pedoman ppi

233
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2014 RSUD Cileungsi Page 1

Transcript of pedoman ppi

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 1

Buku Pedoman

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit

RSUD Cileungsi

Edisi 1 Tahun 2014

©2014 Komite PPIRS RSUD Cileungsi

Penulis Naskah

Any Sumarni, Amd kep

Desain Sampul

Sri Handayani Wiharjo, SKM

Editor

dr. Halimah Tuhsyadiah

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 2

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

TIM PENYUSUN

BUKU PEDOMAN

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

RSUD CILEUNGSI

Penasehat

Pengarah

Ketua

Sekretaris

Anggota

:

:

:

:

:

Direktur Utama

Ka.Bid Pelayanan Medik

Ka.Bid Keperawatan

Ka.Bid Umum

dr.Halimah Tuhsyadiah

Sri Handayani Wiharjo,SKM

1. dr. Afrizal, MARS

2. Any Sumarni, Amd. Kep

3. Asep Sudrajat, Amd Kep

4. Nuraisyah, Amd. Ak

5. Ns. Siti Nuroniah, S.Kep

6. Ns. Evlin Gledis, S. Kep

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 3

Dilarang memperbanyak, mencetak danmenerbitkan sebagian atau seluruh isibuku ini dengan cara dan bentuk apapun,juga tanpa seijin Komite PPIRS RSUD

Cileungsi

7. Abu Lutfi, Am.kep

8. Andry Sutomo, Amd. Kep

9. Milawati, Amd. Keb

Penulis Naskah : Any Sumarni, Amd kep

Desain Sampul : Sri Handayani Wiharjo, SKM

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Swt yang

telah memberi petunjuk dan bimbingan kepada kita, sehingga

kita dapat menyusun Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian

Infeksi RSUD Cileungsi. Buku Pedoman Pencegahan dan

Pengendalian infeksi ini merupakan edisi pertama setelah

berdirinya RSUD Cileungsi. Buku ini digunakan sebagai salah

satu acuan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah

sakit

Dalam buku ini memuat petunjuk teknis dan prosedur

beberapa tindakan yang mempunyai resiko infeksi rumah sakit

serta cara pencegahan dan penanggulangannya.

Dengan adanya buku ini diharapkan semua petugas dapat

mengetahui serta melaksanakan setiap kegiatan Pencegahan dan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 4

Pengendalian Infeksi di RSUD Cileungsi secara efisien dan

mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Sebagaimana halnya suatu

standar prosedur maka buku petunjuk teknis ini akan terus

mengalami perbaikan dalam rangka penyempurnaan sesuai

perkembangan IPTEK.

Cileungsi, Desember 2014

Komite PPIRS RSUDCileungsi

Tim Penyusun

SAMBUTAN DIREKTUR

RSUD CILEUNGSI

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT saya

merasa gembira dan bangga atas usaha dan kerja keras Komite

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) RSUD

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 5

Cileungsi yang telah menerbitkan Buku Pedoman Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) di RSUD Cileungsi.

Adanya buku pedoman PPI ini diharapkan dapat menjadi

pedoman bagi mutu pelayanan melalui upaya pengendalian

infeksi. Saat ini dimana keadaan ekonomi kita sedang mengalami

krisis, dimana biaya kesehatan semakin meningkat. Di lain

pihak, masyarakat menuntut adanya pelayanan kesehatan yang

baik, bermutu dan terjangkau. Dengan pengendalian infeksi di

rumah sakit, pasien dapat terhindar dari infeksi sampingan dan

biaya yang harus dikeluarkan baik oleh pasien maupun pihak

rumah sakit dapat ditekan.

Saya berharap agar Komite Pencegahan dan Pengendalian

Infeksi Rumah Sakit dapat melakukan pemantauan dan memberikan

masukan untuk perbaikan mutu pelayanan di RSUD Cileungsi.

Akhirnya saya mengucapkan terimakasih dan penghargaan

kepada semua Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dan semua

pihak yang telah membantu penerbitan buku ini.

Cileungsi, Desember 2014

drg. Mike Kaltarina, MARS

NIP : 196407111991032009

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 6

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

BMHP

CDC

CFU

CSSD

CVC

CVL

DTR

DTS

DTT

HAIs

HBV

HCV

HEPA

HICPAC

HIV

IC

ICU

ICCU

IDO

IM

IRS

ISPA

IT

IV

IVL

KLB

MDR

MRI

MRSA

NICU

PPI

PPIRS

PPP

RSV

: Bahan Medis Habis Pakai

: Center for Disease Control

: Colony Form Unit

: Central Sterille Supply Departement

: Central Venous Catheter

: Central Venous Line

: Disinfeksi Tingkat Tinggi

: Disinfeksi Tingkat sedang

: Disinfeki Tingkat Tinggi

: Hospital Acquired Infection

: Hepatitis B Virus

: Hepatitis C Virus

: High Efficiency Particulated Air

: Healthcare Infection Control Practices Advisory Commitee

: Human Immunodeficiency Virus

: Intra Cutan

: Intensive Care Unit

: Intensive Cardiac Care Unit

: Infeksi Daerah operasi

: Intra Muskuler

: Infeksi Rumah Sakit

: Infeksi Saluran Napas Atas

: Intra Tecal

: Intra Vena

: Inta Vena Line

: Kejadian Luar Biasa

: Multi Drug Resistant

: Magnetic Resonance Imaging

: Multidrug Resistant Staphylococcus Aureus

: Neonatal Intensive Care Unit

: Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

: Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit

: Profilaksis Pasca Pajanan

: Respiratory Sinctial Virus

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 7

SC

SPO

TPS

USG

VRE

WSD

µm

: Sub Cutan

: Standar Prosedur Operasional

: Tempat Penampungan Sementara

: Ultra Sonography

: Vancomisin Resistant Enterococci

Water Sealed Drainage

Mikrometer = 10¿¿m

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR ...................................................

.........................................

SAMBUTAN

DIREKTUR ....................................................

.....................................

DAFTAR

ISI .........................................................

................................................

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

BAB V

BAB VI

BAB VII

BAB

VIII

: PENDAHULUAN

: PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT

: SURVEILANS

: MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus

Aureus)

: TATALAKSANA KEJADIAN LUAR BIASA

: KESIAPAN MENGHADAPI PANDEMI PENYAKIT MENULAR

(EMERGING INFECTIONS DISEASES)

: MASALAH PENGENDALIAN INFEKSI UNTUK PENYAKIT

INFEKSI REGIONAL

: PENGAMBILAN, PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN BAHAN Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 8

BAB IX

BAB X

PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI

: PENYEHATAN AIR

: PENUTUP

LAMPIRAN – LAMPIRAN POSTER ..........................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi Rumah Sakit (IRS) atau Healthcare Associated

Infection (HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien

selama perawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 9

lain, yang tidak ditemukan dan tidak dalam masa inkubasi

saat pasien masuk rumah sakit.

Infeksi Rumah Sakit (IRS) merupakan masalah penting

di seluruh dunia yang terus meningkat merupakan masalah

utama bagi semua rumah sakit. Dampak yang ditimbulkan

meningkatkan lama masa rawat, angka kematian, biaya

perawatan dan pengobatan membebani rumah sakit maupun

pasien. Pencegahan dan pengendalian Infeksi Rumah Sakit

(PPIRS) merupakan suatu upaya penting dala meningkatkan

mutu pelayanan di rumah sakit. Hal ini dapat dicapai

dengan keterlibatan secara aktif semua personil rumah

sakit, mulai dari petugas kebersihan sampai dengan dokter

dan mulai dari pekarya sampai dengan jajaran direksi.

Kegiatan tersebut dilakukan secara baik dan benar di

semua sarana rumah sakit : peralatan medis dan non medis,

ruang perawatan dan prosedur serta lingkungan.

Terjadinya infeksi rumah sakit dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain :

Banyaknya pasien yang dirawat yang menjadi sumber

infeksi bagi lingkungan dan pasien lainnya.

Interkasi antara petugas, pasien dan pengunjung yang

menjadi sumber infeksi.

Kontak langsung antara petugas rumah sakit yang

tercemar bakteri atau cairan dari tubuh pasien.

Penggunaan alat/peralatan medis yang tercemar oleh

bakteri

Kondisi pasien yang lemah akibat penyakit yang

dideritanya

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 10

Mengingat kegiatan yang penting ini melibatkan

berbagai disiplin dan tingkatan yang berkaitan dengan

pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit.

Prosedur baku yang dituangkan dalam Buku Petunjuk Teknis

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit ini

merupakan prosedur yang harus dilaksanakan secara

maksimal sesuai indikasi.

Diharapkan dengan adanya Buku Pedoman Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi yang merupakan pelengkap dari Buku

Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi Rumah Sakit,

dapat menjadi rujukan bagi seluruh petugas kesehatan di

RSUD Cileungsi yang memiliki sikap dan perilaku yang sama

dalam mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit.

Hasil akhir yang diharapkan adalah peningkatan mutu

pelayanan rumah sakit yang dapat menjamin terlaksananya

Patient Safety secara menyeluruh di RSUD Cileungsi.

B. Dasar Hukum

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004

tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara RI Tahun

2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4431)

2. Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara RI Tahun 2004

Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)

3. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan

Lembaran Negara RI Nomor 5063)

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 11

4. Undang-undang RI Nomor 44 Tahun2009 tentang Rumah Sakit

(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan

Lembaran Negara RI Nomor 5072)

5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit.

6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata

kerja Departemen Kesehatan.

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi

Rumah Sakit Di Lingkungan Departemen Kesehatan

8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah

Sakit

9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1165.A./Menkes/SK/X/2004 tentang Komisi Akreditasi

Rumah Sakit.

10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

270/Menkes/2007 tentang Pedoman Manajerial Pencegahan

dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas

Pelayanan Kesehatan Lainnya.

11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

382/Menkes/2007 tentang Pedoman Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas

Pelayanan Kesehatan Lainnya.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 12

12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit.

13. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1116/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi

Kesehatan.

14. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB).

C. Tujuan

Diperolehnya buku pedoman pencegahan dan

pengendalian infeksi di rumah sakit sehingga rumah sakit

dapat melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi

sesuai dengan buku yang telah diterbitkan oleh RSUD

Cileungsi.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 13

BAB II

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT

KEWAPADAAN ISOLASI (ISOLATIONS PRECAUTIONS)

Infeksi nosokomial atau yang sekarang disebut sbagai

infeksi berkaitan dengan pelayanan di fasilitas kesehatan atau

Healthcare Infection (HAIs) dan infeksi yang di dapat dari

pekerjaan merupakan masalah penting di seluruh dunia yang

terus meningkat (Alvarado 2000).

A. Perkembangan Kewaspadaan

Kewaspadaan Standar atau Standard Precaution disusun

oleh CDC tahun 1996 dengan menyatukan Universal Precaution (UP)

atau Kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh yang telah

dibuat tahun 1985 untuk mengurangi resiko infeksi patogen yang

berbahaya melalui darah dan cairan tubuh lainnya dan Body

Substance Isolations (BSI) atau isolasi terhadap cairan tubuh yang

dibuat 1987 untuk mengurangi resiko penularan patogen yang

berada dalam bahan yang berasal dari tubuh pasien terinfeksi.

Pedoman Kewaspadaan Isolasi dan pencegahan dengan penambahan

istilah HAIs (Healthcare Associated Infection) menggantikan istilah

infeksi nosokomial, hyiegene repirasi/ etika batuk, praktek

menyuntik yang aman dan pencegahan infeksi pada prosedur

lumbal pungsi.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 14

Kewaspadaan Isolasi dirancang untuk mengurangi resiko

terinfeksi penyakit menular pada petugas kesehatan baik dair

sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui.

Kewaspadaan Isolasi terdiri dari kewaspadaan standar dan

kewaspadaan berdasarkan transmisi.

Kewaspadaan Standar dilakukan kepada semua pasien tanpa

memandang pasien tersebut infeksius atau tidak.

Kewaspadaan Transmisi adalah kewaspadaan berdasarkan sumber

infeksi : kontak, droplet, airborne.

B. Kewaspadaan Standar

Kewaspadaan Standar untuk pelayanan semua pasien.

Kategori I meliputi :

1. Kebersihan tangan/hand hygiene

2. Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, masker,

goggle (kacamata pelindung), face shield (pelindung

wajah) dan gaun.

3. Peralatan perawatan pasien

4. Pengendalian lingkungan

5. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen

6. Kesehatan karyawan/perlindungan petugas kesehatan

7. Penempatan pasien

8. Hygiene respirasi/etika batuk

9. Praktek menyuntik yang aman

10. Praktek untuk lumbal pungsi

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 15

1. Kebersihan Tangan/Hand hygiene

1.1 Hindari menyentuh permukaan di sekitar pasien agar

tangan terhindar kontaminasi patogen dari dan ke

permukaan

1.2 Bila tangan ta mpak kotor, mengandung bahan

berprotein, cairan tubuh, lakukan kebersihan

tangan dengan sabun antiseptik di air mengalir

1.3 Bila tangan tidak tampak kotor, atau setelah

membuang kotoran atau cairan tubuh, bersihkan

tangan dengan sabun biasa dan air, kemudian

bersihkan dengan handrub berbasis alkohol

1.4 Lima indikasi melakukan kebersihan tangan :

Sebelum kontak dengan pasien

Setelah kontak dengan pasien

Sebelum tindakan invasif

Setelah kontak dengan cairan tubuh

Setelah kontak dengan lingkungan sekitar

pasien

2. Alat Pelindung Diri/APD (sarung tangan, masker, kaca

mata pelindung, pelindung wajah, gaun)

2.1 Sarung tangan

Pakai bila mungkin tekontaminasi darah, cairan

tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan

terkontaminasi, mukosa membran dan kulit yang

tidak utuh, kulit utuh yang potensial

terkontaminasi

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 16

Pakai sesuai ukuran tangan dan jenis tindakan

Pakai sarung tangan sekali pakai atau pakai

ulang untuk membersihkan lingkungan

Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai,

sebelum menyentuh benda dan permukaan yang

tidak terkontaminasi, sebelum beralih ke pasien

lain.

Pakai bila mungkin terkontaminasi darah, cairan

tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan

terkontaminasi, mukus membran dan kulit yang

tidak utuh, kulit utuh yang potensial

terkontaminasi

Jangan memakai sarung tangan 1 pasang untuk

pasien berbeda

ganti sarung tangan bila tangan berpindah dari

area tubuh terkontaminasi ke area bersih

Cuci tangan segera setelah melepas sarung

tangan

2.2 Masker/goggle

Pakailah untuk melindungi konjungtiva, mukus

membran mata, hidung, mulut selama melaksanakan

prosedur dan aktivitas perawatan pasien yang

beresiko terjadi cipratan/semprotan dari darah,

cairan tubuh, sekresi, dan ekskresi

Pilih sesuai tindakan yang akan dikerjakan

Masker bedah dan dapat dipakai secara umum

untuk petugas rumah sakit untuk mencegah

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 17

trnasmisi melalui partikel besar dari droplet

saat kontak erat (< 3m) dari pasien saat

batuk/bersin

Pakailah selama tindakan yang menimbulkan

aerosol walaupun pada pasien tidak diduga

infeksi

Jangan mengalungkan masker di leher segera

lepas setelah melakukan tindakan selesai.

2.3 Gaun/apron

Kenakan gaun (bersih, tidak steril) untuk

melindungi kulit, mencegah baju menjadi kotor,

kulit terkontaminasi selama prosedur/merawat

pasien yang memungkinkan terjadinya

percikan/semprotan cairan tubuh pasien

Pilihlah yang sesuai antara bahan gaun dan

tindakan yang akan dikerjakan dan perkirakan

jumlah cairan yang mungkin akan dihadapi. Bila

gaun tidak tembus cairan, perlu dilapisi apron

tahan cairan mengantisipasi semprotan/cipratan

cairan infeksius.

Lepaskan gaun segera dan cuci tangan untuk

mencegah transmisi mikroba ke pasien lain

ataupun ke lingkungan

Kenakan saat merawat pasien infeksi yang secara

epidemiologik penting, lepaskan saat akan

keluar ruang pasien

Jangan memakai gaun pakai ulang walaupun untuk

pasien yang sama

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 18

Bukan indikasi pemakaian rutin masuk ke ruang

resiko tinggi seperti ICU, NICU.

2.4 Sepatu pelindung

Sepatu pelindung kaki digunakan jika ada resiko

terumpah cairan, darah, urine, dll

Digunakan untuk melindungi kaki dari cidera

akibat benda tajam atau benda berat yang

mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki

sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup

sebaiknya yang tahan air

2.5 Topi

Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala

sehingga serpihan kulit dan rambut tidak masuk

ke dalam luka selama pembedahan. Topi harus

cukup besar untuk menutupi semua rambut.

Meskipun topi dapat memberikan sejumlah

perlindungan pada pasien, tetapi tujuan

utamanya adalah untuk melindungi pemakainya

dari darah atau cairan tubuh yang terpercik

atau menyemprot.

2.6 Peralatan perawatan pasien

Buat aturan dan prosedur untuk menampung

transportasi, peralatan yang mungkin

terkontaminasi darah atau cairan tubuh

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 19

Lepaskan bahan organik dari peralatan kritikal,

semi kritikal dengan bahan pembersih sesuai

dengan sebelum di DTT atau sterilisasi

Tangani peralatan pasien yang terkena darah,

cairan tubuh, sekresi, ekskresi dengan benar

sehingga kulit dan mukus membran terlindungi,

cegah baju terkontaminasi, cegah transfer

mikroba ke pasien lain dan lingkungan

Pastikan perlatan yang telah di pakai untuk

pasien infeksius telah dibersihkan dan tidak

dipakai untuk pasien lain

Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan

dihancurkan melalui cara yang benar dan

peralatan pakai ulang diproses dengan benar

Peralatan nonkritikal terkontaminasi

didisinfeksi setelah dipakai. Peralatan

semikritikal didisinfeski atau disteriilisasi.

Peralatan kritikal harus didisinfeksi kemudian

disterilkan

Peralatan makan pasien dibersihkan dengan air

panas dan detergen

Bila tidak nampak kotor, lap permukaan

peralatan yang besar (USG,X-Ray) setelah keluar

ruangan isolasi

Bersihkan dan disinfeksi yan benar peraltan

terapi pernapasan terutama setelah dipakai

pasien infeksi saluran napas

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 20

Alat makan dicuci dalam alat pencuci otomatik

atau manual dengan detergen tiap setelah makan.

Benda disposible di buang ke tempat sampah

3. Pengendalian Lingkungan

Pastikan bahwa departemen/unit/ruangan membuat dan

melaksanakan prosedur rutin untuk pembersihan,

disinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur,

peralatan disamping tempat tidur dan pinggirannya,

permukaan yang sering tersentuh dan pastikan kegiatan

ini di monitor.

Untuk memtuskan rantai penularan infeksi, rumah sakit

harus mempunyai disinfektan standar untuk membunuh

patogen atau menurunkan jumlahnya secara fisikal maupun

kimiawi, tetapi tidak termasuk spora.

Pembersihan harus mengawali disinfeksi. Benda dan

permukaan tidak dapat didisinfeksi sebelum dibersihkan

dari bahan organik (sekresi, ekskresi pasien, kotoran).

Pembersihan ditujukan untuk mencegah aerosolisasi,

menurunkan pencemaran lingkungan. ikuti aturan pakai

pabrik cairan disinfektan, waktu kontak dan cara

pengencerannya.

Disinfektan yang biasa dipakai rumah sakit :

Natriumhipoklorit (pemutih), alkohol, komponen fenol, komponen

ammonium quarternary, komponen peroksida.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 21

Pembersihan area sekitar pasien.

a. Pembersihan permukaan horizontal di sekitar pasien

harus dilakukan secara rutin dan tiap pasien pulang.

Untuk mencegah aerosolisasi patogen yang berasal

dari infeksi saluran napas, hindari sapu, lakukan

pembersihan dengan cara basah (kain basah)

b. Ganti cairan pembersih, lap kain, kepala mop stelah

dipakai/terkontaminasi

c. Peralatan pembersihan harus dibersihkan, dikeringkan

tiap kali setelah dipakai

d. Mop dicuci dan dikeringkan tiap ahri sebelum d dan

disimpan dan dipakai kembali

e. Untuk mempermudah pembersihan, bebaskan area pasien

dari benda-benda/peralatan yang tidak perlu

f. Jangan melakukan fogging dengan disinfektan karena

tidak terbukti mengendalikan infeksi dan berbahaya

untuk lingkungan

g. Pembersihan dapat dibantu dengan vacum cleaner (pakai

filter, HEPA)

h. Jangan memakai karpet

4. Pemrosesan Peralatan Pasien dan Penatalaksanaan Linen

4.1 Penanganan transport dan proses linen yang terkena

darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dengan

prosedur yang benar untuk mencegah kulit, mukus

membran terpapar dan terkontaminsi linen, sehingga

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 22

mencegah transfer mikroba ke pasien lain, petugas

dan lingkungan.

4.2 Buang terlebih dahulu kotoran (misal : feses)

ketoilet dan masukan linen dalam kantong linen

kotor yang infeksius

4.3 Hindari menyortir linen di ruang rawat pasien

4.4 Jangan memanipulasi linen terkontaminasi untuk

hindari kontaminasi terhadap udara, permukaan dan

orang

4.5 Cuci dan keringkan linen sesuai SPO, dengan air

panas 70°C, minimal 25 menit

4.6 Bila suhu dipakai < 70°C plih zat kimia yang

sesuai

4.7 Pastikan kantong tidak bocor dan lepas ikatan

selama transportasi. Kantong tidak perlu double

4.8 Petugas yang menangani linen harus menggunakan APD

5. Kesehatan Karyawan/Perlindungan Petugas Kesehatan

5.1 Tidak perlu menyarungkan jarum suntik kembali jika

tidak dibutuhkan, jika terpaksa harus menyarungkan

jarum suntik kembali tutup dengan satu tangan

5.2 Segera masukan jarum kedalam safety box setelah

penyuntikan

5.3 Jangan recap jarum yang telah dipakai,

memanipulasi jarum dengan tangan, menekuk jarum,

mematahkan jarum dari spuit

5.4 Berhati-hati dalam bekerja saat menangani jarum,

scalpel alat tajam lain yang dipakai setelah

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 23

prosedur, dan saat membersihkan instrumen dan saat

membuang jarum untuk mencegah trauma

5.5 Buang jarum, spuit, pisau, sakalpel dan peralatan

benda tajam habis pakai ke dalam wadah tahan

tusukan sebelum dibuang ke insenerator

5.6 Pakai mouthpiece, resusitasi bag atau peralatan

ventilasi lain pengganti metode resusitasi mulut

ke mulut

5.7 Jangan mengarahkan bagian tajam jarum ke bagian

tubuh selain akan menyuntik

6. Penempatan Pasien (isolasi pasien)

6.1 Tempatkan pasien yang potensial mengkontaminasi

lingkungan atau yang tidak dapat diharapkan

menjaga kebersihan atau kontrol lingkungan ke

dalam ruang rawat yan terpisah

6.2 Bila ruang isolasi tidak memungkinkan,

konsultasikan dengan petugas PPI

6.3 Cara penempatan pasien sesuai jenis kewaspadaan

terhadap transmisi infeksi

7. Hygiene respirasi/Etika batuk

7.1 Edukasi petugas akan pentingnya pengendalian

sekresi respirasi untuk mencegah transmisi patogen

dalam droplet dan fomite terutaman selama musim/KLB

virus respiratorik di masyarakat

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 24

7.2 Terapkan pengukuran kandungan sekresi respirasi

pasien dengan individu dengan gejala klinik

infeksi respiratorik, dimulai dari unit emergensi

7.3 Beri poster pada pintu masuk dan tempat strategis

bahwa pasien rajal atau pengunjung dengan gejala

klinis infeksi saluran napas harus menutup mulut

dan hidung dengan tissue kemudian membuangnya dan

mencuci tangan

7.4 Sediakan tissue dan wadah untuk limbahnya

7.5 Sediakan sabun, wastafel dan cara mencuci tangan

pada ruang tunggu pasien rajal atau alkohol handrub

7.6 Pada musim infeksi saluran napas, tawarkan masker

pada pasien dengan gejala infeksi saluran napas,

juga pendampingnya. Anjurkan untuk duduk berjarak

> 1m dari yang lain

7.7 Lakukan sebagai standar praktek

Kunci PPI adalah mengendalikan penyebaran patogen dari

pasien yang terinfeksi untuk tranmisi kepada kontak

yang tidak terlindungi

Untuk penyakit yang ditransmisikan melalui droplet

nuclei maka etika batuk harus diterapkan kepaa semua

individu dengan gejala gangguan pada saluran napas

Pasien, pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas

harus :

1) Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin

2) Memakai tissue, sapu tangan, masker kain/medis bila

tersedia, buang ke tempat sampah

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 25

3) Melakukan cuci tangan

Manajemen fasilitas kesehatan/rumah sakit harus

mempromosikan hygiene respirasi/etika batuk :

1) Promosikan kepada semua petugas, pasien, keluarga

dengan infeksi saluran napas dengan demam

2) Edukasi terhadap petugas, pasien, keluarga,

pengunjung akan pentingnya kandungan aerosol dan

sekresi dari saluran napas dalam mencegah transmisi

penyakit saluran npas

3) Menyediakan sarana untuk kebersihan tangan (alkohol

handrub, wastafel, antiseptik, kertas tissue,

terutama area tunggu harus diprioritaskan)

8. Praktek menyuntik yang aman

8.1 Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap

suntikan untuk mencegah kontaminasi pada peralatan

injeksi dan terapi

8.2 Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun

multidose. Jarum atau spuit yang dipakai ulang

untuk menagmbil obat dalam vial multidose dapat

menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat

menyebar saat obat dipakai untuk pasien lain

9. Praktek lumbal punksi

Pemakaian masker pada insersi cateter atau injeksi

suatu obat ke dala area spinal/epidural melalui

prosedur lumbal punksi misal saat melakukan anestesi

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 26

spinal dan epidural, myelogram untuk mencegah transmisi

droplet flora orofaring

C. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi

Dibutuhkan untuk memutus mata rantai transmisi mikroba

penyebab infeksi dibuat untuk diterapkan terhadap pasien

yang diketahui maupun dugaan terinfeksi atau

terkolonisasi patogen yang dapat ditransmisikan lewat

udara, droplet, kontak dengan kulit atau permukaan

terkontaminasi.

Jenis kewasspadaan berdasarka transmisi :

1. Airborne precautions (kewaspadaan penularan lewat udara)

2. Droplet precautions (kewaspadaan penularan lewat droplet)

3. Contact precautions (kewaspadaan penularan lewat kontak)

4. Melalui common vehicle (makanan, air, obat, alat,

peralatan)

5. Melalui vector (lalat, nyamuk, tikus)

Transmisi lewat udara (Airborne)

Kewaspadaan ini bertujuan untuk menurunkan penularan

penyakit melalui udara, yang berupa bintik percikan di

udara (airborne droplet nuclei, ukuran < 5µm) atau partikel debu

yang berisi agen infeksi. Organisme yang ditularkan

dengan cara ini dapat menyebar secara luas bersama dengan

aliran udara.

Penyakit yang termasuk kategori ini antara lain,

varicella, campak. Diperlukan ventilasi seperti pada

isolasi BTA (Basil Tahan Asam); pasien ditempatkan dalam Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 27

ruang tersendiri dengan udara negatif (negatif airflow)

dengan minimal 6 kali pergantian udara perjam, yang

dipantau secara terus menerus. Udara langsung dibuang ke

luar atau dilewatkan penyaringan (filter) partikular

udara dengan efisiensi tinggi bila akan disirkulasi

kembali. Pintu ruangan harus selalu ditutup. Pasien hanya

boleh meninggalkan kamar harus menggunakan masker.

Alat pelindung yang sesuai harus dikenakan untuk pasien

yang didiagnosa atau diduga tuberkulosis sesuai dengan

pedoman yang telah ada untuk tuberkulosis. Orang termasuk

petugas rumah sakit, yang rentan terhadap penyakit campak

(measles) dan cacar air (varicella) dilarang masuk ke

ruangan pasien dengan penyakit tersebut.

Transmisi Lewat UdaraSebagai tambahan dari Standard precaution, Airborne Precaution

digunakan untuk pasien yang diketahui atau diduga

menderita panyakit serius dengan penularan melalui

percikan halus di udara.

Contoh penyakit :

Campak

Varicella (termasuk Herpes zoster diseminata)

Tuberkulosis

Penempatan pasien :

Tempatkan pasien pada tempat dengan :

Tekanan negatif yang termonitor

Minimal pergantian udara 6 kali setiap jam

Pembuangan (exhaust) udara keluar yang memadai atau

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 28

penggunaan filter yang termonitor sebelum udara

beredar ke seluruh rumah sakit

Jagalah agar pintu selalu tertutup dan pasien

tetap dalam ruangan

Bila tidak ada tempat tersendiri, tempatkan

pasien dalam ruangan dengan pasien lain yang

terinfeksi oleh mikroorganisme yang sama dan

tidak ada infeksi lain

Proteksi repirasi :

Gunakan pelindung pernapasan masker N95 pada saat masuk

ke dalam ruangan pasien yang diketahui atau diduga

mengidap tuberkulosis, H1N1, H5N1

Pengangkutan pasien :

Batasi pemindahan atau pengangkutan pasien hanya untuk

hal-hal yang penting saja. Bila pemindahan atau

pengangkutan pasien memang diperlukan, hindari penyebaran

droplet dengan memberikan masker bedah kepada pasien.

Transmisi lewat droplet

Kategori ini ditujukan untuk menurunkan penularan droplet

dari bakteri patogen yang infeksius. Penularan droplet

terjadi bila partikel percikan yang besar (diameter >

5µm) dari orang yang terinfeksi mengenai lapisan mukosa

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 29

hidung, mulut atau konjungtiva mata dari orang yang

rentan.

Droplet (percikan besar) dapat terjadi pada waktu seseorang

berbicara, batuk, bersin ataupun pada waktu pemeriksaan

jalan napas seperti intubasi atau bronkoskopi

Penularan melalui droplet/percikan besar berbeda dengan

transmisi airborne karena pada transmisi droplet memerlukan kontak

yang dekat antara sumber dan penerimaan penularan, karena

percikan besar tidak dapat bertahan lama di udara dan

hanya dapat berpindah dari dan ke tempat yang dekat.

Contoh penyakit yang ditularkan melalui droplet adalah

meningitis yang disebabkan oleh Meningococcus atau

pneumonia oleh Pneumococcus yang resisten terhadap

berbagai antibiotika (multidrug resistant = MDR), pertusis,

faringitis, influenza dan parvovirus B 19. Pasien dengan

mikroorganisme penyebab infeksi yang sama atau dengan

cara kohort di bangsal umum

Masker harus dipakai, bila seseorang berada dalam jarak 3

kaki dari pasien. Akan lebih praktis apabila kewajiban

memakai masker diberlakukan sejak seseorang memasuki

ruangan pasien. Pasien hanya diperbolehkan meninggalkan

ruangan hanya jika sangat perlu, dan harus memakai

masker.

Transmisi Lewat DropletSebagai tambahan dari kewasspadaan standar, droplet

precaution digunakan untuk pasien yang diketahui atau

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 30

diduga menderita penyakit serius dengan penularan melalui

percikan partikel besar.

Contoh penyakit :

Influenza tipe B invasive H, termasuk meningitis,

pneumonia dan sepsis

Meningitis invasive N, termasuk meningitis,

pneumonia dan sepsis

Pneumoniae multidrug resiten invasive S, termasuk

meningitis, pneumonia, sinusitis, dan otitis media

Infeksi bakteri lain pada saluran napas dengan transmisi

droplet :

1. Diphteria faring

2. Mycoplasma pneumoniae

3. Pertusis

4. Pneumoniae plague

5. Faringitis dan pneumonia akibat streptococcus dan

scarlet fever pada bayi dan anak-anak

Infeksi virus dengan transmisi droplet, termasuk :

a. Adenovirus

b. Influenza

c. Mumps

d. Parvovirus B19

e. Rubella

Penempatan pasien :

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 31

Tempatkan pada ruang tersendiri atau bersama pasien lain

dengan infeksi yang aktif dari organisme yang sama,

tetapi tidak ada infeksi lain. Bila ada kamar tersendiri,

tempatkan dalam ruangan secara kohort, dan bila ruang

untuk kohort tidak memungkinkan, buatlah jarak pemisah

minimal 3 kaki antara pasien dengan pasien lain dan

pengunjung

Pemakaian masker :

Pemakaian masker bila berada/bekerja dengan jarak kurang

dari 3 kaki dari pasien

Transport Pasien :

Batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk

keperluan mendesak bila terpaksa memindahkan pasien,

gunakan masker pada pasien.

Transmisi Lewat Kontak

Kewaspadaan ini ditujukan untuk pasien yang diketahui

atau diduga menderita penyakit yang secara epidemiologis

penting dan ditularkan melalui kontak langsung (misalnya

kontak tangan atau kulit ke kulit yang terjadi selama

perawatan rutin, atau kontak tak langsung (persinggungan)

dengan benda di lingkungan pasien.

Pasien harus ditempatkan diruang tersendiri. Bila tidak

tersedia, dapat dengan kohort (bangsal umum)

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 32

Sarung tangan harus dipakai sebagai pencegahan,

sebagaimana pada kewaspadaan standar terhadap kontak

dengan darah dan cairan tubuh. Pada contact precaution ini

sarung tangan harus diganti setelah menyentuh bahan yang

mengandung mikroorganisme dengan konsentrasi tinggi

(misalnya tinja, sputum, cairan muntahan atau cairan

luka). Sarung tangan harus dibuka sebelum meninggalkan

ruangan dan kemudian harus cuci tangan dengan bahan

pencuci antiseptik. Apron yang bersih dan nonsteril harus

dipakai bila diduga terjadi kontak yang cukup rapat

dengan pasien, bila pasien tidak dapat menahan buang air

besar (inkontinensia) atau bila ada luka basah yang tidak

dapat ditahan dengan pembalut; apron harus dilepas

sebelum meninggalkan ruangan

Contoh penyakit/keadaan yang memerlukan contact

precautions adalah infeksi atau kolonisasi bakteri MDR

seperti Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA), kolitis

yang disebabkan oleh Clostridium difficile, Respiratory Syncytial Virus

(RSV) pada anak, infeksi kulit dengan scabies, impetigo,

herpes zoster diseminata dan viral hermorrhagic fever (Lassa fever

atau virus Marburg)

Varicella yang diseminata merupakan contoh yang

memerlukan dua macam kewaspadaan berdasarkan cara

penularannya, yaitu airborne dan contact precaution

Kebijaksanaan mengenai isolasi khusus terhadap

mikroorganisme seperti Vancomycin Resistant Enterococci (VRE) dan

Clostridium difficile mencakup kewaspadaan terhadap semua bentuk Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 33

kontak dengan pasien, peralatan sekitar tempat tidur

pasien dan lingkungan dekat pasien. Penekanan khusus pada

pemakaian peralatan tersendiri untuk masing-masing pasien

dan menghindari pemakaian alat secara bersama. Menjaga

kebersihan sekitar pasien juga merupakan hal yang perlu

diperhatikan.

Transmisi Lewat KontakSebagai tambahan dari kewaspadaan standar, contact

precautions digunakan untuk pasien yang diketahui atau

dicurigai menderita penyakit serius yang mudah menular

melalui kontak pasien atau kontak dengan sesuatu di

lingkungan pasien

Contohnya :

MRSA

Infeksi gastrointestinal, repirasi, kulit atau luka

atau kolonisasi bakteri MDR sesuai keputusan program

pemberantasan.

Infeksi enterik dengan dosis infeksi rendah atau

berkepanjangan termasuk :

a. Clostridium difficile

b. Enterohaemorrhage E. Coli (EHEC), Shigella, Hepatitis

A atau Rotavirus pada pasien incontinensia

RSV, para influenza virus, atau infeksi enterovital

pada bayi dan anak-anak

Infeksi kulit yang sangat menular atau yang bisa

timbul pada kulit kering, termasuk :

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 34

a. Diphteria (kulit)

b. Herpes Simplex (neonatus atau mucocutaneus)

c. Impetigo

d. Abses besar, selulitis atau dekubitus

e. Pediculosis

f. Scabies

g. Furunkulosis yang disebabkan oleh staphylococcus

pada bayi dan anak-anak

h. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS)

i. Herpes zoster (diseminata atau pasien

immunokompromisse)

Konjungtivitis hemoragik akibat virus

Lassa fever atau virus marburg

Penempatan pasien :

Tempatkan pada kamar sendiri atau bersama pasien lain

dengan infeksi yang aktif dari mikroorganisme yang sama

tetapi tanpa infeksi lain. Bila ada kamar tersendiri

tidak tersedia tempatkan dalam ruangan secara kohort

Sarung tangan dan kebersihan tangan :

Pakailah sarung tangan ketika melakukan tindakan langsung

dengan pasien, kontak dengan cairan tubuh dan tindakan

invasif. Lepaskan segera setelah selesai tindakan, buang

ke tempat sampah infeksius kemudian lakukan kebersihan

tangan dengan sabun antiseptik dan air yang mengalir

Pemakaian gaun :

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 35

Gaun digunakan saat melakukan tindakan : seperti merawat

luka, memandikan pasien dengan MRSA kolonisasi di ketiak

(+), peawatan kolostomi dll.

Transport pasien :

Batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk hal

yang penting. Bila terpaksa harus memindahkan keluar

kamar, usahakan tetap melaksanakan kewaspadaan standar

Perawatan lingkungan :

Lakukan perawatan terhadap peralatan disekitar tempat

tidur pasien (tempat tidur, meja, dinding, tiang infus,

lemari pasien) dan permukaan lain yang sering tersentuh

dibersihkan setiap hari dengan disinfektan

Peralatan perawatan pasien :

Peralatan seperti stetoskop, tensimeter, termometer

rektal masing-masing satu untuk satu atausekelompok

pasien kohort, hindari pemakaian bersama.

Bila pemakaian bersama tidak dapat dihindari, peralatan

tersebut harus selalu dibersihkan dan didisinfektan

sebelum dipakai untuk satu atau sekelompok pasien lain.

TABEL 1 JENIS DAN LAMA SIOLASI UNTUK PATOGEN TERTENTU

JENIS INFEKSI TRANSMISI LAMA ISOLASIVaricella-zoster

(chickenpox)

Airborne/kontak Sampai semua lesi

menjadi krusta

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 36

Varicella-zoster

virus

Airborne/

kontak/

immunokompromis

e

Selama masa sakit

Virus measles Airborne 4 hari setelah

timbulnya bercak atau

selama masa sakit untuk

pasien yang

immunokompromiseMycobacterium

tuberculosis

Airborne Sampai hasil 3 kali BTA

nya negatifBordetella

pertusis

Droplet 5 hari setelah awal

terapiAdenovirus Droplet Selama masa sakitInfluenza virus Droplet Selama masa sakitParvovirus DropletNeisseria

meningitidis

Droplet 24 jam setelah awal

terapiStreptococcus

group A

(faringitis,

pneumonia,

scarlet)

Droplet 24 jam setelah awal

terapi

RSV Kontak Selama masa sakitParainfluenza

virus

Kontak Selama masa sakit

Rotavirus Kontak Selama masa sakitMRSA Kontak Selama masa 24 jam

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 37

setelah awal terapiVRE Kontak Selama masa perawatan

CATATAN :

Disetiap pintu masuk kamar pasien harus tersedia

Alat Pelindung Diri (APD) yaitu : masker, sarung

tangan , abju pelindung (apron), topi

Harus tersedia wastafel dengan air mengalir, sabun

antiseptik, tissue, handrub berbasis alkohol, tempat

sampah infeksius dan non infeksius

Tersedia poster isolasi (kontak, droplet, dan

airborne), poster menggunanakan dan melaepas APD,

sesuai kebutuhan di deoan

D. Kewaspadaan dengan Pendekatan Sindromik dan Kewaspadaan

terhadap Organisme Khusus

Untuk beberapa penyakit dengan etiologi virus atau bakteri

dimana diagnosa belum atau tidak dapat ditegakkan karena

keterbatasan fasilitas penunjang diagnostik, selain

kewaspadaan standar diperlukan pendekatan berbasis sindrom

penyakit untuk menentukan jenis kewaspadaan yang paling

sesuai untuk mencegah penularan

yang tetap terjadi.(Tabel 4). Jenis etiologi penyebab

perlu disesuaikan dengan epidemiologi penyakit di masing-

masing daerah.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 38

SINDROM KONDISI KLINIK YANG SECARA EMPIRIK MEMERLUKAN

KEWASPADAAN TAMBAHAN

TABEL 2

Sindrom / kondisi Klinik Penyebab

Potensial

Kewaspadaan

EmpirisDiare :

1. Diare akut dengan kemungkinan

infeksi pada pasien

inkontinensia

2. Diare pada dewasa dengan riwayat

pemakaian antibiotik broad

spectrum atau jangka lama.

Enterik Patogen

Clostridium

difficile

Kontak

Kontak

Meningitis :

Rash atau eksantem umum dengan

etiologi tak diketahui :

1. Petechiae/echymosis dengan demam

2. Vesikuler

3. Makulopapular dengan pilek dan

demam

Neisseria

meningitis

Varicella

Rubella

(measles)

Droplet

Airborne/

kontak

Airborne

Sindrom / kondisi Klinik Penyebab

Potensial

Kewaspadaan

EmpirisInfeksi Respirasi :

1. Batuk/demam/infiltrat lobus atas

paru pada pasien HIV negatif

atau pasien dengan resiko HIV

yang kecil.

2. Batuk//demam/infiltrat paru di

lokasi manapun pada pasien HIV

positif atau pasien dengan

resiko tinggi terinfeksi HIV

3. Batuk paroksismal atau yang

M. Tuberculosis

M. Tuberculosis

Bordetella

pertusis

Airborne

Airborne

Droplet

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 39

menetap selama periode pertusis

4. Infeksi respirasi terutama

bronkhitis dan croup pada bayi

dan anak-anak

RSV atau

parainfluenza

virus

Droplet

Resiko mikroorganisme yang multidrug

resisten :

1. Riwayat infeksi atau kolonisasi

dengan bakteri MDR

2. Infeksi kulit luka atau infeksi

saluran kemih pada penderita

yang baru masuk rumah sakit atau

tempat perawatan lain dengan

khusus MDR tinggi

Infeksi pada kulit atau luka :

Abses atau luka yang tidak bisa

ditutup

Bakteri MDR

Bakteri MDR

Staphyilococcus

aureus Group A,

Streptococcus

Kontak

Kontak

Kontak

Kontak

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 40

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 41

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 42

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 43

KEBERSIHAN TANGAN

Kebersihan Tangan Sosial

mencuci tangan adalah menggosok air dengan sabun secara

bersama-sama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan

ringkas kemudian dibilas di bawah aliran air. (Larsan, 1995)

Kebersihan Tangan Aseptik/Antiseptik

Mencuci tangan aseptik/antiseptik adalah proses yang secara

mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan

menggosok air dan sabun antiseptik yang mengandung

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 44

chlorhexidine di aplikasikan ke seluruh kulit permukaan tangan

dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas dibawah aliran air,

untuk menghambat dan membunuh mikroorganisme (baik yang

sementara atau yang merupakan penghuni tetap)

Handrub Antiseptik Berbasis Alkohol Tanpa Air

Antiseptik handrub bereaksi cepat menghilangkan sementara atau

mengurangi mikroorganisme penghuni tetap dan melindungi kulit

tanpa menggunakan air. Dengan komposisi mengandung alkohol 60

– 90 % suatu emolient dan seringkali antiseptik tambahan

(misalnya : chlorhexidine glukonat 2-4 %) yang memiliki aksi

residual (Larson et al. 2001)

Petugas yang harus melakukan kebersihan tangan :

Perawat

Bidan

Dokter

POS/Pekarya

Terapis

Teknisi

Petugas

Laboratorium

Petugas Gizi

Mahasiswa

Cleaning

service

pengunjung

Keluarga

pasien, dll

Tujuan Kebersihan Tangan :

1. Meminimalkan dan menghilangkan mikroorganisme

2. Mencegah transmisi mikroorganisme dari pasien ke pasien

lain, dari petugas ke pasien, alat-alat kesehatan, dan

lingkungan.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 45

Lima indikasi melakukan kebersihan tangan :

1. Sebelum kontak dengan pasien (menyentuh tubuh pasien,

baju atau pakaian, mengukur tanda-tanda vital)

2. Sebelum dan sesudah melakukan tindakan aseptik (tindakan

tranfusi, perawatan luka, kateter urine, suctioning,

perawatan daerah pemasangan katetr intravena, pemberian

obat (IV, IM, IC, IT, SC))

3. Sebelum dan sesudah tindakan invasif (pemasangan vena

central, vena perifer, kateter urine, pemasangan kateter

arteri, tindakan intubasi endotrchea, pemasangan WSD,

Lumbal pungsi, dll)

4. Sebelum dan sesudah kontak dengan cairan tubuh (muntah,

darah, nanah, urine, feses, produksi darin, dll)

5. Setelah meninggalkan lingkungan/ruangan pasien (menyentuh

tempat tidur pasien, linen, yang terpasang di tempat

tidur pasien, alat-alat di sekitar pasien, atau peralatan

lain yang digunakan pasien, kertas/lembar untuk menulis

yang ada disekitar pasien, meja pasien, status pasien,

tiang infus, alat-alat monitor)

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 46

CATATAN PENTING :

Kapan kita pakai handrubs?

Keadaan emergency dimana fasilitas cuci tangan sulit di

jangkau

Fasilitas cuci tangan tidak adekuat

Saat ronde di ruangan yang memerlukan disinfektan

Di antara tindakan keperawatan

Dipergunakan jika tangan tidak terkena noda/cairan tubuh

pasien, tangan harus di cuci dengan sabun antiseptik segera

setelah melepaskan sarung tangan, karena pada saat tersebut

mungkin sarung tangan adda lubang kecil atau robek, sehingga

bakteri dengan cepat berkembang biak pada tangan akibat

lingkungan yang lembab dan hangat di sarung tangan (CDC, 1989,

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 47

korniewicz. et al. 1990)

Petugas harus memperhatikan :

Jaga kuku tetap pendek

Hindari pemakaian cat kuku dan kuku palsu

Hindari pemakaian cincin dan gelang

Kebersihan tangan dengan berbasis alkohol dilakukan ketika

secara kasat mata tangan tidak terlihat kotor, diantara

tindakan, saat ronde :

Menggosokan tangan dengan larutan berbasis alkohol, non

iritatif 100 ml alkohol 70% plus 1-2 ml gliserin plus

pewangiFormula disinfektan (WHO) :

Etanol 96

% .................................

................................ 833.3 ml

Hydrogen peroksida

3% ...................................................

.............. 1.7 ml

Gliserol

98% ................................

................................. 14.5 ml

Isopropil alkohol

99.8% ...............................................

.................. 751.5 ml

Hidrogren peroksida

3% ....................................................

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 48

.............. 41.7 ml

Gliserol

98% .................................

................................. 14.5 ml

Tambahkan formula tersebut dengan air destilasi/rebusan/dingin

sampai mencapai 1000 ml. Campur hingga homogen.

E. Perawatan Pasien Dalam Isolasi

Pasien dengan penyakit menular melalui udara harus dirawat

di ruang isolasi (bila memungkinkan) untuk mencegah

transmisi langsung atau tidak langsung

Jumlah petugas yang merawat pasien, harus dijaga seminimal

mungkin sesuai dengan tingkat perawatan. Petugas perlu

diawasi secara ketat dan hendaknya berpengalaman di dalam

pencegahan dan pengendalian infeksi.

Setiap langkah pencegahan dan pengendalian infeksi perlu

dilakukan sesuai petunjuk untuk mencegah transmisi infeksi

antar pasien dan dari pasien ke petugas pelayanan

kesehatan atau orang lain.

Perawatan pasien diruang isolasi menjadi sulit, jika

sumber daya tidak mencukupi, pasien tidak memiliki

kebiasaan menjaga kebersihan, sengaja mencemari lingkungan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 49

atau tidak dapat diharapkan bekerjasama dalam menerapkan

tindakan pencegahan infeksi dan transmisi mikroorganisme.

Hal ini dapat ditemukan misalnya pada anak-anak, pasien

dengan keadaan mental yang berubah-ubah atau orang lanjut

usia

Untuk perawatan pasien penyakit menular melalui udara di

ruang isolasi, petugas kesehatanperlu mentaati petunjuk

sebagai berikut :

1. Persiapan dan Pemeliharaan Ruang Isolasi

1.1 Lakukan tindakan pencegahan tambahan dengan

meletakkan tanda peringatan pada pintu.

1.2 Sediakan lembar catatan pada pintu masuk ruang

isolasi. Semua petugas kesehatan atau pengunjung

yang masuk area isolasi harus mengisi lembar

catatan tersebut, agar bila dibutuhkan tindak

lanjut, tersedia data yang dibutuhkan.

1.3 Pastikan semua perabotan yang tidak penting.

Perabotan di ruang isolasi harus mudah dibersihkan

dan tidak menahan kotoran tersembunyi atau kondisi

basah, baik di dalam maupun sekelilingnya.

1.4 Kumpulkan linen seperlunya.

1.5 Lengkapi tempat cuci tangan dengan kebutuhan untuk

cuci tangan yang cukup.

1.6 Sediakan kantong sampah yang sesuai dalam tempat

sampah yang dioperasikan oleh kaki dalam ruangan.

1.7 Upayakan agar pasien tidak menggunakan barang Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 50

pribadi. Letakkan tempat air minum dan cangkir,

tissue dan semua barang untuk kebersihan pribadi

berada dalam jangkauaan pasien.

1.8 Sediakan peralatan yang diperlukan tersendiri

untuk masing-masing pasien seperi stetoskop,

termometer dan tensimeter. Bila karena

keterbatasan ketersediaan, peralatan digunakan

untuk pasien lain maka semua peralatan hendaknya

dibersihkan dan didisinfeksi sebelum digunakan.

untuk menyimpan

1.9 Di luar pintu masuk isolasi (diruang ganti)

sediakan tempat (rak,troli, lemari) untuk

menyimpan APD. Sediakan daftar tilik untuk

meyakinkan semua peralatan yang dibutuhkan

tersedia.

1.10 Di luar pintu keluar ruang isolasi, letakkan

wadah tertutup sesuai untuk setiap peralatan bekas

pakai yang akan diproses ulang. Sesuai kebijakan

masing-masing rumah sakit, langsung kirim

peralatan bekas pakai tersebut ke instalasi

sterilisasi pusat atau dekontaminasi terlebih

dahulu diruangan khusus sebelum dikirim.

1.11 Sediakan peralatan kebersihan (mop/pel basah,

lap) dan disinfeski yang dibutuhkan di dalam

ruangan pasien

1.12 Bersihkan ruangan pasien secara menyeluruh

setiap hari meliputi semua permukaan. Yakinkan

bahwa barang-barang seperti meja pasien, kaki

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 51

tempat tidur dan lantai telah dibersihkan dan

didisinfeksi. Sodium hipoklorit 0.5 % dan atau

alkohol 70% dapat digunakan sebagai disinfektan

1.13 Masukan linen bekas pakai ke dalam kantong linen

ketika di dalam ruangan dan kemudian ke dalam

kantong lain ketika sudah diluar ruangan. Kirim

segera ke unit pencucian (laundry) dan tangani

sebagai linen yang kotor atau terkontaminasi.

1.14 Buang semua sampah ke dalamkantong sampah

infeksius ketika di dalam ruangan. Ketika sampah

akan dibuang, diluar ruangan masukkan kantong

tersebut ke dalam kantong lain dan kemudian

tangani sebagai sampah infeksius.

1.15 Bersihkan dan disinfeksi urinal dan bedpan

sebelum digunakan untuk pasien lain.

1.16 Hindari penggunaan disinfektan semprotan

1.17 Bersihkan semua peraltan kebersihan (mop/lap)

setelah setiap dipergunakan. Kirim semua peralatan

kebersihan tersebut ke laundry untuk dicuci dengan

air panas

1.18 Jika mungkin, yakinlah arah aliran udara

pendingin (AC) berasal dari luar ruangan (koridor)

ke dalam ruangan (tekanan negatif).

1.19 Bersihkan peralatan makan dalm air sabun panas.

2. Memasuki Ruangan

2.1 Di ruang anteroom harus tersedia APD yang berisi :

topi, masker, apron, sarung tangan, dan sepatu

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 52

pelindung, wastafel dengan air mengalir, sabun

antiseptik, handrub, paper towel (tissue), poster

APD dan kebersihan tangan.

2.2 Siapkan semua peralatan yag dibutuhkan

2.3 Cuci tangan dengan air mengalir atau gunakan

handrubs berbasis alkohol.

2.4 Memakai APD, dengan urutan sebagai berikut :

pelindung kaki, gaun pelindung dan topi, masker,

kaca mata atau pelindung wajah dan sarung tangan.

2.5 Masuk ruangan dan tutup pintu.

3. Meninggalkan Ruangan

3.1 Kecuali masker, lepaskan APD di pintu ruang

anteroom, masker dilepaskan setelah meninggalkan

ruangan pasien dan menutup pintunya

3.2 Urutan melepas APD :

1) Sarung tangan : lepas dan buang ke dalam tempat

sampah infeksius, lakukan kebersihan tangan.

2) Kaca mata atau pelindung wajah : letakkan ke

dalam wadah peralatan bekas pakai, lakukan

kebersihan tangan.

3) Gaun : dengan tidak memegang bagian luar gaun,

masukan ke dalam tempat cucian, lakukan

kebersihan tangan

4) Masker: dengan tidak memegang bagian luar,

lakukan kebersihan tangan.

5) Pelindung kaki setelah itu lakukan kebersihan

tangan.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 53

CATATAN : di tulis di pintu keluar ruangan.

3.3 Cuci tangan dengan air mengalir atau digunakan

handrubs berbasis alkohol.

3.4 Tinggalkan ruangan.

3.5 Lepaskan masker atau respirator dengan memegang

elastis di belakang telinga, jangan memegang

bagian depan masker

3.6 Setelah ke luar ruangan, gunakan kembali handrubs

berbasis alkohol atau cuci tangan dengan air

mengalir

3.7 Sebelum meninggalkan ruangan petugas mandi di

kamar mandi dengan menggunakan shower yang

disediakan di ruang ganti dan menggunankan pakaian

dari rumah.

Peraturan untuk Kewaspadaan Isolasi

Harus dihindari transfer mikroba patogen antar pasien dan petugas saat

perawatan pasien rawat inap. Perlu dijalankan hal berikut :

1. Kewaspadaan terhadap semua darah dan cairan tubuh , sekresi dan

ekskresi dari seluruh pasien untuk meminimalisir resiko transmisi

infeksi.

2. Lakukan kebersihan tangan sebelum kontak diantara pasien.

3. Lakukan kebersihan tangan setelah menyentuh bahan infeksius (darah

dan cairan tubuh)

4. Gunakan teknik tanpa menyentuh bila memungkinkan untuk menghindari

menyentuh bahan infeksius.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 54

5. Pakai sarung tangan saat harus atau mungkin kontak dengan darah dan

cairan tubuh serta barang yang terkontaminasi. Disinfeksi tangan

segera setelah melepas sarung tangan. Ganti sarung tangan antara

pasien.

6. Penanganan limbah feses, urin dan sekresi pasien yang lain dalam

lubang pembuangan yang disediakan, bersihkan dan disinfeksi bedpan,

urinal dan kontainer pasien lain.

7. Tangani bahan infeksius sesuai prosedur

8. Pastikan peralatan, barang fasilitas dan linen infeksius pasien telah

dibersihkan dan di disinfeksi dengan benar antar pasien.

F. PEMROSESAN PERALATAN PASIEN

Untuk menciptakan lingkungan bebas infeksi, yang

terpenting adalah dengan melaksanakan setiap proses

pencegahan infeksi yang di anjurkan. Proses pencegahan

infeksi dasar yang di anjurkan untuk mengurangi penularan

penyakit dari instrument yang kotor, sarung tangan bedah,

dan barang-barang habis pakai lainnya adalah

(precleaning/prabilas), pencucian dan pembersihan,

sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau

sterilisasi.

PERHATIAN :

1. Formaldehid alkohol tidak dianjurkan sebagai sterilan

kimia atau DTT karena bersifat iritasi dan toksik.

2. Fenol 3% dan oidofor tidak boleh untuk DTT karena tidak

dapat mematikan spora bacteria, M. Tuberculosis (MTB)

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 55

dan jamur.

3. Isopropil alkohol tidak boleh untuk DTT karena tidak

bisa mematikan spora bakteria dan virus hidrofilik.

4. Waktu paparan untuk DTT berubah dari 10-30 menit menjadi

> 12 menit.

5. Jangan melakukan disinfeksi fogging atau pengasapan di

area perawatan dan kamar operasi.

6. Petugas yang melakukan dekontaminasi alat harus selalu

menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker,

apron lengan panjang, sarung tangan panjang, jika

diperlukan dapat memakai kacamata (goggle)

TIGA TINGKAT PROSES DISINFEKSI

I. DISINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT) :

Mematikan bakteri dalam waktu 20-12 jam, akan mematikan

semua mikroba kecuali sebagian kecil spora bakteri.

II. DISINFEKSI TINGKAT SEDANG (DTS) :

Dapat mematikan bakteria vegetatif termasuk Mycobacteria,

hampir semua virus, hampir semua jamur, tetapi tidak bisa

mematikan spora bakteria.

III. DISINFEKSI TINGKAT RENDAH (DTR) :

Dapat mematikan hampir semua bakteria vegetatif, beberapa

jamur, beberapa virus dalam waktu < 10 menit.

G. DEKONTAMINASI

PengertianBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 56

1. Prabilas (precleaning)

Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk

ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan, misal :

mengurangi jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi,

menginaktivasi virus HBV, HCV, dan HIV

2. Pembersihan :

Proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah

atau cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun

membuang sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi resiko

bagi mereka yang menyentuh kulit atau menangani obyek

tersebut. Proses ini terdiri dari mencuci sepenuhnya

dengan sabun atau deterjen dan air atau secara

enzimatik, membilas dengan air bersih dan mengeringkan.

3. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT):

Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria,

virus, jamur dan parasit) termasuk endospora bakteri

dari benda mati dengan mesin sterilisator suhu tinggi

yaitu uap tekanan tinggi (otoklaf) dan panas kering

(oven) atau dengan mesin sterilisator suhu rendah

(plasma dan etilen oksida), sterilan kimiawi atau

radiasi.

Setiap benda, baik peralatan metal yang kotor memrlukan

penanganan dan pemrosesan khusus agar :

1. Mengurangi resiko perlukaan aksi dental atau

terpapar darah atau cairan tubuh terhadap petugas

pembersih dan rumah tangga.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 57

2. Memberikan hasil akhir berkualitas tinggi (umpamanya

peralatan atau benda lain yang steril atau yang

didisinfeksi tingkat tinggi (DTT)).

Persyaratan :

1. Suhu pada disinfeksi secara fisik dengan air panas untuk

peralatan sanitasi 80°C dalam waktu 45-60 detik,

sedangkan untuk peralatan memasak 80°C dalam waktu 1

menit.

2. Disinfektan harus memenuhi kriteria tidak merusak

peralatan maupun orang, disinfektan mempunyai efek

sebagai deterjen dan efektif dalam waktu yang relatif

singkat, tidak terpengaruh oleh kesadahan air atau

keberadaan sabun dan protein yang mungkin ada.

3. Penggunaan disinfektan harus mengikuti petunjuk pabrik.

4. Pada akhir proses disinfeksi terhadap ruang pelayanan

medis (ruang operasi dan ruang isolasi) tingkat

kepadatan bakteri pada lantai dan dinding 0-5 CFU/cm²,

bebas mikroorganisme patogen dan gas gangren. Untuk

ruang penunjang medis (ruang rawat inap, ruang ICU/ICCU,

kamar bayi, kamar bersalin, ruang perawatan luka bakar

dan laundry) sebesar 5-10 CFU/m²

5. Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan

pasien secara fisik dengan pemanasan pada suhu ± 121°C

selama 30 menit atau pada suhu 134° selama 13 menit dan

harus mengacu pada petunjuk penggunaan alat sterilisasi

yang digunakan.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 58

6. Sterilisasi harus menggunakan disinfektan yang ramah

lingkungan.

7. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung

diri dan menguasai prosedur sterlisasi yang ada

8. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan

ruang isolasi harus bebas dari mikroorganisme hidup.

Kebijakan sentralisasi pelayanan sterilisasi

Sebagai salah satu upaya dalam penurunan angka infeksi di

rumah sakit dan mengoptimalkan fungsi Instalasi

Sterilisasi Pusat/CSSD, diperlukan pelayanan sterilisasi

yang tersentralisasi.

Tujuan :

a. Efisiensi dan efektifitas pelayanan sterilisasi

b. Standarisasi pelayanan sterilisasi

c. Jaminan mutu pelayanan sterilisasi

Pelaksanaan pelayanan sterilasasi :

Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD) merupakan unit kerja di

rumah sakit yang bertanggung jawab terhadap

penyelenggaraan proses pelayanan sterilisasi di mulai dari

proses pencucian, dekontaminasi, disinfeksi, pengemasan,

labeling, proses sterilisasi, penyimpanan dan

pendistribusian barang steril serta pengawasan mutu.

Pelayanan sterilisasi dilaksanakan secara sentralisasi

oleh Instalasi Sterilisasi Pusat/CSSD namun dapat juga

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 59

dilaksanakan oleh unit kerja dalam bentuk Satelit CSSD

yang penyelenggaraannya dibawah Koordinasi dan Pengawasan

Instalasi Sterilisasi Pusat dengan ketentuan sebagai

berikut :

1. Tersedia ruangan satelit CSSD yang memenuhi standar :

a. Area unclean : tekanan negatif AC dan HEPA

filter

b. Area clean : tekanan positif AC dan HEPA

filter

c. Area steril : tekanan positif AC dan

HEPA filter

d. Area umum : gudang penyimpanan BMHP

2. Tersedia sarana dan prasarana standar minimal untuk

pelayanan sterilisasi :

a. Mesin sterilisator suhu tinggi dan suhu rendah

kapasitas kecil

b. Peralatan penunjang dekontaminasi

c. Peralatan penunjang untuk pengemasan dan labeling

d. Peralatan penunjang untuk penyimpanan barang steril

e. Peralatan penunjang lainnya

3. SDM dengan kompetensi khusus di bidang pelayanan

sterilisasi

4. Aktivitas sentralisasi di CSSD :

a. Menyediakan/produk barang medis habis pakai steril

(single-use)

b. Melakukan proses sterilisasi barang medis ulang pakai

(re-use)

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 60

Aktivitas desentralisasi di satelit CSSD :

1. Melakukan proses sterilisasi barang medis ulang pakai

untuk :

a. Barang / alat yang spesifik

b. Barang / alat yang dibutuhkan segera

c. Barang / alat dengan persediaan terbatas

2. Melakukan proses penyimpanan barang steril sebelum

digunakan ke pasien

Kebijakan tentang BAHAN STERIL SEKALI PAKAI (single- use) dan

ULANG PAKAI (re-use)

Dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit, dibutuhkan

barang medis/alat kesehatan yang habis pakai dan barang

medis/alat kesehatan yang dapat di ulang pakai (re-use) atau

dapat digunakan kembali setelah dilakukan proses

pembersihan, dekontaminasi, dan proses steril dengan

tujuan :

a. Mengurangi resiko infeksi

b. Memelihara efektifitas

c. Mengurangi biaya pasien

d. Menjamin mutu

Semua peralatan yang di ulang pakai harus memenuhi

persyaratan berikut :

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 61

a. Ada referensi atau rujukan yang dapat

dipertanggungjawabkan

b. Rekomendasi dari pihak penyediaan dengan sertifikat

c. Penyedia harus merekomendasi berapa kali alat dapat di

ulang

Pengelompokan barang medis/alat kesehatan steril :

1. Barang medis/alat kesehatan steril disposible yang

diproduksi oleh pabrik tertentu. Disediakan untuk sekali

pakai, tidak diproses ulang kecuali ada rekomendasi dari

pihak yang memproduksi alat kesehatan tersebut.

Contoh : spuit disposible steril, sarung tangan steril,

barang/alat kesehatan disposible lainnya.

2. Barang medis habis pakai steril produksi CSSD

Adalah barang medis/alat kesehatan steril disediakan

untuk sekali pakai oleh CSSD, tidak di proses ulang

3. Barang medis/alat kesehatan steril yang dapat di pakai

ulang

Adalah barang medis/alat kesehatan steril, bila sudah

dipakai dapat di proses ulang menjadi barang medis/alat

kesehatan steril.

Contoh : instrumen steril, linen steril, barang/bahan

lain yang terbuat dari kaca, plastik, silikon dan karet.

Kebijakan :

1. Barang medis/alat kesehatan steril sekali pakai (single-

use)

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 62

Adalah barang medis/alat kesehatan steril disposible

produksi oleh pabrik tertentu, disediakan untuk sekali

pakai dan tidak boleh diproses ulang kecuali :

a. Ada rekomendasi dari pabrik yang memproduksi alat

kesehatan tersebut untuk difungsikan sebagai barang

ulang pakai

b. Barang yang terbuat dari bahan yang tahan untuk di

pakai ulang, perlu dilakukan pencatatan agar bisa

mendeteksi sudah berapakali di pakai-ulang.

2. Barang medis habis pakai steril

Adalah barang medis habis pakai yang di produksi steril

oleh Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD) digunakan hanya

satu kali pakai dalam kemasan tertentu.

3. Barang medis steril yang dapat digunakan kembali atau

ulang pakai

Adalah barang steril yang bilamana sudah di pakai oleh

pasien dapat digunakan kembali setelah dilakukn proses

pembersihan, dekontaminasi, pengemasan, dan proses

steril

4. Barang medis/alat kesehatan steril, tidak boleh dipakai

apabila:

a. Kemasan sudah dibuka atau terbuka

b. Barang steril yang masih tersisa dalam kemasan yang

sudah terbuka

c. Tanggal kadaluarsa sudah lewat

5. Proses ulang untuk barang medis/alat kesehatan yang

dapat di pakai ulang, penggunaan kembali tergantung dari

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 63

jenis bahan dari barang medis/alat dan kondisinya tidak

rusak

6. Pengawasan terhadap pemakaian kembali barang/alat

kesehatan yang dapat diproses ulang harus dilakukan

secara rutin :

a. Seleksi kelayakan untuk dilakukan ulang pakai (uji

visual)

b. Pencatatan agar dapat mendeteksi berapakali barang

tersebut dilakukan ulang pakai

7. Pengumpulan data, analisis data dan penggunaan data

mengenai penggunaan barang medis/alat kesehatan yang

dapat digunakan kembali atau ulang pakai yang terkait

dengan pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan

tanggung jawab semua Unit Kerja yang terkait dengan

pelayanan.

Metode Sterilisasi

1. Sterilisasi dengan Menggunakan Panas :

1.1Sterilisasi Uap Panas (Otoklaf)

Cara ini biasanya digunakan di rumah sakit karena

terbukti uap panas dengan tekanan tinggi dapat

menghilangkan spora bakteri yang paling resisten

sekalipun secara efektif dalam waktu singkat.

Mekanisme secara umum adalah mengeluarkan seluruh

udara dari bahan/alat yang disterilkan dengan otoklaf

sehingga terjadi campuran uap yang seragam dan

mengurangi kemungkinan adanya daerah dingin dalam

otoklaf. Mekanisme ini mencakup gravity displacement,

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 64

mass flow dilution, pressure pulsing, high vaccum, dan pressure

pulsing dengan gravity displacement. Faktor lain yang

penting adalah udara kedap, tekanan atmosfir,

kualitas udara.

1.2Sterilisasi Panas (Oven/dry Heat)

Pemanasan dengan oven biasa digunakan untuk

sterilisasi gelas, instrumen, benda tajam dan

instrumen bedah mata. Keunggulan penggunaan panas

dibandingkan sterilisasi uap adalah kemungkinan

korosi yang rendah dan penetrasi yang dalam. Tetapi,

proses pemanasan ini lambat, diperlukan waktu satu

atau dua jam pada suhu 160°C. Bahan dan alat dapat

menjadi rusak akibat pemanasan yang lama dengan suhu

tinggi.

2. Sterilisasi Suhu Rendah

2.1Sterilisasi dengan Etilen Oksida (ETO)

Sterilisasi menggunakan etilen oksida efektif unttuk

membunuh spora. Bahan ini mudah menguap dan baik

unttuk penetrasi, tetapi bahan ini mudah meledak dan

terbakar. ETO adalah campuran gas yang paling efisien

dan bisa penetrasi kateter lumen yang sangat kecil,

namun mempunyai kelemahan karena sifatnya yang

karsinogenik.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 65

2.2Sterilisasi dengan Plasma/Teknologi Baru dalam

Sterilisasi dengan Suhu Rendah.

Suhu rendah, teknik dan prosedur baru seperti bedah

mikro, bedah laser, bedah ultrasonik dan bedah

endoskopi atau laparoskopi yang menggunakan peka dan

mahal, biasanya sensitif terhadap panas. Untuk itu

diperlukan cara sterilisasi yang mencakup hal-hal

berikut ini :

a. Kurang dari 60°C

b. Efisiensi tinggi, dapat membunuh virus, bakteri

TB, jamur dan spora

c. Aktivitas cepat, mampu menembus bahan peralatan

medis biasa dan masuk ke bagian dalam instrumen

alat

d. Kompatibilitas bahan

Tidak merubah bentuk maupun fungsi alat-alat

bahkan setelah digunakan ulang

e. Non toksik

f. Tahan bahan organik tanpa kehilangan efektifitas

g. Adaptasi

Cocok digunakan pada instalasi kecil maupun besar

h. Kemampuan monitor

Mudah dimonitor dengan akurat secara fisik, kimia

maupun biologi

i. Murah

Harga yang pantas untuk instalasi dan prosedur

rutin

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 66

j. Sterilisasi plasma hidrogen peroksida dan vapour-

phase hidrogenperoksida (VHP), siklus sterlisasi lebih

pendek daripada dengan menggunakan ETO, yaitu

angka 30-45 menit untuk VHP dan 75 menit sampai 4

jam untuk plasma. Bahan–bahan ini juga ideal untuk

alat-alat yang sensitif terhadap panas dan

kelembaban, selain itu ramah lingkungan dan tidak

meninggalkan residu.

Tatalaksana :

1. Kamar/ruang operasi yang telah dipakai harus dilakukan

disinfeksi dan disterilisasi sampai aman untuk dipakai

pada operasi berikutnya

2. Instrumen dan bahan medis yang dilakukan sterilisasi

harus melalui persiapan, meliputi :

2.1Persiapan sterilisasi bahan dan alat sekali pakai

Penataan - Pengemasan - Pelabelan - Sterilisasi

2.2Persiapan sterilisasi instrumen baru

Penataan dilengkapi dengan sarana pengikat (bila

diperlukan) – Pelabelan - Sterilisasi

2.3Persiapan sterilisasi instrumen dan bahan lama

Disinfeksi – Pencucian (dekontaminasi) – Pengeringan

(pelipatan bila perlu) – Penataan – Pelabelan –

Sterilisasi

3. Indikasi kuat untuk tindakan disinfeksi/sterilisasi

3.1Semua peralatan medik atau peralatan perawatan pasien

yang dimasukan kedalam jaringan tubuh, sistem

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 67

vaskuler atau melalui saluran darah harus selalu

dalam keadaan steril sebelum digunakan

3.2Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti

endoskopi, pipa endotrakeal harus disterilisasi/di

disinfeksi dahulu sebelum digunakan

3.3Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari

jaringan tubuh, darah atau sekresi harus selalu dalam

keadaan steril sebelum dipergunakan

4. Semua benda atau alat yang akan disterilkan/di

disinfeksi harus terlebih dahulu dibersihkan secara

bersama untuk menghilangkan semua bahan organik ( darah

dan jaringan tubuh ) dan sisa bahan linennya.

5. Sterlisasi (132°C) selama 3 menit pada gravity

displacement steam sterilizer, tidak dianjurkan untuk

peralatan implant

6. Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya akibat

dibersihkan, disterilisasi atau di disinfeksi tidak

boleh dipergunakan lagi. Oleh karena itu hindari proses

ulang yang dapat mengakibatkan terganggunya keamanan dan

efektifitas peralatan.

7. Jangan menggunakan bahan seperti linen dan lainnya yang

tidak tahan terhadap sterilisasi, karena akan

mengakibatkan kerusakan seperti kemasannya rusak atau

berlubang, bahan yang mudah robek dan sebagainya.

8. Peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada

tempat (lemari) khusus setelah dikemas steril dan

diletakkan pada :

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 68

8.1. Ruangan dengan suhu 18°C sampai 22°C dan kelembapan

35%-75%. Ventilisasi menggunakan sistem tekanan

positif dengan efisiensi partikuler antara 90%-95%

(untuk partikuler 0,5 µm)

8.2. Dinding ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat

dan mudah dibersihkan.

8.3. Barang yang steril disimpan pada jarak 19 cm - 24

cm dari lantai dan tinggi barang minimum 45 cm dari

langit-langit dan berjarak 5 cm dari dinding serta

diupayakan untuk menghindari terjadinya penempelan

debu kemasan.

9. Pemeliharaan dan cara penggunaan peralatan sterilisasi

harus memperhatikan petunjuk pabrik dan harus

dikalibrasi minimal satu kali satu tahun.

10. Jalur masuk ke ruangan untuk peralatan operasi yang

telah disteril harus terpisah dengan peralatan yang

telah dipakai.

11. Sterilisasi dan disinfeksi terhadap ruang pelayanan

medis dan peralatan medis dilakukan sesuai permintaan

dari kesatuan kerja pelayanan medis dan penunjang medis.

H. PENATALAKSANAAN LINEN

Prinsip Umum :

1. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukan ke

dalam kantong atau wadah yang tidak rusak saat di

angkut.

2. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang

sudah digunakan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 69

3. Semua bahan padat pada linen yang kotor harus

dihilangkan dan dibilas dengan air. Linen kotor tersebut

kemudian langsung dimasukan ke dalam kantong linen di

kamar pasien

4. Bersihkan kontaminasi bahan padat (misal : feses) dari

linen yang sangat kotor (menggunakan APD yang sesuai)

dan buang limbah padat tersebut ke dalam toilet sebelum

linen dimasukan ke kantong cucian.

5. Linen yang sudah digunakan harus dibawa dengan hati-hati

untuk mencegah kontaminasi permukaan lingkungan atau

orang-orang disekitarnya.

6. Jangan memilah linen di tempat perawatan pasien, masukan

linen yang terkontaminasi langsung ke kantong cucian.

7. Minimal memanipulasi atau mengibas-ibaskan linen untuk

menghindari terbentuknya aerosol, kontaminasi udara dan

orang.

8. Tidak diperbolehkan meletakkan linen kotor pasien di

lantai.

PERHATIAN :

A. Angkut linen kotor dengan hati-hati

B. Angkut linen kotor dan bersih di dalam troli yang tertutup

C. Pisahkan troli pengangkutan linen bersih dan linen kotor,

gunakan warna troli yang berbeda

D. Lakukan dekontaminasi atau pembersihan troli setiap hari

E. Tidak perlu menggunakan APD pada saat mengantar linen ke

unit laundry

F. Gunakan APD (masker, sarung tangan, dan apron) saat

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 70

pemilahan dan penghitungan linen kotor

G. Harus selalu melakukan kebersihan tangan setelah dan

sesudah menyentuh linen juga setelah melepaskan sarung

tangan

I. PENGELOLAAN LIMBAH

1. Pengertian

1.1 Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang

dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk

padat, cair dan gas.

1.2 Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah

sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan

rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan

non medis.

1.3 Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri

dari limbah : infeksius, patologi, benda tajam,

farmasi, sitotoksik, kimiawi, radioaktif, kontainer

bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat

yang tinggi.

1.4 Limbah padat non medis adalha limbah padat yang

dihasilkan dari kegiatan rumah sakit di luar medis

yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan

halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada

teknologinya.

1.5 Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja

yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang

kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 71

beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi

kesehatan.

1.6 Limbah gas adalah limbah yang berbentuk gas yang

berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit

seperti insenerator, dapur, perlengkapan generator,

anestesi dan pembuatan obat sitotoksik

1.7 Limbah infeksius adalah limbah dari bahan yang

terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh pasien,

ekskresi, sekresi yang dapat menularkan kepada orang

lain.

1.8 Limbah sitotoksik adalah limbah dari bahan yang

terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat

sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai

kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan

sel hidup.

1.9 Minimalisasi limbah adalah upaya yang dilakukan

rumah sakit untuk mengurangi jumlah limbah yang

dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce),

menggunakan kembali limbah (re-use) dan daur ulang

limbah (recycle).

2. Definisi

2.1 Bahan berbahaya adalah setiap unsur, peralatan,

bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan

atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak

langsung dapat membahayakan kesehatan manusia dan

lingkungan.

2.2 Benda-benda tajam adalah objek atau alat yang

memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 72

menonjol yang dapat memotong, melukai atau menusuk

kulit, seperti jarum suntik, jarum hipodermik,

perlengkapan intravena, vial, ampul, ujung infus

set, pipet, pecahan gelas, pecahan kaca,

pecahan/patahan ampul, pecahan botol, pisau bedah,

kawat dan benda lain yang dapat menusuk atau

melukai.

2.3 Enkapsulasi adalah proses pemadatan sampah benda

tajam atau obat-obatan dalam wadah yang berupa tong

atau drum, dengan cara tong mengisi wadah hingga ¾

bagian wadah kemudian sisa ruang dipenuhi dengan

menuangkan bahan-bahan seperti semen atau campuran

semen dengan kapur, atau tanah liat

2.4 Insinerasi adalah proses pengurangan volume dan

berat sampah medis dan mengubah bentuk asal sampah

medis dengan teknologi pembakaran suhu tinggi.

2.5 Pemilahan adalah pemisahan limbah medis dan non

medis atau limbah benda tajam dengan non benda

tajam.

2.6 Pembuangan adalah penanganan akhir dari limbah

dengan cara membuang dan atau mengolah limbah agar

aman bagi lingkungan

2.7 Saluran kotoran adalah sistem pembuangan air limbah

yang terpisah dari saluran air hujan, berupa sistem

perpipaan yang dilengkapi dengan bak kontrol atau

clean out (lubang kontrol).

2.8 Kontainer adalah wadah tempat penyimpanan,

pengangkutan, penimbunan atau pembuangan limbah.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 73

3. Tujuan Pengelolaan Limbah

3.1. Melindungi petugas pembuangan limbah dari perlukaan

3.2. Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas

kesehatan

3.3. Mencegah penularan infeksi pada masyarakat

sekitarnya.

3.4. Membuang bahan-bahan berbahaya (bahan toksik dan

radioaktif) dengan aman

Tumpukan limbah terbuka harus dihindari karena :

a. Menjadi objek pemulung yang akan memanfaatkan limbah

yang terkontaminasi

b. Dapat menyebabkan perlukaan

c. Menimbulkan bau busuk

d. Mengundang lalat dan hewan penyebar penyakit lainnya.

4. Pengelolaan Limbah

Identifikasi Limbah

1. Padat

2. Cair

3. Tajam

4. Infeksius

5. Non Infeksius

Pemisahan

1. Pemisahan dimulai dari awal penghasil limbah

2. Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah

3. Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 74

4. Limbah cair segera dibuang ke wastafel atau spoelhok

Labeling

1. Limbah padat infeksius : Plastik kantong

warna kuning

2. Limbah padat non infeksi : Plastik kantong

warna hitam

3. Limbah benda tajam : Wadah khusus

benda tajam yang tahan

tusuk dan anti bocor

Catatan :

Kantong pembuangan diberi simbol/label sesuai jenis

limbah

Tata cara pengemasan

1. Tempatkan dalam wadah limbah tertutup

2. Tutup mudah dibuka, sebaiknya dengan sistem injak

3. Kontainer dalam keadaan bersih dan harus dicuci

setiap hari

4. Kontainer terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan

tiadk berkarat.

5. Tempatkan setiap kontainer limbah pada jarak 10-20

meter atau diletakkan dekat lokasi tindakan.

6. Ikat limbah dengan tali rafia jika sudah terisi ¾

penuh.

Penyimpanan

1. Simpan limbah di tempat penyimpanan sementara

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 75

2. Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat

dengan kuat

3. Beri label pada kantong plastik limbah

4. Setiap hari limbah di angkat dari tempat penampungan

sementara, minimal 2 hari sekali

Pengangkutan

1. Mengangkut limbah harus menggunakan troli khusus yang

kuat, tertutp dan mudah dibersihkan

2. Tidak boleh tercecer

3. Sebaiknya lift pengangkut limbah berbeda dengan lift

pasien

4. Apabila lift khusus untuk barang kotor belum

tersedia, maka lift pasien/pengunjung dapat

dipergunakan sesuai dengan jadwal khusus yang di atur

oleh pengelola gedung dan segera lakukan disinfeksi

lift setelah selesai pengangkutan limbah, linen

kotor, dan troli makanan kotor

5. Gunakan APD ketika menangani limbah

6. Tempat penampungan sementara sampah medis harus

tertutup, bersimbol biohazard, kapasitas memadai,

aman dan memadai

7. Tempat penampungan sementara sampah non medis harus

diberi pelindung berupa pagar/rumah sampah,

terjangkau (oleh kendaraan), aman, tidak ada genangan

air sampah dan selalu dijaga kebersihannya

Pembuangan atau pengolahan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 76

1. Limbah padat infeksius dimusnahkan di incenerator

2. Limbah non infeksi dibuang ke tempat penyimpanan

sampah sementara (TPS)

3. Limbah benda tajam dimusnahkan dalam incenerator atau

dapat menggunakan alat penghancur benda tajam (needle

destroyer)

4. Limbah cair dibuang ke bak cuci alat, saluran

pembuangan di kamar mandi, wastafel, atau spoelhok

5. Limbah feces, urine di buang ke kloset atau spoelhok

Penanganan limbah benda tajam

1. Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam

2. Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat

3. Segera buang limbah benda tajam ke dalam kontainer

tahan tusuk dan tahan bocor yang tersedia

4. Selalu di buang sendiri oleh si pemakai

5. Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai

6. Kontainer benda tajam diletakkan dekat lokasi

tindakan

PERHATIAN :

A. Seluruh petugas yang menangani limbah wajib

menggunakan APD (masker, sarung tangan, apron dan

sepatu)

B. Selalu melakukan kebersihan tangan setelah

menangani limbah

C. Lepaskan APD segera setelah menangani limbah, dan

setelah mengantar limbah

D. Tidak direkomendasikan petugas berhenti di jalan Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 77

dan membeli makanan saat mengantar limbah

E. Tidak direkomendasikan petugas pengangkut sampah

membawa barang/benda selain troli sampah

F. Tidak direkomendasikan membawa limbah melebihi

batas kapasitas (luber), troli sampah harus dalam

keadaan tertutup pada saat pengangkutan

Persyaratan

1. Limbah Medis Padat

1.1. Minimalisasi Limbah

1.1.1. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi

limbah dimulai dari sumber

1.1.2. Setiap rumah sakit harus mengelola dan

mengawasi penggunaan bahan kimia yang

berbahaya dan beracun

1.1.3. Setiap rumah sakit melakukan pengelolaan

stok bahan kimia dan farmasi

1.1.4. Pengolahan sampah medis dengan incenerator

milik rumah sakit harus melalui sretifikasi

dari pihak yang berwenang

1.1.5. Pengolahan sampah medis ke luar rumah

sakit (kerjasama dengan jasa pemusnahan sampah

medis) mulai dari pengumpulan, pengangkutan,

dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari

pihak yang berwenang

1.2. Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan

daur ulang

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 78

1.2.1. Pemilahan limbah harus dilakukan mulai

dari sumber yang menghasilkan limbah

1.2.2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali

harus dipisahkan dari limbah yang tidak

dimanfaatkan kembali

1.2.3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam

satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi

atau tidaknya. wadah tersebut harus anti

bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka

1.2.4. Limbah jarum dan syiringe tidak boleh

dipisahkan, harus langsung dibuang ke wadah

khusus limbah benda tajam

1.2.5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan

kembali harus melalui proses sterilisasi

sesuai tabel 5 untuk menguji efektifitas

sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus

subtilis

1.2.6. Limbah jarum hipodemik tidak dianjurkan

untuk dimanfaatkan kembali.

1.2.7. Pewadahan limbah medis padat harus

memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah

dan label seperti pada tabel 6 dibawah

1.2.8. Limbah padat yang sudah terkontaminasi

cairan tubuh tidak boleh didaur ualng, harus

dibuang ke tempat sampah medis.

1.2.9. Limbah sitotoksik dikumpulkan dalam wadah

yang kuat, anti bocor dan diberi label

bertuliskan “Limbah Sitotoksik”

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 79

1.3. Pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan limbah

medis padat di lingkungan Rumah Sakit

1.3.1. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap

ruangan penghasil limbah menggunakan troli

khusus yang tertutup dan label/simbol

biohazard

1.3.2. Penyimpanan limbah medis padat harus

sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan

paling lama 48 jam dan musim kemarau paling

lama 24 jam.

1.4. Pengumpulan, pengemasan dan pengangkutan ke luar

rumah sakit.

1.4.1. Pengelola harus mengumpulkan dan melakukan

kemasan pada tempat yang kuat.

1.4.2. Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit

menggunakan kendaraan khusus

1.4.3. Seluruh proses pengumpulan, pengemasan,

pengangkutan limbah ke luar rumah sakit harus

mengikuti peraturan dan prosedur yang berlaku.

1.5. Pengolahan dan pemusnahan

1.5.1. Limbah medis padat tidak diperbolehkan

membuang langsung ke tempat pembuangan akhir

limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.

1.5.2. Cara dan teknologi pengolahan atau

pemusnahan limbah medis padat disesuaikan

dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah

medis padat yang ada, dengan pemanasan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 80

menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran

menggunakan incenerator.

TABEL 3 METODE STERILISASI UNTUK LIMBAH YANG DIMANFAATKAN

KEMBALI

Metode Sterlisasi Suhu Waktu kontakSterilisasi dengan panas

- Sterilisasi kering dengan

oven “Pounpinel”

- Sterilisasi basah dengan

otoklaf

Sterilisasi dengan bahan kimia

Ethylene oxide (gas)

Glutaraldehyde (cair)

160°C

170°C

121°C

50°C - 60°C

120 menit

60 menit

3 menit

3-8 jam

30 menit

TABEL 4 JENIS WADAH DAN LABEL LIMBAH MEDIS PADAT SESUAI DENGAN

KATEGORINYA

KATEGORI WARNA KONTAINER LAMBANG KETERANGAN

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 81

RADIOAKTIF MERAH

Kantong boks

timbal dengan

simbol

radiokatif

SANGAT

INFEKSIUSKUNING

Kantong plastik

kuning, kuat

tahan bocor,

atau container

yang dapat

disterilisasi

dengan otoklaf

LIMBAH

INFEKSIUS

PAOTOLOGI

DAN ANATOMI

KUNING

Plastik kuat

dan anti bocor

atau kontainer

SITOTOKSIK UNGU

Kantong plastik

kuat dan anti

bocor

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 82

LIMBAH KIMIA

DAN FARMASICOKLAT

Kantong plastik

atau kontainer

2. Limbah Non Medis

2.1. Pemilahan dan pewadahan

2.1.1. Pewadahan limbah padat non medis harus

dipisahkan dari limbah padat medis dan

ditampung dalam kantong plastik warna hitam.

2.1.2. Tempat pewadahan

a. Setiap tempat pewadahan limbah padat harus

dilapisi kantong plastik warna hitam

sebagai pembungkus limbah dan diberi label

limbah domestik/non medis

b. Bila kepadatan lalat disekitar tempat

limbah padat melebihi 2 (dua) ekor per block-

grill, perlu dilakukan pengendalian lalat.

2.2. Pengumpulan, peyimpanan dan pengangkutan

2.2.1. Bila ditempat pengumpulan sementara

tingkat kepadatan lalat lebih dari 20 ekor per

block-grill atau tikus terlihat pada siang hari,

harus dilakukan pengendalian.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 83

2.2.2. Dalam keadaan normal harus dilakukan

pengendalian serangga dan binatang pengganggu

yang lain minimal satu bulan sekali.

2.3. Pengolahan dan pemusnahan

Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non medis

harus dilakukan sesuai dengan persyaratan

kesehatan

3. Limbah Cair

Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan

dibuang ke badan air atau lingkungan harus memenuhi

persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun1995 tentang Baku Mutu

Limbah Cair Rumah Sakit atau peraturan daerah

setempat bila aturannya lebih ketat

4. Limbah Gas

Standar limbah gas (emisi) dari sarana pengolahan

limbah medis padat dengan insenerator mengacu pada

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor

Kep-13/MenLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber

Tidak Bergerak atau peraturan daerah setempat bila

aturannya lebih ketat.

Tatalaksana limbah

1. Limbah Medis Padat

a. Minimalisasi Limbah

Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan

limbah sebelum membelinya

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 84

Mengupayakan pencegahan timbulnya limbah atau

diupayakan menghasilkan limbah seminimal mungkin

pada setiap kegiatan.

Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.

Mengutamakan metode pembersihan secara fisik

daripada secara kimiawi

Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah

seperti dalam kegiatan perawatan dan kebersihan.

Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan

baku sampai menjadi limbah bahan berbahaya dan

beracun.

Memesan bahan-bahan sesuai dengan kebutuhan.

Menggunakan bahan-bahan yg diproduksi lebih awal

untuk menghindari kadaluarsa.

Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.

Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat

diantar oleh distributor.

b. Pemilahan, Pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur

ulang

Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai

dari sumber yang terdiri dari limbah infeksius,

limbah patologi, limbah benda tajam, limbah

kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan

logam berat yang tinggi.

Tempat pewadahan limbah medis padat terbuat dari

bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap

air, dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian

dalamnya, misalnya fiberglass.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 85

Di setiap sumber penghasil limbah medis harus

tersedia tempat pewadahan yang terpisah dengan

limbah padat non medis.

kantong plastik diangkat minimal dua kali sehari

atau apabila 2/3 bagian telah terisi limbah.

Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada

tempat khusus (safety box atau sharp container) yang

disediakan oleh rumah sakit.

Tempat pewadahan limbah medis padat sitotoksik yang

tidak langsung kontak dengan limbah harus segera

dibersihkan dengan larutan disinfektan apabila akan

dipergunakan lagi, sedangkan untuk kontak langsung

dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi

dan harus langsung dimusnahkan.

Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali

setelah melalui sterilisasi meliputi pisau bedah

(scalpe), botol gelas dan kontainer.

Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah

sterilisasi dengan ethylene oxide, maka tangki

reactor harus dikeringkan sebelum dilakukan injeksi

ethylene oxide. Oleh karena gas tersebut sangat

berbahaya maka sterilisasi harus dilakukan oleh

petugas yang terlatih. Sedangkan sterilisasi dengan

glutaraldehyde lebih aman dalam pengoperasiannya

tetapi kurang efektif secara mikrobiologi

Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada

kasus pencemaran spongiform encephalopaties

c. Tempat Penampungan Sementara

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 86

Tempat penampungan/penyimpanan sementara (TPS)

sampah medis harus diberi simbol biohazard dan

harus dipisahkan dengan TPS sampah non medis.

Limbah padat medis harus segera dimusnahkan di

insenerator selambat-lambatnya 24 jam

Bila insenerator rusak, maka limbah medis harus

dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit

lain atau pihak lain yang mempunyai insenerator

yang berizin untuk dilakukan pemusnahan selambat-

lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruangan

dan paling lambat 4 hari apabila disimpan pada suhu

dibawah 0°C

d. Transportasi

Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke

kendaraan pengangkut harus diletakkan dalam

kontainer yang kuat dan tertutup.

Kantong limbah medis padat disimpan pada tempat

yang aman dari jangkauan manusia maupun binatang.

Petugas yang menangani limbah harus menggunakan

alat pelindung diri yang terdiri dari :

a. Topi/helm

b. Masker

c. Pelindung mata

d. Pakaian panjang (cover-all)

e. Apron untuk industri

f. Pelindung kaki/sepatu boot

g. Sarung tangan khusus (disposible gloves atau heavy duty

gloves)

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 87

Pengolahan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah padat.

1. Limbah infeksius dan benda tajam

Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dari

persediaan agen infeksius dari laboratorium harus

disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah

seperti dalam otoklaf sedini mungkin. Untuk limbah

infeksius yang lain cukup dengan cara disinfeksi.

Benda tajam harus di olah dengan insenerator bila

memungkinkan, dan dapat di olah bersama dengan

limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok

untuk benda tajam

Setelah insenerasi atau disinfeksi, residunya dapat

dibuang ke tempat pembuangan B3 atau dibuang ke

landfill jika residunya sudah aman.

2. Limbah farmasi

Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah di

insenerator pirolitik (phyrolitic incenerator), rotary klin,

dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang ke sarana

air limbah atau inersisasi. Tetapi dalam jumlah

besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang

khusus seperti rotary klin, kapsulisasi dalam drum

logam dan inersisasi.

Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus

dikembalikan kepada distributor, sedangkan bila

dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan

dikembalikan, supaya dimusnahkan melalui insenerator

pada suhu di atas 1000°C.

Limbah sitotoksikBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 88

a. Limbah Sitotoksik sangat berbahaya dan tidak boleh

dibuang dengan penimbunan (landfill) atau ke

saluran limbah umum.

b. Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke

perusahaan penghasil atau distributornya,

insenerasi pada suhu tinggi, dan degradasi kimia.

Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh

karena kadaluarsa diberi keterangan bahwa obat

tersebut sudah kadaluarsa atau tidak lg dipakai

dan harus dikembalikan ke distributor, apabila

tidak memungkinkan maka dimusnahkan di

insenerator.

c. Insenerasi pada suhu tinggi sekitar 1200°C

dibutuhkan untuk menghancurkan semua bahan

sitotoksik. Insenerasi pada suhu rendah dapat

menghasilakn uap sitotoksik yang berbahaya ke

udara.

d. Insenerator pirolitik dengan dua tungku pembakaran

pada suhu 1200C dengan minimum waktu tinggal 2

detik atau suhu 1000C dengan waktu tinggal 5 detik

di tungku kedua sangat cocok untuk bahan ini dan

dilengkapi dengan penyaring debu.

e. Insenerator juga harus dilengkapi peralatan

pembersih gas. Insenerasi juga memungkinkan dengan

roatory klin yang didesain untuk dekomposisi panas

limbah kimiawi yang beroperasi dengan baik pada

suhu di atas 850CBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 89

f. Insenerator dengan satu tungku atau pembakaran

terbuka tidak tepat untuk pembuangan sitotoksik

g. Metode degradasi kimiawi yang mnengubah senyawa

sitotoksik menjadi senyawa tidak beracun dapat

digunakan tidak hanya residu obat tapi juga untuk

pencucian tempat urin, tumpahan dan pakaian

pelindung.

h. Cara kimia relatif mudah dan aman meliputi

oksidasi oleh kalium permanganat (KmnO4) atau asam

sulfat ¿¿), penghilangan nitrogen dengan asam

bromida, atau reduksi dengan nikel dan alumunium.

i. Insenerasi maupun degradasi kimia tidak merupakan

solusi yang sempurna untuk pengolahan limbah,

tumpahan atau cairan biologis yang terkontaminasi

agen antineoplastik. Oleh karen itu, rumah sakit

harus berhati-hati dalam menangani obat sitotoksik

3. Limbah bahan kimawi

a. Pembuangan limbah kimia biasa.

Limbah kimia biasa yang tidak bisa di daur ulang

seperti gula, asam amino dan garam tertentu dapat

dibuang ke saluran air kotor. Namun demikian,

pembuangan tersebut harus memenuhi memenuhi

persyaratan konsentrasi bahan pencemar yang ada

seperti bahan melayang, suhu dan pH

b. Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil

Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti

residu yang terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 90

dengan insenerasi pirolitik, kapsulisasi atau timbun

(landfill).

c. Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil.

Tidak ada cara pembuangan yang aman dan sekaligus

murah untuk limbah berbahaya. Pembuangannya lebih

ditentukan kepada sifat bahaya yang dikandung oleh

limbah tersebut. Limbah tertentu yang bisa dibakar

seperti banyak bahan pelarut dapat di insenerasi.

Namun bahan pelarut dalam jumlah besar seperti

pelarut halogenida yang mengandung klorin atau florin

tidak boleh diinsenerasi kecuali inseneratornya

dilengkapi dengan alat pembersih gas.

d. Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia

berbahaya tersebut ke distributornya yang akan

menanganinya dengan aman, atau dikirim ke negara lain

yang mempunyai peralatan yang cocok untuk

mengolahnya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan

limbah kimia berbahaya :

Limbah berbahaya yang komposisinya berbeda harus

dipisahkan untuk menghindari reaksi kimia yang

tidak diinginkan.

Limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar tidak

boleh ditimbun karena dapat mencemari air tanah.

Limbah kimia disinfektan dalam jumlah besar

tidak boleh dikapsulisasi karena sifatnya yang

korosif dan mudah terbakar.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 91

Limbah padat bahan kimia berbahaya cara

pembuangannya harus dikonsultasikan terlebih

dahulu kepada instansi yang berwenang.

4. Limbah dengan kandungan logam berat tinggi

a. Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak

boleh dibakar atau diinsenerasi karena beresiko

mencemari udara dengan uap beracun dan tidak boleh

dibuang ke landfill karena dapat mencemari air tanah.

b. Cara yang disarankan adalah dikirim ke negara yang

mempunyai fasilitas pengolah limbah dengan kandungan

logam berat tinggi. Bila tidak memungkinkan, limbah

dibuang ke tempat penyimpanan yang aman sebagai

pembuangan akhir untuk limbah industri yang

berbahaya. Cara lain yang paling sederhana adalah

dengan kapsulisasi kemudian dilanjutkan dengan

landfill. Bila hanya dalam jumlah kecil dapat dibuang

dengan limbah biasa.

5. Kontainer bertekanan

a. Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer

bertekanan adalah dengan daur ulang atau penggunaan

kembali. Apabila masih dalam kondisi utuh dapat

dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang

gas. Agen hlaogenida dalam bentuk cair dan dikemas

dalam botol harus diperlakukan sebagai limbah bahan

kimia berbahaya untuk pembuangannya.

b. Cara pembuangan yang tidak diperbolehkan adalah

pembakaran atau insenerasi karena dapat meledak.

Kontainer yang masih utuh

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 92

Kontainer-kontainer yang harus dikembalikan ke

penjualnya adalah :

- Tabung atau silinder nitrogen oksida yang

biasanya disatukan dengan peralatan

anestesi.

- Tabung atau silinder etillin oksida yang

biasanya disatukan dengan peralatan

sterilisasi.

- Tabung bertekanan untuk gas lain seperti

oksigen, nitrogen, karbon dioksida, udara

bertekanan, siklopropana, hidrogen, gas

elpiji dan asetilin.

Kontainer yang sudah rusak

Kontainer yang rusak tidak dapat di isi ulang

harus dihancurkan setelah dikosongkan kemudian

baru dibuang ke landfill.

Kaleng aerosol

kaleng aerosol kecil harus dikumpulkan dan

dibuang bersama dengan limbah biasa dalam

kantong plastik hitam dan tidak untuk dibakar

atau diinsenerasi. Limbah ini tidak boleh

dimasukkan ke dalam kantong kuning karena akan

dikirim ke insenerator. kaleng aerosol dalam

jumlah banyak sebaiknya dikembalikan ke

penjualnya atau instalasi daur ulang bila ada.

6. Limbah radiokatif

a. Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur

dalam kebijakan dan strategi nasional yang menyangkut

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 93

peraturan, infrastruktur, organisasi pelaksana dan

tenaga yang terlatih.

b. Setiap rumah sakit yang menggunakan sumber radioaktif

yang terbuka untuk keperluan diagnosa, terapi atau

penelitian harus menyiapkan tenaga khusus yang

terlatih khusus di bidang radiasi.

c. Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian

bahan radioaktif yang aman dan melakukan pencatatan.

d. Instrumen kalibrasi yang tepat harus tersedia untuk

monitoring dosis dan kontaminasi. Sistem pencatatan

yang baik akan menjamin pelacakan limbah radioaktif

dalam pengiriman maupun pembuangannya dan selalu

diperbaharui datanya setiap waktu.

e. Limbah radioaktif harus dikategorikan dan dipilah

berdasarkan ketersediaan pilihan cara pengolahan,

pengkondisian, penyimpanan dan pembuangan. Kategori

yang memungkinkan adalah :

Waktu paruh (half-life) seperti umur pendek

(short-lived), misalnya waktu paruh < 100 hr,

cocok untuk penyimpanan pelapukan.

Aktifitas dan kandungan radionuklida

Bentuk fisika dan kimia

Cair : berair dan organik

Tidak homogen (seperti mengandung lumpur atau

padatan yang melayang)

J. PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

Tujuan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 94

Adalah untuk menciptakan lingkungan rumah sakit yang

bersih, aman dan nyaman sehingga dapat meminimalkan atau

mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari

lingkungan kepada pasien, petugas, pengunjung dan

masyarakat di sekitar rumah sakit dan fasilitas kesehatan

sehingga infeksi nosokomial dan kecelakaan kerja dapat

dicegah.

Prinsip Dasar Pembersihan Lingkungan

1. Semua permukaan horizontal di tempat dimana pelayanan

yang disediakan untuk pasie harus dibersihkan setiap

hari dan bila terlihat kotor. Pembersihan juga harus

dilakukan bila pasien sudah keluar dan sebelum pasien

baru masuk.

2. Bila permukaan tersebut, meja pemeriksaan atau peralatan

lainnya pernah bersentuhan langsung dengan pasien maka

permukaan tersebut harus dibersihkan dan didisinfeksi di

antara pasien-pasien yang berbeda.

3. Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum

digunakan. Membersihkan debu dengan kain kering atau

sapu dapat menimbulkan aerosolisasi dan harus dihindari.

4. Larutan, kain lap dan kain pel harus diganti secara

berkala.

5. Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan

dikeringkan setelah digunakan.

6. Kain pel yang dapat digunakan kembali harus dicuci dan

dikeringkan setelah digunakan dan disimpan.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 95

7. Tempat-tempat di sekitar pasien harus bersih dari

peralatan serta perlengkapan yang tidak perlu sehingga

memudahkan pembersihan menyeluruh setiap hari.

8. Meja pemeriksaan dan peralatan disekitarnya yang telah

digunakan pasien yang diketahui atau suspek terinfeksi

ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran harus

dibersihkan dengan disinfektan segera setelah digunakan.

Hal-hal Penting Mengenai Pembersihan dan Disinfeksi

1. Lingkungan yang digunakan oleh pasien harus dibersihkan

dengan teratur.

2. Pembersihan harus menggunakan teknik yang benar untuk

menghindari aerosolisasi debu

3. Hanya permukaan yang bersentuhan dengan kulit/mukosa

pasien dan permukaan yang sering disentuh oleh petugas

kesehatan yang memerlukan disinfeksi setelah

pembersihan.

4. Petugas kesehatan harus menggunakan APD untuk melakuka

pembersihan dan disinfeksi peralatan pernafasan dan

harus membersihkan tangan setelah APD dilepas.

5. Ventilasi ruangan yang baik diperlukan selama dan segera

setelah proses disinfeksi, apapun jenis disinfeksi yang

digunakan.

Ruang Lingkup Pengendalian Lingkungan

Konstruksi Bangunan Rumah Sakit

a. Dinding

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 96

Permukaan dinding harus kuat, rata dan kedap air

sehingga mudah dibersihkan secara periodik dengan jadual

yang tetap 3-6 bulan sekali. Cat dinding warna terang

dan menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak

mengandung logam berat.

b. Langit-langit

Langit-langit harus kuat, tidak berlubang, tidak bocor,

tidak berjamur, berwarna terang, dan mudah dibersihkan

tingginya minimal 2,70 meter dari lantai kerangka

langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu

harus anti rayap.

c. Lantai

Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, halus, kedap

air, tidak licin, warna terang, permukaan rata, tidak

bergelombang sehingga mudah dibersihkan secara rutin 3

kali sehari atau bila perlu. Lantai yang selalu kontak

dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah

saluran pembuangan air limbah. Pertemuan lantai dengan

dinding disarankan berbentuk lengkung agar mudah

dibersihkan terutama untuk ruang isolasi, penyakit

menular dan ruang operasi.

d. Atap

Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat

perindukan serangga, tikus dan binatang pengganggu

lainnya.

e. Pintu

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 97

Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar dan dapat

mencegah masuknya serangga, tikus dan binatang

pengganggu lainnya.

f. Jaringan Instalasi

Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air

limbah, gas, listrik, sistem penghawaan, sarana

komunikasi dan lain-lainnya harus memenuhi persyaratan

teknis kesehatan agar aman dan nyaman, mudah dibersihkan

dari tumpukan debu. Pemasangan pipa air minum tidak

boleh bersilang dengan pipa air limbah dan tidak boleh

bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air

minum.

g. Furniture

Dibersihkan secara rutin setiap hari khusus tempat tidur

pasien gunakan cairan disinfektan, tidak menggunakan

bahan yang dapat menyerap debu, sebaiknya bahan yang

mudah dibersihkan dari debu maupun darah atau cairan

tubuh lainnya.

h. Fixture dan Fitting

Peralatan yang menetap di dinding hendaknya di desain

sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan

i. Gorden

Bahan terbuat dari yang mudah dibersihkan, tidak

bergelombang, warna terang, di cuci secara periodik 1-3

bulan sekali dan tidak menyentuh lantai

K. LINGKUNGAN

A. Ventilasi ruangan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 98

Ventilasi ruangan adalah proses memasukan dan

menyebarkan udara luar dan atau udara daur ulang yang

telah diolah dengan tepat dimasukan ke dalam gedung atau

ruangan. Ventilasi adalah hal yang berbeda pengkondisian

udara. Pengkondisian udara adalah mempertahankan

lingkungan dalam ruang agar bertemperatur nyaman.

Ventilasi untuk mempertahankan udara dalam ruangan yang

baik aman untuk keperluan pernapasan. Ventilasi yang

memadai dan aliran udara satu arah yang terkontrol harus

diupayakan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk

mengurangi penularan patogen yang ditularkan melalui

airborne udara (misalnya TB paru, campak, cacar air)

B. Ventilasi ruangan untuk infeksi pernafasan

Kualitas ventilasi merupakan salah satu faktor utama

yang menentukan risiko pajanan di ruangan isolasi,

terutama dengan penyebaran transmisi udara (airborne

infection) :

1. Rekomendasi dengan ventilasi mekanis atau alami,

pertukaran udara ruangan ≥ 12 dan arah aliran udara

ke satu arah

2. Pasien yang perlu di isolasi ditularkan melalui udara

(misalnya TB paru, campak, cacar air) dan ISPA yang

disebabkan oleh agen baru yang dapat menimbulkan

kekhawatiran dimana cara penularannya belum

diketahui.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 99

3. Pemeliharaan exhaust fan harus dilakukan secara rutin

untuk mempertahankan kualitas dan sirkulasi udara

yang optimal

4. Pintu kamar pasien selalu tertutup, jika memungkinkan

jendela kamar pasien selalu terbuka

5. Poster di pintu kamar pasien harus selalu di pasang

Ada tiga jenis ventilasi utama :

1. Ventilasi mekanis dengan menggunakan fan untuk

mendorong aliran udara melalui suatu gedung, jenis

ini dapat dikombinasikan dengan pengkondisian dan

penyaringan udara.

2. Ventilasi alami menggunakan cara alami untuk

mendorong aliran udara melalui suatu gedung adalah

tekanan angin dan tekanan yang dihasilkan oleh

perbedaan kepadatan antara udara di dalam dan di luar

gedung, yang dinamakan “efek cerobong”

3. Sistem ventilasi gabungan memadukan penggunaan

ventilasi mekanis dan alami.

Penggunaan ventilasi alami di ruang isolasi

Prinsip ventilasi alami adalah menghasilkan dan

meningkatkan aliran udara luar gedung menggunakan cara

alami seperti gaya angin dan gaya apung termal dari satu

lubang ke lubang lain untuk mencapai pertukaran

sirkulasi udara yang diharapkan. Penelitian terbaru

mengenai system ventilasi alami di Peru menunjukkan

bahwa ventilasi alami efektif mengurangi penularan

tuberculosis di rumah sakit.Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 100

C. Permukaan Lingkungan

1. Bersihkan dan disinfeksi permukaan lingkungan di area

perawatan

2. Lakukan pembersihan dua kali sehari atau bila kotor

3. Pilih disinfektan yang terdaftar dan gunakan sesuai

petunjuk pabrik

4. Jangan menggunakan disinfektan/cair kimia tingkat

tinggi untuk peralatan non kritikal dan permukaan

lingkungan

5. Ikuti petunjuk pabrik untuk untuk pembersihan dan

pemeliharaan peralatan non kritikal

6. Jika tidak ada petunjuk pembersihan dari pabrik ikuti

prosedur tertentu

7. Jangan melakukan disinfektan fogging di area

perawatan

8. Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang

menghasilkan aerosol

9. Pembersihan dari pabrik ikuti prosedur tertentu

10. Jaga kebersihan lingkungan, lantai, dinding,

permukaan meja

11. Gunakan detergen, jangan menggunakan

disinfektan/cairan kimia tingkat tinggi untuk

peralatan non kritikal dan permukaan lingkungan

12. Ikuti petunjuk pabrik untuk pembersihan dan

pemeliharaan peralatan non kritikal, jika tidak ada

petunjuk/disinfektan yang terdaftar untuk pembersihan

dan disinfeksiBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 101

D. Ruangan Perawatan Pasien

Gunakan detergen atau air untuk pembersihan permukaan

non perawatan seperti perkantoran administrasi,

bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh

seperti gagang pintu, bed rails.

E. Ruangan yang Beresiko (ICU, Kamar Operasi (OK),

Instalasi Sterilisasi Pusat)

1. Bersihkan dinding, langit, jendela, tirai di area

perawatan pasien

2. Jangan melakukan disinfeksi fogging atau pengasapan

di area keperawatan

3. Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang

menghasilkan aerosol

4. Ikuti prosedur tepat yang efektif menggunakan mops,

cloths, and solution

5. Siapkan cairan pembersih setiap hari atau jika

diperlukan dan digunakan cairan yang baru

6. Ganti mop setiap hari

7. Bersihkan mop dan kain pembersih setelah dipakai dan

biarkan kering sebelum dipakai lagi

8. Selesai operasi terakhir setiap hari, bersihkan

ruangan dengan wet vacuum atau mop lantai dan dinding

dengan menggunakan pembersih. Jangan gunakan mats di

pintu masuk ruang operasi gunakan metode pembersihan

debu yang tepat untuk pasien yang immunocompromise

F. Kebersihan Lingkungan Keperawatan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 102

Pembersihan harian dan pembersihan pada akhir perawatan,

disamping pembersihan secara seksama disinfeksi bagi

peralatan tempat tidur dan permukaan perlu dilakukan,

seperti dorongan tempat tidur, meja disamping tempat

tidur, kereta dorong lemari baju, tombol pintu, keran,

tombol lampu, bel panggilan, telepon, TV, remote

kontrol, Virus dapat dinonaktifkan oleh alkohol 70% dan

klorin 0,5%. Dianjurkan untuk melakukan pembersihan

permukaan lingkungan dengan dtergen yang netral

dilanjutkan dengan larutan disinfektan

G. Prinsip Dasar Pembersihan Lingkungan

1. Semua permukaan horizontal di tempat pelayanan yang

disediakan untuk pasien harus dibersihkan setiap hari

dan bila terlihat kotor. Permukaan tersebut juga

harus dibersihkan bila pasien sudah keluar dan

sebelum pasien baru masuk

2. Bila permukaan tersebut, meja pemeriksaan atau

peralatan lainnya pernah bersentuhan langsung dengan

pasien, permukaan tersebut juga harus dibersihkan dan

didisinfeksi di antara pasien-pasien yang berbeda

3. Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum

digunakan

4. Membersihkan debu dengan kain kering atau dengan sapu

dapat menimbulkan aerosolisasi dan harus dihindari

5. Larutan, kain lap dan kain pel harus diganti secara

berkala sesuai kebutuhan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 103

6. Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan

dikeringkan setelah digunakan

7. Kain pel yang digunakan kembali harus dicuci dan

dikeringkan setelah digunakan dan sebelum disimpan

8. Tempat-tempat disekitar pasien harus bersih dari

peralatan serta perlengkapan yang tidak perlu,

sehingga memudahkan pembersihan menyeluruh setiap

hari

9. Meja pemeriksa dan perlatan disekitarnya yang telah

digunakan pasien yang diketahui atau suspek

terinfeksi ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran

harus dibersihkan dengan disinfektan segera setelah

digunakan.

H. APD untuk Pembersihan Lingkungan

Kegiatan pembersihan adalah tugas berat yang memerlukan

banyak pekerja, dan dilingkungan tertentu resiko

terpajan benda-benda tajam sangat tinggi.

I. Petugas Kesehatan harus menggenakan :

a. Sarung tangan karet (rumah tangga)

b. Gaun pelindung dan celemek

c. Sepatu pelindung yang rapat dan kuat, seperti sepatu

bot.

J. Pembersih Tumpahan dan Pajanan

Saat membersihkan tumpahan atau pajanan cairan tubuh

atau secret, petugas kesehatan harus mengenakan APD yang

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 104

memadai, termasuk sarung tangan karet dan gaun pelindung

.

Tahap-tahap pembersihan tumpahan adalah sebagai

berikut :

a. Pasang gaun pelindung, celemek dan sarung tangan

karet serta sepatu pelindung

b. bersihkan tumpahan darah, cairan, muntahan dll dengan

kain atau tissue dengan cara memutar ke arah dalam

c. Buang kain pembersih atau tissue ke wadah

limbahntahan bocor (infeksius)

d. Lakukan disinfeksi pada bagian permukaan yang terkena

tumpahan

Catatan :

Sodium hipoklorit dapat digunakan untuk disinfeksi,

dengan konsentrasi yang dianjurkan berkisar dari

0,05% sampai 0,5%

e. Lepaskan segera APD

f. Lakukan kebersihan tangan

K. Pembuangan Sampah

Semua sampah yang dihasilakn dalam ruangan atau area

isolasi harus dibuang dalam wadah atau kantong yang

sesuai :

1. Untuk sampah infeksius gunakan kantong plastik kuning

atau bila tidak tersedia dapat menggunakan kantong

plastik warna lain yang tebal atau dilapis dua

(kantong ganda). Kemudian diikat dengan tali warna

kuning atau diberi tanda “infeksius”. Semua sampah

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 105

dari suatu ruangan/area yang merawat pasien dengan

penyakit menular melalui udara (airborne) harus

ditangani sebagai sampah infeksius.

2. Untuk sampah non infeksius/ tidak menular gunakan

kantong plastik hitam

3. Untuk sampah benda tajam atau jarum ditaruh dalam

wadah tahan tusukan

Kantong sampah apabila sudah ¾ bagian penuh harus segera

diikat dengan tali dan tidak boleh dibuka kembali.

Petugas yang bertanggung jawab atas pembuangan sampah

dari bangsal/area isolasi harus menggunakan APD lengkap

ketika membuang sampah.

Satu lapis kantong kuning sampah biasanya memadai, bila

sampah dapat dibuang ke ddalam kantong tanpa mengotori

bagian luar kantong. Jika hal tersebut tidak mungkin,

dibutuhkan dua lapis kantong (kantong ganda).

Kantong pembuangan sampah perlu diberi label biohazard

yang sesuai dan ditangani dan dibuang sesuai dengan

kebijakan rumah sakit dan peraturan nasional mengenai

sampah rumah sakit.

Limbah cair seperti urin atau feses dapat dibuang ke

dalam sistem pembuangan kotoran yang tertutup dan

memenuhi syarat dan disiram dengan air yang banyak.

L. KESEHATAN KARYAWAN/PERLINDUNGAN PETUGAS KESEHATAN

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 106

Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat

bekerja, juga dapat mentransmisikan infeksi kepada pasien

maupun petugas kesehatan yang lain.

Fasilitas kesehatan harus memiliki program pencegahab dan

pengendalian infeksi bagi petugas kesehatan. Saat menjadi

karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa

riwayat penyakit infeksi yang pernah diderita, status

imunisasi, dsb

Imunisasi yang dianjurkan untuk petugas kesehatan adalah

hepatitis B dan bila memungkinkan imunisasi hepatitis A,

Influenza, campak, tetanus, difteri, rubella, uji mantoux

untuk melihat adakah infeksi TB sebelumnya.

Tujuannya :

1. Menjamin keselamatan petugas di lingkungan rumah sakit

2. Memelihara kesehatan petugas kesehatan

3. Mencegah ketidakhadiran petugas, ketidakmampuan bekerja,

kemungkinan medikolegal dan KLB.

Penyebab Kecelakaan kerja

1. Kurangnya kesadaran pekerja

2. Kualitas dan ketrampilan kerja kurang memadai

3. Meremehkan resiko kerja, tidak menggunakan alat

pelindung diri yang sesuai ketentuan

Kondisi berbahaya (unsafe Condition)

1. Mesin, peralatan, bahan, dll

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 107

2. Lingkungan kerja

3. Proses kerja

4. Sifat kerja

5. Cara kerja

6. Perbuatan berbahaya

7. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan

8. Cacat tubuh yang tidak kentara

9. Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh

10. Sikap dan perilaku yang tidak baik

Hal-hal yang perlu dilakukan bila petugas terpajan

1. Periksa status kesehatan petugas terpajan

2. Ketahui status kesehatan sumber pajanan

3. Tindakan sesuai jenis paparan

4. Terapkan profilaksis pasca pajanan (PPP) sesuai

kebijakan RS

Tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau cairan

tubuh

1. Mata

Segera bilas dengan air mengalir selama 15 menit

2. Kulit

Segera bilas dengan air mengalir selama 1 menit

3. Mulut

Segera kumur-kumur selama 1 menit

4. Segera hubungi dokter yang berwenang untuk melakukan

perawatan pasca pajanan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 108

5. Lapor ke Komite PPIRS atau Tim IPCN, Panitia K3RS atau

sesuai alur RS

6. Dengan membawa formulir kejadian yang sudah di isi di

bawa ke Poli Penyakit Dalam atau IGD untuk mendapatkan

pemeriksaan atau terapi

Tindakan pasca tertusuk jarum

1. Cuci dengan air mengalir menggunakan sabun atau cairan

antiseptik

2. Berikan cairan antiseptik pada area tertusuk/ luka

3. Segera bawa ke Poli Penyakit Dalam atau IGD untuk

mendapatkan pemeriksaan laboratorium dengan membawa

formulir kejadian tertusuk jarum yang sudah di isi dan

di tanda tangani

4. lapor ke Komite PPIRS atau IPCN dan K3RS

Strategi pencegahan resiko infeksi/kecelakaan kerja

1. Taat menerapkan kewaspadaan isolasi (isolasi standar dan

isolasi berdasarkan transmisi)

2. Taat menjaga kesehatan saluran napas (tidak merokok)

3. Menjaga kesehatan tubuh secara umum

4. Menjaga kebersihan dan hygiene diri

5. Senantiasa menjaga perilaku hidup sehat

6. Tidak memanipulasi jarum bekas pakai

7. Petugas menderita flu diminta tidak merawat atau kontak

dengan pasien imunitas rendah (immunokompromise)Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 109

8. Petugas yang demam/menderita gangguan pernapasan dalam

10 hari setelah terpajan penyakit menular melalui udara

(airborne) perlu dibebas-tugaskan dan harus diisolasi

9. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan

tindakan

10. Gunakan baki bila memberikan benda tajam

11. Pendidikan dan latihan berkesinambungan

12. Gunakan APD sesuai jenis tindakan

13. Baca etiket obat/cairan sebelum diberikan

14. Tidak menyarungkan kembali jarum bekas pakai

15. Buang jarum bekas pakai pada kontainer yang telah

disediakan

16. Jangan pernah memberikan jarum bekas pakai kepada

orang lain untuk dibuang.

17. Buang kontainer jarum jika sudah ¾ penuh

18. Buang sampah pada tempatnya

19. Jaga kebersihan lingkungan

20. Jaga permukaan lantai tetap kering dan tidak licin

21. Lepaskan jarum memakai alat yang tepat, atau buang

jarum bersama syringe nya

22. Buang jarum pada kontainer yang tahan tusukan dan

tahan bocor

23. Gunakan sistem vacutainer

24. Jangan tingglakan jarum sembarangan

M. PENEMPATAN PASIEN

1. Penanganan Pasien dengan Penyakit Menular/Suspek

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 110

Terapkan dan lakukan pengawasan terhadap Kewaspadaan

Standar. Untuk kasus/dugaan penyakit menular melalui

udara :

1.1. Letakkan pasien di dalam satu ruangan tersendiri.

Bila ditempatkan dalam satu ruangan, jarak antar

tempat tidur harus lebih dari 2 meter dan di antara

tempat tidur harus ditempatkan penghalang fisik

seperti tirai atau sekat.

1.2. Jika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut

dialiri udara bertekanan negatif yang di monitor

(ruangan bertekanan negatif) dengan 6-12

pergantian udara per jam dan sistem pembuangan

udara keluar atau menggunakan saringan udara

partikulasi efisiensi tinggi (HEPA filter) yang

termonitor sebelum masuk ke sistem sirkulasi udara

lain di rumah sakit

1.3. Jika tersedia ruangan bertekanan negatif dengan

sistem penyaringan udara pertikulasi efisiensi

tinggi, buat tekanan negatif di dalam ruangan

pasien dengan memasang pendingin ruangan atau kipas

angin di jendela sedemikian rupa agar aliran udara

keluar gedung melalui jendela. Yang harus terbuka

keluar dan tidak mengarah ke daerah publik. Uji

untuk tekanan negatif dapat dilakukan dengan

menempatkan sedikit bedak tabur di bawah pintu dan

amati apakah terhisap ke dalam ruangan. Jika

diperlukan kipas angin tambahan di dalam ruangan

dapat meningkatkan aliran udara.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 111

1.4. Jaga pintu tertutup setiap saat dan jelaskan kepada

pasien mengenai perlunya tindakan pencegahan ini

1.5. Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai

APD yang sesuai : masker (bila memungkinkan masker

efisiensi tinggi harus digunakan, bila tidak,

gunakan masker bedah sebagai alternatif), gaun,

pelindung wajah atau pelindung mata dan sarung

tangan.

1.6. Pakai sarung tangan bersih, non steril ketika masuk

ruangan

1.7. Pakai gaun yang bersih, non steril ketika masuk

ruangan jika akan berhubungan dengan pasien atau

kontak dengan permukaan atau barang-barang di dalam

ruangan

1.8. Pertimbangan pada saat penempatan pasien :

a. Kamar terpisah bila dimungkinkan kontaminasi

luas terhadap lingkungan, misal : luka lebar

dengan cairan keluar, diare, perdarahan tidak

terkontrol

b. Kamar terpisah dengan pintu tertutup diwaspadai

transmisi melalui udara ke kontak, misal : luka

dengan infeksi bakteri gram positif

c. Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi

dibuang keluar dengan exhaust ke area yidak ada

orang lalu lalang, misalnya TB

d. Kamar terpisah dengan udara terkunci bila

diwaspadai transmisi airborne luas, misal :

varicella

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 112

e. Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga

kebersihan (anak, gangguan mental)

2. Transport Pasien Infeksius

a. Dibatasi bila perlu

b. Bila mikroba pasien virulen, 3 hal perlu diperhatikan

:

Pasien diberi APD (masker, gaun)

Petugas di area tujuan harus diingatkan akan

kedatangan pasien tersebut melaksanakan

kewaspadaan yang sesuai

Pasien di beri informasi untuk dilibatkan

kewaspadaannya agar tidak terjadi transmisi

kepada orang lain

Pasien yang di diagnosa menderita SARS atau flu

burung:

1. Jangan izinkan mereka meninggalkan tempat

isolasi kecuali untuk pelayanan kesehatan

penting

2. Pindahkan pasien melalui jalur yang dapat

mengurangi kemungkinan terpajannya staff, pasien

lain atau pengunjung

3. Bila pasien dapat menggunakan masker, petugas

kesehatan harus menggunakan gaun pelindung dan

sarung tangan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 113

4. Bila pasien tidak dapat menggunakan masker,

petugas kesehatan harus menggunakan masker, gaun

pelindung dan sarung tangan

3. Pemindahan Pasien yang Dirawat

Batasi pergerakan dan transportasi pasien dari ruangan

isolasi hanya untuk keperluan penting. Semua petugas

yang terlibat dalam transportasi pasien harus

menggunakan APD yang sesuai. Semua permukaan yang kontak

dengan pasien harus dibersihkan. Jika pasien dipindahkan

menggunakan ambulan, maka sesudahnya ambulan tersebut

harus dibersihkan dengan disinfektan seperti alkohol 70%

atau klorin 0.5%

Keluarga pendamping pasien

Perlu edukasi oleh petugas agar menjaga kebersihan

tangan dan menjalankan kewaspadaan isolasi untuk

mencegah penyebaran infeksi

4. Pemulangan Pasien

a. Upaya pencegahan infeksi harus tetap dilakukan sampai

batas waktu masa penularan

b. Bila dipulangkan sebelum masa isolasi berakhir,

pasien yang dicurigai terkena penyakit menular

melalui udara/airborne harus diisolasi di dalam rumah

selama pasien tersebut mengalami gejala sampai batas

waktu penularan atau sampai diagnosis alternatif

dibuat atau hasil uji diagnostik menunjukkan bahwa

pasien tidak terinfeksi dengan penyakit tersebutBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 114

c. Sebelum pemulangan pasien, pasien dan keluarganya

harus diajarkan tentang tindakan pencegahan yang

perlu dilakukan sesuai dengan cara penularan penyakit

menular yang diderita pasien

d. Pembersihan disinfeksi ruangan yang benar perlu

dilakukan setelah pemulangan pasien

N. PEMULASARAN JENAZAH

1. Petugas kesehatan harus menjalankan kewaspadaan standar

ketika menangani pasien yang meninggal akibat penyakit

menular

2. Alat Pelindung Diri (APD) lengkap seperti : apron,

masker, sarung tangan, goggle, dan sepatu pelindung

harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika

pasien tersebut meninggal dalam masa penularan,

memandikan pasien

3. Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong

jenazah yang tidak mudah tembus sebelum dipindahkan ke

kamar jenazah

4. Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian

luar kantong jenazah

5. Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah

meninggal dunia

6. Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diijinkan

untuk melakukannya sebelum jenazah dimasukan ke dalam

kantong jenazah dengan menggunakan APD

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 115

7. Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga

tentang penanganan khusus bagi jenazah yang meninggal

denga penyakit menular. Sensitivitas agama, adat

istiadat dan budaya harus diperhatikan ketika seorang

pasien dengan penyakit menular meninggal dunia

8. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet

9. Jika akan di autopsi harus dilakukan oleh petugas

khusus, jika diijinkan oleh keluarga dan direktur rumah

sakit

10. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi

11. Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus

12. Jenazah sebaiknya tidak boleh lebih dari 4 jam

disemayamkan di pemulasaran jenazah

Pemeriksaan Post Mortem

Mengurangi resiko timbulnya aerosol selama autopsi

1. Selalu gunakan APD (apron, masker, sarung tangan, goggle

dan sepatu pelindung

2. Gunakan selubung vakum untuk gergaji getar

3. Hindari penggunaan semprotan air bertekanan tinggi

4. Buka isi perut sambil disiram air panas

Meminimalisasi resiko jenazah yang terinfeksi

Ketika melakukan pemotongan paru, cegah produksi aerosol

dengan :

1. Hindari penggunaan gergaji listrik

2. Lakukan prosedur di bawah air

3. Hindari pajanan ketika mengeluarkan jaringan paruBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 116

Sebagai petunjuk umum, terapkan kewaspadaan standar

sebagai berikut :

1. Gunakan peralatan sesedikit mungkin ketika melakukan

autopsi

2. Hindari penggunaan pisau bedah dan gunting dengan ujung

yang runcing

3. Jangan memberikan instrument dan peralatan dengan

tangan, selalu gunakan nampan

4. Jika memungkinkan, gunakan instrument dan peralatan

sekali pakai

5. Upayakan jumlah petugas seminimal mungkin dan dapat

menjaga diri masing-masing

6. Perawatan jenazah/persiapan sebelum pemakaman

7. Petugas kamar jenazah atau tempat pemakaman harus diberi

tahu bahwa kematian pasien adalah akibat penyakit

menular agar kewaspadaan standar diterapkan dalam

penanganan jenazah

8. Penyiapan jenazah sebelum dimakamkan seperti

pembersihan, pemandian, perapihan rambut, pemotongan

kuku, pencukuran, hanya boleh dilakukan oleh petugas

khusus kamar jenazah

9. Petugas yang melakukan autopsi mayat harus mandi setelah

selesai

10. Sebaiknya kamar mandi dengan fasilitas shower

O. PETUNJUK PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI UNTUK

PENGUNJUNG

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 117

Pengunjung dengan gejala infeksi saluran pernapasan selama

terjangkitnya penyakit menular :

1. Pengunjung dengan gejala demam dan gangguan pernapasan

tidak boleh mengunjungi pasien di dalam fasilitas

pelayanan kesehatan

2. Pengunjung yang setelah sakit sudah tidak menunjukkan

gejala, perlu dibatasi kunjungan ke pasien

3. Orang dewasa yang sakit tidak boleh berkunjung sampai

batas waktu penularan penyakit, sedangkan anak-anak

dibawah 12 tahun dilarang mengunjungi pasien di rumah

sakit

4. Kebijakan ini agar dicantumkan di papan pengumuman

fasilitas kesehatan

Petunjuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk

anggota keluarga yang merawat penderita suspek flu

burung atau infeksi lewat pernapasan : Anggota kaeluarga

perlu menggunakan APD seperti petugas kesehatan yang

merawat di rumah sakit

Mengunjungi pasien dengan penyakit menular melalui udara :

1. Petugas kesehatan atau Tim PPI perlu mendidik pengunjung

pasien dengan penyakit menular tentang cara penularan

penyakit, dan menganjurkan mereka untuk menghindari

kontak dengan pasien selama masa penularan

2. Jika keluarga atau teman perlu mengunjungi pasien yang

masih suspek atau telah dikonfirmasi menderita penyakit Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 118

menular melalui udara, pengujung tersebut harus memakai

APD lengkap (masker, gaun, sarung tangan dan kaca mata)

bila kontak langsung dengan pasien atau lingkungan pasien

3. Petugas kesehatan perlu mengawasi pemakaian APD secara

benar bagi pengunjung

4. Ketika pengunjung meninggalkan ruangan, ia harus melepas

APD dan mencuci tangan

5. Jika keluarga dekat mengunjungi pasien penyakit menular

melalui udara, petugas kesehatan harus mewawancarai orang

tersebut untuk menentukan apakah ia memiliki gejala demam

atau infeksi saluran pernapasan. Karena berhubungan dekat

dengan pasien penyakit menular melalui udara beresiko

atau terinfeksi. Jika ada demam atau gejala gangguan

pernapasan, pengunjung tersebut harus dikaji untuk

penyakit menular melalui udara dan ditangani dengan tepat

P. MENJAGA KEBERSIHAN ALAT PERNAPASAN DAN ETIKA BATUK DI

TEMPAT PELAYANAN KESEHATAN

Setiap orang yang memiliki tanda dan gejala infeksi

pernapasan (batuk, bersin) harus :

1. Menutup hidung/mulut ketika batuk atau bersin

2. Menggunakan tissue untuk menahan sekresi pernapasan dan

dibuang di tempat limbah yang tersedia

3. Cuci tangan segera setelah kontak dengan sekresi

pernapasan (batuk atau bersin)

Depatemen/unit/ruangan harus menjamin tersedianya :

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 119

1. Tempat limbah tertutup yang tidak perlu disentuh atau

dapat dioperasikan dengan kaki di semua area

2. Fasilitas cuci tangan dengan air mengalir di ruang

tunggu

3. Pengumuman/informasi tertulis untuk menggunakan masker

bagi setiap pengunjung yang batuk

4. Jika memungkinkan, dianjurkan bagi orang yang batuk

untuk duduk pada jarak 1 meter dari pengunjung lainnya

di ruang tunggu

5. Pada pintu masuk dan ruang fasilitas rawat jalan seperti

ruang gawat darurat, ruangan dokter, klinik rawat jalan,

perlu dipasang instruksi etika batuk atau bersin

Q. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI SEHUBUNGAN DENGAN

PEMBANGUNAN DAN RENOVASI BANGUNAN

Pengertian

1. Semua kegiatan konstruksi dan renovasi bangunan harus di

atur dengan baik sehingga paparan terhadap debu, uap dan

bahaya-bahaya yang menyertainya dapat dibatasi

2. Pengendalian debu dan materi sisa konstruksi bangunan

pada akhirnya bertujuan untuk melindungi karyawan dan

pengujung dari kemungkinan dampak penyakit, seperti

halnya perlatan dan prosedur yang ada

Tujuan :

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 120

1. Untuk mengurangi kejadian infeksi rumah sakit pada

pasien-pasien, yang dapat ditimbulkan akibat paparan

bakteri yang ke lingkungan selama kegiatan konstruksi

dan renovasi

2. Pengendalian penyebaran agen-agen infeksi airborne dan

atau waterborne yang tersembunyi di dalam komponen-

komponen bangunan adalah penting pada semua fasilitas

yang ada di RSUD Cileungsi

Departemen atau unit yang bertanggung jawab dalam renovasi

dan pembangunan

1. Bagian Tehnik

a. Memberitahukan kepada Komite PPIRS rencana kerja

untuk memperoleh persetujuan sebelum kerja dimulai

(untuk semua konstruksi baru atau kegiatan renovasi

atau konstruksi untuk departemen-departemen yang

terdaftar pada Group Resiko 3 dan 4)

b. Peninjauan program asuransi keselamatan jiwa

terkoordinasi lengkap

2. Layanan Telekomunikasi (LT), Layanan Informasi Komputer

(LIK), Layanan Telekomunikasi Jaringan (LTJ)

a. Memberitahukan kepada Departemen Penanggung jawaban

Proyek tentang rencana kerja dan mendapatkan

persetujuan sebelum dimulainya kerja pada Group

Resiko 3 dan 4

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 121

b. Mengikuti prosedur yang berlaku yang ditetapkan oleh

Penanggung Jawaban Proyek untuk mengurangi produksi

debu

c. Memberitahu manajer departemen/klinik/perawatan

tentang rencana kerja dan tindakan pencegahan yang

akan dilakukan

d. Mengawasi proyek dengan memantau hambatan-hambatan

dan lain-lain penanggung jawaban proyek akan

melakukan hal yang sama

e. Menghubungi Layanan Lingkungan untuk mengatur setiap

pembersihan

3. Bagian Hukum

Menyertakan kalimat berikut pada semua perawatan

konstruksi dan atau kontrak renovasi : “ SEDANG

DIRENOVASI “ dan Departemen/Unit/Ruangan , Penanggung

Jawaban Proyek harus menyetujui proyek-proyek yang

melibatkan manipulasi terhadap langit-langit, kegiatan

yang menghasilkan debu, manipulasi terhadap sistem HVAC

4. Sanitasi dan Lingkungan

1. Bekerjasama dengan Departemen Penanggung Jawaban

Proyek untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang

memerlukan pengepelan ( damp mopped) dan membersihkan

daerah-daerah ini secara rutin

2. Melakukan pemebersihan menyeluruh pada area-area baru

dan yang direnovasi sebelum menerima pasien

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 122

3. Melakukan pemantauan kebersihan akhir berkoordinasi

dengan PPIRS sebelum membuka kembali /membuka kembali

suatu area

5. Unit / Ruangan

a. Membantu mengidentifikasi pasien beresiko tinggi

b. Merelokasi pasien-pasien beresiko tinggi pada area

yang aman sebelum kegiatan konstruksi/renovasi

dimulai

c. Optimal, hindari melakukan perawatan, pemeriksaan dan

pengobatan yang tidak emergensi pada pasien

immunokompromise selama masa pembangunan/renovasi

6. Pencegahan dan pengendali infeksi rumah sakit (Komite

PPIRS)

a. Meninjau ulang prosedur yang dibuat oleh departemen

penanggung jawab proyek dan diserahkan ke Komite

PPIRS untuk disetujui

b. Manajer, staff medis, bagian pelayanan dan staff

lainnya harus mengetahui tentang resiko pasien

immunokompromise yang terekspose dengan debu

pembangunan

c. Menentukan posisi pembangunan yang meningkatkan

resiko sehingga pasien harus dipindahkan ke rumah

sakit/fasilitas yang tidak dalam pembangunan

d. Meninjau ulang indikasi untuk pelaksanaan di

lingkungan tersebut dengan departemen terkait

(kesehatan, keamanan, lingkungan dan mikrobiologi)

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 123

e. Memeriksa area pembangunan yang akan ditempati

setelah tahap akhir pembersihan dan merencanakan

untuk pembukaan area tersebut

f. Melakukan investigasi lingkungan dengan hati-hati

termasuk konfirmasi biakan dilingkungan tersebut jika

memungkinkan, karena sekelompok pasien yang

berpotensi mengalami infeksi yang berhubungan dengan

pembangunan/renovasi

Group / Lokasi Pengendali Infeksi :

Group 0 Terendah :

1. Bangunan terpisah

Group 1 Rendah

1. Area kantor

2. Area yang tidak berhubungan dengan aktivitas

pelayanan pasien

Group 2 Menengah

1. Area pelayanan pasien dan area lain yang tidak

termasuk dalam group 3 dan 4

2. Binatu/Laundry

3. Kafetaria

4. Dapur

5. Manajemen peralatan

6. PT/OT/Speech

7. Pelayanan pasien masuk dan pulang

8. Laboratorium, yang tidak termasuk dalam group 3

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 124

9. Koridor umum (jalan yang dilalui pasien)

Group 3 Menengah Tinggi

1. Instalasi Gawat Darurat

2. Radiologi

3. Ruang pemulihan ( pasca anestesi)

4. Kamar bersalin

5. Ruang perawatan neonatus

6. NICU

7. Bangsal perawatan anak (kecuali yang terdapat dalam

group 4)

8. Semua ICU (kecuali yang terdapat dalam group 4)

9. MRI

10. Kedokteran Nuklir

11. Ekokardiografi

12. Laboratorium mikrobiologi

13. Laboratorium virologi

14. Farmasi

15. Dialisis

16. Endoskopi

17. Bronkoskopi

Group 4 Paling Tinggi

1. Ruang radiasi terapi

2. Ruang kemoterapi

3. Farmasi

4. Kamar operasi

5. Instalasi Pusat Sterilisasi (IPS)

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 125

6. Kateterisasi jantung

7. Ruang tindakan invasif pasien rawat jalan

8. Unit onkologi anestesi

Tipe aktivitas pembangunan dan kelompok pengendali

infeksi dari tabel di atas, gunakan matrik di bawah ini

untuk menentukan klasifikasi pembangunan. Harus

menghubungi komite PPIRS (Pengendali Infeksi)

Tabel 5 KLASIFIKASI PENGENDALIAN

INFEKSI

Aktifitas Pembangunan Level

Resiko

Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D

Group 0 Kelas 0 Kelas 0 Kelas 0 Kelas 0Group 1 Kelas 1 Kelas 1 Kelas 1 Kelas 1Group 2 Kelas 2 Kelas 2 Kelas 2 Kelas 2Group 3 Kelas 3 Kelas 3 Kelas 3 Kelas 3Group 4 Kelas 4 Kelas 4 Kelas 4 Kelas 4

Tabel

6

PANDUAN PENGENDALIAN INFEKSI PEMBANGUNAN YANG SESUAI

BERDASARKAN KLASIFIKASI PROYEK YANG DIPILIH DARI

TABEL DI ATAS

Kelas 0 1.Tidak memerlukan pengendalian infeksiKelas 1 1.Bekerja sesuai prosedur untuk mengurangi debu

akibat pekerjaan

2.Memeriksa dan segera mengganti atap yang

rusakKelas 2 1.Lakukan langkah-langkah aktif untuk mencegah

penyebaran debu lewat udara

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 126

2.Menyegelsemua pintu yang tidak digunakan

3.Limbah konstruksi ditempatkan dalam wadah

yang ditutup rapat sebelum dipindahkan

4.Membersihkan daerah kerja setiap hari dengan

lap basah dan vacum cleaner yang dilapisi

HEPA

5.Meletakkan keset debu disetiap pintu masuk

dan keluar area kerja dan mengganti bila

sudah tidak dapat digunakan

6.Menerapkan sistem HVAC didaerah kerja

7.Membersihkan semua alat kerja setelah proyek

selesai

8.Menjaga sistem keamanan daerah kerja dengan

menggunakan pembatas

9.Menutup semua pintu dan menempelkan tanda

“sedang ada pekerjaan”

10.Membuat alur keluar masuk orang untuk

meminimalkan paparan terhadap pasien

11.Membersihkan semua genangan airKelas 3 1. Memastikan daerah pekerjaan tertutup dan

meminta pengawalan bagian keamanan sebelum

pekerjaan dimulai

2. Mempertahankan tekanan udara negatif

didaerah kerja menggunakan HEPA filter atau

metode lain. Keamanan publik akan memonitor

tekanan udara

3. Tidak memindahkan pembatas dari daerah kerja

sampai pekerjaan selesai dibersihkan dan

meminta pemeriksaan petugas keamanan

4. Membersihkan daerah konstruksi dengan lap

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 127

basah atau vakum 2 kali tiap 8 jam kegiatan

konstruksi atau sesuai kebutuhan

5. Memindahkan pembatas material secara hati-

hati untuk meminimalkan penyebaran debu dan

limbah konstruksi dan sebelumnya dibersihkan

dengan lap basah atau vakum

6. Membungkus limbah konstruksi dengan rapat

sebelum dibuang

7. Meletakkan keset debu di setiap pintu masuk

dan keluar area kerja dan mengganti bila

sudah tidak dapat digunakan

8. Membersihkan semua alat kerja setelah proyek

selesai

9. Menjaga sistem keamanan daerah kerja dengan

menggunakan pembatas

10.Menutup semua pintu dan menempatkan tanda

“sedang ada pekerjaan”

11.Membuat alur keluar masuk orang untuk

meminimalkan paparan terhadap pasien

12.Membersihkan semua genangan airKelas 4 1. Menjaga sistem keamanan daerah kerja dengan

menggunakan pembatas

2. Menutup semua pintu dan menempatkan tanda “

sedang ada pekerjaan”

3. Membuat alur keluar masuk orang untuk

meminimalkan paparan terhadap pasien

4. Membersihkan semua genangan air

5. Memastikan daerah pekerjaan tertutup dan

meminta pengawalan bagian keamanan sebelum

pekerjaan dimulai

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 128

6. Mempertahankan tekanan udara negatif

didaerah kerja menggunakan HEPA filter atau

metode lain. Keamanan publik akan memonitor

tekanan udara

7. Menyegel semua debu dan pipa untuk mencegah

penyebaran debu

8. Membuat ruang antara yang dibersihkan setiap

hari dengan lap basah atau vakum HEPA dan

mewajibkan semua personel untuk melewati

daerah ini sebelum meninggalkan tempat kerja

9. Tidak memindahkan pembatas dari daerah kerja

sampai pekerjaan selesai dibersihkan dan

meminta pemeriksaan petugas keamanan

10.Selama pemugaran, limbah konstruksi, baju

dab sepatu kotor dibuka di ruang antara

sebelum meninggalkan area kerja

11.Memindahkan pembatas material secara hati-

hati untuk meminimalkan penyebaran debu

12.Membersihkan dengan lap basah atau vakum

sebelum dipindahkan

13.Membungkus limbah konstruksi dengan rapat

sebelum dibuang

14.Meletakkan keset debu disetiap pintu masuk

dan keluar area kerja dan mengganti bila

sudah tidak dapat digunakan

15.Membersihkan tempat kerja setiap hari

16.Setelah proyek selesai, daerah kerja

dibersihkan dengan lap basah yang mengandung

disinfektan serta membersikan karpet dengan

vakum HEPA

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 129

17.Membersihkan semua alat kerja setelah proyek

selesai

Isolasi

1. Aktivitas konstruksi akan menghasilkan debu dan harus

dicegah penyebaran debu ke lingkungan sekitarnya

2. Bila terdapat kemungkinan pencemaran, maka semua dinding

dan pintu bangunan (kecuali pintu akses menuju tempat

konstruksi) harus ditutup dan dilapisi dengan lakban

untuk mencegah debu dan debris keluar

3. Konstruksi, pemusnahan atau rekonstruksi yang tidak

memungkinkan pencemaran alat-alat, dinding dan pintu

bangunan lain, dapat menggunakan salah satu metode

isolasi :

a. barier plastik kedap udara yang menutup lantai hingga

langit-langit. Penutup plastik disegel dengan lakban

untuk mencegah debu dab debris keluar.

b. Unit pelindung debu portable (portable dust containment

units) yang terbuat dari polietilen ditarik melapisi

seluruh lantai dan langit-langit

c. Penutup partisi. Bagian sambungan partisi harus

ditutup dan disegel untuk mencegah debu dan debris

Persyaratan tambahan isolasi :

1. Cegah segala kemungkinan penetrasi melalui dinding

perimeter

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 130

2. Tempatkan barier isolasi pada area penetrasi langit-

langit dan eternit untuk menghambat pergerakan udara dan

debu

3. Tempatkan barier debu pada muka lift dan tangga pada

area konstruksi dengan tetap memungkinkan akses darurat

4. Sediakan pintu ganda yang memungkinkan pekerja untuk

melepas alat pelindung diri atau berganti pakaian.

Sediakan ruang antara untuk mempertahankan aliran udara

dari daerah bersih ke tempat konstruksi

5. Buat area tumpang tindih (minimum selebar 60 cm) pada

sambungan palstik penutup

6. Bila diperlukan akses menuju langit-langit, gunakan

portable dust containment atau plastik penutup, tutup

pintu akses tersebut dan segel dari langit-langit hingga

lantai. Bila panel akses ke langit-langit dbuka, segera

ganti penutup saat sudah tidak digunakan lagi

7. Jalur pejalan kaki dari area konstruksi sebaiknya jauh

dari area perawatan pasien, untuk membatasi buka-tutup

pintu/barier lain yang dapat menyebabkan penyebaran

debu, masuknya udara yang terkontaminasi atau timbulnya

jejak debu pada area perawatan

8. Cegah burung ataupun serangga lain masuk ke dalam rumah

sakit dan saluran udara, saluran air harus selalu

tertutup bila sedang tidak digunakan

Ventilasi

1. Pada area konstruksi, pertahankan tekanan udara negatif

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 131

2. Kontraktor harus menyediakan exhaust fan atau unit

ventilasi dengan HEPA filter untuk mempertahankan

takanan udara negatif pada area konstruksi. Exhaust fan

atau ventilasi dengan HEPA filter dijalankan secara

terus menerus

3. Kontraktor bertanggung jawab untuk menjaga peralatan dan

menggnati HEPA atau filter tersebut sesuai dengan

rekomendasi produsen

4. Bangunan suatu ruang antara untuk mempertahankan lairan

udara dari daerah bersih melalui ruang antara masuk ke

dalam area kerja

5.

Perawatan

1. Keset kaki digunakan pada jalur keluar ke/dari area

kerja. Keset dengan perekat debu (adhesive walk-off mats)

ditempatkan pada semua jalur keluar area kerja,

sedangkan keset karpet ditempatkan pada semua jalur

masuk menuju area koknstruksi

2. Keset karpet harus di vakum debu 2 kali per 8 jam kerja

dan pada akhir hari. Setiap jejak yang teridentifikasi

di luar area konstruksi harus segera di vakum atau di

pel. Vacum cleaner harus disesuaikan dengan filter HEPA

3. Keset kaki dengan perekat debu harus diganti setiap hari

atau bahkan lebih sering, untuk tetap mempertahankan

perekatnya

4. Bila konstruksi dilakukan pada area yang ditinggali,

maka area konstruksi harus di vakum atau di pel

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 132

setidaknya setiap akhir shift jaga. Vacum cleaner harus

disesuaikan dengan filter HEPA

Alat pelindung diri

1. APD seperti helm, sepatu dan baju pelindung wajib

dipakai jika petugas sedang bekerja

2. Bagi pengunjung harus menggunakan helm dan sepatu bots

ketika memasuki area

3. Pelindung sepatu dan penutup seluruh tubuh sekali pakai

harus selalu digunakan saat pemusnahan

4. Baju pelindung diri harus ditanggalkan setiap pekerja

meninggalkan area kerja

Penyimpanan barang-barang bangunan

Material konstruksi disimpan di dalam tempat yang kering

dan bersih untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur

Setelah konstruksi

1. Kontraktor akan membersihkan seluruh permukaan dia area

kontruksi, membuat area tersebut bebas debu sebelum

pembuangan barier isolasi

2. Material barier harus dibuang dengan hati-hati untuk

meminimalkan penyebaran kotoran dan debris yang

berhubungan dengan konstruksi (barier harus dibuang

ebagai debris konstruksi). Material barier harus di lap

dengan lap basah, divakum HEPA sebelum dibuang

3. Kontraktor bertanggung jawab menyeimbangkan sistem

ventilasi untuk membuat spesifikasi (seperti yang telah

dijelaskan dalam manual proyek/perjanjian)Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 133

4. Kontraktor bertanggung jawab membuang semua penghalang

dari sistem udara

5. Rumah sakit harus memastikan apakah penyaring penghalang

dan/atau kebocorannya

6. Bagian sanitasi dan lingkungan akan membersihkan

terakhir kali area yang baru dikonstruksi atau renovasi

sebelum pasien boleh memasuki area tersebut

Peringatan khusus untuk penanganan air (penanganan saluran

air)

1. Perhatian latihan dalam menangani cairan (misalnya dalam

memindahkan pipa air dan peralatan) untuk mencegah

material bangunan menjadi basah dan atau mengkontaminasi

area kerja

2. Tutup cabang pipa air domestik yang tidak digunakan

tidak boleh lebih dari 12 inchi dari garis utama

3. Sebelum area digunakan oleh pasien, suhu dan kelayakan

air harus diperiksa

Edukasi dan komunikasi

1. Pimpinan proyek akan mengedukasi manager konstruksi

(termasuk kontraktor) yang akan mengawasi

pembangunan/renovasi

2. Komite PPIRS akan mendampingi edukasi tersebut

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 134

BAB III

SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT

Surveilans Infeksi Rumah Sakit adalah suatu proses yang

dinamis, sistematis, terus menerus, dalam pengumpulan,

identifikasi, analisis dan interpretasi dari data kesehatan

yang penting pada suatu populasi spesifik yang didesiminasikan

secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk

digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu

tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.

Sehubungan dengan pentingnya peranan surveilans dalam

manajemen program pengendalian infeksi rumah sakit, maka

pedoman ini disiapkan bagi petugas rumah sakit khususnya

Komite PPIRS untuk membuat program dan melaksanakan surveilans

infeksi rumah sakit.

Pedoman ini memuat pedoman umum kegiatan surveilans

beserta contoh-contohnya sehingga memudahkan Komite PPIRS

melaksanakan surveilans. Diharapkan setiap rumah sakit dapat

merencanakan dan menetapkan jenis surveilans yang akan

diterapkan sesuai dengan misi dan visi serta situasi dan

kondisi masing-masing rumah sakit.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 135

Disarankan agar minimal penanggung jawab PPI di tingkat

departemen dan pelaksana sudah mendapat pendidikan/pelatihan

tambahan tentang surveilans epidemiologi infeksi rumah sakit.

A. TUJUAN SURVEILANS

Suatu surveilans harus mempunyai tujuan yang jelas dan

ditinjau secara berkala untuk menyesuaikan dengan situasi,

kondisi dan kebutuhan yang telah berubah. Perubahan-

perubahan yang mungkin terjadi tersebut meliputi :

Adanya infeksi baru

Perubahan kelompok populasi pasien seperti misalnya

perlu penerapan cara intervensi medis lain yang

beresiko tinggi

Perubahan pola bakteri penyakit

Perubahan pola resistensi bakteri terhadap antibiotika

Pengumpulan dan analisa data surveilans harus dilakukan dan

terkait dengan suatu upaya pencegahan. Oleh karena itu

sebelum merancang sistem dan melaksanakan surveilans

tersebut penting sekali untuk menentukan dan merinci tujuan

dari surveilans terlebih dahulu.

Adapun tujuan surveilans infeksi rumah sakit terutama

adalah :

1. Mendapatkan data dasar Infeksi Rumah Sakit

2. menurunkan Laju Infeksi Rumah Sakit

3. Identifikasi dini Kejadian Luar Biasa (KLB) Infeksi Rumah

Sakit

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 136

4. Meyakinkan para tenaga kesehatan tentang adanya maslah

yang memerlukan penanggulangan

5. Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPIRS

6. Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan

7. Salah satu unsur pendukung untuk memenuhi akreditasi RS

A.1. Mendapatkan data dasar IRS

Pada dasarnya data surveilans IRS digunakan untuk mengukur

laju angka dasar (baseline rate) dari infeksi rs. Dengan

demikian dapat diketahui seberapa besar resiko yang

dihadapi oleh setiap pasien yang dirawat di rumah sakit.

Sebagian besar (90% - 95%) dari IRS adalah endemik dan ini

diluar dari KLB yang telah dikenal. Oleh karena itu

kegiatan surveilans IRS harus dimaksudkan untuk menurunkan

laju angka endemik tersebut.

Meskipun data surveilans dapat dugunakan untuk menentukan

angka endemik, namun pengumpulan data saja tidak akan

mempengaruhi resiko infeksi jika tidak disertai dengan

surveilans akan sia-sia belaka, bahkan selain mahal juga

sangat tidak memuaskan semua pihak.

A.2. Menurunkan laju infeksi rumah sakit

Dengan surveilans ditemukan faktor resiko IRS yang akan

diintervensi sehingga dapat menurunkan laju angka IRS.

Untuk mencapai tujuan ini surveilans harus berdasarkan cara

penggunaan data, sumber daya manusia dan dana yang tersedia

untuk ini.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 137

A.3. Identifikasi dindi kejadian luar biasa (KLB) infeksi

rumah sakit

Bila laju angka dasar telah diketahui, maka kita dapat segera

mengenali bila terjadi suatu penyimpangan dari laju angka

dasar tersebut yang mencerminkan suatu peningkatan kasus atau

kejadian luar biasa (outbreak) dari IRS.

Outbreak atau kejadian luar biasa adalah timbulnya atau

meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang

bermakna secara epidemiologis pada RS dalam kurun waktu

tertentu.

KLB RS adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian infeksi RS

yang menyimpang dari angka dasar endemic yang bermakna dalam

kurun waktu tertentu.

Deteksi dini merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan

terjadi peningkatan kasus infeksi RS dengan cara melakukan

pemantauan secara terus menerus dan sistematis surveilans

terhadap factor resiko terjadinya infeksi RS.

Untuk mengenali adanya penyimpangan laju angka infeksi

sehingga dapat menetapkan kejadia tersebut merupakan suatu

KLB, sangat diperlukan ketrampilan khusus dari para petugas

kesehatan yang bertanggung jawab untuk itu. Tanpa adanya

ketrampilan tersebut maka pengumpulan data yang dilakukan

tidak ada gunanya sama sekali dan KLB akan lewat demikian

saja.

A.4. Meyakinkan para tenaga kesehatan tentang adanya masalah

yang memerlukan penanggulanganBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 138

Data surveilans yang dioalh dengan baik dan disajikan secara

rutin dapat meyakinkan tenaga kesehatan untuk menerapkan

pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI). Data ini dapat

melengkapi pengetahuan yang didapat dari teori karena lebih

spesifik, nyata dan terpercaya. Umpan balik mengenai informasi

seperti itu biasanya sangat efektif dalam menggiring tenaga

kesehatan untuk melakukan upaya PPIRS

A.5. Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPIRS

Seetelah permasalahan dapat teridentifikasi dengan adanya data

surveilans serta upaya pencegahan dan pengendalian telah

dijalankan, maka masih diperlukan surveilans secara

berkesinambungan guna meyakinkan bahwa permasalahan yang ada

benar-benar telah terkendalikan. Dengan pemantauan yang terus

menerus maka suatu upaya pengendalian yang nampaknya rasional

kadang akhirnya dapat diketahui bahwa ternyata tidak efektif

sama sekali. Sebagai contoh, bahwa perawatan meatus setiap

hari untuk mencegah IRS saluran kemih yang nampak rasional

namun data surveilans menunjukan bahwa tidak ada manfaatnya.

A.6. Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan

Penatalaksanakan pasien yang baik dan tepat dalam hal

mengatasi dan mencegah penularan infeksi serta menurunkan

angka resistensi terhadap antimikroba akan menurunkan angka

IRS. Surveilans yang baik dapat menyediakan data dasar sebagai

data pendukung rumah sakit dalam upaya memenuhi Standar

Pelayanan Rumah Sakit

A.7. Salah satu unsure pendukung untuk memnuhi akreditasi RS

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 139

Surveilans IRS merupakan salah satu unsure untuk memenuhi

akreditasi RS yaitu Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Akan

tetapi, pengumpulan data surveilans hanya untuk kepentingan

akreditasi adalah suatu pemborosan sumber daya yang luar biasa

tanpa memberikan manfaat kepada rumah sakit ataupun tenaga

yang ada. Oleh karena itu surveilans harus dikembalikan kepada

tujuan yang sebenarnya yaitu untuk menurunkan resiko

terjangkitnya IRS.

B. PENGERTIAN

Endemik

Keadaan dimana suatu penyakit atau penyebab penyakit secara

terus menerus tetap ada pada populasi manusia dalam suatu

area geografis tertentu (misal : rumah sakit)

Rate, Ratio, Proporsi

Merupakan ukuran relative yang digunakan untuk mengukur

besarnya kemungkinan kejadian (morbiditas atau mortalitas)

suatu masalah kesehatan termasuk infeksi rumah sakit :

Rate mengukur kemungkinan munculnya suatu kejadian

pada populasi tertentu misalnya infeksi rumah sakit di

ruang bedah.

Rate ada 2 macam :

- Insidence Rate : ukuran frekuensi kasu baru pada

populasi dan pada kurun waktu tertentu

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 140

- Prevalence Rate : Ukuran frekuensi kasus baru dan

lama pada populasi dan kurun waktu tertentu.

METODE SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT (IRS)

Metode surveilans berdasarkan jenis data :

Surveilans hasil adalah surveilans yang meninjau laju angka

IRS ( misalnya IDO, ISK, VAP, HAP, IAD )

Surveilans proses adalah surveilans yang memantau pelaksanaan

langkah-langkah pencegahan IRS. Pencegahan dikembangkan dalam

“bundle” yaitu serangkaian protocol tetap tindakan klinis :

1. Berdasarkan cakupannya

a. Surveilans komprehensif adalah surveilans yang

dilakukan de semua area perawatan untuk

mengidentifikasi pasien yang terinfeksi selama di rumah

sakit

b. Surveilans target adalah surveilans yang berfokus pada

ruangan, kelompok pasien atau tindakan yang beresiko

atau jenis surveilans yang memberikan hasil yang lebih

tajam dan memerlukan sumber daya yang lebih sedikit.

2. Berdasarkan waktu

a. Surveilans periodic adalah surveilans yang di lakukan

secara periodic dengan selang waktu tertentu misalnya

satu bulan dalam per semester

b. Surveilans prevalensi adalah surveilans yang menghitung

jumlah semua IRS baik yang lama maupun yang baru.

3. Berdasarkan jenis rawat

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 141

a. Surveilans selama perawatan adalah surveilans yang

dilakukan selama pasien dirawat inap saja

b. Surveilans pasca rawat adalah surveilans yang dilakukan

sesudah pasien keluar dari rumah sakit.

JENIS – JENIS INFEKSI RUMAH SAKIT

A. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

Pengertian dan Klasifikasi

Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi yang terjadi pada

saluran kemih dari kandung kemih hingga ginjal dengan

gejala : demam, anyang-anyangan, disuria, nyeri supra

pubik.

a. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Simptomatik

Definisi : Infeksi Saluran Kemih (ISK) Simptomatik

harus memenuhi paling sedikit satu

criteria berikut ini :Kriteria 1 : Didapatkan paling sedikit satu dari

tanda-tanda dan gejala-gejala berikut tanpa

ada penyebab lainnya :

- Demam (> 38°C)

- Nikuria (anyang – anyangan)

- Polakisuria

- Disuria

- atau nyeri supra pubik

- atau biakan urin porsi tengah (midstream)

> 105 bakteri per ml urin dengan jenis

bakteri tidak lebih dari spesies.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 142

Kriteria 2 : Ditemukan paling sedikit dua dari tanda-

tanda dan gejala-gejala berikut tanpa ada

penyebab lainnya salah satu dari hal-hal

berikut :

- Supra pubik demam (>38°C)

- Nikuria (anyang-anyangan)

- Polakisuria

- Disuria

- atau nyeri supra pubik

dan salah satu dari hal-hal sebagai berikut

:

1. Test carik celup (dipstick) positif

untuk leukosit esterase dan atau nitrit

2. Piuria (terdapat > 10 leukosit per ml

atau terdapat > 3 leukosit per LPB dari

urin yang tidak di)

3. Ditemukan bakteri dengan pewarnaan gram

dari urin yang tidak di pusing (di

centrifuge)

4. Biakan urin paling sedikit dua kali

berturut-turut menunjukan jenis bakteri

yang sama ( bakteri gram negative atau

S.saphrophyticus) dengan jumlah > 100

koloni bakteri per ml urin yang di ambil

dengan kateter

5. Biakan urin menunjukkan satu jenis

uropatogen (bakteri gram negative atau

S.saphrophyticus) dengan jumlah >105 per ml

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 143

pada penderita yang telah mendapat

pengobatan anti mikroba yang sesuai.

6. Di diagnosis ISK oleh dokter yang

menangani

7. Telah mendapat pengobatan antimikroba

yang sesuai oleh dokter yang menanganiKriteria 3 : Pada pasien berumur < 1 tahun ditemukan

paling sedikit satu dari tanda-tanda dan

gejala berikut tanpa ada penyebab

lainnya :

- Demam (> 38°C)

- Hipotermia (< 37°C)

- Apnea

- Bradikardia <100/ menit

- Letargia

- Muntah-muntah

Dan

Hasil biakan urin105 bakteri/ml dengan

tidak lebih dari dua jenis bakteri.Kriteria 4 : Pada pasien berumur < 1 tahun ditemukan

paling sedikit satu dari tanda-tanda dan

gejala-gejala berikut tanpa ada penyebab

lainnya :

- Demam (> 38°C)

- Hipotermia (< 37°C)

- Apnea

- Bradikardia <100/ menit

- Letargia

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 144

- Muntah-muntah

Dan

1. Test carik celup (dipstick) positif

untuk leukosit esterase dan atau nitrit

2. Piuria (terdapat > 10 leukosit per ml

atau terdapat > 3 leukosit per LPB dari

urin yang tidak di)

3. Ditemukan bakteri dengan pewarnaan gram

dari urin yang tidak di pusing (di

centrifuge)

4. Biakan urin paling sedikit dua kali

berturut-turut menunjukan jenis bakteri

yang sama ( bakteri gram negative atau

S.saphrophyticus) dengan jumlah > 100

koloni bakteri per ml urin yang di ambil

dengan kateter

5. Biakan urin menunjukkan satu jenis

uropatogen (bakteri gram negative atau

S.saphrophyticus) dengan jumlah >105 per ml

pada penderita yang telah mendapat

pengobatan anti mikroba yang sesuai.

6. Di diagnosis ISK oleh dokter yang

menangani

7. Telah mendapat pengobatan antimikroba

yang sesuai oleh dokter yang menangani.

b. ISK (Bakteruria Asimptomatik)

CATATAN PENTING :

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 145

Biakan positif dari ujung kateter urin bukan

merupakan test laboratorium yang bias diterima untuk

ISK

Biakan urin harus di ambil dengan tehnik yang

sesuai, seperti koleksi clean cath atau kateterisasi

Pada anak kecil biakan urin harus diambil dengan

kateterisasi buli-buli atau aspirasi suprapubik,

biakan positif dari specimen dari kantung urin tidak

dapat diandalkan dan harus dipastikan dengan

specimen yang diambil secara aseptic dengan

kateterisasi atau aspirasi suprapubik.

Definisi : Infeksi Saluran Kemih (ISK) asimptomatik

harus memenuhi paling sedikit satu

criteria berikut ini :Kriteria 1 : Pasien pernah memakai kateter kandung

kemih dalam waktu 7 hari sebelum biakan

urin

Dan

Ditemukan dalam biakan urin > 105 bakteri

per ml urin dengan jenis bakteri maksimal

2 spesies

Dan

Tidak terdapat gejala-gejala / keluhan

demam, suhu > 38°C, polakisuria, nikuria,

disuria dan nyeri supra pubik

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 146

Kriteria 2 : Pasien tanpa kateter kandung kemih

menetap dalam 7 hari sebelum biakan

pertama

Dan

Biakan urin 2 kali berturut-turut

ditemukan tidak lebih 2 jenis bakteri yang

sama dengan jumlah < 105per ml

CATATAN PENTING :

Biakan positif dari ujung kateter urin bukan

merupakan test laboratorium yang bisa diterima untuk

bakteriuria

Biakan urin harus dambil dengan tehnik yang sesuai,

seperti koleksi clean cath atau kateterisasi

c. Infeksi Saluran kemih Lain

Definisi : Infeksi saluran kemih (ISK) yang lain

harus memenuhi paling sedikit satu kriteria

berikut ini :Kriteria 1 : Ditemukan dari bakteri yang dibiakan

cairan bukan urin atau jaringan yang

diambil dari lokasi yang dicurigai

terinfeksiKriteria 2 : Adanya abses atau tanda infeksi lain yang

dapat dilihat, baik secara pemeriksaan

langsung, selama pembedahan atau melalui

pemeriksaan histopatologis

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 147

Kriteria 3 : Terdapat dua dari tanda berikut : demam

(> 38°C), nyeri lokal, nyeri tekan pada

daerah yang dicurigai terinfeksi dan paling

sedikit satu dari tanda berikut :

Dan

Paling sedikit satu dari tanda berikut :

1. Keluar pus atau aspirasi purulen dari

tempat yang dicurigai terinfeksi.

2. Ditemukan bakteri pada biakan darah yang

sesuai dengan tempat yang dicurigai

3. Pemeriksaan radiologi, misal :

ultrasound, CT-Scan, MRI, radiolabel scan,

(gallioum, technetium) abnormal,

memperlihatkan gambaran infeksi.

4. Didiagnosa infeksi oleh dokter yang

menangani

5. Dokter yang menangani memberikan

pengobatan antimikroba yang sesuaiKriteria 4 : Pada pasien berumur < 1 tahun ditemukan

paling sedikit satu dari tanda-tanda dan

gejala-gejala berikut tanpa ada penyebab

lainnya :

Demam (> 38°C)

Hipotermia (> 37°C)

Apnea

Bradikardi < 100 kali/menit

Letargia

Muntah-muntah

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 148

Dan

Paling sedikit satu dari berikut :

1. Keluar pus atau aspirasi purulen dari

tempat yang dicurigai terinfeksi.

2. Ditemukan bakteri pada biakan darah yang

sesuai dengan tempat yang dicurigai

3. Pemeriksaan radiologi, misal :

ultrasound, CT-Scan, MRI, radiolabel scan,

(gallioum, technetium) abnormal,

memperlihatkan gambaran infeksi.

4. Didiagnosa infeksi oleh dokter yang

menangani

5. Dokter yang menangani memberikan

pengobatan antimikroba yang sesuai

Angka insiden dipakai apabila surveilans yang dilakukan

berfokus pada kasus untuk infeksi

RUMUS UMUM PERHITUNGAN

Incidence Rate ( laju insiden ) :

¿JumlahKejadianISK

Jumlahharipemasangankateterurine x 1000

Petunjuk Pelaporan :

Laporkan infeksi setelah sircumcisi pada neonatus sebagai

SST-CIRC (Skin and Soft Tissue Infection Sirkulasi

neonatus)Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 149

Faktor Resiko Infeksi saluran Kemih :

a. Kateterisasi menetap

- Cara pemasangan kateter

- Lama pemasangan

- Kualitas perawatan kateter

b. Kerentanan pasien (umur)

c. Dekubitus

d. Pasca persalinan

KEBIJAKAN PENCEGAHAN ISK :

Petugas

Pemasangan kateter hanya dilakukan oleh petugas yang

terampil dan memahami tehnik pemasangan kateter secara

aseptik dan perawatan kateter yang benar.

Tenaga yang diberikan asuhan keperawatan pasien dengan

kateter urin sudah mendapatkan pelatihan secara berkala

dengan tehnik yang benar mengenai prosedur pemasangan

kateter urin dan kompilkasi potensi yang mungkin terjadi

pada kateter urin

Penggunaan kateter

Pemasangan kateter urin dilakukan hanya kalau diperlukan

saja dan segera dilepas bila tidak diperlukan lagi.

Alasan pemasangan kateter bukan karena untuk mempermudah

personil dalam memberikan asuhan kepada pasien

Segera lepaskan kateter jika tidak diperlukan lagi

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 150

Untuk pasien-pasien tertentu dapat digunakan alternatif

dari kateter menetap, seperti : drainase dengan kondom,

kateter, kateter suprapubik, kateter selang seling.

Kebersihan tangan

Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah memasang

kateter, merawat perineal dan saat pengosongan urine.

Pemasangan kateter

Pemasangan kateter harus menggunakan tehnik aseptik dan

peralatan steril

Untuk membersihkan daerah sekitar uretra harus

menggunakan sarung tangan, kapas dan larutan aseptik

yang sesuai dan pakai jelly pelumas sekali pakai

Gunakan kateter sekecil mungkin dengan laju drainase

yang konsisten untuk meminimalkan trauma uretra

Kateter menetap harus terpasang dengan baik dan menempel

pada badan untuk mencegah pergerakan dan tegangan pada

uretra

Drainase sistem tertutup dan steril

Sistem drainase yang tertutup dan steril harus

dipertahankan

Kateter dan selang/tube drainase tidak boleh dilepas

sambungannya kecuali bila akan dilakukan irigasi

(semaksimal mungkin hindari irigasi)

Jika sambungan kantong urin terlepas atau terjadi

kebocoran, sistem penampungan harus diganti dengan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 151

tehnik aseptik lakukan disinfeksi pada ujung pipa

kateter baru disambungkan kembali

Pertahankan tidak ada kontak antara urin bag dengan

lantai (jarak dengan urin bag minimal 30 cm)

Laju aliran urin

Pertahankan laju aliran tetap lancar dengan cara : jaga

kateter dan pipa drainase dari lekukan

Kantong urine harus dikosongkan secara teratur, satu

gelas ukur untuk satu pasien

Kantong kateter urin harus diletakkan lebih rendah dari

kandung kemih/bladder.

Perawatan meatus

Bersihkan 2-3 kali/hari dengan cairan aseptik.

Monitoring bakteriologi

Bersihkan bakteriologi secara rutin pada pasien dengan

kateter urin tidak dianjurkan.

Pemisahan pasien

Untuk mengurangi infeksi silang pada pasien yang

terinfeksi sebaiknya satu kamar mandi sendiri atau

dipisahkan dari pasien yang lainnya.

B. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DERAH OPERASI (IDO)

a. Superficial Incisional

Definisi : Infeksi luka operasi superficial harus Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 152

memenuhi paling sedikit satu kriteria

berikut ini :Kriteria : Infeksi yang terjadi pada daerah insisi

dalam waktu 30 hari pasca bedah

Dan

Hanya meliputi kulit, subkutan atau

jaringan lain di fascia

Dan

Terdapat paling sedikit satu keadaan

berikut ini :

1. Pus keluar dari luka operasi atau drain

yang dipasang di atas fascia

2. Biakan positif dari cairan yang keluar

dari luka atau jaringan yang di ambil

secara aseptik

3. Sengaja dibuka oleh dokter karena

terdapat tanda peradangan kecuali hasil

biakan negatif (paling sedikit terdapat

satu dari tanda-tanda infeksi berikut

ini : nyeri, bengkak lokal, kemerahan

dan hangat lokal)

4. Dokter yang menangani menyatakan

terjadi infeksi

Petunjuk pelaporan :

Jangan laporkan abses jahitan (inflamasi dan discharge

minimal terbatas pada titik-titik jahitan) sebagai

infeksi

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 153

Jangan melaporkan suatu infeksi lokal pada tempat

tususkan (stab wound) sebagai SSI, tetapi laporkan

sebagai infeksi kulit atau soft tissue tergantung

kedalamannya

Laporkan infeksi pada sirkumsisi bayi sebagai SST-CIRT

(Skin and Soft Tissue Infection Sirkulasi Neonatus). Sirkumsisi

bukan merupakan prosedur pembedahan bagi NNIS

Laporkan infeksi pada episiotomi sebagai REPR-EPIS.

Episiotomi bukan merupakan prosedur pembedahan bagi

NNIS

Laporkan luka bakar yang terinfeksi sebagai SST-BURN

Bila infeksi incisional mengenai atau meluas sampai ke

lapisan fascia dan otot, laporkan sebagai infeksi luka

operasi profunda

Laporkan spesimen biakan dari incisi superficial

ssebagi ID ( incisionla drainase)

b. Operasi Profunda

Definisi : Infeksi luka operasi profunda harus

memenuhi paling sedikit satu kriteria

berikut ini :Kriteria : Infeksi yang terjadi pada daerah insisi

dalam waktu 30 hari pasca bedah atau

sampai satu tahun pasca bedah (bila ada

implant berupa non human derived implant

yang dipasang permanen)

Dan

Meliputi jaringan lunak yang dalam ( misalBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 154

: lapisan fascia dan otot) dari insisi.

Dan

Terdapat paling sedikit satu keadaan

berikut ini :

1. Pus keluar dari luka incisi dalam

tetapi bukan berasal dari komponen

organ/rongga dari daerah pembedahan

2. Insisi dalam secara spontan mengalami

dehisens atau dengan sengaja dibuka

oleh ahli pasien mempunyai paling

sedikit satu dari tanda-tanda atau

gejala-gejala berikut ini : demam

(>38°C), atau nyeri lokal, terkecuali

bukan insisi negatif.

3. Diketemukan abses atau bukti lain

adanya yang mengenal infeksi dalam

pemeriksaan langsung, waktu pembedahan

ulang, atau dengan pemeriksaan

histopatologis atau radiiologis

4. Dokter yang menangani menyatakan

terjadi infeksi

Petunjuk pelaporan :

Masukan infeksi yang mengenai baik superficial atau

profunda sebagai infeksi luka operasi profunda.

Laporkan biaya spesimen dari insisi superficial

sebagai ID (Incisional drainase)

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 155

c. Organ / Rongga

Definisi : IDO organ/rongga mengenai bagian badan

manapun, kecuali insisi kulit fascia atau

lapisan-lapisan otot yang dibuka atau

dimanipulasi selama pembedahan. Tempat-

tempat spesifik dinyatakan pada IDO

organ/rongga untuk menentukan lokasi

infeksi lebih lanjut. Pada daftar dibawah

ini terdapat tempat-tempat spesifik yang

harus digunakan untuk membedakan IDO

organ/rongga. Sebagai contoh : appendictomi

yang diikuti dengan abses

subdiagfragmatika, yang harus dilaporkan

sebagai IDO organ/rongga pada tempat

spesifik intraabdominal (SSI-IAB)

Suatu IDO organ/rongga harus memenuhi

kriteria berikut :Kriteria : Infeksi timbul dalam waktu 30 hari

prosedur pembedahan, bila terpasang implant

dan infeksi tampaknya ada hubungannya

dengan prosedur pembedahan

Dan

Pasien paling sedikit mempunyai salah satu

dari berikut :

1. Drainase purulent dari drain yang

dipasang melalui luka tusuk ke dalam

organ/rongga

2. Diisolasi bakteri dari biakan yang Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 156

diambil secara aseptik dari cairan atau

jaringan dari dalam organ atau ruangan

3. Abses atau bukti lain adanya infeksi

yang mengenai organ/rongga yang

diketemukan pada pemeriksaan langsung

waktu pembedahan ulang atau dengan

pemeriksaan histopatologis atau

radiologis

4. Dokter menyatakan sebagai IDO

organ/rongga

Angka insidensi diakai apabila surveilans yan dilakukan

berfokus pada kasus baru untuk infeksi luka operasi (IDO)

RUMUS UMUM PERHITUNGAN

Incidence Rate (laju insidensi) : JumlahKejadianIDOJumlahpasienyangdioperasi

x 100

Petunjuk pelaporan :

Kadang-kadang infeksi organ/rongga mengalir melalui

insisi. Infeksi semacam itu umumnya tidak berhubungan

dengan pembedahan ulang dan di anggap sebagai penyakit

dari insisi. Karena itu diklasifikasikan sebagai IDO

profunda

Laporkan biakan spesimen dari insisi superficial

sebagai ID (incisional drainage)

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 157

Kebijakan Pencegahan IDO :

a. Persiapan pre-operasi

Mandikan pasien dengan menggunakan sabun yang

mengandung antiseptik : chlorhexidine 4% satu hari

sebelum operasi

Jangan mencukur daerah operasi jika tidak

mengganggu jalanya operasi, jika terpaksa harus di

cukur lakukan satu jam sebelum operasi, sebaiknya

di cukur di kamar operasi dengan menggunakan

pencukur eletrik, bukan dengan pisau silet ( di

ruang pemulihan/RR)

Luka yang terinfeksi dan tidak ada indikasi cito

operasi harus di tunda operasinya, infeksi harus

diatasi terlebih dahulu baru dilaksanakan operasi

Pasien merokok harus dianjurkan untuk berhenti

merokok 30 hari sebelum operasi

Pasien dengan hipoglikemia, hipoalbumin,

hipokalemia, hiponatremia dan Hb < 7 g/dl harus di

koreksi sebelum operasi

Rawat inap pre operasi harus sesingkat mungkin (1-2

hari dirawat pasien harus di operasi)

b. Intra operasi

Kepatuhan petugas dalam melakukan kebersihan tangan

dengan tehnik cuci tangan bedah dan penggunaan

handrubs (chlorhexidine 2% dalam alkohol 70% harus

dilakukan dengan optimal

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 158

Tehnik skin preparation dengan cara memutar dari

dalam ke luar dengan menggunakan antiseptik

chlorhexidine 2% dalam alkohol 70%

Kontrol kolonisasi pada petugas (skrining MRSA)

Sirkulasi udara dan sistem ventilasi di ruang

operasi harus dipertahankan dengan cara

mempertahankan tekanan positif, pertukaran udara

20-25 kali/jam, gunakan HEPA filter (efficiency

>90%), suplai udara dari ceilling dan exhaust dekat

dengan lantai, pintu kamar operasi harus selalu

tertutup, batasi petugas yang masuk ke kamar

operasi

Kultur udara dilakukan setelah dilakukan kalibrasi

atau service HEPAA filter dan AC. Kultur udara

tidak direkomendasikan dilakukan rutin hanya jika

ada outbreak (Standard of Bioburden udara level 0-5

CFU/ M³, pasien level < 30 CFU/M³) jika ditemukan

patogen, misal Staphylococcus aureus dan terjadi

peningkatan CFU stop sementara operasi)

Pemberian antibiotik profilaksis prinsipnya

diberikan satu jam sebelum operasi, tidak untuk

jenis operasi bersih

Pemasangan infus (central dan perifer), kateter

urin, pemberian obat dan intubasi pasien harus

dengan tehnik septik dan aseptik

Pembersihan kamar operasi setelah selesai operasi

setiap hari dan dilakukan pembersihan besar setiap

akhir minggu (hari sabtu)

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 159

Lantai, dinding dan surface daerah lainnya tidak

langsung penyebab utama infeksi luka operasi (IDO)

Bersihkan lantai ,dinding, alat-alat monitor, meja

dan brankar pasien setiap hari dengan menggunakan

sabun atau disinfektan dan lakukan dengan tehnik

yang tepat

Tidak direkomendasikan melakukan pengasapan atau

fogging di kamar operasi untuk membersihkan ruangan

c. Post operasi

Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah

kontak dengan pasien dan sebelum dan sesudah

merawat luka

Tidak direkomendasikan membuka (mengintip) luka

saat ronde

Lakukan perawatan luka setelah 3 hari post operasi

atau segera jika ada indikasi (luka rembes atau

kotor) balut luka dengan menggunakan transparan

film

Jika mengganti balutan pasien harus menggunakan

meja balutan, set luka dan pakai Alat Pelindung

Diri (APD) misal : masker, sarung tangan steril dan

apron

Rawat luka dengan cairan fisiologis seperti NaCl

0,9%

Pelatihan perawatan luka untuk perawat dan dokter

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 160

C. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PNEUMONIA

Pneumonia merupakan infeksi rumah sakit tersering kedua di

Amerika Serikat dalam hal mortalitas dan morbiditasnya,

setelah infeksi saluran kencing. Umumnya pasien yang

menderita pneumonia infeksi rumah sakit adalah bayi, anak-

anak dan orang tua di atas 65 tahun. Biasanya disebabkan

bakteri.

Pneumonia infeksi rumah sakit (Hospital Acquired Pneumonia

atau HAP)

Seseorang yang setelah lebih dari 48 jam dirawat di rumah

sakit menunjukkan gejala :

Demam (> 38°C), batuk dan sesak napas disertai dahak

puru;en

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukositosis (>

12.000/mm³) atau leukopenia (< 4000/mm³)

Pada pemeriksaan jasmani didapatkan ronchi

Pada gambaran radiologi thorak ditemukan infiltrat baru

Kriteria diagnosis surveilans di lapangan yang lebih

rinci dapat dilihat pada diagram alur pneumonia infeksi

rumah sakit di halaman lain

Pneumonia terkait ventilator (ventilator associated

penumonia atau VAP)

Seseorang yang setelah pemakaian ventilator mekanik >48 jam

menunjukkan tanda dan gejala infeksi saluran napas bawah

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 161

yang mengenai parenkim paru dan sebelumnya tidak ditemukan

tanda-tanda infeksi saluran napas.

Kriteria diagnosis pneumonia sesuai dengan Diagram Alur

Infeksi Rumah Sakit.

Mekanisme terjadinya pneumonia

Masuknya mikroba ke saluran napas bawah (pneumonia) melalui

4 mekanisme :

1. Aspirasi sekret orofaring maupun lambung, banyak

ditemukan pada kasus neurologi dan usia lanjut

2. Inhalasi, misalnya kontaminasi alat bantu napas yang

digunakan pasien

3. Hematogen (melalui aliran darah)

4. Penyebaran langsung

Diagram Alur Diagnosis Pneumonia karena Infeksi Rumah Sakit

(dewasa)

Pasien dalam perawatan setelah dua hari atau lebih sejak

MRS, dengan atau tanpa penyakit yang mendasari, terjadi

TANDA dan GEJALA :

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 162

Paling sedikit satu dari berikut ini :

Demam >38°C tanpa penyebab lain Lekopenia (<4000/mm³) atau lekositosis (>12.000/mm³). Pada pasien immunokompromise sering tidak dijumpai.

Perubahan status mental tanpa penyebab lain pada usia > 70 tahun

DISERTAI GAMBARAN FOTOFOTO

FOTO

Sebagai alat ukur biasanya dipakai angka insidensi dan

angka prevalensi

1. Angka insidensi dipakai apabila surveilans yang dilakukan

berfokus pada kasus baru untuk HAP

RUMUS UMUM PERHITUNGAN

Incidence Rate (laju insidensi) :JumlahkejadianHAP

Jumlahlamaharitirahbaring x1000

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 163

Paling sedikit satu dari berikut ini :

Demam >38°C tanpa penyebab lain Lekopenia (<4000/mm³) atau lekositosis (>12.000/mm³). Pada pasien immunokompromise sering tidak dijumpai.

Perubahan status mental tanpa penyebab lain pada usia > 70 tahun

dengan 2 atau lebih thorak serial dengan salah satu hal berikut(terjadi setelah 3 hari masuk rawat atau lebih) :

Infiltrat baru atau progresif dan menetap

PNEUMONIA KLINIS(IRS)

2. Angka insidensi dipakai apabila surveilans yang dilakukan

berfokus pada kasus baru untuk VAP

RUMUS UMUM PERHITUNGAN

Incidence Rate (laju insidensi) :JumlahkejadianVAP

Jumlahlamaharitirahbaring x1000

Kebijakan Pencegahan Infeksi ventilator Associated

Pneumonia (VAP) sebagai berikut :

1. Pencegahan kontaminasi silang :

Meningkatkan kepatuhan petugas kesehatan (dokter,

perawat, mahasiswa) melakukan kebersihan tangan

sebelum dan sesudah : kontak dengan pasien,

pemasangan endotracheal tube (ETT, NGT), suctioning

bronhoscopy

Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker,

sarung tangan dan gogle alat pelindung mata (jika

diperlukan)

Gunakan air yang steril untuk humidifikasi

2. Pencegahan gastrik refluks :

Berikan posisi semi recumbent 30°- 45°

Enteral feeding

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 164

3. Airway manajemen :

Lepaskan ETT pasien sesegera mungkin

Hindari re-intubasi

Jika memungkinkan gunakan non invasive positif

pressure ventilation secara kontinius melalui

face/nose mask sebagai pengganti intubasi

Lakukan scution bila diperlukan dan mempertahankan

tehnik septik dan aseptik saat melakukan prosedur

Gunakan cairan steril untuk memebersihkan kateter

suction jika dimasukan kembali ke ETT tube

Gunakan ororthracheal

Lakukan oral hygiene dengan chlorhexidine 0,2% setiap

3-4 kali/hari

4. Maintenace peralatan:

Ganti segera sirkuit ventilator bila kotor

Segera buang “condensate” yang terkumpul di tubing

ventilator

Bersihkan dan disinfeksi atau sterilkan semua

peralatan dan ventilasi mekanik secara tepat

Setelah didisinfeksi, cuci keringkan, bungkus, jaga

jangan sampai terkontaminasi pada saat diproses

Pengadaan alat ventilator untuk cadangan sehingga ada

waktu pembersihan untuk alat bekas pasien sebelumnya.

5. Pemberian obat-obatan:

Hindari penggunaan antimikroba yang tidak perlu

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 165

Gunakan antimikroba yang sesuai pada pasien beresiko

tinggi

Membatasi pemberian profilaksis tukak lambung pada

pasien beresiko tinggi

Gunakan antimikroba untuk dekontaminasi saluran cerna

secara selektif

Lakukan oral hygiene dengan menggunakan chlorhexidine

0,2%

Gunakan profilaksis untuk mencegah DVT

Kebijakan pencegahan infeksi saluran napas (ISN) atau

hospital acquired pneumonia (HAP)

1. Semua petugas kesehatan (dokter, perawat dll) harus

melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak

dengan pasien dan suction

2. Lakukan mobilisasi sedini mungkin dan fisioeraphi dada

jika tidak ada kontra indikasi

3. Pertahankan posisi tidur semirecumbent (30°- 45°) untuk

mencegah terjadinya aspirasi saat pemberian enteral

feeding

4. Gunakan kateter suction steril waktu melakukan

suctioning satu kali pemakaian

5. Mengisolasi pasien dengan organisme yang sangat resisten

seperti MRSA

6. Jika terpaksa di pakai ulang, kateter suction harus di

dekontaminasi dengan maksimal kemudian di sterilkan

kembali di rekomendasikan hanya 2 kali pemakaian

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 166

7. Tidak direkomendasikan menempelkan bekas kateter suction

di dinding atau di meja pasien

8. Buang langsung kateter suction ke tempat sampah

infeksius

9. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, sarung

tangan dan gogle (jika diperlukan) saat melakukan

suction.

D. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER

(IADP)

Definisi : Infeksi aliran darah primer adalah

infeksi aliran darah yang timbul tanpa ada

organ atau jaringan lain yang dicurigai

sebagai sumber infeksiKriteria 1 : terdapat bakteri patogen yang dikenal

dari satu kali atau lebih biakan darah dan

biakan dari darah tersebut tidak

berhubungan dengan infeksi di tempat lainKriteria 2 : Ditemukan salah satu di antara gejala

berikut tanpa penyebab lain

Demam (>38°C)

Menggigil

Hipotensi

Dan

Paling sedikit satu dari berikut :

1. Kontaminasi kulit biasa (misal Dhipteroids,

Bascillus sp, Porionibacterium sp, coagulase

negative staphylococci atau micrococci) Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 167

ditemukan dari dua kali atau lebih

biakan darah yang di ambil dari waktu

yang berbeda

2. Kontaminasi kulit biasa (misal

Dhipteroids, Bascillus sp, Porionibacterium sp,

coagulase negative staphylococci atau micrococci)

ditemukan dari paling sedikit satu

biakan darah dari pasien dengan saluran

intravaskuler dan dokter memberikan

terapi antimikroba yang sesuai

3. Test antigen positif pada darah ( misal

H. Influenza, S Pneumoniae, N

meningitidis atau group B

Streptococcus)

Dan

Tanda-tanda, gejala-gejala dan hasil

laboratorium yang positif tidak berhubungan

dengan suatu infeksi di tempat lain.Kriteria 3 : Pasien berumur > 1 tahun dengan paling

sedikit satu tanda-tanda dan gejala-gejala

berikut :

Demam (> 38C)

Hipotermia (< 37C)

Apnea

atau bradikardia

Dan

1. Kontaminasi kulit biasa (misal Dhipteroids,

Bascillus sp, Porionibacterium sp, coagulase negative

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 168

staphylococci atau micrococci) ditemukan dari

dua kali atau lebih biakan darah yang di

ambil dari waktu yang berbeda

2. Kontaminasi kulit biasa (misal Dhipteroids,

Bascillus sp, Porionibacterium sp, coagulase negative

staphylococci atau micrococci) ditemukan dari

paling sedikit satu biakan darah dari

pasien dengan saluran intravaskuler dan

dokter memberikan terapi antimikroba

yang sesuai

3. Test antigen positif pada darah ( misal

H. Influenza, S Pneumoniae, N

meningitidis atau group B Streptococcus)

Dan

Tanda-tanda, gejala-gejala dan hasil

laboratorium yang positif tidak berhubungan

dengan suatu infeksi di tempat lain.

E. SEPSIS

CATATAN :

Untuk neonatus digolongkan infeksi rumah sakit apabila :

Pada partus normal di rumah sakit infeksi terjadi

setelah lebih dari 3 ahri

Terjadi 3 hari setelah partus patologik tanpa didapatkan

pintu masuk bakteri

Pintu masuk bakteri jelas, misalnya luka infus

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 169

Definisi : Sepsis klinis harus memenuhi paling

sedikit satu dari kriteria berikut :Kriteria 1 : Ditemukan salah satu diantara gejala

berikut tanpa penyebab lain :

Suhu >38C bertahan minimal 24 jam

dengan atau tanpa pemberian

anitpiretika

Oliguria dengan jumlah urin (< 20

ml/jam atau < 0,5 ml/kgBB/jam)

Dan

Semua gejala/tamda yang disebut di bawah

ini :

1. Biakan darah tidak dilakukan atau tidak

diketemukan bakteri atau antigen dalam

darah

2. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi di

tempat lain

3. Telah diberikan antimikroba sesuai

dengan sepsisKriteria 2 : Ditemukan pada pasien berumur 1 tahun

paling sedikit satu gejala/tanda berikut

tanpa diketahui ada penyebab lain :

Demam (>38°C)

Hipotermia (< 37C)

Apnea

Atau bradikardi <100x/menit

Dan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 170

Semua gejala/tanda di bawah ini :

1. Biakan darah tidak dilakukan atau tidak

diketemukan bakteri atau antigen dalam

darah.

2. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi di

tempat lain

3. Telah diberikan antimikroba sesuai

dengan sepsisKriteria 3 : Pasien menderita abses atau bukti adanya

infeksi rongga yang terlihat pada waktu

pembedahan atau pemeriksaan histopatologis.Kriteria 4 : Terdapat paling sedikit dua tanda-tanda

dan gejala-gejala berikut tanpa ada

penyebab yang lainnya dan sesuai dengan

organ atau jaringan yang terkena :

Demam (> 38C)

Nause (mula)

Muntah

Nyeri perut

Atau nyeri tekan

Dan

Paling sedikit satu dari berikut ini :

1. Terdapat bakteri pada biakan drainase

atau jaringan yang di ambil pada waktu

pembedahan atau endoskopi, atau dari

yang dipasang secara bedah

2. Bakteri terlihat pada pemeriksaan

mikroskopik pada pengecatan gram atau

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 171

KOH atau terlihat multinucleated giant

cells dari drainase atau jaringan yang

di ambil pada waktu pembedahan atau

endoskopi atau drain yang dipasang

secara bedah

3. Terdapat bakteri dari biakan darah

4. Bukti kelainan patologis pada

pemeriksaan radiologis

5. Bukti kelainan patologis pada

pemeriksaan endoskopi (misal Candida

esofagitis atau Proctitis)

Angka Insidensi dipakai apabila surveilans yang dilakukan

berfokus pada kasus baru untuk infeksi Aliran Darah (IAD)

RUMUS UMUM PERHITUNGAN

Incidence Rate (laju insidensi) :JumlahkejadianIAD

JumlahharipemasanganCVL(CentralvenaLine) x1000

Kebijakan Pencegahan Infeksi Aliran Darah (IAD) sebagai

berikut :

1. Pendidikan dan pelatihan petugas medis (perawat dan

dokter)

Laksanakan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan (kursus

dasar) bagi petugas medis ( dokter, perawat)

2. Kebersihan Tangan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 172

Cuci tangan sebelum dan sesudah palpasi, pemasangan

alat intravaskuler, penggantian alat intravaskuler

atau memasang verban

Gunakan sarung tangan steril pada saat pemasangan dan

perawatan kateter intrvaskuler

3. Frekuensi penggantian krateter, dressing, administrasi

set dan cairan

Penggantian dan pemindahan perangkat

Pasien dewasa :

- Ganti kateter dan pindah lokasi infus perifer

(IVL) > 72-96 jam(3-5 hari) dan 14 hari untuk CVL

(Central Line)

- Infus perifer yang dipasang di unit IGD diganti

setelah 48 jam (2 hari)

Anak dan bayi :

- Jangan mengganti infus perifer kecuali ada

indikasi klinis

Petugas

- Pemasangan kateter intrvaskuler (CVL, IVL,

Umbilical) oleh dokter, perawat yang ahli atau

kompeten

- Bekerja dengan prinsip steril

- Gunakan set infus saat pemasangan kateter

intravaskuler (CVL, IVL, Umbilical)

- Gunakan APD saat memasang kateter intrvaskuler

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 173

Penggantian dressing

- Ganti dressing sesegera mungkin jika lembab, kotor

dan berkeringat

- Lepas dressing bila dressing besar dan tebal yang

menyulitkan palpasi atau visualisasi langsung pada

site insersi dan lakukan observasi pada daerah

pemasangan infus setiap kali pergantian shift

(3x/hari)

- Catat tanggal dan waktu pemasangan kateter di

lokasi yan dapat dilihat dengan jelas

Penggantian administrasi set

- Ganti selang intravena termasuk perangkat tambahan

di atas 72 jam (3 hari) kecuali ada indikasi

klinis

- Ganti selang yang digunakan untuk pemberian darah,

produk darah atau emulsi lipid dalam 24 jam dari

awal pemberian

- Tidak ada rekomendasi untuk penggantian selang

untuk infus intermiten

- Anggap selang ekstensi pendek yang terhubung pada

kateter sebagai bagian dari perangkat, ganti

bagian ini ketika mengganti kateter

Waktu gantung cairan parenteral

- Tak ada rekomendasi penggantian untuk cairan

nutrisi perenteral non lipid (NaCl 0,9%, Dex 5%)

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 174

- Selesai pemberian infus cairan nutrisi parenteral

lipid (misal larutan 3 in 1) harus diganti dalam

waktu 24 jam

- Selesai pemberian infus emulsi lipid dalam 12 jam

- Selesai pemberian infus produk darah dalam 4 jam

Antiseptik daerah kulit

- Bersihkan kulit di lokasi penusukan dengan

antiseptik yang mengandung chlorhexidine-alkohol

2% tunggu antiseptik kering (2 menit) baru

lakukan penusukan

- Lakukan perawatan daerah penusukan dengan

antiseptik yang mengandung chlorhexidine-alkohol

2%

- Jangan melakukan palpasi pada lokasi setelah kulit

dibersihkan dengan antiseptik (lokasi di anggap

daerah steril)

- Gunakan kasa steril atau verban transparan untuk

menutup lokasi pemasangan

- Bila dipakai iodine tincture untuk membersihkan

kulit sebelum pemasangan kateter maka harus

dibilas dengan alkohol 70%

Bahan dasar kateter intravaskuler

Direkomendasikan bahan dasar terbuat dari violen

(lentur) polyninyl chloride, poly-ethylene

F. LUKA BAKAR

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 175

Definisi : Infeksi luka bakar harus memenuhi paling

sedikit satu kriteria berikut :Kriteria 1 : Terdapat perubahan pada penampakan atau

karakter luka bakar, seperti pemisahan

eschar yang cepat, atau eschar menjadi

coklat gelap atau hitam atau perubahan

warna (discolcoration) yang hebat atau

edema pada perbatasan luka

Dan

Pemeriksaan histopatologis dai biopsi luka

bakar menunjukan invasi bakteri ke dalam

jaringan berdekatan yang sehatKriteria 2 : Terdapat perubahan pada penampakan atau

karakter luka bakar seperti pemisahan

eschar yang cepat atau eschar menjadi

coklat gelap atau hitam atau prubahan warna

(discoloration) yang hebat atau edema pada

perbatasan luka

Dan

Paling sedikit satu dari berikut :

1. Terdapat bakteri dari biakan darah dan

tidak terdapat infeksi lain

2. Dapat diisolasi virus herpes simplex,

identifikasi histopatologis dari

inclusions dengan cara mikroskopik cahaya

(light microskop) atau tempat partikel-

partikel virus dengan mikroskop elektron

dan biopsi keroka lesi

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 176

Kriteria : Terdapat paling sedikit dua dari tanda-

tanda dan gejala-gejala berikut tanpa

diketahui penyebab lainnya :

Demam (>38°C)

Hipotensi

Hipotermia

Oliguria (20 ml/jam)

Hiperglikemia dengan diet karbohidrat

pada level yang sebelumnya dapat

ditolerir dengan mental confusion

Dan

Paling sedikit satu dari berikut :

Terdapat bakteri dari biakan darah

dan tidak terdapat infeksi lain

Dapat diisolasi virus herpes

simplex, identifikasi histopatologis

dari inclusions dengan cara

mikroskopik cahaya (light microskop)

atau tempat partikel-partikel virus

dengan mikroskop elektron dan biopsi

keroka lesi.

CATATAN :

Purulen saja pada tempat luka bakar tidak cukup kuat

untuk diagnosis infeksi luka bakar, purulen seperti itu

mungkin menunjukan perawatan luka yang kurang baik

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 177

Demam saja pada luka bakar tidak cukup kuat untuk

diagnosis infeksi luka bakar karena demam mungkin

merupakan akibat trauma jaringan atau mungkin pasien

mendapat infeksi di tempat lain

Ahli bedah pada Regional Burn Center yang eksklusif

merawat pasien luka bakar, mungkin kriteria 1 untuk

diagnosis infeksi luka bakar

Rumah sakit ddengan Regional Burn center mungkin

membedakan infeksi luka bakar lebih lanjut sebagai

berikut :

- Burn wound site

- Burn graft site

- Burn donor site

- Burn bonor site-cadaver

Tetapi sistem NNIS hanya memberi kode semuanya

sebagai BURN

Kriteria 4 : Pasien neonatus mendapat paling sedikit

satu dari tanda-tanda atau gejala-gejala

berikut tanpa diketahui ada penyebab

lainnya pada tempat sirkumsisi :

Eritema

Bengkak

Atau nyeri tekan

Dan

Ditemukan kontaminan kulit (coagulase

negatif steptococci, diptheroid, atau

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 178

micococci)dan biakan tempat sirkumsisi.

Dan

Dokter mendiagnosa infeksi atau dokter

mulai terapi yang sesuai.

Petunjuk pelaporan

Newborn circumcisi bukan merupakan prosedur pembedahan

NNIS, jangan melaporkan sebagai SSI.

BAB IV

MRSA

(Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus)

MRSA adalah Sthapylococcus aureus (S.aureus) yang

resisten terhadap penisillin sintetik (metisillin,

selafosporin, nafsillin dan oksasillin). MRSA adalah jenis

bakteri Staph ditemukan pada kulit dan dalam hidung ataupun

pada lipatan kulit lainnya yang resisten terhadap antibiotika

yaitu kemampuan untuk menolak antibiotik.

Lebih dari 90.000 orang di Amerika mendapatkan infeksi

yang mematikan dari MRSA setiap tahun dan pada tahun 2005

hampir 19.000 orang Amerika meninggal karena infeksi MRSA.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 179

Kematian lebih terkait dengan infeksi MRSA dari pada

AIDS, kenapa? karena MRSA lebih mematikan dari pada AIDS.

Bakteri ini masuk jika tubuh kita ada luka yang terbuka

misalnya teriris pisau, tergores. Yang menyebabkan bakteri ini

akan masuk ke dalam tubuh kita melalui luka tersebut. Bakteri

ini tahan terhadap antibiotik. Jika pemberian antibiotik yang

salah maka akan membunuh bakteri yang baik yang ada di dalam

tubuh kita, dan sebaliknya bakteri ini akan meregenerasi dan

menulari bakteri yang lainnya.

Jika sudah fatal bakteri ini akan memakan daging, otot

kita, bahkan jika sudah menjalar lebih parah maka akan

menyerang organ vital seperti menggrogoti jantung, paru-paru,

hati dll.

Gejala awal pada bakteri ini yaitu :

1. Kulit yang terinfeksi memerah

2. Bengkak

3. Kulit menjadi lembek

4. Panas tinggi

5. Merasakan sakit hebat pada titik tertentu

Populasi resiko meliputi :

1. Orang dengan sistem kekebalan yang lemah (orang yang hidup

dengan HIV/AIDS, penderita kanker, penerima transplantasi,

penderita asma yang parah, dll)

2. Penderita diabetes

3. Pengguna narkoba intravenaBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 180

4. Pengguna antibiotik kuinolon

5. Anak-anak

6. Orang tua

7. Mahasiswa yang tinggal di asrama

8. Petugas yang tinggal atau bekerja di fasilitas kesehatan

untuk jangka waktu lama

Pencegahan :

a. Skrining pasien waktu masuk ke rumah sakit, swab dilakukan

pada hidung, ketiak dan perineal, skrining dilakukan untuk

pasien yang sudah di rawat lama atau pasien kiriman dar

rumah sakit luar

b. Bersihkan lantai, meja, dinding, lemari, tempat tidur

pasien dengan disinfektan dari bahan kuarter amonium

bersama dengan alkohol, disinfektan ini efektif melawan

MRSA. Lakukan pembersihan lantai, meja, dinding, lemari,

tempat tidur pasien secara rutin.

c. Melakukan kebersihan tangan dengan air dan antiseptik yang

mengandung chlorhexidine 2% - 4% dan berbasis alkohol

sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, tindakan

invasive/aseptik, setelah kontak dengan cairan tubuh dan

kontak dengan lingkungan pasien.

d. Penggunaan masker surgical

e. Isolasi dengan isolasi pasien yang tepat dapat mencegah

dan menurunkan kejadian MRSA

f. Penggunaan Alat Pleindung Diri (APD)

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 181

Dengan penggunaan alat pelindung diri yang tepat

menurunkan dan benar dapat mencegah penyebaran kejadian

MRSA.

g. Pembatasan pemberian antibiotik

Penggunaan antibiotika golongan Glycopeptides,

sefalosporin dan kuinolon beresiko dalam kolonisasi MRSA,

terutama fluoroquinolones, direkomendasikan dalam pedoman

saat ini

h. Menjaga kebersihan diri

Mandi bersih setiap hari, penggunaan handuk, baju dan

penggantian linen harus satu pasien satu

Alur dan tindakan penanganan pasien MRSA :

Alur penatalaksanaan pasien dengan MRSA dengan kolonisasi

Pembatasan mobilitas pasien bergerak

Batasi petugas dan keluarga yang kontak dengan pasien

Tidak diperlukan antibiotik sistemik

Petugas kesehatan harus mencuci tangan dengan benar

sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan

Pasien harus mencuci tangan dengan benar sebelum dan

sesudah kontak dengan lingkungan

Alat – alat kesehatan seperti termometer, speknomanometer,

tensi meter tersendiri

Petugas dan pasien mandi dengan chlorhexidine 2-4% selama

satu minggu

Jika kolonisasi di hidung berikan bactroban cream

Lakukan kultur ulang pada hari ke 7

Pasang poster kewaspadaan standar di pintu kamar pasienBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 182

Alur penatalaksanaan pasien dengan MRSA di dalam urine

Pasien di isolasi

Batasi petugas, pengunjung yang kontak atau merawat pasien

Petugas kesehatan harus mencuci tangan dengan benar

sebelum dan sesudah kontak dengan urine, pasien dan

lingkungan

Lakukan swab hidung, ketiak (pasien, perawat, dokter) yang

langsung kontak dengan sumber infeksi untuk mengkonfirmasi

sumber infeksi apakah dari pasien sendiri atau dari

petugas yang merawat

Menggunakan sarung tangan apabila kontak dengan urine

Segera lepaskan sarung tangan apabila kontak dengan urine

dan buang ke tempat sampah infeksius (kuning) yang ada di

ruangan pasien

Gunakan apron hanya bila pencemaran pakaian mungkin

terjadi

Segera bersihkan lantai dengan chlorine/baycline jika

terjadi kontaminasi urine

Pilihan antibiotik adalah vankomisin, yang diberikan

secara intravena

Antibiotik pilihan lain diantaranya Teicoplanin dan

Linezolid selama 3-5 hari

Kultur ulang hari ke 7 oleh IPCN-Link atau petugas yang

terlatih

Pasang poster kewaspadaan standar di pintu kamar pasien

Alur penatalaksanaan pasien dengan MRSA di luka

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 183

Pasien di isolasi

Batasi petugas, pengunjung yang kontak atau merawat pasien

Petugas kesehatan harus mencuci tangan dengan benar

sebelum dan sesudah kontak dengan luka, pasien dan

lingkungan

Lakukan swab hidung, ketiak (pasien, perawat, dokter) yang

langsung kontak dengan sumber infeksi untuk mengkonfirmasi

sumber infeksi apakah dari pasien sendiri atau dari

petugas yang merawat

Buka luka dengan sarung tangan bersih, buang kassa ke

tempat sampah infeksius (kantong kuning)

Segera lepaskan sarung tangan jika sudah selesai membuka

luka, buang sarung tangan ke tempat sampah infeksius

(kantong kuning)

Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) : masker, sarung tangan

steril,dan kaca mata pelindung (tidak mutlak) dan pakai

sarung tangan steril

Cuci luka dengan menggunakan chlorhexidine 2% dalam

larutan normal salin (NaCl 0,9%) 1 : 10, kemudian luka

segera dibersihkan dengan NaCl 0,9%

Jika luka sudah mengalami granulasi tidak boleh di

swab/gosok cukup hanya dengan irigasi

Jika pus/ nanah masih banyak lakukan perawatan luka dengan

menggunakan kassa penyerap (dressing) dan gunakan bahan

yang berfungsi meminimalkan kolonisasi (misal cutisorb

sorbact)

Semua sampah yang kontak dengan pasien di masukan dalam

plastik, di ikat dan langsung di buang di tempat sampah

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 184

infeksius (kantong plastik kuning) yang ada di kamar

pasien.

Setelah pus minimal (basah) rawat luka dengan mupirosin

topikal cream, pada luka kering berikan mupirosi salep

Anjurkan pasien mandi dengan menggunakan chlorhexidine 2%

selama 5 hari

Pilihan antibiotik adalah vankomisin, yang diberikan

secara intranvena, hanya apabila ada gejala sistemik

antibiotik pilihan lain diantaranya teicoplanin dan

linezolid selama 3-5 hari

Kultur ulang hari ke 7 oleh IPCN-Link atau petugas yang

terlatih

Pasang poster kewaspadaan standar di pintu kamar pasien

Alur penatalaksanaan pasien dengan MRSA di sputum

Pasien di isolasi

Batasi petugas, pengunjung yang kontak atau merawat pasien

Petugas kesehatan harus mencuci tangan dengan benar

sebelum dan sesudah kontak dengan sputum, pasien dan

lingkungan

Lakukan swab hidung, ketiak (pasien, perawat, dokter) yang

langsung kontak dengan sumber infeksi untuk mengkonfirmasi

sumber infeksi apakah dari pasien sendiri atau dari

petugas yang merawat

Jika melakukan suction gunakan Alat Pelindung Diri (APD) :

masker, sarung tangan steril dan kaca mata pelindung

(tidak mutlak)

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 185

Menggunakan jubah pelindung/apron hanya bila pencemaran

pakaian mungkin terjadi

Segera masukkan selang kateter suction bekas pasien ke

ember tertutup yang sudah mengandung chlorin 1 : 10 air

matang selama 10 menit

Segera buang ke dalam kantong plastik kuning infeksius dan

tidak dibenarkan untuk di pakai ulang

Segera lepaskan sarung tangan, masker buang ke tempat

sampah infeksius (kantong plastik kuning), kaca mata

rendam dalam klorin 1 : 100 cc air matang

Pilihan antibiotik adalah vankomisin, yang diberikan

secara intranvena, hanya apabila ada gejala sistemik

antibiotik pilihan lain diantaranya teicoplanin dan

linezolid selama 3-5 hari

Kultur ulang hari ke 7 oleh IPCN-Link atau petugas yang

terlatih

Pasang poster kewaspadaan standar di pintu kamar pasien

Kebijakan skrining pasien :

Skrining MRSA adalah pemeriksaan asimptomatik untuk

mengklarifikasi pada petugas kesehatan (dokter, perawat,

staff, pekarya, fisioterapi, petugas rongent dll) dan pasien

ke dalam kategori yang di perkiraan mengidap atau diperkiraan

tidak mengidap MRSA

Tujuan :

1. Mengidentifikasi petugas kesehatan (dokter, staff,

perawat, pekarya, fisioterapi, petugas rongent dll) yang

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 186

kontak terus menerus dengan sumber infeksi MRSA dan pasien

MRSA dan pasien yang berisiko

2. Mengurangi morbiditas dan mortalitas karena

kolonisasi/infeksi MRSA

3. Mengendalikan penyebaran MRSA

4. Mengendalikan biaya

Kriteria skrining

1. Skrining pada petugas kesehatan

Petugas kesehatan (dokter, staff, perawat, pekarya,

fisioterapi, petugas rongent dll) yang kontak langsung

pada sumber infeksi dan terus menerus

2. Skrining pada pasien

Kriteria pasien :

- Pasien yang positif terinfeksi MRSA

- Pasien dari rumah sakit lain

- Pasien rawat di RIM / immunokompromise

3. Skrining/swab dilakukan pada hidung dan ketiak

4. Pembiayaan skrinign dari RBA patologi klinik

5. Pengendalian skrining oleh Sub Komite PPIRS

BAB V

TATA LAKSANA KEJADIAN LUAR BIASA

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah terjadinya peningkatan

jumlah penderita penyakit tertentu atau kematian yang Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 187

disebabkan oleh penyakit tertentu di suatu tempat tertentu

sebesar 2x atau lebih dibandingkan dengan waktu sebelumnya

atau sebelumnya tidak ada kasus-kasus tersebut berhubungan

secara epidemiologis.

Kejadian Luar Biasa (KLB) bervariasi dalam luas dan

beratnya masalah. Hal ini merupakan tanggung jawab dari Komite

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (Komite PPIRS)

untuk membuat suatu rencana dan kebijakan yang rinci dalam

penanganan suatu KLB di Rumah sakit atau di masyarakat.

Tatalaksana suatu KLB memerlukan keahlian dari seorang

dokter/petugas Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yang

dalam hal ini biasanya berperan sebagai pimpinan. Perencanaan

dibuat oleh PPI dengan membentuk tim pengendali KLB, karena

pengendalian suatu KLB memerlukan kerjasama orang-orang dari

berbagai disiplin ilmu.

Pada KLB penyakit infeksi nasional adalah penting untuk

menjalin koordinasi dan kerjasama erat dengan pihak pemegang

kebijakan kesehatan nasional dan berbagai fasilitas kesehatan

begitu juga dengan departemen terkait – informasi,

perdagangan, komunitas/dalam negeri, komunikasi dan lain-lain.

Setiap rencana persiapan kegawatdaruratan negara harus

menyertakan hal tersebut untuk suatu KLB penyakit infeksi.

Diperlukan satu pusat komando untuk menjamin koordinasi

yang lancar dan aksi yang berlangsung. Diantara fasilitas

kesehatan, mekanisme dasar untuk penanganan yang efektif. KLB

infeksi rumah sakit merupakan dasar untuk terbentuknya tim

untuk memenuhi tuntutan tersebut. Tim kontrol KLB memerlukan Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 188

ekspansi untuk mencakup fasilitas yang representatif misalnya

farmasi, suplai, petugas kebersihan, tehnik. Sistem yang

berkelanjutan pelatihan kontrol infeksi yang berkelanjutan dan

audit diperlukan untuk menyebarluaskan langkah-langkah

pengendalian penyakit infeksi tertentu. Komunikasi rutin

harian dengan data situasi terbaru bersama staff rumah sakit

dan pasien perlu dilakukan untuk tetap memberikan motivasi dan

kerjasama yang baik dari setiap aspek yang terlibat.

Tim pengendali KLB

Personil

1. Perwakilan KPI : PPI dan perawat pengendali infeksi

2. Direktur medis/administrator

3. Dokter penyakit infeksi

4. Direktur eksekutif perawat/perawat senior

5. Kepala medis/dokter

Tanggung jawab :

1. Memastikan perawatan pasien yang berkesinambungan

2. Mengklarifikasi implikasi sumber daya

- Tambahan staff/kebutuhan persediaan

- Penanganan media

3. Menyetujui dan mengkoordinasi keputusan asuransi

4. Meninjau kemajuan

5. Menentukan akhir KLB

Daftar kegiatan

Investigasi

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 189

Mengkonfirmasi KLB, membuat definisi kasus

Menunjukan KLB – membandingkan angka kejadian saat ini

dengan angka kejadian pre-epidemik

Menganalisis kasus – dibuat daftar yang berisi waktu, orang

dan tempat

Mencari literatur jika dibutuhkan

Melakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengkonfirmasi

reservoir dan cara transmisi

Melakukan uji tapis mikrobiologi pada pasien dan staff

(jika perlu)

Melakukan uji tapis serologis pada pasien, staff dan kontak

lain jika dibutuhkan

Mengikuti kontak – pasien, staff, pengunjung dsb.

Komunikasi

Informasikan pihak rumah sakit dan manajemen senior

Konsul kepada dokter yang berwenang mengenai penyakit

infeksi/PPI

Informasikan setiap kepala departemen dan pimpinan

departemen mikrobiologi

Pada wabah besar, informasikan divisi-divisi lain yang

terkait – bagian pendukung sarana, ambulans, dokter umum

dan dokter Puskesmas

Atur pertemuan untuk temu wartawan (media release), jika

diperlukan

Tatalaksana

Tentukan fasilitas ruang isolasi yang tersedia

Tentukan jenis Isolation Precaution yang diperlukan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 190

Informasikan pada seluruh perawat, staff medis dan para

medis mengenai Isolation Precaution

Tingkatkan jumlah staff klinis, baik perawat maupun medis

Tingkatkan jumlah staff pendukung pelayanan – petugas

kebersihan, laundry, departemen pelayanan penyeterilan

sentral

Tingkatkan daya dukung laboratorium

Tingkatkan staff adminitratif, telepon dan staff IT

Simpan catatan wawancara dan laporan kemajuan

Plot kurva epidemik dan area geografik yang terlibat

Evaluasi grafik individu yang terinfeksi dan buat daftar

faktor resiko yang mungkin ada

Formulasikan hipotesis mengenai reservoir dan modus

transmisi yang mungkin terlibat

Lakukan penelitian case-control dan typing studies

Evaluasi dan perbaharui tolak ukur pengendali (control

measures)

Lanjutkan surveilans mengenai kasus-kasus sekunder yang

terjadi dan efektifitas tolak ukur pengendali yang dipilih

Kontrol

Menerapkan peraturan isolasi

Memberikan imunisasi aktif atau pasif jika dibutuhkan

Memberikan antibiotik profilaksis jika perlu

Menetapkan perturan pasien rawat, rujukan dan rawat jalan

Menetapkan aturan berkunjung

Evaluasi perangkat control

Akhir kejadian luar biasaBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 191

Umumkan telah berakhirnya kejadian luar biasa pada badan

terkait lebih awal

Menggabungkan laporan dari setiap Tim

Ubah peraturan dan penerapan jika perlu

Bagaimana melakukan case control study

1. Pertanyaan pendahuluan

a. Dapatkah saya memperoleh informasi yang dibutuhkan

b. Dapatkah saya memperoleh kontrol yang baik

2. Meninjau ulang daftar pasien yang terlibat dalam kejadian

luar biasa

3. Membuat hipotesis. Buatlah faktor risiko yang akan

dibuktikan dengan jelas

4. Case definitif yang jelas dan mengeksekusi pasien perawatan

lama, jika mungkin

5. Mempunyai 2-4 kontrol per kasus jika terdapat paling kurang

10 kasus. Pilih dari pasien yang terinfeksi, dicocokkan

dengan umur, jenis kelamin dan pelayanan. Kontrol yang

dirawat lama di eksklusi

6. Dalam pengumpulan data, hati-hati bias saat wawancara. Jika

data dikumpulkan dari rekam medis gunakan data yang rutin

dicatat untuk menghindari bias pencatatan

7. Proses penyelesaian masalah sesuai dengan Root Case

Analysis berkoordinasi dengan Unit Pelayanan Jaminan Mutu

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 192

BAB VI

KESIAPAN MENGHADAPI PANDEMI PENYAKIT MENULAR

(EMERGING INFECTIOUS DISEASES)

Penyakit menular adalah penyakit yang di anitisipasi

menjadi pandemi seperti flu burunf, flu babi dengan kriteria :

seseorang dalam penyelidikan kasus suspek, kasus pro bable,

kasus konfirmasi.terjadi sebel

Perencanaan untuk menghadapi pandemik penyakit menular,

merupakan hal yang sangat penting. Kesiapan menghadapi

pandemik bukan berarti hanya mempunyai rencana tertulis atau

menyediakan obat-obatan anti virus saja. Persiapan menghadapi

pandemi sangat dibutuhkan, walaupun sulit untuk memprediksi

kemingkinan berkembangnya suatu penyakit menular menjadi

pandemi pada manusia. Sebagai ilustrasi di bawah ini

disampaikan perkiraan korban berdasarkan pandemi influenza

yang telah terjadi sebelumnya.

PERKIRAAN

Karakteristik Sedang (Moderat)

(Sama dengan flu Asia

dan Hongkong)

Sangat Berat

(Sama dengan Spanish

Flu)Infeksi 66 juta 66 jutaBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 193

Klinis (30% x penduduk RI)

(30% x penduduk RI)Rawat Jalan 33 juta

(50% x Infeksi Klinis)

33 juta

(50% x Infeksi Klinis)Rawat Inap 633.600

(1,92% x Rawat jalan)

7,26 juta

(22% x Rawat Jalan)

Petugas kesehatan dan Rumah Sakit perlu bekerja sama

mengembangkan rencana kesiapan untuk fasilitasnya dan

memastikan adanya komunikasi yang jelas, konsensus dan

komitmen.

1. Koordinasi

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam koordinasi

Menetapkan tim koordinasi dan individu yang

bertanggung jawab untuk memfasilitasi respon yang

cepat dan memadai selama kondisi krisis. Semua pihak

yang berkepentingan harus mengetahui tanggung jawab

mereka, apa yang perlu dilakukan dan bagaimana

alurnya. INI harus tercermin dalam rencana operasional

untuk setiap organisasi ( siapa mengerjakan apa,

dimana, bagaimana, kapan, mengapa )

Advokasi mengenai pentingnya perencanaan pandemi

kepada para pembuat keputusan untuk memastikan

dukungan dan dana yang diperlukan

Dinas kesehatan setempat berkoordinasi dengan

pemerintah daerah menetapkan kriteria penutupan

sekolah berdasarkan informasi dan surveilans kesehatan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 194

(cluster penyakit seperti influenza atau kematian

akibat kesulitan pernapasan pada anak usia sekolah)

Meningkatkan kemampuan petugas medis dan perawat dalam

penanganan kasus

Meningkatkan kemampuan petugas yang terlibat ( seperti

perawat, petugas kesehatan, petugas laboratorium )

untuk tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi.

Pastikan bahwa semua petugas yang terlibat telah

mengikuti pelatihan dan trampil menerapkannya.

Jika perlu, sediakan panduan-panduan pelayanan yang

mutakhir dengan merujuk ke panduan terbaru

Sediakan obat-obatan dan perawatan medis gratis sesuai

dengan ketentuan pemerintah atau asuransi kesehatan

yang berlaku dan lengkapi dengan sistem pelaporan

kasus baru secara cepat

Bekerjasama dengan sektor terkait antara lain

pelayanan transportasi dan pasokan pangan.

Pertimbangan untuk meyiapkan alternatif lain untuk

pasokan listrik dan air minum bagi fasilitas pelayanan

kesehatan dan jaringan komunikasi

2. Surveilans di fasilitas pelayanan kesehatan

Dasar pemikiran

Surveilans terdiri dari pengumpulan, interpretasi dan

sosialisasi data secara terus menerus yang memungkinkan di

kembangkannya intervensi berdasarkan bukti. Tujuan dari

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 195

surveilans mungkin berbeda-beda sesuai dengan keseriusan

penyakit dan kemungkinan intervensi. Setiap aktivitas

surveilans harus memiliki tujuan yang jelas.

Pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab

Dalam situasi saat ini :

a. Jenis surveilans apa yang di anggap penting dan mampu

laksana untuk membantu mengidentifikasi suatu pandemi

yang akan muncul pada tahap sedini mungkin?

b. Bagaimana sistem standar pengumpulan data dan analisa

data?

c. Siapa yang akan mengumpulkan data dan menganalisa serta

mendesiminasikan hasil analisa tersebut?

d. Bagaimana sistem surveilans fasilitas pelayanan

kesehatan terkait dengan sistem surveilans regional atau

nasional?

Hal-hal yang perlu dilakukan

Melatih petugas kesehatan untuk

mendeteksi/mengidentifikasi kelompok-kelompok (cluster)

kasus

Mengembangkan kapasitas atau sistem atau sistem

laboratorium pusat atau regional untuk dapat

mengkonfirmasi kasus-kasus awal secepat mungkin

Mengembangkan atau memastikan suatu sistem untuk

melaporkan temuan surveilans rutin dan luar biasa

(kelompok penyakit seperti influenza atau kematian

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 196

karena kesulitan pernapasan) ke pihak berwenang di

dinas kesehatan setempat.

Mengembangkan sistem pelaporan temuan surveilans luar

biasa ke anak usia sekolah (sebagai kelompok terpisah)

dan mengembangkan kewenangan di dinas kesehatan

setempat untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat

waktu menutup sekolah sesuai dengan kebutuhan

Memastikan prosedur pendistribusian spesimen atau

isolasi virus secara cepat untuk diagnostik dan

kemungkinan pengembangan vaksin.

3. Komunikasi

Dasar pemikiran

Strategi komunikasi merupakan komponen penting dalam

menangani wabah penyakit menular dan pandemi. Informasi

yang akurat dan tepat waktu di setiap tingkatan sangat

penting untuk meminimalkan keresahan masyarakat dan dampak

ekonomi yang tidak diinginkan. Kemampuan untuk merespon

secara cepat dan efektif sangat di pengaruhi dengan jumlah

tenaga yang tersedia.

Prinsip komunikasi masyarakat saat trjadi bencana adalah :

Menciptakan kepercayaan masyarakat

Menyampaikan infomasi akurat pada waktu yang tepat

Transparan, jujur dan obyektif

Sesuai dengan kondisi setempat

Berkesinambungan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 197

Menciptakan ketenangan namun tidak meninggakan

kewaspadaan dan upaya tanggap

Hal-hal yang perlu dilakukan

Kembangkan rencana komunikasi dengan mendata kelompok

target yang berbeda (misalnya pers, masyarakat umum,

kelompok dengan resiko tinggi, petugas kesehatan,

legislatif), pesan-pesan kunci yang akan disampaikan,

bahan yang diperlukan (website, leaflet, informasi

dalam berbagai bahasa) dan mekanisme distribusi untuk

mencapai kelompok sasaran

Mempertahankan komunikasi transparan yang terbuka

dengan petugas kesehatan, masyarakat dengan dinas

kesehatan setempat dan memberikan informasi mutakhir

secara teratur. Ini akan membantu menekan rasa takut

dan kecemasan yang disebabkan oleh pandemi

Perlu ditunjuk seorang juru bicara saat wabah ataupun

pandemi untuk mewakili fasilitas pelayanan kesehatan

menghadapi masyarakat dan media, termasuk sistem

penyampaian pesan yang akurat dan tepat waktu sebelum

dan selama pandemi.

Memastikan bahwa selama pandemi materi berita dan

pesan dikaji secara teratur dan diperbaharui dengan

informasi terbaru yang tersedia

Menetapkan suatu sistem untuk menjawab pertanyaan dan

permintaan dari keluarga pasien termasuk mengenai

kebijakan kunjungan pasien, jika telepon tersedia,

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 198

siapkan hotline/saluran khusus dengan petugas yang

terlatih.

4. Identifikasi Kasus, Penatalaksanaa dan Perawatan

Dasar pemikiran

Perlu di sediakan panduan klinis untuk memastikan

tersedianya pengobatan dan perawatan yang efektif dan aman

untuk kasus penyakit menular yang dicurigai (contoh untuk

flu burung sudah ada “Pedoman Penatalaksanakan Flu Burung

di sarana Pelayanan Kesehatan” Depkes 2006), panduan

klinis harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan mudah

dipahami oleh petugas.

Hal-hal yang perlu dilakukan

Memastikan bahwa definisi penyakit menular yang muncul

sudah sesuai dengan ketetapan pemerintah (lihat

lampiran A : untuk kasus flu burung)

Menerapkan prosedur rutin di seluruh rumah

sakit/klinik untuk identifikasi kasus baru

Panduan klinis harus mencakup askep-askep di bawah ini

Dimana pasien harus ditangani (di masyarakat atau

rumah sakit dan kriteria rawat inap

Tindakan untuk pencegahan dan pengendalian infeksi

Pengumpulan, pengiriman dan pemeriksaan pasien dan

pemeriksaan spesimen yang sesuai ke laboratorium yang

di tetapkan

Prosedur pengobatan, termasuk obat anti virus,

antibitok dan terapi pendukung lainnya (ventilator,

penurunan demam)

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 199

5. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit

Dasar pemikiran

Panduan untuk pencegahan dan pengendalian infeksi

sangat penting untuk mencegah terjadinya penyebaran

infeksi sekunder pada pasien, dan penularan pada petugas

serta masyarakat. Aspek teknis pencegahan dan

pengendalian infeksi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

Menyempurnakan panduan dan prosedur yang telah ada

untuk digunakan di semua departemen

Mengadaptasi panduan pencegahan dan pengendalian

infeksi untuk digunakan di fasilitas pelayanan

kesehatan alternatif :

- Laboratorium Klinik

- Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP)

- Instalasi Bedah Pusat

- Instalasi Pelayanan Laundry

- Instalasi Pelayanan Rawat Inap

- Instalasi Farmasi

- Unit Produksi Makanan

- Unit Sanitasi Lingkungan

- Kamar Jenazah

- Unit Gawat Darurat (UGD)

Penyakit menular

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 200

Untuk penatalaksanaan klinis dan pelaporan di rumah

sakit, jika terjadi penyakit menular dapat di antisipasi

dengan menerapkan standar dan kewaspadaan transmisi

Definisi kasus untuk influenza A/H5 di indonesia kasus

flu burung ditetapkan dalam 4 jenis :

1. Seseorang dalam penyelidikan

2. Kasus suspek

3. Kasus probable

4. Kasus konfirmasi

1. Seseorang dalam penyelidikan

Seseorang yang telah diputuskan oleh pejabat kesehatan

yang berwenang, untuk dilakukan penyelidikan

epidemiologi terhadap kemungkinan terinfeksi H5N1

Contoh :

Antara orang sehat ( tidak ada gejala klinis ) tetapi

kontak erat dengan kasus (suspek, probable atau

konfirmasi ) atau penduduk sehat yang tinggal di daerah

terjangkit flu burung pada unggas

2. Kasus suspek flu burung (H5N1)

Seseorang yang menderita demam/suhu > 38°C disertai

satu atau lebih gejala dibawah ini :

Batuk

Sakit tenggorokan

Pilek

Sesak napas

danBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 201

Terdapat salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :

1. Dalam 7 hari terakhir sebelum gejala klinis,

mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita

(suspek, probable atau konfirmasi), seperti merawat,

berbicara atau bersentuhan dengan pasien dalam jarak

< 1 meter

2. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis,

mempunyai riwayat kontak erat dengan unggas (misal

menyembelih, menangani, membersihkan bulu atau

memasak)

3. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis

mempunyai riwayat kontak erat dengan unggas, bangkai

unggas, kotoran unggas, bahan atau produk mentah

lainnya di daerah yang satu bulan terakhir telah

terkena flu burung pada unggas, atau adanya kasus

pada manusi (suspek, probable, konfirmasi)

4. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis

mempunyai riwayat mengkonsumsi produk unggas mentah

atau yang tidak di masak dengan sempurna, yang

berasal dari daerah yang satu bulan terakhir telah

terjadi flu burung pada unggas, atau adanya kasus

pada manusia (suspek, probable atau konfirmasi)

5. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis,

kontak erat dengan binatang selain unggas yang telah

dikonfirmasi terinfeksi H5N1, antara lain : babi

atau kucing

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 202

6. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis,

memegang atau menangani sampel (hewan atau manusia)

yang dicurigai mengandung H5N1

7. Ditemukan leukopenia (jumlah leukosit/sel darah

putih di bawah nilai normal)

8. Ditemukan filter antibodi terhadap H5 dengan

pemeriksaan uji H1 menggunakan eritrosit kuda atau

uji ELISA untuk influenza A tanpa subtipe.

9. Foto Rongent dada/thoraks menggambarkan pneumonia

yang cepat memburuk pada serial foto

3. Kasus Probabel flu burung (H5N1)

Kriteria kasus suspek ditambah dengan satu atau lebih

keadaan di bawah ini :

1. Ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5,

minimum 4 kali dengan pemeriksaanuji H1 menggunakan

eritrosit kuda atau uji ELISA

2. Hasil laboratorium terbaca untuk influenza H5

(terdeteksinya antibodi spesifik H5 dalam spesimen

serum tunggal) menggunakan uji netralisasi (dikirim

ke laboratorium rujukan)

atau

Seseorang yang meninggal karena suatu penyakit nafas

akut yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya yang

secara epidemiologis berkaitan dengan aspek waktu,

tempat dan pajanan terhadap suatu kasus probable

atau suatu kasus H5N1 yang terkonfirmasi

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 203

4. Kasus flu burung (H5N1) terkonfirmasi

Seseorang yang memenuhi kriteria kasus suspek atau

probable.

dan disertai

Satu dari hasil positif berikut ini yang dilaksanakan

dalam suatu laboratorium influenza nasional, regional

atau internasional yang hasil pemeriksaan H5N1 nya

diterima oleh WHO sebagai konfirmasi :

- Isolasi virus H5N1

- Hasil PCR H5N1 positif

- Peningkatan ≥ 4 kali lipat titer antibodi

netralisasi untuk H5N1 dari spesimen

- Konvalesens dibandingkan dengan spesimen akut

(diambil ≤ 7 hari setelah awitan gejala penyakit)

dan titer antibodi netralisasi konvalesens harus

pula ≥ 180

- Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 ≥ 180 pada

spesimen serum yang di ambil pada hari ke ≥ 14

setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil

positif uji serologi lain, misalnya titer H1 sel

daerah merah kuda ≥ 1160 atau Western Blot spesifik

H5 positif

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 204

BAB VII

MASALAH PENGENDALIAN INFEKSI UNTUK

PENYAKIT INFEKSI REGIONAL

DEMAM THYPOID

Etiologi :

Salmonella thypi

Penularan :

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 205

Makanan, minuman, kontak dengan hewan yang terinfeksi dengan

hewan yang terinfeksi, penularan langsung antara manusia

melalui rute fekal-oral

Periode inkubasi :

3-60 hari, biasanya 7-14 hari

Uji diagnostik

Biakan feses, darah, urin, aspirasi sumsum tulang, tes widal

dapat menunjukan adanya infeksi namun hasil positif palsu atau

negatif palsu sering terjadi dan karenanya tes ini tidak

reliable

Tindakan pencegahan dan pengendalian

Standard Precautions dengan Contact Precaution

Selalu melakukan kebersihan tangan

Pakai APD (sarung tangan dan masker saat kontak dengan

feses pasien)

Pasien yang dirawat menggunakan popok dan / atau jika

mengalami inkontinensia selama sakit atau perawatan

Anak-anak yang terinfeksi harus dihindari dari kegiatan-

kegiatan di pusat layanan anak sampai didapatkan hasil

negatif untuk S thypi pada kultur feses yang dilakukan

berturut-turut setelah penghentian terapi antimikroba.

Tindakan pencegahan berikut harus dilakukan :

Memperhatikan kebersihan baik dalam mengolah dan

menyiapkan makanan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 206

Penyediaan air bersih

Mencuci tangan dengan baik dan kebersihan pribadi

Sistem pembuangan air yang bersih

Jangan mempekerjakan orang yang terinfeksi untuk menangani

makanan

Telur mentah dan makanan yang mengandung telur mentah

tidak boleh dimakan. Telor dan makanan lain yang berasal

dari hewan harus dimasak matang

Tersedia beberapa jenis vaksin demam thyfoid. Vaksin

inaktivasi parenteral menyebabkan lebih banyak efek samping

dan tidak lebih efektif dibanding vaksin Ty21a atau Vi CPS

oral.

TUBERCULOSIS

Etiologi :

Mycobacterium tuberculosis (terutama), M. Bovis (kadang-kadang), M.

Africanum (jarang).

Cara penularan :

Droplet nuclei

Masa inkubasi :

2-12 minggu (biasanya 10 minggu, rata-rata 3-4 minggu) dari

infeksi sampai terbentuknya reaksi positif terhadap tes

tuberkulin, dapat terjadi relaps bertahun-tahun kemudian.

Uji diagnostik

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 207

Mikroskopik : sputum BTA, aspirasi cairan lambung, cairan

pleura, ICS, urine, cairan tubuh lain atau bahan biopsi

Kultur spesimen

PCR dari spesimen saluran napas

DNA fingerprint dengan restriction fragment length

polymorphism (RFLP) untuk evaluasi epidemilogi

Foto thorak dan tes tuberkulin untuk kasus asimptomatik

Hasil test Mantoux harus dibaca oleh tenaga kesehatan yang

berpengalaman

Tindakan pencegahan dan pengendalian

Standard Precautions dengan Airborne Precautions

Dengan menggunakan masker, pintu selalu tertutup dan

kebersihan tangan

Pasien TB paru diberikan terapi OAT 2 minggu atau hasil BTA 3

kali berturut-turut negatif

Tindakan pengendalian berikut ini harus dikerjakan

Regimen antimikroba yang efektif (DOTS)

Evaluasi dan follow up ketat pasien yang terinfeksi

Pelacakan dan terapi profilaksis kontak

Vaksinasi BCG untuk bayi untuk mencegah penyebaran

diseminata dan sakit TB berat

Sistem surveilans nasional yang baik untuk pemberitahuan

dini, identifikasi, dan manajemen wabah

HEPATITIS A

Etiologi :

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 208

Virus hepatitis A, RNA virus picornavirus grup enterovirus

Cara penularan :

Antar manusia secara fekal-oral yang terkontaminasi atau oral

dari air yang tercemar

Masa inkubasi :

15-50 hari, rata-rata 25-30 hari

Uji diagnostik :

Anti HAV IgM dan IgG. IgM ditemukan saat awal penyakit dan

menghilang setelah 4 bulan dapat bertahan sampai 6 bulan atau

lebih lama. Anti HAV IgG dapat dideteksi sesaat setelah IgM.

Tindakan pencegahan dan pengendalian

Standard Precautions dengan Contact Precaution

Selalu melakukan kebersihan tangan dan sarung tangan jika

kontak dengan sumber infeksi

Pasien sebaiknya beristirahat, dianjurkan sampai satu

minggu setelah gejala

Memperhatikan kebersihan makanan dan lingkungan

Memperhatikan personal hygiene

Pemberian Ig efektif sampai 80-90% jika diberikan dalam 2

minggu setelah infeksi HAV

Vaksin hepatitis A dapat diberikan pada anak dan dewasa

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 209

Pemberian vkasin hepatitis A dapat diberikan pada anak dan

dewasa

HEPATITIS B

Etiologi :

Virus Hepatitis B (HBV), suatu hepadnavirus DNA

Cara penularan :

Darah atau cairan tubuh pada pasien HbsAg positif

Masa inkubasi :

45-160 hari, rata-rata 120 hari

Uji diagnostik :

Tes serologis HbsAg, HbeAg, anti HBc IgM dan anti HBc IgG

PCR DNA untuk menilai HBV DNA kuantitatif

Tindakan pencegahan dan pengendalian

Standard Precautions dengan Contact Precaution

Selalu melakukan kebersihan tangan dan sarung tangan jika

kontak dengan sumber infeksi

Vaksin hepatitis B sebelum dan sesudah kontak untuk

profilaksis

Immunoglobulin efektif jika diberikan dalam 72 jam setelah

kontak

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 210

SCABIES

Etiologi

Sarcopter scabiei sub sp.Hominis

Cara penularan :

Kontak erat dengan penderita

Masa inkubasi

4-6 minggu

Uji diagnostik

Identifikasi tunggu atau telur dari kotoran kulit

Tindakan pencegahan dan pengendalian

Contact Precautions dengan cara melakukan kebersihan tangan

dan sarung tangan jika kontak dengan sumber infeksi

Terapi profilaksis untuk anggota keluarga yang lain

Sprei dan pakaian yang dipakai selama 4 hari sebelum

dimulainya terapi harus dicuci dalam air hangat

VARCELLA ZOSTER

Etiologi

Virus Varecella zoster suatu herpes virus

Cara penularan :

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 211

Transmisi orang ke orang melalui kontak langsung, kadang

melalui penyebaran udara (airborne) dari sekret pernapasan dan

sangat jarang melalui lesi zoster

Masa inkubasi :

14-16 hari

Uji diagnostik :

Deteksi antigen dari lesi vesikel selama 3-4 hari pertama

erupsi dengan pewarnaan immunofluoresen atau kultur

Uji serologi meliputi immunoassay dan indirect fluorescent antibody

Tindakan pencegahan dan pengendalian

Lakukan pencegahan terhadap penyebaran udara (airborne precautions)

dan (contact precautions) terhadap :

Pasien yang terinfeksi minimal selama 5 hari setelah onset

ruam dan selama lesi masih berbentuk vesikel

Pasien yang rentan terinfeksi sejak 8-21 hari setelah

onset ruam pada pasien infeksi

Pertahankan kewaspadaan hingga 28 hari pasca paparan bagi

mereka yang telah mendapat immunoglobulin anti varisela

zoster (VZIG)

Pasien yang immunokompromise selama penyakit berlangsung

Standard precautions harus tetap dijalankan selama 3-5 hari pasca

paparan yang terjadi pasca profilaksis

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 212

VZIG cocok digunakan bagi individu yang beresiko tinggi

mengalami varicella berat dan harus diberikan dalam 96 jam

pertama untuk memberikan perlindungan maksimal

INFUENZA

Etiologi :

Virus influenza

Transmisi :

Transmisi orang ke orang melalui kontak langsung, infeksi

droplet besar (large droplet), atau alat/bahan yang

terkontaminasi sekret nasofaringeal

Masa inkubasi

1-3 hari

Uji diagnostik ;

Deteksi antigen cepat pada aspirat nasofaringeal dengan

uji immunofluorescent

Kultur sekret nasofaringeal yang diperoleh pada 72 jam

pertama

Tindakan pencegahan dan pengendalian

Kewaspadaan terhadap penyebaran via droplet (droplet

precautions) dengan cara selalu menggunakan masker dan

kebersihan tangan ketika kontak dengan pasienBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 213

Vaksinasi influenza bagi pasien immunokompromise dan

pendatang di daerah yang sedang wabah

INFEKSI ENTEROVIRUS

Etiologi :

Enterovirus

Transmisi :

Fekal-oral dan kontak langsung melalui saluran napas. Virus

dapat bertahan hidup di lingkungan dalam jangka waktu lama

sehingga transmisi dapat terjadi melalui alat atau bahan yang

terkontaminasi

Masa inkubasi :

3-6 hari untuk penyakit tangan kaki dan mulut

Uji diagnostik :

Rapid virus culture (shell vial) dan deteksi langsung dengan

menggunakan tehnik molekuler (Reverse transcriptio-PCR) dari apusan

tenggorok, tinja dan rectal atau cairan serebrospinal. Tes

serologis kurang bermakna.

Tindakan pencegahan dan pengendalian

Contact Precautions dengan cara melakukan kebersihan

tangan dan sarung tangan jika kontak dengan sumber infeksi

Pakai masker saat kontak langsung dengan pasien (balita,

anak-anak dan dewasa)

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 214

SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME (SARS)

Etiologi :

SARS-CoV (SARS-associated coronavirus)

Cara penularan :

Transmisi orang ke orang melalui kontak langsung dan atau

droplet. virus dapat bertahan hidup di lingkungan dalam jangka

waktu lama sehingga transmisi dapat terjadi melalui alat atau

bahan yang terkontaminasi

Masa inkubasi :

2-10 hari

Uji diagnostik

Deteksi langsung dengan tehnik molekular (RT-PCR) dan

dikonfirmasi dengan pemeriksaan di laboratorium rujukan

lain dari dua spesimen yang di ambil dari tempat yang

berbeda (misalnya nasofaring dan tinja) atau dua spesimen

yang di ambil dari sumber yang sama pada dua hari yang

berbeda (misalnya dua aspirat nasofaring)

Isolasi pada kultur sell SARS Co-V dari spesimen dan

konfirmasi PCR yang divalidasi oleh Centers for Disease

Control and Prevention (CDC)

Deteksi antibody serum dari SARS-CoV dengan uji yang valid

(misal ELISA) dan dikonfirmasi oleh laboratorium rujukan

kedua dari specimen tunggal atau titer antibody meningkat

empat kali atau lebih antara fase akut dan fase

konvalesens yang di uji secara paralel atau uji antibody Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 215

yang negatif pada fase akut dengan hasil positif pada fase

konvalesens yang diuji secara paralel

Tindakan pencegahan dan pengendalian

Contact Precautions (kebersihan tangan) dan Droplet Precautions

(masker, gogle, apron dan sarung tangan saat kontak dengan

sputum untuk periode

sakit

Airborne Precaution (masker N 95) di anjurkan pada saat

menggunakan aerosol-generating procedur

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 216

BAB VIII

PENGAMBILAN, PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN

BAHAN PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI

Seperti halnya pemeriksaan mikrobiologi pada umumnya,

maka dalam hal pengambilan, penyimpanan dan pengiriman dan

bahan pemeriksaan yang berkaitan dengan infeksi rumah sakit

harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu.

Syarat yang berlaku umum untuk semua bahan pemeriksaan

dikemukakan dalam petunjuk umum. Syarat-syarat yang berlaku

khusus dibahas dalam petunjuk khusus. Petunjuk umum dan khusus

yang dikemukakan lebih lanjut adalah persyaratan untuk bahan

pemeriksaan bakteriologi

Pada bagian akhir dalam petunjuk ini, disajikan sebuah

tabel untuk mempermudah pada pemakai secara cepat memilih cara

tepat untuk menangani bahan tertentu. Bila para pemakai jasa

laboratorium mikrobiologi mengalami kesukaran, diharapkan

langsung berhubungan dengan petugas laboratorium

A. PETUNJUK UMUM

Di dalam petunjuk umum pemeriksaan bakteriologi, yang

dapat diterapkan secara umum ialah tahap pengambilan bahan

pemeriksaan. Penyimpanan serta pengiriman diperinci dalam

petunjuk khusus

Pengambilan bahan pemeriksaan bakteriologi untuk infeksi

rumah sakit hendaknya beberapa syarat yaitu :

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 217

1. Bahan di ambil sebelum pemberian antibiotik atau

kemotherapika. Dalam keadaan terlanjur diberi, maka

sebaiknya dilampirkan jenis dan takaran serta lama

pemberian obat

2. Bahan pemeriksaan di ambil pada saat dan tempat yang

tepat. Saat dan tempat dipilih dengan mempertimbangkan

kemungkinan terbesar mendapatkan bakteri-bakteri

3. Pengambilan dilakukan dengan cara dan alat sedemikian

rupa, sehingga cemaran tidak terjadi (cara aseptik)

4. Bahan pemeriksaan di ambil dalam jumlah yang cukup untuk

pemeriksaan yang diminta

5. Formulir pemeriksaan hendaknya diisi dengan lengkap

B. PETUNJUK KHUSUS

Petunjuk bahan pemeriksaan yang sering diminta untuk

diperiksa, akan dibahas sendiri. Untuk bahan pemeriksaan

yang relatif agak jarang diminta, hanya dicantumkan dalam

tabel pada akhir petunjuk ini

1. Air Seni

Waktu penampungan air seni sebaiknya pagi hari (early

morning specimen) atau 4 jam setelah kencing terakhir.

Tempat penampung ialah tabung steril tertutup. Tempat

pengambilan dapat dengan cara penampungan porsi tengah

yang bersih (clean voided mid stream), pungsi suprapubik

atau dengan kateter. Jumlah air seni yang dibutuhkan

antara 1-2 ml bila diambil dengan pungsi suprapubik atau

10 ml bila di ambil dengan porsi tengah yang bersih atau

kateter. Bahan yang diperoleh segera dikirim ke

laboratorium. Bila tertunda dapat disimpan dalam lemari

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 218

es suhu 4°C selama 24 jam atau ditambah pengawet asam

borat.

2. Darah

Waktu pengambilan darah untuk biakan bakteri dipilih

sesuai dengan perjalanan penyakit. Tempat penampungan

bahan disediakan sepasang media yang berisi media cair,

Thyptic Phoshate Broth (TPB) atau Trypticase Soy Broth

(TSB) atau Cooked Meat Medium (CMM) untuk bakteri

anaerob. Masing-masing media diisi dengan ± 5- 10 ml

darah untuk ± 10% Volume media.

3. Nanah

Pengambilan nanah (pus) dapat dikelompokkan menjadi dua

cara yaitu :

a. Pengambilan nanah dari tempat yang tertutup misalnya

dari abses, rongga tubuh (kavum pelura, rongga sendi

dan lain sebagainya). Bahan di ambil dengan cara

pungsi aspirasi, dengan semprit steril.

b. Pengambilan nanah dari tempat yang terbuka atau yang

berhubungan dengan udara, misalnya dari luka terbuka.

Bahan di ambil dengan cara hapusan dengan lidi kapas

steril.

4. Tinja

Pengambilan bahan di ambil pada pagi hari dan atau pada

tinja yang baru keluar (Freshly passed stool). Bila

tinja sulit diperoleh maka pengambilan dengan hapusan

rektum dianjurkan. Tinja yang diperoleh ditampung di

dalam tabung atau botol gelas steril dan segera dikirim

ke laboratorium. Bila di ambil dengan hapusan rektum,

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 219

dikirim dalam media transport Carry Blair. Jumlah bahan

yang diperlukan sebanyak 10 gram atau sebesar ibu jari

kaki orang dewasa.

5. Dahak

Dahak (sputum) diperoleh dari penderita dengan cara

batuk spontan, dengan espektorans, aspirasi cairan

lambung atau aspirasi transtrakeal. Penderita diberi

petunjuk agar yang ditampung adalah benar-benar dahak

dan bukan air liurnya. Pengambilan dilakukan pada pagi

hari (early morning sputum) dan ditampung dalam cawan

petri steril

6. Liquor cerebrospinal

Pengambilan dengan pungsi, dilakukan sewaktu-waktu

sebanyak 2-4 ml. Penampungan dapat berupa tabung/botol

gelas steril bertutup alur (screw capped) atau tabung

berisi media pemupuk “Dextrose Ascitic” (DAF).

Pengiriman ke laboratorium segera mungkin (selagi masih

hangat) penyimpanan tidak di anjurkan.

TABEL 6 TABEL PEMILIHAN CARA-CARA PENGAMBILAN, PENYIMPANAN BAHAN

PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI

No Nama Bahan Jenis

Pemeriksaan

Pengambilan Penyimpanan Pengirima

n

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 220

1 Air Seni Biakan dan

sediaan

langsung

bakteri-bakteri

pyogenik

Pagi

hari

Tabung

steril

4°C

Asam Borat

Segera

4°C

2 Dahak Biakan dan

sediaan

langsung bukan

tahan asam

Pagi

hari

Cawan

petri

steril

- Segera

suhu

kamar

3 Darah Biakan bakteri

aerob dan

anaerob

Pagi

hari

Tabung

steril

37°C Segera

4 Cairan

Pleura

Biakan dan

sediaan

langsung

bakteri-bakteri

aerob dan

anaerob

Pungsi

aspirasi

semprit

steril

Media

perbenih

an

37°C Segera

5 Cairan

Cerebrospin

al

Biakan dan

sediaan

langsung

bakteri-bakteri

pyogenik

Tabung

steril

Media

perbenih

an DAF

37°C Segera

(selagi

hangat

37°C)

6 Hapusan

Tenggorokan

/Hidung

Biakan dan

sediaan

langsung

bakteri-bakteri

pyogenik

Lidi

kapas

steril

dalan

media

Transpor

Suhu kamar

Suhu kamar

Segera

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 221

t Stuart7 Nanah Biakan dan

sediaan

langsung

bakteri-bakteri

pyogenik

Lidi

kapas

steril

dalan

media

transpor

t stuart

Pungsi

aspirasi

dalam

semprit

steril

37°C Segera

Segera

HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN

A. Pengertian

1. Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan

dan minuman yang disajikan dari dapur rumah sakit untuk

pasien dan karyawan, makanan dan minuman yang dijual di

dalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar

rumah sakit

2. Hygiene adalh upaya kesehatan dengan cara memelihara

dan melindungi kebersihan individu. Misalnya

menyediakan air bersih, menyediakan tempat sampah dan

lain-lain

B. Persyaratan Hygiene dan Sanitasi Makanan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 222

1. Angka bakteri E. Coli pada makanan jadi harus 0/gr

sampel makanan dan pada minuman angka E. Coli harus0100ml sampel minuman

2. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total

bakteri sebanyak-banyaknya 100/cm² permukaan dan tidak

ada bakteri E. Coli

3. Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas

lebih dari 65,5° C atau dalam suhu dingin kurang dari

40°C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam

disimpan lebih dari 6 jam disimpan dalam suhu -5°C

sampai -1°C

4. Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu

10°C

5. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu sebagai

berikut :

TABEL 7 SUHU PENYIMPANAN MENURUT JENIS BAHAN MAKANAN

Jenis Bahan Makanan 3 hari atau

kurang

1 minggu atau

kurang

1 minggu atau

lebihDaging, ikan, udang,

dan olahannya

-5°C sampai

0°C

-10°C sampai -

5°C

Kurang dari -

10°CTelur, susu dan

olahannya

-5°C sampai -

7°C

-5°C sampai -

7°C

Kurang dari -

5°CSayur, buah dan

minuman

10°C 10°C 10°C

Tepung dan biji 25°C 25°C 25°C

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 223

6. Kelembapan penyimpanan dalam ruangan : 80-90%

7. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada

lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan

sebagai berikut :

a. Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm

b. Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm

c. Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm

C. Tata Cara Pelaksanaan

1. Bahan makanan dan makanan jadi

Pembelian bahan makanan sebaiknya ditempat yang

resmi dan berkualitas baik

Bahan makanan dan makanan jadi yang berasal dari

Instalasi Gizi atau dari luar rumah sakit /

jasaboga harus diperiksa secara fisik dan

laboratorium minimal 1 bulan sesuai Peraturan

Menteri Kesehatan No. 751/Menkes/SK/V/2003 tentang

Persyaratan Hygiene Sanitasi jasaboga

Makanan jadi yang dibawa oleh keluarga pasien dan

berasal dari sumber lain harus selalu diperiksa

kondisi fisiknya sebelum dihidangkan

Bahan makanan kemasan (terolah) harus mempunyai

label dan merk serta dalam keadaan baik

2. Bahan makanan tambahan

Bahan makanan tambahan (bahan pewarna, pengawet,

pemanis buatan) harus sesuai dengan ketentuan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 224

3. Penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi

Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu

terpelihara dan dalam keadaan bersih, terlindung dari

debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lain

a. Bahan makanan kering

1. Semua gudang bahan makanan hendaknya berada

dibagian yang tinggi

2. Bahan makanan tidak diletakkan dibawah

saluran/pipa air (air bersih maupun air limbah)

untuk menghindari terkena bocoran.

3. Tidak ada drainase di sekitar gudang makanan

4. Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-

rak dengan ketinggian rak terbawah 15-25 cm

5. Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga

6. Penempatan bahan makanan harus rapi dan ditata

tidak padat untuk menjaga sirkulasi udara

b. Bahan makanan basah/mudah membusuk dan minuman

1. Bahan makanan seperti buah, sayuran dan minuman

disimpan pada suhu penyimpanan dingin (cooling)

10°C - 15°C

2. Bahan makanan berprotein yang akan segera di olah

kembali disimpan pada suhu penyimpanan dingin

(chilling) 4°C – 10°C

3. Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk

jangka kurang dari 24 jam disimpan pada

penyimpanan beku (frozen) dengan suh < 0°C

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 225

4. Pintu tidak boleh sering dibuka karean akan

meningkatkan suhu

5. Makanan yang berbau tajam (udang, ikan dll) harus

tertutup

6. Pengambilan dengan cara First In First Out (FIFO),

yaitu yang disimpan lebih dahulu digunakan dahulu,

agar tidak ada makanan yang busuk

c. Makanan jadi

1. Makanan jadi harus memenuhi persyaratan

bakteriologi berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Jumlah kandungan logam berat dan residu pestisida,

tidak boleh melebihi ambang batas yang

diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku

2. Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi

atau dikemas dan tertutup serta segera disajikan

4. Pengolahan makanan

Unsur – unsur yang terkait dengan pengolahan makanan :

a. Tempat pengolahan makanan

1) Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur)

sesuai dengan persyaratan konstruksi, bangunan dan

ruangan dapur

2) Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan

selalu diberikan dengan antiseptik

3) Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi

dengan sungkup asap

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 226

b. Peralatan masak

Peralatan masak adalah semua perlengkapan yang

diperlukan dalam proses pengolahan makanan

1) Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun

kepada makanan

2) Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor

3) Lapisan permukaan tidak larut dalam asam/basa atau

garam-garam yang lazim dijumpai dalam makanan

4) Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan,

selanjutnya didisinfeksi dan dikeringkan

5) Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam

keadaan kering dan disimpan pada rak terlindung

dari vektor

c. Penjamah makanan

1) Harus sehat dan bebas dari penyakit menular

2) Secara berkala minimal 2 kali setahun diperiksa

kesehatannya oleh dokter yang berwenang

3) Pekerja pengolah makanan harus selalu melakukan

kebersihan tangan sebelum bekerja dan setelah ke

toilet

4) Menggunakan Alat Pelindung Diri ( masker, penutup

kepala/topi, apron dan sarung tangan plastik)

5) Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah

keluar dari kamar kecil

d. Pengangkutan makanan

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 227

Makanan yang telah siap santap perlu diperhatikan

dalam cara pengangkutannya yaitu :

1) Makanan di angkut dengan menggunakan kereta dorong

yang tertutup dan bersih

2) Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar

masih tersedia udara untuk ruang gerak

3) Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah

dengan jalur untuk mengangkut bahan/barang kotor

e. Penyajian makanan

1) Cara penyajian makanan harus terhindar dari

pencemaran dan peralatan yang dipakai harus bersih

2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi

dan tertutup

3) Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat

ditempatkan pada fasilitas penghangat makanan

dengan suhu minimal 60°C dan 4°C untuk makanan

dingin

4) Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang

sehat dan berpakaian bersih

5) Makanan jadi harus segera disajikan

6) Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh

disajikan kepada pasien

5. Pengawasan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman

Pengawasan dilakukan secara :

a. Internal

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 228

Pengawasan dilakukan oleh petugas sanitasi atau

petugas penanggung jawab kesehatan lingkungan rumah

sakit. Pemeriksaan parameter mikrobiologi dilakukan

pengambilan sampel makanan dan minuman meliputi

bahan makanan dan minuman yang mengandung protein

tinggi, makanan siap santap, air bersih, alat

makanan dan masak serta usap dubur penjamah.

Pemeriksaan parameter kimiawi dilakukan pengambilan

sampel minuman berwarna, makanan yang diawetkan,

sayuran, daging, ikan laut. Pengawasan secara

berkala dan pengambilan sampel dilakukan minimal 2

kali dalam setahun. Bila terjadi keracunan makanan

dan minuman dirumah sakit maka petugas sanitasi

harus mengambil sampel makanan dan minuman untuk

diperiksa ke laboratorium.

b. Eksternal

Dengan melakukan uji petik yang dilakukan oleh

petugas sanitasi Dinas Kesehatan Provinsi dan

Kabupaten/Kota secara insidentil atau mendadak untuk

menilai kualitas.

BAB IX

PENYEHATAN AIRBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 229

A. PENGERTIAN

1. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau

tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan

dan dapat langsung diminum

2. Sumber penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah

sakit berasal dari perusahaan Air Minum, air yang

didistribusikan melalui tangki air, air kemasan dan

harus memenuhi syarat kualitas air minum

B. PERSYARATAN

1. Kualitas air minum

Sesuai dengan Peraturan mneteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang

persyaratan kualitas air minum

2. Kualitas air yang digunakan di ruang khusus

a. Ruang operasi

Bagi rumah sakit yang menggunakan air yang sudah

diolah seperti PDAM, sumur bor dan sumber lain untuk

keperluan operasi dapat melakukan pengolahan tambahan

dengan catridge filter dan dilengkapi dengan disinfeksi

menggunakan ultraviolet (UV)

b. Ruang farmasi dan hemodialisa

Air yang digunakan di ruang farmasi terdiri dari air

yang dimurnikanuntuk penyiapan obat, penyiapan

injeksi dan pengenceran dalam hemodialisa

C. TATALAKSANABuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 230

1. Kegiatan pengawasan kualitas air denga pendekatan

surveilans kualitas air antara lain meliputi :

a. Inspeksi sanitasi terhadap sarana air minum dan air

bersih

b. Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaa sampel air

c. Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi

pemeriksaan laboratorium

d. Dan tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan

kulaitas air

2. Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air

bersih rumah sakit dilaksanakan minimal 1 tahun sekali.

Petunjuk teknis sanitasi sarana penyediaan air sesuai

dengan petunjuk yang dikeluarkan Direktorat Jenderal PPM

dan PL, Departemen Kesehatan

3. Pengambilan sampel air pada sarana penyediaan air minum

dan atau air bersih rumah sakit tercantum dalam Tabel 8

TABEL JUMLAH SAMPEL AIR UNTUK PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI

MENURUT JUMLAH TEMPAT TIDUR

Jumlah Tempat TidurJumlah Minimum Sampel Air Perbulan Untuk

Pemeriksaan MikrobiologikAir Minum Air Bersih

25 – 100 4 4101 – 400 6 6401 - 1000 8 8

1000 10 10

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 231

4. Pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih

dilakukan minimal 2 (dua) kali setahun (sekali pada

musim kemarau dan sekali pada musim hujan) dan titik

pengambilan sampel masing-masing pada tempa penampungan

(reservoir) dan keran terjauh dari reservoir

5. Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan

mikrobiologi terutama pada air kran dari ruang dapur,

ruang operasi, kamar bersalin, kamar bayi, dan ruang

makan, tempat penampungan (reservoir), secara acak pada

kran-kran sepanjang sistem distribusi, pada sumebr air

dan titik-titik lain yang rawan penecemaran

6. Sampel air pada butir 3 dan 4 tersebut di atas di kirim

dan diperiksa pada laboratorium yang berwenang atau

ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atau Pemerintah Daerah

setempat

7. Pengambilan dan pengiriman sampel air dapat dilaksanakan

sendiri oleh pihak rumah sakit atau pihak ketiga yang

direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan.

8. Sewaktu-waktu dinas kesehatan provinsi, kabupaten/kota

dalam rangka pengawasan (uji petik) penyelenggaraan

penyehatan lingkungan rumah sakit, dapat mengambil

langsung sampel air pada sarana penyediaan air minum dan

atau air bersih rumah sakit untuk diperiksakan pada

laboratorium

9. Setiap 24 jam sekali rumah sakit harus melakukan

pemeriksaan kulaitas air untuk pengukuran sisa khlor

bila menggunakan disinfektan kaporit, pH dan kekeruhan

air minum atau air bersih yang berasal dari sistem

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 232

perpipaan dan atau pengolahan air pada titik/tempat yang

dicurigai rawan pencemaran.

10. Petugas sanitasi atau penanggung jawab pengelolaan

kesehatan lingkungan melakukan analisis hasil inspeksi

sanitasi dan pemriksan laboratorium.

11. Apabila dalam hasil pemeriksaan kualitas air

terdapat parameter yang menyimpang dari standar maka

harus dilakukan pengolahan sesuai parameter yang

menyimpang.

12. Apabila ada hasil inspeksi sanitasi yang menunjukan

tingkat resiko pencemaran amat tinggi dan tinggi harus

dilakukan perbaikan sarana.

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 233