pedoman ppi
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of pedoman ppi
Buku Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
RSUD Cileungsi
Edisi 1 Tahun 2014
©2014 Komite PPIRS RSUD Cileungsi
Penulis Naskah
Any Sumarni, Amd kep
Desain Sampul
Sri Handayani Wiharjo, SKM
Editor
dr. Halimah Tuhsyadiah
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 2
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
TIM PENYUSUN
BUKU PEDOMAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RSUD CILEUNGSI
Penasehat
Pengarah
Ketua
Sekretaris
Anggota
:
:
:
:
:
Direktur Utama
Ka.Bid Pelayanan Medik
Ka.Bid Keperawatan
Ka.Bid Umum
dr.Halimah Tuhsyadiah
Sri Handayani Wiharjo,SKM
1. dr. Afrizal, MARS
2. Any Sumarni, Amd. Kep
3. Asep Sudrajat, Amd Kep
4. Nuraisyah, Amd. Ak
5. Ns. Siti Nuroniah, S.Kep
6. Ns. Evlin Gledis, S. Kep
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 3
Dilarang memperbanyak, mencetak danmenerbitkan sebagian atau seluruh isibuku ini dengan cara dan bentuk apapun,juga tanpa seijin Komite PPIRS RSUD
Cileungsi
7. Abu Lutfi, Am.kep
8. Andry Sutomo, Amd. Kep
9. Milawati, Amd. Keb
Penulis Naskah : Any Sumarni, Amd kep
Desain Sampul : Sri Handayani Wiharjo, SKM
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Swt yang
telah memberi petunjuk dan bimbingan kepada kita, sehingga
kita dapat menyusun Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi RSUD Cileungsi. Buku Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian infeksi ini merupakan edisi pertama setelah
berdirinya RSUD Cileungsi. Buku ini digunakan sebagai salah
satu acuan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah
sakit
Dalam buku ini memuat petunjuk teknis dan prosedur
beberapa tindakan yang mempunyai resiko infeksi rumah sakit
serta cara pencegahan dan penanggulangannya.
Dengan adanya buku ini diharapkan semua petugas dapat
mengetahui serta melaksanakan setiap kegiatan Pencegahan dan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 4
Pengendalian Infeksi di RSUD Cileungsi secara efisien dan
mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Sebagaimana halnya suatu
standar prosedur maka buku petunjuk teknis ini akan terus
mengalami perbaikan dalam rangka penyempurnaan sesuai
perkembangan IPTEK.
Cileungsi, Desember 2014
Komite PPIRS RSUDCileungsi
Tim Penyusun
SAMBUTAN DIREKTUR
RSUD CILEUNGSI
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT saya
merasa gembira dan bangga atas usaha dan kerja keras Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) RSUD
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 5
Cileungsi yang telah menerbitkan Buku Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) di RSUD Cileungsi.
Adanya buku pedoman PPI ini diharapkan dapat menjadi
pedoman bagi mutu pelayanan melalui upaya pengendalian
infeksi. Saat ini dimana keadaan ekonomi kita sedang mengalami
krisis, dimana biaya kesehatan semakin meningkat. Di lain
pihak, masyarakat menuntut adanya pelayanan kesehatan yang
baik, bermutu dan terjangkau. Dengan pengendalian infeksi di
rumah sakit, pasien dapat terhindar dari infeksi sampingan dan
biaya yang harus dikeluarkan baik oleh pasien maupun pihak
rumah sakit dapat ditekan.
Saya berharap agar Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit dapat melakukan pemantauan dan memberikan
masukan untuk perbaikan mutu pelayanan di RSUD Cileungsi.
Akhirnya saya mengucapkan terimakasih dan penghargaan
kepada semua Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dan semua
pihak yang telah membantu penerbitan buku ini.
Cileungsi, Desember 2014
drg. Mike Kaltarina, MARS
NIP : 196407111991032009
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 6
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH
BMHP
CDC
CFU
CSSD
CVC
CVL
DTR
DTS
DTT
HAIs
HBV
HCV
HEPA
HICPAC
HIV
IC
ICU
ICCU
IDO
IM
IRS
ISPA
IT
IV
IVL
KLB
MDR
MRI
MRSA
NICU
PPI
PPIRS
PPP
RSV
: Bahan Medis Habis Pakai
: Center for Disease Control
: Colony Form Unit
: Central Sterille Supply Departement
: Central Venous Catheter
: Central Venous Line
: Disinfeksi Tingkat Tinggi
: Disinfeksi Tingkat sedang
: Disinfeki Tingkat Tinggi
: Hospital Acquired Infection
: Hepatitis B Virus
: Hepatitis C Virus
: High Efficiency Particulated Air
: Healthcare Infection Control Practices Advisory Commitee
: Human Immunodeficiency Virus
: Intra Cutan
: Intensive Care Unit
: Intensive Cardiac Care Unit
: Infeksi Daerah operasi
: Intra Muskuler
: Infeksi Rumah Sakit
: Infeksi Saluran Napas Atas
: Intra Tecal
: Intra Vena
: Inta Vena Line
: Kejadian Luar Biasa
: Multi Drug Resistant
: Magnetic Resonance Imaging
: Multidrug Resistant Staphylococcus Aureus
: Neonatal Intensive Care Unit
: Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
: Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
: Profilaksis Pasca Pajanan
: Respiratory Sinctial Virus
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 7
SC
SPO
TPS
USG
VRE
WSD
µm
: Sub Cutan
: Standar Prosedur Operasional
: Tempat Penampungan Sementara
: Ultra Sonography
: Vancomisin Resistant Enterococci
Water Sealed Drainage
Mikrometer = 10¿¿m
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ...................................................
.........................................
SAMBUTAN
DIREKTUR ....................................................
.....................................
DAFTAR
ISI .........................................................
................................................
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
BAB VII
BAB
VIII
: PENDAHULUAN
: PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
: SURVEILANS
: MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus
Aureus)
: TATALAKSANA KEJADIAN LUAR BIASA
: KESIAPAN MENGHADAPI PANDEMI PENYAKIT MENULAR
(EMERGING INFECTIONS DISEASES)
: MASALAH PENGENDALIAN INFEKSI UNTUK PENYAKIT
INFEKSI REGIONAL
: PENGAMBILAN, PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN BAHAN Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 8
BAB IX
BAB X
PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
: PENYEHATAN AIR
: PENUTUP
LAMPIRAN – LAMPIRAN POSTER ..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Rumah Sakit (IRS) atau Healthcare Associated
Infection (HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien
selama perawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 9
lain, yang tidak ditemukan dan tidak dalam masa inkubasi
saat pasien masuk rumah sakit.
Infeksi Rumah Sakit (IRS) merupakan masalah penting
di seluruh dunia yang terus meningkat merupakan masalah
utama bagi semua rumah sakit. Dampak yang ditimbulkan
meningkatkan lama masa rawat, angka kematian, biaya
perawatan dan pengobatan membebani rumah sakit maupun
pasien. Pencegahan dan pengendalian Infeksi Rumah Sakit
(PPIRS) merupakan suatu upaya penting dala meningkatkan
mutu pelayanan di rumah sakit. Hal ini dapat dicapai
dengan keterlibatan secara aktif semua personil rumah
sakit, mulai dari petugas kebersihan sampai dengan dokter
dan mulai dari pekarya sampai dengan jajaran direksi.
Kegiatan tersebut dilakukan secara baik dan benar di
semua sarana rumah sakit : peralatan medis dan non medis,
ruang perawatan dan prosedur serta lingkungan.
Terjadinya infeksi rumah sakit dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain :
Banyaknya pasien yang dirawat yang menjadi sumber
infeksi bagi lingkungan dan pasien lainnya.
Interkasi antara petugas, pasien dan pengunjung yang
menjadi sumber infeksi.
Kontak langsung antara petugas rumah sakit yang
tercemar bakteri atau cairan dari tubuh pasien.
Penggunaan alat/peralatan medis yang tercemar oleh
bakteri
Kondisi pasien yang lemah akibat penyakit yang
dideritanya
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 10
Mengingat kegiatan yang penting ini melibatkan
berbagai disiplin dan tingkatan yang berkaitan dengan
pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit.
Prosedur baku yang dituangkan dalam Buku Petunjuk Teknis
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit ini
merupakan prosedur yang harus dilaksanakan secara
maksimal sesuai indikasi.
Diharapkan dengan adanya Buku Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi yang merupakan pelengkap dari Buku
Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi Rumah Sakit,
dapat menjadi rujukan bagi seluruh petugas kesehatan di
RSUD Cileungsi yang memiliki sikap dan perilaku yang sama
dalam mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit.
Hasil akhir yang diharapkan adalah peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit yang dapat menjamin terlaksananya
Patient Safety secara menyeluruh di RSUD Cileungsi.
B. Dasar Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara RI Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4431)
2. Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara RI Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)
3. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 5063)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 11
4. Undang-undang RI Nomor 44 Tahun2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 5072)
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata
kerja Departemen Kesehatan.
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit Di Lingkungan Departemen Kesehatan
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1165.A./Menkes/SK/X/2004 tentang Komisi Akreditasi
Rumah Sakit.
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
270/Menkes/2007 tentang Pedoman Manajerial Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya.
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
382/Menkes/2007 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 12
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit.
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1116/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan.
14. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB).
C. Tujuan
Diperolehnya buku pedoman pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit sehingga rumah sakit
dapat melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi
sesuai dengan buku yang telah diterbitkan oleh RSUD
Cileungsi.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 13
BAB II
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
KEWAPADAAN ISOLASI (ISOLATIONS PRECAUTIONS)
Infeksi nosokomial atau yang sekarang disebut sbagai
infeksi berkaitan dengan pelayanan di fasilitas kesehatan atau
Healthcare Infection (HAIs) dan infeksi yang di dapat dari
pekerjaan merupakan masalah penting di seluruh dunia yang
terus meningkat (Alvarado 2000).
A. Perkembangan Kewaspadaan
Kewaspadaan Standar atau Standard Precaution disusun
oleh CDC tahun 1996 dengan menyatukan Universal Precaution (UP)
atau Kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh yang telah
dibuat tahun 1985 untuk mengurangi resiko infeksi patogen yang
berbahaya melalui darah dan cairan tubuh lainnya dan Body
Substance Isolations (BSI) atau isolasi terhadap cairan tubuh yang
dibuat 1987 untuk mengurangi resiko penularan patogen yang
berada dalam bahan yang berasal dari tubuh pasien terinfeksi.
Pedoman Kewaspadaan Isolasi dan pencegahan dengan penambahan
istilah HAIs (Healthcare Associated Infection) menggantikan istilah
infeksi nosokomial, hyiegene repirasi/ etika batuk, praktek
menyuntik yang aman dan pencegahan infeksi pada prosedur
lumbal pungsi.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 14
Kewaspadaan Isolasi dirancang untuk mengurangi resiko
terinfeksi penyakit menular pada petugas kesehatan baik dair
sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui.
Kewaspadaan Isolasi terdiri dari kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasarkan transmisi.
Kewaspadaan Standar dilakukan kepada semua pasien tanpa
memandang pasien tersebut infeksius atau tidak.
Kewaspadaan Transmisi adalah kewaspadaan berdasarkan sumber
infeksi : kontak, droplet, airborne.
B. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan Standar untuk pelayanan semua pasien.
Kategori I meliputi :
1. Kebersihan tangan/hand hygiene
2. Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, masker,
goggle (kacamata pelindung), face shield (pelindung
wajah) dan gaun.
3. Peralatan perawatan pasien
4. Pengendalian lingkungan
5. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
6. Kesehatan karyawan/perlindungan petugas kesehatan
7. Penempatan pasien
8. Hygiene respirasi/etika batuk
9. Praktek menyuntik yang aman
10. Praktek untuk lumbal pungsi
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 15
1. Kebersihan Tangan/Hand hygiene
1.1 Hindari menyentuh permukaan di sekitar pasien agar
tangan terhindar kontaminasi patogen dari dan ke
permukaan
1.2 Bila tangan ta mpak kotor, mengandung bahan
berprotein, cairan tubuh, lakukan kebersihan
tangan dengan sabun antiseptik di air mengalir
1.3 Bila tangan tidak tampak kotor, atau setelah
membuang kotoran atau cairan tubuh, bersihkan
tangan dengan sabun biasa dan air, kemudian
bersihkan dengan handrub berbasis alkohol
1.4 Lima indikasi melakukan kebersihan tangan :
Sebelum kontak dengan pasien
Setelah kontak dengan pasien
Sebelum tindakan invasif
Setelah kontak dengan cairan tubuh
Setelah kontak dengan lingkungan sekitar
pasien
2. Alat Pelindung Diri/APD (sarung tangan, masker, kaca
mata pelindung, pelindung wajah, gaun)
2.1 Sarung tangan
Pakai bila mungkin tekontaminasi darah, cairan
tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan
terkontaminasi, mukosa membran dan kulit yang
tidak utuh, kulit utuh yang potensial
terkontaminasi
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 16
Pakai sesuai ukuran tangan dan jenis tindakan
Pakai sarung tangan sekali pakai atau pakai
ulang untuk membersihkan lingkungan
Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai,
sebelum menyentuh benda dan permukaan yang
tidak terkontaminasi, sebelum beralih ke pasien
lain.
Pakai bila mungkin terkontaminasi darah, cairan
tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan
terkontaminasi, mukus membran dan kulit yang
tidak utuh, kulit utuh yang potensial
terkontaminasi
Jangan memakai sarung tangan 1 pasang untuk
pasien berbeda
ganti sarung tangan bila tangan berpindah dari
area tubuh terkontaminasi ke area bersih
Cuci tangan segera setelah melepas sarung
tangan
2.2 Masker/goggle
Pakailah untuk melindungi konjungtiva, mukus
membran mata, hidung, mulut selama melaksanakan
prosedur dan aktivitas perawatan pasien yang
beresiko terjadi cipratan/semprotan dari darah,
cairan tubuh, sekresi, dan ekskresi
Pilih sesuai tindakan yang akan dikerjakan
Masker bedah dan dapat dipakai secara umum
untuk petugas rumah sakit untuk mencegah
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 17
trnasmisi melalui partikel besar dari droplet
saat kontak erat (< 3m) dari pasien saat
batuk/bersin
Pakailah selama tindakan yang menimbulkan
aerosol walaupun pada pasien tidak diduga
infeksi
Jangan mengalungkan masker di leher segera
lepas setelah melakukan tindakan selesai.
2.3 Gaun/apron
Kenakan gaun (bersih, tidak steril) untuk
melindungi kulit, mencegah baju menjadi kotor,
kulit terkontaminasi selama prosedur/merawat
pasien yang memungkinkan terjadinya
percikan/semprotan cairan tubuh pasien
Pilihlah yang sesuai antara bahan gaun dan
tindakan yang akan dikerjakan dan perkirakan
jumlah cairan yang mungkin akan dihadapi. Bila
gaun tidak tembus cairan, perlu dilapisi apron
tahan cairan mengantisipasi semprotan/cipratan
cairan infeksius.
Lepaskan gaun segera dan cuci tangan untuk
mencegah transmisi mikroba ke pasien lain
ataupun ke lingkungan
Kenakan saat merawat pasien infeksi yang secara
epidemiologik penting, lepaskan saat akan
keluar ruang pasien
Jangan memakai gaun pakai ulang walaupun untuk
pasien yang sama
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 18
Bukan indikasi pemakaian rutin masuk ke ruang
resiko tinggi seperti ICU, NICU.
2.4 Sepatu pelindung
Sepatu pelindung kaki digunakan jika ada resiko
terumpah cairan, darah, urine, dll
Digunakan untuk melindungi kaki dari cidera
akibat benda tajam atau benda berat yang
mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki
sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup
sebaiknya yang tahan air
2.5 Topi
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala
sehingga serpihan kulit dan rambut tidak masuk
ke dalam luka selama pembedahan. Topi harus
cukup besar untuk menutupi semua rambut.
Meskipun topi dapat memberikan sejumlah
perlindungan pada pasien, tetapi tujuan
utamanya adalah untuk melindungi pemakainya
dari darah atau cairan tubuh yang terpercik
atau menyemprot.
2.6 Peralatan perawatan pasien
Buat aturan dan prosedur untuk menampung
transportasi, peralatan yang mungkin
terkontaminasi darah atau cairan tubuh
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 19
Lepaskan bahan organik dari peralatan kritikal,
semi kritikal dengan bahan pembersih sesuai
dengan sebelum di DTT atau sterilisasi
Tangani peralatan pasien yang terkena darah,
cairan tubuh, sekresi, ekskresi dengan benar
sehingga kulit dan mukus membran terlindungi,
cegah baju terkontaminasi, cegah transfer
mikroba ke pasien lain dan lingkungan
Pastikan perlatan yang telah di pakai untuk
pasien infeksius telah dibersihkan dan tidak
dipakai untuk pasien lain
Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan
dihancurkan melalui cara yang benar dan
peralatan pakai ulang diproses dengan benar
Peralatan nonkritikal terkontaminasi
didisinfeksi setelah dipakai. Peralatan
semikritikal didisinfeski atau disteriilisasi.
Peralatan kritikal harus didisinfeksi kemudian
disterilkan
Peralatan makan pasien dibersihkan dengan air
panas dan detergen
Bila tidak nampak kotor, lap permukaan
peralatan yang besar (USG,X-Ray) setelah keluar
ruangan isolasi
Bersihkan dan disinfeksi yan benar peraltan
terapi pernapasan terutama setelah dipakai
pasien infeksi saluran napas
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 20
Alat makan dicuci dalam alat pencuci otomatik
atau manual dengan detergen tiap setelah makan.
Benda disposible di buang ke tempat sampah
3. Pengendalian Lingkungan
Pastikan bahwa departemen/unit/ruangan membuat dan
melaksanakan prosedur rutin untuk pembersihan,
disinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur,
peralatan disamping tempat tidur dan pinggirannya,
permukaan yang sering tersentuh dan pastikan kegiatan
ini di monitor.
Untuk memtuskan rantai penularan infeksi, rumah sakit
harus mempunyai disinfektan standar untuk membunuh
patogen atau menurunkan jumlahnya secara fisikal maupun
kimiawi, tetapi tidak termasuk spora.
Pembersihan harus mengawali disinfeksi. Benda dan
permukaan tidak dapat didisinfeksi sebelum dibersihkan
dari bahan organik (sekresi, ekskresi pasien, kotoran).
Pembersihan ditujukan untuk mencegah aerosolisasi,
menurunkan pencemaran lingkungan. ikuti aturan pakai
pabrik cairan disinfektan, waktu kontak dan cara
pengencerannya.
Disinfektan yang biasa dipakai rumah sakit :
Natriumhipoklorit (pemutih), alkohol, komponen fenol, komponen
ammonium quarternary, komponen peroksida.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 21
Pembersihan area sekitar pasien.
a. Pembersihan permukaan horizontal di sekitar pasien
harus dilakukan secara rutin dan tiap pasien pulang.
Untuk mencegah aerosolisasi patogen yang berasal
dari infeksi saluran napas, hindari sapu, lakukan
pembersihan dengan cara basah (kain basah)
b. Ganti cairan pembersih, lap kain, kepala mop stelah
dipakai/terkontaminasi
c. Peralatan pembersihan harus dibersihkan, dikeringkan
tiap kali setelah dipakai
d. Mop dicuci dan dikeringkan tiap ahri sebelum d dan
disimpan dan dipakai kembali
e. Untuk mempermudah pembersihan, bebaskan area pasien
dari benda-benda/peralatan yang tidak perlu
f. Jangan melakukan fogging dengan disinfektan karena
tidak terbukti mengendalikan infeksi dan berbahaya
untuk lingkungan
g. Pembersihan dapat dibantu dengan vacum cleaner (pakai
filter, HEPA)
h. Jangan memakai karpet
4. Pemrosesan Peralatan Pasien dan Penatalaksanaan Linen
4.1 Penanganan transport dan proses linen yang terkena
darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dengan
prosedur yang benar untuk mencegah kulit, mukus
membran terpapar dan terkontaminsi linen, sehingga
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 22
mencegah transfer mikroba ke pasien lain, petugas
dan lingkungan.
4.2 Buang terlebih dahulu kotoran (misal : feses)
ketoilet dan masukan linen dalam kantong linen
kotor yang infeksius
4.3 Hindari menyortir linen di ruang rawat pasien
4.4 Jangan memanipulasi linen terkontaminasi untuk
hindari kontaminasi terhadap udara, permukaan dan
orang
4.5 Cuci dan keringkan linen sesuai SPO, dengan air
panas 70°C, minimal 25 menit
4.6 Bila suhu dipakai < 70°C plih zat kimia yang
sesuai
4.7 Pastikan kantong tidak bocor dan lepas ikatan
selama transportasi. Kantong tidak perlu double
4.8 Petugas yang menangani linen harus menggunakan APD
5. Kesehatan Karyawan/Perlindungan Petugas Kesehatan
5.1 Tidak perlu menyarungkan jarum suntik kembali jika
tidak dibutuhkan, jika terpaksa harus menyarungkan
jarum suntik kembali tutup dengan satu tangan
5.2 Segera masukan jarum kedalam safety box setelah
penyuntikan
5.3 Jangan recap jarum yang telah dipakai,
memanipulasi jarum dengan tangan, menekuk jarum,
mematahkan jarum dari spuit
5.4 Berhati-hati dalam bekerja saat menangani jarum,
scalpel alat tajam lain yang dipakai setelah
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 23
prosedur, dan saat membersihkan instrumen dan saat
membuang jarum untuk mencegah trauma
5.5 Buang jarum, spuit, pisau, sakalpel dan peralatan
benda tajam habis pakai ke dalam wadah tahan
tusukan sebelum dibuang ke insenerator
5.6 Pakai mouthpiece, resusitasi bag atau peralatan
ventilasi lain pengganti metode resusitasi mulut
ke mulut
5.7 Jangan mengarahkan bagian tajam jarum ke bagian
tubuh selain akan menyuntik
6. Penempatan Pasien (isolasi pasien)
6.1 Tempatkan pasien yang potensial mengkontaminasi
lingkungan atau yang tidak dapat diharapkan
menjaga kebersihan atau kontrol lingkungan ke
dalam ruang rawat yan terpisah
6.2 Bila ruang isolasi tidak memungkinkan,
konsultasikan dengan petugas PPI
6.3 Cara penempatan pasien sesuai jenis kewaspadaan
terhadap transmisi infeksi
7. Hygiene respirasi/Etika batuk
7.1 Edukasi petugas akan pentingnya pengendalian
sekresi respirasi untuk mencegah transmisi patogen
dalam droplet dan fomite terutaman selama musim/KLB
virus respiratorik di masyarakat
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 24
7.2 Terapkan pengukuran kandungan sekresi respirasi
pasien dengan individu dengan gejala klinik
infeksi respiratorik, dimulai dari unit emergensi
7.3 Beri poster pada pintu masuk dan tempat strategis
bahwa pasien rajal atau pengunjung dengan gejala
klinis infeksi saluran napas harus menutup mulut
dan hidung dengan tissue kemudian membuangnya dan
mencuci tangan
7.4 Sediakan tissue dan wadah untuk limbahnya
7.5 Sediakan sabun, wastafel dan cara mencuci tangan
pada ruang tunggu pasien rajal atau alkohol handrub
7.6 Pada musim infeksi saluran napas, tawarkan masker
pada pasien dengan gejala infeksi saluran napas,
juga pendampingnya. Anjurkan untuk duduk berjarak
> 1m dari yang lain
7.7 Lakukan sebagai standar praktek
Kunci PPI adalah mengendalikan penyebaran patogen dari
pasien yang terinfeksi untuk tranmisi kepada kontak
yang tidak terlindungi
Untuk penyakit yang ditransmisikan melalui droplet
nuclei maka etika batuk harus diterapkan kepaa semua
individu dengan gejala gangguan pada saluran napas
Pasien, pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas
harus :
1) Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin
2) Memakai tissue, sapu tangan, masker kain/medis bila
tersedia, buang ke tempat sampah
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 25
3) Melakukan cuci tangan
Manajemen fasilitas kesehatan/rumah sakit harus
mempromosikan hygiene respirasi/etika batuk :
1) Promosikan kepada semua petugas, pasien, keluarga
dengan infeksi saluran napas dengan demam
2) Edukasi terhadap petugas, pasien, keluarga,
pengunjung akan pentingnya kandungan aerosol dan
sekresi dari saluran napas dalam mencegah transmisi
penyakit saluran npas
3) Menyediakan sarana untuk kebersihan tangan (alkohol
handrub, wastafel, antiseptik, kertas tissue,
terutama area tunggu harus diprioritaskan)
8. Praktek menyuntik yang aman
8.1 Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap
suntikan untuk mencegah kontaminasi pada peralatan
injeksi dan terapi
8.2 Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun
multidose. Jarum atau spuit yang dipakai ulang
untuk menagmbil obat dalam vial multidose dapat
menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat
menyebar saat obat dipakai untuk pasien lain
9. Praktek lumbal punksi
Pemakaian masker pada insersi cateter atau injeksi
suatu obat ke dala area spinal/epidural melalui
prosedur lumbal punksi misal saat melakukan anestesi
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 26
spinal dan epidural, myelogram untuk mencegah transmisi
droplet flora orofaring
C. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi
Dibutuhkan untuk memutus mata rantai transmisi mikroba
penyebab infeksi dibuat untuk diterapkan terhadap pasien
yang diketahui maupun dugaan terinfeksi atau
terkolonisasi patogen yang dapat ditransmisikan lewat
udara, droplet, kontak dengan kulit atau permukaan
terkontaminasi.
Jenis kewasspadaan berdasarka transmisi :
1. Airborne precautions (kewaspadaan penularan lewat udara)
2. Droplet precautions (kewaspadaan penularan lewat droplet)
3. Contact precautions (kewaspadaan penularan lewat kontak)
4. Melalui common vehicle (makanan, air, obat, alat,
peralatan)
5. Melalui vector (lalat, nyamuk, tikus)
Transmisi lewat udara (Airborne)
Kewaspadaan ini bertujuan untuk menurunkan penularan
penyakit melalui udara, yang berupa bintik percikan di
udara (airborne droplet nuclei, ukuran < 5µm) atau partikel debu
yang berisi agen infeksi. Organisme yang ditularkan
dengan cara ini dapat menyebar secara luas bersama dengan
aliran udara.
Penyakit yang termasuk kategori ini antara lain,
varicella, campak. Diperlukan ventilasi seperti pada
isolasi BTA (Basil Tahan Asam); pasien ditempatkan dalam Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 27
ruang tersendiri dengan udara negatif (negatif airflow)
dengan minimal 6 kali pergantian udara perjam, yang
dipantau secara terus menerus. Udara langsung dibuang ke
luar atau dilewatkan penyaringan (filter) partikular
udara dengan efisiensi tinggi bila akan disirkulasi
kembali. Pintu ruangan harus selalu ditutup. Pasien hanya
boleh meninggalkan kamar harus menggunakan masker.
Alat pelindung yang sesuai harus dikenakan untuk pasien
yang didiagnosa atau diduga tuberkulosis sesuai dengan
pedoman yang telah ada untuk tuberkulosis. Orang termasuk
petugas rumah sakit, yang rentan terhadap penyakit campak
(measles) dan cacar air (varicella) dilarang masuk ke
ruangan pasien dengan penyakit tersebut.
Transmisi Lewat UdaraSebagai tambahan dari Standard precaution, Airborne Precaution
digunakan untuk pasien yang diketahui atau diduga
menderita panyakit serius dengan penularan melalui
percikan halus di udara.
Contoh penyakit :
Campak
Varicella (termasuk Herpes zoster diseminata)
Tuberkulosis
Penempatan pasien :
Tempatkan pasien pada tempat dengan :
Tekanan negatif yang termonitor
Minimal pergantian udara 6 kali setiap jam
Pembuangan (exhaust) udara keluar yang memadai atau
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 28
penggunaan filter yang termonitor sebelum udara
beredar ke seluruh rumah sakit
Jagalah agar pintu selalu tertutup dan pasien
tetap dalam ruangan
Bila tidak ada tempat tersendiri, tempatkan
pasien dalam ruangan dengan pasien lain yang
terinfeksi oleh mikroorganisme yang sama dan
tidak ada infeksi lain
Proteksi repirasi :
Gunakan pelindung pernapasan masker N95 pada saat masuk
ke dalam ruangan pasien yang diketahui atau diduga
mengidap tuberkulosis, H1N1, H5N1
Pengangkutan pasien :
Batasi pemindahan atau pengangkutan pasien hanya untuk
hal-hal yang penting saja. Bila pemindahan atau
pengangkutan pasien memang diperlukan, hindari penyebaran
droplet dengan memberikan masker bedah kepada pasien.
Transmisi lewat droplet
Kategori ini ditujukan untuk menurunkan penularan droplet
dari bakteri patogen yang infeksius. Penularan droplet
terjadi bila partikel percikan yang besar (diameter >
5µm) dari orang yang terinfeksi mengenai lapisan mukosa
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 29
hidung, mulut atau konjungtiva mata dari orang yang
rentan.
Droplet (percikan besar) dapat terjadi pada waktu seseorang
berbicara, batuk, bersin ataupun pada waktu pemeriksaan
jalan napas seperti intubasi atau bronkoskopi
Penularan melalui droplet/percikan besar berbeda dengan
transmisi airborne karena pada transmisi droplet memerlukan kontak
yang dekat antara sumber dan penerimaan penularan, karena
percikan besar tidak dapat bertahan lama di udara dan
hanya dapat berpindah dari dan ke tempat yang dekat.
Contoh penyakit yang ditularkan melalui droplet adalah
meningitis yang disebabkan oleh Meningococcus atau
pneumonia oleh Pneumococcus yang resisten terhadap
berbagai antibiotika (multidrug resistant = MDR), pertusis,
faringitis, influenza dan parvovirus B 19. Pasien dengan
mikroorganisme penyebab infeksi yang sama atau dengan
cara kohort di bangsal umum
Masker harus dipakai, bila seseorang berada dalam jarak 3
kaki dari pasien. Akan lebih praktis apabila kewajiban
memakai masker diberlakukan sejak seseorang memasuki
ruangan pasien. Pasien hanya diperbolehkan meninggalkan
ruangan hanya jika sangat perlu, dan harus memakai
masker.
Transmisi Lewat DropletSebagai tambahan dari kewasspadaan standar, droplet
precaution digunakan untuk pasien yang diketahui atau
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 30
diduga menderita penyakit serius dengan penularan melalui
percikan partikel besar.
Contoh penyakit :
Influenza tipe B invasive H, termasuk meningitis,
pneumonia dan sepsis
Meningitis invasive N, termasuk meningitis,
pneumonia dan sepsis
Pneumoniae multidrug resiten invasive S, termasuk
meningitis, pneumonia, sinusitis, dan otitis media
Infeksi bakteri lain pada saluran napas dengan transmisi
droplet :
1. Diphteria faring
2. Mycoplasma pneumoniae
3. Pertusis
4. Pneumoniae plague
5. Faringitis dan pneumonia akibat streptococcus dan
scarlet fever pada bayi dan anak-anak
Infeksi virus dengan transmisi droplet, termasuk :
a. Adenovirus
b. Influenza
c. Mumps
d. Parvovirus B19
e. Rubella
Penempatan pasien :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 31
Tempatkan pada ruang tersendiri atau bersama pasien lain
dengan infeksi yang aktif dari organisme yang sama,
tetapi tidak ada infeksi lain. Bila ada kamar tersendiri,
tempatkan dalam ruangan secara kohort, dan bila ruang
untuk kohort tidak memungkinkan, buatlah jarak pemisah
minimal 3 kaki antara pasien dengan pasien lain dan
pengunjung
Pemakaian masker :
Pemakaian masker bila berada/bekerja dengan jarak kurang
dari 3 kaki dari pasien
Transport Pasien :
Batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk
keperluan mendesak bila terpaksa memindahkan pasien,
gunakan masker pada pasien.
Transmisi Lewat Kontak
Kewaspadaan ini ditujukan untuk pasien yang diketahui
atau diduga menderita penyakit yang secara epidemiologis
penting dan ditularkan melalui kontak langsung (misalnya
kontak tangan atau kulit ke kulit yang terjadi selama
perawatan rutin, atau kontak tak langsung (persinggungan)
dengan benda di lingkungan pasien.
Pasien harus ditempatkan diruang tersendiri. Bila tidak
tersedia, dapat dengan kohort (bangsal umum)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 32
Sarung tangan harus dipakai sebagai pencegahan,
sebagaimana pada kewaspadaan standar terhadap kontak
dengan darah dan cairan tubuh. Pada contact precaution ini
sarung tangan harus diganti setelah menyentuh bahan yang
mengandung mikroorganisme dengan konsentrasi tinggi
(misalnya tinja, sputum, cairan muntahan atau cairan
luka). Sarung tangan harus dibuka sebelum meninggalkan
ruangan dan kemudian harus cuci tangan dengan bahan
pencuci antiseptik. Apron yang bersih dan nonsteril harus
dipakai bila diduga terjadi kontak yang cukup rapat
dengan pasien, bila pasien tidak dapat menahan buang air
besar (inkontinensia) atau bila ada luka basah yang tidak
dapat ditahan dengan pembalut; apron harus dilepas
sebelum meninggalkan ruangan
Contoh penyakit/keadaan yang memerlukan contact
precautions adalah infeksi atau kolonisasi bakteri MDR
seperti Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA), kolitis
yang disebabkan oleh Clostridium difficile, Respiratory Syncytial Virus
(RSV) pada anak, infeksi kulit dengan scabies, impetigo,
herpes zoster diseminata dan viral hermorrhagic fever (Lassa fever
atau virus Marburg)
Varicella yang diseminata merupakan contoh yang
memerlukan dua macam kewaspadaan berdasarkan cara
penularannya, yaitu airborne dan contact precaution
Kebijaksanaan mengenai isolasi khusus terhadap
mikroorganisme seperti Vancomycin Resistant Enterococci (VRE) dan
Clostridium difficile mencakup kewaspadaan terhadap semua bentuk Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 33
kontak dengan pasien, peralatan sekitar tempat tidur
pasien dan lingkungan dekat pasien. Penekanan khusus pada
pemakaian peralatan tersendiri untuk masing-masing pasien
dan menghindari pemakaian alat secara bersama. Menjaga
kebersihan sekitar pasien juga merupakan hal yang perlu
diperhatikan.
Transmisi Lewat KontakSebagai tambahan dari kewaspadaan standar, contact
precautions digunakan untuk pasien yang diketahui atau
dicurigai menderita penyakit serius yang mudah menular
melalui kontak pasien atau kontak dengan sesuatu di
lingkungan pasien
Contohnya :
MRSA
Infeksi gastrointestinal, repirasi, kulit atau luka
atau kolonisasi bakteri MDR sesuai keputusan program
pemberantasan.
Infeksi enterik dengan dosis infeksi rendah atau
berkepanjangan termasuk :
a. Clostridium difficile
b. Enterohaemorrhage E. Coli (EHEC), Shigella, Hepatitis
A atau Rotavirus pada pasien incontinensia
RSV, para influenza virus, atau infeksi enterovital
pada bayi dan anak-anak
Infeksi kulit yang sangat menular atau yang bisa
timbul pada kulit kering, termasuk :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 34
a. Diphteria (kulit)
b. Herpes Simplex (neonatus atau mucocutaneus)
c. Impetigo
d. Abses besar, selulitis atau dekubitus
e. Pediculosis
f. Scabies
g. Furunkulosis yang disebabkan oleh staphylococcus
pada bayi dan anak-anak
h. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS)
i. Herpes zoster (diseminata atau pasien
immunokompromisse)
Konjungtivitis hemoragik akibat virus
Lassa fever atau virus marburg
Penempatan pasien :
Tempatkan pada kamar sendiri atau bersama pasien lain
dengan infeksi yang aktif dari mikroorganisme yang sama
tetapi tanpa infeksi lain. Bila ada kamar tersendiri
tidak tersedia tempatkan dalam ruangan secara kohort
Sarung tangan dan kebersihan tangan :
Pakailah sarung tangan ketika melakukan tindakan langsung
dengan pasien, kontak dengan cairan tubuh dan tindakan
invasif. Lepaskan segera setelah selesai tindakan, buang
ke tempat sampah infeksius kemudian lakukan kebersihan
tangan dengan sabun antiseptik dan air yang mengalir
Pemakaian gaun :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 35
Gaun digunakan saat melakukan tindakan : seperti merawat
luka, memandikan pasien dengan MRSA kolonisasi di ketiak
(+), peawatan kolostomi dll.
Transport pasien :
Batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk hal
yang penting. Bila terpaksa harus memindahkan keluar
kamar, usahakan tetap melaksanakan kewaspadaan standar
Perawatan lingkungan :
Lakukan perawatan terhadap peralatan disekitar tempat
tidur pasien (tempat tidur, meja, dinding, tiang infus,
lemari pasien) dan permukaan lain yang sering tersentuh
dibersihkan setiap hari dengan disinfektan
Peralatan perawatan pasien :
Peralatan seperti stetoskop, tensimeter, termometer
rektal masing-masing satu untuk satu atausekelompok
pasien kohort, hindari pemakaian bersama.
Bila pemakaian bersama tidak dapat dihindari, peralatan
tersebut harus selalu dibersihkan dan didisinfektan
sebelum dipakai untuk satu atau sekelompok pasien lain.
TABEL 1 JENIS DAN LAMA SIOLASI UNTUK PATOGEN TERTENTU
JENIS INFEKSI TRANSMISI LAMA ISOLASIVaricella-zoster
(chickenpox)
Airborne/kontak Sampai semua lesi
menjadi krusta
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 36
Varicella-zoster
virus
Airborne/
kontak/
immunokompromis
e
Selama masa sakit
Virus measles Airborne 4 hari setelah
timbulnya bercak atau
selama masa sakit untuk
pasien yang
immunokompromiseMycobacterium
tuberculosis
Airborne Sampai hasil 3 kali BTA
nya negatifBordetella
pertusis
Droplet 5 hari setelah awal
terapiAdenovirus Droplet Selama masa sakitInfluenza virus Droplet Selama masa sakitParvovirus DropletNeisseria
meningitidis
Droplet 24 jam setelah awal
terapiStreptococcus
group A
(faringitis,
pneumonia,
scarlet)
Droplet 24 jam setelah awal
terapi
RSV Kontak Selama masa sakitParainfluenza
virus
Kontak Selama masa sakit
Rotavirus Kontak Selama masa sakitMRSA Kontak Selama masa 24 jam
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 37
setelah awal terapiVRE Kontak Selama masa perawatan
CATATAN :
Disetiap pintu masuk kamar pasien harus tersedia
Alat Pelindung Diri (APD) yaitu : masker, sarung
tangan , abju pelindung (apron), topi
Harus tersedia wastafel dengan air mengalir, sabun
antiseptik, tissue, handrub berbasis alkohol, tempat
sampah infeksius dan non infeksius
Tersedia poster isolasi (kontak, droplet, dan
airborne), poster menggunanakan dan melaepas APD,
sesuai kebutuhan di deoan
D. Kewaspadaan dengan Pendekatan Sindromik dan Kewaspadaan
terhadap Organisme Khusus
Untuk beberapa penyakit dengan etiologi virus atau bakteri
dimana diagnosa belum atau tidak dapat ditegakkan karena
keterbatasan fasilitas penunjang diagnostik, selain
kewaspadaan standar diperlukan pendekatan berbasis sindrom
penyakit untuk menentukan jenis kewaspadaan yang paling
sesuai untuk mencegah penularan
yang tetap terjadi.(Tabel 4). Jenis etiologi penyebab
perlu disesuaikan dengan epidemiologi penyakit di masing-
masing daerah.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 38
SINDROM KONDISI KLINIK YANG SECARA EMPIRIK MEMERLUKAN
KEWASPADAAN TAMBAHAN
TABEL 2
Sindrom / kondisi Klinik Penyebab
Potensial
Kewaspadaan
EmpirisDiare :
1. Diare akut dengan kemungkinan
infeksi pada pasien
inkontinensia
2. Diare pada dewasa dengan riwayat
pemakaian antibiotik broad
spectrum atau jangka lama.
Enterik Patogen
Clostridium
difficile
Kontak
Kontak
Meningitis :
Rash atau eksantem umum dengan
etiologi tak diketahui :
1. Petechiae/echymosis dengan demam
2. Vesikuler
3. Makulopapular dengan pilek dan
demam
Neisseria
meningitis
Varicella
Rubella
(measles)
Droplet
Airborne/
kontak
Airborne
Sindrom / kondisi Klinik Penyebab
Potensial
Kewaspadaan
EmpirisInfeksi Respirasi :
1. Batuk/demam/infiltrat lobus atas
paru pada pasien HIV negatif
atau pasien dengan resiko HIV
yang kecil.
2. Batuk//demam/infiltrat paru di
lokasi manapun pada pasien HIV
positif atau pasien dengan
resiko tinggi terinfeksi HIV
3. Batuk paroksismal atau yang
M. Tuberculosis
M. Tuberculosis
Bordetella
pertusis
Airborne
Airborne
Droplet
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 39
menetap selama periode pertusis
4. Infeksi respirasi terutama
bronkhitis dan croup pada bayi
dan anak-anak
RSV atau
parainfluenza
virus
Droplet
Resiko mikroorganisme yang multidrug
resisten :
1. Riwayat infeksi atau kolonisasi
dengan bakteri MDR
2. Infeksi kulit luka atau infeksi
saluran kemih pada penderita
yang baru masuk rumah sakit atau
tempat perawatan lain dengan
khusus MDR tinggi
Infeksi pada kulit atau luka :
Abses atau luka yang tidak bisa
ditutup
Bakteri MDR
Bakteri MDR
Staphyilococcus
aureus Group A,
Streptococcus
Kontak
Kontak
Kontak
Kontak
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 40
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 41
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 42
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 43
KEBERSIHAN TANGAN
Kebersihan Tangan Sosial
mencuci tangan adalah menggosok air dengan sabun secara
bersama-sama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan
ringkas kemudian dibilas di bawah aliran air. (Larsan, 1995)
Kebersihan Tangan Aseptik/Antiseptik
Mencuci tangan aseptik/antiseptik adalah proses yang secara
mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan
menggosok air dan sabun antiseptik yang mengandung
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 44
chlorhexidine di aplikasikan ke seluruh kulit permukaan tangan
dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas dibawah aliran air,
untuk menghambat dan membunuh mikroorganisme (baik yang
sementara atau yang merupakan penghuni tetap)
Handrub Antiseptik Berbasis Alkohol Tanpa Air
Antiseptik handrub bereaksi cepat menghilangkan sementara atau
mengurangi mikroorganisme penghuni tetap dan melindungi kulit
tanpa menggunakan air. Dengan komposisi mengandung alkohol 60
– 90 % suatu emolient dan seringkali antiseptik tambahan
(misalnya : chlorhexidine glukonat 2-4 %) yang memiliki aksi
residual (Larson et al. 2001)
Petugas yang harus melakukan kebersihan tangan :
Perawat
Bidan
Dokter
POS/Pekarya
Terapis
Teknisi
Petugas
Laboratorium
Petugas Gizi
Mahasiswa
Cleaning
service
pengunjung
Keluarga
pasien, dll
Tujuan Kebersihan Tangan :
1. Meminimalkan dan menghilangkan mikroorganisme
2. Mencegah transmisi mikroorganisme dari pasien ke pasien
lain, dari petugas ke pasien, alat-alat kesehatan, dan
lingkungan.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 45
Lima indikasi melakukan kebersihan tangan :
1. Sebelum kontak dengan pasien (menyentuh tubuh pasien,
baju atau pakaian, mengukur tanda-tanda vital)
2. Sebelum dan sesudah melakukan tindakan aseptik (tindakan
tranfusi, perawatan luka, kateter urine, suctioning,
perawatan daerah pemasangan katetr intravena, pemberian
obat (IV, IM, IC, IT, SC))
3. Sebelum dan sesudah tindakan invasif (pemasangan vena
central, vena perifer, kateter urine, pemasangan kateter
arteri, tindakan intubasi endotrchea, pemasangan WSD,
Lumbal pungsi, dll)
4. Sebelum dan sesudah kontak dengan cairan tubuh (muntah,
darah, nanah, urine, feses, produksi darin, dll)
5. Setelah meninggalkan lingkungan/ruangan pasien (menyentuh
tempat tidur pasien, linen, yang terpasang di tempat
tidur pasien, alat-alat di sekitar pasien, atau peralatan
lain yang digunakan pasien, kertas/lembar untuk menulis
yang ada disekitar pasien, meja pasien, status pasien,
tiang infus, alat-alat monitor)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 46
CATATAN PENTING :
Kapan kita pakai handrubs?
Keadaan emergency dimana fasilitas cuci tangan sulit di
jangkau
Fasilitas cuci tangan tidak adekuat
Saat ronde di ruangan yang memerlukan disinfektan
Di antara tindakan keperawatan
Dipergunakan jika tangan tidak terkena noda/cairan tubuh
pasien, tangan harus di cuci dengan sabun antiseptik segera
setelah melepaskan sarung tangan, karena pada saat tersebut
mungkin sarung tangan adda lubang kecil atau robek, sehingga
bakteri dengan cepat berkembang biak pada tangan akibat
lingkungan yang lembab dan hangat di sarung tangan (CDC, 1989,
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 47
korniewicz. et al. 1990)
Petugas harus memperhatikan :
Jaga kuku tetap pendek
Hindari pemakaian cat kuku dan kuku palsu
Hindari pemakaian cincin dan gelang
Kebersihan tangan dengan berbasis alkohol dilakukan ketika
secara kasat mata tangan tidak terlihat kotor, diantara
tindakan, saat ronde :
Menggosokan tangan dengan larutan berbasis alkohol, non
iritatif 100 ml alkohol 70% plus 1-2 ml gliserin plus
pewangiFormula disinfektan (WHO) :
Etanol 96
% .................................
................................ 833.3 ml
Hydrogen peroksida
3% ...................................................
.............. 1.7 ml
Gliserol
98% ................................
................................. 14.5 ml
Isopropil alkohol
99.8% ...............................................
.................. 751.5 ml
Hidrogren peroksida
3% ....................................................
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 48
.............. 41.7 ml
Gliserol
98% .................................
................................. 14.5 ml
Tambahkan formula tersebut dengan air destilasi/rebusan/dingin
sampai mencapai 1000 ml. Campur hingga homogen.
E. Perawatan Pasien Dalam Isolasi
Pasien dengan penyakit menular melalui udara harus dirawat
di ruang isolasi (bila memungkinkan) untuk mencegah
transmisi langsung atau tidak langsung
Jumlah petugas yang merawat pasien, harus dijaga seminimal
mungkin sesuai dengan tingkat perawatan. Petugas perlu
diawasi secara ketat dan hendaknya berpengalaman di dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi.
Setiap langkah pencegahan dan pengendalian infeksi perlu
dilakukan sesuai petunjuk untuk mencegah transmisi infeksi
antar pasien dan dari pasien ke petugas pelayanan
kesehatan atau orang lain.
Perawatan pasien diruang isolasi menjadi sulit, jika
sumber daya tidak mencukupi, pasien tidak memiliki
kebiasaan menjaga kebersihan, sengaja mencemari lingkungan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 49
atau tidak dapat diharapkan bekerjasama dalam menerapkan
tindakan pencegahan infeksi dan transmisi mikroorganisme.
Hal ini dapat ditemukan misalnya pada anak-anak, pasien
dengan keadaan mental yang berubah-ubah atau orang lanjut
usia
Untuk perawatan pasien penyakit menular melalui udara di
ruang isolasi, petugas kesehatanperlu mentaati petunjuk
sebagai berikut :
1. Persiapan dan Pemeliharaan Ruang Isolasi
1.1 Lakukan tindakan pencegahan tambahan dengan
meletakkan tanda peringatan pada pintu.
1.2 Sediakan lembar catatan pada pintu masuk ruang
isolasi. Semua petugas kesehatan atau pengunjung
yang masuk area isolasi harus mengisi lembar
catatan tersebut, agar bila dibutuhkan tindak
lanjut, tersedia data yang dibutuhkan.
1.3 Pastikan semua perabotan yang tidak penting.
Perabotan di ruang isolasi harus mudah dibersihkan
dan tidak menahan kotoran tersembunyi atau kondisi
basah, baik di dalam maupun sekelilingnya.
1.4 Kumpulkan linen seperlunya.
1.5 Lengkapi tempat cuci tangan dengan kebutuhan untuk
cuci tangan yang cukup.
1.6 Sediakan kantong sampah yang sesuai dalam tempat
sampah yang dioperasikan oleh kaki dalam ruangan.
1.7 Upayakan agar pasien tidak menggunakan barang Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 50
pribadi. Letakkan tempat air minum dan cangkir,
tissue dan semua barang untuk kebersihan pribadi
berada dalam jangkauaan pasien.
1.8 Sediakan peralatan yang diperlukan tersendiri
untuk masing-masing pasien seperi stetoskop,
termometer dan tensimeter. Bila karena
keterbatasan ketersediaan, peralatan digunakan
untuk pasien lain maka semua peralatan hendaknya
dibersihkan dan didisinfeksi sebelum digunakan.
untuk menyimpan
1.9 Di luar pintu masuk isolasi (diruang ganti)
sediakan tempat (rak,troli, lemari) untuk
menyimpan APD. Sediakan daftar tilik untuk
meyakinkan semua peralatan yang dibutuhkan
tersedia.
1.10 Di luar pintu keluar ruang isolasi, letakkan
wadah tertutup sesuai untuk setiap peralatan bekas
pakai yang akan diproses ulang. Sesuai kebijakan
masing-masing rumah sakit, langsung kirim
peralatan bekas pakai tersebut ke instalasi
sterilisasi pusat atau dekontaminasi terlebih
dahulu diruangan khusus sebelum dikirim.
1.11 Sediakan peralatan kebersihan (mop/pel basah,
lap) dan disinfeski yang dibutuhkan di dalam
ruangan pasien
1.12 Bersihkan ruangan pasien secara menyeluruh
setiap hari meliputi semua permukaan. Yakinkan
bahwa barang-barang seperti meja pasien, kaki
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 51
tempat tidur dan lantai telah dibersihkan dan
didisinfeksi. Sodium hipoklorit 0.5 % dan atau
alkohol 70% dapat digunakan sebagai disinfektan
1.13 Masukan linen bekas pakai ke dalam kantong linen
ketika di dalam ruangan dan kemudian ke dalam
kantong lain ketika sudah diluar ruangan. Kirim
segera ke unit pencucian (laundry) dan tangani
sebagai linen yang kotor atau terkontaminasi.
1.14 Buang semua sampah ke dalamkantong sampah
infeksius ketika di dalam ruangan. Ketika sampah
akan dibuang, diluar ruangan masukkan kantong
tersebut ke dalam kantong lain dan kemudian
tangani sebagai sampah infeksius.
1.15 Bersihkan dan disinfeksi urinal dan bedpan
sebelum digunakan untuk pasien lain.
1.16 Hindari penggunaan disinfektan semprotan
1.17 Bersihkan semua peraltan kebersihan (mop/lap)
setelah setiap dipergunakan. Kirim semua peralatan
kebersihan tersebut ke laundry untuk dicuci dengan
air panas
1.18 Jika mungkin, yakinlah arah aliran udara
pendingin (AC) berasal dari luar ruangan (koridor)
ke dalam ruangan (tekanan negatif).
1.19 Bersihkan peralatan makan dalm air sabun panas.
2. Memasuki Ruangan
2.1 Di ruang anteroom harus tersedia APD yang berisi :
topi, masker, apron, sarung tangan, dan sepatu
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 52
pelindung, wastafel dengan air mengalir, sabun
antiseptik, handrub, paper towel (tissue), poster
APD dan kebersihan tangan.
2.2 Siapkan semua peralatan yag dibutuhkan
2.3 Cuci tangan dengan air mengalir atau gunakan
handrubs berbasis alkohol.
2.4 Memakai APD, dengan urutan sebagai berikut :
pelindung kaki, gaun pelindung dan topi, masker,
kaca mata atau pelindung wajah dan sarung tangan.
2.5 Masuk ruangan dan tutup pintu.
3. Meninggalkan Ruangan
3.1 Kecuali masker, lepaskan APD di pintu ruang
anteroom, masker dilepaskan setelah meninggalkan
ruangan pasien dan menutup pintunya
3.2 Urutan melepas APD :
1) Sarung tangan : lepas dan buang ke dalam tempat
sampah infeksius, lakukan kebersihan tangan.
2) Kaca mata atau pelindung wajah : letakkan ke
dalam wadah peralatan bekas pakai, lakukan
kebersihan tangan.
3) Gaun : dengan tidak memegang bagian luar gaun,
masukan ke dalam tempat cucian, lakukan
kebersihan tangan
4) Masker: dengan tidak memegang bagian luar,
lakukan kebersihan tangan.
5) Pelindung kaki setelah itu lakukan kebersihan
tangan.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 53
CATATAN : di tulis di pintu keluar ruangan.
3.3 Cuci tangan dengan air mengalir atau digunakan
handrubs berbasis alkohol.
3.4 Tinggalkan ruangan.
3.5 Lepaskan masker atau respirator dengan memegang
elastis di belakang telinga, jangan memegang
bagian depan masker
3.6 Setelah ke luar ruangan, gunakan kembali handrubs
berbasis alkohol atau cuci tangan dengan air
mengalir
3.7 Sebelum meninggalkan ruangan petugas mandi di
kamar mandi dengan menggunakan shower yang
disediakan di ruang ganti dan menggunankan pakaian
dari rumah.
Peraturan untuk Kewaspadaan Isolasi
Harus dihindari transfer mikroba patogen antar pasien dan petugas saat
perawatan pasien rawat inap. Perlu dijalankan hal berikut :
1. Kewaspadaan terhadap semua darah dan cairan tubuh , sekresi dan
ekskresi dari seluruh pasien untuk meminimalisir resiko transmisi
infeksi.
2. Lakukan kebersihan tangan sebelum kontak diantara pasien.
3. Lakukan kebersihan tangan setelah menyentuh bahan infeksius (darah
dan cairan tubuh)
4. Gunakan teknik tanpa menyentuh bila memungkinkan untuk menghindari
menyentuh bahan infeksius.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 54
5. Pakai sarung tangan saat harus atau mungkin kontak dengan darah dan
cairan tubuh serta barang yang terkontaminasi. Disinfeksi tangan
segera setelah melepas sarung tangan. Ganti sarung tangan antara
pasien.
6. Penanganan limbah feses, urin dan sekresi pasien yang lain dalam
lubang pembuangan yang disediakan, bersihkan dan disinfeksi bedpan,
urinal dan kontainer pasien lain.
7. Tangani bahan infeksius sesuai prosedur
8. Pastikan peralatan, barang fasilitas dan linen infeksius pasien telah
dibersihkan dan di disinfeksi dengan benar antar pasien.
F. PEMROSESAN PERALATAN PASIEN
Untuk menciptakan lingkungan bebas infeksi, yang
terpenting adalah dengan melaksanakan setiap proses
pencegahan infeksi yang di anjurkan. Proses pencegahan
infeksi dasar yang di anjurkan untuk mengurangi penularan
penyakit dari instrument yang kotor, sarung tangan bedah,
dan barang-barang habis pakai lainnya adalah
(precleaning/prabilas), pencucian dan pembersihan,
sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau
sterilisasi.
PERHATIAN :
1. Formaldehid alkohol tidak dianjurkan sebagai sterilan
kimia atau DTT karena bersifat iritasi dan toksik.
2. Fenol 3% dan oidofor tidak boleh untuk DTT karena tidak
dapat mematikan spora bacteria, M. Tuberculosis (MTB)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 55
dan jamur.
3. Isopropil alkohol tidak boleh untuk DTT karena tidak
bisa mematikan spora bakteria dan virus hidrofilik.
4. Waktu paparan untuk DTT berubah dari 10-30 menit menjadi
> 12 menit.
5. Jangan melakukan disinfeksi fogging atau pengasapan di
area perawatan dan kamar operasi.
6. Petugas yang melakukan dekontaminasi alat harus selalu
menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker,
apron lengan panjang, sarung tangan panjang, jika
diperlukan dapat memakai kacamata (goggle)
TIGA TINGKAT PROSES DISINFEKSI
I. DISINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT) :
Mematikan bakteri dalam waktu 20-12 jam, akan mematikan
semua mikroba kecuali sebagian kecil spora bakteri.
II. DISINFEKSI TINGKAT SEDANG (DTS) :
Dapat mematikan bakteria vegetatif termasuk Mycobacteria,
hampir semua virus, hampir semua jamur, tetapi tidak bisa
mematikan spora bakteria.
III. DISINFEKSI TINGKAT RENDAH (DTR) :
Dapat mematikan hampir semua bakteria vegetatif, beberapa
jamur, beberapa virus dalam waktu < 10 menit.
G. DEKONTAMINASI
PengertianBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 56
1. Prabilas (precleaning)
Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk
ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan, misal :
mengurangi jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi,
menginaktivasi virus HBV, HCV, dan HIV
2. Pembersihan :
Proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah
atau cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun
membuang sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi resiko
bagi mereka yang menyentuh kulit atau menangani obyek
tersebut. Proses ini terdiri dari mencuci sepenuhnya
dengan sabun atau deterjen dan air atau secara
enzimatik, membilas dengan air bersih dan mengeringkan.
3. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT):
Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria,
virus, jamur dan parasit) termasuk endospora bakteri
dari benda mati dengan mesin sterilisator suhu tinggi
yaitu uap tekanan tinggi (otoklaf) dan panas kering
(oven) atau dengan mesin sterilisator suhu rendah
(plasma dan etilen oksida), sterilan kimiawi atau
radiasi.
Setiap benda, baik peralatan metal yang kotor memrlukan
penanganan dan pemrosesan khusus agar :
1. Mengurangi resiko perlukaan aksi dental atau
terpapar darah atau cairan tubuh terhadap petugas
pembersih dan rumah tangga.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 57
2. Memberikan hasil akhir berkualitas tinggi (umpamanya
peralatan atau benda lain yang steril atau yang
didisinfeksi tingkat tinggi (DTT)).
Persyaratan :
1. Suhu pada disinfeksi secara fisik dengan air panas untuk
peralatan sanitasi 80°C dalam waktu 45-60 detik,
sedangkan untuk peralatan memasak 80°C dalam waktu 1
menit.
2. Disinfektan harus memenuhi kriteria tidak merusak
peralatan maupun orang, disinfektan mempunyai efek
sebagai deterjen dan efektif dalam waktu yang relatif
singkat, tidak terpengaruh oleh kesadahan air atau
keberadaan sabun dan protein yang mungkin ada.
3. Penggunaan disinfektan harus mengikuti petunjuk pabrik.
4. Pada akhir proses disinfeksi terhadap ruang pelayanan
medis (ruang operasi dan ruang isolasi) tingkat
kepadatan bakteri pada lantai dan dinding 0-5 CFU/cm²,
bebas mikroorganisme patogen dan gas gangren. Untuk
ruang penunjang medis (ruang rawat inap, ruang ICU/ICCU,
kamar bayi, kamar bersalin, ruang perawatan luka bakar
dan laundry) sebesar 5-10 CFU/m²
5. Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan
pasien secara fisik dengan pemanasan pada suhu ± 121°C
selama 30 menit atau pada suhu 134° selama 13 menit dan
harus mengacu pada petunjuk penggunaan alat sterilisasi
yang digunakan.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 58
6. Sterilisasi harus menggunakan disinfektan yang ramah
lingkungan.
7. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung
diri dan menguasai prosedur sterlisasi yang ada
8. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan
ruang isolasi harus bebas dari mikroorganisme hidup.
Kebijakan sentralisasi pelayanan sterilisasi
Sebagai salah satu upaya dalam penurunan angka infeksi di
rumah sakit dan mengoptimalkan fungsi Instalasi
Sterilisasi Pusat/CSSD, diperlukan pelayanan sterilisasi
yang tersentralisasi.
Tujuan :
a. Efisiensi dan efektifitas pelayanan sterilisasi
b. Standarisasi pelayanan sterilisasi
c. Jaminan mutu pelayanan sterilisasi
Pelaksanaan pelayanan sterilasasi :
Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD) merupakan unit kerja di
rumah sakit yang bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan proses pelayanan sterilisasi di mulai dari
proses pencucian, dekontaminasi, disinfeksi, pengemasan,
labeling, proses sterilisasi, penyimpanan dan
pendistribusian barang steril serta pengawasan mutu.
Pelayanan sterilisasi dilaksanakan secara sentralisasi
oleh Instalasi Sterilisasi Pusat/CSSD namun dapat juga
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 59
dilaksanakan oleh unit kerja dalam bentuk Satelit CSSD
yang penyelenggaraannya dibawah Koordinasi dan Pengawasan
Instalasi Sterilisasi Pusat dengan ketentuan sebagai
berikut :
1. Tersedia ruangan satelit CSSD yang memenuhi standar :
a. Area unclean : tekanan negatif AC dan HEPA
filter
b. Area clean : tekanan positif AC dan HEPA
filter
c. Area steril : tekanan positif AC dan
HEPA filter
d. Area umum : gudang penyimpanan BMHP
2. Tersedia sarana dan prasarana standar minimal untuk
pelayanan sterilisasi :
a. Mesin sterilisator suhu tinggi dan suhu rendah
kapasitas kecil
b. Peralatan penunjang dekontaminasi
c. Peralatan penunjang untuk pengemasan dan labeling
d. Peralatan penunjang untuk penyimpanan barang steril
e. Peralatan penunjang lainnya
3. SDM dengan kompetensi khusus di bidang pelayanan
sterilisasi
4. Aktivitas sentralisasi di CSSD :
a. Menyediakan/produk barang medis habis pakai steril
(single-use)
b. Melakukan proses sterilisasi barang medis ulang pakai
(re-use)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 60
Aktivitas desentralisasi di satelit CSSD :
1. Melakukan proses sterilisasi barang medis ulang pakai
untuk :
a. Barang / alat yang spesifik
b. Barang / alat yang dibutuhkan segera
c. Barang / alat dengan persediaan terbatas
2. Melakukan proses penyimpanan barang steril sebelum
digunakan ke pasien
Kebijakan tentang BAHAN STERIL SEKALI PAKAI (single- use) dan
ULANG PAKAI (re-use)
Dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit, dibutuhkan
barang medis/alat kesehatan yang habis pakai dan barang
medis/alat kesehatan yang dapat di ulang pakai (re-use) atau
dapat digunakan kembali setelah dilakukan proses
pembersihan, dekontaminasi, dan proses steril dengan
tujuan :
a. Mengurangi resiko infeksi
b. Memelihara efektifitas
c. Mengurangi biaya pasien
d. Menjamin mutu
Semua peralatan yang di ulang pakai harus memenuhi
persyaratan berikut :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 61
a. Ada referensi atau rujukan yang dapat
dipertanggungjawabkan
b. Rekomendasi dari pihak penyediaan dengan sertifikat
c. Penyedia harus merekomendasi berapa kali alat dapat di
ulang
Pengelompokan barang medis/alat kesehatan steril :
1. Barang medis/alat kesehatan steril disposible yang
diproduksi oleh pabrik tertentu. Disediakan untuk sekali
pakai, tidak diproses ulang kecuali ada rekomendasi dari
pihak yang memproduksi alat kesehatan tersebut.
Contoh : spuit disposible steril, sarung tangan steril,
barang/alat kesehatan disposible lainnya.
2. Barang medis habis pakai steril produksi CSSD
Adalah barang medis/alat kesehatan steril disediakan
untuk sekali pakai oleh CSSD, tidak di proses ulang
3. Barang medis/alat kesehatan steril yang dapat di pakai
ulang
Adalah barang medis/alat kesehatan steril, bila sudah
dipakai dapat di proses ulang menjadi barang medis/alat
kesehatan steril.
Contoh : instrumen steril, linen steril, barang/bahan
lain yang terbuat dari kaca, plastik, silikon dan karet.
Kebijakan :
1. Barang medis/alat kesehatan steril sekali pakai (single-
use)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 62
Adalah barang medis/alat kesehatan steril disposible
produksi oleh pabrik tertentu, disediakan untuk sekali
pakai dan tidak boleh diproses ulang kecuali :
a. Ada rekomendasi dari pabrik yang memproduksi alat
kesehatan tersebut untuk difungsikan sebagai barang
ulang pakai
b. Barang yang terbuat dari bahan yang tahan untuk di
pakai ulang, perlu dilakukan pencatatan agar bisa
mendeteksi sudah berapakali di pakai-ulang.
2. Barang medis habis pakai steril
Adalah barang medis habis pakai yang di produksi steril
oleh Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD) digunakan hanya
satu kali pakai dalam kemasan tertentu.
3. Barang medis steril yang dapat digunakan kembali atau
ulang pakai
Adalah barang steril yang bilamana sudah di pakai oleh
pasien dapat digunakan kembali setelah dilakukn proses
pembersihan, dekontaminasi, pengemasan, dan proses
steril
4. Barang medis/alat kesehatan steril, tidak boleh dipakai
apabila:
a. Kemasan sudah dibuka atau terbuka
b. Barang steril yang masih tersisa dalam kemasan yang
sudah terbuka
c. Tanggal kadaluarsa sudah lewat
5. Proses ulang untuk barang medis/alat kesehatan yang
dapat di pakai ulang, penggunaan kembali tergantung dari
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 63
jenis bahan dari barang medis/alat dan kondisinya tidak
rusak
6. Pengawasan terhadap pemakaian kembali barang/alat
kesehatan yang dapat diproses ulang harus dilakukan
secara rutin :
a. Seleksi kelayakan untuk dilakukan ulang pakai (uji
visual)
b. Pencatatan agar dapat mendeteksi berapakali barang
tersebut dilakukan ulang pakai
7. Pengumpulan data, analisis data dan penggunaan data
mengenai penggunaan barang medis/alat kesehatan yang
dapat digunakan kembali atau ulang pakai yang terkait
dengan pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan
tanggung jawab semua Unit Kerja yang terkait dengan
pelayanan.
Metode Sterilisasi
1. Sterilisasi dengan Menggunakan Panas :
1.1Sterilisasi Uap Panas (Otoklaf)
Cara ini biasanya digunakan di rumah sakit karena
terbukti uap panas dengan tekanan tinggi dapat
menghilangkan spora bakteri yang paling resisten
sekalipun secara efektif dalam waktu singkat.
Mekanisme secara umum adalah mengeluarkan seluruh
udara dari bahan/alat yang disterilkan dengan otoklaf
sehingga terjadi campuran uap yang seragam dan
mengurangi kemungkinan adanya daerah dingin dalam
otoklaf. Mekanisme ini mencakup gravity displacement,
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 64
mass flow dilution, pressure pulsing, high vaccum, dan pressure
pulsing dengan gravity displacement. Faktor lain yang
penting adalah udara kedap, tekanan atmosfir,
kualitas udara.
1.2Sterilisasi Panas (Oven/dry Heat)
Pemanasan dengan oven biasa digunakan untuk
sterilisasi gelas, instrumen, benda tajam dan
instrumen bedah mata. Keunggulan penggunaan panas
dibandingkan sterilisasi uap adalah kemungkinan
korosi yang rendah dan penetrasi yang dalam. Tetapi,
proses pemanasan ini lambat, diperlukan waktu satu
atau dua jam pada suhu 160°C. Bahan dan alat dapat
menjadi rusak akibat pemanasan yang lama dengan suhu
tinggi.
2. Sterilisasi Suhu Rendah
2.1Sterilisasi dengan Etilen Oksida (ETO)
Sterilisasi menggunakan etilen oksida efektif unttuk
membunuh spora. Bahan ini mudah menguap dan baik
unttuk penetrasi, tetapi bahan ini mudah meledak dan
terbakar. ETO adalah campuran gas yang paling efisien
dan bisa penetrasi kateter lumen yang sangat kecil,
namun mempunyai kelemahan karena sifatnya yang
karsinogenik.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 65
2.2Sterilisasi dengan Plasma/Teknologi Baru dalam
Sterilisasi dengan Suhu Rendah.
Suhu rendah, teknik dan prosedur baru seperti bedah
mikro, bedah laser, bedah ultrasonik dan bedah
endoskopi atau laparoskopi yang menggunakan peka dan
mahal, biasanya sensitif terhadap panas. Untuk itu
diperlukan cara sterilisasi yang mencakup hal-hal
berikut ini :
a. Kurang dari 60°C
b. Efisiensi tinggi, dapat membunuh virus, bakteri
TB, jamur dan spora
c. Aktivitas cepat, mampu menembus bahan peralatan
medis biasa dan masuk ke bagian dalam instrumen
alat
d. Kompatibilitas bahan
Tidak merubah bentuk maupun fungsi alat-alat
bahkan setelah digunakan ulang
e. Non toksik
f. Tahan bahan organik tanpa kehilangan efektifitas
g. Adaptasi
Cocok digunakan pada instalasi kecil maupun besar
h. Kemampuan monitor
Mudah dimonitor dengan akurat secara fisik, kimia
maupun biologi
i. Murah
Harga yang pantas untuk instalasi dan prosedur
rutin
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 66
j. Sterilisasi plasma hidrogen peroksida dan vapour-
phase hidrogenperoksida (VHP), siklus sterlisasi lebih
pendek daripada dengan menggunakan ETO, yaitu
angka 30-45 menit untuk VHP dan 75 menit sampai 4
jam untuk plasma. Bahan–bahan ini juga ideal untuk
alat-alat yang sensitif terhadap panas dan
kelembaban, selain itu ramah lingkungan dan tidak
meninggalkan residu.
Tatalaksana :
1. Kamar/ruang operasi yang telah dipakai harus dilakukan
disinfeksi dan disterilisasi sampai aman untuk dipakai
pada operasi berikutnya
2. Instrumen dan bahan medis yang dilakukan sterilisasi
harus melalui persiapan, meliputi :
2.1Persiapan sterilisasi bahan dan alat sekali pakai
Penataan - Pengemasan - Pelabelan - Sterilisasi
2.2Persiapan sterilisasi instrumen baru
Penataan dilengkapi dengan sarana pengikat (bila
diperlukan) – Pelabelan - Sterilisasi
2.3Persiapan sterilisasi instrumen dan bahan lama
Disinfeksi – Pencucian (dekontaminasi) – Pengeringan
(pelipatan bila perlu) – Penataan – Pelabelan –
Sterilisasi
3. Indikasi kuat untuk tindakan disinfeksi/sterilisasi
3.1Semua peralatan medik atau peralatan perawatan pasien
yang dimasukan kedalam jaringan tubuh, sistem
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 67
vaskuler atau melalui saluran darah harus selalu
dalam keadaan steril sebelum digunakan
3.2Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti
endoskopi, pipa endotrakeal harus disterilisasi/di
disinfeksi dahulu sebelum digunakan
3.3Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari
jaringan tubuh, darah atau sekresi harus selalu dalam
keadaan steril sebelum dipergunakan
4. Semua benda atau alat yang akan disterilkan/di
disinfeksi harus terlebih dahulu dibersihkan secara
bersama untuk menghilangkan semua bahan organik ( darah
dan jaringan tubuh ) dan sisa bahan linennya.
5. Sterlisasi (132°C) selama 3 menit pada gravity
displacement steam sterilizer, tidak dianjurkan untuk
peralatan implant
6. Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya akibat
dibersihkan, disterilisasi atau di disinfeksi tidak
boleh dipergunakan lagi. Oleh karena itu hindari proses
ulang yang dapat mengakibatkan terganggunya keamanan dan
efektifitas peralatan.
7. Jangan menggunakan bahan seperti linen dan lainnya yang
tidak tahan terhadap sterilisasi, karena akan
mengakibatkan kerusakan seperti kemasannya rusak atau
berlubang, bahan yang mudah robek dan sebagainya.
8. Peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada
tempat (lemari) khusus setelah dikemas steril dan
diletakkan pada :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 68
8.1. Ruangan dengan suhu 18°C sampai 22°C dan kelembapan
35%-75%. Ventilisasi menggunakan sistem tekanan
positif dengan efisiensi partikuler antara 90%-95%
(untuk partikuler 0,5 µm)
8.2. Dinding ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat
dan mudah dibersihkan.
8.3. Barang yang steril disimpan pada jarak 19 cm - 24
cm dari lantai dan tinggi barang minimum 45 cm dari
langit-langit dan berjarak 5 cm dari dinding serta
diupayakan untuk menghindari terjadinya penempelan
debu kemasan.
9. Pemeliharaan dan cara penggunaan peralatan sterilisasi
harus memperhatikan petunjuk pabrik dan harus
dikalibrasi minimal satu kali satu tahun.
10. Jalur masuk ke ruangan untuk peralatan operasi yang
telah disteril harus terpisah dengan peralatan yang
telah dipakai.
11. Sterilisasi dan disinfeksi terhadap ruang pelayanan
medis dan peralatan medis dilakukan sesuai permintaan
dari kesatuan kerja pelayanan medis dan penunjang medis.
H. PENATALAKSANAAN LINEN
Prinsip Umum :
1. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukan ke
dalam kantong atau wadah yang tidak rusak saat di
angkut.
2. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang
sudah digunakan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 69
3. Semua bahan padat pada linen yang kotor harus
dihilangkan dan dibilas dengan air. Linen kotor tersebut
kemudian langsung dimasukan ke dalam kantong linen di
kamar pasien
4. Bersihkan kontaminasi bahan padat (misal : feses) dari
linen yang sangat kotor (menggunakan APD yang sesuai)
dan buang limbah padat tersebut ke dalam toilet sebelum
linen dimasukan ke kantong cucian.
5. Linen yang sudah digunakan harus dibawa dengan hati-hati
untuk mencegah kontaminasi permukaan lingkungan atau
orang-orang disekitarnya.
6. Jangan memilah linen di tempat perawatan pasien, masukan
linen yang terkontaminasi langsung ke kantong cucian.
7. Minimal memanipulasi atau mengibas-ibaskan linen untuk
menghindari terbentuknya aerosol, kontaminasi udara dan
orang.
8. Tidak diperbolehkan meletakkan linen kotor pasien di
lantai.
PERHATIAN :
A. Angkut linen kotor dengan hati-hati
B. Angkut linen kotor dan bersih di dalam troli yang tertutup
C. Pisahkan troli pengangkutan linen bersih dan linen kotor,
gunakan warna troli yang berbeda
D. Lakukan dekontaminasi atau pembersihan troli setiap hari
E. Tidak perlu menggunakan APD pada saat mengantar linen ke
unit laundry
F. Gunakan APD (masker, sarung tangan, dan apron) saat
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 70
pemilahan dan penghitungan linen kotor
G. Harus selalu melakukan kebersihan tangan setelah dan
sesudah menyentuh linen juga setelah melepaskan sarung
tangan
I. PENGELOLAAN LIMBAH
1. Pengertian
1.1 Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang
dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk
padat, cair dan gas.
1.2 Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah
sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan
rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan
non medis.
1.3 Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri
dari limbah : infeksius, patologi, benda tajam,
farmasi, sitotoksik, kimiawi, radioaktif, kontainer
bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat
yang tinggi.
1.4 Limbah padat non medis adalha limbah padat yang
dihasilkan dari kegiatan rumah sakit di luar medis
yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan
halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada
teknologinya.
1.5 Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja
yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 71
beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi
kesehatan.
1.6 Limbah gas adalah limbah yang berbentuk gas yang
berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit
seperti insenerator, dapur, perlengkapan generator,
anestesi dan pembuatan obat sitotoksik
1.7 Limbah infeksius adalah limbah dari bahan yang
terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh pasien,
ekskresi, sekresi yang dapat menularkan kepada orang
lain.
1.8 Limbah sitotoksik adalah limbah dari bahan yang
terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat
sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan
sel hidup.
1.9 Minimalisasi limbah adalah upaya yang dilakukan
rumah sakit untuk mengurangi jumlah limbah yang
dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce),
menggunakan kembali limbah (re-use) dan daur ulang
limbah (recycle).
2. Definisi
2.1 Bahan berbahaya adalah setiap unsur, peralatan,
bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan
atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan.
2.2 Benda-benda tajam adalah objek atau alat yang
memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 72
menonjol yang dapat memotong, melukai atau menusuk
kulit, seperti jarum suntik, jarum hipodermik,
perlengkapan intravena, vial, ampul, ujung infus
set, pipet, pecahan gelas, pecahan kaca,
pecahan/patahan ampul, pecahan botol, pisau bedah,
kawat dan benda lain yang dapat menusuk atau
melukai.
2.3 Enkapsulasi adalah proses pemadatan sampah benda
tajam atau obat-obatan dalam wadah yang berupa tong
atau drum, dengan cara tong mengisi wadah hingga ¾
bagian wadah kemudian sisa ruang dipenuhi dengan
menuangkan bahan-bahan seperti semen atau campuran
semen dengan kapur, atau tanah liat
2.4 Insinerasi adalah proses pengurangan volume dan
berat sampah medis dan mengubah bentuk asal sampah
medis dengan teknologi pembakaran suhu tinggi.
2.5 Pemilahan adalah pemisahan limbah medis dan non
medis atau limbah benda tajam dengan non benda
tajam.
2.6 Pembuangan adalah penanganan akhir dari limbah
dengan cara membuang dan atau mengolah limbah agar
aman bagi lingkungan
2.7 Saluran kotoran adalah sistem pembuangan air limbah
yang terpisah dari saluran air hujan, berupa sistem
perpipaan yang dilengkapi dengan bak kontrol atau
clean out (lubang kontrol).
2.8 Kontainer adalah wadah tempat penyimpanan,
pengangkutan, penimbunan atau pembuangan limbah.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 73
3. Tujuan Pengelolaan Limbah
3.1. Melindungi petugas pembuangan limbah dari perlukaan
3.2. Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas
kesehatan
3.3. Mencegah penularan infeksi pada masyarakat
sekitarnya.
3.4. Membuang bahan-bahan berbahaya (bahan toksik dan
radioaktif) dengan aman
Tumpukan limbah terbuka harus dihindari karena :
a. Menjadi objek pemulung yang akan memanfaatkan limbah
yang terkontaminasi
b. Dapat menyebabkan perlukaan
c. Menimbulkan bau busuk
d. Mengundang lalat dan hewan penyebar penyakit lainnya.
4. Pengelolaan Limbah
Identifikasi Limbah
1. Padat
2. Cair
3. Tajam
4. Infeksius
5. Non Infeksius
Pemisahan
1. Pemisahan dimulai dari awal penghasil limbah
2. Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah
3. Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 74
4. Limbah cair segera dibuang ke wastafel atau spoelhok
Labeling
1. Limbah padat infeksius : Plastik kantong
warna kuning
2. Limbah padat non infeksi : Plastik kantong
warna hitam
3. Limbah benda tajam : Wadah khusus
benda tajam yang tahan
tusuk dan anti bocor
Catatan :
Kantong pembuangan diberi simbol/label sesuai jenis
limbah
Tata cara pengemasan
1. Tempatkan dalam wadah limbah tertutup
2. Tutup mudah dibuka, sebaiknya dengan sistem injak
3. Kontainer dalam keadaan bersih dan harus dicuci
setiap hari
4. Kontainer terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan
tiadk berkarat.
5. Tempatkan setiap kontainer limbah pada jarak 10-20
meter atau diletakkan dekat lokasi tindakan.
6. Ikat limbah dengan tali rafia jika sudah terisi ¾
penuh.
Penyimpanan
1. Simpan limbah di tempat penyimpanan sementara
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 75
2. Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat
dengan kuat
3. Beri label pada kantong plastik limbah
4. Setiap hari limbah di angkat dari tempat penampungan
sementara, minimal 2 hari sekali
Pengangkutan
1. Mengangkut limbah harus menggunakan troli khusus yang
kuat, tertutp dan mudah dibersihkan
2. Tidak boleh tercecer
3. Sebaiknya lift pengangkut limbah berbeda dengan lift
pasien
4. Apabila lift khusus untuk barang kotor belum
tersedia, maka lift pasien/pengunjung dapat
dipergunakan sesuai dengan jadwal khusus yang di atur
oleh pengelola gedung dan segera lakukan disinfeksi
lift setelah selesai pengangkutan limbah, linen
kotor, dan troli makanan kotor
5. Gunakan APD ketika menangani limbah
6. Tempat penampungan sementara sampah medis harus
tertutup, bersimbol biohazard, kapasitas memadai,
aman dan memadai
7. Tempat penampungan sementara sampah non medis harus
diberi pelindung berupa pagar/rumah sampah,
terjangkau (oleh kendaraan), aman, tidak ada genangan
air sampah dan selalu dijaga kebersihannya
Pembuangan atau pengolahan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 76
1. Limbah padat infeksius dimusnahkan di incenerator
2. Limbah non infeksi dibuang ke tempat penyimpanan
sampah sementara (TPS)
3. Limbah benda tajam dimusnahkan dalam incenerator atau
dapat menggunakan alat penghancur benda tajam (needle
destroyer)
4. Limbah cair dibuang ke bak cuci alat, saluran
pembuangan di kamar mandi, wastafel, atau spoelhok
5. Limbah feces, urine di buang ke kloset atau spoelhok
Penanganan limbah benda tajam
1. Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam
2. Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat
3. Segera buang limbah benda tajam ke dalam kontainer
tahan tusuk dan tahan bocor yang tersedia
4. Selalu di buang sendiri oleh si pemakai
5. Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai
6. Kontainer benda tajam diletakkan dekat lokasi
tindakan
PERHATIAN :
A. Seluruh petugas yang menangani limbah wajib
menggunakan APD (masker, sarung tangan, apron dan
sepatu)
B. Selalu melakukan kebersihan tangan setelah
menangani limbah
C. Lepaskan APD segera setelah menangani limbah, dan
setelah mengantar limbah
D. Tidak direkomendasikan petugas berhenti di jalan Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 77
dan membeli makanan saat mengantar limbah
E. Tidak direkomendasikan petugas pengangkut sampah
membawa barang/benda selain troli sampah
F. Tidak direkomendasikan membawa limbah melebihi
batas kapasitas (luber), troli sampah harus dalam
keadaan tertutup pada saat pengangkutan
Persyaratan
1. Limbah Medis Padat
1.1. Minimalisasi Limbah
1.1.1. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi
limbah dimulai dari sumber
1.1.2. Setiap rumah sakit harus mengelola dan
mengawasi penggunaan bahan kimia yang
berbahaya dan beracun
1.1.3. Setiap rumah sakit melakukan pengelolaan
stok bahan kimia dan farmasi
1.1.4. Pengolahan sampah medis dengan incenerator
milik rumah sakit harus melalui sretifikasi
dari pihak yang berwenang
1.1.5. Pengolahan sampah medis ke luar rumah
sakit (kerjasama dengan jasa pemusnahan sampah
medis) mulai dari pengumpulan, pengangkutan,
dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari
pihak yang berwenang
1.2. Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan
daur ulang
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 78
1.2.1. Pemilahan limbah harus dilakukan mulai
dari sumber yang menghasilkan limbah
1.2.2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali
harus dipisahkan dari limbah yang tidak
dimanfaatkan kembali
1.2.3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam
satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi
atau tidaknya. wadah tersebut harus anti
bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka
1.2.4. Limbah jarum dan syiringe tidak boleh
dipisahkan, harus langsung dibuang ke wadah
khusus limbah benda tajam
1.2.5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan
kembali harus melalui proses sterilisasi
sesuai tabel 5 untuk menguji efektifitas
sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus
subtilis
1.2.6. Limbah jarum hipodemik tidak dianjurkan
untuk dimanfaatkan kembali.
1.2.7. Pewadahan limbah medis padat harus
memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah
dan label seperti pada tabel 6 dibawah
1.2.8. Limbah padat yang sudah terkontaminasi
cairan tubuh tidak boleh didaur ualng, harus
dibuang ke tempat sampah medis.
1.2.9. Limbah sitotoksik dikumpulkan dalam wadah
yang kuat, anti bocor dan diberi label
bertuliskan “Limbah Sitotoksik”
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 79
1.3. Pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan limbah
medis padat di lingkungan Rumah Sakit
1.3.1. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap
ruangan penghasil limbah menggunakan troli
khusus yang tertutup dan label/simbol
biohazard
1.3.2. Penyimpanan limbah medis padat harus
sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan
paling lama 48 jam dan musim kemarau paling
lama 24 jam.
1.4. Pengumpulan, pengemasan dan pengangkutan ke luar
rumah sakit.
1.4.1. Pengelola harus mengumpulkan dan melakukan
kemasan pada tempat yang kuat.
1.4.2. Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit
menggunakan kendaraan khusus
1.4.3. Seluruh proses pengumpulan, pengemasan,
pengangkutan limbah ke luar rumah sakit harus
mengikuti peraturan dan prosedur yang berlaku.
1.5. Pengolahan dan pemusnahan
1.5.1. Limbah medis padat tidak diperbolehkan
membuang langsung ke tempat pembuangan akhir
limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
1.5.2. Cara dan teknologi pengolahan atau
pemusnahan limbah medis padat disesuaikan
dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah
medis padat yang ada, dengan pemanasan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 80
menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran
menggunakan incenerator.
TABEL 3 METODE STERILISASI UNTUK LIMBAH YANG DIMANFAATKAN
KEMBALI
Metode Sterlisasi Suhu Waktu kontakSterilisasi dengan panas
- Sterilisasi kering dengan
oven “Pounpinel”
- Sterilisasi basah dengan
otoklaf
Sterilisasi dengan bahan kimia
Ethylene oxide (gas)
Glutaraldehyde (cair)
160°C
170°C
121°C
50°C - 60°C
120 menit
60 menit
3 menit
3-8 jam
30 menit
TABEL 4 JENIS WADAH DAN LABEL LIMBAH MEDIS PADAT SESUAI DENGAN
KATEGORINYA
KATEGORI WARNA KONTAINER LAMBANG KETERANGAN
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 81
RADIOAKTIF MERAH
Kantong boks
timbal dengan
simbol
radiokatif
SANGAT
INFEKSIUSKUNING
Kantong plastik
kuning, kuat
tahan bocor,
atau container
yang dapat
disterilisasi
dengan otoklaf
LIMBAH
INFEKSIUS
PAOTOLOGI
DAN ANATOMI
KUNING
Plastik kuat
dan anti bocor
atau kontainer
SITOTOKSIK UNGU
Kantong plastik
kuat dan anti
bocor
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 82
LIMBAH KIMIA
DAN FARMASICOKLAT
Kantong plastik
atau kontainer
2. Limbah Non Medis
2.1. Pemilahan dan pewadahan
2.1.1. Pewadahan limbah padat non medis harus
dipisahkan dari limbah padat medis dan
ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
2.1.2. Tempat pewadahan
a. Setiap tempat pewadahan limbah padat harus
dilapisi kantong plastik warna hitam
sebagai pembungkus limbah dan diberi label
limbah domestik/non medis
b. Bila kepadatan lalat disekitar tempat
limbah padat melebihi 2 (dua) ekor per block-
grill, perlu dilakukan pengendalian lalat.
2.2. Pengumpulan, peyimpanan dan pengangkutan
2.2.1. Bila ditempat pengumpulan sementara
tingkat kepadatan lalat lebih dari 20 ekor per
block-grill atau tikus terlihat pada siang hari,
harus dilakukan pengendalian.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 83
2.2.2. Dalam keadaan normal harus dilakukan
pengendalian serangga dan binatang pengganggu
yang lain minimal satu bulan sekali.
2.3. Pengolahan dan pemusnahan
Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non medis
harus dilakukan sesuai dengan persyaratan
kesehatan
3. Limbah Cair
Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan
dibuang ke badan air atau lingkungan harus memenuhi
persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Rumah Sakit atau peraturan daerah
setempat bila aturannya lebih ketat
4. Limbah Gas
Standar limbah gas (emisi) dari sarana pengolahan
limbah medis padat dengan insenerator mengacu pada
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
Kep-13/MenLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak atau peraturan daerah setempat bila
aturannya lebih ketat.
Tatalaksana limbah
1. Limbah Medis Padat
a. Minimalisasi Limbah
Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan
limbah sebelum membelinya
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 84
Mengupayakan pencegahan timbulnya limbah atau
diupayakan menghasilkan limbah seminimal mungkin
pada setiap kegiatan.
Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
Mengutamakan metode pembersihan secara fisik
daripada secara kimiawi
Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah
seperti dalam kegiatan perawatan dan kebersihan.
Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan
baku sampai menjadi limbah bahan berbahaya dan
beracun.
Memesan bahan-bahan sesuai dengan kebutuhan.
Menggunakan bahan-bahan yg diproduksi lebih awal
untuk menghindari kadaluarsa.
Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.
Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat
diantar oleh distributor.
b. Pemilahan, Pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur
ulang
Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai
dari sumber yang terdiri dari limbah infeksius,
limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.
Tempat pewadahan limbah medis padat terbuat dari
bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap
air, dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian
dalamnya, misalnya fiberglass.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 85
Di setiap sumber penghasil limbah medis harus
tersedia tempat pewadahan yang terpisah dengan
limbah padat non medis.
kantong plastik diangkat minimal dua kali sehari
atau apabila 2/3 bagian telah terisi limbah.
Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada
tempat khusus (safety box atau sharp container) yang
disediakan oleh rumah sakit.
Tempat pewadahan limbah medis padat sitotoksik yang
tidak langsung kontak dengan limbah harus segera
dibersihkan dengan larutan disinfektan apabila akan
dipergunakan lagi, sedangkan untuk kontak langsung
dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi
dan harus langsung dimusnahkan.
Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali
setelah melalui sterilisasi meliputi pisau bedah
(scalpe), botol gelas dan kontainer.
Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah
sterilisasi dengan ethylene oxide, maka tangki
reactor harus dikeringkan sebelum dilakukan injeksi
ethylene oxide. Oleh karena gas tersebut sangat
berbahaya maka sterilisasi harus dilakukan oleh
petugas yang terlatih. Sedangkan sterilisasi dengan
glutaraldehyde lebih aman dalam pengoperasiannya
tetapi kurang efektif secara mikrobiologi
Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada
kasus pencemaran spongiform encephalopaties
c. Tempat Penampungan Sementara
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 86
Tempat penampungan/penyimpanan sementara (TPS)
sampah medis harus diberi simbol biohazard dan
harus dipisahkan dengan TPS sampah non medis.
Limbah padat medis harus segera dimusnahkan di
insenerator selambat-lambatnya 24 jam
Bila insenerator rusak, maka limbah medis harus
dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit
lain atau pihak lain yang mempunyai insenerator
yang berizin untuk dilakukan pemusnahan selambat-
lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruangan
dan paling lambat 4 hari apabila disimpan pada suhu
dibawah 0°C
d. Transportasi
Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke
kendaraan pengangkut harus diletakkan dalam
kontainer yang kuat dan tertutup.
Kantong limbah medis padat disimpan pada tempat
yang aman dari jangkauan manusia maupun binatang.
Petugas yang menangani limbah harus menggunakan
alat pelindung diri yang terdiri dari :
a. Topi/helm
b. Masker
c. Pelindung mata
d. Pakaian panjang (cover-all)
e. Apron untuk industri
f. Pelindung kaki/sepatu boot
g. Sarung tangan khusus (disposible gloves atau heavy duty
gloves)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 87
Pengolahan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah padat.
1. Limbah infeksius dan benda tajam
Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dari
persediaan agen infeksius dari laboratorium harus
disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah
seperti dalam otoklaf sedini mungkin. Untuk limbah
infeksius yang lain cukup dengan cara disinfeksi.
Benda tajam harus di olah dengan insenerator bila
memungkinkan, dan dapat di olah bersama dengan
limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok
untuk benda tajam
Setelah insenerasi atau disinfeksi, residunya dapat
dibuang ke tempat pembuangan B3 atau dibuang ke
landfill jika residunya sudah aman.
2. Limbah farmasi
Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah di
insenerator pirolitik (phyrolitic incenerator), rotary klin,
dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang ke sarana
air limbah atau inersisasi. Tetapi dalam jumlah
besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang
khusus seperti rotary klin, kapsulisasi dalam drum
logam dan inersisasi.
Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus
dikembalikan kepada distributor, sedangkan bila
dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan
dikembalikan, supaya dimusnahkan melalui insenerator
pada suhu di atas 1000°C.
Limbah sitotoksikBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 88
a. Limbah Sitotoksik sangat berbahaya dan tidak boleh
dibuang dengan penimbunan (landfill) atau ke
saluran limbah umum.
b. Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke
perusahaan penghasil atau distributornya,
insenerasi pada suhu tinggi, dan degradasi kimia.
Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh
karena kadaluarsa diberi keterangan bahwa obat
tersebut sudah kadaluarsa atau tidak lg dipakai
dan harus dikembalikan ke distributor, apabila
tidak memungkinkan maka dimusnahkan di
insenerator.
c. Insenerasi pada suhu tinggi sekitar 1200°C
dibutuhkan untuk menghancurkan semua bahan
sitotoksik. Insenerasi pada suhu rendah dapat
menghasilakn uap sitotoksik yang berbahaya ke
udara.
d. Insenerator pirolitik dengan dua tungku pembakaran
pada suhu 1200C dengan minimum waktu tinggal 2
detik atau suhu 1000C dengan waktu tinggal 5 detik
di tungku kedua sangat cocok untuk bahan ini dan
dilengkapi dengan penyaring debu.
e. Insenerator juga harus dilengkapi peralatan
pembersih gas. Insenerasi juga memungkinkan dengan
roatory klin yang didesain untuk dekomposisi panas
limbah kimiawi yang beroperasi dengan baik pada
suhu di atas 850CBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 89
f. Insenerator dengan satu tungku atau pembakaran
terbuka tidak tepat untuk pembuangan sitotoksik
g. Metode degradasi kimiawi yang mnengubah senyawa
sitotoksik menjadi senyawa tidak beracun dapat
digunakan tidak hanya residu obat tapi juga untuk
pencucian tempat urin, tumpahan dan pakaian
pelindung.
h. Cara kimia relatif mudah dan aman meliputi
oksidasi oleh kalium permanganat (KmnO4) atau asam
sulfat ¿¿), penghilangan nitrogen dengan asam
bromida, atau reduksi dengan nikel dan alumunium.
i. Insenerasi maupun degradasi kimia tidak merupakan
solusi yang sempurna untuk pengolahan limbah,
tumpahan atau cairan biologis yang terkontaminasi
agen antineoplastik. Oleh karen itu, rumah sakit
harus berhati-hati dalam menangani obat sitotoksik
3. Limbah bahan kimawi
a. Pembuangan limbah kimia biasa.
Limbah kimia biasa yang tidak bisa di daur ulang
seperti gula, asam amino dan garam tertentu dapat
dibuang ke saluran air kotor. Namun demikian,
pembuangan tersebut harus memenuhi memenuhi
persyaratan konsentrasi bahan pencemar yang ada
seperti bahan melayang, suhu dan pH
b. Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil
Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti
residu yang terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 90
dengan insenerasi pirolitik, kapsulisasi atau timbun
(landfill).
c. Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil.
Tidak ada cara pembuangan yang aman dan sekaligus
murah untuk limbah berbahaya. Pembuangannya lebih
ditentukan kepada sifat bahaya yang dikandung oleh
limbah tersebut. Limbah tertentu yang bisa dibakar
seperti banyak bahan pelarut dapat di insenerasi.
Namun bahan pelarut dalam jumlah besar seperti
pelarut halogenida yang mengandung klorin atau florin
tidak boleh diinsenerasi kecuali inseneratornya
dilengkapi dengan alat pembersih gas.
d. Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia
berbahaya tersebut ke distributornya yang akan
menanganinya dengan aman, atau dikirim ke negara lain
yang mempunyai peralatan yang cocok untuk
mengolahnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan
limbah kimia berbahaya :
Limbah berbahaya yang komposisinya berbeda harus
dipisahkan untuk menghindari reaksi kimia yang
tidak diinginkan.
Limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar tidak
boleh ditimbun karena dapat mencemari air tanah.
Limbah kimia disinfektan dalam jumlah besar
tidak boleh dikapsulisasi karena sifatnya yang
korosif dan mudah terbakar.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 91
Limbah padat bahan kimia berbahaya cara
pembuangannya harus dikonsultasikan terlebih
dahulu kepada instansi yang berwenang.
4. Limbah dengan kandungan logam berat tinggi
a. Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak
boleh dibakar atau diinsenerasi karena beresiko
mencemari udara dengan uap beracun dan tidak boleh
dibuang ke landfill karena dapat mencemari air tanah.
b. Cara yang disarankan adalah dikirim ke negara yang
mempunyai fasilitas pengolah limbah dengan kandungan
logam berat tinggi. Bila tidak memungkinkan, limbah
dibuang ke tempat penyimpanan yang aman sebagai
pembuangan akhir untuk limbah industri yang
berbahaya. Cara lain yang paling sederhana adalah
dengan kapsulisasi kemudian dilanjutkan dengan
landfill. Bila hanya dalam jumlah kecil dapat dibuang
dengan limbah biasa.
5. Kontainer bertekanan
a. Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer
bertekanan adalah dengan daur ulang atau penggunaan
kembali. Apabila masih dalam kondisi utuh dapat
dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang
gas. Agen hlaogenida dalam bentuk cair dan dikemas
dalam botol harus diperlakukan sebagai limbah bahan
kimia berbahaya untuk pembuangannya.
b. Cara pembuangan yang tidak diperbolehkan adalah
pembakaran atau insenerasi karena dapat meledak.
Kontainer yang masih utuh
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 92
Kontainer-kontainer yang harus dikembalikan ke
penjualnya adalah :
- Tabung atau silinder nitrogen oksida yang
biasanya disatukan dengan peralatan
anestesi.
- Tabung atau silinder etillin oksida yang
biasanya disatukan dengan peralatan
sterilisasi.
- Tabung bertekanan untuk gas lain seperti
oksigen, nitrogen, karbon dioksida, udara
bertekanan, siklopropana, hidrogen, gas
elpiji dan asetilin.
Kontainer yang sudah rusak
Kontainer yang rusak tidak dapat di isi ulang
harus dihancurkan setelah dikosongkan kemudian
baru dibuang ke landfill.
Kaleng aerosol
kaleng aerosol kecil harus dikumpulkan dan
dibuang bersama dengan limbah biasa dalam
kantong plastik hitam dan tidak untuk dibakar
atau diinsenerasi. Limbah ini tidak boleh
dimasukkan ke dalam kantong kuning karena akan
dikirim ke insenerator. kaleng aerosol dalam
jumlah banyak sebaiknya dikembalikan ke
penjualnya atau instalasi daur ulang bila ada.
6. Limbah radiokatif
a. Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur
dalam kebijakan dan strategi nasional yang menyangkut
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 93
peraturan, infrastruktur, organisasi pelaksana dan
tenaga yang terlatih.
b. Setiap rumah sakit yang menggunakan sumber radioaktif
yang terbuka untuk keperluan diagnosa, terapi atau
penelitian harus menyiapkan tenaga khusus yang
terlatih khusus di bidang radiasi.
c. Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian
bahan radioaktif yang aman dan melakukan pencatatan.
d. Instrumen kalibrasi yang tepat harus tersedia untuk
monitoring dosis dan kontaminasi. Sistem pencatatan
yang baik akan menjamin pelacakan limbah radioaktif
dalam pengiriman maupun pembuangannya dan selalu
diperbaharui datanya setiap waktu.
e. Limbah radioaktif harus dikategorikan dan dipilah
berdasarkan ketersediaan pilihan cara pengolahan,
pengkondisian, penyimpanan dan pembuangan. Kategori
yang memungkinkan adalah :
Waktu paruh (half-life) seperti umur pendek
(short-lived), misalnya waktu paruh < 100 hr,
cocok untuk penyimpanan pelapukan.
Aktifitas dan kandungan radionuklida
Bentuk fisika dan kimia
Cair : berair dan organik
Tidak homogen (seperti mengandung lumpur atau
padatan yang melayang)
J. PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
Tujuan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 94
Adalah untuk menciptakan lingkungan rumah sakit yang
bersih, aman dan nyaman sehingga dapat meminimalkan atau
mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari
lingkungan kepada pasien, petugas, pengunjung dan
masyarakat di sekitar rumah sakit dan fasilitas kesehatan
sehingga infeksi nosokomial dan kecelakaan kerja dapat
dicegah.
Prinsip Dasar Pembersihan Lingkungan
1. Semua permukaan horizontal di tempat dimana pelayanan
yang disediakan untuk pasie harus dibersihkan setiap
hari dan bila terlihat kotor. Pembersihan juga harus
dilakukan bila pasien sudah keluar dan sebelum pasien
baru masuk.
2. Bila permukaan tersebut, meja pemeriksaan atau peralatan
lainnya pernah bersentuhan langsung dengan pasien maka
permukaan tersebut harus dibersihkan dan didisinfeksi di
antara pasien-pasien yang berbeda.
3. Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum
digunakan. Membersihkan debu dengan kain kering atau
sapu dapat menimbulkan aerosolisasi dan harus dihindari.
4. Larutan, kain lap dan kain pel harus diganti secara
berkala.
5. Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan
dikeringkan setelah digunakan.
6. Kain pel yang dapat digunakan kembali harus dicuci dan
dikeringkan setelah digunakan dan disimpan.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 95
7. Tempat-tempat di sekitar pasien harus bersih dari
peralatan serta perlengkapan yang tidak perlu sehingga
memudahkan pembersihan menyeluruh setiap hari.
8. Meja pemeriksaan dan peralatan disekitarnya yang telah
digunakan pasien yang diketahui atau suspek terinfeksi
ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran harus
dibersihkan dengan disinfektan segera setelah digunakan.
Hal-hal Penting Mengenai Pembersihan dan Disinfeksi
1. Lingkungan yang digunakan oleh pasien harus dibersihkan
dengan teratur.
2. Pembersihan harus menggunakan teknik yang benar untuk
menghindari aerosolisasi debu
3. Hanya permukaan yang bersentuhan dengan kulit/mukosa
pasien dan permukaan yang sering disentuh oleh petugas
kesehatan yang memerlukan disinfeksi setelah
pembersihan.
4. Petugas kesehatan harus menggunakan APD untuk melakuka
pembersihan dan disinfeksi peralatan pernafasan dan
harus membersihkan tangan setelah APD dilepas.
5. Ventilasi ruangan yang baik diperlukan selama dan segera
setelah proses disinfeksi, apapun jenis disinfeksi yang
digunakan.
Ruang Lingkup Pengendalian Lingkungan
Konstruksi Bangunan Rumah Sakit
a. Dinding
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 96
Permukaan dinding harus kuat, rata dan kedap air
sehingga mudah dibersihkan secara periodik dengan jadual
yang tetap 3-6 bulan sekali. Cat dinding warna terang
dan menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak
mengandung logam berat.
b. Langit-langit
Langit-langit harus kuat, tidak berlubang, tidak bocor,
tidak berjamur, berwarna terang, dan mudah dibersihkan
tingginya minimal 2,70 meter dari lantai kerangka
langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu
harus anti rayap.
c. Lantai
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, halus, kedap
air, tidak licin, warna terang, permukaan rata, tidak
bergelombang sehingga mudah dibersihkan secara rutin 3
kali sehari atau bila perlu. Lantai yang selalu kontak
dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah
saluran pembuangan air limbah. Pertemuan lantai dengan
dinding disarankan berbentuk lengkung agar mudah
dibersihkan terutama untuk ruang isolasi, penyakit
menular dan ruang operasi.
d. Atap
Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga, tikus dan binatang pengganggu
lainnya.
e. Pintu
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 97
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar dan dapat
mencegah masuknya serangga, tikus dan binatang
pengganggu lainnya.
f. Jaringan Instalasi
Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air
limbah, gas, listrik, sistem penghawaan, sarana
komunikasi dan lain-lainnya harus memenuhi persyaratan
teknis kesehatan agar aman dan nyaman, mudah dibersihkan
dari tumpukan debu. Pemasangan pipa air minum tidak
boleh bersilang dengan pipa air limbah dan tidak boleh
bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air
minum.
g. Furniture
Dibersihkan secara rutin setiap hari khusus tempat tidur
pasien gunakan cairan disinfektan, tidak menggunakan
bahan yang dapat menyerap debu, sebaiknya bahan yang
mudah dibersihkan dari debu maupun darah atau cairan
tubuh lainnya.
h. Fixture dan Fitting
Peralatan yang menetap di dinding hendaknya di desain
sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan
i. Gorden
Bahan terbuat dari yang mudah dibersihkan, tidak
bergelombang, warna terang, di cuci secara periodik 1-3
bulan sekali dan tidak menyentuh lantai
K. LINGKUNGAN
A. Ventilasi ruangan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 98
Ventilasi ruangan adalah proses memasukan dan
menyebarkan udara luar dan atau udara daur ulang yang
telah diolah dengan tepat dimasukan ke dalam gedung atau
ruangan. Ventilasi adalah hal yang berbeda pengkondisian
udara. Pengkondisian udara adalah mempertahankan
lingkungan dalam ruang agar bertemperatur nyaman.
Ventilasi untuk mempertahankan udara dalam ruangan yang
baik aman untuk keperluan pernapasan. Ventilasi yang
memadai dan aliran udara satu arah yang terkontrol harus
diupayakan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mengurangi penularan patogen yang ditularkan melalui
airborne udara (misalnya TB paru, campak, cacar air)
B. Ventilasi ruangan untuk infeksi pernafasan
Kualitas ventilasi merupakan salah satu faktor utama
yang menentukan risiko pajanan di ruangan isolasi,
terutama dengan penyebaran transmisi udara (airborne
infection) :
1. Rekomendasi dengan ventilasi mekanis atau alami,
pertukaran udara ruangan ≥ 12 dan arah aliran udara
ke satu arah
2. Pasien yang perlu di isolasi ditularkan melalui udara
(misalnya TB paru, campak, cacar air) dan ISPA yang
disebabkan oleh agen baru yang dapat menimbulkan
kekhawatiran dimana cara penularannya belum
diketahui.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 99
3. Pemeliharaan exhaust fan harus dilakukan secara rutin
untuk mempertahankan kualitas dan sirkulasi udara
yang optimal
4. Pintu kamar pasien selalu tertutup, jika memungkinkan
jendela kamar pasien selalu terbuka
5. Poster di pintu kamar pasien harus selalu di pasang
Ada tiga jenis ventilasi utama :
1. Ventilasi mekanis dengan menggunakan fan untuk
mendorong aliran udara melalui suatu gedung, jenis
ini dapat dikombinasikan dengan pengkondisian dan
penyaringan udara.
2. Ventilasi alami menggunakan cara alami untuk
mendorong aliran udara melalui suatu gedung adalah
tekanan angin dan tekanan yang dihasilkan oleh
perbedaan kepadatan antara udara di dalam dan di luar
gedung, yang dinamakan “efek cerobong”
3. Sistem ventilasi gabungan memadukan penggunaan
ventilasi mekanis dan alami.
Penggunaan ventilasi alami di ruang isolasi
Prinsip ventilasi alami adalah menghasilkan dan
meningkatkan aliran udara luar gedung menggunakan cara
alami seperti gaya angin dan gaya apung termal dari satu
lubang ke lubang lain untuk mencapai pertukaran
sirkulasi udara yang diharapkan. Penelitian terbaru
mengenai system ventilasi alami di Peru menunjukkan
bahwa ventilasi alami efektif mengurangi penularan
tuberculosis di rumah sakit.Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 100
C. Permukaan Lingkungan
1. Bersihkan dan disinfeksi permukaan lingkungan di area
perawatan
2. Lakukan pembersihan dua kali sehari atau bila kotor
3. Pilih disinfektan yang terdaftar dan gunakan sesuai
petunjuk pabrik
4. Jangan menggunakan disinfektan/cair kimia tingkat
tinggi untuk peralatan non kritikal dan permukaan
lingkungan
5. Ikuti petunjuk pabrik untuk untuk pembersihan dan
pemeliharaan peralatan non kritikal
6. Jika tidak ada petunjuk pembersihan dari pabrik ikuti
prosedur tertentu
7. Jangan melakukan disinfektan fogging di area
perawatan
8. Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang
menghasilkan aerosol
9. Pembersihan dari pabrik ikuti prosedur tertentu
10. Jaga kebersihan lingkungan, lantai, dinding,
permukaan meja
11. Gunakan detergen, jangan menggunakan
disinfektan/cairan kimia tingkat tinggi untuk
peralatan non kritikal dan permukaan lingkungan
12. Ikuti petunjuk pabrik untuk pembersihan dan
pemeliharaan peralatan non kritikal, jika tidak ada
petunjuk/disinfektan yang terdaftar untuk pembersihan
dan disinfeksiBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 101
D. Ruangan Perawatan Pasien
Gunakan detergen atau air untuk pembersihan permukaan
non perawatan seperti perkantoran administrasi,
bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh
seperti gagang pintu, bed rails.
E. Ruangan yang Beresiko (ICU, Kamar Operasi (OK),
Instalasi Sterilisasi Pusat)
1. Bersihkan dinding, langit, jendela, tirai di area
perawatan pasien
2. Jangan melakukan disinfeksi fogging atau pengasapan
di area keperawatan
3. Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang
menghasilkan aerosol
4. Ikuti prosedur tepat yang efektif menggunakan mops,
cloths, and solution
5. Siapkan cairan pembersih setiap hari atau jika
diperlukan dan digunakan cairan yang baru
6. Ganti mop setiap hari
7. Bersihkan mop dan kain pembersih setelah dipakai dan
biarkan kering sebelum dipakai lagi
8. Selesai operasi terakhir setiap hari, bersihkan
ruangan dengan wet vacuum atau mop lantai dan dinding
dengan menggunakan pembersih. Jangan gunakan mats di
pintu masuk ruang operasi gunakan metode pembersihan
debu yang tepat untuk pasien yang immunocompromise
F. Kebersihan Lingkungan Keperawatan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 102
Pembersihan harian dan pembersihan pada akhir perawatan,
disamping pembersihan secara seksama disinfeksi bagi
peralatan tempat tidur dan permukaan perlu dilakukan,
seperti dorongan tempat tidur, meja disamping tempat
tidur, kereta dorong lemari baju, tombol pintu, keran,
tombol lampu, bel panggilan, telepon, TV, remote
kontrol, Virus dapat dinonaktifkan oleh alkohol 70% dan
klorin 0,5%. Dianjurkan untuk melakukan pembersihan
permukaan lingkungan dengan dtergen yang netral
dilanjutkan dengan larutan disinfektan
G. Prinsip Dasar Pembersihan Lingkungan
1. Semua permukaan horizontal di tempat pelayanan yang
disediakan untuk pasien harus dibersihkan setiap hari
dan bila terlihat kotor. Permukaan tersebut juga
harus dibersihkan bila pasien sudah keluar dan
sebelum pasien baru masuk
2. Bila permukaan tersebut, meja pemeriksaan atau
peralatan lainnya pernah bersentuhan langsung dengan
pasien, permukaan tersebut juga harus dibersihkan dan
didisinfeksi di antara pasien-pasien yang berbeda
3. Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum
digunakan
4. Membersihkan debu dengan kain kering atau dengan sapu
dapat menimbulkan aerosolisasi dan harus dihindari
5. Larutan, kain lap dan kain pel harus diganti secara
berkala sesuai kebutuhan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 103
6. Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan
dikeringkan setelah digunakan
7. Kain pel yang digunakan kembali harus dicuci dan
dikeringkan setelah digunakan dan sebelum disimpan
8. Tempat-tempat disekitar pasien harus bersih dari
peralatan serta perlengkapan yang tidak perlu,
sehingga memudahkan pembersihan menyeluruh setiap
hari
9. Meja pemeriksa dan perlatan disekitarnya yang telah
digunakan pasien yang diketahui atau suspek
terinfeksi ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran
harus dibersihkan dengan disinfektan segera setelah
digunakan.
H. APD untuk Pembersihan Lingkungan
Kegiatan pembersihan adalah tugas berat yang memerlukan
banyak pekerja, dan dilingkungan tertentu resiko
terpajan benda-benda tajam sangat tinggi.
I. Petugas Kesehatan harus menggenakan :
a. Sarung tangan karet (rumah tangga)
b. Gaun pelindung dan celemek
c. Sepatu pelindung yang rapat dan kuat, seperti sepatu
bot.
J. Pembersih Tumpahan dan Pajanan
Saat membersihkan tumpahan atau pajanan cairan tubuh
atau secret, petugas kesehatan harus mengenakan APD yang
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 104
memadai, termasuk sarung tangan karet dan gaun pelindung
.
Tahap-tahap pembersihan tumpahan adalah sebagai
berikut :
a. Pasang gaun pelindung, celemek dan sarung tangan
karet serta sepatu pelindung
b. bersihkan tumpahan darah, cairan, muntahan dll dengan
kain atau tissue dengan cara memutar ke arah dalam
c. Buang kain pembersih atau tissue ke wadah
limbahntahan bocor (infeksius)
d. Lakukan disinfeksi pada bagian permukaan yang terkena
tumpahan
Catatan :
Sodium hipoklorit dapat digunakan untuk disinfeksi,
dengan konsentrasi yang dianjurkan berkisar dari
0,05% sampai 0,5%
e. Lepaskan segera APD
f. Lakukan kebersihan tangan
K. Pembuangan Sampah
Semua sampah yang dihasilakn dalam ruangan atau area
isolasi harus dibuang dalam wadah atau kantong yang
sesuai :
1. Untuk sampah infeksius gunakan kantong plastik kuning
atau bila tidak tersedia dapat menggunakan kantong
plastik warna lain yang tebal atau dilapis dua
(kantong ganda). Kemudian diikat dengan tali warna
kuning atau diberi tanda “infeksius”. Semua sampah
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 105
dari suatu ruangan/area yang merawat pasien dengan
penyakit menular melalui udara (airborne) harus
ditangani sebagai sampah infeksius.
2. Untuk sampah non infeksius/ tidak menular gunakan
kantong plastik hitam
3. Untuk sampah benda tajam atau jarum ditaruh dalam
wadah tahan tusukan
Kantong sampah apabila sudah ¾ bagian penuh harus segera
diikat dengan tali dan tidak boleh dibuka kembali.
Petugas yang bertanggung jawab atas pembuangan sampah
dari bangsal/area isolasi harus menggunakan APD lengkap
ketika membuang sampah.
Satu lapis kantong kuning sampah biasanya memadai, bila
sampah dapat dibuang ke ddalam kantong tanpa mengotori
bagian luar kantong. Jika hal tersebut tidak mungkin,
dibutuhkan dua lapis kantong (kantong ganda).
Kantong pembuangan sampah perlu diberi label biohazard
yang sesuai dan ditangani dan dibuang sesuai dengan
kebijakan rumah sakit dan peraturan nasional mengenai
sampah rumah sakit.
Limbah cair seperti urin atau feses dapat dibuang ke
dalam sistem pembuangan kotoran yang tertutup dan
memenuhi syarat dan disiram dengan air yang banyak.
L. KESEHATAN KARYAWAN/PERLINDUNGAN PETUGAS KESEHATAN
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 106
Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat
bekerja, juga dapat mentransmisikan infeksi kepada pasien
maupun petugas kesehatan yang lain.
Fasilitas kesehatan harus memiliki program pencegahab dan
pengendalian infeksi bagi petugas kesehatan. Saat menjadi
karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa
riwayat penyakit infeksi yang pernah diderita, status
imunisasi, dsb
Imunisasi yang dianjurkan untuk petugas kesehatan adalah
hepatitis B dan bila memungkinkan imunisasi hepatitis A,
Influenza, campak, tetanus, difteri, rubella, uji mantoux
untuk melihat adakah infeksi TB sebelumnya.
Tujuannya :
1. Menjamin keselamatan petugas di lingkungan rumah sakit
2. Memelihara kesehatan petugas kesehatan
3. Mencegah ketidakhadiran petugas, ketidakmampuan bekerja,
kemungkinan medikolegal dan KLB.
Penyebab Kecelakaan kerja
1. Kurangnya kesadaran pekerja
2. Kualitas dan ketrampilan kerja kurang memadai
3. Meremehkan resiko kerja, tidak menggunakan alat
pelindung diri yang sesuai ketentuan
Kondisi berbahaya (unsafe Condition)
1. Mesin, peralatan, bahan, dll
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 107
2. Lingkungan kerja
3. Proses kerja
4. Sifat kerja
5. Cara kerja
6. Perbuatan berbahaya
7. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan
8. Cacat tubuh yang tidak kentara
9. Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh
10. Sikap dan perilaku yang tidak baik
Hal-hal yang perlu dilakukan bila petugas terpajan
1. Periksa status kesehatan petugas terpajan
2. Ketahui status kesehatan sumber pajanan
3. Tindakan sesuai jenis paparan
4. Terapkan profilaksis pasca pajanan (PPP) sesuai
kebijakan RS
Tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau cairan
tubuh
1. Mata
Segera bilas dengan air mengalir selama 15 menit
2. Kulit
Segera bilas dengan air mengalir selama 1 menit
3. Mulut
Segera kumur-kumur selama 1 menit
4. Segera hubungi dokter yang berwenang untuk melakukan
perawatan pasca pajanan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 108
5. Lapor ke Komite PPIRS atau Tim IPCN, Panitia K3RS atau
sesuai alur RS
6. Dengan membawa formulir kejadian yang sudah di isi di
bawa ke Poli Penyakit Dalam atau IGD untuk mendapatkan
pemeriksaan atau terapi
Tindakan pasca tertusuk jarum
1. Cuci dengan air mengalir menggunakan sabun atau cairan
antiseptik
2. Berikan cairan antiseptik pada area tertusuk/ luka
3. Segera bawa ke Poli Penyakit Dalam atau IGD untuk
mendapatkan pemeriksaan laboratorium dengan membawa
formulir kejadian tertusuk jarum yang sudah di isi dan
di tanda tangani
4. lapor ke Komite PPIRS atau IPCN dan K3RS
Strategi pencegahan resiko infeksi/kecelakaan kerja
1. Taat menerapkan kewaspadaan isolasi (isolasi standar dan
isolasi berdasarkan transmisi)
2. Taat menjaga kesehatan saluran napas (tidak merokok)
3. Menjaga kesehatan tubuh secara umum
4. Menjaga kebersihan dan hygiene diri
5. Senantiasa menjaga perilaku hidup sehat
6. Tidak memanipulasi jarum bekas pakai
7. Petugas menderita flu diminta tidak merawat atau kontak
dengan pasien imunitas rendah (immunokompromise)Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 109
8. Petugas yang demam/menderita gangguan pernapasan dalam
10 hari setelah terpajan penyakit menular melalui udara
(airborne) perlu dibebas-tugaskan dan harus diisolasi
9. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan
10. Gunakan baki bila memberikan benda tajam
11. Pendidikan dan latihan berkesinambungan
12. Gunakan APD sesuai jenis tindakan
13. Baca etiket obat/cairan sebelum diberikan
14. Tidak menyarungkan kembali jarum bekas pakai
15. Buang jarum bekas pakai pada kontainer yang telah
disediakan
16. Jangan pernah memberikan jarum bekas pakai kepada
orang lain untuk dibuang.
17. Buang kontainer jarum jika sudah ¾ penuh
18. Buang sampah pada tempatnya
19. Jaga kebersihan lingkungan
20. Jaga permukaan lantai tetap kering dan tidak licin
21. Lepaskan jarum memakai alat yang tepat, atau buang
jarum bersama syringe nya
22. Buang jarum pada kontainer yang tahan tusukan dan
tahan bocor
23. Gunakan sistem vacutainer
24. Jangan tingglakan jarum sembarangan
M. PENEMPATAN PASIEN
1. Penanganan Pasien dengan Penyakit Menular/Suspek
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 110
Terapkan dan lakukan pengawasan terhadap Kewaspadaan
Standar. Untuk kasus/dugaan penyakit menular melalui
udara :
1.1. Letakkan pasien di dalam satu ruangan tersendiri.
Bila ditempatkan dalam satu ruangan, jarak antar
tempat tidur harus lebih dari 2 meter dan di antara
tempat tidur harus ditempatkan penghalang fisik
seperti tirai atau sekat.
1.2. Jika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut
dialiri udara bertekanan negatif yang di monitor
(ruangan bertekanan negatif) dengan 6-12
pergantian udara per jam dan sistem pembuangan
udara keluar atau menggunakan saringan udara
partikulasi efisiensi tinggi (HEPA filter) yang
termonitor sebelum masuk ke sistem sirkulasi udara
lain di rumah sakit
1.3. Jika tersedia ruangan bertekanan negatif dengan
sistem penyaringan udara pertikulasi efisiensi
tinggi, buat tekanan negatif di dalam ruangan
pasien dengan memasang pendingin ruangan atau kipas
angin di jendela sedemikian rupa agar aliran udara
keluar gedung melalui jendela. Yang harus terbuka
keluar dan tidak mengarah ke daerah publik. Uji
untuk tekanan negatif dapat dilakukan dengan
menempatkan sedikit bedak tabur di bawah pintu dan
amati apakah terhisap ke dalam ruangan. Jika
diperlukan kipas angin tambahan di dalam ruangan
dapat meningkatkan aliran udara.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 111
1.4. Jaga pintu tertutup setiap saat dan jelaskan kepada
pasien mengenai perlunya tindakan pencegahan ini
1.5. Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai
APD yang sesuai : masker (bila memungkinkan masker
efisiensi tinggi harus digunakan, bila tidak,
gunakan masker bedah sebagai alternatif), gaun,
pelindung wajah atau pelindung mata dan sarung
tangan.
1.6. Pakai sarung tangan bersih, non steril ketika masuk
ruangan
1.7. Pakai gaun yang bersih, non steril ketika masuk
ruangan jika akan berhubungan dengan pasien atau
kontak dengan permukaan atau barang-barang di dalam
ruangan
1.8. Pertimbangan pada saat penempatan pasien :
a. Kamar terpisah bila dimungkinkan kontaminasi
luas terhadap lingkungan, misal : luka lebar
dengan cairan keluar, diare, perdarahan tidak
terkontrol
b. Kamar terpisah dengan pintu tertutup diwaspadai
transmisi melalui udara ke kontak, misal : luka
dengan infeksi bakteri gram positif
c. Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi
dibuang keluar dengan exhaust ke area yidak ada
orang lalu lalang, misalnya TB
d. Kamar terpisah dengan udara terkunci bila
diwaspadai transmisi airborne luas, misal :
varicella
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 112
e. Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga
kebersihan (anak, gangguan mental)
2. Transport Pasien Infeksius
a. Dibatasi bila perlu
b. Bila mikroba pasien virulen, 3 hal perlu diperhatikan
:
Pasien diberi APD (masker, gaun)
Petugas di area tujuan harus diingatkan akan
kedatangan pasien tersebut melaksanakan
kewaspadaan yang sesuai
Pasien di beri informasi untuk dilibatkan
kewaspadaannya agar tidak terjadi transmisi
kepada orang lain
Pasien yang di diagnosa menderita SARS atau flu
burung:
1. Jangan izinkan mereka meninggalkan tempat
isolasi kecuali untuk pelayanan kesehatan
penting
2. Pindahkan pasien melalui jalur yang dapat
mengurangi kemungkinan terpajannya staff, pasien
lain atau pengunjung
3. Bila pasien dapat menggunakan masker, petugas
kesehatan harus menggunakan gaun pelindung dan
sarung tangan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 113
4. Bila pasien tidak dapat menggunakan masker,
petugas kesehatan harus menggunakan masker, gaun
pelindung dan sarung tangan
3. Pemindahan Pasien yang Dirawat
Batasi pergerakan dan transportasi pasien dari ruangan
isolasi hanya untuk keperluan penting. Semua petugas
yang terlibat dalam transportasi pasien harus
menggunakan APD yang sesuai. Semua permukaan yang kontak
dengan pasien harus dibersihkan. Jika pasien dipindahkan
menggunakan ambulan, maka sesudahnya ambulan tersebut
harus dibersihkan dengan disinfektan seperti alkohol 70%
atau klorin 0.5%
Keluarga pendamping pasien
Perlu edukasi oleh petugas agar menjaga kebersihan
tangan dan menjalankan kewaspadaan isolasi untuk
mencegah penyebaran infeksi
4. Pemulangan Pasien
a. Upaya pencegahan infeksi harus tetap dilakukan sampai
batas waktu masa penularan
b. Bila dipulangkan sebelum masa isolasi berakhir,
pasien yang dicurigai terkena penyakit menular
melalui udara/airborne harus diisolasi di dalam rumah
selama pasien tersebut mengalami gejala sampai batas
waktu penularan atau sampai diagnosis alternatif
dibuat atau hasil uji diagnostik menunjukkan bahwa
pasien tidak terinfeksi dengan penyakit tersebutBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 114
c. Sebelum pemulangan pasien, pasien dan keluarganya
harus diajarkan tentang tindakan pencegahan yang
perlu dilakukan sesuai dengan cara penularan penyakit
menular yang diderita pasien
d. Pembersihan disinfeksi ruangan yang benar perlu
dilakukan setelah pemulangan pasien
N. PEMULASARAN JENAZAH
1. Petugas kesehatan harus menjalankan kewaspadaan standar
ketika menangani pasien yang meninggal akibat penyakit
menular
2. Alat Pelindung Diri (APD) lengkap seperti : apron,
masker, sarung tangan, goggle, dan sepatu pelindung
harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika
pasien tersebut meninggal dalam masa penularan,
memandikan pasien
3. Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong
jenazah yang tidak mudah tembus sebelum dipindahkan ke
kamar jenazah
4. Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian
luar kantong jenazah
5. Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah
meninggal dunia
6. Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diijinkan
untuk melakukannya sebelum jenazah dimasukan ke dalam
kantong jenazah dengan menggunakan APD
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 115
7. Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga
tentang penanganan khusus bagi jenazah yang meninggal
denga penyakit menular. Sensitivitas agama, adat
istiadat dan budaya harus diperhatikan ketika seorang
pasien dengan penyakit menular meninggal dunia
8. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet
9. Jika akan di autopsi harus dilakukan oleh petugas
khusus, jika diijinkan oleh keluarga dan direktur rumah
sakit
10. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi
11. Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus
12. Jenazah sebaiknya tidak boleh lebih dari 4 jam
disemayamkan di pemulasaran jenazah
Pemeriksaan Post Mortem
Mengurangi resiko timbulnya aerosol selama autopsi
1. Selalu gunakan APD (apron, masker, sarung tangan, goggle
dan sepatu pelindung
2. Gunakan selubung vakum untuk gergaji getar
3. Hindari penggunaan semprotan air bertekanan tinggi
4. Buka isi perut sambil disiram air panas
Meminimalisasi resiko jenazah yang terinfeksi
Ketika melakukan pemotongan paru, cegah produksi aerosol
dengan :
1. Hindari penggunaan gergaji listrik
2. Lakukan prosedur di bawah air
3. Hindari pajanan ketika mengeluarkan jaringan paruBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 116
Sebagai petunjuk umum, terapkan kewaspadaan standar
sebagai berikut :
1. Gunakan peralatan sesedikit mungkin ketika melakukan
autopsi
2. Hindari penggunaan pisau bedah dan gunting dengan ujung
yang runcing
3. Jangan memberikan instrument dan peralatan dengan
tangan, selalu gunakan nampan
4. Jika memungkinkan, gunakan instrument dan peralatan
sekali pakai
5. Upayakan jumlah petugas seminimal mungkin dan dapat
menjaga diri masing-masing
6. Perawatan jenazah/persiapan sebelum pemakaman
7. Petugas kamar jenazah atau tempat pemakaman harus diberi
tahu bahwa kematian pasien adalah akibat penyakit
menular agar kewaspadaan standar diterapkan dalam
penanganan jenazah
8. Penyiapan jenazah sebelum dimakamkan seperti
pembersihan, pemandian, perapihan rambut, pemotongan
kuku, pencukuran, hanya boleh dilakukan oleh petugas
khusus kamar jenazah
9. Petugas yang melakukan autopsi mayat harus mandi setelah
selesai
10. Sebaiknya kamar mandi dengan fasilitas shower
O. PETUNJUK PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI UNTUK
PENGUNJUNG
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 117
Pengunjung dengan gejala infeksi saluran pernapasan selama
terjangkitnya penyakit menular :
1. Pengunjung dengan gejala demam dan gangguan pernapasan
tidak boleh mengunjungi pasien di dalam fasilitas
pelayanan kesehatan
2. Pengunjung yang setelah sakit sudah tidak menunjukkan
gejala, perlu dibatasi kunjungan ke pasien
3. Orang dewasa yang sakit tidak boleh berkunjung sampai
batas waktu penularan penyakit, sedangkan anak-anak
dibawah 12 tahun dilarang mengunjungi pasien di rumah
sakit
4. Kebijakan ini agar dicantumkan di papan pengumuman
fasilitas kesehatan
Petunjuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk
anggota keluarga yang merawat penderita suspek flu
burung atau infeksi lewat pernapasan : Anggota kaeluarga
perlu menggunakan APD seperti petugas kesehatan yang
merawat di rumah sakit
Mengunjungi pasien dengan penyakit menular melalui udara :
1. Petugas kesehatan atau Tim PPI perlu mendidik pengunjung
pasien dengan penyakit menular tentang cara penularan
penyakit, dan menganjurkan mereka untuk menghindari
kontak dengan pasien selama masa penularan
2. Jika keluarga atau teman perlu mengunjungi pasien yang
masih suspek atau telah dikonfirmasi menderita penyakit Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 118
menular melalui udara, pengujung tersebut harus memakai
APD lengkap (masker, gaun, sarung tangan dan kaca mata)
bila kontak langsung dengan pasien atau lingkungan pasien
3. Petugas kesehatan perlu mengawasi pemakaian APD secara
benar bagi pengunjung
4. Ketika pengunjung meninggalkan ruangan, ia harus melepas
APD dan mencuci tangan
5. Jika keluarga dekat mengunjungi pasien penyakit menular
melalui udara, petugas kesehatan harus mewawancarai orang
tersebut untuk menentukan apakah ia memiliki gejala demam
atau infeksi saluran pernapasan. Karena berhubungan dekat
dengan pasien penyakit menular melalui udara beresiko
atau terinfeksi. Jika ada demam atau gejala gangguan
pernapasan, pengunjung tersebut harus dikaji untuk
penyakit menular melalui udara dan ditangani dengan tepat
P. MENJAGA KEBERSIHAN ALAT PERNAPASAN DAN ETIKA BATUK DI
TEMPAT PELAYANAN KESEHATAN
Setiap orang yang memiliki tanda dan gejala infeksi
pernapasan (batuk, bersin) harus :
1. Menutup hidung/mulut ketika batuk atau bersin
2. Menggunakan tissue untuk menahan sekresi pernapasan dan
dibuang di tempat limbah yang tersedia
3. Cuci tangan segera setelah kontak dengan sekresi
pernapasan (batuk atau bersin)
Depatemen/unit/ruangan harus menjamin tersedianya :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 119
1. Tempat limbah tertutup yang tidak perlu disentuh atau
dapat dioperasikan dengan kaki di semua area
2. Fasilitas cuci tangan dengan air mengalir di ruang
tunggu
3. Pengumuman/informasi tertulis untuk menggunakan masker
bagi setiap pengunjung yang batuk
4. Jika memungkinkan, dianjurkan bagi orang yang batuk
untuk duduk pada jarak 1 meter dari pengunjung lainnya
di ruang tunggu
5. Pada pintu masuk dan ruang fasilitas rawat jalan seperti
ruang gawat darurat, ruangan dokter, klinik rawat jalan,
perlu dipasang instruksi etika batuk atau bersin
Q. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI SEHUBUNGAN DENGAN
PEMBANGUNAN DAN RENOVASI BANGUNAN
Pengertian
1. Semua kegiatan konstruksi dan renovasi bangunan harus di
atur dengan baik sehingga paparan terhadap debu, uap dan
bahaya-bahaya yang menyertainya dapat dibatasi
2. Pengendalian debu dan materi sisa konstruksi bangunan
pada akhirnya bertujuan untuk melindungi karyawan dan
pengujung dari kemungkinan dampak penyakit, seperti
halnya perlatan dan prosedur yang ada
Tujuan :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 120
1. Untuk mengurangi kejadian infeksi rumah sakit pada
pasien-pasien, yang dapat ditimbulkan akibat paparan
bakteri yang ke lingkungan selama kegiatan konstruksi
dan renovasi
2. Pengendalian penyebaran agen-agen infeksi airborne dan
atau waterborne yang tersembunyi di dalam komponen-
komponen bangunan adalah penting pada semua fasilitas
yang ada di RSUD Cileungsi
Departemen atau unit yang bertanggung jawab dalam renovasi
dan pembangunan
1. Bagian Tehnik
a. Memberitahukan kepada Komite PPIRS rencana kerja
untuk memperoleh persetujuan sebelum kerja dimulai
(untuk semua konstruksi baru atau kegiatan renovasi
atau konstruksi untuk departemen-departemen yang
terdaftar pada Group Resiko 3 dan 4)
b. Peninjauan program asuransi keselamatan jiwa
terkoordinasi lengkap
2. Layanan Telekomunikasi (LT), Layanan Informasi Komputer
(LIK), Layanan Telekomunikasi Jaringan (LTJ)
a. Memberitahukan kepada Departemen Penanggung jawaban
Proyek tentang rencana kerja dan mendapatkan
persetujuan sebelum dimulainya kerja pada Group
Resiko 3 dan 4
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 121
b. Mengikuti prosedur yang berlaku yang ditetapkan oleh
Penanggung Jawaban Proyek untuk mengurangi produksi
debu
c. Memberitahu manajer departemen/klinik/perawatan
tentang rencana kerja dan tindakan pencegahan yang
akan dilakukan
d. Mengawasi proyek dengan memantau hambatan-hambatan
dan lain-lain penanggung jawaban proyek akan
melakukan hal yang sama
e. Menghubungi Layanan Lingkungan untuk mengatur setiap
pembersihan
3. Bagian Hukum
Menyertakan kalimat berikut pada semua perawatan
konstruksi dan atau kontrak renovasi : “ SEDANG
DIRENOVASI “ dan Departemen/Unit/Ruangan , Penanggung
Jawaban Proyek harus menyetujui proyek-proyek yang
melibatkan manipulasi terhadap langit-langit, kegiatan
yang menghasilkan debu, manipulasi terhadap sistem HVAC
4. Sanitasi dan Lingkungan
1. Bekerjasama dengan Departemen Penanggung Jawaban
Proyek untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang
memerlukan pengepelan ( damp mopped) dan membersihkan
daerah-daerah ini secara rutin
2. Melakukan pemebersihan menyeluruh pada area-area baru
dan yang direnovasi sebelum menerima pasien
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 122
3. Melakukan pemantauan kebersihan akhir berkoordinasi
dengan PPIRS sebelum membuka kembali /membuka kembali
suatu area
5. Unit / Ruangan
a. Membantu mengidentifikasi pasien beresiko tinggi
b. Merelokasi pasien-pasien beresiko tinggi pada area
yang aman sebelum kegiatan konstruksi/renovasi
dimulai
c. Optimal, hindari melakukan perawatan, pemeriksaan dan
pengobatan yang tidak emergensi pada pasien
immunokompromise selama masa pembangunan/renovasi
6. Pencegahan dan pengendali infeksi rumah sakit (Komite
PPIRS)
a. Meninjau ulang prosedur yang dibuat oleh departemen
penanggung jawab proyek dan diserahkan ke Komite
PPIRS untuk disetujui
b. Manajer, staff medis, bagian pelayanan dan staff
lainnya harus mengetahui tentang resiko pasien
immunokompromise yang terekspose dengan debu
pembangunan
c. Menentukan posisi pembangunan yang meningkatkan
resiko sehingga pasien harus dipindahkan ke rumah
sakit/fasilitas yang tidak dalam pembangunan
d. Meninjau ulang indikasi untuk pelaksanaan di
lingkungan tersebut dengan departemen terkait
(kesehatan, keamanan, lingkungan dan mikrobiologi)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 123
e. Memeriksa area pembangunan yang akan ditempati
setelah tahap akhir pembersihan dan merencanakan
untuk pembukaan area tersebut
f. Melakukan investigasi lingkungan dengan hati-hati
termasuk konfirmasi biakan dilingkungan tersebut jika
memungkinkan, karena sekelompok pasien yang
berpotensi mengalami infeksi yang berhubungan dengan
pembangunan/renovasi
Group / Lokasi Pengendali Infeksi :
Group 0 Terendah :
1. Bangunan terpisah
Group 1 Rendah
1. Area kantor
2. Area yang tidak berhubungan dengan aktivitas
pelayanan pasien
Group 2 Menengah
1. Area pelayanan pasien dan area lain yang tidak
termasuk dalam group 3 dan 4
2. Binatu/Laundry
3. Kafetaria
4. Dapur
5. Manajemen peralatan
6. PT/OT/Speech
7. Pelayanan pasien masuk dan pulang
8. Laboratorium, yang tidak termasuk dalam group 3
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 124
9. Koridor umum (jalan yang dilalui pasien)
Group 3 Menengah Tinggi
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Radiologi
3. Ruang pemulihan ( pasca anestesi)
4. Kamar bersalin
5. Ruang perawatan neonatus
6. NICU
7. Bangsal perawatan anak (kecuali yang terdapat dalam
group 4)
8. Semua ICU (kecuali yang terdapat dalam group 4)
9. MRI
10. Kedokteran Nuklir
11. Ekokardiografi
12. Laboratorium mikrobiologi
13. Laboratorium virologi
14. Farmasi
15. Dialisis
16. Endoskopi
17. Bronkoskopi
Group 4 Paling Tinggi
1. Ruang radiasi terapi
2. Ruang kemoterapi
3. Farmasi
4. Kamar operasi
5. Instalasi Pusat Sterilisasi (IPS)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 125
6. Kateterisasi jantung
7. Ruang tindakan invasif pasien rawat jalan
8. Unit onkologi anestesi
Tipe aktivitas pembangunan dan kelompok pengendali
infeksi dari tabel di atas, gunakan matrik di bawah ini
untuk menentukan klasifikasi pembangunan. Harus
menghubungi komite PPIRS (Pengendali Infeksi)
Tabel 5 KLASIFIKASI PENGENDALIAN
INFEKSI
Aktifitas Pembangunan Level
Resiko
Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D
Group 0 Kelas 0 Kelas 0 Kelas 0 Kelas 0Group 1 Kelas 1 Kelas 1 Kelas 1 Kelas 1Group 2 Kelas 2 Kelas 2 Kelas 2 Kelas 2Group 3 Kelas 3 Kelas 3 Kelas 3 Kelas 3Group 4 Kelas 4 Kelas 4 Kelas 4 Kelas 4
Tabel
6
PANDUAN PENGENDALIAN INFEKSI PEMBANGUNAN YANG SESUAI
BERDASARKAN KLASIFIKASI PROYEK YANG DIPILIH DARI
TABEL DI ATAS
Kelas 0 1.Tidak memerlukan pengendalian infeksiKelas 1 1.Bekerja sesuai prosedur untuk mengurangi debu
akibat pekerjaan
2.Memeriksa dan segera mengganti atap yang
rusakKelas 2 1.Lakukan langkah-langkah aktif untuk mencegah
penyebaran debu lewat udara
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 126
2.Menyegelsemua pintu yang tidak digunakan
3.Limbah konstruksi ditempatkan dalam wadah
yang ditutup rapat sebelum dipindahkan
4.Membersihkan daerah kerja setiap hari dengan
lap basah dan vacum cleaner yang dilapisi
HEPA
5.Meletakkan keset debu disetiap pintu masuk
dan keluar area kerja dan mengganti bila
sudah tidak dapat digunakan
6.Menerapkan sistem HVAC didaerah kerja
7.Membersihkan semua alat kerja setelah proyek
selesai
8.Menjaga sistem keamanan daerah kerja dengan
menggunakan pembatas
9.Menutup semua pintu dan menempelkan tanda
“sedang ada pekerjaan”
10.Membuat alur keluar masuk orang untuk
meminimalkan paparan terhadap pasien
11.Membersihkan semua genangan airKelas 3 1. Memastikan daerah pekerjaan tertutup dan
meminta pengawalan bagian keamanan sebelum
pekerjaan dimulai
2. Mempertahankan tekanan udara negatif
didaerah kerja menggunakan HEPA filter atau
metode lain. Keamanan publik akan memonitor
tekanan udara
3. Tidak memindahkan pembatas dari daerah kerja
sampai pekerjaan selesai dibersihkan dan
meminta pemeriksaan petugas keamanan
4. Membersihkan daerah konstruksi dengan lap
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 127
basah atau vakum 2 kali tiap 8 jam kegiatan
konstruksi atau sesuai kebutuhan
5. Memindahkan pembatas material secara hati-
hati untuk meminimalkan penyebaran debu dan
limbah konstruksi dan sebelumnya dibersihkan
dengan lap basah atau vakum
6. Membungkus limbah konstruksi dengan rapat
sebelum dibuang
7. Meletakkan keset debu di setiap pintu masuk
dan keluar area kerja dan mengganti bila
sudah tidak dapat digunakan
8. Membersihkan semua alat kerja setelah proyek
selesai
9. Menjaga sistem keamanan daerah kerja dengan
menggunakan pembatas
10.Menutup semua pintu dan menempatkan tanda
“sedang ada pekerjaan”
11.Membuat alur keluar masuk orang untuk
meminimalkan paparan terhadap pasien
12.Membersihkan semua genangan airKelas 4 1. Menjaga sistem keamanan daerah kerja dengan
menggunakan pembatas
2. Menutup semua pintu dan menempatkan tanda “
sedang ada pekerjaan”
3. Membuat alur keluar masuk orang untuk
meminimalkan paparan terhadap pasien
4. Membersihkan semua genangan air
5. Memastikan daerah pekerjaan tertutup dan
meminta pengawalan bagian keamanan sebelum
pekerjaan dimulai
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 128
6. Mempertahankan tekanan udara negatif
didaerah kerja menggunakan HEPA filter atau
metode lain. Keamanan publik akan memonitor
tekanan udara
7. Menyegel semua debu dan pipa untuk mencegah
penyebaran debu
8. Membuat ruang antara yang dibersihkan setiap
hari dengan lap basah atau vakum HEPA dan
mewajibkan semua personel untuk melewati
daerah ini sebelum meninggalkan tempat kerja
9. Tidak memindahkan pembatas dari daerah kerja
sampai pekerjaan selesai dibersihkan dan
meminta pemeriksaan petugas keamanan
10.Selama pemugaran, limbah konstruksi, baju
dab sepatu kotor dibuka di ruang antara
sebelum meninggalkan area kerja
11.Memindahkan pembatas material secara hati-
hati untuk meminimalkan penyebaran debu
12.Membersihkan dengan lap basah atau vakum
sebelum dipindahkan
13.Membungkus limbah konstruksi dengan rapat
sebelum dibuang
14.Meletakkan keset debu disetiap pintu masuk
dan keluar area kerja dan mengganti bila
sudah tidak dapat digunakan
15.Membersihkan tempat kerja setiap hari
16.Setelah proyek selesai, daerah kerja
dibersihkan dengan lap basah yang mengandung
disinfektan serta membersikan karpet dengan
vakum HEPA
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 129
17.Membersihkan semua alat kerja setelah proyek
selesai
Isolasi
1. Aktivitas konstruksi akan menghasilkan debu dan harus
dicegah penyebaran debu ke lingkungan sekitarnya
2. Bila terdapat kemungkinan pencemaran, maka semua dinding
dan pintu bangunan (kecuali pintu akses menuju tempat
konstruksi) harus ditutup dan dilapisi dengan lakban
untuk mencegah debu dan debris keluar
3. Konstruksi, pemusnahan atau rekonstruksi yang tidak
memungkinkan pencemaran alat-alat, dinding dan pintu
bangunan lain, dapat menggunakan salah satu metode
isolasi :
a. barier plastik kedap udara yang menutup lantai hingga
langit-langit. Penutup plastik disegel dengan lakban
untuk mencegah debu dab debris keluar.
b. Unit pelindung debu portable (portable dust containment
units) yang terbuat dari polietilen ditarik melapisi
seluruh lantai dan langit-langit
c. Penutup partisi. Bagian sambungan partisi harus
ditutup dan disegel untuk mencegah debu dan debris
Persyaratan tambahan isolasi :
1. Cegah segala kemungkinan penetrasi melalui dinding
perimeter
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 130
2. Tempatkan barier isolasi pada area penetrasi langit-
langit dan eternit untuk menghambat pergerakan udara dan
debu
3. Tempatkan barier debu pada muka lift dan tangga pada
area konstruksi dengan tetap memungkinkan akses darurat
4. Sediakan pintu ganda yang memungkinkan pekerja untuk
melepas alat pelindung diri atau berganti pakaian.
Sediakan ruang antara untuk mempertahankan aliran udara
dari daerah bersih ke tempat konstruksi
5. Buat area tumpang tindih (minimum selebar 60 cm) pada
sambungan palstik penutup
6. Bila diperlukan akses menuju langit-langit, gunakan
portable dust containment atau plastik penutup, tutup
pintu akses tersebut dan segel dari langit-langit hingga
lantai. Bila panel akses ke langit-langit dbuka, segera
ganti penutup saat sudah tidak digunakan lagi
7. Jalur pejalan kaki dari area konstruksi sebaiknya jauh
dari area perawatan pasien, untuk membatasi buka-tutup
pintu/barier lain yang dapat menyebabkan penyebaran
debu, masuknya udara yang terkontaminasi atau timbulnya
jejak debu pada area perawatan
8. Cegah burung ataupun serangga lain masuk ke dalam rumah
sakit dan saluran udara, saluran air harus selalu
tertutup bila sedang tidak digunakan
Ventilasi
1. Pada area konstruksi, pertahankan tekanan udara negatif
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 131
2. Kontraktor harus menyediakan exhaust fan atau unit
ventilasi dengan HEPA filter untuk mempertahankan
takanan udara negatif pada area konstruksi. Exhaust fan
atau ventilasi dengan HEPA filter dijalankan secara
terus menerus
3. Kontraktor bertanggung jawab untuk menjaga peralatan dan
menggnati HEPA atau filter tersebut sesuai dengan
rekomendasi produsen
4. Bangunan suatu ruang antara untuk mempertahankan lairan
udara dari daerah bersih melalui ruang antara masuk ke
dalam area kerja
5.
Perawatan
1. Keset kaki digunakan pada jalur keluar ke/dari area
kerja. Keset dengan perekat debu (adhesive walk-off mats)
ditempatkan pada semua jalur keluar area kerja,
sedangkan keset karpet ditempatkan pada semua jalur
masuk menuju area koknstruksi
2. Keset karpet harus di vakum debu 2 kali per 8 jam kerja
dan pada akhir hari. Setiap jejak yang teridentifikasi
di luar area konstruksi harus segera di vakum atau di
pel. Vacum cleaner harus disesuaikan dengan filter HEPA
3. Keset kaki dengan perekat debu harus diganti setiap hari
atau bahkan lebih sering, untuk tetap mempertahankan
perekatnya
4. Bila konstruksi dilakukan pada area yang ditinggali,
maka area konstruksi harus di vakum atau di pel
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 132
setidaknya setiap akhir shift jaga. Vacum cleaner harus
disesuaikan dengan filter HEPA
Alat pelindung diri
1. APD seperti helm, sepatu dan baju pelindung wajib
dipakai jika petugas sedang bekerja
2. Bagi pengunjung harus menggunakan helm dan sepatu bots
ketika memasuki area
3. Pelindung sepatu dan penutup seluruh tubuh sekali pakai
harus selalu digunakan saat pemusnahan
4. Baju pelindung diri harus ditanggalkan setiap pekerja
meninggalkan area kerja
Penyimpanan barang-barang bangunan
Material konstruksi disimpan di dalam tempat yang kering
dan bersih untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur
Setelah konstruksi
1. Kontraktor akan membersihkan seluruh permukaan dia area
kontruksi, membuat area tersebut bebas debu sebelum
pembuangan barier isolasi
2. Material barier harus dibuang dengan hati-hati untuk
meminimalkan penyebaran kotoran dan debris yang
berhubungan dengan konstruksi (barier harus dibuang
ebagai debris konstruksi). Material barier harus di lap
dengan lap basah, divakum HEPA sebelum dibuang
3. Kontraktor bertanggung jawab menyeimbangkan sistem
ventilasi untuk membuat spesifikasi (seperti yang telah
dijelaskan dalam manual proyek/perjanjian)Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 133
4. Kontraktor bertanggung jawab membuang semua penghalang
dari sistem udara
5. Rumah sakit harus memastikan apakah penyaring penghalang
dan/atau kebocorannya
6. Bagian sanitasi dan lingkungan akan membersihkan
terakhir kali area yang baru dikonstruksi atau renovasi
sebelum pasien boleh memasuki area tersebut
Peringatan khusus untuk penanganan air (penanganan saluran
air)
1. Perhatian latihan dalam menangani cairan (misalnya dalam
memindahkan pipa air dan peralatan) untuk mencegah
material bangunan menjadi basah dan atau mengkontaminasi
area kerja
2. Tutup cabang pipa air domestik yang tidak digunakan
tidak boleh lebih dari 12 inchi dari garis utama
3. Sebelum area digunakan oleh pasien, suhu dan kelayakan
air harus diperiksa
Edukasi dan komunikasi
1. Pimpinan proyek akan mengedukasi manager konstruksi
(termasuk kontraktor) yang akan mengawasi
pembangunan/renovasi
2. Komite PPIRS akan mendampingi edukasi tersebut
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 134
BAB III
SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT
Surveilans Infeksi Rumah Sakit adalah suatu proses yang
dinamis, sistematis, terus menerus, dalam pengumpulan,
identifikasi, analisis dan interpretasi dari data kesehatan
yang penting pada suatu populasi spesifik yang didesiminasikan
secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk
digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu
tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
Sehubungan dengan pentingnya peranan surveilans dalam
manajemen program pengendalian infeksi rumah sakit, maka
pedoman ini disiapkan bagi petugas rumah sakit khususnya
Komite PPIRS untuk membuat program dan melaksanakan surveilans
infeksi rumah sakit.
Pedoman ini memuat pedoman umum kegiatan surveilans
beserta contoh-contohnya sehingga memudahkan Komite PPIRS
melaksanakan surveilans. Diharapkan setiap rumah sakit dapat
merencanakan dan menetapkan jenis surveilans yang akan
diterapkan sesuai dengan misi dan visi serta situasi dan
kondisi masing-masing rumah sakit.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 135
Disarankan agar minimal penanggung jawab PPI di tingkat
departemen dan pelaksana sudah mendapat pendidikan/pelatihan
tambahan tentang surveilans epidemiologi infeksi rumah sakit.
A. TUJUAN SURVEILANS
Suatu surveilans harus mempunyai tujuan yang jelas dan
ditinjau secara berkala untuk menyesuaikan dengan situasi,
kondisi dan kebutuhan yang telah berubah. Perubahan-
perubahan yang mungkin terjadi tersebut meliputi :
Adanya infeksi baru
Perubahan kelompok populasi pasien seperti misalnya
perlu penerapan cara intervensi medis lain yang
beresiko tinggi
Perubahan pola bakteri penyakit
Perubahan pola resistensi bakteri terhadap antibiotika
Pengumpulan dan analisa data surveilans harus dilakukan dan
terkait dengan suatu upaya pencegahan. Oleh karena itu
sebelum merancang sistem dan melaksanakan surveilans
tersebut penting sekali untuk menentukan dan merinci tujuan
dari surveilans terlebih dahulu.
Adapun tujuan surveilans infeksi rumah sakit terutama
adalah :
1. Mendapatkan data dasar Infeksi Rumah Sakit
2. menurunkan Laju Infeksi Rumah Sakit
3. Identifikasi dini Kejadian Luar Biasa (KLB) Infeksi Rumah
Sakit
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 136
4. Meyakinkan para tenaga kesehatan tentang adanya maslah
yang memerlukan penanggulangan
5. Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPIRS
6. Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan
7. Salah satu unsur pendukung untuk memenuhi akreditasi RS
A.1. Mendapatkan data dasar IRS
Pada dasarnya data surveilans IRS digunakan untuk mengukur
laju angka dasar (baseline rate) dari infeksi rs. Dengan
demikian dapat diketahui seberapa besar resiko yang
dihadapi oleh setiap pasien yang dirawat di rumah sakit.
Sebagian besar (90% - 95%) dari IRS adalah endemik dan ini
diluar dari KLB yang telah dikenal. Oleh karena itu
kegiatan surveilans IRS harus dimaksudkan untuk menurunkan
laju angka endemik tersebut.
Meskipun data surveilans dapat dugunakan untuk menentukan
angka endemik, namun pengumpulan data saja tidak akan
mempengaruhi resiko infeksi jika tidak disertai dengan
surveilans akan sia-sia belaka, bahkan selain mahal juga
sangat tidak memuaskan semua pihak.
A.2. Menurunkan laju infeksi rumah sakit
Dengan surveilans ditemukan faktor resiko IRS yang akan
diintervensi sehingga dapat menurunkan laju angka IRS.
Untuk mencapai tujuan ini surveilans harus berdasarkan cara
penggunaan data, sumber daya manusia dan dana yang tersedia
untuk ini.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 137
A.3. Identifikasi dindi kejadian luar biasa (KLB) infeksi
rumah sakit
Bila laju angka dasar telah diketahui, maka kita dapat segera
mengenali bila terjadi suatu penyimpangan dari laju angka
dasar tersebut yang mencerminkan suatu peningkatan kasus atau
kejadian luar biasa (outbreak) dari IRS.
Outbreak atau kejadian luar biasa adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada RS dalam kurun waktu
tertentu.
KLB RS adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian infeksi RS
yang menyimpang dari angka dasar endemic yang bermakna dalam
kurun waktu tertentu.
Deteksi dini merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan
terjadi peningkatan kasus infeksi RS dengan cara melakukan
pemantauan secara terus menerus dan sistematis surveilans
terhadap factor resiko terjadinya infeksi RS.
Untuk mengenali adanya penyimpangan laju angka infeksi
sehingga dapat menetapkan kejadia tersebut merupakan suatu
KLB, sangat diperlukan ketrampilan khusus dari para petugas
kesehatan yang bertanggung jawab untuk itu. Tanpa adanya
ketrampilan tersebut maka pengumpulan data yang dilakukan
tidak ada gunanya sama sekali dan KLB akan lewat demikian
saja.
A.4. Meyakinkan para tenaga kesehatan tentang adanya masalah
yang memerlukan penanggulanganBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 138
Data surveilans yang dioalh dengan baik dan disajikan secara
rutin dapat meyakinkan tenaga kesehatan untuk menerapkan
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI). Data ini dapat
melengkapi pengetahuan yang didapat dari teori karena lebih
spesifik, nyata dan terpercaya. Umpan balik mengenai informasi
seperti itu biasanya sangat efektif dalam menggiring tenaga
kesehatan untuk melakukan upaya PPIRS
A.5. Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPIRS
Seetelah permasalahan dapat teridentifikasi dengan adanya data
surveilans serta upaya pencegahan dan pengendalian telah
dijalankan, maka masih diperlukan surveilans secara
berkesinambungan guna meyakinkan bahwa permasalahan yang ada
benar-benar telah terkendalikan. Dengan pemantauan yang terus
menerus maka suatu upaya pengendalian yang nampaknya rasional
kadang akhirnya dapat diketahui bahwa ternyata tidak efektif
sama sekali. Sebagai contoh, bahwa perawatan meatus setiap
hari untuk mencegah IRS saluran kemih yang nampak rasional
namun data surveilans menunjukan bahwa tidak ada manfaatnya.
A.6. Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan
Penatalaksanakan pasien yang baik dan tepat dalam hal
mengatasi dan mencegah penularan infeksi serta menurunkan
angka resistensi terhadap antimikroba akan menurunkan angka
IRS. Surveilans yang baik dapat menyediakan data dasar sebagai
data pendukung rumah sakit dalam upaya memenuhi Standar
Pelayanan Rumah Sakit
A.7. Salah satu unsure pendukung untuk memnuhi akreditasi RS
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 139
Surveilans IRS merupakan salah satu unsure untuk memenuhi
akreditasi RS yaitu Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Akan
tetapi, pengumpulan data surveilans hanya untuk kepentingan
akreditasi adalah suatu pemborosan sumber daya yang luar biasa
tanpa memberikan manfaat kepada rumah sakit ataupun tenaga
yang ada. Oleh karena itu surveilans harus dikembalikan kepada
tujuan yang sebenarnya yaitu untuk menurunkan resiko
terjangkitnya IRS.
B. PENGERTIAN
Endemik
Keadaan dimana suatu penyakit atau penyebab penyakit secara
terus menerus tetap ada pada populasi manusia dalam suatu
area geografis tertentu (misal : rumah sakit)
Rate, Ratio, Proporsi
Merupakan ukuran relative yang digunakan untuk mengukur
besarnya kemungkinan kejadian (morbiditas atau mortalitas)
suatu masalah kesehatan termasuk infeksi rumah sakit :
Rate mengukur kemungkinan munculnya suatu kejadian
pada populasi tertentu misalnya infeksi rumah sakit di
ruang bedah.
Rate ada 2 macam :
- Insidence Rate : ukuran frekuensi kasu baru pada
populasi dan pada kurun waktu tertentu
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 140
- Prevalence Rate : Ukuran frekuensi kasus baru dan
lama pada populasi dan kurun waktu tertentu.
METODE SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT (IRS)
Metode surveilans berdasarkan jenis data :
Surveilans hasil adalah surveilans yang meninjau laju angka
IRS ( misalnya IDO, ISK, VAP, HAP, IAD )
Surveilans proses adalah surveilans yang memantau pelaksanaan
langkah-langkah pencegahan IRS. Pencegahan dikembangkan dalam
“bundle” yaitu serangkaian protocol tetap tindakan klinis :
1. Berdasarkan cakupannya
a. Surveilans komprehensif adalah surveilans yang
dilakukan de semua area perawatan untuk
mengidentifikasi pasien yang terinfeksi selama di rumah
sakit
b. Surveilans target adalah surveilans yang berfokus pada
ruangan, kelompok pasien atau tindakan yang beresiko
atau jenis surveilans yang memberikan hasil yang lebih
tajam dan memerlukan sumber daya yang lebih sedikit.
2. Berdasarkan waktu
a. Surveilans periodic adalah surveilans yang di lakukan
secara periodic dengan selang waktu tertentu misalnya
satu bulan dalam per semester
b. Surveilans prevalensi adalah surveilans yang menghitung
jumlah semua IRS baik yang lama maupun yang baru.
3. Berdasarkan jenis rawat
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 141
a. Surveilans selama perawatan adalah surveilans yang
dilakukan selama pasien dirawat inap saja
b. Surveilans pasca rawat adalah surveilans yang dilakukan
sesudah pasien keluar dari rumah sakit.
JENIS – JENIS INFEKSI RUMAH SAKIT
A. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
Pengertian dan Klasifikasi
Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi yang terjadi pada
saluran kemih dari kandung kemih hingga ginjal dengan
gejala : demam, anyang-anyangan, disuria, nyeri supra
pubik.
a. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Simptomatik
Definisi : Infeksi Saluran Kemih (ISK) Simptomatik
harus memenuhi paling sedikit satu
criteria berikut ini :Kriteria 1 : Didapatkan paling sedikit satu dari
tanda-tanda dan gejala-gejala berikut tanpa
ada penyebab lainnya :
- Demam (> 38°C)
- Nikuria (anyang – anyangan)
- Polakisuria
- Disuria
- atau nyeri supra pubik
- atau biakan urin porsi tengah (midstream)
> 105 bakteri per ml urin dengan jenis
bakteri tidak lebih dari spesies.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 142
Kriteria 2 : Ditemukan paling sedikit dua dari tanda-
tanda dan gejala-gejala berikut tanpa ada
penyebab lainnya salah satu dari hal-hal
berikut :
- Supra pubik demam (>38°C)
- Nikuria (anyang-anyangan)
- Polakisuria
- Disuria
- atau nyeri supra pubik
dan salah satu dari hal-hal sebagai berikut
:
1. Test carik celup (dipstick) positif
untuk leukosit esterase dan atau nitrit
2. Piuria (terdapat > 10 leukosit per ml
atau terdapat > 3 leukosit per LPB dari
urin yang tidak di)
3. Ditemukan bakteri dengan pewarnaan gram
dari urin yang tidak di pusing (di
centrifuge)
4. Biakan urin paling sedikit dua kali
berturut-turut menunjukan jenis bakteri
yang sama ( bakteri gram negative atau
S.saphrophyticus) dengan jumlah > 100
koloni bakteri per ml urin yang di ambil
dengan kateter
5. Biakan urin menunjukkan satu jenis
uropatogen (bakteri gram negative atau
S.saphrophyticus) dengan jumlah >105 per ml
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 143
pada penderita yang telah mendapat
pengobatan anti mikroba yang sesuai.
6. Di diagnosis ISK oleh dokter yang
menangani
7. Telah mendapat pengobatan antimikroba
yang sesuai oleh dokter yang menanganiKriteria 3 : Pada pasien berumur < 1 tahun ditemukan
paling sedikit satu dari tanda-tanda dan
gejala berikut tanpa ada penyebab
lainnya :
- Demam (> 38°C)
- Hipotermia (< 37°C)
- Apnea
- Bradikardia <100/ menit
- Letargia
- Muntah-muntah
Dan
Hasil biakan urin105 bakteri/ml dengan
tidak lebih dari dua jenis bakteri.Kriteria 4 : Pada pasien berumur < 1 tahun ditemukan
paling sedikit satu dari tanda-tanda dan
gejala-gejala berikut tanpa ada penyebab
lainnya :
- Demam (> 38°C)
- Hipotermia (< 37°C)
- Apnea
- Bradikardia <100/ menit
- Letargia
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 144
- Muntah-muntah
Dan
1. Test carik celup (dipstick) positif
untuk leukosit esterase dan atau nitrit
2. Piuria (terdapat > 10 leukosit per ml
atau terdapat > 3 leukosit per LPB dari
urin yang tidak di)
3. Ditemukan bakteri dengan pewarnaan gram
dari urin yang tidak di pusing (di
centrifuge)
4. Biakan urin paling sedikit dua kali
berturut-turut menunjukan jenis bakteri
yang sama ( bakteri gram negative atau
S.saphrophyticus) dengan jumlah > 100
koloni bakteri per ml urin yang di ambil
dengan kateter
5. Biakan urin menunjukkan satu jenis
uropatogen (bakteri gram negative atau
S.saphrophyticus) dengan jumlah >105 per ml
pada penderita yang telah mendapat
pengobatan anti mikroba yang sesuai.
6. Di diagnosis ISK oleh dokter yang
menangani
7. Telah mendapat pengobatan antimikroba
yang sesuai oleh dokter yang menangani.
b. ISK (Bakteruria Asimptomatik)
CATATAN PENTING :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 145
Biakan positif dari ujung kateter urin bukan
merupakan test laboratorium yang bias diterima untuk
ISK
Biakan urin harus di ambil dengan tehnik yang
sesuai, seperti koleksi clean cath atau kateterisasi
Pada anak kecil biakan urin harus diambil dengan
kateterisasi buli-buli atau aspirasi suprapubik,
biakan positif dari specimen dari kantung urin tidak
dapat diandalkan dan harus dipastikan dengan
specimen yang diambil secara aseptic dengan
kateterisasi atau aspirasi suprapubik.
Definisi : Infeksi Saluran Kemih (ISK) asimptomatik
harus memenuhi paling sedikit satu
criteria berikut ini :Kriteria 1 : Pasien pernah memakai kateter kandung
kemih dalam waktu 7 hari sebelum biakan
urin
Dan
Ditemukan dalam biakan urin > 105 bakteri
per ml urin dengan jenis bakteri maksimal
2 spesies
Dan
Tidak terdapat gejala-gejala / keluhan
demam, suhu > 38°C, polakisuria, nikuria,
disuria dan nyeri supra pubik
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 146
Kriteria 2 : Pasien tanpa kateter kandung kemih
menetap dalam 7 hari sebelum biakan
pertama
Dan
Biakan urin 2 kali berturut-turut
ditemukan tidak lebih 2 jenis bakteri yang
sama dengan jumlah < 105per ml
CATATAN PENTING :
Biakan positif dari ujung kateter urin bukan
merupakan test laboratorium yang bisa diterima untuk
bakteriuria
Biakan urin harus dambil dengan tehnik yang sesuai,
seperti koleksi clean cath atau kateterisasi
c. Infeksi Saluran kemih Lain
Definisi : Infeksi saluran kemih (ISK) yang lain
harus memenuhi paling sedikit satu kriteria
berikut ini :Kriteria 1 : Ditemukan dari bakteri yang dibiakan
cairan bukan urin atau jaringan yang
diambil dari lokasi yang dicurigai
terinfeksiKriteria 2 : Adanya abses atau tanda infeksi lain yang
dapat dilihat, baik secara pemeriksaan
langsung, selama pembedahan atau melalui
pemeriksaan histopatologis
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 147
Kriteria 3 : Terdapat dua dari tanda berikut : demam
(> 38°C), nyeri lokal, nyeri tekan pada
daerah yang dicurigai terinfeksi dan paling
sedikit satu dari tanda berikut :
Dan
Paling sedikit satu dari tanda berikut :
1. Keluar pus atau aspirasi purulen dari
tempat yang dicurigai terinfeksi.
2. Ditemukan bakteri pada biakan darah yang
sesuai dengan tempat yang dicurigai
3. Pemeriksaan radiologi, misal :
ultrasound, CT-Scan, MRI, radiolabel scan,
(gallioum, technetium) abnormal,
memperlihatkan gambaran infeksi.
4. Didiagnosa infeksi oleh dokter yang
menangani
5. Dokter yang menangani memberikan
pengobatan antimikroba yang sesuaiKriteria 4 : Pada pasien berumur < 1 tahun ditemukan
paling sedikit satu dari tanda-tanda dan
gejala-gejala berikut tanpa ada penyebab
lainnya :
Demam (> 38°C)
Hipotermia (> 37°C)
Apnea
Bradikardi < 100 kali/menit
Letargia
Muntah-muntah
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 148
Dan
Paling sedikit satu dari berikut :
1. Keluar pus atau aspirasi purulen dari
tempat yang dicurigai terinfeksi.
2. Ditemukan bakteri pada biakan darah yang
sesuai dengan tempat yang dicurigai
3. Pemeriksaan radiologi, misal :
ultrasound, CT-Scan, MRI, radiolabel scan,
(gallioum, technetium) abnormal,
memperlihatkan gambaran infeksi.
4. Didiagnosa infeksi oleh dokter yang
menangani
5. Dokter yang menangani memberikan
pengobatan antimikroba yang sesuai
Angka insiden dipakai apabila surveilans yang dilakukan
berfokus pada kasus untuk infeksi
RUMUS UMUM PERHITUNGAN
Incidence Rate ( laju insiden ) :
¿JumlahKejadianISK
Jumlahharipemasangankateterurine x 1000
Petunjuk Pelaporan :
Laporkan infeksi setelah sircumcisi pada neonatus sebagai
SST-CIRC (Skin and Soft Tissue Infection Sirkulasi
neonatus)Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 149
Faktor Resiko Infeksi saluran Kemih :
a. Kateterisasi menetap
- Cara pemasangan kateter
- Lama pemasangan
- Kualitas perawatan kateter
b. Kerentanan pasien (umur)
c. Dekubitus
d. Pasca persalinan
KEBIJAKAN PENCEGAHAN ISK :
Petugas
Pemasangan kateter hanya dilakukan oleh petugas yang
terampil dan memahami tehnik pemasangan kateter secara
aseptik dan perawatan kateter yang benar.
Tenaga yang diberikan asuhan keperawatan pasien dengan
kateter urin sudah mendapatkan pelatihan secara berkala
dengan tehnik yang benar mengenai prosedur pemasangan
kateter urin dan kompilkasi potensi yang mungkin terjadi
pada kateter urin
Penggunaan kateter
Pemasangan kateter urin dilakukan hanya kalau diperlukan
saja dan segera dilepas bila tidak diperlukan lagi.
Alasan pemasangan kateter bukan karena untuk mempermudah
personil dalam memberikan asuhan kepada pasien
Segera lepaskan kateter jika tidak diperlukan lagi
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 150
Untuk pasien-pasien tertentu dapat digunakan alternatif
dari kateter menetap, seperti : drainase dengan kondom,
kateter, kateter suprapubik, kateter selang seling.
Kebersihan tangan
Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah memasang
kateter, merawat perineal dan saat pengosongan urine.
Pemasangan kateter
Pemasangan kateter harus menggunakan tehnik aseptik dan
peralatan steril
Untuk membersihkan daerah sekitar uretra harus
menggunakan sarung tangan, kapas dan larutan aseptik
yang sesuai dan pakai jelly pelumas sekali pakai
Gunakan kateter sekecil mungkin dengan laju drainase
yang konsisten untuk meminimalkan trauma uretra
Kateter menetap harus terpasang dengan baik dan menempel
pada badan untuk mencegah pergerakan dan tegangan pada
uretra
Drainase sistem tertutup dan steril
Sistem drainase yang tertutup dan steril harus
dipertahankan
Kateter dan selang/tube drainase tidak boleh dilepas
sambungannya kecuali bila akan dilakukan irigasi
(semaksimal mungkin hindari irigasi)
Jika sambungan kantong urin terlepas atau terjadi
kebocoran, sistem penampungan harus diganti dengan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 151
tehnik aseptik lakukan disinfeksi pada ujung pipa
kateter baru disambungkan kembali
Pertahankan tidak ada kontak antara urin bag dengan
lantai (jarak dengan urin bag minimal 30 cm)
Laju aliran urin
Pertahankan laju aliran tetap lancar dengan cara : jaga
kateter dan pipa drainase dari lekukan
Kantong urine harus dikosongkan secara teratur, satu
gelas ukur untuk satu pasien
Kantong kateter urin harus diletakkan lebih rendah dari
kandung kemih/bladder.
Perawatan meatus
Bersihkan 2-3 kali/hari dengan cairan aseptik.
Monitoring bakteriologi
Bersihkan bakteriologi secara rutin pada pasien dengan
kateter urin tidak dianjurkan.
Pemisahan pasien
Untuk mengurangi infeksi silang pada pasien yang
terinfeksi sebaiknya satu kamar mandi sendiri atau
dipisahkan dari pasien yang lainnya.
B. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DERAH OPERASI (IDO)
a. Superficial Incisional
Definisi : Infeksi luka operasi superficial harus Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 152
memenuhi paling sedikit satu kriteria
berikut ini :Kriteria : Infeksi yang terjadi pada daerah insisi
dalam waktu 30 hari pasca bedah
Dan
Hanya meliputi kulit, subkutan atau
jaringan lain di fascia
Dan
Terdapat paling sedikit satu keadaan
berikut ini :
1. Pus keluar dari luka operasi atau drain
yang dipasang di atas fascia
2. Biakan positif dari cairan yang keluar
dari luka atau jaringan yang di ambil
secara aseptik
3. Sengaja dibuka oleh dokter karena
terdapat tanda peradangan kecuali hasil
biakan negatif (paling sedikit terdapat
satu dari tanda-tanda infeksi berikut
ini : nyeri, bengkak lokal, kemerahan
dan hangat lokal)
4. Dokter yang menangani menyatakan
terjadi infeksi
Petunjuk pelaporan :
Jangan laporkan abses jahitan (inflamasi dan discharge
minimal terbatas pada titik-titik jahitan) sebagai
infeksi
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 153
Jangan melaporkan suatu infeksi lokal pada tempat
tususkan (stab wound) sebagai SSI, tetapi laporkan
sebagai infeksi kulit atau soft tissue tergantung
kedalamannya
Laporkan infeksi pada sirkumsisi bayi sebagai SST-CIRT
(Skin and Soft Tissue Infection Sirkulasi Neonatus). Sirkumsisi
bukan merupakan prosedur pembedahan bagi NNIS
Laporkan infeksi pada episiotomi sebagai REPR-EPIS.
Episiotomi bukan merupakan prosedur pembedahan bagi
NNIS
Laporkan luka bakar yang terinfeksi sebagai SST-BURN
Bila infeksi incisional mengenai atau meluas sampai ke
lapisan fascia dan otot, laporkan sebagai infeksi luka
operasi profunda
Laporkan spesimen biakan dari incisi superficial
ssebagi ID ( incisionla drainase)
b. Operasi Profunda
Definisi : Infeksi luka operasi profunda harus
memenuhi paling sedikit satu kriteria
berikut ini :Kriteria : Infeksi yang terjadi pada daerah insisi
dalam waktu 30 hari pasca bedah atau
sampai satu tahun pasca bedah (bila ada
implant berupa non human derived implant
yang dipasang permanen)
Dan
Meliputi jaringan lunak yang dalam ( misalBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 154
: lapisan fascia dan otot) dari insisi.
Dan
Terdapat paling sedikit satu keadaan
berikut ini :
1. Pus keluar dari luka incisi dalam
tetapi bukan berasal dari komponen
organ/rongga dari daerah pembedahan
2. Insisi dalam secara spontan mengalami
dehisens atau dengan sengaja dibuka
oleh ahli pasien mempunyai paling
sedikit satu dari tanda-tanda atau
gejala-gejala berikut ini : demam
(>38°C), atau nyeri lokal, terkecuali
bukan insisi negatif.
3. Diketemukan abses atau bukti lain
adanya yang mengenal infeksi dalam
pemeriksaan langsung, waktu pembedahan
ulang, atau dengan pemeriksaan
histopatologis atau radiiologis
4. Dokter yang menangani menyatakan
terjadi infeksi
Petunjuk pelaporan :
Masukan infeksi yang mengenai baik superficial atau
profunda sebagai infeksi luka operasi profunda.
Laporkan biaya spesimen dari insisi superficial
sebagai ID (Incisional drainase)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 155
c. Organ / Rongga
Definisi : IDO organ/rongga mengenai bagian badan
manapun, kecuali insisi kulit fascia atau
lapisan-lapisan otot yang dibuka atau
dimanipulasi selama pembedahan. Tempat-
tempat spesifik dinyatakan pada IDO
organ/rongga untuk menentukan lokasi
infeksi lebih lanjut. Pada daftar dibawah
ini terdapat tempat-tempat spesifik yang
harus digunakan untuk membedakan IDO
organ/rongga. Sebagai contoh : appendictomi
yang diikuti dengan abses
subdiagfragmatika, yang harus dilaporkan
sebagai IDO organ/rongga pada tempat
spesifik intraabdominal (SSI-IAB)
Suatu IDO organ/rongga harus memenuhi
kriteria berikut :Kriteria : Infeksi timbul dalam waktu 30 hari
prosedur pembedahan, bila terpasang implant
dan infeksi tampaknya ada hubungannya
dengan prosedur pembedahan
Dan
Pasien paling sedikit mempunyai salah satu
dari berikut :
1. Drainase purulent dari drain yang
dipasang melalui luka tusuk ke dalam
organ/rongga
2. Diisolasi bakteri dari biakan yang Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 156
diambil secara aseptik dari cairan atau
jaringan dari dalam organ atau ruangan
3. Abses atau bukti lain adanya infeksi
yang mengenai organ/rongga yang
diketemukan pada pemeriksaan langsung
waktu pembedahan ulang atau dengan
pemeriksaan histopatologis atau
radiologis
4. Dokter menyatakan sebagai IDO
organ/rongga
Angka insidensi diakai apabila surveilans yan dilakukan
berfokus pada kasus baru untuk infeksi luka operasi (IDO)
RUMUS UMUM PERHITUNGAN
Incidence Rate (laju insidensi) : JumlahKejadianIDOJumlahpasienyangdioperasi
x 100
Petunjuk pelaporan :
Kadang-kadang infeksi organ/rongga mengalir melalui
insisi. Infeksi semacam itu umumnya tidak berhubungan
dengan pembedahan ulang dan di anggap sebagai penyakit
dari insisi. Karena itu diklasifikasikan sebagai IDO
profunda
Laporkan biakan spesimen dari insisi superficial
sebagai ID (incisional drainage)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 157
Kebijakan Pencegahan IDO :
a. Persiapan pre-operasi
Mandikan pasien dengan menggunakan sabun yang
mengandung antiseptik : chlorhexidine 4% satu hari
sebelum operasi
Jangan mencukur daerah operasi jika tidak
mengganggu jalanya operasi, jika terpaksa harus di
cukur lakukan satu jam sebelum operasi, sebaiknya
di cukur di kamar operasi dengan menggunakan
pencukur eletrik, bukan dengan pisau silet ( di
ruang pemulihan/RR)
Luka yang terinfeksi dan tidak ada indikasi cito
operasi harus di tunda operasinya, infeksi harus
diatasi terlebih dahulu baru dilaksanakan operasi
Pasien merokok harus dianjurkan untuk berhenti
merokok 30 hari sebelum operasi
Pasien dengan hipoglikemia, hipoalbumin,
hipokalemia, hiponatremia dan Hb < 7 g/dl harus di
koreksi sebelum operasi
Rawat inap pre operasi harus sesingkat mungkin (1-2
hari dirawat pasien harus di operasi)
b. Intra operasi
Kepatuhan petugas dalam melakukan kebersihan tangan
dengan tehnik cuci tangan bedah dan penggunaan
handrubs (chlorhexidine 2% dalam alkohol 70% harus
dilakukan dengan optimal
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 158
Tehnik skin preparation dengan cara memutar dari
dalam ke luar dengan menggunakan antiseptik
chlorhexidine 2% dalam alkohol 70%
Kontrol kolonisasi pada petugas (skrining MRSA)
Sirkulasi udara dan sistem ventilasi di ruang
operasi harus dipertahankan dengan cara
mempertahankan tekanan positif, pertukaran udara
20-25 kali/jam, gunakan HEPA filter (efficiency
>90%), suplai udara dari ceilling dan exhaust dekat
dengan lantai, pintu kamar operasi harus selalu
tertutup, batasi petugas yang masuk ke kamar
operasi
Kultur udara dilakukan setelah dilakukan kalibrasi
atau service HEPAA filter dan AC. Kultur udara
tidak direkomendasikan dilakukan rutin hanya jika
ada outbreak (Standard of Bioburden udara level 0-5
CFU/ M³, pasien level < 30 CFU/M³) jika ditemukan
patogen, misal Staphylococcus aureus dan terjadi
peningkatan CFU stop sementara operasi)
Pemberian antibiotik profilaksis prinsipnya
diberikan satu jam sebelum operasi, tidak untuk
jenis operasi bersih
Pemasangan infus (central dan perifer), kateter
urin, pemberian obat dan intubasi pasien harus
dengan tehnik septik dan aseptik
Pembersihan kamar operasi setelah selesai operasi
setiap hari dan dilakukan pembersihan besar setiap
akhir minggu (hari sabtu)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 159
Lantai, dinding dan surface daerah lainnya tidak
langsung penyebab utama infeksi luka operasi (IDO)
Bersihkan lantai ,dinding, alat-alat monitor, meja
dan brankar pasien setiap hari dengan menggunakan
sabun atau disinfektan dan lakukan dengan tehnik
yang tepat
Tidak direkomendasikan melakukan pengasapan atau
fogging di kamar operasi untuk membersihkan ruangan
c. Post operasi
Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan sebelum dan sesudah
merawat luka
Tidak direkomendasikan membuka (mengintip) luka
saat ronde
Lakukan perawatan luka setelah 3 hari post operasi
atau segera jika ada indikasi (luka rembes atau
kotor) balut luka dengan menggunakan transparan
film
Jika mengganti balutan pasien harus menggunakan
meja balutan, set luka dan pakai Alat Pelindung
Diri (APD) misal : masker, sarung tangan steril dan
apron
Rawat luka dengan cairan fisiologis seperti NaCl
0,9%
Pelatihan perawatan luka untuk perawat dan dokter
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 160
C. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PNEUMONIA
Pneumonia merupakan infeksi rumah sakit tersering kedua di
Amerika Serikat dalam hal mortalitas dan morbiditasnya,
setelah infeksi saluran kencing. Umumnya pasien yang
menderita pneumonia infeksi rumah sakit adalah bayi, anak-
anak dan orang tua di atas 65 tahun. Biasanya disebabkan
bakteri.
Pneumonia infeksi rumah sakit (Hospital Acquired Pneumonia
atau HAP)
Seseorang yang setelah lebih dari 48 jam dirawat di rumah
sakit menunjukkan gejala :
Demam (> 38°C), batuk dan sesak napas disertai dahak
puru;en
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukositosis (>
12.000/mm³) atau leukopenia (< 4000/mm³)
Pada pemeriksaan jasmani didapatkan ronchi
Pada gambaran radiologi thorak ditemukan infiltrat baru
Kriteria diagnosis surveilans di lapangan yang lebih
rinci dapat dilihat pada diagram alur pneumonia infeksi
rumah sakit di halaman lain
Pneumonia terkait ventilator (ventilator associated
penumonia atau VAP)
Seseorang yang setelah pemakaian ventilator mekanik >48 jam
menunjukkan tanda dan gejala infeksi saluran napas bawah
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 161
yang mengenai parenkim paru dan sebelumnya tidak ditemukan
tanda-tanda infeksi saluran napas.
Kriteria diagnosis pneumonia sesuai dengan Diagram Alur
Infeksi Rumah Sakit.
Mekanisme terjadinya pneumonia
Masuknya mikroba ke saluran napas bawah (pneumonia) melalui
4 mekanisme :
1. Aspirasi sekret orofaring maupun lambung, banyak
ditemukan pada kasus neurologi dan usia lanjut
2. Inhalasi, misalnya kontaminasi alat bantu napas yang
digunakan pasien
3. Hematogen (melalui aliran darah)
4. Penyebaran langsung
Diagram Alur Diagnosis Pneumonia karena Infeksi Rumah Sakit
(dewasa)
Pasien dalam perawatan setelah dua hari atau lebih sejak
MRS, dengan atau tanpa penyakit yang mendasari, terjadi
TANDA dan GEJALA :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 162
Paling sedikit satu dari berikut ini :
Demam >38°C tanpa penyebab lain Lekopenia (<4000/mm³) atau lekositosis (>12.000/mm³). Pada pasien immunokompromise sering tidak dijumpai.
Perubahan status mental tanpa penyebab lain pada usia > 70 tahun
DISERTAI GAMBARAN FOTOFOTO
FOTO
Sebagai alat ukur biasanya dipakai angka insidensi dan
angka prevalensi
1. Angka insidensi dipakai apabila surveilans yang dilakukan
berfokus pada kasus baru untuk HAP
RUMUS UMUM PERHITUNGAN
Incidence Rate (laju insidensi) :JumlahkejadianHAP
Jumlahlamaharitirahbaring x1000
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 163
Paling sedikit satu dari berikut ini :
Demam >38°C tanpa penyebab lain Lekopenia (<4000/mm³) atau lekositosis (>12.000/mm³). Pada pasien immunokompromise sering tidak dijumpai.
Perubahan status mental tanpa penyebab lain pada usia > 70 tahun
dengan 2 atau lebih thorak serial dengan salah satu hal berikut(terjadi setelah 3 hari masuk rawat atau lebih) :
Infiltrat baru atau progresif dan menetap
PNEUMONIA KLINIS(IRS)
2. Angka insidensi dipakai apabila surveilans yang dilakukan
berfokus pada kasus baru untuk VAP
RUMUS UMUM PERHITUNGAN
Incidence Rate (laju insidensi) :JumlahkejadianVAP
Jumlahlamaharitirahbaring x1000
Kebijakan Pencegahan Infeksi ventilator Associated
Pneumonia (VAP) sebagai berikut :
1. Pencegahan kontaminasi silang :
Meningkatkan kepatuhan petugas kesehatan (dokter,
perawat, mahasiswa) melakukan kebersihan tangan
sebelum dan sesudah : kontak dengan pasien,
pemasangan endotracheal tube (ETT, NGT), suctioning
bronhoscopy
Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker,
sarung tangan dan gogle alat pelindung mata (jika
diperlukan)
Gunakan air yang steril untuk humidifikasi
2. Pencegahan gastrik refluks :
Berikan posisi semi recumbent 30°- 45°
Enteral feeding
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 164
3. Airway manajemen :
Lepaskan ETT pasien sesegera mungkin
Hindari re-intubasi
Jika memungkinkan gunakan non invasive positif
pressure ventilation secara kontinius melalui
face/nose mask sebagai pengganti intubasi
Lakukan scution bila diperlukan dan mempertahankan
tehnik septik dan aseptik saat melakukan prosedur
Gunakan cairan steril untuk memebersihkan kateter
suction jika dimasukan kembali ke ETT tube
Gunakan ororthracheal
Lakukan oral hygiene dengan chlorhexidine 0,2% setiap
3-4 kali/hari
4. Maintenace peralatan:
Ganti segera sirkuit ventilator bila kotor
Segera buang “condensate” yang terkumpul di tubing
ventilator
Bersihkan dan disinfeksi atau sterilkan semua
peralatan dan ventilasi mekanik secara tepat
Setelah didisinfeksi, cuci keringkan, bungkus, jaga
jangan sampai terkontaminasi pada saat diproses
Pengadaan alat ventilator untuk cadangan sehingga ada
waktu pembersihan untuk alat bekas pasien sebelumnya.
5. Pemberian obat-obatan:
Hindari penggunaan antimikroba yang tidak perlu
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 165
Gunakan antimikroba yang sesuai pada pasien beresiko
tinggi
Membatasi pemberian profilaksis tukak lambung pada
pasien beresiko tinggi
Gunakan antimikroba untuk dekontaminasi saluran cerna
secara selektif
Lakukan oral hygiene dengan menggunakan chlorhexidine
0,2%
Gunakan profilaksis untuk mencegah DVT
Kebijakan pencegahan infeksi saluran napas (ISN) atau
hospital acquired pneumonia (HAP)
1. Semua petugas kesehatan (dokter, perawat dll) harus
melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan suction
2. Lakukan mobilisasi sedini mungkin dan fisioeraphi dada
jika tidak ada kontra indikasi
3. Pertahankan posisi tidur semirecumbent (30°- 45°) untuk
mencegah terjadinya aspirasi saat pemberian enteral
feeding
4. Gunakan kateter suction steril waktu melakukan
suctioning satu kali pemakaian
5. Mengisolasi pasien dengan organisme yang sangat resisten
seperti MRSA
6. Jika terpaksa di pakai ulang, kateter suction harus di
dekontaminasi dengan maksimal kemudian di sterilkan
kembali di rekomendasikan hanya 2 kali pemakaian
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 166
7. Tidak direkomendasikan menempelkan bekas kateter suction
di dinding atau di meja pasien
8. Buang langsung kateter suction ke tempat sampah
infeksius
9. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, sarung
tangan dan gogle (jika diperlukan) saat melakukan
suction.
D. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER
(IADP)
Definisi : Infeksi aliran darah primer adalah
infeksi aliran darah yang timbul tanpa ada
organ atau jaringan lain yang dicurigai
sebagai sumber infeksiKriteria 1 : terdapat bakteri patogen yang dikenal
dari satu kali atau lebih biakan darah dan
biakan dari darah tersebut tidak
berhubungan dengan infeksi di tempat lainKriteria 2 : Ditemukan salah satu di antara gejala
berikut tanpa penyebab lain
Demam (>38°C)
Menggigil
Hipotensi
Dan
Paling sedikit satu dari berikut :
1. Kontaminasi kulit biasa (misal Dhipteroids,
Bascillus sp, Porionibacterium sp, coagulase
negative staphylococci atau micrococci) Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 167
ditemukan dari dua kali atau lebih
biakan darah yang di ambil dari waktu
yang berbeda
2. Kontaminasi kulit biasa (misal
Dhipteroids, Bascillus sp, Porionibacterium sp,
coagulase negative staphylococci atau micrococci)
ditemukan dari paling sedikit satu
biakan darah dari pasien dengan saluran
intravaskuler dan dokter memberikan
terapi antimikroba yang sesuai
3. Test antigen positif pada darah ( misal
H. Influenza, S Pneumoniae, N
meningitidis atau group B
Streptococcus)
Dan
Tanda-tanda, gejala-gejala dan hasil
laboratorium yang positif tidak berhubungan
dengan suatu infeksi di tempat lain.Kriteria 3 : Pasien berumur > 1 tahun dengan paling
sedikit satu tanda-tanda dan gejala-gejala
berikut :
Demam (> 38C)
Hipotermia (< 37C)
Apnea
atau bradikardia
Dan
1. Kontaminasi kulit biasa (misal Dhipteroids,
Bascillus sp, Porionibacterium sp, coagulase negative
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 168
staphylococci atau micrococci) ditemukan dari
dua kali atau lebih biakan darah yang di
ambil dari waktu yang berbeda
2. Kontaminasi kulit biasa (misal Dhipteroids,
Bascillus sp, Porionibacterium sp, coagulase negative
staphylococci atau micrococci) ditemukan dari
paling sedikit satu biakan darah dari
pasien dengan saluran intravaskuler dan
dokter memberikan terapi antimikroba
yang sesuai
3. Test antigen positif pada darah ( misal
H. Influenza, S Pneumoniae, N
meningitidis atau group B Streptococcus)
Dan
Tanda-tanda, gejala-gejala dan hasil
laboratorium yang positif tidak berhubungan
dengan suatu infeksi di tempat lain.
E. SEPSIS
CATATAN :
Untuk neonatus digolongkan infeksi rumah sakit apabila :
Pada partus normal di rumah sakit infeksi terjadi
setelah lebih dari 3 ahri
Terjadi 3 hari setelah partus patologik tanpa didapatkan
pintu masuk bakteri
Pintu masuk bakteri jelas, misalnya luka infus
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 169
Definisi : Sepsis klinis harus memenuhi paling
sedikit satu dari kriteria berikut :Kriteria 1 : Ditemukan salah satu diantara gejala
berikut tanpa penyebab lain :
Suhu >38C bertahan minimal 24 jam
dengan atau tanpa pemberian
anitpiretika
Oliguria dengan jumlah urin (< 20
ml/jam atau < 0,5 ml/kgBB/jam)
Dan
Semua gejala/tamda yang disebut di bawah
ini :
1. Biakan darah tidak dilakukan atau tidak
diketemukan bakteri atau antigen dalam
darah
2. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi di
tempat lain
3. Telah diberikan antimikroba sesuai
dengan sepsisKriteria 2 : Ditemukan pada pasien berumur 1 tahun
paling sedikit satu gejala/tanda berikut
tanpa diketahui ada penyebab lain :
Demam (>38°C)
Hipotermia (< 37C)
Apnea
Atau bradikardi <100x/menit
Dan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 170
Semua gejala/tanda di bawah ini :
1. Biakan darah tidak dilakukan atau tidak
diketemukan bakteri atau antigen dalam
darah.
2. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi di
tempat lain
3. Telah diberikan antimikroba sesuai
dengan sepsisKriteria 3 : Pasien menderita abses atau bukti adanya
infeksi rongga yang terlihat pada waktu
pembedahan atau pemeriksaan histopatologis.Kriteria 4 : Terdapat paling sedikit dua tanda-tanda
dan gejala-gejala berikut tanpa ada
penyebab yang lainnya dan sesuai dengan
organ atau jaringan yang terkena :
Demam (> 38C)
Nause (mula)
Muntah
Nyeri perut
Atau nyeri tekan
Dan
Paling sedikit satu dari berikut ini :
1. Terdapat bakteri pada biakan drainase
atau jaringan yang di ambil pada waktu
pembedahan atau endoskopi, atau dari
yang dipasang secara bedah
2. Bakteri terlihat pada pemeriksaan
mikroskopik pada pengecatan gram atau
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 171
KOH atau terlihat multinucleated giant
cells dari drainase atau jaringan yang
di ambil pada waktu pembedahan atau
endoskopi atau drain yang dipasang
secara bedah
3. Terdapat bakteri dari biakan darah
4. Bukti kelainan patologis pada
pemeriksaan radiologis
5. Bukti kelainan patologis pada
pemeriksaan endoskopi (misal Candida
esofagitis atau Proctitis)
Angka Insidensi dipakai apabila surveilans yang dilakukan
berfokus pada kasus baru untuk infeksi Aliran Darah (IAD)
RUMUS UMUM PERHITUNGAN
Incidence Rate (laju insidensi) :JumlahkejadianIAD
JumlahharipemasanganCVL(CentralvenaLine) x1000
Kebijakan Pencegahan Infeksi Aliran Darah (IAD) sebagai
berikut :
1. Pendidikan dan pelatihan petugas medis (perawat dan
dokter)
Laksanakan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan (kursus
dasar) bagi petugas medis ( dokter, perawat)
2. Kebersihan Tangan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 172
Cuci tangan sebelum dan sesudah palpasi, pemasangan
alat intravaskuler, penggantian alat intravaskuler
atau memasang verban
Gunakan sarung tangan steril pada saat pemasangan dan
perawatan kateter intrvaskuler
3. Frekuensi penggantian krateter, dressing, administrasi
set dan cairan
Penggantian dan pemindahan perangkat
Pasien dewasa :
- Ganti kateter dan pindah lokasi infus perifer
(IVL) > 72-96 jam(3-5 hari) dan 14 hari untuk CVL
(Central Line)
- Infus perifer yang dipasang di unit IGD diganti
setelah 48 jam (2 hari)
Anak dan bayi :
- Jangan mengganti infus perifer kecuali ada
indikasi klinis
Petugas
- Pemasangan kateter intrvaskuler (CVL, IVL,
Umbilical) oleh dokter, perawat yang ahli atau
kompeten
- Bekerja dengan prinsip steril
- Gunakan set infus saat pemasangan kateter
intravaskuler (CVL, IVL, Umbilical)
- Gunakan APD saat memasang kateter intrvaskuler
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 173
Penggantian dressing
- Ganti dressing sesegera mungkin jika lembab, kotor
dan berkeringat
- Lepas dressing bila dressing besar dan tebal yang
menyulitkan palpasi atau visualisasi langsung pada
site insersi dan lakukan observasi pada daerah
pemasangan infus setiap kali pergantian shift
(3x/hari)
- Catat tanggal dan waktu pemasangan kateter di
lokasi yan dapat dilihat dengan jelas
Penggantian administrasi set
- Ganti selang intravena termasuk perangkat tambahan
di atas 72 jam (3 hari) kecuali ada indikasi
klinis
- Ganti selang yang digunakan untuk pemberian darah,
produk darah atau emulsi lipid dalam 24 jam dari
awal pemberian
- Tidak ada rekomendasi untuk penggantian selang
untuk infus intermiten
- Anggap selang ekstensi pendek yang terhubung pada
kateter sebagai bagian dari perangkat, ganti
bagian ini ketika mengganti kateter
Waktu gantung cairan parenteral
- Tak ada rekomendasi penggantian untuk cairan
nutrisi perenteral non lipid (NaCl 0,9%, Dex 5%)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 174
- Selesai pemberian infus cairan nutrisi parenteral
lipid (misal larutan 3 in 1) harus diganti dalam
waktu 24 jam
- Selesai pemberian infus emulsi lipid dalam 12 jam
- Selesai pemberian infus produk darah dalam 4 jam
Antiseptik daerah kulit
- Bersihkan kulit di lokasi penusukan dengan
antiseptik yang mengandung chlorhexidine-alkohol
2% tunggu antiseptik kering (2 menit) baru
lakukan penusukan
- Lakukan perawatan daerah penusukan dengan
antiseptik yang mengandung chlorhexidine-alkohol
2%
- Jangan melakukan palpasi pada lokasi setelah kulit
dibersihkan dengan antiseptik (lokasi di anggap
daerah steril)
- Gunakan kasa steril atau verban transparan untuk
menutup lokasi pemasangan
- Bila dipakai iodine tincture untuk membersihkan
kulit sebelum pemasangan kateter maka harus
dibilas dengan alkohol 70%
Bahan dasar kateter intravaskuler
Direkomendasikan bahan dasar terbuat dari violen
(lentur) polyninyl chloride, poly-ethylene
F. LUKA BAKAR
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 175
Definisi : Infeksi luka bakar harus memenuhi paling
sedikit satu kriteria berikut :Kriteria 1 : Terdapat perubahan pada penampakan atau
karakter luka bakar, seperti pemisahan
eschar yang cepat, atau eschar menjadi
coklat gelap atau hitam atau perubahan
warna (discolcoration) yang hebat atau
edema pada perbatasan luka
Dan
Pemeriksaan histopatologis dai biopsi luka
bakar menunjukan invasi bakteri ke dalam
jaringan berdekatan yang sehatKriteria 2 : Terdapat perubahan pada penampakan atau
karakter luka bakar seperti pemisahan
eschar yang cepat atau eschar menjadi
coklat gelap atau hitam atau prubahan warna
(discoloration) yang hebat atau edema pada
perbatasan luka
Dan
Paling sedikit satu dari berikut :
1. Terdapat bakteri dari biakan darah dan
tidak terdapat infeksi lain
2. Dapat diisolasi virus herpes simplex,
identifikasi histopatologis dari
inclusions dengan cara mikroskopik cahaya
(light microskop) atau tempat partikel-
partikel virus dengan mikroskop elektron
dan biopsi keroka lesi
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 176
Kriteria : Terdapat paling sedikit dua dari tanda-
tanda dan gejala-gejala berikut tanpa
diketahui penyebab lainnya :
Demam (>38°C)
Hipotensi
Hipotermia
Oliguria (20 ml/jam)
Hiperglikemia dengan diet karbohidrat
pada level yang sebelumnya dapat
ditolerir dengan mental confusion
Dan
Paling sedikit satu dari berikut :
Terdapat bakteri dari biakan darah
dan tidak terdapat infeksi lain
Dapat diisolasi virus herpes
simplex, identifikasi histopatologis
dari inclusions dengan cara
mikroskopik cahaya (light microskop)
atau tempat partikel-partikel virus
dengan mikroskop elektron dan biopsi
keroka lesi.
CATATAN :
Purulen saja pada tempat luka bakar tidak cukup kuat
untuk diagnosis infeksi luka bakar, purulen seperti itu
mungkin menunjukan perawatan luka yang kurang baik
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 177
Demam saja pada luka bakar tidak cukup kuat untuk
diagnosis infeksi luka bakar karena demam mungkin
merupakan akibat trauma jaringan atau mungkin pasien
mendapat infeksi di tempat lain
Ahli bedah pada Regional Burn Center yang eksklusif
merawat pasien luka bakar, mungkin kriteria 1 untuk
diagnosis infeksi luka bakar
Rumah sakit ddengan Regional Burn center mungkin
membedakan infeksi luka bakar lebih lanjut sebagai
berikut :
- Burn wound site
- Burn graft site
- Burn donor site
- Burn bonor site-cadaver
Tetapi sistem NNIS hanya memberi kode semuanya
sebagai BURN
Kriteria 4 : Pasien neonatus mendapat paling sedikit
satu dari tanda-tanda atau gejala-gejala
berikut tanpa diketahui ada penyebab
lainnya pada tempat sirkumsisi :
Eritema
Bengkak
Atau nyeri tekan
Dan
Ditemukan kontaminan kulit (coagulase
negatif steptococci, diptheroid, atau
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 178
micococci)dan biakan tempat sirkumsisi.
Dan
Dokter mendiagnosa infeksi atau dokter
mulai terapi yang sesuai.
Petunjuk pelaporan
Newborn circumcisi bukan merupakan prosedur pembedahan
NNIS, jangan melaporkan sebagai SSI.
BAB IV
MRSA
(Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus)
MRSA adalah Sthapylococcus aureus (S.aureus) yang
resisten terhadap penisillin sintetik (metisillin,
selafosporin, nafsillin dan oksasillin). MRSA adalah jenis
bakteri Staph ditemukan pada kulit dan dalam hidung ataupun
pada lipatan kulit lainnya yang resisten terhadap antibiotika
yaitu kemampuan untuk menolak antibiotik.
Lebih dari 90.000 orang di Amerika mendapatkan infeksi
yang mematikan dari MRSA setiap tahun dan pada tahun 2005
hampir 19.000 orang Amerika meninggal karena infeksi MRSA.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 179
Kematian lebih terkait dengan infeksi MRSA dari pada
AIDS, kenapa? karena MRSA lebih mematikan dari pada AIDS.
Bakteri ini masuk jika tubuh kita ada luka yang terbuka
misalnya teriris pisau, tergores. Yang menyebabkan bakteri ini
akan masuk ke dalam tubuh kita melalui luka tersebut. Bakteri
ini tahan terhadap antibiotik. Jika pemberian antibiotik yang
salah maka akan membunuh bakteri yang baik yang ada di dalam
tubuh kita, dan sebaliknya bakteri ini akan meregenerasi dan
menulari bakteri yang lainnya.
Jika sudah fatal bakteri ini akan memakan daging, otot
kita, bahkan jika sudah menjalar lebih parah maka akan
menyerang organ vital seperti menggrogoti jantung, paru-paru,
hati dll.
Gejala awal pada bakteri ini yaitu :
1. Kulit yang terinfeksi memerah
2. Bengkak
3. Kulit menjadi lembek
4. Panas tinggi
5. Merasakan sakit hebat pada titik tertentu
Populasi resiko meliputi :
1. Orang dengan sistem kekebalan yang lemah (orang yang hidup
dengan HIV/AIDS, penderita kanker, penerima transplantasi,
penderita asma yang parah, dll)
2. Penderita diabetes
3. Pengguna narkoba intravenaBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 180
4. Pengguna antibiotik kuinolon
5. Anak-anak
6. Orang tua
7. Mahasiswa yang tinggal di asrama
8. Petugas yang tinggal atau bekerja di fasilitas kesehatan
untuk jangka waktu lama
Pencegahan :
a. Skrining pasien waktu masuk ke rumah sakit, swab dilakukan
pada hidung, ketiak dan perineal, skrining dilakukan untuk
pasien yang sudah di rawat lama atau pasien kiriman dar
rumah sakit luar
b. Bersihkan lantai, meja, dinding, lemari, tempat tidur
pasien dengan disinfektan dari bahan kuarter amonium
bersama dengan alkohol, disinfektan ini efektif melawan
MRSA. Lakukan pembersihan lantai, meja, dinding, lemari,
tempat tidur pasien secara rutin.
c. Melakukan kebersihan tangan dengan air dan antiseptik yang
mengandung chlorhexidine 2% - 4% dan berbasis alkohol
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, tindakan
invasive/aseptik, setelah kontak dengan cairan tubuh dan
kontak dengan lingkungan pasien.
d. Penggunaan masker surgical
e. Isolasi dengan isolasi pasien yang tepat dapat mencegah
dan menurunkan kejadian MRSA
f. Penggunaan Alat Pleindung Diri (APD)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 181
Dengan penggunaan alat pelindung diri yang tepat
menurunkan dan benar dapat mencegah penyebaran kejadian
MRSA.
g. Pembatasan pemberian antibiotik
Penggunaan antibiotika golongan Glycopeptides,
sefalosporin dan kuinolon beresiko dalam kolonisasi MRSA,
terutama fluoroquinolones, direkomendasikan dalam pedoman
saat ini
h. Menjaga kebersihan diri
Mandi bersih setiap hari, penggunaan handuk, baju dan
penggantian linen harus satu pasien satu
Alur dan tindakan penanganan pasien MRSA :
Alur penatalaksanaan pasien dengan MRSA dengan kolonisasi
Pembatasan mobilitas pasien bergerak
Batasi petugas dan keluarga yang kontak dengan pasien
Tidak diperlukan antibiotik sistemik
Petugas kesehatan harus mencuci tangan dengan benar
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
Pasien harus mencuci tangan dengan benar sebelum dan
sesudah kontak dengan lingkungan
Alat – alat kesehatan seperti termometer, speknomanometer,
tensi meter tersendiri
Petugas dan pasien mandi dengan chlorhexidine 2-4% selama
satu minggu
Jika kolonisasi di hidung berikan bactroban cream
Lakukan kultur ulang pada hari ke 7
Pasang poster kewaspadaan standar di pintu kamar pasienBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 182
Alur penatalaksanaan pasien dengan MRSA di dalam urine
Pasien di isolasi
Batasi petugas, pengunjung yang kontak atau merawat pasien
Petugas kesehatan harus mencuci tangan dengan benar
sebelum dan sesudah kontak dengan urine, pasien dan
lingkungan
Lakukan swab hidung, ketiak (pasien, perawat, dokter) yang
langsung kontak dengan sumber infeksi untuk mengkonfirmasi
sumber infeksi apakah dari pasien sendiri atau dari
petugas yang merawat
Menggunakan sarung tangan apabila kontak dengan urine
Segera lepaskan sarung tangan apabila kontak dengan urine
dan buang ke tempat sampah infeksius (kuning) yang ada di
ruangan pasien
Gunakan apron hanya bila pencemaran pakaian mungkin
terjadi
Segera bersihkan lantai dengan chlorine/baycline jika
terjadi kontaminasi urine
Pilihan antibiotik adalah vankomisin, yang diberikan
secara intravena
Antibiotik pilihan lain diantaranya Teicoplanin dan
Linezolid selama 3-5 hari
Kultur ulang hari ke 7 oleh IPCN-Link atau petugas yang
terlatih
Pasang poster kewaspadaan standar di pintu kamar pasien
Alur penatalaksanaan pasien dengan MRSA di luka
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 183
Pasien di isolasi
Batasi petugas, pengunjung yang kontak atau merawat pasien
Petugas kesehatan harus mencuci tangan dengan benar
sebelum dan sesudah kontak dengan luka, pasien dan
lingkungan
Lakukan swab hidung, ketiak (pasien, perawat, dokter) yang
langsung kontak dengan sumber infeksi untuk mengkonfirmasi
sumber infeksi apakah dari pasien sendiri atau dari
petugas yang merawat
Buka luka dengan sarung tangan bersih, buang kassa ke
tempat sampah infeksius (kantong kuning)
Segera lepaskan sarung tangan jika sudah selesai membuka
luka, buang sarung tangan ke tempat sampah infeksius
(kantong kuning)
Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) : masker, sarung tangan
steril,dan kaca mata pelindung (tidak mutlak) dan pakai
sarung tangan steril
Cuci luka dengan menggunakan chlorhexidine 2% dalam
larutan normal salin (NaCl 0,9%) 1 : 10, kemudian luka
segera dibersihkan dengan NaCl 0,9%
Jika luka sudah mengalami granulasi tidak boleh di
swab/gosok cukup hanya dengan irigasi
Jika pus/ nanah masih banyak lakukan perawatan luka dengan
menggunakan kassa penyerap (dressing) dan gunakan bahan
yang berfungsi meminimalkan kolonisasi (misal cutisorb
sorbact)
Semua sampah yang kontak dengan pasien di masukan dalam
plastik, di ikat dan langsung di buang di tempat sampah
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 184
infeksius (kantong plastik kuning) yang ada di kamar
pasien.
Setelah pus minimal (basah) rawat luka dengan mupirosin
topikal cream, pada luka kering berikan mupirosi salep
Anjurkan pasien mandi dengan menggunakan chlorhexidine 2%
selama 5 hari
Pilihan antibiotik adalah vankomisin, yang diberikan
secara intranvena, hanya apabila ada gejala sistemik
antibiotik pilihan lain diantaranya teicoplanin dan
linezolid selama 3-5 hari
Kultur ulang hari ke 7 oleh IPCN-Link atau petugas yang
terlatih
Pasang poster kewaspadaan standar di pintu kamar pasien
Alur penatalaksanaan pasien dengan MRSA di sputum
Pasien di isolasi
Batasi petugas, pengunjung yang kontak atau merawat pasien
Petugas kesehatan harus mencuci tangan dengan benar
sebelum dan sesudah kontak dengan sputum, pasien dan
lingkungan
Lakukan swab hidung, ketiak (pasien, perawat, dokter) yang
langsung kontak dengan sumber infeksi untuk mengkonfirmasi
sumber infeksi apakah dari pasien sendiri atau dari
petugas yang merawat
Jika melakukan suction gunakan Alat Pelindung Diri (APD) :
masker, sarung tangan steril dan kaca mata pelindung
(tidak mutlak)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 185
Menggunakan jubah pelindung/apron hanya bila pencemaran
pakaian mungkin terjadi
Segera masukkan selang kateter suction bekas pasien ke
ember tertutup yang sudah mengandung chlorin 1 : 10 air
matang selama 10 menit
Segera buang ke dalam kantong plastik kuning infeksius dan
tidak dibenarkan untuk di pakai ulang
Segera lepaskan sarung tangan, masker buang ke tempat
sampah infeksius (kantong plastik kuning), kaca mata
rendam dalam klorin 1 : 100 cc air matang
Pilihan antibiotik adalah vankomisin, yang diberikan
secara intranvena, hanya apabila ada gejala sistemik
antibiotik pilihan lain diantaranya teicoplanin dan
linezolid selama 3-5 hari
Kultur ulang hari ke 7 oleh IPCN-Link atau petugas yang
terlatih
Pasang poster kewaspadaan standar di pintu kamar pasien
Kebijakan skrining pasien :
Skrining MRSA adalah pemeriksaan asimptomatik untuk
mengklarifikasi pada petugas kesehatan (dokter, perawat,
staff, pekarya, fisioterapi, petugas rongent dll) dan pasien
ke dalam kategori yang di perkiraan mengidap atau diperkiraan
tidak mengidap MRSA
Tujuan :
1. Mengidentifikasi petugas kesehatan (dokter, staff,
perawat, pekarya, fisioterapi, petugas rongent dll) yang
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 186
kontak terus menerus dengan sumber infeksi MRSA dan pasien
MRSA dan pasien yang berisiko
2. Mengurangi morbiditas dan mortalitas karena
kolonisasi/infeksi MRSA
3. Mengendalikan penyebaran MRSA
4. Mengendalikan biaya
Kriteria skrining
1. Skrining pada petugas kesehatan
Petugas kesehatan (dokter, staff, perawat, pekarya,
fisioterapi, petugas rongent dll) yang kontak langsung
pada sumber infeksi dan terus menerus
2. Skrining pada pasien
Kriteria pasien :
- Pasien yang positif terinfeksi MRSA
- Pasien dari rumah sakit lain
- Pasien rawat di RIM / immunokompromise
3. Skrining/swab dilakukan pada hidung dan ketiak
4. Pembiayaan skrinign dari RBA patologi klinik
5. Pengendalian skrining oleh Sub Komite PPIRS
BAB V
TATA LAKSANA KEJADIAN LUAR BIASA
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah terjadinya peningkatan
jumlah penderita penyakit tertentu atau kematian yang Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 187
disebabkan oleh penyakit tertentu di suatu tempat tertentu
sebesar 2x atau lebih dibandingkan dengan waktu sebelumnya
atau sebelumnya tidak ada kasus-kasus tersebut berhubungan
secara epidemiologis.
Kejadian Luar Biasa (KLB) bervariasi dalam luas dan
beratnya masalah. Hal ini merupakan tanggung jawab dari Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (Komite PPIRS)
untuk membuat suatu rencana dan kebijakan yang rinci dalam
penanganan suatu KLB di Rumah sakit atau di masyarakat.
Tatalaksana suatu KLB memerlukan keahlian dari seorang
dokter/petugas Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yang
dalam hal ini biasanya berperan sebagai pimpinan. Perencanaan
dibuat oleh PPI dengan membentuk tim pengendali KLB, karena
pengendalian suatu KLB memerlukan kerjasama orang-orang dari
berbagai disiplin ilmu.
Pada KLB penyakit infeksi nasional adalah penting untuk
menjalin koordinasi dan kerjasama erat dengan pihak pemegang
kebijakan kesehatan nasional dan berbagai fasilitas kesehatan
begitu juga dengan departemen terkait – informasi,
perdagangan, komunitas/dalam negeri, komunikasi dan lain-lain.
Setiap rencana persiapan kegawatdaruratan negara harus
menyertakan hal tersebut untuk suatu KLB penyakit infeksi.
Diperlukan satu pusat komando untuk menjamin koordinasi
yang lancar dan aksi yang berlangsung. Diantara fasilitas
kesehatan, mekanisme dasar untuk penanganan yang efektif. KLB
infeksi rumah sakit merupakan dasar untuk terbentuknya tim
untuk memenuhi tuntutan tersebut. Tim kontrol KLB memerlukan Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 188
ekspansi untuk mencakup fasilitas yang representatif misalnya
farmasi, suplai, petugas kebersihan, tehnik. Sistem yang
berkelanjutan pelatihan kontrol infeksi yang berkelanjutan dan
audit diperlukan untuk menyebarluaskan langkah-langkah
pengendalian penyakit infeksi tertentu. Komunikasi rutin
harian dengan data situasi terbaru bersama staff rumah sakit
dan pasien perlu dilakukan untuk tetap memberikan motivasi dan
kerjasama yang baik dari setiap aspek yang terlibat.
Tim pengendali KLB
Personil
1. Perwakilan KPI : PPI dan perawat pengendali infeksi
2. Direktur medis/administrator
3. Dokter penyakit infeksi
4. Direktur eksekutif perawat/perawat senior
5. Kepala medis/dokter
Tanggung jawab :
1. Memastikan perawatan pasien yang berkesinambungan
2. Mengklarifikasi implikasi sumber daya
- Tambahan staff/kebutuhan persediaan
- Penanganan media
3. Menyetujui dan mengkoordinasi keputusan asuransi
4. Meninjau kemajuan
5. Menentukan akhir KLB
Daftar kegiatan
Investigasi
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 189
Mengkonfirmasi KLB, membuat definisi kasus
Menunjukan KLB – membandingkan angka kejadian saat ini
dengan angka kejadian pre-epidemik
Menganalisis kasus – dibuat daftar yang berisi waktu, orang
dan tempat
Mencari literatur jika dibutuhkan
Melakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengkonfirmasi
reservoir dan cara transmisi
Melakukan uji tapis mikrobiologi pada pasien dan staff
(jika perlu)
Melakukan uji tapis serologis pada pasien, staff dan kontak
lain jika dibutuhkan
Mengikuti kontak – pasien, staff, pengunjung dsb.
Komunikasi
Informasikan pihak rumah sakit dan manajemen senior
Konsul kepada dokter yang berwenang mengenai penyakit
infeksi/PPI
Informasikan setiap kepala departemen dan pimpinan
departemen mikrobiologi
Pada wabah besar, informasikan divisi-divisi lain yang
terkait – bagian pendukung sarana, ambulans, dokter umum
dan dokter Puskesmas
Atur pertemuan untuk temu wartawan (media release), jika
diperlukan
Tatalaksana
Tentukan fasilitas ruang isolasi yang tersedia
Tentukan jenis Isolation Precaution yang diperlukan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 190
Informasikan pada seluruh perawat, staff medis dan para
medis mengenai Isolation Precaution
Tingkatkan jumlah staff klinis, baik perawat maupun medis
Tingkatkan jumlah staff pendukung pelayanan – petugas
kebersihan, laundry, departemen pelayanan penyeterilan
sentral
Tingkatkan daya dukung laboratorium
Tingkatkan staff adminitratif, telepon dan staff IT
Simpan catatan wawancara dan laporan kemajuan
Plot kurva epidemik dan area geografik yang terlibat
Evaluasi grafik individu yang terinfeksi dan buat daftar
faktor resiko yang mungkin ada
Formulasikan hipotesis mengenai reservoir dan modus
transmisi yang mungkin terlibat
Lakukan penelitian case-control dan typing studies
Evaluasi dan perbaharui tolak ukur pengendali (control
measures)
Lanjutkan surveilans mengenai kasus-kasus sekunder yang
terjadi dan efektifitas tolak ukur pengendali yang dipilih
Kontrol
Menerapkan peraturan isolasi
Memberikan imunisasi aktif atau pasif jika dibutuhkan
Memberikan antibiotik profilaksis jika perlu
Menetapkan perturan pasien rawat, rujukan dan rawat jalan
Menetapkan aturan berkunjung
Evaluasi perangkat control
Akhir kejadian luar biasaBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 191
Umumkan telah berakhirnya kejadian luar biasa pada badan
terkait lebih awal
Menggabungkan laporan dari setiap Tim
Ubah peraturan dan penerapan jika perlu
Bagaimana melakukan case control study
1. Pertanyaan pendahuluan
a. Dapatkah saya memperoleh informasi yang dibutuhkan
b. Dapatkah saya memperoleh kontrol yang baik
2. Meninjau ulang daftar pasien yang terlibat dalam kejadian
luar biasa
3. Membuat hipotesis. Buatlah faktor risiko yang akan
dibuktikan dengan jelas
4. Case definitif yang jelas dan mengeksekusi pasien perawatan
lama, jika mungkin
5. Mempunyai 2-4 kontrol per kasus jika terdapat paling kurang
10 kasus. Pilih dari pasien yang terinfeksi, dicocokkan
dengan umur, jenis kelamin dan pelayanan. Kontrol yang
dirawat lama di eksklusi
6. Dalam pengumpulan data, hati-hati bias saat wawancara. Jika
data dikumpulkan dari rekam medis gunakan data yang rutin
dicatat untuk menghindari bias pencatatan
7. Proses penyelesaian masalah sesuai dengan Root Case
Analysis berkoordinasi dengan Unit Pelayanan Jaminan Mutu
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 192
BAB VI
KESIAPAN MENGHADAPI PANDEMI PENYAKIT MENULAR
(EMERGING INFECTIOUS DISEASES)
Penyakit menular adalah penyakit yang di anitisipasi
menjadi pandemi seperti flu burunf, flu babi dengan kriteria :
seseorang dalam penyelidikan kasus suspek, kasus pro bable,
kasus konfirmasi.terjadi sebel
Perencanaan untuk menghadapi pandemik penyakit menular,
merupakan hal yang sangat penting. Kesiapan menghadapi
pandemik bukan berarti hanya mempunyai rencana tertulis atau
menyediakan obat-obatan anti virus saja. Persiapan menghadapi
pandemi sangat dibutuhkan, walaupun sulit untuk memprediksi
kemingkinan berkembangnya suatu penyakit menular menjadi
pandemi pada manusia. Sebagai ilustrasi di bawah ini
disampaikan perkiraan korban berdasarkan pandemi influenza
yang telah terjadi sebelumnya.
PERKIRAAN
Karakteristik Sedang (Moderat)
(Sama dengan flu Asia
dan Hongkong)
Sangat Berat
(Sama dengan Spanish
Flu)Infeksi 66 juta 66 jutaBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 193
Klinis (30% x penduduk RI)
(30% x penduduk RI)Rawat Jalan 33 juta
(50% x Infeksi Klinis)
33 juta
(50% x Infeksi Klinis)Rawat Inap 633.600
(1,92% x Rawat jalan)
7,26 juta
(22% x Rawat Jalan)
Petugas kesehatan dan Rumah Sakit perlu bekerja sama
mengembangkan rencana kesiapan untuk fasilitasnya dan
memastikan adanya komunikasi yang jelas, konsensus dan
komitmen.
1. Koordinasi
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam koordinasi
Menetapkan tim koordinasi dan individu yang
bertanggung jawab untuk memfasilitasi respon yang
cepat dan memadai selama kondisi krisis. Semua pihak
yang berkepentingan harus mengetahui tanggung jawab
mereka, apa yang perlu dilakukan dan bagaimana
alurnya. INI harus tercermin dalam rencana operasional
untuk setiap organisasi ( siapa mengerjakan apa,
dimana, bagaimana, kapan, mengapa )
Advokasi mengenai pentingnya perencanaan pandemi
kepada para pembuat keputusan untuk memastikan
dukungan dan dana yang diperlukan
Dinas kesehatan setempat berkoordinasi dengan
pemerintah daerah menetapkan kriteria penutupan
sekolah berdasarkan informasi dan surveilans kesehatan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 194
(cluster penyakit seperti influenza atau kematian
akibat kesulitan pernapasan pada anak usia sekolah)
Meningkatkan kemampuan petugas medis dan perawat dalam
penanganan kasus
Meningkatkan kemampuan petugas yang terlibat ( seperti
perawat, petugas kesehatan, petugas laboratorium )
untuk tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi.
Pastikan bahwa semua petugas yang terlibat telah
mengikuti pelatihan dan trampil menerapkannya.
Jika perlu, sediakan panduan-panduan pelayanan yang
mutakhir dengan merujuk ke panduan terbaru
Sediakan obat-obatan dan perawatan medis gratis sesuai
dengan ketentuan pemerintah atau asuransi kesehatan
yang berlaku dan lengkapi dengan sistem pelaporan
kasus baru secara cepat
Bekerjasama dengan sektor terkait antara lain
pelayanan transportasi dan pasokan pangan.
Pertimbangan untuk meyiapkan alternatif lain untuk
pasokan listrik dan air minum bagi fasilitas pelayanan
kesehatan dan jaringan komunikasi
2. Surveilans di fasilitas pelayanan kesehatan
Dasar pemikiran
Surveilans terdiri dari pengumpulan, interpretasi dan
sosialisasi data secara terus menerus yang memungkinkan di
kembangkannya intervensi berdasarkan bukti. Tujuan dari
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 195
surveilans mungkin berbeda-beda sesuai dengan keseriusan
penyakit dan kemungkinan intervensi. Setiap aktivitas
surveilans harus memiliki tujuan yang jelas.
Pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab
Dalam situasi saat ini :
a. Jenis surveilans apa yang di anggap penting dan mampu
laksana untuk membantu mengidentifikasi suatu pandemi
yang akan muncul pada tahap sedini mungkin?
b. Bagaimana sistem standar pengumpulan data dan analisa
data?
c. Siapa yang akan mengumpulkan data dan menganalisa serta
mendesiminasikan hasil analisa tersebut?
d. Bagaimana sistem surveilans fasilitas pelayanan
kesehatan terkait dengan sistem surveilans regional atau
nasional?
Hal-hal yang perlu dilakukan
Melatih petugas kesehatan untuk
mendeteksi/mengidentifikasi kelompok-kelompok (cluster)
kasus
Mengembangkan kapasitas atau sistem atau sistem
laboratorium pusat atau regional untuk dapat
mengkonfirmasi kasus-kasus awal secepat mungkin
Mengembangkan atau memastikan suatu sistem untuk
melaporkan temuan surveilans rutin dan luar biasa
(kelompok penyakit seperti influenza atau kematian
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 196
karena kesulitan pernapasan) ke pihak berwenang di
dinas kesehatan setempat.
Mengembangkan sistem pelaporan temuan surveilans luar
biasa ke anak usia sekolah (sebagai kelompok terpisah)
dan mengembangkan kewenangan di dinas kesehatan
setempat untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat
waktu menutup sekolah sesuai dengan kebutuhan
Memastikan prosedur pendistribusian spesimen atau
isolasi virus secara cepat untuk diagnostik dan
kemungkinan pengembangan vaksin.
3. Komunikasi
Dasar pemikiran
Strategi komunikasi merupakan komponen penting dalam
menangani wabah penyakit menular dan pandemi. Informasi
yang akurat dan tepat waktu di setiap tingkatan sangat
penting untuk meminimalkan keresahan masyarakat dan dampak
ekonomi yang tidak diinginkan. Kemampuan untuk merespon
secara cepat dan efektif sangat di pengaruhi dengan jumlah
tenaga yang tersedia.
Prinsip komunikasi masyarakat saat trjadi bencana adalah :
Menciptakan kepercayaan masyarakat
Menyampaikan infomasi akurat pada waktu yang tepat
Transparan, jujur dan obyektif
Sesuai dengan kondisi setempat
Berkesinambungan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 197
Menciptakan ketenangan namun tidak meninggakan
kewaspadaan dan upaya tanggap
Hal-hal yang perlu dilakukan
Kembangkan rencana komunikasi dengan mendata kelompok
target yang berbeda (misalnya pers, masyarakat umum,
kelompok dengan resiko tinggi, petugas kesehatan,
legislatif), pesan-pesan kunci yang akan disampaikan,
bahan yang diperlukan (website, leaflet, informasi
dalam berbagai bahasa) dan mekanisme distribusi untuk
mencapai kelompok sasaran
Mempertahankan komunikasi transparan yang terbuka
dengan petugas kesehatan, masyarakat dengan dinas
kesehatan setempat dan memberikan informasi mutakhir
secara teratur. Ini akan membantu menekan rasa takut
dan kecemasan yang disebabkan oleh pandemi
Perlu ditunjuk seorang juru bicara saat wabah ataupun
pandemi untuk mewakili fasilitas pelayanan kesehatan
menghadapi masyarakat dan media, termasuk sistem
penyampaian pesan yang akurat dan tepat waktu sebelum
dan selama pandemi.
Memastikan bahwa selama pandemi materi berita dan
pesan dikaji secara teratur dan diperbaharui dengan
informasi terbaru yang tersedia
Menetapkan suatu sistem untuk menjawab pertanyaan dan
permintaan dari keluarga pasien termasuk mengenai
kebijakan kunjungan pasien, jika telepon tersedia,
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 198
siapkan hotline/saluran khusus dengan petugas yang
terlatih.
4. Identifikasi Kasus, Penatalaksanaa dan Perawatan
Dasar pemikiran
Perlu di sediakan panduan klinis untuk memastikan
tersedianya pengobatan dan perawatan yang efektif dan aman
untuk kasus penyakit menular yang dicurigai (contoh untuk
flu burung sudah ada “Pedoman Penatalaksanakan Flu Burung
di sarana Pelayanan Kesehatan” Depkes 2006), panduan
klinis harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan mudah
dipahami oleh petugas.
Hal-hal yang perlu dilakukan
Memastikan bahwa definisi penyakit menular yang muncul
sudah sesuai dengan ketetapan pemerintah (lihat
lampiran A : untuk kasus flu burung)
Menerapkan prosedur rutin di seluruh rumah
sakit/klinik untuk identifikasi kasus baru
Panduan klinis harus mencakup askep-askep di bawah ini
Dimana pasien harus ditangani (di masyarakat atau
rumah sakit dan kriteria rawat inap
Tindakan untuk pencegahan dan pengendalian infeksi
Pengumpulan, pengiriman dan pemeriksaan pasien dan
pemeriksaan spesimen yang sesuai ke laboratorium yang
di tetapkan
Prosedur pengobatan, termasuk obat anti virus,
antibitok dan terapi pendukung lainnya (ventilator,
penurunan demam)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 199
5. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
Dasar pemikiran
Panduan untuk pencegahan dan pengendalian infeksi
sangat penting untuk mencegah terjadinya penyebaran
infeksi sekunder pada pasien, dan penularan pada petugas
serta masyarakat. Aspek teknis pencegahan dan
pengendalian infeksi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
Menyempurnakan panduan dan prosedur yang telah ada
untuk digunakan di semua departemen
Mengadaptasi panduan pencegahan dan pengendalian
infeksi untuk digunakan di fasilitas pelayanan
kesehatan alternatif :
- Laboratorium Klinik
- Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP)
- Instalasi Bedah Pusat
- Instalasi Pelayanan Laundry
- Instalasi Pelayanan Rawat Inap
- Instalasi Farmasi
- Unit Produksi Makanan
- Unit Sanitasi Lingkungan
- Kamar Jenazah
- Unit Gawat Darurat (UGD)
Penyakit menular
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 200
Untuk penatalaksanaan klinis dan pelaporan di rumah
sakit, jika terjadi penyakit menular dapat di antisipasi
dengan menerapkan standar dan kewaspadaan transmisi
Definisi kasus untuk influenza A/H5 di indonesia kasus
flu burung ditetapkan dalam 4 jenis :
1. Seseorang dalam penyelidikan
2. Kasus suspek
3. Kasus probable
4. Kasus konfirmasi
1. Seseorang dalam penyelidikan
Seseorang yang telah diputuskan oleh pejabat kesehatan
yang berwenang, untuk dilakukan penyelidikan
epidemiologi terhadap kemungkinan terinfeksi H5N1
Contoh :
Antara orang sehat ( tidak ada gejala klinis ) tetapi
kontak erat dengan kasus (suspek, probable atau
konfirmasi ) atau penduduk sehat yang tinggal di daerah
terjangkit flu burung pada unggas
2. Kasus suspek flu burung (H5N1)
Seseorang yang menderita demam/suhu > 38°C disertai
satu atau lebih gejala dibawah ini :
Batuk
Sakit tenggorokan
Pilek
Sesak napas
danBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 201
Terdapat salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :
1. Dalam 7 hari terakhir sebelum gejala klinis,
mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita
(suspek, probable atau konfirmasi), seperti merawat,
berbicara atau bersentuhan dengan pasien dalam jarak
< 1 meter
2. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis,
mempunyai riwayat kontak erat dengan unggas (misal
menyembelih, menangani, membersihkan bulu atau
memasak)
3. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis
mempunyai riwayat kontak erat dengan unggas, bangkai
unggas, kotoran unggas, bahan atau produk mentah
lainnya di daerah yang satu bulan terakhir telah
terkena flu burung pada unggas, atau adanya kasus
pada manusi (suspek, probable, konfirmasi)
4. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis
mempunyai riwayat mengkonsumsi produk unggas mentah
atau yang tidak di masak dengan sempurna, yang
berasal dari daerah yang satu bulan terakhir telah
terjadi flu burung pada unggas, atau adanya kasus
pada manusia (suspek, probable atau konfirmasi)
5. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis,
kontak erat dengan binatang selain unggas yang telah
dikonfirmasi terinfeksi H5N1, antara lain : babi
atau kucing
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 202
6. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis,
memegang atau menangani sampel (hewan atau manusia)
yang dicurigai mengandung H5N1
7. Ditemukan leukopenia (jumlah leukosit/sel darah
putih di bawah nilai normal)
8. Ditemukan filter antibodi terhadap H5 dengan
pemeriksaan uji H1 menggunakan eritrosit kuda atau
uji ELISA untuk influenza A tanpa subtipe.
9. Foto Rongent dada/thoraks menggambarkan pneumonia
yang cepat memburuk pada serial foto
3. Kasus Probabel flu burung (H5N1)
Kriteria kasus suspek ditambah dengan satu atau lebih
keadaan di bawah ini :
1. Ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5,
minimum 4 kali dengan pemeriksaanuji H1 menggunakan
eritrosit kuda atau uji ELISA
2. Hasil laboratorium terbaca untuk influenza H5
(terdeteksinya antibodi spesifik H5 dalam spesimen
serum tunggal) menggunakan uji netralisasi (dikirim
ke laboratorium rujukan)
atau
Seseorang yang meninggal karena suatu penyakit nafas
akut yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya yang
secara epidemiologis berkaitan dengan aspek waktu,
tempat dan pajanan terhadap suatu kasus probable
atau suatu kasus H5N1 yang terkonfirmasi
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 203
4. Kasus flu burung (H5N1) terkonfirmasi
Seseorang yang memenuhi kriteria kasus suspek atau
probable.
dan disertai
Satu dari hasil positif berikut ini yang dilaksanakan
dalam suatu laboratorium influenza nasional, regional
atau internasional yang hasil pemeriksaan H5N1 nya
diterima oleh WHO sebagai konfirmasi :
- Isolasi virus H5N1
- Hasil PCR H5N1 positif
- Peningkatan ≥ 4 kali lipat titer antibodi
netralisasi untuk H5N1 dari spesimen
- Konvalesens dibandingkan dengan spesimen akut
(diambil ≤ 7 hari setelah awitan gejala penyakit)
dan titer antibodi netralisasi konvalesens harus
pula ≥ 180
- Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 ≥ 180 pada
spesimen serum yang di ambil pada hari ke ≥ 14
setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil
positif uji serologi lain, misalnya titer H1 sel
daerah merah kuda ≥ 1160 atau Western Blot spesifik
H5 positif
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 204
BAB VII
MASALAH PENGENDALIAN INFEKSI UNTUK
PENYAKIT INFEKSI REGIONAL
DEMAM THYPOID
Etiologi :
Salmonella thypi
Penularan :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 205
Makanan, minuman, kontak dengan hewan yang terinfeksi dengan
hewan yang terinfeksi, penularan langsung antara manusia
melalui rute fekal-oral
Periode inkubasi :
3-60 hari, biasanya 7-14 hari
Uji diagnostik
Biakan feses, darah, urin, aspirasi sumsum tulang, tes widal
dapat menunjukan adanya infeksi namun hasil positif palsu atau
negatif palsu sering terjadi dan karenanya tes ini tidak
reliable
Tindakan pencegahan dan pengendalian
Standard Precautions dengan Contact Precaution
Selalu melakukan kebersihan tangan
Pakai APD (sarung tangan dan masker saat kontak dengan
feses pasien)
Pasien yang dirawat menggunakan popok dan / atau jika
mengalami inkontinensia selama sakit atau perawatan
Anak-anak yang terinfeksi harus dihindari dari kegiatan-
kegiatan di pusat layanan anak sampai didapatkan hasil
negatif untuk S thypi pada kultur feses yang dilakukan
berturut-turut setelah penghentian terapi antimikroba.
Tindakan pencegahan berikut harus dilakukan :
Memperhatikan kebersihan baik dalam mengolah dan
menyiapkan makanan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 206
Penyediaan air bersih
Mencuci tangan dengan baik dan kebersihan pribadi
Sistem pembuangan air yang bersih
Jangan mempekerjakan orang yang terinfeksi untuk menangani
makanan
Telur mentah dan makanan yang mengandung telur mentah
tidak boleh dimakan. Telor dan makanan lain yang berasal
dari hewan harus dimasak matang
Tersedia beberapa jenis vaksin demam thyfoid. Vaksin
inaktivasi parenteral menyebabkan lebih banyak efek samping
dan tidak lebih efektif dibanding vaksin Ty21a atau Vi CPS
oral.
TUBERCULOSIS
Etiologi :
Mycobacterium tuberculosis (terutama), M. Bovis (kadang-kadang), M.
Africanum (jarang).
Cara penularan :
Droplet nuclei
Masa inkubasi :
2-12 minggu (biasanya 10 minggu, rata-rata 3-4 minggu) dari
infeksi sampai terbentuknya reaksi positif terhadap tes
tuberkulin, dapat terjadi relaps bertahun-tahun kemudian.
Uji diagnostik
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 207
Mikroskopik : sputum BTA, aspirasi cairan lambung, cairan
pleura, ICS, urine, cairan tubuh lain atau bahan biopsi
Kultur spesimen
PCR dari spesimen saluran napas
DNA fingerprint dengan restriction fragment length
polymorphism (RFLP) untuk evaluasi epidemilogi
Foto thorak dan tes tuberkulin untuk kasus asimptomatik
Hasil test Mantoux harus dibaca oleh tenaga kesehatan yang
berpengalaman
Tindakan pencegahan dan pengendalian
Standard Precautions dengan Airborne Precautions
Dengan menggunakan masker, pintu selalu tertutup dan
kebersihan tangan
Pasien TB paru diberikan terapi OAT 2 minggu atau hasil BTA 3
kali berturut-turut negatif
Tindakan pengendalian berikut ini harus dikerjakan
Regimen antimikroba yang efektif (DOTS)
Evaluasi dan follow up ketat pasien yang terinfeksi
Pelacakan dan terapi profilaksis kontak
Vaksinasi BCG untuk bayi untuk mencegah penyebaran
diseminata dan sakit TB berat
Sistem surveilans nasional yang baik untuk pemberitahuan
dini, identifikasi, dan manajemen wabah
HEPATITIS A
Etiologi :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 208
Virus hepatitis A, RNA virus picornavirus grup enterovirus
Cara penularan :
Antar manusia secara fekal-oral yang terkontaminasi atau oral
dari air yang tercemar
Masa inkubasi :
15-50 hari, rata-rata 25-30 hari
Uji diagnostik :
Anti HAV IgM dan IgG. IgM ditemukan saat awal penyakit dan
menghilang setelah 4 bulan dapat bertahan sampai 6 bulan atau
lebih lama. Anti HAV IgG dapat dideteksi sesaat setelah IgM.
Tindakan pencegahan dan pengendalian
Standard Precautions dengan Contact Precaution
Selalu melakukan kebersihan tangan dan sarung tangan jika
kontak dengan sumber infeksi
Pasien sebaiknya beristirahat, dianjurkan sampai satu
minggu setelah gejala
Memperhatikan kebersihan makanan dan lingkungan
Memperhatikan personal hygiene
Pemberian Ig efektif sampai 80-90% jika diberikan dalam 2
minggu setelah infeksi HAV
Vaksin hepatitis A dapat diberikan pada anak dan dewasa
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 209
Pemberian vkasin hepatitis A dapat diberikan pada anak dan
dewasa
HEPATITIS B
Etiologi :
Virus Hepatitis B (HBV), suatu hepadnavirus DNA
Cara penularan :
Darah atau cairan tubuh pada pasien HbsAg positif
Masa inkubasi :
45-160 hari, rata-rata 120 hari
Uji diagnostik :
Tes serologis HbsAg, HbeAg, anti HBc IgM dan anti HBc IgG
PCR DNA untuk menilai HBV DNA kuantitatif
Tindakan pencegahan dan pengendalian
Standard Precautions dengan Contact Precaution
Selalu melakukan kebersihan tangan dan sarung tangan jika
kontak dengan sumber infeksi
Vaksin hepatitis B sebelum dan sesudah kontak untuk
profilaksis
Immunoglobulin efektif jika diberikan dalam 72 jam setelah
kontak
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 210
SCABIES
Etiologi
Sarcopter scabiei sub sp.Hominis
Cara penularan :
Kontak erat dengan penderita
Masa inkubasi
4-6 minggu
Uji diagnostik
Identifikasi tunggu atau telur dari kotoran kulit
Tindakan pencegahan dan pengendalian
Contact Precautions dengan cara melakukan kebersihan tangan
dan sarung tangan jika kontak dengan sumber infeksi
Terapi profilaksis untuk anggota keluarga yang lain
Sprei dan pakaian yang dipakai selama 4 hari sebelum
dimulainya terapi harus dicuci dalam air hangat
VARCELLA ZOSTER
Etiologi
Virus Varecella zoster suatu herpes virus
Cara penularan :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 211
Transmisi orang ke orang melalui kontak langsung, kadang
melalui penyebaran udara (airborne) dari sekret pernapasan dan
sangat jarang melalui lesi zoster
Masa inkubasi :
14-16 hari
Uji diagnostik :
Deteksi antigen dari lesi vesikel selama 3-4 hari pertama
erupsi dengan pewarnaan immunofluoresen atau kultur
Uji serologi meliputi immunoassay dan indirect fluorescent antibody
Tindakan pencegahan dan pengendalian
Lakukan pencegahan terhadap penyebaran udara (airborne precautions)
dan (contact precautions) terhadap :
Pasien yang terinfeksi minimal selama 5 hari setelah onset
ruam dan selama lesi masih berbentuk vesikel
Pasien yang rentan terinfeksi sejak 8-21 hari setelah
onset ruam pada pasien infeksi
Pertahankan kewaspadaan hingga 28 hari pasca paparan bagi
mereka yang telah mendapat immunoglobulin anti varisela
zoster (VZIG)
Pasien yang immunokompromise selama penyakit berlangsung
Standard precautions harus tetap dijalankan selama 3-5 hari pasca
paparan yang terjadi pasca profilaksis
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 212
VZIG cocok digunakan bagi individu yang beresiko tinggi
mengalami varicella berat dan harus diberikan dalam 96 jam
pertama untuk memberikan perlindungan maksimal
INFUENZA
Etiologi :
Virus influenza
Transmisi :
Transmisi orang ke orang melalui kontak langsung, infeksi
droplet besar (large droplet), atau alat/bahan yang
terkontaminasi sekret nasofaringeal
Masa inkubasi
1-3 hari
Uji diagnostik ;
Deteksi antigen cepat pada aspirat nasofaringeal dengan
uji immunofluorescent
Kultur sekret nasofaringeal yang diperoleh pada 72 jam
pertama
Tindakan pencegahan dan pengendalian
Kewaspadaan terhadap penyebaran via droplet (droplet
precautions) dengan cara selalu menggunakan masker dan
kebersihan tangan ketika kontak dengan pasienBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 213
Vaksinasi influenza bagi pasien immunokompromise dan
pendatang di daerah yang sedang wabah
INFEKSI ENTEROVIRUS
Etiologi :
Enterovirus
Transmisi :
Fekal-oral dan kontak langsung melalui saluran napas. Virus
dapat bertahan hidup di lingkungan dalam jangka waktu lama
sehingga transmisi dapat terjadi melalui alat atau bahan yang
terkontaminasi
Masa inkubasi :
3-6 hari untuk penyakit tangan kaki dan mulut
Uji diagnostik :
Rapid virus culture (shell vial) dan deteksi langsung dengan
menggunakan tehnik molekuler (Reverse transcriptio-PCR) dari apusan
tenggorok, tinja dan rectal atau cairan serebrospinal. Tes
serologis kurang bermakna.
Tindakan pencegahan dan pengendalian
Contact Precautions dengan cara melakukan kebersihan
tangan dan sarung tangan jika kontak dengan sumber infeksi
Pakai masker saat kontak langsung dengan pasien (balita,
anak-anak dan dewasa)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 214
SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME (SARS)
Etiologi :
SARS-CoV (SARS-associated coronavirus)
Cara penularan :
Transmisi orang ke orang melalui kontak langsung dan atau
droplet. virus dapat bertahan hidup di lingkungan dalam jangka
waktu lama sehingga transmisi dapat terjadi melalui alat atau
bahan yang terkontaminasi
Masa inkubasi :
2-10 hari
Uji diagnostik
Deteksi langsung dengan tehnik molekular (RT-PCR) dan
dikonfirmasi dengan pemeriksaan di laboratorium rujukan
lain dari dua spesimen yang di ambil dari tempat yang
berbeda (misalnya nasofaring dan tinja) atau dua spesimen
yang di ambil dari sumber yang sama pada dua hari yang
berbeda (misalnya dua aspirat nasofaring)
Isolasi pada kultur sell SARS Co-V dari spesimen dan
konfirmasi PCR yang divalidasi oleh Centers for Disease
Control and Prevention (CDC)
Deteksi antibody serum dari SARS-CoV dengan uji yang valid
(misal ELISA) dan dikonfirmasi oleh laboratorium rujukan
kedua dari specimen tunggal atau titer antibody meningkat
empat kali atau lebih antara fase akut dan fase
konvalesens yang di uji secara paralel atau uji antibody Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 215
yang negatif pada fase akut dengan hasil positif pada fase
konvalesens yang diuji secara paralel
Tindakan pencegahan dan pengendalian
Contact Precautions (kebersihan tangan) dan Droplet Precautions
(masker, gogle, apron dan sarung tangan saat kontak dengan
sputum untuk periode
sakit
Airborne Precaution (masker N 95) di anjurkan pada saat
menggunakan aerosol-generating procedur
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 216
BAB VIII
PENGAMBILAN, PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN
BAHAN PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
Seperti halnya pemeriksaan mikrobiologi pada umumnya,
maka dalam hal pengambilan, penyimpanan dan pengiriman dan
bahan pemeriksaan yang berkaitan dengan infeksi rumah sakit
harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu.
Syarat yang berlaku umum untuk semua bahan pemeriksaan
dikemukakan dalam petunjuk umum. Syarat-syarat yang berlaku
khusus dibahas dalam petunjuk khusus. Petunjuk umum dan khusus
yang dikemukakan lebih lanjut adalah persyaratan untuk bahan
pemeriksaan bakteriologi
Pada bagian akhir dalam petunjuk ini, disajikan sebuah
tabel untuk mempermudah pada pemakai secara cepat memilih cara
tepat untuk menangani bahan tertentu. Bila para pemakai jasa
laboratorium mikrobiologi mengalami kesukaran, diharapkan
langsung berhubungan dengan petugas laboratorium
A. PETUNJUK UMUM
Di dalam petunjuk umum pemeriksaan bakteriologi, yang
dapat diterapkan secara umum ialah tahap pengambilan bahan
pemeriksaan. Penyimpanan serta pengiriman diperinci dalam
petunjuk khusus
Pengambilan bahan pemeriksaan bakteriologi untuk infeksi
rumah sakit hendaknya beberapa syarat yaitu :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 217
1. Bahan di ambil sebelum pemberian antibiotik atau
kemotherapika. Dalam keadaan terlanjur diberi, maka
sebaiknya dilampirkan jenis dan takaran serta lama
pemberian obat
2. Bahan pemeriksaan di ambil pada saat dan tempat yang
tepat. Saat dan tempat dipilih dengan mempertimbangkan
kemungkinan terbesar mendapatkan bakteri-bakteri
3. Pengambilan dilakukan dengan cara dan alat sedemikian
rupa, sehingga cemaran tidak terjadi (cara aseptik)
4. Bahan pemeriksaan di ambil dalam jumlah yang cukup untuk
pemeriksaan yang diminta
5. Formulir pemeriksaan hendaknya diisi dengan lengkap
B. PETUNJUK KHUSUS
Petunjuk bahan pemeriksaan yang sering diminta untuk
diperiksa, akan dibahas sendiri. Untuk bahan pemeriksaan
yang relatif agak jarang diminta, hanya dicantumkan dalam
tabel pada akhir petunjuk ini
1. Air Seni
Waktu penampungan air seni sebaiknya pagi hari (early
morning specimen) atau 4 jam setelah kencing terakhir.
Tempat penampung ialah tabung steril tertutup. Tempat
pengambilan dapat dengan cara penampungan porsi tengah
yang bersih (clean voided mid stream), pungsi suprapubik
atau dengan kateter. Jumlah air seni yang dibutuhkan
antara 1-2 ml bila diambil dengan pungsi suprapubik atau
10 ml bila di ambil dengan porsi tengah yang bersih atau
kateter. Bahan yang diperoleh segera dikirim ke
laboratorium. Bila tertunda dapat disimpan dalam lemari
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 218
es suhu 4°C selama 24 jam atau ditambah pengawet asam
borat.
2. Darah
Waktu pengambilan darah untuk biakan bakteri dipilih
sesuai dengan perjalanan penyakit. Tempat penampungan
bahan disediakan sepasang media yang berisi media cair,
Thyptic Phoshate Broth (TPB) atau Trypticase Soy Broth
(TSB) atau Cooked Meat Medium (CMM) untuk bakteri
anaerob. Masing-masing media diisi dengan ± 5- 10 ml
darah untuk ± 10% Volume media.
3. Nanah
Pengambilan nanah (pus) dapat dikelompokkan menjadi dua
cara yaitu :
a. Pengambilan nanah dari tempat yang tertutup misalnya
dari abses, rongga tubuh (kavum pelura, rongga sendi
dan lain sebagainya). Bahan di ambil dengan cara
pungsi aspirasi, dengan semprit steril.
b. Pengambilan nanah dari tempat yang terbuka atau yang
berhubungan dengan udara, misalnya dari luka terbuka.
Bahan di ambil dengan cara hapusan dengan lidi kapas
steril.
4. Tinja
Pengambilan bahan di ambil pada pagi hari dan atau pada
tinja yang baru keluar (Freshly passed stool). Bila
tinja sulit diperoleh maka pengambilan dengan hapusan
rektum dianjurkan. Tinja yang diperoleh ditampung di
dalam tabung atau botol gelas steril dan segera dikirim
ke laboratorium. Bila di ambil dengan hapusan rektum,
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 219
dikirim dalam media transport Carry Blair. Jumlah bahan
yang diperlukan sebanyak 10 gram atau sebesar ibu jari
kaki orang dewasa.
5. Dahak
Dahak (sputum) diperoleh dari penderita dengan cara
batuk spontan, dengan espektorans, aspirasi cairan
lambung atau aspirasi transtrakeal. Penderita diberi
petunjuk agar yang ditampung adalah benar-benar dahak
dan bukan air liurnya. Pengambilan dilakukan pada pagi
hari (early morning sputum) dan ditampung dalam cawan
petri steril
6. Liquor cerebrospinal
Pengambilan dengan pungsi, dilakukan sewaktu-waktu
sebanyak 2-4 ml. Penampungan dapat berupa tabung/botol
gelas steril bertutup alur (screw capped) atau tabung
berisi media pemupuk “Dextrose Ascitic” (DAF).
Pengiriman ke laboratorium segera mungkin (selagi masih
hangat) penyimpanan tidak di anjurkan.
TABEL 6 TABEL PEMILIHAN CARA-CARA PENGAMBILAN, PENYIMPANAN BAHAN
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI
No Nama Bahan Jenis
Pemeriksaan
Pengambilan Penyimpanan Pengirima
n
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 220
1 Air Seni Biakan dan
sediaan
langsung
bakteri-bakteri
pyogenik
Pagi
hari
Tabung
steril
4°C
Asam Borat
Segera
4°C
2 Dahak Biakan dan
sediaan
langsung bukan
tahan asam
Pagi
hari
Cawan
petri
steril
- Segera
suhu
kamar
3 Darah Biakan bakteri
aerob dan
anaerob
Pagi
hari
Tabung
steril
37°C Segera
4 Cairan
Pleura
Biakan dan
sediaan
langsung
bakteri-bakteri
aerob dan
anaerob
Pungsi
aspirasi
semprit
steril
Media
perbenih
an
37°C Segera
5 Cairan
Cerebrospin
al
Biakan dan
sediaan
langsung
bakteri-bakteri
pyogenik
Tabung
steril
Media
perbenih
an DAF
37°C Segera
(selagi
hangat
37°C)
6 Hapusan
Tenggorokan
/Hidung
Biakan dan
sediaan
langsung
bakteri-bakteri
pyogenik
Lidi
kapas
steril
dalan
media
Transpor
Suhu kamar
Suhu kamar
Segera
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 221
t Stuart7 Nanah Biakan dan
sediaan
langsung
bakteri-bakteri
pyogenik
Lidi
kapas
steril
dalan
media
transpor
t stuart
Pungsi
aspirasi
dalam
semprit
steril
37°C Segera
Segera
HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN
A. Pengertian
1. Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan
dan minuman yang disajikan dari dapur rumah sakit untuk
pasien dan karyawan, makanan dan minuman yang dijual di
dalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar
rumah sakit
2. Hygiene adalh upaya kesehatan dengan cara memelihara
dan melindungi kebersihan individu. Misalnya
menyediakan air bersih, menyediakan tempat sampah dan
lain-lain
B. Persyaratan Hygiene dan Sanitasi Makanan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 222
1. Angka bakteri E. Coli pada makanan jadi harus 0/gr
sampel makanan dan pada minuman angka E. Coli harus0100ml sampel minuman
2. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total
bakteri sebanyak-banyaknya 100/cm² permukaan dan tidak
ada bakteri E. Coli
3. Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas
lebih dari 65,5° C atau dalam suhu dingin kurang dari
40°C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam
disimpan lebih dari 6 jam disimpan dalam suhu -5°C
sampai -1°C
4. Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu
10°C
5. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu sebagai
berikut :
TABEL 7 SUHU PENYIMPANAN MENURUT JENIS BAHAN MAKANAN
Jenis Bahan Makanan 3 hari atau
kurang
1 minggu atau
kurang
1 minggu atau
lebihDaging, ikan, udang,
dan olahannya
-5°C sampai
0°C
-10°C sampai -
5°C
Kurang dari -
10°CTelur, susu dan
olahannya
-5°C sampai -
7°C
-5°C sampai -
7°C
Kurang dari -
5°CSayur, buah dan
minuman
10°C 10°C 10°C
Tepung dan biji 25°C 25°C 25°C
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 223
6. Kelembapan penyimpanan dalam ruangan : 80-90%
7. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada
lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm
b. Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
c. Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm
C. Tata Cara Pelaksanaan
1. Bahan makanan dan makanan jadi
Pembelian bahan makanan sebaiknya ditempat yang
resmi dan berkualitas baik
Bahan makanan dan makanan jadi yang berasal dari
Instalasi Gizi atau dari luar rumah sakit /
jasaboga harus diperiksa secara fisik dan
laboratorium minimal 1 bulan sesuai Peraturan
Menteri Kesehatan No. 751/Menkes/SK/V/2003 tentang
Persyaratan Hygiene Sanitasi jasaboga
Makanan jadi yang dibawa oleh keluarga pasien dan
berasal dari sumber lain harus selalu diperiksa
kondisi fisiknya sebelum dihidangkan
Bahan makanan kemasan (terolah) harus mempunyai
label dan merk serta dalam keadaan baik
2. Bahan makanan tambahan
Bahan makanan tambahan (bahan pewarna, pengawet,
pemanis buatan) harus sesuai dengan ketentuan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 224
3. Penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu
terpelihara dan dalam keadaan bersih, terlindung dari
debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lain
a. Bahan makanan kering
1. Semua gudang bahan makanan hendaknya berada
dibagian yang tinggi
2. Bahan makanan tidak diletakkan dibawah
saluran/pipa air (air bersih maupun air limbah)
untuk menghindari terkena bocoran.
3. Tidak ada drainase di sekitar gudang makanan
4. Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-
rak dengan ketinggian rak terbawah 15-25 cm
5. Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga
6. Penempatan bahan makanan harus rapi dan ditata
tidak padat untuk menjaga sirkulasi udara
b. Bahan makanan basah/mudah membusuk dan minuman
1. Bahan makanan seperti buah, sayuran dan minuman
disimpan pada suhu penyimpanan dingin (cooling)
10°C - 15°C
2. Bahan makanan berprotein yang akan segera di olah
kembali disimpan pada suhu penyimpanan dingin
(chilling) 4°C – 10°C
3. Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk
jangka kurang dari 24 jam disimpan pada
penyimpanan beku (frozen) dengan suh < 0°C
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 225
4. Pintu tidak boleh sering dibuka karean akan
meningkatkan suhu
5. Makanan yang berbau tajam (udang, ikan dll) harus
tertutup
6. Pengambilan dengan cara First In First Out (FIFO),
yaitu yang disimpan lebih dahulu digunakan dahulu,
agar tidak ada makanan yang busuk
c. Makanan jadi
1. Makanan jadi harus memenuhi persyaratan
bakteriologi berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Jumlah kandungan logam berat dan residu pestisida,
tidak boleh melebihi ambang batas yang
diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku
2. Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi
atau dikemas dan tertutup serta segera disajikan
4. Pengolahan makanan
Unsur – unsur yang terkait dengan pengolahan makanan :
a. Tempat pengolahan makanan
1) Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur)
sesuai dengan persyaratan konstruksi, bangunan dan
ruangan dapur
2) Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan
selalu diberikan dengan antiseptik
3) Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi
dengan sungkup asap
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 226
b. Peralatan masak
Peralatan masak adalah semua perlengkapan yang
diperlukan dalam proses pengolahan makanan
1) Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun
kepada makanan
2) Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor
3) Lapisan permukaan tidak larut dalam asam/basa atau
garam-garam yang lazim dijumpai dalam makanan
4) Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan,
selanjutnya didisinfeksi dan dikeringkan
5) Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam
keadaan kering dan disimpan pada rak terlindung
dari vektor
c. Penjamah makanan
1) Harus sehat dan bebas dari penyakit menular
2) Secara berkala minimal 2 kali setahun diperiksa
kesehatannya oleh dokter yang berwenang
3) Pekerja pengolah makanan harus selalu melakukan
kebersihan tangan sebelum bekerja dan setelah ke
toilet
4) Menggunakan Alat Pelindung Diri ( masker, penutup
kepala/topi, apron dan sarung tangan plastik)
5) Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah
keluar dari kamar kecil
d. Pengangkutan makanan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 227
Makanan yang telah siap santap perlu diperhatikan
dalam cara pengangkutannya yaitu :
1) Makanan di angkut dengan menggunakan kereta dorong
yang tertutup dan bersih
2) Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar
masih tersedia udara untuk ruang gerak
3) Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah
dengan jalur untuk mengangkut bahan/barang kotor
e. Penyajian makanan
1) Cara penyajian makanan harus terhindar dari
pencemaran dan peralatan yang dipakai harus bersih
2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi
dan tertutup
3) Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat
ditempatkan pada fasilitas penghangat makanan
dengan suhu minimal 60°C dan 4°C untuk makanan
dingin
4) Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang
sehat dan berpakaian bersih
5) Makanan jadi harus segera disajikan
6) Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh
disajikan kepada pasien
5. Pengawasan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
Pengawasan dilakukan secara :
a. Internal
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 228
Pengawasan dilakukan oleh petugas sanitasi atau
petugas penanggung jawab kesehatan lingkungan rumah
sakit. Pemeriksaan parameter mikrobiologi dilakukan
pengambilan sampel makanan dan minuman meliputi
bahan makanan dan minuman yang mengandung protein
tinggi, makanan siap santap, air bersih, alat
makanan dan masak serta usap dubur penjamah.
Pemeriksaan parameter kimiawi dilakukan pengambilan
sampel minuman berwarna, makanan yang diawetkan,
sayuran, daging, ikan laut. Pengawasan secara
berkala dan pengambilan sampel dilakukan minimal 2
kali dalam setahun. Bila terjadi keracunan makanan
dan minuman dirumah sakit maka petugas sanitasi
harus mengambil sampel makanan dan minuman untuk
diperiksa ke laboratorium.
b. Eksternal
Dengan melakukan uji petik yang dilakukan oleh
petugas sanitasi Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota secara insidentil atau mendadak untuk
menilai kualitas.
BAB IX
PENYEHATAN AIRBuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 229
A. PENGERTIAN
1. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum
2. Sumber penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah
sakit berasal dari perusahaan Air Minum, air yang
didistribusikan melalui tangki air, air kemasan dan
harus memenuhi syarat kualitas air minum
B. PERSYARATAN
1. Kualitas air minum
Sesuai dengan Peraturan mneteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang
persyaratan kualitas air minum
2. Kualitas air yang digunakan di ruang khusus
a. Ruang operasi
Bagi rumah sakit yang menggunakan air yang sudah
diolah seperti PDAM, sumur bor dan sumber lain untuk
keperluan operasi dapat melakukan pengolahan tambahan
dengan catridge filter dan dilengkapi dengan disinfeksi
menggunakan ultraviolet (UV)
b. Ruang farmasi dan hemodialisa
Air yang digunakan di ruang farmasi terdiri dari air
yang dimurnikanuntuk penyiapan obat, penyiapan
injeksi dan pengenceran dalam hemodialisa
C. TATALAKSANABuku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 230
1. Kegiatan pengawasan kualitas air denga pendekatan
surveilans kualitas air antara lain meliputi :
a. Inspeksi sanitasi terhadap sarana air minum dan air
bersih
b. Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaa sampel air
c. Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi
pemeriksaan laboratorium
d. Dan tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan
kulaitas air
2. Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air
bersih rumah sakit dilaksanakan minimal 1 tahun sekali.
Petunjuk teknis sanitasi sarana penyediaan air sesuai
dengan petunjuk yang dikeluarkan Direktorat Jenderal PPM
dan PL, Departemen Kesehatan
3. Pengambilan sampel air pada sarana penyediaan air minum
dan atau air bersih rumah sakit tercantum dalam Tabel 8
TABEL JUMLAH SAMPEL AIR UNTUK PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
MENURUT JUMLAH TEMPAT TIDUR
Jumlah Tempat TidurJumlah Minimum Sampel Air Perbulan Untuk
Pemeriksaan MikrobiologikAir Minum Air Bersih
25 – 100 4 4101 – 400 6 6401 - 1000 8 8
1000 10 10
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 231
4. Pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih
dilakukan minimal 2 (dua) kali setahun (sekali pada
musim kemarau dan sekali pada musim hujan) dan titik
pengambilan sampel masing-masing pada tempa penampungan
(reservoir) dan keran terjauh dari reservoir
5. Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan
mikrobiologi terutama pada air kran dari ruang dapur,
ruang operasi, kamar bersalin, kamar bayi, dan ruang
makan, tempat penampungan (reservoir), secara acak pada
kran-kran sepanjang sistem distribusi, pada sumebr air
dan titik-titik lain yang rawan penecemaran
6. Sampel air pada butir 3 dan 4 tersebut di atas di kirim
dan diperiksa pada laboratorium yang berwenang atau
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atau Pemerintah Daerah
setempat
7. Pengambilan dan pengiriman sampel air dapat dilaksanakan
sendiri oleh pihak rumah sakit atau pihak ketiga yang
direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan.
8. Sewaktu-waktu dinas kesehatan provinsi, kabupaten/kota
dalam rangka pengawasan (uji petik) penyelenggaraan
penyehatan lingkungan rumah sakit, dapat mengambil
langsung sampel air pada sarana penyediaan air minum dan
atau air bersih rumah sakit untuk diperiksakan pada
laboratorium
9. Setiap 24 jam sekali rumah sakit harus melakukan
pemeriksaan kulaitas air untuk pengukuran sisa khlor
bila menggunakan disinfektan kaporit, pH dan kekeruhan
air minum atau air bersih yang berasal dari sistem
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 232
perpipaan dan atau pengolahan air pada titik/tempat yang
dicurigai rawan pencemaran.
10. Petugas sanitasi atau penanggung jawab pengelolaan
kesehatan lingkungan melakukan analisis hasil inspeksi
sanitasi dan pemriksan laboratorium.
11. Apabila dalam hasil pemeriksaan kualitas air
terdapat parameter yang menyimpang dari standar maka
harus dilakukan pengolahan sesuai parameter yang
menyimpang.
12. Apabila ada hasil inspeksi sanitasi yang menunjukan
tingkat resiko pencemaran amat tinggi dan tinggi harus
dilakukan perbaikan sarana.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1tahun 2014RSUD Cileungsi Page 233