PENGARUH MUSABAQAH TILAWATIL QUR'AN (MTQ) TERHADAP ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of PENGARUH MUSABAQAH TILAWATIL QUR'AN (MTQ) TERHADAP ...
PENGARUH MUSABAQAH TILAWATIL QUR’AN (MTQ)
TERHADAP KUALITAS HAFALAN AL-QUR’AN
(Studi Living Qur’an di Kota Pekanbaru-Riau)
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama
(S.Ag)
Oleh :
Adlina Avita Martias
NIM 16210712
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1441 H/ 2020 M
PENGARUH MUSABAQAH TILAWATIL QUR’AN (MTQ)
TERHADAP KUALITAS HAFALAN AL-QUR’AN
(Studi Living Qur’an di Kota Pekanbaru-Riau)
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama
(S.Ag)
Oleh :
Adlina Avita Martias
NIM 16210712
Pembimbing:
Mutmainnah, S.Th.I, MA
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1441 H/ 2020 M
1
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Pengaruh Musabaqah Tilawatil Qur’an Terhadap
Kualitas Hafalan Al-Qur’an (Studi Living Qur’an di Kota Pekanbaru-
Riau)” yang disusun oleh Adlina Avita Martias Nomor Induk Mahasiswa:
16210712 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke sidang munaqasyah.
Jakarta, 6 Agustus 2020
Pembimbing,
Mutmainnah, S.Th.I, MA
2
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Pengaruh Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ)
Terhadap Kualitas Hafalan Al-Qur’an (Studi Living Qur’an di Kota
Pekanbaru-Riau)” oleh Adlina Avita Martias (16210712) telah diujikan
pada sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin & Dakwah Institut Ilmu Al-
Qur’an (IIQ) Jakarta pada tanggal 6 Agustus 2020. Skripsi telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag).
Jakarta, 6 Agustus 2020
Dekan Fakultas Ushuluddin
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta,
Dr. Muhammad Ulinnuha Lc., M.A.
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A Mamluatun Nafisah, M.A
Penguji I, Penguji II,
Dr. Romlah Widayati, M.Ag. Drs. Arison Sani, M.A
Pembimbing,
Mutmainnah, S.Th.I, M.A
3
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Adlina Avita Martias
NIM : 16210712
Tempat Tanggal Lahir : Pekanbaru, 19 April 1998
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Musabaqah Tilawatil
Qur’an (MTQ) Terhadap Kualitas Hafalan Al-Qur’an (Studi Living Qur’an
Kota Pekanbaru-Riau)” adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-
kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 6 Agustus 2020
Adlina Avita Martias
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji dan syukur penulis
panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan seluruh rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW
seorang pembawa agama yang sempurna dan diridhai Allah SWT, karena
berkat kerja keras dan perjuangan panjang beliau Islam dapat berdiri tegak di
atas bumi Allah dan menjadi landasan hidup bagi seluruh umat manusia serta
menunjukkan kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang diridhoi oleh Allah
SWT. Beliaulah yang membawa Al-Qur’an menjadi pedoman dalam
kehidupan sehari-hari kita.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak yang sangat berjasa, untuk itu rasa terimakasih penulis kepada berbagai
pihak diantaranya:
1. Bapak Dr. Muhammad Ulinnuha Lc., M.A., selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.
2. Bapak KH. Muhammad Haris Hakam S.H., M.A. selaku Ketua
Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT), Kak Mamluatun Nafisah,
M.Ag selaku sekretaris Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Kak Siti
Adawiyyah, S.Pd, dan Ibu Dra. Rukoyah Tamami selaku staf
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah.
3. Ibu Mutmainnah, S.Th.I, MA, sebagai dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk
memberikan bimbingan, arahan, serta petunjuknya kepada penulis
dan senantiasa sabar dalam membimbing penulis selama
penyusunan skripsi ini. Juga kepada Ibu Dr. Romlah Widayati,
vi
M.Ag selaku penguji I, dan Bapak Arison Sani, M.A Selaku
penguji II.
4. Bapak Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc., MA, ibu Mutmainnah, MA,
Ibu Istiqomah, MA, Ibu Atiqoh, S.Ag, yang membimbing penulis
untuk menyelesaikan program tahfizh selama berada di Institut
Ilmu Al-Qur’an Jakarta serta selalu sabar membenarkan ayat demi
ayat Ketika lidah mulai susah payah melantunkan ayat Al-Qur’an.
Semoga keberkahan selalu mengiringi langkah dalam proses
perjuangan menjadi khadim kalamullah. Serta kak Hayati, S.Ag
yang membantu proses perekapan nilai-nilai tahfizh dan
komprehensif yang selalu sabar dan tak pernah Lelah untuk
membantu mahasiswa.
5. Bapak dan Ibu Dosen Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, yang
telah mengabdikan ilmu untuk seluruh mahasiswanya serta menjadi
saksi akan keberhasilan mahasiswa dalam mencapai gelarnya.
6. Kedua orang tua tercinta Bapak Martias dan Ibu Devi Yustati atas
pengorbanan selama ini, sejak dalam kandungan sampai sekarang
ini, yang tidak pernah bosan dan lelah dalam berdoa dan berjuang
untuk anak-anaknya.
7. Adik kandung saya Adlinanda Martias, serta semua keluarga besar
Hj. Musanaini yang sudah menjadi keluarga terbaik saya.
8. Pesantren Takhassus IIQ Jakarta dan Kampus IIQ Jakarta yang
menjadi saksi bisu perjuangan dan pengorbanan 4 tahun menjadi
seorang mahasantri dan mahasiswa.
9. Mu’allif kitab dan buku, yang menyumbangkan karyanya sebagai
bahan refrensi, perbandingan, dan penyempurnaan skripsi ini.
10. Perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia, Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ)
vii
Jakarta, Iman Jama’ Lebak Bulus, dan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah menyumbangkan sarana dalam melengkapi
penulisan skripsi ini.
11. Teman-teman since high school Pekanbaru yang memberikan
masukan dalam penulisan skripsiku, teman seperjuangan yang tak
pernah lelah mendukung hingga penulisan skripsi ini selesai.
12. Binti Nafiah, Desi Elvina, Destiana Safira, Azka Taqiyyah teman-
sahabat sejak pertama berada di Jakarta hingga sekarang, partner
traveling, berbagi cerita hidup dan memecahkan permasalahan
bersama.
13. Ikrimah Rizqia S.Ag, Elsa Kholisah yang selalu mendengarkan
keluh kesah setiap permasalahan kehidupan, memberikan masukan
dalam penulisan skripsiku, dan selalu ada setiap saat ketika
dibutuhkan.
14. Teman seperjuangan Ushuluddin A & B yang telah membantu
mengisi memori 4 tahun bersama, mendiskusikan permasalahan
dalam penulisan skripsi, mensupport untuk menjadi pribadi yang
lebih baik lagi. Oleh karena itu sulitnya ku menemukan wanita-
wanita hafizhah nan shalihah seperti kalian.
15. Teman-teman seperjuangan bimbingan skripsi bersama Ibu
Mutmainnah, S.Th.I, MA special for Hanifatul Mukarromah yang
saling bertukar fikiran, menghadapi permasalahan dengan
kebersamaan, saling mendukung untuk dapat menyelesaikan
tulisan akhir ini bersama-sama.
16. Kakak, abang dan adik adik peserta MTQ Kota Pekanbaru yang
telah bersedia menjadi narasumber untuk penelitian ini dan telah
meluangkan waktunya untuk membantu penyelesaian tugas akhir
ini.
viii
17. Teman-teman Angkatan 2016, terimakasih atas kerjasamanya.
18. Seluruh pihak yang terlibat dalam pencapaian proses penyelesaian
skripsi ini, semoga Allah membalas jasa dan perjuangan kalian.
Jakarta, 6 Agustus 2020
Adlina Avita Martias
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………....ii
PERNYATAAN PENULIS………………………………………………...iii
MOTTO…………………………………………………………………......iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................ xiii
ABSTRAK .................................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Permasalahan ....................................................................... 4
1. Identifikasi Masalah ................................................................. 4
2. Pembatasan Masalah ................................................................. 5
3. Perumusan Masalah .................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 7
F. Kerangka Teori .................................................................. 10
G. Metode Penelitian .............................................................. 11
1. Jenis Penelitian ....................................................................... 11
2. Sumber Data ........................................................................... 12
3. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 12
H. Metode Analisis Data ......................................................... 15
I. Teknik dan Sistematika Penulisan ..................................... 16
BAB II TINJAUAN UMUM MENGHAFAL AL-QUR'AN
x
A. Pengertian Menghafal Al-Qur’an ...................................... 18
B. Hukum dan Keutamaan Menghafal Al-Qur’an.................. 20
C. Kaidah-Kaidah dalam Menghafal Al-Qur’an .................... 28
D. Metode Menghafal Al-Qur’an ........................................... 30
E. Cara Menjaga Hafalan Al-Qur’an ...................................... 35
F. Problematika dalam Menghafal Al-Qur’an ....................... 39
BAB III SEKILAS TENTANG MUSABAQAH TILAWATIL
QUR'AN (MTQ)
A. Sejarah dan Perkembangan MTQ Nasional ....................... 46
B. Sejarah MTQ di Kota Pekanbaru ....................................... 51
C. Cabang dan Golongan pada Musabaqah Tilawatil
Qur’an…………………………………………………….54
D. Pro dan Kontra dalam pelaksanaan MTQ di
Indonesia………………………………………………....58
BAB IV ANALISIS PERAN MUSABAQAH TILAWATIL
QUR'AN TERHADAP KUALITAS HAFALAN AL-
QUR'AN DI KOTA PEKANBARU-RIAU
A. Motivasi Mengikuti MTQ .................................................. 69
B. Pengaruh MTQ Terhadap Kualitas Hafalan Al-
Qur’an………………………………………………….....73
C. Manfaat Mengikuti MTQ .................................................. 78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 85
B. Saran .................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 87
LAMPIRAN .................................................................................................. 94
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Pemahaman Peserta Terhadap Ayat Penjagaan Al-Qur’an…………….. 70
Tabel 4.2 Persentase Pemahaman Peserta Terhadap Ayat Penjagaan Al-Qur’an… 70
Tabel 4.3 Pengaruh MTQ Terhadap Kualitas Hafalan Al-Qur’an……………….. 75
Tabel 4.4 Persentase Pengaruh MTQ Terhadap Kualitas Hafalan Al-Qur’an……. 75
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad
yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ, transliterasi
Arab-Latin mengacu pada berikut:
1. Konsonan
Arab Latin Arab Latin
th ط a أ
zh ظ b ب
” ع t ت
gh غ ts ث
f ف j ج
q ق h ح
k ك kh خ
l ل d د
m م dz ذ
n ن r ر
w و z ز
h ه s س
’ ء sy ش
y ي sh ص
xiv
dh ض
2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah a آ â ي ai
Kasrah i ي î و… au
Dhammah u و û
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah. Kata sandang
yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyah ditransliterasikan sesuai
dengan bunyinya.
Contoh: البقرة : al-Baqarah
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال) syamsiyah. Kata
sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال) syamsiyah ditransliterasikan
sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan
bunyinya.
Contoh: الرجل : ar-rajul
xv
c. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang ,
sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini
berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di
akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyah.
Contoh: أمنا بالل : Âmannâ billâhi
d. Ta Marbûthah )ة(
Ta Marbûthah )ة( apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata
sifat (na’at), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf
“h”.
Contoh: ئدة أف al-Af’idah : ال
Sedangkan ta marbûthah )ة( yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi
“t”
Contoh: ة ناصبة .Âmilatun Nâshibah‘ : عا مل
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEB) seperti penulisan
awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan
xvi
lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam
alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold)
dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali
dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal
nama diri, bukan kata sandangnya.
Contoh: ‘Alî Hasan al-’Âridh, al-’Asqallânî, al-Farmawî dan
seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Al-Qur’an dan nama-
nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur’an,
Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.
xvii
ABSTRAK
Skripsi ini dilatarbelakangi bahwasannya permasalahan
pelaksanaan MTQ masih sering menjadi perdebatan di kalangan masyarakat.
Banyak masyarakat yang kontra mengenai pelaksanaan ini dikarenakan bahwa
ayat Al-Qur’an tidak harus diperlombakan. Bahkan para ulama maupun tokoh
agama pun banyak yang kontra terhadap pelaksanaan perlombaan ini, dengan
beralasan bahwa pembacaan Al-Qur’an dengan bersifat duniawi, tetapi
walaupun banyak terdapat kontra pada pelaksanaan MTQ dalam hal ini
sesungguhnya MTQ dapat memberikan manfaat kepada para peserta lomba
salah satunya dengan meningkatnya kualitas hafalan Al-Qur’an serta
merupakan sarana syiar Islam.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
pengaruh musabaqah tilawatil qur’an terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an pada
peserta MTQ Kota Pekanbaru-Riau. Yang menjadi perbedaan pada penelitian
sebelumnya yaitu objek penelitian yang berada di Kota Pekanbaru dan
persamaannya yaitu membahas mengenai kualitas hafalan Al-Qur’an.
Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan penelitian
kualitatif dengan metode deskriptif analisis, serta menggunakan teori
fenomenologi Edmund Husserl. Teknik pengumpulan data menggunakan
pengambilan sampel, observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan 100% peserta menjawab bahwa MTQ
sangat berpengaruh terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an. Kegiatan ini
memberikan manfaat dan nilai positif yang dirasakan oleh para peserta MTQ
Kota Pekanbaru seperti banyaknya mengetahui ilmu-ilmu Al-Qur’an yang
belum pernah diketahui sebelumnya. Banyaknya pembinaan yang diberikan
LPTQ Kota Pekanbaru kepada para peserta MTQ seperti pembinaan, try out,
dan kegiatan lainnya. Terbukti para peserta menjuarai di tingkat Kota
Pekanbaru ini kemudian menjadi perwakilan Kota untuk menuju Provinsi
bahkan menjadi perwakilan Provinsi di tingkat Nasional. Terdapat perbedaan
yang dirasakan bagi para penghafal Al-Qur’an yang tidak mengikuti MTQ
dalam peningkatan hafalan Al-Qur’an sebab mereka yang menghafal sendirian
tidak dapat mengetahui kesalahan dalam bacaan maupun hafalan Al-
Qur’annya, serta tidak ada yang mengevaluasi hafalan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fenomena menghafal Al-Qur’an adalah salah satu ciri khas yang
dimiliki umat Islam dan tidak dimiliki oleh umat lain. Satu keistimewaan
bahwa Al-Qur’an mudah dihafalkan, baik oleh orang Arab sendiri maupun
orang non arab yang sama sekali tidak mengerti arti kata yang ada dalam Al-
Qur’an. Bahkan kitab suci ini bisa dihafalkan oleh anak kecil yang umurnya
kurang dari 10 tahun.1
Mayoritas ulama sependapat mengenai hukum menghafal Al-Qur’an,
yakni fardhu kifayah. Ini mengandung pengertian bahwa orang yang
menghafal Al-Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir. Artinya
apabila dalam suatu masyarakat tidak ada seorang pun yang hafal Al-Qur’an,
maka berdosa semuanya. Tetapi, jika sudah ada, maka gugurlah kewajiban
dalam suatu masyarakat tersebut.2
Menjadi penghafal Al-Qur’an bukanlah hal yang mudah karena
memiliki tanggung jawab untuk menjaganya hingga akhir hayatnya. Hal
demikian tidak akan menjadi sulit dan tidak akan menjadi beban jika penghafal
tersebut memiliki semangat yang besar dan juga niat yang benar untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT.3
1 Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an Di Pondok Pesantren,
Tsanawiyah, Aliyah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Percetakanonline.com, 2012) Cet. Ke-1,
h.1 2 Rofi’ul Wahyudi dan Ridhoul Wahidi, Sukses Menghafal Al-Qur’an Meski Sibuk
Kuliah, (Yogyakarta: 2016), Cet ke-1, h.14 3 Izzatul Umniyah, “Strategi Peningkatan Kualitas Hafalan al-Qur’an Bagi
Mahasiswa”, Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2018, h.104
2
Pada dasarnya, seseorang yang menghafal Al-Qur’an harus berprinsip
apa yang sudah dihafal tidak boleh lupa lagi. Untuk bisa demikian selain harus
benar-benar baik sewaktu menghafalnya, ia juga harus menjaga hafalannya
yaitu dengan cara mengulang hafalan sambil menambah hafalan yang baru.4
Dalam menghafal Al-Qur’an tidak kalah pentingnya mengevaluasi
bacaan Al-Qur’an, bentuk evaluasi bermacam ragam salah satunya yang
dilakukan oleh guru supaya hafalan anak didiknya lebih lancar dan sesuai
dengan ilmu tajwid dengan cara guru membaca, lalu muridnya
menyambungkan bacaan, kemudian ada yang bersama-sama teman untuk
menghafal, ada yang dengan cara membuat perlombaan Musabaqah Tilawatil
Qur’an (MTQ) dan sebagainya.5
Upaya penjagaan hafalan, kedisiplinan, dan segala hal yang dilakukan
dalam aktivitas menghafal membuat para penghafal Al-Qur’an memiliki
keistimewaan khusus dalam karakteristik pribadi dan kecerdasannya.
Keistimewaan dan keunggulan yang dimiliki oleh para penghafal Al-Qur’an
tersebut membuka peluang pendidikan yang lebih luas bagi kebermanfaatan
pribadinya sehingga kesempatan untuk berlomba dalam kebaikan menjadi
terbuka lebar.6
Oleh karena itu, adanya sebuah perlombaan menghafal Al-Qur’an
seperti dalam ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) menjadi salah satu
wadah bagi para penghafal Al-Qur’an untuk menguji hafalan mereka serta
4 Noviyanti, “Larangan Melupakan Hafalan al-Qur’an dalam al-Kutab al-Sittah”,
Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014 5 Rahmi Zaimsyah, “Evaluasi Pengembangan Program Tahfizh Di Institut Ilmu Al-
Qur’an Jakarta”, Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017, h.43 6 Andiya Fajarini, Anwar Sutoyo, Dwi Yuwono Puji Sugiharto, “Model Menghafal
pada Penghafal al-Qur’an Implikasinya pada Layanan Penguasaan Konten dalam Bimbingan
dan Konseling”, dalam Jurnal Bimbingan Konseling, Juni 2017, h.15
3
merupakan sarana syiar Islam dan juga merupakan sarana untuk mencari bibit-
bibit berbakat dalam bidang Al-Qur’an.
MTQ merupakan ajang perlombaan seni baca Al-Qur’an yang
diselenggarakan pertama kali pada tahun 1968.7 Adapun Musabaqah Hifzh Al-
Qur’an (MHQ)8 mulai menjadi salah satu cabang atau bagian dalam MTQ pada
tahun 19789 Atas dasar semangat dan cinta kekeluargaan, ajang ini
mencerminkan bagaimana antar peserta dari berbagai daerah dan penduduk
setempat menjalin kebersamaan, dengan memperkuat nilai-nilai persatuan,
kebersamaan, kejujuran, dan bersungguh-sungguh berlomba bukan antar dasar
persaingan daerah.
Namun seiring berjalannya waktu, terdapat perbedaan pendapat
mengenai ajang perlombaan ini. Menurut pendapat KH. Muhaimin Zen yang
merupakan Ketua Umum Jam’iyyatul Qurra Wal Huffazh Nahdlatul Ulama
(JQH-NU) Periode 2000-2004 mengatakan bahwa diperbolehkan mengikuti
perlombaan ini tujuannya agar dapat memotivasi para peserta dalam menjaga
hafalan yang mereka punya. Serta dengan mengikuti perlombaan ini akan
menimbulkan semangat dan perjuangan dalam menjaga hafalannya.10
Kemudian terdapat ulama yang tidak setuju dengan diadakannya MTQ
ini salah satunya dari KH. Arwani (w.1415 H), beliau tidak mengizinkan
santri-santrinya untuk mengikuti perlombaan MTQ/MHQ dikhawatirkan
7 “Semarak Al-Qur’an di Bumi Pagar Dewa”, dalam Majalah Varia Ipqah: Media
Komunikasi Qari-Qari’ah dan Hafidz-Hafidzah, No. 01, Juli 2004, h.17 8 MHQ adalah suatu jenis lomba membaca Al-Qur’an dengan hafalan yang
mengandung aspek ketepatan dan kelancaran hafalan serta ilmu dan adab membaca menurut
pedoman yang telah ditentukan. 9 Pedoman Musabaqah Al-Qur’an, Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam, (Jakarta:2010), h.3 10 Wawancara dengan Ketua Umum Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul
Ulama (JQH-NU) Periode 2000-2004 pada tanggal 15 Maret 2020 Pukul 15.30 WIB
4
memiliki sifat riya’ dan ujub. Tidak diperbolehkan mengikuti MTQ/MHQ
dengan tujuan hanya ingin mendapatkah hadiah atau bermaksud ingin pamer.11
Meskipun terdapat perdebatan mengenai boleh atau tidaknya
mengikuti ajang perlombaan ini, namun hingga saat ini MTQ dan MHQ
semakin berkembang dan maju bahkan sampai di kancah internasional.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti
dan menganalisis problematika yang terjadi dalam ruang lingkup Musabaqah
Tilawatil Qur’an (MTQ). Sehingga penulis bermaksud menulis skripsi dengan
judul: “Pengaruh Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Terhadap
Kualitas Hafalan Al-Qur’an (Studi Living Qur’an Kota Pekanbaru-
Riau)”
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan bagian penting dari proses
penelitian sebagai upaya untuk mendefinisikan permasalahan yang terjadi.
Pada deskripsi dari latar belakang diatas, terdapat beberapa hal yang menjadi
permasalahan, Pertama, kualitas hafalan para penghafal Al-Qur’an biasanya
hanya meningkat dalam perlombaan saja. Kedua, banyak masyarakat yang
berpendapat bahwa MTQ hanya sebagai wadah untuk mengejar hadiah,
mencari popularitas dan ketenaran saja. Ketiga, banyak dari kalangan tertentu
yang menjadikan MTQ sebagai tempat untuk mengadu nasib, sehingga
menghilangkan rasa ikhlas di hati peserta ketika mengikuti perlombaan.
Keempat, kualitas hafalan Al-Qur’an menurun apabila tidak konsisten dalam
murajaah.12
11 Wawancara dengan Ketua Umum Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul
Ulama (JQH-NU) Periode 2000-2004, Ciputat, 15 Maret 2020 pukul 15.30 WIB 12 Murajaah adalah mengulang hafalan yang sudah pernah dihafalkan sebelumnya.
5
Pertama, kualitas hafalan para penghafal Al-Qur’an hanya
meningkat dalam perlombaan saja. Permasalahan yang muncul dalam tema ini
adalah mengkaji mengapa kualitas hafalan para penghafal hanya meningkat
pada saat perlombaan saja? Ketika perlombaan sudah selesai biasanya kualitas
hafalan para penghafal pun menurun.
Kedua, banyak masyarakat yang berpendapat bahwa MTQ hanya
sebagai wadah untuk mengajar hadiah, mencari popularitas, dan ketenaran.
Permasalahan yang dapat dikaji dalam penelitian adalah merespon pernyataan
masyarakat yang menganggap bahwa MTQ hanya sebagai wadah untuk
mengejar hadiah, mencari popularitas, dan ketenaran. Apakah kegiatan MTQ
hanya untuk mengejar hadiah, popularitas, dan ketenaran saja? Apakah MTQ
tidak berpengaruh terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an?
Ketiga, banyak dari kalangan tertentu yang menjadikan MTQ untuk
mengadu nasib sehingga menghilangkan rasa ikhlas di hati. Permasalahan
yang muncul dalam tema ini adalah mengkaji manfaat dari kegiatan MTQ.
Keempat, kualitas hafalan Al-Qur’an menurun apabila tidak
konsisten dalam murajaah. Permasalahan yang muncul dalam tema ini adalah
kebiasaan dalam murajaah yang tidak dilakukan terus menerus mengakibatkan
menurunnya kualitas hafalan Al-Qur’an.
2. Pembatasan Masalah
Agar fokus dalam skripsi ini lebih terarah, penulis perlu
memberikan batasan dalam penelitian, sebagai berikut:
a. Karena banyaknya cabang perlombaan dalam Musabaqah Tilawatil
Qur’an ini, maka penulis membatasi cabang lomba yang akan dibahas
adalah Hifzh Al-Qur’an golongan 5 juz, 10 juz, 20 juz, dan 30 juz.
6
b. Karena banyaknya perlombaan MHQ di Indonesia, maka penulis
membatasi peserta-peserta lomba yang aktif mengikuti MTQ di Kota
Pekanbaru Riau secara berturut-turut pada tahun 2017-2019.
3. Perumusan Masalah
Untuk membantu permasalahan-permasalahan pokok yang telah
disebutkan sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
bagaimana pengaruh MTQ terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an di Kota
Pekanbaru-Riau?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh MTQ terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an di Kota
Pekanbaru-Riau.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi dalam ilmu
pengetahuan khususnya ilmu dibidang Living Qur’an.
b. Penelitian ini diharapkan menjadi referensi dalam
pengembangan ilmu Al-Qur’an khususnya ilmu Living Qur’an
terkait tentang Al-Qur’an yang hidup ditengah masyarakat.
c. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat mengenai peran
MTQ terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an.
d. Penelitian ini diharapkan menjadi inspirasi untuk penelitian
selanjutnya.
7
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi kepada
pihak-pihak yang membutuhkan.
b. Penelitian ini diharapkan membantu menjadi solusi masalah
yang ada dan sebagai pengetahuan terhadap apa yang kita
amalkan.
E. Tinjauan Pustaka
Tujuan dari tinjauan pustaka ialah berisi kajian yang relevan dengan
pokok pembahasan yang akan diteliti. Tinjauan pustaka diambil dari beberapa
beberapa buku yang seirama dengan pembahasan yang akan diteliti.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis akan sedikit menguraikan tinjauan
pustaka yang berikaitan dengan tema yakni:
Pertama, Skripsi yang berjudul “Sosialisasi Qira’ah Sab’ah di
Indonesia (Telaah atas Masuknya Qira’ah Sab’ah dalam Cabang Musabaqah
Tilawatil Qur’an) karya Tajwidatul Amanah pada tahun 2016. Skripsi ini berisi
tentang asal mula Qira’ah Sab’ah, dan masuknya dalam cabang MTQ, dalam
skripsi ini juga mencantumkan bagaimana sejarah MTQ, cabang-cabang dalam
MTQ.13 Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis teliti
adalah membahas perlombaan Musabaqah Tilawatil Qur’an. Yang menjadi
perbedaan skripsi ini dengan tulisan yang penulis teliti adalah dalam skripsi ini
hanya terkhusus membahas cabang Qira’ah Sab’ah dalam dunia MTQ,
sedangkan tulisan penulis lebih dikhususkan membahas cabang tahfiz dalam
MTQ.
Kedua, karya dari Miftahul Jannah dalam jurnal yang berjudul
“Musabaqah Tilawatil Qur’an di Indonesia (Festivalisasi Al-Qur’an Sebagai
13 Tajwidatul Amanah, “Sosialisasi Qira’ah Sab’ah di Indonesia”, Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah, 2016, h.44
8
Bentuk Resepsi Estetis)”. Dalam jurnal yang ditulis pada tahun 2016 ini
membahas tentang sejarah dan perkembangan musabaqah tilawatil qur’an,
pelaksanaan kegiatan MTQ, dan festivalisasi Al-Qur’an dan bentuk resepsi
estetis. Fokus pembahasan ini adalah bentuk resepsi masyarakat terhadap
estestis dan keindahan dari MTQ, serta peran dari pembacanya.14 Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang ingin penulis teliti adalah membahas
ruang lingkup didalam MTQ. Yang menjadi perbedaan dari penelitian yang
akan penulis teliti adalah peran MTQ terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an.
Ketiga, Andiya Fajarini, Anwar Sutoyo & Dwi Yuwono Puji Sugiharto
dalam jurnal mereka yang berjudul “Model Menghafal pada Penghafal Al-
Qur’an Implikasinya pada Layanan Penguasaan Konten dalam Bimbingan
dan Konseling”. Dalam jurnal pada tahun 2017 ini, fokus penelitiannya adalah
model menghafal pada penghafal Al-Qur’an, motivasi para santri, dan temuan
beberapa teknik dalam menghafal, upaya faktual yang dilakukan oleh para
santri untuk memperkuat hafalan Al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, yang mencakup studi tentang suatu kasus dalam
kehidupan nyata, dalam konteks atau setting kontemporer. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa motivasi dalam menghafal tersusun dari dua hal, yaitu
nilai dan ekspetasi. Teknik dominan yang digunakan dalam menghafal adalah
dengan mengulang-ulang. Upaya faktual dalam menghafal mencakup empat
aspek, yaitu konsentrasi, pola makan, kehidupan sosial, dan ibadah. Model
menghafal pada penghafal Al-Qur’an dapat dijadikan acuan sebagai bagian
dari satu unit materi layanan penguasaan konten.15 Persamaan penelitian ini
14 Miftahul Jannah, “Musabaqah Tilawatil Qur’an di Indonesia (Festivalisasi Al-
Qur’an Sebagai Bentuk Resepsi Estetis)”, dalam Jurnal Ilmu Ushuluddin, Vol.15 No. 2, Juli
2016, h.88 15 Andiya Fajarini, Anwar Sutoyo, Dwi Yuwono Puji Sugiharto, “Model Menghafal
pada Penghafal al-Qur’an Implikasinya pada Layanan Penguasaan Konten dalam Bimbingan
dan Konseling”, dalam Jurnal Bimbingan Konseling, Juni 2017, h.15
9
dengan penelitian yang akan penulis teliti adalah membahas mengenai
penguasaan hafalan Al-Qur’an dan dan motivasi dalam menghafal. Sedangkan
perbedaan penelitian sebelumnya membahas model menghafal dan
impilkasinya pada layanan bimbingan dan konseling, sedangkan penelitian
yang ingin penulis teliti adalah penguasaan hafalan Al-Qur’an dalam
pelaksanaan MTQ.
Keempat, karya Alfi Julizun Azwar dalam jurnalnya yang berjudul
“Gagasan Rekonstruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Dalam
Perspektif Rahmatan Lil’Alamin”. Dalam jurnal ini yang ditulis pada tahun
2018 ini fokus penelitiannya adalah membahas fenomena kulturas dalam
tradisi MTQ, dan rekonstruksi tradisi MTQ dalam perspektif rahmatan lil
‘alamin. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah bersifat analisis
deskriptif, yaitu suatu metode penelitian melalui pendekatan kualitatif yang
dihasilkan dari suatu data yang dikumpulkan melalui penelitian lapangan.
Hasil penelitian dalam jurnal ini menurut Alfi Julizun Azwar yaitu pada tataran
pelaksanaannya rekontruksi MTQ dapat dilakukan pengembangan dalam
bidang seni, sains dan teknologi, budaya dan humaniora, dan tampilan yang
segar dalam ajang tahunan ini, baik dari sistem penyelenggaraan, hingga
substansi materi MTQ sesuai dengan visi Islam Rahmatan lil’alamin yang
dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.16 Persamaan penelitian ini
terhadap penelitian yang akan penulis teliti adalah membahas permasalahan
yang terjadi pada ruang lingkup MTQ. Sedangkan perbedaan dari hasil
penelitian sebelumnya adalah, dalam penelitian sebelumnya membahas
bagaimana fenomena tradisi di dalam MTQ dan membahas problem dan
16 Alfi Julizun Azwar, “Gagasan Rekonstruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil Quran
(MTQ) Dalam Perspektif Rahmatan Lil’Alamin”, dalam Jurnal UIN Raden Fatah Palembang,
Juni 2018, h.17
10
kulturas didalam kegiatan MTQ. Sedangkan dalam penelitian yang akan
penulis teliti adalah pengaruh MTQ terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an.
Kelima, jurnal yang ditulis pada tahun 2019 dengan judul “Tipologi
Resepsi Tahfiz Al-Qur’an di Kalangan Mahasiswi IIQ Jakarta. Jurnal yang
ditulis oleh Mamluatun Nafisah menguraikan mengenai resepsi menghafal Al-
Qur’an pada mahasiswi IIQ Jakarta. Dalam jurnal ini menggunakan
pendekatan analisis fenomenologi yang digagas oleh Edmund Husserl.17
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis teliti adalah
sama-sama membahas permasalah menghafal Al-Qur’an dengan
menggunakan teori fenomenologi Edmund Husserl. Lalu perbedaan nya
dengan penelitian penulis adalah terletak pada objek dan tema yang diangkat
dimana penelitian sebelumnya yang diteliti para mahasiswa dari IIQ Jakarta
dengan tema resepsi tahfîzh, sedangkan penelitian yang akan penulis teliti ada
para peserta dari Musabaqah Tilawatil Qur’an yang berada di Kota Pekanbaru
Riau dengan tema pengaruh MTQ terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an.
F. Kerangka Teori
Dalam penelitian ini penulis merujuk kepada teori fenomenologi
Edmund Husserl. Fenomenologi adalah suatu pendekatan ilmiah yang
bertujuan untuk menelaah dan mendeskripsikan sebuah fenomena
sebagaimana fenomena tersebut dialami secara langsung oleh seseorang dalam
kehidupan sehari-hari. Fokus telaah fenomenologi adalah pengalaman hidup
seseorang sehari-hari. Fenomenologi berupaya untuk menelaah dan
mendeskripsikan pengalaman hidup manusia sebagaimana adanya.18 Menurut
Husserl fenomenologi merupakan kajian filosofis yang melukiskan segala
17 Mamluatun Nafisah, “Tipologi Resepsi Tahfiz Al-Qur’an di Kalangan Mahasiswi
IIQ Jakarta”, dalam Jurnal Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Juli 2019 18 Imalia Dewi Asih, “Fenomenologi Husserl: Sebuah Cara Kembali ke Fenomena”,
dalam Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 2, No.2, September 2005
11
bidang pengalaman seseorang. Seseorang mengalami pengalaman hidupnya
dalam sebuah kesadaran.19
Husserl mengatakan segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh
kesadaran manusia berhak untuk diterima sebagai fenomena dan layak untuk
diakui. Dalam hal ini penulis menggunakan teori fenomenologi Edmund
Husserl yang mana akan membahas fenomena yang terjadi dalam kegiatan
MTQ di Kota Pekanbaru-Riau.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang hendak diangkat penulis adalah penelitian
kualitatif studi living Qur’an. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengenali
secara alami makna peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-
sehari. Jenis penelitian ini tertuju pada hal-hal yang menjadi latar belakang dari
perbedaan-perbedaan cara hidup atau garis pandang seseorang.20 Yang
dimaksud studi living Qur’an disini adalah berbagai bentuk dan model praktik
resepsi dan respon masyarakat dalam memperlakukan dan berinteraksi dengan
Al-Qur’an di tengah masyarakat.21 Redaksi yang disusun nantinya merupakan
hasil penelitian lapangan (field Research) dan berbagai bentuk pemahaman dan
pengalaman narasumber terhadap tema yang diangkat, serta bagaimana
mereka berinteraksi dengan Al-Qur’an. Penelitian lapangan (Field research)
ini menjadi data primer dan data-data dari kepustakaan sebagai penunjang data
di lapangan.22
19 Hasbiansyah, “Pendekatan Fenomenologi Pengantar Praktik Penelitian dalam
Ilmu Sosial dan Komunikasi”, dalam Jurnal Mediator, Vol. 9, No.1, Juni 2008, h.165 20 Sri Mamjudi dan Hang Rahardjo, Teknik Menyusun Karya Ilmiah, (Jakarta, 1995),
h.148 21Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta:2018),
Cet-4, h.104 22 Lexy J. Moleong, Metodelogi penulisan Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2000), h.4
12
2. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah suatu
subjek darimana data tersebut diperoleh.23 Sumber data ini mencakup sumber
primer dan sekunder. Sumber data primer atau utama yang penulis dapatkan
dari hasil penelitian lapangan di Kota Pekanbaru, yakni hasil wawancara para
peserta lomba cabang tahfîzh 5, 10, 20 dan 30 Juz pada MTQ tingkat Kota
Pekanbaru tahun 2017-2019, wawancara dengan pengurus LPTQ Kota
Pekanbaru, dewan hakim MTQ Kota Pekanbaru, dan hasil wawancara dari
Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH-NU). Sedangkan data
sekundernya adalah literatur-literatur pendukung berbentuk dokumen, catatan,
buku, jurnal dan lain-lain yang berkaitan dengan MTQ dan menghafal Al-
Qur’an.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan teknik yang utama dalam
memperoleh data untuk keperluan penulisan.24 Metode atau teknik ini tidak
diwujudkan dalam bentuk benda tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya
melalui angket, wawancara, pengamatan, ujian, dokumentasi, dan lain
sebagainya. Peneliti menggunakan salah satu atau gabungan tergantung
tergantung dari masalah yang dihadapi.25 Sebagaimana yang dijelaskan di awal
metodologi bahwa penelitian ini menggunakan kualitatif, maka metode
pengumpulan datanya adalah sebagai berikut:
a. Teknik Pengambilan Sampel
23 Muslich Ansori dan Sri Iswati, Buku Ajar Metodologi Penelitian Kuantitatif,
(Surabaya: Airlangga University Press, 2009), cet-1, h.91 24 Moh. Nazir, Metode Penulisan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), h.211 25 Dominikus Dolet Unaradjan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Universitas
Katolik Indonesia Atma Jaya, 2019), cet-1, h.130
13
Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh penulis dalam
penelitian ini adalah menggunakan Teknik non-probability sampling. Teknik
non-probability sampling yakni mengambil teknik purposive or judgmental
sampling, yaitu peneliti memilih sampel berdasarkan kriteria atau
pertimbangan tertentu yang diharapkan memiliki informasi yang akurat.26
Pertimbangan tertentu dalam hal ini adalah yang dianggap dapat mengetahui
tentang apa yang diharapkan sehingga akan memudahkan penulis menjelajahi
pengambilan sampel dan sumber data.27 Dalam penelitian ini penulis
mengambil kriteria penelitian yakni peserta yang aktif berturut-turut mengikuti
Musabaqah Tilawatil Qur’an tingkat Kota Pekanbaru di tahun 2017-2019
dengan cabang 5 Juz, 10 Juz, 20 Juz, dan 30 Juz, dan beberapa para penghafal
Al-Qur’an yang tidak mengikuti MTQ.
b. Observasi
Observasi adalah mengamati suatu kejadian atau peristiwa dalam
pengumpulan data. Observasi berarti mengumpulkan data langsung dari
lapangan. Dalam metode penelitian kualitatif data diperoleh melalui terjun ke
lapangan, ke organisasi, atau ke komunitas.28 Data observasi berupa gambaran
sikap, perilaku, dan tindakan. Data observasi juga dapat berupa interaksi dalam
berorganisasi atau pengalaman seseorang di dalam organisasi tersebut.
Proses observasi dimulai dengan mengidentifikasi tempat yang
hendak diteliti. Kemudian penulis mengidentifikasi siapa yang akan
26 Huzaemah Tahido Yanggo, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, (Jakarta: IIQ Press, 2001), Cet. ke-1, h.19 27 Yoga pratama 54
28J.R Raco, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia), h.111
14
diobservasi, kapan, dan dimana lokasi observasi. Kemudian peneliti
mempersiapkan alat rekaman untuk merekam proses observasi.29
Dalam penelitian ini, ada dua teknik observasi yang penulis lakukan
yaitu participant observation dan non participant observation. Kaitannya
dengan participant observation adalah penulis menjadi bagian dari objek
penelitian dan ikut terlibat dalam kegiatan MTQ ini. Hal ini merupakan bagian
dari cara penulis untuk mengamati kegiatan yang berlangsung.
Kaitannya dengan non participant observation, yakni penelitian
yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang diteliti. Dalam
hal ini penulis mengamati pemahaman para peserta melalui hasil wawancara
secara tertulis, hasil rekaman suara, dan beberapa dokumentasi seputar
pengalaman dan pendapat para peserta MTQ Kota Pekanbaru terhadap
pengaruh kualitas hafalan Al-Qur’an dalam kegiatan MTQ.
c. Wawancara
Wawancara merupakan alat pengumpulan data berupa tanya jawab
antara pihak yang mencari informasi dengan sumber informasi secara lisan.30
Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data melalui teknik wawancara ini
bertujuan untuk menemukan subjek penelitian tentang kejadian atau peristiwa
baik individu maupun kelompok atau organisasi dan sebagainya31 serta untuk
mendapatkan data-data yang valid dari pihak-pihak yang terlibat.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan teknik
terstruktur dan semi terstuktur. Yang dimaksud terstruktur disini penulis
29 J.R Raco, Metode Penelitian Kualitatif, h.112 30 Hadari Nawawi, Instrumen Penulisan Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1995), h.98 31 Wayan Suwendra, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial, Pendidikan,
Kebudayaan, dan Keagamaan, (Bali: Nilacakra, 2018), cet ke-1, h.64
15
menggunakan pedoman wawancara secara sistematis. Narasumber dalam
wawancara terstruktur adalah peserta MTQ kota Pekanbaru dikarenakan hanya
bisa dilakukan wawancara secara online. Untuk wawancara semi terstruktur
peneliti hanya memberikan kunci pertanyaan untuk memandu jalannya proses
wawancara. Pihak yang diwawancarai semi terstruktur adalah pengurus LPTQ
Kota Pekanbaru, dewan hakim dan pembina MTQ Kota Pekanbaru, Ketua
Umum Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nadlatul Ulama (JQH-NU) Periode
2000-2004, dan beberapa masyarakat kota Pekanbaru yang menghafal Al-
Qur’an tetapi tidak mengikuti MTQ.
d. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian merupakan alat bukti baik berupa
catatan, foto, rekaman, yang dilakukan penulis. Dalam hal ini penulis
mengambil data dengan menggunakan catatan, foto, dan rekaman sebagai
bukti dari hasil penulis terhadap peserta mengenai pendapatnya tentang
pengaruh kualitas hafalan Al-Qur’an yang mengikuti MTQ serta meneliti
pendapat para penghafal Al-Qur’an yang tidak mengikuti MTQ.
H. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah
deskriptif analisis, yaitu menganalisis data yang telah dikumpulkan kemudian
dijelaskan secara rinci dan sistematis sehingga dapat dianalisa secara utuh dan
dipahami dengan jelas.
Deskriptif analisis ini merupakan kajian yang difokuskan untuk
mengkaji satu kasus atau fenomena. Dari satu kasus fenomena Al-Qur’an atau
peristiwa yang terjadi lalu dideskripsikan dan digambarkan secara utuh,
kemudian dianalisis dengan teori yang telah ditetapkan sebelumnya.32 Dalam
32 Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis, (Ciputat: Maktabah Darus-
Sunnah, 2019), h.245
16
kaitannya dengan penelitian ini, penulis memaparkan data serta menjabarkan
argument yang diperoleh dari hasil wawancara maupun dokumentasi yang
berkaitan dengan pengaruh MTQ terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an.
Tujuannya untuk mengetahui fakta dan pengalaman yang dirasakan oleh para
peserta MTQ Kota Pekanbaru.
I. Teknik dan Sistematika Penulisan
Teknik penulisan merujuk kepada pedoman yang diberlakukan di
Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta tahun 2017. Sedangkan sistematika
penulisan bertujuan untuk menjelaskan bagian-bagian yang akan ditulis
dan dibahas dalam penelitian ini secara sistematis.
Dalam sistematika penulisan, penelitian ini dibagi menjadi lima bab,
yakni:
Bab I: Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, metode
analisis data, teknik dan sistematika penulisan.
Bab II: Dalam bab ini berisi tentang pengertian tahfîzh Al-Qur’an,
hukum dan keutamaan dalam menghafal Al-Qur’an, metode menghafal
Al-Qur’an, kaidah dalam menghafal Al-Qur’an, cara menjaga hafalan
Al-Qur’an, serta problematika dalam menghafal Al-Qur’an.
Bab III: Dalam bab ini menguraikan sejarah dan perkembangan MTQ
Nasional, Sejarah perkembangan MTQ di Kota Pekanbaru, Cabang dan
golongan pada musabaqah tilawatil qur’an, serta pro dan kontra dalam
pelaksanaan MTQ di Indonesia.
17
Bab IV: Bab ini berisi tentang motivasi mengikuti MTQ, pengaruh
MTQ terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an, serta manfaat mengikuti
MTQ.
Bab V: Selanjutnya tulisan ini akan ditutup dengan kesimpulan dan
saran yang berisikan rangkuman dan hasil wawancara penulis kepada
narasumber.
18
BAB II
TINJAUAN UMUM MENGHAFAL AL-QUR’AN
A. Pengertian Menghafal Al-Qur’an
Menghafal Al-Qur’an disebut juga dengan tahfîzh Al-Qur’an. Tahfîzh
Al-Qur’an secara etimologi terdiri dari dua suku kata yaitu tahfîzh dan Al-
Qur’an. Keduanya memiliki makna yang berbeda.33 Pertama, tahfîzh berasal
dari bahasa Arab hafazha-yahfazhu-hifzhan yang berarti menghafal.34
Dalam ilmu sharaf, tahfîzh ialah kata jadian. Ini merupakan isim
mashdar dari wazan fa’ala-yufa’ilu-taf’îlan, ( ل –فعل تفعيلا -يفغ ) yang dalam ilmu
sharaf disebut ruba’i mazîd bi ziyâdah al-tadh’îf al ta’diyah yaitu kata berbasis
empat huruf, yang dari akar katanya telah mendapatkan tambahan huruf berupa
tasydid atau pengandaan huruf. Apabila tahfizh di-tashrif35, dapat diperoleh
dengan deretan kata: haffazha-yuhaffizhu-tahfîzhan.36 ( حفظ - يحف ظ - تحف يظاا).
Kedua, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab qara’a, yaqra’u yang
artinya membaca.37 Para ulama menyebutkan definisi Al-Qur’an yang khusus
dan berbeda dengan yang lainnya yaitu Al-Qur’an adalah kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang pembacaannya menjadi suatu
ibadah. Maka kata “Kalam” yang dimaksud dalam definisi tersebut merupakan
kelompok jenis yang mencakup seluruh jenis kalam, dan penyandarannya
33 Balai Litbang Agama Jakarta, Membumikan Peradaban Tahfiz Al-Qur’an, (Jakarta:
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2015) cet-1,h.23 34 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya:Pustaka
Progressif,1997),Cet. Ke-4, h.1101 35 Perubahan asal kata kepada contoh yang berbeda-beda untuk menghasilkan makna
yang diinginkan. 36 Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an Di Pondok Pesantren,
Tsanawiyah, Aliyah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Percetakanonline.com, 2012) Cet. Ke-1,
h.1 37Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya:Pustaka
Progressif,1997),Cet. Ke-4, h.1101
19
kepada Allah yang menjadikannya kalamullah, menunjukkan secara khusus
sebagai firman-Nya, bukan kalam manusia, jin, maupun malaikat.38
Proses menghafal tidak dapat dipisahkan oleh ingatan manusia.
Manusia dan aktifitasnya tidak hanya ditentukan oleh pengaruh dan proses
yang berlangsung saat ini, tetapi juga ditentukan oleh pengaruh pada masa
lampau. Ada tiga fungsi ingatan, Pertama, menerima kesan-kesan. Kedua,
menyimpan kesan-kesan. Ketiga, memproduksi kesan-kesan. Atas dasar ini
ingatan didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan
memproduksi kesan-kesan.39
Tahfîzh Al-Qur’an merupakan memasukkan informasi ke dalam
memori dengan menggunakan proses efforful processing. Efforful Processing
ialah memasukkan informasi dengan diupayakan atau diusahakan. Serta dapat
digunakan atau diulang kembali baik dalam waktu shalat maupun dalam
kegiatan setoran hafalan.40
Dalam buku Membumikan Peradaban Tahfiz Al-Qur’an, menurut
Abdul Aziz Abdul Rauf definisi tahfîzh adalah proses mengulang sesuatu, baik
dengan membaca maupun dengan mendengar. Pekerjaan apapun jika diulang
terus menerus akan menjadi hafal.41
Menurut Farid Wadji, menghafal Al-Qur’an didefinisikan sebagai
proses menghafal dalam ingatan sehingga dapat dilafadzkan atau diucapkan di
38 Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq El
Mazni (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005) Cet. ke-1, h.18 39 Rahmi Zaimsyah, “Evaluasi Pengembangan Program Tahfizh Di Institut Ilmu Al-
Qur’an Jakarta”, Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017, h.13 40 Rahmi Zaimsyah, “Evaluasi Pengembangan Program Tahfizh Di Institut Ilmu Al-
Qur’an Jakarta”, h.14 41 Balai Litbang Agama Jakarta, Membumikan Peradaban Tahfiz Al-Qur’an, (Jakarta:
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2015) Cet.ke-1, h.23
20
luar kepala secara benar dengan cara-cara tertentu secara terus menerus.42
Definisi tersebut mengandung dua hal pokok yaitu: Pertama, seorang yang
menghafal Al-Qur’an yang mampu melafadzkannya dengan benar sesuai
hukum tajwidnya. Kedua, seorang penghafal Al-Qur’an senantiasa menjaga
hafalannya secara terus menerus agar tidak lupa, karena hafalan Al-Qur’an itu
sangat cepat hilang dari ingatan.43
Selanjutnya Bunyamin Yusuf Surur mengatakan bahwa orang yang
hafal Al-Qur’an disebut juga dengan orang yang hafal Al-Qur’an secara
keseluruhan dan mampu membacanya di luar kepala atau bi al-ghaib sesuai
aturan-aturan dan bacaan-bacaan ilmu tajwid yang benar.44
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
tahfîzh Al-Qur’an adalah proses mengulang hafalan Al-Qur’an baik dengan
cara membaca maupun dengan mendengar, dan melakukannya dengan cara
terus-menerus.
B. Hukum dan Keutamaan Menghafal Al-Qur’an
Umat Islam pada dasarnya tetap berkewajiban memelihara Al-Qur’an,
karena pemeliharaan terbatas sesuai dengan sunnatullah yang telah ditetapkan-
Nya, tidak menutup kemungkinan kemurniaan Al-Qur’an akan diusik oleh
umat-umat yang membenci Islam. Salah satu usaha dalam proses pemeliharaan
kemurniaan Al-Qur’an adalah dengan menghafalkannya.
Dalam QS. Al-A’la [87]: 6 yang ditafsirkan oleh Imam al-Qurthubi
yang dikutip dalam buku Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun karya Muhaimin Zen
bahwa Allah SWT akan memberi kemudahan dan pertolongan bagi orang-
42 Farid Wadji, “Tahfiz Al-Qur’an dalam Kajian Ulum Al-Qur’an (Studi atas
Berbagai Metode Tahfiz)”, Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, h.18 43 Nurul Hidayah, “Strategi Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di Lembaga
Pendidikan”, dalam Jurnal Ta’allum, Vol. 04, No. 01, Juni 2016, h.66 44 Nurul Hidayah, “Strategi Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di Lembaga
Pendidikan”, h.66
21
orang yang mau menghafal Al-Qur’an. Dalam ayat ini memberi peringatakan
kepada kita bahwa Al-Qur’an adalah bacaan bagi umat Muhammad agar
senantiasa dibaca dan jangan sampai lupa atau dilupakan. Makna dari “jangan
lupa dan dilupakan” adalah haruslah dihafalkan.45
سى ا تن رئك فل ٦سنق
“Kami akan membacakan (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad)
sehingga engkau tidak akan lupa” (QS. Al-A’la [87]: 6)
به جل ك به لسانك لتع ر
حا ت
﴾ ١٦﴿ ل
“Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk
membaca Al-Qur'an) karena hendak cepat-cepat
(menguasai)nya” (QS. Al-Qiyamah [75]: 16)
Ketika QS. Al-Qiyamah [75]: 16 diturunkan, Allah SWT
mengingatkan Nabi Muhammad saw agar jangan terburu-buru dalam
membacanya, beliau diingatkan agar membaca perlahan-lahan sehingga hafal
dan memahami isi kandungannya.
نا من عبادنا طفي ذي ن اص كتب ال
رث نا ال و
ثم ا
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami
pilih di antara hamba-hamba Kami….” (QS. Fathir [35]: 32)
Dari ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang yang hafal Al-Qur’an
adalah hamba-hamba yang dipilih dan pilihan Allah untuk mewarisi Al-
45 Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun, (Jakarta: Transpustaka, 2013),
Cet.ke-1, h.18
22
Qur’an. Ayat ini juga memberikan isyarat dan indikasi bahwa Al-Qur’an harus
dihafal.
Beberapa pandangan ulama yang mengatakan hukum menghafal
adalah fardhu kifayah, seperti yang dikatakan Imam Badruddin Muhammad
bin Abdullah az-Zarkasyi dalam kitab al Burhan fî ‘Ulûm Al-Qur’ân Juz I, hal
456:
ض آن فر م القر لي امة تع ى ال
ظه واجب عل ذالك حف
46 .كفاية وك
“Belajar Al-Qur’an hukumnya fardhu kifayah begitu pula
memeliharanya wajib bagi setiap umat”
Lebih lanjut lagi Imam Al-Sayuti dalam kitab Al-Itqan fî ulûmil Qur’ân
mengatakan:
ع إ م ل
ظ الق ن أ آن ر حف
ية عل
ض كفا فر
م ى الأ في ي ف ان ج ر ة، صرح به الج
ي الشا
دي و الع و ا ا : ق م غيره ب
ني : و ال الجوي
ى ف ن ع م ال
يه أقطع عدد التو ل اتر ف ا ين
يه فلا
ديل ه التب ي
ق إل ف، ف يتطر ري غون ه ك ل ذ ب ام إن ق والتح
ل ا العدد سقط ذ قوم يب
ن اق الب عن ي ثم الك وإل
.ا أ
47ل
Dengan demikian, para ulama sepakat bahwa menghafal Al-Qur’an
hukumnya fardhu kifayah. Fardhu kifayah sebagaimana yang dimaksud ulama
fiqh adalah jika ada suatu hal di satu wilayah tidak ada yang mengerjakan maka
semua orang yang ada di wilayah tersebut berdosa semua karena tidak
46 Badruddîn Muhammad bin Abdullâh Az-Zarkasyi, Al-Burhân fi ‘Ulûm Al-Qur’ân,
(Mesir: Maktabah Dâr at-Turâts), Jilid. 1, h.456 47 Jalâluddîn ‘Abdirrahmân bin Abî Bakr As-Suyûtî, Al-Itqân Fî “Ulûm Al-Qur’ân,
Jilid 1, h.632
23
melaksanakan perihal tersebut.48 Jadi wajar jika manusia yang berinteraksi
dengan Al-Qur’an akan menjadi mulia, baik disisi manusia apalagi disisi Allah
SWT, di dunia dan di akhirat.
Banyak sekali keutamaan dalam menghafal Al-Qur’an. Seorang yang
menghafal Al-Qur’an hatinya akan merasa tentram dan damai. Rasulullah
SAW menghormati orang-orang yang menghafal Al-Qur’an dan
mengajarkannya. Rasulullah juga menempatkan mereka pada kedudukan
tersendiri dan melebihkan mereka daripada yang lain.49
Beberapa keutamaan yang didapat dalam menghafal Al-Qur’an adalah
Pertama, seorang penghafal Al-Qur’an adalah termasuk golongan keluarga
Allah dibumi. Kedua, penghafal Al-Qur’an akan mendapatkan syafaat khusus
di hari kiamat. Ketiga, Allah akan menaikkan derajat seorang yang menghafal
Al-Qur’an.50
: ر و قال د الل ب ن عم عن عب
ل رسو
قال الل
صل م : " ى الل
ه وسل ي
عل
يقال
د آخر ك عن زل ن يا فإن من فى الد
ل ن ت ترت
ما ك
ك
ل تق ورت وار
رأ آن اق قر
لصاحب ال
رؤها". )رواه أبو داود و الترمذ 51 ى(آية تق
48 Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun, (Jakarta: Transpustaka, 2013),
Cet.ke-1, h.20 49 Yusuf Al-Qardhawi, Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, terj. Kathur
Suhardi (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2008), cet. Ke-6, h.146 50 Taufiqurrahman, Kisah Anak Penghafal Quran, (Semarang: Pusatilmu.com, 2015),
h.9 51 Abû Dâwud Sulaimân ibn al-Asy’ as-Sijistânî, as-Sunan, (Beirût: Dâr at-Ta’shîl,
2015), Jilid 3, Kitâb Awwalu Kitâb ash-Shalâh, Bâb fî tsawâbi Qirâah Al-Qur’ân, h.349
24
“Dari Abdillâh bin ‘Amr berkata, saya mendengar Rasûlullâh saw
bersabda: Akan dikatakan kepada penghafal Al-Qur’an: bacalah,
naiklah (derajatmu) dan bacalah Al-Qur’an secara tartil,
sebagaimana engkau membaca tartil Ketika engkau di dunia, sebab
derajatmu (akan terus naik) sampai batas akhir ayat yang engkau
baca). HR. Abu Daud dan Tirmidzi.
Dalam hadis tersebut, dapat diketahui bahwa seseorang yang
membaca Al-Qur’an akan terus naik derajatnya di sisi Allah, dan akan
berhenti Ketika ia berhenti membacanya. Seorang penghafal Al-Qur’an jelas
akan banyak membaca, seperti ketika ia mengulang-mengulang bacaan ayat
demi ayat saat ingin mengafalkannya.52
Keempat, seorang penghafal Al-Qur’an mempunyai dunia spiritual
yang bisa dinikmati oleh mereka sendiri. Karena Ketika ia sedang membaca
Al-Qur’an sebenarnya ia sedang bermunajat atau bercengkrama dengan
Allah. Allah akan selalu hadir bersamanya walaupun ia sendirian. Dengan
begitu saat ia membaca Al-Qur’an ia tidak akan pernah merasa kesepian dan
kekosongan spiritual.53
Selain itu terdapat faidah ilmiyah dalam menghafal Al-Qur’an,
diantaranya yaitu:
Pertama, Jika seorang penghafal Al-Qur’an bisa menguasai arti-arti
kalimat didalam Al-Qur’an, berarti ia telah banyak menguasai arti kosakata
bahasa Arab seakan-akan ia telah menghafal sebuah kamus bahasa Arab.54
52 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, (Jakarta: PP Jam’iyyatul
Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH-NU),2006), h.108 53 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, (Jakarta: PP Jam’iyyatul
Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH-NU),2006), h.109 54 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, h.109
25
Kedua, di dalam Al-Qur’an juga banyak memuat kata-kata bijak atau
hikmah yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
menghafal Al-Qur’an seorang akan banyak menghafalkan kata-kata bijak atau
hikmah tersebut.55
Ketiga, bahasa dan uslub56 dalam Al-Qur’an mengandung sastra arab
yang tinggi. Bagi seorang penghafal Al-Qur’an yang mampu menyerap
sastranya, akan mendapat dzauq adabi57. Hal ini dapat bermanfaat dalam
mendalami sastra Al-Qur’an yang akan mengugah jiwa, dan sesuatu yang tidak
mampu di nikmati oleh orang lain.58
Keempat, dalam Al-Qur’an banyak contoh-contoh yang berkaitan
dengan ilmu nahwu dan sharaf. Seorang penghafal Al-Qur’an dengan
menghadirkan dalil-dalil dari ayat Al-Qur’an untuk suatu kaidah dalam ilmu
nahwu dan sharaf.59
Kelima, dalam Al-Qur’an juga banyak sekali mencantumkan ayat-ayat
hukum. Bagi seorang penghfal Al-Qur’an akan dengan cepat menghadirkan
ayat-ayat hukum yang ia perlukan untuk menjawab satu persoalan hukum.60
Keenam, seorang penghafal Al-Qur’an akan cepat pula menghadirkan
ayat-ayat yang mempunyai tema yang sama. Hal ini sangat berguna untuk
55 Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an Di Pondok Pesantren,
Tsanawiyah, Aliyah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Percetakanonline.com, 2012) Cet. Ke-1,
h.20 56 Susunan kalimat 57 Rasa sastra yang tinggi 58 Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an Di Pondok Pesantren,
Tsanawiyah, Aliyah dan Perguruan Tinggi, , (Jakarta: Percetakanonline.com, 2012) Cet. Ke-
1, h.20 59 Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an Di Pondok Pesantren,
Tsanawiyah, Aliyah dan Perguruan Tinggi, h.21 60 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, (Jakarta: PP Jam’iyyatul
Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH-NU),2006), h.110
26
menafsirkan Al-Qur’an atau menulis tafsir maudhû’i (tematik), juga sebagai
bahan untuk ceramah khutbah.61
Ketujuh, seorang penghafal juga tidak akan mengalami kesulitan ketika
ia ditunjuk mendadak untuk menjadi khatib, dan begitu cepat menghadirkan
tema-tema yang ia kehendaki.62
Terdapat faidah yang lain yaitu terkait dengan otak. Seorang yang hafal
Al-Qur’an akan selalu memutar otaknya. Sebagaimana anggota tubuh lainnya
yang apabila selalu digunakan, ia akan kuat begitu juga dengan otak. Ia akan
terbiasa menyimpan memori dalam ingatannya.63
Tentunya kualitas hafalan ditentukan oleh beberapa hal. Salah satunya
ditentukan oleh perjuangan kita dalam menghafal. Semakin gigih kita
menghafal dan berjuang, maka semakin bagus pula kualitas hafalan kita. Selain
itu, kualitas hafalan juga ditentukan oleh do’a kita kepada Allah. Perjuangan
dalam menghafal tentunya memiliki berbagai macam cara selagi masih dalam
lingkup perjuangan. Ia akan mencapai puncak saat ia selesai dalam
perjuangannya. Ia harus mampu mengorbankan waktu, energi, pikiran, dan lain
sebagainya hingga meraih suatu kesuksesan.64
Selanjutnya menurut Sa’dulloh menghafal Al-Qur’an merupakan
ibadah terbaik kepada Allah, karena orang yang menghafal ia membaca dan
merenungkan kalam Allah dengan lisan dan pikirannya. Menghafal Al-Qur’an
termasuk suatu keutamaan yang besar, dan posisi itupun selalu didambakan
61 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, h.110 62 Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an Di Pondok Pesantren,
Tsanawiyah, Aliyah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Percetakanonline.com, 2012) Cet. Ke-1,
h.21 63 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, h.110 64 Ihda Hajarul Mufidah, Rahasia Hafalan Quran Mutqin, (Solo: Gazzamedia, 2019),
h.31
27
oleh semua orang. Ada beberapa keutamaan menghafal Al-Qur’an menurut
Sa’dulloh yang dikutip dari tesis Rahmi Zaimsyah diantaranya:
a. Menghafal Al-Qur’an merupakan kemenangan dan kebahagiaan di
dunia dan akhirat jika disertai dengan amal shalih dan keikhlasan
didalam hati.
b. Seorang penghafal Al-Qur’an akan diberikan anugerah dari Allah
berupa ingatan yang tajam dan kuat, pikiran yang cemerlang,
dengan demikian penghafal Al-Qur’an akan lebih teliti serta dan
hati-hati karena banyak latihan untuk mencocokkan ayat serta
membandingkan dengan ayat yang lainnya.
c. Seorang penghafal Al-Qur’an akan memiliki prestasi yang tinggi
daripada teman-teman yang tidak hafal Al-Qur’an, karena
menghafal Al-Qur’an merupakan bahtera ilmu.
d. Seorang yang menghafal Al-Qur’an akan mempunyai identitas,
akhlak, dan perilaku yang baik, karena jiwa nya sudah menyatu
dengan Al-Qur’an.
e. Penghafal Al-Qur’an akan mempunyai kemampuan berbahasa
Arab secara alami, sehingga akan fasih berbicara dan ucapan
Bahasa Arab yang baik dan benar.
f. Penghafal Al-Qur’an mampu menguasai arti kalimat-kalimat di
dalam Al-Qur’an serta banyak menguasai kosa kata Bahasa Arab,
seolah ia telah menghafalkan kamus Bahasa Arab.65
65 Rahmi Zaimsyah, “Evaluasi Pengembangan Program Tahfizh Di Institut Ilmu Al-
Qur’an Jakarta”, Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017, h.15
28
C. Kaidah-Kaidah dalam Menghafal Al-Qur’an
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan harus mempunyai usaha yang
kuat, usaha itupun harus berlandaskan cara serta perencanaan yang jelas.
Beberapa kaidah-kaidah dalam menghafal Al-Qur’an, yaitu:
a. Niat yang Ikhlas
Ikhlas adalah salah satu prasyarat dari segala ibadah. Ikhlas juga
merupakan salah satu dari dua pilar dasar diterimanya ibadah oleh Allah.66 Niat
yang ikhlas harus menjadi landasan utama sebelum memulai menghafal Al-
Qur’an. Karena pijakan pertama akan membawa konseksuensi tersendiri. Niat
yang ikhlas bukan berarti menghafal karena apa-apa, melainkan untuk mencari
ridha dari Allah semata.67
b. Mempunyai Kemauan dan Semangat yang Tinggi
Kesuksesan dalam menghafal Al-Qur’an tergantung oleh kemauan dan
semangat yang tinggi. Seorang penghafal Al-Qur’an harus mempunyai kedua
faktor ini dalam diri masing-masing. Tanpa adanya kemauan dan semangat
yang tinggi, akan mengalami kendala di pertengahan jalan.
c. Menggunakan Satu Mushaf untuk Menghafal Al-Qur’an
Seorang penghafal Al-Qur’an hendaknya menggunakan mushaf yang
sama dalam proses menghafal, jangan berganti mushaf sebab jika
menggunakan satu mushaf saja Ketika menghafal akan terbayang letak ayat
demi ayat. Menurut Ahsin Sakho Muhammad yang dikutip dalam Bunga
Rampai Mutiara Al-Qur’an Pembinaan Qari-Qariah dan hafizh hafizah
menjelaskan bahwa mushaf yang akan dipakai hendaknya menggunakan
66 Ahmad bin Salim Baduwailan, Menjadi Hafizh Tips dan Motivasi Menghafal Al-
Qur’an, terj. Cep Mochamad Faqih dan Nunung Nuraeni (Solo: Aqwam,2016), Cet. ke-1, h.54 67 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, (Jakarta: PP Jam’iyyatul
Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH-NU),2006), h.112
29
mushaf “Ayat Pojok” atau sering disebut “Mushaf Lil Huffazh”, yaitu mushaf
yang setiap pojoknya berupa akhir ayat. Dengan demikian seorang penghafal
Al-Qur’an akan mengetahui ayat permulaan dari setiap halaman. Ini juga ikut
membantu dalam pencarian ayat di kemudian hari, di juz berapa, dan halaman
bagian kiri atau kanan.68 Jadi jika seorang penghafal Al-Qur’an setiap
menghafal mengganti mushafnya, akan mengakibatkan ingatannya terpecah.
Oleh sebab itu, sebaiknya berpegang pada satu mushaf saja.69
d. Menyertai Hafalan dengan Pemahaman
Pesoalan terbesar yang dapat membantu dalam menghafal Al-Qur’an
adalah memahami ayat-ayat yang sudah dihafal, dan mengetahui hubungan
ayat satu dengan ayat yang lainnya. Artinya, yang harus diperhatikan adalah
menggabungkan hafalan dan pemahaman secara bersama-sama, karena
keduanya saling menyempurnakan, saling mendukung, dan menguatkan, serta
satu sama lain saling membutuhkan.70
e. Menjaga Hafalan dengan Mengulang dan Menyimakkan hafalan
kepada Hafizh Lain
Kaidah ini termasuk yang sangat penting. Karena orang-orang yang
dipilih oleh Allah untuk menghafal harus selalu menjaga hafalannya. Lebih
baik lagi jika mengulang hafalan dilakukan bersama-sama para penghafal
lainnya. Hal itu mengandung banyak manfaat, satu sisi dapat membantu
menguatkan hafalan serta membantu membetulkan hafalan yang salah. Selain
itu konsisten mengulang hafalan dengan menyimakkan hafalan dengan para
68 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, (Jakarta: PP
Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH-NU), 2006), h.113 69 Ahmad bin Salim Baduwailan, Menjadi Hafizh Tips dan Motivasi Menghafal Al-
Qur’an, terj. Cep Mochamad Faqih dan Nunung Nuraeni (Solo: Aqwam,2016), Cet. ke-1, h.57 70 Ahmad bin Salim Baduwailan, Menjadi Hafizh Tips dan Motivasi Menghafal Al-
Qur’an, terj. Cep Mochamad Faqih dan Nunung Nuraeni, h.57
30
penghafal lainnya akan memudahkan mengulang secara berkesinambungan.
Sebab biasanya akan lebih bersemangat dalam mengulang hafalan jika
dilakukan bersama orang lain.71 Sebagaimana dalam firman Allah:
ك خي سنشد عضدك با
…قال
“Kami akan menguatkan engkau (membantumu) dengan
saudaramu” (QS. Al-Qashash [28]: 35)
Dalam hal ini ketika kita berbuat kebaikan bersama-sama Allah akan
memudahkan dan membantu kita melakukan segala kegiatan.
f. Mengatur Waktu
Waktu menghafal ini terkait dengan keadaan masing-masing. Ada yang
merasa enak menghafal setelah subuh, sore hari, atau malam hari. Semua
tergantung pada pribadi masing-masing. Yang paling terpenting Ketika
menghafal adanya mood atau semangat dalam menghafal. Ketika mood itu
timbul jangan di sia-siakan waktu menghafal. Karena Ketika itu hilang akan
susah mendapatkan waku yang pas untuk menghafal. Artinya untuk waktu
menghafal dapat disesuaikan dengan keadaan dan pribadi masing-masing.72
D. Metode Menghafal Al-Qur’an
Metode dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan cara
teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai
sesuai dengan apa yang dikehendaki, dan dapat juga diartikan dengan cara
71 Ahmad bin Salim Baduwailan, Menjadi Hafizh Tips dan Motivasi Menghafal Al-
Qur’an, terj. Cep Mochamad Faqih dan Nunung Nuraeni, h.58 72 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, (Jakarta: PP
Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH-NU), 2006), h.14
31
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu tujuan untuk
mencapai tujuan yang ditentukan.73
Menurut Armai Arif yang dikutip dalam karya tulis Mei Marlina
dengan judul Metode Hafalan Al-Qur’an dengan Pendekatan Takrir di SMP
IT Al-Ghazali Palangka Raya menjelaskan bahwa kata metode berasal dari
Bahasa Yunani yang terdiri dari ‘Metho’ yang berarti melalui dan kata ‘Hodos’
berarti jalan, untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Ahmad Tafsir dalam
buku Metode Pengajaran Islam, menjelaskan bahwa metode adalah istilah
yang digunakan untuk mengungkapkan cara yang cepat dan tepat dalam
melaksanakan sesuatu.74
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode adalah
cara yang tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, serta memudahkan
suatu pekerjaan dengan cepat.
Banyak sekali metode yang dilakukan dalam menghafal Al-Qur’an,
salah satunya akan diuraikan dalam buku Mukhlishoh Zawawie yang dikutip
dalam jurnal Implementasi Kegiatan Menghafal Al-Qur’an Siswa di LPTQ
Kabupaten Siak yaitu metode yang paling banyak dilakukan dan berhasil
mencetak para Huffazh. Metode-metode tersebut yakni:
Pertama, metode menghafal sendiri. Metode ini merupakan metode
yang paling banyak dilakukan karena masing-masing penghafal Al-Qur’an
bisa memilih yang paling sesuai untuk dirinya tanpa harus menyesuaikan diri
dengan orang lain. Metode ini bisa dilakukan dalam beberapa model yaitu, (1)
mengulang hafalan Al-Qur’an dengan mengkhatamkan dalam waktu enam
73 “Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia” https://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/nul, diakses pada
tanggal 25 Juli 2020 pukul 20.00 WIB 74 Mei Marlina, “Metode Hafalan Al-Qur’an Dengan Pendekatan Takrir Di SMPIT
Al-Ghazali Palangka Raya”, Skripsi IAIN Palangka Raya, 2017, h.14
32
hari. Dalam sebulan, metode ini dapat mengkhatamkan sebanyak lima kali. (2)
Tasbi’ Al-Qur’an. Metode ini banyak diberlakukan di pondok-pondok tahfizh
Al-Qur’an, terutama bagi para penghafal Al-Qur’an yang baru saja
menyelesaikan hafalannya.75
Kedua, menghafal berpasangan. Metode ini dilakukan oleh para
penghafal Al-Qur’an secara bersamaan. Tetapi dalam hal ini ada beberapa
Langkah yang harus ditempuh dalam metode ini yaitu, (1) memilih kawan
menghafal yang cocok dan menentukan surah dan waktu yang disepakati
bersama. (2) saling membukan mushaf Al-Qur’an pada bagian ayat yang akan
dihafalkan, salah satu dari keduanya membaca ayat tersebut, sedangkan yang
lain mendengarkan dengan serius dan merekam setiap bacaan didalam
ingatannya, begitupun sebaliknya. (3) dilanjutkan dengan praktik tarabbuth.76
(4) saling menguji hafalan di antara keduanya.77
Ketiga, menghafal dengan bantuan Al-Qur’an digital. Metode ini
dilakukan dengan menggunakan Al-Qur’an digital yang dirancang khusus.
Kita dapat memilih ayat yang ingin didengarkan secara berulang-berulang lalu
berusaha mengulang ayat tersebut sampai benar-benar hafal.78
Metode apapun yang digunakan dalam menghafal Al-Qur’an tidak
akan terlepas dari pembacaan yang berulang-ulang sampai dapat
mengucapkannya tanpa melihat mushaf Al-Qur’an sedikitpun. Selanjutnya
dalam buku 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an karya Sa’dulloh yang dikutip
75 Iwan Agus Supriono dan Atik Rusdiani, “Implementasi Kegiatan Menghafal Al-
Qur’an Siswa di LPTQ Kabupaten Siak”, dalam Jurnal ISEMA, Vol.4, No.1, Juni 2019, h.59 76 Tarabbuth adalah menyambung ayat-ayat yang telah berhasil dilakukan. 77 Iwan Agus Supriono dan Atik Rusdiani, “Implementasi Kegiatan Menghafal Al-
Qur’an Siswa di LPTQ Kabupaten Siak”, h.60 78 Iwan Agus Supriono dan Atik Rusdiani, “Implementasi Kegiatan Menghafal Al-
Qur’an Siswa di LPTQ Kabupaten Siak”, h.60
33
didalam tesis Rahmi Zaimsyah menjelaskan ada lima metode menghafal Al-
Qur’an, yaitu:
Pertama, dengan Bin-Nazhar. Yaitu membaca ayat-ayat Al-Qur’an
yang akan dihafalkan dengan melihat mushaf Al-Qur’an secara berulang-
ulang. Proses ini dilakukan hendaknya sebanyak mungkin atau empat puluh
kali seperti yang biasa dilakukan para ulama terdahulu.
Kedua, menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur’an yang
telah dibaca berulang-berulang. Misalnya menghafal satu baris, beberapa
kalimat, atau sepotong ayat yang pendek sampai tidak ada kesalahan. Setelah
semua dihafal dengan baik, lalu ditambah merangkaikan barisan atau kalimat
berikutnya dengan sempurna.
Ketiga, dengan Talaqqi. Talaqqi ialah menyetorkan atau
memperdengarkan hafalan yang bari dihafal dengan guru atau instruktur. Guru
tersebut tentu harus seorang penghafal Al-Qur’an yang telah mantap
agamanya, serta dapat menjaga dirinya.
Keempat, dengan Takrir. Yaitu mengulang hafalan atau mensima’kan
hafalan yang pernah dihafalkan kepada guru tahfîzh. Takrir ini bermaksud agar
hafalan yang pernah dihafalkan dapat terjaga dengan baik.
Kelima, metode Tasmî’. Metode ini dengan memperdengarkan hafalan
kepada orang lain baik kepada perorangan maupun pada kelompok jamaah.
Dengan metode ini seorang penghafal Al-Qur’an dapat mengetahui
kekurangan dirinya. Dan dengan metode ini juga seorang penghafal Al-Qur’an
dapat berkonsentrasi dalam hafalannya.79
79 Rahmi Zaimsyah, “Evaluasi Pengembangan Program Tahfizh Di Institut Ilmu Al-
Qur’an Jakarta”, Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017, h.25
34
Selanjutnya ada empat kiat-kiat dalam menghafal Al-Qur’an yang
dijelaskan K.H. Ahsin Sakho Muhammad, MA yang dikutip dalam Bunga
Rampai Mutiara Al-Qur’an Pembinaan Qari Qari’ah dan Hafizh Hafizhah
karangan Drs. K.H. A. Muhaimin Zen, MA yaitu:
Pertama, membaca satu ayat dengan bacaan yang bagus, bersuara
walaupun pelan, dan diutamakan dengan lagu secara berulang-ulang sampai
hafalan tersebut kokoh. Jika ayat yang akan dihafalkan agak panjang, bisa
dipotong menjadi beberapa bagian. Lalu setiap bagian dihafalkan dan
dilanjutkan dengan bagian lainnya. Yang perlu dijelaskan disini bahwa seorang
penghafal tidak boleh melanjutkan hafalan berikutnya apabila hafalan yang
sebelumnya belum kokoh.
Kedua, menyambung akhir ayat dengan awal berikutnya. Karena
menghafalkan satu ayat adalah satu perkerjaan, dan menyambungkan dari ayat
sebelumnya dengan ayat sesudahnya juga merupakan pekerjaan yang lain. Jika
dalam menghafal seorang langsung menghubungkan akhir ayat dengan awal
ayat berikutnya, maka dua pekerjaan tersebut bisa dilakukan sekaligus.
Sehingga Ketika ia mengakhiri suatu ayat, ia langsung teringat dengan ayat
berikutnya.
Ketiga, istiqomah. Dalam proses menghafal hal ini sangat penting
karena tanpa isiqomah atau konsisten sulit untuk menentukan berapa lama
waktu menghafal. Istiqomah yang dimaksud yaitu istiqomah dalam waktu dan
istiqomah dalam mencapai target hafalan Al-Qur’an.
Keempat, Takrir dan Tasmî’. Takrir ialah mengulang hafalan yang
sudah dihafalkan dengan membacanya. Sedangkan tasmî’ ialah
memperdengarkan hafalan kepada orang lain yang lebih senior, yaitu mereka
yang hafalannya lebih kuat.
35
Kelima, memperhatikan ayat mutasyabihat. Ayat mutasyabihat ialah
ayat-ayat yang mempunyai kemiripan dalam redaksi antara satu dan lainnya.
Didalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat mutasyabihat yang sering
mengecoh seseorang dalam proses menghafal Al-Qur’an. 80
E. Cara Menjaga Hafalan Al-Qur’an
Selain menghafal Al-Qur’an hal yang tidak kalah pentingnya adalah
menjaga hafalan tersebut agar hafalan yang sudah dihafal tidak hilang dari
ingatan dan hati. Untuk itu diperlukan sedikit usaha dan cara untuk mejaga
hafalan tersebut.
Tentu dalam menghafal Al-Qur’an, ada hal yang mudah dan ada yang
sulit. Ketika dalam memahami makna Al-Qur’an, akan timbul rasa ingin lebih
baik dan memperbaiki diri agar sesuai dengan akhlak Al-Qur’an itu adalah
pengalaman spesifik yang terjadi dengan menghafal Al-Qur’an. Untuk
menjaga hafalan tips nya adalah terus mengulang-ulang hafalan tersebut
sehingga semakin kuat dan melekat didalam hati dan ingatan.81
Oleh karena itu upaya-upaya memelihara hafalan sejak dini sudah
diantisipasi selain menambah hafalan baaru, hafalan yang sudah dikuasi harus
dipertahankan dengan cara mentakrir nya. Takrir adalah mengulang-ulang
hafalan yang sudah pernah dihafalkan agar hafalan yang pernah dihafal tetap
terjaga dengan baik.
Menurut Sa’dulloh dalam bukunya 9 cara cepat menghafal Al-Qur’an
yang dikutip dalam Skripsi Mei Marlina menjelaskan bahwa takrir adalah
mengulang hafalan atau mensima’kan hafalan yang sudah pernah dihafalkan
80 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, (Jakarta: PP Jam’iyyatul
Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH-NU),2006), h.116 81 Balai Litbang Agama Jakarta, Membumikan Peradaban Tahfiz Al-Qur’an, (Jakarta:
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2015) cet-1, h.8
36
kepada guru tahfizh agar hafalan yang sudah pernah dihafalkan dapat terjaga
dengan baik. Salah satu cara agar informasi-informasi yang masuk ke memori
jangka pendek dapat langsung ke memori jangka panjang adalah dengan
pengulangan atau rehearsal atau takrir.82
Mentakrir yang benar adalah mendahulukan yang baru, kemudian
hafalan yang lama. Maksud hafalan yang baru adalah hafalan yang selalu butuh
diingatkan. Mengulang yang baik bukanlah mengulang yang lancar, melainkan
yang tidak putus atau terus menerus karena lebih menunjukkan rasa ikhlas.83
Ada beberapa cara yang terbaik untuk menakrir hafalan yang sudah
pernah dihafalkan diantaranya:
1. Takrir Sendiri
Seorang yang menghafal Al-Qur’an harus bisa memanfaatkan waktu
untuk takrir dan untuk menambah hafalan. Hafalan yang baru harus selalu
ditakrir, minimal dalam sehari dua kali dalam jangka waktu satu minggu.
Sedangkan hafalan yang lama harus ditakrir setiap hari atau dua hari sekali.
Artinya semakin banyak hafalan harus semakin banyak pula waktu yan
dipergunakan untuk takrir.84
Takrir sebagian dari proses menghafalkan Al-Qur’an yang juga sebagai
kunci keberhasilan dari semua yang diusahakan dalam menghafalkan dan
menjaga Al-Qur’an pada diri seseorang. Menghafalkan Al-Qur’an dengan
metode takrir itu mudah dan efisien, itu harus diimbangi dengan usaha
82 Mei Marlina, “Metode Hafalan Al-Qur’an Dengan Pendekatan Takrir Di SMPIT
Al-Ghazali Palangka Raya”, Skripsi IAIN Palangka Raya, 2017, h.15 83 Nur Khasanah, “Penerapan Metode Takrir Dalam Menghafal Al-Qur’an Di Pondok
Pesantren Edi Mancoro Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang”, Skripsi IAIN
Salatiga,2018, h.39 84 Muhaimin Zen, (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, (Jakarta: PP Jam’iyyatul
Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH-NU),2006), h.97
37
pengulangan secara ketat, karena kalau hafalan yang sudah ada tidak akan
bertahan lama dan akan sia-sia jika penjagaannya tidak dilaksanakan.85
2. Mengulang hafalan dalam shalat
Shalat merupakan salah satu diantara sebab terpenting yang bisa
menguatkan hafalan. Seseorang yang menghafal Al-Qur’an sudah semestinya
selalu menggunakan ayat-ayat yang sudah dihafalkan ketika melaksanakan
shalat. Takrir hafalan dalam shalat sangat bermanfaat untuk menguatkan
hafalan, karena didalam tubuh kita tidak bisa seenaknya bergerak, sehingga
seluruh pancaindera kita yaitu mata, telinga, dan perasaan kita benar-benar
berkonsentrasi agar hafalan kita tidak hilang. Oleh karena itu, kemampuan
membaca ayat-ayat Al-Qur’an di dalam shalat merupakan salah satu ukuran
kekuatan hafalan.86
3. Mengulang dengan Tasmî’
Salah satu cara terbaik dalam mengulang hafalan Al-Qur’an adalah
dengan cara disima’kan atau takrir bersama teman satu atau dua orang. Atau
dilakukan dengan tasmî’ berjamaah. Dengan dilakukan tasmî’ ini dapat
menjadikan hafalan semakin kuat dan kokoh dan dapat membetulkan jika ada
hafalan yang salah.
4. Musabaqah Hifzh Al-Qur’an
Kegiatan ini termasuk salah satu media terbaik untuk menguatkan
hafalan. Setiap orang tertentu memiliki kecenderungan untuk mempersiapkan
diri semantap mungkin saat menghadapi ujian, mempercepat hafalan, dan
85 Mughni Najib, “Implementasi Metode Takrir Dalam Menghafalkan Al-Qur’an
Bagi Santri Pondok Pesantren Punggul Nganjuk”, dalam Jurnal Pendidikan dan Studi
Keislaman, Vol.8 No.3, November 2018 86 Mei Marlina, “Metode Hafalan Al-Qur’an Dengan Pendekatan Takrir Di SMPIT
Al-Ghazali Palangka Raya”, Skripsi IAIN Palangka Raya, 2017, h.26
38
memanfaatkan waktu ketika ujian sudah ditentukan waktunya. Dalam hal ini
baik atau buruknya kekuatan hafalan dapat dilihat melalui perlombaan Al-
Qur’an.87
Ada hal yang menarik dalam buku yang berjudul Rahasia Hafalan
Quran Mutqin Huffazh Juara Dunia berisi tentang perjuangan para
hafizh/hafizhah dalam menghafal Al-Qur’an salah satunya yang dilakukan
oleh KH. Deden Muhammad Makhyaruddin, MA beliau adalah Founder
Indonesia Murajaah. Dalam hal ini beliau mengatakan bahwa takrir yang
beliau tempuh terbagi menjadi 3 bagian:
1. Tadzkîr (mengingat)
Menurut beliau murojaah versi tadzkîr adalah pengulangan 10 juz,
dimana para penghafal mengulang 10 juz dengan cara membaca dalam hati
dan dibayangkan per juz yang dihafalkan hingga mencapai juz tersebut. Beliau
menggunakan cara ini per juz dan menghabiskan waktu kurang lebih 5 menit.
2. Talfîzh (melafazhkan)
Pengulangan ini menggunakan ritme bacaan sedang dan suara lantang.
Talfîzh ini dikerjakan sebanyak setengah sampai 1 juz setiap selesai
melaksanakan shalat lima waktu. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi
hafalan, karena kalau hanya dibaca dalam hati, dikhawatirkan banyak kalimat
yang keliru.
3. Tanzhîr (penglihatan)
Yang dimaksud dengan tanzhîr disini adalah pengulangan dengan
dilihat terlebih dahulu, kemudian diucapkan dengan suara lantang. Tanzhîr
87 Mei Marlina, “Metode Hafalan Al-Qur’an Dengan Pendekatan Takrir Di SMPIT
Al-Ghazali Palangka Raya”, h.25
39
diterapkan khusus untuk ayat yang biasa lupa atau keliru, atau mengulang
hafalan baru. Karena itu jumlah ayat yang diulang dengan metode tanzhir ini
disesuaikan dengan kebutuhan.88
Faktor-fakor yang mempengaruhi kualitas menghafal Al-Qur’an yang
dikutip dalam jurnal Impelentasi Kegiatan Menghafal Al-Qur’an Siswa di
LPTQ Kabupaten Siak karya Iwan Agus Supriono dan Atik Rusdiani berasal
dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kondisi emosi
seseorang, keyakinan, kebiasaan, dan cara memperoleh stimulus. Sedangkan
faktor eksternal yang memperngaruhi kualitas menghafal Al-Qur’an adalah
lingkungan belajar yang kondusif serta nutrisi yang cukup didalam tubuh.89
Selanjutnya ada beberapa faktor yang dapat mendukung dan
meningkatkan kemampuan seseorang dalam menghafal Al-Qur’an menurut
Alfi, yaitu motivasi dari seseorang yang menghafal Al-Qur’an, mampu
memahami dan mengetahui makna yang terkandung dalam Al-Qur’an,
pengaturan waktu dalam menghafal Al-Qur’an, fasilitas yang mendukung
untuk menghafal Al-Qur’an, dan konsistensi dalam mengulang hafalan Al-
Qur’an.90
F. Problematika dalam Menghafal Al-Qur’an
Dalam menghafal Al-Qur’an bagi para penghafal memiliki tantangan
sendiri. Banyak problematika yang terjadi pada saat menghafal Al-Qur’an.
Ketika hafalan itu sangat mudah dihafal kemudian hafalan itu juga bisa hilang
seketika.
88 Ihda Hajarul Mufidah, Rahasia Hafalan Quran Mutqin, (Solo: Gazzamedia, 2019),
h.184 89 Iwan Agus Supriono dan Atik Rusdiani, “Implementasi Kegiatan Menghafal Al-
Qur’an Siswa di LPTQ Kabupaten Siak”, dalam Jurnal ISEMA, Vol.4, No.1, Juni 2019, h.59 90 Iwan Agus Supriono dan Atik Rusdiani, “Implementasi Kegiatan Menghafal Al-
Qur’an Siswa di LPTQ Kabupaten Siak”, h.59
40
Ada beberapa problem yang dihadapi oleh para penghafal Al-Qur’an
dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal diuraikan
sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang
atau individu itu sendiri. Faktor ini biasanya berupa sikap atau sifat yang
melekat pada diri seseorang. Yang termasuk faktor internal dalam
problematika dalam menghafal Al-Qur’an yang dikutip dalam buku 9 Cara
Praktis Menghafal Al-Qur’an karangan Sa’dulloh, yaitu, aspek psikologis.
Aspek psikologis yang terdapat dalam diri manusia adalah sifat pasif, pesimis,
putus asa, bergantung pada orang lain, dan lain-lain. Seseorang yang bersifat
pasif adalah ia yang tidak ingin berupaya atau berikhtiar dalam segala hal. Ia
hanya ingin menunggu nasib yang datang kepadanya tanpa berusaha terlebih
dahulu. Orang yang bersifat pasif biasanya kurang memiliki semangat hidup.91
Seseorang yang ingin menghafal Al-Qur’an harus mempunyai sifat
aktif dalam dirinya, sebab dalam menghafal Al-Qur’an memerlukan pribadi
yang mandiri, mulai dari menghafal Al-Qur’an, menyetorkan hafalan serta
mempunyai target hafalan dalam dirinya. Tanpa pribadi yang aktif, maka ia
akan sulit untuk mewujudkan untuk menjadi seorang penghafal Al-Qur’an.
Sifat pesimis adalah sifat yang ada pada diri seseorang yang merasa dirinya
tiap siap untuk menyelesaikan sesuatu. Jika sifat ini berada dalam diri seorang
penghafal Al-Qur’an, dikhawatirkan ia merasa tidak mampu untu
menyelesaikan hafalan 30 Juz atau ketika telah menyelesaikan hafalan 30 Juz
ia merasa tidak mampu untuk menjaga hafalan tersebut. Selanjutnya sifat
psikologis lainnya adalah putus asa. Sifat ini adalah sifat tercela yang sangat
91 Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Depok: Gema Insani, 2008), Cet.
Ke-1, h.68
41
dibenci oleh Allah swt, bahkan sampai digolongkan ke dalam sifatnya orang-
orang kafir. Allah berfirman:
ن … فرو ك م ال قو
ا ال
ال و ح الله س من ر ـ ي
ا يا
انه ل و ح الله ا من ر سو ـ ي
ا تا
٨٧ول
“…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang
kafir.” ( QS. Yusuf [12]: 87)
Sifat putus asa akan menjerumuskan manusia kedalam jurang
kesengsaraan, oleh karena itu sifat ini harus dijauhkan dari dalam diri
seseorang terlebih dalam diri seorang penghafal Al-Qur’an, karena sifat putus
asa sama saja dengan sifat yang tidak mau bersyukuratas nikmat yang
diberikan oleh Allah SWT, bahkan tergolong kepada kufur nikmat.
Sedangkan sifat bergantung kepada orang lain adalah sifat yang bermalas-
malasan dalam melakukan segala kegiatan, hanya ingin mengandalkan
seseorang dalam berbagai urusan, dan tidak mau berusaha. Sifat ini
berdampak negatif jika terdapat dalam diri seorang penghafal Al-Qur’an
karena ia akan berleha-leha, dan mau menghafal ketika ada yang
menemaninya saja.92
Kedua, faktor kesehatan. Kesehatan seorang penghafal Al-Qur’an baik
dari kesehatan fisik seperti penyakit mata, telinga, tenggorkan, flu, panas
dingin dan lain-lain. Sedangkan kesehatan psikis seperti stres, cepat marah,
dan mudah tersinggung. Semua faktor dari Kesehatan fisik dan psikis ini harus
selalu dijaga dengan baik agar dapat menyelesaikan target-target yang ingin
dicapai dalam menghafal Al-Qur’an.93
92 Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Depok: Gema Insani, 2008), Cet.
Ke-1, h.69 93 Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, h.68
42
Ketiga, faktor kecerdasan. Setiap manusia diberikan kemampuan yang
khas yang membuatnya dapat mengembangkan diri. Manusia diberi kekuatan
untuk berpikir. Kekuatan itu diberi nama “kecerdasan” yaitu sebuah anugerah
gratis yang diberikan oleh Allah SWT. Setiap orang dengan beragam
kecerdasan yang dimiliki dapat menghafal Al-Qur’an dengan mudah asalkan
mempunyai niat dan semangat yang tinggi, serta motivasi yang kuat dan selalu
tekun dalam menjalaninya. Daya ingat yang kuat dapat memudahkan dalam
proses menghafal dan proses mengulang hafalan. Tetapi orang yang daya ingat
yang sedang pun dalam menghafal Al-Qur’an dengan baik kalua dibarengi
dengan ketekunan dan motivasi yang kuat dari dalam diri untuk meraih ridha
Allah SWT.94
Keempat, faktor motivasi. Dalam menghafal Al-Qur’an, motivasi
menjadi dasar yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan tujuan dalam
proses menghafal. Motivasi yang tinggi dari seorang penghafal Al-Qur’an
membuat ia memiliki keinginan yang kuat untuk mengikuti dan menghargai
segala kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar dan menghafal.95
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang atau
individu. Faktor ini meliputi lingkungan di sekitar termasuk orang-orang
terdekat. Yang termasuk faktor eksternal yaitu: Pertama, mudahnya ayat-ayat
yang sudah dihafal hilang dari ingatan.96 Dalam hal ini sangat sering terjadi.
Problem ini hampir seluruh para penghafal Al-Qur’an mengalaminya. Untuk
problem semacam ini kita tidak boleh berputus asa dalam menghafal. Untuk
94 Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Depok: Gema Insani, 2008), Cet.
Ke-1, h.71 95 Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, h.79 96 Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun, (Jakarta: Transpustaka, 2013),
Cet. ke-1, h.106
43
mengatasi nya dengan selalu mengulang hafalan yang sudah dihafal sebelum
melanjutkan pada hafalan selanjutnya.
Dalam buku Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an di Pondok
Pesantren, Tsanawiyah, Aliyah, dan Perguruan Tinggi karya KH. Muhaimin
Zen dijelaskan bahwa permasalahan lupa pada hafalan disebabkan dengan
kurangnya menaruh perhatian pada hafalan tersebut. Dengan demikian tidak
terbesit dalam pikiran mengenai hafalan tersebut. Disini juga diperlukan niat
dan kesungguhan hati dalam menghafal.97 Kemudian penyebab lupa pada
karena hafalan yang sudah dihafal tidak dipakai atau dibiarkan begitu saja.
Solusi terbaik agar hafalan tersebut tetap lancar adalah digunakan pada waktu
shalat.
Kedua, penyebab selanjutnya yang tanpa disadari oleh para penghafal
Al-Qur’an adalah banyak melakukan dosa dan maksiat. Karena dengan
perbuatan ini ia dapat menjadikan seorang penghafal Al-Qur’an
melupakannya, dan membutakan hatinya dari berzikir kepada Allah, serta dari
membaca dan menghafalkan Al-Qur’an.98
Ketiga, gangguan lingkungan. Untuk mencapai suatu keberhasilan
dalam menghafal Al-Qur’an seseorang yang menghafal perlu diperhatikan
keadaan lingkungannya saat menghafal. Bila para penghafal memilih ruangan
untuk tempat menghafal harus mempunyai penerangan yang cukup sehingga
mata tidak lelah dan sakit kepala. Ventilasi (pertukaran udara) harus cukup.
Bila pertukaran udara kurang maka akan mudah mengantuk saat menghafal.
Tempat yang sesunyi mungkin. Karena beberapa jenis suara terutama suara
97 Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an Di Pondok Pesantren,
Tsanawiyah, Aliyah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Percetakanonline.com, 2012) Cet. ke-1,
h.98 98 Ahmad bin Salim Baduwailan, Menjadi Hafizh Tips dan Motivasi Menghafal Al-
Qur’an, terj. Cep Mochamad Faqih dan Nunung Nuraeni (Solo: Aqwam,2016), Cet. ke-1,
h.174
44
orang yang berbicara dapat mengganggu konsesntrasi.99 Seorang penghafal
juga bisa memilih ruangan terbuka seperti taman-taman, atau dibawah pohon
yang rindang dan tempat yang teduh. Karena lingkungan yang nyaman dan
tenang akan memudahkan kita dalam menghafal dan memahami ayat yang
dihafalkan,
Keempat, banyaknya ayat-ayat yang serupa tetapi tidak sama. Ini
adalah problem yang para penghafal pasti mengalaminya. Di dalam Al-Qur’an
terdapat banyak ayat yang serupa tetapi tidak sama. Maksudnya adalah ayat
yang pada awalnya sama dan mengenai peristiwa yang sama pula, tetapi pada
pertengahan atau akhir ayatnya berbeda atau sebaliknya. Seperti pada QS. Al
Mu’minûn [23]: 83 yang hampir serupa dengan QS. Al-Naml [27]: 68.
Kemudian pada QS. Al-Anfâl [8]:10 hampir serupa dengan QS. Ali-Imrân [3]:
126.100
Kelima, faktor keluarga. Seseorang yang sedang menghafal Al-Qur’an
sangat penting mendapatkan dukungan dari keluarga. Ketika seorang
penghafal Al-Qur’an mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya,
maka ia akan bersungguh-sunguh untuk mencapai target yang diinginkan oleh
dirinya sendiri dan keluarganya. Tetapi sebaliknya jika seorang penghafal Al-
Qur’an mempunyai keinginan dalam menghafal tetapi tidak mendapat
dukungan dari kedua orang tuanya, maka ia akan mengalami hambatan seperti
kurangnya motivasi, kurangnya biaya Pendidikan, dan lain-lain. Oleh karena
99 Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun, (Jakarta: Transpustaka, 2013),
Cet. ke-1, h.112 100 Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an Di Pondok Pesantren,
Tsanawiyah, Aliyah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Percetakanonline.com, 2012) Cet. ke-1,
h.105
45
persoalan itu akhirnya akan mempengaruhi pencapaian target hafalan Al-
Qur’an.101
Keenam, problem yang terjadi dalam faktor eksternal lainnya adalah
perhatian yang lebih pada urusan-urusan dunia menjadikan hatinya terikat
dengannya, dan pada giliran hati menjadi keras, sehingga tidak bisa menghafal
dengan mudah.102
101 Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Depok: Gema Insani, 2008), Cet.
ke-1, h.83 102 Nur Khasanah, “Penerapan Metode Takrir Dalam Menghafal Al-Qur’an Di
Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang”, Skripsi
IAIN Salatiga,2018, h.44
46
BAB III
SEKILAS TENTANG MUSABAQAH TILAWATIL QUR’AN (MTQ)
A. Sejarah dan Perkembangan MTQ Nasional
Secara etimologi menurut sudut pandang Anna M Gade yang dikutip
dalam jurnal Review Politik karya Abd Hamid Abdulloh bahwa musabaqah
adalah isim mashdar yang berarti perlombaan.103 Kemudian kata tilawah
memiliki arti yang hampir mirip dengan kosakata qiraah. Dalam Al-Qur’an
kata qiraah disebutkan dalam QS. Al-Isra’ [17]: 14
با ك حسي ي م عل يو
سك ال فى بنف
كتبك ك
رأ ١٤اق
“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai
penghitung atas dirimu.” QS. Al-Isra’ [17]: 14
Dengan demikian musabaqah tilawatil qur’an (MTQ) adalah
perlombaan seni islami dengan tujuan menyampaikan pesan-pesan Al-Qur’an
dengan cara membaca, menghafal, menulis, menafsirkan, memahami, serta
menyampaikan Al-Qur’an.
MTQ dimulai sejak tahun 1950 dan diselenggarakan hanya
dilingkungan Departemen Agama. MTQ ini pada awalnya hanya muncul
sebagai ajang perlombaan antar madrasah, yang semula hanya tingkat lokal
dan berkembang menjadi nasional. Sejak tahun 1962 hingga tahun 1968
Departemen Agama secara rutin selalu menyelenggarakan MTQ di lingkungan
sendiri untuk kalangan anak-anak. MTQ kemudian dijadikan program nasional
dan Presiden Soeharto menyetujuinya dan dibukanya sendiri pada tahun 1968
103 Abd Hamid Abdulloh, “Pemanfaatan Data E-KTP dalam Proses Validasi Peserta
Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), dalam Jurnal Review Politik, Vol. 04, No.1, Juni 2014,
h.63
47
tentunya ini atas upaya dari Menteri Agama saat itu yakni K.H. Muhammad
Dahlan, (1968-1971).104
Ada dua misi yang hendak diwujudkan oleh umat Islam berkaitan
dengan kegiatan MTQ ini. Pertama, sebagai syiar Islam. Walaupun niat di
balik kegiatan yang semarak ini semata-mata demi Allah SWT, MTQ ini tidak
lepas dari dimensi sosialnya sebagai sebuah pameran atau peragaan. Kedua,
MTQ sebagai tujuan internal. Masing-masing pemegang kebijakan di semua
wilayah mendorong dan mendukung aktivitas-aktivitas pembelajaran Al-
Qur’an ini, dengan menyelenggarakan perlombaan rutin yang
mempertandingkan para ahli antar wilayah dari mulai tingkat kecamatan
sampai tingkat internasional.105
Selain itu ada kegiatan yang serupa dengan MTQ tetapi kegiatan itu
tidak menyelenggarakan seluruh cabang perlombaan dan tidak
mengikutsertakan semua golongan peserta, melainkan hanya golongan dan
cabang tertentu yang telah ditetapkan saja yakni dinamakan Seleksi Tilawatil
Qur’an (STQ)106. Tetapi MTQ cakupannya lebih besar dan semarak
pelaksanaannya dibadingkan dengan STQ.107
Kemudian ada tiga sasaran diselenggarakan MTQ kala itu. Pertama,
untuk memupuk persaudaraan antar umat beragama. Meskipun MTQ
merupakan perhelatan umat Islam, namun muncul partisipasi umat lain dalam
104 “Semarak Al-Qur’an di Bumi Pagar Dewa”, dalam Majalah Varia Ipqah: Media
Komunikasi Qari-Qari’ah dan Hafidz-Hafidzah, No. 01, Juli 2004, h.17 105 Alfi Julizun Azwar, “Gagasan Rekonstruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil Quran
(MTQ) Dalam Perspektif Rahmatan Lil’Alamin”, dalam Jurnal UIN Raden Fatah Palembang,
Juni 2018, h.20 106 STQ adalah pentas kegiatan perlombaan di kalangan umat Islam yang serupa
dengan MTQ 107 Alfi Julizun Azwar, “Gagasan Rekonstruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil Quran
(MTQ) Dalam Perspektif Rahmatan Lil’Alamin”, dalam Jurnal UIN Raden Fatah Palembang,
Juni 2018, h.21
48
penyelenggaraannya. Hal ini bisa dilihat ketika MTQ diselenggarakan MTQ
kesepuluh di Manado pada tahun 1977 dan STQ ke XII di Ambon tahun 1966.
Kedua, secara politis MTQ secara tidak langsung mengajak partisipasi umat
Islam dalam pembangunan, mengingat tahun-tahun itu adalah masa Orde Baru
dengan umat Islam. Ada kesan umat Islam ditinggalkan kala itu. Ketiga, untuk
memicu semangat dan motivasi masyarakat untuk mempelajari agama melalui
pendalaman Al-Qur’an.108
Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) telah bertahun-tahun
dilaksanakan secara berjenjang. Keseriusan masyarakat dan pemerintah dalam
merespon dan melaksanakan MTQ dari tahun ke tahun menunjukkan
perkembangan dan peningkatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan terus
bermunculan usulan penambahan cabang maupun golongan yang
dimusabaqahkan dan juga semakin banyaknya jumlah peserta utusan daerah
yang berpartisipasi.
Sejak MTQ Nasional pertama kali diselenggarakan pada tahun 1968
sampai dengan saat ini, cabang dan golongan yang diperlombakan terus
bertambah. Terlebih lagi setelah dibentuknya Lembaga Pengembangan
Tilawatil Qur’an (LPTQ)109 pada tahu 1977, MTQ ini dinilai sebagai salah satu
sarana untuk mewujudkan pengamalan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-
hari. Pelaksanaan diwujudkan dalam cabang-cabang perlombaan , yaitu:
Tilawah Al-Qur’an, Qira’at Al-Qur’an, Hifzh Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur’an,
108 “Semarak Al-Qur’an di Bumi Pagar Dewa”, dalam Majalah Varia Ipqah: Media
Komunikasi Qari-Qari’ah dan Hafidz-Hafidzah, No. 01, Juli 2004, h.17 109 LPTQ merupakan Lembaga resmi yang secara khusus mengajarkan dan
mengembangkan berbagai cabang ilmu tentang Al-Qur’an, baik daalam seni menulis,
memahami isi kandungan, serta seni membaca Al-Qur’an.
49
Fahm Al-Qur’an, Syarh Al-Qur’an, Khat Al-Qur’an, dan menulis kandungan
Al-Qur’an atau Musabaqah Makalah Ilmiyah Al-Qur’an.110
MTQ mulai semakin berkembang dan mengalami perbaikan, serta
antusias masyarakat pun semakin tinggi untuk ikut serta dalam kegiatan ini.
Karena MTQ sudah berkembang dan dimiliki oleh berbagai lembaga baik
lembaga negeri maupun swasta yang menjadi penyelenggaraannya, karena
MTQ bukan lagi menjadi klaim dari sebuah institusi. MTQ pun mampu
menghadirkan kompetisi yang berobjek Al-Qur’an dengan tingkat yang
tinggi.111
Dalam penyelenggaraan MTQ ini juga dimeriahkan dengan kegiatan
pawai taaruf, perlombaan yang menghias kendaraan yang ikut serta dalam
kegiatan ini, serta adanya pameran pembangunan dari seluruh provinsi di
Indonesia dengan tujuan untuk memperkenalkan produk unggulan dari setiap
daerah.112
Selanjutnya ada beberapa nilai positif dalam penyelenggaraan MTQ di
Indonesia, yaitu: Pertama, semakin bagus kualitas dan hafalan para peserta
MTQ. Kedua, adanya penghormatan kepada para peserta MTQ dari
pemerintah, terbukti dari hadiah yang diberikan kepada peserta. Ketiga,
terjalinnya silaturahmi sesama peserta MTQ dari masing-masing daerah.
Keempat, semakin luasnya pemahaman para peserta terhadap ilmu-ilmu Al-
Qur’an. Kelima, dengan mengikuti MTQ terjadinya sosialisasi mengenai Al-
110Pedoman Musabaqah Al-Qur’an, Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam , (Jakarta:2010), h.3 111 Alfi Julizun Azwar, “Gagasan Rekonstruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil Quran
(MTQ) Dalam Perspektif Rahmatan Lil’Alamin”, dalam Jurnal UIN Raden Fatah Palembang,
Juni 2018, h.20 112 Alfi Julizun Azwar, “Gagasan Rekonstruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil Quran
(MTQ) Dalam Perspektif Rahmatan Lil’Alamin”, dalam Jurnal UIN Raden Fatah Palembang,
Juni 2018, h.22
50
Qur’an terhadap masyarakat Islam sehingga Al-Qur’an semakin digandrungi
oleh masyarakat.113
Disamping nilai positif dari MTQ terdapat dampak nilai negatif dalam
penyelenggaraan MTQ yaitu terdapat penggunaan cara-cara yang bertentangan
dengan etika Al-Qur’an baik dari segi penyelenggaraan, perhakiman, dan
pengambilan peserta. Namun hal ini dapat diatasi dengan penyegaran kembali
mengenai nila-nilai Qur’ani pada setiap insan praktisi MTQ.114
Terbentuknya MTQ di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari pengaruh
dua kutub besar Timur Tengah, Mekkah, dan Mesir. Karena banyaknya kaum
muda Indonesia yang menimba ilmu disana. Setelah menyelesaikan
pembelajaran disana, sesampainya di Indonesia mereka pun banyak yang
kemudian menjadi kyai, ustadz, untuk mengembangkan ilmu keislaman di
Indonesia. Salah satunya dengan membaca Al-Qur’an dengan “langgam” yang
mereka peroleh selama di Mekkah dan Mesir.115
Pada tahun 1978 MTQ mulai berkembang dengan cabang tahfîzh Pada
cabang ini diselenggarakan Musabaqah Hifzh Al-Qur’an (MHQ) golongan 30
juz, 20 juz, 10 juz, 5 juz, 30 juz dengan tafsir, 5 juz dengan tilawah dan 1 Juz
dengan tilawah.116
Adapun hasil MHQ tersebut mempunyai peranan penting di
masyarakat dalam pengembangan tahfîzh Al-Quran. Mereka menjadi Pembina
dan pimpinan pondok pesantren tahfîzh Al-Qur’an di berbagai daerah. Dengan
113 Alfi Julizun Azwar, “Gagasan Rekonstruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil Quran
(MTQ) Dalam Perspektif Rahmatan Lil’Alamin”, dalam Jurnal UIN Raden Fatah Palembang,
Juni 2018, h.23 114 Alfi Julizun Azwar, “Gagasan Rekonstruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil Quran
(MTQ) Dalam Perspektif Rahmatan Lil’Alamin”, h.23 115 Nur Rohman, “Anna M. Gade dan MTQ di Indonesia: Sebuah Kajian
Metodologis”, dalam Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat, IAIN Surakarta, 2016, h.114 116 Muhaimin Zen, Peranan Huffazh Al-Qur’an Indonesia dalam Mengantisipasi
Tahrif Al-Qur’an”, (Ciputat: Transpustaka, 2013), Cet. ke-1
51
adanya pembinaan tahfîzh Al-Qur’an pasca MTQ berarti pembinaan tahfîzh
Al-Qur’an terus menerus selalu ada dan tidak akan terputus mulai zaman Nabi
Muhammad SAW hingga masa kini.
Indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragam Islam meyakini
bahwa Al-Qur’an harus dihidupkan di tengah-tengah masyarakat. Ditemukan
beragam tradisi untuk menghidupkan ayat-ayat Al-Qur’an yang mulai
melahirkan perilaku-perilaku komunal serta menujukkan perbedaan
pemahaman masyarakat atau kelompok tertentu terhadap makna Al-Qur’an.
Perbedaan persepsi ini kemudian menyebabkan terjadinya pengembangan
kajian terhadap studi Al-Qur’an yakni dikenal dengan kajian Living Qur’an.
Kajian Living Qur’an adalah studi Al-Qur’an yang mencoba menyimpulkan
berbagai pemaknaan atau persepsi masyarakat terhadap Al-Qur’an. Model
studi ini menjadi fenomena yang hidup di tengah masyarakat muslim terkait
dengan Al-Qur’an.117
Sebelum MTQ Nasional, MTQ dilaksanakan diseluruh Provinsi, Kota,
Kecamatan, dan Kelurahan. Salah satunya di Kota Pekanbaru terletak di
Provinsi Riau yang menjadi fokus pembahasan pada penulisan ini.
B. Sejarah MTQ di Kota Pekanbaru
MTQ di Kota Pekanbaru dilaksanakan pertama kali pada tahun 1967118,
dimulai dari tingkat kelurahan, kecamatan, kota, dan provinsi. Tujuan dari
MTQ ini secara prinsip adalah syiar Al-Qur’an kemudian secara umum
mengacu pada visi dan misi Kota Pekanbaru yakni menjadi Kota yang religious
smart city madani dan mewujudkan masyarakat berbudaya Melayu,
117 Wildan Hidayat, “Fenomena Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) di Indonesia”,
dalam makalah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2017, h.6 118 Wawancara dengan mantan pengurus LPTQ Kota Pekanbaru, Pekanbaru, 1 Juli
2020 pukul 10.30 WIB
52
bermartabat, dan bermarwah yang menjalankan kehidupan beragama,
memiliki iman dan takwa.119
Cabang yang pertama kali dilombakan pada MTQ Kota Pekanbaru ini
adalah cabang tilawah. Dahulu nama cabang ini tilawah Ibtidaiyah,
Tsanawiyah, dan Aliyah. Sekarang menjadi cabang tilawah anak-anak, remaja,
dan dewasa. MTQ ini dahulu tidak dilaksanakan setiap tahun, hanya 2 tahun
sekali. Seiring berjalannya waktu kegiatan ini dapat dilaksanakan setiap tahun.
Semenjak tahun 2000 baru bertambah adanya cabang tahfîzh, tafsir, khat,
mmq, dan qiraah sab’ah.120
Perkembangan hafalan Al-Qur’an para peserta MTQ ini setiap tahun
semakin meningkat. Tak lepas dari binaan LPTQ Kota Pekanbaru. LPTQ ini
berdiri sejak tahun 1980. Adapun tujuan dari LPTQ adalah Pertama,
melaksanakan MTQ yang jujur, berkualitas, dan berprestasi di Kota
Pekanbaru. Kedua, melaksanakan program dan kegiatan LPPTQ yang
berorientasi pada Pendidikan dan pengembangan dalam memahami Al-
Qur’an. Ketiga, menciptakan kader Qari-Qari’ah, Hafizh-Hafizhah, Khattat-
Khatattatah, Mufassir-Mufassirah yang membumikan Al-Qur’an. Pada tahun
2014 LPTQ berubah nama menjadi LPPTQ (Lembaga Pengembangan
Pendidikan Tilawatil Qur’an) pada tahun 2016 kembali menjadi nama LPTQ.
Ketua Umum LPTQ ini dibawah naungan struktur Pemerintahan yang saat ini
Wakil Walikota menjabat sebagai Ketua Umumnya.121
LPTQ mempunyai program untuk anak-anak dan remaja yang
mempunyai semangat dalam menghafal Al-Qur’an yaitu program 10 hari 1
119 Wawancara dengan Sekretaris Umum LPTQ Kota Pekanbaru, Pekanbaru, 1 Juli
2020 pukul 11.00 WIB 120 Wawancara dengan mantan pengurus LPTQ Kota Pekanbaru, Pekanbaru, 1 Juli
2020 pukul 10.30 WIB 121 Wawancara dengan Sekretaris Umum LPTQ Kota Pekanbaru, Pekanbaru, 1 Juli
2020 pukul 11.00 WIB
53
Juz. Kegiatan ini dilaksanakan pada tahun 2014 di Pondok Pesantren
Madinatul Ulum Kota bandung dengan tujuan menambah semangat dan
motivasi mereka dalam menghafal serta memberikan pengalaman bagi mereka
untuk belajar, menambah ilmu di tempat yang berbeda. Dari 25 orang yang
mengikuti kegiatan ini sebanyak 15 orang dapat menyelesaikan 1 Juz dalam
10 hari, dan 10 orang menyelesaikan 7-9 lembar. Pada tahun 2015 kegiatan ini
dilaksanakan di Rumah TahfizQu Yogyakarta, LPTQ membawa anak-anak
yang berbeda setiap tahunnya. Bahkan tahun 2015 ini semangat para penghafal
lebih tinggi dari sebelumnya. Dari 25 orang yang mengikuti kegiatan ini 19
orang dapat menyelesaikan 1 Juz bahkan lebih dari 1 Juz.
Selanjutnya tahun 2016 kegiatan ini kembali dilaksanakan di Kota
Pekanbaru tetapi dilaksanakan setiap bulan sampai menjelang pelaksanaan
MTQ Kota, dengan bimbingan dari ustadz/ustadzah yang berkompeten di
bidang ini. Para pembina tahfîzh di Kota Pekanbaru ini adalah alumni yang
pernah menjuarai cabang tahfîzh di tingkat Provinsi bahkan Nasional.
Sebelum melaksanakan MTQ Kota, dilaksanakan terlebih dahulu tingkat
kelurahan yang hanya mengadakan cabang tilawah saja, kemudian di tingkat
kecamatan menambah cabang tahfîzh 1 Juz dan 5 Juz. Selanjutnya di tingkat
Kota mengadakan seluruh cabang yaitu tilawah, tahfîzh, tafsir, khat, mmq, dan
qiraah sab’ah.
Untuk mencari para peserta Kota Pekanbaru melalui kemenag bagian
Kasi MTQ bekerjasama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) dengan Camat
dan Lurah. Pada hal ini harus mengutamakan putra putri daerah dengan
dibuktikan kartu tanda penduduk (KTP), kartu keluarga (KK), dan alamat yang
54
sah dengan tujuan agar putra putri daerah dapat maju dan mengembangkan
bakat dan minat yang dimiliki.122
C. Cabang dan Golongan pada Musabaqah Tilawatil Qur’an
MTQ Nasional mulai diselenggarakan tahun 1968, diawali dengan
MTQ antar pondok pesantren Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh tahun 1964.
Karena MTQ antar pondok pesantren ini sangat bagus untuk pembinaan
masyarakat, maka diangkat menjadi kegiatan tetap di tahun 1968. Saat itu
cabang yang pertama diselenggarakan pada MTQ Nasional adalah cabang
tilawah Al-Qur’an. Karena MTQ pertama kali diawali dengan MTQ antar
pondok pesantren, maka golongan pada cabang tilawah Al-Qur’an adalah yang
dipakai adalah istilah-istilah dalam pesantren, yakni golongan Aliyah untuk
dewasa, Tsanawiyah untuk remaja, dan Ibtidaiyah untuk anak-anak.123
Perlombaan dengan golongan Aliyah, Tsanawiyah, dan Ibtidaiyah
berlangsung sampai dengan tahun 1972. Pada tahun 1977 mulai terbentuk
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ), setelah terbentuk lembaga
ini golongan pada cabang tilawah Al-Qur’an mulai diganti menjadi cabang
dewasa, remaja, anak-anak, dan tuna netra. Pada tahun 1978 baru
diselenggarakannya cabang hifzh Al-Qur’an. Selanjutnya untuk cabang tafsir
Bahasa Arab dimulai dari tahun 1987.124
Ada hal yang menarik dalam cabang hifzh Al-Qur’an yakni untuk
golongan 1 Juz dan 5 Juz ditambah dengan tilawah Al-Qur’an. Artinya
sebelum diberikan soal oleh dewan hakim para peserta terlebih dahulu
membaca Al-Qur’an dengan bacaan mujawwad. Hal ini dikarenakan untuk
122 Wawancara dengan Sekretaris Umum LPTQ Kota Pekanbaru, Pekanbaru, 1 Juli
2020 pukul 11.00 WIB 123 Wawancara dengan Ketua Umum Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul
Ulama (JQH-NU) Periode 2000-2004, Ciputat, 15 Maret 2020 pukul 15.30 WIB 124 Wawancara dengan Ketua Umum Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul
Ulama (JQH-NU) Periode 2000-2004, Ciputat, 15 Maret 2020 pukul 15.30 WIB
55
memotivasi sedikit demi sedikit agar para peserta dapat membaca dengan
bacaan yang berirama.125
Berikut adalah macam-macam cabang dan golongan pada Musabaqah
Tilawatil Qur’an126:
No Cabang Golongan
1 Tilawah Al-Qur’an Tartil
Anak-anak
Remaja
Dewasa
Cacat Netra (Canet)
Qirâ’at Mujawwad
Qirâ’at Murattal
2 Hifzh Al-Qur’an 1 Juz dan Tilawah
5 Juz dan Tilawah
10 Juz
20 Juz
30 Juz
3 Tafsir Al-Qur’an Tafsir Bahasa Indonesia
Tafsir Bahasa Inggris
Tafsir Bahasa Arab
4 Fahm Al-Qur’an Tsanawiyah-Aliyah/SMP/SMU
Madrasah Ibtidaiyah/SD
5 Syarh Al-Qur’an Tsanawiyah-Aliyah/SMP/SMU
Golongan Strata 1 (S1)
125 Wawancara dengan Ketua Umum Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul
Ulama (JQH-NU) Periode 2000-2004, Ciputat, 15 Maret 2020 pukul 15.30 WIB 126 Pedoman Musabaqah Al-Qur’an, Kemeterian Agama RI Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman Musabaqah Al-Qur’an, (Jakarta:2010), h.14
56
6 Khat Al-Qur’an Naskah
Hiasan Mushaf
Dekorasi
Kontemporer
7 Cabang Makalah Ilmiyah Al-
Qur’an
Selanjutnya dibawah ini adalah batas umur dari setiap cabang dan
golongan pada pelaksanaan MTQ127:
1. Cabang Tilawah
a. Golongan Dewasa Pria dan Wanita. Maksimal umur 40 tahun 11
bulan 29 hari.
b. Golongan Cacat Netra Pria dan Wanita. Maksimal umur 49 tahun 11
bulan 29 hari.
c. Golongan Remaja Pria dan Wanita. Maksimal umur 24 tahun 11
bulan 29 hari.
d. Golongan Anak-Anak Pria dan Wanita. Maksimal umur 14 tahun 11
bulan 29 hari.
e. Golongan Tartil Al-Qur’an Pria dan Wanita. Maksimal umur 12
tahun 11 bulan 29 hari.
f. Golongan Qira’at Al-Qur’an Pria dan Wanita. Maksimal umur 40
tahun 11 bulan 29 hari.
127 Pedoman Pokok Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) XV Tingkat Provinsi Banten
Tahun 2018, diakses pada 30 Agustus 2020 pukul 20.00 WIB
57
2. Cabang Hifz h Al-Qur’an
a. Golongan 1 Juz dan Tilawah Pria dan Wanita. Maksimal umur 15
tahun 11 bulan 29 hari.
b. Golongan 5 Juz dan tilawah Pria dan Wanita. Maksimal umur 20
tahun 11 bulan 29 hari.
c. Golongan 10 Juz Pria dan Wanita. Maksimal umur 22 tahun 11
bulan 29 hari.
d. Golongan 20 Juz Pria dan Wanita. Maksimal umur 22 tahun 11
bulan 29 hari.
e. Golongan 30 Juz Pria dan Wanita. Maksimal umur 22 tahun 11
bulan 29 hari.
3. Cabang Tafsir Al-Qur’an
a. Golongan Bahasa Arab Pria dan Wanita, dengan hafalan 30 Juz dan
Tafsir Juz VIII. Maksimal umur 22 tahun 11 bulan 29 hari.
b. Golongan Bahasa Indonesia Pria dan Wanita, dengan hafalan 30
Juz dan Tafsir Juz XI.
c. Golongan Bahasa Inggris Pria dan Wanita, dengan hafalan juz I s.d
Juz XIII (13 Juz Pertama) dan Tafsir Juz IX. Maksimal umur 34
tahun 11 bulan 29 hari.
4. Cabang Khath Al-Qur’an
a. Golongan Naskah Pria dan Wanita. Maksimal umur 34 tahun 11
bulan 29 hari.
b. Golongan Hiasan Mushaf Pria dan Wanita. Maksimal umur 34
tahun 11 bulan 29 hari.
c. Golongan Dekorasi Pria dan Wanita. Maksimal umur 34 tahun 11
bulan 29 hari.
58
d. Cabang Kontemporer Pria dan Wanita. Maksimal umur 34 tahun
11 bulan 29 hari.
5. Cabang Syarh Al-Qur’an, masing-masing 1 (satu) regu Pria dan
Wanita. Maksimal umur 18 tahun 11 bulan 29 hari.
6. Cabang Fahm Al-Qur’an, masing-masing 1 (satu) regu Pria dan
Wanita. Maksimal umur 18 tahun 11 bulan 29 hari.
7. Cabang Qira’at al-Kutub
a. Golongan ‘Ulya Pria dan Wanita. Maksimal umur 34 tahun 11
bulan 29 hari.
b. Golongan Wustho Pria dan Wanita. Maksimal umur 24 tahun 11
bulan 29 hari.
c. Golongan Ula Pria dan Wanita. Maksimal umur 19 tahun 11 bulan
29 hari.
8. Cabang Musabaqah Makalah Al-Qur’an (MMQ) Pria dan Wanita.
Maksimal umur 24 tahun 11 bulan 29 hari.
9. Cabang Musabaqah Hifzh al-Hadis. Maksimal umur 19 tahun 11
bulan 29 hari.
D. Pro dan Kontra dalam pelaksanaan MTQ di Indonesia
Perjalanan MTQ memang tak semulus yang dibayangkan. Banyak
kritik yang dilontarkan dengan mengatakan bahwa MTQ dianggap
memperlombakan Al-Qur’an. Kritikan itu tidak hanya berasal dari masyarakat
saja tetapi juga ada dari beberapa pandangan ulama. Tetapi banyak juga yang
menyetujui tentang diselenggarakannya MTQ ini.
59
Masyarakat terkadang hanya melihat kepada gebyarnya saja atau
pembiayaan yang menelan milyaran rupiah. Masyarakat atau khususnya para
pengkritik biasanya lupa bahwa pembiyaannya yang besar bukan untuk
penyelenggaraan perlombaan Al-Qur’an, tetapi untuk perbaikan dan
penyediaan sarana yang berjangka panjang. Dan yang lebih penting, dengan
penyelenggaraan MTQ yang dipublikasikan secara luas itu kemudian
menumbuhkan gerakan masyarakat secara lebih positif, dalam bentuk:
perguruan Al-Qur’an, pesantren Al-Qur’an, kursus Al-Qur’an.128
1. Pendapat yang tidak setuju (kontra) terhadap MTQ
Kritik itu datang bukan dari kalangan modernis yang berseberangan
pandangan yang menggap bid’ah. K.H Misbah Mustofa Rembang misalnya,
seorang traditionalis merupakan adik kandung K.H Bisri Mustofa (ayah ulama
dan penyair K.H Mustofa Bisri) beliau sempat menulis hukum
penyelenggaraan MTQ yang dianggap haram.129
Sejak pertama kali dilaksanakan sampai sekarang, banyak perdebatan
di kalangan umat Islam terutama di kalangan pesantren tentang boleh tidaknya
mengikutsertakan santri-santrinya untuk mengikuti lomba MTQ. Salah
satunya dari pondok Tahfizh Yanbu’ul Qur’an (PTYQ) yang secara tegas
menyatakan penolakan dan ketidaksetujuannya dan ajang sejenisnya yang
bersifat melombakan Al-Qur’an. Salah satu alasan para santri dilarang ikut
serta dalam ajang MTQ dan sejenisnya yang dikutip dalam skripsi Defri Nor
Arif , sebagaimana tertera dalam wasiat KH. Munawwir via KH. Arwani Amin
128 Muhaimin Zen, Peranan Huffazh Al-Qur’an Indonesia dalam Mengantisipasi
Tahrif Al-Qur’an”, (Ciputat: Transpustaka, 2013), Cet. ke-1, h.23 129 “Semarak Al-Qur’an di Bumi Pagar Dewa”, dalam Majalah Varia Ipqah: Media
Komunikasi Qari-Qari’ah dan Hafidz-Hafidzah, No. 01, Juli 2004, h.30
60
bahwa larangan mengikuti MTQ dilegitimasi dalam Qur’an surah Al-Baqarah
ayat 41:
ما قا ل ت مصد
ن زلا بما ا منو
يتي ثمنا وا
ا با ترو ا تش
افر به ول
ك
ل و
ا ا نو و
ا تك
م ول
معك
ن اياي فاتقو ا ول ٤١قلي
“Dan berimanlah kamu kepada apa (Al-Qur'an) yang
telah Aku turunkan yang membenarkan apa (Taurat) yang
ada pada kamu, dan janganlah kamu menjadi orang yang
pertama kafir kepadanya. Janganlah kamu jual ayat-ayat-
Ku dengan harga murah, dan bertakwalah hanya kepada-
Ku.” (QS. Al-Baqarah [2]: 41)
Disinilah kemudian ayat diatas dianggap KH. Arwani sebagai dalil
naqli untuk larangan mengikuti perlombaan yang memuat ayat-ayat Al-Qur’an
di dalamnya. Alasan selanjutnya praktek pelaksanaan MTQ lebih menonjol
pada orientasi kejuaraannya dibandingkan segi permasyarakatan Al-
Qur’annya. Kemudian untuk menghindarkan anak cucu komunitas santri
PTYQ dari praktek-praktek menjadikan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an untuk
tujuan keduniawian.130
Selanjutnya ada pendapat lain yang menolak pelaksanaan MTQ yakni
dari Hasbi Ash-Shiddieqy, beliau berpendapat dalam artikelnya yang berjudul
“Musabaqah Tilawatil Qur’an dan Hukum Memusabaqahkannya”, yang
dikutip dalam skripsi Rifdah Farnidah, mengatakan bahwa Hasbi Ash-
Shiddieqy menolak pelaksanaan MTQ dengan alasan bahwa pembacaan Al-
Qur’an dengan bersifat duniawi. Karena menurut Hasbi Rasulullah tidak
pernah menyelenggarakan perlombaan Al-Qur’an. Kemudian ia mengatakan
bahwa alunan suara yang merusak tajwid serta memanjangkan lebih dari yang
130 Defri Nor Arif, “MTQ dan Pon-Pes Yanbu’ul Qur’an”, Skripsi UIN Sunan
Kalijaga, 2015, h.96
61
semestinya dan melagukan dengan nada-nada yang semata-semata ingin
mencari kepuasan pendengar itu harus dijauhkan karena tidak memberikan
kesan takut kepada Allah swt.131
Alasan kedua yang membuat Hasbi menolak tentang pelaksanaan MTQ
ini adalah dengan pelaksanaan ini dapat menimbulkan sifat ujub pada
Qari/Qari’ah, hafizh/hafizhah yang mengikutinya, serta menjadikan Al-Qur’an
sebagai perlombaan, dan menimbulkan rasa persaingan antar daerah.
Sebenarnya Hasbi menyetujui bahwa mempelajari ayat-ayat Al-Qur’an,
mempelajari tajwid dan menghafal Al-Qur’an adalah ibadah, namun masih
banyak cara untuk membuat masyarakat peduli dan ingin mempelajari Al-
Qur’an tidak dengan perlombaan.132
2. Pendapat yang setuju (pro) terhadap MTQ
Pendapat dari Kepala Biro Hukum dan Humas Departemen Agama
yaitu Prof. K.H. Ibrahim Hosen, LML dalam penjelasan ini disampaikan oleh
K.H. Muhammad Dahlan Prof. K.H Ibrahim Hosen, LML mengatakan bahwa
tujuan MTQ untuk syiar agama Islam, Umat tengah mencari kegairahan baru
dalam beragama. Sementara memperlombakan sesuatu yang halal adalah
mubah. Apalagi dengan tujuan untuk memasyarakatkan Al-Qur’an. Sehingga
dampak negatif MTQ lebih sedikit daripada manfaatnya.133
Selanjutnya menurut pandangan Drs. K.H.A. Muhaimin Zen, MA
ketua umum Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh periode 2000-2004, beliau
mengatakan terkhusus untuk mengikuti MHQ (Musabaqah Hifzh Al-Qur’an)
131 Rifdah Farnidah, “Resepsi Mahasiswa Terhadap Larangan Memperjualbelikan
Ayat-Ayat Al-Qur’an dalam Musabaqah Tilawatil Qur’an”, Skripsi IIQ Jakarta, 2018, h.55 132 Rifdah Farnidah, “Resepsi Mahasiswa Terhadap Larangan Memperjualbelikan
Ayat-Ayat Al-Qur’an dalam Musabaqah Tilawatil Qur’an”, h.55 133 “Semarak Al-Qur’an di Bumi Pagar Dewa”, dalam Majalah Varia Ipqah: Media
Komunikasi Qari-Qari’ah dan Hafidz-Hafidzah, No. 01, Juli 2004, h.30
62
itu diperbolehkan dengan tujuan yang Pertama, untuk membina para
hafizh/hafizhah agar bacaan Al-Qur’annya benar dan lancar. Kedua, agar
memotivasi mereka untuk selalu menjaga hafalannya. Karena dengan
mengikuti perlombaan ini akan menimbulkan semangat dan perjuangan dalam
menjaga hafalannya.134
M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul “Membumikan Al-
Qur’an” mengatakan bahwa tujuan diadakannya MTQ dalam tataran hifzh dan
aspek tafsir adalah untuk menggairahkan dan menggalakkan generasi muda
Islam untuk menghafal dan menafsirkan Al-Qur’an, dan mencari calon hafizh
dan mufassir terbaik untuk dikirim ke musabaqah tingkat internasional.135
Selanjutnya pendapat Abd Hamid Abdullah beliau adalah Ketua LPTQ
Jawa Timur sekaligus dosen STIT Diponegoro, Nganjuk. Beliau berpendapat
bahwa musabaqah artinya saling mendahului, saling berpacu, adu kecepatan,
atau balapan. Musabaqah juga berarti perlombaan, kompetisi, kontes. Al-
Qur’an mempergunakan kata musabaqah dalam bentuk kata (fi’il) yang berarti
berlomba-lomba. Tujuan MTQ adalah untuk mendekatkan jiwa umat Islam
kepada kitab suci dan meningkatkan semangat membaca, mempelajari, serta
mengamalkan Al-Qur’an. Dalam MTQ para peserta diharapkan tidak
meniatkan membaca Al-Qur’an untuk mengadu nasib, sehingga
menghilangkan unsur rasa ikhlas dan lillahi ta’ala. Maka diharapkan peserta
MTQ dapat menjauhkan diri dari sifat riya’ dan sum’ah, serta keinginan untuk
mendapatkan dunia (hadiah) dari amalan agama yang tengah ia kerjakan.136
3. Ulama yang Setuju Jika Dikembalikan kepada Khiththahnya
134 Wawancara dengan Ketua Umum Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul
Ulama (JQH-NU) Periode 2000-2004, Ciputat, 15 Maret 2020 pukul 15.30 WIB 135 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan,2007), h.189 136 Abd Hamid Abdullah, “Makna dan Tujuan MTQ)”, dalam Jurnal Mipa 320, h.23
63
Karena banyak pendapat yang setuju dan tidak setuju dalam
pelaksanaan MTQ ini, Azhari Akmal Tarigan menyampaikan tulisannya dalam
koran yang berjudul “Syekh Abdul Halim Hasan dan Khiththah MTQ”, bahwa
MTQ saat ini telah menjadi kegiatan resmi dan rutin dari tigkat desa,
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, bahkan internasional. MTQ
yang digagas oleh Syekh Abdul Halim Hasan (w.1969) pada tahun 1951 yang
pada saat itu dilaksanakan dengan swadana masyarakat kini telah masuk
kedalam anggaran APBD dan APBN. Azhari mengatakan bahwa MTQ harus
dikembalikan kapda khiththahnya, MTQ seharusnya dijadikan puncak dari
perayaan aktivitas pembacaan Al-Qur’an yang berkembang di masyarakat.
MTQ juga seharusnya menjadi akumulasi dari sebuah proses Panjang yang
dilakukan umat Islam.
Seperti halnya yang dikatakan oleh Qori terbaik yang dimiliki bangsa
ini Ustadz H. Fadlhan Zainudin, beliau menuturkan bahwa MTQ seharusnya
bukan kegiatan tahunan, artinya tidak menjadi rutinitas setiap tahunnya.
Kemudian tidak sedikit dari camat atau lurah sibuk mencari peserta pada
musim MTQ untuk membawa nama baik daerahnya, bahkan mereka rela
mengambil peserta dari luar daerah hal ini tentu untuk menjaga nama baik
suatu daerah tersebut. Begitu MTQ berakhir mereka lupa dengan para peserta
bahkan lupa pula dengan Al-Qur’annya.137
Berdasarkan realita yang terjadi bahwa pelaksanaan MTQ perlu
dikembalikan pada khiththahnya. Khiththah itu sendiri ada empat makna,
Pertama, umat Islam harus memfungsikan Al-Qur’an sesuai dengan apa yang
digariskan oleh Allah SWT dalam kitab sucinya sebagai petunjuk, penjelas,
dan pembeda antara hak dan batil dalam kehidupan. Kedua, umat Islam harus
137 Azhari Akmal Tarigan, “Syekh Abdul Halim Hasan & Khiththah Al-Qur’an”,
dalam koran Waspada, Maret 2014, h.26
64
kembali mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam segala kehidupan sosial,
budaya, politik, dan ekonomi. Al-Qur’an juga harus dijadikan tolak ukur bagi
seseorang dalam melakukan satu aktivitas. Ketiga, umat Islam harus Kembali
dalam makna mempelajari Al-Qur’an, dan mengkaji isi kandungan Al-Qur’an.
Keempat, umat Islam harus menjadikan rutinitas membaca Al-Qur’an sebagai
tradisi yang hidup dikalangan umat Islam.138 Tentunya membaca yang
dimaksudkan adalah membaca yang sesuai dengan kaidah tajwid yang benar.
Selanjutnya terdapat pendapat dari H. Asyari Nur, beliau adalah
Kakanwil Kemenag Provinsi Riau. Beliau mengatakan saat pertama MTQ
diselenggarakan banyak menimbulkan pro dan kontra terhadap
penyelenggaraan MTQ, namun setelah para ulama menjelaskan “bahwa
apabila Al-Qur’an diperlombakan dengan tujuan menggairahkan pembaca dan
menghayati Al-Qur’an karena Allah semata, maka hukumnya sunnah, yaitu
berpahala apabila dikerjakan. Namun apabila Al-Qur’an itu diperlombakan
sebagai alat ukur untuk mencapai tujuan keduniaan dengan riya’ maka
hukumnya haram. Semua kembali kepada niat masing-masing.139
138 Azhari Akmal Tarigan, “Syekh Abdul Halim Hasan & Khiththah Al-Qur’an”,
dalam koran Waspada, Maret 2014, h.26 139 Wildan Hidayat, “Fenomena Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) di Indonesia”,
dalam makalah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2017, h.9
65
BAB IV
ANALISIS PENGARUH MUSABAQAH TILAWATIL QUR’AN
(MTQ) TERHADAP KUALITAS HAFALAN AL-QUR’AN DI KOTA
PEKANBARU-RIAU
Untuk menganalisis pengaruh musabaqah tilawatil qur’an (MTQ) di
Kota Pekanbaru terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an, penulis mencoba
mewawancarai peserta yang mengikuti MTQ Kota Pekanbaru pada tahun
2017-2019 sebanyak 15 orang. Adapun isi wawancara tersebut terkait tentang
motivasi mengikuti MTQ, pengaruh MTQ dalam kualitas hafalan Al-Qur’an,
dan manfaat mengikuti MTQ. Kemudian penulis juga mencoba mewawancarai
masyarakat yang menghafal Al-Qur’an tetapi tidak mengikuti kegiatan MTQ
Bentuk pertanyaan pertama yang penulis ajukan kepada peserta MTQ
Kota Pekanbaru, sekaligus analisanya adalah, Pertama, Apa motivasi anda
dalam mengikuti MTQ?
A. Motivasi Mengikuti MTQ
Sebelum mengikuti MTQ, bermacam ragam motivasi dalam menghafal
Al-Qur’an bagi 15 peserta MTQ Kota Pekanbaru ini salah satunya ingin
memberikan mahkota cahaya kepada kedua orangtua. Jawaban ini
disampaikan oleh Gina Raudatul Jannah140, Santi Sundari141, dan Shakhes
Zaidan.142 Kemudian menurut Annisa Hidayati Alfarisi dengan menghafal Al-
Qur’an akan memberikan syafaat diakhirat kelak karena itu menjadi motivasi
ia dalam menghafal Al-Qur’an.143 Bagi Khoiril Hamdi semangat dan
motivasinya dalam menghafal adalah ingin mencari ridho Allah serta ingin
140 Wawancara dengan Ghina Raudatul Jannah pada hari Rabu 10 Juni 2020 141 Wawancara dengan Santi Sundari pada hari Jum’at 22 Mei 2020 142 Wawancara dengan Shakhes Zaidan pada hari hari Sabtu 13 Juni 2020 143 Wawancara dengan Annisa Hidayati Alfarisi pada hari Sabtu 16 Mei 2020
66
membanggakan kedua orangtua. Dengan mendapat ridho Allah hafalan yang
sebelumnya dirasa sulit dihafal akan semakin mudah dan ringan ketika
melafalkannya.144 Amina Tasya mengatakan bahwa motivasi ia dalam
menghafal adalah ingin membahagiakan kedua orangtua serta dapat menuju
Surga bersama kedua orangtua.145
Nur Fahmi juga mengatakan bahwa motivasi ia dalam menghafal Al-
Qur’an adalah sebagai bentuk rasa cintanya kepada sang Khaliq, serta mencari
keridhoan-Nya dengan menjaga kalam-kalamNya, kemudian juga sebagai rasa
bakti nya kepada kedua orang tua dengan menghadiahkan mahkota146 seperti
didalam hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Abu Daud yakni:
" : م قال
ه وسل ي
ى الل عل
صل الل
ن رسول
بيه، أ
، عن أ
جهني ن معاذ ال ل ب عن سه
ؤه قيمة ضو م ال بس والداه تاجا يو
ه أل بما في
آن وعمل قر
الء من قرأ سن من ضو ح
أ
بهذا " . ذى عمل
م بال
ك م فما ظن
انت فيك
و ك
ن يا ل ت الد س في بيو م )رواه ابو الش
147 داود(“Dari Sahl ibn Mu’âdz al-juhanî, dari ayahnya, Rasûlullâhi saw
bersabda: Siapa saja yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan
isinya niscaya pada hari kiamat nanti kedua orang tuanya akan
dipakaikan mahkota yang cahayanya lebih terang daripada sinar
matahari yang menerangi rumah-rumah di dunia. Bayangkanlah
oleh kalian bagaimana kebesaran pahala bagi orang tua yang juga
mengamalkannya”. (H.R Abû Dâwud)
144 Wawancara dengan Khoiril Hamdi pada hari Minggu 14 Juni 2020 145 Wawancara dengan Amina Tasya pada hari Rabu 10 Juni 2020 146 Wawancara dengan Nur Fahmi pada hari Selasa 26 Mei 2020 147 Abû Dâwud Sulaimân ibn al-Asy’ as-Sijistânî, as-Sunan, (Beirût: Dâr at-Ta’shîl,
2015), Jilid 3, Kitâb Awwalu Kitâb ash-Shalâh, Bâb fî tsawâbi Qirâah Al-Qur’ân, h.343
67
Jawaban yang selaras dilontarkan oleh Rafika Dewi dan Dasrel bahwa
motivasi mereka dalam menghafal adalah ingin menjadi bagian dari keluarga
Allah di dunia dan di akhirat.148 Lain halnya dengan Nurhaliza Fajrin ia
mengatakan motivasi dalam menghafal Al-Qur’an berawal dari mencoba
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di Pondok Pesantren nya. Kegiatan ini
mengharuskan ia untuk menghafal Al-Qur’an, karena telah memulai
menghafal, maka ia memutuskan untuk menyelesaikan hafalan hingga akhir,
dan tentu mendapat dukungan dari lingkungan dan keluarga.149
Putri Syairah dan Millatil Hidayah mengatakan bahwa motivasi mereka
untuk menghafal Al-Qur’an adalah merasa tertarik melihat orang-orang yang
dapat menghafal dan menyelesaikan hafalannya.150 Berbeda dengan jawaban
Nining yakni ia ingin menghafal Al-Qur’an karena berada di keluarga broken
home dan melihat keadaan keluarga seperti itu ia termotivasi supaya menjadi
yang lebih baik.151
Namun ada juga jawaban yang berbeda dari sebelumnya yakni Edwar
Lutfi. Ia mengatakan bahwa motivasi menghafal bukan dari keinginannya
sendiri melainkan perintah orangtuanya. Berawal dari keterpaksaan menghafal
kemudian menjadi satu kebiasaan yang tidak bisa ia tinggalkan.152 Adli Nanda
juga mengatakan bahwa motivasi ia menghafal adalah karena mengikuti
kegiatan di sekolah yang mengharuskan untuk menghafal Al-Qur’an tetapi
sampai sekarang ia masih melanjutkan proses menghafal karena melihat kedua
orang tua bahagia pada saat terget hafalannya tercapai.153
148 Wawancara dengan Dasrel dan Rafika Dewi pada hari Sabtu 30 Mei 2020 dan hari
Rabu 10 Juni 2020 149 Wawancara dengan Nurhaliza Fajrin pada hari Rabu 10 Juni 2020 150 Wawancara dengan Putri Syairah Laifa dan Millatil Hidayah pada hari Minggu 12
Juli 2020 dan hari Selasa 14 Juli 2020 151 Wawancara dengan Nining pada hari Selasa 14 Juli 2020 152 Wawancara dengan Edwar Lutfi pada hari Sabtu 13 Juni 2020 153 Wawancara dengan Adli Nanda pada hari Senin 13 Juli 2020
68
Kemudian penulis melakukan wawancara kepada 15 peserta MTQ
Kota Pekanbaru terkait dengan motivasi mereka mengikuti MTQ. Berdasarkan
hasil wawancara, dapat diketahui bahwa mereka sudah sejak lama mengikuti
MTQ ini. Seperti Putri Syairah Laifa yang mengikuti MTQ sejak tahun 2000
dimulai dari cabang tartil, tilawah anak-anak, hingga seterusnya mengikuti
cabang tahfîzh 1, 5, 10, 20, 30 Juz hingga saat ini. Millatil Hidayah mengikuti
MTQ tahun 2006 dari cabang 10 Juz sampai 30 Juz. Nining mengikuti MTQ
dari tahun 2006 cabang 10 Juz dan 20 Juz. Kemudian Annisa Hidayati Alfarisi
yang mengikuti kegiatan ini dari tahun 2008 dengan cabang 5 Juz, Kemudian
di tahun 2010 Khoiril Hamdi mulai mengikutinya dari cabang tilawah anak-
anak hingga sampai sekarang mengikuti cabang 10 Juz. Lalu Rafika Dewi
mengikuti cabang 10 dan 20 Juz, Santi Sundari mengikuti dari cabang tartil
hingga cabang 20 Juz, dan Shakhes Zaidan mengikuti cabang 1 Juz sampai 5
Juz, mereka bertiga memulai MTQ dari tahun 2012. Nurhaliza Fajrin
mengikuti MTQ dari tahun 2013 cabang 10 Juz, Nur Fahmi mulai mengikuti
tahun 2014 dengan cabang 10 Juz sampai 20 Juz. Dasrel mengikuti cabang 10
Juz sampai cabang 30 Juz dan tafsir dari tahun 2016, Edwar Lutfi mengikuti
cabang tahfîzh 10,20, dan 30 Juz tahun 2016, Ghina Raudatul Jannah dan
Amina Tasya mengikuti cabang 1 Juz dan 5 Juz, dan memulai dari tahun 2016.
Dalam pelaksanaan MTQ ini para peserta mempunyai alasan dan
motivasi tersendiri untuk mengikuti ajang ini. Misalnya, Nur Fahmi. Ia
mengatakan bahwa motivasi ia mengikuti MTQ karena dengan MTQ dapat
bertemu dengan banyak orang yang lebih baik dalam melantunkan ayat suci
Al-Qur’an sehingga ia dapat berbagi ilmu dari mereka yang sudah
berpengalaman dibidang MTQ. Serta dengan MTQ dapat menjadi tolak ukur
hafalan Al-Qur’annya. Amina Tasya dan Shakhes Zaidan mengatakan bahwa
motivasi mereka mengikuti MTQ untuk memperlancar hafalan Al-Qur’an serta
melatih mental. Karena dengan mengikuti ajang ini dapat melatih mental agar
69
berani tampil didepan umum. Lalu Rafika Dewi dan Santi Sundari ingin
memperbaiki bacaan Al-Qur’an baik dari segi kuantitas dan kualitas serta ingin
meningkatkan kualitas berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Selanjutnya salah satu tujuan dan motivasi mereka dalam mengikuti
ajang ini adalah menambah pengalaman dan ingin lebih giat mendalami ilmu-
ilmu Al-Qur’an serta mempunyai banyak waktu untuk memurojaah
hafalannya. Hal ini disampaikan oleh Ghina Raudatul Jannah, Khoiril Hamdi
dan Dasrel. Namun ada yang berbeda dari motivasi sebelumnya yaitu menurut
Edwar Lutfi bahwa ia hanya ingin ikut-ikutan saja dikarenakan ikut-ikutan
saja, dikarenakan mengikuti kegiatan ini bukan dari niatnya sendiri tetapi dari
dorongan orang tuanya, atau lingkungan sekitarnya.
Sebelum penulis mewawancarai mengenai pengaruh kualitas hafalan
Al-Qur’an dalam pelaksanaan MTQ penulis mencoba mewawancarai
mengenai bagaimana pemahaman peserta terhadap ayat penjagaan Al-Qur’an.
Adapun hasil wawancara terkait pemahaman tentang ayat penjagaan Al-
Qur’an penulis tampilkan dalam bentuk grafik dan diagram sebagai berikut:
70
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Dari tabel diatas dapat diketahui 60% peserta mengetahui ayat tentang
penjagaan Al-Qur’an. 33% peserta tidak mengetahui tentang ayat ini, dan 7%
peserta yang kurang tahu mengenai ayat ini. Sebanyak 8 orang mengetahui
surah tentang menjaga Al-Qur’an, diantaranya Amina Tasya mengetahui
8
6
1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pemahaman Tentang Ayat Penjagaan Al-Qur'an
Tahu Tidak Tahu Kurang Tahu
60%
33%
7%
Persentase Pemahaman Tentang Ayat Penjagaan Al-Qur'an
Tahu
Tidak Tahu
Kurang Tahu
71
QS.Al-Qiyâmah [75]: 16-17, Nur Fahmi mengetahui QS.Al-Ankabût [29]: 49,
Santi Sundari mengetahui QS. Az-Zukhruf [43]: 44, kemudian Dasrel, Rafika
Dewi, Khoiril Hamdi, Annisa Hidayati Alfarisi, dan Adli Nanda. Mereka
menjawab mengetahui dengan surah yang sama yaitu QS. Al-Hijr [15]: 9.
Peserta yang mengetahui ayat tersebut menjawab berbagai macam surah
menurut sepengatahuan mereka diantaranya:
ن حفظو ه ل
ر وانا ل
ك نا الذ
ل ن نز ح
٩انا ن
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami
(pula) yang memeliharanya.” (QS. Al-Hijr [15] :9)
به جل ك به لسانك لتع ر
حا ت
نه ١٦ل
ا عه وقر نا جم ي
١٧ان عل
“Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca
Al-Qur'an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.
Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan
membacakannya.” (QS. Al-Qiyâmah [75]: 16-17)
حد ب م وما يج عل توا ال و
ذي ن ا
ر ال نت في صدو
يت بي هو ا
ن بل لمو ا الظه
يتنا ال
٤٩ا
“Sebenarnya, (Al-Qur'an) itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam
dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang zalim
yang mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS. Al-Ankabût [29]: 49)
ك ر ل ذك
ن وانه ل و
ل ـ ف تس مك وسو ٤٤ولقو
“Dan sungguh, Al-Qur'an itu benar-benar suatu peringatan bagimu
dan bagi kaummu, dan kelak kamu akan diminta
pertanggungjawaban.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 44)
Lain halnya dengan Ghina Raudatul Jannah, dan Millatil Hidayah
mengatakan bahwa ia hanya mengetahui hadis nya saja, tidak tahu jelas
mengenai surah nya. Lalu Shakhes Zaidan dan Nining sama sekali tidak
mengetahui ayat tersebut. Peserta yang ragu mengenai ayat penjagaan Al-
72
Qur’an yaitu Nurhaliza Fajrin mengatakan bahwa tidak ada ayat yang dengan
zhahir menganjurkan untuk menghafal Al-Qur’an melainkan menyuruh untuk
membaca dan mendengarkan serta mentadaburi isi nya. Sama halnya dengan
Putri Syairah Laifa yang mengatakan bahwa menurutnya tidak ada secara
khusus dalil tentang penjagaan ayat Al-Qur’an tetapi ia mengacu pada hadis
yang menyebutkan Al-Qur’an akan datang sebagai syafaat bagi orang yang
membacanya, dengan membacanya termasuk orang yang menghafalnya,
karena dengan menghafal Al-Qur’an berarti kita selalu membaca ayat-ayat
tersebut. Seorang penghafal Al-Qur’an juga kedudukannya ditentukan oleh
sampai dimana hafalan yang ia punya. Semakin terjaga ia dengan hafalannya
hingga akhir hayatnya berarti semakin tinggi kedudukannya. Menurutnya
berdasarkan hadis yang diriwayatkan Muslim yakni sebagai berikut:
ى الل صل الل
ت رسول : سمع
ل، قا باهللى
مة ال
بي أما
: عن أ
ل م يقو
ه وسل ي
عل
بقرة راوي ن ال ه رءوا الز حابه، اق لأص
قيامة شفيعا
م ال ى يو ه يأت
آن، فإن قر رءوا ال "اق
نهما كأ و
ن هما غمامتان، أ
قيمة كأ
م ال تين يو
ران، فإنهما تأ غيايتان، وسورة آل عم
بقرة، رءوا سورة ال حابهما، اق ص
ان عن أ اج ح
ر صواف ت قان من طي ن هما فر
و كأ
أ
ني ع معاوية : بل
ة" . قال
بطل
نطيعها ال تس
رة، ولا ها حس
ة، وتر ك
ذهابرك فإن أخ
ة بطل
ن ال
حرة.أ 154)رواه مسلم( : الس
“Dari Abû Amâmah al-Bâhilî berkata, saya mendengar Rasûlullâh saw
bersabda: Bacalah Al-Qur’an,karena ia akan datang pada hari
kiamat menjadi syafaat kepada pemiliknya. Bacalah Zahrawain (dua
cahaya) surah al-Baqarah dan surah Âli Imrân. Karena keduanya
akan datang pada hari kiamat seperti mendung atau awan atau
seperti dua kelompok burung yang berbulu (membantu) menghalangi
154 Abû al-Husain Muslim ibn al-Hajjâj al-Qusyairî an-Naisâbûrî, Shahîh Muslim
wahuwa al-Musnad ash-Shahîh, Jilid 2, (Beirût: Dâr at-Ta’shîl, 2014), kitâb ash-Shalâh, Bâb
fî Qirâah Al-Qurân wa Sûrah al-Baqarah wa Âli ‘Imrân, h.541
73
untuk pemiliknya. Bacalah surah al-Baqarah, karena mengambilnya
berkah dan meninggalkannya suatu kerugian. Dan (tukang sihir)
tidak dapat (mengganggunya). Muâwiyah mengatakan, sampai
kepadaku bahwa arti ‘al-Bathalah’ adalah tukang sihir.” (HR.
Muslim)
B. Pengaruh MTQ Terhadap Kualitas Hafalan Al-Qur’an
Selanjutnya penulis melakukan wawancara kepada para peserta MTQ
terkait dengan bagaimana metode murajaah para peserta saat ingin mengikuti
MTQ dan bagaimana pengaruh MTQ terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an para
peserta. Untuk mengulang hafalan Al-Qur’an dalam rangka persiapan
menghadapi MTQ pun bermacam caranya. Karena setiap peserta pasti
mempunyai cara tersendiri untuk mengulang hafalan dan cara tersendiri untuk
menghadapi ajang MTQ ini. Seperti Dasrel, Amina Tasya, Shakhes Zaidan,
Adli Nanda mereka menambah porsi mengulang hafalannya agar semakin kuat
hafalannya, mengurangi kegiatan-kegiatan yang dirasa sedikit mengganggu
dalam proses murajaahnya. Tetapi berbeda dengan Annisa Hidayati Alfarisi
yang mengulang hafalan dengan cara memantapkan lembar demi lembar,
hingga ayat demi ayat, lalu sebelum tampil di tes terlebih dahulu kepada
ustadz/ustadzah yang berkompeten dibidang tahfîzh.
Ada peserta yang hanya mendengarkan murottal saja, karena ia merasa
hafalan akan mudah diingat dengan hanya mendengarkan murottal saja.
Jawaban ini disampaikan oleh Ghina Raudatul Jannah. Selanjutnya Khoiril
Hamdi menyampaikan metode murajaahnya dengan tidak melihat Al-Qur’an
(bi al-ghaib) untuk menguji kekuatan hafalannya, setelah itu memeriksa
dibagian mana saja bacaan yang tidak lancar dan mengulang kembali hafalan
tersebut. Tak lupa pula Nur Fahmi selalu memperhatikan waqaf dan ibtida’
ketika mengulang hafalannya agar terhindar dari kesalahan saat membaca ayat.
Dan tetap memahami makna-makna di dalam ayat agar semakin mudah
mengingat hafalan-hafalan tersebut.
74
Peserta yang lain menargetkan dalam sehari harus menyelesaikan
setiap juz sesuai dengan target masing-masing. Hal ini membuat peserta
semakin bersemangat mengulang karena mengingat target-target yang telah
dibuat sebelum mengikuti MTQ. Peserta MTQ lainnya yaitu Rafika Dewi juga
mempunyai cara tersendiri yaitu dengan metode 3 kali putaran. Sebelum
kegiatan ini mereka membagi 3 putaran, Pertama: 10 hari khatam (ini dengan
tempo bacaan sangat lambat), kedua: 7 hari khatam (tempo bacaan sedang),
ketiga: 3 hari khatam (tempo bacaan hadr). Yang masing-masing juz dibagi
sesuai dengan target khatamnya. Tetapi ada metode yang berbeda dari Putri
Syairah Laifa yaitu ia tidak menargetkan atau memfokuskan waktu khusus
mengulang hafalan saat ingin mengikuti MTQ, karena hafalan tersebut sudah
diulang setiap hari, dan selalu dibawa pada waktu sholat sehingga pada saat
MTQ tidak terburu-buru untuk mengulang hafalan tersebut. Ia berpendapat
jika mengulang hanya dilakukan pada waktu MTQ saja ketika tidak ada MTQ
hafalan itu sudah tidak diulang kembali.
Kemudian penulis memaparkan hasil wawancara terkait pengaruh
MTQ terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an juga ditampilkan dalam bentuk
grafik dan diagram sebagai berikut:
75
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 100% peserta
mengatakan bahwa kegiatan MTQ sangat berpengaruh terhadap kualitas
hafalan Al-Qur’an mereka. Ini dapat dibuktikan bahwa hafalan mereka
15
0
B E R P E N G A R U H T I D A K B E R P E N G A R U H
PENGARUH MTQ TERHADAP KUALITAS HAFALAN AL-QUR'AN
Jumlah Peserta 15 Orang
Setuju
100%
Tidak Setuju
0%
Persentase Pengaruh MTQ Terhadap
Kualitas Hafalan Al-Qur'an
Setuju Tidak Setuju
76
semakin meningkat setelah mengikuti MTQ dan menjuarai tingkat kota,
provinsi serta mewakili provinsi untuk menuju tingkat Nasional. Seperti
pendapat Nurhaliza Fajrin, ia mengatakan MTQ sangat berperan penting
terhadap kualitas hafalannya karena dengan ini memotivasi untuk menjadi
yang lebih baik dari sebelumnya. Hafalan yang sebelumnya berantakan
menjadi tertata kembali dengan kegiatan MTQ ini.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Dasrel, Amina Tasya, Edwar
Lutfi yang mengatakan bahwa MTQ sangat berpengaruh karena dengan MTQ
memotivasi mereka dalam melancarkan hafalan yang dimiliki dengan harapan
setelah mengikuti MTQ jangan sampai hilang hafalan tersebut. Putri Syairah
Laifa juga mengatakan demikian bahwa MTQ sangat berpengaruh terhadap
kelancaran hafalan. Karena bagi orang yang menghafal sendirian tanpa adanya
guru hafalan seperti dikejar MTQ, disini dimaksudkan semakin bertambah
umur akan termotivasi ingin menambah hafalan selanjutnya karena harus
mengikuti cabang yang lain berdasarkan umur masing-masing cabang itu
sendiri. Artinya dengan MTQ ini hafalan dapat terselesaikan karena mengejar
target dari setiap cabang yang diadakan.
Khoiril Hamdi mengatakan dengan mengikuti MTQ akan berlomba-
lomba dalam kebaikan, berlomba-lomba untuk melancarkan hafalan, dan
menampilkan yang terbaik agar mendapatkan hasil yang terbaik juga. Ghina
Raudatul Jannah dan Santi Sundari juga mengatakan yang sama bahwa
sebelum berlomba mereka harus melancarkan hafalan agar menampilkan yang
terbaik dengan demikian mereka akan memfokuskan dalam murajaahnya.
Millatil Hidayah juga mengatakan MTQ sangat berpengaruh terhadap kualitas
hafalannya karena kegiatan ini mengharuskan ia untuk fokus terhadap
hafalannya, sehingga meninggalkan pekerjaan yang lain agar fokus kepada
hafalannya. Disini juga tempat ia untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT.
77
Pengaruh MTQ selanjutnya yaitu sebagai acuan bagi mereka untuk
mengetahui seberapa kokoh hafalan yang sudah dihafalkan dan dalam MTQ
mereka banyak belajar ilmu-ilmu Al-Qur’an yang banyak belum pernah
diketahui sebelumnya, jawabannya ini disampaikan oleh Nur Fahmi, Shakhes
Zaidan, dan Adli Nanda. Selanjutnya Rafika Dewi mengatakan bahwa MTQ
memang sangat berpengaruh terhadap kualitas hafalannya karena dengan
mengikuti MTQ sedikit banyaknya hafalan pasti akan disimak oleh guru
maupun partner takrir dalam TC (Training Center), dan kegiatan itu tidak akan
didapatkan jika takrir sendirian. Serta adanya berbagai dorongan sebagai
pemicu untuk lebih teliti dalam takrir hafalan.
Dalam hal ini penulis juga mencoba mewawancarai beberapa orang
yang menghafal Al-Qur’an tetapi tidak mengikuti MTQ untuk mengetahui
bagaimana kualitas hafalan Al-Qur’an mereka. Mereka menjelaskan mulai
menghafal Al-Qur’an karena tuntutan dari satu institusi seperti dalam sekolah
Islam atau Universitas Islam yang mengharuskan mereka menghafal Al-
Qur’an. Setelah menyelesaikan program dalam institusi tersebut, hafalan yang
dimiliki pun tidak terjaga dengan baik. Mereka berpendapat bahwasannya
dalam proses menjaga hafalan atau mengulang hafalan Al-Qur’an yang
dilakukan sendiri tanpa adanya guru atau sebuah lembaga yang mengevaluasi
merasa sedikit kesulitan.155
Sebab seseorang yang mengulang hafalan sendirian tidak dapat
mengetahui kesalahan dalam membaca baik dari segi kualitas bacaan maupun
kualitas hafalan. Masalah yang sering terjadi yang mereka alami pada saat
menambah hafalan baru, hafalan yang sebelumnya yang sudah pernah
dihafalkan pun lupa karena seseorang yang menghafal sendirian kurang
155 Wawancara dengan masyarakat Kota Pekanbaru, 12 Agustus 2020
78
bersemangat untuk mengulang kembali hafalan mereka dan tidak ada yang
mengevaluasi bacaan dan hafalannya.156
Karena dengan mengikuti sebuah ajang atau lembaga seperti MTQ
dapat memotivasi para penghafal Al-Qur’an untuk bersemangat mengulang
hafalan dan memperbaiki bacaan sesuai kaidah ilmu tajwid yang benar. Serta
MTQ juga merupakan sarana syiar Islam yang dapat memberikan semangat
kepada masyarakat untuk mempelajari ilmu Al-Qur’an. Dari pemaparan diatas
dapat dilihat bahwa seseorang yang menghafal Al-Qur’an disertai dengan
mengikuti MTQ dapat meningkatkan kualitas hafalannya karena dengan
mengikuti MTQ ia memiliki waktu yang khusus untuk mempersiapkan
hafalannya serta di bimbing oleh para pembina yang berkompeten. Kemudian
kualitas dan kekuatan hafalannya juga di uji pada saat berlomba, berbeda
dengan seseorang yang menghafal Al-Qur’an tetapi tidak mengikuti MTQ.
C. Manfaat Mengikuti MTQ
Terakhir penulis melakukan wawancara mengenai hal apa yang
dirasakan para peserta MTQ Kota Pekanbaru dan apa manfaat pelaksanaan
MTQ bagi para peserta MTQ. Setelah mengikuti MTQ banyak hal yang
dirasakan para peserta, mereka mengatakan perasaan setelah mengikuti MTQ
pun berbeda-beda diantaranya Ghina Raudatul Jannah mengatakan senang
dapat mengikuti ajang ini karena dengan ajang ini ia dapat membanggakan
kedua orang tuanya serta menemukan teman-teman baru dari berbagai daerah
pada saat mewakili Kota Pekanbaru untuk berlomba di tingkat Provinsi.
Khoiril Hamdi mengatakan bahwa ajang ini sangat berkesan dalam
hidupnya, tentunya ia sangat bahagia dan terharu karena mendapat banyak
pengalaman dan ilmu Al-Qur’an lebih dalam. Dari kegiatan ini ia bisa
156 Wawancara dengan masyarakat Kota Pekanbaru, 12 Agustus 2020
79
mengetahui sejauh apa pengetahuannya terhadap ilmu Al-Qur’an dan sejauh
mana kekuatan hafalan Al-Qur’an yang ia punya. Putri Syairah Laifa yang
mengatakan ada rasa kepuasan tersendiri ketika juara, menerima piala, dan
piagam. Serta ada rasa bahagia dihati ketika melihat orang tua bangga dengan
pencapaian ia sampai saat ini.
Rasa syukur pun disampaikan oleh Nur Fahmi ketika mengikuti
kegiatan ini. Ia pun banyak mendapat pengalaman baru dan ilmu baru pada
setiap kegiatan MTQ. Nurhaliza Fajrin mengatakan bahwa selama mengikuti
MTQ merasa lega apabila selesai tampil. Tak lupa rasa syukur selalu ia
ucapkan terlepas dari baik atau buruk penampilannya. Shakhes Zaidan, Santi
Sundari, Annisa Hidayati Alfarisi dan Amina Tasya mengatakan bahwa setelah
mengikuti MTQ merasakan bahagia dan bangga bisa mengikuti ajang yang
bergengsi seperti MTQ ini.
Hal yang berbeda disampaikan oleh Dasrel dan Rafika Dewi mereka
merasa senang karena dengan ajang ini dapat mengembalikan hafalan yang
sudah mulai pudar dari ingatan, dan dapat memprioritaskan mengulang hafalan
Al-Qur’an dan punya waktu yang intens dengan Al-Qur’an. Namun Edwar
Lutfi mengatakan bahwa perasaan setelah mengikuti MTQ biasa saja. Hal ini
dikarenakan mengikuti MTQ bukan dari keinginan diri sendiri melainkan
dorongan orang tua.
Sebagaimana yang diketahui bahwasannya banyak sekali manfaat atau
nilai positif yang dapat diambil dalam kegiatan MTQ ini diantaranya ialah agar
menjadi motivasi umat Islam untuk membumikan Al-Qur’an. Kegiatan MTQ
ini juga bertujuan untuk mensyi’arkan agama Islam dengan Al-Qur’an, sebagai
ajang motivasi, meningkatkan penghayatan ketika membaca dan
mendengarkan bacaan Al-Qur’an, meningkatkan silaturahmi sesama umat
Islam, dan menghidupkan Al-Qur’an ditengah masyarakat.
80
Tujuan utama dari penyelenggaraan MTQ yang diusung oleh
pemerintah yaitu agar memotivasi dan mensyiarkan agama agar tidak ada
henti-hentinya untuk menyelenggarakan dakwah kepada masyarakat
khususnya serta memberikan motivasi bagi para pendakwah agar tidak henti-
hentinya melantunkan maupun mengumandangkan ayat-ayat Al-Qur’an.157
Menurut pendapat KH Muhaimin Zen ketua umum Jam’iyyatul Qurra’
Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH-NU) Periode 2000-2004 beliau
mengatakan manfaat dari mengikuti MTQ adalah sebagai syiar,
memperbanyak kader-kader hafizh/hafizhah di Indonesia, ternyata dari
hafizh/hafizhah tahun 78 hanya 48 orang sekarang ini di skala nasional sudah
banyak sekali. Di Indonesia paling banyak hafizh/hafizhah dibanding negara-
negara Islam lainnya.158
Selanjutnya salah satu pendapat dari dewan hakim MTQ Kota
Pekanbaru yang bertugas menjadi dewan hakim MTQ Kota Pekanbaru dari
tahun 2000 hingga saat ini, Abdul Kholid S,Ag. Menurut pendapat beliau
manfaat dari kegiatan MTQ ini adalah semakin semaraknya mengenai program
pengembangan Al-Qur’an, dimulai dari cara membacanya, tulisannya,
memahaminya, dan cabang-cabangnya bertambah seperti qiraah sab’ah, mmq,
dll. Dan menjadikan masyarakat umat Islam untuk memperbaiki pemahaman,
pendalaman, dan interaksi dengan Al-Qur’an karena semua cabang itu
tujuannya untuk memasyarakatkan Al-Qur’an ditengah masyarakat baik dari
cara membacanya, memahaminya, dan juga mengamalkan isi kandungan Al-
157 Alfi Julizun Azwar, “Gagasan Rekonstruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil Quran
(MTQ) Dalam Perspektif Rahmatan Lil’Alamin”, dalam Jurnal UIN Raden Fatah Palembang,
Juni 2018, h.21 158 Wawancara dengan Ketua Umum Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul
Ulama (JQH-NU) Periode 2000-2004, Ciputat, 15 Maret 2020
81
Qur’an. Kalau masyarakat sudah mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an tentu
manfaat itu jauh terasa dikehidupan bermasyarakat.159
Kemudian ada beberapa pendapat para peserta yang mengikuti MTQ
di Kota Pekanbaru yaitu:
a. Dasrel (juara 3 cabang 30 Juz)
Ia mengikuti MTQ sejak tahun 2016. Walaupun dikatakan baru
mengikuti MTQ tetapi sudah banyak prestasi yang didapat oleh Dasrel. Ia
mengikuti MTQ dari cabang 10 Juz hingga saat ini 30 Juz. Menurutnya salah
satu manfaat mengikuti MTQ adalah secara umum sebagai syiar Islam,
kemudian yang ia rasakan sejak mengikuti MTQ dari tahun 2016 ini dapat
menambah semangatnya dalam mengembalikan hafalan yang mulai pudar.
Karena dengan mengikuti MTQ mengharuskan untuk mengulang hafalan
dengan sungguh-sungguh agar dapat menampilkan hasil yang maksimal.
Sehingga, dengan mengikuti MTQ hafalan yang mulai pudar akan kembali
lagi.
b. Nur Fahmi (juara I cabang 20 Juz)
Nur Fahmi adalah siswa SMK berusia 19 tahun yang mengikuti cabang
20 Juz. Ia mengikuti MTQ sejak tahun 2014. Menurutnya manfaat mengikuti
MTQ adalah untuk menyebarluaskan syiar agama melalui lantunan kalam-
kalam ilahi yang terwujud didalam kegiatan MTQ. Kemudian ia dapat
menyampaikan syi’ar agama kepada masyarakat melalui berbagai macam
event-event yang terdapat didalam kegiatan MTQ, contohnya pada kegiatan
syarhil Qur’an, Fahmil Qur’an, dan banyak lagi event bermanfaat yang
diwujudkan didalam kegiatan MTQ. Dan ia juga memiliki niat untuk
159 Wawancara dengan Dewan hakim MTQ dan Pembina tahfizh di Kota Pekanbaru,
Pekanbaru, 15 Juni 2020
82
menyebarluaskan syi’ar agama pada kalangan masyarakat-masyarakat sekitar,
agar masyarakat termotivasi untuk mempelajari ilmu Al-Qur’an.
c. Santi Sundari (Juara II cabang 10 Juz)
Santi adalah pelajar berusia 17 tahun yang mengikuti MTQ sejak tahun
2012. Banyak prestasi yang ia dapatkan dari ajang MTQ seperti mewakili Kota
untuk tingkat provinsi. Sama seperti peserta lainnya menurutnya manfaat
mengikuti MTQ mendapatkan pengalaman yang luar biasa, salah satunya
seperti belajar sabar dan ikhlas ketika lupa ayat yang dibaca pada saat tampil.
MTQ pun menambah persaudaraan sesama peserta, yang paling penting lagi
menambah ilmu pengetahuan yang belum pernah dipelajari sebelumnya seperti
mengetahui hukum tajwid, makharijul huruf yang benar, dan waqaf ibtida’
yang tepat.
d. Rafika Dewi (Juara I cabang 20 juz)
Rafika adalah mahasiswi yang mengikuti MTQ dari tahun 2012. Ia
peserta yang berprestasi dari awal mulai mengikuti MTQ sampai sekarang.
Menurutnya sangat banyak manfaat dalam mengikuti MTQ diantaranya:
menambah pengalaman mental di panggung, karna dengan mengaji di
panggung dan mengaji di kelas atau hanya mengaji di depan guru itu sangat
berbeda rasanya. Mental pun harus kuat bagaikan baja saat mengikuti MTQ
ini, karena apabila tidak kuat hafalan yang tadinya lancar dapat hilang ataupun
lupa. Kemudian yang paling penting juga dalam pelaksanaan MTQ ini belajar
menjaga hati dari rasa ujub dll, sebab jika niatnya saja sudah salah kedepannya
pun hasil nya tidak baik. Manfaat selanjutnya menambah banyak guru yang
dapat membagikan ilmu serta cara terbaik dalam mengulang hafalan Al-Qur’an
karena dengan banyak guru banyak banyak pula pengalaman dan pelajaran
yang didapat untuk para peserta. Serta dalam kegiatan MTQ ini pun dapat
menambah tali persaudaraan sesama para peserta antar daerah.
83
e. Nurhaliza Fajrin (Juara II cabang 10 juz)
Ia adalah seorang mahasiswi Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau
yang mengikuti MTQ sejak tahun 2013. Menurut beliau manfaat dari
mengikuti MTQ ialah sebagai motivasi untuk membangkitkan kembali hafalan
yang ia dimiliki, memperbaikinya sehingga menjadi lebih baik lagi. Kemudian
juga dapat mengenal berbagai teman seperjuangan serta Ustadz dan Ustadzah
yang memiliki ilmu yang berkompeten di bidang tahfîzh dan ke Al-Qur’anan
serta sepemikiran dengan para peserta sehingga memudahkan untuk berbagi
ilmu. Selain itu MTQ juga menambah uang jajan kita sebagai anak remaja dan
mahasiswi, sehingga lebih meringankan beban orang tua.
f. Putri Syairah Laifa (Juara I cabang 30 Juz)
Beliau sudah sejak lama mengikuti MTQ sejak tahun 2000 dimulai dari
cabang anak-anak hingga remaja dan dewasa. Sudah banyak pengalaman yang
ia dapatkan dari MTQ, Suka duka yang dihadapi ketika hafalan sulit lancar dan
belum istiqomah untuk murajaah. Beliau selalu istiqomah untuk murojaah
hafalan hingga berhasil menuju tingkat Nasional dan memberikan hasil yang
terbaik. Dari pengalaman yang beliau dapatkan selama mengikuti MTQ beliau
mengatakan bahwa yang sangat dirasakan dari MTQ ini adalah lancarnya
hafalan dan kualitas bacaan. Karenanya menurutnya apabila hafalan tidak
kokoh itu menjadi beban tersendiri baginya.
g. Khoiril Hamdi
Khoiril Hamdi adalah seorang mahasiswa semester 4, ia mengikuti
MTQ sejak tahun 2010, banyak sekali pengalaman yang ia dapat dalam
pelaksanaan MTQ ini, salah satu manfaat yang sangat penting dalam mengikuti
MTQ ini menurutnya adalah dapat berkumpul dan mendapat ilmu Al-Qur’an
dari para ahli Qurro’, dari sinilah dapat memacu semangatnya untuk selalu
84
meningkatkan ilmu-ilmu Al-Qur’an yang baru ia pelajari selama mengikuti
MTQ. Serta dapat memperkuat silaturahmi sesama teman-teman seperjuangan
yang mengikuti MTQ ini.
h. Millatil Hidayah
Beliau mengikuti MTQ dari cabang 10 Juz hingga cabang 30 Juz.
Manfaat yang ia rasakan dengan mengikuti MTQ seperti yang dirasakan oleh
peserta lainnya adalah dengan mengikuti MTQ menambah banyak teman,
dengan bertemu banyak teman yang berkompeten sesama mengikuti MTQ
akan termotivasi untuk menjadi yang lebih baik lagi karena melihat teman-
teman yang lain bisa bagus bacaannya dan pasti ingin belajar. Walaupun
mereka seperti menjadi persaingan tapi bisa jadi mereka menjadi guru kita.
i. Ghina Raudatul Jannah
Ghina adalah pelajar MA yang berusia 16 tahun, ia mengikuti MTQ
berawal dari cabang 1 Juz hingga saat ini mengikuti cabang 5 Juz. Selama
mengikuti MTQ manfaat yang ia rasakan adalah hampir setiap hari ia selalu
mengamalkan ajaran-ajaran yang terdapat didalam Al-Qur’an. Disisi lain
mengikuti MTQ ia bisa menilai sejauh mana kemampuannya dalam
menghafal Al-Qur’an, sejauh mana tingkat kualitas bacaan maupun hafalan
yang ia miliki. Kegiatan MTQ ini juga menjadikan ajang bersilaturahmi
sesama peserta MTQ. Tentunya dengan mengikuti MTQ ini ia belajar untuk
selalu memperbaiki diri untuk menjadi yang lebih baik.
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan terkait pengaruh
musabaqah tilawatil qur’an (MTQ) dalam meningkatkan kualitas hafalan Al-
Qur’an di Kota Pekanbaru dapat disimpulkan bahwa berbagai perbedaan
motivasi mengikuti MTQ dari para peserta MTQ Kota Pekanbaru, yakni dapat
bertemu dengan banyak orang yang lebih baik dalam melantunkan ayat suci
Al-Qur’an, dengan mengikuti MTQ dapat menjadi tolak ukur hafalan Al-
Qur’annya, kemudian untuk memperlancar hafalan Al-Qur’an serta melatih
mental, dapat memperbaiki bacaan Al-Qur’an baik dari segi kuantitas dan
kualitas serta meningkatkan kualitas berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Progres hafalan para peserta MTQ Kota Pekanbaru setiap tahunnya
semakin meningkat terbukti mereka dapat menjuarai MTQ tingkat Kota
kemudian mewakili Kota Pekanbaru di tingkat Provinsi Riau, dan mewakili
Provinsi Riau di tingkat Nasional. Progres ini tak lepas dari binaan LPTQ Kota
agar semua anak binaan mendapatkan hasil yang terbaik dan tentunya
peningkatan kualitas hafalan setiap tahun.
Seseorang yang menghafal Al-Qur’an disertai dengan mengikuti
kegiatan MTQ berbeda dengan seseorang yang menghafal Al-Qur’an tanpa
mengikuti kegiatan MTQ. Salah satunya dari peningkatan kualitas hafalan Al-
Qur’annya. Dengan kegiatan MTQ ini dapat memotivasi para peserta untuk
selalu mengulang hafalan, memperbaiki kualitas bacaan yang sekiranya dirasa
masih perlu latihan lebih lanjut. Dengan kegiatan yang diadakan sebelum
perlombaan seperti Training Centre (TC) atau pembinaan sangat berpengaruh
bagi para peserta agar sebelum berlomba dapat menampilkan hasil yang
86
maksimal. Berbeda dengan seseorang yang menghafal sendirian tanpa ada
guru atau lembaga yang dapat mengevaluasi setiap bacaan dan hafalan yang
dimiliki.
B. Saran
Setelah penulis melakukan penelitian tentang pengaruh musabaqah
tilawatil qur’an terhadap kualitas hafalan Al-Qur’an di Kota Pekanbaru-Riau,
maka penulis memberikan masukan dalam hal mengulang hafalan Al-Qur’an
agar dilakukan dengan konsisten dan istiqomah, sehingga mengulang hafalan
tidak hanya pada saat ingin mengikuti perlombaan saja. Agar apabila tidak ada
perlombaan, hafalan Al-Qur’an masih terus melekat.
Kegiatan MTQ ini seharusnya dapat dinikmati oleh lapisan masyarakat
dari acara pembukaan, pelaksanaan lomba, serta penutupan kegiatan ini. Tetapi
nyatanya masyarakat Kota Pekanbaru hanya menikmati pada acara pembukaan
dan penutupan MTQ saja. Tidak ikut serta menghadiri inti kegiatan yaitu pada
pelaksanaan lomba. Dikarenakan kurangnya sosialisasi pemerintah kepada
masyarakat mengenai pentingnya perlaksanaan ini, serta cara penyampaian
yang kurang pas sehingga masyarakat tidak menyadari bahwa inti dari kegiatan
MTQ ini berada pada pelaksanaan lomba, bukan hanya acara pembukaan dan
penutupan MTQ saja.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini tentunya belum mampu untuk
mengungkap tuntas fenomena yang terjadi didalam ruang lingkup kegiatan
MTQ. Penulis menyarankan skripsi ini dapat menjadi langkah awal sebagai
bahan evaluasi untuk yang akan datang dan memberikan inspirasi untuk
melakukan langkah-langkah lebih lanjut yang berkaitan dengan upaya untuk
menyebarkan pesan dan makna didalam Al-Qur’an.
87
DAFTAR PUSTAKA
Abdulloh, Abd Hamid, “Pemanfaatan Data E-KTP dalam Proses Validasi
Peserta Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), dalam Jurnal Review
Politik, Vol. 04, No.1, Juni 2014
Amanah, Tajwidatul, “Sosialisasi Qira’ah Sab’ah di Indonesia (Telaah atas
Masuknya Qira’ah Sab’ah dalam Cabang Musabaqah Tilawatil
Qur’an)”, Skipsi, UIN Syarif Hidayatullah, 2016
Ansori, Muslich, dan Sri Iswati, Buku Ajar Metodologi Penelitian Kuantitatif,
Surabaya: Airlangga University Press, Cet-1, 2009
Azwar, Alfi Julizun, “Gagasan Rekrontruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil
Qur’an (MTQ) Dalam Perspektif Rahmatan Lil’Alamin”, Jurnal UIN
Raden Fatah Palembang, Juni 2018
Asih, Imalia Dewi , “Fenomenologi Husserl: Sebuah Cara Kembali ke
Fenomena”, Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 2, No.2, September
2005
Baduwailan, Ahmad bin Salim, Menjadi Hafizh Tips dan Motivasi Menghafal
Al-Qur’an, terj. Cep Mochamad Faqih dan Nunung Nuraeni, Solo:
Aqwam,2016
Baffi, Muhammad Raevanoe, “Teori Komunikasi Fenomenologi”, Jurnal
Universitas Riau, 2013
Az-Zarkasyi, Badruddîn Muhammad bin Abdullâh, Al-Burhân fi ‘Ulûm Al-
Qur’ân, Mesir: Maktabah Dâr at-Turâts, Jilid. 1
88
Balai Litbang Agama Jakarta, Membumikan Peradaban Tahfiz Al-Qur’an,
Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2015
Fajarini, Andiya, at.all, “Model Menghafal pada Penghafal al-Qur’an
Implikasinya pada Layanan Penguasaan Konten dalam Bimbingan dan
Konseling, Jurnal Bimbingan Konseling”, Juni 2017
Hamid, Abdullah, “Makna dan Tujuan MTQ, Jurnal Mipa 320
Hasbiansyah, “Pendekatan Fenomenologi Pengantar Praktik Penelitian dalam
Ilmu Sosial dan Komunikasi”, Jurnal Mediator, Vol 9, No.1, Juni 2008
Hasbillah, Ahmad ‘Ubaydi , Ilmu Living Qur’an-Hadis, Ciputat: Maktabah
Darus-Sunnah, 2019
Farnidah, Rifdah, “Resepsi Mahasiswa Terhadap Larangan
Memperjualbelikan Ayat-Ayat Al-Qur’an dalam Musabaqah Tilawatil
Qur’an”, Skripsi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, 2018
Hamid, Farid, “Pendekatan Fenomenolgi (Suatu Ranah Penelitian Kualitatif)”,
Jurnal Universitas Mercu Buana
Hidayah, Nurul “Strategi Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di Lembaga
Pendidikan”, Jurnal Ta’allum, Vol. 04, No. 01, Juni 2016
Hidayat, Wildan “Fenomena Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) di
Indonesia”, Skripsi UIN Sunan Kalijaga,2017
Jannah, Miftahul,“Musabaqah Tilawatil Qur’an di Indonesia (Festivalisasi
Al-Qur’an Sebagai Bentuk Resepsi Estetis)”, Jurnal Ilmu Ushuluddin,
Vol 15 No 2, Juli 2016
89
“Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia”
https://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/nul
Khasanah, Nur, “Penerapan Metode Takrir Dalam Menghafal Al-Qur’an Di
Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang”, Skripsi IAIN Salatiga,2018
Mamjudi, Sri dan Hang Rahardjo, Teknik Menyusun Karya Ilmiah, Jakarta,
1995
Marlina, Mei “Metode Hafalan Al-Qur’an Dengan Pendekatan Takrir Di
SMPIT Al-Ghazali Palangka Raya”, Skripsi IAIN Palangka Raya, 2017
Mufidah, Ihda Hajarul, Rahasia Hafalan Quran Mutqin, (Solo: Gazzamedia,
2019)
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir, Surabaya:Pustaka
Progressif, Cet. Ke-4, 1997
Mustaqim, Abdul, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, Yogyakarta, Cet.
Ke-4, 2018
Moleong, J. Lexy, Metodelogi penulisan Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2000
Nazir, Moh, Metode Penulisan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999
Nafisah, Mamluatun, “Tipologi Resepsi Tahfiz Al-Qur’an di Kalangan
Mahasiswi IIQ Jakarta”, Jurnal Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta,
Juli 2019
an-Naisâbûrî, Abû al-Husain Muslim ibn al-Hajjâj al-Qusyairî, Shahîh Muslim
wahuwa al-Musnad ash-Shahîh, Jilid 2, (Beirût: Dâr at-Ta’shîl, 2014),
kitab ash-Shalâh, Bab fî Qirâah Al-Qurân wa Sûrah al-Baqarah wa Âli
‘Imrân,
90
Nawawi, Hadari, Instrumen Penulisan Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 1995
Najib, Mughni, “Implementasi Metode Takrir Dalam Menghafalkan Al-
Qur’an Bagi Santri Pondok Pesantren Punggul Nganjuk”, Jurnal
Pendidikan dan Studi Keislaman, Vol.8 No.3, November 2018
Nor Arif, Defri, “MTQ dan Pon-Pes Yanbu’ul Qur’an”, Skripsi UIN Sunan
Kalijaga, 2015
Noviyanti, “Larangan Melupakan Hafalan al-Qur’an dalam al-Kutab al-
Sittah”, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, 2014
Nur, Muhammad Ilham, Ketika Al-Qur’an Tak Lagi Diagungkan, Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 2017
Al-Qardhawi, Yusuf, Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, terj. Kathur
Suhardi Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2008
Al-Qaththan, Syaikh Manna, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. Aunur
Rafiq El Mazni, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005
Raco, J.R , Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia
Rohman, Nur, “Anna M. Gade dan MTQ di Indonesia: Sebuah Kajian
Metodologis”, dalam Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat, IAIN
Surakarta, 2016
Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2008
As-Sijistânî, Abû Dâwud Sulaimân ibn al-Asy’, as-Sunan, Jilid 3, Beirût: Dâr
at-Ta’shîl, 2015
91
Supriono, Iwan Agus dan Rusdiani, Atik, "Implementasi Kegiatan Menghafal
Al-Qur’an Siswa di LPTQ Kabupaten Siak”, Jurnal ISEMA, Vol.4,
No.1, Juni 2019
As-Suyûtî, Jalâluddîn ‘Abdirrahmân bin Abî Bakr , Al-Itqân Fî “Ulûm Al-
Qur’ân, Jilid 1
Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan,2007
Semarak Al-Qur’an di Bumi Pagar Dewa”, dalam Majalah Varia Ipqah: Media
Komunikasi Qari-Qari’ah dan Hafidz-Hafidzah, No. 01, Juli 2004, h.30
Tarigan, Azhari Akmal, “Syekh Abdul Halim Hasan & Khiththah Al-Qur’an”
Koran Waspada, Medan, Jum’at, Maret 2014
Taufiqurrahman, Kisah Anak Penghafal Quran, Semarang: Pusatilmu.com,
2015
Unaradjan, Dominikus Dolet, Metode Penelitian Kuantitatif,, Jakarta:
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Cet. ke-1, 2019
Umniyah, Izzatul “Strategi Peningkatan Kualitas Hafalan al-Qur’an Bagi
Mahasiswa”, Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2018
Yanggo, Huzaemah Tahido, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan
Disertasi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Jakarta: IIQ Press, Cet.
ke-1, 2001
Zaimsyah, Rahmi, “Evaluasi Pengembangan Program Tahfizh Di Institut Ilmu
Al-Qur’an Jakarta”, Tesis UIN Syarif Hidayatullah, 2017
Zaman, Akhmad Roja Badrus “Resepsi Al-Qur’an Di Pondok Pesantren
Karangsuci Purwokerto”, Skripsi IAIN Purwokerto, 2019
92
Zen, Muhaimin (eds.), Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, Jakarta: PP
Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh (JQH),2006
_____, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an Di Pondok Pesantren,
Tsanawiyah, Aliyah dan Perguruan Tinggi, Jakarta:
Percetakanonline.com, 2012
_____, Muhaimin, Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun, Jakarta: Transpustaka,
2013
Wadji, Farid, “Tahfiz Al-Qur’an dalam Kajian Ulum Al-Qur’an (Studi atas
Berbagai Metode Tahfiz)”, Tesis UIN Syarif Hidayatullah, 2010
Wawancara dengan Ketua Jamiyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama
(JQH-NU) Periode 2000-2004, KH. Muhaimin Zen, MA, Ciputat, 15
Maret 2020, Pukul 15.30 WIB
Wawancara dengan Dewan Hakim MTQ Kota Pekanbaru, Abdul Kholid S.Ag,
Pekanbaru, 15 Juni 2020, Pukul 16.40 WIB
Wawancara dengan peserta MTQ Kota Pekanbaru, Annisa Hidayati Alfarisi,
Pekanbaru, 16 Mei 2020, Pukul 18.56 WIB
Wawancara dengan peserta MTQ Kota Pekanbaru, Santi Sundari, Pekanbaru,
22 Mei 2020, Pukul 16.27 WIB
Wawancara dengan peserta MTQ Kota Pekanbaru, Nur Fahmi, Pekanbaru, 26
Mei 2020, Pukul 14.47 WIB
Wawancara dengan peserta MTQ Kota Pekanbaru, Dasrel, Pekanbaru, 30 Mei
2020, Pukul 20.10 WIB
Wawancara dengan peserta MTQ Kota Pekanbaru, Rafika Dewi, Nurhaliza
Fajrin, Ghina Raudatul Jannah, Amina Tasya, Pekanbaru, 10 Juni 2020,
Pukul 16.02 WIB, 20.02 WIB, 21.45 WIB, dan 21.47 WIB
93
Wawancara dengan peserta MTQ Kota Pekanbaru, Edwar Lutfi dan Shakhes
Zaidan, Pekanbaru, 13 Juni 2020, Pukul 18.57 WIB dan 19.17 WIB
Wawancara dengan peserta MTQ Kota Pekanbaru, Putri Syairah Laifa,
Pekanbaru, 12 Juli 2020, Pukul 20.00 WIB
Wawancara dengan peserta MTQ Kota Pekanbaru, Nining dan Millatil
Hidayah, Pekanbaru 14 Juli 2020, Pukul 11.00 WIB dan 11.30 WIB
Wawancara dengan alumni Pengurus LPTQ Kota Pekanbaru, Drs. H.M. Nasir
Hasan, Pekanbaru 1 Juli 2020, Pukul 10.30 WIB
Wawancara dengan Sekretaris Umum LPTQ Kota Pekanbaru, Afrizal SE, sy,
Pekanbaru, 1 Juli 2020, Pukul 11.00 WIB
Wawancara dengan masyarakat Kota Pekanbaru, Vanytrihazhiyah, Annisa
Galuh Mayangsari, Suci Desya Safira, Novita Rahfi, Ernawati, Rafli
Anugrah, Ahmad Tirmizi, Pekanbaru, 12 Agustus 2020
95
Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru
Nama : Adli Nanda
Umur : 17 Tahun
Mengikuti Cabang : 5 Juz +Tilawah
Pendidikan : MAN
Waktu Wawancara : Senin13 Juli 2020
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa motivasi anda menghafal
Al-Qur’an?
Awalnya tuntutan sekolah. Tetapi
sampai sekarang masih lanjut
menghafal karena merasa puas
ketika melihat orangtua bahagia
pada saat target hafalan saya
tercapai.
2 Dari tahun berapa anda
mengikuti MTQ?
2012
3 Apa motivasi anda mengikuti
MTQ?
Pertama kali ikut tahun 2012,
karena dorongan guru saya.
Setelah itu motivasi ingin
mendapat hadiah, untuk saat ini
niat ikut MTQ utk nguji hafalan.
4 Apakah anda tahu mengenai
ayat tentang menjaga ayat-ayat
Al-Qur’an?
QS. Al-Hijr:9
96
5 Apa yang anda rasakan setelah
mengikuti MTQ?
Ketika tampil maksimal bahagia,
dan setelah itu semakin tertantang
menampilkan yang lebih baik dari
sebelum, Ketika tampilnya tidak
maksimal kecewa dan gak puas.
6 Apakah dengan mengikuti
kekuatan hafalan anda semakin
meningkat? Atau sebaliknya?
Ya
7 Bagaimana cara anda
mengulang hafalan saat ingin
mengikuti MTQ?
Tidak ada waktu yang
dikhususkan utk takrir, tetapi jika
sudah dekat waktu MTQ frekuensi
takrir 2x dari sebelumnya.
8 Menurut anda apa manfaat atau
nilai positif dari kegiatan MTQ?
Banyak ilmu Al-Qur’an yang baru
diketahui saat mengikuti MTQ,
dengan adanya MTQ membuat
kita menghabiskan waktu utk
meningkatkan hafalan, dan
bacaan. Memperluas relasi karena
bertemu banyak peserta lain
diberbagai daerah.
9 Menurut anda apakah MTQ
berperan penting terhadap
kualitas hafalan yang anda
miliki?
Ya sangat berperan penting.
Karena adanya MTQ membuat
kita menghabiskan waktu utk
memperlancar hafalan. Dan
97
berusaha agar hafalan semakin
mutqin
Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru
Nama : Amina Tasya
Umur : 14 Tahun
Mengikuti Cabang : 5 Juz + Tilawah
Pendidikan : SMP
Waktu Wawancara : Rabu 10 Juni 2020
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa motivasi anda menghafal
Al-Qur’an?
Untuk membahagiakan orang tua
dunia dan akhirat, mendapat ridha
Allah SWT serta bisa dimasukkan
kedalam surgaNya.
2 Dari tahun berapa anda
mengikuti MTQ?
2016
3 Apa motivasi anda mengikuti
MTQ?
Ingin meningkatkan hafalan dan
kelancarannya.
4 Apakah anda tahu mengenai
ayat tentang menjaga ayat-ayat
Al-Qur’an?
QS. Al Qiyamah:16-17
5 Apa yang anda rasakan setelah
mengikuti MTQ?
Saya merasa senang dan bangga,
karena bisa mempunyai
98
kesempatan berkompetisi di ajang
bergengsi seperti MTQ.
6 Apakah dengan mengikuti
kekuatan hafalan anda semakin
meningkat? Atau sebaliknya?
Alhamdulillah iya.
7 Bagaimana cara anda
mengulang hafalan saat ingin
mengikuti MTQ?
Melebihkan waktu untuk
memurajaah hafalan sebelum
tampil.
8 Menurut anda apa manfaat atau
nilai positif dari kegiatan
MTQ?
Untuk meningkatkan hafalan dan
kelancarannya.
9 Menurut anda apakah MTQ
berperan penting terhadap
kualitas hafalan yang anda
miliki?
Ya. Dengan mengikuti MTQ, kita
akan semakin termotivasi untuk
meningkatkan hafalan dan kualitas
hafalan kita.
Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru
Nama : Annisa Hidayati Alfarisi
Umur : 20 Tahun
Mengikuti Cabang : 5 Juz + tilawah
Pendidikan : Mahasiswi
Waktu Wawancara : Sabtu 16 Mei 2020
99
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa motivasi anda menghafal
Al-Qur’an?
Karena Al-Qur’an akan menjadi
syafaat di akhirat kelak, dan tidak
akan sia-sia dalam kehidupan
dunia.
2 Dari tahun berapa anda
mengikuti MTQ?
2008
3 Apa motivasi anda mengikuti
MTQ?
Support dari orang terdekat dan
sebagai evaluasi pembelajaran
untuk mengetahui kekuatan
hafalan.
4 Apakah anda tahu mengenai
ayat tentang menjaga ayat-ayat
Al-Qur’an?
QS. Al-Hijr:9
5 Apa yang anda rasakan setelah
mengikuti MTQ?
Bahagia
6 Apakah dengan mengikuti
kekuatan hafalan anda semakin
meningkat? Atau sebaliknya?
Alhamdulillah meningkat.
7 Bagaimana cara anda
mengulang hafalan saat ingin
mengikuti MTQ?
Memantapkan hafalan perlembar,
lalu per juz kemudian meminta tes
oleh guru ataupun pembimbing.
8 Menurut anda apa manfaat atau
nilai positif dari kegiatan MTQ?
Meningkatkan hafalan saya
100
9 Menurut anda apakah MTQ
berperan penting terhadap
kualitas hafalan yang anda
miliki?
Ya
Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru
Nama : Dasrel
Umur : 24 Tahun
Mengikuti Cabang : 30 Juz + tafsir
Pendidikan : S1
Waktu Wawancara : Sabtu 30 Mei 2020
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa motivasi anda menghafal
Al-Qur’an?
Menjadi Ahlullah di bumi
2 Dari tahun berapa anda
mengikuti MTQ?
2016
3 Apa motivasi anda mengikuti
MTQ?
Bisa murajaah lebih banyak ketika
diadakan MTQ
4 Apakah anda tahu mengenai
ayat tentang menjaga ayat-ayat
Al-Qur’an?
QS. Al-Hijr:9
5 Apa yang anda rasakan setelah
mengikuti MTQ?
Dengan kembalinya hafalan yang
membuat hati terasa senang
101
6 Apakah dengan mengikuti
kekuatan hafalan anda semakin
meningkat? Atau sebaliknya?
Meningkat
7 Bagaimana cara anda
mengulang hafalan saat ingin
mengikuti MTQ?
Murajaah seperti biasa dengan
ditambah porsi juz nya
8 Menurut anda apa manfaat atau
nilai positif dari kegiatan MTQ?
Syiar Islam, bagi peserta dapat
menambah semangat dalam
mengembalikan hafaln yang mulai
pudar
9 Menurut anda apakah MTQ
berperan penting terhadap
kualitas hafalan yang anda
miliki?
Tentu, dengan adanya MTQ lebih
termotivasi untuk murajaah
hafalan, dengan harapan setelah
MTQ jangan sampai hilang
kembali hafalan tersebut.
Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru
Nama : Edwar Lutfi
Umur : 20 Tahun
Mengikuti Cabang : 10,20,30 Juz
Pendidikan : MA
Waktu Wawancara : Sabtu 13 Juni 2020
No Pertanyaan Jawaban
102
1 Apa motivasi anda menghafal
Al-Qur’an?
Berawal dari disuruh orang tua
2 Dari tahun berapa anda
mengikuti MTQ?
2016
3 Apa motivasi anda mengikuti
MTQ?
Coba ikut-ikutan saja
4 Apakah anda tahu mengenai
ayat tentang menjaga ayat-ayat
Al-Qur’an?
Tidak Tahu
5 Apa yang anda rasakan setelah
mengikuti MTQ?
Biasa saja
6 Apakah dengan mengikuti
kekuatan hafalan anda semakin
meningkat? Atau sebaliknya?
Meningkat
7 Bagaimana cara anda
mengulang hafalan saat ingin
mengikuti MTQ?
Sering diulangi hafalannya
8 Menurut anda apa manfaat atau
nilai positif dari kegiatan MTQ?
Mendapat kenalan baru
9 Menurut anda apakah MTQ
berperan penting terhadap
kualitas hafalan yang anda
miliki?
Iya, sebagai motivasi untuk
melancarkan hafalan al-Qur’an
103
Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru
Nama : Ghina Raudatul Jannah
Umur : 16 Tahun
Mengikuti Cabang : 1 Juz & 5 Juz tilawah
Pendidikan : MA
Waktu Wawancara : Rabu 10 Juni 2020
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa motivasi anda menghafal
Al-Qur’an?
Ingin memberikan mahkota cahaya
kepada orang tua nanti di akhirat
dan berkumpul di Surganya Allah
kelak dikemudian hari.
2 Dari tahun berapa anda
mengikuti MTQ?
2016
3 Apa motivasi anda mengikuti
MTQ?
Ingin menambah pengalaman dan
menambah ilmu tentang Al-Qur’an.
4 Apakah anda tahu mengenai
ayat tentang menjaga ayat-ayat
Al-Qur’an?
QS. Fathir:29-30
5 Apa yang anda rasakan setelah
mengikuti MTQ?
Senang. Karena bisa
membanggakan orang tua, dan
banyak bertemu dengan teman baru
dari berbagai daerah.
104
6 Apakah dengan mengikuti
kekuatan hafalan anda semakin
meningkat? Atau sebaliknya?
Ya
7 Bagaimana cara anda
mengulang hafalan saat ingin
mengikuti MTQ?
Dengan mendengarkan murottal
dan saling menyimak/memberi soal
dengan sesama kafilah MTQ.
8 Menurut anda apa manfaat atau
nilai positif dari kegiatan
MTQ?
Selalu mengamalkan ajaran Al-
Qur’an, bisa bersilaturrahmi
sesama, bisa menilai kemampuan
kita dalam menghafal Al-Qur’an,
Memotivasi diri agar selalu
menjadi penghafal Al-Qur’an,
menambah pengalaman saat lomba
MTQ, memperbaiki diri agar lebih
baik lagi.
9 Menurut anda apakah MTQ
berperan penting terhadap
kualitas hafalan yang anda
miliki?
Ya, karena sebelum lomba kita
harus melancarkan hafalan agar
menampilkan yang terbaik dengan
demikian kita akan sibuk dalam
murajaah hafalan kita.
105
Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru
Nama : Khoiril Hamdi
Umur : 21 Tahun
Mengikuti Cabang : 10 Juz
Pendidikan : Mahasiswa
Waktu Wawancara : Minggu 14 Juni 2020
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa motivasi anda menghafal
Al-Qur’an?
Mencari ridho Allah, untuk
membanggakan orang tua dari
dunia sampai akhirat, dan ingin
menjadi ahli quro’
2 Dari tahun berapa anda
mengikuti MTQ?
2010
3 Apa motivasi anda mengikuti
MTQ?
Supaya lebih giat mendalami
mempelajari ilmu-ilmu Al-Qur’an
dan untuk lebih giat lagi dalam
memurojaah hafalan Al-Qur’an
4 Apakah anda tahu mengenai
ayat tentang menjaga ayat-ayat
Al-Qur’an?
QS. Al-Hijr:9
5 Apa yang anda rasakan setelah
mengikuti MTQ?
Perasaan saya sangat berkesan,
Bahagia terharu karena banyak
mendapat ilmu pengalaman
tentang Al-Qur’an dan sejauh
106
mana kekuatan hafalan Al-Qur’an
kita.
6 Apakah dengan mengikuti
kekuatan hafalan anda semakin
meningkat? Atau sebaliknya?
Ya.
7 Bagaimana cara anda
mengulang hafalan saat ingin
mengikuti MTQ?
Saya mengulangnya dengan tidak
melihat Al-Qur’an untuk menguji
kekuatan hafalan saya setelah saya
siap mengulang beberapa juz
kemudian saya memerika dimana
yang kurang lancar dan saya
memurojaahnya lagi supaya kuat
lagi hafalannya. Begitu seterusnya
sampai saya tampil.
8 Menurut anda apa manfaat atau
nilai positif dari kegiatan MTQ?
Nilai positifnya sangat banyak
sekali, disitu kita akan berkumpul
dengan para ahli-ahli quro’,
memotivasi agar selalu
meningkatkan ilmu tentang Al-
Qur’an, menjalin dan memperkuat
silaturrahmi antara ahli-ahli
Qur’an, dll.
9 Menurut anda apakah MTQ
berperan penting terhadap
Iya, sangat berperan karena di
dalam MTQ itu kita akan
berlomba-lomba dalam kebaikan,
107
kualitas hafalan yang anda
miliki?
berlomba-lomba untuk
melancarkan hafalan agar ketika
tampil nanti ketika di uji
hafalannya oleh dewan hakim kita
bisa menjawab pertanyaan-
pertanyaan dengan lancar dan
benar. Karena yang paling lancar
dan bagus tajwidnya akan menjadi
yang terbaik.
Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru
Nama : Millatil Hidayah
Umur : 30 Tahun
Mengikuti Cabang : 30 Juz+tafsir
Waktu Wawancara : Selasa 14 Juli 2020
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa motivasi anda menghafal
Al-Qur’an?
Diawal melihat orang yang sudah
menghafal membuat saya tertarik
untuk bisa menghafal seperti
mereka
2 Dari tahun berapa anda
mengikuti MTQ?
2004
3 Apa motivasi anda mengikuti
MTQ?
Ingin memperkuat hafalan,
memperbaiki hafalan, dan
memperbagus bacaan. Karena
108
kalua menghafal sendiri dirumah
saja belum tentu untuk bisa jalan
dan konsisten hafalannya. Guru
saya menyarankan untuk
mengikuti MTQ supaya bacaannya
bisa tartil lagi, hafalannya lancar.
Yang tadinya belum lancar bisa
lancar, yang lancarnya sedikit bisa
meningkat. Bisa memperbaiki
bacaan juga.
4 Apakah anda tahu mengenai
ayat tentang menjaga ayat-ayat
Al-Qur’an?
Tidak Tahu
5 Apa yang anda rasakan setelah
mengikuti MTQ?
Banyak sekali yang saya dapat,
seperti memperbaiki bacaan,
mengetahui ayat-ayat yang mrip-
mirip karena dulu di pondok tidak
memperhatikan mana ayat-ayat
mutasyabihat. Di MTQ juga ada
pelatihan seperti TC disitu juga
disarankan untuk mencatat di buku
dan ditandai ayat-ayat yang mirip.
6 Apakah dengan mengikuti
kekuatan hafalan anda semakin
meningkat? Atau sebaliknya?
InsyaAllah iya.
109
7 Bagaimana cara anda
mengulang hafalan saat ingin
mengikuti MTQ?
Lebih banyak waktu mengulang
hafalannya. Misalnya, di tiap juz
ada yang belum lancar itu yang
diutamainn, 1 Juz dibagi 4 menjadi
seperempat halaman sampai tidak
ada yang keliru lagi Ketika
membacanya.
8 Menurut anda apa manfaat atau
nilai positif dari kegiatan MTQ?
Salah satunya kita jadi tambah
banyak teman, termotivasi dengan
melihat teman-teman yang lain
bisa bagus bacaannya dan kita
pasti ingin belajar.
9 Menurut anda apakah MTQ
berperan penting terhadap
kualitas hafalan yang anda
miliki?
Iya, Karena disitu kita fokus untuk
mengulang hafalan terus. Misalnya
seperti mau TC otomatis kita
bersemangat untuk mengulang
hafaalan. Meninggalkan pekerjaan
untuk fokus murojaah. Disitu juga
tempat kita untuk mendekatkan
diri dengan Allah.
110
Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru
Nama : Nining
Umur : 22 Tahun
Mengikuti Cabang : 20 Tahun
Waktu Wawancara : Selasa 14 Juli 2020
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa motivasi anda menghafal
Al-Qur’an?
Pertama kali melihat teman masuk
pesantren dan disuruh guru ngaji
masuk di Pesantren itu. Tidak ada
motivasi dari keluarga karena
kebetulan saya broken home, jadi
melihat keluarga seperti itu jadi
memotivasi saya supaya menjadi
lebih baik.
2 Dari tahun berapa anda
mengikuti MTQ?
2006
3 Apa motivasi anda mengikuti
MTQ?
Tidak ada motivasi khusus,
Berawal dari senior di pondok
mengikuti MTQ dan diajak untuk
mengikuti kegiatan ini.
4 Apakah anda tahu mengenai
ayat tentang menjaga ayat-ayat
Al-Qur’an?
Tidak Tahu
111
5 Apa yang anda rasakan setelah
mengikuti MTQ?
Yang dirasakan ternyata tidak ada
apa apanya dari teman-teman yang
lain yang sudah berpengalaman
dibidang MTQ.
6 Apakah dengan mengikuti
kekuatan hafalan anda semakin
meningkat? Atau sebaliknya?
Sangat semakin meningkat.
7 Bagaimana cara anda
mengulang hafalan saat ingin
mengikuti MTQ?
Mendekati waktu MTQ frekuensi
hafalan ditingkatkan yang
biasanya satu hari 1 juz sampai 2
juz, ditingkatkan menjadi 2-5 Juz
sehari.
8 Menurut anda apa manfaat atau
nilai positif dari kegiatan MTQ?
Bertemu teman seperjuangan.
9 Menurut anda apakah MTQ
berperan penting terhadap
kualitas hafalan yang anda
miliki?
Ya berperan Penting. Karena
ketika kita menampilkan yang
tidak maksimal kita menjadi malu.
Dari sinilah ajang kita untuk
menjaga seberapa lancarnya adan
tidak lancarnya hafalan kita.
112
Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru
Nama : Nur Fahmi
Umur : 19 Tahun
Mengikuti Cabang : 20 Juz
Pendidikan : SMKS Sederajat
Waktu Wawancara : Selasa 26 mei 2020
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa motivasi anda menghafal
Al-Qur’an?
Sebagai bentuk rasa cinta kepada
sang Khaliq, untuk mencari
keridhoan-Nya dengan menjaga
setiap kalam2 suci pada alquran,
sebagai bentuk bakti kepada
ayah/ibu dengan menghadiahkan
beliau mahkota seperti yang
disebutkan dalam hadis Rasulullah
(wallahu ‘alam). Juga ingin
mencari petunjuk sesuai yang
Allah firmankan didalam al-quran.
2 Dari tahun berapa anda
mengikuti MTQ?
2014
3 Apa motivasi anda mengikuti
MTQ?
Pada kegiatan MTQ saya
mendapat banyak pelajaran, karena
pada MTQ saya akan bertemu
dengan banyak orang2 yang lebih
baik dalam melantunkan setiap
bacaan2 al-Qur’an, sehingga saya
113
dapat sharing dengan mereka, dan
saya akan lebih mengetahui bacaan
yang benar dan baik itu seperti apa.
Selain itu, MTQ dapat saya jadikan
tolak ukur seberapa kuat hafalan
saya.
4 Apakah anda tahu mengenai
ayat tentang menjaga ayat-ayat
Al-Qur’an?
QS. Al-Ankabut:49. Pada ayat
tersebut tidak disebutkan secara
langsung untuk menghafal al-
quran, namun bagi saya yang
menekaah ayat tersebut
menyebutkan didalam dada orang-
orang yang ber ilmu terdapat ayat2
Allah yang jelas. Dan setelah saya
memahaminya kembali orang2
berilmu yang disebutkan dalam
ayat tersebut ialah para penghafal
Al-Qur’an.
Maka dari itu Allah telah
menjelaskan kepada kita dengan
sejelas-jelasnya bahwa tiap orang
yang didalam dadanya terdapat
ayat2 Allah (penghafal al-quran)
tentu ia adalah seorang yang
berilmu. Maka dari situlah anjuran
bagi kita untuk menghafal al-quran
agar kita berilmu.
114
5 Apa yang anda rasakan setelah
mengikuti MTQ?
Bersyukur karena mendapat
banyak pengalaman dan ilmu baru
pada tiap2 momen MTQ.
6 Apakah dengan mengikuti
kekuatan hafalan anda semakin
meningkat? Atau sebaliknya?
Ya tentu. Dan dengan mengikuti
kegiatan MTQ saya akan
mendapatkan cara2 terbaik untuk
memperkuat hafalan, dari banyak
saudara2 yang saya kenal pada
kegiatan MTQ tersebut.
7 Bagaimana cara anda
mengulang hafalan saat ingin
mengikuti MTQ?
Mengulang habis hafalan yang
akan diikuti dalam 1 hari atau
membagi dengan semampunya.
Juga memperhatikan tiap waqaf
dan ibtida’, memahami makna2 di
dalam al-qur’an agar lebih mudah
menangkap tiap pertanyaan ketika
diatas mimbar tilawah.
8 Menurut anda apa manfaat atau
nilai positif dari kegiatan
MTQ?
Dapat menyebarluaskan syiar
agama melalui lantunan kalam-
kalam ilahi yang terwujud di dala,
kegiatan MTQ. Dapat
menyampaikan syi’ar agama
kepada masyarakat melalui
berbagai macam ivent-ivent yang
terdapat didalam kegiatan MTQ,
115
9 Menurut anda apakah MTQ
berperan penting terhadap
kualitas hafalan yang anda
miliki?
Ya, sangat berperan penting bagi
saya dalam meningkatkan kualitas
hafalan saya, karena MTQ menjadi
acuan yang kuat bagi saya dalam
muroja’ah dan dalam MTQ saya
banyaj belajar ilmu-ilmu Al-
Qur’an yang banyak belum saya
ketahui sebelumnya, Namun
tidaklah hanya karena MTQ
seseorang baru menyempatkan
murajaah.
Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru
Nama : Nurhaliza Fajrin
Umur : 22 Tahun
Mengikuti Cabang : 10 Juz
Pendidikan : Mahasiswi
Waktu Wawancara : Rabu 10 Juni 2020
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa motivasi anda menghafal
Al-Qur’an?
Awalnya coba-coba ikut
ekstrakurikuler di pondok,
kemudian lebih mendalami dan
selesai. Karena sudah memulai
maka akhirnya ana memutuskan
untuk mengkhatamkannya. Semua
116
mengalir begitu saja, tentu saja
karena dukungan teman guru dan
lingkungan.
2 Dari tahun berapa anda
mengikuti MTQ?
2013
3 Apa motivasi anda mengikuti
MTQ?
Berawal karena dari pondok tuh
disuruh ikut eh karena
Alhamdulillah lumayan baik
hasilnya jadi keterusan deh.
Hehehe. Selain itu dengan
mengikuti MTQ kita juga
menambah teman dari berbagai
penjuru begitu juga dengan ilmya,
kita jadi sadar bahwa diatas langit
masih ada lapisan langit lainnya.
4 Apakah anda tahu mengenai
ayat tentang menjaga ayat-ayat
Al-Qur’an?
Kurang tau juga, tapi setau ana
tidak ada ayat yang dengan zhahir
menganjurkan untuk menghafal Al-
Qur’an melainkan menyuruh untuk
membaca dan mendengarkan dan
mentadaburi isi nya.
5 Apa yang anda rasakan setelah
mengikuti MTQ?
Wah lebih spesifiknya kalau abis
tampil, rasanya tuh kayak plong
117
gitu terlepas dari baik buruknya
penampilan tersebut sih, rasanya
kayak anak pondok yang lagi
liburan you know lah ya hehehe.
6 Apakah dengan mengikuti
kekuatan hafalan anda semakin
meningkat? Atau sebaliknya?
Kalau menurut ana MTQ itu untuk
mencharge kembali kekuatan
hafalan, karena lebih termotivasi
tentunya, disisi lain bacaan dan
hafalan semakin baik dengan
adanya program TC, ana sangat
terbantu sekali karena setelah lulus
pondok bisa dibilang ana menjadi
otodidak karena tak lagi memiliki
guru yang mengontrol bacaan ana.
7 Bagaimana cara anda
mengulang hafalan saat ingin
mengikuti MTQ?
Biasanya sebulan menjelang
perhelatan MTQ ana fokus pada
hafalan yang akan dilombagakan
minimal sehari 2 juz lah, sisanya
mengulang yang lain. Trus sekitar
H- seminggu, ana usahakan untuk
membagi dua hafalan tersebut jadi
sehari 5 juz, nah kalua udah mepet
bener baru lah sehari semuanya
harus selesai wkwk the power of
kepepet.
118
8 Menurut anda apa manfaat atau
nilai positif dari kegiatan
MTQ?
MTQ ini sebagai motivasi untuk
mencharge kembali hafalan kita,
memperbaikinya sehingga menjadi
lebih baik lagi. Kemudian kita juga
mendapat lebih banyak teman dan
Ust dan Ustzh yang MasyaAllah
ilmunya dan sepemikiran dengan
kita sehingga memudahkan untuk
sharing ke banyak hal, selain itu
MTQ juga menambah uang jajan
kita sebagai anak remaja, sehingga
lebih meringankan beban orang tua.
9 Menurut anda apakah MTQ
berperan penting terhadap
kualitas hafalan yang anda
miliki?
Sangat, karena MTQ memotivasi
kita untuk menjadi lebih baik lagi
dan juga menjadi yang terbaik
tentunya. Hafalan yang tadinya
semrawut menjadi lebih tertata dan
yang sudah tertata semakin
gemilau.
Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru
Nama : Putri Syairah Laifa
Umur : 33 Tahun
Mengikuti Cabang : 30 Juz+ tafsir
Waktu Wawancara : 12 Juli 2020
119
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa motivasi anda menghafal
Al-Qur’an?
Berawal disuruh oleh TPA (Taman
Pendidikan Al-Qur’an), mulai
menghafal lagi SMA karena
penasaran melihat orang-orang
yang masih muda semangat dan
bisa menghafal
2 Dari tahun berapa anda
mengikuti MTQ?
1995
3 Apa motivasi anda mengikuti
MTQ?
Motivasi awal merasa terpacu
karena teman-teman yang lain bisa
lancar dan mendapat juara. Dan
saya harus bisa lancar juga seperti
mereka.
4 Apakah anda tahu mengenai
ayat tentang menjaga ayat-ayat
Al-Qur’an?
Secara khusus dirasa tidak ada,
tetapi termotivasi dari hadis
5 Apa yang anda rasakan setelah
mengikuti MTQ?
Apabila mendapat juara senang,
ada rasa kepuasan tersendiri
Ketika mendapat piala dan
piagam. Serta senang melihat
orang tua bangga.
6 Apakah dengan mengikuti
kekuatan hafalan anda semakin
meningkat? Atau sebaliknya?
Jelas. MTQ sangat mempengaruhi
kelancaran hafalan.
120
7 Bagaimana cara anda
mengulang hafalan saat ingin
mengikuti MTQ?
Tidak ada waktu khusus
mengulang, karena hafalan diulang
selalu setiap hari.
8 Menurut anda apa manfaat atau
nilai positif dari kegiatan MTQ?
Yang paling utama meningkatnya
hafalan Al-Qur’an.
9 Menurut anda apakah MTQ
berperan penting terhadap
kualitas hafalan yang anda
miliki?
Sangat
Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru
Nama : Rafika Dewi
Umur : 22 Tahun
Mengikuti Cabang : 20 Juz
Pendidikan : Mahasiswi
Waktu Wawancara : Sabtu 30 Mei 2020
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa motivasi anda menghafal
Al-Qur’an?
Ingin menjadi bagian penjaga dari
kalam Allah dan menjadi bagian
dari keluarga Allah di dunia dan
diakhirat.
2 Dari tahun berapa anda
mengikuti MTQ?
2013
3 Apa motivasi anda mengikuti
MTQ?
Bagian dari ikhtiar memperbaiki
bacaan, kuantitas, maupun
kualitas.
121
4 Apakah anda tahu mengenai
ayat tentang menjaga ayat-ayat
Al-Qur’an?
QS. Al-Hijr:9
5 Apa yang anda rasakan setelah
mengikuti MTQ?
Bahagia, karena kita dan teman-
teman seperjuangan jadi punya
waktu belajar dan murojaah yang
sangat intens dengan Al-Qur’an.
6 Apakah dengan mengikuti
kekuatan hafalan anda semakin
meningkat? Atau sebaliknya?
Ya, karena selaras dengan
jawaban sebelumnya yang
menjadikan kita lebih banyak
belajar dari kesalahan-kesalahan
lama ketika proses menghafal.
7 Bagaimana cara anda
mengulang hafalan saat ingin
mengikuti MTQ?
Caranya dengan metode 3 kli
putaran. Biasanya sebelum MTQ
saya membagi 3 putaran, Pertama:
10 hari khatam (ini dengan tempo
bacaan sangat lambat), kedua: 7
hari khatam (tempo bacaan
sedang), ketiga: 3 hari khatam
(tempo bacaan hadr). Yang
masing-masing juz dibagi sesuai
dengan target khatamnya.
8 Menurut anda apa manfaat atau
nilai positif dari kegiatan MTQ?
Sangat banyak manfaatnya,
diantaranya: menambah
pengalaman mental dipanggung.
122
Belajar menjaga hati dari rasa
ujub dll, menambah guru,
menambah jalinan pertemanan,
dan yang pastinya menambah
semangat untuk terus istiqomah.
9 Menurut anda apakah MTQ
berperan penting terhadap
kualitas hafalan yang anda
miliki?
Ya. Sangat berperan. Karena
sedikit banyaknya hafalan kita
pasti disimak oleh guru maupun
partener murojaah dalam training
center, dan kegiatan itu tidak akan
kita dapatkan jika murojaah
sendirian. Adanya berbagai
dorongan sebagai pemicu untuk
lebih teliti dalam murojaah
hafalan.
Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru
Nama : Santi Sundari
Umur : 17 Tahun
Mengikuti Cabang : 10 Juz
Pendidikan : SMA
Waktu Wawancara : Jum’at 22 Mei 2020
123
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa motivasi anda menghafal
Al-Qur’an?
Orang tua, ingin memberikan
mahkota kemuliaan kelak.
2 Dari tahun berapa anda
mengikuti MTQ?
2012
3 Apa motivasi anda mengikuti
MTQ?
Untuk meningkatkan kualitas
berinteraksi dengan Al-Qur’an.
4 Apakah anda tahu mengenai
ayat tentang menjaga ayat-ayat
Al-Qur’an?
QS. Az-Zukhruf:44
5 Apa yang anda rasakan setelah
mengikuti MTQ?
Bahagia
6 Apakah dengan mengikuti
kekuatan hafalan anda semakin
meningkat? Atau sebaliknya?
Ya. meningkat
7 Bagaimana cara anda
mengulang hafalan saat ingin
mengikuti MTQ?
Mengkhatamkan murojaah dalam
sehari Bersama ustadz.
8 Menurut anda apa manfaat atau
nilai positif dari kegiatan
MTQ?
Menurut saya hikmah positif nya
bisa mendapatkan pengalaman,
menambah saudara, menambah
ilmu, dll.
124
9 Menurut anda apakah MTQ
berperan penting terhadap
kualitas hafalan yang anda
miliki?
Iya sangat penting dan sangat
berpengaruh. Karena murajaah
hafalan lebih difokuskan.
Hasil Wawancara dengan Peserta MTQ Kota Pekanbaru
Nama : Shakhes Zaidan
Umur : 17 Tahun
Mengikuti Cabang : 5 Juz+ tilawah
Pendidikan : MAN
Waktu Wawancara : Sabtu 13 Juni 2020
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa motivasi anda menghafal
Al-Qur’an?
Memakaikan mahkota ke kepala
kedua ortu dan ingin menjadi
hafidz 30 juz yang mutqîn.
2 Dari tahun berapa anda
mengikuti MTQ?
2012
3 Apa motivasi anda mengikuti
MTQ?
Melatih mental, memperkuat
hafalan Qur’an, mencari
pengalaman, dan bisa
membahagiakan orang tua.
125
4 Apakah anda tahu mengenai
ayat tentang menjaga ayat-ayat
Al-Qur’an?
Tidak Tahu
5 Apa yang anda rasakan setelah
mengikuti MTQ?
Alhamdulillah senang kalua sudah
tampil maksimal dan mendapat
juara.
6 Apakah dengan mengikuti
kekuatan hafalan anda semakin
meningkat? Atau sebaliknya?
Iya
7 Bagaimana cara anda
mengulang hafalan saat ingin
mengikuti MTQ?
Setiap hari fokus murajaah 2 juz
8 Menurut anda apa manfaat atau
nilai positif dari kegiatan
MTQ?
Mengasah mental dan keberanian,
menambah teman dan belajar
dilingkungan baru, memotivasi diri
kita supaya bisa menambah
hafalan.
9 Menurut anda apakah MTQ
berperan penting terhadap
kualitas hafalan yang anda
miliki?
Iya, karena dengan mengikuti
MTQ kita bisa melihat seberapa
mutqin hafalan kita.
126
Hasil Wawancara dengan Pengurus LPTQ Kota Pekanbaru
Nama : Afrizal, SE, Sy
Jabatan : Sekretaris Umum LPTQ Kota Pekanbaru tahun 2018-
2024
Waktu Wawancara : Rabu, 1 Juli 2020
No Pertanyaan Jawaban
1 Tahun berapa MTQ Kota
Pekanbaru pertama kali
dilaksanakan?
1967
2 Apa tujuan dari MTQ ini
sendiri ?
Tujuan MTQ secara prinsip sebagai
syiar Al-Qur’an. Secara umum
mengacu pada visi misi Kota
Pekanbaru.
3 Cabang apa saja yang
pertama kali dilombakan?
Pertama kali cabang tilawah. Dulu
Namanya tilawah Ibtidaiyah,
Tsnawiyah, dan Aliyah. Sekarang
berubah nama menjadi tilawah anak-
anak, remaja, dan dewasa. Tahun
2000 baru diadakan cabang tahfiz
4 Bagaimana progress hafalan
para peserta di Kota
Pekanbaru ini?
Progres hafalan disini insyaAllah
setiap tahun meningkat. Karena
LPTQ punya program pembinaan
yang insyaAllah dilakukan rutin
setiap bulannya menjelang
pelaksanaan MTQ Kota, dengan
menghadirkan guru-guru yang
berkompeten dibidang itu.
127
5 Apa tujuan berdiri LPTQ
Kota Pekanbaru?
Tujuan LPTQ melaksanakan MTQ
yang jujur, berkualitas, dan
berprestasi di Kota Pekanbaru.
Melaksanakan program dan kegiatan
LPPTQ yang berorientasi pada
Pendidikan dan pengembangan
dalam memahami Al-Qur’an.
Menciptakan kader Qori-Qoriah,
Hafizh-Hafizhah, Khattat-
Khatattatah, Mufassir-Mufassirah
yang membumikan Al-Qur’an.
6 Dari tahun berapa LPTQ
berdiri?
1980
7 Siapa ketua umum LPTQ saat
ini?
Untuk ketua umum bersifat
struktural pemerintahan. Biasanya
walikota sekaligus menjabat ketua
umum LPTQ, jika walikota tidak
mau, diserahkan kepada wakil
walikota, jika wakil walikota tidak
mau diserahkan kepada sekretaris,
begitu seterusnya. Untuk saat ini
yang menjabat ketua umum LPTQ
yaitu wakil walikota Bapak Ayat
Cahyadi, M. Si
128
Hasil Wawancara dengan Dewan Hakim dan Pembina MTQ Kota Pekanbaru
Nama : Abdul Kholid, S.Ag
Jabatan : Dewan Hakim MTQ Kota Pekanbaru 2000 hingga
saat ini. Dewan Hakim MTQ Provinsi Riau 2009-
hingga saat ini
Waktu Wawancara : Senin, 15 Juni 2020
No Pertanyaan Jawaban
1 Dari tahun berapa bapak
bertugas sebagai dewan hakim
Kota Pekanbaru?
Dari tahun 2000 hingga saat ini
2 Dari tahun berapa bapak
bertugas sebagai pelatih atau
Pembina MTQ Kota
Pekanbaru?
Dari tahun 2017 hingga saat ini.
3 Bagaimana manfaat dari
kegiatan MTQ ini?
Semakin semarak tentang program
pengembangan Al-Qur’an mulai
dari cara membaca, tulisan, dan
memahami, kemudian cabang-
cabangnya bertambah. Menjadikan
masyarakat atau umat Islam
semakin memperbaiki
pemahamannya dan interaksi
dengan Al-Qur’an, Karena semua
cabang itu tujuannya untuk
memasyarakatkan Al-Qur’an
ditengah masyarakat mulai dari
membaca, memahaminya, dan
ujungnya pengamalkannya.
129
4 Bagaimana suka duka bapak
menjadi dewan hakim
sekaligus pembina?
Suka dukanya karena ini dibidang
Al-Qur’an, pelatih itu adalah
tanggung jawab moral, bagaimana
menjadikan Riau ini dari yang
tidak diperhitungkan menjadi
diperhitungkan kemampuannya.
Karena disini harus merupakan
putra-putri daerah, sekarang
Alhamdulillah Ketika saya
membantu memegang di bidang
tahfizh ini tampilnya maksimal.
Biasanya belum pernah Riau untuk
bidang tahfizh masuk final,
Alhamdulillah 2 tahun belakangan
ini dapat masuk final dan
menjuarai cabang 20 juz dan 30 juz
juara 2 dan juara 3. Untuk dukanya
belum ada sistem yang betul-betul
baku yang bisa dijadikan standar
untuk pelatih karena masih
bergantung suka tidak suka antara
panitia dan pengelola, seharusnya
segala sesuatu diukur dengan
standar kompetensi dan
kemampuan, bukan berdasarkan
senang atau tidak senang.
5 Bagaimana progress hafalan
para peserta selama mengikuti
Kalau peserta Alhamdulillah
semakin lama semakin bagus.
130
pembinaan dan perlombaan
MTQ di Kota ini?
Karena MTQ ini sudah terjadwal
mulai dari kelurahan hingga
provinsi sehingga para peserta tahu
kapan harus latihan kapan belajar.
Foto bersama dengan Ketua Umum
Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh
Nahdlatul Ulama (JQH-NU) Periode
2000-2004
Foto bersama dengan Sekretaris
Umum LPTQ Kota Pekanbaru
131
Wawancara dengan dewan
hakim dan Pembina MTQ
Kota Pekanbaru
Wawancara dengan peserta MTQ Kota Pekanbaru
134
Tentang Penulis
Adlina Avita Martias, lahir di Pekanbaru tanggal 19 April
1998. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari
pasangan Bapak Martias dan Ibu Devi Yustati. Ayahnya
berkerja di PT Chevron Pasific Indonesia, dan ibunya
adalah seorang guru disalah satu sekolah swasta di Kota
Pekanbaru Riau. Saat ini penulis tinggal bersama orang tuanya di Kota
Pekanbaru Provinsi Riau.
Penulis memulai Pendidikan di SD Cendana rumbai pada usia 6 tahun
dan menyelesaikan Pendidikan SD pada tahun 2010. Kemudian melanjutkan
ke jenjang sekolah menengah pertama di SMPIT Al-Ittihad Rumbai dan lulus
pada tahun 2013 sekaligus melanjutkan SMA di SMAIT Al-Ittihad lulus tahun
2016. Pada tahun 2016, penulis melanjutkan program Pendidikan Strata 1 di
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah,
Program Studi Ilmu Al-Qur’ an dan Tafsir.