pengaruh ketimpangan gender terhadap

96
PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI SULAWESI BARAT SKRIPSI Oleh INDAH RAHAYU NIM 105711110416 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Transcript of pengaruh ketimpangan gender terhadap

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI

SULAWESI BARAT

SKRIPSI

Oleh

INDAH RAHAYU

NIM 105711110416

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

ii

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP

PERTUMUHAN EKONOMI DI PROVINSI

SULAWESI BARAT

SKRIPSI

Oleh

INDAH RAHAYU

NIM 105711110416

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(SE) Pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati

Karya ilmiah ini kupersembahkan

kepada almamater, bangsa, dan agamaku

kepada kedua orang tuaku Suaib dan Hasiani tercinta

serta keluarga dan sahabat-sahabat yang tersayang

yang dengan tulus dan ikhlas selalu berdoa dan membantu

baik moril maupun materil demi keberhasilan penulis

MOTO HIDUP

Tetaplah berusaha untuk santai meski jiwamu terbantai

iv

v

vi

vii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan hidayah tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat salam

tak lupa pula penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para

keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai

manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Ketimpangan Gender

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sulawesi Barat”.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam

menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Studi Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih

kepada orang tua penulis Bapak “Suaib” dan Ibu “Hasiani” yang senantiasa

memberikan harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak

pamrih. Dan saudara-saudara tercinta yang senantiasa mendukung dan

memberikan semangat hingga akhir studi ini. Serta seluruh keluarga besar atas

segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi

keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka

berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia

dan akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula

penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan

dengan hormat kepada :

viii

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM., Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Asdar, SE., M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi

Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak Dr. Edi

Jusriadi, SE., MM. selaku Pembimbing I yang senantiasa

meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis

sehingga skripsi ini bisa selesai dengan baik. Ibu A. Nur Fitrianti,

SE., M.Si selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu

selama dalam penyusunan skripsi hingga selesai.

5. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak pernah lelah dalam

menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti proses

perkuliahan.

6. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar.

7. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi

Ekonomi Pembangunan Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama

yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi

penulis.

ix

8. Terima kasih kepada semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu

persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan

dukungan sehingga penulis dapat merampung penulisan skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih

sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kepada semua pihak utamanya

para pembaca yang budiman, penulis sangat mengharapkan saran dan

kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.

Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak, utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Makassar, Desember 2020

Penulis

x

ABSTRAK

INDAH RAHAYU, Tahun 2020. Pengaruh ketimpangan gender terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Sulawesi Barat. Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Edi Jusriadi dan Pembimbing II A. Nur Fitrianti.

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh pemahaman mengenai (1) Menganalisis pengaruh ketimpangan gender dari Rata-rata Lama Sekolah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat, (2). Menganalisis pengaruh ketimpangan gender dari Angka Harapan Hidup terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat, (3) Menganalisis pengaruh ketimpangan gender dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap pertumuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat, (4) Menganalisis pengaruh rata-rata lama sekolah, angka harapan hidup dan tingkat partisipasi angkatan kerja pada laki-laki dan perempuan secara bersama-sama diduga memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Barat. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode dokumentasi dan metode studi pustaka. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik anaisis yang digunakan yaitu analisis regresi berganda.. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa variabel Rata-Rata Lama Sekolah laki-laki memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan pada variabel Rata-Rata Lama Sekolah perempuan juga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel Angka Harapan Hidup laki-laki dan variabel Angka Harapan Hidup (perempuan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja laki-laki dan variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja perempuan memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel rata-rata lama sekolah laki-laki, angka harapan hidup laki-laki dan tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kata Kunci : Ketimpangan Gender , Pertumbuhan Ekonomi

xi

ABSTRACT

INDAH RAHAYU, Year 2020. The influence of gender inequality on economic

growth in the province of West Sulawesi. Thesis Program of Economic

Development Faculty of Economics and Business University of Muhammadiyah

Makassar. Guided by Supervisor I Edi Jusriadi and Supervisor II A. Nur Fitrianti.

The purpose of this study is to gain an understanding of (1) Analyzing the

influence of gender inequality from the Mean Years School on economic growth

in West Sulawesi Province, (2). Analyzing the influence of gender inequality from

Ratio of Life Expectancy on economic growth in West Sulawesi Province, (3)

Analyzing the influence of gender inequality from the Ratio of Labor Force

Participation on economic growth in West Sulawesi Province, (4) Analyzing the

influence of Mean Years School, Ratio of Life Expectancy, Ratio of Labor Force

Participation men and women together is thought to have an influence on

economic growth of West Sulawesi Province. This research uses secondary data

with documentation method and library study method. This research method is

descriptive with qualitative approach. Anaisis technique used is multiple

regression analysis.. From the results of the research that has been done, it was

obtained that the variable Mean Years School of men has a positive but

insignificant influence on economic growth while in the variable Mean Years

School women also have a positive and significant influence on economic

growth. Male Ratio of Life Expectancy variables and female Ratio of Life

Expectancy variables have a positive and significant influence on economic

growth. Male Ratio of Labor Force Participation variables and female Ratio of

Labor Force Participation variables have a negative and insignificant influence

on economic growth. The variable average length of male schooling, male life

expectancy and male labor force participation rates together have a significant

influence on economic growth.

Keywords: Gender Inequality, Economic Growth

xii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ...................................................................................................

HALAMAN JUDUL ...................................................................................

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...........................................

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................

HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................

KATA PENGANTAR ................................................................................

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ............................................................

ABSTRACT ..............................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................

DAFTAR TABEL ......................................................................................

DAFTAR GAMBAR/BAGAN ....................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

I

ii

iii

iv

v

vi

vii

x

xi

xii

xiv

xvi

xvii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 9

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 10

D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 11

1

1

11

11

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................

A. Tinjauan Teori ....................................................................................... 12

1. Teori Pertumbuhan ....................................................................... 12

2. Konsep Gender ............................................................................. 16

3. Ketimpangan Gender Terhadap Pendidikan ............................... 19

4. Ketimpangan Gender Terhadap Kesehatan ............................... 19

5. Ketimpangan Gender Terhadap Ketenagakerjaan ...................... 21

6. Hubungan Ketimpangan Gender Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi ................................................................. 22

B. Tinjauan Empiris .................................................................................. 22

13

13

13

17

20

20

21

22

24

xiii

C. Kerangka Konsep .............................................................................. 1 25

D. Hipotesis .............................................................................................. 27

26

28

BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................................

A. Jenis Penelitian ................................................................................... 29

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 29

C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran .................................. 29

D. Populasi Dan Sampel .......................................................................... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 31

F. Teknik Analisis .....................................................................................

30

30

30

30

31

32

32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............................................

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................

B. Hasil Penelitian ....................................................................................

C. Analisis dan Interpretasi ......................................................................

37

37

39

59

BAB V PENUTUP ..................................................................................................

A. Kesimpulan ..........................................................................................

B. Saran ...................................................................................................

63

63

64

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN

65

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 IPG Menurut Provinsi Di Indonesia, Tahun 2014-2019 ......... 2

Tabel 1.2 Angka Melek Huruf Usia 15 Tahun Keatas Provinsi

Sulawesi Barat Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2015-2019 ... 5

Tabel 1.3 Angka Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Sulawesi Barat

Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2014-2019 ............................ 6

Tabel 1.4 Sumbangan Pendapatan Perempuan Provinsi Sulawesi

Barat, Tahun 2014-2018 .......................................................... 7

Tabel 1.5 IPG dan Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) Perkapita Provinsi Sulawesi Barat, Tahun

2011-2019 ................................................................................ 9

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................. 24

Tabel 4.1 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Dari Data Pencapaian

Laki-Laki .................................................................................. 40

Tabel 4.2 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Dari Data Pencapaian

Perempuan .............................................................................. 42

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Pencapaian Laki-Laki .................... 49

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas Pencapaian Perempuan ............... 49

Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Pencapaian Laki-Laki ........................... 50

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Pencapaian Perempuan ....................... 51

Tabel 4.7 Hasil Uji Heterokedasitas Pencapaian Laki-Laki .................... 51

Tabel 4.8 Hasil Uji Heterokedasitas Pencapaian Perempuan ............... 52

Tabel 4.9 Hasil Uji T Statistik Pencapaian Laki-Laki .............................. 54

Tabel 4.10 Hasil Uji T Statistik Pencapaian Perempuan ........................... 55

xv

Tabel 4.11 Hasil Uji F Statistik Pencapaian Laki-Laki .............................. 57

Tabel 4.12 Hasil Uji F Statistik Pencapaian Perempuan .......................... 58

Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Pencapaian Laki-Laki .. 58

Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Pencapaian

Perempuan .............................................................................. 59

xvi

DAFTAR GAMBAR/BAGAN

Nomor Judul Halaman

Gambar 1.1 Angka Harapan Hidup di Provinsi Sulawesi Barat Menurut

Jenis Kelamin, Tahun 2014-2019 ............................................ 5

Gambar 1.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Provinsi Sulawesi Barat, Periode Agustus 2017- Agustus

2019 ......................................................................................... 8

Gambar 2.1 Skema Kerangka Konsep .............................................. ........ 28

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Pencapaian Laki-Laki .............................. 47

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Pencapaian Perempuan .......................... 48

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Uji Regresi Linear Berganda ............................................................... 68

2. Hasil Uji Normalitas ............................................................................. 69

3. Uji Multikolinearitas ............................................................................. 70

4. Uji Autokorelasi ................................................................................... 71

5. Uji Heterokedasitas ............................................................................. 73

6. Uji T Statistik ....................................................................................... 74

7. Uji F Statistik ....................................................................................... 75

8. Uji Koefisien Determinasi (R2) ............................................................ 75

9. Data Sebelum Diolah ......................................................................... 76

10. Surat Penelitian .................................................................................. 77

11. Surat Balasan penelitian ..................................................................... 78

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) atau konsep pembangunan

berkelanjutan yang dideklarasikan PBB pada September 2015 dimana salah satu

tujuan dari tujuh belas tujuan yang termuat didalamnya yaitu mencapai

kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak

perempuan. Hal tersebut menunjukan bahwa isu mengenai kesetaraan gender

merupakan masalah global yang dihadapi semua negara baik negara maju atau

negara berkembang termasuk di Indonesia.

Gender sendiri merupakan adanya perbedaan dan persamaan non

biologis antara perempuan dan laki-laki, dalam istilah ini seringkali disandingkan

dengan kesetaraan dalam hak sebagai makhluk hidup. Sedangkan kesetaraan

gender berarti dimana perempuan dan laki-laki memiliki status, kondisi dan

potensi dalam merealisasikan hak-haknya sebagai manusia dan berkontribusi

pada pembangunan nasional, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Wujud dari hal

tersebut yaitu tidak adanya diskriminasi antara penduduk perempuan dan laki-

laki dalam merasakan pembangunan nasional. Adanya ketidakadilan atau

ketimpangan dalam gender dapat mengakibatkan terhambatnya potensi

pembangunan negara.

Pemerintah Indonesia juga memiliki komitmen pada upaya mewujutkan

keadilan dan kesetaraan gender dengan mengeluarkan INPRES nomor 9 tahun

2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam pembangunan nasional yang

2

menginstruksikan seluruh pejabat negara untuk melaksanakan

Pengurusutamaan Gender diseluruh wilayah Indonesia.

Sitorus (2016) mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi berkaitan

dengan ketimpangan gender. Hubungan tersebut tak lepas dari masalah

pendidikan dan ketenagakerjaan. Indeks ketimpangan gender yang diproksi

dengan rasio (IPG/IPM) berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi,

dengan kata lain pertumbuhan ekonomi tidak hanya didorong oleh keberhasilan

kapabilitas dasar penduduk laki-laki tetapi juga penduduk perempuan.

Pencapaian Indeks Pembangunan Gender di Indonesia berubah setiap

tahunnya. Beberapa provinsi mengalami peningkatan setiap tahun namun juga

terdapat beberapa provinsi mengalami fluktuasi.

Table 1.1

IPG Menurut Provinsi di Indonesia, Tahun 2014-2019

Provinsi/Kabupaten/Kota Indeks Pembangunan Gender (IPG)

2014 2015 2016 2017 2018 2019

ACEH 91.5 92.07 91.89 91.67 91.67 91.84

SUMATERA UTARA 90.26 90.96 90.82 90.65 90.66 90.71

SUMATERA BARAT 94.04 94.74 94.42 94.16 94.17 94.09

RIAU 87.62 87.75 88.04 88.17 88.37 88.43

JAMBI 87.88 88.44 88.29 88.13 88.44 88.44

SUMATERA SELATAN 91.64 92.22 92.08 92.43 92.62 92.4

BENGKULU 91.02 91.38 91.06 91.34 91.37 91.19

LAMPUNG 89.62 89.89 90.3 90.49 90.57 90.39

KEP. BANGKA BELITUNG 87.74 88.37 88.9 88.93 89.15 89

KEPULAUAN RIAU 93.2 93.22 93.13 92.96 92.97 93.1

DKI JAKARTA 94.6 94.72 94.98 94.7 94.7 94.71

JAWA BARAT 88.35 89.11 89.56 89.18 89.19 89.26

JAWA TENGAH 91.89 92.21 92.22 91.94 91.95 91.89

D I YOGYAKARTA 94.31 94.41 94.27 94.39 94.73 94.77

3

JAWA TIMUR 90.83 91.07 90.72 90.76 90.77 90.91

BANTEN 90.99 91.11 90.97 91.14 91.3 91.67

BALI 93.32 92.71 93.2 93.7 93.71 93.72

NUSA TENGGARA BARAT 90.02 90.23 90.05 90.36 90.37 90.4

NUSA TENGGARA TIMUR 92.76 92.91 92.72 92.44 92.57 92.72

KALIMANTAN BARAT 84.72 85.61 85.77 86.28 86.74 86.81

KALIMANTAN TENGAH 89.33 89.25 89.07 88.91 89.13 89.09

KALIMANTAN SELATAN 88.46 88.55 88.86 88.6 88.61 88.61

KALIMANTAN TIMUR 84.75 85.07 85.6 85.62 85.63 85.98

KALIMANTAN UTARA 85.67 85.68 86.34 85.96 86.74 87

SULAWESI UTARA 94.58 94.64 95.04 94.78 94.79 94.53

SULAWESI TENGAH 92.69 92.25 91.91 91.66 92.08 92.01

SULAWESI SELATAN 92.6 92.92 92.79 92.84 93.15 93.09

SULAWESI TENGGARA 89.56 90.3 90.23 90.24 90.24 90.56

GORONTALO 85.09 85.87 86.12 86.64 86.63 86.83

SULAWESI BARAT 89.18 89.52 89.35 89.44 90.05 89.76

MALUKU 92.55 92.54 92.38 92.75 93.03 93.04

MALUKU UTARA 88.79 88.86 89.15 89.15 89.5 89.61

PAPUA BARAT 81.95 81.99 82.34 82.42 82.47 82.74

PAPUA 78.57 78.52 79.09 79.38 80.11 80.05

INDONESIA 90.34 91.03 90.82 90.96 90.99 91.07

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020

Berdasarkan tabel 1.1, mengambarkan bahwa angka indeks IPG di

Indonesia pada tahun 2014 sebesar 90,34 kemudian naik pada tahun 2015

sebesar 91,03 mengalami penurunan di tahun 2016 sebesar 90,82 kemudian

terus mengalami peningkatan secara perlahan di tahun selanjutnya yaitu sebesar

90,96 di tahun 2017, 90,99 di tahun 2018 dan 91,07 di tahun 2019.

Provinsi Sulawesi Barat sendiri memiliki angka indeks IPG pada tahun

2014 sebesar 89,18 kemudian naik pada tahun 2015 sebesar 89,52, sedikit

menurun pada angka 89,35 di tahun 2016, mengalami peningkatan sebesar

4

89,44 di tahun 2017 dan 90,05 di tahun 2018 dan kemudian kembali mengalami

penurunan di tahun 2019 sebesar 89,76.

Indeks IPG Provinsi Sulawesi Barat setiap tahunnya masih berada di

bawah rata-rata pencapaian secara nasional. Sari, Sarfiah dan Indrawati (2019)

mengemukakan bahwa semakin dekat angka IPG ke 100, maka semakin kecil

kesenjangan pembangunan laki-laki dan perempuan. Sehingga sudah sangat

jelas bahwa kondisi kesetaraan gender yang ada di Provinsi Sulawesi Barat

masih relatif rendah. Oleh karena itu peneliti mengambil Provinsi Sulawesi Barat

sebagai lokasi penilitian.

IPG memiliki komponen penyusun yang sama dengan IPM yaitu Angka

Harapan Hidup (AHH), Angka Melek Huruf (AMH), Rata-Rata Lama Sekolah

(RLS) dan pengeluara perkapita yang dilihat dari dimensi laki-laki dan

perempuan. Perubahan angka IPG selama periode 2014-2019 tentu di pengaruhi

oleh komponen-komponen tersebut, atau dengan kata lain terjadi perubahan

pada kualitas dasar hidup perempuan dalam hal pendidikan, kesehatan dan

hidup layak pada periode tersebut.

Angka harapan hidup di Provinsi Sulawesi Barat mencerminkan derajat

kesehatan maysarakat, baik dari sarana prasarana, akses maupun kualias

kesehatan. Secara tidak langsung, peningkatan angka harapan hidup di Provinsi

Sulawesi Barat menunjukkan derajat kesehatan masyarakat yang semakin baik

dalam semua aspek kesehatan.

5

Gambar 1.1 Angka Harapan Hidup Provinsi Sulawesi Barat Menurut Jenis

Kelamin, Tahun 2014-2019 (Tahun)

Gambar 1.1, menunjukkan perbedaan Angka Harapan Hidup (AHH) laki-

laki yang memiliki kecenderungan empat tahun lebih rendah dibandingkan Angka

Harapan Hidup (AHH) perempuan. Meskipun begitu selama periode data

tersebut terjadi peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH) laki-laki mengalami

peningkatan dari 62,18 persen ditahun 2014 menjadi 62,96 ditahun 2019 dan

Angka Harapan Hidup (AHH) perempuan dari 66 persen ditahun 2014 menjadi

66,78 ditahun 2019.

Kesempatan dalam memperoleh pendidikan yang setara antara laki-laki

dan perempuan di Sulawesi Barat belum sepenuhnya terpenuhi, hal tersebut

dapat dilihat pada angka melek huruf usia 15 tahun keatas dan rata-rata-rata

lama sekolah.

Tabel 1.2

Angka Melek Huruf Usia 15 Tahun Keatas Provinsi Sulawesi Barat Menurut

Jenis Kelamin, Tahun 2015-2019

Tahun Laki-laki Perempuan

2015 96.58 94.57

2016 96.17 94.34

2017 95.71 95.01

2018 96.37 93.61

2019 96.91 95.24

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020

55

60

65

70

2014 2015 2016 2017 2018 2019Us

ia (

tah

un

) laki-laki

perempuan

6

Berdasarkan tabel 1.2, kemampuan membaca dan menulis penduduk

laki-laki dan penduduk perempuan usia 15 tahun keatas. Pada tahun 2015

penduduk perempuan persentasinya sedikit lebih rendah sebesar 94,57

dibandingkan 96,58 pada penduduk laki-laki. Meskipun rata-rata perempuan tiap

tahunnya berada diawah persentasi rata-rata laki-laki tetapi terus mengalami

kenaikan sampai ditahun 2017, sempat mengalami penurunan sekitar 2 persen

di tahun 2018 kemudian kembali meningkat sebesar 95,24 di tahun 2019.

Sedangkan pada penduduk laki-laki sejak tahun 2015 sampai 2017 mengalami

penurunan, kemudian pada 2018 baru mengalami kenaikan sebesar 96,37

persen dan 96,91 persen pada tahun 2019.

Angka rata-rata lama sekolah mengambarkan rata-rata jumlah tahun

dalam menempuh pendidikan formal penduduk usia 15 tahun keatas.

Pencapaian Provinsi Sulawesi Barat pada angka rata-rata sekolah mengalami

kenaikan tetapi masih tedapat gap antara pencapaian penduduk laki-laki dan

perempuan.

Tabel 1.3

Angka Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Sulawesi Barat Menurut Jenis Kelamin,

Tahun 2015-2019 (Tahun)

Tahun Laki-laki Perempuan

2014 7.32 6.45

2015 7.33 6.71

2016 7.4 6.91

2017 7.55 7.08

2018 7.66 7.28

2019 8 7.5

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020

7

Peningkatan persentasi penduduk laki-laki sebesar 7,32 tahun pada

tahun 2014 menjadi 8 tahun pada 2019. Sedangkan penduduk perempuan pada

tahun 2014 sebesar 6,45 tahun menjadi 7,5 tahun pada 2019. Gap sebesar 0,5

tahun pada 2019 menunjukkan rata-rata penduduk laki-laki mengenyam

pendidikan formal lebih lama dibandingkan penduduk perempuan.

Sumbangan pendapatan perempuan di Provinsi Sulawesi Barat

mengalami kenaikan tiap tahunnya, terdapat kabupaten yang pencapaiannya

diatas pencapaian provinsi tapi juga terdapat beberapa jauh dibawah pencapaian

provinsi.

Tabel 1.4

Sumbangan Pendapatan Perempuan Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2014-2018

Kabupaten dan Provinsi

Sumbangan Pendapatan Perempuan (Persen)

2014 2015 2016 2017 2018

Majene 38.04 38.37 - 38.42 38.48

Polewali Mandar 36.41 37.32 - 37.22 37.29

Mamasa 25.7 25.57 - 25.67 25.55

Mamuju 27.62 27.93 - 27.99 28.09

Pasangkayu 19.76 18.87 - 18.98 19.1

Mamuju Tengah 22.18 22.02 - 21.99 22.09

Sulawesi Barat 36.11 36.17 36.2 36.21 36.26

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020

Sumbangan pendapatan perempuan Provinsi Sulawesi Barat rata-rata

sebesar 36 persen. Kabupaten Majene mendapatkan persentasi jumlah tertinggi

sebesar 38,48 di ikuti kabupaten Polewali Mandar sebesar 37.29 pada tahun

2018. Sedangkan dua kabupaten terendah yaitu kabupaten Mamasa sebesar

25,55 pada tahun 2018 dan kabupaten Pasangkayu yang hanya 19.1 persen.

8

Tingkat partisipasi angkatan kerja menunjukkan besaran persentase

penduduk usia kerja yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomi. Untuk

Provinsi Sulawesi Barat terdapat kesenjangan dalam tingkat partisipasi angkatan

kerja laki-laki dan perempuan.

Gambar 1.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis

Kelamin Provinsi Sulawesi Barat, Periode Agustus 2017 – Agustus 2019

Berdasarkan gambar 1.2, tingkat partisipasi perempuan lebih rendah

sekitar 30-34%. Hal ini dipengaruhi oleh budaya di Indonesia, dimana laki-laki

sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga sehingga ketika memasuki usia

kerja akan terjung dan terlibat langsung dalam kegiatan perekonomian.

KPPA (2016) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi berkaitan

dengan ketimpangan gender, membaiknya kesetaraan gender dapat berdampak

signifikan pada pertumbuhan ekonomi.

0

20

40

60

80

100

2017 2018 2019

per

sen

laki-laki

perempuan

9

Tabel 1.5

IPG dan Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita

Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2011-2019

Tahun Indeks

Pembangunan Gender (IPG)

Laju Pertumbuhan PRODUK

DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Perkapita

(persen)

2011 87.6 8.59

2012 87.9 7.15

2013 88.56 4.89

2014 89.18 6.79

2015 89.52 5.30

2016 89.35 4.04

2017 89.44 4.43

2018 90.05 4.32

2019 89.76 3.77

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020

Berdasarkan tabel 1.5, pencapaian IPG Provinsi Sulawesi Barat selama

periode 2011-2019 mengalami fluktuasi begitupula dengan laju pertumbuhan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita selama periode 2011-2019.

Selama periode 2011-2015 pecapaian IPG setiap tahunnya mengalami

peningkatan namun tidak diikuti dengan pencapaian laju petumbuhan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) dimana pada pada tahun 2011 sebesar 8.59

persen kemudian menurun hingga pada 2013 sebesar 4.89 persen naik sebesar

6.79 persen di tahun 2014 kembali menurun di tahun 2015 sebesar 5.30 persen.

Pada tahun 2016 pecapainan IPG menurun sebesar 89.35 persen diikuti laju

pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita yang juga

menurun sebesar 4.04 persen. Pada tahun 2017 IPG dan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) mengalami peningkatan yaitu masing-masing 89.44

10

persen dan 4.43 persen. Pada tahun 2018 pencapaian IPG mengalami kenaikan

yaitu 90.05 persen dan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) perkapita mengalami penrunan sebesar 4.32 persen. Terakhir pada

tahun 2019 pencapaian IPG dan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) perkapita mengalami penurunan yaitu masing-masing 89.76

persen dan 3.77 persen.

Upaya pembangunan manusia di Provinsi Sulawesi Barat telah banyak

mengalami kemajuan, namun belum sepenuhnya mampu mengatasi

ketidaksetaraan gender terutama pada perempuan. Amory (2019) mengatakan

kurangnya peran perempuan terhadap pembangunan perekonomian di Sulawesi

Barat. Padahal keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi merupakan

kunci untuk menuntaskan kemiskinan yang berpengaruh dalam pertumbuhan

ekonomi. Menahan investasi perempuan dalam hal pendidikan dan kesehatan

yang rendah menurunkan tingkat modal manusia masyarakat sehingga ikut

menurunkan tingkat pendapatan. Rendahnya pendidikan dan keterampilan

perempuan serta kesehatan dan terbatasnya akses sumber daya membatasi

produktivitas, pertumbuhan ekonomi dan mengurangi efekivitas pembangunan

secara keseluruhan. Atau dengan kata lain isu mengenai ketimpangan dan/atau

kesetaraan gender menjadi sangat penting dalam upaya mendorong

keberhasilan pembangunan.

Berdasarkan uraian latar belakang, maka peneliti mengambil judul:

“Pengaruh Ketimpangan Gender Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi

Sulawesi Barat” guna menganalisis mengenai pengaruh ketimpangan gender

terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

11

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah indikator dairi variabel ketimpangan gender yaitu

Rata-Rata Lama Sekolah, Angka Harapan Hidup dan Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Apakah ketimpangan gender dari Rata-rata Lama Sekolah berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat?

2. Apakah ketimpangan gender dari Angka Harapan Hidup berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat?

3. Apakah ketimpangan gender dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka yang menjadi

tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh ketimpangan gender dari Rata-rata Lama Sekolah

terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

2. Menganalisis pengaruh ketimpangan gender dari Angka Harapan Hidup

terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

3. Menganalisis pengaruh ketimpangan gender dari Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja terhadap pertumuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi

Barat.

12

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pihak-pihak yang membutuhkan, baik secara teoritis maupun praktis,

diantaranya:

1. Manfaat teoritis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan yang

lebih mendalam mengenai pengaruh ketimpangan gender terhadap

pertumbuhan ekonomi, selain itu juga dapat dijadikan acuan bagi

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

a. Lembaga penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

b. Bagi penulis sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan dan

tambahan wawasan mengenai pengaruh ketimpangan gender

terhadap pertumbuhan ekonomi

c. Bagi pembaca diharapkan mampu memberikan referensi bagi

pembaca dan berguna untuk penelitian serupa dimasa depan.

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Teori

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Prawoto (2019) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah

masalah ekonomi jangka panjang, hal ini menyangkut tentang kualitas sumber

daya manusia, ketersediaan sumberdaya alam dan posesnya terjadi output

sehingga menjadi pendapatan bagi masyarakat. Atau lebih jelasnya

pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka

panjang. Peningkatan pada output per kapita terjadi karena terdapat kenaikan

faktor produksi yang digunakan selama proses produksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu

masyarakat adalah meliputi: (Subandi, 2019)

a) Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah

(lahan), peralatan fiskal, dan sumber daya manusia (human resources).

b) Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan

kenaikan jumlah angkata kerja (labor forces) yang secara umum

dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan

ekonomi.

c) Kemajuan teknologi, merupakan faktor yang paling penting bagi

pertumbuhan ekonomi. Kemajuan teknologi dapat dikelompokkan dalam

3 macam, yaitu: netral, hemat tenaga kerja (labor saving), dan hemat

modal (capital saving).

14

Adapun beberapa teori pertumbuhan ekonomi berunjuk pada teori ahli

ekonomi antaralain:

a. Teori pertumbuhan Adam Smith

Adam Smith menekankan pertumbuhan ekonomi pada dua aspek

utama, yaitu pertumbuhan output dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan

output terkait dengan tiga unsur sistem reproduksi, yaitu sumber daya alam,

sumber daya manusia dan stok kapital. Aspek kedua dalam pertumbuhan

ekonomi menurut smith adalah pertumbuhan penduduk, jumlah penduduk

akan meningkat jika tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah

subsisten yaitu tingkat upah pas-pasan untuk hidup (Prawoto, 2019).

b. Teori pertumbuhan Rostow

Dalam buku The Stage of Econommic Growth: a non-communist

manifesto yang terbit pada tahun 1960 W.W. Rostow mengembangkan

tahap-tahap pertumbuhan. Rostow proses pembangunan ekonomi dapat

dibedakan dalam lima tahap dan setiap negara berada dalam salah satu

tahap pembangunan tersebut: (Subandi, 2019)

1) Masyarakat tradisional (The Tradisional society)

2) Prasyarat lepas landas (The precondition for take off)

3) Tahap lepas landas (The take off)

4) Tahap gerak menuju kematangan (The drive to maturity)

5) Tahap konsumsi masa tinggi (The age of high mass consumption)

c. Teori pertumbuhan Neoklasik (Solow-Swan)

Teori Solow-Swan membangun model pertumbuhan ekonomi yang

berpusat pada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital,

15

kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan

ekonomi. (Prawoto, 2019).

Asumsi Solow-Swan sebagai berikut:

1) Full employment, karena bekerjanya mekanisme pasar. Diasumsikan

bahwa perekonomian adalah tertutup. Dalam perekonomian, perusahaan

memproduksi barang dengan kombinasi tenaga kerja dan modal. Dalam

perekonomian tidak ada intervensi pemerintah, sehingga perhitungan

pendapatan nasional berdasarkan pengeluaran agregat

(2.1)

(2.2)

Persamaan (2.2), pengumpulan saving tersebut seluruhnya digunakan

untuk investasi yang nantinya akan menyebabkan peningkatan

pendapatan nasional

2) Teknologi dan populasi merupakan faktor eksogen. Capital output ratio

(COR) memiliki sifat yang dinamis, artinnya dalam menghasilkan tingkat

output tertentu dibutuhkan kombinasi yang seimbang antara kapital dan

tenaga kerja. Jika pengunaan kapital tinggi maka penggunaan tenaga

kerja akan rendah, dan sebaliknya. Pokok pemikiran lainya adalah dalam

fungsi produksinya, adanya teknologi yang terargumenstasi pada faktor-

faktor produksi seperti kapital dan labor

( ) (2.3)

( ) (2.4)

3) Persamaan (2.3) terlihat bahwa teknologi melekat pada variable labor,

yang nentinya akan berdampak pada penerapan pola produksi yang di

suatu negara yang lebih labor intensive. Persamaan (2.3) ini disebut

16

sebagai purely labor augmenting, sedangkan pada persamaan (2.4)

terlihat bahwwa teknologi melekat pada kapital, yang nantinya berdampak

pada pola produksi yang cenderung lebih capital intensive. Persamaan

(2.4) disebut sebagai purely capital augmenting.

Teori pertumbuhan Neo-Klasik pada umumnya didasarkan pada

fungsi produksi yang telah dikembangkan oleh Charles Cobb dan Paul

Douglash yang sekarang dikenal dengan sebutan fungsi produksi Cob-

Douglas. Fungsi tersebut dituliskan dengan cara berikut

(2.5)

Dimana = T ingkat produksi

= Tingkat teknologi

= Jumlah stok barang

= Jumlah tenaga kerja

α = pertambahan output oleh pertambahan satu unit modal

β = Pertambahan output oleh pertambahan satu unit tenaga kerja

d. Teori Harrod-Domar: Akumulasi Modal

Teori Harrod-Domar merupakan perluasan dari analisis Keynes

mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja

(Subandi, 2019). Dengan mode pertumbuhan sebagai berikut:

Tabungan (S) merupakan suatu proporsi (s) dari output total (Y), oleh

karena itu kita mempunyai persamaan sederhana sebaai berikut

(2.6)

Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan stok modal dan

dilambangkan dengan DK maka

(2.7)

17

Akan tetapi stok modal (K) mempunyai hubungan langsun dengan output

total (Y), seperti ditunjukkan oleh COR atau k, maka

(2.8)

Akhirnya, karena tabungan (S) harus sama denan investasi total (I),

maka

(2.9)

Dari ketiga persamaan diatas bias dituliskan identitas sebagai berikut

(2.10)

Akhirnya dapat dirumuskan rumuskan sebagai berikut

(2.11)

ΔY/Y pada persamaan menunjukkan tingkat pertumbuhan output (persentase

perubahan output)

Persamaan Harrod-Domar yang disederhankan, yang menunjukkan

bahwa tingkat pertumbuhan output (ΔY/Y) ditentukan secara bersama oleh

rasio tabungan (s) dan rasio modal output (COR=k).

2. Konsep Gender

Mosse (2018) menyebut gender secara mendasar berbeda dari jenis

kelamin biologis. Jenis kelamin biologis merupakan pemberian; kita dilahirkan

sebagai seorang laki-laki atau seorang perempuan. Tetapi jalan yang menjadikan

maskulin atau feminine adalah gabungan blok-blok bangunan biologis dasar dan

interprestasi biologis oleh kultur. Gender adalah seperangkat peran yang seperti

halnya kostum dan topeng di teater, menyampaikan kepada orang lain bahwa

seseorang adalah feminine atau maskulin. Perangkat perilaku khusus ini yang

mencakup penampilan, pakaian, sikap, kepribadian, bekerja di dalam dan diluar

18

rumah tangga, seksualitas, tanggung jawab keluarga dan sebagainya secara

bersama-sama memoles peran gender.

Gender dapat menentukan akses kita terhadap pendidikan, kerja, alat

sumber daya yang diperlukan untuk industri dan keterampilan. Gender bisa

menentukan kesehatan, harapan hidup, dan kebebasan gerak. Gender akan

menentukan seksualitas, hubungan dan kemapuan untuk membuat keputusan

dan bertindak secara autonom. Gender bisa menjadi satu-satunya faktor

terpenting dalam membentuk seseorang.

Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

(2017) bahwa gender mengacu pada perbedaan peran, perilaku, fungsi dan

status pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari konstruksi sosial budaya.

Terkait konsep gender tidak lepas dari konsep kesetaraan dan keadilan gender.

Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya

diskriminasi antara perempuan dan laki-laki.

Diskriminasi terhadap perempuan sudah terjadi dalam proses yang cukup

panjang. Paham patriarki yang membentuk pemikiran bahwa laki-laki dianggap

superior dalam semua lini kehidupan telah memicu terjadinya diskriminasi.

Perbedaan perilaku, status, dan otoritas antara laki-laki dan perempuan menjadi

hal yang turun temurun dipraktikan di masyarakat. Ketidakadilan gender

tersebut termanifestasi dalam bentuk stereotype, marjinalisasi, subordinasi dan

tindak kekerasan terhadap perempuan (kajian lanjutan indeks ketimpangan

gender, 2017) .

Menurut Ratnawati dkk (2018) ketidakadilan gender dapat bersifat:

a) Langsung, yaitu pembedaan perlakuan secara terbuka dan berlangsung, baik

disebabkan perilaku/sikap, norma/nilai, maupun aturan yang berlaku.

19

b) Tidak langsung, seperti peraturan sama, tapi pelaksanaanya menguntungkan

jenis kelamin tertentu.

c) Sistemik, yaitu ketidakadilan yang berakar dalam sejarah, norma atau

struktur dalam sejarah, norma atau struktur masyarakat yang mewariskan

keadaan yang bersifat membeda-bedakan.

Ketidakadilan gender menurut beberapa pakar timbul dalam bentuk:

a) Stereotype pembelaan atau penandaan yang seringkali bersifat negatif

secara umum dan melahirkan ketidakadilan.

b) Kekerasan (violence) kekerasan berbasis gender, kekerasan tersebut terjadi

akibat dari ketidakseimbangan posisi tawar (bargaining position) atau

kekuasaan antara perempuan dan laki-laki.

c) Marginalisasi peminggiran terhadap kaum perempuan terjadi secara

multidimensional yang disebabkan oleh banyak hal bias berupa kebijakan

pemerintah, tafsiran agama, keyakinan, tradisi dan kebiasaan, atau

pengetahuan.

d) Subordinasi penomorduaan ini pada dasarnya merupakan keyakinan bahwa

jenis kelamin tertentu dianggap lebih penting atau lebih utama dibandingkan

jenis kelamin lainya

e) Beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (double burden) adanya bahwa

perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin serta tidak cocok untuk

menjadi kepala keluarga berakibat semua pekerjaan domestik rumah tangga

menjadi tanggung jawab perempuan.

20

3. Ketimpangan Gender di Bidang Pendidikan

Khayria dan Feki (2015) menyatakan ketidaksetaraan dalam pendidikan

dapat mencegah pengurangan tingkat kesuburan, angka kematian bayi dan

mungkin juga memiliki efek negatif pada pendidikan anak dan kesehatan.

Kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak (2016)

menyatakan pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam

pembedayaan perempuan karena pendidikan akan membuat perempuan

mengetahui teknologi, sehingga ia mampu memanfaatkan sumberdaya untuk

meningkatkan kesejahteraan. Namun, perlu diingat pula seiring dengan

meningkatnya kapabilitas perempuan maka akan meningkatkan human capital

dan pada gilirannnya akan berperan besar dalam pembangunan.

Amory (2019) menjelaskan bahwa perluasan kesempatan memperoleh

pendidikan dasar bagi anak-anak perempuan menunjukakan tingkat

pengembalian investasi tertinggi dibandingkan dengan investasi dibidang lainnya.

4. Ketimpangan Gender di Bidang Kesehatan

Ketimpangan gender dalam kesehatan timbul akibat adanya ketidakadilan

dan ketidaksetaraan gender, yaitu adanya diskriminasi dan kegagalan negara

dan masyarakat dalam pemenuhan hak-hak seksual dan reproduksi perempuan

(kajian lanjutan indeks ketimpangan gender, 2017).

European Institute for Gender Equality (2020) menyatakan perbedaan

gender lebih relevan ketika mempertimbangkan alasan untuk kebutuhan medis

yang belum terpenuhi. Perempuan biasanya lebih mungkin daripada laki-laki

untuk dibatasi dalam mengakses layanan medis. Ini bias menjadi biaya

perewatan medis yang dapat sangat mahal, waktu dan hambatan geografis yang

disebabkan oleh daftar tunggu dan jarak untuk berpergian untuk perawatan. Pria

21

lebih mungkin daripada wanita untuk menyatakan alasan lain, seperti kurangnya

waktu.

Gender memainkan peran tertentu dalam insiden dan prevalensi jenis

patologi tertentu , tetapi juga dalam pengobatan mereka dan dampaknya dalam

hal pemulihan. Hal ini disebabkan oleh adanya hubungan aspek biologis, perilaku

psikologis dan budaya (etnis, sosial dan agama), kondisi sosial ekonomi dan fitur

sistem kesehatan. Beberapa faktor dapat memperburuk ketidaksetaraan gender

dalam kesehatan dan kesejahteraan, seperti perbedaan sumberdaya ekonomi

dan beban tanggung jawab keluarga dan perawatan, serta kemiskinan dan

isolasi. Dengan demikian, perempuan sangat rentan, terutama dalam hal

keuangan, ketika datang untuk mengakses layanan kesehatan.

Lebih lanjut European Institue for Gender Inequality (2020) menyatakan

bahwa perbedaan gender utama dan ketidaksetaraan dalam sektor kebijakan

kesehatan adalah sebagai berikut:

a) Perbedaan gender dalam status dan perilaku kesehatan

b) Ketidaksetaraan gender dan hambatan dalam hal akses ke layanan

kesehatan

c) Kesehatan seksual dan reproduksi

d) Pemisahan gender dalam tenaga kerja kesehatan

e) Pelatihan dan pendidikan yang sensitive terhadap gender bagi para

professional kesehatan

5. Ketimpangan Gender di Bidang Ketenagakerjaan

Menurut Ali (2015) diskriminasi gender dalam pekerjaan dan keterlibatan

angkatan kerja menciptakan masalah dalam bentuk pengurangan potensi tenaga

kerja dengan mengurangi bahwa kolom keterampilan dan kemampuan dari

22

perusahaan mana dapat mengilustrasikan dan memilih. Ini penurunan dan

minimalisasi dalam keterampilan, bakat dan kemampuan angkatan kerja. Adalah

salah satu kunci dan faktor yang luar biasa dalam pengurangan pertumbuhan

ekonomi. Juga kesenjangan upah antara pria dan perempuan adalah salah satu

penyedia utama untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungi Anak

(2016) penyebab rendahnya angka partisipasi perempuan dalam pasar tenaga

kerja antara lain:

a) Persepsi terkait peran domestik perempuan;

b) Berkaitan dengan persepsi teresebut adalah pereangkat pengukuran,

penentuan, atau definisian pekerjaan perempuan;

c) Sifat musiman, paruh waktu, dan informal dari kebanyakan pekerjaan

perempuan

Diskriminasi perempuan tersebut banyak terjadi sehingga memicu adanya

ketidaksetaraan gender dalam pasar tenaga kerja. Kecenderungan perempuan

menerima upah antar gender tersebut terjadi lantaran posisi pekerja perempuan

yang rendah atau pandangan nilai ekonomis yang rendah terhadap pekerja

perempuan. Perbedaan upah terjadi karena wanita cenderung berada pada

sektor jasa seperti kedokteran, kesehatan dan pendidikan. Segregasi pekerjaan

antar laki-laki dan perempuan tersebutlah yang menyebabkan kesenjangan upah

antar gender.

6. Hubungan Ketimpangan Gender Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Ketidaksetaraan gender dalam pendidikan ditemukan memiliki dampak

negatif pada pertumbuhan ekonomi dengan pengurangan modal rata-rata

23

manusia dan pengucilan peluang pendidikan perempuan berbakat yang dapat

berbuat lebih baik daripada lelaki (Amory,2019).

Kim, Lee dan Shin (2016) mengatakan pengaruh kesenjangan gender

dalam pendidikan pada pertumbuhan ekonomi terutama timbul dari dampak

pendidikan perempuan pada kesuburan dan pada penciptaan modal manusia

untuk generasi berikutnya. Perempuan partisipasi buruh dapat memiliki efek

langsung mekanisme pada PDB per kapitakarena sumber daya produksi rumah

tangga dialihkan ke produksi pasar, yang ditangkap oleh pengukuran PDB.

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi kesetaraan gender dalam

berbagai dimensi dapat menjadi alat yang efektif untuk mempromosikan

pertumbuhan ekonomi (khayria dan feki, 2015).

Kim, Lee dan Shin (2016) mengemukakan bahwa jika ketidaksetaraan

gender sepenuhnya dihapus, pendapatan perkapita akan 30,2% lebih tinggi

daripada ekonomi benchmark setelah satu generasi dan 71,1% lebih tinggi

setelah dua generasi. Juga menemukan bahwa pendapatan agregat ekonomi

setara gender hipotesis akan 6,6% dan 14% lebih tinggi dari ekonomi benchmark

setelah satu atau dua generasi, masing-masing. Hasil ini menunjukkan bahwa

dengan menghilangkan ketidaksetaraan gender, tingkat pertumbuhan tahunan

pendapatan perkapita dan pendapatan agregat dapat ditingkatkan dengan

masing-masing 1% dan 0,2%. Bahwa efek peningkatan pertumbuhan dari

kesetaraan gender lebih besar dari atau paling tidak sebanding dengan kebijakan

lain yang dipertimbangkan dalam negara. Juga menemukan bahwa kebijakan

kesetaraan gender yang menurunkan biaya penitipan anak atau meningkatkan

waktu pria untuk produksi rumah dapat berkontribusi positif terhadap

pertumbuhan output agregat.

24

B. Tinjauan Empiris

Berikut beberapa penelitian yang telah dilakukan yang berkaitan dengan

judul penelitian:

Table 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Nama/ Tahun

Judul dan Penulis Teknik Analisis

Hasil

1 Idham Hardinata (2019)

Ketimpangan Gender dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kesehatan, Pendidikan dan Ketenagakerjaan

Regresi data panel dan pendekatan PGLS

Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel sekunder dan variabel bebas rasio angka harapan hidup laki-laki mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi lai angka harapan hidup perempuan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi serta rata-rata lama sekolah laki-laki dan perempuan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sedangkan variabel bebas lainnya yaitu tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi serta tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Serta secara simultan rasio angka harapan hidup laki-laki dan perempuan, rata-rata lama sekolah laki-laki dan perempuan, serta tingkat partisipasi angkatan kerja mempunyai pengaruh positif

25

terhadap pertumbuhan eknomi di Indonesia

2 Ulung Purba (2016)

Analisis Pengaruh Ketimpangan gender Terhadap Pertumbuhan ekonomi di Propinsi Lampung

Fixed Effect

Model (GLS)

Dari variable bebas rasio angka harapan hidup dan rasio rata-rata lama sekolah mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. sedangkan dari variable bebas rasio tingkat partisipasi angkatan kerja berpengarh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung

3 Agnes Vera Yanti Sitorus (2016)

Dampak Ketimpangan Gender Terhadap Perrtumbuhan ekonomi di Indonesia

Analisis deskriptif Regresi data panel dan Fixed Effect Model (GLS)

Menunjukkan masih terdapat ketimpangan gender di Indonesia. Hal ini terlihat peningkatan Indeks Pembangunan Gender (IPG) belum mampu mengurangi gap secara nyata dalam pencapaian kapabilitas dasar antara laki-laki dan perempuan. Gap antara IPM dengan IPG terlihat tetap dan cenderung tidak berubah dari besarannya, dimana rasio (IPG/IPM) masih tetap berada pada kisaran 93 persen selama priode 2004-2011

4 Riska Puspita Sari, Sudati Nur Sarfiah, dan Lucia Rita Indrawati (2019)

Anlisis Pengaruh Ketimpangan Gender Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)) Tahun 2011-2017 (Studi Kasus 6 Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah)

Analisis data panel dan Fixed Effect Model (FEM)

Variable ketimpangan gender dalam pendidikan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada kota di Jawa Tengah pada tahun 2011-2017. Variable ketimpangan gender dalam kesehatan yaitu memiliki pengaruh yang positf dan sinifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada kota di Jawa Tengah tahun 2011-2017. Variable ketimpangan gender dalam ketenagakerjaan memiliki pengaruh yang negatif dan signiikan terhadapa Produk Domestik Regional Bruto

26

(PDRB) pada kota di jawa tengah tahun 2011-2017. Ketimpangan gender dalam pendidikan, ketimpangan gender dalam kesehatan dan ketimpangan gender dalam ketenagakerjaan secara bersama-sama memilki pengaruh yang signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada kota-kota yang ada di jawa tengah tahun 2011-2017.

5 Liza Nasmi, dan Abd Jamal (2018)

Pengaruh Ketimpangan Gender Terhadap Pertumbuhan Ekonomian di Indonesia

deskriptif, kuantitatif dan analisis regresi berganda

IPG berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang menunjukkan bahwa IPG belum tentu berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. IPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan indeks IPM akan menaikkan pertumbuhan ekonomi

C. Kerangka Konsep

Pada dasarnya pembangunan ekonomi dipusatkan pada usaha-usaha

untuk menigkatkan pertumbuhan ekonomi. Upaya untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi tesebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

memperbaiki kualitas hidup masyarakat tanpa membedakan jenis kelamin, suku

dan agama. Akan tetapi dalam pelaksanannya masih terjadi pengabaian

terhadap kesetaraan dan keadilan gender, dimana kesenjangan peran antara

laki-laki dan perempuan sebagai pelaksana dan penerima hasil pembanguan.

Rendahnya kualitas sumberdaya manusia perempuan dalam hal pendidikan,

27

kesehatan dan ketenagakerjaan menyebabkan peran perempuan sebagai

pelaksanan program pembangunan tak termanfaatkan secara optimal.

Ketimpangan gender di Sulawesi Barat diukur melalui dua pendekatan

yaitu perbandingan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan Indeks

Pembangunan Gender (IPG) dan berdasarkan rekomendasi perhitungan

ketimpangan gender oleh UNDP dalam Human Development Report yaitu

Gender Inequality Index (GII). Dari dua pendekatan tersebut variable kesehatan,

pendidikan dan ketenagakerjaan dianggap mampu mewakili pengaruh

ketimpangan gender terhadap pertumbuhan ekonomi.

Barro dan Lee (dalam Hariadinata, 2019) menggunakan angka harapan

hidup sebagai salah satu variabel dalam menentukan tingkat pertumbuhan

ekonomi. Sehingga angka harapan hidup menjadi Proxy yang layak ntuk

dijadikan indikator kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi. Angka harapan

hidup memiliki hubungan yang positif dan kuat dengan pertumbuhan ekonomi

angka harapan hidup tidak hanya mewakili kesehatan yang baik tetapi juga

kinerja seseorang. Sebagai contoh, angka harapan hidup mungkin memilki

korelasi dengan perilaku dan kemampuan pekerja yang tinggi. Maka dari itu

dalam penelitian angka harapan hidup laki-laki dan perempuan menjadi variabel

yang mewakili kesehatan. Variable ini diambil dari indikator IPM dan IPG.

Sari, Sarfita dan Indrawati (2019) menggunakan rasio rata-rata lama

sekolah perempuan dan laki-laki serta rasio rata-rata lama sekolah perempuan

dan laki-laki. Sehingga rata-rata lama sekolah perempuan dan laki-lakai menjadi

proxy yang layak untuk mewakili indikator pendidikan terhadap pertumbuhan

ekonomi variable ini diambil dari indiaktor IPM dan IPG.

28

Klasen dan Lamanna (dalam Purba, 2016) menyatakan bahwa tenaga

kerja perempuan bukan variabel yang mampu mewakii ketenagakerjaan. Hal ini

terdapat kausalitas antara tenaga kerja perempuan dengan pertumbuhan

ekonomi, contohnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menarik perempuan

ke angkatan kerja dan sebaliknya. Tingkat partisipasi angkatan kerja dan pangsa

perempuan dalam angkatan kerja menjadi proxy ketenagakerjaan. Sehingga

pada penelitian ini untuk melihat sisi ketenagakerjaan menggunakan variable

tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki dan perempuan. Variable ini

berdasarkan indikator Gender Inequality Index (GII).

Sehingga indikator dalam penelitian ini yaitu Rata-Rata Lama Sekolah

(RLS) laki-laki dan perempuan, Angka Hapan Hidup (AHH) laki-laki dan

perempuan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki dan

perempuan

Gambar 2.1 Skema kerangka konsep

Rata-Rata Lama Sekolah laki-laki dan perempuan

(X1)

Angka Harapan Hidup laki-laki dan perempuan

(X2)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

laki-laki dan perempuan

(X3)

Pertumbuhan

Ekonomi

(Y)

29

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

sebenarnya masih harus di buktikan kebenaranya. berdasarkan latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, dan studi pustaka, maka dalam penelitian ini

dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga variabel rata-rata lama sekolah laki-laki dan perempuan

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi

Barat.

2. Diduga variabel angka harapan hidup laki-laki dan perempuan

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi

Barat.

3. Diduga variabel tingkat partisipasi angkata kerja berpengaruh positif

terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

.

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian deskriptif kuantitatif digunakan untuk menjelaskan adanya

pengaruh antara Rata-Rata Lama Sekolah, Angka Harapan Hidup dan Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja terhadap pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini.

Penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif digunakan dengan tujuan

menjelaskan dan mendeskripsikan peristiwa atau suatu keadaaan subjek yang

terjadi dalam bentuk angka-angka bermakna.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan ini dilakukan di Provinsi Sulawesi Barat, secara khusus

bertempat pada instansi yaitu Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat.

Waktu penelitian ini berlangsung selama dua bulan yaitu pada bulan September

2020 sampai Oktober 2020.

C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

Variabel penilitan adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan

penelitian yang akan ditarik kesimpulanya. Maka yang menjadi variabel dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dari keberhasilan

pencapaian pembangunan di bidang ekonomi, data yang digunakan adalah

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita Provinsi Sulawesi Barat

pada tahun 2010-2019

31

2. Ketimpangan gender adalah kondisi dimana terdapat ketidaksetaraan antara

laki-laki dan perempuan dalam merealisasikan hak-haknya sebagai manusia

dan berkontribusi pada pembangunan nasional, politik, ekonomi, sosial dan

budaya. Ketimpangan gender memiliki indikator sebagai berikut:

a. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) yang didefinisikan sebagai jumlah tahun

yang oleh digunakan penduduk dalam menjalani pendidikan. Penelitian

ini mengunakan data dari Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010-2019.

b. Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) yang didefinisikan sebagai perkiraan jumlah

tahun hidup dari penduduk, yang digunakan sebagai evaluasi kenerja

pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam bidang

kesehatan. Penelitian ini mengunakan data dari Provinsi Sulawesi Barat

tahun 2010-2019.

c. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang didefinisikan sebagai

gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan

sehari hari merujuk pada suatu waktu dalam periode survei. Penelitian ini

mengunakan data dari Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010-2019.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data

runtun waktu 2010-2019 dari Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), Angka Harapan

Hidup (AHH), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Perkapita di Provinsi Sulawesi Barat.

32

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti dalam

mendapatkan data melalui berbagai proses serta ketentuan yang telah ada.

penelitian ini sendiri menggunakan jenis data yang yaitu data sekunder. Data

sekunder sendiri berarti sebuah data yang diperoleh secara langsung oleh

peneliti berupa dokumen ataupun arsip yang dimiliki oleh seseorang ataupun

sebuah lembaga yang dijadikan subjek penelitian oleh sang penenliti.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode dokumentasi

dan metode studi pustaka. Metode dokumentasi dilakukan untuk melihat kembali

laporan tetulis baik angka maupun keterangan, sedangkan studi pustaka

merupakan mengumpulkan data yang relevan dari buku artikel ilmiah, berita,

mapun sumber kredibel lainnya yang terjadi dengan topik penelitian.

F. Teknik Analisis

Analisis pengaruh ketimpangan gender terhadap pertumbuhan ekonomi

menggunakan metode regresi linear berganda. Regresi linear berganda

merupakan model regresi linear yang melibatkan lebih dari satu variabel bebas.

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh

kuantitatif dari variabel X1 yaitu Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), variabel X2

yaitu Angka Harapan Hidup (AHH), dan variabel X3 yaitu Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) terhadap variabel Y yaitu Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) Perkapita. Model regresi linear berganda di formulasi dengan

persamaan sebagai berikut:

33

Keterangan:

Y = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

X1 = Rata-Rata Lama Sekolah (RLS)

X2 = Angka Harapan Hidup (AHH)

X3 = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

α= konstanta

β1 – β3 = koefisien

ε = Error term

Analisis regresi linear beranda memiliki syarat atau asumsi klasik yang

harus terpenuhi sehingga model regresi dapat dipertanggungjawabkan. Uji

tersebut antaralain sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Pengujian untuk menentukan apakah dalam model regresi, nilai

residu dari regresi mempunyai distribusi yang normal. Uji Jarque Bera

dilakukan pada pengujian normalitas untuk mengetahui normalitas dari

variabel penggangu (Sugiyanto,2017).

2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih

variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel

independen lainnya (Sugiyanto, 2017). Pengujian ini bertujuan untuk

mengetahui model regresi ditemukan adannya korelasi antara variabel

independent. Persyaratan dalam model regesi ini yaitu tidak adanya

multikolinearitas. Cara mengetahui ada tidaknya multikolineritas yaitu melihat

nilai VIF, jika nilai kurang dari 10 maka dinyatakan tidak terjadi

multikolinearitas.

34

3. Uji Autokorelasi

Uji ini untuk mengetahui apakah variabel gangguan pada periode

tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan pada periode lain, dengan

kata lain variabel gangguan tidak random (Sugiyanto, 2017). Model regresi

yang baik yaitu model regresi yang tidak terjadi autokorelasi.

4. Uji Heterokedasitas

Uji ini bertujuan untuk menguji variabel gangguan tidak mempunyai

varians yang sama untuk semua observasi (Sugiyanto, 2017). Model regresi

yang baik yaitu homokedasitas atau tidak terjadi heterokedasitas.

Untuk menentukan apakah parameter-parameter pada persamaan regresi

yang terbentuk merupakan estimator yang baik, maka diperlukan uji sebagai

berikut.

a. Uji t

Uji t (Parsial) digunakan untuk menguji bagaimana pengaruh masing-

masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel

terikatnya. Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t

tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung,

proses uji t identik dengan uji f. Dengan hipotesis sebagai berikut:

1. H0 : β1 + 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel rata-

rata lama sekolah perempuan dan laki-laki terhadap variabel

pertumbuhan ekonomi.

Ha : β1 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel rata-rata

lama sekolah perempuan dan laki-laki terhadap variabel pertumbuhan

ekonomi.

35

2. H0 : β2 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

angka harapan hidup perempuan dan laki-laki terhadap variabel

pertumbuhan ekonomi.

Ha : β2 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel angka

harapan hidup perempuan dan laki-laki terhadap variabel pertumbuhan

ekonomi.

3. H0 : β3 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variable

tingkat partipasi angkatan kerja perempuan dan laki-laki terhadap

variabel pertumbuhan ekonomi.

Ha : β3≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel tingkat

partisipasi angkatan kerja perempuan dan laki-laki terhadap variabel

pertumbuhan ekonomi.

Dengan tingkat singifikan 5%. Jika nilai t hitung < t tabel maka H0

diterima dan nilai t hitung > t tabel H0 ditolak.

1. Jika nilai t hitung > nilai t tabel maka H0 ditolak atau menerima Ha,

artinya variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variable terikat.

2. Jika nilai t-hitung < nilai t-tabel maka H0 diterima atau menolak Ha,

artinya variable bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

b. Uji f (Simultan)

Uji dilakukan untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing

variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama. Hipotesisnya

sebagai berikut:

1) H0 : β1, β2, β3, β4= 0

Artinya seluruh variabel independen secara bersama-sama tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

36

2) Ha : β1, β2, β3, β4 ≠ 0

Artinya seluruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

Dengan tingkat signifikan 5%. Jika nilai F hitung < F tabel maka H0

diterima dan nilai F hitung > F tabel H0 ditolak.

1) Jika nilai F-hitung> nilai F-tabel maka H0 ditolak atau menerima Ha,

artinya variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

2) Jika nilai F-hitung < nilai F-tabel maka H0 diterima atau menolak Ha,

artinya variabel bebas tidak berbengaruh terhadap variabel terikat

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji Koefisien Determinasi (R2) juga digunakan untuk menjelaskan

seberapa besar variasi variabel independen dapat menjelaskan variabel

dependen. Nilai R2 mempunyai rentang 0 sampi 1, semakin mendekati 1

semakin baik atau mampu menjelaskan keseluruhan perubahan pada

variable l dependen.

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Peneitian

Sulawesi Barat merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di

sebelah barat pulau Sulawesi. Luas daratan Sulawesi Barat hanya sekitar 0,03

persen dari luas daratan Indonesia atau tepatnya seluas 16.787,18 km2.

Terbentang dari utara ke selatan di sepanjang pesisir barat Pulau Sulawesi,

provinsi ini berdampingan dengan Sulawesi Tengah di sebelah utara, Sulawesi

Selatan di sebelah selatan dan timur, serta selat Makassar di sebelah barat.

Sulawesi barat diberkahi kondisi geografis cukup strategis. Posisi Sulawesi Barat

berada di jalur khatulistiwa yang memungkinkan berbagai jenis tanaman dapat

tumbuh subur dan menjadikan provinsi semakin terkenal.

Terdapat enam kabupaten di Sulawesi Barat yaitu kabupaten Majene,

kabupaten Polewali, kabupaten Mamuju, kabupaten Pasangkayu dan kabupaten

Mamuju Tengah. Ibu kota Provinsi Sulawesi Barat terletak di kabupaten Mamuju.

Sulawesi Barat merupakan daerah yang terus berusaha untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya. Jumlah penduduk yang

mencapai 14.355,55 ribu jiwa dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

perkapita pada tahun 2018 sebesar Rp 32.06 juta, dimana jumlah nilai Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita telah naik dari tahun sebelumnya

sebesar Rp 29,68 juta pada tahun 2017. Kajian yang dilakukan Kim, Lee dan

Shin (2016) jika ketidaksetaraan gender dihapus sepenuh, agregat pendapatan

akan tinggi sekitar 6,6% dan 14,5% dari ekonomi benchmark setelah satu dan

38

dua generasi berikutya, sementara pendapatan perkapita yang sesuai akan lebih

tinggi sebesar 30,6% dan 71,1%.

Kesetaraan gender berarti dimana perempuan dan laki-laki memiliki

status, kondisi dan potensi yang sama untuk berkontribusi pada pertumbuhan

ekonomi dan mereleasasikan hak-haknya sebagai manusia. Wujud dari

kesetaraan gender tidak adanya diskriminasi antara penduduk perempuan dan

laki-laki dalam kesempatan berpartisipasi, memperoleh akses, dan merasakan

manfaat dari pertumbuhan ekonomi .

Pendidikan yang tinggi selalu menjadi syarat modal kemajuan suatu

daerah. Akses yang luas terhadap dunia pendidikan adalah menjadi salah satu

tolak ukur keberhasilan pembangunan. Manusia dikatakan berdaya apabila telah

memiliki pilihan yang luas dalam hal pendidikan. Rata-rata lama sekolah

mengindikasikan kualitas pendidikan masyarakat dalam suatu wilayah. Rata-rata

lama sekolah berarti rata-rata jumlah tahun yang digunakan penduduk usia 15

tahun keatas dalam menjalani pendidikan formal. Rata-rata lama sekolah

Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2018 sebesar 7.5 tahun meningkat 7.73

tahun di tahun 2019.

Amory (2019) dalam jurnalnya mengatakan di Sulawesi Barat angka

harapan hidup laki-laki dan perempuan menunjukkan trend yang terus

meningkat. Perempuan memiliki angka harapan hidup perempuan lebih tinggi

dibandingkan dengan angka harapan hidup laki-laki. Trend peningkatan angka

harapan hidup secara umum dipengaruhi oleh meningkatkannya derajat

kesehatan yaitu semakin mudahnya mengakses fasilitas kesehatan.

Ketenagakerjaan merupakan bagian penting dalam pembangunan karena

tenaga kerja adalah penggerak dan pelaksana dari pembangunan ekonomi itu

39

sendiri. Semakin banyak partisipasi tenaga kerja dalam kegiatan ekonomi

semakin terpenuhi pula kebutuhan produksi oleh pasar diikuti dengan

meningkatnya kebutuhan akan konsumsi, sehingga secara langsung dan tidak

langsung bepenaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Jumlah Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) Agustus 2019 sebesar 69.27 persen meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 68.46 persen ditahun 2018.

B. Hasil Penelitian

Pengujian statistik dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

apakah model penelitian yang digunakan sudah bagus atau belum secara

statistik. Terdapat beberapa uji dalam penelitian ini yaitu Uji Normalitas, Uji

Multikolinearitas, Uji Autokorelasi, Uji Heterokedasitas, Uji T Statistik, Uji F

Statistik, Dan Uji Koefisien Determinasi (R2). Model estimasi dalam penelitian ini

adalah Ordinary Least Square (OLS). Uji statistik dalam penelitian ini

menggunakan software Eviews.

Hasil uji regresi linear berganda pada data pencapaian laki-laki

menunjukkan bagaimana besarnya pengaruh kuantitatif dari variabel X1 yaitu

Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) laki-laki, variabel X2 yaitu Angka Harapan Hidup

(AHH) laki-laki,dan variabel X3 yaitu Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

laki-laki terhadap variabel Y yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Perkapita di Provinsi Sulawesi Barat.

40

Tabel 4.1

Hasil Uji Regresi Linear Berganda Dari Data Pencapaian Laki-Laki

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -64.03479 7.390011 -8.665047 0.0001

RLS (X1) 1.233796 0.732054 1.685390 0.1429 AHH (X2) 17.76692 1.961664 9.057067 0.0001 TPAK (X3) -0.377530 0.723302 -0.521953 0.6204

R-squared 0.986020

Adjusted R-squared 0.979030 F-statistic 141.0606 Prob(F-statistic) 0.000006

Sumber: Output Eviews (data diolah tahun 2020)

Berdasarkan hasil uji pada tabel 4.1 diperoleh persamaan sebagai

berikut:

... (1)

Dimana :

PDRB : Produk Domestik Regional Bruto per Kapita

RLS _L : Rata-Rata Lama Sekolah Laki-Laki

AHH_L : Angka Harapan Hidup Laki-Laki

TPAK_L : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Laki-Laki

ε : error term

Berdasarkan persamaan regresi (1) angka coefficient (C) sebesar -

64.03479 menunjukkan nilai variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

perkapita ketika tidak dipengaruhi variabel lain.

41

Variabel Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) laki-laki memiliki hubungan

positif terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita dengan nilai

coefficient (C) sebesar 1.233796. Variabel Angka Harapan Hidup (AHH) laki-laki

memiliki hubungan positif terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

perkapita dengan nilai coefficient (C) sebesar 17.76692. Variabel Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki memiliki hubungan negatif terhadap

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita dengan nilai coefficient (C)

sebesar -0.377530.

Nilai probabilitas variabel Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) laki-laki

sebesar 0.1429 dan berada diatas α = 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel

Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) laki-laki berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita.

Nilai probabilitas variabel Angka Harapan Hidup (AHH) laki-laki sebesar

0.0001 dan berada dibawah α = 0.05. Hal ini menunjukkan Angka Harapan Hidup

(AHH) laki-laki berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) perkapita.

Nilai probabilitas variabel tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki

sebesar 0.6204 dan berada di atas α = 0.05. Hal ini menunjukkan variabel

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita.

Hasil uji regresi linear berganda pada data pencapaian perempuan

menunjukkan bagaimana besarnya pengaruh kuantitatif dari variabel X1 yaitu

Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) perempuan, variabel X2 yaitu Angka Harapan

Hidup (AHH) perempuan,dan variabel X3 yaitu Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

42

(TPAK) perempuan terhadap variabel Y yaitu Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Perkapita di Provinsi Sulawesi Barat.

Tabel 4.2

Hasil Uji Regresi Linear Berganda Dari Data Pencapaian Perempuan

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -56.00690 8.934305 -6.268748 0.0008

RLS (X1) 1.227624 0.445257 2.757116 0.0330 AHH (X2) 15.50925 2.323850 6.673947 0.0005 TPAK (X3) -0.294269 0.264376 -1.113071 0.3083

R-squared 0.990145

Adjusted R-squared 0.985217 F-statistic 200.9350 Prob(F-statistic) 0.000002

Sumber: Output Eviews (data diolah tahun 2020)

Berdasarkan hasil uji pada tabel 4.2 diperoleh persamaan sebagai

berikut:

...(2)

Dimana:

PDRB : Produk Domestik Regional Bruto per Kapita

RLS _P : Rata-Rata Lama Sekolah Perempuan

AHH_P : Angka Harapan Hidup Perempuan

TPAK_P : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan

ε : error term

43

Berdasarkan persamaan regresi (2) memiliki angka coefficient (C)

sebesar -56.00690 menunjukkan nilai variabel Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) perkapita ketika tidak dipengaruhi variabel lain.

Variabel Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) perempuan memiliki hubungan

positif terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita dengan nilai

coefficient (C) sebesar 1.227624. Variabel Angka Harapan Hidup (AHH)

perempuan memiliki hubungan positif terhadap Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) per kapita dengan nilai coefficient (C) sebesar 15.50925. Variabel

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan memiliki hubungan negatif

dengan nilai coefficient (C) sebesar -0.294269.

Nilai probabilitas variabel Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) perempuan

sebesar 0.0330 dan berada dibawah α = 0.05. Hal ini menunjukkan variabel rata-

rata lama sekolah perempuan berpengaruh positif dan signifikan Terhadap

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita.

Nilai probabilitas variabel Angka Harapan Hidup (AHH) perempuan

sebesar 0.0005 dan berada dibawah α = 0.05. Hal ini menunjukkan variabel

angka harapan hidup perempuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita.

Nilai probabilitas variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

perempuan sebesar 0.3083 dan berada di atas α = 0.05. Hal ini menunjukkan

variabel tingkat partisipasi angkatan perempuan berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita.

44

Variabel Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) laki-laki dan variabel Rata-Rata

Lama Sekolah (RLS) perempuan memiliki hubungan positif terhadap Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita dengan nilai coefficient (C) masing-

masing sebesar 1.233796 pada variabel Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) laki-laki

dan variabel Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) perempuan dengan nilai c oefficient

(C) sebesar 1.227624.

Variabel Angka Harapan Hidup (AHH) laki-laki dan variabel Angka

Harapan Hidup (AHH) perempuan memiliki hubungan positif terhadap Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita dengan nilai coefficient (C) sebesar

17.76692 pada variabel Angka Harapan Hidup (AHH) laki-laki dan nilai coefficient

(C) sebesar 15.50925 pada variabel Angka Harapan Hidup (AHH) perempuan.

Sedangkan pada variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-

laki dan variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan memiliki

hubungan negatif terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita

dengan nilai coefficient (C) sebesar -0.377530 pada variabel Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) laki-lak dan nilai coefficient (C) sebesar -0.294269 pada

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan.

Nilai probabilitas Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) laki-laki sebesar 0.1429

dan berada diatas α = 0.05, yang berarti bahwa variabel Rata-Rata Lama

Sekolah (RLS) laki-laki berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. Arah hubungan positif antara

variabel Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) laki-laki terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) menunjukkan bahwa setiap peningkatan nilai Rata-Rata

45

Lama Sekolah (RLS) laki-laki memiliki dampak kenaikan pada Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) perkapita namun tidak signifikan.

Nilai probabilitas variabel Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) perempuan

sebesar 0.0330 dan berada dibawah α = 0.05, yang berarti variabel Rata-Rata

Lama Sekolah (RLS) perempuan berpengaruh positif dan signifikan Terhadap

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita. Arah hubungan positif antara

variabel Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) perempuan terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) menunjukkan bahwa setiap peningkatan nilai Rata-Rata

Lama Sekolah (RLS) perempuan memiliki dampak kenaikan pada Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita.

Nilai probabilitas variabel Angka Harapan Hidup (AHH) laki-laki sebesar

0.0001 dan berada dibawah α = 0.05, yang berarti variabel Angka Harapan Hidup

(AHH)laki-laki berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) perkapita. Arah hubungan positif antara variabel angka

harapan hidup laki-laki terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

menunjukkan bahwa setiap peningkatan nilai Angka Harapan Hidup (AHH) laki-

laki memiliki dampak kenaikan pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

perkapita.

Nilai probabilitas variabel Angka Harapan Hidup (AHH) perempuan

sebesar 0.0005 dan berada dibawah α = 0.05, yang berarti variabel Angka

Harapan Hidup (AHH) perempuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita. Arah hubungan positif antara

variabel angka harapan hidup perempuan terhadap Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) menunjukkan bahwa setiap peningkatan nilai Angka Harapan

46

Hidup (AHH) perempuan memiliki dampak kenaikan pada Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) perkapita.

Nilai probabilitas variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-

laki sebesar 0.6204 dan berada di atas α = 0.05, yang berarti Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita. Arah hubungan

negatif antara variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki

terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menujukkan bahwa setiap

peningkatan nilai Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki memiliki

dampak penurunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita namun

tidak signifikan.

Nilai probabilitas variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

perempuan sebesar 0.3083 dan berada di atas α = 0.05, yang berarti variabel

tingkat partisipasi angkatan perempuan berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita. Arah hubungan

negatif antara variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan

terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menujukkan bahwa setiap

peningkatan nilai Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan memiliki

dampak penurunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita namun

tidak signfikan.

1. Uji Statistik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah

model regresi nilai residunya terdistribusi dengan normal. Pengujian

47

normalitas yang digunakan yaitu uji Jarque Bera, untuk mengetahui data

terditribusi dengan normal atau tidak dapat dilihat pada nilai Jarque Bera

dan nilai probabilitas yang dibandingkan dengan α = 0.05. Apabila nilai

probabilitas lebih besar dari α = 0.05 maka data dapat dikatakan

terdistribusi normal, dan apabila sebaliknya yaitu nilai probabilitas lebih

kecil dari α = 0.05 maka data tidak terdistribusi normal. Hasil pengujian

yang dilakukan sebagai berikut:

Sumber: Output Eviews (data diolah tahun 2020)

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Pencapaian Laki-Laki

Berdasarkan hasil uji normalitas residual pada gambar 4.1 nilai

Jarque Bera yang diperoleh sebesar 0.938756 dengan nilai probabilitas

sebesar 0.62539 > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi

normal.

0

1

2

3

4

-0.05 0.00 0.05

Series: Residuals

Sample 2010 2019

Observations 10

Mean -9.37e-15

Median 0.010185

Maximum 0.037643

Minimum -0.060156

Std. Dev. 0.033082

Skewness -0.558159

Kurtosis 1.996583

Jarque-Bera 0.938756

Probability 0.625391

Series: Residuals

Sample 2010 2019

Observations 10

Mean -9.37e-15

Median 0.010185

Maximum 0.037643

Minimum -0.060156

Std. Dev. 0.033082

Skewness -0.558159

Kurtosis 1.996583

Jarque-Bera 0.938756

Probability 0.625391

48

Sumber: Output Eviews (data diolah tahun 2020)

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Pencapaian Perempuan

Berdasarkan hasil uji normalitas residual pada gambar 4.2 nilai

jarque bera yang diperoleh sebesar 0.909342 dengan nilai probabilitas

sebesar 0.634657 > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi

normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan mengetahui apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Untuk

mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF, jika

nilai VIF kurang dari 10 maka dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas

begitupun sebaliknya. Hasil dari uji multikolinearitas adalah sebagai

berikut:

0

1

2

3

4

-0.05 0.00 0.05

Series: Residuals

Sample 2010 2019

Observations 10

Mean 1.33e-15

Median 0.003265

Maximum 0.031337

Minimum -0.045669

Std. Dev. 0.027776

Skewness -0.453266

Kurtosis 1.833544

Jarque-Bera 0.909342

Probability 0.634657

Series: Residuals

Sample 2010 2019

Observations 10

Mean 1.33e-15

Median 0.003265

Maximum 0.031337

Minimum -0.045669

Std. Dev. 0.027776

Skewness -0.453266

Kurtosis 1.833544

Jarque-Bera 0.909342

Probability 0.634657

49

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas Pencapaian Laki-Laki

Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF C 33.97151 321021.3 NA

X1 1102092. 3023.768 3.716054

X2 5.053772 812778.4 9.374208 X3 0.383648 71835.15 3.252055

Sumber: Output Eviews (data diolah tahun 2020)

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel 4.3 nilai

Centerted Variance Inflation Factor (VIF) pada variabel rata-rata lama

sekolah laki-laki sebesar 3.716054 di bawah 10, variabel angka harapan

hidup laki-laki sebesar 9.374208 dibawah 10 dan variabel tingkat

partisipasi angkatan kerja laki-laki sebesar 3.252055 di bawah 10. Maka

dapat dinyatakan tidak terdapat multikolinearitas dalam model regresi.

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolinearitas Pencapaian Perempuan

Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF C 79.82180 689735.7 NA

X1 0.198253 6196.161 7.320898 X2 5.400279 817478.1 6.283117 X3 0.069895 9660.980 1.605095

Sumber: Output Eviews (data diolah tahun 2020)

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel 4.4 nilai

Centerted Variance Inflation Factor (VIF) pada variabel rata-rata lama

sekolah perempuan sebesar 7.320898 di bawah 10, variabel angka

50

harapan hidup perempuan sebesar 6.283117 dibawah 10 dan variabel

tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan sebesar 1.605095 di bawah

10. Maka dapat dinyatakan tidak terdapat multikolinearitas dalam model

regresi.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah variabel

ganguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel ganguan

pada pada periode lain, dengan kata lain variabel ganguan tidak random.

Suatu pengujian dikatakan baik bila terbebsa dari unsur autokorelasi, hal

yang dapat dilakukan bila terjadi autokorelasi adalah dengan menerapkan

metode Newey West. Penggunaan metode Newey West adalah untuk

memperbaiki kesalahan standart error OLS dengan mengoreksi standart

error bukan hanya pada permasalahan heterokedasitas juga pada

permasalahan autokorelasi (Nurlaila, 2017).

Tabel 4.5

Hasil Uji Autokorelasi Pencapaian Laki-Laki

HAC standard errors & covariance (Bartlett kernel, Newey-West fixed bandwidth = 3.0000)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -64.03479 5.828509 -10.98648 0.0000

X1 1.233796 0.811768 1.519887 0.1793 X2 17.76692 2.248060 7.903225 0.0002 X3 -0.377530 0.619393 -0.609516 0.5645

Sumber: Output Eviews (data diolah tahun 2020)

Berdasarkan uji autokorelasi pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa

nilai standart error yang dihasilkan metode newey west, hasil penanganan

51

menunjukkan bahwa nilai standart error yang bias menjadi tak bias

setelah diterapkan uji newey west.

Tabel 4.6

Hasil Uji Autokorelasi Pencapaian Perempuan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Null hypothesis: No serial correlation at up to 2 lags

F-statistic 0.742750 Prob. F(2,4) 0.5317

Obs*R-squared 2.708048 Prob. Chi-Square(2) 0.2582 Sumber: Output Eviews (data diolah tahun 2020)

Berdasarkan uji autokorelasi pada tabel 4.6 dapat dilihat nilai

probailitas chi square 0.2582 lebih besar dari α = 0.05, Hal ini dapat

disimpulkan bahwa data tidak terjadi autokorelasi dalam residual .

d. Uji Heterokedasitas

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varience dari residual untuk semua observasi.

Model regresi yang baik yaitu homokedasitas atau tidak terjadi

heterokedasitas. Hasil dari uji heterokedasitas adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7

Hasil Uji Heterokedasitas Pencapaian Laki-Laki

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey Null hypothesis: Homoskedasticity

F-statistic 0.127372 Prob. F(3,6) 0.9404

Obs*R-squared 0.598729 Prob. Chi-Square(3) 0.8967 Scaled explained SS 0.107403 Prob. Chi-Square(3) 0.9909

Sumber: Output Eviews (data diolah tahun 2020)

Berdasrkan uji heterokedasitas pada tabel 4.7 didapatkan

perolehan nilai probabilitas chi square sebesar 0.8967 berada diatas α =

52

0.05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data bersifat homokedasitas atau

tidak terjadi masalah pada asumsi non heterokedasitas.

Tabel 4.8

Hasil Uji Heterokedasitas Pencapaian Perempuan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Null hypothesis: No serial correlation at up to 2 lags

F-statistic 0.742750 Prob. F(2,4) 0.5317

Obs*R-squared 2.708048 Prob. Chi-Square(2) 0.2582

Sumber: Output Eviews (data diolah tahun 2020).

Berdasarkan uji heterokedasitas pada tabel 4.8 didapatkan

perolehan nilai probabilitas chi square sebesar 0.2582 berada diatas α =

0.05. Hal ini dapat disimpulkan H0 diterima, dengan demikian data bersifat

homokedasitas atau tidak terjadi masalah pada asumsi non

heterokedasitas.

2. Uji Hipotesis

a. Uji T

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas memiliki

pengaruh terhadap terhadap variabel terikatnya secara parsial. Uji ini

dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel atau

dengan melihat nilai probabilitas dan derajat kepercayaan yang

ditentukan dalam penelitian. Suatu variabel dapat dikatakan memiliki

pengaruh sigifikan terhadap variabel dependennya apabila nilai

probabiitasnya lebih kecil dari dari derajat kepercayaan, begitupun

sebaliknya apabila nilai probabilitas lebih besar dari derajat kepercayaan

maka dapat disimpulkan tidak terjadi pengaruh signifikan terhadap

53

variabel dependennya. Derajat kepercayaan yang digunakan dalam

penelitian ini sebesar 95 persen (α = 5%). Uji T digunakan untuk

membuktikan hipotesis yang telah dibuat, adapun hipotesis tersebut

sebagai berikut:

1) H0 : β1 + 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

rata-rata lama sekolah perempuan dan laki-laki terhadap variabel

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

Ha : β1 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel rata-rata

lama sekolah perempuan dan laki-laki terhadap variabel pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

2) H0 : β2 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

angka harapan hidup perempuan dan laki-laki terhadap variabel

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

Ha : β2 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel angka

harapan hidup perempuan dan laki-laki terhadap variabel

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat

3) H0 : β3 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variable

tingkat partipasi angkatan kerja perempuan dan laki-laki terhadap

variabel pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

4) Ha : β3≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel tingkat

partisipasi angkatan kerja perempuan dan laki-laki terhadap variabel

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

Hasil dari uji t adalah sebagai berikut:

54

Tabel 4.9

Hasil Uji T Statistik Pencapaian Laki-Laki

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -64.03479 7.390011 -8.665047 0.0001

X1 1.233796 0.732054 1.685390 0.1429 X2 17.76692 1.961664 9.057067 0.0001 X3 -0.377530 0.723302 -0.521953 0.6204

Sumber: Output Eviews (data diolah tahun 2020)

Berdasarkan uji t pada tabel 4.9 dapat dilihat nilai probabilitas dari

variabel rata-rata lama sekolah laki-laki sebesar 0.1429 > 0.05. sehingga

H0 diterima, yang berarti rata-rata lama sekolah laki-laki tidak

berpengaruh terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita

di Sulawesi Barat. Nilai koefisien sebesar 1.233796 persen menunjukkan

pada setiap kenaikan angka rata-rata lama sekolah laki-laki sebesar 1

persen akan meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

perkapita sebesar 1.233796 persen namun tidak signifikan.

Variabel angka harapan hidup laki-laki yang dijelaskan pada tabel

memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0001 < 0.05, sehingga Ha diterima,

yang berarti variabel angka harapan hidup laki-laki berpengaruh signifikan

terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita di Sulawesi

Barat. Nilai koefisien sebesar 17.76692 persen menunjukkan pada setiap

kenaikan angka harapan hidup laki-laki sebesar 1 persen akan

meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita

sebesar 17.76692 persen.

55

Sedangkan pada variabel tingkat partisipasi angkatan kerja laki-

laki pada tabel 4.9 nilai probabilitas sebesar 0.6204 > 0.05, sehingga Ha

ditolak dan H0 diterima, yang berarti variabel tingkat partisipasi angkatan

kerja laki-laki tidak pengaruh terhadap Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) perkapita Sulawesi Barat. Nilai koefisien sebesar -0.377530

menunjukkan pada setiap kenaikan tingkat partisipasi angkatan kerja laki-

laki sebesar 1 persen akan menurunkan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) perkapita namun tidak signifikan.

Tabel 4.10

Hasil Uji T Statistik Pencapaian Perempuan

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -56.00690 8.934305 -6.268748 0.0008

X1 1.227624 0.445257 2.757116 0.0330 X2 15.50925 2.323850 6.673947 0.0005 X3 -0.294269 0.264376 -1.113071 0.3083

Sumber: Output Eviews (data diolah tahun 2020)

Berdasarkan uji t pada tabel 4.10 dapat dilihat nilai probabilitas

dari variabel rata-rata lama sekolah perempuan sebesar 0.0330 < 0.05.

sehingga Ha diterima, yang berarti rata-rata lama sekolah perempuan

berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) perkapita di Sulawesi Barat. Nilai koefisien sebesar 1.227624

persen menunjukkan pada setiap kenaikan angka rata-rata lama sekolah

perempuan sebesar 1 persen akan meningkatkan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) perkapita sebesar 1.227624 persen.

56

Variabel angka harapan hidup perempuan yang dijelaskan pada

tabel memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0005 < 0.05, sehingga Ha

diterima, yang berarti variabel angka harapan hidup perempuan

berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) perkapita di Sulawesi Barat. Nilai koefisien sebesar 15.50925

persen menunjukkan pada setiap kenaikan angka harapan hidup

perempuan sebesar 1 persen akan Meningkatkan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) perkapita sebesar 15.50925 persen.

Sedangkan pada variabel tingkat partisipasi angkatan kerja

perempuan pada tabel 4.10 nilai probabilitas sebesar 0.3083 > 0.05,

sehingga Ha ditolak dan H0 diterima, yang berarti variabel tingkat

partisipasi angkatan kerja perempuan tidak berpengaruh terhadap Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita Sulawesi Barat. Nilai

koefisien sebesar --0.294269 menunjukkan pada setiap kenaikan tingkat

partisipasi angkatan kerja perempuan sebesar 1 persen akan

menurunkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita namun

tidak signifikan.

b. Uji f

Uji dilakukan untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing

variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama. Pengujian

ini dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas dari F statistik. Bila

nilai probabilitas < 0.05 artinya seluruh variabel independen secara

bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Bila nilai probabiliotas > 0.05 artinya seluruh variabel independen secara

57

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Adapun hipotesisnya sebagai berikut:

H0: tidak ada pengaruh Rata-Rata Lama Sekolah laki-laki dan

perempuan, Angka Harapan Hidup laki-laki dan perempuan, dan

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja laki-laki dan permpuan secara

simultan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi

Barat.

Ha: tidak ada pengaruh Rata-Rata Lama Sekolah laki-laki dan

perempuan, Angka Harapan Hidup laki-laki dan perempuan, dan

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja laki-laki dan permpuan secara

simultan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi

Barat.

Tabel 4.11

Hasil Uji F Statistik Pencapaian Laki-Laki

F-statistic 141.0606

Prob(F-statistic) 0.000006 Sumber: Output Eviews (data diolah tahun 2020)

Tabel 4.11 menunjukkan nilai probabilitas 0.000006 < 0.05

diartikan sebagai variabel rata-rata lama sekolah laki-laki, angka harapan

hidup laki-laki dan tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki secara

bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita di Sulawesi Barat.

58

Tabel 4.12

Hasil Uji F Statistik Pencapaian Perempuan

F-statistic 200.9350

Prob(F-statistic) 0.000002 Sumber: Output Eviews (data diolah tahun 2020)

Tabel 4.12 menunjukkan nilai probabilitas 0.000002 < 0.05

diartikan sebagai variabel rata-rata lama sekolah perempuan, angka

harapan hidup perempuan dan tingkat partisipasi angkatan kerja

perempuan secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap

variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita di Sulawesi

Barat.

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji Koefisien Determinasi (R2) juga digunakan untuk menjelaskan

seberapa besar variasi variabel independen dapat menjelaskan variabel

dependen. Uji dapat dilakukan dengan melihat nilai Adjusted R-Square

pada hasil regresi.

Tabel 4.13

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Pencapaian Laki-Laki

R-squared 0.986020

Adjusted R-squared 0.979030 Sumber: Output Eviews (data diolah tahun 2020)

Tabel 4.13 ditampilkan nilai koefisien dereminasi sebesar

0.979030, yang menunjukkan bahwa 97.9 persen dari variasi Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita di Sulawesi Barat mampu

59

dijelaskan oleh rata-rata lama sekolah laki-laki, angka harapan hidup laki-

lakki dan tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki. Sedangkan pada 2.19

persen dijelaskan variabel diluar model penelitian ini.

Tabel 4.14

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Pencapaian Perempuan

R-squared 0.990145 Adjusted R-squared 0.985217

Sumber: Output Eviews (data diolah tahun 2020)

Tabel 4.14 ditampilkan nilai koefisien dereminasi sebesar

0.985217 yang menunjukkan bahwa 98.52 persen dari Variasi Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita di Sulawesi Barat mampu

dijelaskan oleh rata-rata lama sekolah perempuan, angka harapan hidup

perempuan dan tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan. Sedangkan

pada 0.66 persen dijelaskan variabel diluar model penelitian ini.

C. Analisis dan Interpretasi

1. Rata-Rata Lama Sekolah (RLS)

a. Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Laki-Laki

Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan diketahui bahwa

Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) laki-laki memiliki pengaruh positif namun

tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi

Barat. Pendidikan pada laki-laki akan meningkatkan sumber daya

manusia yang akan ikut meningkatkan produktivitas dimasa akan datang.

Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Idham Hariadinata (2019) yang menyatakan rata-rata lama

60

sekolah laki-laki memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

b. Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Perempuan

Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan diketahui bahwa

Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) perempuan memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

Pendidikan pada juga perempuan memberikan manfaat pada

peningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan bedampak pada

generasi selanjutnya.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ulung Purba (2016) yang menyatakan bahwa rata-rata lama sekolah

perempuan di Provinsi Lampung memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

Perbedaan hasil pada variabel Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) laki-

laki dan variabel Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) perempuan menunjukkan

dalam Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Provinsi Sulawesi Barat terjadi

ketimpangan gender. Ketimpangan gender dalam pendidikan terjadi dimana

pada jenjang Sekolah Dasar peserta didik didominasi oleh laki-laki namun

pada tingkat Sekolah Menengah Atas didominasi Oleh perempuan, hal

tersebut disebabkan oleh faktor ekonomi dan faktor sosial budaya

masyarakat Sulawesi Barat. Kemiskinan dan ketidak mampuan membeli dan

mencukupi peralatan sekolah serta beban sebagai anak laki-laki dari

keluarga kurang mampu yang terus didorong untuk bekerja di bandingkan

melanjutkan pendidikan menjadi alasan laki-laki untuk tidak bersekolah dan

mengejar pendidikanya. Selain itu pernikahan dini yang banyak terjadi di

61

Sulawesi Barat juga menjadi salah satu permasalahan yang menghambat

dalam mengeyam pendidikan bagi penduduk perempuan maupun laki-laki.

2. Angka Harapan Hidup (AHH)

a. Angka Harapan Hidup (AHH) Laki-Laki

Berdasarka uji statistik yang telah dilakukan diketahui bahwa

Angka Harapan Hidup (AHH) laki-laki memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

Kesehatan bagi laki-laki merupakan sumber utama dalam mendukung

produktivitas ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

Hasil peneitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Idham Hariadinata (2019) yang menyatakan bahwa angka harapan

hidup laki-laki memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

b. Angka Harapan Hidup (AHH) Perempuan

Bersarkan uji statistik yang telah dilakukan diketahui bahwa Angka

Harapan Hidup (AHH) perempuan memiliki pengaruh positif dan signifikan

tehadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat. Peran

perempuan dalam sisi kesehatan sangat penting dalam mendukung

produktivitas ekonomi

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ulung Purba (2016) yang menyatakan bahwa angka harapan hidup

perempuan di Provinsi Lampung memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

62

a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Laki-Laki.

Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan diketahui bahwa

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki memiliki pengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi

Sulawesi Barat. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki yang

banyak menambah jumlah tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki akan

menurunkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Risky Puspita Sari dkk (2019) yang menyatakan bahwa tingkat

partisipasi angkatan kerja laki-laki memiliki pengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada kota

di Jawa Tengah tahun 2011-2017.

b. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan

Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan diketahui bahwa

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan memiliki pengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi

Sulawesi Barat. Peran perempuan dalam ketenagakerjaan belum

memberikan andil dalam peningkatan perekonomian di Provinsi Sulawesi

Barat.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Risky Puspita Sari dkk (2019) yang menyatakan bahwa tingkat

partisipasi angkatan kerja perempuan memiliki pengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada kota

di Jawa Tengah tahun 2011-2017.

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan

maka yang menjadi simpulan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) laki-laki memiliki pengaruh positif namun

tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat

pada tahun 2010-2019. Berbeda pada variabel Rata-Rata Lama Sekolah

(RLS) perempuan juga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2010-2019.

Hal tersebut menunjukkan dalam rata-rata lama sekolah terjadi ketimpangan

gender.

2. Variabel Angka Harapan Hidup (AHH) tidak terjadi ketimpangan gender.

Karena Angka Harapan Hidup (AHH) laki-laki dan Angka Harapan Hidup

(AHH) perempuan sama-sama memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2010-

2019.

3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki memiliki pengaruh negatif

dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi

Barat pada tahun 2010-2019. Variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) perempuan yang juga memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2010-

2019. Hal tersebut menunjukkan dalam tingkat partisipasi angkatan kerja

tidak terjadi ketimpangan gender

64

B. Saran

Berdasarkan penelitian dan pembahsan yang telah dilakukan saran yang

dapat diberikan sebagai berikut:

1. Pemerintah diharapkan lebih meningkatkan anggaran pada pelaksanaan

program-program kesetaraan gender serta peningkatan pengawasan

terhadap anggaran tersebut sehingga pemanfaatanya sesuai dengan tujuan

kesetaraan gender. Penggunaan anggaran yang difokuskan pada bidang

pendidikan dan kesehatan, karena dengan peningkatan pendidkan dan

kesehatan dapat menciptakan kualitas tenaga kerja yang baik dan

meningkatkan kesempatan dalam bidang ketenagakerjaan.

2. Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat diharapkan perlu meningkatkan

perhatian terhadap ketimpangan dan kesetaraan gender dalam hal

pendidkan, dan ketenagakerjaan tidak hanya pada tingkat laki-laki namun

juga pada tingkat perempuan. Serta diperlukan juga peran pemerintah

dareah dalam program-program yang dapat menambah ketempilan,

menciptakan lapangan kerja baru dengan jumlah dan kualitas yang memadai

sehingga dapatt menyerap angkatan kerja yang memasuki angkatan kerja.

3. Untuk peneliti selanjutnya, dapat menambah subobjek penelitian, perode

waktu penelitian serta diharapkan meneliti lebih lanjut pada variabel dengan

hasil tidak signifikan pada penelitian selanjutnya.

65

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 2015. Effect of Gender Equality on Economic Growth (Case of Pakistan), (Online). Journal of Economic and Sustainable Development Vol. 6 No. 9. (https://scholar.google.com/, diakses 21 Agustus 2020).

Amory, J.D.S. 2019. Peranan Gender Perempuan Dalam Pembangunan di Sulawesi Barat Tahun 2016-2018, (Online). Growth Jurnal Ilmiah Ekonomi Pembangunan Volume 1, No.1 (https://scholar.google.com/, diakses 11 Agustus 2020).

Badan Pusat Statistik. (https://www.bps.go.id/).

BPS. 2017. Kajian lanjutan Indeks Ketimpangan Gender. Jakarta: Badan Pusat Statistik

European Institute for Gender Equality. (https://eige.europa.eu/).

Hariadinata, I. 2019. Ketimpangan Gender dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi: Kesehatan, Pendidikan, dan Ketenagakerjaan. Skripsi. Jakarta. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Khayria, K. dan Feki, R. 2015. Gender Inequality and Economic Development, (Online). Business and Economic Journal. (https://scholar.google.com/, diakses 21 Agustus 2020).

Kim, J., lee, J., dan Shin, K. 2016. A Model Of Gender Inequality And Economic Grow, (Online). ABD Economic Working Paper Series No. 475 . (https://scholar.google.com/, diakses 17 Agustus 2020).

KPPA. 2016. Statistik Gender Tematik – Potret Ketimpangan Gender Dalam Ekonomi. Jakarta: Kementerian Pemberdaaan Perempuan Dan Perlindungan Anak

Mosse, J. C. 2018. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nurlaila, N., Susilawati, M., Nilakusmawati, D.P.E. 2017. Penerapan Metode Newey West dalam Mengoreksi Standart Error Ketika Terjadi Heterokedasitas dan Autokorelasi pada Anasilis Regres, (Online). E jjurnal Matematika Vol. 6 (1). (https://scholar.google.com/, diakses 10 Oktober 2020).

Prawoto, N. 2019. Pengantar Ekonomi Makro. Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Purba, U. 2016. Analisis Pengaruh Ketimpangan Gender Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Lampung. Skripsi. Lampung. Universitas Lampung.

66

Ratnawati, D., Sulistyorini dan Abidin, A.Z. 2019. Kesetaraan Gender Tentang Pendidikan Laki-Laki dan Perempuan, (Online). Jurnal Harkat: Media Komunikasi Gender, 15(1). (https://scholar.google.com/, diakses 15 Juli 2020).

Sari, R.P., Sarfiah, S.N., dan Indrawati, L.R,. 2019. Analisis Pengaruh Ketimpangan Gender Terhadap Produk Domestik Bruto (PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)) Tahun 2011-2017 (Studi Kasus 6 Kota Di Provinsi Jawa Tengah), (Online). Dinamik: Directory Journal of Economic Volume 1 Nomor 4. (https://scholar.google.com/, diakses 13 Juli 2020).

Sitorus, A.V.J. 2016 Dampak Ketimpangan Gender Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, (Online). Sosio Informa Vol. 2, No. 1, Januari - April, Tahun 2016 . Kesejahteraan Sosial. (https://scholar.google.com/, diakses 8 Mei 2020).

Subandi. 2019. Ekonomi Pembangunan. Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyanto, C. 2017. Ekonometrika. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

67

LAMPIRAN

68

1. Uji Regresi Linear Berganda

a. Laki-Laki

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 10/10/20 Time: 14:11 Sample: 2010 2019 Included observations: 10

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -64.03479 7.390011 -8.665047 0.0001

X1 1.233796 0.732054 1.685390 0.1429 X2 17.76692 1.961664 9.057067 0.0001 X3 -0.377530 0.723302 -0.521953 0.6204

R-squared 0.986020 Mean dependent var 10.06364

Adjusted R-squared 0.979030 S.D. dependent var 0.279793 S.E. of regression 0.040517 Akaike info criterion -3.285013 Sum squared resid 0.009850 Schwarz criterion -3.163979 Log likelihood 20.42507 Hannan-Quinn criter. -3.417787 F-statistic 141.0606 Durbin-Watson stat 1.537191 Prob(F-statistic) 0.000006

Sumber: output eviews (data diolah tahun 2020)

b. Perempuan

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 10/10/20 Time: 14:14 Sample: 2010 2019 Included observations: 10

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -56.00690 8.934305 -6.268748 0.0008

X1 1.227624 0.445257 2.757116 0.0330 X2 15.50925 2.323850 6.673947 0.0005 X3 -0.294269 0.264376 -1.113071 0.3083

R-squared 0.990145 Mean dependent var 10.06364

Adjusted R-squared 0.985217 S.D. dependent var 0.279793 S.E. of regression 0.034019 Akaike info criterion -3.634631 Sum squared resid 0.006944 Schwarz criterion -3.513597 Log likelihood 22.17315 Hannan-Quinn criter. -3.767405 F-statistic 200.9350 Durbin-Watson stat 1.813403 Prob(F-statistic) 0.000002

Sumber: output eviews (data diolah tahun 2020)

69

2. Hasil Uji Normalitas

a. Laki-Laki

Sumber: output eviews (data diolah tahun 2020)

b. Perempuan

Sumber: output eviews (data diolah tahun 2020)

0

1

2

3

4

-0.05 0.00 0.05

Series: Residuals

Sample 2010 2019

Observations 10

Mean -9.37e-15

Median 0.010185

Maximum 0.037643

Minimum -0.060156

Std. Dev. 0.033082

Skewness -0.558159

Kurtosis 1.996583

Jarque-Bera 0.938756

Probability 0.625391

Series: Residuals

Sample 2010 2019

Observations 10

Mean -9.37e-15

Median 0.010185

Maximum 0.037643

Minimum -0.060156

Std. Dev. 0.033082

Skewness -0.558159

Kurtosis 1.996583

Jarque-Bera 0.938756

Probability 0.625391

0

1

2

3

4

-0.05 0.00 0.05

Series: Residuals

Sample 2010 2019

Observations 10

Mean 1.33e-15

Median 0.003265

Maximum 0.031337

Minimum -0.045669

Std. Dev. 0.027776

Skewness -0.453266

Kurtosis 1.833544

Jarque-Bera 0.909342

Probability 0.634657

Series: Residuals

Sample 2010 2019

Observations 10

Mean 1.33e-15

Median 0.003265

Maximum 0.031337

Minimum -0.045669

Std. Dev. 0.027776

Skewness -0.453266

Kurtosis 1.833544

Jarque-Bera 0.909342

Probability 0.634657

70

3. Uji Multikolinearitas

a. Laki-Laki

Variance Inflation Factors Date: 10/10/20 Time: 14:54 Sample: 2010 2019 Included observations: 10

Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF C 33.97151 321021.3 NA

X1 1102092. 3023.768 3.716054

X2 5.053772 812778.4 9.374208 X3 0.383648 71835.15 3.252055

Sumber: output eviews (data diolah tahun 2020)

b. Perempuan

Variance Inflation Factors Date: 10/10/20 Time: 15:00 Sample: 2010 2019 Included observations: 10

Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF C 79.82180 689735.7 NA

X1 0.198253 6196.161 7.320898 X2 5.400279 817478.1 6.283117 X3 0.069895 9660.980 1.605095

Sumber: output eviews (data diolah tahun 2020)

71

4. Uji Autokorelasi

a. Laki-Laki

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 10/10/20 Time: 14:52 Sample: 2010 2019 Included observations: 10 HAC standard errors & covariance (Bartlett kernel, Newey-West fixed bandwidth = 3.0000)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -64.03479 5.828509 -10.98648 0.0000

X1 1.233796 0.811768 1.519887 0.1793 X2 17.76692 2.248060 7.903225 0.0002 X3 -0.377530 0.619393 -0.609516 0.5645

R-squared 0.986020 Mean dependent var 10.06364

Adjusted R-squared 0.979030 S.D. depen dent var 0.279793 S.E. of regression 0.040517 Akaike info criterion -3.285013 Sum squared resid 0.009850 Schwarz criterion -3.163979 Log likelihood 20.42507 Hannan-Quinn criter. -3.417787 F-statistic 141.0606 Durbin-Watson stat 1.537191 Prob(F-statistic) 0.000006 Wald F-statistic 268.9418 Prob(Wald F-statistic) 0.000001

Sumber: output eviews (data diolah tahun 2020)

72

b. Perempuan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Null hypothesis: No serial correlation at up to 2 lags

F-statistic 0.742750 Prob. F(2,4) 0.5317

Obs*R-squared 2.708048 Prob. Chi-Square(2) 0.2582

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 10/10/20 Time: 14:58 Sample: 2010 2019 Included observations: 10 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.046958 9.804773 0.004789 0.9964

X1 0.009983 0.479275 0.020829 0.9844 X2 0.138019 2.520540 0.054758 0.9590 X3 -0.160306 0.324342 -0.494251 0.6470

RESID(-1) -0.482978 0.646741 -0.746787 0.4967 RESID(-2) -0.594977 0.555196 -1.071652 0.3442

R-squared 0.270805 Mean dependent var 1.33E-15

Adjusted R-squared -0.640689 S.D. dependent var 0.027776 S.E. of regression 0.035578 Akaike info criterion -3.550444 Sum squared resid 0.005063 Schwarz criterion -3.368893 Log likelihood 23.75222 Hannan-Quinn criter. -3.749606 F-statistic 0.297100 Durbin-Watson stat 2.173978 Prob(F-statistic) 0.892267

Sumber: output eviews (data diolah tahun 2020)

73

5. Uji Heterokedasitas

a. Laki-Laki

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey Null hypothesis: Homoskedasticity

F-statistic 0.127372 Prob. F(3,6) 0.9404

Obs*R-squared 0.598729 Prob. Chi-Square(3) 0.8967 Scaled explained SS 0.107403 Prob. Chi-Square(3) 0.9909

Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 10/10/20 Time: 14:55 Sample: 2010 2019 Included observations: 10 HAC standard errors & covariance (Bartlett kernel, Newey-West fixed bandwidth = 3.0000)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.039276 0.213275 -0.184155 0.8600

X1 -0.011873 0.016544 -0.717663 0.4999 X2 0.025314 0.050208 0.504192 0.6321 X3 -0.009086 0.015765 -0.576341 0.5853

R-squared 0.059873 Mean dependent var 0.000985

Adjusted R-squared -0.410191 S.D. dependent var 0.001036 S.E. of regression 0.001231 Akaike info criterion -10.27307 Sum squared resid 9.09E-06 Schwarz criterion -10.15203 Log likelihood 55.36534 Hannan-Quinn criter. -10.40584 F-statistic 0.127372 Durbin-Watson stat 3.129722 Prob(F-statistic) 0.940412

Sumber: output eviews (data diolah tahun 2020)

74

b. Perempuan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Null hypothesis: No serial correlation at up to 2 lags

F-statistic 0.742750 Prob. F(2,4) 0.5317

Obs*R-squared 2.708048 Prob. Chi-Square(2) 0.2582

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 10/10/20 Time: 14:58 Sample: 2010 2019 Included observations: 10 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.046958 9.804773 0.004789 0.9964

X1 0.009983 0.479275 0.020829 0.9844 X2 0.138019 2.520540 0.054758 0.9590 X3 -0.160306 0.324342 -0.494251 0.6470

RESID(-1) -0.482978 0.646741 -0.746787 0.4967 RESID(-2) -0.594977 0.555196 -1.071652 0.3442

R-squared 0.270805 Mean dependent var 1.33E-15

Adjusted R-squared -0.640689 S.D. dependent var 0.027776 S.E. of regression 0.035578 Akaike info criterion -3.550444 Sum squared resid 0.005063 Schwarz criterion -3.368893 Log likelihood 23.75222 Hannan-Quinn criter. -3.749606 F-statistic 0.297100 Durbin-Watson stat 2.173978 Prob(F-statistic) 0.892267

Hasil: hasil pengolahan data

6. Uji T Statistik

a. Laki-Laki

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -64.03479 7.390011 -8.665047 0.0001

X1 1.233796 0.732054 1.685390 0.1429 X2 17.76692 1.961664 9.057067 0.0001 X3 -0.377530 0.723302 -0.521953 0.6204

Sumber: output eviews (data diolah tahun 2020)

75

b. Perempuan

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -56.00690 8.934305 -6.268748 0.0008

X1 1.227624 0.445257 2.757116 0.0330 X2 15.50925 2.323850 6.673947 0.0005 X3 -0.294269 0.264376 -1.113071 0.3083

Sumber: output eviews (data diolah tahun 2020)

7. Uji F Statistik

a. Laki-Laki

F-statistic 141.0606

Prob(F-statistic) 0.000006 Sumber: output eviews (data diolah tahun 2020)

b. Perempuan

F-statistic 200.9350

Prob(F-statistic) 0.000002 Sumber: output eviews (data diolah tahun 2020)

8. Uji Koefisien Determinasi (R2)

a. Laki-Laki

R-squared 0.986020

Adjusted R-squared 0.979030 Sumber: output eviews (data diolah tahun 2020)

b. Perempuan

R-squared 0.990145 Adjusted R-squared 0.985217

76

9. Data sebelum diolah

Gender Tahun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Rata-Rata Lama Sekolah (RLS)

Angka Harapan Hidup (AHH)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Laki-Laki 2010 14755.47 7.11 60.64 85.9

Laki-Laki 2011 17001.85 7.11 60.92 86.24

Laki-Laki 2012 18688.25 7.21 61.18 87.5

Laki-Laki 2013 20457.33 7.31 61.46 83.44

Laki-Laki 2014 23415.05 7.32 62.18 85.15

Laki-Laki 2015 25728.07 7.33 62.36 85.94

Laki-Laki 2016 27513.06 7.4 62.49 88.66

Laki-Laki 2017 29675.86 7.55 62.52 84.23

Laki-Laki 2018 32056.45 7.66 62.76 83.55

Laki-Laki 2019 33588.25 8 62.96 86.01

Perempuan 2010 14755.47 6.17 64.45 57.4

Perempuan 2011 17001.85 6.2 64.72 58.6

Perempuan 2012 18688.25 6.32 65 56.29

Perempuan 2013 20457.33 6.44 65.28 50.56

Perempuan 2014 23415.05 6.45 66 57.18

Perempuan 2015 25728.07 6.71 66.18 54.8

Perempuan 2016 27513.06 6.9 66.2 55.34

Perempuan 2017 29675.86 7.08 66.23 49.86

Perempuan 2018 32056.45 7.28 66.47 53.57

Perempuan 2019 33588.25 7.5 66.78 52.66

77

10. Surat penelitian

78

11. Surat Balasan penelitian

79