Ecopreneurship : - News @ Unika

32
1 Kronik Edisi 127/Th.XVII 27 April 2019 th.XVII/ 27 April 2019 Unika Soegijapranata 127 Bumi adalah rumah tinggal berbagai macam makhuk hidup. Sejak awal Tuhan menciptakan bumi dengan segala macam isinya untuk hidup selaras, saling memberi dan menerima, sehingga saling membutuhkan dan menguntungkan. Lingkungan tempat tinggal manusia adalah relasi antara alam dengan manusia yang menghuninya. Oleh karenanya keharmonisan dan keselarasan relasi ini harus selalu dijaga. Dosa manusia karena ingin menguasai dan mengeksploitasi alam telah merusak rumah tempat tinggal manusia itu sendiri. Kerusakan lingkungan merupakan salah satu dari sepuluh ancaman yang secara resmi diperingkatkan oleh The United Nations’ High-level Panel on Threats, Challenges and Change (sebuah Panel Tingkat Tinggi yang dibentuk oleh PBB pada Tahun 2003 untuk menganalisis dan merekomendasi tindakan terhadap ancaman dan tantangan terhadap perdamaian dan keamanan internasional). Keprihatinan yang mendalam tentang kerusakan bumi disampaikan juga oleh beberapa Paus. Dalam pengantar Ensiklik Laudato Si’ Paus Fransiskus tentang perawatan rumah kita bersama, keprihatinan para Paus antara lain disampaikan oleh : (1) Paus St. Yohanes XXIII, dengan pesan Pacem in Terris yang ditujukan untuk dunia Katolik dan seluruh orang yang berkehendak baik bahwa dunia dihadapkan pada kerusakan lingkungan global. Dalam Seruan Apostolik Evangelii Gaudium, Paus St. Yohanes XXIII mengajak berdialog dengan semua orang tentang bumi sebagai rumah bersama. (2) Pada Tahun 1971, Paus Paulus VI juga berbicara tentang masalah ekologis, berangkat dari keprihatinan tentang eksploitasi alam yang sembarangan sehingga pada gilirannya manusia itu sendiri yang akan menjadi korban. Paus Paulus VI menyatakan bahwa “kemajuan ilmiah yang luar biasa, kemampuan teknis yang sangat menakjubkan, pertumbuhan ekonomi yang sangat mencengangkan, bila tidak disertai dengan perkembangan sosial dan moral yang otentik, pada akhirnya akan berbalik melawan manusia”. (3) Paus St. Yohanes Paulus II, menyatakan: “manusia tidak melihat makna lain dari lingkungan alam selain apa yang berguna untuk segera dipakai dan dikonsumsi”. Selanjutnya beliau Ecopreneurship : Wujud Ajakan Mgr. Soegijapranata untuk Merawat Bumi snap QR code

Transcript of Ecopreneurship : - News @ Unika

1Kronik Edisi 127/Th.XVII 27 April 2019

th.XVII/27 April 2019

Unika Soegijapranata127

Bumi adalah rumah tinggal berbagai macam makhuk hidup. Sejak awal Tuhan menciptakan bumi dengan segala macam isinya untuk hidup selaras, saling memberi dan menerima, sehingga saling membutuhkan dan menguntungkan. Lingkungan tempat tinggal manusia adalah relasi antara alam dengan manusia yang menghuninya. Oleh karenanya keharmonisan dan keselarasan relasi ini harus selalu dijaga. Dosa manusia karena ingin menguasai dan mengeksploitasi alam telah merusak rumah tempat tinggal manusia itu sendiri. Kerusakan lingkungan merupakan salah satu dari sepuluh ancaman yang secara resmi diperingkatkan oleh The United Nations’ High-level Panel on Threats, Challenges and Change (sebuah Panel Tingkat Tinggi yang dibentuk oleh PBB pada Tahun 2003 untuk menganalisis dan merekomendasi tindakan terhadap ancaman dan tantangan terhadap perdamaian dan keamanan internasional).

Keprihatinan yang mendalam tentang kerusakan bumi disampaikan juga oleh beberapa Paus. Dalam pengantar Ensiklik Laudato Si’ Paus Fransiskus tentang perawatan rumah kita bersama, keprihatinan para Paus antara lain disampaikan oleh : (1) Paus St. Yohanes XXIII, dengan pesan Pacem in Terris yang ditujukan untuk dunia Katolik dan seluruh orang yang berkehendak baik bahwa dunia dihadapkan pada kerusakan lingkungan global. Dalam Seruan Apostolik Evangelii Gaudium, Paus St. Yohanes XXIII mengajak berdialog dengan semua orang tentang bumi sebagai rumah bersama. (2) Pada Tahun 1971, Paus Paulus VI juga berbicara tentang masalah ekologis, berangkat dari keprihatinan tentang eksploitasi alam yang sembarangan sehingga pada gilirannya manusia itu sendiri yang akan menjadi korban. Paus Paulus VI menyatakan bahwa “kemajuan ilmiah yang luar biasa, kemampuan teknis yang sangat menakjubkan, pertumbuhan ekonomi yang sangat mencengangkan, bila tidak disertai dengan perkembangan sosial dan moral yang otentik, pada akhirnya akan berbalik melawan manusia”. (3) Paus St. Yohanes Paulus II, menyatakan: “manusia tidak melihat makna lain dari lingkungan alam selain apa yang berguna untuk segera dipakai dan dikonsumsi”. Selanjutnya beliau

Ecopreneurship : Wujud Ajakan Mgr. Soegijapranata untuk Merawat Bumi snap

QR code

2 Kronik Edisi 127/Th.XVII27 April 2019

menyerukan tentang pertobatan ekologis global. (4) Paus Benediktus XVI mendesak manusia untuk menyadari bahwa “penyalahgunaan ciptaan dimulai ketika manusia tidak lagi mengakui yang lebih tinggi dari pada diri manusia sendiri, ketika manusia tidak melihat apa pun kecuali diri manusia sendiri”. (5) Sedangkan Paus Fransiskus mendesak agar manusia bekerjasama sebagai instrumen Allah untuk melindungi keutuhan ciptaan, masing-masing sesuai budaya, pengalaman, prakarsa, dan bakatnya sendiri.

Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ seorang Uskup pemimpin Gereja Katolik Keuskupan agung Semarang, yang namanya diabadikan sebagai nama dan pelindung Universitas Katolik Soegijapranata, dalam pemikiran dan karya nyatanya selaras dengan Konsili Vatikan II (1962 – 1965) tentang “Gereja di Dunia Dewasa ini” (Gaudium et Spes = Kegembiraan dan Harapan). Dalam dokumen tersebut, dinyatakan bahwa Gereja Katolik tidak hanya bergerak pada bidang yang berdimensi spiritual dan kekal tetapi bagian dari kehidupan masyarakat dunia yang terlibat dalam memecahkan masalah-masalah dunia. Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ mengajak kita sebagai bagian dari masyarakat dunia berempati dan terlibat secara aktif dalam memecahkan persoalan-persoalan masa kini antara lain tentang kerusakan lingkungan karena rendahnya kesadaran diri terhadap lingkungan, rendahnya tingkat kesehatan, bencana alam. Keterlibatan secara aktif untuk memecahkan masalah-masalah tersebut adalah wujud dari semangat cinta tanah air yang berarti juga mencintai kemanusian.

Kerusakan lingkungan salah satunya dikaitkan dengan pertumbuhan industri. Indonesia saat ini mengalami pertumbuhan industri. Ditilik dari jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Indonesia mengalami peningkatan dari Tahun 2016 ke 2017. Peningkatan jumlah UMKM tentunya dibarengi dengan peningkatan jumlah entrepreneur. Menurut Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, jumlah entrepreneur di Indonesia mengalami peningkatan dari Tahun 2016 sebanyak 3,10 persen menjadi 3,40 persen di Tahun 2017.

Aktivitas produksi yang dikelola oleh para entrepreneur sering kali berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan. Ada kecenderungan bahwa perkembangan dunia entrepreneur mengarah pada eksploitasi sumber daya alam yang pada akhirnya merusak ekologi yang ada di sekitar. Dampak negatif dari aktivitas peningkatan produksi antara lain pencemaran air, tanah, dan udara. Akibat penggunaan energi dan material dari bahan-bahan kimia merupakan persoalan serius bagi komunitas di sekitar area industri. Kerusakan lingkungan akan bertambah bila didukung oleh aktivitas entrepreneur yang hanya mementingkan profit semata tanpa diimbangi dengan prilaku menjaga keutuhan kelestarian lingkungan. Upaya yang secara sadar untuk merawat dan meningkatkan mutu lingkungan mau tidak mau harus dilakukan oleh para entrepreneur.

Ecopreneurship merupakan jawaban dari upaya mengembangan prilaku etis dari para entrepreneur untuk kebutuhan akan perlindungan baik aspek sosial maupun lingkungan dalam menjalankan usaha. Ecopreneurship

berasal dari 2 (dua) kata: ecological (ekologi) dan entrepreneurship (kewirausahaan). Ecopreneurship diartikan sebagai konsep kewirausahaan yang dijalankan oleh para entrepreneur dengan memperhatikan lingkungan dalam aktivitas bisnisnya. Ecopreneurship meliputi praktek bisnis yang mewajibkan entreprenuer mendasarkan filosofi bisnisnya pada standar kelestarian lingkungan. Terminologi lain yang digunakan adalah green entrepreneur, environmental entrepreneur, atau eco-entrepreneur.

Merujuk pada pemikiran Kainrath (2009), terdapat 3 (tiga) elemen ecopreneurship yaitu : (1) Eco-innovation, berkaitan perilaku yang memberikan sumbangan dan solusi inovatif bagi pengurangan atau reduksi beban lingkungan. (2) Eco-commitment, berkaitan komitmen atau kesediaan menyumbangkan energi dan waktu untuk melakukan aktivitas hijau atau aktivitas yang ramah lingkungan. (3) Eco-opportunity, berkaitan kemampuan untuk memanfaatkan atau mengeksploitasi kegagalan pasar yang dikarenakan aspek lingkungan.

Taylor dan Walley (2003), membedakan tipe ecopreneurship berdasarkan 2 (dua) variabel. Variabel tersebut adalah variabel faktor eksternal atau pengaruh struktural dan variabel orientasi personal entrepreneur. Pengaruh struktural terdiri atas hard structural (berasal dari regulator, pasar, tekanan kelompok hijau, atau pelangan hijau) dan soft structural (berasal dari pendidikan, jaringan personal, pengalaman masa lalu). Sedangkan variabel orientasi personal dikaitkan dengan orientasi ekonomi (finansial) dan orientasi sustainability (keberlanjutan).

Empat Green Entrepreneur Typology menurut Taylor dan Walley adalah : Innovative Opportunist, Visionary Champion, Ethical Maverick dan Ad hoc Enviropreneur. Innovative Opportunist yaitu tipe entrepreneur yang berorientasi pada finansial dan melihat green business sebagai satu peluang. Tipe ini dipengaruhi oleh hard structural dalam menjalankan bisnisnya. Visionary Champion yang merupakan green entrepreneur dimana orientasi bisnisnya pada sustainability dan dipengaruhi oleh hard structural. Ethical Maverick, yaitui green entrepreneur yang mempunyai orientasi keberlanjutan dan dipengaruhi soft structural. Sedangkan Ad hoc Enviropreneur yaitu entrepeneur yang orientasi bisnisnya pada finansial dan praktek ecopreneurship dipengarughi oleh soft structural.

Dalam upaya merawat bumi sebagai rumah tinggal bersama, praktek ecopreneurship hendaknya tidak didasarkan pada tekanan eksternal semata tetapi murni lahir dari kepedulian dan kesadaran individu para entreprenuer. Dan orientasi bisnis yang berbasis lingkungan yang tidak hanya mengejar profit adalah wujud kecintaan para entrepreneur menjaga dan menghargai seluruh pengguni bumi. ______________

Ditulis oleh:

Eny TrimeiningrumAnggota The Soegijapranata Institute

3Kronik Edisi 127/Th.XVII 27 April 2019

“Mengerjakan apa yang bisa dikerjakan sekarang.” Itulah moto yang dihidupi oleh Monica Rosari Putri, salah satu wisudawati terbaik Unika Soegijapranata periode I dari program studi arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) dengan IPK 3,51. Perempuan yang biasa dipanggil Monica ini memegang teguh motto hidupnya untuk tidak menunda-nunda pekerjaan dan mengulur-ulur waktu. “Kalau bisa dikerjakan sekarang, maka dikerjakan sekarang. Aku tidak suka mengulur-ulur waktu, kalau ada pekerjaan yang bisa diselesaikan sekarang, maka selesaikan sekarang,” ungkap Monica. Dengan berpegang teguh pada motto hidupnya tersebut, perempuan kelahiran 8 September 1996 ini berhasil lulus dengan predikat Cum Laude.

Berkuliah di Unika Soegijapranata dan mengambil jurusan arsitek memang tidak pernah terpikirkan oleh Monica sebelumnya. “Motivasi awal aku memilih Unika tuh karena tidak diterima di universitas negeri. Awalnya aku memang tidak pernah kepikiran untuk masuk Unika, bahkan waktu tes di negeri aku ambil jurusan akuntansi,” kata Monica.

Alasan utama yang membuat Monica memilih jurusan arsitek ialah rasa gengsinya. Dia beranggapan bahwa jurusan arsitek merupakan jurusan yang bagus di Unika, oleh sebab itu dia memilih untuk kuliah jurusan arsitek di Unika Soegijapranata. Setelah menjalani masa kuliah di program studi arsitektur, Monica mengakui bahwa ia merasa nyaman dan merasa tidak salah jurusan, bahkan namanya kerap kali masuk dalam nominasi Best Of Studios (BOS).

Membahas mengenai skripsi, alumnus SMA Kolese Loyola ini

mengangkat ‘Museum Permainan Tradisional Anak di Daerah

Istimewa Yogyakarta’ sebagai judul skripsinya. Pemilihan judul

tersebut tidak lepas kaitannya dengan rasa ketertarikan pada

anak-anak. “Aku memilih skripsi ini karena rasa ketertarikan

dengan anak-anak. Dalam arsitektur sendiri, anak-anak

kan dalam ruang geraknya harus dilihat, baik itu dalam segi

keamanannya, dan ruangannya itu sendiri dari segi psikologis

harus dibuat sesuai kebutuhan anak-anak tersebut, misalkan

kalau sedang bermain seperti apa, kalau sedang belajar

seperti apa, itulah yang membuat aku tertarik membahas

anak-anak,” paparnya.

“Skripsi aku ini lebih menjurus pada arsitektur ramah anak.

Aku mengambil DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) sebagai

lokasi skripsiku ini. Sebelumnya aku lihat dulu tempat apa

sih yang dibutuhkan anak-anak di DIY ini, dan akhirnya aku

melihat ada Kampung Dolanan Pandes di daerah Bantul.

Kampung ini sangat bersejarah, karena dulu saat gempa di

Jogja banyak korban anak-anak kecil yang merasa trauma

dan akhirnya masyarakat sekitar menggunakan permainan

tradisional untuk healing anak-anak tersebut agar tidak

merasa bahwa mereka tidak sedang dalam suasana bencana,

maka terbentuklah Kampung Dolanan. Karena sekarang

kondisi kampung tersebut sudah mulai ditinggalkan, dan

banyak anak-anak zaman sekarang yang tidak paham tentang

permainan tradisional, maka dari situ aku membuat museum

tradisional anak dengan mendigitalisasikan permainan-

permainan tradisional anak sehingga anak-anak zaman

sekarang mampu memainkan permainan tradisional secara

digital,” ungkap Monica dalam penjelasan skripsinya tersebut.

Dalam skripsinya tersebut, cara ia mendigitalisasikan

permainan tradisional anak ialah dengan penggunaan

teknologi modern seperti VR (Virtual Reality), sehingga

museum yang dia buat bukanlah museum yang baku atau

tradisional, melainkan museum yang lebih modern.

Dalam proses pembuatan skripsi, Monica mengaku tidak

ada hambatan, karena selama proses pembuatan skripsi ini

dia merasa senang dan lebih banyak suka daripada duka. “

Kalau aku sih merasa lebih banyak sukanya daripada dukanya.

Kalau hambatan sepertinya tidak ada karena aku senang

menjalaninya,” ungkapnya.

Keberhasilan Monica kuliah arsitektur di Unika Soegijapranata

tidak lepas dari sosok Ibu. “Sosok penyemangatku adalah

Ibuku. Beliau sudah mengorbankan banyak hal buat aku,

dan memberikan yang terbaik untukku sampai aku bisa

kuliah, sehingga aku ingin memberikan hasil yang terbaik

untuk ibuku,” kata Monica. Setelah berkuliah di Unika

Soegijapranata, kini Monica sudah bekerja menjadi junior

arsitek di sebuah perusahaan.

Selama berkuliah di Unika Soegijapranata, ia merasa sangat

terbantu karena Unika memberikan fasilitas belajar sekaligus

dosen-dosen yang luar biasa untuknya. Bukan dosen yang

datang lalu kasih tugas, melainkan dosen yang sungguh-

sungguh membimbing dirinya dari nol. Tidak hanya memberi

kesan, Monica juga memberikan pesan bagi para mahasiswa

Unika untuk tidak menjadi mahasiswa yang kupu-kupu (kuliah

pulang kuliah pulang), dan menjalin banyak relasi karena itu

akan sangat berpengaruh di kedepannya nanti. (CBL)

Berawal dari Rasa

Gengsi Akhirnya

Membuahkan Hasil

Monica Rosari Putri

4 Kronik Edisi 127/Th.XVII27 April 2019

Berawal dari kebingungan terhadap pemilihan Jurusan kuliah di Unika dan kecintaannya terhadap seni rupa atau gambar telah mengantarkan Yogie Pratama Parlindungan sebagai salah satu lulusan terbaik periode I tahun 2019 Unika Soegijapranata dengan IPK 3,28. Pria yang akrab dipanggil Yogi dan alumnus SMAN 8 Semarang ini adalah wisudawan terbaik dari Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Fakultas Arsitektur dan Desain Unika Soegijapranata.

Tiga bulan berkecimpung dengan praktek kerja perkantoran alias magang di Jakarta, memantapkan Yogi untuk meneliti dan menulis tugas akhir tentang Perancangan Komunikasi Visual Untuk Mencegah Duduk Lama Bagi Pekerja Kantor di Semarang.

“Komunikasi Visual itu sendiri adalah sebuah rangkaian proses penyampaian informasi atau pesan kepada pihak lain dengan penggunaan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indra penglihatan. Jadi, dengan berangkat dari fenomena penelitian sebelumnya dan sampai sekarang masih tetap jadi bahan yang menarik namun jarang diteliti, merupakan penghargaan yang lebih untuk mereka yang sudah meneliti terlebih dahulu” jelas Yogi secara mendetail.

“Komunikasi visual ini menggunakan bahasa tubuh atau bahasa non verbal. Dan, kebanyakan komunikasi visual ini kerap kali digunakan oleh para designer grafis dalam menyampaikan pesan melalui ilustrasi yang mereka buat untuk memberikan pesan kepada orang yang melihat” tambahnya lagi.

Yogi menyematkan bahwa orang hidup lebih banyak

bekerja sampai pensiun ketimbang sekolahnya, sama

halnya seperti para pekerja di kantor yang dominan kerja

dengan duduk di depan komputer saja sampai masanya

telah selesai atau sampai dimana mereka ingin keluar.

Komunikasi visual yang adalah proses penyampaian

informasi atau pesan menggunakan media gambar yang

hanya terbaca oleh indra pengelihatan itu hanya mampu

menciptakan dan merancang satu atau dua produk yang

jadi fokus utama. Dan Yogi mengambil kasus duduk lama

melalui metode komunikasi visual untuk bahan praktek

yang akan ia teliti.

“Masalah duduk lama dapat menyebabkan penyakit

dengan kemungkinan terburuk. Dan saya mau membantu

para pekerja kantor di semarang. Salah satu cara untuk

menghindari duduk lama ialah berdiri dengan durasi yang

memungkinkan untuk merelaksasikan tubuh para pekerja

misalnya jalan kecil ke luar atau ke toilet” jelas Yogi.

“Tujuan saya meneliti ini untuk mengingatkan mereka (Para

Pekerja) melalui desain komunikasi visual berupa gambar

untuk tidak duduk terlalu lama, dengan lokasi penelitian

dilakukan di enam kantor responden” ucapnya lagi.

Ditanya mengenai mata kuliah yang paling sulit Yogi

mengatakan semua mata Kuliah punya kesulitan masing-

masing. Bertahan karena pilihan, suka atau tidak suka harus

tetap dijalani. Secara rinci Yogi mengungkapkan bahwa

mata kuliah yang paling rumit yaitu Nirmana. Menurut

Yogi, nirmana adalah Imajinasi yang abstrak tapi teratur,

karena nirmana ialah dasar dari penciptaan sebuah desain.

Yogi yang adalah penggemar game bola ini menceritakan

untuk kelanjutan karir kedepan ialah mencari pekerjaan

dan kerja. Diumumkan menjadi salah satu wisudawan

terbaik Yogi mengaku kaget dan ini sungguh diluar

dugaannya. Lebih jauh tentang ruang lingkup universitas,

Yogi mengatakan semua Dosen dari jurusan DKV memiliki

ciri khas masing-masing. Walaupun ada beberapa dosen

tertentu yang susah untuk ikuti. Namun sejauh ini semuanya

membantu dan Yogi sangat berterimakasih atas segala hal

yang sudah diterimanya.

“Harapan awalnya tidak ada, karena penelitian ini hanya

bersifat sebagai tugas akhir, tapi semakin dijalani, semakin

saya serius dan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh,

walaupun dengan responden yang menganggapnya biasa

saja. Namun, penelitian ini diharapkan bisa jadi literasi baru

di Unika khususnya di prodi DKV. Mengingat di prodi DKV

belum ada yang membahas lagi kasus tentang duduk lama.

Dan juga menambah kalibrasi untuk prodi DKV dan Unika

serta adik tingkat,” ucapnya.

Yogi yang menyukai tentang branding atau pembuatan logo

ini mengatakan harapannya untuk para pekerja di kantor

agar lebih peka terhadap kesehatan. Dengan melakukan

gerakan kecil tiap 1 jam sekali untuk menghindari adanya

gangguan kesehatan dan tetap menjaga kesehatannya,

agar tercapai pencapaian kerja yang lebih baik.

“Masalah masa depan pasti sudah diatur, dan saya merasa

beruntung karena di era digital ini memungkinan kesukaan

saya terhadap desain visual itu menjadi jasa dan produk

yang paling dicari,” tutupnya. (celiz)

Kuliah Sesuai

Dengan Passion

Yogie Pratama Parlindungan

5Kronik Edisi 127/Th.XVII 27 April 2019

Awalnya berkeinginan untuk terjun ke dunia militer atau kepolisian, tetapi karena sesuatu hal akhirnya tidak bisa terealisir maka Rahmat Harta Kusuma atau sering disapa Rahmat, sudah berencana untuk melanjutkan studi di Unika Soegijapranata.

“Awalnya saya agak bingung untuk memilih studi di program Teknik Sipil atau program Arsitektur, tetapi karena cita-cita saya sejak SMA adalah menjadi seorang kontraktor, maka akhirnya saya memilih melanjutkan studi di program studi Teknik Sipil,” ungkap Rahmat.

Rahmat yang pada akhir studinya terpilih menjadi wisudawan terbaik program studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dengan IPK 3,18 mengungkapkan kegembiraannya setelah mengetahui telah terpilih menjadi wisudawan terbaik prodi Teknik Sipil.

“Ya saya merasa apa yang saya angan-angankan sewaktu SMA dulu hampir mendekati kenyataan dengan terpilih menjadi wisudawan terbaik,” ucap Rahmat.

Air Daerah Genangan Banjir Rob Sungai Banjirkanal Barat Bagian Hilir Menggunakan Software Hec-Ras.”

Saat ditanya apa yang mendorongnya untuk meneliti sesuai dengan judul yang dipilihnya, Rahmat mencoba menjelaskan proses awalnya. “Yang saya teliti adalah dampak dari rob yang disebabkan naiknya pemukaan air laut di daerah pantai utara karena adanya daya gravitasi bulan dan dampak lainnya jika terjadi banjir akibat luapan dari sungai banjir kanal barat. Dampak dari rob seperti apa dan dampaknya apabila terjadi banjir seperti apa, lalu apabila terjadi karena kedua-duanya secara bersamaan seperti apa, dan luas sebarannya seberapa luas,” terang Rahmat.

“Saya dalam proses penyusunan tugas akhir ini juga sempat mengalami kesulitan dalam pengambilan data dari instansi-instansi tertentu dan keterbatasan software yang apabila itu ada kejadian error akan menghambat juga,” jelasnya.

“Tapi dengan upaya yang saya lakukan selama hampir dua bulan akhirnya bisa terselesaikan,” sambungnya.

Rahmat juga menyampaikan pesannya kepada para calon mahasiswa yang akan masuk prodi Teknik Sipil Unika. “ Yang pasti untuk adik-adik yang ingin masuk ke teknik khususnya teknik sipil, pasti awalnya berpikiran belajarnya itung-itungan semua, juga tugasnya pasti lembur terus, sehingga berat. Dulu saya pikir juga begitu, namun setelah masuk kuliah memang ada yang seperti itu, tapi itu memang kewajiban, dan lama kelamaan menjadi kebiasaan, dan ketika sudah di dunia kerjapun karena di perkuliahan sudah terbiasa kerja lembur dan kejar target, maka di dunia kerja pun tidak begitu kaget. Jadi di teknik sipil itu tidak seberat yang dibayangkan tapi juga tidak mudah seperti yang dipikirkan. Dan untuk itu memang butuh dedikasi sejak awal masuk hingga semester akhir.”

Moto yang dipilih Rahmat untuk mencapai goal nya adalah Target sebisa mungkin dicapai, dan apabila tidak bisa mencapai setidaknya hampir mendekati target. (fas)

Butuh Dedikasi

Sejak Awal

Rahmat Harta Kusuma

“Paling tidak pilihan saya ternyata menghasilkan buah prestasi yang bisa dibanggakan,” lanjutnya.

Anak bungsu dari empat bersaudara putra pasangan Suharta dan Andayani ini, memang cenderung suka dengan kegiatan lapangan, maka keputusan untuk mempelajari keilmuan di bidang teknik sudah bukan hal baru. Termasuk dalam penulisan Tugas Akhirnya yang berjudul “Analisis Tinggi Muka

6 Kronik Edisi 127/Th.XVII27 April 2019

Periode pertama tahun 2019 untuk wisudawan terbaik telah diumumkan, salah satu wisudawan terbaik tersebut berasal dari Program Studi (Prodi) Teknik Elektro Fakultas Teknik yaitu Christhoper. Pria kelahiran Jakarta, 8 April 1997 ini berhasil menuntaskan pendidikannya hanya dalam kurun waktu 3,5 tahun. Menurut dia capaian yang ia raih saat ini sangat spesial, karena tidak banyak mahasiwa dari jurusan Teknik Elektro yang dapat lulus hanya dalam kurun waktu 3,5 tahun.

Dengan tersenyum lepas, menggambarkan bahwa ia sangat senang dan lega akhirnya bisa lulus dan menjadi salah satu wisudawan terbaik dengan IPK 3,68 di Unika Soegijapranata periode pertama 2019. Keberhasilan dari pencapaiannya ini, tak lepas dari dukungan penuh keluarganya, hal itu menjadi motivasi terbesarnya dalam segera menuntaskan pendidikannya di Unika Soegijapranata. “Saya tahu untuk lulus di Unika ini, memang terasa ketat dan berasa sekali lulusan dari Unika ini dijamin mutunya”, pungkasnya. Suatu kebanggaan tersendiri bagi dirinya bisa lulus pendidikan dari Unika dengan waktu yang tergolong cepat.

Dalam proses pembuatan Tugas Akhir untuk skripsi, Christopher mengaku tidak mengalami kesulitan dalam hal teori, namun hal yang sulit ia temui saat praktek untuk Tugas Akhir. Dengan motiivasi yang kuat di dalam dirinya, Christopher sebisa mungkin menyelesaikan Tugas Akhirnya dengan cepat. Pria yang akan wisuda pada 27 April 2019 nanti, mengungkapkan keinginannya setelah lulus dari Unika, ia ingin bekerja dan melanjutkan pendidikannya di S2. Bahkan ia juga ada keinginan untuk mengajar menjadi seorang dosen di bidang yang ia kuasai.

“Sebenarnya saya masuk elektro ini, saya juga tidak menyangka karena saya dulu ingin masuk kedokteran, tapi karena sesuatu hal, akhirnya dengan arahan dari orang tuanya, Christopher masuk di program Teknik Elektro,” ucapnya.

“Kalo orang bilang kan Do what you love, tapi belajar untuk Love what you do aja sih” katanya. Meskipun menempuh pendidikan di bidang yang dia tidak terlalu senangi, namun Christopher mencoba untuk tetap bersungguh-sungguh belajar dan menguasai bidang Teknik Elektro. Dia memiliki cita-cita untuk benar-benar menguasai apa yang ia tekuni di bidangnya, entah itu ahli dalam hal teori maupun prakteknya.

Pria lulusan dari SMA Sedes Sapientiae Semarang ini juga mengungkapkan bahwa motivasi sekecil apapun yang ada ada pada diri teman-teman bisa kalian gunakan untuk segera menyelesaikan skripsi atau Tugas Akhir kalian. “Kita kerjakan, yang pasti setiap hari ada progress. Yang penting itu. Dan yang menentukan kita mau lulus kapan itu kita sendiri,” ucapnya.

Dukungan keluarga, kerabat, teman dan diri sendiri menjadi salah satu semangat kita dalam menyelesaikan pendidikan S1 ini, apapun jurusan yang kita ambil pasti memiliki kesulitan masing-masing namun kita bisa belajar dari Christopher untuk “Love What You Do bukan Do What You Love”. Dengan demikian niscaya apa yang menjadi tanggung jawab kita bisa kita selesaikan dengan baik.

Semoga Bermanfaat ! (Otn.GW)

Christhoper

Lulus Cepat, Mengapa Tidak ?

7Kronik Edisi 127/Th.XVII 27 April 2019

Pelaksanaan akreditasi sangat penting dilaksanakan demi terjaminnya peningkatan mutu yang berkualitas di tiap instansi. Salah satunya instansi Kesehatan. Proses akreditasi tidak dipungkiri mampu menyuarakan apapun yang belum terlaksana. Hal ini dilakukan agar puskesmas tidak ‘jalan di tempat’ setelah mendapatkan status terakreditasi, namun tetap terus menerapkan prinsip peningkatan mutu yang berkesinambungan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat.

dr Intaningtyas Subawati MH, dalam penelitiannya tentang Pelaksanaaan Akreditasi Puskesmas dan Perlindungan Hak Pasien dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Rembang menekankan sejauh mana perlindungan hak pasien di puskesmas yg sudah terakreditasi di kabupaten Rembang, apakah memang dengan pelaksanaan akreditasi puskesmas bisa menjamin perlindungan hak pasien di puskesmas.

Dan setelah ditelusuri, ibu dari tiga anak yang sekaligus kepala puskesmas dan dokter umum di Puskesmas Kragan II Rembang ini mengemukakan bahwa pelaksanaan akreditasi di Puskesmas itu dapat melindungi hak pasien selama dilaksanakan sesuai standar yang telah ditetapkan. Meskipun ada faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan akreditasi puskesmas dan perlindungan hak pasien di puskesmas, yang menyebabkan perlindungan hak pasien di puskesmas yang terakreditasi tersebut belum optimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain adalah faktor yuridis, teknis dan sosial.

“Terus terang rasanya berat, beban moral bagi saya menjadi salah satu lulusan terbaik Universitas ini. Karena masih banyak hal-hal yang harus dilakukan di negeri ini untuk kemajuan dan perbaikan negeri tercinta ini, khususnya dalam bidang hukum kesehatan, namun di satu sisi saya juga bersyukur, semua hasil memang tidak menghianati proses yang sudah

dilakukan,” ucap dr Intan ketika ditanya

bagaimana perasaannya setelah

dinyatakan menjadi lulusan terbaik

Magister Hukum Kesehatan dengan IPK

3,98 dalam wisuda periode I tahun 2019.

“Kendala yang ditemui saat penelitian,

sampai sejauh ini lancar, terima kasih

kepada semua teman-teman kepala

puskesmas di kabupaten Rembang

yang telah mendukung kami, sehingga

penelitian ini bisa terlaksana dan

terselesaikan dengan baik tepat

waktu. Kendala hanya pada peneliti,

karena beberapa Puskesmas letaknya

berjauhan, jadi harus spare waktu

lebih banyak saja. Respon tempat

penelitian, sangat luar biasa, baik dari

tempat penelitiannya sendiri maupun

seluruh narasumber penelitian, semua

kooperatif, mendukung dan pendekatan

dalam penggalian data-data penelitian

alhamdulillah tidak menemui kendala

yang berarti,” tambahnya panjang.

“Selama di Magister Hukum Kesehatan

(Hukkes) banyak sukanya ya...

Mempunyai teman-teman angkatan 26

yang sangat luar biasa, kekeluargaan

dan dukungannya, juga dosen-dosen

yang luar biasa, yang memberikan

banyak ilmu, pengetahuan, serta

dukungan dari keluarga tentunya juga

dan pelajaran dalam bidang hukum

kesehatan, sangat luar biasalah.”

“Susahnya saat mengerjakan

tesis, ya harus mendisiplinkan diri,

menyempatkan diri mengerjakan

tesis, konsul intensif dengan dosen,

melakukan penelitian dan yang paling

sulit mengejar dosen yang luar biasa

sibuknya. Harus menyiapkan stamina

yang ekstra, dan tentu saja yang tak

kalah penting daftar pustaka, untuk

Mbak Ratih, saya salut dengan beliau”

tambahnya panjang.

Malang melintang sebagai narasumber

mulai dari membahas tentang

Penetapan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat Kecamatan Rembang, Sosialisasi

Pelayanan Rumah Sakit dan Upaya

Penurunan Kematian Ibu dan Bayi di

RSUD dr SOESTRASNO Rembang

dan Keynote speaker di World TB Day

Symposium 2019, dr Intan memberi

pesan khususnya untuk Hukkes agar

ke depannya semoga lebih maju,

terus mencetak lulusan-lulusan yang

luar biasa, yang bisa memberikan

manfaat nyata untuk kemajuan hukum

kesehatan Indonesia mendatang.

“Hukum kesehatan masih sangat

berkembang, dan ditunggu peran serta

kita untuk kemajuan hukum kesehatan

di negara kita Indonesia. Belajar di

Hukkes untuk saya pribadi sangat luar

biasa, serta harapan dan cita-cita saya,

semoga kita semua bisa memberikan

kerja nyata yang terbaik untuk kemajuan

hukum kesehatan di Indonesia.

“Prinsip yang selalu saya jadikan

pedoman dalam keseharian adalah

disiplin, kekeluargaan dan profesional”

tutupnya. (celiz)

Sematkan Profesionalitas

Kekeluargaan pada Penelitian demi

Hak Pasien

dr Intaningtyas Subawati MH

8 Kronik Edisi 127/Th.XVII27 April 2019

Totally Blind semenjak usia 16 tahun, membuat Richard Kennedy tidak mau terus menerus menyerah menjalani fase itu. Salah satu calon wisudawan alumnus SMA ST Bonaventura Madiun ini, sangat termotivasi dengan berani. Pasalnya, mahasiswa berkebutuhan khusus ini tetap mampu menelurkan karya terbaiknya melalui penelitian dengan judul “Diskursus Hukum dan Etika tentang Praktek Ibu Pengganti Sebagai Perwujudan Hak Reproduksi” mengantar Richard yang akrab disapa koko ini mendapat hasil yang maksimal dengan menjadi salah satu wisudawan terbaik Prodi Hukum Fakultas Hukum dan Komunikasi Unika Soegijapranata Periode I tahun 2019, dengan IPK 3,98.

Bermula dari ketertarikan studi tentang kemanusiaan terutama yang berkaitan tentang gender, Richard mengatakan mengenai Surrogate Mother, yang secara tidak sengaja dibahas pada saat mata kuliah hukum tentang perjanjian sewa rahim, dan Richard tertarik dengan hak perempuan, sehingga itu menjadi awal pondasi pada latar belakang penelitian seperti yang sudah diteliti. Dalam pembuatan skripsi Richard mengatakan Ada dua pertimbangan yang ingin dikaji yaitu tentang sterilisasi terhadap penyandang disabilitas lalu tentang hak Ibu pengganti.

Hasil dari penelitian yang Richard lakukan mengungkapkan bahwa rahim adalah arena pertempuran kuasa antara agama, negara, dan filsafat moral melalui etika. Rahim perempuan sangat penting dan menjadi wadah generasi berikutnya serta pendukung demografi Indonesia. Namun masih dibatasi, karena aturannya belum diatur jelas oleh negara lalu masih timbulnya pertentangan di agama masng-masing, dan pertentangan moralitas etika tentang sewa rahim ini di masyarakat pada umumnya.

Richard sendiri menyimpulkan, perempuan ternyata tidak semerdeka

kelihatannya. Hak atas rahimnya, hak atas reproduksinya itu bukan perempuan sendiri yang menentukan. Perempuan masih tidak bisa menentukan haknya sendiri.

“Saya mengusulkan untuk Republik ini melalui pemerintahan yang ada, sebagai Negara yang mengakui menjunjung tinggi HAM, haruslah kooperatif mengakomodasi lebih rinci tentang ibu pengganti ini sebagai pilihan bebas, dan sebagai perwujudan manifestasi hak atas tubuh perempuan, dan juga saya mengajukan usulan mekanisme hukum yang bisa memberikan perlindungan hukum melalui pengajuan permohonan ke pengadilan, dengan hasil penetapan pengadilan”tegas Richard.

Rencana kedepannya mengenai kelanjutan karier kerja atau kuliah, Richard memilih keduanya, namun juga masih mencari arah dan peluang. “Kalaupun saya memilih kerja dan tidak melanjutkan studi, saya takut spirit saya untuk belajar berkurang, tapi kalau saya melanjutkan kuliah dulu tanpa bekerja ya dilema juga, untuk apa saya studi tinggi tapi pengalaman di lapangan Nol, jadi harus balance”, jelas Richard.

Terkait dengan pembelajaran di kampus, Richard merasa dosen Unika sudah seperti keluarga. “Bukan hanya mampu dalam hal keilmuan, namun dosen Unika terutama di fakultas hukum juga

mampu menerima keterbatasan saya. Menyambut saya sangat welcome, hak-hak yang saya dapatkan juga tidak dibeda-bedakan, saya diberikan apa yang menjadi kebutuhan dan semua hal yang umum tetap diberikan. Saya beruntung bisa belajar di Unika “, tambahnya.

Mendaftar dengan status mahasiswa disabilitas, Richard menyematkan lagi tentang kalimat Talenta Pro Patriat Et Humanitate itu bukan hanya semboyan atau jargon semata, tapi memang terimplementasikan dikampus ini. Melalui pembimbing dan seluruh rekan-rekan, Richard mampu bertahan dan menyelesaikan skripsi dengan semaksimal mungkin.

“Sejauh ini saya sangat-sangat berterimakasih kepada pembimbing saya Pak P Donny Danardono SH Mag Hum, dengan bantuan dan arahan dari beliau saya mampu menyelesaikan semua ini dengan maksimal dengan kondisi saya seperti ini. Beliau sangat sabar dan pengertian sekali dan itu membuat saya juga semangat. Dan saya juga sadar, untuk kondisi kampus dengan kontur tanah yang terjal dan penataan ruangnya memang gak ramah disabilitas, tapi saya berani jamin bahwa kampus ini punya semangat terbaik untuk mendidik, dan memberikan pendidikan ke semua kalangan tanpa membeda-bedakan dengan memberikan seluruh kebaikan dan kemampuan mereka”ucap Richard.

Motivasi sejauh ini yang selalu Richard terapkan ialah Penerimaan yang Tulus dari Keluarga tentang apapun itu baik dari segi kekurangan kita dan kelebihan kita adalah kunci utama yang penting dan landasan untuk memudahkan sosial interaksi di masyarakat. “Berani memulai berani mengakhiri” jawab pria berzodiak cancer ini lagi.

Untuk kendala yang ditemui hampir semuanya ada dan sesuai porsinya masing-masing. Mengatasi kendala tidak terlalu sulit, karena semuanya adalah pilihan sendiri. “Untuk melakukan perubahan dan untuk melakukan social movement, mari kita tumbuhkan sama-sama pemikiran yang peduli akan perempuan sama halnya dengan disabilitas. Tidak perlu menjadi anggota parlemen agar terlihat seperti terlindungi. Yang perlu kita lakukan adalah memperjuangkan itu bersama-sama,” Tutup Richard. (celiz)

Berprestasi

Dalam

Keterbatasan

Richard Kennedy

9Kronik Edisi 127/Th.XVII 27 April 2019

Gadis kelahiran Semarang, 5 Maret 1996 ini adalah kebanggaan program studi Ilmu Komunikasi. Elvira yang bernama lengkap Elizabeth Elvira Puspitasari menjadi salah satu wisudawan terbaik periode I tahun 2019, dengan IPK 3,62. Elvira adalah gadis yang aktif selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi, tidak heran ia bisa memperoleh predikat sebagai wisudawan terbaik.

Elvira merasa bersyukur bisa menjadi salah satu wisudawan terbaik. Selama kuliah di program studi Ilmu Komunikasi, Elvira tidak hanya aktif kuliah saja. Dia juga menyeimbangkan kegiatan dengan mengikuti organisasi HMPS Ilmu Komunikasi. Selain organisasi, dia juga mengikuti UKM Soegijapranata Debate Society. Sumbangsihnya bagi program studi Ilmu Komunikasi juga ditunjukkan dengan menjadi pengurus Lab Komunikasi Publik dan Strategis.

“Aku memang ikut beberapa kegiatan lain selain kuliah, kalau ditanya bagaimana bagi waktunya ya sebenarnya tergantung kita sendiri. Harus bisa mengatur prioritas, sesuaikan kegiatan dengan realita yang ada. Kalau dirasa sudah terlalu banyak kegiatan, ya tolak saja kegiatan lain,” kata Elvira yang alumnus SMA Kristen YSKI Semarang.

Kuliah di program studi Ilmu Komunikasi menurutnya adalah hal yang menyenangkan. Dia selalu mendapatkan bimbingan baik dari dosen sejak pertama kali kuliah sampai mengerjakan skripsi dan sekarang sudah mau wisuda.

“Selain dosen, teman-teman di Ilmu Komunikasi juga asik-asik, seru-seru. Aku rasa semua teman-teman di Ilmu Komunikasi adalah anak yang kreatif dan bertalenta,” kata gadis yang paling menggemari mata kuliah PR Campaign dan Copywriting Periklanan ini.

Elvira merasa beruntung karena bisa berdinamika bersama dengan baik selama menjalani perkuliahan. Banyak hal berkesan yang dia lewati selama kurang lebih empat tahun berkuliah. Baginya, apa yang sudah dia lewati semuanya memiliki kesan. Elvira merasa bisa belajar banyak dari semua yang dijalani selama perkuliahan.

Sebelum nantinya akan melebarkan sayap setelah lulus dari Universitas Katolik Soegijapranata,

Elvira memiliki beberapa pesan untuk adik-adik tingkatnya yang masih meneruskan belajar

di kampus.

“Kuliah adalah kesempatan untuk belajar dan melakukan kesalahan adalah hal yang wajar asal pantang menyerah dan mau memperbaiki.

Ambilah pembelajaran dari segala hal dengan positif agar nantinya bisa menjadi lulusan sarjana yang

berkualitas tinggi baik secara ilmu maupun moral,” kata Elvira. (SIC)

Jadikan Segala Hal

Sebagai Pembelajaran

Positif

Elizabeth Elvira Puspitasari

10 Kronik Edisi 127/Th.XVII27 April 2019

Endah Purbaningrum Santoso adalah wisudawan terbaik di program Magister Manajemen pada wisuda periode I tahun 2019 ini, dengan IPK 3,92. Putri dari pasangan Tejo Santoso dan Kusumawardiati ini ternyata mempunyai hobi membaca dan travelling. “Saya suka travelling ke suasana alami seperti pegunungan, pantai juga berkunjung ke kota-kota yang menarik,” tuturnya dengan bahagia ketika ditanya mengenai hobinya tersebut.

Sebelum berada di program Magister Manajemen Unika Soegijapranata, Ia pernah menempuh kuliah S1 jurusan Teknik Pangan di Universitas Pelita Harapan. Ia lebih aktif dalam kegiatan kepanitiaan ketika berada di Universitas Pelita Harapan dari pada di Unika Soegijapranata. “Salah satu kegiatan yang pernah saya ikuti yakni Food Explore,” tuturnya sambil tersenyum.

“Ketika di Universitas Pelita Harapan saya juga aktif dalam kegiatan OMK di Gereja St.Helena Karawaci,” tambahnya.

Gadis alumni SMA Karangturi Semarang ini mempunyai moto hidup untuk mencapai sebuah kesuksesan. Moto hidupnya adalah Ora et Labora. “Ini adalah moto hidup yang sudah ditanamkan kepada saya sejak saya duduk di SD,” tuturnya ketika ditanya alasan mengapa memilih moto tersebut. Menurutnya orang itu pasti membutuhkan kerja keras dan banyak berdoa supaya cita-citanya dapat tercapai. Dan janganlah kita lupa berdoa karena segalanya akan ditentukan oleh Tuhan.

Selayaknya dalam proses perkuliahan, anak kedua dari dua bersaudara ini terkadang menghadapi kesulitan ketika masih menjalani kuliah. Salah satu hambatannya adalah sulit beradaptasi di Program Magister Manajemen. Untuk mengatasi hal itu cara yang mudah untuk dilakukan adalah berusaha mengikuti dan aktif bertanya kepada dosen. Ia pun juga berusaha membagi waktu. Ia bekerja pukul 08.00-17.00. Setelah itu pada pukul 20.00-21.00 Ia kuliah. Sisa waktunya digunakan olehnya untuk nyicil-nyicil tugas.

“Berjuanglah terus. Kalau sudah niat untuk ambil S2 Magister Manajemen haruslah berkomitmen. Jangan lupa juga untuk banyak-banyaklah bertanya kepada dosen ketika menemui suatu persoalan,” pesan gadis kelahiran 29 September 1992 ini kepada para adik tingkatnya.

Saat ini Ia sedang menjalankan bisnis bunga. Bisnis bunganya bernama “De Bloem”. “Bisnis ini berawal dari sebuah keisengan saya dan teman saya untuk mencoba-coba merangkai bunga, dan juga karena hobi,” tuturnya ketika ditanya mengenai latar belakang membuat bisnis tersebut.

Ketika dibuat perbandingan antara kuliah dengan praktek kerja itu berbeda menurut Endah. “Kerja itu tidak membutuhkan IPK atau Universitasnya dari mana. Tetapi yang terpenting adalah kemauan untuk belajar dan berusaha. Dan pintar-pintarnya saya mengatur waktu,” tuturnya. (AAT-AS)

Berusaha

dan Aktiflah

Bertanya

Endah Purbaningrum Santoso

11Kronik Edisi 127/Th.XVII 27 April 2019

Hidup ini bagaikan ombak, terkadang harus naik dan terkadang harus turun mengikuti pola perjalanan. Hal itulah yang dirasakan oleh Vivi yang merupakan wisudawan terbaik dari program studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Soegijapranata, dengan IPK 3,65.

Vivi berkelakar bahwa ia sudah menentukan target kapan untuk ujian proposal hingga perencanaan untuk ujian skripsi. Namun target yang semua dibuat meleset dari perkiraannya, dan ia harus mundur dari targetnya,

“Mundur dari target itu bikin aku down banget, tapi aku berusaha buat bangkit lagi karena menurutku sedih itu tidak akan menyelesaikan masalah. Walaupun mundur target untuk ujian proposal dan skripsi, namun targetku yang satu lagi yaitu bisa wisuda di bulan April bisa terpenuhi. Hal itulah yang membuat aku kembali belajar bahwa boleh manusia berusaha namun kembali lagi, Sang Pencipta yang akan menentukan.”

Hal yang selalu menjadi pedoman Alumnus SMA PL Santo Yohannes Ketapang bahwa semua harus selalu disyukuri dan berdamailah untuk semua hal yang dilalui, mau itu baik ataupun buruk karena disetiap hal yang dilalui pasti ada sesuatu yang dapat dijadikan pelajaran dan berharga untuk masa yang akan datang. Ia menyadari bahwa setiap proses yang dialami tidaklah selalu mulus, namun ia belajar untuk berdamai dengan diri sendiri untuk menerima setiap proses yang ada.

Dalam menyelesaikan studinya, Vivi memilih judul skripsi “Analisis Faktor Perpindahan Merek (Brand Switching) Yang Dilakukan Oleh Konsumen Pada Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Galon Merek AQUA”.

“Aku sendiri belajar bahwa menerima setiap proses yang terjadi dalam kehidupan. Sangat bersyukur ketika mendapat dukungan dari saudara, Orangtua, kekasih serta teman-teman yang ada saat saya down. Pengalaman yang saya alami juga saya syukuri sebagai bagian dari kehidupan. Bagi yang sedang berjuang dalam menempuh skripsi, jangan terpuruk pada kesulitan namun bagaimana kita untuk struggle dengan ambisi kita. Jangan takut untuk melawan ketakutan dan keraguan,” ucapnya.

Banyak pengalaman membuat diri semakin terasah baik dari segi emosi, kognitif hingga perilaku. Tercatat ia pernah aktif dalam organisasi dalam Fakultas Ekonomi dan Bisnis hingga mengikuti kegiatan sebagai Student get Students Unika Soegijapranata. (Ign)

BERDAMAILAH

DENGAN DIRI SENDIRI

Vivi

12 Kronik Edisi 127/Th.XVII27 April 2019

Walaupun menjadi seorang aktivis ormawa yang dihadapkan

pada kesibukan, namun hal tersebut tidak menyurutkan Tan,

Kresna Bayukencana Adisatria yang akrab disapa Kresna

untuk berprestasi. Hal ini dibuktikannya dengan berbagai

pencapaian yang didapatkan dalam bidang akademik

sehingga berhak untuk mendapatkan gelar Wisudawan

Terbaik pada Periode April 2019. Alumnus SMA Kristen Tri

Tunggal Semarang ini berhasil menorehkan prestasi dengan

IPK 3,91 serta juga pernah menjuarai berbagai perlombaan

di bidang akuntansi.

Kresna memilih judul “Pengaruh Penggunaan Sistem

Pengendalian Manajemen terhadap Komitmen pada Tim

dengan Identitas Sosial sebagai Variabel Moderasi” karena

ketertarikan akan bidang organisasi dalam bidang akuntansi.

Hal tersebut diinspirasi dari bergabungnya Kresna dalam

penelitian yang dilakukan oleh dosen pembimbing dan ingin

mengembangkan penelitian tersebut untuk tugas akhirnya.

“Sebenarnya waktu itu saya menjadi asisten penelitian

dosen pembimbing dengan topik serupa, kemudian

ditawarkan oleh beliau untuk penelitian skripsi saya.

Maka tanpa pikir panjang saya mengambil topik tersebut.

Sebenarnya memang saya tertarik dengan bidang

organisasi dan akuntansi. Sistem Pengendalian Manajemen

berguna dalam kehidupan, terlebih lagi saat ini kita hidup

di lingkungan yang membutuhkan kolaborasi. Sistem

pengendalian manajemen membantu kita untuk merancang

dan menjalankan sistem organisasi agar berjalan efektif,

dengan cara melakukan kontrol terhadap perilaku individu

untuk memastikan bahwa semua anggota dalam tim

menggunakan norma dan peraturan yang ada untuk

mencapai tujuan bersama.”

Walaupun berhasil menyelesaikan Skripsi, hal tersebut

tak lepas dari berbagai hambatan yang dialami seperti

menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Akuntansi yang

disibukkan dengan berbagai program kerja ditambah

dengan kegiatan perkuliahan seperti KKU yang cukup

menyita waktu dan tenaganya serta membagi diri pula

untuk membantu penelitian yang dilakukan oleh dosen

pembimbingnya. Dengan berbagai kegiatan tersebut, Pria

kelahiran Semarang 14 April 1998 ini berhasil menuntaskan

kewajibannya sebagai mahasiswa semester akhir.

Pemilik Motto If you work hard and do your best, you can

do anything ini selalu memegang teguh prinsipnya bahwa

jika kita memiliki tekad untuk bekerja keras dan berusaha,

tentu kita akan lebih unggul dibandingkan dengan

individu lain yang terlalu malas untuk mengembangkan

kemampuannya. Hal tersebut menjadi penyemangatnya

dalam menjalani kehidupan. Saat ini Kresna telah diterima

menjadi Associate 2 di PricewaterhouseCoopers Indonesia

dan akan mengembangkan karir di bidang Auditing. (Ign)

KETEKUNAN

BERBUAH

MANIS

Tan, Kresna Bayukencana Adisatria

13Kronik Edisi 127/Th.XVII 27 April 2019

Aktif dalam berbagai kegiatan mahasiswa selama perkuliahan, membuat Wahyu Candra Dewi bersemangat dalam menyelesaikan studinya. Wahyu Candra Dewi, yang akrab disapa Candra, 21 tahun, berhasil menempuh gelar Ahli Madya (A.M.D) sebagai wisudawan terbaik Program Studi (Prodi) D3 Perpajakan pada Wisuda Periode I bulan April 2019.

Mendapat penghargaan sebagai wisudawan terbaik merupakan hal yang tak pernah Ia pikirkan sebelumnya. Mahasiswi yang memiliki hobi bekerja ini, mengatakan bahwa dirinya kaget dan tidak menyangka sekaligus bangga dengan prestasi yang Ia peroleh. Hal ini tentunya menjadi prestasi yang sangat membanggakan dan mengharumkan nama kedua orang tuanya, di samping Ia telah sering berprestasi dalam bidang yang lain selama di bangku perkuliahan.

Candra yang alumnus SMA Sedes Sapientiae Semarang, dapat lulus tepat waktu, bahkan lulus lebih awal merupakan dambaan setiap mahasiswa. Hal itulah yang dialami oleh Candra, mahasiswi kelahiran tahun 1998 ini. Gelar Ahli Madya (A.M.D) Ia peroleh hanya dengan 2,5 tahun masa studi. Tidak hanya itu, tugas akhirnya yang berjudul “Dampak Tax Amnesti Terhadap Penerimaan Pajak dan Pelaporan SPT di Kantor Pelayanan Pajak Candisari”, mengantarkan Candra menjadi wisudawan dengan IPK 4,00 dan predikat kelulusan ‘Dengan Pujian’.

Saya tertarik jurusan Perpajakan karena saya ingin belajar Pajak agar lebih memahami cara menghitung pajak, terutama karena saya ingin membantu usaha orang tua dalam mengurus pajak. Di Perpajakan sendiri banyak yang bisa dipelajari, mulai dari peraturan perpajakkan Indonesia, Undang-Undang Pajak, tarif pajak, cara menghitung pajak, serta mempraktekkan secara langsung cara melapor pajak,” ungkap Candra.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir, tentu banyak kendala yang harus Candra hadapi. “Untuk kendala sudah pasti ada, karena untuk mendapatkan data tidak bisa instan, harus menunggu dari KPP. Selain itu kendala terbesarnya adalah waktu dan rasa malas, karena saya harus mengerjakan Tugas Akhir bersamaan dengan kuliah dan bekerja membantu orang tua,” terang Candra. Namun, hal tersebut tidak mematahkan semangat Candra untuk segera meyelesaikan Tugas Akhir. “Ketika saya sudah jenuh, teman-teman dan orang tua selalu membangkitkan semangat saya kembali. Dosen pembimbing saya, Bapak Drs Theodorus Sudimin, MSi serta dosen-dosen lain juga membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir saya,” ungkap Candra.

Selama perkuliahan, Candra juga aktif dalam organisasi dan berbagai perlombaan. Salah satunya adalah pernah menjabat sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi Perpajakan (HMPSP) periode 2017-2018 dan Pemenang juara 1 Economics and Business Ambassador (EBA). “Salah satu yang paling berkesan buat saya adalah ketika menang juara 1 EBA, karena ditonton oleh Dekan, orang tua, dan teman-teman. Di situ saya bisa menunjukkan kemampuan saya kepada orang tua saya dan tidak mengecewakan teman-teman yang telah mendukung saya dari membuat yel-yel dan properti-properti selama kompetisi EBA,” terangnya.

Quotes yang menjadi pegangannya “Semoga semua makhluk hidup bahagia di alamnya masing-masing” menjadi sebuah doa dalam hidupnya. “Ketika kita mendoakan semua makhluk berbahagia, otomatis kita mendoakan diri kita sendiri juga berbahagia. Sesuai hukum karma, kalau kita memberi yang terbaik, kita pasti juga dapat balasannya secara langsung maupun tidak langsung,” imbuh Candra.

Kepada teman-teman mahasiswa yang sedang berjuang menyelesaikan studi, Ia berpesan “Perhatikan saat di kelas dan pahami materi yang disampaikan oleh dosen. Ketika kalian sedang patah semangat, ingatlah orang-orang yang kalian sayang karena dari situ kalian akan mendapat motivasi untuk segera menyelesaikannya. Jangan merasa tertekan ketika kalian sedang tidak mendapat inspirasi, refreshing boleh tetapi jangan kelewatan. Ingatlah bahwa kalian punya tugas yang harus segera diselesaikan. Kalau gagal, coba lagi, barangkali dari kegagalan itu kalian bisa lebih sukses dari sebelumnya,” pungkasnya. (Tata)

Kuncinya Manajemen

Waktu dan Kerja Keras

Wahyu Candra Dewi

14 Kronik Edisi 127/Th.XVII27 April 2019

Lestarini Damanik tak pernah menyangka bahwa dirinya akan menjadi wisudawan terbaik Magister Sains Psikologi periode I tahun 2019, dengan IPK 3,70. Lestarini, begitu ia akrab disapa, mengusung topik terkait psikologi pendidikan dalam tesisnya yang berjudul “Hubungan Antara Kepercayaan Diri dan Dukungan Orangtua dengan Orientasi Masa Depan Karir Pada Siswa SMA”.

Wanita kelahiran Palu ini bercerita bahwa dirinya memilih untuk melanjutkan studi magister sains psikologi di Unika Soegijapranata karena Unika Soegijapranata merupakan salah satu universitas swasta terbaik di Jawa Tengah yang memiliki fakultas psikologi dengan reputasi yang terkenal dan bagus di Jawa Tengah. “Selain itu, Psikologi Unika juga menawarkan S2 yang bervariasi, ada magister profesi dan sains psikologi dengan peminatan yang variatif pula. Jadi tentu saja Unika menjadi prioritas utama saya waktu memilih studi S2,” ungkapnya.

Lestarini pun menceritakan pengalaman berkesan baginya selama menempuh studi di Unika Soegijapranata. Menurutnya selama menempuh studi di Unika, ia merasa sangat didukung oleh para dosen yang membimbingnya.

“Pada dasarnya para dosen sangat mendukung progres studi mahasiswanya dan mendukung supaya mahasiswa cepat bisa lulus. Dalam dinamika selama kuliah, kadang muncul rasa malas untuk bertemu dengan dosen. Namun, kalau kita berusaha dan berani menemui dosen kita, dan melakukan yang terbaik dari apa yang mereka harapkan dari kita, mereka pasti sangat mendukung. Kalau melihat kita sudah lebih maju dan berusaha, pasti dosen akan membantu dan mendukung progres kita”.

Selain itu, Lestarini juga menyebutkan bahwa salah satu hal yang diapresiasinya di Unika Soegijapranata adalah kegiatan mahasiswa yang cukup banyak dan didukung oleh universitas. “Kegiatan mahasiswa di Unika ada banyak sekali. Hampir tiap kali saya ke kampus selalu ada kegiatan mahasiswa. Saya rasa, Unika sangat mendukung dinamika dan proses belajar mahasiswa melalui kegiatan yang ada,” imbuhnya.

Terkait tesisnya, Lestarini mengungkapkan alasannya memilih topik psikologi pendidikan untuk diteliti. “Saya tertarik untuk meneliti topik terkait psikologi pendidikan ini karena awalnya saya sering melihat ada banyak mahasiswa yang mengeluh kalau mereka salah mengambil jurusan ketika kuliah.

S e t e l a h saya cek, ternyata memang ada cukup banyak buku yang membahas tentang salah memilih jurusan atau bagaimana cara memilih jurusan yang benar. Ini menunjukkan bahwa fenomena menentukan masa depan karir, terutama dalam hal pendidikan lanjutan, cukup banyak terjadi di dunia pendidikan. Itulah yang menjadi awal mengapa saya tertarik menyelidiki lebih jauh mengenai hal ini,” terang Lestarini.

Dalam mengerjakan tesis, kendala dan hambatan tentu tak lepas darinya. Namun Lestarini mengungkapkan bahwa cara terbaik untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan tetap memotivasi diri sendiri.

Kepada mahasiswa Unika lainnya, Lestarini menyampaikan harapannya. “Dalam mengerjakan tugas akhir, selalu ingat untuk patuh dengan dosen. Biar bagaimanapun, mereka adalah senior kita, guru kita, pembimbing kita, dan sekaligus orangtua kita. Sadari juga bahwa diri kita tidak sempurna maka begitu pula dengan tesis atau skripsi kita. Oleh sebab itu, jangan mudah menyerah atau berputus asa dalam proses mengerjakan tugas akhir. Tetap semangat dan berikan hasil yang terbaik,” pungkasnya.

Pilih Unika Karena Bereputasi dan

Berkualitas

15Kronik Edisi 127/Th.XVII 27 April 2019

Elisabeth Setyawan merupakan wisudawati terbaik dari program studi Magister Profesi Psikologi pada wisuda periode April 2019 dengan IPK 3,63. Gadis yang lahir pada 26 Maret 1991 di Sukoharjo ini merupakan alumnus Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata yang lulus pada tahun 2013.

Sebelum melanjutkan studi Magisteriatnya, Lisa –sapaan akrab Elisabeth Setyawan- terjun terlebih dahulu ke dunia kerja. Putri dari Bapak Deny Setyawan ini sempat bekerja di beberapa tempat. “Setelah lulus aku bekerja pada bagian HRD di Semarang. Kemudian aku pindah ke Solo yang dekat dengan rumah. Ketika di Solo ini aku awalnya ditawari di bagian Sekretaris Direksi. Namun aku merasa bahwa itu bukan bidangku dan bertanya apakah ada lowongan kosong di bagian direksi. Puji Tuhan ada dan aku masuk di bagian training.,” tutur Lisa.

Setelah bekerja selama setahun, ada dorongan dalam diri Lisa untuk melanjutkan studinya. “Lalu aku ngomong ke orang tuaku mengenai keinginanku dan orang tuaku pun setuju,” jawab Lisa. Ketika itu ada sedikit hambatan ketika Lisa ingin resign dari pekerjaan.

Memasuki masa studi Magisteriatnya, Lisa mengambil spesialisasi Klinis Dewasa. Ia menuturkan bahwa tidak ada kesulitan yang berarti ketika melakukan proses belajar mengajar. “Dibandingkan dengan S1, belajar di S2 cenderung lebih mudah dan ringan,” sebutnya. Bagian paling menarik menurutnya ialah ketika melakukan PKPP atau Praktek Kerja Profesi Psikologi. “Praktek Kerja Profesi Psikologi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Psikolog. PKPP ini kita diwajibkan untuk pergi ke rumah sakit umum, rumah sakit jiwa, dan panti wredha yang sudah ditentukan oleh fakultas,” tutur Lisa. Bagi Lisa PKPP ini susah-susah gampang. “Pengalaman susah sempat kurasakan misalnya ketika menangani klien yang mengalami Skizofernia. Tapi ada kebahagiaan sendiri ketika mendengarkan klien dan mereka merasa terbantu,” sebutnya.

Rampung dengan PKPP, alumnus Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata ini masuk ke tahap pembuatan tesis. Ia mengangkat judul ‘Hubungan antara Koping Religius Positif dan Penerimaan Diri dengan Depresi pada Lansia yang Tinggal di Panti Wredha’. Ia pun menjelaskan bahwa ada keinginan untuk membantu para lansia yang tinggal di panti wredha yang belum bisa menerima dirinya sepenuhnya di masa tua, termasuk di dalamnya seperti menerima suami yang sudah meninggal, anak yang sudah memiliki kehidupannya sendiri, dsb. Karena tidak menerima keadaan dirinya itu kemudian mereka depresi. Dia mau membantu mereka supaya bisa menerima dirinya

di masa senjanya dan akhirnya tidak depresi lagi.

Gadis asal Sukoharjo ini pun bersyukur bahwa ia diterima dengan baik di panti wredha di Solo yang menjadi tempat penelitiannya. “Mereka senang banget aku ada di sana dan dengan hangat menyambutku karena memang di sana kurang adanya psikolog,” tambahnya. Dalam membantu mereka itu, Lisa menggunakan metode koping religius positif. Maksudnya ialah dengan kedekatan mereka pada Tuhan, mereka terbantu untuk dapat menerima keadaannya itu dan mampu bersyukur atas semuanya itu. “Tapi ini berbeda dengan religiusitas. Religiusitas lebih fokus pada frekuensi beribadah. Tapi koping religius positif menitikberatkan pada kedekatan personal antara pribadi dengan Tuhan yang membuat mereka mampu menerima keadaan yang dihadapi,” jelasnya.

Dalam proses pembuatan tesisnya, Lisa menuturkan bahwa kesulitan ia alami ada di bagian awal. “Waktu itu salah satu skala yang kupakai dirasa terlalu mainstream oleh dosen pembimbingku. Dosen itu berkata kalau tidak mau mengganti skala itu, aku harus cari dosen pembimbing lain. Mau gak mau aku pun harus ganti skala itu, padahal waktu itu aku sudah buat sampai bab 3,” katanya. Sempat ada rasa malas dalam diri Lisa ketika harus mengganti skala itu. Namun itu tidak memupus semangat Lisa, sebab ia menargetkan untuk lulus pada tahun 2018.

Akhirnya ketika ditanya mengenai harapan ke depan, Lisa pun bertutur bahwa ingin membuka praktek sendiri. “Aku mulai merasa ada feel berbeda ketika aku memberikan psikotes kepada karyawan baru. Ketika memberikan tes itu aku merasa feel-ku dapet banget. Itulah yang mendorongku juga untuk meneruskan studi ke Magisteriat dan akhirnya ingin buka praktek sendiri,” jawabnya. Namun ia tidak menutup kemungkinan untuk bekerja di perusahaan lagi. “Ya yang namanya hidup, tidak ada yang pasti. Tapi untuk sekarang aku ingin ke arah itu,” sambungnya. “Yang paling penting adalah usaha, sebab dari situlah ada hasil yang diperoleh,” tutupnya. (ffi)

Hasil yang Tidak

Mengkhianati Usaha

Elisabeth Setyawan

16 Kronik Edisi 127/Th.XVII27 April 2019

Fiorencia Grecella Idhaleman adalah wanita yang energik dalam aktivitas sehari-harinya. Wanita yang murah senyum dan menyukai kompetisi ini sering disapa Cella dalam pergaulannya. Menekuni olahraga bulutangkis sejak usia dini menjadi bentuk nyata Cella dalam menggemari dan menyukai olahraga bulutangkis. Menjadi atlet di usia anak-anak dengan impian menjadi atlet profesional adalah salah satu impiannya yang sangat didukung oleh keluarga, khususnya ayahnya yang juga adalah seorang pelatih bulutangkis. Saat usia remaja, ia sempat diberikan pilihan untuk tetap terus menekuni impiannya menjadi atlet atau fokus pada pendidikan, dengan pertimbangan yang matang ia memilih untuk fokus pada pendidikan hingga melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.

Mengambil Jurusan Psikologi di Unika Soegijapranata dan mengurungkan niat awalnya untuk menjadi seorang atlet profesional menjadi pilihannya. Namun dengan menjadi wisudawati terbaik periode I tahun 2019 di Fakultas Psikologi dengan IPK 3,82 membuktikan bahwa ia tidak salah dalam menentukan segala pilihannya kala itu. Prestasi yang Cella peroleh bukan hanya dipengaruhi

oleh keberuntungan semata, tetapi karena minat dan kerja keras dalam berproses, seperti yang Cella katakan, “Saya tertarik bagaimana tes psikologi dapat menilai orang dalam berperilaku, dan hal ini yang mendasari saya ingin menekuni dan belajar psikologi bahkan sejak masih duduk di bangku SMP.” Selain itu, rendah hati serta tidak sombong ketika berada di atas dan memperoleh keberhasilan menjadi modal utama wanita kelahiran Kudus ini.

Hobby terhadap olahraga bulutangkis tidaklah ditinggalkan begitu saja, dengan mengkolaborasikan ilmu Psikologi membuat Cella mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan antara Kepemimpinan Pelatih dengan Resiliensi Pada Atlet Bulutangkis Remaja PB Djarum Kudus”. Penelitian inilah yang mengantarkan Cella meraih prestasi wisudawati terbaik. Walaupun tidak bisa berkompetisi langsung dalam dunia olahraga, tetapi menjadi salah satu yang terbaik dalam pendidikan di perguruan tinggi adalah bentuk perhatiannya terhadap olahraga ini. Tak hanya itu, Cella mengungkapkan keinginannya agar prestasi atlet olahraga bulutangkis

Indonesia dapat lebih baik, terlebih bulutangkis adalah cabang olah raga yang kerap mengharumkan nama Indonesia di pentas Internasional.

Dari keberhasilan ini, Cella berharap untuk mahasiswa Unika Soegijapranata khususnya Fakultas Psikologi agar tetap terus berkarya dan berguna untuk masyarakat seperti motto Unika “Talenta Pro Patria et Humanitate”, serta jangan melupakan semangat dan teladan Mgr. Soegijapranata.

Don’t Say, “ I Can’t ” adalah motto yang menjadi prinsip dan selalu bergemah dalam hati, motto ini selalu membakar semangat dalam meraih setiap hal yang diinginkan, tutur wanita alumnus SMA Kanisius Kudus yang menyukai warna pink dan hitam ini.

“Tidak lupa rasa syukur kepada Tuhan dan ucapan terima kasih kepada keluarga, para dosen Psikologi yang selalu menginspirasi, serta teman-teman yang selalu memotivasi saya, hingga saya bisa menyelesaikan pendidikan ini dengan hasil optimal dan mendapatkan prestasi yang saya pun tidak menyangkanya,” tegas Cella menutup wawancara kali ini. (RK)

Ingin Tekuni

Psikologi Sejak SMP

Fiorencia Grecella Idhaleman

17Kronik Edisi 127/Th.XVII 27 April 2019

Bukan suatu hal yang mudah bagi Lani untuk dapat lulus tepat waktu di periode April 2019 ini. Memiliki nama lengkap Tjan, Cecilia Meilani Anggun Karnadi anak dari Bapak Andreas Handoyo berhasil mencatatkan namanya menjadi lulusan terbaik dari Fakultas Teknologi Pertanian. Luar biasa pencapaiannya hingga mendapatkan IPK kelulusan sebesar 3,92. Sudah menjadi target bagi Lani untuk bisa lulus tepat waktu, dengan berbagai strategi telah disiapkan. Memiliki motto yang sederhana ”Be The Best of Yourself” sehingga yakin pada pendiriannya. Masuk menjadi mahasiswa Unika Soegijapranata tahun 2015 dengan jurusan Nutrisi dan Teknologi Kuliner adalah pilihannya.

Lani menceritakan awal berkuliah di FTP begitu sangat sulit karena di semester satu mempelajari mata kuliah seperti pelajaran SMA yang sudah terlampau lupa. Terkadang perlu belajar sampai lembur karena materi yang diberikan sangat banyak. Bagi Lani sendiri tidak peduli harus begadang atau tidak tidur sama sekali agar mendapatkan nilai yang bagus saat ujian nanti. Fungsi nilai bagus ini menjadi pegangan Lani agar terus mendapat full 24 sks. Terbukti hingga sampai semester tujuh, Lani membuktikan hal tersebut dari semester tiga dia mampu mendapatkan sks yang full. Sehingga di semester empat dan lima beban sks terasa lebih ringan karena sudah banyak diambil saat semester awal kemarin. Keuntungan lainnya yaitu saat FTP mengadakan semester

pendek dan mata kuliah wajib seperti kewarganegaraan, agama dapat diambil sehingga saat semester reguler nanti beban sks terkurangi.

Memasuki semester lima tinggal 2-3 mata kuliah lagi sehingga Lani lanjut fokus mengambil skripsi. Mulai mencoba membuat proposal dan dirasa ternyata cukup sulit dikarenakan baru mengambil mata kuliah Metodologi Ilmiah dan belum mengetahui topik yang akan diambil untuk skripsi nanti. “Adapun yang membuat dilema itu karena NTK-kan topiknya beda dari Teknologi Pangan dimana NTK lebih tentang gizi atau survey makanan. Sedangkan di kelas itu basic pelajarannya tidak terlalu detail tentang gizi, sudah sampai mengajukan empat topik tapi ditolak karena terlalu condong ke arah Teknologi Pangan,” seru Lani.

“Akhirnya aku dapat satu topik karena baca jurnal dan menemukan di internet seperti berita tentang teknologi masak. Berita ini dari seorang chef internasional namun baru berupa opini belum ada penelitian yang dilakukan. Jadi aku penasaran agar opini dari chef ini bisa terbukti dan pembaca bisa semakin paham. Dari situ aku mulai mengajukan topik ini dan akhirnya disetujui dosen pembimbing,” jawab Lani senang.

Perjuangan Lani semakin bertambah karena beban semester lima bersamaan dengan Kerja Praktek (periode Januari – Februari). Kemudahan untuk melewati

masa kerja praktek yaitu karena Lani sudah mengambil mata kuliah yang pas untuk menjadi laporan kerja praktek. Memasuki masa-masa skripsi hingga akhirnya masuk ke laboratorium untuk melakukan banyak uji, Lani tidak luput dari banyaknya hambatan. Pertama, di angkatan 2015 Lani adalah yang pertama menggunakan Lab. Kimia sehingga tidak ada teman yang bisa ditanyakan. Untuk laboran sendiri juga tidak melulu harus menjawab kebingungan Lani selama nge-lab. Hal ini yang membuat Lani harus bertanya kepada kakak kelas yang juga skripsi di lab tersebut. Kedua, di laboratorium ini tidak ada sistemnya jadi untuk memakai alat ini tidak ada urutannya siapa yang hendak memakai hari ini atau setelah ini. Jadi, Lani harus mengalah karena tidak mungkin mendahului kakak kelas yang lebih dulu di lab. Terakhir, hambatan yang cukup berat yaitu banyaknya uji dan perlakuan dalam metode membuat Lani melakukan di-lab sampai larut malam. Disamping itu, Lani menjadi APL (Asisten Pembimbing Lapangan) untuk mahasiswa yang mengikuti Kerja Kuliah Usaha. “Bingung bagi waktu saat ngelab tiba-tiba ada panggilan karena problem di wilayah KKU-ku sehingga aku harus segera kesana tapi juga gak bisa ninggalin nge-lab ku. Jadi berusaha bagi waktu agar semua juga terkendali. Jadi capek fisik. Untung ada temen bantu dan selesai di bulan Desember. Harusnya Oktober selesai cuman alat uji protein rusak jadi mundur 2 bulan. Sehingga tidak bisa lanjut kalau tidak ada uji protein itu,” tambah Lani.

Berkuliah di Unika sangat menyenangkan begitu pula di FTP dengan dosen-dosen yang baik. Pelajarannya yang menyenangkan, semua staf dan laboran yang mau membantu mengajarkan bila kita kurang paham saat di lab. “Untuk semua yang masih berjuang di kampus tetap semangat dalam menjalani perkuliahannya, kalau di awal emang gampang banget bikin drop. Dari situ aku pernah merasakan dengan banyaknya beban sks dan aktif di kampus. Jangan takut, cukup perlu mengatur waktu dan prioritaskan mana yang menurutmu penting apa itu nilai atau organisasi. Kalau kamu sudah mengetahui mana prioritasmu, kamu akan tahu tujuanmu kemana,” tegas Lani dengan semangat. (lid)

Tjan, Cecilia Meilani Anggun Karnadi

Tentukan Target

Sampai Tujuan Tercapai

18 Kronik Edisi 127/Th.XVII27 April 2019

Karel, panggilan akrab dari Karel Kristiawan Tejoputro, merupakan mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNIKA Soegijapranata angkatan 2015 yang berhasil meraih predikat wisudawan terbaik dari FBS UNIKA Soegijapranata pada Wisuda Periode I pada April 2019 dan lulus dengan pujian dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3.83.

Pria kelahiran Semarang, 11 Mei 1997 ini menyelesaikan tugas akhirnya dengan judul “FLA Students’ Perspective on the Use of English in Product Packaging to Engage Customers”, pemilihan judul ini terinspirasi dari pengamatan pribadinya terhadap harga produk yang berbeda pada tempat yang berbeda, misalkan pada warung kecil, kisaran harga es teh manis maksimal mencapai Rp. 3000, namun pada kafe besar, kisaran harga es teh manis dapat mencapai Rp. 10.000, selain itu tema packaging atau pengemasan ia pilih karena pengemas produk adalah hal pertama yang diperhatikan kebanyakan orang dalam memilih produk, dan ia ingin mengetahui apakah penggunaan bahasa inggris pada pengemas dapat menarik minat pembeli.

Pria yang juga memiliki hobi menonton film dan alumnus SMA Sedes Sapientiae Semarang ini bercerita bahwa awal ia masuk ke Unika Soegijapranata, ia diberi pilihan oleh orangtuanya untuk masuk jurusan akuntansi atau jurusan bahasa, namun karena ia telah menjalani jurusan bahasa sejak dari SMA, ia pun memilih untuk masuk program Englishpreneurship di FBS Unika Soegijapranata.

Karel mengikuti banyak kegiatan selama masa perkuliahannya di FBS Unika Soegijapranata. Ia pernah menjabat sebagai wakil ketua di Badan Eksekutif Mahasiswa FBS dan menjadi penanggung jawab di berbagai acara yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa FBS. Ia juga sering dipercaya untuk mengemban tugas sebagai Master of Ceremony (MC) di berbagai acara seperti International Conference dan PTMB 2017. Ia mengatakan bahwa kegiatan yang paling berkesan menurutnya adalah PTMB 2017, di mana selain ia mendapat bagian menjadi MC di tingkat universitas, ia juga berkesempatan untuk menjadi penanggung jawab PTMB di fakultas sendiri, meskipun kepanitiaannya terlihat berat namun ia tetap bersemangat untuk menjalani acara dan mengikuti rapat karena ia memiliki rekan panitia yang menyenangkan.

Awalnya, dia tidak menyangka akan mendapat gelar wisudawan terbaik karena ia tidak berencana untuk lulus dengan cepat, namun ia tetap bersyukur karena dapat meraih gelar wisudawan terbaik dan berterima kasih kepada setiap orang yang telah mendukungnya dalam studinya dan penyelesaian studinya yang cepat. Ia berharap, agar ke depannya semuanya dapat berkarir dengan baik dan menjadi orang sukses, terutama bagi mereka yang lulus di Wisuda Periode I yang diadakan pada April 2019 ini. (Ian)

Dalami Bahasa

Sejak SMA

Karel Kristiawan Tejoputro

19Kronik Edisi 127/Th.XVII 27 April 2019

Yosefina Oktaviani Santoso adalah mahasiswi program studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Unika Soegijapranata angkatan 2015 yang terpilih menjadi lulusan terbaik pada Wisuda Periode I tahun 2019. Perempuan yang kerap disapa Fina ini lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,98.

“Title Based Scientific Journal Clustering” adalah judul skripsi yang diangkat perempuan kelahiran Semarang 31 oktober 1997 ini. Dalam pembuatan skripsinya, Fina menceritakan pengalamannya yang tidak mudah dan penuh dengan tantangan. Mulai dari penentuan judul skripsi yang membutuhkan waktu yang cukup lama dan baru didapatkan ketika mendekati batas waktu penentuan judul skripsi.

“Tema ini sendiri saya dapatkan dalam keadaan kepepet waktu deadline pengumpulan judul skripsi. Dan tema ini saya ambil karena saya merasa tertantang saja”, jelasnya.

Fina menjelaskan munculnya ide tema ini berdasarkan

pada sudah banyaknya publikasi jurnal ilmiah yang dipublikasikan namun belum adanya sistem yang mengelompokkan jenis-jenis jurnal ilmiah tersebut. Alhasil, ketika masyarakat umum ingin mengakses suatu jurnal ilmiah dengan tema tertentu sangat sulit untuk ditemukan. Dengan adanya sistem clustering ini maka masyarakat dimudahkan untuk menemukan jurnal ilmiah yang diinginkan.

“Skripsi yang saya buat ini bukan seperti skripsi biasanya yang berisi tentang penemuan atau pengembangan atau analisa tertentu. Skripsi saya lebih kepada pembuatan sistem pengelompokkan atau clustering untuk jurnal-jurnal ilmiah tersebut. Saya ambilkan salah satu contoh, Indonesia telah mempublikasikan sekitar 20 ribu jurnal ilmiah dan itu baru dari Indonesia saja. Kita belum menghitung jurnal-jurnal lain yang telah dipublikasikan oleh negara lainnya. Nah, disini sistem clustering yang aku buat ini supaya orang lebih mudah buat mencari tema tertentu. Kalau misal ditanya skripsi aku tentang apa? bisa dibilang penggabungan big data, text mining, dan clustering,” ungkap Fina yang alumnus SMA Krista Mitra Semarang.

Selain itu, Ia juga menceritakan bahwa selama kuliah di Teknik Informatika (TI) Unika, salah satu hal yang disenangi adalah kebaikan dan keseruan para dosennya yang tidak bisa disandingkan dengan dosen-dosen di fakultas lainnya. Dalam ceritanya, para dosen TI selalu memberikan dukungan berupa canda dan tawa ketika ia sedang mengalami kelelahan.

“Dosen TI tuh baik-baik. Aku waktu semester 7 hectic banget soalnya aku ada kelas, ada asdos (asisten dosen) tiga mata kuliah truss ngelesi , ngerjain project dari luar sambil ngerjain skripsi. Capek banget kan….tapi tiap datang ke ruang dosen adanya itu bercanda sama dosen-dosen jadi lupa sama capeknya karena dosennya baik dan menghibur,”pungkasnya.

Fina juga menceritakan semasa kuliah ia ikut organisasi HMTI yang membuatnya banyak menjadi panitia event dan mendapat banyak sertifikat. Selain itu ia juga mempunyai segudang prestasi yang dihasilkan semasa kuliah. Ia menceritakan semasa kuliah dulu pernah dinobatkan menjadi Student of The Year , kemudian pernah menjadi finalis lomba Anforcom (Annual Informatics Competition), Juara favorit Web Competition dan membuat buku saku elektronik untuk penderita jantung bawaan dalam rangka PKM.

Terakhir, Ia mengatakan bahwa segala yang didapat tersebut tidak akan dapat dicapai tanpa adanya orang tua yang selalu memotivasinya ketika mengalami kesulitan. Hal lain yang selalu memotivasi dirinya adalah prinsip hidup yang ia buat yaitu bahwa percaya akan jalan yang telah disediakan oleh Tuhan dan melakukan yang terbaik dalam menjalankannya.

“Bagi aku, keluarga adalah motivator terbaik ketika sedang down. Dan hal lain yang selalu membuat aku berani untuk menghadapi tantangan adalah prinsip hidupku yaitu selalu percaya sama jalannya Tuhan dan melakukan yang terbaik dalam menghadapinya,”tutupnya.(YBH)

Keluarga Adalah Motivator Terbaik Dalam Hidup

Yosefina Oktaviani Santoso

20 Kronik Edisi 127/Th.XVII27 April 2019

Sebuah game yang dibuat secara khusus untuk mengenal jenis tanaman buah telah diciptakan oleh wisudawan terbaik program studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Unika Soegijapranata.

Khoirul Fikri Shona atau sering disapa Khoirul telah menyelesaikan skripsinya dengan meneliti dan merancang sebuah game dengan judul “Game Dr.Plant Hortikultura (Tanaman Buah) Berbasis Android Di Hortimart Agro Center,” dan berhasil berhasil menyelesaikan studinya serta meraih prestasi sebagai wisudawan terbaik dengan IPK 3,81.

Anak kedua dari tiga bersaudara putra pasangan Shodik dan Siti Muawanah ini, sempat memaparkan pengalamannya sebelum merancang game untuk skripsinya.

“Saya sebelumnya pernah bekerja paruh waktu di Hortimart Agro Center, kebetulan lokasi perusahaannya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal. Di sana saya tahu jika di Hortimart membutuhkan media untuk promosi sekaligus bisa dijadikan panduan untuk mengenal berbagai tanaman buah yang ada di sana oleh pengunjung. Selanjutnya saya berkonsultasi dengan pihak perusahaan apakah diperbolehkan jika membuat game tentang tanaman buah dan disetujui oleh pihak perusahaan, maka selanjutnya saya semakin mantap merancang game ini,” jelas Khoirul yang alumnus SMK Negeri 11 Semarang.

“Selain itu ketika saya lihat di google playstore ternyata yang banyak muncul adalah game tentang berkebun, sedangkan game tentang tanaman hampir tidak ada. Hal itu semakin mendorong saya untuk merancang game sesuai dengan rencana saya,” imbuhnya.

“Dalam pembuatan game ini saya kerjakan sendiri sekaligus bimbingan dengan pembimbing skripsi saya yaitu Albertus Dwiyoga MKom dan Dr Bernardinus Harnadi MT,” ucapnya.

Saat ditanya awal mula kenapa memilih program sistem informasi Unika, Khoirul tampak mengingat kembali kenangannya saat memilih program studi setelah lulus SMK. “Saya dulu banyak belajar desain percetakan sewaktu di SMK, dan hal itu mendorong saya untuk mencoba bidang lain di luar percetakan, makanya saya pilih studi di Sistem Informasi dan bersyukur sekarang bisa terpilih menjadi wisudawan terbaik,” terang Khoirul.

Khoirul juga menambahkan jika setelah lulus nanti ingin

Ciptakan Game

Tanaman Buah

terjun ke pekerjaan di bidang analisis, karena bidang analisis biasanya mencakup ke pengembangan juga. Dan ternyata Khoirul juga sudah punya ancang-ancang untuk masuk ke beberapa perusahaan yang diminatinya.

Pada akhir wawancara, Khoirul membagikan resep kesuksesannya dalam studi hingga terpilih menjadi wisudawan terbaik.

“Kalau yang saya lakukan sebenarnya tidak ada yang istimewa, hanya setiap ada tugas yang harus saya kerjakan saya selalu mengumpulkannya tepat waktu. Meskipun sulit atau belum tahu hasilnya seperti apa, yang penting selalu tepat waktu. Hal lainnya, sebenarnya skripsi itu juga tidak sulit, yang sulit adalah melawan malasnya, karena dalam pembuatan skripsi kita tidak ada deadline seperti membuat tugas, jadi musuh yang paling berat adalah melawan diri sendiri,” ungkapnya.

“Dan segala hal hendaknya dilakukan dengan sabar, ikhlas dan berusaha untuk tepat waktu,” tutupnya. (fas)

Khoirul Fikri Shona

SIDANG REDAKSI: Wakil Rektor 4, Humas REDAKTUR PELAKSANA: Humas Unika Soegijapranata REPORTER: Tim Kronik LAYOUT: Ernanto

KANTOR REDAKSI: Humas Unika Gedung Mikael Lt. 3 Telp. 024 - 8441 555, 850 5003 ext. 1433

Kronik Edisi 127/Th.XVII 27 April 2019

Contoh kartu alumni yang sudah dilengkapi barcode ber QR Code :

Unika Soegijapranata terus berusaha menjadi Perguruan Tinggi yang konsisten melakukan transformasi dan memberikan inspirasi bagi lingkungan akademik di internal maupun eksternal kampus. Melalui perjumpaan dengan inovasi-inovasi baru, civitas akademika diharapkan dapat memperoleh berbagai pengalaman baru dan memperkaya wawasan, baik selama menjadi mahasiswa maupun saat lulus nanti.

Salah satu pengalaman baru yang dihadirkan kali ini adalah laman verifikasi.unika.ac.id yang awalnya merupakan fasilitas legalisasi ijazah dan transkrip secara online untuk mempermudah berbagai permintaan dari instansi atau perusahaan alumni untuk memverifikasi ijazah dan transkrip. Melalui situs verifikasi online ini pula, sejak awal tahun 2017 para alumni tidak harus datang ke kampus untuk melakukan legalisasir ijazah maupun transkrip. Semuanya bisa dilakukan dalam waktu yang singkat melalui internet.

Guna mewujudkan program UnikaConnect dalam rencana strategis Unika Soegijapranata tahun 2017-2021, universitas menggandeng organisasi alumni IKASOEPRA (Ikatan Alumni Unika Soegijapranata) untuk mengembangan kartu alumni yang tidak hanya menjadi identitas semata, tetapi juga berfungsi untuk mengakses layanan alumni melalui fitur QR Code.

Tatanan dunia baru yang terlihat dari pergantian generasi, membuat perguruan tinggi mau tidak mau harus menyesuaikan perubahan itu. Pada kesempatan ini, dalam wisuda periode III tahun 2018, Unika Soegijapranata kembali meluncurkan inovasi melalui kartu alumni IKASOEPRA yang dilengkapi dengan QR Code. Kode ini ketika dipindai, di-scan, atau di-snap akan terhubung dengan laman verifikasi.unika.ac.id dari masing-masing alumni.

Hasil dari memindai dan men-snap QR Code pada kartu alumni para alumni akan mendapatkan layanan alumni, yaitu legalisasi ijazah dan transkrip online. Selain itu, jika dibutuhkan, tersedia softcopy akreditasi institusi maupun program studi yang umumnya dibutuhkan untuk melamar pekerjaan yang mensyaratkan sertifikat akreditasi tersebut (seperti formasi CPNS). Layanan yang terbaru, para alumni bisa melihat dan mengunduh buku wisuda mulai periode III-2018 yang terkoneksi dengan aplikasi Hallo Alumni yang telah diluncurkan pada akhir tahun 2017.

Berikut akan kami informasikan petunjuk praktis cara memindai QR Code di kartu alumni untuk mendapatkan fitur-fitur di dalam laman verifikasi.unika.ac.id:

Perjumpaan dengan

pengalaman baru

i

Kronik Edisi 127/Th.XVII27 April 2019

Tampilan menu verifikasi.unika.ac.id setelah login :

Tampilan sub menu legalisasi :

ii

Kronik Edisi 127/Th.XVII 27 April 2019

Tampilan buttom menu export PDF pada sub menu ijazah :

Tampilan sub menu transkrip :

iii

Kronik Edisi 127/Th.XVII27 April 2019

Tampilan buttom menu export PDF pada sub menu transkrip :

Tampilan sub menu akreditasi :

iv

Kronik Edisi 127/Th.XVII 27 April 2019

Tampilan sertifikat akreditasi universitas atau program studi sesuai pilihan yang diminta :

Tampilan sub menu buku wisuda : Tampilan buku wisuda versi pdf :

v