pedoman pendidikan

37
PEDOMAN PELAKSANAAN KURIKULUM SISTEM MU’ALLIMIEN Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Jawa Timur 2014

Transcript of pedoman pendidikan

PEDOMAN

PELAKSANAAN KURIKULUM SISTEM MU’ALLIMIEN

Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Jawa Timur

2014

1

PEDOMAN PENDIDIKAN TMI AL-AMIEN PRENDUAN Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Jawa Timur Disusun Oleh Koordinator Akademik TMI AL-AMIEN PRENDUAN Cetakan 1: Mei 2014 Diterbitkan oleh Mutiara Press, Sumenep Madura

2

SEKAPUR SIRIH

Puji syukur keharibaan Allah swt, yang telah memberikan segala karunianya kepada kita, sehingga kita bisa menyelesaikan perampungan Buku Pedoman Pendidikan di TMI AL-AMIEN PRENDUAN ini, semoga buku ini bermanfaat.

Buku Pedoman Pendidikan di TMI AL-AMIEN PRENDUAN ini, merupakan buah pikiran almarhum KH. Muhammad Idris Jauhari, saat beliau menjadi Direktur TMI AL-AMIEN PRENDUAN, dengan beberapa pembenahan disesuaikan dengan kondisi dan inovasi yang telah ada paska kepemimpinan beliau. Namun, yang pasti pedoman umum ini tidak bergeser dari ruh TMI sejak awal berdirinya.

Besar harapan kami, pedoman ini menjadi acuan dasar bagi seluruh civitas akademika di TMI AL-AMIEN PRENDUAN, baik dalam pengambilan keputusan, atau pelaksanaan harian dalam mencapai apa yang telah diharapkan bersama. Setidaknya, seperti yang telah disampaikan oleh KH. Muhammad Idris Jauhari dalam pengantar buku ini. Selain itu, buku ini diharapkan menjadi media silaturrahim dalam penyebarluasan informasi sistem pendidikan yang dikembangkan di lingkungan TMI AL-AMIEN PRENDUAN

Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam perampungan buku pedoman ini. Serta, kami mohon masukan kontruktif dari seluruh pihak terhadap pedoman ini. Karena kami sadar bahwa ini belum sempurna, guna perbaikan dikemudian hari.

Al-Amien Prenduan, Mei 2014

Koordinator Akademik TMI AL-AMIEN PRENDUAN

3

PENGANTAR

Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam tingkat menengah yang lahir, tumbuh dan berkembang di Indonesia, serta memiliki visi, misi, orientasi dan cirri-ciri khusus yang berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan formal lainnya, Tarbiyatul Mu’allimein al-Islamiyah Pondok Pesantren Al-Amien (selanjutnya disebut dengan “TMI Al-Amien Prenduan”) dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, harus tetap berpijak di atas nilai-nilai dasar kehidupan yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits (Islami), berpedoman pada budaya dan konsensus-konsesnsus bangsa yang telah disepakati bersama (Indonesi), berjalan di dalam bingkai norma-norma pendidikan (Tarbawi), serta mengacu pada jiwa, tradisi, dan misi khusus pondok pesantren yang telah ditetapkan sejak awal berdirinya (Ma’hadi).

Alhamdulilah, dalam rangka menjabarkan keempat filosofi tersebut pada tataran operasional, kami telah menyampaikan sekaligus menerbitkan sebuah booklet tentang Pola Umum Pendidikan (PUP) Sistem Mu’allimien yang mencakup tiga masalah pokok, yaitu: Landasan Institusional (Mabadi’ Ma’hadiyah) yang berisi nilai-nilai dasar, visi misi, orientasi dan falsafah pendidikan, Kurikulum Pendidikan (Manahij Tarbawiyah) yang berisi materi atau program pendidikan, proses transformasi, tujuan pendidikan, dan upaya pengembangan kurikulum, serta Kualifikasi Input dan Output yang berisi syarat-syarat penerimaan calon santri dan profil alumni yang diharapkan.

Kemudian, untuk membantu para Guru Penanggung Jawab Pendidikan (untuk tidak menyebut Tenaga Pendidik) di TMI Al-Amien Prenduan dalam melaksanakan PUP tersebut, maka dengan ini kami sampaikan “Pedoman Dasar” Pelaksanaan PUP Sistem Mu’allimien, agar bisa dijadikan rujukan atau sumber acuan bagi para guru, dalam melaksankan tugas ibadah dan pengabdiannya masing-masing dengan baik, benar dan proporsional. Pedoman Dasar ini sengaja kami buat berjenjang - kelak perkelas, tahun pertahun-agar perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya bisa lebih fokus dan terarah, sehingga upaya-upaya peningkatan dan pengembangannya pun bisa berlangsung lebih konkret dan efektif.

Tentu saja, sebagai sebuah konsep buatan manusia, Pola Umum dan Pedoman Dasar ini banyak mengandung kelemahan dan kekurangan ; baik secara substansial maupun instrumental. Karenanya, kepada semua pihak tetap kami harapkan masukan-masukan lebih lanjut Tetapi yang lebih penting, kepada para penanggung jawab pelaksana pendidikan , diharapkan untuk mampu melahirkan gagasan-gagasan inovatif yang lebih konstruktif dan produiktif, dalam melaksanakannya ini di lapangan, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Karena pada hakekatnya tidak ada satupun konsep atau sistem buatan manusia di dunia ini, yang bisa disebut “paling baik” untuk semua situasi dan kondisi, yang ada adalah sistem yang “paling tepat” untuk situasi dan kondisi tertentu.

Sekali lagi, kreativitas dan kemampuan improvisasi para guru dalam melaksanakan Pola Umum dan Pedoman Dasar ini sangatlah diperlukan. Selamat Beribadah, Selamat Belajar, dan Selamat Bekerja dengan Ikhlas, Cerdas, dan Tangkas. Semoga Allah SWT dan

4

malaikat-malaikatNya senantiasa mendampingi, membimbing dan membantu kita dalam melaksanakan tugas suci ini sehari-hari. Amien. . .

Al-Amien Prenduan, Syawal 1421/Januari 2001

Direktur/Mudir Ma’had KH.Muhammad Idris Jauhari

5

DAFTAR ISI Sekapur Sirih -- 2

Pengantar -- 3

Daftar Isi -- 5 BAB I : SPESIFIKASI KELEMBAGAAN TARBIYATUL MU’ALLIMEIN AL-ISLAMIYAH (TMI) AL-AMIEN PRENDUAN -- 7 A. Status Kepemilikan -- 7 B. Jenjang Pendidikan dan Masa Belajar -- 7 C. Kurikulum Pendidikan -- 7 D. Tahun Ajaran, Jam Efektif dan Masa Liburan -- 8

BAB II : PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS I (SATU) -- 9 A. Syarat-syarat Minimal Untuk Diterima

di Kelas I TMI Al-Amien Prenduan -- 9 B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas I -- 9 C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Kelas I -- 11 D. Kelas I (Satu) Intensif -- 14

BAB III : PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS II (DUA) -- 15 A. Syarat-syarat Minimal Untuk di Kelas II -- B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas II – C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Guru Kelas II –

BAB IV : PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS III (TIGA) – A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas III -- B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas III – C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Kelas III – D. Kelas III (Tiga) Intensif –

BAB V : PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS IV (EMPAT) – A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas IV -- B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas IV – C. Petunjuk Umum untuk Para Guru Kelas IV –

BAB VI : PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS V (LIMA) – A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas V -- B. Arah Pendidkan dan Pengajaran di Kelas V – C. Petunjuk Umum untuk Guru-guru Kelas V – D. Bagaimana Membimbing Kelompok-kelompok Siswa Kelas V? –

6

BAB VI : PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS VI (ENAM) – A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas VI -- B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas VI -- C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Guru-guru Kelas VI --

BAB VII : TATA TERTIB KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (KBM) – A. Kewajiban-kewajiban -- B. Larangan-larangan -- C. Anjuran-anjuran --

D. Sanksi --

7

BAB I SPESIFIKASI KELEMBAGAAN

TARBIYATUL MU’ALLIMEIN AL-ISLAMIYAH (TMI) AL-AMIEN PRENDUAN

A. Status Kepemilikan

TMI Al-Amien Prenduan adalah lembaga pendidikan Islam yang dikelola oleh Yayasan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, yang merupakan Badan Hukum dengan Akte Notaris Sjaifurrahman, SH. MH., No 12 Tanggal: 09 Oktober 2006 dan telah terdaftar di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum tanggal 01 Desember 2006.

Seluruh aset dan kekayaan Yayasan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan telah diwakafkan kepada seluruh umat Islam secara resmi, pada tanggal 11 April 2006. Jadi seluruh tanah, bangunan dan sarana pendidikan di TMI Al-Amien Prenduan berstatus sebagai “Wakaf” milik umat yang dikelola secara kolektif oleh Nadhir Wakaf, yaitu Majlis Kiyai Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.

B. Jenjang Pendidikan dan Masa Belajar

TMI Al-Amien Prenduan adalah lembaga pendidikan Islam tingkat menengah yang berbasis dan berbentuk “Pondok Pesantren” dengan masa belajar:

- 6 tahun untuk tamatan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (Program Reguler)

- 6 tahun untuk tamatan SLTP/Madrasah Tsanawiyah (Program Intensif) Bagi yang belum lulus seleksi masuk TMI Al-Amien Prenduan, dibuka “Program

Matrikulasi” yang berlangsung selama 6 bulan sampai 1 tahun. Dan bagi para santri yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata dibuka “Program Akselerasi” yang proses seleksinya dilaksanakan pada Mid I Semester I.

C. Kurikulum Pendidikan

Kurikulum Pendidikan di TMI Al-Amien Prenduan sering disebut sebagai “Kurikulum Hidup dan Kehidupan” karena berlangsung di mana saja sepanjang hari dan malam, serta dikemas dalam bentuk program pendidikan yang integral dan kompehensif, dibawah bimbingan, pengawasan dan evaluasi dari para Penanggung Jawab Pelaksana Pendidikan (Kiyai, Nyai, dan Guru-guru yang dibantu oleh Santri-santri Senior).

D. Tahun Ajaran, Jam Efektif dan Masa Liburan

Sebagai lembaga pendidikan yang berbasis pesantren, maka tahun ajaran baru di TMI Al-Amien Prenduan dimulai pada bulan Syawwal dan berakhir pada bulan Sya’ban setiap tahun, dengan sistem semester.

Jam efektif belajar selama satu tahun ajaran (termasuk 4 kali ujian yaitu: Ujian Mid-Semester I, Ujian Akhir Semester I, Ujian Mid Semester II, dan Ujian Akhir Semester II) berlangsung sebanyak 44 minggu yang terbagi menjadi 2 semester; masing-masing 22 minggu).

8

Masa liburan dalam satu tahun ajaran berlangsung sebanyak 2 kali, yaitu pada bulan Rabi’ul Awal (untuk libur pendek tengah semester selama 2 minggu), dan pada bulan Ramadlan (untuk liburan panjang akhir semester selama 6 minggu).

9

BAB II PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS I (SATU)

A. Syarat-syarat Minimal Untuk Diterima di Kelas I TMI Al-Amien Prenduan

Di samping syarat-syarat Khuluqiyah/Mental yang harus dimiliki oleh setiap siswa kelas I TMI Al-Amien Prenduan, maka seorang calon santri bisa diterima di Kelas I, apabila telah memenuhi syarat-syarat akademik berikut: 1. Lancar, baik, benar dan fasih membaca Al-Qur'an.

2. Bisa menulis Arab dengan lancar, benar, dan terang. 3. Bisa menjalankan Ibadah sehari-hari dengan baik dan benar. 4. Tamat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (Lulus dalam Ujian Akhir) dengan kriteria

sebagai berikut:

- Bisa berbahasa Indonesia (lisan dan tulisan)

- Menguasai Dasar-dasar Ilmu Berhitung (Matematika)

- Menguasai Dasar-dasar Ilmu Sosial (Sejarah, Geografi dll.) Apabila salah satu dari keempat syarat tersebut tidak terpenuhi, rasanya berat

atau sulit, bahkan tidak mungkin bagi Guru untuk mencetak murid yang benar-benar ber-kualitas.

B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas I

1. Semua bentuk Pendidikan dan Pengajaran di kelas I TMI Al-Amien Prenduan dimaksudkan untuk meletakkan dasar atau pondasi yang kuat dan kokoh bagi ke-hidupan para santri dalam segala aspeknya:

- Dasar untuk hidup sebagai Muslim dan Mukmin yang Shaleh dan Taqwa.

- Dasar dari segala macam Ilmu Pengetahuan dan Keterampilan yang akan di-pelajari di kelas-kelas selanjutnya.

- Dasar untuk mengembangkan diri, agar bisa hidup berarti dan berguna bagi agama dan masyarakat luas.

2. Seluruh pelajaran di kelas I, tanpa kecuali, harus diarahkan pada penanaman FALSAFAH HIDUP yang kuat dan bisa mewarnai kehidupan para santri, baik bagi mereka yang akan melanjutkan studinya di TMI Al-Amien Prenduan, ataupun bagi mereka yang pindah ke Lembaga Pendidikan lain atau mau pulang ke masyarakat.

3. Semua pelajaran di kelas I harus benar-benar masak dan kuat, harus dikuasai

sepenuhnya oleh murid (Malakah: ملكة), sehingga benar-benar menjadi milik santri dan sekaligus diyakini kebenarannya. Tidak boleh diajarkan secara sambil lalu saja. Tidak boleh setengah-setengah. Murid tidak boleh sekedar "pernah mendengar, pernah tahu, pernah belajar" dan lain-lainnya.

4. Salah satu Prinsip Pendidikan di TMI Al-Amien Prenduan adalah: TAK ADA ISTILAH GAGAL DALAM BELAJAR. SEMUANYA HARUS BERHASIL! Artinya: Sekalipun seorang santri hanya sempat belajar sampai di kelas I (satu tahun

10

saja) ia belajar di TMI, kemudian terpaksa berhenti atau keluar, tetapi selama itu ia harus sudah dibekali dengan:

- Dasar-dasar Aqidah yang benar dan kokoh

- Dasar-dasar Syari'ah yang benar.

- Dasar-dasar Akhlaq Karimah atau Mental yang baik

- Dasar Motivasi yang kuat untuk hidup berkembang dan bermanfaat di tengah-tengah masyarakat.

Dan untuk itu semua, tidak ada cara lain kecuali dengan memasakkan semua pelajaran yang diajarkan di Kelas I.

“Kelas I yang masak lebih baik

dari kelas II, III, atau IV yang tidak masak” C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Kelas I

Sebelum melangkah lebih jauh, para Guru di kelas I TMI Al-Amien Prenduan harus memperhatikan hal-hal di bawah ini : 1. Seluruh Guru harus menyadari bahwa semua pelajaran di kelas I, tanpa kecuali,

penting dan harus dipentingkan. Semuanya mempunyai kedudukan yang strategis untuk tujuan penanaman DASAR-DASAR KEHIDUPAN para santri. Tidak boleh dibeda-bedakan!

2. Dalam berbagai kesempatan para Guru harus bisa meyakinkan murid-muridnya tentang penting dan strategisnya pelajaran-pelajaran di kelas I, sehingga tak seorang pun di antara mereka menganggap remeh atau menganggap kurang penting terhadap suatu pelajaran. Ingat, anggapan seperti ini, kalau dibiarkan, tidak saja membahayakan murid yang bersangkutan, tapi juga bagi murid-murid yang lain!!!

3. Seluruh Guru kelas I harus selalu menyadari - kapan dan di mana saja - bahwa dirinya sedang menggarap pekerjaan yang paling penting dan paling menentukan dalam kehidupan murid-muridnya, sebab kerja pembinaan lebih lanjut sangat ditentukan oleh hasil kerja pembinaan di kelas I ini. Dengan demikian, para Guru akan selalu berhati-hati, penuh persiapan dan perhitungan, tidak gegabah, dan selalu aktif dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari; di luar maupun di dalam kelas.

4. Dalam mengajarkan suatu ilmu apapun, seorang Guru harus memperhatikan hal-hal berikut: a. Pelajaran harus dimulai dari yang paling mendasar, dari tingkat yang paling

rendah, dari yang paling permulaan. Urutan pelajaran harus tertib, tidak meloncat-loncat. Ingat, jangan silau dengan anak yang:

- Nampaknya sudah bisa atau sok bisa.

- Nampaknya sudah besar dan banyak pengalaman.

11

- Nampaknya sudah pernah belajar, pernah tahu ...... dll. Semuanya harus dianggap sama, harus siap diplonco, atau dimudakan kembali.

b. Pelajaran apapun yang diajarkan harus beanr-benar dikuasai oleh murid secara perorangan, bukan secara kelompok. Jangan mudah terkecoh dengan

jawaban bersama (جواب الجمعى) jangan buru-buru melangkah kepada pelajaran berikutnya, sebelum benar-benar yakin bahwa seluruh murid sudah menguasai pelajaran yang telah diajarkan !. Yang penting masaknya pelajaran, bukan banyaknya !

c. Pelajaran yang sudah diajarkan harus selalu diulang-ulang, ditanyakan, dipakai dan sering-sering disebut dalam pembicaraan/keterangan.

d. Harus selalu dihubung-hubungkan dengan pelajaran baru, sehingga benar-benar "malakah"

e. Khusus untuk pelajaran hafalan, seperti: Tafsir, Hadits dan Mahfudhat….. setiap murid harus mendapat bagian untuk menghafal di depan Guru. Jika waktu meng-hafal tidak cukup di dalam kelas, bisa digunakan waktu-waktu lain di luar kelas, seperti sore hari, malam hari ataupun pagi hari. Ingat, murid harus ditagih dan dituntut.

f. Dalam mengulangi pelajaran, Guru tidak boleh bosan atau dihinggapi rasa bosan. Selain itu guru harus berusaha untuk menghilangkan kejenuhan dari murid-muridnya. Tempuhlah segala cara yang memungkinkan, dengan memperbanyak variasi, sehingga kebosanan tidak menggerogoti anda dan murid-murid anda! Ingat, kebosanan adalah penyakit yang sangat berbahaya bagi murid, apalagi Guru !!! "BELAJAR MUWAJJAH" untuk murid-murid kelas I harus diadakan sejak awal tahun di bawah pengawasan para Wali Kelas dan Fasilitator Kelas. Belajar Mu-wajjah ini bisa digunakan antara lain untuk:

- Mengawasi sekaligus memperbaiki 'cara belajar' murid.

- Membantu murid dalam menghadapi kesulitan belajar.

- Mematangkan pelajaran-pelajaran yang belum matang di pagi hari oleh siapapun Guru yang berminat.

- Membicarakan dan memecahkan masalah-masalah kelas yang timbul. g. Seluruh Guru, khusunya Guru-guru kelas I, lebih khusus lagi para wali kelas

I, harus benar-benar "Masyghulun bi talamidzihi" (مشغول بنفسه). Sebagian besar waktu, tenaga dan pikirannya harus disediakan untuk kepentingan murid-muridnya. Jangan sampai terlalu sibuk dengan urusan-urusan lain yang tidak berkaitan langsung dengan kepentingan murid, apalagi sampai "Masyghulun bi nafsihi" Karena itu, para Wali Kelas I, khususnya, tidak boleh merangkap tugas-tugas lain yang berat-berat! Ingat, ini pekerjaan dasar yang menentukan! Jika di Kelas I kurang matang, maka di kelas-kelas selanjutnya….. bahkan sampai menjadi Guru, tetap akan mengecewakan.

12

h. Para Guru, Khususnya para Wali Kelas, harus pandai-pandai memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada murid-muridnya, sehingga sesuai dengan kebutuhan mereka dan tidak bertentangan dengan kehendak jiwanya;

- Adakan pengamatan yang seksama setiap saat

- Manfaatkan seluruh fasilitator yang ada di kalangan murid

- Bacalah setiap indikator dan pekalah terhadap setiap gejala

- Jangan sampai salah duga dan salah persepsi

- Tingkatkan kemampuan diri dalam segala hal

“Ingat Anda Sedang Menggarap Pekerjaan

Yang Paling Menentukan Dalam Kehidupan Santri” D. Kelas I (Satu) Intensif 1. Pada hakikatnya Syarat Minimal, Arah Pelajaran dan Cara mengajarkan pelajaran-

pelajaran di kelas I (Satu) Intensif khususnya pada semester/pertengahan tahun pertama hampir serupa dengan Kelas I biasa.

2. Bahkan beberapa hal harus mendapat penekanan yang lebih kuat, mengingat usia murid yang relatif lebih dewasa dan kondisi mental mereka yang sudah lebih banyak diwarnai oleh warna-warna lain di luar Pondok.

3. Usaha untuk memudakan kembali jiwa murid harus dilakukan lebih intensif dari pada Kelas I biasa. Tetapi cara pendekatan dan pemberian bimbingan harus disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan mental mereka. Jangan dianggap anak kecil !!!

4. Walaupun jumlah jam pelajaran dalam satu minggu tidak sebanyak dua kali jumlah jam pelajaran di kelas I biasa, tetapi pelajaran harus berjalan dua kali lebih cepat dari pelajaran di kelas I biasa. Karena itu seluruh Guru di kelas I Intensif harus mematangkan seluruh mata pe-lajaran, dengan berbagai cara yang memungkinkan: - Porsi waktu untuk belajar di luar kelas harus lebih banyak dari pada murid-murid kelas

I biasa. - Usahakan agar murid kelas Intensif tidak terlalu banyak meninggalkan kelas,

kecuali untuk kepentingan yang benar-benar mendesak. - Ciptakan iklim belajar yang kondusif bagi seluruh murid kelas Intensif, baik di

dalam Kelas maupun di luar kelas. 5. Di kelas Intensif biasanya banyak murid yang sudah pernah mengalami belajar kitab

yang besar-besar, bahkan mungkin ada yang sudah pernah belajar di Perguruan Tinggi. Guru tidak boleh terlalu silau dengan murid-murid seperti ini. Bersikaplah penuh bijaksana, dan tetaplah konsisten dengan arah pelajaran dan metode peng-ajaran yang telah ditetapkan, khususnya untuk murid-murid di Kelas permulaan. Ingat, kita mempunyai sistem dan metode sendiri. Dan kita memang berbeda.

13

6. Dalam masa 3 (tiga) bulan, murid-murid kelas I Intensif harus sudah bisa atau dipaksa untuk bisa berbicara berbahasa Arab dalam pergaulan mereka sehari-hari, sebab setelah semester pertama seluruh pelajaran dalam Kelompok Ilmu Pengetahuan Bahasa Arab harus sudah memakai pengantar Bahasa Arab.

7. Pada semester kedua seluruh pelajaran di kelas I Intensif sama dengan pelajaran di Kelas II. Guru harus menyadari hal ini dan berusaha mempergunakan pelbagai cara yang memungkinkan untuk mencapai target dan kuantitas yang telah ditentukan.

14

BAB III PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS II (DUA)

A. Syarat-syarat Minimal Untuk di Kelas II

Seorang santri kelas I TMI ataupun yang berasal dari lembaga lain, baru bisa diterima di kelas II, paling tidak apabila telah memenuhi syarat-syarat akademik sebagai berikut: 1. Memiliki Dasar Pengetahuan Agama yang kuat, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Mengetahui Dasar-dasar 'AQO'ID KHOMSIEN serta dalil-dalilnya. b. Menguasai dan Lulus dengan baik Ujian S.K.I.A. untuk kelas I. c. Hafal di luar kepala beberapa Ayat dan Hadist pilihan, serta mengerti artinya

kata per-kata. d. Mengetahui Sejarah Hidup Nabi Muhammad saw.

2. Menguasai Pengetahuan Dasar Bahasa Arab (نطقا وكتابة) 3. Mengerti beberapa kata dasar Bahasa Inggris serta bisa menggunakannya untuk

menjawab soal dan bercakap-cakap sederhana. 4. Mengetahui Istilah-istilah dasar Bahasa Indonesia dan dapat membuat karangan-

karangan sederhana yang berupa artikel singkat, surat atau pidato. 5. Mengerti Dasar-dasar Pengetahuan Umum lainnya, seperti:

a. Dasar-dasar Ilmu Eksakta (Matematika/Hitung dan IPA) b. Dasar-dasar Pengetahuan Sosial (Sejarah, PMP, Geografi)

Untuk itu, dipergunakan kriteria seperti siswa kelas I SMP/MTs. B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas II

1. Semua bentuk Pendidikan dan Pengajaran di kelas II TMI Al-Amien Prenduan dimaksudkan untuk PERLUASAN DAN PENGEEMBANGAN dari segala dasar yang telah diberikan di kelas I:

- Pengembangan Dasar-dasar Aqidah, Syariah dan Akhlaq

- Pengembangan Dasar-dasar Mental yang telah ditanamkan di kelas I

- Pengembangan Dasar-dasar pengetahuan yang telah diajarkan di kelas I, khusus-nya Pengetahuan Bahasa Arab.

- Pengembangan Dasar-dsar Keterampilan untuk hidup bermasyarakat 2. Karena itu, hampir seluruh pelajaran di kelas II sama atau tak jauh berbeda dengan

pelajaran di kelas I. Bahkan ada beberapa materi pelajaran yang merupakan pengulangan dari materi pelajaran yang telah diajarkan di kelas I, seperti: Pelajaran Tauhid, Fiqih, Tajwid dll.

3. Pelajaran-pelajaran Nahwu, Shorrof Tarjamah, Muthala'ah dll….. kendati mungkin nampak baru, tetapi pada hakikatnya merupakan pengembangan dan perluasan dari pelajaran 'AROBIYAH yang telah diajarkan di kelas I.

4. Pelajaran-pelajaran di kelas II harus selalu berkesinambungan dengan pelajaran-pelajaran di kelas I. Tidak boleh berdiri sendiri, apalagi bertentangan !

15

5. Walaupun begitu, pelajaran-pelajaran di kelas II tetap diarahkan pada usaha pengem-bangan dan perluasan, sehingga menuntut adanya METODE KHUSUS yang ber-beda dengan kelas I; baik menyangkut Proses Belajar Mengajar maupuan yang ber-hubungan dengan cara membimbing murid-murid, di dalam kelas maupun di luar kelas.

“Perhatikan dan Pelajari Kembali Cara Mengajarkan

Setiap Materi di Kelas II! C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Guru Kelas II

1. Untuk maksud Perluasan dan Pengembangan, maka seluruh mata pelajaran dalam Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Agama dan Bahasa Arab di kelas II harus disampai-kan dan diterangkan dengan Bahasa Arab:

- Guru harus berusaha menggunakan Bahasa Arab yang baik dan benar, dengan senantiasa memperhatikan tingkat kemampuan murid-muridnya.

- Jangan mudah-mudah menggunakan Bahasa Indonesia, kalau tidak karena ter-paksa sekali. Itu pun boleh dilakukan dengan cara menyebutnya secara selintas saja, dan lebih dulu meminta ma'af kepada murid.

- Murid harus dipaksa dan dilatih sebanyak-banyaknya untuk menjawab pertanyaan dan menerangkan pelajaran dengan Bahasa Arab yang baik dan benar.

2. Pelajaran Nahwu dan Shorrof di Kelas II merupakan pelajaran permulaan tentang kaidah-kaidah dalam Tata Bahasa Arab, sehingga bagi murid kelas II pelajaran ini merupakan DASAR bagi pelajaran-pelajaran berikutnya.

3. Karena itu, para guru harus menyadari fungsi pelajaran-pelajaran ini. bagi murid Kelas II. Perhatikan dan pelajari kembali PEDOMAN KHUSUS untuk mengajarkan Pengetahuan-pengetahuan Dasar, Seperti yang berlaku di kelas I.

4. Demikian pula dengan pelajaran-pelajaran yang lain, seperti Insya', Muthala'ah, Tarjamah dan Tamrinul Lughoh. Walaupun pada hakikatnya sudah diajarkan pada pelajaran 'AROBIYAH di kelas I, tetapi di kelas II diajarkan secara terpisah, materi per-materi, sehingga memerlukan perhatian khusus terhadap CARA MENGAJARKAN-NYA. Untuk itu, setiap Guru mata pelajaran tersebut harus benar-benar memperhatikan Metode Mengajar yang sesuai dan benar.

5. Di Kelas I, para murid harus sudah mulai dipaksa untuk berlatih menerangkan apa-apa yang telah mereka ketahui dengan ungkapan-ungkapan yang sederhana dan jelas, baik dengan Bahasa Arab (untuk Pengetahuan Agama dan Pengetahuan Bahasa Arab) maupun dengan Bahasa Indonesia (untuk Pengetahuan Umum lainnya). Di samping paham sendiri, murid harus bisa juga memahamkan orang lain.

6. Oleh sebab itu, pelajaran Insya' dan Mengarang (Bahasa Indonesia) harus men-dapat perhatian yang sungguh-sungguh. Adakan latihan yang teratur dan kontinu!

16

Jangan malas mengoreksi ! Tapi ingat, sesuaikan dengan tingkat kemampuan dan perkembangan murid !!!

17

BAB IV PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS III (TIGA)

A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas III

Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, maka santri yang akan duduk di Kelas tiga paling tidak harus memenuhi syarat-syarat akademik sebagai berikut: 1. Menguasai Dasar-dasar Pengetahuan Agama (Tauhid, Fiqih, Tafsir, Hadits,

Tarikh Islam) serta bisa menerangkannya dengan Bahasa Arab yang baik. 2. Menguasai dan lulus dengan baik ujian S.K.I.A. untuk kelas II. 3. Mampu membuat karangan-karangan sederhana dalam Bahasa Arab, berupa

artikel singkat surat-surat dan pidato sederhana. 4. Menguasai Dasar-dasar Qowa'idil Lughoh Al-Arobiyah:

a. Mengetahui kedudukan kata dalam kalimat b. Mengerti beberapa difenisi dalam Ilmu Nahwu dan Shorrof serta bisa

memberi contoh yang jelas dalam kalimat c. Bisa dan lancar dalam melakukan Qiyas Shorfi d. Mengerti Wazan, Bina', dan asal kata-kata Bahasa Arab

5. Memiliki kemampuan berbahasa Inggris sederhana (reading, writting, listening dan conversation)

6. Menguasai istilah-istilah umum dalam Bahasa Indonesia dan bisa membuat karangan sederhana dalam Bahasa Indonesia

7. Menguasai lebih jauh dasar-dasar pengetahuan umum lainnya, dengan kriteria se-perti murid-murid kelas II SMP/Madrasah Tsanawiyah.

B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas III

1. Segala bentuk Pendidikan dan Pengajaran di kelas III TMI dimaksudkan untuk: a. Peningkatan dan Pematangan dari segala dasar yang telah ditanamkan di kelas I sampai

kelas II.

b. Penuntasan dari segala Pengetahuan dan Keterampilan yang diberikan di tingkat menengah pertama (Tsanawiyah).

c. Langkah Awal dan Persiapan untuk memasuki babak baru dalam kehidupan santri di kelas IV (Tigkat Menengah Atas/Aliyah).

2. Karena itu, di samping merupakan lanjutan dari segala pelajaran terdahulu, maka di kelas III mulai juga diajarkan beberapa Pengetahuan Pengantar baru, seperti Peng-antar Ilmu Tarbiyah dan Pengantar Ilmu Ushul Fiqih.

3. Pelajaran Grammar di kelas III merupakan pelajaran permulaan tentang tata Bahasa Inggris, berarti merupakan dasar bagi pelajaran-pelajaran berikutnya.

4. Jika di kelas I dan kelas II lebih banyak dituntut untuk menghafalkan pelajaran se-cara terus-menerus sehingga matang di luar kepala, maka di kelas III ini mereka mulai dilatih untuk mengkaji sebagian ilmu dengan cara yang lebih bersifat analistis dan argumentatif. Perhatikan pelajaran-pelajaran berikut ini:

18

- Tauhid: Pembahasan dalil-dalil Aqlinya sudah lebih meluas dan mendetail

- Fiqih: Sudah mulai dibahas dalil-dalilnya

- Ushul Fiqih: Merupakan Pembahasan/pengenalan awal tentang pro-ses yang dipakai dalam Istimbatul Ahkam

- Hadits: Merupakan pelajaran tentang Isthimbatul Ahkam

- Tarbiyah: Merupakan pengenalan awal tentang Ilmu Pendidikan

- Insya': Sudah banyak berbentuk وصفى dan تحليلى dari pada se-kedar tarjamahan dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Arab

- Sejarah/Tarikh Islam: Murid sudah mulai dilatih untuk menganalisis suatu peristiwa, dari pada sekedar menghafal nama-nama dan tahun-tahun

- Dan lain-lain pelajaran yang arahnya sudah mulai ditekankan pada analisis masa-lah, daripada sekedar menghafal.

5. Semua ini dimaksudkan sebagai persiapan untuk memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut di kelas IV (Tingkat Aliyah), yang merupakan BABAK BARU atau MABADI' dari pelbagai bekal untuk menjadi 'Ulama atau Pemimpin ; baik bekal mental, penge-tahuan ataupun keterampilan.

C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Kelas III

1. Sesuai dengan pelajaran di kelas III, maka para Guru di kelas ini harus memiliki wawasan yang lebih luas dan persiapan yang memadai, terutama dalam rangka membawa murid-muridnya ke arah pola pikir yang agak analistis dan sistematis.

2. Pola "Textbook Thinking" harus sudah mulai ditinggalkan sedikit demi sedikit. Para Guru harus mempunyai maroji' atau referensi yang luas dan komprehensif agar bisa memuaskan murid-muridnya dan terhindar dari kejenuhan. Tetapi dalam memilih materi pelajaran harus memperhatikan tingkat perkembangan dan kemampuan murid-muridnya serta metode yang paling sesuai untuk mereka, dengan tetap mem-beri kesempatan seluas mungkin kepada mereka untuk tumbuh dan berkembang sendiri.

3. Namun..... dalam pada itu, para Guru kelas III harus tetap banyak menuntut kepada murid untuk menghafalkan, pelajaran yang harus mereka hafalkan seperti Surat/Ayat atau Hadits tertentu, bait-bait mahfudzat, Idiom-idom/Uslub-uslub pilihan (dalam Bahasa Arab dan Bahasa Inggris) dan lain-lainnya. Bagaimanapun, metode hafalan masih akan terus sangat efektif untuk membantu pengembangan murid-murid !!!

4. Untuk menciptakan iklim kondusif bagi murid-murid kelas III dalam meningkatkan pola pikir mereka, para Guru harus lebih mengintensifkan peranan kelompok-kelompok belajar di kalangan murid-murid, terutama untuk mendiskusikan pelajaran yang baru mereka terima di dalam kelas. Kemampuan abstraksi dan kreasi serta aktualisasi diri di tengah-tengah orang banyak harus semakin ditingkatkan dengan berbagai cara yang memungkinkan !

19

5. Pokoknya, setiap Guru kelas III harus selalu menyadari bahwa kelas ini adalah Tahun Terakhir dari Periode Persiapan atau Tahun Terakhir dari Tingkat Menengah Pertama. Karena itu segala persiapan untuk memasuki jenjang berikutnya yang merupakan BABAK BARU, pada tahun ini, harus benar-benar matang,

mapan dan malakah (ملكة).

“Ingat! Kesuksesan Hidup Tidak Hanya Ditentukan Oleh Kemampuan Otak /Daya Pikir”

D. Kelas III (Tiga) Intensif 1. Pada hakikatnya syarat-syarat minimal, Arah Pelajaran dan Cara Mengajar di kelas III

Ekstensif hampir serupa atau tidak jauh berbeda dengan di kelas III biasa. Hanya saja ada beberapa hal yang harus mendapat perhatian khusus dari para Guru.

2. Seperti halnya di kelas I Ekstensif, beberapa Mata Pelajaran Umum di kelas ini sengaja tidak diajarkan, untuk menambah jam pelajaran pada Bidang Studi Ilmu Penge-tahuan Agama dan Pengetahuan Bahasa Arab.

3. Pelajaran di kelas ini harus berjalan dua kali lebih cepat dari pada pelajaran di kelas III biasa, walaupun mungkin jumlah jam yang tersedia tidak dua kali lebih banyak dari pada di kelas biasa. Karena itu, Para Guru-guru di kelas Ekstensif harus bekerja lebih keras untuk mematangakan pelajarannya, dengan pelbagai cara yang memungkin-kan, terutama tambahan porsi pengajaran dan bimbingan di luar kelas. Perhatikan cara mengajar dan membimbing siswa kelas I Ekstensif yang sudah diterangkan sebelum ini !!!

4. Setiap Guru kelas III Ekstensif harus selalu menyadari bahwa para murid di kelas ini sedang melewati dua periode sangat penting dalam kehidupan mereka, yaitu: a. Masa-masa penyelesaian akhir dari periode belajar mereka di Tingkat Menengah

Pertama (Tingkat Tsanawiyah), di mana segala dasar Pengetahuan harus sudah dimatangkan benar-benar, yaitu pada Semester Pertama.

b. Masa-masa permulaan memasuki Babak Baru dari periode belajar mereka di Tingkat Menengah Atas (Tingkat Aliyah), di mana mereka sudah mulai dibekali dengan bekal-bekal dasar Kepemimpinan dan Ke-Ulamaan, yaitu pada semester kedua.

5. Menghadapi kedua periode yang berbeda tersebut, tentu saja para Guru harus benar-benar bersikap arif dan bijaksana, dengan senantiasa berorientasi pada arah dan tujuan pendidikan dan pengajaran pada masing-masing periode. Persiapan dan kesiapan Guru dalam memberikan pengajaran dan bimbingan kepada murid dalam kedua periode tersebut tidak bisa disamakan atau dipukul sama rata begitu saja.

6. Para siswa kelas III Ekstensif harus diusahakan untuk menjadi Proto-Type bagi siswa-siswa yang lain dalam hal semangat belajar yang tinggi, cara belajar yang benar dan ethos kerja yang bisa dibanggakan.

20

BAB V PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS IV (EMPAT)

A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas IV

Di samping syarat-syarat khuluqiyah yang lazim dimiliki oleh siswa kelas IV, maka para siswa yang akan duduk di kelas IV, paling tidak harus memenuhi syarat-syarat akademik sebagai berikut: 1. Matang dalam penguasaan dasar-dasar Pengetahuan Agama dan bisa menerangkan-

nya dengan Bahasa Arab yang benar (Tauhid, Fiqih, Ushul Fiqih, Tafsir, Hadits). 2. Menguasai dan Lulus SKIA untuk Kelas III. 3. Menguasai dasar-dasar Qowaidul Lughah al-Arabiyah dan bisa mengembangkan-

nya, baik Ilmu Nahwu maupun Ilmu Shorrof. 4. Bisa membuat karangan-karangan singkat dalam Bahasa Arab (Artikel, Surat dan

Pidato singkat). 5. Menguasai dasar-dasar Pengetahuan Bahasa Inggris (Writting, Reading, Listening dan

Conversatiom), dan mengerti dasar-dasar Tata Bahasa Inggris. 6. Menguasai Istilah-istilah Bahasa Indonesia dan bisa membuat karangan singkat

(artikel, surat, pidato, reportase dan lain-lain), serta mengerti dasar-dasar Penge-tahuan Umum lainnya, atas dasar pengkajian yang sedikit analistis dan sistematis.

7. Untuk Syarat Nomor 6 ukurannya adalah Kelas III SMP/MTs. B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas IV

1. Kelas IV di TMI berarti BABAK BARU bagi santri dalam jenjang pendidikan me-reka, yaitu suatu jenjang pendidikan Tingkat Menengah atas (Marhalah Aliyah)

2. Arah Pendidikan dan Pengajaran di kelas IV merupakan MABADI' atau Pengantar/ Permulaan/ Dasar dari segala bekal para santri untuk menjadi pemimpin atau ulama'. Karena itu, di kelas IV para santri harus sudah mulai dikenalkan dengan proses Latihan Kepemimpinan langsung atau proses pengkajian Ilmu Pengetahuan secara Ilmiyah, sesuai dengan bakat/minat/kecendrungan masing-masing.

3. Walaupun begitu para Guru harus menyadari bahwa Pengajaran dan Pendidikan di TMI tetap merupakan satu kesatuan (Totalitas) yang saling berkaitan dan berkesinambungan sejak kelas I sampai kelas VI.

4. Bakat/minat/kecendrungan setiap santri pada akhir kelas IVharus sudah mulai ter-pantau, sehingga bisa diberi bimbingan yang lebih terarah, terutama setelah mereka duduk di kelas V.

5. Bakat/minat/kecendrungan tersebut secara umum bisa dibagi menjadi dua kelompok: a. Minat Keilmuan dan pemikiran yang mengarah pada terciptanya para

Pemikir, dan Kaum Intelektual. b. Minat Kepemimpian dan Kewiraswastaan yang mengarah pada terciptanya

para Praktisi, Wiraswastawan, Informal Leader atau Pekerja Sosial Lainnya.

21

C. Petunjuk Umum untuk Para Guru Kelas IV

1. Walaupun beberapa materi di kelas IV merupakan kelanjutan dari kelas III, tetapi para Guru harus menyadari bahwa kelas ini adalah BABAK BARU dari jenjang pendidikan Tingkat Menengah Atas. Karena itu suasana dan proses belajar mengajar harus di-ciptakan serba baru, sehingga tidak timbul rasa jenuh:

- Suasana, iklim dan semangat belajar yang baru

- Sistem dan metode belajar yang baru

- Sistem dan metode mengajar yang baru

- Cara memberikan bimbingan dan penyuluhan yang baru….. dan seterusnya…..

2. Menganggap murid sebagai teman dewasa harus sudah mulai dilaksanakan sungguh-sungguh di kelas ini. Para murid harus selalu diberi motivasi, didorong, dibiasakan bahkan kalau perlu dipaksa untuk:

- Mencari sendiri

- Memecahkan masalahnya sendiri

- Tumbuh dan berkembang sendiri....dan seterusnya…..

- Berilah mereka kesempatan seluas mungkin untuk belajar mandiri!!! 3. Sejak awal tahun para murid harus sudah disadarkan pada fungsi dan kedudukan

mereka di Kelas IV, yaitu sebagai calon ulama dan pemimpin yang harus memiliki bekal yang cukup untuk menghadapi masyarakat. Karena itu kepada mereka harus sudah ditanamkan dan kesediaan untuk berkorban dan berjasa kepada orang lain dalam kehidupan mereka sehari-hari..

4. Di kelas IV ada beberapa pelajaran baru, yaitu Qowaid Fiqhiyah (sebagai pedang Pelajaran Ushul Fiqih), Balaghah, Sejarah Pendidikan, dan Kosmografi Mereka juga mulai dikenalkan secara sepintas kepada Dunia Tasawuf, melalui Pengajian Kitab at-Turost. Semuanya dimaksudkan sebagai penunjang bagi bekal-bekal ke'Ulamaan dan Kepemimpinan mereka.

5. Untuk memberikan bimbingan yang lebih terarah dan tepat guna, maka Guru -khusus-nya Wali kelas IV- harus berusaha dengan pelbagai cara yang memungkinkan untuk mengetahui potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap siswa; baik potensi keilmuan dan pemikiran maupun potensi kepemimpinan dan kerja-kerja praktisi.

6. Para Guru kelas IV harus pandai membuat improvisasi dan varisi-variasi baru dalam Proses Belajar Mengajar, sehingga tidak timbul kejenuhan di kalangan murid-murid . Ciptakan iklim kompetitif yang sehat antar siswa, tapi jangan lupakan prinsip-prinsip Takaful, Tadlomun, Tasamuh dan Ta'awun 'alal-birri wat-taqwa.

BAB VI PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS V (LIMA)

22

A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas V

Kelas V adalah kelas yang sangat strategis dalam periode kehidupan para santri di TMI. Di kelas ini mereka dihadapkan pada dua persimpangan jalan ; Jika benar memilih jalan dan hati-hati, biasanya mereka akan terus berjalan sampai tuntas/tamat. Tapi jika salah memilih jalan, biasanya mereka akan mudah terhempas di tengah per-jalanan.

Kondisi ini menuntut adanya persyaratan ketat yang harus dipenuhi oleh setiap santri, sebelum mereka benar-benar diterima secara resmi untuk duduk di Kelas V ; baik yang menyangkut kesiapan mental, ataupun kapasitas intelektual dan skill mereka.

Syarat-syarat tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Memiliki kesiapan mental untuk diajak berkembang dan mengembangkan diri

sesuai dengan minat dan potensinya masing-masing. 2. Memiliki jiwa pengabdian dan pengorbanan untuk kepentingan bersama. 3. Menguasai dasar-dasar Pengetahuan Agama dan bisa mengamalkannya dalam ke-

hidupannya sehari-hari. 4. Menguasai dan lulus dengan baik dalam ujian SKIA untuk kelas IV. 5. Bersikap positif terhadap Bahasa Arab, Inggris dan Indonesia serta menguasai

Penge-tahuan-pengetahuan dasar tentang ketiga bahasa tersebut. Bagi calon-calon siswa kelas V yang berasal dari Kelas III Ekstensif, diharuskan untuk mengikuti program tambahan selama k. l. 2 minggu setelah Ujian Akhir Tahun, untuk melengkapi be-berapa materi pelajaran dan mencapai target yang telah ditentukan di kelas IV.

Ketentuan penerimaan siswa di Kelas V dilaksanakan secara terpisah dari kelas-kelas yang lain, yaitu dengan cara pemanggilan langsung ; satu per-satu atau kelompok per-kelompok.

Sebelum itu para Guru harus sudah mengetahui ke arah mana seorang santri di-arahkan di kelas V atau dalam kelompok apa ia selayaknya ia dimasukkan. Hal itu bisa dilakukan dengan cara pemantauan terhadap minat dan potensi anak di kelas-kelas se-belumnya, atau dengan cara penyebaran angket.

B. Arah Pendidkan dan Pengajaran di Kelas V

1. Segala bentuk Pengajaran dan Pendidkan di kelas V TMI dimaksud-kan untuk MENINGKATKAN DAN MENGEMBANGKAN kemampuan murid dalam menguasai bekal-bekal dasar keulamaan dan kepemimpinan yang telah ditanamkan di kelas IV.

2. Di kelas V, para siswa sudah mulai dikenalkan langsung dengan segala hal yang menyentuh kepentingan mereka di masyarakat, sesuai dengan bakat, minat, dan ke-cendrungan masing-masing.

3. Di kelas V banyak terdapat Mata Pelajaran Baru seperti: Musthalahul Hadits, Adyan, Tarikh Adab, Logika, Tata Buku, Antropologi, Administrasi Pendidikan dan Ilmu

23

Jiwa. Semuanya itu dimaksudkan untuk memperluas wawasan murid dalam mengantisipasi masa depan mereka kelak di masyarakat.

4. Jika di kelas-kelas sebelumnya mereka belajar Fiqih menurut satu aliran (madzhab), maka sejak di kelas V ini mereka sudah mulai dikenalkan dengan Fiqih Muqoron yang membahas tentang berbagai aliran Fiqih yang berkembang di tengah-tengah umat. Hal ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk memperingan hukum syara', tetapi semata-mata untuk memperluas wawasan dalam melihat kenyataan yang ada, se-hingga tidak terjebak dalam fanatisme buta yang membahayakan persatuan dan ke-satuan umat.

5. Segala macam tentang dasar tentang Pengetahuan Agama, Pengetahuan Bahasa, Ilmu Pendidikan dan Ilmu Kemasyarakatan harus sudah dimatangkan benar-benar pada akhir kelas V ini. Sebab di kelas VI, para siswa lebih banyak dilibatkan dalam kerja-kerja Praktikum dan Amaliyah.

6. Di kelas V, pelbagai bakat, minat dan kecenderungan anak harus sudah mulai nampak bahkan ditampakkan kepermukaan, sehingga Guru bisa memberikan bimbingan yang lebih terarah dan tepat guna.

7. Walaupun secara formal di TMI tidak ada jurusan-jurusan (artinya semua pelajaran di dalam kelas tidak dibeda-bedakan), tetapi bimbingan yang diberikan oleh Guru di luar kelas harus disesuaikan dengan bakat dan minat masing-masing siswa.

8. Segala pelajaran dan ilmu pengetahuan harus dikaji secara kritis, analistis dan sistematis, tanpa harus meremehkan faktor hafalan dalam pelbagai pelajaran yang memang membutuhkannya.

C. Petunjuk Umum untuk Guru-guru Kelas V

Sebelum melangkah lebih lanjut, para Guru kelas V terlebih dahulu harus menge-tahui kondisi mental siswa-siswa kelas V, yang memang berbeda dengan kelas-kelas sebelumnya. Di kelas ini para siswa rata-rata sudah memasuki usia 17 tahun ; masa-masa Pubertas yang sebenarnya dan Periode Pertama dari masa kepemudaan. Jiwanya mudah bergejolak dan labil, selalu gelisah, dan biasanya tidak suka lagi dianggap anak kecil. Sisa-sisa pengaruh masa pubertas awal masih sangat dominan dalam jiwa mereka, seperti emosi yang tidak mantap akibat perkembangan jiwa dan jasmani yang kadang-kadang berlangsung tidak seimbang, ingin memperoleh perhatian yang ber-lebihan, perasaan lesu, tidak bergairah dan lain-lain.

Mereka mulai mencari identitas diri dan selalu ingin mengaktualisasikan dirinyadi tengah orang banyak dengan berbagai cara, bahkan kadang dengan cara yang tidak benar. Sangat kritis, sering memberontak pada kemapanan dan selalu ingin nampak hebat atau menjadi pahlawan bagi orang lain, tapi juga kadang sangat otoriter. Perhatian terhadap dirinya (egonya) semakin besar, tetapi kepeduliannya terhadap orang lain (terutama lawan jenis dan benda-benda lainnya) juga semakin berkembang, sehingga tak heran jika bakat-bakat kepemimpinan dan potensi-potensi sosialnya mulai semakin nampak menonjol.

24

Oleh karena itu, para Guru dituntut untuk bersikap bijaksana dan hati-hati dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada mereka. Kesalahan kecil yang barangkali tidak disengaja, bisa berakibat fatal bagi kehidupan mereka lebih lanjut. Na'udzubillah ! 1. Para Guru harus benar-benar mengetahui kondisi pribadi setiap siswa secara per-

orangan (individual) ; latar belakang kehidupannya, kondisinya saat ini, dan prospek-nya di masa mendatang. Tidak boleh sekedar dikira-kira, tidak boleh sekedar secara kelompok. Adakan pendataan yang akurat !

2. Para Guru haus benar-benar menguasai dan menyadari Arah Pendidikan dan Peng-ajaran di kelas V, kemudian berusaha melakukan setiap tindakan sesuai dengan arah tersebut.

3. Setiap Guru harus berusaha untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi tercapainya Tujuan Pendidikan di kelas V, dengan berbagai cara yang memungkinkan ; baik di dalam maupun di luar kelas.

4. Para Guru harus berusaha untuk memperluas Wawasan Keilmuan dan Keterampilan-nya dalam menangani tugas-tugas pendidikan, dengan banyak membaca, berdiskusi, berkonsultasi dan lain-lain cara yang memungkinkan.

5. Sejak di kelas V ini bimbingan kepada para siswa harus sudah diberikan menurut minat dan kecendrungan masing-masing. Artinya sekalipun secara resmi mereka tidak dibagi dalam jurusan-jurusan, tetapi secara eksplisit, minat, potensi dan orientasi setiap siswa harus sudah ditampakkan ke permukaan, sehingga secara otomatis mereka akan terbagi dalam kelompok-kelompok minat, berdasar potensi masing-masing.

6. Menurut minat/ potensinya secara garis besar siswa-siswa kelas V bisa dibagi dalam dua kelompok:

- Kelompok siswa yang berminat dan memilki potensi untuk menjadi Ilmuwan Pemikir, Intelek, Pengamat Sosial, Konseptor, Pengarang atau profesi-profesi lainnya yang berorientasi pada kerja pemikiran/keilmuan/teoritis serta menuntut adanya kapasitas intelektual yang memadai. Atau bisa kita sebut sebagai Ke-lompok Calon Ulama'.

- Kelompok siswa yang berminat dan memiliki potensi untuk menjadi Praktisi, Pekerja Sosial, Informal Leader, Manager, Da'ie/Muballigh, Wiraswastawan dan lain-lain profesi yang berorientasi pada kerja lapangan serta menuntut adanya kapasitas keterampilan yang memadai. Atau sebut sajalah dengan dengan Ke-lompok Calon Pemimpin.

7. Dalam membantu membagi kelompok-kelompok tersebut, para Guru tidak saja harus memperhatikan minat dan kecendrungan siswa, tetapi juga harus melihat dan mem-perhatikan potensi-potensi yang dimilikinya, latar belakang kehidupannya serta pros-pek masa depannya di masyarakat kelak. Dengan demikian bimbingan khusus yang di-berikan kepada masing-masing kelompok akan diminati dan

25

digandrungi oleh siswa serta mampu diserap sesuai dengan kapasitas masing-masing.

D. Bagaimana Membimbing Kelompok-kelompok

Siswa Kelas V?

1. Kelompok Calon Ulama' a. Untuk kelompok ini bimbingan harus lebih diarahkan pada penanaman

"semangat cinta ilmu pengetahuan" dengan menciptakan iklim yang mendukung tercipta-nya "budaya baca, diskusi dan tulis menulis" di kalangan para siswa.

b. Kepada mereka harus ditekankan pengkajian Ilmu-ilmu Dasar Keulama'an/Intelek-tualisme, yaitu antara lain: 1) Pengetahuan Bahasa (Arab, Inggris, Indonesia)

Di samping kemampuan berbicara (conversation = اإلنشاء) pengajaran bahasa di kelas V harus sudah ditekankan pada hal-hal berikut:

- Kemampuan Membaca dan Memahami Tulisan ; kitab, majalah,

koran dll. (Reading and Comprehension = والتفهيم المطالعة )

- Kemampuan menangkap dan memahami pembicaraan orang lain

(Listening = االستماع).

- Kemampuan mengungkapkan suatu pikiran lewat tulisan atau mengarang dan menerjemahkan (Composition and Translation =

والترجمة اإلنشاء ) Keempat "maharaat lughawiyah" tersebut harus benar-benar

ditekankan ke-pada kelompok ini sebagai modal dasar bagi mereka dalam melangkah lebih lanjut.

Tanpa kemampuan tersebut, tak mungkin dicetak ulama' atau intelek yang benar-benar qualified !

2) Metodologi Seperti kita ketahui "Metode itu lebih penting dari pada materi".

Setiap ilmu mempunyai sistem dan metodenya sendiri. Seseorang yang keliru dalam menggunakan metode yang tepat, bukan saja ia bisa tidak mencapai apa yang ia inginkan. Bahkan bisa-bisa apa yang ia simpulkan bertentangan dengan apa yang sebenarnya dimaksudkan.

Karena itu sejak kelas I TMI, para siswa harus sudah dibiasakan menggunakan metode belajar yang benar. Sedangkan di kelas V ini mereka harus sudah dikenalkan kepada berbagai metode yang benar, baik dan tepat guna.

Metodologi tersebut mencakup berbagai hal, antar lain:

- Metode Berpikir Logis, analitis dan sistematis

- Metode Menghafal cepat dan kuat

26

- Metode Membaca yang efisien dan efektif

- Metode Belajar dan Mengajar

- Metode Berdiskusi

- Metode Menerjemah

- Metode Mengarang .... dll. 3) Ilmu Sejarah

Di kelas V Sejarah tidak lagi sekedar dipelajari secara harfiah, atau sekedar de-ngan menghafal nama, peristiwa dan tahun-tahun, tetapi harus sudah ditekan-kan pada pengkajian secara kritis analistis terhadap proses terjadinya suatu peristiwa dalam hubungannya dengan kekinian dan prospek masa depan. Pada hakikatnya belajar sejarah itu dimaksudkan untuk memahami kondisi suatu masyarakat dengan segala perubahannya, sehingga bisa direfleksikan pada kondisi mayarakat sekarang dan yang akan datang. Kemampuan membaca dan menganalitis sejarah akan sangat membantu terciptanya Insan Analistis yang Muttaqin. Bukanlah 2/3 kandungan Al-Qur'an itu adalah sejarah ? Dan bukanlah Al-Qur'an itu sendiri adalah "hudan lil-muttaqin". Nah….. Karena itu, Guru harus berusaha seoptimal mungkin dengan berbagai cara yang memungkin-kan untuk menarik minat anak pada sejarah, sehingga mereka tertarik untuk mempelajarinya secara benar dan sistematis.

Ketiga Ilmu Dasar Keulama'an tersebut (Bahasa, Metodologi dan Sejarah) harus mendapatkan perhatian yang serius dari para Guru, dan diajarkan secara metodis dan sistematis, sehingga mencapai usaha yang optimal.

c. Untuk menanamkan semangat cinta ilmu, budaya baca dan minta tulis-menulis atau diskusi di kalangan Kelompok Calon Ulama' ini, para Guru harus ikut menciptakan iklim yang kondusif dan memberikan berbagai fasilitas (kemudahan), antara lain dengan cara sebagai berikut: 1) Adakan kegiatan-kegiatan di luar kelas yang meliputi:

- Latihan Diskusi dan Halaqoh Ilmiyah

- Latihan membahas buku/kitab

- Latihan Penelitian Sederhana dan Pengkajian

- Latihan Penerjemahan dan Penulisan Karangan-karangan Ilmiyah

- Dan berbagai latihan, Workshop, Seminar, Simposium dll. 2) Sediakan sarana-sarana penunjang yang memungkinkan, yaitu dengan

memanfaatkan berbagai lembaga dan sarana yang ada di TMI, seperti:

- Perpustakaan

- Pusat Studi Islam (Pusdilam)

- Information Communication Center (ICC)

- Pusat Pengembangan Kreatifitas Santri (Puspagatra/ Puspagatri)

- Papan Kreativitas dan Majalah Dinding

27

- Club-club Bahasa dan club-club minat lainnya

- Majalah Qalam dll.... 3) Kurangi kegiatan-kegiatan yang banyak menuntut kerja fisik dan

melelahkan atau terlalu banyak menyita waktu serta tidak terkait langsung dengan kerja kelimuan dan pemikiran.

4) Jauhi segala hal yang kira-kira dapat merusak mental mereka, seperti superioritas, kejenuhan, kemalasan, kecengengan, rasa tak percaya dll.......

5) Dorong dan beri kesempatan seluas mungkin kepada mereka untuk mengem-bangkan kapasitas intelektual ; di dalam ataupun ke luar pondok.

2. Kelompok Calon Pemimpin a. Untuk kelompok ini bimbingan khusus harus lebih ditekankan pada pembekalan

siswa dengan berbagai keterampilan kepemimpinan dan manajerial, dengan mengajarkan teori-teori dasar kepemimpinan dan memberi kesempatan seluas mungkin untuk ber-latih langsung di lapangan (di tengah-tengah siswa).

b. Teori-teori Dasar Kepemimpinan dan Keterampilan tersebut mencakup beberapa hal, antara lain:

- Keguruan dan Proses Belajar Mengajar

- Manajemen, Organisasi dan Administrasi

- Koperasi dan Kewiraswataan

- Pidato dan Retorika

- Kepramukaan

- Kepemimpinan Pendidikan

- Dan keterampilan-keterampilan (Hand Skill) lainnya. c. Teori-teori Dasar tersebut bisa diajarkan secara umum di dalam ataupun di luar

kelas, kepada seluruh siswa kelas V ; baik Kelompok A maupun Kelompok B. Tetapi praktek langsung di lapangan harus dilakukan secara khusus di luar kelas atau dalam bentuk Extra Kurikuler (Pendidikan Informal dan Nonformal).

d. Organisasi-organisasi yang ada di TMI (ISMI/ISTAMA, Koordinator Gudep, Pramuka, Kopel, Puspakarti), Tata Usha dan Kepanitiaan-kepanitiaan lainnya bisa di-manfaatkan seoptimal mungkin untuk melatih Siswa Kelompok B ini dalam Praktek Kepemimpinan langsung.

E. Kelompok Takhassus Tahfidzil Qur'an

Kalau di kelas II, III, dan IV para siswa diperkenankan mengikuti program Tahfidzil Qur'an secara Tathowwu'ie saja, maka sejak kelas V mereka diberi kesempatan untuk ikut program tersebut secara Takhossusi. Untuk itu para anggota dituntut untuk memenuhi syarat-syarat yang ketat; baik menyangkut kesiapan mental, kesungguhan, antusiasme, ketekunan, maupun yang menyangkut izin dan restu orang tua.

28

Secara khusus, kelompok ini akan diarahkan dan dibimbing dalam program Tahfidzil Qur'an yang ketat dan sistematis, dengan memakai target waktu tertentu. Mereka tidak bisa mengikuti program-program extra kurikuler lainnya, karena harus berkonsentrasi penuh pada program tahfidz yang telah tersusun.

Anggota Kelompok Tahfidzil Takhossus ini bisa terdiri dari Kelompok Calon Ulama' ataupun dari Kelompok Calon Pemimpin. Segala sesuatunya sangat tergantung pada minat dan kecendrungan siswa sendiri, bukan pada kemampuan intelektual ataupun kapasitas manajerial.

Para Guru diharapkan untuk memberikan andil yang memadai bagi anggota Kelompok Tahfidz ini, khususnya dalam ikut menciptakan iklim yang kondusif.

29

BAB V I PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS VI (ENAM)

A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas VI

Sebelum seorang santri secara resmi diterima duduk di kelas VI TMI, terlebih dahulu dia harus melewati masa-masa Ujian Mental yang ketat selama di kelas V, khususnya (menjelang di saat dan setelah) Bulan Ramadhan. Masa pubertas yang sebenarnya dan masa awal kepemudaan yang penuh gejolak selama di kelas V harus dilewati dengan mulus dan sukses. Sebab kelas VI ini merupakan tahun terakhir dari periode kehidupan mereka di TMI. Berarti satu tahun ini sajalah para Guru mempunyai kesempatan untuk mendidik dan membimbing mereka sebelum benar-benar terjun ke masyarakat.

Kedewasaan berfikir, berbicara, dan bertindak dalam konteks kemampuan membedakan hal-hal yang kloluri/primer dari hal-hal yang kamali/sekunder, harus sudah benar-benar tertanam kuat dalam jiwa mereka. Menjelang naik ke elas VI sedikit banyak mereka harus sudah menngetahui kondisi mereka sendiri; potensi-potensi diri yang bisa dikembangkan ataupun kelemahan-kelemahan diri yang harus diatasinya.

Di samping itu para santri juga harus sudah memenuhi syarat-syarat umum yang wajib dipenuhi oleh seorang Alumnus TMI khususnya yang menyangkut Kapasitas Akademik (Keilmuan) dan Teori-teori Dasar Kepemimpinan. Sebab di kelas VI mereka tidak lagi banyak punya kesempatan untuk mempelajari teori-teori tersebut, kecuali se-kedar untuk melengkapi yang belum lengkap.

Secara singkat, syarat-syarat untuk duduk di kelas VI dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Syarat-syarat Umum (Harus dipenuhi oleh setiap calon siswa kelas VI):

a. Memiliki mental yang mantap dan stabil serta kepedulian terhadap hal-hal yang ada di sekitarnya.

b. Benar-benar menguasai segala Dasar Pengetahuan Agama (Aqidah, Syari'ah dan Akhlaq) dan bisa menerangkannya kepada orang lain.

c. Memiliki sifat-sifat Ketaqwaan dan Akhlaq Karimah yang tercermin dalam sikap dan prilaku sehari-hari, baik yang menyangkut Ibadah maupun Mu'amalah.

d. Memiliki sikap yang positif terhadap perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

e. Menguasai dan Lulus dengan baik Ujian SKIA untuk Kelas V. 2. Syarat-syarat Khusus untuk Kelompok "A" (Calon Ulama')

Memiliki antusiasme yang tinggi terhadap kerja pemikiran dan pengkajian Ilmu Penge-tahuan khususnya Ilmu-ilmu Dasar Ke'ulamaan. Tetap bergairah untuk berkembang dan mengembangkan, serta tidak dihinggapi penyakit "kecongkakan intelektualisme".

3. Syarat-syarat Khusus untuk Kelompok "B" (Calon Pemimpin)

30

Memiliki antusiasme yang tinggi terhadap kerja kepemimpinan dan kemasyarakatan, serta memiliki keterampilan dalam bidang-bidang tertentu. Percaya pada diri sendiri serta tidak dihinggapi penyakit "rendah diri atau frustasi".

B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas VI

1. Segala bentuk pendidikan dan pengajaran di kelas VI TMI dimaksudkan untuk MENYELESAIKAN DAN MENUNTASKAN semua bekal dasar Keulamaan dan Ke-pemimpinan yang telah diberikan sejak kelas IV sampai kelas V.

2. Di kelas VI pendidikan dan pengajaran lebih banyak ditekankan kepada praktikum atau amaliyah langsung, kecuali beberapa Teori Dasar yang masih memerlukan pe-nyempurnaan, baik dalam Pengetahuan Agama, Pengetahuan Bahasa, Ilmu Pen-didikan dan Keguruan ataupun Ilmu-ilmu sosial lainnya.

3. Pada Semester Pertama beberapa Teori Dasar yang sudah dianggap selesai diulangi kembali secara sepintas dan konprehensif, sehingga semakin kuat melekat dalam hati dan pikiran santri dan bisa dikembangkan sendiri sampai ke tingkat yang paling optimal, sesuai dengan minat dan kecendrungan masing-masing.

4. Praktek Pengkajian Ilmu Pengetahuan dan Praktek Kepemimpinan/Keguruan lebih diintensifkan lagi, sebagai pembekalan terakhir bagi mereka sebelum benar-benar terjun ke tengah-tengah masyarakat.

5. Pada Semester Kedua para santri mulai dikenalkan dengan Kutubut-Turots dalam berbagai cabang ilmu; Pengarang, Jumlah Juz/Jilid, dan ciri-cirinya masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar mereka bisa menghargai jasa-jasa para As-Salafus-Sholeh sekaligus mendorong mereka berprestasi setinggi mungkin dalam hidupnya dan ber-jasa sebanyak-banyaknya bagi kepentingan agama dan umat.

6. Praktek-praktek/Amaliyah di Kelas VI meliputi berbagai aspek, antara lain:

- Prkatek Imamah Sholat Jama'ah

- Praktek Khutbah Jum'at

- Praktek Mengajar/Keguruan

- Praktek Kepemimpinan dan Keorganisasian

- Praktek Pengabdian Kependidikan dan Kemasyarakatan

- Praktek Ceramah Agama/Dakwah bil-lisan

- Praktek Pengkajian Keilmuan (lisan dan tulisan)

- Praktek Penelitian

- Rihlah Iqtishodiyah dan lain-lainnya.... 7. Bimbingan Khusus kepada para siswa menurut minat/potensinya masing-masing

harus dipertajam dan dipertegas, sehingga para santri segera menemukan dirinya sendiri dan mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya sampaike tingkat yang paling optimal.

31

8. Segi penghayatan dan pengamalan Syariat Agama dalam kehidupan sehari-hari harus lebih ditekankan lagi di kelas ini, sehingga tercipta Alumni yang "Religius Schoolar", bukan sekedar "Schoolar of Religion".

C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Guru-guru Kelas VI

Pada umumnya kondisi mental siswa-siswa Kelas VI lebih mantap dan lebih stabil dari pada masa-masa sebelumnya. Rata-rata mereka lebih patuh kepada disiplin dan lebih mudah diatur sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Walaupun mereka seringkali diliputi kebingungan tentang kehidupan masa mendatang, tetapi pada dasarnya mereka telah mulai mengenal kepada dirinya sendiri. Mereka sudah mulai lebih serius memikirkan langkah-langkah yang akan ditempuh untuk menata masa depan-nya dengan baik, kendati dalam beberapa hal masih sering terjebak dalam romantisme dan gejolak jiwa masa remaja yang kadangkala tak terkontrol. Timbulnya kondisi mental ini, pada masing-masing siswa, kadangkala bersumber dari faktor yang berbeda bahkan bertolak belakang, antara lain: 1. Bersumber dari kedewasaan dan rasa kesadaran yang tinggi akan eksistensi

dirinya sebagai Calon Pemimpin dan Ulama' masa mendatang, akibat pendidikan dan peng-arahan yang telah mereka terima selama 3 sampai 5 tahun di TMI. Hal ini se-makin menumbuhkan kepercayaan kepada pondok dan mendorong timbulnya keinginan yang kuat untuk menyelesaikan studinya sampai tuntas dan Husnul Khotimah.

2. Bersumber dari suatu motivasi semu yang selama ini memang mengganjal dalam dirinya. Dia bisa bertahan sampai kelas VI hanya karena kondisi yang dipaksakan, bukan timbul dari kesadaran dan kepercayaannya kepada pondok. Dia patuh dan taat pada disiplin serta berusaha untuk menyelesaikan studinya, hanya karena rasa sayang terhadap sisa perjalanan hidupnya di TMI yang cuma tinggal 1 (satu) tahun saja.

Selain itu para Guru kelas VI harus memberikan perhatian khusus pada kegiatan siswa dalam melaksanakan ibadah sehari-hari; baik wajibat maupun nawafil. Para Guru harus menyadari bahwa hanya satu tahun ini sajalah mereka punya kesempatan untuk memantau kegiatan tersebut. Apabila sampai kelas terakhir ini mereka masih belum memiliki kesdaran yang tinggi dalam hal beribadah kepada Allah swt., maka di luar nanti, mereka akan lebih sulit untuk menciptakan iklim yang kondusif untuk pelaksanaan ibadah secara istiqomah. Demikian pula dalam melaksanakan hukum-hukum Syariat Agama lainnya yang berhubungan dengan Halal-Haram dan Ma'ruf-Mungkar. baik dalam Ibadah maupun Mu'amalah. Untuk itu semua bisa ditempuh cara-cara berikut: 1. Adakan pemantauan yang ketat dan teliti terhadap gerak-gerik dam perilaku

mereka sehari-hari, terutama di luar kelas dan pada waktu-waktu liburan. 2. Biasakan mereka untuk menghentikan kegiatan apapun jika Adzan

berkumandang. 3. Lakukan pendekatan-pendekatan Syar'i secara individual, yaitu dengan

memberikan motivasi atau tandzir yang terus-menerus.

32

4. Wajibkan mereka untuk memiliki tasbih dan berilah mereka amalan tertentu dengan bilangan-bilangan tertentu pula setiap hari.

5. Jika terjadi pelanggaran Syari'at, sanksi harus diberikan oleh kyai. 6. Dan lain-lain cara yang edukatif.

Selamat bekerja… dan beribadah… Menghadapi siswa-siswa kelas VI dengan latar belakang/motivasi yang berbeda

tersebut, para Guru harus bertindak penuh hati-hati dan bijaksana. Masing-masing me-merlukan penanganan dan bimbingan yang berbeda, tapi tetap dengan satu tujuan. Oleh karena itu, setiap Guru kelas VI dituntut untuk senatiasa memantau kondisi murid-muridnya dengan jeli dan seksama, sehingga bisa memberikan bimbingan yang benar dan tepat guna, sesuai dengan latar belakang dan motivasinya, potensi-potensi yang dimilikinya, prospek masa depannya, dan kendala-kendala yang diperkirakan menghambat kemajuan dan perkembangan dirinya.

Untuk itu semua, jelas diperlukan adanya ketajaman analisis, ketepatan persepsi, keluasan wawasan, kemampuan intelektual, kesabaran jiwa, dan kelapangan dada, keseriusan kerja dan keterampilan dalam bidang Bimbingan dan Penyuluhan.

33

BAB VII TATA TERTIB

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (KBM)

A. Kewajiban-kewajiban 1. Datang ke ruang kelas paling lambat pukul 06.45. 2. Mengikuti Apel Pagi di depan kelas dipimpin oleh Wali Kelas dan Ketua Kelas. 3. Membaca doa sebelum memulai dan mengakhiri pelajaran dipimpin oleh Ketua

Kelas. 4. Membawa buku-buku pelajaran (diktat dan catatan) sesuai jadwal yang telah

ditentukan oleh Bagian Akademik. 5. Aktif mengikuti proses pembelajaran serta mencatat poin-poin penting dari

bidang edukasi yang diajarkan. 6. Berpakaian resmi, yaitu Putih-Hitam (Sabtu-Ahad), Gado-gado (Senin-Selasa),

Pramuka (Rabu-Kamis), serta ikat pinggang warna hitam. 7. Meminta izin apabila berhalangan masuk sekolah kepada Wali Kelas dan Bagian

Akademik dan mengirimkan surat izin. 8. Menjaga dan merawat peralatan sekolah (bangku, kursi, sapu, tempat sampah,

kemucing, dll) serta lingkungan sekitar. 9. Menciptakan suasana belajar yang kondusif di lingkungan kelas. 10. Berbahasa resmi (Arab dan Inggris) selama proses pembelajaran berlangsung. 11. Aktif mengikuti program Belajar Muwajjah malam hari di kelas. 12. (Petugas Kanis) Membersihkan ruangan kelas dan sekitarnya 1 jam sebelum proses

pembelajaran dimulai. 13. (Khusus Ketua Kelas) Mengabsen kehadiran Guru dan Santri serta mencatatnya di

buku Kasyful Ghiyab dan Kasyful Hudur. 14. (Khusus Ketua Kelas) Mengembalikan Kasyful Ghiyab dan Kasyful Hudur ke Kantor

MTs setelah Jam VII selesai. 15. (Khusus Ketua Kelas) Melaporkan kepada bagian terkait apabila melihat

kemungkaran di kelas, seperti guru yang absen tanpa kabar atau siswa yang sering bolos.

16. (Petugas Kanis) Mengembalikan peralatan sekolah (sapu, dll) ke tempat yang telah ditentukan.

B. Larangan-larangan

1. Tidak masuk sekolah tanpa alasan yang jelas (bolos). 2. Bersikap acuh tak acuh dan meremehkan guru. 3. Tidak membawa buku pelajaran (diktat dan catatan). 4. Terlambat datang ke ruangan kelas. 5. Berbuat gaduh dan mengganggu santri lainnya yang rajin belajar. 6. Merusak peralatan sekolah (bangku, kursi sapu, tempat sampah, kemucing, dll).

34

7. Mencorat-coret tembok, bangku, kursi, pintu, dan kelengkapan sekolah lainnya. 8. Berbahasa tidak resmi, apalagi berbahasa daerah. 9. Memakai pakaian yang mencolok (norak) dan tidak sesuai dengan sunnah

pondok.

C. Anjuran-anjuran 1. Memperbanyak membaca kalimat-kalimat thayyibah (tahlil, istighfar, sholawat, dll.)

selama berlangsungnya proses pembelajaran. 2. Membawa buku bacaan ilmiah untuk menambah wawasan. 3. Menghafalkan kosa kata bahasa Arab dan Inggris di waktu senggang. 4. Berkunjung ke perpustakaan di waktu istirahat.

D. Sanksi

1. Tidak masuk kelas tanpa izin (bolos):

- Satu kali : Kartu Hijau

- Dua kali : Kartu Kuning

- Tiga kali : Kartu Merah.

- Empat kali : Kartu Hitam 2. Sanksi pelanggaran lainnya (berbahasa tidak resmi, terlambat datang ke kelas, dll)

berlaku seperti ketentuan yang telah ada

35

36