pengembangan buku pengayaan - Universitas Negeri ...

212
PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN MENCERITAKAN KEMBALI ISI CERITA FANTASI BERMUATAN NILAI KARAKTER BAGI PESERTA DIDIK SMP/MTS KELAS VII Skripsi diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh Rahmatika Rizqi Utami 2101415084 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Transcript of pengembangan buku pengayaan - Universitas Negeri ...

PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN

MENCERITAKAN KEMBALI ISI CERITA FANTASI

BERMUATAN NILAI KARAKTER

BAGI PESERTA DIDIK SMP/MTS KELAS VII

Skripsi

diajukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

Rahmatika Rizqi Utami

2101415084

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Panitia Sidang Ujian

Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas

Negeri Semarang.

Semarang, Desember 2019

Pembimbing,

Suseno, S.Pd., M.A.

NIP 197805142003121002

iii

PENGESAHAN

Skripsi berjudul Pengembangan Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi Cerita

Fantasi Bermuatan Nilai Karakter Bagi Peserta Didik SMP/MTs Kelas VII karya

Rahmatika Rizqi Utami NIM 2101415084 ini telah dipertahankan dalam ujian

skripsi pada tanggal 23 Desember 2019 dan telah disahkan oleh panitia ujian.

Semarang, 3 Februari 2020

Panitia

Ketua,

Dr. Sri Rejeki Urip, M.Hum

NIP 196202211989012001

Sekretaris,

Sumartini, S.S., M.A.

NIP 197307111998022001

Penguji I

Dr. Mukh Doyin, M.A.

NIP 196506121994121001

Penguji II

U’um Qomariyah, S.Pd., M.Hum.

NIP 198202122006042002

Penguji III

Suseno, S.Pd., M.A.

NIP 197805142003121002

iv

PERNYATAAN

Dengan ini, saya

nama : Rahmatika Rizqi Utami

NIM : 2101415084

program studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia S1

menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Buku Pengayaan

Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi Bermuatan Nilai Karakter Bagi Peserta

Didik SMP/MTs Kelas VII ini benar-benar karya saya sendiri bukan jiplakan dari

karya orang lain atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang

atau pihak lain yang terdapat dalam skripsi ini telah dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah. Atas pernyataan ini, saya secara pribadi siap

menanggung resiko/sanksi hukum yang dijatuhkan apabila ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini.

Semarang, Desember 2019

Rahmatika Rizqi Utami

NIM 2101415084

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Doa adalah kekuatan dan senjata untuk bertahan.

Persembahan:

Skripsi ini saya persembahkan untuk

Ibu, Bapak, dan adik saya.

vi

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian berjudul “Pengembangan

Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi Bermuatan Nilai

Karakter Bagi Peserta Didik SMP/MTs Kelas VII”. Penelitian ini disusun sebagai

syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Suseno, S.Pd., M.A.,

dosen pembimbing yang telah membimbing hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan kesempatan bagi penulis dalam menempuh studi di Jurusan

Bahasa dan Sastra Indonesia;

2. Dr. Sri Rejeki Urip, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang telah

memberikan izin untuk melaksanakan penelitian ini.

3. Dr. Rahayu Pristiwati, M.Pd., ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang

telah memberikan kemudahan dalam menyusun skripsi;

4. Semua dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membekali ilmu

selama penulis menempuh seluruh mata kuliah di Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Universitas Negeri Semarang;

5. Kepala Permata Bangsa School Semarang, Kepala SMP Negeri 1 Tonjong, dan

Kepala SMP Muhammadiyah Tonjong yang telah mengizinkan peneliti

melaksanakan penelitian di sekolah tersebut;

6. Guru dan peserta didik Permata Bangsa School Semarang, SMP Negeri 1

Tonjong, dan SMP Muhammadiyah Tonjong yang telah berkontribusi sebagai

responden dalam penelitian ini.

7. Dr. Mukh Doyin, M.Si. dan U’um Qomariyah, S.Pd., M.Hum., dosen ahli

sebagai validator buku pengayaan.

8. Kedua orang tua dan adik yang selalu memberikan semangat, doa, dan

kekuatan selama hidup penulis.

vii

9. Keluarga besar kos Asyaffa dan kos Cute yang senantiasa menemani hari-hari

saya, baik suka maupun duka di kos.

10. Teman-teman Rombel 4 angkatan 2015 yang tiada henti memberi semangat

dan dukungan.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam bidang

ilmu pembelajaran sastra dan pengembangan buku pengayaan yang bermuatan nilai

karakter.

Semarang, Desember 2019

Penulis

viii

ABSTRAK

Utami, R. R. 2019. “Pengembangan Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi

Cerita Fantasi Bermuatan Nilai Karakter Bagi Peserta Didik SMP/MTs

Kelas VII”. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa

dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Suseno, S.Pd., M.A.

Kata kunci: buku pengayaan, menceritakan kembali isi cerita fantasi, muatan nilai

karakter.

Cerita fantasi merupakan salah satu materi sastra yang ada pada jenjang

kelas VII SMP/MTs. Terdapat empat kompetensi dasar yang berkaitan dengan

materi tersebut. Kompetensi tersebut berupa mengidentifikasi unsur-unsur,

menceritakan kembali, menelaah struktur, dan menyajikan gagasan kreatif dalam

bentuk cerita imajinasi (cerita fantasi). Pada pelaksanaan pembelajaran, peserta

didik mengalami kendala berupa sulit membedakan dengan fabel dan legenda,

belum dapat menalar materi dari berbagai sumber, dan belum dapat menceritakan

kembali secara terstruktur. Akan tetapi, sumber belajar utama berupa buku teks

belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan tersebut. Secara umum, materi puisi

rakyat dan fabel menjadi materi yang paling dominan. Jika dikaitkan dengan

kondisi buku teks Bahasa Indonesia kelas VII edisi revisi 2016, maka pada bagian

cerita fantasi masih memerlukan pendalaman materi. Terlebih pada kompetensi

menceritakan kembali isi cerita fantasi. Buku tersebut belum dapat mempermudah

peserta didik untuk mencapai kompetensi dasar tersebut. Belum ada langkah-

langkah yang menjelaskan untuk dapat menceritakan kembali isi cerita fantasi

secara tulis dan lisan. Oleh sebab itu, diperlukan sumber belajar lain yang dapat

menunjang pembelajaran menceritakan kembali isi cerita fantasi bentuknya berupa

buku pengayaan. Terlebih lagi belum ada buku pengayaan menceritakan kembali

isi cerita fantasi yang bermuatan nilai karakter yang dapat memberikan manfaat

lebih selain memberikan wawasan dan informasi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah penelitian ini antara

lain (1) bagaimana analisis kebutuhan guru dan peserta didik terhadap buku

pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter?, (2)

bagaimana prinsip pengembangan buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita

fantasi bermuatan nilai karakter?, (3) bagaimana prototipe buku pengayaan

menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter?, (4) bagaimana

validasi terhadap buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi

bermuatan nilai karakter?, dan (5) bagaimana hasil perbaikan terhadap buku

pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter?

Tujuan penelitian ini yaitu (1) menguraikan hasil analisis kebutuhan guru

dan peserta didik terhadap buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi,

(2) menyusun prinsip pengembangan buku pengayaan menceritakan kembali isi

cerita fantasi, (3) menggambarkan bentuk prototipe buku pengayaan menceritakan

kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter, (4) mendeskripsikan hasil

ix

validasi terhadap buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi

bermuatan nilai karakter, dan (5) mendeskripsikan hasil perbaikan terhadap buku

pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter.

Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian Research and

Development (penelitian dan pengembangan) dari Borg dan Gall (dalam Sugiyono,

2015) dengan tahap: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain

protipe, (4) validasi protipe, (5) revisi protipe. Penelitian hanya dilakukan sampai

tahap ke lima dari sepuluh tahap karena sudah bisa mewakili kebutuhan penelitian.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket kebutuhan terhadap

buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter

dan angket uji validasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan

analisis deskriptif kualitatif melalui pemaparan data dan verifikasi atau simpulan

data.

Hasil penelitian ini meliputi (1) guru dan peserta didik membutuhkan buku

pengayaan menceritakan kembali yang menyajikan materi yang lengkap, contoh

menceritakan kembali, memiliki muatan nilai karakter, dan disajikan dengan bahasa

yang komunikatif, (2) prinsip pengembangan buku pengayaan menceritakan

kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter memiliki empat aspek yakni

aspek materi, aspek struktur penyajian, aspek kebahasaan, dan aspek grafika, (3)

prototipe buku pengayaan ini terdiri atas tiga bagian yakni bagian awal, bagian isi,

dan bagian akhir, (4) penilaian terhadap buku memperoleh rata-rata 3,1 dengan

kategori sangat baik, (5) perbaikan prototipe dilakukan pada aspek mataeri, aspek

muatan nilai karakter, dan aspek kebahasaan.

Berdasarkan hasil penelitian penulis menyampaikan beberapa saran

kepada beberapa pihak. Diharapkan guru dan peserta didik dapat memanfaatkan

buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter

sebagai sumber belajar yang dapat memberikan informasi dan bahan latihan

menceritakan kembali isi cerita fantasi. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat

melakukan penelitian lanjutan berkaitan dengan pengembangan buku pengayaan

menceritakan kembali isi cerita fantasi.

x

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ......................................................................... iii

PERNYATAAN ..................................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v

PRAKATA ............................................................................................................. vi

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah....................................................................................... 5

1.3 Pembatasan Masalah ...................................................................................... 5

1.4 Rumusan Masalah .......................................................................................... 6

1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6

1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS ............................ 8

2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................... 8

2.2 Landasan Teoretis ........................................................................................ 20

2.2.1 Hakikat Buku Pengayaan ............................................................................. 20

2.2.2 Hakikat Menceritakan Kembali ................................................................... 22

2.2.3 Hakikat Cerita fantasi .................................................................................. 26

2.2.4 Hakikat Nilai karakter.................................................................................. 30

2.3 Spesifikasi Produk ....................................................................................... 34

2.4 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 37

3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 37

xi

3.2 Subjek Penelitian ......................................................................................... 39

3.2.1 Subjek Analisis Kebutuhan.......................................................................... 39

3.2.2 Subjek Validasi Desain ................................................................................ 39

3.3 Instrumen Penelitian .................................................................................... 40

3.3.1 Angket Kebutuhan Guru Terhadap Buku Pengayaan Menceritakan Kembali

Isi Cerita Fantasi Bermuatan Nilai Karakter ............................................... 41

3.3.2 Angket Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan Menceritakan

Kembali Isi Cerita Fantasi Bermuatan Nilai Karakter ................................. 43

3.3.3 Angket Pedoman Validasi Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi

Cerita Fantasi Bermuatan Nilai Karakter .................................................... 46

3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 48

3.4.1 Angket Kebutuhan ....................................................................................... 48

3.4.2 Angket Uji Validasi ..................................................................................... 49

3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................... 49

3.5.1 Analisis Data Kebutuhan ............................................................................. 49

3.5.2 Analisis Data Hasil Validasi Prototipe ........................................................ 49

BAB IV ................................................................................................................. 50

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 50

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 50

4.1.1 Kebutuhan Guru dan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan

Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi .................................................... 50

4.1.2 Prinsip Pengembangan Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi Cerita

Fantasi Bermuatan Nilai Karakter ............................................................... 82

4.1.3 Prototipe Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi Fantasi

Bermuatan Nilai Karakter ............................................................................ 96

4.1.4 Validasi Terhadap Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi Cerita

Fantasi Fantasi Bermuatan Nilai Karakter ................................................. 112

4.1.5 Hasil Perbaikan Prototipe Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi Cerita

Fantasi Bermuatan Nilai Karakter ............................................................. 122

4.2 Pembahasan ............................................................................................... 126

xii

4.2.1 Keunggulan Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi

Bermuatan Nilai Karakter .......................................................................... 126

4.2.2 Kelemahan Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi

Bermuatan Nilai Karakter .......................................................................... 127

4.2.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 128

BAB V ................................................................................................................. 130

PENUTUP ........................................................................................................... 130

5.1 Simpulan .................................................................................................... 130

5.2 Saran .......................................................................................................... 132

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 133

LAMPIRAN ........................................................................................................ 137

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Cerita Fantasi, Fabel, dan Legenda..................................... 27

Tabel 2.2 Nilai dan Deskripsi Nilai Karakter...………….................................... 31

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Umum Instrumen Penelitian………..................................... 40

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Khusus Angket Kebutuhan Guru Terhadap Buku Pengayaan

Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi.....…................................. 41

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Khusus Angket Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku

Pengayaan Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi.....…............... 43

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Validasi Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi Cerita

Fantasi.....…....................................................................................... 46

Tabel 4.1 Ketersediaan Buku Pengayaan Berdasarkan Angket Guru.................. 50

Tabel 4.2 Ketersediaan Buku Pengayaan Berdasarkan Angket Peserta Didik…. 54

Tabel 4.3 Kebutuhan Guru Terhadap Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi

Cerita Fantasi pada Aspek Materi………………………………..… 58

Tabel 4.4 Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan Menceritakan

Kembali Isi Cerita Fantasi pada Aspek Materi…………………….. 63

Tabel 4.5 Kebutuhan Guru Terhadap Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi

Cerita Fantasi pada Aspek Struktur Penyajian…………………..… 69

Tabel 4.6 Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan Menceritakan

Kembali Isi Cerita Fantasi pada Aspek Struktur Penyajian………... 72

Tabel 4.7 Kebutuhan Guru Terhadap Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi

Cerita Fantasi pada Aspek Penggunaan Bahasa……………………. 75

Tabel 4.8 Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan Menceritakan

Kembali Isi Cerita Fantasi pada Aspek Penggunaan Bahasa………. 76

Tabel 4.9 Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan Menceritakan

Kembali Isi Cerita Fantasi pada Aspek Grafika……………………. 77

Tabel 4.10 Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan Menceritakan

Kembali Isi Cerita Fantasi pada Aspek Grafika……………………. 79

xiv

Tabel 4.11 Perbandingan Hasil Angket Kebutuhan Guru dan Peserta Didik pada

Aspek Materi………………………………………………………. 82

Tabel 4.12 Prinsip Pengembangan Buku Pengayaan pada Aspek Materi……… 89

Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Angket Kebutuhan Guru dan Peserta Didik pada

Aspek Struktur Penyajian……………………………...…………… 90

Tabel 4.14 Prinsip Pengembangan Buku Pengayaan pada Aspek Struktur

Penyajian………………………………………………………….... 92

Tabel 4.15 Perbandingan Hasil Angket Kebutuhan Guru dan Peserta Didik pada

Aspek Kebahasaan…………………………………………………. 93

Tabel 4.16 Prinsip Pengembangan Buku Pengayaan pada Aspek Kebahasaan.... 94

Tabel 4.17 Perbandingan Hasil Angket Kebutuhan Guru dan Peserta Didik pada

Aspek Grafika……………………………………………………... 94

Tabel 4.18 Prinsip Pengambangan Buku Pengayaan pada Aspek Grafika…….. 96

Tabel 4.19 Penilaian Prototipe Buku Pengayaan Pada Aspek Materi.................. 114

Tabel 4.20 Penilaian Prototipe Buku Pengayaan Pada Aspek Muatan Nilai

Karakter……………………………………………………………. 115

Tabel 4.21 Penilaian Prototipe Buku Pengayaan Pada Aspek Struktur

Penyajian…………………………………………………………… 116

Tabel 4.22 Penilaian Prototipe Buku Pengayaan Pada Aspek Struktur

Kebahasaan………………………………………………………… 117

Tabel 4.23 Penilaian Prototipe Buku Pengayaan Pada Aspek Grafika………… 118

Tabel 4.24 Hasil Penilaian Validator Terhadap Buku Pengayaan……………… 119

Tabel 4.25 Prinsip Perbaikan Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi Cerita

Fantasi Bermuatan Nilai Karakter…………………………………. 121

xv

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir…………………………....................................... 36

Bagan 3.1 Desain Penelitian..…………………………....................................... 38

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Daftar Isi Prototipe Buku Pengayaan.....…...................................... 98

Gambar 4.2 Pengatar Bab I……………………….....…..................................... 99

Gambar 4.3 Uraian Materi……………………….....…...................................... 99

Gambar 4.4 Rangkuman Bab I……………………….....…................................ 99

Gambar 4.5 Refleksi Bab I……………………….....…...................................... 99

Gambar 4.6 Pengatar Bab II……………………….....….................................... 100

Gambar 4.7 Uraian Materi……………………….....…....................................... 100

Gambar 4.8 Rangkuman Bab II……………………….....…............................... 100

Gambar 4.9 Refleksi Bab II……………………….....…..................................... 100

Gambar 4.10 Pengantar Bab III……………………….....…............................... 101

Gambar 4.11 Contoh Menceritakan Kembali……………………….....…......... 101

Gambar 4.12 Rangkuman Bab III……………………….....…............................ 101

Gambar 4.13 Refleksi Bab III……………………….....….................................. 101

Gambar 4.14 Pengantar Bab IV……………………….....…............................... 102

Gambar 4.15 Uraian Materi Bab IV……………………….....…......................... 102

Gambar 4.16 Rangkuman Bab IV……………………….....…............................ 102

Gambar 4.17 Refleksi Bab IV……………………….....….................................. 102

Gambar 4.18 Pengantar Bab V……………………….....…................................ 103

Gambar 4.19 Latihan 1 pada Bab V……………………….....…......................... 103

Gambar 4.20 Penyajian Gambar atau Ilustrasi……………………….....…......... 104

Gambar 4.21 Petunjuk Penggunaan Buku……………………….....…................ 104

Gambar 4.22 Penyajian Rangkuman……………………….....…........................ 105

Gambar 4.23 Penyajian Refleksi……………………….....….............................. 105

Gambar 4.24 Penggunaan Bahasa dalam Buku……………………….....…....... 105

Gambar 4.25 Penggunaan Bahasa pada Contoh Cerita Fantasi………………… 106

Gambar 4.26 Sampul Prototipe Buku Pengayaan……………………….....….... 107

Gambar 4.27 Penggunaan Jenis dan Ukuran Huruf……………………….....…. 107

Gambar 4.28 Halaman Judul……………………….....….................................... 108

xvii

Gambar 4.29 Halaman Hak Cipta……………………….....…............................ 108

Gambar 4.30 Prakata……………………….....…................................................ 109

Gambar 4.31 Petunjuk Penggunaan Buku……………………….....…................ 109

Gambar 4.32 Daftar Isi……………………….....…............................................. 109

Gambar 4.33 Bab I……………………….....…................................................... 110

Gambar 4.34 Bab II……………………….....…................................................. 110

Gambar 4.35 Bab III………………………......................................................... 110

Gambar 4.36 Bab IV……………………......…................................................... 110

Gambar 4.37 Bab V…………………..….....…................................................... 111

Gambar 4.38 Daftar Pustaka…………………..….....…...................................... 111

Gambar 4.39 Glosarium………………….....…................................................... 111

Gambar 4.40 Indeks…………………..….....…................................................... 112

Gambar 4.41 Profil Penulis……………........…................................................... 112

Gambar 4.42 Hasil Perbaikan dengan Mencantumkan Sumber Materi Jenis-Jenis

Cerita Fantasi.....….......................................................................... 122

Gambar 4.43 Hasil Perbaikan dengan Mencatumkan Nama Pengarang………... 123

Gambar 4.44 Hasil Perbaikan dengan Menyajikan Perbedaan Menceritakan Kembali

Isi Cerita Fantasi Secara Lisan dan Tulis…………………..…....... 124

Gambar 4.45 Hasil Perbaikan dengan Mencatumkan Sumber Terbaru………… 124

Gambar 4.46 Hasil Perbaikan Kesalahan Penulisan Kata…………………..…... 125

Gambar 4.47 Hasil Perbaikan Bagian Frasa Bercetak Tebal…………………… 125

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Cerita fantasi merupakan salah satu teks sastra yang ada dalam mata

pelajaran Bahasa Indonesia. Sesuai dengan kurikulum 2013 revisi, cerita fantasi ini

termasuk dalam teks fiksi yang ada pada kelas VII. Fungsi cerita fantasi adalah

memberikan hiburan. Akan tetapi, ada nilai-nilai yang terkandung dalam cerita fiksi

ini meskipun sifatnya imajinatif dan memuat unsur magis. Nilai-nilai tersebut dapat

tercermin dari penokohan dalam cerita sehingga peserta didik dapat menerima

pembelajaran dari aspek afeksi. Pendapat ini sejalan dengan Nurgiyantoro (2013 h.

433) yang menyatakan bahwa manfaat cerita fiksi antara lain dapat mempengaruhi

cara berpikir dan bersikap, minimal ada perubahan dalam memandang sesuatu

anatara sebelum dan sesudah membaca cerita fiksi.

Pembelajaran cerita fantasi pada kelas VII memuat empat kompetensi dasar

yakni, 3.3, 4.3, 3.4, dan 4.4. Keempat komptensi dasar itu terbagi atas kompetensi

pengetahuan dan keterampilan. Peserta didik diharapkan mampu memenuhi

kompetensi pengetahuan berupa mengidentifikasi unsur cerita fantasi dan menelaah

struktur dan kebahasaan cerita fantasi. Pada aspek keterampilan, kompetensi

dasarnya yakni menceritakan kembali isi cerita fantasi dan menyajikan gagasan

kreatif dalam bentuk cerita fantasi. Materi dari keempat komptensi tersebut belum

sepenuhnya tertuang dalam buku teks pelajaran yang ada di sekolah. Secara garis

besar, peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi cerita fantasi.

Kendalanya berupa kurangnya pemahaman peserta didik dalam membedakan cerita

fantasi dengan fabel dan legenda. Selain itu, peserta didik juga belum secara

terstruktur dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi.

Materi dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas VII edisi revisi 2016, secara

umum cukup mendalam hanya saja materi puisi rakyat dan teks fabel menjadi

materi yang paling dominan (Pangestika dkk, 2017). Artinya, materi pada buku teks

tersebut kedalaman materi yang disajikan belum merata pada setiap materi yang

2

berbeda-beda. Penelitian tersebut menggambarkan jika terdapat kekurangan dalam

jabaran materi dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas VII edisi revisi 2016.

Kondisi demikian dapat menghambat keberlangsungan pembelajaran di kelas jika

guru dan peserta didik tidak menggunakan sumber lain dalam pembelajaran. Salah

satunya berupa buku pengayaan yang dapat menjadi pendamping buku teks untuk

memperdalam materi. Akan tetapi, ketersediaan buku pengayaan ini masih sangat

terbatas. Maka dari itu, perlu adanya upaya untuk melakukan pengadaan buku-buku

pengayaan. Hal ini sesuai dengan pasal 6 dalam Permendiknas Nomor 2 Tahun

2008 tentang buku yang berbunyi “Untuk menambah pengetahuan dan wawasan

peserta didik, pendidik dapat menganjurkan peserta didik untuk membaca buku

pengayaan dan buku referensi.” Peserta didik dapat menalar meteri dari berbagai

sumber yang didapat sehingga dapat menjadi bahan diskusi. Kegiatan ini dapat

merangsang peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Keadaan ini yang membuat pemerintah melakukan upaya untuk

mengadakan buku-buku pengayaan sesuai dengan intstruksi dari Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaaan (Tribunnews, 2017). Berdasarkan hasil observasi di

SMP Permata Bangsa Semarang, ketersediaan buku pengayaan yang digunakan

sangat terbatas. Ketersediaanya di perpustakaan pun hanya berkisar pada jenis buku

bacaan. Contohnya novel Indonesia, novel terjemahan, dan kumpulan cerpen. Guru

dan peserta didik akhirnya memilih internet sebagai sumber belajar tambahan.

Padahal materi yang ada di internet belum tentu benar secara teori yang seharusnya

menjadi bahan rujukan bagi guru dan peserta didik. Kondisi demikian juga dialami

oleh SMP Negeri 1 Tonjong dan SMP Muhammadiyah Tonjong. Kedua sekolah ini

hanya menggunakan buku teks dan LKS atau buku soal yang berisi soal penunjang

ujian sebagai bahan belajar peserta didik.

Padahal terdapat beberapa buku pengayaan yang berkaitan dengan cerita

fantasi yang dapat digunakan di sekolah. Buku tersebut antara lain Nurgiyantoro

(2016), Toha (2017), dan Kosasih (2018). Ketiga buku tersebut tidak digunakan

sebagai pendamping buku pelajaran di tiga sekolah tersebut. Secara garis besar,

buku-buku tersebut hanya menyajikan materi yang berkaitan dengan cerita fantasi

3

saja. Belum ada pembahasan secara khusus tentang menceritakan kembali isi cerita

fantasi.

Jika dikaitkan dengan kondisi buku teks Bahasa Indonesia kelas VII edisi

revisi 2016 yang digunakan di sekolah, maka pada bagian cerita fantasi masih

memerlukan pendalaman materi. Terlebih pada kompetensi menceritakan kembali

isi cerita fantasi. Buku tersebut belum dapat mempermudah peserta didik untuk

mencapai kompetensi dasar tersebut. Belum ada langkah-langkah yang

menjelaskan untuk dapat menceritakan kembali isi cerita fantasi secara tulis dan

lisan. Guru dan peserta didik membutuhkan buku pengayaan menceritakan kembali

isi cerita fantasi yang memuat materi yang lengkap agar dapat menunjang

pembelajaran.

Menceritakan kembali isi cerita fantasi merupakan bagian dari kompetensi

dasar keterampilan. Peserta didik diminta secara mandiri dan berkelompok untuk

mengembangkan kemampuan untuk mencoba, mengolah, menyaji, dan menalar.

Oleh karena itu, kompetensi dasar 4.3 memerlukan penalaran dan penyajian peserta

didik dalam bercerita. Bentuk menceritakan kembali isi cerita fantasi yakni tulis

dan lisan. Untuk mencapai kompetensi itu, peserta didik memerlukan cara atau

langkah untuk dapat menceritakan kembali agar isi cerita fantasi tersebut dapat

tersampaikan.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini berupaya untuk

mengembangkan buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi. Akan

tetapi, buku pengayaan ini perlu memberikan muatan di dalamnnya agar buku ini

dapat memberikan manfaat lain selain sebagai pendamping buku teks. Hal ini sesuai

dengan Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2016

Pasal 2 ayat (2) berikut ini:

“Buku yang digunakan oleh Satuan Pendidikan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi nilai/norma positif yang berlaku di

masyarakat, antara lain tidak mengandung unsur pornografi, paham

ekstrimisme, radikalisme, kekerasan, SARA, bias gender, dan tidak

mengandung nilai penyimpangan lainnya.”

4

Pemberian unsur muatan dalam buku pengayaan bertujuan untuk mencegah

masuknya unsur-unsur yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di

Indonesia. Seperti yang dilakukan oleh Wakil Gubernur Jawa Barat yang

memberikan himbauan pada pihak sekolah agar selektif dalam memilih dan

menggunakan buku-buku dalam proses pembelajaran bagi para siswanya

(Sindonews, 2013). Upaya pemerintah tersebut perlu disambut bagi para peneliti

dan penulis untuk memperhatikan kaidah dan norma yang ada. Nilai karakter dapat

dijadikan muatan dalam buku pengayaan. Muatan nilai karakter ini dapat

diimplementasikan dalam buku pengayaan agar dapat mencapai tujuan

menumbuhkan budi pekerti peserta didik yang dimulai di sekolah. Upaya ini sesuai

dengan Peraturan Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 tentang penguatan

pendidikan karakter. Hal ini menjadi salah satu manfaat lain dari buku pengayaan

karena tidak sekadar memberikan informasi dan materi saja.

Pengintegrasian nilai karakter dengan cerita fantasi dapat melalui

penggambaran tokohnya. Karakter jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, tanggung

jawab, dan lain sebagainya perlu diajarkan bagi peserta didik. Melalui buku

pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi, peserta didik secara tidak

langsung dapat memiliki pandangan terhadap sesuatu dalam kehidupan nyata yang

digambarkan oleh tokoh dalam cerita fantasi. Harapannya agar perkembangan

karakter peserta didik dapat dipupuk dengan baik.

Nilai karakter di atas dapat menjadi jawaban bagi perilaku menyimpang

yang dilakukan oleh sebagian peserta didik saat ini. Sebagai contoh yakni perilaku

menyontek, kekerasan, pornografi, tawuran, dan lainnya. Perilaku tersebut terjadi

akibat beberapa faktor, salah satunya karena pengaruh arus globalisasi dan

teknologi. Fenomena ini sulit dibendung dan dapat menyebabkan dampak buruk

yang mengiringinya. Penanaman nilai karakter dapat menjadi alternatif bagi

fenomena tersebut.

Pada kurikulum 2013 sebelum revisi memang belum terdapat materi tentang

cerita fantasi sehingga belum banyak penelitian yang mengembangkan buku

pengayaan tentang cerita fantasi. Mengacu pada uraian di atas, maka fokus

5

penelitian ini adalah mengembangkan buku pengayaan menceritakan kembali isi

cerita fantasi bermuatan nilai karakter. Oleh sebab itu, penelitian ini diharapkan

dapat menjadi penelitian dan pengembangan yang dapat mengatasi permasalahan-

permasalahan sebelumnya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Peserta didik kurang memahami materi cerita fantasi.

2. Peserta didik sulit membedakan antara cerita fantasi dengan fabel dan

legenda.

3. Peserta didik belum dapat secara mandiri menalar materi dari berbagai

sumber.

4. Peserta didik belum dapat menceritakan kembali cerita fantasi secara

terstruktur baik lisan maupun tulis.

5. Buku teks Bahasa Indonesia edisi revisi 2016 belum dapat membantu

peserta didik mencapai kompetensi dasar menceritakan kembali isi cerita

fantasi.

6. Belum ada buku yang dapat membantu peserta didik agar dapat mencapai

kompetensi dasar menceritakan kembali isi cerita fantasi.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan-permasalahan yang

muncul dalam materi cerita fantasi begitu kompleks. Oleh karena itu, permasalahan

yang perlu diteliti oleh peneliti yaitu pemahamannya peserta didik terhadap cerita

fantasi dan cara menceritakannya. Selain itu, belum tersedia buku yang dapat

mengatasi permasalahan itu. Hal ini dapat mengakibatkan peserta didik kesulitan

dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi secara terstruktur.

6

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana

pengembangan buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan

nilai karakter? Uraian permasalahan dirinci sebagai berikut.

1. Bagaimana analisis kebutuhan guru dan peserta didik terhadap buku

pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter?

2. Bagaimana prinsip pengembangan buku pengayaan menceritakan kembali

isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter?

3. Bagaimana prototipe buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita

fantasi bermuatan nilai karakter?

4. Bagaimana validasi terhadap buku pengayaan menceritakan kembali isi

cerita fantasi bermuatan nilai karakter?

5. Bagaimana hasil perbaikan terhadap buku pengayaan menceritakan kembali

isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini meliputi hal-

hal berikut.

1. Menguraikan hasil analisis kebutuhan guru dan peserta didik terhadap buku

pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi.

2. Menyusun prinsip pengembangan buku pengayaan menceritakan kembali

isi cerita fantasi.

3. Menggambarkan bentuk prototipe buku pengayaan menceritakan kembali

isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter.

4. Mendeskripsikan hasil validasi terhadap buku pengayaan menceritakan

kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter.

5. Mendeskripsikan hasil perbaikan terhadap buku pengayaan menceritakan

kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter.

7

1.6 Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini memiliki kegunaan secara teoretis dan praktis.

1.6.1 Kegunaan Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah

keilmuan yang dapat dirujuk oleh peneliti, guru, atau pihak lainnya dalam bidang

pembelajaran sastra. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

konsep pengembangan buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi

bermuatan nilai karakter bagi penelitian berikutnya.

1.6.2 Kegunaan Praktis

1. Bagi peserta didik, hasil pengembangan buku pengayaan ini dapat

mempermudah dalam mempelajari materi dan langkah-langkah menceritakan

kembali isi cerita fantasi. Selain itu, peserta didik dapat memiliki gambaran

tentang nilai karakter berdasarkan tokoh dalam cerita fantasi.

2. Bagi guru, buku penganyaan menceritakan kembali isi cerita fantasi

mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran sekaligus

menanamkan pendidikan karakter bagi peserta didik.

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam hal

pengembangan buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi.

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian terkait buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi

telah dilakukan sebelumnya menurut kajian masing-masing. Penelitian terdahulu

yang relevan sebagai kajian pustaka antara lain (1) buku pengayaan, (2)

menceritakan kembali, (3) cerita fantasi, dan (4) nilai karakter. Berikut adalah

uraiannya.

Penelitian tentang buku pengayaan dilakukan oleh Puspitaningrum dkk

(2015), Hapsari dkk (2016), Istanti (2016), Resta dkk (2017), Raharjo dkk (2017),

dan Sari dkk (2018). Penelitian yang relevan dengan menceritakan kembali antara

lain Utari (2014), Setiowati (2015), Zahra (2015), dan Mulatsih dkk (2018).

Penelitian tentang cerita fantasi pernah dilakukan oleh Carriveau dkk (2009),

Richert dkk (2011), Nafisah dkk (2012), Haribowo (2016), Kapitan dkk (2018), dan

Farahdila dkk (2018). Penelitian yang relevan tentang nilai karakter antara lain

Nurgiyantoro dkk (2013), Suwarno dkk (2018), Setyorini (2018), dan Suhardi

(2018).

Puspitaningrum dkk (2015) melakukan penelitian pengembangan berjudul

“Pengembangan Buku Pengayaan Menyusun Teks Cerita Pendek Berbasis Kearifan

Lokal Bagi Siswa SMP”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan

penilaian ahli dan guru, buku pengayaan menyusun teks cerita pendek berbasis

kearifan lokal sudah layak dan dapat digunakan sebagai pelengkap dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia. Penyusunan buku pengayaan dilandasi oleh

permasalahan kurangnya buku pengayaan menyususn teks cerita pendek.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini menganalisis kebutuhan

terhadap buku dilakukan kepada siswa dan guru di SMP N 1 Blora, SMP N 2 Blora,

dan SMP N 1 Kunduran.

Persamaan penelitian Puspitaningrum dkk dengan penelitian ini terletak

pada pengembangan buku pengayaan dan subjek penelitiannya adalah siswa SMP.

9

Oleh karena itu, penelitian Puspitaningrum dkk memiliki kontribusi terhadap fokus

penelitian pengembangan buku pengayaan. Hal yang membedakan adalah

penelitian ini akan mengembangkan buku pengayaan menceritakan kembali isi

cerita fantasi bermuatan nilai karakter.

Penelitian yang relevan berikutnya adalah Hapsari dkk (2016).

Penelitiannya berjudul “Pengembangan Buku pengayaan Apresiasi Teks Fabel

Bermuatan Nilai-Nilai Karakter Bagi Siswa SMP”. Penelitian tersebut bertujuan

untuk mengembangkan buku pengayaan apresiasi sastra bermuatan nilai-nilai

karakter. Hasilnya menunjukkan bahawa buku yang dikembangkan termasuk dalam

kategori sangat baik. Ada empat aspek yang disoroti pada buku pengayaan apresiasi

sastra yakni, aspek isi, penyajian, bahasa, dan keterbacaan serta grafika.

Penlitian ini memiliki kesamaan kajian berupa buku pengayaan dan muatan

nilai karakter. Akan tetapi, penelitian Hapsari dkk memiliki perbedaan dengan

penelitian ini. Bedanya, penelitian Hapsari dkk mengembangkan buku pengayaan

apresiasi teks fabel sedangkan penelitian ini mengembangkan buku pengayaan

menceritakan kembali isi cerita fantasi. Muatan yang ada dalam penelitian Hapsari

dkk yang dipilih menjadi muatan adalah religius, jujur, kerja keras, mandiri, dan

komunikatif. Nilai-nilai ini dapat menjadi pilihan nilai yang dapat dimuat dalam

buku yang akan dikembangkan dalam penelitian ini.

Istanti (2016) melakukan penelitian berjudul “Pengembangan Buku

Pengayaan Apresiasi Sastra Berhuruf Braille Indonesia dengan Media Reglet Bagi

Siswa Tunanetra di Sekolah Inklusi Kota Surakarta”. Penelitian ini berfokus pada

pengambangan buku pengayaan berdasarkan kebutuhan peserta didik yang

berkebutuhan khusus yaitu tunanetra. Penggunaan huruf braille menjadi

pertimbangan dalam pengembangan buku ini. Hasil penelitian menunjukkan jika

kompetensi siswa tunanetra dengan diberi buku pengayaan apresiasi sastra berhuruf

braille Indonesia dengan media reglet lebih baik daripada kompetensi siswa

tunanetra yang tidak diberi buku pengayaan.

10

Penelitian Istanti (2016) memiliki kontribusi bagi penelitian ini sebagai

bahan rujukan untuk mengembangkan buku pengayaan berdasarkan karakteristik

penggunanya. Jadi, sebelum merusmuskan penelitian perlu mengetahui

karakteristik pengguna atau subjek yang memiliki kebutuhan terhadap buku

pengayaan tersebut. Penyusunan buku pengayaan juga memerlukan perhatian

khusus dengan menggabungkan antara kebutuhan dengan teori.

Resta dkk (2017) melakukan penelitian berjudul “Pengembangan Buku

Pengayaan Teks Fabel Bermuatan Nilai Budaya dengan Metode Goall, Plans,

Implemantation, and Development Bagi Siswa SMP”. Fokus penelitian ini adalah

mengembangkan buku pengayaan berdasarkan ketersediaaan dan kondisi buku

pendamping pembelajaran teks fabel. Kemudian hasilnya berupa prinsip

pengembangan buku pengayaan teks fabel, prototipe buku pengayaan teks fabel,

dan uji validasi serta perbaikan prototipe buku pengayaan teks fabel bermuatan nilai

budaya.

Penelitian Resta dkk (2017) memiliki kontribusi bagi penelitian ini berupa

cara membuat prinsip pengembangan berdasarkan analisis kebutuhan. Prinsip yang

disusun merupakan landasan bagi peneliti untuk mengambangkan buku pengayaan.

Oleh karena itu, prinsip pengembangan buku pengayaan perlu memerhatikan empat

aspek materi, penyajian, bahasa, dan grafika yang sesuai dengan pengguna buku

pengayaan tersebut. Pada penelitian ini subjeknya adalah siswa SMP sehingga

keempat aspek itu perlu menyesuaikan kondisi siswa. Termasuk juga memberikan

muatan berupa nilai budaya. Nilai-nilai budaya yang disajikan juga berupa (1) nilai

budaya mengenai karya menusia, (2) nilai budaya mengenai hubungan manusia

dengan alam sekitar, dan (3) nilai budaya mengenai hubungan manusia dengan

sesamanya. Penyajian nilai-nilai tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi pembaca buku pengayaan teks fabel.

Penelitian mengenai buku pengayaan berikutnya adalah Raharjo dkk

(2017). Penelitian tersebut berjudul “Kelayakan Buku Ajar Bahasa Indonesia Kelas

VII Wahana Pengetahuan”. Fokus penelitian ini adalah mengkaji tentang kelayakan

buku ajar Bahasa Indonesia kelas VII Wahana Pengetahuan yang dikaji dari

11

berbagai aspek. Ada empat aspek yang dikaji yakni, aspek kelayakan isi, kelayakan

penyajian, kadar kebakuan, dan tingkat keterbacaan. Berdasarkan penelitian ini,

buku ajar Bahasa Indonesia kelas VII Wahana Pengetahuan dapat dikategorikan

layak. Akan tetapi, masih perlu penyempurnaan dari penulisan yang tidak sesuai.

Selain itu, penjabaran materi dari semua kompetensi dasar belum merata.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penelitian Raharjo dkk merupakan

dasar bagi penelitian untuk melanjutkan penelitian sebelumnya. Buku ajar tersebut

hanya memfokuskan pada materi puisi rakyat dan teks fabel. Oleh karena itu,

penelitian ini berupaya untuk melanjutkan penelitian Raharjo dkk (2017) dan

menambah materi menceritakan kembali isi cerita fantasi bagi kelas VII. Tujuannya

untuk melengkapi dan mempermudah pesera didik untuk mencapai kompetensi

dasar.

Sari dkk (2018) melakukan penelitian berjudul “Pengembangan Buku

Pengayaan Bermuatan Nilai Humanis dalam Menulis Teks Drama”. Penelitian ini

menyajikan hasil penelitian berupa (1) karakteristik kebutuhan siswa dan guru, (2)

prinsip pengambangan buku pengayaan, (3) prototipe buku dan (4) penilaian ahli.

Penelitian ini juga menyajikan pembahasan mengenai prospek buku pengayaan,

kebaruaan, keunggulan, kelemahan, dan kelayakan buku pengayaan yang

dikembangkan. Secara keseluruhan, buku pengayaan yang dikembangkan dapat

dikatergorikan baik.

Kontribusi penelitian Sari dkk (2018) bagi penelilitian ini berkaitan dengan

pembahasan prospek buku pengayaan hingga kelayakan buku. Secara rinci,

penelitian Sari dkk tidak hanya menyajikan karakteristik, prinsip, prototipe, dan

penilaian ahli saja. Pembahasan mengenai prospek buku hingga kelayakan buku

sangat penting dilakukan. Hal ini agar para pengguna buku pengayaan dapat

memanfaatkan dengan baik buku yang dikembangkan. Selain itu, peneliti

berikutnya dapat melanjutkan penelitian yang dapat melanjutkan dan memperbaiki

penelitian Sari dkk (2018).

12

Kajian pustaka berikutnya berkaitan dengan menceritakan kembali. Utari

(2014) dalam skripsinya berjudul “Studi Kemampuan Menceritakan Kembali Isi

Cerita pada Anak Kelompok A di Gugus 2 Kecamatan Kretek Bantul”. Hasil

penelitian yang telah dilakukan rata-rata kemampuan menceritakan kembali isi

cerita di Gugus 2 Kecamatan Kretek, Bantul berada dalam kategori berkembang.

Pada penelitian pertama sebanyak 65% dan pada penelitian kedua sebanyak 62%.

Tahap kemampuan anak dalam menceritakan kembali isi cerita yaitu: (1) anak

menceritakan inti cerita, (2) anak menceritakan tokoh cerita, (3) anak menceritakan

alur cerita, (4) anak menceritakan judul cerita, (5) anak mengungkapkan pesan

cerita, dan (6) anak menceritakan secara keseluruhan.

Berdasarkan uraian penelitian di atas, maka memiliki kesamaan dengan

penelitian ini berkaitan dengan menceritakan kembali isi cerita. Akan tetapi, juga

memiliki perbedaan dalam metode dan subjek yang diteliti. Pada penelitian Utari,

metode yang digunakan adalah deskriptif suvei dengan subjek anak kelompok A

Gugus 2 Kecamatan Bantul (jenjang TK). Berbeda halnya dengan penelitian ini

yang menggunakan metode research and development (R & D) dengan subjek

penelitian pada jenjang SMP. Penelitian Utari juga memiliki kelemahan berupa

tidak ada perbedaan yang signifikan dari judul cerita dan cara bercerita yang

dilakukan terhadap kemampuan menceritakan kembali isi cerita.

Berikutnya, ada tiga penelitian berkaitan dengan menceritakan kembali

dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Ketiga penelitian rujukan

ini antara lain Setiowati dkk (2015), Zahra (2015), dan Mulatsih dkk (2018).

Perbedaan ketiga penelitian tersebut terletak pada cara meningkatan kemampuan

menceritakan kembali dengan menggunakan metode, strategi, dan alat peraga.

Pertama, Setiowati dkk (2015) dalam skripsinya yang berjudul

“Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Anak Bermuatan

Pendidikan Karakter dengan Metode SQ3R”. Penelitian ini mengkaji tentang

peningkatan keterampilan menceritakan kembali cerita anak dengan metode SQ3R.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan meceritakan

kembali dengan metode SQ3R. Peningkatan keterampilan menceritakan kembali

13

dikategorikan meningkat berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik.

Nilai rata-rata pada siklus I adalah 70,85 sedangkan nilai rata-rata pada siklus II

adalah 80,78. Perubahan yang dialami peserta didik tidak hanya keterampilan

menceritakan kembali, tetapi juga perilaku yang ditunjukkan. Perubahan perilaku

tersebut didapat dari proses pembelajaran yang memberikan muatan pendidikan

karakter.

Setiowati dkk (2015) dengan penelitian ini memiliki persamaan dan

perbedaan. Persamaannya adalah kajian sama-sama mengkaji tentang menceritakan

kembali serta muatan karakter dalam penelitian. Perbedaannya terletak pada

metode penelitian yang digunakan. Penelitian Setiowati dkk (2015) merupakan

penelitian tindakan kelas (PTK), sedangkan penelitian ini menggunakan metode

research and development (R & D).

Kedua, Zahra (2015) dalam skripsinya berjudul “Peningkatan Keterampilan

Menceritakan Kembali Isi Cerpen dengan Strategi Think Talk Write pada Siswa

Kelas IX A SMP N Jatikalen Nganjuk”. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan

terhadap keterampilan siswa dalam menceritakan kembali. Peningkatan secara

produk dapat dilihat dari skor rata-rata dimulai dari pratindakan 16,84 meningkat

menjadi 21,42 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 28,31 pada siklus II. Lebih

dari itu, terjadi pula peningkatan kualitas proses pembelajaran. Kualitas tersebut

tercermin dari keaktifan, perhatian dan konsentrasi siswa dalam pelajaran, minat

siswa selama pembelajaran, serta keberanian siswa dalam bercerita di depan kelas.

Penelitian Zahra memberikan kontribusi berupa aspek-aspek yang perlu

diperhatikan dalam menceritakan kembali. Aspek-aspek tersebut teridiri dari aspek

pelafalan, aspek kosakata, aspek struktur, aspek kesesuaian isi/urutan cerita, aspek

kelancaran, aspek gaya (ekspresi), dan aspek keterampilan mengolah/

mengembangkan ide cerita. Beberapa aspek tersebut menjadi bahan acuan yang

digunakan dalam penelitian ini. Pada penelitian Zahra, aspek ini digunakan sebagai

aspek penilaian untuk mengukur kemampuan siswa dalam menceritakan kembali.

Namun, pada penelitian ini semua aspek tersebut dijadikan indikator penilaian

dalam proses menceritakan kembali secara lisan.

14

Ketiga, Mulatsih dkk (2018) melakukan penelitian berjudul “Peningkatan

Kemampuan Menceritakan Kembali Isi Cerita Melalui Alat Peraga Gambar Seri di

TK Negeri Pembina Kabupaten Sragen”. Hasil penelitian ini menunjukkan

peningkatan dalam keterampilan menceritakan kembali di TK Negeri Pembina

Kabupanten Sragen. Pada tahap awal, ketuntasan menceritakan kembali sebesar

15,28% kemudian meningkat pada siklus I menjadi 30,77%. Pada akhir siklus I

diberikan perlakuan yang membuat siswa aktif bercerita secara bergantian.

Hasilnya memperoleh ketuntasan menjadi 69,23%. Hal ini membuktikan bahwa

gambar seri dianggap efektif untuk meningkatkan kemampuan anak didik dalam

menceritakan kembali isi cerita yang diceritakan guru.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diperlukan rangsangan untuk memacu

kemampuan peserta didik dalam menceritakan kembali. Pada penelitian yang

dilakukan Mulatsih menggunakan alat peraga, maka dalam penelitian ini

menggunakan buku pengayaan. Rangsangan ini digunakan agar peserta didik dapat

menceritakan kembali dengan efektif. Perbedaan penelitian ini terletak pada

tujuannya. Pada penelitian Mulatsih bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

menceritakan kembai, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan

buku pengayaan menceritakan kembali yang sesuai dengan kebutuhan peserta

didik.

Penelitian selanjutnya mengenai cerita fantasi pernah dilakukan oleh

Carriveau dkk (2009) berjudul “Abraham Lincoln and Harry Potter: Children’s

differentiation between historical and fantasy characters”. Penelitian ini

membahas mengenai kemampuan anak-anak untuk memberdakan antara tokoh

sejarah yang mereka pelajari (Abraham Lincoln) dengan karakter fantasi (Harry

Potter). Hasil eksperimen 1 menunjukkan bahwa anak usia 3 s.d. 4 tahun dan anak

usia 5 s.d. 7 tahun memahami status tokoh yang dikenal, menilai dengan benar

tokoh sejarah menjadi tokoh nyata, dan fiksi untuk berpura-pura. Namun, ketika

disajikan dengan informasi tentang tokoh-tokoh novel yang dibenamkan dalam

narasi realistis atau narasi dengan jelas elemen fantasinya, hanya anak-anak usia 5

s.d. 7 tahun yang menggunakan narasi untuk membuat penilaian yang tepat atas

15

status protagonis tokoh. Pada Eksperimen 2, anak usia 3 s.d. 4 tahun diminta untuk

menilai apakah peristiwa cerita itu benar-benar mungkin atau tidak. Mereka yang

melakukannya dengan akurat mampu menerapkan penilaian itu untuk menilai

dengan benar status protagonis.

Pada penelitian Carriveau menjelakan bahwa anak usia anak usia 3 s.d. 4

tahun memerlukan rangsangan dan pemahaman dalam memahami tokoh sejarah

dengan tokoh fiksi. Namun sebaliknya dengan anak usia 5 s.d. 7 tahun dapat

membedakannya dengan mudah. Penelitian ini berbeda dengan penelitian

Carriveau karena fokus penelitian ini mengembangkan buku pengayaan, sedangkan

penelitian Carriveau merupakan penelitian eksperimen. Persamaannya terletak

pada kajian penelitian berupa cerita fantasi.

Penelitian berikutnya adalah Richert dkk (2011). Penelitiannya berjudul

“Preschoolers’ Quarantining of Fantasy Stories”. Penelitian ini mengkaji tentang

cerita fantasi yang dapat memberikan pesan bagi anak. Cerita fantasi tersebut

diharapkan dapat menjadi bahan belajar yang dapat diterapkan pada situasi dunia

nyata berdasarkan pesan dalam cerita fantasi. Penelitian Richert memeriksa

pemahaman anak-anak dari cerita fantasi dan kisah nyata. Selama dua kali

penelitian, anak-anak berusia 3½ hingga 5½ tahun lebih kecil kemungkinannya

untuk memahami solusi masalah dari cerita tentang karakter fantasi daripada cerita

tentang orang sungguhan. Artinya, usia tersebut masih belum dapat membedakan

antara fantasi dan dunia nyata. Pada usia itu pula anak-anak cenderung lebih

memahami cerita fantasi jika mereka membaca cerita dan dalam kondisi yang sama.

Berdasarkan penelitian di atas, pemahaman anak-anak terhadap cerita

fantasi belum sepenuhnya secara menyeluruh. Anak terkadang belum dapat

membedakan antara situasi nyata dengan tidak nyata. Oleh sebab itu, pemilihan

cerita fantasi dan pemberian batas usia anak untuk membaca sangat diperlukan. Hal

ini berkaitan dengan tingkat pemahaman anak terhadap pesan cerita fantasi yang

sedang dibaca. Peneitian Richert berkontribusi terhadap penelitian ini, berkaitan

dengan pemberian batasan usia pembaca cerita fantasi. Batasan ini bertujuan agar

pembaca dapat memperoleh manfaat pesan dalam cerita fantasi yang dibacanya.

16

Nafisah dkk (2012) berjudul “Karakteristik Cerita Fantasi Anak Indonesia

Periode 2000-2010”. Cerita fantasi anak Indonesia periode 2000-2010 memiliki

tujuh karakteristik. Karakteristik tersebut antara lain (1) tahapan alur berupa alur

konvensional dan menggunakan alur maju; (2) tokoh berwujud manusia, binatang

dan peri, sedangkan penokohan menggunakan teknik analitik dan dramatik; (3)

latar tempat yang digunakan rumah, istana, taman, dan hutan sedangkan waktu yang

digunakan adalah pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari, dan suatu hari; (4)

sudut pandang yang cenderung digunakan adalah sudut pandang orang ketiga

mahatahu; (5) tema yang digunakan dalam cerita fantasi anak Indonesia adalah

berbuat baik pada orang lain; (6) amanat yang disampaikan diantaranya tidak boleh

usil, harus saling menolong, tidak mudah tergoda kemewahan orang lain, dan

berusaha sabar dalam mengerjakan sesuatu; dan (7) gaya bercerita yang digunakan

adalah narasi dan dialog.

Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian ini mengembangkan buku

pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi. Akan tetapi penelitian Nafisah

menganalisis karakter cerita fantasi anak Indonesia periode 2000-2010. Artinya,

metode yang digunakan berbeda yakni metode R & D (research and development)

pada penelitian ini dan metode analisis pada penelitian Nafisah. Persamaannya

terletak pada kajian cerita fantasi dari masing-masing penelitian. Oleh karena itu,

penelitian Nafisah memiliki kontribusi sebagai acuan bagi penlitian ini dalam

mengembangkan buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi

bermuatan nilai karakter yang sesuai dengan karakteristik cerita fantasi di

Indonesia.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, Haribowo (2016) melakukan

penelitian dalam bidang kajian psikologi sastra. Penelitian tersebut berjudul “Emosi

Adam dalam Novel Fantasi Hantu Game Online Karya Fakhri Violinist: Kajian

Psikologi Sastra”. Novel Fantasi Hantu Game Online merupakan novel fantasi yang

menceritakan tokoh bernama Adam yang berusia 11 tahun yang kecanduan main

game. Novel ini diteliti karena terkait dengan konsep kepribadian dan psikologis

anak. Hasil penelitian Haribowo (2016) adalah (1) jenis emosi yang dialami oleh

17

Adam dalam novel Hantu Game Online yakni emosi marah, gembira, jijik, takut,

kaget, serta kesedihan dan (2) upaya yang dilakukan oleh tokoh Adam dalam

menghadapi emosi yaitu orang tua mengontrol emosi anak, anak mengendalikan

emosi diri, dan peran lingkungan sekitar membantu proses perkembangan emosi.

Penelitian Haribowo memiliki persamaan dengan perbedaan dengan

penelitian. Persamaannya berkaitan dengan cerita fantasi yang terkait dengan

konsep kepribadian dan psikologis pembaca. Jika dalam penelitian Haribowo

berkaitan dengan kepribadian tokoh Adam dalam novel Hantu Game Online, maka

kajian yang dilakukan penelitian berkaitan dengan unsur muatan nilai karakter

dalam buku yang dikembangkan. Perbedaannya terletak pada metode penelitian

yang dilakukan. Peneliti melakukan penelitian menggunakan metode R & D

(research and development), sedangkan Haribowo menggunakan pendekatan

psikologi sastra.

Penelitian berikutnya adalah Kapitan dkk (2018) berjudul “Pengembangan

Bahan Ajar Menulis Teks Cerita Fantasi Bermuatan Nilai Pendidikan Karakter di

Kelas VII”. Hasil penelitiannya berupa produk bahan ajar yang bertujuan untuk

melatih siswa terampil menulis teks cerita fantasi bermuatan pendidikan karakter.

Bahan ajar tersebut terdiri dari buku siswa dan buku guru. Buku ini memiliki empat

unit di dalamnya. Unit 1 (satu) memaparkan tentang pengantar menulis teks cerita

fantasi. Unit 2 (dua) memaparkan tentang menulis cerita fantasi dengan rangsangan

gubahan cerita lain. Unit 3 (tiga) memaparkan tentang menulis cerita fantasi dengan

rangsang mimpi dan pertanyaan. Unit 4 (empat) memaparkan tentang menulis cerita

fantasi dengan masalah.

Isi buku siswa untuk unit 1 (satu) sampai 4 (empat) dilengkapi dengan

penjelasan khusus untuk tahapan pembelajaran. Pada buku guru terdiri dari fungsi

dan kedudukan cerita fantasi dalam pembelajaran di sekolah, sasaran bahan ajar dan

nilai karakter, gambaran umum penggunaan buku, gambaran isi buku, dan cara

menggunakan buku siswa. Keduanya memiliki isi yang sama, hanya saja pada buku

guru diberikan tambahan-tambahan agar dapat mempermudah dalam mengatur

proses pembelajaran yang efektif.

18

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian Kapitan memiliki persamaan dan

perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya yakni kajian berupa cerita fantasi,

muatan yang digunakan, serta metode penelitiannya. Perbedaannya, penelitian ini

mengembangkan buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi

sedangkan penelitian Kapitan mengembangkan bahan ajar menulis cerita fantasi.

Unit atau bagian yang ada dalam buku yang dikembangkan pun berbeda. Bagian

utama buku yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri atas lima bagian, yakni

hakikat cerita fantasi, langkah menceritakan kembali, contoh menceritakan kembali

isi cerita fantasi, nilai karakter dalam cerita fantasi, dan latihan menceritakan

kembali isi cerita fantasi.

Hampir serupa dengan penelitian Kapitan, Farahdila dkk (2018) juga

melakukan penelitian pengembangan dengan kajian cerita fantasi. Judul penelitian

Farahdila adalah “Pengembangan Buku Pengayaan Nilai-Nilai Konservasi

Humanisme dalam Pembelajaran Menulis Kreatif Cerita Fantasi”. Penelitian ini

menghasilkan prinsip-prinsip pengembangan buku pengayaan. Prinsip-prinsip

tersebut antara lain aspek materi, aspek penyajian, aspek grafika, aspek bahasa,

aspek kebutuhan materi pembelajaran menulis kreatif teks cerita fantasi, dan aspek

kebutuhan nilai-nilai konservasi humanisme. Draf buku pengayaan terdiri atas tiga

komponen utama, yaitu sampul buku, bentuk fisik buku, da nisi buku. Penilaian

diklasifikasikan menjadi tiga bagian awal 80,2, bagian isi 70,79, dan bagian akhir

76,7 dengan kategori baik disemua bagian.

Penelitian selanjutnya berkaitan dengan nilai karakter. Penelitian

Nurgiyantoro dkk (2013) berjudul “Prioritas Penentuan Nilai Pendidikan Karakter

dalam Pembelajaran Sastra Remaja”. Hasil penelitiannya adalah (1) penentuan

prioritas nilai-nilai karakter perlu untuk memudahkan pemantauan, pengawasan,

dan penilaian. Nilai karakter yang dipilih guru adalah religius, jujur, cinta tanah air,

peduli lingkungan, tanggung jawab, serta kreatif, gemar membaca, disiplin dan

mandiri. (2) Pemilihan genre tampak masih terpola pada pembagian sastra kononik-

dewasa, namun harus mencakup keseluruhan genre remaja. (3) Penyajian bahan

ajar ditekankan pada penyajian bacaan, pemberian tugas, dan latihan.

19

Penelitian Nurgiyantoro memberikan kontribusi berupa upaya pemilihan

nilai karakter yang dalam pembelajaran sastra remaja. Namun, tidak semua karakter

yang disebutkan menjadi bahan acuan untuk penelitian ini. Hanya nilai jujur,

disiplin, kerja keras, mandiri, dan tanggung jawab. Pemilihan nilai tersebut karna

disesuaikan pula dengan cerita fantasi yang bersifat khayalan. Nilai-niali tersebut

tercermin dari tokoh-tokoh dalam cerita fantasi. Alasan pemilihan hanya beberapa

nilai karena nilai-nilai lainnya belum tentu tercermin dari karya sastra berupa cerita

fantasi.

Penelitian lain berkaitan dengan nilai karakter pernah dilakukan oleh

Suwarno dkk (2018), Setyorini (2018), dan Suhardi (2018). Ketiga penelitian

tersebut termasuk dalam penelitian analisis. Penelitian-penelitian itu menganalisis

nilai karakter dalam karya sastra yang berbeda-beda. Semuanya memiliki

kontribusi teradap penelitian ini berkaitan dengan nilai-nilai karakter yang

tercermin dalam karya sastra. Hal ini dapat menjadi acuan bagi penelitian

pengambangan buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi ini.

Penelitian Suwarno dkk (2018) berjudul “Analisis Struktural dan Nilai

Karakter dalam Legenda Masinan Kijang Ngrayudan Ngawi”. Hasil analisis

ditemukan struktur unsur dan empat nilai karakter. Analisis struktur tersebut yakni

(1) bertema pengorbanan; (2) menggunakan alur maju; (3) tokoh dan penokohan

Kiai Ageng Gagar yakni gagah dan keras, Putri Sendang Kaputren berwatak baik

dan sabar, Ayahanda Putri Sendang Kaputren memiliki watak tegas, keras, dan

berwibawa, serta seekor kijang memiliki hati yang baik dan suka menolong; (4)

latar tempat berada di Desa Ngrayudan, Dusun Gagar, telaga Sarangan, dan hutan

Ngrayudan sedangkan latar waktunya pada petang dan malam hari dengan suasana

sedih dan mencengkram; (5) sudut pandang orang ketiga serba tahu; (6) amanatnya

adalah tidak egois dan selalu menjaga alam beserta isinya. Berikytnya adalah nilai

karakter yang ditampilkan adalah nilai karakter religius, mandiri, tanggung jawab,

dan kerja keras.

Setyorini (2018) melakukan penelitian berjudul “Karakter Kerja Keras

dalam Novel Entrok”. Hasil analisis penelitian ini menjelaskan nilai karakter kerja

20

keras tokoh Marni dalam novel Entrok karya Okky Madasari. Tokoh Marni

diceritakan sebagai tokoh yang penuh kerja keras yang terlihat dari masa ke masa.

Saat muda ia berusaha membeli entrok atau bra seperti milik orang kaya yang sulit

untuk ia dapatkan. Hingga ia dewasa, ia masih bekerja keras agar kelangsungan

hidup anaknya berjalan dengan baik. Rahayu anaknya, memiliki pekerjaan sebagai

pegawai yang diharapkan Marni bisa hidup layak. Karakter kerja keras dari tokoh

Marni ini memiliki relevansi dengan pembelajaran sasatra di perguruan tinggi.

Karya ini tidak hanya berfungsi sebagai media belajar namun juga sebagai sarana

pemberian motivasi bagi pembaca agar giat dan bekerja keras.

Penelitian berikutnya adalah Suhardi (2018) dengan judul “Nilai-Nilai

Pendidikan Karakter dalam Dongeng Putra Lokan”. Hasil analisis menyimpulkan

bahwa Dongeng Puta Lokan memiliki 17 nilai karakter. Nilai-nilai tersebut yakni

religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa

ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial, dan

tanggung jawab. Nilai-nilai tersebut sangat baik untuk diberikan kepada peserta

didik guna membangun karakter bangsa.

Penelitian-penelitian tersebut dapat menjadi dasar bahwa karya sastra dapat

menjadi media perantara untuk menanamkan nilai karakter pada peserta didik.

Melalui beberapa hasil analisis di atas, tokoh dalam cerita dapat menjadi bahan

perenungan bagi peserta didik tentang karakter baik yang perlu diterapkan dalam

kehidupan. Kontribusi penelitian-penelitian terdahulu adalah menanamkan nilai

karakter di sekolah dapat dilakukan melalui interaksi dengan karya sastra. Kegiatan

dapat berupa kegiata apresiasi sastra, ekspresi lisan, dan tulis sastra.

2.2 Landasan Teoretis

2.2.1 Hakikat Buku Pengayaan

2.2.1.1 Pengertian Buku Pengayaan

Buku pengayaan adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya

dan meningkatkan penguasaan ipteks dan keterampilan; membentuk kepribadian

21

peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat pembaca lainnya

(Puskurbuk, 2008). Buku ini berbeda dengan buku teks yang digunakan di sekolah.

Secara rinci, buku pengayaan hanya memuat jabaran materi tertentu saja. Hartono

(2016 h. 12), menyatakan bahwa buku pengayaan adalah buku yang berisi jabaran

materi pembelajaran yang digunakan untuk pengayaan belajar anak.

Pengertian lain menurut Sitepu (2012 h. 16), buku pelengkap atau buku

pengayaan berisi informasi yang melengkapi buku pelajaran pokok. Artinya, buku

ini merupakan buku yang digunakan sebagai pendamping buku pokok yang

tujuannya untuk memperkaya materi. Buku pengayaan ini tidak disusun

sepenuhnya berdasarkan kurikulum baik tujuan, materi pokok, dan metode

penyajiannya. Buku ini tidak wajib dipakai peserta didik dan guru dalam proses

belajar dan pembelajaran, tetapi berguna bagi peserta didik yang mengalami

kesulitan memahami pokok bahasan tertentu dalam buku pelajaran pokok.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa buku

pengayaan adalah buku yang memuat materi yang memperkaya ilmu pengetahuan

dan keterampilan peserta didik yang digunakan sebagai pendamping buku pokok

pelajaran dan disusun bukan berdasarkan kurikulum. Fungsinya untuk memperkaya

materi pelajaran.

2.2.1.2 Jenis Buku Pengayaan

Buku pengayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu buku pengayaan

pengetahuan, buku pengayaan keterampilan, dan buku pengayaan kepribadian

(Puskurbuk, 2008). Berikut ini penjelasannya.

1. Buku Pengayaan Pengetahuan

Buku pengayaan pengetahuan merupakan buku yang mampu memberikan

tambahan pengetahuan kepada pembacanya, baik yang bersentuhan langsung

dengan materi yang dipelajari dalam lembaga pendidikan maupun di luar itu.

2. Buku Pengayaan Keterampilan

22

Buku pengayaan keterampilan adalah buku-buku yang memuat materi yang

dapat memperkaya dan meningkatkan kemampuan dasar para pembaca dalam

rangka meningkatkan aktivitas yang praktis dan mandiri.

3. Buku Pengayaan Kepribadian

Buku pengayaan kepribadian adalah buku yang memuat materi yang dapat

memerkaya dan meningkatkan kepribadian atau pengalaman batin pembaca.

Berdasarkan uraian ketiga jenis buku pengayaan tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa penelitian ini mengembangkan buku pengayaan berjenis buku

pengayaan keterampilan. Alasanya karena penelitian tentang pengembangan buku

pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi menuntut kemampuan

keterampilan yang diajarkan di dalamnya.

2.2.1.3 Fungsi Buku Pengayaan

Fungsi buku pengayaan antara lain sebagai berikut.

1. Meningkatkan wawasan pembaca tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni.

2. Menjadi bahan bacaan bagi seluruh peserta didik, para pendidik, para pengelola

pendidikan, dan anggota masyarakat lainnya yang meminati dan menginginkan

kemampuan dasarnya menjadi bertambah kaya, khususnya dalam kecakapan

praktis yang dibutuhkan dalam hidupnya.

3. Sebagai bacaan bagi peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan

masyarakat lain pada umumnya yang dapat memerkaya dan meningkatkan

kepribadian atau pengalaman batin

2.2.2 Hakikat Menceritakan Kembali

2.2.2.1 Pengertian Menceritakan Kembali

Menceritakan memiliki arti sebagai: (1) menuturkan cerita, (2) memuat

cerita, dan (3) mengatakan (memberitahukan) kepada (Depdiknas, 2016). Oleh

karena itu, menceritakan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk menuturkan atau

memberitahukan cerita kepada orang lain. Kemudian Utari (2014) berpendapat jika

23

menceritakan kembali yaitu menyusun kembali cerita yang dibaca atau disimak dari

penceritaan dengan tujuan memberikan informasi dan pengetahuan kepada orang

lain.

Padmadewi (2018 h. 91) memperjelas bahwa menceritakan kembali

merupakan kemampuan untuk memberikan respon terhadap cerita atau bacaan yang

memadukan kemampuan integratif antara kemampuan untuk mendengarkan

informasi, kemampuan tentang struktur bahasa yang memungkinkan untuk mampu

mengartikan bahasa, memahami kosakata, mampu membunyikan kalimat dalam

ucapan dan intonasi yang benar. Jabaran menurut Padmadewi merupakan suatu

rangkaian proses dalam menceritakan kembali.

Menceritakan kembali pada dasarnya merupakan salah satu kompetensi

dasar dalam ranah keterampilan. Berdasarkan kurikulum 2013 revisi, kompetensi

dasar 4.4 kelas VII yakni menceritakan kembali terbagi atas menceritakan kembali

secara lisan dan tulis. Menceritakan kembali secara tulis termasuk dalam

keterampilan menulis, sedangkan menceritakan kembali secara lisan termasuk

dalam keterampilan berbicara.

Pada penelitian ini membahas mengenai menceritakan kembali secara lisan

dan tulis. Artinya konsep kegiatan menceritakan kembali diadopsi dari kegiatan

berbicara dan menulis. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang

berkembang pada kehidupan anak, yang hanya dilalui oleh keterampilan

menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari

(Tarigan, 2015 h. 3). Berikunya pengertian menulis adalah proses penyampaian

pikiran, angan-angan, perasaan dalam bentuk lambang/tanda/tulisan yang

bermakna (Dalman, 2014 h. 4).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka menulis merupakan salah satu

keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak

langsung atau tidak perlu tatap muka dengan orang lain. Berbeda halnya dengan

berbicara yang memerlukan komunikasi secara langsung dengan orang lain. Oleh

karena itu ada hubungan diantara keterampilan menulis dan berbicara. Keduanya

24

memiliki ciri yang sama yakni, produktif dan ekspresif. Perbedaannya ialah bahwa

dalam menulis diperlukan penglihatan dan gerak tangan, sedangkan dalam

berbicara diperlukan pendengaran dan pengucapan (Tarigan, 2008 h. 12).

2.2.2.2 Langkah-Langkah Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi

Memahami cerita merupakan langkah pertama dalam menceritakan kembali

baik secara tulis maupun lisan. Pada proses ini, diperlukan konsentrasi saat

membaca cerita agar dapat mengerti isinya. Tujuannya agar dalam menceritakan

kembali isi cerita fantasi secara tulis maupun lisan, tidak mengubah inti yang

diceritakan. Berkitan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan beberapa aspek.

Aspek yang harus diperhatikan meliputi kesesuaian isi cerita, alur cerita, tokoh dan

penokohan, latar cerita, dan amanat dalam cerita (Setiowati, 2015). Semua aspek

tersebut menjadi bahan untuk menceritakan kembali isi cerita fantasi secara lisan

dan tulis.

2.2.2.2.1 Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi Secara Lisan

Menurut Tarigan (2015 h. 32-33), langkah-langkah dalam berbicara antara

lain memilih pokok pembicaraan, membatasi pokok pembicaraan, mengumpulkan

bahan-bahan, dan menyusun bahan. Langkah-langkah tersebut masih secara umum

dari segi berbicara. Oleh sebab itu, perlu disesuaikan dengan proses menceritakan

kembali isi cerita fantasi. Berikut ini langkah menceritakan kembali isi cerita fantasi

secara lisan.

1. Memahami Bacaan

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah persiapan. Persiapan berupa

membaca cerita fantasi dan proses memahami cerita fantasi. Artinya, pada tahap ini

merupakan proses mengenali isi cerita yang akan diceritakan kembali. Tujuannya

agar saat menceritakan kembali tidak menghilangkan unsur cerita aslinya.

2. Menemukan Ide Pokok

Pada tahap tahap ini diperlukan kejelian untuk menemukan ide pokok dalam

cerita fantasi yang telah dibaca. Ide pokok menjadi komponen yang akan

25

diceritakan kembali secara lisan. Cara menemukannya dengan membaca

keseluruhan paragraf. Kemudian temukan kalimat yang dapat menggambarkan isi

keseluruhan paragraf. Kalimat tersebut dinamakan ide pokok. Biasanya ide pokok

terletak di awal, di akhir, atau di awal dan akhir paragraf.

3. Menyusun Kerangka

Langkah berikutnya adalah menyusun kerangka atau skema untuk

menceritakan kembali secara lisan. Tujuannya agar aspek kesesuaian isi cerita, alur

cerita, tokoh dan penokohan, latar cerita, dan amanat dalam cerita dapat

tersampaikan. Susun semua bagian penting yang sudah ditandai pada tahap

sebelumnya menjadi alur penceritaan.

4. Menyusun Bahan yang Akan Diceritakan

Menyusun bahan yang akan diceritakan biasanya memuat tiga hal, yakni

bagian pendahuluan, isi, dan simpulan. Pertama, bagian pendahuluan diperlukan

perencanaan untuk membuat kalimat pembuka supaya menarik perhatian

pendengar. Bagian ini memuat orientasi yang isinya pengenalan tokoh dan konflik.

Kedua, bagian isi terdiri dari penceritaan konflik yang dialami oleh tokoh dalam

cerita. Ketiga, bagian simpulan memuat resolusi dalam cerita.

Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam berbicara di didepan umum.

Menurut Zahra (2015) aspek yang perlu diperhatikan adalah aspek pelafalan, aspek

kosakata, aspek struktur, aspek kesesuaian isi/urutan cerita, aspek kelancaran, aspek

gaya (ekspresi), dan aspek keterampilan mengolah/mengembangkan ide cerita.

2.2.2.2.2 Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi Secara Tulis

Ada beberapa langkah yang diperlukan dalam menceritakan kembali isi

cerita fantasi secara tulis. Secara umum menurut Dalman (2015 h. 7) menulis

melibatkan serangkaian kegiatan yang terdiri atas tahap prapenulisan, penulisan,

dan pascaprnulisan. Oleh sebab itu, secara khusus tiga tahapan tersebut disesuaikan

dengan menceritakan kembali isi cerita fantasi. Berikut ini uraian lengkapnya.

1. Tahap Prapenulisan

26

Bahan tulisan dihasilkan dari pemahaman cerita berkaitan dengan aspek

kesesuaian isi cerita, alur cerita, tokoh dan penokohan, latar cerita, dan amanat

dalam cerita. Beberapa aspek tersebut merupakan bahan yang digunakan untuk

membuat kerangka tulisan pada tahap ini.

2. Tahap Penulisan

Tahap penulisan didasari dari kerangka yang telah dibuat pada tahap

prapenulisan. Keseluruhan informasi dari kerangka kemudian dirangkai dan

dikembangkan menjadi tulisan dengan bahasa sendiri. Hal yang perlu ditekankan

adalah keruntutan dan kelogisan cerita agar mudah untuk dibaca dan dipahami.

3. Tahap Pascapenulisan

Tahap ini merupakan tahap akhir. Hal yang perlu dilakukan adalah menyunting dan

melakukan perbaikan tulisan.

2.2.3 Hakikat Cerita fantasi

2.2.2.1 Pengertian Cerita Fantasi

Cerita fantasi adalah cerita yang menampilkan tokoh, alur, latar, atau tema

yang derajat kebenarannya diragukan, baik menyangkut (hampir) seluruh maupun

hanya sebagian cerita (Nurgiyantoro, 2016 h. 295). Artinya, antara aspek cerita

yang masuk akal dan tidak masuk akal dicampuradukkan. Misalnya, tokoh manusia

yang bisa terbang atau latar tempat berada di kayangan. Akan tetapi, percampuran

aspek tersebut masih terikat pada hukum sebab-akibat yang berlaku dalam

penulisan cerita konvensional.

Secara terminologi, cerita fantasi merujuk pada sifatnya yang khayali dan

bersumber dari imajinasi (Toha, 2010 h. 27). Artinya, cerita ini tidak mungkin

terjadi karena cerita fantasi menghadirkan unsur magis, khayalan, atau memuat hal

supranatural. Dibalik semua itu, cerita fantasi memiliki pesan moral pula di

dalamnya sehingga tidak hanya menghibur. Pesan moral tersebut dapat

tersampaikan melalui tokoh dan penokohan dalam cerita fantasi.

27

Pengertian cerita fantasi menurut Kosasih merupakan cerita yang

sepenuhnya dikembangkan berdasarkan khayalan, fantasi, atau imajinasi (Kosasih,

2018 h. 241). Cerita dalam cerita fantasi tidak mungkin terjadi pada dunia nyata

karena sifatnya yang khayalan. Kosasih menjelaskan lebih lanjut bahwa jenis cerita

klasik berupa fabel dan legenda dapat dikategorikan sebagai cerita fantasi. Kedua

cerita klasik tersebut memiliki beberapa peristiwa-peristiwa yang diluar nalar.

Namun, cerita fantasi tidak selalu sama dengan cerita rakyat. Cerita masa kini juga

banyak yang sepenuhnya berdasarkan imajinasi. Contohnya cerita sihir Harry

Potter.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa cerita

fantasi adalah cerita yang menampilkan tokoh, alur, latar, atau tema yang

sepenuhnya dikembangkan berdasarkan khayalan, fantasi, atau imajinasi. Cerita

fantasi bersifat khayalan yang bersumber dari imajinasi. Artinya, hampir sebagian

dari cerita fantasi merupakan cerita yang tidak mungkin terjadi pada dunia nyata.

Pengertian cerita fantasi tersebut hampir bertumpang tindih dengan

beberapa jenis cerita klasik. Berikut ini adalah perbedaan antara cerita fantasi

dengan beberapa jenis cerita klasik berupa fabel dan legenda.

Tabel 2.1 Perbedaan Cerita Fantasi, Fabel, dan Legenda

Aspek Cerita Fantasi Fabel Legenda

Pengertian Cerita yang

menanpilkan tokoh,

alur, latar, atau tema

yang sepenuhnya

dikembangkan

berdasarkan

khayalan, fantasi,

atau imajinasi.

Cerita yang

menampilkan

binatang sebagai

tokoh cerita namun

dapat berinteraksi

dan berpikir seperti

manusia.

Cerita magis yang

sering dikaitkan

dengan tokoh,

peristiwa, dan

tempat-tempat

nyata.

Bentuk Narasi Narasi Narasi

28

Aspek Cerita Fantasi Fabel Legenda

Isi Cerita Berupa peristiwa/hal

ajaib yang di luar

nalar manusia.

Rangkaian

peristiwa yang

menunjukkan

sebab akibat

Biasa

dihubungkan

dengan

peristiwa/benda

yang berasal dari

masa lalu

Tokoh Muncul tokoh

unik/benda mati yang

memiliki sifat seperti

manusia.

Binatang yang

dapat berperilaku

seperti manusia.

Tokoh biasanya

dihubungkan

sebagai pelaku

yang betul-betul

pernah ada pada

masa lalu.

Latar Kadang bukan dunia

nyata.

Alam semesta

seperti hutan,

kolam, sungai, dll.

Dunia nyata

Struktur 1. Orientasi

2. Komplikasi

3. Resolusi

1. Orientasi

2. Komplikasi

3. Resolusi

4. Koda

1. Orientasi

2. Komplikasi

3. Resolusi

4. Koda

2.2.2.2 Macam-Macam Cerita Fantasi

1. Cerita Fiksi

Cerita fantasi menampilkan cerita yang derajat kebenarannya diragukan.

Kebenaran ini berkaitan dengan logika realitas. Cerita fantasi ini memiliki

ketidakmasukakalan berupa tokoh berupa manusia, makhluk halus, dewa-dewi, dan

sebagainya yang saling berinteraksi dalam kehidupan. Selain itu, dapat juga berupa

ketidakmasukakalan berupa alur cerita yang mengkisahkan tokoh manusia yang

dapat terbang dan berbicara dengan binatang di langit. Contohnya “Putri dan

Bintang” (Q Yanuari N), “Polah Bidadari Kecil” (R. Nuralam), dan “Andi dan

Prajurit Semut” (Vinoy Agustina).

2. Cerita Fantasi Tingkat Tinggi

Cerita fantasi tingkat tinggi hampir sama dengan cerita fantasi. Hal yang

membedakan adalah tema yang diusung. Cerita fantasi tingkat tinggi mengusung

tema pertentangan anatara kekuatan yang baik dan buruk. Contohnya, pertentangan

antara yang baik dan buruk akan dimenangkan oleh kekuatan baik. Atau, pada

29

awalnya kemenangan berpihak pada kekuatan buruk tapi pada akhirnya kekuatan

baik menjadi pemenangnya. Contohnya pada novel Ranggamorfosa Sang Penakluk

Istana (Nuranto Hadyansah), serial Harry Potter, Eragon ( Christoper Paolini), dan

Lord of The rings (JRR Tolkien).

3. Fiksi Sains

Fiksi sains adalah sebuah fiksi yang mengaitkan antara fakta dan teknologi

ilmiah dengan cerita fiksi yang bersifat imajinatif. Fiksi sains biasanya berkaitan

dengan kehidupan alam raya yang dikaitakan dengan cerita fiksi. Ada pula cerita

yang berkisah tentang petualangan kehidupan masa lalu dan masa depan yang

dikisahkan secara imajinatif. Contohnya “Planet yang Hilang” (Ipal) dan “Kursi

Malas Kakek” (Retno Wijayanti).

2.2.2.3 Struktur Cerita Fantasi

Berdasarkan Kosasih (2018 h. 241), struktur cerita fantasi sama seperti

karya sastra prosa lainnya yakni, orientasi kompliasi dan resolusi. Berikut ini

uraiannya.

1. Orientasi

Orientasi berisi pengenalan tema, tokoh, dan latar cerita. Bagian ini

menggambarkan secara ringkas mengenai pengenalan unsur-unsur cerita yang akan

dibahas dalam bagian komplikasi.

2. Komplikasi

Bagian komplikasi berisi cerita tentang masalah yang dialami oleh tokoh

utama. Pada bagian ini peristiwa-peristiwa di luar nalar itu biasanya terjadi.

3. Resolusi

Pada bagian ini merupakan bagian penyelesaian dari masalah yang dialami

tokoh.

2.2.2.4 Kaidah Kebahasaan Cerita Fantasi

Kaidah kebahasaan cerita fantasi menurut Kosasih (2018 h. 241) adalah

sebagai berikut.

30

1. Menggunakan kata-kata yang menyatakan urutan waktu.

2. Menggunakan kata kerja tindakan.

3. Menggunakan kata kerja yang menggambarkan sesuatu yang dipikirkan atau

dirasakan oleh para tokohnya.

4. Menggunakan kata-kata yang menggambarkan keadaan atau sifat tokohnya

5. Menggunakan dialog.

2.2.4 Hakikat Nilai karakter

2.2.3.1 Pengertian Nilai Karakter

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang

terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan (virtues) yang diyakini dan

digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak

(Balitbang Pusat Kurikulum, 2010). Artinya, karakter merupakan identitas atau

sesuatu yang melekat pada diri setiap individu. Oleh karena itu setiap individu

memiliki karakter yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut terbentuk dari dalam dan

luar diri akibat interaksi selama hidupnya.

Busro (2017 h. 14) mempertegas pengertian di atas bahwa karakter adalah

nilai-nilai yang unik-baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam

perilaku. Oleh karena itu, karakter dapat terlihat dari perilaku sehari-hari.

Wujudnya dapat berupa cara berbicara, cara menghadapi masalah, cara berpikir dan

lain sebagainya.

Pengertian berikutnya menurut Rosidatun (2018 h. 20) karakter dapat

diartikan sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik

karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya

dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan

sehari-hari. Pengaruh lingkungan juga memiliki andil dalam membentuk karakter

seorang individu meskipun setiap individu memiliki karakter bawaan. Contohnya

faktor lingkungan keluarga, faktor pertemanan, faktor pendidikan, faktor

kebudayaan, dan lainnya.

31

Ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah nilai

dasar yang dimiliki oleh seseorang yang tercermin dari pikiran, sikap, dan tindakan

atas pengaruh lingkungan. Maka dalam konteks ini nilai karakter merupakan sifat

atau nilai dasar yang dimiliki oleh seseorang yang tercermin dari pikiran, sikap, dan

tindakan atas pengaruh lingkungan.

2.2.3.2 Tujuan Nilai Karakter

Tujuan nilai karakter menurut Balitbang Pusat Kurikulum (2010) bagi

peserta didik adalah sebagai berikut.

1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan

warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan

dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.

3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai

generasi penerus bangsa.

4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri,

kreatif, berwawasan kebangsaan.

5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar

yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa

kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

2.2.3.3 Rumusan Nilai Karakter

Berikut ini adalah nilai karakter dan deskripsinya menurut Peraturan

Presiden Nomor 87 Tahun 2017 pasal 3.

Tabel 2.2 Nilai dan Deskripsi Nilai Karakter

No. Nilai Deskripsi

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap

pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan

pemeluk agama lain.

32

No. Nilai Deskripsi

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam

perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,

suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang

berbeda dari dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh

pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh

dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,

serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan

cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama

hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa ingin

tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu

yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat

kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas

kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta tanah

air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, dan politik bangsa.

12. Menghargai

prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,

33

No. Nilai Deskripsi

dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang

lain.

13. Bersahabat/

Komuniktif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,

bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang

lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar

membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai

bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli

lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki

kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan

pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung

jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas

dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,

sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

2.2.3.4 Manfaat Nilai Karakter dalam Pendidikan Sastra

Pesan moral yang terkandung dalam karya sastra merupakan salah satu

manfaat dari karya sastra berupa pembangun karakter bangsa. Sifatnya yang

menghibur, membuat karya sastra juga tidak mengesampingkan manfaat lainnya

berupa menggambarkan kehidupan manusia yang dapat menjadi perenungan bagi

pembacanya. Menurut Nurgiyantoro (2013 h. 433), sastra mampu memberikan

kesenangan dan kenikmatan namun di dalamnya juga memberikan manfaat yang

menjunjung atau memengaruhi dengan cara berpikir, bersikap, berperasaan,

bertindak, secara verbal atau nonverbal. Penyampaian nilai karakter ini memiliki

muara pada ranah afeksi, bukan kognisi. Artinya, nilai-nilai yang disampaikan tidak

34

secara teoretis dan memaksa bagi pembacanya. Pembaca hanya diarahkan untuk

ikut merasakan apa yang dilakukan oleh tokoh dalam karya sastra tersebut.

Manfaat nilai karakter dalam pendidikan sastra yang diuraikan di atas, dapat

diintegrasikan dengan penelitian ini. Nilai karakter dapat manjadi muatan dalam

pengembangan buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi. Melalui

penggambaran tokoh, nilai-nilai tersebut dapat tersampaikan kepada pembaca.

Meskipun cerita fantasi bersifat khayalan, namun penokohannya dapat menjadi

cerminan bagi tersampaikannya nilai karakter yang diharapkan.

2.3 Spesifikasi Produk

Sepesifikasi produk dibuat agar dapat membatasi pokok pembahasa dalam

buku pengayaan yang dikembangkan. Tujuannya agar pembahasan buku pengyaan

fokus dan tidak terlalu luas. Pembatasan tersebut dilakukan pada beberapa bagian.

Pertama, bagian isi materi dalam buku pengayaan. Materi dibatasi hanya berkaitan

dengan hakikat cerita fantasi, hakikat menceritakan kembali isi cerita fantasi,

contoh menceritakan kembali isi cerita fantasi, dan nilai karakter dalam cerita

fantasi. Tidak ada materi lain yang tidak berkaitan dengan empat hal itu. Alasannya

disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran menceritakan kembali isi cerita

fantasi.

Kedua, bagian contoh cerita fantasi yang dimuat dalam buku juga dibatasi.

Pada bagian ini contoh yang disajikan disesuaikan dengan tingkat kognitif peserta

didik usia SMP kelas VII. Unsur khayalan dalam cerita juga disesuaikan. Tokoh

yang berperan dalam cerita fantasi adalah manusia. Tujuannya agar cerita fantasi

dapat dicerna dan dapat dipetik pesan yang ada di dalamnya.

Ketiga, pembatasan pada bagian nilai karakter. Nilai karakter dalam buku

pengayaan disajikan dalam contoh cerita fantasi. Sifatnya yang khayalan tidak serta

merta meninggalkan unsur pesan moral di dalamnya. Tokoh-tokoh dalam contoh

cerita fantasi yakni manusia agar nilai karakter yang tercermin dapat dilihat secara

langsung. Nilai karakter yang dimuat dibatasi pada nilai karakter yang dirumuskan

oleh Balitbang Pusat Kurikulum, 2010.

35

2.4 Kerangka Berpikir

Menceritakan kembali isi cerita fantasi merupakan kegiatan untuk

mengungkapkan isi cerita yang disampaikan kembali tanpa menghilangkan inti

cerita. Kegiatan ini memerlukan keterampilan menulis dan bercerita. Oleh karena

itu, sebelum mencapai tujuan menceritakan kembali maka perlu adanya

pemahaman terhadap cerita yang dibaca. Adanya permasalahan tersebut belum

dapat terpecahkan hanya dengan memahami buku teks Bahasa Indonesia yang

kedalaman meterinya belum menyeluruh. Maka diperlukan tambahan sumber

belajar yang dapat memperkaya materi.

Peserta didik belum dapat menceritakan kembali isi cerita fantasi secara

terstruktur. Maka diperlukan cara atau tips yang dapat mempermudah dalam

menceritakan kembali. Berdasarikan uraian permasalahan di atas, maka diperlukan

buku pengayaan yang dapat menunjang keberlangsungan pembelajaran. Salah

satunya dengan mengembangkan buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita

fantasi. Namun, bukan hanya sekadar buku yang memuat materi dan contoh

menceritakan kembali isi cerita fantasi saja. Dibutuhkan buku pengayaan yang

memiliki fungsi lebih. Buku tersebut dapat diberikan muatan nilai karakter yang

tercermin dalam cerita fantasi tersebut.

Penambahan muatan dalam buku pengayaan yang dikembangkan sesuai

dengan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015. Hal ini dapat menjadi sarana untuk

melakukan pembiasaan penumbuhan nilai budi pekerti bagi peserta didik.

Menceritakan kembali isi cerita fantasi artinya mengungkapkan kembali isi cerita

fantasi dengan memaparkan pula nilai-nilai karakter dalam cerita. Misalnya nilai

karakter dalam tokoh yang dapat menjadi model bagi peserta didik dalam

berperilaku sehari-hari. Berikut adalah bagan yang dapat memperjelas kerangka

berpikir dalam penelitian ini.

36

Bagan 2.1Kerangka Berpikir

37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian Research and Development

(penelitian dan pengembangan) dari Borg dan Gall (dalam Sugiyono, 2015) dengan

tahap: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain protipe, (4)

validasi protipe, (5) revisi protipe, (6) uji coba protipe, (7) revisi protipe, (8) uji

coba pemakaian, (9) revisi produk, dan (10) produksi masal. Upaya kebutuhan

penelitian ini disesuaikan dengan tujuan dan kondisi penelitian yang sebenarnya.

Penelitian ini dihentikan pada langkah kelima berdasarkan pertimbangan bahwa

langkah ke-6 sampai 10 dari R & D Borg dan Gall, merupakan penelitian lanjutan

yang berujung pada produksi masal. Kegiatan ini membutuhkan biaya yang besar,

waktu yang lama, serta tenaga yang cukup. Berikut ini langkah-langkah

penelitiannya.

Pertama, yaitu mengumpulkan data potensi masalah. Kegiatan yang

menyangkut pengumpulan data potensi masalah yakni mengidentifikasi masalah,

mendeskripsikan ketersediaan dan kondisi buku pendamping di sekolah, dan

menganalisis kebutuhan terhadap buku pengayaan.

Kedua, yaitu mengumpulkan data setelah dilakukan analisis potensi

masalah. Pada tahap ini, disusun prinsip-prinsip pengambangan buku dan persiapan

penyusunan desain protipe buku. Prinsip penyusunan didasarkan dari hasil analisis

kebutuhan. Setelah diperoleh prinsip penyusunan, maka tahapan berikutnya yaitu

membuat kerangka desain protipe yang akan dikembangakan berupa buku

pengayaan.

Ketiga, disusun desain protipe yang akan dikembangkan. Desain diperoleh

berdasarkan prinsip yang sudah tersusun. Prinsip tersebut kemudian menjadi

patokan untuk merancang dan menyusun buku pengayaan menceritakan kembali isi

cerita fantasi bermuatan nilai karakter.

38

Keempat, validasi protipe merupakan penilaian yang dilakukan oleh ahli

setelah desain protipe tersusun. Ahli diminta memberikan saran dan revisi terhadap

desain protipe berupa buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi.

Hasilnya menjadi bahan revisi agar dapat diperbaiki.

Kelima, revisi protipe dilakukan setelah validasi desain oleh ahli. Revisi

berdasarkan hasil saran dan masukan ahli terkait hal-hal berupa materi, bahasa,

penyajian serta grafika dari prototipe berupa buku pengayaan menceritakan kembali

isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter.

1. Potensi dan Masalah

• Identifikasi masalah

• Mendeskripsikan ketersediaan dan kondisi buku pendamping di sekolah

• Menganalisis kebutuhan buku pengayaan

2. Pengumpulan Data

• Penyusunan prinsip-prinsip pengembangan buku

• Persiapan penyusunan desain protipe

3. Desain Protipe

• Merancang dan meyusun prototipe buku

4. Validasi Protipe

• Penilaian protipe buku

5. Revisi Protipe

• Proses memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam buku berdasarkan hasil validasi pada ahli

Bagan 3.1 Desain Penelitian

39

3.2 Subjek Penelitian

Penelitian ini memiliki dua kategori subjek penelitian yakni, subjek analisis

kebutuhan dan subjek validasi desain. Subjek analisis kebutuhan tediri atas peserta

didik kelas VII dan guru bahasa Indonesia. Sedangkan subjek validasi desain yaitu

guru bahasa Indonesia dan ahli.

3.2.1 Subjek Analisis Kebutuhan

Subjek analisis kebutuhan terhadap buku pengayaan menceritakan kembali

isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter terdiri atas peserta didik kelas VII dan

guru bahasa Indonesia. Tempat penelitian ini adalah tiga sekolah yang ada di

Semarang dan Brebes. Sekolah-sekolah tersebut dipilih berdasarkan karakteristik

wilayah yakni daerah kota yang diwakili SMP Permata Bangsa School Semarang,

dan daerah pedesaan yang diwakili SMP Negeri 1 Tonjong dan SMP

Muhammadiyah Tonjong.

Peserta didik yang dijadikan subjek penelitian merupakan peserta didik satu

kelas dari masing-masing sekolah. Peserta didik dipilih berdasarkan kurikulum

yang digunakan adalah kurikulum 2013. Selain itu, peserta didik telah menempuh

kompetensi dasar menceritakan kembali isi cerita fantasi. Tujuannya agar peserta

didik dapat memahami kebutuhan yang diperlukan setalah menempuh kompetensi

dasar tersebut.

Subjek analisis kebutuhan berikutnya adalah guru. Guru bahasa Indonesia

yang menjadi subjek penelitian ini merupakan guru yang mengampu mata

pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII. Sama halnya seperti peserta didik, guru

yang menjadi subjek penelitian sudah melaksanakan pembelajaran kompetensi

dasar menceritakan kembali isi cerita fantasi. Kondisi ini agar subjek dapat

menyampaikan kebutuhan apa saja yang diperlukan untuk mengajarkan kompetensi

dasar menceritakan kembali isi cerita fantasi

3.2.2 Subjek Validasi Desain

Subjek validasi desain yaitu dosen ahli. Dua dosen ahli terebut adalah ahli

bidang sastra dan ahli bidang pendidikan sastra. Validator dipilih berdasarkan

beberapa syarat antara lain: (1) validator dipilih sesuai dengan bidang keahliannya,

40

(2) validator yang berpengalaman dalam menyusun buku, dan (3) validator

menguasai materi menceritakan kembali isi cerita fantasi. Ketiga syarat tersebut

menjadi pertimbangan agar penilaian terhadap buku pengayaan yang

dikembangkan dapat menghasilkan perbaikan yang berkualitas.

3.3 Instrumen Penelitian

Bentuk instrumen dalam penelitian ini menggunakan instrumen nontes.

Instrumen nontes digunakan untuk menjaring data yakni, (1) data kebutuhan

terhadap buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai

karakter dan (2) data penilaian buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita

fantasi bermuatan nilai karakter. Data itu diperoleh melalui dua angket yakni (1)

angket kebutuhan guru dan peserta didik dan (2) angket validasi terhadap angket

buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi. Berikut adalah gambaran

umum tentang instrumen penelitian yang digunakan.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Umum Instrumen Penelitian

No. Data Sumber Data Instrumen

1. Kebutuhan buku

pengayaan menceritakan

kembali isi cerita fantasi

bermuatan nilai karakter

bagi peserta didik kelas VII

a. Guru mata pelajaran

Bahasa Indonesia

b. Peserta didik SMP

Permata Bangsa School

Semarang, SMP N 1

Tonjong, dan SMP

Muhammadiyah Tonjong

Angket

kebutuhan

2. Uji validasi desain buku

pengayaan menceritakan

kembali isi cerita fantasi

bermuatan nilai karakter

bagi peserta didik kelas VII

Dosen ahli Angket uji

validasi

41

3.3.1 Angket Kebutuhan Guru Terhadap Buku Pengayaan Menceritakan

Kembali Isi Cerita Fantasi Bermuatan Nilai Karakter

Angket kebutuhan guru terhadap buku pengayaan menceritakan kembali isi

cerita fantasi bermuatan nilai karakter juga digunakan sebagai dasar pengembangan

buku. Angket ini berisi tentang (1) ketersediaan buku pengayaan di sekolah, (2)

kebutuhan materi, (3) kebutuhan struktur penyajian, (4) kebutuhan penggunaan

bahasa, dan (5) kebutuhan grafika. Pada angket kebutuhan guru memiliki perbedaan

dengan angket kebutuhan peserta didik yaitu terletak pada kebijakan sekolah

tentang pengadaan buku pengayaan yang digunakan dalam pembelajaran.

Gambaran angket kebutuhan peserta didik dapat dilihat pada kisi-kisi angket

kebutuhan guru berikut ini.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Khusus Angket Kebutuhan Guru Terhadap Buku

Pengayaan Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi Bermuatan Nilai

Karakter

Aspek

Subaspek

Nomor

Soal

I. Ketersediaan

buku pengayaan

cerita fantasi di

sekolah

A. Penggunaan sumber belajar selain buku teks

yang ada di sekolah

1, 2, 3

B. Ketersediaan buku pengayaan yang

menunjang mata pelajaran Bahasa Indonesia

di perpustakaan

4, 5, 6

C. Ketersediaan buku pengayaan yang memiliki

muatan nilai karakter

7, 8, 9

D. Kebijakan sekolah tentang pengadaan buku

pengayaan

10

II. Kebutuhan

Materi

A. Pengertian, ciri-ciri, struktur, jenis, unsur

pembangun, dan kaidah kebahasaan cerita

fantasi

11, 12,

13

42

Aspek

Subaspek

Nomor

Soal

B. Contoh cerita fantasi 14, 15,

16, 17

C. Nilai karakter 18, 19

D. Hakikat menceritakan kembali 20

E. Langkah menceritakan kembali isi cerita

fantasi

21, 22

F. Contoh menceritakan kembali isi cerita

fantasi bermuatan nilai karakter

23, 24

III. Kebutuhan

struktur

Penyajian

A. Kebutuhan ilustrasi/gambar dalam buku 25, 26,

27

B. Kebutuhan penyajian petunjuk penggunaan

buku

28, 29

C. Kebutuhan penyajian rangkuman 30, 31

D. Kebutuhan penyajian refleksi 32, 33,

34

IV. Kebutuhan

Penggunaan

Bahasa

A. Penggunaan bahasa dalam buku 35

B. Penggunaan bahasa dalam cerita fantasi 36

V. Kebutuhan

Grafika

A. Judul buku 37

B. Kover buku 38

C. Warna buku 39

D. Ketebalan buku 40

E. Ukuran buku 41

F. Desain/model buku 42

G. Jenis dan ukuran huruf 43

Untuk mempermudah responden menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

terdapat dalam angket, disediakan petunjuk pengisian angket sebagai berikut.

43

A. Jawablah setiap soal berikut dengan memberikan tanda cek (√) dalam kurung

yang telah disediakan di depan jawaban.

Contoh:

(√) dipilih

( ) tidak dipilih

B. Jika ada pertanyaan yang jawabannya belum disediakan, Anda diharapkan

menuliskan jawaban pada tempat jawaban yang telah disediakan.

Contoh:

(√) lainnya, yaitu: … (berisi jawaban)

Berikan alasan singkat terhadap masing-masing jawaban yang diberikan

pada tempat jawaban yang tersedia.

3.3.2 Angket Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan

Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi Bermuatan Nilai Karakter

Angket kebutuhan terhadap buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita

fantasi bermuatan nilai karakter digunakan sebagai dasar untuk menyusun prinsip-

prinsip pengambangan buku. Angket ini berisi tentang (1) ketersediaan buku

pengayaan di sekolah, (2) kebutuhan materi, (3) kebutuhan struktur penyajian, (4)

kebutuhan penggunaan bahasa, dan (5) kebutuhan grafika. Gambaran angket

kebutuhan peserta didik dapat dilihat pada kisi-kisi angket kebutuhan peserta didik

berikut ini.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Khusus Angket Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku

Pengayaan Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi Bermuatan Nilai

Karakter

Aspek

Subaspek

Nomor

Soal

I. Ketersediaan

buku pengayaan

A. Penggunaan sumber belajar selain buku teks

yang ada di sekolah

1, 2, 3

44

Aspek

Subaspek

Nomor

Soal

cerita fantasi di

sekolah

B. Ketersediaan buku pengayaan yang

menunjang mata pelajaran Bahasa Indonesia

di perpustakaan

4, 5, 6

C. Ketersediaan buku pengayaan yang memiliki

muatan nilai karakter

7, 8, 9

II. Kebutuhan

Materi

A. Pengertian, ciri-ciri, struktur, jenis, unsur

pembangun, dan kaidah kebahasaan cerita

fantasi

10, 11,

12

B. Contoh cerita fantasi 13, 14,

15, 16

C. Nilai karakter 17, 18

D. Hakikat menceritakan kembali 19

E. Langkah menceritakan kembali isi cerita

fantasi

20, 21

F. Contoh menceritakan kembali isi cerita

fantasi bermuatan nilai karakter

22, 23

III. Kebutuhan

struktur

Penyajian

A. Kebutuhan ilustrasi/gambar dalam buku 24, 25,

26

B. Kebutuhan penyajian petunjuk penggunaan

buku

27, 28

C. Kebutuhan penyajian rangkuman 29, 30

D. Kebutuhan penyajian refleksi 31, 32,

33

IV. Kebutuhan

Penggunaan

Bahasa

A. Penggunaan bahasa dalam buku 34

B. Penggunaan bahasa dalam cerita fantasi 35

45

Aspek

Subaspek

Nomor

Soal

V. Kebutuhan

Grafika

A. Judul buku 36

B. Kover buku 37

C. Warna buku 38

D. Ketebalan buku 39

E. Ukuran buku 40

F. Desain/model buku 41

G. Jenis dan ukuran huruf 42

Untuk mempermudah responden menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

terdapat dalam angket, disediakan petunjuk pengisian angket sebagai berikut.

Jawablah setiap pertanyaan berikut dengan jujur dan objektif. Jawaban yang

kamu berikan tidak akan mempengaruhi nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia

kamu.

A. Jawablah setiap soal berikut dengan memberikan tanda cek (√) dalam kurung

yang telah disediakan di depan jawaban.

Contoh:

(√) dipilih

( ) tidak dipilih

B. Jika ada pertanyaan yang jawabannya belum disediakan, Anda diharapkan

menuliskan jawaban pada tempat jawaban yang telah disediakan.

Contoh:

(√) lainnya, yaitu: … (berisi jawaban)

Berikan alasan singkat terhadap masing-masing jawaban yang diberikan

pada tempat jawaban yang tersedia.

46

3.3.3 Angket Pedoman Validasi Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi

Cerita Fantasi Bermuatan Nilai Karakter

Lembar angket validasi buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita

fantasi bermuatan nilai karakter merupakan indikator penilaian terhadap buku. Ada

lima aspek penilaian yakni, (1) aspek materi, (2) aspek penyajian, (3) aspek

penggunaan bahasa, (4) aspek grafika, dan (5) aspek muatan nilai karakter. Selain

lima aspek tersebut, ada tambahan berupa saran dan perbaikan yang dapat

ditambahkan oleh ahli. Berikut adalah gambaran mengenai pedoman kisi-kisi

validasi buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai

karakter.

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pedoman Validasi Buku Pengayaan Menceritakan

Kembali Isi Cerita Fantasi Bermuatan Nilai Karakter

No. Aspek Penilaian Indikator Nomor

Soal

1. Aspek materi 1. Kelengkapan materi yang disajikan

dalam buku

1

2. Materi dalam buku telah sesuai

dengan kebenaran teori

2

3. Kesesuaian materi dengan

perkembangan kognitif peserta

didik kelas VII SMP/MTS

3

4. Materi Bab I sudah memberikan

pemahaman baru bagi peserta didik

berkaitan dengan fakta, konsep,

dan prosedur pembelajaran

4

5. Materi Bab II sudah memberikan

pemahaman baru bagi peserta didik

berkaitan dengan fakta, konsep,

dan prosedur pembelajaran

5

47

No. Aspek Penilaian Indikator Nomor

Soal

6. Materi Bab III sudah memberikan

pemahaman baru bagi peserta didik

berkaitan dengan fakta, konsep,

dan prosedur pembelajaran

6

7. Materi Bab IV sudah memberikan

pemahaman baru bagi peserta didik

berkaitan dengan fakta, konsep,

dan prosedur pembelajaran

7

8. Materi Bab V sudah memberikan

pemahaman baru bagi peserta didik

berkaitan dengan fakta, konsep,

dan prosedur pembelajaran

8

2. Aspek muatan nilai

karakter

a. Muatan nilai melalui pembahasan

tersendiri dalam bab dapat

dipahami peserta didik

9

b. Muatan nilai sudah tercermin

melalui contoh cerita fantasi

10, 11

3. Aspek struktur

penyajian

a. Penyajian gambar atau ilustrasi

sesuai dengan isi materi

12, 13

b. Penyajian petunjuk penggunaan

buku sudah tepat

14

c. Penyajian rangkuman sudah

mencerminkan isi materi pada

setiap bab

15

d. Penyajian refleksi disajikan dalam

bentuk percakapan

16

4. Aspek kebahasaan a. Menggunakan bahasa yang sesuai

Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)

17

48

No. Aspek Penilaian Indikator Nomor

Soal

b. Penggunaan bahasa yang mudah

dimengerti

18

5. Aspek grafika a. Judul dan sampul buku 19

b. Komponen sampul depan dan

belakang

20, 21

c. Warna buku 22

d. Ketebalan buku 23

e. Ukuran buku 24

f. Jenis huruf dan ukuran huruf 25

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket kebutuhan dan

angket uji validasi. Angket kebutuhan ditujukan kepada guru dan peserta didik

SMP Permata Bangsa School Semarang, SMP Negeri 1 Tonjong, dan SMP

Muhammadiyah Tonjong di Kabupaten Brebes. Angket uji validasi ditujukan dosen

ahli bidang sastra dan dosen ahli bidang pembelajaran sastra.

3.4.1 Angket Kebutuhan

Angket kebutuhan dibuat untuk memperoleh informasi berupa kebutuhan

buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter

bagi guru dan peserta didik kelas VII. Angket ini menjadi sarana bagi guru dan

peserta didik untuk menyampaikan kebutuhan buku pengayaan dari segi materi,

penyajian, bahasa, dan grafika. Selain berkaitan tentang kebutuhan buku pengayaan

menceritakan kembali isi cerita fantasi, angket ini juga dibuat untuk memperoleh

informasi mengenai ketersediaan dan kondisi buku pengayaan lain yang ada di

sekolah.

49

3.4.2 Angket Uji Validasi

Angket uji validasi dibuat dengan tujuan untuk memperoleh informasi

berupa penilaian terhadap buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi

bermuatan nilai karakter. Melalui angket ini juga para ahli dapat menyampaikan

saran dan perbaikan bagi buku pengayaan yang dikembangkan. Hasil penilaian,

saran, dan perbaikan menjadi landasan untuk merevisi buku pengayaan

menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter agar dapat

digunakan dalam pembeljaran di sekolah.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif

kualitatif melalui pemaparan data dan verifikasi atau simpulan data. Teknik ini

digunakan untuk mengetahui kebutuhan terhadap buku pengayaan menceritakan

kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter dan penilaian oleh dosen ahli.

3.5.1 Analisis Data Kebutuhan

Teknik analisis kebutuhan yang digunakan adalah teknik analisis data

kuantitatif yang diperoleh dari angket kebutuhan guru dan peserta didik. Angket

tersebut kemudian ditabulasi dengan penskoran tiap jawaban. Opsi jawaban yang

dipilih peserta didik atau guru diberi skor 1, sedangkan opsi jawaban yang tidak

dipilih diberi skor 0. Data kemudian dihitung dan disajikan dalam bentuk deskriptif

berdasarkan skor kecenderungan jawaban.

3.5.2 Analisis Data Hasil Validasi Prototipe

Analisis data hasil validasi prototipe berupa analisis kuantitatif dan

kualitatif. Analisis data kuantitatif bersumber dari rerata hasil penilaian oleh

validator. Rerata nilai kemudian dianalisis menggunakan analisis kualitatif.

Analisis kualitatif dipergunakan untuk menyimpulkan saran yang diberikan oleh

ahli. Penarikan simpulan baik hasil analisis kuantitatif dan kualitatif dilakukan

dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dan guru serta teori

pengembangan.

50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dibahas meliputi (1) kebutuhan guru dan peserta didik

terhadap buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi, (2) prinsip

pengembangan buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan

nilai karakter, (3) prototipe buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi

bermuatan nilai karakter, (4) validasi terhadap buku pengayaan menceritakan

kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter, dan (5) perbaikan prototipe buku

pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter.

4.1.1 Kebutuhan Guru dan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan

Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi

Kebutuhan guru dan peserta didik merupakan data potensi dan masalah yang

digunakan untuk mengumpulkan informasi guna mengembangkan prototipe buku

pengayaan. Pembahasan mengenai kebutuhan guru dan peserta didik antara lain:

(1) ketersediaan buku pengayaan di sekolah, (2) kebutuhan materi, (3) kebutuhan

struktur penyajian, (4) kebutuhan penggunaan bahasa, dan (5) kebutuhan grafika.

4.1.1.1 Ketersediaan Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi Cerita

Fantasi Bermuatan Nilai Karakter

Data ketersediaan buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi

bermuatan nilai karakter bersumber dari angket kebutuhan guru dan peserta didik.

Hasil analisis kebutuhan tersebut dijabarkan berikut ini.

Tabel 4.1 Ketersediaan Buku Pengayaan Berdasarkan Angket Guru

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

A. Penggunaan

sumber

belajar

1. Selain buku teks

bahasa Indonesia,

sumber belajar apa

yang Bapak/Ibu

gunakan ketika

LKS atau buku

yang berisi soal-

soal penunjang

ujian

66,7

Modul 0

51

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

pembelajaran

menceritakan kembali

isi cerita fantasi?

Sumber belajar

yang berasal dari

internet

33,3

Buku

pengayaan…...

0

Lainnya 0

2. Apakah sumber

belajar (selain buku

teks) yang Bapak/Ibu

gunakan itu cukup

memabantu dalam

memahami materi

menceritakan kembali

isi cerita fantasi?

Sumber belajar

tersebut membantu

proses

pembelajaran dan

ada beberapa soal

yang dapat

dijadikan sebagai

bahan latihan

0

Sumber belajar

tersebut memuat

materi yang

dijelaskan secara

singkat

66,7

Sumber belajar

tersebut belum

memuat aplikasi

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi

33,3

Lainnya 0

3. Bagaimanakah

kualitas sumber

belajar tersebut?

Sumber belajar

tersebut memiliki

kualitas yang

baik, tetapi tidak

menampilkan

perbedaan antara

cerita fantasi

dengan teks fabel,

dan legenda

33,3

Sumber belajar

tersebut

menyajikan isi

dengan singkat,

sehingga

dibutuhkan buku

baru yang isinya

mampu

33,3

52

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

menjabarkan

seluruh materi

pelajaran

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi

Sumber belajar

tersebut isinya

tidak lengkap,

karena tidak semua

materi

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi terpenuhi

0

Lainnya 33,3

B. Ketersediaan

buku

pengayaan

di sekolah

4. Adakah buku

penunjang materi

pelajaran bahasa

Indonesia yang tidak

diterbitkan oleh

pemerintah di

perpustakaan sekolah

Bapak/Ibu?

Ada 33,3

Tidak ada 66,7

5. Selain buku teks

bahasa Indonesia,

buku apakah yang

tersedia di

perpustakaan sekolah

Bapak/Ibu guna

menunjang

pembelajaran bahasa

Indonesia?

Novel 33,3

Antologi/kumpulan

puisi

0

Kumpulan cerita

pendek

33,3

Lainnya 0

6. Adakah buku tentang

menceritakan kembali

isi cerita fantasi di

perpustakaan sekolah

Bapak/Ibu?

Ada, isinya hanya

memuat teori

cerita fantasi

33,3

Ada, isinya berupa

beberapa cerita

fantasi

0

Tidak ada 0

Lainnya 0

53

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

C. Ketersediaan

buku

pengayaan

yang

bermuatan

nilai

karakter

7. Adakah buku

pengayaan di

lapangan yang pernah

Bapak/Ibu temukan

atau pernah Bapak/Ibu

gunakan, yang

memiliki muatan nilai

tertentu?

Ada, yaitu … 0

Tidak ada 100

8. Di antara buku

pengayaan tersebut,

adakah buku

menceritakan kembali

isi cerita fantasi yang

memuat nilai tertentu?

Ada, yaitu memuat

nilai sosial

0

Ada, yaitu memuat

nilai karakter

0

Ada, yaitu memuat

nilai estetik

0

Lainnya 0

9. Nilai karakter yang

dimuat pada buku

pengayaan tersebut,

digambarkan melalui

karakter…

Jujur 0

Tertanggung jawab 0

Disiplin 0

Mandiri 0

Kerja keras 0

Lainnya 0

D. Kebijakan

kepala

sekolah

mengenai

buku

pengayaan

10. Adakah kebijakan

Kepala Sekolah

mengenai pengadaan

buku pengayaan di

sekolah Bapak/Ibu?

Ada, berupa

pengadaan buku

pengayaan setiap

tahun

66,7

Ada, berupa

pengadaan buku

setiap semester

0

Tidak ada 33,3

Lainnya 0

Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sumber belajar

yang digunakan guru dalam pembelajaran menceritakan kembali isi cerita fantasi

yakni buku teks dan LKS atau buku soal-soal penunjang ujian dan sumber belajar

dari internet. Persentasenya sebanyak 66,7% guru memilih LKS sebagai sumber

belajar dan 33,3% menggunakan sumber dari internet. Artinya, guru belum

menggunakan buku pengayaan atau sumber belajar lain sebagai sumber belajar

54

peserta didik. Oleh sebab itu dibutuhkan adanya buku pengayaan sebagai upaya

untuk menambah sumber belajar.

Guru menilai bahwa sumber belajar tersebut hanya memuat materi yang

dijelaskan secara singkat. Selain itu, belum dapat menampilkan aplikasi

menceritakan kembali isi cerita fantasi. Kulitasnya baik, namun belum menjelaskan

perbedaan antara cerita fantasi dengan fabel dan legenda.

Ketersediaan buku penunjang materi pelajaran Bahasa Indonesia yang tidak

diterbikan oleh pemerintah di perpustakaan sekolah belum ada. Perpustakaan hanya

menyediakan novel dan antologi cerpen. Akan tetapi, buku pengayaan yang

berkaitan dengan menceritakan kembali isi cerita fantasi belum tersedia di sana.

Berikutnya tentang ketersediaan buku pengayaan bermuatan nilai karakter.

Meskipun sekolah selalu mengadakan buku pengayaan setiap tahun namun, semua

guru berpendapat bahwa belum pernah menemukan dan menggunakan buku

pengayaan yang memuat nilai karakter. Apalagi yang berkaitan dengan

menceritakan kembali isi cerita fantasi.

Tabel 4.2 Ketersediaan Buku Pengayaan Berdasarkan Angket Peserta Didik

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

A. Penggunaan

sumber

belajar

1. Selain buku teks

bahasa Indonesia,

sumber belajar apa

yang kamu gunakan

ketika pembelajaran

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi?

LKS atau buku yang

berisi soal-soal

penunjang ujian 76,3

Modul 2,6

Sumber belajar yang

berasal dari internet 17,1

Buku pengayaan…... 13,2

Lainnya 9,2

2. Apakah sumber

belajar (selain buku

teks) yang kamu

gunakan itu cukup

memabantu dalam

Sumber belajar

tersebut membantu

proses pembelajaran

dan ada beberapa

soal yang dapat

71,1

55

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

memahami materi

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi?

dijadikan sebagai

bahan latihan

Sumber belajar

tersebut memuat

materi yang

dijelaskan secara

singkat

44,7

Sumber belajar

tersebut belum

memuat aplikasi

menceritakan kembali

isi cerita fantasi

1,3

Lainnya 0

3. Bagaimanakah

kualitas sumber

belajar tersebut?

Sumber belajar

tersebut memiliki

kualitas yang baik,

tetapi tidak

menampilkan

perbedaan antara

cerita fantasi dengan

teks fabel, dan

legenda

73,7

Sumber belajar

tersebut menyajikan

isi dengan singkat,

sehingga dibutuhkan

buku baru yang isinya

mampu menjabarkan

seluruh materi

pelajaran

menceritakan kembali

isi cerita fantasi

22,4

Sumber belajar

tersebut isinya tidak

lengkap, karena tidak

semua materi

menceritakan kembali

isi cerita fantasi

terpenuhi

1,3

Lainnya 1,3

56

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

B. Ketersediaan

buku

pengayaan

di sekolah

4. Adakah buku

penunjang materi

pelajaran bahasa

Indonesia yang

tidak diterbitkan

oleh pemerintah di

perpustakaan

sekolahmu?

Ada

46,1

Tidak ada 52,6

5. Selain buku teks

bahasa Indonesia,

buku apakah yang

tersedia di

perpustakaan

sekolahmu guna

menunjang

pembelajaran

bahasa Indonesia?

Novel 26,3

Antologi/kumpulan

puisi 27,6

Kumpulan cerita

pendek 39,5

Lainnya 1,.3

6. Adakah buku

tentang

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi di

perpustakaan

sekolahmu?

Ada, isinya hanya

memuat teori cerita

fantasi

26,3

Ada, isinya berupa

beberapa cerita fantasi 13,3

Tidak ada 2,6

Lainnya 0

C. Ketersediaan

buku

pengayaan

yang

bermuatan

nilai

karakter

7. Adakah buku

pengayaan di

lapangan yang

pernah kamu

temukan atau

pernah kamu

gunakan, yang

memiliki muatan

nilai tertentu?

Ada, yaitu …

28,9

Tidak ada

71,1

8. Di antara buku

pengayaan tersebut,

adakah buku

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi yang

memuat nilai

tertentu?

Ada, yaitu memuat

nilai sosial 9,2

Ada, yaitu memuat

nilai karakter 26,3

Ada, yaitu memuat

nilai estetik 5,3

Lainnya 0

9. Nilai karakter yang

dimuat pada buku

Jujur 14,4

Tertanggung jawab 14,4

57

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

pengayaan tersebut,

digambarkan

melalui karakter…

Disiplin 11,8

Mandiri 2,6

Kerja keras 7,9

Lainnya 0

Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sumber belajar

yang digunakan peserta didik dalam pelajaran menceritakan kembali isi cerita

fantasi yakni buku teks dan LKS atau buku soal-soal penunjang ujian dan sumber

belajar dari internet. Persentasenya sebanyak 76,3% peserta didik memilih LKS

sebagai sember belajar. Sedangkan sebanyak 33,3% peserta didik memilih jawaban

menggunakan sumber belajar dari internet. Artinya, peserta didik belum

menggunakan buku pengayaan sebagai sumber belajar di kelas. Oleh sebab itu

pendapat antara guru dan peserta didik sama-sama menggunakan LKS dan internet

sebagai sumber belajar.

Peserta didik berpendapat bahwa sumber belajar tersebut membantu proses

pembelajaran dan ada beberapa soal yang dapat dijadikan sebagai bahan latihan.

Pendapat tersebut memiliki persentase sebanyak 71,1%. Berikutnya sebanyak

73,7% peserta didik memilih jawaban sumber belajar tersebut memiliki kualitas

yang baik, tetapi tidak menampilkan perbedaan antara cerita fantasi dengan teks

fabel dan legenda.

Ketersediaan buku penunjang materi pelajaran Bahasa Indoneisa yang tidak

diterbikan oleh pemerintah di perpustakaan sekolah belum ada. Hal ini sejalan

dengan persentase pilihan jawaban peserta didik sebanyak 52,6%. Kalaupun ada,

perpustakaan hanya menyediakan kumpulan cerita pendek. Persentasenya sebanyak

39,5%. Pertanyaan berikutnya berkaitan dengan ketersediaan buku pengayaan

menceritakan kembali isi cerita fantasi belum tersedia. Buku pengayaan yang ada

hanya memuat teori tentang cerita fantasi saja. Persentase jawaban peserta didik ini

sebanyak 26,3% saja.

58

Berikutnya berkaitan dengan ketersediaan buku pengayaan bermuatan nilai

karakter. Sebagian besar peserta didik berpendapat bahwa belum pernah

menemukan dan menggunakan buku pengayaan yang memuat nilai karakter.

Apalagi yang berkaitan dengan menceritakan kembali isi cerita fantasi.

Persentasenya sebanyak 71,1%. Sisanya sebanyak 26,3% menjawab ada, yakni

memuat nilai karakter jujur dan tanggung jawab.

4.1.1.2 Kebutuhan Guru dan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan

Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi pada Aspek Materi

Kebutuhan guru dan peserta didik terhadap buku pengayaan menceritakan

kembali isi cerita fantasi pada aspek materi terdiri atas enam pembahasan.

Pembahasan tersebut berkaitan dengan (1) pengertian, ciri-ciri, jenis-jenis, dan

struktur cerita fantasi; (2) contoh cerita fantasi; (3) nilai karakter; (4) hakikat

menceritakan kembali isi cerita fantasi; (5) cara menceritakan kembali isi cerita

fantasi; dan (6) contoh menceritakan kembali isi cerita fantasi. Berikut ini analisis

kebutuhan terhadap buku pengayaan pada aspek materi.

Pertama, kebutuhan guru terhadap buku pengayaan menceritakan kembali

isi cerita fantasi pada aspek materi. Aspek tersebut dibagi menjadi 14 indikator

pertanyaan yang tertuang dalam angket. Adapun analisisnya adalah sebagai berikut.

Tabel 4.3 Kebutuhan Guru Terhadap Buku Pengayaan Menceritakan

Kembali Isi Cerita Fantasi pada Aspek Materi

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

A. Materi cerita

fantasi

11. Berikut disajikan

materi tentang

cerita fantasi yang

memungkinkan

untuk dimuat pada

buku yang akan

ditulis. Pilihlah opsi

yang menurutmu

perlu dimuat pada

buku?

Pengertian cerita

fantasi 66,6

Ciri-ciri cerita

fantasi 66,6

Struktur cerita

fantasi 66,6

Jenis-jenis cerita

fantasi 100

Unsur intrinsik

cerita fantasi 66,6

59

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

Unsur ekstrinsik

cerita fantasi 33,3

Kaidah kebahasaan

teks cerita fantasi 66,6

12. Apabila disajikan

pengertian cerita

fantasi, ciri-ciri

cerita fantasi, dan

cerita fantasi,

bagaimanakah

seharusnya materi

tersebut disajikan

pada buku?

Disajikan penjelasan

panjang lebar dan

menyertakan

pendapat ahli

33,3

Disajikan secara

singkat sesuai

dengan simpulan

penulis

66,6

Lainnya 0

13. Apabila disajikan

jenis-jenis, unsur

pembangun,

struktur, dan kaidah

kebahasaan cerita

fantasi,

bagaimanakah

seharusnya materi

tersebut dimuat

dalam buku?

Disajikan penjelasan

panjang disertai

contoh

33,3

Disajikan secara

singkat sesuai

dengan simpulan

penulis

66,6

Dilengkapi

tabel/bagan 33,3

Lainnya 0

B. Contoh cerita

fantasi

14. Bagaimanakah

seharusnya contoh

cerita fantasi

disajikan pada

buku?

Sebelum pengertian

cerita fantasi 33,3

Sesudah pengertian,

ciri-ciri, jenis-jenis,

unsur pembangun,

struktur, dan

kaidah kebahasaan

cerita fantasi

66,6

Lainnya 0

15. Contoh cerita

fantasi yang

seharusnya

disajikan adalah

cerita fantasi

bertema…

Kerajaan 0

Dewa dewi 0

Manusia biasa yang

memiliki kekuatan

super

66,6

Dunia magis 66,6

Lainnya 0

16. Cerita fantasi yang

dimuat pada buku

yang akan

Kutipan novel 66,6

Internet 33,3

60

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

dikembangkan oleh

penulis, sebaiknya

bersumber dari…

Cerita fantasi karya

penulis 100

Lainnya 0

17. Berikut disajikan

beberapa cara

memilih cerita

fantasi. Menurut

Bapak/Ibu,

manakah cerita

fantasi yang baik

dan layak untuk

siswa SMP?

Konfliknya

sederhana 66,6

Bahasanya mudah

dipahami 66,6

Latar dan tokoh yang

disajikan bersifat

imajinatif atau tidak

nyata

33,3

Struktur teks cerita

fantasi lengkap 66,6

Tokoh yang

ditampilkan

memiliki karakter

yang dapat dicontoh

100

Lainnya 0

C. Nilai

karakter

18. Bagaimanakah

seharusnya hakikat

nilai karakter

disajikan pada

buku?

Dijelaskan panjang

lebar 0

Memuat pengertian

nilai karakter 0

Memuat contoh

aplikasi nilai

karakter pada

kehidupan sehari-

hari

66,6

Dijelaskan secara

singkat sesuai dengan

simpulan penulis

33,3

Lainnya 0

19. Di bagian mana

sajakah nilai

karakter seharusnya

dipadukan dengan

isi pada buku?

Pengantar buku 0

Contoh cerita

fantasi 66,6

Contoh menceritakan

kembali isi cerita

fantasi

0

Ulasan khusus

mengenai nilai

karakter yang telah

dipelajari/refleksi

66,6

Lainnya 0

61

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

D. Hakikat

menceritakan

kembali isi

cerita fantasi

20. Bagaimanakah

seharusnya hakikat

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi disajikan

pada buku?

Dijelaskan panjang

lebar 0

Menyajikan hakikat

menceritakan

kembali secara umum

0

Menyajikan hakikat

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi secara

khusus

100

Dijelaskan secara

singkat sesuai

simpulan penulis

33,3

Lainnya 0

E. Cara

menceritakan

kembali isi

cerita fantasi

21. Bagaimanakah

seharusnya cara

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi disajikan

pada buku?

Dijelaskan dengan

panjang lebar 0

Disebutkan dengan

singkat 0

Disajikan pada kolom 0

Disajikan dalam

bentuk paragraf 33,3

Disajikan dalam

bentuk poin-poin 100

Lainnya 0

22. Jika dalam buku

dimuat

langkah/cara

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi, komponen

apa saja yang

Bapak/Ibu

inginkan?

Cara memahami isi

cerita fantasi 33,3

Komponen yang

perlu diceritakan 33,3

Cara menceritakan

kembali isi cerita

fantasi secara tulis

66,6

Cara menceritakan

kembali isi cerita

fantasi secara lisan

66,6

Lainnya 0.0

F. Contoh

menceritakan

kembali isi

cerita fantasi

23. Bagaimanakah

seharusnya contoh

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi dasajikan

pada buku?

Dijelaskan panjang

lebar 33,3

Disertai bukti

kutipan pada cerita

fantasi yang dikaji

66,6

Disebutkan dengan

singkat 0

62

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

Lainnya 0

24. Berapa contoh

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi yang

seharusnya

disajikan?

4 0

3 33,3

2 66,6

1 0

Lainnya 0

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa prioritas materi pokok dalam buku

pengayaan yang diinginkan oleh guru ada enam materi pokok. Guru memilih

masing-masing sebanyak 66,6% materi pengertian, 66,6% ciri-ciri, 66,6% struktur,

66,6% unsur intrinsik, dan 66,6% kaidah kebahasaan cerita fantasi. Berikutnya

sebanyak 100% pilihan guru memilih materi pokok jenis-jenis cerita fantasi.

Artinya, guru menginginkan materi yang dimuat berkaitan dengan cerita fantasi

yaitu pengertian, ciri-ciri, unsur intrinsik, kaidah kebahasaan, dan jenis-jenis cerita

fantsi.

Cara penyajian materi yang guru inginkan adalah disajikan secara singkat

sesuai simpulan penulis. Persentasenya sebanyak 66,6% sedangkan 33,3% memilih

disajikan panjang lebar dan menyertakan pendapat ahli. Penyajian contoh cerita

fantasi yang diinginkan guru yaitu 66,6% disajikan setelah materi pengeritian, ciri-

ciri, jenis-jenis, dan struktur cerita fantasi. Sebanyak 33,3% memilih penyajian

contoh disajikan sebelum pengertian cerita fantasi. Contoh cerita fantasi yang

diinginkan guru yaitu disajikan bertema manusia biasa yang memiliki kekuatan

super sebanyak 66,6% dan bertema dunia magis sebanyak 66,6%. Sumber contoh

cerita fantasi yang guru pilih adalah cerita fantasi karya penulis dengan persentase

sebanyak 100%. Kelayakan cerita fantasi bagi peserta didik SMP menurut guru

adalah konfliknya sederhana dengan persentase 66,6%, bahasanya mudah dipahami

prosentsenya 66,6%, struktur teks cerita fantasi lengkap denga persentase 66,6%,

dan tokoh yang ditampilkan memiliki karakter yang dapat dicontoh dengan

persentase 100%.

63

Kriteria nilai karakter yang diinginkan oleh guru disajikan dengan memuat

contoh aplikasi nilai karakter pada kehidupan sehari-hari. Persentase jawabaan

tersebut adalah 66,6%. Sedangkan 33,3% menginginkan nilai karakter disajikan

secara singkat sesuai dengan simpulan penulis. Guru juga menginginkan nilai

karakter dipadukan pada contoh menceritakan kembali isi cerita fantasi dan ulasan

khusus mengenai nilai karakter yang telah dipelajari. Kedua jawaban tersebut

memiliki persentase yang sama, yakni 66,6%.

Materi yang diinginkan berikutnya adalah hakikat menceritakan kembali isi

cerita fantasi. Sebanyak 100% guru megiginkan penyajian hakikat menceritakan

kembali secara khusus. Bentuk penyajiannya berupa poin-poin dengan persentase

jawaban 100%. Komponen menceritakan kembali isi cerita fantasi yang perlu

disajikan dalam buku adalah cara menceritakan kembali secara lisan dan tulis.

Jawaban ini memperoleh persentase sebanyak 66,6%. Pada contoh menceritakan

kembali, 66,6% guru menginginkan disertai bukti kutipan pada certita fantasi yang

dikaji. Jumlah contoh menceritakan kembali yang diinginkan guru yaitu dua contoh

dengan persentase 66,6%.

Kedua adalah kebutuhan peserta didik terhadap buku pengayaan

menceritakan kembali isi cerita fantasi. Sama halnya seperti kebutuhan guru,

kebutuhan peserta didik juga memiliki 14 indikator pertanyaan yang tertuang dalam

angket. Berikut ini merupakan analisis hasilnya.

Tabel 4.4 Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan Menceritakan

Kembali Isi Cerita Fantasi pada Aspek Materi

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

A. Materi cerita

fantasi

10. Berikut disajikan

materi tentang

cerita fantasi yang

memungkinkan

untuk dimuat pada

buku yang akan

ditulis. Pilihlah opsi

yang menurutmu

Pengertian cerita

fantasi 89,5

Ciri-ciri cerita

fantasi 90,8

Struktur cerita

fantasi 84,2

Jenis-jenis cerita

fantasi 76,3

64

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

perlu dimuat pada

buku?

Unsur intrinsik cerita

fantasi 52,6

Unsur ekstrinsik

cerita fantasi 50

Kaidah kebahasaan

teks cerita fantasi 63,2

Lainnya 0

11. Apabila disajikan

pengertian cerita

fantasi, ciri-ciri

cerita fantasi, dan

cerita fantasi,

bagaimanakah

seharusnya materi

tersebut disajikan

pada buku?

Disajikan

penjelasan panjang

lebar dan

menyertakan

pendapat ahli

67,1

Disajikan secara

singkat sesuai dengan

simpulan penulis

42,1

Lainnya 1,3

12. Apabila disajikan

jenis-jenis, unsur

pembangun,

struktur, dan kaidah

kebahasaan cerita

fantasi,

bagaimanakah

seharusnya materi

tersebut dimuat

dalam buku?

Disajikan

penjelasan panjang

disertai contoh

47,4

Disajikan secara

singkat sesuai dengan

simpulan penulis

38,2

Dilengkapi

tabel/bagan 35,5

Lainnya 0

B. Contoh cerita

fantasi

13. Bagaimanakah

seharusnya contoh

cerita fantasi

disajikan pada

buku?

Sebelum pengertian

cerita fantasi 15,8

Sesudah pengertian,

ciri-ciri, jenis-jenis,

unsur pembangun,

dan struktur

88,2

Lainnya 0

14. Contoh cerita

fantasi yang

seharusnya

disajikan adalah

cerita fantasi

bertema…

Kerajaan 34,2

Dewa dewi 11,8

Manusia biasa yang

memiliki kekuatan

super

47,4

Dunia magis 21,1

Lainnya 2,6

15. Cerita fantasi yang

dimuat pada buku Kutipan novel 27,6

65

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

yang akan

dikembangkan oleh

penulis, sebaiknya

bersumber dari…

Internet 40,8

Cerita fantasi karya

penulis 39,5

Lainnya 2,6

16. Berikut disajikan

beberapa cara

memilih cerita

fantasi. Menurut

kamu, manakah

cerita fantasi yang

baik dan layak

untuk siswa SMP?

Konfliknya

sederhana 22,4

Bahasanya mudah

dipahami 61,8

Latar dan tokoh yang

disajikan bersifat

imajinatif atau tidak

nyata

34,2

Struktur teks cerita

fantasi lengkap 50

Tokoh yang

ditampilkan

memiliki karakter

yang dapat dicontoh

48,7

Lainnya 0

C. Nilai

karakter

17. Bagaimanakah

seharusnya hakikat

nilai karakter

disajikan pada

buku?

Dijelaskan panjang

lebar 23,7

Memuat pengertian

nilai karakter 47,4

Memuat contoh

aplikasi nilai

karakter pada

kehidupan sehari-

hari

48,7

Dijelaskan secara

singkat sesuai

dengan simpulan

penulis

42,1

Lainnya 1,3

18. Di bagian mana

sajakah nilai

karakter seharusnya

dipadukan dengan

isi pada buku?

Pengantar buku 21,1

Contoh cerita

fantasi 47,4

Contoh menceritakan

kembali isi cerita

fantasi

28,9

Ulasan khusus

mengenai nilai 30,3

66

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

karakter yang telah

dipelajari/refleksi

Lainnya 0

D. Hakikat

menceritakan

kembali isi

cerita fantasi

19. Bagaimanakah

seharusnya hakikat

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi disajikan

pada buku?

Dijelaskan panjang

lebar 7,9

Menyajikan hakikat

menceritakan

kembali secara umum

28,9

Menyajikan hakikat

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi secara

khusus

48,7

Dijelaskan secara

singkat sesuai

simpulan penulis

38,2

Lainnya 0

E. Cara

menceritakan

kembali isi

cerita fantasi

20. Bagaimanakah

seharusnya cara

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi disajikan

pada buku?

Dijelaskan dengan

panjang lebar 14,5

Disebutkan dengan

singkat 46,1

Disajikan pada kolom 9,2

Disajikan dalam

bentuk paragraf 52,6

Disajikan dalam

bentuk poin-poin 13,2

Lainnya 2,6

21. Jika dalam buku

dimuat

langkah/cara

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi, komponen

apa saja yang kamu

inginkan?

Cara memahami isi

cerita fantasi 56,6

Komponen yang

perlu diceritakan 27,6

Cara menceritakan

kembali isi cerita

fantasi secara tulis

43,4

Cara menceritakan

kembali isi cerita

fantasi secara lisan

42,1

Lainnya 1,3

F. Contoh

menceritakan

kembali isi

cerita fantasi

22. Bagaimanakah

seharusnya contoh

menceritakan

kembali isi cerita

Dijelaskan panjang

lebar 26,3

Disertai bukti kutipan

pada cerita fantasi

yang dikaji

42,1

67

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

fantasi dasajikan

pada buku? Disebutkan dengan

singkat 48,7

Lainnya 0

23. Berapa contoh

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi yang

seharusnya

disajikan?

4 32,9

3 17,1

2 43,4

1 13,2

Lainnya 13,2

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa prioritas kebutuhan materi

cerita fantasi terdapat empat pilihan dari peserta didik. Persentasenya sebanyak

89,5% pengertian cerita fantasi, 90,8% ciri-ciri cerita fantasi, 84,2% struktur cerita

fantasi, dan 76,3% jenis-jenis cerita fantasi. Artinya, materi cerita fantasi yang

dibutuhkan peserta didik yakni pengertian cerita fantasi, ciri-ciri cerita fantasi,

struktur cerita fantasi, dan jenis-jenis cerita fantasi.

Penyajian pengertian cerita fantasi dan ciri-ciri cerita fantasi disajikan

berupa penjelasan panjang dan menyertakan pendapat ahli dengan persentase

sebanyak 67,1%. Sisanya memilih disajikan secara singkat sesuai dengan simpulan

penulis dengan persentase sebanyak 42,1%. Berikutnya materi jenis dan struktur

disajikan penjelasan panjang dan disertai contoh. Persentasenya sebanyak 47,4%.

Kemudian persentase sebanyak 38,2% disajikan secara singkat sesuai dengan

simpulan penulis dan 35,5% dilengkapi tabel/bagan. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa penyajian pengertian dan ciri-ciri cerita fantasi adalah

penjelasan panjang dan menyertankan pendapat ahli. Sedangkan penyajian jenis

dan struktur cerita fantasi berupa penjelasan panjang dan disertai dengan contoh.

Berikutnya analisis mengenai contoh cerita fantasi yang dimuat dalam buku

pengayaan. Peserta didik memilih contoh cerita fantasi disajikan setelah pengertian,

ciri-ciri, jenis-jenis, dan struktur cerita fantasi. Pilihan ini menjadi prioritas kerena

memperoleh persentase sebanyak 88,2%. Artinya sebagian besar membutuhkan

penyajian contoh setelah penyajian materi cerita fantasi. Sebanyak 47,4% peserta

didik memilih tema manusia biasa yang memiliki kekuatan super menjadi tema

68

dalam contoh cerita fantasi. Sebagian lainnya memilih tema kerajaan, dewa-dewi,

dan dunia magis. Persentasenya sebanyak 34,2%, 11,8%, dan 21,1%. Oleh karena

itu, tema yang diinginkan berupa manusia biasa yang memiliki kekuatan super.

Berikutnya berkaitan dengan sumber cerita fantasi yang dimuat dalam buku

pengayaan. Pilihanya bersumber dari kutipan novel sebanyak 27,6%, internet

sebanyak 40,8%, dan 39,5% karya penulis. Simpulannya sumber cerita fantasi yang

dimuat dalam buku pengayaan yang dibutuhkan peserta didik adalah berasal dari

internet dan karya penulis. Pemilihan contoh tersebut juga perlu ditentukan. Peserta

didik membutuhkan contoh cerita fantasi yang bahsanya mudah dipahami (61,8%),

struktur teks cerita fantasi lengkap (50%), dan tokoh yang ditampilkan memiliki

karakter yang dapat dicontoh (48,7%).

Analisis selanjutnya berkaitan dengan nilai karakter yang dimuat dalam

buku pengayaan. Hakikat nilai karakter yang disajikan dalam buku memuat

pengertian nilai karakter, memuat contoh aplikasi nilai karakter pada kehidupan

sehari-hari, dan dijelaskan secara singkat sesuai dengan simpulan penulis. Prioritas

penyajian hakikat nilai karakter tersebut memiliki persentase sebanyak 47,4%,

48,7%, dan 42,1%. Nilai karakter yang dibutuhkan peserta didik dipadukan dengan

isi buku di bagian contoh cerita fantasi. Pilihan ini menjadi prioritas karena

mendapatkan persentase terbanyak yakni 47,4%.

Indikator berikutnya berkaitan dengan menceriakan kembali isi cerita

fantasi. Peserta didik memilih penyajian menceritakan kembali isi cerita fantasi

dengan menjakikan hakikatnya. Persentase pilihan tersebut sebanyak 48,7%. Cara

menceritakan kembali isi cerita fantasi yang disajikan pada buku adalah disajikan

dalam bentuk paragraf dengan persentase sebanyak 52,6%. Kemudian prioritas

penyajian langkah-langkah menceritakan kembali isi cerita fantasi meliputi cara

memahami isi cerita fantasi (56,6%), cara menceritakan kembali isi cerita fantasi

secara tulis (43,4%), dan cara menceritakan kembali isi cerita fantasi secara lisan

(42,1%). Contoh menceritakan kembali isi cerita fantasi yang disajikan dalam buku

disebutkan secara singkat dengan persentase 48,7%. Jumlah contoh menceritakan

kembali isi cerita fantasi yang diinginkan sebanyak 2 contoh. Pilihan tersebut

69

menjadi prioritas karena memperoleh persentase 43,4% atau persentase terbanyak.

Maka dapat disimpulkan bahwa materi menceritakan kembali isi cerita fantasi yang

diinginkan peserta didik yakni (1) menyajikan hakikat menceritakan kembali isi

cerita fantasi; (2) penyajian hakikat menceritakan kembali dalam bentuk paragraf;

(3) menjelaskan cara memahami isi cerita fantasi, cara menceritakan kembali isi

cerita fantasi secara tulis dan cara menceritakan kembali isi cerita fantasi secara

lisan; (4) contoh menceritakan kembali isi cerita fantasi yang disajikan dalam buku

disebutkan secara singkat; dan (5) Jumlah contoh menceritakan kembali isi cerita

fantasi sebanyak 2 contoh.

4.1.1.3 Kebutuhan Struktur Penyajian

Pada kebutuhan struktur penyajian, terdapat empat subaspek yang menjadi

kebutuhan guru dan peserta didik. Subaspek tersebut berkaitan dengan kebutuhan

penyajian ilustrasi/gambar, penyajian petunjuk penggunaan buku, penyajian

rangkuman, dan penyajian refleksi. Berikut analisis kebutuhan terhadap struktur

penyajian yang dibutuhkan guru dan peserta didik.

Tabel 4.5 Kebutuhan Guru Terhadap Buku Pengayaan Menceritakan

Kembali Isi Cerita Fantasi pada Aspek Struktur Penyajian

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

A. Kebutuhan

ilustrasi

atau gambar

dalam buku

25. Apabila dalam

buku disajikan

gambar/ilustrasi,

bagaimanakah

ilustrasi/gambar

yang seharusnya

tersaji dalam

buku?

Berwarna 100

Hitam putih 0

Lainnya 0

26. Berapa ukuran

ilustrasi/gambar

yang seharusnya

dimuat dalam

buku?

7 x 5 cm 0

6 x 4 cm 0

Setiap gambar

memiliki ukuran yang

berbeda bergantung

kebutuhan

100

Lainnya 0

70

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

27. Di bagian mana

sajakah

ilustrasi/gambar

seharusnya

dimuat pada

buku?

Tiap subbab pada buku 0

Tiap subbab dan

contoh cerita fantasi

pada buku

100

Lainnya 0

B. Kebutuhan

penyajian

petunjuk

penggunaan

buku

28. Apabila

dicantumkan

petunjuk

penggunaan

buku, menurut

kamu seperti

apakah petunjuk

penggunaan buku

yang layak

digunakan dalam

buku pengayaan?

Dibuat poin-poin 100

Dibuat perparagraf 0

Lainnya 0

29. Dimanakah

seharusnya

petunjuk

penggunaan buku

tersebut dimuat?

Bagian awal buku

secara keseluruhan 66,6

Setiap bab 33,3

Lainnya 0

C. Kebutuhan

penyajian

rangkuman

30. Apabila disajikan

rangkuman,

bentuk

rangkuman yang

seharusnya

dimuat pada buku

adalah…

66.6

0

0

Lainnya 33.3

31. Di bagian

manakah

seharusnya

rangkuman

disajikan pada

buku?

Bagaian akhir buku

secara keseluruhan 33,3

Pada setiap bab 66,6

Lainnya 0

71

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

D. Kebutuhan

penyajian

refleksi

32. Apabila disajikan

refleksi pada

buku, seperti

apakah bentuk

refleksi yang

seharusnya

dimuat?

Disajikan pada sebuah

kolom. 0

Disajikan dalam

bentuk percakapan. 100

Lainnya 0

33. Berikut disajikan

contoh

percakapan yang

merupakan wujud

refleksi. Pilihlah

yang menurutmu

paling tepat

digunakan pada

buku yang akan

ditulis.

66,6

33.3

Lainnya 0

34. Dimanakah

seharusnya

refleksi dimuat

pada buku?

Pada tiap bab 66,6

Pada akhir buku secara

keseluruhan 33,3

Lainnya 0

Berdasarkan tabel 4.5 tersebut dapat dilihat kebutuhan guru yang berkaitan

dengan aspek penyajian dalam buku. Sebanyak 100%, guru memilih penyajian

ilustrasi atau gambar secara berwarna. Berikutnya, guru juga menginginkan setiap

ilustrasi atau gambar memiliki ukuran yang berbeda bergantung kebutuhan.

Persentasenya sebanyak 100%. Ilustrasi atau gambar yang diinginkan guru dimuat

pada tiap subbab dan contoh cerita fantasi pada buku. Bagian ini juga memperoleh

persentase sebanyak 100%.

Subaspek berikutnya berkaitan dengan penyajian petunjuk penggunaan

buku. Pada bagian ini, guru menginginkan penyajian petunjuk penggunaan buku

dalam bentuk poin-poin. Persentasenya sebanyak 100%. Petunjuk penggunaan

buku tersebut dimuat pada bagian awal buku secara keseluruhan. Persentase

penyajian petunjuk penggunaan buku menurut guru sebanyak 66,6%.

72

Kebutuhan penyajian selanjutnya berkaitan dengan rangkuman. Guru

memilih penyajian rangkuman dalam bentuk persegi seperti pada pilihan yang

pertama. Bentuk penyajian rangkuman tersebut memperoleh persentase sebanyak

66,6%. Rangkuman yang guru kehendaki disajikan pada setiap bab dalam buku

pengayaan yang dikembangkan. Pilihan ini memperoleh persentase sebanyak

66,6%.

Kebutuhan penyajian yang terakhir adalah kebutuhan penyajian refleksi.

Seluruh guru menghendaki refleksi dalam bentuk percakapan. Artinya 100%

pendapat guru terhadap bentuk refleksi tersebut. Kemudian, animasi dipilih sebagai

wujud refleksi dalam buku. Sebanyak 66,6% guru memilih animasi yang mewakili

percakapan dalam refleksi. Refleksi tersebut dimuat pada akhir setiap bab dalam

buku pengayaan. Prosentasi pilihan jawaban ini sebanyak 66,6%.

Pembahasan berikutnya adalah kebutuhan peserta didik terhadap buku

pengayaan pada aspek struktur penyajian. Sama halnya dengan kebutuhan guru

pada aspek struktur penyajian, kebutuhan peserta didik juga memiliki empat

subaspek. Berikut ini adalah hasil analisisnya.

Tabel 4.6 Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan Menceritakan

Kembali Isi Cerita Fantasi pada Aspek Struktur Penyajian

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

A. Kebutuhan

ilustrasi

atau gambar

dalam buku

24. Apabila dalam

buku disajikan

gambar/ilustrasi,

bagaimanakah

ilustrasi/gambar

yang seharusnya

tersaji dalam

buku?

Berwarna

61,3

Hitam putih 49,3

Lainnya 0

25. Berapa ukuran

ilustrasi/gambar

yang seharusnya

dimuat dalam

buku?

7 x 5 cm 18,4

6 x 4 cm 17,1

Setiap gambar

memiliki ukuran yang

berbeda bergantung

kebutuhan

35,5

73

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

Lainnya 5,3

26. Di bagian mana

sajakah

ilustrasi/gambar

seharusnya

dimuat pada

buku?

Tiap subbab pada buku 22,4

Tiap subbab dan

contoh cerita fantasi

pada buku

65,8

Lainnya 3,9

B. Kebutuhan

penyajian

petunjuk

penggunaan

buku

27. Apabila

dicantumkan

petunjuk

penggunaan

buku, menurut

kamu seperti

apakah petunjuk

penggunaan buku

yang layak

digunakan dalam

buku pengayaan?

Dibuat poin-poin 57,9

Dibuat perparagraf 40,8

Lainnya 1,3

28. Dimanakah

seharusnya

petunjuk

penggunaan buku

tersebut dimuat?

Bagian awal buku

secara keseluruhan 55,3

Setiap bab 44,7

Lainnya 1,3

C. Kebutuhan

penyajian

rangkuman

29. Apabila disajikan

rangkuman,

bentuk

rangkuman yang

seharusnya

dimuat pada buku

adalah…

76,3

11,8

27,6

Lainnya 0

30. Di bagian

manakah

seharusnya

rangkuman

disajikan pada

buku?

Bagaian akhir buku

secara keseluruhan 40,8

Pada setiap bab 64,5

Lainnya 0

74

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

D. Kebutuhan

penyajian

refleksi

31. Apabila disajikan

refleksi pada

buku, seperti

apakah bentuk

refleksi yang

seharusnya

dimuat?

Disajikan pada sebuah

kolom. 34,2

Disajikan dalam

bentuk percakapan. 68,4

Lainnya 0

32. Berikut disajikan

contoh

percakapan yang

merupakan wujud

refleksi. Pilihlah

yang menurutmu

paling tepat

digunakan pada

buku yang akan

ditulis.

47,4

35,5

Lainnya 2,6

33. Dimanakah

seharusnya

refleksi dimuat

pada buku?

Pada tiap bab 60,5

Pada akhir buku secara

keseluruhan 38,2

Lainnya 1,3

Berdasarkan hasil yang digambarkan tabel 4.6 maka diperoleh analisis

berupa struktur penyajian yang dibutuhkan oleh peserta didik. Kebutuhan ilustrasi

atau gambar yang disajikan dalam buku yakni berwarna dengan persentase 61,3%.

Sedangkan ukuran ilustrasi atau gambar yang dikehendaki peserta didik sebanyak

35,5% adalah ukuran yang berbeda-beda bergantung kebutuhan. Persentase 65,8%

peserta didik menghendaki jika ilustrasi atau gambar berada pada tiap subbab dan

contoh cerita fantasi pada buku.

Kebutuhan penyajian petunjuk yang dikehendaki yakni dibuat poin-poin.

Persentase pilihan peserta didik sebanyak 57,9%. Petunjuk penggunaan buku

tersebut dimuat pada bagian awal buku secara keseluruhan. Kebutuhan ini memiliki

persentase sebanyak 55,3%.

Kebutuhan penyajian selanjutnya berkaitan dengan rangkuman. Peserta

didik menghendaki penyajian rangkuman dalam bentuk persegi seperti pada pilihan

75

yang pertama. Bentuk penyajian rangkuman tersebut memperoleh persentase

sebanyak 76,3%. Rangkuman yang peserta didik kehendaki disajikan pada setiap

bab dalam buku pengayaan yang dikembangkan. Pilihan ini memperoleh persentase

sebanyak 64,5%.

Kebutuhan penyajian yang terakhir adalah kebutuhan penyajian refleksi.

Peserta didik menghendaki refleksi dalam bentuk percakapan. Sebanyak 68,4%

peserta didik memilih bentuk refleksi tersebut. Kemudian, animasi dipilih sebagai

wujud refleksi dalam buku. Sebanyak 47,4% peserta didik memilih animasi yang

mewakili percakapan dalam refleksi. Refleksi tersebut dimuat pada akhir setiap

bab. Prosentasi pilihan jawaban ini sebanyak 60,5%.

4.1.1.4 Kebutuhan Penggunaan Bahasa

Kebutuhan penggunaan bahasa terbagi atas dua subaspek. Kedua subaspek

tersebut yakni kebutuhan ragam bahasa dalam buku dan penggunaan bahasa dalam

contoh cerita fantasi. Berikut ini uraian hasil analisis kebutuhan buku pengayaan

pada aspek penggunaan bahasa.

Tabel 4.7 Kebutuhan Guru Terhadap Buku Pengayaan Menceritakan

Kembali Isi Cerita Fantasi pada Aspek Penggunaan Bahasa

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

A. Kebutuhan

ragam

bahasa dalam

buku

35. Menurut Bapak/Ibu,

ragam bahasa yang

sebaiknya

digunakan pada

buku pengayaan

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi bermuatan

nilai karakter

adalah...

Bahasa formal 0

Bahasa non-formal 0

Bahasa yang sesuai

dengan kaidah bahasa

Indonesia

66,6

Bahasa komunikatif

dan mudah

dipahami

100

Lainnya 0

B. Penggunaan

bahasa dalam

contoh cerita

fantasi

36. Menurut Bapak/Ibu,

penggunaan bahasa

yang baik dalam

contoh cerita fantasi

Bahasa percakapan

sehari-hari 0

Bahasa yang santun 33,3

76

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

bermuatan

nilai karakter

bermuatan nilai

karakter yang

disajikan pada buku

adalah...

Bahasa yang sesuai

dengan kaidah

bahasa Indonesia

100

Bahasa populer/gaul 0

Lainnya 33,3

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa penggunaan ragam bahasa dalam

buku adalah bahasa komunikatif dan mudah dipahami. Guru menghendaki

penggunaan bahasa tersebut dalam buku dengan perolehan persentase jawaban

sebanyak 100%. Kemudian pilihan jawaban tentang penggunaan bahasa dalam

contoh cerita fantasi sebanyak 100%. Guru memilih bahasa yang sesuai dengan

kaidah bahasa Indonesia sebagai bahasa dalam contoh cerita fantasi yang dimuat

dalam buku pengayaan.

Tabel 4.8 Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan Menceritakan

Kembali Isi Cerita Fantasi pada Aspek Penggunaan Bahasa

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

A. Kebutuhan

ragam

bahasa dalam

buku

34. Menurut kamu,

ragam bahasa yang

sebaiknya

digunakan pada

buku pengayaan

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi bermuatan

nilai karakter

adalah...

Bahasa formal 27,6

Bahasa non-formal 7,9

Bahasa yang sesuai

dengan kaidah

bahasa Indonesia

55,3

Bahasa komunikatif

dan mudah

dipahami

55,3

Lainnya 1,3

B. Penggunaan

bahasa dalam

contoh cerita

fantasi

bermuatan

nilai karakter

35. Menurut kamu,

penggunaan bahasa

yang baik dalam

contoh cerita fantasi

bermuatan nilai

karakter yang

disajikan pada buku

adalah...

Bahasa percakapan

sehari-hari 23,7

Bahasa yang santun 39,5

Bahasa yang sesuai

dengan kaidah

bahasa Indonesia

67,1

Bahasa populer/gaul 11,8

Lainnya 1,3

77

Tabel 4.8 menggambarkan tentang penggunaan bahasa pada buku dan

contoh cerita fantasi yang dikehendaki oleh peserta didik. Sebanyak 55,3% peserta

didik menghendaki penggunaan ragam bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa

Indonesia dan bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami. Sedangkan

pemilihan bahasa untuk contoh cerita fantasi adalah bahasa yang sesuai dengan

kaidah bahasa Indonesia. Persentasenya sebanyak 67,1%.

4.1.1.5 Kebutuhan Grafika

Kebutuhan grafika mencakup subaspek judul buku, sampul buku, warna

buku, ketebalan buku, ukuran buku, desain atau model buku, serta jenis dan ukuran

huruf. Beberapa subaspek tersebut dimuat dalam kebutuhan grafika yang

diinginkan oleh guru dan peserta didik. Berikut ini uraian lengkapnya.

Tabel 4.9 Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan Menceritakan

Kembali Isi Cerita Fantasi pada Aspek Grafika

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

A. Judul buku 37. Menurut kamu,

judul buku yang

tepat untuk buku

pengayaan

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi bermuatan

nilai karakter

adalah…

Terampil

Menceritakan

Kembali Isi Cerita

Fantasi untuk SMP

66,6

Mencari Mutiara

Magis: Cara dan

Teori Menceritakan

Kembali Isi Cerita

Fantasi

0

Menemukan Pesan

Imajinasi:

Menceritakan

Kembali Isi Cerita

Fantasi

33,3

Lainnya 0

B. Sampul buku 38. Jenis kertas apakah

yang sesuai dan

layak dijadikan

sampul buku

pengayaan

menceritakan

kembali isi cerita

Hard cover. 33,3

Soft cover. 66,6

Lainnya

0

78

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

fantasi bermuatan

nilai karakter?

C. Warna buku 39. Warna apakah yang

kamu sarankan

untuk mendisain

sampul buku

pengayaan

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi bermuatan

nilai karakter?

Cerah dan mencolok

(dua warna) 0

Perpaduan warna

cerah dan gelap

(dua warna)

66,6

Perpaduan warna

cerah dan gelap

dengan banyak warna

(lebih dari dua warna)

33,3

Lainnya 0

D. Ketebalan

buku

40. Berapakah

ketebalan buku

yang ideal untuk

buku pengayaan

yang akan peneliti

kembangkan?

50-100 halaman 66,6

100-150 halaman 0

Lebih dari 150

halaman 0

Lainnya 33,3

E. Ukuran buku 41. Berapakah ukuran

yang sesuai untuk

buku pengayaan

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi bermuatan

nilai karakter?

Ukuran A5 (14,8 cm

×21 cm). 0

Ukuran A4 (21 cm ×

29,7 cm) 66,6

Ukuran B5 (18,2 cm

× 25,7 cm) 33,3

Lainnya 0

F. Desain atau

model buku

42. Seperti apakah

disain/model buku

yang tepat untuk

buku pengayaan

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi bermuatan

nilai karakter yang

akan

dikembangkan?

Seperti buku harian 33,3

Seperti buku

pengayaan pada

umumnya

66,6

Lainnya 0

79

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

G. Jenis dan

ukuran huruf

43. Jenis dan ukuran

huruf apa yang tepat

digunakan dalam

buku pengayaan

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi bermuatan

nilai karakter yang

akan dikembangkan

oleh peneliti?

Times New Roman,

ukuran 12 66,6

Arial Unicode MS,

ukuran 12 0

Comic Sans MS,

ukuran 12 0

Tempus Sans ITC 12 0

Calibri (Body) 12 33,3

Lainnya 0

Berdasarkan hasil tabel 4.9 di atas, diperoleh hasil berupa judul buku yang

dipilih oleh guru. Persentase sebanyak 66,6% guru menginginkan judul buku

“Terampil Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi”. Berikutnya, guru

menginginkan sampul atau sampul buku jenis soft cover. Pilihan ini memperoleh

persentase sebanyak 66,6%. Warna sampul buku yang diinginkan adalah perpaduan

warna cerah dan gelap (dua warna). Persentasenya yakni 66,6%. Ketebalan buku

yang diinginkan berkisar 50-100 halaman dengan persentase 66,6%. Subaspek

berikunya tentang ukuran buku pengayaan yang diinginkan yakni ukuran A4 (21

cm × 29,7 cm). Jawaban ini memperoleh persentase sebanyak 66,6%. Model buku

yang diinginkan adalah seperti model buku pengayaan pada umumnya. Sedangkan

jenis dan ukuran huruf yang diinginkan adalah Times New Roman ukuran 12.

Masing-masing dengan persentase 66,6%.

Tabel 4.10 Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan

Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi pada Aspek Grafika

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

A. Judul buku 36. Menurut kamu,

judul buku yang

tepat untuk buku

pengayaan

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi bermuatan

Terampil

Menceritakan

Kembali Isi Cerita

Fantasi untuk SMP

51,3

Mencari Mutiara

Magis: Cara dan

Teori Menceritakan

28,9

80

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

nilai karakter

adalah…

Kembali Isi Cerita

Fantasi

Menemukan Pesan

Imajinasi:

Menceritakan

Kembali Isi Cerita

Fantasi

27,6

Lainnya 3,9

B. Sampul buku 37. Jenis kertas apakah

yang sesuai dan

layak dijadikan

sampul buku

pengayaan

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi bermuatan

nilai karakter?

Hard cover. 47,4

Soft cover. 59,2

Lainnya

0

C. Warna buku 38. Warna apakah yang

kamu sarankan

untuk mendisain

sampul buku

pengayaan

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi bermuatan

nilai karakter?

Cerah dan mencolok

(dua warna) 28,9

Perpaduan warna

cerah dan gelap (dua

warna)

31,6

Perpaduan warna

cerah dan gelap

dengan banyak

warna (lebih dari

dua warna)

42,1

Lainnya 2,6

D. Ketebalan

buku

39. Berapakah

ketebalan buku

yang ideal untuk

buku pengayaan

yang akan peneliti

kembangkan?

50-100 halaman 47,4

100-150 halaman 30,3

Lebih dari 150

halaman 25

Lainnya 3,9

E. Ukuran buku 40. Berapakah ukuran

yang sesuai untuk

buku pengayaan

menceritakan

kembali isi cerita

Ukuran A5 (14,8 cm

× 21 cm). 11,8

Ukuran A4 (21 cm ×

29,7 cm) 44,7

81

Subaspek Indikator Pilihan Jawaban Persentase

(%)

fantasi bermuatan

nilai karakter? Ukuran B5 (18,2 cm

× 25,7 cm) 52,6

Lainnya 1,3

H. Desain atau

model buku

44. Seperti apakah

disain/model buku

yang tepat untuk

buku pengayaan

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi bermuatan

nilai karakter yang

akan

dikembangkan?

Seperti buku harian 36,8

Seperti buku

pengayaan pada

umumnya

64,5

Lainnya 3,9

I. Jenis dan

ukuran huruf

45. Jenis dan ukuran

huruf apa yang tepat

digunakan dalam

buku pengayaan

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi bermuatan

nilai karakter yang

akan dikembangkan

oleh peneliti?

Times New Roman,

ukuran 12 27,6

Arial Unicode MS,

ukuran 12 38,2

Comic Sans MS,

ukuran 12 25

Tempus Sans ITC 12 7,9

Calibri (Body) 12 14,5

Lainnya 5,3

Berdasarkan hasil tabel 4.10, maka judul buku yang dipilih oleh peserta

didik adalah “Terampil Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi”. persentase

pilihan ini sebanyak 51,3%. Berikutnya, peserta didik menginginkan sampul atau

sampul buku jenis soft cover. Pilihan ini memperoleh persentase sebanyak 59,2%.

Warna sampul buku yang diinginkan adalah perpaduan warna cerah dan gelap

dengan banyak warna (lebih dari dua warna). Persentasenya yakni 42,1%.

Ketebalan buku yang diinginkan berkisar 50-100 halaman dengan persentase

47,4%. Subaspek berikunya tentang ukuran buku pengayaan yang diinginkan yakni

ukuran B5 (18,2 cm × 25,7 cm). Jawaban ini memperoleh persentase sebanyak

52,6%. Model buku yang diinginkan adalah seperti model buku pengayaan pada

umumnya. Perolehan persentasenya sebanyak 64,5%. Sedangkan jenis dan ukuran

huruf yang diinginkan adalah Arial Unicode MS, ukuran 12 dengan persentase

38,2%.

82

4.1.2 Prinsip Pengembangan Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi

Cerita Fantasi Bermuatan Nilai Karakter

Hasil analisis kebutuhan guru dan peserta didik terhadap buku pengayaan

menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter digunakan untuk

merumuskan prinsip pengembangan buku menceritakan kembali isi cerita fantasi

bermuatan nilai karakter. Hasil analisis kebutuhan disesuaikan dengan komponen

utama dalam mengembangkan buku nonteks. Ada empat aspek/komponen untuk

mengembangkan buku menurut Puskurbuk (2008 h. 67) yakni (1) aspek materi, (2)

aspek penyajian, (3) aspek kebahasaan, dan (4) aspek grafika. Adapun pemaparan

dari tiap aspeknya adalah sebagai berikut.

4.1.2.1 Aspek Materi

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan guru dan peserta didik terhadap buku

pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi pada aspek materi, terdapat

beberapa perbedaan antara guru dan peserta didik dalam pemilihan jawaban pada

angket. Perbandingan hasil kebutuhan guru dan peserta didik disajikan pada tabel

berikut ini.

Tabel 4.11 Perbandingan Hasil Angket Kebutuhan Guru dan Peserta Didik

pada Aspek Materi

Subaspek Indikator Hasil Angket

Guru

Hasil Angket

Peserta Didik

A. Materi

cerita

fantasi

11. Materi cerita

fantasi

11. Pengertian

cerita fantasi,

ciri-ciri cerita

fantasi,

struktur cerita

fantasi, jenis-

jenis cerita

fantasi, unsur

intrinsik cerita

fantasi, dan

kaidah

kebahasaan

teks cerita

fantasi

10. Pengertian

cerita fantasi,

ciri-ciri cerita

fantasi,

struktur cerita

fantasi, dan

jenis-jenis

cerita fantasi

83

Subaspek Indikator Hasil Angket

Guru

Hasil Angket

Peserta Didik

12. Penjelasan materi

pengertian dan

ciri-ciri cerita

fantasi

12. Disajikan

secara singkat

sesuai dengan

simpulan

penulis

11. Disajikan

penjelasan

panjang

lebar dan

menyertakan

pendapat ahli

13. Pembahasan

struktur dan jenis-

jenis cerita fantasi

13. Disajikan

secara singkat

sesuai dengan

simpulan

penulis

12. Disajikan

penjelasan

panjang

disertai

contoh

B. Contoh

cerita

fantasi

14. Letak contoh

cerita fantasi

14. Sesudah

pengertian,

ciri-ciri, jenis-

jenis, unsur

pembangun,

struktur, dan

kaidah

kebahasaan

cerita fantasi

13. Sesudah

pengertian,

ciri-ciri, jenis-

jenis, unsur

pembangun,

dan struktur

15. Tema dari contoh

cerita fantasi

15. Manusia biasa

yang memiliki

kekuatan super

dan dunia

magis

14. Manusia biasa

yang memiliki

kekuatan

super

16. Sumber contoh

cerita fanatasi 16. Cerita fantasi

karya penulis

15. Internet dan

cerita fantasi

karya penulis

17. Kriteria

pemilihan cerita

fantasi

17. Konfliknya

sederhana,

bahasanya

mudah

dipahami,

struktur teks

cerita fantasi

lengkap, dan

tokoh yang

ditampilkan

memiliki

karakter yang

dapat dicontoh

16. Bahasanya

mudah

dipahami,

struktur teks

cerita fantasi

lengkap, dan

tokoh yang

ditampilkan

memiliki

karakter yang

dapat dicontoh

84

Subaspek Indikator Hasil Angket

Guru

Hasil Angket

Peserta Didik

C. Nilai

karakter

18. Penjelasan

hakikat nilai

karakter

18. Memuat

contoh aplikasi

nilai karakter

pada

kehidupan

sehari-hari

17. Memuat

pengertian

nilai karakter,

memuat

contoh aplikasi

nilai karakter

pada

kehidupan

sehari-hari,

dan dijelaskan

secara singkat

sesuai dengan

simpulan

penulis

19. Letak muatan

nilai karakter

pada buku

19. Contoh cerita

fantasi dan

ulasan khusus

mengenai nilai

karakter yang

telah

dipelajari/

refleksi

18. Contoh cerita

fantasi

D. Hakikat

mencerita-

kan kembali

isi cerita

fantasi

20. Penyajian hakikat

menceritakan

kembali

20. Menyajikan

hakikat

menceritakan

kembali isi

cerita fantasi

secara khusus

19. Menyajikan

hakikat

menceritakan

kembali isi

cerita fantasi

secara khusus

E. Cara

mencerita-

kan kembali

isi cerita

fantasi

21. Bentuk

menceritakan

kembali

21. Disajikan

dalam bentuk

poin-poin

20. Disajikan

dalam bentuk

paragraf

22. Komponen yang

dimuat dalam

langkah-langkah

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi

22. Cara

menceritakan

kembali isi

cerita fantasi

secara tulis dan

cara

menceritakan

kembali isi

cerita fantasi

secara lisan

21. Cara

memahami isi

cerita fantasi,

cara

menceritakan

kembali isi

cerita fantasi

secara tulis,

dan cara

menceritakan

kembali isi

cerita fantasi

secara lisan

85

Subaspek Indikator Hasil Angket

Guru

Hasil Angket

Peserta Didik

F. Contoh

mencerita-

kan kembali

isi cerita

fantasi

23. Bentuk

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi

23. Disertai bukti

kutipan pada

cerita fantasi

yang dikaji

22. Disebutkan

dengan singkat

24. Jumlah contoh

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi

24. 2 contoh 23. 2 contoh

Keterangan: bagian yang dicetak miring adalah subaspek yang menunjukkan

perbedaan pendapat antara guru dan peserta didik

Berdasarkan tabel 4.11 di atas, maka dapat diketahui bahwa guru dan peserta

didik memiliki perbedaan jawaban pada angket kebutuhan terhadap buku

pengayaan pada aspek materi. Perbedaan terletak pada subaspek materi cerita

fantasi, penjelasan materi pengertian dan ciri-ciri cerita fantasi, pembahasan

struktur dan jenis cerita fantasi, tema dari contoh cerita fantasi, sumber contoh cerita

fantasi, kriteria pemilihan cerita fantasi, penjelasan hakikat nilai karakter, letak

muatan nilai karakter, bentuk menceritakan kembali, komponen yang diceritakan

dalam memceritakan kembali isi cerita fantasi, dan bentuk menceritakan kembali

isi cerita fantasi.

Pada subaspek materi cerita fantasi, guru menginginkan materi yang dimuat

adalah pengertian cerita fantasi, ciri-ciri cerita fantasi, struktur cerita fantasi, jenis-

jenis cerita fantasi, unsur intrinsik cerita fantasi, dan kaidah kebahasaan teks cerita

fantasi. Akan tetapi, peserta didik menginginkan pengertian cerita fantasi, ciri-ciri

cerita fantasi, struktur cerita fantasi, dan jenis-jenis cerita fantasi. Berdasarkan

uraian tersebut, maka materi yang digunakan adalah pengertian cerita fantasi, ciri-

ciri cerita fantasi, struktur cerita fantasi, dan jenis-jenis cerita fantasi. Pemilihan

materi tersebut didasarkan pada batasan kebutuhan materi pada ranah kompetensi

dasar 4.3 yakni menceritakan kembali isi cerita fantasi. Materi unsur intrinsik cerita

fantasi, dan kaidah kebahasaan teks cerita fantasi merupakan ranah materi pada

kompetensi dasar 3.4 dan 4.4 (Kemdikbud, 2016 h. 11).

86

Pada subaspek penjelasan materi pengertian dan ciri-ciri cerita fantasi juga

memiliki perbedaan jawaban antara guru dan peserta didik. Guru menginginkan

materi tersebut disajikan secara singkat sesuai dengan simpulan penulis, sedangkan

peserta didik menginginkan materi disajikan penjelasan panjang lebar dan

menyertakan pendapat ahli. Berdasarkan perbedaan tersebut, maka penjelasan

materi pengertian dan ciri-ciri cerita fantasi disajikan dengan penjelasan panjang

lebar dan menyertakan pendapat ahli. Hal ini menjadi pertimbangan karena dengan

menyertakan pendapat ahli dapat memperkuat kebenaran ilmiah sebuah pengertian

dan ciri-ciri cerita fantasi. Hal ini sejalan dengan kriteria khusus pengembangan

buku berdasarkan Puskurbuk tentamh materi yang ditulis sesuai dengan

perkembangan ilmu yang mutakhir, sahih, dan akurat (Puskurbuk, 2008 h. 70).

Pada subaspek pembahasan struktur dan jenis cerita fantasi terdapat

perbedaan antara guru dan peserta didik. Perbedaannya yakni guru menginginkan

pembahasan struktur dan jenis cerita fantasi disajikan secara singkat sesuai dengan

simpulan penulis, sedangkan peserta didik menginginkan disajikan penjelasan

panjang disertai contoh. Berdasarkan perbedaan tersebut kemudian disimpulkan

bahwa pembahasan struktur dan jenis cerita fantasi disajikan dengan penjelasan

pancang disertai contoh. Hal ini bertujuan agar pembaca dapat memahami secara

detail jika disertai dengan contoh.

Pada subaspek tema dari contoh cerita fantasi memiliki perbedaan jawaban.

Guru menginginkan tema dari contoh cerita fantasi berupa manusia biasa yang

memiliki kekuatan super dan dunia magis, sedangkan peserta didik menginginkan

hanya tema manusia biasa yang memiliki kekuatan super. Berdasarkan dua jawaban

berbeda tersebut, maka tema dari contoh cerita fantasi yang dimuat dalam buku

adalah manusia biasa yang memiliki kekuatan super. Alasannya agar muatan nilai

karakter yang menjadi muatan dapat ditampilkan dalam contoh cerita fantasi

dengan gamblang melalui tokoh-tokoh dalam cerita fantasi tersebut.

Pada subaspek sumber contoh cerita fanatasi, guru dan peserta didik juga

memiliki jawaban berbeda. Guru menginginkan cerita fantasi karya penulis,

87

sedangkan peserta didik menginginkan sumber contoh cerita fantasi dari internet

dan cerita fantasi karya penulis. Oleh karena itu, contoh cerita fantsi yang dimuat

bersumber dari internet dan cerita fantasi karya penulis. Tujuannya agar contoh

cerita fantasi yang dimuat dalam buku pengayaan dapat bervariasi.

Pada subaspek kriteria pemilihan cerita fantasi juga memiliki perbedaan

jawaban antara guru dan peserta didik. Guru menginginkan cerita fantasi yang

memiliki konflik sederhana, bahasanya mudah dipahami, struktur cerita fantasinya

lengkap, dan tokoh yang ditampilkan memiliki karakter yang dapat dicontoh. Akan

tetapi, peserta didik menginginkan cerita fantasi yang bahasa mudah dipahami,

struktur cerita fantasinya lengkap, dan tokoh yang ditampilkan memiliki karakter

yang dapat dicontoh. Guna memenuhi kriteria pemilihan cerita fanatasi, maka

contoh cerita fantasi yang dimuat adalah memiliki konflik sederhana, bahasanya

mudah dipahami, struktur cerita fantasinya lengkap, dan tokoh yang ditampilkan

memiliki karakter yang dapat dicontoh. Hal ini sesuai dengan kriteria khusus

pengembangan buku yakni materi harus secara maksimal membangun karakter

kepribadian bangsa Indonesia (Puskurbuk, 2008 h. 70).

Pada subaspek penjelasan hakikat nilai karakter, guru menginginkan hakikat

nilai karakter memuat contoh aplikasi nilai karakter pada kehidupan sehari-hari.

Berbeda dengan peserta didik yang menginginkan penjelasan hakikat nilai karakter

perlu memuat pengertia nilai karakter, memuat contoh aplikasi nilai karakter pada

kehidupan sehari-hari, dan dijelaskan secara singkat sesuai dengan simpulan

penulis. Berdasarkan dua jawaban tersebut, maka penjelasan hakikat nilai karakter

adalah memuat pengertia nilai karakter, memuat contoh aplikasi nilai karakter pada

kehidupan sehari-hari, dan dijelaskan secara singkat sesuai dengan simpulan

penulis. Alasannya agar pembaca dapat memahami hakikat nilai karakter secara

keseluruhan dan runtut mulai dari pengertian hingga menampilkan contoh

penerapan nilai karakter pada kehidupan sehari-hari.

Pada subaspek letak muatan nilai karakter, juga memiliki perbedaan

jawaban antara guru dan peserta didik. Guru menginginkan nilai karakter dimuat

88

dalam contoh cerita dan ulasan khusus mengenai nilai karakter yang telah

dipelajari/refleksi, sedangkan peserta didik hanya menginginkan nilai karakter

hanya dimuat dalam contoh cerita fantasi. Berdasarkan uraian tersebut, maka

muatan nilai karakter terdapat pada contoh cerita fantasi karena dapat

mencontohkan nilai fantasi secara langsung oleh tokoh yang ada dalam cerita.

Pada seubaspek bentuk menceritakan kembali, guru menginginkan disajikan

dalam bentuk poin-poin. Akan tetapi, peserta didik menginginkan bentuk

menceritakan kembali dalam bentuk paragraf. Kedua perbedaan jawabn tersebut

kemudian digabungkan menjadi bentuk poin-poin dan paragraf. Bentuk poin-poin

diterapkan dalam menceritakan kembali secara lisan, sedangkan bentuk paragraf

diterapkan dalam menceritakan kembali secara tulis.

Pada subaspek komponen yang dimuat dalam langkah-langkah

menceritakan kembali isi cerita fantasi, terdapat satu perbedaan. Perbedaan tersebut

berupa komponen yang dimuat yakni cara memahami isi cerita fantasi. Jawaban

yang sama tentang komponen yang dimuat dalam langkah-langkah menceritakan

kembali adalah cara menceritakan kembali isi cerita fantasi secara lisan dan cara

menceritakan kembali secara tulis.

Pada subaspek bentuk menceritakan kembali isi cerita fantasi juga memiliki

perbedaan antara guru dan peserta didik. Guru menginginkan bentuk menceritakan

kembali isi cerita fantasi disertai kutipan pada cerita fantasi yang dikaji. Berbeda

dengan guru, peserta didik menginginkan bentuk menceritakan kembali disajikan

hanya dengan menyebutkan bagian cerita secara singkat. Berdasarkan dua jawaban

tersebut, bentuk menceritakan kembali isi cerita fantasi yang dimuat dalam buku

pengayaan adalah disertai dengan bukti kutopan pada cerita fantasi yang dikaji.

Alasannya agar bentuk menceritakan kembali dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya.

Berdasarkan perbandingan hasil angket kebutuhan guru dan peserta didik

pada aspek materi, maka diperoleh simpulan berupa prinsip-prinsip pengembangan

buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter.

89

Prinsip-prinsip pengembangan buku pengayaan tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 4.12 Prinsip Pengembangan Buku Pengayaan pada Aspek Materi

Subaspek Indikator Prinsip Pengembangan

A. Materi cerita

fantasi

1. Materi cerita

fantasi

1. Pengertian cerita fantasi, ciri-

ciri cerita fantasi, struktur cerita

fantasi, dan jenis-jenis cerita

fantasi

2. Penjelasan materi

pengertian dan ciri-

ciri cerita fantasi

2. Disajikan penjelasan panjang

lebar dan menyertakan pendapat

ahli

3. Pembahasan

struktur dan jenis-

jenis cerita fantasi

3. Disajikan penjelasan panjang

disertai contoh

B. Contoh cerita

fantasi

4. Letak contoh cerita

fantasi 4. Sesudah pengertian, ciri-ciri,

jenis-jenis, unsur pembangun,

dan struktur

5. Tema dari contoh

cerita fantasi 5. Manusia biasa yang memiliki

kekuatan super

6. Sumber contoh

cerita fanatasi 6. Internet dan fantasi karya penulis

7. Kriteria pemilihan

cerita fantasi 7. Konfliknya sederhana,

bahasanya mudah dipahami,

struktur teks cerita fantasi

lengkap, dan tokoh yang

ditampilkan memiliki karakter

yang dapat dicontoh

C. Nilai

karakter

8. Penjelasan hakikat

nilai karakter

8. Memuat pengertian nilai

karakter, memuat contoh

aplikasi nilai karakter pada

kehidupan sehari-hari, dan

dijelaskan secara singkat sesuai

dengan simpulan penulis

9. Letak muatan nilai

karakter pada buku 9. Contoh cerita fantasi

D. Hakikat

menceritakan

kembali isi

cerita fantasi

10. Penyajian hakikat

menceritakan

kembali

10. Menyajikan hakikat

menceritakan kembali isi cerita

fantasi secara khusus

90

Subaspek Indikator Prinsip Pengembangan

E. Cara

mencerita-

kan kembali

isi cerita

fantasi

11. Bentuk

menceritakan

kembali

11. Disajikan dalam bentuk poin-

poin dan paragraf

12. Komponen yang

dimuat dalam

langkah-langkah

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi

12. Cara memahami isi cerita

fantasi, cara menceritakan

kembali isi cerita fantasi secara

lisan, dan cara menceritakan

kembali isi cerita fantasi secara

tulis

F. Contoh

mencerita-

kan kembali

isi cerita

fantasi

13. Bentuk

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi

13. Disertai bukti kutipan pada cerita

fantasi yang dikaji

14. Jumlah contoh

menceritakan

kembali isi cerita

fantasi

14. 2 contoh

4.1.2.2 Aspek Struktur Penyajian

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan guru dan peserta didik terhadap buku

pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi pada aspek struktur penyajian,

jawaban yang diberikan oleh guru dan peserta didik sama. Adapun hasil angket

kebutuhan guru dan oeserta didik terhadap pengembangan buku pengayaan

menceritakan kembali isi cerita fantasi pada aspek struktur penyajian disajikan pada

tabel 4.13 berikut.

Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Angket Kebutuhan Guru dan Peserta Didik

pada Aspek Struktur Penyajian

Subaspek Indikator Prinsip

Pengembangan

Hasil Angket

Peserta Didik

A. Kebutuhan

ilustrasi

atau gambar

dalam buku

25. Penyajian

gambar/ilustrasi

25. Berwarna 24. Berwarna

26. Ukuran

ilustrasi/gambar

26. Setiap gambar

memiliki

ukuran yang

berbeda

bergantung

kebutuhan

25. Setiap gambar

memiliki

ukuran yang

berbeda

bergantung

kebutuhan

91

Subaspek Indikator Prinsip

Pengembangan

Hasil Angket

Peserta Didik

27. Penempatan

ilustrasi/gambar

27. Tiap subbab

dan contoh

cerita fantasi

pada buku

26. Tiap subbab

dan contoh

cerita fantasi

pada buku

B. Kebutuhan

penyajian

petunjuk

penggunaan

buku

27. Petunjuk

penggunaan buku 28. Dibuat poin-

poin

27. Dibuat poin-

poin

28. Letak petunjuk

penggunaan buku 29. Bagian awal

buku secara

keseluruhan

28. Bagian awal

buku secara

keseluruhan

C. Kebutuhan

penyajian

rangkuman

29. Bentuk penyajian

rangkuman 30.

29.

31. Letak rangkuman 31. Pada setiap

bab

30. Pada setiap

bab

D. Kebutuhan

penyajian

refleksi

32. Bentuk penyajian

refleksi 32. Disajikan

dalam bentuk

percakapan

31. Disajikan

dalam bentuk

percakapan

33. Wujud refleksi

33. 32.

34. Letak refleksi 34. Pada tiap bab 33. Pada tiap bab

Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan jawaban guru dan peserta didik. Oleh karena itu, dapat disusun prinsip

pengembangan buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi pada aspek

struktur penyajian yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

92

Tabel 4.14 Prinsip Pengembangan Buku Pengayaan pada Aspek Struktur

Penyajian

Subaspek Indikator Prinsip Pengembangan

A. Kebutuhan

ilustrasi atau

gambar

dalam buku

1. Penyajian

gambar/ilustrasi

1. Berwarna

2. Ukuran

ilustrasi/gambar

2. Setiap gambar memiliki ukuran

yang berbeda bergantung

kebutuhan

3. Penempatan

ilustrasi/gambar

3. Tiap subbab dan contoh cerita

fantasi pada buku

B. Kebutuhan

penyajian

petunjuk

penggunaan

buku

4. Petunjuk

penggunaan buku 4. Dibuat poin-poin

5. Letak petunjuk

penggunaan buku 5. Bagian awal buku secara

keseluruhan

C. Kebutuhan

penyajian

rangkuman

6. Bentuk penyajian

rangkuman 6.

7. Letak rangkuman 7. Pada setiap bab

D. Kebutuhan

penyajian

refleksi

8. Bentuk penyajian

refleksi

8. Disajikan dalam bentuk

percakapan

9. Wujud refleksi

9.

10. Letak refleksi 10. Pada tiap bab

4.1.2.3 Aspek Kebahasaan

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan guru dan peserta didik terhadap buku

pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi pada aspek kebahasaan, terdapat

satu perbedaan antara guru dan peserta didik dalam pemilihan jawaban pada angket.

Perbandingan hasil kebutuhan guru dan peserta didik pada aspek kebahasaan

disajikan pada tabel berikut ini.

93

Tabel 4.15 Perbandingan Hasil Angket Kebutuhan Guru dan Peserta Didik

pada Aspek Kebahasaan

Subaspek Indikator Hasil Angket

Guru

Hasil Angket

Peserta Didik

A. Kebutuhan

ragam

bahasa dalam

buku

35. Ragam bahasa

yang digunakan

dalam buku 35. Bahasa

komunikatif

dan mudah

dipahami

34. Bahasa yang

sesuai dengan

kaidah bahasa

Indonesia dan

bahasa yang

komunikatif

dan mudah

dipahami

B. Penggunaan

bahasa dalam

contoh cerita

fantasi

bermuatan

nilai karakter

36. Penggunaan

bahasa yang

baik dalam

contoh cerita

fantasi

36. Bahasa yang

sesuai dengan

kaidah bahasa

Indonesia

35. Bahasa yang

sesuai dengan

kaidah bahasa

Indonesia

Keterangan: bagian yang dicetak miring adalah subaspek yang menunjukkan

perbedaan pendapat antara guru dan peserta didik

Tabel 4.15 telah menyajikan perbedaan jawaban antara guru dan peserta

didik. Bedanya terletak pada subaspek kebutuhan ragam bahasa dalam buku. Guru

menginginkan ragam bahasa yang digunakan adalah bahasa komunikatif dan

mudah dipahami, sedangkan peserta didik menginginkan ragam bahasa yang sesuai

dengan kaidah bahasa Indonesia dan bahasa yang komunikatif dan mudah

dipahami. Berdasarkan perbedaan tersebut, maka ragam bahasa yang digunakan

dalam buku adalah bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami. Pemilihan ini

bertujuan agar bahasa yang digunakan terlihat luwes sehingga dapat memotivasi

belajar peserta didik. Hal ini sejalan dengan Hartono (2016 h. 26).

Berdasarkan perbandingan hasil angket kebutuhan guru dan peserta didik

terhadap buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai

karakter pada aspek kebahasaan tersebut diperoleh simpulan berupa prinsip-prinsip.

Prinsip-prinsip tersebut merupakan prinsip pengembangan buku pengayaan pada

aspek kebahasaan. Berikut adalah prinsip pengembangan buku pengayaan

menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter.

94

Tabel 4.16 Prinsip Pengembangan Buku Pengayaan pada Aspek Kebahasaan

Subaspek Indikator Prinsip Pengembangan

A. Kebutuhan

ragam

bahasa dalam

buku

1. Ragam bahasa yang

digunakan dalam

buku

1. Bahasa komunikatif dan mudah

dipahami

B. Penggunaan

bahasa dalam

contoh cerita

fantasi

bermuatan

nilai karakter

2. Penggunaan bahasa

yang baik dalam

contoh cerita fantasi 2. Bahasa yang sesuai dengan

kaidah bahasa Indonesia

4.1.2.4 Aspek Grafika

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan guru dan peserta didik terhadap buku

pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi pada aspek grafika, terdapat

beberapa perbedaan antara guru dan peserta didik dalam pemilihan jawaban pada

angket. Perbandingan hasil kebutuhan guru dan peserta didik pada aspek grafika

disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.17 Perbandingan Hasil Angket Kebutuhan Guru dan Peserta Didik

pada Aspek Grafika

Subaspek Indikator Hasil Angket

Guru

Hasil Angket

Peserta Didik

A. Judul buku 37. Judul buku 37. Terampil

Menceritakan

Kembali Isi

Cerita Fantasi

untuk SMP

36. Terampil

Menceritakan

Kembali Isi

Cerita Fantasi

untuk SMP

B. Sampul buku 38. Jenis kertas

untuk sampul

buku

38. Soft cover 37. Soft cover

C. Warna buku 39. Warna sampul

buku 39. Perpaduan

warna cerah

dan gelap (dua

warna)

38. Perpaduan

warna cerah

dan gelap

dengan banyak

warna (lebih

dari dua

warna)

D. Ketebalan

buku

40. Jumlah halaman

buku

40. 50-100

halaman

39. 50-100

halaman

95

Subaspek Indikator Hasil Angket

Guru

Hasil Angket

Peserta Didik

E. Ukuran buku 41. Ukuran buku 41. Ukuran A4 (21

cm X 29,7 cm)

40. Ukuran B5

(18,2 cm X

25,7 cm)

J. Desain atau

model buku

42. Model buku

yang tepat 42. Seperti buku

pengayaan

pada

umumnya

41. Seperti buku

pengayaan

pada

umumnya

K. Jenis dan

ukuran huruf

43. Jenis dan ukuran

huruf 43. Times New

Roman,

ukuran 12

42. Arial Unicode

MS, ukuran 12

Keterangan: bagian yang dicetak miring adalah subaspek yang menunjukkan

perbedaan pendapat antara guru dan peserta didik

Tabel tersebut menggambarkan perbedaan hasil angket antara guru dan

peserta didik. Perbedaannya terletak pada subaspek warna buku, ukuran buku, dan

jenis dan ukuran huruf. Pada subaspek warna buku, guru menginginkan perpaduan

warna cerah dan gelap (dua warna). Akan tetapi, peserta didik meninginkan warna

buku dengan perpaduan warna cerah dan gelap dengan banyak warna (lebih dari

dua warna). Warna buku yang digunakan dalam buku pengayaan adalah perpaduan

warna cerah dan gelap dengan banyak warna (lebih dari dua warna). Pemilihan ini

bertujuan agar warna buku telihat cerah ceria.

Pada subaspek ukuran buku, antara guru dan peserta didik mengalami

perbedaan jawaban. Guru menginginkan ukuran buku A4 (21 cm X 29,7 cm),

sedangkan peserta didik menginginkan ukuran buku B5 (18,2 cm X 25,7 cm). Maka

ukuran buku yang digunakan dalam buku pengayaan adalah ukuran A4. Pemilihan

ukuran ini agar buku pengayaan lebih besar dan sesuai dengan usia pembaca, yakni

kelas VII SMP/Mts.

Pada subaspek jenis dan ukuran huruf juga memiliki perbedaan jawaban

antara guru dan peserta didik. Guru meginginkan jenis huruf yang digunakan adalah

Times New Roman dengan ukuran 12. Kemudian peserta didik menginginkan jenis

huruf yang berberda, yaitu Arial Unicode MS dengan ukuran 12. Jenis huruf yang

digunakan dalam buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi adalah

96

Times New Roman dengan ukuran 12. Jenis dan ukuran huruf ini sesuai dengan

usia pembaca kelas VII SMP/Mts menurut Hartono (2016 h. 46).

Berdasarkan uraian tentang perbandingan kebutuhan guru dan peserta didik

pada aspek grafika maka disimpulkan menjadi prinsip pengambangan buku

pengyaan menceritakan kembali isi cerita fatasi bermuatan nilai karakter. Berikut

ini prinsip-prinsip pengambangan buku pengayaan yang dituangkan dalam tabel

berikut ini.

Tabel 4.18 Prinsip Pengambangan Buku Pengayaan pada Aspek Grafika

Subaspek Indikator Prinsip Pengembangan

A. Judul buku 1. Judul buku 1. Terampil Menceritakan Kembali

Isi Cerita Fantasi untuk SMP

B. Sampul buku 2. Jenis kertas untuk

sampul buku 2. Soft cover

C. Warna buku 3. Warna sampul

buku 3. Perpaduan warna cerah dan gelap

dengan banyak warna (lebih dari

dua warna)

D. Ketebalan

buku

4. Jumlah halaman

buku 4. 50-100 halaman

E. Ukuran buku 5. Ukuran buku 5. Ukuran A4 (21 cm X 29,7 cm)

F. Desain atau

model buku

6. Model buku yang

tepat

6. Seperti buku pengayaan pada

umumnya

G. Jenis dan

ukuran huruf

7. Jenis dan ukuran

huruf 7. Times New Roman, ukuran 12

4.1.3 Prototipe Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi

Fantasi Bermuatan Nilai Karakter

Dasar penyusunan prototipe buku pengayaan menceritakan kembali isi

cerita fantasi yaitu prinsip pengembangan buku pengayaan. Prinsip pengembangan

tersebut disusun dari hasil analisis kebutuhan guru dan peserta didik terhadap buku

pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter. Prinsip

tersebut kemudian disesuaikan dengan kriteria penulisan buku pengayaan.

Penyesuaian tersebut bertujuan agar hasil analisis kebutuhan sejalan dengan kriteria

penulisan buku pengayaan. Berikut adalah uraian tentang prototipe buku pengayaan

menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter yang telah disusun.

97

4.1.3.1 Isi Materi Prototipe Buku Pengayaan

Prototipe buku pengayaan disusun berdasarkan prinsip pengembangan buku

pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi. Guru dan peserta didik

membutuhkan isi materi berupa hakikat cerita fantasi, contoh cerita fantasi,

menceritakan kembali isi cerita fantasi, contoh menceritakan kembali isi cerita

fantasi, hakikat nilai karakter, dan latihan menceritakan kembali isi cerita fantasi.

Materi yang disajikan dalam buku pengayaan yang dibutuhkan guru dan peserta

didik memiliki kriteria materi dapat memberikan pemahaman baru bagi peserta

didik berupa konsep, prosedur pembelajaran, dan contoh sikap yang dapat

diteladani. Selain itu, dapat melatih keterampilan menceritakan kembali secara

mandiri.

Materi buku pengayaan disajikan dalam bentuk deduktif, yakni dimulai

dengan konsep kemudian dilanjutkan dengan contoh dan latihan. Materi tersebut

diperoleh dari berbagai sumber dengan menyajikan pengertian dari beberapa ahli.

Contoh sikap yang dapat diteladani melalui muatan nilai karakter disajikan berupa

contoh sikap tokoh dalam cerita fantasi dan disajikan pula contoh sikap yang dapat

dilakukan oleh peserta didik di sekolah maupun di rumah. Berikut ini merupakan

daftar isi yang menggambarkan materi yang disajikan dalam buku pengayaan

menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter.

98

Gambar 4.1 Daftar Isi Prototipe Buku Pengayaan

Berdasarkan daftar isi tersebut, maka dapat dilihat bahwa materi pokok buku

pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi berupa Bab I Cerita Fantasi, Bab

II Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi, Bab III Contoh Menceritakan Kembali

Isi Cerita Fantasi, Bab IV Nilai Karakter dalam Cerita Fantasi, dan Bab V Latihan

Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi. Berikut ini adalah uraiannya.

Pada Bab I Cerita Fantasi berisi materi tentang pengertian cerita fantasi, ciri-

ciri cerita fantasi, struktur cerita fantasi, dan jenis-jenis cerita fantasi. materi

disajikan dengan penjelasan dan menyertakan pendapat ahli. Contoh cerita fantasi

yang disajikan memiliki tema manusia biasa yang memiliki kekuatan super. Kriteria

pemilihan cerita fantasi yakni konfliknya sederhana, bahasa mudah dipahami,

struktur teksnya lengkap, dan tokoh yang ditampilkan memiliki karakter yang dapat

dicontoh. Selain itu, pada bab ini juga menampilkan contoh cerita fantasi beserta

strukturnya dan contoh judul cerita fantasi berdasarkan jenisnya. Di akhir bab,

terdapat rangkuman dan refleksi hasil pembelajaran yang telah dibahas pada bab

ini. Berikut adalah contoh gambaran Bab I

99

Gambar 4.2 Pengatar Bab I Gambar 4.3 Uraian Materi

Gambar 4.4 Rangkuman Bab I Gambar 4.5 Refleksi Bab I

Pada Bab II Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi berisi empat

pembahasan yakni, pengertian menceritakan kembali isi cerita fantasi, cara

memahami isi cerita fantasi, langkah-langkah menceritakan kembali isi cerita

fantasi secara lisan, langkah-langkah menceritakan kembali isi cerita fantasi secara

tulis, dan tabel penilaian menceritakan kembali isi cerita fantasi. Bagian akhir bab

ini juga memiliki rangkuman dan refleksi yang bentuknya percakapan. Berikut ini

adalah gambaran isi Bab II.

100

Gambar 4.6 Pengatar Bab II Gambar 4.7 Uraian Materi

Gambar 4.8 Rangkuman Bab II Gambar 4.9 Refleksi Bab II

Pada Bab III Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi berisi tentang contoh

menceritakan kembali isi cerita fantasi secara lisan dan tulis. Ada dua contoh

menceritakan kembali isi cerita fantasi secara lisan dan ada dua contoh

menceritakan kembali isi cerita fantasi secara tulis. Setiap contoh menceritakan

kembali telah diberikan penjelasan dan prosedur yang perlu dilakukan dalam

menceritakan kembali. Hal ini bertujuan agar pembaca dapat memahami langkah

menceritakan kembali secara runtut dan dapat mengerti bentuk menceritakan

kembali secara lisan maupun tulis. Selain itu, ada pula tabel penilain menceritakan

101

kembali secara lisan dan tulis. Tabel ini dapat membantu guru dalam menilai

peserta didik ketika menceritakan kembali. Peserta didik juga dapat menjadikan

tabel ini sebagai panduan atau indikator yang harus dipenuhi dalam menceritakan

kemabali secara lisan maupun tulis. Sama halnya dengan dua bab sebelumnya, pada

bab ini juga menyajikan rangkuman dan refleksi pada bagian akhir bab. Berikut ini

gambaran umum dari Bab III.

Gambar 4.10 Pengantar Bab III Gambar 4.11 Contoh Menceritakan

Kembali

Gambar 4.12 Rangkuman Bab III Gambar 4.13 Refleksi Bab III

102

Pada Bab IV Nilai Karakter dalam Cerita Fantasi terdiri atas subbab

pengertian nilai karakter, rumusan nilai karakter, nilai karakter dalam cerita fantasi,

dan contoh nilai karakter dalam cerita fantasi. Pada bagian pengertian nilai karakter,

disajikan pendapat ahli yang kemudian disimpulkan oleh penulis. Pada bagian

rumusan nilai karakter diperoleh dari Balitbang Pusat Kurikulum (2010).

Berikutnya disajikan nilai karakter dalam cerita fantasi serta contohnya. Kemudian

diakhiri dengan rangkuman dan refleksi. Berikut ini adalah gambaran prototipe

buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi pada Bab IV.

Gambar 4.14 Pengantar Bab IV Gambar 4.15 Uraian Materi Bab IV

Gambar 4.16 Rangkuman Bab IV Gambar 4.17 Refleksi Bab IV

103

Pada Bab V Latihan Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi berisi tiga

latihan menceritakan kembali isi cerita fantasi. Pembaca bebas memilih cerita

fantasi yang akan dijadikan latihan. Terdapat tiga latihan menceritakan kembali

dalam bab ini. Selain itu, disediakan pula lembar kerja yang dapat digunakan

sebagai format menceritakan kembali. Gunanya untuk mempermudah peserta didik

untuk menceritakan kembali baik secara lisan maupun tulis secara runtut dan

sistematis. Berikut ini adalah gambaran isi Bab V.

Gambar 4.18 Pengantar Bab V Gambar 4.19 Latihan 1 pada Bab V

4.1.3.2 Struktur Penyajian Protipe Buku Pengayaan

Prototipe buku pengayaan disusun berdasarkan prinsip pengembangan buku

pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi. Guru dan peserta didik

membutuhkan struktur penyajian berupa ilustrasi atau gambar, petunjuk

penggunaan buku, rangkuman, dan refleksi. Sesuai dengan prinsip pengembangan

buku pengayaan menceritakan kembali, guru dan peserta didik menginginkan

gambar atau ilustrasi yang berwana. Setiap gambar atau ilustrasi tersebut memiliki

ukuran yang berbeda bergantung kebutuhan. Kemudian gambar atau ilustrasi

tersebut ditempatkan pada tiap subbab dan contoh cerita fantasi pada buku. Berikut

tampilan gambar atau ilustrasi dalam buku pengayaan.

104

Gambar 4.20 Penyajian Gambar atau Ilustrasi

Penyajian berikutnya berkaitan dengan petunjuk penggunaan buku.

Petunjuk penggunaan buku ini berbentuk poin-poin dan diletakkan pada bagian

awal buku secara keseluruhan. Berikut ini adalah gambaran petunjuk penggunaan

buku pada buku pengayaan meceritakan kembali isi cerita fantasi yang bermuatan

nilai karakter.

Gambar 4.21 Petunjuk Penggunaan Buku

Selain itu, rangkuman dan refleksi disajikan pada setiap akhir bab. Bentuk

rangkumannya adalah kotak persegi dengan bagian pinggir tumpul. Berbeda halnya

dengan refleksi yang memiliki bentuk percakapan. Agar lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar berikut ini.

105

Gambar 4.22 Penyajian Rangkuman Gambar 4.23 Penyajian Refleksi

4.1.3.3 Penggunaan Bahasa pada Prototipe Buku Pengayaan

Prototipe buku pengayaan menceritakan kembali dalam penggunaan

bahasanya disusun berdasarkan prinsip pengemabangan buku pengayaan pada

aspek kebahasaan. Bahasa yang digunakan dalam buku yaitu bahasa komunikatif

dan mudah dipahami. Berikut adalah penggunaan bahasa yang digunakan dalam

buku pengayaan menceritakan kembali.

Gambar 4.24 Penggunaan Bahasa dalam Buku

106

Berdasarkan gambar tersebut, terdapat kalimat tanya pada paragraf pertama.

Kalimat tersebut menandakan bahasa yang digunakan dalam buku termasuk

komunikatif. Selain itu, penggunaan sapaan kalian juga membuat kesan yang

komunikatif. Penggunaan bahasa yang mudah dipahami tercermin dari rangkaian

penjelasan pengertian menceritakan kembali. Penjelasan dimulai dari pengertian

menurut ahli yang kemudian disimpulkan. Pada contoh cerita fantasi, bahasa yang

digunakan adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Penggunaan

bahasa yang sesuai dengan kaidah dapat dilihat dari penggunaan tanda baca dan

ejaan yang digunakan dalam contoh cerita fantasi berikut ini.

Gambar 4.25 Penggunaan Bahasa pada Contoh Cerita Fantasi

4.1.3.4 Grafika Prototipe Buku Pengayaan

Prototipe pada bagian grafik disusun berdasarkan pinsip pengembangan

buku pengayaan pada aspek grafika. Sesuai dengan prinsip tersebut guru dan

peserta didik menginginkan judul buku yakni “Terampil Menceritakan Kembali Isi

Cerita Fantasi”. Jenis kertas yang digunakan adalah soft cover. Warna sampulnya

yakni perpaduan warna cerah dan gelap dengan banyak warna (lebih dari dua

warna). Ketebalan bukunya 50 s.d. 100 halaman. Ukuran bukunya yaitu A4 (21 cm

× 29,7 cm) dalam bentuk vertikal. Jenis dan ukuran huruf yang digunakan adalah

107

Times New Roman ukuran 12. Berikut adalah tampilan grafika buku pengayaan

menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter.

Gambar 4.26 Sampul Prototipe Buku Pengayaan

Gambar 4.27 Penggunaan Jenis dan Ukuran Huruf

Judul

buku

Jenis

kertas

soft

cover

Perpaduan warna cerah dan gelap

(lebih dari dua warna)

Ukuran

A4

Times

New

Roman

ukuran

12

108

4.1.3.5 Tampilan Prototipe Buku Pengayaan

Menurut Puskurbuk (2008 h. 66) setidaknya ada tiga bagian yang menjadi

struktur buku pengayaan. Tiga bagian tersebut yakni bagian awal, bagian isi, dan

bagian akhir. Berdasarkan landasan tersebut, maka tampilan prototipe buku

mengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter adalah

sebagai berikut.

1. Bagian Awal

Bagian awal prototipe berisi halaman judul, halaman hak cipta, prakata,

petunjuk penggunaan buku, dan daftar isi. Berikut adalah contoh gambar bagian

prototipe buku pengayaan bagian awal.

Gambar 4.28 Halaman Judul Gambar 4.29 Halaman Hak Cipta

109

Gambar 4.30 Prakata Gambar 4.31 Petunjuk Penggunaan Buku

Gambar 4.32 Daftar Isi

2. Bagian Isi

Bagian isi buku pengayaan terdiri atas lima. Lima bab tersebut meliputi Bab

I Cerita Fantasi, Bab II Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi, Bab III Contoh

Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi, Bab IV Nilai Karakter dalam Cerita

Fantasi, dan Bab V Latihan Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi. Berikut ini

110

gambaran bagian isi buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi

bermuatan nilai karakter.

Gambar 4.33 Bab I Gambar 4.34 Bab II

Gambar 4.35 Bab III Gambar 4.36 Bab IV

111

Gambar 4.37 Bab V

3. Bagian Akhir

Bagian akhir prototipe buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi

bermuatan nilai karakter adalah daftar pustaka, glosarium, indeks, dan profil

penulis. Berikut ini adalah gambaran bagian akhir prototipe buku pengayaan.

Gambar 4.38 Daftar Pustaka Gambar 4.39 Glosarium

112

Gambar 4.40 Indeks Gambar 4.41 Profil Penulis

4.1.4 Validasi Terhadap Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi Cerita

Fantasi Fantasi Bermuatan Nilai Karakter

Validasi terhadap buku pengayaan dilakukan untuk menilai dan menguji

kualitas prototipe yang telah dibuat. Penilaian dilakukan dengan menggunakan

angket validasi.Validasi dilakukan oleh dua dosen ahli yakni ahli bidang sastra dan

ahli bidang pembelajaran sastra. Dosen ahli yang menjadi validator adalah dosen

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Semarang. Validator ahli

bidang sastra yaitu Dr. Mukh Doyin, M.Si. Beliau mengampu mata kuliah pokok

Ekspresi Sastra dan pernah menulis buku. Validator berikutnya, ahli bidang

pendidikan sastra yaitu U’um Qomariyah, S.Pd., M.Hum. Beliau mengampu mata

kuliah Teori Sastra, Sastra Anak, Pengajaran BIPA, dan Metodologi Penelitian

Sastra. Selain itu, beliau juga pernah menulis beberapa artikel yang berkaitan

dengan pendidikan karakter.

Validator menilai buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi

menggunakan angket validasi yang memiliki lima aspek penilaian. Aspek tersebut

berupa aspek materi, aspek muatan nilai karakter, aspek struktur penyajian, aspek

kebahasaan, dan aspek grafika. Pada angket tersebut, setiap pernyataan memiliki

pilihan skor dari 1 s.d. 4. Setiap skor memiliki kategori sebagai berikut.

113

Skor 4 : Sangat baik (SB)

Skor 3 : Baik (B)

Skor 2 : Kurang (K)

Skor 1 : Sangat kurang (SK)

Adapun rumus perhitungan jumlah skor, nilai, dan rata-rata adalah sebagai

berikut.

Keterangan:

Jumlah validator = 2

Setelah dihitung rata-rata, maka penentuan kategori penilaian prototipe

setiap aspek adalah sebagai berikut.

3,1-4 : Sangat baik

2,1-3 : Baik

1,1-2 : Cukup

0-1 : Tidak Baik

Berdasarkan rumus di atas, maka berikut ini adalah hasil penilaian uji

validasi oleh dosen ahli.

4.1.4.1 Aspek Materi

Terdapat delapan kriteria penilaian terhadap buku pengayaan menceritakan

kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter pada aspek materi. Berikut adalah

tabel hasil penilaian buku pengayaan pada aspek materi beserta ketegori penilaian

buku pengayaan pada aspek materi.

Jumlah Skor = Jumlah validator × Skor

Nilai = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐤𝐨𝐫

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐯𝐚𝐥𝐢𝐝𝐚𝐭𝐨𝐫

Rata-rata = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐫𝐢𝐭𝐞𝐫𝐢𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢𝐚𝐧

114

Tabel 4.19 Penilaian Prototipe Buku Pengayaan Pada Aspek Materi

Kriteria Penilaian Skor Nilai

SB B K SK

1. Buku memiliki materi sudah memuat

pengertian, ciri-ciri, struktur, jenis-jenis,

menceritakan isi cerita fantasi, dan nilai

karakter.

3 2 2,5

2. Pembahasan materi pada buku telah sesuai

dengan kebenaran teori. 6 3

3. Materi dalam buku sudah memenuhi

kecukupan peserta didik untuk

menceritakan kembali isi cerita fantasi

bermuatan nilai karakter.

3 2 2,5

4. Materi Bab I “Cerita Fantasi” sudah

memberikan pemahaman baru bagi peserta

didik berkaitan dengan fakta, konsep, dan

prosedur pembelajaran.

6 3

5. Materi Bab II “Menceritakan Kembali Isi

Cerita Fantasi” sudah memberikan

pemahaman baru bagi peserta didik

berkaitan dengan fakta, konsep, dan

prosedur pembelajaran.

3 2 2,5

6. Materi Bab III “Contoh Menceritakan

Kembali Isi Cerita Fantasi” sudah

memberikan pemahaman baru bagi peserta

didik berkaitan dengan fakta, konsep, dan

prosedur pembelajaran.

3 2 2,5

7. Materi Bab IV “Nilai Karakter dalam

Cerita Fantasi” sudah memberikan

pemahaman baru bagi peserta didik

berkaitan dengan fakta, konsep, dan

prosedur pembelajaran.

3 2 2,5

8. Materi Bab V “Latihan Menceritakan

Kembali Isi Cerita Fantasi” sudah

memberikan pemahaman baru bagi peserta

didik berkaitan dengan fakta, konsep, dan

prosedur pembelajaran.

6 3

Jumlah Nilai 21,5

Rata-rata 2,7

115

Berdasarkan tabel 4.19 tesebut, dapat diketahui bahwa materi telah memuat

pengertian, ciri-ciri, struktur, jenis-jenis, menceritakan isi cerita fantasi, dan nilai

karakter memiliki nilai 2,5 dengan kategori baik. Berikutnya, materi pada buku

telah sesuai dengan kebenaran teori memperoleh nilai 3 yang memiliki kategori

baik. Selain itu, materi telah memenuhi kecukupan peserta didik untuk

menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter dengan nilai 2,5

yang artinya dalam kategori baik. Materi Bab I memperoleh nilai 3 dengan kategori

baik. Materi Bab II memperoleh nilai 2,5 dengan kategori baik. Materi Bab III

memperoleh nilai 2,5 dengan kategori baik. Materi Bab IV memperoleh nilai 2,5

dengan kategori bak . Materi Bab V memperoleh nilai 3 dengan kategori baik.

Pada aspek materi, rata-rata penilaian yang diperoleh adalah 2,7. Artinya,

materi yang disajikan dalam buku pengayaan termasuk dalam kategori baik.

4.1.4.2 Aspek Muatan Nilai Karakter

Penilaian buku pengayaaan menceritakan kembali isi cerita fantasi pada

aspek muatan nilai karakter terdapat tiga kriteria penilaian. Berikut ini adalah hasil

penilaiannya.

Tabel 4.20 Penilaian Prototipe Buku Pengayaan Pada Aspek Muatan Nilai

Karakter

Kriteria Penilaian Skor Nilai

SB B K SK

1. Muatan nilai yang dibahas dalam satu bab

tersendiri mempermudah pemahaman

peserta didik.

6 3

2. Muatan nilai sudah tergambar melalui

contoh cerita fantasi dalam buku. 6 3

3. Pembahasan mengenai contoh nilai

karakter dalam Bab IV poin C mudah

dipahami.

6 3

Jumlah Nilai 9

Rata-rata 3

116

Berdasarkan tabel 4.20 tesebut, dapat diketahui bahwa muatan nilai karakter

yang dibahas dalam satu bab dapat mempermudah peserta didik memiliki nilai 3

dengan kategori baik. Berikutnya, muatan nilai karakter sudah tergambar melalui

contoh cerita fantasi dalam buku memperoleh nilai 3 yang memiliki kategori baik.

Selain itu, pembahasan mengenai contoh nilai karakter dalam Bab IV poin C mudah

dipahami dengan nilai 3 yang artinya dalam kategori baik .

Pada aspek muatan nilai karakter, rata-rata penilaian yang diperoleh adalah

3. Artinya, muatan nilai karakter dalam buku pengayaan termasuk dalam kategori

baik.

4.1.4.3 Aspek Struktur Penyajian

Ada lima kriteria penilaian buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita

fantasi pada aspek struktur penyajian. Berikut ini penjelasannya.

Tabel 4.21 Penilaian Prototipe Buku Pengayaan Pada Aspek Struktur

Penyajian

Kriteria Penilaian Skor Nilai

SB B K SK

1. Penyajian gambar atau ilustrasi pada awal

bab dapat menggambarkan isi bab. 6 3

2. Penyajian gambar atau ilustrasi pada

contoh cerita fantasi dapat menggambarkan

isi cerita.

6 3

3. Penyajian petunjuk penggunaan buku tepat

dan mudah dipahami. 6 3

4. Penyajian rangkuman sudah

mencerminkan isi materi pada setiap bab. 6 3

5. Penyajian refleksi disajikan dalam bentuk

percakapan dapat mempermudah peserta

didik merefleksi isi pada setiap bab.

6 3

Jumlah Nilai 15

Rata-rata 3

117

Berdasarkan tabel 4.21 tesebut, dapat diketahui bahwa penyajian gambar

atau ilustrasi pada awal bab dapat menggambarkan isi bab memiliki nilai 3 dengan

kategori baik. Berikutnya, penyajian gambar atau ilustrasi pada contoh cerita fantasi

dapat menggambarkan isi cerita memperoleh nilai 3 yang memiliki kategori baik.

Selain itu, penyajian petunjuk penggunaan buku tepat dan mudah dipahami dengan

nilai 3 yang artinya dalam kategori baik. Penyajian rangkuman sudah

mencerminkan isi materi pada setiap bab memperoleh nilai 3 dengan kategori baik.

Penyajian refleksi disajikan dalam bentuk percakapan dapat mempermudah peserta

didik merefleksi isi pada setiap bab memperoleh nilai 3 dengan kategori baik.

Pada aspek struktur penyajian, rata-rata penilaian yang diperoleh adalah 3.

Artinya, struktur penyajian dalam buku pengayaan termasuk dalam kategori baik.

4.1.4.4 Aspek Kebahasaan

Penilaian buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi pada

aspek kebahasaan terdapat dua kriteria penilian. Berikut ini adalah hasil penilaian

pada aspek kebahasaan.

Tabel 4.22 Penilaian Prototipe Buku Pengayaan Pada Aspek Struktur

Kebahasaan

Kriteria Penilaian Skor Nilai

SB B K SK

1. Bahasa yang digunakan dalam buku sesuai

dengan pedoman Ejaan Bahasa Indonesia

(EBI).

4 3 3,5

2. Bahasa yang digunakan dalam buku mudah

dimengerti sehingga pesan di dalamnya

dapat tersampaikan dengan mudah.

4 3 3,5

Jumlah Nilai 7

Rata-rata 3,5

Berdasarkan tabel 4.20 tesebut, dapat diketahui bahwa bahasa yang

digunakan dalam buku sesuai dengan pedoman Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)

118

memiliki nilai 3,5 dengan kategori sangat baik. Selain itu, bahasa yang digunakan

dalam buku mudah dimengerti sehingga pesan di dalamnya dapat tersampaikan

dengan mudah memperoleh nilai 3,5 yang memiliki kategori sangat baik.

Pada aspek kebahasaan, rata-rata penilaian yang diperoleh adalah 3,5.

Artinya, bahasa yang digunakan dalam buku pengayaan termasuk dalam kategori

sangat baik.

4.1.4.5 Aspek Grafika

Penilaian buku pengayaaan menceritakan kembali isi cerita fantasi pada

aspek grafika terdapat tujuh kriteria penilaian. Berikut ini adalah hasil penilaiannya.

Tabel 4.23 Penilaian Prototipe Buku Pengayaan Pada Aspek Grafika

Kriteria Penilaian Skor Nilai

SB B K SK

3. Pemilihan judul dan gambar pada buku

tepat dan sesuai dengan isi materi. 6 3

4. Komponen sampul depan pada buku sudah

tepat (judul dan gambar). 4 3 3,5

5. Komponen sampul belakang pada buku

sudah tepat (gambaran umum tentang isi

buku).

6 3

6. Komposisi warna buku sudah sesuai

(kombinasi warna gelap dan terang serta

banyak warna).

4 3 3,5

7. Ketebalan buku sesuai dan tidak

mengurangi penjelasan isi yang seharusnya

disampaikan dalam buku.

6 3

8. Ukuran buku A4 sudah sesuai dengan

pembaca, yakni peserta didik SMP/MTS

kelas VII.

6 3

9. Jenis dan ukuran huruf yang digunakan

mudah dibaca oleh peserta didik SMP/MTS

kelas VII.

6 3

Jumlah Nilai 22

Rata-rata 3,1

119

Berdasarkan tabel 4.20 tesebut, dapat diketahui bahwa pemilihan judul dan

gambar pada buku tepat dan sesuai dengan isi materi memperoleh nilai 3 yang

memiliki kategori baik. Komponen sampul depan pada buku sudah tepat (judul dan

gambar) memperoleh nilai 3,5 yang memiliki kategori sangat baik. Komponen

sampul belakang pada buku sudah tepat (gambaran umum tentang isi buku)

memperoleh nilai 3 yang memiliki kategori baik. Komposisi warna buku sudah

sesuai (kombinasi warna gelap dan terang serta banyak warna) memperoleh nilai

3,5 yang memiliki kategori sangat baik. Ketebalan buku sesuai dan tidak

mengurangi penjelasan isi yang seharusnya disampaikan dalam buku memperoleh

nilai 3 yang memiliki kategori baik. Ukuran buku A4 sudah sesuai dengan pembaca,

yakni peserta didik SMP/MTS kelas VII memperoleh nilai 3 yang memiliki kategori

baik. Jenis dan ukuran huruf yang digunakan mudah dibaca oleh peserta didik

SMP/MTS kelas VII memperoleh nilai 3 yang memiliki kategori baik.

Pada aspek grafika, rata-rata penilaian yang diperoleh adalah 3,1. Artinya,

grafika yang disajikan dalam buku pengayaan termasuk dalam kategori sangat baik.

Berdasarkan hasil penilaian dari validator, buku pengayaan menceritakan

kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter bagi peserta didik kelas VII

SMP/MTs termasuk sangat baik. Oleh sebab itu, buku tersebut sudah layak untuk

digunakan dalam pembelajaran menceritakan kembali isi cerita fantasi. Berikut ini

adalah simpulan hasil penilaian validator terhadap buku pengayaan menceritakan

kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter.

Tabel 4.24 Hasil Penilaian Validator Terhadap Buku Pengayaan

Aspek Penilaian Nilai Kategori

Materi 2,7 Baik

Muatan Nilai Karakter 3 Baik

Struktur Penyajian 3 Baik

Penggunaan Bahasa 3,5 Sangat baik

120

Aspek Penilaian Nilai Kategori

Grafika 3,1 Sangat baik

Rata-Rata 3,1 Sangat baik

Hasil rata-rata penilaian menunjukkan bahwa buku pengayaan

menceritakan kembali isi cerita fantasi termasuk kategori sangat baik. Meskipun

dalam kategori sangat baik, buku pengayaan ini masih jauh dari sempurna. Oleh

kerena itu, validator memberikan saran perbaikan terhadap buku ini. Saran dari

validator terdapat pada aspek materi dan aspek muatan nilai karakter. Saran

perbaikan pada aspek materi berupa (1) mencantumkan sumber pada bagian jenis-

jenis cerita fantasi, (2) mencanumkan nama penulis pada contoh cerita fantasi, (3)

menambahkan materi tentang nilai dan alur pada Bab I, dan (4) menyajikan

perbedaan antara menceritakan kembali isi cerita fantasi secara lisan dan tulis. Pada

aspek muatan nilai karakter, sarannya berupa (1) sumber nilai-nilai karakter

mengacu pada PPK terbaru dan (2) menjelaskan langkah-langkah menemukan nilai

karakter dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi.

Perbaikan terhadap buku pengayaan tidak hanya berdasarkan saran dari

validator saja, melainkan juga berasal dari hasil penilaian pada setiap indikator

penilaian yang nilainya kurang dari 3. Ada lima indikator penilaian yang memiliki

nilai kurang dari 3. Kelimanya indikator yang dikategorikan cukup antara lain (1)

indikator pernyataan nomor 1 berkaitan dengan buku sudah memiliki materi yang

memuat pengertian, ciri-ciri, struktur, jenis-jenis, menceritakan isi cerita fantasi,

dan nilai karakter; (2) indikator pernyataan nomor 3 berkaitan dengan materi dalam

buku sudah memenuhi kecukupan peserta didik untuk menceritakan kembali isi

cerita fantasi bermuatan nilai karakter; (3) indikator pernyataan nomor 5 materi Bab

II “Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi” sudah memberikan pemahaman baru

bagi peserta didik berkaitan dengan fakta, konsep, dan prosedur pembelajaran; (4)

indikator pernyataan nomor 6 materi Bab III “Contoh Menceritakan Kembali Isi

Cerita Fantasi” sudah memberikan pemahaman baru bagi peserta didik berkaitan

dengan fakta, konsep, dan prosedur pembelajaran; (5) indikator pernyataan nomor

121

7 materi Bab IV “Nilai Karakter dalam Cerita Fantasi” sudah memberikan

pemahaman baru bagi peserta didik berkaitan dengan fakta, konsep, dan prosedur

pembelajaran.

Saran yang diberikan oleh validator tidak semuanya menjadi bahan

pertimbangan untuk memperbaiki buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita

fantasi bermuatan nilai karakter. Penulis memiliki konsep dan pertimbangan dalam

melakukan perbaikan terhadap buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita

fantasi bermuatan nilai karakter. Adapun saran-saran yang tidak direalisasikan yaitu

(1) menambahkan materi tentang nilai dan alur pada Bab I, (2) menjelaskan

langkah-langkah menemukan nilai karakter dalam menceritakan kembali isi cerita

fantasi, dan (3) indikator pernyataan nomor 1 berkaitan dengan buku sudah

memiliki materi yang memuat pengertian, ciri-ciri, struktur, jenis-jenis,

menceritakan isi cerita fantasi, dan nilai karakter.

Berdasarkan uraian tersebut, maka disusun prinsip perbaikan buku

pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter.

Prinsip-prinsip tersebut menjadi dasar untuk memperbaiki buku pengayaan. Berikut

adalah tabelnya.

Tabel 4.25 Prinsip Perbaikan Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi

Cerita Fantasi Bermuatan Nilai Karakter

Aspek Prinsip Perbaikan Buku Pengayaan

Materi 1. Mencantumkan sumber pada bagian jenis-jenis

cerita fantasi

2. Mencantumkan nama penulis pada contoh cerita

fantasi

3. Menyajikan perbedaan antara menceritakan kembali

isi cerita fantasi secara lisan dan tulis

Muatan Nilai Karakter 4. Sumber nilai-nilai karakter mengacu pada PPK

terbaru

Kebahasaan 5. Memperbaiki tata tulis dalam buku pengayaan

122

4.1.5 Hasil Perbaikan Prototipe Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi

Cerita Fantasi Bermuatan Nilai Karakter

Hasil penilaian dan saran dari validator disusun menjadi prinsip perbaikan

yang digunakan untuk memperbaiki buku pengayaan. Berikut ini adalah hasil

perbaikan protipe buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi

bermuatan nilai karakter.

4.1.5.1 Aspek Materi

Pada aspek materi, terdapat tiga prinsip perbaikan. Prinsip tersebut

berkaitan dengan (1) mencantumkan sumber pada bagian jenis-jenis cerita fantasi,

(2) mencantumkan nama penulis pada contoh cerita fantasi dan (3) menyajikan

perbedaan antara menceritakan kembali isi cerita fantasi secara lisan dan tulis.

Pertama, perbaikan untuk mencantumkan sumber pada bagian jenis-jenis

cerita fantasi. Mencantumkan sumber atau ahli dalam materi jenis-jenis cerita

fantasi bertujuan untuk menguatkan keilmiahan materi tersebut. Sebelum dilakukan

penilian, penulis hanya mencantumkan sumber dan nama ahli pada bagian dafar

pustaka saja. Setelah dilakukan saran dan penilian, maka penulis menambahkan

sumbernya. Perbaikan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Sebelum Sesudah

Gambar 4.42 Hasil Perbaikan dengan Mencantumkan Sumber Materi Jenis-

Jenis Cerita Fantasi

123

Kedua, perbaikan untuk mencantumkan nama penulis pada contoh cerita

fantasi. Ada dua contoh cerita fantasi yang tidak mencantumkan nama

pengarangnya. Oleh sebab itu, penulis perlu mencantumkan nama pengarangnya.

Berikut ini adalah perbaikan sebelum dan sesudah perbaikan.

Sebelum Sesudah

Sebelum Sesudah

Gambar 4.43 Hasil Perbaikan dengan Mencatumkan Nama Pengarang

Ketiga, perbaikan untuk menyajikan perbedaan antara menceritakan

kembali isi cerita fantasi secara lisan dan tulis. Perbaikan ini atas saran dari

validator. Tujuannya agar pembaca dapat memahami dan membedakan materi

124

menceritakan kembali secara lisan dan tulis. Perbaikan tersebut dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

Gambar 4.44 Hasil Perbaikan dengan Menyajikan Perbedaan Menceritakan

Kembali Isi Cerita Fantasi Secara Lisan dan Tulis

4.1.5.2 Aspek Muatan Nilai Karakter

Pada aspek muatan nilai karakter, prinsip perbaikan buku pengayaan

berkaitan dengan sumber nilai-nilai karakter mengacu pada PPK terbaru. Pada buku

pengayaan sebelum penilaian, penulis masih menggunakan sumber nilai-nilai

karakter dari Balitbang Pusat Kurikulum Tahun 2010. Setelah mendapatkan saran,

maka penulis mengganti sumbernya menjadi sumber terbaru menurut Peraturan

Presiden Nomor 87 Tahun 2017 pasal 3. Penggantian ini menjadi pertimbangan

agar isi buku berasal dari sumber terbaru. Perbaikan dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Sebelum Sesudah

Gambar 4.45 Hasil Perbaikan dengan Mencatumkan Sumber Terbaru

125

4.1.5.3 Aspek Kebahasaan

Pada aspek kebahasaan, perbaikan dilakukan pada bagian tata tulis dalam

buku pengayaan. Kesalahan tata tulis meliputi kesalahan penulisan huruf dan

bagian frasa bercetak tebal. Berikut gambar yang memperlihatkan perbaikan

tersebut.

Sebelum perbaikan, kata maupun Sesudah diperbaiki

hanya tertulis “mapun”

Gambar 4.46 Hasil Perbaikan Kesalahan Penulisan Kata

Sebelum perbaikan, frasa Sesudah diperbaiki

menceritakan kembali tidak

bercetak tebal semuanya

Gambar 4.47 Hasil Perbaikan Bagian Frasa Bercetak Tebal

126

4.2 Pembahasan

4.2.1 Keunggulan Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi Cerita

Fantasi Bermuatan Nilai Karakter

Buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai

karakter ini memiliki beberapa keunggulan, yakni (1) buku pengayaan merupakan

karya orisinil dan berdasarkan hasil penelitian, (2) memiliki muatan nilai karakter,

(3) menggunakan bahasa yang komunkatif, dan (4) memuat latihan menceritakan

kembali isi cerita fantasi.

Buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai

karakter ini merupakan merupakan karya orisinil yang belum pernah

dipublikasikan. Berdasarkan hasil pengamatan penulis di beberapa sekolah dan

toko buku, belum ada buku yang membahas secara khusus berkaitan dengan

menceritakan kembali isi cerita fantasi. Buku yang beredar hanya berisi materi

cerita fantasi secara umum. Selain itu, buku pengayaan berjudul “Terampil

Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi” ini merupakan hasil penelitian. Artinya,

penyusunan buku tersebut sesuai dengan kebutuhan pembaca.

Keunggulan lainnya, buku pengayaan ini memiliki muatan nilai karakter di

dalamnya. Selain menyampaikan materi, buku ini juga memiliki muatan nilai

karakter yang menjadi keunggulan buku ini. Sehingga buku ini memiliki fungsi

lebih selain memberikan informasi dan materi saja, tetapi secara tidak langsung

telah mengajarkan nilai karakter pada peserta didik. Muatan nilai karakter

diintegrasikan pada bagian contoh cerita fantasi dan pembahasan secara khusus

pada salah satu bab dalam buku ini. Sebagai tambahan, penulis juga memberikan

contoh nilai karakter yang dapat dilakukan oleh peserta didik berdasarkan contoh

nilai karakter tokoh dalam cerita fantasi. Hal ini sesuai dengan kebijakan penguatan

pendidikan karakter di sekolah.

Buku pengayaan ini memiliki bahasa yang komunikatif yang menjadi

keunggulan buku pengayaan ini. Penggunaan bahasa sehari-hari dan sapaan

“kalian” pada buku memberikan kesan kedekatan antara penulis dengan pembaca.

127

Bahasa yang digunakan ini disesuaikan dengan tingkatan pembaca, yakni tingkat

SMP/MTs kelas VII. Tujuannya agar pembaca (peserta didik) dapat memahami isi

buku secara mudah.

Buku ini juga memuat latihan menceritakan kembali isi cerita fantasi secara

mandiri. Pembaca dapat menggunakannya sebagai bahan latihan dalam

menceritakan kembali isi cerita fantasi. Selain itu, pada bagian latihan terdapat

instruksi berupa langkah-langkah yang harus dilakukan dalam berlatih

menceritakan kembali isi cerita fantasi. Berikutnya, pada bagian latihan juga

memuat lembar kerja yang dapat mempermudah pembaca untuk menceritakan

kembali secara runtut tanpa menambah dan mengurangi isi cerita. Tujuannya agar

pembaca dapat memperoleh wawasan, memberikan motivasi untuk menceritakan

kembali isi cerita fantasi secara mandiri, dan meneladani nilai karakter dalam cerita

fantasi.

4.2.2 Kelemahan Buku Pengayaan Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi

Bermuatan Nilai Karakter

Buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi juga memiliki

kelemahan. Kelemahan tersebut terletak pada materi dan pengintegrasian nilai

karakter. Pada bagian materi, tidak semuanya yang berkaitan dengan cerita fantasi

dapat dimuat dalam buku ini. Contohnya unsur cerita fantasi yang tidak dimuat

dalam buku pengayaan ini karena cakupan materi hanya berkaitan dengan

menceritakan kembali. Materi tersebut termasuk dalam ranah kompetensi dasar

lainnya. Selain itu, dalam buku pengayaan ini juga tidak membahas secara rinci

berkaitan dengan fabel dan legenda. Hal tersebut dikarenakan dua teks hanya

sebagai pembanding antara cerita fantasi, fabel, dan legenda. Oleh karena itu,

penjelasannya singkat dan hanya menerangkan perbedaan yang mencolok saja

diantara ketiga teks tersebut.

Pada bagian muatan nilai karakter, nilai karakter yang dimuat dalam cerita

fantasi tersamarkan. Hal tersebut karena nilai karakter tercermin dari tokoh cerita

yang tidak nyata, sehingga pemaknaan terhadap nilai karakter diperlukan kejelian.

128

Rumusan nilai karakter beserta pengertiannya diharapkan dapat membantu

pembaca untuk memahami nilai karakter tokoh yang terkandung dalam cerita

fantasi. Meskipun tokohnya fiktif atau tidak nyata, namun ada sisi yang dapat

diambil pelajarannya atas perbuatan yang dilakukan oleh tokoh dalam cerita fantasi

dalam buku pengayaan tersebut.

4.2.3 Keterbatasan Penelitian

Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Keterbatasan tersebut

berupa (1) sumber data, (2) instrumen penelitian, dan (3) proses pengisian angket

kebutuhan. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing keterbatasan dalam

penelitian ini.

Keterbatasan terhadap sumber data terjadi karena jumlah sumber data yang

sedikit. Pada proses pengambilan data kebutuhan terhadap buku pengayaan

menceritakan kembali isi cerita fantasi, hanya ada tiga sekolah yang menjadi

sumber data. Sumber data tersebut terdiri atas satu guru dan satu kelas peserta didik

kelas VII. Sekolah tersebut yakni Permata Bangsa School Semarang, SMP Negeri

1 Tonjong, dan SMP Muhammadiyah Tonjong. Ketiga sekolah ini sudah mewakili

wilayah kota dan kabupaten, namum masih belum mewakili populasi yang ada.

Apabila sumber data yang digunakan lebih banyak, maka memungkinkan hasil

lebih akurat.

Instrumen penelitian juga menjadi faktor keterbatasan penelitian ini. Hal

demikian terjadi karena peneliti hanya menggunakan instrumen kebutuhan terhadap

buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter

dan instrumen uji validasi. Instrumen pokok yang digunakan adalah angket

sehingga memungkinkan data yang diperoleh kurang akurat. Akan tetapi, peneliti

juga telah melakukan wawancara tidak terstruktur untuk mengantisipasi adanya

hasil angket yang kurang optimal. Wawancara ini dilakukan terhadap guru, peserta

didik, dan kepala sekolah/wakil kepala sekolah.

Keterbatasan penelitian berikutnya berkaitan dengan proses pengisian

angket kebutuhan. Proses pengisian angket kebutuhan yang dilakukan oleh peserta

129

didik dilakukan secara langsung dengan pengawasan peneliti. Tujuannya agar

mengurangi kemungkinan kesalahan dalam mengisi angket kebutuhan. Akan tetapi,

proses pengisian angket yang dilakukan oleh guru tidak dilakukan secara langsung

karena kesibukan guru tersebut. Proses pengisian angket yang dilakukan oleh guru

ini memungkinkan adanya kesalahan dalam pengisian angket.

130

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian dan pengembangan buku pengayaan menceritakan

kembali isi cerita fantasi bermuatan nilai karakter bagi peserta didik SMP/MTs

kelas VII diperoleh simpulan sebagai berkikut. Pertama, guru dan peserta didik

membutuhkan buku pengayaan menceritakan kembali yang menyajikan materi

yang lengkap, contoh menceritakan kembali, memiliki muatan nilai karakter, dan

disajikan dengan bahasa yang komunikatif. Hal tersebut berkaitan dengan

ketersediaan sumber belajar yang digunakan guru dan peserta didik yang belum

memadai. Guru dan peserta didik hanya menggunakan LKS atau buku yang berisi

soal-soal penunjang ujian. Oleh karena itu diperlukan buku pendamping yang dapat

digunakan sebagai sumber belajar dalam materi menceritakan kembali isi cerita

fantasi.

Kedua, prinsip pengembangan buku pengayaan menceritakan kembali isi

cerita fantasi bermuatan nilai karakter memiliki empat aspek yakni, aspek materi,

aspek struktur penyajian, aspek kebahasaan, dan aspek grafika. Aspek materi

memuat materi cerita fantasi, contoh cerita fantasi, nilai karakter, hakikat

menceritakan kembali, cara menceritakan kembali, dan contoh menceritakan

kembali isi cerita fantasi. Aspek struktur penyajian berkaitan dengan ilustrasi atau

gambar, penyajian petunjuk penggunaan buku, dan penyajian refleksi. Berikutnya

aspek kebahasaan berkaitan dengan ragam bahasa dalam buku dan penggunaan

bahasa dalam contoh cerita fantasi. Aspek yang terakhir yaitu grafika berkaitan

dengan judul, sampul buku, warna buku, ketebalan buku, ukuran buku, desain atau

model buku, jenis huruf, dan ukuran huruf.

Ketiga, prototipe buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi

disusun berdasarkan prinsip pengembangan. Prototipe tersebut terdiri atas tiga

bagian yakni, (1) bagian awal berisi halaman judul, halaman hak cipta, prakata,

petunjuk penggunaan buku, dan daftar isi; (2) bagian isi meliputi Bab I Cerita

131

Fantasi, Bab II Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi, Bab III Contoh

Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi, Bab IV Nilai Karakter dalam Cerita

Fantasi, dan Bab V Latihan Menceritakan Kembali Isi Cerita Fantasi; (3) bagian

akhir berisi daftar pustaka, glosarium, indeks, dan profil penulis.

Keempat, hasil validasi ahli terhadap buku pengayaan menceritakan

kembali isi cerita fantasi. Penilaian dilakukan terhadap buku dengan lima aspek

penilaian yakni aspek materi, aspek muatan nilai karakter, aspek penyajian, aspek

penggunaan bahasa, dan aspek grafika. Pada aspek materi diperoleh nilai rata-rata

2,7 dengan kategori baik. Pada aspek muatan nilai karakter diperoleh nilai rata-rata

3 dengan kategori baik. Pada aspek penyajian diperoleh nilai rata-rata 3 dengan

kategori baik. Pada aspek penggunaan bahasa diperoleh nilai rata-rata 3,5 dengan

kategori sangat baik. Pada aspek grafika diperoleh nilai rata-rata 3,1 dengan

kategori sangat baik. Adapun saran yang diberikan validator antara lain, (1)

mencantumkan sumber pada bagian jenis-jenis cerita fantasi, (2) mencanumkan

nama penulis pada contoh cerita fantasi berjudul “Ikan Emas”, (3) sumber nilai-

nilai karakter mengacu pada PPK yang baru (4) menjelaskan langkah-langkah

menemukan nilai karakter dalam menceritakan kembali isi cerita fantasi, dan (5)

menyajikan perbedaan antara menceritakan kembali isi cerita fantasi secara lisan

dan tulis.

Kelima, perbaikan buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi

bermuatan nilai karakter. Adapun perbaikan terhadap buku pengayaan

menceritakan kembali berupa (1) aspek materi, meliputi: mencantumkan sumber

pada bagian jenis-jenis cerita fantasi, mencantumkan nama penulis pada contoh

cerita fantasi, dan menyajikan perbedaan antara menceritakan kembali isi cerita

fantasi secara lisan dan tulis, (2) aspek muatan nilai karakter, meliputi: sumber nilai-

nilai karakter mengacu pada PPK terbaru, dan (3) aspek kebahasaan, meliputi:

memperbaiki tata tulis dalam buku pengayaan.

132

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, penulis menyampaikan

beberapa saran kepada beberapa pihak berikut.

1. Bagi peserta didik

Diharapkan buku pengayaan menceritakan kembali dapat memberikan

informasi berupa materi cerita fantasi, menceritakan kembali isi cerita fantasi, dan

nilai karakter. Selain itu, buku pengayaan ini juga dapat menjadi bahan latihan

menceritakan kembali baik secara lisan maupun tulis. Peserta didik juga dapat

mencontoh nilai karakter yang ada pada cerita fantasi yang dibahas dalam buku ini

untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi guru,

Guru hendaknya dapat memanfaatkan buku pengayaan menceritakan

kembali isi cerita fantasi sebagai sumber belajar yang dapat mepermudah dalam

menyampaikan materi cerita fantasi, menceritakan kembali isi cerita fantasi, dan

nilai karakter yang dapat dicontoh dari cerita fantasi. Melalui buku pengayaan ini,

guru juga dapat memanfaatkannya sebagai bahan penilaian menggunakan lembar

kerja dan lembar penilaian yang tersedia. Muatan nilai karakter dalam buku juga

menjadi sarana untuk penanaman nilai karakter bagi peserta didik.

3. Bagi peneliti lain

Peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan berkaitan

dengan menguji keefektifan buku pengayaan menceritakan kembali isi cerita fantasi

bermuatan nilai karakter bagi peserta didik SMP/MTs kelas VII.

133

DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Pusat Kurikulum. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi

Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya

Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas.

Busro, M. 2017. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Media Akademi.

Carriveau, K. H., Lim, A. L., Schwalen, E. C., & Harris, P. L. 2009. “Abraham

Lincoln and Harry Potter: Children’s differentiation between historical and

fantasy characters”. Cognition, 113, 213-225.

Dalman, Dalman. 2015. Keterampilan Menulis. Depok: Rajagrafindo Persada.

Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Daring]. Tersedia di:

http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php. Diakses pada tanggal 7

Februari 2019.

Faradila, N. & Subyantoro. 2018. “Pengembangan Buku Pengayaan Nilai-Nilai

Konservasi Humanisme dalam Pembelajaran Menulis Kreatif Cerita Fantasi”.

Dialektika, 5 (1), 21-33.

Hapsari, N. R. & Sumartini. 2016. “Pengembangan Buku Pengayaan Apresiasi

Teks Fabel Bermuatan Nilai-Nilai Karakter Bagi Siswa SMP”. Jurnal

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 5(2), 13-22.

Haribowo, A. P. W. 2016. Emosi Adam dalam Novel Fantasi Hantu Game Online

Karya Fakhri Violinist: Kajian Psikologi Sastra”. Lingua, 12 (1), 73-82.

Hartono, B. 2016. Dasar-Dasar Kajian Buku Teks. Semarang: UNNES Press.

Istanti, W. 2016. “Pengembangan Buku Pengayaan Apresiasi Sastra Berhuruf

Braille Indonesia dengan Media Reglet Bagi Siswa Tunanetra Di Sekolah

Inklusi Kota Surakarta”. Journal Indonesian Language Education and

Literature, 2 (1), 76-87.

Kapitan, Y. J., Harsiati, T., & Basuki, I. A. 2018. “Pengembangan Bahan Ajar

Menulis Teks Cerita Fantasi Bermuatan Nilai Pendidikan Karakter di Kelas

VII”. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 3(1), 100-

106.

134

Kemdikbud. 2016. Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah

Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia. Jakarta: Kemdikbud.

Kemdikbud. 2016. Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah

Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs). Jakarta: Kemdikbud.

Kosasih, E. 2018. Jenis-Jenis Teks Fungsi, Struktur, dan Kaidah Kebahasaan.

Bandung: Yrama Widya.

Mulatasih, Y. L. S., Suharno., & Anitah, S. 2018. “Peningkatan Kemampuan

Menceritakan Kembali Isi Cerita Melalui Alat Peraga Gambar Seri di TK

Negeri Pembina Kabupaten Sragen”. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 12 (1),

190-200.

Nafisah, D., Lestari, I., & Pratiwi, Y. 2012. “Karakteristik Cerita Fantasi Anak

Indonesia Periode 2000-2010”. Jurnal Puitika Universitas Negeri Malang,

1(1), 1-9.

Nurgiyantoro, B. & Efendi, A. 2013. “Prioritas Penentuan Nilai Pendidikan

Karakter dalam Pembelajaran Sastra Remaja”. Cakrawala Pendidikan, 31

(3), 382-393.

Nurgiyantoro, B. 2016. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurgiyantoro, B. 2016. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Padmadewi, N. N. & Artini, L. P. 2018. Literasi Di Sekolah dari Teori Praktik.

Bali: Nilacakra publishing house.

Pangestika, D. N., Andayani., & Suhita, R. 2017. “Kajian Buku Teks Bahasa

Indonesia Tingkat Sekolah Menengah Pertama”. BASASTRA Jurnal

Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya, 5 (2), 31-48.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang

Penumbuhan Budi Pekerti.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun

2016 tentang Buku yang Digunakan oleh Satuan Pendidikan.

135

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008

tentang Buku.

Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 pasal 3 tentang Penguatan Pendidikan

Karakter.

Puskurbuk. 2008. Pedoman Penulisan Buku Nonteks: Buku Pengayaan, Referensi,

dan Panduan Pendidik. Jakarta: Depdiknas.

Puspitaningrum, K. A. & Suseno. 2015. “Pengembangan Buku Pengayaan

Menyusun Teks Cerita Pendek Berbasis Kearifan Lokal bagi Siswa SMP”.

Lingua, 11 (2), 1-18.

Raharjo, Y. M., Suwandi, S., & Saddono, K. 2017. “Kelayakan Buku Ajar Bahasa

Indonesia Kelas VII Wahana Pengetahuan”. BASASTRA Jurnal Penelitian

Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya, 5(2), 234-246.

Resta, C. B. V. & Setyaningsih, N. H. 2017. “Pengembangan Buku Pengayaan Teks

Fabel Bermuatan Nilai Budaya dengan Metode Goall, Plans, Implemantation,

and Development Bagi Siswa SMP”. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, 6 (1), 1-8.

Richert, R. A. & Smith, E. I. 2011. “Preschoolers’ Quarantining of Fantasy

Stories”. Child Development, 82 (4), 1106-1119.

Rosidatun, Rosidatun. 2018. Model Implementasi Pendidikan Karakter. Gresik:

Caremedia Communication.

Sari, I. R. & Subyantoro. 2018. “Pengembangan Buku Pengayaan Bermuatan Nilai

Humanis dalam Menulis Teks Drama”. Jurnal Gramatika, 4 (2), 351-364.

Setiowati, F. 2015. Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Anak

Bermuatan Pendidikan Karakter dengan Metode SQ3R. Skripsi. Universitas

Negeri Semarang, Semarang.

Setyorini, R. 2018. “Karakter Kerja Keras dalam Novel Entrok”. Indonesian

Language and Literature, 3 (2), 111-122.

Sindonews.com. 2013. Deddy Mizwar Minta Guru Seleksi Buku Pelajaran.

https://daerah.sindonews.com/read/762194/21/deddy-mizwar-minta-guru-

seleksi-buku-pelajaran-1374052251. Diakses pada tanggal 23 Januari 2019.

Sitepu, B.P. 2012. Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

136

Sugiyono, Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhardi, Suhardi. 2018. “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Dongeng Putra

Lokan”. Lingua, 14 (1), 49-59.

Suwarno. S, Saddono, K., & Wardani, N. E. 2018. “Analisis Struktural dan Nilai

Karakter dalam Legenda Masinan Kijang Ngrayudan Ngawi”. Jurnal

Gramatika, 4(2), 365-378.

Tarigan, H. G. 2015. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

CV Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Percetakan Angkasa.

Toha, R. K. 2017. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia.

Tribunnews.com. 2017. Dinas Pendidikan Barru Beli Ribuan Buku Pelajaran SD,

Segini Anggarannya. https://makassar.tribunnews.com/2017/12/06/dinas-

pendidikan-barru-beli-ribuan-buku-pelajaran-sd-segini-anggarannya.

Diakses pada tanggal 23 Januari 2019.

Utari, R. P. N. 2014. Studi Kemampuan Menceritakan Kembali Isi Cerita pada

Anak Kelompok A di Gugus 2 Kecamatan Kretek Bantul. Skripsi. Universitas

Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Zahra, A. S. 2015. Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Isi Cerpen

dengan Strategi Think Talk Write pada Siswa Kelas IX A SMP N Jatikalen

Nganjuk. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

137

LAMPIRAN

138

Lampiran 1 Surat Keterangan

1. Surat Keterangan Penetapan Dosen Pembimbing

139

2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

a. Permata Bangsa School Semarang

140

b. SMP Negeri 1 Tonjong

141

c. SMP Muhammadiyah Tonjong

142

Lampiran 2 Foto Penelitian

1. Permata Bangsa School Semarang

2. SMP Negeri 1 Tonjong

143

3. SMP Muhammadiyah Tonjong

144

Lampiran 3 Angket Kebutuhan Guru Terhadap Buku Pengayaan

1. Permata Bangsa School Semarang

145

146

147

148

149

150

151

152

153

2. SMP Negeri 1 Tonjong

154

155

156

157

158

159

160

161

162

3. SMP Muhammadiyah Tonjong

163

164

165

166

167

168

169

170

171

Lampiran 4 Angket Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan

1. Permata Bangsa School Semarang

172

173

174

175

176

177

178

179

2. SMP Negeri 1 Tonjong

180

181

182

183

184

185

186

187

3. SMP Muhammadiyah Tonjong

188

189

190

191

192

193

194

195