PENGARUH MUSABAQAH TILAWATIL QUR'AN (MTQ) TERHADAP ...

153
PENGARUH MUSABAQAH TILAWATIL QUR’AN (MTQ) TERHADAP KUALITAS HAFALAN AL-QUR’AN (Studi Living Qur’an di Kota Pekanbaru-Riau) Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh : Adlina Avita Martias NIM 16210712 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH INSTITUT ILMU AL QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1441 H/ 2020 M

Transcript of PENGARUH MUSABAQAH TILAWATIL QUR'AN (MTQ) TERHADAP ...

PENGARUH MUSABAQAH TILAWATIL QUR’AN (MTQ)

TERHADAP KUALITAS HAFALAN AL-QUR’AN

(Studi Living Qur’an di Kota Pekanbaru-Riau)

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama

(S.Ag)

Oleh :

Adlina Avita Martias

NIM 16210712

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1441 H/ 2020 M

PENGARUH MUSABAQAH TILAWATIL QUR’AN (MTQ)

TERHADAP KUALITAS HAFALAN AL-QUR’AN

(Studi Living Qur’an di Kota Pekanbaru-Riau)

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama

(S.Ag)

Oleh :

Adlina Avita Martias

NIM 16210712

Pembimbing:

Mutmainnah, S.Th.I, MA

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1441 H/ 2020 M

1

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Pengaruh Musabaqah Tilawatil Qur’an Terhadap

Kualitas Hafalan Al-Qur’an (Studi Living Qur’an di Kota Pekanbaru-

Riau)” yang disusun oleh Adlina Avita Martias Nomor Induk Mahasiswa:

16210712 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke sidang munaqasyah.

Jakarta, 6 Agustus 2020

Pembimbing,

Mutmainnah, S.Th.I, MA

2

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Pengaruh Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ)

Terhadap Kualitas Hafalan Al-Qur’an (Studi Living Qur’an di Kota

Pekanbaru-Riau)” oleh Adlina Avita Martias (16210712) telah diujikan

pada sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin & Dakwah Institut Ilmu Al-

Qur’an (IIQ) Jakarta pada tanggal 6 Agustus 2020. Skripsi telah diterima

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag).

Jakarta, 6 Agustus 2020

Dekan Fakultas Ushuluddin

Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta,

Dr. Muhammad Ulinnuha Lc., M.A.

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A Mamluatun Nafisah, M.A

Penguji I, Penguji II,

Dr. Romlah Widayati, M.Ag. Drs. Arison Sani, M.A

Pembimbing,

Mutmainnah, S.Th.I, M.A

3

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Adlina Avita Martias

NIM : 16210712

Tempat Tanggal Lahir : Pekanbaru, 19 April 1998

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Musabaqah Tilawatil

Qur’an (MTQ) Terhadap Kualitas Hafalan Al-Qur’an (Studi Living Qur’an

Kota Pekanbaru-Riau)” adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-

kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini

sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 6 Agustus 2020

Adlina Avita Martias

iv

MOTTO

“Be honest, be inspired, be a good person”

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji dan syukur penulis

panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan seluruh rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW

seorang pembawa agama yang sempurna dan diridhai Allah SWT, karena

berkat kerja keras dan perjuangan panjang beliau Islam dapat berdiri tegak di

atas bumi Allah dan menjadi landasan hidup bagi seluruh umat manusia serta

menunjukkan kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang diridhoi oleh Allah

SWT. Beliaulah yang membawa Al-Qur’an menjadi pedoman dalam

kehidupan sehari-hari kita.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak yang sangat berjasa, untuk itu rasa terimakasih penulis kepada berbagai

pihak diantaranya:

1. Bapak Dr. Muhammad Ulinnuha Lc., M.A., selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.

2. Bapak KH. Muhammad Haris Hakam S.H., M.A. selaku Ketua

Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT), Kak Mamluatun Nafisah,

M.Ag selaku sekretaris Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Kak Siti

Adawiyyah, S.Pd, dan Ibu Dra. Rukoyah Tamami selaku staf

Fakultas Ushuluddin dan Dakwah.

3. Ibu Mutmainnah, S.Th.I, MA, sebagai dosen pembimbing yang

telah menyediakan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk

memberikan bimbingan, arahan, serta petunjuknya kepada penulis

dan senantiasa sabar dalam membimbing penulis selama

penyusunan skripsi ini. Juga kepada Ibu Dr. Romlah Widayati,

vi

M.Ag selaku penguji I, dan Bapak Arison Sani, M.A Selaku

penguji II.

4. Bapak Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc., MA, ibu Mutmainnah, MA,

Ibu Istiqomah, MA, Ibu Atiqoh, S.Ag, yang membimbing penulis

untuk menyelesaikan program tahfizh selama berada di Institut

Ilmu Al-Qur’an Jakarta serta selalu sabar membenarkan ayat demi

ayat Ketika lidah mulai susah payah melantunkan ayat Al-Qur’an.

Semoga keberkahan selalu mengiringi langkah dalam proses

perjuangan menjadi khadim kalamullah. Serta kak Hayati, S.Ag

yang membantu proses perekapan nilai-nilai tahfizh dan

komprehensif yang selalu sabar dan tak pernah Lelah untuk

membantu mahasiswa.

5. Bapak dan Ibu Dosen Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, yang

telah mengabdikan ilmu untuk seluruh mahasiswanya serta menjadi

saksi akan keberhasilan mahasiswa dalam mencapai gelarnya.

6. Kedua orang tua tercinta Bapak Martias dan Ibu Devi Yustati atas

pengorbanan selama ini, sejak dalam kandungan sampai sekarang

ini, yang tidak pernah bosan dan lelah dalam berdoa dan berjuang

untuk anak-anaknya.

7. Adik kandung saya Adlinanda Martias, serta semua keluarga besar

Hj. Musanaini yang sudah menjadi keluarga terbaik saya.

8. Pesantren Takhassus IIQ Jakarta dan Kampus IIQ Jakarta yang

menjadi saksi bisu perjuangan dan pengorbanan 4 tahun menjadi

seorang mahasantri dan mahasiswa.

9. Mu’allif kitab dan buku, yang menyumbangkan karyanya sebagai

bahan refrensi, perbandingan, dan penyempurnaan skripsi ini.

10. Perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia, Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ)

vii

Jakarta, Iman Jama’ Lebak Bulus, dan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah menyumbangkan sarana dalam melengkapi

penulisan skripsi ini.

11. Teman-teman since high school Pekanbaru yang memberikan

masukan dalam penulisan skripsiku, teman seperjuangan yang tak

pernah lelah mendukung hingga penulisan skripsi ini selesai.

12. Binti Nafiah, Desi Elvina, Destiana Safira, Azka Taqiyyah teman-

sahabat sejak pertama berada di Jakarta hingga sekarang, partner

traveling, berbagi cerita hidup dan memecahkan permasalahan

bersama.

13. Ikrimah Rizqia S.Ag, Elsa Kholisah yang selalu mendengarkan

keluh kesah setiap permasalahan kehidupan, memberikan masukan

dalam penulisan skripsiku, dan selalu ada setiap saat ketika

dibutuhkan.

14. Teman seperjuangan Ushuluddin A & B yang telah membantu

mengisi memori 4 tahun bersama, mendiskusikan permasalahan

dalam penulisan skripsi, mensupport untuk menjadi pribadi yang

lebih baik lagi. Oleh karena itu sulitnya ku menemukan wanita-

wanita hafizhah nan shalihah seperti kalian.

15. Teman-teman seperjuangan bimbingan skripsi bersama Ibu

Mutmainnah, S.Th.I, MA special for Hanifatul Mukarromah yang

saling bertukar fikiran, menghadapi permasalahan dengan

kebersamaan, saling mendukung untuk dapat menyelesaikan

tulisan akhir ini bersama-sama.

16. Kakak, abang dan adik adik peserta MTQ Kota Pekanbaru yang

telah bersedia menjadi narasumber untuk penelitian ini dan telah

meluangkan waktunya untuk membantu penyelesaian tugas akhir

ini.

viii

17. Teman-teman Angkatan 2016, terimakasih atas kerjasamanya.

18. Seluruh pihak yang terlibat dalam pencapaian proses penyelesaian

skripsi ini, semoga Allah membalas jasa dan perjuangan kalian.

Jakarta, 6 Agustus 2020

Adlina Avita Martias

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………....ii

PERNYATAAN PENULIS………………………………………………...iii

MOTTO…………………………………………………………………......iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................ xiii

ABSTRAK .................................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Permasalahan ....................................................................... 4

1. Identifikasi Masalah ................................................................. 4

2. Pembatasan Masalah ................................................................. 5

3. Perumusan Masalah .................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................... 6

E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 7

F. Kerangka Teori .................................................................. 10

G. Metode Penelitian .............................................................. 11

1. Jenis Penelitian ....................................................................... 11

2. Sumber Data ........................................................................... 12

3. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 12

H. Metode Analisis Data ......................................................... 15

I. Teknik dan Sistematika Penulisan ..................................... 16

BAB II TINJAUAN UMUM MENGHAFAL AL-QUR'AN

x

A. Pengertian Menghafal Al-Qur’an ...................................... 18

B. Hukum dan Keutamaan Menghafal Al-Qur’an.................. 20

C. Kaidah-Kaidah dalam Menghafal Al-Qur’an .................... 28

D. Metode Menghafal Al-Qur’an ........................................... 30

E. Cara Menjaga Hafalan Al-Qur’an ...................................... 35

F. Problematika dalam Menghafal Al-Qur’an ....................... 39

BAB III SEKILAS TENTANG MUSABAQAH TILAWATIL

QUR'AN (MTQ)

A. Sejarah dan Perkembangan MTQ Nasional ....................... 46

B. Sejarah MTQ di Kota Pekanbaru ....................................... 51

C. Cabang dan Golongan pada Musabaqah Tilawatil

Qur’an…………………………………………………….54

D. Pro dan Kontra dalam pelaksanaan MTQ di

Indonesia………………………………………………....58

BAB IV ANALISIS PERAN MUSABAQAH TILAWATIL

QUR'AN TERHADAP KUALITAS HAFALAN AL-

QUR'AN DI KOTA PEKANBARU-RIAU

A. Motivasi Mengikuti MTQ .................................................. 69

B. Pengaruh MTQ Terhadap Kualitas Hafalan Al-

Qur’an………………………………………………….....73

C. Manfaat Mengikuti MTQ .................................................. 78

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 85

B. Saran .................................................................................. 86

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 87

LAMPIRAN .................................................................................................. 94

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pemahaman Peserta Terhadap Ayat Penjagaan Al-Qur’an…………….. 70

Tabel 4.2 Persentase Pemahaman Peserta Terhadap Ayat Penjagaan Al-Qur’an… 70

Tabel 4.3 Pengaruh MTQ Terhadap Kualitas Hafalan Al-Qur’an……………….. 75

Tabel 4.4 Persentase Pengaruh MTQ Terhadap Kualitas Hafalan Al-Qur’an……. 75

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Penelitian

2. Hasil Wawancara

3. Dokumentasi

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad

yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ, transliterasi

Arab-Latin mengacu pada berikut:

1. Konsonan

Arab Latin Arab Latin

th ط a أ

zh ظ b ب

” ع t ت

gh غ ts ث

f ف j ج

q ق h ح

k ك kh خ

l ل d د

m م dz ذ

n ن r ر

w و z ز

h ه s س

’ ء sy ش

y ي sh ص

xiv

dh ض

2. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fathah a آ â ي ai

Kasrah i ي î و… au

Dhammah u و û

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah. Kata sandang

yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyah ditransliterasikan sesuai

dengan bunyinya.

Contoh: البقرة : al-Baqarah

b. Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال) syamsiyah. Kata

sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال) syamsiyah ditransliterasikan

sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan

bunyinya.

Contoh: الرجل : ar-rajul

xv

c. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang ,

sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini

berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di

akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyah.

Contoh: أمنا بالل : Âmannâ billâhi

d. Ta Marbûthah )ة(

Ta Marbûthah )ة( apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata

sifat (na’at), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf

“h”.

Contoh: ئدة أف al-Af’idah : ال

Sedangkan ta marbûthah )ة( yang diikuti atau disambungkan (di-

washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi

“t”

Contoh: ة ناصبة .Âmilatun Nâshibah‘ : عا مل

e. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan

tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEB) seperti penulisan

awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan

xvi

lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam

alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold)

dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali

dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal

nama diri, bukan kata sandangnya.

Contoh: ‘Alî Hasan al-’Âridh, al-’Asqallânî, al-Farmawî dan

seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Al-Qur’an dan nama-

nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur’an,

Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.

xvii

ABSTRAK

Skripsi ini dilatarbelakangi bahwasannya permasalahan

pelaksanaan MTQ masih sering menjadi perdebatan di kalangan masyarakat.

Banyak masyarakat yang kontra mengenai pelaksanaan ini dikarenakan bahwa

ayat Al-Qur’an tidak harus diperlombakan. Bahkan para ulama maupun tokoh

agama pun banyak yang kontra terhadap pelaksanaan perlombaan ini, dengan

beralasan bahwa pembacaan Al-Qur’an dengan bersifat duniawi, tetapi

walaupun banyak terdapat kontra pada pelaksanaan MTQ dalam hal ini

sesungguhnya MTQ dapat memberikan manfaat kepada para peserta lomba

salah satunya dengan meningkatnya kualitas hafalan Al-Qur’an serta

merupakan sarana syiar Islam.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

pengaruh musabaqah tilawatil qur’an terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an pada

peserta MTQ Kota Pekanbaru-Riau. Yang menjadi perbedaan pada penelitian

sebelumnya yaitu objek penelitian yang berada di Kota Pekanbaru dan

persamaannya yaitu membahas mengenai kualitas hafalan Al-Qur’an.

Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan penelitian

kualitatif dengan metode deskriptif analisis, serta menggunakan teori

fenomenologi Edmund Husserl. Teknik pengumpulan data menggunakan

pengambilan sampel, observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan 100% peserta menjawab bahwa MTQ

sangat berpengaruh terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an. Kegiatan ini

memberikan manfaat dan nilai positif yang dirasakan oleh para peserta MTQ

Kota Pekanbaru seperti banyaknya mengetahui ilmu-ilmu Al-Qur’an yang

belum pernah diketahui sebelumnya. Banyaknya pembinaan yang diberikan

LPTQ Kota Pekanbaru kepada para peserta MTQ seperti pembinaan, try out,

dan kegiatan lainnya. Terbukti para peserta menjuarai di tingkat Kota

Pekanbaru ini kemudian menjadi perwakilan Kota untuk menuju Provinsi

bahkan menjadi perwakilan Provinsi di tingkat Nasional. Terdapat perbedaan

yang dirasakan bagi para penghafal Al-Qur’an yang tidak mengikuti MTQ

dalam peningkatan hafalan Al-Qur’an sebab mereka yang menghafal sendirian

tidak dapat mengetahui kesalahan dalam bacaan maupun hafalan Al-

Qur’annya, serta tidak ada yang mengevaluasi hafalan.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fenomena menghafal Al-Qur’an adalah salah satu ciri khas yang

dimiliki umat Islam dan tidak dimiliki oleh umat lain. Satu keistimewaan

bahwa Al-Qur’an mudah dihafalkan, baik oleh orang Arab sendiri maupun

orang non arab yang sama sekali tidak mengerti arti kata yang ada dalam Al-

Qur’an. Bahkan kitab suci ini bisa dihafalkan oleh anak kecil yang umurnya

kurang dari 10 tahun.1

Mayoritas ulama sependapat mengenai hukum menghafal Al-Qur’an,

yakni fardhu kifayah. Ini mengandung pengertian bahwa orang yang

menghafal Al-Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir. Artinya

apabila dalam suatu masyarakat tidak ada seorang pun yang hafal Al-Qur’an,

maka berdosa semuanya. Tetapi, jika sudah ada, maka gugurlah kewajiban

dalam suatu masyarakat tersebut.2

Menjadi penghafal Al-Qur’an bukanlah hal yang mudah karena

memiliki tanggung jawab untuk menjaganya hingga akhir hayatnya. Hal

demikian tidak akan menjadi sulit dan tidak akan menjadi beban jika penghafal

tersebut memiliki semangat yang besar dan juga niat yang benar untuk

mendekatkan diri kepada Allah SWT.3

1 Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an Di Pondok Pesantren,

Tsanawiyah, Aliyah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Percetakanonline.com, 2012) Cet. Ke-1,

h.1 2 Rofi’ul Wahyudi dan Ridhoul Wahidi, Sukses Menghafal Al-Qur’an Meski Sibuk

Kuliah, (Yogyakarta: 2016), Cet ke-1, h.14 3 Izzatul Umniyah, “Strategi Peningkatan Kualitas Hafalan al-Qur’an Bagi

Mahasiswa”, Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2018, h.104

2

Pada dasarnya, seseorang yang menghafal Al-Qur’an harus berprinsip

apa yang sudah dihafal tidak boleh lupa lagi. Untuk bisa demikian selain harus

benar-benar baik sewaktu menghafalnya, ia juga harus menjaga hafalannya

yaitu dengan cara mengulang hafalan sambil menambah hafalan yang baru.4

Dalam menghafal Al-Qur’an tidak kalah pentingnya mengevaluasi

bacaan Al-Qur’an, bentuk evaluasi bermacam ragam salah satunya yang

dilakukan oleh guru supaya hafalan anak didiknya lebih lancar dan sesuai

dengan ilmu tajwid dengan cara guru membaca, lalu muridnya

menyambungkan bacaan, kemudian ada yang bersama-sama teman untuk

menghafal, ada yang dengan cara membuat perlombaan Musabaqah Tilawatil

Qur’an (MTQ) dan sebagainya.5

Upaya penjagaan hafalan, kedisiplinan, dan segala hal yang dilakukan

dalam aktivitas menghafal membuat para penghafal Al-Qur’an memiliki

keistimewaan khusus dalam karakteristik pribadi dan kecerdasannya.

Keistimewaan dan keunggulan yang dimiliki oleh para penghafal Al-Qur’an

tersebut membuka peluang pendidikan yang lebih luas bagi kebermanfaatan

pribadinya sehingga kesempatan untuk berlomba dalam kebaikan menjadi

terbuka lebar.6

Oleh karena itu, adanya sebuah perlombaan menghafal Al-Qur’an

seperti dalam ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) menjadi salah satu

wadah bagi para penghafal Al-Qur’an untuk menguji hafalan mereka serta

4 Noviyanti, “Larangan Melupakan Hafalan al-Qur’an dalam al-Kutab al-Sittah”,

Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014 5 Rahmi Zaimsyah, “Evaluasi Pengembangan Program Tahfizh Di Institut Ilmu Al-

Qur’an Jakarta”, Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017, h.43 6 Andiya Fajarini, Anwar Sutoyo, Dwi Yuwono Puji Sugiharto, “Model Menghafal

pada Penghafal al-Qur’an Implikasinya pada Layanan Penguasaan Konten dalam Bimbingan

dan Konseling”, dalam Jurnal Bimbingan Konseling, Juni 2017, h.15

3

merupakan sarana syiar Islam dan juga merupakan sarana untuk mencari bibit-

bibit berbakat dalam bidang Al-Qur’an.

MTQ merupakan ajang perlombaan seni baca Al-Qur’an yang

diselenggarakan pertama kali pada tahun 1968.7 Adapun Musabaqah Hifzh Al-

Qur’an (MHQ)8 mulai menjadi salah satu cabang atau bagian dalam MTQ pada

tahun 19789 Atas dasar semangat dan cinta kekeluargaan, ajang ini

mencerminkan bagaimana antar peserta dari berbagai daerah dan penduduk

setempat menjalin kebersamaan, dengan memperkuat nilai-nilai persatuan,

kebersamaan, kejujuran, dan bersungguh-sungguh berlomba bukan antar dasar

persaingan daerah.

Namun seiring berjalannya waktu, terdapat perbedaan pendapat

mengenai ajang perlombaan ini. Menurut pendapat KH. Muhaimin Zen yang

merupakan Ketua Umum Jam’iyyatul Qurra Wal Huffazh Nahdlatul Ulama

(JQH-NU) Periode 2000-2004 mengatakan bahwa diperbolehkan mengikuti

perlombaan ini tujuannya agar dapat memotivasi para peserta dalam menjaga

hafalan yang mereka punya. Serta dengan mengikuti perlombaan ini akan

menimbulkan semangat dan perjuangan dalam menjaga hafalannya.10

Kemudian terdapat ulama yang tidak setuju dengan diadakannya MTQ

ini salah satunya dari KH. Arwani (w.1415 H), beliau tidak mengizinkan

santri-santrinya untuk mengikuti perlombaan MTQ/MHQ dikhawatirkan

7 “Semarak Al-Qur’an di Bumi Pagar Dewa”, dalam Majalah Varia Ipqah: Media

Komunikasi Qari-Qari’ah dan Hafidz-Hafidzah, No. 01, Juli 2004, h.17 8 MHQ adalah suatu jenis lomba membaca Al-Qur’an dengan hafalan yang

mengandung aspek ketepatan dan kelancaran hafalan serta ilmu dan adab membaca menurut

pedoman yang telah ditentukan. 9 Pedoman Musabaqah Al-Qur’an, Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam, (Jakarta:2010), h.3 10 Wawancara dengan Ketua Umum Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul

Ulama (JQH-NU) Periode 2000-2004 pada tanggal 15 Maret 2020 Pukul 15.30 WIB

4

memiliki sifat riya’ dan ujub. Tidak diperbolehkan mengikuti MTQ/MHQ

dengan tujuan hanya ingin mendapatkah hadiah atau bermaksud ingin pamer.11

Meskipun terdapat perdebatan mengenai boleh atau tidaknya

mengikuti ajang perlombaan ini, namun hingga saat ini MTQ dan MHQ

semakin berkembang dan maju bahkan sampai di kancah internasional.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti

dan menganalisis problematika yang terjadi dalam ruang lingkup Musabaqah

Tilawatil Qur’an (MTQ). Sehingga penulis bermaksud menulis skripsi dengan

judul: “Pengaruh Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Terhadap

Kualitas Hafalan Al-Qur’an (Studi Living Qur’an Kota Pekanbaru-

Riau)”

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan bagian penting dari proses

penelitian sebagai upaya untuk mendefinisikan permasalahan yang terjadi.

Pada deskripsi dari latar belakang diatas, terdapat beberapa hal yang menjadi

permasalahan, Pertama, kualitas hafalan para penghafal Al-Qur’an biasanya

hanya meningkat dalam perlombaan saja. Kedua, banyak masyarakat yang

berpendapat bahwa MTQ hanya sebagai wadah untuk mengejar hadiah,

mencari popularitas dan ketenaran saja. Ketiga, banyak dari kalangan tertentu

yang menjadikan MTQ sebagai tempat untuk mengadu nasib, sehingga

menghilangkan rasa ikhlas di hati peserta ketika mengikuti perlombaan.

Keempat, kualitas hafalan Al-Qur’an menurun apabila tidak konsisten dalam

murajaah.12

11 Wawancara dengan Ketua Umum Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul

Ulama (JQH-NU) Periode 2000-2004, Ciputat, 15 Maret 2020 pukul 15.30 WIB 12 Murajaah adalah mengulang hafalan yang sudah pernah dihafalkan sebelumnya.

5

Pertama, kualitas hafalan para penghafal Al-Qur’an hanya

meningkat dalam perlombaan saja. Permasalahan yang muncul dalam tema ini

adalah mengkaji mengapa kualitas hafalan para penghafal hanya meningkat

pada saat perlombaan saja? Ketika perlombaan sudah selesai biasanya kualitas

hafalan para penghafal pun menurun.

Kedua, banyak masyarakat yang berpendapat bahwa MTQ hanya

sebagai wadah untuk mengajar hadiah, mencari popularitas, dan ketenaran.

Permasalahan yang dapat dikaji dalam penelitian adalah merespon pernyataan

masyarakat yang menganggap bahwa MTQ hanya sebagai wadah untuk

mengejar hadiah, mencari popularitas, dan ketenaran. Apakah kegiatan MTQ

hanya untuk mengejar hadiah, popularitas, dan ketenaran saja? Apakah MTQ

tidak berpengaruh terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an?

Ketiga, banyak dari kalangan tertentu yang menjadikan MTQ untuk

mengadu nasib sehingga menghilangkan rasa ikhlas di hati. Permasalahan

yang muncul dalam tema ini adalah mengkaji manfaat dari kegiatan MTQ.

Keempat, kualitas hafalan Al-Qur’an menurun apabila tidak

konsisten dalam murajaah. Permasalahan yang muncul dalam tema ini adalah

kebiasaan dalam murajaah yang tidak dilakukan terus menerus mengakibatkan

menurunnya kualitas hafalan Al-Qur’an.

2. Pembatasan Masalah

Agar fokus dalam skripsi ini lebih terarah, penulis perlu

memberikan batasan dalam penelitian, sebagai berikut:

a. Karena banyaknya cabang perlombaan dalam Musabaqah Tilawatil

Qur’an ini, maka penulis membatasi cabang lomba yang akan dibahas

adalah Hifzh Al-Qur’an golongan 5 juz, 10 juz, 20 juz, dan 30 juz.

6

b. Karena banyaknya perlombaan MHQ di Indonesia, maka penulis

membatasi peserta-peserta lomba yang aktif mengikuti MTQ di Kota

Pekanbaru Riau secara berturut-turut pada tahun 2017-2019.

3. Perumusan Masalah

Untuk membantu permasalahan-permasalahan pokok yang telah

disebutkan sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

bagaimana pengaruh MTQ terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an di Kota

Pekanbaru-Riau?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh MTQ terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an di Kota

Pekanbaru-Riau.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi dalam ilmu

pengetahuan khususnya ilmu dibidang Living Qur’an.

b. Penelitian ini diharapkan menjadi referensi dalam

pengembangan ilmu Al-Qur’an khususnya ilmu Living Qur’an

terkait tentang Al-Qur’an yang hidup ditengah masyarakat.

c. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat mengenai peran

MTQ terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an.

d. Penelitian ini diharapkan menjadi inspirasi untuk penelitian

selanjutnya.

7

2. Secara Praktis

a. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi kepada

pihak-pihak yang membutuhkan.

b. Penelitian ini diharapkan membantu menjadi solusi masalah

yang ada dan sebagai pengetahuan terhadap apa yang kita

amalkan.

E. Tinjauan Pustaka

Tujuan dari tinjauan pustaka ialah berisi kajian yang relevan dengan

pokok pembahasan yang akan diteliti. Tinjauan pustaka diambil dari beberapa

beberapa buku yang seirama dengan pembahasan yang akan diteliti.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis akan sedikit menguraikan tinjauan

pustaka yang berikaitan dengan tema yakni:

Pertama, Skripsi yang berjudul “Sosialisasi Qira’ah Sab’ah di

Indonesia (Telaah atas Masuknya Qira’ah Sab’ah dalam Cabang Musabaqah

Tilawatil Qur’an) karya Tajwidatul Amanah pada tahun 2016. Skripsi ini berisi

tentang asal mula Qira’ah Sab’ah, dan masuknya dalam cabang MTQ, dalam

skripsi ini juga mencantumkan bagaimana sejarah MTQ, cabang-cabang dalam

MTQ.13 Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis teliti

adalah membahas perlombaan Musabaqah Tilawatil Qur’an. Yang menjadi

perbedaan skripsi ini dengan tulisan yang penulis teliti adalah dalam skripsi ini

hanya terkhusus membahas cabang Qira’ah Sab’ah dalam dunia MTQ,

sedangkan tulisan penulis lebih dikhususkan membahas cabang tahfiz dalam

MTQ.

Kedua, karya dari Miftahul Jannah dalam jurnal yang berjudul

“Musabaqah Tilawatil Qur’an di Indonesia (Festivalisasi Al-Qur’an Sebagai

13 Tajwidatul Amanah, “Sosialisasi Qira’ah Sab’ah di Indonesia”, Skripsi UIN Syarif

Hidayatullah, 2016, h.44

8

Bentuk Resepsi Estetis)”. Dalam jurnal yang ditulis pada tahun 2016 ini

membahas tentang sejarah dan perkembangan musabaqah tilawatil qur’an,

pelaksanaan kegiatan MTQ, dan festivalisasi Al-Qur’an dan bentuk resepsi

estetis. Fokus pembahasan ini adalah bentuk resepsi masyarakat terhadap

estestis dan keindahan dari MTQ, serta peran dari pembacanya.14 Persamaan

penelitian ini dengan penelitian yang ingin penulis teliti adalah membahas

ruang lingkup didalam MTQ. Yang menjadi perbedaan dari penelitian yang

akan penulis teliti adalah peran MTQ terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an.

Ketiga, Andiya Fajarini, Anwar Sutoyo & Dwi Yuwono Puji Sugiharto

dalam jurnal mereka yang berjudul “Model Menghafal pada Penghafal Al-

Qur’an Implikasinya pada Layanan Penguasaan Konten dalam Bimbingan

dan Konseling”. Dalam jurnal pada tahun 2017 ini, fokus penelitiannya adalah

model menghafal pada penghafal Al-Qur’an, motivasi para santri, dan temuan

beberapa teknik dalam menghafal, upaya faktual yang dilakukan oleh para

santri untuk memperkuat hafalan Al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif, yang mencakup studi tentang suatu kasus dalam

kehidupan nyata, dalam konteks atau setting kontemporer. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa motivasi dalam menghafal tersusun dari dua hal, yaitu

nilai dan ekspetasi. Teknik dominan yang digunakan dalam menghafal adalah

dengan mengulang-ulang. Upaya faktual dalam menghafal mencakup empat

aspek, yaitu konsentrasi, pola makan, kehidupan sosial, dan ibadah. Model

menghafal pada penghafal Al-Qur’an dapat dijadikan acuan sebagai bagian

dari satu unit materi layanan penguasaan konten.15 Persamaan penelitian ini

14 Miftahul Jannah, “Musabaqah Tilawatil Qur’an di Indonesia (Festivalisasi Al-

Qur’an Sebagai Bentuk Resepsi Estetis)”, dalam Jurnal Ilmu Ushuluddin, Vol.15 No. 2, Juli

2016, h.88 15 Andiya Fajarini, Anwar Sutoyo, Dwi Yuwono Puji Sugiharto, “Model Menghafal

pada Penghafal al-Qur’an Implikasinya pada Layanan Penguasaan Konten dalam Bimbingan

dan Konseling”, dalam Jurnal Bimbingan Konseling, Juni 2017, h.15

9

dengan penelitian yang akan penulis teliti adalah membahas mengenai

penguasaan hafalan Al-Qur’an dan dan motivasi dalam menghafal. Sedangkan

perbedaan penelitian sebelumnya membahas model menghafal dan

impilkasinya pada layanan bimbingan dan konseling, sedangkan penelitian

yang ingin penulis teliti adalah penguasaan hafalan Al-Qur’an dalam

pelaksanaan MTQ.

Keempat, karya Alfi Julizun Azwar dalam jurnalnya yang berjudul

“Gagasan Rekonstruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Dalam

Perspektif Rahmatan Lil’Alamin”. Dalam jurnal ini yang ditulis pada tahun

2018 ini fokus penelitiannya adalah membahas fenomena kulturas dalam

tradisi MTQ, dan rekonstruksi tradisi MTQ dalam perspektif rahmatan lil

‘alamin. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah bersifat analisis

deskriptif, yaitu suatu metode penelitian melalui pendekatan kualitatif yang

dihasilkan dari suatu data yang dikumpulkan melalui penelitian lapangan.

Hasil penelitian dalam jurnal ini menurut Alfi Julizun Azwar yaitu pada tataran

pelaksanaannya rekontruksi MTQ dapat dilakukan pengembangan dalam

bidang seni, sains dan teknologi, budaya dan humaniora, dan tampilan yang

segar dalam ajang tahunan ini, baik dari sistem penyelenggaraan, hingga

substansi materi MTQ sesuai dengan visi Islam Rahmatan lil’alamin yang

dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.16 Persamaan penelitian ini

terhadap penelitian yang akan penulis teliti adalah membahas permasalahan

yang terjadi pada ruang lingkup MTQ. Sedangkan perbedaan dari hasil

penelitian sebelumnya adalah, dalam penelitian sebelumnya membahas

bagaimana fenomena tradisi di dalam MTQ dan membahas problem dan

16 Alfi Julizun Azwar, “Gagasan Rekonstruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil Quran

(MTQ) Dalam Perspektif Rahmatan Lil’Alamin”, dalam Jurnal UIN Raden Fatah Palembang,

Juni 2018, h.17

10

kulturas didalam kegiatan MTQ. Sedangkan dalam penelitian yang akan

penulis teliti adalah pengaruh MTQ terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an.

Kelima, jurnal yang ditulis pada tahun 2019 dengan judul “Tipologi

Resepsi Tahfiz Al-Qur’an di Kalangan Mahasiswi IIQ Jakarta. Jurnal yang

ditulis oleh Mamluatun Nafisah menguraikan mengenai resepsi menghafal Al-

Qur’an pada mahasiswi IIQ Jakarta. Dalam jurnal ini menggunakan

pendekatan analisis fenomenologi yang digagas oleh Edmund Husserl.17

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis teliti adalah

sama-sama membahas permasalah menghafal Al-Qur’an dengan

menggunakan teori fenomenologi Edmund Husserl. Lalu perbedaan nya

dengan penelitian penulis adalah terletak pada objek dan tema yang diangkat

dimana penelitian sebelumnya yang diteliti para mahasiswa dari IIQ Jakarta

dengan tema resepsi tahfîzh, sedangkan penelitian yang akan penulis teliti ada

para peserta dari Musabaqah Tilawatil Qur’an yang berada di Kota Pekanbaru

Riau dengan tema pengaruh MTQ terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an.

F. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini penulis merujuk kepada teori fenomenologi

Edmund Husserl. Fenomenologi adalah suatu pendekatan ilmiah yang

bertujuan untuk menelaah dan mendeskripsikan sebuah fenomena

sebagaimana fenomena tersebut dialami secara langsung oleh seseorang dalam

kehidupan sehari-hari. Fokus telaah fenomenologi adalah pengalaman hidup

seseorang sehari-hari. Fenomenologi berupaya untuk menelaah dan

mendeskripsikan pengalaman hidup manusia sebagaimana adanya.18 Menurut

Husserl fenomenologi merupakan kajian filosofis yang melukiskan segala

17 Mamluatun Nafisah, “Tipologi Resepsi Tahfiz Al-Qur’an di Kalangan Mahasiswi

IIQ Jakarta”, dalam Jurnal Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Juli 2019 18 Imalia Dewi Asih, “Fenomenologi Husserl: Sebuah Cara Kembali ke Fenomena”,

dalam Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 2, No.2, September 2005

11

bidang pengalaman seseorang. Seseorang mengalami pengalaman hidupnya

dalam sebuah kesadaran.19

Husserl mengatakan segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh

kesadaran manusia berhak untuk diterima sebagai fenomena dan layak untuk

diakui. Dalam hal ini penulis menggunakan teori fenomenologi Edmund

Husserl yang mana akan membahas fenomena yang terjadi dalam kegiatan

MTQ di Kota Pekanbaru-Riau.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang hendak diangkat penulis adalah penelitian

kualitatif studi living Qur’an. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengenali

secara alami makna peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-

sehari. Jenis penelitian ini tertuju pada hal-hal yang menjadi latar belakang dari

perbedaan-perbedaan cara hidup atau garis pandang seseorang.20 Yang

dimaksud studi living Qur’an disini adalah berbagai bentuk dan model praktik

resepsi dan respon masyarakat dalam memperlakukan dan berinteraksi dengan

Al-Qur’an di tengah masyarakat.21 Redaksi yang disusun nantinya merupakan

hasil penelitian lapangan (field Research) dan berbagai bentuk pemahaman dan

pengalaman narasumber terhadap tema yang diangkat, serta bagaimana

mereka berinteraksi dengan Al-Qur’an. Penelitian lapangan (Field research)

ini menjadi data primer dan data-data dari kepustakaan sebagai penunjang data

di lapangan.22

19 Hasbiansyah, “Pendekatan Fenomenologi Pengantar Praktik Penelitian dalam

Ilmu Sosial dan Komunikasi”, dalam Jurnal Mediator, Vol. 9, No.1, Juni 2008, h.165 20 Sri Mamjudi dan Hang Rahardjo, Teknik Menyusun Karya Ilmiah, (Jakarta, 1995),

h.148 21Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta:2018),

Cet-4, h.104 22 Lexy J. Moleong, Metodelogi penulisan Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda

Karya, 2000), h.4

12

2. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah suatu

subjek darimana data tersebut diperoleh.23 Sumber data ini mencakup sumber

primer dan sekunder. Sumber data primer atau utama yang penulis dapatkan

dari hasil penelitian lapangan di Kota Pekanbaru, yakni hasil wawancara para

peserta lomba cabang tahfîzh 5, 10, 20 dan 30 Juz pada MTQ tingkat Kota

Pekanbaru tahun 2017-2019, wawancara dengan pengurus LPTQ Kota

Pekanbaru, dewan hakim MTQ Kota Pekanbaru, dan hasil wawancara dari

Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH-NU). Sedangkan data

sekundernya adalah literatur-literatur pendukung berbentuk dokumen, catatan,

buku, jurnal dan lain-lain yang berkaitan dengan MTQ dan menghafal Al-

Qur’an.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik yang utama dalam

memperoleh data untuk keperluan penulisan.24 Metode atau teknik ini tidak

diwujudkan dalam bentuk benda tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya

melalui angket, wawancara, pengamatan, ujian, dokumentasi, dan lain

sebagainya. Peneliti menggunakan salah satu atau gabungan tergantung

tergantung dari masalah yang dihadapi.25 Sebagaimana yang dijelaskan di awal

metodologi bahwa penelitian ini menggunakan kualitatif, maka metode

pengumpulan datanya adalah sebagai berikut:

a. Teknik Pengambilan Sampel

23 Muslich Ansori dan Sri Iswati, Buku Ajar Metodologi Penelitian Kuantitatif,

(Surabaya: Airlangga University Press, 2009), cet-1, h.91 24 Moh. Nazir, Metode Penulisan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), h.211 25 Dominikus Dolet Unaradjan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Universitas

Katolik Indonesia Atma Jaya, 2019), cet-1, h.130

13

Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh penulis dalam

penelitian ini adalah menggunakan Teknik non-probability sampling. Teknik

non-probability sampling yakni mengambil teknik purposive or judgmental

sampling, yaitu peneliti memilih sampel berdasarkan kriteria atau

pertimbangan tertentu yang diharapkan memiliki informasi yang akurat.26

Pertimbangan tertentu dalam hal ini adalah yang dianggap dapat mengetahui

tentang apa yang diharapkan sehingga akan memudahkan penulis menjelajahi

pengambilan sampel dan sumber data.27 Dalam penelitian ini penulis

mengambil kriteria penelitian yakni peserta yang aktif berturut-turut mengikuti

Musabaqah Tilawatil Qur’an tingkat Kota Pekanbaru di tahun 2017-2019

dengan cabang 5 Juz, 10 Juz, 20 Juz, dan 30 Juz, dan beberapa para penghafal

Al-Qur’an yang tidak mengikuti MTQ.

b. Observasi

Observasi adalah mengamati suatu kejadian atau peristiwa dalam

pengumpulan data. Observasi berarti mengumpulkan data langsung dari

lapangan. Dalam metode penelitian kualitatif data diperoleh melalui terjun ke

lapangan, ke organisasi, atau ke komunitas.28 Data observasi berupa gambaran

sikap, perilaku, dan tindakan. Data observasi juga dapat berupa interaksi dalam

berorganisasi atau pengalaman seseorang di dalam organisasi tersebut.

Proses observasi dimulai dengan mengidentifikasi tempat yang

hendak diteliti. Kemudian penulis mengidentifikasi siapa yang akan

26 Huzaemah Tahido Yanggo, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi

Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, (Jakarta: IIQ Press, 2001), Cet. ke-1, h.19 27 Yoga pratama 54

28J.R Raco, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia), h.111

14

diobservasi, kapan, dan dimana lokasi observasi. Kemudian peneliti

mempersiapkan alat rekaman untuk merekam proses observasi.29

Dalam penelitian ini, ada dua teknik observasi yang penulis lakukan

yaitu participant observation dan non participant observation. Kaitannya

dengan participant observation adalah penulis menjadi bagian dari objek

penelitian dan ikut terlibat dalam kegiatan MTQ ini. Hal ini merupakan bagian

dari cara penulis untuk mengamati kegiatan yang berlangsung.

Kaitannya dengan non participant observation, yakni penelitian

yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang diteliti. Dalam

hal ini penulis mengamati pemahaman para peserta melalui hasil wawancara

secara tertulis, hasil rekaman suara, dan beberapa dokumentasi seputar

pengalaman dan pendapat para peserta MTQ Kota Pekanbaru terhadap

pengaruh kualitas hafalan Al-Qur’an dalam kegiatan MTQ.

c. Wawancara

Wawancara merupakan alat pengumpulan data berupa tanya jawab

antara pihak yang mencari informasi dengan sumber informasi secara lisan.30

Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data melalui teknik wawancara ini

bertujuan untuk menemukan subjek penelitian tentang kejadian atau peristiwa

baik individu maupun kelompok atau organisasi dan sebagainya31 serta untuk

mendapatkan data-data yang valid dari pihak-pihak yang terlibat.

Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan teknik

terstruktur dan semi terstuktur. Yang dimaksud terstruktur disini penulis

29 J.R Raco, Metode Penelitian Kualitatif, h.112 30 Hadari Nawawi, Instrumen Penulisan Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1995), h.98 31 Wayan Suwendra, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial, Pendidikan,

Kebudayaan, dan Keagamaan, (Bali: Nilacakra, 2018), cet ke-1, h.64

15

menggunakan pedoman wawancara secara sistematis. Narasumber dalam

wawancara terstruktur adalah peserta MTQ kota Pekanbaru dikarenakan hanya

bisa dilakukan wawancara secara online. Untuk wawancara semi terstruktur

peneliti hanya memberikan kunci pertanyaan untuk memandu jalannya proses

wawancara. Pihak yang diwawancarai semi terstruktur adalah pengurus LPTQ

Kota Pekanbaru, dewan hakim dan pembina MTQ Kota Pekanbaru, Ketua

Umum Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nadlatul Ulama (JQH-NU) Periode

2000-2004, dan beberapa masyarakat kota Pekanbaru yang menghafal Al-

Qur’an tetapi tidak mengikuti MTQ.

d. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian merupakan alat bukti baik berupa

catatan, foto, rekaman, yang dilakukan penulis. Dalam hal ini penulis

mengambil data dengan menggunakan catatan, foto, dan rekaman sebagai

bukti dari hasil penulis terhadap peserta mengenai pendapatnya tentang

pengaruh kualitas hafalan Al-Qur’an yang mengikuti MTQ serta meneliti

pendapat para penghafal Al-Qur’an yang tidak mengikuti MTQ.

H. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah

deskriptif analisis, yaitu menganalisis data yang telah dikumpulkan kemudian

dijelaskan secara rinci dan sistematis sehingga dapat dianalisa secara utuh dan

dipahami dengan jelas.

Deskriptif analisis ini merupakan kajian yang difokuskan untuk

mengkaji satu kasus atau fenomena. Dari satu kasus fenomena Al-Qur’an atau

peristiwa yang terjadi lalu dideskripsikan dan digambarkan secara utuh,

kemudian dianalisis dengan teori yang telah ditetapkan sebelumnya.32 Dalam

32 Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis, (Ciputat: Maktabah Darus-

Sunnah, 2019), h.245

16

kaitannya dengan penelitian ini, penulis memaparkan data serta menjabarkan

argument yang diperoleh dari hasil wawancara maupun dokumentasi yang

berkaitan dengan pengaruh MTQ terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an.

Tujuannya untuk mengetahui fakta dan pengalaman yang dirasakan oleh para

peserta MTQ Kota Pekanbaru.

I. Teknik dan Sistematika Penulisan

Teknik penulisan merujuk kepada pedoman yang diberlakukan di

Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta tahun 2017. Sedangkan sistematika

penulisan bertujuan untuk menjelaskan bagian-bagian yang akan ditulis

dan dibahas dalam penelitian ini secara sistematis.

Dalam sistematika penulisan, penelitian ini dibagi menjadi lima bab,

yakni:

Bab I: Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, metode

analisis data, teknik dan sistematika penulisan.

Bab II: Dalam bab ini berisi tentang pengertian tahfîzh Al-Qur’an,

hukum dan keutamaan dalam menghafal Al-Qur’an, metode menghafal

Al-Qur’an, kaidah dalam menghafal Al-Qur’an, cara menjaga hafalan

Al-Qur’an, serta problematika dalam menghafal Al-Qur’an.

Bab III: Dalam bab ini menguraikan sejarah dan perkembangan MTQ

Nasional, Sejarah perkembangan MTQ di Kota Pekanbaru, Cabang dan

golongan pada musabaqah tilawatil qur’an, serta pro dan kontra dalam

pelaksanaan MTQ di Indonesia.

17

Bab IV: Bab ini berisi tentang motivasi mengikuti MTQ, pengaruh

MTQ terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an, serta manfaat mengikuti

MTQ.

Bab V: Selanjutnya tulisan ini akan ditutup dengan kesimpulan dan

saran yang berisikan rangkuman dan hasil wawancara penulis kepada

narasumber.

18

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGHAFAL AL-QUR’AN

A. Pengertian Menghafal Al-Qur’an

Menghafal Al-Qur’an disebut juga dengan tahfîzh Al-Qur’an. Tahfîzh

Al-Qur’an secara etimologi terdiri dari dua suku kata yaitu tahfîzh dan Al-

Qur’an. Keduanya memiliki makna yang berbeda.33 Pertama, tahfîzh berasal

dari bahasa Arab hafazha-yahfazhu-hifzhan yang berarti menghafal.34

Dalam ilmu sharaf, tahfîzh ialah kata jadian. Ini merupakan isim

mashdar dari wazan fa’ala-yufa’ilu-taf’îlan, ( ل –فعل تفعيلا -يفغ ) yang dalam ilmu

sharaf disebut ruba’i mazîd bi ziyâdah al-tadh’îf al ta’diyah yaitu kata berbasis

empat huruf, yang dari akar katanya telah mendapatkan tambahan huruf berupa

tasydid atau pengandaan huruf. Apabila tahfizh di-tashrif35, dapat diperoleh

dengan deretan kata: haffazha-yuhaffizhu-tahfîzhan.36 ( حفظ - يحف ظ - تحف يظاا).

Kedua, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab qara’a, yaqra’u yang

artinya membaca.37 Para ulama menyebutkan definisi Al-Qur’an yang khusus

dan berbeda dengan yang lainnya yaitu Al-Qur’an adalah kalam Allah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang pembacaannya menjadi suatu

ibadah. Maka kata “Kalam” yang dimaksud dalam definisi tersebut merupakan

kelompok jenis yang mencakup seluruh jenis kalam, dan penyandarannya

33 Balai Litbang Agama Jakarta, Membumikan Peradaban Tahfiz Al-Qur’an, (Jakarta:

Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2015) cet-1,h.23 34 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya:Pustaka

Progressif,1997),Cet. Ke-4, h.1101 35 Perubahan asal kata kepada contoh yang berbeda-beda untuk menghasilkan makna

yang diinginkan. 36 Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an Di Pondok Pesantren,

Tsanawiyah, Aliyah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Percetakanonline.com, 2012) Cet. Ke-1,

h.1 37Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya:Pustaka

Progressif,1997),Cet. Ke-4, h.1101

19

kepada Allah yang menjadikannya kalamullah, menunjukkan secara khusus

sebagai firman-Nya, bukan kalam manusia, jin, maupun malaikat.38

Proses menghafal tidak dapat dipisahkan oleh ingatan manusia.

Manusia dan aktifitasnya tidak hanya ditentukan oleh pengaruh dan proses

yang berlangsung saat ini, tetapi juga ditentukan oleh pengaruh pada masa

lampau. Ada tiga fungsi ingatan, Pertama, menerima kesan-kesan. Kedua,

menyimpan kesan-kesan. Ketiga, memproduksi kesan-kesan. Atas dasar ini

ingatan didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan

memproduksi kesan-kesan.39

Tahfîzh Al-Qur’an merupakan memasukkan informasi ke dalam

memori dengan menggunakan proses efforful processing. Efforful Processing

ialah memasukkan informasi dengan diupayakan atau diusahakan. Serta dapat

digunakan atau diulang kembali baik dalam waktu shalat maupun dalam

kegiatan setoran hafalan.40

Dalam buku Membumikan Peradaban Tahfiz Al-Qur’an, menurut

Abdul Aziz Abdul Rauf definisi tahfîzh adalah proses mengulang sesuatu, baik

dengan membaca maupun dengan mendengar. Pekerjaan apapun jika diulang

terus menerus akan menjadi hafal.41

Menurut Farid Wadji, menghafal Al-Qur’an didefinisikan sebagai

proses menghafal dalam ingatan sehingga dapat dilafadzkan atau diucapkan di

38 Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq El

Mazni (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005) Cet. ke-1, h.18 39 Rahmi Zaimsyah, “Evaluasi Pengembangan Program Tahfizh Di Institut Ilmu Al-

Qur’an Jakarta”, Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017, h.13 40 Rahmi Zaimsyah, “Evaluasi Pengembangan Program Tahfizh Di Institut Ilmu Al-

Qur’an Jakarta”, h.14 41 Balai Litbang Agama Jakarta, Membumikan Peradaban Tahfiz Al-Qur’an, (Jakarta:

Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2015) Cet.ke-1, h.23

20

luar kepala secara benar dengan cara-cara tertentu secara terus menerus.42

Definisi tersebut mengandung dua hal pokok yaitu: Pertama, seorang yang

menghafal Al-Qur’an yang mampu melafadzkannya dengan benar sesuai

hukum tajwidnya. Kedua, seorang penghafal Al-Qur’an senantiasa menjaga

hafalannya secara terus menerus agar tidak lupa, karena hafalan Al-Qur’an itu

sangat cepat hilang dari ingatan.43

Selanjutnya Bunyamin Yusuf Surur mengatakan bahwa orang yang

hafal Al-Qur’an disebut juga dengan orang yang hafal Al-Qur’an secara

keseluruhan dan mampu membacanya di luar kepala atau bi al-ghaib sesuai

aturan-aturan dan bacaan-bacaan ilmu tajwid yang benar.44

Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa

tahfîzh Al-Qur’an adalah proses mengulang hafalan Al-Qur’an baik dengan

cara membaca maupun dengan mendengar, dan melakukannya dengan cara

terus-menerus.

B. Hukum dan Keutamaan Menghafal Al-Qur’an

Umat Islam pada dasarnya tetap berkewajiban memelihara Al-Qur’an,

karena pemeliharaan terbatas sesuai dengan sunnatullah yang telah ditetapkan-

Nya, tidak menutup kemungkinan kemurniaan Al-Qur’an akan diusik oleh

umat-umat yang membenci Islam. Salah satu usaha dalam proses pemeliharaan

kemurniaan Al-Qur’an adalah dengan menghafalkannya.

Dalam QS. Al-A’la [87]: 6 yang ditafsirkan oleh Imam al-Qurthubi

yang dikutip dalam buku Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun karya Muhaimin Zen

bahwa Allah SWT akan memberi kemudahan dan pertolongan bagi orang-

42 Farid Wadji, “Tahfiz Al-Qur’an dalam Kajian Ulum Al-Qur’an (Studi atas

Berbagai Metode Tahfiz)”, Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, h.18 43 Nurul Hidayah, “Strategi Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di Lembaga

Pendidikan”, dalam Jurnal Ta’allum, Vol. 04, No. 01, Juni 2016, h.66 44 Nurul Hidayah, “Strategi Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di Lembaga

Pendidikan”, h.66

21

orang yang mau menghafal Al-Qur’an. Dalam ayat ini memberi peringatakan

kepada kita bahwa Al-Qur’an adalah bacaan bagi umat Muhammad agar

senantiasa dibaca dan jangan sampai lupa atau dilupakan. Makna dari “jangan

lupa dan dilupakan” adalah haruslah dihafalkan.45

سى ا تن رئك فل ٦سنق

“Kami akan membacakan (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad)

sehingga engkau tidak akan lupa” (QS. Al-A’la [87]: 6)

به جل ك به لسانك لتع ر

حا ت

﴾ ١٦﴿ ل

“Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk

membaca Al-Qur'an) karena hendak cepat-cepat

(menguasai)nya” (QS. Al-Qiyamah [75]: 16)

Ketika QS. Al-Qiyamah [75]: 16 diturunkan, Allah SWT

mengingatkan Nabi Muhammad saw agar jangan terburu-buru dalam

membacanya, beliau diingatkan agar membaca perlahan-lahan sehingga hafal

dan memahami isi kandungannya.

نا من عبادنا طفي ذي ن اص كتب ال

رث نا ال و

ثم ا

“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami

pilih di antara hamba-hamba Kami….” (QS. Fathir [35]: 32)

Dari ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang yang hafal Al-Qur’an

adalah hamba-hamba yang dipilih dan pilihan Allah untuk mewarisi Al-

45 Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun, (Jakarta: Transpustaka, 2013),

Cet.ke-1, h.18

22

Qur’an. Ayat ini juga memberikan isyarat dan indikasi bahwa Al-Qur’an harus

dihafal.

Beberapa pandangan ulama yang mengatakan hukum menghafal

adalah fardhu kifayah, seperti yang dikatakan Imam Badruddin Muhammad

bin Abdullah az-Zarkasyi dalam kitab al Burhan fî ‘Ulûm Al-Qur’ân Juz I, hal

456:

ض آن فر م القر لي امة تع ى ال

ظه واجب عل ذالك حف

46 .كفاية وك

“Belajar Al-Qur’an hukumnya fardhu kifayah begitu pula

memeliharanya wajib bagi setiap umat”

Lebih lanjut lagi Imam Al-Sayuti dalam kitab Al-Itqan fî ulûmil Qur’ân

mengatakan:

ع إ م ل

ظ الق ن أ آن ر حف

ية عل

ض كفا فر

م ى الأ في ي ف ان ج ر ة، صرح به الج

ي الشا

دي و الع و ا ا : ق م غيره ب

ني : و ال الجوي

ى ف ن ع م ال

يه أقطع عدد التو ل اتر ف ا ين

يه فلا

ديل ه التب ي

ق إل ف، ف يتطر ري غون ه ك ل ذ ب ام إن ق والتح

ل ا العدد سقط ذ قوم يب

ن اق الب عن ي ثم الك وإل

.ا أ

47ل

Dengan demikian, para ulama sepakat bahwa menghafal Al-Qur’an

hukumnya fardhu kifayah. Fardhu kifayah sebagaimana yang dimaksud ulama

fiqh adalah jika ada suatu hal di satu wilayah tidak ada yang mengerjakan maka

semua orang yang ada di wilayah tersebut berdosa semua karena tidak

46 Badruddîn Muhammad bin Abdullâh Az-Zarkasyi, Al-Burhân fi ‘Ulûm Al-Qur’ân,

(Mesir: Maktabah Dâr at-Turâts), Jilid. 1, h.456 47 Jalâluddîn ‘Abdirrahmân bin Abî Bakr As-Suyûtî, Al-Itqân Fî “Ulûm Al-Qur’ân,

Jilid 1, h.632

23

melaksanakan perihal tersebut.48 Jadi wajar jika manusia yang berinteraksi

dengan Al-Qur’an akan menjadi mulia, baik disisi manusia apalagi disisi Allah

SWT, di dunia dan di akhirat.

Banyak sekali keutamaan dalam menghafal Al-Qur’an. Seorang yang

menghafal Al-Qur’an hatinya akan merasa tentram dan damai. Rasulullah

SAW menghormati orang-orang yang menghafal Al-Qur’an dan

mengajarkannya. Rasulullah juga menempatkan mereka pada kedudukan

tersendiri dan melebihkan mereka daripada yang lain.49

Beberapa keutamaan yang didapat dalam menghafal Al-Qur’an adalah

Pertama, seorang penghafal Al-Qur’an adalah termasuk golongan keluarga

Allah dibumi. Kedua, penghafal Al-Qur’an akan mendapatkan syafaat khusus

di hari kiamat. Ketiga, Allah akan menaikkan derajat seorang yang menghafal

Al-Qur’an.50

: ر و قال د الل ب ن عم عن عب

ل رسو

قال الل

صل م : " ى الل

ه وسل ي

عل

يقال

د آخر ك عن زل ن يا فإن من فى الد

ل ن ت ترت

ما ك

ك

ل تق ورت وار

رأ آن اق قر

لصاحب ال

رؤها". )رواه أبو داود و الترمذ 51 ى(آية تق

48 Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun, (Jakarta: Transpustaka, 2013),

Cet.ke-1, h.20 49 Yusuf Al-Qardhawi, Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, terj. Kathur

Suhardi (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2008), cet. Ke-6, h.146 50 Taufiqurrahman, Kisah Anak Penghafal Quran, (Semarang: Pusatilmu.com, 2015),

h.9 51 Abû Dâwud Sulaimân ibn al-Asy’ as-Sijistânî, as-Sunan, (Beirût: Dâr at-Ta’shîl,

2015), Jilid 3, Kitâb Awwalu Kitâb ash-Shalâh, Bâb fî tsawâbi Qirâah Al-Qur’ân, h.349

24

“Dari Abdillâh bin ‘Amr berkata, saya mendengar Rasûlullâh saw

bersabda: Akan dikatakan kepada penghafal Al-Qur’an: bacalah,

naiklah (derajatmu) dan bacalah Al-Qur’an secara tartil,

sebagaimana engkau membaca tartil Ketika engkau di dunia, sebab

derajatmu (akan terus naik) sampai batas akhir ayat yang engkau

baca). HR. Abu Daud dan Tirmidzi.

Dalam hadis tersebut, dapat diketahui bahwa seseorang yang

membaca Al-Qur’an akan terus naik derajatnya di sisi Allah, dan akan

berhenti Ketika ia berhenti membacanya. Seorang penghafal Al-Qur’an jelas

akan banyak membaca, seperti ketika ia mengulang-mengulang bacaan ayat

demi ayat saat ingin mengafalkannya.52

Keempat, seorang penghafal Al-Qur’an mempunyai dunia spiritual

yang bisa dinikmati oleh mereka sendiri. Karena Ketika ia sedang membaca

Al-Qur’an sebenarnya ia sedang bermunajat atau bercengkrama dengan

Allah. Allah akan selalu hadir bersamanya walaupun ia sendirian. Dengan

begitu saat ia membaca Al-Qur’an ia tidak akan pernah merasa kesepian dan

kekosongan spiritual.53

Selain itu terdapat faidah ilmiyah dalam menghafal Al-Qur’an,

diantaranya yaitu:

Pertama, Jika seorang penghafal Al-Qur’an bisa menguasai arti-arti

kalimat didalam Al-Qur’an, berarti ia telah banyak menguasai arti kosakata

bahasa Arab seakan-akan ia telah menghafal sebuah kamus bahasa Arab.54

52 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, (Jakarta: PP Jam’iyyatul

Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH-NU),2006), h.108 53 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, (Jakarta: PP Jam’iyyatul

Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH-NU),2006), h.109 54 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, h.109

25

Kedua, di dalam Al-Qur’an juga banyak memuat kata-kata bijak atau

hikmah yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

menghafal Al-Qur’an seorang akan banyak menghafalkan kata-kata bijak atau

hikmah tersebut.55

Ketiga, bahasa dan uslub56 dalam Al-Qur’an mengandung sastra arab

yang tinggi. Bagi seorang penghafal Al-Qur’an yang mampu menyerap

sastranya, akan mendapat dzauq adabi57. Hal ini dapat bermanfaat dalam

mendalami sastra Al-Qur’an yang akan mengugah jiwa, dan sesuatu yang tidak

mampu di nikmati oleh orang lain.58

Keempat, dalam Al-Qur’an banyak contoh-contoh yang berkaitan

dengan ilmu nahwu dan sharaf. Seorang penghafal Al-Qur’an dengan

menghadirkan dalil-dalil dari ayat Al-Qur’an untuk suatu kaidah dalam ilmu

nahwu dan sharaf.59

Kelima, dalam Al-Qur’an juga banyak sekali mencantumkan ayat-ayat

hukum. Bagi seorang penghfal Al-Qur’an akan dengan cepat menghadirkan

ayat-ayat hukum yang ia perlukan untuk menjawab satu persoalan hukum.60

Keenam, seorang penghafal Al-Qur’an akan cepat pula menghadirkan

ayat-ayat yang mempunyai tema yang sama. Hal ini sangat berguna untuk

55 Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an Di Pondok Pesantren,

Tsanawiyah, Aliyah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Percetakanonline.com, 2012) Cet. Ke-1,

h.20 56 Susunan kalimat 57 Rasa sastra yang tinggi 58 Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an Di Pondok Pesantren,

Tsanawiyah, Aliyah dan Perguruan Tinggi, , (Jakarta: Percetakanonline.com, 2012) Cet. Ke-

1, h.20 59 Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an Di Pondok Pesantren,

Tsanawiyah, Aliyah dan Perguruan Tinggi, h.21 60 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, (Jakarta: PP Jam’iyyatul

Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH-NU),2006), h.110

26

menafsirkan Al-Qur’an atau menulis tafsir maudhû’i (tematik), juga sebagai

bahan untuk ceramah khutbah.61

Ketujuh, seorang penghafal juga tidak akan mengalami kesulitan ketika

ia ditunjuk mendadak untuk menjadi khatib, dan begitu cepat menghadirkan

tema-tema yang ia kehendaki.62

Terdapat faidah yang lain yaitu terkait dengan otak. Seorang yang hafal

Al-Qur’an akan selalu memutar otaknya. Sebagaimana anggota tubuh lainnya

yang apabila selalu digunakan, ia akan kuat begitu juga dengan otak. Ia akan

terbiasa menyimpan memori dalam ingatannya.63

Tentunya kualitas hafalan ditentukan oleh beberapa hal. Salah satunya

ditentukan oleh perjuangan kita dalam menghafal. Semakin gigih kita

menghafal dan berjuang, maka semakin bagus pula kualitas hafalan kita. Selain

itu, kualitas hafalan juga ditentukan oleh do’a kita kepada Allah. Perjuangan

dalam menghafal tentunya memiliki berbagai macam cara selagi masih dalam

lingkup perjuangan. Ia akan mencapai puncak saat ia selesai dalam

perjuangannya. Ia harus mampu mengorbankan waktu, energi, pikiran, dan lain

sebagainya hingga meraih suatu kesuksesan.64

Selanjutnya menurut Sa’dulloh menghafal Al-Qur’an merupakan

ibadah terbaik kepada Allah, karena orang yang menghafal ia membaca dan

merenungkan kalam Allah dengan lisan dan pikirannya. Menghafal Al-Qur’an

termasuk suatu keutamaan yang besar, dan posisi itupun selalu didambakan

61 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, h.110 62 Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an Di Pondok Pesantren,

Tsanawiyah, Aliyah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Percetakanonline.com, 2012) Cet. Ke-1,

h.21 63 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, h.110 64 Ihda Hajarul Mufidah, Rahasia Hafalan Quran Mutqin, (Solo: Gazzamedia, 2019),

h.31

27

oleh semua orang. Ada beberapa keutamaan menghafal Al-Qur’an menurut

Sa’dulloh yang dikutip dari tesis Rahmi Zaimsyah diantaranya:

a. Menghafal Al-Qur’an merupakan kemenangan dan kebahagiaan di

dunia dan akhirat jika disertai dengan amal shalih dan keikhlasan

didalam hati.

b. Seorang penghafal Al-Qur’an akan diberikan anugerah dari Allah

berupa ingatan yang tajam dan kuat, pikiran yang cemerlang,

dengan demikian penghafal Al-Qur’an akan lebih teliti serta dan

hati-hati karena banyak latihan untuk mencocokkan ayat serta

membandingkan dengan ayat yang lainnya.

c. Seorang penghafal Al-Qur’an akan memiliki prestasi yang tinggi

daripada teman-teman yang tidak hafal Al-Qur’an, karena

menghafal Al-Qur’an merupakan bahtera ilmu.

d. Seorang yang menghafal Al-Qur’an akan mempunyai identitas,

akhlak, dan perilaku yang baik, karena jiwa nya sudah menyatu

dengan Al-Qur’an.

e. Penghafal Al-Qur’an akan mempunyai kemampuan berbahasa

Arab secara alami, sehingga akan fasih berbicara dan ucapan

Bahasa Arab yang baik dan benar.

f. Penghafal Al-Qur’an mampu menguasai arti kalimat-kalimat di

dalam Al-Qur’an serta banyak menguasai kosa kata Bahasa Arab,

seolah ia telah menghafalkan kamus Bahasa Arab.65

65 Rahmi Zaimsyah, “Evaluasi Pengembangan Program Tahfizh Di Institut Ilmu Al-

Qur’an Jakarta”, Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017, h.15

28

C. Kaidah-Kaidah dalam Menghafal Al-Qur’an

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan harus mempunyai usaha yang

kuat, usaha itupun harus berlandaskan cara serta perencanaan yang jelas.

Beberapa kaidah-kaidah dalam menghafal Al-Qur’an, yaitu:

a. Niat yang Ikhlas

Ikhlas adalah salah satu prasyarat dari segala ibadah. Ikhlas juga

merupakan salah satu dari dua pilar dasar diterimanya ibadah oleh Allah.66 Niat

yang ikhlas harus menjadi landasan utama sebelum memulai menghafal Al-

Qur’an. Karena pijakan pertama akan membawa konseksuensi tersendiri. Niat

yang ikhlas bukan berarti menghafal karena apa-apa, melainkan untuk mencari

ridha dari Allah semata.67

b. Mempunyai Kemauan dan Semangat yang Tinggi

Kesuksesan dalam menghafal Al-Qur’an tergantung oleh kemauan dan

semangat yang tinggi. Seorang penghafal Al-Qur’an harus mempunyai kedua

faktor ini dalam diri masing-masing. Tanpa adanya kemauan dan semangat

yang tinggi, akan mengalami kendala di pertengahan jalan.

c. Menggunakan Satu Mushaf untuk Menghafal Al-Qur’an

Seorang penghafal Al-Qur’an hendaknya menggunakan mushaf yang

sama dalam proses menghafal, jangan berganti mushaf sebab jika

menggunakan satu mushaf saja Ketika menghafal akan terbayang letak ayat

demi ayat. Menurut Ahsin Sakho Muhammad yang dikutip dalam Bunga

Rampai Mutiara Al-Qur’an Pembinaan Qari-Qariah dan hafizh hafizah

menjelaskan bahwa mushaf yang akan dipakai hendaknya menggunakan

66 Ahmad bin Salim Baduwailan, Menjadi Hafizh Tips dan Motivasi Menghafal Al-

Qur’an, terj. Cep Mochamad Faqih dan Nunung Nuraeni (Solo: Aqwam,2016), Cet. ke-1, h.54 67 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, (Jakarta: PP Jam’iyyatul

Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH-NU),2006), h.112

29

mushaf “Ayat Pojok” atau sering disebut “Mushaf Lil Huffazh”, yaitu mushaf

yang setiap pojoknya berupa akhir ayat. Dengan demikian seorang penghafal

Al-Qur’an akan mengetahui ayat permulaan dari setiap halaman. Ini juga ikut

membantu dalam pencarian ayat di kemudian hari, di juz berapa, dan halaman

bagian kiri atau kanan.68 Jadi jika seorang penghafal Al-Qur’an setiap

menghafal mengganti mushafnya, akan mengakibatkan ingatannya terpecah.

Oleh sebab itu, sebaiknya berpegang pada satu mushaf saja.69

d. Menyertai Hafalan dengan Pemahaman

Pesoalan terbesar yang dapat membantu dalam menghafal Al-Qur’an

adalah memahami ayat-ayat yang sudah dihafal, dan mengetahui hubungan

ayat satu dengan ayat yang lainnya. Artinya, yang harus diperhatikan adalah

menggabungkan hafalan dan pemahaman secara bersama-sama, karena

keduanya saling menyempurnakan, saling mendukung, dan menguatkan, serta

satu sama lain saling membutuhkan.70

e. Menjaga Hafalan dengan Mengulang dan Menyimakkan hafalan

kepada Hafizh Lain

Kaidah ini termasuk yang sangat penting. Karena orang-orang yang

dipilih oleh Allah untuk menghafal harus selalu menjaga hafalannya. Lebih

baik lagi jika mengulang hafalan dilakukan bersama-sama para penghafal

lainnya. Hal itu mengandung banyak manfaat, satu sisi dapat membantu

menguatkan hafalan serta membantu membetulkan hafalan yang salah. Selain

itu konsisten mengulang hafalan dengan menyimakkan hafalan dengan para

68 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, (Jakarta: PP

Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH-NU), 2006), h.113 69 Ahmad bin Salim Baduwailan, Menjadi Hafizh Tips dan Motivasi Menghafal Al-

Qur’an, terj. Cep Mochamad Faqih dan Nunung Nuraeni (Solo: Aqwam,2016), Cet. ke-1, h.57 70 Ahmad bin Salim Baduwailan, Menjadi Hafizh Tips dan Motivasi Menghafal Al-

Qur’an, terj. Cep Mochamad Faqih dan Nunung Nuraeni, h.57

30

penghafal lainnya akan memudahkan mengulang secara berkesinambungan.

Sebab biasanya akan lebih bersemangat dalam mengulang hafalan jika

dilakukan bersama orang lain.71 Sebagaimana dalam firman Allah:

ك خي سنشد عضدك با

…قال

“Kami akan menguatkan engkau (membantumu) dengan

saudaramu” (QS. Al-Qashash [28]: 35)

Dalam hal ini ketika kita berbuat kebaikan bersama-sama Allah akan

memudahkan dan membantu kita melakukan segala kegiatan.

f. Mengatur Waktu

Waktu menghafal ini terkait dengan keadaan masing-masing. Ada yang

merasa enak menghafal setelah subuh, sore hari, atau malam hari. Semua

tergantung pada pribadi masing-masing. Yang paling terpenting Ketika

menghafal adanya mood atau semangat dalam menghafal. Ketika mood itu

timbul jangan di sia-siakan waktu menghafal. Karena Ketika itu hilang akan

susah mendapatkan waku yang pas untuk menghafal. Artinya untuk waktu

menghafal dapat disesuaikan dengan keadaan dan pribadi masing-masing.72

D. Metode Menghafal Al-Qur’an

Metode dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan cara

teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai

sesuai dengan apa yang dikehendaki, dan dapat juga diartikan dengan cara

71 Ahmad bin Salim Baduwailan, Menjadi Hafizh Tips dan Motivasi Menghafal Al-

Qur’an, terj. Cep Mochamad Faqih dan Nunung Nuraeni, h.58 72 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, (Jakarta: PP

Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH-NU), 2006), h.14

31

kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu tujuan untuk

mencapai tujuan yang ditentukan.73

Menurut Armai Arif yang dikutip dalam karya tulis Mei Marlina

dengan judul Metode Hafalan Al-Qur’an dengan Pendekatan Takrir di SMP

IT Al-Ghazali Palangka Raya menjelaskan bahwa kata metode berasal dari

Bahasa Yunani yang terdiri dari ‘Metho’ yang berarti melalui dan kata ‘Hodos’

berarti jalan, untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Ahmad Tafsir dalam

buku Metode Pengajaran Islam, menjelaskan bahwa metode adalah istilah

yang digunakan untuk mengungkapkan cara yang cepat dan tepat dalam

melaksanakan sesuatu.74

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode adalah

cara yang tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, serta memudahkan

suatu pekerjaan dengan cepat.

Banyak sekali metode yang dilakukan dalam menghafal Al-Qur’an,

salah satunya akan diuraikan dalam buku Mukhlishoh Zawawie yang dikutip

dalam jurnal Implementasi Kegiatan Menghafal Al-Qur’an Siswa di LPTQ

Kabupaten Siak yaitu metode yang paling banyak dilakukan dan berhasil

mencetak para Huffazh. Metode-metode tersebut yakni:

Pertama, metode menghafal sendiri. Metode ini merupakan metode

yang paling banyak dilakukan karena masing-masing penghafal Al-Qur’an

bisa memilih yang paling sesuai untuk dirinya tanpa harus menyesuaikan diri

dengan orang lain. Metode ini bisa dilakukan dalam beberapa model yaitu, (1)

mengulang hafalan Al-Qur’an dengan mengkhatamkan dalam waktu enam

73 “Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia” https://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/nul, diakses pada

tanggal 25 Juli 2020 pukul 20.00 WIB 74 Mei Marlina, “Metode Hafalan Al-Qur’an Dengan Pendekatan Takrir Di SMPIT

Al-Ghazali Palangka Raya”, Skripsi IAIN Palangka Raya, 2017, h.14

32

hari. Dalam sebulan, metode ini dapat mengkhatamkan sebanyak lima kali. (2)

Tasbi’ Al-Qur’an. Metode ini banyak diberlakukan di pondok-pondok tahfizh

Al-Qur’an, terutama bagi para penghafal Al-Qur’an yang baru saja

menyelesaikan hafalannya.75

Kedua, menghafal berpasangan. Metode ini dilakukan oleh para

penghafal Al-Qur’an secara bersamaan. Tetapi dalam hal ini ada beberapa

Langkah yang harus ditempuh dalam metode ini yaitu, (1) memilih kawan

menghafal yang cocok dan menentukan surah dan waktu yang disepakati

bersama. (2) saling membukan mushaf Al-Qur’an pada bagian ayat yang akan

dihafalkan, salah satu dari keduanya membaca ayat tersebut, sedangkan yang

lain mendengarkan dengan serius dan merekam setiap bacaan didalam

ingatannya, begitupun sebaliknya. (3) dilanjutkan dengan praktik tarabbuth.76

(4) saling menguji hafalan di antara keduanya.77

Ketiga, menghafal dengan bantuan Al-Qur’an digital. Metode ini

dilakukan dengan menggunakan Al-Qur’an digital yang dirancang khusus.

Kita dapat memilih ayat yang ingin didengarkan secara berulang-berulang lalu

berusaha mengulang ayat tersebut sampai benar-benar hafal.78

Metode apapun yang digunakan dalam menghafal Al-Qur’an tidak

akan terlepas dari pembacaan yang berulang-ulang sampai dapat

mengucapkannya tanpa melihat mushaf Al-Qur’an sedikitpun. Selanjutnya

dalam buku 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an karya Sa’dulloh yang dikutip

75 Iwan Agus Supriono dan Atik Rusdiani, “Implementasi Kegiatan Menghafal Al-

Qur’an Siswa di LPTQ Kabupaten Siak”, dalam Jurnal ISEMA, Vol.4, No.1, Juni 2019, h.59 76 Tarabbuth adalah menyambung ayat-ayat yang telah berhasil dilakukan. 77 Iwan Agus Supriono dan Atik Rusdiani, “Implementasi Kegiatan Menghafal Al-

Qur’an Siswa di LPTQ Kabupaten Siak”, h.60 78 Iwan Agus Supriono dan Atik Rusdiani, “Implementasi Kegiatan Menghafal Al-

Qur’an Siswa di LPTQ Kabupaten Siak”, h.60

33

didalam tesis Rahmi Zaimsyah menjelaskan ada lima metode menghafal Al-

Qur’an, yaitu:

Pertama, dengan Bin-Nazhar. Yaitu membaca ayat-ayat Al-Qur’an

yang akan dihafalkan dengan melihat mushaf Al-Qur’an secara berulang-

ulang. Proses ini dilakukan hendaknya sebanyak mungkin atau empat puluh

kali seperti yang biasa dilakukan para ulama terdahulu.

Kedua, menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur’an yang

telah dibaca berulang-berulang. Misalnya menghafal satu baris, beberapa

kalimat, atau sepotong ayat yang pendek sampai tidak ada kesalahan. Setelah

semua dihafal dengan baik, lalu ditambah merangkaikan barisan atau kalimat

berikutnya dengan sempurna.

Ketiga, dengan Talaqqi. Talaqqi ialah menyetorkan atau

memperdengarkan hafalan yang bari dihafal dengan guru atau instruktur. Guru

tersebut tentu harus seorang penghafal Al-Qur’an yang telah mantap

agamanya, serta dapat menjaga dirinya.

Keempat, dengan Takrir. Yaitu mengulang hafalan atau mensima’kan

hafalan yang pernah dihafalkan kepada guru tahfîzh. Takrir ini bermaksud agar

hafalan yang pernah dihafalkan dapat terjaga dengan baik.

Kelima, metode Tasmî’. Metode ini dengan memperdengarkan hafalan

kepada orang lain baik kepada perorangan maupun pada kelompok jamaah.

Dengan metode ini seorang penghafal Al-Qur’an dapat mengetahui

kekurangan dirinya. Dan dengan metode ini juga seorang penghafal Al-Qur’an

dapat berkonsentrasi dalam hafalannya.79

79 Rahmi Zaimsyah, “Evaluasi Pengembangan Program Tahfizh Di Institut Ilmu Al-

Qur’an Jakarta”, Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017, h.25

34

Selanjutnya ada empat kiat-kiat dalam menghafal Al-Qur’an yang

dijelaskan K.H. Ahsin Sakho Muhammad, MA yang dikutip dalam Bunga

Rampai Mutiara Al-Qur’an Pembinaan Qari Qari’ah dan Hafizh Hafizhah

karangan Drs. K.H. A. Muhaimin Zen, MA yaitu:

Pertama, membaca satu ayat dengan bacaan yang bagus, bersuara

walaupun pelan, dan diutamakan dengan lagu secara berulang-ulang sampai

hafalan tersebut kokoh. Jika ayat yang akan dihafalkan agak panjang, bisa

dipotong menjadi beberapa bagian. Lalu setiap bagian dihafalkan dan

dilanjutkan dengan bagian lainnya. Yang perlu dijelaskan disini bahwa seorang

penghafal tidak boleh melanjutkan hafalan berikutnya apabila hafalan yang

sebelumnya belum kokoh.

Kedua, menyambung akhir ayat dengan awal berikutnya. Karena

menghafalkan satu ayat adalah satu perkerjaan, dan menyambungkan dari ayat

sebelumnya dengan ayat sesudahnya juga merupakan pekerjaan yang lain. Jika

dalam menghafal seorang langsung menghubungkan akhir ayat dengan awal

ayat berikutnya, maka dua pekerjaan tersebut bisa dilakukan sekaligus.

Sehingga Ketika ia mengakhiri suatu ayat, ia langsung teringat dengan ayat

berikutnya.

Ketiga, istiqomah. Dalam proses menghafal hal ini sangat penting

karena tanpa isiqomah atau konsisten sulit untuk menentukan berapa lama

waktu menghafal. Istiqomah yang dimaksud yaitu istiqomah dalam waktu dan

istiqomah dalam mencapai target hafalan Al-Qur’an.

Keempat, Takrir dan Tasmî’. Takrir ialah mengulang hafalan yang

sudah dihafalkan dengan membacanya. Sedangkan tasmî’ ialah

memperdengarkan hafalan kepada orang lain yang lebih senior, yaitu mereka

yang hafalannya lebih kuat.

35

Kelima, memperhatikan ayat mutasyabihat. Ayat mutasyabihat ialah

ayat-ayat yang mempunyai kemiripan dalam redaksi antara satu dan lainnya.

Didalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat mutasyabihat yang sering

mengecoh seseorang dalam proses menghafal Al-Qur’an. 80

E. Cara Menjaga Hafalan Al-Qur’an

Selain menghafal Al-Qur’an hal yang tidak kalah pentingnya adalah

menjaga hafalan tersebut agar hafalan yang sudah dihafal tidak hilang dari

ingatan dan hati. Untuk itu diperlukan sedikit usaha dan cara untuk mejaga

hafalan tersebut.

Tentu dalam menghafal Al-Qur’an, ada hal yang mudah dan ada yang

sulit. Ketika dalam memahami makna Al-Qur’an, akan timbul rasa ingin lebih

baik dan memperbaiki diri agar sesuai dengan akhlak Al-Qur’an itu adalah

pengalaman spesifik yang terjadi dengan menghafal Al-Qur’an. Untuk

menjaga hafalan tips nya adalah terus mengulang-ulang hafalan tersebut

sehingga semakin kuat dan melekat didalam hati dan ingatan.81

Oleh karena itu upaya-upaya memelihara hafalan sejak dini sudah

diantisipasi selain menambah hafalan baaru, hafalan yang sudah dikuasi harus

dipertahankan dengan cara mentakrir nya. Takrir adalah mengulang-ulang

hafalan yang sudah pernah dihafalkan agar hafalan yang pernah dihafal tetap

terjaga dengan baik.

Menurut Sa’dulloh dalam bukunya 9 cara cepat menghafal Al-Qur’an

yang dikutip dalam Skripsi Mei Marlina menjelaskan bahwa takrir adalah

mengulang hafalan atau mensima’kan hafalan yang sudah pernah dihafalkan

80 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, (Jakarta: PP Jam’iyyatul

Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH-NU),2006), h.116 81 Balai Litbang Agama Jakarta, Membumikan Peradaban Tahfiz Al-Qur’an, (Jakarta:

Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2015) cet-1, h.8

36

kepada guru tahfizh agar hafalan yang sudah pernah dihafalkan dapat terjaga

dengan baik. Salah satu cara agar informasi-informasi yang masuk ke memori

jangka pendek dapat langsung ke memori jangka panjang adalah dengan

pengulangan atau rehearsal atau takrir.82

Mentakrir yang benar adalah mendahulukan yang baru, kemudian

hafalan yang lama. Maksud hafalan yang baru adalah hafalan yang selalu butuh

diingatkan. Mengulang yang baik bukanlah mengulang yang lancar, melainkan

yang tidak putus atau terus menerus karena lebih menunjukkan rasa ikhlas.83

Ada beberapa cara yang terbaik untuk menakrir hafalan yang sudah

pernah dihafalkan diantaranya:

1. Takrir Sendiri

Seorang yang menghafal Al-Qur’an harus bisa memanfaatkan waktu

untuk takrir dan untuk menambah hafalan. Hafalan yang baru harus selalu

ditakrir, minimal dalam sehari dua kali dalam jangka waktu satu minggu.

Sedangkan hafalan yang lama harus ditakrir setiap hari atau dua hari sekali.

Artinya semakin banyak hafalan harus semakin banyak pula waktu yan

dipergunakan untuk takrir.84

Takrir sebagian dari proses menghafalkan Al-Qur’an yang juga sebagai

kunci keberhasilan dari semua yang diusahakan dalam menghafalkan dan

menjaga Al-Qur’an pada diri seseorang. Menghafalkan Al-Qur’an dengan

metode takrir itu mudah dan efisien, itu harus diimbangi dengan usaha

82 Mei Marlina, “Metode Hafalan Al-Qur’an Dengan Pendekatan Takrir Di SMPIT

Al-Ghazali Palangka Raya”, Skripsi IAIN Palangka Raya, 2017, h.15 83 Nur Khasanah, “Penerapan Metode Takrir Dalam Menghafal Al-Qur’an Di Pondok

Pesantren Edi Mancoro Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang”, Skripsi IAIN

Salatiga,2018, h.39 84 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, (Jakarta: PP Jam’iyyatul

Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH-NU),2006), h.97

37

pengulangan secara ketat, karena kalau hafalan yang sudah ada tidak akan

bertahan lama dan akan sia-sia jika penjagaannya tidak dilaksanakan.85

2. Mengulang hafalan dalam shalat

Shalat merupakan salah satu diantara sebab terpenting yang bisa

menguatkan hafalan. Seseorang yang menghafal Al-Qur’an sudah semestinya

selalu menggunakan ayat-ayat yang sudah dihafalkan ketika melaksanakan

shalat. Takrir hafalan dalam shalat sangat bermanfaat untuk menguatkan

hafalan, karena didalam tubuh kita tidak bisa seenaknya bergerak, sehingga

seluruh pancaindera kita yaitu mata, telinga, dan perasaan kita benar-benar

berkonsentrasi agar hafalan kita tidak hilang. Oleh karena itu, kemampuan

membaca ayat-ayat Al-Qur’an di dalam shalat merupakan salah satu ukuran

kekuatan hafalan.86

3. Mengulang dengan Tasmî’

Salah satu cara terbaik dalam mengulang hafalan Al-Qur’an adalah

dengan cara disima’kan atau takrir bersama teman satu atau dua orang. Atau

dilakukan dengan tasmî’ berjamaah. Dengan dilakukan tasmî’ ini dapat

menjadikan hafalan semakin kuat dan kokoh dan dapat membetulkan jika ada

hafalan yang salah.

4. Musabaqah Hifzh Al-Qur’an

Kegiatan ini termasuk salah satu media terbaik untuk menguatkan

hafalan. Setiap orang tertentu memiliki kecenderungan untuk mempersiapkan

diri semantap mungkin saat menghadapi ujian, mempercepat hafalan, dan

85 Mughni Najib, “Implementasi Metode Takrir Dalam Menghafalkan Al-Qur’an

Bagi Santri Pondok Pesantren Punggul Nganjuk”, dalam Jurnal Pendidikan dan Studi

Keislaman, Vol.8 No.3, November 2018 86 Mei Marlina, “Metode Hafalan Al-Qur’an Dengan Pendekatan Takrir Di SMPIT

Al-Ghazali Palangka Raya”, Skripsi IAIN Palangka Raya, 2017, h.26

38

memanfaatkan waktu ketika ujian sudah ditentukan waktunya. Dalam hal ini

baik atau buruknya kekuatan hafalan dapat dilihat melalui perlombaan Al-

Qur’an.87

Ada hal yang menarik dalam buku yang berjudul Rahasia Hafalan

Quran Mutqin Huffazh Juara Dunia berisi tentang perjuangan para

hafizh/hafizhah dalam menghafal Al-Qur’an salah satunya yang dilakukan

oleh KH. Deden Muhammad Makhyaruddin, MA beliau adalah Founder

Indonesia Murajaah. Dalam hal ini beliau mengatakan bahwa takrir yang

beliau tempuh terbagi menjadi 3 bagian:

1. Tadzkîr (mengingat)

Menurut beliau murojaah versi tadzkîr adalah pengulangan 10 juz,

dimana para penghafal mengulang 10 juz dengan cara membaca dalam hati

dan dibayangkan per juz yang dihafalkan hingga mencapai juz tersebut. Beliau

menggunakan cara ini per juz dan menghabiskan waktu kurang lebih 5 menit.

2. Talfîzh (melafazhkan)

Pengulangan ini menggunakan ritme bacaan sedang dan suara lantang.

Talfîzh ini dikerjakan sebanyak setengah sampai 1 juz setiap selesai

melaksanakan shalat lima waktu. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi

hafalan, karena kalau hanya dibaca dalam hati, dikhawatirkan banyak kalimat

yang keliru.

3. Tanzhîr (penglihatan)

Yang dimaksud dengan tanzhîr disini adalah pengulangan dengan

dilihat terlebih dahulu, kemudian diucapkan dengan suara lantang. Tanzhîr

87 Mei Marlina, “Metode Hafalan Al-Qur’an Dengan Pendekatan Takrir Di SMPIT

Al-Ghazali Palangka Raya”, h.25

39

diterapkan khusus untuk ayat yang biasa lupa atau keliru, atau mengulang

hafalan baru. Karena itu jumlah ayat yang diulang dengan metode tanzhir ini

disesuaikan dengan kebutuhan.88

Faktor-fakor yang mempengaruhi kualitas menghafal Al-Qur’an yang

dikutip dalam jurnal Impelentasi Kegiatan Menghafal Al-Qur’an Siswa di

LPTQ Kabupaten Siak karya Iwan Agus Supriono dan Atik Rusdiani berasal

dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kondisi emosi

seseorang, keyakinan, kebiasaan, dan cara memperoleh stimulus. Sedangkan

faktor eksternal yang memperngaruhi kualitas menghafal Al-Qur’an adalah

lingkungan belajar yang kondusif serta nutrisi yang cukup didalam tubuh.89

Selanjutnya ada beberapa faktor yang dapat mendukung dan

meningkatkan kemampuan seseorang dalam menghafal Al-Qur’an menurut

Alfi, yaitu motivasi dari seseorang yang menghafal Al-Qur’an, mampu

memahami dan mengetahui makna yang terkandung dalam Al-Qur’an,

pengaturan waktu dalam menghafal Al-Qur’an, fasilitas yang mendukung

untuk menghafal Al-Qur’an, dan konsistensi dalam mengulang hafalan Al-

Qur’an.90

F. Problematika dalam Menghafal Al-Qur’an

Dalam menghafal Al-Qur’an bagi para penghafal memiliki tantangan

sendiri. Banyak problematika yang terjadi pada saat menghafal Al-Qur’an.

Ketika hafalan itu sangat mudah dihafal kemudian hafalan itu juga bisa hilang

seketika.

88 Ihda Hajarul Mufidah, Rahasia Hafalan Quran Mutqin, (Solo: Gazzamedia, 2019),

h.184 89 Iwan Agus Supriono dan Atik Rusdiani, “Implementasi Kegiatan Menghafal Al-

Qur’an Siswa di LPTQ Kabupaten Siak”, dalam Jurnal ISEMA, Vol.4, No.1, Juni 2019, h.59 90 Iwan Agus Supriono dan Atik Rusdiani, “Implementasi Kegiatan Menghafal Al-

Qur’an Siswa di LPTQ Kabupaten Siak”, h.59

40

Ada beberapa problem yang dihadapi oleh para penghafal Al-Qur’an

dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal diuraikan

sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang

atau individu itu sendiri. Faktor ini biasanya berupa sikap atau sifat yang

melekat pada diri seseorang. Yang termasuk faktor internal dalam

problematika dalam menghafal Al-Qur’an yang dikutip dalam buku 9 Cara

Praktis Menghafal Al-Qur’an karangan Sa’dulloh, yaitu, aspek psikologis.

Aspek psikologis yang terdapat dalam diri manusia adalah sifat pasif, pesimis,

putus asa, bergantung pada orang lain, dan lain-lain. Seseorang yang bersifat

pasif adalah ia yang tidak ingin berupaya atau berikhtiar dalam segala hal. Ia

hanya ingin menunggu nasib yang datang kepadanya tanpa berusaha terlebih

dahulu. Orang yang bersifat pasif biasanya kurang memiliki semangat hidup.91

Seseorang yang ingin menghafal Al-Qur’an harus mempunyai sifat

aktif dalam dirinya, sebab dalam menghafal Al-Qur’an memerlukan pribadi

yang mandiri, mulai dari menghafal Al-Qur’an, menyetorkan hafalan serta

mempunyai target hafalan dalam dirinya. Tanpa pribadi yang aktif, maka ia

akan sulit untuk mewujudkan untuk menjadi seorang penghafal Al-Qur’an.

Sifat pesimis adalah sifat yang ada pada diri seseorang yang merasa dirinya

tiap siap untuk menyelesaikan sesuatu. Jika sifat ini berada dalam diri seorang

penghafal Al-Qur’an, dikhawatirkan ia merasa tidak mampu untu

menyelesaikan hafalan 30 Juz atau ketika telah menyelesaikan hafalan 30 Juz

ia merasa tidak mampu untuk menjaga hafalan tersebut. Selanjutnya sifat

psikologis lainnya adalah putus asa. Sifat ini adalah sifat tercela yang sangat

91 Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Depok: Gema Insani, 2008), Cet.

Ke-1, h.68

41

dibenci oleh Allah swt, bahkan sampai digolongkan ke dalam sifatnya orang-

orang kafir. Allah berfirman:

ن … فرو ك م ال قو

ا ال

ال و ح الله س من ر ـ ي

ا يا

انه ل و ح الله ا من ر سو ـ ي

ا تا

٨٧ول

“…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya

yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang

kafir.” ( QS. Yusuf [12]: 87)

Sifat putus asa akan menjerumuskan manusia kedalam jurang

kesengsaraan, oleh karena itu sifat ini harus dijauhkan dari dalam diri

seseorang terlebih dalam diri seorang penghafal Al-Qur’an, karena sifat putus

asa sama saja dengan sifat yang tidak mau bersyukuratas nikmat yang

diberikan oleh Allah SWT, bahkan tergolong kepada kufur nikmat.

Sedangkan sifat bergantung kepada orang lain adalah sifat yang bermalas-

malasan dalam melakukan segala kegiatan, hanya ingin mengandalkan

seseorang dalam berbagai urusan, dan tidak mau berusaha. Sifat ini

berdampak negatif jika terdapat dalam diri seorang penghafal Al-Qur’an

karena ia akan berleha-leha, dan mau menghafal ketika ada yang

menemaninya saja.92

Kedua, faktor kesehatan. Kesehatan seorang penghafal Al-Qur’an baik

dari kesehatan fisik seperti penyakit mata, telinga, tenggorkan, flu, panas

dingin dan lain-lain. Sedangkan kesehatan psikis seperti stres, cepat marah,

dan mudah tersinggung. Semua faktor dari Kesehatan fisik dan psikis ini harus

selalu dijaga dengan baik agar dapat menyelesaikan target-target yang ingin

dicapai dalam menghafal Al-Qur’an.93

92 Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Depok: Gema Insani, 2008), Cet.

Ke-1, h.69 93 Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, h.68

42

Ketiga, faktor kecerdasan. Setiap manusia diberikan kemampuan yang

khas yang membuatnya dapat mengembangkan diri. Manusia diberi kekuatan

untuk berpikir. Kekuatan itu diberi nama “kecerdasan” yaitu sebuah anugerah

gratis yang diberikan oleh Allah SWT. Setiap orang dengan beragam

kecerdasan yang dimiliki dapat menghafal Al-Qur’an dengan mudah asalkan

mempunyai niat dan semangat yang tinggi, serta motivasi yang kuat dan selalu

tekun dalam menjalaninya. Daya ingat yang kuat dapat memudahkan dalam

proses menghafal dan proses mengulang hafalan. Tetapi orang yang daya ingat

yang sedang pun dalam menghafal Al-Qur’an dengan baik kalua dibarengi

dengan ketekunan dan motivasi yang kuat dari dalam diri untuk meraih ridha

Allah SWT.94

Keempat, faktor motivasi. Dalam menghafal Al-Qur’an, motivasi

menjadi dasar yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan tujuan dalam

proses menghafal. Motivasi yang tinggi dari seorang penghafal Al-Qur’an

membuat ia memiliki keinginan yang kuat untuk mengikuti dan menghargai

segala kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar dan menghafal.95

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang atau

individu. Faktor ini meliputi lingkungan di sekitar termasuk orang-orang

terdekat. Yang termasuk faktor eksternal yaitu: Pertama, mudahnya ayat-ayat

yang sudah dihafal hilang dari ingatan.96 Dalam hal ini sangat sering terjadi.

Problem ini hampir seluruh para penghafal Al-Qur’an mengalaminya. Untuk

problem semacam ini kita tidak boleh berputus asa dalam menghafal. Untuk

94 Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Depok: Gema Insani, 2008), Cet.

Ke-1, h.71 95 Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, h.79 96 Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun, (Jakarta: Transpustaka, 2013),

Cet. ke-1, h.106

43

mengatasi nya dengan selalu mengulang hafalan yang sudah dihafal sebelum

melanjutkan pada hafalan selanjutnya.

Dalam buku Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an di Pondok

Pesantren, Tsanawiyah, Aliyah, dan Perguruan Tinggi karya KH. Muhaimin

Zen dijelaskan bahwa permasalahan lupa pada hafalan disebabkan dengan

kurangnya menaruh perhatian pada hafalan tersebut. Dengan demikian tidak

terbesit dalam pikiran mengenai hafalan tersebut. Disini juga diperlukan niat

dan kesungguhan hati dalam menghafal.97 Kemudian penyebab lupa pada

karena hafalan yang sudah dihafal tidak dipakai atau dibiarkan begitu saja.

Solusi terbaik agar hafalan tersebut tetap lancar adalah digunakan pada waktu

shalat.

Kedua, penyebab selanjutnya yang tanpa disadari oleh para penghafal

Al-Qur’an adalah banyak melakukan dosa dan maksiat. Karena dengan

perbuatan ini ia dapat menjadikan seorang penghafal Al-Qur’an

melupakannya, dan membutakan hatinya dari berzikir kepada Allah, serta dari

membaca dan menghafalkan Al-Qur’an.98

Ketiga, gangguan lingkungan. Untuk mencapai suatu keberhasilan

dalam menghafal Al-Qur’an seseorang yang menghafal perlu diperhatikan

keadaan lingkungannya saat menghafal. Bila para penghafal memilih ruangan

untuk tempat menghafal harus mempunyai penerangan yang cukup sehingga

mata tidak lelah dan sakit kepala. Ventilasi (pertukaran udara) harus cukup.

Bila pertukaran udara kurang maka akan mudah mengantuk saat menghafal.

Tempat yang sesunyi mungkin. Karena beberapa jenis suara terutama suara

97 Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an Di Pondok Pesantren,

Tsanawiyah, Aliyah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Percetakanonline.com, 2012) Cet. ke-1,

h.98 98 Ahmad bin Salim Baduwailan, Menjadi Hafizh Tips dan Motivasi Menghafal Al-

Qur’an, terj. Cep Mochamad Faqih dan Nunung Nuraeni (Solo: Aqwam,2016), Cet. ke-1,

h.174

44

orang yang berbicara dapat mengganggu konsesntrasi.99 Seorang penghafal

juga bisa memilih ruangan terbuka seperti taman-taman, atau dibawah pohon

yang rindang dan tempat yang teduh. Karena lingkungan yang nyaman dan

tenang akan memudahkan kita dalam menghafal dan memahami ayat yang

dihafalkan,

Keempat, banyaknya ayat-ayat yang serupa tetapi tidak sama. Ini

adalah problem yang para penghafal pasti mengalaminya. Di dalam Al-Qur’an

terdapat banyak ayat yang serupa tetapi tidak sama. Maksudnya adalah ayat

yang pada awalnya sama dan mengenai peristiwa yang sama pula, tetapi pada

pertengahan atau akhir ayatnya berbeda atau sebaliknya. Seperti pada QS. Al

Mu’minûn [23]: 83 yang hampir serupa dengan QS. Al-Naml [27]: 68.

Kemudian pada QS. Al-Anfâl [8]:10 hampir serupa dengan QS. Ali-Imrân [3]:

126.100

Kelima, faktor keluarga. Seseorang yang sedang menghafal Al-Qur’an

sangat penting mendapatkan dukungan dari keluarga. Ketika seorang

penghafal Al-Qur’an mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya,

maka ia akan bersungguh-sunguh untuk mencapai target yang diinginkan oleh

dirinya sendiri dan keluarganya. Tetapi sebaliknya jika seorang penghafal Al-

Qur’an mempunyai keinginan dalam menghafal tetapi tidak mendapat

dukungan dari kedua orang tuanya, maka ia akan mengalami hambatan seperti

kurangnya motivasi, kurangnya biaya Pendidikan, dan lain-lain. Oleh karena

99 Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun, (Jakarta: Transpustaka, 2013),

Cet. ke-1, h.112 100 Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an Di Pondok Pesantren,

Tsanawiyah, Aliyah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Percetakanonline.com, 2012) Cet. ke-1,

h.105

45

persoalan itu akhirnya akan mempengaruhi pencapaian target hafalan Al-

Qur’an.101

Keenam, problem yang terjadi dalam faktor eksternal lainnya adalah

perhatian yang lebih pada urusan-urusan dunia menjadikan hatinya terikat

dengannya, dan pada giliran hati menjadi keras, sehingga tidak bisa menghafal

dengan mudah.102

101 Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Depok: Gema Insani, 2008), Cet.

ke-1, h.83 102 Nur Khasanah, “Penerapan Metode Takrir Dalam Menghafal Al-Qur’an Di

Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang”, Skripsi

IAIN Salatiga,2018, h.44

46

BAB III

SEKILAS TENTANG MUSABAQAH TILAWATIL QUR’AN (MTQ)

A. Sejarah dan Perkembangan MTQ Nasional

Secara etimologi menurut sudut pandang Anna M Gade yang dikutip

dalam jurnal Review Politik karya Abd Hamid Abdulloh bahwa musabaqah

adalah isim mashdar yang berarti perlombaan.103 Kemudian kata tilawah

memiliki arti yang hampir mirip dengan kosakata qiraah. Dalam Al-Qur’an

kata qiraah disebutkan dalam QS. Al-Isra’ [17]: 14

با ك حسي ي م عل يو

سك ال فى بنف

كتبك ك

رأ ١٤اق

“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai

penghitung atas dirimu.” QS. Al-Isra’ [17]: 14

Dengan demikian musabaqah tilawatil qur’an (MTQ) adalah

perlombaan seni islami dengan tujuan menyampaikan pesan-pesan Al-Qur’an

dengan cara membaca, menghafal, menulis, menafsirkan, memahami, serta

menyampaikan Al-Qur’an.

MTQ dimulai sejak tahun 1950 dan diselenggarakan hanya

dilingkungan Departemen Agama. MTQ ini pada awalnya hanya muncul

sebagai ajang perlombaan antar madrasah, yang semula hanya tingkat lokal

dan berkembang menjadi nasional. Sejak tahun 1962 hingga tahun 1968

Departemen Agama secara rutin selalu menyelenggarakan MTQ di lingkungan

sendiri untuk kalangan anak-anak. MTQ kemudian dijadikan program nasional

dan Presiden Soeharto menyetujuinya dan dibukanya sendiri pada tahun 1968

103 Abd Hamid Abdulloh, “Pemanfaatan Data E-KTP dalam Proses Validasi Peserta

Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), dalam Jurnal Review Politik, Vol. 04, No.1, Juni 2014,

h.63

47

tentunya ini atas upaya dari Menteri Agama saat itu yakni K.H. Muhammad

Dahlan, (1968-1971).104

Ada dua misi yang hendak diwujudkan oleh umat Islam berkaitan

dengan kegiatan MTQ ini. Pertama, sebagai syiar Islam. Walaupun niat di

balik kegiatan yang semarak ini semata-mata demi Allah SWT, MTQ ini tidak

lepas dari dimensi sosialnya sebagai sebuah pameran atau peragaan. Kedua,

MTQ sebagai tujuan internal. Masing-masing pemegang kebijakan di semua

wilayah mendorong dan mendukung aktivitas-aktivitas pembelajaran Al-

Qur’an ini, dengan menyelenggarakan perlombaan rutin yang

mempertandingkan para ahli antar wilayah dari mulai tingkat kecamatan

sampai tingkat internasional.105

Selain itu ada kegiatan yang serupa dengan MTQ tetapi kegiatan itu

tidak menyelenggarakan seluruh cabang perlombaan dan tidak

mengikutsertakan semua golongan peserta, melainkan hanya golongan dan

cabang tertentu yang telah ditetapkan saja yakni dinamakan Seleksi Tilawatil

Qur’an (STQ)106. Tetapi MTQ cakupannya lebih besar dan semarak

pelaksanaannya dibadingkan dengan STQ.107

Kemudian ada tiga sasaran diselenggarakan MTQ kala itu. Pertama,

untuk memupuk persaudaraan antar umat beragama. Meskipun MTQ

merupakan perhelatan umat Islam, namun muncul partisipasi umat lain dalam

104 “Semarak Al-Qur’an di Bumi Pagar Dewa”, dalam Majalah Varia Ipqah: Media

Komunikasi Qari-Qari’ah dan Hafidz-Hafidzah, No. 01, Juli 2004, h.17 105 Alfi Julizun Azwar, “Gagasan Rekonstruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil Quran

(MTQ) Dalam Perspektif Rahmatan Lil’Alamin”, dalam Jurnal UIN Raden Fatah Palembang,

Juni 2018, h.20 106 STQ adalah pentas kegiatan perlombaan di kalangan umat Islam yang serupa

dengan MTQ 107 Alfi Julizun Azwar, “Gagasan Rekonstruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil Quran

(MTQ) Dalam Perspektif Rahmatan Lil’Alamin”, dalam Jurnal UIN Raden Fatah Palembang,

Juni 2018, h.21

48

penyelenggaraannya. Hal ini bisa dilihat ketika MTQ diselenggarakan MTQ

kesepuluh di Manado pada tahun 1977 dan STQ ke XII di Ambon tahun 1966.

Kedua, secara politis MTQ secara tidak langsung mengajak partisipasi umat

Islam dalam pembangunan, mengingat tahun-tahun itu adalah masa Orde Baru

dengan umat Islam. Ada kesan umat Islam ditinggalkan kala itu. Ketiga, untuk

memicu semangat dan motivasi masyarakat untuk mempelajari agama melalui

pendalaman Al-Qur’an.108

Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) telah bertahun-tahun

dilaksanakan secara berjenjang. Keseriusan masyarakat dan pemerintah dalam

merespon dan melaksanakan MTQ dari tahun ke tahun menunjukkan

perkembangan dan peningkatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan terus

bermunculan usulan penambahan cabang maupun golongan yang

dimusabaqahkan dan juga semakin banyaknya jumlah peserta utusan daerah

yang berpartisipasi.

Sejak MTQ Nasional pertama kali diselenggarakan pada tahun 1968

sampai dengan saat ini, cabang dan golongan yang diperlombakan terus

bertambah. Terlebih lagi setelah dibentuknya Lembaga Pengembangan

Tilawatil Qur’an (LPTQ)109 pada tahu 1977, MTQ ini dinilai sebagai salah satu

sarana untuk mewujudkan pengamalan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-

hari. Pelaksanaan diwujudkan dalam cabang-cabang perlombaan , yaitu:

Tilawah Al-Qur’an, Qira’at Al-Qur’an, Hifzh Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur’an,

108 “Semarak Al-Qur’an di Bumi Pagar Dewa”, dalam Majalah Varia Ipqah: Media

Komunikasi Qari-Qari’ah dan Hafidz-Hafidzah, No. 01, Juli 2004, h.17 109 LPTQ merupakan Lembaga resmi yang secara khusus mengajarkan dan

mengembangkan berbagai cabang ilmu tentang Al-Qur’an, baik daalam seni menulis,

memahami isi kandungan, serta seni membaca Al-Qur’an.

49

Fahm Al-Qur’an, Syarh Al-Qur’an, Khat Al-Qur’an, dan menulis kandungan

Al-Qur’an atau Musabaqah Makalah Ilmiyah Al-Qur’an.110

MTQ mulai semakin berkembang dan mengalami perbaikan, serta

antusias masyarakat pun semakin tinggi untuk ikut serta dalam kegiatan ini.

Karena MTQ sudah berkembang dan dimiliki oleh berbagai lembaga baik

lembaga negeri maupun swasta yang menjadi penyelenggaraannya, karena

MTQ bukan lagi menjadi klaim dari sebuah institusi. MTQ pun mampu

menghadirkan kompetisi yang berobjek Al-Qur’an dengan tingkat yang

tinggi.111

Dalam penyelenggaraan MTQ ini juga dimeriahkan dengan kegiatan

pawai taaruf, perlombaan yang menghias kendaraan yang ikut serta dalam

kegiatan ini, serta adanya pameran pembangunan dari seluruh provinsi di

Indonesia dengan tujuan untuk memperkenalkan produk unggulan dari setiap

daerah.112

Selanjutnya ada beberapa nilai positif dalam penyelenggaraan MTQ di

Indonesia, yaitu: Pertama, semakin bagus kualitas dan hafalan para peserta

MTQ. Kedua, adanya penghormatan kepada para peserta MTQ dari

pemerintah, terbukti dari hadiah yang diberikan kepada peserta. Ketiga,

terjalinnya silaturahmi sesama peserta MTQ dari masing-masing daerah.

Keempat, semakin luasnya pemahaman para peserta terhadap ilmu-ilmu Al-

Qur’an. Kelima, dengan mengikuti MTQ terjadinya sosialisasi mengenai Al-

110Pedoman Musabaqah Al-Qur’an, Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam , (Jakarta:2010), h.3 111 Alfi Julizun Azwar, “Gagasan Rekonstruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil Quran

(MTQ) Dalam Perspektif Rahmatan Lil’Alamin”, dalam Jurnal UIN Raden Fatah Palembang,

Juni 2018, h.20 112 Alfi Julizun Azwar, “Gagasan Rekonstruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil Quran

(MTQ) Dalam Perspektif Rahmatan Lil’Alamin”, dalam Jurnal UIN Raden Fatah Palembang,

Juni 2018, h.22

50

Qur’an terhadap masyarakat Islam sehingga Al-Qur’an semakin digandrungi

oleh masyarakat.113

Disamping nilai positif dari MTQ terdapat dampak nilai negatif dalam

penyelenggaraan MTQ yaitu terdapat penggunaan cara-cara yang bertentangan

dengan etika Al-Qur’an baik dari segi penyelenggaraan, perhakiman, dan

pengambilan peserta. Namun hal ini dapat diatasi dengan penyegaran kembali

mengenai nila-nilai Qur’ani pada setiap insan praktisi MTQ.114

Terbentuknya MTQ di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari pengaruh

dua kutub besar Timur Tengah, Mekkah, dan Mesir. Karena banyaknya kaum

muda Indonesia yang menimba ilmu disana. Setelah menyelesaikan

pembelajaran disana, sesampainya di Indonesia mereka pun banyak yang

kemudian menjadi kyai, ustadz, untuk mengembangkan ilmu keislaman di

Indonesia. Salah satunya dengan membaca Al-Qur’an dengan “langgam” yang

mereka peroleh selama di Mekkah dan Mesir.115

Pada tahun 1978 MTQ mulai berkembang dengan cabang tahfîzh Pada

cabang ini diselenggarakan Musabaqah Hifzh Al-Qur’an (MHQ) golongan 30

juz, 20 juz, 10 juz, 5 juz, 30 juz dengan tafsir, 5 juz dengan tilawah dan 1 Juz

dengan tilawah.116

Adapun hasil MHQ tersebut mempunyai peranan penting di

masyarakat dalam pengembangan tahfîzh Al-Quran. Mereka menjadi Pembina

dan pimpinan pondok pesantren tahfîzh Al-Qur’an di berbagai daerah. Dengan

113 Alfi Julizun Azwar, “Gagasan Rekonstruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil Quran

(MTQ) Dalam Perspektif Rahmatan Lil’Alamin”, dalam Jurnal UIN Raden Fatah Palembang,

Juni 2018, h.23 114 Alfi Julizun Azwar, “Gagasan Rekonstruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil Quran

(MTQ) Dalam Perspektif Rahmatan Lil’Alamin”, h.23 115 Nur Rohman, “Anna M. Gade dan MTQ di Indonesia: Sebuah Kajian

Metodologis”, dalam Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat, IAIN Surakarta, 2016, h.114 116 Muhaimin Zen, Peranan Huffazh Al-Qur’an Indonesia dalam Mengantisipasi

Tahrif Al-Qur’an”, (Ciputat: Transpustaka, 2013), Cet. ke-1

51

adanya pembinaan tahfîzh Al-Qur’an pasca MTQ berarti pembinaan tahfîzh

Al-Qur’an terus menerus selalu ada dan tidak akan terputus mulai zaman Nabi

Muhammad SAW hingga masa kini.

Indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragam Islam meyakini

bahwa Al-Qur’an harus dihidupkan di tengah-tengah masyarakat. Ditemukan

beragam tradisi untuk menghidupkan ayat-ayat Al-Qur’an yang mulai

melahirkan perilaku-perilaku komunal serta menujukkan perbedaan

pemahaman masyarakat atau kelompok tertentu terhadap makna Al-Qur’an.

Perbedaan persepsi ini kemudian menyebabkan terjadinya pengembangan

kajian terhadap studi Al-Qur’an yakni dikenal dengan kajian Living Qur’an.

Kajian Living Qur’an adalah studi Al-Qur’an yang mencoba menyimpulkan

berbagai pemaknaan atau persepsi masyarakat terhadap Al-Qur’an. Model

studi ini menjadi fenomena yang hidup di tengah masyarakat muslim terkait

dengan Al-Qur’an.117

Sebelum MTQ Nasional, MTQ dilaksanakan diseluruh Provinsi, Kota,

Kecamatan, dan Kelurahan. Salah satunya di Kota Pekanbaru terletak di

Provinsi Riau yang menjadi fokus pembahasan pada penulisan ini.

B. Sejarah MTQ di Kota Pekanbaru

MTQ di Kota Pekanbaru dilaksanakan pertama kali pada tahun 1967118,

dimulai dari tingkat kelurahan, kecamatan, kota, dan provinsi. Tujuan dari

MTQ ini secara prinsip adalah syiar Al-Qur’an kemudian secara umum

mengacu pada visi dan misi Kota Pekanbaru yakni menjadi Kota yang religious

smart city madani dan mewujudkan masyarakat berbudaya Melayu,

117 Wildan Hidayat, “Fenomena Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) di Indonesia”,

dalam makalah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2017, h.6 118 Wawancara dengan mantan pengurus LPTQ Kota Pekanbaru, Pekanbaru, 1 Juli

2020 pukul 10.30 WIB

52

bermartabat, dan bermarwah yang menjalankan kehidupan beragama,

memiliki iman dan takwa.119

Cabang yang pertama kali dilombakan pada MTQ Kota Pekanbaru ini

adalah cabang tilawah. Dahulu nama cabang ini tilawah Ibtidaiyah,

Tsanawiyah, dan Aliyah. Sekarang menjadi cabang tilawah anak-anak, remaja,

dan dewasa. MTQ ini dahulu tidak dilaksanakan setiap tahun, hanya 2 tahun

sekali. Seiring berjalannya waktu kegiatan ini dapat dilaksanakan setiap tahun.

Semenjak tahun 2000 baru bertambah adanya cabang tahfîzh, tafsir, khat,

mmq, dan qiraah sab’ah.120

Perkembangan hafalan Al-Qur’an para peserta MTQ ini setiap tahun

semakin meningkat. Tak lepas dari binaan LPTQ Kota Pekanbaru. LPTQ ini

berdiri sejak tahun 1980. Adapun tujuan dari LPTQ adalah Pertama,

melaksanakan MTQ yang jujur, berkualitas, dan berprestasi di Kota

Pekanbaru. Kedua, melaksanakan program dan kegiatan LPPTQ yang

berorientasi pada Pendidikan dan pengembangan dalam memahami Al-

Qur’an. Ketiga, menciptakan kader Qari-Qari’ah, Hafizh-Hafizhah, Khattat-

Khatattatah, Mufassir-Mufassirah yang membumikan Al-Qur’an. Pada tahun

2014 LPTQ berubah nama menjadi LPPTQ (Lembaga Pengembangan

Pendidikan Tilawatil Qur’an) pada tahun 2016 kembali menjadi nama LPTQ.

Ketua Umum LPTQ ini dibawah naungan struktur Pemerintahan yang saat ini

Wakil Walikota menjabat sebagai Ketua Umumnya.121

LPTQ mempunyai program untuk anak-anak dan remaja yang

mempunyai semangat dalam menghafal Al-Qur’an yaitu program 10 hari 1

119 Wawancara dengan Sekretaris Umum LPTQ Kota Pekanbaru, Pekanbaru, 1 Juli

2020 pukul 11.00 WIB 120 Wawancara dengan mantan pengurus LPTQ Kota Pekanbaru, Pekanbaru, 1 Juli

2020 pukul 10.30 WIB 121 Wawancara dengan Sekretaris Umum LPTQ Kota Pekanbaru, Pekanbaru, 1 Juli

2020 pukul 11.00 WIB

53

Juz. Kegiatan ini dilaksanakan pada tahun 2014 di Pondok Pesantren

Madinatul Ulum Kota bandung dengan tujuan menambah semangat dan

motivasi mereka dalam menghafal serta memberikan pengalaman bagi mereka

untuk belajar, menambah ilmu di tempat yang berbeda. Dari 25 orang yang

mengikuti kegiatan ini sebanyak 15 orang dapat menyelesaikan 1 Juz dalam

10 hari, dan 10 orang menyelesaikan 7-9 lembar. Pada tahun 2015 kegiatan ini

dilaksanakan di Rumah TahfizQu Yogyakarta, LPTQ membawa anak-anak

yang berbeda setiap tahunnya. Bahkan tahun 2015 ini semangat para penghafal

lebih tinggi dari sebelumnya. Dari 25 orang yang mengikuti kegiatan ini 19

orang dapat menyelesaikan 1 Juz bahkan lebih dari 1 Juz.

Selanjutnya tahun 2016 kegiatan ini kembali dilaksanakan di Kota

Pekanbaru tetapi dilaksanakan setiap bulan sampai menjelang pelaksanaan

MTQ Kota, dengan bimbingan dari ustadz/ustadzah yang berkompeten di

bidang ini. Para pembina tahfîzh di Kota Pekanbaru ini adalah alumni yang

pernah menjuarai cabang tahfîzh di tingkat Provinsi bahkan Nasional.

Sebelum melaksanakan MTQ Kota, dilaksanakan terlebih dahulu tingkat

kelurahan yang hanya mengadakan cabang tilawah saja, kemudian di tingkat

kecamatan menambah cabang tahfîzh 1 Juz dan 5 Juz. Selanjutnya di tingkat

Kota mengadakan seluruh cabang yaitu tilawah, tahfîzh, tafsir, khat, mmq, dan

qiraah sab’ah.

Untuk mencari para peserta Kota Pekanbaru melalui kemenag bagian

Kasi MTQ bekerjasama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) dengan Camat

dan Lurah. Pada hal ini harus mengutamakan putra putri daerah dengan

dibuktikan kartu tanda penduduk (KTP), kartu keluarga (KK), dan alamat yang

54

sah dengan tujuan agar putra putri daerah dapat maju dan mengembangkan

bakat dan minat yang dimiliki.122

C. Cabang dan Golongan pada Musabaqah Tilawatil Qur’an

MTQ Nasional mulai diselenggarakan tahun 1968, diawali dengan

MTQ antar pondok pesantren Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh tahun 1964.

Karena MTQ antar pondok pesantren ini sangat bagus untuk pembinaan

masyarakat, maka diangkat menjadi kegiatan tetap di tahun 1968. Saat itu

cabang yang pertama diselenggarakan pada MTQ Nasional adalah cabang

tilawah Al-Qur’an. Karena MTQ pertama kali diawali dengan MTQ antar

pondok pesantren, maka golongan pada cabang tilawah Al-Qur’an adalah yang

dipakai adalah istilah-istilah dalam pesantren, yakni golongan Aliyah untuk

dewasa, Tsanawiyah untuk remaja, dan Ibtidaiyah untuk anak-anak.123

Perlombaan dengan golongan Aliyah, Tsanawiyah, dan Ibtidaiyah

berlangsung sampai dengan tahun 1972. Pada tahun 1977 mulai terbentuk

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ), setelah terbentuk lembaga

ini golongan pada cabang tilawah Al-Qur’an mulai diganti menjadi cabang

dewasa, remaja, anak-anak, dan tuna netra. Pada tahun 1978 baru

diselenggarakannya cabang hifzh Al-Qur’an. Selanjutnya untuk cabang tafsir

Bahasa Arab dimulai dari tahun 1987.124

Ada hal yang menarik dalam cabang hifzh Al-Qur’an yakni untuk

golongan 1 Juz dan 5 Juz ditambah dengan tilawah Al-Qur’an. Artinya

sebelum diberikan soal oleh dewan hakim para peserta terlebih dahulu

membaca Al-Qur’an dengan bacaan mujawwad. Hal ini dikarenakan untuk

122 Wawancara dengan Sekretaris Umum LPTQ Kota Pekanbaru, Pekanbaru, 1 Juli

2020 pukul 11.00 WIB 123 Wawancara dengan Ketua Umum Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul

Ulama (JQH-NU) Periode 2000-2004, Ciputat, 15 Maret 2020 pukul 15.30 WIB 124 Wawancara dengan Ketua Umum Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul

Ulama (JQH-NU) Periode 2000-2004, Ciputat, 15 Maret 2020 pukul 15.30 WIB

55

memotivasi sedikit demi sedikit agar para peserta dapat membaca dengan

bacaan yang berirama.125

Berikut adalah macam-macam cabang dan golongan pada Musabaqah

Tilawatil Qur’an126:

No Cabang Golongan

1 Tilawah Al-Qur’an Tartil

Anak-anak

Remaja

Dewasa

Cacat Netra (Canet)

Qirâ’at Mujawwad

Qirâ’at Murattal

2 Hifzh Al-Qur’an 1 Juz dan Tilawah

5 Juz dan Tilawah

10 Juz

20 Juz

30 Juz

3 Tafsir Al-Qur’an Tafsir Bahasa Indonesia

Tafsir Bahasa Inggris

Tafsir Bahasa Arab

4 Fahm Al-Qur’an Tsanawiyah-Aliyah/SMP/SMU

Madrasah Ibtidaiyah/SD

5 Syarh Al-Qur’an Tsanawiyah-Aliyah/SMP/SMU

Golongan Strata 1 (S1)

125 Wawancara dengan Ketua Umum Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul

Ulama (JQH-NU) Periode 2000-2004, Ciputat, 15 Maret 2020 pukul 15.30 WIB 126 Pedoman Musabaqah Al-Qur’an, Kemeterian Agama RI Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman Musabaqah Al-Qur’an, (Jakarta:2010), h.14

56

6 Khat Al-Qur’an Naskah

Hiasan Mushaf

Dekorasi

Kontemporer

7 Cabang Makalah Ilmiyah Al-

Qur’an

Selanjutnya dibawah ini adalah batas umur dari setiap cabang dan

golongan pada pelaksanaan MTQ127:

1. Cabang Tilawah

a. Golongan Dewasa Pria dan Wanita. Maksimal umur 40 tahun 11

bulan 29 hari.

b. Golongan Cacat Netra Pria dan Wanita. Maksimal umur 49 tahun 11

bulan 29 hari.

c. Golongan Remaja Pria dan Wanita. Maksimal umur 24 tahun 11

bulan 29 hari.

d. Golongan Anak-Anak Pria dan Wanita. Maksimal umur 14 tahun 11

bulan 29 hari.

e. Golongan Tartil Al-Qur’an Pria dan Wanita. Maksimal umur 12

tahun 11 bulan 29 hari.

f. Golongan Qira’at Al-Qur’an Pria dan Wanita. Maksimal umur 40

tahun 11 bulan 29 hari.

127 Pedoman Pokok Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) XV Tingkat Provinsi Banten

Tahun 2018, diakses pada 30 Agustus 2020 pukul 20.00 WIB

57

2. Cabang Hifz h Al-Qur’an

a. Golongan 1 Juz dan Tilawah Pria dan Wanita. Maksimal umur 15

tahun 11 bulan 29 hari.

b. Golongan 5 Juz dan tilawah Pria dan Wanita. Maksimal umur 20

tahun 11 bulan 29 hari.

c. Golongan 10 Juz Pria dan Wanita. Maksimal umur 22 tahun 11

bulan 29 hari.

d. Golongan 20 Juz Pria dan Wanita. Maksimal umur 22 tahun 11

bulan 29 hari.

e. Golongan 30 Juz Pria dan Wanita. Maksimal umur 22 tahun 11

bulan 29 hari.

3. Cabang Tafsir Al-Qur’an

a. Golongan Bahasa Arab Pria dan Wanita, dengan hafalan 30 Juz dan

Tafsir Juz VIII. Maksimal umur 22 tahun 11 bulan 29 hari.

b. Golongan Bahasa Indonesia Pria dan Wanita, dengan hafalan 30

Juz dan Tafsir Juz XI.

c. Golongan Bahasa Inggris Pria dan Wanita, dengan hafalan juz I s.d

Juz XIII (13 Juz Pertama) dan Tafsir Juz IX. Maksimal umur 34

tahun 11 bulan 29 hari.

4. Cabang Khath Al-Qur’an

a. Golongan Naskah Pria dan Wanita. Maksimal umur 34 tahun 11

bulan 29 hari.

b. Golongan Hiasan Mushaf Pria dan Wanita. Maksimal umur 34

tahun 11 bulan 29 hari.

c. Golongan Dekorasi Pria dan Wanita. Maksimal umur 34 tahun 11

bulan 29 hari.

58

d. Cabang Kontemporer Pria dan Wanita. Maksimal umur 34 tahun

11 bulan 29 hari.

5. Cabang Syarh Al-Qur’an, masing-masing 1 (satu) regu Pria dan

Wanita. Maksimal umur 18 tahun 11 bulan 29 hari.

6. Cabang Fahm Al-Qur’an, masing-masing 1 (satu) regu Pria dan

Wanita. Maksimal umur 18 tahun 11 bulan 29 hari.

7. Cabang Qira’at al-Kutub

a. Golongan ‘Ulya Pria dan Wanita. Maksimal umur 34 tahun 11

bulan 29 hari.

b. Golongan Wustho Pria dan Wanita. Maksimal umur 24 tahun 11

bulan 29 hari.

c. Golongan Ula Pria dan Wanita. Maksimal umur 19 tahun 11 bulan

29 hari.

8. Cabang Musabaqah Makalah Al-Qur’an (MMQ) Pria dan Wanita.

Maksimal umur 24 tahun 11 bulan 29 hari.

9. Cabang Musabaqah Hifzh al-Hadis. Maksimal umur 19 tahun 11

bulan 29 hari.

D. Pro dan Kontra dalam pelaksanaan MTQ di Indonesia

Perjalanan MTQ memang tak semulus yang dibayangkan. Banyak

kritik yang dilontarkan dengan mengatakan bahwa MTQ dianggap

memperlombakan Al-Qur’an. Kritikan itu tidak hanya berasal dari masyarakat

saja tetapi juga ada dari beberapa pandangan ulama. Tetapi banyak juga yang

menyetujui tentang diselenggarakannya MTQ ini.

59

Masyarakat terkadang hanya melihat kepada gebyarnya saja atau

pembiayaan yang menelan milyaran rupiah. Masyarakat atau khususnya para

pengkritik biasanya lupa bahwa pembiyaannya yang besar bukan untuk

penyelenggaraan perlombaan Al-Qur’an, tetapi untuk perbaikan dan

penyediaan sarana yang berjangka panjang. Dan yang lebih penting, dengan

penyelenggaraan MTQ yang dipublikasikan secara luas itu kemudian

menumbuhkan gerakan masyarakat secara lebih positif, dalam bentuk:

perguruan Al-Qur’an, pesantren Al-Qur’an, kursus Al-Qur’an.128

1. Pendapat yang tidak setuju (kontra) terhadap MTQ

Kritik itu datang bukan dari kalangan modernis yang berseberangan

pandangan yang menggap bid’ah. K.H Misbah Mustofa Rembang misalnya,

seorang traditionalis merupakan adik kandung K.H Bisri Mustofa (ayah ulama

dan penyair K.H Mustofa Bisri) beliau sempat menulis hukum

penyelenggaraan MTQ yang dianggap haram.129

Sejak pertama kali dilaksanakan sampai sekarang, banyak perdebatan

di kalangan umat Islam terutama di kalangan pesantren tentang boleh tidaknya

mengikutsertakan santri-santrinya untuk mengikuti lomba MTQ. Salah

satunya dari pondok Tahfizh Yanbu’ul Qur’an (PTYQ) yang secara tegas

menyatakan penolakan dan ketidaksetujuannya dan ajang sejenisnya yang

bersifat melombakan Al-Qur’an. Salah satu alasan para santri dilarang ikut

serta dalam ajang MTQ dan sejenisnya yang dikutip dalam skripsi Defri Nor

Arif , sebagaimana tertera dalam wasiat KH. Munawwir via KH. Arwani Amin

128 Muhaimin Zen, Peranan Huffazh Al-Qur’an Indonesia dalam Mengantisipasi

Tahrif Al-Qur’an”, (Ciputat: Transpustaka, 2013), Cet. ke-1, h.23 129 “Semarak Al-Qur’an di Bumi Pagar Dewa”, dalam Majalah Varia Ipqah: Media

Komunikasi Qari-Qari’ah dan Hafidz-Hafidzah, No. 01, Juli 2004, h.30

60

bahwa larangan mengikuti MTQ dilegitimasi dalam Qur’an surah Al-Baqarah

ayat 41:

ما قا ل ت مصد

ن زلا بما ا منو

يتي ثمنا وا

ا با ترو ا تش

افر به ول

ك

ل و

ا ا نو و

ا تك

م ول

معك

ن اياي فاتقو ا ول ٤١قلي

“Dan berimanlah kamu kepada apa (Al-Qur'an) yang

telah Aku turunkan yang membenarkan apa (Taurat) yang

ada pada kamu, dan janganlah kamu menjadi orang yang

pertama kafir kepadanya. Janganlah kamu jual ayat-ayat-

Ku dengan harga murah, dan bertakwalah hanya kepada-

Ku.” (QS. Al-Baqarah [2]: 41)

Disinilah kemudian ayat diatas dianggap KH. Arwani sebagai dalil

naqli untuk larangan mengikuti perlombaan yang memuat ayat-ayat Al-Qur’an

di dalamnya. Alasan selanjutnya praktek pelaksanaan MTQ lebih menonjol

pada orientasi kejuaraannya dibandingkan segi permasyarakatan Al-

Qur’annya. Kemudian untuk menghindarkan anak cucu komunitas santri

PTYQ dari praktek-praktek menjadikan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an untuk

tujuan keduniawian.130

Selanjutnya ada pendapat lain yang menolak pelaksanaan MTQ yakni

dari Hasbi Ash-Shiddieqy, beliau berpendapat dalam artikelnya yang berjudul

“Musabaqah Tilawatil Qur’an dan Hukum Memusabaqahkannya”, yang

dikutip dalam skripsi Rifdah Farnidah, mengatakan bahwa Hasbi Ash-

Shiddieqy menolak pelaksanaan MTQ dengan alasan bahwa pembacaan Al-

Qur’an dengan bersifat duniawi. Karena menurut Hasbi Rasulullah tidak

pernah menyelenggarakan perlombaan Al-Qur’an. Kemudian ia mengatakan

bahwa alunan suara yang merusak tajwid serta memanjangkan lebih dari yang

130 Defri Nor Arif, “MTQ dan Pon-Pes Yanbu’ul Qur’an”, Skripsi UIN Sunan

Kalijaga, 2015, h.96

61

semestinya dan melagukan dengan nada-nada yang semata-semata ingin

mencari kepuasan pendengar itu harus dijauhkan karena tidak memberikan

kesan takut kepada Allah swt.131

Alasan kedua yang membuat Hasbi menolak tentang pelaksanaan MTQ

ini adalah dengan pelaksanaan ini dapat menimbulkan sifat ujub pada

Qari/Qari’ah, hafizh/hafizhah yang mengikutinya, serta menjadikan Al-Qur’an

sebagai perlombaan, dan menimbulkan rasa persaingan antar daerah.

Sebenarnya Hasbi menyetujui bahwa mempelajari ayat-ayat Al-Qur’an,

mempelajari tajwid dan menghafal Al-Qur’an adalah ibadah, namun masih

banyak cara untuk membuat masyarakat peduli dan ingin mempelajari Al-

Qur’an tidak dengan perlombaan.132

2. Pendapat yang setuju (pro) terhadap MTQ

Pendapat dari Kepala Biro Hukum dan Humas Departemen Agama

yaitu Prof. K.H. Ibrahim Hosen, LML dalam penjelasan ini disampaikan oleh

K.H. Muhammad Dahlan Prof. K.H Ibrahim Hosen, LML mengatakan bahwa

tujuan MTQ untuk syiar agama Islam, Umat tengah mencari kegairahan baru

dalam beragama. Sementara memperlombakan sesuatu yang halal adalah

mubah. Apalagi dengan tujuan untuk memasyarakatkan Al-Qur’an. Sehingga

dampak negatif MTQ lebih sedikit daripada manfaatnya.133

Selanjutnya menurut pandangan Drs. K.H.A. Muhaimin Zen, MA

ketua umum Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh periode 2000-2004, beliau

mengatakan terkhusus untuk mengikuti MHQ (Musabaqah Hifzh Al-Qur’an)

131 Rifdah Farnidah, “Resepsi Mahasiswa Terhadap Larangan Memperjualbelikan

Ayat-Ayat Al-Qur’an dalam Musabaqah Tilawatil Qur’an”, Skripsi IIQ Jakarta, 2018, h.55 132 Rifdah Farnidah, “Resepsi Mahasiswa Terhadap Larangan Memperjualbelikan

Ayat-Ayat Al-Qur’an dalam Musabaqah Tilawatil Qur’an”, h.55 133 “Semarak Al-Qur’an di Bumi Pagar Dewa”, dalam Majalah Varia Ipqah: Media

Komunikasi Qari-Qari’ah dan Hafidz-Hafidzah, No. 01, Juli 2004, h.30

62

itu diperbolehkan dengan tujuan yang Pertama, untuk membina para

hafizh/hafizhah agar bacaan Al-Qur’annya benar dan lancar. Kedua, agar

memotivasi mereka untuk selalu menjaga hafalannya. Karena dengan

mengikuti perlombaan ini akan menimbulkan semangat dan perjuangan dalam

menjaga hafalannya.134

M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul “Membumikan Al-

Qur’an” mengatakan bahwa tujuan diadakannya MTQ dalam tataran hifzh dan

aspek tafsir adalah untuk menggairahkan dan menggalakkan generasi muda

Islam untuk menghafal dan menafsirkan Al-Qur’an, dan mencari calon hafizh

dan mufassir terbaik untuk dikirim ke musabaqah tingkat internasional.135

Selanjutnya pendapat Abd Hamid Abdullah beliau adalah Ketua LPTQ

Jawa Timur sekaligus dosen STIT Diponegoro, Nganjuk. Beliau berpendapat

bahwa musabaqah artinya saling mendahului, saling berpacu, adu kecepatan,

atau balapan. Musabaqah juga berarti perlombaan, kompetisi, kontes. Al-

Qur’an mempergunakan kata musabaqah dalam bentuk kata (fi’il) yang berarti

berlomba-lomba. Tujuan MTQ adalah untuk mendekatkan jiwa umat Islam

kepada kitab suci dan meningkatkan semangat membaca, mempelajari, serta

mengamalkan Al-Qur’an. Dalam MTQ para peserta diharapkan tidak

meniatkan membaca Al-Qur’an untuk mengadu nasib, sehingga

menghilangkan unsur rasa ikhlas dan lillahi ta’ala. Maka diharapkan peserta

MTQ dapat menjauhkan diri dari sifat riya’ dan sum’ah, serta keinginan untuk

mendapatkan dunia (hadiah) dari amalan agama yang tengah ia kerjakan.136

3. Ulama yang Setuju Jika Dikembalikan kepada Khiththahnya

134 Wawancara dengan Ketua Umum Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul

Ulama (JQH-NU) Periode 2000-2004, Ciputat, 15 Maret 2020 pukul 15.30 WIB 135 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan,2007), h.189 136 Abd Hamid Abdullah, “Makna dan Tujuan MTQ)”, dalam Jurnal Mipa 320, h.23

63

Karena banyak pendapat yang setuju dan tidak setuju dalam

pelaksanaan MTQ ini, Azhari Akmal Tarigan menyampaikan tulisannya dalam

koran yang berjudul “Syekh Abdul Halim Hasan dan Khiththah MTQ”, bahwa

MTQ saat ini telah menjadi kegiatan resmi dan rutin dari tigkat desa,

kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, bahkan internasional. MTQ

yang digagas oleh Syekh Abdul Halim Hasan (w.1969) pada tahun 1951 yang

pada saat itu dilaksanakan dengan swadana masyarakat kini telah masuk

kedalam anggaran APBD dan APBN. Azhari mengatakan bahwa MTQ harus

dikembalikan kapda khiththahnya, MTQ seharusnya dijadikan puncak dari

perayaan aktivitas pembacaan Al-Qur’an yang berkembang di masyarakat.

MTQ juga seharusnya menjadi akumulasi dari sebuah proses Panjang yang

dilakukan umat Islam.

Seperti halnya yang dikatakan oleh Qori terbaik yang dimiliki bangsa

ini Ustadz H. Fadlhan Zainudin, beliau menuturkan bahwa MTQ seharusnya

bukan kegiatan tahunan, artinya tidak menjadi rutinitas setiap tahunnya.

Kemudian tidak sedikit dari camat atau lurah sibuk mencari peserta pada

musim MTQ untuk membawa nama baik daerahnya, bahkan mereka rela

mengambil peserta dari luar daerah hal ini tentu untuk menjaga nama baik

suatu daerah tersebut. Begitu MTQ berakhir mereka lupa dengan para peserta

bahkan lupa pula dengan Al-Qur’annya.137

Berdasarkan realita yang terjadi bahwa pelaksanaan MTQ perlu

dikembalikan pada khiththahnya. Khiththah itu sendiri ada empat makna,

Pertama, umat Islam harus memfungsikan Al-Qur’an sesuai dengan apa yang

digariskan oleh Allah SWT dalam kitab sucinya sebagai petunjuk, penjelas,

dan pembeda antara hak dan batil dalam kehidupan. Kedua, umat Islam harus

137 Azhari Akmal Tarigan, “Syekh Abdul Halim Hasan & Khiththah Al-Qur’an”,

dalam koran Waspada, Maret 2014, h.26

64

kembali mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam segala kehidupan sosial,

budaya, politik, dan ekonomi. Al-Qur’an juga harus dijadikan tolak ukur bagi

seseorang dalam melakukan satu aktivitas. Ketiga, umat Islam harus Kembali

dalam makna mempelajari Al-Qur’an, dan mengkaji isi kandungan Al-Qur’an.

Keempat, umat Islam harus menjadikan rutinitas membaca Al-Qur’an sebagai

tradisi yang hidup dikalangan umat Islam.138 Tentunya membaca yang

dimaksudkan adalah membaca yang sesuai dengan kaidah tajwid yang benar.

Selanjutnya terdapat pendapat dari H. Asyari Nur, beliau adalah

Kakanwil Kemenag Provinsi Riau. Beliau mengatakan saat pertama MTQ

diselenggarakan banyak menimbulkan pro dan kontra terhadap

penyelenggaraan MTQ, namun setelah para ulama menjelaskan “bahwa

apabila Al-Qur’an diperlombakan dengan tujuan menggairahkan pembaca dan

menghayati Al-Qur’an karena Allah semata, maka hukumnya sunnah, yaitu

berpahala apabila dikerjakan. Namun apabila Al-Qur’an itu diperlombakan

sebagai alat ukur untuk mencapai tujuan keduniaan dengan riya’ maka

hukumnya haram. Semua kembali kepada niat masing-masing.139

138 Azhari Akmal Tarigan, “Syekh Abdul Halim Hasan & Khiththah Al-Qur’an”,

dalam koran Waspada, Maret 2014, h.26 139 Wildan Hidayat, “Fenomena Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) di Indonesia”,

dalam makalah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2017, h.9

65

BAB IV

ANALISIS PENGARUH MUSABAQAH TILAWATIL QUR’AN

(MTQ) TERHADAP KUALITAS HAFALAN AL-QUR’AN DI KOTA

PEKANBARU-RIAU

Untuk menganalisis pengaruh musabaqah tilawatil qur’an (MTQ) di

Kota Pekanbaru terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an, penulis mencoba

mewawancarai peserta yang mengikuti MTQ Kota Pekanbaru pada tahun

2017-2019 sebanyak 15 orang. Adapun isi wawancara tersebut terkait tentang

motivasi mengikuti MTQ, pengaruh MTQ dalam kualitas hafalan Al-Qur’an,

dan manfaat mengikuti MTQ. Kemudian penulis juga mencoba mewawancarai

masyarakat yang menghafal Al-Qur’an tetapi tidak mengikuti kegiatan MTQ

Bentuk pertanyaan pertama yang penulis ajukan kepada peserta MTQ

Kota Pekanbaru, sekaligus analisanya adalah, Pertama, Apa motivasi anda

dalam mengikuti MTQ?

A. Motivasi Mengikuti MTQ

Sebelum mengikuti MTQ, bermacam ragam motivasi dalam menghafal

Al-Qur’an bagi 15 peserta MTQ Kota Pekanbaru ini salah satunya ingin

memberikan mahkota cahaya kepada kedua orangtua. Jawaban ini

disampaikan oleh Gina Raudatul Jannah140, Santi Sundari141, dan Shakhes

Zaidan.142 Kemudian menurut Annisa Hidayati Alfarisi dengan menghafal Al-

Qur’an akan memberikan syafaat diakhirat kelak karena itu menjadi motivasi

ia dalam menghafal Al-Qur’an.143 Bagi Khoiril Hamdi semangat dan

motivasinya dalam menghafal adalah ingin mencari ridho Allah serta ingin

140 Wawancara dengan Ghina Raudatul Jannah pada hari Rabu 10 Juni 2020 141 Wawancara dengan Santi Sundari pada hari Jum’at 22 Mei 2020 142 Wawancara dengan Shakhes Zaidan pada hari hari Sabtu 13 Juni 2020 143 Wawancara dengan Annisa Hidayati Alfarisi pada hari Sabtu 16 Mei 2020

66

membanggakan kedua orangtua. Dengan mendapat ridho Allah hafalan yang

sebelumnya dirasa sulit dihafal akan semakin mudah dan ringan ketika

melafalkannya.144 Amina Tasya mengatakan bahwa motivasi ia dalam

menghafal adalah ingin membahagiakan kedua orangtua serta dapat menuju

Surga bersama kedua orangtua.145

Nur Fahmi juga mengatakan bahwa motivasi ia dalam menghafal Al-

Qur’an adalah sebagai bentuk rasa cintanya kepada sang Khaliq, serta mencari

keridhoan-Nya dengan menjaga kalam-kalamNya, kemudian juga sebagai rasa

bakti nya kepada kedua orang tua dengan menghadiahkan mahkota146 seperti

didalam hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Abu Daud yakni:

" : م قال

ه وسل ي

ى الل عل

صل الل

ن رسول

بيه، أ

، عن أ

جهني ن معاذ ال ل ب عن سه

ؤه قيمة ضو م ال بس والداه تاجا يو

ه أل بما في

آن وعمل قر

الء من قرأ سن من ضو ح

أ

بهذا " . ذى عمل

م بال

ك م فما ظن

انت فيك

و ك

ن يا ل ت الد س في بيو م )رواه ابو الش

147 داود(“Dari Sahl ibn Mu’âdz al-juhanî, dari ayahnya, Rasûlullâhi saw

bersabda: Siapa saja yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan

isinya niscaya pada hari kiamat nanti kedua orang tuanya akan

dipakaikan mahkota yang cahayanya lebih terang daripada sinar

matahari yang menerangi rumah-rumah di dunia. Bayangkanlah

oleh kalian bagaimana kebesaran pahala bagi orang tua yang juga

mengamalkannya”. (H.R Abû Dâwud)

144 Wawancara dengan Khoiril Hamdi pada hari Minggu 14 Juni 2020 145 Wawancara dengan Amina Tasya pada hari Rabu 10 Juni 2020 146 Wawancara dengan Nur Fahmi pada hari Selasa 26 Mei 2020 147 Abû Dâwud Sulaimân ibn al-Asy’ as-Sijistânî, as-Sunan, (Beirût: Dâr at-Ta’shîl,

2015), Jilid 3, Kitâb Awwalu Kitâb ash-Shalâh, Bâb fî tsawâbi Qirâah Al-Qur’ân, h.343

67

Jawaban yang selaras dilontarkan oleh Rafika Dewi dan Dasrel bahwa

motivasi mereka dalam menghafal adalah ingin menjadi bagian dari keluarga

Allah di dunia dan di akhirat.148 Lain halnya dengan Nurhaliza Fajrin ia

mengatakan motivasi dalam menghafal Al-Qur’an berawal dari mencoba

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di Pondok Pesantren nya. Kegiatan ini

mengharuskan ia untuk menghafal Al-Qur’an, karena telah memulai

menghafal, maka ia memutuskan untuk menyelesaikan hafalan hingga akhir,

dan tentu mendapat dukungan dari lingkungan dan keluarga.149

Putri Syairah dan Millatil Hidayah mengatakan bahwa motivasi mereka

untuk menghafal Al-Qur’an adalah merasa tertarik melihat orang-orang yang

dapat menghafal dan menyelesaikan hafalannya.150 Berbeda dengan jawaban

Nining yakni ia ingin menghafal Al-Qur’an karena berada di keluarga broken

home dan melihat keadaan keluarga seperti itu ia termotivasi supaya menjadi

yang lebih baik.151

Namun ada juga jawaban yang berbeda dari sebelumnya yakni Edwar

Lutfi. Ia mengatakan bahwa motivasi menghafal bukan dari keinginannya

sendiri melainkan perintah orangtuanya. Berawal dari keterpaksaan menghafal

kemudian menjadi satu kebiasaan yang tidak bisa ia tinggalkan.152 Adli Nanda

juga mengatakan bahwa motivasi ia menghafal adalah karena mengikuti

kegiatan di sekolah yang mengharuskan untuk menghafal Al-Qur’an tetapi

sampai sekarang ia masih melanjutkan proses menghafal karena melihat kedua

orang tua bahagia pada saat terget hafalannya tercapai.153

148 Wawancara dengan Dasrel dan Rafika Dewi pada hari Sabtu 30 Mei 2020 dan hari

Rabu 10 Juni 2020 149 Wawancara dengan Nurhaliza Fajrin pada hari Rabu 10 Juni 2020 150 Wawancara dengan Putri Syairah Laifa dan Millatil Hidayah pada hari Minggu 12

Juli 2020 dan hari Selasa 14 Juli 2020 151 Wawancara dengan Nining pada hari Selasa 14 Juli 2020 152 Wawancara dengan Edwar Lutfi pada hari Sabtu 13 Juni 2020 153 Wawancara dengan Adli Nanda pada hari Senin 13 Juli 2020

68

Kemudian penulis melakukan wawancara kepada 15 peserta MTQ

Kota Pekanbaru terkait dengan motivasi mereka mengikuti MTQ. Berdasarkan

hasil wawancara, dapat diketahui bahwa mereka sudah sejak lama mengikuti

MTQ ini. Seperti Putri Syairah Laifa yang mengikuti MTQ sejak tahun 2000

dimulai dari cabang tartil, tilawah anak-anak, hingga seterusnya mengikuti

cabang tahfîzh 1, 5, 10, 20, 30 Juz hingga saat ini. Millatil Hidayah mengikuti

MTQ tahun 2006 dari cabang 10 Juz sampai 30 Juz. Nining mengikuti MTQ

dari tahun 2006 cabang 10 Juz dan 20 Juz. Kemudian Annisa Hidayati Alfarisi

yang mengikuti kegiatan ini dari tahun 2008 dengan cabang 5 Juz, Kemudian

di tahun 2010 Khoiril Hamdi mulai mengikutinya dari cabang tilawah anak-

anak hingga sampai sekarang mengikuti cabang 10 Juz. Lalu Rafika Dewi

mengikuti cabang 10 dan 20 Juz, Santi Sundari mengikuti dari cabang tartil

hingga cabang 20 Juz, dan Shakhes Zaidan mengikuti cabang 1 Juz sampai 5

Juz, mereka bertiga memulai MTQ dari tahun 2012. Nurhaliza Fajrin

mengikuti MTQ dari tahun 2013 cabang 10 Juz, Nur Fahmi mulai mengikuti

tahun 2014 dengan cabang 10 Juz sampai 20 Juz. Dasrel mengikuti cabang 10

Juz sampai cabang 30 Juz dan tafsir dari tahun 2016, Edwar Lutfi mengikuti

cabang tahfîzh 10,20, dan 30 Juz tahun 2016, Ghina Raudatul Jannah dan

Amina Tasya mengikuti cabang 1 Juz dan 5 Juz, dan memulai dari tahun 2016.

Dalam pelaksanaan MTQ ini para peserta mempunyai alasan dan

motivasi tersendiri untuk mengikuti ajang ini. Misalnya, Nur Fahmi. Ia

mengatakan bahwa motivasi ia mengikuti MTQ karena dengan MTQ dapat

bertemu dengan banyak orang yang lebih baik dalam melantunkan ayat suci

Al-Qur’an sehingga ia dapat berbagi ilmu dari mereka yang sudah

berpengalaman dibidang MTQ. Serta dengan MTQ dapat menjadi tolak ukur

hafalan Al-Qur’annya. Amina Tasya dan Shakhes Zaidan mengatakan bahwa

motivasi mereka mengikuti MTQ untuk memperlancar hafalan Al-Qur’an serta

melatih mental. Karena dengan mengikuti ajang ini dapat melatih mental agar

69

berani tampil didepan umum. Lalu Rafika Dewi dan Santi Sundari ingin

memperbaiki bacaan Al-Qur’an baik dari segi kuantitas dan kualitas serta ingin

meningkatkan kualitas berinteraksi dengan Al-Qur’an.

Selanjutnya salah satu tujuan dan motivasi mereka dalam mengikuti

ajang ini adalah menambah pengalaman dan ingin lebih giat mendalami ilmu-

ilmu Al-Qur’an serta mempunyai banyak waktu untuk memurojaah

hafalannya. Hal ini disampaikan oleh Ghina Raudatul Jannah, Khoiril Hamdi

dan Dasrel. Namun ada yang berbeda dari motivasi sebelumnya yaitu menurut

Edwar Lutfi bahwa ia hanya ingin ikut-ikutan saja dikarenakan ikut-ikutan

saja, dikarenakan mengikuti kegiatan ini bukan dari niatnya sendiri tetapi dari

dorongan orang tuanya, atau lingkungan sekitarnya.

Sebelum penulis mewawancarai mengenai pengaruh kualitas hafalan

Al-Qur’an dalam pelaksanaan MTQ penulis mencoba mewawancarai

mengenai bagaimana pemahaman peserta terhadap ayat penjagaan Al-Qur’an.

Adapun hasil wawancara terkait pemahaman tentang ayat penjagaan Al-

Qur’an penulis tampilkan dalam bentuk grafik dan diagram sebagai berikut:

70

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Dari tabel diatas dapat diketahui 60% peserta mengetahui ayat tentang

penjagaan Al-Qur’an. 33% peserta tidak mengetahui tentang ayat ini, dan 7%

peserta yang kurang tahu mengenai ayat ini. Sebanyak 8 orang mengetahui

surah tentang menjaga Al-Qur’an, diantaranya Amina Tasya mengetahui

8

6

1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Pemahaman Tentang Ayat Penjagaan Al-Qur'an

Tahu Tidak Tahu Kurang Tahu

60%

33%

7%

Persentase Pemahaman Tentang Ayat Penjagaan Al-Qur'an

Tahu

Tidak Tahu

Kurang Tahu

71

QS.Al-Qiyâmah [75]: 16-17, Nur Fahmi mengetahui QS.Al-Ankabût [29]: 49,

Santi Sundari mengetahui QS. Az-Zukhruf [43]: 44, kemudian Dasrel, Rafika

Dewi, Khoiril Hamdi, Annisa Hidayati Alfarisi, dan Adli Nanda. Mereka

menjawab mengetahui dengan surah yang sama yaitu QS. Al-Hijr [15]: 9.

Peserta yang mengetahui ayat tersebut menjawab berbagai macam surah

menurut sepengatahuan mereka diantaranya:

ن حفظو ه ل

ر وانا ل

ك نا الذ

ل ن نز ح

٩انا ن

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami

(pula) yang memeliharanya.” (QS. Al-Hijr [15] :9)

به جل ك به لسانك لتع ر

حا ت

نه ١٦ل

ا عه وقر نا جم ي

١٧ان عل

“Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca

Al-Qur'an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.

Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan

membacakannya.” (QS. Al-Qiyâmah [75]: 16-17)

حد ب م وما يج عل توا ال و

ذي ن ا

ر ال نت في صدو

يت بي هو ا

ن بل لمو ا الظه

يتنا ال

٤٩ا

“Sebenarnya, (Al-Qur'an) itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam

dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang zalim

yang mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS. Al-Ankabût [29]: 49)

ك ر ل ذك

ن وانه ل و

ل ـ ف تس مك وسو ٤٤ولقو

“Dan sungguh, Al-Qur'an itu benar-benar suatu peringatan bagimu

dan bagi kaummu, dan kelak kamu akan diminta

pertanggungjawaban.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 44)

Lain halnya dengan Ghina Raudatul Jannah, dan Millatil Hidayah

mengatakan bahwa ia hanya mengetahui hadis nya saja, tidak tahu jelas

mengenai surah nya. Lalu Shakhes Zaidan dan Nining sama sekali tidak

mengetahui ayat tersebut. Peserta yang ragu mengenai ayat penjagaan Al-

72

Qur’an yaitu Nurhaliza Fajrin mengatakan bahwa tidak ada ayat yang dengan

zhahir menganjurkan untuk menghafal Al-Qur’an melainkan menyuruh untuk

membaca dan mendengarkan serta mentadaburi isi nya. Sama halnya dengan

Putri Syairah Laifa yang mengatakan bahwa menurutnya tidak ada secara

khusus dalil tentang penjagaan ayat Al-Qur’an tetapi ia mengacu pada hadis

yang menyebutkan Al-Qur’an akan datang sebagai syafaat bagi orang yang

membacanya, dengan membacanya termasuk orang yang menghafalnya,

karena dengan menghafal Al-Qur’an berarti kita selalu membaca ayat-ayat

tersebut. Seorang penghafal Al-Qur’an juga kedudukannya ditentukan oleh

sampai dimana hafalan yang ia punya. Semakin terjaga ia dengan hafalannya

hingga akhir hayatnya berarti semakin tinggi kedudukannya. Menurutnya

berdasarkan hadis yang diriwayatkan Muslim yakni sebagai berikut:

ى الل صل الل

ت رسول : سمع

ل، قا باهللى

مة ال

بي أما

: عن أ

ل م يقو

ه وسل ي

عل

بقرة راوي ن ال ه رءوا الز حابه، اق لأص

قيامة شفيعا

م ال ى يو ه يأت

آن، فإن قر رءوا ال "اق

نهما كأ و

ن هما غمامتان، أ

قيمة كأ

م ال تين يو

ران، فإنهما تأ غيايتان، وسورة آل عم

بقرة، رءوا سورة ال حابهما، اق ص

ان عن أ اج ح

ر صواف ت قان من طي ن هما فر

و كأ

أ

ني ع معاوية : بل

ة" . قال

بطل

نطيعها ال تس

رة، ولا ها حس

ة، وتر ك

ذهابرك فإن أخ

ة بطل

ن ال

حرة.أ 154)رواه مسلم( : الس

“Dari Abû Amâmah al-Bâhilî berkata, saya mendengar Rasûlullâh saw

bersabda: Bacalah Al-Qur’an,karena ia akan datang pada hari

kiamat menjadi syafaat kepada pemiliknya. Bacalah Zahrawain (dua

cahaya) surah al-Baqarah dan surah Âli Imrân. Karena keduanya

akan datang pada hari kiamat seperti mendung atau awan atau

seperti dua kelompok burung yang berbulu (membantu) menghalangi

154 Abû al-Husain Muslim ibn al-Hajjâj al-Qusyairî an-Naisâbûrî, Shahîh Muslim

wahuwa al-Musnad ash-Shahîh, Jilid 2, (Beirût: Dâr at-Ta’shîl, 2014), kitâb ash-Shalâh, Bâb

fî Qirâah Al-Qurân wa Sûrah al-Baqarah wa Âli ‘Imrân, h.541

73

untuk pemiliknya. Bacalah surah al-Baqarah, karena mengambilnya

berkah dan meninggalkannya suatu kerugian. Dan (tukang sihir)

tidak dapat (mengganggunya). Muâwiyah mengatakan, sampai

kepadaku bahwa arti ‘al-Bathalah’ adalah tukang sihir.” (HR.

Muslim)

B. Pengaruh MTQ Terhadap Kualitas Hafalan Al-Qur’an

Selanjutnya penulis melakukan wawancara kepada para peserta MTQ

terkait dengan bagaimana metode murajaah para peserta saat ingin mengikuti

MTQ dan bagaimana pengaruh MTQ terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an para

peserta. Untuk mengulang hafalan Al-Qur’an dalam rangka persiapan

menghadapi MTQ pun bermacam caranya. Karena setiap peserta pasti

mempunyai cara tersendiri untuk mengulang hafalan dan cara tersendiri untuk

menghadapi ajang MTQ ini. Seperti Dasrel, Amina Tasya, Shakhes Zaidan,

Adli Nanda mereka menambah porsi mengulang hafalannya agar semakin kuat

hafalannya, mengurangi kegiatan-kegiatan yang dirasa sedikit mengganggu

dalam proses murajaahnya. Tetapi berbeda dengan Annisa Hidayati Alfarisi

yang mengulang hafalan dengan cara memantapkan lembar demi lembar,

hingga ayat demi ayat, lalu sebelum tampil di tes terlebih dahulu kepada

ustadz/ustadzah yang berkompeten dibidang tahfîzh.

Ada peserta yang hanya mendengarkan murottal saja, karena ia merasa

hafalan akan mudah diingat dengan hanya mendengarkan murottal saja.

Jawaban ini disampaikan oleh Ghina Raudatul Jannah. Selanjutnya Khoiril

Hamdi menyampaikan metode murajaahnya dengan tidak melihat Al-Qur’an

(bi al-ghaib) untuk menguji kekuatan hafalannya, setelah itu memeriksa

dibagian mana saja bacaan yang tidak lancar dan mengulang kembali hafalan

tersebut. Tak lupa pula Nur Fahmi selalu memperhatikan waqaf dan ibtida’

ketika mengulang hafalannya agar terhindar dari kesalahan saat membaca ayat.

Dan tetap memahami makna-makna di dalam ayat agar semakin mudah

mengingat hafalan-hafalan tersebut.

74

Peserta yang lain menargetkan dalam sehari harus menyelesaikan

setiap juz sesuai dengan target masing-masing. Hal ini membuat peserta

semakin bersemangat mengulang karena mengingat target-target yang telah

dibuat sebelum mengikuti MTQ. Peserta MTQ lainnya yaitu Rafika Dewi juga

mempunyai cara tersendiri yaitu dengan metode 3 kali putaran. Sebelum

kegiatan ini mereka membagi 3 putaran, Pertama: 10 hari khatam (ini dengan

tempo bacaan sangat lambat), kedua: 7 hari khatam (tempo bacaan sedang),

ketiga: 3 hari khatam (tempo bacaan hadr). Yang masing-masing juz dibagi

sesuai dengan target khatamnya. Tetapi ada metode yang berbeda dari Putri

Syairah Laifa yaitu ia tidak menargetkan atau memfokuskan waktu khusus

mengulang hafalan saat ingin mengikuti MTQ, karena hafalan tersebut sudah

diulang setiap hari, dan selalu dibawa pada waktu sholat sehingga pada saat

MTQ tidak terburu-buru untuk mengulang hafalan tersebut. Ia berpendapat

jika mengulang hanya dilakukan pada waktu MTQ saja ketika tidak ada MTQ

hafalan itu sudah tidak diulang kembali.

Kemudian penulis memaparkan hasil wawancara terkait pengaruh

MTQ terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an juga ditampilkan dalam bentuk

grafik dan diagram sebagai berikut:

75

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 100% peserta

mengatakan bahwa kegiatan MTQ sangat berpengaruh terhadap kualitas

hafalan Al-Qur’an mereka. Ini dapat dibuktikan bahwa hafalan mereka

15

0

B E R P E N G A R U H T I D A K B E R P E N G A R U H

PENGARUH MTQ TERHADAP KUALITAS HAFALAN AL-QUR'AN

Jumlah Peserta 15 Orang

Setuju

100%

Tidak Setuju

0%

Persentase Pengaruh MTQ Terhadap

Kualitas Hafalan Al-Qur'an

Setuju Tidak Setuju

76

semakin meningkat setelah mengikuti MTQ dan menjuarai tingkat kota,

provinsi serta mewakili provinsi untuk menuju tingkat Nasional. Seperti

pendapat Nurhaliza Fajrin, ia mengatakan MTQ sangat berperan penting

terhadap kualitas hafalannya karena dengan ini memotivasi untuk menjadi

yang lebih baik dari sebelumnya. Hafalan yang sebelumnya berantakan

menjadi tertata kembali dengan kegiatan MTQ ini.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Dasrel, Amina Tasya, Edwar

Lutfi yang mengatakan bahwa MTQ sangat berpengaruh karena dengan MTQ

memotivasi mereka dalam melancarkan hafalan yang dimiliki dengan harapan

setelah mengikuti MTQ jangan sampai hilang hafalan tersebut. Putri Syairah

Laifa juga mengatakan demikian bahwa MTQ sangat berpengaruh terhadap

kelancaran hafalan. Karena bagi orang yang menghafal sendirian tanpa adanya

guru hafalan seperti dikejar MTQ, disini dimaksudkan semakin bertambah

umur akan termotivasi ingin menambah hafalan selanjutnya karena harus

mengikuti cabang yang lain berdasarkan umur masing-masing cabang itu

sendiri. Artinya dengan MTQ ini hafalan dapat terselesaikan karena mengejar

target dari setiap cabang yang diadakan.

Khoiril Hamdi mengatakan dengan mengikuti MTQ akan berlomba-

lomba dalam kebaikan, berlomba-lomba untuk melancarkan hafalan, dan

menampilkan yang terbaik agar mendapatkan hasil yang terbaik juga. Ghina

Raudatul Jannah dan Santi Sundari juga mengatakan yang sama bahwa

sebelum berlomba mereka harus melancarkan hafalan agar menampilkan yang

terbaik dengan demikian mereka akan memfokuskan dalam murajaahnya.

Millatil Hidayah juga mengatakan MTQ sangat berpengaruh terhadap kualitas

hafalannya karena kegiatan ini mengharuskan ia untuk fokus terhadap

hafalannya, sehingga meninggalkan pekerjaan yang lain agar fokus kepada

hafalannya. Disini juga tempat ia untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT.

77

Pengaruh MTQ selanjutnya yaitu sebagai acuan bagi mereka untuk

mengetahui seberapa kokoh hafalan yang sudah dihafalkan dan dalam MTQ

mereka banyak belajar ilmu-ilmu Al-Qur’an yang banyak belum pernah

diketahui sebelumnya, jawabannya ini disampaikan oleh Nur Fahmi, Shakhes

Zaidan, dan Adli Nanda. Selanjutnya Rafika Dewi mengatakan bahwa MTQ

memang sangat berpengaruh terhadap kualitas hafalannya karena dengan

mengikuti MTQ sedikit banyaknya hafalan pasti akan disimak oleh guru

maupun partner takrir dalam TC (Training Center), dan kegiatan itu tidak akan

didapatkan jika takrir sendirian. Serta adanya berbagai dorongan sebagai

pemicu untuk lebih teliti dalam takrir hafalan.

Dalam hal ini penulis juga mencoba mewawancarai beberapa orang

yang menghafal Al-Qur’an tetapi tidak mengikuti MTQ untuk mengetahui

bagaimana kualitas hafalan Al-Qur’an mereka. Mereka menjelaskan mulai

menghafal Al-Qur’an karena tuntutan dari satu institusi seperti dalam sekolah

Islam atau Universitas Islam yang mengharuskan mereka menghafal Al-

Qur’an. Setelah menyelesaikan program dalam institusi tersebut, hafalan yang

dimiliki pun tidak terjaga dengan baik. Mereka berpendapat bahwasannya

dalam proses menjaga hafalan atau mengulang hafalan Al-Qur’an yang

dilakukan sendiri tanpa adanya guru atau sebuah lembaga yang mengevaluasi

merasa sedikit kesulitan.155

Sebab seseorang yang mengulang hafalan sendirian tidak dapat

mengetahui kesalahan dalam membaca baik dari segi kualitas bacaan maupun

kualitas hafalan. Masalah yang sering terjadi yang mereka alami pada saat

menambah hafalan baru, hafalan yang sebelumnya yang sudah pernah

dihafalkan pun lupa karena seseorang yang menghafal sendirian kurang

155 Wawancara dengan masyarakat Kota Pekanbaru, 12 Agustus 2020

78

bersemangat untuk mengulang kembali hafalan mereka dan tidak ada yang

mengevaluasi bacaan dan hafalannya.156

Karena dengan mengikuti sebuah ajang atau lembaga seperti MTQ

dapat memotivasi para penghafal Al-Qur’an untuk bersemangat mengulang

hafalan dan memperbaiki bacaan sesuai kaidah ilmu tajwid yang benar. Serta

MTQ juga merupakan sarana syiar Islam yang dapat memberikan semangat

kepada masyarakat untuk mempelajari ilmu Al-Qur’an. Dari pemaparan diatas

dapat dilihat bahwa seseorang yang menghafal Al-Qur’an disertai dengan

mengikuti MTQ dapat meningkatkan kualitas hafalannya karena dengan

mengikuti MTQ ia memiliki waktu yang khusus untuk mempersiapkan

hafalannya serta di bimbing oleh para pembina yang berkompeten. Kemudian

kualitas dan kekuatan hafalannya juga di uji pada saat berlomba, berbeda

dengan seseorang yang menghafal Al-Qur’an tetapi tidak mengikuti MTQ.

C. Manfaat Mengikuti MTQ

Terakhir penulis melakukan wawancara mengenai hal apa yang

dirasakan para peserta MTQ Kota Pekanbaru dan apa manfaat pelaksanaan

MTQ bagi para peserta MTQ. Setelah mengikuti MTQ banyak hal yang

dirasakan para peserta, mereka mengatakan perasaan setelah mengikuti MTQ

pun berbeda-beda diantaranya Ghina Raudatul Jannah mengatakan senang

dapat mengikuti ajang ini karena dengan ajang ini ia dapat membanggakan

kedua orang tuanya serta menemukan teman-teman baru dari berbagai daerah

pada saat mewakili Kota Pekanbaru untuk berlomba di tingkat Provinsi.

Khoiril Hamdi mengatakan bahwa ajang ini sangat berkesan dalam

hidupnya, tentunya ia sangat bahagia dan terharu karena mendapat banyak

pengalaman dan ilmu Al-Qur’an lebih dalam. Dari kegiatan ini ia bisa

156 Wawancara dengan masyarakat Kota Pekanbaru, 12 Agustus 2020

79

mengetahui sejauh apa pengetahuannya terhadap ilmu Al-Qur’an dan sejauh

mana kekuatan hafalan Al-Qur’an yang ia punya. Putri Syairah Laifa yang

mengatakan ada rasa kepuasan tersendiri ketika juara, menerima piala, dan

piagam. Serta ada rasa bahagia dihati ketika melihat orang tua bangga dengan

pencapaian ia sampai saat ini.

Rasa syukur pun disampaikan oleh Nur Fahmi ketika mengikuti

kegiatan ini. Ia pun banyak mendapat pengalaman baru dan ilmu baru pada

setiap kegiatan MTQ. Nurhaliza Fajrin mengatakan bahwa selama mengikuti

MTQ merasa lega apabila selesai tampil. Tak lupa rasa syukur selalu ia

ucapkan terlepas dari baik atau buruk penampilannya. Shakhes Zaidan, Santi

Sundari, Annisa Hidayati Alfarisi dan Amina Tasya mengatakan bahwa setelah

mengikuti MTQ merasakan bahagia dan bangga bisa mengikuti ajang yang

bergengsi seperti MTQ ini.

Hal yang berbeda disampaikan oleh Dasrel dan Rafika Dewi mereka

merasa senang karena dengan ajang ini dapat mengembalikan hafalan yang

sudah mulai pudar dari ingatan, dan dapat memprioritaskan mengulang hafalan

Al-Qur’an dan punya waktu yang intens dengan Al-Qur’an. Namun Edwar

Lutfi mengatakan bahwa perasaan setelah mengikuti MTQ biasa saja. Hal ini

dikarenakan mengikuti MTQ bukan dari keinginan diri sendiri melainkan

dorongan orang tua.

Sebagaimana yang diketahui bahwasannya banyak sekali manfaat atau

nilai positif yang dapat diambil dalam kegiatan MTQ ini diantaranya ialah agar

menjadi motivasi umat Islam untuk membumikan Al-Qur’an. Kegiatan MTQ

ini juga bertujuan untuk mensyi’arkan agama Islam dengan Al-Qur’an, sebagai

ajang motivasi, meningkatkan penghayatan ketika membaca dan

mendengarkan bacaan Al-Qur’an, meningkatkan silaturahmi sesama umat

Islam, dan menghidupkan Al-Qur’an ditengah masyarakat.

80

Tujuan utama dari penyelenggaraan MTQ yang diusung oleh

pemerintah yaitu agar memotivasi dan mensyiarkan agama agar tidak ada

henti-hentinya untuk menyelenggarakan dakwah kepada masyarakat

khususnya serta memberikan motivasi bagi para pendakwah agar tidak henti-

hentinya melantunkan maupun mengumandangkan ayat-ayat Al-Qur’an.157

Menurut pendapat KH Muhaimin Zen ketua umum Jam’iyyatul Qurra’

Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH-NU) Periode 2000-2004 beliau

mengatakan manfaat dari mengikuti MTQ adalah sebagai syiar,

memperbanyak kader-kader hafizh/hafizhah di Indonesia, ternyata dari

hafizh/hafizhah tahun 78 hanya 48 orang sekarang ini di skala nasional sudah

banyak sekali. Di Indonesia paling banyak hafizh/hafizhah dibanding negara-

negara Islam lainnya.158

Selanjutnya salah satu pendapat dari dewan hakim MTQ Kota

Pekanbaru yang bertugas menjadi dewan hakim MTQ Kota Pekanbaru dari

tahun 2000 hingga saat ini, Abdul Kholid S,Ag. Menurut pendapat beliau

manfaat dari kegiatan MTQ ini adalah semakin semaraknya mengenai program

pengembangan Al-Qur’an, dimulai dari cara membacanya, tulisannya,

memahaminya, dan cabang-cabangnya bertambah seperti qiraah sab’ah, mmq,

dll. Dan menjadikan masyarakat umat Islam untuk memperbaiki pemahaman,

pendalaman, dan interaksi dengan Al-Qur’an karena semua cabang itu

tujuannya untuk memasyarakatkan Al-Qur’an ditengah masyarakat baik dari

cara membacanya, memahaminya, dan juga mengamalkan isi kandungan Al-

157 Alfi Julizun Azwar, “Gagasan Rekonstruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil Quran

(MTQ) Dalam Perspektif Rahmatan Lil’Alamin”, dalam Jurnal UIN Raden Fatah Palembang,

Juni 2018, h.21 158 Wawancara dengan Ketua Umum Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul

Ulama (JQH-NU) Periode 2000-2004, Ciputat, 15 Maret 2020

81

Qur’an. Kalau masyarakat sudah mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an tentu

manfaat itu jauh terasa dikehidupan bermasyarakat.159

Kemudian ada beberapa pendapat para peserta yang mengikuti MTQ

di Kota Pekanbaru yaitu:

a. Dasrel (juara 3 cabang 30 Juz)

Ia mengikuti MTQ sejak tahun 2016. Walaupun dikatakan baru

mengikuti MTQ tetapi sudah banyak prestasi yang didapat oleh Dasrel. Ia

mengikuti MTQ dari cabang 10 Juz hingga saat ini 30 Juz. Menurutnya salah

satu manfaat mengikuti MTQ adalah secara umum sebagai syiar Islam,

kemudian yang ia rasakan sejak mengikuti MTQ dari tahun 2016 ini dapat

menambah semangatnya dalam mengembalikan hafalan yang mulai pudar.

Karena dengan mengikuti MTQ mengharuskan untuk mengulang hafalan

dengan sungguh-sungguh agar dapat menampilkan hasil yang maksimal.

Sehingga, dengan mengikuti MTQ hafalan yang mulai pudar akan kembali

lagi.

b. Nur Fahmi (juara I cabang 20 Juz)

Nur Fahmi adalah siswa SMK berusia 19 tahun yang mengikuti cabang

20 Juz. Ia mengikuti MTQ sejak tahun 2014. Menurutnya manfaat mengikuti

MTQ adalah untuk menyebarluaskan syiar agama melalui lantunan kalam-

kalam ilahi yang terwujud didalam kegiatan MTQ. Kemudian ia dapat

menyampaikan syi’ar agama kepada masyarakat melalui berbagai macam

event-event yang terdapat didalam kegiatan MTQ, contohnya pada kegiatan

syarhil Qur’an, Fahmil Qur’an, dan banyak lagi event bermanfaat yang

diwujudkan didalam kegiatan MTQ. Dan ia juga memiliki niat untuk

159 Wawancara dengan Dewan hakim MTQ dan Pembina tahfizh di Kota Pekanbaru,

Pekanbaru, 15 Juni 2020

82

menyebarluaskan syi’ar agama pada kalangan masyarakat-masyarakat sekitar,

agar masyarakat termotivasi untuk mempelajari ilmu Al-Qur’an.

c. Santi Sundari (Juara II cabang 10 Juz)

Santi adalah pelajar berusia 17 tahun yang mengikuti MTQ sejak tahun

2012. Banyak prestasi yang ia dapatkan dari ajang MTQ seperti mewakili Kota

untuk tingkat provinsi. Sama seperti peserta lainnya menurutnya manfaat

mengikuti MTQ mendapatkan pengalaman yang luar biasa, salah satunya

seperti belajar sabar dan ikhlas ketika lupa ayat yang dibaca pada saat tampil.

MTQ pun menambah persaudaraan sesama peserta, yang paling penting lagi

menambah ilmu pengetahuan yang belum pernah dipelajari sebelumnya seperti

mengetahui hukum tajwid, makharijul huruf yang benar, dan waqaf ibtida’

yang tepat.

d. Rafika Dewi (Juara I cabang 20 juz)

Rafika adalah mahasiswi yang mengikuti MTQ dari tahun 2012. Ia

peserta yang berprestasi dari awal mulai mengikuti MTQ sampai sekarang.

Menurutnya sangat banyak manfaat dalam mengikuti MTQ diantaranya:

menambah pengalaman mental di panggung, karna dengan mengaji di

panggung dan mengaji di kelas atau hanya mengaji di depan guru itu sangat

berbeda rasanya. Mental pun harus kuat bagaikan baja saat mengikuti MTQ

ini, karena apabila tidak kuat hafalan yang tadinya lancar dapat hilang ataupun

lupa. Kemudian yang paling penting juga dalam pelaksanaan MTQ ini belajar

menjaga hati dari rasa ujub dll, sebab jika niatnya saja sudah salah kedepannya

pun hasil nya tidak baik. Manfaat selanjutnya menambah banyak guru yang

dapat membagikan ilmu serta cara terbaik dalam mengulang hafalan Al-Qur’an

karena dengan banyak guru banyak banyak pula pengalaman dan pelajaran

yang didapat untuk para peserta. Serta dalam kegiatan MTQ ini pun dapat

menambah tali persaudaraan sesama para peserta antar daerah.

83

e. Nurhaliza Fajrin (Juara II cabang 10 juz)

Ia adalah seorang mahasiswi Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau

yang mengikuti MTQ sejak tahun 2013. Menurut beliau manfaat dari

mengikuti MTQ ialah sebagai motivasi untuk membangkitkan kembali hafalan

yang ia dimiliki, memperbaikinya sehingga menjadi lebih baik lagi. Kemudian

juga dapat mengenal berbagai teman seperjuangan serta Ustadz dan Ustadzah

yang memiliki ilmu yang berkompeten di bidang tahfîzh dan ke Al-Qur’anan

serta sepemikiran dengan para peserta sehingga memudahkan untuk berbagi

ilmu. Selain itu MTQ juga menambah uang jajan kita sebagai anak remaja dan

mahasiswi, sehingga lebih meringankan beban orang tua.

f. Putri Syairah Laifa (Juara I cabang 30 Juz)

Beliau sudah sejak lama mengikuti MTQ sejak tahun 2000 dimulai dari

cabang anak-anak hingga remaja dan dewasa. Sudah banyak pengalaman yang

ia dapatkan dari MTQ, Suka duka yang dihadapi ketika hafalan sulit lancar dan

belum istiqomah untuk murajaah. Beliau selalu istiqomah untuk murojaah

hafalan hingga berhasil menuju tingkat Nasional dan memberikan hasil yang

terbaik. Dari pengalaman yang beliau dapatkan selama mengikuti MTQ beliau

mengatakan bahwa yang sangat dirasakan dari MTQ ini adalah lancarnya

hafalan dan kualitas bacaan. Karenanya menurutnya apabila hafalan tidak

kokoh itu menjadi beban tersendiri baginya.

g. Khoiril Hamdi

Khoiril Hamdi adalah seorang mahasiswa semester 4, ia mengikuti

MTQ sejak tahun 2010, banyak sekali pengalaman yang ia dapat dalam

pelaksanaan MTQ ini, salah satu manfaat yang sangat penting dalam mengikuti

MTQ ini menurutnya adalah dapat berkumpul dan mendapat ilmu Al-Qur’an

dari para ahli Qurro’, dari sinilah dapat memacu semangatnya untuk selalu

84

meningkatkan ilmu-ilmu Al-Qur’an yang baru ia pelajari selama mengikuti

MTQ. Serta dapat memperkuat silaturahmi sesama teman-teman seperjuangan

yang mengikuti MTQ ini.

h. Millatil Hidayah

Beliau mengikuti MTQ dari cabang 10 Juz hingga cabang 30 Juz.

Manfaat yang ia rasakan dengan mengikuti MTQ seperti yang dirasakan oleh

peserta lainnya adalah dengan mengikuti MTQ menambah banyak teman,

dengan bertemu banyak teman yang berkompeten sesama mengikuti MTQ

akan termotivasi untuk menjadi yang lebih baik lagi karena melihat teman-

teman yang lain bisa bagus bacaannya dan pasti ingin belajar. Walaupun

mereka seperti menjadi persaingan tapi bisa jadi mereka menjadi guru kita.

i. Ghina Raudatul Jannah

Ghina adalah pelajar MA yang berusia 16 tahun, ia mengikuti MTQ

berawal dari cabang 1 Juz hingga saat ini mengikuti cabang 5 Juz. Selama

mengikuti MTQ manfaat yang ia rasakan adalah hampir setiap hari ia selalu

mengamalkan ajaran-ajaran yang terdapat didalam Al-Qur’an. Disisi lain

mengikuti MTQ ia bisa menilai sejauh mana kemampuannya dalam

menghafal Al-Qur’an, sejauh mana tingkat kualitas bacaan maupun hafalan

yang ia miliki. Kegiatan MTQ ini juga menjadikan ajang bersilaturahmi

sesama peserta MTQ. Tentunya dengan mengikuti MTQ ini ia belajar untuk

selalu memperbaiki diri untuk menjadi yang lebih baik.

85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan terkait pengaruh

musabaqah tilawatil qur’an (MTQ) dalam meningkatkan kualitas hafalan Al-

Qur’an di Kota Pekanbaru dapat disimpulkan bahwa berbagai perbedaan

motivasi mengikuti MTQ dari para peserta MTQ Kota Pekanbaru, yakni dapat

bertemu dengan banyak orang yang lebih baik dalam melantunkan ayat suci

Al-Qur’an, dengan mengikuti MTQ dapat menjadi tolak ukur hafalan Al-

Qur’annya, kemudian untuk memperlancar hafalan Al-Qur’an serta melatih

mental, dapat memperbaiki bacaan Al-Qur’an baik dari segi kuantitas dan

kualitas serta meningkatkan kualitas berinteraksi dengan Al-Qur’an.

Progres hafalan para peserta MTQ Kota Pekanbaru setiap tahunnya

semakin meningkat terbukti mereka dapat menjuarai MTQ tingkat Kota

kemudian mewakili Kota Pekanbaru di tingkat Provinsi Riau, dan mewakili

Provinsi Riau di tingkat Nasional. Progres ini tak lepas dari binaan LPTQ Kota

agar semua anak binaan mendapatkan hasil yang terbaik dan tentunya

peningkatan kualitas hafalan setiap tahun.

Seseorang yang menghafal Al-Qur’an disertai dengan mengikuti

kegiatan MTQ berbeda dengan seseorang yang menghafal Al-Qur’an tanpa

mengikuti kegiatan MTQ. Salah satunya dari peningkatan kualitas hafalan Al-

Qur’annya. Dengan kegiatan MTQ ini dapat memotivasi para peserta untuk

selalu mengulang hafalan, memperbaiki kualitas bacaan yang sekiranya dirasa

masih perlu latihan lebih lanjut. Dengan kegiatan yang diadakan sebelum

perlombaan seperti Training Centre (TC) atau pembinaan sangat berpengaruh

bagi para peserta agar sebelum berlomba dapat menampilkan hasil yang

86

maksimal. Berbeda dengan seseorang yang menghafal sendirian tanpa ada

guru atau lembaga yang dapat mengevaluasi setiap bacaan dan hafalan yang

dimiliki.

B. Saran

Setelah penulis melakukan penelitian tentang pengaruh musabaqah

tilawatil qur’an terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an di Kota Pekanbaru-Riau,

maka penulis memberikan masukan dalam hal mengulang hafalan Al-Qur’an

agar dilakukan dengan konsisten dan istiqomah, sehingga mengulang hafalan

tidak hanya pada saat ingin mengikuti perlombaan saja. Agar apabila tidak ada

perlombaan, hafalan Al-Qur’an masih terus melekat.

Kegiatan MTQ ini seharusnya dapat dinikmati oleh lapisan masyarakat

dari acara pembukaan, pelaksanaan lomba, serta penutupan kegiatan ini. Tetapi

nyatanya masyarakat Kota Pekanbaru hanya menikmati pada acara pembukaan

dan penutupan MTQ saja. Tidak ikut serta menghadiri inti kegiatan yaitu pada

pelaksanaan lomba. Dikarenakan kurangnya sosialisasi pemerintah kepada

masyarakat mengenai pentingnya perlaksanaan ini, serta cara penyampaian

yang kurang pas sehingga masyarakat tidak menyadari bahwa inti dari kegiatan

MTQ ini berada pada pelaksanaan lomba, bukan hanya acara pembukaan dan

penutupan MTQ saja.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini tentunya belum mampu untuk

mengungkap tuntas fenomena yang terjadi didalam ruang lingkup kegiatan

MTQ. Penulis menyarankan skripsi ini dapat menjadi langkah awal sebagai

bahan evaluasi untuk yang akan datang dan memberikan inspirasi untuk

melakukan langkah-langkah lebih lanjut yang berkaitan dengan upaya untuk

menyebarkan pesan dan makna didalam Al-Qur’an.

87

DAFTAR PUSTAKA

Abdulloh, Abd Hamid, “Pemanfaatan Data E-KTP dalam Proses Validasi

Peserta Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), dalam Jurnal Review

Politik, Vol. 04, No.1, Juni 2014

Amanah, Tajwidatul, “Sosialisasi Qira’ah Sab’ah di Indonesia (Telaah atas

Masuknya Qira’ah Sab’ah dalam Cabang Musabaqah Tilawatil

Qur’an)”, Skipsi, UIN Syarif Hidayatullah, 2016

Ansori, Muslich, dan Sri Iswati, Buku Ajar Metodologi Penelitian Kuantitatif,

Surabaya: Airlangga University Press, Cet-1, 2009

Azwar, Alfi Julizun, “Gagasan Rekrontruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil

Qur’an (MTQ) Dalam Perspektif Rahmatan Lil’Alamin”, Jurnal UIN

Raden Fatah Palembang, Juni 2018

Asih, Imalia Dewi , “Fenomenologi Husserl: Sebuah Cara Kembali ke

Fenomena”, Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 2, No.2, September

2005

Baduwailan, Ahmad bin Salim, Menjadi Hafizh Tips dan Motivasi Menghafal

Al-Qur’an, terj. Cep Mochamad Faqih dan Nunung Nuraeni, Solo:

Aqwam,2016

Baffi, Muhammad Raevanoe, “Teori Komunikasi Fenomenologi”, Jurnal

Universitas Riau, 2013

Az-Zarkasyi, Badruddîn Muhammad bin Abdullâh, Al-Burhân fi ‘Ulûm Al-

Qur’ân, Mesir: Maktabah Dâr at-Turâts, Jilid. 1

88

Balai Litbang Agama Jakarta, Membumikan Peradaban Tahfiz Al-Qur’an,

Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2015

Fajarini, Andiya, at.all, “Model Menghafal pada Penghafal al-Qur’an

Implikasinya pada Layanan Penguasaan Konten dalam Bimbingan dan

Konseling, Jurnal Bimbingan Konseling”, Juni 2017

Hamid, Abdullah, “Makna dan Tujuan MTQ, Jurnal Mipa 320

Hasbiansyah, “Pendekatan Fenomenologi Pengantar Praktik Penelitian dalam

Ilmu Sosial dan Komunikasi”, Jurnal Mediator, Vol 9, No.1, Juni 2008

Hasbillah, Ahmad ‘Ubaydi , Ilmu Living Qur’an-Hadis, Ciputat: Maktabah

Darus-Sunnah, 2019

Farnidah, Rifdah, “Resepsi Mahasiswa Terhadap Larangan

Memperjualbelikan Ayat-Ayat Al-Qur’an dalam Musabaqah Tilawatil

Qur’an”, Skripsi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, 2018

Hamid, Farid, “Pendekatan Fenomenolgi (Suatu Ranah Penelitian Kualitatif)”,

Jurnal Universitas Mercu Buana

Hidayah, Nurul “Strategi Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di Lembaga

Pendidikan”, Jurnal Ta’allum, Vol. 04, No. 01, Juni 2016

Hidayat, Wildan “Fenomena Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) di

Indonesia”, Skripsi UIN Sunan Kalijaga,2017

Jannah, Miftahul,“Musabaqah Tilawatil Qur’an di Indonesia (Festivalisasi

Al-Qur’an Sebagai Bentuk Resepsi Estetis)”, Jurnal Ilmu Ushuluddin,

Vol 15 No 2, Juli 2016

89

“Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia”

https://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/nul

Khasanah, Nur, “Penerapan Metode Takrir Dalam Menghafal Al-Qur’an Di

Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan Kecamatan Tuntang

Kabupaten Semarang”, Skripsi IAIN Salatiga,2018

Mamjudi, Sri dan Hang Rahardjo, Teknik Menyusun Karya Ilmiah, Jakarta,

1995

Marlina, Mei “Metode Hafalan Al-Qur’an Dengan Pendekatan Takrir Di

SMPIT Al-Ghazali Palangka Raya”, Skripsi IAIN Palangka Raya, 2017

Mufidah, Ihda Hajarul, Rahasia Hafalan Quran Mutqin, (Solo: Gazzamedia,

2019)

Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir, Surabaya:Pustaka

Progressif, Cet. Ke-4, 1997

Mustaqim, Abdul, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, Yogyakarta, Cet.

Ke-4, 2018

Moleong, J. Lexy, Metodelogi penulisan Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosda Karya, 2000

Nazir, Moh, Metode Penulisan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999

Nafisah, Mamluatun, “Tipologi Resepsi Tahfiz Al-Qur’an di Kalangan

Mahasiswi IIQ Jakarta”, Jurnal Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta,

Juli 2019

an-Naisâbûrî, Abû al-Husain Muslim ibn al-Hajjâj al-Qusyairî, Shahîh Muslim

wahuwa al-Musnad ash-Shahîh, Jilid 2, (Beirût: Dâr at-Ta’shîl, 2014),

kitab ash-Shalâh, Bab fî Qirâah Al-Qurân wa Sûrah al-Baqarah wa Âli

‘Imrân,

90

Nawawi, Hadari, Instrumen Penulisan Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah

Mada University Press, 1995

Najib, Mughni, “Implementasi Metode Takrir Dalam Menghafalkan Al-

Qur’an Bagi Santri Pondok Pesantren Punggul Nganjuk”, Jurnal

Pendidikan dan Studi Keislaman, Vol.8 No.3, November 2018

Nor Arif, Defri, “MTQ dan Pon-Pes Yanbu’ul Qur’an”, Skripsi UIN Sunan

Kalijaga, 2015

Noviyanti, “Larangan Melupakan Hafalan al-Qur’an dalam al-Kutab al-

Sittah”, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, 2014

Nur, Muhammad Ilham, Ketika Al-Qur’an Tak Lagi Diagungkan, Jakarta: PT

Elex Media Komputindo, 2017

Al-Qardhawi, Yusuf, Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, terj. Kathur

Suhardi Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2008

Al-Qaththan, Syaikh Manna, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. Aunur

Rafiq El Mazni, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005

Raco, J.R , Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia

Rohman, Nur, “Anna M. Gade dan MTQ di Indonesia: Sebuah Kajian

Metodologis”, dalam Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat, IAIN

Surakarta, 2016

Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2008

As-Sijistânî, Abû Dâwud Sulaimân ibn al-Asy’, as-Sunan, Jilid 3, Beirût: Dâr

at-Ta’shîl, 2015

91

Supriono, Iwan Agus dan Rusdiani, Atik, "Implementasi Kegiatan Menghafal

Al-Qur’an Siswa di LPTQ Kabupaten Siak”, Jurnal ISEMA, Vol.4,

No.1, Juni 2019

As-Suyûtî, Jalâluddîn ‘Abdirrahmân bin Abî Bakr , Al-Itqân Fî “Ulûm Al-

Qur’ân, Jilid 1

Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan,2007

Semarak Al-Qur’an di Bumi Pagar Dewa”, dalam Majalah Varia Ipqah: Media

Komunikasi Qari-Qari’ah dan Hafidz-Hafidzah, No. 01, Juli 2004, h.30

Tarigan, Azhari Akmal, “Syekh Abdul Halim Hasan & Khiththah Al-Qur’an”

Koran Waspada, Medan, Jum’at, Maret 2014

Taufiqurrahman, Kisah Anak Penghafal Quran, Semarang: Pusatilmu.com,

2015

Unaradjan, Dominikus Dolet, Metode Penelitian Kuantitatif,, Jakarta:

Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Cet. ke-1, 2019

Umniyah, Izzatul “Strategi Peningkatan Kualitas Hafalan al-Qur’an Bagi

Mahasiswa”, Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2018

Yanggo, Huzaemah Tahido, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan

Disertasi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Jakarta: IIQ Press, Cet.

ke-1, 2001

Zaimsyah, Rahmi, “Evaluasi Pengembangan Program Tahfizh Di Institut Ilmu

Al-Qur’an Jakarta”, Tesis UIN Syarif Hidayatullah, 2017

Zaman, Akhmad Roja Badrus “Resepsi Al-Qur’an Di Pondok Pesantren

Karangsuci Purwokerto”, Skripsi IAIN Purwokerto, 2019

92

Zen, Muhaimin (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, Jakarta: PP

Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh (JQH),2006

_____, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an Di Pondok Pesantren,

Tsanawiyah, Aliyah dan Perguruan Tinggi, Jakarta:

Percetakanonline.com, 2012

_____, Muhaimin, Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun, Jakarta: Transpustaka,

2013

Wadji, Farid, “Tahfiz Al-Qur’an dalam Kajian Ulum Al-Qur’an (Studi atas

Berbagai Metode Tahfiz)”, Tesis UIN Syarif Hidayatullah, 2010

Wawancara dengan Ketua Jamiyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama

(JQH-NU) Periode 2000-2004, KH. Muhaimin Zen, MA, Ciputat, 15

Maret 2020, Pukul 15.30 WIB

Wawancara dengan Dewan Hakim MTQ Kota Pekanbaru, Abdul Kholid S.Ag,

Pekanbaru, 15 Juni 2020, Pukul 16.40 WIB

Wawancara dengan peserta MTQ Kota Pekanbaru, Annisa Hidayati Alfarisi,

Pekanbaru, 16 Mei 2020, Pukul 18.56 WIB

Wawancara dengan peserta MTQ Kota Pekanbaru, Santi Sundari, Pekanbaru,

22 Mei 2020, Pukul 16.27 WIB

Wawancara dengan peserta MTQ Kota Pekanbaru, Nur Fahmi, Pekanbaru, 26

Mei 2020, Pukul 14.47 WIB

Wawancara dengan peserta MTQ Kota Pekanbaru, Dasrel, Pekanbaru, 30 Mei

2020, Pukul 20.10 WIB

Wawancara dengan peserta MTQ Kota Pekanbaru, Rafika Dewi, Nurhaliza

Fajrin, Ghina Raudatul Jannah, Amina Tasya, Pekanbaru, 10 Juni 2020,

Pukul 16.02 WIB, 20.02 WIB, 21.45 WIB, dan 21.47 WIB

93

Wawancara dengan peserta MTQ Kota Pekanbaru, Edwar Lutfi dan Shakhes

Zaidan, Pekanbaru, 13 Juni 2020, Pukul 18.57 WIB dan 19.17 WIB

Wawancara dengan peserta MTQ Kota Pekanbaru, Putri Syairah Laifa,

Pekanbaru, 12 Juli 2020, Pukul 20.00 WIB

Wawancara dengan peserta MTQ Kota Pekanbaru, Nining dan Millatil

Hidayah, Pekanbaru 14 Juli 2020, Pukul 11.00 WIB dan 11.30 WIB

Wawancara dengan alumni Pengurus LPTQ Kota Pekanbaru, Drs. H.M. Nasir

Hasan, Pekanbaru 1 Juli 2020, Pukul 10.30 WIB

Wawancara dengan Sekretaris Umum LPTQ Kota Pekanbaru, Afrizal SE, sy,

Pekanbaru, 1 Juli 2020, Pukul 11.00 WIB

Wawancara dengan masyarakat Kota Pekanbaru, Vanytrihazhiyah, Annisa

Galuh Mayangsari, Suci Desya Safira, Novita Rahfi, Ernawati, Rafli

Anugrah, Ahmad Tirmizi, Pekanbaru, 12 Agustus 2020

94

LAMPIRAN

95

Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru

Nama : Adli Nanda

Umur : 17 Tahun

Mengikuti Cabang : 5 Juz +Tilawah

Pendidikan : MAN

Waktu Wawancara : Senin13 Juli 2020

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa motivasi anda menghafal

Al-Qur’an?

Awalnya tuntutan sekolah. Tetapi

sampai sekarang masih lanjut

menghafal karena merasa puas

ketika melihat orangtua bahagia

pada saat target hafalan saya

tercapai.

2 Dari tahun berapa anda

mengikuti MTQ?

2012

3 Apa motivasi anda mengikuti

MTQ?

Pertama kali ikut tahun 2012,

karena dorongan guru saya.

Setelah itu motivasi ingin

mendapat hadiah, untuk saat ini

niat ikut MTQ utk nguji hafalan.

4 Apakah anda tahu mengenai

ayat tentang menjaga ayat-ayat

Al-Qur’an?

QS. Al-Hijr:9

96

5 Apa yang anda rasakan setelah

mengikuti MTQ?

Ketika tampil maksimal bahagia,

dan setelah itu semakin tertantang

menampilkan yang lebih baik dari

sebelum, Ketika tampilnya tidak

maksimal kecewa dan gak puas.

6 Apakah dengan mengikuti

kekuatan hafalan anda semakin

meningkat? Atau sebaliknya?

Ya

7 Bagaimana cara anda

mengulang hafalan saat ingin

mengikuti MTQ?

Tidak ada waktu yang

dikhususkan utk takrir, tetapi jika

sudah dekat waktu MTQ frekuensi

takrir 2x dari sebelumnya.

8 Menurut anda apa manfaat atau

nilai positif dari kegiatan MTQ?

Banyak ilmu Al-Qur’an yang baru

diketahui saat mengikuti MTQ,

dengan adanya MTQ membuat

kita menghabiskan waktu utk

meningkatkan hafalan, dan

bacaan. Memperluas relasi karena

bertemu banyak peserta lain

diberbagai daerah.

9 Menurut anda apakah MTQ

berperan penting terhadap

kualitas hafalan yang anda

miliki?

Ya sangat berperan penting.

Karena adanya MTQ membuat

kita menghabiskan waktu utk

memperlancar hafalan. Dan

97

berusaha agar hafalan semakin

mutqin

Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru

Nama : Amina Tasya

Umur : 14 Tahun

Mengikuti Cabang : 5 Juz + Tilawah

Pendidikan : SMP

Waktu Wawancara : Rabu 10 Juni 2020

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa motivasi anda menghafal

Al-Qur’an?

Untuk membahagiakan orang tua

dunia dan akhirat, mendapat ridha

Allah SWT serta bisa dimasukkan

kedalam surgaNya.

2 Dari tahun berapa anda

mengikuti MTQ?

2016

3 Apa motivasi anda mengikuti

MTQ?

Ingin meningkatkan hafalan dan

kelancarannya.

4 Apakah anda tahu mengenai

ayat tentang menjaga ayat-ayat

Al-Qur’an?

QS. Al Qiyamah:16-17

5 Apa yang anda rasakan setelah

mengikuti MTQ?

Saya merasa senang dan bangga,

karena bisa mempunyai

98

kesempatan berkompetisi di ajang

bergengsi seperti MTQ.

6 Apakah dengan mengikuti

kekuatan hafalan anda semakin

meningkat? Atau sebaliknya?

Alhamdulillah iya.

7 Bagaimana cara anda

mengulang hafalan saat ingin

mengikuti MTQ?

Melebihkan waktu untuk

memurajaah hafalan sebelum

tampil.

8 Menurut anda apa manfaat atau

nilai positif dari kegiatan

MTQ?

Untuk meningkatkan hafalan dan

kelancarannya.

9 Menurut anda apakah MTQ

berperan penting terhadap

kualitas hafalan yang anda

miliki?

Ya. Dengan mengikuti MTQ, kita

akan semakin termotivasi untuk

meningkatkan hafalan dan kualitas

hafalan kita.

Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru

Nama : Annisa Hidayati Alfarisi

Umur : 20 Tahun

Mengikuti Cabang : 5 Juz + tilawah

Pendidikan : Mahasiswi

Waktu Wawancara : Sabtu 16 Mei 2020

99

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa motivasi anda menghafal

Al-Qur’an?

Karena Al-Qur’an akan menjadi

syafaat di akhirat kelak, dan tidak

akan sia-sia dalam kehidupan

dunia.

2 Dari tahun berapa anda

mengikuti MTQ?

2008

3 Apa motivasi anda mengikuti

MTQ?

Support dari orang terdekat dan

sebagai evaluasi pembelajaran

untuk mengetahui kekuatan

hafalan.

4 Apakah anda tahu mengenai

ayat tentang menjaga ayat-ayat

Al-Qur’an?

QS. Al-Hijr:9

5 Apa yang anda rasakan setelah

mengikuti MTQ?

Bahagia

6 Apakah dengan mengikuti

kekuatan hafalan anda semakin

meningkat? Atau sebaliknya?

Alhamdulillah meningkat.

7 Bagaimana cara anda

mengulang hafalan saat ingin

mengikuti MTQ?

Memantapkan hafalan perlembar,

lalu per juz kemudian meminta tes

oleh guru ataupun pembimbing.

8 Menurut anda apa manfaat atau

nilai positif dari kegiatan MTQ?

Meningkatkan hafalan saya

100

9 Menurut anda apakah MTQ

berperan penting terhadap

kualitas hafalan yang anda

miliki?

Ya

Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru

Nama : Dasrel

Umur : 24 Tahun

Mengikuti Cabang : 30 Juz + tafsir

Pendidikan : S1

Waktu Wawancara : Sabtu 30 Mei 2020

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa motivasi anda menghafal

Al-Qur’an?

Menjadi Ahlullah di bumi

2 Dari tahun berapa anda

mengikuti MTQ?

2016

3 Apa motivasi anda mengikuti

MTQ?

Bisa murajaah lebih banyak ketika

diadakan MTQ

4 Apakah anda tahu mengenai

ayat tentang menjaga ayat-ayat

Al-Qur’an?

QS. Al-Hijr:9

5 Apa yang anda rasakan setelah

mengikuti MTQ?

Dengan kembalinya hafalan yang

membuat hati terasa senang

101

6 Apakah dengan mengikuti

kekuatan hafalan anda semakin

meningkat? Atau sebaliknya?

Meningkat

7 Bagaimana cara anda

mengulang hafalan saat ingin

mengikuti MTQ?

Murajaah seperti biasa dengan

ditambah porsi juz nya

8 Menurut anda apa manfaat atau

nilai positif dari kegiatan MTQ?

Syiar Islam, bagi peserta dapat

menambah semangat dalam

mengembalikan hafaln yang mulai

pudar

9 Menurut anda apakah MTQ

berperan penting terhadap

kualitas hafalan yang anda

miliki?

Tentu, dengan adanya MTQ lebih

termotivasi untuk murajaah

hafalan, dengan harapan setelah

MTQ jangan sampai hilang

kembali hafalan tersebut.

Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru

Nama : Edwar Lutfi

Umur : 20 Tahun

Mengikuti Cabang : 10,20,30 Juz

Pendidikan : MA

Waktu Wawancara : Sabtu 13 Juni 2020

No Pertanyaan Jawaban

102

1 Apa motivasi anda menghafal

Al-Qur’an?

Berawal dari disuruh orang tua

2 Dari tahun berapa anda

mengikuti MTQ?

2016

3 Apa motivasi anda mengikuti

MTQ?

Coba ikut-ikutan saja

4 Apakah anda tahu mengenai

ayat tentang menjaga ayat-ayat

Al-Qur’an?

Tidak Tahu

5 Apa yang anda rasakan setelah

mengikuti MTQ?

Biasa saja

6 Apakah dengan mengikuti

kekuatan hafalan anda semakin

meningkat? Atau sebaliknya?

Meningkat

7 Bagaimana cara anda

mengulang hafalan saat ingin

mengikuti MTQ?

Sering diulangi hafalannya

8 Menurut anda apa manfaat atau

nilai positif dari kegiatan MTQ?

Mendapat kenalan baru

9 Menurut anda apakah MTQ

berperan penting terhadap

kualitas hafalan yang anda

miliki?

Iya, sebagai motivasi untuk

melancarkan hafalan al-Qur’an

103

Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru

Nama : Ghina Raudatul Jannah

Umur : 16 Tahun

Mengikuti Cabang : 1 Juz & 5 Juz tilawah

Pendidikan : MA

Waktu Wawancara : Rabu 10 Juni 2020

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa motivasi anda menghafal

Al-Qur’an?

Ingin memberikan mahkota cahaya

kepada orang tua nanti di akhirat

dan berkumpul di Surganya Allah

kelak dikemudian hari.

2 Dari tahun berapa anda

mengikuti MTQ?

2016

3 Apa motivasi anda mengikuti

MTQ?

Ingin menambah pengalaman dan

menambah ilmu tentang Al-Qur’an.

4 Apakah anda tahu mengenai

ayat tentang menjaga ayat-ayat

Al-Qur’an?

QS. Fathir:29-30

5 Apa yang anda rasakan setelah

mengikuti MTQ?

Senang. Karena bisa

membanggakan orang tua, dan

banyak bertemu dengan teman baru

dari berbagai daerah.

104

6 Apakah dengan mengikuti

kekuatan hafalan anda semakin

meningkat? Atau sebaliknya?

Ya

7 Bagaimana cara anda

mengulang hafalan saat ingin

mengikuti MTQ?

Dengan mendengarkan murottal

dan saling menyimak/memberi soal

dengan sesama kafilah MTQ.

8 Menurut anda apa manfaat atau

nilai positif dari kegiatan

MTQ?

Selalu mengamalkan ajaran Al-

Qur’an, bisa bersilaturrahmi

sesama, bisa menilai kemampuan

kita dalam menghafal Al-Qur’an,

Memotivasi diri agar selalu

menjadi penghafal Al-Qur’an,

menambah pengalaman saat lomba

MTQ, memperbaiki diri agar lebih

baik lagi.

9 Menurut anda apakah MTQ

berperan penting terhadap

kualitas hafalan yang anda

miliki?

Ya, karena sebelum lomba kita

harus melancarkan hafalan agar

menampilkan yang terbaik dengan

demikian kita akan sibuk dalam

murajaah hafalan kita.

105

Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru

Nama : Khoiril Hamdi

Umur : 21 Tahun

Mengikuti Cabang : 10 Juz

Pendidikan : Mahasiswa

Waktu Wawancara : Minggu 14 Juni 2020

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa motivasi anda menghafal

Al-Qur’an?

Mencari ridho Allah, untuk

membanggakan orang tua dari

dunia sampai akhirat, dan ingin

menjadi ahli quro’

2 Dari tahun berapa anda

mengikuti MTQ?

2010

3 Apa motivasi anda mengikuti

MTQ?

Supaya lebih giat mendalami

mempelajari ilmu-ilmu Al-Qur’an

dan untuk lebih giat lagi dalam

memurojaah hafalan Al-Qur’an

4 Apakah anda tahu mengenai

ayat tentang menjaga ayat-ayat

Al-Qur’an?

QS. Al-Hijr:9

5 Apa yang anda rasakan setelah

mengikuti MTQ?

Perasaan saya sangat berkesan,

Bahagia terharu karena banyak

mendapat ilmu pengalaman

tentang Al-Qur’an dan sejauh

106

mana kekuatan hafalan Al-Qur’an

kita.

6 Apakah dengan mengikuti

kekuatan hafalan anda semakin

meningkat? Atau sebaliknya?

Ya.

7 Bagaimana cara anda

mengulang hafalan saat ingin

mengikuti MTQ?

Saya mengulangnya dengan tidak

melihat Al-Qur’an untuk menguji

kekuatan hafalan saya setelah saya

siap mengulang beberapa juz

kemudian saya memerika dimana

yang kurang lancar dan saya

memurojaahnya lagi supaya kuat

lagi hafalannya. Begitu seterusnya

sampai saya tampil.

8 Menurut anda apa manfaat atau

nilai positif dari kegiatan MTQ?

Nilai positifnya sangat banyak

sekali, disitu kita akan berkumpul

dengan para ahli-ahli quro’,

memotivasi agar selalu

meningkatkan ilmu tentang Al-

Qur’an, menjalin dan memperkuat

silaturrahmi antara ahli-ahli

Qur’an, dll.

9 Menurut anda apakah MTQ

berperan penting terhadap

Iya, sangat berperan karena di

dalam MTQ itu kita akan

berlomba-lomba dalam kebaikan,

107

kualitas hafalan yang anda

miliki?

berlomba-lomba untuk

melancarkan hafalan agar ketika

tampil nanti ketika di uji

hafalannya oleh dewan hakim kita

bisa menjawab pertanyaan-

pertanyaan dengan lancar dan

benar. Karena yang paling lancar

dan bagus tajwidnya akan menjadi

yang terbaik.

Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru

Nama : Millatil Hidayah

Umur : 30 Tahun

Mengikuti Cabang : 30 Juz+tafsir

Waktu Wawancara : Selasa 14 Juli 2020

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa motivasi anda menghafal

Al-Qur’an?

Diawal melihat orang yang sudah

menghafal membuat saya tertarik

untuk bisa menghafal seperti

mereka

2 Dari tahun berapa anda

mengikuti MTQ?

2004

3 Apa motivasi anda mengikuti

MTQ?

Ingin memperkuat hafalan,

memperbaiki hafalan, dan

memperbagus bacaan. Karena

108

kalua menghafal sendiri dirumah

saja belum tentu untuk bisa jalan

dan konsisten hafalannya. Guru

saya menyarankan untuk

mengikuti MTQ supaya bacaannya

bisa tartil lagi, hafalannya lancar.

Yang tadinya belum lancar bisa

lancar, yang lancarnya sedikit bisa

meningkat. Bisa memperbaiki

bacaan juga.

4 Apakah anda tahu mengenai

ayat tentang menjaga ayat-ayat

Al-Qur’an?

Tidak Tahu

5 Apa yang anda rasakan setelah

mengikuti MTQ?

Banyak sekali yang saya dapat,

seperti memperbaiki bacaan,

mengetahui ayat-ayat yang mrip-

mirip karena dulu di pondok tidak

memperhatikan mana ayat-ayat

mutasyabihat. Di MTQ juga ada

pelatihan seperti TC disitu juga

disarankan untuk mencatat di buku

dan ditandai ayat-ayat yang mirip.

6 Apakah dengan mengikuti

kekuatan hafalan anda semakin

meningkat? Atau sebaliknya?

InsyaAllah iya.

109

7 Bagaimana cara anda

mengulang hafalan saat ingin

mengikuti MTQ?

Lebih banyak waktu mengulang

hafalannya. Misalnya, di tiap juz

ada yang belum lancar itu yang

diutamainn, 1 Juz dibagi 4 menjadi

seperempat halaman sampai tidak

ada yang keliru lagi Ketika

membacanya.

8 Menurut anda apa manfaat atau

nilai positif dari kegiatan MTQ?

Salah satunya kita jadi tambah

banyak teman, termotivasi dengan

melihat teman-teman yang lain

bisa bagus bacaannya dan kita

pasti ingin belajar.

9 Menurut anda apakah MTQ

berperan penting terhadap

kualitas hafalan yang anda

miliki?

Iya, Karena disitu kita fokus untuk

mengulang hafalan terus. Misalnya

seperti mau TC otomatis kita

bersemangat untuk mengulang

hafaalan. Meninggalkan pekerjaan

untuk fokus murojaah. Disitu juga

tempat kita untuk mendekatkan

diri dengan Allah.

110

Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru

Nama : Nining

Umur : 22 Tahun

Mengikuti Cabang : 20 Tahun

Waktu Wawancara : Selasa 14 Juli 2020

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa motivasi anda menghafal

Al-Qur’an?

Pertama kali melihat teman masuk

pesantren dan disuruh guru ngaji

masuk di Pesantren itu. Tidak ada

motivasi dari keluarga karena

kebetulan saya broken home, jadi

melihat keluarga seperti itu jadi

memotivasi saya supaya menjadi

lebih baik.

2 Dari tahun berapa anda

mengikuti MTQ?

2006

3 Apa motivasi anda mengikuti

MTQ?

Tidak ada motivasi khusus,

Berawal dari senior di pondok

mengikuti MTQ dan diajak untuk

mengikuti kegiatan ini.

4 Apakah anda tahu mengenai

ayat tentang menjaga ayat-ayat

Al-Qur’an?

Tidak Tahu

111

5 Apa yang anda rasakan setelah

mengikuti MTQ?

Yang dirasakan ternyata tidak ada

apa apanya dari teman-teman yang

lain yang sudah berpengalaman

dibidang MTQ.

6 Apakah dengan mengikuti

kekuatan hafalan anda semakin

meningkat? Atau sebaliknya?

Sangat semakin meningkat.

7 Bagaimana cara anda

mengulang hafalan saat ingin

mengikuti MTQ?

Mendekati waktu MTQ frekuensi

hafalan ditingkatkan yang

biasanya satu hari 1 juz sampai 2

juz, ditingkatkan menjadi 2-5 Juz

sehari.

8 Menurut anda apa manfaat atau

nilai positif dari kegiatan MTQ?

Bertemu teman seperjuangan.

9 Menurut anda apakah MTQ

berperan penting terhadap

kualitas hafalan yang anda

miliki?

Ya berperan Penting. Karena

ketika kita menampilkan yang

tidak maksimal kita menjadi malu.

Dari sinilah ajang kita untuk

menjaga seberapa lancarnya adan

tidak lancarnya hafalan kita.

112

Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru

Nama : Nur Fahmi

Umur : 19 Tahun

Mengikuti Cabang : 20 Juz

Pendidikan : SMKS Sederajat

Waktu Wawancara : Selasa 26 mei 2020

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa motivasi anda menghafal

Al-Qur’an?

Sebagai bentuk rasa cinta kepada

sang Khaliq, untuk mencari

keridhoan-Nya dengan menjaga

setiap kalam2 suci pada alquran,

sebagai bentuk bakti kepada

ayah/ibu dengan menghadiahkan

beliau mahkota seperti yang

disebutkan dalam hadis Rasulullah

(wallahu ‘alam). Juga ingin

mencari petunjuk sesuai yang

Allah firmankan didalam al-quran.

2 Dari tahun berapa anda

mengikuti MTQ?

2014

3 Apa motivasi anda mengikuti

MTQ?

Pada kegiatan MTQ saya

mendapat banyak pelajaran, karena

pada MTQ saya akan bertemu

dengan banyak orang2 yang lebih

baik dalam melantunkan setiap

bacaan2 al-Qur’an, sehingga saya

113

dapat sharing dengan mereka, dan

saya akan lebih mengetahui bacaan

yang benar dan baik itu seperti apa.

Selain itu, MTQ dapat saya jadikan

tolak ukur seberapa kuat hafalan

saya.

4 Apakah anda tahu mengenai

ayat tentang menjaga ayat-ayat

Al-Qur’an?

QS. Al-Ankabut:49. Pada ayat

tersebut tidak disebutkan secara

langsung untuk menghafal al-

quran, namun bagi saya yang

menekaah ayat tersebut

menyebutkan didalam dada orang-

orang yang ber ilmu terdapat ayat2

Allah yang jelas. Dan setelah saya

memahaminya kembali orang2

berilmu yang disebutkan dalam

ayat tersebut ialah para penghafal

Al-Qur’an.

Maka dari itu Allah telah

menjelaskan kepada kita dengan

sejelas-jelasnya bahwa tiap orang

yang didalam dadanya terdapat

ayat2 Allah (penghafal al-quran)

tentu ia adalah seorang yang

berilmu. Maka dari situlah anjuran

bagi kita untuk menghafal al-quran

agar kita berilmu.

114

5 Apa yang anda rasakan setelah

mengikuti MTQ?

Bersyukur karena mendapat

banyak pengalaman dan ilmu baru

pada tiap2 momen MTQ.

6 Apakah dengan mengikuti

kekuatan hafalan anda semakin

meningkat? Atau sebaliknya?

Ya tentu. Dan dengan mengikuti

kegiatan MTQ saya akan

mendapatkan cara2 terbaik untuk

memperkuat hafalan, dari banyak

saudara2 yang saya kenal pada

kegiatan MTQ tersebut.

7 Bagaimana cara anda

mengulang hafalan saat ingin

mengikuti MTQ?

Mengulang habis hafalan yang

akan diikuti dalam 1 hari atau

membagi dengan semampunya.

Juga memperhatikan tiap waqaf

dan ibtida’, memahami makna2 di

dalam al-qur’an agar lebih mudah

menangkap tiap pertanyaan ketika

diatas mimbar tilawah.

8 Menurut anda apa manfaat atau

nilai positif dari kegiatan

MTQ?

Dapat menyebarluaskan syiar

agama melalui lantunan kalam-

kalam ilahi yang terwujud di dala,

kegiatan MTQ. Dapat

menyampaikan syi’ar agama

kepada masyarakat melalui

berbagai macam ivent-ivent yang

terdapat didalam kegiatan MTQ,

115

9 Menurut anda apakah MTQ

berperan penting terhadap

kualitas hafalan yang anda

miliki?

Ya, sangat berperan penting bagi

saya dalam meningkatkan kualitas

hafalan saya, karena MTQ menjadi

acuan yang kuat bagi saya dalam

muroja’ah dan dalam MTQ saya

banyaj belajar ilmu-ilmu Al-

Qur’an yang banyak belum saya

ketahui sebelumnya, Namun

tidaklah hanya karena MTQ

seseorang baru menyempatkan

murajaah.

Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru

Nama : Nurhaliza Fajrin

Umur : 22 Tahun

Mengikuti Cabang : 10 Juz

Pendidikan : Mahasiswi

Waktu Wawancara : Rabu 10 Juni 2020

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa motivasi anda menghafal

Al-Qur’an?

Awalnya coba-coba ikut

ekstrakurikuler di pondok,

kemudian lebih mendalami dan

selesai. Karena sudah memulai

maka akhirnya ana memutuskan

untuk mengkhatamkannya. Semua

116

mengalir begitu saja, tentu saja

karena dukungan teman guru dan

lingkungan.

2 Dari tahun berapa anda

mengikuti MTQ?

2013

3 Apa motivasi anda mengikuti

MTQ?

Berawal karena dari pondok tuh

disuruh ikut eh karena

Alhamdulillah lumayan baik

hasilnya jadi keterusan deh.

Hehehe. Selain itu dengan

mengikuti MTQ kita juga

menambah teman dari berbagai

penjuru begitu juga dengan ilmya,

kita jadi sadar bahwa diatas langit

masih ada lapisan langit lainnya.

4 Apakah anda tahu mengenai

ayat tentang menjaga ayat-ayat

Al-Qur’an?

Kurang tau juga, tapi setau ana

tidak ada ayat yang dengan zhahir

menganjurkan untuk menghafal Al-

Qur’an melainkan menyuruh untuk

membaca dan mendengarkan dan

mentadaburi isi nya.

5 Apa yang anda rasakan setelah

mengikuti MTQ?

Wah lebih spesifiknya kalau abis

tampil, rasanya tuh kayak plong

117

gitu terlepas dari baik buruknya

penampilan tersebut sih, rasanya

kayak anak pondok yang lagi

liburan you know lah ya hehehe.

6 Apakah dengan mengikuti

kekuatan hafalan anda semakin

meningkat? Atau sebaliknya?

Kalau menurut ana MTQ itu untuk

mencharge kembali kekuatan

hafalan, karena lebih termotivasi

tentunya, disisi lain bacaan dan

hafalan semakin baik dengan

adanya program TC, ana sangat

terbantu sekali karena setelah lulus

pondok bisa dibilang ana menjadi

otodidak karena tak lagi memiliki

guru yang mengontrol bacaan ana.

7 Bagaimana cara anda

mengulang hafalan saat ingin

mengikuti MTQ?

Biasanya sebulan menjelang

perhelatan MTQ ana fokus pada

hafalan yang akan dilombagakan

minimal sehari 2 juz lah, sisanya

mengulang yang lain. Trus sekitar

H- seminggu, ana usahakan untuk

membagi dua hafalan tersebut jadi

sehari 5 juz, nah kalua udah mepet

bener baru lah sehari semuanya

harus selesai wkwk the power of

kepepet.

118

8 Menurut anda apa manfaat atau

nilai positif dari kegiatan

MTQ?

MTQ ini sebagai motivasi untuk

mencharge kembali hafalan kita,

memperbaikinya sehingga menjadi

lebih baik lagi. Kemudian kita juga

mendapat lebih banyak teman dan

Ust dan Ustzh yang MasyaAllah

ilmunya dan sepemikiran dengan

kita sehingga memudahkan untuk

sharing ke banyak hal, selain itu

MTQ juga menambah uang jajan

kita sebagai anak remaja, sehingga

lebih meringankan beban orang tua.

9 Menurut anda apakah MTQ

berperan penting terhadap

kualitas hafalan yang anda

miliki?

Sangat, karena MTQ memotivasi

kita untuk menjadi lebih baik lagi

dan juga menjadi yang terbaik

tentunya. Hafalan yang tadinya

semrawut menjadi lebih tertata dan

yang sudah tertata semakin

gemilau.

Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru

Nama : Putri Syairah Laifa

Umur : 33 Tahun

Mengikuti Cabang : 30 Juz+ tafsir

Waktu Wawancara : 12 Juli 2020

119

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa motivasi anda menghafal

Al-Qur’an?

Berawal disuruh oleh TPA (Taman

Pendidikan Al-Qur’an), mulai

menghafal lagi SMA karena

penasaran melihat orang-orang

yang masih muda semangat dan

bisa menghafal

2 Dari tahun berapa anda

mengikuti MTQ?

1995

3 Apa motivasi anda mengikuti

MTQ?

Motivasi awal merasa terpacu

karena teman-teman yang lain bisa

lancar dan mendapat juara. Dan

saya harus bisa lancar juga seperti

mereka.

4 Apakah anda tahu mengenai

ayat tentang menjaga ayat-ayat

Al-Qur’an?

Secara khusus dirasa tidak ada,

tetapi termotivasi dari hadis

5 Apa yang anda rasakan setelah

mengikuti MTQ?

Apabila mendapat juara senang,

ada rasa kepuasan tersendiri

Ketika mendapat piala dan

piagam. Serta senang melihat

orang tua bangga.

6 Apakah dengan mengikuti

kekuatan hafalan anda semakin

meningkat? Atau sebaliknya?

Jelas. MTQ sangat mempengaruhi

kelancaran hafalan.

120

7 Bagaimana cara anda

mengulang hafalan saat ingin

mengikuti MTQ?

Tidak ada waktu khusus

mengulang, karena hafalan diulang

selalu setiap hari.

8 Menurut anda apa manfaat atau

nilai positif dari kegiatan MTQ?

Yang paling utama meningkatnya

hafalan Al-Qur’an.

9 Menurut anda apakah MTQ

berperan penting terhadap

kualitas hafalan yang anda

miliki?

Sangat

Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru

Nama : Rafika Dewi

Umur : 22 Tahun

Mengikuti Cabang : 20 Juz

Pendidikan : Mahasiswi

Waktu Wawancara : Sabtu 30 Mei 2020

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa motivasi anda menghafal

Al-Qur’an?

Ingin menjadi bagian penjaga dari

kalam Allah dan menjadi bagian

dari keluarga Allah di dunia dan

diakhirat.

2 Dari tahun berapa anda

mengikuti MTQ?

2013

3 Apa motivasi anda mengikuti

MTQ?

Bagian dari ikhtiar memperbaiki

bacaan, kuantitas, maupun

kualitas.

121

4 Apakah anda tahu mengenai

ayat tentang menjaga ayat-ayat

Al-Qur’an?

QS. Al-Hijr:9

5 Apa yang anda rasakan setelah

mengikuti MTQ?

Bahagia, karena kita dan teman-

teman seperjuangan jadi punya

waktu belajar dan murojaah yang

sangat intens dengan Al-Qur’an.

6 Apakah dengan mengikuti

kekuatan hafalan anda semakin

meningkat? Atau sebaliknya?

Ya, karena selaras dengan

jawaban sebelumnya yang

menjadikan kita lebih banyak

belajar dari kesalahan-kesalahan

lama ketika proses menghafal.

7 Bagaimana cara anda

mengulang hafalan saat ingin

mengikuti MTQ?

Caranya dengan metode 3 kli

putaran. Biasanya sebelum MTQ

saya membagi 3 putaran, Pertama:

10 hari khatam (ini dengan tempo

bacaan sangat lambat), kedua: 7

hari khatam (tempo bacaan

sedang), ketiga: 3 hari khatam

(tempo bacaan hadr). Yang

masing-masing juz dibagi sesuai

dengan target khatamnya.

8 Menurut anda apa manfaat atau

nilai positif dari kegiatan MTQ?

Sangat banyak manfaatnya,

diantaranya: menambah

pengalaman mental dipanggung.

122

Belajar menjaga hati dari rasa

ujub dll, menambah guru,

menambah jalinan pertemanan,

dan yang pastinya menambah

semangat untuk terus istiqomah.

9 Menurut anda apakah MTQ

berperan penting terhadap

kualitas hafalan yang anda

miliki?

Ya. Sangat berperan. Karena

sedikit banyaknya hafalan kita

pasti disimak oleh guru maupun

partener murojaah dalam training

center, dan kegiatan itu tidak akan

kita dapatkan jika murojaah

sendirian. Adanya berbagai

dorongan sebagai pemicu untuk

lebih teliti dalam murojaah

hafalan.

Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru

Nama : Santi Sundari

Umur : 17 Tahun

Mengikuti Cabang : 10 Juz

Pendidikan : SMA

Waktu Wawancara : Jum’at 22 Mei 2020

123

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa motivasi anda menghafal

Al-Qur’an?

Orang tua, ingin memberikan

mahkota kemuliaan kelak.

2 Dari tahun berapa anda

mengikuti MTQ?

2012

3 Apa motivasi anda mengikuti

MTQ?

Untuk meningkatkan kualitas

berinteraksi dengan Al-Qur’an.

4 Apakah anda tahu mengenai

ayat tentang menjaga ayat-ayat

Al-Qur’an?

QS. Az-Zukhruf:44

5 Apa yang anda rasakan setelah

mengikuti MTQ?

Bahagia

6 Apakah dengan mengikuti

kekuatan hafalan anda semakin

meningkat? Atau sebaliknya?

Ya. meningkat

7 Bagaimana cara anda

mengulang hafalan saat ingin

mengikuti MTQ?

Mengkhatamkan murojaah dalam

sehari Bersama ustadz.

8 Menurut anda apa manfaat atau

nilai positif dari kegiatan

MTQ?

Menurut saya hikmah positif nya

bisa mendapatkan pengalaman,

menambah saudara, menambah

ilmu, dll.

124

9 Menurut anda apakah MTQ

berperan penting terhadap

kualitas hafalan yang anda

miliki?

Iya sangat penting dan sangat

berpengaruh. Karena murajaah

hafalan lebih difokuskan.

Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru

Nama : Shakhes Zaidan

Umur : 17 Tahun

Mengikuti Cabang : 5 Juz+ tilawah

Pendidikan : MAN

Waktu Wawancara : Sabtu 13 Juni 2020

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa motivasi anda menghafal

Al-Qur’an?

Memakaikan mahkota ke kepala

kedua ortu dan ingin menjadi

hafidz 30 juz yang mutqîn.

2 Dari tahun berapa anda

mengikuti MTQ?

2012

3 Apa motivasi anda mengikuti

MTQ?

Melatih mental, memperkuat

hafalan Qur’an, mencari

pengalaman, dan bisa

membahagiakan orang tua.

125

4 Apakah anda tahu mengenai

ayat tentang menjaga ayat-ayat

Al-Qur’an?

Tidak Tahu

5 Apa yang anda rasakan setelah

mengikuti MTQ?

Alhamdulillah senang kalua sudah

tampil maksimal dan mendapat

juara.

6 Apakah dengan mengikuti

kekuatan hafalan anda semakin

meningkat? Atau sebaliknya?

Iya

7 Bagaimana cara anda

mengulang hafalan saat ingin

mengikuti MTQ?

Setiap hari fokus murajaah 2 juz

8 Menurut anda apa manfaat atau

nilai positif dari kegiatan

MTQ?

Mengasah mental dan keberanian,

menambah teman dan belajar

dilingkungan baru, memotivasi diri

kita supaya bisa menambah

hafalan.

9 Menurut anda apakah MTQ

berperan penting terhadap

kualitas hafalan yang anda

miliki?

Iya, karena dengan mengikuti

MTQ kita bisa melihat seberapa

mutqin hafalan kita.

126

Hasil Wawancara dengan Pengurus LPTQ Kota Pekanbaru

Nama : Afrizal, SE, Sy

Jabatan : Sekretaris Umum LPTQ Kota Pekanbaru tahun 2018-

2024

Waktu Wawancara : Rabu, 1 Juli 2020

No Pertanyaan Jawaban

1 Tahun berapa MTQ Kota

Pekanbaru pertama kali

dilaksanakan?

1967

2 Apa tujuan dari MTQ ini

sendiri ?

Tujuan MTQ secara prinsip sebagai

syiar Al-Qur’an. Secara umum

mengacu pada visi misi Kota

Pekanbaru.

3 Cabang apa saja yang

pertama kali dilombakan?

Pertama kali cabang tilawah. Dulu

Namanya tilawah Ibtidaiyah,

Tsnawiyah, dan Aliyah. Sekarang

berubah nama menjadi tilawah anak-

anak, remaja, dan dewasa. Tahun

2000 baru diadakan cabang tahfiz

4 Bagaimana progress hafalan

para peserta di Kota

Pekanbaru ini?

Progres hafalan disini insyaAllah

setiap tahun meningkat. Karena

LPTQ punya program pembinaan

yang insyaAllah dilakukan rutin

setiap bulannya menjelang

pelaksanaan MTQ Kota, dengan

menghadirkan guru-guru yang

berkompeten dibidang itu.

127

5 Apa tujuan berdiri LPTQ

Kota Pekanbaru?

Tujuan LPTQ melaksanakan MTQ

yang jujur, berkualitas, dan

berprestasi di Kota Pekanbaru.

Melaksanakan program dan kegiatan

LPPTQ yang berorientasi pada

Pendidikan dan pengembangan

dalam memahami Al-Qur’an.

Menciptakan kader Qori-Qoriah,

Hafizh-Hafizhah, Khattat-

Khatattatah, Mufassir-Mufassirah

yang membumikan Al-Qur’an.

6 Dari tahun berapa LPTQ

berdiri?

1980

7 Siapa ketua umum LPTQ saat

ini?

Untuk ketua umum bersifat

struktural pemerintahan. Biasanya

walikota sekaligus menjabat ketua

umum LPTQ, jika walikota tidak

mau, diserahkan kepada wakil

walikota, jika wakil walikota tidak

mau diserahkan kepada sekretaris,

begitu seterusnya. Untuk saat ini

yang menjabat ketua umum LPTQ

yaitu wakil walikota Bapak Ayat

Cahyadi, M. Si

128

Hasil Wawancara dengan Dewan Hakim dan Pembina MTQ Kota Pekanbaru

Nama : Abdul Kholid, S.Ag

Jabatan : Dewan Hakim MTQ Kota Pekanbaru 2000 hingga

saat ini. Dewan Hakim MTQ Provinsi Riau 2009-

hingga saat ini

Waktu Wawancara : Senin, 15 Juni 2020

No Pertanyaan Jawaban

1 Dari tahun berapa bapak

bertugas sebagai dewan hakim

Kota Pekanbaru?

Dari tahun 2000 hingga saat ini

2 Dari tahun berapa bapak

bertugas sebagai pelatih atau

Pembina MTQ Kota

Pekanbaru?

Dari tahun 2017 hingga saat ini.

3 Bagaimana manfaat dari

kegiatan MTQ ini?

Semakin semarak tentang program

pengembangan Al-Qur’an mulai

dari cara membaca, tulisan, dan

memahami, kemudian cabang-

cabangnya bertambah. Menjadikan

masyarakat atau umat Islam

semakin memperbaiki

pemahamannya dan interaksi

dengan Al-Qur’an, Karena semua

cabang itu tujuannya untuk

memasyarakatkan Al-Qur’an

ditengah masyarakat mulai dari

membaca, memahaminya, dan

ujungnya pengamalkannya.

129

4 Bagaimana suka duka bapak

menjadi dewan hakim

sekaligus pembina?

Suka dukanya karena ini dibidang

Al-Qur’an, pelatih itu adalah

tanggung jawab moral, bagaimana

menjadikan Riau ini dari yang

tidak diperhitungkan menjadi

diperhitungkan kemampuannya.

Karena disini harus merupakan

putra-putri daerah, sekarang

Alhamdulillah Ketika saya

membantu memegang di bidang

tahfizh ini tampilnya maksimal.

Biasanya belum pernah Riau untuk

bidang tahfizh masuk final,

Alhamdulillah 2 tahun belakangan

ini dapat masuk final dan

menjuarai cabang 20 juz dan 30 juz

juara 2 dan juara 3. Untuk dukanya

belum ada sistem yang betul-betul

baku yang bisa dijadikan standar

untuk pelatih karena masih

bergantung suka tidak suka antara

panitia dan pengelola, seharusnya

segala sesuatu diukur dengan

standar kompetensi dan

kemampuan, bukan berdasarkan

senang atau tidak senang.

5 Bagaimana progress hafalan

para peserta selama mengikuti

Kalau peserta Alhamdulillah

semakin lama semakin bagus.

130

pembinaan dan perlombaan

MTQ di Kota ini?

Karena MTQ ini sudah terjadwal

mulai dari kelurahan hingga

provinsi sehingga para peserta tahu

kapan harus latihan kapan belajar.

Foto bersama dengan Ketua Umum

Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh

Nahdlatul Ulama (JQH-NU) Periode

2000-2004

Foto bersama dengan Sekretaris

Umum LPTQ Kota Pekanbaru

131

Wawancara dengan dewan

hakim dan Pembina MTQ

Kota Pekanbaru

Wawancara dengan peserta MTQ Kota Pekanbaru

132

133

Kegiatan pembinaan para peserta MTQ Kota Pekanbaru

134

Tentang Penulis

Adlina Avita Martias, lahir di Pekanbaru tanggal 19 April

1998. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari

pasangan Bapak Martias dan Ibu Devi Yustati. Ayahnya

berkerja di PT Chevron Pasific Indonesia, dan ibunya

adalah seorang guru disalah satu sekolah swasta di Kota

Pekanbaru Riau. Saat ini penulis tinggal bersama orang tuanya di Kota

Pekanbaru Provinsi Riau.

Penulis memulai Pendidikan di SD Cendana rumbai pada usia 6 tahun

dan menyelesaikan Pendidikan SD pada tahun 2010. Kemudian melanjutkan

ke jenjang sekolah menengah pertama di SMPIT Al-Ittihad Rumbai dan lulus

pada tahun 2013 sekaligus melanjutkan SMA di SMAIT Al-Ittihad lulus tahun

2016. Pada tahun 2016, penulis melanjutkan program Pendidikan Strata 1 di

Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah,

Program Studi Ilmu Al-Qur’ an dan Tafsir.