Pembelajaran Abd 21

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak abad 21 (abad pengetahuan) dunia memasuki era globalisasi sebagai akibat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Untuk itu sangat dituntut agar setiap orang dapat menguasai IPTEK dan beradaptasi dengan keadaannya. Itu berarti sumber daya manusia tersebut harus mempunyai mutu yang tinggi dan memiliki kemampuan komparatif, inovatif, kompetitif, dan mampu berkolaboratif sehingga lebih mudah menyerap informasi baru, mempunyai kemampuan yang handal dalam beradaptasi untuk menghadapi perubahan zaman yang semakin cepat. Trisdiono (2013) mengemukakan bahwa pendidikan satu - satunya wadah kegiatan yang dapat dipandang dan seyogianya berfungsi untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Hal ini berarti pendidikan dituntut untuk dapat menghasilkan lulusan yang diharapkan mampu memecahkan masalah, berfikir kritis, kreatif, dan kompetitif sehingga dapat mengekspresikan diri mereka dalam menghadapi perkembangan zaman. Perkembangan dunia abad 21 ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam segala segi kehidupan. Teknologi menghubungkan dunia yang melampaui sekat-sekat geografis sehingga dunia menjadi tanpa batas. Teknologi transportasi udara memberikan kemudahan menempuh perjalanan panjang. Melalui media televisi, kejadian di suatu tempat dapat secara langsung diketahui dan dilihat di tempat lain yang berjarak sangat jauh pada waktu bersamaan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi melalui internet memberi kemudahan pengiriman uang pada waktu yang 1

Transcript of Pembelajaran Abd 21

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSejak abad 21 (abad pengetahuan) dunia memasuki era

globalisasi sebagai akibat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Untuk itu sangat dituntut agar setiap orang dapat menguasai IPTEK dan beradaptasi dengan keadaannya. Itu berarti sumber daya manusia tersebut harus mempunyai mutu yang tinggi dan memiliki kemampuan komparatif, inovatif, kompetitif, dan mampu berkolaboratif sehingga lebih mudah menyerap informasi baru, mempunyai kemampuan yang handal dalam beradaptasi untuk menghadapi perubahan zaman yang semakin cepat. Trisdiono (2013) mengemukakan bahwa pendidikan satu - satunya wadah kegiatan yang dapat dipandang dan seyogianya berfungsi untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Hal ini berarti pendidikan dituntut untuk dapat menghasilkan lulusan yang diharapkan mampu memecahkan masalah, berfikir kritis, kreatif, dan kompetitif sehingga dapat mengekspresikan diri mereka dalam menghadapi perkembangan zaman.

Perkembangan dunia abad 21 ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam segala segi kehidupan. Teknologi menghubungkan dunia yang melampaui sekat-sekat geografis sehingga dunia menjadi tanpa batas. Teknologi transportasi udara memberikan kemudahan menempuh perjalanan panjang. Melalui media televisi, kejadian di suatu tempat dapat secara langsung diketahui dan dilihat di tempat lain yang berjarak sangat jauh pada waktu bersamaan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi melalui internet memberi kemudahan pengiriman uang pada waktu yang

1

sangat singkat, bahkan real time. Perkembangan teknologi menjadikan terjadinya perubahan kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja.

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih rendah. Hal ini didukung Trisdiono (2013) bahwa memasuki abad 21 keadaan sumber daya manusia Indonesia tidak kompetitif. Perkembangan dunia abad 21 ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam segala segi kehidupan, termasuk dalam proses pembelajaran. Dunia kerja menuntut perubahan kompetensi. Kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berkolaborasi menjadi kompetensi penting dalam memasuki kehidupan abad 21. Sekolah dituntut mampu menyiapkan siswa memasuki abad 21.

Kang, et al. (2012) mencatat bahwa perubahan standar kinerja akademik terjadi seiring dengan perkembangan teknologi informasi komunikasi (TIK) dan pertumbuhan ekonomi global. Perubahan standar menuntut penyesuaian dunia pendidikan dalam menyiapkan peserta didik. Tekonologi informasi dan komunikasi memudahkan komunikasi antar anggota masyarakat dan dunia kerja yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Pertumbuhan ekonomi global menuntut persaingan yang semakin ketat dalam setiap aspek kehidupan, pasar tidak lagi dibatasi oleh sekat - sekat geografis, namun sudah menjadi pasar global. Siswa abad 21 perlu dibekali dengan kemampuan TIK dan mencermati perkembangan ekonomi global. Proses pembelajaran harus mengakomodir hal tersebut.

Rotherdam & Willingham (2009) mencatat bahwa kesuksesan seorang siswa tergantung pada kecakapan abad 21, sehingga siswa harus belajar untuk memilikinya. Partnership for 21st Century Skills mengidentifikasi kecakapan abad 21 meliputi: berpikir kritis, pemecahan masalah, komunikasi dan kolaborasi. Sedang menurut National Education Association untuk mencapai

2

sukses dan mampu bersaing di masyarakat global, siswa harus ahli dan memiliki kecakapan sebagai komunikator, kreator, pemikir kritis, dan kolaborator.

Mensikapi fenomena perubahan kebutuhan tenaga kerja dan kemajuan, sekolah perlu dipersiapkan dan menyiapkan diri dalam menghadapi tantangan abad 21. Pemahaman terhadap kecakapan abad 21 menjadi penting disampaikan kepada siswa. Pencapaian kecakapan abad 21 dilakukan dengan memahami karakteristik, teknik pencapaian dan strategi pembelajaran yang dilakukan.

B. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja yang termasuk kecakapan abad 21?2. Apa yang menjadi subjek dan tema abad 21?3. Apa yang mendukung dalam pembelajaran abad 21?4. Bagaimana strategi pembelajaran pada abad 21?5. Bagaimana pembelajaran IPA pada abad 21?C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut:1. Mengetahui kecapakan yang dibutuhkan pada abad 21.2. Mengetahui subjek dan tema dalam abad 21.3. Mengetahui berbagai hal yang mendukung pembelajaran abad

21.4. Mengetahui strategi yang digunakan dalam pembelajaran

abad 21.5. Mengetahui pembelajaran IPA pada abad 21.

BAB IIPEMBAHASAN

3

A. Kecakapan Abad 21Persoalan kecakapan abad 21 menjadi perhatian pemerhati

dan praktisi pendidikan. The North Central Regional Education Laboratory (NCREL) dan The Metiri Grup (2003) dalam (Trisdiono, 2013) mengidentifikasi kerangka kerja untuk keterampilan abad ke-21, yang dibagi menjadi empat kategori: kemahiran era digital, berpikir inventif (menemukan ide baru dan original), komunikasi yang efektif, dan produktivitas yang tinggi.

ATCS (assesment and teaching for 21st century skills) menyimpulkan empat hal pokok berkaitan dengan kecakapan abad 21 yaitu cara berpikir, cara bekerja, alat kerja dan kecakapan hidup. Cara berpikir mencakup kreativitas, berpikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan belajar. Cara kerja mencakup komunikasi dan kolaborasi. Alat untuk bekerja mencakup teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dan literasi informasi. Kecakapan hidup mencakup kewarganegaraan, kehidupan dan karir, dan tanggung jawab pribadi dan sosial. Kerangka kompetensi 21st Century Skills dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Kompetensi 21st Century Skills

4

(Partnership for 21st Century Skills, 2002)Berdasarkan gambar 2.1 terlihat bahwa kompetensi/

kecakapan siswa pada abad 21 antara lain: 1) belajar dan keterampilan inovasi yang mencakup kreativitas dan inovasi, berpikir kritis dan problem solving, komunikasi dan kolabolasi; 2) informasi, media dan keterampilan teknologi yang mencakup literasi informasi, literasi media, dan literasi ICT; 3) hidup dan keterampilan karir yang mencakup fleksibilitas dan adaptasi, inisiatif dan self-direction, ketampilan sosial dan lintas budaya, produktivitas dan akuntabilitas, dan kepemimpinan dan tanggung jawab (Partnership for 21st Century Skills, 2002)

Educational Testing Service (ETS) mendefinisikan keterampilan abad ke-21 sebagai pembelajaran kemampuan untuk : 1) mengumpulkan dan/atau mengambil informasi, 2) mengatur dan mengelola informasi, 3) mengevaluasi kualitas, relevansi, dan kegunaan informasi, dan 4) menghasilkan informasi yang akurat melalui penggunaan sumber daya yang ada (Trisdiono, 2013).

Kang, et al., (2012) memberikan kerangka kecakapan abad 21 dalam domain kognitif, afektif, dan budaya sosial. Domain kognitif terbagi dalam sub domain kemampuan mengelola informasi, yaitu kemampuan menggunakan alat, sumberdaya dan ketrampilan inkuiri melalui proses penemuan; kemampuan mengkonstruksi pengetahuan dengan memproses informasi, memberikan alasan, dan berpikir kritis; kemampuan menggunakan pengetahuan melalui proses analistis, menilai, mengevaluasi, dan memecahkan masalah; dan kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan metakognisi dan berpikir kreatif.

Domain afektif mencakup sub domain : identitas diri yakni mampu memahami konsep diri, percaya diri, dan gambaran pribadi; mampu menetapkan nilai-nilai yang menjadi nilai-nilai

5

pribadi dan pandangan terhadap setiap permasalahan. Pengarahan diri ditunjukan dengan menguasai diri dan mampu mengarahkan untuk mencapai tujuan dalam bingkai kepentingan bersama. Akuntabilitas diri ditunjukan dengan inisiatif, prakarsa, tanggung jawab, dan sikap menerima dan menyelesaikan tanggung jawabnya. Domain budaya sosial ditunjukan dengan terlibat aktif dalam keanggotaan organisasi sosial, diterima dalam lingkungan sosial, dan mampu bersosialisasi dalam lingkungan.

B. Kerangka Pembelajaran Abad 21Kerangka pembelajaran abad 21 seperti terlihat pada

gambar 2.1 menyajikan pandangan holistik pembelajaran abad ke-21 dan pembelajaran yang menggabungkan fokus diskrit pada hasil siswa abad ke-21 (campuran dari keterampilan, pengetahuan konten, keahlian dan kemahiran) dengan sistem pendukung yang inovatif untuk membantu siswa menguasai kemampuan multi-dimensi yang diperlukan di abad ke-21 dan seterusnya.

Grafik mewakili kedua hasil siswa abad ke-21 (yang diwakili oleh lengkungan pelangi) dan sistem pendukung pembelajaran abad ke-21 (yang diwakili oleh kolam renang di bagian bawah). Sementara grafis mewakili setiap elemen jelas untuk tujuan deskriptif, pembelajaran abad 21 dilihat semua komponen seperti saling berhubungan secara penuh dalam proses belajar mengajar abad ke-21. Unsur-unsur yang dijelaskan merupakan sistem kritis yang diperlukan untuk memastikan kesiapan abad ke-21 untuk setiap siswa. Standar pembelajaran abad ke-21 terkait dengan penilaian, kurikulum, pengajaran, pengembangan profesional dan pembelajaran lingkungan harus selaras untuk menghasilkan sistem pendukung yang menghasilkan siswa pada abad 21 dan seterusnya.

6

1. Subjek dan Tema Abad 21Pemahaman dan penguasaan subjek dan tema abad 21

menentukan kesuksesan seorang siswa di masa mendatang. Partnership for 21st Century Skills (2009) memberikan rumusan subjek mata pelajaran abad 21 meliputi : bahasa terkait dengan bahasa resmi masing-masing negara, bahasa pergaulan dunia, seni, matematika, ekonomi, pengetahuan alam (science), geografi, sejarah, pemerintahan, dan kewarganegaraan.

Penguasaan bahasa nasional masing-masing dan bahasa pergaulan internasional mempengaruhi posisi yang dapat dicapai oleh seseorang. Melalui penguasaan bahasa siswa mampu mengkomunikasikan kompetensinya baik dengan bahasa tulis maupun lisan. Penguasaan seni dapat mewarnai pengelolaan diri dalam menghadapi pergaulan di dunia kerja dan masyarakat, sehingga lebih dapat menempatkan diri dalam lingkungan. Matematika membangun logika dan cara berpikir sistematis, sehingga melalui penguasaan matematika dapat meningkatkan logika berpikir yang diperlukan dalam berinteraksi.

Penguasaan kompetensi mata pelajaran tersebut belum memberikan dampak luas pada siswa kalau tidak dibarengi dengan penguasaan tema-tema abad 21. Menurut Partnership for 21st Century Skills (2009) tema yang mengemukan pada abad 21 adalah: kesadaran global; literasi keuangan, ekonomi, bisnis dan wirausaha; kesadaran sebagai warga negara; literasi kesehatan; dan literasi lingkungan.

Kesadaran global mencakup kecakapan memahami dan menangani isu-isu global. Isu-isu global dalam setiap aspek kehidupan baik politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, dan pengetahuan. Belajar dari dan bekerja sama dengan individu yang mewakili beragam budaya, agama dan gaya hidup merupakan syarat dalam memasuki pergaulan dunia. Dunia yang semakin terbuka menuntut kemampuan menerima dan

7

memahami akar budaya, agama, dan gaya hidup orang lain dalam semangat saling menghormati dan dialog terbuka dalam konteks pribadi, pekerjaan dan masyarakat. Memahami negara, budaya, dan bahasa orang yang berinteraksi akan meningkatkan pemahaman diri dan orang lain, meningkatkan harkat dan martabat masing-masing.

Kecakapan keuangan, ekonomi, bisnis dan wirausaha mencakup: kecakapan menentukan pilihan ekonomi pribadi. Pilihan seseorang terhadap sumber ekonomi pribadinya menentukan keberagaman perekonomian dalam suatu negara. Orang tidak lagi terombang -ambing terhadap pandangan orang lain terhadap sumber ekonominya, namun memaknai sumber ekonomi sebagai jalan dalam berkontribusi bagi perekonian secara makro. Persoalan ini akan meningkatkan pemahaman atas peran ekonomi dalam masyarakat. Keterampilan kewirausahaan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan pilihan karir dapat meningkatkan kontribusi terhadap perkembangan “organisasi” yang dimasukinya. Kewirausahaan mencakup kemampuan dalam berekspresi, berimprovisasi, dan meningkatkan kinerja.

Kesadaran sebagai warga negara mencakup kecakapan berpartisipasi efektif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kehidupan berbangsa dan bernegara terkait dengan peran dan fungsinya dalam tugas dan tanggungjawab masing-masing. Memperjuangkan hak dan memenuhi kewajiban sebagai warga negara dan masyarakat, menjadi titik tolak dalam hidup bermasyarakat. Mengembangkan supremasi sipil, menempatkan hak-hak sipil dalam bingkai demokratis yang mampu mengakomodir setiap kepentingan individu dalam bingkai pemenuhan kepentingan bersama. Kesadaran kesehatan mencakup kemampuan dalam memelihara kesehatan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan masyarakat global.

8

Pemeliharaan kesehatan dimulai dari kemampuan mencari informasi dan menafsirkan persoalan-persoalan kesehatan, termasuk sebab, akibat, dan proses pencegahan dan pengobatan. Kesehatan dalam konteks ini adalah kesehatan menyeluruh fisik dan mental.

Literasi lingkungan yaitu mencakup kesadaran terhadap pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan secara bertanggungjawab dan bermakna bagi kehidupan. Peka terhadap dampak pengelolaan lingkungan yang tidak bertanggungjawab terhadap kehidupan secara global. Perubahan iklim dan dampaknya terhadap kehidupan. Perubahan perilaku alam yang menyebabkan terjadinya anomali iklim, dan dampak-dampak terhadap lingkungan sebagai akibat ekploitasi alam.

2. Pendukung Pembelajaran Abad 21

Mengembangkan kerangka kerja yang komprehensif untuk pembelajaran

abad ke-21 membutuhkan lebih dari mengidentifikasi spesifik keterampilan,

pengetahuan konten, keahlian dan kemahiran. Sebuah sistem pendukung yang

inovatif harus diciptakan untuk membantu siswa menguasai kemampuan multi-

dimensi yang akan diperlukan pada abad 21. Partnership for 21st Century Skills (2009) mengidentifikasi lima sistem pendukung penting untuk

memastikan penguasaan keterampilan siswa abad ke 21 antara lain:

1) standar dan penilaian keterampilan abad 21: a) mendukung keseimbangan penilain tes standar serta penilaian normative dan sumatif, b) menekankan pemanfaatan umpan balik berdasarkan kinerja peserta didik, c)membolehkan pengembangan portofolio siswa.

2) kurikulum dan instruksi abad 21: mengembangkan kurikulum mandiri berbasis individu, hal ini tidaklah gampang diperlukan suatu disain dan konsep matang serta terbukti efektif dalam implementasinya. Sejumlah prasayarat yang harus dipenuhi

9

kesiapan fasilitas dan sarana dan prasarana, kematangan peserta ajar, infrastruktur dan suprastruktur manajmen institusi yang handal, konten pengetahuan yang lengkap, dan sebagainya (BSNP, 2010).

3) pengembangan profesional abad 21; untuk melahirkan profil guru Indonesia

yang profesional di abad 21 yaitu; a) memiliki kepribadian yang matang dan

berkembang; b) penguasaan ilmu yang kuat; c) keterampilan untuk

membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan d)

pengembangan profesi secara berkesinambungan

4) pembelajaran lingkungan abad 21; a) menciptakan latihan pembelajaran, dukungan SDM dan infrastruktur, b) memungkinkan pendidik untuk berkolaborasi, berbagi pengalaman dan integritasnya dikelas, c) memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan konteks dunia, d) mendukung perluasan keterlibatan komunitas dalam pembelajaran baik langsung maupun tidak langsung

Partnership for 21st Century Skills (2009) mengidentifikasi enam elemen kunci untuk abad ke-21 yaitu mendorong pembelajaran: 1) Menekankan pelajaran inti (core subject knowledge); apapun keterampilan yang dikembangkan, harus didasarkan pada pengetahuan mengenai isi materi mata pelajaran utama dan pemahaman mengenai ciri utama tersebut, 2) menekankan keterampilan belajar; siswa memerlukan keterampilan belajar yang terdiri dari tiga keterampilan yaitu keterampilan terkait dengan informasi dan komunikasi, keterampilan berpikir dan memecahkan masalah, keterampilan interpersonal dan keterampilan mengatur diri sendiri. Seorang guru perlu mengintegrasikan keterampilan-keterampilan tersebut dalam pembelajaran secara sengaja, strategis dan seluas-luasnya. (3) menggunakan alat 21 st century untuk

10

mengembangkan keterampilan belajar; siswa perlu belajar bagaimana menggunakan alat-alat yang esensial untuk kehidupan sehari-hari dan untuk produktif ditempat kerja. Kemampuan untuk memanfaatkan ICT sangat diperlukan di abad 21. (4) Mengajar dan belajar dalam konteks 21 st century; siswa belajar materi melalui contoh-contoh, penerapan, dan pengalaman dunia nyata baik di dalam maupun luar sekolah. (5) mengajar dan mempelajari isi 21 st century; pendidik perlu memadukan pengetahuan dan keterampilan di abad 21. (6) Menggunakan penilaian 21 st century yang mengukur 21 st

century skills; untuk mengukur keterampilan di abad 21 perlu assesment yang berkualitas tinggi sehingga bisa mengukur prestasi siswa dalan unsur-unsur abad 21. Agar instrumen yang digunakan efektif harus dibuat secara tepat, berkelanjutan dan terjangkau untuk semua jenjang pendidikan dengan menggunakan teknologi informasi untuk meningkatkan efesiensi dan jelas waktunya.3. Stategi Pembelajaran Abad 21

Paradigma pembelajaran abad 21 menekankan kepada kemampuan siswa untuk berpikir kritis, mampu menghubungkan ilmu dengan dunia nyata, menguasai teknologi informasi komunikasi, dan berkolaborasi. Pencapaian keterampilan tersebut dapat dicapai dengan penerapan metode pembelajaran yang sesuai dari sisi penguasaan materi dan keterampilan.

Kemampuan berpikir kritis siswa dibangun melalui pembelajaran yang menerapkan taksonomi pembelajaran sebagaimana disampaikan oleh Benyamin Bloom tahun 1956 yang telah direvisi pada tahun 2001. Bloom membagi tujuan pendidikan menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan pendidikan mengalami penyempurnaan pada tahun 2001 (Liliasari, 2012). Taksonomi pembelajaran

11

dikelompokan dalam dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif.

Dimensi proses pengetahuan terdiri empat bagian yaitu faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Pengetahuan faktual menekankan pada pengetahuan faktual, yaitu pengetahuan yang berupa potongan-potongan informasi yang terpisah-pisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu, yang mencakup pengetahuan tentang terminologi dan pengetahuan tentang bagian detail. Pengetahuan faktual menyajikan fakta-fakta yang muncul dalam pengetahuan. Pengetahuan konseptual, yaitu pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi sama-sama, yang mencakup skema, model pemikiran dan teori. Pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun yang baru, dan Pengetahuan metakognitif, yaitu mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri (Liliasari, 2012).

Ranah kognitif terbagi dalam enam tingkat yaitu : 1) mengingat (remember): mengambil, mengakui, dan mengingat pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang; 2) memahami (understand): membangun makna dari lisan, pesan tertulis, dan grafis melalui menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasi, meringkas, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan; 3) menerapkan (apply): melaksanakan atau menggunakan prosedur melalui pelaksana, atau menerapkan; 4) menganalisis (analyze): breaking materi menjadi bagian-bagian penyusunnya, menentukan bagaimana bagian-bagian berhubungan satu sama lain dan yang secara keseluruhan struktur atau tujuan melalui membedakan, mengorganisasikan, dan menghubungkan; 5) evaluasi (evaluate): membuat penilaian

12

berdasarkan kriteria dan standar melalui memeriksa dan mengkritisi; dan 6) menciptakan (create): menempatkan elemen bersama-sama untuk membentuk suatu kesatuan yang utuh atau fungsional, reorganisasi elemen ke pola baru atau struktur melalui menghasilkan, perencanaan, atau menghasilkan.

Proses pembelajaran yang mampu mengakomodir kemampuan berpikir kritis siswa tidak dapat dilakukan dengan proses pembelajaran satu arah. Pembelajaran satu arah, atau berpusat pada guru, akan membelenggu kekritisan siswa dalam mensikapi suatu materi ajar. Siswa menerima materi dari satu sumber, dengan kecenderungan menerima dan tidak dapat mengkritisi. Kemampuan berpikir kritis dibangun dengan mendalami materi dari sisi yang berbeda dan menyeluruh (Liliasari, 2012).

Kemampuan menghubungkan ilmu dengan dunia nyata dilakukan dengan mengajak siswa melihat kehidupan dalam dunia nyata. Memaknai setiap materi ajar terhadap penerapan dalam kehidupan penting untuk mendorong motivasi belajar siswa. Secara khusus pada dunia pendidikan dasar yang relatif masih berpikir konkrit, kemampuan guru menghubungkan setiap materi ajar dengan kehidupan nyata akan meningkatkan penguasaan materi oleh siswa. Menghubungkan materi dengan praktik sehari-hari dan kegunaannya dapat meningkatkan pengembangan potensi siswa.

Penguasaan teknologi informasi komunikasi menjadi hal yang harus dilakukan oleh semua guru pada semua mata pelajaran. Penguasaan TIK yang terjadi bukan dalam tataran pengetahuan, namun praktik pemanfaatnyanya. Metode pembelajaran yang dapat mengakomodir hal ini terkait dengan pemanfaatan sumber belajar yang variatif. Mulai dari sumber belajar konvensional sampai pemanfaatan sumber belajar digital. Siswa memanfaatkan sumber-sumber digital, baik yang offline

13

maupun online. Membuat produk berbasis TIK, baik audio maupun audiovisual (Arifin, 2013).

Kecakapan berkolaborasi menunjukkan sikap penerimaan terhadap orang lain, berbagi dengan orang lain, dan bersama-sama dengan orang lain mencapai tujuan bersama. Paradigma pembelajaran kolaboratif memfasilitasi siswa berada dalam peran masing-masing, melaksanakannya, dan bertanggungjawab. Sikap individualistik, mau menang sendiri, dan bekerja sendiri akan mengurangi kemampuan siswa dalam menyiapkan diri menyongsong masa depannya. Setiap kompetensi yang ada pada masing-masing dikolaborasikan, sehingga dapat meningkatkan kompetensi dan pencapaian hasil.

Strategi pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam mencapai kecakapan abad 21 harus memenuhi kriteria sebagai berikut : kesempatan dan aktivitas belajar yang variatif; menggunakan pemanfaatan teknologi untuk mencapai tujuan pembelajaran; pembelajaran berbasis projek atau masalah; keterhubungan antar kurikulum (cross-curricular connections); fokus pada penyelidikan/inkuiri dan inventigasi yang dilakukan oleh siswa; lingkungan pembelajaran kolaboratif; visualisasi tingkat tinggi dan menggunakan media visual untuk meningkatkan pemahaman; menggunakan penilaian formatif termasuk penilaian diri sendiri (Beers, 2012).

Kesempatan dan aktivitas belajar yang variatif tidak monoton. Metode pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi yang hendak dicapai. Penguasaan satu kompetensi ditempuh dengan berbagai macam metode yang dapat mengakomodir gaya belajar siswa auditori, visual, dan kenestetik secara seimbang. Dengan demikian masing-masing siswa mendapatkan kesempatan belajar yang sama.

Pemanfaatan teknologi, khususnya tekonologi informasi komunikasi, memfasilitasi siswa mengikuti perkembangan

14

teknologi, dan mendapatkan berbagai macam sumber dan media pembelajaran. Sumber belajar yang semakin variatif memungkinkan siswa mengekplorasi materi ajar dengan berbagai macam pendekatan sesuai dengan gaya dan minat belajar siswa (BSNP, 2010).

Pembelajaran berbasis projek atau masalah, menghubungkan siswa dengan masalah yang dihadapai dan yang dijumpai dalam kehidupam sehari-hari. Bertitik tolak dari masalah yang diinventarisis, dan diakhiri dengan strategi pemecahan masalah tersebut, siswa secara berkesinambungan mempelajari materi ajar dan kompetensi dengan terstruktur. Pada pembelajaran berbasis projek, pemecahan masalah dituangkan dalam produk nyata yang dihasilkan sebagai sebuah karya penciptaan siswa. Pada pembelajaran berbasis masalah/projek pembelajaran juga fokus pada penyelidikan/inkuiri dan inventigasi yang dilakukan oleh siswa (Taufik, dkk. 2010).

Keterhubungan antar kurikulum (cross-curricular connections), atau kurikulum terintegrasi memungkinkan siswa menghubungkan antar materi dan kompetensi pembelajaran, dengan demikian pembelajaran dapat lebih bermakna, dan teridentifikasi manfaat mempelajari sesuatu. Pembelajaran ini didukung lingkungan pembelajaran kolaboratif, dapat memaksimalkan potensi siswa. Didukung dengan visualisasi tingkat tinggi dan penggunaan media visual dapat meningkatkan pemahaman siswa.

Sebagai akhir dari sebuah proses pembelajaran, penilaian formatif menunjukan sebuah pengendalian proses. Melalui penilaian formatif, dan didukung dengan penilaian oleh diri sendiri, siswa terpantau tingkat penguasaan kompetensinya, mampu mendiagnose kesulitan belajar, dan berguna dalam

15

melakukan penempatan pada saat pembelajaran didisain dalam kelompok.

Proses pembelajaran untuk menyiapkan siswa memiliki kecakapan abad 21 menuntut kesiapan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran (Beers, 2012). Guru memegang peran sentral sebagai fasilitator pembelajaran. Siswa difasilitasi berproses menguasai materi ajar dengan berbagai sumber belajar yang dipersiapkan. Guru bertugas mengawal proses berlangsung dalam kerangka penguasaan kompetensi, meskipun pembelajaran berpusat pada siswa.

C. Pembelajaran IPA di Era 21st Century SkillEra 21st Century Skills, pembelajaran IPA sebaiknya

dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) dengan pendekatan berpusat pada siswa (student centered learning) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif (creative thinking) dan berpikir kritis (critical thinking), mampu memecahkan masalah, melatih kemampuan inovasi dan menekankan pentingnya kolaborasi dan komunikasi (Widhy, 2013)

Keterampilan berpikir yang dikembangkan sebaiknya sudah menjangkau keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills) yang jika dijangkau dengan ranah kognitif pada taksonomi bloom berada pada level analisis, sintesis, evaluasi dan kreasi. Sehingga pembelajaran harus sesuai dengan karakter dan domain IPA yang meliputi domain konsep, proses, kreativitas, sikap atau tingkah laku dan aplikasi sesuai dengan yang dikemukakan oleh Widhy (2013). Domain konsep atau pengetahuan meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, hukum, prinsip serta teori dan hipotesis yang digunakan saintis. Domain

16

ini dapat juga disebut ranah pengetahuan ilmiah/IPA atau aspek minds on/braions on dalam belajar IPA.

Domain proses meliputi aspek-aspek yang berhubungan dengan bagaimana para siswa berpikir dan bekerja. Sehingga pola pikir siswa berdasarkan proses ilmiahnya dapat terbentuk (Koballa dan Chiappetta, 2010). Domain proses ini dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Domain kreativitas meliputi visualisasi produksi gambar mental, pengkombinasian ide atau gagasan dalam cara baru, merancang alat, menghasilkan ide-ide yang luar biasa. Domain sikap meliputi pengembangan sikap positif terhadap guru-guru dan pelajaran IPA di sekolah, kepercayaan diri, motivasi, daya tanggap. Sikap dalam IPA terdiri dari yang pertama sikap terhadap IPA yang dihubungkan dengan reaksi emosional terhadap perhatian, kebingungan dan kesenangan terhadap IPA. Yang kedua sikap ilmiah seperti kejujuran, keterbukaan, dan keingintahuan. Domain aplikasi dan keterkaitan maliputi aktivitas melihat/menunjukkan contoh konsep-konsep ilmiah dalam kehidupan sehari-hari, menerapkan konsep-konsep IPA dan keterampilan pada masalah-masalah teknologi sehari-hari, memahami prinsip-prinsip ilmiah dan teknologi pada alat-alat teknologi yang ada dalam rumah tangga, mengintegrasikan dengan pelajaran lain (Dadan, 2012). Dalam pembelajaran IPA di sekolah pendidik harus bisa memunculkan domain-domain tersebut sehingga bisa mewujudkan 21st Century Skills.

Menurut Greenstein (2012), ada sejumlah tantangan yang akan dihadapi dalam mewujudkan 21st Century Skills. Tantang tersebut antara lain:1. Kita masih memperlajari bagaimana keterampilan abad 21

tersebut dikembangkan, pada lingkup kompetensi terkecil apa

17

yang harus dikembangkan, apa landasan dasarnya, dan sampai pada level berapakah kemampaun tersebut.

2. Berpikir kompleks masih sulit untuk diekspresikan. Oleh karena itu, upaya untuk dapat mengakses dan menilaianya akan memerlukan proses pengukuran yang jelas.

3. Tantangan untuk membangun kemampuan guru untuk menilai setiap tipe pekerjaan siswa di setiap tingkatan kelas.

4. Mengubah sebuah persepsi bahwa 21st Century Skills merupakan sekadar tambahan keterampilan saja menjadi sebuah kepercayaan bersama bahwa ini menjadi kewaajiban dan integratas bersama melalui pengajaran dan pembelajaran.

5. Pengembangan profesi secara intensif diperlukan untuk semua lapisan atau tingkat pendidikan, mulai untuk guru, siswa, orang tua, kepala sekolah, dan pemengang/ pemilik kebijakan.

6. Mengubah guru generasi trasional menjadi guru abad 21.7. Menilai data hasil belajar secara konsisten dan akurat.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanAdapun kesimpulan sebagai berikut:

1. Kecakapan pada abad 21 antara lain: belajar dan keterampilan inovasi, informasi, media dan keterampilan teknologi, dan hidup dan keterampilan karir.

2. Adapun kerangka pembelajaran abad 21 mencakup kompetensi siswa abad 21 dan sistem yang mendukung pembelajaran abad 21.

18

3. Subjek mata pelajaran abad 21 meliputi : bahasa inggris (bahasa resmi masing-masing negara), bahasa pergaulan dunia, seni, matematika, ekonomi, pengetahuan alam (science), geografi, sejarah, pemerintahan, dan kewarganegaraan. Serta tema abad 21 adalah: kesadaran global; literasi keuangan, ekonomi, bisnis dan wirausaha; kesadaran sebagai warga negara; literasi kesehatan; dan literasi lingkungan.

4. Unsur-unsur sistem kritis yang diperlukan untuk memastikan kesiapan abad ke-21 untuk setiap siswa antara lain: standar abad ke-21, penilaian, kurikulum, pengajaran, pengembangan profesional dan pembelajaran lingkungan.

5. Strategi pembelajaran abad 21 harus memenuhi kriteria sebagai berikut : kesempatan dan aktivitas belajar yang variatif; menggunakan pemanfaatan teknologi untuk mencapai tujuan pembelajaran; pembelajaran berbasis projek atau masalah; keterhubungan antar kurikulum (cross-curricular connections); fokus pada penyelidikan/inkuiri dan inventigasi yang dilakukan oleh siswa; lingkungan pembelajaran kolaboratif; visualisasi tingkat tinggi dan menggunakan media visual untuk meningkatkan pemahaman; menggunakan penilaian formatif termasuk penilaian diri sendiri

6. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) dengan pendekatan berpusat pada siswa (student centered learning) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif (creative thinking) dan berpikir kritis (critical thinking), mampu memecahkan masalah, melatih kemampuan inovasi dan menekankan pentingnya kolaborasi dan komunikasi.

B. Saran

19

Mengingat besarnya tantangan abad 21, maka secara linier keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap individu pada masa tersebut harus sesuai dengan kebutuhan abad 21. Oleh karena itu, desain pembelajaran yang mengarah pada terpenuhinya keterampilan abad 21 patut segara dilakukan sejak awal. Oleh karean itu, ada beberapa rekomendasi sebagai berikut:1. Diperlukan upaya untuk memberikan wawasan yang lebih

luas dan mendalam tentang pentingnya keterampilan abad 21 bagi guru, siswa, kepala sekolah, pemegang kebijakan, dan orang tua.

2. Diperlukan pengembangan profesi guru agar kompetensi yang dimiliki mampu sejajar sesuai dengan perkembangan dan tuntutan abad 21, misal melalui lesson study.

3. Diperlukan eksplorasi model – model/ strategi pembelajaran yang dapat mendukung terpenuhinya keterampilan/ kompetensi abad 21 dan yang sesuai dengan budaya ke-Indonesia-an.

4. Perlunya evaluasi berkala terhadap peta kebijakan KKNI khususnya deskriptor pada setiap level agar sesuai dengan tantang abad 21.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. 2013. Penggunaan Information Communication and Technology dalam Pendidikan: Persiapan Menghadapi Abad Ke- 21. Artikel. Program Pengembangan Kurikulum. UPI Bandung.

Badan Standar Nasional Penddikan. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Versi 1.0. Tahun 2010.

20

Beers, S. Z. 2012. 21st Century Skills: Preparing Students for THEIR Future

Dadan Rosana. 2012. Menggagas Pendidikan IPA yang Baik Terkait Esensial 21stCentury Skills. Artikel Disampaikan pada Seminar Nasioanal Pendidikan IPA ke IV, Unesa: Surabaya.

Greenstein, L. 2012. Assessing 21st Century Skill. California: SAGE Publication Ltd.

Kang, M., Kim, M., Kim, B., & You, H. 2012. Developing an Instrumen to Measure 21 st Century Skills for Elementary Student. www. icome.bnu.edu.cn.com. Diakses Tanggal 17 Februari 2014.

Koballa & Chiapetta. 2010. Science Instruction in the Middle and Secondary Schools. Pearson: USA.

Liliasari. 2012. Pengembangan Alat Ukur Berpikir Kritis pada Konsep Termokimia untuk Siswa SMA Peringkat Atas dan Menengah. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, ISSN 2089-4392, Volume 1 Nomor 1 April 2012.

NCREL & Metiri Group. 2003. En Gauge 21st Century Skills: Literacy in The Digital age. http:// www.ncrel.org/engauge/skills/skills.htm.

Partnership for 21st century Skill.2002. Learning for the 21st

century. A Report and MILE Guide for 21st century skills. www. 21stcenturyskills.org.P21. Report.pdf. Diakses 13 Januari 2013.

Partnership for 21st century Skill. 2009. 21st Century Skills Map. http://science.nsta.org/ps/Final21stCenturyMapScience.pdf. Diakses 13 Januari 2013

Rotherham, A. J., & Williangham, D. 2009. 21st Century Skills: The Challenges Ahead. Educational Leadership. Volume 67 Number 1, 16-21.

Taufik, M., Sukmadinata, N.S., Abdulhak, I., dan Tumbelaka, B.Y. 2013. Desan Model pembelajaran untuk Meningkatkan kemampuan Pemecahan Masalah dalam pembelajaran IPA (Fisika) Sekplah Menengah Pertama di Kota bandung. Jurnal Berkala Fisika. Vol 13, No. 2, Hal E31-E44.

21

Trisdiono, H. 2013. Strategi Pembelajaran Abad 21. Artikel. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Prov. D.I. Yogyakarta.

Widhy, P. 2013. Integrative Science untuk Mewujudkan 21st

Century Skill dalam Pembelajaran IPA SMP. Artikel Penelitian. Disampaikan pada Seminar Nasional MIPA 2013. FMIPA: UNY Yogyakarta.

22