pasti lebih baik - Direktorat Jenderal Perbendaharaan

238

Transcript of pasti lebih baik - Direktorat Jenderal Perbendaharaan

PASTI LEBIH BAIK

Meski tak segemerlap emas, perak melambangkan sebuah esensial kesederhanaan kehidupan, kejujuran dan kebaikan, tak lekang oleh waktu serta mudah dibentuk sebagai cerminan adaptasi terhadap sebuah perubahan. Sehingga dilatarbelakangi oleh hal tersebut maka tema Perak dipilih menjadi inspirasi desain untuk Laporan Tahunan Transformasi Kelembagaan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Tahun 2020.

DAFTAR ISIPasti Lebih Baik 3 Filosofi Tema

4 Daftar Isi

6 Kata Pengantar

8 Kata Sambutan

10 Visi Misi Direktorat Jenderal Perbendaharaan

14 Inisiatif Strategis Transformasi Kelembagaan Tahun 2020

34 Laporan Kinerja Transformasi Kelembagaan Direktorat Jenderal Perbendaharaan 2020

52 Change Request

53 IS RBTK 2021

56 Change Management and Communication 62 Duta Transformasi Transformasi Kelembagaan Ditjen Perbendaharaan

Quickwins 2020 70 Optimalisasi dan Pemanfaatan BMN secara Efektif dan Efisien 82 Otomasi Maksimum Pencairan (MP) PNBP Terpusat Fase II 90 Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah (KKP) pada Kantor Perwakilan RI di Luar Negeri 98 Simplifikasi Pengelolaan Rekening Pemerintah 104 Piloting Penggunaan UP melalui Sistem Digital Payment-Marketplace pada Satker K/L 112 Digitalisasi Impact Analysis Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) (Endline) 118 BLU Simpel : Integrasi & Simplifikasi Tata Kelola BLU 124 BLU Integrated Online System 2.1:Digitalisasi Pengelolaan BLU 130 Kerangka Penguatan Konsolidasi Statistik Fiskal Nasional (GFS) 136 Modul Pelaporan - SIKRI 142 Penyelesaian Rekomendasi Pengangkatan Pejabat Fungsional di Bidang Perbendaharaan pada Kementerian Negara/ Lembaga 148 Simplifikasi Peraturan di Bidang Perbendaharaan Fase I 154 Aplikasi Gaji Berbasis Web

160 Kegiatan Transformasi Kelembagaan 192 Mengenal lebih dekat Implementasi Platform Pembayaran Pemerintah

204 Survey Transformasi Kelembagaan

220 Highlights 2020

228 Daftar Akronim

237 Tim Penyusun Annual Report Tahun 2020

Kata sambutan

Direktur Sistem Perbendaharaanselaku Ketua PMO DJPb

Agung Yulianta

Kata pengantar

Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan pada tahap Digital Transformation bertujuan untuk mengubah mindset dan budaya kerja sehingga relevan dengan perkembangan teknologi dan pola aktivitas masyarakat di era digital ini.

Meskipun pada Tahun 2020, tahun kedua dari tahap Digital Transformation terdapat tantangan secara langsung pandemi Covid-19 yang berdampak sangat besar pada ekonomi dan sosial, namun hal ini justru mendorong percepatan implementasi transformasi digital dalam menjaga produktivitas dan kualitas pelayanan di tengah pandemi.

Buku Laporan Tahunan (Annual Report) Transformasi Kelembagaan 2020 ini disusun untuk dapat memberikan informasi atas pelaksanaan program Reformasi Birokrasi Transformasi Kelembagaan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan sepanjang Tahun 2020 yang memuat capaian inisiatif strategis, capaian Quickwins, Treasury Charter, dan kegiatan transformasi kelembagaan, yang dirangkum dalam satu tema “Digital Treasury: Agile Boosting Performance”. Tema ini bermakna bahwa dengan kemampuan organisasi untuk beradaptasi dengan cepat dan lincah, telah mendorong percepatan Digitalisasi di Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Semoga Buku Laporan Tahunan ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan evaluasi bagi seluruh pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan semua pihak yang berkepentingan dalam mendukung dan mengimplementasikan Transformasi Kelembagaan.

Salam Transformasi!

Agung Yulianta Direktur Sistem Perbendaharaan

selaku Ketua PMO DJPb

Direktur Jenderal Perbendaharaan

Hadiyanto

Kata sambutan

Assalaamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya, Direkrorat Jenderal Perbendaharaan telah mampu melaksanakan setiap tahapan program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan (RBTK). Meskipun tahun 2020 pandemi Covid-19 masih menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan kegiatan RBTK, namun tantangan tersebut telah mendorong akselerasi tahapan Digital Transformation di lingkungan Kementerian Keuangan.

Capaian atas Pengembangan Platform Pembayaran Pemerintah menjadi highlight untuk menjaga semangat Digital Transformation di Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Di samping itu, apresiasi kami sampaikan atas peran penting Duta Transformasi Kelembagaan yang telah bekerja secara produktif dan kreatif dalam melaksanakan sosialisasi Program RBTK, serta membantu terlaksananya proses perubahan dan menggali feedback atas implementasi Program RBTK.

Dalam rangka menjaga momentum akselerasi transformasi digital yang telah terbangun, diperlukan inovasi yang kreatif sehingga Direktorat Jenderal Perbendaharaan dapat beradaptasi dengan cepat. Hal ini penting untuk membangun berbagai inovasi guna menyempurnakan proses bisnis organisasi yang lebih sederhana, efektif, efisien, serta memungkinkan fleksibiltas kerja dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi. Tantangan pandemi dapat mendorong kita mempersiapkan lanskap digital office yang lebih mapan, dengan mengedepankan keselamatan kerja, kolaborasi, pertukaran data, dan otomasi, untuk mendukung self-services.

Akhirnya, kami sampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Unit In Charge (UIC) dan seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Transformasi Kelembagaan Ditjen Perbendaharaan sepanjang Tahun 2020. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan dan kekuatan lahir batin agar kita mampu menghadapi masa pandemi yang sulit ini dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Wassalaamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hadiyanto Direktur Jenderal Perbendaharaan

VISI MISIdirektorat Jenderal PPerbendaharaAN

VISIMenjadi pengelola perbendaharaan negara yang unggul di tingkat dunia dalam rangka mendukung visi Kementerian Keuangan “Menjadi Pengelola Keuangan Negara untuk Mewujudkan Perekonomian Indonesia yang Produktif, Kompetitif, Inklusif, dan Berkeadilan.

MISIDJPb mendukung misi Kementerian Keuangan nomor 3 (memastikan belanja negara yang berkeadilan, efektif, efesien, dan produktif) dan nomor 4 (Mengelola neraca keuangan pusat yang inovatif dengan resiko minimum) melalui:

1. Mewujudkan pengelolaan kas negara yang prudent, efisien, dan optimal;2. Mendukung kinerja pelaksanaan APBN yang efesien, efektif, dan akuntabel;3. Mewujudkan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah yang akuntabel,

transparan, andal, dan tepat waktu;4. Mewujudkan tata kelola investasi pemerintah yang modern, inklusif, dan berkelanjutan;5. Mewujudkan layanan dan tata kelola keuangan Badan Layanan Umum yang inovatif dan modern;6. Mewujudkan tata kelola sumber daya, proses bisnis, dan sistem teknologi informasi perbendaharaan yang modern, efektif, dan adaptif.

11 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 12

PENgadaan bahan baku

Perak merupakan logam transisi lunak, putih, dan berkilau, yang memiliki konduktivitas listrik, konduktivitas termal, dan reflektivitas tertinggi di antara semua logam. Logam ini terjadi secara alamiah dalam bentuk murni, bentuk bebas (perak asli), sebagai paduan dengan emas dan logam lainnya, dan dalam mineral seperti argentit dan klorargirit.

Sama halnya dengan bahan baku perak, Transformasi Kelembagaan Direktorat Jenderal Perbendaharaan memerlukan hal utama berupa Visi dan Misi yang bukan hanya gagasan tertulis, namun menjadi fondasi dari sebuah rencana Transformasi Kelembagaan yang mature dan measureable untuk melaksanakan Quickwins dan IS RBTK.

13 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

inisiatif strategis transformasi kelembagaantahun 2020

Pada Tahun 2020, dalam rangka mewujudkan komitmen transformasi digital Kementerian Keuangan telah ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 125/KMK.01/2020 tentang Implementasi Inisiatif Strategis Program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan. Transformasi digital di Kementerian Keuangan bertujuan untuk mengubah mindset dan budaya kerja sehingga relevan dengan perkembangan teknologi dan pola aktivitas masyarakat di era digital ini. Transformasi Digital Kementerian Keuangan juga bertujuan untuk mewujudkan perbaikan layanan yang berfokus pada masyarakat dan stakeholder (citizen-centric); meningkatkan efisiensi proses bisnis dan operasional; meningkatkan kualitas layanan melalui digitalisasi; membangun data driven organization untuk perumusan kebijakan yang lebih efisien; mendorong budaya kerja yang kolaboratif

dan terdigitalisasi; serta meningkatkan kolaborasi dengan Kementerian dan Lembaga lain, sehingga mampu meningkatkan reputasi Kementerian Keuangan sebagai institusi kelas dunia yang modern. dunia yang modern.

Implementasi IS RBTK tahun 2020-2024 telah ditetapkan 15 (sebelas) Inisiatif Strategis Program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan (IS RBTK) untuk tahun 2020-2024 dan tambahan 1 IS yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 125/KMK.01/2020 tentang Implementasi Inisiatif Strategis Program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan sebagaimana terakhir diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 454/KMK.01/2020. Selanjutnya, dalam rangka memberikan pedoman tata kelola implementasi ISRBTK dan Transformasi Kelembagaan di Kemenkeu, telah ditetapkan Keputusan Sekretaris Jenderal Nomor KEP-120/SJ/2020 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Sekretaris Jenderal Kemenkeu No KEP-438/SJ/2019 tentang Tata Kelola Implementasi Inisiatif Strategis Program RBTK Kemenkeu.

Pada tahun 2020, secara garis besar implementasi Program IS RBTK berjalan sesuai rencana/on-track di mana capaiannya adalah sebesar 95% dari target 85%, dengan rincian sebagai berikut:

A. Tema Sentral (capaian 98% dari target 85%):Tema Sentral terdiri atas 6 (enam) inisiatif dengan capaian signifikan sebagai berikut:1. Pelaksanaan Flexible Working Space sesuai KMK Nomor 223/KMK.01/2020 dalam

kondisi pandemi UIC: Setjen);2. Pengembangan data analytics, usecase: otomatisasi profiling dokumen hasil putusan

sidang Pengadilan Pajak (UIC: Setjen);3. Ekstensi penggunaan Customer Relationship Management (CRM) Call Center Hai

DJPb di level Kementerian Keuangan dengan mengintegrasikan Contact Center di bawah pengelolaan Kemenkeu Prime134. Integrasi dengan DJP dan DJBC dilakukan melalui integrasi text/transfer tiket UIC: Setjen, Seluruh Unit Eselon I);

15 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

5. Penetapan KMK Nomor 581/KMK.01/2020 tentang Roadmap Pengelolaan ASN (UIC: Setjen);

5. Implementasi full e-learning terealisasi sebesar 82,38%, yang terdiri dari 546 program dan 405.313 peserta per 29 Desember 2020 (UIC: BPPK).

B. Tema Penerimaan (capaian 93% dari target 85%):Tema Penerimaan terdiri atas 4 (empat) inisiatif dengan capaian signifikan sebagai berikut:1. Pemanfaatan Single Stakeholder Information (SSI) dan implementasi Joint Profile

Perpajakan untuk Joint Endoresment di FTZ Batam (UIC: DJBC, DJP, DJA);2. Penyempurnaan probis, regulasi, dan IT untuk pelayanan dan pengawasan: impor,

ekspor, kawasan berfasilitas dan cukai (dengan single/integrated/pre-populated document), Implementasi Automatic Blocking System (ABS) akses kepabeanan, Joint Probis & Pemeriksaan Bersama Batubara, serta kerja sama antara DJPb-DJPK-DJP-Pemda (UIC: DJP, DJBC, DJA);

3. Implementasi PMK Nomor 231/PMK.03/2019 dalam rangka pembenahan basis data instansi pemerintah (UIC: DJP, DJPK, DJPb);

4. Penetapan agen pengadaan dan pemenang lelang pengadaan System Integrator, Project Management, dan Quality Assurance oleh Menteri Keuangan, serta telah ditetapkannya TIM PSIAP (UIC: DJP);

5. Implementasi Delivery Order (D/O) online, Surat Penyerahan Petikemas (SP2) Online, dan e-trucking platform; mandatory Single Submission (SSm) dan Joint Inspection Bea Cukai dengan Karantina Pertanian dan Perikanan di 4 Pelabuhan Utama (UIC: LNSW, DJBC).

C. Tema Penganggaran (capaian 96% dari target 85%):Tema Penganggaran terdiri atas 2 (dua) inisiatif dengan capaian signifikan sebagai berikut:1. Implementasi Modul Anggaran SAKTI Satker pada bulan November 2020 (UIC: DJA,

DJPb);2. Pelaksanaan uji publik dan simulasi kesiapan implementasi skema baru sesuai

pembahasan Kemenkeu, KemenpanRB, dan Kemendagri (UIC: DJA, BKF, DJKN).

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 16

D. Tema Perbendaharaan (capaian 92% dari target 85%):Tema Perbendaharaan terdiri atas 4 (empat) inisiatif dengan capaian signifikan sebagai berikut:1. Penyampaian kajian IKN kepada Menteri Keuangan, Kajian Konsolidasi Standar

Barang dan Standar Biaya Pemeliharaan, serta Penetapan PMK115/PMK.06.2020 tentang Pemanfaatan BMN sebagai bentuk perbaikan tata kelola aset dalam lingkup pengawasan, pengendalian, dan pemanfaatan aset (UIC: DJKN);

2. Piloting pembayaran gaji Januari 2021 menggunakan Platform Pembayaran Pemerintah telah berhasil dilakukan pada tanggal 23 Desember 2020 untuk DJPb dan Setjen (UIC: DJPb, Setjen);

3. Penyelesaian proses interkoneksi 295 pemerintah daerah untuk penyediaan data transaksi per Desember 2020 (UIC:DJPK);

4. Penetapan KMK Nomor 5/MK.5/2020 tentang Pembentukan Tim SIKRI Tahun 2020 (UIC: DJPb).

17 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Tema Sentral(capaian 98% dari target 85%)

Tema Penganggaran (capaian 96% dari target 85%)

ISRBTK2020

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 18

Tema Penerimaan (capaian 93% dari target 85%

Tema Perbendaharaan (capaian 92% dari target 85%)

ISRBTK2020

19 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

PENGELOLAAN IS RBTK 2020

Dalam rangka menyesuaikan perkembangan teknologi informasi dan era digital yang ada di sekitar kita serta melaksanakan Misi #5 Kementerian Keuangan yaitu: “Mengembangkan proses bisnis inti berbasis digital dan pengelolaan SDM yang adaptif sesuai kemajuan teknologi”. Misi ini sejalan dengan program besar digitalisasi proses bisnis Kementerian Keuangan dan upaya Kementerian Keuangan untuk mendukung pencapaian 5 Agenda Prioritas Presiden Joko Widodo, yaitu Pembangunan SDM, Pembangunan Infrastruktur, Simplifikasi Regulasi, Penyederhanaan Birokrasi, dan Transformasi Ekonomi. Oleh karena itu, untuk mewujudkan komitmen transformasi digital Kementerian Keuangan tersebut, dalam Leaders’ Offsite Meeting (LOM) pada tanggal 11 Desember 2019 telah ditetapkan 15 (sebelas) Inisiatif Strategis Program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan (IS RBTK) dan tambahan 1 IS yang ditetapkan kemudian.

Rincian 16 IS RBTK Tahun 2020 adalah sebagai berikut:1. Penguatan Budaya Kementerian Keuangan: The New Thinking of Working;2. Optimalisasi Sistem Layanan Data Kementerian Keuangan (SLDK);3. Layanan Digital Kemenkeu;4. Implementasi Office Automation (e-Kemenkeu);5. Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia Kemenkeu;6. Modern e-Learning Sebagai Alat Utama Dalam Pengembangan SDM;7. Pengelolaan Akun Penerimaan Terpadu (Unified Revenue Account Management);8. Joint Program Optimalisasi Penerimaan;9. Pembaruan Sistem Inti Administrasi Perpajakan (Core Tax Administration System);10. Penyempurnaan Sistem Manajemen Pengelolaan Aset Negara;11. Simplifikasi Pelaksanaan Anggaran Melalui Penggunaan Teknologi Digital (Shared

Service dan Government Platform);12. Harmonisasi Belanja APBD dengan Belanja APBN;13. Pengintegrasian Informasi Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemda;14. Integrasi Proses Bisnis Perencanaan dan Penganggaran;15. Optimalisasi Kebijakan Penganggaran Terkait Pengelolaan Program Pensiun;16. Pengembangan National Logistic Ecosystem (NLE).

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 20

Capaian Kinerja

IS #1 Penguatan Budaya Organisasi Kementerian Keuangan: The New Thinking of Working: Capaian 100%

IS The New Thinking of Working (NTOW) bertujuan untuk mewujudkan budaya kerja yang adaptif, berbasis digital, dan berintegritas guna meningkatkan produktivitas dan kinerja Kementerian Keuangan di era digital. Penanggung jawab IS ini adalah Sekretariat Jenderal yang didukung oleh seluruh UE I. Adapun capaian signifikan yang berhasil diraih pada tahun 2020 adalah:

a. Flexible Working Space sudah berjalan sesuai KMK Nomor 223/KMK.01/2020, termasuk penerapan Satellite Office;

b. Piloting Activity Based Working (ABW) pada 14 Unit Kemenkeu Pusat dan satu Unit Daerah berdasarkan SE-9/2019. Selanjutnya telah ditetapkan KMK No 453/KMK.01/2020 sebagai dasar implementasi ABW di Kemenkeu; Peningkatan hasil review gerakan efisiensi dari Itjen sebesar 96,35% pada tahun 2020 dari tahun 2019 sebesar 90,31%;

c. Penyempurnaan Integrity Framework dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan anti korupsi (framework KPK).

IS #2 Optimalisasi Sistem Layanan Data Kementerian Keuangan (SLDK) untuk mewujudkan single source of truth data Kemenkeu; Capaian 100%

IS ini bertujuan untuk mewujudkan Kementerian Keuangan sebagai data driven organization melalui pemanfaatan SLDK, dimana hal yang mendasari terwujudnya Kemenkeu data driven organization adalah sinergi dan komitmen antar Unit Eselon I serta ketersediaan SDM yang berkompeten. Penanggung jawab IS ini adalah Sekretariat Jenderal yang didukung oleh Staf Ahli OBTI dan seluruh Unit Eselon I. Adapun capaian signifikan yang berhasil diraih pada tahun 2020 adalah:

a. Penetapan Grand Design SLDK dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 618/KMK.01/2020 sebagai panduan dalam proses pengembangan SLDK generasi 2 yang melingkupi layanan SLDK, tata kelola SLDK, arsitektur dan teknologi, dan roadmap

21 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

pengembangan SLDK.b. Pengaturan Model Pengelola Data dalam KMK nomor 527 Tahun 2020 dan

pengembangan Katalog Data;c. Implementasi solusi integrasi data dengan memanfaatkan Kemenkeu Service Bus

(untuk lingkup internal Kemenkeu) dan Open API (dengan pihak eksternal Kemenkeu).d. Pengembangan Dashboard ALM versi I;e. Pemanfaatan data analytics di lingkungan Kemenkeu dengan use case otomatisasi

profiling dokumen hasil putusan sidang Pengadilan Pajak.

IS #3 Layanan Digital Kemenkeu (LDK); Capaian 100%

IS ini bertujuan untuk menyediakan platform layanan digital yang terintegrasi sebagai cikal bakal omni channel seluruh UE 1 Kemenkeu. Digitalisasi juga mendorong interaksi layanan juga semakin berbasis pada user experience. Pelaksanaan IS ini melibatkan seluruh Unit Eselon 1 Kemenkeu namun dikoordinasikan oleh Sekretariat Jenderal. Capaian signifikan pada tahun 2020 meliputi:

a. Penggunaan satu environment Customer Relation Management dan Knowledge Based dalam pengelolaan Kemenkeu PRIME antara contact center DJPb, DJA, DJKN, DJPK, BPPK, LNSW, Setjen, DJPPR, BKF, Itjen. Pada tahun 2020, untuk integrasi contact center DJP dan DJBC dengan Kemenkeu PRIME telah berjalan dalam bentuk transfer format teks;

b. Soft launching web Layanan Digital Kemenkeu sebagai mock-up portal digital ke depan. Kemenkeu PRIME 134 sebagai contact center terintegrasi juga diluncurkan;

c. High Level Design dan Roadmap integrasi layanan dalam Layanan Digital Kemenkeu.

IS #4 Implementasi Office Automation dalam Rangka Membangun Digital Workplace (e-Kemenkeu); Capaian 98%

IS ini bertujuan untuk mendukung Kemenkeu Digital Workplace, melakukan digitalisasi proses bisnis dan layanan agar mampu menambah value-added dalam produktivitas, efisiensi birokrasi dan kepuasan pegawai Kemenkeu. Pelaksanaan IS ini melibatkan seluruh Unit Eselon 1 Kemenkeu namun dikoordinasikan oleh Sekretariat Jenderal. Capaian signifikan pada tahun 2020 meliputi:

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 22

a. Implementasi modul e-Kemenkeu pada awal pandemi (Presensi, Kesehatan dan MyTask Gen.1);

b. Upgrade template Naskah Dinas Elektronik (Nadine) dan optimalisasi Digital Signature;

c. Upgrade modul e-Kemenkeu untuk memfasilitasi layanan kepegawaian seperti Presensi, Izin Ketidakhadiran/Terlambat, Cuti, Izin Luar Negeri, dan Direktori Informasi Pegawai.

IS #5 Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM) Kementerian Keuangan; Capaian 93%

IS ini mencakup transformasi kebijakan kelembagaan dan SDM untuk mewujudkan organisasi Kementerian Keuangan yang mengadopsi Flatter and Boundaryless Organization sebagai konsekuensi logis transformasi fungsi Kemenkeu di era digital dan demografi pegawai. IS ini juga sebagai respon Kemenkeu terhadap strategi delayering nasional. Penanggung jawab IS ini adalah Sekretariat Jenderal dengan dukungan seluruh UE I. Adapun capaian signifikan yang berhasil diraih pada tahun 2020 adalah:

a. Delayering pejabat Eselon V DJBC menjadi JF Pemeriksa Bea dan Cukai;b. Penetapan Permenpan mengenai JF PPK dan Validasi hasil uji petik JF AKN dalam

rangka Akselerasi implementasi JF Kemenkeu sebagai instansi Pembina dan Jafung K/L lain sebagai instansi Pembina;

c. Internal vacancy policy telah dilaksanakan dengan 64 pegawai telah dinyatakan Lulus Seleksi Pemenuhan Kebutuhan Pegawai;

d. Enhancement HRIS melalui penggunaan Digital Signature pada Surat Keputusan Kepegawaian (Pangkat, NKP, KK, CPNS).

IS #6 Modern e-Learning Sebagai Alat Utama Dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia; Capaian 92%

Tujuan inisiatif ini adalah untuk mewujudkan SDM Kementerian Keuangan yang kompetitif melalui proses pembelajaran yang efisien, relevan, aplikatif, berdampak nyata (impactful), dan mudah diakses. Penanggung jawab IS ini adalah BPPK dengan dukungan Sekretariat Jenderal dan seluruh UE I. Adapun capaian signifikan yang berhasil diraih pada

23 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

(impactful), dan mudah diakses. Penanggung jawab IS ini adalah BPPK dengan dukungan Sekretariat Jenderal dan seluruh UE I. Adapun capaian signifikan yang berhasil diraih pada tahun 2020 adalah:

a. Realisasi full e-Learning: 74,99% (478 program dan 352.581 peserta);b. Interkoneksi HRIS dan e-Performance dengan KLC2, serta pengembangan SI machine

learning;c. Penambahan konten digital sebesar 16,17% (menjadi 1.954 konten pada 2020).

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 24

IS #7 Pengelolaan Akun Penerimaan Terpadu (Unified Revenue Account Management); Capaian 95%

Unified Revenue Account Management (URAM) merupakan platform tunggal profil risiko dan informasi WP yang mencakup aspek perpajakan dan PNBP sebagai fungsi alert management dan Decision Support System (DSS) bagi pimpinan. Tujuan IS ini adalah untuk mewujudkan terintegrasinya pengelolaan database penerimaan negara yang meliputi penerimaan negara pajak, bea cukai, dan bukan pajak. Penanggung jawab IS RBTK ini adalah DJP DJBC, DJA, LNSW, dan Sekretariat Jenderal. Adapun capaian signifikan yang berhasil diraih pada tahun 2020 adalah:

a. Pengembangan dan uji coba URAM platform Single Stakeholder Information (SSI) dan Joint Profile Perpajakan (JPP);

b. Pemanfaatan SSI di bulan November 2020;c. Pemanfaatan JPP untuk risk engine Joint Endorsement dokumen pajak dan bea cukai

di FTZ Batam.

IS #8 Joint Program Optimalisasi Penerimaan; Capaian 93%

Merupakan program sinergi dengan UIC utama (DJP, DJBC, DJA, dan LNSW) dan UIC Pendukung (DJPK, DJKN, DJPb, dan BPPK) untuk optimalisasi penerimaan negara melalui penegakan hukum dan perbaikan proses bisnis di bidang perpajakan dan PNBP. Penanggung jawab IS RBTK ini adalah DJP, DJBC, DJA, dan LNSW. Adapun capaian signifikan yang berhasil diraih pada tahun 2020 di antaranya adalah:

a. Joint Proses Bisnis (Probis): Penyempurnaan probis, regulasi, dan IT untuk pelayanan dan pengawasan: impor (implementasi nasional prepopulated PIB), ekspor (piloting prepopulated PEB), kawasan berfasilitas (piloting single document pengeluaran dan implementasi nasional integrated document pemasukan), cukai (piloting prepopulated CK-1), serta penandatanganan MoU Kemenkeu-BP Batam;

b. Joint Analysis: mendorong kontribusi penerimaan negara sebesar Rp 3,8 T, Implementasi Automatic Blocking System (ABS) berupa reject layanan PIB/PEB terhadap WP yang tidak lapor Surat Pemberitahuan (SPT), dan perluasan sinergi Kemenkeu dengan 85 Pemerintah Daerah untuk optimalisasi pajak pusat dan daerah;

c. Joint Audit: pemanfaatan data Automatic Exchange of Information (AEoI) untuk

25 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

mengungkap dugaan transfer pricing, pemeriksaan bersama Kemenkeu-BPKP untuk komoditas batubara.d. Joint Investigasi: temuan penyalahgunaan fasilitas Kawasan Bebas (tekstil dan rokok),

pengungkapan modus penyalahgunaan pita cukai, dan pemanfaatan bersama Data Intelijen, Data Penindakan dan Data Penyidikan oleh DJBC-DJP;

e. Joint Collection: penerbitan Surat OJK No. S19-D.03-2020 tentang Kewenangan DJBC dalam Membuka Rahasia Bank, dan Pemblokiran akses kepabeanan terhadap WP yang memiliki utang pajak;

f. Secondment: peningkatan pengungkapan 820 kasus, kontribusi penerimaan Rp 210,3 miliar, monev tindak lanjut hasil secondment berupa pengembangan beberapa kasus terkait komoditas Mutiara, perikanan, serta secondment di FTZ Batam;

g. Database terkoneksi antara DJPb-DJPK-DJP-Pemda.

IS #9 Pembaruan Sistem Inti Administrasi Perpajakan (Core Tax Administration System); Capaian 100%

IS ini bertujuan untuk mewujudkan Tersedianya Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan platform teknologi baru, yang mencakup keseluruhan fungsi inti administrasi perpajakan (core tax system) yang terintegrasi. Penanggung jawab IS ini adalah DJP dengan dukungan Sekretariat Jenderal dan Inspektorat Jenderal. Adapun capaian signifikan yang berhasil diraih pada tahun 2020 adalah:

a. Penetapan Agen Pengadaan oleh Menkeu;b. Usulan pemenang lelang pengadaan System Integrator, Project Management, dan

Quality Assurance telah disampaikan kepada Menteri Keuangan;c. Penetapan anggota Tim Pelaksana pada Tim PSIAP (KMK 483/KMK.03/2020).

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 26

27 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

IS #10 Penyempurnaan Sistem Manajemen Pengelolaan Aset Negara; Capaian 95%

IS ini bertujuan untuk menguatkan pengelolaan aset Negara dalam rangka mengoptimalkan manfaat ekonomi melalui peningkatan PNBP dan cost saving. Penanggung jawab IS RBTK ini adalah DJKN yang didukung oleh DJA, DJPPR, DJPb, dan Sekretariat Jenderal. Adapun capaian signifikan yang berhasil diraih pada tahun 2020 adalah:

a. Interkoneksi SIMAN v1 dengan SAKTI dan SIMPONI;b. Penyusunan UR modul Grand Design SIMAN v2, dan penyusunan desain simplifikasi

probis;c. Piloting penilaian aset sumber daya 2 sub-akun;d. Kajian atas aset tanah dan bangunan Kemenkeu di 34 provinsi.

IS # 11 Simplifikasi Pelaksanaan Anggaran Melalui Penggunaan Teknologi Digital (Shared Service dan Government Platform); Capaian 100%

IS ini selaras dengan aspirasi efisiensi proses bisnis khususnya pada pelaksanaan anggaran melalui pembangunan fungsi organisasi shared services dan government payment platform untuk pembayaran ‘common expenses’ dan transaksi lain ke depan. Penanggung jawab IS ini adalah DJPb yang didukung oleh Sekretariat Jenderal. Adapun capaian signifikan yang berhasil diraih pada tahun 2020 adalah:

a. Telah dibentuk Tim Ad hoc Shared Service Center sesuai KEP-130/PB/2020;b. Piloting pembayaran gaji untuk satker DJPb dan Setjen (8.500 pegawai);c. Telah terlaksana implementasi modul KKP untuk satker biasa;d. Telah dilakukan implementasi penuh SAKTI dengan KKP KPK.

IS # 12 Harmonisasi Belanja APBN dengan belanja APBD untuk mendukung Peningkatan Kualitas Keuangan Nasional; Capaian 67%

IS ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dengan mendorong belanja Pemda yang efisien dan produktif serta penyediaan data Pemerintah Daerah hingga level data transaksi yang lengkap, andal dan tepat waktu untuk mendukung penyusunan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi kebijakan fiskal secara nasional. Penanggung jawab IS ini adalah DJPK yang didukung oleh DJPb, DJP, Sekretariat

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 28

Jenderal, DJA, dan DJPb. Adapun capaian signifikan yang berhasil diraih pada tahun 2020 adalah:

a. Telah terinterkoneksi 288 pemda untuk penyediaan data transaksi per November 2020;

b. Telah ditetapkan regulasi DID untuk insentif bagi daerah yang berkinerja baik melalui PMK 87, 114, 151 dan 167 Tahun 2020;

c. Telah ditetapkan Perpres Nomor 33 Tahun 2020 tentang Standar Harga Satuan Regional (SHSR). SHSR sudah dijadikan acuan pada penyusunan APBD 2021.

IS # 13 Pengintegrasian Informasi Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk Mendukung Peningkatan Kualitas Pengelolaan Keuangan Negara; Capaian 100%

IS ini bertujuan untuk mewujudkan terintegrasinya informasi keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta Business Intelligence Pemerintah untuk mendukung pengambilan kebijakan fiskal yang komprehensif, serta meningkatkan sinergi keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Penanggung jawab IS ini adalah DJPb yang didukung oleh DJPK, Sekretariat Jenderal dan BKF. Adapun capaian signifikan yang berhasil diraih pada tahun 2020 adalah:

a. Simulasi Data Transaksi Keuangan Pemerintah Daerah yang dikompilasi oleh SIKD menjadi laporan keuangan;

b. Pembahasan arsitektur SIKD dengan DJPK dalam rangka penyusunan Arsitektur SIKRI.

29 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 30

IS # 14 Integrasi Proses Bisnis Perencanaan dan Penganggaran; Capaian 100%

IS ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi perencanaan serta penganggaran dalam pengelolaan keuangan negara melalui integrasi proses bisnis perencanaan dan penganggaran. Pada tahun 2020, IS mencakup implementasi dalam rangka mengatasi tantangan dalam konsolidasi penganggaran antara lain Redesain Sistem Perencanaan dan Penganggaran, langkah sinkronisasi TKDD dan belanja K/L untuk belanja tertentu, dan implementasi SAKTI. Penanggung jawab IS ini adalah DJA yang didukung oleh DJPb, DJPK, BKF, Sekretariat Jenderal. Adapun capaian signifikan yang berhasil diraih pada tahun 2020 adalah:

a. APBN 2021 sudah disusun dengan RSPP, dengan fokus pada perbaikan informasi kinerja (program, kegiatan, klasifikasi output dan outcome).

b. APBN 2021 sudah diselesaikan melalui aplikasi SAKTI full web, untuk seluruh Satker dan KL.

IS # 15 Optimalisasi Kebijakan Penganggaran Terkait Pengelolaan Program Pensiun; Capaian 87%

IS ini bertujuan untuk mewujudkan program pensiun dan JHT yang lebih efektif dan efisien melalui reformasi program pensiun dan lembaga penyelenggara program pensiun PNS. Penanggung jawab IS RBTK ini adalah DJA yang didukung oleh DJKN, BKF, dan DJPb. Adapun capaian signifikan yang berhasil diraih pada tahun 2020 adalah:

a. Telah disusun perbaikan simulasi tindak lanjut hasil pembahasan antara Menkeu, Menpan RB, dan Mendagri serta telah dilaporkan ke pimpinan Kemenkeu sebagai bahan Rapat Terbatas.

b. Kesepakatan dua opsi bentuk kelembagaan dalam rapat pembahasan transformasi kelembagaan Badan Pelaksana Program Pensiun (13 Agustus 2020).

IS # 16 Pengembangan National Logistic Ecosystem (NLE); Capaian 87%

IS ini bertujuan untuk memperbaiki performa logistik Indonesia dan membantu kebutuhan entitas bisnis logistik yang transparan, cepat, serta berbiaya rendah. Penanggung jawab IS ini adalah DJBC dan LNSW. Adapun capaian signifikan yang berhasil diraih pada

31 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

tahun 2020 adalah:a. Penyelesaian Grand Design NLE;b. Telah beroperasi platform Delivery Order (D/O) online, SP2 Online, dan e-trucking.c. Uji coba transaksi pembayaran D/O dan SP2 online, serta e-trucking melalui Bank

Mandiri;d. Sistem single submission Pabean-Karantina telah berjalan dan menjadi mandatory di

4 Pelabuhan Utama (Belawan, Tanjung Mas, Tanjung Perak, dan Tanjung Priok); sertae. Uji coba transaksi pembayaran D/O dan SP2 Online, serta e-trucking melalui salah

satu bank nasional dalam satu bill.

(sumber: Laporan Tahunan Program RTBK 2020 – CTO Kemenkeu)

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 32

33 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

laporan kinerja transformasi kelembagaandirektorat jenderal perbendaharaan tahun 2020

Pada tahun 2020, Ditjen Perbendaharaan berperan dalam pencapaian inisiatif strategis baik selaku Initiative Owner maupun pendukung sebagaimana diamanatkan dalam KMK Nomor 125/KMK.01/2020, sebagai berikut :

a. Ditjen Perbendaharaan selaku Initiative Owner

Ditjen Perbendaharaan selaku Initiative Owner dalam pencapaian milestones 2020, telah melaksanakan berbagai kegiatan sebagai berikut :

IS RBTK No. 11 Simplifikasi Pelaksanaan Anggaran Melalui Penggunaan Teknologi Digital (Shared Service dan Government Platform)

1. Penyusunan dan penyelesaian regulasi shared servicea. Telah disahkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 204/PMK.05/2020

tentang Piloting Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui Platform Pembayaran Pemerintah;

b. Telah diterbitkan peraturan pendukung untuk pelaksanaan Piloting Platform yaitu Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor PER-25/PB/2020 tanggal 21 Desember 2020 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Belanja Pegawai dan Belanja Barang Operasional dalam Piloting Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui Platform Pembayaran Pemerintah;

c. Telah dilakukan rangkaian rapat yang membahas berbagai aspek detil yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan piloting dan juga meminta pertimbangan dari Biro Hukum Kementerian Keuangan sebagai langkah pengamanan terhadap pelaksanaan piloting Platform Pembayaran Pemerintah.

2. Pembangunan sistem Shared Service Center (SSC) dan implementasi Government Platform.

Pembangunan sistem masih dalam proses, sistem integrasi tidak menghasilkan sistem baru dan rancangan dashboard masih dalam pembahasan. Pengembangan sistem dashboard dan rancangan probis untuk layanan operasional telah dilakukan sebagai sarana pendukung dan alat monitoring dan evaluasi dari pelaksanaan piloting platform.

3. Pembentukan unit pengelola SSC (adhoc)a. Pembentukan unit pengelola adhoc

Unit adhoc sudah dibentuk lintas direktorat melalui penetapan KEP Nomor 130/PB/2020 tentang Tim Pengelola Platform Pembayaran Pemerintah dengan menetapkan susunan Tim SSC Adhoc dan Keputusan Direktur Sistem Perbendaharaan nomor KEP-36/PB.7/2020 tentang Keanggotaan Sekretariat Pelaksana Kegaiatan Tim Pengelola Platform Pembayaran Pemerintah (Ad Hoc);

b. Desain dan penetapan Unit SSC (dedicated unit) Kajian unit SSC dedicated sudah disampaikan oleh Setditjen.

4. Implementasi SSC Payroll di Kemenkeua. Telah dilakukan penyamaan data pegawai;b. Telah dilakukan pembuatan rekap gaji pada aplikasi Gaji; c. Telah dilakukan demo aplikasi sekaligus penyelesaian SPP dan SPM gaji via

PPP pada 23 Desember 2020.

5. Implementasi SSC Non Payroll a. MoU DJPb dengan PT PLN (Persero) telah ditetapkan tgl 23 Desember 2020

sedangkan MoU DJPb dengan PT Telkom sedang dalam proses penyusunan;b. Integration Testing dan UAT dengan Telkom dan PLN sudah dilakukan.

35 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

6. Implementasi penuh KKPa. Telah dilakukan sosialisasi edukasi kepada seluruh Kanwil DJPb dan KPPN

melalui vidcon terkait implementasi KKP Lanjutan; b. Telah disusun laporan pemantauan dan evaluasi penggunaan KKP tahun

2019;c. Pengembangan/penyesuaian aplikasi Satker (SAS-Modul Silabi dan SAKTI)

untuk memenuhi permintaan data DJP;d. Telah dilakukan survei ketersediaan mesin EDC kepada Satker mitra kerja;e. Telah ditetapkan PER-19/PB/2020 pada tanggal 30 September 2020 tentang

Uji Coba Mekanisme Pembayaran dan Penggunaan KKP Atas Beban BA BUN;f. Sedang dikembangkan/disesuaikan aplikasi Satker (SAS-Modul Silabi dan

Aplikasi SAKTI) dalam rangka implementasi KKP Satker BA BUN;g. Untuk satker biasa modul KKP sudah implementasi.

7. Sertifikasi Sistem Pembayaran Pemerintah Telah dilakukan rangkaian rapat dengan agenda pembahasan rencana sertifikasi sistem yang akan dilakukan oleh pihak berwenang untuk melakukan sertifikasi.

8. Pembangunan interkoneksi sistem pengujian transaksi KKP dengan SAKTI Sudah implementasi penuh SAKTI dengan KKP KPK.

Dalam pelaksanaan implementasi IS #11 tahun 2020 terdapat ini beberapa tantangan yang dihadapi yaitu:1. Sistem elektronik core memerlukan sertifikasi dan TTE tersertifikasi sebagai

penguat kepatuhan pada UU ITE;2. Penyelesaian naskah kerjasama terutama dengan PLN sebagai dasar interkoneksi;3. Pandemi Covid-19 mempengaruhi optimalisasi implementasi penggunaan KKP

oleh Satker K/L.

Program RBTK merupakan perjalanan yang sangat panjang dan melalui beberapa milestone untuk mewujudkannya, oleh karena itu telah disusun rencana kegiatan pada IS #11 yang akan dilaksanakan pada periode berikutnya yaitu:

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 36

1. Pembayaran terhadap common expenses akan dilaksanakan melalui Shared Service;2. Piloting common expenses (PLN dan Telkom) untuk satker DJPb dan Setjen (Januari

2021);3. Perluasan piloting gaji dan common expenses (PLN dan Telkom) Kemenkeu I;4. Pengembangan layanan pembayaran Tunkin (satker DJPb dan Sekjen);5. Monev piloting layanan;6. Pelaksanaan Program Change Management and Communication;7. Penerapan TTE tersertifikasi dan Ijin operasional sistem core ke Kominfo;8. Pengujian terhadap aplikasi Satker (SAS-Modul Silabi dan Aplikasi SAKTI) yang

telah dikembangkan/disesuaikan dalam rangka implementasi KKP Satker BA BUN;9. Implementasi uji coba mekanisme pembayaran dan penggunaan KKP atas beban

BA BUN yang akan dilaksanakan secara bertahap;10. Monitoring dan evaluasi pengunaan KKP (Kanwil DJPb/KPPN/ Satker K/L) tahun

2020.

IS # 13 Pengintegrasian Informasi Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk Mendukung Peningkatan Kualitas Pengelolaan Keuangan Negara

Pada tahun 2020, terdapat target milestone IS #13 yang dicapai yaitu pengusulan SIKRI sebagai platform integrasi keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (termasuk penetapan & penyelarasan BAS Pemda dengan BAS Pusat).

Dalam rangka pencapaian milestone tersebut terdapat beberapa kegiatan utama yang telah dilaksanakan yaitu:

a. Telah ditetapkan KMK Nomor 5/MK.5/2020 tentang Pembentukan Tim SIKRI Tahun 2020.

b. Telah dilakukan simulasi Data Transaksi Keuangan pemda yang dikompilasi SIKD menjadi laporan keuangan oleh DJPK, sesuai UND15/PB.7/2020;

c. Telah dilakukan pembahasan dalam rapat Dit. ESI, Dit APK, Dit SITP, PMO DJPb dan PMO DJPK untuk membahas dan menyeleraskan interkoneksi antar kedua sistem;

d. Telah disusun rancangan Blueprint dan BDAT SIKRI (setelah melalui pembahasan dengan pihak terkait) dan telah disampaikan kepada Dirjen Perbendaharaan;

37 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

e. Telah diadakan pelatihan capacity building (SDM) analisis data, teknologi, dan infrastruktur pendukung, yang bekerja sama dengan Brainmatic dengan topik Training Systems Analysis and Design with UML;

f. Telah dikembangkan Modul Pelaporan SIKRI di level pelaporan dalam platform SPAN;

g. Telah dilakukan Piloting Modul Pelaporan SIKRI pada Kanwil DJPb pada bulan Agustus dan November 2020.

Secara garis besar, terdapat 7 (tujuh) tahapan utama proses pengembangan SIKRI MP yang dilaksanakan pada tahun 2020 :

1. Pengembangan prototype aplikasi dengan koordinasi yang intensif. Setelah itu, dilaksanakan functional test oleh pihak pengembang guna memastikan setiap fungsi dari aplikasi telah berjalan dengan baik;

2. User Acceptance Test (UAT) yang dilaksanakan dengan bantuan beberapa Kanwil DJPb guna memastikan aplikasi yang telah dikembangkan sesuai dengan kebutuhan calon pengguna;

3. Performance test yang berfungsi untuk menguji ketahanan dan kestabilan dari SIKRI MP yang dikembangkan;

4. Piloting sebanyak 2x (dua kali) yang masing-masing diikuti oleh 3 Kanwil DJPb dengan terlebih dahulu dilakukan transfer knowledge kepada peserta piloting;

5. Deployment SIKRI MP dari server development ke server production SPAN;6. Monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan;7. Tanggal 28 Januari 2021, SIKRI MP telah di-launching secara resmi oleh Direktur

APK sekaligus sebagai penanda awal penggunaan SIKRI MP dalam penyusunan LKPK dan LSKP.

Dalam pelaksanaan implementasi IS #13 tahun 2020 terdapat ini beberapa tantangan yang dihadapi yaitu:

1. RPP BAS Pemerintah Daerah belum ditetapkan sehingga belum dapat diketahui sejauh mana penerapan BAS pada SIPD Kemendagri pada tahun depan yang akan berpengaruh ke SIKD dan SIKRI;

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 38

2. Penyelarasan pengembangan SIKD dengan SIKRI, antara lain: interkoneksi data transaksi dari SIKD ke SIKRI pada tahun 2021 dan pemenuhan kebutuhan database untuk menampung data informasi keuangan daerah.

Program RBTK merupakan perjalanan yang sangat panjang dan melalui beberapa milestone untuk mewujudkannya, oleh karena itu telah disusun rencana kegiatan pada IS #13 yang akan dilaksanakan pada periode berikutnya yaitu:

1. Koordinasi DJPb dengan DJPK untuk membahas pending matters dalam penyelarasan BAS, interkoneksi data dan penyediaan data guna penyelarasan pengembangan SIKD dan SIKRI;

2. Penyelesaian penyusunan blueprint dan BDAT Integrasi Informasi Keuangan pemerintah pusat dan pemda dan pembahasan blueprint BDAT dengan stakeholders;

3. Penetapan dasar hukum SIKRI sebagai platform integrasi keuangan Pemerintah Pusat dan Pemda;

4. Penyusunan draft BAS Konsolidasian;5. Penyediaan SIKRI di tingkat Laporan;6. Capacity building terkait financial statement analysis/data analysis dan business

intelligence;7. Penyediaan data neraca keuangan pusat dan daerah untuk analisis kebijakan fiskal.

39 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

b. Ditjen Perbendaharaan selaku pendukung

1. Tema Sentral : ISRBTK Nomor 1 tentang Penguatan Budaya Organisasi Kementerian Keuangan: New Thinking of Working. Ditjen Perbendaharaan bersama unit Eselon I lainnya di bawah Setjen Kementerian Keuangan, selaku Initiative Owner ditugaskan untuk menyelesaikan milestones dalam IS #1 sebagai berikut:

Kegiatan Penanggung Jawab1 Review pelaksanaan efisiensi birokrasi 2020 UKI Setditjen Perbendaharaan2 Penyempurnaan dan implementasi Integrity Framework

Setditjen Perbendaharaan

3 Pelatihan dan sertifikasi Penyuluh Anti Korupsi

UKI Setditjen Perbendaharaan

4 Pemanfaatan Penyuluh Antikorupsi UKI Setditjen Perbendaharaan5 Updating Kajian Flexible Working Space

a. Review dan Updating Kajian FWSb. Penyampaian konsep FWS

sebagai salah satu pertimbangan Penyusunan Guidelines Standar Ruang

Setditjen Perbendaharaan

6 Implementasi FWS Setditjen Perbendaharaan7 Evaluasi piloting open space dan green office Setditjen Perbendaharaan8 Implementasi Open Space (ABW) Setditjen Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 40

Berbagai tantangan dan hambatan dihadapi oleh DJPb dalam pengimplementasian ABW. Salah satu tantangan yang dihadapi dalam pengimplementasian ABW ini adalah sangat banyak dan beragamnya unit vertikal yang dimiliki DJPb. Banyak dan beragamnya unit vertikal tentu saja menghadirkan berbagai persoalan dan permasalahan yang bermacam-macam termasuk mengenai pengimplementasian ABW. Tantangan-tangan lain yang dihadapi dalam implementasi ABW antara lain terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi teknis dalam pencairan dana, terikatnya unit vertikal dengan penggunaan SPAN, mindset pegawai dalam pelaksanaan implementasi dan terbatasnya alokasi dana yang dimiliki oleh unit vertikal menambah banyak dan beragamnya tantangan dan permasalahan yang dihadapi.

Sebagai langkah awal sekaligus bentuk komitmen untuk mengimplementasikan ABW di lingkup DJPb, telah ditetapkan Keputusan Dirjen Perbendaharaan nomor KEP-10/PB/2021 tentang Implementasi ABW pada unit kerja DJPb, ditargetkan seluruh unit kerja DJPb telah menerapkan ABW di tahun 2024. Selanjutnya saat ini telah dicanangkan konsep FRESH Office DJPb, yang merupakan akronim dari Flexible, Responsive, Smart, and Healthy. Untuk mewujudkan konsep FRESH Office DJPb tersebut, sedang disusun pedoman layout dan desain gedung kantor vertikal DJPb, sebagai acuan referensi bagi instansi vertikal di daerah dalam membangun dan mengembangkan kantor masing-masing, sesuai konsep ABW.

41 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

IS #2 Optimalisasi Sistem Layanan Data Kementerian Keuangan (SLDK) untuk mewujudkan single source of truth data Kemenkeu;

Ditjen Perbendaharaan bersama unit Eselon I lainnya di bawah Setjen Kementerian Keuangan, selaku Initiative Owner ditugaskan untuk menyelesaikan milestones dalam IS #2 sebagai berikut:

Kegiatan Penanggung Jawab1 Penyusunan Grand Design SLDK 1. Setditjen Perbendaharaan

2. Direktorat Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan

2 Menyelaraskan tata kelola data meliputi model organisasi, operasional (proses), standar, kontrol, dan kepatuhan/pengawasan

1. Setditjen Perbendaharaan2. Direktorat Sistem Informasi dan Teknologi

Perbendaharaan

3 Pertukaran data/service memanfaatkan Kemenkeu Service Bus (KSB) tahap I

Setditjen Perbendaharaan

4 Pertukaran data dengan pihak eksternal memanfaatkan Open API tahap I

Setditjen Perbendaharaan

5 Mempertajam pelaporan SLDK untuk memungkinkan pengambilan keputusan dengan memanfaatkan platform Data Analytics

Setditjen Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 42

IS #3 Layanan Digital Kemenkeu

Ditjen Perbendaharaan bersama unit Eselon I lainnya di bawah Setjen Kementerian Keuangan, selaku Initiative Owner ditugaskan untuk menyelesaikan milestones dalam IS #3 sebagai berikut:

Kegiatan Penanggung Jawab1 Pembentukan taskforce/tim implementasi (2020)

1. Setditjen Perbendaharaan2. Direktorat Sistem Informasi dan Teknologi

Perbendaharaan

2 Penyusunan Desain high level Layanan Digital Kemenkeu (2020)3 Melengkapi dan menyelesaikan seluruh arsitektur BDAT sesuai dengan framework EA ke dalam ORBUS iServer4 Penyusunan design detail level Layanan Digital Kemenkeu tahap 1 (sesuai roadmap)5 Integrasi contact center Kementerian Keuangan

43 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

IS#4 Implementasi Office Automation Dalam Rangka Membangun Digital Workplace

Ditjen Perbendaharaan bersama unit Eselon I lainnya di bawah Setjen Kementerian Keuangan, selaku Initiative Owner ditugaskan untuk menyelesaikan milestones dalam IS #4 sebagai berikut:

Kegiatan Penanggung Jawab

1 Pembentukan Task Force e-Kemenkeu2 Pemutakhiran Grand Design e-Kemenkeu3 Pengembangan modul e-Kemenkeu sesuai Roadmap Grand Design e-Kemenkeu Revisi4 Optimalisasi performansi sistem digital signature5 Penyempunaan proses bisnis dan regulasi Pendukung6 Implementasi strategi change management

Setditjen Perbendaharaan dan Dit.SITP

IS#5 Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM) Kementerian Keuangan

Ditjen Perbendaharaan bersama unit Eselon I lainnya di bawah Setjen Kementerian Keuangan, selaku Initiative Owner ditugaskan untuk menyelesaikan milestones dalam IS #5 sebagai berikut:

Kegiatan Penanggung Jawab

1 Mutasi antar Eselon I sampai level pelaksana (berdasarkan kebijakan talent management dan LF)2 Roadmap pengelolaaan SDM 2020 – 2024

Setditjen Perbendaharaan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 44

Kegiatan Penanggung Jawab

3 Pengendalian Growth Pegawai (sampai dengan 2023)4 Penyederhanaan Birokrasi (delayering)5 Enhancement HRIS terpusat dan migrasi aplikasi HRIS UE16 Akselerasi implementasi Jafung core Kemenkeu dan penggunaan Jafung K/L lain

Setditjen Perbendaharaan

IS#6 Modern e-learning Sebagai Alat Utama Dalam Pengembangan SDM

Ditjen Perbendaharaan bersama unit Eselon I lainnya di bawah Setjen Kementerian Keuangan, selaku Initiative Owner ditugaskan untuk menyelesaikan milestones dalam IS #6 sebagai berikut:

Kegiatan Penanggung Jawab

1 Implementasi full e-learning 20202 Pengembangan interkoneksi antara KLC dan HRIS untuk mendukung otomasi administrasi dan pelaksanaan e-Learning3 Change management implementasi dan budaya e-learning 4 Implementasi change management untuk mendukung integrasi LKMS Kemenkeu melalui komunikasi hasil Quickwins setiap phase pada implementasi roadmap5 Digitalisasi materi pembelajaran (kualitas dan kuantitas)

Pengelola SDM Setditjen Perbendaharaan

45 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

2. Tema Penerimaan

IS# 7 Pengelolaan Akun Penerimaan Terpadu (Unified Revenue Account Management / URAM)

Ditjen Perbendaharaan sebagai anggota tim dengan berkoordinasi dengan DJP, DJBC dan SETJEN, selaku Initiative Owner telah turut mendukung dalam menyelesaikan milestones dalam IS #7 sebagai berikut:

Kegiatan Penanggung Jawab

1 Pembangunan Single Stakeholder Information (SSI) dan Joint Profile Perpajakan (JPP)2 Pemanfaatan SSI dan JPP3 Pembangunan Single Stakeholder Profile (berdasarkan SSI) untuk keperluan manajemen risiko dan pelayanan perpajakan dan PNBP

Direktorat SITP

IS# 8 Joint Program Optimalisasi Penerimaan

Ditjen Perbendaharaan sebagai anggota tim dengan berkoordinasi dengan DJA DJP DJBC DJPb DJPK ITJEN, selaku Initiative Owner telah turut mendukung dalam menyelesaikan milestones dalam IS #8 sebagai berikut:

Kegiatan Penanggung Jawab

1 Penetapan proses bisnis terintegrasi DJP, DJBC, DJA, DJPK, dan LNSW2 Implementasi program scale up sinergi dengan melibatkan unit Eselon I terkait

Direktorat SITP

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 46

IS# 9 Pembaruan Sistem Inti Administrasi Perpajakan (Core Tax System)

Ditjen Perbendaharaan sebagai anggota tim dengan berkoordinasi dengan DJP, selaku Initiative Owner telah turut mendukung dalam menyelesaikan milestones dalam IS #9 sebagai berikut:

Kegiatan Penanggung Jawab

1 Pengadaan System Integrator2 Pengadaan Jasa Konsultasi Project Management and Quality Assurance (PMQA)3 Pengadaan Jasa Konsultasi Change Management (CM)

Setditjen Perbendaharaan

IS#16 Pengembangan National Logistic Ecosystem (NLE)

Ditjen Perbendaharaan sebagai anggota tim dengan berkoordinasi dengan DJBC LNSW, selaku Initiative Owner telah turut mendukung dalam menyelesaikan milestones dalam IS #16 sebagai berikut:

Kegiatan Penanggung Jawab

1 Simplifikasi Proses Bisnis2 Kolaborasi Sistem-Sistem Logistik3 Kemudahan pembayaran transaksi pembayaran penerimaan

Setditjen Perbendaharaan

47 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

3. Tema Perbendaharaan

IS# 10 Penyempurnaan Sistem Manajemen Pengelolaan Aset Negara

Ditjen Perbendaharaan sebagai anggota tim dengan berkoordinasi dengan DJKN, selaku Initiative Owner telah turut mendukung dalam menyelesaikan milestones dalam IS #10 sebagai berikut:

Kegiatan Penanggung Jawab

1 Penguatan SIMAN V.1.02 Sentralisasi pengelolaan aset di Kemenkeu sebagai Pengguna Barang3 Pengembangan SIMAN V.2.0

Setditjen Perbendaharaan dan Dit. SITP

IS# 12 Harmonisasi Belanja APBD dengan Belanja APBN untuk Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Keuangan Nasional

Ditjen Perbendaharaan sebagai anggota tim dengan berkoordinasi dengan DJPK, selaku Initiative Owner telah turut mendukung dalam menyelesaikan milestones dalam IS #12 sebagai berikut:

Kegiatan Penanggung Jawab

1 Penetapan SIKD sebagai single source of truth data keuangan Pemda (termasuk penetapan BAS)2 Peningkatan kualitas belanja Pemda3 Program pendampingan SDM pengelola keuangan daerah (Co-location dan Training)

Direktorat APK

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 48

4. Tema Penganggaran

IS# 14 Integrasi Proses Bisnis Perencanaan dan Penganggaran

Ditjen Perbendaharaan sebagai anggota tim dengan berkoordinasi dengan DJA dan BKF, selaku Initiative Owner telah turut mendukung dalam menyelesaikan milestones dalam IS #14 sebagai berikut:

Kegiatan Penanggung Jawab

Rancangan redesain sistem penganggaran baru khususnya program belanja K/L dan TKDD

Direktorat Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan

Implementasi SAKTI

Tersedianya data SAKTI dalam SLDK untuk kebutuhan penyusunan KEM PPKF

Perbaikan sistem monev kinerja anggaran melalui implementasi Single Budget Monitoring System sebagai Single Source Of Truth untuk monitoring di internal KemenkeuEvaluasi mekanisme KPJM sebagai bahan penyusunan pagu indikatif

Penyesuaian arsitektur BDAT sesuai dengan framework EA ke dalam ORBUS iServer

49 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

IS# 15 Optimalisasi kebijakan penganggaran terkait pengelolaan program pension

Ditjen Perbendaharaan sebagai anggota tim dengan berkoordinasi dengan DJA , selaku Initiative Owner telah turut mendukung dalam menyelesaikan milestones dalam IS #15 sebagai berikut:

Kegiatan Penanggung Jawab

1 Penyusunan regulasi program Pensiun dan JHT yang baru2 Penyusunan regulasi kelembagaan penyelenggara program pensiun dan JHT yang baru

Direktorat Sistem Perbendaharaan

(sumber: Data Excel CTO: WBS IS RBTK 2020)

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 50

51 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

CHANGE REQUESTChange Request adalah permintaan perubahan manual implementasi terhadap

kegiatan (milestone) yang tidak dapat diselesaikan sesuai dengan Cetak Biru Transformasi Kelembagaan dengan alasan tertentu. Change Request dapat dilakukan untuk merubah tahun target penyelesaian kegiatan atau untuk merubah narasi inisiatif utama beserta turunannya. Pada Tahun 2020, PMO Ditjen Perbendaharaan telah mengajukan Change Request Inisiatif Strategis RBTK #11 Simplifikasi Pelaksanaan Anggaran Melalui Penggunaan Teknologi Digital (Shared Service dan Government Platform) kepada CTO Kementerian Keuangan, terhadap kegiatan sebagai berikut:

Semula Menjadi AlasanMilestone 2020

1. Pembentukan unit pengelola SSC (dedicated)

2. Implementasi SSC Payroll di Kemenkeu (Gaji & Tukin)

3. Implementasi SSC Non Payroll

Milestone 2020

1. Pembentukan unit pengelola SSC (dedicated) sampai dengan Tahun 2024

2. Implementasi SSC Payroll di Kemenkeu (Gaji & Tukin) bertahap dimulai Gaji dahulu

3. Implementasi SSC Non Payroll, perlu ada sinkronisasi penuangan rencana kerja pada milestone pembangunan sistem

1. Pada milestone pembentukan unit pengelola, sesuai kajian maka penetapan unit dedicated terkendala isu delayering dan reorganisasi Kemenkeu sampai tahun 2024, sehingga perlu diatur kembali (bukan di 2020);

2. Pada milestone payroll, belum terdapat penjelasan mendetil terhadap lingkup Implementasi SSC Payroll di Kemenkeu (Gaji & Tukin)*. Dalam pembahasan implementasi gaji dan tukin juga melibatkan perubahan proses bisnis dan kewenangan sehingga membutuhkan waktu lebih panjang untuk dapat mengkondisikan berjalannya transaksi;

3. Pada milestone SSC non payroll, perlu ada sinkronisasi penuangan rencana kerja (ganttchart) pada milestone pembangunan sistem. Mengingat transaksi baru dapat dilaksanakan pada Januari 2021, maka pada tahun 2020 dapat dilakukan uji kesiapan sistem.

(Sumber: ND-23/KET-TRBTKP/2020 hal Tanggapan Usulan Change Request Inisiatif Strategis 11 Simplifikasi Pelaksanaan Anggaran Melalui Penggunaan Teknologi Digital (Shared Service dan Government Platform)

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 52

IS RBTK 2021

Berdasarkan KMK No.91/KMK.01/2021 terdapat 26 IS RBTK 2021 Kemenkeu, yang terdiri dari: 16 IS RBTK 2020; 5 IS Baru (#7 Emerging Technology dalam Pengawasan, #8 Enterprise Architecture Kemenkeu, #9 Evaluasi Insentif Fiskal, #20 Kerangka Kerja Pengelolaan Risiko Keuangan Negara, #21 SDG Bonds); dan 5 IS Data Analytics Project (DA, terkait tema Sentral, Fiskal, Penerimaan, Belanja, serta Perbendaharaan, Kekayaan, & Pembiayaan). Inisiatif Strategis tersebut dirumuskan melalui Leaders’ Offsite Meeting (LOM) yang dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2020 dan selanjutnya ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan sebagai pedoman dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan Tahun 2021.

(Sumber: Berita Aktual Transformasi Edisi II Bulan Februari 2021)

53 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 54

Ingin tahu lebih banyak mengenai IS RBTK 2021?

Silahkan kunjungi :http://djpb.kemenkeu.go.id/tk/id/

55 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

CHANGE MANAGEMENT AND COMMUNICATIONChange Management and Communication (CMC) atau Manajemen Perubahan

dan Komunikasi adalah suatu upaya/pendekatan yang sistematis dengan menerapkan pengetahuan, sarana dan sumber daya yang diperlukan organisasi untuk bergeser dari kondisi sekarang menuju kondisi yang diinginkan, yaitu menuju kinerja yang lebih baik dan untuk mengelola individu yang akan terkena dampak dari proses perubahan tersebut. Upaya perubahan tersebut akan berhasil jika didukung dengan cara komunikasi yang tepat. CMC memiliki peranan yang sangat penting dalam kesuksesan suatu program Transformasi Kelembagaan Ditjen Perbendaharaan. CMC membantu dalam mengatasi permasalahan communication gap yang terjadi dikarenakan perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan transformasi kelembagaan. CMC membantu insan perbendaharaan untuk memahami dengan lebih baik program Transformasi Kelembagaan Ditjen Perbendaharaan, mulai dari bentuk perubahan yang akan terjadi, dan manfaat yang akan diperoleh serta dampak yang akan terjadi akibat perubahan tersebut. Dengan pemahaman yang lebih baik terhadap program Trasformasi Kelembagaan Ditjen Perbendaharaan, diharapkan insan perbendaharaan menjadi terbuka dan lebih engage dengan perubahan, sehingga proses transisi Transformasi Kelembagaan Ditjen Perbendaharaan dapat dilakukan secara lebih cepat, efektif dan efisien.

Program CMC dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, dengan tahapan sebagai berikut:1. Inform

Program yang berisi informasi dan membangun pengetahuan tentang adanya inisiatif strategis baru dalam program transformasi kelembagaan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pada program Transformasi Kelembagaan Ditjen Perbendaharaan.

2. SupportProgram ini bertujuan untuk membangun dukungan dari pihak-pihak terkait dalam rangka implementasi inisiatif strategis baru dalam program Transformasi Kelembagaan Ditjen Perbendaharaan.

3. EnablePada tahapan ini, program dibuat untuk membangun keterlibatan dan melakukan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 56

upaya pengembangan kemampuan seluruh pihak terkait dalam rangka pencapaian tujuan implementasi inisiatif strategis transformasi kelembagaan. Program ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada insan perbendaharaan untuk terlibat aktif dan membangun kapabilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program Transformasi Kelembagaan Ditjen Perbendaharaan.

4. ExciteProgram ini bertujuan agar pegawai tertarik untuk terlibat di dalam program Reformasi Birokrasi Transformasi Kelembagaan.

Adapun jalur komunikasi yang digunakan untuk melaksanakan Change Management (CM) antara lain sebagai berikut:1. Tertulis, melalui surat, nota dinas, laporan, email, bulletin, dan banner serta buku tahunan

transformasi kelembagaan;2. Tatap Muka (on site), melalui rapat, FGD, one on one, workshop, sosialisasi, dan sharing

session serta festival transformasi;3. Media Online, melalui media sosial (IG/FB/Twitter/Youtube), WA Grup, rapat online/

video conference, video pimpinan, forum online, dan survei.

Dalam melaksanakan program CMC ke seluruh kantor vertikal Ditjen Perbendaharaan dengan mempertimbangkan efektivitas dan perluasan informasi,PMO Ditjen Perbendaharaan dibantu oleh Duta TransformasiKelembagaan Ditjen Perbendaharaan.

57 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Program Change Management and Communication yang dilaksanakan oleh PMO DJPb pada tahun 2020 diantaranya:1. Sharing Session Shared Service Government Payment Platform, 17 Januari 2020 yang

bertujuan untuk sosialisasi milestone IS#11 Program RBTK 2020-2024;2. Transformation Corner Talk (TiCTalk) Edisi II, 28 Januari 2020 dengan tujuan untuk

menginformasikan penguatan SDM pengelola keuangan melalui uji kompetensi PPK dan PPSPM;

3. Tayangan Perdana Program Podcast PMO DJPb, 7 Agustus 2020. Podcast ini bertujuan untuk menginformasikan seputar program IS RBTK, Quickwins dan program strategis DJPb lainnya secara luas kepada seluruh masyarakat Indonesia melalui media sosial PMO DJPb;

4. Program Lentera Indonesia di NET.TV pada 8, 15, 22 Agustus 2020. Kegiatan ini merupakan sarana strategi komunikasi Transformasi Kelembagaan ke pihak eksternal/masyarakat umum melalui kanal stasiun Televisi NET.TV dan Youtube;

5. Board Meeting pembahasan draft IS RBTK dan usulan Quickwins DJPb 2020 yang dilaksanakan pada bulan Januari 2020 dan diikuti oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan, Pejabat Eselon II Kantor Pusat DJPb, Perwakilan Pejabat Eselon III Kantor Pusat;

6. Penandatanganan Treasury Charter 2020 yang dilaksanakan pada bulan Januari 2020 dan diikuti oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan, Pejabat Eselon II Kantor Pusat DJPb, dan Kakanwil DJPb Jakarta, Perwakilan Pejabat Eselon III dan Pelaksana Kantor Pusat DJPb;

7. Pelaksanaan One on One Meeting Progress Quickwins 2020 bulanan bersama Initiative Owner yang dilaksanakan pada bulan Januari s.d. Desember 2020 dan diikuti oleh Direktorat terkait;

8. FGD Perikatan antar sistem dalam SSC yang dilaksanakan pada bulan Februari 2020 dan diikuti oleh Pegawai/Pejabat pada Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan, legal officer sistem external;

9. FGD Integrasi Digital Signature dalam SAKTI dan SPAN yang dilaksanakan pada bulan Februari 2020 dan diikuti oleh Pegawai/Pejabat pada Kantor Pusat DItjen Perbendaharaan, BSSN, Kominfo;

10. Seminar Bukti Legalitas SIstem yang dilaksanakan pada bulan Februari 2020 dan diikuti oleh Pegawai/Pejabat pada Kantor Pusat DItjen Perbendaharaan, BSSN, Kominfo,

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 58

Bappenas, APH, Biro Hukum, Irjen;11. Penetapan Duta TK Kantor Vertikal 2020 yang dilaksanakan pada bulan Maret 2020;12. Video Conference Duta TK yang dilaksanakan pada bulan Maret 2020 dan diikuti oleh

Para Duta Transformasi Kelembagaan;13. Sharing Session dan Survey Awareness program RBTK yang dilaksanakan pada bulan

April dan Agustus 2020 dan diikuti oleh Pejabat dan pegawai pada unit Kanwil/KPPN;14. Internalisasi Duta TK yang dilaksanakan pada bulan Mei 2020 dan diikuti oleh Para Duta

Transformasi Kelembagaan;15. Workshop Duta TK yang dilaksanakan pada bulan Juni 2020 dan diikuti oleh Para Duta

Transformasi Kelembagaan;16. Workshop/Sharing Session Pembangunan ZI Menuju WBBM pada lingkup Kanwil DJPb

Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2020 (17 Juni 2020) yang dilaksanakan pada bulan Juni 2020;

17. Forhar GTC yang dilaksanakan pada bulan Juni 2020;18. Kick Off SSC Adhoc (24 Juni 2020) yang dilaksanakan pada bulan Juni 2020;19. Sharing Knowledge Duta TK yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2020;20. Workshop/Sharing Session Pembangunan ZI Menuju WBBM pada lingkup Kanwil DJPb

Provinsi Aceh Tahun 2020 (11 Agustus 2020) yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2020;

21. Sharing Knowledge Duta TK Mengawal Akselerasi Treasury Charter DJPb (31 Agustus 2020) yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2020;

22. Soft Launching Piloting Government Payment Platform yang dilaksanakan pada bulan September 2020 dan diikuti oleh Internal Kemenkeu, perwakilan marketplace yang bekerjasama, Kominfo, KPK, Bappenas;

23. Video Conference Duta TK dengan materi Penguatan Teamwork Duta TK dan Program Kerja Duta TK (27-30 September 2020) yang dilaksanakan pada bulan September 2020;

24. Workshop/Sharing Session Pembangunan ZI Menuju WBBM pada lingkup Kanwil DJPb Provinsi Riau Tahun 2020 (29 September 2020) yang dilaksanakan pada bulan September 2020;

25. Dialog Publik Kanwil NTT, PMO DJPb dengan TVRI NTT terkait Transformasi Kelembagaan (7 Oktober 2020) yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2020;

59 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

26. Weekly Meeting DJPb (9 Oktober 2020) yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2020;27. Survey Awareness Kanwil Jawa Tengah (28 Oktober 2020) yang dilaksanakan pada bulan

Oktober 2020;28. Sosialisasi dan persiapan Piloting Platform Pembayaran Pemerintah 25-26 November

2020 yang dilaksanakan pada bulan November 2020 dan diikuti oleh perwakilan IO, perwakilan CTO dan perwakilan Duta TK;

29. Rapimtas 13 November 2020 yang dilaksanakan pada bulan November 2020 dan diikuti oleh Perwakilan IO, Perwakilan CTO dan Perwakilan Duta TK;

30. Program Podcast PMO DJPb episode 2 tanggal 11 November 2020 yang membahas mengenai kondisi new normal dan dampaknya di dalam keseharian serta lingkungan kerja dari perspektif milenial;

31. TK Award 2020, apresiasi yang diberikan kepada Initiative Owner Terbaik, dengan indikator penilaian diantaranya adalah capaian tahunan IS TK dan Quickwins, ketepatan penyampaian laporan dan keaktifan koordinasi dengan PMO yang dilaksanakan pada bulan November/Desember 2020 dan diikuti oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan, Pejabat Eselon II Kantor Pusat DJPb, Perwakilan Pejabat Eselon III Kantor Pusat dan Kepala KPPN;

32. Pembahasan Gaji Piloting PPP 22 Desember 2020 (fisik) yang dilaksanakan pada bulan Desember 2020 dan diikuti oleh perwakilan IO, perwakilan CTO dan perwakilan Duta TK;

33. FGD Administrator eselon III (16 Juni 2020, 9 September 2020, dan 24 November) yang dilaksanakan pada bulan Juni, September dan Desember.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 60

61 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Duta Transformasi KelembagaanDitjen Perbendaharaan

Berdasarkan KMK Nomor 160/KMK.01/2020 tentang Penetapan Duta Transformasi Kementerian Keuangan Tahun 2020 sebagaimana diubah dengan KMK nomor 510/KM.1/2020, Menteri Keuangan telah menetapkan Duta Transformasi Tahun 2020, yang terdiri dari 42 Change Agent dan 224 anggota Lighthouse Team pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Melalui wadah Duta Transformasi diharapkan manajemen perubahan dalam kerangka RBTK Kementerian Keuangan dapat terlaksana secara luas dan optimal. Semua Duta transformasi ini dikoordinasi oleh Central Transformation Office (CTO) Kementerian Keuangan.

Tugas dan peran Duta Transformasi Kementerian Keuangan Tahun 2020 yaitu:1. Melakukan sosialisasi dan membantu terlaksananya proses perubahan dalam kaitannya

dengan implementasi Program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan (RBTK) Kementerian Keuangan di lingkungan unit kerja masing-masing;

2. Mengumpulkan umpan-balik (feedback) terkait implementasi Program RBTK, baik yang berasal dari pemangku kepentingan internal maupun eksternal Kementerian Keuangan;

3. Berpartisipasi dalam kegiatan RBTK, baik yang diselenggarakan oleh Tim RBTK Pusat (Central Transformation Office/CTO) maupun Tim RBTK Unit (Project Management Office/PMO DJPb);

4. Menjadi penghubung CTO dan PMO DJPb dengan pegawai Kementerian Keuangan dalam menyampaikan pesan perubahan dan pelaksanaan Program RBTK;

5. Menjadi panutan (role model) bagi pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan dengan menerapkan inisiatif dan menunjukkan pola pikir yang semakin berfokus pada layanan pelanggan sebagai bentuk dukungan terhadap Program RBTK;

6. Menjadi panutan (role model) bagi pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan dengan menerapkan Nilai-Nilai Kementerian Keuangan, Kode Etik dan Kode Perilaku PNS sebagai perwujudan budaya Kementerian Keuangan.Selain tugas di atas, Change Agent memiliki tugas untuk memimpin dan

mengkoordinasikan Program Manajemen Perubahan Lighthouse Team di lingkup eselon II masing-masing.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 62

Program Kerja Duta Transformasi Tahun 2020

Program Kerja Duta Transformasi Tahun 2020 menyongsong Tema “Transformasi Digital, Berubah Butuh Nyali”. Ditjen Perbendaharaan berkomitmen dalam melakukan penyempurnaan pada proses bisnis secara terus-menerus diantaranya dengan diterapkannya transformasi digital pada berbagai lini proses bisnis. Sejalan dengan kondisi pandemik saat ini yang mengharuskan adanya social distancing serta penerapan Work From Home bagi para pegawai, tentu penyempurnaan berbasis digital dalam mendukung pekerjaan sangatlah dibutuhkan. Pengalihan beberapa tugas secara elektronik memungkinkan pekerjaan tersebut dapat dilakukan dimana saja dan meminimalisasi adanya tatap muka dan perkumpulan.

Adapun program kerja Duta Transformasi di tahun 2020 ini antara lain sebagai berikut :

1. Program Peduli dan Melayani

Periode: April 2020 dan selama masa krisis akibat Covid-19.Duta Transformasi turut berkontribusi/berbagi informasi dalam hal, misalnya :• Mendorong pemanfaatan Program RBTK untuk menghadapi situasi krisis saat ini

(contoh: e-Kemenkeu/Presensi atau platform lain yang digunakan masing-masing kantor untuk memantau akuntabilitas, produktivitas, dan kesehatan pegawai selama WFH atau kebijakan RBTK lain yang berdampak pada pihak eksternal);

• Ajakan untuk #StayAtHome karena dengan cara itulah kita berpartisipasi dalam menyelamatkan NKRI dari krisis yang lebih besar;

• Potret profesionalisme dan pelayanan pegawai Kemenkeu/DJPb selama masa krisis untuk turut mendorong agar perekonomian tetap berjalan;

• Potret Sinergi antar UE-1 di Kemenkeu dan antara Kemenkeu dengan institusi lain dalam penanganan krisis Covid-19;

• Pengalaman pribadi/rekan-rekan kerja dalam menjaga work life balance selama WFH;

• Hal yang disukai dan tidak disukai selama WFH (untuk mengumpulkan masukan atas kebijakan flexible working arrangement di situasi normal);

• Potret kepedulian pegawai DJPb untuk membantu masyarakat di lingkungannya.

63 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

2. Program Penguatan Integritas

Periode: Mei s.d. Juni 2020.Duta Transformasi aktif mengkampanyekan Nilai-Nilai Kementerian Keuangan, Kode Etik dan Kode Perilaku PNS sebagai perwujudan Budaya Kementerian Keuangan.Jenis Kegiatan, dapat berupa :• In House Training (IHT)/video conference terkait penguatan kembali Nilai-Nilai

Kementerian Keuangan/Program Pembangunan Zona Integritas/Kode Etik/Kode Perilaku PNS/Gerakan Efisiensi di masing-masing unit;

• Membuat video/desain/tulisan/media lain terkait kampanye Nilai-Nilai Kementerian Keuangan/Program Pembangunan Zona Integritas/Kode Etik/Kode Perilaku PNS/Gerakan Efisiensi di masing-masing unit.

3. Program Penguatan Sinergi dan Kemitraan

Periode: Juli s.d. Agustus 2020.Duta Transformasi turut aktif mengkampanyekan penguatan sinergi dalam pelaksanaan/ penyelesaian tugas, melalui koordinasi yang baik dengan mitra internal ataupun mitra eksternal.Jenis Kegiatan, dapat berupa :• Gerakan penguatan sinergi pada tim internal unit;• Gerakan sinergi dengan unit eksternal misalnya acara sosialisasi bersama/MoU/

pertandingan olahraga/kegiatan lainnya;• Membuat video/desain/tulisan/media lain terkait sinergi dan kemitraan, misalnya

tips membangun teamwork yang solid.

4. Program Penguatan Sosial Kultural• Periode: September s.d. Oktober 2020.• Duta Transformasi turut aktif mendorong penguatan kompetensi sosial kultural para

pegawai di unitnya.• Jenis Kegiatan, dapat berupa :

a. Melakukan internalisasi kepada pegawai terkait Kompetensi Sosial Kultural,

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 64

berdasarkan KMK 954/KMK.01/2019;b. Menginisiasi aktivitas/kegiatan sinergi perwujudan ASN sebagai Perekat dan

Pemersatu Bangsa;b. Membuat video/desain/tulisan/media lain terkait upaya penguatan kompetensi

sosial kultural.

5. Aktivitas Mandatory lainnya dari CTO/PMO DJPbPeriode April s.d. Desember 2020.• Mengikuti kegiatan Webinar Program RBTK (April 2020);• Internalisasi Program RBTK/Quickwins DJPb 2020 (Mei s.d. Desember 2020);• Mengikuti E-Learning RBTK (Mei s.d, Desember 2020);• Membantu pelaksanaan Treasury Week/ Hari Oeang (Oktober s.d. Desember 2020);• Membantu pelaksanaan Survey Awareness Program RBTK dan Survei Analisis

Dampak IS RBTK (Juli s.d. Desember 2020).

65 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 66

67 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 68

peleburan

Perak murni yang merupakan bahan baku utama dilebur dengan campuran logam lain (tembaga atau kuningan, -/+ 7,5%) sebagai bahan penolong/penguat. Proses ini untuk menentukan kadar perak yang dikehendaki. Dari proses ini akan kita dapatkan batangan - batangan perak, yang dalam proses berikutnya dapat kita buat menjadi kawat ataupun lempengan perak dalam berbagai ukuran.

Keberhasilan sebuah Quickwins dan IS RBTK tidak lepas dari kerjasama dan sinergi dari seluruh Unit Teknis selaku Unit In Charge dengan harmonisasi yang solid di dalam memenuhi capaian dan target yang telah ditentukan.

69 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 70

71 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Optimalisasi dan Pemanfaatan BMN secara efektif dan Efisien1

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 72

Kondisi ketersediaan BMN di lingkungan DJPb cukup bervariasi, ada yang berlebih dan ada yang kurang, hal tersebut tidak lepas dari dinamisnya tuntutan perkembangan organisasi yang berimplikasi terhadap penyediaan kebutuhan BMN, seperti peringkasan organisasi, perubahan/penataan layout ruang kerja yang menyesuaikan dengan tuntutan perubahan dan program (green office, workspace office dll).

73 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Selain itu dalam rangka menjawab tantangan perubahan mindset cara kerja pada masa yang extraordinary ini diperlukan inovasi dan kreativitas sesuai dengan budaya kerja Kementerian Keuangan yang responsif dan adaptif, sehingga Business Continuity Plan (BCP) sebagai sistem pencegahan dan pengendalian yang disusun untuk menghadapi potensi kendala gangguan atas keberlangsungan organisasi, pelayanan, kesehatan baik pegawai ataupun stakeholder pada masa pandemi dapat diimplementasikan. Permasalahan tersebut menjadi latar belakang DJPb menginisiasi pelaskanaan optimalisasi BMN sebagai quickwins Sekretariat Ditjen Perbendaharaan tahun 2020 yang juga in line dengan program unggulan pengguna barang tahun 2020 dan dijadikan sebuah kompetisi optimalisasi BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.

Maksud dan tujuan pelaksanaan optimalisasi BMN secara umum adalah mendayagunakan BMN baik yang sudah tidak digunakan dan/atau tidak direncanakan akan digunakan, meminimalisasi BMN idle dan meningkatkan potensi PNBP melalui mekanisme sewa BMN, alih guna BMN, pengalihan status BMN, kerja sama pemanfaatan dan lain-lain. Adapun tujuan khusus yang menjadi inisiasi DJPb dalam program ini adalah pengembangan manfaat berupa memberikan peningkatan kenyamanan kepada pegawai dan mendukung peran dan fungsi sosial organisasi kepada masyarakat.

Optimalisasi BMN yang dilakukan pada tahun 2020 oleh kantor pusat dan kantor vertikal, antara lain adalah:

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 74

1. Alih status/guna dan utilisasi penggunaan BMN kepada kementerian/lembaga lain ataupun unit eselon I Kemenkeu lainnya :

● Pengalihan status penggunaan TLC kepada Bawaslu; ● Alih guna rumah negara KPPBC Tipe Madya Kendari kepada KPPN Raha; ● Alih guna tanah bangunan KPP Pratama Tahuna kepada KPPN Tahuna; ● Utilisasi penggunaan tanah rumah negara KPPN Magelang kepada KPBC

2. Sewa BMN merupakan pemanfaatan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai :

● Mess Abdul Muis ● Kantin kantor pusat ● 28 objek lainnya pada kantor vertikal yang disewakan untuk bank, ATM, koperasi, ruang pertemuan dan lain-lain

3. Reutilisasi fungsi BMN, dengan mengoptimalkan penggunaan barang meubelair dan elektronik bekas pakai kepada pegawai untuk mengisi rumah negara/mess yang dihuni dengan prinsip mengaplikasikan penyediaan sarpras rumah negara golongan II sebagaimana rumah jabatan namun dari barang bekas yang masih bagus tetapi terpaksa diganti karena menyesuaikan kebutuhan terbaru. Piloting dilakukan pada kantor pusat dan sebanyak 345 unit barang meubelair bekas pakai telah direutilisasi oleh 35 pegawai.

4. Mengoptimalkan penggunaan rumah negara yang sebelumnya diperuntukan bagi pejabat setingkat Pimpinan Tinggi Pratama (Eselon II) seperti yang terletak di Kyai Maja, Pancoran dan di lokasi lainnya ataupun apartemen Casablanca yang masih kosong karena disebabkan baik pejabat yang bersangkutan telah memiliki rumah pribadi di lokasi sekitar, kekosongan jabatan dan/atau alasan lainnya, sehingga dapat digunakan oleh pejabat administrator (eselon III), pengawas (eselon IV) ataupun kepada beberapa pelaksana secara bersama/berbagi.

5. Satellite office sebagai upaya adaptif dan responsif terhadap kondisi pandemi Covid-19 yang sekaligus mengakomodasi ABW dan FWS serta sekaligus diharapkan dapat membantu menekan mobilisasi pegawai menuju kantor karena tuntutan kewajiban kerja pada masa ini, yaitu dengan cara penyediaan alternatif tempat pelaksanaan kerja dan rapat di luar gedung kantor utama dan cenderung mendekati titik populasi tempat tinggal pegawai (Bogor, Bekasi dan Tangerang), piloting dilakukan pada KPPN Bogor untuk mengakomodasi pegawai yang berdomisili di wilayah selatan Jakarta.

75 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

6. Hibah yang merupakan salah satu bentuk pemindahtanganan BMN yang relatif jarang dilakukan dijadikan sebagai salah satu opsi optimalisasi BMN dengan pertimbangan dapat mendukung peran dan fungsi sosial organisasi kepada masyarakat, membangun hubungan positif yang diharapkan dapat memperkuat citra DJPb sebagai institusi yang tidak hanya mengelola keuangan negara tetapi juga peduli terhadap masyarakat.

• Kantor Pusat menghibahkan 880 unit meubelair bekas pakai kepada 18 lembaga sosial masyarakat di wilayah Jabodatek ataupun di luar Jabodetabek;

• Kantor Wilayah DJPb Provinsi Gorontalo menghibahkan 289 unit peralatan mesin bekas pakai kepada Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah;

• Kantor Wilayah DJPb Provinsi NTB menghibahkan 55 unit peralatan mesin bekas pakai kepada Nurul Yakin Malaka;

• KPPN Kuningan menghibahkan 50 unit peralatan mesin bekas pakai kepada Yayasan Nashirussunnah.

Seluruh experience dan hasil exercise pelaksanaan rangkaian program Quickwins tahun 2020 dijadikan dasar perumusan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-129/PB/2020 tentang Pelaksanaan Optimalisasi BMN di Lingkungan DJPb.

Dalam pelaksanaan optimalisasi BMN tahun 2020, DJPb memperoleh beberapa capaian penghargaan dan apresiasi dari organisasi, masyarakat yang memperoleh manfaat, media elektronik lokal ataupun nasional, seperti:

1. Kantor Pusat : Juara I Kompetisi Optimalisasi BMN Tahun 2020 Kategori Optimalisasi BMN

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 76

2. Kanwil DJPb Prov. Jawa Barat : Juara I Kompetisi Optimalisasi BMN Tahun 2020 Kategori Ketertiban Pengelolaan BMN

3. Kanwil DJPb Prov. Kalimantan Timur : Juara II Kompetisi Optimalisasi BMN Tahun 2020 Kategori Best Overall

Ucapan terima kasih/apresiasi dari beberapa lembaga sosial masyarakat (pesantren, yayasan yatim dhuafa, panti asuhan dan lain-lain) penerima hibah BMN1. Yayasan Yatim Dhuafa Mi’raj Mulia Cibinong : https://depok.terkini.id/2020/09/10/djpb-

kemenkeu-serahkan-hibah-barang-ke-belasan-lembaga-sosial/2. Pesantren Darul Fath Jonggol : https://www.youtube.com/

watch?v=ehACsxR1DEk&feature=youtu.be 3. Yayasan Al Ihya Kuningan : lampiran buku Ucapan Terima Kasih Yayasan Al Ihya Kuningan.

77 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Menjadi liputan atau artikel pada media elektronik lokal/nasional :1. Detik.com : https://news.detik.com/kolom/d-5299041/next-level-pengelolaan-aset-

pemerintah2. depok.terkini.id : https://depok.terkini.id/2020/09/10/djpb-kemenkeu-serahkan-hibah-

barang-ke-belasan-lembaga-sosial/

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 78

Rendahnya kontribusi aset terhadap penerimaan bukan berarti pengelolaan BMN belum dilakukan secara optimal, karena untuk menilai optimalisasinya diperlukan pemetaan potensi aset yang komprehensif. Namun demikian, potensi pemanfaatan BMN untuk mendukung penerimaan dianggap masih cukup besar sehingga perlu upaya untuk merealisasikannya. Untuk itu, perlu kebijakan dan strategi yang tepat dan dibuat berdasarkan hasil analisis informasi/data yang memadai (evidence based decision making process). Hal-hal yang menghambat pencapaian tujuan tersebut perlu dianalisis dengan lebih baik dan dicari solusinya, selain itu pertimbangan aspek ekonomis dan opportunity loss perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan kebijakan terkait optimalisasi aset dengan tetap memperhatikan aspek governance dan kehati-hatiannya. Dengan demikian tujuan optimalisasi BMN diharapkan dapat tercapai sebagai wujud dari good asset management menuju good governance.

79 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 80

81 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

otomasi maksimum pencairan (MP) Pnbp Terpusat fase II2

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 82

Pada tahun 2020, Direktorat Pelaksanaan Anggaran memiliki 2 Quickwins sebagai salah satu upaya mendukung Inisiatif Strategis Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan (IS RBTK) di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Salah satu Quickwins yang dilaksanakan yaitu Otomasi Maksimum Pencairan (MP) PNBP Terpusat Fase II. Otomasi MP PNBP dilakukan sebagai upaya meningkatkan kwalitas layanan Direktorat Jenderal Perbendaharaan kepada para satker pengguna dana PNBP.

83 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Dalam konsep pengelolaan PNBP, Satker pengelola PNBP tidak dapat menggunakan secara langsung PNBP yang diperolehnya untuk membiayai pelaksanaan program/kegiatan yang dilaksanakannya. Satker pengguna PNBP dapat menggunakan dana PNBP setelah mendapatkan ijin penggunaan dari Menteri Keuangan sesuai dengan jenis PNBP dan batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan berupa maksimum pencairan PNBP. Pada konteks PNBP terpusat, maksimum pencairan PNBP tersebut diajukan oleh unit Eselon I Kementerian Negara/Lembaga (K/L) kepada Dirjen Perbendaharaan dan ditetapkan melalui Surat Edaran Maksimum Pencairan PNBP (SE MP PNBP).

Pelaksanaan penerbitan SE MP PNBP mulai dari pengajuan, proses telaah dan penetapan melalui rangkaian proses yang panjang dan apabila dilakukan secara manual tentunya akan berpotensi menyebabkan kurang efektif dan efisiennya pelaksanaan anggaran belanja PNBP Satker K/L. Untuk menjawab tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Perbendaharaan secara bertahap telah melakukan inisiasi simplifikasi mekanisme proses penetapan MP PNBP Terpusat dengan melaksanakan Quickwins Otomasi MP PNBP Terpusat yang dibagi dalam dua tahap, yaitu: Fase I di Tahun 2019 dan Fase II di Tahun 2020. Secara definisi, Otomasi MP PNBP Terpusat merupakan proses penetapan Maksimum Pencairan PNBP yang dilakukan secara elektronik dengan memanfaatkan teknologi informasi yang disebut dengan Aplikasi Modul Maksimum Pencairan Penerimaan Negara Bukan Pajak. Penerapan Otomasi MP PNBP tersebut dilakukan dengan tujuan : a. Mewujudkan mekanisme pelaksanaan anggaran belanja PNBP yang efisien dan efektif; b. Time & cost saving melalui simplifikasi proses bisnis administrasi pengajuan dan

persetujuan;c. Mempercepat kegiatan dan belanja Satker melalui penggunaan PNBP secara langsung

sehingga output kegiatan lebih optimal; d. Mengeliminasi penumpukan pekerjaan pada akhir tahun; dan

Meningkatkan pelayanan Satker kepada masyarakat.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 84

Sebagai lanjutan dari fase sebelumnya, Otomasi MP PNBP Terpusat Fase II yang dilakukan di Tahun 2020 dilakukan dengan landasan kajian dan desain serta konsep rumusan kebijakan pendukung simplikasi dan otomasi MP PNBP yang merupakan output dari aktivitas Fase I. Desain proses bisnis yang menjadi dasar pengembangan implementasi otomasi MP-PNBP Terpusat dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Proses Bisnis MP PNBP Terpusat secara elektronik

85 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Pada Fase II, fokus aktivitas diarahkan pada upaya pengembangan sistem, penetapan peraturan pendukung dan implementasi serta piloting otomasi MP PNBP Terpusat oleh K/L. Secara lengkap, dalam pelaksanaan aktivitas Quickwins Otomasi MP PNBP Terpusat Fase II di Tahun 2020, terdapat 6 kegiatan utama yang harus diselesaikan untuk dapat mencapai acceptance criteria dari Quickwins, meliputi: (i) Pembentukan tim dan pengajuan user requirement, (ii) Pembahasan draft Peraturan Otomasi MP PNBP, (iii) Pembangunan Sistem Otomasi MP PNBP, (iv) Piloting Tahap I, (v) Piloting Tahap II, dan (vi) Launching Sistem Otomasi MP PNBP. Meskipun menghadapi tantangan berupa koordinasi yang cukup sulit di awal masa pandemi Covid-19, namun pada akhirnya seluruh kegiatan utama tersebut dapat diselesaikan secara penuh (100%) sebelum akhir Tahun 2020 sesuai dengan target yang ditetapkan.

Secara ringkas, milestone utama yang berhasil dicapai pada aktivitas Quickwins Otomasi MP PNBP Terpusat Fase II di Tahun 2020 adalah sebagai berikut:a. Terbitnya landasan hukum bagi implementasi Otomasi MP PNBP Terpusat, berupa

Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-21/PB/2020 tanggal 27 Oktober 2017 Tentang Mekanisme Penetapan Maksimum Pencairan Penerimaan Negara Bukan Pajak Secara Elektronik.

b. Piloting Tahap I Otomasi MP PNBP Terpusat, diikuti oleh Sekretariat Jenderal Kementerian ATR/BPN dan Dirjen Hubla Kemenhub sesuai dengan Kepdirjen Perbendaharaan Nomor KEP-262/PB/2020 tanggal 17 November 2020;

c. Piloting Tahap II Otomasi MP PNBP Terpusat, diikuti oleh Ditjen Bimas Islam, Ditjen Perhubungan Udara dan Ditjen Perhubungan Darat sesuai Kepdirjen Perbendaharaan Nomor KEP-274/PB/2020 tanggal 30 November 2020; dan

d. Launching Modul Otomasi MP PNBP untuk satker PNBP terpusat yang dilakukan berbarengan dengan Sosialisasi Per-21/PB/2020, yang digunakan sebagai payung hukum implementasi modul pada Tanggal 30 November 2020.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 86

Tampilan Modul Otomasi MP PNBP Terpusat pada Aplikasi Digit

Implementasi Modul Otomasi MP PNBP untuk satker PNBP terpusat di penghujung Tahun 2020 telah berhasil membawa beberapa hal baru dan berdampak positif dalam mekanisme penetapan SE MP PNBP Terpusat, diantaranya (i) Simplifikasi proses bisnis, berupa pelaksanaan konfirmasi PNBP yang dilakukan dengan mekanisme tagging; (ii) pemanfaatan teknologi, berupa Input setoran dan data MP PNBP yang diproses secara otomatis melalui sistem aplikasi; serta (iii) peningkatan pengawasan, untuk menghindari penerbitan SPM/SP2D melebihi MP PNBP yang telah ditetapkan, melalui proses validasi pada aplikasi eSPM.

87 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Untuk selanjutnya, dalam rangka perluasan manfaat dan cakupan implementasi, maka pada Tahun 2021 simplifikasi proses bisnis melalui otomasi MP PNBP perlu diterapkan juga untuk PNBP Tidak Terpusat yang dikelola oleh Satker dan KPPN di seluruh Indonesia. Dengan terobosan tersebut, diharapkan peningkatan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran dapat terwujud dengan lebih optimal, sehingga pelayanan satker kepada masyarakat dapat menjadi lebih baik.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 88

89 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

penggunaan kartu kredit pemerintah (KKP) padakantor perwakilan ri di luar negeri3

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 90

Selain mengawal pelaksanaan Quickwins Otomatisasi Maksimum Pencairan (MP) PNBP Terpusat Fase II, Direktorat Pelaksanaan Anggaran juga menjalankan program Quickwins lainnya yaitu Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah (KKP) pada Kantor Perwakilan RI di Luar Negeri. Seiring kemajuan teknologi informasi dan digitalisasi di segala sektor, kegiatan dalam transaksi jual beli barang maupun jasa juga mengalami perkembangan yang cukup signifikan.

91 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Transaksi tersebut dapat dilakukan dengan tanpa mempertemukan antara penjual dan pembeli serta dengan menggunakan sistem pembayaran cashless. Penggunaan kartu kredit menjadi hal biasa dalam sistem pembayaran cashless melalui transaksi online via market place maupun pembelian secara langsung di toko offline. Dengan kemudahan cara pembayaran yang ditawarkan melalui penggunaan kartu kredit, Direktorat Jenderal Perbendaharaan berinovasi meningkatkan layanan kepada satker pengelola dana APBN untuk menggunakan kartu kredit sebagai salah satu sistem pembayaran yang berlaku dalam keseharian. Pada tahun 2018, Menteri Keuangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 196/PMK.05/2018 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah. Namun demikian, dalam PMK tersebut diatur bahwa ruang lingkup pengaturan dibatasi pada pembayaran dan penggunaan KKP selain Satker Perwakilan Republik Indonesia (RI) di luar negeri dan Satker Atase Teknis. Dengan demikian, sejak berlaku efektif pada Tahun 2019, implementasi pembayaran dan penggunaan KKP hanya dilakukan oleh satker di dalam negeri saja.

Berdasarkan evaluasi, penerapan KKP oleh satker di dalam negeri telah mampu memberi dampak positif bagi pengelolaan kas pemerintah, terutama meminimalisasi penggunaan uang tunai dalam transaksi keuangan Negara dan mengurangi cost of fund/idle cash dari penggunaan Uang Persediaan. Melihat dampak dan manfaat positif implementasi KKP tersebut untuk menunjang likuiditas dan efisiensi kas Negara, maka muncul inisiatif untuk melakukan perluasan penerapan KKP. Dengan latar belakang tersebut, maka pada Tahun 2020 dilaksanakan uji coba penggunaan KKP untuk Satker Perwakilan RI di luar negeri. Dengan mengusung konsep yang sama seperti di dalam negeri, pada uji coba penggunaan untuk Satker Perwakilan RI di luar negeri, KKP diperlakukan sebagai alat untuk melakukan pembayaran belanja barang dan modal yang dapat dibebankan pada APBN, di mana kewajiban pembayaran terlebih dulu dipenuhi oleh bank penerbit, selanjutnya satker berkewajiban melunasi pada waktu yang disepakati dengan pelunasan sekaligus.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 92

Pemerintah RI memiliki 131 Satker Perwakilan di bawah Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) yang tersebar di luar negeri. Mempertimbangkan adanya perbedaan geografis, sosial, inklusi keuangan, dan ekosistem perbankan antar negara pada Perwakilan RI di luar negeri, uji coba penerapan KKP pada Satker Perwakilan RI secara bertahap. Sebagaimana diatur dalam PER-3/PB/2020 tentang Uji Coba Pembayaran dan Penggunaan KKP Pada Satuan Kerja Perwakilan RI di Luar Negeri, uji coba KKP di luar negeri adalah penggunaan KKP oleh Satker Perwakilan RI di luar negeri yaitu Kedutaan Besar RI atau Konsulat Jenderal RI. Penggunaan KKP oleh Satker Perwakilan RI di Luar Negeri tersebut memiliki beberapa tujuan, antara lain:

1. Mendukung pengelolaan likuiditas keuangan negara dengan instrumen keuangan modern;

2. Meminimalkan transaksi pembayaran dengan uang tunai;3. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan anggaran di luar negeri; dan4. Memastikan seluruh transaksi pembayaran di luar negeri dapat dilaksanakan tanpa

bergantung pada ketersediaan UP.

Uji Coba pembayaran dengan menggunakan KKP di luar negeri dimulai pada tahun 2020, dengan 30 Perwakilan RI ditetapkan sebagai pelaksana uji coba dan ditargetkan sebanyak 15 Perwakilan RI berhasil menggunakan KKP. Sebagai payung hukum pelaksanaan, diterbitkan PER-03/PB/2020 tentang Uji Coba Pembayaran dan Penggunaan KKP pada Satuan Kerja Perwakilan RI di Luar Negeri, dan EP-83/PB/2020 tentang Pelaksanaan Uji Coba Pembayaran dan Penggunaan KKP pada Satuan Kerja Perwakilan RI di Luar Negeri.

Sebagai langkah untuk memastikan implementasi uji coba dapat berjalan sesuai rencana, dilakukan beberapa strategi, diantaranya:1. Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) penggunaan KKP Luar Negeri yang diikuti

oleh Kementerian Keuangan, Kemenlu, dan Bank Penerbit KKP LN. Penandatanganan dilakukan secara sirkular mengingat masih terjadi pandemi Covid-19 pada Juli 2020.

2. Sosialisasi penggunaan KKP pada Kantor Perwakilan RI yang ditunjuk sebagai peserta uji coba. Sosialisasi dilaksanakan guna mengenalkan mekanisme pengajuan KKP LN, penggunaan KKP LN, sampai dengan pertanggungjawaban penggunaan KKP LN.

93 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Timeline Implementasi KKP Luar Negeri

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 94

Pada akhir tahun 2020, dilaporkan bahwa dari 30 pewakilan peserta uji coba, terdapat 22 perwakilan RI yang telah melaksanakan serah terima KKP antara KPA dan Pemegang KKP. Data lengkap satker Perwakilan RI yang ditetapkan peserta uji coba dan status penyerahan KKP-nya dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Peta Sebaran Satker Perwakilan RI Peserta Uji Coba KKP di Luar Negeri

95 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Dalam implementasi KKP di LN terdapat tantangan yang dihadapi, diantaranya: kerusakan chip kartu saat pengiriman, aktivasi kartu yang membutuhkan effort lebih karena perbedaan waktu dan terbatasnya teknologi perbankan yang masih mengandalkan kartu SIM dalam negeri untuk pengiriman OTP kartu kredit. Hal tersebut telah ditindaklanjuti melalui Rapat Evaluasi bersama antara DJPb, Kemenlu, Kantor Perwakilan RI di Luar Negeri, dan Bank Penerbit KKP.

Koordinasi intensif DJPb dengan Kemenlu dan Bank Penerbit KKP LN dilakukan agar dapat menyukseskan pelaksanaan uji coba penggunaan KKP di luar negeri. Penyempurnaan juga dilakukan pada sistem informasi internal Kemenlu untuk mengakomodasi pelaporan KKP sehingga pelaksanaan implementasi KKP LN dapat berjalan dengan lancar dan tanpa ada kendala sampai dengan pertanggungjawabannya. Uji coba penggunaan KKP pada Kantor Perwakilan RI di luar negeri memiliki makna yang sangat penting, yaitu inovasi KKP dapat diterapkan pada lokasi dengan situasi yang berbeda dengan Indonesia, sehingga ke depan dapat mewujudkan tujuan dan manfaat sebagai pendukung pengelolaan likuiditas Keuangan Negara yang modern.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 96

97 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

simplifikasi pengelolaan rekening pemerintah4

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 98

Simplifikasi Pengelolaan Rekening Pemerintah merupakan salah satu Quickwins Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Tahun 2020 yang merupakan Quickwins bersama Direktorat Pengelolaan Kas Negara (PKN) dan Direktorat Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan (SITP).

99 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Quickwins ini berupa inisiatif atau inovasi yang mengawali pencapaian program restrukturisasi rekening pengeluaran sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 183/PMK.05/2019 tentang Pengelolaan Rekening Pengeluaran Milik Kementerian Negara/Lembaga.

Latar belakang penerapan restrukturisasi rekening pengeluaran adalah pengelolaan rekening milik Kementerian Negara/Lembaga secara lebih efektif, efisien, dan akuntabel, optimalisasi pengelolaan uang persediaan dan tambahan persediaan, tindak lanjut temuan BPK terkait pengelolaan rekening pemerintah, dan digitalisasi pengelolaan APBN.

Sebagai inovasi dalam rangka mencapai tujuan restrukturisasi rekening, simplifikasi pengelolaan rekening pemerintah diharapkan dapat mengurangi jumlah rekening pemerintah dalam bentuk giro, membangun sistem monitoring rekening yang berbasis elektronik dan real time, mempermudah BUN dalam melakukan pengendalian (pembukaan, penutupan, dan penertiban) rekening, dan meningkatkan optimalisasi kas dari pengelolaan saldo rekening pemerintah. Selain itu, inovasi ini juga didukung oleh update Aplikasi SPRINT sebagai aplikasi pengelolaan rekening milik Kementerian Negara/Lembaga.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas, dibangun pengelolaan rekening pengeluaran yang modern dengan konsep rekening pengeluaran berbasis rekening virtual yang terkonsolidasi dalam rekening induk. Rekening induk adalah rekening giro pemerintah yang mengkonsolidasikan seluruh rekening virtual yang dibuka pada bank umum. Rekening induk dibuka pada setiap Eselon I, sedangkan rekening Satker adalah rekening virtual berupa nomor identifikasi rekening pengeluaran Satker dan rekening pengeluaran pembantu Satker. Saldo serta transaksi yang terjadi pada rekening Satker dapat dipantau oleh Eselon I dan BUN melalui dashboard rekening yang berupa panel informasi berbasis laman (web) yang menampilkan data rekening yang terstandardisasi secara realtime online.

Terkait Quickwins Simplifikasi Pengelolaan Rekening Pemerintah, berikut adalah langkah-langkah Direktorat PKN untuk mendukung keberhasilan pencapaiannya:1. melakukan sosialisasi Peraturan Menteri Keuangan nomor 183/PMK.05/2019 tentang

Pengelolaan Rekening Pengeluaran Milik Kementerian Negara/Lembaga yang diikuti

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 100

101 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 102

oleh seluruh Kementerian Negara/Lembaga;2. secara berkala (bulanan) melakukan rapat koordinasi teknis antara lingkup DJPb (Kanwil

DJPb Provinsi DKI Jakarta dan KPPN) dengan perbankan terkait strategi dan progres percepatan restrukturisasi rekening pengeluaran pada K/L;

3. bersama Direktorat SITP melakukan rapat aplikasi SPRINT terkait data rekening virtual pada bank dan konsep konsolidasi data rekening bendahara pengeluaran;

4. menyusun petunjuk teknis sebagai panduan bagi KPPN dan satker dalam implementasi restrukturisasi rekening pengeluaran.

Adapun capaian atas target Quickwins Simplifikasi Pengelolaan Rekening Pemerintah adalah 100% yang mencakup beberapa kegiatan sebagai berikut:1. Berkaitan dengan program restrukturisasi rekening,

a. Implementasi Restrukturisasi Rekening Pengeluaran tahap 1 untuk Satker lingkup Kementerian Keuangan, tahap 2 untuk Satker lingkup Kementerian Negara/Lembaga yang tidak memiliki unit vertikal di daerah, dan tahap 3 untuk seluruh Satker Kementerian Negara/Lembaga;

b. Monitoring pelaksanaan & evaluasi penerapan Rekening Induk & Rekening Satker tahap 1 untuk Satker Kemenkeu, tahap 2 untuk Satker lingkup Kementerian Negara/Lembaga yang tidak memiliki unit vertikal di daerah, dan tahap 3 untuk seluruh Satker lingkup Kementerian Negara/Lembaga.

2. Berkaitan dengan aplikasi SPRINT, bersama Direktorat SITP menyusun User Requirement aplikasi SPRINT 2.0, membahas dan menyampaikan User Requirement aplikasi SPRINT 2.0, mengembangkan aplikasi SPRINT 2.0, User Acceptance Test aplikasi SPRINT versi 2.0, dan konsolidasi rekening pemerintah pada aplikasi SPRINT 2.0

Melalui Simplifikasi Pengelolaan Rekening Pemerintah, jumlah rekening pemerintah yang berbentuk giro berkurang dan terbangun aplikasi SPRINT 2.0 dalam rangka mendukung pengelolaan rekening milik Kementerian Negara/Lembaga.

103 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Piloting Penggunaan UP melalui Sistem DigitalPayment-Marketplace pada Satker K/L5

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 104

Perkembangan revolusi industri 4.0 berimplikasi pada seluruh sektor, termasuk sektor publik (pemerintahan). Aktivitas Pemerintahan, khususnya pengelolaan Keuangan Negara terus bertransformasi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi. Prosedur manual secara bertahap diganti dengan prosedur digital.

105 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Digital Payment-Marketplace

Dalam konteks penggunaan Uang Persediaan, perkembangan teknologi digital juga benar-benar dimanfaatkan. Pengembangan Sistem Digital Payment-Marketplace (DigiPay) untuk belanja Pemerintah misalnya, merupakan salah satu dampak revolusi industri 4.0 yang perlu dimanfaatkan secara optimal.

Berkaca dari perkembangan e-commerce di Indonesia, penerapan DigiPay untuk transaksi Pemerintah diyakini akan menghasilkan dampak positif pada pengelolaan keuangan negara. Pemanfaatan DigiPay tidak hanya mengubah perilaku belanja Pemerintah, tetapi juga perilaku pengguna aplikasi. Dampaknya adalah pergeseran perilaku konsumen (satker) dari kebiasaan belanja offline menjadi belanja online yang dianggap lebih efisien.

DigiPay menjadi sebuah platform dengan banyak sisi (multisided platform) yang dapat diakses banyak pihak yang berkepentingan. Selain menjadi wadah transaksi bagi satuan kerja dan vendor rekanan satker (UMKM), dalam jangka panjang dapat pula menjadi platform yang memberikan informasi bagi pihak yang berkepentingan lainnya, seperti Bendahara Umum Negara, otoritas moneter, pemeriksa pajak, auditor, pembuat kebijakan, lembaga perencana pembangunan, perbankan, Iembaga statistik Pemerintah, dan peneliti.

Pemberdayaan dan Digitalisasi UMKM

Dalam perkembangannya, pada masa penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional seperti sekarang ini, isu DigiPay tidak hanya terkait dengan pengelolaan Keuangan Negara saja, tetapi mulai bergeser menjadi isu pemberdayaan dan digitalisasi UMKM. Para pelaku UMKM dapat bergabung dan mengambil mafaat dari ekosistem Digital Payment-Marketplace Pemerintah.

UMKM merupakan salah satu pondasi perekonomian nasional dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,07%, mampu menyerap tenaga kerja 97%, serta berperan pada ekspor nonmigas sebesar 14,54%. Pelaku UMKM mencapai 99,99% dari seluruh pelaku usaha di Indonesia. Program pemberdayaan UMKM yang tepat sasaran akan berimplikasi

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 106

107 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

pemberdayaan dan digitalisasi UMKM. Para pelaku UMKM dapat bergabung dan mengambil mafaat dari ekosistem Digital Payment-Marketplace Pemerintah. UMKM merupakan salah satu pondasi perekonomian nasional dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,07%, mampu menyerap tenaga kerja 97%, serta berperan pada ekspor nonmigas sebesar 14,54%. Pelaku UMKM mencapai 99,99% dari seluruh pelaku usaha di Indonesia. Program pemberdayaan UMKM yang tepat sasaran akan berimplikasi pada penguatan ekonomi nasional.

Dalam beberapa kesempatan, jajaran pimpinan Kementerian Keuangan selalu memberikan arahan agar program pemberdayaan UMKM dapat dilakukan secara lebih fokus dan terarah. Digitalisasi UMKM tidak hanya dimaknai sekadar bagaimana pelaku UMKM menjual barang secara online, tetapi lebih pada perluasan akses bagi mereka untuk masuk dan terlibat aktif dalam ekosistem keuangan digital. Dalam ekosistem keuangan digital, dimana perbankan terlibat di dalamnya, kinerja UMKM dapat dipantau secara digital sehingga akses terhadap bank lending facility dapat terbuka luas.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 108

Upaya Pemberdayaan dan Digitalisasi UMKM melalui DigiPay

Berdasarkan seluruh pertimbangan tersebut, Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) berinisiatif untuk secara konkrit membangun dan mengembangkan DigiPay. Sistem ini mempertemukan Satker K/L, Penyedia Barang/Jasa (UMKM), dan Perbankan (Himbara) dalam suatu basis rekening yang sama sehingga membentuk satu ekosistem digital (digital payment-marketplace) pengadaan barang/jasa sederhana pemerintah yang dibiayai melalui Uang Persediaan. UMKM rekanan satker yang selama ini melakukan transaksi belanja pemerintah secara konvensional dikenalkan dan didorong untuk memasuki dunia digital. Meski tak mudah, tetapi upaya yang dilakukan secara konsisten akan memberikan dampak yang besar. Dalam DigiPay, seluruh transaksi yang dilakukan dapat dipantau secara otomatis oleh perbankan. Ini artinya, kinerja UMKM rekanan satker sebenarnya termonitor secara detail oleh perbankan. Potret masing-masing UMKM ini lah yang dapat dijadikan salah satu pertimbangan perbankan dalam memberikan fasilitasi kredit bagi UMKM. Mekanisme semacam ini tentu tak bisa diperoleh apabila transaksi belanja pemerintah, khususnya penggunaan UP, dilakukan secara konvensional.

109 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Piloting dan Implementasi DigiPay

Pelaksanaan Uji Coba Penggunaan Uang Persediaan melalui Sistem Digital Payment-Marketplace telah dilaksanakan sejak November 2019 sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-20/PB/2019 tentang Uji Coba Penggunaan Uang Persediaan melalui Sistem Marketplace dan Digital Payment pada Satuan Kerja. Hingga akhir tahun 2020 piloting telah dilaksanakan melalui 4 (empat) tahap, diikuti 458 satker DJPb dan Non DJPb, 243 vendor UMKM, dan terdapat 2.584 transaksi senilai Rp5.701.980.512.

Dalam rangka memotivasi dan mengakselerasi implementasi DigiPay, Dit. PKN telah melakukan berbagai upaya. Salah satunya dengan menyelenggarakan lomba/kompetisi antar KPPN/Kanwil. Untuk periode tahap I sampai III telah diberikan apresiasi/reward kepada Kanwil DJPb/KPPN yang meraih capaian terbaik 1 s.d. 3. Apresiasi tersebut disampaikan pada Rapat Pimpinan Terbatas Semester II 2020 tanggal 13 November 2020. Upaya lainnya melalui adanya kebijakan relaksasi syarat keikutsertaan peserta. Sesuai Nota Dinas Direktur PKN Nomor ND-1121/PB.3/2020, syarat satker calon peserta paling sedikit telah menggunakan Virtual Account, relaksasi dari pengaturan sebelumnya yang harus pengguna SAKTI, VA, dan KKP.

Progres DigiPay yang cukup menggembirakan menjadi pertimbangan untuk dilakukan

perluasan kepada satker-satker lain di luar satker piloting yang akan mulai dilaksanakan sejak awal 2021. Perkembangan DigiPay yang semakin baik diharapkan memberikan dampak positif bagi seluruh pengguna DigiPay, khususnya UMKM. Dengan demikian, program pemberdayaan dan digitalisasi UMKM melalui DigiPay dapat benar-benar dirasakan manfaatnya oleh para pelaku UMKM.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 110

111 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Digitalisasi Impact Analysis Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) (Endline)6

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 112

Tahun 2020 merupakan tahun kedua Direktorat Sistem Manajemen Investasi (Direktorat SMI) menetapkan Quickwins yang bertema Pembiayaan Ultra Mikro (UMi). Pada tahun 2019 Quickwins yang diangkat oleh Direktorat SMI adalah Digitalisasi Impact Analysis Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) dengan melaksanakan survei baseline yang bertujuan untuk mengukur kondisi debitur saat awal masa pinjaman Pembiayaan UMi sebagai bagian dari uji dampak program Pembiayaan UMi.

113 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Sementara itu pada tahun 2020, Direktorat SMI menetapkan Digitalisasi Impact Analysis Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) (Endline) sebagai kelanjutan dari survei uji dampak Pembiayaan UMi yang bertujuan untuk mengukur perubahan Nilai Keekonomian Debitur setelah mendapatkan pinjaman Pembiayaan UMi. Responden survei endline diambil dari populasi responden yang telah disurvei baseline pada periode Semester I tahun 2019. Kedua survei tersebut merupakan tahapan untuk menentukan Nilai Keekonomian Debitur sebagaimana diatur dalam Peraturan Dirjen Perbendaharaan nomor PER-25/PB/2018 tentang Monitoring dan Evaluasi Pembiayaan Ultra Mikro oleh Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Pelaksanaan SurveiSurvei dilakukan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dengan

metode wawancara kepada Debitur Pembiayaan UMi di wilayah kerjanya. Hasil wawancara kemudian dilaporkan oleh KPPN kepada Direktorat SMI melalui aplikasi SIKP-UMi. Pandemi Covid-19 yang melanda dunia mengakibatkan perubahan terhadap gaya hidup sehari-hari yang kini mengharuskan masyarakat untuk menerapkan protokol-protokol kesehatan dalam rangka mencegah penyebaran virus, diantaranya adalah menjaga jarak fisik dan mengurangi aktivitas di luar rumah. Perubahan tersebut mempengaruhi kegiatan Survei Pengukuran Nilai Keekonomian Debitur yang biasanya dilakukan secara langsung ke lapangan, kini dilakukan dengan metode jarak jauh melalui panggilan telepon. Salah satu tantangan dalam pelaksanaan survei melalui telepon adalah banyak debitur tidak bersedia untuk dihubungi melalui telepon, hal ini mengakibatkan jumlah responden survei endline lebih sedikit, yaitu hanya 127 responden jika dibandingkan dengan jumlah responden survei baseline yang mencapai 185 responden.

Permintaan masukanUntuk memperoleh masukan atas konsep Kajian Uji Dampak Pembiayaan Ultra

Mikro yang telah disusun, Direktorat SMI telah melaksanakan Webinar Preliminary Result Pengukuran Nilai Keekonomian Debitur Pembiayaan Ultra Mikro pada tanggal 27 Oktober 2020 dengan mengundang narasumber dari UKM Center Universitas Indonesia dengan peserta dari Instansi Vertikal Ditjen Perbendaharaan, BLU Pusat Investasi Pemerintah, Penyalur Pembiayaan Ultra Mikro, serta Akademisi dari IPB dan peneliti dari LIPI.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 114

115 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Diseminasi hasil kajian

Dalam rangka mendiseminasikan hasil Kajian Uji Dampak Pembiayaan UMi kepada stakeholder Pembiayaan UMi telah dilaksanakan Workshop dan Pemaparan Kajian Uji Dampak Pembiayaan UMi pada tanggal 30 November 2020 melalui video conference zoom meeting yang dihadiri oleh seluruh instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan perwakilan Penyalur Pembiayaan UMi dengan narasumber peneliti yang expert dalam bidang sosial ekonomi yaitu LIPI yang mewakili peneliti dari institusi pemerintah, SMERU Research Institute yang mewakili peneliti dari lembaga indipenden, UKM Center Universitas Indonesia mewakili peneliti dari universitas, serta Melbourne Microfinance Initiatives yang menjadi mitra Direktorat SMI dalam penyusunan evaluasi kerangka kerja uji dampak Pembiayaan UMi.

Hasil

Berdasarkan hasil kajian Uji Dampak Pembiayaan UMi dapat disimpulkan bahwa efektifitas program Pembiayaan UMi dapat dirasakan dan memberikan dampak positif kepada debitur. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran uji dampak pembiayaan UMi melalui survey baseline dan endline yang secara umum menunjukkan peningkatan Nilai Keekonomian Debitur, khususnya pada aspek Nilai Keekonomian Pribadi, sedangkan dari sisi aspek Nilai Keekonomian Usaha cenderung mengalami penurunan pada nilai omzet usaha dan jumlah tenaga kerja, hal ini sangat wajar mengingat kondisi pandemi Covid-19 sangat berpengaruh terhadap kondisi perekonomian di masyarakat.

Meskipun terdapat kendala yang dialami selama pelaksanaan survei endline, pelaksanaan Quickwins Digitalisasi Impact Analysis Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) (Endline) dapat berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dengan Kajian Uji Dampak Pembiayaan UMi sebagai goal dari Quickwins tersebut tetap dapat disusun dengan baik.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 116

117 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

BLU Simpel: Integrasi & Simplifikasi Tata Kelola BLU7

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 118

Kondisi Peraturan Menteri Keuangan (PMK) terkait BLU saat ini yang tersebar, tumpang tindih, dan belum sesuai dengan perkembangan keadaan BLU menyebabkan perlunya penyempurnaan dan penyederhanaan regulasi BLU. Ditambah lagi adanya arahan Presiden terkait OMNIBUS LAW untuk menyederhanakan regulasi menjadi semangat dalam menyempurnakan regulasi pengelolaan keuangan BLU dalam bentuk PMK. PMK terkait BLU yang hingga kini berjumlah lebih dari 19 PMK berpotensi untuk membuat stakeholders BLU (Kementerian/Lembaga teknis, Dewan Pengawas, direksi dan pegawai) kesulitan dalam memahami regulasi BLU secara utuh.

119 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

PMK BLU SIMPEL (PMK 129/PMK.05/2020)

Selain itu, terindikasi terdapat pengaturan yang tumpang tindih dalam PMK BLU. Sebagai contoh, pengaturan mengenai kepegawaian BLU dimuat dalam PMK 180/PMK.05/2016 tentang Penetapan dan Pencabutan Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan BLU pada Satuan Kerja Instansi Pemerintah.

Perkembangan kondisi eksternal dan internal BLU juga merupakan alasan diperlukannya penyempurnaan regulasi BLU. Kondisi pandemi Covid-19 mempengaruhi likuiditas BLU sehingga perlu adanya regulasi yang dapat memfasilitasi pemberian pinjaman antar BLU, pemindahan dana antar BLU, dan fleksibilitas pengadaan dari dana RM dan PNBP BLU. Di samping itu, kondisi internal BLU yang menuntut peningkatan efisiensi dan akuntabilitas dalam tata kelola BLU juga perlu dituangkan dalam regulasi terkait BLU. Secara khusus, BLU perlu memiliki mekanisme penetapan tarif dan remunerasi yang dilakukan secara kolektif dan kolegial; BLU perlu menggalakkan penggunaan teknologi informasi dalam proses bisnis dan komunikasi antara pembina dan BLU; peran Dewas BLU perlu ditingkatkan; serta perlunya penerapan dan penilaian good corporate governance BLU.

Dengan adanya penyederhanaan dan pemutakhiran regulasi BLU, diharapkan regulasi yang dihasilkan merupakan regulasi BLU yang komprehensif, sistematis, terstruktur, aktual, dan simpel.Regulasi BLU yang komprehensif artinya regulasi baru yang dihasilkan mencakup seluruh peraturan mengenai pelaksanaan pengelolaan BLU sesuai dengan lingkup Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 (PP 23/2005). Total terdapat 15 PMK BLU yang terdiri atas 84 bab, 360 pasal, dan 275 lembar menjadi hanya 1 PMK BLU baru yang hanya terdiri atas 5 bab, 300 pasal, dan 150 lembar setelah penyederhanaan regulasi BLU. Selain pokok-pokok pengaturan yang telah dimuat dalam 15 PMK BLU yang lama, PMK BLU baru juga akan menambah serta merevisi substansi peraturan agar BLU dapat menjadi lebih produktif, efektif, dan efisien.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 120

121 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 122

Regulasi BLU yang sistematis dan terstruktur artinya regulasi baru yang dihasilkan mengikuti sistematika bab dalam PP 23/2005 sehingga lebih mudah dibaca dan dipahami. Regulasi BLU yang aktual artinya terdapat penyempurnaan pada regulasi baru yang dihasilkan guna mengikuti dinamika perkembangan BLU. Bab pengaturan yang direvisi adalah bab mengenai tujuan dan asas; bab persyaratan, penetapan, dan pencabutan; bab standar dan tarif layanan; bab pengelolaan keuangan BLU; dan bab tata kelola. Salah satu contoh penyempurnaan dalam bab persyaratan, penetapan, dan pencabutan BLU adalah penghapusan penetapan BLU secara bertahap. Dalam bab standar dan tarif layanan, salah satu pokok penyempurnaannya ialah penambahan penguatan analisis penetapan tarif oleh Kementerian Keuangan dengan menggunakan indeks tarif sebagai alat analisis. Bab pengelolaan keuangan memiliki beberapa pokok penyempurnaan. Salah satu di antara penyempurnaan tersebut adalah penambahan wewenang Menteri Keuangan untuk memerintahkan pemindahan kas antar BLU dalam kondisi tertentu, yakni dalam keadaan darurat atau dalam rangka penyelamatan ekonomi. Satu contoh terakhir, yakni pokok penyempurnaan dalam bab tata kelola di mana peran dewan pengawas semakin ditingkatkan. Dalam rancangan regulasi BLU yang baru, dewan pengawas dapat membentuk komite audit jika diperlukan; menunjuk KAP untuk melakukan audit; menunjuk penilai independen dalam penerapan GCG BLU; dan menunjuk sekretaris Dewas.

Regulasi BLU yang simpel artinya penyederhanaan proses bisnis dan administratif BLU dengan mendorong pemanfaatan teknologi informasi. Di satu sisi, teknologi informasi dapat membantu proses administratif dalam pembinaan BLU seperti pengajuan usulan penetapan, usulan tarif layanan, dan remunerasi, melalui BLU Integrated Online System (BIOS). Di sisi lain, pemanfaatan teknologi informasi pada proses bisnis operasional BLU dapat mendorong efisiensi sehingga menghasilkan layanan yang lebih baik.

PMK BLU Simpel telah secara resmi ditetapkan pada tanggal 18 September 2020 dan tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 129/PMK.05/2020. Dengan demikian, diharapkan PMK ini dapat mewujudkan regulasi BLU yang komprehensif, sistematis, terstruktur, aktual, dan simpel.

123 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

BLU Integrated Online System 2.1:DigitalisasiPengelolaan BLU8

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 124

Direktorat PPK BLU dalam membangun sebuah sistem informasi yang memberikan kecepatan dan kemudahan dalam menjalankan layanan kepada stakeholder dan melakukan digitalisasi proses bisnis yang sudah berjalan. Sistem tersebut berupa Aplikasi BLU Integrated Online System 2.0 (BIOS 2.0) yang membantu Dit PPK BLU dan stakeholdernya untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Quickwins Dit PPK BLU tahun 2020 adalah BLU Integrated Online System 2.1: Digitalisasi Pengelolaan BLU.

125 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Penggunaan teknologi yang semakin massive di segala bidang saat ini, berawal dari revolusi industri 4.0 (atau dikenal sebagai industri 4.0) menggunakan teknologi dan robot sebagai pendukung dalam aktivitasnya. Industri 4.0 semakin berkembang pada era digital yang didukung perkembangan teknologi komputer yang semakin pesat. Cirinya adalah internet yang semakin cepat, teknologi sensor yang semakin maju, cloud computing, dan machine learning. Perkembangan teknologi yang semakin cepat tersebut, menuntut adaptasi di segala bidang agar tetap survive, termasuk dalam bidang pemerintahan. Pemanfaatan teknologi dalam bidang pemerintahaan adalah dengan adanya e-government, yaitu penggunaan teknologi informasi untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi publik oleh pemerintah, maupun untuk kegiatan pemerintahan itu sendiri. Manfaat dari e-government tersebut bisa meningkatkan efisiensi dalam pelayanan publik maupun kegiatan pemerintahan, peningkatan layanan kepada warganya, maupun sebagai sarana tata kelola pemerintahan yang baik.

Hal tersebut yang berusaha di adaptasi oleh Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Dit PPK BLU). Dit PPK BLU dalam membangun sebuah sistem informasi yang memberikan kecepatan dan kemudahan dalam menjalankan layanan kepada stakeholder dan melakukan digitalisasi proses bisnis yang sudah berjalan. Sistem tersebut berupa Aplikasi BLU Integrated Online System 2.0 (BIOS 2.0) yang membantu Dit PPK BLU dan stakeholdernya untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Quickwins Dit PPK BLU tahun 2020 adalah BLU Integrated Online System 2.1: Digitalisasi Pengelolaan BLU. Pengembangan BIOS kali ini fokus pada penambahan fitur penghitungan unit cost pada Modul Tarif dan perbaikan Modul pengelolaan kinerja terkait dengan proses usulan dan revisi kontrak kinerja satker BLU dengan Dirjen Perbendaharaan. Pengembangan tersebut mempunyai maksud dan tujuan Aplikasi BIOS yang sudah dikembangkan dengan versi 2.1 dapat di akses dan beroperasi secara penuh bagi seluruh stakeholder, dan memberikan fasilitas bagi satker BLU untuk melakukan perhitungan unit cost Tarif layanannya dan pengajuan kontrak kinerja menjadi lebih mudah dan cepat. Hal ini bertujuan agar Aplikasi BIOS dapat menyediakan data dengan cepat, akurat, dan handal dalam pengambilan keputusan manajerial, sebagai informasi publik terkait dengan data satker BLU, maupun sebagai sarana digitalisasi proses bisnis agar lebih cepat.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 126

Apa itu Aplikasi BIOS 2.1

Aplikasi BLU Integrated Online System atau dikenal dengan Aplikasi BIOS merupakan sistem informasi terintegrasi yang menghubungkan antara Satker BLU dan Direktorat PPK BLU, yang terdiri dari berbagai modul yang berfungsi untuk pengumpulan data profil satker BLU, proses pembinaan, proses pengajuan usulan maupun revisi tarif, proses usulan baru maupun revisi remunerasi, data keuangan, proses penetapan Satker BLU baru, pengelolaan kinerja, Data Dewan Pengawas dan Laporannya, Dokumentasi Satker BLU, dan Rencana Strategi Bisnis/Rencana Bisnis Anggaran. Aplikasi BIOS 2.1 merupakan pengembangan dari Aplikasi BIOS 2.0.

Kenapa perlu dilakukan penyempurnaan BIOS

Sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 53/PB/2016 tentang Pedoman Penggunaan Aplikasi Badan Layanan Umum Integrated Online System, BIOS merupakan aplikasi berbasis web yang mengintegrasikan data layanan dan keuangan BLU yang berbasis elektronik. Syarat data menghasilkan informasi yang valid dan handal jika memenuhi syarat bahwa data dimaksud sudah melalui proses verifikasi dan approval serta data yang disajikan cukup lengkap. Kebutuhan akan informasi oleh pimpinan yang sangat cepat memerlukan sarana teknologi untuk dapat memberikan dukungan dan menyajikan data dan informasi yang dimaksud.

Kapan mulai dikembangkan

Penyusunan User Requirement BLU Integrated Online System G2 dimulai pada awal tahun 2020. Proses pembahasan user requirement BIOS G2 dan proses pengembangan BIOS G2 dimulai pada bulan September 2020. Mengingat tingkat kerumitan dan kompleksitas dalam perhitungan unit cost, maka untuk pembahasan antara tim Tarif dan tim pengembang memakan waktu cukup lama. Selain itu ada permintaan flash report dari pimpinan untuk menyampaikan laporan secara mingguan terkait dengan data keuangan dan layanan BLU. Hal tersebut dianggap perlu untuk melakukan pengembangkan aplikasi RinDU (pengiriman data BLU) mobile dengan platform android, yang memfasilitasi bagi

127 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Satker BLU yang kesulitan mengembangkan webservice-nya untuk penyampaian data ke Aplikasi BIOS. Pengembangan Aplikasi RinDU ini membutuhkan waktu sekitar 2 bulan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2020, dan di publish pada tanggal 10 Juli 2020. Pembahasan User Requirement Modul unit cost dan pengelolaan kinerja mulai dilaksanakan pada bulan September, pararel dengan proses pengembangan untuk mengejar time line, sampai dengan bulan November 2020. Proses QA di Pusintek Kemenkeu dilaksanakan pada bulan Desember 2020, setelah kelengkapan dokumen QA dan UAT selesai disusun.

Siapa yang mengembangkan

BIOS G 2.1 dikembangan secara in-house oleh tim pengembang aplikasi pada Direktorat Sistem Informasi dan Teknologi perbendaharaan, unit eselon II Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai pengembang aplikasi dan sistem informasi di unit Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Bagaimana mekanisme pengembangannya

Aplikasi BIOS G 2.1 mulai dikembangkan melalui proses sebagai berikut: 1. Asistensi penyusunan User Requirement Modul BIOS 2.1,2. Pengembangan Aplikasi RinDU, 3. QA dan UAT Aplikasi RinDU, 4. Pembahasan UR Modul Tarif dan Pengelolaan Kinerja, 5. Pengembangan Modul Tarif dan Pengelolaan Kinerja, 6. UAT dan QA Modul Tarif dan Pengelolaan Kinerja,

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 128

129 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Kerangka Penguatan KonsolidasiStatistik FiskalNasional (GFS)9

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 130

Dalam rangka meningkatkan kualitas informasi keuangan pemerintah, UU Nomor 1 Tahun 2004 mengamanatkan agar laporan keuangan pemerintah dapat menghasilkan statistik keuangan yang mengacu kepada manual Statistik Keuangan Pemerintah (Government Finance Statistic) sehingga dapat memenuhi kebutuhan analisis kebijakan dan kondisi fiskal, pengelolaan dan analisis perbandingan antar negara (cross country studies), kegiatan pemerintahan, dan penyajian statistik keuangan pemerintah.

131 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Sebagai salah satu ikhtiar dalam rangka menjalankan amanat tersebut, disusunlah Laporan Statistik Keuangan Pemerintah (LSKP) yang berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 275/PMK.05/2014 tentang Manual Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia. Dalam perjalannya, DItjen Perbendaharaan telah berhasil menyusun LSKP untuk tingkat Nasional dan LSKP Tingkat Wilayah yang disusun oleh Kanwil DJPb.

Selanjutnya dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan dalam penyusunan LSKP, telah diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK.05/2018 tentang Sistem Statistik Keuangan Pemerintah Umum, yang mengatur mengenai sistem penyusunan dan peningkatan kehandalan data LSKP sektor Pemerintah Umum baik di tingkat nasional maupun di tingkat wilayah. Pada Pasal 11 PMK tersebut menyatakan bahwa dalam rangka meyakinkan keandalan data dalam penyusunan LSKP, dilakukan verifikasi untuk data pemerintah pusat dan pemertintah daerah. Selanjutnya Pasal 8 dan12 menyatakan bahwa terhadap data hasil verifikasi tersebut, kanwil DJPb dan Direktorat APK melakukan rekonsiliasi data dengan pihak-pihak terkait yang memiliki data pembanding (counterparty). Adapun salah satu pihak yang menyediakan data pembanding adalah Bank Indonesia dengan produknya yang bernama Financial Account and Balance Sheet (FABS).

Dalam praktiknya, kondisi saat ini menunjukkan bahwa dalam penyusunan LSKP Sektor Pemerintah Umum masih ditemukan adanya permasalahan terkait verifikasi data tersebut, khususnya terkait counterparty. Selain itu, uji coba rekonsiliasi antara Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan dan Departemen Statistik Bank Indonesia yang telah dilaksanakan dan berjalan selama beberapa periode sebelumnya masih ditemui berbagai kendala. Dari pertimbangan di atas, disusunlah sebuah panduan dalam bentuk Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan yang komprehensif dalam menyelenggarakan rekonsiliasi dan fungsi verifikasi, analisis, dan penyusunan Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Umum. Pedoman tersebut memiliki tujuan sebagai berikut:a. Mewujudkan konsistensi angka statistik fiskal nasional antara DJPb Kemenkeu dan

Departemen Statistik Bank Indonesia sesuai rekomendasi G20 dalam hal Data Gap Initiative (DGI) dalam rangka menjaga kondisi ekonomi global dari risiko terjadinya krisis keuangan.

b. Dengan adanya rekonsiliasi data statistik fiskal antara DJPb Kemenkeu dan Departemen Statistik Bank Indonesia diharapkan data statistik keuangan sektor Pemerintah Umum

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 132

133 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 134

menjadi lebih akurat dan konsisten.

Panduan tersebut menjadi acuan standar oleh Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan untuk menguji validitas laporan statistik keuangan pemerintah melalui rekonsiliasi GFS dengan FABS. Pada awalnya panduan rekonsiliasi antara GFS dengan FABS akan digunakan secara keseluruhan baik di tingkat pusat cq Dit APK dengan BI Pusat, dan di daerah c.q. Kanwil DJPb dengan Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPwDN) Bank Indonesia. Namun demikia, pada tahun 2020 Bank Indonesia melakukan tranformasi proses bisnis yang berpengaruh terhadap proses rekonsiliasi di daerah sehingga pelaksanaan RFABS pada KPwDN Bank Indonesia ditinjau kembali, sehingga disepakati rekonsiliasi hanya di tingkat pusat yaitu LSKPU tingkat nasional dengan FABS.

Dalam penyusunan panduan petunjuk teknis pelaksanaan rekonsiliasi ini terdapat 4 (empat) tahapan utama yakni sebagai berikut:a. Pembahasan draft berkaitan dengan substansi pelaksanaan rekonsiliasi;b. Penyusunan draft petunjuk teknis pelaksanaan rekonsiliasi;c. Uji Coba pelaksanaan rekonsiliasi menggunakan data statistik pada periode tertentu;

dand. Pembahasan dalam hal legal drafting dan harmonisasi terhadap peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Setelah melalui berbagai proses, pada akhirnya akhirnya pada tanggal 30 November 2020 diterbitkanlah Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-23/PB/2020 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Rekonsiliasi Dalam Rangka Penyusunan LSKPU. Dengan diterbitkannya Perdirjen tersebut diharapkan LSKPU yang dihasilkan dapat menjadi basis data yang kuat dalam pengambilan kebijakan fiskal yang lebih pruden dan inklusif karena proses penyusunan datanya sudah direkonsiliasi dengan pihak-pihak terkait.

135 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Modul Pelaporan - SIKRI10

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 136

Modul Pelaporan - SIKRI

Penjelasan UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara mengamanatkan agar laporan keuangan pemerintah dapat menghasilkan laporan statistik keuangan pemerintah dengan mengacu pada Manual Statistik Keuangan Pemerintah. Upaya ini sebagai perwujudan dari usaha pemerintah untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan Keuangan Negara.

137 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Hal tersebut ditindaklanjuti dengan konsolidasi laporan keuangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam bentuk Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK). Selanjutnya dari LKPK tersebut disusun statistik keuangan dalam bentuk Laporan Statistik Keuangan Pemerintah (LSKP) yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan analisis kebijakan, menggambarkan kondisi fiskal secara nasional, pengelolaan dan analisis perbandingan antar negara (cross country studies).

Dorongan akan penyusunan LKPK dan LSKP juga muncul dari eksternal pemerintah. Hasil reviu BPK atas pelaksanaan transparansi fiskal menyatakan perlunya pemerintah menyajikan informasi fiskal mengenai integrasi posisi fiskal nasional (gabungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah), sehingga fungsi pemerintah secara keseluruhan dapat terlihat. Selain itu, rekomendasi DPR kepada pemerintah melalui UU P2 APBN 2013 menyatakan pula agar pemerintah mengkonsolidasikan LKPP dan LKPD, serta menyusun Laporan Statistik Keuangan Pemerintah/Government Finance Statistics secara berkala. Menjawab atas tantangan tersebut, pemerintah melalui Kementerian Keuangan menerbitkan PMK Nomor 275/PMK.05/2014 tentang Manual Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia sebagai panduan dalam penyusunan LSKP. Selanjutnya guna menyempurnakan peraturan pada tataran implementasi, pemerintah menerbitkan PMK Nomor 188/PMK.05/2018 tentang Sistem Pelaporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian, dan PMK Nomor 189/PMK.05/2018 tentang Sistem Statistik Keuangan Pemerintah Umum sebagai dasar penyusunan LKPK dan LSKP baik di kantor pusat maupun di Kanwil DJPb.

Pemerintah pada dasarnya telah menyusun LSKP mulai tahun 2008, dan selalu dilakukan perbaikan dari tahun ke tahun. Namun demikian, metode penyusunan yang digunakan masih menggunakan kertas kerja manual (kertas kerja excel/kertas kerja GFS Classification Assistance). Penyusunan yang masih menggunakan kertas kerja excel ini tentu memiliki ketidaksempurnaan. Pertama, rawan akan terjadinya kesalahan dikarenakan metode validasi yang digunakan masih terbatas. Kedua, terjadinya timelag dikarenakan pengumpulan data, input, dan pemrosesan menjadi LKPK dan LSKP masih membutuhkan waktu yang cukup panjang. Ketiga, munculnya potensi ketidakseragaman penggunaan versi dari para penyusun.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 138

Sebagai wujud perbaikan yang berkesinambungan, dan upaya pemanfaatan sistem informasi dan teknologi yang berkembang di lingkungan DJPb, maka DJPb telah mengembangkan SIKRI Modul Pelaporan (SIKRI MP). SIKRI MP dibangun berbasis aplikasi SPAN dengan database Oracle yang nantinya akan menampung berbagai data yang dihasilkan dari berbagai sumber. SIKRI MP akan menghasilkan LKPK dan LSKP baik di Tingkat Wilayah maupun Nasional, serta berbagai informasi keuangan lainnya secara terotomasi dan menggantikan metode manual yang digunakan sebelumnya.

Pengembangan SIKRI MP dilaksanakan oleh Direktorat APK sebagai pengembang dari sisi rule dan proses bisnis, berkolaborasi bersama Direktorat SITP sebagai pengembang dari sisi sistem aplikasi. Pengembangan SIKRI dilakukan mulai tahun 2019 dan telah diselesaikan pada tahun 2020. Secara garis besar, terdapat 7 (tujuh) tahapan utama proses pengembangan SIKRI MP yang dilaksanakan pada tahun 2020. Tahapan pertama yang dilaksanakan adalah pengembangan prototipe aplikasi dengan koordinasi yang intensif. Setelah itu, dilaksanakan functional test oleh pihak pengembang guna memastikan setiap fungsi dari aplikasi telah berjalan dengan baik.

Tahapan berikutnya adalah User Acceptance Test (UAT) yang dilaksanakan dengan bantuan beberapa Kanwil DJPb guna memastikan aplikasi yang telah dikembangkan sesuai dengan kebutuhan calon pengguna. Bersamaan dengan UAT, dilakukan pula performance test yang berfungsi untuk menguji ketahanan dan kestabilan dari SIKRI MP yang dikembangkan. Selanjutnya, telah dilaksanakan piloting sebanyak 2x (dua kali) yang masing-masing diikuti oleh 3 Kanwil DJPb dengan terlebih dahulu dilakukan transfer knowledge kepada peserta piloting. Tahap berikutnya pengembangan melakukan deployment SIKRI MP dari server development ke server production SPAN dan diikuti dengan monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan. Dan pada akhirnya pada tanggal 28 Januari 2021 lalu, SIKRI MP telah di-launching secara resmi oleh Direktur APK sekaligus sebagai penanda awal penggunaan SIKRI MP dalam penyusunan LKPK dan LSKP.

139 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 140

Dengan di-launching-nya SIKRI MP, diharapkan dapat menutup celah ketidaksempurnaan yang muncul pada saat penggunaan kertas kerja excel sehingga kerjanya bisa lebih efisien. Selain itu, penggunaan SIKRI MP diharapkan menjadi titik transformasi dari fungsi penyusunan, menjadi fungsi analisis. Ke depannya, SIKRI MP dapat menjadi basic logic dan embrio dari pengembangan SIKRI yang berbasis transaksi yang telah ditetapkan melalui IS RBTK #13, serta berfokus pada data analytics dan business intelligence. Nantinya diharapkan informasi keuangan yang dihasilkan SIKRI dapat digunakan sebagai alat pengambilan kebijakan oleh pimpinan baik di Kemenkeu maupun stakeholders lain.

141 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Penyelesaian Rekomendasi Pengangkatan Pejabat Fungsional di Bidang Perbendaharaan pada Kementerian Negara/ Lembaga11

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 142

Dalam rangka mensukseskan dan mendukung implementasi Inpassing dalam Jabatan Fungsional, disusunlah Quickwins Penyelesaian Rekomendasi Pengangkatan Pejabat Fungsional di Bidang Perbendaharaan pada Kementerian Negara / Lembaga yang dilakukan melalui mekanisme Inpassing / Penyesuaian.

143 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Dengan ditetapkannya 4 (empat) PermenPAN RB nomor 51, 52, 53, dan 54 Tahun 2018 maka pengembangan profesi pengelola keuangan memasuki babak baru dengan diimplementasikannya Jabatan Fungsional di Bidang Perbendaharaan. JF Perbendaharaan terdiri dari :a. Jabatan fungsional yang bersifat terbuka untuk semua Kementerian Negara/Lembaga

yaitu : JF Pranata Keuangan APBN dan JF Analis Pengelolaan Keuangan APBN;b. Jabatan Fungsional yang bersifat tertutup hanya di Ditjen Perbendaharaan yaitu JF

Pembina Teknis Perbendaharaan Negara dan JF Analis Perbendaharaan Negara.

Dalam rangka mensukseskan dan mendukung implementasi Inpassing dalam Jabatan Fungsional, disusunlah quickwin Penyelesaian Rekomendasi Pengangkatan Pejabat Fungsional di Bidang Perbendaharaan pada Kementerian Negara / Lembaga yang dilakukan melalui mekanisme Inpassing / Penyesuaian. Untuk mencapat target, Direktorat Sistem Perbendaharaan telah melakukan strategi dan langkah-langkah sebagai berikut:1. Menerbitkan pengumuman pendaftaran inpassing JF Terbuka melalui PENG-2/PB/2020

tanggal 21 Januari 2020 tentang Seleksi Penyesuaian / Inpassing Jabatan Fungsional Pranata Keuangan APBN dan Analis Pengelolaan Keuangan APBN.

2. Menerbitkan pengumuman pendaftaran inpassing JF Tertutup melalui Nota Dinas Sekretaris Ditjen Perbendaharaan Nomor ND-365/PB.1/2020 tanggal 30 Januari 2020 hal Informasi Seleksi Inpassing Jabatan Fungsional Pembina Teknis Perbendaharaan Negara (JF PTPN) dan Jabatan Fungsional Analis Perbendaharaan Negara (JF APN).

3. Melakukan pelatihan pembina jabatan fungsional kepada seluruh Kasubbag Umum KPPN dan Kasi PDMS/MSKI KPPN di Pusdiklat AP dengan jumlah peserta sebanyak 360 orang pada bulan Januari dan Februari 2020.

4. Menerbitkan rekomendasi formasi Jabatan Fungsional bidang perbendaharaan dari K/L yang mengusulkan formasi ke DSP.

5. Melaksanakan seleksi inpassing pada K/L yang telah ditetapkan formasi oleh KemenPANRB.

6. Memberikan pelatihan kepada instansi pengguna Jabatan Fungsional telah dilaksanakan dalam bentuk workshop sistem informasi dalam rangka implementasi Jabatan Fungsional Pranata Keuangan APBN dan Analis Pengelolaan Keuangan APBN kepada perwakilan seluruh K/L yg diselenggarakan pada tangal 9 s.d. 13 Maret 2020.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 144

7. Menerbitkan rekomendasi pengangkatan Jabatan Fungsional bidang perbendaharaan oleh DSP dari 9 K/L yang mengusulkan peserta inpassing ke DSP.

8. Atas rekomendasi pengangkatan, Pejabat Pembina Kepegawaian K/L melakukan pengangkatan ke dalam Jabatan Fungsional bidang perbendaharaan.

Namun demikian dalam pencapaian target selama 2020 terdapat beberapa kendala yang dialami yang merupakan proses di luar kewenangan dari Ditjen Perbendaharaan selaku Instansi Pembina Jabatan Fungsional Perbendaharaan. Beberapa kendala yang teridentifikasi antara lain :1. Beberapa Kementerian Negara/Lembaga masih fokus melakukan proses reorganisasi

terkait kebijakan penyetaraan jabatan (delayering) sehingga belum dapat melakukan penyusunan formasi Jabatan Fungsional.

2. Belum optimalnya komunikasi dan koordinasi dengan K/L dalam hal penyusunan formasi Jabatan Fungsional pada Kementerian Negara/Lembaga karena kondisi pandemi Covid-19.

3. Proses penetapan formasi Jabatan Fungsional oleh KemenPANRB membutuhkan waktu yang cukup lama sejak usulan formasi disampaikan oleh Kementerian Negara/Lembaga Pihak pemegang user di Kementerian Negara/Lembaga dan Kanwil DJPb/KPPN belum sepenuhnya memahami alur proses seleksi inpassing yang diakomodasi melalui Aplikasi e-Jafung.

4. Beberapa Kementerian Negara/Lembaga membutuhkan waktu lama dalam mengajukan usulan peserta seleksi inpassing ke DSP agar dapat diterbitkan rekomendasi pengangkatan oleh DSP.

Atas kendala tersebut, Direktorat Sistem Perbendaharaan telah melakukan beberapa langkah-langkah sebagai berikut:1. Melakukan koordinasi dan pendampingan/asistensi kepada K/L secara intensif dalam

penyusunan formasi dengan membuka seluas-luasnya media koordinasi dan telah dilakukan

a. One on one meeting pendampingan penyusunan formasi antara PIC DSP dengan PIC K/L;

b. Rapat koordinasi akselerasi penyusunan formasi JF PK APBN dan APK APBN dengan K/L secara online pada tanggal 12-14 Agustus 2020.

145 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

2. Melakukan koordinasi dengan K/L dan KemenPANRB dalam rangka mengakselerasi penetapan formasi Jabatan Fungsional oleh KemenPANRB.

3. Melakukan konsultasi, asistensi, memberikan panduan, dan troubleshooting kepada K/L dan Kanwil DJPb/KPPN tentang alur proses inpassing pada Aplikasi e-Jafung. Telah dilakukan langkah-langkah sbb:

a. Workshop Aplikasi e-Jafung kepada K/L pada tanggal 9-13 Maret 2020;b. Bimtek e-Jafung kepada Kanwil DJPb dan KPPN secara online pada tanggal 26

dan 29 Juni 2020.4. Melakukan pengusulan perpanjangan masa inpassing kepada KemenPANRB melalui

Surat Menteri Keuangan Nomor S-578/MK.1/2020 tanggal 23 Oktober 2020.

Sampai dengan Desember 2020, jumlah pengangkatan ke dalam Jabatan Fungsional Perbendaharaan sebanyak 342 orang yaitu 271 pada Jabatan Fungsional Tertutup (JF Analis Perbendaharaan Negara dan JF Pembina Teknis Perbendaharaan Negara) dan 71 pada Jabatan Fungsional Terbuka (JF Pranata Keuangan APBN dan JF Analis Pengelolaan Keuangan APBN).

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 146

Melalui implementasi Jabatan Fungsional di bidang perbendaharaan, diharapkan terciptanya Sumber Daya Manusia pengelola keuangan pada K/L yang profesional dan berkompeten sehingga mendukung pengelolaan keuangan APBN yang semakin baik, profesional dan akuntabel.

147 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Simplifikasi Peraturan di Bidang Perbendaharaan Lingkup Ditjen Perbendaharaan Fase I12

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 148

Simplifikasi Peraturan di Bidang Perbendaharaan Lingkup Ditjen Perbendaharaan Fase I

Tidak hanya pengembangan aplikasi atau penemuan inovasi baru, inisiasi terhadap penyederhanaan peraturan/simplifikasi peraturan di bidang Perbendaharaan juga merupakan salah satu program kerja yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan pada Quickwins 2020. Simplifikasi peraturan di bidang perbendaharaan dilaksanakan untuk menindaklanjuti arahan Presiden agar dilakukan pemangkasan terhadap 50% dari regulasi seluruh Kementerian/Lembaga.

149 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Terkait dengan hal tersebut, untuk memenuhi arahan Menteri Keuangan, kategori simplifikasi peraturan diperluas tidak hanya penyederhanaan dari segi jumlah namun termasuk simplifikasi terhadap proses bisnis dan tujuan lain.

Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut, Direktorat Sistem Perbendaharaan menginisiasi Quickwins Simplifikasi Peraturan di Bidang Perbendaharaan Fase I dalam rangka penyederhanaan peraturan di bidang perbendaharaan dari sisi jumlah melalui mekanisme pencabutan, penggantian, penggabungan, dan / atau penyederhanaan proses bisnis. Syarat penyelesaian (acceptance criteria) Quickwins tersebut yaitu berkurangnya kuantitas Peraturan Menteri Keuangan terhadap penyusunan Peraturan Menteri Keuangan yang masuk dalam Program Perencanaan pada tahun 2020 sebanyak lebih dari 50%.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 191/KMK.01/2020 tentang Program Perencanaan Peraturan Menteri Keuangan dan Keputusan Menteri Keuangan yang Bersifat Kebijakan Tahun 2020 sebagaimana telah diubah dengan KMK Nomor 407/KM.1/2020 terdapat 12 Rancangan Peraturan Menteri Keuangan (RPMK) yang diusulkan masuk dalam program perencanaan Tahun 2020 dan merupakan bagian dari penyelesaian program Quickwins 2020 Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Adapun peraturan dimaksud, yaitu:

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 150

No. Nama RPMK Jenis Inisiator Keterangan1. RPMK Mekanisme Penyaluran Bantuan

Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja

Baru Dit. PA Telah ditetapkan (PMK25/PMK.05/2020) tanggal24 Maret 2020

2. RPMK Tata Cara Investasi Pemerintah Baru Dit. SMI Telah ditetapkan (PMK53/PMK.05/2020) tanggal19 Mei 2020

3. RPMK Perjalanan Dinas Presiden dan Wakil Presiden RI

Baru Dit. PA Telah ditetapkan (PMK66/PMK.05/2020) tanggal12 Juni 2020

4. RPMK Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Aset Berupa BMN yang Berasal Dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama

Simplifikasi(mencabut 2 PMK)

Dit. APK Telah ditetapkan (PMK116/PMK.05/2020) tanggal31 Agustus 2020

5. RPMK Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup Baru Dit. SMI Telah ditetapkan (PMK124/PMK.05/2020) tanggal7 September 2020

6. RPMK Pedoman Pengelolaan BLU Simplifikasi(mencabut 15 PMK)

Dit. PPK BLU Telah ditetapkan (PMK129/PMK.05/2020) tanggal18 September 2020

7. RPMK Tata Cara Penyelesaian Piutang Negara Yang Bersumber Dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi, Dan Rekening Pembangunan Daerah Pada Badan Usaha Milik Daerah Tertentu

Simplifikasi(mencabut 1 PMK)

Dit. SMI Telah ditetapkan (PMK194/PMK.05/2020) tanggal10 Desember 2020

8. RPMK Tata Cara Pembayaran Anggaran Penelitian yang Bersumber Dari APBN

Baru Dit. PA Telah ditetapkan (PMK203/PMK.05/2020) tanggal16 Desember 2020

9. RPMK Tata Cara pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan APBN

Simplifikasi(mencabut 5 PMK)

Dit. PA Dihapus sesuai Nota Dinas Dirjen Perbendaharaan Nomor ND- 396/PB/2020 tanggal 4 Juni 2020, ND- 581/PB/2020 tanggal12 Agustus 2020 dan ND-733/PB/2020 tanggal 10November 2020

10. RPMK Pedoman Pelaksanaan Penerimaan dan Pengeluaran Negara pada Akhir Tahun Anggaran

Simplifikasi(mencabut 2 PMK)

Dit. PKN

11. RPMK Tata Cara Pembayaran Atas Transaksi Pengembalian Penerimaan Negara

Penggantian Dit. PKN

12. RPMK Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain

Simplifikasi(mencabut 3 PMK)

Dit. APK

151 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Terhadap 12 (dua belas) RPMK yang masuk dalam program perencanaan tahun 2020 di atas, terdapat 8 (delapan) RPMK yang telah selesai (telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan) dan 4 (empat) RPMK dihapuskan dari program perencanaan. Dengan demikian dari sisi perhitungan capaian acceptance criteria, untuk Quickwins Simplifikasi Peraturan Bidang Perbendaharaan Phase I Tahun 2020 telah terpenuhi. Adapun realisasi penyelesaian Simplifikasi yang dilakukan atas RPMK yang disusun adalah sebagai berikut:

Jumlah RPMK yang masuk Program Perencanaan yang Diselesaikan------------------------------------------------------------------------------ x100% Jumlah RPMK yang disimplifikasi

8= ------- x 100% = 44,44% 18

Dengan ditetapkannya 8 peraturan baru yang menghapus / mencabut 18 PMK lainnya, diharapkan peraturan perundang-undangan di bidang Perbendaharaan dapat menjadi lebih efektif, lebih mudah dipahami, menyeluruh, dan harmonis terhadap peraturan lainnya, serta implementatif.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 152

153 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Aplikasi Gaji Berbasis Web13

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 154

Aplikasi Gaji Berbasis Web

Di tahun 2020, Direktorat Sistem Informasi dan Transformasi Perbendahaan mengusulkan pengembangan Aplikasi Gaji Berbasis Web sebagai salah satu dari 13 (tiga belas) Quickwins yang akan dikembangkan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Sejalan dengan pengembangan aplikasi dimaksud, telah ditetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-25/PB/2020 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Belanja dan Belanja Operasional dalam Piloting Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Melalui Platform Pembayaran Pemerintah.

155 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Pengembangan aplikasi gaji berbasis web merupakan upaya Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam memperbaiki pengelolaan serta mempermudah proses pembayaran gaji pegawai dengan menggunakan aplikasi berbasis web yang digunakan sebagai alat perhitungan, pembayaran dan administrasi pengelolaan gaji pegawai.

Dalam rangka mensukseskan dan mendukung implementasi piloting pembayaran gaji melalui Platform Pembayaran Pemerintah dilakukan beberapa strategi sebagai langkah-langkah tahapan pelaksanaan. Adapun langkah-langkah yang telah dilaksanakan sebagai berikut:1. Pengembangan aplikasi oleh tim IT Direktorat SITP dari Bulan Maret sampai dengan

Agustus Tahun 2020,2. Penyamaan data Biro Umum Setjen dengan Setditjen Perbendaharaan, 3. Pembuatan aplikasi interkoneksi antara aplikasi gaji berbasis web dengan aplikasi HRIS,4. Pelaksanaan internal test dan User Acceptant Test (UAT) aplikasi gaji berbasis web, 5. Sosialisasi terhadap pihak yang nantinya akan terkait dalam pelaksanaan aplikasi, 6. Penyusunan peraturan yang digunakan sebagai payung hukum penggunaan aplikasi, 7. Pelaksanaan piloting aplikasi pada akhir Tahun 2020.

Pada akhir Tahun 2020 piloting aplikasi telah sukses dilaksanakan oleh Setditjen Perbendaharaan dan Biro Umum Setditjen. Namun demikian dalam pencapaian target selama Tahun 2020 terdapat beberapa kendala yang dihadapi serta tantangan yang harus dikembangkan lebih lanjut arah mengikuti kebijakan pimpinan. Kendala yang dihadapi antara lain adalah:1. Belum optimalnya komunikasi dan koordinasi dengan pihak yang terkait dalam

pengembangan aplikasi ini dikarenakan kondisi pandemi Covid-19 yang mengharuskan untuk melakukan pekerjaan dari rumah.

2. Penyamaan data awal antara data pada Aplikasi HRIS dengan aplikasi existing yang mengharuskan untuk melakukan konfirmasi pada unit pengelola kepegawaian.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 156

Sedangkan tantangan yang dihadapi dalam Tahun 2021 adalah sebagai berikut :1. Melakukan piloting untuk unit yang lebih besar di Kementerian Keuangan. 2. Melakukan pengembangan aplikasi yang mengakomodir perubahan kebijakan

terkait pemotongan 1% gaji. 3. Mempersiapkan aplikasi untuk mengakomodir pembayaran Gaji PPNPN.

Melalui implementasi penggunaan aplikasi gaji berbasis web diharapkan mempermudah dalam pembayaran gaji pegawai, dalam hal simplifikasi proses bisnis serta penghematan tenaga administrasi dan mengkonsolidasi data transaksi dalam data terpusat sehingga dapat digunakan sebagai alat analisis data. Implementasi aplikasi gaji berbasis web ini secara tidak langsung telah mendukung pengelolaan keuangan APBN yang semakin baik, profesional dan akuntabel.

157 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 158

pembentukan pola

Kawat perak tebal dan lempengan kuningan digunakan di dalam pembentukan pola. Pembuatan kerangka dibuat sesuai dengan desain yang telah dibuat. Kawat perak tebal dipotong-potong pendek sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Kemudian kawat pendek itu digunakan untuk kerangka. Kawat pendek tersebut dilingkarkan mengelilingi lempengan pola kemudian dengan menggunakan pinset kawat tersebut dijepit atau di-press mengikuti lempengan pola.

Sebuah keberhasilan selalu dibekali dengan sebuah perencanaan yang matang. Sama halnya membuat pola, di dalam melaksanakan Quickwins dan IS RBTK harus diawali dengan pola kerja dan menyusun strategi yang detil, untuk mewujudkan target dan capaian yang tepat waktu dan tepat sasaran.

159 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

kegiatan transformasi kelembagaan

Penandatangan Treasury Charter 2020

Sebagai bentuk penguatan komitmen para pimpinan untuk mendukung suksesnya implementasi Program Reformasi dan Transformasi Kelembagaan, Ditjen Perbendaharaan menginisiasi Treasury Charter yang berisi Quickwins Transformasi Kelembagaan untuk diselesaikan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun. Tahun ini adalah tahun ke-6 dicanangkannya Treasury Charter Transformasi Kelembagaan. Treasury Charter Tahun 2020 yang ditandatangani pada tanggal 31 Januari 2020, berisi 13 Quickwins :

1. Optimalisasi dan Pemanfaatan BMN Secara Efektif dan Efisien2. Otomasi Maksimum Pencairan (MP) PNBP Terpusat Fase II3. Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah (KKP) pada Kantor Perwakilan RI di Luar

Negeri4. Simplifikasi Pengelolaan Rekening Pemerintah5. Piloting Penggunaan UP melalui Sistem Digital Payment-Marketplace pada Satker

K/L6. Digitalisasi Impact Analysis Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) (Endline)7. BLU Simpel: Integrasi dan Simplifikasi Tata Kelola BLU8. BLU Integrated Online System 2.1: Digitalisasi Pengelolaan BLU9. Kerangka Penguatan Konsolidasi Statistik Fiskal Nasional (GFS)10. Modul Pelaporan - SIKRI11. Penyelesaian Rekomendasi Pengangkatan Pejabat Fungsional di Bidang

Perbendaharaan pada Kementerian Negara/ Lembaga12. Simplifikasi Peraturan di Bidang Perbendaharaan Fase I13. Aplikasi Gaji berbasis Web

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 160

161 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 162

TiCTalk (Transformation Corner Talk)

Sebagai salah satu program manajemen perubahan dan komunikasi yang diinisiasi PMO DJPb, TiCTalk bertujuan untuk menginformasikan program strategis seputar Transformasi Kelembagaan, kebijakan perbendaharaan ataupun layanan perbendaharaan yang perlu diketahui publik. TiCTalk dikemas dalam bentuk bincang santai dengan memanfaatkan Pojok Transformasi Kelembagaan/TK Corner yang berada di lobby KPPN Jakarta II.

Program TiCTalk pertama kali diselenggarakan pada bulan Desember 2019 yang mengangkat materi, yaitu Activity Based Workplace dan Restrukturisasi dan Konsolidasi Rekening.

Respon baik dari peserta mendorong diselenggarakannya kembali TiCTalk pada tanggal 28 Januari 2020. Pada kesempatan kali ini TiCTalk membawakan materi Penilaian Kompetensi PPK dan PPSPM. Kepala Subdirektorat Standardisasi dan Pengembangan Kapasitas Pengelola Perbendaharaan, Direktorat Sistem Perbendaharaan, Bekti Utami dan Kepala Seksi Standardisasi dan Pengembangan Kapasitas Pengelola Perbendaharaan III, Yulianto, menjadi narasumber dalam kegiatan TiCTalk kali ini.

TiCTalk edisi Januari 2020 mengundang peserta dari perwakilan seluruh unit eselon II Kantor Pusat, Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta dan seluruh KPPN di Jakarta serta satuan kerja mitra KPPN Jakarta II.

TiCTalk direncanakan akan diselenggarakan rutin satu bulan sekali dengan mengangkat materi yang up to date, menarik dan menghadirkan narasumber terkait yang berkompeten. Namun demikian, TiCTalk edisi Januari ini adalah yang pertama sekaligus yang terakhir di tahun 2020, mengingat pandemi Covid-19 memaksa kita untuk tidak bisa lagi berkerumun.

163 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Internalisasi Program Kerja Duta Transformasi 2020

Duta Transformasi Kementerian Keuangan tahun 2020 ditetapkan melalui KMK nomor 160/KMK.01/2020 tentang Penetapan Duta Transformasi Kementerian Keuangan Tahun 2020. Di antaranya, 226 orang di dalam KMK ini adalah Duta Transformasi dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan, yang terdiri dari 42 orang Change Agent dan 224 orang Lighthouse Team dari Kantor Pusat, Kanwil dan KPPN.

Untuk menjadi acuan Duta Transformasi, telah disusun program kerja yang akan membantu Duta Transformasi dalam menjalankan mandatnya. Dalam rangka pelaksanaan program manajemen perubahan atas Program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan, PMO DJPb menyelenggarakan video conference Internalisasi Program Kerja bagi Duta Transformasi.

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 12 Mei 2020, secara daring. Direktur Jenderal Perbendaharaan, Andin Hadiyanto, menyampaikan apresiasi kepada Duta Transformasi dalam sambutannya di acara ini. Dalam kegiatan ini, Duta Transformasi juga mendapatkan kesempatan untuk berdialog dengan para Pimpinan DJPb, yaitu para pimpinan unit eselon II Kantor Pusat.

Video Layanan Pejuang Treasury di Tengah Pandemi Covid-19 yang mendapatkan kontribusi dari Duta Transformasi diputar di kegiatan ini. Menggambarkan pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang tetap semangat memberikan pelayanan di tengah pandemi Covid-19.

Selain video tersebut, diputar juga video Rhenald Kasali yang membicarakan sikap-sikap manusia terhadap pandemi Covid-19. Kemudian sesi dilanjutkan dengan penyampaian program kerja Duta Transformasi oleh Kepala Subdirektorat Transformasi Kelembagaan, selaku Ketua Pelaksana Harian PMO DJPb, Rd. Yen Yen Nuryeni.

Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab oleh Duta Transformasi seputar program kerja yang telah disampaikan.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 164

165 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Sharing Session, Webinar dan Sosialisasi Akselerasi Pembangunan Zona Integritas (ZI) menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBK/WBBM)

Kisah sukses Kepala Subdit Transformasi Kelembagaan Direktorat Sistem Perbendaharaan, Ibu Rd. Yen Yen Nuryeni dalam memimpin Pembangunan Kantor Pelayanan Berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBK/WBBM) pada KPPN Tanjung Pandan menjadi sebuah cerita yang sangat sayang untuk dilewatkan. Perjuangan berat dan panjang dari Tim Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tanjung Pandan untuk memperbaiki layanan sehingga memenuhi persyaratan menjadi kantor berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBK/WBBM) menjadi ilmu yang sangat mahal untuk diperoleh. Keberhasilan tersebut juga sejalan dengan upaya mendukung program Pemerintah Pusat untuk membangun kantor pelayanan dalam Zona Integritas (ZI).

Berkat keberhasilan tersebut, beberapa kantor vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan di wilayah Indonesia meminta kepada Ibu Rd Yen Yen Nuryeni untuk menjadi narasumber dalam kegiatan sharing session dan webinar serta berbagi ilmu dan kiat-kiat sukses dalam membangun kantor pelayanan pemerintah Berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBK/WBBM). Beberapa agenda Sharing Session, webinar dan Sosialisasi yang dihadiri oleh Ibu Rd Yen Yen Nuryeni yaitu:

• Kanwil DJPb Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 17 Juni 2020;• Kanwil DJPb Provinsi Aceh pada tanggal 11 Agustus 2020;• Kanwil DJPb Provinsi Riau pada tanggal 29 September 2020.

Dari beberapa kegiatan yang diikuti tersebut, terdapat 6 komponen pengungkit kantor layanan menuju WBBM yaitu:

1. Manajemen Perubahan;2. Penataan Tata Laksanan;3. Penataan Sistem Manajemen SDM;4. Penguatan Akuntabilitas;5. Penguatan Pengawasan.6. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 166

167 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 168

Selain 6 (enam) komponen pengungkit tersebut diperlukan juga inovasi dalam sisi peningkatan layanan, sinergi dan kerjasama dari keseluruhan anggota tim dimulai dari Kepala Kantor sebagai pimpinan tertinggi sampai dengan tenaga pengaman maupun tim Pegawai Negeri Sipil Non Pegawai Negeri (PPNPN). Adapun beberapa inovasi yang menjadi kunci sukses Tim KPPN Tanjung Pandan dalam menghadapi WBK dan WBBM yaitu:

1. Inovasi di bidang kerja sama kelembagaan, yaitu penyediaan sarana bagi layanan satuan kerja, penandatangan MoU dengan pihak-pihak terkait;

2. Pengelolaan dan dokumentasi kegiatan dan laporan kegiatan pada aplikasi SIPP (Sistem Informasi Pelayanan Publik);

3. Wall of Pers Zona Integritas, yaitu sarana media edukasi proses pembangunan Zona Integritas pada KPPN Tanjung Pandan baik internal maupun eksternal. Dibuat dalam bentuk gallery foto klipping pemberitaan pers baik lokal maupun nasional;

4. Local Wisdom, yaitu pemberian nama inovasi KPPN Tanjung Pandan berbasis local wisdom (kearifan lokal). Harapannya dengan mengangkat local wisdom dalam karya-karya inovasi KPPN Tanjung Pandan dapat mengangkat social culture yang ada di Belitung, sehingga lebih dikenal masyarakat di luar Pulau Belitung, seperti SIMPOR, SATAM, Laskar Pelangi, LaIs, SAUKI, Tarsius, Gangan dan Berage;

5. Menciptakan ikon/logo ZI sebagai media komunikasi;6. Seluruh inovasi yang dimiliki KPPN Tanjung Pandan dapat di replikasi oleh unit kerja

lain.

Semoga sharing session ini dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai salah satu acuan dalam akselerasi Pembangunan Zona Integritas (ZI) menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBK/WBBM) di Ditjen Perbendaharaan.

169 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Forum Harmonisasi Ditjen Perbendaharaan - Bank IndonesiaDengan Tema ‘Government Travel Card’

Focus Group Discussion (FGD) dalam Forum Harmonisasi antara Ditjen Perbendaharaan dengan Bank Indonesia tahun 2020 mengangkat topik pengelolaan perjalanan dinas yang sangat penting bagi proses bisnis pemerintah pada masa mendatang. Pengelolaan perjalanan dinas pemerintah saat ini masih berbasis tunai dan hardcopy sehingga dalam pengelolaannya membutuhkan sumber daya yang cukup besar. Diperlukan terobosan supaya beban administrasi perjalanan dinas pemerintah tidak terlalu besar.

Direktorat Sistem Perbendaharaan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan, selaku PIC kegiatan, mengajukan tema FGD Government Travel Card untuk Pengendalian Perjalanan Dinas Pemerintah. Perancangan skema GTC merupakan konsep terobosan pengaturan teknis pengelolaan belanja perjalanan dinas yang lebih praktis dan sesuai kebutuhan.

Kegiatan FGD dilaksanakan pada hari Jumat, 26 Juni 2020 dihadiri perwakilan dari Ditjen Perbendaharaan, Bank Indonesia, perwakilan dari Himpunan Bank Milik Negara (Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia) dan perwakilan Fintech (LinkAja).

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 170

171 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 172

Sharing Knowledge Program Transformasi Kelembagaan 2020 - Mengawal Akselerasi Treasury Charter DJPb 2020

Program manajemen perubahan dan komunikasi dalam rangka mengawal proses Transformasi Kelembagaan, salah satunya dilakukan melalui peningkatan kapasitas Duta Transformasi. Untuk itu dilaksanakan kegiatan Sharing Knowledge Program Transformasi Kelembagaan 2020. Kegiatan Sharing Knowledge ini diselenggarakan oleh Dierektorat Sistem Perbendaharaan dan diikuti oleh para Duta Transformasi Direktorat Jenederal Perbendaharaan secara online. Kegiatan yang dilaksanakan selama pandemi Covid-19 ini diadakan pada hari Senin, tanggal 31 Agustus 2020 selama 2 Jam, memiliki tema “Mengawal Akselerasi Treasury Charter DJPb 2020”. Dalam Kegiatan Sharing Knowledge ini, disampaikan Update Progress pelaksanaan Quickwins pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan tahun 2020 kepada para Duta Transformasi.

Acara dimulai dengan yel-yel Salam Transformasi - Berubah Butuh Nyali oleh seluruh Duta Transformasi DJPb dengan dipimpin oleh Kepala Seksi Manajemen Perubahan dan Komunikasi, Zamrud Utami. Selanjutnya Direktur Sistem Perbendaharaan/Ketua PMO DJPb, Agung Yulianta, memberikan arahan sekaligus membuka kegiatan. Bapak Agung Yulianta menyampaikan bahwa sharing session ini diselenggarakan untuk menambah bekal Duta Transformasi. Dengan acara ini diharapkan terbangun kedekatan antara Duta Transformasi dan Tim PMO DJPb, termasuk initiative owner Quickwins 2020 sehingga komunikasi menjadi lancar. Diharapkan Duta Transformasi adalah yang pertama kali tahu tentang perkembangan IS RBTK DJPb dan menginformasikan kepada pegawai lainnya.

Setelah dilakukan Sharing Knowledge ini diharapkan Duta Transformasi dapat memiliki wawasan dan informasi yang utuh terhadap perkembangan kebijakan di level Kementerian dan Direktorat Jenderal. Dapat mengetahui perkembangan yang bukan semata-mata kebijakan terkini yang diambil dalam rangka penanganan pandemi, tetapi juga kebijakan yang sudah menjadi prioritas baik sebelum pandemi maupun setelahnya. Fokus pemerintah untuk penanganan pandemi dan program PEN tetap dilakukan, tetapi program-program prioritas untuk meningkatkan kapasitas DJPb tetap harus menjadi perhatian.

173 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Lentera Indonesia bekerjasama dengan Net.TV

Dalam rangka pelaksanaan strategi komunikasi Transformasi Kelembagaan kepada stakeholder eksternal dan sekaligus sebagai salah satu sarana branding untuk DJPb, maka pada tahun 2020 PMO DJPb kembali mengangkat cerita tentang peran strategis DJPb melalui program LENTERA di NET. TV. Informasi yang diangkat pada tahun ini difokuskan pada peran/kontribusi besar DJPb dalam memberikan layanan yang berdampak langsung kepada masyarakat umum, terutama untuk mengatasi masalah akibat pandemi Covid-19 yang masih dirasakan hingga saat ini.

Kegiatan program informasi dan edukasi PMO DJPb untuk eksternal ini ditayangkan dalam tiga episode Lentera Indonesia. Episode pertama, bertema penyaluran bantuan sosial untuk Keluarga Penerima Manfaat dengan judul “Asa di Tengah Pandemi Corona” mengangkat peran DJPb dalam percepatan penyaluran dana bantuan sosial ditayangkan pada tanggal 8 Agustus 2020.

Selanjutnya episode kedua, bertema peran dan layanan KPPN di tengah pandemi dengan judul “Mengabdi untuk Negeri di Tengah Pandemi” mengangkat peran DJPb dalam penyaluran dana APBN melalui KPPN ditayangkan pada tanggal 15 Agustus 2020.

Dalam episode kedua ini, selain dimaksudkan untuk mengedukasi masyarakat tentang peran DJPb melalui KPPN dalam mendukung berbagai program pemerintah terkait penanggulangan Covid-19, sekaligus diharapkan agar semangat pengabdian dan jiwa sosial dalam kisah inspiratif ini dapat menginspirasi banyak orang untuk selalu melakukan kebaikan dan memberikan kemanfaatan bagi negara maupun masyarakat di sekitarnya khususnya dalam masa pandemi ini.

Episode terakhir, bertema menggerakkan ekonomi rakyat melalui layanan satker BLU dengan judul “Sinergi Dua Sisi dari Lereng Arjuno”, ditayangkan pada tanggal 22 Agustus 2020.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 174

175 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 176

177 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Penguatan Team Work Transformasi Kelembagaan

Penguatan Team Work Transformasi Kelembagaan merupakan tema Kegiatan Duta Transformasi Direktorat Jenderal Perbendaharaan pada tahun 2020. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan Program Manajemen Perubahan dan Komunikasi Transformasi Kelembagaan pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Kegiatan ini diselenggarakan melalui video conference secara bertahap dari tanggal 22 September sampai dengan 1 Oktober 2020 dan dihadiri oleh seluruh Change Agent dan Lighthouse Team khususnya yang berasal dari Kanwil dan KPPN.

Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Perbendaharaan, Bapak Andin Hadiyanto menyampaikan pesan bahwa peran penting Duta Transformasi sangat penting sebagai penyampai pesan perubahan, menjadi penggerak dan role model dalam penerapan Nilai-Nilai Kementerian Keuangan, sekaligus berkontribusi aktif bagi masyarakat di sekitarnya, apalagi dalam masa pandemi Covid-19 saat ini.

Dalam acara tersebut, PMO DJPb lebih membuka kesempatan bagi para Duta untuk menyampaikan pengalamannya sebagai Duta Transformasi, sekaligus berbagi informasi mengenai program kerja yang telah dilaksanakan. PMO DJPb berupaya membangun kedekatan personal dengan para Duta Transformasi melalui kegiatan dengan konsep bincang santai bersama para Duta.

Kegiatan ini mendapatkan sambutan positif dari seluruh peserta. Bahkan pada sesi terakhir kegiatan ini juga dihadiri oleh perwakilan dari CTO Kemenkeu yang sekaligus menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan acara sinergi bersama Duta Transformasi yang diinisiasi oleh PMO DJPb.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 178

179 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Dialog Publik Di TVRI Nusa Tenggara Timurdengan Tema ‘Mengawal Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan”

Sebagai bagian dari Public Campaign atas berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas pelaksanaan dan capaian program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan maka Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Nusa Tenggara Timur mengisi program dialog publik di Televisi Republik Indonesia (TVRI) Nusa Tenggara Timur dengan tema “Mengawal Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan”.

Dialog publik tersebut dilaksanakan dan ditayangkan secara live di TVRI NTT dan sekitarnya pada hari Rabu, 7 Oktober 2020, pukul 18.00 s.d 19.00 WITA. Acara tersebut dihadiri secara langsung oleh Kepala Kanwil DJPb Prov. NTT Ibu Lydia Kurniawati Christyana, M.M. dan Bapak Jamaluddin Ambo Dai, S.P., M.M. sebagai narasumber Live di studio TVRI dan juga hadir secara virtual sebagai narasumber tamu dari Jakarta yaitu Direktur Sistem Perbendaharaan, Bapak Agung Yulianta, S.E., M.Si (selaku Ketua PMO DJPb) dan Ibu Rd. Yen Yen Nuryeni, S.Sos., M.S.E. (selaku Ketua Pelaksana Harian PMO DJPb).

Dialog tersebut dilaksanakan selama 1 (satu) jam dengan mengupas apa saja yang sudah dilaksanakan dan dicapai Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam mengawal program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan. Dengan adanya dialog publik tersebut, diharapkan masyarakat khususnya di wilayah Provinsi NTT dapat mengenal lebih dekat apa saja peran, capaian maupun program yang sudah dilaksanakan Direktorat Jenderal Perbendaharaan khususnya melalui program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 180

181 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Sosialisasi, Workshop dan Survey Readiness Piloting Pembayaran Gaji melalui Platform Pembayaran Pemerintah

Kegiatan sosialisasi, end user training, dan survey readiness piloting pembayaran gaji melalui Platform Pembayaran Pemerintah merupakan salah satu milestone pengembangan layanan Platform Pembayaran Pemerintah. Target implementasi layanan platform pada tahun 2020 yaitu layanan pembayaran gaji dengan transaksi perdana berupa pengajuan SPM Gaji Induk Bulan Januari 2021 yang diajukan ke KPPN per tanggal 2 Desember 2020 untuk Satker Ditjen Perbendaharaan dan Satker Setjen Kementerian Keuangan. Kegiatan tersebut merupakan fungsi change management and communication dalam implementasi Platform Pembayaran Pemerintah yang bertujuan memberikan pemahaman tentang konsep, regulasi, proses bisnis, interkoneksi, dan aplikasi serta mengukur kesiapan pengguna melalui survey readiness. Sekretariat Tim Pengelola Platform Pembayaran Pemerintah Adhoc menyelenggarakan kegiatan ini secara daring pada tanggal 25 - 26 November 2020. Kegiatan melibatkan Tim Pengelola HRIS (Biro SDM Kemenkeu dan Pusintek), Tim Aplikasi Gaji Web (Direktorat SITP), Pengelola Gaji DJPb dan Setjen Kemenkeu, Pengelola Kepegawaian Setjen Kemenkeu, Kantor Pusat DJPb, Kanwil DJPb, dan KPPN.

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 27 November 2020 secara daring dengan aplikasi zoom. Kegiatan dilaksanakan dalam 2 kelas (room). Room 1 digunakan untuk training Aplikasi HRIS Kemenkeu bagi peserta para PBDK (Pengelola Basis Data Kepegawaian) dari Setjen Kemenkeu, Kantor Pusat DJPb, Kanwil DJPb, dan KPPN dengan narasumber dari Tim Aplikasi HRIS (Pusintek) dan Pengelola data SDM (Biro SDM Kementerian Keuangan). Room 2 digunakan untuk training Aplikasi Gaji Web bagi peserta PPABP (Pejabat Pengelola Administrasi Belanja Pegawai) dari Kantor Pusat DJPb, Setjen, dan Petugas FO Gaji pada KPPN Jakarta II dengan narasumber dari tim Direktorat SITP.

Pada kegiatan end user training telah dilakukan demo proses penyandingan data antara HRIS dengan aplikasi Gaji Web. Modul aplikasi HRIS dan Gaji Web dapat dipergunakan oleh PBDK yang sangat penting untuk percepatan proses pengujian dokumen administrasi

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 182

183 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 184

penggajian. Pada aplikasi HRIS dan Gaji Web telah terlihat flow proses bisnis yang mudah dalam pengujian pada tiap kewenangan sesuai pembagian kewenangan dan sudah mengakomodasi kebutuhan saat ini.

Manfaat implementasi Platform Pembayaran Pemerintah antara lain adalah terciptanya efisiensi proses sehingga dapat meringkas beberapa tahapan approval tanpa menghilangkan unsur legalitas atas approval tersebut, norma waktu pembayaran menjadi lebih singkat, dan sekaligus memberikan kepastian pembayaran bagi pihak mitra dan manajemen kas pemerintah. Efisiensi SDM juga merupakan dampak positif implementasi platform karena mengurangi beban kerja dalam pengumpulan bukti fisik. Perspektif economies of scale, dimana digitalisasi melalui pooling pengelolaan dan administrasi tidak memunculkan biaya tambahan dalam pengelolaan belanja pemerintah. Begitu pula dengan dampak lainnya seperti efisiensi infrastruktur IT dan optimalisasi big data belanja pemerintah.

185 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Transaksi Perdana Piloting Platform Pembayaran Pemerintah‘dari manual ke digital’

Tanggal 23 Desember 2020 merupakan tonggak bersejarah bagi perkembangan pelaksanaan Platform Pembayaran Pemerintah. Pada hari tersebut, telah dilaksanakan satu target layanan platform yang menjadi langkah awal dalam pelaksanaan Piloting Platform Pembayaran Pemerintah yaitu pengajuan SPM Gaji Bulan Januari 2021 bagi Satker Ditjen Perbendaharaan dan Setjen Kemenkeu (Biro Umum) sebagai satker piloting. Transaksi perdana pembayaran gaji melalui platform dilakukan dengan full elektronik yang berasal dari integrasi berbagai sistem aplikasi. Aplikasi tersebut adalah aplikasi HRIS, aplikasi Gaji Web modul Satker, aplikasi Gaji web modul KPPN dan aplikasi SAKTI Web melalui Kemenkeu Service Bus. Data mengalir secara elektronik dari aplikasi HRIS ke aplikasi Gaji web (modul Satker dan KPPN) untuk selanjutnya diproses pada aplikasi SAKTI Web (penerbitan SPP/SPM).

Kegiatan dilaksanakan secara online pada hari Rabu, 23 Desember 2020 melalui Zoom Meeting ID 836 6097 7280, dengan dipimpin oleh Direktur Sistem Perbendaharaan, Bapak Agung Yulianta, selaku Penanggung Jawab Platform Pembayaran Pemerintah dan dihadiri pejabat/pegawai dari:

1. Central Transformation Office Kemenkeu 2. Biro SDM, Setjen Kemenkeu 3. Biro Umum, Setjen Kemenkeu 4. Pusintek, Setjen Kemenkeu 5. Inspektorat III, Itjen Kemenkeu 6. Inspektorat VII, Itjen Kemenkeu 7. Sekretariat Ditjen Perbendaharaan 8. Direktorat Pelaksanaan Anggaran 9. Direktorat Pengelolaan Kas Negara 10. Direktorat Sistem Perbendaharaan 11. Direktorat Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan 12. KPPN Jakarta II 13. Tim Pengelola Platform Pembayaran Pemerintah.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 186

Agenda pada kegiatan dimaksud, yaitu demo pembuatan gaji, pembuatan SPP/SPM, dan penerbitan SP2D yang menggambarkan:

1. Pengujian sistem elektronik yang terintegrasi HRIS, Gaji Web, dan SAKTI Web. 2. Pengujian hasil perhitungan gaji dari sistem Gaji Web dengan perhitungan manual. 3. Respon sistem SAKTI dalam merespon selisih perhitungan. 4. Perpindahan dokumen dan transaksi secara elektronik pada aplikasi Gaji Web dan

SAKTI untuk user PPK, PPSPM, dan KPPN. 5. Penyajian dokumen dan transaksi elektronik dengan OTP dan Tanda Tangan Elektronik

yang tidak tersertifikasi.

Kesimpulan utama dari kegiatan tersebut adalah telah dilakukan serangkaian proses uji coba dalam pembuatan daftar gaji, pembuatan SPP/SPM, dan penerbitan SP2D sebagai gambaran berjalannya proses bisnis Platform Pembayaran Pemerintah, yaitu:

1. Pengujian secara sistem elektronik yang terintegrasi HRIS, Gaji Web, dan SAKTI Web telah berjalan dengan baik dan sesuai regulasi serta kewenangan.

2. Pengujian hasil perhitungan gaji dari sistem Gaji Web telah sesuai dengan perhitungan manual oleh operator/petugas.

3. Sistem SAKTI dapat merespon selisih perhitungan potongan sehingga proses transaksi ditolak atau tidak dapat dilanjutkan.

4. Perpindahan dokumen dan transaksi secara elektronik pada aplikasi Gaji Web dan SAKTI untuk user PPK, PPSPM, dan KPPN telah berjalan dengan baik.

5. Penyajian dokumen dan transaksi elektronik, diamankan dengan OTP dan menghasilkan dokumen SPP dan SPM dengan Tanda Tangan Elektronik yang tidak tersertifikasi.

Dengan adanya transaksi perdana untuk pembayaran gaji induk pegawai bulan Januari 2021 melalui Platform Pembayaran Pemerintah, diharapkan akan menjadi tonggak awal dalam pelaksanaan digitalisasi pembayaran yang bersumber dari dana APBN sebagai perwujudan Digital Treasury demi menciptakan sistem pembayaran yang cepat, tepat, akurat, transparan, akuntabel dengan tetap menjaga keamanan dan kepastian hukum dari legalitas dokumen dan transaksi elektronik melalui penguatan regulasi terkait Platform Pembayaran Pemerintah.

187 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Semoga dengan Platform Pembayaran Pemerintah, akan semakin mendukung Direktorat Jenderal Perbendaharaan menjadi pengelola keuangan Negara yang HAnDAL (Harmonis Amanah Digital Akuntabel Loyal).

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 188

189 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 190

coatingProses ini akan menjadikan perak semakin matang, dengan cara dibakar kemudian dimasukkan ke dalam rebusan air tawas, secara berulang-ulang sampai putih bersih hingga siap untuk dipoles. Proses ini memiliki manfaat untuk melindungi perak dari korosi, memperbaiki tampak rupa (dekorasi), meningkatkan ketahanan produk terhadap gesekan (abrasi), dan memperbaiki kehalusan/bentuk permukaan.

Sama halnya dengan proses coating, diperlukan pembahasan berupa One on One Meeting sebagai wujud monitoring dan evaluasi antara PMO DJPb dan Unit In Charge dari masing-masing Direktorat Teknis di dalam pembahasan capaian progress Quickwins dan IS RBTK.

191 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Mengenal Lebih Dekat Implementasi Platform Pembayaran Pemerintah

Buku Tahunan (Annual Report) Transformasi Kelembagan di Ditjen Perbendaharaan tahun 2020 ini menampilkan satu kolom yang berbeda yaitu perjalanan penerapan Shared Service dan Government Platform dalam pengelolaan Keuangan Negara sebagai bentuk simplifikasi pelaksanaan anggaran melalui penggunaan teknologi digital (Platform Pembayaran Pemerintah). Sebelum mengupas apa saja yang telah dilakukan dalam penerapan Shared Service dan Government Platform, kita akan mengenal terlebih dahulu apa itu Shared Service dan Government Platform.

Apa itu Shared Service?

Shared Service adalah penyatuan berbagai fungsi dan kegiatan pendukung (bukan fungsi utama), yang dilakukan oleh unit-unit pada suatu organisasi dengan tujuan untuk peningkatan efisiensi, efektivitas dan pelayanan. Pengertian lain dari Shared Service yaitu konsolidasi sumber daya yang digunakan untuk melakukan kegiatan yang sama dan tersebar di seluruh bagian organisasi untuk melayani mitra internal dengan biaya rendah dan tingkat layanan yang tinggi. Tujuan dari penggunaan shared services yaitu memberikan kepuasan pelanggan dan untuk meningkatkan nilai organisasi juga menciptakan efisiensi proses, sumber daya, economies of scale, dan tracking penggunaan sumber daya.

Penerapan Shared Services di Beberapa Negara sebagai Best Practice?Pengembangan sistem shared service dalam pengelolaan keuangan negara yang bersumber dari dana APBN dilakukan berdasarkan Kajian dari Subdit Penelitian dan Pengembangan, Direktorat Sistem Perbendaharaan, Ditjen Perbendaharaan pada tahun 2018. Kajian tersebut menguji tatacara dam implementasi shared service yang sudah dilakukan dibeberapa negara sebelumnya sebagai acuan best practice. Adapun beberapa negara yang menjadi rujukan yaitu:• Pemerintah Australia : layanan keuangan, kepegawaian, penggajian, perjalanan, pengelolaan

kartu kredit pemerintah;

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 192

• Pemerintah Federal Amerika Serikat: layanan informasi dan teknologi, keuangan, pengadaan• Pemerintah Irlandia : layanan kepegawaian, administrasi pensiun, gaji, keuangan• Pemerintah Inggris : layanan keuangan, kepegawaian, pengadaan, dan gaji • Pemerintah Denmark: Sektor kesehatan dan pendidikan membentuk shared services HR,

Finance, dan informasi dan teknologi. Pemerintah lokal mengembangkan shared services pada tugas pendukung.

• Pemerintah Portugal : Fungsi procurement, kepegawaian, informasi dan teknologi dalam skala masih kecil diterapkan ketika pemerintah menerapkan struktur organisasi baru lintas departemen dan strategi shared service informasi dan teknologi pada sektor publik.

• Pemerintah Finlandia : fungsi finance dan penggajian ke seluruh lembaga pemerintah dan kementerian, informasi dan teknologi, Real Estate, dan Procurement.

193 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Lesson learned best practice Shared Services Center yang dapat diambil yaitu:• Shared Services Provider harus mengikuti prosedur anggaran berdasarkan aturan

pemerintah. Peraturan harus dapat mengakomodasi proses charging mechanism dan shared/risk accountability.

• Shared Services Provider terdesentralisasi dalam hal mereka harus bertindak sebagai commercial entity. Fungsi shared services bersifat transaksional, memiliki volume besar dan merupakan back-end function, dan harus dapat berkompetisi untuk mendorong efisiensi. Iklim kompetisi yang mendorong efisiensi memberikan kesempatan kepada Shared Services Provider untuk berinvestasi dan tidak melakukan budget pooling namun dengan charging mechanism.

• Shared Services Provider harus me-recover seluruh biaya (cost recovery) dan diperbolehkan untuk memiliki profit dalam jumlah yang terbatas, termasuk memiliki special account yang dapat diluncurkan (carried over) tahun anggaran berikutnya. (Profit dimaksud diinvestasikan kembali untuk pertumbuhan bisnis mereka).

• Shared Services Provider menyediakan beberapa jenis layanan seperti finance, HR (Human Resource), payroll, pension, procurement, IT, sebagian bidang kesehatan dan pendidikan serta pemerintah daerah.

• Shared Services Provider bersifat intra organisasi (dibentuk dalam KL untuk melayani kebutuhan KL) dan inter organisasi (Unit di luar KL untuk melayani kebutuhan KL pengguna).

• Aplikasi yang digunakan Shared Service Provider adalah ERP (Enterprise Resource Planning) dan Cloud.

Dari kajian terhadap best practice implementasi shared service di beberapa negara, dapat disimpulkan bahwa untuk mengimplementasikan shared service dalam pengelolaan keuangan negara yang bersumber dari dana APBN, diperlukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu:a. Penyediaan dasar hukum (penyesuaian peraturan) untuk implementasi shared service

(transaksi elektronik, bukti elektronik dan pengaturan mengenai akuntabilitas (shared/risk accountability)).

b. Fungsi shared services bersifat transaksional, memiliki volume besar dan merupakan back-end function.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 194

c. Implementasi SSC harus dapat mendorong efisiensi;d. Standardisasi proses bisnis melalui migrasi dari legacy system ke integrated IT (interkoneksi

antar sistem di internal pemerintah: (HRIS – GPP – SAKTI – SPAN) sebagai enabler shared services.

Namun demikian, implementasi kajian tersebut mengalami kendala yang cukup kompleks terutama kebutuhan perubahan regulasi di level Undang Undang, sehingga perlu solusi baru. Kajian tersebut mendapat reviu mendalam di level teknis yang diprakarsai Subdit Transformasi Kelembagaan, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Reviu ini diperlukan untuk mendapatkan model SSC yang lebih operasional. Model SSC yang lebih operasional ditetapkan dalam Keputusan Dirjen Perbendaharaan nomor KEP-286/PB/2019 tentang Cetak Biru (Blueprint) Platform Pembayaran Pemerintah (Government Payment Platform) Sebagai Pelaksanaan Layanan Shared Service Pembayaran Pemerintah.

Apa itu Platform Pembayaran Pemerintah?

Platform Pembayaran Pemerintah adalah integrasi/interkoneksi sistem antara Core System dengan Sistem Pendukung, Sistem Mitra, dan Sistem Monitoring dengan tujuan pembayaran dapat dilakukan secara elektronik dan diakses pejabat yang berwenang dari berbagai kanal pembayaran yang memungkinkan.

Konsep Platform Pembayaran Pemerintah yang dibangun oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan dapat diilustrasikan sesuai dengan gambar berikut:

195 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 196

Beberapa hal yang perlu diketahui terkait pengembangan Platform Pembayaran Pemerintah:1. Platform Pembayaran Pemerintah adalah integrasi/interkoneksi sistem antara Core

System dengan Sistem Pendukung, Sistem Mitra, dan Sistem Monitoring dengan tujuan pembayaran dapat dilakukan secara elektronik dan diakses pejabat yang berwenang dari berbagai kanal pembayaran yang memungkinkan.

2. Platform berfungsi sebagai konsolidator back end system elektronik.3. Perubahan ke era digital menimbulkan tanggung jawab lebih besar dalam pengelolaan

data transaksi digital yang terkait pengeluaran negara, yang tidak dapat dihindari oleh DJPb sebagai penyedia core system pembayaran pemerintah (SAKTI dan SPAN).

4. Dalam lingkungan digital penuh, perlu unit pengelola proses bisnis dan dokumen elektronik, termasuk supervisi Service Level Agreement (SLA) kerja sama sistem elektronik, terpisah dari fungsi regulasi dan pengembangan aplikasi.

5. Jumlah kerja sama sistem elektronik akan terus tumbuh sesuai kebutuhan dan scope layanan pembayaran.

Dalam pengembangan Platform Pembayaran Pemerintah dengan keunggulan layanan yang diberikan dibandingkan dengan sistem sebelumnya diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

197 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Keunggulan Platform Manfaat Platform• Interkoneksi Sistem (tidak perlu melakukan entry

data secara berulang-ulang)

• Digitalisasi Dokumen (Seluruh proses 100% paperless dan tersedia repositori. Mengurangi biaya penyimpanan dokumen dan biaya kurir)

• Keamanan Transaksi (Tagihan dari mitra sudah terverifikasi)

• Pembayaran Terjadwal (Jadwal pembayaran sudah ditentukan sesuai perjanjian dengan mitra, berguna dalam pengelolaan kas negara)

• Simple: interkoneksi antara core system dengan berbagai sistem elektronik pendukung pelaksanaan APBN, single entry hanya pada titik asal sistem pendukung, digitalisasi proses pembayaran belanja pemerintah pusat.

• Analytical data: big dan detail data karena data terkait belanja pmerintah pusat tersedia dengan sangat rinci; digitalisasi data lebih lengkap dan dapat diolah untuk berbagai macam keperluan, terdapat dashboard untuk maintenance kualitas data dan penyajian data sesuai keperluan user (customizable).

• Transparent: progres transaksi saat dalam proses pembayaran dapat diamati pergerakan persetujuannya, audit trail lebih mudah dilakukan karena data lengkap dan dapat diolah, rekonsiliasi dengan mitra dapat dilakukan lebih mudah dan untuk menjaga kuallitas layanan.

• Effective: bagi internal, mengakomodasi schedule payment sehingga cash management dapat dilakukan lebih panjang dan akurat. bagi eksternal, digitalisasi akan mengurangi beban pekerjaan adminisratif, serta penerima manfaat dapat memastikan pembayaran yang akan diterima.

• Efficient: diproyeksikan dapat menghemat 17,5 hektar ruangan arsip satker, mengurangi penebangan 19.298 pohon, menghemat waktu penyiapan dokumen transaksi hingga 7466 ribu jam, estimasi total penghematan tenaga kerja hingga Rp. 1,3 triliun pertahun.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 198

Sepanjang tahun 2020, dalam rangka implementasi Platform Pembayaran Pemerintah telah dilakukan langkah-langkah sesuai dengan milestones, yaitu:1. Penyelesaian Design SSC dan Government PlatformRangkaian rapat telah dilakukan hingga terbentuknya blueprint penyelesaian Design SSC dan Government Platform sesuai Kepdirjen Perbendaharaan nomor KEP-286/PB/2019 tentang Cetak Biru (Blueprint) Platform Pembayaran Pemerintah (Government Payment Platform) sebagai Pelaksanaan Layanan Shared Service Pembayaran Pemerintah.

Penyelesaian Design SSC dimulai dari:• Rancangan desain yang coba disusun oleh Kanwil DJPb Provinsi Kepulauan Riau;• Selanjutnya desain tersebut dibuat kajian oleh Subdit Litbang dan Kerjasama Kelembagaan;• Berdasarkan desain awal dan kajian yang sudah dibuat, rancangan tersebut dipaparkan

Direktur Sistem Perbendaharaan kepada Dirjen Perbendaharaan; • Selanjutnya dilakukan penggambaran dalam Enterprise Architecture (EA) Kementerian

Keuangan

2. Penyusunan dan Penyelesaian Regulasi:Sebagai salah satu upaya dalam menyelesaikan regulasi, telah disahkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 204/PMK.05/2020 tentang Piloting Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui Platform Pembayaran Pemerintah, dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor PER-25/PB/2020 tanggal 21 Desember 2020 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Belanja Pegawai dan Belanja Barang Operasional dalam Piloting Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui Platform Pembayaran Pemerintah.

Selain pengesahan terhadap peraturan yang menjadi payung hukum dari pelaksanaan piloting Platform Pembayaran Pemerintah, telah dilakukan juga rangkaian rapat yang membahas berbagai aspek detil yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan piloting dan juga meminta pertimbangan dari Biro Hukum Kementerian Keuangan sebagai langkah pengamanan terhadap pelaksanaan piloting Platform Pembayaran Pemerintah.

199 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

3. Pembangunan Sistem Shared Service Center dan ImplementasiPengembangan sistem dashboard dan rancangan probis untuk layanan operasional juga telah dilakukan sebagai sarana pendukung dan alat monitoring dan evaluasi dari pelaksanaan piloting platform. Pengembangan terhadap berbagai model dalam pembangunan dan rangkaian perjalanan hingga akhirnya mendapatkan model ECO dari benchmarking terhadap Bank Mandiri.

4. Pembentukan Unit Pengelola SSC:Dalam rangka menjalankan dan mengawal pelaksanaan Platform Pembayaran Pemerintah, Direktorat Jenderal Perbendaharaan melalui KEP-130/PB/2020 tanggal 9 Juni 2020 menetapkan pembentukan Tim Pengelola Platform Pembayaran Pemerintah (Ad Hoc). Selama proses piloting, SSC berbentuk unit ad hoc Pengelola Platform yang melekat pada berbagai pemilik proses bisnis berdasarkan regulasi yang berlaku (existing). Dalam Tim Pengelola PPP (Ad Hoc), Direktur Sistem Perbendaharaan selaku Penanggung Jawab Tim Pengelola Platform, adapun Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktur Pelaksanaan Anggaran, Direktur Pengelolaan Kas Negara, dan Direktur Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan, bertindak sebagai Tim Asistensi Platform Pembayaran Pemerintah.

Tim Pengelola PPP (Ad Hoc) dibagi beberapa Kelompok Kerja (Pokja), yang terdiri dari:• Kesekretariatan Tim (Ketua Tim: Kasubdit Transformasi Kelembagaan, Direktorat Sistem

Perbendaharaan)• Pokja Pengembangan Kerjasama Layanan (Manager: Kasubdit APPA, Direktorat Pelaksanaan

Anggaran)• Pokja Pengembangan Teknologi Informasi (Manager: Kasubdit PPSI, Direktorat Sistem

Informasi dan Teknologi Perbendaharaan)• Pokja Layanan Operasional (Manager: Kasubdit Pelaksanaan Anggaran III, Direktorat

Pelaksanaan Anggaran)• Pokja Manajemen Mutu dan Hukum (Manager: Kasubdit Pembinaan Proses Bisnis dan

Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan)

Penugasan Tim Pengelola Platform Pembayaran Pemerintah (Ad Hoc) ditandai dengan Kick-Off Tim Pengelola Platform (Ad Hoc) pada tanggal 24 Juni 2020 dengan arahan penugasan dari Bapak Dirjen Perbendaharaan.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 200

5. Implementasi SSC Payroll di KemenkeuDalam rangka implementasi SSC Payroll di Kementerian Keuangan, telah dilakukan berbagai rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendukung implementasi SSC payroll tersebut. Dimulai dari pelaksanaan rangkaian rapat, cleansing data pegawai, penyesuaian aplikasi, diskusi legal terkait PBDK dan PPABP, hingga akhirnya dilakukan User Acceptance Test (UAT) terhadap kesiapan implementasi SSC payroll di Kemenkeu sekaligus transaksi perdana pembayaran gaji melalui platform. Implementasi tersebut ditandai dengan pembayaran transaksi perdana gaji induk pegawai untuk bulan Januari 2021 bagi seluruh pegawai di Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan.

6. Implementasi SSC Non PayrollUntuk tahun 2021, direncanakan akan dilaksanakan implementasi SSC non payroll di satker piloting yang diagendakan dilaksanakan pada triwulan II tahun 2021. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam mendukung implementasi SSC non payroll tersebut diantaranya yaitu penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara pengelola platform dengan penyedia barang dan jasa serta pengembangan sistem pendukung yang akan digunakan dalam implementasi SSC non payroll tersebut.

7. Sertifikasi Sistem Pembayaran PemerintahSebagai langkah mengurangi resiko terhadap permasalahan hukum yang muncul di kemudian hari, telah dilakukan rangkaian rapat dengan agenda pembahasan rencana sertifikasi sistem yang akan dilakukan oleh pihak berwenang melakukan sertifikasi. Hingga saat ini proses sertifikasi sistem masih terus diupayakan.

Platform Pembayaran Pemerintah direncanakan akan diselesaikan pada tahun 2024. Pengembangan platform pembayaran pemerintah ini merupakan upaya pemerintah dalam melakukan simplifikasi di bidang pengelolaan pengeluaran Negara dan mewujudkan efisiensi serta efektifitas dengan digitalisasi terhadap dokumen pendukung sebagai langkah yang sejalan dengan pelaksanaan Good Governance.

201 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 202

quality control

Sebelum hasil olahan kerajinan perak siap untuk dijual ke pasaran maka terlebih dahulu dilakukan pengecekan akhir (Quality Control). Hal ini difungsikan untuk memastikan produk kerajinan tersebut tidak memiliki cacat produksi dan untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan.

Quickwins dan IS RBTK merupakan bagian/elemen dari sebuah perubahan ke arah yang lebih baik di dalam Transformasi Kelembagaan yang membutuhkan kontrol dan kecermatan di dalam pelaksanaannya. Hal ini terus dikawal dengan laporan bulanan yang disampaikan agar penyelesaiannya achiveable dan tepat waktu.

203 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

survei transformasi kelembagaan

Latar Belakang

Program Transformasi Kelembagaan Direktorat Jenderal Perbendaharaan telah dilaksanakan sejak 2014. Transformasi ini berawal dari diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 36/KMK.01/2014 tentang Cetak Biru Program Transformasi Kementerian Keuangan 2014-2025 yang kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-10/PB/2014 tentang Mekanisme Pelaksanaan Transformasi Kelembagaan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Tahun 2014-2025. Kemudian, reformulasi dilakukan dengan menambah ke dalam program Reformasi Birokrasi sebanyak 7 buah inisiatif strategis yang mendukung 87 inisiatif sebelumnya serta 20 inisiatif strategis yang mendukung 87 inisiatif yang diimplementasikan pada tahun 2017-2019. Penambahan strategi baru ini diakomodasi dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 974/KMK.01/2016 tentang Implementasi Inisatif Strategis Program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan Tahun 2017-2019. Selanjutnya, sebagai pedoman pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan di Kementerian Keuangan sebagai tindak lanjut keputusan dalam LOM dan Steering Committee Meeting RBTK pada tahun 2019, telah ditetapkan Keputusan menteri Keuangan nomor 302/KMK.01/2019 tentang Implementasi Inisiatif Strategis Program Reformasi dan Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan yang sering disebut Transformasi Digital. Dalam rangka mewujudkan komitmen transformasi digital Kementerian Keuangan tersebut, dalam Leaders’ Offsite Meeting (LOM) pada tanggal 11 Desember 2019 telah ditetapkan 15 (sebelas) Inisiatif Strategis Program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan (IS RBTK) untuk tahun 2020-2024 dan tambahan 1 IS yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 125/KMK.01/2020 tentang Implementasi Inisiatif Strategis Program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan sebagaimana terakhir diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 454/KMK.01/2020.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 204

Bagi organisasi besar seperti Direktorat Perbendaharaan, perubahan merupakan suatu keniscayaan yang akan meninggalkan cerita dari waktu ke waktu. Pastinya akan ada cerita keberhasilan dan ada juga pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. Tujuan utama Transformasi Kelembagaan adalah untuk mencapai visi baru Kementerian Keuangan “Menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi yang inklusif di abad ke-21”. Secara lebih detail, Transformasi Kelembagaan diperlukan untuk : 1. Mewujudkan reformasi regulasi manajemen keuangan negara; 2. Mewujudkan visi progresif menciptakan Indonesia yang sejahtera, demokratis dan

adil; 3. Menjadi institusi pengelola aset negara dan keuangan yang terbaik di tingkat regional; 4. Mewujudkan Good Governance, kinerja, layanan dan kepercayaan publik; 5. Bagian dari upaya konsisten Kementerian Keuangan untuk meningkatkan kinerja,

meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan di bidang keuangan berikut sistemnya dan kekayaan negara, serta peningkatan Manajemen Sumber Daya Organisasi;

6. Mengintegrasikan kelembagaan Kementerian Keuangan, menghilangkan silo-silo dari masing-masing unit Eselon I dan infrastruktur pendukungnya yang terpisah yang mempengaruhi optimalitas pencapaian visi, misi dan implementasi strategi organisasi Kementerian Keuangan;

7. Mengatasi berbagai tantangan dan mengupayakan terbentuknya organisasi yang efektif dan efisien dalam menyelaraskan visi, misi dan mengintegrasikan rencana strategi organisasi dalam rangka untuk mencapai sasaran strategis organisasi.

Transformasi Kelembagaan dilakukan melalui peningkatan kualitas organisasi dan penyelarasan struktur organisasi, perbaikan proses bisnis, modernisasi kebijakan, dan manajemen SDM, serta perbaikan tata kelola, dan kualitas pelayanan yang diberikan untuk mewujudkan Kementerian Keuangan yang unggul di tingkat dunia. Pencapaian Transformasi Kelembagaan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan sampai dengan saat ini telah sangat membanggakan. Hal itu tidak terlepas dari kontribusi seluruh pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan di seluruh Indonesia.

205 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Dalam rangka mensukseskan program Transformasi Kelembagaan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, maka pada tahun 2020 telah dilakukan 2 (dua) survei yaitu Survei Awareness dan Survei Analisis Dampak IS RBTK (Modul Penerimaan Negara Generasi-2 dan Akrual).

A. SURVEI AWARENESS

Konsep Survei

Keberhasilan pelaksanaan Transformasi Kelembagaan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan tidak terlepas dari peran para pegawai di lingkup Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Pegawai adalah subjek atau pelaku dalam pelaksanaan Transformasi Kelembagaan.. Mereka dapat menjadi perencana, pelaksana dan pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan visi dan misi Direktorat Jenderal Perbendaharaan, serta mempunyai pikiran, perasaan dan keinginan yang dapat mempengaruhi sikapnya terhadap pekerjaan. Dalam interaksi tersebut, pegawai memberikan kontribusi kepada organisasi berupa kemampuan, keahlian dan keterampilan yang dimiliki, sedangkan organisasi diharapkan memberi imbalan dan penghargaan kepada karyawan secara adil sehingga dapat memberikan kepuasan.

Kesuksesan pelaksanaan Transformasi Kelembagaan sangat tergantung pada awareness pegawai dan pendekatan yang baik dari organisasi kepada stakeholder. Organisasi harus selalu berusaha untuk berkolaborasi dengan publik untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dengan mengubah posisi sendiri menuju posisi publik, mengakui kekurangannya, menunjukkan penyesalan pada publik, dan membuat konsesi dengan publik agar sikap, pendapat, dan perilaku organisasi di kemudian hari dapat sesuai dengan harapan pemangku kepentingan.

Survei ini akan mengukur sejauh mana awareness pegawai dalam perannya mendukung dan turut serta program Transformasi Kelembagaan. Untuk mengetahui awareness pegawai, dimulai dari kerangka teori yang menunjukkan variabel- variabel pembentuk awareness, di dalam tiap variabel berisi indikator-indikator survei yang dituangkan menjadi butir-butir kuesioner.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 206

Soekanto (1982) dalam (Wardhani.2008) memberikan pandangan bahwa kesadaran meliputi 4 indikator yang mempunyai fase atau tahapan-tahapan proses kesadaran dimulai dari: pengetahuan, pemahaman, sikap dan pola perilaku atau tindakan. Indikator kesadaran dikembangkan berdasarkan teori Benyamin Bloom (1908) menjadi pengetahuan, sikap dan praktik atau tindakan.

Awareness

Pengetahuan Pegawai

a. Tahub. Memahamic. Aplikasid. Analisise. Sintetisf. Evaluasi

Sikap Pegawai

a. Menerimab. Meresponc. Menghargaid. Bertanggung jawab

Tindakan/Partisipasi

a. Persepsib. Mekanismec. Adopsid. Aktif

Hubungan dialogis

Saluran/media komunikasi

Manfaat

a. Pegawaib. Organisasi

207 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

1. Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan mencakup enam tingkatan :a. Tahu (know) diartikan bisa mendefinisikan materi atau objek. Bisa mendefinisikan

Transformasi Kelembagaan.b. Memahami (comprehension) mampu menjelaskan secara benar objek yang

diketahui. Dalam artian mampu menjelaskan program Transformasi Kelembagaan.c. Aplikasi (application) kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari.

Pegawai mampu untuk mengaplikasikan program Transformasi Kelembagaan di unit kerja.

d. Analisis (analysis) komponen untuk menjabarkan materi dari suatu objek. Pegawai mampu menjabarkan materi Transformasi Kelembagaan.

e. Sintetis (syntesis) menyusun atau mengembangkan pengetahuan baru. Pegawai mampu mengembangkan pengetahuan atau masukan tentang Transformasi Kelembagaan.

f. Evaluasi (evaluation) kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap objek baru. Pegawai mampu melakukan penilaian tentang program Transformasi Kelembagaan terkini.

2. Sikap adalah reaksi tertutup seseorang terhadap stimulus objek.Menurut (Newcomb dalam Wardhani.2008) sikap mencakup :a. Menerima (receiving) diartikan orang mau menerima dan memperhatikan stimulus

yang diberikan objek. Pegawai mampu menerima perkembangan Transformasi Kelembagaan.

b. Merespon (responding) memberi jawaban saat ditanya, mengerjakan tugas dan menerima ide baru. Pegawai merespons setiap program Transformasi Kelembagaan.

c. Menghargai (valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan masalah. Pegawai mau mendiskusikan program Transformasi Kelembagaan.

d. Bertanggungjawab (responsible) dalam artian pegawai benar-benar sadar akan Transformasi Kelembagaan.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 208

3. Tindakan terdiri dari beberapa indikator :a. Persepsi (perception) mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil. Pegawai mempunyai persepsi dan terlibat dalam Transformasi Kelembagaan.

b. Respon terpimpin (guided respon) melakukan sesuai dengan urutan dan aturan. Pegawai mampu melakukan tindakan sesuai dengan arahan dan kebijaksanaan pimpinan tentang Transformasi Kelembagaan.

c. Mekanisme (mechanism) seseorang dapat melakukan dengan benar secara otomatis. Pegawai mampu melakukan perubahan organisasi sesuai aturan.

d. Adopsi (adoption) tindakan yang sudah berkembang dengan baik, pegawai mampu memodifikasi dan menularkan program Transformasi Kelembagaan di lingkungan kerja.

4. Manfaat Transformasi Kelembagaan bagi pegawai sendiri seperti peningkatan kesejahteraan dan kemudahan bekerja dan masa depan organisasi tentunya mecapai tujuan organisasi

5. Saluran dan media komunikasi yang digunakan menyampaikan program Transformasi Kelembagaan. Efektifkah media komunikasi yang digunakan transformasi kelembagaan?

209 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Tujuan Survei

Melalui survei awareness pegawai ini diharapkan akan didapatkan pemetaan sejauh mana awareness para pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam pelaksanaan Transformasi Kelembagaan. Hasil dari survei ini dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan kebijakan dalam rangka mensukseskan program Transformasi Kelembagaan Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Waktu Dan Tempat

Survei dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan November 2020 di sebagian unit kerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Lokasi survei Kanwil Jawa Barat, KPPN Bandung I,II dan KPPN Purwakarta; KPPN Cirebon dan Kuningan; Kanwil Jateng, KPPN Semarang I, II dan KPPN Pati, KPPN Surakarta dan KPPN Klaten; Kanwil D.I Yogyakarta, KPPN Yogyakarta dan KPPN Wates.

Lokasi sampel dan sampel responden akan dipilih dengan memperhatikan kondisi demografis maupun geografis sehingga hasil dari survei dapat mendekati populasi dari pegawai DJPb. Dari segi demografis, responden akan dikelompokkan menjadi menurut kelompok usia dan jenis kelamin. Sedangkan dari segi geografis, lokasi sampel dipilih dari lokasi yang mewakili Indonesia barat, Indonesia tengah dan Indonesia timur dengan memperhatikan ketersediaan anggaran dan aktifitas dan pemenuhan laporan kegiatan duta TK.

Ringkasan Hasil Survei dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil jawaban dari responden jika dikelompokkan kedalam 5 kategori survei yaitu pengetahuan pegawai, sikap pegawai, partisipasi pegawai, manfaat yang diperoleh dan saluran media komunikasi, maka hasilnya adalah berikut:

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 210

1. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tingkat sikap responden terhadap kegiatan transformasi kelembagaan memiliki nilai rata-rata yang lebih rendah dibanding dengan tingkat pengetahuan, partisipasi/tindakan, manfaat dan saluran media komunikasi tentang transformasi kelembagaan yang dirasakan oleh responden;

2. Nilai skala hasil survei 4,55 dikonversikan persentase sebesar 90% sehingga capaian indeks awareness di Indeks 4. Hal ini menunjukkan bahwa awareness pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam pelaksanaan transformasi kelembagaan berada dalam kategori sangat baik;

3. Kategori manfaat memperoleh nilai yang tertinggi (pekerjaan sekarang lebih cepat selesai), sedangkan nilai terendah pada sikap dalam menerima program transformasi kelembagaan (Saya merasa program Transformasi Kelembagaan terlalu rumit dan berat dilakukan);

211 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

4. Saluran media komunikasi Transformasi Kelembagaan seharusnya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami, media tradisional seperti selebaran, majalah, nota dinas, buku tahunan tetap dipertahankan untuk mengakomodir pegawai di usia diatas 40 tahun yang jarang aktif di media sosial;

5. Responden yang mendapatkan informasi terkait pelaksanaan Transformasi Kelembagaan lebih banyak dari atasan dan rekan kerja dibanding dari Duta Transformasi Kelembagaan.

Dari hasil survei tersebut maka perlu dilakukan langkah-langkah tindak lanjut (rekomendasi) untuk meningkatkan awareness pegawai dalam Transformasi Kelembagaan di Ditjen Perbendaharaan yaitu:1. Perlu adanya peningkatan kompetensi dari Duta Transformasi Kelembagaan yang

lebih masif agar dapat lebih aktif dalam menyebarkan informasi terkait transformasi kelembagaan di lingkungan tempat kerjanya.

2. Perlu adanya terobosan baru di masa pandemi Covid-19 saat ini dengan memaksimalkan penggunaan media daring dalam penyebaran informasi terkait transformasi kelembagaan untuk meningkatkan pengetahuan pegawai dalam memahami tranformasi kelembagaan terkini.

B. SURVEI ANALISIS DAMPAK IS RBTK (MPN G2 DAN AKRUAL)

Kajian Analisis Dampak IS RBTK Tahun 2020 (Implementasi MPN G2 dan Akuntansi Berbasis Akrual) dilakukan di tahun 2020: 1. Kajian Analisis Dampak IS RBTK yang telah ditutup (project closing) menjadi salah satu

perhatian Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan pada saat melakukan pembinaan atas Transformasi Kelembagaan di lingkup Direktorat Jenderal Perbendaharaan tahun 2019 sebagaimana tertuang dalam rekomendasi Tim Pembinaan Tahun 2019 dan telah ditindaklanjuti dengan pelaksaan survei dampak implementasi IS RBTK Tahun 2020;

2. Analisis Dampak implementasi ISRBTK dilakukan dengan metodologi survei dan dilanjutkan dengan indepth interview;

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 212

3. Adapun tahapan pelaksaanaan survei dimaksud sebagai berikut :a. Uji validasi dan reliabilitas data tahap I, dilakukan di bulan April 2020 dengan

melibatkan pemilik IS RBTK (Dit. PKN, Dit. APK, KPPN Penerimaan dan KPPN lingkup Kanwil DJPb Jakarta);

b. Uji validasi dan reliabilitas data tahap II,dilakukan bulan Mei 2020 secara daring dengan melibatkan 7 kantor vertikal Ditjen Perbendaharaan (KPPN Serang, KPPN Purwakarta, KPPN Cirebon, KPPN Magelang, KPPN Solo, KPPN Madiun dan KPPN Malang);

c. Pelaksanan survei secara media daring dilakukan :i. Bulan Juli 2020 untuk survei Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual

dengan memperoleh 3.500 responden;ii. Bulan Agustus 2020 untuk survei Implmentasi MPN G2 dengan 8.500

responden;iii. Responden dibagi dalam 8 cluster (Sumatera, Jawa, Kantor Pusat,

Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Bali, Maluku dan Papua).d. Berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan survei dan memperhatikan

jawaban responden yang tidak memenuhi kriteria (outlayer), selanjutnya dilakukan screening data yang menghasilkan 3.030 responden untuk Implentasi Akuntasi Berbasis Akrual dan 7.344 responden untuk Implmentasi MPN G2. Adapun hasil olahan sementara tersebut telah dipaparkan pada bulan September 2020;

e. Selanjutnya guna memperoleh data dan responden sesuai dengan ketentuan dalam pelaksaan survei dan memperhatikan perkembangan pandemi Covid-19 maka pada Bulan Oktober 2020 dilakukan Indepth Interview secara metode langsung kepada pegawai/pejabat beberapa Kantor Vertikal DJPb yaitu, KPPN Cirebon, KPPN Kuningan, KPPN Purwakarta, KPPN Bandung I, KPPN Bandung II, KPPN Semarang, KPPN Pati, KPPN Surakarta, KPPN Klaten, KPPN Wates dan KPPN Jogjakarta.

213 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

4. Ringkasan Hasil Survei:a. Dampak Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual :• Total Responden 3.030 terbagi atas 8 cluster wilayah: Sumatera, Jawa, Kantor

Pusat, Sulawesi, Kalimantan, BaliNusrabag, Maluku dan Papua;• Sepuluh variabel yang diteliti yaitu: Kualitas informasi, kualitas sistem, penggunaan,

akuntabilitas, kredibilitas, kepuasan pengguna, dampak sosial, dampak ekonomi, dampak organisasi dan dampak kebijakan. Sebaran variabel dampak organisasi memiliki nilai terendah 3.65 dan dampak kebijakan memiliki nilai tertinggi 4.61;

• Dari tingkat kinerja cluster Sumatera memiliki skor tertinggi 4.61 dan Sulawesi memiliki skor terendah 4.43;

• Hasil Analisis IPA membagi 4 kuadran (Prioritas utama, pertahankan, prioritas rendah dan berlebihan) berdasarkan persepsi responden;

• Kuadran Prioritas Rendah dan Berlebihan perlu dilakukan Indepth Interview untuk cross check data. Diantaranya cluster: Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan dan Maluku. Variabel : Kualitas informasi, kualitas sistem, kredibilitas,penggunaan, akuntabilitas dan dampak organisasi.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 214

b. Dampak Implementasi MPN G2 :• Total Responden 7.344 dengan responden wajib bayar, wajib pajak dan wajib

cukai;• Dari pengukuran tingkat kinerja Maluku dan Kantor Pusat memiliki skor tertinggi

5.00 dan Jawa memiliki skor terendah 3.83;• Sembilan variabel yang diteliti yaitu : Kegunaan, kemudahan, sikap penggunaan,

kepercayaan, subjective norm fasilitas billing, dampak sosial, dampak ekonomi, dampak organisasi dan dampak kebijakan. Sebaran variabel kepercayaan dan dampak sosial memiliki nilai tertinggi 4.53 dan dampak kebijakan memiliki nilai terendah 4.40;

• Hasil Analisis IPA yang perlu cross check data cluster: Kantor Pusat, Sulawesi, Jawa dan BaliNusrabag.

215 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

c. Kesimpulan setelah Indepth Interview :• Hipotesis minor dan mayor dari analisis dampak terbukti secara positif dengan

tingkat signifikan pada taraf nyata sebesar 5%;• Implementasi MPN G2 dan Akuntansi Berbasis Akrual sangat membantu dalam

penyelesaian pekerjaan, lebih terjamin akuntabilitasnya dan sangat membantu dalam pengambilan keputusan.

d. Rekomendasi :• Hasil sebaran pembagian kuadran IPA untuk Kuadran III (Rendah) dan Kuadran

IV (Berlebihan) perlu mendapat perhatian dari pimpinan Ditjen Perbendaharaan untuk pengembangan implementasi kebijakan ke depan;

• Implementasi IS RBTK berdasarkan survey online dan hasil indepth interview dengan pengguna, sebagian besar menyatakan sangat bermanfaat dan membantu penyelesaian tugas, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap organisasi dari pengguna namun diperlukan pelatihan untuk implementasi kebijakan.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 216

217 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 218

produk akhir

Kerajinan perak yang telah siap dipasarkan, yang telah lolos uji (Quality Control). Kerajinan perak bukan saja sebuah produk jual namun juga memiliki nilai budaya tersendiri dikarenakan kerajinan perak merupakan budaya warisan leluhur dan turun temurun diteruskan dari generasi ke generasi dengan tetap mengedepankan kualitas dan cita rasa budaya nusantara.

Transformasi Kelembagaan Direktorat Jenderal Perbendaharaan bertujuan untuk memberikan perubahan yang lebih baik yang dapat dirasakan oleh semua pihak, baik bagi Insan Perbendaharaan, para stakeholders maupun seluruh warga negara Indonesia.

219 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

highlights 2020

Transformation Corner Talk (TiCTalk) Edisi II, 28 Januari 2020 dengan tujuan untuk menginformasikan penguatan SDM pengelola keuangan melalui uji kompetensi PPK dan PPSPM.

Transformation Corner Talk (TiCTalk)

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 220

Tayangan Perdana Program Podcast PMO DJPb, 7 Agustus 2020. Podcast ini bertujuan untuk menginformasikan seputar program IS RBTK, Quickwins dan program strategis DJPb lainnya secara luas kepada seluruh masyarakat Indonesia melalui media sosial PMO DJPb.

Podcast PMO DJPb - Episode 1

221 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Untuk mendukung kesiapan transaksi perdana piloting Platform Pembayaran Pemerintah, telah dilakukan berbagai macam upaya. Tidak hanya penyiapan aplikasi, penyusunan dasar hukum, pelaksanaan verifikasi dan validasi data yang simultan, namun kesiapan transaksi perdana juga dilakukan dengan melakukan penilaian survey awareness bagi pegawai KPPN dan Kanwil di beberapa wilayah di Indonesia sebagai responden.

Survey Awareness

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 222

Program Lentera Indonesia di NET.TV pada 8, 15, 22 Agustus 2020. Kegiatan ini merupakan sarana strategi komunikasi Transformasi Kelembagaan ke pihak eksternal/masyarakat umum melalui kanal stasiun Televisi NET.TV dan Youtube.

Program Lentera Indonesia - NET.TV

223 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Sebagai salah satu bentuk transfer knowledge dari pejabat administrator dan guna menambah pengetahuan para pegawai, dilakukanlah Forum Group Discussion (FGD) dari pejabat administrator kepada pegawai di lingkunganya. FGD Administrator dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun.

Focus Group Discussion Administrator

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 224

Kehadiran Kepala Bagian OTL Bapak Suharno ke ruang rapat serbaguna Dit. SP lantai 4 menjadi momen yang sangat berharga bagi Tim Ad Hoc Platform Pembayaran Pemerintah. Dengan membahas arah perkembangan organisasi dan akibat dari adanya Platform Pembayaran Pemerintah diharapkan arah kebijakan akan sejalan dengan yang dilakukan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Meeting Platform Pembayaran Pemerintah

225 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Pandemi tidak menjadi penghalang dalam pelaksanaan transaksi perdana pembayaran gaji pegawai melalui Platform Pembayaran Pemerintah pada satker piloting. Bertempat di Novotel, Mangga Dua, Jakarta. Rapat pembahasan kesiapan pembayaran transaksi perdana tersebut dilakukan dengan lancar. Meskipun dalam suasana pandemi, dengan menjaga protokol kesehatan seluruh peserta dari Tim Ad Hoc PPP dapat berkontribusi demi terciptanya transaksi perdana Platform Pembayaran Pemerintah.

Pembahasan Platform Pembayaran Pemerintah

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 226

Pada tayangan Program Podcast PMO DJPb episode ke-2 ini (11 November 2020)membahas mengenai kondisi new normal dan dampaknya di dalam keseharian serta lingkungan kerja dari perspektif milenial.

Podcast PMO DJPb - Episode 2

227 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

daftar akronim

Akronim KepanjanganA ABS Automatic Blocking System ABW Activity Based Working AEoI Automatic Exchange of Information AKN Analis Kekayaan Negara ALM Asset-Liability Management APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah API Aparat Pengawasan Internal APK Akuntansi dan Pelaporan Keuangan ASN Aparatur Sipil Negara ATK Alat Tulis Kantor ATM Automatic Teller Machine

B BAS Bagan Akun Standar BCP Business Continuity Plan BDAT Bussiness, Data, Application, and Technology BI Bank Indonesia BIOS BLU Integrated Online System BKF Badan Kebijakan Fiskal BLU Badan Layanan Umum BMN Barang Milik Negara BNSP Badan Nasional Sertifikasi Profesi BPPK Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan BSSN Badan Siber dan Sandi Negara BUN Bendahara Umum Negara

C CCM Change Management CMC Change Management and Communication

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 228

CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil CRM Customer Relationship Management CTO Central Transformation Office

D D/O Delivery Order DAK Dana Alokasi Khusus DAU Dana Alokasi Umum DID Dana Insentif Daerah DIGIT Digital Treasury DJA Direktorat Jenderal Anggaran DJBC Direktorat Jenderal Bea dan Cukai DJP Direktorat Jenderal Pajak DJPb Direktorat Jenderal Perbendaharaan DJPK Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan DJPPR Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko DPR Dewan Perwakilan Rakyat DSS Decision Support System

E EA Enterprise Architecture ERP Enterprise Resource Planning

F FABS Financial Account and Balance Sheet FB Facebook FGD Focus Group Discussion FTZ Free Trade Zone FWS Flexible Working Space

G GCG Good Corporate Governance GFS Government Finance Statistics GPP Gaji PNS Pusat GTC Government Travel Card

229 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

H HR Human Resources HRIS Human Resource Information System

I IG Instagram IKN Ibu Kota Negara IPA Importance Performance Analysis IS Inisiatif Strategis IS RBTK Inisiatif Strategis baru Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan ISO International Organization for Standardization IT Information Technology Itjen Inspektorat Jenderal

J Jafung Jabatan Fungsional JF Jabatan Fungsional JHT Jaminan Hari Tua JPP Joint Profile Perpajakan

K K/L Kementerian / Lembaga KEM Kerangka Ekonomi Makro KI Kepatuhan Internal KK Kontrak Kinerja KKP Kartu Kredit Pemerintah KKP LN Kartu Kredit Pemerintah Luar Negeri KLC Kemenkeu Learning Center KLC2 Kemenkeu Learning Center 2 KMK Keputusan Menteri Keuangan KPK Komisi Pemberantasan Korupsi KPP Kantor Pelayanan Pajak KPPBC Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai KPPN Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara KSB Kemenkeu Service Bus

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 230

L LF Leaders Factory LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LKPD Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPK Lembaga Kerjasama Perpajakan dan Kepabeanan LKPP Laporan Keuangan Pemerintah Pusat LNSW Lembaga National Single Window LOM Leaders’ Offsite Meeting LSKP Laporan Statistik Keuangan Pemerintah LSKPU Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Umum LSP Lembaga Sertifikasi Profesi

M MO Middle Office MPN G2 Modul Penerimaan Negara Generasi Kedua MSKI Manajemen Satuan Kerja dan Kepatuhan Internal

N NKP Nilai Kinerja Pegawai NLE National Logistic Ecosystem NTB Nusa Tenggara Barat NTOW New Thinking of Working NTT Nusa Tenggara Timur

O OBTI Organisasi, Birokrasi dan Teknologi Informasi OJK Otoritas Jasa Keuangan OPS Operasional OTL Organisasi dan Tata Laksana OTP One Time Password

P PBDK P Pengelola Basis Data Kepegawaian Pemda Pemerintah Daerah PEN Pemulihan Ekonomi Nasional PIC Person in Charge PKN Pengelolaan Kas Negara

231 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

PKS Perjanjian Kerja Sama PLN Perusahaan Listrik Negara PMK Peraturan Menteri Keuangan PMO Project Management Office PMQA Project Management and Quality Assurance PNBP Penerimaan Negara Bukan Pajak PPABP Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai PPK Pejabat Pembuat Komitmen PPKF Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal PPNPN Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri PPP Platform Pembayaran Pemerintah PPSPM Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar Probis Proses Bisnis PSDM Pengembangan Sumber Daya Manusia PSIAP Pembaruan Sistem Inti Administrasi Perpajakan

Q QA Quality Assurance

R RBTK Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan RFABS Regional Financial Asset and Balance Sheet RPMK Rancangan Peraturan Menteri Keuangan RSPP Redesain Sistem Perencanaan dan Penganggaran

S SAKTI Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi SDM Sumber Daya Manusia Setjen Sekretariat Jenderal SHSR Standar Harga Satuan Regional SIKD Sistem Informasi Keuangan Daerah SIKRI Sistem Informasi Keuangan Republik Indonesia SIKRI MP Sistem Informasi Keuangan Republik Indonesia Maksimum Pencairan SIM Subscriber Identity Module

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 232

SIMAN Sistem Informasi Manajemen Aset Negara SIMPONI Sistem Informasi PNBP Online SIPP Sistem Informasi Pelayanan Publik SKKI Supervisi KPPN dan Kepatuhan Internal SKKNI Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia SLA Service Level Agreement SLDK Sistem Layanan Data Kementerian Keuangan SMI Sistem Management Investasi SP2 Surat Penyerahan Petikemas SPAK Sertifikasi Penyuluh Antikorupsi SPAN Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara SPM Surat Perintah Membayar SPP Surat Permintaan Pembayaran SPRINT Sistem Pengelolaan Rekening Terintegrasi SPT Surat Pemberitahuan SSC Shared Service Center SSI Single Stakeholder Information SSm Single Submission

T TK Transformasi Kelembagaan TKDD Transfer ke Daerah dan Dana Desa TLC Treasury Learning Center TVRI Televisi Republik Indonesia

U UAT User Acceptance Test UE Unit Eselon UIC Unit in Charge UKI Unit Kepatuhan Internal UMi Ultra Mikro UMKM Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UP Uang Persediaan UR User Requirements

233 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

URAM Unified Revenue Account Management UU Undang-undang

W WA Whatsapp WBBM Wilayah Birokrasi Bersih Melayani WBK Wilayah Bebas Korupsi WFO Work From Office WITA Waktu Indonesia Tengah WP Wajib Pajak

Z ZI Zona Integritas

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 234

235 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”

Direktorat Jenderal Perbendaharaan | 236

Tim Penyusun ANNUAL REPORT TAHUN 2020

PengarahAgung Yulianta(Direktur Sistem Perbendaharaan selaku Ketua PMO DJPb)

Ketua TimRd. Yen Yen Nuryeni (Kepala Subdirektorat Transformasi Kelembagaan selaku Pelaksana Harian Ketua PMO DJPb)

Tim PMOSeti Gautama Adi Nugroho(Kasi. Transformasi Sistem Pembayaran dan Penerimaan)Adi Sucipto(Kasi. Transformasi Pengelolaan Likuiditas)Kristono(Kasi. Transformasi Akuntansi, Pelaporan dan Misi Khusus)Zamrud Utami(Kasi. Manajemen Perubahan dan Komunikasi)Immanuel Budi UtomoFaruq Al AminDanang SetyahadiMarthony MandraMurti Pagar IntanAgung Kusuma HadiWawan Hadinata

Kontributor : Initiative Owners Quickwins DJPb Sekretariat Ditjen Perbendaharaan, Direktorat PA, Direktorat PKN, Direktorat SMI, Direktorat PPKBLU,

Direktorat APK, Direktorat SP, Direktorat SITP.

Desain & Layout : Marthony MandraDokumentasi tema : Dievie Craft Yogya

Kontak PMOGedung Prijadi Praptosuhardjo III A, Lantai 4Jl. Budi Utomo No. 6 Jakarta – 10710Tlp : 021- 345618 /Internal 5406Email : [email protected] [email protected]

Project Management Office - DJPb

237 | Transformasi Kelembagaan “Pasti Lebih Baik”