PENGARUH STRUKTUR MODAL, CAPITAL INTENSITY, DAN ...

109
PENGARUH STRUKTUR MODAL, CAPITAL INTENSITY, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PAJAK PENGHASILAN BADAN TERUTANG (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode 2017-2019) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat- Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Akuntansi (S.Akun) Dalam Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam Oleh SAFIRA RAUDHAH DANNASHA NPM. 1751030099 Program Studi : Akuntansi Syariah FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1442H/2021M

Transcript of PENGARUH STRUKTUR MODAL, CAPITAL INTENSITY, DAN ...

PENGARUH STRUKTUR MODAL, CAPITAL INTENSITY,

DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP

PAJAK PENGHASILAN BADAN TERUTANG

(Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar

di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode 2017-2019)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-

Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Akuntansi (S.Akun) Dalam

Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam

Oleh

SAFIRA RAUDHAH DANNASHA

NPM. 1751030099

Program Studi : Akuntansi Syariah

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

1442H/2021M

i

PENGARUH STRUKTUR MODAL, CAPITAL INTENSITY,

DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP

PAJAK PENGHASILAN BADAN TERUTANG

(Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar

di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode 2017-2019)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-

Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Akuntansi (S.Akun) Dalam

Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam

Oleh

SAFIRA RAUDHAH DANNASHA

NPM. 1751030099

Program Studi : Akuntansi Syariah

Pembimbing I : Dr. Evi Ekawati, S.E.,M.Si.

Pembimbing II : Dinda Fali Rifan, S.E.,M.Ak.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

1442H/2021M

ii

ABSTRAK

Tidak tercapainya target penerimaan pajak negara Indonesia tahun

2017 sampai tahun 2019 diduga karena adanya tindakan penghindaran

pajak yang dilakukan oleh wajib pajak termasuk wajib pajak badan

yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Banyak faktor yang dapat

mempengaruhi pajak penghasilan badan, dalam penelitian ini akan

meneliti pengaruh dari struktur modal, capital intensity, dan ukuran

perusahaan terhadap pajak penghasilan badan terutang.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian asosiatif kausal.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan

minuman yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

selama periode 2017-2019, dengan menggunakan metode pemilihan

sampel purposive sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 96

perusahaan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah regresi data panel dengan menggunakan aplikasi Eviews 10

dengan sumber data diperoleh dari laporan keuangan tahunan

perusahaan.

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Struktur Modal

(DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PPh Badan

Terutang. (2) Capital Intensity tidak berpengaruh terhadap PPh Badan

Terutang. (3) Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap PPh Badan Terutang. (4) Struktur Modal, Capital Intensity,

dan Ukuran Perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap PPh

Badan Terutang. (5) Penghindaran pajak ditinjau dari perspektif Islam

merupakan suatu tindakan yang dzolim karena akan berpengaruh pada

tidak maksimalnya penerimaan pendapatan negara, padahal

penerimaan tersebut akan digunakan untuk kemaslahatan umat dalam

bentuk pembangunan nasional. Oleh karena itu, sebagai umat muslim

yang taat hendaknya patuh dalam memenuhi kewajiban pajaknya.

Kata Kunci: Debt to Equity Ratio (DER), Capital Intensity (CINT),

Ukuran Perusahaan (SIZE), Pajak Penghasilan (PPh) Badan Terutang

iii

ABSTRACT

The non-achievement of the target of Indonesian state tax revenues

from 2017 to 2019 is allegedly due to tax avoidance by taxpayers,

including corporate taxpayers in the form of a Limited Liability

Company (PT). Many factors can affect corporate income tax, in this

research will examine the effect of capital structure, capital intensity,

and company size on corporate income tax.

The approach used in this research is a quantitative approach with

causal associative research. The population in this study are food and

beverage companies listed on the Indonesian Sharia Stock Index

(ISSI) during the 2017-2019 period, using the purposive sampling

sample selection method so that a sample of 96 companies is obtained.

The data analysis method used in this study is panel data regression

using the Eviews 10 application with the data source obtained from

the company's annual financial report.

The results show that (1) Capital Structure (DER) has a negative

and significant effect on Corporate Income Tax. (2) Capital Intensity

has no effect on Corporate Income Tax. (3) Company size has a

positive and significant effect on Corporate Income Tax. (4) Capital

Structure, Capital Intensity, and Company Size have a simultaneous

effect on Corporate Income Tax. (5) Tax avoidance viewed from an

Islamic perspective is an act of injustice because it has an influence

on the non-maximal state revenue receipts, even though the revenue

will be used for the benefit of the people in the form of national

development. Therefore, as obedient Muslims, they should be obedient

in fulfilling their tax.

Keywords: Debt to Equity Ratio (DER), Capital Intensity (CINT),

Company Size (SIZE), Corporate Income Tax (PPh).

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

Alamat : Jl. Letkol H. Endro Suratmen Sukarame Bandar Lampung 35131 telp (0721) 704030

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Safira Raudhah Dannasha

NPM : 1751030099

Jurusan/Prodi : Akuntansi Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH

STRUKTUR MODAL, CAPITAL INTENSITY, DAN UKURAN

PERUSAHAAN TERHADAP PAJAK PENGHASILAN BADAN

TERUTANG (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan

Minuman Yang Terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia

(ISSI) Periode 2017-2019)” adalah benar-benar merupakan hasil

karya penulis sendiri, bukan duplikasi ataupun saduran dari karya

orang lain kecuali pada bagian yang telah dirujuk dan disebut dalam

footnote atau daftar pustaka. Apabila di lain waktu terbukti adanya

penyimpangan dalam karya ini, maka tanggung jawab sepenuhnya ada

pada penulis.

Demikian surat pernyataan ini penulis buat agar dapat dimaklumi.

Bandar Lampung, 31 Mei 2021

Penulis,

Safira Raudhah Dannasha

NPM. 1751030099

vii

MOTTO

‖Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-

orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya,

kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang

(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.

Mereka itulah orang-orang yang benar.‖

(Q.S. Al-Hujurat [49]: 15)

viii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, segala puji bagi Allah SWT yang

senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kita semua.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang penulis yaitu

Ayah Hamdan dan Ibu Nurdiana Mulatsih yang sangat penulis cintai

dan hormati serta untuk kakakku tercinta Tiara Raudhah Dannasha

beserta mas Erick Septian, serta keponakanku tersayang Ashalina

Mufia Ersya dan Ahmad Zulfikar Ramadhan yang senantiasa selalu

memberikan kasih sayang, dukungan, serta motivasi hingga

terselesaikannya jenjang pendidikan S1 ini oleh penulis, semoga Allah

senantiasa memberikan keberkahan untuk mereka. Dan tak lupa untuk

Almamater tercinta Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

terkhusus kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sebagai tempat

penulis belajar dan berproses untuk menjadi insan yang lebih baik dan

bermanfaat bagi sesama.

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Safira Raudhah Dannasha dilahirkan di

Subang pada tanggal 27 Januari 1999, anak kedua dari pasangan

Hamdan dan Nurdiana Mulatsih. Pendidikan penulis dimulai dari

Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Sukadana Pasar dan selesai pada tahun

2011, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Sukadana selesai

pada tahun 2014, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1

Sukadana selesai pada tahun 2017, kemudian penulis melanjutkan

pendidikan tingkat perguruan tinggi pada Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung dimulai pada semester I

Tahun Akademik 2017/2018.

Selama menjadi mahasiswa, penulis meraih beberapa penghargaan

diantaranya juara 2 LCT Akuntansi se-sumbagsel pada tahun 2019

yang diselenggarakan oleh Universitas Bandar Lampung, dan juara 3

LCT Akuntansi se-sumbagsel pada tahun 2019 yang diselenggarakan

oleh IBI Darmajaya. Penulis aktif mengikuti berbagai Unit Kegiatan

Mahasiswa (UKM) di antaranya Koperasi Mahasiswa (KOPMA),

Raden Intan Sharia Economic Forum (RISEF), Himpunan Qori-

Qoriah Mahasiswa (HIQMA), UKM Bahasa, dan Komunitas Generasi

Baru Indonesia (GenBI). Penulis juga memperoleh kesempatan

mendapatkan beasiswa Bank Indonesia selama 2 periode yaitu tahun

2019 dan 2020.

Bandar Lampung, 31 Mei 2021

Yang Membuat,

Safira Raudhah Dannasha

NPM. 1751030099

x

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu

wa ta’ala atas limpahan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ―Pengaruh Struktur

Modal, Capital Intensity, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap

Pajak Penghasilan Badan Terutang” (Studi Kasus Pada

Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar di Indeks

Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode 2017-2019)”. Shalawat

serta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada Baginda Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikut setia

beliau.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat

terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan serta doa dari berbagai

pihak yang terlibat. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis

menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Ruslan Abdul Ghofur, M.S.I. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan

Lampung.

2. Ibu Any Eliza, M.Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Syariah

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

3. Ibu Dr. Evi Ekawati, S.E., M.Si. dan Ibu Dinda Fali Rifan, M.Ak.

selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang telah

memberikan arahan, ilmu, serta motivasi kepada penulis sehingga

penulisan skripsi ini dapat selesai.

4. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

yang telah memberikan ilmu serta motivasi kepada penulis

sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

5. Bude Dwi, Bude Ririn, dan Ayah Tomi yang selalu memberikan

kasih sayang serta motivasi dan berkenan memberikan tempat

tinggal selama penulis menempuh pendidikan S1, dan juga Papah

nano, Mamah Ida, Bude Am, Bude Tuti, dan Bude Yun tersayang

yang selalu membantu dan memberikan support kepada penulis.

xi

6. Wiwin dan Masrifah selaku sahabat setia yang selalu

memberikan canda tawa dan tempat berbagi segalanya selama

penulis menempuh pendidikan di UIN Raden Intan Lampung

7. Abang Rego, Adek Afdhol, Try, dan Reza selaku anggota sekret

santuy sahabat yang selalu setia mendengarkan segala keluh

kesah penulis, dan juga tempat berbagi canda tawa.

8. Kak Jian, Kak Ismu, dan Mba Reni selaku kakak tingkat yang

senantiasa membantu penulis saat menemui kesulitan skripsi serta

selalu memberikan motivasi.

9. Kepada orang-orang yang singgah tapi tak sungguh terimakasih

telah membuat penulis menjadi lebih dewasa dalam memaknai

arti sebuah kehidupan.

10. Teman-teman seperjuangan Akuntansi Syariah Angkatan 2017

terkhusus kelas B terimakasih atas segala kesan dan canda tawa

selama perkuliahan 8 semester.

11. Amel, Devi, Ara, Aulia, Eva, dan Leo selaku sahabat

seperjuangan Kuliah Kerja Nyata (KKN) desa Sukadana Pasar,

kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung Timur.

12. Keluarga besar komunitas penerima beasiswa Bank Indonesia

yaitu Generasi Baru Indonesia (GenBI) Provinsi Lampung,

khususnya Divisi Pendidikan yang selalu memberikan motivasi

dan segala hal-hal yang positif.

Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak

kekurangan dalam penulisan skripsi ini, baik dari segi penulisan

maupun penyajian. Untuk itu segala kritik dan saran sangat penulis

harapkan guna menyempurnakan karya tulis ini. Akhir kata, penulis

ucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, 31 Mei 2021

Penulis

Safira Raudhah Dannasha

NPM. 1751030099

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................... i

ABSTRAK .................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ............................................................. iv

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................... vi

MOTTO ........................................................................................ vii

PERSEMBAHAN ......................................................................... viii

RIWAYAT HIDUP ...................................................................... ix

KATA PENGANTAR .................................................................. x

DAFTAR ISI ................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ......................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul ....................................................... 1

B. Latar Belakang Masalah........................................... 3

C. Identifikasi dan Batasan Masalah ............................. 12

D. Rumusan Masalah .................................................... 13

E. Tujuan Penelitian ..................................................... 13

F. Manfaat Penelitian .................................................... 14

G. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan ............. 15

H. Sistematika Penulisan .............................................. 21

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Teori Keagenan .................................................. 23

2. Teori Trade-Off .................................................. 26

3. Teori Stakeholder ............................................... 28

4. Teori Pajak ......................................................... 29

5. Pajak Penghasilan Badan .................................... 36

6. Perlawanan Pajak ............................................... 46

7. Struktur Modal ................................................... 51

8. Capital Intensity ................................................. 57

xiii

9. Penyusutan Aset Tetap dalam Pajak .................. 59

10. Ukuran Perusahaan ............................................ 63

11. Indeks Saham Syariah (ISSI) ............................ 65

B. Pengajuan Hipotesis

1. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Pajak

Penghasilan Badan Terutang .............................. 66

2. Pengaruh Capital Intensity Terhadap Pajak

Penghasilan Badan Terutang .............................. 69

3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pajak

Penghasilan Badan Terutang .............................. 72

4. Pengaruh Struktur Modal, Capital Intensity, dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Pajak

Penghasilan Badan Terutang .............................. 74

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................. 77

B. Jenis dan Sifat Penelitian ......................................... 77

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengumpulan Data .. 78

D. Definisi Operasional Penelitian ............................... 81

E. Instrumen Penelitian................................................. 83

F. Uji Prasyarat Analisis ............................................... 84

G. Estimasi Data Panel ................................................. 86

H. Pemilihan Model Estimasi Data Panel ..................... 89

I. Uji Hipotesis ............................................................ 90

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ......................................................... 93

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Statistik Deskriptif ................................ 94

2. Estimasi Data Panel ............................................ 97

3. Uji Asumsi Klasik .............................................. 100

4. Uji Hipotesis....................................................... 102

C. Pembahasan

1. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Pajak

Penghasilan Badan Terutang .............................. 107

xiv

2. Pengaruh Capital Intensity Terhadap Pajak

Penghasilan Badan Terutang .............................. 112

3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pajak

Penghasilan Badan Terutang .............................. 118

4. Pengaruh Struktur Modal, Capital Intensity, dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Pajak

Penghasilan Badan Terutang .............................. 122

5. Tinjauan Perspektif Islam Tentang

Penghindaran Pajak ........................................... 123

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................. 128

B. Saran........................................................................ 129

DAFTAR RUJUKAN ................................................................... 130

LAMPIRAN .................................................................................. 146

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data Realisasi Pajak 2017-2019 ........................................... 5

1.2 Data Realisasi Jenis-Jenis Pajak Utama 2019....................... 6

1.3 Penelitian Terdahulu ............................................................ 15

2.1 Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan Aset Berwujud ........... 58

3.1 Sampel Penelitian ................................................................. 79

4.1 Kriteria Pemilihan Sampel ................................................... 94

4.2 Satistik Deskriptif ................................................................ 95

4.3 Hasil Uji Chow .................................................................... 98

4.4 Hasil Uji Hausman ............................................................... 99

4.5 Hasil Uji Lagrange Multiplier .............................................. 100

4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas................................................ 101

4.7 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................... 101

4.8 Hasil Uji Random Effect Model ........................................... 102

4.9 Hasil Uji Parsial ................................................................... 104

4.10 Hasil Uji Simultan ................................................................ 106

4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi .......................................... 107

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabulasi Variabel Pajak Penghasilan Badan (Y),

Struktur Modal (X1), Capital Intensity (X2), Ukuran

Perusahaan (X3)

Lampiran 2 : Tabulasi Hasil Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan)

tahun 2017-2019

Lampiran 3 : Tabulasi Hasil Struktur Modal (DER) tahun 2017-2019

Lampiran 4 : Tabulasi Hasil Capital Intensity (CINT) tahun 2017-

2019

Lampiran 5 : Tabulasi Hasil Ukuran Perusahaan (SIZE) tahun 2017-

2019

Lampiran 6 : Contoh Perhitungan Beban Pajak Kini PT Akasha Wira

International Tbk. Tahun 2019

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Sebelum melanjutkan ke pembahasan lebih mendalam, pada

bagian awal penulis akan memberikan definisi dari beberapa kata

yang terdapat dalam judul penelitian ini, sehingga diharapkan

tidak akan terjadi salah pemahaman ataupun beda penafsiran

antara pembaca dan yang dimaksudkan oleh penulis. Adapun

judul penelitian dalam skripsi ini yaitu ―Pengaruh Struktur

Modal, Capital Intensity, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pajak

Penghasilan Badan Terutang (Studi Kasus Pada Perusahaan

Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Indeks Saham Syariah

Indonesia (ISSI) Periode 2017-2019)‖. Berikut uraian pengertian

dari beberapa istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini,

yaitu:

1. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu baik

dari orang ataupun benda yang membentuk watak,

kepercayaan, atau perbuatan seseorang.1 Sedangkan yang

dimaksud kata pengaruh dalam judul penelitian ini adalah

untuk penegasan seberapa besar hubungan yang terjadi antara

variabel bebas (X) terhadap variabel terikatnya (Y).

2. Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan

terhadap orang pribadi maupun badan berdasarkan jumlah

penghasilan yang diterima dalam suatu tahun pajak.2

3. Pajak penghasilan badan terutang adalah pajak yang

dikenakan atas penghasilan yang diperoleh suatu badan usaha

dalam satu tahun. Subyek pajak badan adalah sekumpulan

orang atau modal yang berupa satu kesatuan baik yang

melakukan kegiatan usaha ataupun tidak, meliputi bentuk

perseroan terbatas, perseroan komanditer, ataupun bentuk

perseroan lainnya, BUMN, BUMD, koperasi, firma,

1 ―Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),‖ 2020, https://kbbi.web.id. 2 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

2

persekutuan, yayasan, organisasi masa, politik atau organisasi

lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya, termasuk kontrak

investasi kolektif dan BUT.3

4. Struktur modal dalam suatu perusahaan adalah jumlah

perbandingan porsi antara modal sendiri dengan utang

perusahaan.4 Agar struktur modal dalam suatu perusahaan

dapat optimal maka diperlukan analisis yang cermat dari

manajemen dengan mempertimbangkan aspek manfaat dan

risiko yang diperoleh akibat pengambilan keputusan

menggunakan sumber dana tertentu untuk perusahaan.

5. Capital Intensity atau intensitas modal adalah kegiatan

perusahaan menginvestasikan dana yang ada dalam bentuk

aset tetap.5 Rasio ini juga dapat digunakan untuk melihat

tingkat efisiensi suatu perusahaan dalam menggunakan

asetnya untuk menghasilkan penjualan.

6. Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang dapat

digunakan untuk mengklasifikasikan besar atau kecilnya suatu

perusahaan dengan melihat berbagai faktor, misalnya jumlah

seluruh aset perusahaan, jumlah rata-rata penjualan, total

penjualan, ataupun nilai pasar saham. Semakin tinggi nilai

kategori tersebut, berarti semakin besar pula ukuran suatu

perusahaan. Secara umum, terdapat 3 kategori ukuran

perusahaan yaitu large firm, medium firm, dan small firm.6

Berdasarkan pengertian istilah-istilah yang telah dipaparkan di

atas, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu yang dimaksud dengan

“Pengaruh Struktur Modal, Capital Intensity, dan Ukuran

Perusahaan Terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutang

(Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman

3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Tata Cara

Perpajakan. 4 Stephen A. Ross, Pengantar Keuangan Perusahaan Edisi 8 (Jakarta:

Salemba Empat, 2015), 4-5. 5 Chytia and Bayu Laksana Pradana, ―Analisis Pengaruh Capital Intensity,

Kepemilikan Institusional, Debt To Asset Ratio (DAR), dan Return On Assets (ROA)

Terhadap Effective Tax Rate (ETR) Pada Perusahaan Sektor Properti Utama Yang

Terdaftar Di Bei Periode 2016 -2019,‖ Jurnal Bina Akuntansi 8, no. 1 (2021): 1–21. 6 Hery, Kajian Riset Akuntansi (Jakarta: PT Grasindo, 2017), 3.

3

Yang Terdaftar di Indeks Saham Syari’ah Indonesia (ISSI)

Periode 2017-2019)” adalah bagaimana pengaruh dari kegiatan

struktur modal, capital intensity dan ukuran perusahaan terhadap

Pajak Penghasilan (PPh) badan yang akan dibayarkan oleh suatu

perusahaan kepada Negara.

B. Latar Belakang Masalah

Salah satu sumber pendapatan dalam negeri yang sangat

diharapkan guna menunjang pembelanjaan negara dan

pembangunan nasional adalah pajak. Untuk itu, pemerintah selalu

berupaya agar dapat menghasilkan pendapatan pajak semaksimal

mungkin dengan pembenahan dari segala sisi, mulai dari segi

administrasi, regulasi, hingga peningkatan basis pajak. Negara

butuh dukungan sumber pendanaan yang kuat guna keberhasilan

dalam melaksanakan pembangunannya, untuk itu dibutuhkan

peran serta dari seluruh masyarakat dengan patuh membayar

pajak kepada negara sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.7

Dalam pandangan Islam, pajak merupakan harta yang

diwajibkan oleh Allah SWT kepada kaum muslim untuk

digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan negara dan

masyarakat umum ketika keadaan baitul maal kosong atau tidak

mempunyai kas.8 Sebagai seorang muslim dalam kehidupan

bernegara harus patuh terhadap kebijakan pemerintah termasuk

didalamnya kewajiban membayar pajak. Dalam kaidah Islam,

pembayaran pajak sangat dianjurkan selama kegiatan tersebut

ditujukan untuk kemaslahatan umat. Dasar tersebutlah yang

digunakan sebagai rujukan pemungutan pajak di Indonesia.9

Berikut ini ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan

7 Lukman Hakim Siregar, ―Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) Sebagai

Upaya Peningkatan Pendapatan Nasional Dari Sektor Fiskal,‖ Jurnal Manajemen

Pendidikan Dan Keislaman 6, no. 1 (2017): 97–105. 8 Gazali, ―Pajak Dalam Perspeaktif Hukum Islam Dan Hukum Positif,‖

Mu’amalat 7, no. 1 (2015): 84–102. 9 Maman Surahman and Fadilah Ilahi, ―Konsep Pajak Dalam Hukum Islam,‖

Amwaluna: Jurnal Ekonomi Dan Keuangan Syariah Vol. 1, no. 2 (2017): 166–177.

4

diperbolehkannya memungut pajak, yaitu Surah Al-Hujurat ayat

15:

Artinya: ‖Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah

orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-

Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang

(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.

Mereka itulah orang-orang yang benar.‖ (Q.S. Al-Hujurat [49]:

15)

Menurut tafsir dari Quraish Shihab tentang QS. Al-Hujurat

ayat 15 adalah ―Hai orang-orang mukmin apabila datang perintah

untuk berjihad maka sambutlah seruan tersebut dengan keadaan

masing-masing dengan semangat tempur dan kekuatan senjata‖.10

Dari ayat tersebut mengandung makna bahwasannya Allah

memerintahkan umatnya untuk meninggikan nama Allah dengan

berjihad menggunakan harta dan jiwa yang mereka miliki.

Membayar pajak merupakan salah satu bentuk perjuangan untuk

ikhlas memberikan harta kepada negara guna kemaslahatan umat.

Jadi dapat disimpulkan, patuh membayar kewajiban pajak juga

merupakan salah satu bentuk ketaatan dan iman kepada Allah

SWT yang bernilai ibadah.11

Ayat lain dalam Al-Qur’an yang

menjelaskan tentang anjuran membayar pajak adalah surah At-

Taubah ayat 41:

10 Quraish Shihab, ―Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 49,‖ 2021, tafsirq.com. 11 Kuntari Madchaini, ―Hakikat Jihad Dalam Islam,‖ Shibghah: Journal of

Muslim Societies 1, no. 2 (2019): 80–96.

5

Artinya: ‖Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan

maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di

jalan Allah, yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika

kamu mengetahui.‖ (Q.S. At-Taubah [9]: 41)

Dari kedua ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwasannya kegiatan melakukan pembayaran pajak penting

dilakukan karena berkaitan dengan kemaslahatan umat, sehingga

sebagai seorang muslim yang beriman semestinya tidak ada

keraguan baginya untuk patuh membayar pajak sebab

pembayaran tersebut manfaatnya juga akan kembali kepada diri

mereka sendiri. Berjihad dengan ikhlas menggunakan harta

merupakan salah satu perbuatan mulia karena tidak semua orang

dapat memenuhinya, hanya orang yang beriman dan memiliki

keyakinan yang dapat memenuhinya.

Salah satu penyokong jumlah pajak negara Indonesia yang

tertinggi berasal dari pajak penghasilan. Pajak penghasilan adalah

pajak yang dikenakan kepada orang pribadi maupun badan

dengan dasar pengenaan jumlah penghasilan yang diterima dalam

suatu tahun pajak. Berikut ini disajikan data jumlah realisasi

pajak dalam penerimaan pendapatan negara Indonesia tahun 2017

sampai 2019:

Tabel 1.1

Data Realisasi Pajak 2017-2019

(Dalam triliun rupiah)

Jenis Pajak 2017 2018 2019

Pajak Penghasilan 645,60 751,49 770,29

PPN & PPnBM 478,40 538,20 532,91

PBB dan Pajak Lainnya 23,50 26,24 28,86

Jumlah Penerimaan 1.147,50 1.315,93 1.332,06

Target APBN 1.283,00 1.424,00 1.577,60

Sumber: APBN Kita Kementerian Keuangan RI (2019)

Dapat dilihat pada tabel 1.1 data realisasi pajak diatas, angka

realisasi pajak belum memenuhi target APBN di tiap tahunnya.

6

Dikutip dari data CNBC News sejak tahun 2008 jumlah realisasi

pajak belum pernah lagi mencapai target yang telah ditetapkan,

yang berarti sampai tahun 2019 negara Indonesia sudah mencapai

tahun ke 11 mengalami shortfall pada penerimaan pajak.12

Dalam

data tersebut termasuk angka realisasi penerimaan pajak tahun

2017-2019 masih dibawah target yang telah ditetapkan dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pada tahun

2017 total realisasi pajak sebesar Rp 1.147 triliun atau mencapai

89,4% dari target Rp 1.283 triliun, tahun 2018 total realisasi

pajak naik menjadi Rp 1.315,9 triliun atau mencapai 92,41% dari

target Rp 1.424 triliun, kemudian tahun 2019 total realisasi pajak

turun menjadi Rp 1.332,06 triliun atau mencapai 84,4% dari

target Rp 1.577,6 triliun. Dapat disimpulkan penerimaan pajak

selama tahun 2019 memiliki beban shortfall pajak paling besar

yaitu mencapai Rp 245,5 triliun, dibandingkan dengan tahun

2018 sebesar Rp 108,1 triliun dan 2017 sebesar Rp 130 triliun.

Menurut data dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia

tahun 2019, pajak penghasilan badan merupakan penyokong

pajak yang tertinggi dibandingkan pajak penghasilan lainnya

sehingga penerimaan pajak penghasilan badan ini penting bagi

negara, tetapi angka realisasi yang tercapai hanya sebesar 82,41%

dari target yang telah ditetapkan dalam APBN, dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 1.2

Data Realisasi Jenis-Jenis Pajak Utama 2019

(Dalam triliun rupiah)

Jenis Pajak Realisasi 2019 % Target 2019

PPh Pasal 21 148,63 101,97 %

PPh Pasal 22 18,94 83,40 %

PPh Pasal 25/29 267,97 83,10 %

- Orang Pribadi 11,23 102,80 %

- Badan 256,74 82,41 %

PPh Final 124,54 90,36 %

12 Lidya Julita S, ―Sudah 11 Tahun, RI Tak Mampu Capai Target Pajak,‖

2020, https//cnbcindonesia.com.

7

PPN Dalam Negeri 346,31 84,33 %

Pajak atas Impor 229,64 77,13 %

- PPh 22 Impor 53,66 78,61 %

- PPN Impor 171,25 76,69 %

- PPnBM Impor 4,73 76,65 %

Sumber: APBN Kita Kementerian Keuangan RI (2019)

Permasalahan yang terjadi di Indonesia adalah pajak oleh

mayoritas masyarakat masih dianggap sebagai beban yang

memberatkan, hal tersebut membuat masyarakat selaku wajib

pajak selalu berupaya untuk melakukan kegiatan minimalisasi

beban pajaknya.13

Menurut Agustina banyak cara yang dilakukan

oleh wajib pajak untuk berusaha menghindar dari kewajiban

pajak, baik dengan cara yang legal maupun dengan cara yang

melawan hukum.14

Di lain sisi pemerintah selalu berupaya agar

dapat menghasilkan pendapatan pajak semaksimal mungkin

untuk dapat melaksanakan pembangunan nasional. Menurut Bob

Perbedaan kepentingan antara wajib pajak dengan pemerintah

dan rasio penerimaan pajak yang belum mencapai target tersebut

dapat menjadi indikasi adanya aktivitas penghindaran pajak yang

dilakukan oleh wajib pajak, sehingga berakibat pada belum

optimalnya jumlah realisasi pajak yang diterima negara di setiap

tahunnya.15

Tindakan penghindaran pajak juga mungkin dilakukan oleh

wajib pajak badan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).

Tujuan perusahaan umumnya didirikan berorientasi pada profit

atau laba, untuk itu perusahaan akan selalu berusaha

mempertahankan laba yang tetap tinggi agar baik di mata para

13 Setu Setyawan, Perpajakan (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang

Press, 2020), 11. 14 Tika Nur Agustina, ―Tax Avoidance : Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhinya (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Periode 2012-2015),‖ Seminar Nasional Dan The 4th Call for Syariah

Paper, 2015, 295–307. 15 Bob Rajagukguk, ―Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan Profitabilitas

Terhadap Penghindaran Pajak (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Barang

Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012- 2016),‖ Jurnal

Ilmiah Mahasiswa FEB 7, no. 2 (2016): 1–17.

8

stakeholder, sedangkan pajak merupakan salah satu beban yang

dapat mengurangi laba, hal tersebut yang menjadi alasan

perusahaan selalu berusaha untuk meminimalkan beban pajak

yang akan dibayarkannya. Banyak perusahaan yang tidak

sukarela dalam membayar pajak. Pembayaran dilakukan hanya

karena sifat pajak yang memaksa, yaitu apabila perusahaan tidak

membayar pajak maka dapat dikenakan sanksi yang berakibat

merugikan perusahaan.16

Kegiatan minimalisasi jumlah beban pajak dapat dilakukan

dengan beberapa cara yaitu; pertama, penghindaran pajak yang

tidak melawan hukum (tax avoidance) yang dilakukan dengan

memanfaatkan celah peraturan perpajakan. Kedua, menggunakan

cara yang ilegal atau melawan hukum (tax evasion). Cara yang

paling sering digunakan oleh wajib pajak badan adalah tax

avoidance yaitu salah satunya dengan jalan memanfaatkan beban

bunga yang dihasilkan dari penggunaan sumber dana utang dalam

struktur modal perusahaan, yang dapat diukur dengan

menggunakan Debt to Equity Ratio (DER).17

Debt to Equity Ratio

adalah rasio yang digunakan untuk mengukur proporsi

pembiayaan utang terhadap ekuitas dalam suatu perusahan,

sehingga dapat diketahui berapa jumlah dana yang terdapat dalam

ekuitas yang berasal dari sumber dana utang.18

Sumber dana suatu perusahaan dapat berasal dari dua sumber

yaitu internal dan eksternal. Sumber dana internal berasal dari

laba ditahan perusahaan, sedangkan sumber dana eksternal dapat

berasal dari utang dan penerbitan saham.19

Dalam upaya untuk

16 Yustina Peniyanti Jap, ―Kepatuhan Pajak, Norma Sosial Masyarakat ,

Penegakan Hukum, Dan Moral Pajak Perusahaan Agro Pada Bursa Efek Di

Indonesia,‖ Jurnal Muara Ilmu Ekonomi Dan Bisnis 2, no. 1 (2018): 137–145. 17 Eliza Tri Widyaningsih and Miftahol Horri, ―Pengaruh Manajemen Laba,

Debt To Equity Ratio, dan Return On Asset Terhadap PPH Badan Terutang Studi

Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Bei Sektor Real Estate Dan Property

Tahun 2015-2016,‖ Jurnal Analisa Akuntansi Dan Perpajakan 3, no. 1 (2019): 72–88. 18 Darmawan, Dasar-Dasar Memahami Rasio Dan Laporan Keuangan

(Yogyakarta: UNY Press, 2020), 78. 19 Patar Simamora and Ressa Mahardika Ryadi, ―Pengaruh Struktur Modal

Terhadap PPH Badan Terutang Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Semen

9

meminimalkan jumlah kewajiban perpajakan, perusahaan

cenderung memilih menggunakan sumber dana eksternal berupa

utang dibandingkan dengan menerbitkan saham. Hal tersebut

digunakan oleh perusahaan karena kegiatan berutang pasti

disertai dengan kewajiban pembayaran bunga kepada kreditur,

beban bunga yang ditimbulkan oleh utang merupakan salah satu

komponen deductible expense. Deductible Expense adalah biaya

yang diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan dalam

perhitungan dasar pengenaan pajak.20

Sehingga, meskipun

penggunaan sumber dana utang akan menambah beban

perusahaan, tetapi beban tersebut dapat dimanfaatkan sebagai

pengurang penghasilan kena pajak. Apabila penghasilan kena

pajak suatu perusahaan semakin rendah maka beban pajak yang

akan ditanggung perusahaan akan semakin rendah pula.

Selain beban bunga yang dihasilkan dari utang, beban

penyusutan aset tetap juga dapat mempengaruhi besaran jumlah

pajak penghasilan badan terutang, karena beban penyusutan juga

merupakan salah satu komponen deductible expense. Besaran

proporsi aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan dapat diukur

dengan menggunakan rasio capital intencity. Capital Intensity

atau intensitas modal adalah kegiatan perusahaan

menginvestasikan dana yang dimiliki dalam bentuk aset tetap.21

Aset tetap dimiliki perusahaan untuk menunjang kegiatan

produksi, yang mana dari kegiatan produksi terus menerus

tersebut akan menyebabkan timbulnya beban penyusutan pada

aset tetap. Menurut Andhari dan Sukartha perusahaan akan

cenderung memilih untuk melakukan investasi pada aset tetap,

Yang Terdaftar Di BEI Periode 2010-2013,‖ JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi

Fakultas Ekonomi) 1, no. 2 (2015): 21–31. 20 Bella Cucu Putri Andani, ―Analisis Tax Planning Melalui Deductible

Expense dan Perbandingan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan Komersial

Dan Fiskal Atas Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada PT. Wahana Semesta Banten),‖

Jurnal Akuntansi 2, no. 1 (2015): 103–120. 21 Shelly Novitasari, ―Pengaruh Manajemen Laba, Corporate Governance, dan

Intensitas Modal Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan (Studi Empiris Pada

Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2010-

2014),‖ JOM Fekon 4, no. 1 (2017): 1901–1914.

10

karena dari kegiatan tersebut dapat menimbulkan beban

penyusutan yang tinggi. Beban penyusutan dapat dimanfaatkan

oleh perusahaan untuk mengurangi penghasilan kena pajaknya,

sehingga perusahaan akan mendapat keuntungan berupa beban

pajak yang ditanggungnya menjadi lebih rendah.22

Menurut Estherlita perusahaan yang termasuk golongan skala

besar dapat memiliki beban pajak yang lebih rendah

dibandingkan dengan perusahaan skala kecil, hal ini dikarenakan

perusahaan besar memiliki sumber daya lebih banyak yang dapat

digunakan untuk melakukan perencanaan pajak dan hal-hal yang

berkaitan dengan lobi politik.23

Pernyataan tersebut sejalan

dengan hasil penelitian Handayani yang menyatakan bahwa

untuk menekan jumlah beban pajak perusahaan dibutuhkan ahli

dalam bidang perpajakan, dan secara umum sumber daya ahli

tersebut hanya dimiliki oleh perusahaan berskala besar,

sedangkan perusahaan berskala kecil tidak memilikinya.24

Jadi,

semakin banyak sumber daya ahli yang dimiliki perusahaan

golongan skala besar, maka akan berdampak pada semakin besar

beban pajak yang dapat dikelolanya.

Perusahaan sektor makanan dan minuman merupakan salah

satu sektor andalan dalam industri manufaktur yang mempunyai

kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan

penerimaan pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pencapaian

kinerja dan pergerakan harga sahamnya yang konsisten dan

positif, baik dalam peningkatan produktivitas, investasi, kegiatan

22 Putu Ayu Seri Andhari and Made Sukartha, ―Pengaruh Pengungkapan

Corporate Social Responsibility, Profitabilitas, Inventory Intensity, Capital Intensity

Dan Leverage Pada Agresivitas Pajak‖ E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 18,

no. 3 (2017): 2115–2142. 23 Estherlita Yunika, ―Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Tingkat Utang

Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Tarif Pajak Efektif Pada Perusahaan

Subsektor Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,‖ Jurnal Online

Mahasiswa (JOM) Bidang Akuntansi 2, no. 2 (2017): 1–11. 24 Rini Handayani, ―Pengaruh Return on Assets (ROA), Leverage dan Ukuran

Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Perbankan Yang Listing Di

BEI Periode Tahun 2012-2015,‖ Jurnal Akuntansi Maranatha 10, no. 1 (2018): 72–

84.

11

ekspor hingga penyerapan tenaga kerja, hal tersebut dibuktikan

pada tahun 2018 industri makanan dan minuman tumbuh sebesar

7,91% melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yakni 5,17%.25

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian Republik

Indonesia, produk makanan dan minuman Indonesia mampu

mencatatkan nilai ekspor tertinggi di kelompok manufaktur,

dengan capaian USD 27,28 miliar sepanjang tahun 2019. Selain

itu, industri ini juga sebagai penyetor terbesar nilai investasi pada

periode Januari sampai September 2019 yaitu di angka Rp 41,43

triliun. Industri makanan dan minuman ini juga mampu menyerap

tenaga kerja paling banyak di sektor manufaktur dengan jumlah

mencapai 4,74 juta orang hingga Agustus 2019.26

Perusahaan sektor makanan dan minuman juga merupakan

perusahaan yang memiliki perkembangan yang baik, hal ini dapat

terlihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia khususnya untuk Indeks Saham Syariah Indonesia

(ISSI) dari tahun ke tahun semakin bertambah jumlahnya, pada

tahun 2017 tercatat sejumlah 38 perusahaan yang terdaftar, tahun

2018 naik menjadi 39 perusahaan, dan pada tahun 2019 naik lagi

menjadi 44 perusahaan. Sektor makanan dan minuman ini juga

merupakan saham yang tahan terhadap krisis ekonomi

dibandingkan dengan saham dari sektor lain, karena apabila

terjadi krisis sekalipun, produk makanan dan minuman akan tetap

diperlukan karena merupakan kebutuhan pokok seluruh

masyarakat.27

Untuk itu peneliti ingin mencari tahu apakah perusahaan

manufaktur sektor makanan dan minuman terkhusus yang

terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) telah

25 Yulyanah and Sri Yani Kusumastuti, ―Tax Avoidance Pada Perusahaan

Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sub Sektor Makanan Dan

Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,‖ Jurnal Media Ekonomi 27, no. 1

(2019): 17–36. 26 Raja Suhud, ―Pertumbuhan Industri Makanan Minuman Dipacu,‖ 2020,

m.mediaindonesia.com. 27 Nur Fadillah Suprayitno, Murdifin Haming, and Nurpadila, ―Analisis

Financial Distress Perusahaan Manufaktur Subsektor Food And Beverages,‖

Paradoks : Jurnal Ilmu Ekonomi 2, no. 4 (2019): 44–49.

12

melakukan pembayaran pajak yang sesuai dengan peraturan dan

tidak memiliki indikasi melakukan tindakan penghindaran pajak.

Berlandaskan latar belakang tersebut, penulis bermaksud untuk

melakukan penelitian skripsi dengan judul ―Pengaruh Struktur

Modal, Capital Intensity, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pajak

Penghasilan Badan Terutang (Studi Kasus Pada Perusahaan

Sektor Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Indeks Saham

Syariah Indonesia (ISSI) Periode 2017-2019)‖. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui apabila peneliti menggunakan uji

dan metode penelitian yang berbeda apakah akan menghasilkan

kesimpulan yang sama dengan penelitian sebelumnya, atau

bahkan sebaliknya. Penelitian ini diharapkan dapat menambah

literatur pembelajaran dan sebagai bahan masukan bagi pihak

yang mempunyai kepentingan.

C. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah yang telah penulis

paparkan diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai

berikut; pajak oleh mayoritas masyarakat masih dianggap sebagai

beban yang memberatkan, sehingga membuat masyarakat selaku

wajib pajak selalu berusaha untuk melakukan kegiatan

minimalisasi beban pajaknya. Di lain sisi pemerintah selalu

berupaya agar dapat menghasilkan pendapatan pajak semaksimal

mungkin untuk dapat melaksanakan pembangunan nasional.

Perbedaan kepentingan tersebut, serta rasio penerimaan pajak

yang belum mencapai target pada tahun 2017 sampai 2019 dapat

menjadi indikasi adanya aktivitas penghindaran pajak yang

dilakukan oleh wajib pajak, termasuk wajib pajak badan yang

berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Tujuan perusahaan umumnya

didirikan berorientasi pada laba, untuk itu perusahaan akan selalu

berusaha mempertahankan laba yang tetap tinggi agar baik di

mata para stakeholder, sedangkan pajak merupakan salah satu

beban yang dapat mengurangi laba, hal tersebut yang menjadi

alasan perusahaan selalu berusaha untuk meminimalkan beban

pajak yang akan dibayarkannya.

13

Mengingat banyak faktor yang diduga dapat mempengaruhi

pajak penghasilan badan terutang suatu perusahaan, untuk itu

agar penelitian ini dapat fokus dan mendalam, maka penulis

merasa perlu membatasi ruang lingkup dalam penelitian ini.

Penulis memfokuskan penelitian pada pengaruh struktur modal,

capital intensity, dan ukuran perusahaan terhadap pajak

penghasilan badan terutang pada perusahaan sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia

(ISSI) periode 2017-2019.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah di

paparkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Bagaimana pengaruh struktur modal terhadap pajak

penghasilan badan terutang pada perusahaan makanan dan

minuman yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia

(ISSI) periode 2017-2019?

2. Bagaimana pengaruh capital intensity terhadap pajak

penghasilan badan terutang pada perusahaan makanan dan

minuman yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia

(ISSI) periode 2017-2019?

3. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap pajak

penghasilan badan terutang pada perusahaan makanan dan

minuman yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia

(ISSI) periode 2017-2019?

4. Bagaimana pengaruh struktur modal, capital intensity, dan

ukuran perusahaan terhadap pajak penghasilan badan terutang

pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode 2017-2019?

5. Bagaimana tinjauan perspektif Islam tentang penghindaran

pajak?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah peneliti rumuskan di

atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

14

1. Untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap pajak

penghasilan badan terutang pada perusahaan makanan dan

minuman yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia

(ISSI) periode 2017-2019.

2. Untuk mengetahui pengaruh capital intensity terhadap pajak

penghasilan badan terutang pada perusahaan makanan dan

minuman yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia

(ISSI) periode 2017-2019.

3. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap

pajak penghasilan badan terutang pada perusahaan makanan

dan minuman yang terdaftar di Indeks Saham Syariah

Indonesia (ISSI) periode 2017-2019.

4. Untuk mengetahui pengaruh struktur modal, capital intensity,

dan ukuran perusahaan terhadap pajak penghasilan badan

terutang pada perusahaan makanan dan minuman yang

terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode

2017-2019.

5. Untuk mengetahui tinjauan perspektif Islam tentang

penghindaran pajak.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka di harapkan dapat

memberikan manfaat kepada berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

kepada perusahaan terkait variabel yang dapat mempengaruhi

jumlah beban pajak terutangnya, dan konsekuensi yang

diperoleh atas kebijakan yang di ambil oleh perusahaan.

2. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada

pemerintah dalam hal pajak penghasilan badan khususnya

pajak pada perusahaan sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di Indeks Saham Syari’ah Indonesia (ISSI) dalam

meningkatkan pendapatan pajak serta kontribusinya untuk

Negara.

15

3. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

menambah pemahaman dan wawasan tentang studi

perpajakan, serta menjadi sarana untuk menerapkan teori-teori

yang didapatkan dari bangku kuliah ke dalam penelitian yang

nyata, sehingga penulis dapat mengetahui masalah dan fakta

yang terjadi dilapangan, terkhusus mengenai pajak

penghasilan badan terutang suatu perusahaan.

4. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi

bagi penelitian di masa yang akan datang, khususnya untuk

mahasiswa program studi Akuntansi Syariah yang akan

melakukan penelitian sejenis mengenai pengaruh struktur

modal, capital intensity, dan ukuran perusahaan terhadap

pajak penghasilan badan terutang.

G. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, penulis terlebih

dahulu melakukan pemetaan terhadap hasil karya ilmiah dari

peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan judul dalam skripsi

ini, tujuannya adalah sebagai bahan referensi dan untuk

menghindari kesamaan pembahasan dengan penelitian yang

terdahulu.

Tabel 1.3

Penelitian Terdahulu

No.

Judul

Penelitian/

Peneliti/

Tahun

Variabel dan Metode

Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Pengaruh

Debt to

Equity Ratio,

Return On

Menggunak

an variabel

independen

Debt Equity

Menggunak

an metode

regresi data

panel,

Debt to

Equity Ratio

berpengaruh

negatif

16

Asset, dan

Biaya

Operasional

Terhadap

Pajak

Penghasilan

badan

Terutang

(Studi Kasus

Pada

Perusahaan

Manufaktur

Sektor

Industri

Barang

Konsumsi di

Bursa Efek

Indonesia

Periode

2015-2017)/

Renanda

Vindasari/

2019

Ratio dan

variabel

dependen

pajak

penghasilan

badan

menambah

kan

variabel

capital

intensity,

dan ukuran

perusahaan,

serta objek

penelitian

di

perusahaan

yang

terdaftar

pada Indeks

Saham

Syariah

Indonesia

(ISSI), dan

menambah

kan konsep

pajak dalam

perspektif

Islam

terhadap

Pajak

Penghasilan

badan

Terutang,

sedangkan

Return On

Asset, dan

Biaya

Operasional

berpengaruh

positif

terhadap

Pajak

Penghasilan

badan

Terutang.28

2. Pengaruh

Ukuran

Perusahaan,

Return On

Asset (ROA),

Leverage dan

Intensitas

Modal

Menggunak

an variabel

independen

ukuran

perusahaan,

debt to

equity

ratio, dan

Menggunak

an metode

regresi data

panel, dan

variabel

dependen

pajak

diukur

Ukuran

perusahaan

berpengaruh

negatif

terhadap tarif

pajak efektif,

ROA tidak

berpengaruh

28 Renanda Vindasari, ―Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Asset, dan

Biaya Operasional Terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutang (Studi Kasus Pada

Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2015-2017),‖ Jurnal Analisa Akuntansi Dan Perpajakan 3, no. 2 (2019): 90–

97.

17

terhadap

Tarif Pajak

Efektif

(Studi

Empiris Pada

Perusahaan

Transportasi

Yang

Terdaftar Di

Bursa Efek

Indonesia

Periode

2011-2013)/

Scania Evana

Putri/ 2016

intensitas

modal

dengan

nilai beban

pajak kini,

serta objek

penelitian

di

perusahaan

yang

terdaftar

pada Indeks

Saham

Syariah

Indonesia

(ISSI), dan

menambah

kan konsep

pajak

dalam

perspektif

Islam

terhadap tarif

pajak efektif,

Leverage

berpengaruh

negatif

terhadap tarif

pajak efektif,

dan

intensitas

modal

berpengaruh

positif

terhadap tarif

pajak efektif

3. Dampak

Profitabilitas,

Leverage dan

Biaya

Operasional

Terhadap

Pajak

Penghasilan

Badan

(Studi

Empiris Pada

Perusahaan

Food and

Beverage

Yang

Terdaftar di

Menggunak

an variabel

independen

Debt Equity

Ratio dan

variabel

dependen

pajak

penghasilan

badan

Menggunak

an metode

regresi data

panel,

menambah

kan

variabel

capital

intensity,

dan ukuran

perusahaan,

serta objek

penelitian

di

perusahaan

yang

Profitabilitas

tidak

berpengaruh

terhadap

Pajak

Penghasilan

Badan,

sedangkan

Leverage dan

biaya

operasional

berpengaruh

negatif

terhadap

Pajak

Penghasilan

18

Bursa Efek

Indonesia)/

Dina

Anggraini

dan Yunita

Valentina

Kusufiyah/

2020

terdaftar

pada Indeks

Saham

Syariah

Indonesia

(ISSI), dan

menambah

kan konsep

pajak

dalam

perspektif

Islam

Badan.29

4. Pengaruh

Struktur

Modal

(Leverage,

Debt Equity

Ratio, Long

Term Debt

To Asset

Ratio),

Profitabilitas,

dan Biaya

Operasional

Terhadap

Pajak

Penghasilan

Badan

Terutang

Pada

Perusahaan

Menggunak

an variabel

independen

Debt Equity

Ratio, dan

variabel

dependen

pajak

penghasilan

badan

Menggunak

an metode

regresi data

panel,

menambah

kan

variabel

capital

intensity,

dan ukuran

perusahaan,

serta objek

penelitian

di

perusahaan

yang

terdaftar

pada Indeks

Saham

Leverage

berpengaruh

negatif

terhadap PPh

badan

terutang,

Debt Equity

Ratio

berpengaruh

positif

terhadap PPh

badan

terutang,

Long Term

Debt To

Asset Ratio

tidak

berpengaruh

terhadap PPh

29 Dina Aggraini and Yunita Valentina Kusufiyah, ―Dampak Profitabilitas,

Leverage Dan Biaya Operasional Terhadap Pajak Penghasilan Badan (Studi Empiris

Pada Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia),‖

Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Dharma Andalas 22, no. 1 (2020): 32–47.

19

Manufaktur

Yang

Terdaftar di

BEI Periode

Tahun 2015-

2017/Roni

Dwi

Laksono/

2019

Syariah

Indonesia

(ISSI), dan

menambah

kan konsep

pajak

dalam

perspektif

Islam

badan

terutang,

profitabilitas

dan biaya

operasional

berpengaruh

positif

terhadap PPh

badan

terutang.30

5. Pengaruh

Size,

Leverage,

Profitability,

Dan Capital

Intensity

Ratio

Terhadap

Effective Tax

Rate (ETR)/

Vika

Rahmawati/

2019

Menggunak

an variabel

independen

size, debt to

equity

ratio, dan

Capital

Intensity

Menggunak

an metode

regresi data

panel, dan

variabel

dependen

pajak di

ukur

dengan

nilai beban

pajak kini,

serta objek

penelitian

di

perusahaan

yang

terdaftar

pada Indeks

Size tidak

berpengaruh

terhadap

Effective Tax

Rate (ETR),

leverage

berpengaruh

negatif

terhadap

Effective Tax

Rate (ETR),

Profitability

dan capital

intensity

berpengaruh

positif

terhadap

Effective Tax

30 Roni Dwi Laksono, ―Pengaruh Struktur Modal (Leverage, Debt Equity

Ratio, Long Term Debt To Asset Ratio), Profitabilitas Dan Biaya Operasional

Terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2015-2017,‖ Jurnal Tirtayasa Ekonomika 14, no. 1

(2019): 26–34.

20

Saham

Syariah

Indonesia

(ISSI), dan

menambah

kan konsep

pajak

dalam

perspektif

Islam

Rate

(ETR).31

6. Pengaruh

Leverage dan

Capital

Intensity

Ratio

terhadap

Effective Tax

Rate:

Dimoderasi

oleh

Profitability

(Studi

Empiris pada

Perusahaan

Manufaktur

yang

Terdaftar Di

BEI tahun

2011-2013)/

Menggunak

an variabel

independen

debt to

equity

ratio, dan

capital

intensity.

Menggunak

an metode

regresi data

panel,

menambah

kan

variabel

ukuran

perusahaan,

dan

variabel

dependen

pajak di

ukur

dengan

nilai beban

pajak kini,

serta objek

penelitian

Leverage

tidak

berpengaruh

terhadap

Effective Tax

Rate,

sedangkan

Capital

Intensity

Ratio

berpengaruh

negatif

terhadap

Effective Tax

Rate32

31 Vika Rahmawati, ―Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Dan Capital

Intensity Ratio Terhadap Effective Tax Rate (ETR),‖ Jurnal Ilmu Dan Riset

Akuntansi 8, no. 4 (2019): 1–19. 32 Nimatur Roifah, ―Pengaruh Leverage Dan Capital Intensity Ratio Terhadap

Effective Tax Rate: Dimoderasi Oleh Profitability (Studi Empiris Pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2011-2013),‖ JOM Fekon 2, no. 2 (2015):

1–13.

21

Nimatur

Roifah/ 2015

di

perusahaan

yang

terdaftar

pada Indeks

Saham

Syariah

Indonesia

(ISSI), dan

menambah

kan konsep

pajak

dalam

perspektif

Islam

Sumber: Data diolah, 2021

H. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini mudah dipahami dan memenuhi

syarat penulisan, maka penyusunannya dibagi dalam beberapa

tahapan, dimana satu bab dengan bab yang lain merupakan satu

alur yang saling berkaitan, sistematika penulisan tersebut adalah

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi uraian mengenai penegasan judul,

latar belakang masalah, identifikasi dan batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

penelitian, kajian penelitian terdahulu yang relevan,

serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

Pada bab ini berisi uraian mengenai landasan teori

yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teori

keagenan, teori trade off, teori stakeholder, teori

pajak, pajak penghasilan badan, perlawanan pajak,

struktur modal, capital intensity, penyusutan aset tetap

22

dalam pajak, ukuran perusahaan, dan Indeks Saham

Syariah Indonesia (ISSI), serta pengajuan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi uraian mengenai metode penelitian

yang digunakan, meliputi waktu dan tempat

penelitian, jenis dan sifat penelitian, populasi, sampel

dan teknik pengumpulan data, definisi operasional

variabel, instrumen penelitian, uji prasyarat analisis,

model estimasi data panel, pemilihan model estimasi

data panel, serta uji hipotesis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang pengujian hipotesis yang

diajukan oleh penulis, serta pembahasan terkait hasil

penelitian dan analisis menggunakan alat uji yang

terpilih.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari

hasil analisis dan pembahasan, dan juga saran yang

diberikan oleh penulis yang berkaitan dengan

pembahasan dalam penelitan ini.

23

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Teori Keagenan

Untuk memahami hubungan antara manajer (agent) dengan

pemegang saham (principal) maka digunakan teori keagenan

(agency theory). Teori keagenan pertama kali dicetuskan oleh

Jensen dan Meckling pada tahun 1976 yang menyatakan

bahwa teori keagenan merupakan teori ketidaksamaan

kepentingan antara principal dan agen. Teori agensi ini

mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham atau

pemilik dengan agen atau manajer. Menurut teori ini,

hubungan antara pemilik dan manajer pada hakikatnya sukar

tercipta karena adanya kepentingan yang saling

bertentangan.33

Kewajiban Agen adalah menjalankan amanah dari

principal, dan sebagai balas jasanya principal berkewajiban

untuk memberikan sejumlah imbalan kepada agen.34

Namun

seringkali timbul masalah antara kedua pihak tersebut, dalam

teori agensi menyatakan bahwa terdapat ketidakseimbangan

informasi yang di dapat antara principal dan agen, hal ini

dikarenakan manajer yang bertindak sebagai agen dianggap

lebih mengetahui tentang kondisi internal perusahaan serta

prospek dimasa depan dibandingkan dengan yang diketahui

oleh pemegang saham atau principal dan stakeholder

lainnya.35

33 Michael C. Jensen and William H. Meckling, ―Theory Of The Firm :

Mangerial Behavior, Agnecy Costs Ann Ownership Structure,‖ Journal Of Financial

Economics 3 (1976): 305–360. 34 Robertus M. Bambang Gunawan, Good Governance, Risk Management,

And Compliance (PT. Raja Grafindo Persada, 2021), 75. 35 Gede Erika Wijaya, Made Arie Wahyuni, dan Gede Adi Yuniarta,

―Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Dan Kepemilikan Manajerial

Terhadap Praktek Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek

24

Asimetri informasi yang terjadi antara manajer dan

stakeholder dapat di minimalisir dengan adanya pembuatan

laporan keuangan yang ditujukan untuk para stakeholder, hal

ini dilakukan agar dapat tercapai keseimbangan informasi

yang didapat antar kedua pihak, karena laporan keuangan

dapat menjadi media informasi untuk pihak eksternal tentang

kondisi keuangan yang sedang terjadi di perusahaan.36

Menurut Eisenhardt yang dikutip oleh Kirana dan Wahyudi

menyatakan bahwa teori keagenan memiliki landasan tiga

asumsi sifat dasar manusia yaitu sifat mendahulukan

kepentingan pribadi (self interest), mempunyai pikiran

terbatas tentang persepsi di masa mendatang (bounded

rationality), dan menghindari kemungkinan risiko yang terjadi

(risk-averse).37

Atas dasar tersebut, manajer sebagai manusia

biasa dianggap memiliki kemungkinan melakukan tindakan

yang bersifat oportunistik dalam mengelola perusahaan yaitu

mementingkan hal yang dapat menguntungkan dirinya sendiri.

Perilaku manajer yang cenderung oportunistik tersebut dapat

menyebabkan terjadinya agency cost of equity.

Manajer memiliki kecenderungan untuk menggunakan

kelebihan keuntungan yang diperoleh perusahaan untuk

dikonsumsi sendiri. Mereka cenderung ingin menerima

manfaat dari kegiatan yang mereka lakukan tetapi enggan

menanggung risiko dari biaya yang dikeluarkan.38

Teori

keagenan ini pada intinya membahas mengenai dua pelaku

Indonesia (BEI) Tahun 2013-2015,‖ E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan

Ganesha 8, no. 2 (2017): 1–12. 36 Ery Hidayanti and Sunyoto, ―Pentingnya Pengungkapan (Disclosure)

Laporan Keuangan Dalam Meminimalisasi Asimetri Informasi,‖ Jurnal WIGA 2, no.

2 (2017): 19–28. 37 Maria Nindya Kirana and Sugeng Wahyudi, ―Analisis Pengaruh Corporate

Governance Dan Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Ukuran

Perusahaan Sebagai Variabel Kontrol (Studi Kasus Pada Perusahaan Wholesale Dan

Retail Trade Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-2014),‖ Diponegoro Journal Of

Management 5, no. 4 (2016): 1–12. 38 Robertus M. Bambang Gunawan, Good Governance, Risk Management,

And Compliance (PT. Raja Grafindo Persada, 2021), 76.

25

ekonomi yang saling berlawanan. Pertentangan tersebut

terjadi ketika agen tidak menjalankan perintah principal dan

lebih mementingkan keperluan pribadinya. Perbedaan

kepentingan yang terjadi antara dua pihak tersebut, dapat

mempengaruhi beberapa hal, salah satunya adalah kebijakan

perusahaan yang berkaitan dengan pajak.

Sistem pemungutan pajak penghasilan badan yang

diterapkan di Indonesia adalah self assessment yang mana

dalam sistem ini memberikan kesempatan kepada agen untuk

melakukan perhitungan penghasilan kena pajak sendiri dengan

serendah mungkin. Hal tersebut yang dimanfaatkan oleh pihak

agen untuk menekan beban pajak yang akan ditanggung oleh

perusahaan. Sedangkan principal tidak menginginkan adanya

penghindaran pajak tersebut, karena dianggap memanipulasi

laporan keuangan.39

Dalam pandangan Islam, hubungan antara principal dan

agen dalam menjalankan kontrak perjanjian kerjasamanya

harus mendahulukan tawakal daripada nafsu, dan keduanya

harus memiliki akhlak yang baik. Karena harus diyakini

bahwasannya dalam Islam kegiatan muamalah bukan hanya

tentang keuntungan dan kerugian semata, tetapi juga harus

menghidupkan syariat Islam dan mencari keridhoan Allah

SWT,40

sebagaimana firman Allah yang terdapat dalam Surah

Az-Zumar ayat 52 dan Al-A’raf ayat 96 sebagai berikut:

Artinya: ―Dan tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah

melapangkan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang

39 Enggar Adityamurti and Imam Ghozali, ―Pengaruh Penghindaran Pajak Dan

Biaya Agensi Terhadap Nilai Perusahaan,‖ Diponegoro Journal of Accounting 6, no.

3 (2017): 1–12. 40 Achmad Uzaimi, ―Teori Keagenan Dalam Perspektif Islam,‖ Jurnal Ilmiah

Akuntansi Dan Finansial Indonesia 1 (2017): 71–78.

26

dikehendaki-Nya? Sesungguhnya pada yang demikian itu

terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang

beriman.‖ (Q.S. Az-Zumar [39]: 52)

Artinya: ―Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman

dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada

mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka

mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka

disebabkan perbuatannya.‖ (Q.S. Al-A’raf [7]: 96)

Dalam kedua ayat tersebut dijelaskan bahwa pentingnya

untuk memiliki sifat tawakkal dengan bersandar kepada

ketentuan Allah atas usaha yang telah dilakukan bersama,

termasuk kegiatan yang dilakukan antara principal dan agen

untuk dapat memenuhi tanggungjawab masing-masing.

Karena pada dasarnya baik pemilik maupun agen, kedua pihak

tersebut merupakan pekerja Allah, usaha yang dilakukan

diserahkan pula kepada Allah, dan perihal rezeki merupakan

hak Allah pula untuk menentukannya. Jadi, hendaknya baik

pihak pemilik maupun agen harus sama-sama patuh dan taat

pada ketentuan Allah dalam melakukan kegiatan usaha.

2. Teori Trade Off

Makna dari teori trade off adalah membuat keseimbangan

antara manfaat dengan pengorbanan yang muncul akibat

penggunaan sumber dana utang. Selagi diperkirakan jumlah

manfaat lebih besar maka masih diperbolehkan untuk

menambah jumlah utang, sebaliknya apabila beban yang

ditanggung dari penggunaan utang sudah lebih besar maka

27

tidak diperbolehkan lagi menambah jumlah utang.41

Teori

trade off menunjukkan bahwa perusahaan harus

mempertimbangkan rasio utang yang wajar dan berusaha

untuk mencapai tujuan ini dalam jangka panjang. Menurut

Sumanti dan Mangantar perusahaan yang seluruh sumber

dananya berasal dari utang atau bahkan tidak menggunakan

sumber dana utang sama sekali maka tidak akan dapat

mencapai nilai yang optimal. 42

Dalam menentukan porsi struktur modal dibutuhkan

analisis trade-off antara risiko dan keuntungan. Keputusan

menambah modal yang berasal dari utang dapat membuat

risiko perusahaan meningkat, tetapi di sisi lain juga dapat

mendatangkan keuntungan untuk perusahaan. Oleh sebab itu,

sebuah struktur modal yang baik adalah yang dapat secara

optimal membuat keseimbangan antara risiko dan keuntungan

perusahaan.43

Dalam upaya untuk meminimalkan jumlah kewajiban

perpajakan, perusahaan dapat menggunakan utang sebagai

mayoritas sumber dananya dibandingkan dengan menerbitkan

saham. Hal tersebut digunakan oleh perusahaan karena

kegiatan berutang pasti disertai dengan kewajiban pembayaran

bunga kepada kreditur, dan bunga merupakan salah satu

komponen pengurang Penghasilan Kena Pajak (PKP). Jadi,

dapat disimpulkan bahwa penggunaan utang dapat

mempengaruhi besaran jumlah pajak, hal tersebut membuat

seorang manajer perusahaan dituntut untuk

mempertimbangkan kebijakan struktur modalnya sebaik

mungkin.

41 Agus S. Irfani, Manajemen Keuangan Dan Bisnis (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2020), 35. 42 Marjam Sumanti, Jorenza Chiquita Mangantar, ―Analisis Kepemilikan

Manajerial, Kebijakan Hutang Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Dan

Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI,‖ Jurnal

EMBA 3, no. 1 (2015): 41–51. 43 Faradilla Zalfa Adinda, Sugianto, and Nunuk Triwahyuningtyas,

―Profitabilitas , Likuiditas Dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal,‖ Konferensi

Riset Nasional Ekonomi, Manajemen, Dan Akuntansi, 2020, 62–73.

28

Apabila suatu perusahaan memiliki nominal pajak yang

besar, maka dapat menjadi pendorong perusahaan untuk lebih

banyak berutang, karena bunga yang berasal dari utang dapat

digunakan untuk menekan jumlah pajak yang dibayarkan

perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori trade-off yang

berpendapat bahwa perusahaan akan melakukan penukaran

manfaat pajak dari sumber dana utang dengan masalah berupa

potensi kebangkrutan. Semakin tinggi tingkat utang, maka

akan semakin tinggi manfaat pajak yang didapatkan, tetapi di

sisi lain akan semakin tinggi pula risiko kebangkrutan yang

akan ditimbulkan.44

Untuk itu dibutuhkan analisis yang cermat

dalam mengambil sebuah keputusan.

3. Teori Stakeholder

Teori stakeholder menegaskan bahwa keberlangsungan

perusahaan mensyaratkan dukungan para stakeholder.

Kepentingan mereka harus diperhatikan dan aktivitas

perusahaan seharusnya diserahkan untuk memenuhi

ekspektasi mereka. Stakeholder memiliki kemampuan

mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung

terhadap pengendalian sumber daya yang diperlukan oleh

perusahaan. Dengan demikian, kekuatan stakeholder

ditentukan oleh kontrol yang mereka miliki kepada sumber

daya.45

Dalam teori stakeholder juga menyatakan bahwa

perusahaan bukanlah entitas yang melakukan kegiatan operasi

hanya untuk kepentingannya sendiri, tetapi harus mempunyai

manfaat bagi para pemangku kepentingan lainnya. Oleh

karena itu, dukungan dari para stakeholder sangat

mempengaruhi keberadaan suatu perusahaan.

Menurut Kasali dalam Suprawoto, stakeholder adalah

setiap kelompok yang dapat berasal dari dalam maupun luar

44 Neny Tresna Fairisati, Diana Juni Mulyati, and Ni Made Ida Pratiwi,

―Pengaruh Struktur Modal Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan

Manufaktur,‖ Jurnal Dinamika Administrasi Bisnis 2, no. 2 (2016): 1–27. 45 Ihyaul Ulum, Intelectual Capital (Malang: Universitas Muhammadiyah

Malang Press, 2017), 37.

29

perusahaan yang mempunyai peran dalam mendukung

keberhasilan suatu perusahaan. Stakeholder yang berasal dari

dalam atau internal perusahaan terdiri dari manajer, dewan

eksekutif, pemegang saham, dan karyawan, sedangkan yang

berasal dari luar atau ekternal perusahaan terdiri dari pihak

konsumen, pemasok, pesaing, bank, lembaga swadaya, dan

pemerintah.46

Sedangkan dalam konsep Islam menyatakan

bahwa stakeholder suatu perusahaan bukan hanya manusia,

tetapi juga lingkungan alam sekitar dan juga Tuhan. Karena

pada akhirnya manusia harus mempertanggungjawabkan

semua aktivitas yang dilakukan didunia ini kepada Allah

SWT.47

Salah satu pihak pemangku kepentingan suatu perusahaan

adalah pemerintah, hubungan ini utamanya berkaitan dengan

hal perpajakan. Apabila suatu perusahaan telah melaksanakan

kewajiban pajaknya dengan baik, maka hal tersebut akan

memberikan banyak manfaat untuk negara, karena sumber

dana pemerintah yang berasal dari pajak tersebut dapat

dimanfaatkan untuk membiayai pengeluaran dan

pembangunan negara. Jadi, dapat disimpulkan bahwa apabila

perusahaan telah taat terhadap peraturan negara dengan

memenuhi kewajiban pajaknya dengan baik, maka dapat

dikatakan bahwa perusahaan tersebut telah melaksanakan

tanggungjawabnya kepada salah satu stakeholder eksternal

yaitu pemerintah dan masyarakat.

4. Teori Pajak

a. Definisi Pajak

Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007

pasal 1 ayat 1 adalah iuran wajib yang terutang oleh orang

46 Suprawoto, Government Public Relations Perkembangan Dan Praktik Di

Indonesia (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), 138. 47 Syurmita and Miranda Junisar Fircarina, ―Pengaruh Zakat, Islamic

Corporate Social Responsibility Dan Penerapan Good Governance Bisnis Syariah

Terhadap Reputasi Dan Kinerja Bank Umum Syariah Di Indonesia,‖ Jurnal Al Azhar

Indonesia Seri Ilmu Sosial 1, no. 2 (2020): 87–97.

30

pribadi atau badan kepada negara yang bersifat memaksa

berdasarkan ketentuan undang-undang dengan tidak

memperoleh imbalan secara langsung dan digunakan untuk

membiayai pengeluaran negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.48

Berlandaskan uraian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa:

1) Pemungut dan pengelola pajak adalah negara, baik

melalui pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Kewajiban pajak dikenakan atas suatu keadaan dan

kejadian yang mempunyai manfaat tertentu bagi

seseorang.

2) Kegiatan pemungutan atau pemotongan serta aturan

pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan aturan

Undang-Undang.

3) Tidak ada kontra prestasi atau imbalan langsung yang

diberikan.

4) Dipergunakan oleh pemerintah untuk pengeluaran yang

bermanfaat bagi masyarakat banyak.

b. Teori Pemungutan Pajak oleh Negara

Adapun dasar pembenaran pemungutan pajak oleh

negara kepada rakyat, adalah sebagai berikut:49

1) Teori Asuransi

Teori asuransi diartikan dengan suatu kepentingan

masyarakat yang harus dilindungi oleh negara. Dalam

teori ini diartikan bahwa pemerintah berperan sebagai

pihak yang mempertanggungjawabkan keselamatan dan

keamanan jiwa dari masyarakatnya. Atas dasar

kepentingan tersebut, maka masyarakat harus

membayar premi kepada pemerintah.

48 Novriansyah Zulkarnaen, ―Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap

Manajemen Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan Non-Keuangan Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013),‖ ESENSI Jurnal Bisnis Dan Manajemen 5,

no. 1 (2015): 105–118. 49 Ardison Asri, Buku Ajar Hukum Pajak Dan Peradilan Pajak (Bandung: CV

Jejak Publisher, 2021), 89.

31

2) Teori Bakti

Teori bakti diartikan dengan suatu negara telah

memberikan hidup kepada masyarakatnya, maka negara

dapat membebani kepada setiap anggota masyarakatnya

dengan kewajiban-kewajiban, salah satunya adalah

kewajiban membayar pajak. Atas dasar tersebut,

seorang warga negara dapat dikatakan berbakti kepada

negaranya apabila patuh dan taat membayar pajak.

Setiap warga negara harus membaktikan diri kepada

negara yang memberinya hidup, sehingga teori ini

dikenal dengan teori bakti.50

3) Teori Kepentingan

Teori kepentingan diartikan bahwa negara telah

melindungi harta benda serta jiwa warga negaranya dan

memperhatikan pembagian beban pajak yang harus

dipungut dari semua warganya. Segala biaya atau

pengeluaran yang akan dikeluarkan oleh negara

dibebankan kepada warganya atas dasar kepentingan

dari warga negara itu sendiri. Warga negara yang

memiliki harta yang banyak akan membayar pajak lebih

besar. Demikian sebaliknya warga negara yang

memiliki harta lebih sedikit akan membayar pajak yang

lebih kecil.51

4) Teori Daya Pikul

Menurut teori ini pemungutan pajak berlandaskan

asas keadilan yaitu setiap orang yang dikenakan pajak

harus sama beratnya. Pajak yang harus dibayar adalah

disesuaikan dengan daya pikul seseorang, yaitu yang

diukur menggunakan besarnya penghasilan dan

besarnya pengeluaran yang dilakukan oleh masing-

masing wajib pajak yang bersangkutan.52

50 Ibid., 90. 51 Ibid., 91. 52 Ibid., 92.

32

5) Teori Daya Beli

Menurut teori ini, fungsi pemungutan pajak diartikan

dengan mengambil daya beli dari rumah tangga

masyarakat untuk rumah tangga negara, kemudian

menyalurkan kembali ke masyarakat dengan maksud

untuk memelihara kehidupan masyarakat dan untuk

membawa ke arah tertentu, misalnya kesejahteraan

seluruh masyarakat.53

c. Fungsi Pajak

Secara garis besar fungsi dari pajak ada 4, yaitu sebagai

berikut:54

1) Fungsi Anggaran (Budgetair)

Yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk

mendapatkan sumber dana yang optimal ke kas negara

dengan tujuan untuk membiayai semua pengeluaran

negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang

berlaku. Penerimaan negara yang berasal dari sektor

perpajakan dimasukkan ke dalam komponen

penerimaan dalam negeri pada APBN. Fungsi ini

disebut fungsi utama karena secara historis fungsi ini

yang pertama kali timbul. Berdasarkan fungsi ini,

pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai

berbagai kepentingan negara dengan memungut pajak

dari rakyatnya.

2) Fungsi Mengatur (Reguler)

Yaitu pajak digunakan oleh pemerintah sebagai alat

untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan di bidang

sosial dan ekonomi. Fungsi ini disebut sebagai fungsi

tambahan dari pajak karena fungsi ini merupakan

pelengkap dari fungsi utama pajak, yaitu budgetair.

53 Ibid. 54 Bambang Sugeng, Agus Yudha Hernoko, and Zahry Vandawati Chumaida,

Implementasi Berlakunya PERPPU Nomor 1 Tahun 2017 Sebagai Komitmen

Indonesia Dalam Pertukaran Informasi Keuangan Secara Otomatis (AEoI) (Sidoarjo:

Zifatama Jawara, 2018), 13.

33

Contoh dari penerapan fungsi ini adalah pengenaan

pajak yang lebih tinggi kepada barang yang tergolong

mewah dan minuman keras untuk menekan konsumsi

atas kedua barang tersebut.

3) Fungsi Stabilitas

Dalam fungsi ini, pajak digunakan oleh pemerintah

selain sebagai penerimaan negara, pajak juga digunakan

untuk menjalankan kebijakan-kebijakan pemerintahan.

Contoh penerapan dari fungsi ini adalah pemerintah

melakukan kebijakan stabilitas harga dengan tujuan

untuk menekan inflasi dengan cara mengatur peredaran

uang di masyarakat lewat pemungutan dan penggunaan

pajak yang lebih efisien dan efektif.

4) Fungsi Distribusi Pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan

digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum,

termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga

dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya

akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

d. Jenis Pajak

Jenis-jenis pajak dapat dikelompokkan sebagai

berikut:55

1) Menurut Sifatnya

a) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul

sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan

tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta

dikenakan secara berulang-ulang pada waktu

tertentu (periodik) berdasarkan Surat Ketetapan

Pajak. Contoh yang termasuk dalam jenis ini adalah

Pajak Penghasilan (PPh).

b) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang dipungut

hanya sekali ketika apa yang dikehendaki undang-

undang dipenuhi. Contoh yang termasuk dalam jenis

55 I Wayan Widnyana, Perpajakan (Bali: CV. Noah Aletheia, 2018), 14–16.

34

ini adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Bea

Materai.

2) Menurut Sasaran atau Objeknya

a) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang pemungutannya

berpangkal pada diri orangnya (pribadi), keadaan

diri wajib pajak dapat mempengaruhi besar kecilnya

jumlah pajak yang harus dibayar dan dengan

memperhatikan daya pikul apakah subjek dapat

dikenakan pajak atau tidak. Contoh yang termasuk

dalam jenis ini adalah pajak penghasilan.

b) Pajak objektif atau yang bersifat kebendaan, yaitu

pajak yang pemungutannya berpangkal pada

objeknya, perbuatan dan kejadian yang dilakukan,

atau terjadi dalam wilayah negara. Setelah diketahui

objeknya, barulah dicari subjeknya yang mempunyai

hubungan hukum dengan objek yang telah diketahui,

Contoh yang termasuk dalam jenis ini adalah pajak

pertambahan nilai.

3) Menurut Lembaga Pemungutnya

a) Pajak negara atau pusat, yaitu pajak yang dipungut

oleh pemerintah pusat, yang penyelenggaraan

pemungutannya di daerah dan dilakukan oleh Kantor

Pelayanan Pajak setempat, dan hasilnya masuk ke

penerimaan APBN dan digunakan untuk

pembiayaan rumah tangga negara. Contoh yang

termasuk dalam jenis ini adalah Pajak Penghasilan

(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak

Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM), Bea

Materai, dan Cukai.

b) Pajak Daerah, yaitu pajak yang wewenang

pemungutannya berada pada pemerintah daerah

tingkat provinsi dan kabupaten, hasilnya akan masuk

ke penerimaan APBD dan digunakan untuk

pembiayaan rumah tangga daerah. Untuk tingkat

provinsi contoh yang termasuk dalam jenis ini

adalah; Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), dan Bea

35

Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).

Sedangkan tingkat kabupaten/kota yaitu; pajak hotel,

pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, dan

retribusi.

e. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak terbagi menjadi 3, yaitu:56

1) Official Assessment System

Yaitu wewenang untuk menentukan besarnya pajak

yang terutang oleh wajib pajak adalah pemerintah

(fiskus). Dengan ciri-ciri; wewenang menentukan

besarnya pajak adalah fiskus, wajib pajak bersifat pasif,

utang pajak timbul setelah dikeluarkannya surat

ketetapan pajak oleh fiskus. Contoh pajak yang

menggunakan sistem ini adalah Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB).

2) Self Assessment System

Yaitu wewenang untuk menentukan besarnya pajak

yang terutang oleh wajib pajak adalah wajib pajak itu

sendiri. Dengan ciri-ciri; wewenang menentukan

besarnya pajak ada pada wajib pajak, wajib pajak

bersifat aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang, dan fiskus

tidak campur tangan dan hanya bertindak sebagai

pengawas. Contoh pajak yang menggunakan sistem ini

adalah Pajak Penghasilan Badan.

3) Withholding System

Yaitu wewenang untuk menentukan besarnya pajak

yang terutang oleh wajib pajak adalah pihak ketiga

(bukan fiskus dan juga bukan wajib pajak yang

bersangkutan). Contoh pajak yang menggunakan sistem

ini adalah pemotongan penghasilan karyawan yang

dilakukan oleh bendahara instansi terkait. Jadi,

karyawan tidak perlu datang ke KPP untuk

56 Mardiasmo, Perpajakan (Yogyakarta: Andi Offset, 2016), 20.

36

membayarkan pajak tersebut, Contoh pajak yang

menggunakan sistem ini adalah PPh Pasal 21, PPh Pasal

23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN.

5. Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan)

a. Definisi Pajak Penghasilan Badan

Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1

ayat 3 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

menyebutkan bahwa subyek pajak badan adalah

sekumpulan orang atau modal yang berupa satu kesatuan

baik yang melakukan kegiatan usaha ataupun tidak,

meliputi bentuk perseroan terbatas, perseroan komanditer,

ataupun bentuk perseroan lainnya, BUMN, BUMD,

koperasi, firma, persekutuan, yayasan, organisasi masa,

politik atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan

lainnya, termasuk kontrak investasi kolektif dan BUT.57

b. Objek Pajak Penghasilan Badan

Objek pajak dalam pajak penghasilan adalah

penghasilan dalam arti luas, sebagaimana dijelaskan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak

penghasilan, bahwasannya penghasilan adalah setiap

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari dalam negeri

maupun luar negeri, yang dapat dipergunakan untuk

konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang

bersangkutan.58

Jumlah pajak yang dikenakan terhadap

penghasilan disesuaikan dengan prinsip kemampuan

membayar, oleh karena itu pada Undang-Undang Pajak

Penghasilan pasal 6 dinyatakan bahwa diperbolehkan

adanya biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan

bruto. Sehingga pada prinsipnya pajak penghasilan

57 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan. 58 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

37

dibayarkan berdasarkan jumlah neto pendapatan yang

diperoleh.

c. Tarif Pajak Penghasilan Badan

Pembayaran pajak untuk perusahaan mengikuti aturan

pajak penghasilan pasal 25 yaitu wajib pajak harus

membayar sendiri jumlah angsuran pajak penghasilan

setiap bulan dalam tahun pajak berjalan. Selanjutnya, di

atur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

mengenai pajak penghasilan menyatakan bahwa yang

digunakan sebagai dasar pengenaan pajak untuk subyek

pajak badan adalah jumlah laba sebelum pajak sesudah

dikurangi jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).59

Tarif Pajak Penghasilan diatur dalam Undang-Undang

Pajak Penghasilan (UU PPh) Pasal 17. Secara umum, tarif

untuk PPh Badan diatur dalam Pasal 17 ayat (2a), yakni

Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan BUT dikenakan PPh

Badan sebesar 25%, tarif PPh ini berlaku efektif mulai

tahun 2010 sampai dengan 2019. Dalam tarif umum

tersebut, juga terdapat kebijakan penurunan tarif dengan

ketentuan khusus yang diatur dalam pasal 17 ayat (2b),

yakni bagi Wajib Pajak Dalam Negeri yang berbentuk

Perseroan Terbuka (Tbk) dan memenuhi persyaratan

tertentu, akan mendapatkan penurunan tarif PPh sebesar

5% lebih rendah.60

Syarat dari penggunaan tarif PPh Badan Perusahaan

Tbk yang mendapat fasilitas tarif lebih rendah tersebut

adalah perseroan publik atau perseroan yang melakukan

penawaran umum saham (Initial Public Offering) sesuai

59 Roni Dwi Laksono, ―Pengaruh Struktur Modal (Leverage, Debt Equity

Ratio, Long Term Debt To Asset Ratio), Profitabilitas Dan Biaya Operasional

Terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2015-2017,‖ Jurnal Tirtayasa Ekonomika 14, no. 1

(2019): 26–34. 60 ―Wajib Pajak Badan, Begini Cara Menghitung PPh Badan yang Mudah",

2020, https//klikpajak.id

38

dengan ketentuan peraturan undang-undang di bidang

pasar modal sesuai PP 77 tahun 2013 s.d. PP 56 tahun

2015, yaitu; paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan

saham yang disetor dicatat untuk diperdagangkan di Bursa

Efek Indonesia, saham sebagaimana yang dimaksud

tersebut harus dimiliki paling sedikit 300 pihak, masing-

masing pihak hanya boleh memiliki saham kurang dari 5%

dari keseluruhan saham yang ditempatkan dan disetor

penuh, dan ketiga ketentuan tersebut harus dipenuhi dalam

waktu paling singkat 183 hari kalender dalam jangka

waktu 1 tahun pajak.61

Selain Pasal 17 ayat (b), fasilitas penurunan tarif PPh

Wajib Pajak Badan dalam negeri diatur dalam pasal 31E

UU PPh. Fasilitas pengurangan tarif ini digunakan oleh

WP Badan dalam negeri yang memiliki pendapatan bruto

tidak melebihi Rp 50 miliar setahun, penurunan tarif 50%

dari tarif PPh Badan sebagaimana dimaksud pada Pasal 17

ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas

penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto sampai

dengan Rp 4,8 miliar. Jadi, apabila suatu badan usaha

dalam negeri memiliki peredaran bruto tidak melebihi Rp

50 miliar, maka perhitungan PPh Badan dilakukan dalam

dua bagian, yaitu; pertama, untuk penghasilan kena pajak

dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4,8 miliar

akan dikenakan tarif 50% x 25%. Kedua, bagian kena

pajak sisanya akan dikenakan tarif normal 25%.62

d. Biaya Yang Diperkenankan Sebagai Pengurang Pajak

Penghasilan Badan (Deductible Expense)

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal

6 ayat 1 menyatakan bahwa besarnya Penghasilan Kena

Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha

Tetap ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi

61 Ibid., 62 Ibid.,

39

biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan termasuk:63

1) Biaya yang secara langsung atau tidak langsung

berkaitan dengan kegiatan usaha, contohnya; biaya

pembelian bahan, biaya berkenaan dengan jasa

termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan

tunjangan yang berkaitan dalam bentuk uang, bunga,

sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan

limbah, premi asuransi, biaya promosi dan penjualan

yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan (PMK-02/PMK.03/2010), biaya administrasi,

dan pajak kecuali pajak penghasilan.

2) Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh aset

berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk

memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai

masa manfaat lebih dari satu tahun sebagaimana

dimaksud dalam pasal 11 dan pasal 11a.

3) Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan oleh menteri keuangan.

4) Kerugian karena penjualan atau pengalihan aset yang

dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang

dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan.

5) Kerugian selisih kurs mata uang asing.

6) Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang

dilakukan di Indonesia.

7) Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.

8) Piutang yang nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat;

telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi

komersial, Wajib Pajak harus menyerahkan daftar

piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat

Jenderal Pajak, dan telah diserahkan perkara

penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi

63 Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11 Buku 1 (Jakarta: Penerbit

Salemba Empat, 2019), 87-89.

40

pemerintah yang menangani piutang negara, atau

adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan

piutang.

9) Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana

nasional yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

10) Sumbangan dalam rangka penelitian dan

pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang

ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

11) Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang

ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

12) Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

13) Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga (PMK

Nomo 93 Tahun 2010).

e. Biaya Yang Tidak Diperkenankan Sebagai Pengurang

Pajak Penghasilan Badan (Non-Deductible Expense)

Dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9

ayat 1 dinyatakan bahwa pengeluaran yang tidak boleh

dikurangkan dari penghasilan bruto (Non-Deductible

Expense) yaitu meliputi pengeluaran yang sifatnya sebagai

pemakaian penghasilan, atau yang jumlahnya melebihi

kewajaran, termasuk:64

1) Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun

seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh

perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan

pembagian sisa hasil usaha koperasi.

2) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk

kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau

anggota.

3) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali

(PMK No. 81/PMK.03/2009 dan PMK No.

219/PMK.011/2012).

64 Ibid., 108-111.

41

4) Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi

jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa yang

dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika

dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung

sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang

bersangkutan.

5) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan

pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura

dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan

minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau

imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah

tertentu (Per-51/PJ/2009, Per-41/PJ/2013) dan yang

berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang

ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan

(83/PMK.03/2009).

6) Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan

kepada pemegang saham atau kepada pihak yang

mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan

sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.

7) Aset yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan

warisan sebagaimana dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan

b UU PPh, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m

UU PPh serta zakat yang diterima oleh badan amil

zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau

disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan

yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di

Indonesia (Per-11/PJ/2017), yang diterima oleh

lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh

pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau

berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP 60 Tahun 2010).

8) Pajak Penghasilan

9) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk

kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang

menjadi tanggungannya.

42

10) Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan,

firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak

terbagi atas saham.

11) Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan

serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan

dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang

perpajakan.

f. Beban Pajak Penghasilan

Beban pajak yang dibayarkan oleh perusahaan adalah

jumlah gabungan dari pajak kini dan pajak tangguhan yang

diperhitungkan dalam menentukan laba atau rugi suatu periode.65

Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut:

1) Beban Pajak Kini

Beban pajak kini adalah beban pajak penghasilan

perusahaan yang dihitung berdasarkan tarif pajak

penghasilan dikalikan dengan laba fiskal. Laba fiskal

adalah laba akuntansi yang telah dikoreksi agar sesuai

dengan ketentuan perpajakan atau jumlah pajak yang

harus dibayar oleh wajib pajak. Jumlah pajak tersebut

harus dihitung sendiri oleh wajib pajak berdasarkan

penghasilan kena pajak dikalikan dengan tarif pajak

yang berlaku, kemudian dibayar sendiri dan dilaporkan

dalam surat pemberitahuan (SPT) sesuai dengan

peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku.66

Koreksi fiskal harus dilakukan karena adanya

perbedaan perlakuan atas pendapatan maupun biaya

antara standar akuntansi dengan peraturan perpajakan

yang berlaku. Penyebab perbedaan tersebut dapat

dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu: perbedaan

65 Wahyu, Akuntansi Pajak Edisi 6 (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2016),

215. 66 Ibid., 216.

43

tetap atau perbedaan permanen dan perbedaan

sementara atau perbedaan waktu.67

a) Perbedaan tetap terjadi karena transaksi-transaksi

pendapatan dan biaya diakui menurut akuntansi

komersial tetapi tidak diakui menurut fiskal.

Perbedaan tetap mengakibatkan laba (rugi) bersih

menurut akuntansi berbeda (secara tetap) dengan

penghasilan (laba) kena pajak menurut fiskal.

Contoh perbedaan tetap adalah:

(1) Penghasilan yang pajaknya bersifat final,

seperti bunga bank, dividen, sewa tanah dan

bangunan, dan penghasilan lain sebagaimana

diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh.

(2) Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak,

seperti dividen yang diterima oleh perseroan

terbatas, koperasi, BUMN/BUMD, bunga yang

diterima oleh perusahaan reksa dana, dan

penghasilan lain sebagaimana diatur dalam

Pasal 4 ayat (3) UU PPh.

(3) Biaya atau pengeluaran yang tidak

diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan

bruto, seperti pembayaran imbalan dalam

bentuk natura, sumbangan, biaya/pengeluaran

untuk kepentingan pribadi pemilik, cadangan

atau pemupukan dana cadangan, pajak

penghasilan, dan biaya atau pengurang lain

yang tidak diperbolehkan (non-deductible

expense) menurut fiskal sesuai pasal 9 ayat (1)

UU PPh.

b) Perbedaan waktu terjadi karena perbedaan waktu

pengakuan pendapatan dan biaya dalam menghitung

laba. Suatu biaya atau penghasilan telah diakui

menurut akuntansi komersial dan belum diakui

67 Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11 Buku 1 (Jakarta: Penerbit

Salemba Empat, 2019), 395-396.

44

menurut fiskal, atau sebaliknya. Perbedaan ini

bersifat sementara karena akan tertutup pada periode

sesudahnya. Contoh perbedaan ini antara lain;

pengakuan piutang tak tertagih, penyusutan harta

berwujud, amortisasi harta tak berwujud atau hak,

penilaian persediaan, dan lain-lain.

2) Beban Pajak Tangguhan

Dalam sisi perpajakan, pajak tangguhan atau yang

biasa disebut sebagai deferred tax expense dapat

didefinisikan sebagai beban pajak yang dapat

berpengaruh pada penambahan atau pengurangan beban

pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak di masa yang

akan datang. Pada umumnya, pengertian pajak

tangguhan dapat dilihat dari dua sudut pandang

berbeda, yaitu dari sudut pandang akuntansi sebagai

akun aset dan dari sudut pandang liabilitas atau utang

yang harus dibayar dan dilunasi.68

Jika dilihat dari sudut pandang sebagai akun aset,

pajak tangguhan didefinisikan sebagai jumlah pajak

penghasilan yang dipulihkan atau dapat dilakukan

perubahan pada periode masa yang akan datang sebagai

akibat dari akumulasi rugi pajak yang masih belum

dikompensasikan dan belum dimanfaatkannya

akumulasi kredit pajak sesuai dengan ketentuan dan

peraturan perpajakan yang berlaku.69

Sedangkan, jika dilihat dari sudut pandang liabilitas

atau utang yang harus dibayar dan dilunasi, pajak

tangguhan dapat didefinisikan sebagai pajak yang

timbul dan terjadi karena adanya perbedaan di antara

peraturan perpajakan yaitu fiskal dengan standar

akuntansi keuangan yaitu komersial. Dengan adanya

68 Erly Suandy, Perencanaan Pajak Edisi 6 (Jakarta: Salemba Empat, 2017),

91. 69 Ibid.

45

perbedaan ini membuat pendapatan atau beban yang

sudah diakui pada masing-masing periode akan

berbeda, namun saat di akhir secara keseluruhan jumlah

total yang harus diakui antara fiskal dan komersial akan

sama. Perbedaan inilah yang biasa disebut sebagai

temporary difference.70

Beban pajak ini pada dasarnya harus dibayar pada

akhir tahun. Dalam perhitungan pajaknya, wajib pajak

biasanya menggunakan metode akuntansi komersial

yang biasa dimulai dari pengakuan unsur dalam

pendapatan, pengakuan beban yang akan dijadikan

sebagai pengurangan, metode penyusutan yang biasa

dipakai untuk menentukan beban penyusutan aset,

pengakuan nilai sisa aset serta penerapannya dalam

jangka waktu bagi penyusutan, sampai pada penetapan

besarnya biaya cadangan atau penyisihan. Hasil dari

pada penerapan tersebutlah yang tercantum dalam

laporan keuangan yang dapat dijadikan dasar untuk

menghitung beban pajak penghasilan yang terutang

secara komersial oleh masing-masing wajib pajak.71

Namun berbeda dengan saat pelaporan SPT

tahunannya, dalam perhitungannya pajak penghasilan

yang akan dihitung wajib pajak atas dasar laba

komersialnya tidak bisa langsung ditetapkan begitu saja

sebagai beban pajak. Hal ini didasari karena untuk bisa

digunakan dalam dasar pelaporan SPT tahunan wajib

pajak harus menggunakan ketentuan perpajakan yang

berlaku sebagaimana tercantum dalam Undang-undang

No. 36 tahun 2008 yang membahas mengenai Pajak

Penghasilan. Karena ketika laba akuntansi yang terjadi

lebih besar daripada laba pajaknya, maka dengan

otomatis akan terjadi adanya kewajiban pajak

70 Ibid., 92. 71 Cristina, ―Apa Itu Pajak Tangguhan atau Deffered Tx Expense,‖ 2021,

www.pajakku.com.

46

tangguhan. Tapi sebaliknya ketika laba akuntansi lebih

kecil daripada laba pajaknya, maka akan terbentuk aset

pajak tangguhan.72

6. Perlawanan Pajak

Pajak bagi mayoritas masyarakat Indonesia masih

dianggap sebagai beban yang memberatkan, sehingga

masyarakat selaku wajib pajak selalu berusaha untuk

melakukan minimalisasi beban pajaknya. Apapun bentuk

untuk melakukan penyimpangan pembayaranan pajak kepada

negara disebut dengan perlawanan pajak. Perlawanan pajak

adalah tindakan baik disengaja ataupun tidak yang dilakukan

oleh wajib pajak untuk menghindar ataupun mengelak dari

pembayaran pajak. Tindakan ini dapat dikategorikan menjadi

dua, yaitu sebagai berikut:73

a. Perlawanan Pasif

Perlawanan pasif adalah perlawanan yang inisiatifnya

bukan dari wajib pajak itu sendiri tetapi terjadi karena

keadaan yang ada di sekitar wajib pajak. Umumnya

perlawanan pasif ini dilakukan oleh masyarakat di negara

berkembang. Penyebab dari perlawanan pasif ini antara

lain:

1) Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi yaitu berkaitan dengan struktur

produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh

penduduk suatu negara, jika suatu negara dominan

menghasilkan produk-produk pertanian maka negara

tersebut adalah negara ekonomi dengan struktur

ekonomi agraris, sedangkan negara yang dominan

produknya manufaktur maka negara tersebut adalah

negara dengan struktur ekonomi industri. Struktur

ekonomi yang sulit dipungut pajak adalah struktur

72 Ibid. 73 Setu Setyawan, Perpajakan (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang

Press, 2020), 11-13.

47

ekonomi agraris, karena cenderung lebih sulit untuk

mendapatkan catatan pendapatan yang akurat.

2) Tingkat Intelektual dan Moral dari Masyarakat

Orang yang berpendidikan tinggi (intelektual)

biasanya melakukan perlawanan pajak dengan tidak

memakai suatu produk yang mempunyai dampak yang

langsung ataupun tidak terhadap pajak. Disamping itu,

moral masyarakat juga dapat mempengaruhi pajak

secara tidak langsung, moral biasanya dikaitkan dengan

kesadaran membayar pajak yang sangat rendah atau

enggan melaporkan harta yang seharusnya dikenakan

pajak.

3) Teknik Pemungutan Pajak

Undang-undang yang sulit dipahami oleh rakyat

akan memicu kesulitan dalam perhitungan pajak, maka

perlu diadakan penyuluhan pajak untuk menghindari

adanya perlawanan pasif terhadap pajak, jadi setiap

tahun petugas pajak wajib melakukan penyuluhan dari

kantor perpajakan pusat sampai ke daerah guna

mensosialisasikan pentingnya pembayaran pajak oleh

masyarakat.

b. Perlawanan Aktif

Perlawanan aktif adalah perlawanan yang berasal dari

inisiatif wajib pajak sendiri. Hal ini merupakan usaha dan

perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiscus

(negara pemungut pajak) dan bertujuan untuk menghindari

pajak atau mengurangi kewajiban pajak yang seharusnya

dibayar. Perlawanan pajak secara aktif umumnya

dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:74

1) Tax Avoidance, yaitu usaha dari wajib pajak dengan

memanfaatkan celah aturan perpajakan dan tidak

melanggar undang-undang untuk meringankan beban

74 Catrine, ―Apa Bedanya Tax Avoidance Dan Tax Evasion?,‖ 2020,

www.pajakku.com.

48

pajak yang ditanggung. Pada dasarnya tax avoidance

bersifat sah karena tidak melanggar perpajakan. Namun,

praktik ini dapat berdampak pada penerimaan pajak

negara menjadi tidak maksimal.

2) Tax Evasion, yaitu usaha dari wajib pajak dengan cara

melawan hukum, misalnya penggelapan pajak. Tax

Evasion merupakan suatu pelanggaran dalam

melakukan skema penggelapan pajak untuk mengurangi

jumlah pajak yang harus dibayarkan, bahkan beberapa

wajib pajak sama sekali tidak membayar pajak terutang

yang harus dibayarkan melalui cara yang ilegal.

Dalam praktiknya, tindakan penghindaran pajak tidak

sedikit dilakukan oleh wajib pajak termasuk wajib pajak

yang berbentuk badan usaha,75

hal tersebut dilakukan

karena pada umumnya wajib pajak badan usaha memiliki

orientasi utama yaitu laba. Pajak dianggap sebagai beban

yang dapat mengurangi laba bagi perusahaan, sehingga

menyebabkan tujuan utama perusahaan dalam

memaksimalkan laba tidak akan tercapai, sehingga

perusahaan selalu berusaha untuk mengurangi beban pajak

yang ditanggungnya.76

c. Perlawanan Pajak Dalam Perspektif Islam

Dalam pandangan Islam, tindakan perlawanan pajak

memang tidak diatur secara tegas, namun hal tersebut tidak

dibenarkan dan etis bagi pemerintah. Sebagai seorang

muslim hendaknya setiap tindakan yang dilakukan

bertujuan untuk kebaikan. Dalam Al-Qur’an surah Al-

Hasyr Ayat 18 dijelaskan sebagai berikut:

75 Moeljono, ―Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghindaran Pajak,‖

Jurnal Penelitian Ekonomi Dan Bisnis 5, no. 1 (2020): 103–121. 76 Novia Bani Nugraha and Wahyu Meiranto, ―Pengaruh Corporate Social

Responsibility, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Dan Capital Intensity

Terhadap Agresivitas Pajak,‖ Diponegoro Journal of Accounting 4, no. 4 (2015): 1–

14.

49

Artinya: ―Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah

kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan

apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan

bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan.‖ (Q.S. Al-Hasyr

[59]: 18)

Menurut tafsir dari Quraish Shihab mengenai QS. Al-

Hasyr Ayat 18 adalah ―Wahai orang-orang yang beriman,

hendaknya kalian berlindung dari azab Allah dengan selalu

mematuhi perintah-Nya, dan mempersiapkan amal untuk

hari esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya

Allah benar-benar mengetahui dan akan membalas segala

perbuatan yang kalian kerjakan‖.77

Hal ini menunjukkan

bahwa sebagai seorang muslim hendaknya kita selalu

melakukan introspeksi dengan memperhatikan hal-hal

yang telah diperbuat untuk kebaikan masa depan.

Tindakan perlawanan pajak salah satunya yaitu dengan

membuat perencanaan yang bertujuan untuk memperkecil

jumlah beban pajak yang akan dibayarkan oleh wajib

pajak. Hal tersebut merupakan salah satu perbuatan yang

dzolim karena mempunyai imbas kepada penerimaan

pendapatan negara menjadi tidak maksimal, yang mana

penerimaan tersebut nantinya akan disalurkan guna

kemaslahatan umat dalam bentuk pembangunan nasional.78

Jadi apabila wajib pajak melakukan tindakan perlawanan

77 Quraish Shihab, ―Tafsir Surat Al-Hasyr Ayat 18,‖ 2021, tafsirq.com. 78 Edi Haskar, ―Hubungan Pajak Dan Zakat Menurut Perspektif Islam,‖

Menara Ilmu 14, no. 2 (2020): 28–38.

50

pajak berarti sama dengan melakukan tindakan dzolim

kepada sesama manusia. Larangan untuk tidak melakukan

perbuatan yang dzolim dan batil terdapat dalam ayat Al-

Qur’an surah An-Nisa ayat 29 sebagai berikut:

Artinya: ―Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,

kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan

suka sama suka di antara kamu dan janganlah kamu

membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu.‖ (Q.S. An-Nisa [4]: 29)

Salah satu kewajiban sebagai seorang warga negara

yang baik adalah patuh dan loyal kepada pemerintah. Ayat

Al-Qur’an yang berkaitan dengan hal tersebut adalah surah

An-Nisa ayat 59 sebagai berikut:

Artinya: ―Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah

dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.

Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,

maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul

(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah

51

dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama

(bagimu) dan lebih baik akibatnya.‖ (Q.S. An-Nisa [4]: 59)

Kandungan dari surah An-Nisa ayat 59 adalah

menjelaskan tentang ketaatan seorang hamba kepada

pemimpinnya. Dalam ayat tersebut dijelaskan salah satu

bentuk iman kepada Allah adalah dengan taat kepada

aturan pemimpin. Kata ulil amri dalam ayat tersebut

memiliki makna pemerintah yang mempunyai kekuasaan

serta kekuatan. Pajak merupakan aturan yang dikeluarkan

oleh pemimpin suatu negara dalam hal ini pemerintah,

yang mana aturan tersebut dapat bersifat memaksa dan

tanpa mendapat imbalan secara langsung. Dengan

demikian dapat ditarik kesimpulan bahwasannya perilaku

patuh membayar pajak merupakan salah satu bentuk

ketaatan kepada Allah SWT.79

7. Struktur Modal

Struktur modal dalam suatu perusahaan adalah proporsi

antara modal sendiri dan utang perusahaan.80

Struktur modal

digunakan untuk dapat menghasilkan perimbangan yang

paling baik dalam memperoleh laba. Sumber dana perusahaan

dapat berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Jika

dalam pendanaan suatu perusahaan dirasa masih belum

mencukupi dengan modal sendiri maka dapat

dipertimbangkan untuk melakukan pendanaan dari luar yaitu

dalam bentuk utang. Tetapi, perusahaan dalam mencari

pemenuhan sumber dana harus tetap mempertimbangkan

pendanaan mana yang paling efisien.

Dalam meperoleh dana untuk kepentingan pembiayaan,

perusahaan pada umumnya memiliki beberapa sumber

alternatif. Keputusan dalam memilih alternatif sumber

pembiayaan tersebut sangatlah dipengaruhi oleh banyak

79 Fauzi Yati, ―Pajak Restoran Perspektif Ekonomi Islam (Studi Atas Praktek

Pembayaran Pajak Restoran Di Kota Padang ),‖ Ijtihad 36, no. 1 (2020): 1–16. 80 Stephen A. Ross, Pengantar Keuangan Perusahaan Edisi 8 (Jakarta:

Salemba Empat, 2015), 4-5.

52

faktor, di antaranya adalah; kemudahan dalam mendapatkan

dana, jumlah dana yang dibutuhkan, jangka waktu

pengembalian dana, kemampuan perusahaan dalam membayar

beban pinjaman, pertimbangan pajak, masalah kendali

perusahaan, dan pengaruhnya terhadap laba per lembar

saham.81

Secara garis besar, sumber pembiayaan perusahaan dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu pembiayaan utang

dan pembiayaan ekuitas. Masing-masing jenis pembiayaan

memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sebagai

contoh, kelebihan dari penggunaan modal sendiri sebagai

sumber pembiayaan perusahaan di antaranya adalah;

kemudahan dalam mendapatkan dana, tidak dibatasi oleh

berbagai aturan (ketentuan) atau persyaratan, waktu

pengembalian dana yang tidak terbatas, dan tidak ada beban

untuk membayar angsuran, bunga, maupun biaya lainnya.

Sedangkan kekurangannya adalah terletak pada jumlahnya

yang terbatas karena hanya mengandalkan pada modal pribadi

pemilik, terutama apabila dana yang dibutuhkan cukup

besar.82

Di sisi lain, jika perusahaan memilih pinjaman sebagai

alternatif sumber pembiayaan, kelebihannya adalah terletak

pada kemungkinan untuk memperoleh dana dalam jumlah

yang relatif besar. Sedangkan kekurangannya terletak pada

sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi dan memerlukan

pembayaran angsuran, bunga maupun biaya lainnya (biaya

administrasi, biaya provisi, dan komisi).83

Pendanaan dapat dikatakan efisien apabila telah memiliki

struktur modal yang optimal.84

Kombinasi sumber dana harus

dipertimbangkan secara teliti oleh manajemen karena setiap

81 Hery, Analisis Kinerja Manajemen (Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia, 2015), 161. 82 Ibid. 83 Ibid., 162. 84 Bambang Sugeng, Manajemen Keuangan Fundamental (Yogyakarta:

Penerbit Deepublish, 2017), 322.

53

sumber dana akan memiliki konsekuensi dan risiko

tersendiri.85

Salah satu rasio yang dapat mengukur proporsi

sumber dana utang dengan modal sendiri perusahaan adalah

Debt to Equity Ratio (DER). Kondisi financial perusahaan

dapat tercermin dari tinggi atau rendahnya struktur modal,

semakin tinggi nilai rasio DER berarti semakin tinggi pula

aktivitas perusahaan yang dibiayai dengan sumber dana utang

dibandingkan dengan modal sendiri perusahaan.

Ketentuan maksimal proporsi utang dibandingkan dengan

modal sendiri perusahaan adalah empat banding satu (4:1), hal

ini terdapat dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 169/PMK.010/2015 yang selanjutnya

disebut PMK-169 tentang Penentuan Besarnya Perbandingan

Antara Utang dan Modal Perusahaan untuk Kepentingan

Perhitungan Pajak Penghasilan. Diberlakukannya PMK-169

ini tidak terlepas dari realita tentang pembedaan perlakuan

pajak antara pembiayaan melalui utang dan modal.

Pembiayaan dengan menggunakan utang menjadi lebih

banyak disukai karena beban bunga dapat menjadi pengurang

penghasilan kena pajak. Akibatnya, apabila pinjaman atau

jumlah utang perusahaan semakin besar maka hal ini

berpotensi dapat menggerus penerimaan pajak Indonesia,

untuk itu pemerintah mengeluarkan aturan ini untuk

membatasi penggunaan utang yang terlampau tinggi dalam

struktur modal suatu perusahaan.86

Dalam pandangan Islam, akivitas utang piutang adalah

diperbolehkan. Terutama apabila memberikan utang atau

pinjaman kepada orang yang sangat membutuhkannya, karena

didalam perbuatan tersebut ada imbalan pahala yang besar

dari Allah SWT. Ayat dalam Al-Qur’an yang berkaitan

85 Ade Ristika Mulyawati and Ade Banani, ―Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Sektor Pariwisata, Restoran Dan

Hotel Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,‖ Journal and Proceeding FEB

Unsoed 6, no. 1 (2016): 340–362. 86 Darussalam and B. Bawono Kristiaji, ―Telaah Konstruktif Debt to Equity

Ratio Di Indonesia‖ 81, no. 4 (2015): 1–10.

54

dengan kegiatan utang piutang adalah surah Al-Maidah ayat 2

sebagai berikut:

Artinya: ―Dan tolong-menolonglah kamu dalam

(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong-

menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan

bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat

berat siksa-Nya.‖ (Q.S. Al-Maidah [5]: 2)

Kandungan surah Al-Maidah ayat 2 berisi tentang perintah

untuk saling tolong-menolong sesama manusia, karena

memang pada hakikatnya manusia tidak akan dapat hidup

tanpa bantuan orang lain.87

Tetapi dalam niat baik menolong

tersebut ada syarat dan ketentuan dari Allah SWT terkait

dengan kewajiban mencatat transaksi utang piutang yang

dilakukan. Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan perintah

tersebut adalah surah Al-Baqarah ayat 282 sebagai berikut:

87 Adi Cahyadi, ―Mengelola Hutang Dalam Perspektif Islam,‖ Jurnal Bisnis

Dan Manajemen 4, no. 1 (2015): 67–78.

55

Artinya: ―Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang

ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya, dan hendaklah

seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar,

dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana

Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan

hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang

akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah

Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada

56

hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah

akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak

mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya

mengimlakkan dengan jujur, dan persaksikanlah dengan dua

orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tidak

ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua

orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya

jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya.

Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)

apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis

hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu

membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan

lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak

(menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu),

kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu

jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu,

(jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila

kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling

sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka

sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu.

dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah

Maha mengetahui segala sesuatu.‖ (Q.S. Al-Baqarah [2]: 282)

Kandungan surah Al-Baqarah ayat 282 tersebut berisikan

tentang peringatan apabila melakukan transaksi idealnya harus

melakukan pencatatan agar ada suatu bukti yang terpercaya

yang dapat dipegang oleh kedua belah pihak yang

bertransaksi. Hal ini dilakukan guna menghindari

kemungkinan konflik yang mungkin terjadi di kemudian hari.

Salah satu contohnya yaitu akan ada salah satu pihak dalam

transaksi yang menyangkal dan dapat merugikan pihak

lainnya.88

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan

tersebut, maka Islam menganjurkan untuk melakukan

88 Abdul Aziz, ―Esensi Utang Dalam Konsep Ekonomi Islam,‖ Jurnal Bisnis

4, no. 1 (2016): 24–35.

57

pencatatan setiap transaksi utang piutang dan menghadirkan

saksi dalam pencatatan transaksi tersebut.

8. Capital Intensity

Capital intensity ratio atau Rasio intensitas modal

merupakan rasio yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan

dalam menanamkan sejumlah modal (investasi) dalam bentuk

aset tetap, rasio ini dapat digunakan untuk melihat seberapa

efisien sebuah perusahaan dalam menggunakan aktivanya

untuk dapat menghasilkan penjualan.89

Intensitas modal

merupakan bagian dari keputusan keuangan yang ditetapkan

oleh pihak manajemen untuk dapat meningkatkan

profitabilitas.

Besarnya investasi dalam bentuk aset tetap dapat

mempengaruhi jumlah beban pajak terutang perusahaan,

sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 6

ayat 1 (b) tentang Pajak Penghasilan menyebutkan bahwa

beban penyusutan yang disebabkan oleh kegiatan perolehan

harta berwujud dan amortisasi dari kegiatan perolehan hak dan

atas biaya lain yang mempunyai umur manfaat lebih dari satu

tahun maka biaya tersebut diperbolehkan sebagai pengurang

dari penghasilan bruto.90

Sesuai peraturan tersebut, maka berarti beban penyusutan

yang dihasilkan oleh aset tetap akan memberikan pengaruh

pada semakin berkurangnya penghasilan kena pajak

perusahaan (PKP), apabila nilai PKP tersebut semakin

berkurang maka akan berdampak pada semakin berkurang

pula beban pajak penghasilan yang akan ditanggung

perusahaan. Hal tersebut Sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Putri dan Lautania yang menyatakan bahwa

89 Ayu Prapitasari and Lili Safrida, ―The Effect of Profitability, Leverage,

Firm Size, Political Connection and Fixed Asset Intensity on Tax Avoidance

(Empirical Study on Mining Companies Listed in Indonesia Stock Exchange 2015-

2017),‖ Accounting Research Jurnal Of Sutaatmadja (ACCRUALS) 3, no. 2 (2019):

247–258. 90 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

58

perusahaan yang memiliki aset tetap yang tinggi mempunyai

lebih besar kemungkinan untuk dapat meminimalkan jumlah

beban pajaknya.91

Dalam pandangan Islam, ayat Al-Qur’an yang berkaitan

dengan penyusutan aset tetap adalah Surat Al-Qamar ayat 49

dan Al-Hijr ayat 21 sebagai berikut:

Artinya: ―Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu

menurut ukuran.‖ (Q.S. Al-Qamar [54]: 49)

Artinya: ―Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi

Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya

melainkan dengan ukuran yang tertentu.‖ (Q.S. Al-Hijr [15]:

21)

Dari kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa setiap

apapun yang diciptakan oleh Allah SWT adalah dengan

ukuran tertentu, yaitu memiliki umur, bentuk, jenis, maupun

fungsinya masing-masing.92

Termasuk pula didalamnya harta,

setiap harta yang diciptakan Allah pasti akan mengalami

perubahan atau penyusutan, dan tentunya memiliki kurun

waktu atau masa manfaat tertentu. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa Allah dalam menciptakan suatu harta

sesuai dengan ukurannya dan pasti mempunyai umur masa

91 Citra Lestari Putri and Maya Febrianty Lautania, ―Pengaruh Capital

Intensity Ratio, Inventory Intensity Ratio, Ownership Strucutre Dan Profitability

Terhadap Effective Tax Rate (ETR) (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014),‖ Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Ekonomi Akuntansi (JIMEKA) 1, no. 1 (2016): 101–119. 92 Latifatus Sariroh, Siti Muibatun, and Warno, ―Corporate Social

Responsibility Disclosure, Capital Intensity, Dan Profitabilitas Terhadap Tax

Avoidance,‖ Jurnal Capital 2, no. 1 (2020): 39–56.

59

manfaat tertentu, termasuk harta yang dimiliki oleh

perusahaan dalam wujud aset tetap.

9. Penyusutan Aset Tetap dalam Pajak

a. Definisi Penyusutan Aset Tetap

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal

11 ayat (1) pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud

yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun

harus dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan dengan cara

mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa

manfaat harta tersebut melalui penyusutan.93

b. Metode Penyusutan Aset Tetap

Metode penyusutan yang dibolehkan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 11 Ayat (1)

adalah:94

1) Metode garis lurus (straight-line method), yaitu metode

yang digunakan untuk menghitung penyusutan yang

dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama

masa manfaat yang ditetapkan bagi harta tersebut.

Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian,

pendirian, penambahan, perbaikan atau perubahan harta

berwujud, kecuali tanah.

2) Metode saldo menurun (declining-balance method)

yaitu metode yang digunakan untuk menghitung

penyusutan dalam bagian-bagian yang menurun selama

masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan

tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada akhir

masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus

dengan syarat dilakukan secara taat asas.

93 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan. 94 Erly Suandy, Perencanaan Pajak Edisi 6 (Jakarta: Salemba Empat, 2017),

32.

60

Metode penyusutan untuk kelompok aset berwujud

bukan bangunan diperbolehkan memilih metode

penyusutan antara garis lurus dan saldo menurun,

sedangkan aset berwujud bangunan, hanya diperbolehkan

menggunakan metode garis lurus saja.

c. Tarif Penyusutan Aset Tetap

Besarnya penyusutan suatu periode dipengaruhi oleh

metode yang digunakan, besarnya harga perolehan aset

berwujud, dan masa manfaat dari aset berwujud tersebut.

Untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Pajak

dalam melakukan penyusutan atas pengeluaran aset

berwujud, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal

11 mengatur masa manfaat aset berwujud dan tarif

penyusutan, baik menurut metode garis lurus maupun saldo

menurun. Jenis aset yang termasuk dalam kelompok aset

berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan

sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.

96/PMK.03/2009, masa manfaat dan tarif penyusutan aset

berwujud diatur sebagai berikut:95

Tabel 2.1

Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan Aset Berwujud

Kelompok Aset

Berwujud

Masa

Manfaat

Tarif Penyusutan

Garis

Lurus

Saldo

Menurun

I. Bukan Bangunan

- Kelompok I 4 Tahun 25% 50%

- Kelompok II 8 Tahun 12.5% 25%

- Kelompok III 16 Tahun 6.25% 12.5%

- Kelompok IV 20 Tahun 5% 10%

II. Bangunan

- Permanen 20 Tahun 5% -

- Tidak Permanen 10 Tahun 10% -

95 Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11 Buku 1 (Jakarta: Penerbit

Salemba Empat, 2019), 96-97.

61

Sumber: Peraturan Menteri Keuangan, 2009

Bangunan tidak permanen adalah bangunan yang

bersifat sementara dan terbuat dari bahan yang tidak tahan

lama atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan, yang

masa manfaatnya tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun,

misalnya barak atau asrama yang terbuat dari kayu.96

10. Ukuran Perusahaan

Secara umum perusahaan didirikan dengan suatu kegiatan

tertentu untuk mengolah sumber ekonomi yang ada dengan

tujuan menambah nilai guna suatu barang atau jasa dengan

tujuan utama memperoleh keuntungan. Jika ditinjau dari sudut

pandang Islam, tujuan tersebut adalah falah. Falah merupakan

kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan juga akhirat yang

dirahmati Allah SWT.97

Ukuran perusahaan merupakan skala ukuran yang

digunakan untuk mengetahui kategori perusahaan berdasarkan

ukuran besar dan kecil. Untuk mengindentifikasinya dapat

dilakukan dengan mengukur total aset yang dimiliki

perusahaan, nilai pasar saham perusahaan, rata-rata total

penjualan, dan total penjualan. Secara umum, kategori ukuran

perusahaan dibagi menjadi 3 yaitu large firm, medium firm,

dan small firm.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun

2008 mengatur mengenai kriteria ukuran perusahaan. Dalam

peraturan ini membagi ukuran perusahaan menjadi 4 jenis

ukuran berdasarkan total penjualan dan aset yang dimiliki,

uraiannya sebagai berikut:98

1. Perusahaan ukuran mikro, yaitu yang memiliki kekayaan

bersih senilai Rp 50.000.000,- (didalamnya tidak termasuk

96 Ibid. 97 Muhammad Turmudi, ―Produksi Dalam Perspektif Ekonomi Islam,‖ Jurnal

Islamidina 18, no. 1 (2017): 37–56. 98 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah.

62

tanah serta bangunan) dan memiliki total penjualan Rp

300.000.000,-

2. Perusahaan ukuran kecil, yaitu yang memiliki kekayaan

bersih senilai Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp

500.000.000,- (didalamnya tidak termasuk tanah serta

bangunan) dan memiliki total penjualan Rp 300.000.000,-

sampai Rp 2.500.000.000,-

3. Perusahaan ukuran menengah, yaitu yang memiliki

kekayaan bersih senilai Rp 500.000.000,- sampai dengan

Rp 10.000.000.000,- (didalamnya tidak termasuk tanah

serta bangunan) dan memiliki total penjualan Rp

2.500.000.000,- sampai Rp 50.000.000.000,-

4. Perusahaan ukuran besar, yaitu yang memiliki kekayaan

bersih di atas Rp 10.000.000.000,- (didalamnya tidak

termasuk tanah serta bangunan) dan memiliki total

penjualan di atas Rp 50.000.000.000,-

Tidak hanya melalui volume penjualan, ukuran sebuah

perusahaan juga dapat dinilai melalui total aktiva dan

kapitalisasi pasar. Semakin besar total penjualan, aktiva, dan

kapitalisasi pasar maka dapat disimpulkan semakin besar pula

ukuran perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva yang

dimiliki maka berarti semakin banyak modal yang ditanam,

semakin banyak penjualan berarti semakin banyak perputaran

uang, dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin

dikenal suatu perusahaan oleh masyarakat.

Dalam penelitian ini penilaian ukuran perusahaan

menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan, hal ini

dikarenakan menggunakan nilai aset relatif lebih stabil

dibandingkan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan.99

Total

aset juga dapat mencerminkan tahap kedewasaan suatu

perusahaan, semakin besar total aset yang dimiliki maka

99 Ayu Prapitasari and Lili Safrida, ―The Effect of Profitability, Leverage,

Firm Size, Political Connection and Fixed Asset Intensity on Tax Avoidance

(Empirical Study on Mining Companies Listed in Indonesia Stock Exchange 2015-

2017),‖ Accounting Research Jurnal Of Sutaatmadja (ACCRUALS) 3, no. 2 (2019):

247–258.

63

diprediksi akan semakin baik pula prospek perusahaan dalam

jangka waktu yang panjang.100

Jadi, total aset yang dimiliki perusahaan dapat

mencerminkan suatu golongan ukuran perusahaan. Perusahaan

yang memiliki total aset dalam jumlah yang besar maka

berarti termasuk golongan ukuran perusahaan besar.101

Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian Imelia yang

menyatakan bahwa perusahaan besar adalah perusahaan

dengan total aset yang besar, sedangkan perusahaan kategori

menengah adalah yang mempunyai total aset lebih kecil dari

perusahaan besar, dan perusahaan kecil yaitu perusahaan yang

memiliki total aset jauh di bawah perusahaan kategori

besar.102

11. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

Menurut Fatwa DSN MUI No. 40 Tahun 2003 Saham

Syariah adalah produk saham yang dikeluarkan oleh

perusahaan yang tidak menyalahi aturan syariah. Sehingga

perusahaan yang tidak termasuk dalam kriteria ini adalah yang

bergerak dalam perjudian, perdagangan yang dilarang, jasa

keuangan yang mengandung unsur riba, mengandung unsur

jual beli gharar dan maisir, memproduksi barang yang haram

menurut ketentuan syariat Islam dan merusak moral

masyarakat, serta transaksi yang menggunakan penyuapan

(riswah).103

Pemilihan saham yang sesuai dengan kriteria syariah yaitu

ditentukan berdasarkan dari kesehatan perusahaan (Financial

screening) termasuk didalamnya total utang perusahaan (debt

100 Hery, Kajian Riset Akuntansi (Jakarta: PT Grasindo, 2017), 3-4. 101 Fitria Anita, ―Pengaruh Corporate Social Responsibility, Leverage,

Likuiditas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak,‖ JOM FEKON 2, no.

2 (2015): 1–15. 102 Septi Imelia, ―Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Pajak

Dengan Indikator Tarif Pajak Efektif (ETR) Pada Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar

Dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013,‖ JOM FEKON 2, no. 1 (2015): 1–15. 103 Ali Geno Berutu, Pasar Modal Syariah Indonesia (Salatiga: Lembaga

Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Salatiga, 2020), 56.

64

to equity ratio) yang berbasis bunga (riba) bila dibandingkan

dengan total aset tidak melebihi dari 45%, dan untuk

pendapatan non-halal perusahaan bila dibandingkan dengan

total semua pendapatan tidak boleh melebihi 10%.104

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) adalah indeks

saham yang keluarkan pada tanggal 12 Mei 2011 yang

didalamnya berisi seluruh saham syariah yang tercatat di

Bursa Efek Indonesia (BEI) dan terdaftar di Daftar Efek

Syariah (DES) yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan

(OJK). Konstituen ISSI mempunyai jadwal review setiap

enam bulan sekali yaitu pada bulan Mei dan November dan

dilakukan publikasi pada awal bulan berikutnya,105

hal inilah

yang menyebabkan adanya saham syariah yang keluar

ataupun masuk ke dalam konstituen ISSI.

Metode perhitungan ISSI sama dengan perhitungan indeks

saham lainnya yang ada di BEI, yaitu menggunakan nilai rata-

rata tertimbang dari kapitalisasi pasar dengan menggunakan

tahun dasar awal penerbitan Daftar Efek Syariah yaitu

Desember 2007. Tercatat sampai dengan bulan Desember

2020 terdapat 424 saham yang termasuk dalam kategori

Indeks Saham Syariah Indonesia. Untuk nilai kapitalisasi

pasar yang tergabung dalam Indeks Saham Syariah Indonesia

pada tahun 2017 tercatat Rp 3.510,1 triliun, tahun 2018

sebesar Rp 3.144,0 triliun, dan tahun 2019 sebesar Rp 3.744,8

triliun. 106

Di Indonesia terdapat tiga indeks untuk saham syariah

yaitu Jakarta Islamic Index (JII), Jakarta Islamic Index 70 (JII

70) dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Perbedaan

antara ketiganya yaitu terletak pada jumlah konstituennya.

Dalam JII konstituennya adalah 30 saham syariah yang paling

likuid yang tercatat di BEI, kemudian JII 70 adalah indeks

104 Ibid., 57. 105 Sri Hermuningsih, Hanita Yuniati, and Mujiono Mujiono, ―Apakah Indeks

Saham Syariah Indonesia (ISSI) Memediasi Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Return

Saham Syariah?,‖ Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia 4, no. 2 (2017): 185–99. 106 ―Nilai Kapitalisasi Pasar,‖ 2020, https://idx.co.id.

65

yang konstituennya adalah 70 saham yang paling likuid,

sedangkan ISSI konstituennya adalah seluruh saham syariah

Indonesia yang masuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang

dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).107

B. Pengajuan Hipotesis

1. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Pajak Penghasilan

Badan Terutang

Struktur modal digunakan untuk dapat menghasilkan

perimbangan yang paling baik dalam memperoleh laba yaitu

dengan membandingkan proporsi antara sumber dana

perusahaan yang berasal dari internal dan eksternal

perusahaan.108

Hal tersebut sesuai dengan teori Trade-Off

yang menyatakan bahwa untuk dapat mencapai keuntungan

maksimal, kombinasi sumber dana harus dipertimbangkan

secara teliti dan tepat oleh perusahaan karena setiap sumber

dana akan memiliki konsekuensi dan risiko tersendiri.109

Salah satu rasio yang dapat digunakan untuk mengukur

proporsi utang terhadap modal sendiri adalah Debt to Equity

Ratio (DER). Kondisi financial perusahaan dapat tercermin

dari tinggi atau rendahnya struktur modal yang dimiliki.

Semakin tinggi nilai DER maka hal ini menunjukkan semakin

tinggi pula proporsi sumber dana perusahaan yang dibiayai

dengan menggunakan utang dibandingkan modal sendiri

perusahaan.110

107 Evan Hamzah Muchtar, Corporate Governance : Konsep Dan

Implementasinya Pada Emiten Saham Syariah (Indramayu: Penerbit Adab, 2021),

134–37. 108 Stephen A. Ross, Pengantar Keuangan Perusahaan Edisi 8 (Jakarta:

Salemba Empat, 2015), 4-5. 109 Ade Ristika Mulyawati and Ade Banani, ―Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Sektor Pariwisata, Restoran Dan

Hotel Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,‖ Journal and Proceeding FEB

Unsoed 6, no. 1 (2016): 340–362. 110 Darmawan, Dasar-Dasar Memahami Rasio Dan Laporan Keuangan

(Yogyakarta: UNY Press, 2020), 77.

66

Sumber dana perusahaan yang berasal dari utang dapat

digunakan untuk kebutuhan operasional ataupun investasi

perusahaan. Tetapi, terdapat konsekuensi yang disebabkan

dari keputusan pendanaan tersebut yaitu munculnya beban

tetap (fixed rate of return) berupa beban bunga. Beban bunga

merupakan salah satu komponen deductible expense yaitu

beban yang diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan

kena pajak.111

Sehingga meskipun keputusan menambah

sumber dana utang akan menimbulkan beban baru, tetapi

beban tersebut dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk

meminimalkan beban pajak.

Jadi dapat disimpulkan semakin besar jumlah utang yang

dimiliki perusahaan maka akan semakin besar pula beban

bunga yang akan ditanggung, yang mana hal ini akan

berdampak pada jumlah penghasilan kena pajak yang akan

semakin berkurang. Apabila dasar pengenaan pajak semakin

rendah maka beban pajak yang akan ditanggung perusahaan

juga akan semakin rendah. Lewat kebijakan sumber dana

utang tersebutlah yang dimanfaatkan oleh perusahaan untuk

meminimalkan jumlah kewajiban pajaknya.112

Sejalan dengan pernyataan tersebut, hasil penelitian yang

dilakukan oleh Barli menyatakan bahwa perusahaan dapat

melakukan kegiatan minimalisasi kewajiban pajak

menggunakan beban bunga yang berasal dari sumber dana

utang,113

hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Surya dan Noerlaela yang menyatakan bahwa

111 Bella Cucu Putri Andani, ―Analisis Tax Planning Melalui Deductible

Expense Dan Perbandingan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan Komersial

Dan Fiskal Atas Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada PT. Wahana Semesta Banten),‖

Jurnal Akuntansi 2, no. 1 (2015): 103–120. 112 Andy, ―Pengaruh Return On Assets, Debt To Equity Ratio, Debt To Assets

Ratio, Ukuran Perusahaan Dan Deffered Tax Expense Terhadap Tax Avoidance,‖

Jurnal Ekonomi Dan Bisnis 16, no. 2 (2018): 42–53. 113 Harry Barli, ―Pengaruh Leverage Dan Firm Size Terhadap Penghindaran

Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Property, Real Estate Dan Building

Construction Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2013-2017),‖

Jurnal Ilmiah Akuntansi Universitas Pamulang 6, no. 2 (2018): 223–238.

67

perusahaan dapat melakukan penghematan pajak dengan

menggunakan sumber dana utang,114

dan didukung oleh hasil

penelitian Putrianingsih, Suyono, dan Herwiyanti yang

menyatakan bahwa beban bunga yang tinggi akan

memberikan pengaruh terhadap berkurangnya beban pajak

yang ditanggung oleh perusahaan.115

Penelitian terkait pengaruh struktur modal terhadap pajak

penghasilan badan terutang juga dilakukan oleh Vindasari,116

Dewi, Susyanti, dan Salim,117

Anggraini dan Kusufiyah,118

serta Rahmawati,119

yang menyatakan bahwa struktur modal

memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap pajak

penghasilan badan terutang, hal tersebut dikarenakan beban

bunga yang dihasilkan sumber dana utang dapat

meminimalkan jumlah beban pajak yang ditanggung

perusahaan.

114 Sarjito Surya and Siti Noerlaela, ―Pengaruh Profitabilitas Dan Leverage

Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2015),‖ Jurnal Sains Manajemen Dan

Akuntansi 8, no. 1 (2016): 52–77. 115 Dewi Putriningsih, Eko Suyono, dan Eliada Herwiyanti, ―Profitabilitas,

Leverage, Komposisi Dewan Komisaris, Komite Audit, Dan Kompensasi Rugi Fiskal

Terhadap Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Perbankan,‖ Jurnal Bisnis Dan

Akuntansi 20, no. 2 (2018): 77–92. 116 Renanda Vindasari, ―Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Asset, dan

Biaya Operasional Terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutang (Studi Kasus Pada

Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2015-2017),‖ Jurnal Analisa Akuntansi Dan Perpajakan 3, no. 2 (2019): 90–

97. 117 Fipin Lastrian Dewi, Jeni Susyanti, and Agus Salim, ―Pengaruh Ukuran

Perusahaan, Pertumbuhan Aset, Profitabilitas Dan Pajak Penghasilan Badan Terhadap

Struktur Modal (Studi Kasus Pada Perusahaan Kosmetik Yang Terdaftar Di BEI

Tahun 2013-2017),‖ Jurnal Riset Manajeman, 2017, 1–12. 118 Dina Aggraini and Yunita Valentina Kusufiyah, ―Dampak Profitabilitas,

Leverage Dan Biaya Operasional Terhadap Pajak Penghasilan Badan (Studi Empiris

Pada Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia),‖

Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Dharma Andalas 22, no. 1 (2020): 32–47. 119 Vika Rahmawati, ―Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Dan Capital

Intensity Ratio Terhadap Effective Tax Rate (ETR),‖ Jurnal Ilmu Dan Riset

Akuntansi 8, no. 4 (2019): 1–19.

68

Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai

Debt to Equity Ratio (DER) yang dimiliki suatu perusahaan

maka akan menyebabkan semakin rendah beban pajak yang

akan ditanggungnya, maka berarti struktur modal yang diukur

menggunakan rasio DER mempunyai arah yang negatif

terhadap pajak penghasilan badan terutang perusahaan.

Berlandaskan teori dan penelitian terdahulu yang terkait, maka

hipotesis yang penulis bangun sebagai berikut:

H1 : Struktur modal berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap pajak penghasilan badan

terutang

2. Pengaruh Capital Intensity Terhadap Pajak Penghasilan

Badan Terutang

Capital intensity atau intensitas modal merupakan aktivitas

investasi oleh perusahaan yang berkaitan dengan aset tetap.120

Intensitas modal merupakan bagian dari keputusan keuangan

yang ditetapkan oleh pihak manajemen untuk dapat

meningkatkan profitabilitas. Jumlah aset tetap yang besar akan

menghasilkan beban penyusutan yang besar pula, hal ini dapat

menyebabkan laba perusahaan menjadi turun, dan pada

akhirnya membuat jumlah kewajiban pajak perusahaan juga

akan semakin turun.121

Beban depresiasi merupakan salah satu komponen

deductible expense atau beban yang diperbolehkan sebagai

pengurang penghasilan kena pajak.122

Hal tersebut sesuai

120 Shelly Novitasari, ―Pengaruh Manajemen Laba, Corporate Governance,

Dan Intensitas Modal Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan (Studi Empiris Pada

Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2010-

2014),‖ JOM Fekon 4, no. 1 (2017): 1901–1914. 121 Putu Ayu Seri Andhari and Made Sukartha, ―Pengaruh Pengungkapan

Corporate Social Responsibility, Profitabilitas, Inventory Intensity, Capital Intensity

Dan Leverage Pada Agresivitas Pajak‖ E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 18,

no. 3 (2017): 2115–2142. 122 Bella Cucu Putri Andani, ―Analisis Tax Planning Melalui Deductible

Expense Dan Perbandingan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan Komersial

69

dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 (b)

tentang Pajak Penghasilan yang menyatakan bahwa beban

penyusutan yang disebabkan oleh kegiatan perolehan harta

berwujud dan amortisasi dari kegiatan perolehan hak dan atas

biaya lain yang mempunyai umur manfaat lebih dari satu

tahun maka biaya tersebut diperbolehkan sebagai pengurang

dari penghasilan bruto.123

Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Roifah yang menyatakan bahwa perusahaan

yang mempunyai aset tetap yang besar cenderung akan

melakukan perencanaan untuk penghematan pajak sehingga

berakibat pada pajak penghasilan yang ditanggungnya akan

semakin rendah,124

pernyataan tersebut juga sejalan dengan

hasil penelitian Hidayat dan Fitria yang menyatakan bahwa

perusahaan dapat memanfaatkan beban penyusutan aset tetap

untuk meminimalisasi pembayaran pajaknya,125

dan didukung

oleh hasil penelitian Sunyatama dan Ngumar yang

menyatakan bahwa beban penyusutan yang dihasilkan aset

tetap dapat digunakan untuk mengurangi beban pajak

penghasilan suatu perusahaan,126

serta didukung oleh hasil

penelitian Putri dan Lautania yang menyatakan bahwa

investasi pada aset tetap dapat meminimalkan beban pajak

perusahaan lewat beban depresiasi yang ditimbulkannya.127

Dan Fiskal Atas Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada PT. Wahana Semesta Banten),‖

Jurnal Akuntansi 2, no. 1 (2015): 103–120. 123 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan. 124 Nimatur Roifah, ―Pengaruh Leverage Dan Capital Intensity Ratio Terhadap

Effective Tax Rate: Dimoderasi Oleh Profitability (Studi Empiris Pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2011-2013),‖ JOM Fekon 2, no. 2 (2015):

1–13. 125 Agus Taufik Hidayat and Eta Febrina Fitria, ―Pengaruh Capital Intensity,

Inventory Intensity, Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Agresivitas Pajak,‖ Jurnal

EKSIS 13, no. 2 (2018): 57–68. 126 Yohana Dini Sunyatama and Sutjipto Ngumar, ―Analisis Beban

Penyusutan Aset Tetap Dalam Undang Undang Perpajakan Atas PPh Badan,‖ Jurnal

Ilmu Dan Riset Akuntansi 6, no. 5 (2017): 2126–2143. 127 Citra Lestari Putri and Maya Febrianty Lautania, ―Pengaruh Capital

Intensity Ratio, Inventory Intensity Ratio, Ownership Strucutre Dan Profitability

70

Penelitian terkait pengaruh capital intensity terhadap pajak

penghasilan badan terutang juga dilakukan oleh Widani,

Mahaputra, dan Sudiartana,128

Gumono,129

Artinasari,130

Baihaqqi,131

Hidayat dan Fitria,132

serta Yanti dan

Fatahurrazak,133

yang menyatakan bahwa capital intensity

memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pajak

penghasilan badan terutang, hal tersebut dikarenakan

perusahaan dapat memanfaatkan beban depresiasi yang

dihasilkan oleh aset tetap sebagai pengurang penghasilan kena

pajak, yang mana hal tersebut akan berpengaruh pula terhadap

semakin menurunnya beban pajak yang ditanggung

perusahaan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

intensitas aset tetap yang dimiliki perusahaan maka akan

menyebabkan semakin rendah pajak yang akan

ditanggungnya, hal tersebut berarti capital intensity

Terhadap Effective Tax Rate (ETR) (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014),‖ Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Ekonomi Akuntansi (JIMEKA) 1, no. 1 (2016): 101–119. 128 Made Astrela Widani, I Nyoman Kusuma Adnyana Mahaputra, and I Made

Sudiartana, ―Pengaruh Struktur Modal, Capital Intensity, Dan Ukuran Perusahaan

Terhadap Pajak Penghasilan Pada Perusahaan Manufaktur,‖ Kumpulan Hasil Riset

Mahasiswa Akuntansi (KHARISMA) 1, no. 1 (2019): 34–49. 129 Clarissa Octa Gumono, ―Pengaruh ROA, Leverage, Dan Capital Intensity

Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Pertambangan Era Jokowi-JK,‖ Media

Akuntansi Dan Perpajakan Indonesia 2, no. 2 (2021): 92–101. 130 Nikita Artinasari, ―Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, Capital

Intensity Dan Inventory Intensity Terhadap Tax Avoidance,‖ Jurnal Ilmu Dan Riset

Akuntansi 7, no. 8 (2018): 1–18. 131 Moh Rendra Baihaqqi, ―Pengaruh Faktor Corporate Governance, Intensitas

Aset Tetap Dan Return On Assets Terhadap Tax Avoidance,‖ Jurnal Ilmu Dan Riset

Akuntansi 8, no. 9 (2019): 1–22. 132 Agus Taufik Hidayat and Eta Febrina Fitria, ―Pengaruh Capital Intensity,

Inventory Intensity, Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Agresivitas Pajak,‖ Jurnal

EKSIS 13, no. 2 (2018): 57–68 133 Dewi Yanti and Fatahurrazak, ―Pengaruh Profitabilitas, Capital Intensity,

Inventory Intensity, Leverage Dan Risk Management Committee Terhadap Tax

Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2013-2016,‖ Jurnal Akuntansi 2, no. 1 (2018): 1–17.

71

mempunyai arah yang negatif terhadap pajak penghasilan

badan terutang perusahaan. Berlandaskan teori dan penelitian

terdahulu yang terkait, maka hipotesis yang penulis bangun

sebagai berikut:

H2 : Capital intensity berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap pajak penghasilan badan

3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pajak

Penghasilan Badan Terutang

Ukuran perusahaan merupakan skala yang digunakan

untuk menggolongkan perusahaan menurut ukuran besar dan

kecil. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasinya yaitu dengan mengukur total aset yang

dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan dengan skala

besar tentu akan memiliki lebih banyak keunggulan

dibandingkan dengan perusahaan skala kecil. Begitu pula

dalam hal transaksi, semakin besar perusahaan maka akan

semakin kompleks transaksi yang terjadi di dalamnya,

sehingga semakin besar pula kemungkinan perusahaan

melakukan tindakan penghindaran pajak atau penghematan

pajak dengan memanfaatkan celah aturan perpajakan yang

ada.134

Selain itu, insentif pajak juga merupakan salah satu cara

yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk meminimalkan

beban pajaknya. Perusahaan yang termasuk dalam golongan

skala besar dapat lebih optimal dalam melakukan manajemen

pajaknya dibandingkan perusahaan golongan skala kecil, hal

tersebut dikarenakan perusahaan besar lebih banyak

mempunyai sumber daya termasuk ahli dalam hal perpajakan

yang dapat menekan beban pajak seefisien mungkin,

sedangkan perusahaan kecil tidak memilikinya, sehingga

menyebabkan hilangnya kesempatan perusahaan kecil untuk

134 Ika Septiana Santoso, ―Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas,

Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar Di BEI‖ (Artikel, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya, 2017),

5-6.

72

mendapatkan insentif pajak yang dapat mengurangi beban

pajak perusahaan.135

Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian

Khuri’in yang menyatakan bahwa semakin banyak sumber

daya kompeten di bidang perpajakan yang dimiliki perusahaan

skala besar maka akan semakin besar pula kemampuan

perusahaan untuk menekan beban pajaknya dengan seefektif

mungkin,136

pernyataan tersebut juga sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah, Hanum dan Alwiyah

yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan yang besar

mempunyai kemungkinan yang lebih besar pula untuk dapat

menekan beban pajak yang akan dibayarnya,137

dan didukung

oleh hasil penelitian Dewinta dan Setiawan yang menyatakan

bahwa semakin besar ukuran perusahaan menyebabkan

semakin tinggi tingkat penghindaran pajak yang dilakukan

perusahaan dengan memperkecil dasar pengenaan pajak yang

akan berimbas pada semakin kecil beban pajak yang akan

ditanggung perusahaan.138

Penelitian terkait pengaruh ukuran perusahaan terhadap

pajak penghasilan badan juga dilakukan oleh Putri,139

Tiaras

135 Estherlita Yunika, ―Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Tingkat Utang

Perusahaan, Dan Profitabilitas Terhadap Tarif Pajak Efektif Pada Perusahaan

Subsektor Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,‖ Jurnal Online

Mahasiswa (JOM) Bidang Akuntansi 2, no. 2 (2017): 1–11. 136 Khurin’in Kurnia Putri, ―Pengaruh Corporate Governance, Ukuran

Perusahaan, Rasio Utang Dan Profitabilitas Terhadap Tarif Pajak Efektif,‖ JOM

Fekon 4, no. 1 (2017): 1–15. 137 Ismaeni Nurjanah, Ayu Noviani Hanum, and Alawiyah Alawiyah,

―Pengaruh Likuiditas, Leverage, Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan

Dan Komisaris Independen Terhadap Agresivitas Pajak Badan,‖ Prosiding Seminar

Nasional Mahasiswa Unimu 1 (2018): 432–438. 138 Ida Ayu Rosa Dewinta and Putu Ery Setiawan, ―Pengaruh Ukuran

Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dan Pertumbuhan Penjualan

Terhadap Tax Avoidance,‖ E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 14, no. 3 (2016):

1584–1613. 139 Scania Evana Putri, ―Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return On Asset

(ROA), Leverage Dan Intensitas Modal Terhadap Tarif Pajak Efektif,‖ JOM Fekon 3,

no. 1 (2016): 1506–1519.

73

dan Wijaya,140

Reminda,141

Ngadiman dan Puspitasari,142

serta

Handayani143

yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan

mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap

pajak penghasilan badan terutang. Jadi dapat disimpulkan

bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka upaya untuk

melakukan penekanan beban pajaknya akan semakin tinggi,

hal tersebut berdampak pada arah yang negatif terhadap pajak

penghasilan badan terutang perusahaan. Berlandaskan teori

dan penelitian terdahulu yang terkait, maka hipotesis yang

penulis bangun sebagai berikut:

H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap pajak penghasilan badan

terutang

4. Pengaruh Struktur Modal, Capital Intensity, dan Ukuran

Perusahaan Terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutang

Salah satu sumber pendapatan dalam negeri yang sangat

diharapkan guna menunjang pembelanjaan negara dan

pembangunan nasional adalah pajak.144

Dalam pandangan

Islam, pajak merupakan harta yang diwajibkan oleh Allah

140 Irvan Tiaras and Henryanto Wijaya, ―Pengaruh Likuiditas, Leverage,

Manajemen Laba, Komisaris Independen Dan Ukuran Perusahaan Terhadap

Agresivitas Pajak,‖ Jurnal Akuntansi 14, no. 3 (2015): 380–397. 141 Azzahra Dita Reminda, ―Pengaruh Corporate Social Reponsibility,

Profitabilitas, Ukuran Perusahaan Dan Capital Intensity Terhadap Agresivitas Pajak

(Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Periode Tahun

2013-2015),‖ JOM Fekon 4, no. 2 (2017): 4279–4293. 142 Ngadiman and Christiany Puspitasari, ―Pengaruh Leverage, Kepemilikan

Institusional, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-

2012,‖ Jurnal Akuntansi 18, no. 3 (2015): 408–421. 143 Rini Handayani, ―Pengaruh Return on Assets (ROA), Leverage dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Perbankan Yang

Listing Di BEI Periode Tahun 2012-2015,‖ Jurnal Akuntansi Maranatha 10, no. 1

(2018): 72–84. 144 Lukman Hakim Siregar, ―Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) Sebagai

Upaya Peningkatan Pendapatan Nasional Dari Sektor Fiskal,‖ Jurnal Manajemen

Pendidikan Dan Keislaman 6, no. 1 (2017): 97–105.

74

SWT kepada kaum muslim untuk digunakan dalam rangka

memenuhi kebutuhan negara dan masyarakat umum ketika

keadaan baitul maal kosong atau tidak mempunyai kas.145

Sedangkan, pajak oleh kebanyakan masyarakat masih

dianggap sebagai beban yang memberatkan, sehingga

membuat wajib pajak selalu berusaha untuk melakukan

kegiatan minimalisasi beban pajaknya, termasuk yang

dilakukan oleh wajib pajak badan yang berupa Perseroan

Terbatas (PT).146

Tujuan utama dari suatu badan usaha

didirikan adalah untuk memperoleh laba, sedangkan pajak

merupakan salah satu beban perusahaan yang dapat

mengurangi laba. Sehingga dengan adanya beban pajak dapat

menyebabkan tujuan perusahaan tersebut tidak maksimal, hal

ini yang diduga menjadi latar belakang perusahaan selalu

berusaha untuk mengurangi beban pajak yang

ditanggungnya.147

Dalam teori keagenan yang membahas tentang perbedaan

kepentingan yang terjadi antara pihak agen dan principal,

salah satu perbedaan yang dapat terjadi antara kedua pihak

tersebut adalah kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan

pajak. Sistem pemungutan pajak penghasilan badan yang

diterapkan di Indonesia adalah self assessment yang mana

dalam sistem ini memberikan kesempatan kepada agen untuk

melakukan perhitungan penghasilan kena pajaknya sendiri.

Hal tersebutlah yang dimanfaatkan oleh pihak agen untuk

menekan beban pajak yang akan ditanggung oleh perusahaan.

Sedangkan principal tidak menginginkan adanya

145 Gazali, ―Pajak Dalam Perspeaktif Hukum Islam Dan Hukum Positif,‖

Mu’amalat 7, no. 1 (2015): 84–102. 146 Setu Setyawan, Perpajakan (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang

Press, 2020), 11. 147 Novia Bani Nugraha and Wahyu Meiranto, ―Pengaruh Corporate Social

Responsibility, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Dan Capital Intensity

Terhadap Agresivitas Pajak,‖ Diponegoro Journal of Accounting 4, no. 4 (2015): 1–

14.

75

penghindaran pajak tersebut, karena dianggap memanipulasi

laporan keuangan.148

Ada banyak faktor yang dapat digunakan oleh perusahaan

untuk dapat meminimalisasi beban pajaknya, salah satunya

yaitu dengan mengatur kebijakan utang, yang mana

perusahaan dapat memanfaatkan beban bunga yang dihasilkan

oleh utang sebagai pengurang penghasilan kena pajak.149

Kemudian, kebijakan menanamkan investasi pada aset tetap

yang besar agar perusahaan dapat memanfaatkan beban

depresiasi yang dihasilkan,150

dan juga dengan memanfaatkan

sumber daya ahli perpajakan yang dimiliki oleh perusahaan

skala besar.151

Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil

penelitian Widani, Mahaputra, dan Sudiartana yang

menyatakan bahwa struktur modal, capital intensity, dan

ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap pajak penghasilan badan terutang.152

Berlandaskan

teori dan penelitian terdahulu yang terkait, maka hipotesis

yang penulis bangun sebagai berikut:

148 Enggar Adityamurti and Imam Ghozali, ―Pengaruh Penghindaran Pajak

Dan Biaya Agensi Terhadap Nilai Perusahaan,‖ Diponegoro Journal of Accounting 6,

no. 3 (2017): 1–12. 149 Eliza Tri Widyaningsih and Miftahol Horri, ―Pengaruh Manajemen Laba,

Debt To Equity Ratio, dan Return On Asset Terhadap PPH Badan Terutang Studi

Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Bei Sektor Real Estate Dan Property

Tahun 2015-2016,‖ Jurnal Analisa Akuntansi Dan Perpajakan 3, no. 1 (2019): 72–88. 150 Putu Ayu Seri Andhari and Made Sukartha, ―Pengaruh Pengungkapan

Corporate Social Responsibility, Profitabilitas, Inventory Intensity, Capital Intensity

Dan Leverage Pada Agresivitas Pajak‖ E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 18,

no. 3 (2017): 2115–2142. 151 Rini Handayani, ―Pengaruh Return on Assets (ROA), Leverage dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Perbankan Yang

Listing Di BEI Periode Tahun 2012-2015,‖ Jurnal Akuntansi Maranatha 10, no. 1

(2018): 72–84. 152 Made Astrela Widani, I Nyoman Kusuma Adnyana Mahaputra, and I Made

Sudiartana, ―Pengaruh Struktur Modal, Capital Intensity, Dan Ukuran Perusahaan

Terhadap Pajak Penghasilan Pada Perusahaan Manufaktur,‖ Kumpulan Hasil Riset

Mahasiswa Akuntansi (KHARISMA) 1, no. 1 (2019): 34–49.

76

H4 : Struktur modal, capital intensity, dan ukuran

perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap pajak penghasilan badan terutang

130

DAFTAR RUJUKAN

Rujukan Buku

Ansofino. Buku Ajar Ekonometrika. Yogyakarta: Deepublish, 2016.

Asri, Ardison. Buku Ajar Hukum Pajak Dan Peradilan Pajak.

Bandung: CV Jejak Publisher, 2021.

Basuki, Agus Tri, and Nano Prawoto. Analisis Regresi Dalam

Penelitian Ekonomi Dan Bisnis. Jakarta: Rajagrafindo Persada,

2016.

Berutu, Ali Geno. Pasar Modal Syariah Indonesia. Salatiga: Lembaga

Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN

Salatiga, 2020.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi,

Ekonomi, Dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya.

Jakarta: Kencana, 2017.

Darmawan. Dasar-Dasar Memahami Rasio Dan Laporan Keuangan.

Yogyakarta: UNY Press, 2020.

David, Wahyudi, and Aurino R A Djamaris. Metode Statistik. Jakarta:

Penerbitan Universitas Bakrie, 2018.

Farouq. Hukum Pajak Di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2018.

Ghozali, Imam, and Dwi Ratmono. Analisis Multivariat Dan

Ekonometrika. Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, 2017.

Gio, Prana Ugiana, and Elly Rosmaini. Belajar Olah Data Dengan

SPSS, Minitab, R, Microsoft Excel, Eviews, Lisrel, Amos, Dan

Smartpls. Medan: USU Press, 2016.

Gunawan, Robertus M. Bambang. Good Governance, Risk

Management, And Compliance. PT. Raja Grafindo Persada,

2021.

131

Hery. Analisis Kinerja Manajemen. Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia, 2015.

———. Kajian Riset Akuntansi. Jakarta: PT Grasindo, 2017.

Ilham, Rico Nur, and Mangasi Sinurat. Strategi Investasi Aset Digital

Cryptocurrency. Yogyakarta: Bintang Pustaka Madani, 2021.

Irfani, Agus S. Manajemen Keuangan Dan Bisnis. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2020.

Ismayani, Ade. Metodologi Penelitian. Banda Aceh: Syiah Kuala

University Press, 2018.

Kusumastuti, Adhi, Ahmad Mustamil Khoiron, and Taofan Ali

Achmadi. Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Penerbit

Deepublish, 2020.

Madchaini, Kuntari. ―Hakikat Jihad Dalam Islam.‖ Shibghah: Journal

of Muslim Societies 1, no. 2 (2019): 80–96.

Mardiasmo. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Offset, 2016.

Muchtar, Evan Hamzah. Corporate Governance : Konsep Dan

Implementasinya Pada Emiten Saham Syariah. Indramayu:

Penerbit Adab, 2021.

Resmi,Siti. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11 Buku 1. Jakarta:

Salemba Empat, 2019.

Riyanto, Slamet, and Aglis Andhita Hatmawan. Metode Riset

Penelitian Kuantitatif Penelitian Di Bidang Manajemen, Teknik,

Pendidikan Dan Ekperimen. Yogyakarta: Deepublish, 2020.

Ross, Stephen A. Pengantar Keuangan Perusahaan Edisi 8. Jakarta:

Salemba Empat, 2015.

Sakti, Indra. Analisis Regresi Data Panel Menggunakan Eview.

Jakarta: Universitas Esa Unggul, 2018.

Setyawan, Setu. Perpajakan. Malang: Universitas Muhammadiyah

132

Malang Press, 2020.

Suandy, Erly. Perencanaan Pajak Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat,

2017.

Sugeng, Bambang. Manajemen Keuangan Fundamental. Yogyakarta:

Penerbit Deepublish, 2017.

Sugeng, Bambang, Agus Yudha Hernoko, and Zahry Vandawati

Chumaida. Implementasi Berlakunya PERPPU Nomor 1 Tahun

2017 Sebagai Komitmen Indonesia Dalam Pertukaran Informasi

Keuangan Secara Otomatis (AEoI). Sidoarjo: Zifatama Jawara,

2018.

Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta,

2018.

———. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.

Bandung: PT Alfabet, 2016.

Suprawoto. Government Public Relations Perkembangan Dan Praktik

Di Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group, 2018.

Suyono. Analisis Regresi Untuk Penelitian. Yogyakarta: Penerbit

Deepublish, 2018.

Ulum, Ihyaul. Intelectual Capital. Malang: Universitas

Muhammadiyah Malang Press, 2017.

Untari, Dhian Tyas. Buku Ajar Metodologi Penelitian (Penelitian

Kontemporer Bidang Ekonomi Dan Bisnis). Banyumas: CV.

Pena Persada, 2018.

Wahyu. Akuntansi Pajak Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat, 2016.

Widarjono, Agus. Ekonometrika Pengantar Dan Aplikasinya Disertai

Panduan Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2016.

Widnyana, I Wayan. Perpajakan. Bali: CV. Noah Aletheia, 2018.

133

Rujukan Jurnal dan Hasil Penelitian

Adinda, Faradilla Zalfa, Sugianto, and Nunuk Triwahyuningtyas.

―Profitabilitas , Likuiditas Dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur

Modal.‖ Konferensi Riset Nasional Ekonomi, Manajemen, Dan

Akuntansi, 2020, 462–473.

Adityamurti, Enggar, and Imam Ghozali. ―Pengaruh Penghindaran

Pajak Dan Biaya Agensi Terhadap Nilai Perusahaan.‖

Diponegoro Journal of Accounting 6, no. 3 (2017): 1–12.

Aggraini, Dina, and Yunita Valentina Kusufiyah. ―Dampak

Profitabilitas, Leverage Dan Biaya Operasional Terhadap Pajak

Penghasilan Badan (Studi Empiris Pada Perusahaan Food and

Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia).‖ Jurnal

Ekonomi Dan Bisnis Dharma Andalas 22, no. 1 (2020): 32–47.

Agustina, Tika Nur. ―Tax Avoidance : Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhinya (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015).‖

Seminar Nasional Dan The 4th Call for Syariah Paper, 2015,

295–307.

Aji, Andri Waskita, and Fitri Fahmi Atun. ―Pengaruh Tax Planning,

Profitabilitas, Dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan

Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderasi.‖ Jurnal Ilmiah

Akuntansi Dan Humanika 9, no. 3 (2019): 222–234.

Aminah, Chairina, and Yohana Yustika Sari. ―The Influence of

Company Size, Fixed Asset Intensity, Leverage, Profitability,

and Political Connection To Tax Avoidance.‖ AFEBI Accounting

Review (AAR) 2, no. 2 (2017): 30–43.

Andani, Bella Cucu Putri. ―Analisis Tax Planning Melalui Deductible

Expense Dan Perbandingan Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Berdasarkan Komersial Dan Fiskal Atas Pajak Penghasilan

(Studi Kasus Pada PT. Wahana Semesta Banten).‖ Jurnal

Akuntansi 2, no. 1 (2015): 103–120.

Andhari, Putu Ayu Seri, and Made Sukartha. ―Pengaruh

Pengungkapan Corporate Social Responsibility, Profitabilitas,

Inventory Intensity, Capital Intensity Dan Leverage Pada

134

Agresivitas Pajak.‖ E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 18,

no. 3 (2017): 2115–2142.

Andy. ―Pengaruh Return On Assets, Debt To Equity Ratio, Debt To

Assets Ratio, Ukuran Perusahaan Dan Deffered Tax Expense

Terhadap Tax Avoidance.‖ Jurnal Ekonomi Dan Bisnis 16, no. 2

(2018): 42–53.

Anita, Fitria. ―Pengaruh Corporate Social Responsibility, Leverage,

Likuiditas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas

Pajak.‖ JOM FEKON 2, no. 2 (2015): 1–15.

Ansofino. Buku Ajar Ekonometrika. Yogyakarta: Deepublish, 2016.

Artinasari, Nikita. ―Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas,

Capital Intensity Dan Inventory Intensity Terhadap Tax

Avoidance.‖ Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi 7, no. 8 (2018): 1–

18.

Aziz, Abdul. ―Esensi Utang Dalam Konsep Ekonomi Islam.‖ Jurnal

Bisnis 4, no. 1 (2016): 124–135.

Baihaqqi, Moh Rendra. ―Pengaruh Faktor Corporate Governance,

Intensitas Aset Tetap Dan Return On Assets Terhadap Tax

Avoidance.‖ Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi 8, no. 9 (2019): 1–

22.

Barli, Harry. ―Pengaruh Leverage Dan Firm Size Terhadap

Penghindaran Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor

Property, Real Estate Dan Building Construction Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2013-2017).‖ Jurnal

Ilmiah Akuntansi Universitas Pamulang 6, no. 2 (2018): 223–38.

Batmomolin, Selestina. ―Analisis Leverage, Firm Size, Intensitas Aset

Tetap Dan Intensitas Persediaan Terhadap Tarif Pajak Efektif

(Pada Perusahaan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2012-2017).‖ Buletin Ekonomi 22, no. 2

(2018): 36–42.

Cahyadi, Adi. ―Mengelola Hutang Dalam Perspektif Islam.‖ Jurnal

Bisnis Dan Manajemen 4, no. 1 (2015): 67–78.

135

Chytia, and Bayu Laksana Pradana. ―Analisis Pengaruh Capital

Intensity, Kepemilikan Institusional, Debt To Asset Ratio (DAR)

Dan Return On Assets (ROA) Terhadap Effective Tax Rate

(ETR) Pada Perusahaan Sektor Properti Utama Yang Terdaftar

Di Bei Periode 2016 -2019.‖ Jurnal Bina Akuntansi 8, no. 1

(2021): 1–21.

Darussalam, and B. Bawono Kristiaji. ―Telaah Konstruktif Debt to

Equity Ratio Di Indonesia‖ 81, no. 4 (2015): 1–10.

Dewi, Fipin Lastrian, Jeni Susyanti, and Agus Salim. ―Pengaruh

Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Aset, Profitabilitas Dan Pajak

Penghasilan Badan Terhadap Struktur Modal (Studi Kasus Pada

Perusahaan Kosmetik Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2013-

2017).‖ Jurnal Riset Manajeman, 2017, 102–112.

Dewinta, Ida Ayu Rosa, and Putu Ery Setiawan. ―Pengaruh Ukuran

Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dan

Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax Avoidance.‖ E-Jurnal

Akuntansi Universitas Udayana 14, no. 3 (2016): 1584–1613.

Dharma, I made Surya, and Putu Agus Ardiana. ―Pengaruh Leverage,

Intensitas Aset Tetap, Ukuran Perusahaan, Dan Koneksi Politik

Terhadap Tax Avoidance.‖ E-Jurnal Akuntansi Universitas

Udayana 15, no. 1 (2016): 584–613.

Fairisati, Neny Tresna, Diana Juni Mulyati, and Ni Made Ida Pratiwi.

―Pengaruh Struktur Modal Dan Pertumbuhan Perusahaan

Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur.‖ Jurnal Dinamika

Administrasi Bisnis 2, no. 2 (2016): 1–27.

Fatarib, Husnul, and Amalia Rizmaharani. ―Pajak Dalam Persepektif

Hukum Ekonomi Syariah (Konsep Pajak Dan Sistem Perpajakan

Dalam Keadilan Islam).‖ Istinbath : Jurnal Hukum 15, no. 2

(2018): 337–354.

Ferie, Jheff, Mulyadi, and E.Y. Suharyono. ―Perencanaan Pajak

Dalam Penyusutan Aset Tetap Pada PT. Segara Hero Sakti

Samarinda.‖ Jurnal Akuntansi, 2016, 1–9.

Gazali. ―Pajak Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif.‖

136

Mu’amalat 7, no. 1 (2015): 84–102.

Gumono, Clarissa Octa. ―Pengaruh ROA, Leverage, Dan Capital

Intensity Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan

Pertambangan Era Jokowi-JK.‖ Media Akuntansi Dan

Perpajakan Indonesia 2, no. 2 (2021): 92–101.

Handayani, Rini. ―Pengaruh Return on Assets (ROA), Leverage Dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan

Perbankan Yang Listing Di BEI Periode Tahun 2012-2015.‖

Jurnal Akuntansi Maranatha 10, no. 1 (2018): 72–84.

Haskar, Edi. ―Hubungan Pajak Dan Zakat Menurut Perspektif Islam.‖

Menara Ilmu 14, no. 2 (2020): 28–38.

Hermuningsih, Sri, Hanita Yuniati, and Mujiono Mujiono. ―Apakah

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Memediasi Pengaruh

Nilai Tukar Terhadap Return Saham Syariah?‖ Jurnal

Manajemen Bisnis Indonesia 4, no. 2 (2017): 185–199.

Hidayanti, Ery, and Sunyoto. ―Pentingnya Pengungkapan (Disclosure)

Laporan Keuangan Dalam Meminimalisasi Asimetri Informasi.‖

Jurnal WIGA 2, no. 2 (2017): 19–28.

Hidayat, Agus Taufik, and Eta Febrina Fitria. ―Pengaruh Capital

Intensity, Inventory Intensity, Profitabilitas Dan Leverage

Terhadap Agresivitas Pajak.‖ Jurnal EKSIS 13, no. 2 (2018):

157–168.

Ida Bagus Putu Fajar, Adisamartha, and Naniek Noviari. ―Pengaruh

Likuiditas, Leverage, Intensitas Persediaan Dan Intensitas Aset

Tetap Pada Tingkat Agresivitas Wajib Pajak Badan.‖ E-Jurnal

Akuntansi Universitas Udayana 13, no. 3 (2015): 973–1000.

Imelia, Septi. ―Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen

Pajak Dengan Indikator Tarif Pajak Efektif (ETR) Pada

Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia

Tahun 2010-2012.‖ JOM FEKON 2, no. 1 (2015): 1–15.

Irianto, Bambang Setyobudi, Yudha Aryo Sudibyo, and Abim Wafirli.

―The Influence of Profitability, Leverage, Firm Size and Capital

137

Intensity Towards Tax Avoidance.‖ International Journal of

Accounting and Taxation 5, no. 2 (2017): 33–41.

Jama’, Ahmad Kamal. ―Pengaruh Faktor Keuangan Dan Intensitas

Aset Tetap Terhadap Keputusan Pelaporan Keuangan Dan

Pajak.‖ Jurnal Tekun 8, no. 1 (2018): 15–33.

Janrosl, Viola Syukrina E, and Dian Efriyenti. ―Analisis Pengaruh

Ukuran Perusahaan, Leverage, Dan Profitabilitas Terhadap Tax

Evoidance Pada Bank Riau Kepri Tbk.‖ Seminar Nasional Ilmu

Sosial Dan Tekonologi, no. 1 (2018): 169–174.

Jap, Yustina Peniyanti. ―Kepatuhan Pajak, Norma Sosial Masyarakat ,

Penegakan Hukum, Dan Moral Pajak Perusahaan Agro Pada

Bursa Efek Di Indonesia.‖ Jurnal Muara Ilmu Ekonomi Dan

Bisnis 2, no. 1 (2018): 137–145.

Jensen, Michael C., and William H. Meckling. ―Theory Of The Firm :

Mangerial Behavior, Agnecy Costs Ann Ownership Structure.‖

Journal Of Financial Economics 3 (1976): 305–360.

Jony. ―Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Effective Tax

Rate Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI.‖ Journal of

Accounting & Management Innovation 4, no. 2 (2020): 76–90.

Kirana, Maria Nindya, and Sugeng Wahyudi. ―Analisis Pengaruh

Corporate Governance Dan Leverage Terhadap Kinerja

Keuangan Perusahaan Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai

Variabel Kontrol (Studi Kasus Pada Perusahaan Wholesale Dan

Retail Trade Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-2014).‖

Diponegoro Journal Of Management 5, no. 4 (2016): 1–12.

Laksono, Roni Dwi. ―Pengaruh Struktur Modal (Leverage, Debt

Equity Ratio, Long Term Debt To Asset Ratio), Profitabilitas

Dan Biaya Operasional Terhadap Pajak Penghasilan Badan

Terutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

Periode Tahun 2015-2017.‖ Jurnal Tirtayasa Ekonomika 14, no.

1 (2019): 26–34.

Lestari, Rizki Meirdiani, and Indarto. ―Pengaruh Leverage, Fixed

Asset Intensity, Dan Firm Size Terhadap Nila Perusahaan

138

Dengan Revaluasi Aset Tetap Sebagai Moderasi.‖ Jurnal Riset

Akuntansi Dan Bisnis 12, no. 1 (2019): 1–16.

Madchaini, Kuntari. ―Hakikat Jihad Dalam Islam.‖ Shibghah: Journal

of Muslim Societies 1, no. 2 (2019): 80–96.

Masrurroch, Lustina Rima. ―Profitabilitas, Corporate Governance,

Ukuran Perusahaan Dan Intensitas Modal Terhadap

Penghindaran Pajak.‖ Jurnal Inovasi 17, no. 1 (2021): 82–93.

Moeljono. ―Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghindaran Pajak.‖

Jurnal Penelitian Ekonomi Dan Bisnis 5, no. 1 (2020): 103–121.

Mulyawati, Ade Ristika, and Ade Banani. ―Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Sektor

Pariwisata, Restoran Dan Hotel Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia.‖ Journal and Proceeding FEB Unsoed 6, no. 1

(2016): 340–362.

Ngadiman, and Christiany Puspitasari. ―Pengaruh Leverage,

Kepemilikan Institusional, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap

Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pada Perusahaan Sektor

Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-

2012.‖ Jurnal Akuntansi 18, no. 3 (2015): 408–421.

Novitasari, Shelly. ―Pengaruh Manajemen Laba, Corporate

Governance, Dan Intensitas Modal Terhadap Agresivitas Pajak

Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Property Dan Real

Estate Yang Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2010-2014).‖ JOM

Fekon 4, no. 1 (2017): 1901–1914.

Nugraha, Novia Bani, and Wahyu Meiranto. ―Pengaruh Corporate

Social Responsibility, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,

Leverage Dan Capital Intensity Terhadap Agresivitas Pajak.‖

Diponegoro Journal of Accounting 4, no. 4 (2015): 1–14.

Nurfadilah, Nurfadilah, Henny Mulyati, and Merry Purnamasari.

―Pengaruh Leverage , Ukuran Perusahaan Dan Kualitas Audit ,

Terhadap Penghindaran Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun

2011-2015).‖ Seminar Nasional Dan The 3rd Call For Syariah

139

Paper, 2016, 441–449.

Nurjanah, Ismaeni, Ayu Noviani Hanum, and Alawiyah ―Pengaruh

Likuiditas, Leverage, Corporate Social Responsibility, Ukuran

Perusahaan Dan Komisaris Independen Terhadap Agresivitas

Pajak Badan.‖ Prosiding Seminar Nasional Mahasiswa Unimu 1

(2018): 432–438.

Nursasmita, Evan. ―Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Dan

Biaya Operasional Terhadap Pajak Penghasilan Badan

Terutang.‖ Jurnal Akuntansi Unesa 9, no. 3 (2021): 1–12.

Prapitasari, Ayu, and Lili Safrida. ―The Effect of Profitability,

Leverage, Firm Size, Political Connection and Fixed Asset

Intensity on Tax Avoidance (Empirical Study on Mining

Companies Listed in Indonesia Stock Exchange 2015-2017).‖

Accounting Research Jurnal Of Sutaatmadja (ACCRUALS) 3,

no. 2 (2019): 247–258.

Putra, Dwi Cahyadi, and Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati.

―Pengaruh Komisaris Independen, Leverage, Size Dan Capital

Intensity Ratio Pada Tax Avoidance.‖ E-Jurnal Akuntansi

Universitas Udayana 17, no. 1 (2016): 690–714.

Putri, Citra Lestari, and Maya Febrianty Lautania. ―Pengaruh Capital

Intensity Ratio, Inventory Intensity Ratio, Ownership Strucutre

Dan Profitability Terhadap Effective Tax Rate (ETR) (Studi

Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2011-2014).‖ Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Ekonomi Akuntansi (JIMEKA) 1, no. 1 (2016): 101–119.

Putri, Khurin’in Kurnia. ―Pengaruh Corporate Governance, Ukuran

Perusahaan, Rasio Utang Dan Profitabilitas Terhadap Tarif Pajak

Efektif.‖ JOM Fekon 4, no. 1 (2017): 1501–1515.

Putri, Scania Evana. ―Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return On Asset

(ROA), Leverage Dan Intensitas Modal Terhadap Tarif Pajak

Efektif.‖ JOM Fekon 3, no. 1 (2016): 1506–1519.

Putri, Vidiyanna Rizal, and Bella Irwasyah Putra. ―Pengaruh

Leverage, Profitability, Ukuran Perusahaan Dan Proporsi

140

Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance.‖ Jurnal

Ekonomi Manajemen Sumber Daya 19, no. 1 (2017): 1–11.

Putriningsih, Dewi, Eko Suyono, and Eliada Herwiyanti.

―Profitabilitas, Leverage, Komposisi Dewan Komisaris, Komite

Audit, Dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Penghindaran

Pajak Pada Perusahaan Perbankan.‖ Jurnal Bisnis Dan Akuntansi

20, no. 2 (2018): 77–92.

Rahmawati, Vika. ―Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Dan

Capital Intensity Ratio Terhadap Effective Tax Rate (ETR).‖

Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi 8, no. 4 (2019): 1–19.

Rajagukguk, Bob. ―Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan

Profitabilitas Terhadap Penghindaran Pajak (Studi Pada

Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Barang Konsumsi Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012- 2016).‖ Jurnal

Ilmiah Mahasiswa FEB 7, no. 2 (2016): 1–17.

Reminda, Azzahra Dita. ―Pengaruh Corporate Social Reponsibility,

Profitabilitas, Ukuran Perusahaan Dan Capital Intensity

Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan

Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2013-2015).‖

JOM Fekon 4, no. 2 (2017): 4279–4293.

Roifah, Nimatur. ―Pengaruh Leverage Dan Capital Intensity Ratio

Terhadap Effective Tax Rate : Dimoderasi Oleh Profitability

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di

BEI Tahun 2011-2013).‖ JOM Fekon 2, no. 2 (2015): 1–13.

Rosdiana. ―Pengaruh Capital Intensity, Leverage, Kepemilikan

Institusional, Dan Profitabilitas Terhadap Penghindaran Pajak.‖

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas, 2018.

Santoso, Ika Septiana. ―Pengaruh Corporate Governance,

Profitabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance

Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI.‖ Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya, 2017.

Sariroh, Latifatus, Siti Muibatun, and Warno. ―Corporate Social

Responsibility Disclosure, Capital Intensity, Dan Profitabilitas

141

Terhadap Tax Avoidance.‖ Jurnal Capital 2, no. 1 (2020): 39–

56.

Sarwoasih, Sri, and Indarto. ―Analisis Pengaruh Profitabilitas

Likuiditas Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan

Utang Serta Dampaknya Terhadap Tarif Pajak Efektif.‖ Jurnal

Riset Ekonomi Dan Bisnis 11, no. 1 (2018): 22–39.

Savitri, Dhian Andanarini Minar Rahmawati, Ita Nur. ―Pengaruh

Leverage, Intensitas Persediaan, Intensitas Aset Tetap, Dan

Profitabilitas Terhadap Agresivitas Pajak.‖ Jurnal Ilmu

Manajemen Dan Akuntansi Terapan 8, no. 2 (2017): 19–32.

Setiawan, Ade, and Muhammad Kholiq Al-ahsan. ―Pengaruh Size,

Leverage, Profitability, Komite Audit, Komisaris Independen

Dan Investor Konstitusional Terhadap Effective Tax Rate

(ETR).‖ Jurnal Eka Cida 1, no. 2 (2016): 1–16.

Simamora, Patar, and Ressa Mahardika Ryadi. ―Pengaruh Struktur

Modal Terhadap PPH Badan Terutang Pada Perusahaan

Manufaktur Sektor Industri Semen Yang Terdaftar Di BEI

Periode 2010-2013.‖ JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas

Ekonomi) 1, no. 2 (2015): 21–31.

Siregar, Lukman Hakim. ―Pengampunan Pajak (Tax Amnesty)

Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Nasional Dari Sektor

Fiskal.‖ Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Keislaman 6, no. 1

(2017): 97–105.

Skundarian, Septa. ―Analisis Pengaruh Size, Profitabilitas, Leverage,

Dan Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance Pada

Perusahaan Yang Terdaftar Indeks LQ45.‖ Menara Ilmu 14, no.

2 (2020): 97–109.

Sucipto, Tia Novira. ―Pengaruh Struktur Modal Terhadap Pajak

Penghasilan Badan Terutang Pada Perusahaan Sektor Industri

Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia 2014-2018.‖ Jurnal

Riset Akuntansi Dan Bisnis 20, no. 2 (2020): 207–212.

Sumanti, Jorenza Chiquita Mangantar, Marjam. ―Analisis

Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang Dan Profitabilitas

142

Terhadap Kebijakan Dividen Dan Nilai Perusahaan Pada

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI.‖ Jurnal EMBA

3, no. 1 (2015): 1141–1451.

Sunyatama, Yohana Dini, and Sutjipto Ngumar. ―Analisis Beban

Penyusutan Aset Tetap Dalam Undang Undang Perpajakan Atas

PPh Badan.‖ Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi 6, no. 5 (2017):

2126–2143.

Suprayitno, Nur Fadillah, Murdifin Haming, and Nurpadila. ―Analisis

Financial Distress Perusahaan Manufaktur Subsektor Food And

Beverages.‖ Paradoks : Jurnal Ilmu Ekonomi 2, no. 4 (2019):

144–149.

Surya, Sarjito, and Siti Noerlaela. ―Pengaruh Profitabilitas Dan

Leverage Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Pada Perusahaan

Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun

2009-2013).‖ Jurnal Sains Manajemen Dan Akuntansi 8, no. 1

(2016): 52–77.

Suryani. ―Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return On Asset, Debt To

Asset Ratio Dan Komite Audit Terhadap Penghindaran Pajak.‖

Jurnal Online Insan Akuntan 5, no. 1 (2020): 83–98.

Susilowati, Yeye, Ratih Widyawati, and Nuraini Nuraini. ―Pengaruh

Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Capital Intensity

Ratio, Dan Komisaris Independen Terhadap Effective Tax Rate

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2014-2016).‖ Prosiding

Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu, 2018, 796–804.

Syurmita, and Miranda Junisar Fircarina. ―Pengaruh Zakat, Islamic

Corporate Social Responsibility Dan Penerapan Good

Governance Bisnis Syariah Terhadap Reputasi Dan Kinerja

Bank Umum Syariah Di Indonesia.‖ Jurnal Al Azhar Indonesia

Seri Ilmu Sosial 1, no. 2 (2020): 87–97.

Tiaras, Irvan, and Henryanto Wijaya. ―Pengaruh Likuiditas, Leverage,

Manajemen Laba, Komisaris Independen Dan Ukuran

Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak.‖ Jurnal Akuntansi 14,

no. 3 (2015): 380–397.

143

Tindagi, Rayzah, and Jenny Morasa. ―Analisis Perhitungan Pajak

Penghasilan Badan Pada PT. Golden Mitra Inti Perkasa.‖ Jurnal

EMBA 2, no. 2 (2015): 1067–1076.

Turmudi, Muhamad. ―Pajak Dalam Perspektif Hukum Islam.‖ Jurnal

Al-’Adl 8, no. 1 (2015): 128–142.

Turmudi, Muhammad. ―Produksi Dalam Perspektif Ekonomi Islam.‖

Jurnal Islamidina 18, no. 1 (2017): 37–56.

Uzaimi, Achmad. ―Teori Keagenan Dalam Perspektif Islam.‖ Jurnal

Ilmiah Akuntansi Dan Finansial Indonesia 1 (2017): 71–78.

Vindasari, Renanda. ―Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On

Asset, Dan Biaya Operasional Terhadap Pajak Penghasilan

Badan Terutang (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur

Sektor Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2015-2017).‖ Jurnal Analisa Akuntansi Dan Perpajakan

3, no. 2 (2019): 90–97.

Widani, Made Astrela, I Nyoman Kusuma Adnyana Mahaputra, and I

Made Sudiartana. ―Pengaruh Struktur Modal, Capital Intensity,

Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pajak Penghasilan Pada

Perusahaan Manufaktur.‖ Kumpulan Hasil Riset Mahasiswa

Akuntansi (KHARISMA) 1, no. 1 (2019): 334–349.

Widyaningsih, Eliza Tri, and Miftahol Horri. ―Pengaruh Manajemen

Laba, Debt To Equity Ratio, Dan Return On Asset Terhadap

PPH Badan Terutang Studi Kasus Pada Perusahaan Yang

Terdaftar Dalam Bei Sektor Real Estate Dan Property Tahun

2015-2016.‖ Jurnal Analisa Akuntansi Dan Perpajakan 3, no. 1

(2019): 72–88.

Wiguna, I Putu Putra, and I Ketut Jati. ―Pengaruh Corporate Social

Responsibility, Preferensi Risiko Eksekutif, Dan Capital

Intensity Pada Penghindaran Pajak.‖ E-Jurnal Akuntansi

Universitas Udayana 21, no. 1 (2017): 418–446.

Wijaya, Gede Erika, Made Arie Wahyuni, and Gede Adi Yuniarta.

―Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Dan

144

Kepemilikan Manajerial Terhadap Praktek Manajemen Laba

Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Tahun 2013-2015.‖ E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan

Ganesha 8, no. 2 (2017): 1–12.

Yanti, Dewi, and Fatahurrazak. ―Pengaruh Profitabilitas, Capital

Intensity, Inventory Intensity, Leverage Dan Risk Management

Committee Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun

2013-2016.‖ Jurnal Akuntansi 2, no. 1 (2018): 1–17.

Yati, Fauzi. ―Pajak Restoran Perspektif Ekonomi Islam (Studi Atas

Praktek Pembayaran Pajak Restoran Di Kota Padang ).‖ Ijtihad

36, no. 1 (2020): 1–16.

Yulyanah, and Sri Yani Kusumastuti. ―Tax Avoidance Pada

Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Dan Konsumsi

Sub Sektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia.‖ Jurnal Media Ekonomi 27, no. 1 (2019): 17–36.

Yunika, Estherlita. ―Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Tingkat

Utang Perusahaan, Dan Profitabilitas Terhadap Tarif Pajak

Efektif Pada Perusahaan Subsektor Industri Rokok Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.‖ Jurnal Online Mahasiswa

(JOM) Bidang Akuntansi 2, no. 2 (2017): 1–11.

Zulkarnaen, Novriansyah. ―Pengaruh Good Corporate Governance

Terhadap Manajemen Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan

Non-Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun

2010-2013).‖ ESENSI Jurnal Bisnis Dan Manajemen 5, no. 1

(2015): 105–118.

Rujukan Online

Catrine. ―Apa Bedanya Tax Avoidance Dan Tax Evasion?,‖ 2020.

www.pajakku.com.

―Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),‖ 2020. https://kbbi.web.id.

―Nilai Kapitalisasi Pasar,‖ 2020. https://idx.co.id.

S, Lidya Julita. ―Sudah 11 Tahun, RI Tak Mampu Capai Target

145

Pajak,‖ 2020. https://cnbcindonesia.com.

Shihab, Quraish. ―Tafsir Surat Al-Hasyr Ayat 18,‖ 2021.

https://tafsirq.com.

———. ―Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 49,‖ 2021. tafsirq.com.

———. ―Tafsir Surat At-Taubah Ayat 41,‖ 2021. tafsirq.com.

Suhud, Raja. ―Pertumbuhan Industri Makanan Minuman Dipacu,‖

2020. m.mediaindonesia.com.

―Wajib Pajak Badan, Begini Cara Menghitung PPh Badan yang

Mudah", 2020, https//klikpajak.id

Rujukan Undang-Undang

Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum

Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

169/PMK.010/2015 yang selanjutnya disebut PMK-169 tentang

Penentuan Besarnya Perbandingan Antara Utang dan Modal

Perusahaan untuk Kepentingan Perhitungan Pajak Penghasilan.