PENGARUH INSENTIF TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. RIAU BARAHARUM KEC. KEMPAS KABUPATEN INDRAGIRI...
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of PENGARUH INSENTIF TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. RIAU BARAHARUM KEC. KEMPAS KABUPATEN INDRAGIRI...
PENGARUH INSENTIF TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. RIAU BARAHARUM KEC. KEMPAS KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
A. Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia merupakan satu bidang
manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia
dalam organisasi. Hal ini disebabkan manajemen sumber daya
manusia mengatur tenaga kerja yang ada di dalam organisasi,
sehingga terwujud tujuan organisasi dan kepuasan kerja
karyawan. Manajemen sumber daya manusia juga dapat
menghasilkan kinerja yang baik dalam sebuah perusahaan dengan
cara penilaian, pemberian balas jasa dalam setiap individu
anggota organisasi sesuai dengan kemampuan kerjanya.
Setiap anggota dari suatu organisasi mempunyai
kepentingan dan tujuan sendiri ketika ia bergabung pada
organisasi tersebut. Bagi sebagian karyawan, harapan untuk
mendapatkan uang adalah satu-satunya alasan untuk bekerja,
namun yang lain berpendapat bahwa uang hanyalah salah satu
dari banyak kebutuhan yang terpenuhi melalui kerja. Seseorang
yang bekerja akan merasa lebih dihargai oleh masyarakat di
sekitarnya, dibandingkan yang tidak bekerja. Untuk menjamin
tercapainya keselarasan tujuan, pimpinan organisasi bisa
memberikan perhatian dengan memberikan kompensasi, karena
kompensasi merupakan bagian dari hubungan timbal balik antara
organisasi dengan sumber daya manusia.
Menurut Handoko ( 2001:155) mengemukakan bahwa Kompensasi
adalah “ segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai
balas jasa untuk kerja mereka.” Kompensasi juga merupakan
penghargaan yang diberikan karyawan baik langsung maupun tidak
langsung, financial maupun non financial yang adil kepada
karyawan atas kinerja mereka dalam mencapai tujuan organisasi,
sehingga pemberian kompensasi sangat dibutuhkan oleh
perusahaan manapun guna meningkatkan kinerja karyawannya.
Adapun bentuk kompensasi financial adalah gaji, tunjangan,
bonus (insentif),dan komisi. Sedangkan untuk kompensasi non-
financial diantaranya pelatihan, wewenang dan tanggung jawab,
penghargaan atas kinerja serta lingkungan kerja yang
mendukung. Jadi untuk mendapatkan kompensasi yang sesuai
dengan kinerja karyawan maka dibutuhkan pula karyawan -
karyawan yang memiliki potensi yang baik guna tercapainya
tujuan bersama. Oleh karena itu di dalam sebuah kompensasi
terdapat beberapa kompensasi berupa kompensasi financial yaitu
insentif. Dalam pencapaian guna memenuhi kebutuhannya maka
karyawan harus memiliki kinerja yang baik agar tercapainya
tujuan bersama.
Untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
sebaik mungkin maka dibutuhkan kinerja yang baik dari sehingga
terciptanya hasil kerja yang baik juga bagi perusahaan. Dari
kinerja yang baik, karyawan dapat meningkatkan penjualan yang
mungkin melampaui target. Dari Hasil penjualan yang telah
melampaui target membuat karyawan mendapatkan insentif dari
hasil penjualan tersebut. Sehingga dengan adanya pemberian
insentif yang diberikan kepada karyawan membuat kinerja yang
dihasilkan pun sangat baik bagi perusahaan.
Pemberian insentif merupakan salah satu hal pokok yang
harus diperhatikan oleh perusahaan. Semangat tidaknya karyawan
bisa juga disebabkan oleh besar kecilnya insentif yang
diterima. Apabila karyawan tidak mendapatkan insentif yang
sesuai dengan besarnya pengorbanan dalam bekerja, maka
karyawan tersebut cenderung malas bekerja dan tidak
bersemangat yang ada akhirnya mereka bekerja semaunya tanpa
ada motivasi yang tinggi.
Dengan adanya pemberian insentif yang tepat serta cara
kerja yang baik Sehingga ke depannya, proses kerja organisasi
dapat berjalan sesuai tujuan organisasi. Sedangkan menurut
Rivai (2004:384) mengemukakan bahwa insentif adalah: “Bentuk
pembayaran yang dikaitkan dengan kinerja, sebagai pembagian
keuntungan bagi karyawan”. Begitu juga menurut Mangkunegara
(2002:89), mengemukakan bahwa insentif adalah: “ suatu bentuk
motivasi yang dinyatakan dalam bentuk uang atas dasar kinerja
yang tinggi dan juga merupakan rasa pengakuan dari pihak
organisasi terhadap kinerja karyawan dan kontribusi terhadap
organisasi (perusahaan).”
Para ahli diatas semakin menjelaskan bahwa insentif
merupakan pemberian uang di luar gaji yang dilakukan oleh
pemimpin organisasi sebagai pengakuan terhadap kinerja
karyawan kepada perusahaan. Apabila insentif yang diberikan
perusahaan sudah tepat, maka insentif yang diberikan akan
meningkatkan kinerja karyawan tersebut.
Efendy (2002 : 194) mengatakan bahwa : “Kinerja adalah
unjuk kerja yang merupakan hasil kerja dihasilkan oleh pegawai
atau prilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya
dalam organisasi". Menurut Bernadin dan Russel yang dikutip
Faustino (2000;135): “Kinerja adalah outcome yang dihasilkan
dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama satu
periode tertentu.”
Para ahli diatas semakin menjelaskan Kinerja merupakan
hasil dan prilaku kerja yang dihasilkan oleh seorang pegawai
sesuai dengan perannya dalam organisasi dalam suatu periode
tertentu. Kinerja pegawai yang baik adalah salah satu faktor
yang sangat penting dalam upaya untuk meningkatan
produktivitas. Oleh karena, itu salah satu cara terbaik untuk
meningkatkan kinerja karyawan adalah dengan memberikan
insentif kepada karyawan agar dapat memotivasi sehingga
karyawan lebih meningkatkan lagi kinerjanya, sehingga
kinerjanya meningkat dan perusahaan pun mampu menghasilkan
produk dengan harga yang kompetitif.
PT. Riau Baraharum Coal, yang lebih dikenal sebagai PT
RBH COAL, merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di
bidang Tambang batu bara. Perusahaan memberikan perhatian
khusus kepada pembinaan SDM dalam proses alih teknologi untuk
menangani pemeliharaan dan pembangunan perusahaan secara
keseluruhan.
Table
1.1
Daftar
Insentif
KEPANGKATANSUB.
GOL
JUMLAH
ORANG
BESAR
INSENTIF
MENEJER E3 1 Rp.
4.276.000
PIMPINAN -1 E2 1 Rp.
3.669.000
PIMPINAN -2 E1 2 Rp.
3.180.000
STAF -1 D3 5 Rp.
3.009.000
STAF -2 D2 8 Rp.
2.089.000
KARYAWAN PRODUKSI D1 20 Rp.
2.010.000
KARYAWAN MEKANIK C2 10 Rp.
1.900.000
PENGAMANAN (Security) C1 22 Rp.1.865.000
KARYAWAN KEBERSIHAN B2 5 Rp.
981.000
BHL (Buruh Harian
Lepas)
B1 20 Rp.
964.000
Jumlah94 Rp.23.943.0
00
Sumber : PT. Riau Baraharum Coal (2009-2011)
RBH COAL menggunakan jenis insetif bonus dimana insentif
yang diberikan kepada pegawai yang mampu bekerja sedemikian
rupa sehingga tingkat produksi terlampaui. Berikut data
rencana penjualan dan realisasi penyaluran batubara.
Tabel 1.2
Data rencana dan penjualan
Tahun Rencana Penjualan
( ton )
Realisasi
( ton )
2009
2010
2011
355.000
345.070
340.863
335.564
331.587
319.138
Sumber: PT. PT RBH COAL tahun 2009-2011
Berdasarkan tabel di atas, hasil penjualan PT RBH COAL
dalam kurun waktu 3 tahun terakhir dari tahun 2009 mengalami
peningkatan pada tahun 2010 menurun dan 2011 pun mengalami
penurunan.Pemberian insentif di PT RBH COAL di bagian
penjualan diberikan berdasarkan jumlah penjualan yang
dihasilkan, dimana insentif yang diberikan kepada pegawai yang
mampu bekerja sedemikian rupa sehingga tingkat produksi yang
baku terlampaui.
Insentif yang diberikan oleh PT RBH COAL berdampak ganda
dimana di satu sisi insentif agak berdampak pada bagian
operasi dan di sisi lain insentif diharapkan dapat
mempengaruhi prilaku serta sikap kerja karyawan sesuai dengan
pencapaian penjualan yang di tetapkan oleh PT RBH COAL.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulis tertarik
untuk melaksanakan penelitian tentang kinerja karyawan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diangkat
judul :“PENGARUH INSENTIF TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. RBH
COAL DIKECAMATAN KEMPAS”
B. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini penulis mengidentifikasi masalah sebagi
berikut :
1. PT. RBH COAL adalah PT yang bergerak dibidang pertambangan
batu bara
2. Pemberian insentif kapada Karyawan PT. RBH COAL tidak
berjalan lancar
C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah diatas, penulis membatasi
masalah yang akan diteliti hanya pada pengaruh pemberian
insentif terhadap kinerja karyawan pada PT RBH COAL di
Kecamatan Kempas
D. Rumusan masalah
Berdasarkan permasalahan di atas dapat di tarik sebuah
permasalahan yaitu Bagaimana pengaruh insentif karyawan
terhadap kinerja karyawan PT. RBH COAL di Kecamatan Kempas
E. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pengaruh insentif terhadap kinerja karyawan PT. RBH
COAL di Kecamatan Kempas
F. Manfaat penelitian
a. Manfaat praktis :
Bagi perusahaan diharapkan penelitan ini dapat memberikan
saran atau masukan kepada perusahaan guna memberikan insentif
yang lebih tepat terhadap kinerja karyawan dalam perusahaan.
b. Manfaat teoristis :
Untuk menambah wawasan atau pengetahuan khususnya dalam bidang
manajemen sumber daya manusia.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan penelitian ini terdiri dari 6 (enam) bab ini
seperti yang diuraikan dalam sistematika penulisan berikut ini:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan latar belakang masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, serta sistematika penulisan
BAB II TELAAH PUSTAKA
Pada bab ini mengemukakan teori-teori yang berhubungan dengan
objek pembahasan antara lain teori-teori manajemen sumberdaya
manusia, pengertian insentif, tujuan insentif, syarat-syarat
pemberian insentif, jenis-jenis insentif, pengertian kinerja serta
factor-faktor yang mempengaruhi kinerja, hipotesa, dan variable
penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini berisikan tentang lokasi penelitian, jenis dan
sumber data, populasi dan sampel, tehknik pengumpulan data serta
analisis data.
BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
Dalam bab ini membahas tentang sejarah singkat berdirinya PT. RBH
COAL, stuktur organisasi serta aktivitas perusahaan.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dibahas tentang hasil penelitian dan pembahasan
berupa kebijaksanaan pemberian kompensasi, kaitan antara kebutuhan
hidup minimum (KHM) dan kepemimpinan kinerja karyawan
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan kesimpulan penelitian serta saran-saran
untuk kebaikan dimasa yang akan datang terhadap subjek penelitian.
H. Telaah pustaka
A. Manajemen Sumber Daya Manusia
1. Pengertian Sumber Daya Manusia
Manusia sebagai tenaga kerja merupakan asset terpenting
disetiap perusahaan, karena manusia yang menentukan peranan
sumberdaya manusia lainnya yang diikut sertakan dalam proses
produksi. Manjemen sumberdaya manusia merupakan bagian dari
manajemen, dimana manajemen sumber daya manusia ini menitik
beratkan perhatiannya pada masalah-masalah manusia dalam hubungan
kerjanya beserta tugas-tugasnya, sehingga manajemen sumber daya
manusia diartikan sebagai pendayagunaan penelitian, pemberian
balas jasa, dan pengolahan setiap setiap individu anggota
organisasi.
Tugas manajemen sumber daya manusia yang paling penting
adalah mengatur dan mengelola faktor-faktor manusia seoptimal
mungkin agar dapat diperoleh hasil yang efektif dan efisien,
dengan mempelajari dan menerapkan manajemen manusia diharapkan
tujuan organisasi dapat tercapai.
Jadi, pada dasarnya manajemen sumber daya manusia lebih
memfokuskan tugasnya pada peranan manusia dalam mewujudkan tujuan
peusahan yang optimal. Manajemen sumberdaya manusia juga merupakan
ilmu yang mempelajari bagaimana cara mendapatkan sumberdaya
manusia untuk mengembangkan dan menigkatkan kualitas dalam rangka
meningkatkan pencapaian tujuan organisasi.
2. Tujuan Manajemen Sumberdaya Manusia
Menurut sosilo maryoto (2004 : 13) tujuan manajemen
sumberdaya manusia dapat dirinci menjadi 4 (empat) tujuan yaitu:
1) Tujuan organisasional
Tujuan organisasional pada dasarnya adalah untuk mencapai
efektifitas maksimal dari suatu organisasi dengan menggerakan dan
mengefektifkan sumberdaya manusia dimasing-masing organisasi
2) Tujuan fungsional
Secara fungsional tujuan manajemen sumberdaya manusia pada setiap
organisasi adalah harus sesuai dengan tujuan organisasi di masa
akan datang.
3) Tujuan social
Setiap orang apapun tujuannya harus mengingat akibatnya bagi
kepentingan masyarakat umum, disamping kepentingan masyarakat
internal organisasi.
4) Tujuan personal
Kepentingan personal atau individu dalam organisasi juga harus
diperhatikan oleh setiap menejer terutama menejer sumberdaya
manusia, dan haris disesuaikan dengan tujuan organisasi secara
keseluruhan.
3. Aktivitas Manajemen Sumber Daya Manusia
Aktivits yang tercakup dalam hal ini antara lain:
1) Perencanaan Sumberdaya Manusia (Human Resource
Planning)
2) Rekrutmen (Recruitment)
3) Proses Seleksi (Selection)
4) Orientasi (Orientation)
5) Penempatan (Placement)
6) Pendidikan Dan Pelatihan (Education And Training)
7) Pengembangan (Development)
8) Penilaian Kinerja (Appraisal Of Performance)
9) Kompensasi (Compentation)
10) Pemberian Insentif Sesuai Jasanya Dalam Perusahaan
(Reqired Servis)
11) Hubungan Kerja (Employerelation)
12) Penentuan Akhir (Assessment)
4. Kebutuhan Akan Sumber daya Manusia
` Setelah penentuan kualitas tenaga kerja yang
dibutuhkan,seleksi pada tahap selanjutnya adalah penentuan jumlah
tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai dengan besarnya beban
pekerjaan dalam perusahaan, untuk menentukan jumlah tenaga kerja
ini menurut (Simamora, Hendry, 2000 : 56)
1) Analisis beban kerja
Kebutuhan akan tenaga kerja sangat erat kaitannya
dengan perusahaan. Untuk masa yang akan datang kebutuhan ini
banyak dipengaruhi oleh prosfek ekonomi perusahaan sertakebijakan
investasi yang akan dicapai pada waktu yang akan datang, dapat
dipergunakan sebagai dasar penentuan kebutuhan tenaga kerja pada
waktu yang akan datang pada perusahaan. Hasil yang diperoleh dari
analisa beban kerja ini adalah penentuan kebutuhan tenaga kerja
yang akan diperlukan untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu
pada yaktu tertentu.akan tetapi hasil yang diperoleh bukanlah
suatu keadaan yang pasti, sebab prestasi kerja karyawan
dipengaruhi oleh beberapa factor, dan pendekatan ini serupakan
suatu analisis jangka pendek.
2) Analisis Tenaga Kerja
Menurut (Ranupanggojo, Heidjrahman dan Suad Husnan,
2002:34) yang dimaksud dengan analisa tenaga kerja dalam buku
manajemen personalia adalah merupakan suatu angka yang wujudnya
jumlah minimum yang harus tersedia selalu untuk melaksanakan tugas
agar tujuan dapat tercapai, tetapi pada kenyataannya jumlah tenaga
kerja itu belum tentu semuanya dapat hadir bersedia, untuk itu
diperlukan suatu analisa tenaga kerja dengan memperhatikan dua
masalah utama yang dapat mengakibatkan kurangnya tenaga kerja
tersebut.
3) Tingkat Absensi
Seseorang dikatakan absensi apabila orang tersebut tidak dapat
hadir melaksanakan tugasnya. Semakin tinggi jumlah absensiakan
menyebabkan kesulitan pencapaian tujuan. Menurut (Ranupanggojo,
Heidjrahman, dan Suad Husnan 2002:35) tingkat absensi dapat
ditentukan dengan rumus:
4) Perputaran Tenaga Kerja (Labour Turnover)
Perputaran tenaga kerja diartikan sebagai aliran tenaga kerja
dalam suatu perusahaan yang masuk dan keluar. Tingkat perputaran
tenaga kerja dapat ditentukan dengan berbagai rumus-rumus yang
menyangkut penambahan (accession), pemberhentian (separation),
seperti pemecatan, pemecatan dan lain sebagainya, serta penempatan
(replacement) dan jumlah rata-rata tenaga kerja dalam suatu
periode tertentu. semakin tinggi tingkat perputaran tenaga kerja
di perusahaan semakin sering pula terjadinya pergantian karyawan
B. Insentif
1) Pengertian Insentif
Berbagai cara dilakukan para manajer untuk menggerakkan
karyawan agar bekerja dengan segala daya upayanya dalam
mencapai tujuan perusahaan. Menggerakkan berarti mendorong
karyawan atau pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya disertai
dengan motivasi kerja yang tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa
setiap orang yang bekerja baik pada perusahaan swasta maupun
instansi pemerintah, tentunya mengharapkan adanya balas jasa
atau imbalan yang diberikan atas sumbangan kerja, pikiran dan
waktu yang diberikannya. Salah satu cara yang dilakukan adalah
dengan diberikannya insentif kepada karyawan. Untuk memperoleh
pengertian lebih jelas tentang insentif di bawah ini
dijelaskan teori-teori insentif oleh beberapa ahli manajemen:
Menurut Heidjrachman dan Suad Husnan, mengatakan sebagai
berikut ”Pengupahan insentif dimaksudkan untuk memberikan upah
atau gaji yang berbeda karena beberapa prestasi kerja, guna
meningkatkan produktivitas karyawan dan mempertahankan
karyawan yang berbeda prestasinya untuk tetap berada dalam
perusahaan”.
Menurut Sarwoto, bahwa ”Insentif merupakan suatu sarana
motivasi dapat diberi batasan perangsang atau pendorong yang
diberikan sengaja kepada para pekerja agar dalam diri mereka
timbul semangat yang lebih besar untuk berprestasi bagi
organisasi”.
Menurut Gary Dessler yang diterjemahkan oleh Agus
Dharma,yaitu: ”Insentif finansial adalah ganjaran finansial
yang diberikan kepada karyawan yang tingkat produksinya
melampaui standar yang telah ditetapkan sebelumnya”.
Menurut Keith Davis dan William B. Werther, mengatakan
bahwa : “Insentive system link compensation and performance by rewarding
empolyee for their actual result, not for seniority or for hours worked”. (Bahwa
sistem insentif menghubungkan kompensasi dan prestasi kerja
karyawan dengan membayar paling sesuai dengan hasil kerja
mereka dan bukan karena kesenioritasan atau lamanya bekerja).
Menurut Moekijat, bahwa “insentif yang bentuknya
sederhana adalah standard potongan yang menghubungkan
pendapatan dengan produktifitas dan dapat menggunakan premi,
bonus atau bermacam-macam standard untuk memberikan imbalan
jasa kepada pelaksanaan pekerjaan yang lebih baik”.
Dari pengertian insentif di atas, dapat disimpulkan bahwa
insentif merupakan salah satu bentuk rangsangan yang sengaja
diberikan oleh perusahaan kepada segenap pekerjanya agar para
pekerja tersebut termotivasi dan mau bekerja dengan sungguh-
sungguh sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
2) Jenis-jenis insentif
Menurut pendapat Garry Dessler terjemahan Agus
Dharma, insentif terdiri dari :
1) Finansial insentif
2) Non Finansial insentif
3) Sosial insentif.
1. Finansial Insentif
Meliputi beberapa sistem penghargaan berupa finansial
yang diberikan dalam bentuk uang sebagai alat utama yang dapat
membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan pokok mereka. Dalam
pemberian insentif ini terdapat perbedaan, hal ini disebabkan
adanya tingkat atau golongan yang berbeda dari setiap karyawan
dalam suatu perusahaan, berupa:
1. Bonus. Dibayarkan sebagai balas jasa atas hasil pekerjaan
yang telah dilaksanakan. Dihitung dari persentase dari laba
perusahaan yang melebihi jumlah tertentu dan dimasukkan ke
dalam dana bonus dan kemudian diberikan kepada manajer dan
karyawan.
2. Komisi . Merupakan sistem bonus yang dibayarkan kepada
pihak yang menghasilkan penjualan yang baik. Lazimnya
dibayarkan sebagai bagian dari penjualan dan diberikan kepada
karyawan penjualan.
3. Profit Sharing. Biasanya mencakup pembayaran berupa
sebagian dari laba bersih yang disetorkan ke dalam sebuah dana
dan kemudian dimasukkan ke dalam daftar pendapatan peserta.
4. Penbayaran Yang Ditangguhkan. Merupakan jenis pembayaran
balas jasa yang mencakup pembayaran dikemudian hari terdiri
dari:
1) Bantuan Hari Tua. Secara umum akan dapat direalisir pada
perusahaan yang kondisi keuangannya cukup kuat dengan masa
depan yang baik.
2) Pensiun. Pensiun ini dibiayai sendiri oleh karyawan,
sewaktu karyawan tersebut masih aktif bekerja. Dana pensiun
diperoleh dengan memotong gaji karyawan tiap bulan sewaktu
karyawan tersebut masih aktif bekerja
3) Pembayaran Kontraktual. Suatu pelaksanaan perjanjian
antara majikan dengan pegawai, di mana pegawai yang selesai
masa kerjanya dibayar dengan jumlah uang selama periode
tertentu.
2. Non Finansial Insentif
Suatu Ganjaran bagi para karyawan yang bukan berbentuk
keuangan, dalam hal ini merupakan kebutuhan karyawan yang
bukan berwujud uang seperti :
1) Terjamin kenyamanan tempat kerja.
2) Terjaminnya komunikasi yang baik antara atasan dan
bawahan.
3) Adanya penghargaan berupa pujian atau pengakuan atas
kerja yang baik.
4) Tersedianya hiburan, pendidikan dan latihan.
5) Pemberian tanda jasa atau medali.
3. Sosial Insentif
Sosial insentif ini tidak jauh berbeda dengan non
finansial insentif, tetapi sosial insentif lebih cenderung
pada keadaan dan sikap dari para rekan sekerjanya. Menurut
Sarwoto, jenis-jenis insentif dibagi menjadi dua golongan,
yaitu :
4. Insentif Material
Insentif ini meliputi sistem penghargaan berupa finansial
yang memungkinkan karyawan menambah hasilnya dengan
meningkatkan produktivitas kerja. Perbedaan dalam melaksanakan
pemberian insentif ini disebabkan adanya tingkat atau golongan
yang berbeda dari setiap karyawan. Insentif material
meliputi :
1. Uang. Hal yang mendasari dalam pemberian insentif ini
dikarenakan uang adalah alat utama yang dapat memotivasi
semangat kerja karyawan dalam melakukannya kegiatannya sehari-
hari. Ada beberapa macam pemberian insentif ini, yaitu :Bonus,
terdiri dari :
a) Berupa uang yang dibayarkan sebagai balas jasa atas hasil
pekerjaan yang telah dilaksanakan.
b) Dalam perusahaan yang menggunakan sistem insentif lazimnya
beberapa persen dari laba yang melebihi jumlah tertentu
dimasukkan ke dalam sebuah dana bonus dan kemudian jumlah
tersebut dibagi-bagi antara pihak yang akan diberikan bonus.
2. Komisi. Merupakan sejenis bonus yang akan dibayarkan kepada
pihak bagian penjualan yang menghasilkan penjualan yang
melebihi target.
3. Profit Sharing. Dalam hal pembayarannya dapat diikuti
bermacam-macam pola, tetapi biasanya mencakup pembayarannya,
berupa sebagian dari laba hasil yang disetorkan ke dalam
setiap peserta.
4. Kompensasi Yang Ditangguhkan
a) Pensiun. Di Indonesia program ini sebagian besar
diberlakukan untuk para pegawai negeri di mana perusahaan
memotong gaji setiap bulannya pada saat karyawan tersebut
masih aktif bekerja.
b) Pembayaran Kontraktual. Suatu pelaksanaan perjanjian antara
pimpinan dan pegawai, di mana pegawai setelah selesai masa
kerja dibayarkan seumlah uang tertentu selama periode waktu
tertentu.
c) Jaminan Sosial. Lazimnya diberikan secara kolektif, tidak
ada unsur kompetitif dan setiap karyawan dapat memperolehnya
secara rata dan otomatis. Bentuknya antara lain : Pemberian
rumah dinas, pengobatan secara Cuma-Cuma, pemberian kredit
kepada pekerjaan atas barang-barang yang dibelinya dari
kopersasi perusahaan, cuti sakit dengan tetap mendapatkan
pembayaran gaji, pemberian status belajar, dan lain-lain.
5. Insentif Non Material
Insentif Non Material diberikan bukan berwujud uang,
antara lain: pemberian gelar atau titel secara resmi,
pemberian tanda jasa, pemberian promosi, dan lain-lain.
Menurut Malayu S.P Hasibuan, yaitu: “Insentif positif
adalah daya perangsang dengan memberikan hadiah material dan
non material kepada karyawan yang berprestasi kerjanya di atas
prestasi standard”.
”Insentif negatif adalah daya perangsang dengan
memberikan ancaman hukuman kepada karyawan yang berprestasi
kerjanya di bawah prestasi standard”.
3) Pelaksanaan Pemberian Insentif
Menurut Gary Dessler dalam bukunya yang diterjemahkan
oleh Agus Dharma, mengemukakan bahwa pelaksanaan insentif
meliputi:
1. Insentif Bagi Karyawan Produksi
1) Program kerja borongan
Yaitu perolehan insentif yang dikaitkan secara langsung
dengan jumlah yang dihasilkan dengan membayar orang yang
bersangkutan sesuatu upah potongan bagi tiap unit yang
dihasilkan. Keuntungan program kerja borongan cara ini tidak
rumit dan mudah dipahami oleh pegawai, secara prisip tampak
adil dan nilai insentifnya dapat menjadi sangat kuat karena
ganjaran dikaitkan secara langsung dengan prestasi. Kelemahan
dengan adanya kebiasaan beberapa pengusaha yang secara semena-
mena menaikkan standard produksi kapan saja mereka merasa
bahwa karyawan memperoleh upah yang berlebihan.
2) Program jam standard
Karyawan diberikan imbalan berdasarkan prosentase premi
yang sama dengan prosentase hasil yang dicapainya di atas
standard. Program ini berasumsi karyawan memiliki jaminan upah
pokok insentif diungkapkan dalam bentuk unit waktu dan bukan
dalam bentuk unit uang.
3) Program Insentif Kelompok
Alasan penggunaan program insentif kelompok, karena
kadang kala beberapa kelompok dikaitkan satu sama lain seperti
halnya pekerjaan pada lini perakitan. Di sini prestasi seorang
karyawan tidak hanya mencerminkan upayanya sendiri tetapi juga
teman sekerjanya. Kelemahannya jika anggota kelompok tidak
merasa bahwa upayanya tidak mengarah pada ganjaran yang
diinginkan maka sistem insentif kelompok biasanya tidak
seselektif cara pemberian insentif individual.
2. Insentif Bagi Para Manajer dan Eksekutif
Pemberian Insentif dapat dibedakan atas :
1. Insentif Jangka pendek (bonus tahunan).Yang bertujuan untuk
memotivasi prestasi para manajer dan eksekutif mereka dalam
jangka pendek.
2. Insentif Jangka Panjang. Ditujukan untuk memotivasi dan
memberikan ganjaran kepada pemimpin dalam rangka pertumbuhan
dan kemajuan perusahaan dalam jangka panjang serta untuk
menyuntikkan perspektif jangka panjang ke dalam keputusan
eksekutif. Tujuan lain adalah mendorong para eksekutif untuk
dapat bekerja dalam perusahaan dengan menyediakan kesempatan
bagi mereka mengakumulasikan modal (seperti: saham perusahaan)
yang didasarkan atas keberhasilan perusahaan jangka panjang.
3. Insentif Bagi Karyawan
a. Gaji
Para karyawan karyawan diberikan sejumlah gaji yang pasti
meskipun adakalanya mereka menerima insentif dalam bentuk
bonus, kontes penjualan, dan sejenisnya.
b. Komisi
Dengan cara ini dibayar dalam proporsi langsung dari hasil
penjualannya dan semata-mata dari hasil yang dicapai dalam
penjualan.
c. Cara Kombinasi
Yaitu membayar karyawan dalam suatu kombinasi antara gaji dan
komisi merupakan pendekatan yang paling umum.
4. Insentif Bagi Pegawai Profesional dan Karyawan Kantor
Lainnya
1. Bayaran Bajik Sebagai Insentif
Merupakan suatu gaji yang diberikan kepada seorang pegawai
atas prestasi perorangan yang dicapai. Bayaran bajik mewakili
suatu kenaikan berlanjut.
2. Insentif Bagi Pegawai Profesional
Pegawai profesional adalah pegawai yang pekerjaannya
melibatkan aplikasi pengetahuan yang dipelajari untuk
memecahkan masalah-masalah perusahaan, termasuk dalam kategori
ini adalah pengacara, dokter, ekonom dan insinyur.
5. Insentif Bagi Tim atau Kelompok
Ada beberapa cara untuk mengimplementasikan rencana
insentif tim atau kelompok. Beberapa cara tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Menetapkan Standard kerja untuk keluaran masing-masing
anggota. Para anggota selanjutnya dibayar berdasarkan pada
satu dari tiga rumusan :
2. Semua anggota menerima upah yang didapatkan oleh
produser paling tinggi.
3. Semua anggota menerima upah yang didapatkan oleh
produser paling terendah.
4. Semua anggota menerima pembayaran yang sama dengan
rata-rata upah yang didapatkan oleh para kelompok.
5. Menetapkan suatu standard produksi yang didasarkan pada
keluaran final dari kelompok sebagai suatu keseluruhan, semua
anggota selanjutnya menerima upah yang sama, berdasarkan pola
tarif perpotong yang ada untuk pekerjaan kelompok atau rencana
jam standard, namun rencana jam standard lebih lazim
digunakan.
6. Memilih satu definisi yang dapat diukur dari kinerja
kelompok atau produktivitas yang dapat dikendalikan oleh
kelompok. Dapat misalnya menggunakan kriteria yang luas
seperti jam kerja total per produk final. Standard yang
direkayasa dari kerja yang dibayarkan berdasarkan hasil kerja
dengan demikin tidak perlu dituntut di sini.
6. Program Insentif Perusahaan
Banyak perusahaan yang telah melaksanakan program
insentif di mana semua karyawan turut serta, program ini
mencakup antara lain :
1. Program bagi laba
Dalam program ini hampir semua karyawan menerima suatu
bagian dari laba perusahaan, yang berarti lebih besar laba,
berarti bonus yang diterima lebih besar, apabila perusahaan
tidak mendapatkan laba maka tidak ada bonus . Ada dua tipe
laba para karyawan yaitu :
1. Pembagian tunai
2. Pembagian yang ditangguhkan
Bila tipe pertama yang digunakan, karyawan menerima
pembagian laba dalam bentuk tunai paling sedikit setahun
sekali sedangkan bentuk tipe yang kedua berarti laba yang
dibagikan dikaitkan dengan rencana pensiun karyawan, pada saat
kematian atau ketidak mampuan bekerja.
2. Program kepemilikan saham perusahaan
Merupakan kepemilikan saham oleh karyawan, bertujuan mendorong
karyawan untuk mengembangkan rasa memiliki dan keterikatan
terhadap perusahaan
3. Program scalon
Merupakan program insentif yang menjamin timbulnya prestasi
yang tinggi dengan menyesuaikan tujuan perusahaan dan
karyawannya. Program ini mempunyai tiga unsur utama, yaitu :
a) Adanya falsafah kerja sama
Karyawan ditanamkan adanya rasa memiliki perusahaan memahami
betul bahwa imbalan ekonomi merupakan kesatuan dengan
kerjasama yang tulus.
b) Keterlibatan
Karyawan diikutsertakan dan dilibatkan dalam memberikan saran-
saran mengenai peningkatan produktivitas kepada para pemimpin.
c) Formula bagi keuntungan
Program scalon berasumsi bahwa para pegawai secara
langsung seyogyanya memperoleh bagian secara langsung dalam
tiap keuntungan ekstra yang dihasilkan dari saran yang
diajukan. Program ini telah banyak berhasil dalam upaya
pengurangan biaya-biaya dan menumbuhkan rasa memiliki dan
kerjasama dikalangan karyawan
Sebelum menerapkan sistem insentif yang digunakan, lebih
dahulu harus ditetapkan standard produksi. Standar ini
merupakan tolok ukur pekerjaan, yaitu suatu hasil minimum
tertentu yang dapat dikerjakan dalam kondisi normal oleh semua
pekerja yang lebih terlatih pada suatu waktu tertentu.
7. Tujuan Pemberian Insentif
Menurut William B. Werther dan Keith Davis, adalah :
1. Tujuan bagi masyarakat
Dewasa ini insentif memberikan jaminan keuangan pada waktu
sakit dan tidak mampu bekerja karena tua. Jadi insentif
merupakan andil yang tidak kecil bagi setiap karyawan dalam
kehidupan masyarakat.
2. Tujuan bagi organisasi
Organisasi mempunyai berbagai tujuan ketika mereka menawarkan
insentif, antara lain :
1. Mengurangi biaya lembur.
2. Mengurangi jumlah karyawan yang absen dan berhenti.
3. Menguntungkan dalam pengadaan tenaga kerja.
4. Memuaskan tujuan karyawan
3. Tujuan Karyawan
Karyawan biasanya mencari perusahaan yang menyediakan
insentif karena mengurangi biaya asuransi mereka. Insentif
dalam bentuk asuransi yang diberikan kepada kelompok akan
menghemat biaya admimistrasi dan penjualan bagi perusahaan
asuransi dibanding polis asuransi dibanding polis asuransi
bagi individu.
Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan tujuan
memberikan insentif tersebut adalah untuk mempertahankan
karyawan serta menambah motivasi kerja dan kegairahan kerja
mereka, sehingga karyawan terpacu untuk lebih berprestasi dan
pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan
dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan yang telah
ditetapkan.
8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Insentif
Tinggi rendahnya tingkat insentif yang diberikan kepada
karyawan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :
1. Kondisi dan kemampuan perusahaan
Bila keuangan perusahaan mencukupi maka jumlah insentif
yang diberikan akan lebih besar dibandingkan dengan perusahaan
yang tidak mampu atau perusahaan kecil.
2. Kemampuan, kreatifitas serta prestasi dari karyawan
Karyawan yang berprestasi tinggi akan menerima insentif
yang lebih besar dibandingkan dengan karyawan yang tidak
berprestasi.
3. Keadaan ekonomi suatu negara
Dengan adanya peraturan pemerintah seperti kebijaksanaan
yang diberikan kemudahan bagi setiap usaha akan mempengaruhi
jumlah insentif yang akan diberikan kepada karyawan.
4. Tingkat produktivitas
Dengan adanya produktivitas yang tinggi, maka makin
meningkat pula keuntungan perusahaan, sehingga perusahaan
dapat mengurangi pemborosan biaya dan insentif yang diberikan
kepada karyawan meningkat pula.
9. Pedoman Pemberian Insentif Yang Efektif
Sudah menjadi tugas seorang manajer untuk memberikan
dorongan dan rangsangan kepada bawahannya agar mereka dapat
bekerja secara optimal sehingga dapat dicapai hasil yang
memuaskan yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka dari
itu dalam pelaksanaannya kebijaksanaan pemberian insentif
harus dilaksanakan secara efektif.
Untuk dapat melaksanakan kebijaksanaan pemberian insentif
yang efektif harus ada pedoman-pedoman tertentu yang
melibatkan bukan saja atasan tapi juga karyawan dengan maksud
agar dalam penerapannya tidak terjadi kesalah pahaman antara
kedua belah pihak, sehingga antara atasan dan bawahan saling
pengertian dan lebih bersifat adil.
Menurut Gary Dessler dalam bukunya yang diterjemahkan oleh
Agus Dharma, ada beberapa pedoman untuk menyusun program
insentif yang efektif :
1. Pastikan bahwa upaya dan ganjaran berkaitan secara
langsung, insentif dapat memotivasi karyawan, jika mereka
melihat adanya kaitan antara upaya yang mereka lakukan dengan
ganjaran yang disediakan. Oleh karena itu, program insentif
hendaknya menyediakan ganjaran kepada karyawan dalam proporsi
yang sesuai dengan peningkatan produktivitas mereka. Karyawan
harus berpandangan bahwa mereka dapat melakukan tugas yang
diperlukan sehingga standard yang ditetapkan dapat tercapai.
2. Ganjaran yang tersedia haruslah bernilai bagi karyawan,
agar insentif dapat memotivasi karyawan ganjaran yang
disediakan haruslah menarik karena kebutuhan tiap orang
berbeda-beda maka daya tarik insentif pun berbeda-beda.
3. Pengkajian metode dan prosedur yang seksama. Program
insentif yang efektif umumnya didasarkan atas suatu studi
metode kerja yang cermat. Melalui observasi dan pengukuran
yang seksama, maka dapat ditetapkan program insentif yang
disusun berdasarkan standard tersebut.
4. Program insentif haruslah dapat dipahami dan
dikalkulasikan dengan mudah oleh pegawai, para karyawan
diharapkan dapat mudah menghitung ganjaran yang bakal diterima
dalam berbagai level upaya, dengan melihat kaitan antara upaya
dengan ganjaran. Oleh karena itu, program tersebut sebaiknya
dapat dimengerti dan mudah dikalkulasi.
5. Susun standar yang efektif, standar yang mendasari
pemberian insentif ini sebaiknya efektif, di mana standar
dipandang sebagai hal yang wajar oleh karyawan, standar
sebaiknya ditetapkan cukup masuk akal, sehingga dalam upaya
mencapainya terdapat kesempatan berhasil 50-50 dan tujuan yang
akan dicapai hendaknya spesifik, artinya tujuan secara
terperinci dan dapat diukur karena hak ini dipandang lebih
efektif.
6. Jaminan standar yang akan ditetapkan, dewasa ini, para
karyawan sering curiga bahwa upaya melampaui standar akan
mengakibatkan makin tingginya standar untuk melindungi
kepentingan jangka panjang, maka mereka tidak berprestasi di
atas standar sehingga mengakibatkan program insentif gagal.
Oleh karena itu, penting bagi pihak perusahaan untuk memandang
standar yang ditetapkan sebagai suatu kontrak dengan pihak
karyawan.
7. Jaminan upah pokok perhari, terutama bagi karyawan
pabrik, pihak perusahaan disarankan untuk menjamin adanya upah
pokok bagi karyawan, baik dalam perjam, hari, bulan, dan
sebagainya agar mereka tahu bahwa apapun yang terjadi mereka
akan memperoleh suatu upah minimum yang terjamin.
C. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Didalam perusahaan yang menjadi perhatian utama pihak
manajemen adalah tingkat kinerja tenaga kerja dan pihak manajemen
lebih menonjolkan serta memfokuskan dalam mengurus tenaga kerja.
Menurut ( Kartono, Kartini, 2002 : 32) Pengertian kinerja
adalah kemampuan dalam menjalankan tugas dan pencapaian standar
keberhasilan yang telah ditentukan oleh instansi kepada karyawan
sesuai dengan job yang diberikan kepada masing-masing
karyawannya..
Sementara menurut (Simamora, Hendry, 2004 : 327) kinerja
merupakan tingkat kepuasan para karyawan dalam mencapaii
persyaratan-persyaratan pekerjaan atau pencapaian dari asfek
kuantitatif maupun kualitatif dari pelaksanaan.
Adapun pengertian lain dari kinerja adalah kinerja merupakan
proses formal untuk melakukan peninjauan ulang dan evaluasi
prestasi kerja seseorang secara priodik, (Sisgian P. Sondang, 2002
: 248)
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Dalam meningkatkan kinerja, manusia merupakan sasaran
strategis karena peningkatan lain sangat tergantung dari tenaga
manusia yang memanfaatkannya, untuk itu perlu diperhatikan faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kinerja. Adapun faktor-faktor
tersebut menurut (Sinungan Muchdarsyah, 2002 : 8) :
1. Menyangkut Kualitas dan kemampuan fisik karyawan
Kualitas atau kemampuan fisik karyawan dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, motivasi, etos kerja dan kemampuan kerja karyawan yang
bersangkutan yaitu :
a. pendidikan adalah memberi pengetahuan, semakin tinggi
pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat produktifitas
seseorang karyawan dan juga semakin mampu dalam mengembangkan diri
dan kemampuan dalam memanfaatkan sarana yang ada disekitarnya.
b. Program pelatihan yang diikuti keterampilan dengan cara-cara
yang tepat dalam mengunakan peralatan kerja. Pendidikan bersifat
umum sedangkan pelatihan bersifat khusus dan tehnik oprasional.
c. pemberian motivasi adalah bersifat mental yang memerlukan
tehnik-tehnik tertentu dan membutuhkan waktu yang lama agar dapat
berorientsi pada kinerja.
d. kemampuan fisik sangat membutuhkan perhatian terutama untuk
karyawan yang menghasilkan rendah, usaha-usaha perbaikan
keberhasilannya akan meningkatkan kemampuan fisik dan kemungkinan
peningkatan kinerja mereka.
2. Sarana pendukung
Sarana pendukung untuk peningkatan produktifitas kerja karyawan
dapat dikelompokkan yaitu :
a. menyangkut kualitas kerja. perbaikan dibidang lingkungan
kerja dapat membutuhkan kegairahan semangat dan kecepatan kerja,
terutama dalam tegnologi dan cara berproduksi yang digunakan.
b. Kesejahteraan karyawan yang tercermin pada tingkat kompensasi
dan jaminan sosial, hal ini dapat meningkatkan kemampuan fisik
karyawan dan juga membutuhkan semangat kerja.
Adapun menurut Simamora, Hendry 2002 : 330 faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja adalah :
1. Karakteristik situasi
Bagai mana lingkungan dan organisasi mempengaruhi pelaksanaan
kinerja dalam organisasi. lingkungan menempatkan tuntutan-tuntutan
kinerja didalam organisasi dan para karyawan terhadap
pekerjaannya. organisasi juga mempengaruhi kinerja, menentukan
siapa yang memiliki tanggung jawab untuk penilaian.
2. Deskripsi, spesifikasi dan standar pekerjaan.
Karena pekerjaan-pekerjaan yang berbeda mempunyai deskripsi
pekerjaan yang berbeda, program evaluasi haruslah menyediakan cara
yang sistematis untuk mempertimbangkan perbedaan-perbedaanini dan
memastikan evaluasi yang konsisten diseluruh pekerjaan dan
karyawan yang mendudukinya.
3. Tujuan-tujuan penilaian prestasi kerja
Tujuan-tujuan penilaian kinerja secara mendasar dapat
digolongkan kepada dua bagian besar yaitu evaluasi dan
pengemangan.
4. Sikap para pekerja dan atasan terhadap evaluasi
Keberhasilan suatu organisasi secara umum ditentukan oleh
semua orang yang terlibat dalam struktur organisasi tersebut.
karyawan merupakan kelompok orang-orang kecil dalam organisasi dan
ditempatkan pada line paling depan, yang mempunyai arti cukup besar
dalam meningkatkan instansinya. tingkat efesiensinya kerja dapat
tercapai jika didukung oleh manajemen yang mapan. kelemahan
manajemen dapat menimbulkan kesalahan dalam menempatkan tenaga
kerjanya.
Hal tersebut berakibat timbulnya keresahan kerja, turunnya
semangat dan gairah kerja, kekeliruan dalam menjalankan tugas, dan
turunnya produkttifitas. Untuk meningkatkan kinerja, perusahaan
harus memperhatikan kesejahteraan karyawan saat bekerja atau
setelah pensiun harus ada jaminan dari perusahaan. hal ini
merupakan motivasi bagi karyawan untuk meningkatkan kinerja
mereka. Menurut (Agus Tulus, Muhammad, 2002 : 213) kesejahteraan
itu dapat berbentuk :
a. Askes
b. Kompensasi ( balas jasa )
c. Kondisi lingkungan kerja yang nyaman dan harmonis
d. Insentif
Menurut (Manullang, M, 2002 : 42) Motivasi berasal dari bahasa
latin "Mofere" yang berarti dorongan atau gerakan. motivasi
mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi bawahan
agar mau bekerja sama secara produktif untuk mencapai dan
mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
Motivasi yang diberikan kepada bawahannya khususnya merupakan
dorongan yang sangat berpengaruh kepada peningkatan kemajuan yang
akan dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Motivasi yang
diberikan atasan kepada bawahan hendaklah yang sesuai dan membuat
rasa puas bagi bawahan lebih giat bekerja. Dengan adanya perhatian
yang diberikan pimpinan kepada bawahannya sudah ada nilai
tersendiri bagi bawahan bahwa mereka sudah diperhatikan baik,
dorongan untuk lebih rajin bekerja maupun dorongan untuk loyal
kepada perusahaan.
I. Hipotesis
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan telaah
pustaka pada bagian sebelumnya, maka dapat dibuat hipotesis
sebagai berikut:
" Diduga insebtif yang diberikan mempengaruhi kinerja karyawan pada PT. RIAU
BARAHARUM DIKECAMATAN KEMPAS "
J. Variabel penelitian
Dalam penelitian ini adapun variabel penelitian yang akan
diteliti adalah sebagai berikut :
1. Insentif
2. Kinerja karyawan