Pengaruh Penambahan Serabut Kelapa Dalam Campuran Beton Terhadap Kuat Tekan Dan Tarik Beton
MODUL VII LANJUTAN CONTOH SOAL TEGANGAN TARIK-TEKAN
Transcript of MODUL VII LANJUTAN CONTOH SOAL TEGANGAN TARIK-TEKAN
MODUL VII
LANJUTAN CONTOH SOAL TEGANGAN TARIK-TEKAN :
1. Sebuah baut jepit baja berdiameter 18 mm, dipasang
menembus tabung tembaga berdiameter luar 40 mm dan dalam 24
mm. Mur yang dipasang pada ujung baut untuk menjepit tabung
dengan perantara ring, menimbulkan tegangan 10 N/mm2 pada
baut. Seluruh perangkat ini kemudian ditempatkan pada mesin
bubut guna membubut setengah panjang dari tabung tembaga pada
kedalaman 1,5 mm.
Hitunglah tegangan yang terhimpun dalam tabung tembaga pada
bagian yang dikerjakan.
Jawab :
Diketahui : D b = 18 mm b = 10 N/mm 2
d tt = 24 mm t = 1,5 mm
D tt = 40 mm
Maka :
a. Luas penampang batang baut : A b = . D b2 =
. 18 2 = 81 mm 2
b. Luas penampang tabung tembaga : A tt = . (D tt 2
- d tt 2 )
= . ( 40 2 – 24 2 )
= 256 mm 2
c. Jepitan yang dilakukan mur-baut terhadap tabung tembaga
tentu saja menimbulkan gaya tarik pada batang baut dan
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang S.Permana
ELEMEN MESIN I 1
sebaliknya menimbulkan gaya tekan pada tabung dengan besar
yang sama.
Jadi :
F b = Ftt
b . A b = tt . A tt
10 . 81 = tt . 256
tt = = 3,16 N/mm2
d. Karena setengah panjang tabung tembaga dibubut diameternya
sedalam 1,5 mm, maka :
- diameter yang tersisa : D tt.s = 40 – (2 x 1,5) = 37
mm
- Luas penampang yang tersisa : A tt.s = . (D tt.s 2 - d tt
2 )
= . ( 37 2 – 24 2 )
= 198,3 mm 2
- Luas penampang tabung tembaga yang utuh = A tt.u = A
tt = 256 mm 2
e. Setelah pembubutan, karena luas penampang setengah panjang
tabung tembaga berkurang, maka tentu saja akan berakibat
pada berubahnya pola tegangan yang terjadi sebelumnya,
karena : = . Dengan demikian dari besarnya :
Gaya tekan pada bagian tabung yang dibubut = gaya tekan
pada bagian tabung yang masih utuh = gaya tarik pada
batang baut
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang S.Permana
ELEMEN MESIN I 2
A tt.b . tt.b = A tt.u . tt.u = A b . b2
198,3 . tt.s = 256 . tt.2 = 81 . b2
tt.s = . b2 = 0,41 . b2
tt.2 = . b2 = 0,32 . b2
f. Berkurangnya sebagian luas penampangnya, akan menambah
besar efek pengkerutan () pada tabung. Akibatnya gaya
tarik pada batang baut jepit akan berkurang, sehingga :
L = L 1 = L 2
dengan demikian :
x L = x + x
* dengan membagi “L” pada bagian kiri dan kanan persamaan,
menjadi :
= +
b2 = = 9,43 N/mm2
c. Tegangan dan regangan geser (Shear stress and strain)
Tegangan geser ( s ) timbul akibat kerja dari dua gaya geser
( Fs ) yang saling berlawanan arah (aksi – reaksi) terhadap
suatu bidang geser, pada satuan luas bidang penampang tahanan
elemen mesin ( A ). Sehingga bidang penampang tersebut
mengalami regangan geser (mulai akan tergunting) searah
bekerjanya gaya, sebesar sudut ( ) terhadap sumbu benda
yang tergeser. Secara matematik dapat ditulis :
s = Fs / A dan G = s /
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang S.Permana
ELEMEN MESIN I 3
dimana :
G = modulus geser / kekakuan (rigidity) material benda yang
mengalami geseran.
Gambar :
Bidang penampang tahanan
geser
Bidang geser
Fs
(aksi) Fs
(reaksi)
Kondisi pergeseran pada bidang penampang benda tahanan :
Fs (aksi) s s
Fs (reaksi)
d. Tegangan puntir / putar (Torsional stress)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang S.Permana
ELEMEN MESIN I 4
Terjadi di sepanjang struktur material elemen mesin yang
dikenai momen puntir (MP) atau torsi ( T ), akibat fungsinya
dalam meneruskan daya putar ( P ). Besarnya tegangan yang
terjadi (P) akan mencapai maksimum pada sisi terluar benda
(dengan radius r ), terutama pada bagian ujung benda yang
dijepit / ditahan (sejarak L dari titik tumpuan gaya).
Sebaliknya, menjadi nol ( 0 ) pada sumbu benda dan pada titik
tumpuan gaya. Hal ini dikarenakan, geseran pada struktur
material benda searah radial (sudut geser ), bertambah besar
sesuai dengan pertambahan jarak.
Gambar :
P maks.
r
P = 0
P maksMP = T
Dengan demikian persamaan umum untuk tegangan puntir, adalah :
MP / IP = P / r = G. / L
Dimana : IP = Inersia polar, yang menyatakan kekuatan
bentuk penampang bulat dalam menahan gaya putar
atau torsi.
= Ixx + Iyy = . d 4 + . d 4
= . d 4
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang S.Permana
ELEMEN MESIN I 5
Ixx dan Iyy = inersia benda pada sumbu x dan sumbu y.
G = modulus geser / kekakuan (rigidity) material benda.
Menyatakan sifat kekakuan material dalam
menerima pembebanan puntir
Dari persamaan umum tegangan puntir, akan diperoleh dua
persamaan berikut :
- Persamaan puntir berdasarkan kekuatan bahan :
Dari : =
=
T = . P . d 3
- Persamaan puntir berdasarkan kekakuan bahan
Adalah : =
Untuk poros yang berlobang :
- IP = . (d l 4 - d d
4 ) , dengan r =
maka
T = P . . (d l4 - d d
4 ) .
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang S.Permana
ELEMEN MESIN I 6
T = . P . d l 3 (1 – k4 ) , dimana : k =
CONTOH- CONTOH SOAL TEGANGAN PUNTIR (PUTAR) :
1. Untuk pembebanan putar / puntir pada perancangan poros
pejal ( tidak berlobang ) :
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang S.Permana
ELEMEN MESIN I 7
2. Untuk pembebanan putar / puntir pada perancangan poros
berlobang (Hollow Shaft) :
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang S.Permana
ELEMEN MESIN I 8
Lanjutan untuk soal nomor 3, pembebanan putar / puntir
pada perancangan poros berlobang ( Hollow Shaft ) :
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang S.Permana
ELEMEN MESIN I 9