menghapal al-Qur‟an sehingga tujuan program
tahfidz al-Qur‟an dapat dicapai secara efektif.
68
Risda, Wawancara, (Mentoring Sebaya Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal 3
September 2021
Adapun pengorganisasian disini lebih dijelaskan dalam deskripsi
pekerjaan dan membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai
dengan kemampuannya mengalokasikan sumber daya, serta mengkoor-
dinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan program tahfiz.
Sejalan dengan hal tersebut, pengorganisasian program tahfidz al-
Qur‟an di ma’had putri IAIN Bengkulu ialah ada beberapa indikator yang
harus dilakukan yaitu sebagai berikut: Pertama, perincian tenaga
pembimbing atau disebut ustad dalam mengembangkan program tahfidz
secara efektif dan efisien yang dilakukan pihak lembaga atau pimpinan
ma’hd. Kedua, pembagian pekerjaan atau tugas ustad selaku pembina
program tahfidz yakni menyimak setoran hapalan para santri secara
bergiliran. Ketiga, melakukan pengelompokkan tugas yang saling
berkaitan, dalam arti membagi tugas masing-masing para pembina program
tahfidz. Keempat, menetapkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan
pekerjaan dalam satu kesatuan yang harmonis. Kelima, melakukan
monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuain untuk
mempertahankan dan meningkatkan efektivitas. Maka peneliti mengajukan
pertanyaan bagaimana pembagian kerja program tahfidz ma’had putri IAIN
Bengkulu? Bapak Kurniawan M.pd. selaku staf bidang al-Qur‟an dan
humas menjawab:
“Misalnya ustad A santrinya sudah di bagian di tetapkan.
Begitulah dengan seterusnya. Nah, disini kami juga meunjuk
seperti guru pamong atau disebut sebagai tutor sebaya. Untuk
mentoring atau pembinanya tidak mesti terpaku sesuai bagian laki-
laki hanya bagian laki-laki saja, begitupun sebaliknya dengan
bagian perempuannya. Karena kapasitas guru laki-laki dan guru
perempuan terbatas. Sehingga ada yang menyetor dengan
ustadz/ustadzah. Untuk pelaksanaan menyetor hafalan dilakukan
secara fleksible. Missal jika ada waktu luang, santri boleh menyetor
hafalannya sesuai dengan mentoringnya masing-masiing selagi itu
tidak mengganggu waktu lain atau mungkin ada alas an syar‟i yang
menghambat proses penyetoran hafalan santri”.69
Pernyataan senada juga disampaian oleh Risda selaku tutor sebaya
di program tahfidz ma’had putri IAIN Bengkulu.
“Pembagian kerjanya adalah dengan cara membagi beberapa
kelompok yang mana mentoringnya itu terdiri dari ustadz-ustadzah
serta tutor sebaya. Setiap peserta atau santri menyetorkan
hafalannya sesuai dengan mentoringnya masing-masing. Namun di
program ini memiliki beberapa target hafalan setiap santri. Yang
mana santri tersebut harus bisa mencapai target hafalan sesuai
dengan regulasi atau kebijakan dari Ma‟had. Untuk pelaksanaan
hafalan ada yang namanya waktu yang ditentukan da nada waktu
fleksibel. Nah jika seandainya ada santri yang ingin menyetorkan
hafalannya, maka dibolehkan untuk menghubungi tutornya masing-
masing. Sebagaimana tutornya telah di bagi dan ditetapkan”.70
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Amirul selaku santri di
program Tahfidz Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu.
“Pembagian kerjanya dibagi ada yang kepada musyrifahnya jadi
ada yang kepada ustad ustadnya ada juga yang ke mbak-mbaknya.
Jadi kalau misalnya setroannya kepada ustad ustadnya itu tidak tiap
hari. Ada juga tutor sebaya seperti kakak tingkatnya misalnya satu
orang kakak tingkatnya ada dua orang adek yang setoran kepada
beliua ada juga yang ke ustad ustadznya”.71
Selanjutnya, dalam mengorganisasikan program tahfidz ada
beberapa hal yang harus disiapkan oleh musyrifah sebagai tenaga tutor
tahfidz, sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Kurniawan selaku staf
69
Kurniawan, Wawancara, (Staf Bidang al-Qur‟an dan Humas Ma‟had Al-Jami‟ah
IAIN Bengkulu), Tanggal 02 September 2021 70
Risda, Wawancara, (Mentoring Sebaya Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal 3
September 2021 71
Amirul, Wawancara, (Mentoring Sebaya Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal
3 September 2021
bidang al-Qur‟an dan humas ma’had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu dalam
wawancara, beliau mengatakan:
“Hal-hal yang harus disipakan oleh musyrifah sebagai tenaga tutor
tahfidz yaitu komitmen, semangat, Qiroa‟tuhu (bacaannya harus
standart) walaupun mereka belum memliki sanad minimal mereka
mampu dalam bidang tadjwid atau makhrijul huruf dan terakhir,
memanage program ini agar berjalan dengan baik”.72
Dari hasil wawancara penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengorganisasian kerja program Tahfidz di Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN
Bengkulu merupakan ustad-ustadzah yang telah dimanahkan di bagian
tahfidz tersebut. Selain itu, program ini juga dibantu oleh mahasantri atau
disebut sebagai tutor sebaya yang sudah memenuhi standar kriteria yang
cukup mumpuni di bidang tahfidz.
Lebih lanjut lagi dalam menetapkan mekanisme kerja untuk
mengkoordinasikan pekerjaan dalam satu kesatuan yang hermonis, Bapak
Kurniawan selaku staf bidang al-Qur‟an dan humas ma’had Al-Jami‟ah
IAIN Bengkulu, dalam wawancara mengatakan:
“Ada jadwal tertentu seperti pertemuan yang diadakan seminggu
sekali guna mmbahas masalah-masalah mahasantri yang belum
dapat mencapai target tertentu dikoordinasikan di forum dan dicari
solusi bersama-sama, untuk kemudian diterapkan pada mahasantri-
mahasantri tersebut”.73
Pernyataan senada juga disampaian oleh Risda selaku tutor sebaya
di program tahfidz ma’had putri IAIN Bengkulu, dalam wawancara
mengatakan:
72
Kurniawan, Wawancara, (Staf Bidang al-Qur‟an dan Humas Ma‟had Al-Jami‟ah
IAIN Bengkulu), Tanggal 02 September 2021 73
Kurniawan, Wawancara, (Staf Bidang al-Qur‟an dan Humas Ma‟had Al-Jami‟ah
IAIN Bengkulu), Tanggal 02 September 2021
“Karena mahasantrinya sudah lumayan banyak, jadi masing-masing
pembina dalam hal ini disebut juga sebagai ustazah dan juga
musyrifah senantiasa saling berkoordinasi mengenai perkembangan
hafalan santri kemudian membuat laporan kepada kabid al-qur‟an
dan humas ma’had untuk selanjutnya dilaporkan ke sekretais
kemudian dilanjutkan ke pada direktur ma’had, untuk dilakukan
tindakan yang sesuai dengan permasalahan yang terjadi”.74
Berdasarkan wawancara diatas dapat penulis simpulkan, bahwa
dalam menetapkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan pekerjaan
para ustazah dan mentor serta musyrifah tahfidz harus bekerjasama dalam
memberi dukungan kepada mahasantri dan memprioritaskan program
tahfidzh Al-Qu‟an. Sehingga antara ustadzah ataupun pembina tahfidz
dengan kabid al-qur‟an dan humas mengadakan pertemuan untuk
membicarakan masalah-masalah yang ada di program tahfidz, misalkan ada
anak–anak yang sulit atau membaca al-qur‟an boleh dikoordinasikan
dengan forum, setelah itu dicari solusi secara bersama-sama. Kemudian
ketika sudah bersepakat ada solusi bersama baru nanti dilapangan
diterapkan apa yang sudah diarapatkan. Semua itu dilakukan agar program
tahfidz dapat mencapai tujuannya.
Selain tahapan koordinasi pekerjaan, pengorganisasian program
tahfidz di ma’had Putri IAIN Bengkulu juga melakukan kegiatan
monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuain untuk
mempertahankan dan meningkatkan efektivitas dari program tahfidz Al-
Qur‟an. Seperti yang dikatakan oleh staf bidang al-Qur‟an dan humas
ma’had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu ialah sebagai berikut:
74
Risda, Wawancara, (Mentoring Sebaya Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal 3
September 2021
“Sebelum pengelompokkan pagi siang dan ba‟da subuh, bagian Ttq
mengecekatau mengontrol mentoring dan mahsantri santri untuk
diabsen. kemudian setiap bulan ada laporan setiap pembimbinng
kepada kepala bidang tahfidz Al-Qur‟an, seperti sudah sampai
dimana kemampuan hapalan dan bacaannya. Tujuannnya untuk
melihat bagaimana perkembangan dari setiap mahasantri.
Kemudian mahasantri yang baru bisa belajar membaca al-quran
atau tahsin kepada musyrifah atau kepada musrifatul itu mbak-mbak
senior atau mas-mas senior yang ditunjuk diasrama kemudian nanti
selanjutnya maha santri baru tersebut juga tetap sentoran kepada
ustad dan ustadaz dan mbak mas musyrifah atau musrifatul juga
tetap menyetorkan hapalan ustad dan ustadznya jadi sistemnya
prinsipnya juga berjenjang berpusat jadi maha santri baru juga bisa
belajar kepada musyrifah dan musrifatul dan musyrifah dan
musrifatul menyetorkan kepada ustad dan ustdazahnya”.75
Pernyataan senanda juga disampaikan oleh Risda selaku mentoring
program Tahfidz Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu beliau menjawab:
“Adik tingkat semester 1 mereka setahun pakai tutor maksudnya dari
kami dipilih jadi mereka nyetornya kekami dulu nanti kalau sudah
masuk juz tiga puluh sudah mau masuk juz satu itu baru ke ustadnya.
Sudah tidak bisa lagi ketutornya lagi nanti setiap tahun masuk lagi
murid baru nah yang kakak-kakak tingkatnya tadi yang pandai
terima setoran yang hapalannya bagus baru dijadikan tutor dan tidak
semaunya sama ustad itupun dibagi tidak semunya mungki tiga
puluh orang sama umi, sama ustad Iwan, dan ustad Kur. Kalau kami
dulu sebelumya memang anak Bidikmisa saja yang masuk sini dan
angkatan kami itu memang diseleksi jadi dari latar belakang yang
MAN dan SMA jadi targetnya satu juz setengah. Kalau yang di
bawah kami adik-adik sudah dipilih dari ustad maksudnya memang
anak-anak yang pernah mondok tahfidz bawahan hapalannya 10 juz
jadi merka dua juz. Jadi ketika masuk kesini tidak perlu ada
pegangan hapalannya yang penting ada kemaun, untuk hapalannya
nanti kembali diulang”.76
Pernyataan senanda juga disampaikan oleh Amirul selaku santri
program Tahfidz Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu beliau menjawab:
75
Kurniawan, Wawancara, (Staf Bidang al-Qur‟an dan Humas Ma‟had Al-Jami‟ah
IAIN Bengkulu), Tanggal 02 September 2021 76
Risda, Wawancara, (Mentoring Sebaya Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal 3
September 2021
“Kalau yang tahfidz maksudnya yang adek-adeknya harus
continuous orangnya jadi kita harus juga memperhatikan siapa saja
yang setoran karena ada buku tahfidz. Karena di ma‟had harus
sesuai dengan target”.77
Dari hasil wwancara di atas, penulis dapat menyimpulkan kegiatan
monitoring dari pengorganisasian program tahfidz Al-Qur‟an ma’had putri
IAIN Bengkulu adalah pertama, melakukan absensi baik guru maupun
santri yang ada dalam kelompok program tahfidz. Kedua, kepala bidang
Ttq dan pembina tahfidz melakukan pertemuan yaitu seminggu sekali
dalam bentuk memberikan laporan hasil setoran santri. Ketiga, direktur
ma’had dan kepala staf bidang al-Qur‟an dan Humas ma’had melakukan
pengecekkan dan melihat langsung berjalan atau tidaknya program tahfidz
yang telah direncanakan dan diorganisasikan.
Untuk memudahkan dalam proses pelaksanaan menghafal dan
menyetor hafalan, program tahfidz di ma’had putri IAIN Bengkulu
membagi peserta dalam bentu kelompok guna untuk keefektifan dalam
menghafal. Hal ini juga diperkuat yang mana peneliti mengajukan
pertanyaan kepada Dinda selaku mahasantri di ma’had putri IAIN
Bengkulu. Adapun pertanyaa yang peneliti ajukan adalah: Berapa orang
dalam satu kelompok?
“Dalam satu kelompok dibagi rata dari jumlah mahasantri. Dalam
satu elompok ini terdiri dari kisaran 30 orang yang mana 30 orang
ini di pegang oleh satu orang Pembina”.78
77
Amirul, Wawancara, (Mentoring Sebaya Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal
3 September 2021 78
Dinda, Wawancara, (Mahasantri Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal 6
September 2021
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Risda selaku tutor sebaya
beliau menjawab:
“Saya selaku tutor sebaya,saya diamanahkan untuk memegang 2/3
orang peserta dan kami dari tutor sebaya diamanahkan untuk
menyimak hafalan dibagian juz 30 saja mbak”.79
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Amirul tutor sebaya
beliau menjawab:
“Dalam satu kelompok kami selaku tutor sebaya diamanahkah
untuk memegang 2/3 orang peserta saja.”
Pernyataan senada juga disampakan oleh Dinda selaku mahasantri
Mah‟ad Al-Jami‟ah beliau menjawab:
“Dalam satu kelompok terdiri dari 30 orang yang mana setiap
Pembina mempunyai 30 orang untuk di pegang”.80
Dari hasil wawancara di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
pembagian kelompok dibagi rata sesusai dengan jumlah mahasantri. Dalam
satu kelompok terdapat kisaran tiga puluh orang.
D. Pembahasan
1. Program Tahfidz Al-Qur’an yang Berlangsung di Ma’had Putri IAIN
Bengkulu
Berdasarkan hasil penelitan di atas dapat peneliti jelaskan bahwa
program tahfidz merupakan program yang wajib dihafalkan oleh setiap
santri yang ada di ma‟had putri IAIN Bengkulu. Dalam pelaksanaannya,
santri di bagi menjadi beberapa kelompok untuk menyetorkan hafalannya
79
Risda, Wawancara, (Mentor Sebaya Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal 3
September 2021 80
Dinda, Wawancara, (Mahasantri Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal 6
September 2021
kepada mentoring masing-masing. Hal ini sejalan dengan yang
diungkapkan oleh Sutapa yang dikutip oleh Rusdiana, dimana istilah
program sering dipahami sebagai sebuah rencana atau rancangan kegiatan
dan program diartikan sebagai kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi
atau implementasi dari suatu kebijakan, langsung dalam proses
kesinambungan, terjadi dalam suatu organisasi.81
Selanjutnya Tahfidz Al-
Qur‟an adalah proses untuk memelihara, menjaga an melestarikan
kemurnian Al-Qur‟an yang diturunkan kepada Rasulullah saw di luar
kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga
dari kelupaan baik secara keseluruhan maupun sebagiannya.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa proses kegiatan pada
program tahfidz di ma’had putri IAIN Bengkulu dilihat dari waktu
pelaksanaannya, dimana waktu untuk menghafal dan setoran hafalan
dilaksanakan empat kali dalam satu minggu. Sifatnya fleksibel sesuai
dengan kesepakatan dengan mentoring masing-masing, tetapi dalam waktu
satu minggu, kegiatan tersebut pelaksanaannya harus rutin.
Dari segi keluasan dan waktu, suatu lembaga tahfiz al-Qur‟an
harus memperlihatkan adanya pemisahan atau penjelasan antara rencana
jangka panjang dan rencana jangka pendek. Artinya, target pendidikan
sudah dirumuskan sejak awal dan sudah disosialisasikan kepada para
santri dan juga orangtua. Misal, dalam jangka pendek santri sudah bisa
81 Rusdiana, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan, (Medan: Perdana, 2017),
h. 22
hafal 1 ayat/hari, sedangkan jangka panjang adalah santri bisa hafal al-
Qur‟an 30 juz dalam jangka waktu 2-5 tahun.
Berdasarkan kebijakan di Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu,
mahasantri diwajibkan menghafal Al-Quran minimal 5 Juz Al-Quran
dalam jangka kurang lebih 4 tahun dan apabila mahasantri tidak mampu,
maka akan terus dibimbing hingga hafal, tetapi jika mahasantri tersebut
masih merasa tidak mampu, maka dengan sendirinya ia akan
mengundurkan diri dari program tahfidz dan keluar dari ma‟had putri
IAIN Bengkulu.
Selain dari waktu pelaksanaannya, proses kegiatan dapat juga
dilihat dari agen-agen pelaksanaanya. Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa agen pelaksana dari progam Tahfidz Ma‟had Al-Jami‟ah
IAIN Bengkulu adalah seluruh ustadz-ustadzah yang sudah dimanahkan
atau dipercayai untuk menjadi pembina atau mentoring mahasantri. Selain
itu, juga ditunjuk mentoring sebaya yang mana diambil dari mahasantri
yang hafalan Al-Qur‟annya di atas 5 juz dan sudah dianggap mahir
dibidang tahfidz.
2. Pengorganisasian Program Ma’had Putri IAIN Bengkulu dalam
Mengelola Program Tahfidz Al-Qur’an
Berdasarkan hasil penelitian, pengorganisasian kerja program
tahfidz di ma’had putri IAIN Bengkulu diawali dengan perincian tenaga
pembimbing atau disebut ustad dalam mengembangkan program tahfidz,
dalam hal ini merupakan ustad-ustadzah yang telah dimanahkan di bagian
tahfidz tersebut. Selain itu, program ini juga dibantu oleh mahasantri atau
disebut sebagai tutor sebaya yang sudah memenuhi standar kriteria yang
cukup mumpuni di bidang tahfidz.
Kedua, pembagian pekerjaan atau tugas ustad selaku pembina
program tahfidz yakni menyimak setoran hapalan para santri secara
bergiliran. Ketiga, melakukan pengelompokkan tugas yang saling
berkaitan, dalam arti membagi tugas masing-masing para pembina
program tahfidz serta pengelompokan juga dilakukan terhadp mahasantri
sesuai dengan banyaknya hafalan Al-Qur‟annya.
Keempat, menetapkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan
pekerjaan dalam satu kesatuan yang harmonis. Pengelolaan atau
manajemen merupakan kegiatan yang dilakukan dalam upaya menerapkan
fungsi-fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian dan evaluasi
dengan menggunakan sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan
tertentu yang ditetapkan. Manajemen pada dasarnya merupakan suatu
proses penggunaaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran
atau tujuan tertentu.
Stoner. James A.F dan R. Edward Freeman terjemahan
WilhelmusW. Bakowatun menjelaskan “Manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pemimpin, dan pengendalian upaya
anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumberdaya organisasi
untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Disebuah
program tahfidz Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu tentunya diperlukan
pengorganisasian yang efektif agar tercapai suatu tujuan tertentu.82
Program Tahfidz Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu yaitu program ini
merupakan program yang wajib dihafalkan oleh sietiap santri dalam
pelaksaannya, santri di bagi menjadi beberapa kelompok untuk
meenyetorkan hapalannya kepada mentoring masing-masing. Mentoring
ini meliputi ustad atau ustadz yang mengurus dibagian program tahfidz.
Tidak hanya itu, pembina juga diambil dari santri ma‟had tersebut atau
disebut sebagai mentoring sebaya.
Kelima, melakukan monitoring dan mengambil langkah-langkah
penyesuain untuk mempertahankan dan meningkatkan efektivitas.
Sebagaimana kegiatan mentoring dalam pengorganisasian program tahfidz
intinya semua santri diwajibkan menghafal kemudian mereka menyetorkan
hafalannya kepada ustad atau ustadazah yang sudah ditunjuk misalnya
disini ada ustadnya ada lima santrinya ada seratus lima puluh sampai
seratus sembilan puluh misalnya jadi itu dibagi menjadi lima satu ustad
ada tiga puluh orang secara otomatis santri-santri tersebut setornya selalu
setornya kepada ustad ustadzah yang sudah ditunjuk dan tidak kepada
ustad-ustad yang lain.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dirangkum dalam tabel
tentang pengorganisasian
82
Dewi Siti Hanizar dkk, “Pengelolaan Program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat”.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), Vol. 3 No. 11, 2014, h. 3
Tabel 4.3 Pengorganisasian Program Tahfidz di ma’had putri IAIN Bengkulu
No Tahapan
Pengorganisasian Kegiatan
1 Perincian tenga
pembimbing/ment
oring
Merincikan tenaga pembimbing atau disebut
ustad-ustadzah yang telah dimanahkan di
bagian tahfidz tersebut. Selain itu, program ini
juga dibantu oleh mahasantri atau disebut
sebagai tutor sebaya yang sudah memenuhi
standar kriteria yang cukup mumpuni di bidang
tahfidz
2 Pembagian Tugas Pembagian pekerjaan atau tugas ustad/ustadzah
selaku pembina program tahfidz yakni
menyimak setoran hapalan para santri secara
bergiliran.
3 Pengelompokan
Tugas
Membagi tugas masing-masing para 71embina
program tahfidz serta pengelompokan juga
dilakukan terhadp mahasantri sesuai dengan
banyaknya hafalan Al-Qur‟annya.
4 Penetapan
mekanisme kerja
Dalam menetapkan mekanisme kerja untuk
mengkoordinasikan pekerjaan para ustazah dan
mentor serta musyrifah tahfidz harus
bekerjasama dalam memberi dukungan kepada
mahasantri dan memprioritaskan program
tahfidzh Al-Qu‟an. Sehingga antara ustadzah
ataupun pembina tahfidz dengan kabid al-
qur‟an dan humas mengadakan pertemuan
untuk membicarakan masalah-masalah yang
ada di program tahfidz, misalkan ada anak–
anak yang sulit atau membaca al-qur‟an boleh
dikoordinasikan dengan forum, setelah itu
dicari solusi secara bersama-sama. Kemudian
ketika sudah bersepakat ada solusi bersama
baru nanti dilapangan diterapkan apa yang
sudah diarapatkan. Semua itu dilakukan agar
program tahfidz dapat mencapai tujuannya
5 Monitoring Kegiatan monitoring dari pengorganisasian
program tahfidz Al-Qur‟an ma’had putri IAIN
Bengkulu adalah pertama, melakukan absensi
baik guru maupun santri yang ada dalam
kelompok program tahfidz. Kedua, kepala
bidang Ttq dan pembina tahfidz melakukan
pertemuan yaitu seminggu sekali dalam bentuk
memberikan laporan hasil setoran santri.
Ketiga, direktur ma’had dan kepala staf bidang
al-Qur‟an dan humas ma’had melakukan
pengecekkan dan melihat langsung berjalan
atau tidaknya program tahfidz yang telah
direncanakan dan diorganisasikan.
Dari tabel di atas, diketahui bahwa agen pelaksana dari progam
tahfidz ma’had putri IAIN Bengkulu adalah seluruh ustadz ustadzah yang
sudah dimanahkan atau dipercayai untuk menjadi pembina atau mentoring
mahasantri. Selain itu, disini juga ditunjuk mentoring sebaya yang mana
diambil dari mahasantri yang sudah mahir dibidang tahfidzUntuk melihat
perkembangan setiap santri, peserta dibagi berdasarkan tingkat hapalan
dan kefasihan dalanm membaca al-quran masing-masing. Sebelum
pandemi, Tahfidz Al Jami‟ah memiliki program setiap bulannya yang
disebut sebagai rangking hapalan. Kegiatan ini bertujuan untuk memfilter
perkembangan santri dalam pembacaan dan penghafalan Quran.
Perkembangan ini rutin dilakukan pada setiap bulannya guna
untuk mengetahui perkembangan dan mengevaluasi program tahfidz.
Alhamdulillah dengan adanya program perincian bulanan, tahfidz al
jamiah sudah banyak menorah pestasi-prestasi baik di tingkat daerah
maupun di tingkat nasional. Hadirnya prestasi yang membanggakan ini,
tidak lepas dari sistem pengorganisasian yang efektif. Dengan adanya
manajemen yang berkualitas maka akan melahirkan generasi-generasi
yang berkualitas terkhususnya di bidang Qurani. Pada masa pandemi ini
sistem setoran hafalan dilaksanakan secara via online.
Mentoring ini meliputi ustad atau ustadzah yang mengurus
dibagian program tahfidz. Tidak hanya itu, pembina juga diambil dari
santri ma‟had tersebut atau disebut sebagai mentoring sebaya. Untuk
melihat perkembangan setiap santri, peserta dibagi berdasarkan kelompok
tingkat hafalan dan kefasihan dalanm membaca al-quran masing-masing.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh
Dale yang dikutip oleh Engkoswara, beliau mengungkapkan bahwa
langkah sebagai prosedur pengorganisasian yaitu: 1) Pemerincian
pekerjaan, yaitu menentukan tugas-tugas apa yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan organisasi, 2) Pembagian beban pekerjaan kepada orang-
orang yang memiliki kualifikasi yang tepat dan dengan beban yang
rasional, tidak overloaded an tidak terlalu ringan agar mencapai
pelaksanaan secara efektif dan efisien, dan Pengadaan dan pengembangan
mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan.83
Sebelum pandemi, tahfidz al jami‟ah memiliki program setiap
bulannya yang disebut sebagai rangking hafalan. Kegiatan ini bertujuan
untuk memfilter perkembangan santri dalam pembacaan dan penghafalan
Quran. Perkembangan ini rutin dilakukan pada setiap bulannya guna untuk
mengetahui perkembangan dan mengevaluasi program tahfidz.
Alhamdulillah dengan adanya program perincian bulanan, Tahfidz Al-
Jamiah sudah banyak meraih prestasi-prestasi baik di tingkat Daerah
maupun di tingkat Nasional. Hadirnya prestasi yang membanggakan ini,
tidak lepas dari sistem pengorganisasian yang efektif. Dengan adanya
83
Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan …, h. 150
manajemen yang berkualitas maka akan melahirkan generasi-generasi
yang berkualitas terkhususnya di bidang Qurani.
Pada masa pandemi ini sistem setoran hafalan dilaksanakan secara
via online. Untuk program menyetor hafalan tahfidz sifatnya tergantung
dengan pembina masing-masing. Yang terpenting adalah bagaimana
ma‟had al-jami‟ah bisa mencetak generasi penghafal quran dan sistem
pengorganisasiannya diserahkan kepada pengurus ma’had terkhusunya
para pembinanya. Karena di ma’had ini mahansatri wajib memiliki jumlah
hafalan sesuai dengan regulasi dari ma’had al jamiah.
Secara organisasi, disini juga ada sistem tutor sebaya yang mana
tutor sebaya itu biasanya mahasantri baru itu bisa belajar menghapal
kepada mahasantri tingkat atas secara oraganisasi mungkin sebelum
menyetoran kepada ustad-ustadaznya mahasantri harus yang masih sedikit
hapalanya bisa mencari patner atau menace kawan untuk menghapal untuk
saling menyimakan hapalannya jadi mungkn antara kawan satu semester
atau mungkin kawan-kawan yang lemah hafalanya lepada kawan yang
kuat hapalannya jadi biisa saling mendukung bisa saling memeriksa bisa
saling cek hapalannya saling membenarkan hafalannya.
Sebelum mahasantri menyetorkan hafalannya kepada ustad atau
ustadanya mereka saling berkerja sama saling mendengarkan saling
menyimak hafalan dan saling membenarkan bacaan artinya saat mereka
menyetorkan hapalannya kepada ustad-ustadaznya bacaanya sudah baik,
bacaanya sudah lancar karena sudah dicek sudah diperiksa antara
mahasantri jadi sistemnya seperti itu kemudian mungkin kalau pada masa-
masa situasi normal semua hapalan tingkat sema‟had dari semester atas
sampai semester baru kemudian nanti dilaporkan kepada rektor tentang
perkembangan hafalan-hafalan maha santrinya dirangking dicek setiap
bulannya ada rangking secara umum mahasantri (Lihat lampiran 5).
Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh Khalid bahwa
program pendidikan menghafal (tahfidz) Al-Qur‟an adalah program
menghafal Al-Qur‟an dengan mutqin (hafalan yang kuat) terhadap lafazh-
lafazh Al-Qur‟an dan menghafal makna-maknanya dengan kuat yang
memudahkan untuk menghindarkannya setiap menghadapi berbagai
masalah kehidupan, yang mana Al-Qur‟an senantiasa ada dan hidup di
dalam hati sepanjang waktu sehingga memudahkan untuk menerapkan dan
mengamalkannya.84
Dan juga karena Tahfidz Al-Qur‟an merupakana cara
untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian Al-Qur‟an yang
diturunkan Allah kepada Nabi Muhammmad saw diluar kepala agar tidak
terjadi perubahan dan kepalsuan serta dapat menjaga diri dari kelupaan
baik secara keseluruhan maupun sebagian.
84
Khalid Bin Abdul Karim Al-Lahim, Mengapa Saya Menghafal Al-Qur’an,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat
disimpulkan bahwa Pertama, program tahfidz ini merupakan program yang
wajib dilaksanakan oleh seluruh mahasantri ma‟had IAIN Bengkulu yang
mana proses kegiatan pada program tahfidz di Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN
Bengkulu dilihat dari waktu pelaksanaannya untuk menghafal dan setoran
hafalan dilaksanakan empat kali dalam satu minggu. Sifatnya fleksibel sesuai
dengan kesepakatan dengan mentoring masing-masing, tetapi dalam waktu
satu minggu tersebut, kegiatan pelaksanaannya harus rutin, untuk agen
pelaksana dari progam Tahfidz Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu adalah
seluruh ustadz-ustadzah yang sudah dimanahkan atau dipercayai untuk
menjadi pembina atau mentoring mahasantri.
Kedua, pengorganisasian program tahfidz al-Qur‟an di ma’had putri
IAIN Bengkulu disusun berpedomankan atas syarat lulus dari Ma‟had ini
harus memiliki target hafalan al-Quran minimal lima juz, sehingga
pengorganisasiannya yaitu diawali dengan penyampaian target pendidikan
yang sudah dirumuskan sejak awal dan sudah disosialisasikan kepada para
santri dan juga orangtua seperti untuk dalam jangka pendek mahasantri sudah
bisa hafal 1 ayat/hari, sedangkan untuk jangka panjang, mahasantri diwajibkan
menghafal al-Quran minimal 5 Juz al-Quran dalam jangka kurang lebih 4
76
tahun, langkah kedua adalah perincian tenaga pembimbing atau disebut ustad,
pembagian tugas kerja, pengelompokan tugas dan mahasantri, menetapkan
mekanisme kerja dan monitoring secara berkala hasil pencapaian hafalan
mahasantri, dan bagi yang telah mencapai target dilakukan wisuda dan
diberikan piagam.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang
hendak penulis sampaikan yaitu:
1. Prodi Manajemen Dakwah dimasa mendatang perlu mempertimbangkan
studi-studi tentang program pure/islam diorganisasi sebagai bentuk
pengutan lokos studi manajemen dakwah.
2. Untuk Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu, agar dapat membuat
manajemen waktu agar tercipta ketertiban dan kedisiplinan dalam proses
menghafal dan setoran tahfidz supaya tercipta mahasantri yang bukan
hanya sebagai hafidz/hafidzah saja tetapi berkepribadian yang mandiri dan
disiplin untuk kedepannya. Serta menambah target hafalan bagi mahasantri
untuk hafalan hariannya karena statusnya sebagai mahasantri.
3. Untuk mahasiswa Perlunya kesadaran terkhusunya di kampus Islam akan
eksistensi hafalan quran karena dalam persepktif masyarakat bahwa
kampus Islam memiliki orientasi untuk menciptakan generasi yang
Qurani.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maturidi, Mansur. 2013. Ma’had Al-Jami’ah Sebagai Wadah Penanaman
Nilai Islami, diakses https://www.academia.edu,
Arief, Bowo. 2008. Pengorganisasian. Jakarta: Fak. Ekonomi Universitas
Mercubuana
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2004. Evaluasi Program
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2006. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Bogdan, Robert & Steven J. Taylor alih bahasa Arief Furchan. 1992. Pengantar
Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usana Offset Printing
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grafindo
Persada
Engkoswara dan Aan Komariah. 2012. Administrasi Pendidikan. Bandung:
Alfabeta
Fathurrohman, Muhammad. 2012. Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu
Pendidikan Islam Peningkatan Lembaga Pendidikan Islam Secara Holistik
(Praktik Dan Teori). Yogyakarta: Teras
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan Al-Kafi, Bandung :
Diponegoro, 2013
Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur’an dan Terjemah Al-Jumanatul ‘Ali Seuntai
Mutiara yang Maha Luhur, Bandung: J-Art
Handoko, T. Hani. 1997. Manajemen Edisi 2, Yogyakarta: BPFE
Hanizar, Dewi Siti dkk. 2014. “Pengelolaan Program Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat”. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK),
3(11): 1-13
Harun, Rochajat. 2007. Metode Penelitian Kualitatif untuk Pelatihan. Bandung:
Alfabeta
Hasibuan, Malayu S.P. 2008. Orgaisasi dan Motivasi. Jakarta: PT Bumi Aksara
Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba
Humanika
Http://Pendis.Kemenag.Go.Id/Index.Php?A=Detilberita&Id=697
https://iainbengkulu.ac.id/index.php/sejarah/,
Iskandar. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press
Karni, Asrori S. 2010. Etos Studi Kaum Santri: Wajah Baru Pendidikan Islam.
Bandung: Mizan Pustaka
Kenelak, Dinus dkk. 2016. “Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan
Pada Koperasi Serba Usaha Baliem Arabica di Kabupaten Jayawijaya”.
Jurnal Administrasi Bisnis, 4(4): 1-10
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-10. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005
Strauss, Anselm & Juliet Corbin. 2009. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Lukens-Bull, Ronald Alan. 2004. Jihad Ala Pesantren. Yogyakarta: Gama Media
Pio, Riane Johnly. 2017. “Perencanaan dan Pengembangan Karir”. Seminar
Nasional TIK dan Ilmu Sosial (SocioTech) 2017, ISBN: 978-602-17488-2-
4 10, 207-215
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Qomar, Muzammil. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Rusdiana. 2017. Pengantar Evaluasi Program Pendidikan. Medan: Perdana
Sevilla. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI-Press
Solihin. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Pemikiran Keislaman. Bandung: Pustaka
Setia
Siagian, Sondang P. 2007. Fungsi-fungsi Manajerial. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sugijono. 2015. “Penilaian Kinerja Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia”.
Orbith. 11(3): 214-222
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R & D. Jakarta:
Alfabeta
Suryana, Yaya, Dkk. 2018. “Manajemen Program Tahfidz Al-Qur‟an”, ISEMA:
Jurnal Islamic Educational Management. 3(2): 220-230
Terry. 2003. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara
Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren, Jakarta: Gema Insani Press, 1997
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
A. Data Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Jabatan :
Alamat :
B. Informan Penelitian
1. Bagaimana program tahfidz di Ma‟had Al-Jami‟ah UINFAS Bengkulu
2. Apa saja visi misi program tahfidfz Ma‟had Al-Jami‟ah UINFAS
Bengkulu
3. Bagaimana pengorganisasin program tahfidz di Ma‟had Al-Jami‟ah
UINFAS Bengkulu?
4. Bagaimana pembagian kerja di program tahfidz ini?
5. Bagaimana metode penentuan program kegiatan?
6. Bagaimana cara penentuan mekanisme kerja dalam pengorganisasian
program tahfidz Al-Jami‟ah?
7. Bagaiman sistem monitoring dalam pengorganisasian program tahfidz
Al-Jami‟ah?
8. Siapa saja pihak pelaksana program tahfidz Al-Jami‟ah?
9. Apa saja faktor pendorong terlaksananya program tahfidz Al-Jami‟ah?
10. Prestasi apa saja yang sudah dicapai dari program tahfidz ini?
11. Apa saja indikator terealisasinya program tahfidz ini?
Lampiran 2
PEDOMAN OBSERVASI
Observasi sekaligus pengamatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini, yaitu
melakukan pengamatan tentang bagaimana pengelolaan pengorganisasian
program tahfidz ma‟had al jamiah UINFAS Bengkulu, meliputi :
1. Mengamati lokasi dan profil dar Ma‟had Al-Jami‟ah UINFAS Bengkulu.
a. Alamat dan Lokasi Ma‟had
b. Visi dan misi program tahfidz Ma‟had UINFAS Bengkulu
2. Mengetahui struktur dari program tahfidz Ma‟had Al-Jami‟ah UINFAS
Bengkulu
3. Mengetahui perealisasian program tahfidz
4. Mengetahui tujuan program tahfidz
Lampiran 3
PEDOMAN DOKUMENTASI
Dokumentasi ini merupakan kumpulan dokumen yang dapat memberikan
informasi atau data tambahan yang dapat djadikan bukti konkret dalam proses
pengumupulan data penelitian.
1. Mengambil foto atau gambar lokasi penelitian
2. Mengambil foto pada saat melakukan wawancara dengan informan
3. Mengambil rekaman berupa audio pada saat melakukan wawancara
dengan informan
4. Meminta data yang berkaitan dengan penelitian
Lampiran 5
TABEL
PERINGKAT HAFALAN MAHASANTRI MA’HAD AL-JAMIAH UIN
FATMAWATI SUKARNO BENGKULU TH. 2021/2022
Nomor
Peringkat
Nama
Batas Setoran
Jumlah Setoran
Ket
1 Permata Puncak Siregar
As-Sajadah : 30/Juz 21 21 Juz 2 Agung Adi Nugroho Al-Isra: 17/Juz 15 15 Juz 2 lembar
3 Alek Sudarmanto Hud: 57/Juz 12 10 Juz 2 lembar
4 Gilang Ramadhan At-Taubah: 7/Juz 10 10 Juz 3 ½ lembar
5 Yomi Diana Aprilia Al-Anfal: 45/Juz 9 10 Juz ½ lembar 6 Nurshenly
Margaretha Al-Anfal: 40/Juz 9 10 Juz
7 Sindi Lestari Al-A‟raf: 187/Juz 9 9 Juz 6 ½ lembar 8 Yusi Apriani Al-A‟raf: 137/Juz 9 9 Juz 2 ½ lembar
9 Anna Ma‟rufa Al-A‟raf: 104/Juz 9 9 Juz 1 lembar
10 Dinda Mulyani Al-A‟raf: 87/Juz 8 9 Juz 11 Ike Mita Permagari Al-A‟raf: 87/Juz 8 9 Juz
12 Reski Indah Widi A Al-A‟raf: 30/Juz 8 8 Juz 8 lembar 13 Hidayati Al-A‟raf: 22/Juz 8 8 Juz 5 lembar
14 Isti Rahayu Al-A‟raf: 22/Juz 8 8 Juz 5 lembar
15 Hariish Al-A‟raf 16 Yuni Kartika Hakim
P Al-An‟am:165/Juz 8 8 Juz 4 ½ lembar
17 Yurike Karlinda Al-An‟am:157/Juz 8 8 Juz 4 lembar 18 Winda
Widyaningrum Al-An‟am:151/Juz 8 8 Juz 3 ½ lembar
19 Sila Rahmawati Al-An‟am: 137/Juz 8 8 Juz 2 lembar 20 Ega Rizki Ardia Al-An‟am: 124/Juz 8 8 Juz 1 lembar
21 Putri Yanti Al-An‟am: 124/Juz 8 8 Juz 1 lembar
22 Pelangi Cornilia Al-An‟am: 118/Juz 8 8 Juz ½ lembar 23 Deka Dewantara Al-An‟am: 110/Juz 7 8 Juz
24 Meidia Al-An‟am: 94/Juz 7 7 juz 9 lembar 25 Indah Juni Permata
Sari Al-An‟am: 35/Juz 7 7 Juz 5 lembar
26 Adi Susanto Al-Maidah: 120/Juz 7 7 Juz 3 lembar 27 Nurul Azmi
Nasution Al-Maidah: 113/Juz 7 7 Juz 2 ½ lembar
28 Ade Fatonah Al-Maidah: 95/Juz 7 7 Juz 1 lembar
29 Rani Simamora Al-Maidah: 36/Juz 6 6 Juz 6 lembar 30 Adi Meiyanto Al-Miadah: 7/Juz 6 6 Juz 2 ½ lembar
31 Anisa Rahma Fitri An-Nisa: 175/Juz 6 6 juz 2 lembar 32 Devi Saraswati An-Nisa: 154/Juz 6 6 juz ½ lembar
33 Heni Rumiatun An-Nisa : 147/ Juz 5 6 juz
34 M. Rois Tamami An-Nisa : 86/ Juz 5 5 juz 5 lembar
35 Ilham Dimas An-Nisa: 59/ Juz 5 5 juz 3 lembar
36 Tia Kurniawati An-Nisa: 44/ Juz 5 5 juz 2lembar 37 Pajri Rondoni An-Nisa; 33/ Juz 5 5 juz 1 lembar
38 Miftahul Huda An-Nisa: 26/ Juz 5 5 juz ½ lembar 39 Helta Paramida
Utami An-Nisa: 23/ Juz 4 5 juz
40 Reinaldi An-Nisa: 14/ Juz 4 4 juz 9 lembar 41 Syahrul Mubin Ali-Imran: 200/ Juz 4 4 juz 7 ½ lembar
42 Rahmadi Iqles Ali-Imran: 154/ Juz 4 4 Juz 4 ½ lembar 43 Indri Novia Ali-Imran: 196/ Juz 4 4 juz 7 lembar
44 Haja Aulia Ali-Imran: 173/ Juz 4 4 juz 5 ½ lembar 45 Elda Ali-Imron: 165/ Juz 4 4 juz 5 lembar
46 Aminah Ali-Imron: 140/ Juz 4 4 juz 3 lembar 47 Jumira Ali-Imron: 140/ Juz 4 4 juz 3 lembar
48 Nurul Kastia Syahfitri
Ali-Imran: 22/ Juz 4 4 juz 2 ½ lembar 49 Padli Wirawan Ali-Imran:115/ Juz 4 4 juz 1 ½ lembar
50 Penti Junita Ali-Imran: 115/ Juz 4 4 juz 1 ½ lembar 51 Uni Hestia Ali-Imran: 115/ Juz 4 4 juz 1 ½ lembar
52 Andrea desta Ali-Imran:108/ Juz 4 4 juz 1 lembar 53 Zapia Agustina Ali-Imran:100/ Juz 4 4 juz ½ lembar
54 Masruri Ali-Imran:70/ Juz 3 3 juz 8 ½ lembar 55 Widya Dara Ali-Imran: 70/ Juz 3 3 juz 8 ½ lembar
56 Yeti Purnama Ali-Imran: 52/ Juz 3 3 juz 7 ½ lembar 57 Lola Pitaloka Ali-Imran: 29/ Juz 3 3 juz 6 lembar
58 Anton Legowo Al-Baqarah: 282/ Juz 3 3 juz 3 ½ lembar 59 Elina Septika sari Al-Baqarah: 269/ Juz 3 3 juz 2 lembar
60 Isma Nur Al-Baqarah: 269/ Juz 3 3 juz 2 lembar 61 M. Aji Nugroho Al-Baqarah:269/ Juz 3 3 juz 2 lembar
62 Deny Eka Al-Baqarah: 259/ Juz 3 3 juz 1 lembar 63 Ulfa Mutmainnah Al-Baqarah:259/ Juz 3 3 juz 1 lembar
64 Maliya Al-Baqarah: 252/ Juz 2 3 juz 65 Ainurrohma Al-Baqarah: 245/ Juz 2 2 juz 9 lembar
66 Sarah Azizah Al-Baqarah: 245/ Juz 2 2 juz 9 lembar 67 Devi Anggraini Al-Baqarah: 210/Juz 2 2 Juz 5 ½ lembar
68 Neneng Apriyanti Al-Baqarah: 210/Juz 2 2 Juz 5 ½ lembar 69 Dilla Nurhafifa Al-Baqarah: 202/Juz 2 2 Juz 5 lembar
70 Wahidatus Sholihah Al-Baqarah: 196/Juz 2 2 juz 41/2 lembar 71 Putri Fabela Al-Baqarah: 181/Juz 2 2 Juz 3 lembar
72 Meiza Sapitri Al-Baqarah: 176/Juz 2 2 Juz 2 ½ lembar 73 Zahrotul Mardiyah Al-Baqarah: 145/Juz 2 2 Juz ½ lembar
74 Karselawati Al-Baqarah: 134/Juz 1 1 Juz 9 ½ lembar 75 Ichsan Chaidar Al-Baqarah: 112/Juz 1 1 Juz 8 lembar
76 Amanah Al-Baqarah: 101/Juz 1 1 Juz 7 lembar 77 Neti Agustari Al-Baqarah: 101/Juz 1 1 Juz 7 lembar
78 Winda Anggriani Al-Baqarah: 101/Juz 1 1 Juz 7 lembar
79 Salma Azhar Fitria Al-Baqarah: 93/Juz 1 1 Juz 6 ½ lembar 80 Ayu Trisnawati Al-Baqarah: 88/Juz 1 1 Juz 6 lembar
81 Indra Al-Baqarah: 83/Juz 1 1 Juz 5 ½ lembar 82 Novvyta Rahmadina Al-Baqarah: 83/Juz 1 1 Juz 5 ½ lembar
83 Alena Sang Putri Al-Baqarah:76/Juz 1 1 Juz 5 lembar 84 Eti Fakhriza Al-Baqarah: 76/Juz 1 1 Juz 5 lembar
85 Nana Kurnianto Al-Baqarah: 76/Juz 1 1 Juz 5 lembar 86 Putri Apriyani Al-Baqarah: 76/Juz 1 1 Juz 5 lembar
87 Utiya Inayatun Najah
Al-Baqarah: 76/Juz 1 1 Juz 5 lembar
88 Rasmiana Al-Baqarah: 74/Juz 1 1 Juz 4 ½ lembar 89 Friska Aulia Al-Baqarah: 70/Juz 1 1 Juz 4 ½ lembar
90 Lia Susanti Al-Baqarah: 69/Juz 1 1 Juz 4 ½ lembar 91 Silka Hidayati Al-Baqarah: 69/Juz 1 1 Juz 4 ½ lembar
92 Legin Yolanda Al-Baqarah: 64/Juz 1 1 Juz 4 lembar 93 Eliza Melya Sari Al-Baqarah: 61/Juz 1 1 Juz 4 lembar
94 Ginta Apriyanti Al-Baqarah: 61/Juz 1 1 Juz 4 lembar
95 Helmi Rosmelina Al-Baqarah: 57/Juz 1 1 Juz 3 ½ lembar 97 Silvi Wardani Al-Baqarah: 57/Juz 1 1 Juz 3 ½ lembar
98 Siti Fitri Nurhaliza Al-Baqarah: 48/Juz 1 1 Juz 3 lembar 99 Najmi Nur Afifah Al-Baqarah: 37/Juz 1 1 Juz 2 ½ lembar
100 Putri Insani Al-Baqarah: 37/Juz 1 1 Juz 2 ½ lembar
101 Deni Elva Riani Al-Baqarah: 29/Juz 1 1 Juz 2 lembar 102 Dygta Nur Putri Al-Baqarah: 29/Juz 1 1 Juz 2 lembar
103 Nisrina Al-Baqarah: 29/Juz 1 1 Juz 2 lembar 104 Olva Distia Al-Baqarah: 29/Juz 1 1 Juz 2 lembar
105 Risma Neviana Al-Baqarah: 29/Juz 1 1 Juz 2 lembar 106 Winda Ainurrahmi Al-Baqarah: 29/Juz 1 1 Juz 2 lembar
107 Demi Susanti Al-Baqarah: 25/Juz 1 1 Juz 1 ½ lembar
108 Fitri Kurnia Al-Baqarah: 24/Juz 1 1 Juz 1 ½ lembar 108 Hanna Azulaiha Al-Baqarah: 24/Juz 1 1 Juz 1 ½ lembar
109 Bariratul Inayah Al-Baqarah: 16/Juz 1 1 Juz 1 lembar 110 Nenti Reda Riyani Al-Baqarah: 16/Juz 1 1 Juz 1 lembar
111 Galih Budiatna Al-Mursalat/Juz 29 1 Juz 1 lembar 112 Hartono An-Naba‟/Juz 30 1 Juz
113 Indira Kirana An-Naba‟/Juz 30 1 Juz
114 Intan Wulan Sari An-Naba‟/Juz 30 1 Juz 115 Prima Dwi An-Naba‟/Juz 30 1 Juz
116 Muhammad Farhan An-Naba‟/Juz 30 1 Juz 117 Cici Nuryani An-Naziat/Juz 30
118 Naza Ardelia Putri „Abasa/Juz 30 119 M. Sholeh Effendi „Abasa/Juz 30
120 Hasza Jiwanda At-Takwir/Juz 30
121 M. Hanifudin Al-Infithar/Juz 30
122 Delli Oktavia Al-Insyqaq/Juz 30
123 Septa Agusti Al-Insyqaq/Juz 30 124 Muhammad Nur
Wahib Al-Buruj/Juz 30
125 Vazila Zahra Al-Buruj/Juz 30
126 Asry Nurma Ningsih At-Thariq/Juz 30 127 Nur Hafis At-Thariq/Juz 30
128 Mustalifah At-Thariq/Juz 30 129 Cici Natalia Al-A‟la/Juz 30
130 Amrina Sihombing Al-Ghasyiah/Juz 30 131 Novi Ayu Harahap Al-Ghasyiah/Juz 30
132 Sizen Nugita Asy-Syam/Juz 30 133 Rahma Asy-Syam/Juz 30
134 Reska Asy-Syam/Juz 30 135 Elvita Fitriani Al-Bayyinah/Juz 30
Foto wawancara peneliti dengan pengurus Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu
ustad iwan
Foto wawancara peneliti dengan salah satu mentoring (April) program tahfidz di
Ma‟had Al-Jami‟ah Putri IAIN Bengkulu