PEDOMAN DISEMINASI Edisi JULI 2009

108
Program Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Berbasis Sekolah / Madrasah (EdisiJuli 2009) Untuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH dan DEPARTEMEN AGAMA DIREKTORAT MADRASAH DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Juli 2009 Pedoman Diseminasi Untuk Kepala Sekolah/Madrasah

Transcript of PEDOMAN DISEMINASI Edisi JULI 2009

Program Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Berbasis Sekolah / Madrasah (Edisi Juli 2009)

Untuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

dan

DEPARTEMEN AGAMA DIREKTORAT MADRASAH DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Juli 2009

Pedoman Diseminasi Untuk Kepala Sekolah/Madrasah

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

Pedoman Diseminasi ______________________________________________________________

Program Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Berbasis Sekolah / Madrasah

(Edisi Juli 2009)

_________________________________

Petunjuk Teknis ini adalah hasil kerjasama bilateral antara Kementerian Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, dan

Departemen Agama dengan USAID

KATA PENGANTAR

Komitmen Departemen Pendidikan Nasional untuk melakukan perluasan dan pemerataan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan, serta peningkatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik pendidikan terus dilakukan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar memiliki komitmen untuk mewujudkan amanat Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003: Pasal 51, Butir 1 yang menyatakan “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah”.

Untuk mengembangkan program Manajemen Berbasis Sekolah tersebut, Departemen Pendidikan Nasional bekerja sama dengan lembaga-lembaga lain, diantaranya kerjasama bilateral antara Pemerintah Republik Indonesia dengan United States Agency for International Development (USAID) melalui Program Decentralized Basic Education: Management and Governance (DBE1).

DBE1 telah menerapkan program MBS yang meliputi Rencana Kerja Sekolah, Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah, Penguatan Komite Sekolah, Sistem Database Sekolah, dan Kepemimpinan Kepala Satuan Pendidikan di 7 Provinsi 50 Kabupaten/Kota dengan melibatkan 1.272 SD/MI. Berdasarkan hasil evaluasi ternyata program DBE1 bermanfaat untuk meningkatkan kualitas manajemen dan tata layanan sekolah. Atas dasar itulah kami mendorong para pemangku bidang pendidikan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, gugus, dan sekolah dapat memanfaatkan pedoman/panduan/modul tersebut guna meningkatkan mutu pendidikan dasar di sekolah dasar.

Kami mengucapkan terima kasih pada USAID yang telah membantu dan memprakarsai penyusunan pedoman diseminasi program MBS, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kemampuan dan kekuatan kepada kita semua untuk melaksanakan program tersebut sebagai wujud tanggung jawab kita dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Jakarta, Juni 2009

Direktur Pembinaan TK dan SD

Drs. Mudjito, A.K. M.Si.

NIP. 131 112 700

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Kami menyambut baik upaya USAID melalui program DBE1: Management dan Governance yang telah menerbitkan buku panduan dan/atau modul ini.

Pemerintah telah berupaya untuk menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di semua sekolah/madrasah di Indonesia. Bahkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional 2004-2009, MBS telah menjadi kebijakan nasional dan salah satu target yang ingin dicapai pada akhir tahun 2009. Kami meyakini bahwa dalam era desentralisasi ini, MBS adalah strategi yang baik untuk menjamin mutu pendidikan di Indonesia.

Dalam rangka meningkatkan kapasitas sekolah/madrasah dalam menerapkan MBS, khususnya management dan governance di bidang pendidikan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, termasuk bekerjasama dengan berbagai pihak yang membantu dalam mengembangkan program yang sesuai; termasuk dalam hal ini adalah USAID melalui program DBE, khususnya DBE1.

Materi ini telah diuji coba dan mendapatkan masukan dari 1.272 SD/MI negeri dan swasta di 50 kabupaten/kota mitra DBE11. Atas dasar hasil pengalaman di sekolah/madrasah tersebut, kami menghimbau aparat pendidikan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah/madrasah untuk memanfaatkan materi-materi DBE1 dalam usaha mencapai mutu pendidikan dasar yang lebih baik di daerah masing-masing.

Jakarta, Juni 2009

Direktur Pendidikan pada Madrasah Departemen Agama Republik Indonesia

Drs. H. Firdaus Basyuni, M.Pd.

NIP. 150 129 312

1 Kabupaten/kota dampingan DBE1 tersebar di provinsi Aceh, Sumatera Utara, DKI, Jawa Barat,

Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan

Daftar Isi Kata Pengantar ............................................................................................................v

Daftar Isi ..................................................................................................................... ix

Daftar Gambar .............................................................................................................x

Bab I Pendahuluan ......................................................................................................1 A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1 B. Kebijakan Pendidikan ....................................................................................................................... 3 C. Tujuan ................................................................................................................................................ 4 D. Fokus ................................................................................................................................................. 4 E. Pengertian .......................................................................................................................................... 4

Bab II Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Berbasis Sekolah/Madrasah .6 A. Manajemen Sekolah/Madrasah ........................................................................................ 6 B. Manajemen Partisipasi Masyarakat: Penguatan Komite Sekolah/Madrasah ................. 23 C. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) ............................ 27

Bab III Prosedur Mempersiapkan Diseminasi .......................................................30 A. Pembentukan Tim Inti Kabupaten/Kota ......................................................................... 30 B. Penentuan Penyedia Jasa Layanan ................................................................................. 32 C. Penyusunan Program Pelatihan dan Pendampingan MBS ............................................. 33

Bab IV Standar Pelaksanaan Diseminasi MBS .....................................................36 A. Standar Proses ................................................................................................................ 36 B. Isi Program ..................................................................................................................... 37 C. Standar Isi ....................................................................................................................... 37

Bab V Monitoring dan Evaluasi ..............................................................................40 A. Pendahuluan ................................................................................................................... 40 B. Mengapa Perlu Dimonitor? ............................................................................................ 40 C. Kapan M&E Dilaksanakan? ........................................................................................... 40 D. Siapa yang Melakukan M&E? ....................................................................................... 41 E. Bagaimana Monitoring dan Evaluasi Dilaksanakan? ..................................................... 41 F. Pengumpulan Data dan Sampling ................................................................................... 41 G. Pembuatan Laporan ........................................................................................................ 41

Instrumen Diseminasi Program DBE1 untuk Sekolah/Madrasah .........................42 I. Program RKS/M dan RKT ......................................................................................... 42 II. Program Kepemimpinan Kepala Sekolah/madrasah .................................................. 42 III. Program Komputerisasi Sistem Database Sekolah ..................................................... 42 IV. Program Penguatan Komite Sekolah/Madrasah ......................................................... 42

Instrumen Diseminasi Program DBE1 untuk Kabupaten/Kota/Lembaga ..........42 I. Proses Pelatihan & Pendampingan RKS/M: .............................................................. 42 II. Proses Pelatihan/Pendampingan: Kepemimpinan (jika dianggarkan) ........................ 42 III. Proses Pelatihan/Pendampingan: Komputerisasi Sistem Database Sekolah (jika

dianggarkan) ............................................................................................................... 42 IV. Proses Pelatihan/Pendampingan: Penguatan Komite Sekolah/Madrasah (jika

dianggarkan) ............................................................................................................... 42

Bab VI Penutup .........................................................................................................43

1. Contoh Anggaran ...................................................................................................46

2. Contoh TOR (Terms of Reference) ......................................................................48

Daftar Gambar

Gambar 1: Pengawas/fasilitator, kepala sekolah, dan komite sekolah sedang bertukar informasi dan pengalaman .................................................................... 8

Gambar 2: Fasilitator, kepala sekolah, dan komite sekolah sedang mengikuti ToT ................................................................................................................... 11

Gambar 3: Studi Banding ke sekolah/madrasah MBS dan MBE di Probolingo ................ 12

Gambar 4: Pemilihan Kelompok Kerja RKS/M ................................................................. 13

Gambar 5: Lokakarya (Pelatihan) I untuk KKRKS/M ....................................................... 14

Gambar 6: Lokakarya (Pelatihan) II untuk KKRKS/M ..................................................... 15

Gambar 7: Lokakarya (Pelatihan) II untuk KKRKS/M (lanjutan) ..................................... 15

Gambar 8: Lokakarya (Pelatihan) RKS/M ......................................................................... 16

Gambar 9: Pendampingan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam penyusunan RKS/M .......................................................................................... 16

Gambar 10: Konsultasi dengan masyarakat merupakan bagian yang amat penting dalam Penyusunan RKS/M ............................................................................... 17

Gambar 11. RKS/M dikonsultasikan dan diserahkan secara formal kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai masukan untuk Rencana Pendidikan Kabupaten/Kota ............................................................................. 18

Gambar 12: Kerangka Sistem Database Sekolah/Madrasah ................................................ 19

Gambar 13. Strategi Pelatihan SDS ...................................................................................... 21

Gambar 14: Alur logis modul penguatan komite sekolah/madrasah .................................... 26

Gambar 15: Jadwal Program Pelatihan dan Pendampingan MBS ........................................ 34

1

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang

Seiring dengan laju pertambahan penduduk Indonesia, jumlah sekolah/madrasah di negeri ini semakin bertambah. Saat ini jumlah sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyyah (MI) di Indonesia sekitar 170.000 unit, yang terdiri dari 150.000 SD dan 20.000 MI. Jumlah sekolah dasar negeri adalah 138.000 dan sisanya 11.000 adalah sekolah dasar swasta. Namun, luasnya wilayah serta keterbatasan sumberdaya pendidikan, menimbulkan bervariasinya mutu dan layanan pendidikan di setiap sekolah/madrasah. Padahal, berdasarkan Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 5 (1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, Departemen Pendidikan Nasional melaksanakan amanat USPN pasal 51 ayat (1) yang menyebutkan bahwa pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah.

Dengan penerapan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) diharapkan satuan pendidikan mampu memperlihatkan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas (PP No. 19/2005: Standar Nasional Pendidikan, pasal 49, butir 1).

Demikian pula, pengelolaan dana pendidikan diharapkan berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik (UU No. 20/2003: Sisdiknas, pasal 48, butir 1) sehingga proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005: Tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat (1).

Sejak tahun 2003, Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar melakukan sosialisasi dan implementasi program MBS bekerjasama dengan beberapa lembaga donor (agency) dengan sasaran yang terbatas. Salah satu mitra Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar adalah DBE1-USAID.

DBE1 adalah bagian dari program Decentralized Basic Education (DBE1) yang merupakan mitra kerjasama Pemerintah RI dan USAID. Program ini dilaksanakan di bawah Strategic Objective Agreement (SOAG) bilateral antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Amerika Serikat melalui Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemen Kokesra). Tujuannya adalah sebagai mitra Pemerintah RI dalam meningkatkan manajemen dan tata layanan (good governance) pendidikan dasar, khususnya di tingkat sekolah dasar (SD), madrasah ibtidaiyah (MI), sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), baik negeri maupun swasta.

2

Dengan sepenuhnya mengacu pada berbagai kebijakan pendidikan, bersama para pemangku kepentingan, DBE1 telah mengembangkan dan mengimplementasikan program-program yang dirancang untuk meningkatkan manajemen dan tata layanan pendidikan di sekolah/madrasah, seperti penyusunan RKS/M dan RKT serta sistem database sekolah/madrasah (SDS/M), peningkatan kepemimpinan kepala sekolah/madrasah, serta penguatan komite sekolah/ madrasah di sejumlah kabupaten/kota mitra DBE1.

Belajar dari banyak pengalaman sebelumnya, apabila pengembangan program pendidikan yang tipis/sedikit dengan jangkauan yang luas, hasilnya jarang berkesinambungan atau bertahan lama. Oleh karena itu, DBE1 menggunakan pendekatan terfokus dan bekerja secara intensif serta jangkauan yang tidak terlalu luas. DBE1 hanya mendampingi beberapa sekolah/madrasah di 2 (dua) gugus di setiap kabupaten/kota, yang jumlahnya juga terbatas;2 dengan harapan agar perubahan yang dilakukan bersama para pemangku kepentingan dapat didiseminasikan ke gugus dan sekolah/madrasah lain.

Dengan cara seperti dikemukakan di atas, maka inovasi pendidikan akan diinternalisasi oleh sekolah/madrasah. Serta semakin banyak gugus, sekolah/madrasah dan masyarakat serta anak-anak yang mendapatkan manfaat. Manfaat yang diperoleh dari hasil pelaksanaan rencana kerja sekolah/madrasah (RKS/M), dan tumbuhnya kepemimpinan yang lebih akuntabel, serta komite sekolah/madrasah yang lebih partisipatif dan terbuka hingga tujuan pendidikan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan.

Hasil monitoring terkini pada periode Juli – Oktober 2008 terhadap 1.076 SD/MI mitra DBE1 menunjukkan bahwa program (RKS/M) telah meningkatkan mutu perencanaan di tingkat sekolah/madrasah sesuai dengan tujuan yang ditentukan oleh para pemangku kepentingan di tingkat satuan pendidikan.

Temuan lain adalah sekolah/madarasah menjadi lebih terbuka khususnya dalam penyusunan RKS/M, komite sekolah menjadi lebih aktif dalam manajemen dan governance sekolah/madrasah. Jumlah anggota komite sekolah/madrasah yang terlibat dalam penyusunan RKS/M meningkat pesat. Mereka aktif berdiskusi tentang kebutuhan sekolah/madrasah, pembentukan paguyuban kelas, dan keikutsertaan komite sekolah/madrasah dalam mendiskusikan dana blockgrant.

Temuan lainnya juga menunjukkan bahwa ketika komite sekolah/madrasah terlibat penuh dalam proses perencanaan, mereka pun tertarik memantau pelaksanaan kegiatan sekolah/madrasah. Interaksi yang lebih terbuka antara kepala sekolah/guru dan komite sekolah/madrasah secara langsung memperkuat akuntabilitas dalam hal rencana kegiatan dan anggaran sekolah/madrasah (RKAS/M)3.

Di awal tahun ketiga (2008), DBE1 telah mengujicobakan diseminasi programnya ke sekolah/madrasah yang bukan mitra DBE1 dengan menggunakan dana kabupaten/kota (APBD) atau dengan dana sekolah/madrasah sendiri. Hasil kajian bulan Maret hingga Mei 2008 menunjukkan bahwa 67% sekolah sampel telah 2 Target saat ini adalah 50 kabupaten/kota di 7 provinsi. 3 RKAS adalah terminologi yang tertera dalam Permendiknas 19/2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan.

RKAS menggantikan singkatan RAPBS.

3

berhasil menyusun RKS/M secara lengkap, (termasuk di dalamnya adalah profil sekolah/madrasah, harapan, tantangan, program/kegiatan, jadwal kegiatan, serta rencana kegiatan dan anggaran sekolah/madrasah).

Guna mencapai target Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional (sesuai Permendiknas No. 32 Tahun 2005) dalam pelaksanaan MBS di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah seluruh Indonesia, maka diperlukan sosialisasi dan implementasi MBS secara luas, terencana, terpadu, dan sistematis. Selanjutnya, secara bertahap melakukan penyiapan bahan, perumusan standar (indikator), perumusan prosedur, pemberian bantuan dan bimbingan teknis, serta pelaksanaan evaluasi MBS. Untuk itu, diperlukan adanya pedoman diseminasi program manajemen dan tata layanan MBS yang mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang secara langsung terlibat dalam keseluruhan proses penyelenggaraan pendidikan, maupun para pengguna hasil pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, gugus, dan sekolah/madrasah.

B. Kebijakan Pendidikan

Kebijakan pendidikan memberikan kepastian hukum dalam melakukan sosialisasi, implementasi, dan diseminasi MBS. Kedua, selain sebagai landasan yuridis, kebijakan-kebijakan ini secara langsung memberikan peluang, menentukan arah, cakupan, fokus dan tingkat manajemen, serta membuka ruang kreativitas dalam mengembangkan berbagai metode dan pendekatan baru. Ketiga, pengalaman lapangan implementasi MBS, dapat memberikan umpan balik ke para pembuat kebijakan di tingkat yang lebih tinggi. Kebijakan pendidikan yang umumnya langsung berkaitan dengan MBS adalah sebagai berikut4:

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional; Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan; Peraturan Pemerintah No. 65/2005 tentang Pedoman Penyusunan dan

Penerapan Standar Pelayanan Minimal Peraturan Pemerintah No. 38/2007 tentang Pembagian urusan antara

Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota; Peraturan Pemerintah No. 47/2008 tentang Wajib Belajar; Peraturan Pemerintah No. 48/2008 tentang Pendanaan Pendidikan; Permendiknas No. 12/2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah; Permendiknas No. 13/2007 tentang Standar Kepala Sekolah; Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi; Permendiknas No. 16/2007 tentang Standar Pendidik;

4 Kebijakan-kebijakan di atas baik yang berasal dari sektor pendidikan maupun dari jalur wilayah (Depdagri)

bersifat mengikat. Ini berarti, dengan atau tanpa panduan MBS, semua sekolah dan madrasah wajib mempunyai kapasitas untuk menyusun RKS/M, kapasitas komite sekolah/madrasah; dan kepala sekolah yang akuntabel.

4

Permendiknas No. 19/2007 tentang Standar Pengelolaan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan; Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah; Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005 – 2009;

Kepmendiknas No.044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

C. Tujuan

Menyiapkan acuan dan saran yang jelas serta contoh-contoh nyata kepada pemerintah daerah, UPTD/KCD, organisasi kemasyarakatan, atau yayasan persekolahan/ pendidikan lainnya mengenai bagaimana sebaiknya melaksanakan diseminasi program MBS dengan menggunakan pendekatan DBE1.

D. Fokus

Panduan ini disiapkan untuk kabupaten/kota, organisasi, atau yayasan persekolahan/ lembaga-lembaga pendidikan lainnya yang ingin meningkatkan kapasitas manajemen dan tata layanan pendidikan berbasis sekolah/madrasah, khususnya dalam:

Penyusunan rencana kerja sekolah/madrasah (RKS/M) dan rencana kerja tahunan (RKT) serta database sekolah yang terintegrasi melalui perangkat lunak sistem database sekolah/madrasah (SDS/M);

Penguatan komite sekolah/madrasah; Peningkatan kepemimpinan kepala sekolah/madrasah dan pengawas, dan; Pelaksanaan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan

(PAKEM).

E. Pengertian

Apakah Diseminasi Itu? Disebut “diseminasi” jika kabupaten/kota, organisasi atau lembaga lainnya melaksanakan praktik yang baik (good practice) tentang program dan pendekatan serta metode yang dikembangkan oleh DBE1, dengan menggunakan sumberdaya dan dana sendiri. Diseminasi dapat dilakukan melalui Dinas Pendidikan, Kantor Departemen Agama, Yayasan, LSM, atau oleh lembaga pendidikan lainnya. Di banyak kabupaten/kota, bahkan oleh sekolah/madrasah dengan menggunakan dana sendiri atau dukungan sumberdaya dari kelompok kerja kepala sekolah (KKKS) dan pengawas.

DBE1 mengenal dua jenis diseminasi, yaitu: 1) diseminasi berbantuan, dan 2) diseminasi mandiri. Diseminasi berbantuan dimaksudkan adalah diseminasi yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh DBE1; sedangkan diseminasi mandiri artinya bahwa pelaksanaan diseminasi yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota,

5

organisasi atau lembaga pendidikan lainnya dilaksanakan atas usaha, sumberdaya dan dana sendiri.

Kedua jenis diseminasi tersebut akan membantu dalam mencapai tujuan MBS dan dapat meningkatkan dampak yang lebih besar. Namun resikonya adalah apabila upaya pelaksanaan diseminasi tersebut tidak sesuai dengan konsep dan metode DBE1 dan tidak bermutu, maka hasil yang dicapai akan menjadi sia-sia. . Misalnya, jika para pelaksana diseminasi tidak mendapat pelatihan dan tidak memperoleh pemahaman yang lengkap tentang suatu program, atau mereka mempunyai pemahaman yang keliru, maka hal itu akan berakibat buruk terhadap pendekatan dan pelaksanaan program diseminasi. Akibatnya hasil-hasil yang dicapai dapat mengecewakan.

Oleh sebab itu, pemerintah kabupaten/kota, organisasi atau lembaga pendidikan lainnya yang melakukan diseminasi program dengan menggunakan pendekatan DBE1 sangat dianjurkan agar mengikuti petunjuk yang dipaparkan dalam Buku Pedoman ini, dan diharapkan untuk tidak mengubah model dengan cara-cara yang berdampak pada pengurangan mutu. Dianjurkan pula bahwa untuk menjamin agar pelaksanaan program diseminasi berhasil, maka sebaiknya pascapelatihan, ditindak lanjuti dengan kegiatan pendampingan yang memadai di sekolah/madrasah yang melaksanakan diseminasi.

Berdasarkan pengalaman dan kajian DBE1, jika jumlah jam dan hari pelatihan dikurangi (tidak sesuai dengan yang telah ditentukan dalam panduan diseminasi) atau jika kegiatan pendampingan di sekolah/madrasah tidak dilakukan, maka hasil yang dicapai akan sangat mengecewakan. Apabila hal ini terjadi, maka para pembuat keputusan dan pihak yang berwenang seringkali menjadi enggan untuk menyetujui anggaran yang diperlukan dalam upaya pelaksanaan program diseminasi berikutnya.

6

Bab II Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan Berbasis

Sekolah/Madrasah

A. Manajemen Sekolah/Madrasah

1. Peningkatan Kepemimpinan Kepala Sekolah/Madrasah dan Pengawas

Dasar Hukum: Permendiknas No. 12 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Permendiknas No. 13/2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.

Pengantar Keberhasilan manajemen berbasis sekolah (MBS), peran serta masyarakat, pelaksanaan program-program yang ada di RKS/M dan perbaikan mutu pendidikan di sekolah/madrasah semuanya sangat bergantung dari mutu kepemimpinan kepala sekolah/madrasah. Jika kepala sekolah tidak akuntabel, maka pasti guru dan staf lain pun tidak akuntabel. Kepala sekolah/madrasah yang tidak efisien bisa menghalangi perubahan, dan membuat staf serta masyarakat tak berdaya. Sedangkan kepala sekolah/madrasah yang efektif akan mempelopori perubahan, memberdayakan guru dan masyarakat serta memberikan visi dan dukungan yang dibutuhkan untuk perbaikan. Jadi dapat dikatakan bahwa kepala sekolah/madrasah adalah kunci keberhasilan.

Modul Pelatihan Ada dua paket modul pelatihan dalam meningkatkan kepemimpinan kepala sekolah/madrasah mitra DBE1. Masing-masing modul dapat diberikan dalam satu hari kegiatan pelatihan atau dapat juga dalam bentuk serangkaian pelatihan singkat yang diberikan dalam pertemuan-pertemuan kelompok kerja kepala sekolah/madrasah (KKKS/M) atau pertemuan lainnya yang sejenis.

Tujuan dari kedua modul tersebut adalah untuk membantu kepala sekolah/madrasah dalam memahami kepemimpinan yang efektif, praktis, dan memampukan mereka dalam menilai gaya kepemimpinan mereka sendiri serta mengembangkan rencana perbaikannya.

Tujuan yang lebih besar dari kedua modul tersebut adalah dengan peningkatan mutu kepemimpinan kepala sekolah/madrasah diharapkan bisa memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam melaksanaan program-program sekolah/madrasah yang tercantum dalam RKS/M. Dengan demikian akan membantu meningkatkan mutu sekolah/madrasah secara keseluruhan.

7

Pendekatan Pelatihan Pelatihan yang dilakukan sekali jalan, jarang menghasilkan perubahan praktis dan nyata di sekolah/madrasah. Jika ingin sungguh-sungguh meningkatkan kepemimpinan kepala sekolah/madrasah, maka kita perlu bekerjasama dengan pengawas dan gugus sekolah/madrasah. Pelatihan ini diharapkan memperkuat hubungan profesional antar kepala sekolah/madrasah dalam sebuah gugus, dan antar kepala sekolah, pengawas, kepala cabang dinas atau UPTD, dan pejabat-pejabat setempat lainnya. Dengan cara demikian, akan membantu kelangsungan peningkatan dan kelanjutan pengembangan akuntabilitas pemimpin dalam gugus-gugus sekolah/madrasah.

Pendampingan Pendampingan terus-menerus dan monitoring yang berkelanjutan kepada sekolah/madrasah dan kepala sekolah/madrasah, oleh pengawas sebagai fasilitator dapat membantu memperkuat pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik (lessons learned) dalam pelatihan kepemimpinan. Kedua, pengawas membantu kepala sekolah/madrasah dalam menggunakannya sehingga kemudian menjadi kepala sekolah/madrasah menjadi terbiasa sebagai pimpinan yang lebih efektif dan partisipatif. Cara seperti ini disebut “learning by doing’ atau belajar sambil bekerja.

Pelatih/Fasilitator Dalam pendekatan DBE1, pengawas adalah pelatih (learning) dan pendamping/fasilitator setelah pelatihan (doing). Sesuai tugas pokoknya, menjadi supervisor sekolah/madrasah, pengawaslah motor penggerak utama.

Persiapan dan pelaksanaan pelatihan program DBE1 menggunakan pendekatan partisipatif dan eksperiensial (belajar dari pengalaman). Oleh sebab itu, para pelatih/fasilitator perlu memahami konsep pendekatan ini, dan merasa senang untuk melakukan kegiatan diseminasi. Kabupaten/kota, organisasi atau lembaga pendidikan lainnya yang menyebarluaskan program DBE1 hendaknya memilih secara hati-hati dalam mengangkat atau menunjuk seorang pelatih/fasilitator untuk pelatihan ini. Sebaiknya, pilihlah seorang pimpinan sekolah/madrasah (kepala sekolah/madrasah, pengawas atau fasilitator yang berkomitmen tinggi dan mau berubah). Banyak dari mereka sering mengikuti pelatihan DBE1, termasuk dalam latihan kepemimpinan ini. Pelatih/fasilitator yang terbuka memerlukan tingkat kepercayaan diri yang tinggi dan dihormati oleh para peserta.

Waktu Modul Kepemimpinan 1 paling tepat jika diberikan terlebih dahulu. Modul ini meletakkan dasar akuntabilitas, sebagai modal awal bagi para pengawas dan kepala sekolah/madrasah yang melaksanakan diseminasi RKS/M dan/atau pelatihan penguatan komite sekolah/madrasah. Hal ini penting untuk menyiapkan pimpinan sekolah/madrasah yang mampu bekerja dengan cara yang lebih partisipatif dengan komite sekolah/madrasah, guru-guru dan pemangku kepentingan lainnya.

Jika kepala sekolah/madrasah dan pengawas tidak membuka diri untuk bekerjasama dengan pemangku kepentingan, maka ada kemungkinan mereka akan menolak upaya-upaya yang ditujukan untuk memperkuat peran komite sekolah/madrasah dan melibatkan pemangku kepentingan dalam rencana kerja sekolah/madrasah. Pelatihan Kepemimpinan

8

ini akan membantu para kepala sekolah/madrasah dan pengawas betul-betul mendukung program tersebut.

Gambar 1: Pengawas/fasilitator, kepala sekolah, dan komite sekolah sedang bertukar informasi dan

pengalaman

Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan modul pertama adalah satu hari, dan untuk modul kedua juga satu hari. Kedua modul tersebut bisa berdiri sendiri, artinya bisa digunakan secara terpisah, tetapi juga bisa digunakan bersama-sama dengan modul-modul lain yang relevan. Kegiatan-kegiatan dalam modul tersebut dapat juga diselenggarakan secara terpisah dalam sesi yang lebih singkat seperti dalam pertemuan-pertemuan KKKS/M – selama jangka waktu tertentu.

Dianjurkan agar kegiatan-kegiatan dalam pelatihan diselenggarakan sesuai dengan urutan logis yang dicantumkan dalam modul ini.

Modul ini dirancang untuk pelatihan kepala SD/MI dan SMP/MTs. Jumlah peserta sangat tergantung pada jumlah sekolah/madrasah atau kepala sekolah/madrasah yang hadir dalam pertemuan KKKS/M. Sangat dianjurkan agar Kepala KCD/UPTD, Kasubdin dan pengawas juga hadir dalam lokakarya ini. Agar pelatihan ini efektif, diharapkan juga, peserta yang mengikuti pelatihan ini tidak lebih dari 30 orang. Kelas akan hidup jika peserta aktif berdiskusi dalam kelompok kecil, fokus pada topik tertentu, jelas tujuannya, pembicaraan tidak didominasi oleh satu atau dua orang, serta ada batasan waktu.

Kepala SD/MI dan SMP/MTs dapat bergabung bersama dalam pelatihan tersebut atau dapat juga dilaksanakan secara terpisah.

Tindaklanjut Modul kegiatan tindak-lanjut juga tersedia. Modul ini bisa dipergunakan pada tahun berikutnya menyusul penggunaan modul pertama. Modul ini dirancang untuk membantu para peserta dalam mengkaji-ulang kemajuan yang telah dicapai pada tahun sebelumnya. Termasuk untuk menilai-ulang gaya dan kapasitas kepemimpinan dalam menyusun rencana kegiatan untuk peningkatan sekolah/madrasah lebih lanjut.

9

Biaya Berdasarkan pengalaman DBE1 (2008), biaya paket (dua modul) pelatihan dan pendampingan peningkatan kepemimpinan kepala sekolah dan pengawas per sekolah/madrasah ialah sebesar Rp. 400.000; (empat ratus ribu rupiah) per orang termasuk biaya transportasi dan akomodasi untuk satu orang selama dua hari untuk dua modul.

2. Penyusunan Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (RKS/M)

Dasar Hukum Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan; Peraturan Pemerintah No. 48/2008 tentang Pendanaan Pendidikan; Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah; Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan; Kepmendiknas No.044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite

Sekolah

Persiapan Untuk melakukan penyusunan RKS/M dan RKT yang terbuka, partisipatif, dan tepat sasaran diperlukan urutan kegiatan sebagai berikut:

a. Memilih fasilitator/pengawas kabupaten bersama para pemangku kepentingan kabupaten/kota/yayasan. Kalau memungkinkan bisa menggunakan fasilitator kabupaten/kota (district facilitator/DF mitra DBE1) yang sudah ada;

b. ToT RKS/M I (tahap 1 dan 2) di tingkat kabupaten/kota bagi fasilitator baru (3 hari efektif). Fasilitator baru bisa juga dimagangkan dengan DF DBE1 yang sudah ada, sehingga ToT untuk fasilitator baru bisa ditiadakan;

c. Studi banding ke sekolah/madrasah acuan DBE/MBE/CLCC bagi kepala sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah, fasilitator, dan tim kabupaten/kecamatan (2 hari efektif);

d. Membentuk kelompok kerja rencana kerja sekolah/madrasah (KKRKS/M) di setiap sekolah/madrasah mitra yang terdiri dari:

Kepala sekolah/madrasah, Komite sekolah/madrasah (termasuk dari unsur tokoh masyarakat dan orang tua peserta didik). Dengan demikian, jumlah anggota KKRKS/M dari unsur komite sekolah/madrasah minimal 3 orang,

Perwakilan dewan pendidik/guru.

e. ToT RKS/M II (tahap 3, 4, dan 5) di tingkat kabupaten/kota bagi fasilitator (jika menggunakan fasilitator baru - 3 hari efektif);

10

Lokakarya (Pelatihan) dan Pendampingan a. Lokakarya RKS/M I (tahap 1 dan 2) di tingkat gugus bagi KKRKS/M (3 hari efektif);

b. Pendampingan atau ‘konsultasi sekolah/madrasah’ di sekolah/madrasah (3 kali); termasuk kegiatan konsultasi dengan masyarakat sekolah/madrasah dalam perumusan harapan;

c. Lokakarya RKS/M II (tahap 3, 4, dan 5) di tingkat gugus bagi KKRKS/M (3 hari efektif);

d. Pendampingan atau ‘konsultasi sekolah/madrasah’ di sekolah/madrasah (3 kali); termasuk 2 (dua) kali kegiatan konsultasi dengan masyarakat sekolah/madrasah dalam perumusan program dan penyusunan anggaran;

e. Lokakarya (memeriksa kembali) RKS/M di tingkat gugus oleh KKRKS/M (2 hari efektif);

f. Lokakarya (konsultasi dan periksa ulang) RKS/M di tingkat kabupaten/ kota/yayasan (1 hari efektif).

Untuk mencapai hasil yang maksimal dan komprehensif dalam kegiatan penyusunan RKS/M sehingga dapat digunakan untuk merancang dan mengelola sebuah sekolah/madrasah yang bermutu, berbagai hal perlu diatur, diantaranya:

a. RKS/M harus disusun secara akurat dan rapi berdasarkan data akurat-obyektif;

b. Melibatkan para pemangku kepentingan dalam proses penyusunan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan, serta pemutakhiran RKTS/M;

c. Menentukan tempat lokakarya/pelatihan dan menentukan berapa lama pelatihan itu akan dilakukan;

d. Menentukan orang-orang yang akan melakukan pendampingan, jumlah pendamping, dan jumlah pendampingan yang akan dilakukan;

e. Kegiatan tindak lanjut yang harus dilakukan, kapan, dan siapa yang melakukan.

Penjelasan Urutan Kegiatan Sebelum memulai langkah lebih lanjut, diharapkan Anda telah melakukan langkah-langkah berikut ini (langkah ini termasuk mengangkat/menunjuk tim teknis, koordinator, dan fasilitator):

Lokakarya (Pelatihan) bagi Pelatih Utama (Training of Trainers = ToT) untuk Fasilitator/Pengawas Agar kemampuan setiap fasilitator lebih baik dan efektif, maka keterlibatan fasilitator/pengawas mitra DBE1 dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan fasilitator sangat diperlukan. Misalnya, dalam teknik pendampingan/fasilitasi, pembelajaran orang dewasa, peningkatan pengetahuan, dan pemaknaan berbagai tabel profil sekolah/madrasah, pemberian contoh yang kontekstual, dan sebagainya.

11

Beberapa tambahan informasi yang perlu diberikan, antara lain: Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sisdiknas, PP No. 19/2005, Permendiknas No. 19/2007, Kepmendiknas No.044/U/2002, serta Peraturan Daerah tentang Pendidikan. Kebijakan pemerintah tingkat provinsi dan kabupaten/kota di bidang pendidikan & pendanaan, peran dan fungsi para pemangku kepentingan, metode pembelajaran inovatif, PAKEM, KTSP, dsb. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui ceramah, simulasi, bermain-peran, diskusi kelompok, kunjungan sekolah, dan lain sebagainya.

Gambar 2: Fasilitator, kepala sekolah, dan komite sekolah sedang mengikuti ToT

Topik dan materi yang perlu diberikan dalam ToT I bagi DF, diantaranya:

Apa itu RKS/M, mengapa sekolah/madrasah perlu RKS/M serta apa yang menjadi landasan hukum penyusunannya?

Bagaimana kaitan antara RKS/M dengan Renstra Dinas Pendidikan dan Renja non-Dinas Pendidikan. Seberapa dekat keterkaitannya dengan perencanaan pendidikan di wilayah masing-masing?

Mengkaji materi RKS/M DBE1 secara keseluruhan dan kaitan antara identifikasi harapan, analisis tantangan, penyusunan program dan kegiatan, serta penyusunan rencana kegiatan dan anggaran sekolah/madrasah;

Pemaknaan tabel-tabel sesuai dengan contoh nyata yang ada di sekolah/ madrasah;

Memberikan rangkuman proses perumusan RKS/M secara keseluruhan untuk mengenal keterkaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya;

Memberikan penjelasan dan definisi operasional berbagai konsep dan istilah, misalnya kata: ketimpangan, kesenjangan, alternatif, indikator, sasaran, profil, pemangku kepentingan, dan sebagainya;

Penjelasan yang konsisten dalam pengisian narasi pada tabel kesimpulan; Memberikan pemahaman awal tentang: tahapan, langkah–langkah, kategori,

kegiatan, dan tabel dalam penyusunan profil sekolah/madrasah.

Studi Banding Studi banding harus dilakukan ke sekolah/madrasah yang sudah lebih maju dalam meningkatkan kinerja dan prestasi sekolah/madrasah, yaitu sekolah/madrasah MBS

12

yang sudah memiliki RKS/M yang baik dan diterapkan, serta yang sudah melakukan pembelajaran aktif seperti PAKEM. Berdasarkan pengalaman, pengaruh dari kunjungan sekolah/madrasah seperti ini cukup positif dan dampaknya cukup besar dalam rangka penyusunan RKS/M.

Pertama, studi banding dilakukan untuk fasilitator dalam ToT I, dan kedua untuk KKRKS/M (kepala sekolah/madrasah dan pengurus komite/madrasah) dari semua sekolah/madrasah yang dilatih dalam lokakarya tingkat gugus pertama.

Gambar 3: Studi Banding ke sekolah/madrasah MBS dan MBE di Probolingo

Pembentukan KKRKS/M Setiap sekolah/madrasah membentuk kelompok kerja rencana kerja sekolah/madrasah (KKRKS/M). Kelompok ini terdiri dari minimal 4 orang dan bertugas menyusun draft RKS/M yang akan didiskusikan dalam forum sekolah/madrasah yang melibatkan para pemangku kepentingan sekolah/madrasah. KKRKS/M adalah penanggung-jawab utama penyusunan RKS/M di setiap sekolah/madrasah.

Langkah-langkah pembentukan kelompok kerja rencana kerja sekolah/madrasah (KKRKS/M):

1. Pengumuman Pembentukan KKRKS/M

Ditempel pada papan pengumuman sekolah/madrasah, di tempat ibadah dan tempat umum lainnya.

Surat undangan yang di buat oleh kepala sekolah/madrasah bersama ketua komite sekolah/madrasah berdasarkan pengamatan awal tentang potensi calon anggota KKRKS/M.

Undangan lisan.

2. Sosialisasi dan musyawarah pembentukan KKRKS/M kepada masyarakat yang hadir:

Dilakukan oleh koordinator kabupaten/kota, fasilitator, kepala sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah;

13

Menjelaskan RKS/M secara singkat; Penjelasan tentang: Tujuan, Fungsi, Peran, dan Komposisi Tim KKRKS/M; Sosialisasi kriteria pemilihan anggota KKRKS/M.

3. Pengajuan Calon

Peserta yang hadir mengajukan nama calon anggota KKRKS/M di dalam rapat untuk dipertimbangkan;

Pengajuan ini bisa dilakukan secara langsung ataupun tertulis.

4. Seleksi Calon

Kriteria calon KKRKS/M adalah:

Mempunyai visi pendidikan khususnya dalam peningkatan mutu sekolah/ madrasah;

Memiliki komitmen untuk mengembangkan sekolah/madrasah; Bersedia untuk memenuhi dan melaksanakan tugas serta

tanggungjawabnya sebagai anggota KKRKS/M.

Gambar 4: Pemilihan Kelompok Kerja RKS/M

KKRKS/M terdiri dari:

Kepala sekolah/madrasah; Wakil dari komite sekolah/madrasah (termasuk wakil dari orangtua peserta

didik dan tokoh masyarakat); Wakil dari dewan pendidik; Pemilihan dilakukan secara langsung berdasarkan kriteria tersebut di atas

oleh forum yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah dan komite sekolah/madrasah.

14

5. Penetapan Anggota

Hasil musyawarah dan mufakat dalam forum pemilihan KKRKS/M; Diumumkan kepada publik.

6. Surat Keputusan (SK)

Surat Keputusan (SK) penetapan ketua dan anggota KKRKS/M ditanda-tangani oleh kepala sekolah/madrasah dan ketua komite sekolah/madrasah.

Lokakarya (Pelatihan) Gugus (Tahap I & II) Rencana kerja sekolah/madrasah dilokakaryakan 2 (dua) kali di tingkat gugus:

Lokakarya I: Membahas mengenai penyusunan profil sekolah/madrasah, identifikasi harapan pemangku kepentingan, perumusan tantangan sekolah/madrasah, penentuan penyebab tantangan utama dan alternatif pemecahan tantangan utama.

Lokakarya II: Membahas mengenai penetapan sasaran, penentuan program dan kegiatan, rencana biaya dan anggaran sekolah/madrasah, menyusun rencana kerja tahunan (RKT) serta menyusun rencana kegiatan dan anggaran sekolah/madrasah (RKAS/M).

Gambar 5: Lokakarya (Pelatihan) I untuk KKRKS/M

Peserta pada Lokakarya I dan II terdiri dari KKRKS/M dari masing-masing sekolah/madrasah (kepala sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah, termasuk tokoh masyarakat, perwakilan orang tua/wali peserta didik, dan perwakilan dewan pendidik). Sebaiknya, lokakarya di tingkat gugus ini dilakukan di sekolah/madrasah agar peserta memahami benar kondisi nyata sekolah/madrasah. Di samping itu, peserta bisa saling membantu satu dengan yang lainnya dalam rangka penyusunan dan implementasi RKS/M. Untuk lebih ringkasnya skema Lokakarya I dan II dapat dilihat pada Gambar 5 s.d 7.

Menyusun Profil Sekolah/Madrasah

MengidentifikasiHarapan

TAHAP 1

Menetapkan Tantangan Utama

TAHAP 2

Menentukan Penyebab

Tantangan Utama

Menentukan Alternatif Pemecahan

Tantangan Utama

15

Gambar 6: Lokakarya (Pelatihan) II untuk KKRKS/M

Gambar 7: Lokakarya (Pelatihan) II untuk KKRKS/M (lanjutan)

Menentukan SASARAN

TAHAP 3 TAHAP 4

Merumuskan PROGRAM

Membuat RENCANA

BIAYA

Membuat RENCANA

PENDANAAN

Penyesuaian RENCANA BIAYA

DENGAN SUMBER PENDANAAN

• Menetapkan Penanggungjawab Program

• Merumuskan Indikator Keberhasilan Program

• Menetapkan Jadwal Program dan Kegiatan • Daftar Biaya

Satuan • Penyusunan

Rencana Biaya

Mempelajari Aturan-Aturan Penggunaan

Menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT)

1. Menetapkan Program/ Kegiatan Strategis

2. Menetapkan Program/ Kegiatan Operasional

3. Menetapkan Jadwal RKT

Membuat RKAS/M

TAHAP V

16

Gambar 8: Lokakarya (Pelatihan) RKS/M

Pendampingan/Pembimbingan Setelah selesai Lokakarya RKS/M I, fasilitator mendampingi dan membimbing KKRKS/M untuk merumuskan RKS/M tahap 1 dan tahap 2. Demikian pula setelah lokakarya RKS/M II, fasilitator mendampingi untuk merumuskan RKS/M tahap 3, 4, dan tahap 5. Pendampingan dilakukan antara 5 - 6 kali per sekolah/madrasah. Model pendampingan KKRKS/M dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:

Fasilitator dan koordinator kabupaten/kota (DC) mendatangi setiap sekolah/ madrasah;

Sekolah/madrasah (KKRKS/M), bisa semua atau hanya wakilnya saja, berkumpul di satu sekolah/madrasah, kemudian dilakukan focus group discussions (FGD).

Pendampingan sekolah/madrasah dianggap sebagai komponen yang sangat kritikal dalam proses penyusunan RKS/M. Cara pendampingan harus sesuai dengan prinsip-prinsip MBS, yaitu tidak lagi bersifat ’suruh-menyuruh’, tetapi bersifat tukar pendapat dan kerjasama.

Gambar 9: Pendampingan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam penyusunan RKS/M

Berdasarkan pengalaman kami dan proyek lainnya selama bertahun-tahun, dukungan tindak lanjut langsung di sekolah/madrasah atau pendampingan merupakan hal yang amat penting untuk mencapai hasil yang positif. Tanpa pendampingan, maka sangat tipis kemungkinan sekolah/madrasah akan mengembangkan RKS/M dengan berhasil.

17

Berdasarkan alasan ini, badan, organisasi atau lembaga lain yang melakukan diseminasi diminta dengan sangat untuk menyediakan dana untuk kegiatan pendampingan dalam rencana diseminasi mereka.

Konsultasi Sekolah/Madrasah “Konsultasi sekolah/madrasah” dilakukan setelah lokakarya tingkat gugus selesai dilakukan. Hal itu dilakukan untuk menjaring berbagai harapan, masukan dan saran dari para pemangku kepentingan yang diundang hadir di dalam musyawarah. Konsultasi ke 2 dilakukan pada saat membahas program sekolah/madrasah dan penganggarannya.

Ketua KKRKS/M menjelaskan secara singkat tentang RKS/M secara keseluruhan, khususnya menjelaskan secara rinci tentang profil sekolah/madrasah (konsultasi 1) serta program dan anggaran (konsultasi 2). Seluruh masukan, pendapat, dan saran tersebut digodok dalam diskusi kelompok untuk dimasukkan ke dalam RKS/M.

Konsultasi sekolah/madrasah bisa dilakukan sesuai dengan kondisi dan kemampuan sekolah/madrasah serta kebiasaan lokal. Misalnya, bisa dilakukan pada malam atau siang hari, di sekolah/madrasah, atau di tempat umum seperti mesjid atau balai desa. Konsumsi bisa sederhana saja, seperti singkong rebus, jagung bakar atau lainnya. Yang penting adalah bagaimana agar sebanyak mungkin anggota masyarakat: laki-laki, perempuan, miskin, kaya, muda, tua, swasta, PNS, serta seluruh etnis dan agama dapat hadir dalam pertemuan ini.

Gambar 10: Konsultasi dengan masyarakat merupakan bagian yang amat penting dalam Penyusunan RKS/M

Sebaiknya dalam pertemuan ini, peserta diberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok kecil (tidak lebih dari 6 orang per kelompok) sehingga semua peserta bicara dan suaranya bisa didengar.

Finalisasi dan Implementasi RKS/M RKS/M yang telah dilokakaryakan dua (2) kali tadi, kemudian difinalkan di tingkat gugus dan setelah itu, dilokakaryakan di tingkat kabupaten/kota. Akhirnya RKS/M menjadi final setelah kepala dinas kabupaten/kota atau pejabat yang berwenang mengesahkan RKS/M setiap sekolah/madrasah (negeri); sedangkan sekolah/madrasah swasta disahkan oleh pelaksana sekolah/madrasah.

18

RKS/M yang sudah disahkan dan menjadi dokumen resmi bagi sekolah/madrasah, diharapkan program-programnya dapat dilaksanakan. RKS/M yang final tersebut bukan barang mati dan bersifat kaku. Apabila ada perkembangan baru, sekolah/madrasah bisa menyesuaikan dan dapat mengubah program yang telah direncanakan tersebut.

Gambar 11. RKS/M dikonsultasikan dan diserahkan secara formal kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai

masukan untuk Rencana Pendidikan Kabupaten/Kota

Satu hal yang cukup penting adalah dukungan dan komitmen dari Dinas Pendidikan dan/atau lembaga pendidikan lainnya, seperti: LSM, yayasan, Kantor Departemen Agama, dsb. Sebaiknya, ada dukungan yang konkrit dan resmi, seperti berupa surat atau pengarahan dari kepala dinas pendidikan yang bisa memberikan motivasi kepada sekolah/madrasah untuk menggunakan RKS/M sebagai acuan dalam melaksanakan seluruh kegiatan di sekolah/madrasah.

Dalam rangka implementasi RKS/M, sekolah/madrasah perlu didampingi secara terus-menerus sehingga RKS/M menjadi alat untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah/madrasah, bukan hanya sebuah dokumen yang cantik dan terkunci di dalam lemari kepala sekolah/madrasah.

Untuk mendukung implementasi RKS/M, dinas pendidikan kabupaten/kota bisa melakukan koordinasi dengan pihak dewan pendidikan, organisasi masyarakat warga (Civil sosciety organization), media, dan Bappeda. Dinas Pendidikan juga bisa mengingatkan kepala sekolah/madrasah untuk mengimplementasikan RKS/M. Dinas Pendidikan juga bisa mendukung melalui pendampingan dan melakukan monitoring dan evaluasi melalui para pengawas.

Sekolah/madrasah juga bisa mendapat dukungan melalui kerjasama dengan sekolah/madrasah lain di tingkat gugus. Misalnya, pengadaan guru Bahasa Inggris atau melakukan pelatihan guru bersama melalui gugus. Koordinator kabupaten, fasilitator dan pengawas juga bisa diberdayakan. KKKS/M dan KKG/MGMP bisa menjadi forum yang efektif untuk mendiskusikan perencanaan dan berbagi pengalaman yang berkaitan dengan RKS/M.

19

Biaya Berdasarkan pengalaman DBE1, biaya paket pelatihan dan pendampingan RKS/M dan RKT per sekolah/madrasah adalah sebesar Rp. 4.000.000; (empat juta rupiah). Biaya ini meliputi seluruh proses penyusunan RKS/M tidak termasuk biaya untuk studi banding.

3. Sistem Database Sekolah (SDS): Penguatan Manajemen dan Tata Layanan Sekolah/Madrasah RKS/M (2006) selalu bermula dari profil sekolah/madrasah yang disusun secara manual. Sejak 2008, profil sekolah dikomputerisasi. SDS ialah sistem database sekolah berbasis komputer yang merupakan perangkat lunak aplikasi yang dikembangkan dengan menggunakan aplikasi Excel dan visual basic for application (VBA). Penggunaan antar muka Excel dalam aplikasi SDS didasari oleh pemahaman bahwa perangkat lunak Excel bersifat sederhana dan lebih dikenal secara umum. Adapun keuntungan pemanfaatan SDS diantaranya ialah:

Sistem mampu merekam data multi tahun; Representasi data dalam bentuk grafik membantu dalam melakukan analisis

data; Multiple output dari satu kali proses input.

Sistem database sekolah (SDS) diarahkan untuk menyediakan alat bantu bagi sekolah/madrasah melakukan perekaman data secara terintegrasi (Gambar 12). Dengan adanya SDS sekolah dapat melakukan manajemen datanya yang mencakup data:

Profil RKS/M, dokumen RKAS/M, serta update RKS/M; Laporan Kinerja Sekolah (School Report Card -- SRC), Lembar Akreditasi Sekolah, dan Laporan BOS (K1,K2,K3,K4, K5,K6),

Gambar 12: Kerangka Sistem Database Sekolah/Madrasah

ProfilProfil RKS/MRKS/M

School School Report CardReport Card

FormForm AkreditasiAkreditasi BAN BAN

LaporanLaporan BOS BOS

INPUT PROSES OUTPUT

Profil Profil Sekolah/Sekolah/Madrasah Madrasah

Program Program Sekolah/Sekolah/Madrasah Madrasah

Transaksi Transaksi BOSBOS

Dokumen RKT

SistemSistemDatabaseDatabase Sekolah/Sekolah/MadrasahMadrasah

20

Agar SDS dapat berjalan dengan lancar maka terdapat kebutuhan operasional SDS yang perlu dipenuhi oleh sekolah/madrasah. Kebutuhan operasional dimaksud adalah sebagai berikut:

Satu Perangkat Personal Komputer/Laptop/Notebook; Aplikasi Microsoft Excel minimal versi 2003 (dengan konfigurasi

tertentu); Printer untuk mencetak output; Operator Data.

Fasilitator SDS: Staf Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Pengawas, Kepala Sekolah/Madrasah, dan Guru Pelaksanaan SDS memerlukan peranserta fasilitator yang bertugas memandu sekolah/ madrasah menyiapkan data, memandu input data, serta membantu sekolah/madrasah memahami konteks dan makna data yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, khusus untuk SDS diperlukan para fasilitator yang minimal memiliki pengetahuan dasar pengoperasian komputer termasuk MS-Word dan MS-Excel. Fasilitator SDS dapat berasal dari staf dinas pendidikan, pengawas sekolah/madrasah, kepala sekolah/madrasah atau guru yang sebelumnya telah lolos seleksi pengetahuan dasar komputer.

Selain pengetahuan dasar komputer, fasilitator SDS terpilih juga perlu memenuhi kualifikasi seperti berikut ini, yaitu dapat:

a. Memahami hubungan erat antara RKS/M dan SDS, yaitu bahwa SDS adalah alat bantu untuk mengimplementasikan RKS dan juga untuk menghasilkan dokumen Akreditasi, Pelaporan BOS, dan SRC;

b. Memahami dengan jelas input – proses – output yang terkandung dalam SDS serta manfaat suatu database yang terintegrasi yang dapat menghasilkan multi-produk (Profil RKS, BAN, BOS, dan SRC);

c. Memiliki keterampilan untuk dapat melakukan pelatihan aplikasi SDS yang bersinergi dengan kegiatan program RKS/M atau Update RKS/M;

d. Membuat rencana pelatihan dan pendampingan SDS yang bersinergi dengan kegiatan RKS/M atau Update RKS/M;

e. Melakukan pendampingan aplikasi SDS di tingkat sekolah secara terencana dan sistematik;

f. Memahami relasi antara RKS/M, SDS, dan mekanisme kerja Forum DF/Pengawas; serta

g. Memahami bahwa SDS dapat digunakan dalam strategi publikasi dan media serta memiliki keterampilan untuk menerapkannya secara menyeluruh.

Untuk itu disarankan agar fasilitator SDS dipilih dari staf dinas pendidikan, pengawas sekolah/madrasah, kepala sekolah/madrasah, atau guru yang sebelumnya telah mengikuti pelatihan SDS yang telah diberikan oleh DBE1. Agar lebih terarah, telah

21

tersedia buku Petunjuk Teknis Komputerisasi Sistem Database Sekolah yang berfungsi untuk memandu sekolah/madrasah dalam mengimplementasikan SDS.

Persiapan Lokakarya (Pelatihan) Dalam penguatan manajemen dan tata layanan sekolah/madrasah berbasis SDS diperlukan pelatihan dan pendampingan yang komprehensif. Pelatihan SDS diselenggarakan di tingkat gugus. Masing-masing sekolah/madrasah mengirimkan sebanyak 2 (dua) peserta yang terdiri dari kepala sekolah/madrasah dan tenaga administrasi sekolah/madrasah.

Sebelum kegiatan pelatihan di tingkat gugus dilaksanakan dilakukan kegiatan penyiapan data (pra lokakarya) yang selanjutnya dilanjutkan dengan kegiatan lokakarya dan pendampingan (Gambar 13). Untuk kegiatan pra lokakarya setiap sekolah/madrasah diberikan buku Petunjuk Teknis Komputerisasi Sistem Database Sekolah dan form data entry SDS tercetak. Agar kegiatan lokakarya berjalan efektif maka sebelum lokakarya berlangsung setiap sekolah/madrasah diharapkan mengisi seluruh unsur data yang terkandung di dalam form data entry SDS.

Gambar 13. Strategi Pelatihan SDS

Kegiatan pra lokakarya ialah kegiatan dimana sekolah/madrasah diarahkan untuk membaca dan memahami buku Petunjuk Teknis Komputerisasi Sistem Database Sekolah. Buku petunjuk ini juga dilengkapi dengan form entry data SDS untuk diisi secara lengkap oleh sekolah/madrasah. Sekolah/madrasah diberikan waktu sekitar 1 (satu) minggu untuk membaca dan memahami buku petunjuk dimaksud termasuk mengisi form entry data SDS yang tersedia. Fasilitator SDS akan memberikan 1 (satu) hari fasilitasi/pendampingan diakhir periode 1 (satu) minggu pemahaman dan persiapan awal ini. Apabila sekolah/madrasah sudah mengisi seluruh data yang diperlukan maka tahapan selanjutnya, yaitu lokakarya SDS, sudah siap dilaksanakan.

Memahami SDS

MemahamiSDS

PersiapanAwal

PersiapanAwal

Input Profil Sekolah

Input Profil Sekolah

OutputProfil Sekolah

OutputProfil Sekolah

Input TransaksiBOS

Input TransaksiBOS

Ouput BOSOuput BOS

PROFIL SEKOLAH RKS/M

SCHOOL REPORTCARD (SRC)

DOKUMENAKREDITASI BAN

DOKUMEN RKT S/M

PROFIL SEKOLAH RKS/M

SCHOOL REPORTCARD (SRC)

DOKUMENAKREDITASI S/M

DOKUMEN RKT S/M

K1: RKASK2: RINCIAN PENGGUNAANK3: BUKU KAS UMUM K4: BUKU PEMBANTU KAS TUNAI K5: BUKU PEMBANTU BANKK6: BUKU PEMBANTU PAJAK

K1: RKASK2: RINCIAN PENGGUNAANK3: BUKU KAS UMUMK4: BUKU PEMBANTU KAS TUNAI K5: BUKU PEMBANTU BANKK6: BUKU PEMBANTU PAJAK

PRA LOKAKARYA LOKAKARYA dan PENDAMPINGAN

22

Lokakarya (Pelatihan) Kegiatan lokakarya SDS dilaksanakan selama 3 (tiga) hari efektif (catatan: 1 hari efektif = 8 jam). Untuk kelancaran lokakarya ini form entry data SDS yang sudah terisi secara lengkap menjadi syarat utama tuntasnya kegiatan lokakarya ini. Kegiatan lokakarya diawali dengan tahapan persiapan untuk memperjelas dasar aplikasi SDS dan dilanjutkan dengan input dan out profil sekolah/madrasah, input dan output BOS, serta diakhiri dengan diskusi operasional SDS di sekolah/madrasah. Secara garis besar outline kegiatan 3 (tiga) hari lokakarya SDS ialah seperti berikut ini:

Pembukaan Pengenalan perangkat lunak SDS

BAGIAN 1. Tahap Persiapan Struktur dokumen Petunjuk Teknis Komputerisasi Sistem Database

Sekolah Fungsi-Fungsi Dasar Aplikasi Excel Konfigurasi Dasar Excel untuk SDS Mengenal Antar Muka SDS

BAGIAN 2. Input Profil Sekolah/Madrasah Kesiswaan Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta Pengembangannya Sarana dan Prasarana Keuangan dan Pembiayaan Budaya dan Lingkungan Sekolah/Madrasah Peranserta Masyarakat Program Sekolah/Madrasah

BAGIAN 3. Output Profil Sekolah/Madrasah Mencetak dokumen Profil RKS/M Mencetak SRC Mencetak dokumen Akreditasi Sekolah/Madrasah Mencetak dokumen Rencana Kerja Anggaran Sekolah/Madrasah

BAGIAN 4. Input Transaksi BOS Pemahaman mekanisme pelaporan BOS Pemahaman Kode Transaksi Input Item RKAS Input Transaksi Rutin BOS Input Transaksi Bank Input Transaksi Pajak

23

BAGIAN 5. Output BOS BOS K1 RKAS Sekolah BOS K2 Rincian Penggunaan Dana per Jenis Anggaran BOS K3 Buku Kas Umum BOS K4 Buku Pembantu Kas Tunai BOS K5 Buku Pembantu Bank BOS K6 Buku Pembantu Pajak

BAGIAN 6. Diskusi dan RKTL Diskusi operasi SDS pada tingkat sekolah Rencana Kerja Tindak Lanjut SDS

Pendampingan Tahapan terakhir dari rangkaian kegiatan SDS ialah memberikan pendampingan atau fasilitasi/ asistensi kepada setiap sekolah/madrasah. Kegiatan pendampingan dapat dilakukan dengan melakukan kunjungan ke setiap sekolah dalam gugus dimaksud atau dengan cara dikumpulkan dalam gugus. Pilihan terakhir dilakukan apabila jarak antar sekolah/madarasah agak jauh sehingga kunjungan ke setiap sekolah/madrasah secara teknis dianggap tidak efektif.

Kegiatan pendampingan setelah lokakarya pada dasarnya diarahkan untuk membantu setiap sekolah memanfaatkan multi-output yang diperoleh dari lokakarya SDS untuk tujuan penguatan manajemen dan tata layanan sekolah/madrasah. Kegiatan pendampingan dilakukan oleh fasilitator selama 2 (dua) kali masing-masing 1 (satu) hari. Namun demikian, apabila karena satu dan lain hal entry data SDS belum tuntas selesai saat lokakarya berakhir, maka kegiatan pendampingan ini dapat juga dimanfaatkan untuk kegiatan melengkapi SDS.

Biaya Berdasarkan pengalaman DBE1, biaya paket pelatihan dan pendampingan SDS per sekolah/madrasah adalah sebesar Rp. 3.000.000; (tiga juta rupiah).

B. Manajemen Partisipasi Masyarakat: Penguatan Komite Sekolah/Madrasah

Dasar Hukum Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Peraturan Pemerintah No. 47/2008 tentang Wajib Belajar; Kepmendiknas No. 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

Persiapan Dalam program DBE1, komite sekolah/madrasah mendapat perhatian yang cukup penting. Sebagai wakil pemangku kepentingan pengguna jasa layanan pendidikan, Komite sekolah/madrasah mempunyai peranan sentral dalam manajemen berbasis

24

sekolah (MBS). Untuk meningkatkan perannya tersebut, maka DBE1 menyusun modul-modul pelatihan untuk meningkatkan kapasitas komite sekolah/madrasah. Modul-modul tersebut berisi penguatan komite sekolah/madrasah yang menyangkut aspek: (1) keorganisasian, (2) hubungan komite sekolah/madrasah dengan orang tua peserta didik dan masyarakat, (3) peran komite sekolah/madrasah dalam menunjang program sekolah/madrasah.

Modul Pelatihan Modul-modul penguatan komite sekolah/madrasah yang disusun DBE1 terdiri dari enam bagian, yaitu: (1) Pengenalan peran dan fungsi, (2) Pemahaman kondisi komite sekolah dan peningkatan, (3) Peningkatan kepekaan terhadap jender dan minoritas, (4) Penguatan keorganisasian, (5) Peningkatan hubungan komite sekolah/madrasah dengan orang tua dan masyarakat, serta (6) Peningkatan peran komite sekolah/madrasah dalam menunjang program sekolah/madrasah. Secara lebih jelasnya, modul-modul dimaksud adalah sebagai berikut:

BAGIAN I: Pengenalan Peran dan Fungsi Pengenalan Peran dan Fungsi Komite Sekolah/Madrasah

BAGIAN II: Pemahaman Kondisi Komsek dan Rencana Peningkatan Pembentukan dan Keterwakilan Mawas Diri

BAGIAN III: Peningkatan Kepekaan Jender dan Minoritas Kepekaan Jender Kepekaan terhadap Keragaman dan Kelompok-kelompok Rentan/Minoritas

BAGIAN IV: Penguatan Keorganisasian Komite Sekolah Organisasi Komite Sekolah/Madrasah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Program Kerja Komite Sekolah/Madrasah

BAGIAN V: Peningkatan Hubungan dengan Orang Tua dan Masyarakat Partisipasi, Transparansi dan Akuntabilitas Menjaring Aspirasi Masyarakat Kemitraan Mengidentifikasi Alternatif Pendanaan Sekolah/Madrasah Musrenbang Desa/Kelurahan

BAGIAN VI: Peningkatan Peran dalam Mendukung Program Sekolah Pembukuan Sederhana Identifikasi Sumber-Sumber Belajar

Modul ini dirancang dengan menggunakan alur logis seperti disajikan pada Gambar 14.

25

Pelatihan dan Pendampingan Dalam peningkatan peran komite sekolah/madrasah diperlukan pelatihan dan pendampingan. Proses penguatan komite sekolah/madrasah memakan waktu satu tahun.

Pelatihan diselenggarakan di tingkat gugus. Masing-masing sekolah/madrasah mengirimkan paling tidak 4 (empat) anggota komite sekolah/madrasah. Pelatihan dilaksanakan 5 (lima) kali dengan masing-masing pelatihan memakan waktu 1-2 hari. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah rancangan pelatihan komite sekolah/madrasah:

Pelatihan 1 Waktu: 1 hari efektif Topik: Peran dan Fungsi Komite Sekolah/Madrasah.

Pelatihan 2 Waktu: 2 hari efektif Topik: (1) Pembentukan dan Keterwakilan, dan (2) Mawas Diri.

Pelatihan 3, 4 dan 5 Waktu: masing-masing pelatihan adalah 1 hari efektif Topik (setiap pelatihan memilih dua atau tiga modul berikut sesuai dengan

hasil mawas diri): (1) Kepekaan Jender, (2) Kepekaan Terhadap Keragaman dan Kelompok-Kelompok Rentan/Minoritas, (3) Organisasi Komite Sekolah/Madrasah, (4) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, (5) Program Kerja Komite Sekolah/Madrasah, (6) Partisipasi, Transparansi dan Akuntabilitas (wajib), (7) Menjaring Aspirasi Masyarakat, (8) Kemitraan, (9) Mengidentifikasi Alternatif Pendanaan Sekolah/Madrasah, (10) Musrenbang Desa/Kelurahan, (11) Pembukuan Sederhana, dan (12) Identifikasi Sumber-Sumber Belajar

26

Gambar 14: Alur logis modul penguatan komite sekolah/madrasah

Selain pelatihan, komite sekolah/madrasah perlu mendapat pendampingan dalam pelaksanaan atau tindak lanjut dari pelatihan tersebut. Sebagai contoh, setelah mendapatkan pelatihan tentang pembentukan dan keterwakilan, komite sekolah/madrasah berniat untuk membentuk kembali komite sekolah/madrasah yang sesuai dengan Kepmendiknas No. 044/U/2002. Pelatih/fasilitator wajib melakukan pendampingan dengan memfasilitasi proses pembentukan komite sekolah/madrasah. Setiap sekolah/madrasah diperkirakan memerlukan 5 (lima) kali pendampingan.

PENGENALAN PERAN DAN

FUNGSI

Pengenalan Peran dan Fungsi

PEMAHAMAN KONDISI KOMSEK

DAN RENCANA PENINGKATAN

PENINGKATAN KEPEKAAN GENDER DAN MINORITAS

• Kepekaan Gender • Kepekaan Terhadap

Keragaman dan KelompokRentan/Minoritas

PENGUATAN KEORGANISASIAN KOMITE SEKOLAH

• Organisasi Komite Sekolah dan AD/ART

• Program Kerja Komite Sekolah

PENGUATAN HUBUNGAN DENGAN ORANGTUA DAN

MASYARAKAT

• Partisipasi, Transparansi, dan Akuntabilitas

• Menjaring Aspirasi Masyarakat

• Kemitraan • Pendanaan Alternatif • Musrenbang Desa/Kelurahan

PENINGKATAN PERAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM SEKOLAH

• Pembukuan Sederhana • Mengidentifikasi Sumber-

sumber Belajar

TAHAP I TAHAP II TAHAP III (PILIHAN)

• Pembentukan dan Keterwakilan

• Mawas Diri

27

Namun jumlah pastinya sangat tergantung dari keinginan komite sekolah/madrasah itu sendiri dalam memperbaiki dirinya.

Biaya Berdasarkan pengalaman DBE1, biaya paket pelatihan dan pendampingan komite sekolah secara keseluruhan (komplit) per sekolah adalah sebesar 3.000.000; (tiga juta rupiah)

C. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)

Dasar Hukum Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional; Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan; Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi; Permendiknas No. 16/2007 tentang Standar Pendidik; Permendiknas No. 19/2007 tentang Standar Pengelolaan Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah.

Pengantar Kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sekolah/madrasah dalam proses belajar aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan di seluruh kabupaten/kota mitra DBE1 sangat tinggi. Hal ini karena PAKEM merupakan salah satu komponen manajemen berbasis sekolah (MBS) yang harus dilaksanakan oleh sekolah/madrasah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah/madrasah.

Dengan segala kemampuan dan keterbatasannya, DBE1 berupaya untuk memberikan paket pengenalan PAKEM dalam paket diseminasi. Paket pengenalan PAKEM ini bertujuan untuk memperkenalkan PAKEM kepada sekolah/madrasah dan semua pemangku kepentingan sekolah/madrasah dan lainnya sehingga mereka memahami dan mampu untuk membuat rencana lebih lanjut untuk menerapkan paket pengenalan PAKEM tersebut.

Modul Pelatihan Paket pengenalan PAKEM DBE1 dirancang tidak dimaksudkan membuat sekolah/madrasah langsung menjadi ahli dalam penerapan PAKEM; karena untuk menerapkan PAKEM secara baik, diperlukan peningkatan keterampilan baik dari segi manajemen sekolah/madrasah, keterampilan guru dalam mengelola kelas, maupun adanya perubahan mendasar dalam pembelajaran.

DBE1 telah memilih modul pelatihan praktik yang baik (good practice) MBS: Pengenalan PAKEM dari Departemen Pendidikan Nasional. Modul ini dipilih karena modul ini adalah modul yang dipakai oleh Departemen Pendidikan Nasional selama ini. Selain itu, proses penyusunan modul ini telah merangkumkan pengalaman-pengalaman program MBS dan sejenisnya dari berbagai lembaga donor, termasuk program DBE yang didanai oleh USAID.

28

Persiapan Agar sekolah/madrasah, para pemangku kepentingan sekolah/madrasah dan lainnya memahami dan mampu merancang rencana pelatihan PAKEM dan menerapkan paket pengenalan PAKEM, maka materi modul pengenalan PAKEM ini disusun dengan rincian sebagai berikut:

1. Penjelasan paket diseminasi DBE1 dan komponen pengenalan PAKEM;

2. Mengenal modul pengenalan PAKEM;

3. Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM): Apa dan Mengapa?;

4. Membahas modul mempraktikkan PAKEM;

5. Menciptakan lingkungan belajar yang efektif;

6. Peran kepala sekolah dan pengawas dalam pembinaan profesional guru;

7. Menyusun rencana pelatihan pengenalan PAKEM; dan

8. Tanggapan terhadap rencana pelatihan masing-masing peserta.

Strategi Pelatihan Tim Pelaksana Diseminasi perlu melakukan kajian terlebih dahulu apakah di kabupaten/kota dimana diseminasi akan dilaksanakan telah tersedia fasilitator yang bisa menjalankan modul ini. Fasilitator tersebut bisa berasal dari mereka yang pernah terlibat dalam program CLCC, MBE dan sebagainya. Jika ternyata di kabupaten/kota tersebut belum ada fasilitator yang bisa menggunakan modul ini, maka perlu dilakukan ToT untuk menyiapkan fasilitator tersebut selama 2 (dua) hari efektif, dengan peserta antara 10 - 20 pengawas di setiap kabupaten/kota yang dinominasikan sebagai fasilitator pelatihan pengenalan PAKEM. Adapun fasilitatornya adalah CPS, SDC dan DF yang paham tentang modul pelatihan praktik yang baik MBS.

29

30

Bab III Prosedur Mempersiapkan Diseminasi

A. Pembentukan Tim Inti Kabupaten/Kota

Salah satu kunci keberhasilan dalam melaksanakan program DBE1 seperti yang dipaparkan dalam buku pedoman ini adalah perlunya tim pelaksana/teknis yang kuat, dan diperlukan orang-orang yang memiliki komitmen yang tinggi untuk sebuah keberhasilan. Tim ini terdiri dari orang-orang yang berkomitmen, dan bersedia untuk bekerja keras sebagai sebuah tim kerja, serta mau belajar sambil berbuat.

Tim ini terdiri dari:

1. Seorang koordinator; yaitu orang yang bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap program;

2. Tim teknis, yaitu sebuah tim yang terdiri dari pejabat senior dari semua instansi atau lembaga terkait (misalnya: Dinas Pendidikan, Depag, Bappeda, LSM dan organisasi terkait lainnya);

3. Sejumlah fasilitator/pengawas; yaitu sebuah tim kecil yang terdiri dari orang-orang yang dapat melaksanakan pelatihan di tingkat gugus dan kunjungan lapangan ke sekolah -sekolah/madrasah-madrasah; dan

4. Service Provider (Penyedia Jasa Layanan); yaitu lembaga/institusi yang mampu dan bisa melatih para fasilitator dalam Training of Trainers (ToT).

Apabila Anda telah mendapatkan kepastian mengenai biaya dan komitmen dari pejabat senior kabupaten/kota, maka segeralah Anda mengangkat orang-orang sebagaimana disebutkan di atas.

Menentukan Koordinator Untuk menjamin keberhasilan program, maka penting sekali untuk mengangkat seorang koordinator yang cukup mampu dan cukup waktu, serta adanya dukungan dana, kewenangan dan dukungan lainnya yang memadai untuk mengkoordinasikan persiapan dan pelaksanaan rencana diseminasi. Koordinator ini biasanya berasal dari staf atau pejabat Dinas Pendidikan/Kantor Departemen Agama, atau badan/lembaga yang melakukan diseminasi program.

Menentukan Tim Teknis Untuk melakukan koordinasi dengan berbagai instansi/badan terkait dan untuk memastikan adanya dukungan dari pejabat senior di kabupaten/kota atau dari badan/ lembaga yang melaksanakan diseminasi program, maka perlu dibentuk sebuah tim teknis. Koordinator perlu melaporkan komposisi anggota tim teknis dan tujuan-tujuan

31

program diseminasi ke instansi/badan/lembaga tersebut. Komposisi tim teknis akan sangat dipengaruhi oleh jumlah program yang akan didiseminasikan.

Biasanya baik koordinator maupun tim teknis akan memerlukan surat keputusan (SK) agar mereka dapat mengerjakan tugas-tugasnya secara efektif.

Suatu hal yang sangat baik apabila kegiatan diseminasi di kabupaten/kota dikoordinasikan dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Kantor Departemen Agama Kab./Kota, sehingga semua sekolah dan madrasah diikutsertakan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Tim teknis kabupaten/kota hendaknya mengikutsertakan wakil dari Dinas Pendidikan dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota.

Di samping itu, perlu mengikutsertakan Bappeka/Bappekota, Pemda dan lembaga-lembaga non-pemerintah termasuk Dewan Pendidikan, Komisi Pendidikan DPRD, media lokal, LSM, dan lainnya.

Menentukan Fasilitator/Pengawas Setelah tim teknis dan koordinator kabupaten/kota ditetapkan, beberapa fasilitator perlu diangkat/ditunjuk. Pada umumnya, fasilitator adalah pengawas yang tugas kesehariannya adalah mengawasi dan membina sekolah/madrasah. Belajar untuk menjadi seorang fasilitator yang baik akan membantu pengawas dalam melakukan tugas-tugas mereka sebagai pengawas secara lebih baik.

Fasilitator yang terpilih harus energetik dan mempunyai penalaran serta pengetahuan tentang rencana kerja sekolah/madrasah khususnya yang berkaitan dengan peningkatan mutu pembelajaran. Fasilitator sebaiknya berasal dari pengawas TK/SD atau SMP/MTs untuk tingkat SMP/MTs. Fasilitator yang telah bertugas perlu dievaluasi secara berkala, karena mereka sering tidak mempunyai waktu untuk melaksanakan tugasnya sebagai fasilitator akibat dari urusan dinas lainnya. Selain itu, kemampuan fasilitator perlu ditingkatkan secara terus menerus sesuai dengan prinsip ‘peningkatan mutu secara berkelanjutan’ (continuous improvement).

Di bawah ini adalah saran-saran mengenai kriteria dan proses pemilihan fasilitator kabupaten/kota atau badan/instansi yang melakukan diseminasi program, bebas untuk mengikuti prosedur dan aturan main sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri.

Syarat-Syarat Menjadi Fasilitator

1. Pegawai Tetap Daerah (misal: pengawas TK/SD/pengawas Mapenda);

2. Diharapkan bisa menjadi sumberdaya untuk daerahnya;

3. Ditugaskan sebagai fasilitator pelatihan dan pendamping untuk sekolah/madrasah, terutama untuk program rencana kerja sekolah/madrasah (RKS/M), kepemimpinan kepala sekolah/madrasah, dan penguatan komite sekolah/madrasah.

32

Kriteria Pemilihan Fasilitator

1. Terbuka terhadap masukan dan rajin membaca dan berlatih;

2. Berminat untuk menjadi pelatih/pendamping;

3. Sabar dan tekun dalam membimbing hal-hal teknis;

4. Reputasi dan status sesuai dengan harapan sekolah dan masyarakat;

5. Ketersediaan waktu untuk melakukan fasilitasi;

6. Sebaiknya memiliki minimal 5 tahun masa kerja sebagai PNS;

7. Mendapat rekomendasi dari atasan langsung.

Proses Pemilihan

1. Koordinator program diseminasi DBE1 membentuk panitia/tim pemilihan dengan Dinas Pendidikan, Kantor Depag, dan atasan terkait atau yang mewakilinya;

2. Diskusikan beberapa rekomendasi yang berkaitan dengan calon;

3. Langsung mewawancarai calon dan membuat rekomendasi bersama;

4. Koordinator memverifikasi motivasi calon dan ketersediaan calon untuk bekerjasama;

5. Komposisi fasilitator berimbang jender dan berimbang antara dari Depag dan Dinas Pendidikan atau disesuaikan dengan kondisi setempat;

6. Mendapat ijin dari atasan langsung atau SK (misalnya, Surat Keputusan, Surat Tugas, dll.)

Contoh TOR untuk Tim Teknis, Koordinator, dan Fasilitator bisa dilihat pada lampiran Buku Pedoman ini.

B. Penentuan Penyedia Jasa Layanan

Menentukan Service Provider (Penyedia Jasa Layanan) Dalam rangka melaksanakan program ini, dibutuhkan Penyedia Jasa Layanan yang mampu membantu Anda dalam melatih fasilitator. Selama ini DBE1 menyediakan jasa layanan kepada kabupaten/kota yang menjadi sasaran/target proyek. Namun pelayanan ini tidak akan berlanjut pada saat proyek telah selesai. Jadi, dimana Anda bisa mendapatkan Penyedia Jasa Layanan ini? Bagaimana cara menyeleksi mereka?

Tugas Penyedia Jasa Layanan Penyedia Jasa Layanan bertugas sebagai pelatih, dan pendamping tim teknis dan koordinator, terutama untuk program diseminasi rencana kerja sekolah/madrasah (RKS/M), kepemimpinan kepala sekolah/madrasah dan penguatan komite sekolah/madrasah.

33

Kriteria Pemilihan dan Kualifikasi Penyedia Jasa Layanan

1. Berpengalaman dalam pelatihan dan pendampingan dengan metode pembelajaran aktif;

2. Berpengalaman dalam metode atau pendekatan yang selama ini digunakan oleh DBE1;

3. Terakreditasi oleh Pemerintah sebagai Penyedia Jasa Layanan.

Proses Pemilihan 1. Koordinator program diseminasi DBE1 mendiskusikan dan membentuk

panitia/tim pemilihan dengan Dinas Pendidikan dan Kantor Departemen Agama atau atasan langsung yang terkait atau yang mewakilinya;

2. Melakukan curah pendapat untuk mengidentifikasi calon Penyedia Jasa Layanan

3. Melakukan wawancara dengan calon serta membuat rekomendasi secara bersama;

4. Koordinator melakukan verifikasi untuk menjajagi kemungkinan kerjasama dan kemampuan orang-orang yang terlibat di dalamnya;.

5. Atasan langsung dari Penyedia Jasa Layanan memberikan ijin atau SK (misalnya Surat Keputusan, Surat Tugas dsb.) kepada orang-orang yang terlibat.

Penyedia Jasa Layanan pada umumnya bisa didapatkan dari para pelatih dan fasilitator yang telah berhasil dan berpengalaman dalam program DBE1 atau dari proyek-proyek sejenis, seperti MBE atau CLCC (MBS), dsb.

C. Penyusunan Program Pelatihan dan Pendampingan MBS

Jadwal penyusunan program pelatihan dan pendampingan MBS dapat dilihat pada gambar di halaman setelah ini. Jadwal tersebut adalah jadwal ideal dan lengkap dalam melakukan pelatihan dan pendampingan di tingkat sekolah/madrasah, dan untuk menyelesaikan kegiatan tersebut memerlukan waktu selama 2 (dua) tahun secara berurutan.

Dimulai dengan dengan kegiatan pelatihan Kepemimpinan 1 untuk para kepala sekolah/madrasah selama 1 (satu) hari yang dilaksanakan di tingkat kabupaten/kota pada pertengahan bulan Agustus, dilanjutkan dengan kegiatan Orientasi Sekolah/Madrasah, Kunjungan Sekolah/Madrasah (studi banding), dan pembekalan tentang MBS selama 3 (tiga) hari efektif yang dilakukan di tingkat kecamatan dan diakhiri dengan kegiatan Pelaporan kepada masyarakat dan Sosialisasi RKT dan RKAS/M yang dilaksanakan pada bulan Juli tahun kedua kegiatan.

Namun, apabila hal tersebut tidak mungkin dilakukan secara utuh karena berbagai pertimbangan, maka kabupaten/kota, oraganisasi atau lembaga lain bisa membaginya menjadi beberapa bagian kegiatan, misalnya hanya kegiatan pelatihan penyusunan RKS/M, pelatihan kepemimpinan bagi kepala sekolah/madrasah, atau penguatan komite sekolah/madrasah, dan waktunya bisa disesuaikan dengan kebutuhan kabupaten/kota, organisasi, atau lembaga tersebut.

34

Gambar 15: Jadwal Program Pelatihan dan Pendampingan MBS

35

36

Bab IV Standar Pelaksanaan Diseminasi MBS

Dasar Hukum: Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional; Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional; Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan; Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan

Pendidikan; Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah; Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005 – 2009; Kepmendiknas No.044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite

Sekolah.

A. Standar Proses

Program diseminasi DBE1 yang berhasil apabila:

1. Termasuk didalamnya pelatihan dan pendampingan;

2. Dilakukan oleh fasilitator yang berpengalaman atau pelatihan (ToT) yang sesuai dengan pendekatan DBE1;

3. Melibatkan peserta dari unsur berikut ini: Untuk RKS/M: kepala sekolah/madrasah, wakil dari guru, dan wakil dari unsur

komite sekolah/madrasah; Untuk pelatihan SDS: kepala sekolah/madrasah dan tenaga administrasi

sekolah/madrasah. Untuk pelatihan kepemimpinan: kepala sekolah/madrasah dan pengawas; Untuk pelatihan komite sekolah/madrasah: kepala sekolah/madrasah, wakil dari

guru dan wakil dari unsur komite sekolah/madrasah;

4. Melibatkan pejabat yang lebih tinggi dan pengawas (misalnya: Kepala KCD/UPTD, pengawas, dsb.) dalam manajemen, monitoring dan evaluasi;

5. Jangan melibatkan terlalu banyak peserta dalam pelatihan/lokakarya (misalnya lebih dari 50 peserta), akan lebih baik kalau berbasis gugus;

6. Diselesaikan dalam periode yang tidak terlalu lama: Untuk RKS/M: program secara penuh diselesaikan dalam satu tahun.

37

Untuk pelatihan SDS: menyesuaikan dengan periode penyelesaian RKS/M Untuk pelatihan kepemimpinan: minimal satu pelatihan dalam satu tahun. Untuk pelatihan komite sekolah: minimal tiga lokakarya yang berbeda per tahun.

B. Isi Program

Dalam tahap awal ini, kebanyakan program diseminasi di beberapa kabupaten/ kota dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya lebih terfokus kepada RKS/M. Idealnya, program diseminasi mencakup semua aspek yang berhubungan dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), seperti:

Penguatan komite sekolah dan peran serta masyarakat; Peningkatan mutu kepemimpinan sekolah; Rencana kerja sekolah/madrasah (RKS/M), Sistem database sekolah (SDS), dan Pengenalan pembelajaran aktif (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan - PAKEM).

Idealnya aspek-aspek tersebut dilaksanakan secara bertahap dan mengikuti alur pelatihan sebagaimana yang sudah dilaksanakan oleh DBE1.

Dalam tahun 2008 ini, DBE1 akan mendukung pendekatan yang terpadu dengan cara:

Melakukan pelatihan diseminasi untuk DF dan pengawas sekolah dalam forum bulanan;

Menyediakan dana maupun dukungan lain kepada daerah untuk melaksanakan program secara utuh, terutama kabupaten/kota atau yayasan yang menunjukkan komitmen yang kuat terhadap program diseminasi. (satu kabupaten/kota per provinsi yang dipilih oleh PC, DBE1 dapat secara penuh mendanai program penguatan komite sekolah dan pelatihan kepemimpinan di sekolah/madrasah diseminasi);

Memberikan dana pendampingan kepada sejumlah sekolah/madrasah diseminasi di kabupaten/kota yang bersedia menyediakan dana pendampingan dalam program diseminasi tahun 2009;

Mendorong DBE2 dan DBE3 memberikan pelatihan awal serta mendukung pembelajaran aktif di sekolah/madrasah diseminasi.

C. Standar Isi

Program diseminasi DBE1 yang berhasil adalah:

1. Program RKS/M-nya lengkap;

2. Termasuk program penguatan komite sekolah dan pelatihan kepemimpinan kepala sekolah/madrasah; serta

3. Termasuk program pengenalan PAKEM atau ’active learning’

38

1. Standar Hasil RKS/M a. Meliputi: (1) profil sekolah/madrasah, (2) harapan sekolah/madrasah; (3) analisis tantangan

dan pemecahannya, (4) sasaran, program dan kegiatan (termasuk jadwal), dan (5) biaya dan anggaran serta RKT dan RKAS/M;

b. Dana multi-sumber dan rencana multi-tahun;

c. Peningkatan partisipasi masyarakat (misalnya komite sekolah/madrasah yang lebih aktif, bantuan keuangan dan non-keuangan, paguyuban kelas);

d. Program yang disusun dilaksanakan (paling tidak 50% dari program yang direncanakan).

2. Standar Hasil Penguatan Komite Sekolah/Madrasah a. Paling tidak, salah satu wakil anggota komite sekolah/madrasah terlibat dalam

penyusunan RKS/M dan RKAS/M;

b. Paling tidak, salah satu wakil anggota komite sekolah/madrasah terlibat dalam monitoring pelaksanaan program;

c. Komite Sekolah/Madrasah aktif dalam mendukung implementasi program RKS/M;

d. Komite Sekolah/Madrasah aktif dalam memonitor kinerja sekolah/madrasah.

3. Standar Hasil Pelatihan Kepemimpinan Kepala Sekolah/Madrasah

Program diseminasi kepemimpinan kepala sekolah/madrasah yang berhasil adalah:

a. Pengambilan keputusan yang partisipatif, misalnya partisipasi yang luas dalam penyusunan RKS/M;

b. Peningkatan akuntabilitas dan transparansi, misalnya program RKAS ditempelkan di papan pengumuman sekolah/madrasah, dan kepala sekolah/madrasah memberikan laporan keuangan kepada komite sekolah/madrasah.

39

40

Bab V Monitoring Dan Evaluasi Dasar Hukum Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

A. Pendahuluan

Pada saat ini, banyak pihak yang ingin melanjutkan program DBE dengan biaya sendiri, baik biaya itu berasal dari APBD kabupaten/kota, yayasan, maupun secara swadana. Meskipun kegiatan diseminasi tersebut dilaksanakan sendiri, akan tetapi sebaiknya kegiatan monitoring dan evaluasi tetap dilakukan untuk menjaga agar kegiatan dan hasil diseminasi tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan.

B. Mengapa Perlu Dimonitor?

Kegiatan monitoring dan evaluasi mutlak diperlukan untuk mewujudkan tata layanan pendidikan yang baik dan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

Transparan, yakni adanya keterbukaan bagi semua pihak untuk mengetahui penggunaan dana yang sudah dianggarkan;

Responsiveness, sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelola program kepada semua pihak yang ingin mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan dengan dana yang sudah dianggarkan;

Akuntabel, agar dana yang sudah dianggarkan dapat dipertanggung jawabkan penggunannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan;

Partisipatif, baik pihak pengelola maupun pihak lain dapat mengetahui perkembangan dan hasil diseminasi yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah, yayasan, ataupun secara swadana.

C. Kapan M&E Dilaksanakan?

Kegiatan M&E hendaknya dilakukan di semua tahapan pelaksanaan program yang dimulai dari perencanaan sampai dengan tahap dampak yang ditimbulkan program. Tahap-tahap yang perlu dilakukan monitoring adalah:

Perencanaan: mulai dari penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA), Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA), serta jumlah dan nama-nama sekolah/madrasah yang menjadi target diseminasi;

Pelaksanaan: yakni standar isi dan proses sesuai dengan yang terdapat dalam panduan diseminasi MBS;

Output diseminasi misalnya dokumen RKS/M, RKT, RKAS/M, AD/ART komite sekolah/madrasah, kepemimpinan kepala sekolah/madrasah, yang dibuat sesuai panduan yang telah ditentukan;

Dampak: implementasi hasil diseminasi (contoh: RKS/M dilaksanakan atau tidak? Keaktifan komite sekolah dalam kegiatan sekolah/madrasah?)

41

D. Siapa yang Melakukan M&E?

Kegiatan M&E hendaknya dilakukan oleh orang-orang yang bukan pengelola program diseminasi sehingga diperoleh hasil yang objektif dan maksimal. Lembaga-lembaga atau institusi yang hendaknya dilibatkan dalam kegiatan diseminasi antara lain:

Dinas Pendidikan (terutama bagian Bina Program); Dewan Pendidikan; District Coordinator (DC) DBE1; Pengawas/District Fasilitator (DF); Bappeda.

E. Bagaimana Monitoring dan Evaluasi Dilaksanakan?

M&E dapat dilakukan dengan melalui prosedur sebagai berikut:

Penyusunan instrumen; Pembuatan jadwal; Sosialisasi instrumen dan koordinasi dengan para pelaku M&E; Penyusunan laporan M&E.

F. Pengumpulan Data dan Sampling

Dalam program diseminasi yang berskala kecil, data dapat dikumpulkan dari semua sekolah/madrasah. Namun pada program diseminasi berskala besar, yang melibatkan sekolah/madrasah dalam jumlah besar, data dapat dikumpulkan dari sekolah/madrasah yang dipilih secara acak atau yang disebut sampel. Dalam hal ini, pilihlah sekolah/madrasah sampel dengan menggunakan teknik pemilihan sampel secara acak. Misalnya, memilih sekolah/madrasah berdasarkan nama kepala sekolah/madrasah yang nama kepala sekolah/ madrasahnya dimulai dengan huruf A, B atau C. Untuk melihat perubahan yang terjadi di sekolah/madrasah, usahakan untuk mengumpulkan data dari sampel sekolah/madrasah yang sama.

G. Pembuatan Laporan

Setelah pengumpulan data selesai, maka penting sekali data tersebut dianalisis. Setelah data dianalisis, laporan dapat dibuat dalam sajian persentase. Misalnya, berapa persen sekolah/madrasah yang telah mempunyai RKS/M sebelum program dilaksanakan? Setelah program dilaksanakan? Berapa persen sekolah/madrasah yang telah mempunyai RKS/M yang dikembangkan secara partisipatif sebelum program dilaksanakan? Sesudah program dilaksanakan?

Setelah analisis data dilakukan, siapkan laporan singkat yang menunjukkan perubahan dan peningkatan yang positif sebagai hasil pelaksanaan program di sekolah/madrasah

42

untuk disajikan kepada para pemangku kepentingan, khususnya para penyandang dana. Contoh instrumen dapat dilihat pada lampiran.

43

Bab VI Penutup Manajemen berbasis sekolah (MBS) memberikan peluang yang sangat luas bagi pemerintah daerah kabupaten/kota, organisasi atau lembaga pendidikan lain yang berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar secara terencana. Buku pedoman ini menyajikan contoh-contoh praktis untuk melakukan diseminasi program DBE1-USAID secara sistematis, terpadu, dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perudangan yang berlaku saat ini. Mudah-mudahan panduan ini memberikan manfaat khususnya bagi kabupaten/kota, orgaisasi atau lembaga lainnya yang akan melakukan kegiatan diseminasi; dan tentu buku ini tidak sempuna, oleh karena itu masukan yang berharga dan membangun dari para pembaca sangat kami nantikan untuk menyempurnakan panduan ini.

Sekolah yang sehat adalah sekolah yang bersih dan hijau

44

LAMPIRAN

45

46

1. Contoh Anggaran Dalam bagian ini, disajikan contoh-contoh anggaran dari masing-masing kegiatan utama. Hal ini dimaksudkan untuk membantu badan/institusi yang melakukan program diseminasi dalam mempersiapkan anggarannya sendiri. Perlu diketahui bahwa yang disajikan berikut ini hanyalah sebagai contoh. Anda perlu mengembangkan anggaran Anda sendiri dengan menggunakan standar pembiayaan yang berlaku dan sesuai dengan kondisi keuangan Anda sendiri.

Contoh Anggaran Program Diseminasi Tingkat Sekolah/Madarash

No Uraian Volume Harga

Satuan (Rp.)

Anggaran per Gugus (Rp.)

Anggaran per Sekolah

(Rp.)

Biaya DF per Sekolah

(Rp.)

Biaya Peserta per

sekolah (Rp.)

1 RKS/M: Pelatihan di Gugus & Kab./ Kota

Lokakarya I (Gugus):

- Transport DF 2 orang x 4 hari Rp100,000 Rp800,000 Rp80,000 Rp80,000

- Konsumpsi DF 2 orang x 4 hari Rp30,000 Rp240,000 Rp24,000 Rp24,000

- Transport Peserta 10 sekolah x 4 orang x 4 hari Rp65,000 Rp10,400,000 Rp1,040,000 Rp1,040,000

- Konsumpsi Peserta 10 sekolah x 4 orang x 4 hari Rp30,000 Rp4,800,000 Rp480,000 Rp480,000

- Training Material 10 sekolah x 4 orang Rp20,000 Rp800,000 Rp80,000 Rp80,000

Lokakarya II (Gugus):

- Transport DF 2 orang x 3 hari Rp100,000 Rp600,000 Rp60,000 Rp60,000

- Konsumpsi DF 2 orang x 3 hari Rp30,000 Rp180,000 Rp18,000 Rp18,000

- Transport Peserta 10 sekolah x 4 orang x 3 hari Rp65,000 Rp7,800,000 Rp780,000 Rp780,000

- Konsumpsi Peserta 10 sekolah x 4 orang x 3 hari Rp30,000 Rp3,600,000 Rp360,000 Rp360,000

- Training Material 10 sekolah x 4 orang Rp20,000 Rp800,000 Rp80,000 Rp80,000

Lokakarya III (District):

- Transpor DF 2 orang x 1 hari Rp100,000 Rp200,000 Rp20,000 Rp20,000

- Transpor Peserta Gugus 3 orang per gugus x 1 hari Rp65,000 Rp195,000 Rp19,500 Rp19,500

- Transpor Peserta District 30 orang per district x 1 hari Rp65,000 Rp1,950,000 Rp195,000 Rp195,000

- Konsumpsi Peserta 36 orang x 1 hari Rp30,000 Rp1,080,000 Rp108,000 Rp108,000

2 Pendampingan Penyusunan RKS/M oleh DF di sekolah/Madrasah

Tahap I & 2:

- Transpor DF 10 sekolah x 2 pendampingan Rp50,000 Rp1,000,000 Rp100,000 Rp100,000

Tahap III & IV:

- Transpor DF 10 sekolah x 2 pendampingan Rp50,000 Rp1,000,000 Rp100,000 Rp100,000

Persiapan utk Lokakarya District:

- Transpor DF 10 sekolah x 1 pendampingan Rp50,000 Rp500,000 Rp50,000 Rp50,000

3 Musyawarah dengan Masyarakat

10 sekolah x 1 pertemuan Rp150,000 Rp1,500,000 Rp150,000 Rp150,000

4 Ongkos Ketik & ATK 10 sekolah Rp150,000 Rp1,500,000 Rp150,000 Rp150,000

TOTAL Biaya RKS/M Rp38,945,000 Rp3,894,500

5 Komite Sekolah: Pelatihan di Gugus

Lokakarya I (Gugus):

- Transport DF 2 orang x 1 hari Rp100,000 Rp200,000 Rp20,000 Rp20,000

- Konsumpsi DF 2 orang x 1 hari Rp30,000 Rp60,000 Rp6,000 Rp6,000

- Transport Peserta 10 sekolah x 4 orang x 1 hari Rp65,000 Rp2,600,000 Rp260,000 Rp260,000

- Konsumpsi Peserta 10 sekolah x 4 orang x 1 hari Rp30,000 Rp1,200,000 Rp120,000 Rp120,000

- Training Material 10 sekolah x 4 orang Rp20,000 Rp800,000 Rp80,000 Rp80,000

47

No Uraian Volume Harga

Satuan (Rp.)

Anggaran per Gugus (Rp.)

Anggaran per Sekolah

(Rp.)

Biaya DF per Sekolah

(Rp.)

Biaya Peserta per

sekolah (Rp.)

Lokakarya II (Gugus):

- Transport DF 2 orang x 1 hari Rp100,000 Rp400,000 Rp40,000 Rp40,000

- Konsumpsi DF 2 orang x 2 hari Rp30,000 Rp120,000 Rp12,000 Rp12,000

- Transport Peserta 10 sekolah x 4 orang x 2 hari Rp65,000 Rp5,200,000 Rp520,000 Rp520,000

- Konsumpsi Peserta 10 sekolah x 4 orang x 2 hari Rp30,000 Rp2,400,000 Rp240,000 Rp240,000

- Training Material 10 sekolah x 4 orang Rp20,000 Rp800,000 Rp80,000 Rp80,000

Lokakarya III (Gugus):

- Transport DF 2 orang x 1 hari Rp100,000 Rp200,000 Rp20,000 Rp20,000

- Konsumpsi DF 2 orang x 1 hari Rp30,000 Rp60,000 Rp6,000 Rp6,000

- Transport Peserta 10 sekolah x 4 orang x 1 hari Rp65,000 Rp2,600,000 Rp260,000 Rp260,000

- Konsumpsi Peserta 10 sekolah x 4 orang x 1 hari Rp30,000 Rp1,200,000 Rp120,000 Rp120,000

- Training Material 10 sekolah x 4 orang Rp20,000 Rp800,000 Rp80,000 Rp80,000

Lokakarya IV (Gugus):

- Transport DF 2 orang x 1 hari Rp100,000 Rp200,000 Rp20,000 Rp20,000

- Konsumpsi DF 2 orang x 1 hari Rp30,000 Rp60,000 Rp6,000 Rp6,000

- Transport Peserta 10 sekolah x 4 orang x 1 hari Rp65,000 Rp2,600,000 Rp260,000 Rp260,000

- Konsumpsi Peserta 10 sekolah x 4 orang x 1 hari Rp30,000 Rp1,200,000 Rp120,000 Rp120,000

- Training Material 10 sekolah x 4 orang Rp20,000 Rp800,000 Rp80,000 Rp80,000

Lokakarya V (Gugus):

- Transport DF 2 orang x 1 hari Rp100,000 Rp200,000 Rp20,000 Rp20,000

- Konsumpsi DF 2 orang x 1 hari Rp30,000 Rp60,000 Rp6,000 Rp6,000

- Transport Peserta 10 sekolah x 4 orang x 1 hari Rp65,000 Rp2,600,000 Rp260,000 Rp260,000

- Konsumpsi Peserta 10 sekolah x 4 orang x 1 hari Rp30,000 Rp1,200,000 Rp120,000 Rp120,000

- Training Material 10 sekolah x 4 orang Rp20,000 Rp800,000 Rp80,000 Rp80,000

6 Pendampingan Penyusunan Komite Sekolah oleh DF di sekolah/Madrasah

- Transpor DF 10 sekolah x 5 pendampingan Rp50,000 Rp2,500,000 Rp250,000 Rp250,000

TOTAL Komite Sekolah Rp30,860,000 Rp3,086,000

7 Kepemimpinan: Pelatihan di Gugus & Kab./Kota

Lokakarya I (Gugus):

- Transport DF 2 orang x 1 hari Rp100,000 Rp200,000 Rp20,000 Rp20,000

- Konsumpsi DF 2 orang x 1 hari Rp30,000 Rp60,000 Rp6,000 Rp6,000

- Transport Peserta (10 sekolah x 1 orang) + (pengawas/KCD x 5 orang) (15 orang x 1 hari Rp65,000 Rp975,000 Rp97,500 Rp97,500

- Konsumpsi Peserta 15 orang x 1 hari Rp30,000 Rp450,000 Rp45,000 Rp45,000

- Training Material 15 orang Rp20,000 Rp300,000 Rp30,000 Rp30,000

Lokakarya II (Gugus):

- Transport DF 2 orang x 1 hari Rp100,000 Rp200,000 Rp20,000 Rp20,000

- Konsumpsi DF 2 orang x 1 hari Rp30,000 Rp60,000 Rp6,000 Rp6,000

- Transport Peserta 15 orang x 1 hari Rp65,000 Rp975,000 Rp97,500 Rp97,500

- Konsumpsi Peserta 15 orang x 3 hari Rp30,000 Rp450,000 Rp45,000 Rp45,000

- Training Material 15 orang Rp20,000 Rp300,000 Rp30,000 Rp30,000

TOTALBiaya Pelatihan Kepemimipinan Kepala Sekolah Rp3,970,000 Rp397,000

TOTAL Biaya untuk 3 program Rp73,775,000 Rp7,377,500 Rp820,000 Rp6,557,500

48

2. Contoh TOR (Terms of Reference) Berikut adalah contoh beberapa TOR atau ‘Training Plan’ (Rencana Pelatihan) yang bisa dijadikan acuan bagi yang ingin melakukan diseminasi program RKS/M. Rencana tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan lokal.

2.1. TOR District Coordinator (DC) atau Koordinator Kabupaten;

2.2. TOR Tim Teknis;

2.3. TOR District Fasilitator (DF) atau Fasilitator Kabupaten;

2.4. TOR Modul Kepemimpinan Kepala Sekolah/Madrasah (Leading for Success);

2.5. TOR Lokakarya dan Studi Banding (Provinsi Sulawesi Selatan);

2.6. Rencana Pelatihan TOT RKS/M untuk DF & DC #1 (Provinsi Sulawesi Selatan);

2.7. Rencana Pelatihan untuk Lokakarya RKS Tingkat Gugus #1 (Provinsi DKI Jakarta);

2.8. Rencana Pelatihan TOT RKS untuk DF & DC #2 (Provinsi Jawa Barat & Banten);

2.9. Rencana Pelatihan untuk Lokakarya RKS Tingkat Gugus #2 (Provinsi Jawa Barat & Banten);

2.10. Rencana Pelatihan untuk Lokakarya Finalisasi -RKS Tingkat Gugus/ Kecamatan dan Tingkat Kabupaten/Kota (Provinsi Jawa Tengah)

49

2.1. Contoh TOR Untuk Koordinator Kabupaten/Kota

Tugas Utama 1. Memfasilitasi hubungan dan jaringan-kerja antara para pemangku kepentingan kunci di

tingkat kabupaten, kecamatan, dan sekolah.

2. Menyiapkan dukungan teknis/pendampingan untuk pelaksanaan kegiatan proyek di tingkat sekolah, termasuk persiapan Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (RKS/M), pengembangan kapasitas komite sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, dan pelaksanan monitoring RKS/M.

Lebih Khusus

Fasilitas Jaringan dan Hubungan Kerja a. Mengembangkan dan menjaga komunikasi secara efektif dengan para pemangku

kepentingan di tingkat kabupaten, kecamatan, dan sekolah: Pemangku kepentingan di tingkat kabupaten termasuk: Kantor Bupati, Bappeda,

Dinas Pendidikan, Kandepag, DPRD, Dewan Pendidikan, Organisasi Masyarakat Madani dan Surat Kabar Lokal

Pemangku kepentingan di tingkat kecamatan termasuk: Cabang Dinas Pendidikan, Yayasan Sekolah, Pengawas Sekolah, Gugus Sekolah /Madrasah.

Pemangku kepentingan di tingkat sekolah termasuk: Kepala Sekolah/Madrasah, Komite Sekolah/Madrasah, Kepala Desa dan Badan Perwakilan Desa (BPD).

e. Berperan aktif untuk mengkoordinasikan semua kegiatan yang melibatkan Tim Distrik Fasilitator dan mempertanggungjawabkan mutu perkerjaan tim ini kepada sekolah, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.

f. Bekerja secara dekat dengan para kontraktor lainnya untuk mengkoordinasikan kegiatan program diseminasi DBE di lingkungan kabupaten/kota.

g. Menghubungkan dengan bantuan teknis proyek lainnya yang terkait di linkungan kabupaten/kota.

h. Menginformasikan kepada Koordinator Provinsi apabila tantangan/hambatan pelaksanaan muncul; dan memberikan jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut.

Pemberian Dukungan Teknis di Tingkat Sekolah/Madrasah a. Mendukung secara aktif pengumpulan data sekolah dan non sekolah yang berkaitan dengan

RKS/M;

b. Melakukan sosialisasi kebutuhan suatu kabupaten untuk memiliki RKS/M, dan serta keterkaitannya dengan manajemen sekolah, komite sekolah, dan manajemen Cabang Dinas/UPTD maupun sektor pendidikan secara umum;

i. Melakukan pelatihan (berbasis kelas dan pelatihan on the job – OJT) bagaimana menggunakan manual RKS/M dan Materi Pelatihan RKS/M bagi anggota Tim KK-RKS/M;

c. Memberikan bimbingan dan bantuan dalam memodifikasi RKS/M setelah dikonsultasikan dengan Renstra SKPD;

d. Memberikan bimbingan dan bantuan dalam memutakhirkan RKS/M;

e. Berperan aktif mengembangkan wacana terkait dengan diseminasi berbagai ’best practices’ yang teridentifikasi melalui kegiatan-kegiatan RKS/M.

50

2.2. Contoh TOR Fasilitator Kabupaten (DF)

I. Latar Belakang Lima tahun ke depan, dua tugas pokok tim DBE1 adalah mensukseskan proses RKS/M 5. RKS/M dinilai sukses apabila mampu menciptakan lingkungan yang inklusif, partisipatif, terbuka dan bertanggungjawab demi kemajuan pembelajaran anak.

Dalam mewujudkan RKS/M di lini paling depan, orangtua, murid, komite sekolah dan dewan pendidikan, dan guru, kepala sekolah/madrasah, difasilitasi atau dipandu oleh fasilitator. Fasilitator membantu dan menguatkan interaksi masyarakat melalui wakil mereka yakni komite sekolah/madrasah agar masing-masing mengerti benar hak dan kewajibannya dan mampu bersuara dalam proses pengambilan keputusan dan dalam proses pelaksanaan atas keputusan tersebut. Untuk itu, fasilitator DBE1 harus mempunyai kompetensi lebih sebagai generalis ketimbang spesialis6.

II. Kendala Interaksi Sosial Rintangan sosial adalah kendala utama bagi individu atau kelompok masyarakat untuk ikut bersuara dalam pengambilan keputusan RKS/M. Hal ini karena:

ada perbedaan dalam hal posisi, kekuasaan, peran di masyarakat dan di sekolah. Ada orang yang diam belaka sampai yang serba tahu serba kuasa sehingga mendominasi dalam segala urusan.

Keragaman ini tercermin pada berbagai predikat relasi sosial yang disebut sebagai tokoh, pemimpin, anggota, kelompok mayoritas, minoritas, kelompok marjinal, kaum miskin, dsbnya.

Kemampuan dan keberanian melakukan tawar-menawar perihal manajemen dan tata layanan pendidikan antar pemangku kepentingan (stakeholders) sering berjalan tidak berimbang.

Ada kelompok yang penting dan berpengaruh (seperti kepala sekolah, penerbit buku pelajaran, dinas pendidikan, pengawas); dan ada kelompok penting tetapi tidak berpengaruh (murid, orangtua, guru, komite sekolah, Badan Perwakilan Desa, DPRD, dan dewan pendidikan).

5 RKS: adalah produk utama hasil interaksi antara anggota masyarakat via komite sekolah dengan pihak sekolah

(guru, murid, kepala sekolah, tata-usaha, pengawas). Dari waktu ke waktu RKS perlu ditinjau ulang dan dimutakhirkan. Ini adalah proses partispasi komite sekolah dan proses akuntabilitas pihak sekolah.

6 Untuk melaksanakan tugasnya, fasilitator tentu memerlukan berbagai alat atau teknik fasiliatisi, antara lain: penciptaan suasana persahabatan (ice breakers); gali gagasan (brainstorming); kelompok sebar-berita (buzz groups); diskusi kelompok terarah (small and large focus-group discussions); studi kasus (case studies); bermain peran (role-plays), and kuliah (presentation lectures).

Mempengaruhi tumbuh-kembang lingkungan atau habitat pembelajaran anak adalah misi fasilitator DBE1. Untuk itu, kompetensi utama seorang fasilitator adalah bagaimana memperkuat rasa saling-percaya antara pihak penyedia layanan pendidikan (guru & kepala sekolah/madrasah) dengan pihak pengguna layanan pendidikan (murid, orang tua, komite sekolah dan anggota masyarakat luas).

51

III. Kendala Pembelajar Dewasa (Adult Learners) Fasilitator akan bekerja dengan pembelajar dewasa. Untuk itu, mereka perlu (i) mengerti kendala dan (ii) menguasai keterampilan baru, pengetahuan dan kiat-kiat yang akan digunakan ketika berinteraksi dengan pembelajar dewasa.

Berikut ini adalah rintangan yang perlu diperhatikan ketika berhadapan dengan pembelajar dewasa. Pada umumnya pembelajar dewasa:

menolak gagasan (terutama hal-hal baru) ketika hal itu dipaksakan untuk mereka terima;

adalah pembelajar sukarela; perlu motivasi untuk belajar; menolak disudutkan; ingin mendengar ucapan bahasa yang bersifat merangkul; berminat ketika ada suasana untuk tindak-lanjut dan kerjasama; sangat berminat ketika apa yang dipelajari memang erat kaitannya dengan hajat

hidup mereka; fokus dan tidak bertele-tele; ingin mulai dengan pengalaman keseharian mereka.

IV. Tugas dan Tanggungjawab Utama Tugas dan tanggungjawab fasilitator adalah (namun tidak terbatas pada):

1. Memperkuat komite sekolah dan madrasah untuk paham dan mempunyai keterampilan dalam memainkan empat peran utamanya sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol, dan mediator khususnya dalam pengembangan RKS/M dan anggaran sekolah/madrasah.

2. Mendorong partisipasi aktif masyrakat dalam merancang, melaksanakan dan memantau upaya perbaikan mutu sekolah/madrasah melalui proses RKS/M.

3. Bekerja dengan pemangku kepentingan masyarakat untuk menaksir sumberdaya apa saja yang diperlukan guna mendukung sekolah/madrasah dan tercakup dalam RKS/M.

4. Memfasilitasi komite sekolah untuk fokus dan sadar pada kajian atau assessment pekerjaan murid di sekolah dan di rumah.

5. Menjembatani kapasitas tim guru dan kapasitas orangtua/komite sekolah untuk bekerja sama membimbing anak baik di kelas dan di rumah.

6. Membantu orangtua mengidentifikasi kebutuhan sekolah melalui berbagai pertemuan dengan anggota masyarakat (tokoh, ibu-ibu, anak-anak, pemuda, aparat desa, paramedis, guru, komite sekolah, dewan pendidikan, dsbnya.

7. Mengidentifikasi berbagai sumberdaya lokal dan dari luar yang dapat digunakan untuk mewujudkan RKS/M.

8. Sebagai anggota tim, berkoordinasi dengan Koordinator Provinsi dan Koordinator Kabupaten atau Kota.

52

V. Tugas dan Tanggungjawab Spesifik Selama siklus7 RKS/M, fasilitator perlu:

1. Secara regular mengunjungi masyarakat dan sekolah guna mengamati tanggapan orangtua, murid, guru dan masyarakat luas perihal kemajuan murid dan pelaksanaan RKS.

2. Memastikan hasil pengamatan ini dibahas dalam pertemuan dengan komite sekolah dan masyarakat.

3. Berbagi atau diseminasi contoh-contoh yang layak tentang kemajuan murid dan kemajuan sekolah dengan masyarakat lainnya dan membahas bagaimana melembagakan contoh-contoh tersebut.

4. Bertemu dengan Tim Teknis DBE di kabupaten dan kota membahas kemajuan interkasi sekolah dan masyarakat dan kemajuan pembelajaran anak dan mendapatkan umpan-balik.

VI. Persyaratan Fasilitator DBE1 Agar dapat menjalankan tugas-tugas tersebut di atas, seorang fasilitator perlu memiliki (tapi tidak terbatas pada) beberapa persyaratan pokok sebagai:

a. Narasumber: mampu menyediakan dan siap dengan informasi-informasi tentang DBE1 dan DBE2.

b. Pelatih/Tutor: membantu masyarakat dan komite sekolah khususnya dalam mempelajari dan memahami hak dan kewajibannya; keterampilan atau metode-metode baru dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan program.

c. Mediator: Mediasi (penggerak) potensi: diharapkan dapat membantu komite sekolah

memahami dan memanfaatkan potensi-potensi yang dapat mendukung pengembangan pembelajaran anak-anaknya misalnya berhubungan dengan anak, guru, kepala sekolah, dewan pendidikan, sektor swasta, perguruan tinggj, LSM, dsbnya.

Mediasi pemangku kepentingans: berperan sebagai orang yang dapat menengahi apabila diantara kelompok atau individu di masyarakat terjadi perbedaaan kepentingan. Ini berarti fasilitator tidak dibenarkan untuk memutuskan tetapi hanya perlu mengingatkan masyarakat tentang konsistensi terhadap berbagai kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Arti lain adalah menyesuaikan berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan bersama. Jika diperlukan seorang fasilitator bisa membantu masyarakat dengan memberikan berbagai alternatif kesepakatan dalam menyesuaikan berbagai kepentingan demi tercapainya tujuan bersama. Untuk itu seorang fasilitator harus netral dan tidak memihak kepada salah satu kelompok saja.

j. Komunikator Efektif: termasuk dalam kemampuan komunikasi yang dibutuhkan adalah kemampuan menyampaikan pesan atau informasi; menjadi pendengar yang aktif dan hemat berbicara; bertanya efektif dan terarah; menguasai dan memahami peraturan termasuk yang berkaitan dengan Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan serta berbagai kelemahannya.

7 Yang dimaksudkan dengan siklus adalah suatu proses lengkap mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

pemantauan, dan evaluasi, dan umpan-balik ke perencanaan yang sama atau perencanaan berikutnya.

53

k. Ex Fasilitator: Sebaiknya calon yang pernah bekerja sebagai fasilitator pada program serupa seperti di DBE, MBE, CLCC, Urban Poverty Project, Plan Int., Oxfam, Care Int., dsbnya.

Persyaratan Tambahan yang Bersifat Umum Fasilitator (atau jembatan yang kokoh dan nyaman) sebagai penghubung kepentingan perlu memiliki syarat-syarat berikut ini:

Bersahabat, positif, suportif, dan tidak menyudutkan. Ciptakan suasana yang membuat setiap orang merasa nyaman dan bagian penting

dari interaksi antara kelompok. Peka jender. Menghargai pendapat setiap orang. Menghargai dan mendorong kontribusi apa pun bentuknya Fleksibel tapi tegas.

VII. Proses Seleksi Fasilitator a. Penyeleksi: Calon diseleksi oleh sebuah Tim Teknis DBE kabupaten/kota. [Protokol untuk

seleksi fasilitator diatur tersendiri.]

b. Tahapan Seleksi I: Mereka dipilih berdasarkan usulan dari sekolah/komite sekolah atau madrasah berdasarkan kriteria tertentu. Lalu calon dilatih tentang (i) MBS; (ii) tata-pelayanan pendidikan (good education governance), (iii) RKS/M.

c. Tahapan Seleksi II8: Berdasarkan evaluasi selama pelatihan, Tim Teknis DBE kabupaten secara transparan melakukan seleksi (short-listing)

d. Imbalan (incentives): Fasilitator tidak mendapat gaji. Meski demikian mereka mendapat imbalan non-uang. Imbalan non-uang antara lain diperoleh melalui meningkatnya kepercayaan publik, bertambahnya pengetahuan praktis dan meluasnya persahabatan dan jaringan (networking) karena ikut pada berbagai pelatihan, kunjungan, pertemuan, lokakarya, dsbnya. Imbalan uang non-gaji pun diperoleh ketika fasilitator melakukan perjalanan dinas atau melakukan tugas-tugas lapangan.

8 Pengalaman dan usul MBE adalah fasilitator sebaiknya per kabupaten/kota teridir dari kombinasi wakil

masyarakat, kepala sekolah dan pengawas.

54

2.3 Contoh TOR Surat Keputusan (SK) Tim Teknis DBE

PEMBENTUKAN TIM PENGARAH dan TIM TEKNIS DBE KABUPATEN _______________/ KOTA ________________

I. Latar Belakang Dalam UUD 1945 kata “Mencerdaskan Bangsa”, merupakan suatu kewajiban mutlak demi masa depan bangsa. Sebelum dan sesudah UU 22/ 1999 (diganti dengan UU 32/2004) UU 25/1999 (diganti UU33/2004) tentang Otonomi Daerah dan Perimbangan keuangan, UU 20/2004 tentang Sistem pendidikan nasional dan UU No 23/2003 tentang perlindungan hak anak PP No. 7/2005 RPJM Nasional (2004-2009), menimbulkan multi interpretasi yang berkaitan dengan proses desentralisasi dan otonomi dibidang pendidikan, khususnya yang terkait dengan manajemen berbasis sekolah dan komunitas, dikotomi antara sekolah negeri dan swasta, tata manajemen pendidikan, kordinasi dan lain lain. Keadaan tersebut sangat terasa di jenjang pendidikan dasar, madrasah ditambah dengan himpitan ekonomi menjadikan mutu pendidikan merosot dan meningkatnya anak putus sekolah. Secara nasional, hal ini mengakibatkan program wajib belajar sembilan tahun yang tergolong cukup mahal belum berjalan sesuai target waktu dan hasil. Di tingkat kabupaten dan kota, disparitas kinerja program nasional ini sangat bervariasi; ada yg mencapai target dan banyak yg masih tertinggal jauh di belakang.

II. Desentralisasi Pendidikan Dasar (Decentralized Basic Education) Melalui kerjasama bilateral, USAID memberikan bantuan teknis melalui program Desentralisasi Pendidikan Dasar (Decentralized Basic Education = DBE). Tujuan DBE ini diharapkan antara lain bahwa mutu pembelajaran bisa diperbaiki melalui kerjasama dan dialog yang lebih setara dan konstruktif antara berbagai kelompok pemangku kepentingan (pemangku kepentingans) yang mempunyai peran utama dalam peningkatan mutu pembelajaran9.

USAID memberikan bantuan teknis selama periode 2005 – 2010 di 100 kabupaten dan kota melalui program yang disebut DBE baik di tingkat kabupaten/ kota ataupun sekolah dan madrasah.

Secara hukum, DBE123 telah mempunyai tiga kesepakatan berikut ini:

1. Strategic Objective Grant Agreement No. 497-018 tanggal 8 Juli 2005 antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Amerika Serikat tentang Desentralisasi Pendidikan Dasar.

2. Surat Penugasan dari United States Agency for International Development (USAID) untuk melaksanakan proyek Decentralized Basic Education kepada Research Triangle Institute (RTI) (DBE 1). Education Development Center (EDC)(DBE 2)dan Save the Children (DBE3).

3. Nota Kesepakatan antara Research Triangle Institute (RTI), International Development Center (EDC), Save the Children dengan Pemerintah Kabupaten/Kota ………….. tentang

9 Pemangku kepentingan yang dimaksud dalam DBE pada dasarnya terbagi dalam 6 kelompok utama: (i) kelompok

pembuat kebijakan (eksekutif); (ii) kelompok pemilik sekolah (misalnya SD/MI, SMP/MTs negeri dimiliki oleh pemda dan SD/MI, SMP/MTs swasta dimiliki oleh yayasan yg berbasiskan agama dan non-agama); (iii) kelompok yang mengelola sekolah (kepala sekolah/madrasah); (iv) kelompok yang mengajar dan belajar (guru dan murid); (v) kelompok pengguna jasa pelayanan pembelajaran (orangtua murid, komite sekolah, dewan pendidikan, DPRD, dan dunia industri); dan (vi) kelompok penunjang pendidikan (dunia bisnis/industri yang bergerak dalam berbagai bidang seperti buku, alat tulis, transportasi, kesehatan, pakaian, dsbnya)

55

Kerjasama Penyelenggaraan Bantuan Teknis United States Agency for International Development (USAID) untuk Peningkatan Manajemen Pendidikan dan Tata Pemerintahan, Peningkatan Mutu Belajar Mengajar, dan Peningkatan Keterampilan Hidup melalui USAID program Desentralisasi Pendidikan Dasar (Decentralized Basic Education, DBE). Nomor : …………………………………

III.Tujuan Program DBE 1. DBE1: Mengefektifkan manajemen dan Good Governance (DBE 1) khususnya

meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam masyarakat dalam mengelola pendidikan (Pendidikan Dasar) secara lebih efektif dan efisien.

2. DBE2: Peningkatan kualitas belajar mengajar (DBE 2) khususnya meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar yang diharapkan dapat lebih meningkatkan kinerja dan pembelajaran murid.

3. DBE3: Peningkatan keterampilan dan kecakapan hidup (DBE 3) khususnya meningkatkan kemampuan dan keterampilan hidup dan kerja yang lebih sesuai sehingga mampu berkompetisi lebih baik dalam kehidupan di masa datang.

IV. Pelaksanaan Program 1. Di tingkat pusat dilakukan peresmian program (launching) di bawah koordinasi Menko

Kesra (Depdiknas, Departemen Agama, dan Bappenas).

2. Di tingkat provinsi melalui Gubernur dan melibatkan pemangku kepentingans (Bappeda, Dinas Pendidikan, Kanwil Depag, DPRD dan Dewan Pendidikan, perguruan tinggi, dsbnya).

3. Di tingkat Kabupaten/Kota melalui bupati melibatkan pemangku kepentingans termasuk Bappeda, Dinas Pendidikan, Kandepag, DPRD, Dewan Pendidikan, berbagai organisasi dan yayasan persekolahan/madrasah setempat.

4. Di tingkat sekolah dan madrasah melibatkan kepala sekolah/madrasah.

Tim Pengarah

V. Struktur Tim Pengarah 1. Di tingkat kabupaten/kota terdiri atas Bupati dan Ketua DPR sebagai tim pengarah

dimana Sekda bertindak sebagai ketua pelaksana harian yang bertindak atas nama Bupati/Walikota.

2. Ketua: Bupati Ketua DPRD Sekretaris Daerah (Ketua Pelaksana Harian atau Person in Charge)

3. Anggota:

Ketua Komisi D, DPRD Ketua Bappeda Kepala Dinas Pendidikan

56

Kepala Kantor Departemen Agama (Kakandepag) Ketua Dewan Pendidikan Provincial Coordinator, DBE1 Provincial Coordinator, DE2 Provincial Coordinator, DBE3

V. Tugas dan Tanggung Jawab Tim Pengarah 1. Mengkoordinir dan mengarahkan tim teknis untuk implementasi program DBE

2. Mengadakan koordinasi dan kerjasama yang sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan pendidikan dasar.

3. Memberikan rekomendasi guna perbaikan kinerja Tim Teknis.

4. Pembiayaan operasi Tim Pengarah dan teknis melalui RAPBD sesuai dengan Nota Kesepakatan (MoU)

5. Di setiap rapat memberikan masukan dan umpan balik dari Tim Pengarah dan para pemangku kepentingan kabupaten/kota mengenai program dan kinerja DBE.

6. Mengadakan pertemuan sedikitnya setiap enam bulan dalam setahun.

VI. Sekretariat 1. Dinas Pendidikan dengan dibantu oleh District Coordinator, DBE1, akan mendukung

Tim Pengarah sebagai sekretariat

2. Mengadakan persiapan untuk pertemuan. Pertemuan akan dilakukan minimal setiap enam bulan.

3. Sekretariat memastikan sebelum rapat menerima laporan dari Tim Teknis DBE mengenai program, pencapaian, perencanaan dan persoalan di tiga komponen DBE, yaitu DBE1, DBE2 dan DBE3

Tim Teknis Kabupaten/Kota

VI. Struktur 1. Di tingkat kabupaten/kota terdiri atas Bupati dan Ketua DPR sebagai tim pengarah

dimana Sekda bertindak sebagai ketua pelaksana harian yang bertindak atas nama Bupati/Walikota.

2. Ketua a. Ketua: Kepala Dinas Pendidikan/Kepala Bappeda b. Wakil Ketua: Kepala Kantor Departemen Agama

3. Anggota Tim Teknis

a. Kepala Bagian Kepegawaian, Setda b. Kepala Bagian Keuangan, Setda c. Kepala Sub-Dinas TK-SD, Dinas Pendidikan d. Kepala Sub-Dinas SMP- SMA, Dinas Pendidikan

57

e. Kepala Bagian Sosbud, Bappeda f. Kepala Sub-Dinas PLS, Dinas Pendidikan g. Kepala Bagian Mapenda, Kantor Agama h. Kepala Bagian Keuangan, Setda i. Kepala Bagian Tata Usaha, Dinas Pendidikan j. Kepala Bagian Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan k. Anggota Komisi Pendidikan, DPRD l. Ketua Dewan Pendidikan m. Wakil Yayasan Persekolahan, Madrasah, dan Pesantren yang mempunyai

madrasah n. Ketua KARDINDA o. Pengawas TK/SD, SMP, Madrasah dari gugus (dua yang dipilih) p. Kepala Sekolah Inti, gugus (dua yang dipilih) q. Ketua Komite Sekolah Inti gugus (dua yang dipilih) r. Wakil guru dari gugus terpilih s. Wakil dari tim fasilitator atau MTT, DBE2 t. Wakil dari PKBM/penyelanggara pendidikan non-formal/PLS dan/atau organisasi

masyarakat terkait dengan program DBE3 u. Wakil dari kelompok perempuan / LSM

Diharap bahwa ada keseimbangan antara laki dan perempuan.

VII. Tugas dan Tanggung Jawab Dalam pelaksanaan sehari-hari, bagian dari tugas dan tanggungjawab berikut ini merupakan bagian dari peningkatan kapasitas di tingkat kebupaten/kota:

1. Sesuai dengan MoU (Nota Kesepakatan), menyediakan ruangan kantor untuk Distrik Kordinator dan MTT (Master Teacher Trainer)10.

2. Menyediakan sarana dan prasarana untuk pusat pelatihan guru dan pusat referensi pembelajaran (Resource Centers) dan juga digunakan untuk rapat berkala atau rapat rutin.

3. Memahami rencana kerja DBE.

4. Sebagai tindak lanjut dan kegiatan diantara rapat tersebut di atas, saling memberikan masukan dan saling berkonsultasi antara anggota Tim Teknis dan tenaga ahli/konsultan DBE perihal berbagai kegiatan program; baik secara individu dan maupun kelompok kerja.

5. Menyusun rencana pengembangan pendidikan kota/kabupaten (RPPK) (Bappeda, bagian keuangan, dinas Pendidikan, Departemen Agama, Dewan Pendidikan, DPRD, instansi terkait termasuk badan dan yayasan swasta.

6. Menyusun perencanaan pendidikan dasar yang ditopang oleh pemangku kepentingan pendidikan masyarakat dan wirausaha

7. Menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk memperluas pengelolaan dan penyebarluasan contoh/model yang telah dibuat. Bekerja sama secara erat dengan District

10 Pemandu pelatih guru

58

Coordinator (DC) untuk kelancaran berbagai program yang telah disiapkan baik dari DBE provinsi maupun dari DBE pusat.

8. Tim teknis melakukan rapat koordinasi minimal dua (2) bulan sekali untuk memberikan masukan, berkonsultasi dan umpan-balik dengan tenaga ahli/konsultan DBE perihal berbagai kegiatan program. Di setiap rapat akan disampaikan laporan, masukan dan umpan balik dari district pemangku kepentingans mengenai program dan kinerja DBE.

VIII. Sekretariat 1. Sekretariat: Dinas Pendidikan dan District Coordinator, DBE1, akan mendukung

berfungsinya sekretariat Tim Teknis.

2. Melakukan persiapan untuk rapat yang secara tentatif diharapkan minimal enam kali setahun.

3. Sekretariat memastikan sebelum rapat menerima laporan dari Tim Teknis DBE mengenai program, pencapaian, perencanaan dan persoalan di tiga komponen DBE, yaitu DBE1, DBE2 dan DBE3

4. Di setiap rapat akan menerima laporan dari District Coordinator dan pihak yang terkait mengenai program, pencapaian, perencanaan dan persoalan di tiga komponen DBE, yaitu DBE1, DBE2 dan DBE3

IX. Hasil Yang Diharapkan 1. Lebih efektifnya manajemen dan tata layanan publik (good governance) (DBE1)

khususnya meningkatnya pemangku kepentingan (pemangku kepentingans) di tingkat kabupaten/kota dan di tingkat sekolah/madrasah dalam mengelola pendidikan (Pendidikan Dasar) dan sekolah/madrasah .

2. Meningkatnya kualitas belajar mengajar (DBE2) khusus meningkatnya mutu kegiatan belajar mengajar yang dapat lebih meningkatkan kinerja dan pembelajaran murid.

3. Meningkatnya keberhasilan keterampilan dan kecakapan hidup (DBE3) khusus meningkatnya kemampuan dan keterampilan hidup dan kerja yang lebih sesuai sehingga mampu berkompetisi lebih baik dalam kehidupan di masa datang.

59

2.4 Contoh Term of Reference (TOR)

Lokakarya Kepemimpinan buat Kepala Sekolah/Madrasah: Menuju Sukses

Nama Lokakarya Menuju Sukses - Kepemimpinan bagi Kepala Sekolah/Madrasah

Orang yang dapat dihubungi:

Koordinator Provinsi dan Spesialis Partisipasi Masyarakat

Latarbelakang Pelatihan :

Kegiatan lokakarya ini merupakan bagian dari program yang lebih luas yang berkaitan dengan komite sekolah/madrasah. Kegiatan ini diperlukan sejak sudah semakin jelasnya keterlibatan masyarakat pada sekolah memerlukan dukungan dan upaya-upaya yang berkelanjutan serta bersifat mendukung dari kepala sekolah/madrasah. Untuk itu dalam kegiatan pelatihan ini prinsip dasar yang diterapkan adalah dengan menggunakan pendekatan kepemimpinan yang partisipatif.

Hasil yang diharapkan:

Hasil yang diharapkan dari lokakarya ini adalah mampu meningkatkan kualitas kepemimpinan kepala sekolah/madrasah dan agar yang bersangkutan memilki kemampuan untuk memfasilitasi pelibatan masyarakat dan juga dapat mendorong pengimplementasian Rencana Pengembangan Kepala Sekolah/Madrasah secara maksimal.

Tujuan Pelatihan:

Tujuan lokakarya ini adalah membantu kepala sekolah/madrasah guna memahami apa artinya kepemimpinan yang efektif, khusus dalam praktik pengelolaan sekolah sehari-harinya, juga mendorong pemahaman Kepala Sekolah tentang berbagai gaya kepemimpinan dan memberikan contoh-contoh sederhana yang praktis tentang pengembangan diri.

Setelah kegiatan para peserta diharapkan dapat memilki:

1. suatu pemahaman tentang nilai manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah/madrasah yang parisipatif.

2. penghargaan terhadap gaya kepemimpinan sendiri

3. suatu rencana pengembangan yang menjadikan kepemimpinan yang partisipatif lebih efektif

Metodologi :

Lokakarya ini menggunakan pendekatan pembelajaran aktif dan juga prinsip pembelajaran orang dewasa, dan berpatokan pada prinsip-prinsip:

1. penyediaan waktu untuk peserta lebih aktif lebih besar

60

dibandingkan dengan fasilitator berceramah.

2. pendekatan mengajar yang bervariasi yang meliputi: kerja kelompok kecil, refleksi peserta, presentasi, pleno dan rencana tindak lanjut.

3. tujuan dan metodologi pembelajaran akan dibuat terbuka bagi tiap-tiap kegiatan dan sesi

4. berbagi pengalaman dan kebijaksanaan antara peserta akan digunakan sebagai sumber pembelajaran.

5. penggunaan kegiatan-kegiatan kecil seperti ice-breaker, energizer dan dan team building

Tindak-lanjut: Sekolah/madrasah akan menerima kunjungan mentoring dari para DF namun sifatnya tidak terjadwal dan sesuai dengan perencanaan yang dibangun sekolah setelah pelatihan-pelatihan dalam kerangka penguatan Komite Sekolah. Dimasa-masa mendatang pada tiap pelatihan Komite Sekolah maka Kepala Sekolah akan diusahakan untuk terus diikutsertakan.

Jender dan Inklusi: Prinsip-prinsip keterbukaan dan jender akan diterapkan melalui:

1. pemilihan peserta dari kepala sekolah/madrasah perempuan harus dibuka kemungkinannya.

2. melibatkan perspektif jender dan keterbukaan dalam seluruh aspek pelatihan seperti pada diskusi para peserta yang harus melibatkan laki—laki dan perempuan sebagai modal sosial dalam pengembangan sekolahmadrasah.

3. memastikan seluruh peserta-baik laki-laki maupun perempuan- telah diberi kesempatan yang sama guna mendengar pendapat mereka, Sebagai contoh secara acak meminta laporan hasil kerja kelompok dari peserta tertentu dalam kelompok tersebut dengan tujuan untuk pendalaman penerapan prinsip jender dan keterbukaan tersebut.

Jangka waktu: 1 hari efektif per lokakarya

Jumlah pelatihan: 1 lokakarya per distrik, terkecuali 2 distrik di Kohor I yang mendapatkan penambahan gugus (Indramayu dan Karawang).

Jumlah dan latarbelakang peserta:

Jumlah peserta akan tergantung pada jumlah sekolah/madrasah dan kepala sekolah/madrasah yang tergabung dalam 2 Kelompok Kerja Kepala Sekolah/Madrasah (2 gugus). Hal itu juga ditambah dengan Kepala cabang dinas (KCD). Berikut adalah kategori peserta yang diharapkan:

1. 20 Kepala Sekolah/Madrasah (dari 2 gugus)

2. 8 anggota dari KCD dan tim Teknis

3. 2 District Facilitators (DF)

61

Facslitator: Provincial Community Participation Specialist (PCPS) from DBE1

Bahan Pelatihan: Material yang harus dipersiapkan adalah:

a. Block-note pad, pen, folder,

b. Kertas Plano atau or white-board/ papan tulis. Kapur atau spidol.

c. Fotokopi atau cuplikan tentang Kepemimpinan (apa yang disampaikan pakar)

d. Fotokopi Instrumen Evaluasi Diri Kepala Sekolah

e. Fotokopi studi kasus dan pertanyaan terkait dengan studi kasus tersebut

f. 6. Fotokopi format Rencana Tindakan Action Plan)

Lokasi: Diselenggarakan di salah satu Sekolah/Madrasah Inti atau tempat

pertemuan KKKS.

Tanggal pelatihan : 16 April 2007 sampai selesai di seluruh Kabupaten/Kota DBE-1 Jabar-Banten

Perlengkapan dan logistik:

Seluruh peralatan dan transportasi akan disediakan oleh DBE

Dana: Lokakarya ini didanai penuh oleh DBE-1

Lampiran: -Jadwal kegiatan

-Deskripsi modul

Jadwal Kegiatan Lokakarya Leading for Success Kepemimpinan buat Kepala Sekolah/Madrasah

Pelatihan 1 - Kepemimpinan Kepala Sekolah/Madrasah

Jam/ Waktu Topik/Kegiatan Penanggungjawab (Fasilitator & Co-Fasilitator)

Metode/Media/Materi Waktu

08.00 – 08.15 Pembukaan Korwas/KCD/ KUPT Ceramah 15 min

1 08.15 – 08.30 Kontrak Belajar Fasilitator Diskusi Interaktif 15 min

2 08.30 – 08.45 Mengapa Kepemimpinan? Penjelasan Pendahuluan

Fasilitator Ceramah 15 min

09.45 – 10.00 Rehat Panitia 15 min

3a atau 3b

10.00 – 11.00

Pemimpin Seperti Apakah Saya? Format Mawas Diri ATAU Studi Kasus

Fasilitator Diskusi Kelompok dengan Studi Kasus 1 jam

62

Jam/ Waktu Topik/Kegiatan Penanggungjawab (Fasilitator & Co-Fasilitator)

Metode/Media/Materi Waktu

4 11.00 – 12.00 Definisikan Kepemimpinan - Apa Kata Ahli ? Fasilitator Penggalian Nilai-nilai

Kepemimpinan Lokal? 1 jam

12.30 – 13.30 ISHOMA Panitia 1 jam

5 13.30 – 14.30 Mengapa Perlu Melibatkan Masyarakat dan Guru dalam Mengelola Sekolah/Madrasah?

Fasilitator Diskusi Kelompok 1 jam

6 14.30 – 15.30

Bagaimana Melibatkan Masyarakat dan Guru dalam Memperbaiki Sekolah/ Madrasah?

Fasilitator Field Force Analysis dan Diskuis Interaktif 1 jam

15.30 – 15.40 Rehat Panitia 10 min

8 15.40 – 16.15 Identifikasi RKTL & EMASLIM Fasilitator Kerja Mandiri 35 min

9 16.15 – 16.30 Penutupan Korwas/KCD/ KUPT

Ceramah 15 min

Pelatihan 2 - Kepemimpinan Kepala Sekolah/Madrasah

Jam/ Waktu Topik/Kegiatan

Penanggungjawab (Fasilitator & Co-Fasilitator)

Metode/Media/Materi Waktu

08.00 – 08.15 Pembukaan Korwas/KCD/KUPT Ceramah 15 min

1 08.15 – 08.30 Kegiatan 1 :Kontrak Belajar Fasilitator Diskusi Interaktif 15 min

2 08.30 – 08.45 Kegiatan 2 :Mengapa Kepemimpinan? Penjelasan Pendahuluan

Fasilitator Ceramah 15 min

09.45 – 10.00 Rehat Panitia 15 min

3 10.00 – 12.00 Kegiatan 3 :Pemimpin Seperti Apakah Saya? (Reflecting on the RKS/RKT process)

Fasilitator Refleksi individu dan Diskusi Kelompok 1 jam

4 12.00 – 12.30 Kegiatan 4 : Building Trust Fasilitator Experiential activities 1 jam

12.30 – 13.30 ISHOMA Panitia 1 jam

5 13.30 – 15.00 Kegiatan 5 : Role Play – SDS Pongo Fasilitator Role Play 1.5 jam

6 15.00 – 15.30 Kegiatan 6 :Seperti apakah pemimpin sekolah/madrasah yang bagus? Diskusi

Fasilitator Diskusi Interaktif 30 min

15.30 – 15.40 Rehat Panitia 10 min

7 15.40 – 16.15 Identifikasi RKTL & EMASLIME Fasilitator Kerja Mandiri 35 min

16.15 – 16.30 Penutupan Korwas/KCD/KUPT Ceramah 15 min

63

2.5 Contoh TOR Lokakarya dan Studi Banding Judul Kegiatan: Lokakarya dan Studi Banding

Kontak Persons: Mark Heyward, Provincial Coordinator, DBE1 David Ehrmann, Provincial Coordinator, DBE2

Koordinator: Wasir Thalib, Training Specialist/DLC DBE2 Supriadi Toro, Data & Information Specialist, DBE1

Waktu dan Tempat:

26 – 29 February 2007 Makassar & Pinrang: 26 – 28 February 2007 Sidrap & Luwu : 27 – 29 February 2007

Latar Belakang: Kegiatan ini dimaksudkan untuk melihat sekolah/madrasah yang telah dikembangkan oleh DBE pada kohor 1. Kegiatan yang sama telah dilakukan pada bulan Desember 2006 tahun lalu bersama dengan DBE 2. Pada saat itu, kepala sekolah/madrasah, guru dan komite sekolah/madrasah diajak untuk melihat sekolah/madrasah yang dibina oleh UNICEF dan MBE. Hasilnya cukup menggembirakan dan langsung ada perubahan di tingkat sekolah/madrasah.

Kegiatan ini juga merupakan suatu kesempatan yang penting bagi sekolah/madrasah kohor 1 untuk merayakan keberhasilan program tahun pertama, dan untuk mengembangkan lebih jauh strategi pemerintah daerah dalam upaya mendukung diseminasi di wilayahnya.

Lokakarya dan studi banding ini sesuai dengan rencana kerja nasional DBE1 dan DBE2, dan telah didiskusikan serta disahkan oleh para pemangku kepentingan tingkat kabupaten. Ini merupakan respon terhadap dukungan USAID untuk studi banding dan membangun pengalaman sukses studi banding DBE1 yang dilakukan pada tahun 2005-2006.

Fokus kegiatan ini adalah pada sekolah/madrasah efektif dan pembelajaran yang efektif. Kegiatan ini memungkinkan para peserta masuk ke sekolah dan kelompok yang berbasis gugus untuk mengunjungi sekolah/madrasah acuan DBE1 serta menguji mereka sebagai studi kasus pengembangan sekolah yang akan mereka gunakan sebagai dasar bagi perumusan Rencana Kerja Sekolah/Madrasah.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan membantu diri sendiri yang sederhana dan realistis untuk mengembangkan sekolah acuan dan proses penerimaan peserta - termasuk akomodasi dan makan yang telah direncanakan sebelumnya di rumah kepala sekolah/madrasah, guru dan sebagainya – akan memungkinkan pendekatan yang ekonomis dan berkesinambungan dikemudian hari. Pendekatan ini juga akan membantu pengembangan hubungan yang baik dengan kabupaten lainnya.

Hasil yang Diharapkan:

Hasil yang ingin dicapai dengan kegiatan studi banding adalah:

1. Untuk Peserta dari kohor 2:

(a) Meningkatkan pemahaman mengenai pendekatan belajar aktif dan manajemen berbasis partisipasi masyarakat;

(b) Sebagai suatu pemikiran tentang peningkatan pembelajaran yang

64

difokuskan pada bagaimana sekolah/madrasah dapat mendukung pembelajaran yang efektif;

(c) Mengubah pola pikir guru dalam meningkatkan pembelajaran yang berdasarkan pada pembelajaran yang efektif.

(d) Memperoleh gambaran mengenai suatu sekolah/madrasah yang efektif yang dimulai dengan melaksanakan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif, manajemen sekolah yang efektif, dan partisipasi masyarakat secara aktif dan lain sebagainya. Hal ini menjadi amat penting, karena dapat memperoleh gambaran bagaimana sekolah membuat perencanaan sekolah yang difasilitasi oleh DBE1 dan DBE2 untuk proses pembelajaran yang efektif di kelas.

(e) Berbagi gambaran tentang sekolah efektif – sebuah sekolah/madrasah yang telah mulai menerapkan prinsip-prinsip belajar aktif, sekolah efektif yang berbasis manajemen dan parisipasi masyarakat. Dengan gambaran ini diharapkan peserta mendukung proses rencana pengembangan sekolah dengan visi yang mereka miliki. Hal ini juga merupakan antisipasi lebih jauh bahwa melalui proses ini kegiatan DBE1 akan lebih sejalan dengan tujuan DBE2 dalam meningkatkan mutu pembelajaran

(f) Meningkatkan hubungan dan komunikasi antara masyarakat dengan sekolah/madrasah, Dinas Pendidikan, DBE dan pihak-pihak lain yang terlibat sebagai sebuah tim.

(g) Berbagi pengalaman dan pengetahuan mengenai program DBE dan cara-cara implementasinya untuk mendapat dukungan dari kabupaten/kota.

2. Untuk Peserta dari Kohor 1 (fasilitator – DC, MTT, Dinas Pendidikan, Pemangku kepentingan dan sekolah/madrasah tamu): (a) Sebuah pengalaman sebagai tamu studi banding yang dapat

meningkatkan kinerja sekolah/madrasah acuan dalam mendukung diseminasi di dalam dan lintas kabupaten/kota.

(b) Rasa bangga atas hasil yang dicapai, yang lebih jauh akan memotivasi upaya-upaya untuk meningkakan mutu pendidikan dasar.

(c) Memacu profesional dan jaringan masyarakat di dalam dan lintas kabupaten/kota dalam mendukung usaha yang lebih jauh untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Tujuan Kegiatan: Pada akhir kegiatan peserta di harapkan dapat :

1. Mendapat gambaran mengenai konsep-konsep kunci tentangt belajar aktif dan efektif, rencana pengembangan sekolah/madrasah, dan partisipasi masyarakat.

2. Berdiskusi dengan rasa percaya diri tentang konsep-konsep tersebut dengan sejawat di tingkat sekolah dan masyarakat serta dapat menjelaskan secara nyata suatu rancangan visi dan rencana kegiatan jangka pendek dan menengah untuk kegiatan-kegiatan peningkatan sekolah/madrasah mereka.

3. Mengkomunikasikan gagasan-gagasan ini secara efektif dengan sejawat dan anggota masyarakat yang berkaitan dengan program dalam kabupaten dan lintas kabupaten.

65

4. Menjelaskan elemen kunci DBE dan bagaimana hal ini mendukung sekolah/madrasah dan masyarakat.

Metode: Lokakarya dan studi banding ini akan mengikuti prinsip pembelajaran aktif dan pembelajaran orang dewasa:

1. Peserta akan dikelompokkan dalam beberapa konfigurasi - dalam kelompok gugus dan kabupaten/kota dan dalam kelompok campuran – lintas kabupaten.

2. Peserta dari DBE1 dan DBE2 akan melakukan kegiatan bersama.

3. Pada hari pertama, akan disiapkan masukan-masukan pengenalan konsep-konsep kunci dan mempersiapkan peserta untuk kunjungan sekolah/madrasah. Juga akan disertakan penggunaan materi non teks yang dikembangkan oleh DBE2.

4. Hari kedua dan ketiga akan dilakukan debriefing dan kunjungan sekolah/madrasah. Instrumen yang digunakan untuk fokus pada observasi kelas dan diskusi selama kunjungan.

5. Hari keempat dan hari terakhir, akan memberikan kesempatan kepada peserta kelompok sekolah/madrasah dan gugus untuk berbagi pengalaman dan membuat outline rancangan visi sekolah/madrasah.

Kegiatan Tindaklanjut:

Peserta DBE2 akan menyiapkan rencana pengembangan sekolah/madrasah dengan fokus pada tema “sekolah/madrasah efektif – belajar efektif”. Rencana kegiatan ini akan memberikan masukan secara langsung pada DBE1 – Rencana Kerja Sekolah yang akan disiapkan oleh tiap-tiap sekolah/madrasah.

Tindak lanjut lokakarrya untuk proses perumusan RKS akan dilakukan 2 minggu setelah studi banding.

Tenggang Waktu 3 hari efektif

Jumlah Lokakarya 1 untuk setiap kabupaten

Jumlah Peserta Total: 336 (kira-kira 84 orang per kabupaten) 74 sekolah x 4 = 294 + 40 non- sekolah/madrasah dampingan = 336 peserta (DBE1: 168; DBE2: 168)

Latar Belakang Peserta:

Peserta terdiri dari: DBE2: Kepala sekolah/madrasah, satu orang perwakilan dari Komite sekolah/madrasah, dua orang guru dari sekolah kohor 2, dan 10 pemangku kepentingan per kabupaten kohor 2 serta 5 orang peserta non sekolah/madrasah dampingan (anggota Tim Teknis, UPTD, dsb.).

DBE1: Kepala sekolah, komite sekolah/madrasah dari tiap sekolah/madrasah dan fasilitator kabupaten (5 orang per kabupaten, termasuk pengawas dari Dinas Pendidikan dan Depag).

Fasilitator: • 8 spesialis provinsi (dari DBE1 dan DBE2) • 4 Koordinator kabupaten (1 dari tiap kabupaten kohor 2) • 10 MTTs DBE2 (2 dari tiap kabupaten kohor 1 atau satu untuk setiap

sekolah/madrasah acuan). • 10 Fasilitator kabupaten DBE1 (2 dari tiap kabupaten kohor 1 atau satu

per sekolah/madrasah acuan).

66

• Staf sekolah/madrasah acuan

Materi Lokakarya: Pragram dan materi pelatihan pengenalan dikembangkan secara bersama oleh para spesialis DBE1 dan DBE2 dengan menggunakan material yang ada, termasuk :

Material non cetak yang telah diproduksi oleh Tim Pengembang Modul DBE2.

Instrumen yang dikembangkan yaitu instrumen yang digunakan dalam kunjungan sekolah/madrasah DBE1 (studi banding) tahun 2005 dan pelatihan lapangan staf DBE2.

Kegiatan akan difokuskan pada diskusi yang dikembangkan dari peserta (participant-generated discussion), observasi, dan refleksi.

Lokasi & Jadwal: Hari ke 1: Setengah hari lokakarya dilakukan di setiap kabupaten kohor 2

(Luwu, Sidrap, Pinrang and Makassar) yang difokuskan pada persiapan studi banding dan moving school melalui pendekatan belajar terfokus pada peningkatan sekolah/madrasah.

Perjalanan siang hari menuju sekolah tamu di kabupaten kohor 1 (4 kelompok, kira-kira 23 orang / bus / kabupaten).

Bermalam bersama guru dan masyarakat sekolah kohor 1 dengan akomodasi yang tersedia.

Sore hari: diskusi. Hari ke 2:

Kunjungan sekolah/madrasah – dua sekolah/madrasah yang dikunjungi untuk setiap kabupaten.

Makan siang di sekolah/madrasah yang dikunjungi. Kembali ke kabupaten asal.

Hari ke 3:

Lokakarya final dilaksanakan di setiap kabupaten kohor 2.

Kegiatan secara rinci akan dibuat, kegiatan indikatif termasuk demonstrasi dari hikmah yang dapat dipetik dan perubahan-perubahan dalam lingkungan sekolah/madrasah, brainstroming dan diskusi kelompok terbimbing, mendaftar kegiatan tindak lanjut untuk peningkatan sekolah/madrasah, daftar prioritas, mengembangkan rencana kerja tindak lanjut (RKTL), dan pemaparan kegiatan tindak lanjut yang dilakukan pada kelompok kecil.

Pertemuan debriefing dilakukan di kabupaten kohor 1 dengan staf kunci dari sekolah/madrasah acuan, Tim Teknis, MTT, DF dan DC. Fokus pada identifikasi hikmah yang dapat dipetik (lesson learned) dan persiapan diseminasi di kabupaten.

Jender & inklusi: Lokakarya akan membahas masalah jender dan inklusi dengan menyeimbangkan peserta berdasarkan jender dan fokus dalam jender/inklusi selama lokakarya untuk meyakinkan bahwa masalah tersebut

67

dibahas dalam refleksi dan perencanaan. Strategi untuk meyakinkan partisipasi yang sama antara laki dan perempuan dalam diskusi dan kegiatan lainnya akan dilakukan dalam diskusi kelompok kecil.

Peralatan & Logistik:

Alat perlengkapan dan materi pelatihan akan disediakan oleh DBE: Akomodasi dan katering akan diatur melalui

sekolah/masyarakat dalam menyiapkan tempat pelatihan di 10 lokasi (2 sekolah/madrasah Acuan di tiap kabupaten).

Peserta dari setiap kabupaten sebanyak 90 orang. Untuk kunjungan sekolah/madrasah, akan dibagi ke dalam 4 kelompok. Tiap kelompok akan berangkat dalam satu bus, jadi dibutuhkan 4 bus di setiap kabupaten.

Pada hari ke 2, dua kelompok akan pergi ke satu kabupaten kohor 1, demikian pula 2 kelompok lainnya . Tiap kelompok akan mengunjungi satu sekolah/madrasah acuan. Pertemuan dengan pemangku kepentingan akan dilakukan pada siang hari dan peserta direncanakan akan tinggal dengan keluarga guru. Pada hari ke 2, setiap kelompok akan berkunjung ke sekolah/madrasah acuan lain di kabupaten yang sama, dan kembali ke kabupaten masing-masing di siang hari.

Monitoring dan evaluasi

Evaluasi peserta dengan menggunakan instrumen standar DBE dilakukan pada sesi akhir pada lokakarya hari terakhir.

Akomodasi di rumah tinggal penduduk:

Standar rata-rata yang telah disepakati, akan dibayarkan kepada keluarga yang menyiapkan akomodasi home-stay, makan dan makanan ringan kira-kira Rp 50.000 per kepala per hari.

68

2.6 Contoh TOR TOT RKS/M Bagi DF dan DC # 1 Nama Pelatihan: Pelatihan RKS/M - DBE1 Provinsi Sulawesi Selatan

Pihak yang dapat dihubungi:

Mark Heyward, PC DBE1 Sulsel Nandang Kosasih, Specialist Training DBE 1, Jakarta Ishak Amsari, BF DBE 1 Supriadi Torro, DIS DBE 1 Asfah Rahman, UA DBE 2

Latar belakang pelatihan:

Program ini sesuai dengan Workplan nasional DBE1 dan juga Workplan propinsi DBE1 di Sulawesi Selatan. RKS/Mdi tingkat sekolah amat diperlukan karena merupakan kunci awal untuk memajukan sekolah/madrasah ke depan. Sekolah/madrasah yang memiliki rencana yang baik akan mampu meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya. Apalagi dalam membuat perencanaan semua pihak terlibat.

Pengembangan RKS/Mbagi sebuah sekolah/madrasah adalah batu loncatan yang menjadi kunci untuk meningkatkan pengelolaan dan tata layanan di sekolah/madrasah. RKS/M ini memberikan panduan bagi masyarakat sekolah untuk meningkatkan mutu kinerja sekolah/madrasah. RKS/Mjuga mendorong akuntabilitas yang lebih besar dan keterbukaan bagi pengelolaan sekolah. Oleh karena itu, pelatihan untuk pengembangan RKS/Mmenjadi penting untuk menghasilkan RKS/Myang bagus. Melatih fasilitator untuk melakukan pelatihan (ToT) sama pentingnya untuk menjamin keberhasilan pelatihan RKS/M.Pelatihan ini sesuai dengan rencana kerja nasional DBE1 (task 10) dan telah disepakati dan didiskusikan dalam lingkup nasional.

Hasil yang diharapkan:

Hasil (Outcome) yang diharapkan adalah:

1. DF kabupaten yang mampu untuk memberikan fasilitasi dan memperlancar proses penyusunan RKS/Mdi sekolah/madrasah sasaran masing-masing.

2. Terumuskannya RKS/Myang baik dan efektif dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah/madrasah masing-masing

3. Peserta mampu menguasai teknik penilaian kompetensi siswa. 4. Fasilitator dapat mensinkronkan persepsi dan kegiatannya dalam

melaksanakan pelatihan RKS/Mdi tingkat gugus 5. Meningkatkan pemahaman dan kerjasama diantara fasilitator untuk

keberhasilan pelatihan RKS/M.

Tujuan Pelatihan:

Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta dapat : 1. Mempertajam pemahaman DF dan DC tentang ciri-ciri program DBE1 2. Memahami dan menguasai proses perumusan RKS/M 3. Meningkatkan kemampuan teknik fasilitasi DF dan DC serta Tim

Teknis 4. Menyusun Rencana Kegiatan tingkat gugus dalam penyusunan

RKS/Mdi sekolah/madrasah 5. Memahami prinsip-prinsip PPA dan menguasai proses fasilitasi

sekolah/madrasah dalam hal PPA.

69

6. Memahami prinsip-prinsip ”lingkungan pembelajaran ramah anak” dan keterkaitannya dengan RKS/M.

7. Memahami teknik penilain kompetensi peserta didik. 8. Menyusun Rencana Kegiatan Tindak lanjut (RKTL).

Metodologi : Kegiatan ini diikuti dengan model pembelajaran aktif. 1. Diskusi 2. Bermain peran 3. Simulasi 4. Tanya Jawab

Tindak -lanjut:

1. Fasilitator akan memfasiliatsi perumusan RKS/Mdi tingkat sekolah/madrasah dan gugus.

2. Fasilitator akan mengumpulkan masukan dari DF dan sekolah/madrasah untuk mengembangkan Panduan RKS/M.

3. Memiliki kemampuan untuk mengembangkan RKS/Myang baik.

Gender dan Keterlibatan:

Prinsip jender dan keterlibatannya akan dipertimbangkan dalam program ini melalui: • Seleksi peserta (terutama DF) – diharapkan bahwa tiap kabupaten/kota

mempunyai minimal 2 DF perempuan • Satu sesi – Menciptakan Lingkungan yang Kondusif untuk

Pembelajaran Anak yang akan mempertajam fokus mengenai soal jender dan keterlibatan

• Selain itu perspektif jender dan keterllibatan akan terpadu dengan semua sesi dan seluruh materi

Jangka waktu: 5 hari efektif untuk peserta TOT RKS/Mdan 6 hari efektif bagi DF yang terpilih untuk uji coba penilaian kompetensi peserta didik (2 DF lama dan 2 DF terpilih).

Jumlah dan Latar-belakang Peserta:

Jumlah peserta adalah: DBE1: 3 orang DBE2 : 1 orang Pemangku kepentingan: 30 orang ( 2 DF Cohor 1 dan 4 DF cohort 2 +

1 DC cohort 2)

Fasilitator: PC dan PS DBE 1 dan 2

Bahan Pelatihan:

1. Buku Pedoman RKS/M 2. Panduan Teknik Fasilitasi 3. Buku Panduan PPA 4. Powerpoint presentation & handout 5. Paket untuk Proses Pembentukan Tim KK- RKS/M 6. Workplan DBE1 – Sulsel 7. Powerpoint KTSP

Lokasi: Hotel Pariwisata, Pare-Pare

70

Tanggal pelatihan:

5th – 10th Maret 2006

Jadwal Kegiatan

Hari & pukul Topik Fasilitator Kegiatan &

Materi

Senin 5 Maret

Check In Hatel Parewisata, Pare-Pare

Selasa 6 Maret: Memperkenalkan DBE & RKS/M

8.00 Pembukaan PC, Mark Heyward

8.15 Penjelasan tujuan, jadwal program & tata-tertib pelatihan Supriadi Torro Ceramah

8.30 Perkenalan disertai ‘ice breaker’ Salah satu peserta

9.00 Perkenalan DBE PC, Mark Heyward

10.00 Break

10.30 Penjelasan Pembentukan KKRKS/M Torro Ceramah

11.00 Teknik fasilitasi pelatihan (rasional PAKEM dan prinsip pembelajaran dewasa - dan beberapa tekniknya)

Mark Ceramah, Tanya jawab

12.15 ISOMA

13.30 Memperkenalkan RKS/M dan pembahasan pentingnya RKS/M

Nandang/MIA

14.30 Penjelasan tahap-tahap penyusunan RKS/M Torro Buku Panduan RKS

15.30 Break

16.00 Kemitraan Sekolah/Madrasah dengan pihak ketiga (PPA)

MIA/Mark Powerpoint

17.30 Selesai

Rabu 7 Maret 07

8.00 Energizer DC

8.15 Proses menyusun Profil Sekolah/Madrasah (praktek)

Torro/MIA

10.00 Icebreaker (Memecah es!) Peserta

10.30 Lanjutan Buku Panduan RKS

12.00 ISOMA

13.15 Lanjutan

15.30 Break

16.00 Perumusan Harapan (Praktek) Nandang/Torro

17.30 Istirahat

71

Hari & pukul Topik Fasilitator Kegiatan &

Materi

Kamis 8 Maret 07: Proses Penyusunan RKS/M

8.00 Energizer DC

8.15 Merumuskan tantangan & menetapkan tantangan utama (Praktik)

MIA Buku Panduan RKS/M

10.00 Rehat pagi

10.30 Mengidentifikasi Penyebab Tantangan & Praktik Nandang/MIA Buku Panduan RKS/M

12.00 Isoma

13.15 Menetapkan tantangan utama MIA Buku Panduan RKS/M

15.30 Break

16.00 Memetakan pemangku kepentingan di tingkat sekolah Proses membentuk Tim KK- RKS/M

Torro Powerpoint

17.30 Selesai

Jumat, 9 Maret 07

8.00 Penyusunan Rencana Tindak Lanjut Torro

10.00 Break

10.30 Penjelasan Teknik Penilaian & pemetaan kompetensi siswa

Asfah Powerpoint

11.30 ISOMA

13.30 Mengembanglan indikator dan kompetensi Asfah

15.30 Istirahat

16.00 Pengembangan Rubrik untuk evaluasi kompetensi

17.30 Selesai

Sabtu 10 Maret

8.00 Uji Coba Asfah

10.00 Istirahat

10.30 Rencana Tindak Lanjut Torro

12.00 Penutup Mark

72

2.7 Contoh Rencana Pelatihan

RENCANA PELATIHAN

Judul Pelatihan: Pelatihan RKS/M Tahap 1 & 2 Tingkat Gugus (Jakarta)

Pengantar/Latar belakang

Pelatihan ini adalah yang pertama dari serangkaian kegiatan pelatihan yang direncanakan untuk membantu KK-RKS/Mdalam memahami konsep-konsep kunci profil sekolahmadrasah, RKS/M, dan RAPBS, dan kegiatan yang sejalan dengan rencana kerja DBE1. Alasannya adalah adanya RKS/M yang akurat dan mutakhir akan membantu sekolahmadrasah dalam memenuhi keinginan publik dalam hal transparensi, akuntabilitas, dan partisipasi. Dengan melibatkan semua pemangku kepentingan dalam mengembangkan RKS/M, berarti semua pemangku kepentingan akan meningkatkan rasa kepemilikan mereka, sesuatu yang sangat penting untuk penerapan RKS/M.

Maksud

a. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan KKRKS/M dalam mengembangkan RKS/M yang akurat dan mutakhir berdasarkan data, informasi dan kondisi sekolah/madrasah;

b. Mengakrabkan dan membiasakan KK-RKS/M dalam mengembangkan RKS/Myang partisipatif yang mengintegrasikan semua harapan pemangku kepentingan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah/madrasah mereka .

Fasilitator 1. Tim Nasional RKS/MDBE1: 2 orang

2. Koordinator Kabupaten/kota Jakarta (MBE): 1 orang

3. Fasilitator Kab/KotaJakarta (MBE): 2 orang

Peserta 1. 7 KK-RKS dari 7 SD/MI, masing-masing KKRKS/M terdiri atas 5 peserta yaitu: 1 kepala sekolah; 2 orang guru; dan 2 orang wakil dari komite sekolah.

2. Jumlah seluruh peserta 35 orang.

Tujuan Pelatihan Setelah menyelesaikan pelatihan peserta akan mampu untuk:

1. Memahami kebijakan Dinas Pendidikan Dasar DKI Jakarta yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan dasar;

2. Mengembangkan profil sekolah/madrasah berdasarkan data, informasi, dan kondisi sekolah/madrasah;

3. Berdiskusi dengan pemangku kepentingan untuk mengembangkan harapan pemangku kepentingan, dan mengidentifikasi tantangan atau masalah;

4. Berdiskusi dengan pemangku kepentingan untuk mengembangkan pemecahan masalah sekolah/madrasah

73

guna mencapai pendidikan yang lebih bermutu.

Hasil Pelatihan 1. Sebuah profil sekolah/madrasah untuk setiap sekolah/madrasah;

2. Sebuah RKS/Muntuk setiap sekolah/madrasah; 3. Sebuah RAPBS untuk tahun ajaran 2006/2007

Tanggal/Lama pelatihan:

16 – 19 Mei, 2006

Lokasi dan tempat Lihat lampiran:

Hotel Cemara, Jakarta Pusat

Deskripsi Pelatihan & Strategi

Pelatihan dimulai dengan pengenalan terhadap program DBE1 untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai program.DBE1. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan materi RKS/M. Pelatihan dirancang untuk menggunakan praktik yang banyak dan semua peserta hendaknya didorong agar aktif dan partisipatif selama sesi-sesi pelatihan. Strategi merupakan hal yang sangat penting tidak hanya untuk menggali secara mendalam pengalaman lapangan dari peserta, tetapi juga untuk menghindari agar peserta tidak bosan. Separuh hari pertama, para peserta akan bergabung dalam sesi pleno untuk mengenal program DBE1, kebijakan Dinas Pendidikan Jakarta sehubungan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan dasar, dan konsep kunci RKS/M; Kemudian para peserta akan dikelompokkan dalam berbagai-bagai konfigurasi untuk berdiskusi, berbagi pengalaman, dan mempraktekkan pengembangan (Lihat lampiran RKS/M) langkah demi langkah secara bertahap hingga pelatihan berakhir. Pada hari ke dua, para peserta akan mendiskusikan bahan-bahan mengenai “Mencuci Tangan” dari Aman Tirta (LSM), dan pada hari ke tiga, , ESP juga akan menyajikan “Water & Sanitation in school” (Air dan Sanitasi di sekolah).

Penanggungjawab Nandang Kosasih Ananda

74

JADWAL PELATIHAN PENYUSUNAN RKS/M TAHAP 1 DAN 2

GUGUS DKI JAKARTA, 16 – 19 MEI 2004

Hari & Tanggal Durasi KEGIATAN Penaggung jawab Metode/Alat/ Bahan/ Media

Selasa, 16-05-06

08.00 – 09.00 60’ Pendaftaran Peserta Staf Administrasi

09.00 – 09.45 45’ Pembukaan: Pengenalan Program DBE1 dan Tujuan Pelatihan Mapenda Kandepag, Jakarta Pusat Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar di DKI Jakarta & Pembukaan Pelatihan secara resmi

Dan/Bas Kasi Mapenda Suku Dinas Pendidikan Dasar DKI Jakarta

Pleno/Power point/In focus

09.45 – 10.15 30’ Pengarahan Teknis/Perkenalan/Kontrak Pelatihan Nandang/Ujang Pleno/Jadwal/White board/ Kertas plano/Spidol

10.15 – 10.45 30’ ISTIRAHAT

10.45 – 11.30 45’ RKS/M: Proses & Tahapan Penyusunannya Nandang Pleno/Power point/In focus

11.30 – 12.30 60’ Profil Sekolah/Madrasah: Konsep dan Contoh Pengisian dan Perumusan Simpulan Tabel 1 – 2

Ujang/Sugimin/Yeyet/ Nandang

Pleno/Format tabel 1 - 2/ Power point/In focus/ Kertas plano/Spidol

12.30 – 13.30 60’ ISTIRAHAT

13.30 – 15.00 90’ Latihan Pengisian dan Perumusan Simpulan Tabel 1 – 2

Ujang/ Sugimin/Yeyet/ Nandang

Kelompok/Format tabel 1&2/ Kertas plano/ Spidol

15.00 – 16.00 60’ Presentasi & Tukar Pengalaman Pengisian dan Perumusan Simpulan Tabel 1 – 2

Ujang/ Sugimin/Yeyet/ Nandang

Kelompok/Format tabel 1&2/ Power point/In focus/ Spidol

16.00 – 16.30 30’ Refleksi & Evaluasi Kegiatan Nandang dan staf Instrumen Evaluasi mata

75

Hari & Tanggal Durasi KEGIATAN Penaggung jawab Metode/Alat/ Bahan/ Media

pelatihan/Kertas plano/ Spidol

16.30 ---------- ISTIRAHAT

Rabu, 17-05-06

08.00 – 09.00 60’ Aman Tirta: Sanitasi Air di Sekolah/Madrasah Robert Ainslie Power point/In focus

09.00 – 10.00 30’ Profil Sekolah/Madrasah: Contoh Pengisian dan Perumusan Simpulan Tabel 3 – 6

Ujang/ Sugimin/Yeyet/ Nandang

Pleno/Format tabel 3 & 6/ Kertas plano/Spidol

10.00 – 10.30 ISTIRAHAT

10.30 – 12.00 90’ Latihan Pengisian dan Perumusan Simpulan Tabel 3 – 6

Ujang/ Sugimin/Yeyet/ Nandang

Kelompok/Format tabel 3&6/ Kertas plano/ Spidol

12.00 – 13.00 60’ ISTIRAHAT

13.00 – 14.00 60’ Presentasi dan Tukar Pengalaman Pengisian dan Perumuskan Simpulan Tabel 3 – 6

Ujang/ Sugimin/Yeyet/ Nandang

Kelompok/Format tabel 3&6/ Kertas plano/In focus /Spidol

14.00 – 15.00 60’ Pengisian Tabel A1 Ujang/ Sugimin/Yeyet/ Nandang

Kelompok/Format Tabel A1/ Spidol

15.00 – 15.30 30’ Pemajangan/Shopping Tabel A1 Ujang/ Sugimin/Yeyet/ Nandang

Kelompok/Tabel A1/ Lakban

15.30 – 16.00 30’ ISTIRAHAT

16.00 – 16.30 30’ Refleksi dan Evaluasi Kegiatan Nandang dan staf Pleno/Instrumen Evaluasi mata pelatihan/Kertas plano /Spidol

16.30 --------- ISTIRAHAT

Kamis, 18-05-06

08.00 – 08.30 30’ Konsep tentang Perumusan Harapan Pemangku Kepentingan

Ujang/ Sugimin/Yeyet/ Nandang

Pleno/Power point/In focus / Kertas plano/Spidol

76

Hari & Tanggal Durasi KEGIATAN Penaggung jawab Metode/Alat/ Bahan/ Media

08.30 – 10.00 90’ Latihan Perumusan Harapan Pemangku Kepentigan Ujang/ Sugimin/Yeyet/ Nandang

Kelompok/Format A2/ Kertas plano/Spidol

10.00 – 10.30 30’ ISTIRAHAT

10.30 – 11.30 60 ESP: Hand Washing Nona Poeroe Utomo Pleno/In focus/Power point

11.30 – 12.30 60’ Presentasi & Tukar Pengalaman Perumusan Harapan Pemangku Kepentingan

Ujang/ Sugimin/Yeyet/ Nandang

Kelompok kecil/Format A2/ In fokus/Kertas plano/ Spidol

12.30 – 13.30 60 ISTIRAHAT/MAKAN SIANG

13.30 – 14.00 30’ Pengisian Tabel A2 Ujang/ Sugimin/Yeyet/ Nandang

Kelompok/Format tabel A2/ Spidol

13.30 – 14.00 30’ Pemajangan/Shopping Tabel A2 Ujang/ Sugimin/Yeyet/ Nandang

Kelompok/Tabel A2/ Lakban

14.00 – 14.30 30’ Konsep tentang Tantangan/Masalah Sekolah/Madrasah Ujang/ Sugimin/Yeyet/ Nandang

Pleno/Power point/In focus /Kertas plano/Spidol

14.30’ – 15.30 60’ Latihan Perumusan Tantangan/Masalah Sekolah/Madrasah

Ujang/ Sugimin/Yeyet/ Nandang

Kelompok kecil/In fokus/ Format tabel A3/Kertas plano / Spidol

15.30 – 16.00 30’ ISTIRAHAT

16.00 – 16.30 30’ Pengisian Tabel A3 Ujang/ Sugimin/Yeyet/ Nandang

Kelompok/Format tabel A3/ Kertas plano/ Spidol

16.30 – 17.00 30’ Refleksi & Evaluasi Kegiatan Nandang dan staf Instrumen Evaluasi mata pelatihan/Kertas plano/ Spidol

17.00 ---------- ISTIRAHAT

Jum’at, 19-05-06

08.00 – 08.30 Konsep Analisis Tantangan: Penyebab Ujang/ Sugimin/Yeyet/ Pleno/Power point/In fokus /Kertas

77

Hari & Tanggal Durasi KEGIATAN Penaggung jawab Metode/Alat/ Bahan/ Media

Tantangan/Masalah & Alternatif Pemecahan Masalah Nandang plano/Spidol

08.30 – 10.00 90’ Latihan Pengisian Tabel B1 Ujang/ Sugimin/Yeyet/ Nandang

Kelompok/Format tabel B1/ Kertas plano/ Spidol

10.00 – 10.30 30’ ISTIRAHAT

10.30 – 11.30 60, Latihan Pengisian Tabel B2 Ujang/ Sugimin/Yeyet/ Nandang

Kelompok/Format tabel B2/ Kertas plano/ Spidol

11.30 – 13.30 120’ ISTIRAHAT/MAKAN SIANG

13.30 – 15.00 90’ Presentasi & Tukar Pengalaman Tabel B1 dan B2 Ujang/ Sugimin/Yeyet/ Nandang

Kelompok/Format tabel B1 & B2

15.00 – 15.30 30’ Pemajangan/Shopping Tabel B1 dan B2 Ujang/ Sugimin/Yeyet/ Nandang

Kelompok/Format tabel B1 & B2/Lakban

15.30 – 16.00 30’ Refleksi & Evaluasi Kegiatan Nandang dan staf Instrumen Evaluasi mata pelatihan & overall pelatihan/ Kertas plano/ Spidol

16.00 – 16.30 30’ ISTIRAHAT

16.30 – Selesai 30’ PENUTUPAN & ISTIRAHAT Dan/Bas/Nandang

78

JADWAL PELATIHAN PENYUSUNAN RKS/M TAHAP 3 dan 4

GUGUS xxx, tanggal

Hari & Tanggal Durasi KEGIATAN Penanggung jawab Metode/Alat/ Bahan/ Media

Selasa, 16-05-06

08.00 – 09.00 60’

09.00 – 09.45 45’

09.45 – 10.15 30’

10.15 – 10.45 30’ ISTIRAHAT

10.45 – 11.30 45’

11.30 – 12.30 60’

12.30 – 13.30 60’ ISTIRAHAT

13.30 – 15.00 90’

15.00 – 16.00 60’

16.00 – 16.30 30’

16.30 ---------- ISTIRAHAT

79

Hari & Tanggal Durasi KEGIATAN Penanggung jawab Metode/Alat/ Bahan/ Media

Rabu, 17-05-06

08.00 – 09.00 60’

09.00 – 10.00 30’

10.00 – 10.30 ISTIRAHAT

10.30 – 12.00 90’

12.00 – 13.00 60’ ISTIRAHAT

13.00 – 14.00 60’

14.00 – 15.00 60’

15.00 – 15.30 30’

15.30 – 16.00 30’ ISTIRAHAT

16.00 – 16.30 30’

16.30 --------- ISTIRAHAT

Kamis, 18-05-06

08.00 – 08.30 30’

80

Hari & Tanggal Durasi KEGIATAN Penanggung jawab Metode/Alat/ Bahan/ Media

08.30 – 10.00 90’

10.00 – 10.30 30’ ISTIRAHAT

10.30 – 11.30 60

11.30 – 12.30 60’

12.30 – 13.30 60 ISTIRAHAT/MAKAN SIANG

13.30 – 14.00 30’

13.30 – 14.00 30’

14.00 – 14.30 30’

14.30’ – 15.30 60’

15.30 – 16.00 30’ ISTIRAHAT

16.00 – 16.30 30’

16.30 – 17.00 30’

17.00 ---------- ISTIRAHAT

Jum’at, 19-05-06

81

Hari & Tanggal Durasi KEGIATAN Penanggung jawab Metode/Alat/ Bahan/ Media

08.00 – 08.30

08.30 – 10.00 90’

10.00 – 10.30 30’ ISTIRAHAT

10.30 – 11.30 60,

11.30 – 13.30 120’ ISTIRAHAT/MAKAN SIANG

13.30 – 15.00 90’

15.00 – 15.30 30’

15.30 – 16.00 30’

16.00 – 16.30 30’ ISTIRAHAT

16.30 – Selesai 30’ PENUTUPAN & ISTIRAHAT Dan/Bas/Nandang

82

Contoh Instrument 1:

Instrumen Diseminasi Program DBE1 untuk Sekolah/Madrasah

Nama Sekolah/Madrasah :

Alamat :

Kecamatan :

Kabupaten/kota :

Nama Responden* :

Jenis Kelamin :

Jabatan :

Pengumpul data :

Tanggal pengumpulan data :

Tanda Tangan :

I. PROGRAM RKS/M dan RKT

A. Baseline data

1. Apakah sekolah/madrasah sebelumnya sudah mempunyai RKS/M dan RKT?

a. Ya

a. Tidak (Lanjutkan ke pertanyaan No. 4 )

2. Jika “Ya”, siapa saja yang terlibat dalam penyusunan RKS/M dan RKT tersebut?

No Unsur Ya, Terlibat

Tidak Terlibat

1 Kepala Sekolah/Madrasah

2 Guru

3 Komite Sekolah/Madrasah 1 (mis. ketua )

4 Komite Sekolah/Madrasah 2 (mis. Sekretaris)

5 Lainnya (sebutkan)……..

83

Berdasarkan kajian dokumen RKS/M (jika ada) , apakah terdapat unsur-unsur berikut ini:

No Kriteria Ya Tidak

1 Mempunyai profil sekolah/madrasah

2 Ada identifikasi harapan pemangku kepentingan sekolah/madrasah

3 Adanya rumusan tantangan sekolah/madrasah

4 Adanya analisis pemecahan tantangan

5 Adanya program dan kegiatan serta indikator keberhasilan program dan kegiatan.

6 Memuat jadwal program/kegiatan

7 Terdapat biaya untuk setiap kegiatan

3. Berdasarkan kajian dokumen RKT (jika ada) , apakah terdapat unsur-unsur berikut ini:

No Kriteria Ya Tidak

1 Terdapat program/kegiatan strategis

2 Terdapat program/kegiatan operasi/rutin

3 Memuat jadwal RKT

4 Adanya RKAS/M

B. Proses penyusunan RK/MS Program Diseminasi: 4. Apakah sekolah sudah membentuk KK-RKS/M?

a. Ya b. Tidak

5. Jika “Ya”, siapa sajakah yang duduk dalam RKS/M?

No Unsur Ya Tidak

1 Kepala Sekolah/Madrasah

2 Guru

3 Komite Sekolah/Madrasah 1 (mis. ketua )

4 Komite Sekolah/Madrasah 2 (mis. Sekretaris)

5 Lainnya (sebutkan)……..

84

6. Sebelum menyusun RKS/M apakah sekolah/madrasah pernah diikut sertakan dalam orientasi/sosialisasi, lokakarya ataupun pelatihan?

a. Ya b. Tidak (langsung ke pertanyaan no. 8)

7. Jika “ya”, orientasi/sosialisasi, lokakarya atau pelatihan apa saja yang pernah diikuti, siapa yang menjadi narasumber dan siapa saja yang hadir?

No Jenis Kegiatan Nara sumber * Yang hadir**

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4

7.1 Orientasi/sosialisasi osialisasi DBE1-RKS/M

7.2 Pelatihan Tahap 1 dan 2

7.3 Pelatihan Tahap 3, 4 dan 5

7.4 Pelatihan Tahap 1 - 5

* Mohon dicheklist pada kolom yang sesuai (boleh lebih dari 1): Narasumber: 1. Specialist provinsi; 2. DC; 3. DF; 4. Pengawas/staf Dinas yang telah mengikuti pelatihan; 5. KCD; 6 lainnya;

** Yang hadir: 1. Kepala Sekolah; 2. Guru; 3. Anggota Komsek 1; 4. Anggota Komsek 2.

8. Selain lokakarya/pelatihan, apakah sekolah juga memperoleh pendampingan?

a. Ya b. Tidak (lanjutkan ke pertanyaan no. 11)

9. Jika ”Ya” pada materi apa, berapa kali dan siapa yang mendamping?

No Materi Pendampingan Berapa kali? Pendamping*

1 2 3 4

1 Penyusunan profil sekolah/madrasah

2 Perumusan harapan, tantangan dan alternatif pemecahan

3 Perumusan program

4 Perumusan Rencana Anggaran Sekolah/Madrasah

5 Penyusunan RKT dan RKAS/M

* Berilah checklist pada kolom yang sesuai: 1. DC; 2. DF; 3. Pengawas yang pernah mengikuti pelatihan DBE1; 4. Lainnya (sebutkan...................)

85

Di manakah pendampingan tersebut dilakukan?

a. Di sekolah/madrasah b. Di Gugus c. Dikumpulkan dalam satu tempat dan diikuti oleh semua sekolah/madrasah replikasi d. Lainnya (sebutkan)

10. Apakah dalam penyusunan RKS/M dan RKT juga melibatkan pemangku kepentingan lainnya?

a. Ya b. Tidak (lanjutkan ke pertanyaan no. 13)

11. Jika ”Ya” siapa dan dalam tahap apa mereka terlibat?

No Materi Pendampingan Siapa saja yang terlibat?*

1 2 3 4 5

1 Penyusunan profil sekolah/madrasah

2 Analisa pemecahan tantangan

3 Perumusan program

4 Perumusan rencana anggaran sekolah/ madrasah

5 Perumusan RKT dan RKAS/M

* Berikan checklist pada kolom yang sesuai: 1. Kepala Desa; 2. Tokoh Masyarakat/Agama; 3. Paguyuban kelas (termasuk orangtua murid); 4. PKK; 5. Lainnya (mohon disebutkan)

12. Pada saat penyusunan RKS/M dan RKT, apakah ada masyarakat yang secara spontan ingin memberikan bantuan?

a. Tidak (lanjutkan ke pertanyaan no. 15) b. Ada

14. Jika ada, dalam bentuk apakah sumbangan tersebut?

a. Rp. ................ (jika dalam bentuk uang)

b. Barang atau jasa seharga: Rp............................. (mohon diperkirakan nilai sumbangannya)

C. Mutu RKS/M dan RKT (Riviu dokumen RKS/M dan RKT) 15. Berdasarkan kajian terhadap dokumen RKS/M, berapa persen RKS/M tersebut telah selesai

dibuat?

a. Nol persen (sekolah tidak dapat menunjukan dokumen RKS/M)

b. 25% (apabila hanya profil sekolah saja)

86

c. 50% (apabila sekolah/madrasah telah menyelesaikan profil sekolah, harapan, dan tantangan sekolah/madrasah)

d. 75% (apabila program 4 tahun sudah dibuat tetapi belum ada anggarannya)

e. 100% (dokumen RKS/M selesai dibuat, termasuk program dan budget)

16. Berdasarkan kajian dokumen RKS/M, apakah terdapat unsur-unsur berikut ini:

No. Kriteria Ya Tidak

1. Mempunyai profil sekolah/madrasah

2. Terdapat tantangan dan analisis pemecahan tantangan yang dihadapi sekolah/madrasah

3. Memuat program dan kegiatan untuk mengatasinya dan memperbaiki mutu sekolah/madrasah

4. Memuat jadwal program/kegiatan

5. Terdapat biaya untuk setiap kegiatan

17. Berdasarkan kajian dokumen RKT (bagi sekolah yang telah selesai membuat RKT), apakah terdapat unsur-unsur berikut ini:

No Kriteria Ya Tidak

1 Terdapat program/kegiatan strategis

2 Terdapat program/kegiatan operasional/rutin

3 Memuat jadwal RKT

4 Adanya RKAS/M

D. Pelaksanaan RKS/M 18. Dari semua program/kegiatan pada tahun pertama (2008/2009), berapa yang dilaksanakan,

ditunda, atau dibatalkan?

No Kegiatan Jumlah %

18.1 Total kegiatan tahun 2008/2009

18.2 Total kegiatan sedang dilaksanakan

18.3 Total kegiatan sudah dilaksanakan

18.4 Total kegiatan yang ditunda

18.5 Total kegiatan yang dibatalkan

87

19. Jika kegiatan tersebut ditunda/dibatalkan, apa penyebabnya?

.....................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................

...........................................................................................................

E. Dampak RKS/M 20. Mohon diamati perubahan-perubahan yang terjadi di sekolah/madrasah setelah mereka

melaksanakan program/kegiatan yang disusun dalam RKS/M atau RKT.

Indikator Hasil pengamatan

a. Transparansi b. Partisipasi orangtua peserta didik c. Partisipasi Paguyuban Kelas d. Partisipasi Komite Sekolah/madrasah e. Partisipasi Tokoh masyarakat/ Tokoh

Agama

f. Partisipasi Swasta g. Akuntabilitas Sekolah/Madrasah h. Prestasi anak i. Semangat Sekolah/Madrasah j. Demokratisasi k. Peran Komite Sekolah/Madrasah l. Kinerja guru m. Kinerja Kepala Sekolah/Madrasah n. Kondisi fisik sekolah /madrasah

II. Program Kepemimpinan Kepala Sekolah/madrasah

21. Apakah dalam program diseminasi mencakup program pelatihan kepemimpinan (leadership) kepala sekolah/madrasah?

a. Ya a. Tidak

22. Jika ’Ya’ berapa kali pelatihan diadakan? ..... kali

23. Apakah kepala sekolah/madrasah sudah menyusun Perencanaan Kepala Sekolah?

a. Sudah b. Belum

88

III. Program Komputerisasi Sistem Database Sekolah

A. Baseline Data 24. Apakah sekolah/madrasah memiliki komputer?

a. Ya b. Tidak

25. Jika ”Ya”, sebutkan jumlah komputer yang dimiliki sekolah/madrasah? ....................

26. Apakah sumberdaya di sekolah/madrasah sudah pernah mendapat pelatihan berbasis komputer? (untuk Guru, jika ”Ya” maka nyatakan jumlahnya)

No. Unsur Spreadseet (MS-

Excel) Word Processing

(MS-Word)

Program Aplikasi (sebutkan)

............................. Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

1. Kepala Sekolah/ Madrasah

2. Guru 3. Tenaga administrasi

sekolah/madrasah

4. Lainnya (sebutkan) ..............................

B. Proses Penyusunan & Pemutakhiran Data 27. Apakah sekolah/madrasah memiliki seluruh unsur data yang diperlukan (sesuai dengan Form

Data Entry SDS)? a. Ya b. Tidak

28. Jika ”Tidak”, langkah apakah yang dilakukan oleh sekolah/madrasah untuk melengkapi data dimaksud? Jelaskan ________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________

29. Apakah sekolah/madrasah mengalami kesulitan dalam melakukan entri data ke perangkat lunak aplikasi SDS?

a. Ya b. Tidak

30. Jika ”Ya”, jelaskan kesulitan yang dihadapi: (misal baru pertama kali menggunakan komputer, dsb.) ________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________

89

________________________________________________________________________ 31. Apakah sekolah melakukan pemutakhiran data?

a. Ya b. Tidak

32. Jika ”Ya”, seberapa sering pemutakhiran data dilakukan? ........................... 33. Jika pemutakhiran data dilakukan, apakah pemutakhiran data dilakukan dengan cara

memutakhirkan dapa pada SDS? a. Ya b. Tidak

C. Mutu Komputerisasi SDS 34. Berdasarkan kajian terhadap dokumen tercetak (keluaran SDS) atau aplikasi SDS, berapa

persen kelompok/kategori data yang diperlukan telah selesai dientri?

No. Kelompok Data Persentase Kelengkapan Data

≤ 25% ≤ 50% ≤ 75% ≤ 100% 1. Kesiswaan 2. Kurikulum & Kegiatan Pembelajaran 3. Pendidik & Tenaga Kependidikan 4. Sarana & Prasarana 5. Keuangan dan Pembiayaan 6. Budaya & Lingkungan 7. Peran Serta Masyarakat 8. Program Sekolah/Madrasah 9. Transaksi Keuangan Sekolah/Madrasah

D. Dampak Komputerisasi SDS 35. Mohon dicermati perubahan-perubahan yang terjadi di sekolah/madrasah setelah mereka

mengimplementasikan Komputerisasi SDS:

No. Indikator Hasil Pengamatan 1. Pemutakhiran data dilakukan secara

berkala

2. Profil sekolah/madrasah merupakan keluaran (output) dari SDS

3. RKT sekolah/madrasah merupakan keluaran (output) dari SDS

4. RKT ditempel di papan pengumuman sekolahmadrasah

5. School Report Card merupakan keluaran (output) dari SDS

6. School Report Card ditempel di papan pengumuman sekolah

90

No. Indikator Hasil Pengamatan 7. BOS K1 sampai K6 merupakan

keluaran (output) dari SDS

IV. Program Penguatan Komite Sekolah/Madrasah

36. Apakah program diseminasi mencakup program penguatan komite sekolah/madrasah

a. Ya

b. Tidak 37. Jika ”Ya” berapa kali pelatihan dilaksanakan? ........... kali

38. Berapa orang anggota komite sekolah yang hadir dalam setiap kali pelatihan? ............. orang

39. Apakah Komite Sekolah/Madrasah sudah menyusun AD-ART?

a. Sudah

b. Belum

91

Contoh Instrumen 2

Instrumen Diseminasi Program DBE1 Untuk Kabupaten/Kota/Lembaga

Nama kabupaten/kota/Lembaga

:

Alamat : Sumber dana Replikasi* : 1. APBD kabupaten/kota

2. Departemen Agama 3. Yayasan (mis. Muhammadiyah, NU, dsb.) 4. Mandiri (sekolah, gugus, kecamatan, dsb.)

Total budget yang dialokasikan

: TA ....... : Rp. __ __ __

Total target sekolah/madrasah

: [ ] SD [ ] MI [ ] SMP [ ] MTs TOTAL [ ]

Program diseminasi* : 1. Penyusunan RKS/M & RKT 2. Kepemimpinan Kepala Sekolah/madrasah 3. Komputerisasi Sistem Database Sekolah (SDS) 4. Penguatan Komite Sekolah/madrasah

Staf yang menyusun program diseminasi

1. 2. 3. 4.

Nama Responden Jenis Kelamin : Jabatan : Pengumpul data : Tanggal pengumpulan data : Tanda Tangan :

Catatan: * Lingkari jawaban yang sesuai

92

I. Proses Pelatihan & Pendampingan RKS/M:

1. Berapa kali pelatihan diadakan? _________ kali

2. Berapa hari total pelatihan diberikan kepada KK-RKS? __________ hari

3. Berapa peserta per sekolah hadir? ________ (cocokan dengan Pertanyaan No. 6)

4. Berapa peserta hadir per kegiatan pelatihan? ________

5. Siapa sajakah yang menjadi Narasumber dalam pelatihan tersebut?

No Narasumber Ya Tidak

1 DBE1?

2 District Fasilitator (DF)?

3 Pengawas yang pernah mengikuti pelatihan DBE1

4 Lainnya (sebutkan)

6. Siapa sajakah yang hadir dalam pelatihan tersebut?

No Unsur Ya Tidak

1 Kepala Sekolah/Madrasah

2 Guru

3 Komite Sekolah/Madrasah 1

4 Komite Sekolah/Madrasah 2

5 Lainnya (sebutkan)……..

7. Selain pelatihan, apakah sekolah/madrasah juga memperoleh pendampingan?

a. Ya

b. Tidak .

8. Jika ”Ya” siapakah yang mendampingi sekolah/madrasah?

No Narasumber Ya Tidak

1 DBE1?

2 District Fasilitator (DF)?

93

3 Pengawas yang pernah mengikuti pelatihan DBE1

4 Lainnya (sebutkan)

9. Jika ”Ya” berapa kali pendampingan dilakukan? .......... kali

10. Apakah ada kegiatan sosialisasi RKS/M kepada pihak tingkat kabupaten/kota atau lembaga?

a. Ya

b. Tidak

II. Proses Pelatihan/Pendampingan: Kepemimpinan (jika dianggarkan)

11. Berapa kali pelatihan kepala sekolah/madrasah dilaksanakan? ........... kali

12. Selain pelatihan, apakah juga dilakukan pendampingan?

a. Ya

b. Tidak

13. Jika ”Ya” berapa kali pendampingan dilakukan? ........ kali

III. Proses Pelatihan/Pendampingan: Komputerisasi Sistem Database Sekolah (jika dianggarkan)

13. Berapa kali pelatihan SDS diadakan? _________ kali

14. Berapa hari total pelatihan SDS diberikan kepada peserta dari sekolah/madrasah per kegiatan pelatihan? __________ hari

15. Berapa peserta per sekolahmadrasah hadir? ________ (cocokan dengan Pertanyaan No.19)

16. Berapa total peserta hadir per kegiatan pelatihan SDS? ________

17. Siapa sajakah yang menjadi Narasumber dalam pelatihan SDS tersebut?

No Narasumber Ya Tidak

1 DBE1?

2 District Fasilitator (DF)?

3 Pengawas yang pernah mengikuti pelatihan DBE1

4 Lainnya (sebutkan)

94

18. Siapa sajakah yang hadir dalam pelatihan SDS tersebut?

No Unsur Ya Tidak

1 Kepala sekolah/madrasah

2 Guru

3 Tenaga administrasi sekolah/madrasah

4 Lainnya (sebutkan) …………………….

5 Lainnya (sebutkan)………………….…..

19. Selain pelatihan SDS, apakah sekolah/madrasah juga memperoleh pendampingan SDS?

a. Ya

b. Tidak . 20. Jika ”Ya” siapakah yang mendampingi sekolah/madrasah?

No Narasumber Ya Tidak

1 DBE1?

2 District Fasilitator (DF)?

3 Pengawas yang pernah mengikuti pelatihan DBE1

4 Lainnya (sebutkan)

21. Jika ”Ya”, berapa kali pendampingan dilakukan? .......... kali

22. Apakah ada kegiatan sosialisasi Komputerisasi SDS kepada pihak tingkat kabupaten/kota atau lembaga?

a. Ya

b. Tidak

IV. Proses Pelatihan/Pendampingan: Penguatan Komite Sekolah/Madrasah (jika dianggarkan)

23. Berapa kali pelatihan komite sekolah/madrasah dilaksanakan? ........... kali

24. Selain pelatihan, apakah juga dilakukan pendampingan?

a. Ya

b. Tidak

25. Jika ”Ya” berapa kali pendampingan dilakukan? ........ kali

95

Catatan penting:

96

97

TIM PENYUSUN:

1. Drs. Utju Sumarsana, M.Si. 2. Drs. Palogo Balianto, M.Pd. 3. Drs. A. Mukti, M.Ed. 4. Drs. Trias Subarkah 5. Drs. Sukiono, M.M 6. USAID-DBE1

ALAMAT KONTAK:

1. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD Gedung E Lt. 17 – 18 Depdiknas, Jl. Jenderal Sudirman – Senayan, Jakarta 10270 Telepon 021.5790 0364, 021.572 5641, 021.572 5642, 021.572 5643 Fax. 021.572 5635, 021.572 5637

2. Sekretariat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD Gedung E Lt. 17 – 18 Depdiknas, Jl. Jenderal Sudirman – Senayan, Jakarta 10270 Telepon 021.5790 0364, 021.572 5641, 021.572 5642, 021.572 5643 Fax. 021.572 5635, 021.572 5637 Website: http://www.mbs-sd.org

3. USAID- DBE1 – Manajemen dan Tata Layanan Pendidikan

Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower 1, Lt. 29, Suite #2901 Jl. Jend. Sudirman Kav. 52 – 53 Telepon 021.515 2772 Fax. 021.515 5859 Website: http://www.dbe-usaid.org, http://pdms.dbeindonesia.org

98

Milik Negara. Tidak Diperdagangkan

Isi di luar tanggung jawab USAID| Indonesia