PARTISIPASI MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI TRADISI LISAN PASAMBAHAN MELALUI...
Transcript of PARTISIPASI MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI TRADISI LISAN PASAMBAHAN MELALUI...
PARTISIPASI MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI TRADISI LISAN PASAMBAHAN
MELALUI TRANSFER OF INDIGENOUS KNOWLEDGE
M. Fadli , Wina Erwina dan Nurmaya Prahatmaja Coresponding Author: [email protected]
Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu KomunikasiUniversitas Padjadjaran
ABSTRAK
Konsistensi masyarakat dalam melestarikan tradisilisan, memiliki korelasi terhadap eksistensi tradisi dalamkhazanah budaya bangsa. Tradisi lisan pasambahan merupakansalah satu bentuk tacit knowledge, yang rentan hilang ditengah masyarakat (organizational memory loss), jika tidak segeradilestarikan. Globalisasi informasi dan modernisasiteknologi informasi berpengaruh besar terhadap minatgenerasi muda Ranah Minang untuk mempelajari tradisi lisampasambahan secara khusus, karena tradisi lisan terkesansulit yang diwarnai aturan sajak, bait dan irama sertateknik penyampaianya. Namun, dalam berbagai upacaraadat, keagamaan dan pertemuan yang diadakan dalam sebuahforum masyarakat selalu diawali oleh tradisi pasambahan.Hal tersebut menuntut laki-laki dewasa di Minangkabauuntuk memahami dan melakukan tradisi pasambahan, karenadalam kekerabatan matrilineal seorang laki-laki dewasa diMinangkabau memiliki dua posisi yaitu sebagai mamak (sipangka) di rumah kaumnya, dan urang sumando (si alek) di rumahistri. Untuk mempersiapkan generasi muda sebelum terjun kekancah masyarakat melakukan pasambahan, masyarakat lokalmembentuk kelompok khusus mempelajari seluk-belukpasambahan yang berangotakan para generasi muda. SECImodel, (socialization, externalization, combination and internalization)merupakan salah satu model konversi pengetahuan dan prosestransfer indigenous knowledge tradisi pasambahan yangmelibatkan para pemangku adat Minangkabau, pewarispengetahuan dan para pelaku tradisi lisan pasambahan. Hal
tersebut konsisten dilakukan masyarakat dari generasi kegenerasi untuk mempertahankan eksistensi tradisi lisanhingga generasi yang akan datang.
Kata-kata kunci: Indigenous Knowledge, Transfer Pengetahuan, Masyarakat Lokal, Tradisi Lisan, Minangkabau.
PARTISIPASI MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI TRADISI LISAN PASAMBAHAN
MELALUI TRANSFER OF INDIGENOUS KNOWLEDGE
Latar Belakang
Bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mupakaikkok bulek dapek digoloangkan, kok picak lah dilanyangkan, Kok tembak tantu baalamaik, kok cancang tantu balandasan.
Sepenggal bait tersebut bukanlah sekedar pantun biasa
yang merajut kata-kata indah untuk mengungkapkan sebuah
makna, namun tersimpan berbagai filosofis dibalik
rangkaian kata tersebut. Minilik perumpamaan-perumpamaan
yang digunakan penuturnya, tentu tentu pendengar dan
pembaca dapat mengira-gira bahasa yang digunakan adalah
bahasa Minang. Bulatnya air yang diumpamakan sesuai dengan
wadah atau media yang dialirinya, jika yang air tersebut
mengalir menuju pancuran dalam sebuah bambu maka air
tersebut akan berbentuk bulat. Demikian juga halnya dengan
kata mufakat, untuk mendapatkan sebuah kata mufakat perlu
duduk bersama dengan bermusyawarah. Jika para perserta
komunikasi dalam musyawarah tersebut telah sepakat, maka
kemanapun atau kepada siapapun ditanyakan tentang
kesepatakan yang dibuat akan diperoleh sebuah jawaban yang
sama. Sehingga masyarakat Minangkabau mengumpamakan bulat
sudah dapat digolongkan, dan pipih sudah dapat
dilayangkan.
Begitulah ciri khas masyarakat Minangkabau dalam
berkomunikasi, yang cenderung tidak menyatakan secara
langsung maksud dan tujuannya, akan tetapi disampaikan
dengan mengunakan ungkapan, perumpamaan, kiasan (kieh)
(Yusriwal 2005,1). Disamping itu, tak jarang keelokkan
alam berserta isinya dijadikan perumpamaan dalam bertutur
kata, sehingga dikenal filosofi masyarakat Minang “alam
takambang, jadi guru” yang berarti masyarakat berguru pada
fenomena-fenomena yang terdapat di alam semesta. Oleh
sebab itu, masyarakat luas sudah mengakui kepiawaian Rang
Minang (orang Minang) bernegosiasi, berdiplomasi bahkan
penyair-penyair besar banyak berasal dari Ranah Minang.
“Kok tembak tantu baalamaik, kok cancang tantu balandasan”,
agaknya inilah yang menjadi kepiawan Rang Minang dalam
berkomunikasi. Pesan yang disampaikan jelas kepada siapa
atau disebut baalamaik (beralamat), dan jika berpendapat,
menyampaikan informasi dalam forum atau pada seseorang
memiliki landasan yang jelas oleh sebab itu diumpamakan
kok cancang balandasan. Sehingga tidak heran lagi jika banyak
nama-nama besar dari Minangkabau eksis di tingkat nasional
dan internasional yang piawai dalam mengolah kata baik
secara lisan maupun tulisan memang tidak dapat diragukan
lagi, diplomat, penulis sastra, ulama bahkan proklamator
Republik Indonesia-pun berdarah Minang. seperti Drs. Moh.
Hatta, Prof. Buya Hamka, Taufik Ismail, Dino Pati Jalal,
Gamawan Fauzi, Akbar Tanjung dan berberapa nama lainnya.
Rangkaian pantun pembuka tulisan ini memang bukanlah
pantun biasa, namun serangkaian tuturan yang sampaikan
dalam tradisi pasambahan. Tradisi pasambahan ini merupakan
salah satu tradisi lisan yang sering ditemukan pada setiap
upacara adat, upacara kematian dan dibeberapa pertemuan
formal lainnya (Yusriwal 2005, 10). Tradisi pasambahan ini
dilakukan untuk menyampaikan maksud dan tujuan acara atau
maksud kedatangan si alek (tamu) kepada si pangka (tuan
rumah). Tradisi lisan merupakan salah satu bentuk
pengetahuan lokal (indigenous knowledge), karena pengetahuan
tersebut merupakan akumulasi pengetahuan, pengalaman
masyarakat lokal yang diwariskan secara turun-temurun dari
generasi ke generasi.
Eksistensi sebuah tradisi lisan dalam khazanah
kebudayaan nusantara, tentu dipelihara dan dilestarikan
oleh masyarakat pewaris pengetahuan tersebut. Hal tersebut
dilatarbelakangi masyarakat pewarislah yang mengetahui
nilai-nilai adat dan seluk beluk sebuah tradisi. Dewasa
ini terlihat agak sedikit berbeda, tradisi lisan
pasambahan seyogyanya digunakan untuk penyambutan tamu
dalam berbagai tradisi dan upacara adat. Namun jika kita
menilik lebih lanjut sebutlah upacara pernikahan, dewasa
ini masyarakat di perkotaan sudah mengadopsi konsep pesta
modern, sehingga hal ini tidak memberikan lagi ruang untuk
melakukan tradisi pasambahan sebagai wujud penghormatan
kepada si alek yang datang (Fadli, Erwina dan Prahatmaaja
2012).
Meskipun tradisi lisan sudah mulai terpinggirkan oleh
Rang Mudo Ranah Minang (anak muda ranah Minang), hal tersebut
disinyalir oleh terpaan modernisasi dan pesatnya
perkembangan teknologi informasi. Namun tak sama halnya
dengan sekelompok anak muda yang tergabung dalam komunitas
Group Pasambahan Cupak Nan Duo Kelurahan Koto Salaya Kurai
Limo Jorong Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Group
Pasambahan Cupak Nan Duo masih saja konsisten mentransfer
pengetahuan Pasambahan berserta nilai-nilai yang
terkandung didalamnya. Fenomena ini sejalan dengan
pendapat Paeni (2009, p.63) yang menyatakan tradisi lisan
yang masih hidup pada saat ini dalam komunitas-komunitas
adat tentunya memiliki fungsi yang signifikan bagi
masyarakat .
Upaya tersebut dilakukan untuk agar eksistensi
tradisi lisan Pasambahan yang berbentuk Intangible Heritage ini
tetap terjanga meskipun pengetahuan tersebut sebahagian
besar masih berbentuk tacit knowledge yang tersimpan dalam
memori pewaris pengetahuan. Jika pewaris pengetahuan
keluar dari organisasi masyarakat atau meninggal sebelum
ia sempat mewariskan pengetahuannya kepada masyarakat,
maka pengetahuan tersebut akan hilang juga dari masyarakat
pemilik pengetahuannya (organizational memory loss). Pengetahuan
lokal dalam bentuk intangible heritage yang sudah hilang tentu
akan sanggat susah untuk menelusurnya kembali. Hal ini
sejalan dengan penjelasan Prof. Dr. L. Jan Slikeeveer
(2012) dalam seminar mengenai Heath Indigenous Knowledge System
bahwa jika kita melihat masyarakat lokal, banyak
pengetahuan yang tidak ditemukan berbentuk buku (Fadli,
Erwina dan Prahatmaja 2012).
Partisipasi masyarakat lokal dalam mempertahankan
eksistensi tradisi lisan pasambahan yaitu dengan
mentransfer pengetahuan pasambahan t secara lisan antar
individu, individu didalam kelompok atau antar kelompok.
Karl Erick Sveiby (in Sangkala 2007, pp.138-139)
menjelaskan strategi dalam transfer pengetahuan
menghubungkan antara dua hal yaitu kemampuan individu
(individual competence) dengan struktur internal dan eksternal.
Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena pada latar belakang permasahan
tersebut, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut. Bagaimana parisipasi masyarakat lokal dalam
mempertahankan eksistensi tradisi lisan pasambahan melalui
kegiatan transfer of indigenous knowledge?. Fokus penelitian adalah
bagaimana transfer pengetahuan yang dilakukan oleh Group
Pasambahan Cupak Nan Duo secara (1) Socialization; (2)
Eksternalization; (3) Combination; dan (4) Internalization.
Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan
partisipasi masyarakat lokal dalam mempertahankan
eksistensi tradisi lisan melalui transfer of indigenous
knowledge. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan dalam pengembangan keilmuan
informasi dan perpustakaan, khususnya dalam Knowledge
Managemen dengan fokus Traditional Knowledge System dan
Indigenous Knowledge.
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari
penelitian sebelumnya dengan judul Preservasi Pengetahuan
Masyarakat Minagkabau Tentang Tradisi Lisan Pasambahan
melalui Kegiatan Exchange of Indigenous Knowledge pada tahun
2012. Hasil penelitian tersebut menjukkan element yang
paling kuat dari enam tahapan exchange of indigenous knowledge
adalah transfer yang dilakukan dalam Group Pasambahan Cupak
Nan Duo. Transfer of knowledge secara lisan dan partisipasai
langsung para peserta komunitas merupakan salah satu
metode untuk melestarikan pengetahuan lokal tradisi lisan
(Fadli, Erwina dan Prahatmaja 2012).
Gambar 1.1 Model Preservasi Pengetahuan Tradisi Lisan Pasambahan melalui
Kegiatan Exchange of Indigenous Knowledge
(Sumber: Fadli
2012, 14)Berawal dari hasil penelitian tersebut, transfer
pengetahuan tradisi lisan memang dilakukan secara lisan
dari generasi ke generasi. Sejalan dengan hal tersebut,
Hart (1995) menjelaskan “An oral tradition is the passing of
knowledge from one generation to the next orally by speaking”. Dilihat
sepintas, transfer pengetahuan antar individu sepertinya
memang mudah misalnya dari orang tua kepada anak, dari
Mamak kepada kamanakan. Namun, jika transfer pengetahuan
lokal dalam bentuk tacit knowledge dilakukan didalam kelompok
atau sebuah organisasi merupakan sebuah tantangan dan
membutuhkan metode yang khusus.
Senada dengan hal itu World Bank (2008) dalam
Indigenous Knowledge For Development a Framework For Action
menjelaskan kegiatan transfer pengetahuan lokal dijelaskan
seperti berikut ini “The transfer of IK goes beyond conveying it to the
potential recipients. An important element of the transfer is to test the
knowledge in the new environment “ (p.9). Hal ini berarti
transfer pengetahuan dapat dilakukan dengan menyampaikan
pengetahuan kepada penerima yang potensial komunikasi
lisan maupun tulisan.
Untuk melihat proses konversi pengetahuan tacit ke
eksplisit dan ekplisit ke tacit Nonaka (1998) memperkenal
SECI Model menjabarkan proses konversi pengetahuan dapat
dilakukan melalui 4 cara yaitu, (1) Socialization proses
transfer pengetahuan dari satu individu kepada individu
lainya dalam bentuk tacit knowledge, (2) Externalization, proses
transformasi pengetahuan tacit yang terdapat dalam diri
individu yang telah diformulasikan dalam bentuk media lain
agar mudah dipelajari oleh individu lainya dalam sebuah
kelompok, (3) Combination, merupakan kegiatan
mengorganisasikan pengetahuan eksplisit dalam bentuk media
yang sistematis, yang dilakukan dalam beberapa kolompok
dalam sebuah organisasi , (4) Internalization, proses
transformasi pengetahuan dari bentuk ekspilisit kedalam
bentuk tacit proses ini dapat dicontohkan pada proses
belajar yang kemudiaan dapat diikuti (learning by doing).
Gambar.2 Spiral Evolution of Knowledge Conversion
and Self-transcending Process
(Nonaka 1998, 43)Metode Penelitian
Untuk menjawab fokus dan rumusan masalah penelitian,
metode yang digunakan kualitatif pendekatan studi kasus.
Data diperoleh melalui observasi dilapangan, wawancara
mendalam dan dokumentasi. Sumber data yang digunakan untuk
menjawab pertanyaan penelitian yaitu sumber data primer
diperoleh melalui wawancara dengan anggota Group Pasambahan
Cupak Nan Duo.
Objek kajian dalam penelitian ini adalah kegiatan
transfer of indigenous knowledge tradisi lisan pasambahan dalam
Group Pasambahan Cupak Nan Duo di Kelurahan Koto Salayan
Kurai Limo Jorong Kota Bukittinggi. Pemeriksaan keabsahan
data penelitian dilakukan dengan metode trianggulasi
sumber membandingkan hasil penelitian dilapangan, pendapat
pakar dan teori pendukung. Adapun pendapat pakar yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Siti Chaerani Djen
Amar, M.A., Ph.D dengan kepakaran indigenous communication.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Socialization
Proses transfer pengetahuan secara socialization merupakan
transfer pengetahuan tacit dari seorang individu kepada
individu lainnya. Hal ini dijelaskan oleh Nonaka (1988)
sebagai berikut “socialization involves the sharing of tacit knowledge
between individuals. Here, Nishida’s concept of “pure experience”, which is
related to Zen learning, is important” (p.42).
Pada setiap pertemuan yang dilakukan satu kali dalam
satu minggu, setiap peserta berpasangan dengan seorang
guru pasambahan atau anggota dari kelompok yang merupakan
dewan guru. Dalam kegiatan ini, guru memberikan pengarahan
kepada individu mengenai ketetapan pemilihan sajak
berdasarkan maksud dan tujuan pasambahan. Tata krama dalam
menyampaikan pasambahan kepada posisi seseorang didalam
upacara adat, apakah orang yang dituju sebagai si pangka
(tuang rumah), penghulu adat, atau Niniak Mamak. Disamping
itu pengetahuan yang disampaikan juga terkait dengan
dimana sesorang menempatkan posisi dirinya dalam sebuah
upacara yaitu sebagai urang sumando (menantu dirumah
mertuanya) duduk pada deretan pintu kamar, demkian juga
jika ia berposisi sebagai Mamak, Datuak, dan si Alek (tamu).
Model transfer pengetahuan secara socialization merupakan
bentuk komunikasi langsung (direct communication). Model
komunikasi antar individu dalam Group Pasambahan Cupak Nan
Duo sama halnya dengan model komunikasi yang SMCR yang
dipopulerkan oleh Berlo (Mulyana 2007) yaitu Source
(sumber), Message (pesan), Channel (saluran) dan Receiver
(penerima).
Gambar.3Model Komunikasi SMCR
(Mulyana 2007, p.162)
Melalui gambar tersebut dapat dilihat Source dalam
transfer pengetahuan pasambahan adalah guru atau dewan guru
pasambahan yang memiliki skill serta pengetahuan adat
Minangkabau yang mamadai, Message yang disampaikan adalah
sturuktur pasambahan, isi, dan sikap dalam menyampaikan dan
menjawab pasambahan, Channel yaitu secra lisan, dan Reciever
adalah murid atau anggota kelompok yang masih belajar
yaitu para generasi muda kelurahan Koto Salayan Kurai Limo
Jorong Kota Bukittinggi.
b. Externalization
Konversi pengetahuan secara externalization merupakan
proses transformasi dari pengetahuan tacit kepada bentuk
eksplisit.
“externalization requires the expression of tacit knowledge and itstranslation into comprehensible forms that can be understood by other. Inphilosoplical terms, the individual transcends the inner and outer-boundaries of the self. During the externalization stage of the knowledgeprocess, an individual commints to the group and thus becomes one withthe group” (Nonaka 1998, 43).
Proses transformasi pengetahuan secara externalization
yang terjadi di Group Pasambahan Cupak Nan Duo adalah
individu melakukan praktek langsung pasambahan didalam
kelompok. Dalam hal ini terjadi konversi pengetahuan dari
tacit ke eksplisit yaitu para peserta komunikasi mencatat
apa yang disampaikan oleh peserta komunikasi lainya dalam
buku catatan. Disamping itu, terkadang dalam beberapa
bahasan khusus para dewan guru memberikan hand-out kepada
anggota sebagai bahan untuk dipelajari dan untuk
dipraktekkan pada minggu selanjutnya.
Dalam proses externalization ini terdapat proses
konversi pengetahuan antar individu didalam kelompok
tersebut, sehingga lebih menguatkan pemahaman individu
mengenai hal-hal yang belum dimengerti. Senada dengan hal
ini ibu Siti Chaerani Djen Amar, M.A., Ph.D (2012, Juni)
menjelaskan, ketika salah satu anggota dari kelompok
terlupa terhadap sesuatu hal dan disaat yang bersamaan
anggota kelompok lainnya menyampaikan itu maka dapat me-
recall pengetahuan sebelumnya. Externalization merupakan salah
satu cara yang efektif untuk memberikan masukan dan
pengetahuan baru didalam sebuah komunitas atau kelompok,
karena belum tentu setiap orang dapat memahami secara
langsung jika pengetahuan tersebut disampaikan satu kali.
Proses konversi pengetahuan tacit ke eksplisit ini
juga dilakukan oleh individu yang sudah terampil dalam
mengtahui seluk belum pasambahan dengan cara menulis
kumpulan pasambahan berdasarkan jenis upacara adatnya,
misalnya Pasambahan Batagak Gala, Pasambahan Malapeh Marapulai
dan lain sebagainya. Pengetahuan dalam bentuk tacit yang
dimiliki oleh individu telah diformulasikan kedalam bentuk
media lain bertujuan agar dapat dengan mudah dipahami oleh
anggota kelompok tersebut.
c. Combination
Proses combination ini merupakan kegiatan
mengorganisasikan kumpulan pengetahuan eksplisit kedalam
satu bentuk media yang sistematis. Nonaka (1998)
menjelaskan combinatioan dalam prakteknya dapat dilakukan
dalam 3 tahapan seperti berikut, yaitu menangkap dan
mengitegrasikan pengetahuan, mengumpulkan pengetahuan
lainnya dari luar organisasi, selanjutnya menyebarkan
pengetahuan eksplisit dengan cara mentransferkannya secara
langsung melalui persentasi pada sebuah pertemuan.
Terakhir dilakukan pengeditan atau memproses pengetahuan
eksplisit agar dapat dengan mudah digunakan.
Dalam hal ini belum dilakukan oleh Group Pasmahan Cupak
Nan Duo, namun penulisan secara sistematis dalam bentuk
buku, atau kaset telah dilakukan oleh para peneliti
terdahulu dan para pencinta tradisi lisan pasambahan.
Disamping itu, Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau
(LKAAM) Kurai Limo Jorong Kota Bukittinggi meyebarluaskan
pengetahuan ekspilisit tersebut dengan melakukan seminar
dan pelatihan di Kota Bukittinggi. Penulisan buku
pasambahan yang telah diterbitkan yaitu Panitahan Kurai Limo
Jorong Kota Bukittinggi, berisikan berbagai macam pasambahan yang
dilakukan dalam upacara adat di Kota Bukittinggi.
d. Internalization
Internalization merupakan proses transformasi pengetahuan
dari bentuk ekspilisit kedalam bentuk tacit. Hal tersebut
dijelaskan oleh Nonaka sebagai berikut ini.
“the internalization of newly created knowledge is the conversion ofexplicit knowledge into organization’s tacit knowledge. This requires theindividual to identify the knowledge relevant for one’s self within theorganization knowledge. That again requires finding one’s self in a largerentity. Learning by doing, training, an exercises allow the individual toaccess the knowledge realm of the group and entire organization”(Nonaka 1998, 45)
Proses transfer secara Internalisasi pengetahuan yang
terjadi dalam Group Pasambahan Cupak Nan Duo, yaitu konsep
learning by doing. Para anggota dilibatkan langsung dalam
berbagai upacara adat dilingkungan kelurahan Koto Salayan.
Melalui tradisi lisan pasambahan yang dilakukan dalam
upacara adat tersebut para anggota dapat mepelajari
tuturan pasambahan yang digunakan sesuai dengan konteks
acara, cara para penutur pasambahan bersikap dalam
menyampaikan dan mengalamatkan pasambahan. Disamping itu,
mengajak para anggota Group Pasambahan Cupak Nan Duo terlibat
lansung agar perorangan dapat memahami pengetahuan
tersebut sehingga dapat mempraktekkanya dengan baik tanpa
harus melihat teks.
Konversi pengetahuan yang terjadi didalam organisasi
secara internalization merupakan salah satu bentuk proses
pengetahuan eksplisit ke pengetauan tacit. Pemahaman yang
di peroleh oleh masing-masing individu melalui
pembelajaran partisipasi langsung pada upacara adat akan
tersimpan dalam memori individu tersebut dalam bentuk tacit
knowledge.
Kesimpulan
Bentuk partisipasi masyarakat lokal dalam
mempersiapkan generasi muda untuk mempertahankan
eksistensi tradisi lisan pasambahan yaitu membentuk
kelompok khusus mempelajari pengetahuan pasambahan.
Transfer pengetahuan yang dilakukan melalui SECI model,
(socialization, externalization, combination and internalization) melibatkan
para pemangku adat Minangkabau, pewaris pengetahuan dan
para pelaku tradisi lisan pasambahan. Hal tersebut
konsisten dilakukan masyarakat dari generasi ke generasi
untuk mempertahankan eksistensi tradisi lisan hingga
generasi yang akan datang.
Dengan demikian, transfer pengetahuan tradisi lisan
pasambahan dalam Group Pasambahan Cupak Nan Duo dilakukan
secara lisan dan tulisan. Konverspi pengetahuan secara (1)
Socialization, dilakukan antar individu secara lisan sesuai
dengan model komunikasi SMCR; (2) Externalization, terjadi
pertukaran informasi dalam kelompok dan pada tahapan ini
anggota kelompok membuat catatan sehingga pengetahuan
dapat dipelajari secara eksplisit; (3) Combination, yaitu
dengan mengumpulkan pengetahuan dalam media informasi
dalam bentuk buku; dan (4) Internalization, dilakukan dengan
learning by doing yaitu para anggota terlibat langsung dalam
kegiatan pasambahan sehingga dapat memahami dan melengkapi
pengetahuan belumnya serta dapat metransfer kepada
generasi selanjutnya.
Reference List
Amar, Siti Chaerani Djen. 2012. Wawancara 25 Juni 2012Pukul 09.36 WIB. Fadli, M. 2012. Preservasi Pengetahuan Masyarakat
Minangkabau Tentang Tradisi Lisan Pasambahan melaluiKegiatan Exchange of Indigenous Knowledge: Studi KasusKegiatan Exchange of Indigenous Knowledge Dalam PreservasiPengetahuan Masyarakat Minangkabau Tentang TradisiLisan Pasambahan Malapeh Marapulai Di Kelurahan KotoSelayan Kurai Limo Jorong Kota Bukittinggi. Skripsi.Fakultas Ilmu Komunikasi. Universitas Padjadjaran.
Fadli, M., Wina Erwina, dan Nurmaya Prahatmaja. 2012.Preservasi Pengetahuan Masyarakat Minangkabau TentangTradisi Lisan Pasambahan Melalui Kegiatan ‘Exchangeof Indigenous Knowledge’. Jurnal Kajian Ilmu Informasi danPerpustakaan. Vol 1(1): pp.67-72.
Hart, Elisa. 1995. Getting Started in Oral Traditions Research.Occasional Papers of the Prince Of Wales Northern HeritageCentre,Yellowknife:Goverment of the NorthwestTerritories.
Mulyana, Deddy. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: Rosda Karya.
Nonaka, Ikujiro. 1998."The Concept of "Ba" Building A Foundation For Knowledge Creation." California Management Review Vol.4 No.3: 40-54.
Paeni, Mukhlis. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia Bahasa,Sastra dan Aksara. Jakarta: Rajawali Pers.
Sangkala. 2007. Knowledge Management. Jakarta: Grafindo Persada.
Slikkeveer, L.J. 2012. Indigenous Knowledge System for Health Communication and Information in Indonesia.
World Bank. 1998. Indigenous Knowledge For Development A Framework For Action. Africa: Knowledge and Learning Center
Africa Region.
Yusriwal. 2005. Kieh Pasambahan Manjapuik Marapulai di Minangkabau: kajian estetika dan semiotika. Padang: Pusat Kajian Islam dan Minangkabau (PPIM) Sumatera Barat
Author Biographies
M.Fadli, S.Sos., merupakan mahasiswa Program Magister IlmuKomunikasi dengan bidang kajian Ilmu Informasi danPerpustakaan. Aktif diskusi ilmiah dan penelitian danpengabdian pada masyarakat dengan pendokumentasianpengetahuan lokal, pelestarian pengetahuan lokal dankegiatan kebudayaan lainnya. Beberapa diantaranya (1)Anggota tim penelitian pada masyarakat “Research of Phonology,Folklor and Theatre area Asam Pulau Kab. Padang Pariaman in WestSumatera” pada tahun 2007; (2) Penelitian “PreservasiPengetahuan Lokal Masyarakat Minangkabau Tentang TradisiLisan Pasambahan Melalui Kegiatan Exchange of IndigenousKnowledge” pada tahun 2012 yang diterbitkan di JurnalKajian Ilmu Informasi dan Perpustakaan Vol 1(1) Tahun2012; (3) Tim Penyusun Modul Panduan TeknisPendokumentasian Pengetahuan Lokal (Indigenous Knowledge)Dalam Bidang Pertanian, Kabupaten Tasikmalaya, 2013; dan(4) Peserta Program Student Exchange Indonesia- MalaysiaSisters Cities Negara Serumpun Bukittinggi- Seremban membawamisi kebudayaan pada tahun 2006.
Wina Erwina, M.A Dosen Departemen Ilmu Informasi danPerpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi, mengampu matakuliah Dokumentasi Budaya dan Kajian Informasi DalamBudaya. Aktif dalam pengembangan Ilmu Informasi danPerpustakaan, beberapa penelitian yang telah dilakukan,(1) Transfer of Indigenous Knowledge Agricultural Knowledge System In
Halimun: An approach to the communication process of indigenousagricultural knowledge systems in Sirnasara village Mount halimun area, WestJava, Indonesia. LEIDEN UNIVERSITY The Netherlands; (2) Menyampaikanmakalah Digital Archive Systems pada International Workshop ofDigitalization Human Evolution and Development Documentation & Archive diLeiden, Belanda Tahun 2011; (3) Project System DigitalizesHistorische Archive HEAD (Leiden University ) The Netherlands; dan (4)Tim Penyusun Modul Panduan Teknis PendokumentasianPengetahuan Lokal (Indigenous Knowledge) Dalam BidangPertanian, Kabupaten Tasikmalaya, 2013.
Nurmaya Prahatmaja, M.A Dosen Departemen Ilmu Informasidan Perpustakaan pada mata kuliah Dokumentasi, Kearsipan,dan Katalogisasi. Aktif dalam pengembangan Ilmu Informasidan Perpustakaan, beberapa penelitian yang telahdilakukan, (1) The Documentation of Traditional Culture in Enriching TheCulture Library: Case study on traditional culture of Java documentationefforst in Surakarta, Central Java, Indonesia. Gadjah Mada University,Yogyakarta; (2) Anggota Tim Project System Digitalizes HistorischeArchive HEAD (Leiden University) The Netherlands; dan (3)Ketua/Anggota Peneliti dalam bidang dokumentasi,kearsipan, perpustakaan, serta museum dari tahun 2005 –sekarang.