PENGARUH STRUKTUR MODAL, CAPITAL INTENSITY, DAN ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of PENGARUH STRUKTUR MODAL, CAPITAL INTENSITY, DAN ...
PENGARUH STRUKTUR MODAL, CAPITAL INTENSITY,
DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
PAJAK PENGHASILAN BADAN TERUTANG
(Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar
di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode 2017-2019)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-
Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Akuntansi (S.Akun) Dalam
Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam
Oleh
SAFIRA RAUDHAH DANNASHA
NPM. 1751030099
Program Studi : Akuntansi Syariah
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1442H/2021M
i
PENGARUH STRUKTUR MODAL, CAPITAL INTENSITY,
DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
PAJAK PENGHASILAN BADAN TERUTANG
(Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar
di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode 2017-2019)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-
Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Akuntansi (S.Akun) Dalam
Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam
Oleh
SAFIRA RAUDHAH DANNASHA
NPM. 1751030099
Program Studi : Akuntansi Syariah
Pembimbing I : Dr. Evi Ekawati, S.E.,M.Si.
Pembimbing II : Dinda Fali Rifan, S.E.,M.Ak.
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1442H/2021M
ii
ABSTRAK
Tidak tercapainya target penerimaan pajak negara Indonesia tahun
2017 sampai tahun 2019 diduga karena adanya tindakan penghindaran
pajak yang dilakukan oleh wajib pajak termasuk wajib pajak badan
yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi pajak penghasilan badan, dalam penelitian ini akan
meneliti pengaruh dari struktur modal, capital intensity, dan ukuran
perusahaan terhadap pajak penghasilan badan terutang.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian asosiatif kausal.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
selama periode 2017-2019, dengan menggunakan metode pemilihan
sampel purposive sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 96
perusahaan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah regresi data panel dengan menggunakan aplikasi Eviews 10
dengan sumber data diperoleh dari laporan keuangan tahunan
perusahaan.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Struktur Modal
(DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PPh Badan
Terutang. (2) Capital Intensity tidak berpengaruh terhadap PPh Badan
Terutang. (3) Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap PPh Badan Terutang. (4) Struktur Modal, Capital Intensity,
dan Ukuran Perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap PPh
Badan Terutang. (5) Penghindaran pajak ditinjau dari perspektif Islam
merupakan suatu tindakan yang dzolim karena akan berpengaruh pada
tidak maksimalnya penerimaan pendapatan negara, padahal
penerimaan tersebut akan digunakan untuk kemaslahatan umat dalam
bentuk pembangunan nasional. Oleh karena itu, sebagai umat muslim
yang taat hendaknya patuh dalam memenuhi kewajiban pajaknya.
Kata Kunci: Debt to Equity Ratio (DER), Capital Intensity (CINT),
Ukuran Perusahaan (SIZE), Pajak Penghasilan (PPh) Badan Terutang
iii
ABSTRACT
The non-achievement of the target of Indonesian state tax revenues
from 2017 to 2019 is allegedly due to tax avoidance by taxpayers,
including corporate taxpayers in the form of a Limited Liability
Company (PT). Many factors can affect corporate income tax, in this
research will examine the effect of capital structure, capital intensity,
and company size on corporate income tax.
The approach used in this research is a quantitative approach with
causal associative research. The population in this study are food and
beverage companies listed on the Indonesian Sharia Stock Index
(ISSI) during the 2017-2019 period, using the purposive sampling
sample selection method so that a sample of 96 companies is obtained.
The data analysis method used in this study is panel data regression
using the Eviews 10 application with the data source obtained from
the company's annual financial report.
The results show that (1) Capital Structure (DER) has a negative
and significant effect on Corporate Income Tax. (2) Capital Intensity
has no effect on Corporate Income Tax. (3) Company size has a
positive and significant effect on Corporate Income Tax. (4) Capital
Structure, Capital Intensity, and Company Size have a simultaneous
effect on Corporate Income Tax. (5) Tax avoidance viewed from an
Islamic perspective is an act of injustice because it has an influence
on the non-maximal state revenue receipts, even though the revenue
will be used for the benefit of the people in the form of national
development. Therefore, as obedient Muslims, they should be obedient
in fulfilling their tax.
Keywords: Debt to Equity Ratio (DER), Capital Intensity (CINT),
Company Size (SIZE), Corporate Income Tax (PPh).
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Alamat : Jl. Letkol H. Endro Suratmen Sukarame Bandar Lampung 35131 telp (0721) 704030
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Safira Raudhah Dannasha
NPM : 1751030099
Jurusan/Prodi : Akuntansi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH
STRUKTUR MODAL, CAPITAL INTENSITY, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PAJAK PENGHASILAN BADAN
TERUTANG (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan
Minuman Yang Terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) Periode 2017-2019)” adalah benar-benar merupakan hasil
karya penulis sendiri, bukan duplikasi ataupun saduran dari karya
orang lain kecuali pada bagian yang telah dirujuk dan disebut dalam
footnote atau daftar pustaka. Apabila di lain waktu terbukti adanya
penyimpangan dalam karya ini, maka tanggung jawab sepenuhnya ada
pada penulis.
Demikian surat pernyataan ini penulis buat agar dapat dimaklumi.
Bandar Lampung, 31 Mei 2021
Penulis,
Safira Raudhah Dannasha
NPM. 1751030099
vii
MOTTO
‖Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-
orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.
Mereka itulah orang-orang yang benar.‖
(Q.S. Al-Hujurat [49]: 15)
viii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, segala puji bagi Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kita semua.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang penulis yaitu
Ayah Hamdan dan Ibu Nurdiana Mulatsih yang sangat penulis cintai
dan hormati serta untuk kakakku tercinta Tiara Raudhah Dannasha
beserta mas Erick Septian, serta keponakanku tersayang Ashalina
Mufia Ersya dan Ahmad Zulfikar Ramadhan yang senantiasa selalu
memberikan kasih sayang, dukungan, serta motivasi hingga
terselesaikannya jenjang pendidikan S1 ini oleh penulis, semoga Allah
senantiasa memberikan keberkahan untuk mereka. Dan tak lupa untuk
Almamater tercinta Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
terkhusus kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sebagai tempat
penulis belajar dan berproses untuk menjadi insan yang lebih baik dan
bermanfaat bagi sesama.
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Safira Raudhah Dannasha dilahirkan di
Subang pada tanggal 27 Januari 1999, anak kedua dari pasangan
Hamdan dan Nurdiana Mulatsih. Pendidikan penulis dimulai dari
Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Sukadana Pasar dan selesai pada tahun
2011, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Sukadana selesai
pada tahun 2014, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1
Sukadana selesai pada tahun 2017, kemudian penulis melanjutkan
pendidikan tingkat perguruan tinggi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung dimulai pada semester I
Tahun Akademik 2017/2018.
Selama menjadi mahasiswa, penulis meraih beberapa penghargaan
diantaranya juara 2 LCT Akuntansi se-sumbagsel pada tahun 2019
yang diselenggarakan oleh Universitas Bandar Lampung, dan juara 3
LCT Akuntansi se-sumbagsel pada tahun 2019 yang diselenggarakan
oleh IBI Darmajaya. Penulis aktif mengikuti berbagai Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) di antaranya Koperasi Mahasiswa (KOPMA),
Raden Intan Sharia Economic Forum (RISEF), Himpunan Qori-
Qoriah Mahasiswa (HIQMA), UKM Bahasa, dan Komunitas Generasi
Baru Indonesia (GenBI). Penulis juga memperoleh kesempatan
mendapatkan beasiswa Bank Indonesia selama 2 periode yaitu tahun
2019 dan 2020.
Bandar Lampung, 31 Mei 2021
Yang Membuat,
Safira Raudhah Dannasha
NPM. 1751030099
x
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu
wa ta’ala atas limpahan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ―Pengaruh Struktur
Modal, Capital Intensity, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Pajak Penghasilan Badan Terutang” (Studi Kasus Pada
Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar di Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode 2017-2019)”. Shalawat
serta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikut setia
beliau.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat
terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan serta doa dari berbagai
pihak yang terlibat. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Ruslan Abdul Ghofur, M.S.I. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung.
2. Ibu Any Eliza, M.Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Syariah
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
3. Ibu Dr. Evi Ekawati, S.E., M.Si. dan Ibu Dinda Fali Rifan, M.Ak.
selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang telah
memberikan arahan, ilmu, serta motivasi kepada penulis sehingga
penulisan skripsi ini dapat selesai.
4. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
yang telah memberikan ilmu serta motivasi kepada penulis
sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.
5. Bude Dwi, Bude Ririn, dan Ayah Tomi yang selalu memberikan
kasih sayang serta motivasi dan berkenan memberikan tempat
tinggal selama penulis menempuh pendidikan S1, dan juga Papah
nano, Mamah Ida, Bude Am, Bude Tuti, dan Bude Yun tersayang
yang selalu membantu dan memberikan support kepada penulis.
xi
6. Wiwin dan Masrifah selaku sahabat setia yang selalu
memberikan canda tawa dan tempat berbagi segalanya selama
penulis menempuh pendidikan di UIN Raden Intan Lampung
7. Abang Rego, Adek Afdhol, Try, dan Reza selaku anggota sekret
santuy sahabat yang selalu setia mendengarkan segala keluh
kesah penulis, dan juga tempat berbagi canda tawa.
8. Kak Jian, Kak Ismu, dan Mba Reni selaku kakak tingkat yang
senantiasa membantu penulis saat menemui kesulitan skripsi serta
selalu memberikan motivasi.
9. Kepada orang-orang yang singgah tapi tak sungguh terimakasih
telah membuat penulis menjadi lebih dewasa dalam memaknai
arti sebuah kehidupan.
10. Teman-teman seperjuangan Akuntansi Syariah Angkatan 2017
terkhusus kelas B terimakasih atas segala kesan dan canda tawa
selama perkuliahan 8 semester.
11. Amel, Devi, Ara, Aulia, Eva, dan Leo selaku sahabat
seperjuangan Kuliah Kerja Nyata (KKN) desa Sukadana Pasar,
kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung Timur.
12. Keluarga besar komunitas penerima beasiswa Bank Indonesia
yaitu Generasi Baru Indonesia (GenBI) Provinsi Lampung,
khususnya Divisi Pendidikan yang selalu memberikan motivasi
dan segala hal-hal yang positif.
Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan skripsi ini, baik dari segi penulisan
maupun penyajian. Untuk itu segala kritik dan saran sangat penulis
harapkan guna menyempurnakan karya tulis ini. Akhir kata, penulis
ucapkan terima kasih.
Bandar Lampung, 31 Mei 2021
Penulis
Safira Raudhah Dannasha
NPM. 1751030099
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ............................................................. iv
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................... vi
MOTTO ........................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ......................................................................... viii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ....................................................... 1
B. Latar Belakang Masalah........................................... 3
C. Identifikasi dan Batasan Masalah ............................. 12
D. Rumusan Masalah .................................................... 13
E. Tujuan Penelitian ..................................................... 13
F. Manfaat Penelitian .................................................... 14
G. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan ............. 15
H. Sistematika Penulisan .............................................. 21
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Teori Keagenan .................................................. 23
2. Teori Trade-Off .................................................. 26
3. Teori Stakeholder ............................................... 28
4. Teori Pajak ......................................................... 29
5. Pajak Penghasilan Badan .................................... 36
6. Perlawanan Pajak ............................................... 46
7. Struktur Modal ................................................... 51
8. Capital Intensity ................................................. 57
xiii
9. Penyusutan Aset Tetap dalam Pajak .................. 59
10. Ukuran Perusahaan ............................................ 63
11. Indeks Saham Syariah (ISSI) ............................ 65
B. Pengajuan Hipotesis
1. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Pajak
Penghasilan Badan Terutang .............................. 66
2. Pengaruh Capital Intensity Terhadap Pajak
Penghasilan Badan Terutang .............................. 69
3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pajak
Penghasilan Badan Terutang .............................. 72
4. Pengaruh Struktur Modal, Capital Intensity, dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Pajak
Penghasilan Badan Terutang .............................. 74
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................. 77
B. Jenis dan Sifat Penelitian ......................................... 77
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengumpulan Data .. 78
D. Definisi Operasional Penelitian ............................... 81
E. Instrumen Penelitian................................................. 83
F. Uji Prasyarat Analisis ............................................... 84
G. Estimasi Data Panel ................................................. 86
H. Pemilihan Model Estimasi Data Panel ..................... 89
I. Uji Hipotesis ............................................................ 90
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ......................................................... 93
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Statistik Deskriptif ................................ 94
2. Estimasi Data Panel ............................................ 97
3. Uji Asumsi Klasik .............................................. 100
4. Uji Hipotesis....................................................... 102
C. Pembahasan
1. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Pajak
Penghasilan Badan Terutang .............................. 107
xiv
2. Pengaruh Capital Intensity Terhadap Pajak
Penghasilan Badan Terutang .............................. 112
3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pajak
Penghasilan Badan Terutang .............................. 118
4. Pengaruh Struktur Modal, Capital Intensity, dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Pajak
Penghasilan Badan Terutang .............................. 122
5. Tinjauan Perspektif Islam Tentang
Penghindaran Pajak ........................................... 123
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................. 128
B. Saran........................................................................ 129
DAFTAR RUJUKAN ................................................................... 130
LAMPIRAN .................................................................................. 146
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Data Realisasi Pajak 2017-2019 ........................................... 5
1.2 Data Realisasi Jenis-Jenis Pajak Utama 2019....................... 6
1.3 Penelitian Terdahulu ............................................................ 15
2.1 Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan Aset Berwujud ........... 58
3.1 Sampel Penelitian ................................................................. 79
4.1 Kriteria Pemilihan Sampel ................................................... 94
4.2 Satistik Deskriptif ................................................................ 95
4.3 Hasil Uji Chow .................................................................... 98
4.4 Hasil Uji Hausman ............................................................... 99
4.5 Hasil Uji Lagrange Multiplier .............................................. 100
4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas................................................ 101
4.7 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................... 101
4.8 Hasil Uji Random Effect Model ........................................... 102
4.9 Hasil Uji Parsial ................................................................... 104
4.10 Hasil Uji Simultan ................................................................ 106
4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi .......................................... 107
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Tabulasi Variabel Pajak Penghasilan Badan (Y),
Struktur Modal (X1), Capital Intensity (X2), Ukuran
Perusahaan (X3)
Lampiran 2 : Tabulasi Hasil Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan)
tahun 2017-2019
Lampiran 3 : Tabulasi Hasil Struktur Modal (DER) tahun 2017-2019
Lampiran 4 : Tabulasi Hasil Capital Intensity (CINT) tahun 2017-
2019
Lampiran 5 : Tabulasi Hasil Ukuran Perusahaan (SIZE) tahun 2017-
2019
Lampiran 6 : Contoh Perhitungan Beban Pajak Kini PT Akasha Wira
International Tbk. Tahun 2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Sebelum melanjutkan ke pembahasan lebih mendalam, pada
bagian awal penulis akan memberikan definisi dari beberapa kata
yang terdapat dalam judul penelitian ini, sehingga diharapkan
tidak akan terjadi salah pemahaman ataupun beda penafsiran
antara pembaca dan yang dimaksudkan oleh penulis. Adapun
judul penelitian dalam skripsi ini yaitu ―Pengaruh Struktur
Modal, Capital Intensity, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pajak
Penghasilan Badan Terutang (Studi Kasus Pada Perusahaan
Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) Periode 2017-2019)‖. Berikut uraian pengertian
dari beberapa istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini,
yaitu:
1. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu baik
dari orang ataupun benda yang membentuk watak,
kepercayaan, atau perbuatan seseorang.1 Sedangkan yang
dimaksud kata pengaruh dalam judul penelitian ini adalah
untuk penegasan seberapa besar hubungan yang terjadi antara
variabel bebas (X) terhadap variabel terikatnya (Y).
2. Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan
terhadap orang pribadi maupun badan berdasarkan jumlah
penghasilan yang diterima dalam suatu tahun pajak.2
3. Pajak penghasilan badan terutang adalah pajak yang
dikenakan atas penghasilan yang diperoleh suatu badan usaha
dalam satu tahun. Subyek pajak badan adalah sekumpulan
orang atau modal yang berupa satu kesatuan baik yang
melakukan kegiatan usaha ataupun tidak, meliputi bentuk
perseroan terbatas, perseroan komanditer, ataupun bentuk
perseroan lainnya, BUMN, BUMD, koperasi, firma,
1 ―Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),‖ 2020, https://kbbi.web.id. 2 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
2
persekutuan, yayasan, organisasi masa, politik atau organisasi
lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya, termasuk kontrak
investasi kolektif dan BUT.3
4. Struktur modal dalam suatu perusahaan adalah jumlah
perbandingan porsi antara modal sendiri dengan utang
perusahaan.4 Agar struktur modal dalam suatu perusahaan
dapat optimal maka diperlukan analisis yang cermat dari
manajemen dengan mempertimbangkan aspek manfaat dan
risiko yang diperoleh akibat pengambilan keputusan
menggunakan sumber dana tertentu untuk perusahaan.
5. Capital Intensity atau intensitas modal adalah kegiatan
perusahaan menginvestasikan dana yang ada dalam bentuk
aset tetap.5 Rasio ini juga dapat digunakan untuk melihat
tingkat efisiensi suatu perusahaan dalam menggunakan
asetnya untuk menghasilkan penjualan.
6. Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan besar atau kecilnya suatu
perusahaan dengan melihat berbagai faktor, misalnya jumlah
seluruh aset perusahaan, jumlah rata-rata penjualan, total
penjualan, ataupun nilai pasar saham. Semakin tinggi nilai
kategori tersebut, berarti semakin besar pula ukuran suatu
perusahaan. Secara umum, terdapat 3 kategori ukuran
perusahaan yaitu large firm, medium firm, dan small firm.6
Berdasarkan pengertian istilah-istilah yang telah dipaparkan di
atas, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu yang dimaksud dengan
“Pengaruh Struktur Modal, Capital Intensity, dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutang
(Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman
3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Tata Cara
Perpajakan. 4 Stephen A. Ross, Pengantar Keuangan Perusahaan Edisi 8 (Jakarta:
Salemba Empat, 2015), 4-5. 5 Chytia and Bayu Laksana Pradana, ―Analisis Pengaruh Capital Intensity,
Kepemilikan Institusional, Debt To Asset Ratio (DAR), dan Return On Assets (ROA)
Terhadap Effective Tax Rate (ETR) Pada Perusahaan Sektor Properti Utama Yang
Terdaftar Di Bei Periode 2016 -2019,‖ Jurnal Bina Akuntansi 8, no. 1 (2021): 1–21. 6 Hery, Kajian Riset Akuntansi (Jakarta: PT Grasindo, 2017), 3.
3
Yang Terdaftar di Indeks Saham Syari’ah Indonesia (ISSI)
Periode 2017-2019)” adalah bagaimana pengaruh dari kegiatan
struktur modal, capital intensity dan ukuran perusahaan terhadap
Pajak Penghasilan (PPh) badan yang akan dibayarkan oleh suatu
perusahaan kepada Negara.
B. Latar Belakang Masalah
Salah satu sumber pendapatan dalam negeri yang sangat
diharapkan guna menunjang pembelanjaan negara dan
pembangunan nasional adalah pajak. Untuk itu, pemerintah selalu
berupaya agar dapat menghasilkan pendapatan pajak semaksimal
mungkin dengan pembenahan dari segala sisi, mulai dari segi
administrasi, regulasi, hingga peningkatan basis pajak. Negara
butuh dukungan sumber pendanaan yang kuat guna keberhasilan
dalam melaksanakan pembangunannya, untuk itu dibutuhkan
peran serta dari seluruh masyarakat dengan patuh membayar
pajak kepada negara sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.7
Dalam pandangan Islam, pajak merupakan harta yang
diwajibkan oleh Allah SWT kepada kaum muslim untuk
digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan negara dan
masyarakat umum ketika keadaan baitul maal kosong atau tidak
mempunyai kas.8 Sebagai seorang muslim dalam kehidupan
bernegara harus patuh terhadap kebijakan pemerintah termasuk
didalamnya kewajiban membayar pajak. Dalam kaidah Islam,
pembayaran pajak sangat dianjurkan selama kegiatan tersebut
ditujukan untuk kemaslahatan umat. Dasar tersebutlah yang
digunakan sebagai rujukan pemungutan pajak di Indonesia.9
Berikut ini ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan
7 Lukman Hakim Siregar, ―Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) Sebagai
Upaya Peningkatan Pendapatan Nasional Dari Sektor Fiskal,‖ Jurnal Manajemen
Pendidikan Dan Keislaman 6, no. 1 (2017): 97–105. 8 Gazali, ―Pajak Dalam Perspeaktif Hukum Islam Dan Hukum Positif,‖
Mu’amalat 7, no. 1 (2015): 84–102. 9 Maman Surahman and Fadilah Ilahi, ―Konsep Pajak Dalam Hukum Islam,‖
Amwaluna: Jurnal Ekonomi Dan Keuangan Syariah Vol. 1, no. 2 (2017): 166–177.
4
diperbolehkannya memungut pajak, yaitu Surah Al-Hujurat ayat
15:
Artinya: ‖Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah
orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-
Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.
Mereka itulah orang-orang yang benar.‖ (Q.S. Al-Hujurat [49]:
15)
Menurut tafsir dari Quraish Shihab tentang QS. Al-Hujurat
ayat 15 adalah ―Hai orang-orang mukmin apabila datang perintah
untuk berjihad maka sambutlah seruan tersebut dengan keadaan
masing-masing dengan semangat tempur dan kekuatan senjata‖.10
Dari ayat tersebut mengandung makna bahwasannya Allah
memerintahkan umatnya untuk meninggikan nama Allah dengan
berjihad menggunakan harta dan jiwa yang mereka miliki.
Membayar pajak merupakan salah satu bentuk perjuangan untuk
ikhlas memberikan harta kepada negara guna kemaslahatan umat.
Jadi dapat disimpulkan, patuh membayar kewajiban pajak juga
merupakan salah satu bentuk ketaatan dan iman kepada Allah
SWT yang bernilai ibadah.11
Ayat lain dalam Al-Qur’an yang
menjelaskan tentang anjuran membayar pajak adalah surah At-
Taubah ayat 41:
10 Quraish Shihab, ―Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 49,‖ 2021, tafsirq.com. 11 Kuntari Madchaini, ―Hakikat Jihad Dalam Islam,‖ Shibghah: Journal of
Muslim Societies 1, no. 2 (2019): 80–96.
5
Artinya: ‖Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan
maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di
jalan Allah, yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui.‖ (Q.S. At-Taubah [9]: 41)
Dari kedua ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwasannya kegiatan melakukan pembayaran pajak penting
dilakukan karena berkaitan dengan kemaslahatan umat, sehingga
sebagai seorang muslim yang beriman semestinya tidak ada
keraguan baginya untuk patuh membayar pajak sebab
pembayaran tersebut manfaatnya juga akan kembali kepada diri
mereka sendiri. Berjihad dengan ikhlas menggunakan harta
merupakan salah satu perbuatan mulia karena tidak semua orang
dapat memenuhinya, hanya orang yang beriman dan memiliki
keyakinan yang dapat memenuhinya.
Salah satu penyokong jumlah pajak negara Indonesia yang
tertinggi berasal dari pajak penghasilan. Pajak penghasilan adalah
pajak yang dikenakan kepada orang pribadi maupun badan
dengan dasar pengenaan jumlah penghasilan yang diterima dalam
suatu tahun pajak. Berikut ini disajikan data jumlah realisasi
pajak dalam penerimaan pendapatan negara Indonesia tahun 2017
sampai 2019:
Tabel 1.1
Data Realisasi Pajak 2017-2019
(Dalam triliun rupiah)
Jenis Pajak 2017 2018 2019
Pajak Penghasilan 645,60 751,49 770,29
PPN & PPnBM 478,40 538,20 532,91
PBB dan Pajak Lainnya 23,50 26,24 28,86
Jumlah Penerimaan 1.147,50 1.315,93 1.332,06
Target APBN 1.283,00 1.424,00 1.577,60
Sumber: APBN Kita Kementerian Keuangan RI (2019)
Dapat dilihat pada tabel 1.1 data realisasi pajak diatas, angka
realisasi pajak belum memenuhi target APBN di tiap tahunnya.
6
Dikutip dari data CNBC News sejak tahun 2008 jumlah realisasi
pajak belum pernah lagi mencapai target yang telah ditetapkan,
yang berarti sampai tahun 2019 negara Indonesia sudah mencapai
tahun ke 11 mengalami shortfall pada penerimaan pajak.12
Dalam
data tersebut termasuk angka realisasi penerimaan pajak tahun
2017-2019 masih dibawah target yang telah ditetapkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pada tahun
2017 total realisasi pajak sebesar Rp 1.147 triliun atau mencapai
89,4% dari target Rp 1.283 triliun, tahun 2018 total realisasi
pajak naik menjadi Rp 1.315,9 triliun atau mencapai 92,41% dari
target Rp 1.424 triliun, kemudian tahun 2019 total realisasi pajak
turun menjadi Rp 1.332,06 triliun atau mencapai 84,4% dari
target Rp 1.577,6 triliun. Dapat disimpulkan penerimaan pajak
selama tahun 2019 memiliki beban shortfall pajak paling besar
yaitu mencapai Rp 245,5 triliun, dibandingkan dengan tahun
2018 sebesar Rp 108,1 triliun dan 2017 sebesar Rp 130 triliun.
Menurut data dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia
tahun 2019, pajak penghasilan badan merupakan penyokong
pajak yang tertinggi dibandingkan pajak penghasilan lainnya
sehingga penerimaan pajak penghasilan badan ini penting bagi
negara, tetapi angka realisasi yang tercapai hanya sebesar 82,41%
dari target yang telah ditetapkan dalam APBN, dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1.2
Data Realisasi Jenis-Jenis Pajak Utama 2019
(Dalam triliun rupiah)
Jenis Pajak Realisasi 2019 % Target 2019
PPh Pasal 21 148,63 101,97 %
PPh Pasal 22 18,94 83,40 %
PPh Pasal 25/29 267,97 83,10 %
- Orang Pribadi 11,23 102,80 %
- Badan 256,74 82,41 %
PPh Final 124,54 90,36 %
12 Lidya Julita S, ―Sudah 11 Tahun, RI Tak Mampu Capai Target Pajak,‖
2020, https//cnbcindonesia.com.
7
PPN Dalam Negeri 346,31 84,33 %
Pajak atas Impor 229,64 77,13 %
- PPh 22 Impor 53,66 78,61 %
- PPN Impor 171,25 76,69 %
- PPnBM Impor 4,73 76,65 %
Sumber: APBN Kita Kementerian Keuangan RI (2019)
Permasalahan yang terjadi di Indonesia adalah pajak oleh
mayoritas masyarakat masih dianggap sebagai beban yang
memberatkan, hal tersebut membuat masyarakat selaku wajib
pajak selalu berupaya untuk melakukan kegiatan minimalisasi
beban pajaknya.13
Menurut Agustina banyak cara yang dilakukan
oleh wajib pajak untuk berusaha menghindar dari kewajiban
pajak, baik dengan cara yang legal maupun dengan cara yang
melawan hukum.14
Di lain sisi pemerintah selalu berupaya agar
dapat menghasilkan pendapatan pajak semaksimal mungkin
untuk dapat melaksanakan pembangunan nasional. Menurut Bob
Perbedaan kepentingan antara wajib pajak dengan pemerintah
dan rasio penerimaan pajak yang belum mencapai target tersebut
dapat menjadi indikasi adanya aktivitas penghindaran pajak yang
dilakukan oleh wajib pajak, sehingga berakibat pada belum
optimalnya jumlah realisasi pajak yang diterima negara di setiap
tahunnya.15
Tindakan penghindaran pajak juga mungkin dilakukan oleh
wajib pajak badan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
Tujuan perusahaan umumnya didirikan berorientasi pada profit
atau laba, untuk itu perusahaan akan selalu berusaha
mempertahankan laba yang tetap tinggi agar baik di mata para
13 Setu Setyawan, Perpajakan (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Press, 2020), 11. 14 Tika Nur Agustina, ―Tax Avoidance : Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2012-2015),‖ Seminar Nasional Dan The 4th Call for Syariah
Paper, 2015, 295–307. 15 Bob Rajagukguk, ―Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan Profitabilitas
Terhadap Penghindaran Pajak (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Barang
Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012- 2016),‖ Jurnal
Ilmiah Mahasiswa FEB 7, no. 2 (2016): 1–17.
8
stakeholder, sedangkan pajak merupakan salah satu beban yang
dapat mengurangi laba, hal tersebut yang menjadi alasan
perusahaan selalu berusaha untuk meminimalkan beban pajak
yang akan dibayarkannya. Banyak perusahaan yang tidak
sukarela dalam membayar pajak. Pembayaran dilakukan hanya
karena sifat pajak yang memaksa, yaitu apabila perusahaan tidak
membayar pajak maka dapat dikenakan sanksi yang berakibat
merugikan perusahaan.16
Kegiatan minimalisasi jumlah beban pajak dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu; pertama, penghindaran pajak yang
tidak melawan hukum (tax avoidance) yang dilakukan dengan
memanfaatkan celah peraturan perpajakan. Kedua, menggunakan
cara yang ilegal atau melawan hukum (tax evasion). Cara yang
paling sering digunakan oleh wajib pajak badan adalah tax
avoidance yaitu salah satunya dengan jalan memanfaatkan beban
bunga yang dihasilkan dari penggunaan sumber dana utang dalam
struktur modal perusahaan, yang dapat diukur dengan
menggunakan Debt to Equity Ratio (DER).17
Debt to Equity Ratio
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur proporsi
pembiayaan utang terhadap ekuitas dalam suatu perusahan,
sehingga dapat diketahui berapa jumlah dana yang terdapat dalam
ekuitas yang berasal dari sumber dana utang.18
Sumber dana suatu perusahaan dapat berasal dari dua sumber
yaitu internal dan eksternal. Sumber dana internal berasal dari
laba ditahan perusahaan, sedangkan sumber dana eksternal dapat
berasal dari utang dan penerbitan saham.19
Dalam upaya untuk
16 Yustina Peniyanti Jap, ―Kepatuhan Pajak, Norma Sosial Masyarakat ,
Penegakan Hukum, Dan Moral Pajak Perusahaan Agro Pada Bursa Efek Di
Indonesia,‖ Jurnal Muara Ilmu Ekonomi Dan Bisnis 2, no. 1 (2018): 137–145. 17 Eliza Tri Widyaningsih and Miftahol Horri, ―Pengaruh Manajemen Laba,
Debt To Equity Ratio, dan Return On Asset Terhadap PPH Badan Terutang Studi
Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Bei Sektor Real Estate Dan Property
Tahun 2015-2016,‖ Jurnal Analisa Akuntansi Dan Perpajakan 3, no. 1 (2019): 72–88. 18 Darmawan, Dasar-Dasar Memahami Rasio Dan Laporan Keuangan
(Yogyakarta: UNY Press, 2020), 78. 19 Patar Simamora and Ressa Mahardika Ryadi, ―Pengaruh Struktur Modal
Terhadap PPH Badan Terutang Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Semen
9
meminimalkan jumlah kewajiban perpajakan, perusahaan
cenderung memilih menggunakan sumber dana eksternal berupa
utang dibandingkan dengan menerbitkan saham. Hal tersebut
digunakan oleh perusahaan karena kegiatan berutang pasti
disertai dengan kewajiban pembayaran bunga kepada kreditur,
beban bunga yang ditimbulkan oleh utang merupakan salah satu
komponen deductible expense. Deductible Expense adalah biaya
yang diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan dalam
perhitungan dasar pengenaan pajak.20
Sehingga, meskipun
penggunaan sumber dana utang akan menambah beban
perusahaan, tetapi beban tersebut dapat dimanfaatkan sebagai
pengurang penghasilan kena pajak. Apabila penghasilan kena
pajak suatu perusahaan semakin rendah maka beban pajak yang
akan ditanggung perusahaan akan semakin rendah pula.
Selain beban bunga yang dihasilkan dari utang, beban
penyusutan aset tetap juga dapat mempengaruhi besaran jumlah
pajak penghasilan badan terutang, karena beban penyusutan juga
merupakan salah satu komponen deductible expense. Besaran
proporsi aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan dapat diukur
dengan menggunakan rasio capital intencity. Capital Intensity
atau intensitas modal adalah kegiatan perusahaan
menginvestasikan dana yang dimiliki dalam bentuk aset tetap.21
Aset tetap dimiliki perusahaan untuk menunjang kegiatan
produksi, yang mana dari kegiatan produksi terus menerus
tersebut akan menyebabkan timbulnya beban penyusutan pada
aset tetap. Menurut Andhari dan Sukartha perusahaan akan
cenderung memilih untuk melakukan investasi pada aset tetap,
Yang Terdaftar Di BEI Periode 2010-2013,‖ JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi
Fakultas Ekonomi) 1, no. 2 (2015): 21–31. 20 Bella Cucu Putri Andani, ―Analisis Tax Planning Melalui Deductible
Expense dan Perbandingan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan Komersial
Dan Fiskal Atas Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada PT. Wahana Semesta Banten),‖
Jurnal Akuntansi 2, no. 1 (2015): 103–120. 21 Shelly Novitasari, ―Pengaruh Manajemen Laba, Corporate Governance, dan
Intensitas Modal Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan (Studi Empiris Pada
Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2010-
2014),‖ JOM Fekon 4, no. 1 (2017): 1901–1914.
10
karena dari kegiatan tersebut dapat menimbulkan beban
penyusutan yang tinggi. Beban penyusutan dapat dimanfaatkan
oleh perusahaan untuk mengurangi penghasilan kena pajaknya,
sehingga perusahaan akan mendapat keuntungan berupa beban
pajak yang ditanggungnya menjadi lebih rendah.22
Menurut Estherlita perusahaan yang termasuk golongan skala
besar dapat memiliki beban pajak yang lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan skala kecil, hal ini dikarenakan
perusahaan besar memiliki sumber daya lebih banyak yang dapat
digunakan untuk melakukan perencanaan pajak dan hal-hal yang
berkaitan dengan lobi politik.23
Pernyataan tersebut sejalan
dengan hasil penelitian Handayani yang menyatakan bahwa
untuk menekan jumlah beban pajak perusahaan dibutuhkan ahli
dalam bidang perpajakan, dan secara umum sumber daya ahli
tersebut hanya dimiliki oleh perusahaan berskala besar,
sedangkan perusahaan berskala kecil tidak memilikinya.24
Jadi,
semakin banyak sumber daya ahli yang dimiliki perusahaan
golongan skala besar, maka akan berdampak pada semakin besar
beban pajak yang dapat dikelolanya.
Perusahaan sektor makanan dan minuman merupakan salah
satu sektor andalan dalam industri manufaktur yang mempunyai
kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan
penerimaan pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pencapaian
kinerja dan pergerakan harga sahamnya yang konsisten dan
positif, baik dalam peningkatan produktivitas, investasi, kegiatan
22 Putu Ayu Seri Andhari and Made Sukartha, ―Pengaruh Pengungkapan
Corporate Social Responsibility, Profitabilitas, Inventory Intensity, Capital Intensity
Dan Leverage Pada Agresivitas Pajak‖ E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 18,
no. 3 (2017): 2115–2142. 23 Estherlita Yunika, ―Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Tingkat Utang
Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Tarif Pajak Efektif Pada Perusahaan
Subsektor Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,‖ Jurnal Online
Mahasiswa (JOM) Bidang Akuntansi 2, no. 2 (2017): 1–11. 24 Rini Handayani, ―Pengaruh Return on Assets (ROA), Leverage dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Perbankan Yang Listing Di
BEI Periode Tahun 2012-2015,‖ Jurnal Akuntansi Maranatha 10, no. 1 (2018): 72–
84.
11
ekspor hingga penyerapan tenaga kerja, hal tersebut dibuktikan
pada tahun 2018 industri makanan dan minuman tumbuh sebesar
7,91% melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yakni 5,17%.25
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia, produk makanan dan minuman Indonesia mampu
mencatatkan nilai ekspor tertinggi di kelompok manufaktur,
dengan capaian USD 27,28 miliar sepanjang tahun 2019. Selain
itu, industri ini juga sebagai penyetor terbesar nilai investasi pada
periode Januari sampai September 2019 yaitu di angka Rp 41,43
triliun. Industri makanan dan minuman ini juga mampu menyerap
tenaga kerja paling banyak di sektor manufaktur dengan jumlah
mencapai 4,74 juta orang hingga Agustus 2019.26
Perusahaan sektor makanan dan minuman juga merupakan
perusahaan yang memiliki perkembangan yang baik, hal ini dapat
terlihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia khususnya untuk Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) dari tahun ke tahun semakin bertambah jumlahnya, pada
tahun 2017 tercatat sejumlah 38 perusahaan yang terdaftar, tahun
2018 naik menjadi 39 perusahaan, dan pada tahun 2019 naik lagi
menjadi 44 perusahaan. Sektor makanan dan minuman ini juga
merupakan saham yang tahan terhadap krisis ekonomi
dibandingkan dengan saham dari sektor lain, karena apabila
terjadi krisis sekalipun, produk makanan dan minuman akan tetap
diperlukan karena merupakan kebutuhan pokok seluruh
masyarakat.27
Untuk itu peneliti ingin mencari tahu apakah perusahaan
manufaktur sektor makanan dan minuman terkhusus yang
terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) telah
25 Yulyanah and Sri Yani Kusumastuti, ―Tax Avoidance Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sub Sektor Makanan Dan
Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,‖ Jurnal Media Ekonomi 27, no. 1
(2019): 17–36. 26 Raja Suhud, ―Pertumbuhan Industri Makanan Minuman Dipacu,‖ 2020,
m.mediaindonesia.com. 27 Nur Fadillah Suprayitno, Murdifin Haming, and Nurpadila, ―Analisis
Financial Distress Perusahaan Manufaktur Subsektor Food And Beverages,‖
Paradoks : Jurnal Ilmu Ekonomi 2, no. 4 (2019): 44–49.
12
melakukan pembayaran pajak yang sesuai dengan peraturan dan
tidak memiliki indikasi melakukan tindakan penghindaran pajak.
Berlandaskan latar belakang tersebut, penulis bermaksud untuk
melakukan penelitian skripsi dengan judul ―Pengaruh Struktur
Modal, Capital Intensity, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pajak
Penghasilan Badan Terutang (Studi Kasus Pada Perusahaan
Sektor Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) Periode 2017-2019)‖. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui apabila peneliti menggunakan uji
dan metode penelitian yang berbeda apakah akan menghasilkan
kesimpulan yang sama dengan penelitian sebelumnya, atau
bahkan sebaliknya. Penelitian ini diharapkan dapat menambah
literatur pembelajaran dan sebagai bahan masukan bagi pihak
yang mempunyai kepentingan.
C. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah yang telah penulis
paparkan diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai
berikut; pajak oleh mayoritas masyarakat masih dianggap sebagai
beban yang memberatkan, sehingga membuat masyarakat selaku
wajib pajak selalu berusaha untuk melakukan kegiatan
minimalisasi beban pajaknya. Di lain sisi pemerintah selalu
berupaya agar dapat menghasilkan pendapatan pajak semaksimal
mungkin untuk dapat melaksanakan pembangunan nasional.
Perbedaan kepentingan tersebut, serta rasio penerimaan pajak
yang belum mencapai target pada tahun 2017 sampai 2019 dapat
menjadi indikasi adanya aktivitas penghindaran pajak yang
dilakukan oleh wajib pajak, termasuk wajib pajak badan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Tujuan perusahaan umumnya
didirikan berorientasi pada laba, untuk itu perusahaan akan selalu
berusaha mempertahankan laba yang tetap tinggi agar baik di
mata para stakeholder, sedangkan pajak merupakan salah satu
beban yang dapat mengurangi laba, hal tersebut yang menjadi
alasan perusahaan selalu berusaha untuk meminimalkan beban
pajak yang akan dibayarkannya.
13
Mengingat banyak faktor yang diduga dapat mempengaruhi
pajak penghasilan badan terutang suatu perusahaan, untuk itu
agar penelitian ini dapat fokus dan mendalam, maka penulis
merasa perlu membatasi ruang lingkup dalam penelitian ini.
Penulis memfokuskan penelitian pada pengaruh struktur modal,
capital intensity, dan ukuran perusahaan terhadap pajak
penghasilan badan terutang pada perusahaan sektor makanan dan
minuman yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) periode 2017-2019.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah di
paparkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengaruh struktur modal terhadap pajak
penghasilan badan terutang pada perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) periode 2017-2019?
2. Bagaimana pengaruh capital intensity terhadap pajak
penghasilan badan terutang pada perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) periode 2017-2019?
3. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap pajak
penghasilan badan terutang pada perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) periode 2017-2019?
4. Bagaimana pengaruh struktur modal, capital intensity, dan
ukuran perusahaan terhadap pajak penghasilan badan terutang
pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode 2017-2019?
5. Bagaimana tinjauan perspektif Islam tentang penghindaran
pajak?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah peneliti rumuskan di
atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
14
1. Untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap pajak
penghasilan badan terutang pada perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) periode 2017-2019.
2. Untuk mengetahui pengaruh capital intensity terhadap pajak
penghasilan badan terutang pada perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) periode 2017-2019.
3. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap
pajak penghasilan badan terutang pada perusahaan makanan
dan minuman yang terdaftar di Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) periode 2017-2019.
4. Untuk mengetahui pengaruh struktur modal, capital intensity,
dan ukuran perusahaan terhadap pajak penghasilan badan
terutang pada perusahaan makanan dan minuman yang
terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode
2017-2019.
5. Untuk mengetahui tinjauan perspektif Islam tentang
penghindaran pajak.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka di harapkan dapat
memberikan manfaat kepada berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
kepada perusahaan terkait variabel yang dapat mempengaruhi
jumlah beban pajak terutangnya, dan konsekuensi yang
diperoleh atas kebijakan yang di ambil oleh perusahaan.
2. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada
pemerintah dalam hal pajak penghasilan badan khususnya
pajak pada perusahaan sektor makanan dan minuman yang
terdaftar di Indeks Saham Syari’ah Indonesia (ISSI) dalam
meningkatkan pendapatan pajak serta kontribusinya untuk
Negara.
15
3. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
menambah pemahaman dan wawasan tentang studi
perpajakan, serta menjadi sarana untuk menerapkan teori-teori
yang didapatkan dari bangku kuliah ke dalam penelitian yang
nyata, sehingga penulis dapat mengetahui masalah dan fakta
yang terjadi dilapangan, terkhusus mengenai pajak
penghasilan badan terutang suatu perusahaan.
4. Bagi Pihak Lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi
bagi penelitian di masa yang akan datang, khususnya untuk
mahasiswa program studi Akuntansi Syariah yang akan
melakukan penelitian sejenis mengenai pengaruh struktur
modal, capital intensity, dan ukuran perusahaan terhadap
pajak penghasilan badan terutang.
G. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan
Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, penulis terlebih
dahulu melakukan pemetaan terhadap hasil karya ilmiah dari
peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan judul dalam skripsi
ini, tujuannya adalah sebagai bahan referensi dan untuk
menghindari kesamaan pembahasan dengan penelitian yang
terdahulu.
Tabel 1.3
Penelitian Terdahulu
No.
Judul
Penelitian/
Peneliti/
Tahun
Variabel dan Metode
Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Pengaruh
Debt to
Equity Ratio,
Return On
Menggunak
an variabel
independen
Debt Equity
Menggunak
an metode
regresi data
panel,
Debt to
Equity Ratio
berpengaruh
negatif
16
Asset, dan
Biaya
Operasional
Terhadap
Pajak
Penghasilan
badan
Terutang
(Studi Kasus
Pada
Perusahaan
Manufaktur
Sektor
Industri
Barang
Konsumsi di
Bursa Efek
Indonesia
Periode
2015-2017)/
Renanda
Vindasari/
2019
Ratio dan
variabel
dependen
pajak
penghasilan
badan
menambah
kan
variabel
capital
intensity,
dan ukuran
perusahaan,
serta objek
penelitian
di
perusahaan
yang
terdaftar
pada Indeks
Saham
Syariah
Indonesia
(ISSI), dan
menambah
kan konsep
pajak dalam
perspektif
Islam
terhadap
Pajak
Penghasilan
badan
Terutang,
sedangkan
Return On
Asset, dan
Biaya
Operasional
berpengaruh
positif
terhadap
Pajak
Penghasilan
badan
Terutang.28
2. Pengaruh
Ukuran
Perusahaan,
Return On
Asset (ROA),
Leverage dan
Intensitas
Modal
Menggunak
an variabel
independen
ukuran
perusahaan,
debt to
equity
ratio, dan
Menggunak
an metode
regresi data
panel, dan
variabel
dependen
pajak
diukur
Ukuran
perusahaan
berpengaruh
negatif
terhadap tarif
pajak efektif,
ROA tidak
berpengaruh
28 Renanda Vindasari, ―Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Asset, dan
Biaya Operasional Terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutang (Studi Kasus Pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2015-2017),‖ Jurnal Analisa Akuntansi Dan Perpajakan 3, no. 2 (2019): 90–
97.
17
terhadap
Tarif Pajak
Efektif
(Studi
Empiris Pada
Perusahaan
Transportasi
Yang
Terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia
Periode
2011-2013)/
Scania Evana
Putri/ 2016
intensitas
modal
dengan
nilai beban
pajak kini,
serta objek
penelitian
di
perusahaan
yang
terdaftar
pada Indeks
Saham
Syariah
Indonesia
(ISSI), dan
menambah
kan konsep
pajak
dalam
perspektif
Islam
terhadap tarif
pajak efektif,
Leverage
berpengaruh
negatif
terhadap tarif
pajak efektif,
dan
intensitas
modal
berpengaruh
positif
terhadap tarif
pajak efektif
3. Dampak
Profitabilitas,
Leverage dan
Biaya
Operasional
Terhadap
Pajak
Penghasilan
Badan
(Studi
Empiris Pada
Perusahaan
Food and
Beverage
Yang
Terdaftar di
Menggunak
an variabel
independen
Debt Equity
Ratio dan
variabel
dependen
pajak
penghasilan
badan
Menggunak
an metode
regresi data
panel,
menambah
kan
variabel
capital
intensity,
dan ukuran
perusahaan,
serta objek
penelitian
di
perusahaan
yang
Profitabilitas
tidak
berpengaruh
terhadap
Pajak
Penghasilan
Badan,
sedangkan
Leverage dan
biaya
operasional
berpengaruh
negatif
terhadap
Pajak
Penghasilan
18
Bursa Efek
Indonesia)/
Dina
Anggraini
dan Yunita
Valentina
Kusufiyah/
2020
terdaftar
pada Indeks
Saham
Syariah
Indonesia
(ISSI), dan
menambah
kan konsep
pajak
dalam
perspektif
Islam
Badan.29
4. Pengaruh
Struktur
Modal
(Leverage,
Debt Equity
Ratio, Long
Term Debt
To Asset
Ratio),
Profitabilitas,
dan Biaya
Operasional
Terhadap
Pajak
Penghasilan
Badan
Terutang
Pada
Perusahaan
Menggunak
an variabel
independen
Debt Equity
Ratio, dan
variabel
dependen
pajak
penghasilan
badan
Menggunak
an metode
regresi data
panel,
menambah
kan
variabel
capital
intensity,
dan ukuran
perusahaan,
serta objek
penelitian
di
perusahaan
yang
terdaftar
pada Indeks
Saham
Leverage
berpengaruh
negatif
terhadap PPh
badan
terutang,
Debt Equity
Ratio
berpengaruh
positif
terhadap PPh
badan
terutang,
Long Term
Debt To
Asset Ratio
tidak
berpengaruh
terhadap PPh
29 Dina Aggraini and Yunita Valentina Kusufiyah, ―Dampak Profitabilitas,
Leverage Dan Biaya Operasional Terhadap Pajak Penghasilan Badan (Studi Empiris
Pada Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia),‖
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Dharma Andalas 22, no. 1 (2020): 32–47.
19
Manufaktur
Yang
Terdaftar di
BEI Periode
Tahun 2015-
2017/Roni
Dwi
Laksono/
2019
Syariah
Indonesia
(ISSI), dan
menambah
kan konsep
pajak
dalam
perspektif
Islam
badan
terutang,
profitabilitas
dan biaya
operasional
berpengaruh
positif
terhadap PPh
badan
terutang.30
5. Pengaruh
Size,
Leverage,
Profitability,
Dan Capital
Intensity
Ratio
Terhadap
Effective Tax
Rate (ETR)/
Vika
Rahmawati/
2019
Menggunak
an variabel
independen
size, debt to
equity
ratio, dan
Capital
Intensity
Menggunak
an metode
regresi data
panel, dan
variabel
dependen
pajak di
ukur
dengan
nilai beban
pajak kini,
serta objek
penelitian
di
perusahaan
yang
terdaftar
pada Indeks
Size tidak
berpengaruh
terhadap
Effective Tax
Rate (ETR),
leverage
berpengaruh
negatif
terhadap
Effective Tax
Rate (ETR),
Profitability
dan capital
intensity
berpengaruh
positif
terhadap
Effective Tax
30 Roni Dwi Laksono, ―Pengaruh Struktur Modal (Leverage, Debt Equity
Ratio, Long Term Debt To Asset Ratio), Profitabilitas Dan Biaya Operasional
Terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2015-2017,‖ Jurnal Tirtayasa Ekonomika 14, no. 1
(2019): 26–34.
20
Saham
Syariah
Indonesia
(ISSI), dan
menambah
kan konsep
pajak
dalam
perspektif
Islam
Rate
(ETR).31
6. Pengaruh
Leverage dan
Capital
Intensity
Ratio
terhadap
Effective Tax
Rate:
Dimoderasi
oleh
Profitability
(Studi
Empiris pada
Perusahaan
Manufaktur
yang
Terdaftar Di
BEI tahun
2011-2013)/
Menggunak
an variabel
independen
debt to
equity
ratio, dan
capital
intensity.
Menggunak
an metode
regresi data
panel,
menambah
kan
variabel
ukuran
perusahaan,
dan
variabel
dependen
pajak di
ukur
dengan
nilai beban
pajak kini,
serta objek
penelitian
Leverage
tidak
berpengaruh
terhadap
Effective Tax
Rate,
sedangkan
Capital
Intensity
Ratio
berpengaruh
negatif
terhadap
Effective Tax
Rate32
31 Vika Rahmawati, ―Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Dan Capital
Intensity Ratio Terhadap Effective Tax Rate (ETR),‖ Jurnal Ilmu Dan Riset
Akuntansi 8, no. 4 (2019): 1–19. 32 Nimatur Roifah, ―Pengaruh Leverage Dan Capital Intensity Ratio Terhadap
Effective Tax Rate: Dimoderasi Oleh Profitability (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2011-2013),‖ JOM Fekon 2, no. 2 (2015):
1–13.
21
Nimatur
Roifah/ 2015
di
perusahaan
yang
terdaftar
pada Indeks
Saham
Syariah
Indonesia
(ISSI), dan
menambah
kan konsep
pajak
dalam
perspektif
Islam
Sumber: Data diolah, 2021
H. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini mudah dipahami dan memenuhi
syarat penulisan, maka penyusunannya dibagi dalam beberapa
tahapan, dimana satu bab dengan bab yang lain merupakan satu
alur yang saling berkaitan, sistematika penulisan tersebut adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi uraian mengenai penegasan judul,
latar belakang masalah, identifikasi dan batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penelitian, kajian penelitian terdahulu yang relevan,
serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
Pada bab ini berisi uraian mengenai landasan teori
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teori
keagenan, teori trade off, teori stakeholder, teori
pajak, pajak penghasilan badan, perlawanan pajak,
struktur modal, capital intensity, penyusutan aset tetap
22
dalam pajak, ukuran perusahaan, dan Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI), serta pengajuan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi uraian mengenai metode penelitian
yang digunakan, meliputi waktu dan tempat
penelitian, jenis dan sifat penelitian, populasi, sampel
dan teknik pengumpulan data, definisi operasional
variabel, instrumen penelitian, uji prasyarat analisis,
model estimasi data panel, pemilihan model estimasi
data panel, serta uji hipotesis.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang pengujian hipotesis yang
diajukan oleh penulis, serta pembahasan terkait hasil
penelitian dan analisis menggunakan alat uji yang
terpilih.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari
hasil analisis dan pembahasan, dan juga saran yang
diberikan oleh penulis yang berkaitan dengan
pembahasan dalam penelitan ini.
23
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan
Untuk memahami hubungan antara manajer (agent) dengan
pemegang saham (principal) maka digunakan teori keagenan
(agency theory). Teori keagenan pertama kali dicetuskan oleh
Jensen dan Meckling pada tahun 1976 yang menyatakan
bahwa teori keagenan merupakan teori ketidaksamaan
kepentingan antara principal dan agen. Teori agensi ini
mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham atau
pemilik dengan agen atau manajer. Menurut teori ini,
hubungan antara pemilik dan manajer pada hakikatnya sukar
tercipta karena adanya kepentingan yang saling
bertentangan.33
Kewajiban Agen adalah menjalankan amanah dari
principal, dan sebagai balas jasanya principal berkewajiban
untuk memberikan sejumlah imbalan kepada agen.34
Namun
seringkali timbul masalah antara kedua pihak tersebut, dalam
teori agensi menyatakan bahwa terdapat ketidakseimbangan
informasi yang di dapat antara principal dan agen, hal ini
dikarenakan manajer yang bertindak sebagai agen dianggap
lebih mengetahui tentang kondisi internal perusahaan serta
prospek dimasa depan dibandingkan dengan yang diketahui
oleh pemegang saham atau principal dan stakeholder
lainnya.35
33 Michael C. Jensen and William H. Meckling, ―Theory Of The Firm :
Mangerial Behavior, Agnecy Costs Ann Ownership Structure,‖ Journal Of Financial
Economics 3 (1976): 305–360. 34 Robertus M. Bambang Gunawan, Good Governance, Risk Management,
And Compliance (PT. Raja Grafindo Persada, 2021), 75. 35 Gede Erika Wijaya, Made Arie Wahyuni, dan Gede Adi Yuniarta,
―Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Dan Kepemilikan Manajerial
Terhadap Praktek Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek
24
Asimetri informasi yang terjadi antara manajer dan
stakeholder dapat di minimalisir dengan adanya pembuatan
laporan keuangan yang ditujukan untuk para stakeholder, hal
ini dilakukan agar dapat tercapai keseimbangan informasi
yang didapat antar kedua pihak, karena laporan keuangan
dapat menjadi media informasi untuk pihak eksternal tentang
kondisi keuangan yang sedang terjadi di perusahaan.36
Menurut Eisenhardt yang dikutip oleh Kirana dan Wahyudi
menyatakan bahwa teori keagenan memiliki landasan tiga
asumsi sifat dasar manusia yaitu sifat mendahulukan
kepentingan pribadi (self interest), mempunyai pikiran
terbatas tentang persepsi di masa mendatang (bounded
rationality), dan menghindari kemungkinan risiko yang terjadi
(risk-averse).37
Atas dasar tersebut, manajer sebagai manusia
biasa dianggap memiliki kemungkinan melakukan tindakan
yang bersifat oportunistik dalam mengelola perusahaan yaitu
mementingkan hal yang dapat menguntungkan dirinya sendiri.
Perilaku manajer yang cenderung oportunistik tersebut dapat
menyebabkan terjadinya agency cost of equity.
Manajer memiliki kecenderungan untuk menggunakan
kelebihan keuntungan yang diperoleh perusahaan untuk
dikonsumsi sendiri. Mereka cenderung ingin menerima
manfaat dari kegiatan yang mereka lakukan tetapi enggan
menanggung risiko dari biaya yang dikeluarkan.38
Teori
keagenan ini pada intinya membahas mengenai dua pelaku
Indonesia (BEI) Tahun 2013-2015,‖ E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan
Ganesha 8, no. 2 (2017): 1–12. 36 Ery Hidayanti and Sunyoto, ―Pentingnya Pengungkapan (Disclosure)
Laporan Keuangan Dalam Meminimalisasi Asimetri Informasi,‖ Jurnal WIGA 2, no.
2 (2017): 19–28. 37 Maria Nindya Kirana and Sugeng Wahyudi, ―Analisis Pengaruh Corporate
Governance Dan Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Ukuran
Perusahaan Sebagai Variabel Kontrol (Studi Kasus Pada Perusahaan Wholesale Dan
Retail Trade Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-2014),‖ Diponegoro Journal Of
Management 5, no. 4 (2016): 1–12. 38 Robertus M. Bambang Gunawan, Good Governance, Risk Management,
And Compliance (PT. Raja Grafindo Persada, 2021), 76.
25
ekonomi yang saling berlawanan. Pertentangan tersebut
terjadi ketika agen tidak menjalankan perintah principal dan
lebih mementingkan keperluan pribadinya. Perbedaan
kepentingan yang terjadi antara dua pihak tersebut, dapat
mempengaruhi beberapa hal, salah satunya adalah kebijakan
perusahaan yang berkaitan dengan pajak.
Sistem pemungutan pajak penghasilan badan yang
diterapkan di Indonesia adalah self assessment yang mana
dalam sistem ini memberikan kesempatan kepada agen untuk
melakukan perhitungan penghasilan kena pajak sendiri dengan
serendah mungkin. Hal tersebut yang dimanfaatkan oleh pihak
agen untuk menekan beban pajak yang akan ditanggung oleh
perusahaan. Sedangkan principal tidak menginginkan adanya
penghindaran pajak tersebut, karena dianggap memanipulasi
laporan keuangan.39
Dalam pandangan Islam, hubungan antara principal dan
agen dalam menjalankan kontrak perjanjian kerjasamanya
harus mendahulukan tawakal daripada nafsu, dan keduanya
harus memiliki akhlak yang baik. Karena harus diyakini
bahwasannya dalam Islam kegiatan muamalah bukan hanya
tentang keuntungan dan kerugian semata, tetapi juga harus
menghidupkan syariat Islam dan mencari keridhoan Allah
SWT,40
sebagaimana firman Allah yang terdapat dalam Surah
Az-Zumar ayat 52 dan Al-A’raf ayat 96 sebagai berikut:
Artinya: ―Dan tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah
melapangkan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang
39 Enggar Adityamurti and Imam Ghozali, ―Pengaruh Penghindaran Pajak Dan
Biaya Agensi Terhadap Nilai Perusahaan,‖ Diponegoro Journal of Accounting 6, no.
3 (2017): 1–12. 40 Achmad Uzaimi, ―Teori Keagenan Dalam Perspektif Islam,‖ Jurnal Ilmiah
Akuntansi Dan Finansial Indonesia 1 (2017): 71–78.
26
dikehendaki-Nya? Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang
beriman.‖ (Q.S. Az-Zumar [39]: 52)
Artinya: ―Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman
dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.‖ (Q.S. Al-A’raf [7]: 96)
Dalam kedua ayat tersebut dijelaskan bahwa pentingnya
untuk memiliki sifat tawakkal dengan bersandar kepada
ketentuan Allah atas usaha yang telah dilakukan bersama,
termasuk kegiatan yang dilakukan antara principal dan agen
untuk dapat memenuhi tanggungjawab masing-masing.
Karena pada dasarnya baik pemilik maupun agen, kedua pihak
tersebut merupakan pekerja Allah, usaha yang dilakukan
diserahkan pula kepada Allah, dan perihal rezeki merupakan
hak Allah pula untuk menentukannya. Jadi, hendaknya baik
pihak pemilik maupun agen harus sama-sama patuh dan taat
pada ketentuan Allah dalam melakukan kegiatan usaha.
2. Teori Trade Off
Makna dari teori trade off adalah membuat keseimbangan
antara manfaat dengan pengorbanan yang muncul akibat
penggunaan sumber dana utang. Selagi diperkirakan jumlah
manfaat lebih besar maka masih diperbolehkan untuk
menambah jumlah utang, sebaliknya apabila beban yang
ditanggung dari penggunaan utang sudah lebih besar maka
27
tidak diperbolehkan lagi menambah jumlah utang.41
Teori
trade off menunjukkan bahwa perusahaan harus
mempertimbangkan rasio utang yang wajar dan berusaha
untuk mencapai tujuan ini dalam jangka panjang. Menurut
Sumanti dan Mangantar perusahaan yang seluruh sumber
dananya berasal dari utang atau bahkan tidak menggunakan
sumber dana utang sama sekali maka tidak akan dapat
mencapai nilai yang optimal. 42
Dalam menentukan porsi struktur modal dibutuhkan
analisis trade-off antara risiko dan keuntungan. Keputusan
menambah modal yang berasal dari utang dapat membuat
risiko perusahaan meningkat, tetapi di sisi lain juga dapat
mendatangkan keuntungan untuk perusahaan. Oleh sebab itu,
sebuah struktur modal yang baik adalah yang dapat secara
optimal membuat keseimbangan antara risiko dan keuntungan
perusahaan.43
Dalam upaya untuk meminimalkan jumlah kewajiban
perpajakan, perusahaan dapat menggunakan utang sebagai
mayoritas sumber dananya dibandingkan dengan menerbitkan
saham. Hal tersebut digunakan oleh perusahaan karena
kegiatan berutang pasti disertai dengan kewajiban pembayaran
bunga kepada kreditur, dan bunga merupakan salah satu
komponen pengurang Penghasilan Kena Pajak (PKP). Jadi,
dapat disimpulkan bahwa penggunaan utang dapat
mempengaruhi besaran jumlah pajak, hal tersebut membuat
seorang manajer perusahaan dituntut untuk
mempertimbangkan kebijakan struktur modalnya sebaik
mungkin.
41 Agus S. Irfani, Manajemen Keuangan Dan Bisnis (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2020), 35. 42 Marjam Sumanti, Jorenza Chiquita Mangantar, ―Analisis Kepemilikan
Manajerial, Kebijakan Hutang Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Dan
Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI,‖ Jurnal
EMBA 3, no. 1 (2015): 41–51. 43 Faradilla Zalfa Adinda, Sugianto, and Nunuk Triwahyuningtyas,
―Profitabilitas , Likuiditas Dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal,‖ Konferensi
Riset Nasional Ekonomi, Manajemen, Dan Akuntansi, 2020, 62–73.
28
Apabila suatu perusahaan memiliki nominal pajak yang
besar, maka dapat menjadi pendorong perusahaan untuk lebih
banyak berutang, karena bunga yang berasal dari utang dapat
digunakan untuk menekan jumlah pajak yang dibayarkan
perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori trade-off yang
berpendapat bahwa perusahaan akan melakukan penukaran
manfaat pajak dari sumber dana utang dengan masalah berupa
potensi kebangkrutan. Semakin tinggi tingkat utang, maka
akan semakin tinggi manfaat pajak yang didapatkan, tetapi di
sisi lain akan semakin tinggi pula risiko kebangkrutan yang
akan ditimbulkan.44
Untuk itu dibutuhkan analisis yang cermat
dalam mengambil sebuah keputusan.
3. Teori Stakeholder
Teori stakeholder menegaskan bahwa keberlangsungan
perusahaan mensyaratkan dukungan para stakeholder.
Kepentingan mereka harus diperhatikan dan aktivitas
perusahaan seharusnya diserahkan untuk memenuhi
ekspektasi mereka. Stakeholder memiliki kemampuan
mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap pengendalian sumber daya yang diperlukan oleh
perusahaan. Dengan demikian, kekuatan stakeholder
ditentukan oleh kontrol yang mereka miliki kepada sumber
daya.45
Dalam teori stakeholder juga menyatakan bahwa
perusahaan bukanlah entitas yang melakukan kegiatan operasi
hanya untuk kepentingannya sendiri, tetapi harus mempunyai
manfaat bagi para pemangku kepentingan lainnya. Oleh
karena itu, dukungan dari para stakeholder sangat
mempengaruhi keberadaan suatu perusahaan.
Menurut Kasali dalam Suprawoto, stakeholder adalah
setiap kelompok yang dapat berasal dari dalam maupun luar
44 Neny Tresna Fairisati, Diana Juni Mulyati, and Ni Made Ida Pratiwi,
―Pengaruh Struktur Modal Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan
Manufaktur,‖ Jurnal Dinamika Administrasi Bisnis 2, no. 2 (2016): 1–27. 45 Ihyaul Ulum, Intelectual Capital (Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang Press, 2017), 37.
29
perusahaan yang mempunyai peran dalam mendukung
keberhasilan suatu perusahaan. Stakeholder yang berasal dari
dalam atau internal perusahaan terdiri dari manajer, dewan
eksekutif, pemegang saham, dan karyawan, sedangkan yang
berasal dari luar atau ekternal perusahaan terdiri dari pihak
konsumen, pemasok, pesaing, bank, lembaga swadaya, dan
pemerintah.46
Sedangkan dalam konsep Islam menyatakan
bahwa stakeholder suatu perusahaan bukan hanya manusia,
tetapi juga lingkungan alam sekitar dan juga Tuhan. Karena
pada akhirnya manusia harus mempertanggungjawabkan
semua aktivitas yang dilakukan didunia ini kepada Allah
SWT.47
Salah satu pihak pemangku kepentingan suatu perusahaan
adalah pemerintah, hubungan ini utamanya berkaitan dengan
hal perpajakan. Apabila suatu perusahaan telah melaksanakan
kewajiban pajaknya dengan baik, maka hal tersebut akan
memberikan banyak manfaat untuk negara, karena sumber
dana pemerintah yang berasal dari pajak tersebut dapat
dimanfaatkan untuk membiayai pengeluaran dan
pembangunan negara. Jadi, dapat disimpulkan bahwa apabila
perusahaan telah taat terhadap peraturan negara dengan
memenuhi kewajiban pajaknya dengan baik, maka dapat
dikatakan bahwa perusahaan tersebut telah melaksanakan
tanggungjawabnya kepada salah satu stakeholder eksternal
yaitu pemerintah dan masyarakat.
4. Teori Pajak
a. Definisi Pajak
Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
pasal 1 ayat 1 adalah iuran wajib yang terutang oleh orang
46 Suprawoto, Government Public Relations Perkembangan Dan Praktik Di
Indonesia (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), 138. 47 Syurmita and Miranda Junisar Fircarina, ―Pengaruh Zakat, Islamic
Corporate Social Responsibility Dan Penerapan Good Governance Bisnis Syariah
Terhadap Reputasi Dan Kinerja Bank Umum Syariah Di Indonesia,‖ Jurnal Al Azhar
Indonesia Seri Ilmu Sosial 1, no. 2 (2020): 87–97.
30
pribadi atau badan kepada negara yang bersifat memaksa
berdasarkan ketentuan undang-undang dengan tidak
memperoleh imbalan secara langsung dan digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.48
Berlandaskan uraian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa:
1) Pemungut dan pengelola pajak adalah negara, baik
melalui pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Kewajiban pajak dikenakan atas suatu keadaan dan
kejadian yang mempunyai manfaat tertentu bagi
seseorang.
2) Kegiatan pemungutan atau pemotongan serta aturan
pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan aturan
Undang-Undang.
3) Tidak ada kontra prestasi atau imbalan langsung yang
diberikan.
4) Dipergunakan oleh pemerintah untuk pengeluaran yang
bermanfaat bagi masyarakat banyak.
b. Teori Pemungutan Pajak oleh Negara
Adapun dasar pembenaran pemungutan pajak oleh
negara kepada rakyat, adalah sebagai berikut:49
1) Teori Asuransi
Teori asuransi diartikan dengan suatu kepentingan
masyarakat yang harus dilindungi oleh negara. Dalam
teori ini diartikan bahwa pemerintah berperan sebagai
pihak yang mempertanggungjawabkan keselamatan dan
keamanan jiwa dari masyarakatnya. Atas dasar
kepentingan tersebut, maka masyarakat harus
membayar premi kepada pemerintah.
48 Novriansyah Zulkarnaen, ―Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap
Manajemen Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan Non-Keuangan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013),‖ ESENSI Jurnal Bisnis Dan Manajemen 5,
no. 1 (2015): 105–118. 49 Ardison Asri, Buku Ajar Hukum Pajak Dan Peradilan Pajak (Bandung: CV
Jejak Publisher, 2021), 89.
31
2) Teori Bakti
Teori bakti diartikan dengan suatu negara telah
memberikan hidup kepada masyarakatnya, maka negara
dapat membebani kepada setiap anggota masyarakatnya
dengan kewajiban-kewajiban, salah satunya adalah
kewajiban membayar pajak. Atas dasar tersebut,
seorang warga negara dapat dikatakan berbakti kepada
negaranya apabila patuh dan taat membayar pajak.
Setiap warga negara harus membaktikan diri kepada
negara yang memberinya hidup, sehingga teori ini
dikenal dengan teori bakti.50
3) Teori Kepentingan
Teori kepentingan diartikan bahwa negara telah
melindungi harta benda serta jiwa warga negaranya dan
memperhatikan pembagian beban pajak yang harus
dipungut dari semua warganya. Segala biaya atau
pengeluaran yang akan dikeluarkan oleh negara
dibebankan kepada warganya atas dasar kepentingan
dari warga negara itu sendiri. Warga negara yang
memiliki harta yang banyak akan membayar pajak lebih
besar. Demikian sebaliknya warga negara yang
memiliki harta lebih sedikit akan membayar pajak yang
lebih kecil.51
4) Teori Daya Pikul
Menurut teori ini pemungutan pajak berlandaskan
asas keadilan yaitu setiap orang yang dikenakan pajak
harus sama beratnya. Pajak yang harus dibayar adalah
disesuaikan dengan daya pikul seseorang, yaitu yang
diukur menggunakan besarnya penghasilan dan
besarnya pengeluaran yang dilakukan oleh masing-
masing wajib pajak yang bersangkutan.52
50 Ibid., 90. 51 Ibid., 91. 52 Ibid., 92.
32
5) Teori Daya Beli
Menurut teori ini, fungsi pemungutan pajak diartikan
dengan mengambil daya beli dari rumah tangga
masyarakat untuk rumah tangga negara, kemudian
menyalurkan kembali ke masyarakat dengan maksud
untuk memelihara kehidupan masyarakat dan untuk
membawa ke arah tertentu, misalnya kesejahteraan
seluruh masyarakat.53
c. Fungsi Pajak
Secara garis besar fungsi dari pajak ada 4, yaitu sebagai
berikut:54
1) Fungsi Anggaran (Budgetair)
Yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk
mendapatkan sumber dana yang optimal ke kas negara
dengan tujuan untuk membiayai semua pengeluaran
negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang
berlaku. Penerimaan negara yang berasal dari sektor
perpajakan dimasukkan ke dalam komponen
penerimaan dalam negeri pada APBN. Fungsi ini
disebut fungsi utama karena secara historis fungsi ini
yang pertama kali timbul. Berdasarkan fungsi ini,
pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai
berbagai kepentingan negara dengan memungut pajak
dari rakyatnya.
2) Fungsi Mengatur (Reguler)
Yaitu pajak digunakan oleh pemerintah sebagai alat
untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan di bidang
sosial dan ekonomi. Fungsi ini disebut sebagai fungsi
tambahan dari pajak karena fungsi ini merupakan
pelengkap dari fungsi utama pajak, yaitu budgetair.
53 Ibid. 54 Bambang Sugeng, Agus Yudha Hernoko, and Zahry Vandawati Chumaida,
Implementasi Berlakunya PERPPU Nomor 1 Tahun 2017 Sebagai Komitmen
Indonesia Dalam Pertukaran Informasi Keuangan Secara Otomatis (AEoI) (Sidoarjo:
Zifatama Jawara, 2018), 13.
33
Contoh dari penerapan fungsi ini adalah pengenaan
pajak yang lebih tinggi kepada barang yang tergolong
mewah dan minuman keras untuk menekan konsumsi
atas kedua barang tersebut.
3) Fungsi Stabilitas
Dalam fungsi ini, pajak digunakan oleh pemerintah
selain sebagai penerimaan negara, pajak juga digunakan
untuk menjalankan kebijakan-kebijakan pemerintahan.
Contoh penerapan dari fungsi ini adalah pemerintah
melakukan kebijakan stabilitas harga dengan tujuan
untuk menekan inflasi dengan cara mengatur peredaran
uang di masyarakat lewat pemungutan dan penggunaan
pajak yang lebih efisien dan efektif.
4) Fungsi Distribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan
digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum,
termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga
dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya
akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
d. Jenis Pajak
Jenis-jenis pajak dapat dikelompokkan sebagai
berikut:55
1) Menurut Sifatnya
a) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul
sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan
tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta
dikenakan secara berulang-ulang pada waktu
tertentu (periodik) berdasarkan Surat Ketetapan
Pajak. Contoh yang termasuk dalam jenis ini adalah
Pajak Penghasilan (PPh).
b) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang dipungut
hanya sekali ketika apa yang dikehendaki undang-
undang dipenuhi. Contoh yang termasuk dalam jenis
55 I Wayan Widnyana, Perpajakan (Bali: CV. Noah Aletheia, 2018), 14–16.
34
ini adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Bea
Materai.
2) Menurut Sasaran atau Objeknya
a) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang pemungutannya
berpangkal pada diri orangnya (pribadi), keadaan
diri wajib pajak dapat mempengaruhi besar kecilnya
jumlah pajak yang harus dibayar dan dengan
memperhatikan daya pikul apakah subjek dapat
dikenakan pajak atau tidak. Contoh yang termasuk
dalam jenis ini adalah pajak penghasilan.
b) Pajak objektif atau yang bersifat kebendaan, yaitu
pajak yang pemungutannya berpangkal pada
objeknya, perbuatan dan kejadian yang dilakukan,
atau terjadi dalam wilayah negara. Setelah diketahui
objeknya, barulah dicari subjeknya yang mempunyai
hubungan hukum dengan objek yang telah diketahui,
Contoh yang termasuk dalam jenis ini adalah pajak
pertambahan nilai.
3) Menurut Lembaga Pemungutnya
a) Pajak negara atau pusat, yaitu pajak yang dipungut
oleh pemerintah pusat, yang penyelenggaraan
pemungutannya di daerah dan dilakukan oleh Kantor
Pelayanan Pajak setempat, dan hasilnya masuk ke
penerimaan APBN dan digunakan untuk
pembiayaan rumah tangga negara. Contoh yang
termasuk dalam jenis ini adalah Pajak Penghasilan
(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM), Bea
Materai, dan Cukai.
b) Pajak Daerah, yaitu pajak yang wewenang
pemungutannya berada pada pemerintah daerah
tingkat provinsi dan kabupaten, hasilnya akan masuk
ke penerimaan APBD dan digunakan untuk
pembiayaan rumah tangga daerah. Untuk tingkat
provinsi contoh yang termasuk dalam jenis ini
adalah; Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), dan Bea
35
Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).
Sedangkan tingkat kabupaten/kota yaitu; pajak hotel,
pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, dan
retribusi.
e. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak terbagi menjadi 3, yaitu:56
1) Official Assessment System
Yaitu wewenang untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh wajib pajak adalah pemerintah
(fiskus). Dengan ciri-ciri; wewenang menentukan
besarnya pajak adalah fiskus, wajib pajak bersifat pasif,
utang pajak timbul setelah dikeluarkannya surat
ketetapan pajak oleh fiskus. Contoh pajak yang
menggunakan sistem ini adalah Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB).
2) Self Assessment System
Yaitu wewenang untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh wajib pajak adalah wajib pajak itu
sendiri. Dengan ciri-ciri; wewenang menentukan
besarnya pajak ada pada wajib pajak, wajib pajak
bersifat aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang, dan fiskus
tidak campur tangan dan hanya bertindak sebagai
pengawas. Contoh pajak yang menggunakan sistem ini
adalah Pajak Penghasilan Badan.
3) Withholding System
Yaitu wewenang untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh wajib pajak adalah pihak ketiga
(bukan fiskus dan juga bukan wajib pajak yang
bersangkutan). Contoh pajak yang menggunakan sistem
ini adalah pemotongan penghasilan karyawan yang
dilakukan oleh bendahara instansi terkait. Jadi,
karyawan tidak perlu datang ke KPP untuk
56 Mardiasmo, Perpajakan (Yogyakarta: Andi Offset, 2016), 20.
36
membayarkan pajak tersebut, Contoh pajak yang
menggunakan sistem ini adalah PPh Pasal 21, PPh Pasal
23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN.
5. Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan)
a. Definisi Pajak Penghasilan Badan
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1
ayat 3 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
menyebutkan bahwa subyek pajak badan adalah
sekumpulan orang atau modal yang berupa satu kesatuan
baik yang melakukan kegiatan usaha ataupun tidak,
meliputi bentuk perseroan terbatas, perseroan komanditer,
ataupun bentuk perseroan lainnya, BUMN, BUMD,
koperasi, firma, persekutuan, yayasan, organisasi masa,
politik atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan
lainnya, termasuk kontrak investasi kolektif dan BUT.57
b. Objek Pajak Penghasilan Badan
Objek pajak dalam pajak penghasilan adalah
penghasilan dalam arti luas, sebagaimana dijelaskan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak
penghasilan, bahwasannya penghasilan adalah setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari dalam negeri
maupun luar negeri, yang dapat dipergunakan untuk
konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan.58
Jumlah pajak yang dikenakan terhadap
penghasilan disesuaikan dengan prinsip kemampuan
membayar, oleh karena itu pada Undang-Undang Pajak
Penghasilan pasal 6 dinyatakan bahwa diperbolehkan
adanya biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto. Sehingga pada prinsipnya pajak penghasilan
57 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan. 58 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
37
dibayarkan berdasarkan jumlah neto pendapatan yang
diperoleh.
c. Tarif Pajak Penghasilan Badan
Pembayaran pajak untuk perusahaan mengikuti aturan
pajak penghasilan pasal 25 yaitu wajib pajak harus
membayar sendiri jumlah angsuran pajak penghasilan
setiap bulan dalam tahun pajak berjalan. Selanjutnya, di
atur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
mengenai pajak penghasilan menyatakan bahwa yang
digunakan sebagai dasar pengenaan pajak untuk subyek
pajak badan adalah jumlah laba sebelum pajak sesudah
dikurangi jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).59
Tarif Pajak Penghasilan diatur dalam Undang-Undang
Pajak Penghasilan (UU PPh) Pasal 17. Secara umum, tarif
untuk PPh Badan diatur dalam Pasal 17 ayat (2a), yakni
Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan BUT dikenakan PPh
Badan sebesar 25%, tarif PPh ini berlaku efektif mulai
tahun 2010 sampai dengan 2019. Dalam tarif umum
tersebut, juga terdapat kebijakan penurunan tarif dengan
ketentuan khusus yang diatur dalam pasal 17 ayat (2b),
yakni bagi Wajib Pajak Dalam Negeri yang berbentuk
Perseroan Terbuka (Tbk) dan memenuhi persyaratan
tertentu, akan mendapatkan penurunan tarif PPh sebesar
5% lebih rendah.60
Syarat dari penggunaan tarif PPh Badan Perusahaan
Tbk yang mendapat fasilitas tarif lebih rendah tersebut
adalah perseroan publik atau perseroan yang melakukan
penawaran umum saham (Initial Public Offering) sesuai
59 Roni Dwi Laksono, ―Pengaruh Struktur Modal (Leverage, Debt Equity
Ratio, Long Term Debt To Asset Ratio), Profitabilitas Dan Biaya Operasional
Terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2015-2017,‖ Jurnal Tirtayasa Ekonomika 14, no. 1
(2019): 26–34. 60 ―Wajib Pajak Badan, Begini Cara Menghitung PPh Badan yang Mudah",
2020, https//klikpajak.id
38
dengan ketentuan peraturan undang-undang di bidang
pasar modal sesuai PP 77 tahun 2013 s.d. PP 56 tahun
2015, yaitu; paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan
saham yang disetor dicatat untuk diperdagangkan di Bursa
Efek Indonesia, saham sebagaimana yang dimaksud
tersebut harus dimiliki paling sedikit 300 pihak, masing-
masing pihak hanya boleh memiliki saham kurang dari 5%
dari keseluruhan saham yang ditempatkan dan disetor
penuh, dan ketiga ketentuan tersebut harus dipenuhi dalam
waktu paling singkat 183 hari kalender dalam jangka
waktu 1 tahun pajak.61
Selain Pasal 17 ayat (b), fasilitas penurunan tarif PPh
Wajib Pajak Badan dalam negeri diatur dalam pasal 31E
UU PPh. Fasilitas pengurangan tarif ini digunakan oleh
WP Badan dalam negeri yang memiliki pendapatan bruto
tidak melebihi Rp 50 miliar setahun, penurunan tarif 50%
dari tarif PPh Badan sebagaimana dimaksud pada Pasal 17
ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas
penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto sampai
dengan Rp 4,8 miliar. Jadi, apabila suatu badan usaha
dalam negeri memiliki peredaran bruto tidak melebihi Rp
50 miliar, maka perhitungan PPh Badan dilakukan dalam
dua bagian, yaitu; pertama, untuk penghasilan kena pajak
dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4,8 miliar
akan dikenakan tarif 50% x 25%. Kedua, bagian kena
pajak sisanya akan dikenakan tarif normal 25%.62
d. Biaya Yang Diperkenankan Sebagai Pengurang Pajak
Penghasilan Badan (Deductible Expense)
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal
6 ayat 1 menyatakan bahwa besarnya Penghasilan Kena
Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha
Tetap ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi
61 Ibid., 62 Ibid.,
39
biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan termasuk:63
1) Biaya yang secara langsung atau tidak langsung
berkaitan dengan kegiatan usaha, contohnya; biaya
pembelian bahan, biaya berkenaan dengan jasa
termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan
tunjangan yang berkaitan dalam bentuk uang, bunga,
sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan
limbah, premi asuransi, biaya promosi dan penjualan
yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan (PMK-02/PMK.03/2010), biaya administrasi,
dan pajak kecuali pajak penghasilan.
2) Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh aset
berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk
memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai
masa manfaat lebih dari satu tahun sebagaimana
dimaksud dalam pasal 11 dan pasal 11a.
3) Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh menteri keuangan.
4) Kerugian karena penjualan atau pengalihan aset yang
dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang
dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan.
5) Kerugian selisih kurs mata uang asing.
6) Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang
dilakukan di Indonesia.
7) Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
8) Piutang yang nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat;
telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi
komersial, Wajib Pajak harus menyerahkan daftar
piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat
Jenderal Pajak, dan telah diserahkan perkara
penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
63 Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11 Buku 1 (Jakarta: Penerbit
Salemba Empat, 2019), 87-89.
40
pemerintah yang menangani piutang negara, atau
adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang.
9) Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana
nasional yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
10) Sumbangan dalam rangka penelitian dan
pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
11) Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
12) Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
13) Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga (PMK
Nomo 93 Tahun 2010).
e. Biaya Yang Tidak Diperkenankan Sebagai Pengurang
Pajak Penghasilan Badan (Non-Deductible Expense)
Dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9
ayat 1 dinyatakan bahwa pengeluaran yang tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto (Non-Deductible
Expense) yaitu meliputi pengeluaran yang sifatnya sebagai
pemakaian penghasilan, atau yang jumlahnya melebihi
kewajaran, termasuk:64
1) Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun
seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi.
2) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau
anggota.
3) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali
(PMK No. 81/PMK.03/2009 dan PMK No.
219/PMK.011/2012).
64 Ibid., 108-111.
41
4) Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa yang
dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika
dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung
sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang
bersangkutan.
5) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura
dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan
minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah
tertentu (Per-51/PJ/2009, Per-41/PJ/2013) dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan
(83/PMK.03/2009).
6) Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan
kepada pemegang saham atau kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
7) Aset yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan
warisan sebagaimana dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan
b UU PPh, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m
UU PPh serta zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia (Per-11/PJ/2017), yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP 60 Tahun 2010).
8) Pajak Penghasilan
9) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang
menjadi tanggungannya.
42
10) Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan,
firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham.
11) Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan
serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan
dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
f. Beban Pajak Penghasilan
Beban pajak yang dibayarkan oleh perusahaan adalah
jumlah gabungan dari pajak kini dan pajak tangguhan yang
diperhitungkan dalam menentukan laba atau rugi suatu periode.65
Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut:
1) Beban Pajak Kini
Beban pajak kini adalah beban pajak penghasilan
perusahaan yang dihitung berdasarkan tarif pajak
penghasilan dikalikan dengan laba fiskal. Laba fiskal
adalah laba akuntansi yang telah dikoreksi agar sesuai
dengan ketentuan perpajakan atau jumlah pajak yang
harus dibayar oleh wajib pajak. Jumlah pajak tersebut
harus dihitung sendiri oleh wajib pajak berdasarkan
penghasilan kena pajak dikalikan dengan tarif pajak
yang berlaku, kemudian dibayar sendiri dan dilaporkan
dalam surat pemberitahuan (SPT) sesuai dengan
peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku.66
Koreksi fiskal harus dilakukan karena adanya
perbedaan perlakuan atas pendapatan maupun biaya
antara standar akuntansi dengan peraturan perpajakan
yang berlaku. Penyebab perbedaan tersebut dapat
dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu: perbedaan
65 Wahyu, Akuntansi Pajak Edisi 6 (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2016),
215. 66 Ibid., 216.
43
tetap atau perbedaan permanen dan perbedaan
sementara atau perbedaan waktu.67
a) Perbedaan tetap terjadi karena transaksi-transaksi
pendapatan dan biaya diakui menurut akuntansi
komersial tetapi tidak diakui menurut fiskal.
Perbedaan tetap mengakibatkan laba (rugi) bersih
menurut akuntansi berbeda (secara tetap) dengan
penghasilan (laba) kena pajak menurut fiskal.
Contoh perbedaan tetap adalah:
(1) Penghasilan yang pajaknya bersifat final,
seperti bunga bank, dividen, sewa tanah dan
bangunan, dan penghasilan lain sebagaimana
diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh.
(2) Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak,
seperti dividen yang diterima oleh perseroan
terbatas, koperasi, BUMN/BUMD, bunga yang
diterima oleh perusahaan reksa dana, dan
penghasilan lain sebagaimana diatur dalam
Pasal 4 ayat (3) UU PPh.
(3) Biaya atau pengeluaran yang tidak
diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan
bruto, seperti pembayaran imbalan dalam
bentuk natura, sumbangan, biaya/pengeluaran
untuk kepentingan pribadi pemilik, cadangan
atau pemupukan dana cadangan, pajak
penghasilan, dan biaya atau pengurang lain
yang tidak diperbolehkan (non-deductible
expense) menurut fiskal sesuai pasal 9 ayat (1)
UU PPh.
b) Perbedaan waktu terjadi karena perbedaan waktu
pengakuan pendapatan dan biaya dalam menghitung
laba. Suatu biaya atau penghasilan telah diakui
menurut akuntansi komersial dan belum diakui
67 Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11 Buku 1 (Jakarta: Penerbit
Salemba Empat, 2019), 395-396.
44
menurut fiskal, atau sebaliknya. Perbedaan ini
bersifat sementara karena akan tertutup pada periode
sesudahnya. Contoh perbedaan ini antara lain;
pengakuan piutang tak tertagih, penyusutan harta
berwujud, amortisasi harta tak berwujud atau hak,
penilaian persediaan, dan lain-lain.
2) Beban Pajak Tangguhan
Dalam sisi perpajakan, pajak tangguhan atau yang
biasa disebut sebagai deferred tax expense dapat
didefinisikan sebagai beban pajak yang dapat
berpengaruh pada penambahan atau pengurangan beban
pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak di masa yang
akan datang. Pada umumnya, pengertian pajak
tangguhan dapat dilihat dari dua sudut pandang
berbeda, yaitu dari sudut pandang akuntansi sebagai
akun aset dan dari sudut pandang liabilitas atau utang
yang harus dibayar dan dilunasi.68
Jika dilihat dari sudut pandang sebagai akun aset,
pajak tangguhan didefinisikan sebagai jumlah pajak
penghasilan yang dipulihkan atau dapat dilakukan
perubahan pada periode masa yang akan datang sebagai
akibat dari akumulasi rugi pajak yang masih belum
dikompensasikan dan belum dimanfaatkannya
akumulasi kredit pajak sesuai dengan ketentuan dan
peraturan perpajakan yang berlaku.69
Sedangkan, jika dilihat dari sudut pandang liabilitas
atau utang yang harus dibayar dan dilunasi, pajak
tangguhan dapat didefinisikan sebagai pajak yang
timbul dan terjadi karena adanya perbedaan di antara
peraturan perpajakan yaitu fiskal dengan standar
akuntansi keuangan yaitu komersial. Dengan adanya
68 Erly Suandy, Perencanaan Pajak Edisi 6 (Jakarta: Salemba Empat, 2017),
91. 69 Ibid.
45
perbedaan ini membuat pendapatan atau beban yang
sudah diakui pada masing-masing periode akan
berbeda, namun saat di akhir secara keseluruhan jumlah
total yang harus diakui antara fiskal dan komersial akan
sama. Perbedaan inilah yang biasa disebut sebagai
temporary difference.70
Beban pajak ini pada dasarnya harus dibayar pada
akhir tahun. Dalam perhitungan pajaknya, wajib pajak
biasanya menggunakan metode akuntansi komersial
yang biasa dimulai dari pengakuan unsur dalam
pendapatan, pengakuan beban yang akan dijadikan
sebagai pengurangan, metode penyusutan yang biasa
dipakai untuk menentukan beban penyusutan aset,
pengakuan nilai sisa aset serta penerapannya dalam
jangka waktu bagi penyusutan, sampai pada penetapan
besarnya biaya cadangan atau penyisihan. Hasil dari
pada penerapan tersebutlah yang tercantum dalam
laporan keuangan yang dapat dijadikan dasar untuk
menghitung beban pajak penghasilan yang terutang
secara komersial oleh masing-masing wajib pajak.71
Namun berbeda dengan saat pelaporan SPT
tahunannya, dalam perhitungannya pajak penghasilan
yang akan dihitung wajib pajak atas dasar laba
komersialnya tidak bisa langsung ditetapkan begitu saja
sebagai beban pajak. Hal ini didasari karena untuk bisa
digunakan dalam dasar pelaporan SPT tahunan wajib
pajak harus menggunakan ketentuan perpajakan yang
berlaku sebagaimana tercantum dalam Undang-undang
No. 36 tahun 2008 yang membahas mengenai Pajak
Penghasilan. Karena ketika laba akuntansi yang terjadi
lebih besar daripada laba pajaknya, maka dengan
otomatis akan terjadi adanya kewajiban pajak
70 Ibid., 92. 71 Cristina, ―Apa Itu Pajak Tangguhan atau Deffered Tx Expense,‖ 2021,
www.pajakku.com.
46
tangguhan. Tapi sebaliknya ketika laba akuntansi lebih
kecil daripada laba pajaknya, maka akan terbentuk aset
pajak tangguhan.72
6. Perlawanan Pajak
Pajak bagi mayoritas masyarakat Indonesia masih
dianggap sebagai beban yang memberatkan, sehingga
masyarakat selaku wajib pajak selalu berusaha untuk
melakukan minimalisasi beban pajaknya. Apapun bentuk
untuk melakukan penyimpangan pembayaranan pajak kepada
negara disebut dengan perlawanan pajak. Perlawanan pajak
adalah tindakan baik disengaja ataupun tidak yang dilakukan
oleh wajib pajak untuk menghindar ataupun mengelak dari
pembayaran pajak. Tindakan ini dapat dikategorikan menjadi
dua, yaitu sebagai berikut:73
a. Perlawanan Pasif
Perlawanan pasif adalah perlawanan yang inisiatifnya
bukan dari wajib pajak itu sendiri tetapi terjadi karena
keadaan yang ada di sekitar wajib pajak. Umumnya
perlawanan pasif ini dilakukan oleh masyarakat di negara
berkembang. Penyebab dari perlawanan pasif ini antara
lain:
1) Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi yaitu berkaitan dengan struktur
produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
penduduk suatu negara, jika suatu negara dominan
menghasilkan produk-produk pertanian maka negara
tersebut adalah negara ekonomi dengan struktur
ekonomi agraris, sedangkan negara yang dominan
produknya manufaktur maka negara tersebut adalah
negara dengan struktur ekonomi industri. Struktur
ekonomi yang sulit dipungut pajak adalah struktur
72 Ibid. 73 Setu Setyawan, Perpajakan (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Press, 2020), 11-13.
47
ekonomi agraris, karena cenderung lebih sulit untuk
mendapatkan catatan pendapatan yang akurat.
2) Tingkat Intelektual dan Moral dari Masyarakat
Orang yang berpendidikan tinggi (intelektual)
biasanya melakukan perlawanan pajak dengan tidak
memakai suatu produk yang mempunyai dampak yang
langsung ataupun tidak terhadap pajak. Disamping itu,
moral masyarakat juga dapat mempengaruhi pajak
secara tidak langsung, moral biasanya dikaitkan dengan
kesadaran membayar pajak yang sangat rendah atau
enggan melaporkan harta yang seharusnya dikenakan
pajak.
3) Teknik Pemungutan Pajak
Undang-undang yang sulit dipahami oleh rakyat
akan memicu kesulitan dalam perhitungan pajak, maka
perlu diadakan penyuluhan pajak untuk menghindari
adanya perlawanan pasif terhadap pajak, jadi setiap
tahun petugas pajak wajib melakukan penyuluhan dari
kantor perpajakan pusat sampai ke daerah guna
mensosialisasikan pentingnya pembayaran pajak oleh
masyarakat.
b. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif adalah perlawanan yang berasal dari
inisiatif wajib pajak sendiri. Hal ini merupakan usaha dan
perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiscus
(negara pemungut pajak) dan bertujuan untuk menghindari
pajak atau mengurangi kewajiban pajak yang seharusnya
dibayar. Perlawanan pajak secara aktif umumnya
dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:74
1) Tax Avoidance, yaitu usaha dari wajib pajak dengan
memanfaatkan celah aturan perpajakan dan tidak
melanggar undang-undang untuk meringankan beban
74 Catrine, ―Apa Bedanya Tax Avoidance Dan Tax Evasion?,‖ 2020,
www.pajakku.com.
48
pajak yang ditanggung. Pada dasarnya tax avoidance
bersifat sah karena tidak melanggar perpajakan. Namun,
praktik ini dapat berdampak pada penerimaan pajak
negara menjadi tidak maksimal.
2) Tax Evasion, yaitu usaha dari wajib pajak dengan cara
melawan hukum, misalnya penggelapan pajak. Tax
Evasion merupakan suatu pelanggaran dalam
melakukan skema penggelapan pajak untuk mengurangi
jumlah pajak yang harus dibayarkan, bahkan beberapa
wajib pajak sama sekali tidak membayar pajak terutang
yang harus dibayarkan melalui cara yang ilegal.
Dalam praktiknya, tindakan penghindaran pajak tidak
sedikit dilakukan oleh wajib pajak termasuk wajib pajak
yang berbentuk badan usaha,75
hal tersebut dilakukan
karena pada umumnya wajib pajak badan usaha memiliki
orientasi utama yaitu laba. Pajak dianggap sebagai beban
yang dapat mengurangi laba bagi perusahaan, sehingga
menyebabkan tujuan utama perusahaan dalam
memaksimalkan laba tidak akan tercapai, sehingga
perusahaan selalu berusaha untuk mengurangi beban pajak
yang ditanggungnya.76
c. Perlawanan Pajak Dalam Perspektif Islam
Dalam pandangan Islam, tindakan perlawanan pajak
memang tidak diatur secara tegas, namun hal tersebut tidak
dibenarkan dan etis bagi pemerintah. Sebagai seorang
muslim hendaknya setiap tindakan yang dilakukan
bertujuan untuk kebaikan. Dalam Al-Qur’an surah Al-
Hasyr Ayat 18 dijelaskan sebagai berikut:
75 Moeljono, ―Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghindaran Pajak,‖
Jurnal Penelitian Ekonomi Dan Bisnis 5, no. 1 (2020): 103–121. 76 Novia Bani Nugraha and Wahyu Meiranto, ―Pengaruh Corporate Social
Responsibility, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Dan Capital Intensity
Terhadap Agresivitas Pajak,‖ Diponegoro Journal of Accounting 4, no. 4 (2015): 1–
14.
49
Artinya: ―Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan
apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.‖ (Q.S. Al-Hasyr
[59]: 18)
Menurut tafsir dari Quraish Shihab mengenai QS. Al-
Hasyr Ayat 18 adalah ―Wahai orang-orang yang beriman,
hendaknya kalian berlindung dari azab Allah dengan selalu
mematuhi perintah-Nya, dan mempersiapkan amal untuk
hari esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah benar-benar mengetahui dan akan membalas segala
perbuatan yang kalian kerjakan‖.77
Hal ini menunjukkan
bahwa sebagai seorang muslim hendaknya kita selalu
melakukan introspeksi dengan memperhatikan hal-hal
yang telah diperbuat untuk kebaikan masa depan.
Tindakan perlawanan pajak salah satunya yaitu dengan
membuat perencanaan yang bertujuan untuk memperkecil
jumlah beban pajak yang akan dibayarkan oleh wajib
pajak. Hal tersebut merupakan salah satu perbuatan yang
dzolim karena mempunyai imbas kepada penerimaan
pendapatan negara menjadi tidak maksimal, yang mana
penerimaan tersebut nantinya akan disalurkan guna
kemaslahatan umat dalam bentuk pembangunan nasional.78
Jadi apabila wajib pajak melakukan tindakan perlawanan
77 Quraish Shihab, ―Tafsir Surat Al-Hasyr Ayat 18,‖ 2021, tafsirq.com. 78 Edi Haskar, ―Hubungan Pajak Dan Zakat Menurut Perspektif Islam,‖
Menara Ilmu 14, no. 2 (2020): 28–38.
50
pajak berarti sama dengan melakukan tindakan dzolim
kepada sesama manusia. Larangan untuk tidak melakukan
perbuatan yang dzolim dan batil terdapat dalam ayat Al-
Qur’an surah An-Nisa ayat 29 sebagai berikut:
Artinya: ―Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama suka di antara kamu dan janganlah kamu
membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.‖ (Q.S. An-Nisa [4]: 29)
Salah satu kewajiban sebagai seorang warga negara
yang baik adalah patuh dan loyal kepada pemerintah. Ayat
Al-Qur’an yang berkaitan dengan hal tersebut adalah surah
An-Nisa ayat 59 sebagai berikut:
Artinya: ―Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah
dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
51
dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.‖ (Q.S. An-Nisa [4]: 59)
Kandungan dari surah An-Nisa ayat 59 adalah
menjelaskan tentang ketaatan seorang hamba kepada
pemimpinnya. Dalam ayat tersebut dijelaskan salah satu
bentuk iman kepada Allah adalah dengan taat kepada
aturan pemimpin. Kata ulil amri dalam ayat tersebut
memiliki makna pemerintah yang mempunyai kekuasaan
serta kekuatan. Pajak merupakan aturan yang dikeluarkan
oleh pemimpin suatu negara dalam hal ini pemerintah,
yang mana aturan tersebut dapat bersifat memaksa dan
tanpa mendapat imbalan secara langsung. Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwasannya perilaku
patuh membayar pajak merupakan salah satu bentuk
ketaatan kepada Allah SWT.79
7. Struktur Modal
Struktur modal dalam suatu perusahaan adalah proporsi
antara modal sendiri dan utang perusahaan.80
Struktur modal
digunakan untuk dapat menghasilkan perimbangan yang
paling baik dalam memperoleh laba. Sumber dana perusahaan
dapat berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Jika
dalam pendanaan suatu perusahaan dirasa masih belum
mencukupi dengan modal sendiri maka dapat
dipertimbangkan untuk melakukan pendanaan dari luar yaitu
dalam bentuk utang. Tetapi, perusahaan dalam mencari
pemenuhan sumber dana harus tetap mempertimbangkan
pendanaan mana yang paling efisien.
Dalam meperoleh dana untuk kepentingan pembiayaan,
perusahaan pada umumnya memiliki beberapa sumber
alternatif. Keputusan dalam memilih alternatif sumber
pembiayaan tersebut sangatlah dipengaruhi oleh banyak
79 Fauzi Yati, ―Pajak Restoran Perspektif Ekonomi Islam (Studi Atas Praktek
Pembayaran Pajak Restoran Di Kota Padang ),‖ Ijtihad 36, no. 1 (2020): 1–16. 80 Stephen A. Ross, Pengantar Keuangan Perusahaan Edisi 8 (Jakarta:
Salemba Empat, 2015), 4-5.
52
faktor, di antaranya adalah; kemudahan dalam mendapatkan
dana, jumlah dana yang dibutuhkan, jangka waktu
pengembalian dana, kemampuan perusahaan dalam membayar
beban pinjaman, pertimbangan pajak, masalah kendali
perusahaan, dan pengaruhnya terhadap laba per lembar
saham.81
Secara garis besar, sumber pembiayaan perusahaan dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu pembiayaan utang
dan pembiayaan ekuitas. Masing-masing jenis pembiayaan
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sebagai
contoh, kelebihan dari penggunaan modal sendiri sebagai
sumber pembiayaan perusahaan di antaranya adalah;
kemudahan dalam mendapatkan dana, tidak dibatasi oleh
berbagai aturan (ketentuan) atau persyaratan, waktu
pengembalian dana yang tidak terbatas, dan tidak ada beban
untuk membayar angsuran, bunga, maupun biaya lainnya.
Sedangkan kekurangannya adalah terletak pada jumlahnya
yang terbatas karena hanya mengandalkan pada modal pribadi
pemilik, terutama apabila dana yang dibutuhkan cukup
besar.82
Di sisi lain, jika perusahaan memilih pinjaman sebagai
alternatif sumber pembiayaan, kelebihannya adalah terletak
pada kemungkinan untuk memperoleh dana dalam jumlah
yang relatif besar. Sedangkan kekurangannya terletak pada
sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi dan memerlukan
pembayaran angsuran, bunga maupun biaya lainnya (biaya
administrasi, biaya provisi, dan komisi).83
Pendanaan dapat dikatakan efisien apabila telah memiliki
struktur modal yang optimal.84
Kombinasi sumber dana harus
dipertimbangkan secara teliti oleh manajemen karena setiap
81 Hery, Analisis Kinerja Manajemen (Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2015), 161. 82 Ibid. 83 Ibid., 162. 84 Bambang Sugeng, Manajemen Keuangan Fundamental (Yogyakarta:
Penerbit Deepublish, 2017), 322.
53
sumber dana akan memiliki konsekuensi dan risiko
tersendiri.85
Salah satu rasio yang dapat mengukur proporsi
sumber dana utang dengan modal sendiri perusahaan adalah
Debt to Equity Ratio (DER). Kondisi financial perusahaan
dapat tercermin dari tinggi atau rendahnya struktur modal,
semakin tinggi nilai rasio DER berarti semakin tinggi pula
aktivitas perusahaan yang dibiayai dengan sumber dana utang
dibandingkan dengan modal sendiri perusahaan.
Ketentuan maksimal proporsi utang dibandingkan dengan
modal sendiri perusahaan adalah empat banding satu (4:1), hal
ini terdapat dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 169/PMK.010/2015 yang selanjutnya
disebut PMK-169 tentang Penentuan Besarnya Perbandingan
Antara Utang dan Modal Perusahaan untuk Kepentingan
Perhitungan Pajak Penghasilan. Diberlakukannya PMK-169
ini tidak terlepas dari realita tentang pembedaan perlakuan
pajak antara pembiayaan melalui utang dan modal.
Pembiayaan dengan menggunakan utang menjadi lebih
banyak disukai karena beban bunga dapat menjadi pengurang
penghasilan kena pajak. Akibatnya, apabila pinjaman atau
jumlah utang perusahaan semakin besar maka hal ini
berpotensi dapat menggerus penerimaan pajak Indonesia,
untuk itu pemerintah mengeluarkan aturan ini untuk
membatasi penggunaan utang yang terlampau tinggi dalam
struktur modal suatu perusahaan.86
Dalam pandangan Islam, akivitas utang piutang adalah
diperbolehkan. Terutama apabila memberikan utang atau
pinjaman kepada orang yang sangat membutuhkannya, karena
didalam perbuatan tersebut ada imbalan pahala yang besar
dari Allah SWT. Ayat dalam Al-Qur’an yang berkaitan
85 Ade Ristika Mulyawati and Ade Banani, ―Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Sektor Pariwisata, Restoran Dan
Hotel Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,‖ Journal and Proceeding FEB
Unsoed 6, no. 1 (2016): 340–362. 86 Darussalam and B. Bawono Kristiaji, ―Telaah Konstruktif Debt to Equity
Ratio Di Indonesia‖ 81, no. 4 (2015): 1–10.
54
dengan kegiatan utang piutang adalah surah Al-Maidah ayat 2
sebagai berikut:
Artinya: ―Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat
berat siksa-Nya.‖ (Q.S. Al-Maidah [5]: 2)
Kandungan surah Al-Maidah ayat 2 berisi tentang perintah
untuk saling tolong-menolong sesama manusia, karena
memang pada hakikatnya manusia tidak akan dapat hidup
tanpa bantuan orang lain.87
Tetapi dalam niat baik menolong
tersebut ada syarat dan ketentuan dari Allah SWT terkait
dengan kewajiban mencatat transaksi utang piutang yang
dilakukan. Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan perintah
tersebut adalah surah Al-Baqarah ayat 282 sebagai berikut:
87 Adi Cahyadi, ―Mengelola Hutang Dalam Perspektif Islam,‖ Jurnal Bisnis
Dan Manajemen 4, no. 1 (2015): 67–78.
55
Artinya: ―Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya, dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar,
dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana
Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang
akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada
56
hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah
akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak
mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur, dan persaksikanlah dengan dua
orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tidak
ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua
orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya
jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya.
Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis
hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu
membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan
lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
(menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu),
kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu
jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu,
(jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila
kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling
sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka
sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu.
dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah
Maha mengetahui segala sesuatu.‖ (Q.S. Al-Baqarah [2]: 282)
Kandungan surah Al-Baqarah ayat 282 tersebut berisikan
tentang peringatan apabila melakukan transaksi idealnya harus
melakukan pencatatan agar ada suatu bukti yang terpercaya
yang dapat dipegang oleh kedua belah pihak yang
bertransaksi. Hal ini dilakukan guna menghindari
kemungkinan konflik yang mungkin terjadi di kemudian hari.
Salah satu contohnya yaitu akan ada salah satu pihak dalam
transaksi yang menyangkal dan dapat merugikan pihak
lainnya.88
Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan
tersebut, maka Islam menganjurkan untuk melakukan
88 Abdul Aziz, ―Esensi Utang Dalam Konsep Ekonomi Islam,‖ Jurnal Bisnis
4, no. 1 (2016): 24–35.
57
pencatatan setiap transaksi utang piutang dan menghadirkan
saksi dalam pencatatan transaksi tersebut.
8. Capital Intensity
Capital intensity ratio atau Rasio intensitas modal
merupakan rasio yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan
dalam menanamkan sejumlah modal (investasi) dalam bentuk
aset tetap, rasio ini dapat digunakan untuk melihat seberapa
efisien sebuah perusahaan dalam menggunakan aktivanya
untuk dapat menghasilkan penjualan.89
Intensitas modal
merupakan bagian dari keputusan keuangan yang ditetapkan
oleh pihak manajemen untuk dapat meningkatkan
profitabilitas.
Besarnya investasi dalam bentuk aset tetap dapat
mempengaruhi jumlah beban pajak terutang perusahaan,
sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 6
ayat 1 (b) tentang Pajak Penghasilan menyebutkan bahwa
beban penyusutan yang disebabkan oleh kegiatan perolehan
harta berwujud dan amortisasi dari kegiatan perolehan hak dan
atas biaya lain yang mempunyai umur manfaat lebih dari satu
tahun maka biaya tersebut diperbolehkan sebagai pengurang
dari penghasilan bruto.90
Sesuai peraturan tersebut, maka berarti beban penyusutan
yang dihasilkan oleh aset tetap akan memberikan pengaruh
pada semakin berkurangnya penghasilan kena pajak
perusahaan (PKP), apabila nilai PKP tersebut semakin
berkurang maka akan berdampak pada semakin berkurang
pula beban pajak penghasilan yang akan ditanggung
perusahaan. Hal tersebut Sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Putri dan Lautania yang menyatakan bahwa
89 Ayu Prapitasari and Lili Safrida, ―The Effect of Profitability, Leverage,
Firm Size, Political Connection and Fixed Asset Intensity on Tax Avoidance
(Empirical Study on Mining Companies Listed in Indonesia Stock Exchange 2015-
2017),‖ Accounting Research Jurnal Of Sutaatmadja (ACCRUALS) 3, no. 2 (2019):
247–258. 90 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
58
perusahaan yang memiliki aset tetap yang tinggi mempunyai
lebih besar kemungkinan untuk dapat meminimalkan jumlah
beban pajaknya.91
Dalam pandangan Islam, ayat Al-Qur’an yang berkaitan
dengan penyusutan aset tetap adalah Surat Al-Qamar ayat 49
dan Al-Hijr ayat 21 sebagai berikut:
Artinya: ―Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu
menurut ukuran.‖ (Q.S. Al-Qamar [54]: 49)
Artinya: ―Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi
Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya
melainkan dengan ukuran yang tertentu.‖ (Q.S. Al-Hijr [15]:
21)
Dari kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa setiap
apapun yang diciptakan oleh Allah SWT adalah dengan
ukuran tertentu, yaitu memiliki umur, bentuk, jenis, maupun
fungsinya masing-masing.92
Termasuk pula didalamnya harta,
setiap harta yang diciptakan Allah pasti akan mengalami
perubahan atau penyusutan, dan tentunya memiliki kurun
waktu atau masa manfaat tertentu. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Allah dalam menciptakan suatu harta
sesuai dengan ukurannya dan pasti mempunyai umur masa
91 Citra Lestari Putri and Maya Febrianty Lautania, ―Pengaruh Capital
Intensity Ratio, Inventory Intensity Ratio, Ownership Strucutre Dan Profitability
Terhadap Effective Tax Rate (ETR) (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014),‖ Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Ekonomi Akuntansi (JIMEKA) 1, no. 1 (2016): 101–119. 92 Latifatus Sariroh, Siti Muibatun, and Warno, ―Corporate Social
Responsibility Disclosure, Capital Intensity, Dan Profitabilitas Terhadap Tax
Avoidance,‖ Jurnal Capital 2, no. 1 (2020): 39–56.
59
manfaat tertentu, termasuk harta yang dimiliki oleh
perusahaan dalam wujud aset tetap.
9. Penyusutan Aset Tetap dalam Pajak
a. Definisi Penyusutan Aset Tetap
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal
11 ayat (1) pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun
harus dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan dengan cara
mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa
manfaat harta tersebut melalui penyusutan.93
b. Metode Penyusutan Aset Tetap
Metode penyusutan yang dibolehkan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 11 Ayat (1)
adalah:94
1) Metode garis lurus (straight-line method), yaitu metode
yang digunakan untuk menghitung penyusutan yang
dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama
masa manfaat yang ditetapkan bagi harta tersebut.
Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian,
pendirian, penambahan, perbaikan atau perubahan harta
berwujud, kecuali tanah.
2) Metode saldo menurun (declining-balance method)
yaitu metode yang digunakan untuk menghitung
penyusutan dalam bagian-bagian yang menurun selama
masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan
tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada akhir
masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus
dengan syarat dilakukan secara taat asas.
93 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan. 94 Erly Suandy, Perencanaan Pajak Edisi 6 (Jakarta: Salemba Empat, 2017),
32.
60
Metode penyusutan untuk kelompok aset berwujud
bukan bangunan diperbolehkan memilih metode
penyusutan antara garis lurus dan saldo menurun,
sedangkan aset berwujud bangunan, hanya diperbolehkan
menggunakan metode garis lurus saja.
c. Tarif Penyusutan Aset Tetap
Besarnya penyusutan suatu periode dipengaruhi oleh
metode yang digunakan, besarnya harga perolehan aset
berwujud, dan masa manfaat dari aset berwujud tersebut.
Untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Pajak
dalam melakukan penyusutan atas pengeluaran aset
berwujud, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal
11 mengatur masa manfaat aset berwujud dan tarif
penyusutan, baik menurut metode garis lurus maupun saldo
menurun. Jenis aset yang termasuk dalam kelompok aset
berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan
sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
96/PMK.03/2009, masa manfaat dan tarif penyusutan aset
berwujud diatur sebagai berikut:95
Tabel 2.1
Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan Aset Berwujud
Kelompok Aset
Berwujud
Masa
Manfaat
Tarif Penyusutan
Garis
Lurus
Saldo
Menurun
I. Bukan Bangunan
- Kelompok I 4 Tahun 25% 50%
- Kelompok II 8 Tahun 12.5% 25%
- Kelompok III 16 Tahun 6.25% 12.5%
- Kelompok IV 20 Tahun 5% 10%
II. Bangunan
- Permanen 20 Tahun 5% -
- Tidak Permanen 10 Tahun 10% -
95 Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11 Buku 1 (Jakarta: Penerbit
Salemba Empat, 2019), 96-97.
61
Sumber: Peraturan Menteri Keuangan, 2009
Bangunan tidak permanen adalah bangunan yang
bersifat sementara dan terbuat dari bahan yang tidak tahan
lama atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan, yang
masa manfaatnya tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun,
misalnya barak atau asrama yang terbuat dari kayu.96
10. Ukuran Perusahaan
Secara umum perusahaan didirikan dengan suatu kegiatan
tertentu untuk mengolah sumber ekonomi yang ada dengan
tujuan menambah nilai guna suatu barang atau jasa dengan
tujuan utama memperoleh keuntungan. Jika ditinjau dari sudut
pandang Islam, tujuan tersebut adalah falah. Falah merupakan
kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan juga akhirat yang
dirahmati Allah SWT.97
Ukuran perusahaan merupakan skala ukuran yang
digunakan untuk mengetahui kategori perusahaan berdasarkan
ukuran besar dan kecil. Untuk mengindentifikasinya dapat
dilakukan dengan mengukur total aset yang dimiliki
perusahaan, nilai pasar saham perusahaan, rata-rata total
penjualan, dan total penjualan. Secara umum, kategori ukuran
perusahaan dibagi menjadi 3 yaitu large firm, medium firm,
dan small firm.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2008 mengatur mengenai kriteria ukuran perusahaan. Dalam
peraturan ini membagi ukuran perusahaan menjadi 4 jenis
ukuran berdasarkan total penjualan dan aset yang dimiliki,
uraiannya sebagai berikut:98
1. Perusahaan ukuran mikro, yaitu yang memiliki kekayaan
bersih senilai Rp 50.000.000,- (didalamnya tidak termasuk
96 Ibid. 97 Muhammad Turmudi, ―Produksi Dalam Perspektif Ekonomi Islam,‖ Jurnal
Islamidina 18, no. 1 (2017): 37–56. 98 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.
62
tanah serta bangunan) dan memiliki total penjualan Rp
300.000.000,-
2. Perusahaan ukuran kecil, yaitu yang memiliki kekayaan
bersih senilai Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp
500.000.000,- (didalamnya tidak termasuk tanah serta
bangunan) dan memiliki total penjualan Rp 300.000.000,-
sampai Rp 2.500.000.000,-
3. Perusahaan ukuran menengah, yaitu yang memiliki
kekayaan bersih senilai Rp 500.000.000,- sampai dengan
Rp 10.000.000.000,- (didalamnya tidak termasuk tanah
serta bangunan) dan memiliki total penjualan Rp
2.500.000.000,- sampai Rp 50.000.000.000,-
4. Perusahaan ukuran besar, yaitu yang memiliki kekayaan
bersih di atas Rp 10.000.000.000,- (didalamnya tidak
termasuk tanah serta bangunan) dan memiliki total
penjualan di atas Rp 50.000.000.000,-
Tidak hanya melalui volume penjualan, ukuran sebuah
perusahaan juga dapat dinilai melalui total aktiva dan
kapitalisasi pasar. Semakin besar total penjualan, aktiva, dan
kapitalisasi pasar maka dapat disimpulkan semakin besar pula
ukuran perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva yang
dimiliki maka berarti semakin banyak modal yang ditanam,
semakin banyak penjualan berarti semakin banyak perputaran
uang, dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin
dikenal suatu perusahaan oleh masyarakat.
Dalam penelitian ini penilaian ukuran perusahaan
menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan, hal ini
dikarenakan menggunakan nilai aset relatif lebih stabil
dibandingkan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan.99
Total
aset juga dapat mencerminkan tahap kedewasaan suatu
perusahaan, semakin besar total aset yang dimiliki maka
99 Ayu Prapitasari and Lili Safrida, ―The Effect of Profitability, Leverage,
Firm Size, Political Connection and Fixed Asset Intensity on Tax Avoidance
(Empirical Study on Mining Companies Listed in Indonesia Stock Exchange 2015-
2017),‖ Accounting Research Jurnal Of Sutaatmadja (ACCRUALS) 3, no. 2 (2019):
247–258.
63
diprediksi akan semakin baik pula prospek perusahaan dalam
jangka waktu yang panjang.100
Jadi, total aset yang dimiliki perusahaan dapat
mencerminkan suatu golongan ukuran perusahaan. Perusahaan
yang memiliki total aset dalam jumlah yang besar maka
berarti termasuk golongan ukuran perusahaan besar.101
Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian Imelia yang
menyatakan bahwa perusahaan besar adalah perusahaan
dengan total aset yang besar, sedangkan perusahaan kategori
menengah adalah yang mempunyai total aset lebih kecil dari
perusahaan besar, dan perusahaan kecil yaitu perusahaan yang
memiliki total aset jauh di bawah perusahaan kategori
besar.102
11. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Menurut Fatwa DSN MUI No. 40 Tahun 2003 Saham
Syariah adalah produk saham yang dikeluarkan oleh
perusahaan yang tidak menyalahi aturan syariah. Sehingga
perusahaan yang tidak termasuk dalam kriteria ini adalah yang
bergerak dalam perjudian, perdagangan yang dilarang, jasa
keuangan yang mengandung unsur riba, mengandung unsur
jual beli gharar dan maisir, memproduksi barang yang haram
menurut ketentuan syariat Islam dan merusak moral
masyarakat, serta transaksi yang menggunakan penyuapan
(riswah).103
Pemilihan saham yang sesuai dengan kriteria syariah yaitu
ditentukan berdasarkan dari kesehatan perusahaan (Financial
screening) termasuk didalamnya total utang perusahaan (debt
100 Hery, Kajian Riset Akuntansi (Jakarta: PT Grasindo, 2017), 3-4. 101 Fitria Anita, ―Pengaruh Corporate Social Responsibility, Leverage,
Likuiditas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak,‖ JOM FEKON 2, no.
2 (2015): 1–15. 102 Septi Imelia, ―Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Pajak
Dengan Indikator Tarif Pajak Efektif (ETR) Pada Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar
Dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013,‖ JOM FEKON 2, no. 1 (2015): 1–15. 103 Ali Geno Berutu, Pasar Modal Syariah Indonesia (Salatiga: Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Salatiga, 2020), 56.
64
to equity ratio) yang berbasis bunga (riba) bila dibandingkan
dengan total aset tidak melebihi dari 45%, dan untuk
pendapatan non-halal perusahaan bila dibandingkan dengan
total semua pendapatan tidak boleh melebihi 10%.104
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) adalah indeks
saham yang keluarkan pada tanggal 12 Mei 2011 yang
didalamnya berisi seluruh saham syariah yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan terdaftar di Daftar Efek
Syariah (DES) yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK). Konstituen ISSI mempunyai jadwal review setiap
enam bulan sekali yaitu pada bulan Mei dan November dan
dilakukan publikasi pada awal bulan berikutnya,105
hal inilah
yang menyebabkan adanya saham syariah yang keluar
ataupun masuk ke dalam konstituen ISSI.
Metode perhitungan ISSI sama dengan perhitungan indeks
saham lainnya yang ada di BEI, yaitu menggunakan nilai rata-
rata tertimbang dari kapitalisasi pasar dengan menggunakan
tahun dasar awal penerbitan Daftar Efek Syariah yaitu
Desember 2007. Tercatat sampai dengan bulan Desember
2020 terdapat 424 saham yang termasuk dalam kategori
Indeks Saham Syariah Indonesia. Untuk nilai kapitalisasi
pasar yang tergabung dalam Indeks Saham Syariah Indonesia
pada tahun 2017 tercatat Rp 3.510,1 triliun, tahun 2018
sebesar Rp 3.144,0 triliun, dan tahun 2019 sebesar Rp 3.744,8
triliun. 106
Di Indonesia terdapat tiga indeks untuk saham syariah
yaitu Jakarta Islamic Index (JII), Jakarta Islamic Index 70 (JII
70) dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Perbedaan
antara ketiganya yaitu terletak pada jumlah konstituennya.
Dalam JII konstituennya adalah 30 saham syariah yang paling
likuid yang tercatat di BEI, kemudian JII 70 adalah indeks
104 Ibid., 57. 105 Sri Hermuningsih, Hanita Yuniati, and Mujiono Mujiono, ―Apakah Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) Memediasi Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Return
Saham Syariah?,‖ Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia 4, no. 2 (2017): 185–99. 106 ―Nilai Kapitalisasi Pasar,‖ 2020, https://idx.co.id.
65
yang konstituennya adalah 70 saham yang paling likuid,
sedangkan ISSI konstituennya adalah seluruh saham syariah
Indonesia yang masuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang
dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).107
B. Pengajuan Hipotesis
1. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Pajak Penghasilan
Badan Terutang
Struktur modal digunakan untuk dapat menghasilkan
perimbangan yang paling baik dalam memperoleh laba yaitu
dengan membandingkan proporsi antara sumber dana
perusahaan yang berasal dari internal dan eksternal
perusahaan.108
Hal tersebut sesuai dengan teori Trade-Off
yang menyatakan bahwa untuk dapat mencapai keuntungan
maksimal, kombinasi sumber dana harus dipertimbangkan
secara teliti dan tepat oleh perusahaan karena setiap sumber
dana akan memiliki konsekuensi dan risiko tersendiri.109
Salah satu rasio yang dapat digunakan untuk mengukur
proporsi utang terhadap modal sendiri adalah Debt to Equity
Ratio (DER). Kondisi financial perusahaan dapat tercermin
dari tinggi atau rendahnya struktur modal yang dimiliki.
Semakin tinggi nilai DER maka hal ini menunjukkan semakin
tinggi pula proporsi sumber dana perusahaan yang dibiayai
dengan menggunakan utang dibandingkan modal sendiri
perusahaan.110
107 Evan Hamzah Muchtar, Corporate Governance : Konsep Dan
Implementasinya Pada Emiten Saham Syariah (Indramayu: Penerbit Adab, 2021),
134–37. 108 Stephen A. Ross, Pengantar Keuangan Perusahaan Edisi 8 (Jakarta:
Salemba Empat, 2015), 4-5. 109 Ade Ristika Mulyawati and Ade Banani, ―Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Sektor Pariwisata, Restoran Dan
Hotel Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,‖ Journal and Proceeding FEB
Unsoed 6, no. 1 (2016): 340–362. 110 Darmawan, Dasar-Dasar Memahami Rasio Dan Laporan Keuangan
(Yogyakarta: UNY Press, 2020), 77.
66
Sumber dana perusahaan yang berasal dari utang dapat
digunakan untuk kebutuhan operasional ataupun investasi
perusahaan. Tetapi, terdapat konsekuensi yang disebabkan
dari keputusan pendanaan tersebut yaitu munculnya beban
tetap (fixed rate of return) berupa beban bunga. Beban bunga
merupakan salah satu komponen deductible expense yaitu
beban yang diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan
kena pajak.111
Sehingga meskipun keputusan menambah
sumber dana utang akan menimbulkan beban baru, tetapi
beban tersebut dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk
meminimalkan beban pajak.
Jadi dapat disimpulkan semakin besar jumlah utang yang
dimiliki perusahaan maka akan semakin besar pula beban
bunga yang akan ditanggung, yang mana hal ini akan
berdampak pada jumlah penghasilan kena pajak yang akan
semakin berkurang. Apabila dasar pengenaan pajak semakin
rendah maka beban pajak yang akan ditanggung perusahaan
juga akan semakin rendah. Lewat kebijakan sumber dana
utang tersebutlah yang dimanfaatkan oleh perusahaan untuk
meminimalkan jumlah kewajiban pajaknya.112
Sejalan dengan pernyataan tersebut, hasil penelitian yang
dilakukan oleh Barli menyatakan bahwa perusahaan dapat
melakukan kegiatan minimalisasi kewajiban pajak
menggunakan beban bunga yang berasal dari sumber dana
utang,113
hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Surya dan Noerlaela yang menyatakan bahwa
111 Bella Cucu Putri Andani, ―Analisis Tax Planning Melalui Deductible
Expense Dan Perbandingan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan Komersial
Dan Fiskal Atas Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada PT. Wahana Semesta Banten),‖
Jurnal Akuntansi 2, no. 1 (2015): 103–120. 112 Andy, ―Pengaruh Return On Assets, Debt To Equity Ratio, Debt To Assets
Ratio, Ukuran Perusahaan Dan Deffered Tax Expense Terhadap Tax Avoidance,‖
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis 16, no. 2 (2018): 42–53. 113 Harry Barli, ―Pengaruh Leverage Dan Firm Size Terhadap Penghindaran
Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Property, Real Estate Dan Building
Construction Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2013-2017),‖
Jurnal Ilmiah Akuntansi Universitas Pamulang 6, no. 2 (2018): 223–238.
67
perusahaan dapat melakukan penghematan pajak dengan
menggunakan sumber dana utang,114
dan didukung oleh hasil
penelitian Putrianingsih, Suyono, dan Herwiyanti yang
menyatakan bahwa beban bunga yang tinggi akan
memberikan pengaruh terhadap berkurangnya beban pajak
yang ditanggung oleh perusahaan.115
Penelitian terkait pengaruh struktur modal terhadap pajak
penghasilan badan terutang juga dilakukan oleh Vindasari,116
Dewi, Susyanti, dan Salim,117
Anggraini dan Kusufiyah,118
serta Rahmawati,119
yang menyatakan bahwa struktur modal
memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap pajak
penghasilan badan terutang, hal tersebut dikarenakan beban
bunga yang dihasilkan sumber dana utang dapat
meminimalkan jumlah beban pajak yang ditanggung
perusahaan.
114 Sarjito Surya and Siti Noerlaela, ―Pengaruh Profitabilitas Dan Leverage
Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2015),‖ Jurnal Sains Manajemen Dan
Akuntansi 8, no. 1 (2016): 52–77. 115 Dewi Putriningsih, Eko Suyono, dan Eliada Herwiyanti, ―Profitabilitas,
Leverage, Komposisi Dewan Komisaris, Komite Audit, Dan Kompensasi Rugi Fiskal
Terhadap Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Perbankan,‖ Jurnal Bisnis Dan
Akuntansi 20, no. 2 (2018): 77–92. 116 Renanda Vindasari, ―Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Asset, dan
Biaya Operasional Terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutang (Studi Kasus Pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2015-2017),‖ Jurnal Analisa Akuntansi Dan Perpajakan 3, no. 2 (2019): 90–
97. 117 Fipin Lastrian Dewi, Jeni Susyanti, and Agus Salim, ―Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Pertumbuhan Aset, Profitabilitas Dan Pajak Penghasilan Badan Terhadap
Struktur Modal (Studi Kasus Pada Perusahaan Kosmetik Yang Terdaftar Di BEI
Tahun 2013-2017),‖ Jurnal Riset Manajeman, 2017, 1–12. 118 Dina Aggraini and Yunita Valentina Kusufiyah, ―Dampak Profitabilitas,
Leverage Dan Biaya Operasional Terhadap Pajak Penghasilan Badan (Studi Empiris
Pada Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia),‖
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Dharma Andalas 22, no. 1 (2020): 32–47. 119 Vika Rahmawati, ―Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Dan Capital
Intensity Ratio Terhadap Effective Tax Rate (ETR),‖ Jurnal Ilmu Dan Riset
Akuntansi 8, no. 4 (2019): 1–19.
68
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai
Debt to Equity Ratio (DER) yang dimiliki suatu perusahaan
maka akan menyebabkan semakin rendah beban pajak yang
akan ditanggungnya, maka berarti struktur modal yang diukur
menggunakan rasio DER mempunyai arah yang negatif
terhadap pajak penghasilan badan terutang perusahaan.
Berlandaskan teori dan penelitian terdahulu yang terkait, maka
hipotesis yang penulis bangun sebagai berikut:
H1 : Struktur modal berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap pajak penghasilan badan
terutang
2. Pengaruh Capital Intensity Terhadap Pajak Penghasilan
Badan Terutang
Capital intensity atau intensitas modal merupakan aktivitas
investasi oleh perusahaan yang berkaitan dengan aset tetap.120
Intensitas modal merupakan bagian dari keputusan keuangan
yang ditetapkan oleh pihak manajemen untuk dapat
meningkatkan profitabilitas. Jumlah aset tetap yang besar akan
menghasilkan beban penyusutan yang besar pula, hal ini dapat
menyebabkan laba perusahaan menjadi turun, dan pada
akhirnya membuat jumlah kewajiban pajak perusahaan juga
akan semakin turun.121
Beban depresiasi merupakan salah satu komponen
deductible expense atau beban yang diperbolehkan sebagai
pengurang penghasilan kena pajak.122
Hal tersebut sesuai
120 Shelly Novitasari, ―Pengaruh Manajemen Laba, Corporate Governance,
Dan Intensitas Modal Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan (Studi Empiris Pada
Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2010-
2014),‖ JOM Fekon 4, no. 1 (2017): 1901–1914. 121 Putu Ayu Seri Andhari and Made Sukartha, ―Pengaruh Pengungkapan
Corporate Social Responsibility, Profitabilitas, Inventory Intensity, Capital Intensity
Dan Leverage Pada Agresivitas Pajak‖ E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 18,
no. 3 (2017): 2115–2142. 122 Bella Cucu Putri Andani, ―Analisis Tax Planning Melalui Deductible
Expense Dan Perbandingan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan Komersial
69
dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 (b)
tentang Pajak Penghasilan yang menyatakan bahwa beban
penyusutan yang disebabkan oleh kegiatan perolehan harta
berwujud dan amortisasi dari kegiatan perolehan hak dan atas
biaya lain yang mempunyai umur manfaat lebih dari satu
tahun maka biaya tersebut diperbolehkan sebagai pengurang
dari penghasilan bruto.123
Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Roifah yang menyatakan bahwa perusahaan
yang mempunyai aset tetap yang besar cenderung akan
melakukan perencanaan untuk penghematan pajak sehingga
berakibat pada pajak penghasilan yang ditanggungnya akan
semakin rendah,124
pernyataan tersebut juga sejalan dengan
hasil penelitian Hidayat dan Fitria yang menyatakan bahwa
perusahaan dapat memanfaatkan beban penyusutan aset tetap
untuk meminimalisasi pembayaran pajaknya,125
dan didukung
oleh hasil penelitian Sunyatama dan Ngumar yang
menyatakan bahwa beban penyusutan yang dihasilkan aset
tetap dapat digunakan untuk mengurangi beban pajak
penghasilan suatu perusahaan,126
serta didukung oleh hasil
penelitian Putri dan Lautania yang menyatakan bahwa
investasi pada aset tetap dapat meminimalkan beban pajak
perusahaan lewat beban depresiasi yang ditimbulkannya.127
Dan Fiskal Atas Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada PT. Wahana Semesta Banten),‖
Jurnal Akuntansi 2, no. 1 (2015): 103–120. 123 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan. 124 Nimatur Roifah, ―Pengaruh Leverage Dan Capital Intensity Ratio Terhadap
Effective Tax Rate: Dimoderasi Oleh Profitability (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2011-2013),‖ JOM Fekon 2, no. 2 (2015):
1–13. 125 Agus Taufik Hidayat and Eta Febrina Fitria, ―Pengaruh Capital Intensity,
Inventory Intensity, Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Agresivitas Pajak,‖ Jurnal
EKSIS 13, no. 2 (2018): 57–68. 126 Yohana Dini Sunyatama and Sutjipto Ngumar, ―Analisis Beban
Penyusutan Aset Tetap Dalam Undang Undang Perpajakan Atas PPh Badan,‖ Jurnal
Ilmu Dan Riset Akuntansi 6, no. 5 (2017): 2126–2143. 127 Citra Lestari Putri and Maya Febrianty Lautania, ―Pengaruh Capital
Intensity Ratio, Inventory Intensity Ratio, Ownership Strucutre Dan Profitability
70
Penelitian terkait pengaruh capital intensity terhadap pajak
penghasilan badan terutang juga dilakukan oleh Widani,
Mahaputra, dan Sudiartana,128
Gumono,129
Artinasari,130
Baihaqqi,131
Hidayat dan Fitria,132
serta Yanti dan
Fatahurrazak,133
yang menyatakan bahwa capital intensity
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pajak
penghasilan badan terutang, hal tersebut dikarenakan
perusahaan dapat memanfaatkan beban depresiasi yang
dihasilkan oleh aset tetap sebagai pengurang penghasilan kena
pajak, yang mana hal tersebut akan berpengaruh pula terhadap
semakin menurunnya beban pajak yang ditanggung
perusahaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
intensitas aset tetap yang dimiliki perusahaan maka akan
menyebabkan semakin rendah pajak yang akan
ditanggungnya, hal tersebut berarti capital intensity
Terhadap Effective Tax Rate (ETR) (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014),‖ Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Ekonomi Akuntansi (JIMEKA) 1, no. 1 (2016): 101–119. 128 Made Astrela Widani, I Nyoman Kusuma Adnyana Mahaputra, and I Made
Sudiartana, ―Pengaruh Struktur Modal, Capital Intensity, Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Pajak Penghasilan Pada Perusahaan Manufaktur,‖ Kumpulan Hasil Riset
Mahasiswa Akuntansi (KHARISMA) 1, no. 1 (2019): 34–49. 129 Clarissa Octa Gumono, ―Pengaruh ROA, Leverage, Dan Capital Intensity
Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Pertambangan Era Jokowi-JK,‖ Media
Akuntansi Dan Perpajakan Indonesia 2, no. 2 (2021): 92–101. 130 Nikita Artinasari, ―Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, Capital
Intensity Dan Inventory Intensity Terhadap Tax Avoidance,‖ Jurnal Ilmu Dan Riset
Akuntansi 7, no. 8 (2018): 1–18. 131 Moh Rendra Baihaqqi, ―Pengaruh Faktor Corporate Governance, Intensitas
Aset Tetap Dan Return On Assets Terhadap Tax Avoidance,‖ Jurnal Ilmu Dan Riset
Akuntansi 8, no. 9 (2019): 1–22. 132 Agus Taufik Hidayat and Eta Febrina Fitria, ―Pengaruh Capital Intensity,
Inventory Intensity, Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Agresivitas Pajak,‖ Jurnal
EKSIS 13, no. 2 (2018): 57–68 133 Dewi Yanti and Fatahurrazak, ―Pengaruh Profitabilitas, Capital Intensity,
Inventory Intensity, Leverage Dan Risk Management Committee Terhadap Tax
Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2013-2016,‖ Jurnal Akuntansi 2, no. 1 (2018): 1–17.
71
mempunyai arah yang negatif terhadap pajak penghasilan
badan terutang perusahaan. Berlandaskan teori dan penelitian
terdahulu yang terkait, maka hipotesis yang penulis bangun
sebagai berikut:
H2 : Capital intensity berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap pajak penghasilan badan
3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pajak
Penghasilan Badan Terutang
Ukuran perusahaan merupakan skala yang digunakan
untuk menggolongkan perusahaan menurut ukuran besar dan
kecil. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasinya yaitu dengan mengukur total aset yang
dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan dengan skala
besar tentu akan memiliki lebih banyak keunggulan
dibandingkan dengan perusahaan skala kecil. Begitu pula
dalam hal transaksi, semakin besar perusahaan maka akan
semakin kompleks transaksi yang terjadi di dalamnya,
sehingga semakin besar pula kemungkinan perusahaan
melakukan tindakan penghindaran pajak atau penghematan
pajak dengan memanfaatkan celah aturan perpajakan yang
ada.134
Selain itu, insentif pajak juga merupakan salah satu cara
yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk meminimalkan
beban pajaknya. Perusahaan yang termasuk dalam golongan
skala besar dapat lebih optimal dalam melakukan manajemen
pajaknya dibandingkan perusahaan golongan skala kecil, hal
tersebut dikarenakan perusahaan besar lebih banyak
mempunyai sumber daya termasuk ahli dalam hal perpajakan
yang dapat menekan beban pajak seefisien mungkin,
sedangkan perusahaan kecil tidak memilikinya, sehingga
menyebabkan hilangnya kesempatan perusahaan kecil untuk
134 Ika Septiana Santoso, ―Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas,
Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di BEI‖ (Artikel, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya, 2017),
5-6.
72
mendapatkan insentif pajak yang dapat mengurangi beban
pajak perusahaan.135
Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian
Khuri’in yang menyatakan bahwa semakin banyak sumber
daya kompeten di bidang perpajakan yang dimiliki perusahaan
skala besar maka akan semakin besar pula kemampuan
perusahaan untuk menekan beban pajaknya dengan seefektif
mungkin,136
pernyataan tersebut juga sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah, Hanum dan Alwiyah
yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan yang besar
mempunyai kemungkinan yang lebih besar pula untuk dapat
menekan beban pajak yang akan dibayarnya,137
dan didukung
oleh hasil penelitian Dewinta dan Setiawan yang menyatakan
bahwa semakin besar ukuran perusahaan menyebabkan
semakin tinggi tingkat penghindaran pajak yang dilakukan
perusahaan dengan memperkecil dasar pengenaan pajak yang
akan berimbas pada semakin kecil beban pajak yang akan
ditanggung perusahaan.138
Penelitian terkait pengaruh ukuran perusahaan terhadap
pajak penghasilan badan juga dilakukan oleh Putri,139
Tiaras
135 Estherlita Yunika, ―Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Tingkat Utang
Perusahaan, Dan Profitabilitas Terhadap Tarif Pajak Efektif Pada Perusahaan
Subsektor Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,‖ Jurnal Online
Mahasiswa (JOM) Bidang Akuntansi 2, no. 2 (2017): 1–11. 136 Khurin’in Kurnia Putri, ―Pengaruh Corporate Governance, Ukuran
Perusahaan, Rasio Utang Dan Profitabilitas Terhadap Tarif Pajak Efektif,‖ JOM
Fekon 4, no. 1 (2017): 1–15. 137 Ismaeni Nurjanah, Ayu Noviani Hanum, and Alawiyah Alawiyah,
―Pengaruh Likuiditas, Leverage, Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan
Dan Komisaris Independen Terhadap Agresivitas Pajak Badan,‖ Prosiding Seminar
Nasional Mahasiswa Unimu 1 (2018): 432–438. 138 Ida Ayu Rosa Dewinta and Putu Ery Setiawan, ―Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dan Pertumbuhan Penjualan
Terhadap Tax Avoidance,‖ E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 14, no. 3 (2016):
1584–1613. 139 Scania Evana Putri, ―Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return On Asset
(ROA), Leverage Dan Intensitas Modal Terhadap Tarif Pajak Efektif,‖ JOM Fekon 3,
no. 1 (2016): 1506–1519.
73
dan Wijaya,140
Reminda,141
Ngadiman dan Puspitasari,142
serta
Handayani143
yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan
mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
pajak penghasilan badan terutang. Jadi dapat disimpulkan
bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka upaya untuk
melakukan penekanan beban pajaknya akan semakin tinggi,
hal tersebut berdampak pada arah yang negatif terhadap pajak
penghasilan badan terutang perusahaan. Berlandaskan teori
dan penelitian terdahulu yang terkait, maka hipotesis yang
penulis bangun sebagai berikut:
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap pajak penghasilan badan
terutang
4. Pengaruh Struktur Modal, Capital Intensity, dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutang
Salah satu sumber pendapatan dalam negeri yang sangat
diharapkan guna menunjang pembelanjaan negara dan
pembangunan nasional adalah pajak.144
Dalam pandangan
Islam, pajak merupakan harta yang diwajibkan oleh Allah
140 Irvan Tiaras and Henryanto Wijaya, ―Pengaruh Likuiditas, Leverage,
Manajemen Laba, Komisaris Independen Dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Agresivitas Pajak,‖ Jurnal Akuntansi 14, no. 3 (2015): 380–397. 141 Azzahra Dita Reminda, ―Pengaruh Corporate Social Reponsibility,
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan Dan Capital Intensity Terhadap Agresivitas Pajak
(Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Periode Tahun
2013-2015),‖ JOM Fekon 4, no. 2 (2017): 4279–4293. 142 Ngadiman and Christiany Puspitasari, ―Pengaruh Leverage, Kepemilikan
Institusional, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-
2012,‖ Jurnal Akuntansi 18, no. 3 (2015): 408–421. 143 Rini Handayani, ―Pengaruh Return on Assets (ROA), Leverage dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Perbankan Yang
Listing Di BEI Periode Tahun 2012-2015,‖ Jurnal Akuntansi Maranatha 10, no. 1
(2018): 72–84. 144 Lukman Hakim Siregar, ―Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) Sebagai
Upaya Peningkatan Pendapatan Nasional Dari Sektor Fiskal,‖ Jurnal Manajemen
Pendidikan Dan Keislaman 6, no. 1 (2017): 97–105.
74
SWT kepada kaum muslim untuk digunakan dalam rangka
memenuhi kebutuhan negara dan masyarakat umum ketika
keadaan baitul maal kosong atau tidak mempunyai kas.145
Sedangkan, pajak oleh kebanyakan masyarakat masih
dianggap sebagai beban yang memberatkan, sehingga
membuat wajib pajak selalu berusaha untuk melakukan
kegiatan minimalisasi beban pajaknya, termasuk yang
dilakukan oleh wajib pajak badan yang berupa Perseroan
Terbatas (PT).146
Tujuan utama dari suatu badan usaha
didirikan adalah untuk memperoleh laba, sedangkan pajak
merupakan salah satu beban perusahaan yang dapat
mengurangi laba. Sehingga dengan adanya beban pajak dapat
menyebabkan tujuan perusahaan tersebut tidak maksimal, hal
ini yang diduga menjadi latar belakang perusahaan selalu
berusaha untuk mengurangi beban pajak yang
ditanggungnya.147
Dalam teori keagenan yang membahas tentang perbedaan
kepentingan yang terjadi antara pihak agen dan principal,
salah satu perbedaan yang dapat terjadi antara kedua pihak
tersebut adalah kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan
pajak. Sistem pemungutan pajak penghasilan badan yang
diterapkan di Indonesia adalah self assessment yang mana
dalam sistem ini memberikan kesempatan kepada agen untuk
melakukan perhitungan penghasilan kena pajaknya sendiri.
Hal tersebutlah yang dimanfaatkan oleh pihak agen untuk
menekan beban pajak yang akan ditanggung oleh perusahaan.
Sedangkan principal tidak menginginkan adanya
145 Gazali, ―Pajak Dalam Perspeaktif Hukum Islam Dan Hukum Positif,‖
Mu’amalat 7, no. 1 (2015): 84–102. 146 Setu Setyawan, Perpajakan (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Press, 2020), 11. 147 Novia Bani Nugraha and Wahyu Meiranto, ―Pengaruh Corporate Social
Responsibility, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Dan Capital Intensity
Terhadap Agresivitas Pajak,‖ Diponegoro Journal of Accounting 4, no. 4 (2015): 1–
14.
75
penghindaran pajak tersebut, karena dianggap memanipulasi
laporan keuangan.148
Ada banyak faktor yang dapat digunakan oleh perusahaan
untuk dapat meminimalisasi beban pajaknya, salah satunya
yaitu dengan mengatur kebijakan utang, yang mana
perusahaan dapat memanfaatkan beban bunga yang dihasilkan
oleh utang sebagai pengurang penghasilan kena pajak.149
Kemudian, kebijakan menanamkan investasi pada aset tetap
yang besar agar perusahaan dapat memanfaatkan beban
depresiasi yang dihasilkan,150
dan juga dengan memanfaatkan
sumber daya ahli perpajakan yang dimiliki oleh perusahaan
skala besar.151
Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil
penelitian Widani, Mahaputra, dan Sudiartana yang
menyatakan bahwa struktur modal, capital intensity, dan
ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pajak penghasilan badan terutang.152
Berlandaskan
teori dan penelitian terdahulu yang terkait, maka hipotesis
yang penulis bangun sebagai berikut:
148 Enggar Adityamurti and Imam Ghozali, ―Pengaruh Penghindaran Pajak
Dan Biaya Agensi Terhadap Nilai Perusahaan,‖ Diponegoro Journal of Accounting 6,
no. 3 (2017): 1–12. 149 Eliza Tri Widyaningsih and Miftahol Horri, ―Pengaruh Manajemen Laba,
Debt To Equity Ratio, dan Return On Asset Terhadap PPH Badan Terutang Studi
Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Bei Sektor Real Estate Dan Property
Tahun 2015-2016,‖ Jurnal Analisa Akuntansi Dan Perpajakan 3, no. 1 (2019): 72–88. 150 Putu Ayu Seri Andhari and Made Sukartha, ―Pengaruh Pengungkapan
Corporate Social Responsibility, Profitabilitas, Inventory Intensity, Capital Intensity
Dan Leverage Pada Agresivitas Pajak‖ E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 18,
no. 3 (2017): 2115–2142. 151 Rini Handayani, ―Pengaruh Return on Assets (ROA), Leverage dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Perbankan Yang
Listing Di BEI Periode Tahun 2012-2015,‖ Jurnal Akuntansi Maranatha 10, no. 1
(2018): 72–84. 152 Made Astrela Widani, I Nyoman Kusuma Adnyana Mahaputra, and I Made
Sudiartana, ―Pengaruh Struktur Modal, Capital Intensity, Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Pajak Penghasilan Pada Perusahaan Manufaktur,‖ Kumpulan Hasil Riset
Mahasiswa Akuntansi (KHARISMA) 1, no. 1 (2019): 34–49.
76
H4 : Struktur modal, capital intensity, dan ukuran
perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pajak penghasilan badan terutang
130
DAFTAR RUJUKAN
Rujukan Buku
Ansofino. Buku Ajar Ekonometrika. Yogyakarta: Deepublish, 2016.
Asri, Ardison. Buku Ajar Hukum Pajak Dan Peradilan Pajak.
Bandung: CV Jejak Publisher, 2021.
Basuki, Agus Tri, and Nano Prawoto. Analisis Regresi Dalam
Penelitian Ekonomi Dan Bisnis. Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2016.
Berutu, Ali Geno. Pasar Modal Syariah Indonesia. Salatiga: Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN
Salatiga, 2020.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi,
Ekonomi, Dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya.
Jakarta: Kencana, 2017.
Darmawan. Dasar-Dasar Memahami Rasio Dan Laporan Keuangan.
Yogyakarta: UNY Press, 2020.
David, Wahyudi, and Aurino R A Djamaris. Metode Statistik. Jakarta:
Penerbitan Universitas Bakrie, 2018.
Farouq. Hukum Pajak Di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2018.
Ghozali, Imam, and Dwi Ratmono. Analisis Multivariat Dan
Ekonometrika. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, 2017.
Gio, Prana Ugiana, and Elly Rosmaini. Belajar Olah Data Dengan
SPSS, Minitab, R, Microsoft Excel, Eviews, Lisrel, Amos, Dan
Smartpls. Medan: USU Press, 2016.
Gunawan, Robertus M. Bambang. Good Governance, Risk
Management, And Compliance. PT. Raja Grafindo Persada,
2021.
131
Hery. Analisis Kinerja Manajemen. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2015.
———. Kajian Riset Akuntansi. Jakarta: PT Grasindo, 2017.
Ilham, Rico Nur, and Mangasi Sinurat. Strategi Investasi Aset Digital
Cryptocurrency. Yogyakarta: Bintang Pustaka Madani, 2021.
Irfani, Agus S. Manajemen Keuangan Dan Bisnis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2020.
Ismayani, Ade. Metodologi Penelitian. Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press, 2018.
Kusumastuti, Adhi, Ahmad Mustamil Khoiron, and Taofan Ali
Achmadi. Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Penerbit
Deepublish, 2020.
Madchaini, Kuntari. ―Hakikat Jihad Dalam Islam.‖ Shibghah: Journal
of Muslim Societies 1, no. 2 (2019): 80–96.
Mardiasmo. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Offset, 2016.
Muchtar, Evan Hamzah. Corporate Governance : Konsep Dan
Implementasinya Pada Emiten Saham Syariah. Indramayu:
Penerbit Adab, 2021.
Resmi,Siti. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11 Buku 1. Jakarta:
Salemba Empat, 2019.
Riyanto, Slamet, and Aglis Andhita Hatmawan. Metode Riset
Penelitian Kuantitatif Penelitian Di Bidang Manajemen, Teknik,
Pendidikan Dan Ekperimen. Yogyakarta: Deepublish, 2020.
Ross, Stephen A. Pengantar Keuangan Perusahaan Edisi 8. Jakarta:
Salemba Empat, 2015.
Sakti, Indra. Analisis Regresi Data Panel Menggunakan Eview.
Jakarta: Universitas Esa Unggul, 2018.
Setyawan, Setu. Perpajakan. Malang: Universitas Muhammadiyah
132
Malang Press, 2020.
Suandy, Erly. Perencanaan Pajak Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat,
2017.
Sugeng, Bambang. Manajemen Keuangan Fundamental. Yogyakarta:
Penerbit Deepublish, 2017.
Sugeng, Bambang, Agus Yudha Hernoko, and Zahry Vandawati
Chumaida. Implementasi Berlakunya PERPPU Nomor 1 Tahun
2017 Sebagai Komitmen Indonesia Dalam Pertukaran Informasi
Keuangan Secara Otomatis (AEoI). Sidoarjo: Zifatama Jawara,
2018.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta,
2018.
———. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
Bandung: PT Alfabet, 2016.
Suprawoto. Government Public Relations Perkembangan Dan Praktik
Di Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group, 2018.
Suyono. Analisis Regresi Untuk Penelitian. Yogyakarta: Penerbit
Deepublish, 2018.
Ulum, Ihyaul. Intelectual Capital. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang Press, 2017.
Untari, Dhian Tyas. Buku Ajar Metodologi Penelitian (Penelitian
Kontemporer Bidang Ekonomi Dan Bisnis). Banyumas: CV.
Pena Persada, 2018.
Wahyu. Akuntansi Pajak Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat, 2016.
Widarjono, Agus. Ekonometrika Pengantar Dan Aplikasinya Disertai
Panduan Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2016.
Widnyana, I Wayan. Perpajakan. Bali: CV. Noah Aletheia, 2018.
133
Rujukan Jurnal dan Hasil Penelitian
Adinda, Faradilla Zalfa, Sugianto, and Nunuk Triwahyuningtyas.
―Profitabilitas , Likuiditas Dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur
Modal.‖ Konferensi Riset Nasional Ekonomi, Manajemen, Dan
Akuntansi, 2020, 462–473.
Adityamurti, Enggar, and Imam Ghozali. ―Pengaruh Penghindaran
Pajak Dan Biaya Agensi Terhadap Nilai Perusahaan.‖
Diponegoro Journal of Accounting 6, no. 3 (2017): 1–12.
Aggraini, Dina, and Yunita Valentina Kusufiyah. ―Dampak
Profitabilitas, Leverage Dan Biaya Operasional Terhadap Pajak
Penghasilan Badan (Studi Empiris Pada Perusahaan Food and
Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia).‖ Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis Dharma Andalas 22, no. 1 (2020): 32–47.
Agustina, Tika Nur. ―Tax Avoidance : Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015).‖
Seminar Nasional Dan The 4th Call for Syariah Paper, 2015,
295–307.
Aji, Andri Waskita, and Fitri Fahmi Atun. ―Pengaruh Tax Planning,
Profitabilitas, Dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderasi.‖ Jurnal Ilmiah
Akuntansi Dan Humanika 9, no. 3 (2019): 222–234.
Aminah, Chairina, and Yohana Yustika Sari. ―The Influence of
Company Size, Fixed Asset Intensity, Leverage, Profitability,
and Political Connection To Tax Avoidance.‖ AFEBI Accounting
Review (AAR) 2, no. 2 (2017): 30–43.
Andani, Bella Cucu Putri. ―Analisis Tax Planning Melalui Deductible
Expense Dan Perbandingan Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Berdasarkan Komersial Dan Fiskal Atas Pajak Penghasilan
(Studi Kasus Pada PT. Wahana Semesta Banten).‖ Jurnal
Akuntansi 2, no. 1 (2015): 103–120.
Andhari, Putu Ayu Seri, and Made Sukartha. ―Pengaruh
Pengungkapan Corporate Social Responsibility, Profitabilitas,
Inventory Intensity, Capital Intensity Dan Leverage Pada
134
Agresivitas Pajak.‖ E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 18,
no. 3 (2017): 2115–2142.
Andy. ―Pengaruh Return On Assets, Debt To Equity Ratio, Debt To
Assets Ratio, Ukuran Perusahaan Dan Deffered Tax Expense
Terhadap Tax Avoidance.‖ Jurnal Ekonomi Dan Bisnis 16, no. 2
(2018): 42–53.
Anita, Fitria. ―Pengaruh Corporate Social Responsibility, Leverage,
Likuiditas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas
Pajak.‖ JOM FEKON 2, no. 2 (2015): 1–15.
Ansofino. Buku Ajar Ekonometrika. Yogyakarta: Deepublish, 2016.
Artinasari, Nikita. ―Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas,
Capital Intensity Dan Inventory Intensity Terhadap Tax
Avoidance.‖ Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi 7, no. 8 (2018): 1–
18.
Aziz, Abdul. ―Esensi Utang Dalam Konsep Ekonomi Islam.‖ Jurnal
Bisnis 4, no. 1 (2016): 124–135.
Baihaqqi, Moh Rendra. ―Pengaruh Faktor Corporate Governance,
Intensitas Aset Tetap Dan Return On Assets Terhadap Tax
Avoidance.‖ Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi 8, no. 9 (2019): 1–
22.
Barli, Harry. ―Pengaruh Leverage Dan Firm Size Terhadap
Penghindaran Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor
Property, Real Estate Dan Building Construction Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2013-2017).‖ Jurnal
Ilmiah Akuntansi Universitas Pamulang 6, no. 2 (2018): 223–38.
Batmomolin, Selestina. ―Analisis Leverage, Firm Size, Intensitas Aset
Tetap Dan Intensitas Persediaan Terhadap Tarif Pajak Efektif
(Pada Perusahaan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2012-2017).‖ Buletin Ekonomi 22, no. 2
(2018): 36–42.
Cahyadi, Adi. ―Mengelola Hutang Dalam Perspektif Islam.‖ Jurnal
Bisnis Dan Manajemen 4, no. 1 (2015): 67–78.
135
Chytia, and Bayu Laksana Pradana. ―Analisis Pengaruh Capital
Intensity, Kepemilikan Institusional, Debt To Asset Ratio (DAR)
Dan Return On Assets (ROA) Terhadap Effective Tax Rate
(ETR) Pada Perusahaan Sektor Properti Utama Yang Terdaftar
Di Bei Periode 2016 -2019.‖ Jurnal Bina Akuntansi 8, no. 1
(2021): 1–21.
Darussalam, and B. Bawono Kristiaji. ―Telaah Konstruktif Debt to
Equity Ratio Di Indonesia‖ 81, no. 4 (2015): 1–10.
Dewi, Fipin Lastrian, Jeni Susyanti, and Agus Salim. ―Pengaruh
Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Aset, Profitabilitas Dan Pajak
Penghasilan Badan Terhadap Struktur Modal (Studi Kasus Pada
Perusahaan Kosmetik Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2013-
2017).‖ Jurnal Riset Manajeman, 2017, 102–112.
Dewinta, Ida Ayu Rosa, and Putu Ery Setiawan. ―Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dan
Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax Avoidance.‖ E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana 14, no. 3 (2016): 1584–1613.
Dharma, I made Surya, and Putu Agus Ardiana. ―Pengaruh Leverage,
Intensitas Aset Tetap, Ukuran Perusahaan, Dan Koneksi Politik
Terhadap Tax Avoidance.‖ E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana 15, no. 1 (2016): 584–613.
Fairisati, Neny Tresna, Diana Juni Mulyati, and Ni Made Ida Pratiwi.
―Pengaruh Struktur Modal Dan Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur.‖ Jurnal Dinamika
Administrasi Bisnis 2, no. 2 (2016): 1–27.
Fatarib, Husnul, and Amalia Rizmaharani. ―Pajak Dalam Persepektif
Hukum Ekonomi Syariah (Konsep Pajak Dan Sistem Perpajakan
Dalam Keadilan Islam).‖ Istinbath : Jurnal Hukum 15, no. 2
(2018): 337–354.
Ferie, Jheff, Mulyadi, and E.Y. Suharyono. ―Perencanaan Pajak
Dalam Penyusutan Aset Tetap Pada PT. Segara Hero Sakti
Samarinda.‖ Jurnal Akuntansi, 2016, 1–9.
Gazali. ―Pajak Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif.‖
136
Mu’amalat 7, no. 1 (2015): 84–102.
Gumono, Clarissa Octa. ―Pengaruh ROA, Leverage, Dan Capital
Intensity Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan
Pertambangan Era Jokowi-JK.‖ Media Akuntansi Dan
Perpajakan Indonesia 2, no. 2 (2021): 92–101.
Handayani, Rini. ―Pengaruh Return on Assets (ROA), Leverage Dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan
Perbankan Yang Listing Di BEI Periode Tahun 2012-2015.‖
Jurnal Akuntansi Maranatha 10, no. 1 (2018): 72–84.
Haskar, Edi. ―Hubungan Pajak Dan Zakat Menurut Perspektif Islam.‖
Menara Ilmu 14, no. 2 (2020): 28–38.
Hermuningsih, Sri, Hanita Yuniati, and Mujiono Mujiono. ―Apakah
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Memediasi Pengaruh
Nilai Tukar Terhadap Return Saham Syariah?‖ Jurnal
Manajemen Bisnis Indonesia 4, no. 2 (2017): 185–199.
Hidayanti, Ery, and Sunyoto. ―Pentingnya Pengungkapan (Disclosure)
Laporan Keuangan Dalam Meminimalisasi Asimetri Informasi.‖
Jurnal WIGA 2, no. 2 (2017): 19–28.
Hidayat, Agus Taufik, and Eta Febrina Fitria. ―Pengaruh Capital
Intensity, Inventory Intensity, Profitabilitas Dan Leverage
Terhadap Agresivitas Pajak.‖ Jurnal EKSIS 13, no. 2 (2018):
157–168.
Ida Bagus Putu Fajar, Adisamartha, and Naniek Noviari. ―Pengaruh
Likuiditas, Leverage, Intensitas Persediaan Dan Intensitas Aset
Tetap Pada Tingkat Agresivitas Wajib Pajak Badan.‖ E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana 13, no. 3 (2015): 973–1000.
Imelia, Septi. ―Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen
Pajak Dengan Indikator Tarif Pajak Efektif (ETR) Pada
Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia
Tahun 2010-2012.‖ JOM FEKON 2, no. 1 (2015): 1–15.
Irianto, Bambang Setyobudi, Yudha Aryo Sudibyo, and Abim Wafirli.
―The Influence of Profitability, Leverage, Firm Size and Capital
137
Intensity Towards Tax Avoidance.‖ International Journal of
Accounting and Taxation 5, no. 2 (2017): 33–41.
Jama’, Ahmad Kamal. ―Pengaruh Faktor Keuangan Dan Intensitas
Aset Tetap Terhadap Keputusan Pelaporan Keuangan Dan
Pajak.‖ Jurnal Tekun 8, no. 1 (2018): 15–33.
Janrosl, Viola Syukrina E, and Dian Efriyenti. ―Analisis Pengaruh
Ukuran Perusahaan, Leverage, Dan Profitabilitas Terhadap Tax
Evoidance Pada Bank Riau Kepri Tbk.‖ Seminar Nasional Ilmu
Sosial Dan Tekonologi, no. 1 (2018): 169–174.
Jap, Yustina Peniyanti. ―Kepatuhan Pajak, Norma Sosial Masyarakat ,
Penegakan Hukum, Dan Moral Pajak Perusahaan Agro Pada
Bursa Efek Di Indonesia.‖ Jurnal Muara Ilmu Ekonomi Dan
Bisnis 2, no. 1 (2018): 137–145.
Jensen, Michael C., and William H. Meckling. ―Theory Of The Firm :
Mangerial Behavior, Agnecy Costs Ann Ownership Structure.‖
Journal Of Financial Economics 3 (1976): 305–360.
Jony. ―Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Effective Tax
Rate Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI.‖ Journal of
Accounting & Management Innovation 4, no. 2 (2020): 76–90.
Kirana, Maria Nindya, and Sugeng Wahyudi. ―Analisis Pengaruh
Corporate Governance Dan Leverage Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai
Variabel Kontrol (Studi Kasus Pada Perusahaan Wholesale Dan
Retail Trade Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-2014).‖
Diponegoro Journal Of Management 5, no. 4 (2016): 1–12.
Laksono, Roni Dwi. ―Pengaruh Struktur Modal (Leverage, Debt
Equity Ratio, Long Term Debt To Asset Ratio), Profitabilitas
Dan Biaya Operasional Terhadap Pajak Penghasilan Badan
Terutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI
Periode Tahun 2015-2017.‖ Jurnal Tirtayasa Ekonomika 14, no.
1 (2019): 26–34.
Lestari, Rizki Meirdiani, and Indarto. ―Pengaruh Leverage, Fixed
Asset Intensity, Dan Firm Size Terhadap Nila Perusahaan
138
Dengan Revaluasi Aset Tetap Sebagai Moderasi.‖ Jurnal Riset
Akuntansi Dan Bisnis 12, no. 1 (2019): 1–16.
Madchaini, Kuntari. ―Hakikat Jihad Dalam Islam.‖ Shibghah: Journal
of Muslim Societies 1, no. 2 (2019): 80–96.
Masrurroch, Lustina Rima. ―Profitabilitas, Corporate Governance,
Ukuran Perusahaan Dan Intensitas Modal Terhadap
Penghindaran Pajak.‖ Jurnal Inovasi 17, no. 1 (2021): 82–93.
Moeljono. ―Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghindaran Pajak.‖
Jurnal Penelitian Ekonomi Dan Bisnis 5, no. 1 (2020): 103–121.
Mulyawati, Ade Ristika, and Ade Banani. ―Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Sektor
Pariwisata, Restoran Dan Hotel Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia.‖ Journal and Proceeding FEB Unsoed 6, no. 1
(2016): 340–362.
Ngadiman, and Christiany Puspitasari. ―Pengaruh Leverage,
Kepemilikan Institusional, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pada Perusahaan Sektor
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-
2012.‖ Jurnal Akuntansi 18, no. 3 (2015): 408–421.
Novitasari, Shelly. ―Pengaruh Manajemen Laba, Corporate
Governance, Dan Intensitas Modal Terhadap Agresivitas Pajak
Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Property Dan Real
Estate Yang Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2010-2014).‖ JOM
Fekon 4, no. 1 (2017): 1901–1914.
Nugraha, Novia Bani, and Wahyu Meiranto. ―Pengaruh Corporate
Social Responsibility, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
Leverage Dan Capital Intensity Terhadap Agresivitas Pajak.‖
Diponegoro Journal of Accounting 4, no. 4 (2015): 1–14.
Nurfadilah, Nurfadilah, Henny Mulyati, and Merry Purnamasari.
―Pengaruh Leverage , Ukuran Perusahaan Dan Kualitas Audit ,
Terhadap Penghindaran Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2011-2015).‖ Seminar Nasional Dan The 3rd Call For Syariah
139
Paper, 2016, 441–449.
Nurjanah, Ismaeni, Ayu Noviani Hanum, and Alawiyah ―Pengaruh
Likuiditas, Leverage, Corporate Social Responsibility, Ukuran
Perusahaan Dan Komisaris Independen Terhadap Agresivitas
Pajak Badan.‖ Prosiding Seminar Nasional Mahasiswa Unimu 1
(2018): 432–438.
Nursasmita, Evan. ―Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Dan
Biaya Operasional Terhadap Pajak Penghasilan Badan
Terutang.‖ Jurnal Akuntansi Unesa 9, no. 3 (2021): 1–12.
Prapitasari, Ayu, and Lili Safrida. ―The Effect of Profitability,
Leverage, Firm Size, Political Connection and Fixed Asset
Intensity on Tax Avoidance (Empirical Study on Mining
Companies Listed in Indonesia Stock Exchange 2015-2017).‖
Accounting Research Jurnal Of Sutaatmadja (ACCRUALS) 3,
no. 2 (2019): 247–258.
Putra, Dwi Cahyadi, and Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati.
―Pengaruh Komisaris Independen, Leverage, Size Dan Capital
Intensity Ratio Pada Tax Avoidance.‖ E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana 17, no. 1 (2016): 690–714.
Putri, Citra Lestari, and Maya Febrianty Lautania. ―Pengaruh Capital
Intensity Ratio, Inventory Intensity Ratio, Ownership Strucutre
Dan Profitability Terhadap Effective Tax Rate (ETR) (Studi
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2011-2014).‖ Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Ekonomi Akuntansi (JIMEKA) 1, no. 1 (2016): 101–119.
Putri, Khurin’in Kurnia. ―Pengaruh Corporate Governance, Ukuran
Perusahaan, Rasio Utang Dan Profitabilitas Terhadap Tarif Pajak
Efektif.‖ JOM Fekon 4, no. 1 (2017): 1501–1515.
Putri, Scania Evana. ―Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return On Asset
(ROA), Leverage Dan Intensitas Modal Terhadap Tarif Pajak
Efektif.‖ JOM Fekon 3, no. 1 (2016): 1506–1519.
Putri, Vidiyanna Rizal, and Bella Irwasyah Putra. ―Pengaruh
Leverage, Profitability, Ukuran Perusahaan Dan Proporsi
140
Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance.‖ Jurnal
Ekonomi Manajemen Sumber Daya 19, no. 1 (2017): 1–11.
Putriningsih, Dewi, Eko Suyono, and Eliada Herwiyanti.
―Profitabilitas, Leverage, Komposisi Dewan Komisaris, Komite
Audit, Dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Penghindaran
Pajak Pada Perusahaan Perbankan.‖ Jurnal Bisnis Dan Akuntansi
20, no. 2 (2018): 77–92.
Rahmawati, Vika. ―Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Dan
Capital Intensity Ratio Terhadap Effective Tax Rate (ETR).‖
Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi 8, no. 4 (2019): 1–19.
Rajagukguk, Bob. ―Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan
Profitabilitas Terhadap Penghindaran Pajak (Studi Pada
Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Barang Konsumsi Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012- 2016).‖ Jurnal
Ilmiah Mahasiswa FEB 7, no. 2 (2016): 1–17.
Reminda, Azzahra Dita. ―Pengaruh Corporate Social Reponsibility,
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan Dan Capital Intensity
Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2013-2015).‖
JOM Fekon 4, no. 2 (2017): 4279–4293.
Roifah, Nimatur. ―Pengaruh Leverage Dan Capital Intensity Ratio
Terhadap Effective Tax Rate : Dimoderasi Oleh Profitability
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
BEI Tahun 2011-2013).‖ JOM Fekon 2, no. 2 (2015): 1–13.
Rosdiana. ―Pengaruh Capital Intensity, Leverage, Kepemilikan
Institusional, Dan Profitabilitas Terhadap Penghindaran Pajak.‖
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas, 2018.
Santoso, Ika Septiana. ―Pengaruh Corporate Governance,
Profitabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI.‖ Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya, 2017.
Sariroh, Latifatus, Siti Muibatun, and Warno. ―Corporate Social
Responsibility Disclosure, Capital Intensity, Dan Profitabilitas
141
Terhadap Tax Avoidance.‖ Jurnal Capital 2, no. 1 (2020): 39–
56.
Sarwoasih, Sri, and Indarto. ―Analisis Pengaruh Profitabilitas
Likuiditas Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan
Utang Serta Dampaknya Terhadap Tarif Pajak Efektif.‖ Jurnal
Riset Ekonomi Dan Bisnis 11, no. 1 (2018): 22–39.
Savitri, Dhian Andanarini Minar Rahmawati, Ita Nur. ―Pengaruh
Leverage, Intensitas Persediaan, Intensitas Aset Tetap, Dan
Profitabilitas Terhadap Agresivitas Pajak.‖ Jurnal Ilmu
Manajemen Dan Akuntansi Terapan 8, no. 2 (2017): 19–32.
Setiawan, Ade, and Muhammad Kholiq Al-ahsan. ―Pengaruh Size,
Leverage, Profitability, Komite Audit, Komisaris Independen
Dan Investor Konstitusional Terhadap Effective Tax Rate
(ETR).‖ Jurnal Eka Cida 1, no. 2 (2016): 1–16.
Simamora, Patar, and Ressa Mahardika Ryadi. ―Pengaruh Struktur
Modal Terhadap PPH Badan Terutang Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Semen Yang Terdaftar Di BEI
Periode 2010-2013.‖ JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas
Ekonomi) 1, no. 2 (2015): 21–31.
Siregar, Lukman Hakim. ―Pengampunan Pajak (Tax Amnesty)
Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Nasional Dari Sektor
Fiskal.‖ Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Keislaman 6, no. 1
(2017): 97–105.
Skundarian, Septa. ―Analisis Pengaruh Size, Profitabilitas, Leverage,
Dan Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Indeks LQ45.‖ Menara Ilmu 14, no.
2 (2020): 97–109.
Sucipto, Tia Novira. ―Pengaruh Struktur Modal Terhadap Pajak
Penghasilan Badan Terutang Pada Perusahaan Sektor Industri
Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia 2014-2018.‖ Jurnal
Riset Akuntansi Dan Bisnis 20, no. 2 (2020): 207–212.
Sumanti, Jorenza Chiquita Mangantar, Marjam. ―Analisis
Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang Dan Profitabilitas
142
Terhadap Kebijakan Dividen Dan Nilai Perusahaan Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI.‖ Jurnal EMBA
3, no. 1 (2015): 1141–1451.
Sunyatama, Yohana Dini, and Sutjipto Ngumar. ―Analisis Beban
Penyusutan Aset Tetap Dalam Undang Undang Perpajakan Atas
PPh Badan.‖ Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi 6, no. 5 (2017):
2126–2143.
Suprayitno, Nur Fadillah, Murdifin Haming, and Nurpadila. ―Analisis
Financial Distress Perusahaan Manufaktur Subsektor Food And
Beverages.‖ Paradoks : Jurnal Ilmu Ekonomi 2, no. 4 (2019):
144–149.
Surya, Sarjito, and Siti Noerlaela. ―Pengaruh Profitabilitas Dan
Leverage Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Pada Perusahaan
Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2009-2013).‖ Jurnal Sains Manajemen Dan Akuntansi 8, no. 1
(2016): 52–77.
Suryani. ―Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return On Asset, Debt To
Asset Ratio Dan Komite Audit Terhadap Penghindaran Pajak.‖
Jurnal Online Insan Akuntan 5, no. 1 (2020): 83–98.
Susilowati, Yeye, Ratih Widyawati, and Nuraini Nuraini. ―Pengaruh
Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Capital Intensity
Ratio, Dan Komisaris Independen Terhadap Effective Tax Rate
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2014-2016).‖ Prosiding
Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu, 2018, 796–804.
Syurmita, and Miranda Junisar Fircarina. ―Pengaruh Zakat, Islamic
Corporate Social Responsibility Dan Penerapan Good
Governance Bisnis Syariah Terhadap Reputasi Dan Kinerja
Bank Umum Syariah Di Indonesia.‖ Jurnal Al Azhar Indonesia
Seri Ilmu Sosial 1, no. 2 (2020): 87–97.
Tiaras, Irvan, and Henryanto Wijaya. ―Pengaruh Likuiditas, Leverage,
Manajemen Laba, Komisaris Independen Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak.‖ Jurnal Akuntansi 14,
no. 3 (2015): 380–397.
143
Tindagi, Rayzah, and Jenny Morasa. ―Analisis Perhitungan Pajak
Penghasilan Badan Pada PT. Golden Mitra Inti Perkasa.‖ Jurnal
EMBA 2, no. 2 (2015): 1067–1076.
Turmudi, Muhamad. ―Pajak Dalam Perspektif Hukum Islam.‖ Jurnal
Al-’Adl 8, no. 1 (2015): 128–142.
Turmudi, Muhammad. ―Produksi Dalam Perspektif Ekonomi Islam.‖
Jurnal Islamidina 18, no. 1 (2017): 37–56.
Uzaimi, Achmad. ―Teori Keagenan Dalam Perspektif Islam.‖ Jurnal
Ilmiah Akuntansi Dan Finansial Indonesia 1 (2017): 71–78.
Vindasari, Renanda. ―Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On
Asset, Dan Biaya Operasional Terhadap Pajak Penghasilan
Badan Terutang (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur
Sektor Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2015-2017).‖ Jurnal Analisa Akuntansi Dan Perpajakan
3, no. 2 (2019): 90–97.
Widani, Made Astrela, I Nyoman Kusuma Adnyana Mahaputra, and I
Made Sudiartana. ―Pengaruh Struktur Modal, Capital Intensity,
Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pajak Penghasilan Pada
Perusahaan Manufaktur.‖ Kumpulan Hasil Riset Mahasiswa
Akuntansi (KHARISMA) 1, no. 1 (2019): 334–349.
Widyaningsih, Eliza Tri, and Miftahol Horri. ―Pengaruh Manajemen
Laba, Debt To Equity Ratio, Dan Return On Asset Terhadap
PPH Badan Terutang Studi Kasus Pada Perusahaan Yang
Terdaftar Dalam Bei Sektor Real Estate Dan Property Tahun
2015-2016.‖ Jurnal Analisa Akuntansi Dan Perpajakan 3, no. 1
(2019): 72–88.
Wiguna, I Putu Putra, and I Ketut Jati. ―Pengaruh Corporate Social
Responsibility, Preferensi Risiko Eksekutif, Dan Capital
Intensity Pada Penghindaran Pajak.‖ E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana 21, no. 1 (2017): 418–446.
Wijaya, Gede Erika, Made Arie Wahyuni, and Gede Adi Yuniarta.
―Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Dan
144
Kepemilikan Manajerial Terhadap Praktek Manajemen Laba
Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Tahun 2013-2015.‖ E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan
Ganesha 8, no. 2 (2017): 1–12.
Yanti, Dewi, and Fatahurrazak. ―Pengaruh Profitabilitas, Capital
Intensity, Inventory Intensity, Leverage Dan Risk Management
Committee Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2013-2016.‖ Jurnal Akuntansi 2, no. 1 (2018): 1–17.
Yati, Fauzi. ―Pajak Restoran Perspektif Ekonomi Islam (Studi Atas
Praktek Pembayaran Pajak Restoran Di Kota Padang ).‖ Ijtihad
36, no. 1 (2020): 1–16.
Yulyanah, and Sri Yani Kusumastuti. ―Tax Avoidance Pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Dan Konsumsi
Sub Sektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia.‖ Jurnal Media Ekonomi 27, no. 1 (2019): 17–36.
Yunika, Estherlita. ―Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Tingkat
Utang Perusahaan, Dan Profitabilitas Terhadap Tarif Pajak
Efektif Pada Perusahaan Subsektor Industri Rokok Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.‖ Jurnal Online Mahasiswa
(JOM) Bidang Akuntansi 2, no. 2 (2017): 1–11.
Zulkarnaen, Novriansyah. ―Pengaruh Good Corporate Governance
Terhadap Manajemen Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan
Non-Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2010-2013).‖ ESENSI Jurnal Bisnis Dan Manajemen 5, no. 1
(2015): 105–118.
Rujukan Online
Catrine. ―Apa Bedanya Tax Avoidance Dan Tax Evasion?,‖ 2020.
www.pajakku.com.
―Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),‖ 2020. https://kbbi.web.id.
―Nilai Kapitalisasi Pasar,‖ 2020. https://idx.co.id.
S, Lidya Julita. ―Sudah 11 Tahun, RI Tak Mampu Capai Target
145
Pajak,‖ 2020. https://cnbcindonesia.com.
Shihab, Quraish. ―Tafsir Surat Al-Hasyr Ayat 18,‖ 2021.
https://tafsirq.com.
———. ―Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 49,‖ 2021. tafsirq.com.
———. ―Tafsir Surat At-Taubah Ayat 41,‖ 2021. tafsirq.com.
Suhud, Raja. ―Pertumbuhan Industri Makanan Minuman Dipacu,‖
2020. m.mediaindonesia.com.
―Wajib Pajak Badan, Begini Cara Menghitung PPh Badan yang
Mudah", 2020, https//klikpajak.id
Rujukan Undang-Undang
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
169/PMK.010/2015 yang selanjutnya disebut PMK-169 tentang
Penentuan Besarnya Perbandingan Antara Utang dan Modal
Perusahaan untuk Kepentingan Perhitungan Pajak Penghasilan.