Muchammad Ridho Effendi 16.H1.004 - Unika Repository

64
Laporan Praktik Kerja Lapangan PENYESUAIAN DATA SPT MASA PPN DAN SPT PPH PT. PSM Disusun Oleh: Muchammad Ridho Effendi 16.H1.0049 PROGRAM STUDI PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2019

Transcript of Muchammad Ridho Effendi 16.H1.004 - Unika Repository

Laporan Praktik Kerja Lapangan

PENYESUAIAN DATA SPT MASA PPN DAN SPT PPH PT. PSM

Disusun Oleh:

Muchammad Ridho Effendi

16.H1.0049

PROGRAM STUDI PERPAJAKAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2019

Laporan Praktik Kerja Lapangan

PENYESUAIAN DATA SPT MASA PPN DAN SPT PPH PT. PSM

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

Pada Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Katolik Soegijapranata

Disusun Oleh:

Muchammad Ridho Effendi

16.H1.0049

PROGRAM STUDI PERPAJAKAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2019

HALAMAN MOTTO

“Man Jadda Wajada ( Siapa yang Bersungguh – sungguh akan berhasil ), Man

Shobaro Zafiro ( Siapa yang Bersabar akan Beruntung ), Man Saaro „Alaa Darbi

Washola ( Siapa yang berjalan di jalur – Nya akan sampai )”.

HALAMAN PERSEMBAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul “PENYESUAIAN DATA SPT

MASA PPN DAN SPT PPH PT. PSM” ini penulis persembahkan kepada :

1. Allah SWT

2. Orang Tua

3. Seluruh Keluarga dan Para Sahabat

4. Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

5. Program Studi D-III Perpajakan

6. Para dosen pengajar di Program Studi Perpajakan

7. Dosen Pembimbing Bapak Drs. Theodorus Sudimin, MS

HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Nama : Muchammad Ridho Effendi

Nim : 16.H1.0049

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Program Studi : D-3 Perpajakan

Judul : Penyesuaian Data SPT Masa PPN dan SPT PPh

PT PSM

Disetujui di Semarang, 13 September 2019

Dosen Pembimbing

Drs. Theodorus Sudimin, MS

HALAMAN PENGESAHAN

Penelitian dengan judul : Penyesuaian Data SPT Masa PPN dan SPT PPh PT

PSM

Yang disusun oleh :

Nama : Muchammad Ridho Effendi

NIM : 16. H1. 0049

Telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal 27 September 2019 dan

dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai salah satu persyaratan

untuk mencapai Ahli Madya Perpajakan.

Koordinator Penguji Penguji

Agnes Arie MC, SE, M.Si, BKP, CA M.Si Shandy Jannifer M, SE.

NPP . 058.1.2005.267 NPP. 058.1.2014.286

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Dr. Octavianus D. Hartomo, M.Si., Akt.

NPP . 058.1.1995.170

PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Muchammad Ridho Effendi

NIM : 16. H1. 0049

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Program Studi : Perpajakan

Menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir ini adalah benar hasil karya saya sendiri.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya plagiasi, manipulasi, dan bentuk

kecurangan lainnya, saya bersedia untuk menerima sanksi dalam bentuk apapun

dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Semarang, 28 Oktober 2019

Muchammad Ridho Effendi

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan

karunia Nya telah memberikan kemudahan pada setiap proses sehingga saya dapat

menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “Penyesuaian Data SPT Masa PPN

dan SPT PPh PT PSM” dengan baik.

Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini bertujuan untuk memenuhi

salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan D-III Perpajakan di Universitas

Katolik Soegijapranata. Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan

terimakasih kepada :

1. Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah Nya memberi

kelancaran pada setiap proses.

2. Bapak Dr. Octavianus Digdo Hartono, M.Si, Akt selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Soegijapranata

Semarang.

3. Ibu Agnes Arie MC.,SE.,M.Si.,Akt.,BKP selaku Ketua Program

Studi D-III Perpajakan Universitas Katolik Soegijapranata

Semarang.

4. Bapak Drs. Theodorus Sudimin, MS selaku dosen pembimbing

dalam penyusunan tugas akhir.

5. Bapak dan Ibu selaku dosen pengajar di Program Studi Universitas

Katolik Soegijapranata.

6. Orang tua yang saya cintai Bapak Jimmy dan Ibu Aulia senantiasa

memberi arahan, semangat serta doa pada setiap kesempatan.

7. Keluarga besar yang selalu ikut serta memberi semangat dan

dukungan.

8. Teman – teman Olyvia, Apelina, Rio, Kombaitan, Pengkol, Bebo,

SMALA LIAR, INDEPENDENT FREEDOM yang turut

membantu dan memberi semangat pada setiap proses penulisan

tugas akhir ini.

9. Serta seluruh pihak yang terkait dalam penulisan tugas akhir ini.

Semoga Laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat memberi manfaat dan

membantu proses penelitian berikutnya.

Semarang, 28 Oktober 2019

Penulis

ABSTRAK

Setiap Pengusaha Kena Pajak memiliki kewajiban untuk melaporkan PPN

dan PPh pada akhir tahun. Data yang dilaporkan harus sesuai, apabila terjadi

perbedaan maka dapat menimbulkan kecurigaan seperti yang dialami oleh PT

PSM. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penghitungan dan

ketidaksesuaian antara data PPN dan PPh PT PSM tahun 2017 serta mencari

penyelesaian permasalahan. Penulis menggunakan data sekunder berupa SPT PPh

dan PPN PT PSM tahun 2017 yang dikumpulkan dari KKP Indo Karya Konsultan

menggunakan metode wawancara dan kepustakaan kemudian dianalisis dengan

metode deskriptif kuantitatif. PT PSM telah membayar dan melaporkan SPT

dengan tepat waktu. Pada Maret 2019 PT PSM mendapatkan surat dari KPP

bahwa penghasilan bruto yang dilaporkan pada SPT PPh dan PPN berbeda dan

ternyata disebabkan adanya retur yang belum dicatat. Setelah melakukan

pembetulan SPT PPh maka PPh terutang PT PSM menjadi lebih bayar dan

dilakukan pemindahbukuan. PT PSM disarankan untuk rutin menyesuaikan data

antara SPT PPh dan PPN.

Kata Kunci : PPh, PPN, Penghasilan Bruto, Retur.

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................... i

HALAMAN MOTTO.............................................................................................. ........... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN. ....................................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN ....................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN ......................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ vii

ABSTRAK ......................................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 3

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 3

1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................................... 7

2.1 Dasar-Dasar Perpajakan ....................................................................................... 7

2.1.1 Pengertian Pajak ............................................................................................... 7

2.1.2 Fungsi Pajak ..................................................................................................... 8

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak................................................................................. 8

2.2 Surat Pemberitahuan (SPT) .................................................................................. 9

2.2.1 Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) ............................................................ 9

2.2.2 Jenis SPT ........................................................................................................ 10

2.2.3 Batas Waktu Penyampaian SPT ...................................................................... 10

2.2.4 Pembetulan SPT ..............................................................................................11

2.3 Pajak Penghasilan ............................................................................................... 12

2.3.1 Subjek Pajak Penghasilan ............................................................................... 12

2.3.2 Objek Pajak Penghasilan ................................................................................ 13

2.3.3 Tidak Termasuk Objek Pajak Penghasilan ..................................................... 14

2.4 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ......................................................................... 16

2.4.1 Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai ........................................................... 16

2.4.2 Subjek Pajak Pertambahan Nilai .................................................................... 17

2.4.3 Objek Pajak Pertambahan Nilai ...................................................................... 17

2.5 Pemindahbukuan ................................................................................................ 18

2.6 Kompensasi ........................................................................................................ 20

2.7 Restitusi .............................................................................................................. 21

2.8 Sanksi Administrasi Perpajakan ......................................................................... 21

2.8.1 Bunga .............................................................................................................. 22

2.8.2 Kenaikan ......................................................................................................... 22

2.8.3 Denda Terlambat atau Tidak Menyampaiakan SPT ....................................... 22

BAB III GAMBARAN UMUM DAN METODE PENELITIAN ............................... 24

3.1. Profil Kantor Konsultan Pajak CV.Indo Karya Konsultan ................................. 24

3.2. Struktur Organisasi CV.Indo Karya Konsultan ................................................. 24

3.3 Metodologi Penelitian ........................................................................................ 27

3.3.1 Jenis Data .......................................................................................................... 27

3.3.2 Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 27

3.3.3 Metode Analisis Data ........................................................................................ 28

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................ 29

4.1. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan PT PSM Tahun 2017 ................................ 29

4.2. Permasalahan PT PSM ....................................................................................... 34

4.3. Penyebab Permasalahan PT PSM ....................................................................... 35

4.4. Penyelesaian Permasalahan PT PSM ................................................................. 39

BAB V PENUTUP ......................................................................................................... 44

5.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 44

5.2 Saran ................................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 47

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rincian PPN PT PSM Tahun 2017 .................................................................... 30

Tabel 4.2 Laporan Laba Rugi PT PSM Tahun 2017 ......................................................... 31

Tabel 4.3 Perbedaan Penghasilan Bruto PT PSM ............................................................. 34

Tabel 4.4 Rincian PPN PT PSM Tahun 2017 Sebelum dan Setelah Retur ....................... 37

Tabel 4.5 Penghasilan Bruto PT PSM Tahun 2017 ........................................................... 40

Tabel 4.6 PPh Terutang PT PSM Sebelum dan Setelah Pembetulan ................................ 42

Tabel 4.7 Pemindahbukuan PT PSM Tahun 2017 ............................................................. 43

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi ........................................................................................ 24

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan bagi negara Indonesia.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 1 pajak adalah

kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya keperluan rakyat. Pajak sendiri terdiri dari berbagai macam jenis.

Berdasarkan sifatnya pajak dapat dibedakan menjadi pajak subjektif dan pajak

objektif. Pajak subjktif adalah pajak yang dikenakan berdasarkan keadaan subjek

pajak (Mardiasmo, 2016). Contoh pajak subjektif yaitu Pajak Penghasilan (PPh).

Sedangkan pajak objektif merupakan pajak yang dikenakan berdasarkan objeknya

tanpa memperhatikan kondisi atau keadaan subjek pajak (Mardismo, 2016).

Contoh jenis pajak objektif yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Setiap orang maupun badan yang mempunyai hak dan kewajiban

perpajakan disebut sebagai wajib pajak. Setiap wajib pajak mempunyai kewajiban

untuk menghitung, membayar dan melaporkan pajak yang terutang secara

mandiri. Hal ini sesuai dengan sistem pemungutan pajak di Indonesia yaitu self

assesment system. Selain itu khusus bagi wajib pajak yang melakukan kegiatan

usaha terkait penyerahan barang maupun jasa kena pajak dan omzetnya telah

melebihi Rp 4.800.000.000 per tahun maka wajib untuk mendaftarkan diri ke

2

Kantor Pelayanan Pajak untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

Namun bagi wajib pajak yang omzet setiap tahunnya masih kurang dari Rp

4.800.000.000 tetap diperbolehkan apabila ingin mendaftarkan diri untuk

dikukuhkan sebagai PKP.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 yang dimaksud

dengan Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak. Setiap PKP

memiliki kewajiban untuk memungut PPN setiap terjadi transaksi penyerahan

Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak, kemudian menyetor dan melaporkan

PPN yang terutang pada setiap masa pajak. Kewajiban untuk menyetor dan

melaporkan PPN tersebut wajib dilakukan paling lambat akhir bulan berikutnya

setelah berakhirnya masa pajak. PPN dilaporkan menggunakan Surat

Pemberitahuan (SPT) Masa PPN dan apabila mengalami keterlambatan maka

dapat dikenakan sanksi administrasi perpajakan berupa denda sebesar Rp 500.000.

Namun selain memiliki kewajiban untuk melaporkan PPN, setiap PKP

juga memiliki kewajiban untuk menghitung, membayar dan melaporkan Pajak

Penghasilan (PPh) atas penghasilan yang diterimanya dari menjalankan kegiatan

usaha pada akhir tahun. Setiap wajib pajak baik orang pribadi maupun badan,

terlepas dari kewajibannya sebagai PKP, masih memiliki kewajiban untuk

membayar dan melaporkan pajak atas penghasilan yang diterimanya selama satu

tahun. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan disebutkan bahwa wajib pajak orang pribadi

melaporkan kewajiban PPh menggunakan formulir SPT 1770 paling lambat tiga

3

bulan setelah akhir tahun pajak berikutnya. Sedangkan wajib pajak badan

melaporkan PPh menggunakan SPT 1771 paling lambat empat bulan setelah akhir

tahun pajak berikutnya. Dengan demikian PKP memiliki dua kewajiban dalam

bidang perpajakan, yaitu melaporkan PPN dan PPh.

Dalam hal ini data yang dilaporkan oleh PKP harus sesuai antara yang

dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN dan Surat Pemberitahuan

(SPT) Tahunan PPh. Apabila terjadi perbedaan jumlah penghasilan yang

dilaporkan maka dapat menimbulkan kecurigaan bagi petugas pajak yang dapat

berdampak pada dilakukannya pemeriksaan. Apabila DJP sampai melakukan

pemeriksaan maka akan dapat merugikan PKP yang bersangkutan karena akan

dikenakan sanksi perpajakan. Oleh karena itu setiap PKP harus melaksanakan

kewajiban perpajakannya dengan benar. Permasalahan ketidakcocokan data antara

yang dilaporkan dalam SPT Masa PPN dan SPT Tahunan PPh tersebut juga

dialami oleh PT PSM. PT PSM merupakan perusahaan yang bergerak dalam

bidang perdagangan. PT PSM mendapat surat dari KPP Pratama Semarang

Tengah untuk melakukan konfirmasi karena terdapat perbedaan jumlah

penghasilan bruto yang dilaporkan dalam SPT Masa PPN dan SPT Tahunan PPh

selama tahun 2017.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis menyusun Laporan

Praktik Kerja Lapangan dengan judul “Penyesuaian Data SPT Masa PPN dan SPT

PPh PT PSM”.

4

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penghitungan PPN dan PPh Badan PT PSM selama tahun

2017?

2. Apa yang menyebabkan ketidaksesuaian data PPN dan PPh Badan PT

PSM?

3. Bagaimana penyelesaian permasalahan yang harus dilakukan PT PSM?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui penghitungan PPN dan PPh Badan PT PSM selama

tahun 2017

2. Untuk mengetahui ketidaksesuaian data PPN dan PPh Badan PT PSM

3. Untuk mengetahui penyelesaian permasalahan yang harus dilakukan PT

PSM

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan penulis dalam melakukan pembahasan mengenai

penghitungan, penyetoran dan pelaporan PPN dan PPh yang benar sesuai

dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

2. Bagi PT PSM

Sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi PT PSM terkait penghitungan,

penyetoran dan pelaporan PPN dan PPh yang telah dilakukan selama ini

5

sehingga dapat menghindari kesalahan-kesalahan yang akan menimbulkan

permasalahan di kemudian hari.

3. Bagi Pembaca

Menjadi tambahan informasi bagi para pembaca mengenai penghitungan,

penyetoran dan pelaporan PPN dan PPh yang benar sesuai dengan

peraturan perpajakan yang berlaku.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan laporan.

BAB II LANDASAN TEORI

Penulis membahas teori-teori yang berhubungan dengan topik

permasalahan yang akan dibahas dalam laporan ini. Teori tersebut penulis

gunakan sebagai dasar dalam mencari solusi atau pemecahan masalah.

BAB III GAMBARAN UMUM DAN METODE PENELITIAN

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai deskripsi KKP yang menjadi

tempat penulis melaksanakan PKL serta menguraikan mengenai metode

penelitian dan jenis data yang penulis gunakan dalam menyusun laporan.

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis melakukan pembahasan satu persatu mengenai

rumusan masalah yang telah ditampilkan dalam bab sebelumnya secara

lebih rinci.

6

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang penulis tuliskan berdasarkan

hasil pembahasan dalam bab-bab sebelumnya.

7

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang mendukung

permasalahan yang dibahas dalam Laporan Praktik Kerja Lapangan. Teori-teori

tersebut diambil dari berbagai sumber seperti buku, peraturan pemerintah dan

Undang-Undang. Teori yang ditampilkan dalam bab ini berkaitan dengan bidang

ilmu perpajakan mulai dari dasar-dasar perpajakan, Pajak Penghasilan dan Pajak

Pertambahan Nilai. Berikut ini merupakan teori-teori yang digunakan penulis

sebagai dasar pembahasan masalah dalam Laporan Praktik Kerja Lapangan.

2.1. Dasar-Dasar Perpajakan

2.1.1. Pengertian Pajak

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (yang dapat

dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-

peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat

ditunjukkan dan yang gunanya adalah untuk membayar pengeluaran-

pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan

pemerintahan (Sukardji, 2003:1).

2.1.2. Fungsi Pajak

Fungsi pajak dalam pemerintahan yaitu (Mardiasmo, 2016) :

8

1. Fungsi Anggaran (Budgetair)

Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah

untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Contoh: pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras

untuk mengurangi konsumsi minuman keras.

2.1.3. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2016), terdapat tiga sistem pemungutan pajak

antara lain :

1. Official Assessment System

Sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang

terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada

pada fiskus.

b. Wajib Pajak bersifat pasif.

c. Utang pajak timbul setelah di keluarkan surat ketetapan

pajak oleh fiskus.

9

2. Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

Wajib Pajak untuk menentukan sendiri untuk menentukan

pajak yang terutang. Ciri-cirinya:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada

pada Wajib Pajak sendiri.

b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang.

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

3. Withholding System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak) untuk

memotong atau memungut pajak yang terutang. Ciri-cirinya:

wewenang memungut pajak yang terutang ada pada pihak

ketiga, yaitu pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

2.2. Surat Pemberitahuan (SPT)

2.2.1. Pengertian SPT

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, SPT adalah surat yang

digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan penghitungan dan/atau

pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau

10

harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan.

2.2.2. Jenis SPT

Secara umum SPT dapat dibedakan menjadi dua yaitu (Mardiasmo,

2016):

1. Surat Pemberitahuan Masa, yaitu Surat Pemberitahuan untuk suatu

Masa Pajak. SPT Masa yang terdiri dari :

a. SPT Masa Pajak Penghasilan

b. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai

c. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut PPN

2. Surat Pemberitahuan Tahunan, yaitu Surat Pemberitahuan untuk

suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak. Hanya terdapat satu

jenis SPT Tahunan yaitu SPT Tahunan Pajak Penghasilan

Sedangkan jika dilihat dari bentuknya, SPT dapat dibagi ke dalam dua

bentuk:

1. Formulir kertas (hardcopy).

2. Dokumen elektronik (softcopy).

2.2.3. Batas Waktu Penyampaian SPT

Menurut Mardiasmo (2016), SPT paling lambat disampaikan yaitu :

1. SPT Masa harus disampaikan paling lambat dua puluh hari setelah

Masa Pajak yang bersangkutan berakhir. Terdapat pengecualian

11

untuk SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai yang wajib disampaikan

paling lambat akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

2. SPT Tahunan Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak orang pribadi

wajib dilaporkan ke KPP paling lama tiga bulan setelah

berakhirnya suatu Tahun Pajak.

3. SPT Tahunan Pajak bagi Penghasilan Wajib Pajak badan harus

disampaikan ke KPP maksimal empat bulan setelah suatu Tahun

Pajak yang bersangkutan berakhir.

2.2.4. Pembetulan SPT

Seperti dikutip dari Mardiasmo (2016), Wajib Pajak dengan kemauan

sendiri dapat melakukan pembetulan SPT yang telah disampaikan sebelumnya

dengan menyampaikan pernyataan tertulis. Hal ini dapat dilakukan Wajib Pajak

apabila Direktur Jenderal Pajak belum melakukan pemeriksaan. Kemudian

apabila dalam pembetulan SPT menyatakan terjadi kerugian atau lebih bayar,

maka pembetulan SPT harus disampaikan paling lama dua tahun sebelum

daluwarsa penetapan.

Wajib Pajak dapat mengungkapkan ketidakbenaran pengisian Surat

Pemberitahuan yang dibuat dengan kesadaran sendiri dalam laporan tersendiri

dan telah disampaikan sesuai dengan kondisi sebenarnya, yang dapat

mengakibatkan (Mardiasmo, 2016) :

1. Pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil,

2. Rugi fiskal menjadi lebih kecil atau lebih besar.

12

3. Jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil.

4. Jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil.

Dalam hal ini apabila pengungkapan ketidakbenaran tersebut

menimbulkan pajak yang kurang dibayar maka akan dikenakan sanksi

administrasi berupa kenaikan sebesar 50% dari pajak yang kurang dibayar.

Pokok pajak dan sanksi administrasi tersebut harus dilunasi oleh Wajib Pajak

sebelum menyampaikan laporan tersendiri (Mardiasmo, 2016).

2.3. Pajak Penghasilan

2.3.1. Subjek Pajak Penghasilan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak

Penghasilan disebutkan bahwa subjek pajak penghasilan yaitu:

1. Orang pribadi

2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak

3. Badan

4. Bentuk Usaha Tetap (BUT)

2.3.2. Objek Pajak Penghasilan

Objek Pajak Penghasilan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2008 adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis

yang diperoleh Wajib Pajak, yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri,

13

yang dapat digunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan, dengan nama

dan dalam bentuk apapun, termasuk:

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,

komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk

lainnya

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan

3. Laba usaha

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai

biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak

6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang

7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari

perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil

usaha koperasi

8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta

10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah

tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah

12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing

13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva

14

14. Premi asuransi

15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang

terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas

16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak

17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah

18. Imbalan bunga

19. Surplus Bank Indonesia.

2.3.3. Tidak Termasuk Objek Pajak Penghasilan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak

Penghasilan disebutkan bahwa yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan

yaitu:

1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan

amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh

pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau

sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang

diakui di Indonesia,

2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan,

badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang

menjalankan usaha mikro dan kecil

3. Warisan

15

4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai

pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal

5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa

yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau

kenikmatan

6. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi

sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi

jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa

7. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan

terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri dengan syarat dividen

berasal dari cadangan laba yang ditahan dan kepemilikan saham

paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor

8. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya

telah disahkan Menteri Keuangan

9. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun

10. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham

11. Penghasilan yang diterima perusahaan modal ventura berupa bagian

laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha

di Indonesia dengan syarat sahamnya tidak diperdagangkan di bursa

efek Indonesia

12. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu

16

13. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh lembaga nirlaba yang bergerak

dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan

pengembangan yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan

prasarana kegiatan pendidikan dalam jangka waktu paling lama 4

tahun

14. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu

2.4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

2.4.1. Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai

Karakteristik PPN di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut (Sukardji,

2003) :

1. PPN merupakan Pajak Tidak Langsung

Beban pajak akan dialihkan kepada pihak lain yaitu pihak yang

akan mengkonsumsi barang atau jasa yang menjadi objek pajak.

2. Pajak Objektif

Pajak objektif merupakan suatu jenis pajak yang akan

menimbulkan kewajiban pajak berdasarkan faktor objektif. Sebagai

pajak objektif, timbulnya kewajiban untuk membayar Pajak

Pertambahan Nilai ditentukan oleh adanya adanya objek pajak.

Pajak Pertambahan Nilai tidak membedakan antara konsumen yang

berpenghasilan tinggi dengan berpenghasilan rendah (Sukardji,

2003).

17

3. Multi Stage Tax

Multi stage tax adalah karakteristik Pajak Petambahan Nilai yang

dikenakan pada setiap jalur produksi dan jalur distribusi. Setiap

penyerahan barang yang menjadi objek Pajak Pertambahan Nilai

mulai dari tingkat pabrikan (manufactur) kemudian ditingkat

pedagang besar (wholesaler) dalam berbagai bentuk sampai dengan

tingkat pedagang pengecer (retailer) dikenakan Pajak Pertambahan

Nilai (Sukardji, 2003).

2.4.2. Subjek Pajak Pertambahan Nilai

Seperti dikutip dari Mardiasmo (2016), subjek PPN dibedakan menjadi:

1. Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena

Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak

Pertambahan Nilai.

2. Bukan Pengusaha Kena Pajak

PPN tetap terutang meskipun pengusaha yang melakukan kegiatan

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak belum

dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

18

2.4.3. Objek Pajak Pertambahan Nilai

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak

Pertambahan Nilai disebutkan bahwa PPN dikenakan atas kegiatan-

kegiatan sebagai berikut :

1. Penyerahan BKP di dalam daerah yang dilakukan oleh pengusaha.

2. Impor BKP. Pemungutan pajak saat impor BKP dilakukan melalui

Direktorat Jendral Bea dan Cukai.

3. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

PKP. Penyerahan JKP adalah setiap kegiatan pemberian JKP,

termasuk JKP yang digunakan untuk kepentingan sendiri dan JKP

yang diberikan secara cuma-cuma.

4. Pemanfaatan BKP tidak bewujud dari luar Daerah Pabean di dalam

Daerah Pabean. Pemanfaatan BKP tidak bewujud dari luar Daerah

Pabean oleh siapapun, dikenakan PPN.

5. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah

Pabean. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam

Daerah Pabean dapat berupa jasa konsultan asing yang

memberikan jasa manajemen, jasa teknik, dan jasa lain di dalam

Daerah Pabean.

6. Ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP. Ekspor BKP dikenakan

PPN, hanya jika yang melakukan adalah Pengusaha telah

dikukuhkan sebagai PKP.

7. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP

19

8. Ekspor BKP

2.5. Pemindahbukuan

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

242/PMK.03/2014 Pasal 1 Tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak

yang dimaksud dengan Pemindahbukuan (Pbk) adalah suatu proses

memindahbukukan penerimaan pajak untuk dibukukan pada penerimaan pajak

yang sesuai.

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

242/PMK.03/2014 Pasal 16 Tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak

dijelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan

pemindahbukuan antara lain :

1. Dalam hal terjadi kesalahan pembayaran atau penyetoran pajak, Wajib

Pajak dapat mengajukan permohonan Pemindahbukuan kepada Direktur

Jenderal Pajak.

2. Pemindahbukuan dapat dilakukan dalam hal sebagai berikut :

a. Adanya kesalahan dalam pengisian formulir SSP dan SSPCP.

b. Adanya kesalahan dalam pengisian data pembayaran pajak yang

dilakukan melalui sistem pembayaran pajak secara elektronik

sebagaimana tertera dalam BPN.

c. Adanya kesalahan perekaman atas SSPyang dilakukan Bank Persepsi

atau Kantor Pos Persepsi.

20

d. Adanya kesalahan perekaman atau pengisian Bukti Pbk oleh pegawai

DJP

e. Dalam rangka pemecahan setoran pajak menjadi beberapa jenis pajak

atau setoran beberapa Wajib Pajak, dan/atau objek pajak PBB.

f. Pemindahbukuan karena jumlah pembayaran pada SSP, BPN, atau

Bukti Pbk lebih besar daripada pajak yang terutang dalam Surat

Pemberitahuan, Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan, pemberitahuan

pabean impor, dokumen cukai.

g. Pemindahbukuan karena sebab lain yang diatur oleh Direktur Jenderal

Pajak.

3. Pemindahbukuan atas pembayaran pajak tidak dapat dilakukan apabila

terjadi hal sebagai berikut :

a. Pemindahbukuan atas SSP yang kedudukannya dipersamakan dengan

Faktur Pajak, yang tidak dapat dikreditkan berdasarkan ketentuan

Undang-Undang PPN.

b. Pemindahbukuan ke pembayaran PPN atas objek pajak yang harus

dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dengan menggunakan SSP yang

kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak.

c. Pemindahbukuan ke pelunasan Bea Meterai yang dilakukan dengan

membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan mesin teraan meterai

digital.

21

2.6. Kompensasi

Dalam Pasal 9 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 disebutkan

bahwa apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan

lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak

yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. Dalam hal jumlah Pajak

Masukan lebih besar daripada Pajak Keluaran menandakan bahwa PKP yang

bersangkutan lebih banyak melakukan pembelian (dipungut) daripada penjualan

(memungut). Apabila pada masa pajak brikutya PKP mengalami kurang bayar

maka kompensasi atas PPN lebih bayar dri masa sebelumnya dapat mengurangi

jumlah PPN kurang bayar tersebut.

2.7. Restitusi

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

72/PMK.03/2010 disebutkan bahwa Pengusaha Kena Pajak (PKP) dapat

mengajukan permohonan pengembalian kelebihan PPN dengan melakukan 2

(dua) cara yaitu pertama dengan cara mengisi (memberi tanda silang) pada kolom

"Dikembalikan (Restitusi)"; atau dengan cara membuat surat permohonan

tersendiri apabila kolom "Dikembalikan (Restitusi)" dalam SPT Masa PPN tidak

diisi atau tidak mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan PPN.

Selain itu terdapat 2 (dua) hal yang harus diperhatikan oleh Pengusaha Kena Pajak

(PKP) dalam mengajukan permohonan pengembalian pembayaran kelebihan

pajak (restitusi) yaitu permohonan pengembalian kelebihan PPN diajukan kepada

22

KPP tempat Pengusaha Kena Pajak (PKP) dikukuhkan dan satu permohonan

pengembalian kelebihan pajak hanya dapat diajukan untuk satu Masa Pajak.

2.8. Sanksi Administrasi Perpajakan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, sanksi administrasi

perpajakan dapat diuraikan sebagai berikut :

2.8.1. Bunga

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, bunga 2% per

bulan dikenakan atas :

1. Pembetulan sendiri SPT (SPT Tahunan atau SPT Masa) tetapi belum

diperiksa.

2. PPh pasal 25 tidak/kurang bayar.

3. PPh pasal 21, 22, 23 dan 26 serta PPN yang terlambat bayar.

4. SKPKB, STP, SKPKBT tidak/kurang bayar atau terlambat bayar.

5. SPT salah tulis atau salah hitung

2.8.2. Kenaikan

Tabel 2.1 Tarif Kenaikan

N

O

MASALAH CARA MENAGIH

1 Dikeluarkan SKPKB karena :

23

a. Tidak memasukan SPT

1. SPT tahunan (PPh 29)

2. SPT tahunan (PPh 21, 23, 26 dan PPN)

b. Pengajuan keberatan ditolak/ditambah

c. Pengajuan banding ditolak/ditambah

SKPKB + kenaikan 50%

SKPKB + kenaikan 100

%

SKPKB + kenaikan 50%

SKPKB + kenaikan 100

%

2 Dikeluarkan SKPKBT karena ditemukan dat

a baru, data semula yang belum terungkap

SKPKBT 100%

3 Khusus PPN :

Dikeluarkan SKPKB karena pemeriksaan

dimana PKP tidak seharusnya

mengkompensasi selisih lebih, menghitung

tarif 0% diberi restitusi pajak

SKPKB 100%

Sumber : Mardiasmo, 2016.

2.8.3. Denda Terlambat atau Tidak Menyampaiakan SPT

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, apabila Surat

Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah

ditentukan maka dapat dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar :

1. Rp 500.000,- untuk Surat Pemberitahunan Masa Pajak

Pertambahan Nilai.

2. Rp 100.000,- untuk Surat Pemberitahunan Masa lainnya.

24

3. Rp 1.000.000.000,- untuk Surat Pemberitahunan Tahunan Pajak

Penghasilan Wajib Pajak Badan.

4. Rp 100.000,- untuk Surat Pemberitahunan Tahunan Pajak

Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi.

25

BAB III

GAMBARAN UMUM DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Profil Kantor Konsultan Pajak CV.Indo Karya Konsultan

Kantor Konsultan Pajak CV.Indo Karya Konsultan berlokasi di Jalan

Jagalan Nomor 75 Semarang. Kantor Konsultan Pajak ini didirikan oleh Bapak

Drs Darriono Prajetno sejak tahun 2004. Pada awalnya KKP ini belum berbentuk

sebagai CV. Kemudian pada tahun 2013 terjadi perubahan nama dan bentuk

menjadi CV Indo Karya Konsultan. Kantor Konsultan Pajak CV.Indo Karya

Konsultan ini telah terdaftar secara resmi dengan sertifikat No SI-965/PJ/2004.

CV Indo Karya Konsultan bergerak dalam bidang jasa konsultasi

perpajakan yang membantu para Wajib Pajak dalam mengurus perhitungan pajak,

pembayaran pajak serta pelaporan pajak dari masing-masing klien.

3.2 Struktur Organisasi Kantor Konsultan Pajak CV.Indo Karya Konsultan

Berikut ini merupakan struktur organisasi di KKP CV.Indo Karya Konsultan

Gambar 3.1 Struktur Organisasi

Sumber : KKP CV.Indo Karya Konsultan, 2019.

Karyawan

Novi

Karyawan

Melka

Karyawan

Siska

Karyawan

Bangkit

Karyawan

Deddy

Direktur

Drs. Darriono Prajetno

Manajer Akuntansi

Ferryanro A.N, S.E

Manajer Pajak

Hadi Susanto S.E

26

Adapun pembagian tugas di Kantor Konsultan Pajak CV.Indo Karya Konsultan

1. Direktur (Drs. Darriono Prajetno)

Direktur berperan dalam memberikan instruksi kepada karyawan. Selain

itu direktur juga berperan penting dalam memberikan konsultasi

perpajakan serta solusi kepada klien. Sebagai direktur juga memiliki

tanggung jawab penuh terhadap segala aktivitas di CV.Indo Karya

Konsultan.

2. Manajer Akuntansi (Ferryanto A.N, S.E)

Manajer akuntansi memiliki tanggung jawab dan tugas dalam menangani

semua hal yang berkaitan dengan akuntansi perusahaan maupun

perseorangan dari klien.

3. Manajer Perpajakan (Hadi Susanto S.E)

Manajer perpajakan lebih memiliki tugas yang spesifik yaitu untuk

mengecek setiap data pajak yang dikelola oleh karyawan yang akan

dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak agar tidak terdapat kesalahan.

Selain itu manajer perpajakan juga bertugas untuk melakukan interview

terhadap calon karyawan yang mendaftar di CV.Indo Karya Konsultan,

serta mengawasi kerja karyawan yang bekerja di CV.Indo Karya

Konsultan saat direktur sedang tidak ada ditempat.

4. Karyawan (Novi)

Ibu Novi merupakan salah satu karyawan di KKP CV.Indo Karya

Konsultan yang mengemban tugas sebagai sekretaris. Selain itu beliau

juga bertanggung jawab pada setiap mahasiswa yang melakukan kegiatan

27

magang dan juga beliau bertugas untuk menangani perhitungan akuntansi

setiap klien.

5. Karyawan (Melka)

Sebagai salah satu karyawan di CV.Indo Karya Konsultan, Ibu Melka

memiliki tugas dalam perhitungan perpajakan serta perhitungan akuntansi

setiap klien yang berhubungan dengan badan usaha.

6. Karyawan Siska

Sebagai salah satu karyawan di CV.Indo Karya Konsutan, Ibu Siska

bertugas sebagai bendahara. Selain itu beliau juga bertanggung jawab

untuk melakukan perhitungan perpajakan yang dimiliki klien dari data

mentah menjadi data yang siap untuk dilaporkan.

7. Karyawan Bangkit

Bapak Bangkit merupakan salah satu karyawan di KKP CV.Indo Karya

Konsultan yang bertugas untuk mengambil data dari klien untuk diolah

dan diproses di CV.Indo Karya Konsultan menjadi laporan keuangan

ataupun laporan perpajakan, serta bertugas untuk melakukan pembayaran

pajak serta pelaporan pajak ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

8. Karyawan Deddy

Bapak Deddy merupakan salah satu karyawan di KKP CV.Indo Karya

Konsultan yang mengemban tugas untuk mengambil data dari klien untuk

diolah dan diproses di CV.Indo Karya Konsultan menjadi laporan

keuangan ataupun laporan perpajakan.

28

3.3 Metodologi Penelitian

3.3.1 Jenis Data

Penulis menggunakan data sekunder dalam penulisan Laporan

Praktik Kerja Lapangan ini. Data sekunder yang digunakan antara lain

yaitu Surat Pemberitahuan dari DJP, SPT Pajak Penghasilan PT PSM

tahun 2017 dan SPT Masa PPN untuk masa pajak Januari – Desember

2017. Data-data tersebut diperoleh penulis dari Kantor Konsultan Pajak

CV.Indo Karya Konsultan.

3.3.2 Metode Pengumpulan Data

Penulis menggunakan dua metode dalam mengumpulkan data

yaitu:

1. Metode Wawancara

Dalam mengumpulkan data yang diperlukan, penulis

melakukan wawancara dengan pimpinan Kantor Konsultan

Pajak CV.Indo Karya Konsultan. Wawancara tersebut

bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya permasalahan

yang dialami PT PSM yaitu perbedaan penghasilan yang

dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh dan SPT Masa PPN.

2. Metode Kepustakaan

Metode kepustakaan merupakan metode pengumpulan data

melalui berbagai sumber baik dari media cetak maupun media

elektronik. Dalam hal ini penulis melakukan pengumpulan

29

informasi dari buku, peraturan perpajakan maupun internet.

Informasi tersebut kemudian akan digunakan sebagai dasar

teori dalam pembahasan masalah.

3.3.3 Metode Analisis Data

Penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif dalam

melakukan analisa data. Metode deskriptif kuantitatif merupakan metode

penelitian yang dilakukan dengan mengolah data yang ditampilkan dalam

bentuk angka. Dalam hal ini penulis melakukan penghitungan selisih

jumlah penghasilan yang dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh dan SPT

Masa PPN serta melakukan penghitungan jumlah penghasilan yang benar

(yang seharusnya dilaporkan).

30

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab sebelumnya telah diuraikan mengenai gambaran umum KKP

CV.Indo Karya Konsultan yang merupakan tempat penulis melaksanakan Praktik

Kerja Lapangan serta diuraikan metode penelitian yang digunakan penulis untuk

melakukan pembahasan masalah. Selanjutnya dalam bab ini penulis akan

menguraikan mengenai PT PSM, yang merupakan salah satu klien dari KKP CV.

Indo Karya Konsultan, yang mengalami permasalahan terkait dengan kewajiban

Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada tahun 2017.

4.1 Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan PT PSM Tahun 2017

PT PSM merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan

sparepart. PT PSM berdiri sejak tahun 2002 dan berlokasi di Semarang. PT PSM

sendiri sudah terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Tengah dan

telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Dalam menjalankan usahanya,

PT PSM mampu memperoleh omzet atau penghasilan bruto lebih dari Rp

4.800.000.000 dalam setahun. Oleh karena itu dalam melaksanakan kewajiban

perpajakannya PT PSM memiliki kewajiban untuk membayar PPh badan setiap

akhir tahun dan melaporkannya dalam SPT Tahunan PPh 1771. Selain itu sebagai

PKP, PT PSM juga memiliki kewajiban untuk menghitung, menyetor dan

melaporkan PPN pada setiap masa pajak. Selama ini diketahui bahwa PT PSM

telah melakukan kewajiban perpajakannya dengan baik yaitu dengan membayar

dan melaporkan PPh dan PPN dengan tepat waktu. Berikut ini akan ditampilkan

31

rincian mengenai penghitungan, pembayaran dan pelaporan PPN PT PSM pada

masa pajak Januari-Desember 2017.

Tabel 4.1

Rincian PPN PT PSM Tahun 2017

Masa Pajak Penjualan

Pajak

Keluaran

Pajak

Masukan

PPN

Kurang

Bayar

Tanggal

Pembayaran

Tanggal

Pelaporan

SPT

Januari 689.326.410 68.932.641 49.050.300 19.882.341 26/02/2017 27/02/2017

Februari 759.330.500 75.933.050 55.147.000 20.786.050 29/03/2017 30/03/2017

Maret 697.160.324 69.716.032 49.551.000 20.165.032 28/04/2017 29/04/2017

April 739.587.421 73.958.742 50.269.108 23.689.634 25/05/2017 27/05/2017

Mei 775.200.015 77.520.002 56.920.800 20.599.202 29/06/2017 30/06/2017

Juni 667.230.100 66.723.010 47.320.640 19.402.370 26/07/2017 27/07/2017

Juli 789.022.848 78.902.285 57.341.978 21.560.307 30/08/2017 30/08/2017

Agustus 852.006.450 85.200.645 62.085.320 23.115.325 28/09/2017 29/09/2017

September 863.285.100 86.328.510 62.064.011 24.264.499 27/10/2017 28/10/2017

Oktober 891.942.300 89.194.230 67.508.675 21.685.555 29/11/2017 30/11/2017

November s900.329.547 90.032.955 68.294.500 21.738.455 28/12/2017 29/12/2017

Desember 926.685.689 92.668.569 70.622.845 22.045.724 29/01/2018 30/01/2018

TOTAL 9.551.106.704

Sumber : Data Diolah, 2019.

Berdasarkan data yang ditampilkan di atas dapat diketahui jumlah PPN

terutang yang harus dibayar PT PSM pada setiap masa pajak. Selain itu juga

diketahui tanggal pembayaran dan pelaporan PPN yang dilakukan oleh PT PSM

32

tidak pernah melewati batas waktu jatuh tempo pembayaran dan pelaporan pajak

yaitu akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa PT PSM telah melaksanakan kewajiban perpajakannya

sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan baik.

Adapun terkait kewajiban dalam menghitung, membayar dan melaporkan

Pajak Penghasilan, PT PSM juga telah melaksanakannya dengan baik. Berikut ini

akan ditampilkan laporan laba rugi PT PSM pada tahun 2017.

Tabel 4.2

Laporan Laba Rugi PT PSM Tahun 2017

PENJUALAN 9.634.560.208

HARGA POKOK PENJUALAN

Persediaan Awal 515.281.526

Pembelian 6.718.338.533

7.233.620.059

Persediaan Akhir (445.395.000)

Harga Pokok Penjualan 6.788.225.059

LABA KOTOR 2.846.335.149

BIAYA OPERASIONAL

Biaya Gaji 501.800.000

Biaya Listrik 36.435.616

Biaya Air 2.705.000

Biaya Bahan Bakar 32.469.000

33

Biaya Materai Dan Pos 34.908.350

Biaya Administrasi Kantor 35.956.038

Biaya Perjalanan Dinas 332.613.000

Biaya Ekspedisi 54.381.300

Biaya Reparasi Mesin 3.715.500

Biaya Pemeliharaan Kendaraan 21.782.500

Biaya Sparepart 437.395.000

Biaya Konsultasi Perpajakan 36.000.000

Biaya Pemeliharaan Kantor 8.798.100

Biaya Penyusutan 209.098.125

Biaya Pemasaran 96.853.571

Biaya Barang Rusak 19.587.108

Biaya Sumbangan 13.379.914

Biaya Packing 30.275.586

Jumlah Biaya 1.908.153.708

PENDAPATAN / BY DILUAR USAHA

Pendapatan bunga Bank ( 95.086 )

Biaya Administrasi Bank 807.000

JUMLAH BIAYA OPERASIONAL 1.908.865.622

LABA BERSIH 937.469.527

Sumber : Data Diolah, 2019.

34

Berdasarkan data laporan laba rugi di atas dapat diketahui jumlah

penghasilan bruto yang diterima PT PSM pada tahun 2017 yaitu sebesar Rp

9.634.560.208. Kemudian setelah dikurangi Harga Pokok Penjualan dan biaya-

biaya operasional maka laba bersih yang diterima PT PSM yaitu Rp 937.469.527.

Adapun penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) akhir tahun yang telah dibayar PT

PSM pada tahun 2017 adalah sebagai berikut :

Laba Bersih Komersial = 937.469.527

Koreksi Fiskal :

Biaya Sumbangan = 13.379.914

Laba Fiskal = 950.849.441

a. PPh Badan Terutang (Pasal 31E) :

Fasilitas :

Tidak Fasilitas : (950.849.000 - 473.719.100) X 25% = 119.282.475

PPh Terutang : 59.214.887 + 119.282.475 = Rp 178.497.362

b. Kredit Pajak : PPh Pasal 25 = Rp 132.208.586 -

c. PPh akhir tahun (PPh Pasal 29) = Rp 46.288.776

Jadi PPh terutang PT PSM pada tahun 2017 adalah sebesar Rp

178.497.362. Kemudian setelah dikurangi dengan kredit pajak berupa PPh Pasal

25 sebesar Rp 132.208.586 maka PPh akhir tahun yang kurang dibayar oleh PT

35

PSM yaitu Rp 46.288.776. PT PSM telah membayar PPh kurang bayar sebesar

Rp 46.288.776 tersebut dan sudah melakukan pelaporan SPT Tahunan PPh 1771

dengan tepat waktu sehingga tidak dikenakan sanksi administrasi perpajakan.

4.2 Permasalahan PT PSM

Pada Maret 2019 PT PSM mendapatkan surat permintaan konfirmasi dari

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Tengah mengenai pemenuhan

kewajiban perpajakan yang telah dilakukan PT PSM selama tahun 2017. Dalam

surat tersebut, DJP memberitahukan bahwa berdasarkan hasil penelitian DJP

diketahui terdapat perbedaan omzet atau penghasilan bruto antara yang dilaporkan

oleh PT PSM dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan 1771 dengan yang

dilaporkan PT PSM dalam SPT Masa PPN pada tahun 2017. Adapun perbedaan

jumlah penghasilan bruto tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 4.3

Perbedaan Penghasilan Bruto PT PSM

Tahun Pajak SPT Masa PPN

SPT Tahunan

PPh

Selisih

2017 9.551.106.704 9.634.560.208 83.453.504

Sumber : KKP CV. Indo Karya Konsultan, 2019.

Berdasarkan data yang ditampilkan dalam Tabel 4.3 di atas dapat

diketahui bahwa terdapat perbedaan omzet atau penghasilan bruto yang

36

dilaporkan oleh PT PSM pada tahun 2017. Pada tahun 2017, penghasilan bruto PT

PSM berdasarkan data pada SPT Tahunan PPh adalah sebesar Rp 9.634.560.208,

sedangkan dalam SPT Masa PPN PT PSM hanya melaporkan penghasilan bruto

tahun 2017 sebesar Rp 9.551.106.704. Nilai yang dilaporkan PT PSM dalam SPT

Masa PPN jauh lebih kecil sehingga terdapat selisih sebesar Rp 83.453.504.

4.3 Penyebab Permasalahan PT PSM

Seperti telah dijelaskan sebelumnya diketahui bahwa terdapat perbedaan

omzet atau penghasilan bruto yang dilaporkan PT PSM pada SPT Masa PPN

dengan SPT Tahunan PPh selama tahun 2017. Berdasarkan SPT Tahunan PPh

Badan tahun 2017, penghasilan bruto PT PSM adalah Rp 9.634.560.208,

sedangkan dalam SPT Masa PPN sebesar Rp 9.551.106.704 sehingga terdapat

selisih Rp 83.453.504. Setelah dilakukan penelitian oleh PT PSM ternyata

diketahui permasalahan yang menyebabkan adanya perbedaan penghasilan bruto

pada tahun 2017 yaitu pada Desember 2017 PT PSM melakukan penjualan atas

sejumlah sparepart kepada PT X dengan total harga jual sebesar Rp 298.750.162.

Barang sudah dikirimkan kepada PT X dan diterima pada bulan Desember 2017

sehingga PT X langsung melakukan pembayaran dan diakui seluruhnya sebagai

penjualan.

Namun pada bulan April 2018 PT X melakukan retur sebesar Rp

83.453.504 atas sejumlah barang. Ketika barang dibuka ditemukan ada kerusakan

pada beberapa barang tersebut yang membuat PT X meminta retur kepada PT

PSM. Setelah dilakukan pengecekan kembali ternyata kesalahan tersebut

37

dilakukan oleh karyawan PT PSM sendiri yang melakukan perbuatan tidak baik

yang berakibat dipecatnya karyawan tersebut. Dalam hal ini karena kesalahan ada

di pihak PT PSM maka permintaan retur pun disetujui.

Berdasarkan Pasal 5A Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 Tentang

Pajak Pertambahan Nilai disebutkan bahwa Pajak Pertambahan Nilai atas

penyerahan Barang Kena Pajak yang dikembalikan (retur) dapat dikurangkan dari

Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dalam Masa Pajak terjadinya

pengembalian Barang Kena Pajak tersebut. Dengan demikian karena PT X

melakukan retur setelah PT PSM melakukan pembayaran dan pelaporan PPN

terutang untuk masa pajak Desember 2017, sehingga PT PSM diharuskan

melakukan pembetulan PPN untuk masa Desember 2017 dan juga akan

mengurangi Dasar Pengenaan Pajak PPN untuk masa pajak Desember 2017.

Berikut ini akan ditampilkan rincian mengenai penghitungan, pembayaran

dan pelaporan PPN PT PSM pada masa pajak Januari-Desember 2017 sebelum

dan sesudah terjadinya retur.

38

Tabel 4.4

Rincian PPN PT PSM Tahun 2017 Sebelum dan Setelah Retur

Masa Pajak

Penjualan Pajak Keluaran

Pajak Masukan

PPN Kurang Bayar

Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah

Januari 689.326.410 689.326.410 68.932.641 68.932.641 49.050.300 19.882.341 19.882.341

Februari 759.330.500 759.330.500 75.933.050 75.933.050 55.147.000 20.786.050 20.786.050

Maret 697.160.324 697.160.324 69.716.032 69.716.032 49.551.000 20.165.032 20.165.032

April 739.587.421 739.587.421 73.958.742 73.958.742 50.269.108 23.689.634 23.689.634

Mei 775.200.015 775.200.015 77.520.002 77.520.002 56.920.800 20.599.202 20.599.202

Juni 667.230.100 667.230.100 66.723.010 66.723.010 47.320.640 19.402.370 19.402.370

Juli 789.022.848 789.022.848 78.902.285 78.902.285 57.341.978 21.560.307 21.560.307

Agustus 852.006.450 852.006.450 85.200.645 85.200.645 62.085.320 23.115.325 23.115.325

September 863.285.100 863.285.100 86.328.510 86.328.510 62.064.011 24.264.499 24.264.499

39

Oktober 891.942.300 891.942.300 89.194.230 89.194.230 67.508.675 21.685.555 21.685.555

November 900.329.547 900.329.547 90.032.955 90.032.955 68.294.500 21.738.455 21.738.455

Desember 1.010.139.193 926.685.689 101.013.919 92.668.569 70.622.845 30.391.074 22.045.724

TOTAL 9.634.560.208 9.551.106.704

Sumber : Data Diolah, 2019.

40

Pada bulan April 2018 PT PSM telah melakukan pembetulan SPT Masa

PPN untuk masa pajak Desember 2017 karena adanya tambahan transaksi retur

atas penjualan bulan Desember 2017 yang baru dilakukan pada Maret 2018.

Namun dalam hal ini ternyata PT PSM hanya melakukan pembetulan terhadap

SPT Masa PPN, tetapi belum melakukan pembetulan atas SPT Tahunan PPh

Badan yang telah dilaporkan sebelumnya. Oleh karena itu data yang dilaporkan

dalam SPT Tahunan PPh tersebut adalah data penghasilan sebelum adanya retur.

Hal ini menyebabkan jumlah penjualan yang dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh

lebih besar dibandingkan penjualan yang dilaporkan dalam SPT PPN.

4.4 Penyelesaian Permasalahan PT PSM

Pada pembahasan sebelumnya telah diuraikan mengenai permasalahan

yang dialami PT PSM yaitu adanya perbedaan penghasilan bruto antara yang

dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Badan dengan yang dilaporkan dalam SPT

Masa PPN. Permasalahan tersebut terjadi pada tahun 2017 yang disebabkan

karena terdapat retur sebesar Rp 83.453.504 yang terjadi setelah pelaporan dan

pembayaran PPN yang telah dibuatkan pembetulan PPN masa Desember 2017

namun belum melakukan pembetulan SPT Tahunan Badan.

Berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 disebutkan

bahwa Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat

Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan

tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan

pemeriksaan. Oleh karena itu langkah yang seharusnya dilakukan PT PSM untuk

41

menyesuaikan perbedaan jumlah penghasilan bruto yang telah dilaporkan yaitu

dengan melakukan pembetulan SPT Tahunan karena adanya retur penjualan kredit

sebesar Rp 83.453.504 pada bulan Desember 2017. Dengan demikian setelah

melakukan pembetulan SPT Tahunan maka penghasilan bruto PT PSM pada

tahun 2017 akan mendapatkan pengurangan sebesar retur yang dilakukan.

Setelah melakukan pencatatan retur penjualan maka penghasilan bruto PT

PSM dalam SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2017 akan menjadi sama dengan

penghasilan bruto dalam SPT Masa PPN yaitu Rp 9,551,106,704. Oleh karena itu

langkah yang harus dilakukan PT PSM selanjutnya adalah dengan melakukan

pembetulan SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2017 sesuai dengan penghasilan

bruto yang benar. Adapun penyesuaian jumlah penghasilan bruto PT PSM pada

tahun 2017 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5

Penghasilan Bruto PT PSM Tahun 2017

SPT Masa PPN SPT Tahunan PPh

Penghasilan bruto yang dilaporkan 9.551.106.704 9.634.560.208

Retur Penjualan (83.453.504)

Penghasilan bruto yang benar 9.551.106.704 9.551.106.704

Sumber : Data Diolah, 2019.

Setelah PT PSM melakukan pencatatan terhadap retur penjualan yang

terjadi pada Desember 2017 maka jumlah penghasilan bruto yang pada awalnya

dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh sebesar Rp 9.634.560.208 telah disesuaikan

42

menjadi sama dengan jumlah penjualan yang dilaporkan dalam SPT Masa PPN

yaitu Rp 9.551.106.704. Dengan demikian jumlah penghasilan bruto di laporan

keuangan sama dengan Dasar Pengenaan Pajak pada SPT Masa PPN.

Namun setelah melakukan pembetulan SPT Tahunan PPh Badan, terdapat

konsekuensi yang harus ditanggung oleh PT PSM. PT PSM melakukan

pembetulan atas jumlah penghasilan bruto dari Rp 9.634.560.208 menjadi yang

seharusnya yaitu Rp 9.551.106.704. Perubahan nilai penghasilan bruto tersebut

menyebabkan terjadinya perubahan nilai PPh terutang yang harus ditanggung oleh

PT PSM. Adapun penghitungan PPh terutang PT PSM setelah dilakukan

pembetulan SPT Tahunan PPh adalah sebagai berikut :

Penjualan = 9.551.106.704

Harga Pokok Penjualan = (6.788.225.059)

Laba Bruto = 2.762.881.645

Biaya Operasional = (1.908.865.622)

Laba Bersih Komersial = 854.016.023

Koreksi Fiskal :

Biaya Sumbangan = 13.379.914

Laba Fiskal = 867.395.937

a. PPh Badan Terutang (Pasal 31E) :

Fasilitas :

Tidak Fasilitas : (867.395.000 - 435.917.651) X 25% = 107.869.337

43

PPh Terutang : 54.489.706 + 107.869.337 = Rp 162.359.043

b. Kredit Pajak : PPh Pasal 25 = Rp 132.208.586 -

c. PPh akhir tahun (PPh Pasal 29) = Rp 30.150.457

Setelah dilakukan pembetulan SPT Tahunan PPh dan penghitungan

kembali jumlah PPh yang terutang maka diketahui bahwa PPh kurang bayar PT

PSM pada tahun 2017 yaitu Rp 30.150.457. Berikut ini akan ditampilkan

perbandingan penghitungan PPh PT PSM pada tahun 2017 pada saat sebelum dan

setelah melakukan pembetulan SPT Tahunan PPh Tahun 2017.

Tabel 4.6

PPh Terutang PT PSM Sebelum dan Setelah Pembetulan

Sebelum Pembetulan SPT Setelah Pembetulan SPT Selisih

Penjualan 9.634.560.208 9.551.106.704 83.453.504

Laba Fiskal 950.849.441 867.395.937 83.453.504

PPh Terutang 46.288.776 30.150.457 16.138.319

Sumber : Data Diolah, 2019.

PPh kurang bayar PT PSM setelah melakukan pembetulan SPT menjadi

lebih sedikit dibandingkan PPh kurang bayar yang sudah dibayarkan oleh PT

PSM sebelumnya. Oleh karena itu dalam hal ini PT PSM menjadi mengalami

lebih bayar sebesar Rp 16.138.319. Atas lebih bayar tersebut maka PT PSM dapat

melakukan pemindahbukuan untuk PPh kurang bayar pada tahun 2018, sehingga

44

pada tahun 2018 PT PSM hanya tinggal membayar sisa PPh kurang bayar karena

telah mendapat pemindahbukuan dari tahun pajak 2017 sebesar Rp 16.138.319.

Tabel 4.7

Pemindahbukuan PT PSM Tahun 2017

Kurang Bayar Lebih Bayar Pemindahbukuan

PPh

terutang

2018

40.585.100 PPh

terutang

2017

16.138.319 PPh

terutang

2018

16.138.319

PPh

terutang

2018

24.446.781

Sumber : Data Diolah, 2019.

PPh terutang PT PSM tahun 2018 yaitu Rp 40.585.100. PT PSM

melakukan pembayaran PPh tersebut pada April 2019, namun sebelumnya PT

PSM telah melakukan pemindahbukuan atas lebih bayar PT PSM pada tahun 2017

sebesar Rp 16.138.319, sehingga PT PSM hanya tinggal membayar sisa PPh

terutang tahun 2018 sebesar Rp 24.446.781 pada April 2019.

45

BAB V

PENUTUP

Setelah melakukan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini

akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian dan saran yang diberikan

penulis bagi beberapa pihak.

5.1. Kesimpulan

Penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. PT PSM telah membayar PPh terutang untuk tahun pajak 2017 sebesar Rp

46.288.776 dan sudah melakukan pelaporan SPT Tahunan PPh 1771

dengan tepat waktu sehingga tidak dikenakan sanksi administrasi

perpajakan.

2. Pada Maret 2019 PT PSM mendapatkan surat konfirmasi dari KPP

Pratama Semarang bahwa terdapat perbedaan omzet yang dilaporkan PT

PSM pada tahun 2017. Penghasilan bruto yang dilaporkan pada SPT

Tahunan PPh adalah Rp 9.634.560.208, sedangkan dalam SPT Masa PPN

sebesar Rp 9.551.106.704 sehingga terdapat selisih Rp 83.453.504. Setelah

dilakukan penelitian ternyata pada Maret 2018 terdapat retur untuk masa

pajak Desember 2017 yang belum dicatat. Namun dalam hal ini PT PSM

telah melakukan pembetulan SPT Masa PPN Desember 2017 tetapi belum

melakukan pembetulan SPT Tahunan PPh.

46

3. PT PSM seharusnya melakukan pembetulan SPT Tahunan PPh 2017

karena adanya retur penjualan kredit sebesar Rp 83.453.504. Setelah

melakukan pembetulan SPT Tahunan PPh maka penghasilan bruto PT

PSM pada tahun 2017 akan mendapatkan pengurangan sebesar retur yang

dilakukan. Namun setelah dilakukan penghitungan kembali PPh terutang

tahun 2017 setelah pembetulan, diketahui PPh terutang PT PSM menjadi

lebih bayar sebesar Rp 16.138.319. Atas lebih bayar tersebut maka PT

PSM dapat melakukan pemindahbukuan.

5.2. Saran

Berikut ini saran yang diberikan penulis bagi beberapa pihak yaitu

1. Bagi PT PSM

PT PSM disarankan untuk rutin melakukan pengecekan dan penyesuaian

data antara data dalam SPT Tahunan PPh dengan SPT Masa PPN.

Pengecekan sebaiknya dilakukan setiap bulan sehingga apabila terjadi

transaksi baru seperti retur dapat segera dicatat dan dilakukan

pembetulan baik untuk SPT PPh maupun SPT PPN. Dengan demikian

data yang ditampilkan dalam kedua SPT tersebut sesuai atau seimbang.

2. Bagi Wajib Pajak

Para wajib pajak khusunya yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha

Kena Pajak disarankan untuk memperhatikan kewajiban perpajakan baik

PPh maupun PPN dengan memahami ketentuan yang berlaku untuk

47

masing-masing penghitungan PPh dan PPN sehingga tidak terdapat

perbedaan jumlah penghasilan yang dilaporkan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat melakukan pembahasan mengenai hal-hal apa

saja (selain retur) yang dapat menyebabkan adanya perbedaan data atau

penghasilan antara yang dilaporkan dalam SPT PPh dengan SPT PPN,

dan langkah penyelesaian permasalahannya.

48

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. (2016). Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Kementrian Keuangan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 242/PMK.03/2014 Tentang Tata Cara

Pembayaran dan Penyetoran Pajak. Diakses

dari:http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=15652

Pemerintah Republik Indonesia. (2008). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

Tentang Pajak Penghasilan. Diakses dari:

http://www.pajak.go.id/sites/default/files/UU-PPh-001-13-

UU%20PPh%202013-00%20Mobile.pdf

Pemerintah Republik Indonesia. (2009) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009

Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Diakses dari:

http://www.pajak.go.id/sites/default/files/UU-KUP-001-13-

UU%20KUP%202013-00%20Mobile.pdf

Pemerintah Republik Indonesia. (2009) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009

Tentang Pajak Pertambahan Nilai. Diakses dari:

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2009/42TAHUN2009UU.htm

49

Sukardji, Untung. (2003). Pajak Pertambahanan Nilai Edisi Revisi 2003. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada.

50