Evaluasi Pembiayaan Pembangunan Prasarana Air Bersih, Studi Kasus PDAM Indragiri Hilir

24
Pembiayaan Pembangunan Anggota Kelompok Achmad Pahrevi M. S. 3610100052 Andrian Hadi S. 3611100023 Satrio Dwi Atmojo 3612100021 Try Ananda 3612100025 Riefki Rifandi 3612100029 Irwan Bisri Rianto 3612100068 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014

Transcript of Evaluasi Pembiayaan Pembangunan Prasarana Air Bersih, Studi Kasus PDAM Indragiri Hilir

Pembiayaan

Pembangunan

Anggota Kelompok Achmad Pahrevi M. S. 3610100052 Andrian Hadi S. 3611100023 Satrio Dwi Atmojo 3612100021 Try Ananda 3612100025 Riefki Rifandi 3612100029 Irwan Bisri Rianto 3612100068

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya 2014

i | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunia-

Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Pembiayaan Pembangunan

Prasarana Pengelolaan Air Bersih – Studi Kasus PDAM Kabupaten Indragiri Hilir,

Provinsi Riau” dengan tepat waktu. Penyusunan makalah Evaluasi III Pembiayaan

Pembangunan ini bertujuan untuk mereview sebuah contoh kasus pembangunan instalasi

PDAM, mulai dari tahap tipe sebuah proyek, besaran dana yang dibutuhkan, analisa-analisa

yang akan menentukan besaran untung-rugi dari proyek tersebut, serta rekomendasi-

rekomendasi dalam penyediaan dana.

Penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam

pembuatan makalah ini dari awal sampai selesai. Ucapan terima kasih penulis sampaikan

kepada dosen-dosen mata kuliah Ekonomi Kota :

1. Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg.

2. Vely Kukinul Siswanto

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan,

baik pada teknis penulisan maupun pembahasan materi. Melalui makalah ini penulis

berharap dapat memberikan manfaat kepada penulis sendiri serta kepada pembaca

mengenai persoalan-persoalan yang terkait dengan pembiayaan pembangunan. Pada

akhirnya penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna menyempurnakan

makalah ini menjadi lebih baik.

Surabaya, 15 Desember 2014

Penyusun

ii | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................... i

Daftar Isi ........................................................................................................ ii

Daftar Gambar ................................................................................................ iii

Daftar Tabel ................................................................................................... iv

Bab I Pendahuluan .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .............................................................................. 1

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 2

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 2

1.5 Sistematika Pembahasan ....................................................................... 2

Bab II Tinjauan Pustaka .................................................................................. 3

2.1 Tinjauan Teori Penyediaan Air Bersih ...................................................... 3

2.2 Penyelenggaraan Pengelolaan Air Bersih ................................................. 5

2.2.1 Sistem Penyediaan dan Distribusi Air Bersih .................................... 5

2.2.2 Kebijakan Pengelolaan Air Bersih ................................................... 6

2.3 Sumber-Sumber Pendanaan ................................................................... 6

2.4 Analisis Kelayakan Investasi ................................................................... 8

Bab III Pembahasan ........................................................................................ 11

3.1 Gambaran Umum Permasalahan ............................................................. 11

3.2 Skema Penanganan Kasus ..................................................................... 11

Bab IV Analisis ................................................................................................ 13

4.1 Analisis Finansial ................................................................................... 13

Bab V Kesimpulan ........................................................................................... 18

Daftar Pustaka ................................................................................................ 19

iii | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

Daftar Gambar

Gambar 3.1 Batas Kabupaten Indragiri Hilir ....................................................... 11

Daftar Tabel

Tabel 3.1 Skema Penanganan Kasus ................................................................. 12

Tabel 4.1 Biaya tahunan pembangunan PDAM yang bersumber dari Sungai

Indragiri sebagai sumber air baku .................................................................... 14

Tabel 4.2 Rekapitulasi proyeksi pendapatan operasional ..................................... 15

iv | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

ABSTRAK

Air merupakan kebutuhan dasar hidup umat manusia. Air juga digunakan untuk menunjang kebutuhan-kebutuhan lain. Mulai untuk pendingin mesin, irigasi, hingga mandi-cuci-kakus (MCK). Namun, keterbatasan debit dan jumlah air suatu daerah menyebabkan daerah tersebut berada pada titik bahaya. Untuk itu, perlu adanya instalasi penyedia air bersih agar kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan industri (bila ada), perdagangan dan jasa daerah tersebut dapat terpenuhi. Tahapan awal dari pembangunan instalasi ini adalah dengan melakukan analisa-analisa pembiayaan, antara lain analisa kelayakan investasi dan analisa sensivitas. Untuk melaksanakannya, perlu adanya analisa pembiayaan. Dari kasus berikut, dapat diketahui bahwa biaya langsung untuk pembangunan instalasi ini membutuhkan dana sebesar Rp. 52.487.106.000,00. Sedangkan setelah pembangunan instalasi tersebut selesai, prediksi pendapatan yang diterima PDAM, selaku unit pelaksana dari pemerintah daerah bidang air bersih, sebesar Rp. 2.758.974.675.272,00.

Kata Kunci: pembiayaan pembangunan, modal biaya, prediksi benefit, analisa kelayakan investasi, analisa sensivitas.

1 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok dimana keberadaannya harus

dapat diandalkan untuk suatu kebutuhan baik dimusim hujan maupun kering. Di beberapa

tempat, baik perkotaan mapun pedesaan, pemenuhan kebutuhan air bersih merupakan

masalah yang tidak mudah penyelesaiannya. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan

sumber air yang terbatas, kebutuhan biaya, dan teknik pengolahan sebelum air tersebut

dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluannya. Pesatnya

pertumbuhan penduduk dan perkembangan kabupaten Indragiri Hilir membawa dampak

terhadap kebutuhan dan peningkatan infrastruktur wilayah termasuk di dalamnya sektor

air bersih.

Pembangunan yang diarahkan selama ini khususnya masalah air bersih di

perkotaan atau di pedesaan sudah tentu terdapat kekurangan-kekurangan dan masih

belum optimal, baik mengenai sarana dan prasarana yang disebabkan masih banyak

kendala-kendala baik kondisi alam maupun menyangkut dana. SPAB yang ada

sebelumnya tidak mampu memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Untuk itu

diperlukan adanya pembenahan di semua aspek terutama sarana dan prasarana air

bersih, sehingga dengan demikian tahap demi tahap kebutuhan dari penduduk mengenai

air bersih akan terpenuhi. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Indragiri

dihadapkan pada masalah kurangnya instalasi pengolahan air bersih yang diambil dari air

tanah dan air permukaan. Demikian juga dengan pesatnya perkembangan penduduk pada

kabupaten Indragiri Hilir.

Untuk melakukan perluasan dalam penyediaan air bersih, maka perlu adanya

pembangunan prasarana pengelolaan air bersih yaitu PDAM yang baru dengan

memanfaatkan sumber air yaitu sungai di Indragiri Hilir. Oleh karena itu, penyusun perlu

membahas strategi pembiayaan pembangunan pengelolaan air bersih ini dengan studi

kasus Kabupaten Indragiri Hilir.

1.2 Perumusan Masalah

`Untuk memperjelas permasalahan dalam pembahasan ini, maka rumusan masalah

yang diambil adalah sebagai berikut:

2 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

1. Bagaimanakah analisis pembiayaan pembangunan prasarana pengelolaan Air bersih?

2. Bagaimana strategi pembiayaan pembangunan dalam prasarana pengelolaan Air

bersih?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan ini adalah:

1. Mengetahui analisis pembiayaan pembangunan dalam prasarana pengelolaan Air

bersih.

2. Menganalisa strategi pembiayaan pembangunan dalam prasarana pengelolaan Air

bersih.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Pengelola Prasarana Air Bersih

Sebagai masukan yang bermanfaat bagi stakeholder untuk mengatur pembiayaan

pembangunan prasarana air bersih dalam upaya meningkatkan efektifitas dan efisiensi

anggaran.

2. Penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai proses penyusunan anggaran dalam

aplikasinya pada sebuah prasarana pengelolaan air bersih .

3. Pembaca

Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa atau masyarakat yang membutuhkan.

1.5 Sistematika Pembahasan

Adapun alur pembahasan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini membahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan makalah.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Merupakan kajian teoritis terkait sumber pendanaan dan mekanisme pembiayaan

prasarana Pengelolaan Air bersih di Indonesia.

Bab 3 Pembahasan

3 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

Bab Pembahasan yang berisi uraian secara jelas mengenai data dan informasi

yang mendukung analisa dan proses analisa.

Bab 4 Analisis

Merupakan hasil analisis yang berisi strategi yang dapat ditetapkan berdasarkan

hasil

pengumpulan data – data pada bab 3.

Bab 5 Kesimpulan

Berisi pembahasan akhir yang menyimpulkan tujuan awal pembahasan dengan

hasil analisa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori Penyediaan Air Bersih

Air bersih dalam kehidupan manusia merupakan salah satu kebutuhan paling

esensial, sehingga perlu memenuhinya dalam jumlah dan kualitas yang memadai, selain

untuk dikonsumsi air bersih juga dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam

meningkatkan kesejahteraan hidup melalui upaya peningkatan derajat kesehatan, karena

melalui air dapat timbul berbagai jenis penyakit teruma penyakit perut , sehingga dengan

adanya ketersediaan bersih dengan kualitas yang baik dan kuantitas yang memadai, akan

menjamin terciptanya kesehatan bagi masyarakat (Sutrisno, 2006 dalam Sumiyarsono).

Dalam tinjauan aspek teknis, penyediaan air bersih di bedakan menjadi dua sistem

(Chatib, 1996 dalam Sumiyarsono), yaitu:

1. Sistem Penyediaan Air Bersih Individual (Individual Water Supply System). Sistem

penyediaan air bersih indi vidual adalah sistem penyediaan air bersih untuk

penggunaan pribadi atau pelayanan terbatas. Sumber air yang digunakan dalam

sistem ini umumnya berasal dari air tanah. Hal ini disebabkan air tanah memiliki

kualitas yang lebih baik di banding sumber lainnya. Sistem penyedi aan ini biasnya

tidak memiliki komponen transmisi yang dibangun oleh pengembang untuk

melayani suatu lingkungan perumahan yang dibangunnya. Berdasarkan uraian

tersebut, yang termasuk dalam sistem ini adalah sumur gali, pompa tangan dan

sumur bor (untuk pelayanan suatu lingkungan perumahan tertentu).

4 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

2. Sistem Penyediaan Air Bersih Komunitas (Community/Municipality Water Supply

System). Sistem penyediaan air bersih komunitas atau perkotaan adalah suatu

sistem penyediaan air bersih untuk masyarakat umum atau skala kota, dan untuk

pelayanan yang menyeluruh, termasuk untuk keperluan rumah tangga (domestik),

sosial maupun industri. Pada umumnya sistem ini merupakan sistem yang lengkap

dan menyeluruh bahkan kompleks, baik dilihat dari segi teknis maupun sifat

pelayanannya. Sumber air yang di gunakan umumnya air sungai atau danau yang

memiliki kuantitas cukup besar. Sistem ini juga dapat mempergunakan beberapa

macam sumber sekaligus dalam satu sistem sesuai kebutuhannya. Sistem

penyediaan air bersih meliputi berbagai peralatan seperti: tangki air bawah tanah,

tangki air di atas atap, pompa‐pompa, perpipaan dan sebagainya. Dalam peralatan

ini, air minum haris dapat di alirkan ketempat‐tempat yang dituju tanpa

mengalami pencemaran. Hal‐hal yang menyebabkan pencemaran antara lain:

a. Masuknya kotoran, tikus, serangga kedalam tangki .

b. Terjadinya karat dan rusaknya bahan tangki dan pipa.

c. Terhubungnya pipa air bersih dengan pipa lainnya.

d. Tercampurnya air minum dengan air jenis kualitas lainnya.

e. Aliran balik (backflow) air jenis kualitas air kedalam pipa air minum.

Pada saat ini sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

1. Sistem sambungan langsung

2. Sistem tangki atap

3. Sistem tangki tekan

4. Sistem tanpa tangki (booster system)

Tangki‐tangki yang di gunakan untuk menyimpan air minum haruslah dibersihkan

secara teratur, agar kualitas air dapat dijaga (Noerbambang, 1993). Secara umum

terdapat lima sumber air yang dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan masyarakat desa/kota,

yaitu (Nace, 1976):

1. Air hujan, yaitu hasil dari kondensasi uap air yang jatuh ketanah.

2. Air tanah, yaitu air yang mengalir dari mata air, sumur artesis atau diambil

melalui sumur buatan.

3. Air permukaan, yaitu air sungai atau danau.

4. Desilinasi air laut, atau air tanah payau/asin.

5 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

5. Hasil pengolahan air buangan.

Dari kelima sumber diatas, air yang sering dimanfaatkan untuk air bersih adalah

air tanah dan air permukaan ini menjadi pilihan utama, disebabkan kedua sumber

tersebut mudah di dapat, jumlahnya besar dan secara kualitas relatif lebih baik dan

memenuhi syarat untuk dimanfaatkan sebagai air bersih.

2.2 Penyelenggaraan Pengelolaan Air Bersih

Penyedian air bersih untuk masyarkat mempunyai peranan yang sangat penting

dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat , yakni mempunyai peranan

dalam menurunkan angka penderita penyakit khususnya yang berhubungan dengan air

dan berperan dalam meningkatkan standar atau taraf/kualitas hidup masyarakat.

Berdasarkan peraturan pemerintah (PP) no.14 tahun 1987 maka pengelolaan

sarana dan prasarana air bersih diserahkan kepada pemerintah daerah tingkat 1 provinsi.

Sedangkan pengelolaanya di lakukan oleh pengusaha air minum yang berada di bawah

kendali pemerintah daerah tingkat 2 kabupaten/kota.

2.2.1 Sistem Penyediaan dan Distribusi Air Bersih

Sistem penyediaan air bersih terdiri dari dua sistem penyediaan air bersih, yaitu

Sistem Penyediaan Air Bersih individual dan komunal. Dengan pertimbangan jumlah

penduduk, distribusi/sebaran penduduk, dan aktifitas dominan yang dilakukan penduduk,

dapat diketahui bahwa perbedaan antara kedua sistem tersebut terletak pada; penerapan

teknologi fisik, tingkat kapasitas pelayanan, tingkat jenis sambungan pelayanan, dan

tingkat institusi pengelolaan sistem. Air Bersih Domestik Kebutuhan domestik ditentukan

oleh adanya konsumen domestik, yang berasal dari data penduduk, pola kebiasaan dan

tingkat hidup yang didukung adanya perkembangan sosial ekonomi yang memberikan

kecenderungan peningkatan kebutuhan air bersih. Fasilitas penyediaan air bersih yang

sering dikenal, yaitu;

- Fasilitas perpipaan, yaitu: sambungan rumah, sambungan halaman, sambungan

umum.

- Fasilitas non perpipaan, berupa; sumur, mobil air, mata air.

Kebutuhan air bersih suatu kawasan dipengaruhi oleh jumlah penduduk kawasan

tersebut. Jumlah penduduk suatu kawasan sangat mempengaruhi jumlah air bersih yang

dibutuhkan kawasan tersebut. Air Bersih Non Domestik Kebutuhan air non domestik

6 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

ditentukan oleh adanya konsumen non domestik, yang memanfaatkan fasilitas - fasilitas

antara lain:

1. Perkantoran, tempat ibadah.

2. Prasarana pendidikan, prasarana kesehatan.

3. Komersial (pasar, pertokoan, penginapan, bioskop, rumah makan dll).

4. Industri.

2.2.2 Kebijakan Pengelolaan Air Bersih

Dalam Pengaturan kewenangan dan tanggungjawab pengelolaan sumber daya air

oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota didasarkan pada

keberadaan wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:

- Wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan/atau wilayah

sungai strategis nasional menjadi kewenangan Pemerintah.

- Wilayah sungai lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah provinsi.

- Wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/kota

menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota.

2.3 Sumber-Sumber Pendanaan

Sumber – sumber pendanaan pembiayaan pembangunan pengelolaan air bersih

dapat ditentukan sesuai dengan kriteria sudah ditentukan dalam Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum No. 18 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengembangan sistem

penyediaan air minum. Berikut adalah matriks penyusunan rencana induk pengembangan

air bersih.

Tabel 2.1 Kriteria Utama Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM untuk

Berbagai Klasifikasi Kota

No

Kriteria teknik

Jenis kota

Metro Besar Sedang kecil

1 Jenis perencanaan

Rencana induk Rencana induk Rencana induk

2 Horison perencanaan

20 tahun 15- 20 tahun 15- 20 tahun 15- 20 tahun

3 Sumber air baku

Investigasi Investigasi Identifikasi identifikasi

4 Pelaksanaan

Penyediaan jasa/penyelenggara/

Penyediaan jasa/penyelenggara

Penyediaan jasa/penyelengg

Penyediaan jasa/penyelengg

7 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

pemerintah daerah /pemerintah daerah

ara/pemerintah daerah

ara/pemerintah daerah

5 Peninjau ulang

Per 5 tahun Per 5 tahun Per 5 tahun Per 5 tahun

6 Penanggung jawab

Penyelenggara/pemerintah daerah

Penyelenggara/pemerintah daerah

Penyelenggara/pemerintah daerah

Penyelenggara/pemerintah daerah

7 Sumber pendanaan

- hibah LN - pinjaman LN - pimjaman DN - APBD - PDAM - SWASTA

- hibah LN

- pinjaman LN

- pimjaman DN

- APBD

- PDAM

- SWASTA

- hibah LN

- pinjaman LN

- pinjaman DN

- APBD

- PDAM

- SWASTA

- Pinjaman LN - APBD

Sumber: Permen PU No. 18 Tahun 2007

Dari tabel di atas dapat disimpulkan Kabupaten Indragiri Hilir dengan klasifikasi

kota sedang memiliki sumber pendanaan dari hibah luar negeri, pinjaman luar negeri,

pinjaman dalam negeri, APBD, PDAM, dan swasta. Menurut sumbernya, sumber

pembiayaan dapat dibagi dua, yaitu sumber pembiayaan konvensional dan non

konvesional.

Sumber pembiayaan konvensional

Sumber pembiayaan konvensional adalah sumber-sumber penerimaan yang

diperoleh oleh pemerintah (pembiayaan publik). Secara umum sumber-sumber

penerimaan pemerintah dikelompokkan menjadi dua (Mangkoesoebroto, 2001),

yaitu:

1. Sumber penerimaan yang berasal dari bukan pajak, misalnya penerimaan

pemerintah yang berasal dari pinjaman pemerintah dari dalam maupun luar

negeri, retribusi, laba BUMN/BUMD, penerimaan lelang, dll

2. Sumber penerimaan yang berasal dari pajak, misalnya Pajak Penghasilan,

Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, dan pajak-pajak daerah

lainnya.

Sumber pembiayaan non-konvensional

Sumber pembiayaan non konvensional adalah sumber pembiayaan pembangunan

daerah yang berasal dari mekanisme bukan anggaran pemerintah. Sumber

pembiayaan dapat berasal dari pemerintah (public), swasta termasuk di dalamnya

masyarakat (private), dan pemerintah-swasta (public-private). Bila dilihat dari

kategori instrumen sumber penerimaan dapat dibedakan menjadi 3 yakni

8 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

pembiayaan melalui pendapatan (revenue financing), pembiayaan melalui hutang

(debt financing), dan pembiayaan melalui kekayaan (equity financing).

Sumber pembiayaan melalui pendapatan yang dilakukan oleh swasta (private

revenue financing) dapat dibedakan menjadi 2 jenis yakni :

a. Biaya dampak pembangunan (development impact fees)

Biaya dampak pembangunan adalah suatu biaya yang dikarenakan akibat suatu

pembangunan baru dan merupakan salah satu cara untuk mengurangi beban

biaya penyediaan sarana dan prasarana bagi pembangunan baru (Nelson,

1988:3).

b. Biaya sambungan (connection fees)

Biaya sambungan merupakan pungutan yang dikenakan oleh perusahaan jasa

pelayanan kepada individu misalnya air bersih, telepon. Tujuannya yaitu untuk

menutupi biaya yang timbul akibat adanya tambahan konsumen dalam jaringan

yang sudah ada.

Sedangkan, sumber pembiayaan melalui hutang yang dilakukan oleh swasta

(Private Debt Financing) dapat berbentuk development exactions. Development

exactions dikenakan pada developer dalam rangka pembangunan prasarana di

dalam lingkungan area pembangunan, sebagai salah satu syarat sebelum

pembangunan itu dimulai.

2.4 Analisis Kelayakan Investasi

Metode NPV

NPV didefinisikan sebagai selisih antara Present Value dari komponen manfaat dan

Present Value komponen biaya. Secara matematis rumusnya adalah sebagai berikut:

NPV = PV B – PV C

NPV = ∑𝐵𝑡−𝐶𝑡

(1+1)𝑡𝑡

Dimana:

PV B = Present Value Benefit Ct = Besaran total dari komponen

PV C = Present Value Cost i = Tingkat suku bunga (%/tahun)

Bt = Besaran total dari komponen t = jumlah tahun

Kriteria NPV :

NPV > 0 (nol) → usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan

NPV < 0 (nol) → usaha/proyek tidak layak (feasible) untuk dilaksanakan

9 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

NPV = 0 (nol) → usaha/proyek berada dalam keadaan BEP dimana TR=TC

dalam bentuk present Value

Metode BCR

Metode ini pada prinsipnya membandingkan semua pemasukan yang diterima

(dihitung pada kondisi saat ini) dengan semua pengeluaran yang telah dilakukan

(dihitung pada kondisi saat ini). secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

BCR = PV B/PV C

BCR =

∑𝐵𝑡

(1+𝑖)𝑡𝑡

∑𝐶𝑡

(1+𝑖)𝑡𝑡

Dimana: Bt = Besaran total dari komponen manfaat proyek pada tahun t

Ct = Besaran total dari komponen biaya pada tahun t

i = tingkat suku bunga (%/tahun)

t = jumlah tahun

Untuk mengetahui apakah suatu rencana investasi layak atau tidak setelah melalui

metode ini adalah :

BCR >1 Artinya investasi layak

BCR < 1 Artinya investasi tidak layak.

Metode IRR

IRR adalah besaran yang menunjukkan harga discount rate pada saat NPV sama

dengan nol. IRR sering disebut sebagai laju pengembanlian modal. Kriteria untuk

menetapkan kelayakan suatu proyek adalah bila IRR-nya lebih besar dari discount rate

(tingkat suku bunga). Tujuan perhitungan IRR adalah untuk mengetahui persentase

keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun. Selain itu, IRR juga merupakan alat ukur

kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Pada dasarnya IRR

menunjukkan tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan Nol. Dengan

demikian untuk mencari IRR kita harus menaikkan discount factor (DF) sehingga

tercapai nilai NPV sama dengan nol. Rumus umum yang digunakan untuk penghitungan

IRR adalah sebagai berikut:

IRR = ∑𝐴𝑡

(1+𝑖)𝑡= 0𝑛

𝑡=0

Dimana: At = Cash Flow untuk periode t

i = tingkat bunga (%/tahun)

10 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

)( 12)()(

)(

1 IINPVNPV

NPVIIRR

n = periode yang terakhir dari cash flow yang diharapkan

atau

Keterangan :

I1 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh NPV positif.

I2 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh NPV negatif

Adapun petunjuk (indikator ) yang digunakan dalam menentukan tingkat

kelayakan adalah:

IRR > Tingkat suku bunga komersil, maka proyek diterima

IRR < Tingkat suku bunga komersil, maka proyek ditolak.

Kriteria penilaian dengan menggunakan metode ini adalah bila nilai IRR yang

didapat lebih besar dari tingkat bunga uang yang berlaku dalam masyarakat, maka

investasi diterima. Dan sebaliknya, bila nilai IRR lebih kecil dari tingkat bunga yang

berlaku dalam masyarakat, maka investasi ditolak (H.M. Yacob Ibrahim , 1997:150)

Metode BEP

Break Even Point (BEP) merupakan keadaan dimana suatu kegiatan usaha dalam keadaan

tidak beruntung dan tidak rugi. Keadaan BEP ini terjadi saat total kumulatif pendapatan

yang diterima sama dengan total kumulatif pengeluaran atau BEP adalah tahun dimana

NPV = 0. Suatu kegiatan usaha layak untuk diteruskan jika BEP < umur rencana

pembangunan.

Analisis Sensitivitas

Analisa sensitivitas dibutuhkan dalam rangka mengetahui sejauh mana dampak

parameter-parameter investasi telah ditetapkan sebelumnya boleh berubah karena

adanya faktor situasi dan kondisi selama umur investasi, sehingga perubahan tersebut

hasilnya akan berpengaruh secara signifikan pada keputusan yang telah diambil.

Parameter-parameter investasi yang memerlukan analisis sensitivitas antara lain:

1. Investasi

2. Benefit/pendapatan

3. Cost/pengeluaran

4. Suku Bunga (i)

Analisa sensitivitas dihitung dengan menggunakan rumus :

11 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

NPV = Investasi + benefit + nilai sisa – pengeluaran

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Permasalahan

Kabupaten Indragiri Hilir merupakan

daerah yang banyak terdapat anak sungai, dan

dilalui oleh sungai Indragiri yang cukup panjang,

bahkan Indragiri Hilir disebut juga sebagai

negeri seribu parit karena daerah Indragiri

terdiri dari perairan, sungai, rawa-rawa, dan

perkebunan kelapa yang dipisahkan oleh

paritparit kecil. Kabupaten Indragiri Hilir

memiliki iklim tropis basah dengan curah hujan

1.300mm, musim hujan datang pada bulan oktober hingga maret dan musim kemarau

tanpa hujan berlangsung selama 3 (tiga) bulan dan menimbulkan masalah dalam

memperoleh air bersih, irigasi dan lain-lain. Indragiri Hilir memang di lalui oleh sungai

Indragiri yang cukup panjang, bahkan di kabupaten Indragiri Hilir banyak terdapat anak-

anak sungai dan kondisi tanahnya rawa-rawa. Namun kualitas dari air tanahnya kurang

baik, bahkan tidak dapat digunakan untuk memasak dan untuk minum, airnya keruh dan

berwarna kemerahan serta rasanya pun sedikit asin.

Pesatnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan kabupaten Indragiri Hilir

membawa dampak terhadap kebutuhan dan peningkatan infrastruktur wilayah termasuk

di dalamnya sektor air bersih. Pembangunan yang diarahkan selama ini khususnya

masalah air bersih di perkotaan atau di pedesaan sudah tentu terdapat kekurangan-

kekurangan dan masih belum optimal, baik mengenai sarana dan prasarana yang

disebabkan masih banyak kendala-kendala baik kondisi alam maupun menyangkut dana.

Ketidakmampuan SPAB yang ada sebelumnya dalam memberikan pelayanan yang

baik bagi masyarakat membuat urgensi pembangunan pengelolaan air bersih yang baru

perlu diadakan, sehingga masyarakat dapat menikmati air bersih. Pembangunan PDAM

yang baru bisa menjadi solusi untuk memecahkan masalah ini.

3.2 Skema Penanganan Kasus

Gambar 3.1 Batas Kabupaten Indragiri Hilir (Sumber: wikipedia)

12 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 tahun 2007 tentang

penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum sumber pendanaan dapat

dari hibah luar negeri, pinjaman luar negeri, pinjaman dalam negeri, APBD, PDAM, dan

swasta. Dari perhitungan kelayakan investasi pembiayaan pembangunan pengelolaan air

bersih PDAM Indragiri Hilir dirumuskan skema penanganan terkait sumber pembiayaan

dan biaya yang dibutuhkan. Sumber pembiayaan dari PDAM menjadi alternatif yang dapat

digunakan sebagai sumber pembiayaan pembangunan.

Tabel 3.1 Skema Penanganan Kasus

Sumber: Hasil Analisis, 2014

Skenario APBD

Pada skenario ini PDAM Tirtagiri mengusulkan RAPBD untuk mendapatkan

pembiayaan dalam pembangunan PDAM baru di Kabupaten Indragiri Hilir.

Skenario PDAM

Pada skenario ini PDAM Tirtagiri menggunakan modal dari PDAM itu sendiri untuk

pembangunan PDAM baru di Kabupaten Indragiri Hilir.

Skenario Pinjaman Dalam Negeri

Pada skenario ini PDAM Tirtagiri menggunakan pinjaman dalam negeri

seperti dari bank-bank di Indonesia untuk pembangunan PDAM baru di Kabupaten

Indragiri Hilir.

13 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

BAB IV

ANALISIS

4.1 Analisis Finansial

Untuk melihat apakah pembangunan ini layak/ tidak layak dijalankan berikut ini

dilakukan analisa-analisa apakah investasi terhadap pembangunan PDAM ini memberikan

keuntungan dalam waktu yang singkat/sewajarnya. Penghitungan yang digunakan dalam

pembahasan ini adalah penghitungan kriteria investasi. Hasil perhitungan kriteria investasi

merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total

benefit yang diterima dengan total biaya yang dikeluarkan dalam bentuk present value

selama umur ekonomis.

Analisis finansial terhadap rencana pengembangan yang telah ditetapkan adalah

dengan membandingkan pembiayaan dan keuntungan yang didapat dalam setiap tahap

pengembangan. Analisis ini dilakukan secara menyeluruh termasuk semua biaya yang

diperlukan dalam pengembangan seperti penanganan peralatan, tenaga kerja, pelayanan,

serta hal-hal lain yang signifikan dan berhubungan terhadap aspek pembangunan proyek

ini. Proyeksi penduduk dihitung dengan angka pertumbuhan yang terdapat pada RT/RW

Kabupaten Indragiri Hilir 2011 yaitu sebesar 2,68 %.

a. Biaya Modal (biaya langsung + biaya tidak langsung)

Biaya konstruksi yang disajikan sudah sampai pada tahap Detail Engineering

Desain (DED)sehingga bahan dan kuantitas untuk beberapa item pekerjaan sudah secara

detail. Biaya konstruksi dalam pembangunan PDAM sebagai sarana air bersih bagi

masyarakat Kabupaten Indragiri Hilir terdiri dari beberapa item pekerjaan. Total biaya

langsung yang digunakan yaitu sebesar : Rp 52.487.106.000,00

Biaya tak langsung terbagi 2, yaitu biaaya kemungkinan/hal yang tak terduga dan biaya

teknik. Masing-masing mempunyai persentase 8% dan 5% dari biaya langsung. Total dari

biaya modal adalah jumlah biaya langsung dan tidak langsung yaitu sebesar Rp

59.310.429.780,00

b. Biaya Tahunan

Biaya tahunan ini terdiri dari biaya pinjaman investasi, biaya operasional, nilai

depresiasi. Biaya pinjaman invesatsi dihitung dengan menggunakan persamaan 2 dengan

tingkat suku bunga 12%. Didapat nilai biaya bunga pinjaman investasi Rp.

4.123.499.814,00. Turunnya atau penyusutan harga pada pembangunan ini dihitung

dengan menggunakan persamaan yang digunakan untuk menghitung depresiasi adalah

Faktor Deret Seragam (Sinkin Fund Factor). Biaya depresiasi pertahun dari pembangunan

14 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

ini dengan suku bunga yang sama dengan bunga pinjaman investasi sebesar 12%

,terhadap biaya investasi pada 2010 dan 2011 yang sebesar Rp 66.427.681.354,00 hal ini

merujuk ke persamaan 3 yang didapat nilai depresiasi sebesar Rp 588.187537,00.

Biaya operasional dihitung dengan menjumlahkan total gaji karyawan pertahun,

biaya bahan kimia, biaya listrik dan BBM. Biaya operasional ini akan mengalami kenaikan

setiap 5 tahun sebesar 10%. Nilai biaya operasional pada tahun awal tahun proyek

sebesar Rp 8.215.702.552. Maka untuk menghitung biaya tahunan setiap tahunnya

dengan cara menjumlahkan nilai biaya pinjaman investasi, nilai depresiasi dan biaya

operasional. Total biaya tahunan yaitu : Rp 776.484.324.426. Biaya Tahunan untuk setiap

tahunnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Biaya tahunan pembangunan PDAM yang bersumber dari Sungai Indragiri

sebagai sumber air baku

(Sumber: Jurnal Aulia, 2013)

c. Prediksi manfaat dengan adanya PDAM (benefit)

Pendapatan operasional adalah penjualan air ditambah dengan penjualan

sambungan baru. Penjualan air pertahun dihitung dengan mengalihkan tarif air dengan

jumlah volume air yang dibayar konsumen. Total penjualan sambungan baru dihitung

dengan mengalikan jumlah sambungan baru setiap tahun dikalikan dengan harga jual

sambungan baru. Untuk mendapatkan pendapatan penjualan air dapat dihitung dengan

15 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

cara mengalikan tarif air dengan jumlah air yang dibayar oleh konsumen total pendapatan

yang diperoleh yaitu : Rp 2.758.974.675.272. Total pendapatan dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel 4.2 Rekapitulasi proyeksi pendapatan operasional

(Sumber: Jurnal Aulia, 2013)

d. Analisis Kelayakan Investasi PDAM Tirta Indragiri

Analisa kelayakan investasi digunakan untuk menganalisa biaya atau pengorbanan

yang harus ditanggung dan manfaat yang diperoleh suatu investasi proyek. Tahap

selanjutnya, membandingkan tingkat biaya dan manfaat tersebut sehingga dapat

disimpulkan apakah proyek tersebut layak atau malah sebaliknya.

Analisa kelayakan investasi didasarkan pada perkiraan pendapatan, biaya

konstruksi atau investasi, biaya operasional dan pemeliharaan serta manajemen yang

bersifat rutin, biaya investasi setelah operasional untuk peningkatan. Analisa mengikuti

metodologi “discounted cash flow dalam penentuan nilai NPV, BCR dan IRR. Dengan

metode ini semua pendapatan dan biaya dalam pembangunan harus dikonversikan ke

tahun basis yaitu tahun 2011 dengan memperhitungkan tingkat suku bunga yang

ditetapkan. Dalam analisa kelayakan investasi pembangunan sistem penyediaan air bersih

di Bagansiapiapi dipakai tingkat suku bunga sama dengan bunga pinjaman investasi yaitu

12%.

16 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

Metode NPV

Perhitungan NPV dalam analisa kelayakan investasi pembangunan sistem

penyediaan air bersih di Bagansiapiapi pada tingkat suku bunga 12%. Nilai sekarang

dihitung dengan menggunakan faktor suku bunga (DF) adalah :

Untuk mendapatkan nilai NPV Benefit dapat dihitung dengan mengalikan Discount

faktor dengan pendapatan yang sudah diperoleh sebelumnya. Akan didapat nilai sekarang

dari pendapatan dan biaya pembangunan PDAM dengan tingkat suku bunga 12% yaitu :

Rp 413.210.741.999 dan Rp 157.610.009.123, dan nilai NPV yaitu selisih antara NPV

pendapatan dan NPV biaya yaitu sebesar Rp 255.600.732.875.

Metode BCR

Nilai Benefit Cost Ratio didapat dari perbandingan total pendapatan yang

dihasilkan dengan total biaya yang dikeluarkan. Didapat nilai BCR 2,62 %.

Metode IRR

Untuk mencari nilai IRR dilakukan dengan cara interpolasi, dengan mengambil

nilai-nilai NPV dan BCR yang sudah didapat sebelumnya dari tingkat suku bunga yang

diketahui. Untuk mendapatkan nilai NPV Cost yang kumulatifnya nantinya akan

menghasilkan nilai yang negatif dapat dihitung dengan mengalikan Discount faktor yang

mempunyai tingkat suku bunga 29% yang akan menghasilkan nilai NPV bernilai negatif.

Berdasarkan hasil perhitungan dalam menentukan nilai tingkat pengembalian (IRR)

melalui perhitungan interpolasi terhadap tingkat suku bunga 12% dibandingkan terhadap

suku bunga lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman, bahwa pembangunan proyek

dengan nilai IRR sebesar 28,77% dapat dikatakan layak karena nilai NPV telah mendekati

sama dengan nol.

Metode BEP

Kondisi Break Eventercapai saat total kumulatif pendapatan sama dengan total

kumulatif pengeluaran. BEP adalah tahun dimana NPV = 0. Untuk mendapatkan nilai BEP

dengan cara mengurangi nilai NPV Benefit dan NPV Cost dengan tingkat suku bunga

17 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

12%. Nilai BEP dihitung dengan menggunakan interpolasi. BEP terjadi pada tahun ke 11

dan 12. Dengan menginterpolasi nilai keduanya, didapat nilai BEP terjadi pada tahun ke

11 bulan ke 6 (tahun 2021 bulan 6).

Analisa Sensitivitas

Analisa sensitivitas dihitung dengan menggunakan rumus :

NPV = -Investasi + benefit + nilai sisa – pengeluaran

Dengan mengetahui nilai:

Total Pv Investasi = Rp 59.310.429.780

Total Pv Benefit = Rp 413.210.741.999

Total Pv Cost = Rp 110.746.521.623

NPV = Rp 255.600.732.875

Nilai sisa = Rp 52.899.367.994

Maka didapat nilai analisa sensitivitas :

Sensitivitas investasi = Rp 99.762.855.495,- meningkat 68,2%

Sensitivitas benefit = Rp 372.758.316.285,- menurun 10%

Sensitivitas cost = Rp 151.198.947.338,- meningkat 36,5%

Suku bunga = diizinkan hingga 28,77 %

Hasil penilaian parameter analisa kelayakan investasi PDAM Tirta indragiri

disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3 Hasil penilaian parameter kelayakan investasi pembangunan proyek

(Sumber: Jurnal Aulia, 2013)

18 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

BAB V

KESIMPULAN

Dari pembahasan dan analisis pembiayaan pembangunan pengelolaan air bersih

PDAM Indragiri Hilir didapat beberapa kesimpulan antara lain:

1. Nilai investasi pembangunan PDAM Kabupaten Indragiri Hilir adalah sebesar Rp

59.310.429.780,00

2. Hasil analisa parameter-parameter kelayakan investasi mendapatkan NPV sebesar

Rp 255.600.732.875, BCR sebesar 2,62 dengan IRR sebesar 28,77 % dan kondisi

BEP pada tahun 2021 bulan 6 atau selama 11 tahun 6 bulan.

3. Hasil analisa kelayakan investasi pembangunan PDAM Kabupaten Indragiri Hilir

yang dilakukan pada penelitian ini untuk semua parameter kelayakan investasi

menunjukan layak untuk diteruskan pada semua alternatif analisa yang dilakukan,

karena pada tingkat suku bunga sebesar 12% menunjukan indikator kelayakan

yaitu nilai NPV positif, nilai IRR lebih besar dari 12% (bunga pinjaman investasi)

dan BEP kurang dari 24 tahun.

4. Sumber pendanaan dapat diusulkan dalam APBD, biaya investasi PDAM sendiri,

dan pinjaman dari dalam negeri

19 | P e m b i a y a a n P e m b a n g u n a n

Pembiayaan

Pembangunan

DAFTAR PUSTAKA

Aulia, Dedek dan Komara, Rian Tri. 2013. Analisis Kelayakan Ekonomi Pembiayaan Air

Bersih Kabupaten Indragiri Hilir. Pekanbaru: Universitas Riau

Sumiyarsono, Elmi. 2010. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Dan Pengelolaan

Prasarana Penyediaan Air Bersih Di Desa Wawoosu Dan Desa Mataiwoi Kecamatan Kolono

Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Semarang: Undip

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan

pengembangan sistem penyediaan air minum