PENGORGANISASIAN PROGRAM TAHFIDZ AL-QUR'AN DI ...

125
PENGORGANISASIAN PROGRAM TAHFIDZ AL-QUR’AN DI MA’HAD PUTRI IAIN BENGKULU SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Dalam Bidang Manajemen Dakwah Oleh : GUSTI ALEKI IKTIANNA NIM. 1711330028 PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH JURUSAN DAKWAH FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO (UIN FAS) BENGKULU TAHUN 2022 M/1443H

Transcript of PENGORGANISASIAN PROGRAM TAHFIDZ AL-QUR'AN DI ...

PENGORGANISASIAN PROGRAM TAHFIDZ AL-QUR’AN

DI MA’HAD PUTRI IAIN BENGKULU

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Dalam Bidang Manajemen Dakwah

Oleh :

GUSTI ALEKI IKTIANNA

NIM. 1711330028

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO

(UIN FAS) BENGKULU

TAHUN 2022 M/1443H

ABSTRAK

Gusti Aleki Iktianna, NIM. 1711330028. 2022. Pengorganisasian Program

Tahfidz Al-Qur’an di Ma’had Putri IAIN Bengkulu.

Program tahfidz quran di ma‟had putri IAIN Bengkulu ini merupakan program

yang wajib bagi mahasantri. Mahasantri di tuntut untuk bisa menghafal quran

sesuai dengan batas minimal yang telah ditentukan dari pihak ma‟ahad. Adapun

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana program tahfidz al-

qur‟an berlangsung di ma’had putri IAIN Bengkulu?, 2)Bagaimana

pengorganisasian program ma’had putri IAIN Bengkulu mengelola program

tahfidz al-qur‟an?. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)

dengan pendekatan menggunakan pendekatan kualitatif. SUmber data

menggunakan sumber data primer yakni hasil wawancara dengan informan dan

data sekunder yakni dokumen-dokumen kegiatan. Berdasarkan Hasil penelitian

dan pembahasan, maka diketahui bahwa Pertama, program tahfidz ini merupakan

program yang wajib dilaksanakan oleh seluruh mahasantri IAIN Bengkulu yang

mana proses kegiatan pada program tahfidz di Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu

dilihat dari waktu pelaksanaannya untuk menghafal dan setoran hafalan

dilaksanakan empat kali dalam satu minggu. Sifatnya fleksibel sesuai dengan

kesepakatan dengan pementor masing-masing, tetapi dalam waktu satu minggu

tersebut, kegiatan pelaksanaannya harus rutin, untuk agen pelaksana dari progam

Tahfidz Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu adalah seluruh ustadz-ustadzah yang

sudah dimanahkan atau dipercayai untuk menjadi pembina atau pementor

mahasantri. Selain itu, juga ditunjuk pementor sebaya yang mana diambil dari

mahasantri yang hafalan al-Qur‟annya di atas 5 juz dan sudah dianggap mahir

dibidang tahfidz untuk mementori adik tingkat atau yang masih dibawah pementor

jumlah hafalannya. Kedua, pengorganisasian program tahfidz al-Qur‟an di

ma’had putri IAIN Bengkulu disusun berpedomankan atas syarat lulus dari

Ma‟had ini harus meiliki target hafalan al-Quran minimal lima juz, sehingga

pengorganisasiannya yaitu diawali dengan penyampaian target pendidikan yang

sudah dirumuskan sejak awal dan sudah disosialisasikan kepada para santri dan

juga orangtua seperti untuk dalam jangka pendek mahasantri sudah bisa hafal 1

ayat/hari, sedangkan untuk jangka panjang, mahasantri diwajibkan menghafal al-

Quran minimal 5 Juz al-Quran dalam jangka kurang lebih 4 tahun. Kemudian

langkah pengorganisasian selanjutnya adalah perincian tenaga pembimbing atau

disebut ustad, pembagian tugas kerja, pengelompokan tugas dan mahasantri,

menetapkan mekanisme kerja dan monitoring secara berkala hasil pencapaian

hafalan mahasantri, dan bagi yang telah mencapai target dilakukan wisuda dan

diberikan piagam.

Kata Kunci: Pengorganisasian, Program Tahfidz Al-Qur’an

KATA PENGATAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan ridho-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengorganisasian Program Tahfidz Al-Qur’an di Ma’had Putri IAIN

Bengkulu”. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad

Saw. yang telah berjuang membawa kebenaran dan rahmat bagi seluruh umat

manusia, mudah mudahan kita semua diakui sebagai umatnya serta mendapatkan

syafaat di akhir nanti.

Adapun tujuan pembuatan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk meraih

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Manajemen Dakwah (MD)

Jurusan Dakwah Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah Universitas Islam

Negeri Fatmawati Sukarno (UIN FAS) Bengkulu. Dalam proses penyusuan

skripsi ini penulis mendapatkan dukungan dan bantuan baik pemikiran maupun

bimbingan dari beberapa pihak. Dengan demikian penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sirajuddin M, M.Ag, MH, selaku Rektor IAIN Bengkulu

periode 2017-2021 yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut

ilmu kampus hijau tercinta dan Prof. Dr. KH. Zulkarnain Dali, M.Pd selaku

Rektor UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu periode 2021-2025.

2. Dr. Suhirman M.Pd selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah

IAIN Bengkulu Periode 2017-2021 dan Dr. Aan Supian, M. Ag selaku

Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah UIN Fatmawati Sukarno

Bengkulu periode 2021-2025

3. Ibuk Rini Fitria, S.Ag. M.Si selaku Ketua Jurusan Dakwah IAIN Bengkulu

Periode 2017-2021 dan Bapak Wira Hadikusuma S.Sos I M.Si selaku Ketua

Jurusan Dakwah UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu Periode 2021-2025.

4. Bapak Ashadi Cahyadi, MA selaku Ketua Program Studi Manajemen

Dakwah IAIN Bengkulu Periode 2017-2021

5. Bapak Ihsan Rahmat, MPA selaku Koordinator Program Studi Manajemen

Dakwah UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu Periode 2021-2025 sekaligus

Pembimbing Dua dalam Penulisan Skripsi.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii

PENGESAHAN ................................................................................................... iii

MOTTO ................................................................................................................ iv

PERSEMBAHAN ................................................................................................... v

SURAT PERNYATAAN .................................................................................... vi

SURAT KETERANGAN UJI PLAGIASI SKRIPSI ...................................... vii

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 7

D. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 7

E. Kajian Penelitian Terdahulu .................................................................. 8

F. Sistematika Penulisan Skripsi .............................................................. 12

BAB II KERANGKA TEORI

A. Pengorganisasian .................................................................................. 13

1. Pengertian Pengorganisasian .......................................................... 13

2. Komponen Pengorganisasian ........................................................ 16

3. Proses Pengorganisasian ............................................................... 26

B. Program Tahfidz Al-Qur‟an ................................................................ 28

1. Pengertian Program ...................................................................... 28

2. Pengertian Tahfidz Al-Qur‟an ........................................................ 29

C. Konsep Ma‟had .................................................................................... 31

1. Pengertian Ma’had ........................................................................ 31

2. Ruang Lingkup Pengelolaan Ma’had ............................................. 39

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian ..................................................................................... 41

B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 42

C. Sumber Data ........................................................................................ 42

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 43

E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 46

F. Teknik Keabsahan Data ....................................................................... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu ..........................................48

B. Gambaran Umum Program Tahfidz Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu ........ 52

C. Hasil Penelitian .................................................................................. 54

D. Pembahasan ......................................................................................... 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 76

B. Saran .................................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Menghafal al-Qur‟an merupakan aktivitas yang dapat dilakukan

semua orang. Menghafal al-Qur‟an adalah salah satu cara untuk memelihara

kemurnian al-Qur‟an. Oleh karena itu, beruntunglah bagi orang-orang yang

dapat menjaga al-Qur‟an dengan cara menghafalkannya. Sedangkan al-Qur‟an

sendiri adalah kalam Allah SWT yang berfungsi sebagai petunjuk atau

pedoman bagi ummat manusia. Untuk memahami isi kandungan al-Qur‟an

yaitu dengan cara menghafalkan dan mengamalkannya dalam kehidupan

sehari-hari. Menghafal al-Qur‟an merupakan sebuah program. Sebuah

program harus diatur apalagi dalam hal menghafalkan al-Qur‟an harus

membuat program yang sesuai dengan aturan yang tertata rapi dalam sebuah

manajemen.

Pengorganisasian merupakan salah satu proses terlaksananya

manajemen pada suatu organisasi. Beberapa defenisi menunjukan bahwa

manajemen adalah suatu proses yang sistematis dalam melakukan kegiatan

organisasi. Proses manajemen secara umum mengikuti langkah-langkah

merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan.1

Manajemen dapat diartikan semua kegiatan yang diselenggarakan oleh

seseorang atau lebih dalam suatu kelompok atau organisasi, untuk mencapai

1 Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.

94

1

tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pegelolaan adalah kemampuan atau

keterampilan khusus untuk melakukan kegiatan, baik bersama orang lain atau

melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi. Manajemen atau

pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari

proses pengelolaan secara keseluruhan. Alasannya, tanpa manajemen tidak

mungkin suatu tujuan dapat terwujud secara optimal. Dalam hal inilah tumbuh

kesadaran akan pentingnya manajemen dalam mengatur suatu pengelolaan

program untuk dapat terlaksana.

Pengorganisasian (organizing) adalah 1) penentuan sumber daya-

sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan

organisasi, 2) perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok

kerja yang akan dapat “membawa” hal-hal tersebut kearah tujuan, 3)

penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian, 4) pendelegasian

wewenang yang diperlukan kepada individu- individu untuk melaksanakan

tugas-tugasnya. Fungsi ini menciptakan struktur formal dimana pekerjaan

ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan.2

Mengorganisasikan sangat penting dalam manajemen karena membuat

posisi orang jelas dalam struktur dan pengerjaannya dan melalui pemilihan,

pengalokasian, dan pendistribusian kerja yang profesional, organisasi dapat

mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Dalam mengorganisasikan

seorang manejer atau kepala sekolah jelas memerlukan kemampuan

memahami sifat pekerjaan (job specification) dan kualifikasi orang yang harus

2 T. Hani Handoko, Manajeman, (Yogyakarta: BPFE, 2011), h. 24

mengisi jabatan. Dengan demikian kemampuan menyusun personalia adalah

menjadi bagian pengorganisasian.3

Penelitian yang dilakukan oleh Y, Surian dan dian, S. Nuriaeni

tentang pondok pesantren tahfidz al-Quran Assalaam yang merupakan sistem

pondok pesantren yang bertujuan agar santri dapat berakhlak mulia, mandiri

dan memiliki kompetensi terlebih dalam menghafal al-Quran. Adapun yang

menjadi prioritas pendidikan di pondok pesantren tahfidz al-Quran bagaimana

manajemen yang efektif4.

Proses belajar mengajar dan pelayanan administrasi dapat terlaksana

dengan baik diperlukan adanya sistem pengorganisasian yang baik.

Pengorganisasian yang baik dapat memotivasi tenaga kependidikan atau ustad

pembina program dan santri untuk bekerja dengan baik dalam pelaksanaan

proses belajar mengajar sehingga akan menghasilkan para tahfidz seperti yang

diharapkan. Sangatlah beralasan, untuk dapat mencapai program tahfidz di

ma’had putri IAIN Bengkulu, maka diperlukan pengorganisasian program

tahfidz secara maksimal, meningkatkan pembagian tugas dan tanggungjawab

yang telah disusun oleh pimpinan pondok pesantren serta tenaga kependidikan

lainnya, di samping itu perlu diupayakan meningkatkan motivasi para santri

dalam menghapal Al-Qur‟an, dengan berbagai hal yang dapat merangsang

santri untuk meningkatkan kemampuan menghapal Al-Qur‟annya.

Institut Agama Islam Negeri Bengkulu (IAIN Bengkulu) adalah

sebuah perguruan tinggi Islam negeri di Bengkulu, Indonesia. Perguruan

3 Engkoswara dan Komariah, Administrasi Pendidikan …, h.. 95

4 Y, Surian, dian, S. Nuriaeni: Manajemen Program Tahfidz Al-Qur’an. Vol. 3,No. 2,

Desember 2018 M/1440 H

tinggi ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari Fakultas Syariah IAIN

Raden Fatah, yang kemudian dialih statuskan menjadi sekolah tinggi agama

Islam negeri. Sejak tahun 2012, STAIN Bengkulu berubah status menjadi

institut agama Islam negeri berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 51,

tanggal 25 April 2012,5 di dalam organiasi IAIN Bengkulu terdapat beberapa

bidang pengelolahan salah satunya adalah Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN

Bengkulu.

Pada program Tahfidz Quran di Ma‟had Al Jamiah IAIN Bengkulu

diharapan bisa menciptakan generasi Qurani yang bertakwa kepada Allah

Subhanahu Wa Ta‟ala. Selama ini dari progam tahfiz di Ma‟had Al-Jamiah

sudah banyak menghasilkan para-para penghafal al-quran yang berprestasi, hal

ini terbukti ketika mahasantri sudah sering melakuan perlombaan dan

memperoleh juara lomba tahfidz quran baik di tingkat daerah maupun tingkat

nasional. Hal tersebut mengindikasi keberhasilan Ma‟had IAIN Bengkulu

untuk dapat melahirkan para penghafal al-Quran.

Program tahfidz ini sangat membantu orientasi Ma‟had Al-Jami‟ah

untuk mencapai tujuan yang diharapkan yakni menciptakan mahasantri yang

mampu menguasa baik di bidang intelektual maupun spiritual. Dasar atau

landasan pembinaan keagamaan telah dijelaskan dalam al-Qur‟an bahwa

manusia dianjurkan berbuat baik menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari

berbuat munkar, terdapat dalam surah Ali Imran/3:104, Allah Swt berfirman:

5 https://iainbengkulu.ac.id/index.php/sejarah/, diakses tanggal 8 Februari 2021

لمعروف وينون ع لخي ويأمرون بأ

ل أ

يدعون إ

ة نك أم ئك ه ولتكن م لمنكر وأول

ن أ

لمفلحون ٤٠١أ

Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh berbuat yang ma‟ruf, dan mencegah

dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang

beruntung”.6

Sebagai salah satu program kegiatan keagamaan di Ma‟had Al-

Jami‟ah IAIN Bengkulu, program tahfidz quran di ma’had putri IAIN

Bengkulu ini merupakan program yang diwajibkan bagi mahasantri.

Mahasantri di tuntut untuk bisa menghafal al-Quran sesuai dengan batas

minimal yang telah ditentukan dari pihak ma’had yakni minimal hafalan 5 juz

untuk dapat lulus dari ma’had. Dan ma’had IAIN Bengkulu ini merupakan

salah satu lembaga yang cukup diminati masyarakat, hal itu terlihat dari

jumlah mahasantri yang mendaftar setiap tahunnya terus meningkat.

Selain itu dari hasil observasi awal penelitian di ma’had putri IAIN

Bengkulu, diketahui bahwa kemampuan mahasantri di ma’had ini tentunya

beragam, khusunya kemampuan menghafal al-Qur‟an. Meskipun untuk dapat

di terima di ma’had ini harus melalui tes membaca dan hafalan surat-surat

pendek, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kemampuan menghafal setiap

mahasantri tetap berbeda-beda. Selain itu, program tahfidz al-Qur‟an di

ma’had putri IAIN Bengkulu sejak berdirinya ma’had tersebut telah banyak

prestasi yang diperoleh dari program ini (lihat lampiran 4). Namun, tidak

jarang juga beberapa mahasantri yang mengundurkan diri dari program tahfidz

dan keluar dari ma’had karena merasa tidak mampu untuk menghafal sesuai

6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Al-Jumanatul ‘Ali Seuntai Mutiara

yang Maha Luhur, (Bandung: J-Art, 2004), h. 63

yang ditargetkan oleh pihak ma’had selain itu juga mereka menghadapi beban

akademik yang berupa tugas-tugas yang banyak dan sangat memberatkannya.

Untuk itu pihak ma’had harus sedemikian rupa mengupayakan

pengorganisasian semaksimal mungkin agar program tahfidz al-Qur‟an

tersebut dapat berjalan dengan baik.7

Selanjutnya, berdasarkan wawancara awal penelitian kepada Risda

yang merupakan salah satu mentoring mengatakan bahwa mahasantri yang

memang basiknya dari sekolah umum dan tidak ada program tahfidz

sebelumnya, memang merasakan cukup tertekan karena disaat yang

bersamaan dia harus menuntaskan seluruh tugas-tugas akademik yang mana

jika nilai akademiknya menurun terus-menerus, mereka akan dikenakan sangsi

hingga dikeluarkan dari ma‟had dan beasiswanya juga akan dicabut. Hal

tersebut dikarenakan kebanyakan mahasantri yang ada di ma’had merupakan

mahasiswa dengan beasiswa. Sedangkan disisi lainnya, mereka juga

dibebankan untuk menghafal Al-Qur‟an dengan sistem setoran minimal satu

kali dalam satu minggu sedangkan mereka belum terbiasa dalam hal

menghafal Al-Qur‟annya.8

Sebagaimana diketahui bahwa proses menghafal al-Qur‟an merupakan

perkara yang tidak mudah untuk dilakukan oleh manusia jika sekiranya

mereka tidak bisa meluangkan waktu, usaha dan segenap kemampuan.

Apabila semua sesuatu diawali dengan niatan yang baik dan bersungguh-

sungguh maka akan mendapatkan hasil yang maksimal dan memuaskan.

7 Observasi awal penelitian, Juli 2021

8 Risda, Wawancara Awal Penelitian, (Mentoring Sebaya Ma‟had Putri IAIN

Bengkulu), Tanggal 03 Juli 2021

Berdasarkan pada paparan di atas, maka peneliti ingin

mengungkapkan bagaimana pengorganisasian program tahfidz al-Qur‟an di

ma’had putri IAIN Bengkulu. Hal ini menarik untuk diteliti karena untuk

mengetahui bagaiamana pengorganisasian program tahfidz al-Qur‟an yang

baik dan efektif serta maksimal dalam melaksanakan tugas masing-masing

tenaga pendidik dan kependidikn dalam menjalankan program tahfidz al-

Qur‟an di ma’had putri IAIN Bengkulu. Oleh karena itu, penulis mengangkat

sebuah judul penelitian dengan judul “Pengorganisasian Program Tahfidz Al-

Qur‟an di Ma’had Putri IAIN Bengkulu”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, adapun rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah,

1. Bagaimana program tahfidz al-qur‟an berlangsung di ma’had putri IAIN

Bengkulu?

2. Bagaimana pengorganisasian program ma’had putri IAIN Bengkulu

mengelola program tahfidz al-qur‟an?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan seluruh proses kegiatan yang berlangsung pada

program tahfidz al-Qur‟an di ma’had putri IAIN Bengkulu.

2. Untuk menjelaskan mekanisme pengorganisasian program tahfidz di

ma’had putri IAIN Bengkulu.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang

pengorganisasian program tahfidz al-qur‟an di ma’had putri IAIN

Bengkulu. Selain itu, hasil dari Penelitian yang ada nantinya diharapkan

dapat menjadi salah satu acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Kegunaan Praktis

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi bagi

perguruan tinggi dalam mengelola ma’had santri putri IAIN Bengkulu

sehingga dapat meningkatkan mutu program keagamaan dan

pendidikan.

b. Secara institusional penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut

dalam mengembangkan manajemen pendidikan yang telah ada oleh

pengambil kebijakan.

E. Kajian Penelitian Terdahulu

1. Y, Surian, dian, S. Nuriaeni: Manajemen Program Tahfidz al-Qur‟an. Vol.

3, No. 2, Desember 2018 M/1440 H

Pondok Pesantren Tahfidz al-Qur‟an Assalaam merupakan sistem

pondok pesantren yang bertujuan agar santri dapat berakhlak mulia,

mandiri dan memiliki kompetensi terlebih dalam menghafal al-Qur‟an.

Pada program ini santri dibimbing oleh para ustadz/ustazah untuk bisa

menghafal ayat-ayat yang ada di dalam Al-Quran. Program Tahfidz Al-

Quran di Pondok Pesantren Tahfidz Al-Quran Assalaam Kota Bandung

sudah terstruktur dengan baik, hal ini dibuktikan mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi program tersebut.

2. Eva Fatmawati: Manajemen Pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an Vol. 4, No.

1, Juni 2019 M/1440 H.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 23

oktober 2017 di Pondok Pesantren Al-Ashr Al-Madani, ditemukan

permasalahan yakni, dalam proses pembelajarannya yaitu dalam

pemberian metode pembelajaran yang ada di pesantren tetapi belum sesuai

dengan kemampuan santri. Ketika para santri diberi metode penghafalan

tahfidz dengan metode yang dinamakan metode Cordoba yaitu metode

dengan sistem 3 jam 1 halaman dengan proses penghafalan diulang ulang

sampai hapal dengan waktu 3 jam 1 halaman, setoran hafalan metode ini

dilaksanakan selama 2 hari sekali kepada ustadz bagian tahfidz.

3. Milatur Rodhiyah: Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur‟an Al Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota

Salatiga Tahun 2016

Metode pembelajaran tahfidzul Qur‟an yang menggunakan dua

metode sorogan dan bandongan. Kalau sorogan mencakup setoran dan

taqrir, taqrir itu mengulang yang sudah dihafal. Kalau yang bandongan

contohnya seperti kegiatan minggu legi simaan bersama semua santri

tahfidz dipimpin langsung oleh Kyai.

4. Semin. Tesis: Manajemen Pendidikan Berbasis Budaya Pesantren dalam

Pembentukan Karakter Mahasiswa (Studi Atas Ma’had Al-Jamiah Ulil

Abshar STAIN Ponorogo).

Hasil penelitian diambil kesimpulan bahwa (1) Ma’had Al-Jamiah

Ulil Abshar STAIN Ponorogo melaksanakan 4 manajemen, yaitu

perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan pengawasan. (2) Nilai-nilai

kejujuran yang dimplementsikan, yaitu relegius, kejujuran, kedisiplinan,

tanggung jawab, toleransi, cinta lingkungan, dan menghargai prestasi.(3)

Faktor pendukung lingkungan ma’had yang kondusif, kepengasuhan

ma’had, guru yang profesional, biaya yang terjangkau, komitmen dan

kerja sama orang tua santri. Sedang faktor penghambat, yaitu sarpras yang

kurang memadai, heterogenitas mahasantri, pengaruh luar yang tidak yang

tidak sejalan dengan pendidikan karakter dan media informasi dan

teknologi.

5. Miss Nuriee Awae. Skirpsi: Manajemen Pembelajaran Agama Islam Pada

Ma’had Al-Islahiyah Ad-Diniyah di Patani (Selatan Thailand).

Hasil penelitian menyimpulkan 1) Perencanaan pembelajaran

Agama Islam pada Ma’had Al-Islahiyah Ad-Diniyah adalah Perencanaan

pembelajaran yang ideal ialah guru menggunakan strategi pelajaran aktif,

2) pengorganisasian pembelajaran Agama Islam pada Ma’had Al-Islahiyah

Ad-Diniyah adalah Secara langsung guru selalu melaksanakan tugas dalam

mendidik siswa dan memberikan reaksi jika siswa melanggar disiplin, 3)

pelaksanaan pembelajaran Agama Islam pada Ma’had Al-Islahiyah Ad-

Diniyah adalah Proses pelaksanaan pembelajaran di kelas, berpusat pada

guru atau berpusat pada siswa. Guru berusaha menyesuaikan materi,

strategi pembelajaran dan karakteristik siswa dan 4) pengawasan

pembelajaran Agama Islam pada Ma’had Al-Islahiyah Ad- Diniyah adalah

Kepala sekolah melakukan pengawasan di kelas terhadap guru bukan

semata-mata mencari kesalahan guru, tetapi bagaimana menjalankan usaha

perbaikan dalam pembelajaran.

6. Rini Estika. Skripsi: Pelaksanaan Pembinaan Keagamaan Mahasiswa di

Ma’had Al-Jami‟ah Putri Iain Palangka Raya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pelaksanaan pembinaan

keagamaan mahasiswa di ma’had al-Jami‟ah putri bertujuan untuk

memberikan penguatan ilmu-ilmu keislaman dan sebagai pembinaan

karakter, salah-satunya mahasiswa memiliki akidah yang lurus. (2)

Kendala-kendala Pembina kurang aktif dalam mengontrol setiap proses

pembinaan, kurangnya minat dan perhatian mahasiswa dalam mengikuti

pembinaan keagamaan, sarana dan prasarana kurang digunakan secara

optimal dalam melaksanakan pembinaan.

Pada penelitian terdahulu fokus pada manajemen tahfidz di ma‟had

al-jamiah dan pondok pesantren. Studi ini banyak menyebutkan

pengulangan dalam rangka pembinaan dalam hapalan al-qur‟an. Penelitian

ini berbeda dengan penelitan sebelumnya yaitu hanya fokus pada variabel

pengorganisasian. Kemudian ma’had putri di IAN Bengkulu diangkat

sebagai lokasi penelitian. Ini merupakan penelitian pertama yang

dilakukan dilokasi tersebut.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh serta

memudahkan pembahasan, sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi

menjadi lima bab sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian terhadap

penelitian terdahulu dan sistematika penulis.

BAB II Landasan teori dalam skripsi penelitian ini terdiri dari: teori

pengorganisasian, program tahfidz al-qur‟an dan pengertian

ma’had.

BAB III Metode penelitian terdiri dari: jenis penelitian, lokasi dan waktu

penelitian, informan penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, teknik analisi data dan teknik keabsahan

data.

BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan meliputi deskripsi wilayah

penelitan sejarah ma‟had al-jamiah IAIN Bengkulu, program

tahfidz ma’had al-jamiah, pengorganisasian program tahfidz di

ma‟had al-jamiah IAIN Bengkulu.

BAB V Merupakan bab penutup, yang meliputi kesimpulan berdasarkan

hasil pelaksanaan penelitian, dan saran-saran dari uraian bab

sebelumnya.

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pengorganisasian

1. Pengertian Pengorganisasian

Organisasi mempunyai arti umum yang pertama menandakan

suatu lembaga atau kelompok fungsional, seperti organisasi perusahaan,

rumah sakit atau perkumpulan suatu himpunan, kedua berkenanaan dengan

proses pengorganisasian cara dalam melaksanakan suatu kegiatan

keorganisasian di alokasikan dan ditugaskan di antara angota agar

tercapainya tujuan secara efisien.9

Organisasi sebagai suatu sistem sangat dibutuhkan oleh manusia.

Pengorganisaian (organizing) merupakan proses penyusunan struktur

organiasi/ perusahaan/ lembaga yang sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai lembaga tersebut dengan sumber daya yang dimilikinya dan

lingkungan yang menjadi ruang lingkupnya.10

Berdasarkan beberapa pengertian organisasi di atas, dapat penulis

simpulkan bahwa organisasi merupakan wadah atau tempat untuk orang

melakukan proses kerja sama dengan orang lain atau secara berkelompok

guna mecapai tujuan yang dirumuskan secara bersama-sama.

Dalam organisasi aktivitas yang dilakukan perlu adanya

pengaturan yang biasa disebut dangan pengorganisasian. Pengorganisasian

9 T. Hani Handoko, Manajemen Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1997), h.162.

10 T. Hani Handoko, Manajemen Edisi 2, h 167.

13

merupakan fungsi manajemen yang kedua dan merupakan langkah

strategis untuk mewujudkan rencana. Suatu rencana yang telah

dirumuskan dan ditetapkan sebagai hasil penyelenggaraan fungsi organik

perencanaan, dilaksanaan oleh sekelompok orang yang bergabung dalam

satuan-satuan kerja tertentu. Satuan-satuan kerja tersebut merupakan

bagian dari organisasi. Karena berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan

baik yang berwujud tugas pokok maupun tugas penunjang harus

diusahakan agar terlaksana dengan efisien, efektif, dan produktif dalam

satu wadah yang sesuai dengan kebutuhan, tidak mengherankan apabila

para teoretikus manajemen menempatkan pengorganisasian sebagai fungsi

organik manajerial yang segera mengikuti fungsi perencanaan.11

Pengorganisasian (organizing = pembagian kerja) adalah fungsi

manajemen dan merupakan suatu proses yang dinamis, sedangkan

organisasi merupakan alat atau wadah yang statis. Pengorganisasian dapat

diartikan penentuan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan,

pengelompokan tugas-tugas dan membagi-bagikan pekerjaan kepada

setiap karyawan, penetapan departemen-departemen (subsistem-subsistem)

serta penentuan hubungan-hubungan. Organizing berasal dari kata

“organism” yang berarti menciptakan struktur dengan bagian-bagian yang

diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga hubungannya satu sama lain

terikat oleh hubungan terhadap keseluruhannya.12

11

Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2007).h.60 12

Malayu S.P Hasibuan, Orgaisasi dan Motivasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2008), h.22.

Menurut Malayu S.P. Hasibuan pengorganisasian adalah suatu

proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam

aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-

orang pada setiap aktifitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan,

menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap

individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.13

Sedangkan

Menurut Terry pengorganisasian adalah hubungan-hubungan tingkah laku

yang efektif diantara organisasi-organisasi sedemikian rupa sehingga

mereka dapat bekerja sama secara efesien dan memperoleh kepuasan

pribadi dalam melaksanakan tugas dan kondisi lingkungan tertentu dalam

rangka mencapai suatu tujuan.14

Definisi sederhana pengorganisasian ialah proses pengelompokan

orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab

sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan

sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.15

Berdasarkan beberapa pendapat di atas memberi pengertian bahwa

pengorganisasian merupakan usaha penciptaan hubungan tugas yang jelas

antara personalia, sehingga setiap orang dapat bekerja bersama-sama

dalam kondisi yang baik untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.

13

Malayu S.P. Hasibuan, Organisasi dan Motivasi…, h. 23 14

Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta:Bumi Aksara, 2003), h. 72 15

Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial…, h. 60.

2. Komponen Pengorganisasian

a. Koordinasi dan Rentang Manajemen

Koordinasi (coordination) adalah proses pengintegrasian

tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah

(departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk

mencapai tujuan organisasi secara efisien. Tanpa koordinasi, individu-

individu dan departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas

peranan mereka dalam organisasi. Mereka akan mulai mengejar

kepentingan sendiri, yang sering merugikan pencapaian tujuan

organisasi secara keseluruhan.16

Menurut James D. Thompson, ada

tiga macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi,

yaitu :17

1) Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence).

2) Saling ketergantungan yang berurutan (sequential

interdependence).

3) Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence).

Mekanisme-mekanisme Pengkoordinasian Dasar Mekanisme-

mekanisme dasar untuk pencapaian koordinasi adalah komponen-

komponen vital manajemen yang secara ringkas dapat diuraikan

sebagai berikut :18

16

T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1997), h.

195 17

T. Hani Handoko, Manajemen, h. 196 18

T. Hani Handoko, Manajemen, h. 199

1) Hirarki Manajerial, rantai perintah, aliran informasi dan kerja,

wewenang formal, hubungan tanggung jawab dan akuntabilitas

akan menumbuhkan integrasi jika dirumuskan dengan jelas dan

dilaksanakan dengan pengarahan yang tepat

2) Aturan dan prosedur keputusan manajerial yang dibuat untuk

mengatasi masalah rutin dapat digunakan sebagai alat koordinasi

dan pengawasan rutin

3) Rencana dan penetapan tujuan dimana satuan-satuan organisasi

diarahkan ke sasaran yang sama.

Meningkatkan Koordinasi Potensial, bila mekanisme

pengkoordinasian dasar tidak cukup, investasi dalam mekanisme-

mekanisme tambahan diperlukan. Koordinasi potensial dapat

ditingkatkan dalam dua cara vertikal dan horizontal:19

1) Sistem Informasi Vertikal. Peralatan melalui mana data disalurkan

melewati tingkatan-tingkatan organisasi.

2) Hubungan-hubungan lateral (horizontal), ada beberapa hubungan

lateral, yang dapat diperinci sebagai berikut :

a) Kontak langsung antara individu-individu yang dapat

maningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja.

b) Peranan hubungan.

c) Panitia dan satuan tugas.

d) Pengintegrasian peranan-peranan.

19

T. Hani Handoko, Manajemen, h. 200

e) Peranan penghubung manajerial.

f) Organisasi matriks.20

b. Wewenang, Delegasi dan Desentraliasi

Wewenang dapat diperbandingkan dengan sistem syaraf pada

manusia. Tanpa otak dan syaraf, tubuh manusia tidak dapat berfungsi.

Tampa suatu sistem wewenang, suatu organisasi juga tidak dapat

berfungsi. Wewenang (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu

atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan

sesuatu agar tercapai tujuan tertentu. Kekuasaan (power) sering

dicampur adukan dengan wewenang. Meskipun kekuasaan dan

wewenang sering ditemui bersama, tetapi keduanya berbeda. Bila

wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu, kekuasaan adalah

kemampuan untuk melakukan hak tersebut.21

Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi individu,

kelompok, keputusan atau kejadian. Wewenang tanpa kekuasaan atau

kekuasaan tanpa wewenang akan menyebabkan konflik dalam

organisasi. Ada banyak sumber kekuasaan, yaitu :22

1) Kekuasaan balas jasa (reward power).

Kekuasaan yang diperoleh dari fakta bahwa seseorang,

dikenai sebagai pemberi pengaruh, mempunyai kemampuan untuk

memberi imbalan orang lain, dikenal sebagai orang yang

20

T. Hani Handoko, Manajemen, h. 201 21

T. Hani Handoko, Manajemen, h. 212 22

T. Hani Handoko, Manajemen, h. 214

dipengaruhi untuk melaksanakan perintah, yang mungkin

dinyatakan atau tersirat.

2) Kekuasaan paksaan (coercive power).

Berdasarkan pada kemampuan orang yang mempengaruhi

untuk menghukum orang yang dipengaruhi kalau tidak memenuhi

persyaratan, merupakan kekuasaan menghargai dari sisi negatif.

Hukuman mungkin berkisar dari menegur sampai mengeluarkan

dari pekerjaan

3) Kekuasaan sah (legitimate power).

Kekuasaan yang ada ketika seorang bawahan atau orang

yang dipengaruhi mengakui bahwa pemberi pengaruh “berhak”

atau secara hukum boleh menggunakan pengaruh, dalam ikatan

tertentu, kekuasaan ini disebut wewenang formal. Ini juga berarti

bahwa orang yang dipengaruhi mempunyai kewajiban menerima

kekuasaan ini

4) Kekuasaan pengendalian informasi (control of information power).

5) Kekuasaan panutan (referent power).

Kekuasaan berdasarkan pada keinginan orang yang

dipengaruhi untuk menjadi seperti atau menyamakan dirinya

dengan orang yang mempengaruhi. Kekuasaan rujukan juga

berfungsi di tingkat yang sejajar – rekan yang berkarisma

mungkin menarik kita untuk menyetujui pandangannya dalam

suatu rapat departemen.

6) Kekuasaan ahli (expert power).

Kekuasaan berdasarkan pada keyakinan atau pengertian

bahwa pengaruh mempunyai pengetahuan spesifik atau kepakaran

relevan yang tidak dimiliki oleh orang yang dipengaruhi.

Delegasi Wewenang Delegasi dapat didefinisikan sebagai

pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain

untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Delegasi wewenang adalah

proses di mana para manajer mengalokasikan wewenang ke bawah

kepada orang-orang yang melapor kepadanya. Empat kegiatan terjadi

ketika delegasi dilakukan:23

1) Pendelegasi menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepada

bawahan.

2) Pendelegasi melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk

mencapai tujuan atau tugas.

3) Penerimaan delegasi, baik implisit atau eksplisit, menimbulkan

kewajiban atau tanggung jawab.

4) Pendelegasi menerima pertanggungjawaban bawahan untuk hasil-

hasil yang dicapai.

Efektivitas delegasi merupakan faktor utama yang membedakan

manajer sukses dan manajer tidak sukses. Sentralisasi Versus

Desentralisasi Faktor penting lainnya yang menentukan efektivitas

organisasi adalah derajat sentralisasi atau desentralisasi wewenang.

23

T. Hani Handoko, Manajemen, h. 214

Konsep sentralisasi, seperti konsep delegasi, berhubungan dengan

derajat di mana wewenang dipusatkan atau disebarkan. Bila delegasi

biasanya berhubungan dengan seberapa jauh manajer mendelegasikan

wewenang dan tanggung jawab kepada bawahan yang secara langsung

melapor kepadanya, desentralisasi adalah konsep yang lebih luas dan

berhubungan dengan seberapa jauh manajemen puncak

mendelegasikan wewenang ke bawah ke divisi-divisi, cabang-cabang

atau satuan-satuan organisasi tingkat lebih bawah lainnya.

Sentralisasi adalah pemusatan kekuasaan dan wewenang pada

tingkatan atas suatu organisasi. Desentralisasi adalah penyebaran atau

pelimpahan secara meluas kekuasaan dan pembuatan keputusan ke

tingkatan-tingkatan organisasi yang lebih rendah. Keuntungan-

keuntungan desentralisasi adalah sama dengan keuntungan-keuntungan

delegasi, yaitu mengurangi beban manajer puncak, memperbaiki

pembuatan keputusan karena dilakukan dekat dengan permasalahan,

meningkatkan latihan, moral dan inisiatif manajemen bawah, dan

membuat lebih fleksibel dan lebih cepat dalam pembuatan keputusan.24

Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat desentralisasi:25

1) Filsafat manajemen.

2) Ukuran dan tingkat pertumbuhan organisasi.

3) Strategi dan lingkungan organisasi.

4) Penyebaran geografis organisasi.

24

T. Hani Handoko, Manajemen, h. 229 25

T. Hani Handoko, Manajemen, h. 229

5) Tersediannya peralatan pengawasan yang efektif.

6) Kualitas manajer.

7) Keaneka-ragaman produk dan jasa.

8) Karakteristik-karakteristik organisasi lainnya.

c. Penyusunan Personalia Organisasi

Penyusunan personalia adalah fungsi manajemen yang

berkenaan dengan penarikan, penempatan, pemberian latihan, dan

pengembangan anggota-anggota organisasi. Kegiatan-kegiatan

penyusunan personalia sangat erat hubungannya dengan tugas-tugas

kepemimpinan, motivasi, dan komunikasi, sehingga pembahasannya

sering ditempatkan sebagai bagian dari fungsi pengarahan. Proses

penyusunan personalia.26

Langkah-langkahnya yaitu :

1) Perencanaan sumber daya manusia

Suatu organisasi tidak dapat menunggu untuk mendapatkan

orang-orang yang cakap seperti organisasi butuhkan untuk mengisi

posisi tertentu.Organisasi harus berusaha untuk merencanakan

kebutuhan yang akan datang di masa yang akan datang dan

memutuskan di mana akan menentukan orang-orang yang tepat

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.

26

T. Hani Handoko, Manajemen, h. 223

2) Penarikan personalia

Penarikan berkenaan dengan pencarian dan penarikan

sejumlah karyawan potensial yang akan diseleksi untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan organisasi. Penarikan menyangut usaha-

usaha untuk memperoleh karyawan dalam jumlah yang tepat

dengan kemapuan-kemampuan yang di butuhkan untuk mengisi

jabatan-jabatan yang tersedia

3) Seleksi personalia

Seleksi adalah pemilihan seseorang tertentu dari

sekelompok karyawan-karyawan potensial untuk melaksanakan

suatu jabatan tertentu. Dalam teori, seleksi tampak sederhana.

Seperti telah di bahas sebelumnya, manajemen memutuskan

pekerjaan apa yang terlibat dan kemampuan-kemampuan individu

yang di butuhkan untuk melaksanakna pekerjaaan secara efektif.

Prosuder seleksi Berbagai prosedur seleksi untuk membandingkan

pelamar dengan spesifikasi jabatan tersedia.

4) Pengenalan dan orientasi.

Ada beberapa faktor yang cenderung mempengaruhi

prestasi karyawan. Beberapa faktor lain mungkin juga berpengaruh

dalam kondisi-kondisi tertentu, tetapi adalah tidak mugkin untuk

menyatakan secara tepat semua faktor yang dicari dalam diri

karyawan potensial.

Setelah diseleksi, Karyawan di tempatkan pada suatu

pekerjaan dan di perkenalkan dengan organisasi melalui berbagai

bentuk orientasi. Tahap orientasi (kadang-kadang dikenal sebagai

tahap induksi) merupakan kegiatan pengenalan dan penyesuaiaan

karyawan baru dengan organisasi. Proses ini merupakan proses

penting karena suatu pekerjaaan baru adalah sulit dan penyebab

frustasi bagi karyawan baru, pengenalan sederhana dengan para

karyawan lama, tetapi juga dapat merupakan proses panjang, yang

meliputi pemberiaan informasi mengenai kebijakan-kebijakan

personalia (Kondisi kerja, upah, dan jaminan sosial, prosedur-

prosedur kerja, gambaran umum sejarah dan sifat perusahaan dan

manfaat-manfaat yang diperoleh karyawan baru).

5) Latihan dan pengembangan

Karyawan-karyawan baru biasanya telah mempunyai

pendidikan dan latihan dasar yang dibutuhkan. Meraka adalah

produk dari suatu sistem pendidikan dan pengalaman yang telah

memberikan kepada mereka suatu tingkat kemampuaan dan

kecakapan tertentu. Tujuan latihan dan pengembangan karyawan

adalah untuk memperbaiki efektifitas kerja karyawan dalam

mencapai hasil-hasil kerja yang telah ditetapkan.

Pada umunya,masyarakat yang bertanggung jawab atas

penyediaan karyawan-karyawan potensial dengan pendidikan

umum. Pengembangan karyawan adalah penting bagi individu

maupun organisasi, misal karena kesempatan lingkungan, orang-

orang didalamnya juga harus di kembangkan dan ditingkatkan.

Pengembangan dibutuhkan untuk menyesuaikan diri dengan

kemajuaan teknologi, sebagai contoh para akuntan sekarang

memerlukan pemahaman dan kemampuaan dan programasi

komputer.

6) Penilaian kinerja.

Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah suatu

proses yang diselenggarakan oleh perusahaan untuk mengevaluasi

atau melakukan penilaian kinerja individu setiap karyawannya.

Departemen sumber daya manusia dari suatu perusahaan

menggunakan hasil dari penilaian kinerja sebagai informasi dasar

yang digunakan untuk mengevaluasi efektifitas dan keberhasilan

berbagai kebijakan tentang sumber daya manusia.Penilaian yang

baik harus dapat memberikan gambaran akurat tentang kinerja

yang diukur yakni dengan benar-benar menilai prestasi kerja

karyawan yang dinilai.27

7) Pemberian balas jasa dan penghargaan.

Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para

karyawan sebagai balas jasa atas kerja mereka, dan kompensasi itu

sendiri dapat dibagi menjadi dua yaitu kompensasi langsung dan

tak langsung. Dan kompensasi langsung merupakan imbalan jasa

27

Sugijono, “Penilaian Kinerja Dalam Manajemen Sumber Daya

Manusia, Orbith, Vol. 11, No. 3 November 2015, h. 215

kepada karyawan yang diterima secara langsung, rutin atau

periodik karena yang bersangkutan telah memberikan bantuan atau

sumbangan untuk mencapai tujuan organisasi.28

8) Perencanaan dan pengembangan karier.

Sebagian orang menganggap karir (career) sebagai promosi

didalam organisasi. Karier adalah urutan aktivitas-aktivitas yang

berhubungan dengan pekerjaan dan perilaku, nilai-nilai, dan

aspirasi seseorang selama rentang hidup orang tersebut.29

3. Proses Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakn proses menyusun organisasi formal

dengan melakukan aktivitas merancang struktur, menganalisis pekerjaan,

menganalisis kualifikasi pekerjaan, mengelompokkan dan membagikan

pekerjaan, mengkoordinasikan pekerjaan serta memantau pelaksanaan

pekerjaan.Menurut Dale yang dikutp oleh ENgkoswara, ada tiga langkah

sebagai prosedur pengorganisasian yaitu:30

a. Pemerincian pekerjaan, yaitu menentukan tugas-tugas apa yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

b. Pembagian beban pekerjaan kepada orang-orang yang memiliki

kualifikasi yang tepat dan dengan beban yang rasional, tidak

28

Dinus Kenelak, dkk, „pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada

Koperasi Serba Usaha Baliem Arabica di Kabupaten Jayawijaya”. Jurnal Administrasi

Bisnis, Vol. 4 No. 4, 2016, h. 1 29

Riane Johnly Pio, “Perencanaan dan Pengembangan Karir”. Seminar Nasional

TIK dan Ilmu Sosial (SocioTech) 2017, ISBN: 978-602-17488-2-4 10 Oktober 2017 h.

209 30

Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,

2012), h. 150

overloaded an tidak terlalu ringan agar mencapai pelaksanaan secara

efektif dan efisien.

c. Pengadaan dan pengembangan mekanisme untuk mengkoordinasikan

pekerjaan.

Sedangkan menurut Stoner, langkah-langkah dalam proses

pengorganisasian terdiri dari lima langkah, yakni:31

a. Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai

tujuan

organisasi.

b. Membagi beban kerja ke dalam kegiatan-kegiatan yang secara logis

dan memadai dapat dilakukan oleh seseorang atau oleh sekelompok

orang.

c. Mengkombinasi pekerjaan anggota perusahaan dengan cara yang logis

dan efisien.

d. Penetapan mekanisme untuk mengkoordinasi pekerjaan anggota

organisasi dalam satu kesatuan yang harmonis.

e. Memantau efektivitas organisasi dan mengambil langkah-langkah

penyesuaian untuk mempertahankan atau meningkatkan efektivitas.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa

langkah-langkah pengorganisasi yaitu dimulai dari mengidentifikasi dan

merincikan kegiatan/pekerjaan, membagi beban kerja/tugas dan memantau

31

Bowo Arief, Pengorganisasian, (Jakarta: Fak. Ekonomi Universitas

Mercubuana, 2008), h. 40

efektivitas kerja organisasi dan langkah-langkah penyesuaian untuk

mempertahankan atau meningkatkan efektivitas.

B. Program Tahfizd Al-Qur’an

1. Pengertian Program

Ada dua pengertian untuk istilah “program”, yaitu pengertian

secara umum dan khusus. Menurut pengertian secara umum, “program”

dapat diartikan sebagai “rencana” atau rancangan kegiatan yang akan

dilakukan oleh seseorang di kemudian hari. Sedangkan pengertian khusus

bermakna suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan ralisasi atau

implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses

berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi yang melibatkan

sekelompok orang.32

Program di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

didefinisikan sebagai rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha

yang akan dijalankan.

Menurut Sutapa yang dikutip oleh Rusdiana, istilah program sering

dipahami sebagai sebuah rencana atau rancangan kegiatan. Secara umum

program diartikan sebagai kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi

atau implementasi dari suatu kebijakan, langsung dalam proses

kesinambungan, terjadi dalam suatu organisasi.33

32

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program

Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 2

33

Rusdiana, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan, (Medan: Perdana, 2017),

h. 22

Menurut Hasibuan, program adalah suatu jenis rencana yang jelas

dan konkret karena didalamnya sudah tercantum sasaran, kebijaksanaan

prosedur, anggaran dan waktu pelaksanaan yang ditetapkan.34

Selain itu

defenisi program juga termuat dalam undang-undang RI Nomor 25 Tahun

2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional, menyatakan

bahwa: Program adalah instrument kebijakan yang berisi satu atau lebih

kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk

mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau

kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi masyarakat.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa

program merupakan suatu kegiatan yang jelas dan konkret, merupakan

ralisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses

berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi yang melibatkan

sekelompok orang, yang akan dilakukan oleh di kemudian hari

2. Pengertian Tahfidz Al-Qur’an

Pengertian tahfidz al-Qur‟an terdiri dari dua suku kata, yaitu

tahfidz dan Al-Qur‟an, yang mana keduanya mempunyai arti yang

berbeda. Pertama tahfidz yang berarti menghafal, menghafal dari kata

dasar hafal yang dari bahasa Arab hafidza - yahfadzu - hifdzan, yaitu

lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Menurut Abdul Aziz

Abdul Ra‟uf definisi menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik

34

Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Bandung:

Alfabeta, 2010), h. 89

dengan membaca atau mendengar”. Pekerjaan apapun jika sering diulang,

pasti menjadi hafal.35

Pengertian Al-Qur‟an menurut istilah adalah kitab yang diturunkan

kepada Rasulullah saw, ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan secara

mutawatir tanpa keraguan.36

Setelah melihat definisi menghafal dan Al-

Qur‟an di atas dapat disimpulkan bahwa Tahfidz Al-Qur‟an adalah proses

untuk memelihara, menjaga an melestarikan kemurnian Al-Qur‟an yang

diturunkan kepada Rasulullah saw di luar kepala agar tidak terjadi

perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara

keseluruhan maupun sebagiannya.

Tahfidz Al-Qur‟an merupakana cara untuk memelihara, menjaga

dan melestarikan kemurnian Al-Qur‟an yang diturunkan Allah kepada

Nabi Muhammmad saw diluar kepala agar tidak terjadi perubahan dan

kepalsuan serta dapat menjaga diri dari kelupaan baik secara keseluruhan

maupun sebagian. Rosulullah bersabda, “Barang siapa yang membaca satu

huruf dari Al-Qur‟an maka baginya kebaikan sepuluh kali lipat, Aku tidak

mengatakan Alif Lam Mim satu hruf akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu

huruf, Mim satu huruf.” (Shahih HR. Tirmizi).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Tahfidz

atau menghafal pada hakikatnya adalah membaca atau mendengar secara

berulang-ulang ayat suci Al-Qur‟an sampai hafal diluar kepala yang

dibimbing oleh seorang pengampu yang sudah Hafidz. Dengan menghafal,

35

Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur’an Da’iyah,

(Jogyakarta: Araska, 2001), h. 49 36

Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), h. 31

jiwa dan otak kita akan terus menyerap lantunan ayat-ayat Al-Qur‟an yang

diulang-ulang begitu banyak oleh lidah.

Berdasarkan pengertian program dan tahfidz Al-Qur‟an tersebut di

atas dapat dipahami bahwa program tahfdz Qur‟an yaitu suatu rancangan

kegiatan menghafal Al-Qur‟an yang dilaksanankan berdasarkan aturan yang

telah dibuat, mulai dari peraturan, jadwal dan lain sebagainya untuk mencapai

tujuan program Tahfdz Qur‟an.

C. Konsep Ma’had

1. Pengertian Ma’had

Ma’had aly adalah lembaga pendidikan tingkat tinggi atau sebagai

lembaga lanjutan dari pendidikan dan pengajaran diniyah tingkat Aliyah

atau yang sederajat. Pada dasarnya ma’had aly adalah lembaga pendidikan

tinggi yang sepenuhnya dirancang dan dikelola oleh masyarakat, dan juga

merupakan pendidikan tinggi keagamaan lanjutan dari pendidikan pasca

pesantren.37

Dari pengertian di atas dapat dikatakan ma’had aly merupakan

pendidikan tingkat tinggi keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh dan

di pondok pesantren untuk menghasilkan ahli ilmu agama Islam, dengan

kekhususan bidang keilmuan tertentu berbasis kitab kuning, serta bisa

mengeluarkan gelar akademik.

Pesantren mahasiswa merupakan alternatif baru dalam dunia

pendidikan yang sering disebut ma‟had, Penyebutan ma‟had dan bukan

37

Asrori S. Karni, Etos Studi Kaum Santri, Wajah Baru Pendidikan Islam,

(Bandung: Mizan Pustaka, 2010), h.250.

asrama atau bukan pondok pondok pesantren memiliki maksud tersendiri.

Jika asrama, jika asrama dikhawatirkan melahirkan kesan bahwa bangunan

itu hanya semat-mata dijadikan tempat tinggal sebagai pengganti rumah

kos mahasiswa.

Perguruan Tinggi Pesantren (PTP) pada dasarnya merupakan

Lembaga Pendidikan tinggi ideal yang memadukan berbagai keunggulan

perguruan tinggi umum dan pesantren. Lembaga perguruan tinggi

membekali anak didik dengan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi

secara (relatif) baik. Sedangkan pesantren, dengan sistem dan model

pendidikannya yang unik mampu membekali para santri dengan tata aturan

dan moral keagamaan yang terpuji.38

Kehadiran pesantren mahasiswa pada

prinsipnya bertujuan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas, yakni yang seimbang antara kemampuan penguasaan iptek dan

keimanan kepada Allah.

Pesantren mahasiswa mengemban misi utama untuk mencetak

manusia yang berwawasan intelektual-religius. Sebagaiman penjelasan

Ronald, hubungan antara kampus dan pesantren adalah satu hal dimana

pesantren mencoba menyediakan elemen moral yang hilang pada

pengalaman kampus. Tujuannya adalah membentuk pemuda yang

bermoral yang kuat (takwa) dan kepribadian yang kuat. Yang dianggap

baru adalah target audience mahasiswa non agama yang latar agamanya

kurang kuat.

38

Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),

h.101.

Pesantren bukan satu-satunya jalan tempat komunitas Islam

mencoba memperkuat iman dan takwa mahasantri. Ada masjid kampus,

ada banyak yang mmpunyai aktifitas harian dan pengajian, organisasi

mahasiswa muslim, dan kelompok-kelompok belajar. Namun, banyak

yang merasa bahwa metode-metode pengajaran ini hanya meningkatkan

pengetahuan tentang agama dan tidak mendorong mereka untuk

mempraktikannya. Orang-orang ini menyimpulkan bahwa satu-satunya

jalan untuk melatih mahasiswa akan kehidupan moral dan agama adalah

menyediakan lingkungan yang dikontrol secara hati-hati untuk melakukan

hal tersebut.39

Karena itu lahirlah pesantren mahasiswa guna

menyeimbangkan antara moral dan keintelektualan.

Jika dikaji melalui dasar negara, maka dalam memikirkan

pendidikan sebagai bidang pembangunan bangsa yang secara integral

pelaksanaannya dilakukan bersama-sama pembangunan bidang lainnya,

telah diatur dalam perundang-undangan. Demikian juga dengan

pendidikan agama. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa dasar

pendidikan Islam adalah al-Qur‟an dan as-Sunnah maka segenap aktivitas

pendidikan Islam keseluruhanya merupakan rangkaian utuh dan terpadu

untuk senantiasa menanamkan roh Islam kepada pada peserta didik.40

Sehingga seperti yang di harapkan bahwa dalam pengembangan pemikiran

Islam kita berusaha untuk mewujudkan kepada “humanis-religius.”

39

Ronald Alan Lukens-Bull, Jihad Ala Pesantren, (Yogyakarta: Gama Media,

2004), h.228. 40

Solihin, Prinsip-Prinsip Dasar Pemikiran Keislaman, (Bandung: Pustaka Setia,

2003), h.131

Pesantren mahasiswa yang juga dikenal dengan ma‟had al-jami‟ah

al-„aly (Pesantren Perguruan Tinggi) merupakan transformasi dari sistem

pesantren yang berada di dalam asrama mahasiswa baik milik

PTAIN/UIN/PTAIS. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia telah

dijelaskan bahwa arti kata dari asrama adalah bangunan tempat tinggal

bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar

dan dipimpin oleh seorang kepala asrama.41

Lebih lanjut Ronald Alan Lukens-Bull, menjelaskan bahwa

pesanten mahasiswa merupakan fenomene baru, yang pada tahun 1994-

1995 usianya belum lebih dari tiga tahun.42

Muzammil Qomar juga

menjelaskan pesantren perguruan tinggi (ma’had al-jami’ah al-‘aly)

memang belum begitu lazim dikenal oleh masyarakat luas, dan merupakan

istilah dari asrama bagi perguruan tinggi dan mempunyai makna yang

hampir sama, yaitu tempat tinggal khusus bagi orang- orang tertentu.43

Bahkan warga kampus sendiri masih ambigu dengan kata yang lebih

familier dengan ma’had al-‘aly, dapat dimaklumi karena secara Nasional

memang belum semua Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI)

menerapkan sistem ini,44

walaupun sudah ada peraturan Kementrian dan

Dirjen perguruan tinggi yaitu di dalam Pasal 30.45

41

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar, h.72. 42

Ronald Alan Lukens-Bull. Jihad Ala Pesantren, h. 222. 43

Muzammil Qomar, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2008), h. 20. 44

Mansur Al-Maturidi, Ma’had Al-Jami’ah Sebagai Wadah Penanaman Nilai

Islami, diakses https://www.academia.edu, 45

Http://Pendis.Kemenag.Go.Id/Index.Php?A=Detilberita&Id=697

Jadi sudah menjadi tugas bagi lembaga perguruan tinggi untuk

mengenalkan kepada lingkungan dan masyarakat. Pengenalan tersebut

bertujuan untuk menjalin kerjasama dan dukungan sehingga gagasan ideal

yang berasal dari proyek akan terealisasikan secara bertahap.

Untuk merealisasikan gagasan ideal tersebut, ada dua macam

model pelaksanaan:46

Pertama, menganeksasikan (menggabungkan) perguruan tinggi

dengan pesantren. Aneksasi dapat dilakukan karena tiga hal, yaitu:

a. Sulitnya menemui sosok tenaga pengajar yang utuh, yaitu mampu

menguasai iptek dan ilmu agama secara luas dan mendalam.

b. Serbuan cultural dari ilmu-ilmu Barat yang mengandung sebagian

unsur-unsur non-Islami (sekuler).

c. Untuk menghadapi serbuan dan dampak negative dari era globalisasi.

Memang sangatlah sulit di era global yang semuanya serba instan

ini untuk menghadang semua hal yang negatif, namun paling tidak dengan

diadakannya alternatif program pesantren perguruan tinggi ini mampu

meminimalisir hal tersebut apalagi sasaran utamanya adalah bagi para

remaja usia kuliah atau biasa disebut dengan mahasiswa.

Dalam proses penggabungan ini yang perlu diperhatikan adalah

tujuan pendidikan dari lembaga tersebut yang harus sesuai dengan tujuan

pendidikan Nasional. Selain itu, lembaga perguruan tinggi yang

mendirikan asrama (pesantren mahasiswa) harus bisa saling bekerjasama,

46

Wahjoetomo, Perguruan Tinggi, h.102-103.

dan yang paling utama pada prinsipnya adalah untuk membentuk insan-

insan atau pemuda yang beriman, bermoral, berkepribadian dan menguasai

iptek sehingga mampu menjadi khalifah yang baik di bumi ini.

Dalam pelaksanannya, pesantren perguruan tinggi juga mengikuti

tujuan diselenggarakannya Pendidikan Tinggi sesuai dengan Peraturan

Pemerintah RI Nomor 30 Tahun 1990. Pada bab II pasal 2 ayat 1

disebutkan bahwa tujuan Pendidikan Tinggi adalah:

a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan akademik dan atau professional yang dapat menerapkan,

mengembangkan, dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi,

dan kesenian.

b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, penggunaan-

nya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya

kebudayaan Nasional.

Selain tujuan, kurikulum merupakan salah satu hal yang perlu

diperhatikan dalam mendirikan pesantren perguruan tinggi. Kurikulum

yang digunakan adalah kurikulum local. Hanya saja kurikulum lokalnya

diisi dengan pendidikan keagamaan, pengembangan kewirausahaan, dan

kesenian. Jadi untuk menambah suasana dan menanamkan keagamaan

yang kuat, maka para mahasiswa perlu diasramakan. Asrama yang

berbasis atau ala pesantren maka mahasiswa akan dapat diawasi dan

dibimbing. Sebagai catatan yang lebih ditekankan lagi adalah bahwa status

asrama mahasiswa ini tidaklah berdiri sendiri, melainkan bagian bagian

dari perguruan tinggi dan tidak dapat dipisahkan.

Agar asrama mahasiswa dapat menyamai kondisi ideal pesantren,

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:47

a. Dipimpin dan diasuh oleh seorang ustadz atau kyai yang sekaligus

paham terhadap wawasan iptek.

b. Model kegiatan yang menumbuhkan dan menguatkan keagamaan serta

pembiasaan, seperti shalat berjamaah.

c. Kajian keagamaan yang bersifat filosofis dan sufistik (tasawuf).

Selain hal-hal tersebut, asrama mahasiswa atau pesantren

perguruan tinggi juga harus memperhatikan kegiatan lain yang bermanfaat

bagi perkembangan dan kreatifitas mahasiswa, seperti: seminar, bedah

buku, diskusi.

Jadi dalam mengelola pesantren mahasiswa yang sesuai tujuan

harus bisa menggabungkan antara perguruan tinggi dengan pesantren

sehingga tidak ada tumpang tindih antara tujuan perguruan tinggi dengan

tujuan asrama mahasiswa. Karena pada dasarnya perguruan tinggi

mendirikan asrama yaitu untuk memperbaiki kualitas input, sedangkan

asrama yang merupakan bagian dari perguruan tinggi harus bisa

menunjang dan mendukung kualitas lembaga pendidikan tersebut.

Strategi pengelolaan Ma’had sangat diperlukan karena untuk

mengimplementasikan berbagai aspek yang ingin dicapai sehingga akan

47

Wahjoetomo, Perguruan Tinggi, h.108-109

berdampak pada hasil/output yang dihasilkan, oleh karena itu dalam

menjalankan strategi pengelolaan Ma’had dalam meningkatkan

pendidikan karakter sebagai berikut:

a. Strategi Peningkatan Layanan Pendidikan di Ma’had

Ikhtiar untuk senantiasa pengelolaan Ma’had pada situasi

apapun, strategi yang ditempuhnya lebih difokuskan pada upaya

mencegah santri agar tidak malas sehingga berdampak pada hasil,

mempertahankan mutu pendidikan Ma’had agar tidak semakin

menurun. Indikator keberhasilannya adalah: (a) angka kelulusan santri

di Ma’had dipertahankan seperti sebelum krisis dan akhirnya dapat

diperkecil.(b) santri yang berasal dari berbagai macam daerah dapat

memperoleh layanan pendidikan. (c) proses belajar mengajar di

Ma’had tetap berlangsung meskipun waktu yang tebatas. (d)

meningkatkan program pendidikan alternatif dan berkesinambungan

untuk sasaran para santri baru.

b. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan di Ma’had

Kebijakan program untuk meningkatkan mutu ma’had,

meliputi 3 (tiga) aspek: kurikulum, guru/ustadz dan tenaga

kependidikan ma’had dan sarana ma’had. Pertama, pengelolaan

kurikulum berkelanjutan di ma’had, yang meliputi: (a) Pengelolaan

kurikulum dapat memberikan kemampuan dasar secara merata yang

disertai dengan penguatan materi yang diajarkan. (b)

mengeintegrasikan kemampuan generik dalam kurikulum yang

memberikan kemampuan adaktif. (c) meningkatkan relevansi program

Ma’had dengan tuntutan dunia kerja ma’had. (d) mengembangkan

budaya keteladanan di ma’had.

2. Ruang Lingkup Pengelolaan Ma’had

Sistem yang ditampilkan dalam Ma’had/pesantren mempunyai

keunikan dibandingkan dengan sistem yang diterapkan dalam lembaga

pendidikan pada umumnya, yaitu:

a. Memakai sistem tradisional, yang memiliki kebebasan penuh

dibandingkan dengan sekolah modern, sehingga terjadi hubungan dua

arah anatara kyai dan santri.

b. Kehidupan di ma’had/pesantren menampakkan semangat demokrasi,

karena mereka praktis bekerja sama mengatasi problem non kurikuler

mereka sendiri.

c. Para santri tidak mengidap penyakit simbolis, yaitu perolehan gelar

dan ijazah, karena sebagian besar ma’had/pesantren tidak

menegeluarkan ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya

masuk pesantren tanpa adanya ijazah tersebut. Hal itu karena tujuan

utama mereka hanya ingin mencari keridhaan Allah SWT semata.

d. Sistem ma’had/pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme,

persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri, keberanian hidup.

e. Alumi ma’had/pesantren tak ingin menduduki jabatan pemerintahan,

sehingga mereka hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.48

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa sistem pendidikan di

ma’had/ pesantren memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dengan

sistem pendidikan formal, perbedaan ini sendiri dapat dilihat dari proses

manajemen, pengembangan kurikulum, metode pengajaran, dan tradisi

belajar mengajar yang berkembang pada ma’had /pesantren tersebut.

48

Muhammad Fathurrohman, Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu

Pendidikan Islam Peningkatan Lembaga Pendidikan Islam Secara Holistik (Praktik Dan

Teori), (Yogyakarta: Teras, 2012) h. 343

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu

penelitian mendalam mencakup keseluruhan yang terjadi di lapangan, dengan

tujuan untuk mempelajari secara mendalam tentang latar belakang keadaan

sekarang ini merupakan penelitiana kualitatif dimana49

Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif, data dalam penelitian tidak diperoleh

melalui prosedur statistik atau bentuk hitung lainnya.50

Pendekatan kualitatif

adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan

atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu

sendiri.51

Penggunaan metode kualitatif dilakukan karena untuk menjelaskan

fenomena dengan sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data yang

sedalam-dalamnya pula, yang menunjukkan pentingnya kedalaman dan detail

suatu data yang diteliti.

Peneltian kualitatif sangat cocok dilakukan saat kondisi ini. Karena

sifatnya yang elaborative, penelitian kualitatif dapat dengan mudah membantu

peneliti untuk menggali informasi yang lebih dalam terkait suatu topik

49

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Grafindo Persada, 2001),

h. 19. 50

Anselm Strauss & Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009), h. 4. 51

Robert Bogdan & Steven J. Taylor alih bahasa Arief Furchan, Pengantar Metode

Penelitian Kualitatif, (Surabaya: Usana Offset Printing, 1992), h. 21.

41

pnelitian yang nantinya informasi yang didapatkan dapat digunakan untuk

menentukan tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini, yang dilakukan adalah upaya mendeskripsikan

program tahfidz al-Qur‟an di ma’had santri putri IAIN Bengkulu, kemudian

menganalisis bagaimana pengorganiasian program tahfidz al-Qur‟an dalam

cakupan 1) komponen, 2) proses dan 3) manajemen.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Agustus 2021 s.d selesai,

lokasi penelitian adalah masyarakat yang berada di Ma’had santri putri IAIN

Bengkulu, yang berada di Jalan Raden Patah, Kelurahan, Pagar Dewa,

Selebar, Pagar Dewa, Kec. Selebar, Kota Bengkulu, Bengkulu 65144.

C. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dimana data dapat diperoleh sumber data

yang dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data

sekunder.

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari orang

pertama melalui wawancara dengan para informan. Sebagaimana menurut

Sugiyono, data primer adalah sumber data yang langsung memberikan

data kepada peneliti atau pengumpul data.52

Data primer dalam penelitian

ini diperoleh melalui observasi dan wawancara kepada informan. Bentuk

data wawancara yang dikumpulkan adalah proses program tahfidz Al-

52

Sugiyono, Metode Pebelitian Kualitatif, Kualitatif dan R & D, (Jakarta:

Alfabeta, 2010), h. 225.

Qur‟an berlangsung di ma’had putri IAIN Bengkulu dan pengelolahan

program tahfidz al-Qur‟an

Sedangkan bentuk data observasi yang dikumpulkan dalam

penelitian adalah dokumen fisik dan dokumen foto yang berhubungan

langsing dengan kegiatan proses program tahfidz al-Qur‟an berlangsung di

ma’had putri IAIN Bengkulu dan pengelolahan program tahfidz Al-

Qur‟an.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui

pengumpulan data yang bersifat studi dokumentasi (analisis dokumentasi)

berupa penelaahan terhadap dokumen pribadi, resmi kelembagaan,

referensi-referensi atau peraturan (literatur laporan, tulisan dan lain-lain)

yang memiliki relevansi dengan objek penelitian.53

Sumber data sekunder

yaitu data dan dokumen yang didapatkan dari masyarakat dan lembaga

pemerintahan yang menjadi objek penelitian. Adapun bentuk data-data

sekunder dalam penelitian ini meliputi dokumen-dokumen kegiatan yang

berhubungan dengan proses program tahfidz al-Qur‟an berlangsung di

ma’had putri IAIN Bengkulu

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data.

Adapun tekniknya adalah sebagai berikut:

53

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif),

(h. 253.

1. Pengamatan (observasi)

Observasi dalam penelitian adalah pengamatan sistematis dan

terencana yang diamati untuk perolehan data yang akurat dalam proses

observasi. Secara sederhana pengamatan merupakan proses dimana

peneliti atau pengamat melihat langsung situasi penelitian.54

Dalam

penelitian ini, fokus pengamatan peneliti adalah kegiatan program tahfidz

di ma’had putri IAIN Bengkulu. Observasi dalam penelitian ini, dimana

peneliti terjun langsung untuk mencatat langsung untuk informasi yang

dilihat dalam penelitian di lapangan untuk memperoleh data tentang

kegiatan tahfidz al-qur‟an. Bagimana pada saat santri lagi menyetorkan

hapalan, mengamati suasana pada saat santri lagi setoran dan mengamati

setiap ruangan yang ada di mah‟ad.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan ini di lakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pernyataan dan wawancara (interviewee)

yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.55

Wawancara adalah

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab sehingga dapat dikontruksi makna dalam suatu topik tertentu.

Dalam hal ini, wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara

tidak terstruktur (bebas). Pengurus ma’had putri IAIN Bengkulu dalam

hal sistem pengelolaan program keagamaan bagi santri putri. Saat

wawancara penulis terlebih dahulu meminta izin kepada narasumber untuk

membantu mejawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kemudian

54

Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: UI-Press, 1993), h. 198. 55

Rochajat Harun, Metode Penelitian Kualitatif untuk Pelatihan, (Bandung:

2007), h. 76

peneliti melanjutkan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada

nasumber alat yang digunakan pada saat merekam suara narasumber

menggunakan handphone vivo y91C dan pada saat wawancara suasananya

lagi sunyi dan diruang aula tempat biasanya santri saat setoran hapalan.

Tabel. 3.1 Daftar Narasumber Penelitian

No Nama Jenis

Kelamin

Jabatan

1. Ustad Kurniwan Laki-laki Staf Al-Qur‟an dan Humas

2. Ustad Iwan Laki-laki Staf Bidang Humas

3. Risda Perempuan Mentoring

4. Amirul Perempuan Pemenor

5. Dinda Perempuan Mahasantri

6. Rizki Perempuan Mahasantri Sumber: Data Primer, 2021

3. Dokumentasi

Dokumentasi ialah instrumen pengumpulan data yang sering

digunakan dalam berbagai metode pengumpulan data, tujuannya untuk

mengumpulkan data. Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya

barang-barang tertulis.56

Dalam penelitian ini, dokumentasi yang

digunakan untuk mengumpulkan data-data yang berkenaan dengan

informan atau yang menjadi subjek penelitian ini berupa foto-foto yang

menunjang hasil penelitian. Adapun dokumentasi yang dikumpulkan

dalam penelitian ini berupa dokumen kegiatan program tahfidz dan foto-

foto kegiatan tahfidz di ma’had putri IAIN Bengkulu.

56

Suharsimi Arikunto, Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), h.

158

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara mengelola data yang telah

diperoleh dari lapangan. Hasil analisis ini merupakan jawaban atas pertanyaan

masalah. Dalam penelitian kualitatif model analisis data diantaranya analisis

model Miles dan Huberman dan analisis model Spydley.57

Menurut Haris

analisis data penelitian kualitatif model analisis Miles dan Huberman dapat

dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:58

1. Pengumpulan data, proses pengumpulan data penelitian.

2. Reduksi data, proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data

yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis.

3. Penyajian data, data yang telah diperoleh disajikan dalam bentuk daftar

kategori setiap data yang didapat dengan bentuk naratif.

4. Mengambil kesimpulan, proses lanjutan dari reduksi data dan penyajian

data. Data yang disimpulkan berpeluang untuk menerima masukan.

Penarikan kesimpulan sementara, masih dapat diuji dengan data di

lapangan.

Analisis penelitian ini dilakukan berdasarkan model Miles dan

Huberman berdasarkan urutan langkah di atas. Maka analisis data yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah: Langkah pertama, peneliti mereduksi

data yang telah didapat dari lapangan yang berkaitan langsung dengan tema

penelitian, sistem pengelolaan program keagamaan bagi ma’had santri putri

57

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan Kualitatif,

h. 245. 58

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika,

2012), h. 164.

IAIN Bengkulu. Langkah kedua, peneliti menyajikan data yang dirangkum

berdasarkan fakta di lapangan, lalu menginterpretasikan dengan teori yang

berkenaan dengan tema penelitian. Langkah ketiga, peneliti menyajikan data

yang telah diperoleh dalam bentuk naratif. Langkah keempat, peneliti

memberi kesimpulan terhadap hasil penelitian yang didapat dari lapangan.

F. Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, teknik keabsahan data dilakukan dengan

triangulasi, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi berarti membandingkan dengan

mengecek kembali suatu informasi yang diperoleh. Menurut Moleong

triangulasi dilakukan dengan langkah berikut:59

1. Membandingkan data hasil pengamatan dan data hasil wawancara.

2. Membandingkan yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang

dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang-orang dengan situasi

penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.

59

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2005), h. 178.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Ma’had Al-Jami’ah IAIN Bengkulu.

Sejarah dan Profil Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu Ma‟had Al-

Jami‟ah adalah lembaga pendidikan internal IAIN Bengkulu yang program

pendidikannya menitik beratkan pada keilmuan al-Qur‟an, yaitu dari segi

lafzan, ma‟nan wa „amalan. Sesuai dengan fungsi al-Qur‟an terhadap

orangorang yang bertaqwa. Ma‟had Al Jami‟ah sebagai institusi pendidikan

dan pengajaran ingin membentuk dan menjadikan manusia yang muttaqin

(bertaqwa) melalui al-Qur‟an.60

Islam memandang bahwa mahasiswa merupakan komunitas yang

terhormat dan terpuji karena ia merupakan komunitas yang menjadi cikal

bakal lahirnya ilmuwan (ulama) yang diharapkan mampu mengembangkan

ilmu pengetahuan dan memberikan penjelasan pada masyarakat dengan

pengetahuannya itu. Pesantren Mahasiswa IAIN Bengkulu yang kemudian

lebih dikenal Ma‟had Al-Jami‟ah memang belum begitu lazim dikenal oleh

masyarakat luas, bahkan warga kampus sendiri masih ambigu dengan kata

yang lebih familiar dengan Ma‟had Al-Jami‟ah, dapat dimaklumi karena

secara nasional memang belum semua Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI)

menerapkan sistem ini, walaupun sudah ada peraturan kementrian dan dirjen

perguruan tinggi.

60

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan Al-Kafi, (Bandung :

Diponegoro, 2013) h.402

48

Seiring waktu, dengan komitmen dan konsistensi serta tekad yang

tidak pernah lekang oleh terpaan badai, secara perlahan Ma‟had Al-

Jami‟ah mulai menampakkan konsistensinya dan dapat mempengaruhi

perubahan peta politik internal kampus serta ikut mempengaruhi suasana

perkuliahan mahasiswa di kampus, di sisi lain munculnya berbagai citra

positif yang berimplementasi langsung terhadap mahasiswa setiap fakultas

dan jurusan. Hal ini terlihat dari kiprah para mahasantri yang dapat ikut

bersaing dalam berbagai even yang diadakan pihak internal maupun

eksternal kampus, walaupun secara formal mereka tidak tampil

mengatasnamakan ma‟had, tapi terlihat dari mayoritas utusan fakultas

secara tidak langsung notabene adalah mahasantri, pengurus ma‟had

maupun alumni ma‟had.

Lahirnya Ma'had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu diharapkan dapat

mewujudkan sebagai pusat pemantapan iman dan taqwa, peningkatan

akhlak mulia dan amal shalih, pengembangan ilmu keislaman dan yang

terpenting lagi merupakan pusta kajian ilmu-ilmu al-Qur‟an. Terciptanya

central Islami civitalizen terbentuknya lntelektual muslim yang

komunikatif, terampil, kreatif dan inovatif. IAIN Bengkulu senantiasa

berbenah diri dan terus berinovasi, mengupdate serta meningkatkan

kualitas dan kuantitas mahasiswa. Langkah tersebut dilakukan dengan

meluncurkan program Ma‟had Al-Jami‟ah bagi mahasiswa dan mahasiswi

(selanjutnya disebut mahasantri) unt uk dididik dan dibina pembentukan

karakter, mental, spritual, keilmuan dan pemahaman para peserta dalam

menghadapi kondisi sosial kemasyarakatan.

Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu secara resmi lahir pada Tahun

2010 berdasarkan Surat Keputusan Ketua STAIN Bengkulu Nomor 0587

Tahun 2010 tertanggal 3 Agustus 2010 dengan menetapkan Drs.M.

Syakroni, M.Ag. dan Ismail Jalili, MA., sebagai Mudir dan Sekretaris

Ma‟had Al-Jami‟ah STAIN Bengkulu yang pertama, kemudian pada tahun

2012 berdasarkan Surat Keputusan Ketua STAIN Bengkulu Nomor 0294

Tahun 2012 tertanggal 15 Maret 2012 menetapkan Ismail Jalili, MA.,

sebagai Mudir Ma‟had Al-Jami‟ah STAIN Bengkulu periode kedua, dan

pada tahun 2013 berdasarkan Surat Keputusan Rektor IAIN Bengkulu

Nomor 0486 Tahun 2013 tertanggal 24 April 2013 menetapkan Dr. H. M.

Nasron HK., M.Pd.I., sebagai Direktur Ma‟had Al-Jami‟ah 34 Data

Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu 38 IAIN Bengkulu periode pertama

sejak alih status STAIN Bengkulu menjadi IAIN Bengkulu pada Tahun

2013 hingga sekarang.61

Tabel 4.1 Struktur Organisasi Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu

No Nama Jabatan

1 Prof. Dr. H. Sirajuddin M., M.Ag.,

MH.

Pelindung

2 Dr. Samsudin, M.Pd Pembina 3 Dr. Moh. Dahlan, M.Ag Pembina 4 Dr. H. Zulkarnain Dali, M.Pd Pembina

5 H.Ruzian Karnedi Direktur 6 Anwar Junaidi, Se., M. Si Sekertaris 7 Syahidin, Lc., MA. Staf Bidang Kurikulum 8 Iwan Ramadhan Sitorus, MHI Staf Bidang Umum Dan

61

Data Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu

Humas 9 Kurniwan, M.Pd. Staf Pengembangan Al-

Qur‟an 10 Esti Wahyu Kurniawati, M.Pd. Staf Bidang

Kemahasantrian 11 Muhammad Jordi, S.Ag Pembina Ibadah Ma‟had

Putra 12 Muhammad Yusuf S.Ag Pembina Ibadah Putra

Sumber: Data Primer, 2021.

Tabel 4.2 Pembina Program Tahfidz Al-Jami‟ah

No Nama Pengajar Jumlah Santri

1 Ustad Dr. Iwan Romadhan Sitorus, MHI 30

2 Ustad Kurnwan, M.Pd 30

3 Ustadazah Esti Wahyu Kurniwati, M.Pd. 30

6 Ustadazah Usmi Laila, S.Sos. 30

Sumber: Data Primer, 2021

1. Visi Misi Ma’had Al-Jami’ah IAIN Bengkulu

Visi:

Mewujudkan Ma‟had Al-Jami‟ah sebagai pusat pengembangan

ilmu keislaman, Tahfidz al-Qur‟an dengan barbasis pembinaan Akhlak Al-

Karimah.

Misi:

a. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran al-Qur‟an dan ilmu terkait

secara intensif

b. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran Bahasa Arab dan Inggris

secara intensif

c. Melaksanakan pendidikan dan pengamalan ajaran-ajaran agama Islam

dalam kehidupan sehari-hari dan pendalaman spiritual keagamaan.

2. Tujuan Ma’had Al-Jami’ah IAIN Bengkulu

a. Mewujudkan lulusan mahasantri yang mampu menghafal al-Qur‟an dan

menguasai ilmu terkait secara utuh.

b. Mewujudkan lulusan mahasantri yang menguasai Bahasa Arab dan

Inggris secara baik. Data Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu

c. Mewujudkan lulusan mahasantri yang mampu mengamalkan ajaran-

ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki

kedalaman spiritual keagamaan.

3. Struktur Organisasi Ma’had Al-Jami’ah IAIN Bengkulu

Adapun struktur organisasi kepengurusan Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN

Bengkulu (Terlampir).

B. Gambaran Umum Program Tahfidz Al-Jami’ah IAIN Bengkulu

IAIN Bengkulu memiliki lembaga yang bernuansa keagamaan atau

disebut sebagai Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu. Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN

Bengkulu memiliki beberapa program-program keagamaan. Seperti belajar

kitab kuning, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Ilmu Fiqih, Muhahoroh dan

program Tahfidz. Program tahfidz merupaan program yang diwajibkan bagi

seluruh mahasantri tanpa terkecuali.

Program tahfidz Al-Jami‟ah menetapkan target kepada mahasantri

untuk menghafal al-Qur‟an. Posisi Ma‟had Al-Jami‟ah di lingkungan Institut

Agama Islam Negeri Bengkulu dianggap sangat strategis, oleh karena itu

Mudir Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu ditetapkan sebagai anggota tetap

senat Institut. Keberadaan Ma‟had bukan semata-mata sebagai pelengkap dan

apalagi tambahan, melainkan sebagai unsur penting dalam Institut.

Ma‟had tahfidz Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu juga memiliki kegiatan

halaqoh di ma‟had juga dijadikan sebagai persyaratan untuk mengikuti mata

kuliah yang diprogramkan oleh masing-masing fakultas atau jurusan. Melalui

cara ini maka posisi ma‟had benar-benar ikut menentukan, dan oleh karena itu

wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa IAIN Bengkulu. Tadarus al-Qur‟an,

kegiatan menghafal al-Qur‟an semakin tumbuh di kalangan mahasiswa.

Namun untuk program tahfidz ini merupakan program yang wajib

dilaksanakan oleh seluruh mahasantri.

Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu salah satunya membawahi

ma’had putri tidak hanya memberikan ruang bagi alumni pesantren saja yang

boleh masuk, akan tetapi terbuka bagi seluruh calon mahasiswa Institut

Agama Islam Negeri Bengkulu yang ingin mengembangkan potensinya mulai

dari ceramah, tilawah, kaligrafi ataupun menghafal al-Qur‟an yang merupakan

objek utama di ma‟had ini. Sudah banyak prestasi yang dicapai Ma‟had Al-

Jami‟ah Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, mulai dari tingkat Provinsi,

antar Sumatera, maupun tingkat Nasional. Mahasantri yang berprestasi tidak

hanya alumni dari pesantren sebelumnya melainkan banyak juga dari sekolah

umum.

Keberhasilan dalam mencetak tidak serta merta lahir begitu saja

tanpa adanya program yang baik dan faktor-faktor dorongan yang dapat

menjamin melahirkan kader-kader mahasantri/mahasiswa yang bernafaskan

al-Qur‟an, selain adanya program yang dijalankan dengan baik, sudah barang

tentu dibutuhkan faktor-faktor lain dalam mencapai tujuan tersebut salah

satunya adalah adanya dorongan lingkungan yang mempengaruhi dan

memotivasi mahasiswa dalam menghafal al-Qur‟an. Dengan dibangunnya

kebijakan yang berorientasi pada spirit pengembangan al-Qur‟an di Ma‟had

Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu, maka hal inilah yang akan mendukung

terealisasinya program tahfidz secara efektif dan efisien. Dengan hasil Ma‟had

ini sudah banyak melahirkan para penghafal al-Qur‟an yang berkualitas.

C. Hasil Penelitian

1. Program Tahfidz Al-Qur’an yang Berlangsung di Ma’had Putri IAIN

Bengkulu

Program tahfidz Qur‟an yaitu suatu rancangan kegiatan menghafal

Al-Qur‟an yang dilaksanankan berdasarkan aturan yang telah dibuat, mulai

dari peraturan, jadwal dan lain sebagainya untuk mencapai tujuan program

tahfidz Al-Qur‟an. Untuk melihat hasil tentang bagaimana proses

pelaksanaan program tahfidz di ma’had putri IAIN Bengkulu agar

tercapainya suatu tujuan secara efektif dan efisien maka peneliti

mengajukan pertanyaan yaitu : Bagaimana program tahfidz di ma’had

putri IAIN Bengkulu? “

Bapak Kurniawan, M.Pd. selaku staf bidang al-Qur‟an dan humas

menjawab:

Merupakan program utama dan unggulan jadi semua mahasantri

ma‟had al-jamiah IAIN Bengkulu itu diwajibkan untuk menghapal

al-qur‟an kemudian mengulang-ulang hapalannya dan menyetrokan

hapalannnya kepada ustad dan ustadaz yang sudah ditunjuk sesuai

dengan hasil kesepakatan para ustad hasil musyawarah hasil rapat

santri ini setornya sama ustad siapa santri ini setoran sama ustadaz

yang mana itu jadi programnya wajib bagi seluruh mahad santri

yang ada di ma‟had al-jamiah kemudian masa pendemi seperti ini

santri semseter satu, dua, tiga, dan empat dipulangkan semua dan

mereka menyetorkan hapalanya secara online atau daring melalui

channel yuotube atau google drive kemudian santri yang ada di

asrama adalah santri-santri yang sedang kkn atau menulis skripsi

dan mereka bisa setor langsung kepada ustad-ustadnya”.62

Gambar 4.1 Pelaksanaan setoran hafalan quran dengan Pembina atau

mentoring secara bergantian setelah sholat magrib dan subuh

Sumber: Data Primer, 2021

Pernyataan senada juga disampaikan oleh Amirul selaku mentoring

sebaya menjawab:

“Program itu merupakan wajib di ma‟had program tahfidz itu

dimulai dari juz tiga puluh disetorkan kepada musyrifah atau

kepada ustad ustadznya masing-masing sesuai dengan

pembagiannya masing-masing mahasantri yang tinggal di ma‟had

itu wajib setoran sekaligus menyelesaikan target-target yang sudah

ditetapkan”.63

62

Kurniawan, Wawancara, (Staf Bidang al-Qur‟an dan Humas Ma‟had Al-Jami‟ah

IAIN Bengkulu), Tanggal 02 September 2021 63

Amirul, Wawancara, (Mentoring Sebaya Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal

3 September 2021

Pernyataan senada juga disampaikan oleh Amirul selaku mentoring

sebaya menjawab:

“Program itu merupakan wajib di ma‟had program tahfidz itu

dimulai dari juz tiga puluh disetorkan kepada musyrifah atau

kepada ustad ustadznya masing-masing sesuai dengan

pembagiannya masing-masing mahasantri yang tinggal di ma‟had

itu wajib setoran sekaligus menyelesaikan target-target yang sudah

ditetapkan”.64

Gambar 4.2 Pelaksanaan setoran hafalan quran dengan Pembina atau

mentoring secara bergantian setelah sholat subuh

Sumber: Data Primer, 2021

Untuk memberikan hasil yang maksimal terhadap suatu tujuan,

tentu dibutuhkkan sistem pengorganisasian yang terstruktur. Untuk

memperluas hasil penelitian, peneliti mengajukan pertanyaan terkait waktu

pelaksanaan hafalandan setoran program tahfidz Al-Jami‟ah IAIN

Bengkulu.

64

Amirul, Wawancara, (Mentoring Sebaya Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal

3 September 2021

Adapun waktu pelaksanaan setoran hafalan tahfidz quran di

ma’had putri IAIN Bengkulu sebagai berikut:

a. Waktu Setoran Hafalan Tahfidz

Setoran hafalan merupakan gerbang utama menuju hafidz

quran dan program ini diwajibkan bagi seluruh santri. Biasanya di

setiap lembaga memiliki berbagai metode atau kebijakan dalam

melaksanakan setoran hafalan quran. Berdasarkan hasil wawancara

dengan Risda selaku mentoring sebaya yang mana peneliti mengajukan

pertanyaan: kapan pelaksanaan hafalan dan setoran rutin program

tahfidz?

“Nah kalau ustad iwan itu setorannya setiap habiis ashar, kalau

ustad dia ada dua kali jadwal habis magrib dan habis subuh,

kalau sama umi itu seminggu sekali tapi mereka banyak,

maksudnya kalau kami bedah misalnya satu kali sehari itu

minimal satu halaman jadi boleh magrib atau subuh tapi kalau

umi biasanya mereka itu terkadang sampai empat lembar

delapan halaman jadi mereka sama umi itu dikumpulkan dulu

hapalannya baru disetrokan, terus kalau misalnya peringkingan

setiap mau nak semester itu perengkingan dari terbanyak

hapalannya misalnya sudah berapa juz hapalannya sampai

yang terakhir itu tidak membatasi kalau dia semester berapa

satu, dua, tiga dia memang seluruhnya digabung dari semester

satu sampai tujuh itukan anti kalau misalnya sudah dua puluh

kebawah hati-hati dikeluarkan”.65

Pernyataan senada juga disampaikan oleh Ustad Iwan Staf

Bidang Umum dan Humas beliau menjawab :

“Untuk waktu pelaksanaannya dalam satu minggu diadakan

selama empat kali pertemuan di empat kali pertemuan ini

terdapat sistem menghafal dan menyetoran hafalannya. Bagi

mahasantri yang tidak bisa memenuhi jumlah hafalannya,

65

Risda, Wawancara, (Mentoring Sebaya Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal 3

September 2021

sebagaimana sudah menjadi kebijakan Ma‟had Al-Jami‟ah,

maka santrti tersebut akan dikeluarkan dari Ma‟had selama 3

bulan.” 66

Dari hasil wawancara di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa waktu pelaksanaanya menghafal dan setoran hafalan

dilaksanakan empat kali dalam satu minggu. Sifatnya fleksibel sesuai

dengan kesepakatan dengan mentoring masing-masing. Yang

terpenting adalah dalam waktu satu mnggu ini, kegiatan menghafal dan

setoran hafalan rutin dilakasanakan.

b. Agen pelaksana program tahfidz

Dalam sebuah lembaga atau organisasi tentu diperlukan agen

pelaksana atau aktor untuk penggerak organisasi tersebut. Agar suatu

tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Hal ini juga diperkuat

berdasarkan hasil wawancara dengan ustadz Kurniawan selaku Staff

Humas dan pengembangan al-Qur‟an Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN

Bengkulu. Yang mana peneliti mengajukan pertanyaan “Siapa saja

pelaksana program tahfidz Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu?

“Pelaksana program tahfidz di ma’had putri IAIN Bengkulu

adalah seluruh Ustadz-Ustadzah Ma‟had terhususnya yang

diamanahkan dibagian posisi staff pengembangan al-Quran Al-

Jamiah IAIN Bengkulu. Selain itu kami juga mengamanahkan

kepada mahasantri yang sudah dipercaya untuk membantu

menjadi mentoring sebaya bagi adik-adiknya.”67

Pernyataan senada juga disampaikan oleh Risda selaku

mentoring sebaya ma‟had putri IAIN Bengkulu.

66

Ustad Iwan, Wawancara, (Staf Bidang Umum dan Humas Ma‟had Al-Jami‟ah

IAIN Bengkulu), Tanggal 02 September 2021 67

Kurniawan, Wawancara, (Staf Bidang al-Qur‟an dan Humas Ma‟had Al-Jami‟ah

IAIN Bengkulu), Tanggal 02 September 2021

“Mentoringnya itu terdiri dari ustadz-ustadzah serta tutor

sebaya. Setiap peserta atau santri menyetorkan hafalannya

sesuai dengan mentoringnya masing-masing. Namun di

program ini memiliki beberapa target hafalan setiap santri”.68

Pernyataan senada juga disampaikan oleh Amirul selaku

mentoring sebaya di ma’had putri IAIN Bengkulu.

“Pelaksananya adalah ustadz-ustadzah ma’had putri IAIN

Bengkulu dan mentoringnya juga dibantu oleh sebagian

mahasantri yang sudah memenuhi kriteria sebagai mentoring.”

Dari hasil wawancara di atas, maka penulis dapat

menyimpukan bahwa agen pelaksana dari progam tahfidz ma’had putri

IAIN Bengkulu adalah seluruh ustadz ustadzah yang sudah

dimanahkan atau dipercayai untuk menjadi pembina atau mentoring

mahasantri. Selain itu, disini juga ditunjuk mentoring sebaya yang

mana diambil dari mahasantri yang sudah mahir dibidang tahfidz.

2. Pengorganisasian Program Ma’had Putri IAIN Bengkulu dalam

Mengelola Program Tahfidz Al-Qur’an

Dalam melaksanakan sebuah lembaga atau organisasi, tentu

diperlukan pembagian kerja agar dapat memaksimalkan hasil suatu tujuan.

Pengorganisasian program tahfidz al-Qur‟an merupakan penyusunan dan

pembagian tugas kepada masing-masing anggota di dalam suatu kelompok

untuk membuat kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan

dalam kurun waktu tertentu yang bertujuan untuk mempermudah santri

dalam melakukan kegiatan menghapal al-Qur‟an sehingga tujuan program

tahfidz al-Qur‟an dapat dicapai secara efektif.

68

Risda, Wawancara, (Mentoring Sebaya Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal 3

September 2021

Adapun pengorganisasian disini lebih dijelaskan dalam deskripsi

pekerjaan dan membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai

dengan kemampuannya mengalokasikan sumber daya, serta mengkoor-

dinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan program tahfiz.

Sejalan dengan hal tersebut, pengorganisasian program tahfidz al-

Qur‟an di ma’had putri IAIN Bengkulu ialah ada beberapa indikator yang

harus dilakukan yaitu sebagai berikut: Pertama, perincian tenaga

pembimbing atau disebut ustad dalam mengembangkan program tahfidz

secara efektif dan efisien yang dilakukan pihak lembaga atau pimpinan

ma’hd. Kedua, pembagian pekerjaan atau tugas ustad selaku pembina

program tahfidz yakni menyimak setoran hapalan para santri secara

bergiliran. Ketiga, melakukan pengelompokkan tugas yang saling

berkaitan, dalam arti membagi tugas masing-masing para pembina program

tahfidz. Keempat, menetapkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan

pekerjaan dalam satu kesatuan yang harmonis. Kelima, melakukan

monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuain untuk

mempertahankan dan meningkatkan efektivitas. Maka peneliti mengajukan

pertanyaan bagaimana pembagian kerja program tahfidz ma’had putri IAIN

Bengkulu? Bapak Kurniawan M.pd. selaku staf bidang al-Qur‟an dan

humas menjawab:

“Misalnya ustad A santrinya sudah di bagian di tetapkan.

Begitulah dengan seterusnya. Nah, disini kami juga meunjuk

seperti guru pamong atau disebut sebagai tutor sebaya. Untuk

mentoring atau pembinanya tidak mesti terpaku sesuai bagian laki-

laki hanya bagian laki-laki saja, begitupun sebaliknya dengan

bagian perempuannya. Karena kapasitas guru laki-laki dan guru

perempuan terbatas. Sehingga ada yang menyetor dengan

ustadz/ustadzah. Untuk pelaksanaan menyetor hafalan dilakukan

secara fleksible. Missal jika ada waktu luang, santri boleh menyetor

hafalannya sesuai dengan mentoringnya masing-masiing selagi itu

tidak mengganggu waktu lain atau mungkin ada alas an syar‟i yang

menghambat proses penyetoran hafalan santri”.69

Pernyataan senada juga disampaian oleh Risda selaku tutor sebaya

di program tahfidz ma’had putri IAIN Bengkulu.

“Pembagian kerjanya adalah dengan cara membagi beberapa

kelompok yang mana mentoringnya itu terdiri dari ustadz-ustadzah

serta tutor sebaya. Setiap peserta atau santri menyetorkan

hafalannya sesuai dengan mentoringnya masing-masing. Namun di

program ini memiliki beberapa target hafalan setiap santri. Yang

mana santri tersebut harus bisa mencapai target hafalan sesuai

dengan regulasi atau kebijakan dari Ma‟had. Untuk pelaksanaan

hafalan ada yang namanya waktu yang ditentukan da nada waktu

fleksibel. Nah jika seandainya ada santri yang ingin menyetorkan

hafalannya, maka dibolehkan untuk menghubungi tutornya masing-

masing. Sebagaimana tutornya telah di bagi dan ditetapkan”.70

Pernyataan senada juga disampaikan oleh Amirul selaku santri di

program Tahfidz Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu.

“Pembagian kerjanya dibagi ada yang kepada musyrifahnya jadi

ada yang kepada ustad ustadnya ada juga yang ke mbak-mbaknya.

Jadi kalau misalnya setroannya kepada ustad ustadnya itu tidak tiap

hari. Ada juga tutor sebaya seperti kakak tingkatnya misalnya satu

orang kakak tingkatnya ada dua orang adek yang setoran kepada

beliua ada juga yang ke ustad ustadznya”.71

Selanjutnya, dalam mengorganisasikan program tahfidz ada

beberapa hal yang harus disiapkan oleh musyrifah sebagai tenaga tutor

tahfidz, sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Kurniawan selaku staf

69

Kurniawan, Wawancara, (Staf Bidang al-Qur‟an dan Humas Ma‟had Al-Jami‟ah

IAIN Bengkulu), Tanggal 02 September 2021 70

Risda, Wawancara, (Mentoring Sebaya Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal 3

September 2021 71

Amirul, Wawancara, (Mentoring Sebaya Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal

3 September 2021

bidang al-Qur‟an dan humas ma’had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu dalam

wawancara, beliau mengatakan:

“Hal-hal yang harus disipakan oleh musyrifah sebagai tenaga tutor

tahfidz yaitu komitmen, semangat, Qiroa‟tuhu (bacaannya harus

standart) walaupun mereka belum memliki sanad minimal mereka

mampu dalam bidang tadjwid atau makhrijul huruf dan terakhir,

memanage program ini agar berjalan dengan baik”.72

Dari hasil wawancara penulis dapat menyimpulkan bahwa

pengorganisasian kerja program Tahfidz di Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN

Bengkulu merupakan ustad-ustadzah yang telah dimanahkan di bagian

tahfidz tersebut. Selain itu, program ini juga dibantu oleh mahasantri atau

disebut sebagai tutor sebaya yang sudah memenuhi standar kriteria yang

cukup mumpuni di bidang tahfidz.

Lebih lanjut lagi dalam menetapkan mekanisme kerja untuk

mengkoordinasikan pekerjaan dalam satu kesatuan yang hermonis, Bapak

Kurniawan selaku staf bidang al-Qur‟an dan humas ma’had Al-Jami‟ah

IAIN Bengkulu, dalam wawancara mengatakan:

“Ada jadwal tertentu seperti pertemuan yang diadakan seminggu

sekali guna mmbahas masalah-masalah mahasantri yang belum

dapat mencapai target tertentu dikoordinasikan di forum dan dicari

solusi bersama-sama, untuk kemudian diterapkan pada mahasantri-

mahasantri tersebut”.73

Pernyataan senada juga disampaian oleh Risda selaku tutor sebaya

di program tahfidz ma’had putri IAIN Bengkulu, dalam wawancara

mengatakan:

72

Kurniawan, Wawancara, (Staf Bidang al-Qur‟an dan Humas Ma‟had Al-Jami‟ah

IAIN Bengkulu), Tanggal 02 September 2021 73

Kurniawan, Wawancara, (Staf Bidang al-Qur‟an dan Humas Ma‟had Al-Jami‟ah

IAIN Bengkulu), Tanggal 02 September 2021

“Karena mahasantrinya sudah lumayan banyak, jadi masing-masing

pembina dalam hal ini disebut juga sebagai ustazah dan juga

musyrifah senantiasa saling berkoordinasi mengenai perkembangan

hafalan santri kemudian membuat laporan kepada kabid al-qur‟an

dan humas ma’had untuk selanjutnya dilaporkan ke sekretais

kemudian dilanjutkan ke pada direktur ma’had, untuk dilakukan

tindakan yang sesuai dengan permasalahan yang terjadi”.74

Berdasarkan wawancara diatas dapat penulis simpulkan, bahwa

dalam menetapkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan pekerjaan

para ustazah dan mentor serta musyrifah tahfidz harus bekerjasama dalam

memberi dukungan kepada mahasantri dan memprioritaskan program

tahfidzh Al-Qu‟an. Sehingga antara ustadzah ataupun pembina tahfidz

dengan kabid al-qur‟an dan humas mengadakan pertemuan untuk

membicarakan masalah-masalah yang ada di program tahfidz, misalkan ada

anak–anak yang sulit atau membaca al-qur‟an boleh dikoordinasikan

dengan forum, setelah itu dicari solusi secara bersama-sama. Kemudian

ketika sudah bersepakat ada solusi bersama baru nanti dilapangan

diterapkan apa yang sudah diarapatkan. Semua itu dilakukan agar program

tahfidz dapat mencapai tujuannya.

Selain tahapan koordinasi pekerjaan, pengorganisasian program

tahfidz di ma’had Putri IAIN Bengkulu juga melakukan kegiatan

monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuain untuk

mempertahankan dan meningkatkan efektivitas dari program tahfidz Al-

Qur‟an. Seperti yang dikatakan oleh staf bidang al-Qur‟an dan humas

ma’had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu ialah sebagai berikut:

74

Risda, Wawancara, (Mentoring Sebaya Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal 3

September 2021

“Sebelum pengelompokkan pagi siang dan ba‟da subuh, bagian Ttq

mengecekatau mengontrol mentoring dan mahsantri santri untuk

diabsen. kemudian setiap bulan ada laporan setiap pembimbinng

kepada kepala bidang tahfidz Al-Qur‟an, seperti sudah sampai

dimana kemampuan hapalan dan bacaannya. Tujuannnya untuk

melihat bagaimana perkembangan dari setiap mahasantri.

Kemudian mahasantri yang baru bisa belajar membaca al-quran

atau tahsin kepada musyrifah atau kepada musrifatul itu mbak-mbak

senior atau mas-mas senior yang ditunjuk diasrama kemudian nanti

selanjutnya maha santri baru tersebut juga tetap sentoran kepada

ustad dan ustadaz dan mbak mas musyrifah atau musrifatul juga

tetap menyetorkan hapalan ustad dan ustadznya jadi sistemnya

prinsipnya juga berjenjang berpusat jadi maha santri baru juga bisa

belajar kepada musyrifah dan musrifatul dan musyrifah dan

musrifatul menyetorkan kepada ustad dan ustdazahnya”.75

Pernyataan senanda juga disampaikan oleh Risda selaku mentoring

program Tahfidz Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu beliau menjawab:

“Adik tingkat semester 1 mereka setahun pakai tutor maksudnya dari

kami dipilih jadi mereka nyetornya kekami dulu nanti kalau sudah

masuk juz tiga puluh sudah mau masuk juz satu itu baru ke ustadnya.

Sudah tidak bisa lagi ketutornya lagi nanti setiap tahun masuk lagi

murid baru nah yang kakak-kakak tingkatnya tadi yang pandai

terima setoran yang hapalannya bagus baru dijadikan tutor dan tidak

semaunya sama ustad itupun dibagi tidak semunya mungki tiga

puluh orang sama umi, sama ustad Iwan, dan ustad Kur. Kalau kami

dulu sebelumya memang anak Bidikmisa saja yang masuk sini dan

angkatan kami itu memang diseleksi jadi dari latar belakang yang

MAN dan SMA jadi targetnya satu juz setengah. Kalau yang di

bawah kami adik-adik sudah dipilih dari ustad maksudnya memang

anak-anak yang pernah mondok tahfidz bawahan hapalannya 10 juz

jadi merka dua juz. Jadi ketika masuk kesini tidak perlu ada

pegangan hapalannya yang penting ada kemaun, untuk hapalannya

nanti kembali diulang”.76

Pernyataan senanda juga disampaikan oleh Amirul selaku santri

program Tahfidz Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu beliau menjawab:

75

Kurniawan, Wawancara, (Staf Bidang al-Qur‟an dan Humas Ma‟had Al-Jami‟ah

IAIN Bengkulu), Tanggal 02 September 2021 76

Risda, Wawancara, (Mentoring Sebaya Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal 3

September 2021

“Kalau yang tahfidz maksudnya yang adek-adeknya harus

continuous orangnya jadi kita harus juga memperhatikan siapa saja

yang setoran karena ada buku tahfidz. Karena di ma‟had harus

sesuai dengan target”.77

Dari hasil wwancara di atas, penulis dapat menyimpulkan kegiatan

monitoring dari pengorganisasian program tahfidz Al-Qur‟an ma’had putri

IAIN Bengkulu adalah pertama, melakukan absensi baik guru maupun

santri yang ada dalam kelompok program tahfidz. Kedua, kepala bidang

Ttq dan pembina tahfidz melakukan pertemuan yaitu seminggu sekali

dalam bentuk memberikan laporan hasil setoran santri. Ketiga, direktur

ma’had dan kepala staf bidang al-Qur‟an dan Humas ma’had melakukan

pengecekkan dan melihat langsung berjalan atau tidaknya program tahfidz

yang telah direncanakan dan diorganisasikan.

Untuk memudahkan dalam proses pelaksanaan menghafal dan

menyetor hafalan, program tahfidz di ma’had putri IAIN Bengkulu

membagi peserta dalam bentu kelompok guna untuk keefektifan dalam

menghafal. Hal ini juga diperkuat yang mana peneliti mengajukan

pertanyaan kepada Dinda selaku mahasantri di ma’had putri IAIN

Bengkulu. Adapun pertanyaa yang peneliti ajukan adalah: Berapa orang

dalam satu kelompok?

“Dalam satu kelompok dibagi rata dari jumlah mahasantri. Dalam

satu elompok ini terdiri dari kisaran 30 orang yang mana 30 orang

ini di pegang oleh satu orang Pembina”.78

77

Amirul, Wawancara, (Mentoring Sebaya Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal

3 September 2021 78

Dinda, Wawancara, (Mahasantri Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal 6

September 2021

Pernyataan senada juga disampaikan oleh Risda selaku tutor sebaya

beliau menjawab:

“Saya selaku tutor sebaya,saya diamanahkan untuk memegang 2/3

orang peserta dan kami dari tutor sebaya diamanahkan untuk

menyimak hafalan dibagian juz 30 saja mbak”.79

Pernyataan senada juga disampaikan oleh Amirul tutor sebaya

beliau menjawab:

“Dalam satu kelompok kami selaku tutor sebaya diamanahkah

untuk memegang 2/3 orang peserta saja.”

Pernyataan senada juga disampakan oleh Dinda selaku mahasantri

Mah‟ad Al-Jami‟ah beliau menjawab:

“Dalam satu kelompok terdiri dari 30 orang yang mana setiap

Pembina mempunyai 30 orang untuk di pegang”.80

Dari hasil wawancara di atas, dapat penulis simpulkan bahwa

pembagian kelompok dibagi rata sesusai dengan jumlah mahasantri. Dalam

satu kelompok terdapat kisaran tiga puluh orang.

D. Pembahasan

1. Program Tahfidz Al-Qur’an yang Berlangsung di Ma’had Putri IAIN

Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitan di atas dapat peneliti jelaskan bahwa

program tahfidz merupakan program yang wajib dihafalkan oleh setiap

santri yang ada di ma‟had putri IAIN Bengkulu. Dalam pelaksanaannya,

santri di bagi menjadi beberapa kelompok untuk menyetorkan hafalannya

79

Risda, Wawancara, (Mentor Sebaya Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal 3

September 2021 80

Dinda, Wawancara, (Mahasantri Ma‟had Putri IAIN Bengkulu), Tanggal 6

September 2021

kepada mentoring masing-masing. Hal ini sejalan dengan yang

diungkapkan oleh Sutapa yang dikutip oleh Rusdiana, dimana istilah

program sering dipahami sebagai sebuah rencana atau rancangan kegiatan

dan program diartikan sebagai kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi

atau implementasi dari suatu kebijakan, langsung dalam proses

kesinambungan, terjadi dalam suatu organisasi.81

Selanjutnya Tahfidz Al-

Qur‟an adalah proses untuk memelihara, menjaga an melestarikan

kemurnian Al-Qur‟an yang diturunkan kepada Rasulullah saw di luar

kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga

dari kelupaan baik secara keseluruhan maupun sebagiannya.

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa proses kegiatan pada

program tahfidz di ma’had putri IAIN Bengkulu dilihat dari waktu

pelaksanaannya, dimana waktu untuk menghafal dan setoran hafalan

dilaksanakan empat kali dalam satu minggu. Sifatnya fleksibel sesuai

dengan kesepakatan dengan mentoring masing-masing, tetapi dalam waktu

satu minggu, kegiatan tersebut pelaksanaannya harus rutin.

Dari segi keluasan dan waktu, suatu lembaga tahfiz al-Qur‟an

harus memperlihatkan adanya pemisahan atau penjelasan antara rencana

jangka panjang dan rencana jangka pendek. Artinya, target pendidikan

sudah dirumuskan sejak awal dan sudah disosialisasikan kepada para

santri dan juga orangtua. Misal, dalam jangka pendek santri sudah bisa

81 Rusdiana, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan, (Medan: Perdana, 2017),

h. 22

hafal 1 ayat/hari, sedangkan jangka panjang adalah santri bisa hafal al-

Qur‟an 30 juz dalam jangka waktu 2-5 tahun.

Berdasarkan kebijakan di Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu,

mahasantri diwajibkan menghafal Al-Quran minimal 5 Juz Al-Quran

dalam jangka kurang lebih 4 tahun dan apabila mahasantri tidak mampu,

maka akan terus dibimbing hingga hafal, tetapi jika mahasantri tersebut

masih merasa tidak mampu, maka dengan sendirinya ia akan

mengundurkan diri dari program tahfidz dan keluar dari ma‟had putri

IAIN Bengkulu.

Selain dari waktu pelaksanaannya, proses kegiatan dapat juga

dilihat dari agen-agen pelaksanaanya. Berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa agen pelaksana dari progam Tahfidz Ma‟had Al-Jami‟ah

IAIN Bengkulu adalah seluruh ustadz-ustadzah yang sudah dimanahkan

atau dipercayai untuk menjadi pembina atau mentoring mahasantri. Selain

itu, juga ditunjuk mentoring sebaya yang mana diambil dari mahasantri

yang hafalan Al-Qur‟annya di atas 5 juz dan sudah dianggap mahir

dibidang tahfidz.

2. Pengorganisasian Program Ma’had Putri IAIN Bengkulu dalam

Mengelola Program Tahfidz Al-Qur’an

Berdasarkan hasil penelitian, pengorganisasian kerja program

tahfidz di ma’had putri IAIN Bengkulu diawali dengan perincian tenaga

pembimbing atau disebut ustad dalam mengembangkan program tahfidz,

dalam hal ini merupakan ustad-ustadzah yang telah dimanahkan di bagian

tahfidz tersebut. Selain itu, program ini juga dibantu oleh mahasantri atau

disebut sebagai tutor sebaya yang sudah memenuhi standar kriteria yang

cukup mumpuni di bidang tahfidz.

Kedua, pembagian pekerjaan atau tugas ustad selaku pembina

program tahfidz yakni menyimak setoran hapalan para santri secara

bergiliran. Ketiga, melakukan pengelompokkan tugas yang saling

berkaitan, dalam arti membagi tugas masing-masing para pembina

program tahfidz serta pengelompokan juga dilakukan terhadp mahasantri

sesuai dengan banyaknya hafalan Al-Qur‟annya.

Keempat, menetapkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan

pekerjaan dalam satu kesatuan yang harmonis. Pengelolaan atau

manajemen merupakan kegiatan yang dilakukan dalam upaya menerapkan

fungsi-fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian dan evaluasi

dengan menggunakan sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan

tertentu yang ditetapkan. Manajemen pada dasarnya merupakan suatu

proses penggunaaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran

atau tujuan tertentu.

Stoner. James A.F dan R. Edward Freeman terjemahan

WilhelmusW. Bakowatun menjelaskan “Manajemen adalah proses

perencanaan, pengorganisasian, pemimpin, dan pengendalian upaya

anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumberdaya organisasi

untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Disebuah

program tahfidz Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu tentunya diperlukan

pengorganisasian yang efektif agar tercapai suatu tujuan tertentu.82

Program Tahfidz Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu yaitu program ini

merupakan program yang wajib dihafalkan oleh sietiap santri dalam

pelaksaannya, santri di bagi menjadi beberapa kelompok untuk

meenyetorkan hapalannya kepada mentoring masing-masing. Mentoring

ini meliputi ustad atau ustadz yang mengurus dibagian program tahfidz.

Tidak hanya itu, pembina juga diambil dari santri ma‟had tersebut atau

disebut sebagai mentoring sebaya.

Kelima, melakukan monitoring dan mengambil langkah-langkah

penyesuain untuk mempertahankan dan meningkatkan efektivitas.

Sebagaimana kegiatan mentoring dalam pengorganisasian program tahfidz

intinya semua santri diwajibkan menghafal kemudian mereka menyetorkan

hafalannya kepada ustad atau ustadazah yang sudah ditunjuk misalnya

disini ada ustadnya ada lima santrinya ada seratus lima puluh sampai

seratus sembilan puluh misalnya jadi itu dibagi menjadi lima satu ustad

ada tiga puluh orang secara otomatis santri-santri tersebut setornya selalu

setornya kepada ustad ustadzah yang sudah ditunjuk dan tidak kepada

ustad-ustad yang lain.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dirangkum dalam tabel

tentang pengorganisasian

82

Dewi Siti Hanizar dkk, “Pengelolaan Program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat”.

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), Vol. 3 No. 11, 2014, h. 3

Tabel 4.3 Pengorganisasian Program Tahfidz di ma’had putri IAIN Bengkulu

No Tahapan

Pengorganisasian Kegiatan

1 Perincian tenga

pembimbing/ment

oring

Merincikan tenaga pembimbing atau disebut

ustad-ustadzah yang telah dimanahkan di

bagian tahfidz tersebut. Selain itu, program ini

juga dibantu oleh mahasantri atau disebut

sebagai tutor sebaya yang sudah memenuhi

standar kriteria yang cukup mumpuni di bidang

tahfidz

2 Pembagian Tugas Pembagian pekerjaan atau tugas ustad/ustadzah

selaku pembina program tahfidz yakni

menyimak setoran hapalan para santri secara

bergiliran.

3 Pengelompokan

Tugas

Membagi tugas masing-masing para 71embina

program tahfidz serta pengelompokan juga

dilakukan terhadp mahasantri sesuai dengan

banyaknya hafalan Al-Qur‟annya.

4 Penetapan

mekanisme kerja

Dalam menetapkan mekanisme kerja untuk

mengkoordinasikan pekerjaan para ustazah dan

mentor serta musyrifah tahfidz harus

bekerjasama dalam memberi dukungan kepada

mahasantri dan memprioritaskan program

tahfidzh Al-Qu‟an. Sehingga antara ustadzah

ataupun pembina tahfidz dengan kabid al-

qur‟an dan humas mengadakan pertemuan

untuk membicarakan masalah-masalah yang

ada di program tahfidz, misalkan ada anak–

anak yang sulit atau membaca al-qur‟an boleh

dikoordinasikan dengan forum, setelah itu

dicari solusi secara bersama-sama. Kemudian

ketika sudah bersepakat ada solusi bersama

baru nanti dilapangan diterapkan apa yang

sudah diarapatkan. Semua itu dilakukan agar

program tahfidz dapat mencapai tujuannya

5 Monitoring Kegiatan monitoring dari pengorganisasian

program tahfidz Al-Qur‟an ma’had putri IAIN

Bengkulu adalah pertama, melakukan absensi

baik guru maupun santri yang ada dalam

kelompok program tahfidz. Kedua, kepala

bidang Ttq dan pembina tahfidz melakukan

pertemuan yaitu seminggu sekali dalam bentuk

memberikan laporan hasil setoran santri.

Ketiga, direktur ma’had dan kepala staf bidang

al-Qur‟an dan humas ma’had melakukan

pengecekkan dan melihat langsung berjalan

atau tidaknya program tahfidz yang telah

direncanakan dan diorganisasikan.

Dari tabel di atas, diketahui bahwa agen pelaksana dari progam

tahfidz ma’had putri IAIN Bengkulu adalah seluruh ustadz ustadzah yang

sudah dimanahkan atau dipercayai untuk menjadi pembina atau mentoring

mahasantri. Selain itu, disini juga ditunjuk mentoring sebaya yang mana

diambil dari mahasantri yang sudah mahir dibidang tahfidzUntuk melihat

perkembangan setiap santri, peserta dibagi berdasarkan tingkat hapalan

dan kefasihan dalanm membaca al-quran masing-masing. Sebelum

pandemi, Tahfidz Al Jami‟ah memiliki program setiap bulannya yang

disebut sebagai rangking hapalan. Kegiatan ini bertujuan untuk memfilter

perkembangan santri dalam pembacaan dan penghafalan Quran.

Perkembangan ini rutin dilakukan pada setiap bulannya guna

untuk mengetahui perkembangan dan mengevaluasi program tahfidz.

Alhamdulillah dengan adanya program perincian bulanan, tahfidz al

jamiah sudah banyak menorah pestasi-prestasi baik di tingkat daerah

maupun di tingkat nasional. Hadirnya prestasi yang membanggakan ini,

tidak lepas dari sistem pengorganisasian yang efektif. Dengan adanya

manajemen yang berkualitas maka akan melahirkan generasi-generasi

yang berkualitas terkhususnya di bidang Qurani. Pada masa pandemi ini

sistem setoran hafalan dilaksanakan secara via online.

Mentoring ini meliputi ustad atau ustadzah yang mengurus

dibagian program tahfidz. Tidak hanya itu, pembina juga diambil dari

santri ma‟had tersebut atau disebut sebagai mentoring sebaya. Untuk

melihat perkembangan setiap santri, peserta dibagi berdasarkan kelompok

tingkat hafalan dan kefasihan dalanm membaca al-quran masing-masing.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh

Dale yang dikutip oleh Engkoswara, beliau mengungkapkan bahwa

langkah sebagai prosedur pengorganisasian yaitu: 1) Pemerincian

pekerjaan, yaitu menentukan tugas-tugas apa yang harus dilakukan untuk

mencapai tujuan organisasi, 2) Pembagian beban pekerjaan kepada orang-

orang yang memiliki kualifikasi yang tepat dan dengan beban yang

rasional, tidak overloaded an tidak terlalu ringan agar mencapai

pelaksanaan secara efektif dan efisien, dan Pengadaan dan pengembangan

mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan.83

Sebelum pandemi, tahfidz al jami‟ah memiliki program setiap

bulannya yang disebut sebagai rangking hafalan. Kegiatan ini bertujuan

untuk memfilter perkembangan santri dalam pembacaan dan penghafalan

Quran. Perkembangan ini rutin dilakukan pada setiap bulannya guna untuk

mengetahui perkembangan dan mengevaluasi program tahfidz.

Alhamdulillah dengan adanya program perincian bulanan, Tahfidz Al-

Jamiah sudah banyak meraih prestasi-prestasi baik di tingkat Daerah

maupun di tingkat Nasional. Hadirnya prestasi yang membanggakan ini,

tidak lepas dari sistem pengorganisasian yang efektif. Dengan adanya

83

Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan …, h. 150

manajemen yang berkualitas maka akan melahirkan generasi-generasi

yang berkualitas terkhususnya di bidang Qurani.

Pada masa pandemi ini sistem setoran hafalan dilaksanakan secara

via online. Untuk program menyetor hafalan tahfidz sifatnya tergantung

dengan pembina masing-masing. Yang terpenting adalah bagaimana

ma‟had al-jami‟ah bisa mencetak generasi penghafal quran dan sistem

pengorganisasiannya diserahkan kepada pengurus ma’had terkhusunya

para pembinanya. Karena di ma’had ini mahansatri wajib memiliki jumlah

hafalan sesuai dengan regulasi dari ma’had al jamiah.

Secara organisasi, disini juga ada sistem tutor sebaya yang mana

tutor sebaya itu biasanya mahasantri baru itu bisa belajar menghapal

kepada mahasantri tingkat atas secara oraganisasi mungkin sebelum

menyetoran kepada ustad-ustadaznya mahasantri harus yang masih sedikit

hapalanya bisa mencari patner atau menace kawan untuk menghapal untuk

saling menyimakan hapalannya jadi mungkn antara kawan satu semester

atau mungkin kawan-kawan yang lemah hafalanya lepada kawan yang

kuat hapalannya jadi biisa saling mendukung bisa saling memeriksa bisa

saling cek hapalannya saling membenarkan hafalannya.

Sebelum mahasantri menyetorkan hafalannya kepada ustad atau

ustadanya mereka saling berkerja sama saling mendengarkan saling

menyimak hafalan dan saling membenarkan bacaan artinya saat mereka

menyetorkan hapalannya kepada ustad-ustadaznya bacaanya sudah baik,

bacaanya sudah lancar karena sudah dicek sudah diperiksa antara

mahasantri jadi sistemnya seperti itu kemudian mungkin kalau pada masa-

masa situasi normal semua hapalan tingkat sema‟had dari semester atas

sampai semester baru kemudian nanti dilaporkan kepada rektor tentang

perkembangan hafalan-hafalan maha santrinya dirangking dicek setiap

bulannya ada rangking secara umum mahasantri (Lihat lampiran 5).

Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh Khalid bahwa

program pendidikan menghafal (tahfidz) Al-Qur‟an adalah program

menghafal Al-Qur‟an dengan mutqin (hafalan yang kuat) terhadap lafazh-

lafazh Al-Qur‟an dan menghafal makna-maknanya dengan kuat yang

memudahkan untuk menghindarkannya setiap menghadapi berbagai

masalah kehidupan, yang mana Al-Qur‟an senantiasa ada dan hidup di

dalam hati sepanjang waktu sehingga memudahkan untuk menerapkan dan

mengamalkannya.84

Dan juga karena Tahfidz Al-Qur‟an merupakana cara

untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian Al-Qur‟an yang

diturunkan Allah kepada Nabi Muhammmad saw diluar kepala agar tidak

terjadi perubahan dan kepalsuan serta dapat menjaga diri dari kelupaan

baik secara keseluruhan maupun sebagian.

84

Khalid Bin Abdul Karim Al-Lahim, Mengapa Saya Menghafal Al-Qur’an,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 19

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat

disimpulkan bahwa Pertama, program tahfidz ini merupakan program yang

wajib dilaksanakan oleh seluruh mahasantri ma‟had IAIN Bengkulu yang

mana proses kegiatan pada program tahfidz di Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN

Bengkulu dilihat dari waktu pelaksanaannya untuk menghafal dan setoran

hafalan dilaksanakan empat kali dalam satu minggu. Sifatnya fleksibel sesuai

dengan kesepakatan dengan mentoring masing-masing, tetapi dalam waktu

satu minggu tersebut, kegiatan pelaksanaannya harus rutin, untuk agen

pelaksana dari progam Tahfidz Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu adalah

seluruh ustadz-ustadzah yang sudah dimanahkan atau dipercayai untuk

menjadi pembina atau mentoring mahasantri.

Kedua, pengorganisasian program tahfidz al-Qur‟an di ma’had putri

IAIN Bengkulu disusun berpedomankan atas syarat lulus dari Ma‟had ini

harus memiliki target hafalan al-Quran minimal lima juz, sehingga

pengorganisasiannya yaitu diawali dengan penyampaian target pendidikan

yang sudah dirumuskan sejak awal dan sudah disosialisasikan kepada para

santri dan juga orangtua seperti untuk dalam jangka pendek mahasantri sudah

bisa hafal 1 ayat/hari, sedangkan untuk jangka panjang, mahasantri diwajibkan

menghafal al-Quran minimal 5 Juz al-Quran dalam jangka kurang lebih 4

76

tahun, langkah kedua adalah perincian tenaga pembimbing atau disebut ustad,

pembagian tugas kerja, pengelompokan tugas dan mahasantri, menetapkan

mekanisme kerja dan monitoring secara berkala hasil pencapaian hafalan

mahasantri, dan bagi yang telah mencapai target dilakukan wisuda dan

diberikan piagam.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang

hendak penulis sampaikan yaitu:

1. Prodi Manajemen Dakwah dimasa mendatang perlu mempertimbangkan

studi-studi tentang program pure/islam diorganisasi sebagai bentuk

pengutan lokos studi manajemen dakwah.

2. Untuk Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu, agar dapat membuat

manajemen waktu agar tercipta ketertiban dan kedisiplinan dalam proses

menghafal dan setoran tahfidz supaya tercipta mahasantri yang bukan

hanya sebagai hafidz/hafidzah saja tetapi berkepribadian yang mandiri dan

disiplin untuk kedepannya. Serta menambah target hafalan bagi mahasantri

untuk hafalan hariannya karena statusnya sebagai mahasantri.

3. Untuk mahasiswa Perlunya kesadaran terkhusunya di kampus Islam akan

eksistensi hafalan quran karena dalam persepktif masyarakat bahwa

kampus Islam memiliki orientasi untuk menciptakan generasi yang

Qurani.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Maturidi, Mansur. 2013. Ma’had Al-Jami’ah Sebagai Wadah Penanaman

Nilai Islami, diakses https://www.academia.edu,

Arief, Bowo. 2008. Pengorganisasian. Jakarta: Fak. Ekonomi Universitas

Mercubuana

Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2004. Evaluasi Program

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2006. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Bogdan, Robert & Steven J. Taylor alih bahasa Arief Furchan. 1992. Pengantar

Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usana Offset Printing

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grafindo

Persada

Engkoswara dan Aan Komariah. 2012. Administrasi Pendidikan. Bandung:

Alfabeta

Fathurrohman, Muhammad. 2012. Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu

Pendidikan Islam Peningkatan Lembaga Pendidikan Islam Secara Holistik

(Praktik Dan Teori). Yogyakarta: Teras

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan Al-Kafi, Bandung :

Diponegoro, 2013

Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur’an dan Terjemah Al-Jumanatul ‘Ali Seuntai

Mutiara yang Maha Luhur, Bandung: J-Art

Handoko, T. Hani. 1997. Manajemen Edisi 2, Yogyakarta: BPFE

Hanizar, Dewi Siti dkk. 2014. “Pengelolaan Program Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat”. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK),

3(11): 1-13

Harun, Rochajat. 2007. Metode Penelitian Kualitatif untuk Pelatihan. Bandung:

Alfabeta

Hasibuan, Malayu S.P. 2008. Orgaisasi dan Motivasi. Jakarta: PT Bumi Aksara

Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba

Humanika

Http://Pendis.Kemenag.Go.Id/Index.Php?A=Detilberita&Id=697

https://iainbengkulu.ac.id/index.php/sejarah/,

Iskandar. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan

Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press

Karni, Asrori S. 2010. Etos Studi Kaum Santri: Wajah Baru Pendidikan Islam.

Bandung: Mizan Pustaka

Kenelak, Dinus dkk. 2016. “Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan

Pada Koperasi Serba Usaha Baliem Arabica di Kabupaten Jayawijaya”.

Jurnal Administrasi Bisnis, 4(4): 1-10

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-10. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2005

Strauss, Anselm & Juliet Corbin. 2009. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Lukens-Bull, Ronald Alan. 2004. Jihad Ala Pesantren. Yogyakarta: Gama Media

Pio, Riane Johnly. 2017. “Perencanaan dan Pengembangan Karir”. Seminar

Nasional TIK dan Ilmu Sosial (SocioTech) 2017, ISBN: 978-602-17488-2-

4 10, 207-215

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Qomar, Muzammil. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.

Bandung: Remaja Rosdakarya

Rusdiana. 2017. Pengantar Evaluasi Program Pendidikan. Medan: Perdana

Sevilla. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI-Press

Solihin. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Pemikiran Keislaman. Bandung: Pustaka

Setia

Siagian, Sondang P. 2007. Fungsi-fungsi Manajerial. Jakarta: PT Bumi Aksara

Sugijono. 2015. “Penilaian Kinerja Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia”.

Orbith. 11(3): 214-222

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R & D. Jakarta:

Alfabeta

Suryana, Yaya, Dkk. 2018. “Manajemen Program Tahfidz Al-Qur‟an”, ISEMA:

Jurnal Islamic Educational Management. 3(2): 220-230

Terry. 2003. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara

Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren, Jakarta: Gema Insani Press, 1997

L

A

M

P

I

R

A

N

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

A. Data Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Jabatan :

Alamat :

B. Informan Penelitian

1. Bagaimana program tahfidz di Ma‟had Al-Jami‟ah UINFAS Bengkulu

2. Apa saja visi misi program tahfidfz Ma‟had Al-Jami‟ah UINFAS

Bengkulu

3. Bagaimana pengorganisasin program tahfidz di Ma‟had Al-Jami‟ah

UINFAS Bengkulu?

4. Bagaimana pembagian kerja di program tahfidz ini?

5. Bagaimana metode penentuan program kegiatan?

6. Bagaimana cara penentuan mekanisme kerja dalam pengorganisasian

program tahfidz Al-Jami‟ah?

7. Bagaiman sistem monitoring dalam pengorganisasian program tahfidz

Al-Jami‟ah?

8. Siapa saja pihak pelaksana program tahfidz Al-Jami‟ah?

9. Apa saja faktor pendorong terlaksananya program tahfidz Al-Jami‟ah?

10. Prestasi apa saja yang sudah dicapai dari program tahfidz ini?

11. Apa saja indikator terealisasinya program tahfidz ini?

Lampiran 2

PEDOMAN OBSERVASI

Observasi sekaligus pengamatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini, yaitu

melakukan pengamatan tentang bagaimana pengelolaan pengorganisasian

program tahfidz ma‟had al jamiah UINFAS Bengkulu, meliputi :

1. Mengamati lokasi dan profil dar Ma‟had Al-Jami‟ah UINFAS Bengkulu.

a. Alamat dan Lokasi Ma‟had

b. Visi dan misi program tahfidz Ma‟had UINFAS Bengkulu

2. Mengetahui struktur dari program tahfidz Ma‟had Al-Jami‟ah UINFAS

Bengkulu

3. Mengetahui perealisasian program tahfidz

4. Mengetahui tujuan program tahfidz

Lampiran 3

PEDOMAN DOKUMENTASI

Dokumentasi ini merupakan kumpulan dokumen yang dapat memberikan

informasi atau data tambahan yang dapat djadikan bukti konkret dalam proses

pengumupulan data penelitian.

1. Mengambil foto atau gambar lokasi penelitian

2. Mengambil foto pada saat melakukan wawancara dengan informan

3. Mengambil rekaman berupa audio pada saat melakukan wawancara

dengan informan

4. Meminta data yang berkaitan dengan penelitian

FOTO DATA PRESTASI MAHASANTRI MA’HAD AL-JAMI’AH IAIN

BENGKULU

Lampiran 5

TABEL

PERINGKAT HAFALAN MAHASANTRI MA’HAD AL-JAMIAH UIN

FATMAWATI SUKARNO BENGKULU TH. 2021/2022

Nomor

Peringkat

Nama

Batas Setoran

Jumlah Setoran

Ket

1 Permata Puncak Siregar

As-Sajadah : 30/Juz 21 21 Juz 2 Agung Adi Nugroho Al-Isra: 17/Juz 15 15 Juz 2 lembar

3 Alek Sudarmanto Hud: 57/Juz 12 10 Juz 2 lembar

4 Gilang Ramadhan At-Taubah: 7/Juz 10 10 Juz 3 ½ lembar

5 Yomi Diana Aprilia Al-Anfal: 45/Juz 9 10 Juz ½ lembar 6 Nurshenly

Margaretha Al-Anfal: 40/Juz 9 10 Juz

7 Sindi Lestari Al-A‟raf: 187/Juz 9 9 Juz 6 ½ lembar 8 Yusi Apriani Al-A‟raf: 137/Juz 9 9 Juz 2 ½ lembar

9 Anna Ma‟rufa Al-A‟raf: 104/Juz 9 9 Juz 1 lembar

10 Dinda Mulyani Al-A‟raf: 87/Juz 8 9 Juz 11 Ike Mita Permagari Al-A‟raf: 87/Juz 8 9 Juz

12 Reski Indah Widi A Al-A‟raf: 30/Juz 8 8 Juz 8 lembar 13 Hidayati Al-A‟raf: 22/Juz 8 8 Juz 5 lembar

14 Isti Rahayu Al-A‟raf: 22/Juz 8 8 Juz 5 lembar

15 Hariish Al-A‟raf 16 Yuni Kartika Hakim

P Al-An‟am:165/Juz 8 8 Juz 4 ½ lembar

17 Yurike Karlinda Al-An‟am:157/Juz 8 8 Juz 4 lembar 18 Winda

Widyaningrum Al-An‟am:151/Juz 8 8 Juz 3 ½ lembar

19 Sila Rahmawati Al-An‟am: 137/Juz 8 8 Juz 2 lembar 20 Ega Rizki Ardia Al-An‟am: 124/Juz 8 8 Juz 1 lembar

21 Putri Yanti Al-An‟am: 124/Juz 8 8 Juz 1 lembar

22 Pelangi Cornilia Al-An‟am: 118/Juz 8 8 Juz ½ lembar 23 Deka Dewantara Al-An‟am: 110/Juz 7 8 Juz

24 Meidia Al-An‟am: 94/Juz 7 7 juz 9 lembar 25 Indah Juni Permata

Sari Al-An‟am: 35/Juz 7 7 Juz 5 lembar

26 Adi Susanto Al-Maidah: 120/Juz 7 7 Juz 3 lembar 27 Nurul Azmi

Nasution Al-Maidah: 113/Juz 7 7 Juz 2 ½ lembar

28 Ade Fatonah Al-Maidah: 95/Juz 7 7 Juz 1 lembar

29 Rani Simamora Al-Maidah: 36/Juz 6 6 Juz 6 lembar 30 Adi Meiyanto Al-Miadah: 7/Juz 6 6 Juz 2 ½ lembar

31 Anisa Rahma Fitri An-Nisa: 175/Juz 6 6 juz 2 lembar 32 Devi Saraswati An-Nisa: 154/Juz 6 6 juz ½ lembar

33 Heni Rumiatun An-Nisa : 147/ Juz 5 6 juz

34 M. Rois Tamami An-Nisa : 86/ Juz 5 5 juz 5 lembar

35 Ilham Dimas An-Nisa: 59/ Juz 5 5 juz 3 lembar

36 Tia Kurniawati An-Nisa: 44/ Juz 5 5 juz 2lembar 37 Pajri Rondoni An-Nisa; 33/ Juz 5 5 juz 1 lembar

38 Miftahul Huda An-Nisa: 26/ Juz 5 5 juz ½ lembar 39 Helta Paramida

Utami An-Nisa: 23/ Juz 4 5 juz

40 Reinaldi An-Nisa: 14/ Juz 4 4 juz 9 lembar 41 Syahrul Mubin Ali-Imran: 200/ Juz 4 4 juz 7 ½ lembar

42 Rahmadi Iqles Ali-Imran: 154/ Juz 4 4 Juz 4 ½ lembar 43 Indri Novia Ali-Imran: 196/ Juz 4 4 juz 7 lembar

44 Haja Aulia Ali-Imran: 173/ Juz 4 4 juz 5 ½ lembar 45 Elda Ali-Imron: 165/ Juz 4 4 juz 5 lembar

46 Aminah Ali-Imron: 140/ Juz 4 4 juz 3 lembar 47 Jumira Ali-Imron: 140/ Juz 4 4 juz 3 lembar

48 Nurul Kastia Syahfitri

Ali-Imran: 22/ Juz 4 4 juz 2 ½ lembar 49 Padli Wirawan Ali-Imran:115/ Juz 4 4 juz 1 ½ lembar

50 Penti Junita Ali-Imran: 115/ Juz 4 4 juz 1 ½ lembar 51 Uni Hestia Ali-Imran: 115/ Juz 4 4 juz 1 ½ lembar

52 Andrea desta Ali-Imran:108/ Juz 4 4 juz 1 lembar 53 Zapia Agustina Ali-Imran:100/ Juz 4 4 juz ½ lembar

54 Masruri Ali-Imran:70/ Juz 3 3 juz 8 ½ lembar 55 Widya Dara Ali-Imran: 70/ Juz 3 3 juz 8 ½ lembar

56 Yeti Purnama Ali-Imran: 52/ Juz 3 3 juz 7 ½ lembar 57 Lola Pitaloka Ali-Imran: 29/ Juz 3 3 juz 6 lembar

58 Anton Legowo Al-Baqarah: 282/ Juz 3 3 juz 3 ½ lembar 59 Elina Septika sari Al-Baqarah: 269/ Juz 3 3 juz 2 lembar

60 Isma Nur Al-Baqarah: 269/ Juz 3 3 juz 2 lembar 61 M. Aji Nugroho Al-Baqarah:269/ Juz 3 3 juz 2 lembar

62 Deny Eka Al-Baqarah: 259/ Juz 3 3 juz 1 lembar 63 Ulfa Mutmainnah Al-Baqarah:259/ Juz 3 3 juz 1 lembar

64 Maliya Al-Baqarah: 252/ Juz 2 3 juz 65 Ainurrohma Al-Baqarah: 245/ Juz 2 2 juz 9 lembar

66 Sarah Azizah Al-Baqarah: 245/ Juz 2 2 juz 9 lembar 67 Devi Anggraini Al-Baqarah: 210/Juz 2 2 Juz 5 ½ lembar

68 Neneng Apriyanti Al-Baqarah: 210/Juz 2 2 Juz 5 ½ lembar 69 Dilla Nurhafifa Al-Baqarah: 202/Juz 2 2 Juz 5 lembar

70 Wahidatus Sholihah Al-Baqarah: 196/Juz 2 2 juz 41/2 lembar 71 Putri Fabela Al-Baqarah: 181/Juz 2 2 Juz 3 lembar

72 Meiza Sapitri Al-Baqarah: 176/Juz 2 2 Juz 2 ½ lembar 73 Zahrotul Mardiyah Al-Baqarah: 145/Juz 2 2 Juz ½ lembar

74 Karselawati Al-Baqarah: 134/Juz 1 1 Juz 9 ½ lembar 75 Ichsan Chaidar Al-Baqarah: 112/Juz 1 1 Juz 8 lembar

76 Amanah Al-Baqarah: 101/Juz 1 1 Juz 7 lembar 77 Neti Agustari Al-Baqarah: 101/Juz 1 1 Juz 7 lembar

78 Winda Anggriani Al-Baqarah: 101/Juz 1 1 Juz 7 lembar

79 Salma Azhar Fitria Al-Baqarah: 93/Juz 1 1 Juz 6 ½ lembar 80 Ayu Trisnawati Al-Baqarah: 88/Juz 1 1 Juz 6 lembar

81 Indra Al-Baqarah: 83/Juz 1 1 Juz 5 ½ lembar 82 Novvyta Rahmadina Al-Baqarah: 83/Juz 1 1 Juz 5 ½ lembar

83 Alena Sang Putri Al-Baqarah:76/Juz 1 1 Juz 5 lembar 84 Eti Fakhriza Al-Baqarah: 76/Juz 1 1 Juz 5 lembar

85 Nana Kurnianto Al-Baqarah: 76/Juz 1 1 Juz 5 lembar 86 Putri Apriyani Al-Baqarah: 76/Juz 1 1 Juz 5 lembar

87 Utiya Inayatun Najah

Al-Baqarah: 76/Juz 1 1 Juz 5 lembar

88 Rasmiana Al-Baqarah: 74/Juz 1 1 Juz 4 ½ lembar 89 Friska Aulia Al-Baqarah: 70/Juz 1 1 Juz 4 ½ lembar

90 Lia Susanti Al-Baqarah: 69/Juz 1 1 Juz 4 ½ lembar 91 Silka Hidayati Al-Baqarah: 69/Juz 1 1 Juz 4 ½ lembar

92 Legin Yolanda Al-Baqarah: 64/Juz 1 1 Juz 4 lembar 93 Eliza Melya Sari Al-Baqarah: 61/Juz 1 1 Juz 4 lembar

94 Ginta Apriyanti Al-Baqarah: 61/Juz 1 1 Juz 4 lembar

95 Helmi Rosmelina Al-Baqarah: 57/Juz 1 1 Juz 3 ½ lembar 97 Silvi Wardani Al-Baqarah: 57/Juz 1 1 Juz 3 ½ lembar

98 Siti Fitri Nurhaliza Al-Baqarah: 48/Juz 1 1 Juz 3 lembar 99 Najmi Nur Afifah Al-Baqarah: 37/Juz 1 1 Juz 2 ½ lembar

100 Putri Insani Al-Baqarah: 37/Juz 1 1 Juz 2 ½ lembar

101 Deni Elva Riani Al-Baqarah: 29/Juz 1 1 Juz 2 lembar 102 Dygta Nur Putri Al-Baqarah: 29/Juz 1 1 Juz 2 lembar

103 Nisrina Al-Baqarah: 29/Juz 1 1 Juz 2 lembar 104 Olva Distia Al-Baqarah: 29/Juz 1 1 Juz 2 lembar

105 Risma Neviana Al-Baqarah: 29/Juz 1 1 Juz 2 lembar 106 Winda Ainurrahmi Al-Baqarah: 29/Juz 1 1 Juz 2 lembar

107 Demi Susanti Al-Baqarah: 25/Juz 1 1 Juz 1 ½ lembar

108 Fitri Kurnia Al-Baqarah: 24/Juz 1 1 Juz 1 ½ lembar 108 Hanna Azulaiha Al-Baqarah: 24/Juz 1 1 Juz 1 ½ lembar

109 Bariratul Inayah Al-Baqarah: 16/Juz 1 1 Juz 1 lembar 110 Nenti Reda Riyani Al-Baqarah: 16/Juz 1 1 Juz 1 lembar

111 Galih Budiatna Al-Mursalat/Juz 29 1 Juz 1 lembar 112 Hartono An-Naba‟/Juz 30 1 Juz

113 Indira Kirana An-Naba‟/Juz 30 1 Juz

114 Intan Wulan Sari An-Naba‟/Juz 30 1 Juz 115 Prima Dwi An-Naba‟/Juz 30 1 Juz

116 Muhammad Farhan An-Naba‟/Juz 30 1 Juz 117 Cici Nuryani An-Naziat/Juz 30

118 Naza Ardelia Putri „Abasa/Juz 30 119 M. Sholeh Effendi „Abasa/Juz 30

120 Hasza Jiwanda At-Takwir/Juz 30

121 M. Hanifudin Al-Infithar/Juz 30

122 Delli Oktavia Al-Insyqaq/Juz 30

123 Septa Agusti Al-Insyqaq/Juz 30 124 Muhammad Nur

Wahib Al-Buruj/Juz 30

125 Vazila Zahra Al-Buruj/Juz 30

126 Asry Nurma Ningsih At-Thariq/Juz 30 127 Nur Hafis At-Thariq/Juz 30

128 Mustalifah At-Thariq/Juz 30 129 Cici Natalia Al-A‟la/Juz 30

130 Amrina Sihombing Al-Ghasyiah/Juz 30 131 Novi Ayu Harahap Al-Ghasyiah/Juz 30

132 Sizen Nugita Asy-Syam/Juz 30 133 Rahma Asy-Syam/Juz 30

134 Reska Asy-Syam/Juz 30 135 Elvita Fitriani Al-Bayyinah/Juz 30

74

74

74

Lampiran 6

FOTO STRUKTUR ORGANISASI MA’HAD AL-JAMI’AH IAIN

BENGKULU

Lampiran 7

DOKUMENTASI PENELITIAN

Foto Tampak Luar Gedung Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu

Foto Tampak Dalam Gedung Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu

Foto Ruangan Pengurus Ma‟had

Foto Piala2 prestasi mahasantri Ma‟had AL-Jami‟ah IAIN Bengkulu

Foto wawancara peneliti dengan pengurus Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Bengkulu

ustad iwan

Foto wawancara peneliti dengan salah satu mentoring (April) program tahfidz di

Ma‟had Al-Jami‟ah Putri IAIN Bengkulu

Foto Wawancara Peneliti Dengan Salah Satu Mahasantri (Dinda)

Ma‟had Al-Jami‟ah Putri IAIN Bengkulu

Foto Wawancara Peneliti Dengan Salah Satu Mahasantri (Rizki)

Ma‟had Al-Jami‟ah Putri IAIN Bengkulu