Peluang Studi Islam

29
TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU Pengantar Studi Islam Drs. Murdan, M.Ag. PELUANG STUDI ISLAM Disusun oleh: Liny Mardhiyatirrahmah (NIM. 1401251508) Hidayatun Nufus Annisa (NIM. 1401251507) Muhammad Tajuddin Nor (NIM.) Murdani Hidayaturrahman (NIM.1401250956) Muzakkir Tamzid (NIM. 1401250957) Nasehun Amin (NIM.) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 1

Transcript of Peluang Studi Islam

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Pengantar Studi Islam Drs. Murdan, M.Ag.

PELUANG STUDI ISLAM

Disusun oleh:

Liny Mardhiyatirrahmah (NIM. 1401251508)

Hidayatun Nufus Annisa (NIM. 1401251507)

Muhammad Tajuddin Nor (NIM.)

Murdani Hidayaturrahman (NIM.1401250956)

Muzakkir Tamzid (NIM. 1401250957)

Nasehun Amin (NIM.)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

1

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

TAHUN AKADEMIK 2014/2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendekatan studi Islam adalah wacana yang menarik

dalam ilmu-ilmu keislaman karena berkaitan langsung

dengan sentuhan nilai ilahiyah yang merupakan

fundamental value bagi umat Muslim serta berhubungan

dengan realitas hidup berbangsa, bernegara dan beragama

yang di dalamnya rentan dengan nilai-nilai

kemasyarakatan yang kadang dipahami berjarak bahkan

dipisahkan sama sekali. Dalam dasawarsa terakhir,

perkembangan metode kajian Islam mengalami kemajuan

yang signifikan, di samping karena adanya warisan

klasik kesarjanaan muslim yang hingga kini masih eksis,

juga diakibatkan baik langsung atau tidak langsung

dengan tradisi keilmuan Barat yang telah lebih dahulu

maju dalam berbagai disiplin ilmu. Misalnya wacana

studi Islam di Belanda, yang menurut Sjoerd van

Koningsveld, studi Islam di Belanda sudah tidak lagi

mempermasalahkan mengenaiwilayah studi Islam karena

para Orientalis menganggap bahwa hal tersebut sudah

2

final.1 Mereka lebih menitik beratkan pada pendekatan

studi pada ilmu-ilmu bantu yang diperlukan dalam

mengkaji Islam, sehingga studi Islam di Belanda tidak

lagi mempermasalahkan beberapa ilmu umum yang kita

kenal selama ini juga menjadi kawasan studi Islam. Ini

artinya mereka lebih memperhatikan pada kemajuan ilmu

pengetahuan yang nyata, yang secara ilmiah dapat

dipetanggung jawabkan, daripada mengkaji wilayah studi

Islam.

Persepsi mereka tidak jauh berbeda dengan apa yang

telah dibakukan oleh dan dipelajari di sebagian

lingkungan para pemikir Muslim selama ini, atau secara

keindonesiaan beberapa Perguruan Tinggi Agama Islam

(PTAI). Namun demikian mereka tetap menganggap penting

bahwa ilmu-ilmu tersebut secara metodologis harus

didekati dan diapresiasi dengan berbagai ilmu bantu,

seperti filsafat, sosiologi, fenomenologi, sejarah

antropologi, psikologi dan lain sebagainya. Dengan ilmu

bantu ini diharapkan pantulan empiris dari wajah Islam

semakin nampak jelas.

Dalam hal ini, persoalan yang mendesak untuk

dipecahkan adalah menemukan cetak biru metodologi studi

Islam. Sebab harus diakui bahwa studi Islam (Islamic

studies) adalah salah satu studi yang mendapatkan

perhatian di kalangan ilmuwan. Di samping itu studi

1 Islamica Vol. 5, Tulungagung (STAIN Tulungagung), 2010, hal. 77.

3

Islam mulai banyak dikaji oleh para peminat studi agama

dan studi-studi lainnya. Di sini pantas untuk dikatakan

bahwa studi Islam layak untuk dijadikan sebagai salah

satu cabang favorit. Dengan kata lain studi Islam telah

mendapat tempat dalam percaturan dunia ilmu pengetahuan

di berbagai Universitas di Dunia ini.2

Untuk itu masalah yang urgent untuk segera

dipecahkan adalah masalah metodologi atau pendekatan

dalam studi Islam. Hal ini disebabkan karena kelemahan

di kalangan umat Islam dalam mengkaji Islam secara

komprehensif adalah tidak menguasai metode pendekatan

atau metodologi. Kelamahan ini semakin kelihatan

manakala umat Islam tidak menjadi produsen pemikiran,

tetapi menjadi konsumen pemikiran. Dalam kasus di

Indonesia kalaupun ada pemikiran dari internal pemikir

Muslim sifatnya hanya originalitas sebuah pemikiran dan

penemuan, juga disebabkan karena kurangnya kemampuan di

bidang metode pendekatan atau metodologi dalam Islamic

studies.

Di samping itu, ada anggapan bahwa studi Islam di

kalangan ilmuwan telah merambah ke berbagai wilayah.

Misalnya studi Islam sudah masuk studi kawasan,

filologi, dialog Agama, dan sebagainya. Oleh karena

itu, metode dan pendekatan yang sesuai adalah suatu

2 Ibid., hal. 78.

4

keharusan yang mesti dikuasai oleh peneliti (researcher)

Islam.

Dalam masyarakat yang sedang berubah dalam

menguatnya pengaruh global, harapan yang lebih besar

agar pendidikan lebih maju mentransfer pengetahuan yang

dapat menjadi self guidance dan mencerdaskan kehidupan

bangsa, mempunyai kemampuan merubah tantangan jadi

peluang membangun peradaban bangsa dan dunia, unggul,

mempunyai daya saing serta tidak terperangkap dalam

pengaruh negatif perubahan global itu.

Isu penting dalam “studi Islam” di era global

sekarang muncul sejalan dengan isu masyarakat yang

sedang dan terus berubah. Di era globalisasi ini, Dunia

pendidikan mau tak mau harus menerima perkembangan

zaman dan kemajuan teknologi yang sebagian besar

bersumber dari negara-negara barat seperti: televisi,

handphone, komputer dan lain-lain, tidak terkecuali

pendidikan Islam yang tidak bisa lepas dari bias

fenomena globalisasi ini, karena tidak mungkin

pendidikan Islam hanya melalui cara-cara dasar yang

seperti ceramah dalam menyampaikan materi. Tetapi

pendidikan yang berbasis teknologi dalam penyampaiannya

terbukti dengan adanya LCD, laboratorium bahasa.

Isu lain tantangan dan peluang era global terhadap

pendidikan, dapat dilihat dari perspektif analisis SWOT

5

(Strenghts, Weaknesses, Opportunities, Treaths).3

Sebenarnya kemajuan yang dibawa triple-t globalisasi

yang berbasis ilmu, informasi dan teknologi modern tadi

sebenarnya menantang untuk maju baik kemajuan di

lingkungan keluarga, masyarakat maupun lingkungan

sekolah. Namun ketika tantangan itu tidak bisa dirubah

menjadi peluang misalnya memajukan sistim pendidikan

(kurikulum, pendidik, peserta didik, manajemen, sarana

dan prasarana, lingkungan pendidikan dll), maka ketika

itu pula tantangan berubah menjadi kendala, hambatan

bahkan menjadi ancaman. Betapa banyak lingkungan

keluarga, masyarakat dan sekolah/ pendidikan mengalami

bangkrut didera ancaman pengaruh buruk global, karena

tidak mampu merubah tantangan kemanjuan ilmu, informasi

dan teknologi menjadi peluang untuk lebih maju, unggul

dan punya daya saing.

Adanya perubahan zaman menuju ke arah yang lebih

modern, merubah kebudayaan manusia ke arah kebebasan

diberbagai aspeknya, sehingga moral dan akhlak mulai

ditinggalkan, dengan alasan kebebasan berpendapat,

berkreasi, bertingkah laku dan lain sebagainya.

Perubahan ini mungkin ada manfaatnya tapi mungkin juga

besar madlarat nya, apabila tidak disikapi dengan bijak

dan mental yang matang dalam menghadapi globalisasi

3 http://tarbiyahiainib.ac.id/dosen/artikel-dosen/501-tantangan-dan-peluang-sistem-pendidikan-islam-berbasis-peningkatan-mutu

6

yang serba boleh (permisivisme). Pada saat ini yang

sangat mengkhawatirkan adalah, bangsa Indonesia yang

murah hati menerima sesuatu yang baru, baik kebudayaan,

gaya hidup,fashion, dan lain-lain, tanpa ada seleksi

baik tidaknya bagi mereka atau baik untuk kehidupan

bangsa ini, yang dikenal dengan menjunjung tinggi

norma, adat istiadat sopan santun, dan taat terhadap

agama. Nampaknya pada hari ini sensitifitas nya

terhadap kebudayaan yang menyimpang sudah menghilang.

Walaupun demikian umat Islam harus bisa

membentengi pendidikan Islam itu sendiri. apabila tidak

bisa melakukannya maka yang akan terjadi adalah

pendidikan Islam akan melenceng dari ajaran-ajaran

Islam Nabi ketika perjalanan hidup tidak lepas dari

teknologi yang berjalan cepat dihadapan umat Islam.

maka tidak seharusnya mereka hanya menyibukkan dirinya

dengan kehidupan yang berbau teknologi tetapi yang

harus mereka lakukan yaitu menerima globalisasi tanpa

harus melupakan perbuatan dalam ajaran Islam untuk

mendapat kebahagiaan dunia akhirat.

Sepanjang sejarah perjalanan perkembangan

pendidikan di dunia Islam, peradaban Islam pernah

mencapai puncaknya ketika masa kekhalifahan Abbasiyah

yang dikenal dengan the golden age of Islam. Pendidikan

memiliki peranan yang sangat penting, bahkan paling

penting dalam mengembangkan peradaban. Pendidikan Islam

7

tidak akan sempurna meresap dalam sanubari jika tidak

disertakan didikan yang baik pada seluruh generasi.

Islam mengantarkan manusia pada perilaku

dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syariat

Allah.4 Islam bukan sekedar "transfer of knowledge"

ataupun "transfer of training", ....tetapi lebih

merupakan suatu sistem yang ditata di atas pondasi

keimanan dan kesalehan; suatu sistem yang terkait

secara langsung dengan Tuhan.5 Studi Islam suatu

kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan

seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai

Islam. Secara umum, pendidikan Islam adalah upaya

sistematis untuk membantu anak didik agar tumbuh

berkembang mengaktualkan potensinya berdasarkan kaidah-

kaidah moral Alquran, ilmu pengetahuan, dan

keterampilan hidup (life-skill).

Akan tetapi, walaupun telah dilakukan usaha-usaha

pembaharuan studi Islam, namun dunia pendidikan Islam

masih saja dihadapkan pada beberapa problema.  Al-

Qur’an dan Sunnah gagal ditempatkan sebagai sumber

otentik pengembangan pemikiran teoritis atau pun

praktis bagi tujuan merumuskan panduan/petunjuk

kehidupan dunia, lebih-lebih ketika dihadapkan pada

arus deras globalisasi yang meskipun terbuka peluang4 Shihabuddin, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat,

1995, hal. 26.5 Achwan, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Versi Mursi (Jurnal

Pendidikan Islam, Volume 1, IAIN Sunan Kalija), 1991, hal. 50.

8

namun sarat dengan berbagai tantangan yang memerlukan

upaya dan konsentrasi maksimal untuk mampun menciptakan

pendidikan bersaing di ruang global.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka

dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah sebagai

berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan peluang studi Islam?

2. Apa saja peluang yang dapat menjadi solusi

sekaligus kesempatan dalam menghadapi tantangan

studi islam?

3. Bagaimana mengubah tantangan menjadi peluang studi

islam?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengertian dari peluang studi

islam.

2. Untuk mengetahui peluang-peluang yang dapat

menjadi solusi sekaligus kesempatan dalam

menghadapi tantangan studi islam.

3. Untuk mengetahui cara mengubah tantangan yang ada

menjadi peluang dalam studi islam.

1.4. Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah

ini sebagai berikut.

9

1. Pembaca makalah dan peserta diskusi dapat

mengetahui pengertian peluang studi islam.

2. Pembaca makalah dan peserta diskusi dapat

mengetahui peluang-peluang yang dapat dijadikan

solusi sekaligus kesempatan dalam menghadapi

tantangan studi islam.

3. Pembaca makalah dan peserta diskusi dapat

mengetahui cara mengubah tantangan studi islam

menjadi peluang.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Peluang Studi Islam

Islam adalah agama yang bersifat universal,

ajarannya mencakup seluruh aspek kehidupan. Allah swt

telah menciptakan manusia dengan dua fungsi, yang

pertama adalah sebagai hamba Allah dan yang kedua

adalah sebagai pemimpin di muka bumi (khalifatun fil ardl),

sebagaimana yang difirmankan oleh-Nya,

Artinya: dan aku tidak menciptakan jin dan manusia

melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Q. S. Adz-

Dzariyat, 51: 56)

10

Artinya: ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para

Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang

khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau

hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang

akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,

Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau

dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya

aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q. S. Al-

Baqarah, 2: 30).

Dengan kedua fungsi itulah, Allah swt menciptakan

aturan yang universal untuk menunjang terlaksananya

dengan baik tugas manusia sebagaimana fungsinya

tersebut. Dan ajaran itu dinamakan Dinul Islam. Allah

swt berfirman,

Artinya: Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi

Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang

telah diberi Al Kitab6 kecuali sesudah datang

6 Maksudnya ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran.

11

pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada)

di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-

ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-

Nya. (Q. S. Ali-Imran, 3: 19)

Artinya: Barangsiapa mencari agama selain agama Islam,

Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama

itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-

orang yang rugi. (Q. S. Ali-Imran, 3: 85)

Pengertian Ad-Diin dalam ayat yang telah

disebutkan, tidaklah bermakna agama saja, apalagi makna

agama yang dipahami pada umumnya. Tetapi banyak makna

yang menunjukkan pengertian yang lebih luas daripada

makna agama, sehingga makna ini menunjukkan bahwa Islam

adalah ajaran yang universal. Ad-Diinbermakna Peraturan

(al-hukmu wasy syari’ah), Balasan (Al-Jazaa’), ketundukkan (Al-

khudluu’), Pedoman/petunjuk (al-hudaa).

Konsep Islam yang sempurna, lengkap, komprehensif,

dan universal (Syaamil Mutakaamil), merupakan modal utama

kekuatan bagi konsep pengembangan pendidikan Islam di

era globalisasi ini. Karena dengan konsep yang jelas

dan sempurna, konsep pendidikan islam memiliki peluang

12

yang besar untuk menyesuaikan dengan kondisi apapun

baik waktu maupun tempat.

Tantangan-tantangan tersebut bila disadari

merupakan signal peluang yang menuntut para praktisi

pendidikan untuk membuat formula, design, konsep, dan

strategi pendidikan menjadi bersaing dalam ruang global

yang meliputi tiga dimensi, yaitu ekonomi, politik, dan

budaya. Ekonomi, terkait dengan produksi, pertukaran

distribusi, dan konsumsi barang dan jasa; politik,

terkait dengan distribusi, kekuasaan, pusat kbijakan

pengembangan dan lembaga kekuasaan berikut

pengawasannya; budaya, terkait dengan social produksi,

pertukaran, dan ungkapan bahasa isyarat dan simbol,

arti, kepercayaan dan kesukaan, rasa dan nilai.7

Semua persoalan fundamental yang dihadapi oleh

masyarakat modern, menjadi pemicu munculnya kesadaran

epistemologis baru bahwa persoalan kemanusian tidak

cukup diselesaikan dengan cara empirik rasional, tetapi

perlu jawaban yang bersifat transendental.8 Melihat

persoalam ini, maka ada peluang bagi pendidikan Islam

yang memiliki kandungan spritual keagamaan untuk

menjawab tantangan perubahan tersebut. Fritjop Capra

dalam buku The Turning Point, yang dikutip A.Malik

7 Fattah, Nanang., Analisis Kebijakan Pendidikan, 2012, hal. 143.8 A. Malik Fadjar, Menyiasati Kebutuhan Masyarakat Modern

terhadap Pendidikan Agama Luar Sekolah, Seminar danLokakarya: “Pengembangan Pendidikan Islam Menyongsong Abad 21”,IAIN, Cirebon, tanggal, 31 Agustus s/d 1 September 1995, hal. 4.

13

Padjar9, "mengajak untuk meninggalkan paradigma

keilmuan yang terlalu materialistik dengan

mengenyampingkan aspek spritual keagamaan. Demikianlah,

agama pada akhirnya dipandang sebagai alternatif

paradigma yang dapat memberikan solusi secara mendasar

terhadap persoalan kemanusian yang sedang dihadapi oleh

masyarakat modern".

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan

bahwa peluang studi islam adalah kesempatan atau

harapan umat muslim dengan adanya studi islam yang

hadir di tengah masyarakat. Maksudnya, kesempatan yang

dapat dibuat di tengah banyaknya tantangan studi islam

dengan berbagai cara.

2.2. Peluang dalam Tantangan Studi Islam

Dalam hal ini, peluang merupakan kesempatan bagi

umat muslim mengubah dunia. Jadi, sebagai umat muslim,

tidak boleh untuk bersikap menutup diri. Dengan adanya

tantangan dalam studi islam ini, masyarakat dapat

menemukan celah untuk menyebarkan ajaran islam. Salah

satu contohnya tantangan besar yang dialami masyarakat

kini ialah globalisasi.

Efek dari globalisasi salah satunya adalah

berkurangnya peran negara dan batas-batas negara,

menyebabkan umat Islam dengan leluasa bisa berinteraksi

dengan masyarakat dunia. Sehingga banyak peluang untuk

9 Ibid.

14

studi banding tentang konsep pendidikan Islam di

seluruh dunia. Baik dari belahan timur dengan

karakteristiknya dan barat dengan konsep yang lebih

luwes dan maju.

Ada tiga golongan yang mensikapi tentang

globalisasi ini. Ada yang memandang pesimis, ada yang

memandang terlalu optimis, ada juga yang memiliki

pandangan pertengahan, di satu sisi menolak hal-hal

yang negatif dan dampak-dampak yang merugikan dari

globalisasi ini, disisi yang lain justru menjadikan

peluang yang positif dan menguntungkan untuk kemajuan

suatu peradaban.

Menurut Rahman, kaum modernis klasik memang

telah mengukir sejarah pemikiran cemerlang yang

esensinya berupa "penciptaan kaftan positif antara

ajaran-ajaran Al-Quran dan pandangan hidup modern

pada titik-titik kunci tertentu, yang menghasilkan

integritas pranatapranata modern dengan orientasi

moral-sosial Al-Quran."' Upaya intelektual ini

berpijak pada warisan revivalis pramodernis.10

Meskipun demikian, pendekatan modernisme klasik

terhadap Al-Quran dan Sunnah bersifat selektif, ad

hoc, dan tidak .pernah dilandasi dengan suatu

metodologi yang sistematis dan komprehensif.

Sementara sikap yang dikembangkannya dalam menilai

10 Amal, Taufik Adnan., ISLAM DAN TANTANGAN MODERNITAS: Studi atasPemikiran Hukum Fazlur Rahman, 1996, hal. 187.

15

aspek kesejarahan Islam terlihat sangat bersifat

apologetic. Lebih jauh, cara-cara pembaruan yang

dipilih kalangan modernis klasik merupakan

"pinjaman" dari Barat, sehingga terdapat kesan kuat

bahwa mereka telah terbaratkan (westernized) dan menjadi

agen-agen westemisasi di Dunia Islam.

Dr. A. Qodri Azizi11 menyatakan “pada prinsipnya

globalisasi mengadu pada perkembangan-perkembangan yang

cepat dalam teknologi, komunikasi, transformasi dan

informasi yang bisa membawa bagian-bagian dunia yang

jauh menjadi mudah untuk dijangkau. Dari perkembangan

yang cepat di berbagai bidang inilah, pendidikan Islam

bisa berpeluang besar untuk menyebarkan ajaran Islam

dengan cepat pula. Menurut tim penyusun IAIN Sunan

Ampel,12 agar Islam dapat berarti bagi masyarakat

global maka Islam diharapkan tampil dengan nuansa

sebagai berikut:

1. Pertama, menampilkan Islam yang lebih ramah dan

sejuk, sekaligus menjadi pelipur lara bagi

kegerahan hidup modern.

2. Kedua, menghadirkan Islam yang toleran terhadap

manusia secara keseluruhan agama apapun yang

dianutnya.

11 http://illsionst.blogspot.com/2011/06/pendidikan-islam-di-era-globalisasi.html

12 Ibid.

16

3. Ketiga, menampilkan visi Islam yang dinamis,

kreatif, dan inovatif.

4. Keempat, menampilkan Islam yang mampu

mengembangkan etos kerja, etos politik, etos

ekonomi, etos ilmu pengetahuan dan etos

pembangunan.

5. Kelima, menampilkan revivalitas Islam dalam bentuk

intensifikasi keislaman lebih berorientasi ke dalam

(in mard ariented) yaitu membangun kesalehan,

intrinsik dan esoteris daripada intersifikasi ke

luar (out wad oriented) yang lebih bersifat ekstrinsik

dan eksoteris, yakni kesalehan formalitas.

Mencermati fenomena peradaban modern yang

dikemukakan di atas, harus bersikap arif dalam

merespons fenomena-fenomena tersebut. Dalam arti,

jangan melihat peradaban modern dari sisi unsur

negatifnya saja, tetapi perlu juga merespons unsur-

unsur positifnya yang banyak memberikan manfaat dan

mempengaruhi kehidupan manusia. Maka, yang perlu diatur

adalah produk peradaban modern jangan sampai

memperbudah manusia atau manusia menghambakan produk

tersebut, tetapi manusia harus menjadi tuan, mengatur,

dan memanfaatkan produk perabadaban modern tersebut

secara maksimal.

Abul Hasan An-Nadwiy memberikan gambaran bahwa

peradaban modern yang kehilangan nilai kemanusiaan dan

17

kesadaran religius, yang sibuk dengan produksi

teknologi, lupa pada tujuan karyanya, lengah

karena keasyikan explorasi pada exploitasi teknologis

sehingga kehilangan dasar-dasar moral, hidup kokoh

dengan keliarannya, seperti seekor gajah liar menginjak

yang lemah, merusak tanaman dan satwa lainnya tanpa

perasaan.

Peradaban demikian menjadi semacam kereta cepat

yang mengangkut gerbong-gerbong jahiliyah,

penuhpenmpang dai segala bangsa tanpa mempunyai daya

untuk menghentikan lajunya, menuju kehancuran manusia,

ketakutan, kegelisahan, kecemasan, dan kecurigaan,

bercampur aduk dengan simponi selama perjalanannya

menuju batas akhir yang mengerikan.

Dari analisa dan penilaian-penilaian

pandangan yang terungkap di atas, nampaklah satu

kenyataan dasar yang harus menjadi orientasi serta

ukuran dalam memberikan arti dan makna perkembangan

kehidupan, yaitu kenyataan dasar, bahwa manusia ini

adalah suatu totalitas, manusia yang utuh dalam

realisasinya dengan masyarakat, utuh realisasinya

dengan penciptanya (Tuhan), utuh jugs dalam dirinya

sendiri. Kenyataan inilah yang selalu harus menjadi

pedoman orientasi dalam segala usaha perwujudan

perkembangannya, baik dalam bentuk sistem sosial

18

budaya, maupun dalam proses perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Oleh sebab itu, di tengah banyaknya tantangan yang

dihadapi oleh masyarakat saat ini, selalu ada peluang

yang hadir untuk dijadikan sebagai kesempatan besar

bagi umat muslim untuk melebarkan sayapnya. Umat muslim

dapat menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang benar

dan mampu menjadi benteng pelindung diri dari dampak

negatif yang ditimbulkan.

2.3. Pengubahan Tantangan Menjadi Peluang dalam Studi

Islam

Tidak diragukan lagi bahwa kita sudah mengenal

Islam, namun ada scbuah pertanyaan yang perlu

diajukan. Islam dalam potret yang hagaimanakah

yang dikenal? Tampaknya, hal tersebut masih

merupakan suatu persoalan yang perlu didiskusikan

lebih lanjut. Islam dalam potret yang ditampilkan

lqbal, misalnya, bernuansa filosofis dan

sufistik, sementara Islam yang ditampilkan Fazlur

Rahman bernuansa historis-Filosofis. Islam yang

ditampilkan pemikir-pemikir dari Iran, seperti Ali

Syari'ati, Sayyed Hussein Nasr, Murtadha

Muthahari, dan lain-lain tcrkesan banyak menguasai

pemikiran filsafat modern serta ilmu-ilmu sosial

yang berasal dari Barat. Mereka telah menunjukkan

sisi kelemahan dari berbagai pemikiran filsafat

19

modern dan ilmu sosial dari Barat, melalui kritiknya

yang akurat serta solusi yang ditawarkannya dari

Islam yang dibangun dari pendekatan filosofis

sufistik.13

Kekuatan terbesar yang dimiliki Islam adalah

kekuatan sumber daya manusia (SDM). Hampir setengah

penduduk dunia memeluk Islam, sehingga tidak ada satu

negara pun di dunia ini kecuali di sana ada orang

Islam. Peluang besar bagi umat Islam untuk

memperkenalkan konsepnya kepada seluruh masyarakat

dunia dengan mengkondisikan umat Islam yang berada di

negara-negara tersebut untuk mengembangkan konsepnya.

Jika memperhatikan potensi Islam baik vitalitas,

totalitas dan universalitas Islam yang dibutuhkan

masyarakat manusia sekarang dan masa mendatang,

kiranya adanya harapan terang dalam cakrawala dunia

Islam. Sistem yang dimiliki oleh Islam dapat diharapkan

menjadi alternatif paling baik lainnya yang sudah

terasa dalam kepengapan. Hal ini dapat ditambah lagi

dengan letak strategis kawasan Islam mulai dari selat

Bosporus sampai kepulauan Indonesia dalam lintasan geo-

politik yang dapat ikut mendukung peranan Islam sebagai

sistem sosio-kultural yang diharapkan. Masih

ditambah lagi, dengan kekayaan sumber alam dinegara-

negara yang masyarakatnya mayoritas Islam, atau yang

13 Abuddin Nata, Melodologi Studi Islam, Rajawali Press, Jakarta, 2002, hlm. 77.

20

resmi menyebut diri sebagai negara Islam, yang menjadi

kebutuhan dunia termasuk bagi negara-negara maju. Di

lain pihak masih terdapat kecemasan mengingat

keterbelakangan umat Islam sendiri, baik dalam

bidang keilmuan maupun teknologi, disamping kekaburan

umat Islam dalam memberikan persepsi-persepsi

keislaman, atau adanya semacam distorsi nilai-nilai

yang melanda kemiskinan yang melumpuhk-an daya nalar

dan kreatifitas umat Islam; ditambah lagi dengan

perpecahan yang tidak begitu jelas alasan dan

kepentingannya dikalangan pemimpin-pemimpin Islam di

heberapa negara mayoritas Islam, yang dapat memberikan

asumsi ketidakmampuan -kepemimpinan Islam dalam

menggalang potensi umat.

Islam pada masa sekarang dan mendatang,

mendapatkan peluang untuk tampil sebagai agama yang

dapat memberikan konsep-konsep pemecahan kemelut

global dunia modern ini. Namun, umat Islam belum

menemukan kualitas diri yang dapat mengangkat

pamornya sebagai kekuatan dunia, yang dengan

kecerahan dan keramahan nya menyuguhkan konsepsinya

sebagai agama pamungkas.

Memang sedang terjadi fajwah haina al-Islam wa al-

muslimin, ada kesenjangan dalam dunia Islam, antara

agama Islam dengan umatnya. Untuk izzu al-Islam wa al-

21

muslimin, dituntut langkah-langkah strategis dalam usaha

meningkatkan mutu atau kualitas umat Islam.

Krisis membuat manusia berusaha untuk mencari

pemecahan dan jalan keluar, masalahnya adalah

bagaimana manusia dalam masyarakat modern ini dapat

dibebaskan dari cengkeraman akibat sampingan

industri model yang irrasional, masyarakat industri

modern sekarang masuk dalam suatu sistem kompleks dari

business-science-technology.14

Dalam sistem yang demikian itu, tata hidup pada

hakekatnya adalah rumusan untuk mengkombinasikan

otak dan mesin-mesin guna menghasilkan lebih banyak

produk-produk dengan pekerjaan yang lebih sedikit.

Dunia modern dengan taraf industrialisasi yang

maju itu, memang memerlukan syarat dan ciri-ciri tata

cara dan sikap-sikap tertentu untuk efisien yang dapat

menimbulkan pengaruh-pengaruh dan akibat-akibat se-

ktitider yang tidak diinginkan, jika tidak waspada.

Sistem kompleks business-science-technology,

mempunyai ciri-ciri:

Menuju super efisiensi,

Mensyaratkan standarisasi,

Memerlukan spesialisasi yang tajam,

Mengharuskan disiplin,

dan Memintakan sistematisasi.

14 Hasan, Muhammad Tholhah, Prospek Islam dalam MenghadapiTantangan Zaman, 2005, hal. 75.

22

Ini adalah satu kumpulan persyaratan-persyaratan

yang apabila diikuti secara tepat dapat

menyebabkan terjadinya proses dehumanisasi.

Masyarakatnyapun akan cenderung untuk sangat menekankan

kepada pemenuhan kchutuhan materi semata. Sehingga

orang-orang pun akan sangat berorientasi

materialistis untuk kepentingan pribadi dan untuk

keduniaan saja, jauh dari ideal-ideal untuk jangka

panjang, apalagi akhirat. Masyarakat modern yang

demikian itu, menjadi suatu kumpulan manusia-manusia

privat yang hubungannya satu sama lain sangat

lepas, ynng memberikan prioritas kepada kesenangan-

kesenangan pribadi, egosentris, tidak peka akan usaha-

usaha kolekif.15

Sebagai usaha mencari jalan keluar, orang seperti

Herbert Marcuse sampai kepada sikap yang menolak es-

tablishment bersama pola dunia, moral, dan

organisasinya, dan meningkatkan kepekaan dan

kesadaran baru yang lebih mampu membuat hidup menjadi

sensuous, calm and beautiful. Dalam mencari alternatif lain,

Theodore Roszak sampai kepada pemikiran Counter

Culture, la kembali kepada alam pikiran mistis bahwa

manusia seharusnya merupakan bagian dari alam, dan

oleh karena itu harus, terbuka dan menaruh simpati

kepada alamnya. Bukan maksudnya dia menolak

15 Ibid.

23

teknologi, tetapi ingin menghilangkan dominasi

teknologi dalam kehidupan manusia, dengan mencari

nilai-nilai dasar dalam pola kehidupan mistis yang

masih mempertimbangkan kesatuan ekologis manusia dengan

alamnya dengan solidaritas emosional-nya16.

Kehidupan rasional yang kaku inipun dilihat oldi

E.F. Schumacher, dan oleh karena itu dalam bukutivn

Small is Beautiful, ia berpaling kepada Budhisme, unitik

menemukan pola kehidupan yang lebih komperatif.

Kekuatan dan peluang lain yang dimiliki umat Islam

dalam mengembangkan pendidikan Islam di era globalisasi

ini di antaranya adalah:

a. Islam memiliki Konsep yang sempurna, lengkap,

komprehensif, dan universal (Syaamil Mutakaamil),

merupakan modal utama kekuatan bagi konsep

pengembangan pendidikan Islam di era globalisasi

ini, sehingga memiliki peluang yang besar untuk

menyesuaikan dengan kondisi apapun baik waktu maupun

tempat.

b. Sumber daya manusia (SDM) yang tersebar di seluruh

penjuru dunia, sehingga tidak ada satu negara pun di

dunia ini kecuali di sana ada orang Islam. Peluang

besar bagi umat Islam untuk memperkenalkan konsepnya

kepada seluruh masyarakat dunia dengan

16 Ibid., hal. 76.

24

mengkondisikan umat Islam yang berada di negara-

negara tersebut untuk mengembangkan konsepnya.

c. Efek dari globalisasi salah satunya adalah

berkurangnya peran negara dan batas-batas negara,

menyebabkan umat Islam dengan leluasa bisa

berinteraksi dengan masyarakat dunia. Sehingga

banyak peluang untuk studi banding tentang konsep

pendidikan Islam di seluruh dunia. Baik dari belahan

timur dengan karakteristiknya dan barat dengan

konsep yang lebih luwes dan maju.

Jadi, sebenarnya umat muslim dapat mengubah

tantangan menjadi peuang besar. Peluangnya adalah umat

muslim menjadi contoh dan benteng pertahanan yang kuat

di antara tantangan yang ada. Hal ini bermaksud untuk

melindungi diri dari berbagai dampak negatif dari

tantangan yang tidak mudah dihindari.

25

BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat

ditarik beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut.

1. Peluang studi islam adalah kesempatan yang dapat

dibuat di tengah banyaknya tantangan studi islam

dengan berbagai cara oleh masyarakat.

2. Peluang selalu hadir di tengah banyaknya tantangan

yang dihadapi oleh masyarakat saat ini yang dapat

dijadikan sebagai kesempatan besar bagi umat

muslim.

3. Tantangan dapat diubah menjadi peluang dengan cara

menjadi contoh dan benteng pertahanan yang kuat di

antara permasalahan yang ada.

3.2. Saran-saran

Penulis mengetahui bahwa makalah ini masih banyak

memiliki kekurangan. Oleh karena itu, untuk kedepannya

para pembaca dapat menambahkan hal-hal yang kurang

dalam karya tulis ini. Penulis juga berharap bahwa

nantinya para pembaca banyak mengetahui tentang peluang

studi islam.

26

DAFTAR PUSTAKA

___. 2010. Islamica Vol. 5. Tulungagung (STAIN

Tulungagung).

Achwan, Roehan. 1991. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Versi

Mursi. (Jurnal Pendidikan Islam, Volume 1).

Yogyakarta: IAIN Sunan Kalija.

Amal, Taufik Adnan. 1996. ISLAM DAN TANTANGAN MODERNITAS:

Studi atas Pemikiran Hukum Fazlur Rahman. Bandung: Mizan.

Anwar, Rosihon, dkk. 2009. Pengantar Studi Islam. Bandung:

Pustaka Setia.

Azizy, Ahmad Qodri. A. 2000. Islam dan Permasalah Sosial:

Mencari Jalan Keluar. Yogyakarta: LKis.

27

Fadjar, A. Malik. Menyiasati Kebutuhan Masyarakat Modern

terhadap Pendidikan Agama Luar Sekolah, Seminar dan

Lokakarya: “Pengembangan Pendidikan Islam Menyongsong Abad

21”. IAIN Cirebon, tanggal, 31 Agustus s/d 1

September 1995.

Fattah, Nanang. 2012. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosjdakarya.

Hasan, Muhammad Tholhah. 2005. Prospek Islam dalam

Menghadapi Tantangan Zaman. Jakarta: Lantabora

Press.

Murdan. 2000. Pengantar Studi Islam. Banjarmasin (IAIN

Antasari).

Nata, Abuddin. 2002. Melodologi Studi Islam. Jakarta:

Rajawali Press.

Rachman, Iman. 2010. Islam Jawaban Semua Masalah Hidup:

Renungan Harian untuk Keluarga Sakinah. Jakarta:

Erlangga.

Shihabuddin. 1995. Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan

Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press.

http://bewara-sagalaaya.blogspot.com/2010/11/

pendidikan-islam-antara-peluang-dan.html

Diunduh pada hari Minggu, 15 Maret 2015 pukul

21.19.

http://flashcompugraphics.blogspot.com/2013/01/

pendidikan-islam-dan-tantangan-masa.html

28