PENGELOLAAN SAMPAH di Kepulauan - Pusat Riset Kelautan

147
ISBN : 978-623-256-474-9 Lingkungan L ima tahun lalu, masalah sampah rumah tangga dan sejenisnya, hanya terasa di pulau-pulau besar di Indonesia. Sekarang, bahkan di pulau terpencil dan terluar, sampah plastik (bagian dari sampah rumah tangga) berceceran di pantai dan perairan sekitarnya. Daripada mengutuki kegelapan (kondisi) soal sampah di kepulauan, lima (5) institusi berkolaborasi menjawab permasalahan tersebut. Setelah melakukan beberapa kali survei, diskusi, proses disain alat penanganan sampah di kepulauan, konsultasi, dan kajian regulasi, akhirnya buku ini diterbitkan untuk menjawab permasalahan tersebut. Buku ini merupakan hasil kerja kilat dalam 3 minggu. Namun demikian, beberapa penulisnya memiliki pengalaman puluhan tahun tentang sampah rumah tangga. Bahkan beberapa penulis memiliki kekayaan intelektual berupa Paten. Kepulauan Seribu, Kepulauan Karimun Jawa, dan Kepulauan Aceh merupakan lokasi- lokasi yang menjadi perhatian para penulis. Semua artikel disajikan dalam bahasa populer, walaupun ada beberapa yang bersifat teknis. Bahkan diupayakan agar semua level masyarakat bisa menikmatinya. Semoga bisa ditarik banyak manfaat dari buku ini. Khususnya proses inisial disain Kapal Insinerator Sampah (KIS) dan inovasi disain Kapal Pengumpul Sampah (KPS). REALITA DAN REKOMENDASI PENGELOLAAN SAMPAH di Kepulauan PENGELOLAAN SAMPAH di Kepulauan REALITA DAN REKOMENDASI PENGELOLAAN SAMPAH di Kepulauan REALITA DAN REKOMENDASI EDITOR : HANDY CHANDRA BRSDM-KP, KKP

Transcript of PENGELOLAAN SAMPAH di Kepulauan - Pusat Riset Kelautan

ISBN : 978-623-256-474-9Lingkungan

Lima tahun lalu, masalah sampah rumah tangga dan sejenisnya, hanya terasa di pulau-pulau besar di Indonesia. Sekarang, bahkan di pulau terpencil dan terluar,

sampah plastik (bagian dari sampah rumah tangga) berceceran di pantai dan perairan sekitarnya.

Daripada mengutuki kegelapan (kondisi) soal sampah di kepulauan, lima (5) institusi berkolaborasi menjawab permasalahan tersebut. Setelah melakukan beberapa kali survei, diskusi, proses disain alat penanganan sampah di kepulauan, konsultasi, dan kajian regulasi, akhirnya buku ini diterbitkan untuk menjawab permasalahan tersebut.

Buku ini merupakan hasil kerja kilat dalam 3 minggu. Namun demikian, beberapa penulisnya memiliki pengalaman puluhan tahun tentang sampah rumah tangga. Bahkan beberapa penulis memiliki kekayaan intelektual berupa Paten.

Kepulauan Seribu, Kepulauan Karimun Jawa, dan Kepulauan Aceh merupakan lokasi-lokasi yang menjadi perhatian para penulis.

Semua artikel disajikan dalam bahasa populer, walaupun ada beberapa yang bersifat teknis. Bahkan diupayakan agar semua level masyarakat bisa menikmatinya.

Semoga bisa ditarik banyak manfaat dari buku ini. Khususnya proses inisial disain Kapal Insinerator Sampah (KIS) dan inovasi disain Kapal Pengumpul Sampah (KPS).

REALITA DAN REKOMENDASI PENGELOLAAN SAM

PAH di Kepulauan

PENGELOLAAN SAMPAHdi Kepulauan

REALITA DAN REKOMENDASI

PENGELOLAAN SAMPAHdi Kepulauan

REALITA DAN REKOMENDASI

EDITOR :

HANDY CHANDRA BRSDM-KP, KKP

PENGELOLAAN SAMPAHdi Kepulauan

REALITA DAN REKOMENDASI

Penerbit IPB PressJalan Taman Kencana No. 3,

Kota Bogor - Indonesia

C.01/12.2020

Editor:Handy Chandra

PENGELOLAAN SAMPAHdi Kepulauan

REALITA DAN REKOMENDASI

Judul Buku:Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Penulis:Achmad Baidowi | Agoes Santoso | Cecep Ahmad Hatori Daud Saputra Amare Sianturi | Didik Ari Purwanto | Djoko Rianto Budi Hartono Fajar Yudi Prabawa | Farikhah Elida | Handy Chandra | Hariyanto Triwibowo I Nyoman Radiarta | Marza Ihsan Marzuki | Miskli Iska Ananda Mochamad Syamsiro | Penny Dyah Kusumaningrum | Raja Oloan Saut Gurning Ricky | Rinny Rahmania | Rudhy Akhwady | Suri Purnama Febri | Teddie Yustisia Firdaus

Editor:Handy Chandra

Penyunting Bahasa:Bayu Nugraha

Desain Sampul & Penata Isi:Makhbub Khoirul Fahmi

Jumlah Halaman: 124 + 22 hal romawi

Edisi/Cetakan:Cetakan 1, Desember 2020

PT Penerbit IPB PressAnggota IKAPIJalan Taman Kencana No. 3, Bogor 16128Telp. 0251 - 8355 158 E-mail: [email protected]

ISBN: 978-623-256-474-9

Dicetak oleh Percetakan IPB, Bogor - IndonesiaIsi di Luar Tanggung Jawab Percetakan

© 2020, HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANGDilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit

KATA SAMBUTAN

Jasa-jasa ekosistem perairan laut sangat penting untuk dijaga keberlanjutannya. Karena dari jasa-jasa ekosistem, kita bisa menikmati manfaat pangan (ikan, rumput laut, kerang dan lainnya), manfaat ekonomi (industri pariwisata, industri budidaya perikanan, industri farmasi, dan industri transportasi laut), dan manfaat sosial budaya (pesta laut, sedekah laut, budaya sasi, hukum adat panglima laut, dan lainnya).

Ancaman terbesar abad ke 21, kepada jasa-jasa ekosistem adalah sampah laut. Indonesia merupakan Negara penghasil sampah laut terbesar kedua di dunia. Berdasarkan fakta ini, mendorong pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden no. 83 tahun 2018 (Perpres 83/2018) tentang Penanganan Sampah Laut. Ini merupakan langkah strategis yang perlu dilakukan implementasinya secara teknis, terukur, dan tepat sasaran.

Pusat Riset Kelautan (PRK), Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) sebagai sebuah unit kerja dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), telah bekerja secara teknis, terukur, dan tepat sasaran dalam menjawab Perpres 83/2018 tersebut. Satu kegiatan riset strategis yang telah dilakukan tahun 2020 adalah riset rekomendasi kebijakan untuk pengelolaan sampah di kepulauan.

Buku ini merupakan salah satu hasil luaran (output) dari kegiatan riset yang telah dilakukan. Dua hal utama disajikan dalam buku ini, yaitu Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan. Lokus yang dibahas secara detail adalah di dua Kabupaten kepulauan, yaitu Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, dan Kecamatan Karimun Jawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Penanganan sampah laut memerlukan kolaborasi dari tiap-tiap level sumber sampah, baik dari rumah tangga, industri, event tertentu, TPS (Tempat Pemrosesan Sementara), dan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir). Sampah ini harusnya sudah dipilah sejak dari awal terbuang,

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

vi

sehingga pemrosesan akhirnya di TPA bisa efektif dan efisien, yaitu berupa: mengurangi timbulan sampah dan bermanfaat ekonomi yang populer dengan istilah ekonomi berputar (circular economy).

Akhir kata, selamat kepada tim pelaksana, semua penulis, editor, dan pihak-pihak yang telah terlibat mendukung (PRK – BRSDM KP – KKP, Dinas LH Kab Administrasi Kepulauan Seribu, Dinas LH Kabupaten Jepara, dan Jurusan Teknik Sistem Perkapalan – ITS). Semoga tulisan-tulisan yang disajikan dalam buku ini dapat memperkaya wawasan pembaca sekalian, baik untuk para mahasiswa, swasta, akademisi, pemerintahan daerah, dan pemerintahan pusat.

Pusat Riset Kelautan

Kepala

Dr. I Nyoman Radiarta, S.Pi., M.Sc.

PRAKATA

Kehadiran Buku ini menunjukkan hasil kerjasama internal dan eksternal yang solid, pada tim riset Pusat Riset Kelautan (PRK), Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Selain itu, dukungan dari berbagai pihak sangat membantu terselesaikannya pekerjaan ini.

Apalagi, terjadinya pandemi Covid-19 membuat kegiatan tertunda sekitar 4–5 bulan dari agenda. Kemudian, “rem darurat” PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) tahap ke-2 di DKI Jakarta menunda lagi kegiatan selama sekitar 1 bulan. Namun demikian, kegiatan berjalan dengan cukup baik dan lancar, walau tergopoh-gopoh dan ngos-ngosan.

Kami berterima kasih buat dukungan para mitra dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Jepara, Sekretaris Daerah Kabupaten Jepara, DPRD Kabupaten Jepara, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Tangerang, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi, Direktorat P4K Ditjen PRL – KKP, para mahasiswa magang dari Departemen Sistem Perkapalan, FTK – ITS, para Kapten kapal Laut Bersih, para petugas PPSU di Kepulauan Seribu dan semua pihak yang tak dapat disebut satu persatu.

Di atas itu semua, kami bersyukur pada Tuhan YME yang memberikan hikmat, marifat, dan kesehatan buat semua kita. Aamiin.

Akhir kata. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pengelolaan sampah dan pemeliharaan ekosistem perairan, di pulau-pulau kecil dan terluar, serta bermanfaat bagi pengembangan teknologi, inovasi, dan pertumbuhan ekonomi kawasan kepulauan.

Hormat kami,

Ketua & Tim Editor Buku

#SahabatBahari #Kapal_IS #maritime

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN .......................................................................................v

PRAKATA ................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ...........................................................................................xiii

DAFTAR ISTILAH .........................................................................................xv

Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan .................1

1. REALITA PENGELOLAAN SAMPAH DI KEPULAUAN SERIBU ..........3

2. REALITA KONDISI PENGELOLAAN SAMPAH LAUT DI PULAU ACEH, PROVINSI ACEH ...............................................13

3. MENGOLAH SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK ............................................................................19

4. REALITA OPERASIONAL KAPAL PENGUMPUL SAMPAH DI KEPULAUAN SERIBU .................................................................27

5. REALITA PENGELOLAAN SAMPAH DI PULAU HARAPAN DAN PULAU PRAMUKA (KEP. SERIBU) .........................................33

6. REALITA PENGELOLAAN SAMPAH DAN PELUANG EKOWISATA DI PULAU KARIMUN JAWA (CATATAN SURVEI OKTOBER 2020)..............................................49

Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan ...........................57

7. POTENSI PEMANFAATAN CITRA SENTINEL-2 UNTUK MENDETEKSI KUMPULAN SAMPAH PLASTIK DI LAUT ......59

8. REKOMENDASI PENGELOLAAN SAMPAH DI KEPULAUAN SERIBU .................................................................69

9. TEKNOLOGI INSINERATOR SAMPAH RAMAH LINGKUNGAN UNTUK KEPULAUAN .............................................79

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

x

10. PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN KAPAL PENGANGKUT SAMPAH (KPS) DAN KAPAL INSINERATOR SAMPAH (KIS) ...............................................................................87

11. PERENCANAAN ANGGARAN OPERASIONAL KAPAL ..............97

12. KILAS BALIK, REKOMENDASI KAPAL INSINERATOR DAN PENGANGKUT UNTUK ATASI SAMPAH DI KEPULAUAN ............101

LAMPIRAN ..............................................................................................111

REFERENSI ...............................................................................................117

DAFTAR PENULIS .....................................................................................123

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Proses pembakaran sampah organik kering, menggunakan pembakar sampah merek L-Box. Sumber foto: Sudin LH Kepulauan Seribu. .........................5

Gambar 2 (a) Proses persiapan lahan perkebunan urban menggunakan kompos tanah. (b) Penanaman dan perawatan lahan kebun, serta panen sayur. (c) Panen terong ungu dari lahan kebun urban. Sumber foto: Sudin LH Kepulauan Seribu. .........................6

Gambar 3 Proses pembuatan eco-brick dari sampah plastik. Sumber foto: Sudin LH Kepulauan Seribu. .........................7

Gambar 4 Penanganan timbulan sampah B3 dan E-waste. Sumber foto: Sudin LH Kepulauan Seribu. .........................8

Gambar 5 Proses penanganan sampah residu. Sumber foto: Sudin LH Kepulauan Seribu. .........................9

Gambar 6 Proses penimbangan sampah ekonomis untuk menjadi pendapatan masyarakat melalui Bank Sampah di Pulau Kelapa Dua. Sumber foto: Sudin LH Kepulauan Seribu. .......................10

Gambar 7 Proses biokonversi sampah organik menggunakan maggot (lalat hitam) di Pulau Tidung. Sumber foto: Sudin LH Kepulauan Seribu. ......................11

Gambar 8 Proses pembuatan komposter di dalam tong, lokasi di Pulau Tidung. Sumber foto: Sudin LH Kepulauan Seribu. .......................12

Gambar 9 Kondisi sampah di pesisir pantai Aceh (Sumber: Suri Purnama Febri, 2020). ................................14

Gambar 10 Desain rancangan mesin pirolisis sampah plastik menjadi BBM skala kecil beserta komponen-komponennya. ...................................................................24

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

xii

Gambar 11 Mesin pirolisis sampah plastik menjadi BBM skala kecil beserta hasil minyaknya dan penerapannya pada kompor. ...............................................................................25

Gambar 12 Kapal pengumpul sampah besar-kapal Induk Sudin LH Kepulauan Seribu. (Sumber foto: Daud SA Sianturi, 2020). ............................31

Gambar 13 Kapal Katamaran yang sempat rusak di bulan Agustus 2020 (saat survei) dan sudah diperbaiki dan beroperasi kembali pada Oktober 2020, di Pulau Pramuka. (Sumber foto: Daud SA Sianturi, 2020. ......................................................31

Gambar 14 Bongkar muat sampah dari kapal pengumpul sampah ke truk pengangkut di Muara Angke. (Sumber foto: Yustisia Firdaus, 2020). ...............................32

Gambar 15 Tumpukan sampah yang berpotensi mengalir ke laut. (Sumber: Ricky Martin/National Geographic Indonesia, 2020). ................................................................35

Gambar 16 Pengangkutan sampah dari badan air. (Sumber: UPK Badan Air, 2020). ........................................36

Gambar 17 Peta Kepulauan Seribu. (Sumber: http://www.pulauseribuindonesia.com/?page_id=532). ..................37

Gambar 18 Kapal sampah Sudin LH Kepulauan Seribu yang sedang beroperasi di Pulau Pramuka. (Sumber foto: Penny Dyah Kusumaningrum, 2020). ......39

Gambar 19 Insenarator L-box di Pulau Harapan. (Sumber foto: Rinny Rahmania, 2020). ............................41

Gambar 20 Daur ulang sampah plastik menjadi eco-brick. (Sumber foto: Penny Dyah Kusumaningrum, 2020). .....42

Gambar 21 Pengumpulan sampah yang sudah terpilah di TPA. (Sumber foto: Yustisia Firdaus, 2020). ...................42

DAFTAR GAMBAR

xiii

Gambar 22 Pemanfaatan sampah padat untuk reklamasi (land-fill) pada Pulau Harapan. (Sumber foto: Yustisia Firdaus, 2020). .....................................................................43

Gambar 23 Buku tabungan Bank Sampah. (Sumber foto: Penny Dyah Kusumaningrum, 2020). ......44

Gambar 24 Rumah maggot di TPS Pulau Harapan. (Sumber foto: Penny Dyah Kusumaningrum, 2020). ......44

Gambar 25 Tanaman sayur yang diberi hasil olahan sampah menjadi pupuk kompos. (Sumber: Penny Dyah K, 2020). ........................................45

Gambar 26 Sampah yang sudah tercampur kembali di TPS. (Sumber foto: Handy Chandra, 2020). ............................47

Gambar 27 Kepulauan Karimun Jawa, Provinsi Jawa Tengah. Sumber: Google Earth. ......................................................52

Gambar 28 Pantai Teluk Legon Lele, Kepulauan Karimun Jawa, Provinsi Jawa Tengah. Sumber: Google Earth. ...............54

Gambar 29 Perbandingan hasil deteksi menggunakan drone kamera Sony A5100 dengan citra Sentinel-2 dan variasi nilai reflektansi hasil pencocokan (matching) keduanya .......................................................64

Gambar 30 Hasil deteksi objek sampah plastik buatan menggunakan persamaan (1) s.d. (9). (Sumber: Themistocleous K., et al., 2020). .......................66

Gambar 31 Klasifikasi objek terapung di permukaan laut. (a) Metode NDVI dapat membedakan dengan baik objek yang ada di permukaan laut (air laut, vegetasi, dan plastik); (b) Metode FDI dapat mendiskriminasi dengan baik antara air laut dan objek terapung lainnya; (c) Penggabungan FDI dan NDVI dapat mengelompokkan dengan baik setiap objek di permukaan laut (Biermann, L. et al., 2020). ....................66

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

xiv

Gambar 32 Konsep kerja sistem ekonomi berputar (circular economy) pada bidang pengelolaan sampah. ..............................................................................72

Gambar 33 Konsep kerja kolaborasi Pemerintah, Bisnis, Akademis, Komunitas, Media, dan Masyarakat dalam aspek pengelolaan sampah. UMKM diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi sirkular. Sumber: Sudin LH Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, diolah kembali oleh Handy Chandra. ................74

Gambar 34 Tangkapan layar data pengurangan sampah di sumber populasi masyarakat di pulau. Sumber: Sudin LH Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. ..............................................................76

Gambar 35 Skema teknologi insinerator tipe grate stocker dari perusahaan Martin Gmbh (Jerman). ......................83

Gambar 36 Teknologi penanganan polutan pada insinerator sampah yang ramah lingkungan (Zhejiang University, 2016). ................................................85

Gambar 37 Proses spiral desain kapal (Sumber: Harrington, 1992) ..88

Gambar 38 (a) Rencana Umum Kapal KIS, dan (b) rencana Umum KPS. ..........................................................................92

Gambar 39 (a) Gambar perencanaan kapal pengumpul sampah yang ada di Labuan Bajo, NTT. Sumber gambar: Direktorat P4K, DJPRL. (b) Foto realita kapal yang sudah beroperasi. Sumber foto: Indra Prasetya. ..........................................111

Gambar 40 (a) Kondisi yang penuh dengan sampah plastik dan sudah menjadi pulau sampah, pada muara Sungai Cisadane, di Tanjung Burung, kecamatan Teluk Naga, Banten. Sumber gambar: Dinas LH Kabupaten Tangerang, Banten. (b) Muara Sungai

DAFTAR GAMBAR

xv

Citarum yang bersih dengan adanya Program Nasional Citarum Harum, serta menjadi kawasan wisata hutan bakau. Sumber foto: Penny DK...............111

Gambar 41 (a) Rapat pengumpulan data dan informasi dengan Kepala Dinas LH Kepulauan Seribu, Bapak Dr. Djoko RBH. Sumber foto: Yustisia F. (b) Bongkar muat sampah dari Kepulauan Seribu di pelabuhan Perikanan Muara Angke, Jakarta. Sampah kemudian dibawa ke TPA Bantar Gebang. Sumber foto: Yustisia F. .....................................................112

Gambar 42 (a) Kapal Laut Bersih 33 di Muara Angke, Jakarta Utara. Sumber foto: Ahmad (Dinas LH Kep. Seribu). (b) Kapal Laut Bersih 30 merapat di dermaga pulau Pari, Kepulauan Seribu. Sumber foto: Yustisia F. (c) Kapal Samtama, dengan kapasitas bak sampah 8 ton. Sumber foto: Ahmad. ...........................................112

Gambar 43 (a) Petugas operator insinerator dan para peneliti PRK. Ada 2 buah L-Box dan semuanya berfungsi. Sumber gambar: Handy Chandra. (b) Ada 2 buah insinerator L-Box di pulau Pramuka yang tidak beroperasi karena diprotes warga sebab dituduh mengakibatkan anak-anak jadi sakit batuk. Sumber foto: Yustisia F. ....113

Gambar 44 (a) PDU sampah plastik di daerah Joko Tuo, bantuan Pemprov Jawa Tengah. Sumber gambar: Yustisia F. (b) PDU sampah plastik di daerah Alang-alang, bantuan Dirjen PSLB3 (Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya), Kementerian LHK. Sumber foto: Yustisia F. ............................................................................113

Gambar 45 (a) Pertemuan di Balai Desa Pulau Karimun, bersama Kepala Dinas LH Kabupaten Jepara, Ibu Farikhah Elida dan Kepala Desa Pak Nor Soleh. Sumber gambar: Yustisia F. (b) Pertemuan di Gedung

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

xvi

BRSDM KP 2, Ancol, bersama Sekretaris Daerah Bapak Edy Sujatmiko dan Kapus PRK, Bapak IN Radiarta. Sumber foto: Yustisia F. .....................................................114

Gambar 46 (a) Gambar disain umum 3 dimensi, kapal Insinerator sampah (KIS). Sumber gambar: Handy C. (b) Gambar disain umum 3 dimensi, kapal pengangkut sampah (KPS). Sumber gambar: Handy C. ............................................115

Gambar 47 (a) Model operasional KIS dan KPS di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Sumber gambar: Handy C. (b) Model operasional KIS di Kepulauan Karimun Jawa, Jepara, Jawa Tengah. Sumber gambar: Handy C. ............................................116

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Nilai kalor plastik dibandingkan dengan bahan bakar fosil (MJ/kg). ...................................................................23

Tabel 2 Volume sampah yang terkelola di DKI Jakarta Tahun 2019. (Sumber data: KLHK, 2019). ...............................36

Tabel 3 Perilaku masyarakat membuang sampah di Pulau Pramuka. (Sumber data: Rohana et al, 2019). ......46

DAFTAR ISTILAH

Bahan Bakar Minyak adalah suatu bahan berbentuk cair yang 1. dapat atau mudah terbakar yang biasanya digunakan untuk menggerakkan kendaraan bermotor, memanaskan tungku, atau kompor, atau kebutuhan pemanasan lainnya, baik skala rumah tangga maupun industri.

DWT (2. Dead Weight Ton) atau biasa juga dikenal secara umum dengan istilah bobot mati kapal. Merupakan parameter berat yang merupakan akumulasi berat ringan atau Light Weight Ton (LWT) kapal ditambah dengan muatan yang dapat diangkut, beban suplai kapal (bahan bakar, air, pelumas), serta awak kapal atau penumpang yang diangkut kapal selama proses pelayaran.

Eco Brick3. adalah botol plastik yang diisi padat dengan limbah nonbiologikal untuk membuat blok bangunan yang dapat digunakan sebagai pengganti batu bata dari tanah liat.

Gasifikasi adalah proses pengolahan sampah pada suhu tinggi 4. di atas 600°C dengan oksigen terbatas sehingga akan terbentuk bahan bakar gas dalam bentuk syngas yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, seperti menggerakan mesin diesel, tungku, atau kompor gas maupun aplikasi lainnya.

Green maritime tourism 5. adalah konsep pariwisata laut dan pesisir yang mencakup berbagai kegiatan pariwisata atau rekreasi yang terjadi di zona pesisir dan perairan lepas pantai, termasuk pembangunan yang terkait dengan pariwisata, dan infrastruktur yang mendukung pengembangan pariwisata pesisir, dilakukan dengan mengacu prinsip sustainability.

Green port6. adalah pelabuhan berwawasan lingkungan dengan konsep pengembangan pelabuhan berkelanjutan (sustainable port) yang mengintegrasikan kepentingan ekonomi dari Pelabuhan, juga aspek kelestarian lingkungan, konservasi energi, dan community development.

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

xx

IMO (International Maritime Organisation) adalah badan maritim 7. internasional yang didirikan tahun 1948 dan berpusat saat ini di London-Inggris. Badan ini beranggotakan hampir semua negara Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memiliki kepentingan dengan dunia kebaharian atau angkutan laut yang mana selama sepuluh dekade ini telah mengeluarkan berbagai konvensi, aturan dan kode operasional, teknis, serta kerja sama global terkait kapal, pengoperasian fasilitas dan infrastruktur maritim dunia yang bertujuan menjaga keselamatan, keamanan, dan perlindungan lingkungan maritim dunia.

Insinerator adalah tungku pembakaran untuk mengolah limbah 8. padat yang mengonversi materi padat (sampah) menjadi materi gas dan abu (bottom ash dan fly ash).

Insinerasi merupakan proses pengolahan limbah padat dengan 9. cara pembakaran pada temperatur lebih dari 800°C untuk mereduksi sampah mudah terbakar (combustible) yang sudah tidak dapat didaur ulang, membunuh bakteri, virus, dan kimia toksik.

Integrated management on maritime waste10. merupakan pengelolaan sampah maritim yang dimulai dari pemilihan sistem dan metode penanganan yang terpadu antarsektor dan para pihak terkait.

KIS (Kapal Insinerator Sampah) adalah kapal yang memiliki fungsi 11. mengolah, umumnya membakar sampah yang dikumpulkan di atas kapal dan mengumpulkan sisa hasil pembakaran (residu) sampah ke dalam fasilitas penyimpanan yang kemudian dapat dipindahkan (unloading) ke dermaga tujuan untuk diangkut ke wilayah penimbunan akhir residu sampah.

KPS (Kapal Pangangkut Sampah) adalah armada kapal yang tidak 12. hanya berfungsi mengambil (loading), menyimpan (storing), dan membongkar (unloading) sampah, namun juga mengangkutnya lewat perairan laut, sungai, danau, atau pantai dari tempat asal sampah dan tujuan penimbunan (dumping-area) sampah.

KSPN adalah singkatan dari Kawasan Strategis Pariwisata 13. Nasional.

DAFTAR ISTILAH

xxi

LOA (14. Length Over All) atau panjang keseluruhan kapal adalah ukuran panjang dari bagian haluan (terdepan) hingga bagian paling akhirnya (buritan). Panjang keseluruhan ini biasanya dipergunakan untuk menentukan kebutuhan sandar, navigasi, dan pengikatan kapal di dermaga.

LWT (15. Light Weight Ton) atau berat ringat kapal. Merupakan parameter berat dari badan kapal (konstruksi) dan berbagai peralatan atau permesinan yang dipasang permanen di atas kapal.

Maggot16. adalah belatung yang merupakan larva dari lalat Black Soldier Fly. Maggot berguna secara ekologis dalam proses dekomposisi bahan-bahan organik. Maggot mengonsumsi sayuran dan buah. Tidak hanya buah dan sayuran segar, maggot pun mengonsumsi sampah sayuran dan buah. Karenanya maggot sangat cocok digunakan dalam pengelolaan sampah organik.

Maritime Debris 17. merupakan sampah yang berasal dari daratan, badan air dan pesisir yang mengalir ke laut atau sampah yang berasal dari kegiatan di laut.

Pirolisis adalah proses pengolahan sampah (termasuk sampah 18. plastik) dengan cara memanaskan sampah pada suhu di atas 400°C tanpa oksigen dengan cara memasukkan sampah ke dalam reaktor yang tertutup rapat dengan sumber pemanasan dari luar.

Sustainability19. adalah proses aktivitas atau pembangunan yang berprinsip untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang. Terdiri atsa tiga dimensi = Ekonomi, Lingkungan, dan Sosial.

Teknologi Termal adalah suatu teknologi atau sistem yang 20. digunakan untuk mengolah atau memusnahkan sampah dengan perlakuan suhu tinggi di atas 400°C, baik dengan udara maupun tanpa udara dengan sumber pemanasan dari sampah tersebut maupun dari tambahan bahan bakar.

TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) merupakan lokasi yang 21. ditetapkan oleh pemerintah daerah untuk tempat pengumpulan sekaligus pengolahan berbagai limbah padat dan cair dari sumber-sumber yang ditetapkan dan disertai dengan fasilitas

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

xxii

pengolahan sampah guna memenuhi berbagai persyaratan dan regulasi manajemen pengolahan sampah di tingkat daerah dan nasional.

Zat Anorganik adalah zat pada alam (di tabel periodik) yang 22. pada umumnya menyusun material atau benda tidak hidup. Anorganik merupakan senyawa yang tidak mempunyai atom karbon. Zat ini bisa dibentuk dari berbagai unsur logam, nonlogam, dan logam itu sendiri. Sifat zat ini tidak mudah terurai karena proses alam.

Zat Organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian 23. dari binatang atau tumbuh-tumbuhan dengan komponen utamanya, yaitu karbon, protein, dan lemak lipid. Zat organik mudah mengalami pembusukan atau terurai oleh bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut.

Bagian

IRealita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah

di Kepulauan

REALITA 1. PENGELOLAAN SAMPAH DI KEPULAUAN SERIBU

Penulis: Djoko Rianto Budi Hartono1

1) Suku Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

PendahuluanSuku Dinas Lingkungan Hidup (Sudin LH) Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu merupakan instansi pemerintah yang menangani masalah lingkungan, termasuk persampahan di Kepulauan Seribu. Hakikatnya, sampah menjadi tanggung jawab bersama, tidak hanya instansi pemerintah, namun masyarakat turut wajib bertanggung jawab. Menurut Penulis yang juga menjabat sebagai Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, lebih baik bila permasalahan sampah (khususnya sampah organik dan sampah anorganik yang bernilai ekonomis) bisa selesai tertangani di pulau masing-masing sehingga mengurangi beban sampah yang dibawa ke TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) Bantar Gebang.

Sebagaimana kita ketahui, sumber sampah Kepulauan Seribu berasal dari

Pada artikel yang pertama, Penulis memberikan informasi teknis operasional perihal penanganan sampah di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

4Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

sampah kiriman. Hal ini mengingat Kepulauan Seribu adalah titik temu muara dari 13 sungai sekaligus, dan juga berbatasan langsung dengan Lampung, Banten, Bekasi, dan daratan Jakarta. Di sisi lain, timbulan sampah muncul dari aktivitas warga, baik rumah tangga maupun aktivitas wisata. Berdasarkan kondisi tersebut, tentunya upaya pengelolaan sampah menjadi tantangan yang harus diselesaikan bersama.

Upaya pengelolaan sampah tengah dilakukan oleh Sudin LH Kepulauan Seribu, baik secara institusional maupun kolektif dengan mengajak masyarakat, instansi swasta, dan perangkat daerah terkait. Seiring dengan diberlakukannya Peraturan Gubernur Nomor 77 Tahun 2020 tentang pengelolaan sampah di lingkup RW di Provinsi DKI Jakarta, pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga akan bisa lebih diintensifkan dalam pelaksanaannya.

Upaya-upaya Pengelolaan Sampah Berikut upaya pengelolaan sampah yang tengah dilakukan oleh Suku Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu:

Pemusnahan Sampah Organik melalui insinerator L-Box1.

Salah satu kegiatan penanganan sampah organik di Kepulauan Seribu yaitu dengan “dimusnahkan” melalui mesin pemusnah sampah (merek L-Box). Prinsip kerja penanganan sampah melalui L-Box adalah dengan metode pembakaran ionisasi dengan suhu sekitar 100–200oC. Setiap hari, sampah yang berhasil di musnahkan melalui L-Box adalah sekitar 300–1.100 kg/hari. Saat ini, L-Box yang beroperasi di Kepulauan Seribu berjumlah 10 unit yang tersebar di 11 pulau berpenghuni di Kepulauan Seribu.

1. REALITA PENGELOLAAN SAMPAH DI KEPULAUAN SERIBU

5Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Proses pembakaran sampah organik kering, Gambar 1 menggunakan pembakar sampah merek L-Box. Sumber foto: Sudin LH Kepulauan Seribu.

Kompos Tanam dan Perkebunan Urban (2. Urban Farming)

Salah satu metode pengelolaan sampah organik di Kepulauan Seribu yang cukup ekonomis dan aplikatif adalah kompos tanam. Dalam sehari, sampah organik bisa dikurangi sebanyak 40–60 kg dengan dimensi lubang kompos tanam yaitu 2 m x 1 m x 50 cm. Apabila dalam sehari rata rata bisa dibuat 10 lubang kompos untuk setiap pulau, paling tidak sampah organik yang dapat tereduksi melalui lubang kompos sebanyak 400–600 kg/hari.

Prinsip kerja metode ini adalah dengan cara membuat lubang dengan ukuran 2 m x 1 m x 50 cm, selanjutnya sampah organik, baik yang berasal dari sampah laut maupun sampah rumah tangga dan sampah daun-daunan dimasukan ke dalam lubang kompos tersebut. Apabila sampah organik sudah mendekati penuh, dapat disiramkan bioaktivator untuk mempercepat proses dekomposisi sampah tersebut. Selanjutnya, lubang kompos ditutup dengan tanah dan dibiarkan beberapa saat, agar proses dekomposisi sampah berjalan dengan sempurna hingga sampah terurai menjadi bahan organik dan unsur hara. Hal-hal ini diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.

6Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Kegiatan pengelolaan sampah organik melalui kompos tanam sangat direkomendasikan untuk dilakukan karena selain untuk mengurangi timbulan sampah organik, aktivitas kegiatan ini juga mampu memperbaiki kesuburan fisik, kesuburan kimiawi dan kesuburan biologi tanah sehingga lahan yg digunakan untuk pembuatan lubang kompos sangat baik untuk aktivitas urban farming. Kegiatan ini mampu memberikan manfaat bagi masyarakat Pulau Seribu untuk ketahanan pangan dan perbaikian gizi masyarakat. Selain itu, aktivitas pengurangan sampah melalui kompos tanam ini dalam jangka panjang merupakan salah satu langkah nyata dalam konservasi tanah dan air. Kompos tanam dan perkebunan urban, selain mampu menaikkan permukaan tanah juga mampu meningkatkan kapasitas menahan air pada tanah tersebut.

(a)

(b)

(c)

(a) Proses persiapan lahan perkebunan urban Gambar 2 menggunakan kompos tanah. (b) Penanaman dan perawatan lahan kebun, serta panen sayur. (c) Panen terong ungu dari lahan kebun urban. Sumber foto: Sudin LH Kepulauan Seribu.

1. REALITA PENGELOLAAN SAMPAH DI KEPULAUAN SERIBU

7Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Ecobrick3.

Ecobrick merupakan salah satu metode yang digunakan untuk meminimalisir sampah plastik dengan memadatkan sampah plastik ke dalam media botol plastik sehingga botol tersebut menjadi keras dan padat. Sampai saat ini, pemanfaatan hasil ecobrick masih belum terlalu masif dan lebih banyak dimanfaatkan menjadi hiasan pembatas-pembatas. Namun, ada beberapa pemanfaatan lain dari ecobrick yang telah dilakukan oleh Sudin LH Kepulauan Seribu, contohnya seperti menjadi Bangku dan Meja di Pulau Harapan, dan menjadi hiasan miniatur kapal di Pulau Tidung. Dalam sehari, sampah anorganik yang berhasil dikurangi melalui proses ecobrick sebesar 0,75–2 kg.

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan 4. E-Waste

Pada praktiknya, kewenangan Sudin LH Kepulauan Seribu dalam penanganan B3 dan E-waste, yaitu hanya mengangkut B3 dan E-waste dari TPS di Pulau masing-masing menggunakan kapal sampai ke Dermaga di Jakarta dan selanjutnya dibawa oleh truk khusus B3 dan E-waste dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta untuk dilakukan pengelolaan lebih lanjut.

Rerata timbulan B3 dan E-waste yang berhasil diangkut tiap bulannya oleh Suku Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yaitu sekitar 20–50 kg.

Proses pembuatan eco-brick dari sampah plastik. Sumber Gambar 3 foto: Sudin LH Kepulauan Seribu.

8Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Penanganan timbulan sampah B3 dan E-waste. Sumber Gambar 4 foto: Sudin LH Kepulauan Seribu.

Pengangkutan Sampah Residu5.

Sampah Residu merupakan jenis sampah yang sulit didaur ulang sehingga dalam penanganannya, sampah residu dibawa ke TPST untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut. Beberapa jenis sampah yang termasuk sampah residu, yaitu styrofoam, popok sekali pakai, pembalut sekali pakai, kantong kresek, dan lain-lain. Sampah Residu di Kepulauan Seribu merupakan salah satu jenis sampah yang cukup dominan setelah sampah organik, yakni sekitar 30–40%. Pengangkutan sampah residu di tiap pulau dilakukan menggunakan kapal Sudin LH Kepulauan Seribu di mana dalam satu bulan jumlah ritasinya sekitar 3–10 kali tergantung jarak pulaunya.

1. REALITA PENGELOLAAN SAMPAH DI KEPULAUAN SERIBU

9Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Proses penanganan sampah residu. Sumber foto: Gambar 5 Sudin LH Kepulauan Seribu.

Bank Sampah6.

Dalam rangka melaksankan Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 157 Tahun 2016 tentang pembinaan dan pembentukan Bank Sampah di lingkup RW, saat ini sudah ada 24 Bank Sampah di 24 RW Kepulauan Seribu yang didampingi langsung oleh Suku Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

Pengurangan sampah melalui Bank Sampah sejumlah 217.627.38 Kg sampah ekonomis sejak Januari hingga Oktober 2020. Inovasi pengelolaan sampah dengan program Bank Sampah menjadi inovasi di tingkat akar rumput yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, sekaligus sebagai wadah kaji terap dan partisipasi emansipatori masyarakat.

10Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Proses penimbangan sampah ekonomis untuk menjadi Gambar 6 pendapatan masyarakat melalui Bank Sampah di Pulau Kelapa Dua. Sumber foto: Sudin LH Kepulauan Seribu.

Biokonversi Maggot7.

Salah satu pengolahan sampah yang multi efek, khususnya secara ekonomi berputar (circular economy) dapat menjadi pilihan yang menarik bagi masyarakat adalah dengan model biokonversi maggot. Kepulauan Seribu yang sampah sisa makanannya masih cukup tinggi, mencapai 47% dari total potensi sampah organik, sangat potensial mengembangkan model biokonversi maggot, di samping ada kebiasaan warga beternak ayam/itik dan kambing.

Maggot panenan dapat menjadi pilihan pakan sehat untuk ternak-ternak tersebut. Saat ini, sudah ada 11 rumah maggot di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, sampah organik yang tereduksi sejak Agustus–Oktober 2020 sejumlah 2.125.15 kg.

Komposting8.

Upaya pengurangan sampah lainnya melaui Tong Komposter, tujuan dari komposting sendiri adalah pengurangan pilah sampah organik mandiri dari rumah sehingga warga dapat terlibat langsung untuk upaya kelola sampah rumah tangga secara lansung.

1. REALITA PENGELOLAAN SAMPAH DI KEPULAUAN SERIBU

11Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Hal tersebut mengacu pada Peraturan Pemerintah No 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sejenis Rumah Tangga. Maka praktik memanfaatkan sampah harus menjadi langkah nyata dalam mengelola sampah. Saat ini, sampah organik yang tereduksi oleh tong komposter sejumlah 3.229.102 kg.

Proses biokonversi sampah organik menggunakan Gambar 7 maggot (lalat hitam) di Pulau Tidung. Sumber foto: Sudin LH Kepulauan Seribu.

12Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Proses pembuatan komposter di Gambar 8 dalam tong, lokasi di Pulau Tidung. Sumber foto: Sudin LH Kepulauan Seribu.

PenutupPada akhirnya, pengelolaan sampah di Pulau Seribu penting untuk dapat terselesaikan di pulau, perlu adanya keterlibatan semua lapisan masyarakat yang dibarengi dengan upaya mewujudkan teknologi tepat guna. Teknologi yang diharapkan adalah sampah dapat digunakan sebagai salah satu sumber energi listrik atau Pusat Listrik Tenaga Sampah (PLTSA).

REALITA KONDISI 2. PENGELOLAAN SAMPAH LAUT DI PULAU ACEH, PROVINSI ACEH

Penulis: Suri Purnama Febri11) Universitas Samudra, Langsa, Aceh

PendahuluanProvinsi Aceh terletak berdekatan dengan Kepulauan Andaman dan Nikobar (India). Provinsi di ujung barat Indonesia ini, juga terpisahkan oleh Laut Andaman dan berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah Utara, Samudra Hindia di sebelah Barat, Selat Malaka di sebelah Timur, dan Provinsi Sumatera Utara di sebelah Tenggara dan Selatan.

Provinsi ini memiliki ratusan pulau-pulau kecil, di antaranya yang akrab di telinga, yaitu Pulau Weh, Pulau Rubiah, Pulau Rondo, Pulau Banyak, Pulau Bunta, dan Pulau Aceh. Beberapa pulau sudah memiliki nama dan selebihnya tak bernama. Banyak dari pulau tersebut sudah berpenghuni dan selebihnya tak berpenghuni. Salah satu pulau berpenghuni adalah Pulau Aceh yang terletak di bagian Utara dan di sekitarnya terdiri atas beberapa pulau, seperti Pulau Breueh, Pulau Nasi, Pulau Keureusik, Pulau Batee, Pulau Bunta, Pulau Kelapa,

Realita sampah laut di pesisir pantai Pulau Aceh dipaparkan dengan jelas. Rekomendasi pengelolaannya berdasarkan kisah sukses yang sudah dikerjakan bersama PT. Pegadaian.

14Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Pulau Sidom, dan Pulau Geupon. Hanya Pulau Breueh dan Pulau Nasi saja yang paling banyak dihuni penduduk. Pulau Aceh sendiri berada di bawah pemerintahan Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.

Kondisi sampah di pesisir pantai Aceh (Sumber: Suri Gambar 9 Purnama Febri, 2020).

Pulau Aceh yang mana penghasilan utama warga berupa cengkeh dan pala, menyimpan keindahan alam yang sungguh asri, berupa bukit-bukit dengan pepohonan yang rindang, bentangan pesisir pantai berpasir putih, menambah pesona dari pulau ini. Tapi sangat disayangkan, keindahan pantai Pulau Aceh dicemari oleh tumpukan

2. REALITA KONDISI PENGELOLAAN SAMPAH LAUT DI PULAU ACEH, PROVINSI ACEH

15Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

sampah. Sampah laut sampai saat ini, masih menjadi permasalahan Indonesia, bahkan dunia karena berdampak pada ekosistem perairan laut, kesehatan, pariwisata, dan ekonomi.

Realita Sampah di Pulau Aceh“Sampah laut yang terdampar di pesisir dan perairan Pulau Aceh berasal dari berbagai negara seperti Thailand, Malaysia, Filipina, Maldives, Singapura, India, Bangladesh, Myanmar, Sri Lanka, dan Cina. Sampah-sampah tersebut hanyut terbawa oleh arus air laut,” ungkap komunitas Sahabat Laut (SaLut) Aceh. Kesimpulan tersebut diperoleh melalui hasil riset sampah yang telah dimulai sejak tahun 2016 dengan metode Shoreline Methods dan jenis Accumulation Survey menggunakan standar yang dikeluarkan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), yaitu dengan cara memilah sampah berdasarkan jenis sampah, ukuran, merek, dan asal negara.

Sampah yang diperoleh di Pulau Aceh didominasi oleh sampah botol plastik 50,7%; sampah bukan botol plastik 41,5%; dan sampah bukan plastik 7,7 %. Berdasarkan identifikasi merek dagang sampah yang diperoleh didominasi oleh merek Indonesia dengan persentase terbesar, yakni 53,7%. SaLut merupakan kumpulan para aktivis lingkungan dengan anggota berasal dari pemerhati lingkungan, akademisi, mahasiswa dan masyarakat yang peduli, serta tergerak terhadap isu-isu lingkungan.

“Warga mengatakan, penyebab membludaknya sampah di pesisir laut Pulau Aceh karena tidak tersedianya tempat pembuangan sampah di desa dan di pantai. Seharusnya, pemerintah daerah setempat perlu memberikan perhatian khusus soal pengelolaan sampah pesisir dan laut. Antara lain, dengan menyediakan tempat- tempat sampah di masing-masing rumah, yang rutin diangkat ke tempat pembuangan akhir setiap harinya. Tapi pada kenyataannya sampai hari ini sampah-sampah tersebut dibiarkan begitu saja di pesisir dan laut.

“Salah seorang warga lainnya, juga mengatakan permasalahan sampah terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat dan kebiasaan membuang sampah langsung ke lingkungan, serta sifat acuh tak acuh akan pentingnya kebersihan laut”. Kebiasaan inilah yang harus segera diubah untuk menghentikan kerusakan yang lebih

16Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

buruk lagi pada lingkungan pesisir dan laut. Kebiasaan buruk ini harus dimulai dari usia dini, agar tercipta peningkatan kesadaran pada masyarakat bahwa sampah plastik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai. Oleh karena itu, hendaknya masyarakat ikut turut membantu dan bekerja sama mengatasi permasalahan tersebut.

Sampah merupakan permasalahan kita bersama bukan perorangan. Selama ini, sumber sampah plastik di Pulau Aceh berasal dari kota, pertanian, perikanan, kegiatan bahari, transportasi laut, dan rumah tangga. Akan tetapi, sumber terbesar penghasil sampah plastik adalah berasal dari darat sebesar 70–80%”.

Rekomendasi Pengelolaan SampahAncaman sampah laut ini sangat serius dan segera perlu mendapatkan solusi bersama untuk penanggulangannya. Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), juga menetapkan lima strategi penanganan untuk mengatasi sampah di laut yaitu dengan cara: (1) membuat gerakan nasional peningkatan kesadaran para pemangku kepentingan; (2) pengelolaan sampah yang bersumber dari darat; (3) penanggulangan sampah di pesisir dan laut; (4) mekanisme pendanaan, penguatan kelembagaan, pengawasan dan penegakan hukum; serta (5) penelitian dan pengembangan.

Mengingat pentingnya upaya pengurangan dan pengelolaan sampah di laut, pemerintah sampai memberikan sanksi tegas kepada pihak-pihak yang melakukan pembuangan sampah di perairan laut dari kapal-kapal yang telah diatur dalam Undang-Undang No 17 Tahun 2008 tentang pelayaran.

Terkait dengan realita kondisi pengelolaan sampah di Pulau Aceh yang berdampak terhadap lingkungan dan ekosistem laut, kesehatan, pariwisata, serta ekonomi maka Pemerintah Aceh melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK), menghimbau untuk membuat sistem pengelolaan sampah yang baik. Pengeloaan tersebut dengan mendaur ulang (recycle) sampah menggunakan teknologi modern mengingat sampah sangat sulit untuk didaur ulang secara alami.

2. REALITA KONDISI PENGELOLAAN SAMPAH LAUT DI PULAU ACEH, PROVINSI ACEH

17Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Hasil daur ulang sampah tersebut diharapkan dapat memberikan nilai jual dan nilai guna, atau dengan kata lain mengubah sampah menjadi rupiah sebagai berikut: (1) Menjadikan sampah organik yaitu sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos melalui serangkaian proses mulai dari pemilahan, pencacahan, penggilingan, pengeringan, hingga proses pengayakan; (2) Menjadikan sampah non-organik, seperti botol air mineral dapat didaur ulang (recycle) sebagai pot tanaman, kerajinan tangan, biofilter untuk safety tank, dan sampah non-organik lainnya dicacah dengan mesin pencacah plastik menjadi serpihan plastik.

Menurut PT Pegadaian (Persero) Banda Aceh, hal lainnya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan partisipasi masyarakat akan sampah laut dengan membentuk desa binaan dengan mendirikan bank sampah di Pulau Aceh. Bank sampah ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi dampak sampah lingkungan sekaligus meningkatkan sumber penghidupan. “Melalui bank sampah ini diharapkan nantinya kita akan mencoba memfasilitasi konversi sampah menjadi tabungan emas pegadaian dengan menjual sampah-sampah”. Selanjutnya, sampah-sampah tersebut akan didaur ulang.

Kegiatan serupa seperti ini telah lebih duluan dilakukan pada Desa Surien, Banda Aceh, dan dinyatakan berhasil hingga sekarang. Ini adalah bukti bahwa inklusifitas menghasilkan keberhasilan dalam ekonomi sirkular.

MENGOLAH 3. SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK

Penulis: Mochamad Syamsiro1

1) Universitas Janabadra (UJB) Yogyakarta

PrologBeberapa waktu yang lalu, kita dihebohkan dengan penemuan bangkai ikan paus dengan isi perutnya penuh dengan sampah plastik yang terdampar di pantai sekitar Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Saat ditemukan, ikan paus sudah dalam kondisi membusuk. Hal yang cukup mencengangkan adalah ditemukannya banyak sampah plastik mencapai hampir 6 kg di dalam perutnya. Jenisnya, antara lain botol, sandal, bungkus mi instan, kantong kresek, dan lain-lain. Hal ini tentunya menjadi peringatan buat kita semua akan bahaya sampah plastik yang dibuang ke laut karena ini bukan kejadian yang pertama kali, namun sudah ada beberapa kejadian sebelumnya di berbagai negara.

Pengelolaan sampah plastik wajib dimulai dari hulu (rumah tangga dan konsumen tahap akhir), dengan cara memilahnya. Agar pada hilirnya, sampah plastik dapat diubah jadi bahan baku plastik atau BBM. Konsep dan aplikasinya enak dibaca, ringan, dan tetap berkualitas.

20Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Permasalahan Sampah PlastikIndonesia sebagai negara kepulauan dengan garis pantai yang sangat panjang, menjadikannya salah satu penyumbang terbesar sampah plastik di lautan. Sampah plastik memang terus menjadi momok bagi kita semua dikarenakan jumlahnya yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Persoalan sampah plastik tidak hanya dialami Indonesia, tetapi juga seluruh negara-negara di dunia. Plastik sebagaimana kita ketahui sangat sulit terurai di dalam tanah, butuh waktu ratusan tahun sehingga menjadi permasalahan serius bagi lingkungan hidup karena akan sangat mencemari lingkungan.

Dengan kesulitan dalam memusnahkannya, sampah plastik akan terus ada, bahkan sampai ke laut. Banyaknya sampah plastik di laut tentunya tidak semata-mata karena permasalahan di laut atau pantai, tetapi juga permasalahan di darat. Karena sesungguhnya, banyak sampah plastik di laut yang asal mulanya dari darat yang kemudian dibuang ke sungai dan akhirnya sampai di laut.

Oleh karena itu, pengolahan sampah plastik menjadi produk yang bermanfaat menjadi sangat penting untuk mengurangi timbunan sampah plastik. Ada beberapa metode pengolahan sampah plastik, di antaranya peleburan sampah plastik menjadi bijih plastik kembali, dan selanjutnya digunakan sebagai bahan baku produk plastik. Metode lain yang saat ini sedang populer adalah dengan mengonversinya menjadi bahan bakar minyak (BBM) setara bensin dan solar.

Solusi Sampah PlastikSebenarnya, ada banyak solusi yang dapat dilakukan untuk meminimalkan munculnya sampah plastik di laut. Hal yang pertama tentunya adalah upaya pencegahan dengan meminimalkan penggunaan plastik di dalam keseharian kita. Penggunaan kantong belanja bukan plastik yang dapat dipakai berulang-ulang bisa menjadi salah satu cara mengurangi penggunaan kantong kresek. Namun demikian, langkah-langkah tersebut hanya bisa mengurangi sedikit saja sampah plastik. Harus kita akui bahwa semakin banyaknya penggunaan plastik di setiap sektor kehidupan dikarenakan beberapa keunggulan dari plastik dibandingkan dengan bahan lain sepeti kayu, gelas, kaca, maupun besi. Penggunaan plastik sangat praktis, tahan

3. MENGOLAH SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK

21Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

cuaca, ringan, tahan terhadap korosi, tidak mudah pecah, dan keunggulan lainnya yang tidak dimiliki oleh jenis bahan lain.

Sampai saat ini, plastik memang masih menjadi bahan yang sulit tergantikan untuk berbagai kebutuhan kita sehari-hari, seperti kemasan makanan, tas, produk-produk elektronik, otomotif, mainan, dan masih banyak lagi lainnya. Dengan demikian, secara otomatis produksi sampah plastik akan terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga perlu dikembangkan solusi jangka panjang yang dapat mengurangi sampah jenis ini, sekaligus dapat menghasilkan produk lain yang bermanfaat.

Oleh karena itu, perlu ada solusi kedua yaitu daur ulang sampah plastik. Beberapa usaha daur ulang telah dilakukan melalui peran para pemulung yang mengambil sampah plastik di tempat-tempat sampah untuk kemudian dikirim ke pengepul untuk dipilah, dibersihkan dan dihancurkan dan selanjutnya dibawa ke pabrik untuk dilebur dan dijadikan bijih plastik lagi.

Langkah kedua tersebut di atas sudah cukup mengurangi keberadaan sampah plastik di lingkungan kita. Namun demikian, tidak semua sampah plastik diproses di langkah kedua tersebut. Masih ada sampah plastik, seperti kantong kresek, bungkus mi instan, kopi, dan lain-lain yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah atau sungai hingga akhirnya bisa sampai ke laut. Dengan demikian, masih perlu ada langkah lanjutan untuk menanganinya.

Sampah Plastik menjadi Bahan BakarLangkah lanjutan atau langkah ketiga yang perlu dilakukan salah satunya adalah mengubah sampah plastik menjadi produk bernilai guna dan bernilai ekonomi yaitu menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM). Langkah ini perlu penerapan teknologi yang lebih maju dan canggih karena menggunakan peralatan yang khusus. Prinsipnya adalah menggunakan teknologi pirolisis. Pirolisis merupakan teknologi pemanasan sampah plastik tanpa menggunakan udara di dalam prosesnya. Dari proses tersebut, akan dihasilkan BBM maupun bahan bakar gas.

22Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Secara umum, mekanisme konversi sampah plastik menjadi BBM adalah dengan menggunakan metode pirolisis, yaitu memanaskan plastik pada suhu di atas 400oC tanpa oksigen. Pada suhu tersebut, plastik akan meleleh dan kemudian berubah menjadi gas. Pada saat proses tersebut, rantai panjang hidrokarbon akan terpotong menjadi rantai pendek. Selanjutnya, proses pendinginan dilakukan pada gas tersebut sehingga akan mengalami kondensasi dan membentuk cairan. Cairan inilah yang nantinya menjadi bahan bakar, baik berupa bensin maupun bahan bakar diesel. Untuk mendapatkan hasil dan performa yang lebih baik, perlu ditambahkan katalis.

Beberapa parameter sangat berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan, antara lain yaitu suhu, waktu, dan jenis katalis. Katalis dari jenis zeolit dan silica-alumina banyak digunakan dalam proses ini. Penggunaan katalis diharapkan dapat menurunkan suhu reaksi, mempercepat laju dekomposisi, dan memodifikasi produk akhir.

Dengan mengonversi sampah plastik menjadi BBM, kita tidak hanya bisa mengatasi persoalan sampah plastik saja, tetapi juga bisa memproduksi bahan bakar untuk kebutuhan energi kita. Hal ini bisa dilakukan karena pada dasarnya plastik sendiri berasal dari minyak bumi sehingga kita hanya tinggal mengembalikannya ke bentuk semula. Keuntungan sampah plastik adalah tidak menyerap air sehingga kadar airnya sangat rendah dibandingkan dengan sampah kertas, sisa makanan dan biomassa. Di sisi lain, plastik juga mempunyai nilaii kalor yang cukup tinggi setara dengan bahan bakar fosil seperti bensin dan solar yang ditunjukkan pada Tabel 1.

Beberapa negara telah banyak mengembangkan teknologi ini, seperti Jepang, Jerman, AS, dan India. Pabrik skala komersial pun sudah mulai diujicobakan untuk mendapatkan performa terbaiknya. Sayangnya hingga saat ini, Indonesia belum banyak mengembangkan teknologi ini sampai pada skala komersial. Padahal apabila hal ini dikembangkan, satu persoalan mengenai sampah telah terselesaikan dan ada keuntungan lain dari produksi bahan bakar yang mempunyai nilai jual.

3. MENGOLAH SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK

23Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Nilai kalor plastik dibandingkan dengan bahan bakar fosil (MJ/kg).Tabel 1

Plastik Bahan bakar fosilPolyethylene (PE) 43,3–46,5 Minyak tanah 46,5Polypropylene (PP) 46,5 Solar 44,8Polystyrene (PS) 41,9 Bensin 47,3

Mesin Pirolisis Skala Kecil untuk KepulauanKondisi geografis Indonesia dengan belasan ribu pulau mendorong penulis bersama tim peneliti untuk mengembangkan mesin pirolisis sampah plastik menjadi BBM skala kecil untuk kepulauan. Prinsip kerjanya seperti sudah dijelaskan sebelumnya dan bagian-bagian mesin tersebut ditunjukkan pada Gambar 10. Bagian utama dari mesin tersebut adalah terdiri atas reaktor pirolisis, unit pendingin atau kondensor dan burner pemanas reaktor. Reaktor didesain sesederhana mungkin untuk memudahkan pengoperasian tanpa memerlukan keahlian khusus dari operatornya. Sampah plastik dimasukkan melalui lubang bagian atas reaktor, sedangkan lubang bagian bawah digunakan untuk membuang residu setelah proses pirolisis berakhir.

Burner berfungsi untuk memanaskan reaktor hingga suhu yang diinginkan. Berbagai jenis limbah bisa digunakan sebagai bahan bakar burner untuk meminimalkan biaya operasional, seperti limbah kayu, ranting, ataupun sampah organik yang telah dibriket sehingga praktis biaya bahan bakar hampir nol rupiah.

Unit pendingin berfungsi untuk mengkondensasi gas pirolisis yang dihasilkan dari reaktor untuk kemudian dijadikan bahan bakar cair. Ada dua tingkatan sistem pendingin untuk memisahkan minyak berat dan minyak ringan. Jumlah tingkatan sistem pendingin bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan produk akhir yang ingin dihasilkan.

24Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Desain rancangan mesin pirolisis sampah plastik menjadi Gambar 10 BBM skala kecil beserta komponen-komponennya.

Satu kilogram sampah plastik bisa menghasilkan sekitar satu liter minyak, tergantung dari jenis plastik dan beberapa parameter operasional sehingga bisa diperkirakan berapa minyak yang akan dihasilkan dari proses ini. Jenis plastik yang dapat digunakan sebagai umpan mesin pirolisis ini adalah dari jenis polietilen (PE), polipropilen (PP), dan polistiren (PS). Beberapa jenis plastik masih dapat dimasukan sebagai bahan baku dengan jumlah terbatas. Dari jenis tersebut, sudah lebih dari 80% sampah plastik dapat terolah dengan mesin tersebut. Apabila menginginkan hasil BBM yang lebih murni lagi bisa dilakukan proses lanjutan dengan prinsip refinery maupun filtrasi. Contoh hasil BBM dari sampah plastik beserta mesin pirolisisnya dapat dilihat pada Gambar 11.

Minyak yang dihasilkan dari pirolisis sampah plastik ini dapat digunakan untuk berbagai macam aplikasi. Penulis telah menguji BBM tersebut pada mesin diesel dan sepeda motor dengan hasil yang sangat memuaskan. Untuk penggunaan skala kecil dapat juga diaplikasikan pada kompor, baik itu kompor rumah tangga maupun kompor semawar/ngowos seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Hasil pengujian pada kompor semawar yang telah dilakukan juga menunjukkan performa yang bagus dan tidak kalah dengan minyak tanah seperti telah digunakan pada masa lampau sebelum ada konversi ke gas LPG (liquified petroleum gas).

3. MENGOLAH SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK

25Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Mesin pirolisis sampah plastik menjadi BBM skala kecil beserta hasil Gambar 11 minyaknya dan penerapannya pada kompor.

PenutupDengan penerapan teknologi pirolisis tersebut, diharapkan dapat mengatasi permasalahan sampah plastik sehingga tidak akan sampai ke laut. Di sisi lain, akan diperoleh BBM yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, khususnya untuk rumah tangga, serta industri kecil dan menengah. Sebagai penutup, perlu peran-serta pemerintah di dalam pembuatan regulasi dan insentif untuk mendorong penerapan teknologi tersebut.

Keterlibatan masyarakat juga sangat dibutuhkan untuk memulai pemilahan sampah plastik dari rumah sehingga akan memudahkan pengelolaannya sampai di tingkat hilir. Tentu perlu adanya edukasi kepada masyarakat akan hal ini. Peran perguruan tinggi tentunya sangat penting dalam mengedukasi masyarakat dan pengembangan teknologi pengolahannya. Pada akhirnya, sinergi semua stakeholder yang dimotori oleh pemerintah sangat diperlukan demi terwujudnya lingkungan yang tetap terjaga dan disisi lain mengurangi ketergantungan kita pada beberapa sumber energi primer.

REALITA 4. OPERASIONAL KAPAL PENGUMPUL SAMPAH DI KEPULAUAN SERIBU

Penulis: Daud S.A. Sianturi1, Fajar YP1, Cecep AH1

1) Pusat Riset Kelautan, BRSDM KP, KKP

PendahuluanPada Agustus 2020, Pulau Pramuka saat itu terlihat cerah, walaupun PSSB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) diterapkan di provinsi DKI Jakarta. Namun demikian, aktivitas penduduk berjalan seperti biasa. Hilir mudik petugas PPSU mengumpulkan sampah dengan menggunakan mini-dump-truck roda tiga menjadi rutinitas di pagi hari. Petugas PPSU mengambil sampah dari bak sampah yang tersedia sepanjang jalan di Pulau Pramuka.

Sampah di daratan Pulau Pramuka berasal dari sampah rumah tangga (organik dan anorganik) dan sampah dari hotel-hotel/penginapan. Petugas juga mengunakan kapal jenis katamaran untuk mengumpulkan sampah di sepanjang perairan pesisir Pulau Pramuka. Cara mengambil sampahnya: petugas menggunakan tongkat yang panjang diberi jaring di ujungnya, lalu

Berdasarkan realita lapangan yang ditemui, Tim penulis memberikan rekomendasi teknis secara umum untuk desain kapal pengumpul sampah kapasitas 125 ton.

28Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

mengambil sampah yang ada di permukaan air laut. Seluruh sampah akan dikumpul di satu tempat, baik sampah dari darat maupun dari laut/kapal. Selanjutnya, akan dilakukan pemilahan/pemisahan terhadap sampah yang bernilai ekonomis (sampah yang dapat dijual) dengan sampah yang tidak bernilai ekonomis. Kemudian, seluruh sampah akan diangkut menggunakan kapal induk menuju TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Bantar Gebang melalui pelabuhan di Muara Angke.

Tiga Jenis Kapal Pengangkut SampahAda tiga jenis Kapal Pengangkut Sampah (KPS) yang dimiliki oleh Pemprov DKI Jakarta. Pertama, Kapal Samtama (Sampah tanggung Jawab Bersama) dengan kapasitas 8 ton, berfungsi untuk mengangkut dan mengumpulkan sampah di pulau terdekat dari kapal induk bersandar. Kapal ini menggunakan mesin luar dengan tenaga 125 PK. Sebagai contoh, ketika kapal induk bersandar di Pulau Pramuka, Kapal Samtama akan mengambil sampah ke satu lokasi tempat pengumpulan sampah di Pulau Panggang, dan/atau di Pulau Kelapa. Biasanya, Kapal Samtama akan mengambil sampah ke pulau yang ada penduduknya (masyarakat tinggal).

Kedua, Kapal Katamaran (Catamaran). Menurut pengamatan Penulis (belum menemukan info), ukuran utama kapal memiliki panjang berkisar 4–5 m dengan lebar keseluruhan berkisar 2,5 m dan lebar lambung berkisar 0,5–1m. Kapal Katamaran ini menggunakan mesin tempel sebagai alat penggeraknya dan berfungsi untuk mengambil sampah di permukaan air sepanjang perairan pesisir.

Ketiga, kapal pengumpul sampah besar (kapal induk) yang dimiliki Pemprov DKI Jakarta berjumlah 3 (disebut: Laut Bersih 30, 33, dan 34), memiliki ukuran kapal dengan panjang 28 m lebar 6 m, tinggi rerata air di bagian depan 1,2 m, tinggi rerata air bagian belakang 1,6 m, daya angkut 125 ton, kecepatan kapal maksimal 4–5 knot. Berfungsi sebagai pengumpul sampah dari pulau-pulau berpenghuni, dari Kapal Samtama, dari Kapal Katamaran, kemudian akan diangkut ke Muara Angke.

4. REALITA OPERASIONAL KAPAL PENGUMPUL SAMPAH DI KEPULAUAN SERIBU

29Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Kondisi Kapal IndukBerikut adalah kondisi kapal yang dapat penulis jabarkan:

Berdasarkan pengamatan penulis dengan nilai rerata air pada 1. kapal induk, kapal mengalami trim belakang ketika kapal kosong (tidak ada muatan), ketika muatan penuh, belum diketahui apakah kapal mengalami trim, atau even keel (sarat air rata). Kapal trim belakang ketika berlayar akan memperkecil nilai hambatan kapal dibanding kapal kondisi even keel (Santoso, 2017), nilai trim belakang yang diperbolehkan juga tidak boleh besar. Hal ini akan mempengaruhi keselamatan di atas kapal pada saat kapal berlayar.

Dengan kecepatan maksimal kapal sebesar 5 knot, kapal 2. membutuhkan waktu berlayar dari Muara Angke ke Pulau Pramuka selama kurang lebih 3 hari, kondisi layar ini pada saat cuaca perairan tenang. Ketika cuaca buruk, kapal tidak berlayar. Berdasarkan pengamatan Penulis, penyebab lama layar dengan kecepatan sebesar 5 knot disebabkan bentuk kapal yang sedikit kotak di depan kapal (mirip kapal jenis Tongkang) yang berimbas hambatan kapal yang diterima badan kapal besar, hambatan kapal yang besar akan membutuhkan power mesin kapal yang besar. Hal ini linier dengan konsumsi bahan bakar yang juga besar. Berbeda dengan bentuk kapal yang streamline (bentuk lambung depan ramping, lambung tengah besar, dan lambung belakang ramping) di mana nilai hambatan kapal streamline lebih kecil dibanding kapal bentuk kotak. Semakin kecil nilai hambatan, semakin kecil jumlah power mesin yang dibutuhkan untuk menggerakkan kapal yang berimbas pada konsumsi kapal yang semakin kecil juga.

Space3. /ruang di kamar mesin sangat sempit. Hal ini akan mempersulit reparasi mesin saat mesin rusak.

Kapal induk memiliki 4. crane, namun tidak berfungsi. Hal ini menyebabkan pengangkutan sampah di pulau menggunakan tenaga manusia.

30Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Tinggi pada bangunan atas tidak sesuai dengan tinggi manusia 5. Indonesia pada umumnya, ketika masuk ke dalam kepala agak sedikit menunduk.

Pada saat bongkar muat di Muara Angke kapal induk membutuhkan 6. mobile crane untuk mengangkat sampah dari palkah kapal ke truk pengangkut sampah, kapasitas mobile crane sebesar 0,8 ton.

Saran PenutupSistem pengolahan sampah di Kepulauan Seribu sudah sangat baik dibanding kota lain yang memiliki pulau. Pengelolaan sampah di Jakarta terintegrasi antara pengumpul sampah di kepulauan dengan daratan, serta didukung fasilitas yang lengkap (insinerator, bak sampah, kapal induk, dan kapal pengumpul pesisir) dan petugas kebersihan yang banyak. Namun, hal yang perlu diperbaiki adalah perencanaan dalam membangun sebuah kapal (kapal induk). Mendesain sebuah kapal yang baik akan menghasilkan bentuk kapal yang baik sesuai dengan kondisi dan fungsi yang dibutuhkan. Contoh bagian kapal yang perlu diperbaiki dan sangat krusial adalah bentuk kapal yang ada saat ini harus streamline sehingga hambatan kapal yang diterima lambung kapal kecil yang berimbas biaya operasional akan semakin kecil.

Saran tambahan yang lebih baik untuk mengurangi biaya operasional kapal adalah dengan menggunakan Kapal Insinerator Sampah (KIS) sebagai kapal induk yang dikembangkan desainnya oleh Pusat Riset Kelautan, Badan Riset dan SDM KP, KKP. Keunggulan kapal KIS adalah kapal hanya berkeliling di Kepulauan Seribu untuk mengambil sampah, selanjutnya proses pengolahan sampah dilakukan di atas kapal (mengunakan insinerator). Hal ini menjadi saran baik dalam penanganan sampah yang efektif dan efisien.

4. REALITA OPERASIONAL KAPAL PENGUMPUL SAMPAH DI KEPULAUAN SERIBU

31Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Kapal pengumpul sampah besar-kapal Induk Sudin LH Kepulauan Gambar 12 Seribu. (Sumber foto: Daud SA Sianturi, 2020).

Kapal Katamaran yang sempat rusak di bulan Agustus 2020 Gambar 13 (saat survei) dan sudah diperbaiki dan beroperasi kembali pada Oktober 2020, di Pulau Pramuka. (Sumber foto: Daud SA Sianturi, 2020.

32Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Bongkar muat sampah dari kapal pengumpul sampah ke truk Gambar 14 pengangkut di Muara Angke. (Sumber foto: Yustisia Firdaus, 2020).

REALITA 5. PENGELOLAAN SAMPAH DI PULAU HARAPAN DAN PULAU PRAMUKA (KEPULAUAN SERIBU)

Penulis: Penny Dyah Kusumaningrum1, Yustisia F1, Hariyanto T1

1) Pusat Riset Kelautan, BRSDM KP, KKP

Kondisi Sampah di IndonesiaMenurut Undang-undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat ataupun semi-padat. Sampah yang berasal dari proses alam pada umumnya bersifat organik karena mudah terdegradasi oleh mikroorganisme atau mikroba. Proses degradasi oleh mikroorganisme berlangsung secara alami. Sementara sampah yang berasal dari sisa kegiatan sehari-hari manusia (antropogenik) tidak dapat dengan mudah terdegradasi, dan bahkan perlu waktu yang sangat lama, terutama yang terbuat dari bahan plastik.

Fakta-fakta survei bulan Agustus dan Oktober 2020 dikisahkan para Penulis, yang menunjukkan kelebihan, kekurangan, serta peluang perbaikan pengelolaan sampah di daerah Kepulauan Seribu.

34Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Sifat plastik secara umum, yaitu kuat, ringan, dan mudah dibuat dalam bentuk apa saja. Plastik banyak digunakan sebagai kemasan, baik produk pangan maunpun nonpangan dan bersifat tahan lama. Namun sayangnya, plastik kemasan cenderung untuk digunakan sekali pakai dan dibuang. Sifat plastik yang lentur, banyak digunakan sebagai kantong belanja (tas kresek) yang praktis dan mudah dibawa.

Itulah sebabnya mengapa plastik ini tercipta, yaitu untuk memudahkan kehidupan manusia, namun lama kelamaan kehadirannya menjadi ancaman. Jumlah produksi plastik ini terus meningkat tiap tahun seiring dengan konsumsinya yang meningkat.

Di sisi lain, upaya daur ulang plastik ini tidak sebanding dengan sampah yang dihasilkan. Apalagi, sifat plastik yang sulit terurai dan membutuhkan waktu lama untuk hancur.

Sebagian besar sampah yang dihasilkan berasal dari sampah rumah tangga hingga kegiatan usaha. Diperkirakan hanya 40–60% sampah yang dapat terangkut ke tempat pembuangan akhir, dan sisanya terbuang sembarangan di badan air yang pada akhirnya berujung di laut. Hal ini menjadi isu dan tantangan utama pengelolaan sampah plastik di Indonesia, bahkan dunia.

Berdasarkan kondisi tersebut tak mengherankan jika Indonesia menjadi negara kedua penghasil sampah terbanyak di dunia, setelah China. Diperkirakan pada tahun 2019 Indonesia menghasilkan sampah sekitar 66–67 juta ton atau meningkat tiga juta ton dari tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 64 juta ton (Rezkisari, 2020).

Bahkan menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, timbunan sampah ini akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat (Maulana, 2020).

Bagaimana Dengan Sampah di Jakarta?Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, volume sampah di Jakarta saat ini hampir mencapai 8.000 ton per hari (Karunia, 2020).

5. REALITA PENGELOLAAN SAMPAH DI PULAU HARAPAN DAN PULAU PRAMUKA (KEP. SERIBU)

35Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Senada dengan Menkomarvest, Suharti selaku Deputi Gubernur Bidang Pengendalian Kependudukan dan Kepemukiman Pemprov DKI Jakarta, menyatakan bahwa jumlah sampah terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Dalam waktu lima tahun terakhir, jumlah sampah di DKI Jakarta bertambah sebanyak 36 persen padahal kenaikan jumlah penduduk dalam periode yang sama, yaitu hanya 4 persen (Nursastri, 2019).

Tumpukan sampah yang berpotensi mengalir ke laut. (Sumber: Gambar 15 Ricky Martin/National Geographic Indonesia, 2020).

Dari referensi Katadata (2020), terlihat “pertumbuhan” volume sampah yang dihasilkan di DKI Jakarta dalam kurun 2015 hingga 2019. Dari sekitar 6.000 ton per hari menjadi hampir 8.000 ton per hari.

Namun, “kabar baiknya” adalah walaupun menjadi provinsi dengan penyumbang jumlah sampah terbesar, menurut data Kementerian Lingkungan HIdup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2019, persentase sampah yang sudah terkelola lebih besar dibanding kota-kota besar lain di Indonesia.

36Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Volume sampah yang terkelola di DKI Jakarta Tahun 2019. (Sumber Tabel 2 data: KLHK, 2019).

No WilayahVolume sampah

(ton)

Terkelola Tidak Terkelola

% ton % ton

1 Jakarta Barat 1.946,77 97,60 1.900,05 2,40 46,72

2 Jakarta Selatan 1.631,00 98,32 1.603,,60 1,68 27,40

3 Jakarta Utara 1.323,12 98,20 1.299,30 1,80 23,82

4 Jakarta Pusat 835.45 100 839,45 0,00 0,00

5 Jakarta Timur 2.253, 66 87,61 1.974,43 12,39 279,23

Jumlah 7.994,00 7.616,83 377,17

Dari data tersebut, sekitar 377 ton sampah yang berpotensi masuk ke sungai setiap harinya. Berarti dalam tahun 2019 saja sudah ada sekitar 4.500 ton sampah di DKI Jakarta yang masuk ke badan air dan bermuara di laut.

Pengangkutan sampah dari badan air. (Sumber: UPK Badan Air, Gambar 16 2020).

5. REALITA PENGELOLAAN SAMPAH DI PULAU HARAPAN DAN PULAU PRAMUKA (KEP. SERIBU)

37Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Kondisi Sampah di Kepulauan SeribuKepulauan Seribu merupakan salah satu wilayah administrasi di bawah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang terletak di sebelah utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Luas wilayahnya sekitar 1,31% dari DKI Jakarta atau sebesar 8,7 Km² (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Prov. DKI Jakarta, 2018).

Pemerintahan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dibagi ke dalam dua Kecamatan, yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Kecamatan Pulau Seribu Utara terdiri atas Pulau Panggang, Pulau Kelapa, dan Pulau Harapan. Sementara di Pulau Seribu Selatan terdiri atas 27 Pulau, 5 berpenghuni dan 22 tidak berpenghuni. Pulau yang berpenghuni adalah Pulau Tidung, Pulau Pari, dan Pulau Untung Jawa (Sudin Tata Ruang Kepulauan Seribu, 2019).

Data BPS menyajikan bahwa, jumlah penduduk Pulau Seribu Utara 12.750 jiwa, sedangkan di Pulau Seribu Selatan 8,332 jiwa. Total jumlah penduduk adalah sekitar 21.062 jiwa (BPS Sensus Penduduk 2010).

Peta Kepulauan Seribu. (Sumber: Gambar 17 http://www.pulauseribuindonesia.com/?page_id=532).

38Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Estimasi produksi sampah yang dihasilkan per orang per hari menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) adalah 0,7 kg (Baqiroh, 2019). Berdasarkan perhitungan tersebut, seharusnya volume sampah di Kepulauan Seribu adalah 0,7 kg dikalikan 21.062 jiwa yaitu 14.7 ton. Namun, kenyataanya 20 ton sampah yang masuk ke Kepulauan Seribu setiap harinya. Dari 20 ton tersebut, baru 11 ton yang bisa tertangani (Fauzi, 2019). Namun di tahun 2020, penanganan sampah di pesisir kepulauan sudah jauh lebih baik, jumlah yang terangkut sudah mencapai 20 ton setiap harinya.

Kemungkinan besar sampah tersebut selain dari penduduk yang bermukim di kepulauan, juga berasal dari luar pulau. Ada 13 anak sungai yang bermuara di Teluk Jakarta (Nusrat dan Nababan, 2016). Sampah-sampah yang tidak tertangani di daratan, terbuang ke sungai lalu terbawa aliran menuju Teluk Jakarta. Dari Teluk Jakarta inilah sampah terbawa oleh arus hingga sampai di pesisir Kepulauan Seribu.

Di tahun 2020 terjadi penurunan volume sampah di Kepulauan Seribu hingga 46,26% di kurun waktu Maret hingga April akibat diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pandemi Covid-19 (Suparni, 2020).

Djoko Rianto Budi Hartono, Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu, menyatakan bahwa sampah sebelum PSBB dan saat PSBB rata rata 777,82 ton turun jadi 359,85 ton. Kebijakan PSBB ini menutup total Kepulauan Seribu dari aktivitas kepariwisataan.

Penanganan Sampah Secara Umum di Kepulauan SeribuHasil diskusi dengan Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu, Djoko Rianto Budi Hartono, diperoleh informasi mengenai sarana dan prasarana pengangkut sampah di Kepulauan Seribu. Jumlah armada pengangkut sampah sebanyak 28 unit, 8 di antaranya melayani pengangkutan sampah di pesisir Teluk Jakarta, termasuk sampah yang tersangkut di mangrove. Sisanya untuk menangani sampah di pesisir Kepulauan Seribu, khususnya di 11 pulau berpenghuni. Rata-rata berat sampah di pesisir Teluk Jakarta adalah 9,4 ton dan

5. REALITA PENGELOLAAN SAMPAH DI PULAU HARAPAN DAN PULAU PRAMUKA (KEP. SERIBU)

39Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

di pesisir Kepulauan Seribu adalah 20,3 ton per hari. Jumlah sampah rumah tangga seberat 19,5 ton per hari. Jadi, total sampai Pulau Seribu dan teluk Jakarta seberat 9,4 ton + 20,3 ton + 19,5 ton = 49,2 ton per hari.

Sebenarnya kapasitas sampah yang bisa terangkut dalam kapal antara 8–125 ton per hari dengan sistem yang masih bersifat manual. Untuk mengefektifkan pengangkutan sampah yang volumenya cukup besar pernah dilakukan percobaan menggunakan jaring, namun pada kenyataannya tidak efektif. Ditambah lagi penggunaan jaring berisiko merusak terumbu karang di perairan dangkal.

Kapal sampah Sudin LH Kepulauan Seribu yang sedang beroperasi Gambar 18 di Pulau Pramuka. (Sumber foto: Penny Dyah Kusumaningrum, 2020).

Kapal-kapal tersebut beroperasi secara bergiliran, namun dengan tetap mempertimbangkan kondisi angin yang mempengaruhi arah timbunan sampah. Bongkar-muat sampah dari kapal ada di Kali Adem, pelabuhan di bawah Kementerian Perhubungan, dan juga ada di Green Bay Pluit. Dari Green Bay, sampah diangkut menggunakan truk menuju TPA Bantar Gebang. Kategori sampah yang biasa diangkut adalah sampah domestik (rumah tangga), sampah wisata, dan plastik.

40Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Secara operasional, jangkauan kapal paling jauh 100 meter dari garis pantai, padahal menurut peraturan penanganan sampah di DKI sesuai peraturan Jaktranas (tahun 2017) dan Jaktrasda (tahun 2019) penanganan sampah oleh Sudin Kepulauan Seribu hanya sebatas 50 meter dari garis pantai, di atas 50 meter adalah wewenang provinsi.

Meskipun secara umum, aktivitas penanganan sampah di Kepulauan Seribu sudah berjalan baik dan rutin, namun masih ada saja tantangan yang dihadapi. Penanganan sampah di pesisir berkaitan erat dengan pengelolaan sampah di darat. Jika tidak terkelola dengan baik, sampah akan masuk ke badan air. Apalagi Teluk Jakarta merupakan muara dari 13 sungai sehingga volume sampah di teluk sangat tergantung dengan pengurangan sampah di sungai-sungai tersebut. Realita yang ada, timbunan sampah di Teluk Jakarta kebanyakan berasal dari Tangerang dan Bekasi akibat terbawa oleh angin barat dan angin timur.

Tantangan lain yang dihadapi adalah sampah yang diangkut selama ini masih sebatas di permukaan perairan, padahal banyak sampah yang tenggelam di dasar perairan dan belum pernah tersentuh penanganannya hingga saat ini.

Kondisi dan Penanganan Sampah di Pulau HarapanSampah di Pulau Harapan pada umumnya sudah tertangani dengan baik sejak tahun 2017. Saat itu, ada bantuan alat insinerator L-Box dari Sudin LH Kepulauan Seribu dan masih beroperasi hingga saat ini.

Di seluruh Pulau Seribu ada 16 L-Box kecuali Pulau Panggang dengan rincian: Pulau Harapan 2 unit, Pulau Tidung 3 unit (yang aktif ada 2), Pulau Kelapa Dua ada 1 unit, Pulau Kelapa 2 unit, dan Pulau Sebira 1 unit, serta pulau-pulau lainnya.

5. REALITA PENGELOLAAN SAMPAH DI PULAU HARAPAN DAN PULAU PRAMUKA (KEP. SERIBU)

41Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Insenarator L-box di Pulau Harapan. (Sumber Gambar 19 foto: Rinny Rahmania, 2020).

Penanganan sampah di Pulau Harapan sudah dimulai sejak dari TPS. Sampah di TPS, dipilah terlebih dahulu antara sampah organik dan anorganik. Untuk sampah organik diproses oleh L-Box dan sampah non-organik, serta residu hasil pemrosesan L-Box diangkut oleh Kapal Samtama. Khusus untuk sampah plastik yang masih terlihat bagus didaur ulang misalnya untuk eco-brick.

42Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Daur ulang sampah plastik menjadi eco-brick. (Sumber foto: Gambar 20 Penny Dyah Kusumaningrum, 2020).

Sinergi antara petugas kebersihan dinas LH dan kesadaran masyarakat tentang bahaya membuang sampah di perairan sudah cukup baik. Penduduk di Pulau Harapan turut berperan serta dalam pemilahan sampah sejak dari rumah masing-masing. Hal ini tidak terlepas dari keterlibatan aktif petugas dinas melakukan sosialisasi untuk memberi pengetahuan mengenai pengelolaan sampah kepada masyarakat.

Pengumpulan sampah yang sudah terpilah di TPA. (Sumber foto: Gambar 21 Yustisia Firdaus, 2020).

5. REALITA PENGELOLAAN SAMPAH DI PULAU HARAPAN DAN PULAU PRAMUKA (KEP. SERIBU)

43Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Tingkat partisipasi keterlibatan masyarakat mengelola sampah sejak dini mencapai 50%. Sisanya masih menggunakan sampah untuk reklamasi lokal, menambah luas daratan sebagai area permukiman. Ini adalah tradisi yang mereka lakukan sejak berpuluh tahun lalu hingga saat ini meski tidak sebanyak dulu.

Pemanfaatan sampah padat untuk reklamasi (Gambar 22 land-fill) pada Pulau Harapan. (Sumber foto: Yustisia Firdaus, 2020).

Sejak tahun 2012 telah terbentuk Bank Sampah. Bukan hanya masyarakat yang memiliki rekening bank ini, bahkan petugas dinas pun memilikinya. Bank sampah ini ada di tiap RW sebagai titik tempat mengumpulkan sampah. Setelah sampah terkumpul di tiap RW lalu dibawa di TPS. Sebagai informasi, Bank sampah ini sudah tersedia di Kepulauan Seribu jadi tidak perlu lagi dibawa ke Jakarta. Dari TPS, sampah langsung dikirim ke pengepul induk.

Di sisi lain, seperti kebiasaan masyarakat pada umumnya yang selalu menginginkan keuntungan lebih besar, Bank Sampah terkadang tidak bisa berjalan lancar karena dianggap keuntungan yang diperoleh kecil. Sebagai jalan keluar, saat ini dilakukan kerja sama penanganan sampah dengan Bank BNI. Diharapkan masyarakat yang aktif mengumpulkan sampah mendapatkan imbalan yang layak.

44Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Buku tabungan Bank Sampah. (Sumber foto: Penny Dyah Gambar 23 Kusumaningrum, 2020).

Pengolahan sampah organik rumahan seperti sayur-sayuran dan buah yang tidak layak konsumsi digunakan sebagai bahan pakan maggot, komposter, pupuk cair, pupuk padat dan kompos tanam. Hasilnya untuk memupuk tanaman yang tumbuh di media pasir. Ada 120 lebih KK dari total 600 KK yang menanam sayur sendiri dengan pupuk dari TPS LH Pulau Harapan.

Rumah maggot di TPS Pulau Harapan. (Sumber foto: Penny Dyah Gambar 24 Kusumaningrum, 2020).

5. REALITA PENGELOLAAN SAMPAH DI PULAU HARAPAN DAN PULAU PRAMUKA (KEP. SERIBU)

45Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Tanaman sayur yang diberi hasil olahan sampah Gambar 25 menjadi pupuk kompos. (Sumber: Penny Dyah K, 2020).

Secara umum, pengolahan sampah di Pulau Harapan adalah 75% diolah di pulau, 25% diangkut oleh kapal. Rencana ke depan perlu penambahan L-Box agar sampah yang bisa diolah sendiri lebih banyak (lebih dari 75%).

Kondisi dan Penanganan Sampah di Pulau PramukaPulau Pramuka adalah pusat pemerintahan Kepulauan Seribu. Pulau ini salah pulau di Kepulauan Seribu yang disukai oleh banyak wisatawan, baik lokal maupun asing. Letaknya yang strategis yaitu berada ditengah-tengah gugusan Kepulauan Seribu sehingga sangat tepat dijadikan sebagai tempat menginap. Maka tak heran jika pulau ini menjadi destinasi wisata populer di Kepulauan Seribu.

46Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Sebagai tempat tujuan wisata, sampah di pulau ini selain bersumber dari rumah tangga, juga berasal dari aktivitas kepariwisataan. Tak heran ketika kebijakan PSBB diberlakukan selama masa pandemi di tahun 2020, volume sampah di pulau ini menurun karena tidak ada kegiatan pariwisata yang berjalan.

Berbicara mengenai tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah, berikut ini hasil penelitian tentang perilaku masyarakat membuang sampah.

Perilaku masyarakat membuang sampah di Pulau Pramuka. (Sumber Tabel 3 data: Rohana et al, 2019).

No Aktivitas Persentase (%)1 Membuang sampah ke urukan 75

2 Membuang sampah ke TPS 15

3 Membuang sampah ke laut 5

4 Memanfaatkan sampah 5

Dari hasil penelitian tersebut, terlihat bahwa sebagian besar masyarakat di sana cenderung memanfaatkan sampah sebagai bahan reklamasi lokal untuk pemenuhan kebutuhan lahan.

Alat pengolah sampah di Pulau Pramuka berupa insinerator. Di sana terdapat insinerator L-Box sebanyak 2 unit yang berfungsi membakar sampah. Namun sayangnya, kedua alat ini sudah tidak berfungsi lagi sejak tahun 2018 karena ada isu anak-anak menderita sesak napas akibat asap pembakaran yang dihasilkan oleh L-Box.

Akhirnya sejak tahun 2018, sampah dari Pulau Pramuka hanya dipilah di TPSS dan juga sebelum naik ke kapal Laut Bersih dan selanjutnya dibawa ke TPA Bantar Gebang. Namun sayangnya, sampah yang sudah dipilah-dipilah tersebut akan tercampur kembali ketika sampai di TPS.

5. REALITA PENGELOLAAN SAMPAH DI PULAU HARAPAN DAN PULAU PRAMUKA (KEP. SERIBU)

47Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Sampah yang sudah tercampur kembali di TPS. (Sumber foto: Gambar 26 Handy Chandra, 2020).

Selain kapal Laut Bersih, kapal pengumpul sampah Samtama juga masih beroperasi. Operasional kapal Samtama ini di sekitar Pulau Pramuka, Pulau Karya, dan Pulau Panggang.

PenutupKeterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah sangat penting karena sebagian besar sampah bersumber dari aktivitas rumah tangga. Melalui keterlibatan aktif terhadap kepedulian pengelolaan sampah, diharapkan mampu mengurangi laju timbunan sampah di pesisir. Jika hal ini tidak terkelola dengan baik, keberadaan sampah bisa menjadi ancaman terhadap ekosistem lingkungan laut dan pesisir.

Peluang perbaikan dan perluasan operasional pengelolaan, selain di level rumah tangga, yaitu pada level pemrosesan pembakaran L-Box di kepulauan. Dengan demikian, residu yang akan dibawa ke TPST Bantar Gebang bisa dikurangi secara signifikan.

REALITA 6. PENGELOLAAN SAMPAH DAN PELUANG EKOWISATA DI PULAU KARIMUN JAWA (CATATAN SURVEI OKTOBER 2020)

Penulis: Fajar Yudi Prabawa1, Yustisia F1, Daud SAS1

1) Pusat Riset Kelautan, BRSDM KP, KKP

PendahuluanDefinisi “green maritime tourism” atau “ecotourism” menurut Hall (2014), yaitu konsep pariwisata laut dan pesisir yang mencakup berbagai kegiatan pariwisata dan rekreasi yang terjadi di zona pesisir dan perairan lepas pantai. Ini termasuk pembangunan yang terkait dengan pariwisata, dan infrastruktur yang mendukung pengembangan pariwisata pesisir. Saat ini, kondisi pada banyak lokasi wisata di seluruh dunia, sedangkan mengalami penurunan kualitas lingkungan. Begitu pula dengan kondisi lingkungan di pelabuhan yang ada. Keduanya dituntut untuk terus beroperasi menjalankan aktivitasnya

Fakta-fakta survei bulan Oktober 2020 dikisahkan para Penulis yang menunjukkan potensi wisata hijau (ecotourism) dan peluang peningkatan kapasitas pegelolaan sampah di Karimun Jawa.

50Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

untuk melayani jasa untuk tujuan perekonomian yang semakin meningkat. Oleh karena itu untuk terus menjalankan fungsi ekonomi, sekaligus lingkungan tetap terjaga, keduanya harus mampu beradaptasi dengan perubahan dunia dengan mengacu prinsip 3 dimensi keberlanjutan (sustainability).

Untuk menghadirkan lokasi wisata maritime dan pelabuhan yang sejalan dengan kaidah Green, kriteria yang harus dipenuhi, antara lain: (1) pengelolaan energi dan limbah, (2) pengendalian pencemaran air, udara, dan sampah domestik, serta (3) pengendalian sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya), keanekaragaman hayati dan tata guna lahan.

Lautan adalah sumber mata pencaharian dan telah menjadi pilar kuat perekonomian banyak negara. Nilai ekonomi lautan sebagian besar berasal dari perikanan, pariwisata, jalur pelayaran, dan perlindungan pantai yang disediakan oleh karang, bakau dan lahan basah. Area-area ini juga sangat saling bergantung. Diperkirakan bahwa lebih dari dua pertiga dari produk laut bruto global bergantung pada laut yang sehat (Hoegh-Guldberg, 2015).

Wisata pantai diakui sebagai salah satu komponen terbesar dari industri pariwisata global (Hall & Page, 2014). Lebih dari 60% orang Eropa memilih liburan pantai dan wisata pantai memberikan lebih dari 80% penerimaan pariwisata AS (UNEP, 2009). Terumbu karang menyumbang sekitar US$11,5 miliar untuk pariwisata global (Burke et al., 2011), dan jika perkiraan kontribusi pariwisata terhadap ekonomi global diterapkan ke perkiraan WWF (World Wildlife Foundation), bagian proporsional pariwisata akan bernilai sekitar $225 miliar dari nilai barang dan jasa laut. Namun, sumber daya wisata bahari berada di bawah ancaman perubahan iklim dan juga sistemik global yang terutama didorong secara antropogenik. Dalam jangka pendek, pariwisata massal yang tidak dikelola dapat berdampak negatif pada ekosistem pesisir.

Dari definisi green tourism dan green port, didapat benang merah bahwa bahaya paling mengancam keduanya, yaitu aktivitas antropogenik. Bentuknya berupa sampah dan limbah, baik di darat, perairan, dan udara. Kualitas lingkungan, terutama perairan laut sangat dipengaruhi sampah dan limbah, baik asal industri dari hulu,

6. REALITA PENGELOLAAN SAMPAH DAN PELUANG EKOWISATA DI PULAU KARIMUN JAWA (CATATAN SURVEY OKTOBER 2020)

51Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

asal aktivitas transportasi laut maupun asal rumah tangga. Kedua hal ini hingga kini masih menjadi problem di banyak Pelabuhan dan lokasi wisata maritim di dunia, khususnya di Indonesia.

Menurut Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut, Sampah Laut adalah sampah yang berasal dari daratan, badan air, dan pesisir yang mengalir ke laut atau sampah yang berasal dari kegiatan di laut. Sementara sampah plastik adalah sampah yang mengandung senyawa polimer. Sampah plastik ini sudah menjadi komponen terbesar sampah laut (marine debris). Secara umum, sampah laut berdampak pada sektor ekonomi dan pariwisata, mengganggu kehidupan biota laut dan ekosistem pesisir dan kesehatan manusia.

Banyak biota yang memakan plastik (ingestion) dan terjerat plastik (entangled), jika merujuk pada laporan. Seandainya sampah plastik ini tidak dikendalikan dan dikelola dengan baik, akan terjadi proses pelapukan menjadi mikro dan nano plastik yang akan merusak ekosistem pesisir dan/atau dimakan oleh plankton atau ikan. Selanjutnya, produktivitas perikanan dapat menurun dan implikasi dari mikroplastik bisa masuk ke jejaring makanan (food-chain) yang akhirnya dapat menimbulkan masalah pada kesehatan manusia.

Kepadatan sampah laut beragam dari satu lokasi ke lokasi lain, dipengaruhi oleh kegiatan manusia, kondisi perairan atau cuaca, dan karakteristik fisik dari materi sampah.

Kepulauan Karimun Jawa, Kabupaten Jepara, yaitu Kawasan wisata maritim yang menjadi andalan ekonomi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Bahkan saat ini, Karimun Jawa masuk sebagai salah satu prioritas nasional untuk dikembangkan (nama program nasionalnya: KSPN, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional). Jumlah wisatawan yang berkunjung terus meningkat tiap tahunnya.

52Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Kepulauan Karimun Jawa, Provinsi Jawa Tengah. Sumber: Google Gambar 27 Earth.

Program pengelolaan sampah yang disusun oleh Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kabupaten Jepara, cukup komprehensif dengan melibatkan ketua RT, Petinggi/Lurah, ketua RW, Camat, organisasi pemuda Karang Taruna termasuk masyarakat nelayan dan pelaku usaha pariwisata di pulau besar Karimun Jawa, khususnya wilayah kota dan sekitar yang terdekat. Selama ini telah dilakukan program berupa:

pendataan sampah, berupa penerapan Standar Operational •Procedure/SOP. Dimulai dari pendataan jenis dan jumlah barang berbahan plastik yang dibawa ke kapal oleh warga dan turis yang melaut, kemudian ketika kembali, mereka harus melaporkan sampah barang plastik tersebut dengan jumlah yang sama.

Sektor transpor, telah ada • feeder boat, kapal regular penghubung antar pulau berpenghuni, bantuan Kemenhub = kapal Banawa. Rutenya = Pulau Karimun, Pulau Kemojan, Pulau Nyamuk, dan Pulau Genting.

Cukup detil dan komprehensif program pengelolaan sampah dari Dinas LH Jepara, baik skema program dan sinergitas antarstakeholder-nya. Didapatkan catatan bahwa program sudah bagus, lengkap, dalam persiapan penerapan, dengan sebelumnya dilakukan sosialisasi untuk edukasi kepada warga dan pengusaha terkait sektor wisata.

6. REALITA PENGELOLAAN SAMPAH DAN PELUANG EKOWISATA DI PULAU KARIMUN JAWA (CATATAN SURVEY OKTOBER 2020)

53Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Dijelaskan pula SOP pelaksanaan nantinya yang secara umum dilakukan dengan pelibatan masyarakat dan kalangan pengusaha secara aktif. Kendala dalam massa persiapan dicatat = belum siapnya stakeholder, terutama pihak Petinggi Desa/Kota Pulau Karimun Jawa sebagai pihak terdepan. Fokus semua program tersebut adalah mengelola sampah di wilayah kota.

Permasalahan Sampah di Kepulauan Karimun Jawa

Sampah yang terus bertambah volumenya, seiring bertambahnya 1. jumlah wisatawan yang masuk di Kepulauan Karimun Jawa. Meningkatnya frekuensi masuk wisatawan, menambah berat permasalahan. Terlebih di Karimun Jawa belum ada instansi khusus pengelolaan sampah yang layak dan terpadu, beserta program pelaksanaannya.

Terdapat permasalahan sampah laut yang belum mendapat solusi, 2. khususnya lokasi Teluk Legon Lele terjadi penumpukan sampah laut masif, terutama di musim Timur. Hal ini belum dapat diatasi.

Berdasarkan permasalahan tersebut, disusun rancangan rekomendasi sebagai berikut:

Sampah darat, kota, dan desa telah ditangani oleh instansi 1. Lingkungan Hidup dengan program yang komprehensif. Namun pada wilayah pesisir dan laut, sampah belum dapat diatasi, belum ada programnya.

Permasalahan sampah musiman, kiriman dari laut di pesisir Teluk 2. Legon Lele, yaitu fenomena alami yang tak dapat dicegah. Disebabkan bentukan alamnya yang bagai kantong sampah berlengan yang miring arah barat laut (Gambar 2) sehingga mudah dimasuki sampah yang terbawa gelombang dan arus. Terutama sampah yang datang dari arah timur. Maka hal ini akan dapat diatasi dengan aspek teknologi, berupa program pengumpulan sampah di laut, dan pemusnahan sampah.

54Bagian 1 Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Pantai Teluk Legon Lele, Kepulauan Karimun Jawa, Provinsi Jawa Gambar 28 Tengah. Sumber: Google Earth.

Strategi pengelolaan pencemaran dan kerusakan yang berasal dari daratan (land based pollution) dan dari laut (sea based pollution) dikembangkan dengan beberapa pendekatan, di antaranya pengelolaan limbah (waste management). Pengelolaan limbah ini terdiri atas limbah padat (solid waste), limbah padat/ sampah dari kegiatan kepelabuhanan dan dari kegiatan di darat lainnya, penanganan limbah/ sampah dari kegiatan pelayaran/kapal, limbah industri (industrial waste), limbah minyak, limbah gas, debu, dan kebisingan (Siahaan, 2012).

PenutupPariwisata pesisir dan laut yang bersifat hijau (eco-tourism) hanya dapat tercapai jika kerja sama pemerintah, operator, dan masyarakat terjalin secara positif. Bentuknya dapat berupa sinergitas sarana wisata, prasarana, dan pengelolaan sampah dari aktivitas wisata (sejenis sampah rumah tangga) serta budaya masyarakat yang merawat alam dari sampah. Jika hal ini terjalin baik, keberlanjutan (sustainability) pariwisata pantai dan laut akan tercapai.

6. REALITA PENGELOLAAN SAMPAH DAN PELUANG EKOWISATA DI PULAU KARIMUN JAWA (CATATAN SURVEY OKTOBER 2020)

55Bagian 1

Realita (Fakta Survei) Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Pengelolaan sampah pada lingkup pesisir dan laut, idealnya berfokus pada aspek teknologi operasional berupa pengumpulan sampah di pesisir dan laut, serta pemusnahannya. Teknologi spesifik rekomendasi tim adalah rancang bangun kapal pengumpul sampah dan kapal pemusnah sampah laut dan pesisir, beserta konsep tata kelola operasionalnya.

Permasalahan sampah laut, khususnya lokasi pantai Teluk Legon Lele (Pusat Wisata pantai di Pulau Karimun Jawa), rekomendasi solusinya adalah dilakukan operasional kapal pengumpul sampah laut, dan dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan dengan dibakar, digunakan insinerator karbon (suhu max 200oC).

Bagian

IIRekomendasi

Pengelolaan Sampah di Kepulauan

POTENSI 7. PEMANFAATAN CITRA SENTINEL-2 UNTUK MENDETEKSI KUMPULAN SAMPAH PLASTIK DI LAUT

Penulis: Marza Ihsan Marzuki 1, Rinny R1, Rudhy A1

1) Pusat Riset Kelautan, BRSDM KP, KKP

PendahuluanIsu sampah plastik mencuat pertama kali pada tahun 1969 ketika Kenyon dan Kidler mempublikasikan hasil penelitiannya. Hal itu mengenai ditemukannnya plastik di perut Albatros sebanyak 74 ekor dari 100 ekor Albatros yang mati di barat laut Kepulauan Hawaii (Ryan, 2015). Sejak itu, bermunculan banyak penelitian dan konferensi internasional tentang bahaya sampah plastik di laut.

Temuan hasil penelitian lainnya, yaitu didapatkannya mikro dan nanoplastik pada tubuh ikan yang dapat menggangu lokomotor dan aktivitas mencari makan, efek pada pertumbuhan dan sistem kekebalan, serta perubahan pada metabolisme lipid dan neurotoksisitas ikan. Terpaparnya mikro dan nanoplastik pada tubuh ikan menunjukkan plastik

Artikel penting yang memberikan wawasan teknis dan filosofis, tentang pemanfaatan citra gratis untuk memantau sampah plastik di permukaan perairan laut.

60Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

sudah masuk dalam rantai makanan. Rantai makanan ini berpotensi akan masuk ke tubuh manusia karena 15–53% konsumsi protein hewani, terutama di negara Asia diperoleh dari ikan (Dey, M.M. et al., 2005). Konsumsi plastik melalui rantai makanan ini, jika terakumulasi dalam jangka waktu yang lama tentu berbahaya, namun dampaknya perlu diteliti lebih lanjut oleh para peneliti kesehatan.

Sumber utama sampah plastik berasal dari daratan sehingga jika tidak dibenahi pengelolaan infrastruktur sampah di darat, jumlah sampah yang masuk ke laut semakin bertambah, dan dampak terbesarnya terhadap lingkungan akan terlihat pada tahun 2025 (Jambeck, J. R., 2015).

Pemerintah Indonesia melalui program rencana aksi nasional berkomitmen untuk mengurangi 70% sampah di laut (marine debris) pada tahun 2025 (Purba, N,.P., 2019). Sebagai gambaran umum, ternyata sampah di laut tidak hanya sampah plastik saja. Secara global, sampah di laut dapat dikategorikan menjadi 5 jenis, yaitu: plastik, kertas, metal, tekstil, gelas, dan karet. Di antara lima jenis sampah tersebut 50–90%-nya merupakan sampah plastik (Agamuthu, P., 2019).

Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi masuknya sampah plastik ke laut, baik secara pendekatan berbasis komunitas (masyarakat peduli sampah) maupun pemanfaatan teknologi untuk menghadang sampah sebelum masuk ke laut. Namun, upaya mitigasi sampah yang telah dilakukan di atas belum dapat menyelesaikan masalah sampah yang sudah terlanjur berada di laut. Jika sampah tersebut tetap berada di laut, akan membahayakan kehidupan laut (marine life). Oleh karena itu, perlu dilakukan deteksi objek sampah plastik di permukaan laut, agar para pengambil kebijakan dapat membuat program operasi pengambilan atau pembersihan sampah di laut berdasarkan hasil deteksi objek yang ditemukan.

Teknologi yang paling mumpuni untuk mendeteksi objek di laut pada skala yang luas adalah menggunakan teknologi pencitraan jarak jauh (citra satelit). Pertanyaan mendasar yang muncul jika memanfaatkan teknologi citra satelit untuk mendeteksi sampah plastik di laut adalah biaya (cost) yang tinggi. Untuk mendeteksi sampah plastik, sebaiknya menggunakan citra satelit resolusi tinggi, namun biasanya menawarkan

7. POTENSI PEMANFAATAN CITRA SENTINEL-2 UNTUK MENDETEKSI KUMPULAN SAMPAH PLASTIK DI LAUT

61Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

harga yang fantastis. Bagaimana jika menggunakan citra satelit dengan resolusi menengah yang tersedia secara bebas bayar (free), apakah dapat digunakan untuk mendeteksi sampah plastik?

Artikel ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan di atas dengan melakukan kajian dan sintesis dari berbagai literatur ilmiah tentang pemanfaatan citra satelit Sentinel-2 yang tersedia secara gratis (free) untuk mendeteksi keberadaan kumpulan sampah plastik di permukaan laut. Diharapkan kajian ini dapat menjadi studi awal dalam memanfaatkan Sentinel-2 untuk deteksi sampah plastik dan algoritma pedeteksiannya dapat dikembangkan untuk memperoleh tingkat akurasi yang lebih tinggi.

Citra Satelit Sentinel-2Sentinel-2 merupakan satelit yang diluncurkan dalam program European Commission’s Copernicus pada tahun 2015 yang dilengkapi dengan sensor MultiSpectral Instrument (MSI) yang menghasilkan 13-band citra optis dengan resolusi 10–60 m. Sentinel-2 berada di orbit ketinggian 786 Km dengan revisit time setiap lima hari (di sekitar ekuator) menggunakan 2 satelit.

Untuk pengolahan data citra Sentinel-2 dapat menggunakan kotak perangkat (toolbox) SNAP yang dapat diunduh secara gratis pada link berikut: http://step.esa.int/main/download/snap-download/. Toolbox SNAP dikeluarkan oleh ESA untuk mengolah data citra Sentinel-2 (optis) secara mudah dan cepat karena dilengkapi dengan fitur-fitur untuk menampilkan, mengoreksi, dan menganalisis data citra satelit.

Deteksi Kumpulan Sampah Plastik di Permukaan LautDistribusi jumlah sampah plastik yang terapung di laut secara global hanya 15%, sedangkan yang melayang di bawah permukaan sebesar 15% dan sisanya yang terbanyak adalah yang tenggelam di dasar laut (UNEP, 2005). Citra satelit optis hanya mampu menangkap objek di sekitar permukaan laut. Artinya, sampah plastik yang dapat dideteksi adalah sampah plastik yang berada di permukaan laut saja. Di samping itu, dapat dideteksi oleh citra Sentinel-2 adalah kumpulan

62Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

sampah plastik pada suatu area tertentu dengan luasan minimal 10 m x 10 m. Hal ini berkaitan dengan resolusi citra Sentinel-2 yang berukuran 10 m x 10 m per piksel.

Berdasarkan pengetahuan saintifik, diketahui bahwa setiap objek/materi akan berbeda-beda dalam menyerap atau memantulkan radiasi cahaya matahari yang mengenainya. Radiasi yang diserap atau dipantulkan oleh setiap materi/objek tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik yang memiliki keunikan yang biasa disebut spectral signature (Biermann, 2020). Nilai spectral signature ini dapat digunakan untuk mendeteksi target objek yang diinginkan seperti objek kumpulan sampah plastik.

Prinsip dasar yang digunakan untuk medeteksi suatu objek di laut adalah kemampuannya untuk membedakan nilai pantulan (reflectance) yang ditangkap oleh sensor satelit. Permukaan laut yang jernih (bersih dari sampah laut atau material natural lainnya) akan menyerap cahaya near-infrared (NIR) dan shortwave infrared (SWIR), sedangkan objek sampah laut atau material alam lainnya akan dipantulkan. Seawater nilai refleksinya sangat rendah pada panjang gelombang NIR dan SWIR, sedangkan objek lain seperti plastik pantulannya lebih tinggi. Perbedaan nilai pantulan ini yang akan digunakan untuk mengklasifikasikan objek dari citra satelit Sentinel-2.

Beberapa penelitian terkini yang telah melakukan pengujian deteksi objek sampah plastik menggunakan citra satelit Sentinel-2 di antaranya adalah peneliti Topouzelis, K. et al., yang melakukan ekperimen dengan membuat objek buatan berupa: kumpulan botol plastik, jaring ikan, dan kumpulan kantong plastik. Objek buatan tersebut diletakkan di perairan Tsamakia beach, Greece. Mereka membuat ukuran sampah plastik ukuran 10 x 10 meter mengikuti resolusi spasial citra Sentinel-2, kemudian meletakkannya 30 meter dari pantai agar terlihat perbedaan nilai piksel yang ditangkap sensor kamera.

Objek sampah buatan tersebut difoto menggunakan drone yang memiliki sensor kamera multiband (Sony A5100) dengan waktu pengambilan citra disesuaikan dengan waktu revisit satelit Sentinel-2. Jika diperoleh citra yang memenuhi syarat seperti gambar jelas, tidak berawan, tidak blur, data tersebut diunduh untuk diolah menggunakan image processing untuk mendeteksi objek sampah buatan tersebut.

7. POTENSI PEMANFAATAN CITRA SENTINEL-2 UNTUK MENDETEKSI KUMPULAN SAMPAH PLASTIK DI LAUT

63Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Objek yang difoto menggunakan drone (Sony A5100) terlihat dengan jelas tiga objek sampah buatan (Gambar 29). Jika menggunakan Sentinel-2 akan terlihat 4 piksel dengan nilai reflektansi tertinggi berada pada kisaran panjang gelombang 500–800 (nm).

Peneliti Themistocleous, K., et al., melakukan riset yang hampir sama dengan dengan yang dilakukan oleh Topouzelis, K., et al., namun menggunakan objek sampah plastik buatan yang berukuran lebih kecil yaitu 3 m x 10 m. Sampah plastik buatan tersebut ditempatkan dekat pantai pelabuhan Old Port Limassol, Cyprus. Hasil studi ini menjelaskan bahwa sampah plastik buatan akan mudah dideteksi dengan menggunakan panjang gelombang NIR (Themistocleous, K. et al., 2020). Secara lengkap mereka melakukan pengujian terhadap sembilan indikator grafis yang berpotensi dapat digunakan untuk mendeteksi objek sampah plastik seperti terlihat pada sembilan persamaan dibawah ini:

NDWI = (B03 − B08)/(B03 + B08 .............................................................. (1)

WRI = (B03 + B04)/(B08 + B012) ............................................................. (2)

NDVI = (B08 − B04)/(B08 + B04) ............................................................. (3)

AWEI = 4 x (B03 − B012) − (0.25 × B08 + 2.75 × B011) ........................... (4)

MNDWI = (B03 − B012)/(B04 + B012) ..................................................... (5)

NDMI = (B03 − B08)/(B03 + B08) ............................................................ (6)

SR = B08/B04 ............................................................................................ (7)

PI = B08/(B08 + B04) ................................................................................ (8)

RNDVI = (B04 − B08)/(B04 + B08) ........................................................... (9)

64Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Perbandingan hasil deteksi menggunakan drone kamera Sony Gambar 29 A5100 dengan citra Sentinel-2 dan variasi nilai reflektansi hasil

pencocokan (matching) keduanya

Berdasarkan persamaan tersebut, perlu dilakukan pengolahan citra dengan hasil kemampuan deteksi plastik yang berbeda-beda seperti terlihat pada Gambar 30. Jika menggunakan indikator AWEI, objek sampah plastik buatan tidak dapat terdeteksi. Namun jika menggunakan indikator PI, terlihat objek terdeteksi paling luas dibandingkan dengan indikator lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa indikator PI (Band B04 dan Band B08) superior dibandingkan dengan indikator pembandingnya. Temuan ini juga menyebutkan bahwa citra Sentinel-2 yang digunakan adalah citra yang bebas awan dan dalam

7. POTENSI PEMANFAATAN CITRA SENTINEL-2 UNTUK MENDETEKSI KUMPULAN SAMPAH PLASTIK DI LAUT

65Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

pengolahan citranya tidak melakukan koreksi atmosferik karena algoritma koreksi ini akan menyerap nilai plastik yang transparan sehingga sampah plastik tidak dapat terdeteksi.

Berbeda dengan riset yang dilakukan oleh Biermann dan rekannya yang melakukan analisis secara komprehensif untuk mendeteksi objek sampah plastik buatan menggunakan citra Sentinel-2 dan menggabungkannya dengan metode machine learning algoritma Naive Bayes untuk mengklasifikasikan objek (Biermann L., et al., 2020).

Band Sentinel-2 yang digunakan adalah Band 4 (red), Band 6 (red edge 2), Band 8 (NIR), dan Band 11 (SWIR 1). Formulasi yang digunakan untuk mendeteksi objek sampah plastik adalah menggunakan Floating Debris Index (FDI) dengan menggunakan persamaan 10 dan 11 (Biermann L., et al., 2020) berikut:

10

11

Sedangkan untuk membedakan objek vegetasi dengan material lainnya menggunakan formulasi NDVI. Penggabungan metode FDI dan NDVI digunakan untuk mengelompokkan (clustering) setiap objek yang terapung di permukaan laut menggunakan algoritma Naive Bayes. Hasilnya diperoleh tingkat akurasi sebesar 86% (lihat Gambar 31).

66Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Hasil deteksi objek sampah plastik buatan menggunakan Gambar 30 persamaan (1) s.d. (9). (Sumber: Themistocleous K., et al., 2020).

Klasifikasi objek terapung di permukaan laut. (a) Metode Gambar 31 NDVI dapat membedakan dengan baik objek yang ada di permukaan laut (air laut, vegetasi, dan plastik); (b) Metode FDI dapat mendiskriminasi dengan baik antara air laut dan objek terapung lainnya; (c) Penggabungan FDI dan NDVI dapat mengelompokkan dengan baik setiap objek di permukaan laut (Biermann, L. et al., 2020).

7. POTENSI PEMANFAATAN CITRA SENTINEL-2 UNTUK MENDETEKSI KUMPULAN SAMPAH PLASTIK DI LAUT

67Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

PenutupArtikel ini dimaksudkan untuk melakukan kajian penggunaan beberapa metode untuk mendeteksi sampah plastik menggunakan citra optik Sentinel-2 yang dapat diakses secara gratis (free). Berdasarkan hasil kajian diperoleh hasil bahwa citra Sentinel-2 sangat berpotensi untuk dapat digunakan untk mendeteksi kumpulan sampah plastik yang ada di permukaan laut. Metode terkini menyebutkan bahwa band Sentinel-2 yang dapat digunakan untuk mendeteksi sampah tersebut adalah Band 4 (red), Band 6 (red edge 2), Band 8 (NIR), dan Band 11 (SWIR 1). Indikator nilai Plastic Index (PI) pada range 0,39–0,42 merupakan nilai indeks terbaik yang dapat digunakan untuk mendiskriminasi objek sampah plastik.

Namun, hal yang perlu menjadi perhatian dalam pengolahan citra Sentinel-2 ini adalah penggunaan citra yang bebas awan dan kehati-hatian dalam melakukan koreksi atmosferik. Koreksi atmosferik yang tidak tepat dapat menghilangkan nilai pantulan plastik yang transparan sehingga sampah plastik tidak mampu terdeteksi.

Metode lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi objek sampah plastik adalah menggunakan penggabungan indikator PVI dan NDVI untuk mengelompokkan objek terapung di permukaan laut. Hasil penggabungan kedua indikator dan pengelompokan objek menggunakan algoritma Naive Bayes menghasilkan akurasi 86%.

Kajian ini diharapkan dapat memberikan perspektif baru kepada penggiat lingkungan, terutama peneliti remote sensing untuk mengembangkan algoritma baru untuk mendeteksi sampah plastik dengan akurasi yang lebih tinggi. Khususnya, menggunakan citra satelit gratis sehingga dapat digunakan oleh masyarakat secara luas untuk menyelamatkan lingkungan laut dari sampah laut terapung.

REKOMENDASI 8. PENGELOLAAN SAMPAH DI KEPULAUAN SERIBU

Penulis: Djoko Rianto Budi Hartono1, Handy Chandra2

1) Suku Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

2) Pusat Riset Kelautan, BRSDM KP, KKP

PendahuluanKepulauan Seribu merupakan salah satu bagian dari Provinsi DKI Jakarta yang memiliki karakteristik khas dan berbeda dari wilayah-wilayah lainnya di DKI Jakarta. Daerah ini adalah satu-satunya wilayah berbentuk kabupaten di DKI Jakarta yang terdiri atas gugusan pulau yang memiliki luas total 7.005,76 km2 dengan luas daratan 8,76 km2 dan luas lautan 6.997,50 km2. Jumlah pulau di Kepulauan Seribu sampai tahun 2019 tercatat 109 pulau, di mana 11 pulau di antaranya merupakan daerah pemukiman.

Sebelumnya, Kepulauan Seribu berstatus sebagai kecamatan, namun pada tahun 2001 statusnya berubah menjadi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, sesuai dengan ketetapan hukum yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No 55 Tahun 2001.

Pada artikel ini, Penulis membuka wawasan tentang sumber sampah, konversi model pengelolaan, dan contoh kolaborasi yang sudah dilakukan pada Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

70Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Posisinya secara geografis adalah pada 5°24´ – 5°45´ LS dan 106°25´ – 106°40´ BT dan terletak di wilayah Teluk Jakarta, tempat bermuaranya 13 sungai dari daratan DKI Jakarta dan sekitarnya.

Kepulauan Seribu menyimpan potensi pariwisata yang sangat besar karena lokasinya yang tidak terlalu jauh dari pusat pemerintahan dan bisnis, serta banyak pulau yang memiliki pesona alam dan daya tarik lainnya. Kunjungan wisatawan ke Kepulauan Seribu tidak pernah sepi. Fakta inilah yang menyebabkan Kepulauan Seribu ditunjuk menjadi salah satu dari 10 KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional).

Menyandang tugas sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia, Kota DKI Jakarta juga berperan sebagai sentra industri, perdagangan, jasa, pariwisata, dan pendidikan. Perkembangan Kota Jakarta yang kian dinamis memicu perkembangan aktivitas bisnis dan jumlah penduduk. Mengingat setiap kegiatan dan aktivitas penduduknya tidak terlepas dari kegiatan memproduksi sampah, baik dengan jumlah yang besar atau kecil maka permasalahan sampah di DKI Jakarta menjadi permasalahan kompleks yang tidak dapat dihindari dan harus ditanggulangi.

Permasalahan sampah di DKI Jakarta tidak hanya dialami di wilayah daratan, tetapi juga berdampak pada wilayah perairan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu. Perairan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu sebagai wilayah laut di Provinsi DKI Jakarta merupakan ekosistem yang sedang mengalami tekanan akibat pencemaran sampah dan berbagai limbah laut yang terbawa oleh sungai maupun aktivitas di laut yang menjelma menjadi sampah kiriman (marine debris).

Volume sampah kiriman bersaing dengan volume sampah domestik yang berasal dari sampah Rumah Tangga dan Sejenis Rumah Tangga. Ditambah lagi, ketergantungan air minum yang berasal dari air kemasan, menjadi salah satu faktor tingginya volume sampah plastik di Kepulauan Seribu.

Kunjungan wisatawan yang meningkat dari tahun ke tahun ke Kepulauan Seribu, selain menambah pundi-pundi kesejahteraan bagi warganya, juga turut menambah beban sampah di wilayah tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sumber sampah

8. REKOMENDASI PENGELOLAAN SAMPAH DI KEPULAUAN SERIBU

71Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

di Kepulauan Seribu berasal dari sampah domestik, sampah kiriman, dan juga sampah wisatawan. Berbeda dengan wilayah daratan DKI Jakarta lainnya yang lebih didominasi oleh sampah domestik.

Seperti disebutkan di awal bahwa Kepulauan Seribu memiliki karakteristik khas dan berbeda dari wilayah-wilayah lainnya di DKI Jakarta maka pengelolan sampah di Kepulauan Seribu juga memiliki sistem pengelolaan sampah yang sedikit berbeda dari wilayah daratan DKI Jakarta. Salah satu yang mencolok adalah keberadaan Kapal Pengangkut Sampah (KPS) yang hanya ada di Kepulauan Seribu. Hanya satu-satunya di negara Republik Indonesia.

Konsep PengelolaanPengelolaan sampah di Kepulauan Seribu mulai menunjukkan perubahan paradigma yang berbeda. Berawal dari konsep “Kumpul – Angkut – Buang”, kemudian menjadi “Pilah – Olah – Angkut - Buang”. Konsep awal “Kumpul – Angkut – Buang” artinya para petugas kebersihan mengumpulkan sampah-sampah yang ada di Kepulauan Seribu, lalu mengangkutnya dengan menggunakan kapal dan truk sampah dengan tujuan akhir membuangnya ke TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) Bantar Gebang. Konsep ini pelan-pelan mulai bergeser menuju “Pilah – Olah – Angkut - Buang”. Konsep terakhir mengandung makna bahwa setiap komponen masyarakat diminta mulai memilah sampahnya sehingga mudah untuk mengolahnya dan memberikan manfaat bagi masyarakatnya, kemudian residunya baru dibuang ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) atau TPST (Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu).

Bila konsep terakhir ini berhasil, harapan selanjutnya bahwa pengelolaan sampah dapat menjadi “Circular Economy” sehingga tidak ada lagi sampah yang dibuang ke lingkungan karena terserap secara ekonomi oleh pelaku-pelaku usaha di tiap rantai aktivitas. Konsep ekonomi berputar (circular economy) dapat dilihat pada Gambar 32.

72Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Konsep kerja sistem ekonomi berputar (Gambar 32 circular economy) pada bidang pengelolaan sampah.

Dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 108 Tahun 2019 tentang Kebijakan dan Strategi Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, dinyatakan bahwa pengelolaan sampah terdiri atas pengurangan dan penanganan sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga.

Pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dilakukan melalui cara:

Pembatasan timbulan Sampah Rumah Tangga dan Sampah 1. Sejenis Sampah Rumah Tangga;

Pendauran ulang Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis 2. Sampah Rumah Tangga; dan/atau

Pemanfaatan kembali Sampah Rumah Tangga dan Sampah 3. Sejenis Sampah Rumah Tangga.

8. REKOMENDASI PENGELOLAAN SAMPAH DI KEPULAUAN SERIBU

73Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Sementara Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga ditempuh melalui:

Pemilahan;1.

Pengumpulan;2.

Pengangkutan;3.

Pengolahan; dan4.

Pemrosesan akhir.5.

Beberapa upaya yang dilakukan oleh Suku Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dalam rangka Pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, antara lain:

Melakukan sosialisasi Pergub No 108 Tahun 2019 dan peraturan a. lain sejenis yang terkait Pengelolaan Sampah melalui Rapat Pimpinan Kabupaten, Kantor-Kantor Kecamatan dan Kelurahan, serta sekolah-sekolah.

Melakukan pembinaan kegiatan Program Kampung Iklim, b. Sekolah Adiwiyata, Adipura, Sekolah Adiwiyata, dan Saka Kalpataru.

Melaksanakan edukasi dan pendampingan oleh Petugas 3R c. di setiap RW.

Melaksanakan kegiatan pendampingan dengan bekerja d. sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) (a.l. Diver Clean Action, Rumah Hijau, Jejak Seribu, Pernitas, PT Astra melalui Yayasan Semut Merah).

Melaksanakan kerja sama dengan komponen masyarakat, e. dalam hal ini PKK, Karang Taruna, Pramuka, dan Pokdarwis (kelompok sadar wisata).

Melaksanakan kerja sama dengan UKPD terkait, seperti f. Kabupaten, Kecamatan, Kelurahan, Sudin Pendidikan, Sudin Pariwisata, Sudin Perhubungan, Sudin Kominfo, Taman Nasional, BKSDA, dan lain-lain.

74Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Melaksanakan kerja sama dengan akademisi, antara lain g. Universitas Bina Nusantara, IPB, dan Universitas Pancasila untuk kajian-kajian atau implementasi teknologi tepat guna tentang pengelolaan sampah.

Bekerja sama dengan banyak pihak menyelenggarakan h. lomba Program Kampung Iklim, Hijau Bersih Sehat, kebersihan antar RW di Kepulauan Seribu.

Melaksanakan operasi yustisi (i. Operasi Tangkap Tangan), yaitu dengan mendatangi langsung setiap wilayah.

Terkait kerja sama atau kolaborasi, Suku Dinas Lingkungan Hidup mencoba membuat kolaborasi yang melibatkan semua pranata sosial yang ada di masyarakat, yaitu Pemerintah, Bisnis, Akademisi, Komunitas, dan Media untuk bisa membuat gerakan yang masif dalam pengelolaan sampah, khususnya di Kepulauan Seribu.

Model ekonomi sirkular yang direkomendasikan, yaitu menggerakkan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) sebagai motornya. UMKM ini didukung oleh pemerintah, komunitas, bisnis, media, dan akademisi.

Konsep kerja kolaborasi Pemerintah, Bisnis, Akademis, Gambar 33 Komunitas, Media, dan Masyarakat dalam aspek pengelolaan sampah. UMKM diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi sirkular. Sumber: Sudin LH Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, diolah kembali oleh Handy Chandra.

8. REKOMENDASI PENGELOLAAN SAMPAH DI KEPULAUAN SERIBU

75Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Masing-masing komponen pranata sosial ini memiliki peranan yang saling menguatkan dalam bentuk:

Pemerintah bertanggung jawab sebagai regulator; •

Akademisi berperan sebagai konseptor;•

Bisnis berfungsi sebagai • enabler;

Komunitas beraksi sebagai akselerator; dan•

Media bertugas sebagai • expander.

Aktivitas warga yang terlihat dalam upaya pengurangan sampah di Kepulauan Seribu adalah:

Mengurangi atau menghindari penggunaan kantong kresek, 1. sedotan plasik, styrofoam, air mineral dalam kemasan, produk dalam sachet.

Membiasakan menggunakan kemasan makanan ramah 2. lingkungan, tote bag, sedotan stainless, tumbler, produk sistem isi ulang (refill).

Melakukan pemilahan sampah di rumah tangga, sekolah maupun 3. perkantoran.

Memanfaatkan barang bekas untuk fungsi sama atau berbeda, 4. misalnya botol sirup untuk tempat minyak goreng, botol kemasan untuk lampion atau wadah tanaman hidroponik.

Memanfaatkan sisa makanan/sampah organik untuk pakan 5. ternak.

Membuat kompos dengan takakura, lubang biopori, tong 6. komposter, dan kompos tanam

Mereduksi sampah organik dengan budidaya maggot, 7. biodigester.

Menjual sampah anorganik bernilai ekonomi ke Bank Sampah.8.

Membuat 9. ecobricks dari sampah residu.

Membuat barang-barang kerajinan 3R dari sampah residu.10.

Sejak berlakunya Peraturan Gubernur Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Lingkup Rukun Warga, peran-serta masyarakat diharapkan akan semakin aktif dengan terbentuknya Lembaga Pengelolaan Sampah di setiap RW-nya.

76Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Sementara Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, Suku Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Administrasi menempuhnya melalui:

Pemilahan di TPS Pulau 1.

Pengumpulan dalam wadah terpisah2.

Pengolahan sampah organik dengan kompos tanam, tong 3. komposter dan rumah maggot, sedangkan sampah anorganik bernilai jual akan dilempar ke Bank Sampah, Ecobricks atau dimusnahkan dalam L-Box.

Pengangkutan sampah residu, 4. E-waste dan B3 yang tidak dapat diolah di pulau dengan menggunakan kapal dan truk sampah menuju darat.

Pemrosesan akhir di TPST Bantar atau di Pihak Ketiga untuk 5. perlakuan sampah B3 dan E-waste.

Sebagai informasi, Kepulauan Seribu telah berhasil mencapai target KSD (Kegiatan Strategis Daerah) 26 yaitu Pengurangan Sampah di Sumber yaitu (Gambar 34):

Tangkapan layar data pengurangan sampah di sumber populasi Gambar 34 masyarakat di pulau. Sumber: Sudin LH Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

8. REKOMENDASI PENGELOLAAN SAMPAH DI KEPULAUAN SERIBU

77Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Untuk Pengelolaan Sampah dari sumber lainnya, yaitu sampah kiriman dan wisatawan diperlukan kolaborasi di tingkat yang lebih tinggi lagi, yaitu provinsi, antarprovinsi, nasional, bahkan internasional, dan selama ini sudah dicoba penjajagan melalui BKAD (Badan Kerja Sama Antar Daerah).

PenutupSemoga apa yang sudah dipaparkan dapat menjadi acuan pengembangan perbaikan operasional dan meningkatkan peluang kerja sama, baik itu dengan institusi-institusi Pemerintah lainnya, institusi Bisnis, Akademisi, dan komunitas.

Upaya yang telah coba dilakukan oleh Pusat Riset Kelautan (BRSDM KP, KKP) pada tahun 2020, dengan mendesain ulang KPS agar lebih efektif dan ekonomis merupakan contoh kolaborasi ”G2G” (government to government) yang positif.

TEKNOLOGI 9. INSINERATOR SAMPAH RAMAH LINGKUNGAN UNTUK KEPULAUAN

Penulis: Mochamad Syamsiro1, Penny DK2, Marza IM 2, Hariyanto T2

1) Universitas Janabadra (UJB) Yogyakarta

2) Pusat Riset Kelautan, BRSDM KP, KKP

PrologDahulu, pada saat penduduk tidak banyak dan sampah yang dihasilkan juga masih sedikit, pengelolaan sampah secara konvensional tidak begitu menjadi persoalaan. Tetapi saat ini, ketika sampah sudah sedemikian banyaknya dan penduduk juga terus bertambah, harus ada perubahan paradigma di dalam pengelolaan sampah dengan menjadikan sampah sebagai produk yang mempunyai nilai ekonomi.

Ada banyak bagian sampah yang masih berguna dan dapat digunakan kembali, kalau kita mampu mengelola dan mengolahnya dengan baik. Sisa sampah yang tidak dapat diolah

Penulis utama merupakan Direktur Center for Waste Management & Bioenergy di kampusnya, memaparkan dengan lugas dan ringkas tentang teknologi insinerator ramah lingkungan sehingga memberikan pemahaman utuh dan mengklarifikasi isu dan rumor yang keliru.

80Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

maupun digunakan kembali inilah yang nantinya harus ditangani, salah satunya adalah pemusnahan dengan mesin insinerator sampah.

Agar sampah bisa tertangani dengan baik, ada beberapa metode di dalam pengelolaan sampah padat, di antaranya yang paling umum adalah menggunakan sistem terbuka (open dumping) dan sanitary landfill. Pada sistem terbuka, sampah hanya dibuang begitu saja tanpa perlakuan apapun. Sistem yang lebih baik adalah dengan menggunakan sanitary landfill, di mana sampah sudah ditangani secara lebih baik seperti pelapisan dengan tanah, pembuatan saluran lindi, dan kontrol gas metan.

Namun demikian, metode yang telah disebutkan di atas tetap membutuhkan lahan yang luas. Sementara itu, kondisi yang ada saat ini, sangat sulit untuk mencari tempat baru untuk dijadikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah karena sering kali akan terjadi penolakan dari warga sekitar. Apalagi, di pulau-pulau kecil yang pastinya tidak memiliki lahan yang memadai untuk TPA. Dengan demikian, perlu ada solusi yang komprehensif untuk penanganan sampah ini.

Sebagaimana kita ketahui bersama, Indonesia memiliki belasan ribu pulau yang sebagian besarnya merupakan pulau-pulau kecil. Salah satu cara untuk menanganinya adalah dengan memusnahkan sampah yang ada secara termal dengan teknologi pembakaran atau insinerasi yang kemudian bisa dimanfaatkan panas pembakarannya untuk menghasilkan listrik maupun untuk keperluan lainnya.

Sebenarnya tradisi membakar sampah sudah dilakukan oleh masyarakat sejak zaman dahulu dengan membuat lubang sampah dan membakarnya secara konvensional. Namun saat ini dengan semakin sempitnya lahan dan tuntutan lingkungan yang lebih baik, cara-cara tersebut harus sudah ditinggalkan dan diganti dengan cara baru pembakaran yang lebih bersih dan ramah lingkungan dengan bantuan teknologi yang ada.

Paradigma Baru Pengelolaan SampahMelihat adanya potensi nilai ekonomi sampah, perlu dirumuskan paradigma baru di dalam pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan. Sampah yang selama ini dianggap sebagai barang

9. TEKNOLOGI INSINERATOR SAMPAH RAMAH LINGKUNGAN UNTUK KEPULAUAN

81Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

kotor dan tidak bermanfaat harus diubah paradigmanya menjadi barang yang punya nilai ekonomi tinggi. Salah satu paradigma baru pengelolaan sampah adalah dengan mengolah sampah menjadi salah satu sumber energi yang dapat memberikan manfaat banyak bagi masyarakat.

Pengolahan sampah menjadi energi sudah banyak dilakukan oleh negara-negara maju. Penulis pernah mengunjungi beberapa tempat pengolahan sampah menjadi energi di Jepang, Tiongkok, dan Taiwan. Mereka mengolah sampahnya dengan sangat baik, bahkan tempat pengolahannya sangat bersih tidak seperti umumnya kota-kota di Indonesia yang sangat kotor karena sampah berceceran di mana-mana. Bahkan, kalau kita lihat dari kejauhan nampak tidak seperti tempat pengolahan sampah melainkan seperti mall atau gedung perkantoran.

Ada banyak model teknologi yang dapat digunakan untuk mengolah sampah menjadi energi. Di antaranya yang umum diterapkan di banyak negara adalah apa yang disebut dengan teknologi insinerasi atau pembakaran yang kemudian di Indonesia dikenal dengan istilah Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Dengan sistem ini, sampah akan bisa dikurangi hingga 90% karena hanya abu saja yang tersisa. Dengan demikian, ada dua keuntungan yang bisa diperoleh, yaitu musnahnya sampah dan listrik yang dihasilkannya. Pada beberapa PLTSa baru, digunakan sistem gasifikasi yang diklaim lebih efisien dan ramah lingkungan.

Sampah Menjadi EnergiPengolahan sampah menjadi sumber energi/listrik pada prinsipnya adalah menggunakan teknologi termal pada suhu tinggi. Ada beberapa skema teknologi termal untuk mengubah sampah kota menjadi listrik. Pertama adalah teknologi pembakaran atau insinerasi, di mana sampah dibakar untuk menghasilkan energi panas yang digunakan untuk memanaskan air di dalam boiler untuk dijadikan uap sebagai penggerak turbin untuk memutar generator penghasil listrik. Pada prinsipnya ada empat tahapan proses insinerasi, yaitu proses pre-treatment, proses pembakaran, proses energy recovery, dan penanganan gas buang. Teknologi pembakaran saat ini sudah

82Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

sangat mature dan telah digunakan di banyak negara. Dengan teknologi ini, sampah tereduksi hingga 90% dan hanya tersisa abu yang jumlahnya tinggal 10%. Bahkan, tumpukan sampah lama yang sudah menggunung di lokasi TPA juga bisa dimusnakan dalam waktu singkat.

Dari pengalaman kunjungan dan riset yang dilakukan penulis, emisi hasil pembakaran dapat diminimalkan hingga di bawah ambang batas emisi yang diizinkan. Beberapa peralatan penyaring polutan dipasang pada sistem insinerator untuk meminimalisir emisi yang dihasilkannya.

Berikutnya adalah teknologi pirolisis dan gasifikasi. Pirolisis merupakan teknologi pemanasan sampah kota tanpa menggunakan udara di dalam prosesnya. Jadi tidak terjadi pembakaran di dalamnya, hanya terjadi proses perengkahan rantai karbon untuk nantinya bisa dihasilkan bahan bakar cair maupun gas. Sampah plastik dan karet ban bekas dapat dikonversi menjadi bahan bakar minyak (BBM) dengan teknologi ini.

Gasifikasi adalah proses pembakaran dengan udara terbatas sehingga menghasilkan bahan bakar gas yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik maupun kebutuhan lainnya. Teknologi lain yang bisa diterapkan adalah dengan perlakuan hidrotermal untuk menghasilkan bahan bakar padat berupa RDF (Refused Derived Fuel) menggunakan suhu dan tekanan tinggi.

Teknologi Insinerator Ramah Lingkungan Untuk dapat memahami dan meyakinkan masyarakat akan pentingnya penggunaan teknologi di dalam pengelolaan dan pengolahan sampah, khususnya insinerator, perlu ada penjelasan yang lebih rinci lagi sehingga tidak ada lagi kontroversi dalam penerapan teknologi tersebut. Ada banyak teknologi yang bisa diterapkan untuk mengolah sampah menjadi sumber energi atau listrik. Namun, kebutuhan bahwa teknologi tersebut harus berbasis teknologi ramah lingkungan dan bisa mengurangi volume sampah secara signifikan dalam waktu yang tidak lama, pilihan teknologi termal menjadi satu-satunya yang cocok dengan kebutuhan tersebut.

9. TEKNOLOGI INSINERATOR SAMPAH RAMAH LINGKUNGAN UNTUK KEPULAUAN

83Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Dari pilihan teknologi tersebut di atas, pilihan teknologi pembakaran atau insinerasi menjadi pilihan utama dari segi kesiapan teknologinya. Prinsip teknologi yang digunakan sebenarnya seperti pembakaran sampah pada umumnya. Untuk skala besar, ada dua teknologi utama yang dikembangkan untuk sistem pembakaran sampahnya, yaitu tipe grate stocker dan fluidized bed.

Skema teknologi insinerator tipe Gambar 35 grate stocker dari perusahaan Martin Gmbh (Jerman).

Tipe grate stocker merupakan tipe awal yang dikembangkan dengan menggunakan sistem pembakaran sampah pada bidang yang dimiringkan sehingga sampah akan bergerak perlahan-lahan ke arah bawah sambil dibakar. Ada celah-celah udara dari bawah yang akan dihembuskan ke atas untuk membantu proses pembakaran. Kemudian setelah dibakar, di bagian atas ada hembusan udara tambahan untuk membantu proses pembakaran menjadi lebih sempurna untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi polusi ke lingkungan.

84Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Tipe yang kedua, yaitu fluidized bed atau unggun terfluidisasi di mana sampah dicacah menjadi ukuran kecil kemudian dimasukkan ke dalam reaktor dan dihembus udara sehingga akan terbang atau terfluidisasi sekaligus terbakar. Teknologi ini sedikit lebih maju dari yang sebelumnya dan diklaim lebih efisien. Meskipun sebenarnya kedua teknologi tersebut terus bersaing dengan kelebihannya masing-masing. Sebelum sampah dibakar di ruang bakar ini, sampah ditampung di dalam bunker yang letaknya di sebelah ruang bakar. Tujuannya adalah agar ada proses pengeringan awal sampah akibat terkena efek panas ruang bakar sebelum akhirnya juga dibakar di ruang bakar. Di dalam bunker ini, sampah didiamkan selama kurang lebih 3–5 hari untuk memaksimalkan proses pengeringan.

Untuk skala yang lebih kecil, dapat digunakan teknologi fixed bed/statis dan rotary kiln yang lebih efisien. Prinsip teknologi fixed bed, sampah dimasukkan ke dalam ruang bakar dan kemudian dibakar seperti biasanya. Jadi ibaratnya seperti tong pembakaran sampah yang tertutup rapat guna menjaga polutannya agar minimal. Sedmentara tipe rotary kiln prinsip kerjanya dengan memutar drum tempat sampahnya sehingga proses pembakaran bisa merata dan berlangsung secara sempurna.

Untuk menangani polusi yang dihasilkan dari proses pembakaran di insinerator, mesin harus dilengkapi dengan beberapa fasilitas yang terdiri atas tiga alat utama, yaitu unit pengolahan gas buang, unit pengolahan limbah cair, dan unit penanganan bau. Unit pengolahan gas buang berfungi untuk mengurangi gas asam dan partikulat yang ada di gas buang. Unit ini terdiri dari pemisah debu dengan sistem siklon, scrubber semi-kering dan fabric filter baghouse. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa keluaran gas memenuhi regulasi yang ditetapkan pemerintah setempat.

Pemisah debu siklon dipasang pada sisi keluar gas buang untuk mengumpulkan partikulat dalam gas buang. Bag house filter dipasang pada ujung unit penanganan gas. Setelah melewati pemisah siklon, kemudian komponen asam dieliminasi melalui scrubber semi-kering, lalu diikuti penurunan suhu dan kemudian masuk ke bag house untuk menghilangkan partikulat. Karbon aktif juga digunakan pada sistem ini untuk menyerap logam-logam berat dan dioksin.

9. TEKNOLOGI INSINERATOR SAMPAH RAMAH LINGKUNGAN UNTUK KEPULAUAN

85Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Teknologi penanganan polutan pada insinerator sampah yang Gambar 36 ramah lingkungan (Zhejiang University, 2016).

EpilogUntuk dapat menjawab tantangan pengelolaan sampah yang berkelanjutan, ke depannya perlu adanya pemahaman masyarakat dan pemangku kepentingan akan teknologi penanganan sampah kota sehingga dapat menentukan pilihan yang terbaik untuk diterapkan di negara kita.

Timbulan sampah akan terus semakin menggunung dan perlu segera dicarikan solusinya secepat mungkin, sebelum bom waktu masalah sampah ini meledak dan menjadi persoalan yang kompleks, tidak hanya lingkungan, tetapi juga ekonomi dan sosial.

Sudah saatnya pulau-pulau kecil di Indonesia memiliki mesin insinerator pemusnah sampah yang ramah lingkungan dengan dilengkapi sistem penanganan polutannya. Mesin insinerator tersebut dapat ditempatkan secara statis di darat dan bisa juga ditempatkan di kapal insinerator sehingga dapat dipindahkan dan digunakan di pulau-pulau yang berdekatan. Dengan penerapan teknologi tersebut, diharapkan dapat mengatasi permasalahan sampah di kepulauan sehingga tidak akan ada lagi terjadi penumpukkan sampah maupun sampah yang terbuang ke laut. Di sisi lain juga, ada nilai tambah energi yang dihasilkan dari pengolahan sampah ini.

86Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Pemerintah, khususnya pemerintah daerah sebagai ujung tombak pengelolaan sampah sudah saatnya untuk memikirkan, merencanakan, dan kemudian mengimplementasikan teknologi insinerator ramah lingkungan ini.

PROSES 10. PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN KAPAL PENGANGKUT SAMPAH (KPS) DAN KAPAL INSINERATOR SAMPAH (KIS)

Penulis: Raja Oloan Saut Gurning1, Agoes Santoso1, Achmad Baidowi1, Didik Ari Purwanto2, Ricky3, Teddie Kurniawan 3, Miskli Iska Ananda4

1) Staf Pengajar Teknik Sistem Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

2) PT Terafulk Megantara Design, Surabaya

3) Mahasiswa S-1, Departemen Teknik Sistem Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

4) Mahasiswa Pascasarjana, Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS

Fungsi Umum KPS dan KISKapal Pengangkut Sampah (KPS) merupakan kapal yang dirancang untuk mengumpulkan (lalu menyimpannya) dan mengangkutnya dari berbagai

Protokol disain kapal dalam level rencana umum, dipaparkan dengan cukup komprehensif, namun tetap mudah dimengerti pembaca nonteknis. Tingkat kandungan dalam negeri alat dan personel teknologi KIS dan KPS sudah bisa mencapai 90%.

88Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

wilayah kepulauan. Khusus dalam proses perancangan ini, pengangkutannya dari berbagai daerah asal di Kepulauan Seribu menuju ke wilayah pembuangan (dumping area) yang diasumsikan berada di wilayah Jakarta (TPST Bantar Gebang).

Di samping itu, untuk mendukung kegiatan kebutuhan masyarakat kepulauan dalam melakukan pengolahan sampah, khususnya sampah domestik (rumah tangga) di wilayahnya maka KPS ini nantinya didukung oleh kapal insinerator sampah (KIS). Jenis kapal ini (KIS) memiliki tugas untuk membakar sejumlah jenis dan volume sampah tertentu, di dalam ruang pembakar (insinerator/tungku) yang tersedia di atas kapal yang kemudian buangan abu dijadikan pupuk atau untuk timbunan tanah (land-fill) di pulau-pulau terdekat.

Proses Perancangan KPS dan KISProses perancangan KPS dan KIS secara mendasar mengikuti sejumlah proses penting dari teori desain kapal secara spiral (Harrington, 1992) dalam khazanah teknologi perkapalan (naval architecture & shipbuilding)) dan sistem perkapalan (marine engineering) seperti yang terlihat pada Gambar 37.

Proses spiral desain kapal (Sumber: Harrington, 1992)Gambar 37

Jadi secara umum, hal penting dan awal yang perlu dilakukan adalah menentukan tujuan operasi kapal berdasarkan kondisi perairan yang menjadi lingkungan operasional, yaitu kedalaman, tinggi, dan

10. PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN KAPAL PENGANGKUT SAMPAH (KPS) DAN KAPAL INSINERATOR SAMPAH (KIS)

89Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

panjang gelombang. Selanjutnya, menentukan dimensi utama kapal (panjang keseluruhan, lebar, tinggi, dan kedalaman kapal). Tahap ke tiga, membuat rencana garis kapal, serta berbagai alokasi dan perhitungan ruangan, konstruksi dan pada akhirnya besaran tahanan (resistansi) serta kebutuhan tenaga kapal (berdasarkan kecepatan dan penggerak kapal) untuk berbagai berat muatan (kapal koson hingga kapal bermuatan penuh) dengan tetap memenuhi kestabilan dan kelaikan kapal. Pekerjaan yang cukup rumit dan perlu pengalaman.

Melalui berbagai proses perancangan tersebut, direncanakan ukuran utama KPS dalam siklus pertama adalah sebagai berikut:

LOA (• Length Over All) = 30 m

B (• Breadth) = 5,5 m

T (• Draft) = 1,5 m

Vs (kecepatan dinas) = 8 knot•

Berat BBM = 10 ton•

Kapasitas Muatan = 125 ton•

Jumlah Kru = 17 orang•

Anjungan depan (Menghindari Bau Sampah)•

Kapasitas bak pun juga dihitung dengan menggunakan massa •jenis air sebagai perhitungan jika bak terisi air laut

Sementara untuk KIS, usulan dimensi utamanya adalah sebagai

berikut:

LOA (• Length Over All) = 48,3 m

B (• Breadth) = 10,8 m

T (• Draft) = 2,5 m

Hull tanpa • bulbous atau X-bow

Kru = 17 orang•

Setelah melalui beberapa siklus disain (sekitar 4 kali siklus), dihasilkan gambaran rencana umum penataan ruang-ruang KPS dan KIS seperti pada Gambar 38.

90Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Komponen tahanan kapal KPS dan KIS juga dieksplorasi guna memperhitungkan seberapa besar efisiensi dari bentuk lambung (hull) kapal, jika diaplikasikan di wilayah perairan Kepulauan Seribu dengan tahanan yang ada. Perhitungan tahanan kapal dilakukan dengan menggunakan metode Holtrop melalui Maxsurf Resistance.

Untuk KPS dengan kecepatan yang sesuai dengan asumsi berdasarkan data operasional (permintaan dari Tim Riset di Pusat Riset Kelautan - KKP) 8 knot hingga 10 knot, besaran tahanan maksimum dengan metode Holtrop diperkirakan sekitar 14,3 kilo Newton (kN). Sementara untuk kapal KIS dengan asumsi dimensi utama KIS di atas dan kecepatan jelajah 8–10 knot, prediksi besaran tahanan kapal juga dengan metode Holtrop sekitar 34,1 kilo Newton (kN).

Dalam perhitungan kebutuhan permesinan utama kapal, baik KPS dan KIS, didasarkan pada perhitungan EHP (Effective Horsepower) dari kecepatan operasional kapal dalam satuan meter per second (m/s). Sementara Resistance (Rts) adalah satuan tahanan kapal yang telah dihitung pada software Maxsurf dengan satuan kN. Selanjutnya juga dilakukan estimasi DHP (Delivered Horsepower), BHP (Brake Horsepower) dengan memasukkan angka tambahan operasional yang dikenal dengan sea-margin (rerouting, kondisi cuaca terberat) sekitar 15%. Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat dijadikan suatu parameter untuk memilih mesin utama (main engine) dengan memasukan proses Engine Propeller Matching guna mendapatkan level efisiensi mesin utama dengan besaran daya untuk KPS sekitar 168 kW atau sekitar 230 HP, sedangkan untuk KIS sekitar 485 kW atau 650 HP.

Pemilihan Propeller (Baling-baling Penggerak) Pemilihan propeller KPS dan KIS dilakukan berdasarkan tiga hal penting yang menjadi pertimbangan utama. Pertama pemenuhan syarat ketinggian maksimum propeller. kedua, tingkat efisiensi propeller tertinggi yang dapat menjadi target utama kapal. Ketoga adalah mencegah potensi kavitasi dengan level yang diterima dalam instalasi propeller yang sesuai dengan letak propeller, konstruksi belakang kapal, serta jarak dengan kemudi kapal. Berikut adalah tipe propeller dari kedua kapal.

10. PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN KAPAL PENGANGKUT SAMPAH (KPS) DAN KAPAL INSINERATOR SAMPAH (KIS)

91Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Untuk KPS:

Tipe : B5-105•

Db (diameter) : 1.15 meter•

P/Db : 0,8993•

Efisiensi : 0,486•

N (putaran) : 250 RPM (rotation per minute) •

Untuk KIS:

Tipe : B3-85•

Db (diameter) : 1,98•

P/Db : 0,85•

Efisiensi : 0,49•

N (putaran) : 273 RPM •

Perhitungan Berat Kosong (Light Weight Ton, LWT), Berat Maksimum (Dead Weight Ton, DWT) Berat kosong kapal (LWT) merupakan salah satu dari parameter penting dalam mendesain sebuah kapal. Dalam menghitung LWT terdapat tiga komponen utama, yaitu berat baja kapal, berat peralatan kapal, dan berat permesinan kapal. Pada perhitungan desain LWT untuk KPS dan KIS, keduanya menggunakan metode estimasi perhitungan, di mana angka yang dihasilkan merupakan angka estimasi yang didapat dari parameter-parameter yang diketahui. Besaran LWT untuk KPS sekitar 164 ton, sedangkan untuk KIS adalah 326,3 ton.

Perhitungan DWT (Dead Weight Tonnage) merupakan parameter yang mengestimasi berbagai komponen beban kapal termasuk muatannya. Hal ini meliputi: berat mesin induk, bahan bakar mesin induk, berat mesin bantu dan bahan bakar mesin bantu, berat minyak pelumas, berat air tawar yang dibutuhkan untuk kebutuhan pendinginan permesinan dan kebutuhan domestik awak kapal, berat makanan, berat crew dan barang bawaan, serta berat lain yang dicadangkan. Lewat berbagai perhitungan diperkirakan berat DWT untuk KPS sekitar 307 ton, sedangkan untuk KIS adalah 545 ton.

92Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

(a)

(b)

(a) Rencana Umum Kapal KIS, dan (b) rencana Umum KPS.Gambar 38

10. PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN KAPAL PENGANGKUT SAMPAH (KPS) DAN KAPAL INSINERATOR SAMPAH (KIS)

93Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Perhitungan Berat Tanki-tanki KapalTangki ballast kapal direncanakan untuk fungsi kestabilan kapal. Kapasitas dari tangki balas berkisar antara 10–20% dari berat displacement kapal. Maka dari itu, volume tangki ballast pada KIS berkisar antara 85–170 m³, sedangkan untuk KPS adalah 32,64 m³.

Tangki bahan bakar ditentukan berdasarkan berat dari bahan bakar yang dibutuhkan, baik oleh KPS dan KIS. Kapal insinerator sampah telah ditentukan pada awal pertemuan bersama dengan Tim Penelitian Pusat Riset Kelautan (KKP), yaitu sebesar 20 ton. Berdasarkan requirement kebutuhan dari Tim Penelitian Pusat Riset Kelautan (PRK – KKP) terhadap jumlah berat bahan bakar, yaitu 20 ton, maka dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui berapa durasi berlayar (endurance) dari KIS.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan durasi berlayar KIS: jumlah bahan bakar, konsumsi bahan bakar dari mesin induk (M/E). Jika kedua data tersebut telah didapatkan, dapat dilakukan perhitungan untuk menentukan durasi berlayar KIS. Konsumsi bahan bakar 120 l/h atau 2.880 l/day atau 2.880 m³/day. Jumlah bahan bakar 20 ton dengan asumsi tangki bahan bakar dengan volume sekitar 22,2 m³, hasilnya durasi berlayar kapal hingga tujuh hari. Sementara dengan durasi yang sama, untuk KPS besaran kapasitas tangki bahan bakar adalah sekitar 21,3 m³.

Tangki air tawar ditentukan berdasarkan jumlah air tawar yang merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting dalam KIS dan KPS. Beberapa kegunaan dari fresh water pada kapal adalah sebagai sanitari dan sistem pendingin mesin. Sesuai pada perhitungan LWT & DWT, dapat diketahui kapasitas minimal air tawar yang dibutuhkan oleh KIS dalam beroperasi selama waktu durasi berlayar. Kebutuhan air tawar KIS sekitar 13,2 ton, sedangkan untuk KPS sekitar 2,1 ton.

Perhitungan Stabilitas KapalDalam melakukan proses desain KPS dan KIS, perlu dilakukan proses perhitungan stabilitas pada kapal tersebut. Digunakan aplikasi Maxsurf Stability untuk melakukan estimasi perhitungan stabilitas dari KPS dan KIS. Terdapat dua perhitungan yang akan dilakukan pada

94Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Maxsurf Stability yaitu Upright Hydrostatic & Large Angle Stability. Dalam melakukan perhitungan tersebut, kriteria yang akan digunakan adalah IMO A.749(18) Code on Intact Stability.

Sebelum melakukan perhitungan terdapat beberapa hal yang perlu disiapkan agar perhitungan stabilitas dapat berjalan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mendata segala macam berat peralatan dan permesinan dan posisinya. Pendataan ini akan dimasukkan kedalam load-case perangkat Maxsurf Stability. Pada perhitungan kali ini dibuat dua macam load-case yaitu pada muatan penuh dan pada muatan kosong.

Setelah data dari dua kondisi tersebut dimasukkan kedalam loadcase, kemudian dilakukan peletakan tangki-tangki sesuai dengan posisi yang telah digambarkan pada rancangan umum. Terdapat dua parameter penting yang dianalisis dalam menilai kestabilan KPS dan KPS selama menjalani proses bongkar-muat sampah dan juga proses operasi lainnya di laut, yaitu:

Upright Hydrostatic1.

Upright hydrostatic merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui karakteristik/sifat hidrostatik kapal. Sebelum melakukan analisa hidrostatik model kapal, dilakukan beberapa pengaturan meliputi trim, draft, dan displacement.

Large Angle Stability2.

Large angle stability merupakan analisis stabilitas/kesetimbangan kapal yang memungkinkan pengguna dapat menentukan parameter hidrostatik dari lambung kapal berdasarkan heel angle dan free to trim. Sebelum melakukan analisis sudut stabilitas model kapal, dilakukan beberapa pengaturan meliputi heel, trim, waveform, hog and sag, dan kriteria operasi sarat kapal.

10. PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN KAPAL PENGANGKUT SAMPAH (KPS) DAN KAPAL INSINERATOR SAMPAH (KIS)

95Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Proses Bongkar-Muat dan Kebutuhan InsineratorUntuk kebutuhan proses pemuatan dan pembongkaran kedua kapal KPS dan KIS, telah disediakan alat angkat (crane) dengan kapasitas angkat (safe working load, SWL) untuk KPS (1 ton), sedangkan untuk KIS 2 ton dengan total muatan sampah untuk KPS diperkirakan sekitar 125 ton, dan untuk KPS diperkirakan sekitar 500 ton.

Khusus untuk kapal Insinerator sampah direncanakan dapat melaksanakan fungsi pembakaran dengan insinerator yang semula dioperasikan di pulau menjadi dioperasikan di tengah laut. Salah satu hal yang mendasari tindakan ini adalah adanya keluhan dari warga terhadap insinerator yang dioperasikan di pulau yang kemungkinan dekat dengan pemukiman warga yang menimbulkan polusi udara dan bau bagi warga.

Untuk itu, KIS dilengkapi dengan insinerator dua unit kapasitas 4 m3 (dibakar dengan mesin LPG tipe IL 40) dengan kapasitas bakar 400 kg atau dengan tipe pembakar mesin solar IS 20–40. Hal Yang telah tersedia (siap beli melalui e-procurement) adalah insinerator karbon merek L-Box yang sudah beroperasi di Kepulauan Seribu.

Total Kandungan Dalam Negeri (TKDN)Secara umum, kedua kapal baik KPS dan KIS dapat diproduksi di dalam negeri dengan tingkat TKDN sekitar 80–90%. Selain itu juga, dapat didesain, dibangun, serta dioperasikan oleh tenaga teknik dalam negeri. Termasuk propeller dan insinerator dengan berbagai pompa permesinan kapal yang dapat diproduksi di dalam negeri.

PERENCANAAN 11. ANGGARAN OPERASIONAL KAPAL

Penulis: Cecep A. Hatori 1, Hariyanto T1, Rinny R1

1) Pusat Riset Kelautan, BRSDM KP, KKP

PendahuluanSampah merupakan salah satu masalah dalam kehidupan manusia. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah timbulan sampah secara nasional sebesar 175.000 ton per hari atau setara 64 juta ton per tahun atau sekitar 0,7 kg per orang setiap harinya. Komposisinya adalah sampah organik sebesar 50%, sampah plastik 15%, dan kertas sebesar 10% (Bisnis.com, 21 Februari 2019).

Setahun kemudian, jumlah timbulan tersebut meningkat menjadi 67,8 ton pada tahun 2020 (idntimes.com, 17 Juni 2020). Melihat data tersebut, sepertinya perlu upaya dari pemerintah untuk melakukan perbaikan atau peningkatan sistem pengelolaan dan penanganan sampah tersebut agar jumlahnya tidak terus meningkat.

Sebagai upaya dalam menangani permasalahan sampah, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan

“Plan your life, and live your planning” merupakan pepatah lama yang sahih. Operasional kapal juga memerlukan perencanaan, khususnya penganggaran agar bisa terlaksana secara efektif.

98Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

terkait pengelolaan dan penanganannya. Peraturan Presiden No 97 Tahun 2017 telah menetapkan target “pengurangan” Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga sebesar 30% (tiga puluh persen) dari angka timbulan, sebelum adanya kebijakan dan strategi nasional tersebut (pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga di tahun 2025). Sementara untuk target “penanganan” Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, yaitu sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari angka sebelum adanya kebiiakan dan strategi nasional penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga di tahun 2025.

Untuk pengelolaan sampah di laut, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018. Di mana salah satu strateginya adalah pengelolaan sampah yang bersumber dari darat dan penanggulangan sampah di pesisir dan laut. Dalam pengelolaan sampah yang berasal dari aktivitas di pesisir dan pulau-pulau kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendapat amanah sebagai penanggung jawab untuk pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan sampah di kawasan destinasi wisata dan fasilitas Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) atau pusat daur ulang di pulau-pulau kecil terluar.

Sebagai dukungan terhadap tugas tersebut, pada Tahun 2020 Pusat Riset Kelautan merekomendasikan penggunaan Kapal Insinerator Sampah (KIS) sebagai sarana pengolahan sampah di kepulauan.

Kapal Insinerator Sampah (KIS) rancangan Pusat Riset Kelautan memiliki panjang keseluruhan 48,3 meter, lebar 10,8 meter, tinggi 3,5 meter, dan sarat 2,5 meter. Kapal digerakkan oleh mesin induk dengan daya sebesar 650 HP yang dioperasikan oleh 17 ABK dan memiliki kecepatan maksimal 10 knot. KIS dapat dioperasikan dengan dua model sistem operasi, yaitu model operasi titik kumpul dan model operasi sirkular. Pada model operasi titik kumpul, KIS berlabuh pada posisi yang tetap dan melakukan pemrosesan akhir sampah pada tempat berlabuh. Sementara aktivitas pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan oleh Kapal Pengangkut/Pengumpul Sampah (KPS). Pada model operasi sirkular, KIS berkeliling ke pulau-pulau yang berpenduduk dan melakukan pembakaran sampah di lepas pantai dekat pulau-pulau tersebut.

11. PERENCANAAN ANGGARAN OPERASIONAL KAPAL

99Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Biaya Operasional KIS & KPSMulyadi (1990) dalam Buku Akuntansi Biaya, mendefinisikan biaya sebagai pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dengan demikian, biaya kapal dapat didefinisikan sebagai banyaknya pengeluaran yang berkaitan dengan pengoperasian suatu kapal, mulai dari harga pembangunan kapal, biaya operasional kapal, biaya penyusutan, dan biaya pemeliharaan. Biaya operasional kapal adalah banyaknya pengeluaran yang berhubungan dengan operasional kapal baik pada saat berlayar maupun saat berlabuh.

Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, telah mengeluarkan beberapa pedoman yang berkaitan dengan biaya operasional kapal. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No 55 Tahun 2019, komponen biaya operasional kapal yang diperhitungkan dalam kegiatan pelayanan publik kapal perintis terdiri atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang besarannya tetap dan tidak dipengaruhi jarak dan komponen yang berubah-ubah sesuai dengan jarak tempuh. Komponen biaya tetap terdiri dari gaji, tunjangan dan biaya asuransi (BPJS) kru kapal, biaya pemeliharaan (harian, tahunan dan kondisi darurat), asuransi, dan biaya operasional kru kapal (biaya makan dan kebutuhan air tawar). Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dipengaruhi oleh komponen yang berubah-ubah sesuai dengan keperluannya terdiri atas biaya bahan bakar (BBM), biaya pelumas, jasa kepelabuhanan, dan overhead.

Dalam perhitungan biaya operasional Kapal Insinerator Sampah (KIS), diasumsikan bahwa kapal yang akan dibangun ini adalah kapal yang dimiliki oleh pemerintah sehingga besaran gaji kru kapal per bulan mengacu pada standar biaya untuk DKI Jakarta yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan RI. Kebutuhan air tawar diasumsikan 200 liter/orang/hari. Dari berbagai perhitungan komponen biaya tersebut, dapat diketahui bahwa total biaya tetap untuk operasional Kapal Insinerator Sampah tiap tahunnya adalah sekitar Rp1,5 miliar yang merupakan komponen gaji, tunjangan hari raya, biaya makan, biaya BPJS, dan biaya kebutuhan air tawar untuk 17 orang kru kapal.

100Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Perhitungan biaya tidak tetap menggunakan asumsi sebagai berikut: biaya pembangunaan kapal diperkirakan Rp12 miliar, besarnya biaya pemeliharaan kapal sebesar 10% dari biaya pembangunan kapal, biaya asuransi senilai 1% dari biaya pembangunan, biaya overhead diperkirakan 5% dari biaya tetap. Biaya kepelabuhanan tidak diperhitungan, diasumsikan menggunakan pelabuhan milik sendiri.

KIS direncanakan menggunakan mesin utama 650 PK, berdasarkan persamaan pada PM 55 Tahun 2019, konsumsi BBM yang dibutuhkan untuk menjalankan kapal sekitar 2,12 ton/hari, di luar kebutuhan BBM untuk mesin bantu atau genset. Apabila KIS diasumsikan berlayar selama 10 hari tiap bulannya untuk berpindah lokasi, sedangkan sisanya berlabuh di tempat yang telah ditentukan untuk melakukan pemrosesan akhir sampah dan selama kapal berlabuh, mesin utama tidak digunakan dan hanya menggunakan mesin bantu untuk penerangan dan menjalankan insinerator. Dengan demikian, akan dibutuhkan sekitar 21,2 ton BBM dengan total biaya Rp212 juta (asumsi harga BBM Rp10 juta/ton).

Berdasarkan komponen tersebut, dapat diketahui bahwa total biaya tidak tetap untuk operasional Kapal Insinerator Sampah tiap harinya adalah sekitar Rp26 juta per hari layarnya. Dengan demikian, total biaya operasional KIS (biaya tetap dan tidak tetap) per hari layarnya diperkirakan sekitar 30 juta. Dari total biaya tersebut, persentase biaya tetap sekitar 20% dan biaya tidak tetap sekitar 80%. Biaya bahan bakar (BBM) merupakan komponen biaya paling besar dalam operasional kapal dengan ratio presentase sekitar 70% dari total biaya.

PenutupKapal Insinerator Sampah (KIS) rancangan Pusat Riset Kelautan dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah yang memiliki wilayah berupa pulau-pulau kecil yang dijadikan destinasi wisata, seperti Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Karimun Jawa (Provinsi Jawa Tengah), Labuan Bajo (NTT), Kabupaten Wakatobi (Provinsi Sultra), dan lain-lain sebagai alternatif sarana untuk pemrosesan sampah akhir. KIS juga merupakan solusi sebagai tempat pengolahan akhir bagi daerah yang memiliki keterbatasan lahan darat.

KILAS BALIK, 12. REKOMENDASI KAPAL INSINERATOR DAN PENGANGKUT UNTUK ATASI SAMPAH DI KEPULAUAN

Penulis: Handy Chandra1, Daud SAS1, Yustisia F1, Penny DK1, Fajar YP1, Cecep AH1, Rinny R1, Marza IM1, Djoko RBH2, F Elida3, Rudhy A1, RO Saut G4, Agoes S4, A Baidowi4, Teddie K4, Ricky G4, Hariyanto T1

1) Pusat Riset Kelautan, BRSDM KP, KKP

2) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

3) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jepara, Jawa Tengah

4) Departemen Teknik Sistem Perkapalan, FTK, ITS

PengantarPada tahun 2019, kegiatan riset yang dikerjakan para Peneliti, Perencana dan pegawai Pusat Riset Kelautan (PRK) masih berjudul: Analisis Kebijakan Implementasi Kapal Perikanan Tenaga Listrik. Sama sekali tidak ada kaitan dengan sampah dan pulau-pulau kecil.

“Kenyataan tidak semanis mimpi”. Mungkin itulah judul singkat artikel ini, di mana sejak tahun 2019–2020 terjadi perubahan-perubahan drastis, baik internal maupun eksternal, dalam menyelesaikan riset rekomendasi kebijakan ini. Akhirnya, pemenangnya adalah rasionalitas dan realitas.

102Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Namun sejak memasuki tahun 2020, tepatnya pada tanggal 23 Januari, berdasarkan arahan Kepala Badan Riset Sumberdaya Manusia KP (BRSDM KP), judulnya diubah menjadi “Analisis Kebijakan Kapal Pengumpul Sampah Plastik”.

Perubahan mendadak ini berasal dari arahan Menteri Kelautan dan Perikanan (Men-KP) – Bapak Edhy Prabowo – agar Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bisa memberikan kontribusi untuk penanganan sampah di laut, khususnya di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Bergerak cepat, tim langsung mengadakan pertemuan hari Rabu, tanggal 29 Januari 2020, terkait kapal pengumpul sampah yang ada di Labuan Bajo, buatan KKP tahun 2017–2018. Acara dengan pihak Direktorat P4K (Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil), Dirjen PRL (Pengelolaan Ruang Laut) tersebut, dilakukan di Gedung Mina Bahari 3, lantai 8, Gambir. Rapat dihadiri oleh Pak Sapta Ginting, Pak Hendi, Pak Indra, dan Pak Suryo.

Berdasarkan hasil pertemuan itu ada beberapa poin menarik:

Pemerintah Daerah Labuan Bajo keberatan dengan biaya i. operasional BBM kapal pengumpul sampah yang menghabiskan biaya Rp500 ribu per hari (Gambar 39, Lampiran).

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Labuan Bajo ii. berjarak sekitar 80 Km dari ibukota kabupaten. Perlu tiga kali upaya (di laut, transit, dan di darat) untuk sampai ke pemrosesan akhir.

Masalah sampah di perairan laut sekitar Labuan Bajo iii. merupakan kiriman sampah hanyut dari Laut Jawa saat musim angin barat, dan juga dari kapal-kapal pesiar jenis live-aboard. Kapal jenis ini berjumlah 178 pada tahun 2020, padahal tahun 2017 hanya ada 60-an saja.

Masalah sampah dari daratan (Pulau Flores) sudah dikerjakan iv. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten dan Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) dengan membuat TPS (Tempat Penampungan Sampah Sementara) dan penempatan jaring sampah plastik di sungai.

12. KILAS BALIK, REKOMENDASI KAPAL INSINERATOR DAN PENGANGKUT UNTUK ATASI SAMPAH DI KEPULAUAN

103Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Kesimpulan kecil:v. Masalah sampah merupakan dampak dari aspek antropogenik (sebelum masuk ke badan air). Sementara untuk pengelolaan yang sudah terbuang ke laut, perlu manajemen operasional kapal dan dukungan fiskal.

Bulan Februari 2020, kami melakukan aktivitas revisi judul, revisi anggaran, dan juga persiapan kegiatan pada bulan berikutnya. Selain itu, mendadak sekali diminta penambahan judul kegiatan lain, terkait sampah di perairan laut. Bulan ini penuh dengan revisi-revisi dan konsolidasi.

Tanggal 02 Maret 2020, pandemi Covid-19 (Corona Virus Diseases-2019) resmi melanda Indonesia, ditandai dengan pasien positif dua orang dalam satu keluarga. Meskipun demikian, pekerjaan tetap dilaksanakan dengan antusias.

Pada tanggal 10 Maret 2020, pertemuan terkait kegiatan riset Analisis Kebijakan Kapal Pengumpul Sampah Plastik (Anjak KPSP) dilakukan pertama kali. Hasil-hasil penting dari pertemuan itu, yaitu:

Delapan puluh persen (80%) sampah plastik yang ada di laut 1) merupakan kiriman dari daratan yang masuk melalui sungai. Sisanya merupakan dampak aspek antropogenik aktivitas di pesisir dan dari kapal-kapal.

Sampah yang terapung di permukaan air laut hanya sekitar 2) 0,5% yang tersuspensi (melayang) sekitar 15–20%, dan yang tenggelam di dasar perairan 80%.

Pelabuhan Perikanan yang dikelola KKP berdasarkan hasil studi 3) Balai Sosial Ekonomi, Pusat Riset Perikanan, sudah cukup bagus penanganan di daratannya. Sementara di perairannya tidak dilakukan pengumpulan dan pembersihan sampah, hanya pengerukan kolam pelabuhan.

Pembuatan kapal pengejar/penangkap sampah tidak efektif. 4) Lebih efektif adalah pemasangan perangkap/jaring sampah (trash boom). Ini dapat diimplementasikan dengan investasi yang lebih murah dan biaya operasional yang rendah.

104Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Kapal pengumpul sampah bantuan dari yayasan internasional 5) “Ocean Cleanup” (dari Belanda) yang diletakkan di Jakarta, tidak efektif. Hanya 2-3 bulan lalu berhenti. Hal ini karena masalah pemindahan sampah yang terkumpul dari kapal ke TPA Bantar Gebang tidak ada biayanya.

Kesimpulan kecil:6) Masalah sampah di Teluk Jakarta, Pelabuhan Perikanan, dan secara global, merupakan dampak dari aspek antropogenik (sebelum masuk ke badan air). Sementara untuk pengelolaan yang sudah terbuang ke laut, sekali lagi, perlu manajemen operasional kapal dan dukungan fiskal.

Penghentian kegiatan/operasi (lock down) kantor KKP di Ancol, didahului dengan meninggalnya dua rekan pegawai KKP dari DJ-PSDKP (Pak Adi dan Pak Syaf) dengan gejala sakit sesak napas sepulang dari pertemuan di Semarang. Juga rekan (Pak Hasanuddin) dari kantor LIPI di Ancol, meninggal dengan didahului gejala sesak napas.

Tanggal 16 Maret 2020, secara resmi kantor berhenti beroperasi untuk waktu yang tidak diketahui. Kegiatan riset relatif berhenti sampai Juni 2020.

Periode Juli–November 2020Kegiatan mulai berjalan kembali dengan protokol kesehatan ketat dan diawali dengan survei ke-2 muara sungai terbesar di Teluk Jakarta. Sebenarnya ada 13 sungai yang bermuara ke Teluk Jakarta, namun sungai Cisadane (survei pada 09–10 Juli 2020) dan Citarum (16–17 Juli 2020) yang terbesar seperti terlihat pada Gambar 40 (di Lampiran).

Hasil utama kedua survei menunjukkan peran/dampak dari manusia dalam mencegah dan mengurus sampah plastik dan sampah padat lainnya. Peran manusia yang utama adalah agar sampah tidak masuk dan mengotori badan perairan. Kalaupun sudah masuk mengotori badan air, perlu dilakukan aktivitas pembersihannya.

Muara Sungai Cisadane (Provinsi Banten) berdasarkan presentasi pejabat dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang, telah terjadi pendangkalan dan timbul pulau sampah yang sangat tebal. Penanganannya perlu bantuan pemerintah Pusat karena sungai Cisadane melalui empat kabupaten dan dua provinsi, namun bermuara di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

12. KILAS BALIK, REKOMENDASI KAPAL INSINERATOR DAN PENGANGKUT UNTUK ATASI SAMPAH DI KEPULAUAN

105Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Berbeda dengan Sungai Citarum (Provinsi Jawa Barat) dengan adanya program nasional “Citarum Harum”, kondisi badan sungai dan muara sungainya jauh lebih bersih dan terurus. Program ini melibatkan 20-an institusi, antara lain 18 instansi pusat (Kementerian dan Lembaga), Pemda kabupaten dan provinsi (Jawa Barat), dan TNI (khususnya Kodam Siliwangi). Kegiatan ini didukung dengan adanya Perpres 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut yang mendasari terbentuknya program nasional Citarum Harum (untuk mengubah stigma sebagai sungai tercemar sedunia). Akhirnya, dalam waktu dua tahun kerja sama dan kerja keras, hasilnya positif sekali.

Undang-undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, khususnya Pasal 13 menyatakan bahwa pencemaran harus dicegah, ditanggulangi, dan dipulihkan. Juga dituliskan bahwa Pemerintah (Pusat dan Daerah) memiliki mandat untuk mengelola dan menggunakan dana yang tersedia (APBN dan APBD) untuk mencegah, menanggulangi, dan memulihkan ekosistem perairan yang sudah tercemar.

Kesimpulan kecil (dari survei 2 muara): Dampak antropogenik jelas-jelas negatif, dalam bentuk sampah padat (khususnya plastik) pada perairan sungai dan laut.

Untuk menanganinya, perlu kepemimpinan yang kuat untuk memberikan dampak positif (contohnya: program nasional Citarum Harum).

Bulan berikutnya, dilakukan survei ke Dinas Lingkungan Hidup (LH) Pemerintahan Daerah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Kemudian, hari berikutnya (05 Agustus 2020) dilakukan survei ke pelabuhan Muara Angke untuk melihat proses bongkar-muat sampah. Lihat Gambar 41 di Lampiran.

Armada kapal pengumpul sampah yang dimiliki Pemkab Kepulauan Seribu sebanyak 28 kapal dengan berbagai jenis ukuran. Ada 8 kapal yang melayani pengangkutan dari Kepulauan Seribu ke Jakarta PP (pergi-pulang), dan ada 7 kapal untuk pengumpulan sampah di pesisir Teluk Jakarta. Sisanya mengumpulkan sampah di pesisir Kepulauan Seribu. Rerata berat sampah di pesisir Teluk Jakarta adalah 9,4 ton per hari.

106Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Ukuran bak/palka sampah pada kapal yang melayani Kepulauan Seribu Jakarta PP ada yang berkapasitas 8 ton dan 125 ton. Jenis kapal dengan kapasitas bak sampah 125 ton ada 3 buah yang diberi nama Laut Bersih. Sementara yang berukuran 8 ton ada 5 buah. Lihat Gambar 42 di Lampiran.

Spesifikasi teknis kapal Laut Bersih 30; 33; dan 34 adalah sebagai berikut:

Kapal ini dibuat tahun 2014 dan beroperasi 2015.i.

Ukuran utamanya: LOA = 28 m; B = 6 m; sarat depan = 1,2 m; ii. sarat belakang = 1,6 m.

Kecepatan operasional cuma 4–5 knot, tergantung cuaca.iii.

Model operasi bongkar muat menggunakan kren (iv. crane) dengan kapasitas 0,8 ton. Diikat diujungnya dengan jaring, agar sampah tidak berceceran.

Motor utama: bermerek Dossan, 6–silinder, 2 set (2 propeller). v.

Opini Kapten, tenaganya sangat kurang. Perlu dinaikkan untuk vi. efektivitas operasional.

Tanki BBM kapasitas 10 ton.vii.

Pemakaian BBM pada 1.500 RPM adalah sekitar 19–20 lt/jam.viii.

Sebagai catatan kecil, kapal dengan kapasitas tonase kotor 95 GT, seharusnya sudah menggunakan perangkas AIS kelas B, sesuai Permenhub 07/2019. Namun sampai saat dilakukan survei ini, belum dilakukan implementasinya.

Untuk kapal pengangkut sampah kapasitas 8 ton, dinamakan Samtama, menggunakan mesin luar (outboard) dua buah, dengan kapasitas 125 PK (Gambar 42(c)).

Pada periode Juli–November 2020, selain lokasi-lokasi yang sudah disebutkan di atas, juga telah dilakukan pengumpulan data lapang dan informasi di galangan kapal Janata Marina Indah (Semarang), Pulau Pramuka, Pulau Panggang, Pulau Kelapa, Pulau Harapan, dan Pulau Karya (Kepulauan Seribu), serta Pulau Karimun di Kepulauan Karimun Jawa (Jepara, Jawa Tengah).

12. KILAS BALIK, REKOMENDASI KAPAL INSINERATOR DAN PENGANGKUT UNTUK ATASI SAMPAH DI KEPULAUAN

107Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Pengelolaan Sampah di Kepulauan Seribu dan Karimun JawaPengelolaan sampah di Kepulauan Seribu dan Karimun Jawa sudah mengikuti peraturan perundang-undangan yang ada. Masyarakat telah melakukan pemisahan sampah pada tingkat rumah tangga, lalu sampah yang bernilai ekonomis dikelola melalui program “Bank Sampah”.

Pemda (Kepulauan Seribu) telah melaksanakan fungsi penanggulangan pencemaran, dan juga pemulihan dengan menyediakan insinerator/tungku/pembakar sampah organik dan plastik yang terkumpul di pulau-pulau. Ada 16 insinerator tipe L-Box yang merupakan insinerator ramah lingkungan karena asap dari pembakaran disaring, sebelum dibuang ke udara.

Namun demikian, hanya sekitar tiga unit yang beroperasi (berdasarkan informasi yang dikumpulkan di lapangan). Hal itu terjadi karena faktor protes masyarakat (bau asap) dan juga biaya operasional yang butuh banyak penggantian suku cadang. Gambar 43 menunjukkan insinerator L-Box yang beroperasi dan tidak, baik di Pulau Harapan, Pulau Kelapa, Pulau Panggang, dan Pulau Pramuka.

Berdasarkan survei lapang, aspek pengelolaan sampah sebenarnya sudah memadai, hanya saja penempatan (tata letak) insinerator perlu dipindah ke tengah laut (menggunakan kapal), agar mandat sesuai UU 32 Tahun 2009 dapat terlaksana.

Beban pencemaran sampah di Kepulauan Karimun Jawa, Kabupaten Jepara, Jawa tengah belum sebesar di Kepulauan Seribu karena faktor jumlah penduduk dan tingkat aktivitas wisata yang masih rendah. Namun demikian, Dinas LH Kabupaten Jepara sudah memikirkan dampak sampah rumah tangga sampai 10 tahun ke depan, terhadap aspek pariwisata. Untuk itu, Pemda Kabupaten Jepara telah membangun PDU (pusat daur ulang) sampah plastik di Kecamatan Karimun Jawa untuk tahapan penganganan sampah seperti terlihat pada Gambar 44.

Untuk tahapan pemrosesan akhir, Pemda Jepara tertarik dengan ide untuk membuat Kapal Insinerator, agar tidak merusak hutan

108Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

dan membuka lahan baru di KTN Karimun Jawa. Pertemuan sudah dilakukan sebanyak 2 kali (Gambar 45), baik di Karimun Jawa dan juga di Jakarta.

Perpres No 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (disingkat: Jakstranas sampah RT), mengamanatkan Pemda untuk memimpin program kebijakan ini. Dalam Pasal 3, Ayat 3, penanganannya dilakukan dengan cara: (1) pemilahan, (2) pengumpulan, (3) pengangkutan, (4) pengolahan, dan (5) pemrosesan akhir.

Kendala lapangan yang ditemukan di Kepulauan Seribu dan Kepulauan Karimun Jawa adalah dalam tahapan pengolahan dan pemrosesan akhir (item nomer 4 dan 5 di atas). Berdasarkan hal tersebut, para Peneliti PRK mencoba menganalisis dan memberikan solusi berupa Kapal Insinerator Sampah (KIS) dan Kapal Pengangkut Sampah (KPS).

Proses Penyusunan Desain Umum KIS dan KPSSebelum terjadi pandemi Covid-19, dalam benak para peneliti, luaran desain yang akan muncul adalah kapal pencari sampah plastik di laut. Kapal ini berkeliling di perairan sambil mengumpulkan sampah dan puing-puing (debris) dari dasar perairan. Setiap meter persegi wilayah laut akan disisir mulai dari perairan pesisir sampai laut dalam, khususnya perairan laut di daerah Labuan Bajo, NTT.

Setelah pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia, survei pada lokasi yang jauh dan harus menggunakan pesawat sangat berisiko. Oleh karena itu, diputuskan untuk menggeser survei pada wilayah yang dekat dengan Jakarta dan tidak memerlukan alat transportasi pesawat. Akhirnya, Kepulauan Seribu (DKI Jakarta) dan Kepulauan Karimun Jawa (Kabupaten Jepara, Jawa Tengah) menjadi lokus kegiatan.

Berdasarkan hasil pengumpulan informasi dan hasil survei lapangan, direkomendasikan untuk memperbaiki desain Kapal Pengangkut Sampah (KPS) dan menyodorkan desain baru, yaitu Kapal Insinerator Sampah (KIS). Hasilnya bisa dilihat pada Gambar 46.

12. KILAS BALIK, REKOMENDASI KAPAL INSINERATOR DAN PENGANGKUT UNTUK ATASI SAMPAH DI KEPULAUAN

109Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Desain umum dari Kapal Pengangkut Sampah (KPS) memiliki panjang 30,38 meter, lebar 5,5 meter, tinggi 2,9 meter, dan sarat 1,5 meter. Kapasitas kru 17 orang, kapasitas bak/palka sampah 125 ton, kecepatan kapal 10 knot.

Desain umum dari Kapal Insinerator Sampah (KIS) memiliki panjang keseluruhan 48,3 meter, lebar 10,8 meter, tinggi 3,5 meter, dan sarat 2,5 meter. Kecepatan kapal 8 knot, daya mesin induk 650 HP, kapasitas bak sampah 125 ton, kapasitas kru 17 orang.

Berdasarkan dua desain ini, diharapkan bisa direalisasikan oleh pemerintah daerah Kepulauan Seribu dan Kabupaten Jepara pada tahun 2021–2022.

Kajian fasilitas galangan, waktu pengerjaan, dan biaya yang dibutuhkan telah dilakukan pada PT Janata Marina Indah di Semarang. Hasilnya dengan ukuran kapal 30 meter, lama pembangunan kapal memakan waktu sekitar 14 bulan. Itu sudah termasuk waktu pemesanan mesin induk (main engine) yang umumnya memakan waktu 6 bulan. Sementara biaya pembangunannya diperkirakan sebesar Rp12–15 miliar.

Direkomendasikan untuk melakukan lelang terbuka (dalam pembuatan kapal), agar hasilnya dapat menjadi lebih optimal dan biaya bisa minimal.

KIS dan KPS dapat dibuat sesuai aturan Asosiasi Internasional Komunitas Klasifikasi Kapal (IACS, International Association of Classification Societies), ataupun kapal standart nonkonvensi (NCVS, Nonconvention Vessel Standard). Hal ini menyesuaikan dengan standar operasi dan wilayah kerja kapal.

Model Operasional KIS dan KPSOperasional KIS sangat mudah dan sederhana. Kapal ini cukup berlabuh di lepas pantai dan melakukan proses pembakaran sampah organik kering dan sampah plastik. Sementara KPS akan berkeliling mengangkut sampah dari pulau-pulau, lalu membawanya ke KIS untuk pemrosesan akhir (sesuai Perpres 97 Tahun 2017, Pasal 3 Ayat 3).

110Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Ada 11 pulau berpenghuni (dari 110 pulau yang ada) di Kepulauan Seribu dan 5 pulau berpenghuni (dari 27 yang ada) di Kepulauan Karimun Jawa. Ilustrasi operasionalnya dapat dilihat pada Gambar 47.

Tentunya, pelayanan KPS dan KIS diharapkan secara nyata membantu program pariwisata, perluasan lapangan kerja dan peningkatan ekonomi pulau-pulau kecil tersebut. Karena dengan adanya kebersihan pantai, kebersihan penginapan, keindahan taman, kejernihan tempat menyelam dan snorkling, pasti akan menarik minat para wisatawan.

Perlu tetap diingat bahwa tekanan antropogenik dalam bentuk sampah mengancam ekosistem perairan. Jika ekosistem perairan rusak, jasa-jasa ekosistem tidak dapat dinikmati masyarakat, pengusaha dan negara secara kolektif. Oleh karenanya, KIS dan KPS bisa berfungsi sebagai salah satu penjaga ekosistem perairan dari tekanan aktivitas antropogenik.

PenutupKeberadaan KIS dan KPS menjaga ekosistem perairan dari tekanan antropogenik dalam hal sampah. Dengan demikian, jasa-jasa ekosistem perairan bisa tetap dinikmati masyarakat dan negara (dalam bentuk pajak) secara berkelanjutan.

Desain umum kapal pengangkut sampah (KPS) versi Pusat Riset Kelautan diharapkan bisa memperkaya khazanah kapal yang dimiliki Pemda Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, jika tiba waktu peremajaan kapal-kapal pengangkut sampah. Selain itu, KPS dapat dijadikan acuan Pemda Kabupaten Jepara untuk melakukan proses pengadaan di tahun-tahun ke depan.

Kapal Insinerator Sampah (KIS) diharapkan bisa membantu menghemat biaya operasional dan waktu pengolahan sampah dari pulau-pulau kecil ke TPA yang berada di pulau besar/induk. Jika terealisasi, (dengan biaya pembuatan sekitar Rp12–15 miliar dan jangka waktu pembangunan sekitar 14 bulan) maka KIS akan menjadi kapal pertama di dunia yang dipergunakan mengolah sampah dari pulau-pulau kecil.

LAMPIRAN

(a) (b)

(a) Gambar perencanaan kapal pengumpul sampah yang Gambar 39 ada di Labuan Bajo, NTT. Sumber gambar: Direktorat P4K, DJPRL. (b) Foto realita kapal yang sudah beroperasi. Sumber foto: Indra Prasetya.

(a) (a)

(a) Kondisi yang penuh dengan sampah plastik dan sudah Gambar 40 menjadi pulau sampah, pada muara Sungai Cisadane, di Tanjung Burung, kecamatan Teluk Naga, Banten. Sumber gambar: Dinas LH Kabupaten Tangerang, Banten. (b) Muara Sungai Citarum yang bersih dengan adanya Program Nasional Citarum Harum, serta menjadi kawasan wisata hutan bakau. Sumber foto: Penny DK.

112Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

(a) (b)

(a) Rapat pengumpulan data dan informasi dengan Kepala Gambar 41 Dinas LH Kepulauan Seribu, Bapak Dr. Djoko RBH. Sumber foto: Yustisia F. (b) Bongkar muat sampah dari Kepulauan Seribu di pelabuhan Perikanan Muara Angke, Jakarta. Sampah kemudian dibawa ke TPA Bantar Gebang. Sumber foto: Yustisia F.

(a) (b)

(c)

(a) Kapal Laut Bersih 33 di Muara Angke, Jakarta Utara. Sumber Gambar 42 foto: Ahmad (Dinas LH Kep. Seribu). (b) Kapal Laut Bersih 30 merapat di dermaga pulau Pari, Kepulauan Seribu. Sumber foto: Yustisia F. (c) Kapal Samtama, dengan kapasitas bak sampah 8 ton. Sumber foto: Ahmad.

LAMPIRAN

113Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

(a) (b)

(a) Petugas operator insinerator dan para peneliti PRK. Ada 2 Gambar 43 buah L-Box dan semuanya berfungsi. Sumber gambar: Handy Chandra. (b) Ada 2 buah insinerator L-Box di pulau Pramuka yang tidak beroperasi karena diprotes warga sebab dituduh mengakibatkan anak-anak jadi sakit batuk. Sumber foto: Yustisia F.

(a) (b)

(a) PDU sampah plastik di daerah Joko Tuo, bantuan Pemprov Gambar 44 Jawa Tengah. Sumber gambar: Yustisia F. (b) PDU sampah plastik di daerah Alang-alang, bantuan Dirjen PSLB3 (Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya), Kementerian LHK. Sumber foto: Yustisia F.

114Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

(a)

(b)

(a) Pertemuan di Balai Desa Pulau Karimun, Gambar 45 bersama Kepala Dinas LH Kabupaten Jepara, Ibu Farikhah Elida dan Kepala Desa Pak Nor Soleh. Sumber gambar: Yustisia F. (b) Pertemuan di Gedung BRSDM KP 2, Ancol, bersama Sekretaris Daerah Bapak Edy Sujatmiko dan Kapus PRK, Bapak IN Radiarta. Sumber foto: Yustisia F.

LAMPIRAN

115Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

(a)

(b)

(a) Gambar disain umum 3 dimensi, kapal Insinerator sampah (KIS). Gambar 46 Sumber gambar: Handy C. (b) Gambar disain umum 3 dimensi, kapal pengangkut sampah (KPS). Sumber gambar: Handy C.

(a)

(b)

(a) Model operasional KIS dan KPS di Kepulauan Seribu, DKI Gambar 47 Jakarta. Sumber gambar: Handy C. (b) Model operasional KIS di Kepulauan Karimun Jawa, Jepara, Jawa Tengah. Sumber gambar: Handy C.

REFERENSI

Jurnal:

Agamuthu, P., Mehran, S., Norkhairah, A., & Norkhairiyah, A. (2019). Marine Debris: A Review of Impacts and Global Initiatives. Waste Management & Research, 37(10), 987–1002. https://doi.org/10.1177/0734242X19845041

Barría, C., Irene Brandts, Lluís Tort, Miguel Oliveira, Mariana Teles, Effect of Nanoplastics on Fish Health and Performance: A Review, Marine Pollution Bulletin, Volume 151, 2020, doi.org/10.1016/j.marpolbul.2019.110791.

Biermann, L., Clewley, D., Martinez-Vicente, V., & Topouzelis, K. (2020). Finding Plastic Patches in Coastal Waters using Optical Satellite Data. Scientific Reports, 10(1), 5364. https://doi.org/10.1038/s41598-020-62298-z

Boy Ebenezer Simanjuntak, Wilma Amiruddin, Kiryanto. 2018. Analisa Desain Bentuk Lambung Pada Kapal Ikan Tradisional 200 GT Ditinjau Berdasarkan Kriteria Perancangan Kapal. Jurnal Teknik Perkapalan vol 6, No. 1Januari 2018 hal: 207-216.

Dey, M.M., Mohammed A. Rab, Ferdinand J. Paraguas, Somying Piumsombun, Ramachandra Bhatta, Md Ferdous Alam & Mahfuzuddin Ahmed (2005) Fish Consumption and Food Security: A Disaggregated Analysis by Types of Fish and Classes of Consumers in Selected Asian Countries, Aquaculture Economics & Management, 9:1-2, 89-111, DOI: 10.1080/13657300590961537.

Erna Irnawati. 2019. Menyongsong Flexible Working Arrangement Bagi ASN. Jurnal Analis Kebijakan, Volume 3, Nomor 1, Jan-Jun 2019. ISSN : 2580-4383.

Galaz, V; Moberg, F; Downing, TE; Thomalla, F; Warner, K. 2008. Ecosystem under Pressure. A Policy Brief for the International Commission on Climate Change and Development. March 2008.

Hall, C,M., Page,S,J. 2015. The Geography of Tourism and Recreation Environment, Place and Space.

Hall, C.M, 2001. Trends in Ocean and Coastal Tourism; The End of The Last Frontier? Ocean and Coastal Management Journal, 2001.

118Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Hoegh-Guldberg, O. (2015). Reviving the Ocean Economy: The Case for Action - 2015. Gland: WWF International.

Jambeck, J. R., Geyer, R., Wilcox, C., Siegler, T. R., Perryman, M., Andrady, A., Law, K. L. (2015). Plastic Waste Inputs From Land into The Ocean. Science, 347(6223), 768–771. https://doi.org/10.1126/science.1260352 UNEP. Marine Litter: An Analytical Overview. Intergovernmental Oceanographic Commission of The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation, 2005.

M. Mustapha, F.Z. Zulkifli, K.W. Awang, 2018. Enhancing Sustainability Through Implementation of Balanced Scorecard: A Case Study of Beach Resorts. J. Sustain. Sci. Manag. (2018), pp. 136-147

Margo Adi Santoso, 2017. Tugas Akhir Studi Kasus Analisis Pengaruh Trim Terhadap Penghematan Bahan Bakar dan Stabilitas Kapal. Departemen Teknologi Perkapalan. Fakultas Teknologi Kelautan. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya

Nasution S.R., Tjahjani I. (2019). Analisis Laju Timbulan Sampah Di Pulau Pramuka DKI Jakarta. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol.7 No. 1, 16-26.

P.K. Ghosh, D. Datta, 2012. Coastal Tourism and Beach Sustainability – An Assessment of Community Perceptions in Kovalam, India, Malaysia J. Soc. Sp., 8 (75–87) (2012), pp. 75-87

Pang, S.F.H., B. Mckercher, B. Prideaux, 2013. Climate Change and Tourism: An Overview, Asia Pac. J. Tour. Res., 18 (2013), pp. 4-20.

Purba, N.P., D.I.W. Handyman, T.D. Pribadi, A.D. Syakti, W.S. Pranowo, A. Harvey, Y.N. Ihsan, Marine Debris in Indonesia: A Review of Research and Status, Mar. Pollut. Bull. (2019), 10.1016/j.marpolbul.2019.05.057.

Roca, E., Villares, M., 2008. Public Perceptions For Evaluating Beach Quality in Urban and Semi-Natural Environments. Ocean Coast. Manag. 51, 314–329.

Ryan P.G. (2015) A Brief History of Marine Litter Research. In: Bergmann M., Gutow L., Klages M. (eds) Marine Anthropogenic Litter. Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-319-16510-3_1

Semeoshenkova, V., Newton, A., 2015. Overview of Erosion and Beach Quality Issues In Three Southern European Countries: Portugal, Spain and Italy. Ocean Coast. Manag.118, 12–21.

REFERENSI

119Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Tegar, D,S., Gurning, R,O,S. 2018. Development of Marine and Coastal Tourism Based on Blue Economy. International Journal of Marine Engineering Innovation and Research, Vol.2(2), Mar.2018.128-132.

Themistocleous, K.; Papoutsa, C.; Michaelides, S.; Hadjimitsis, D. Investigating Detection of Floating Plastic Litter from Space Using Sentinel-2 Imagery. Remote Sens. 2020, 12, 2648.

Buku:

Lenssen, GG & Smith, NC (Editors). 2019. MANAGING SUSTAINABLE BUSINESS. Publisher: SPRINGER. ISBN 978-94-024-1142-3

Mulyadi. 1990. “Akuntansi Biaya”. Edisi ke empat. Yogyakarta: BPFE.

Papanikolaou, A. 2014. SHIP DESIGN. Springer Science Media, Dordrecht. ISBN 978-94-017-8750-5.

Dokumen:

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 18. Undang-Undang Republik Indonesia No. 18, Tahun 2008, tentang Pengelolaan Sampah.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140. Undang-undang Republik Indonesia No. 32, Tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 223. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 97, Tahun 2017, tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 168. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 83, Tahun 2018, tentang Penanganan Sampah Laut.

Memorandum Perjalanan Dinas, 09 Juli 2020.

Memorandum Perjalanan Dinas, 10 Juli 2020.

Memorandum Perjalanan Dinas, 11-13 November 2020.

Memorandum Perjalanan Dinas, 13-14 Agustus 2020.

Memorandum Perjalanan Dinas, 16 Juli 2020.

120Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Memorandum Perjalanan Dinas, 16-17 Oktober 2020.

Memorandum Perjalanan Dinas, 17 Juli 2020.

Memorandum Perjalanan Dinas, 18-20 November 2020.

Memorandum Perjalanan Dinas, 22-26 Oktober 2020.

Memorandum Pertemuan secara daring lewat aplikasi Zoom, 02 Oktober 2020.

Memorandum Pertemuan secara daring lewat aplikasi Zoom, 04 September 2020.

Memorandum Pertemuan secara luring, 09 November 2020.

Memorandum Pertemuan secara luring, 29 Januari 2020.

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 55 Tahun 2019. Tentang Komponen Biaya dan Pendapatan Yang Diperhitungkan Dalam Kegiatan Pelayanan Publik Kapal Perintis.

Pusat Riset Kelautan. 2020. Laporan Akhir Analisis Kebijakan Kapal Pengumpul Sampah Plastik.

Situs Internet:

Ade Miranti Karunia. 2020. Luhut: Sampah di Jakarta Saja Hampir 8.000 Ton Per Hari. https://money.kompas.com/read/2020/08/25/163700126/luhut--sampah-di-jakarta-saja-hampir-8.000-ton-per-hari

Aldzah Fatimah Aditya. 2020. KLHK: Jumlah Sampah Nasional 2020 Mencapai 67,8 Juta Ton. https://www.idntimes.com/news/indonesia/aldzah-fatimah-aditya/klhk-jumlah-sampah-nasional-2020-mencapai-678-juta-ton/3

Arief Ikhsanudin. 2020. Jakarta Banjir, Dinas LH DKI Angkut 707,46 Ton Sampah dari Kali. https://news.detik.com/berita/d-5183432/jakarta-banjir-dinas-lh-dki-angkut-70746-ton-sampah-dari-kali

CNN Indonesia. 2020. Anies Perpanjang PSBB Transisi Jakarta Hingga 27 Agustus 2020. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200813144620-20-535344/anies-perpanjang-psbb-transisi-jakarta-hingga-27-agustus-2020

Dian Kristiandi, 2020. www.Merdeka.com

REFERENSI

121Bagian 2

Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Prov. DKI Jakarta, 2018. http://statistik.jakarta.go.id/kepulauan-seribu/

Ditjen PRL,KKP. 2018. www.kkp.go.id

Fauzi Lamboka. 2019. 20 Ton Sampah Setiap Hari Masuk Kepulauan Seribu. https://www.antaranews.com/berita/1059254/20-ton-sampah-setiap-hari-masuk-kepulauan-seribu

Gita Laras Widyaningrum. 2020. Pengelolaan Sampah di Indonesia Masih Buruk, Perlu Kolaborasi dan Revolusi. https://nationalgeographic.grid.id/read/132298218/pengelolaan-sampah-di-indonesia-masih-buruk-perlu-kolaborasi-dan-revolusi?page=all

Gita Laras Widyaningrum. 2020. Studi Terbaru : Masalah Sampah Plastik di Bumi Sudah di Luar Kendali. https://nationalgeographic.grid.id/read/132346281/studi-terbaru-masalah-sampah-plastik-di-bumi-sudah-di-luar-kendali

Hendra A Setyawan. 2016. Jakarta dengan Anugerah 13 Aliran Kali dan Konsistensi Penataan yang Terus Ditagih. https://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/26/19000021/Jakarta.dengan.Anugerah.13.Aliran.Kali.dan.Konsistensi.Penataan.yang.Terus.Ditagih?page=all.

https://www.eucc.net/en

Indira Rezkisari. 2020. Mencapai Target Pengurangan 30 Persen Sampah Jakarta. https://nasional.republika.co.id/berita/q61qli328/mencapai-target-pengurangan-30-persen-sampah-jakarta#:~:text=Pemerintah%20Provinsi%20(Pemprov)%20DKI%20Jakarta,dapat%20berkurang%20hingga%202.280%20ton.

Jihad Akbar, 2020. “Perjalanan Pandemi Covid-19 di Indonesia, Lebih dari 100.000 Kasus dalam 5 Bulan”. https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/28/060100865/perjalanan-pandemi-covid-19-di-indonesia-lebih-dari-100.000-kasus-dalam-5?page=all.

Melati Kristina Andriarsi. 2020. Jakarta Recycle Center Libatkan Masyarakat Atasi Sampah di Ibu Kota. https://katadata.co.id/padjar/infografik/5fc0cd2e5938a/jakarta-recycle-center-libatkan-masyarakat-atasi-sampah-di-ibu-kota?utm_source=Direct&utm_medium=Tags%20Sampah%20Plastik&utm_campaign=BIG%20HL%20Slide%202

122Bagian 2 Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

Muhammad Zulfikar. 2020. Intip cara Anies kelola sampah di Jakarta. https://www.antaranews.com/berita/1266839/intip-cara-anies-kelola-sampah-di-jakarta#:~:text=Tahun%202018%20sebesar%206.518%20ton,dan%2026%20persen%20untuk%202022

Nur Faizah Al Bahriyatul Baqiroh. 2019. Timbulan Sampah Nasional Capai 64 juta ton per Tahun. https://ekonomi.bisnis.com/read/20190221/99/891611/timbulan-sampah-nasional-capai-64-juta-ton-per-tahun

Rizky Wika SD. 2019. Serba Serbi Pulau Seribu Yang Wajib Kamu Tahu Nih! https://travel.detik.com/domestic-destination/d-4692239/serba-serbi-pulau-seribu-yang-wajib-kamu-tahu-nih

Sri Anindiati Nursastri. 2019. Jakarta Hasilkan 7.700 Ton Sampah per Hari. https://sains.kompas.com/read/2019/11/01/190700323/jakarta-hasilkan-7.700-ton-sampah-per-hari?page=all

Sudin Tata Ruang Kepulauan Seribu. 2020-09-28. Kecamatan Pulau Seribu Utara Dalam Angka 2020. ISSN/ISBN : 1978-919X https://kepulauanseribukab.bps.go.id/publikasi.html

Sudin Tata Ruang Kepulauan Seribu. 2020-09-28. Kecamatan Pulau Seribu Selatan Dalam Angka 2020. ISSN/ISBN: 1978-9211 https://kepulauanseribukab.bps.go.id/publikasi.html

Suparni. 2020. Volume Sampah di Kepulauan Seribu Turun 46,26 Persen. http://www.beritajakarta.id/read/78822/volume-sampah-di-kepulauan-seribu-turun-4626-persen#.X8w3XGgzY2w

Tim Detikcom. 2020. Covid-19 atau Virus Corona, Apa Bedanya? 05 Maret 2020. https://news.detik.com/berita/d-4925963/covid-19-atau-virus-corona-apa-bedanya/1

UNEP, 2019. www.unep.org.id

WWF. www.worldwildlife.org

Yudha Maulana. 2020. InSWA: Masalah Sampah di Indonesia Sudah Stadium Lima. https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5196230/inswa-masalah-sampah-di-indonesia-sudah-stadium-lima

DAFTAR PENULIS

Achmad Baidowi, S.T., M.T., Dr. Dosen Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, FTK, ITS.

Agoes Santoso, Ir., MSc., MPhill., Dr. Dosen Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, FTK, ITS.

Cecep Ahmad Hatori, S.T., M.Eng. Perencana Muda Pusat Riset Kelautan. email: [email protected]

Daud Saputra Amare Sianturi, S.T. Peneliti Muda Bidang Teknik Perkapalan. email: [email protected]

Didik Ari Purwanto PT. Terafulk Megantara Design, Surabaya.

Djoko Rianto Budi Hartono, Ir. M.Si. Dr. Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. email: [email protected]

Fajar Yudi Prabawa, M.T., DESS. Dr. Peneliti Muda Bidang Geologi Lingkungan. email: [email protected]

Farikhah Elida, ST, M.Si. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jepara. email: [email protected]

Handy Chandra, S.T., M.T., M.B.A., Dr. Peneliti Madya Bidang Manajemen Lingkungan. email: [email protected]; [email protected]

Hariyanto Triwibowo, S.T. Peneliti Pertama Bidang Teknologi Kelautan. email: [email protected]

I Nyoman Radiarta, S.Pi., M.Sc., Dr. Kepala Pusat Riset Teknologi Kelautan. email: [email protected]; [email protected]

Realita dan Rekomendasi Pengelolaan Sampah di Kepulauan

124

Marza Ihsan Marzuki, M.T. Dr. Peneliti Muda Bidang Geomatika. email: [email protected]

Miskli Iska Ananda Mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan, ITS Surabaya.

Mochamad Syamsiro, S.T., M.T., Dr. Eng. Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Janabadra (UJB) Yogyakarta. email: [email protected]; [email protected]

Penny Dyah Kusumaningrum, S.Si., M.Si. Peneliti Muda Bidang Manajemen Sumber Daya Laut dan Pesisir. email: [email protected]

Raja Oloan Saut Gurning, S.T., M.Sc. PhD. Dosen Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, FTK, ITS. email: [email protected]

Ricky Mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan, ITS Surabaya.

Rinny Rahmania, S.Pi., M.Si. Dr. Peneliti Muda Bidang Penginderaan Jauh. email: [email protected]; [email protected]

Rudhy Akhwady, S.T., M.T., Dr. Peneliti Madya Bidang Teknik dan Manajemen Pantai. email: [email protected]

Suri Purnama Febri, S.Kel., M.Si, Dr. Dosen Program Studi Akuakultur, Fakultas Pertanian, Universitas Samudra, Langsa, Aceh. email: [email protected]

Teddie Kurniawan Mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan, ITS Surabaya

Yustisia Firdaus, S.T. Peneliti Pertama Bidang Teknologi Kelautan. email: [email protected]