Mewujudkan Pembaharuan untuk Kinerja Berintegritas
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Mewujudkan Pembaharuan untuk Kinerja Berintegritas
DIREKTORAT JENDRAL PERIMBANGAN KEUANGAN
Mewujudkan Pembaharuanuntuk Kinerja Berintegritas
Laporan TahunanAnnual Report
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK)
sebagai salah satu unit eselon I di lingkungan
Kementerian Keuangan memiliki posisi penting dan
strategis dalam pengelolaan desentralisasi fiskal.
Dengan semakin besarnya nilai dana Transfer ke Daerah
dan Dana Desa (TKDD) dan APBD dari tahun ke tahun,
maka tuntutan masyarakat atas transparansi, kinerja,
dan akuntabilitas menjadi sebuah keniscayaan. Untuk
itu, Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan (DJPK) Tahun Anggaran 2018 disusun
sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan kinerja DJPK
sepanjang Tahun Anggaran 2018 untuk mewujudkan
visi sebagai “Pengelola Hubungan Fiskal Pusat dan
Daerah Berkelas Dunia yang Adil dan Transparan”.
Pada bagian pertama Laporan Tahunan ini dijabarkan
Kilas Kinerja Tahun 2018 yang memuat Rencana
Strategis DJPK, Peristiwa Penting, Reformasi DJPK,
Pengelolaan Kinerja Organisasi, dan Highlight Laporan
Keuangan. Salah satu agenda utama yang penting di
sepanjang tahun 2018 adalah Program Reformasi DJPK.
Reformasi DJPK bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pengelolaan TKDD secara lebih kredibel
dan berintegritas. Program ini mencakup 4 (empat) pilar
utama organisasi, yaitu Kelembagaan, Sumber Daya
Manusia, Kebijakan, dan Pelayanan. Berbagai capaian
Program Reformasi DJPK, antara lain: (i) naiknya nilai
indeks persepsi integritas, (ii) penurunan jumlah
pengaduan, (iii) terwujudnya zero fraud, (iv) penurunan
jumlah tamu yang berkunjung ke DJPK, (v) peningkatan
pengguna layanan Call Center Dering DJPK, Website,
dan Video Conference, (vi) penyempurnaan kebijakan
pengelolaan TKDD, (vii) peningkatan local tax ratio,
(viii) peningkatan kualitas pengelolaan keuangan
daerah, serta (ix) peningkatan indeks survey kepuasan
pengguna layanan. Selain pelaksanaan reformasi
As one of the echelon I units within the Ministry of
Finance of the Republic of Indonesia, the Directorate
General of Fiscal Balance (DJPK) has an important and
strategic position in managing fiscal decentralization.
With the increasing value of Regional Transfers and
Village Funds (TKDD) as well as Regional Budget
(APBD) throughout the years, the society’s demand
for transparency, performance, and accountability
becomes a necessity. Hence, the Annual Report of the
Directorate General of Fiscal Balance (DJPK) for 2018
Fiscal Year is compiled as a form of accountability
of DJPK’s performance during the 2018 Fiscal Year
in realizing its vision of “Becoming a World-Class
Administrator of Fiscal Relation between Central
Government and Regional Government in a Fair and
Transparent Manner”.
The first part of this Annual Report will present
a Flashback of DJPK’s Performance in 2018 which
contains the Strategic Plans, Significant Events,
Reformation of DJPK, Organizational Performance
Management, and Highlights of Financial Statements.
One of the essential and primary agenda carried
out in 2018 was the DJPK Reformation Program.
This program aims to improve the efficiency and
effectiveness of TKDD management in a more credible
and integrated manner. It covers 4 (four) main pillars of
the organization, namely Institution, Human Resource,
Policy, and Service. Various achievements of the
DJPK Reformation Program include: (i) an increase in
the integrity perception index, (ii) a decrease in the
number of complaints, (iii) the realization of zero fraud,
(iv) a decrease in the number of guests visiting DJPK,
(v) an increase in the number of users of Call Center
Dering DJPK, Website, and Video Conference, (vi) an
improvement in TKDD management policies, (vii) an
increase in local tax ratio, (viii) an improvement in
the quality of regional financial management, and (ix)
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report1
internal, DJPK juga mengedepankan aspek inovasi
dalam setiap pelaksanaan kegiatan sepanjang tahun
2018. Salah satu inovasi yang dilakukan oleh DJPK adalah
pelaksanaan Internship dan Secondment Pemda dalam
rangka peningkatan kapasitas pengelola keuangan
daerah. Capaian kinerja atas inovasi tersebut telah
mendapatkan pengakuan dan penghargaan sebagai
TOP 12 Inovasi di lingkungan Kementerian Keuangan
pada akhir tahun 2018.
Pada bagian berikutnya, Laporan Tahunan ini
mendeskripsikan Profil DJPK pada tahun 2018 yang
mencakup Nilai-nilai Kementerian Keuangan, Visi
dan Misi DJPK, Tugas dan Fungsi Organisasi, Struktur
Organisasi DJPK, serta Profil Pejabat Eselon I dan II.
Pada pertengahan tahun 2018, telah terjadi perubahan
pimpinan DJPK yaitu Bapak Astera Primanto Bhakti
yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Badan
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK), dilantik
menjadi Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan
menggantikan Bapak Boediarso Teguh Widodo yang
memasuki masa purnabhakti.
Pada bagian Sumber Daya Manusia dijabarkan kondisi
statistik SDM di DJPK dan hal-hal yang telah dilakukan
untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi
para pegawai/pejabat struktural dan fungsional di
lingkungan DJPK. Upaya untuk meningkatkan kapasitas
SDM DJPK, antara lain melalui pelaksanaan berbagai
pendidikan dan pelatihan formal dan informal,
internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan, dan
pembinaan soft competency lainnya.
an increase in the index of service user satisfaction
surveys. In addition to the implementation of internal
reformation, DJPK continuously prioritized the
innovation aspect in every all of its activities conducted
throughout 2018. One of the innovations carried out
by DJPK was the implementation of Internship and
Secondment of Regional Government in order to
increase the capacity of regional financial managers.
The performance achievement of such innovation
had received recognition and awards as the TOP 12
Innovations within the Ministry of Finance at the end
of 2018.
In the next section, this Annual Report will describe
the 2018 Profile of DJPK which includes the Values of
Ministry of Finance, Vision and Mission of DJPK, Duties
and Functions of the Organization, Organizational
Structure of DJPK, and Profiles of Echelon I and II
Officials. In mid-2018, there was a change in the
leadership of DJPK. Mr. Astera Primanto Bhakti,
who previously served as the Head of the Financial
Education and Training Agency (BPPK), was appointed
as the Director General of Fiscal Balance replacing Mr.
Boediarso Teguh Widodo who entered retirement.
The Human Resources section of this Annual Report
will describe the human resource statistics in DJPK as
well as activities conducted to improve the capacity and
competency of structural and functional employees/
officials within DJPK. Several efforts to increase the
capacity of DJPK’s HR, among others, are carried out
through the implementation of various formal and
informal education and training, internalization of the
Ministry of Finance’s values, and other soft competency
development activities.
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report2
Pada bagian berikutnya tertuang kebijakan-kebijakan
yang telah dihasilkan oleh DJPK pada tahun 2018
terkait dengan core business DJPK, antara lain Transfer
ke Daerah dan Dana Desa, Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pengelolaan Belanja Daerah, Pembiayaan
Daerah, serta Sistem Informasi Keuangan Daerah.
Kebijakan-kebijakan ini merupakan bagian dari agenda
reformasi DJPK dalam rangka meningkatkan kualitas
dan efektivitas pengelolaan TKDD dan pengelolaan
keuangan daerah yang efektif dan optimal yang
pada akhirnya akan mendukung tujuan utama dari
Desentralisasai Fiskal, yaitu meningkatkan pelayanan
kepada publik (public service delivery) dan kesejahteraan
masyarakat (social welfare).
Bagian akhir Laporan Tahunan ini memuat Tata Kelola
Pemerintahan yang merupakan penjabaran hal-hal yang
telah dilaksanakan oleh DJPK pada tahun 2018 dalam
rangka mendukung penerapan prinsip-prinsip dasar
penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Adapun
kegiatan-kegiatan tersebut adalah implementasi sistem
pengendalian intern DJPK termasuk di dalamnya adalah
Manajemen Resiko dan Keterbukaan Informasi Publik,
serta Pengelolaan Layanan Informasi. Dalam rangka
memperkuat layanan informasi kepada para pemangku
kepentingan dan publik telah dikembangkan berbagai
inovasi layanan informasi yang cepat dan akurat, yaitu
Call Center Dering DJPK 1500420, Redesign Website
DJPK, Media Sosial DJPK, Video Conference, dan Ruang
Layanan Informasi.
Laporan Tahunan ini disusun sebagai bentuk
dokumentasi terhadap pencapaian, serta kinerja DJPK
sepanjang tahun 2018 dan sekaligus menjadi salah satu
sumber referensi dalam pencapaian prestasi dan kinerja
di masa yang akan datang. Dengan adanya Laporan
Tahunan ini diharapkan para pemangku kepentingan
juga dapat lebih memahami mengenai tugas dan fungsi
DJPK, serta peran strategis DJPK dalam pengelolaan
hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
In the following section, the Annual Report will
elaborate on the policies implemented by DJPK
in 2018 in relation to its core business, including
Regional Transfers and Village Funds, Regional Taxes
and Regional Retribution, Regional Expenditure
Management, Regional Financing, and Regional
Financial Information Systems. These policies are
part of DJPK’s reformation agenda in order to improve
the quality and effectiveness of TKDD management
and to manage regional finance in an effective and
optimal manner, which will ultimately support the
primary objectives of Fiscal Decentralization, namely
to improve public service delivery and social welfare.
The final part of this Annual Report contains a
description on Good Governance which is a description
of the activities carried out by DJPK in 2018 to support
the implementation of basic principles of good
governance. These activities are the implementation
of DJPK’s internal control system including Risk
Management and Public Information Disclosure, as
well as Management of Information Services. In order
to strengthen information services to stakeholders
and the public, various rapid and accurate information
service innovations have been developed, namely the
Dering DJPK 1500420 Call Center, Redesigning of DJPK’s
Website, DJPK’s Social Media, Video Conference, and
Information Service Room.
This Annual Report is prepared as a documentation
DJPK’s achievements and performance throughout
2018 and, at the same time, serves as one of the
sources of reference for future achievements and
performance. With this Annual Report, it is expected
that stakeholders will be able to better understand
the duties and functions of DJPK and its strategic role
in managing financial relations between the Central
Government and the Regional Government.
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report3
8 Rencana Strategis DJPK Tahun 2015-2019
Strategic Policies of DJPK for 2015-2019
9 Peristiwa Penting Significant Events 9 Diseminasi Dana Desa Dissemination of Village
Funds 10 Pelantikan Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan
Inauguration of the Director General of Fiscal Balance
12 Bimbingan Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah (Inovasi metode pembelajaran via Video Conference)
Technical Guidance for Regional Financial Management (Learning Method Innovation via Video Conference)
13 Sosialisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa TA 2019
Socialization of Regional Transfers and Village Funds in 2019 Fiscal Year
14 Internship dan Secondment Pemda
Regional Government’s Internship and Secondment
1 Executive Summary Executive Summary
32 Nilai-Nilai Kementerian Keuangan
Values of The Ministry of Finance
33 Visi dan Misi DJPK Vision and Mission of DJPK36 Tugas dan Fungsi Organisasi Duties and Functions of
Organization37 Struktur Organisasi DJPK Organizational Structure of
DJPK 42 Profil Pejabat Eselon I dan II Profiles of Echelon I and II
Officials
50 Statistik Sumber Daya Manusia DJPK
Statistics of DJPK Human Resources
53 Pembinaan Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat dan Daerah (JF AKPD)
Development of Center-Regions Fiscal Analyst Functional Positions (JF AKPD)
57 Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan
Implementation of Education and Training
16 Penghargaan Inovasi Top 12 Kementerian Keuangan
Top 12 Innovation Award of the Ministry of Finance
16 Reformasi DJPK DJPK Reformation 19 Pengelolaan Kinerja
Organisasi dan Capaian Kinerja DJPK Tahun 2018
Management of Organization Performance and Achievements of DJPK in 2018
24 Highlight Laporan Keuangan
Highlights of Financial Statements
25 Laporan Realisasi Anggaran
Budget Realization Report
26 Neraca Balance Sheet 28 Laporan Operasional (LO) Statement of
Operations 29 Laporan Perubahan
Ekuitas Statement of Changes in
Equity 29 Catatan atas Laporan
Keuangan Notes on Financial
Statements
0101 0202
0303
DAFTAR ISI T a b l e o f C o n t e n t s
Kilas Kinerja 20182018 Performance Highlights
Profil Direktorat Jenderal Perimbangan KeuanganProfile of Directorate General of Fiscal Balance
Sumber Daya ManusiaHuman Resources
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report4
68 Kebijakan Dana Perimbangan
Policy on Balanced Fund68 Dana Bagi Hasil (DBH) Revenue Sharing Fund
(DBH)72 Dana Alokasi Umum (DAU) General Allocation Fund
(DAU)76 Dana Alokasi Khusus Fisik Physical Special Allocation
Fund112 Dana Alokasi Khusus
Nonfisik Non-Physical Special
Allocation Fund119 Kebijakan Pendapatan
dan Kapasitas Keuangan Daerah
Policy Concerning Regional Revenue And Fiscal Capacity
127 Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana Perimbangan
Policy concerning Funding and Transfer of Non- Balanced Funds
127 Dana Desa Village Fund131 Dana Insentif Daerah
(DID) Regional Incentive Fund
(DID)134 Dana Otonomi Khusus Special Autonomy Fund137 Dana Keistimewaan
Daerah Istimewa Yogyakarta
Special Fund for Yogyakarta Special Region
176 Implementasi Sistem Pengendalian Internal DJPK Tahun 2018
Implementation of Internal Control System of DJPK 2018
180 Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas (EPITE)
Entity-Level Internal Control Evaluation (EPITE)
181 Evaluasi Kecukupan Rancangan (EKR)
Design Adequacy Evaluation (EKR)
182 Pemantauan Pengendalian Utama (PPU)
Key Control Monitoring (PPU)188 Penyusunan Kesimpulan
Efektivitas Pengendalian Intern Preparation of Conclusion of
Internal Control Effectiveness191 Manajemen Risiko Risk Management196 Keterbukaan Informasi Publik Public Information
Transparency199 Pengelolaan Layanan Informasi Information Service
Management199 Website dan Media Sosial DJPK Website and Social Media of
DJPK200 Layanan Call Center Dering
DJPK 1500420 DJPK Ring Call Center 1500420202 Layanan Video Conference Video Conference Service203 Ruang Layanan Informasi Information Service Room
141 Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan Daerah
Policy Concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
141 Evaluasi Keuangan Daerah Regional Finance
Evaluation155 Kebijakan Penyelesaian
Kewajiban Hibah/Bantuan Pendanaan Daerah Induk, Provinsi, dan/atau Daerah Lain kepada Daerah Otonom Baru
Policy Concerning Settlement of Grant/Funding Aid Obligations From Parent Regions, Provinces, and/or Other Regions to New Autonomous Regions (Dob)
158 Kebijakan Terkait Data Keuangan Daerah
Policy Related to Data of Regional Finance
161 Kebijakan Penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD)
Policy Concerning the Implementation of Regional Financial Information System (SIKD)
0404 0505Kilas Kebijakan 2018Policy Highlights 2018
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report5
Kilas Kinerja 20182018 Performance Highlights
01
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional (LO), dan Laporan Perubahan Ekuitas.
Notes on Financial Statements provide information on the explanation or detailed list or analysis of value of items presented in Budget Realization Report, Balance Sheet, Statement of Operations, and Statement of Changes in Equity
Rencana Strategis DJPK Tahun 2015-2019Strategic Policies of DJPK for 2015-2019
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan memiliki
visi: “Menjadi Pengelola Hubungan Fiskal Pusat dan
Daerah Berkelas Dunia yang Adil dan Transparan.
Aspek strategis dari visi baru DJPK tercermin pada
perubahan frase “perimbangan keuangan” menjadi
“hubungan fiskal pusat dan daerah”. Perubahan ini
memberikan perluasan makna, lingkup, serta arah
kebijakan desentralisasi fiskal ke depan menuju
hubungan keuangan pusat dan daerah yang berkualitas.
Melalui mekanisme tersebut diharapkan akan terwujud
koordinasi, sinkronisasi, harmonisasi, serta akselerasi
dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di
daerah, terutama dalam “penyediaan dan pemenuhan
pelayanan publik” yang berkualitas. Pada gilirannya
akan berdampak kepada kondisi perekonomian
yang lebih baik, dengan tujuan akhir “meningkatkan
kesejahteraan masyarakat”.
DJPK sebagai unit pengelola dan pelaksana kebijakan
desentralisasi fiskal bertekad menjadikan pelaksanaan
dan pengelolaan desentralisasi fiskal di Indonesia
sebagai praktik pengelolaan hubungan fiskal pusat
dan daerah yang “berkelas dunia” yang akan menjadi
contoh atau “role model” bagi negara-negara lain dalam
penerapan kebijakan desentralisasi fiskal. Cita-cita
ini diharapkan akan menjadi fokus tujuan perubahan
dan menginspirasi semua pihak untuk mendukung
transformasi yang diharapkan. Integritas dan tata kelola
pemerintahan yang baik dalam pengelolaan kebijakan
juga harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan
dengan menekankan pada pengelolaan kebijakan yang
adil dan transparan.
Visi DJPK dijabarkan dalam berbagai misi, yaitu: (i)
mewujudkan perumusan kebijakan hubungan keuangan
pusat dan daerah yang transparan dan akuntabel; (ii)
melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
hubungan keuangan pusat dan daerah yang efektif; (iii)
menyelenggarakan sistem informasi keuangan daerah
yang akurat, transparan, dan tepat waktu; serta (iv)
meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah.
The Directorate General of Fiscal Balance (DJPK) carries
a vision of “Becoming a World-Class Administrator
of Fiscal Relation between Central Government and
Regional Government in a Fair and Transparent
Manner”. The strategic aspect of DJPK’s new vision
is reflected on the change in the phrase of “fiscal
balance” into “fiscal relation between central and
regional government”. Such change gives an extension
of meaning, scope, and future orientation of policy on
fiscal decentralization toward a better fiscal relation
between the central and regional governments. It
is expected that such mechanism will realize the
coordination, synchronization, harmonization, and
acceleration in the planning and execution of regional
development, particularly in “providing and fulfilling
public service” with a better quality. Ultimately, it may
affect a better economics condition, with a goal “to
improve community welfare”.
As the organizing unit as well as the executor of
fiscal decentralization policy, DJPK is determined
to actualize the execution and organization of
fiscal decentralization in Indonesia as a world-class
practice of center-regions fiscal relation management
which becomes a role model for other countries in
implementing fiscal decentralization policy. Such
ideal is expected to become the focus of objectives
in committing changes and to inspire all parties to
support the demanded transformation. Integrity and
good governance in implementing the policy should
also be maintained and improved by emphasizing on a
fair and transparent policy management.
DJPK’s vision is elaborated in several missions, i.e. (i)
to actualize the formulation of central-regional fiscal
relation policy to be transparent and accountable;
(ii) to perform monitoring and evaluation of effective
central-regional fiscal relation practices; (iii) to carry
out fiscal information system of regional government
in an accurate, transparent, and timely manner; as
well as (iv) to enhance the quality of regional fiscal
management.
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report8
Peristiwa PentingSignificant Events
Selama kurun waktu Tahun 2018, banyak kegiatan
atau peristiwa penting yang terjadi sebagai salah satu
upaya DJPK dalam meningkatkan kualitas kinerja dan
memperkuat pelayanan kepada stakeholder.
DISEMINASI DANA DESA Sejak awal tahun 2018, kurang lebih 50 (lima puluh) kota/
kabupaten di 15 (lima belas) provinsi telah menjadi lokasi
terselenggaranya Diseminasi Dana Desa dengan tema
“Padat Karya Tunai untuk Desa yang Lebih Sejahtera”.
Peserta diseminasi tersebut mayoritas merupakan
camat dan kepala desa di masing-masing kota/
kabupaten yang menjadi lokasi pelaksanaan. Dalam
diseminasi tersebut, peserta diberikan penjelasan
mengenai kebijakan dan prosedur pengelolaan
Dana Desa oleh para narasumber yang berasal dari
tiga kementerian yaitu Kementerian Keuangan,
Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Sesuai temanya, diseminasi ini menekankan pada
mekanisme pengelolaan Dana Desa melalui Program
Padat Karya Tunai atau Cash for Work yang merupakan
salah satu terobosan kebijakan pemerintah di tahun
DISSEMINATION OF VILLAGE FUNDS Since the beginning of 2018, approximately 50 (fifty)
cities/regencies in 15 (fifteen) provinces have become
the locations for Village Fund Dissemination activity
with the theme of “Cash for Work to Realize a More
Prosperous Village”. The majority of participants in the
dissemination were the sub-district heads and village
heads in each city/district where the dissemination is
implemented. In the dissemination, the participants
were given an explanation of the policies and procedures
for the management of Village Funds by speakers from
three ministries, namely the Ministry of Finance, the
Ministry of Home Affairs, and the Ministry of Villages,
Disadvantaged Regions, and Transmigration. In line
with the theme, this dissemination emphasized the
mechanism of managing Village Funds through the Cash
for Work Program, which was one of the breakthroughs
of government policy in 2018. The strategy of utilizing
During the course of 2018, there have been a number
of significant activities and event conducted as an
effort of DJPK in improving performance quality and
strengthening services to stakeholders.
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report9
2018 ini. Strategi pemanfaatan Dana Desa melalui Padat
Karya Tunai atau Cash for Work dapat menyerap tenaga
kerja dalam jumlah besar dengan pemberian upah
langsung secara harian atau mingguan, yang nantinya
memperkuat daya beli masyarakat serta mendorong
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Pelaksanaan diseminasi ini merupakan pembaruan
kegiatan setelah sebelumnya sejak tahun 2015 sampai
dengan 2017 dilakukan Sosialisasi Dana Desa, sebagai
bentuk pembelanjaran kepada desa atas ditetapkannya
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2004 tentang Desa.
Village Funds through Cash for Work can absorb large
numbers of workers by providing direct wages on
a daily or weekly basis, which, in turn, strengthens
people’s purchasing power and encourages economic
growth and community welfare.
This dissemination is a renewal of Village Fund
Socialization activity which was previously conducted
in 2015 to 2017, as a form of educational activities to
the villages in relation to the enactment of Law No. 6 of
2004 regarding Villages.
Peristiwa PentingSignificant Events
PELANTIKAN DIREKTUR JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Pada tanggal 26 Juni 2018 dilaksanakan Upacara
Pelantikan dan Serah Terima Jabatan Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan. Astera Primanto Bhakti
yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Badan
INAUGURATION OF THE DIRECTOR GENERAL OF FISCAL BALANCE On June 26, 2018, DJPK held the Inauguration Ceremony
and Handover of Position of the Director General of
Fiscal. Astera Primanto Bhakti, who previously served
as the Head of Financial Education and Training
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report10
Peristiwa PentingSignificant Events
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK), dilantik
menjadi Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan
menggantikan Boediarso Teguh Widodo yang memasuki
masa purnabhakti dan melanjutkan pengabdiannya
sebagai widyaiswara Kementerian Keuangan.
Dalam sambutannya, Menteri Keuangan menyampaikan
rasa terima kasih dan penghargaan kepada Boediarso
Teguh Widodo yang telah melaksanakan reformasi
keuangan negara dan pengelolaan APBN dengan
baik. “Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang setinggi-tingginya atas nama pribadi, atas nama
Kementerian Keuangan dan atas nama negara atas
bhakti Pak Boediarso untuk Republik Indonesia,”
ungkap Menteri Keuangan.
Menteri Keuangan berpesan kepada Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan yang baru dilantik
untuk melanjutkan dan memperhatikan pelaksanaan
kebijakan desentralisasi fiskal karena desentralisasi
fiskal dan otonomi daerah merupakan dua sisi
mata uang yang saling berkaitan erat dan tidak bisa
dipisahkan, serta banyak harapan masyarakat bahwa
dengan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah,
maka rakyat akan mampu mendapatkan pelayanan
dan perbaikan dari sisi pelayanan umum. Selain itu,
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan diharuskan
dapat bekerjasama dan bersinergi dengan berbagai
pihak seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), dan Kementerian Dalam
Negeri untuk mengoptimalkan formulasi kebijakan
Transfer ke Daerah dan Dana Desa.
Agency (BPPK), was appointed as the Director General
of Fiscal Balance replacing Boediarso Teguh Widodo
who entered retirement and continued his service as
the widyaiswara for Ministry of Finance.
In her remarks, the Minister of Finance expressed her
gratitude and appreciation to Boediarso Teguh Widodo
for his role in carrying out state financial reforms and
managing the State Budget. “I would like to express my
deepest gratitude on behalf of myself, on behalf of the
Ministry of Finance and on behalf of the state for Mr.
Boediarso’s service to the Republic of Indonesia,” said
the Minister of Finance.
The Minister of Finance advised the newly appointed
Director General of Fiscal Balance to continue
and pay attention to the implementation of fiscal
decentralization policies as fiscal decentralization
and regional autonomy are closely interrelated and
inseparable like the two sides of a coin. He also has to
take into account people’s expectations that, through
fiscal decentralization and regional autonomy, the
people will be able to obtain services and experience
improvements in public services. The Director General
of Fiscal Balance must also be able to work together
and synergize with various parties such as the House
of Representatives (DPR), the Regional Representative
Council (DPD), and the Ministry of Home Affairs to
optimize the formulation of regional transfer and
village fund policies.
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report11
Peristiwa PentingSignificant Events
BIMBINGAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (INOVASI METODE PEMBELAJARAN VIA VIDEO CONFERENCE) Pada tanggal 18 September 2018, bertempat di Aula
Negara Dana Rakca, Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan secara resmi membuka pelaksanaan
bimbingan teknis pengelolaan keuangan daerah yang
dilakukan melalui metode pembelajaran via video conference. Pelaksanaan pembelajaran dengan video conference ini bertujuan untuk mengoptimalkan
teknologi informasi dan menghemat waktu serta
lebih efisien dalam pendanaan bimbingan teknis.
Penyelenggaraan bimbingan teknis ini dilakukan
dengan bekerja sama antara DJPK dengan Perguruan
Tinggi Negeri atau Center of Excellence mulai tahun
2018 (sebagai tahap awal) sebagaimana arahan Menteri
Keuangan untuk menghidupkan kembali kerja sama
dengan universitas sebagai Center of Excellence dalam
rangka peningkatan kapasitas pengelolaan keuangan
daerah.
TECHNICAL GUIDANCE FOR REGIONAL FINANCIAL MANAGEMENT (LEARNING METHOD INNOVATION VIA VIDEO CONFERENCE) On September 18, 2018, the Director General of Fiscal
Balance officially inaugurated the implementation of
technical guidance on regional financial management
carried out through learning methods via video
conference at Dana Rakca State Hall. This learning
activity through with video conferencing aims to
optimize the use of information technology and to save
time and increase the efficiency in funding technical
guidance. The implementation of this technical
guidance is carried out by DJPK in collaboration with
the State Universities or Centers of Excellence starting
in 2018 (as an initial stage) as directed by the Minister
of Finance, to revive cooperation with universities as
the Centers of Excellence in order to increase regional
financial management capacity.
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report12
Peristiwa PentingSignificant Events
SOSIALISASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA TA 2019
Pada tanggal 10 Desember 2018, bertempat di Aula
Dhanapala Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan menggelar Sosialisasi Transfer
ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) Tahun Anggaran
2019. Sosialisasi ini diselenggarakan sebagai sarana
penyebarluasan informasi terkait kebijakan TKDD,
sekaligus memberi pemahaman kepada pemerintah
daerah dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDes) di tahun 2019. Menteri Keuangan
Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pengarahan
kepada para kepala daerah dan perwakilan dari instansi
terkait di daerah, agar tidak menggunakan makelar/
calo anggaran dalam pelaksanaan proses pencairan
dana transfer ke daerah karena tidak sesuai dengan
tata kelola yang berlaku.
Sosialisasi Kebijakan Pengelolaan TKDD dengan tema
“Pengelolaan APBN dan APBD yang Adil, Sehat, dan
Bersih untuk Kesejahteraan Masyarakat”, diharapkan
akan: (i) memperkuat sinkronisasi perencanaan/
penganggaran antara belanja Kementerian/Lembaga
dengan belanja pemerintah daerah tahun 2019; (ii)
SOCIALIZATION OF REGIONAL TRANSFERS AND VILLAGE FUNDS IN 2019 FISCAL YEAR On December 10, 2018, the Directorate General
of Fiscal Balance held a Socialization of Regional
Transfers and Village Funds (TKDD) for the 2019
Fiscal Year at the Dhanapala Hall of the Ministry of
Finance. This socialization was held as a means of
disseminating information related to TKDD policies
while simultaneously providing understanding to
local governments in formulating the Regional Budget
(APBD) and Village Budget (APBDes) for 2019. Sri
Mulyani Indrawati, the Minister of Finance, conveyed
direction to the regional heads and representatives of
related institutions in the region so as not to use budget
brokers in conducting the process of disbursing funds
transfer to the regions as it is not in accordance with
the applicable governance.
The socialization of TKDD Management Policy with
the theme “Fair, Healthy and Clean APBN and APBD
Management for Community Welfare” is expected to: (i)
strengthen the synchronization of planning/budgeting
between the Ministries/Institutions expenditure and
the regional government expenditure in 2019; (ii) ease
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report13
Peristiwa PentingSignificant Events
mempermudah pelaksanaan pengelolaan TKDD
2019; serta (iii) mendorong daerah dan desa untuk
memperkuat kualitas pengelolaan keuangan daerah
dan desa guna meningkatkan pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan Sosialisasi Kebijakan TKDD 2019 ini
dilaksanakan di 5 (lima) lokasi yaitu: Kota Balikpapan
pada tanggal 8 November 2018, Kota Surabaya pada
tanggal 13 November 2018, Kota Manado pada tanggal
15 November 2018, Kota Denpasar pada tanggal 22
November 2018, dan Kota Jakarta pada tanggal 21
November 2018 yang dihadiri oleh para Kepala Daerah,
Kepala Badan/Dinas PPKAD, Kepala BPMD, dan
Inspektorat Daerah.
the implementation of the 2019 TKDD management;
and (iii) encourage regions and villages to strengthen
the quality of regional and village financial management
to improve public services and public welfare.
The Socialization of 2019 TKDD Policy was held in
5 (five) locations, namely Balikpapan on November
8, 2018; Surabaya on November 13, 2018; Manado on
November 15, 2018; Denpasar on November 22, 2018;
and Jakarta on November 21, 2018; and attended by
Regional Heads, Heads of PPKAD, Heads of BPMD, and
Regional Inspectorates.
INTERNSHIP DAN SECONDMENT PEMDA
Program internship dan secondment DJPK kepada
Pemerintah Daerah, yang lebih familiar dengan istilah
program IDS, merupakan salah satu bentuk inovasi
program dan kegiatan yang dilakukan oleh DJPK
REGIONAL GOVERNMENT’S INTERNSHIP AND SECONDMENT The internship and secondment program of DJPK to
the Regional Government, which is more commonly
known as the IDS program, is a form of innovation
and activity carried out by DJPK to build synergy,
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report14
Peristiwa PentingSignificant Events
dalam rangka membangun sinergi, komunikasi, dan
kolaborasi antara Kementerian Keuangan selaku
pengelola kebijakan fiskal dengan Pemerintah Daerah
dalam upaya mendorong perbaikan pengelolaan
keuangan daerah, peningkatan pelayanan publik,
dan pengembangan ekonomi daerah. Framework
program ini selaras dengan salah satu misi DJPK yaitu
meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah.
Secara lebih sempit, program ini juga bagian dari
implementasi Undang-Undang Aparatur Sipil Negara
(UU Nomor 5 Tahun 2014) dalam rangka pengembangan
kompetensi Aparatur Sipil Negara.
Pada tahun 2018, telah dilaksanakan program IDS
sebanyak 3 batch dengan jumlah peserta sebanyak
33 (tiga puluh tiga) pemerintah daerah. Pelaksanaan
program IDS dimulai dengan Internship Pemerintah
Daerah ke DJPK dan study visit ke pemerintah daerah
yang berprestasi. Selanjutnya, pemerintah daerah
akan menyusun rencana aksi yang dilanjutkan dengan
secondment DJPK ke pemerintah daerah untuk
menindaklanjuti dan monitoring pelaksanaan rencana
aksi.
communication and collaboration between the
Ministry of Finance as the manager of fiscal policy and
the Regional Government in the effort to encourage
improvements in regional financial management and
public services, and development of regional economy.
The framework of this program is in line with one of
DJPK’s missions to improve the quality of regional
financial management. In specific, this program is
also part of the implementation of the Law on State
Civil Apparatus (Law No. 5 of 2014) in the context of
developing the competence of State Civil Apparatus.
In 2018, 3 batches of IDS programs were carried out with
33 (thirty-three) regional government participants.
The implementation of IDS program began with the
Regional Government Internship to DJPK and a study
visit to the regional governments which have shown
various achievements. The regional governments then
developed an action plan followed by the secondment
of DJPK to the regional governments to follow-up and
monitor the implementation of the action plan.
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report15
Penghargaan Inovasi Top 12 Kementerian KeuanganTop 12 Innovation Award of the Ministry of Finance
Reformasi DJPKDJPK Reformation
Melalui Nota Dinas Kepala Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan nomor ND-930/SJ.2/2018 tanggal 13
Desember 2018, Program Internship dan Secondment
(IdS) ditetapkan sebagai inovasi yang masuk dalam
TOP 12 Inovasi Pelayanan Unit Kerja di lingkungan
Kementerian Keuangan Tahun 2018. Penghargaan TOP
12 ini merupakan rangkaian seleksi menuju TOP 5 di
lingkungan Kementerian Keuangan yang nantinya akan
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan (KMK).
Pada 23 Juli 2018, DJPK mulai melaksanakan Reformasi
yang didesain secara komprehensif dengan mencakup
empat aspek strategis, yaitu Kelembagaan, Sumber
Daya Manusia (SDM), Kebijakan, dan Pelayanan,
dimana setiap aspek terdiri atas beberapa milestones
dan quick wins. Dalam kurun waktu yang relatif
singkat, hingga akhir tahun 2018, Reformasi DJPK telah
mampu mencatatkan berbagai capaian positif pada
keseluruhan aspek strategis reformasi.
On July 23, 2018, DJPK began conducting a Reformation
comprehensively designed to cover four strategic
aspects, namely Institution, Human Resource (HR),
Policy, and Service, in which each aspect consists
of several milestones and quick wins. In a relatively
short period of time, until the end of 2018, the DJPK
Reformation was able to record various positive
achievements in all strategic aspects of reformation.
Through the Office Memo of the Head of Organization
and Management Bureau No. ND-930/SJ.2/2018 dated
December 13, 2018, the Internship and Secondment
Program (IdS) has been established as an innovation
included in the 2018 TOP 12 Innovation of Work Unit
Services within the Ministry of Finance. TOP 12 award is
a series of selection towards TOP 5 innovations within
the Ministry of Finance which will later be stipulated in
a Decree of the Minister of Finance.
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report16
Tabel 1.1 Aspek Strategis, Milestones, Quick Wins, dan Capaian
Reformasi DJPK
No.
Aspek Strategis
/ Strategic Aspects
Milestones Quick Wins Capaian / Achievements
1. Reformasi Kelembagaan / Institution Reformation
1) Terbentuknya Organisasi yang Efektif dan Produktif / The Establishment of an Effective and Productive Organization
Perbaikan konsep reorganisasi / Improvement of reorganization concept
1. Naiknya nilai persepsi integritas. / An increase in integrity perception index.
2. Penurunan jumlah pengaduan. / A decline in the number of complaints.
3. Terwujudnya zero fraud. / Realization of zero fraud.
2) Terwujudnya Birokrasi yang Bersih, Melayani, dan Bebas dari Korupsi / The Realization of a Clean and Serving Bureaucracy that is Free from Corruption
1. Penyusunan Peta Rawan Gratifikasi dan upaya pencegahannya. / Preparation of Gratification Vulnerability Map and the prevention efforts.
2. Penerapan aplikasi PEKA (Pengaduan DJPK). / Implementation of PEKA (Pengaduan DJPK / DJPK Complaints) application.
3. Penetapan Standar dan Kode Etik Perjalanan Dinas. / Implementation of Code of Conduct and Standards for Official Travel.
4. Internship Investigasi ke Itjen / Investigation Internship to Inspectorate General.
2. Reformasi SDM / HR Reformation
Terwujudnya SDM yang Berbudaya Kompetensi, Integritas, dan Kinerja Tinggi / The Realization of HR with the Culture of Competency, Integrity, and High Performance
1. Improvisasi dan kontinuitas internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan; / Improvement and continuity of the internalization of Ministry of Finance’s Values;
2. Penguatan change agents dan lighthouse team DJPK untuk mengawal budaya kerja dan transformasi birokrasi; / Strengthening of the change agents and lighthouse team of DJPK to oversee work culture and bureaucratic transformation;
3. Penyusunan dan analisis profiling pegawai untuk dasar pengembangan kapasitas, karir, dan pengendalian perilaku. / Preparation and analysis of employees’ profiling as a basis for capacity and career development, as well as behavior control.
1. Pemenuhan standar kompetensi jabatan. / Fulfillment of position competency standards.
2. Pemenuhan standar jamlat pegawai. / Fulfillment of employees’ training hours standards.
3. Terwujudnya zero fraud. / Realization of zero fraud.
Terwujudnya Penilaian Kinerja dan Disiplin Pegawai secara Lebih Objektif / The realization of a More Objective Employee’s Performance and Discipline Assessment
1. Peningkatan efektivitas jam kerja dan pengendalian aktivitas pegawai di kantor melalui aplikasi Log Book pegawai; / Improvement of work hours effectiveness and control of employees’ activities at the office through Log Book application;
2. Penetapan Perdirjen mengenai Kode Etik Pegawai DJPK; / Enactment of Director General Regulation on Code of Conduct of DJPK’s employees;
3. Monitoring dan pengendalian aktivitas pegawai di luar kantor / Monitoring and control of employees’ activities outside of office.
Table 1.1 Strategic Aspects, Milestones, Quick Wins, and
Reformation Achievements of DJPK
Reformasi DJPKDJPK Reformation
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report17
No.
Aspek Strategis
/ Strategic Aspects
Milestones Quick Wins Capaian / Achievements
3. Reformasi Kebijakan / Policy Reformation
Terwujudnya Kualitas dan Efektivitas Pengelolaan TKDD dan Keuangan Daerah yang Lebih Efektif dan Optimal. / The realization of a More Effective and Optimum TKDD Management and Regional Finance Quality.
1. Perbaikan mekanisme sinkronisasi usulan DAK Fisik. / Improvement of synchronization mechanism proposed by Physical DAK.
2. Penguatan governance dalam pengalokasian DAK Fisik, serta penguatan APIP di daerah dalam supervisi DAK Fisik. / Strengthening of governance in allocating Physical DAK, as well as strengthening of APIP at regions within the supervision of Physical DAK.
3. Optimalisasi pemungutan potensi pajak pusat dan daerah. / Optimization of potential central and regional tax retribution.
4. Pelaksanaan program Internship dan Secondment (IDS) untuk 33 Pemda yang berkinerja CC minus. / Implementation of Internship and Secondment (IDS) program for 33 Regional Governments whose performance is CC minus.
5. Perbaikan pengelolaan Pajak Daerah. / Improvement of Regional Tax management.
6. Pengaturan sanksi terkait pemenuhan belanja wajib. / Organization of sanctions related to the fulfillment of mandatory spending.
7. Penyelesaian RPP Pengelolaan Keuangan Daerah bersama Kementerian Dalam Negeri. / Settlement of RPP Regional Financial Management with the Ministry of Home Affairs.
8. Penyusunan RPP mengenai Standarisasi Remunerasi Daerah. / Preparation of RPP on the Standardization of Regional Remuneration.
9. Penyusunan RPP mengenai Bagan Akun Standar. / Preparation of RPP on Standard Account Scheme.
10. Penyelesaian RPMK Standar Biaya Daerah bersama DJA dan DJPB. / Settlement of RPMK Regional Fee Standards with DJA and DJPB.
1. Penguatan pengendalian capaian output dari earmarked transfer. / Control of output achievement from earmarked transfer is strengthened.
2. Peningkatan pemerataan pendapatan antardaerah. / An improvement of equality in the inter-region revenues.
3. Penurunan tingkat kemiskinan di perdesaan. / A decline in poverty level in villages.
4. Peningkatan local tax ratio. / An increase in local tax ratio.
5. Peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah. / An improvement in the quality of regional financial management.
4. Reformasi Pelayanan / Service Reformation
Penyediaan Layanan Informasi yang Cepat, Akurat, dan Transparan. / The Provision of a Fast, Accurate, and Transparent Information Service.
1. Penataan lingkungan DJPK menjadi lebih bersih dan tertib. / Organization of DJPK’s environment so as to be cleaner and more orderly.
2. Pengembangan Website DJPK. / Development of DJPK’s Website.
3. Pembangunan fasilitas call center. / Development of call center facility.
4. Penyampaian informasi melalui video conference. / Delivery of information through video conference.
1. Peningkatan Indeks Survey Kepuasan Pengguna Layanan. / An increase in the Index of Service User Satisfactory Survey.
2. Nilai Indeks Mandiri Layanan DJPK mencapai 4,07 dari 5 angka penuh. / The Independent Index Score of DJPK Service reaches 4.07 from 5 (full score).
3. Penurunan jumlah kedatangan tamu dari 60 tamu per hari pada tahun 2017 menjadi 32 tamu per hari di tahun 2018. / A decline in the number of visitors from 60 visitors per day in 2017 to 32 visitors per day in 2018.
Reformasi DJPKDJPK Reformation
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report18
Pengelolaan Kinerja Organisasi dan Capaian Kinerja DJPK Tahun 2018Management of Organization Performance and Achievements of DJPK in 2018
Sejalan dengan pelaksanaan reformasi birokrasi
di lingkungan Kementerian Keuangan, DJPK telah
menerapkan metode Balance Score Card (BSC)
sebagai alat manajemen kinerja. Kinerja DJPK diukur
berdasarkan penilaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian
Sasaran Strategis (SS) yang tertuang dalam peta
strategis di dokumen Perjanjian Kinerja DJPK Tahun
2018. Selanjutnya, DJPK telah berupaya memberikan
kontribusi yang optimal dalam rangka mendukung
terwujudnya Nawa Cita selaras dengan arah kebijakan
dan strategi Kementerian Keuangan kurun waktu
2015-2019. Kontribusi tersebut diwujudkan dalam
perbaikan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
desentralisasi fiskal, perimbangan keuangan, dan
hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah.
Arah perbaikan yang dilakukan oleh DJPK adalah agar
kebijakan desentralisasi fiskal tidak hanya semata-
mata berfokus pada perimbangan keuangan, namun
harus lebih mampu menjawab berbagai tantangan
untuk dapat memberikan kontribusi yang positif
dan signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui terciptanya keseimbangan
kapasitas fiskal, pemerataan layanan publik, belanja
daerah yang berkualitas, transparansi dan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance). Untuk
mencapai hal tersebut dan mendukung pencapaian
Nawa Cita terutama pada Nawa Cita-3 dan Nawa Cita
ke-7, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan pada
tahun 2015-2019 mempunyai program “Peningkatan
Kualitas Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah”.
Program tersebut selaras dengan visi DJPK, yaitu
“Menjadi Pengelola Hubungan Fiskal Pusat Dan Daerah
Berkelas Dunia Yang Adil Dan Transparan”. Empat misi
In line with bureaucratic reform practice within
the Ministry of Finance, DJPK has applied the
Balanced Score Card (BSC) method as a performance
management tool. DJPK’s performance is measured
based on Key Performance Indicators (KPI) assessment
serving as indicator of success for the accomplishment
of Strategic Goals formulated on the strategic map
in the 2018 DJPK Performance Agreement document.
Furthermore, DJPK has attempted to provide an
optimum contribution in order to promote the
actualization of Nawa Cita in accordance with the
orientation of policy and strategy of the Ministry
of Finance for the period of 2015-2019. Such
contribution is realized through the improvement of
policy and technical standardization regarding fiscal
decentralization, fiscal balance, and fiscal relation
between central and regional governments.
DJPK kept improving in order to make fiscal
decentralization policy not only focusing on fiscal
balance, but also responding better against various
challenges. DJPK should be able to provide positive
and significant contribution to community welfare
improvement through the actualization of fiscal
capacity balance, public service equality, quality
regional expenditure, transparency and good
governance. In order to achieve such target as well as
to support the accomplishment of Nawa Cita (points
3 and 7), the Directorate General of Fiscal Balance has
launched a program entitled “Quality Improvement of
Central-Regional Government Fiscal Relation” for the
period of 2015-2019. Such program is in accordance
with DJPK’s vision, namely “To Become a World-Class
Administrator of Fiscal Relation between Central
Government and Regional Government in a Fair and
Transparent Manner”. This vision is manifested through
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report19
DJPK dalam rangka mewujudkan visi tersebut, yaitu
mewujudkan perumusan kebijakan hubungan keuangan
pusat dan daerah yang transparan dan akuntabel,
melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
hubungan keuangan pusat dan daerah yang efektif,
menyelenggarakan sistem informasi keuangan daerah
yang akurat, transparan, dan tepat waktu serta
meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah.
Dalam pencapaian visi dan misi serta melaksanakan
peranannya, pada tahun 2018 DJPK telah menetapkan 23
(dua puluh tiga) IKU sebagai alat pengukur pencapaian
kinerja. Sebanyak 5 (lima) IKU merupakan IKU yang
diamanatkan dalam Rencana Strategis DJPK Tahun
2015-2019 dan sebanyak 18 (delapan belas) IKU lainnya
merupakan hasil penyempurnaan dan penyesuaian
mengikuti arah kebijakan terkini. Sampai dengan
saat ini, DJPK terus berupaya melakukan perbaikan
dan meningkatkan kinerjanya dengan mengambil
langkah-langkah strategis yang berpedoman terhadap
peraturan yang berlaku sehingga pencapaian kinerja
secara keseluruhan sesuai dengan target pencapaian
yang telah ditentukan.
Tabel 1.2Capaian IKU DJPK Tahun 2018
No. Sasaran Strategis / Strategic Targets Indikator Kinerja / Performance Indicators Target Realisasi /
RealizationCapaian /
AchievementNilai / Score
STAKEHOLDERS PERSPECTIVE (Bobot / Score: 25%)
1.
Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat Dan Daerah Yang Adil, Transparan, dan Akuntabel / Fair, Transparent, and Accountable Central-Regional Government Relations
1a-CPIndeks pemerataan kemampuan keuangan antardaerah / Index of equality of Inter-
regional financial capability 0,58 0,558 103,97
99,91
1b-N Rasio PDRD terhadap PDRB / PDRD to PDRB Ratio 2,65 2,54 95,8
CUSTOMER PERSPECTIVE (Bobot / Score: 15%)
2.
Pelayanan Publik yang Prima / Excellent Public Service
2a-CPIndeks Kepuasan Publik atas Layanan DJPK / Index of Public Satisfaction with DJPK’s
Services4,40 4,52 102,73
106,92
3.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang Berkualitas / Quality Regional Budget (APBD)
3a-NPersentase Daerah yang Memiliki APBD
yang Berkualitas / Percentage of Regions with Quality APBD
90 100 111,11
four missions, namely: to actualize the formulation of
central-regional fiscal relation policy to be transparent
and accountable; to perform monitoring and evaluation
of an effective central-regional fiscal relation practices;
to carry out fiscal information system of regional
government in an accurate, transparent, and timely
manner; as well as to enhance the quality of regional
fiscal management.
In achieving such vision and mission and carrying
out its role, DJPK set 23 (twenty three) KPIs in 2018
as a measurement of performance achievement. 5
(five) KPIs are those mandated in the 2015-2019 DJPK
Strategic Plan while the other 18 (eighteen) KPIs are
the results of improvements and adjustments following
the most recent policy direction. Up to present, DJPK
continuously strives to improve its performance by
taking strategic steps based on applicable regulations
so that the overall performance achievement is in
accordance with the predetermined achievement
targets.
Table 1.2Accomplishment of IKU DJPK in 2018
Pengelolaan Kinerja Organisasi dan Capaian Kinerja DJPK Tahun 2018Management of Organization Performance and Achievements of DJPK in 2018
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report20
No. Sasaran Strategis / Strategic Targets Indikator Kinerja / Performance Indicators Target Realisasi /
RealizationCapaian /
AchievementNilai / Score
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE (Bobot / Score: 30%)
4.
Perumusan Kebijakan Hubungan Pusat dan Daerah (HKPD) yang Berkualitas / Formulation of Policy on Quality Central-Regional Government Fiscal Relation (HKPD)
4a-N
Persentase Penyelesaian Perumusan Kebijakan HKPD yang berkualitas /
Percentage of the Completion of Policy Formulation on Quality HKPD
100 100 100
106,76
5.
Pengelolaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang Optimal / Management of Optimum Central-Regional Government Fiscal Relation (HKPD)
5a-N
Persentase Efektivitas Pengalokasian Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) / Percentage of Effectiveness of Regional
Transfers & Village Funds (TKDD) Allocation
100 114,94 114,94
5b-N
Persentase Pencapaian Output dari Transfer ke Daerah dan Dana Desa
terhadap Penyerapan Transfer ke Daerah dan Dana Desa / Percentage of Output Achievement of Regional Transfers &
Village Funds on the Absorption of Regional Transfers & Village Funds
100 131,41 120
5c-CP
Persentase Belanja Infrastruktur, Pendidikan, dan Kesehatan terhadap Transfer ke Daerah dan Dana Desa /
Percentage of Spending on Infrastructure, Education, and Health Sectors to Regional
Transfers & Village Funds
75 80,01 106,68
6.
Pengembangan Kapasitas Pengelola Keuangan Daerah Yang Optimal / Capacity Building of Optimum Regional Financial Manager
6a-N
Persentase Jumlah Daerah yang mengikuti Bimbingan Teknis Keuangan Daerah dari seluruh Daerah yang Kinerja Pengelolaan
Keuangan Daerahnya masih rendah / Percentage of Total Regional Governments participating in Regional Finance Technical Guidance from all Regional Governments
whose Financial Management Performance is low
100 100 120
6b-N
Persentase Pelaksanaan Pembinaan Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat Dan
Daerah / Percentage of the Implementation of AKPD Functional Position.
100 100 100
7.
Sistem Informasi Keuangan Daerah yang Andal / Reliable Information System of Regional Finance
7a-N
Persentase Pengembangan dan Implementasi Sistem Informasi Keuangan
Daerah (SIKD) yang Terintegrasi / Percentage of Development &
Implementation of the Integrated Regional Finance Information System (SIKD)
100 100 100
8.
Pengendalian Mutu Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah yang Efektif / Quality Control of Effective Central-Regional Government Fiscal Relation (HKPD)
8a-CP
Persentase Rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti / Percentage of BPK Recommendation on
Followed-Up LKPP & LK-BUN
89 100 112,36
8b-N
Persentase Kepatuhan Daerah terhadap Pemenuhan Kewajiban Pelaksanaan
Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah / Percentage of Regional Government
Compliance with Requirement Completion of Central-Regional Government Fiscal
Relation Practice
97,5 101,4 104,00
8c-NPersentase Daerah yang Memiliki Kas Wajar
/ Percentage of Regional Government Having Equitable Cash
90 100 111,11
Pengelolaan Kinerja Organisasi dan Capaian Kinerja DJPK Tahun 2018
Management of Organization Performance and Achievements of DJPK in 2018
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report21
No. Sasaran Strategis / Strategic Targets Indikator Kinerja / Performance Indicators Target Realisasi /
RealizationCapaian /
AchievementNilai / Score
LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE (Bobot / Score: 30%)
9.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompetitif / Competitive Human Resources (HR)
9a-CP
Persentase Pejabat yang Memenuhi Standar Kompetensi Jabatan / Percentage
of Officials Meeting Standard Positional Competence
100 100 100
105,10
9b-N
Persentase Pelaksanaan Program Internship dan Secondment Tahap II / Percentage of the Completion of Internship Program &
Secondment of Stage II
100 100 100
10.Organisasi yang fit for purpose / A Fit-for-Purpose Organization
10a-CP
Persentase Implementasi Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan
/ Percentage of Implementation of Bureaucratic Reformation and Institution
Transformation
92 94 102,17
10b-CP
Tingkat Pemenuhan Unit Kerja terhadap Unit Zona Integritas Wilayah Bebas
Korupsi / Index of Work Unit Fulfillment to Corruption-Free Integrity Zone Unit
100 105,52 105,52
10c-CP Indeks Persepsi Integritas / Integrity Perception Index 85 83,9 98,71
11.
Sistem Informasi Manajemen yang andal / Reliable Management Information System
11a-CP
Tingkat Downtime Sistem Teknologi Informasi Komunikasi / Downtime Level
of Information and Communication Technology System
0,35 0,0055 120
11b-NPersentase Pengembangan Aplikasi Internal
tepat waktu / Percentage of Timely Internal Application Development
100 100 100
12.
Pengelolaan Anggaran yang Berkualitas / Quality Budget Management
12a-CP
Persentase Penyelesaian Tindak Lanjut Temuan BPK atas Laporan Keuangan BA 15 / Percentage of Settlement of Follow-up
of BPK Findings on Financial Statements of BA 15
89 100 112,36
12b-CP Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran / Percentage of Budget Realization Quality 95 96,71 101,8
Nilai Kinerja Organisasi / Organization Performance Score 104,57
Dari 23 (dua puluh tiga) IKU tersebut, 21 (dua puluh satu)
IKU mendapatkan status hijau (mencapai target yang
ditetapkan) dan 2 (dua) IKU berstatus kuning (belum
dapat memenuhi target yang ditetapkan). Salah satu
IKU yang mendapatkan kuning adalah IKU Rasio PDRD
terhadap PDRB yang memperoleh capaian sebesar 95,8
dan tidak dapat memenuhi nilai target yang ditetapkan
pada tahun tersebut. Hal ini disebabkan karena masih
rendahnya komitmen dari Kepala Daerah terhadap
peningkatan pemungutan Pendapatan Asli Daerah
(PAD), kurangnya kompetensi Sumber Daya Manusia
pengelola keuangan daerah yang ada di Pemerintah
Of the 23 (twenty-three) KPIs, 21 (twenty-one) KPIs
gained green status (reaching the determined targets)
while the remaining 2 (two) KPIs gained yellow status
(unable to meet the determined targets). One KPI that
received yellow status was the KPI of PDRD to PDRB
ratio which gained the score of 95.8 and could not
meet the year’s determined target. This was due to
the low commitment of the Regional Head to increase
the collection of Locally-Generated Regional Revenue
(PAD), the lack of Human Resources’ competence in
terms of regional financial management in the Regional
Government, and the Organizational Structure of
Pengelolaan Kinerja Organisasi dan Capaian Kinerja DJPK Tahun 2018Management of Organization Performance and Achievements of DJPK in 2018
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report22
Daerah dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) yang belum sesuai dengan fungsi perpajakan.
Sedangkan IKU yang berstatus kuning lainnya adalah
IKU Indeks Persepsi Integritas dengan target sebesar
85 namun realisasi 83,9, sehingga diperoleh capaian
sebesar 98,71. Kegagalan dalam mencapai target
yang ditetapkan ini dikarenakan adanya kasus fraud (pelanggaran kode etik) oleh salah satu pegawai DJPK
pada tahun 2018 yang mengakibatkan pengurangan
nilai persepsi integritas pada proses penilaian dari tim
penilai.
Nilai Kinerja Organisasi (NKO) yang berhasil di DJPK
Tahun 2018 adalah sebesar 104,57 dengan rincian
nilai sebesar 99,91 dari bidang stakeholder perspective
(25%), 106,92 dari bidang customer perspective (15%),
106,76 dari bidang internal process perspective (30%),
dan 105,10 dari bidang learning and growth perspective
(30%).
Regional Apparatus (OPD) that had not been in line
with the tax function. Other KPI with yellow status was
the KPI of Integrity Perception Index whose targeted
score was 85 but only managed to realize the score of
83.9 in 2018, resulting in the achievement of 98.71 for
the year. The failure to achieve this determined target
was due to a fraud case (violation of code of conduct)
conducted by an employee of DJPK in 2018. This
resulted in a deduction of integrity perception index in
the assessment process of the assessment team.
The Organization Performance Score (NKO) obtained
by DJPK in 2018 was 104.57 with the following details:
99.91 from the stakeholder perspective (25%), 106.92
from the customer perspective (15%), 106.76 from the
internal process perspective (30%), and 105.10 from the
learning and growth perspective (30%).
Pengelolaan Kinerja Organisasi dan Capaian Kinerja DJPK Tahun 2018
Management of Organization Performance and Achievements of DJPK in 2018
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report23
Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU)
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
dan Pasal 28 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 215/PMK.05/2016 tentang Sistem Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, Menteri/
Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/
Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga
(LKKL) yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas,
Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan kepada
Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal, dalam
rangka penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat (LKPP).
Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan Audited Tahun Anggaran 2018 ini telah
disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Pursuant to Article 55 paragraph (2) of the Law No.
1 of 2004 regarding State Treasury and Article 28
paragraph (3) of the Regulation of Minister of Finance
of the Republic of Indonesia No. 215/PMK.05/2016
regarding Accounting System and Financial Reporting
of the Central Government, the Minister/Head of
Institution as Budget User/Property User is obliged
to prepare and submit Financial Statements of
State Ministry/Institution (LKKL), including Budget
Realization Report, Statement of Operations, Statement
of Changes in Equity, Balance Sheet, and Notes on
Financial Statements, to the Minister of Finance as the
fiscal administrator in order to prepare the Financial
Statements of the Central Government (LKPP).
The Audited Financial Statements of the Directorate
General of Fiscal Balance of 2018 Fiscal Year have been
prepared and presented pursuant to the Government
Regulation No. 71 of 2010 regarding Government
Accounting Standards (SAP).
Highlight Laporan KeuanganHighlights of Financial Statements
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report24
Laporan Realisasi AnggaranBudget Realization Report
Laporan Realisasi Anggaran Audited Tahun 2018
menggambarkan perbandingan antara Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2018
dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur
pendapatan dan belanja selama periode 1 Januari
sampai dengan 31 Desember 2018. Realisasi Pendapatan
Negara dan Hibah pada Audited Tahun Anggaran 2018
merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar
Rp677.539.156,00.
Realisasi Belanja Negara pada Audited Tahun
Anggaran 2018 adalah sebesar Rp125.898.311.033,00
atau mencapai 86,25 persen dari anggaran sebesar
Rp145.975.618.000,00. Jumlah realisasi Belanja tersebut
semuanya berasal dari realisasi Belanja Rupiah Murni.
Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Audited Tahun
Anggaran 2018 dan Audited Tahun Anggaran 2017 dapat
disajikan sebagai berikut:
Tabel 1.3Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Audited Tahun
Anggaran 2018 dan Audited Tahun Anggaran 2017
Uraian / Description
Audited TA 2018 / 2018 Fiscal Year (Audited)
Audited TA 2017 / 2017 Fiscal Year (Audited)
Anggaran / Budget Realisasi / Realization Anggaran / Budget Realisasi /
Realization
Pendapatan Negara dan Hibah / State Revenues and Grants 0 677,539,156 0 1,727,983,827
JUMLAH PENDAPATAN / TOTAL REVENUES 0 677,539,156 0 1,727,983,827
Belanja Pegawai / Employee Expenditure 34,749,826,000 32,825,097,316 34,632,363,000 28,676,039,218
Belanja Barang / Goods Expenditure 87,201,906,000 70,054,090,587 73,087,438,000 61,653,759,915
Belanja Modal / Capital Expenditure 24,023,889,000 23,019,123,130 21,295,295,000 19,551,285,045
Belanja Transaksi Kas / Cash Transaction Expenditure 145,975,618,000 125,898,311,033 129,015,096,000 109,881,084,178
Belanja Barang Non Kas / Non-Cash Goods Expenditure 0 0 0 0
JUMLAH BELANJA / TOTAL EXPENDITURE 145,975,618,000 125,898,311,033 129,015,096,000 109,881,084,178
The 2018 Audited Budget Realization Report shows the
comparison between the 2018 Budget Execution List
(DIPA) and its realization, which covers the elements
of revenue and expenditure during the period of
January 1 to December 31, 2018. The realization of State
Revenues and Grants in 2018 Fiscal Year (audited) was
in the form of Non-Tax State Revenues amounting to
Rp677,539,156.
Realization of State Expenditure in 2018 Fiscal Year
(audited) reached Rp125,898,311,033 or 86.25% of the
budget set at Rp145,975,618,000. The total expenditure
realization was from the realization of Pure Rupiah
Expenditure.
The summary of Budget Realization Report of 2018
Fiscal Year (audited) and 2017 Fiscal Year (audited) is
as follows:
Table 1.3Summary of Audited Budget Realization Reports of
2018 Fiscal Year and 2017 Fiscal Year
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report25
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran tersebut,
pagu DJPK mengalami peningkatan diikuti dengan
peningkatan pada realisasi belanja dari 85,17
persen (realisasi Rp109.811.084.178,00 dari pagu
Rp129.015.096.000,00) di TA 2017 menjadi 86,25
persen di Tahun Anggaran 2018. Berbagai upaya telah
dilakukan DJPK dalam rangka memaksimalkan realisasi
belanja antara lain:
1. Melakukan kegiatan coaching clinic setiap bulan
dalam rangka monitoring realisasi anggaran dan
kegiatan tiap Unit Eselon III; dan
2. Melakukan optimalisasi kegiatan untuk
memaksimalkan realisasi belanja yang tidak dapat
terserap akibat kebijakan pembatasan kegiatan
yang berhubungan langsung dengan pemerintah
daerah, antara lain seperti peningkatan fasilitasi
Call Center, DJPK Goes to Campus, Internship dan Secondment, Kajian Rancangan Undang-Undang
Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD),
dan kegiatan Internalisasi Nilai-Nilai Kementerian
Keuangan.
NERACANeraca menggambarkan posisi keuangan entitas
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada 31
Desember 2018 dan 31 Desember 2017. Neraca yang
disajikan adalah hasil dari proses Sistem Akuntansi
Instansi, sebagaimana yang diwajibkan dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.05/2016 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Based on the Budget Realization Report, the budget
ceiling of DJPK demonstrated an increase which was
followed by an increase in expenditure realization
from 85.17% (realization of Rp109,811,084,178.00 of the
budget ceiling of Rp129,015,096,000.00) in 2017 Fiscal
Year to 86.25% in 2018 Fiscal Year. DJPK had conducted
various efforts to optimize the expenditure realization,
including:
1. Conducting monthly coaching clinic activity in
order to monitor the realization of budget and
activities of each Echelon III Unit; and
2. Optimizing activities to maximize expenditure
realization that cannot be absorbed due to the
policy of limiting activities directly related to local
government. Such activities are, among others,
improving Call Center facilitation, DJPK Goes to
Campus, Internship and Secondment, Review of
Draft Law on Central-Regional Financial Relations
(HKPD), and Internalization of the Ministry of
Finance’s Values.
BALANCE SHEETBalance Sheet shows the financial position of an entity
concerning its assets, liabilities, and equity on December
31, 2018 and December 31, 2017. The presented Balance
Sheet is an outcome of Institution Accounting System
process as required in the Regulation of Minister
of Finance of the Republic of Indonesia No. 215/
PMK.05/2016 regarding Amendment to the Regulation
of Minister of Finance No. 213/PMK.05/2016 regarding
Accounting and Financial Reporting Systems of Central
Government.
Laporan Realisasi AnggaranBudget Realization Report
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report26
Nilai Aset per 31 Desember 2018 dicatat dan disajikan
sebesar Rp38.777.681.234,00 yang terdiri dari Aset
Lancar sebesar Rp1.669.447.837,00, Aset Tetap sebesar
Rp35.756.025.077,00, dan Aset Lainnya sebesar
Rp1.352.208.320,00. Nilai Kewajiban dan Ekuitas per
31 Desember 2018 disajikan sebesar Rp136.800.920,00
dan Rp38.640.880.314,00 sehingga total nilai kewajiban
dan ekuitas adalah sebesar Rp38.777.681.234,00.
Ringkasan Neraca Audited Tahun Anggaran 2018 dan
Audited Tahun Anggaran 2017 dapat disajikan sebagai
berikut:
Tabel 1.4Ringkasan Neraca Audited Tahun Anggaran 2018 dan
Audited Tahun Anggaran 2017
Uraian / DescriptionAudited TA 2018
/ 2018 Fiscal Year (Audited)
Audited TA 2017 / 2017 Fiscal Year
(Audited)
Kenaikan/ (Penurunan) / Increase/ (Decrease)
Aset / Assets 38,777,681,234 24,312,444,535 14,465,236,699
Aset Lancar / Current Assets 1,669,447,837 2,258,890,806 (589,442,969)
Aset Tetap / Fixed Assets 35,756,025,077 21,838,093,144 13,917,931,933
Aset Lainnya / Other Assets 1,352,208,320 215,460,585 1,136,747,735
Kewajiban / Liabilities 136,800,920 56,899,227 79,901,693
Kewajiban Jangka Pendek / Current Liabilities 136,800,920 56,899,227 79,901,693
Ekuitas / Equity 38,640,880,314 24,255,545,308 14,385,335,006
Ekuitas / Equity 38,640,880,314 24,255,545,308 14,385,335,006
Recorded and presented Assets Value per December
31, 2018 was Rp38,777,681,234 consisting of Current
Assets amounting to Rp1,669,447,837 and Fixed Assets
amounting to Rp35,756,025,077, and Other Assets
amounting to Rp1,352,208,320. Total Liabilities and
Equity presented as of December 31, 2018 were
Rp136,800,920 and Rp38,640,880,314, respectively,
making the total value of liabilities and equity to reach
Rp38,777,681,234.
The summary of Balance Sheet per December 31, 2018
(audited) and December 31, 2017 (audited) is as follows:
Table 1.4Summary of Audited Balance Reports of 2018 Fiscal
Year and 2017 Fiscal Year
Laporan Realisasi AnggaranBudget Realization Report
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report27
Secara umum, Aset, Kewajiban, dan Ekuitas DJPK
meningkat pada Tahun Anggaran 2018, hal ini terjadi
terutama disebabkan oleh adanya peningkatan belanja
modal. Peningkatan belanja modal tersebut antara lain
adanya belanja aset tetap dalam bentuk pengadaan
kendaraan dinas, meubelair, dan PC Unit serta adanya
belanja aset lainnya dalam bentuk pembangunan
perangkat lunak software yaitu pembangunan aplikasi
Call Center, Modul Layanan Sistem SIKD Executive,
Sistem Pengembangan Pegawai, dan Aplikasi
Perencanaan Keuangan.
LAPORAN OPERASIONAL (LO)Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur
pendapatan-LO, beban, surplus/defisit dari kegiatan
operasional, surplus/defisit dari kegiatan non
operasional, surplus/defisit sebelum pos luar biasa,
surplus/defisit LO, yang diperlukan untuk penyajian
yang wajar. Pendapatan-LO untuk periode Tahun
Anggaran 2018 adalah sebesar Rp94.847.744,00,
sedangkan jumlah Beban adalah sebesar
Rp115.493.702.613,00 sehingga terdapat defisit dari
kegiatan operasional sebesar Rp(115.398.854.869,00).
Kegiatan Non Operasional dan Pos-Pos Luar Biasa
surplus sebesar Rp462.227.787,00 sehingga entitas
mengalami Defisit LO sebesar Rp(114.936.627.082,00).
Defisit LO Tahun Anggaran 2018 lebih besar
dibandingkan dengan defisit LO Tahun Anggaran 2017
yaitu sebesar Rp(105.995.460.970,00). Peningkatan
Defisit LO ini menunjukkan terjadinya peningkatan
beban Tahun Anggaran 2018 dibandingkan dengan
Tahun Anggaran 2017 terutama untuk beban pegawai,
beban perjalanan dinas, serta beban penyusutan dan
amortisasi.
In general, DJPK’s assets, liabilities, and equity
increased in 2018 Fiscal Year. This was mainly due to an
increase in capital expenditure due to, among others
fixed assets expenditure in the form of procurement
of official vehicles, furniture, and PC units, as well
as other asset expenditures in the form of software
development, namely the development of Call Center
application, SIKD Executive System Service Module,
Employee Development System, and Financial Planning
Application.
STATEMENT OF OPERATIONSStatement of Operations (Operational Report - OR)
presents various elements of OR-revenue, expense,
surplus/deficit of operations, surplus/deficit of non-
operations, surplus/deficit before extraordinary
items, and OR-surplus/deficit required for reasonable
presentation. OR-revenue for 2018 Fiscal Year
was Rp94,847,744 whereas total Expenses were
Rp115,493,702,613; hence, there was a deficit from
operational activities amounting to Rp115,398,854,869.
Meanwhile, non-operational activities and
extraordinary items had a surplus of Rp462,227,787;
hence, the entity had OR Deficit of Rp114,936,627,082.
OR Deficit in 2018 was higher than that of 2017 which
was recorded at Rp105,995,460,970. Such increase in
OR Deficit showed the increase in expenses of 2018
Fiscal Year compared to 2017 Fiscal Year, especially
in employee expenses, official travel expenses, and
depreciation and amortization expenses.
Laporan Realisasi AnggaranBudget Realization Report
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report28
LAPORAN PERUBAHAN EKUITASLaporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekuitas
pada tanggal 1 Januari 2018 adalah sebesar
Rp24.255.545.308,00 dikurangi Defisit-LO sebesar
Rp(114.936.627.082,00) kemudian ditambah koreksi
yang menambah/mengurangi ekuitas yang antara lain
berasal dari dampak kumulatif perubahan kebijakan
akuntansi/kesalahan sebesar Rp98.875.970,00 dan
Transaksi antar entitas sebesar Rp129.223.086.118,00
sehingga kenaikan Ekuitas entitas pada tanggal 31
Desember 2018 adalah sebesar Rp14.385.335.006,00.
Dibandingkan dengan kenaikan Ekuitas entitas Tahun
Anggaran 2017 yaitu sebesar Rp5.971.492.527,00 terjadi
peningkatan nilai kenaikan Ekuitas entitas pada Tahun
Anggaran 2018. Peningkatan kenaikan ekuitas tersebut
menunjukkan adanya peningkatan Belanja Modal yang
menyebabkan peningkatan Aset DJPK untuk Tahun
Anggaran 2018 dibanding Tahun Anggaran 2017.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGANCatatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan
informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau
analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional (LO),
dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam
CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan
dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan
serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang
diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan
keuangan.
STATEMENT OF CHANGES IN EQUITYStatement of Changes in Equity provides information
on the increase or decrease of equity within the
reporting year compared to prior year. Equity on
January 1, 2018 was recorded at Rp24,255,545,308
subtracted by OR-Deficit of Rp114,936,627,082, and
added by a correction which increased/decreased
the equity which, among others, came from the
cumulative impact of changes in accounting policies/
mistakes amounting to Rp98,875,970, and inter-
entities transaction amounting to Rp129,223,086,118.
Therefore, the equity of entity on December 31, 2018
was Rp114,385,335,006. Compared to the increase of
Equity in 2017 which was Rp5,971,492,527,there was an
increase in entity’s Equity in 2018 which demonstrated
growing Capital Expenditure, resulting an increase in
DJPK’s Assets in 2018 compared to 2017.
NOTES ON FINANCIAL STATEMENTSNotes on Financial Statements provide information
on the explanation or detailed list or analysis of
value of items presented in Budget Realization
Report, Balance Sheet, Statement of Operations, and
Statement of Changes in Equity. The Notes also include
information presentation required and recommended
by Government Accounting Standards as well as other
disclosures necessary for reasonable presentation of
financial statements.
Laporan Realisasi AnggaranBudget Realization Report
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report29
Profil Direktorat Jenderal Perimbangan KeuanganProfile of Directorate General of Fiscal Balance
02
DJPK sebagai unit pengelola dan pelaksana kebijakan desentralisasi fiskal bertekad untuk menjadikan pelaksanaan dan pengelolaan desentralisasi fiskal di Indonesia sebagai praktik pengelolaan hubungan fiskal pusat dan daerah yang berkelas dunia.
DJPK as the organizing unit as well as the executor of fiscal decentralization policy is determined to actualize the execution and organization of fiscal decentralization in Indonesia as a world-class.
Nilai-Nilai Kementerian KeuanganValues of The Ministry of Finance
INTEGRITASBerpikir, berkata, berperilaku, dan bertindak dengan baik dan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral.
INTEGRITYThink, speak, behave and act properly, and to uphold the code of conduct and moral principles.
SINERGIMembangun dan memastikan hubungan kerja sama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas.
SYNERGYEstablish and ensure productive internal cooperation and harmonious partnership with stakeholders towards achieving fruitful and quality work.
PELAYANANMemberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat, dan aman.
SERVICEProvide services in a wholehearted, transparent, speedy, accurate and safe manner that satisfies stakeholders.
KESEMPURNAANSenantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik.
EXCELLENCEConsistently make improvements in all areas in order to become and give the best.
PROFESIONALISMEMembangun dan memastikan hubungan kerja sama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas.
PROFESSIONALISMWork properly and accurately based on the core competencies with full responsibility and high commitment.
1.2.
3.
4.
5.Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report32
Visi dan Misi DJPKVision and Mission of DJPK
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, DJPK
memiliki 4 (empat) misi strategis, yaitu: (i) mewujudkan
perumusan kebijakan HKPD yang transparan dan
akuntabel; (ii) melaksanakan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan HKPD yang efektif; (iii) menyelenggarakan
sistem informasi keuangan daerah (SIKD) yang akurat,
transparan dan tepat waktu; serta (iv) meningkatkan
kualitas pengelolaan keuangan daerah.
Peran Strategis DJPK adalah merumuskan kebijakan
dan standardisasi teknis di bidang desentralisasi fiskal,
perimbangan keuangan, dan hubungan keuangan antara
pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Peran ini
termasuk mendorong pengelolaan keuangan daerah
agar lebih berkualitas serta mempengaruhi kebijakan
alokasi dan meningkatkan kualitas pemanfaatan belanja
daerah agar lebih produktif dan berorientasi kepada
output dan outcome. Pada gilirannya peran tersebut
dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi di daerah.
To realize the vision, DJPK has 4 (four) strategic
missions, namely: (i) to actualize the formulation of
central-regional fiscal relation policy to be transparent
and accountable; (ii) to perform monitoring and
evaluation of effective central-regional fiscal relation
practices; (iii) to carry out fiscal information system of
regional government in an accurate, transparent, and
timely manner; (iv) to enhance the quality of regional
fiscal management.
The strategic role of DJPK is to formulate policies
and technical standardization in the areas of fiscal
decentralization, financial balance, and financial
relations between the central government and
regional governments. This role includes encouraging
regional financial management to be more quality
and influencing allocation policies and increasing
the quality of regional expenditure utilization to be
more productive and oriented towards outputs and
outcomes. In turn, this role can accelerate economic
growth in the region.
Menjadi Pengelola Hubungan Fiskal Pusat dan Daerah Berkelas Dunia yang Adil dan Transparan
To become a world-class administrator of fiscal relation between central government and regional government in
a fair and transparent manner
V I S IV I S I O N
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report33
The Strategic Role of DJPK is outlined in 6 (six) core
business processes, namely:
1) Formulation of central and regional financial
relations policy;
2) Budgeting and allocation of Transfer funds to
Regions, Village Funds, and Regional Grants;
3) Implementation and administration of Transfers to
Regions, Village Funds, and Regional Grants;
4) Monitoring and evaluating the management of
central and regional financial relations;
5) Increasing regional financial capacity; and
6) Implementation of Regional Financial Information
Systems.
Figure 2.1Business Process of DJPK
Peran Strategis DJPK dijabarkan dalam 6 (enam) proses
bisnis inti, yaitu:
1) Perumusan kebijakan hubungan keuangan pusat
dan daerah;
2) Penganggaran dan pengalokasian dana Transfer ke
Daerah, Dana Desa, dan Hibah Daerah;
3) Pelaksanaan dan penatausahaan Transfer ke
Daerah, Dana Desa, dan Hibah Daerah;
4) Monitoring dan evaluasi pengelolaan hubungan
keuangan pusat dan daerah;
5) Peningkatan kapasitas keuangan daerah; dan
6) Penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan
Daerah.
Gambar 2.1Proses Bisnis DJPK
SUPP
ORT
FU
NCT
ION
MA
NA
GEM
ENT
FUN
CTIO
NPR
IMA
RY F
UN
CTIO
N
Pengelolaan Fiskal Pusat Daerah /
Central and Regional Fiscal M
anagement
Pengelolaan Kinerja /Performance Management
Pelayanan Umum, Kehumasan dan Bantuan Hukum /Public Service, Public Relations, and Legal Assistance
Pelayanan Sumber Daya Manusia /Human Resources Service
Pelayanan Organisasi dan Tata Laksana /Administration and Organization Service
Pelayanan Teknologi Informasi / Information Technology Service
Pelayanan Perencanaan dan Keuangan /Financial and Planning Service
Perumusan Kebijakan HRPD / Formulation of HKPD Policy
Pelaksanaan dan Penata usahaan Transfer ke Daerah, Dana Desa, dan Hibah Daerah / Implementation and administration of Transfers to Regions, Village Funds, and Regional Grants
Penganggaran dan Pengalokasian Dana Transfer ke Daerah, Dana Desa, dan Hibah Daerah / Budgeting and Allocation of Transfer Funds to Regions, Village Funds, and Regional Grants
Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan HKPD / Monitoring and Evaluating the Management of Central and Regional Financial Relations
Peningkatan Kapasitas Keuangan Daerah / Increasing Regional Financial Capacity
Penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah / Implementation of Regional Financial Information Systems
Kepatuhan Internal /Internal Compliance
Pengelolaan Risiko /Risk Management
Adil dan Transparan / Fair and Transparent
Visi dan Misi DJPKVision and Mission of DJPK
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report34
Untuk mewujudkan visi, misi dan peranan strategis
dimaksud, “Cetak Biru Reformasi dan Transformasi
Kelembagaan DJPK (RBTK-DJPK)” ditopang empat pilar
utama dan dua pondasi pendukung internal.
Keempat pilar utama tersebut adalah (i) Peningkatan
Kualitas Formulasi Kebijakan, (ii) Penguatan Peran
Monitoring dan Evaluasi, (iii) Penguatan Kapasitas
Aparatur Pengelola Keuangan Daerah, serta (iv)
Pembangunan Sistem Informasi Keuangan Daerah
yang Terintegrasi. Arah perbaikan yang diinginkan
melalui keempat pilar tersebut adalah agar kebijakan
desentralisasi fiskal tidak semata-mata berfokus
pada perimbangan keuangan, namun juga mampu
menjawab berbagai tantangan dalam memberikan
kontribusi positif dan signifikan terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat, serta pemerataan layanan
publik melalui terciptanya keseimbangan kapasitas
fiskal, belanja daerah yang lebih berkualitas, serta
transparansi dan tata kelola pemerintahan yang
baik. Keempat pilar utama RBTK-DJPK tersebut juga
ditopang oleh dua pondasi pendukung internal, yakni
(i) penataan organisasi menuju organisasi yang modern
dan berteknologi tinggi, serta (ii) pengelolaan dan
pengembangan sumber daya manusia yang andal.
To realize the vision, mission, and strategic role, the
“Blueprint for DJPK Institutional Reformation and
Transformation (RBTK-DJPK)” is supported by four
main pillars and two foundations for internal support.
The four main pillars are (i) Improving the Quality of
Policy Formulations, (ii) Strengthening the Role of
Monitoring and Evaluation, (iii) Strengthening the
Capacity of Regional Financial Management Apparatus,
and (iv) Development of Integrated Regional Financial
Information System. The direction of the desired
improvement through the four pillars is so that
fiscal decentralization policies do not focus solely
on financial balance, but are also able to respond to
various challenges in making positive and significant
contributions to improving people’s welfare, and
equitable distribution of public services through the
creation of a balance of fiscal capacity, a more quality
regional expenditure, as well as transparency and good
governance. The four main pillars of RBTK-DJPK are
also supported by two internal support foundations,
namely (i) organizational structuring towards
modern and high-tech organizations, and (ii) reliable
management and development of human resources.
Visi dan Misi DJPKVision and Mission of DJPK
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report35
Tugas dan Fungsi OrganisasiDuties and Functions of Organization
Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden
Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian
Keuangan yang telah dituangkan dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan,
DJPK mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang alokasi dan
pengelolaan dana perimbangan dan transfer ke daerah
lainnya, dan pajak daerah dan retribusi daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, DJPK
menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan di bidang alokasi dan
pengelolaan dana perimbangan dan transfer ke
daerah lainnya, dan pajak daerah dan retribusi
daerah;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang alokasi dan
pengelolaan dana perimbangan dan transfer ke
daerah lainnya, dan pajak daerah dan retribusi
daerah;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria di bidang alokasi dan pengelolaan dana
perimbangan dan transfer ke daerah lainnya, dan
pajak daerah dan retribusi daerah;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di
bidang alokasi dan pengelolaan dana perimbangan
dan transfer ke daerah lainnya, dan pajak daerah
dan retribusi daerah;
e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang alokasi dan pengelolaan dana perimbangan
dan transfer ke daerah lainnya, dan pajak daerah
dan retribusi daerah;
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan; dan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Keuangan.
As stated in Presidential Regulation No. 28/2015
concerning the Ministry of Finance as outlined
in the Regulation of Minister of Finance No. 234/
PMK.01/2015 concerning the Organization and Work
Procedure of the Ministry of Finance, the DJPK has the
duty of organizing the formulation and implementation
of policies in the field of allocation and management
of balance funds and transfers to other regions, and
regional taxes and levies in accordance with statutory
provisions.
DJPK performs such functions as follows to exercise its
duty:
a. Formulating policy in the field of allocation and
management of balanced fund and other regional
transfers, as well as regional taxes and levies;
b. Implementing policy in the field of allocation and
management of balanced fund and other regional
transfers, as well as regional taxes and levies;
c. Establishing norms, standards, procedures, and
criteria in the field of allocation and management of
balanced fund and other regional transfers, as well
as regional taxes and levies;
d. Providing technical assistance and supervision in
the field of allocation and management of balanced
fund and other regional transfers, as well as regional
taxes and levies;
e. Performing monitoring, evaluation, and reporting
in the field of allocation and management of
balanced fund and other regional transfers, as well
as regional taxes and levies;
f. Performing administration of Directorate General
Fiscal Balance; and
g. Performing other functions determined by the
Minister of Finance.
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report36
DJPK terus berupaya melaksanakan kebijakan
desentralisasi fiskal secara adil, proporsional,
transparan, dan akuntabel melalui pengalokasian dan
penyaluran transfer ke daerah. Peran strategis DJPK
sangat krusial dalam menentukan arah kebijakan
desentralisasi fiskal ke depan menuju hubungan
keuangan pusat dan daerah yang lebih baik sehingga
diharapkan akan tercipta kemudahan-kemudahan
dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di
daerah, terutama dalam penyediaan dan pemenuhan
pelayanan publik yang prima dan/atau lebih berkualitas.
Hal tersebut diharapkan dapat berdampak positif
kepada kondisi perekonomian yang lebih baik dengan
tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
DJPK sebagai unit pengelola dan pelaksana kebijakan
desentralisasi fiskal bertekad untuk menjadikan
pelaksanaan dan pengelolaan desentralisasi fiskal di
Indonesia sebagai praktik pengelolaan hubungan fiskal
pusat dan daerah yang berkelas dunia dapat menjadi
contoh atau role model bagi negara-negara lain dalam
penerapan kebijakan desentralisasi fiskal. Cita-cita
ini diharapkan akan menjadi fokus tujuan perubahan
dan menginspirasi semua pihak baik internal maupun
eksternal untuk mendukung transformasi yang
diharapkan.
STRUKTUR ORGANISASI DJPKBerdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan, DJPK terdiri atas 5 (lima) unit
Eselon II, yaitu:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Dana Perimbangan;
c. Direktorat Pendapatan dan Kapasitas Keuangan
Daerah;
d. Direktorat Pembiayaan dan Transfer Non Dana
Perimbangan; dan
e. Direktorat Evaluasi Pengelolaan dan Informasi
Keuangan Daerah.
DJPK performs continuous efforts to implement
fiscal decentralization policy in a fair, proportional,
transparent, and accountable manner through the
allocation and distribution of regional transfers. DJPK
plays a strategic role which is very crucial in determining
the future orientation of fiscal decentralization toward
better fiscal relation between center and regions. It is
expected that such policy facilitate the planning and
execution of regional development, particularly in
providing and fulfilling public service with excellence
or better quality. Furthermore, it is expected that this
situation contribute positively for a better economic
condition with an ultimate goal to improve community
welfare.
DJPK as the organizing unit as well as the executor
of fiscal decentralization policy is determined to
actualize the execution and organization of fiscal
decentralization in Indonesia as a world-class
practice of center-regions fiscal relation management
which becomes a role model for other countries in
implementing fiscal decentralization policy. Such
ideal is expected to become the focus of objectives in
committing changes and inspire all parties to support
the demanded transformation.
ORGANIZATIONAL STRUCTURE OF DJPKPursuant to the Regulation of The Minister of Finance
No. 234/PMK.01/2015 concerning the Organization
and Work Procedure of the Ministry of Finance, DJPK
consists of 5 (five) Echelon II units, namely:
a. Secretariat of Directorate General;
b. Directorate of Balance Fund;
c. Directorate of Revenue and Local Finance Capacity;
d. Directorate of Financing and Transfer of Non-
Balance Fund; and
e. Directorate of Management Evaluation and Local
Finance Information.
Tugas dan Fungsi OrganisasiDuties and Functions of Organization
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report37
Di bawah unit Eselon II tersebut terdapat 25 (dua puluh
lima) unit Eselon III, 98 (sembilan puluh delapan) unit
Eselon IV, serta jabatan fungsional Analis Keuangan
Pusat dan Daerah dan jabatan fungsional Pranata
Komputer.
Pada tanggal 31 Desember 2018 telah ditetapkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.01/2018
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Keuangan yang mengatur perubahan organisasi DJPK
menjadi sebagai berikut:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Dana Transfer Umum;
c. Direktorat Dana Transfer Khusus;
d. Direktorat Kapasitas dan Pelaksanaan Transfer; dan
e. Direktorat Evaluasi dan Sistem Informasi.
Di bawah unit Eselon II tersebut terdapat 25 (dua puluh
lima) unit Eselon III, 97 (sembilan puluh tujuh) unit
Eselon IV, serta jabatan fungsional Analis Keuangan
Pusat dan Daerah dan jabatan fungsional Pranata
Komputer.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.01/2018
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Keuangan akan diberlakukan secara efektif pada
tanggal 31 Desember 2019.
Under the Echelon II units there are 25 (twenty-
five) Echelon III units, 98 (ninety eight) Echelon IV
units, as well as functional positions of Central and
Regional Financial Analysts and functional positions of
Computer Institutions.
As of December 31, 2018, Regulation of The Minister
of Finance No. 217/PMK.01/2018 regarding the
Organization and Work Procedure of the Ministry of
Finance was stipulated to regulate the change of DJPK
organization as follows:
a. Secretariat of Directorate General;
b. Directorate of General Transfer Fund;
c. Directorate of Special Transfer Fund;
d. Directorate of Capacity and Transfer
Implementation; and
e. Directorate of Evaluation and Information System.
Under the Echelon II unit there are 25 (twenty-five)
Echelon III units, 97 (ninety seven) Echelon IV units, as
well as functional positions of the Central and Regional
Financial Analysts and Computer Functional Position.
Regulation of The Minister of Finance No. 217/
PMK.01/2018 concerning the Organization and Work
Procedure of the Ministry of Finance will be effective
on December 31, 20
Tugas dan Fungsi OrganisasiDuties and Functions of Organization
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report38
Figure 2.2Organizational Structure of DJPK pursuant to
Regulation of the Minister of Finance No. 234/
PMK.01/2015 concerning Organization and Work
Procedure of the Minister of Finance
Gambar 2.2Struktur Organisasi DJPK berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan / Directorate General of
Fiscal Balance
Sekretariat Direktorat Jenderal / Secretariat of
Directorate General
Direktorat Dana Perimbangan / Directorate of
Balance Fund
Direktorat Pendapatan dan Kapasistas Keuangan Daerah / Directorate of Revenue and
Regional Finance Capacity
Direktorat Pembiayaan dan Transfer Non Dana Perimbangan / Directorate of Funding and Transfer
of Non Balance Fund
Direktorat Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan Daerah
/ Directorate of Management Evaluation and Local Finance
Information
Bagian Perencanaan dan Keuangan / Planning and Finance Division
Subdit Dana Bagi Hasil / Sub-Directorate of
Revenue Sharing Fund
Subdit Sinkronisasi Rancangan Peraturan Daerah & Retribusi Daerah / Sub-Directorate of Synchronization of Regional
Regulation Plan & Retribution
Subdit Hibah Dana Darurat dan Dana Insentif Daerah / Sub-
Directorate of Grants, Emergency Fund and Regional Incentive Fund
Subdit Evaluasi Keuangan Daerah / Sub-Directorate of Regional Finance Evaluation
Subdit Dana Alokasi Khusus Fisik I / Sub-Directorate of Physical Special Allocation
Fund I
Subdit Pengembangan Potensi Pendapatan Asli Daerah /
Sub-Directorate of Development of Locally Generated Regional
Revenue Potential
Subdit Pelaksanaan Transfer / Sub-
directorate of Transfer Implementation
Subdit Data Keuangan Daerah / Sub-Directorate of
Regional Financial Data
Subdit Dana Alokasi Khusus Fisik II / Sub-Directorate of Physical Special Allocation
Fund II
Subdit Bimbingan Teknis Keuangan Daerah / Sub-Directorate of Technical
Guidance of Regional Finance
Subdit Akuntansi dan Pelaporan Transfer ke
Daerah / Sub-Directorate of Accounting and Transfer
Reporting to Regions
Subdit Data Non Keuangan Daerah / Sub-
Directorate of Regional Non-Financial Data
Subdit Dana Alokasi Khusus Non-Fisik / Sub-Directorate
of Non-Physical Special Allocation
Subdit Perumusan Kebijakan Pendapatan Asli Daerah / Sub-Directorate of Policy of Local-
Own Source Revenue
Subdit Perumusan Kebijakan Non Dana Perimbangan / Sub-Directorate of Policy
Formulation of Non-Balance Fund
Subdit Teknologi Informasi / Sub-
Directorate of Information Technology
Subdit Dana Alokasi Umum / Sub-Directorate of General
Allocation Fund
Subdit Pemantauan & Evaluasi Pendapatan Asli Daerah /
Sub-Directorate of Monitoring & Evaluation of Locally Generated
Regional Revenue
Subdit Dana Desa Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan DIY / Sub-Directorate of Special Autonomy Village Fund and DIY
Special Fund
Subdit Pengembangan Pendanaan Perkotaan dan
Kawasan / Sub-Directorate of Municipality and Regional
Funding Development
Subdit Perumusan Kebijakan Dana Perimbangan / Sub-
Directorate of Fiscal Balance Policy Formulation
Kelompok Jabatan Fungsional / Functional
Position Group
Kelompok Jabatan Fungsional / Functional
Position Group
Kelompok Jabatan Fungsional / Functional
Position Group
Kelompok Jabatan Fungsional / Functional
Position Group
Bagian Organisasi dan Kepatuhan Internal /
Organization and Internal Compliance Division
Bagian Umum Kehumasan & Bantuan Hukum / General
PR & Legal Assistance Division
Bagian Sumber Daya Manusia / Human Resources Division
Tugas dan Fungsi OrganisasiDuties and Functions of Organization
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report39
Gambar 2.3Struktur Organisasi DJPK berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.01/2018 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan
Tugas dan Fungsi OrganisasiDuties and Functions of Organization
Figure 2.3Organizational Structure of DJPK pursuant to
Regulation of the Minister of Finance No. 217/
PMK.01/2018 on Organization and Work Procedure of
the Minister of Finance
Direktorat Dana Transfer Umum / Directorate of General Transfer Fund
Direktorat Dana Transfer Khusus / Directorate of
Special Transfer Fund
Subdit Dana Bagi Hasil / Sub-Directorate of
Revenue Sharing Fund
Subdit Dana Alokasi Khusus Fisik Sektor Pembangunan Perekonomian dan Kemaritiman / Sub-Directorate
of Physical Special Allocation Fund for Economic and Maritime Development
Sector
Subdit Dana Insentif Daerah, Otonomi Khusus, dan Dana
Keistimewaan / Sub-Directorate of Regional Incentive Fund, Special
Autonomy, and Special Fund
Subdit Dana Alokasi Khusus Non Fisik / Sub-Directorate of Non-Physical Special Allocation
Fund
Subdit Dana Desa / Sub-Directorate of
Village Fund
Subdit Hibah Daerah / Sub-Directorate of Regional
Grants
Subdit Dana Alokasi Umum / Sub-
Directorate of General Allocation Fund
Subdit Dana Alokasi Khusus Fisik Sektor Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan / Sub-Directorate of Physical Special Allocation Fund for Human and Cultural Development Sector
Kelompok Jabatan Fungsional / Functional
Position Group
Kelompok Jabatan Fungsional / Functional
Position Group
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report40
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan / Directorate General of
Fiscal Balance
Sekretariat Direktorat Jenderal / Secretariat of
Directorate General
Direktorat Kapasitas dan Pelaksanaan Transfer /
Directorate of Capacity and Transfer Implementation
Direktorat Evaluasi dan Sistem Informasi / Directorate of
Evaluation and Information Systems
Bagian Perencanaan dan Keuangan / Financial and Planning Division
Subdit Pengembangan Potensi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah / Sub-Directorate of Retribution and Regional Tax
Potential Development
Subdit Evaluasi Pengelolaan Dana Transfer / Sub-
Directorate of Evaluation of Transfer Fund Management
Subdit Pembiayaan dan Penataan Daerah / Sub-Directorate of Regional Regulation and Funding
Subdit Data Keuangan Daerah / Sub-Directorate of Regional Finance Data
Subdit Peningkatan Kapasitas Pengelola Keuangan Daerah /
Sub-Directorate of Regional Finance Management Capacity Improvement
Subdit Data Non Keuangan Daerah / Sub-Directorate of Regional Non-Finance
Data
Subdit Transformasi Sistem Informasi Keuangan Daerah / Sub-Directorate of Transformation of Regional Finance Information System
Subdit Akuntansi dan Pelaporan Dana Transfer /
Sub-Directorate of Accounting and Reporting of Transfer Fund
Subdit Pengembangan Aplikasi, Basi Data, Infrastruktur dan Operasional
Teknologi Informasi / Sub-Directorate of Development of Application, Database, Infrastructure, and
Information Technology Operation
Subdit Sinkronisasi, Pengawasan dan Pengendalian Pajak Daerah dan Retribusi Daerah / Sub-Directorate
of Synchronization, Supervisionand Control of Regional Tax and
Regional Retribution
Subdit Evaluasi Pengelolaan Keuangan Daerah / Sub-
Directorate of Evaluation of Regional Finance Management
Kelompok Jabatan Fungsional / Functional
Position Group
Kelompok Jabatan Fungsional / Functional
Position Group
Bagian Harmonisasi Kebijakan dan Kehumasan / Policy Harmonization and Public
Relation Division
Bagian Umum, Advokasi dan Kerja Sama Antar Lembaga / General
Affairs, Advocation, and Cooperation Among Institutions Division
Bagian Organisasi dan Kepatuhan Internal /
Organization and Internal Compliance Division
Bagian Sumber Daya Manusia / Human Resource Division
Tugas dan Fungsi OrganisasiDuties and Functions of Organization
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report41
Lahir di Jakarta pada tanggal 20 Januari 1968. Menyelesaikan studi Sarjana Ekonomi dengan jurusan Manajemen di Universitas Soedirman pada tahun 1990. Melanjutkan dan menyelesaikan studi Master of Taxation di University of Denver pada tahun 1997.
Melaksanakan tugas pertamanya di Kementerian Keuangan sebagai Penata Muda pada tahun 1992. Pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Administrasi dan Kerjasama Perpajakan Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2004, Kepala Subdirektorat Peraturan Pajak Penghasilan Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2006, Kepala Subdirektorat Peraturan PPh Badan Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2007, Kepala Subdirektorat Perjanjian dan Kerjasama Perpajakan Internasional Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2009, Kepala Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Badan Kebijakan Fiskal pada tahun 2012, dan dilantik sebagai Staf Ahli Bidang Penerimaan Negara pada 6 Februari 2015.
Kemudian dikarenakan perubahan nomenklatur jabatan sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan, pada 3 September 2015 dilantik sebagai Staf Ahli Kebijakan Penerimaan Negara. Beliau pernah dipercaya menjabat sebagai Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan pada 23 Januari 2017. Dan pada 26 Juni 2018, diamanatkan menjadi Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan.
Born in Jakarta on January 20, 1968. Completed his Bachelor of Economics studies majoring in Management at Soedirman University in 1990. He continued and completed Master of Taxation studies at the University of Denver in 1997.
Performed his first assignment at the Ministry of Finance as a Junior Administrator in 1992. He served as Head of Tax Administration and Tax Cooperation of Tax Directorate General Division in 2004, Head of Sub-Directorate of Income Tax Regulation of the Directorate General of Tax Income Tax in 2006, Head of Sub-Directorate of Income Tax Regulations of Directorate General of Tax in 2007, Head of the Sub-Directorate of International Taxation Agreement and Cooperation of the Directorate General of Tax in 2009, Head of the State Revenue Policy Center of Fiscal Policy Agency in 2012, and was appointed as Senior Staff on State Revenue on February 6, 2015.
Then due to changes in the nomenclature of the position as stated in Presidential Regulation No. 28 of 2015 concerning the Ministry of Finance, on September 3, 2015, he was appointed as Senior Staff on State Revenue Policy. He was once appointed to be the Head of the Financial Education and Training Agency on January 23, 2017, and on June 26, 2018, he was mandated to be the Director General of Fiscal Balance.
ASTERA PRIMANTO BHAKTI -
Direktur Jenderal Perimbangan KeuanganDirector General of
Fiscal Balance
Profil Pejabat Eselon I dan IIProfiles of Echelon I and II Officials
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report42
Profil Pejabat Eselon I dan IIProfiles of Echelon I and II Officials
Lahir di Bandar Lampung 10 Februari 1967. Menyelesaikan studi
Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangungan
di Universitas Lampung pada tahun 1990. Melanjutkan studi
Magister Manajemen di Universitas Muhammadiyah Jakarta pada
tahun 2007.
Mulai merintis karir di Kementerian Keuangan pada tahun 1993
di Badan Analisa Keuangan dan Moneter. Pernah mengemban
jabatan sebagai Direktur Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pada
tahun 2013 dan Direktur Dana Perimbangan pada tahun 2014.
Saat ini, beliau menjabat sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan sejak Desember 2016.
Born in Bandar Lampung on February 10, 1967. He finished his
Bachelor’s Degree in Economics majoring in Economics and
Development Study at University of Lampung in 1990. He continued
his study in Master of Management at Muhammadiyah University
in 2007.
He started his career in the Ministry of Finance in 1993 in Monetary
and Financial Analysis Agency. He had served as Director of
Regional Tax and Levi in 2013 and Director of Balancing Fund in
2014. Currently he serves as Secretary of Directorate General of
Fiscal Balance since December 2016.
RUKIJO
-
Sekretaris Direktorat JenderalSecretary of Directorate
General
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report43
Profil Pejabat Eselon I dan IIProfiles of Echelon I and II Officials
Lahir di Surakarta pada 9 Juli 1973. Meraih gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Sebelas Maret pada tahun 1996. Selanjutnya menempuh
program Master of Public Policy di Australian National University
yang berhasil diselesaikan pada tahun 2007.
Mamulai karir di Kementerian Keuangan sebagai pegawai di
Badan Analisa Keuangan dan Moneter pada Maret 1998. Sebelum
menjabat sebagai Direktur Dana Perimbangan pada Desember
2016, beliau pernah menjabat sebagai Direktur Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah pada April 2015 dan Sekretaris Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan pada Oktober 2015.
Born in Surakarta on July 9, 1973. He obtained his Bachelor’s Degree
in Economics at Sebelas Maret University in 1996. He then took
the Master of Public Policy program at the Australian National
University which was successfully completed in 2007.
He started his career at the Ministry of Finance as an employee at
the Financial and Monetary Analysis Agency in March 1998. Before
serving as Director of the Balancing Fund in December 2016, he
served as Director of Local Tax and Local Retribution in April
2015 and Secretary of the Directorate General of Fiscal Balance in
October 2015.
PUTUT HARI SATYAKA
-
Direktur Dana PerimbanganDirector of Balancing
Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report44
Profil Pejabat Eselon I dan IIProfiles of Echelon I and II Officials
Lahir di Bahalat pada 16 Desember 1966. Menyelesaikan program
Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatra Utara pada tahun 1990
dan meraih gelar Master Ekonomi dari Universitas Indonesia pada
tahun 2006.
Memulai karir di Kementerian Keuangan pada tahun 1995 selaku
Kepala Urusan Pajak Daerah Tk. II di Biro Analisa Keuangan dan
Moneter. Beliau sebelumnya menjabat sebagai Direktur Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah pada Februari 2016, sampai dengan
akhir 2018 menjabat sebagai Direktur Pendapatan dan Kapasitas
Keuangan Daerah sejak Juni 2016.
Born in Bahalat on December 16, 1966. Completed his Bachelor of
Economics program at the University of North Sumatra in 1990
and obtained his Masters of Economics from the University of
Indonesia in 2006.
Began his career at the Ministry of Finance in 1995 as Head of the
Regional Tax Office at Tk. II in the Bureau of Financial and Monetary
Analysis. He previously served as Director of Regional Tax and
Regional Retribution in February 2016, until the end of 2018 served
as Director of Regional Revenue and Financial Capacity since June
2016.
LISBON SIRAIT
-
Direktur Pendapatan dan Kapasitas Keuangan DaerahDirector of Revenue and
Local Finance Capacity
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report45
Profil Pejabat Eselon I dan IIProfiles of Echelon I and II Officials
Lahir di Klaten pada 11 Desember 1969. Meraih gelar Sarjana Ekonomi
di Universitas Sebelas Maret pada tahun 1994 dan menyelesaikan
program Master Manajemen di Universitas Bhayangkara pada
tahun 2006.
Memulai karir di Kementerian Keuangan sebagai pegawai Badan
Analisa Keuangan dan Moneter (BAKM) pada tahun 1996. Pada 16
Desember 2016, Beliau dilantik menjadi Direktur Pembiayaan dan
Transfer Non Dana Perimbangan setelah sebelumnya menjabat
sebagai Kepala Subdirektorat Evaluasi Dana Desentralisasi dan
Perekonomian Daerah pada tahun 2014 dan Kepala Subdirektorat
Dana Alokasi Khusus Non Fisik pada tahun 2016.
Born in Klaten on December 11, 1969. He obtained his Bachelor’s
Degree in Economics at Sebelas Maret University in 1994 and
completed his Master of Management program at Bhayangkara
University in 2006.
He began his career in the Ministry of Finance as an employee of
the Financial and Monetary Analysis Agency (BAKM) in 1996. On
December 16, 2016, he was appointed as Director of Financing and
Non-Balancing Fund Transfer after previously serving as Head of
the Sub-Directorate for Evaluation of the Decentralization and
Regional Economic Funds in 2014 and Head of the Sub-Directorate
of Non-Physical Special Allocation Funds in 2016.UBAIDI SOCHEH HAMIDI -
Direktur Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganDirector of Financing and
Transfer of Non-Balancing
Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report46
Profil Pejabat Eselon I dan IIProfiles of Echelon I and II Officials
Lahir di Bogor pada 2 Juli 1964. Meraih gelar Sarjana Ekonomi
Studi Pembangunan di Universitas Indonesia pada tahun 1989.
Selanjutnya menyelesaikan program Master of Arts in International Development di International University of Japan pada tahun 2000.
Memulai karir di Kementerian Keuangan pada tahun 1993. Beliau
pernah diamanatkan sebagai Kepala Bidang Kebijakan Fiskal
Perubahan Iklim di Badan Kebijakan Fiskal pada tahun 2015, dan
sejak Juni 2016 menjabat sebagai Direktur Evaluasi Pengelolaan dan
Informasi Keuangan Daerah.
Born in Bogor on July 2, 1964. She obtained her Bachelor’s Degree in
Economics in Development Studies at the University of Indonesia
in 1989. She then completed the Master of Arts in International
Development program at the International University of Japan in
2000.
She began her career at the Ministry of Finance in 1993. She was
mandated as Head of Climate Change Fiscal Policy in the Fiscal
Policy Agency in 2015, and since June 2016 has been serving as the
Director of Management Evaluation and Local Finance Information.
RIA SARTIKA AZAHARI -
Direktur Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahDirector of Management
Evaluation and Local
Finance Information
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report47
Sumber Daya ManusiaHuman Resources
03
Pendidikan dan pelatihan yang selanjutnya disebut diklat adalah proses pengelolaan kegiatan belajar mengajar di bidang keuangan dan kekayaan negara dan bidang-bidang lainnya dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Keuangan.
Education and training, hereinafter referred to as education and training, is the process of managing teaching and learning activities in the field of finance and state wealth and other fields in order to improve the ability of Civil Servants and Prospective Civil Servants within the Ministry of Finance.
STATISTICS OF DJPK HUMAN RESOURCES
Employee Distribution Composition based on Gender
in the Echelon II Unit
(Data per December 31, 2018)
STATISTIK SUMBER DAYA MANUSIA DJPK
Wanita / Female
Komposisi Pegawai DJPK / Composition of DJPK Employees
Pria / Male
155
41172,6%
27,4%
94
1
86
46
30
68
24
79
20
83
35
Komposisi Pegawai DJPK per Eselon II / Composition of DJPK Employees per Echelon II
DIREKTUR JENDERAL / DIRECTOR GENERAL
DAPER PKKD PTNDP EPIKDSEKRETARIAT / SECRETARIAT
Komposisi Distribusi Pegawai berdasarkan Jenis
Kelamin pada Unit Eselon II
Nama Unit / Name of Unit Pria / Male %Pria / Male %
Wanita / Female
%Wanita / Female %
Jumlah / Total
Direktur Jenderal / Director General 1 100,0% 0 0,0% 1
Sekretariat / Secretariat 94 67,1% 46 32,9% 140
Daper 86 74,1% 30 25,9% 116
PKKD 68 73,9% 24 26,1% 92
PTNDP 79 79,8% 20 20,2% 99
EPIKD 83 70,3% 35 29,7% 118
Total 411 72,6% 155 27,4% 566
(Data per 31 Desember 2018)
Sumber Daya ManusiaHuman Resources
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report50
Employee Distribution Composition based on Gender
in Position
(Data per December 31, 2018)
4118
1 6
73
1856
4 15
244
126
Komposisi Pegawai berdasarkan Jabatan / Employee Composition based on Position
Eselon I / Echelon I
Eselon II / Echelon II
Eselon III / Echelon III
Eselon IV / Echelon IV
JF AKPD JF PrakomPelaksana /
Officers
Komposisi Distribusi Pegawai berdasarkan Jenis
Kelamin pada Jabatan
Jabatan / Position Pria / Male %Pria / Male %
Wanita / Female
%Wanita / Female %
Jumlah / Total
Eselon I / Echelon I 1 100,0% 0 0,0% 1
Eselon II / Echelon II 4 80,0% 1 20,0% 5
Eselon III / Echelon III 18 75,0% 6 25,0% 24
Eselon IV / Echelon IV 73 80,2% 18 19,8% 91
JF AKPD 56 93,3% 4 6,7% 60
JF Prakom 15 100,0% 0 0,0% 15
Pelaksana / Officers 244 65,9% 126 34,1% 370
Total 411 72,6% 155 27,4% 566
(Data per 31 Desember 2018)
Sumber Daya ManusiaHuman Resources
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report51
Employee Distribution Composition based on Gender
in Rank
(Data per December 31, 2018)
6 6 3
65
48
35
73
4637
17
57
7
69
16
45
6
18
5 4 1 2
Komposisi Pegawai berdasarkan Golongan / Employee Composition based on Rank
II/a II/c II/d III/a III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/c IV/d
Komposisi Distribusi Pegawai berdasarkan Jenis
Kelamin pada Golongan
Pangkat/Gol. / Rank Pria / Male %Pria / Male %
Wanita / Female
%Wanita / Female %
Jumlah / Total
Golongan II / Rank II 106 65,0% 57 35,0% 163
II/a 6 50,0% 6 50,0% 12
II/c 65 57,5% 48 42,5% 113
II/d 35 92,1% 3 7,9% 38
Golongan III / Rank III 236 73,3% 86 26,7% 322
III/a 73 61,3% 46 38,7% 119
III/b 37 68,5% 17 31,5% 54
III/c 57 89,1% 7 10,9% 64
III/d 69 81,2% 16 18,8% 85
Golongan IV / Rank IV 69 85,2% 12 14,8% 81
IV/a 45 88,2% 6 11,8% 51
IV/b 18 78,3% 5 21,7% 23
IV/c 4 80,0% 1 20,0% 5
IV/d 2 100,0% 0 0,0% 2
Total 411 72,6% 155 27,4% 566
(Data per 31 Desember 2018)
Sumber Daya ManusiaHuman Resources
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report52
1 1 12 1 8 7
88
53
14 8
166
62
119
222 2
Komposisi Pegawai berdasarkan Golongan / Employee Composition based on Education
SLTA / Senior High
D1 / Diploma 1
D3 / Diploma 3
D4 / Diploma 4
S1 / Undergraduate
S2 / Postgraduate
S3 / Doctorate
SLTP / Junior High
SD / Elementary
Komposisi Distribusi Pegawai berdasarkan Jenis
Kelamin pada Pendidikan
Pendidikan / Education Pria / Male %Pria / Male %
Wanita / Female
%Wanita / Female %
Jumlah / Total
SD / Elementary 1 100,0% 0 0,0% 1
SLTP / Junior High 1 100,0% 0 0,0% 1
SLTA / Senior High 12 92,3% 1 7,7% 13
D1 / Diploma 1 8 53,3% 7 46,7% 15
D3 / Diploma 3 88 62,4% 53 37,6% 141
D4 / Diploma 4 14 63,6% 8 36,4% 22
S1 / Undergraduate 166 72,8% 62 27,2% 228
S2 / Postgraduate 119 84,4% 22 15,6% 141
S3 / Doctorate 2 50,0% 2 50,0% 4
Total 411 72,6% 155 27,4% 566
(Data per 31 Desember 2018)
PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH (JF AKPD)Sejak diterbitkannya PermenPAN-RB Nomor 42 tahun
2014 tentang Jabatan Fungsional Analis Keuangan
Pusat dan Daerah yang baru berlaku efektif di 2016,
implementasi JF AKPD telah berjalan pesat selama 3
(tiga) tahun. Hal ini terlihat dari jumlah peminat Uji
Kompetensi JF AKPD melalui mekanisme inpassing dari
Instansi Pusat maupun Daerah yang mencapai jumlah
Komposisi Distribusi Pegawai berdasarkan Jenis
Kelamin pada Pendidikan
(Data per December 31, 2018)
DEVELOPMENT OF CENTER-REGIONS FISCAL ANALYST FUNCTIONAL POSITIONS (JF AKPD)Since the issuance of PermenPAN-RB No. 42 of 2014
concerning the Functional Position of the Center-
Regions Fiscal Analysts which took effect in 2016, the
implementation of JF AKPD has been running rapidly
for 3 (three) years. This can be seen from the number
of those interested in the JF AKPD Competency Test
through the inpassing mechanism of the Center-
Sumber Daya ManusiaHuman Resources
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report53
1.007 orang. Di tahun 2018, jumlah JF AKPD yang telah
diangkat adalah sebanyak 188 orang, yang terdiri dari 59
orang di DJPK dan 129 orang di pemerintahan daerah.
Perkembangan jumlah JF AKPD yang pesat, khususnya
di pemerintahan daerah sejalan dengan kebutuhan
dan tantangan terhadap pelaksanaan kebijakan
desentralisasi fiskal yang semakin kompleks dan
menuntut adanya inovasi-inovasi baru. Di sektor
perekonomian, terdapat beberapa permasalahan
antara lain pemerataan pembangunan, pertumbuhan
ekonomi, pelayanan publik, dan demografi. Selain itu,
di sektor pengelolaan APBD, kita masih menghadapai
belum optimalnya kualitas belanja daerah dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD), ketergantungan daerah
yang tinggi terhadap dana transfer, serta masalah
akuntabilitas dan laporan keuangan daerah.
Dalam rangka memecahkan persolan-persoalan
tersebut di atas, diperlukan adanya langkah-langkah
reformasi di bidang sumber daya manusia (SDM),
penyusunan kebijakan/regulasi, dan sistem teknologi
informasi. Di bidang SDM, implementasi JF AKPD
di Instansi Pusat dan Daerah diharapkan dapat
mendorong upaya reformasi, khususnya di bidang
analisis keuangan pusat dan daerah. Implementasi
JF AKPD tentunya perlu didukung oleh penguatan
profesionalisme, kinerja, dan kualitas pejabat fungsional
AKPD sehingga analisis dan rekomendasi kebijakan
yang disusun oleh AKPD dapat berkontribusi maksimal
dalam menyelesaikan persoalan desentralisasi fiskal
dan pengelolaan keuangan pusat dan daerah.
Sebagai instansi Pembina JF AKPD, DJPK selalu
berupaya untuk meningkatkan kualitas dan kinerja JF
AKPD melalui berbagai program dan kegiatan. Di tahun
2018, telah menyusun beberapa langkah strategis dalam
rangka pengembangan dan pembinaan JF AKPD, antara
lain revisi kebijakan, pengembangan kompetensi, dan
pelaksanaan kerjasama dengan lembaga donor.
Regions Agencies which reached 1,007 people. In 2018,
the number of JF AKPDs that had been appointed was
188 people, consisting of 59 people at the DJPK and 129
people in the regional government.
The rapid development of the number of JF AKPDs,
especially in regional government is parallel with the
needs and challenges of implementing an increasingly
complex fiscal decentralization policy that demands
new innovations. In the economic sector, there are
several problems including equitable development,
economic growth, public services, and demographics.
Furthermore, in the APBD management sector, we
are still facing the suboptimal quality of regional
expenditures and Regional Original Revenue (PAD),
high regional dependence on transfer funds, and issues
of accountability and regional financial statements.
In order to solve the problems mentioned above, it is
necessary to have reform plans in the human resources
(HR) field, the preparation of policies/regulations, and
information technology systems. In the field of human
resources, the implementation of JF AKPD in Central
and Regional Agencies is expected to encourage
reform efforts, particularly in the area of central and
regional fiscal analysis. The implementation of JF AKPD
certainly needs to be supported by strengthening
professionalism, performance, and quality of AKPD
functional officials so that the analysis and policy
recommendations prepared by AKPD can contribute
maximally in resolving fiscal decentralization issues
and managing central and regional finances.
As a JF AKPD Supervisory agency, DJPK always strives
to improve the quality and performance of JF AKPD
through various programs and activities. In 2018,
several strategic plans have been arranged in order
to develop and supervise JF AKPD, including revising
policies, developing competencies, and implementing
cooperation with donors.
Sumber Daya ManusiaHuman Resources
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report54
Terkait dengan revisi kebijakan, DJPK telah menyusun
Rancangan Peraturan Menteri Keuangan (RPMK) sebagai
pengganti atas dua PMK terkait JF AKPD sebelumnya
yaitu PMK Nomor 171/PMK.07/2015 tentang Standar
Kompetensi Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat
dan Daerah dan PMK No. 96/PMK.07/2015 tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Analis Keuangan
Pusat dan Daerah. Penjelasan atas poin-poin perubahan
pada PMK dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Perubahan substansi ketentuan dalam RPMK
tentang Standar dan Uji Kompetensi serta
Pengembangan Kompetensi Jabatan Fungsional
Analis Keuangan Pusat dan Daerah, yang antara lain
mengatur:
1) Penentuan standar kompetensi, tatacara uji
kompetensi dan pengembangan kompetensi JF
AKPD;
2) Penambahan kompetensi teknis dari semula
5 kompetensi menjadi 6 kompetensi, yakni
tambahan kompetensi teknik persuasi;
3) Penentuan kompetensi manajerial dan sosial
kultural serta tingkat kecakapan kompetensi
menyesuaikan dengan Peraturan Menteri PAN
dan RB No.38/2017; dan
4) Penambahan ketentuan uji kompetensi oleh
daerah dan pengembangan kompetensi melalui
pendidikan dan pembelajaran.
b. Perubahan substansi ketentuan dalam RPMK
tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Analis
Keuangan Pusat dan Daerah, yang antara lain
mengatur:
1) Mekanisme penyusunan kebutuhan JF AKPD
yang melibatkan KemenPAN-RB dan Instansi
Pembina;
2) Prosedur pengisian JF AKPD melalui
pengangkatan pertama, perpindahan jabatan
lain, dan penyesuaian/inpassing;
Regarding the policy revision, the DJPK has drafted
a Regulation of the Minister of Finance (RPMK) in
lieu of two PMKs related to the previous JF AKPD
namely PMK Number 171/PMK.07/2015 concerning
the Competency Standards for Functional Position
of Center-Regions Fiscal Analysts and PMK No. 96/
PMK.07/2015 concerning Technical Guidelines for
Functional Position of Center-Regions Fiscal Analysts.
Explanation of the points of change in the PMK referred
to is as follows:
a. Changes to the substance of the provisions in the
RPMK concerning Standards and Competency
Tests and the Development of Functional Position
Competencies of Center-Regions Fiscal Analysts,
which regulates:
1) Determination of competency standards,
procedures for competency testing and JF AKPD
competency development;
2) The addition of technical competencies from
the initial 5 competencies to 6 competencies,
namely persuasion technical competencies;
3) Determination of managerial and socio-cultural
competencies as well as the level of competency
skills in accordance with the Minister of
Administrative and Bureaucratic Reform
Regulation No.38/2017; and
4) Adding provisions for competency testing by
regions and developing competencies through
education and learning.
b. Changes to the substance of the provisions in the
RPMK regarding Technical Guidelines for Functional
Position of Center-Regions Fiscal Analysts, which
regulate:
1) Mechanism for the preparation of JF AKPD
requirements involving the Ministry of PAN-RB
and Supervisory Agencies
2) Procedure for completing JF AKPD through first
appointment, transfer of other positions, and
adjustment/inpassing;
Sumber Daya ManusiaHuman Resources
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report55
3) Penambahan ketentuan mengenai pemantauan
dan evaluasi terhadap penilaian kinerja AKPD
untuk meningkatkan kinerja dan peran JF AKPD;
4) Penambahan ketentuan mengenai hubungan
kerja antara AKPD dengan Pejabat Pimpinan
Tinggi Pratama, pejabat struktural lainnya, dan
antar AKPD;
5) Penambahan ketentuan mengenai manajemen
pendidikan dan pembelajaran termasuk desain
pembelajaran, modul, pembiayaan, akreditasi,
dan penyelenggaran pelatihan;
6) Penambahan ketentuan mengenai pola mutasi
AKPD secara horizontal dan diagonal, serta
tatacara pemberhentian AKPD yang tidak
memenuhi persyaratan jabatan/kinerja untuk
meningkatkan kualitas AKPD; dan
7) Penambahan ketentuan mengenai mekanisme
tugas belajar dan konversi angka kredit bagi
AKPD yang sudah selesai melaksanakan tugas.
Sehubungan dengan pengembangan kompetensi JF
AKPD, DJPK telah bekerjasama dengan Pusat Pendidikan
dan Latihan Kekayaan Negara dan Perimbangan
Keuangan (Pusdiklat KNPK) – Badan Pendidikan dan
Pelatihan Keuangan untuk menyelenggarakan diklat.
Di tahun 2018, telah dilakukan diklat sebanyak 6 (enam)
frekuensi, yang terdiri dari Diklat Kemampuan Menulis
Tingkat Dasar, Diklat Metode dan Teknik Analisis, Diklat
Analisis dan Proyeksi Perekonomian Daerah Tingkat
Dasar, Diklat Pengetahuan Hukum Tingkat Dasar,
Diklat Kemampuan Menulis Tingkat Lanjutan, dan
Diklat Manajemen Keuangan Publik Tingkat Lanjutan.
Selain itu, berkaitan dengan kerjasama yang dilakukan
bersama lembaga donor, DJPK telah bekerjasama
dengan GIZ (Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit) dalam Program TRANSFORMASI
II untuk mendorong pengembangan JF AKPD dan
3) Additional provisions on monitoring and
evaluation of the AKPD’s performance
assessment to improve the performance and
role of the JF AKPD;
4) Additional provisions regarding work relations
between the AKPD and the Primary High
Leaders, other structural officials, and between
the AKPD;
5) Additional provisions on education and learning
management including learning design,
modules, funding, accreditation, and training;
6) Additional provisions regarding AKPD mutation
patterns horizontally and diagonally, as well as
procedures for terminating AKPD that do not
meet the position/performance requirements
to improve the quality of the AKPD; and
7) Additional provisions regarding the mechanism
of learning tasks and conversion of credit
numbers for AKPD who have finished carrying
out the task.
In accordance with the JF AKPD competency
development, the DJPK has collaborated with the State
Assets and Fiscal Balance Training Center (Pusdiklat
KNPK) – Fiscal Education and Training Agency to
organize training and education. In 2018, there were 6
(six) frequencies of training, which consisted of Basic
Writing Ability Training, Methods and Techniques
Analysis Training, Basic Regional Economic Analysis and
Projection Training, Basic Legal Knowledge Training,
Advanced Writing Capability Training, Advanced Public
Financial Management Training.
Furthermore, related to the cooperation with donor
agencies, the DJPK has cooperated with GIZ (Deutsche
Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit) in
the TRANSFORMATION II Program to encourage
the development of JF AKPD and HR reform. One of
Sumber Daya ManusiaHuman Resources
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report56
reformasi SDM. Salah satu program strategis yang
dilakukan bersama GIZ adalah penyelenggaraan
sertifikasi asesor kompetensi dari Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSP) bagi pegawai DJPK dan
pemerintah daerah. Program ini bertujuan untuk
mencetak asesor yang dapat melaksanakan asesmen JF
AKPD berdasarkan standar BNSP dan juga memenuhi
adanya kebutuhan asesor yang kompeten di Pusat
maupun Daerah. Dari program sertifikasi ini telah
dihasilkan 45 orang asesor, yang terdiri dari 28 orang
yang berasal dari DJPK dan 17 orang yang berasal dari
pemerintah daerah.
PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHANPendidikan dan pelatihan yang selanjutnya disebut
diklat adalah proses pengelolaan kegiatan belajar
mengajar di bidang keuangan dan kekayaan negara dan
bidang-bidang lainnya dalam rangka meningkatkan
kemampuan Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Keuangan,
untuk mendukung tugas dan fungsi Kementerian
Keuangan. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor
101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan
Jabatan Pegawai Negeri Sipil, diklat bertujuan untuk:
i) meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan,
dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan
secara profesional dengan dilandasi kepribadian
dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi; ii)
menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai
pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan
bangsa; iii) memantapkan sikap dan semangat
pengabdian yang berorientasi pada pelayanan,
pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat; dan iv)
menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir
dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan
pembangunan demi terwujudnya kepemerintahan
yang baik. Untuk mencapai tujuan dimaksud, perlu
diselenggarakan diklat yang terarah, terukur dan
berkesinambungan sesuai dengan dinamika kebutuhan
instansi.
the strategic programs undertaken with GIZ is the
organizing of competency assessors certification from
the National Professional Certification Board (BNSP)
for DGT staff and local government. This program
aims to produce assessors who can carry out JF AKPD
assessments based on BNSP standards and also meet
the needs of competent assessors at the Central and
Regional levels. 45 certification assessors have been
produced from this certification program, consisting
of 28 people from DJPK and 17 people from local
government.
IMPLEMENTATION OF EDUCATION AND TRAININGEducation and training, hereinafter referred to as
education and training, is the process of managing
teaching and learning activities in the field of finance
and state wealth and other fields in order to improve
the ability of Civil Servants and Prospective Civil
Servants within the Ministry of Finance, to support
the duties and functions of the Ministry of Finance. In
accordance with Government Regulation Number 101
of 2000 concerning Education and Training of Civil
Servants’ Position, the training aims to: i) improve
knowledge, expertise, skills and attitudes to be able to
carry out professional duties based on the personality
and ethics of civil servants in accordance with the
needs of the agency; ii) creating officers capable of
acting as reformers and unity of the nation; iii) establish
the attitude and spirit of service-oriented service,
support, and community empowerment; and iv) create
a common vision and dynamic mindset in carrying
out the tasks of general government and development
for the realization of good governance. To achieve
this goal, it is necessary to organize training that is
directed, measured and sustainable in accordance with
the dynamics of the needs of the agency.
Sumber Daya ManusiaHuman Resources
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report57
Perencanaan diklat yang dilaksanakan DJPK dilakukan
melalui mekanisme Analisis Kebutuhan Pembelajaran
(AKP) sesuai amanat Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 45/PMK.011/2018 tentang Pedoman AKP
di Lingkungan Kementerian Keuangan. Pasal 1
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.011/2018
mendefinisikan AKP sebagai serangkaian proses
analisis terhadap kesenjangan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam rangka pengembangan
sumber daya manusia dengan program pembelajaran
guna mendukung pencapaian target kinerja
organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan yang
dilaksanakan oleh Unit Pengelola dan Unit Pengguna
serta berkoordinasi dengan Sekretariat Jenderal
Kementerian Keuangan.
Mekanisme AKP yang dilaksanakan dibagi menjadi AKP
reguler dan AKP insidental. AKP Reguler adalah AKP
yang dilaksanakan secara terjadwal sebelum tahun
pembelajaran berjalan. AKP Insidental adalah AKP yang
dilaksanakan sepanjang tahun pembelajaran berjalan
untuk memenuhi kebutuhan strategis, jabatan, atau
individu.
Untuk menjaga kualitas dan kompetensi pegawai,
DJPK telah menetapkan standar jam pelatihan (jamlat)
yang harus diikuti oleh seluruh pegawai sesuai dengan
jenjangnya. Standar jamlat yang harus diikuti pegawai
dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.1Standar Jam Pelatihan Pegawai DJPK
No. Jenjang Jabatan / Position Standar Jamlat / Std. Training Hours
1. Pejabat Tinggi Madya / Senior Associate Officer 15
2. Pejabat Tinggi Pratama / Primary High Official 15
3. Pejabat Administrator / Administrator Officer 30
4. Pejabat Pengawas / Supervisory Officer 30
5. Pejabat Fungsional / Functional Officer 40
6. Pelaksana / Executing 30
Education and training planning conducted by DJPK is
carried out through the Learning Needs Analysis (AKP)
mechanism in accordance with the mandate of the
Minister of Finance Regulation No. 45/PMK.011/2018
concerning AKP Guidelines within the Ministry of
Finance. Article 1 Regulation of the Minister of Finance
No. 45/PMK.011/2018 defines the AKP as a series of
processes of analysis of gaps in knowledge, skills and
attitudes in the context of developing human resources
with learning programs to support the achievement of
organizational performance targets within the Ministry
of Finance carried out by the Unit Manager and User
Unit and coordinate with the Secretariat General of the
Ministry of Finance.
The AKP mechanism implemented is divided into
regular AKPs and incidental AKPs. Regular AKP is an
AKP that is carried out on a scheduled basis before the
current learning year. Incidental AKPs are AKPs that
are carried out throughout the current learning year
to meet strategic, occupational, or individual needs.
To maintain the quality and competence of employees,
the DJPK has established a standard of training hours
(jamlat) which must be followed by all employees in
accordance with their levels. The standard training
hours that employees must follow can be seen in the
following table:
Table 3.1DJPK Employee Standard Training Hours
Sumber Daya ManusiaHuman Resources
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report58
Dalam pelaksanaan diklat bagi pegawai, DJPK bekerja
sama dengan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
(BPPK) sebagai unit pengelola serta lembaga penyedia
pelatihan profesional untuk menyelenggarakan diklat
swakelola.
Diklat pada Pusdiklat Kekayaan Negara dan Perimbangan KeuanganPusdiklat Kekayaan Negara dan Perimbangan Keuangan
(Pusdiklat KNPK) merupakan salah satu unit Eselon II di
bawah BPPK yang memiliki tugas membina pendidikan,
pelatihan dan sertifikasi kompetensi keuangan negara
di bidang kekayaan negara dan perimbangan keuangan
berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh
Kepala BPPK. Diklat yang diikuti pegawai DJPK di
Pusdiklat KNPK pada tahun 2018 dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 3.2Diklat di Pusdiklat KNPK yang diikuti oleh pegawai
DJPK pada Tahun 2018
No. Nama Pelatihan / Name of Training ProgramJumlah Peserta
/ Number of Participants
1. Pelatihan Analisis Dampak Kebijakan Desentralisasi Fiskal / Impact Analysis of Fiscal Decentralization Policy Training 11
2. Pelatihan Analisis dan Proyeksi Perekonomian Daerah Tingkat Dasar / Basic Level Regional Economic Analysis and Projection Training 8
3. Pelatihan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (4 Angkatan) / Center-Regions Financial Relations Training (4 Batch) 114
4. Pelatihan Kemampuan Menulis Tingkat Dasar untuk Jafung AKPD / Basic Level Writing Skills Training for AKPD Functional Positions 10
5. Pelatihan Kemampuan Menulis Tingkat Lanjutan / Advanced Writing Ability Training 13
6. Pelatihan Manajemen Keuangan Publik Tingkat Lanjutan untuk Jafung AKPD / Advanced Public Financial Management Training for AKPD Functional Positions 3
7. Pelatihan Monitoring dan Evaluasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa / Training on Monitoring and Evaluation of Transfers to Regions and Village Funds 13
8. Pelatihan Pembiayaan Infrastruktur Daerah / Regional Infrastructure Financing Training 15
9. Pelatihan Pemungutan dan Penagihan Pajak Daerah / Regional Tax Collection and Billing Training 16
10. Pelatihan Pengetahuan Hukum Tk Dasar / Basic Legal Knowledge Training 10
11. Pelatihan Penguasaan Metode dan Teknik Analisis Tingkat Dasar untuk Jafung AKPD / Basic Level Analysis Methods and Techniques Training for AKPD Functional Positions 9
12. Pelatihan Peraturan Sektoral PDRD dan Legal Review / PDRD Sectoral Regulation Training and Legal Review 22
Total Peserta / Number of Participants 244
In implementing training for employees, the DJPK
collaborates with the Financial Education and Training
Agency (BPPK) as a management unit as well as a
professional training provider institution to organize
self-management training.
Training Held by State Assets and Fiscal Balance Training CenterThe State Assets and Fiscal Balance Training Center
(Pusdiklat KNPK) is one of the Echelon II units under
the BPPK which has the duty to hold education, training
and certification of state financial competencies in
the field of state assets and fiscal balance based on
technical policies determined by the Head of the BPPK.
The training that was attended by DGTK employees at
the KNPK Training Center in 2018 can be seen in the
following table.
Table 3.2Training Programs at Pusdiklat KNPK Attended by
DJPK Employees in 2018
Sumber Daya ManusiaHuman Resources
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report59
Diklat pada Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya ManusiaPusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia
(Pusdiklat PSDM) merupakan salah satu unit Eselon
II di bawah BPPK yang mempunyai tugas membina
pendidikan, pelatihan, sertifikasi kompetensi dan
pengembangan sumber daya manusia di bidang
penjenjangan pangkat, kompetensi dan kepemimpinan,
membina penyelenggaraan tes kompetensi, serta
melaksanakan pengelolaan beasiswa berdasarkan
kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala BPPK.
Diklat yang diikuti pegawai DJPK di Pusdiklat SDM pada
tahun 2018 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3Diklat di Pusdiklat PSDM yang diikuti oleh pegawai
DJPK pada Tahun 2018
No. Nama Pelatihan / Name of Training ProgramJumlah Peserta
/ Number of Participants
1. Pelatihan Analisis Beban Kerja / Workload Analysis Training 1
2. Pelatihan Communication Skills / Communication Skills Training 7
3. Pelatihan Dasar CPNS Golongan II / CPNS Basic Training Batch II 52
4. Pelatihan Dasar CPNS Golongan III / CPNS Basic Training Batch III 57
5. Pelatihan Effective Negotiation Skills / Effective Negotiation Skills Training 3
6. Pelatihan Interpersonal Skills / Interpersonal Skills Training 4
7. Pelatihan Penyuluh Antikorupsi / Anti-Corruption Extension Training 4
8. Pelatihan Penyusunan SKJ / SKP Preparation Training 3
9. Pelatihan Penyusunan SOP / SOP Preparation Training 1
10. Pelatihan Proses Bisnis / Business Process Training 2
11. Pelatihan Public Speaking / Public Speaking Training 1
12. Pelatihan Teknis Bahasa Asing / Foreign Language Technical Training 1
13. Pelatihan Teknis Persiapan Studi Pascasarjana / Postgraduate Study Preparation Technical Training 1
14. PPK Transformational Leadership 1
15. Workshop Manajemen SDM Tingkat Tinggi / Excellent-HR Management Workshop 2
Total Peserta / Number of Participants 140
Training Held by Human Resources Development Training CenterHuman Resource Development Training Center
(PSDM Training Center) is one of the Echelon II
units under the BPPK which has the duty to provide
education, training, competency certification and
human resource development regarding career
development, competence and leadership, conduct the
implementation of competency tests, and carrying out
management scholarships based on technical policies
determined by the Head of the BPPK.
The training that was attended by DPJK employee
in the HR Training Center in 2018 can be seen in the
following table.
Table 3.3Training Programs at Pusdiklat PSDM Attended by
DJPK Employees in 2018
Sumber Daya ManusiaHuman Resources
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report60
Diklat pada Pusdiklat Keuangan UmumPusdiklat Keuangan Umum (Pusdiklat KU)
merupakan salah satu unit Eselon II di bawah BPPK
yang mempunyai tugas membina pendidikan dan
pelatihan keuangan negara di bidang selain anggaran,
perpajakan, kepabeanan dan cukai, kebendaharaaan
umum, kekayaan negara dan perimbangan keuangan
berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh
Kepala BPPK. Diklat yang diikuti pegawai DJPK di
Pusdiklat KU pada tahun 2018 dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 3.4Diklat di Pusdiklat KU yang diikuti oleh pegawai DJPK
pada Tahun 2018
No. Nama Pelatihan / Name of Training ProgramJumlah Peserta
/ Number of Participants
1. Lokakarya Ekonometrika Tingkat Dasar / Basic Econometrics Workshop 3
2. Lokakarya Penyusunan Laporan yang Efektif / Effective Report Preparation Workship 1
3. Lokakarya Pro UKI Kelas Manajerial (Independent Study) / Pro UKI Workshop Managerial Class (Independent Study) 2
4. Pelatihan Akuntansi Berbasis PSAK Konvergensi IFRS / IFRS Convergence PSAK Based Accounting Training 1
5. Pelatihan Business English / Business English Training 5
6. Pelatihan Desain Grafis dan Multimedia / Graphic Design and Multimedia Training 5
7. Pelatihan Desain Pengelolaan Database / Database Management Design Training 1
8. Pelatihan Ekonometrika Tingkat Dasar / Basic Econometrics Training 3
9. Pelatihan Financial Statistics / Financial Statistics Training 1
10. Pelatihan Jurnalistik / Journalistic Training 2
11. Pelatihan kebijakan Publik Tingkat Dasar / Basic Public Policy Training 1
12. Pelatihan legal Drafting / Legal Drafting Training 7
13. Pelatihan Manajemen Investasi / Investment Management Training 1
14. Pelatihan PBJ Pemerintah / PBJ Government Training 5
15. Pelatihan Pemeriksaan Pelanggaran Disiplin Pegawai / Employee Discipline Inspection Training 4
16. Pelatihan Pengelolaan Kinerja / Performance Management Training 6
17. Pelatihan Penyusunan Laporan Yang Efektif / Effective Report Development Training 1
18. Pelatihan Persiapan Purnabhakti / Retirement Preparation Training 4
19. Pelatihan Pranata Komputer Ahli / Computer Expert Staff Training 1
20. Pelatihan Pranata Komputer Terampil / Skilled Computer Staff Training 2
21. Pelatihan PRO UKI Kelas Reguler / PRO UKI Regular Class Training 4
22. Pelatihan Sekretaris Pimpinan / Leadership Secretary Training 1
23. Pelatihan Staf PPK / PPK Staff Training 6
Training Held by General Finance Training CenterGeneral Finance Training Center (Pusdiklat KU) is one
of the Echelon II units under the BPPK which has the
duty to conduct education and training programs of
state financial in fields other than budget, taxation,
customs and excise, general treasury, state wealth and
fiscal balance based on technical policies determined
by the Head of the BPPK. The training that was attended
by DPJK employee at the Pusdiklat KU in 2018 can be
seen in the following table.
Table 3.4Training Programs at Pusdiklat KU Attended by DJPK
Employees in 2018
Sumber Daya ManusiaHuman Resources
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report61
No. Nama Pelatihan / Name of Training ProgramJumlah Peserta
/ Number of Participants
24. Pelatihan Tata Naskah Dinas / Official Manuscript Training 6
25. Pelatihan Teori Ekonomi Tingkat Dasar / Basic Economic Theory Training 2
Total Peserta / Number of Participants 75
Diklat pada Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan (Pusdiklat
AP) adalah unit Eselon II di bawah BPPK yang memiliki
tugas membina pendidikan, pelatihan dan sertifikasi
kompetensi keuangan negara di bidang anggaran dan
kebendaharaan umum berdasarkan kebijakan teknis
yang ditetapkan oleh Kepala BPPK. Diklat yang diikuti
pegawai DJPK di Pusdiklat AP yang diikuti pegawai di
DJPK pada tahun 2018 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.5Diklat di Pusdiklat AP yang diikuti oleh pegawai DJPK
pada Tahun 2018
No. Nama Pelatihan / Name of Training ProgramJumlah Peserta
/ Number of Participants
1. Pelatihan Staf Pejabat Pembuat Komitmen Angk I / Staff Commitment Officer Training Batch I 3
2. Pelatihan Perencanaan Penganggaran bagi Pejabat Unit Teknis / Budgeting Planning Training for Technical Unit Officers
2
3. Pelatihan Perencanaan dan Penganggaran bagi Staf Perencana / Planning and Budgeting Training for Planning Staff
1
4. Pelatihan PBJ Pemerintah Angkatan IX / PBJ Government Training Batch IX 1
5. Pelatihan Bendahara Pengeluaran APBN / APBN Expenditure Treasurer Training 1
6. Pelatihan Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja / Performance Based Budgeting Training 2
Total Peserta / Number of Participants 10
Diklat SwakelolaDiklat swakelola diselenggarakan oleh DJPK dengan
melakukan kerja sama dengan pengajar/institusi
pendidikan pihak ketiga yang dilakukan berdasarkan
kebutuhan DJPK yang tidak dapat dipenuhi oleh BPPK.
Diklat swakelola yang diselenggarakan pada tahun 2018
dapat dilihat pada tabel berikut.
Training Held by Budget and Treasury Training CenterBudget and Treasury Training Center (Pusdiklat AP) is
an Echelon II unit under the BPPK which has the duty
to conduct education, training and certification of
state financial competencies in the budget and general
treasury fields based on technical policies determined
by the Head of the BPPK. The training that was attended
by DPJK employee at the Pusdiklat AP in DJPK in 2018
can be seen in the following table.
Table 3.5Training Programs at Pusdiklat AP Attended by DJPK
Employees in 2018
Self-Organized TrainingSelf-organized training is conducted by DJPK in
collaboration with third-party instructors/educational
institutions based on DPJK’s needs that cannot be
fulfilled by the BPPK. Self-organized trainings in 2018
can be seen in the following table.
Sumber Daya ManusiaHuman Resources
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report62
Tabel 3.6Diklat Swakelola DJPK Tahun 2018
No. Nama Diklat / Name of Training Program Penyelenggara / Organizer
Jumlah Angkatan / Number of
Cohorts
Total Peserta / Number of Participants
1. Pelatihan dan Tes TPA / TPA Training and Tests GPS Jakarta dan Koperasi Bappenas 1 70
2. Pelatihan dan Tes IELTS / IELTS Training and Tests IDP 3 35
3. Pelatihan Ms. Excel / Ms. Excel Training Executrain 1 20
4.Pelatihan Visualizing You Data with Ms. Excel Dashboard / Visualizing You Data with Ms. Excel Dashboard Training
Executrain 3 34
5. Pelatihan Database Administration (Ms. SQL Server) / Database Administration (Ms. SQL Server) Training Executrain 2 12
6. Pelatihan Advanced Postgre SQL / Advanced Postgre SQL Training Equnix 1 12
7. Pelatihan Laravel / Laravel Training Rumah Coding 2 15
8.Pelatihan infografis dan Visualisasi Data Melalui Slide Presentasi / Infographic and Data Visualization Training Through Presentation Slides
Kreasi Presentasi 2 60
9. Pelatihan Infografis with Adobe After Effect / Infographic Training with Adobe After Effect Bayo Multimedia 1 13
10. Pelatihan Videography & Video Editing / Videography & Video Editing Training Bayo Multimedia 1 15
11. Pelatihan Linux Administration / Linux Administration Training Nurul Fikri 2 20
12. Pelatihan Java Web & JSF / Java Web & JSF Training Nurul Fikri 2 13
13. Human Resources Management Training PPM Manajemen 3 3
14. Human Capital Management Certification: Modul I PPM Manajemen 1 1
15. Pelatihan Stress Management / Stress Management Training PPM Manajemen 1 7
16. Pelatihan Time Management / Time Management Training PPM Manajemen 1 7
17. Pelatihan Assessment Center Assessor Certification / Assessment Center Assessor Certification Training PPM Manajemen 1 1
18.
Pelatihan Reduction Cost dengan Activity Based Cost (ABC) System (Pendekatan Praktis) / Cost Reduction Training with Activity Based Cost (ABC) System (Practical Approach)
Keterangan: Pelatihan sebagai reward bagi pegawai teladan dan berprestasi DJPK TA 2017 / Note: Training as a reward for exemplary and outstanding employees of the 2017 BY DJPK
Mairodi Mandiri Sejahtera 1 2
Table 3.6DJPK Self-Organized Trainings in 2018
Sumber Daya ManusiaHuman Resources
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report63
No. Nama Diklat / Name of Training Program Penyelenggara / Organizer
Jumlah Angkatan / Number of
Cohorts
Total Peserta / Number of Participants
19. Pelatihan Change Your Life Change Your Service / Change Your Life Change Your Service Training PT VADS Indonesia 1 21
20.Pelatihan Complaint Handling & Handling Difficult Customer / Complaint Handling & Difficult Customer Handling Training
PT VADS Indonesia 1 21
21.Pelatihan KPI for Contact Center, Role Play & Commitment / KPI Training for Contact Center, Role Play & Commitment
PT VADS Indonesia 1 21
22. Pelatihan Coaching, Counseling, & Mentoring / Coaching, Counseling & Mentoring Training FORTIS 3 29
23.Pelatihan Delivering Service Excellence & Building Good Organization / Delivering Service Excellence & Building Good Organization Training
FORTIS 1 40
24.
Pelatihan Ethical Working Motivation / Ethical Working Motivation Training
Keterangan: Pelatihan sebagai reward bagi pegawai teladan dan berprestasi DJPK TA 2018 / Note: Training as a reward for exemplary and outstanding employees of 2018 BY DJPK
FORTIS 1 6
Total Peserta / Number of Participants 478
Pada tahun 2018, jumlah pegawai di lingkungan DJPK
yang telah memenuhi standar jamlat adalah sebanyak
424 orang dari 531 pegawai atau sebesar 79.85 persen.
Jumlah tersebut telah melampaui target yang telah
ditetapkan, yaitu sebesar 70 persen. Untuk rincian
persentase pegawai yang memenuhi standar jamlat
masing-masing direktorat dapat dilihat dalam tabel
berikut.
In 2018, the number of employees within the DJPK that
had met the standard training hours was 424 out of 531
employees or 79.85 percent. This amount has exceeded
the determined target, which is 70 percent. For details
of the percentage of employees who meet the standard
training hours of each directorate can be seen in the
following table.
Sumber Daya ManusiaHuman Resources
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report64
Tabel 3.7Capaian Jam Pelatihan Pegawai DJPK Tahun 2018
No. UnitJumlah Pegawai
/ Number of Employees
Jumlah Pegawai yang Memenuhi Standar Jamlat
/ Number of Employees Meeting the Requirement of
Standard Training Hours
Persentase / Percentage
1. Sekretariat Direktorat Jenderal / Secretariat of the Directorate General 114 94 82,46%
2. Direktorat Dana Perimbangan / Directorate of Balanced Funds 112 81 72,32%
3.Direktorat Pendapatan dan Kapasitas Keuangan Daerah / Directorate of Regional Revenue and Fiscal Capacity
93 82 88,17%
4.Direktorat Pembiayaan dan Transfer Non Dana Perimbangan / Directorate of Fiscal and Non-Balanced Fund Transfers
98 78 79,59%
5.Direktorat Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan Daerah / Directorate of Regional Fiscal Management and Information Evaluation
114 89 78,07%
Total 531 424 79.85%
Table 3.7DJPK Employee Training Hours Achievement in 2018
Sumber Daya ManusiaHuman Resources
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report65
Kilas Kebijakan 2018Policy Highlights 2018
04
Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
General Allocation Fund (DAU) is a fund sourced from State Revenue and allocated to bring equality in the financial capacity among the regions to finance the need of the regions in the implementation of decentralization.
DANA BAGI HASIL (DBH)Kebijakan Dana Bagi HasilDana Bagi Hasil (DBH) merupakan dana yang
dialokasikan berdasarkan persentase tertentu dari
penerimaan APBN yang dibagihasilkan untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka mengurangi
ketimpangan kemampuan keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah atau disebut juga dengan
vertical imbalance. DBH terdiri dari 2 (dua) jenis,
yaitu DBH Pajak dan DBH Sumber Daya Alam (DBH
SDA). DBH Pajak meliputi DBH PPh Pasal 21 dan Pasal
25/29 WPOPDN (DBH PPh), DBH PBB Perkebunan,
Perhutanan, dan Pertambangan (DBH PBB-P3), serta
DBH Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT), sedangkan
DBH SDA meliputi DBH SDA Kehutanan, DBH SDA
Mineral dan Batubara, DBH SDA Minyak Bumi dan Gas
Bumi, DBH SDA Panas Bumi, dan DBH SDA Perikanan.
REVENUE SHARING FUND (DBH)Policy concerning Revenue Sharing FundRevenue sharing fund (DBH) is a fund allocated based
on certain percentage of State Revenue (ABPN) and
shared for financing the need of the regions in order
to alleviate imbalance in financial ability or vertical
imbalance between the Central Government and
Regional Governments. There are 2 (two) types of
DBH, namely Tax DBH and Natural Resources DBH
(SDA DBH). Tax DBH consists of DBH of Income Tax
(PPh) of Article 21 and Domestic Individual Taxpayers
(WPOPDN) of Article 25/29 (PPh DBH), Plantation,
Forestry, and Mining Land and Building Tax (PBB-P3
DBH), and Tobacco Products Excise (CHT DBH).
Meanwhile, SDA DBH consists of Forestry DBH, Mineral
and Coal DBH, Oil and Gas DBH, Geothermal Energy
DBH, and Fisheries DBH.
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report68
Dalam pengalokasian DBH, Pemerintah mengacu pada
prinsip by origin yaitu daerah penghasil mendapatkan
porsi DBH yang lebih besar dengan memperhatikan
aspek pemerataan bagi daerah lain yang berada
dalam lingkup provinsi yang bersangkutan. Alokasi
DBH dihitung berdasarkan persentase tertentu
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005
tentang Dana Perimbangan. Adapun penyaluran DBH
mengacu pada by actual revenue yaitu penyaluran DBH
dilakukan berdasarkan realisasi penerimaan negara
yang dibagihasilkan.
In allocating DBH, the Government refers to by origin
principle, in which the producing regions earn larger
portions of shared revenue by considering distributive
aspect on other areas belonging to the same province.
The allocation of DBH is calculated based on certain
percentage as regulated by Law No. 33/2004
concerning Fiscal Balance between Central and
Regional Governments and Government Regulation No.
55/2005 concerning Balanced Fund. The distribution
of DBH refers to by actual revenue principle or based
on the realization of the state’s shared revenue.
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Sampai dengan akhir tahun 2018, DAU dapat tersalurkan sebesar Rp401,49 triliun atau 100 persen dari pagu alokasi TA 2018. Realisasi penyaluran DAU tahun 2018 tersebut telah memperhitungkan penyelesaian atas beberapa kewajiban pemerintah daerah. Until the end of 2018, distributed DAU amounted to Rp401.49 trillion or 100 percent of allocation ceiling for Fiscal Year 2018. DAU distribution realization in 2018 has calculated settlement of several regional government obligations.
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report69
In 2018, the Government through the DJPK continued
a number of progressing policies since 2017, where
a minimum of 25 percent of General Transfer Fund
(DTU), which comprises DBH and General Allocation
Fund (DAU), must be allocated for public service
infrastructure. Moreover, the Government also
implemented policy on the extension of Reforestation
Fund (DR DBH) use for forest and land rehabilitation
activities, which include planning, implementation,
monitoring, evaluation, and supporting activities,
such as forest protection and security, forest and
land rehabilitation technology, seedling development,
research, development, education, training, extension,
and empowerment of local communities in forest
rehabilitation activities, as well as supervision and/or
control. This policy applies to recipient provinces of
DR DBH due to the delegation of authority for DR DBH
from producing regencies/municipalities to producing
provinces as regulated by Law No. 23/2014 concerning
Regional Government. Regencies/municipalities in
possession of remaining DR DBH in regional cash
balance are encouraged to use the remaining DR DBH
for forest parks management, forest fire prevention
and mitigation, reforestation in critical watersheds,
bamboo planting on riverbanks, and procurement of
land and water conservation infrastructure. In addition,
the Government also implemented new policy in 2018
by aiming a minimum of 50 percent of CHT DBH use for
financing National Health Insurance (JKN) supporting
programs/activities.
Revenue Sharing Fund RealizationThe realization of DBH reached Rp93.7 trillion or 105.13
percent of DBH budget ceiling stipulated in Presidential
Regulation No. 107/2017 concerning Details of State
Budget 2018 amounting to Rp89.2 trillion. It was due to
Tahun 2018, Pemerintah melalui DJPK melanjutkan
beberapa kebijakan yang sudah dilaksanakan di tahun
2017 yaitu minimal 25 persen dari Dana Transfer Umum
(DTU) yang terdiri dari DBH dan Dana Alokasi Umum
(DAU) untuk belanja infrastruktur layanan publik. Selain
itu, Pemerintah juga menerapkan kebijakan perluasan
penggunaan DBH Dana Reboisasi (DBH DR) untuk
kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan
kegiatan pendukungnya seperti perlindungan dan
pengamanan hutan, teknologi rehabilitasi hutan dan
lahan, pencegahan dan penanggulangan kebakaran
hutan dan lahan, pengembangan perbenihan,
penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan,
penyuluhan, dan pemberdayaan masyarakat setempat
dalam kegiatan rehabilitasi hutan, serta pembinaan
dan/atau pengawasan dan pengendalian. Kebijakan
ini berlaku untuk provinsi penerima DBH DR akibat
pengalihan kewenangan DBH DR dari semula
kabupaten/kota penghasil menjadi ke provinsi
penghasil sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Bagi kabupaten/kota yang masih memiliki sisa DBH
DR di kas daerah, diarahkan untuk menggunakan sisa
DBH DR tersebut untuk pengelolaan taman hutan
raya, pencegahan dan penanggulangan kebakaran
hutan, penanaman pohon pada daerah aliran sungai
kritis, penanaman bambu pada kanan kiri sungai, dan
pengadaan bangunan konservasi tanah dan air. Selain
itu, Pemerintah juga menerapkan kebijakan baru di
tahun 2018 yaitu mengarahkan minimal 50 persen
penggunaan DBH CHT untuk mendanai program/
kegiatan yang mendukung program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).
Realisasi Dana Bagi HasilRealisasi DBH mencapai Rp93,7 triliun atau 105,13
persen dari pagu alokasi DBH yang ditetapkan
dalam Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2017
tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report70
the repayment of DBH Deferred Payment amounting
to Rp4.6 trillion by the Government as stipulated
in Regulation of the Minister of Finance No. 153/
PMK.07/2018 concerning Amendment to Details of
Revenue Sharing Fund and Distribution of Revenue
Sharing Fund Deferred Payment in Fiscal Year 2018.
Revenue Sharing Fund EvaluationThe Government evaluated the implementation of DBH
policy in 2018, namely CHT DBH, by improving policies
that will encourage the Regional Governments to use
CHT DBH to support the Government in increasing
revenue from excise through synergized activities
between the Regional Governments and regional
offices of the Directorate General of Customs and
Excise as well as efforts to increase excise revenue in
the calculation of CHT DBH allocation.
In addition, the Government will continuously support
the understanding of Regional Governments through
Technical Supervision and Forum Group Discussion
in order to increase excise revenue, which will affect
DBH revenue for the regions concerned as well. The
Government together with Provincial Governments
will coordinate to optimize CHT DBH usage through
assistance for regency/municipal governments in
implementing activities that use CHT DBH so as to
generate output in accordance with the determined
target volume and unit so that the results of CHT DBH
can optimally benefit the public.
Meanwhile, in the implementation of DR DBH policy
in 2018, the Government has evaluated the policy by
revoking policy concerning the allocation of a minimum
50 percent for forest and land fire programs/activities
Negara Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp89,2 triliun.
Hal ini disebabkan karena Pemerintah melakukan
penyelesaian Kurang Bayar DBH sebesar Rp4,6 triliun
yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 153/PMK.07/2018 tentang Perubahan Rincian
Dana Bagi Hasil dan Penyaluran Kurang Bayar Dana
Bagi Hasil Pada Tahun Anggaran 2018.
Evaluasi Dana Bagi HasilPemerintah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
kebijakan DBH Tahun 2018 yaitu DBH CHT dengan
melakukan penyempurnaan kebijakan yang akan
mempengaruhi preferensi Pemerintah Daerah dalam
menggunakan DBH CHT untuk ikut membantu
Pemerintah dalam rangka meningkatkan penerimaan
cukai melalui sinergi kegiatan antara Pemerintah
Daerah dengan kantor vertikal Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai di daerah dan mempertimbangkan upaya
peningkatan penerimaan cukai dalam perhitungan
alokasi DBH CHT.
Selain itu, Pemerintah akan memberikan pemahaman
kepada Pemerintah Daerah secara terus menerus
melalui Bimbingan Teknis maupun Forum Grup Discussion dalam upaya meningkatkan penerimaan
cukai yang akan berdampak pada penerimaan DBH
bagi daerah yang bersangkutan. Pemerintah bersama
dengan Pemerintah Provinsi berkoordinasi untuk
melakukan optimalisasi penggunaan DBH CHT melalui
pendampingan dan asistensi kepada pemerintah
kabupaten/kota dalam melaksanakan kegiatan yang
menggunakan DBH CHT untuk menghasilkan output sesuai volume dan satuan target yang telah ditetapkan
agar hasil dari DBH CHT dapat bermanfaat secara
optimal bagi masyarakat.
Sedangkan dalam pelaksanaan kebijakan DBH DR
Tahun 2018, Pemerintah telah mengevaluasi kebijakan
tersebut dengan penghapusan kebijakan pengalokasian
minimal 50 persen untuk program/kegiatan kebakaran
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report71
in prone areas. This was due to the shift in DR DBH
policy orientation for 2020 Fiscal Year, in which DR DBH
is prioritized to finance Forest and Land Rehabilitation
program.
GENERAL ALLOCATION FUND (DAU)Policy concerning General Allocation FundGeneral Allocation Fund (DAU) is a fund sourced
from State Revenue and allocated to bring equality in
the financial capacity among the regions to finance
the need of the regions in the implementation of
decentralization.
In 2018, pursuant to Law No. 15/2017 concerning State
Budget 2018, the DAU policy is as follows:
1. The National DAU Ceiling in the State Budget is
not final or may change in accordance with Net
Domestic Revenue changes in the State Budget
Amendment of current year. If the case of changes
in Net Domestic Revenue resulting in the declining
National DAU and DAU allocation per region, special
treatment will be taken for regions with limited
fiscal capacity and fiscal gap. DAU allocation given
to such regions must remain unchanged, so those
regions are able to finance employee expenditure
and operating cost.
2. Improving DAU formulation through evaluation of
Basic Allocation amount (Regional Civil Apparatus
Salary) and fiscal gap by considering the delegation
cost between government levels, so that DAU
formulation is more focused on distribution of
inter-region fiscal capacity in the implementation
of regional development.
3. Giving affirmation to island regions by increasing
the percentage of water area in area size variable to
100 percent.
hutan dan lahan (karhutla) bagi daerah rawan karhutla.
Hal ini disebabkan karena terdapat perubahan arah
kebijakan DBH DR Tahun Anggaran 2020 di mana
DBH DR diprioritaskan untuk membiayai program
Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
DANA ALOKASI UMUM (DAU)Kebijakan Dana Alokasi UmumDana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
Pada tahun 2018, sesuai Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2018, Kebijakan DAU sebagai
berikut:
1. Pagu DAU Nasional dalam APBN tidak bersifat final
atau dapat berubah sesuai perubahan PDN Neto
dalam APBN Perubahan tahun berjalan. Dalam hal
terjadi perubahan PDN Neto yang mengakibatkan
penurunan pagu DAU Nasional dan alokasi DAU per
daerah, akan dilakukan perlakuan khusus terhadap
daerah yang mempunyai kapasitas dan ruang fiskal
yang sangat terbatas agar pagu alokasi daerah yang
bersangkutan tetap, sehingga daerah tersebut
mampu membiayai belanja pegawai dan kebutuhan
operasionalnya.
2. Menyempurnakan formulasi DAU dengan
mengevaluasi bobot Alokasi Dasar (Gaji PNSD)
dan celah fiskal, dengan memperhitungkan beban
pengalihan urusan antar tingkat pemerintahan,
sehingga formulasi DAU semakin fokus pada tujuan
pemerataan kemampuan fiskal antardaerah dalam
rangka penyelenggaraan pembangunan daerah.
3. Memberikan afirmasi kepada daerah kepulauan
dengan meningkatkan bobot luas wilayah laut
dalam variabel luas wilayah menjadi 100 persen.
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report72
4. Calculating delegation cost between government
levels with DAU portion for Provinces at 14.1 percent
and for regency/municipality at 85.9 percent.
5. General Transfer Fund usage is directed where
at least 25 percent must be spent for regional
infrastructures directly related to acceleration of
public service facilities and economic development
in order to increase job opportunity, reduce poverty,
and reduce the gap in public service among regions.
National DAU ceiling is at least 26 percent of Net
Domestic Revenue. In 2018, the allocation for National
DAU was 28.7 percent of Net Domestic Revenue or
amounting to Rp401,489.6 billion. DAU proportion
between province and regency/municipality was set
at 14.1 percent for provinces or equivalent to Rp56.610
trillion and 85.9 percent for regencies/municipalities
or equivalent to Rp344.879 trillion. Net Domestic
Revenue is calculated based on the sum of tax revenue
and Non-Tax State Revenue (PNBP) subtracted by
state revenue shared to regions and earmarked state
revenue. Shared state revenue consists of: (i) Income
Tax of Article 21 and Income Tax of Article 25/29 for
Individual Domestic Taxpayers; (ii) Land and Building
Tax; (iii) Tobacco Products Excise; (iv) Oil and Natural
Gas Mining; (v) General Mining; (vi) Forestry; (vii)
Fisheries; and (viii) Geothermal Energy. Meanwhile,
earmarked state revenue consists of Non-Tax State
Revenue of Ministries/Agencies, Public Service
Agencies (BLU) Revenue, and Tax Revenue Borne by
Government.
The formulation of DAU allocation calculation consists
of Basic Allocation and Fiscal Gap. Basic Allocation is
calculated by considering expenditure for Regional
Civil Apparatus (PNSD) salary of which value has been
determined by salary payment-related regulations
and policy. Fiscal Gap is the difference between Fiscal
4. Memperhitungkan beban pengalihan urusan antar
tingkat pemerintahan dengan porsi DAU Provinsi
sebesar 14,1 persen dan porsi kabupaten/kota
sebesar 85,9 persen.
5. Dana Transfer Umum diarahkan penggunaannya,
yaitu paling sedikit 25 persen untuk belanja
infrastruktur daerah yang langsung terkait dengan
percepatan pembangunan fasilitas pelayanan
publik dan ekonomi dalam rangka meningkatkan
kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan, dan
mengurangi kesenjangan penyediaan layanan
publik antardaerah.
Pagu DAU Nasional sekurang-kurangnya 26 persen
dari PDN Neto. Tahun 2018, DAU Nasional dialokasikan
sebesar 28,7 persen dari Pendapatan Dalam Negeri
Neto (PDN Neto) yaitu sebesar Rp401.489,6 miliar.
Proporsi DAU antara provinsi dan kabupaten/kota
ditetapkan dengan porsi 14,1 persen untuk bagian
provinsi atau sebesar Rp56,610 triliun dan 85,9 persen
untuk bagian kabupaten/kota atau sebesar Rp344,879
triliun. PDN Neto dihitung berdasarkan penjumlahan
penerimaan perpajakan dan PNBP, setelah dikurangi
dengan penerimaan negara yang dibagihasilkan
kepada daerah dan pendapatan negara yang di-
earmark. Penerimaan negara yang dibagihasilkan
terdiri atas penerimaan: (i) PPh Pasal 21 dan PPh Pasal
25/29 WPOPDN; (ii) PBB; (iii) Cukai Hasil Tembakau;
(iv) Minyak Bumi dan Gas Bumi; (v) Pertambangan
Umum; (vi) Kehutanan; (vii) Perikanan; dan (viii) Panas
Bumi. Sedangkan, pendapatan negara yang di-earmark
terdiri dari Pendapatan PNBP K/L, Pendapatan Badan
Layanan Umum (BLU), dan Penerimaan Perpajakan
yang Ditanggung Pemerintah.
Formulasi penghitungan alokasi DAU terdiri dari
Alokasi Dasar dan Celah Fiskal (Fiscal Gap). Alokasi
Dasar (AD) dihitung dengan mempertimbangkan
belanja gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD)
yang besarannya telah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan dan kebijakan terkait penggajian.
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report73
Need and Fiscal Capacity. Fiscal Need is the regional
financing need to perform basic public service function
that is calculated based on Total Population, Size of
Region (including land area and water area), Human
Development Index (IPM), Construction Cost Index
(IKK), and Gross Regional Domestic Product (PDRB) per
capita. Meanwhile, Fiscal Capacity is regional financing
sourced from Locally-Generated Regional Revenue
(PAD) and Revenue Sharing Fund (DBH). DBH on this
matter comprises DBH from Natural Resources, Tax,
and Tobacco Products Excise.
Data employed to calculate DAU allocation is obtained
from the Government’s statistics agency and/or other
government agencies with the authority to publish
liable data. In the case of unavailable data, DAU
calculation shall refer to data of prior year.
General Allocation Fund RealizationUntil the end of 2018, distributed DAU amounted to
Rp401.49 trillion or 100 percent of allocation ceiling
for Fiscal Year 2018. DAU distribution realization in
2018 has calculated settlement of several regional
government obligations, namely:
1. Settlement of regional loan payment obligation to
one region amounting to Rp5.65 billion.
2. Settlement of health insurance dues to BPJS in 42
regions amounting to Rp264.0 billion.
3. Settlement of grant obligation of parent regions
to new autonomous regions (DOB) in 6 regions
amounting to Rp26.75 billion.
4. Settlement of over-distribution of Special Allocation
Fund in Fiscal Year 2016 to 64 regions amounting to
Rp48.93 billion.
Celah Fiskal (CF) dihitung berdasarkan selisih antara
Kebutuhan Fiskal dengan Kapasitas Fiskal. Kebutuhan
Fiskal (KbF) merupakan kebutuhan pendanaan daerah
untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum
yang dihitung dengan mempertimbangkan Jumlah
Penduduk, Luas Wilayah (meliputi wilayah darat dan
wilayah laut), Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK), dan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. Sedangkan,
Kapasitas Fiskal (KpF) merupakan sumber pendanaan
daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD),
dan Dana Bagi Hasil (DBH). DBH dalam hal ini meliputi
DBH SDA dan DBH pajak termasuk DBH CHT.
Data yang digunakan dalam penghitungan alokasi DAU
bersumber dari lembaga statistik Pemerintah dan/atau
lembaga pemerintah yang berwenang menerbitkan
data yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal
data tidak tersedia, penghitungan DAU menggunakan
data tahun sebelumnya.
Realisasi Dana Alokasi UmumSampai dengan akhir tahun 2018, DAU dapat tersalurkan
sebesar Rp401,49 triliun atau 100 persen dari pagu
alokasi TA 2018. Realisasi penyaluran DAU tahun 2018
tersebut telah memperhitungkan penyelesaian atas
beberapa kewajiban pemerintah daerah, yaitu:
1. Penyelesaian kewajiban pembayaran pinjaman
daerah pada satu daerah sebesar Rp5,65 miliar.
2. Penyelesaian pembayaran tunggakan iuran jaminan
kesehatan kepada BPJS pada 42 daerah sebesar
Rp264,0 miliar.
3. Penyelesaian kewajiban hibah atas daerah induk
kepada DOB pada 6 daerah sebesar Rp26,75 miliar.
4. Penyelesaian lebih salur DAK TA 2016 pada 64
daerah sebesar Rp48,93 miliar.
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report74
DAU distribution in 2018 always considered the
compliance of regions in delivering Regional Financial
Information. Until December 31, 2018, there were
regional governments that have not submitted the
following reports: a) Regional Financial Information
(IKD) report by 13 regions (Rp82.25 billion); and b)
Accountability Report of Regional Budget Execution
2017 by 1 region (Rp65.98 billion). Nonetheless,
pursuant to Article 12 paragraph (2) of Regulation of
the Minister of Finance No. 04/PMK.07/2011, in the
case of Regional Government being imposed with DAU
deferment sanction until the end of fiscal year, the
deferred Balanced Fund is redistributed before the end
of the fiscal year. In accordance with the mandate by
such Regulation of the Minister of Finance, in 2018, DAU
distribution has once again reached full realization or
100 percent of the allocation in 2018.
Nevertheless, regions that have not submitted IKD
report were imposed with DAU deferment for 2019
distribution until these regional governments submit
the concerned report pursuant to the mandate in
Article 12 paragraph (4) of Regulation of the Minister of
Finance No. 04/PMK.07/2011.
General Allocation Fund EvaluationIn the block grant management of DAU, the Government
aims DTU usage (in the form of DAU and DBH) at
least 25 percent of the allocation spent for regional
infrastructure. Regional infrastructure expenditure
is directly related to acceleration of public service
facilities and economic development in order to
increase job opportunity, reduce poverty, and reduce
the gap in public service among regions.
The regions’ compliance with such policy still needs
to be improved. In 2018, 253 regions or 47 percent
of all regions have budgeted regional infrastructure
Penyaluran DAU TA 2018 senantiasa memperhatikan
kepatuhan daerah dalam penyampaian Informasi
Keuangan Daerah. Sampai dengan 31 Desember
2018 masih terdapat pemerintah daerah yang belum
menyampaikan laporan berupa: a) Laporan Informasi
Keuangan Daerah (IKD) sebanyak 13 daerah (Rp82,25
M); dan b) LPP APBD 2017 sebanyak 1 daerah (Rp65,98
miliar). Namun demikian, berdasarkan Pasal 12 ayat (3)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 04/PMK.07/2011,
dalam hal Pemerintah Daerah masih dikenakan sanksi
penundaan DAU sampai dengan berakhirnya tahun
anggaran, Dana Perimbangan yang ditunda disalurkan
kembali sebelum tahun anggaran berakhir. Menjalankan
mandat dari Peraturan Menteri Keuangan tersebut, di
tahun 2018 penyaluran DAU kembali mencapai realisasi
penuh atau 100 persen dari alokasi TA 2018.
Namun demikian, terhadap daerah yang belum
menyampaikan laporan IKD tersebut kembali dilakukan
penundaan DAU pada penyaluran tahun 2019 sampai
dengan pemerintah daerah menyampaikan laporan
dimaksud sesuai dengan amanat Pasal 12 ayat (4)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 04/PMK.07/2011.
Evaluasi Dana Alokasi UmumDalam pengelolaan DAU yang bersifat block grant, Pemerintah mengarahkan penggunaan DTU (berupa
DAU dan DBH) paling sedikit sebesar 25 persen dari
alokasi digunakan untuk belanja infrastruktur daerah.
Belanja infrastruktur daerah tersebut merupakan
belanja yang langsung terkait dengan percepatan
pembangunan fasilitas pelayanan publik dan ekonomi
dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja,
mengurangi kemiskinan, dan mengurangi kesenjangan
penyediaan pelayanan publik antar daerah.
Tingkat kepatuhan daerah atas kebijakan tersebut
masih perlu ditingkatkan. Pada tahun 2018, terdapat 253
daerah atau sebesar 47 persen telah menganggarkan
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report75
expenditure sourced from DTU by at least 25 percent,
an improvement from the previous year in which 230
regions or 42 percent of all regions have complied.
Meanwhile, regions that have not complied with the
policy amounted to 289 regions or 53 percent of all
regions, which has improved from the previous year at
312 regions or 58 percent of all regions. Nationwide,
the total regional infrastructure expenditure sourced
from DTU in 2018 amounted to Rp114.5 trillion or 25.7
percent.
PHYSICAL SPECIAL ALLOCATION FUNDPolicy concerning Physical Special Allocation FundSpecial Allocation Fund (DAK) is a fund sourced from
State Revenue allocated for regions to help funding
specific activities of the regions, both physical and
non-physical. Activities funded with DAK are closely
related to national and regional priorities.
In particular, Physical DAK is oriented to accelerate
infrastructure and economic development in order
to increase job opportunity, reduce poverty, and
inter-region gap to align with regional potential
development and act as a driving force of national
development synchronization in supporting Nawa Cita
program, especially in HR Development, Connectivity,
Tourism, and Health. The General Policy of Physical
DAK has the function to assist regions in implementing
government duties, particularly in the fulfillment of
basic public service facilities and infrastructure. Thus
far, DAK is one of the sources of funding for regional
infrastructure development.
In its development, Physical DAK implementation in
2018 underwent several changes in policy since 2017.
These changes are as follows:
belanja infrastruktur daerah yang bersumber dari DTU
paling sedikit sebesar 25 persen, meningkat dari tahun
sebelumnya yang baru dipatuhi oleh 230 daerah atau
sebesar 42 persen. Sedangkan daerah yang belum
memenuhi kebijakan tersebut sebanyak 289 daerah
atau sebesar 53 persen, mengalami perbaikan dari
tahun sebelumnya sebanyak 312 daerah atau sebesar
58 persen belum memenuhi. Secara agregat nasional
jumlah belanja infrastruktur daerah yang bersumber
dari DTU pada TA 2018 mencapai Rp114,5 triliun atau
sebesar 25,7 persen.
DANA ALOKASI KHUSUS FISIKKebijakan Dana Alokasi Khusus FisikDana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang
bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah
untuk mendanai kegiatan tertentu yang menjadi
urusan daerah, baik kegiatan yang bersifat fisik maupun
nonfisik. Kegiatan-kegiatan yang didanai dengan DAK
erat terkait dengan pencapaian prioritas nasional dan
prioritas daerah.
Khusus DAK Fisik diarahkan untuk memacu
pembangunan infrastruktur dan ekonomi untuk
meningkatkan kesempatan kerja serta mengurangi
kemiskinan dan kesenjangan antarwilayah, serta
diselaraskan dengan pengembangan potensi di daerah
dan berperan sebagai motor penyelaras pembangunan
nasional untuk mendukung program Nawa Cita
terutama untuk Pembangunan SDM, Konektifitas,
Pariwisata, dan Kesehatan. Kebijakan Umum DAK Fisik
berfungsi untuk membantu daerah dalam mewujudkan
tugas pemerintah, khususnya pemenuhan kebutuhan
sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat.
Selama ini, DAK menjadi salah satu sumber pendanaan
pembangunan infrastruktur di daerah.
Di dalam perkembangannya, pelaksanaan DAK Fisik
tahun 2018 mengalami beberapa perubahan kebijakan
dari tahun 2017. Perubahan tersebut antara lain:
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report76
1. Allocation is based on regional proposals in
accordance with the sector and menu of activities
determined to achieve central and regional priority
targets, of which proposals are submitted through
E-Planning application;
2. Allocation considers regional performance in the
implementation of Physical DAK in the last two
years;
3. Allocation focus is based on the result of activities
synchronization per sector among regions and
among activities that will be funded by DAK and
those funded by Ministries/Agencies expenditure;
4. Distribution improvement through:
a) Distribution by sector with time limit for report
submission per stage;
b) Distribution based on implementation
performance (absorption and output
achievement report); and
c) Distribution through local State Treasury
Service Offices (KPPN) to facilitate regional
governments.
The measures taken to maintain alignment of
Physical DAK policy with national priority target are
by improving the process of planning, budgeting,
and allocation that is synchronized with central
government expenditure as stipulated in RKP, RPJMN,
RKPD, dan RPJMD. As such, synchronization of Physical
DAK planning and budgeting occurs not only at central
government level, but also at provincial or regency/
municipal levels. Moreover, to maintain Physical DAK
output achievement, measures to improve distribution
mechanism based on implementation performance
were taken, which are based on absorption
performance and output achievement performance of
Physical DAK. Physical DAK ceiling in 2018 amounted
to Rp62.44 trillion, which consists of Regular DAK at
Rp31.35 trillion, Assignment DAK at Rp24.46 trillion,
and Affirmation DAK at Rp6.62 trillion.
1. Pengalokasiannya berdasarkan usulan daerah
(proposal based) sesuai dengan bidang dan menu
kegiatan yang ditentukan untuk mencapai sasaran
yang menjadi prioritas pusat dan daerah, dimana
pengusulan tersebut disampaikan melalui aplikasi
E-Planning;
2. Pengalokasiannya memperhitungkan kinerja
daerah dalam pelaksanaan DAK Fisik dua tahun
sebelumnya;
3. Penajaman alokasi berdasarkan hasil sinkronisasi
kegiatan per bidang antardaerah dan antara
kegiatan yang akan didanai DAK dengan yang
didanai dari belanja K/L;
4. Perbaikan penyaluran yang dilakukan melalui:
a) penyaluran per bidang, dengan pembatasan
waktu penyampaian laporan per tahapan;
b) penyaluran berdasarkan kinerja pelaksanaan
(laporan penyerapan dan capaian output); dan
c) penyaluran melalui KPPN setempat sehingga
lebih memudahkan bagi pemerintah daerah.
Langkah yang diambil untuk menjaga agar kebijakan
DAK Fisik selaras dengan target pencapaian prioritas
nasional adalah dengan perbaikan proses perencanaan,
penganggaran, dan pengalokasian yang tersinkronisasi
dengan belanja pemerintah pusat yang telah ditetapkan
dalam RKP, RPJMN, RKPD, dan RPJMD. Dengan
demikian, sinkronisasi perencanaan dan penganggaran
DAK Fisik tidak hanya dilaksanakan di tingkat pusat
namun juga di tingkat provinsi maupun kabupaten/
kota. Di samping itu, guna menjaga ketercapaian
output DAK Fisik, maka dilakukan langkah-langkah
perbaikan mekanisme penyaluran yang berbasis
kinerja pelaksanaan, yaitu berdasar kinerja penyerapan
dan kinerja pencapaian output DAK Fisik. Pagu DAK
Fisik tahun anggaran 2018 adalah sebesar Rp62,44
triliun yang terdiri dari DAK Reguler sebesar Rp31,35
triliun, DAK Penugasan sebesar Rp24,46 triliun, dan
DAK Afirmasi sebesar Rp6,62 triliun.
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report77
Table 4.1Allocation and Realization of Physical DAK per Sector
in 2018 (in trillion rupiah)
‘
Regular DAKIn 2018, regular DAK comprised 11 (eleven) sectors: (1)
education; (2) health and family planning; (3) drinking
water: (4) sanitation; (5) housing and settlement; (6)
market; (7) small and medium industry; (8) agriculture;
Tabel 4.1Alokasi dan Realisasi DAK Fisik per Bidang Tahun 2018
(dalam triliun rupiah)
Jenis-Bidang / Type-Sector Alokasi / Allocation
Realisasi / Realization %
DAK Reguler / Regular DAK 31.35 29.41 93.82
Air Minum / Drinking Water 0.50 0.46 92.03
Industri Kecil dan Menengah / Small and Medium Industry 0.56 0.50 89.00
Jalan / Road 8.00 7.56 94.53
Kelautan dan Perikanan / Maritime and Fisheries 0.88 0.80 90.75
Kesehatan dan KB / Health and Family Planning 10.51 9.73 92.56
Pariwisata / Tourism 0.63 0.56 89.20
Pasar / Market 0.86 0.79 91.68
Pendidikan / Education 6.63 6.41 96.62
Pertanian / Agriculture 1.68 1.55 92.31
Perumahan dan Pemukiman / Housing and Settlement 0.56 0.54 96.27
Sanitasi / Sanitation 0.52 0.50 95.87
DAK Penugasan / Assignment DAK 24.46 22.48 91.90
Air Minum / Drinking Water 1.05 0.96 90.96
Energi Skala Kecil / Small-Scale Energy 0.50 0.31 61.45
Irigasi / Irrigation 4.25 3.79 89.20
Jalan / Road 10.20 9.79 96.01
Kesehatan / Health 4.24 3.82 90.13
Lingkungan Hidup dan Kehutanan / Environment and Forestry 0.50 0.39 78.74
Pasar / Market 0.91 0.78 86.19
Pendidikan / Education 1.71 1.60 93.42
Sanitasi / Sanitation 1.10 1.03 94.14
DAK Afirmasi / Affirmation DAK 6.62 6.25 94.45
Air Minum / Drinking Water 0.52 0.49 94.30
Kesehatan / Health 3.23 3.07 95.27
Pendidikan / Education 0.79 0.78 98.48
Perumahan dan Pemukiman / Housing and Settlement 0.46 0.43 92.11
Sanitasi / Sanitation 0.54 0.53 97.60
Transportasi / Transportation 1.08 0.95 88.55
Grand Total 62.44 58.15 93.13
DAK RegulerPada tahun 2018, bidang DAK reguler mencakup 11
(sebelas) bidang: (1) pendidikan; (2) kesehatan dan KB; (3)
air minum; (4) sanitasi; (5) perumahan dan permukiman;
(6) pasar; (7) industri kecil dan menengah; (8) pertanian;
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report78
(9) maritime and fisheries; (10) tourism; and (11) road.
The objective/target and activity scope of each regular
DAK sectors are as follows.
1) Education Sector
This sector aims to assist Regional Government in
providing education facilities and infrastructure
while gradually fulfilling Minimum Service
Standard (SPM), access availability or assurance,
as well as service quality in primary and secondary
education within the implementation of the 12-year
Compulsory Education.
The scope of activities for Elementary School (SD)
among others are: (i) rehabilitation of classrooms,
other supporting rooms, library and/or teachers’
room with medium or serious damage, with or
without furniture; (ii) rehabilitation of toilets for
students/teachers with medium or serious damage,
with or without sanitation; (iii) construction of
new classrooms; (iv) construction of toilets for
students/teachers along with sanitation; and (v)
procurement of school library collection, consisting
of enrichment books, reference books, and teaching
guidelines.
The scope of activities for Junior High School
(SMP) covers (i) rehabilitation of classrooms, other
supporting rooms, library and/or teachers’ room
with medium or serious damage, with or without
furniture; (ii) rehabilitation of toilets for students/
teachers with medium or serious damage, with
or without sanitation; (iii) construction of new
classrooms with equipment; (iv) construction
of natural science laboratory with equipment;
(v) construction of library with equipment; (vi)
(9) kelautan dan perikanan; (10) pariwisata; dan (11)
jalan. Adapun tujuan/sasaran serta lingkup kegiatan
dari masing-masing bidang DAK reguler adalah sebagai
berikut.
1) Bidang Pendidikan
Sasaran pada bidang ini adalah memberikan bantuan
kepada Pemerintah Daerah untuk menyediakan
sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka
pemenuhan secara bertahap Standar Pelayanan
Minimal (SPM), ketersediaan atau keterjaminan
akses, serta mutu layanan pada pendidikan
dasar dan pendidikan menengah dalam rangka
pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan 12 Tahun
yang berkualitas.
Ruang lingkup kegiatan untuk Sekolah Dasar (SD)
antara lain mencakup (i) rehabilitasi ruang kelas,
ruang penunjang lainnya, ruang perpustakaan
dan/atau ruang guru dengan tingkat kerusakan
sedang atau berat, baik beserta perabotnya atau
tanpa perabotnya; (ii) rehabilitasi jamban siswa/
guru dengan tingkat kerusakan sedang atau berat,
baik beserta sanitasinya atau tanpa sanitasinya;
(iii) pembangunan ruang kelas baru (RKB) beserta
perabotnya; (iv) pembangunan jamban siswa/
guru beserta sanitasinya; dan (v) pengadaan buku
koleksi perpustakaan sekolah yang terdiri dari buku
pengayaan, buku referensi, dan buku panduan
pendidik.
Ruang lingkup kegiatan untuk Sekolah Menengah
Pertama (SMP) mencakup (i) rehabilitasi
ruang belajar, ruang penunjang lainnya, ruang
perpustakaan dan/atau ruang guru dengan
tingkat kerusakan sedang atau berat, baik beserta
perabotnya atau tanpa perabotnya; (ii) rehabilitasi
jamban siswa/guru dengan tingkat kerusakan
sedang atau berat, baik beserta sanitasinya atau
tanpa sanitasinya; (iii) pembangunan ruang kelas
baru (RKB) beserta perabotnya; (iv) pembangunan
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report79
construction of toilets for students/teachers with
sanitation; and (vii) improvement of education
facilities in the form of laboratory equipment and
educational tools, sports and/or arts and culture
facilities, learning media, and school library
collection.
The scope of activities for Senior High School
(SMA) covers (i) rehabilitation of classrooms, other
supporting rooms, library and/or teachers’ room
with medium or serious damage, with or without
furniture; (ii) rehabilitation of toilets for students/
teachers with medium or serious damage, with
or without sanitation; (iii) construction of new
classrooms with equipment; (iv) construction of
natural science laboratory with equipment; (v)
construction of toilets for students/teachers with
sanitation; as well as (vi) improvement of education
facilities in the form of educational tools, learning
media, sports and/or arts and culture facilities.
The scope of activities for special needs
Elementary/Junior High/Senior High Schools
covers (i) rehabilitation of classrooms, other
supporting rooms, library and/or teachers’ room
with medium or serious damage, with or without
furniture; (ii) rehabilitation of toilets for students/
teachers with medium or serious damage, with
or without sanitation; (iii) construction of new
classrooms with equipment; and (iv) improvement
of education facilities in the form of learning tools.
The scope of activities for Learning Studio (SKB)
covers (i) rehabilitation of classrooms, other
supporting rooms, library and/or teachers’ room
ruang laboratorium IPA beserta perabotnya;
(v) pembangunan ruang perpustakaan beserta
perabotnya; (vi) pembangunan jamban siswa/
guru beserta sanitasinya; serta (vii) peningkatan
sarana pendidikan berupa peralatan laboratorium
dan alat peraga pendidikan, sarana PJOK dan/atau
seni budaya, media pembelajaran, dan buku koleksi
perpustakaan sekolah.
Ruang lingkup kegiatan untuk Sekolah Menengah
Atas (SMA) mencakup (i) rehabilitasi ruang belajar,
ruang penunjang lainnya, ruang perpustakaan
dan/atau ruang guru dengan tingkat kerusakan
sedang atau berat, baik beserta perabotnya atau
tanpa perabotnya; (ii) rehabilitasi jamban siswa/
guru dengan tingkat kerusakan sedang atau berat,
baik beserta sanitasinya atau tanpa sanitasinya;
(iii) pembangunan ruang kelas baru (RKB) beserta
perabotnya; (iv) pembangunan ruang laboratorium
IPA beserta perabotnya; (v) pembangunan
jamban siswa/guru beserta perabotnya; serta (vi)
peningkatan sarana pendidikan berupa peralatan
pendidikan, media pembelajaran, sarana PJOK dan/
atau seni budaya.
Ruang lingkup kegiatan untuk SDLB/SMPLB/
SMLB/SLB mencakup (i) rehabilitasi ruang kelas,
ruang penunjang lainnya, ruang perpustakaan
dan/atau ruang guru dengan tingkat kerusakan
sedang atau berat, baik beserta perabotnya atau
tanpa perabotnya; (ii) rehabilitasi jamban siswa/
guru dengan tingkat kerusakan sedang atau berat,
baik beserta sanitasinya atau tanpa sanitasinya;
(iii) pembangunan ruang kelas baru (RKB) beserta
perabotnya; serta (iv) peningkatan sarana
pendidikan berupa alat pembelajaran.
Ruang lingkup kegiatan untuk Sanggar Kegiatan
Belajar (SKB) mencakup (i) rehabilitasi ruang kelas,
ruang penunjang lainnya, ruang perpustakaan
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report80
with medium or serious damage, with or without
furniture; (ii) rehabilitation of toilets for students/
teachers with medium or serious damage, with
or without sanitation; (iii) construction of new
classrooms with equipment; and (iv) improvement
of education facilities in the form of library
collection.
2) Health and Family Planning Sector
This sector aims to improve access and service
quality in health and family planning as well as
reproductive health, especially to improve public
health and nutrition through distribution of
health service, availability of medicine and health
equipment, provision of health and family planning
service facilities and infrastructure to support the
achievement of national priority in Government
Work Program 2018.
The scope of basic health service covers (i)
construction and rehabilitation of non-affirmation
community health centers and its supports; (ii)
procurement of non-affirmation community health
center infrastructure; (iii) procurement of health
equipment as well as health information equipment
and system to support community health centers;
and (iv) procurement of equipment, machineries,
and materials for disease control, environmental
health, and public health.
The scope of referral health service covers (i)
construction and rehabilitation of regency/
municipality and province hospitals outside
Assignment DAK; (ii) procurement of health
equipment at regency/municipality and province
hospitals outside Assignment DAK; and (iii)
procurement of infrastructure for regency/
municipality and province hospitals outside
Assignment DAK.
dan/atau ruang guru dengan tingkat kerusakan
sedang atau berat, baik beserta perabotnya atau
tanpa perabotnya; (ii) rehabilitasi jamban siswa/
guru dengan tingkat kerusakan sedang atau berat,
baik beserta sanitasinya atau tanpa sanitasinya;
(iii) pembangunan ruang kelas baru (RKB) beserta
perabotnya; serta (iv) peningkatan sarana
pendidikan berupa buku koleksi perpustakaan.
2) Bidang Kesehatan dan Keluarga Berencana
Sasaran pada bidang ini adalah untuk meningkatkan
akses dan mutu pelayanan kesehatan dan keluarga
berencana serta kesehatan reproduksi terutama
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
gizi masyarakat melalui dukungan peningkatan
pemerataan pelayanan kesehatan, ketersediaan
obat dan perbekalan kesehatan, penyediaan sarana
dan prasarana pelayanan kesehatan dan KB untuk
mendukung pencapaian prioritas nasional dalam
Rencana Kerja Pemerintah 2018.
Ruang lingkup pelayanan kesehatan dasar
antara lain mencakup (i) pembangunan dan
rehabilitasi bangunan puskesmas non afirmasi dan
pendukungnya; (ii) penyediaan prasarana puskesmas
non afirmasi; (iii) penyediaan alat kesehatan
dan peralatan serta sistem informasi kesehatan
pendukung puskesmas; serta (iv) penyediaan alat,
mesin dan bahan untuk pengendalian penyakit,
kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Ruang lingkup pelayanan kesehatan rujukan antara
lain mencakup (i) pembangunan dan rehabilitasi RS
Kabupaten/kota dan Provinsi selain DAK Penugasan;
(ii) penyediaan alat kesehatan di RS Kabupaten/
kota dan Provinsi selain DAK Penugasan; serta (iii)
penyediaan prasarana RS Kabupaten/kota dan
Provinsi selain DAK Penugasan.
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report81
Scope of pharmacy service and health equipment
among others are (i) procurement of medicine
and medical consumables (BMHP) at regency/
municipality; (ii) new construction/rehabilitation
and/or provision of pharmacy installation
supporting facilities at regency/municipality;
and (iii) new construction/rehabilitation and/
or provision of pharmacy installation supporting
facilities at province level.
The scope of family planning service covers (i)
procurement of facilities and infrastructure for
family planning service clinic; (ii) construction/
conversion of warehouse, equipment, and
contraceptive medicine; (iii) procurement of
transportation facility for family planning service;
(iv) procurement of family planning extension car
units; (v) procurement of data processing media/
tools; (vii) construction/conversion/development
of family planning extension office; and (viii)
procurement of facilities for family planning field
officers.
3) Drinking Water Sector
This sector aims to realize universal access to
drinking water in 2019 and fulfillment of Minimum
Service Standard (SPM) as well as to support
national priority program. The scope of activities
covers (i) expansion of Drinking Water Provision
System (SPAM) through the utilization of built SPAM
idle capacity from IKK/PDAM/Communal system;
(ii) new construction for regions without drinking
water access, which includes construction of Piping
Network SPAM and Non-Piping Network (BJP) SPAM
or improvement of unprotected BJP SPAM into
Ruang lingkup pelayanan kesehatan kefarmasian
dan perbekalan kesehatan antara lain (i)
penyediaan obat dan BMHP (Bahan Medis Habis
Pakai) di Kabupaten/kota; (ii) pembangunan
baru/rehabilitasi dan/atau penyediaan sarana
pendukung instalasi farmasi Kabupaten/kota; serta
(iii) pembangunan baru/rehabilitasi dana atau
penyediaan sarana pendukung instalasi farmasi
Provinsi.
Ruang lingkup pelayanan keluarga berencana
mencakup (i) pengadaan sarana prasarana klinik
pelayanan KB; (ii) pembangunan/alih fungsi gudang,
alat, dan obat kontrasepsi; (iii) pengadaan sarana
transportasi pelayanan KB; (iv) pengadaan mobil
unit penerangan (MUPEN) KB; (v) pengadaan sarana
KIE Kit dan Media Lini Lapangan; (vi) pengadaan
media/alat pengolah data; (vii) pembanguna/alih
fungsi/pengembangan balai penyuluhan KB; serta
(viii) pengadaan sarana petugas lapangan KB.
3) Bidang Air Minum
Sasaran pada bidang ini adalah mewujudkan
akses universal air minum di tahun 2019 dan
pemenuhan Standar Pelayanan Minimum (SPM)
serta mendukung program prioritas nasional.
Ruang lingkup kegiatan meliputi (i) perluasan
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) melalui
pemanfaatan idle capacity SPAM terbangun dari
sistem IKK/PDAM/Komunal; (ii) pembangunan
baru bagi daerah yang belum memiiliki layanan
air minum yang meliputi pembangunan SPAM
Jaringan Perpipaan dan SPAM Bukan Jaringan
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report82
protected BJP SPAM; and (iii) improvement of SPAM
through capacity and/or volume improvement of
built SPAM facilities and infrastructure.
4) Sanitation Sector
This sector aims to realize universal access in
2019 through improvement of service scope of
wastewater treatment facility. Sanitation facility
construction is based on priority locations
and sanitation system development plan in the
Municipality/Regency Sanitation Strategy (SSK).
The scope of activities covers (i) new construction of
settlement-scale centralized Domestic Wastewater
Treatment System (SPALD), which consists of
settlement-scale Domestic Wastewater Treatment
Installation (IPALD), collection network and Housing
Connection (SR) that serves at least 50 Households
(KK); (ii) new construction of settlement-scale
centralized SPALD, which consists of communal
scale settlement IPALD, collection network and SR
that serves at least 50 KK as well as bathroom and
toilet (MCK) infrastructure; and (iii) construction of
communal scale septic tank (5-10 KK).
5) Housing and Settlement Sector
This sector aims to improve the living quality of
low income community (MBR), poor community,
and communities affected by public infrastructure
development in slums and prevention of urban slums
through facilitation of new development stimulus
and independent house quality improvement. The
Perpipaan (BJP) atau peningkatan SPAM BJP tidak
terlindungi menjadi SPAM BJP terlindungi; serta (iii)
peningkatan SPAM melalui penambahan kapasitas
dan/atau volume dari sarana dan prasarana SPAM
terbangun.
4) Bidang Sanitasi
Sasaran pada bidang ini adalah mewujudkan
akses universal di tahun 2019 melalui peningkatan
cakupan pelayanan sarana pengelolaan air
limbah. Pembangunan sanitasi dilakukan dengan
berdasarkan pada lokasi prioritas dan rencanan
pengembangan sistem sanitasi dalam Strategi
Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK). Ruang lingkup
kegiatan meliputi (i) pembangunan baru Sistem
Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) terpusat
skala permukiman yang terdiri dari Instalasi
Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) skala
permukiman, jaringan pengumpul dan Sambungan
Rumah (SR) dengan jumlah layanan minimal 50
Kepala Keluarga (KK); (ii) pembangunan baru SPALD
terpusat skala permukiman yang terdiri dari IPALD
permukiman skala komunal, jaringan pengumpul
dan SR dengan jumlah layanan minimal 50 KK
serta prasarana Mandi Cuci Kakus (MCK); serta (iii)
pembangunan tangka septik skala komunal (5-10
KK).
5) Bidang Perumahan dan Permukiman
Sasaran pada bidang ini adalah meningkatkan
kualitas hidup masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR), masyarakat miskin, serta masyarakat yang
terkena dampak pembangunan infrastruktur publik
di kawasan permukiman kumuh dan pencegahan
permukiman kumuh perkotaan melalui fasilitasi
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report83
scope of activities covers new house construction
for houses with total damage/damage to all
structural and non-structural building components
and for houses affected by public infrastructure
development in the handling and/or prevention of
slums, as well as quality improvement for houses
with light, medium, and serious damage and houses
affected by public infrastructure development in
the handling and/or prevention of slums.
6) Market Sector
This sector aims for (i) provision of basic service
with the target to fulfill Minimum Service Standard
(SPM); (ii) construction of trade facilities and
consumer protection efforts; and (iii) supporting
Economy of Justice Presidential Program that is
based on opportunity. The scope of activities covers
(i) construction/revitalization of public market in
market locations that have not received Physical
DAK allocation or second phase construction for
markets that have been revitalized and seen an
increase in trade activities that can no longer be
accommodated by the existing market as well as
for damaged post-disaster locations, especially
after fire and natural disaster; (ii) construction
of maritime store facilities; (iii) construction,
development, or expansion of SRG warehouse that
has been operating with high utilization rate and/or
provision of supporting facilities for SRG warehouse
that needs them in accordance with the stored
commodities; (iv) construction and improvement
of legal metrology facilities to establish legal
metrology UPTD of regency/municipality along
with supporting equipment and facilities.
stimultan pembangunan baru maupun peningkatan
kualitas rumah secara swadaya. Ruang lingkup
kegiatan meliputi pembangunan rumah baru
untuk rumah yang mengalami rusak total/seluruh
komponen bangunan baik struktural maupun
non struktural dan untuk rumah yang terkena
dampak pembangunan infrastruktur publik dalam
rangka penanganan permukiman kumuh dan/atau
pencegahan permukiman kumuh, serta peningkatan
kualitas untuk rumah yang mengalami rusak ringan,
rusak sedang, rusak berat, dan rumah yang terkena
dampak pembangunan infrastruktur publik dalam
rangka penanganan permukiman kumuh dan/atau
pencegahan permukiman kumuh.
6) Bidang Pasar
Sasaran pada bidang ini adalah untuk (i) penyediaan
pelayanan dasar dengan target pemenuhan Standar
Pelayanan Minimal (SPM); (ii) pembangunan
sarana perdagangan dan upaya perlindungan
konsumen; serta (iii) mendukung kebijakan
berbasis kesempatan Program Presiden Ekonomi
Berkeadilan. Ruang lingkup kegiatan meliputi (i)
pembangunan/revitalisasi pasar rakyat di lokasi
pasar yang belum pernah mendapatkan alokasi
DAK Fisik atau pembangunan tahap kedua bagi
pasar yang telah di revitalisasi dan mengalami
peningkatan aktivitas perdagangan yang tidak
dapat lagi tertampung di pasar yang telah ada
serta di lokasi pasca bencana yang mengalami
kerusakan terutama pasca kebakaran dan bencana
alam; (ii) pembangunan sarana gerai maritim; (iii)
pembangunan, pengembangan, maupun perluasan
gudang SRG yang telah beroperasi dengan tingkat
utilisasi yang tinggi dan/atau pemberian fasilitas
pendukung bagi gudang SRG yang membutuhkan
disesuaikan dengan komoditas yang disimpan; (iv)
pembangunan dan peningkatan sarana metrologi
legal untuk membentuk UPTD metrologi legal
kabupaten/kota beserta peralatan dan fasilitas
penunjangnya.
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report84
7) Small and Medium Industry Sector
This sector aims to accelerate distribution and
equality of industrial development to all regions
of Indonesia. Empowerment of small and medium
industry is performed through revitalization of small
and medium industry centers. Policy concerning
industrial area development is oriented towards
distribution of industrial development outside the
Java island with the main strategy of building 22
small and medium industry centers, 11 of which are
located in eastern parts of Indonesia, particularly
in Papua, Papua Barat, Maluku, Nusa Tenggara
Barat, and Nusa Tenggara Timur, and another
11 in western Indonesia. The scope of activities
covers (i) construction of new centers in regency/
municipality by design, separate from residence,
managed by a managing body and located within
an Industrial Area (KPI) or area planned for KPI;
and (ii) revitalization of small and medium industry
centers.
8) Agriculture Sector
This sector aims to support the priority program
of food production increase and construction
of agriculture facilities and infrastructure in
order to assist the achievement of national food
security priority target. The scope of activities for
province covers (i) construction/improvement of
Regional Technical Implementation Unit (UPTD)/
Agricultural Training Center and Agricultural
Vocational School as well as the construction
and provision of supporting facilities; and
(ii) construction/improvement of UPTD for
agriculture mechanization center and provision
of supporting facilities. Meanwhile, the scope for
regency/municipality covers (i) construction of
water sources, comprising underground water
irrigation/reservoir/dam/ditches/floodgates/
7) Bidang Industri Kecil dan Menengah
Sasaran dari bidang ini adalah bertujuan untuk
percepatan penyebaran dan pemerataan
pembangunan industri ke seluruh wilayah
Indonesia. Pemberdayaan industri kecil dan
menengah dilakukan melalui revitalisasi sentra IKM.
Kebijakan pengembangan perwilayahan industri
diarahkan untuk lebih menyebarkan pembangunan
industri diluar pulau Jawa dengan strategi utama
antara lain membangun 22 sentra industri kecil
dan menengah yang terdiri dari 11 kawasan timur
Indonesia khususnya Papua, Papua Barat, Maluku,
Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur,
dan 11 di kawasan barat Indonesia. Ruang lingkup
kegiatan meliputi (i) pembangunan sentra baru
di kabupaten/kota yang berdasarkan atas suatu
perencanaan terpadu (by design), terpisah dari
tempat tinggal dan dikelola oleh suatu lembaga
pengelola dan berada di dalam Kawasan Peruntukan
Industri (KPI) atau yang direncanakan sebagai KPI;
serta (ii) revitalisasi sentra IKM.
8) Bidang Pertanian
Sasaran pada bidang ini adalah mendukung
program prioritas peningkatan produksi pangan
dan pembangunan sarana dan prasarana pertanian
dalam rangka mendukung pencapaian target
prioritas nasional ketahanan pangan. Ruang
lingkup kegiatan untuk provinsi mencakup (i)
pembangunan/ perbaikan Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD)/Balai Diklat Pertanian dan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian Pembangunan
dan penyediaan sarana pendukungnya; serta (ii)
pembangunan/perbaikan UPTD balai mekanisasi
pertanian dan penyediaan sarana pendukungnya.
Sedangkan untuk kabupaten/kota, ruang
lingkupnya mencakup (i) pembangunan sumber-
sumber air meliputi irigasi air tanah/embung/dam
parit/pintu air/long storage; (ii) pembangunan jalan
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report85
long storage; (ii) construction of agricultural roads
(agriculture business roads and production roads);
(iii) construction of agricultural extension centers
(BPP) at districts and provision of supporting
facilities; and (iv) construction of slaughterhouses
(RPH), animal health centers, and provision of
supporting facilities.
9) Maritime and Fisheries Sector
This sector aims to support the National Priority
targets, particularly Food Security and Area
Development, through (i) improvement of fisheries
and salt production facilities and infrastructure;
(ii) management of conservation areas and small
islands; (iii) supervision of maritime and fisheries
resources; and (iv) empowerment of fishermen, fish
farmers, and salt farmers.
The scope of activities for province covers (i)
construction/rehabilitation of primary and
functional facilities and infrastructure of fishing
ports; (ii) construction/rehabilitation of primary
facilities and infrastructure of hatchery units;
(iii) construction/rehabilitation of infrastructure
in water conservation area or coastal and small
islands conservation area; (iv) procurement of salt
pond facilities and infrastructure; (v) procurement
of facilities and infrastructure for maritime and
fisheries resources supervision; (vi) construction/
rehabilitation of processing and marketing
infrastructure for fisheries products. The scope
of activities for regency/municipality covers (i)
construction/rehabilitation of fish auction (TPI)
infrastructure owned by regency/municipality
(UPTD of regency/municipality) outside fishing
ports; (ii) construction/rehabilitation of primary
facilities and infrastructure of hatchery units (UPTD
of regency/municipality); and (iii) procurement of
facilities and infrastructure for empowering small
businesses of maritime and fishing communities
(fishermen and fish farmers).
pertanian (jalan usaha tani dan jalan produksi); (iii)
pembangunan balai penyuluhan pertanian (BPP) di
kecamatan dan penyediaan sarana pendukungnya;
serta (iv) pembangunan balai/Rumah Potong
Hewan (RPH), Puskeswan dan penyediaan sarana
pendukungnya.
9) Bidang Kelautan dan Perikanan
Sasaran pada bidang ini adalah mendukung sasaran
Prioritas Nasional khususnya Ketahanan Pangan
dan Pembangunan Wilayah, melalui (i) peningkatan
sarana dan prasarana produksi perikanan dan
garam; (ii) pengelolaan kawasan konservasi dan
pulau-pulau kecil; (iii) pengawasan sumber daya
kelautan dan perikanan; serta (iv) pemberdayaan
nelayan, pembudidaya ikan, serta petambak garam.
Ruang lingkup kegiatan untuk provinsi mencakup
(i) pembangunan/rehabilitasi sarana dan prasarana
fasilitas pokok dan fungsional pelabuhan perikanan;
(ii) pembangunan/rehabilitasi sarana dan prasarana
pokok unit perbenihan; (iii) pembangunan/
rehabilitasi prasarana kawasan konservasi perairan
atau kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau
kecil, dan prasarana di pulau-pulau kecil; (iv)
pengadaan sarana dan prasarana tambak garam;
(v) pengadaan sarana dan prasarana pengawasan
sumber daya kelautan dan perikanan; (vi)
pembangunan/rehabilitasi prasarana pengolahan
dan pemasaran hasil perikanan. Adapun ruang
lingkup kegiatan untuk kabupaten/kota mencakup
(i) pembangunan/rehabilitasi sarana dan prasarana
Tempat Pelelangan lkan (TPI) milik kabupaten/
kota (UPTD kabupaten/kota) yang berada di luar
pelabuhan perikanan; (ii) pembangunan/rehabilitasi
sarana dan prasarana pokok unit perbenihan (UPTD
kabupaten/kota); serta (iii) pengadaan sarana
dan prasarana pemberdayaan usaha skala kecil
masyarakat kelautan dan perikanan (nelayan dan
pembudidaya lkan).
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report86
10) Tourism Sector
This sector aims to support the development of
tourism support facilities in each national tourism
area and the implementation of policy in tourist
attractions development and pioneering for the
growth of national tourism destinations, regional
development, and improvement of tourism
competitiveness.
The scope of activities covers the arrangement
of tourism area and amenities. Arrangement of
tourism area covers (i) construction of information
centers and its equipment; (ii) construction of
changing rooms and/or toilets; (iii) arrangement
of tourism parks (construction of pergola, gazebo,
park lighting, and fences); (iv) construction of art
performance stage; (v) construction/revitalization
of tourism support facilities (souvenir kiosks,
culinary plaza, worship facilities, viewing deck, and
identity gate); (vi) construction of pathways within
the area, boardwalk, pedestrian, and parking area;
and (vii) installation of signposts within tourism area.
The scope of tourism amenities activities covers
(i) construction of tourism ports; (ii) construction
of landing points for yachts; (iii) construction of
dive center and its equipment; (iv) construction of
surfing center and its equipment; (v) construction
of retaining walls; and (vi) procurement of glass
bottom boats.
11) Road Sector
This sector aims to support regions in improving the
quality of transportation service through stability
and safety improvement of provincial and regency/
municipal roads that support accessibility to basic
service facilities and regional economic centers. The
scope of activities covers: (i) regular maintenance;
10) Bidang Pariwisata
Sasaran dari bidang ini adalah mendukung
pembangunan fasilitas penunjang pariwisata di
tiap kawasan pariwisata nasional dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pembangunan, perintisan daya
tarik wisata dalam rangka pertumbuhan destinasi
pariwisata nasional, dan pengembangan daerah
serta peningkatan kualitas daya saing pariwisata.
Ruang lingkup kegiatan ini meliputi penataan
kawasan pariwisata dan amenitas pariwisata.
Penataan kawasan pariwisata mencakup
(i) pembangunan pusat informasi/TIC dan
perlengkapannya; (ii) pembuatan ruang ganti
dan/atau toilet; (iii) penataan taman daya tarik
wisata (Pembuatan pergola, pembuatan gazebo,
pemasangan lampu taman dan pembuatan pagar
pembatas); (iv) pembangunan panggung kesenian/
pertunjukan; (v) pembangunan/revitalisasi sarana
pendukung daya tarik wisata (kios cinderamata,
plaza pusat jajanan/kuliner, tempat ibadah, menara
pandang (viewing deck) dan gapura identitas);
(vi) pembuatan jalur pejalan kaki/jalan setapak/
jalan dalam kawasan, boardwalk, pedestrian, dan
tempat parkir; serta (vii) pembuatan rambu-rambu
petunjuk arah di dalam kawasan daya tarik wisata.
Adapun kegiatan amenitas pariwisata mencakup (i)
pembangunan dermaga wisata; (ii) pembangunan
titik labuh/singgah kapal layar (yacht); (iii)
pembangunan dive center dan perlengkapannya; (iv)
pembangunan surfing center dan perlengkapannya;
(v) pembangunan talud; serta (vi) pengadaan
katamarang (Glass Bottom Boat).
11) Bidang Jalan
Sasaran dari bidang ini adalah untuk membantu
daerah dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan transportasi melalui peningkatan
kemantapan dan keselamatan jalan provinsi dan
kabupaten/kota yang menunjang aksesibilitas ke
fasilitas-fasilitas pelayanan dasar dan pusat-pusat
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report87
(ii) structure and capacity improvement; and (iii)
construction of new roads and installation of road
equipment facilities.
Assignment DAKAssignment DAK is intended to fund specific events
with limited menu and determined locus in order
to achieve national priority goals. In 2018, the DAK
Assignment field covers 9 (nine) sectors: (1) education;
(2) health; (3) drinking water; (4) sanitation; (5) Low-
scale energy; (6) irrigation; (7) market; (8) road project;
(9) Environmental and Forestry. The objectives/targets
and scope of activities and allotment for each DAK
assignment are as follows.
1) Educational Sector
The goal is to improve the quality of learning
of vocational high schools (SMK) through the
construction and development of educational
facilities and infrastructure to be able to produce
qualified and skilled vocational graduates in
supporting the development of national priorities,
especially tourism, food security, energy security,
maritime affairs, and industry, and the development
of disadvantaged, foremost and outermost (3T) areas
and priority areas for transmigration with criteria
including: (i) Vocational schools based on technical
criteria are ready to be strengthened and developed,
so that they can produce qualified, competent and
skilled graduates to support the needs of leading
sector development, and increase development in
3T areas and transmigration priority areas; (ii) not
intended for new SMK construction (new school
units/USB); and (iii) intended to strengthen SMKs,
both private and public, that have areas of expertise
in accordance with the priority development
needs of the leading sectors and which encourage
the development of 3T areas and transmigration
perekonomian daerah. Adapun ruang lingkup
kegiatan terdiri dari: (i) pemeliharaan berkala;
(ii) peningkatan struktur dan kapasitas; serta (iii)
pembangunan jalan baru beserta pemasangan
fasilitas perlengkapan jalan.
DAK PenugasanDAK Penugasan bertujuan mendanai kegiatan khusus
dengan menu terbatas dan lokus yang ditentukan
dalam rangka pencapaian sasaran prioritas nasional.
Pada tahun 2018, bidang DAK Penugasan mencakup
9 (Sembilan) bidang: (1) pendidikan; (2) kesehatan;
(3) air minum; (4) sanitasi; (5) energi skala kecil; (6)
irigasi; (7) pasar; (8) jalan; dan (9) Lingkungan Hidup
dan Kehutanan. Adapun tujuan/sasaran serta lingkup
kegiatan dan pagu alokasi dari masing-masing bidang
DAK penugasan adalah sebagai berikut.
1) Bidang Pendidikan
Sasaran pada bidang ini adalah meningkatkan
kualitas pembelajaran sekolah menengah kejuruan
(SMK) melalui pembangunan dan pengembangan
sarana dan prasarana pendidikan untuk mampu
menghasilkan lulusan SMK yang berkualitas dan
berkeahlian dalam mendukung pembangunan
prioritas nasional terutama pariwisata, ketahanan
pangan, ketahanan energi, kemaritiman, dan
industri, dan pembangunan daerah tertinggal,
terdepan, dan terluar (3T) serta kawasan prioritas
transmigrasi dengan kriteria antara lain: (i) SMK yang
berdasarkan kriteria teknis siap untuk diperkuat
dan dikembangkan, sehingga dapat menghasilkan
lulusan yang berkualitas, kompeten dan berkeahlian
dalam mendukung kebutuhan pengembangan
sektor unggulan, dan peningkatan pembangunan di
daerah 3T serta kawasan prioritas transmigrasi; (ii)
tidak diperuntukkan untuk pembangunan baru (unit
sekolah baru/USB) SMK; dan (iii) diperuntukkan
untuk penguatan SMK, baik swasta maupun negeri,
yang memiliki bidang keahlian sesuai kebutuhan
pembangunan prioritas sektor unggulan dan yang
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report88
priority areas. The scope of activities includes (i)
construction of student practice rooms (RPS) and
their furnishings; (ii) construction of laboratory
rooms and furnishings; (iii) construction of new
classrooms and furnishings; (iv) construction of
teachers official houses/lodgings; and (v) provision
of main practice equipment/production practice
equipment.
2) Health Sector
The goal is to improve access and quality of health
services and family planning and reproductive
health, especially to improve the degree of health
and nutrition of the community through support
for increasing equity of health services, availability
of medicines and health supplies, provision of
facilities and infrastructure for health services
and family planning to support the achievement of
national priorities in the 2018 Government Work
Plan.
The scope of activities includes (i) buildings,
infrastructure and medical devices (Alkes) of the
National, Provincial, Regional Referral Hospital;
(ii) development of buildings, infrastructure and
medical equipment of hospitals in priority areas
for tourism; (iii) UTD buildings, infrastructure and
tools in the area; (iv) development of regional health
training centers and supporting tools for education
and training; (v) construction of Pratama Hospital;
and (vi) schistosomiasis laboratory rehabilitation.
3) Drinking Water Sector
The goals are to realize universal access to
drinking water in 2019 and fulfill the Minimum
Service Standards (SPM) and support national
priority programs. The scope of activities include
(i) expansion of the Drinking Water Treatment
System (SPAM) through the utilization of the SPAM
mendorong pembangunan daerah 3T serta kawasan
prioritas transmigrasi. Adapun ruang lingkup
kegiatan mencakup (i) pembangunan ruang praktik
siswa (RPS) beserta perabotnya; (ii) pembangunan
ruang laboratorium beserta perabotnya; (iii)
pembangunan ruang kelas baru beserta perabotnya;
(iv) pembangunan rumah dinas/mess guru; serta
(v) penyediaan peralatan praktik utama/peralatan
praktik produksi.
2) Bidang Kesehatan
Sasaran pada bidang ini adalah untuk meningkatkan
akses dan mutu pelayanan kesehatan dan keluarga
berencana serta kesehatan reproduksi terutama
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
gizi masyarakat melalui dukungan peningkatan
pemerataan pelayanan kesehatan, ketersediaan
obat dan perbekalan kesehatan, penyediaan sarana
dan prasarana pelayanan kesehatan dan KB untuk
mendukung pencapaian prioritas nasional dalam
Rencana Kerja Pemerintah 2018
Ruang lingkup kegiatan mencakup (i) gedung,
prasarana dan alat kesehatan (Alkes) RS Rujukan
Nasional, Provinsi, Regional; (ii) pengembangan
gedung, prasarana dan Alkes RS daerah prioritas
pariwisata; (iii) gedung, prasarana dan alat
pelayanan UTD di daerah; (iv) pengembangan balai
pelatihan kesehatan daerah dan alat penunjang
diklat; (v) pembangunan RS Pratama; serta (vi)
rehabilitasi laboratorium schistosomiasis.
3) Bidang Air Minum
Sasaran pada bidang ini adalah mewujudkan
akses universal air minum di tahun 2019 dan
pemenuhan Standar Pelayanan Minimum (SPM)
serta mendukung program prioritas nasional.
Ruang lingkup kegiatan meliputi (i) perluasan
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) melalui
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report89
idle capacity built from the IKK/PDAM/Communal
system; (ii) new development for regions that do
not yet have drinking water services which include
the construction of Piped Network SPAM and
Non-Piped Network SPAM (BJP) or the increase
of unprotected BJP SPAM to protected BJP SPAM;
and (iii) improving SPAM through increasing the
capacity and/or volume of built SPAM facilities and
infrastructure.
4) Sanitation Sector
The goal in this field is to realize universal access
in 2019 through increasing the scope of services
for wastewater management facilities. Sanitation
development is carried out based on priority
locations and sanitation system development plans
in the Municipality/Regency Sanitation Strategy
(SSK). The scope of activities include (i) development
of septage management systems through the
construction of individual scale septic tanks in
urban areas with a population density of ≤ 150
people/ha, one location/one Non-Governmental
Area (KSM) of at least 50 units, specifically for
Regency/Municipality that already have Fecal
Sludge Treatment Plants ( IPLT) and are compiling/
already have a sludge management system (regular/
on-call/base) as well as through the procurement
of feces trucks for regencies/municipalitoes that
already have IPLT and are preparing/already have
a sludge management system (regular/on-call/
basis); (ii) construction of MCK ++ and piping
networks for religious education institutions with
a minimum of 300 permanent students; (iii) the
addition of collection pipes and SR for regencies/
municipalities that already have a centralized
Domestic Waste Water Discharge (IPALD) permit
(city and settlement scale) with a minimum addition
of 50 SR; (iv) construction of septic tanks on a rural
individual scale from basic access to proper access
pemanfaatan idle capacity SPAM terbangun dari
sistem IKK/PDAM/Komunal; (ii) pembangunan
baru bagi daerah yang belum memiiliki layanan
air minum yang meliputi pembangunan SPAM
Jaringan Perpipaan dan SPAM Bukan Jaringan
Perpipaan (BJP) atau peningkatan SPAM BJP tidak
terlindungi menjadi SPAM BJP terlindungi; serta (iii)
peningkatan SPAM melalui penambahan kapasitas
dan/atau volume dari sarana dan prasarana SPAM
terbangun.
4) Bidang Sanitasi
Sasaran pada bidang ini adalah mewujudkan
akses universal di tahun 2019 melalui peningkatan
cakupan pelayanan sarana pengelolaan air
limbah. Pembangunan sanitasi dilakukan dengan
berdasarkan pada lokasi prioritas dan rencanan
pengembangan sistem sanitasi dalam Strategi
Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK). Ruang lingkup
kegiatan meliputi (i) pembangunan sistem
pengelolaan lumpur tinja melalui pembangunan
tangka septik skala individu di perkotaan dengan
kepadatan penduduk ≤ 150 jiwa/Ha, satu titik
lokasi/satu Kawasan Swadaya Masyarakat (KSM)
minimal 50 unit, khusus untuk kabupaten/kota yang
sudah memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT) dan sedang menyusun/ sudah mempunyai
sistem pengelolaan lumpur tinja (reguler/on-call/ basis) serta melalui pengadaan truk tinja
untuk kabupaten/kota yang sudah memiliki IPLT
dan sedang menyusun/sudah mempunyai sistem
pengelolaan lumpur tinja (reguler/on-call/ basis);
(ii) pembangunan MCK ++ dan jaringan perpipaan
bagi lembaga pendidikan agama minimal 300 siswa
menetap; (iii) penambahan pipa pengumpul dan
SR untuk kabupaten/kota yang telah memiliki Izin
Pembuangan Air Limbah Domestik (IPALD) terpusat
(skala kota dan permukiman) dengan jumlah
penambahan minimal 50 SR; (iv) pembangunan
tangki septik skala individual perdesaan dari akses
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report90
to locations that have been declared as Open
Defecation Free (ODF) areas for at least 2 years,
based on STBM website monitoring and evaluation
data (stbm-indonesia.org), one location point or
one KSM of at least 50 units; (v) new development
of SPALD Centralized Settlement Scale consisting
of IPALD Settlement Scale, collection network
and SR with a minimum of 50 households in
services in slum areas; (vi) new development of
SPALD Centralized Settlement Scale consisting
of communal-scale IPALDs, collector networks
and SRs with a minimum number of services of 50
households and infrastructure for Bath Wash Toilet
(MCK) in slum areas; (vii) construction of communal
scale septic tanks (5-10 households) in slum areas.
5) Low-Scale Energy Sector
The goal of this sector is to help fund special
activities that are regional affairs in the context
of achieving the National Priority in the Field of
Energy Sovereignty aimed at accelerating the
increase in the national electrification ratio,
encouraging the development of renewable energy
in the regions and achieving national energy policy
so that it needs the support of energy supply in
the form of the construction of renewable energy
utilization installations and the expansion of the
electricity network. Furthermore, the objectives of
this field are to accommodate the use of electricity
infrastructure to provide household electricity
access for disadvantaged communities to improve
the living standards and welfare of disadvantaged
communities. The scope of activities include (i)
renewable energy development consisting of off-
grid Micro Hydro Power Plants (PLTMH), off-grid
centralized Solar Power Generation (PLTS) and/or
scattered PLTS, construction of household biogas
installations, and revitalization of off-grid PLTMH
dasar menjadi akses layak pada lokasi yang telah
dinyatakan sebagai kawasan Open Defecation Free
(ODF) selama minimal 2 tahun, berdasarkan data
website monitoring dan evaluasi STBM (stbm-
indonesia.org), satu titik lokasi atau satu KSM
minimal 50 unit; (v) pembangunan baru SPALD
Terpusat Skala Permukiman yang terdiri dari IPALD
Skala Permukiman, jaringan pengumpul dan SR
dengan jumlah layanan minimal 50 KK di kawasan
permukiman kumuh; (vi) pembangunan baru
SPALD Terpusat skala permukiman yang terdiri
dari IPALD permukiman skala komunal, jaringan
pengumpul dan SR dengan jumlah layanan minimal
50 KK serta prasarana Mandi Cuci Kakus (MCK) di
kawasan permukiman kumuh; (vii) pembangunan
tangki septik skala komunal (5-10 KK) di kawasan
permukiman kumuh.
5) Bidang Energi Skala Kecil
Sasaran pada bidang ini adalah membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
dalam rangka pencapaian sasaran Prioritas Nasional
Bidang Kedaulatan Energi yang diarahkan untuk
percepatan peningkatan rasio elektrifikasi nasional,
mendorong pengembangan energi terbarukan di
daerah dan pencapaian kebijakan energi nasional
seingga diperlukan dukungan penyediaan energi
berupa pembangunan instalasi pemanfaatan energi
terbarukan serta perluasan jaringan tenaga listrik.
Selain itu, sasaran bidang ini mengakomodasi
pemanfaatan infrastruktur ketenagalistrikan
untuk memberikan akses listrik rumah tangga bagi
masyarakat tidak mampu untuk meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat tidak mampu.
Ruang lingkup kegiatan meliputi (i) pengembangan
energi terbarukan yang terdiri dari Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) off grid,
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS) terpusat off grid dan/atau PLTS tersebar,
pembangunan instalasi biogas tumah tangga, dan
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report91
and PLTS; and (ii) rural electricity development
which includes the construction of electricity
installation networks and household electricity
connections, expansion/improvement of electricity
network services through the construction of low
voltage networks.
6) Irrigation Sector
The goal of this sector is to support the fulfillment
of food sovereignty, the implementation of which
is carried out through development activities,
enhancing functions or increasing the area of
service and rehabilitation in the irrigation system
which is the regional authority to achieve the
national target of irrigation development of 1 (one)
million ha and irrigation rehabilitation of 3 (three)
million ha and protection of upstream irrigation
water sources in 15 (fifteen) Priority Watersheds.
The scope of activities includes (i) irrigation network
construction; (ii) irrigation network improvement;
(iii) irrigation network rehabilitation; (iv) protection
of upstream areas of irrigation water sources.
7) Market Sector
The goal of this sector is to construct trade
facilities, namely the development/revitalization
of people’s markets and the optimization of SRG
in order to meet the required quantity, increase
competitiveness and create competitive markets
in order to support the smooth distribution of
food and access to public food. The scope of
activities include (i) development/revitalization
of people’s markets in market locations that have
never been allocated Physical DAK or the second
phase of development for markets that have been
revitalized and experienced increased trading
activities that can no longer be accommodated
in existing markets and in post-disaster locations
that have suffered damage especially after fire
and natural disasters; (ii) construction of maritime
revitalisasi PLTMH dan PLTS terpusat off grid;
serta (ii) pengembangan listrik perdesaan yang
meliputi pembangunan jaringan instalasi listrik dan
penyambungan listrik rumah tangga, perluasan/
peningkatan pelayanan jaringan tenaga listrik
melalui pembangunan jaringan tegangan rendah.
6) Bidang Irigasi
Sasaran pada bidang ini adalah mendukung
pemenuhan kedaulatan pangan yang
pelaksanaannya dilakukan melalui kegiatan
pembangunan, peningkatan fungsi atau menambah
luas areal layanan dan rehabilitasi pada sistem
irigasi yang menjadi kewenangan daerah untuk
mencapai sasaran nasional pembangunan irigasi 1
(satu) juta ha dan rehabilitasi irigasi 3 (tiga) juta ha
serta perlindungan daerah hulu sumber air irigasi di
15 (lima belas) Daerah Aliran Sungai (DAS) Prioritas.
Ruang lingkup kegiatan meliputi (i) pembangunan
jaringan irigasi; (ii) peningkatan jaringan irigasi; (iii)
rehabilitasi jaringan irigasi; serta (iv) perlindungan
daerah hulu sumber air irigasi.
7) Bidang Pasar
Sasaran pada bidang ini adalah melaksanakan
pembangunan sarana perdagangan yaitu
pembangunan/revitalisasi pasar rakyat dan
optimalisasi SRG guna memenuhi kuantitas yang
dibutuhkan, meningkatkan daya saing serta
menciptakan pasar yang kompetitif dalam rangka
mendukung kelancaran distribusi pangan dan
akses pangan masyarakat. Ruang lingkup kegiatan
meliputi (i) pembangunan/revitalisasi pasar rakyat
di lokasi pasar yang belum pernah mendapatkan
alokasi DAK Fisik atau pembangunan tahap kedua
bagi pasar yang telah di revitalisasi dan mengalami
peningkatan aktivitas perdagangan yang tidak
dapat lagi tertampung di pasar yang telah ada
serta di lokasi pasca bencana yang mengalami
kerusakan terutama pasca kebakaran dan bencana
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report92
outlet facilities; (iii) construction, development,
or expansion of SRG warehouses that have been
operating with high levels of utilization and/or
providing supporting facilities for SRG warehouses
that need to be adjusted to the commodities
stored; (iv) construction and improvement of legal
metrology facilities to form regency/municipality
legal metrology UPTD and their supporting
equipment and facilities.
8) Road Project Sector
The goal of this sector is to support the achievement
of the National Priorities through increasing
community connectivity and accessibility to
national strategic areas and supporting the
development of regions in disadvantaged and
border areas that are integrated in the national
transportation network system. The scope of
activities includes improving the structure and
capacity of roads and constructing new roads and
installing road equipment facilities.
9) Environment and Forestry Sector
The goal of this sectors are (i) support the national
development priority targets set out in the 2015-
2019 RPJMN and Nawa Cita, which are prioritized
to support national priorities such as: health
(healthy living community movement) and housing
and settlements (clean water and sanitation); (ii)
support the achievement of the Environmental
Quality Index (IKLH) of 66.5-68.5 in 2019 and the
implementation of the national environmental
development agenda mandated in the 2015-2019
RPJMN in the regions; (iii) attempt to control
environmental pollution and efforts to protect
and manage the environment, as well as to control
damage to aquatic ecosystems, which are adjusted
to the conditions and characteristics of the
respective regencies/cities. The scope of activities
alam; (ii) pembangunan sarana gerai maritim; (iii)
pembangunan, pengembangan, maupun perluasan
gudang SRG yang telah beroperasi dengan tingkat
utilisasi yang tinggi dan/atau pemberian fasilitas
pendukung bagi gudang SRG yang membutuhkan
disesuaikan dengan komoditas yang disimpan; (iv)
pembangunan dan peningkatan sarana metrologi
legal untuk membentuk UPTD metrologi legal
kabupaten/kota beserta peralatan dan fasilitas
penunjangnya.
8) Bidang Jalan
Sasaran pada bidang ini adalah mendukung
pencapaian Prioritas Nasional melalui peningkatan
konektivitas dan aksesibilitas masyarakat terhadap
kawasan strategis nasional dan mendukung
pengembangan wilayah di daerah tertinggal dan
perbatasan yang terintegrasi dalam sistem jaringan
transportasi nasional. Ruang lingkup kegiatan
meliputi peningkatan struktur dan kapasitas jalan
dan pembangunan jalan baru beserta pemasangan
fasilitas perlengkapan jalan.
9) Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Sasaran dari bidang ini adalah (i) mendukung
sasaran prioritas pembangunan nasional yang
tertuang dalam RPJMN 2015-2019 dan Nawa Cita,
yang diutamakan untuk mendukung prioritas
nasional seperti: kesehatan (gerakan masyarakat
hidup sehat) dan perumahan dan permukiman (air
bersih dan sanitasi); (ii) mendukung pencapaian
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) sebesar
66,5-68,5 di tahun 2019 dan pelaksanaan agenda
pembangunan lingkungan hidup nasional yang
diamanatkan dalam RPJMN 2015-2019 di daerah;
(iii) melaksanakan upaya pengendalian pencemaran
lingkungan dan upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan “hidup, serta pengendalian kerusakan
ekosistem perairan, yang disesuaikan dengan
kondisi dan karakteristik daerah kabupaten/kota
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report93
include (i) reduction and control of pollution loads
from wastewater and waste through wastewater
treatment plants (IPAL), waste management, and
garbage collection and transport equipment; and
(ii) water quality monitoring and supervision in
Priority Watersheds, heavily polluted watersheds
and 15 Priority Lakes through the provision of water
quality monitoring systems on a regular, automatic
and online basis and through the provision of
laboratory equipment.
Affirmative DAKAffirmative DAK is intended to fund activities dealing
with the acceleration of infrastructure and facilties
development within underdeveloped regions, state
boundaries, small remote island, and transmigration.
In 2018, Affirmative DAK concists of 6 (six) sectors: (1)
education; (2) health; (3) drinking water; (4) sanitation;
(5) housing and settlement; and (6) transportation. The
objectives/targets and scope of activities of each of
the DAK affirmation fields are as follows.
1) Education Sector
This sector has an objective to assist the local
governments to fulfill educational facilities and
infrastructure to support the distribution of
quality education services between regions. The
scope of activities for elementary schools is the
construction of official houses/lodgings. The scope
of activities for junior high schools is in the form of
construction of official houses/teachers’ lodgings.
As well as the scope of activities for high school
includes the construction of student dormitories
and the construction of official houses/teachers’
lodgings.
masing-masing. Ruang lingkup kegiatan meliputi (i)
pengurangan dan pengendalian beban pencemaran
dari limbah cair dan sampah melalui Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL), pengolahan sampah,
dan alat pengumpul dan pengangkut sampah; serta
(ii) pemantauan dan pengawasan kualitas air di
Daerah Aliran Sungai (DAS) Prioritas, DAS tercemar
berat dan 15 Danau Prioritas melalui penyediaan
sistem pemantauan kualitas air secara berkala,
otomatis, dan online dan melalui penyediaan
peralatan laboratorium.
DAK AfirmasiDAK Afirmasi bertujuan untuk mendanai kegiatan
percepatan penyediaan infrastruktur dan sarana/
prasarana di daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan,
dan transmigrasi.
Pada tahun 2018, bidang DAK Afirmasi mencakup 6
(enam) bidang: (1) pendidikan; (2) kesehatan; (3) air
minum; (4) sanitasi; (5) perumahan dan permukiman;
dan (6) transportasi. Adapun tujuan/sasaran serta
lingkup kegiatan dari masing-masing bidang DAK
afirmasi adalah sebagai berikut.
1) Bidang Pendidikan
Sasaran pada bidang ini adalah memberikan bantuan
kepada pemerintah daerah untuk pemenuhan
sarana dan prasarana penunjang pendidikan
dalam rangka mendorong pemerataan pelayanan
pendidikan berkualitas antarwilayah. Ruang lingkup
kegiatan untuk SD berupa pembangunan rumah
dinas/mess. Ruang lingkup kegiatan untuk SMP
berupa pembangunan rumah dinas/mess guru.
Serta ruang lingkup kegiatan untuk SMA meliputi
pembangunan asrama siswa dan pembangunan
rumah dinas/mess guru.
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report94
2) Health Sector
This sector has an objective to improve access
and quality of health services to improve the
degree of health and nutrition of the community
through support for increasing equity in health
services, availability of medicines and health
supplies, provision of facilities and infrastructure
for health services and family planning to
support the achievement of national priorities
in the 2018 Government Work Plan. The scope of
activities include (i) improvement/construction
of infrastructure and health equipment at border
health centers; (ii) improvement/construction
of infrastructure and medical equipment in
underdeveloped/island health centers; and (iii)
the improvement of infrastructure facilities and
medical devices in Puskesmas in transmigration
areas.
3) Drinking Water Sector
This sector has an objective to realize universal
access to drinking water in 2019 and fulfill the
Minimum Service Standards (SPM) and support
national priority programs. The scope of activities
include (i) expansion of the Drinking Water Supply
System (SPAM) through the utilization of the SPAM
idle capacity built from the IKK/PDAM/Communal
system; (ii) new development for regions that do
not yet have drinking water services which include
the construction of Piped Network SPAM and
Non-Piped Network SPAM (BJP) or the increase
of unprotected BJP SPAM to protected BJP SPAM;
and (iii) SPAM increase through increasing the
capacity and/or volume of built SPAM facilities and
infrastructure.
2) Bidang Kesehatan
Sasaran pada bidang ini adalah untuk meningkatkan
akses dan mutu pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan gizi
masyarakat melalui dukungan peningkatan
pemerataan pelayanan kesehatan, ketersediaan
obat dan perbekalan kesehatan, penyediaan sarana
dan prasarana pelayanan kesehatan dan KB untuk
mendukung pencapaian prioritas nasional dalam
Rencana Kerja Pemerintah 2018. Ruang lingkup
kegiatan meliputi (i) peningkatan/pembangunan
sarana prasarana dan alat kesehatan Puskesmas
daerah perbatasan; (ii) peningkatan/pembangunan
sarana prasarana dan alat kesehatan Puskesmas
daerah tertinggal/kepulauan; dan (iii) peningkatan
gedung sarana prasarana dan alat kesehatan di
Puskesmas di daerah transmigrasi.
3) Bidang Air Minum
Sasaran pada bidang ini adalah mewujudkan
akses universal air minum di tahun 2019 dan
pemenuhan Standar Pelayanan Minimum (SPM)
serta mendukung program prioritas nasional.
Ruang lingkup kegiatan meliputi (i) perluasan
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) melalui
pemanfaatan idle capacity SPAM terbangun dari
sistem IKK/PDAM/Komunal; (ii) pembangunan
baru bagi daerah yang belum memiiliki layanan
air minum yang meliputi pembangunan SPAM
Jaringan Perpipaan dan SPAM Bukan Jaringan
Perpipaan (BJP) atau peningkatan SPAM BJP tidak
terlindungi menjadi SPAM BJP terlindungi; serta (iii)
peningkatan SPAM melalui penambahan kapasitas
dan/atau volume dari sarana dan prasarana SPAM
terbangun.
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report95
4) Sanitation Sector
This sector has an objective to realize universal
access in 2019 through increasing the scope of
services for wastewater management facilities.
Sanitation development is carried out based
on priority locations and sanitation system
development plans in the Municipality/Regency
Sanitation Strategy (SSK). The scope of activities
include (i) the new construction of a residential scale
centralized Domestic Wastewater Management
System (SPALD) consisting of a residential scale
Domestic Wastewater Treatment Plant (IPALD),
a collection network and House Connections
(SR) with a minimum number of 25 households
and a Bath Wash Toilet (MCK) infrastructure; (ii)
communal scale septic tank construction (5-10
households); and (iii) construction of individual
scale septic tanks in rural areas from basic access to
proper access at locations that have been declared
Open Defecation Free (ODF) areas for at least 2
years, based on data from the Community Based
Total Sanitation (STBM) monitoring and evaluation
website (stbm-indonesia.org. id), one location or
one Non-Governmental Groups (KSM) of at least 50
units.
5) Housing and Settlement Sector
This sector has an objective to improve the quality
of life of low-income people (MBR) and the poor
to decent housing and the provision of special
housing in areas that include disadvantaged areas,
borders, small islands and outermosts through: (i)
simultaneous facilitation of new development and
independent home quality improvement; and (ii)
the construction of special houses in the regions
of Papua and West Papua. The scope of activities
include (i) new development independently, if the
house is totally damaged or all components of the
building are both structural and non-structural,
as well as people who do not have a house but
4) Bidang Sanitasi
Sasaran pada bidang ini adalah mewujudkan
akses universal di tahun 2019 melalui peningkatan
cakupan pelayanan sarana pengelolaan air
limbah. Pembangunan sanitasi dilakukan dengan
berdasarkan pada lokasi prioritas dan rencanan
pengembangan sistem sanitasi dalam Strategi
Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK). Ruang lingkup
kegiatan meliputi (i) pembangunan baru Sistem
Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) terpusat
skala permukiman yang terdiri dari Instalasi
Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) skala
permukiman, jaringan pengumpul dan Sambungan
Rumah (SR) dengan jumlah layanan minimal 25
KK serta prasarana Mandi Cuci Kakus (MCK); (ii)
pembangunan tangki septik skala komunal (5-10
KK); serta (iii) pembangunan tangki septik skala
individual perdesaan dari akses dasar menjadi akses
layak pada lokasi yang telah dinyatakan sebagai
kawasan Open Defecation Free (ODF) selama minimal
2 tahun, berdasarkan data website monitoring dan
evaluasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
(stbm-indonesia.org.id), satu titik lokasi atau satu
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) minimal 50
unit.
5) Bidang Perumahan dan Permukiman
Sasaran pada bidang ini adalah meningkakan
kualitas hidup masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR) dan masyarakat miskin terhadap
hunian layak dan penyediaan rumah khusus
pada wilayah yang termasuk daerah tertinggal,
perbatasan, pulau-pulau kecil dan terluar melalui:
(i) fasilitasi stimultan pembangunan baru maupun
peningkatan kualitas rumah secara swadaya; dan (ii)
pembangunan rumah khusus di wilayah Papua dan
Papua Barat. Ruang lingkup kegiatan mencakup (i)
pembangunan baru secara swadaya, apabila rumah
mengalami rusak total atau seluruh komponen
bangunan baik struktural dan non struktural, serta
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report96
have mature land plots; (ii) independent quality
improvement, if the house is slightly damaged,
moderately damaged, and heavily damaged; and (iii)
special house construction in several regencies/
municipalities in Papua and West Papua Provinces.
6) Transportation Sector
This sector has an objective to increase accessibility
in regencies/municipalities that are isolated areas,
disadvantaged areas, state borders, transmigration,
outer small islands and villages in Papua and West
Papua that connect to basic service facilities,
production centers, distribution centers/economy,
administrative center of the government and
district capital. The scope of activities include: (i)
providing land/water transportation modes; (ii)
new construction of community docks and boat
moorings; and (iii) construction/improvement of
non-status roads and bridges.
According to Regulation of the Minister of Finance
(PMK) No.50/PMK.07/2017 concerning Management
of Regional Transfers and Village Funds as amended by
PMK No.112/PMK.07/2018, Physical DAK is distributed
by the State Treasury Service Office (KPPN) after the
document distribution requirements are accepted in
full. In order to improve governance, since 2017, the
submission of the Physical DAK document distribution
requirements has been carried out through the Online
Monitoring System of the Treasury and State Budget
(OM SPAN) application. In FY 2018, there were additional
documents for the term 1 distribution requirements,
namely the activity plan (RK) which had been
approved by the relevant State Ministries/Technical
Institutions as well as a list of activity contracts which
in the previous year were requirements for the second
quarter distribution documents. The distribution
mechanism of Physical DAK in FY 2018 is carried out
with the following conditions:
masyarakat yang belum memiliki rumah namun
memiliki kavling tanah matang; (ii) peningkatan
kualitas secara swadaya, apabila rumah mengalami
rusak ringan, rusak sedang, dan rusak berat; serta
(iii) pembangunan rumah khusus pada beberapa
kabupaten/kota di Provinsi Papua dan Papua Barat.
6) Bidang Transportasi
Sasaran pada bidang ini adalah untuk meningkatkan
aksesbilitas di kabupaten/kota yang merupakan
daerah terisolir, daerah tertinggal, perbatasan
negara, transmigrasi, pulau kecil terluar dan desa-
desa di Papua dan Papua Barat yang menghubungkan
ke fasilitas pelayanan dasar, pusat produksi, pusat
distribusi/ekonomi, pusat administrasi pemerintah
dan ibu kota kecamatan. Ruang lingkup kegiatan
meliputi: (i) penyediaan moda transportasi darat/
perairan; (ii) pembangunan baru dermaga rakyat
dan tambatan perahu; serta (ii) pembangunan/
peningkatan jalan dan jembatan non status.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer Ke
Daerah dan Dana Desa sebagaimana telah diubah
terakhir dengan PMK Nomor 112/PMK.07/2018,
penyaluran DAK Fisik dilakukan oleh Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) setelah dokumen
persyaratan penyaluran diterima secara lengkap.
Dalam rangka meningkatkan governance, sejak tahun
2017, penyampaian dokumen persyaratan penyaluran
DAK Fisik dilakukan melalui aplikasi Online Monitoring
Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (OM
SPAN). Pada TA 2018, terdapat penambahan dokumen
persyaratan penyaluran tahap 1 yaitu rencana kegiatan
(RK) yang telah disetujui oleh Kementerian Negara/
Lembaga teknis terkait serta daftar kontrak kegiatan
dimana di tahun sebelumnya merupakan persyaratan
dokumen penyaluran triwulan II. Mekanisme
penyaluran DAK Fisik pada TA 2018 dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut:
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report97
• Distribution is carried out per type per sector in
3 stages based on absorption performance and
output achievements with the following details:
o Stage I, amounting to 25 percent of the
allocation ceiling, will be carried out at the latest
in February and no later than July 23, 2018 (July
21 and 22 are holidays);
o Stage II, amounting to 45 percent of the
allocation ceiling, will be carried out at the latest
in October 22, 2018 (October 21 is a holiday); and
o Stage III, amounting to the difference between
the amount of funds that have been distributed
up to stage II and the planned value of the
completion of activities, carried out at the latest
in September and no later than December 17,
2018 (December 15 and 16 are holidays).
• Physical DAK distribution requirements as follows:
o At once, under Rp1 billion: Regional Regulation
APBD 2018 FY, report on the realization of
the absorption and of output of Physical DAK
activities per type and/or per sector of the
previous FY, planned activities that have been
approved by technical Ministries/Institutions,
and list of contract activities;
o Stage I: Regional Regulation APBD 2018 FY,
report on the realization of the absorption and
of output of Physical DAK activities per type
and/or per sector of the previous FY, planned
activities that have been approved by technical
Ministries/Institutions, and list of contract
activities;
o Stage II: report on the realization of fund
absorption which shows at least 75 percent
of the funds received in the RKUD and the
achievement of outputs of Physical DAK
activities per type per sector up to stage I;
o Stage III: report on the realization of fund
absorption which shows at least 90 percent
of the funds received at the RKUD and the
• Penyaluran dilaksanakan per jenis per bidang
dalam 3 tahap berdasarkan kinerja penyerapan dan
capaian output dengan rincian sebagai beikut:
o Tahap I sebesar 25 persen dari pagu alokasi,
dilakukan paling cepat bulan Februari dan paling
lambat 23 Juli 2018 (21 dan 22 Juli adalah hari
libur);
o Tahap II sebesar 45 persen dari pagu alokasi,
dilakukan paling cepat bulan April dan paling
lambat 22 Oktober 2018 (21 Oktober adalah hari
libur); dan
o Tahap III sebesar selisih antara jumlah dana
yang telah disalurkan hingga tahap II dengan
nilai rencana kebutuhan penyelesaian kegiatan,
dilakukan paling cepat bulan September dan
paling lambat 17 Desember 2018 (15 dan 16
Desember adalah hari libur).
• Persyaratan penyaluran DAK Fisik sebagai berikut:
o Sekaligus dibawah Rp1 miliar : Peraturan Daerah
APBD TA 2018, laporan realisasi penyerapan
dan capaian output kegiatan DAK Fisik per jenis
dan/atau per bidang TA sebelumnya, rencana
kegiatan yang telah disetujui oleh K/L teknis,
dan daftar kontrak kegiatan;
o Tahap I : Peraturan Daerah APBD TA 2018,
laporan realisasi penyerapan dan capaian output kegiatan DAK Fisik per jenis dan/atau per
bidang TA sebelumnya, rencana kegiatan yang
telah disetujui oleh K/L teknis, dan daftar rekap
kontrak kegiatan;
o Tahap II : laporan realisasi penyerapan dana
yang menunjukkan paling sedikit 75 persen dari
dana yang telah diterima di RKUD dan capaian
output kegiatan DAK Fisik per jenis per bidang
sampai dengan tahap I;
o Tahap III : laporan realisasi penyerapan dana
yang menunjukkan paling sedikit 90 persen dari
dana yang telah diterima di RKUD dan capaian
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report98
achievement of outputs of Physical DAK
activities per type per sector up to stage II
which shows at least 70 percent, and a report
that contains a plan for the need for funds to
complete activities with 100 percent output
achievements of Physical DAK activities per
type per sector; and
o Mix-Simultaneous: Regional Regulation
APBD 2018 FY, report on the realization of
the absorption and of output of Physical DAK
activities per type and/or per sector of the
previous FY, planned activities that have been
approved by technical Ministries/Institutions,
and list of contract activities, List of Minutes of
Handover (BAST).
For distribution in certain types and Physical DAK
Sector, there are some or all of the activities for
which payments cannot be made in stages (Mixed-
Simultaneous Distribution). Distribution requirements
for physical DAK activities, namely distribution of
stage I which is submitted no later than July 23, 2018
(July 21 and 22 are holidays), but BAST Goods and/or
work for activities that cannot be paid in stages, can be
submitted at most by December 15th.
Realization of Distribution of Special Physical Allocation FundsOut of the total allocation of FY 2018 Physical DAK of
Rp62.44 trillion consisting of regular DAK of Rp31.35
trillion, Assignment DAK of Rp24.46 trillion and
Affirmative DAK of Rp6.62 trillion as of December
31, 2018 has been channeled Rp58.15 trillion with
breakdown of Regular Physical DAK of Rp29.41 trillion
or 93.8 percent of the ceiling, DAK Physical Assignment
of Rp.22.48 trillion or 91.9 percent of the ceiling and
Affirmative DAK of Rp6.25 trillion or 94.5 percent of the
ceiling.
output kegiatan DAK Fisik per jenis per bidang
sampai dengan tahap II yang menunjukkan paling
sedikit 70 persen, dan laporan yang memuat
rencana kebutuhan dana untuk penyelesaian
kegiatan dengan capaian output 100 persen
kegiatan DAK Fisik per jenis per bidang; dan
o Campuran-Sekaligus : Peraturan Daerah APBD
TA 2018, laporan realisasi penyerapan dan
capaian output kegiatan DAK Fisik per jenis
dan/atau per bidang TA sebelumnya, rencana
kegiatan yang telah disetujui oleh K/L teknis,
dan daftar kontrak kegiatan, Daftar Berita Acara
Serah Terima (BAST).
Untuk penyaluran pada jenis dan Bidang DAK Fisik
tertentu terdapat sebagian atau seluruh kegiatan yang
pembayarannya tidak dapat dilakukan secara bertahap
(Penyaluran Campuran-Sekaligus). Persyaratan
penyaluran untuk kegiatan DAK Fisik tersebut, yaitu
penyaluran tahap I yang tetap paling lambat diserahkan
tanggal 23 Juli 2018 (21 dan 22 Juli adalah hari libur),
namun BAST Barang dan/atau pekerjaan untuk
kegiatan yang tidak dapat dibayarkan secara bertahap,
dapat diserahkan paling lambat 15 Desember.
Realisasi Penyaluran Dana Alokasi Khusus Fisik
Dari total alokasi DAK Fisik TA 2018 sebesar Rp62,44
triliun yang terdiri dari DAK regular Rp31,35 triliun, DAK
Penugasan Rp24,46 triliun dan DAK Affirmasi sebesar
Rp6,62 triliun sampai dengan tanggal 31 Desember 2018
telah disalurkan sebesar Rp58,15 triliun dengan rincian
DAK Fisik Reguler Rp29,41 triliun atau 93,8 persen dari
pagu, DAK Fisik Penugasan sebesar Rp22,48 triliun atau
91,9 persen dari pagu dan DAK Affirmasi sebesar Rp6,25
triliun atau 94,5 persen dari pagu.
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report99
Graph 4.1Ceiling and Physical DAK Realization Per Type Per
Regional.
From the data above it is known that the highest
realization of the distribution of Physical DAK occurs
in the Maluku region with an average value of 96.8
percent distribution (regular, assignment, affirmative).
This means that the regions in Maluku (Province/
Regency/Municipality in Maluku and North Maluku
Province) have received almost all of the allocations
that have been channeled to the RKUD to be utilized to
carry out Physical DAK.
Grafik 4.1Pagu dan Realisasi DAK Fisik Per Jenis Per Regional.
10.00
9.00
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Bal
i dan
Nus
ra
Jaw
a
Kal
iman
tan
Mal
uku
DAK Reguler / Regular DAK
Mili
ar R
upia
h /
Bill
ion
Rup
iah
DAK Penugasan / Assignment DAK
Pagu Alokasi / Allocation Ceiling Total Salur / Total Channel %
DAK Affirmasi / Affirmative DAK
100.00
98.00
96.00
94.00
92.00
90.00
88.00
86.00
84.00
92.85
93.9394.51
95.93
93.9794.74
93.37
87.77
94.85
85.49
91.32
95.16
96.71
94.36
95.53
94.22
91.52
94.75
97.8297.05
93.93
Papu
a
Sula
wes
i
Sum
atra
Bal
i da
n N
usra
Jaw
a
Kal
iman
tan
Mal
uku
Papu
a
Sula
wes
i
Sum
atra
Bal
i dan
Nus
ra
Jaw
a
Kal
iman
tan
Mal
uku
Papu
a
Sula
wes
i
Sum
atra
91.52
Dari data di atas diketahui bahwa realisasi penyaluran
DAK Fisik tertinggi terjadi di wilayah Maluku dengan
nilai rata-rata persentase penyaluran sebesar 96,8
persen (reguler, penugasan, affirmasi). Artinya daerah
di wilayah Maluku (Provinsi/Kabupaten/kota di
wilayah Provinsi Maluku dan Maluku Utara) hampir
seluruh alokasi yang diterimanya telah disalurkan ke
RKUD untuk selanjutnya dimanfaatkan melaksanakan
DAK Fisik.
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report100
Physical DAK in Education SectorTable 4.2Channel of Physical DAK in Education Sector
In FY 2018, all regional areas in Indonesia still receive
Physical DAK in Education Sector for all types, namely
regular, assignment, and affirmative. The highest
distribution for the Education Sector was in the Maluku
region at 98.82 percent of the allocation ceiling.
While the lowest distribution was in the Papua region
with 94.76 percent of the allocation ceiling. Overall,
the Physical DAK in Education Sector that has been
channeed for FY 2018 is quite high, with an average of
96.18 percent.
Physical DAK Health and Family PlanningTable 4.3Channel of Physical DAK in Health and FP Sector
DAK Fisik Bidang PendidikanTabel 4.2Salur DAK Fisik Bidang Pendidikan
Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel
Sumatra 2.621.362.319.000 2.512.544.175.052 95,85
Jawa 2.473.438.050.000 2.349.140.446.358 94,97
Bali & Nusa Tenggara 819.212.695.000 786.714.961.733 96,03
Kalimantan 756.158.313.000 734.798.871.798 97,18
Sulawesi 1.330.343.625.000 1.307.463.894.977 98,28
Maluku 509.490.891.000 503.467.769.005 98,82
Papua 627.506.570.000 594.610.063.869 94,76
Total 9.137.512.463.000 8.788.740.182.792 96,18
Pada TA 2018, seluruh daerah regional di Indonesia
masih mendapatkan DAK Fisik Bidang Pendidikan
untuk seluruh jenis, yaitu reguler, penugasan, dan
afirmasi. Adapun penyaluran tertinggi untuk Bidang
Pendidikan berada pada daerah Maluku sejumlah 98,82
persen dari pagu alokasi.
Sedangkan penyaluran terendah berada di wilayah
Papua dengan 94,76 persen dari pagu alokasi. Secara
keseluruhan, DAK Fisik Bidang Pendidikan yang telah
disalurkan untuk TA 2018 cukup tinggi, yaitu dengan
rata-rata 96,18 persen.
DAK Fisik Kesehatan dan Keluarga BerencanaTabel 4.3Salur DAK Fisik Bidang Kesehatan dan KB
Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel
Sumatra 4.368.720.191.000 4.036.263.066.411 92,39
Jawa 3.043.051.258.000 2.740.994.158.864 90,07
Bali & Nusa Tenggara 1.920.604.330.000 1.813.549.203.382 94,43
Kalimantan 2.020.222.975.000 1.850.102.263.760 91,58
Sulawesi 3.250.402.665.000 2.986.852.929.053 91,89
Maluku 1.020.709.522.000 974.116.049.049 95,44
Papua 2.355.994.354.000 2.224.872.028.044 94,43
Total 17.979.705.295.000 16.626.749.698.563 92,48
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report101
The table above shows that for the Physical DAK in
Health and Family Planning, the highest percentage
of distribution is in the Maluku region which consists
of Maluku and North Maluku Provinces, which is
95.44 percent, and the lowest distribution percentage
is in the Java region of 90.07 percent. For the overall
distribution of Physical DAK in Health Sector has an
average of 92.48 percent.
Physical DAK in Housing and Settlement SectorTable 4.4 Channel of Physical DAK in Housing and Settlement
Sector
In FY 2018, Physical DAK in the Housing and Settlements
sector has a total ceiling of Rp1.03 trillion for regular
and affirmative types, of which 94.39 percent of the
ceiling has been distributed to regions.
The regions with the highest percentage of distribution
and almost reaching 100 percent were Maluku with
99.18 percent. Meanwhile, the region with the lowest
distribution was Papua with a distribution rate far
below other regions, which was 86.86 percent.
Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa untuk DAK Fisik
Bidang Kesehatan dan Keluarga Berencana, persentase
penyaluran tertinggi berada di wilayah Maluku yang
terdiri dari Provinsi Maluku dan Maluku Utara, yaitu
sejumlah 95,44 persen, dan persentase penyaluran
terendah berada di wilayah Jawa sejumlah 90,07 persen.
Untuk penyaluran DAK Fisik Bidang Kesehatan secara
keseluruhan memiliki rata-rata sejumlah 92,48 persen.
DAK Fisik Bidang Perumahan dan PermukimanTabel 4.4 Salur DAK Fisik Bidang Perkim
Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel
Sumatra 224.659.544.000 213.293.677.266 94,94
Jawa 238.005.952.000 231.122.065.840 97,11
Bali & Nusa Tenggara 99.234.321.000 96.758.663.780 97,51
Kalimantan 87.781.293.000 79.912.569.886 91,04
Sulawesi 157.073.087.000 149.592.158.333 95,24
Maluku 61.672.318.000 61.167.073.880 99,18
Papua 161.173.994.000 140.001.381.260 86,86
Total 1.029.600.509.000 971.847.590.245 94,39
Pada TA 2018, DAK Fisik Bidang Perumahan dan
Permukiman memiliki pagu total sebesar Rp1,03 triliun
untuk jenis reguler dan afirmasi, yang dimana sejumlah
94,39 persen dari pagu tersebut telah disalurkan
kepada daerah-daerah.
Adapun daerah dengan persentase penyaluran
tertinggi dan hampir mencapai 100 persen adalah
wilayah Maluku sebesar 99,18 persen. Sementara,
daerah dengan penyaluran terendah merupakan
wilayah Papua dengan tingkat penyaluran cukup jauh
di bawah wilayah lain, yaitu sebesar 86,86 persen.
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report102
Physical DAK in Farming FieldTable 4.5Channel of Physical DAK in Agriculture Sector
With a ceiling of Rp1.68 trillion, the regular type of
Physical DAK in Agriculture has been distributed to the
regions in the amount of Rp1.55 trillion, or 93.57 percent
of the total allocation ceiling. The highest percentage
of distribution is still in the Maluku region, which is
99.14 percent or almost all of it has been distributed.
While the lowest distribution was in Sumatra region at
88.63 percent of the allocation ceiling for the Sumatra
region.
Physical DAK in Maritime and Fisheries SectorTable 4.6Salur DAK Fisik Bidang KKP
DAK Fisik Bidang PertanianTabel 4.5Salur DAK Fisik Bidang Pertanian
Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel
Sumatra 485.080.135.000 429.920.017.920 88,63
Jawa 348.274.322.000 317.391.881.261 91,13
Bali & Nusa Tenggara 110.972.509.000 103.292.940.536 93,08
Kalimantan 183.411.563.000 167.558.577.801 91,36
Sulawesi 333.390.629.000 320.113.304.039 96,02
Maluku 96.484.781.000 95.658.316.745 99,14
Papua 124.071.161.000 118.405.173.205 95,43
Total 1.681.685.100.000 1.552.340.211.507 92,31
Dengan pagu sebesar Rp1,68 triliun, DAK Fisik Bidang
Pertanian jenis reguler telah disalurkan kepada daerah
sejumlah Rp1,55 triliun, atau 93,57 persen dari jumlah
pagu alokasi. Persentase penyaluran tertinggi masih
berada di wilayah Maluku, yaitu sebesar 99,14 persen
atau hampir seluruhnya telah tersalurkan. Sedangkan
penyaluran terendah berada di wilayah Sumatra
sebesar 88,63 persen dari pagu alokasi untuk wilayah
Sumatra.
DAK Fisik Bidang Kelautan dan PerikananTabel 4.6Salur DAK Fisik Bidang KKP
Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel
Sumatra 198.494.954.000 172.826.241.259 87,07
Jawa 116.168.859.000 102.903.575.429 88,58
Bali & Nusa Tenggara 49.575.613.000 45.745.829.819 92,27
Kalimantan 98.977.764.000 91.494.167.682 92,44
Sulawesi 176.017.733.000 156.290.581.269 88,79
Maluku 79.796.860.000 78.283.044.448 98,10
Papua 160.666.308.000 150.744.431.638 93,82
Total 879.698.091.000 798.287.871.544 90,75
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report103
In FY 2018, there were only regular types of Physical
DAK allocated to the Maritime and Fisheries Sector,
with a ceiling of Rp889.69 billion, and 90.75 percent of
the allocation had been disbursed. The region with the
highest distribution of Physical DAK in Maritime and
Fisheries is Maluku with a percentage of 98.10 percent
or almost all of it has been distributed.
While the region with the lowest distribution is Sumatra
with a percentage of 87.07 percent. It can be seen that
the regions with the highest and lowest distribution
percentages have quite large differences.
Physical DAK in Small and Medium Enterprises SectorTable 4.7Channel of Physical DAK in MES Setor
In FY 2018, the Physical DAK in Small and Medium
Enterprises Sector that has been distributed is
Rp501.68 billion, with Papua being the largest receiving
region of all regions in Indonesia, with a percentage of
99.09 percent.
Pada TA 2018, hanya terdapat DAK Fisik jenis reguler
yang dialokasikan untuk Bidang Kelautan dan Perikanan,
dengan pagu sejumlah Rp879,69 miliar, dan telah
disalurkan sebesar 90,75 persen dari alokasi. Wilayah
dengan penyaluran DAK Fisik Bidang Kelautan dan
Perikanan tertinggi adalah Maluku dengan persentase
sebesar 98,10 persen atau hampir seluruhnya telah
disalurkan.
Sementara wilayah dengan penyaluran terendah
adalah Sumatra dengan persentase sebesar 87,07
persen. Dapat dilihat bahwa daerah dengan persentase
penyaluran tertinggi dan terendah memiliki perbedaan
yang cukup besar.
DAK Fisik Bidang Industri Kecil dan Menengah
Tabel 4.7Salur DAK Fisik Bidang IKM
Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel
Sumatra 119.745.687.000 109.829.963.523 91,72
Jawa 116.389.536.000 81.454.939.835 69,98
Bali & Nusa Tenggara 42.765.564.000 39.691.440.067 92,81
Kalimantan 77.145.705.000 69.019.611.723 89,47
Sulawesi 160.568.097.000 155.297.264.690 96,72
Maluku 41.354.612.000 40.719.380.000 98,46
Papua 5.719.895.000 5.667.754.600 99,09
Total 563.689.096.000 501.680.354.438 89,00
Pada TA 2018, DAK Fisik Bidang Industri Kecil dan
Menengah yang telah disalurkan adalah sejumlah
Rp501,68 miliar, dengan wilayah Papua sebagai daerah
penerima penyaluran terbesar dari seluruh wilayah
di Indonesia, yaitu dengan persentase sebesar 99,09
persen.
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report104
While the Java region received the smallest distribution
with a percentage far below other regions, amounting
to 69.98 percent. The average distribution to all regions
in the Small and Medium Enterprises Sector was 91.18
percent.
Physical DAK in Tourism SectorTable 4.8Channel of Physical DAK in Tourism Sector
Physical DAK in Tourism in FY 2018 is only allocated to
the regular type with a total ceiling of Rp631.95 billion.
The region with the highest distribution is Papua, with
a percentage of 95.89 percent of the allocation ceiling.
Meanwhile, the regions with the lowest distribution
were Bali and Nusa Tenggara, with the distribution
percentage of 82.74 percent. The average percentage
of channels for the Physical DAK in Tourism Sector is
quite high, which is 89.20 percent.
Physical DAK in Road ProjectTable 4.9Channel of Physical DAK in Road Project Sector
Sementara wilayah Jawa menerima penyaluran paling
kecil dengan persentase cukup jauh di bawah wilayah
lainnya, yaitu sebesar 69,98 persen. Adapun rata-rata
dari penyaluran kepada seluruh daerah untuk Bidang
Industri Kecil dan Menengah adalah 91,18 persen.
DAK Fisik Bidang PariwisataTabel 4.8Salur DAK Fisik Bidang Pariwisata
Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel
Sumatra 175.287.837.000 151.253.778.215 86,29
Jawa 102.382.975.000 86.806.287.160 84,79
Bali & Nusa Tenggara 63.804.989.000 52.790.159.228 82,74
Kalimantan 41.979.575.000 38.718.895.968 92,23
Sulawesi 139.210.791.000 131.378.916.458 94,37
Maluku 34.416.670.000 30.947.541.507 89,92
Papua 74.869.377.000 71.795.837.961 95,89
Total 631.952.214.000 563.691.416.497 89,20
DAK Fisik Bidang Pariwisata pada TA 2018 hanya
dialokasikan untuk jenis reguler dengan pagu total
sebesar Rp631,95 miliar. Adapun daerah dengan
penyaluran paling tinggi adalah wilayah Papua, dengan
persentase sebesar 95,89 persen dari pagu alokasi.
Sementara, daerah dengan penyaluran paling rendah
adalah wilayah Bali dan Nusa Tenggara, dengan
persentase penyaluran sebesar 82,74 persen. Rata-rata
persentase salur untuk DAK Fisik Bidang Pariwisata
terbilang cukup tinggi, yaitu sebesar 89,20 persen.
DAK Fisik Bidang JalanTabel 4.9Salur DAK Fisik Bidang Jalan
Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel
Sumatra 5.303.473.851.000 5.072.317.507.596 95,64
Jawa 2.825.575.929.000 2.561.106.358.782 90,64
Bali & Nusa Tenggara 1.433.043.992.000 1.384.863.821.522 96,64
Kalimantan 2.395.738.724.000 2.317.887.325.068 96,75
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report105
The total Physical DAK for the Road Project Sector that
has been distributed is Rp17.35 trillion or 95.36 percent
of the total ceiling allocated for the Road Project
Sector. The region that received the most allocation for
the Road Project Sector was the Sumatra region, with a
ceiling of Rp5.30 trillion and had been distributed 95.64
percent of the ceiling.
While the region with the highest percentage of
distribution of Physical DAK in Road Project Sector to
the allocation ceiling is Maluku, which is 98.07 percent
and the lowest is Java with 90.64 percent.
Physical DAK in Irrigation SectorTable 4.1Channel of Physical DAK in Irrigation Sector
In FY 2018, the total funds from the APBN allocated
for the Physical DAK in Irrigation Sector amounted
to Rp4.25 trillion and had been disbursed as much as
Rp3.78 trillion or 89.20 percent of the ceiling.
Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel
Sulawesi 3.912.496.714.000 3.841.538.178.464 98,19
Maluku 795.642.122.000 780.274.584.280 98,07
Papua 1.536.885.024.000 1.400.296.169.931 91,11
Total 18.202.856.356.000 17.358.283.945.643 95,36
Jumlah DAK Fisik Bidang Jalan yang telah disalurkan
adalah sebesar Rp17,35 triliun atau 95,36 persen dari
total pagu alokasi Bidang Jalan. Daerah yang menerima
alokasi paling banyak untuk Bidang Jalan adalah wilayah
Sumatra, dengan pagu sebesar Rp5,30 triliun dan telah
disalurkan 95,64 persen dari pagu tersebut.
Sedangkan wilayah dengan persentase penyaluran
DAK Fisik Bidang Jalan terhadap pagu alokasi tertinggi
adalah Maluku, yaitu sebesar 98,07 persen dan terendah
merupakan wilayah Jawa dengan 90,64 persen.
DAK Fisik Bidang IrigasiTabel 4.1Salur DAK Fisik Bidang Irigasi
Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel
Sumatra 1.418.460.702.000 1.255.286.979.358 88,50
Jawa 743.700.820.000 620.724.724.382 83,46
Bali & Nusa Tenggara 307.950.837.000 281.898.132.114 91,54
Kalimantan 578.553.371.000 516.324.127.259 89,24
Sulawesi 803.133.255.000 747.355.467.552 93,05
Maluku 189.859.030.000 185.603.060.179 97,76
Papua 204.518.985.000 180.558.711.068 88,28
Total 4.246.177.000.000 3.787.751.201.912 89,20
Pada TA 2018, total dana dari APBN yang dialokasikan
untuk DAK Fisik Bidang Irigasi adalah sebesar Rp4,25
triliun dan telah disalurkan sejumlah Rp3,78 triliun atau
89,20 persen dari pagu.
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report106
The region with the highest percentage of distribution
was Maluku region with a percentage of 97.76 percent,
while the lowest percentage of distribution was in the
Java region of 83.46 percent.
Physical DAK in Drinking Water SectorTable 4.11Channel of Physical DAK in Drinking Water Sector
There are 3 types of physical DAK allocations for
the Drinking Water Sector, namely regular types,
assignments, and affirmative. The amount of Physical
DAK in the Drinking Water Sector that has been
distributed to the government is 92.05 percent of the
total ceiling or in the amount of Rp1.91 trillion.
The region with the highest percentage of distribution
was Papua, with a percentage of 96.99 percent, while
the region with the lowest percentage of distribution
was in Java, with a percentage of 88.94 percent.
Physical DAK in Sanitation SectorTable 4.12Channel of Physical DAK in Sanitation Sector
Wilayah dengan persentase penyaluran tertinggi
adalah wilayah Maluku dengan persentase sebesar 97,76
persen, sementara persentase penyaluran terendah
ada pada wilayah Jawa sebesar 83,46 persen.
DAK Fisik Bidang Air MinumTabel 4.11Salur DAK Fisik Bidang Air Minum
Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel
Sumatra 522.418.148.000 469.288.635.216 89,83
Jawa 491.311.810.000 436.978.028.352 88,94
Bali & Nusa Tenggara 169.778.827.000 154.478.237.922 90,99
Kalimantan 223.184.989.000 202.183.016.860 90,59
Sulawesi 295.717.833.000 285.944.963.133 96,70
Maluku 92.596.194.000 89.795.948.999 96,98
Papua 275.739.909.000 267.452.149.641 96,99
Total 2.070.747.710.000 1.906.120.980.123 92,05
Terdapat 3 jenis alokasi DAK Fisik untuk Bidang Air
Minum, yaitu jenis reguler, penugasan, dan afirmasi.
Jumlah DAK Fisik Bidang Air Minum yang telah
disalurkan kepada pemerintah adalah 92,05 persen dari
total pagu atau sejumlah Rp1,91 triliun.
Daerah dengan persentase penyaluran tertinggi
adalah wilayah Papua, dengan persentase sebesar
96,99 persen, sementara daerah dengan persentase
penyaluran terendah merupakan di wilayah Jawa,
dengan persentase sebesar 88,94persen.
DAK Fisik Bidang SanitasiTabel 4.12Salur DAK Fisik Bidang Sanitasi
Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel
Sumatra 639.621.337.000 604.893.023.580 94,57
Jawa 293.080.126.000 273.162.169.239 93,20
Bali & Nusa Tenggara 250.093.638.000 237.191.973.706 94,84
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report107
Just as the Drinking Water Sector, there are 3 (three)
types of Physical DAK for the Sanitation Sector, namely
regular, assignment, and affirmative. Out of the total
ceiling of Rp2.16 trillion, 95.43 percent has been
distributed to recipients of the Physical DAK Sanitation
Sector.
The region with the highest percentage of distribution
was Maluku region at 99.28 percent and the region
with the lowest percentage of distribution was Java
region with a percentage of 93.20 percent.
Physical DAK in Market SectorTable 4.13Channel of Physical DAK in Market Sector
For Physical DAK in the Market Sector, the highest
percentage of distribution was in the Papua region
with a percentage of 95.20 percent or Rp231.41 billion
of the allocation ceiling for the Papua region.
Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel
Kalimantan 224.472.579.000 217.191.093.800 96,76
Sulawesi 459.059.105.000 451.602.245.500 98,38
Maluku 150.746.685.000 149.663.086.250 99,28
Papua 143.918.932.000 128.467.176.259 89,26
Total 2.160.992.402.000 2.062.170.768.334 95,43
Sama seperti Bidang Air Minum, terdapat 3 (tiga)
jenis DAK Fisik untuk Bidang Sanitasi, yaitu reguler,
penugasan, dan afirmasi. Dari total pagu sebesar Rp2,16
triliun sebesar 95,43 persen telah disalurkan kepada
daerah-daerah penerima DAK Fisik Bidang Sanitasi.
Adapun daerah dengan persentase penyaluran
tertinggi adalah wilayah Maluku sebesar 99,28 persen
dan daerah dengan persentase penyaluran terendah
merupakan wilayah Jawa dengan persentase sebesar
93,20 persen.
DAK Fisik Bidang PasarTabel 4.13Salur DAK Fisik Bidang Pasar
Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel
Sumatra 477.575.272.000 424.572.026.338 88,90
Jawa 399.840.843.000 328.343.832.604 82,12
Bali & Nusa Tenggara 153.453.599.000 132.292.021.017 86,21
Kalimantan 176.192.159.000 158.331.726.045 89,86
Sulawesi 238.606.826.000 221.367.082.735 92,77
Maluku 83.936.454.000 79.026.290.437 94,15
Papua 243.088.371.000 231.408.267.187 95,20
Total 1.772.693.524.000 1.575.341.246.363 88,87
Untuk DAK Fisik Bidang Pasar, persentase penyaluran
tertinggi berada pada wilayah Papua dengan persentase
sebesar 95,20 persen atau Rp231,41 miliar dari pagu
alokasi untuk wilayah Papua.
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report108
The region with the lowest percentage of Physical
DAK distribution in the Market Sector was Java with a
percentage of 82.12 percent of the ceiling of Rp399.84
billion. The total distribution for Physical DAK in the
Market Sector reached 88.87 percent of the total
ceiling.
Physical DAK in Low-Scale Energy SectorTable 4.14Channel of Physical DAK in LSE Sector
In FY 2018, the Low-Scale Energy Sector received
an allocation of Physical DAK only for the type of
assignment, amounting to Rp500.10 billion. Out of the
total ceiling, only 61.45 percent was channeled to the
regional government.
Physical DAK in Environment and Forestry SectorTable 4.15Channel of Physical DAK in EF Sector
Daerah dengan persentase penyaluran DAK Fisik
Bidang Pasar terendah adalah wilayah Jawa dengan
persentase sebesar 82,12 persen dari pagu sejumlah
Rp399,84 miliar. Adapun total penyaluran untuk DAK
Fisik Bidang Pasar mencapai 88,87 persen dari total
pagu.
DAK Fisik Bidang Energi Skala KecilTabel 4.14Salur DAK Fisik Bidang ESK
Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel
Sumatra 68.246.114.000 29.180.262.507 42,76
Jawa 11.129.266.000 10.243.565.615 92,04
Bali & Nusa Tenggara 47.496.413.000 33.032.039.000 69,55
Kalimantan 87.224.688.000 83.943.067.177 96,24
Sulawesi 109.809.608.000 102.444.634.665 93,29
Maluku 49.471.142.000 48.476.708.000 97,99
Papua 126.722.769.000 - -
Total 500.100.000.000 307.320.276.964 61,45
Pada TA 2018, Bidang Energi Skala Kecil mendapatkan
alokasi DAK Fisik hanya untuk jenis penugasan, yaitu
sebesar Rp500,10 miliar. Dari total pagu tersebut, hanya
61,45 persen yang tersalurkan kepada pemerintah
daerah.
DAK Fisik Bidang Lingkungan Hidup dan KehutananTabel 4.15Salur DAK Fisik Bidang LHK
Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel
Sumatra 138.838.088.000 108.437.401.778 78,10
Jawa 110.551.039.000 88.869.757.363 80,39
Bali & Nusa Tenggara 27.645.627.000 22.786.095.517 82,42
Kalimantan 61.701.804.000 47.472.164.611 76,94
Sulawesi 136.896.678.000 105.337.219.790 76,95
Maluku 14.421.454.000 12.097.122.776 83,88
Papua 10.664.310.000 9.261.841.500 86,85
Total 500.719.000.000 394.261.603.335 78,74
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report109
Out of the total ceiling of the EF Sector amounting to
Rp500.72 billion, it has been channeled at Rp394.26
billion or 78.74 percent to the Regional Government.
The region with the highest percentage of distribution
was the Papua region, which was 86.85 percent of the
allocation ceiling for the region. The region with the
lowest percentage of distribution was the Kalimantan
region with a percentage of 76.94 percent.
Physical DAK in Transportation SectorTable 4.16Channel of Physical DAK in Transportation Sector
The Physical DAK in Transportation Sector in FY 2018
is only allocated for the type of affirmation. Out of the
allocation ceiling of Rp1.01 trillion, 88.55 percent of the
ceiling has been distributed.
The region that has the highest percentage of
distribution is the Java region, with a percentage of
97.52 percent of the ceiling allocated to that region.
Meanwhile, the region with the lowest percentage
of distribution was in the Papua region, with 83.88
percent.
Physical Special Allocation Fund EvaluationAlthough realization of Physical DAK distribution in 2018
was higher than the previous year, its implementation
was still marked with obstacles or issues in several
regional governments, particularly related to Physical
Dari total pagu Bidang sebesar Rp500,72 miliar, telah
tersalur sebesar Rp394,26 miliar atau 78,74 persen
ke Pemerintah Daerah. Daerah dengan persentase
penyaluran paling tinggi adalah wilayah Papua, yaitu
sebesar 86,85 persen dari pagu alokasi untuk wilayah
tersebut. Daerah dengan persentase penyaluran
terendah adalah wilayah Kalimantan dengan persentase
sebesar 76,94 persen.
DAK Fisik Bidang TransportasiTabel 4.16Salur DAK Fisik Bidang Transportasi
Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel
Sumatra 165.011.435.000 150.342.404.177 91,11
Jawa 21.788.197.000 21.248.033.093 97,52
Bali & Nusa Tenggara 154.631.237.000 135.181.137.463 87,42
Kalimantan 104.281.809.000 92.364.493.275 88,57
Sulawesi 155.965.172.000 144.155.009.578 92,43
Maluku 130.396.095.000 121.135.119.312 92,90
Papua 346.060.203.000 290.284.724.087 83,88
Total 1.078.134.148.000 954.710.920.985 88,55
Adapun DAK Fisik Bidang Transportasi pada TA 2018
hanya dialokasikan untuk jenis afirmasi. Dari pagu
alokasi sejumlah Rp1,01 triliun, sebesar 88,55 persen
dari pagu tersebut telah disalurkan.
Daerah yang memiliki persentase penyaluran tertinggi
adalah wilayah Jawa, dengan persentase sebesar 97,52
persen dari pagu yang dialokasikan untuk wilayah
tersebut. Sementara, daerah dengan persentase
penyaluran terendah berada pada wilayah Papua,
dengan 83,88 persen.
Evaluasi Dana Alokasi Khusus FisikMeskipun realisasi penyaluran DAK Fisik TA 2018
lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
namun di dalam pelaksanaannya masih terdapat
beberapa kendala atau permasalahan yang masih
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report110
DAK distribution. These obstacles and issues are as
follows:
1. There were regions that failed to complete contract
until July 21, 2018, so that Physical DAK was not
distributed to these regions.
2. There were regions that faced difficulties in
fulfilling distribution requirements in phase II and
phase III, either administrative or technical, so that
several regions did not receive phase II and phase
III distribution.
3. There were errors during input of contract data
by several regions as well as changes in activity
contracts, in which errors were first noticed and
amended after the input date in the OM-SPAN
application on July 23, 2018. Hence, those changes
could not be entered into the OM-SPAN application.
4. Occurrence of natural disasters in several regions,
particularly Nusa Tenggara Barat and Sulawesi (Palu
City and surrounding areas), rendered these regions
unable to submit the distribution requirements
document on time pursuant to Regulation of the
Minister of Finance No. 121/PMK.07/2018, which
made these regions ineligible to receive Physical
DAK in the following phases.
Some of these obstacles reported by regional
governments have been accommodated by the Ministry
of Finance, among others:
1. The year 2018 was the second year of OM-SPAN
application implementation; hence adjustment
was still required by several regional governments
during data input. Due to the high number of errors
in data input made by regions, such as date and
contract number, the Acting Director of Budget
issued policy in the form of letter to all heads of
dialami oleh beberapa pemerintah daerah, khususnya
terkait dengan penyaluran DAK Fisik. Kendala dan
permasalahan tersebut antara lain adalah:
1. Masih terdapat daerah yang gagal menyelesaikan
kontrak sampai dengan tanggal 21 Juli 2018, sehingga
DAK Fisik daerah tersebut tidak disalurkan.
2. Terdapat daerah-daerah yang mengalami kesulitan
dalam memenuhi persyaratan penyaluran di tahap II
maupun tahap III, baik secara administrasi maupun
secara teknis, sehingga menyebabkan beberapa
daerah tidak mendapatkan penyaluran tahap II dan
tahap III;
3. Terdapat beberapa daerah yang melakukan
kesalahan pada saat penginputan data kontrak
dan juga terdapat beberapa perubahan kontrak
kegiatan, dimana kesalahan baru diketahui dan
perubahan baru terjadi setelah tanggal penginputan
pada aplikasi OM-SPAN berakhir, yaitu 23 Juli 2018,
sehingga perubahan tersebut tidak dapat di-input
di aplikasi OM-SPAN;
4. Terjadinya bencana di beberapa daerah, khususnya
wilayah Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi (Kota
Palu dan sekitarnya) yang mengakibatkan daerah-
daerah tersebut tidak dapat menyampaikan
dokumen persyaratan penyaluran dengan tepat
waktu sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 121/PMK.07/2018, yang dapat berakibat
daerah-daerah dimaksud tidak dapat menerima
penyaluran DAK Fisik pada tahap selanjutnya.
Sebagian dari kendala-kendala yang disampaikan oleh
pemerintah daerah tersebut telah diakomodasi oleh
Kementerian Keuangan, antara lain:
1. Tahun 2018 merupakan tahun kedua penggunaan
aplikasi OM-SPAN, sehingga masih perlu adanya
penyesuaian bagi beberapa pemerintah daerah
dalam melakukan input data. Dikarenakan cukup
banyaknya daerah yang mengalami kesalahan
penginputan data seperti tanggal dan nomor
kontrak, maka dikeluarkan kebijakan berupa
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report111
regional office and State Treasury Service Office of
the Directorate General of Treasury (KPPN DPJB)
in Indonesia No. S-6750/PB.02/2018 concerning
Correction of Activity Contract Date and Number,
which states that revision of contract data is
allowed only for adjustment of contract date and
number;
2. Regions affected by earthquake (Nusa Tenggara
Barat and Sulawesi) were given leniency in
the submission of Physical DAK distribution
requirements through Regulation of the Minister
of Finance No. 145/PMK.07/2018 concerning
Distribution and Use of Regional Transfer Fund
and Village Fund in Fiscal Year 2018 and Fiscal Year
2019 to Support Acceleration of Post-Earthquake
Rehabilitation and Reconstruction. To assist the
recovery of regions affected by earthquake, the
relaxation policy in the Regulation of the Minister
of Finance provided extension and leniency in the
requirements for Physical DAK distribution in 2018
for phase II and phase III.
NON-PHYSICAL SPECIAL ALLOCATION FUNDPolicy concerning Non-Physical Special Allocation FundAllocation for Non-Physical DAK in 2018 amounted
to Rp123.45 trillion to strengthen public service
implementation in regions, comprising of, among
others, operational expenditure for education and
health, PNSD teacher allowance, capacity improvement
of cooperatives, small and medium enterprises, as well
as aids for population administration service. Non-
Physical DAK allocation is adjusted to regional needs
through update of basic data and unit cost in order to
encourage the fulfillment of Minimum Service Standard
(SPM) in the regions. In addition, to support absorption
Non-Physical DAK budget in regions, performance-
based distribution began to be implemented this
surat dari Direktur Pelaksana Anggaran kepada
seluruh kepala kantor wilayah dan KPPN DJPB di
Indonesia dengan Nomor S-6750/PB.02/2018 hal
Perbaikan Tanggal dan Nomor Kontrak Kegiatan
yang menyatakan bahwa revisi data kontrak
diperbolehkan hanya untuk penyesuaian data
tanggal dan nomor kontrak;
2. Untuk daerah terdampak Gempa (Nusa Tenggara
Barat dan Sulawesi) diberikan ruang lebih dalam
penyampaian persyaratan penyaluran DAK
Fisik, yaitu melalui Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 145/PMK.07/2018 tentang Penyaluran dan
Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Tahun Anggaran 2018 dan Tahun Anggaran 2019
untuk Mendukung Percepatan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Pascabencana Gempa Bumi. Guna
membantu pemulihan daerah terdampak gempa,
kebijakan relaksasi dalam Peraturan Menteri
Keuangan tersebut memberikan perpanjangan dan
keringanan dalam persyaratan penyaluran DAK
Fisik TA 2018 tahap II dan tahap III.
DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK
Kebijakan Dana Alokasi Khusus Nonfisik
DAK Nonfisik Tahun 2018 dialokasikan sebesar
Rp123,45 triliun untuk memperkuat penyelenggaraan
layanan publik di daerah, antara lain belanja
operasional pendidikan dan kesehatan, tunjangan
guru PNSD, peningkatan kapasitas koperasi, usaha
kecil dan menengah, dan bantuan pelayanan
administrasi kependudukan. Pengalokasian DAK
Nonfisik disesuaikan dengan kebutuhan daerah melalui
pemutakhiran data dasar dan biaya satuan dalam rangka
mendorong pemenuhan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) di daerah. Selain itu guna mendorong penyerapan
anggaran DAK Nonfisik di daerah, penyaluran berbasis
kinerja pelaksanaan mulai dilaksanakan di tahun
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report112
year based on reports of regional governments by
calculating the remaining fund of the previous fiscal
year.
Non-Physical Special Allocation Fund Realization• School Operational Assistance (BOS) BOS fund is a form of the central government’s
support to waive tuition fees for primary education
and to realize affordable secondary education
while maintaining education quality for all layers
of society. The total target of BOS fund in 2018
amounted to 47 million students and was realized by
95 percent. BOS fund is complementary to regional
education budget. Therefore, the effort of regional
governments in providing financing sources for
education through Regional BOS (BOSDA) is still
required.
• Early Childhood Education Operational Aids (BOP PAUD)
BOP PAUD fund is intended to alleviate the people’s
burden for education expense in the implementation
of quality early childhood education and to assist
regional governments in realizing improvement
of public access to higher quality early childhood
education. Allocation for BOP PAUD Fund in 2018
amounted to Rp4.07 trillion for 6.2 million children
and was realized by 87.4 percent.
• Teaching Allowance (TPG) for PNSD TPG PNSD Fund is intended to improve the work
ethos and professionalism of teachers through
welfare improvement of PNSD teachers. TPG PNSD
is provided for PNSD teachers who have educator
certification and fulfill the requirements stipulated
by laws and regulations. The fund amounts to 1 (one)
ini, yaitu penyaluran dilakukan berdasarkan laporan
pemerintah daerah, dengan memperhitungkan sisa
dana tahun anggaran sebelumnya.
Realisasi Dana Alokasi Khusus Nonfisik• Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dana BOS merupakan wujud dukungan pemerintah
pusat untuk membebaskan biaya pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar, serta mewujudkan
layanan pendidikan menengah yang terjangkau
dengan tetap menjaga kualitas layanan pendidikan
bagi semua lapisan masyarakat. Jumlah sasaran
Dana BOS untuk tahun 2018 sebanyak 47 juta siswa
dan terealisasi sebesar 95 persen. Dana BOS bersifat
pelengkap dalam penyediaan anggaran pendidikan
daerah. Dengan demikian, upaya pemerintah
daerah dalam menyediakan sumber pendanaan bagi
penyelenggaraan pendidikan melalui BOS Daerah
(BOSDA) tetap diperlukan.
• Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (BOP PAUD)
Dana BOP PAUD bertujuan untuk meringankan
beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan
dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini
yang bermutu dan membantu pemerintah daerah
mewujudkan peningkatan akses masyarakat
terhadap pendidikan anak usia dini yang lebih
bermutu. Alokasi Dana BOP PAUD tahun 2018
sebesar Rp4,07 triliun bagi 6,2 juta peserta didik,
dan terealisasi sebesar 87.4 persen.
• Tunjangan Profesi Guru (TPG) PNSD Dana TPG PNSD bertujuan untuk meningkatkan
etos kerja dan profesionalisme guru melalui
peningkatan kesejahteraan bagi guru PNSD.
TPG PNSD diberikan kepada Guru PNSD yang
telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report113
time basic salary of the civil servant concerned,
excluding that of the 13th month. In 2018, TPG PNSD
Fund allocation amounted to Rp58.3 trillion with
realization at 94.4 percent for 1.2 million teachers.
• Additional Income for PNSD Teachers (PNSD Teachers DTP)
Allocation for PNSD Teachers DTP Fund in 2018
was at Rp978.1 billion with the aim to improve
work ethos and welfare of 254 thousand Regional
Civil Apparatus (PNSD) teachers who have not
received teaching allowance. The fund amounted
to Rp250,000.00 per month for 12 months.
• Special Allowance for PNSD Teachers in Special Regions (TKG PNSD)
TKG PNSD Fund is intended as compensation for
living difficulties while performing assignment
in special areas, namely for PNSD teachers
in underdeveloped villages based on village
development index by the Ministry of Villages,
Disadvantaged Regions, and Transmigration. TKG
PNSD Fund amounts to 1 (one) time basic salary
of the civil servant concerned pursuant to laws
and regulations, excluding that of the 13th month.
In 2018, TKG PNSD Fund allocation amounted
to Rp2.13 trillion for 50 thousand teachers with
realization at 81.1 percent.
• Health Operational Aids (BOK) BOK Fund is intended to alleviate the people’s
burden in health costs, particularly to support the
financing of Community Health Center operations.
BOK Fund aims to improve public health, reduce
maternal mortality rate, infant mortality rate, and
malnutrition, develop clean and healthy lifestyle,
as well as eradicate neglected tropical disease
perundang-undangan, yaitu sebesar 1 (satu) kali
gaji pokok PNS yang bersangkutan, tidak termasuk
untuk bulan ke-13. Pada tahun 2018, alokasi Dana
TPG PNSD mencapai sebesar Rp58,3 triliun dengan
realisasi sebesar 94.4persen bagi 1,2 juta guru.
• Tambahan Penghasilan Guru PNSD (DTP Guru PNSD)
Dana DTP Guru PNSD tahun 2018 dialokasikan
sebesar Rp978,1 miliar dengan tujuan untuk
meningkatkan etos kerja dan kesejahteraan bagi
254 ribu guru Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD)
yang belum menerima tunjangan profesi guru,
sebesar Rp250.000,00 per bulan selama 12 bulan.
• Tunjangan Khusus Guru PNSD di Daerah Khusus (TKG PNSD)
Dana TKG PNSD bertujuan sebagai kompensasi atas
kesulitan hidup yang dihadapi dalam melaksanakan
tugas di daerah khusus, yaitu guru PNSD di desa yang
termasuk dalam kategori sangat tertinggal menurut
indeks desa membangun dari Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Dana TKG PNSD diberikan sebesar 1 (satu) kali
gaji pokok PNS yang bersangkutan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, tidak
termasuk untuk bulan ke-13. Untuk tahun 2018 Dana
TKG PNSD dialokasikan sebesar Rp2,13 triliun bagi
50 ribu guru, dengan realisasi sebesar 81.1 persen.
• Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Dana BOK bertujuan untuk meringankan beban
masyarakat terhadap pembiayaan bidang kesehatan,
khususnya dalam mendukung pendanaan
operasional Puskesmas. Dana BOK berperan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
penurunan angka kematian ibu (AKI), angka
kematian bayi (AKB), malnutrisi, perilaku hidup
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report114
(NTD). In 2018, a new policy was implemented,
namely the addition of Regional Health Laboratory
Accreditation activity, which aims to improve the
service quality of regional health laboratories, BOK
Fund allocation for provinces that aims to support
tertiary referral Public Health Effort, and financing
integration with other TKDD in supporting stunting
mitigation in regions. BOK Fund allocation reached
Rp8.55 trillion with realization at 87.2 percent.
• Family Planning Operational Aids (BOKB) BOKB Fund allocation in 2018 amounted to Rp1.81
trillion to support the achievement of priority
targets of national population, family planning
(KB), and family development programs. With
realization reaching 96.9 percent, BOKB Fund was
utilized by regional governments to finance activity
operations and distribution of contraceptives at 24
thousand Counseling Centers and Health Facilities
that support the Family Planning (KB) program
and the initiation of KB program in KB villages and
integrated health service posts.
• Capacity Building of Cooperative Units, Small and Medium Enterprises (PK2UKM)
PK2UKM Fund is intended to improve human
resources capacity of cooperative units, small and
medium enterprises through financing support for
the implementation of capacity building activities
for administrators/supervisors/members/
management of cooperative units and small
and medium enterprises through training and
supervision. In 2018, PK2UKM Fund allocation
amounted to Rp100 billion with target amounting
to 25 thousand members and supervisors with
realization at 92.2 percent.
bersih dan sehat, serta pemberantasan penyakit
tropis terabaikan (neglected tropical disease-NTD).
Pada tahun 2018, terdapat kebijakan baru yakni
penambahan kegiatan Akreditasi Labkesda yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan
laboratorium kesehatan daerah, pengalokasian
Dana BOK untuk Provinsi yang diarahkan untuk
mendukung Upaya Kesehatan Masyarakat rujukan
tertier, dan integrasi pendanaan dengan TKDD
lainnya dalam mendukung penangan stunting di
daerah. Alokasi Dana BOK mencapai Rp8,55 triliun
dengan realisasi sebesar 87.2 persen.
• Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) Dana BOKB tahun 2018 dialokasikan sebesar Rp1,81
triliun untuk mendukung tercapainya sasaran
prioritas program kependudukan, keluarga
berencana (KB) dan pembangunan keluarga secara
nasional. Dengan realisasi mencapai 96.9 persen,
Dana BOKB digunakan oleh pemerintah daerah
untuk mendanai operasional kegiatan dan disitribusi
alat kontrasepsi pada 24 ribu Balai Penyuluhan dan
Fasilitas Kesehatan yang mendukung program
Keluarga Berencana (KB), serta penggerakan
program KB di Kampung KB dan posyandu.
• Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (PK2UKM)
Dana PK2UKM bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas sumber daya manusia koperasi, usaha
kecil dan menengah, melalui dukungan pendanaan
penyelenggaraan kegiatan peningkatan kapasitas
bagi para pengurus/pengawas/anggota/pengelola
koperasi dan pelaku usaha kecil dan menengah
melalui pelatihan dan pendampingan. Untuk tahun
2018 Dana PK2UKM dialokasikan sebesar Rp100
miliar dengan sasaran sebanyak 25 ribu peserta dan
pendamping, terealisasi sebesar 92.2 persen.
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report115
• Population Administration Service (Adminduk) Fund
Population Administration Service Fund is intended
to support the responsibilities of provincial and
regency/municipal governments in population
and civil registration and to improve the role and
function of provincial and regency/municipal
governments in providing population document
service (population and civil registration). In 2018,
Adminduk Service Fund allocation amounted to
Rp825 billion for 542 regions with realization at
90.3 percent.
Implementation of Non-Physical DAK Distribution
in 2018 has been fully based on implementation
performance, in which distribution is carried out based
on report by regional governments by calculating the
remaining fund from the previous fiscal year. With
the implementation of this policy, Non-Physical DAK
realization reached 93.4 percent, an improvement from
the previous year which only reached 91.7 percent.
This indicates a relative increase in the compliance of
regions in reporting Non-Physical DAK. Improvement
of coordination with ministries/technical institutions
and provision of Non-Physical DAK reporting
application were the main factors that support the
compliance of regional governments in reporting the
absorption and usage of Non-Physical DAK in regions.
Non-Physical Special Allocation Fund EvaluationEvaluation on the allocation and realization of Non-
Physical DAK in Fiscal Year 2018 is illustrated in the
following graph:
• Dana Pelayanan Administrasi Kependudukan (Adminduk)
Dana Pelayanan Administrasi Kependudukan
berperan untuk mendukung tanggung jawab
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam
penyelenggaraan kependudukan dan pencatatan
sipil dan meningkatkan peran dan fungsi
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam
pelayanan dokumen kependudukan (pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil). Pada tahun 2018,
Dana Pelayanan Adminduk dialokasikan sebesar
Rp825 miliar bagi 542 daerah dengan realisasi
mencapai 90.3 persen.
Pelaksanaan Penyaluran DAK Nonfisik 2018 telah secara
penuh berbasis kinerja pelaksanaan, yaitu penyaluran
dilakukan berdasarkan laporan pemerintah daerah,
dengan memperhitungkan sisa dana tahun anggaran
sebelumnya. Dengan penerapan kebijakan tersebut,
realisasi DAK Nonfisik mencapai 93.4 persen, lebih
baik dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 91.7
persen. Hal ini berarti tingkat kepatuhan daerah dalam
melakukan pelaporan DAK Nonfisik relatif meningkat.
Penguatan koordinasi dengan kementerian/lembaga
teknis dan penyediaan aplikasi pelaporan DAK Nonfisik
menjadi dukungan utama dalam mendorong kepatuhan
pemerintah daerah dalam melaporkan penyerapan dan
penggunaan DAK Nonfisik di daerah.
Evaluasi Dana Alokasi Khusus NonfisikBerdasarkan hasil evaluasi atas alokasi dan realisasi
DAK Nonfisik TA 2018 terlihat sebagaimana grafik
berikut:
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report116
Graph 4.2Allocation and Realization of Non-Physical DAK
With the application of policy concerning improvement
of public service implementation in regions, realization
of Non-Physical DAK reached 93.4 percent, an
improvement from the previous year which only
reached 91.7 percent. This shows a relative increase
in the compliance of regions in reporting Non-
Physical DAK, although it has not reached 100 percent.
Improvement of coordination with ministries/
technical institutions and provision of Non-Physical
DAK reporting application were the main factors that
support the compliance of regional governments in
reporting the absorption and usage of Non-Physical
DAK in regions.
Grafik 4.2Alokasi dan Realisasi DAK Nonfisik
2015
102.74 97.23
94.6%
73.1%91.7% 93.4%
121.21
88.66105.56
115.30
2016 2017 2018
Alokasi / Allocation Realisasi / Realization %
123.45115.09
Dengan adanya penerapan kebijakan penguatan
penyelenggaraan layanan publik di daerah, realisasi DAK
Nonfisik mencapai 93.4 persen, lebih baik dari tahun
sebelumnya yang hanya mencapai 91.7 persen. Hal ini
berarti tingkat kepatuhan daerah dalam melakukan
pelaporan DAK Nonfisik relatif meningkat walaupun
belum mencapai 100 persen. Penguatan koordinasi
dengan kementerian/lembaga teknis dan penyediaan
aplikasi pelaporan DAK Nonfisik menjadi dukungan
utama dalam mendorong peningkatan kepatuhan
pemerintah daerah dalam melaporkan penyerapan dan
penggunaan DAK Nonfisik di daerah.
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report117
Furthermore, distribution performance per type of
Non-Physical DAK in Fiscal Year 2018 is illustrated in
the following graph:
Graph 4.3Distribution Performance Per Type of Non-Physical
DAK in 2018
Based on the graph, BOS allocation amounted to
Rp46,695 trillion with realization at Rp44,367 trillion.
PAUD was allocated at Rp4,070 trillion with realization
at Rp3,555 trillion. TPG received the most allocation at
Rp58,293 trillion with realization at Rp55,016 trillion.
It was followed by Tamsil allocation at Rp978.1 billion
with realization at Rp588 billion. Moreover, TKG that
was allocated at Rp2,129 trillion was realized at Rp1,727
trillion. BOK allocation was at Rp8,551 trillion with
realization at Rp7,454 trillion. BOKB allocation was
at Rp1,808 trillion with realization at Rp1,751 trillion.
PK2UKM allocation was at Rp100 billion with realization
at Rp92.2 billion. Adminduk Fund was allocated at
Rp825 billion with realization at Rp745.2 billion.
Selanjutnya berdasarkan kinerja penyaluran per jenis
DAK Nonfisik TA 2018 terlihat dalam grafik berikut:
Grafik 4.3Kinerja Penyaluran Per Jenis DAK Nonfisik Tahun 2018
745.2Adminduk
BOKB
BOK
TKG
TPG
PAUD
BOS
Tamsil
PK2UKM 92.2
1,753.4
7,454.4
1,727.1
588.0
3,555.9
55,016.7
44,367.4
825.0
100.0
1,808,8
8,551,2
2,129,9
0.0 10,000.0 20,000.0 30,000.0 40,000.0 50,000.0 60,000.0 70,000.0
978.1
4,070.2
58,293.1
46,695.5
Realisasi / Realization Anggaran / Budget
Berdasarkan grafik, alokasi BOS sebesar Rp46,695
triliun dengan realisasi sebesar Rp44,367 triliun. PAUD
memiliki alokasi sebesar Rp4,070 triliun sedangkan
realisasi mencapai Rp3,555 triliun. TPG sebagai
penerima alokasi tertinggi yakni sebesar Rp58,293
triliun telah realisasi sebesar Rp55,016 triliun. Diikuti
dengan alokasi Tamsil sebesar Rp978,1 miliar dan
realisasi sebesar Rp588 miliar. Selanjutnya TKG yang
dialokasikan sebesar Rp2,129 triliun memiliki realisasi
sebesar Rp1.727 triliun. Alokasi BOK sebesar Rp8,551
triliun realisasi sebesar R7.454 triliun. Alokasi BOKB
sebesar Rp1,808 triliun realisasi sebesar Rp1,751 triliun.
Alokasi PK2UKM sebesar Rp100 miliar realisasi sebesar
Rp92,2 miliar. Dana Adminduk memiliki alokasi sebesar
Rp825, miliar dengan realisasi sebesar Rp745,2 miliar.
Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report118
Dalam rangka penguatan pajak daerah (local taxing power), pemerintah melalui DJPK menyusun
Rancangan Undang-Undang tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah (RUU PDRD). Pokok-pokok
kebijakan yang diatur dalam RUU PDRD meliputi:
(i) perluasan basis pajak daerah; (ii) restrukturisasi
pajak daerah dan rasionalisasi retribusi daerah; (iii)
penguatan administrasi perpajakan; (iv) penguatan
pengawasan dan pengendalian pungutan daerah; serta
(v) pengaturan insentif pemungutan pajak.
Selain menyusun RUU PDRD, pemerintah telah
menyusun Peraturan Menteri Keuangan tentang
Pedoman Penagihan dan Pemeriksaan Pajak Daerah
(PMK Penagihan dan Pemeriksaan) yang telah
ditetapkan pada tanggal 31 Desember 2018. Sebagaimana
diamanatkan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor
55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Pemungutan Pajak Daerah, PMK Penagihan
dan Pemeriksaan mengatur tentang: (i) penagihan,
In order to strengthen local taxing power, the
government through the DJPK has drafted Law
concerning Regional Taxes and Levies (RUU PDRD). The
subject matters of policy regulated in the RUU PDRD
covers: (i) expansion of local tax base; (ii) restructuring
of regional tax and rationalization of regional levies; (iii)
strengthening of tax administration; (iv) strengthening
of supervision and control of regional levies; and (v)
regulation of tax collection incentive.
In addition to drafting RUU PDRD, the government
has also drafted Regulation of the Minister of Finance
(PMK) concerning Guidelines for Regional Taxes
Collection and Examination stipulated on December
31, 2018. As mandated by Article 21 of Government
Regulation No. 55/2016 concerning General Provisions
and Procedures for Regional Taxes Collection, the PMK
on Collection and Examination regulates: (i) collection,
including collection officers and tax confiscators,
Kebijakan Pendapatan dan Kapasitas Keuangan DaerahPolicy concerning Regional Revenue and Fiscal Capacity
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report119
Kebijakan Pendapatan dan Kapasitas Keuangan DaerahPolicy concerning Regional Revenue and Fiscal Capacity
yang meliputi pejabat penagihan dan jurusita pajak,
tata cara penagihan, surat paksa, sita, lelang, serta
pencegahan dan penyanderaan; dan (ii) pemeriksaan,
yang meliputi tujuan pemeriksaan, pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan,
penyegelan, pejabat pemeriksa, pemeriksaan untuk
tujuan lain, serta penyampaian kuesioner pemeriksaan.
Dalam rangka melaksanakan Pasal 30 ayat (6) Peraturan
Pemerintah Nomor 55 Tahun 2016, Pemerintah juga
menyusun Peraturan Menteri Keuangan tentang
Pedoman Penilaian Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan (PMK Pedoman Penilaian PBB-P2) yang
telah ditetapkan pada tanggal 31 Desember 2018. Hal-
hal yang diatur dalam PMK dimaksud meliputi objek
PBB-P2 (objek pajak umum dan objek pajak khusus),
dasar pengenaan PBB-P2, proses penilaian, dan
lampiran PMK Pedoman Penilaian PBB-P2.
Di samping menyusun RUU PDRD, PMK Penagihan
dan Pemeriksaan Pajak Daerah, dan PMK Penilaian
PBB-P2, disusun pula Keputusan Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan tentang Proporsi dan Estimasi
Penerimaan Pajak Rokok untuk masing-masing provinsi
TA 2019 (Kepdirjen PK Nomor Kep-47/PK/2018 tentang
Proporsi dan Estimasi Penerimaan Pajak Rokok untuk
masing-masing provinsi TA 2019). Dalam Kepdirjen
tersebut, diatur besaran penerimaan cukai yang
dijadikan basis untuk menghitung pajak rokok dan juga
besaran estimasi penerimaan pajak rokok.
Selanjutnya telah ditetapkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 128/PMK.07/2018 tentang Tata Cara
Pemotongan Pajak Rokok Sebagai Kontribusi Dukungan
Program Jaminan Kesehatan. Peraturan Menteri
Keuangan tersebut menindaklanjuti amanat Peraturan
Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan
Kesehatan yang terkait dengan peran Pemerintah
procedures for tax collection, and letters of
compulsion, confiscation, auction, prevention, and tax
hostage; and (ii) examination, including examination
purposes, examination to test tax compliance, sealing,
examination officers, examination for other purposes,
and delivery of examination questionnaire.
In the implementation of Article 30 paragraph (6) of
Government Regulation No. 55/2016, the Government
has drafted Regulation of the Minister of Finance
concerning Guidelines for Land and Building Tax (PBB)
Assessment in Rural and Urban Areas as stipulated on
December 31, 2018. Matters regulated in the regulation
cover PBB-P2 objects (general tax object and specific
tax object), basis of calculation, assessment process,
and appendixes on PBB-P2 Assessment Guidelines.
Besides RUU PDRD, PMK on Regional Taxes Collection
and Examination, and PMK on PBB-P2 Assessment,
DJPK also drafted Director General of Fiscal Balance
Decree on Proportion and Estimation of Cigarette
Tax Revenue for each province in Fiscal Year 2019
(Decree No. Kep-47/PK/2018). In this decree, revenue
from tobacco excise serves as basis of cigarette tax
calculation as well as estimated revenue from cigarette
tax.
Furthermore, Regulation of the Minister of Finance
No. 128/PMK.07/2018 concerning Procedure for
Cigarette Tax Deduction as Contribution to Support
Health Insurance Program. This Regulation of the
Minister of Finance is a follow-up on the mandate of
Presidential Regulation No. 82/2018 concerning Health
Insurance related to the role of Regional Governments
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report120
Kebijakan Pendapatan dan Kapasitas Keuangan DaerahPolicy concerning Regional Revenue and Fiscal Capacity
Daerah dalam mendukung program Jaminan Kesehatan
Nasional, khususnya kontribusi daerah yang ditetapkan
sebesar 75 persen dari 50 persen atau ekuivalen 37,5
persen dari realisasi penerimaan masing-masing
daerah yang bersumber dari Pajak Rokok yang dipotong
langsung dan disetorkan ke BPJS Kesehatan.
Pemotongan Pajak Rokok oleh Menteri Keuangan
dikaitkan dengan pemenuhan besaran kontribusi dari
penerimaan pajak rokok untuk jaminan kesehatan yang
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. Mekanisme
pemotongan dilakukan sebagai berikut:
1. Apabila anggaran kontribusi Jaminan Kesehatan
pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang
tercantum dalam kompilasi berita acara yang
diserahkan oleh pemerintah provinsi sebesar 37,5
persen atau lebih, tidak dilakukan pemotongan
Pajak Rokok;
2. Apabila anggaran kontribusi Jaminan Kesehatan
pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang
tercantum dalam kompilasi berita acara yang
diserahkan oleh pemerintah provinsi kurang dari
37,5 persen atau lebih, pemotongan Pajak Rokok
dilakukan sebesar selisih kurang dari 37,5 persen;
atau
3. Apabila pemerintah provinsi tidak menyampaikan
kompilasi berita acara kesepakatan dikenakan
pemotongan Pajak Rokok sebesar 37,5 persen.
Pada tahun 2018, DJPK juga berkoordinasi dengan Biro
Bantuan Hukum, Sekretariat Jenderal Kementerian
Keuangan dalam menyelesaikan Keterangan Presiden
terkait uji materil atas Pasal 1 angka 28, Pasal 52 ayat (1),
Pasal 52 ayat (2), Pasal 55 ayat (2) dan Pasal 55 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang PDRD
terkait Pajak Penerangan Jalan. Uji materil ini diajukan
oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) yang
berpendapat bahwa pemungutan Pajak Penerangan
in supporting National Health Insurance program,
particularly regional contribution which was set at 75
percent from initially 50 percent or equivalent to 37.5
percent of the realization of cigarette tax revenues of
each region that is directly deducted and deposited to
BPJS Kesehatan.
Deduction of Cigarette Tax by the Minister of Finance is
related to the fulfillment of contribution from cigarette
tax revenues to the health insurance program of BPJS
Kesehatan. The deduction mechanism is as follows:
1. If the budget for Health Insurance contribution
of provincial/regency/municipal government as
stated in official reports compilation submitted to
the provincial government is 37.5 percent or more,
Cigarette Tax is not deducted;
2. If the budget for Health Insurance contribution
of provincial/regency/municipal government as
stated in official reports compilation submitted to
the provincial government is less than 37.5 percent,
Cigarette Tax is deducted by the difference with
37.5 percent; or
3. If the provincial government does not submit
agreement official reports compilation, the
Cigarette Tax deduction imposed is 37.5 percent.
In 2018, DJPK in coordination with the Legal Aid Bureau
of Secretariat General of the Ministry of Finance in
completing Presidential Statement concerning judicial
review of Article 1 number 2, Article 52 paragraph (1),
Article 52 paragraph (2), Article 55 paragraph (2) and
Article 55 paragraph (3) of Law No. 28/2009 concerning
Regional Taxes and Levies related to Street Lighting.
This judicial review was proposed by the Employers’
Association of Indonesia (APINDO) that deemed that
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report121
Kebijakan Pendapatan dan Kapasitas Keuangan DaerahPolicy concerning Regional Revenue and Fiscal Capacity
Jalan (PPJ) telah bertentangan dengan UUD 1945,
khususnya mengenai pengenaan PPJ terhadap
penggunaan listrik yang dihasilkan sendiri.
Lebih lanjut, progres kegiatan terkait kebijakan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah adalah sebagai tabel
berikut.
Tabel 4.17Progres Kegiatan Tahun Anggaran 2018
No. Nama Kegiatan / Name of Activity Progres Penyusunan / Drafting Progress
1.
Penyusunan RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. / Drafting of Law concerning Regional Taxes and Levies.
a. Telah didiskusikan dan dibahas dengan Pemerintah Daerah, Lintas Kementerian, International Expert, Tim Ahli/Akademisi, dan Asosiasi Pengusaha; / Discussed with Regional Governments, Ministries, International Experts, Expert/Academic Team, and Employers’ Association;
b. Hasil Diskusi dan materi RUU telah dituangkan dalam draft RUU PDRD; / Discussion result and the draft material are contained in the RUU PDRD draft
c. Sinkronisasi dengan RUU Peningkatan Pendapatan Daerah yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. / Synchronization with the Draft of Law concerning Regional Revenues Improvement proposed by the House of Representatives.
2.
Penyusunan PMK tentang Tata Cara Pemotongan Pajak Rokok Sebagai Kontribusi Dukungan Program Jaminan Kesehatan. / Drafting of PMK concerning Procedure for Cigarette Tax Deduction as Contribution to Support Health Insurance Program.
Telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128/PMK.07/2018 tentang Tata Cara Pemotongan Pajak Rokok Sebagai Kontribusi Dukungan Program Jaminan Kesehatan pada tanggal 21 September 2018. / Stipulated Regulation of the Minister of Finance No. 128/PMK.07/2018 concerning Procedure for Cigarette Tax Deduction as Contribution to Support Health Insurance Program on September 21, 2018.
3.
Penyusunan PMK tentang Pedoman Penagihan dan Pemeriksaan Pajak Daerah. / Drafting of PMK concerning Guidelines for Regional Taxes Collection and Examination.
Telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 207/PMK.07/2018 tentang Pedoman Penagihan dan Pemeriksaan Pajak Daerah pada tanggal 31 Desember 2018. / Stipulated Regulation of the Minister of Finance No. 207/PMK.07/2018 concerning Guidelines for Regional Taxes Collection and Examination on December 31, 2018.
4.
Penyusunan PMK tentang Pedoman Penilaian Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. / Drafting of PMK concerning Guidelines for Land and Building Tax (PBB) Assessment in Rural and Urban Areas.
Telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.07/2018 tentang Pedoman Penilaian Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan pada tanggal 31 Desember 2018. / Stipulated Regulation of the Minister of Finance No. 208/PMK.07/2018 concerning Guidelines for Land and Building Tax (PBB) Assessment in Rural and Urban Areas on December 31, 2018.
5.
Penyusunan Keputusan Dirjen PK tentang Proporsi dan Estimasi Penerimaan Pajak Rokok untuk masing-masing Provinsi Tahun 2019. / Drafting of Decree of Director General of Fiscal Balance concerning Proportion and Estimation of Cigarette Tax Revenue of each Province in 2019.
Sebagai aturan reguler, pada tanggal 23 November 2018 ditetapkan Keputusan Dirjen Perimbangan Keuangan Nomor 47/PK/2018. / Decree of the Director General of Fiscal Balance No. 47/PK/2018 was stipulated as a regulation on November 23, 2018.
Street Lighting Levy contradicts the 1945 Constitution,
particularly the imposition of Street Lighting Levy on
the usage of self-generated electricity.
Furthermore, activity progress related to Regional
Taxes and Levies is described in the following table.
Table 4.17Activity Progress of Fiscal Year 2018
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report122
Kebijakan Pendapatan dan Kapasitas Keuangan DaerahPolicy concerning Regional Revenue and Fiscal Capacity
No. Nama Kegiatan / Name of Activity Progres Penyusunan / Drafting Progress
6.
Penyelesaian uji materil di Mahkamah Konstitusi atas Pasal 1 angka 28, Pasal 52 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 55 ayat (2) dan ayat (3) UU No. 28 Tahun 2009 tentang PDRD terkait Pajak Penerangan Jalan. / Settlement of judicial review at the Constitutional Court of Article 1 number 28, Article 52 paragraph (1) and paragraph (2), Article 55 paragraph (2) and (3) of Law No. 28/2009 concerning Regional Taxes and Levies related to Street Lighting Levy.
Telah dibacakan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 80/PUU-XV/2017 pada tanggal 10 Desember 2018, dengan amar putusan: / Verdict of the Constitutional Court No. 80/PUU-XV/2017 was read on December 10, 2018 as follows:a. mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian; / partially granted the
petitioner’s request;b. menyatakan pasal yang digugat bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak
memiliki kekuatan hukum yang mengikat; / stated that the articles at issue contradict the 1945 Constitution and are not legally binding.
c. menyatakan pasal yang digugat masih tetap berlaku sampai dengan dilakukan perubahan sesuai dengan tenggang waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak putusan dibacakan; / stated that the articles at issue will be effective until its amendment no later than 3 (three) years after the verdict is read;
d. memerintahkan kepada pembentuk UU untuk dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun untuk melakukan perubahan terhadap UU No.28 Tahun 2009 tentang PDRD khususnya berkenaan dengan pengenaan pajak terhadap penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri maupun yang dihasilkan dari sumber lain selain yang dihasilkan oleh pemerintah (PT PLN) sejak putusan dibacakan. / instructed legislators to amend Law No. 28/2009 concerning Regional Taxes and Levies, especially related to the imposition of levy on usage of self-generated electricity or electricity obtained from sources other than the government (PT PLN), within 3 (three) years after the verdict is read.
Dalam upaya memperkuat implementasi kebijakan
di bidang hubungan keuangan antara pemerintah
pusat dan daerah, perlu peningkatan pemahaman
stakeholders akan fungsi DJPK. Bentuk peningkatan
pemahaman stakeholders dapat dilakukan melalui
kegiatan bimbingan teknis yang dilakukan secara
berkelanjutan dan menyeluruh. Peningkatan kapasitas
bagi aparat pengelola keuangan daerah pada tahun
2018 difokuskan pada: (i) daerah yang saat ini masih
berkategori BB- ke bawah sesuai dengan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 102/KMK.07/2016
tentang Hasil Pemeringkatan Kesehatan Fiskal dan
Pengelolaan Keuangan Daerah untuk masing-masing
Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota Tahun 2016;
dan (ii) daerah yang memiliki local tax ratio di bawah
rata-rata nasional. Oleh karena itu, peningkatan
kapasitas pengelola keuangan daerah untuk tahun
2018 dilaksanakan melalui bimbingan teknis dengan
fokus pada materi penilaian PBB-P2, pemeriksaan, dan
In strengthening implementation of policies
concerning financial relations between the central
and regional governments, the stakeholders’
understanding of DJPK’s function must be improved.
Such improvement can be carried out through
continuous and comprehensive technical supervision
activities. Capacity building for regional financial
managers in 2018 was focused on: (i) regions under BB-
category and lower based on Decree of the Minister
of Finance No. 102/KMK.07/2016 concerning Result of
Regional Fiscal Soundness and Financial Management
Rating for each Province, Regency, and Municipality
in 2016; and (ii) regions with local tax ratio under
the national average. Therefore, capacity building of
regional financial managers in 2018 was carried out
through technical supervision by focusing on PBB-P2
assessment, examination, and collection of Regional
Taxes. Moreover, the technical supervision also
provides regional financial management materials,
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report123
Kebijakan Pendapatan dan Kapasitas Keuangan DaerahPolicy concerning Regional Revenue and Fiscal Capacity
penagihan Pajak Daerah. Selain itu, dalam bimbingan
teknis juga diberikan materi pengelolaan keuangan
daerah yaitu akuntansi berbasis akrual, penatausahaan
keuangan daerah, pengelolaan Barang Milik Daerah
(BMD), dan e-Government.
Pada tahun 2018, pelaksanaan bimbingan teknis
juga melibatkan Perguruan Tinggi sebagai Center of Excellence, yaitu Universitas Indonesia, Universitas
Andalas, Universitas Brawijaya, Universitas Sam
Ratulangi, dan Politeknik Keuangan Negara STAN.
Selama tahun 2018, jumlah Pemerintah Daerah yang
mengikuti bimbingan teknis yang diselenggarakan
oleh DJPK adalah sebanyak 328 daerah dengan jumlah
peserta sebanyak 2.125 orang yang berasal dari dinas/
badan yang mengelola Pajak Daerah dan dinas/badan
yang mengelola keuangan daerah.
Selain pelaksanaan bimbingan teknis, dalam rangka
optimalisasi penerimaan pajak daerah, telah
dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dan
workshop bagi 200 pemerintah daerah. Materi yang
disampaikan dalam FGD dan workshop antara lain
konsep modernisasi administrasi perpajakan daerah,
profiling database wajib pajak hotel dan restoran,
model perhitungan potensi Pendapatan Asli Daerah,
konsep fiscal cadaster, dan permasalahan pemungutan
pajak daerah.
Tujuan dari FGD ini adalah untuk membantu Pemerintah
Daerah dalam menyelesaikan permasalahan
pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dan
memberikan dukungan dalam rangka optimalisasi
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah.
namely accrual-based accounting, regional financial
administration, management of Regional-Owned
Assets (BMD), and e-Government.
In 2018, technical supervision implementation also
involved higher education institutions as Center of
Excellence, namely Universitas Indonesia, Universitas
Andalas, Universitas Brawijaya, Universitas Sam
Ratulangi, and Politeknik Keuangan Negara STAN.
In 2018, the number of Regional Governments that
participated in the technical supervision of the DJPK
amounted to 328 regions and 2,125 people from offices/
agencies that manage Regional Taxes or regional
finance.
In addition to technical supervision implementation, in
order to optimize regional tax revenues, Focus Group
Discussion (FGD) and workshop were organized for
200 regional governments. The materials delivered
in the FGD and workshop include modern concept
of regional tax administration, profiling of hotel and
restaurant tax subject database, Locally-Generated
Regional Revenues potential calculation model,
fiscal cadaster concept, and issues in regional taxes
collection.
The objective of this FGD is to assist Regional
Governments in settling issues concerning regional
taxes and levies collection and to support optimization
of regional taxes and levies revenues.
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report124
Kebijakan Pendapatan dan Kapasitas Keuangan DaerahPolicy concerning Regional Revenue and Fiscal Capacity
Selanjutnya, dalam rangka percepatan optimalisasi
pemungutan pajak pusat dan pajak daerah, telah
disusun Rancangan Keputusan Bersama antara Dirjen
Perimbangan Keuangan dan Dirjen Pajak, dan Rancangan
Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan (DJPK), Direktorat Jenderal
Pajak (DJP), dan Pemerintah Daerah. Ruang lingkup
yang diatur dalam PKS antara lain: (i) pemanfaatan
data dan/atau informasi pajak atas pengusaha
(terdaftar dan belum terdaftar) dan wajib pajak yang
ditetapkan secara berkala yang disepakati DJP dan
Pemda; (ii) pelaksanaan pengawasan bersama dalam
bidang perpajakan; (iii) pelaksanaan Konfirmasi Status
Wajib Pajak (KSWP); (iv) koordinasi dalam penyusunan
regulasi pajak daerah; (v) pendampingan dan dukungan
kapasitas dalam kegiatan penerapan sistem teknologi
informasi perpajakan daerah; (vi) dukungan kapasitas
dalam kegiatan bimbingan teknis dan pendampingan
dalam rangka pembinaan administrasi perpajakan
daerah serta sosialisasi perpajakan secara terpadu; dan
(vii) kegiatan lain yang dianggap perlu dalam rangka
optimalisasi pemungutan pajak pusat dan pajak daerah.
Rancangan Perjanjian Kerja Sama (PKS) masih dalam
proses finalisasi pilot project di lima daerah.
Dalam rangka meningkatkan pemahaman Pemerintah
Daerah, Direktorat Pendapatan dan Kapasitas Keuangan
Daerah telah menyusun Buku Pedoman tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Buku pedoman tersebut
berisi panduan teknis dan substansi terkait penyusunan
Raperda dan pelaksanaan pemungutan Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah. Dalam buku pedoman tersebut
juga disajikan contoh-contoh kasus permasalahan
yang sering ditemukan dalam penyusunan Raperda dan
Furthermore, to accelerate the optimization of central
and regional taxes collection, a Joint Decree has been
drafted between the Directorate General of Fiscal
Balance and Directorate General of Taxes as well as
a Cooperation Agreement between the Directorate
General of Fiscal Balance (DJPK), Directorate General
of Taxes (DJP), and Regional Governments. The
scope of the agreement covers: (i) utilization of tax
information and/or data of employers (registered and
non-registered) and tax subjects that are determined
periodically as agreed upon by DJP and Regional
Governments; (ii) implementation of Tax Subject Status
Confirmation (KSWP); (iv) coordination in preparing
regional taxes regulation; (v) assistance and capacity
support in the implementation of regional taxes
information technology system; (vi) capacity support in
technical supervision and assistance in the supervision
of regional taxes administration and integrated taxes
dissemination; and (vii) other activities deemed
necessary in the optimization of central and regional
taxes collection. The cooperation agreement draft is
undergoing pilot project finalization process in five
regions.
To improve the understanding of Regional
Governments, the Directorate of Regional Revenue and
Fiscal Capacity has prepared a Guidebook on Regional
Taxes and Levies. The guidebook contains technical
and substantial guidelines concerning drafting of
Regional Regulations (Raperda) and implementation of
Regional Taxes and Levies collection. The guidebook
also provides sample cases of common issues during
the drafting of Regional Regulations and errors in the
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report125
kesalahan penerapan pemungutan PDRD di lapangan
dan penyusunan Raperda tentang PDRD.
Selama tahun 2018, Direktorat Pendapatan dan
Kapasitas Keuangan Daerah telah menerima Surat
Permintaan Rekomendasi Evaluasi Raperda dari
Kementerian Dalam Negeri sebanyak 58 surat dengan
total sebanyak 571 Raperda, yang dapat dirinci: i)
triwulan I sebanyak 247 Raperda; ii) triwulan II sebanyak
126 Raperda, iii) triwulan III sebanyak 130 Raperda; dan
iv) triwulan IV sebanyak 68 Raperda.
Tabel 4.18Rincian Hasil Evaluasi RAPERDA
Jumlah Raperda / Total Raperda
Diproses / Processed
Tidak Diproses / Not Processed
Raperda Pajak Daerah / Raperda on Regional Taxes 157 146 11
Raperda Retribusi Daerah / Raperda on Regional Levies 414 353 61
Total 571 499 72
Dari 571 Raperda yang diterima, Direktorat Pendapatan
dan Kapasitas Keuangan Daerah telah membuat
rekomendasi atas 499 Raperda, sedangkan sebanyak
72 Raperda lainnya tidak dapat diproses lebih lanjut
karena dokumen yang disampaikan tidak lengkap atau
telah dibuatkan rekomendasi sebelumnya.
implementation of PDRD collection in the field and
drafting of Regional Regulation concerning PDRD.
Throughout 2018, the Directorate of Regional Revenue
and Fiscal Capacity has received 58 Letters of Request
for Recommendation of Regional Regulation Draft
Evaluation from the Ministry of Home Affairs with a
total of 571 Regional Regulation Drafts as specified
below: i) 247 drafts in quarter I; ii) 126 drafts in quarter
II; iii) 130 drafts in quarter III; and iv) 68 drafts in
quarter IV.
Table 4.18Details of RAPERDA Evaluation Result
From 571 drafts that have been received, the
Directorate of Regional Revenue and Fiscal Capacity
has made recommendations for 499 drafts, while the
remaining 72 drafts could not be processed further due
to incomplete documents or prior recommendations
given.
Kebijakan Pendapatan dan Kapasitas Keuangan DaerahPolicy concerning Regional Revenue and Fiscal Capacity
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report126
DANA DESAUndang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
memberikan hak kepada Desa untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat. Untuk
mendanai hak tersebut, Desa memiliki tujuh sumber
Pendapatan desa yaitu (i) pendapatan asli desa,
yang terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan
partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan
asli desa; (ii) alokasi dari APBN; (iii) bagian dari hasil
pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota;
(iv) alokasi Dana Desa yang merupakan bagian dari
dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota;
(v) bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan APBD
Kabupaten/Kota; (vi) hibah dan sumbangan yang
tidak mengikat dari pihak ketiga; serta (vii) lain-lain
pendapatan desa yang sah.
VILLAGE FUND Law No. 6/2014 concerning Villages grants villages the
right to regulate and administer the interests of local
communities. To finance this right, Village has seven
sources of village revenue: (i) pure income generated
from village, consisting of business outcomes, asset
outcomes, self-help and participation, communal
work, and others pure income generated from village;
(ii) allotment from the State Budget; (iii) village share
from regency/municipality regional taxes and levies;
(iv) allotment of Village Fund as part of balanced
funds received by regency/municipality; (v) financial
aid from Provincial Regional Budget and Regency/
Municipality Regional Budget; (vi) grant and other
non-bonding contributions from third parties; and (vii)
other legitimate village revenues.
Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report127
Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 225/
PMK.07/2017 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.07/2017 tentang
Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa, Dana
Desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang
diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui APBD
kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat. Dana Desa merupakan
alokasi anggaran APBN yang bersumber dari belanja
pusat melalui pengefektifan program yang berbasis
desa secara merata dan berkeadilan. Besaran alokasi
anggaran yang peruntukannya langsung ke desa
ditentukan 10 persen dari dan di luar dana Transfer ke
Daerah (on top) secara bertahap.
Data yang digunakan untuk pengalokasian Dana
Desa bersumber dari BPS dan/atau Kementerian/
Lembaga yang berwenang untuk menerbitkan data,
yaitu terdiri dari: (i) Jumlah Desa, yang bersumber dari
Kementerian Dalam Negeri; (ii) Jumlah Penduduk (JP)
Desa, yang bersumber dari data kependudukan dan
catatan sipil (dukcapil) Kementerian Dalam Negeri; (iii)
Jumlah Penduduk Miskin (JPM) Desa, yang bersumber
dari Kementerian Sosial; (iv) Luas Wilayah (LW)
Desa, yang bersumber dari BPS; (v) Indeks Kesulitan
Geografis (IKG) dan Indeks Kemahalan Konstruksi
(IKK), yang bersumber dari BPS; serta (vi) Status Desa,
yang bersumber dari data indeks desa membangun
Kementerian Desa dan PDTT.
Pengalokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2018 ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/
PMK.07/2017 tentang Perubahan Rincian Dana Desa
menurut Daerah Kabupaten/Kota Tahun Anggaran
2018, sedangkan pengalokasian Dana Desa per desa
ditetapkan melalui Peraturan Kepala Daerah mengenai
rincian Dana Desa per desa. Ketentuan pengalokasian
Dana Desa TA 2018 adalah Alokasi Dasar (AD) sebesar
Pursuant to Regulation of the Minister of Finance No.
225/PMK.07/2017 concerning Second Amendment
to Regulation of the Minister of Finance No. 50/
PMK.07/2017 concerning Management of Regional
Transfer Fund and Village Fund, Village Fund is sourced
from the State Budget and designated for Villages
through transfer from regency/municipality Regional
Budget and used to finance government operations,
development implementation, community education,
and community empowerment. Village Fund is
allocated from the State Budget sourced from central
government expenditure through improvement of
village-based program effectiveness equally and fairly.
The amount of direct budget allocation for villages
is set at 10 percent on top of Regional Transfer Fund
gradually.
Data used for the allocation of Village Fund is obtained
from Statistics Indonesia and/or Ministries/Agencies
with the authority to publish data, which consists of:
(i) Number of Villages, obtained from the Ministry of
Home Affairs; (ii) Number of Village Population (JP),
obtained from population and civil registry data of the
Ministry of Home Affairs; (iii) Number of Poor Village
Population (JPM), obtained from the Ministry of Social
Affairs; (iv) Total Village Area (LW), obtained from
Statistics Indonesia; (v) Geographical Remoteness Index
(IKG) and Construction Cost Index (IKK), obtained from
Statistics Indonesia; and (vi) Village Status, obtained
from village development index data of the Ministry of
Villages, Disadvantaged Regions, and Transmigration.
Village Fund Allocation for Fiscal Year 2018 was
determined based on Regulation of the Minister of
Finance No. 226/PMK.07/2017 concerning Change
to Village Fund Details by Regency/Municipality of
Fiscal Year 2018, while allocation of Village Fund by
village was determined through Regulation of Regional
Heads concerning details of Village Fund by village.
Provision on the allocation of Village Fund of Fiscal
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report128
Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds
77 persen dari pagu Dana Desa, dibagi secara merata
kepada setiap desa; Alokasi Afirmasi (AF) sebesar 3
persen dari pagu Dana Desa, dibagi secara proporsional
kepada desa tertinggal dan desa sangat tertinggal yang
mempunyai jumlah penduduk miskin (JPM) tinggi;
Alokasi Formula (AF) sebesar 20 persen dari pagu
Dana Desa, dibagi berdasarkan: jumlah penduduk desa
dengan bobot 10 persen; jumlah penduduk miskin desa
dengan bobot 50 persen; luas wilayah desa dengan
bobot 15 persen; dan Indeks Kemahalan Konstruksi
atau Indeks Kesulitan Geografis desa dengan bobot 25
persen.
Pada tahun anggaran 2018, Pemerintah mengalokasikan
Dana Desa sebesar Rp60 triliun kepada 434 Kabupaten/
Kota dan 74.958 desa.
Terdapat perubahan kebijakan penyaluran Dana Desa
pada tahun 2018. Penyaluran Dana Desa tersebut
dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari RKUN ke
RKUD untuk selanjutnya dilakukan pemindahbukuan
dari RKUD ke RKD. Penyaluran dari RKUN ke RKUD
dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap. Tahap I sebesar 20
persen, disalurkan paling cepat bulan Januari dan paling
lambat minggu ketiga bulan Juni dengan persyaratan
Peraturan Daerah mengenai APBD dan Peraturan
Kepala Daerah mengenai tata cara pengalokasian
dan rincian Dana Desa per desa. Tahap II sebesar
40 persen, disalurkan paling cepat bulan Maret dan
paling lambat minggu keempat bulan Juni dengan
persyaratan laporan realisasi penyaluran dana desa
tahun anggaran sebelumnya dan laporan konsolidasi
realisasi penyerapan dan capaian output dana desa
tahun anggaran sebelumnya. Tahap III sebesar 40
persen, disalurkan paling cepat bulan juli dengan
persyaratan laporan penyaluran dana desa tahap i dan
tahap ii dari rkud ke rkd paling kurang 75 persen dan
laporan konsolidasi realisasi penyerapan dana desa
tahap i dan tahap ii rata-rata paling kurang 75 persen,
dan rata-rata capaian output dana desa s.d. tahap ii
paling kurang 50 persen.
Year 2018 consists of Basic Allocation (AD) at 77 percent
of the Village Fund ceiling, distributed equally to each
village; Affirmation Allocation (AF) at 3 percent of the
Village Fund ceiling, distributed proportionately to
underdeveloped villages with high number of poor
population (JPM); Formula Allocation (AF) at 20 percent
of the Village Fund ceiling, distributed based on:
number of village population by 10 percent; number
of poor village population by 50 percent; total village
area by 15 percent; and Construction Cost Index or
Geographical Remoteness Index by 25 percent.
In Fiscal Year 2018, the Government allocated Village
Fund at Rp60 trillion for 434 Regencies/Municipalities
and 74,958 villages.
There were changes to the distribution policy of
Village Fund in 2018. Village Fund distribution is
carried out through transfer from RKUN to RKUD to
be further transferred from RKUD to RKD. Distribution
from RKUN to RKUD is carried out in 3 (three) phases.
Phase I constitutes 20 percent that is transferred at
the earliest in January and the latest in the third week
of June with the requirement of Regional Regulation
concerning Regional Budget and Regulation of Regional
Head concerning allocation procedure and details of
Village Fund by village. Phase II constitutes 40 percent
that is transferred at the earliest in March and the
latest in the third week of June with the requirement
of report on Village Fund distribution realization of
the previous fiscal year and consolidated report on
Village Fund absorption and output achievement
of the previous fiscal year. Phase III constitutes 40
percent that is transferred at the earliest in July with
the requirement of Village Fund distribution report
of Phase I and Phase II from RKUD to RKD at least
75 percent and consolidated report of Village Fund
absorption realization of Phase I and Phase II at least
75 percent at average, as well as Village Fund output
achievement until Phase II at 50 percent at average.
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report129
Penyaluran dari RKUD ke RKD dilaksanakan dalam
3 (tiga) tahap. Syarat Penyaluran Tahap I adalah
peraturan desa mengenai APBDesa. Syarat penyaluran
Tahap II adalah laporan realisasi penyerapan dan
capaian output Dana Desa tahun anggaran sebelumnya.
Syarat penyaluran Tahap III adalah laporan realisasi
penyerapan dan capaian output Dana Desa sampai
dengan Tahap II.
Dana Desa yang telah disalurkan dari RKUN ke
RKUD pada tahun 2018 mencapai Rp59,86 triliun,
atau sebesar 99,77 persen dari pagu nasional sebesar
Rp60 triliun. Pada Tahap I, telah disalurkan sebesar
Rp11,99 triliun (99,92 persen) dari pagu Tahap I sebesar
Rp12 triliun kepada 434 daerah. Pada Tahap II, telah
disalurkan sebesar Rp23,86 triliun (99,42 persen) dari
pagu Tahap II sebesar Rp24 triliun kepada 434 daerah.
Pada Tahap III, telah disalurkan sebesar Rp23,99 triliun
(99,96persen) dari pagu Tahap III sebesar Rp24 triliun
kepada 434 daerah.
Dana Desa yang tidak tersalurkan pada tahun 2018
sebesar Rp140,59 miliar. Hal tersebut disebabkan karena
terdapat sisa Dana Desa tahun 2017 di RKUD yang
tidak tersalurkan ke Desa sebesar Rp137,51 miliar serta
terdapat perbedaan data jumlah desa aktual dengan
data jumlah desa yang bersumber dari kementerian
lain sebanyak 5 desa. Untuk itu, penyaluran Dana Desa
dari RKUN ke RKUD dikurangi sebesar Rp3.08 miliar
yang dialokasikan untuk desa dimaksud.
Sepanjang pelaksanaan Dana Desa dari tahun 2015
sampai 2018, output dan outcome yang dicapai adalah
sebagai berikut:
Distribution from RKUD to RKD is carried out in 3 (three)
phases. Requirement of Phase I distribution is village
regulation concerning Village Budget. Requirement of
Phase II distribution is report of Village Fund absorption
realization and output achievement of previous fiscal
year. Requirement of Phase III distribution is report
on Village Fund absorption realization and output
achievement until Phase II.
Village Fund that has been distributed from RKUN to
RKUD in 2018 reached Rp59.86 trillion or 99.77 percent
of the national ceiling at Rp60 trillion. In Phase I,
Rp11.99 trillion (99.92 percent) of the Phase I ceiling at
Rp12 trillion was distributed to 434 regions. In Phase
II, Rp23.86 trillion (99.42 percent) of Phase II ceiling at
Rp24 trillion was distributed to 434 regions. In Phase
III, Rp23.99 trillion (99.96 percent) of Phase III ceiling
at Rp24 trillion was distributed to 434 regions.
Undistributed Village Fund in 2018 amounted to
Rp140.59 billion. It was attributable to the remaining
Village Fund of 2017 at RKUD that was undistributed
to Villages amounting to Rp137.51billion as well as
difference between the data of actual number of villages
and the data of number of villages from other ministries
by 5 villages. Therefore, Village Fund distribution from
RKUN to RKUD was reduced by Rp3.08 billion that was
allocated for the villages concerned.
In the implementation of Village Fund from 2015 to
2018, the achieved output and outcome is as follows:
Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report130
Gambar 4.1Capaian Output dan Outcome Dana Desa Tahun 2015
s.d. 2018
MENUNJANG AKTIVITAS EKONOMI MASYARAKATSupporting Community Economic Activities
JALAN DESA 191.600 KM
Village Roads 191.600 Km
PENAHAN TANAH 192.974
UNITRetaining Walls
192.974 Unit
TAMBATAN PERAHU 5.371
UNITBoat Moorings
5.371 unit
DRAINASE 29.557.922 M
Drainage 29.557.922 M
PASAR DESA 8.983 UNIT
Village Markets 8.983 Unit
MCK 240.567 UNIT
Clean Water 240.567 Unit
IRIGASI 58.931 UNIT
Irrigation 58.931 Unit
POSYANDU 24.820 UNIT
Integrated Health Service Posts 24.820 Unit
JEMBATAN 1.140.378 M
Bridges 1.140.378 M
AIR BERSIH 959.569 UNITClean Water 959.569 Unit
EMBUNG 4.175 UNIT
Reservoirs 4.175 Unit
PAUD 50.854 UNIT
Early Childhood Education 50.854
Unit
BUMDES 37.830 KEGIATAN
Village-Owned Enterprises
37.830 Activities
POLINDES 9.592 UNIT
Village Labor Facility 9.592
Unit
RAGA DESA19.526 UNIT
Village Sports 19.526 Unit
SUMUR 45.169 UNIT
Wells 45.169 Unit
MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT DESAImproving Life Quality of Village Community
Rp
20140,34 2014
0,34
201417,37 juta/million
15,81 juta/million
14,2%
13,2%2018
Ratio Gini Perdesaan / Village Gini Ratio
Jumlah Penduduk Miskin Perdesaan / Total Poor
Village Population
Persentase Penduduk Miskin Perdesaan / Percentage of Poor
Village PopulationPenurunan Angka Rasio Gini Di Perdesaan dari Tahun 2014
Hingga 2018 Sebesar 0,2) / Village gini ratio from 2014 to
2018 declined by 0.2
DANA INSENTIF DAERAH (DID)DID adalah dana yang dialokasikan dalam APBN
kepada daerah tertentu berdasarkan kriteria tertentu
dengan tujuan untuk memberikan penghargaan atas
pencapaian kinerja tertentu. DID termasuk dalam
Dana Transfer ke Daerah yang penggunaannya bersifat
umum sesuai kebutuhan dan prioritas daerah. Namun
sesuai ketentuan penggunaan Dana Transfer ke Daerah
secara umum, DID harus digunakan untuk mendanai
Figure 4.1Output and Outcome Achievement of Village Fund
2015-2018
REGIONAL INCENTIVE FUND (DID)DID is a fund allocated in the State Budget for certain
regions based on certain criteria with the aim to
give reward on certain performance achievement.
DID belong to Regional Transfer Fund for general
use according to the need and priority of regions.
Nevertheless, according to the general provision of
Regional Transfer Fund use, DID must be utilized to
finance regional affairs belonging to the authority
Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report131
urusan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi,
kabupaten, dan kota yang terdiri atas urusan wajib dan
urusan pilihan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Penghitungan alokasi DID dilakukan berdasarkan
kriteria utama dan kategori kinerja. Kriteria utama
merupakan kriteria yang menentukan kelayakan suatu
daerah untuk dapat menerima DID, yang terdiri atas: (a)
opini Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP); (b) penetapan Peraturan Daerah mengenai
APBD tepat waktu; dan (c) penggunaan e-government (e-procurement).
Sementara Kategori Kinerja merupakan kategori yang
digunakan untuk menilai kinerja daerah, yang terdiri
atas: (i) kinerja kesehatan fiskal dan pengelolaan
keuangan daerah, yaitu kategori yang digunakan
sebagai unsur penilaian terhadap upaya dan capaian
kinerja daerah di bidang keuangan; (ii) kesejahteraan
masyarakat, yaitu kategori yang digunakan sebagai
unsur penilaian terhadap upaya dan capaian kinerja
daerah dalam rangka pengentasan kemiskinan dan
meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM);
(iii) kinerja pelayanan dasar publik, yaitu kategori yang
digunakan sebagai unsur penilaian terhadap upaya dan
capaian kinerja daerah di bidang pendidikan, kesehatan,
dan pekerjaan umum; dan (iv) pelayanan umum
pemerintahan, yaitu kategori yang digunakan sebagai
unsur penilaian terhadap kinerja pelayanan umum
pemerintah berupa hasil penilaian atas perencanaan
daerah, penyelenggaraan pemerintahan daerah, sistem
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, inovasi
pelayanan yang dilakukan pemerintah daerah, dan
kemudahan berusaha di daerah.
of provincial, regency, and municipal governments
which consist of mandatory affairs and optional affairs
pursuant to the prevailing regulations.
DID allocation is calculated based on main criteria
and performance category. Main criteria are a set of
criteria determining the feasibility of a region receiving
DID, consisting of: (a) unqualified opinion (WTP) from
BPK regarding Regional Government Financial Report
(LKDP); (b) stipulation of Regional Budget in a timely
manner; and (c) use of e-government (e-procurement).
Meanwhile, Performance Category is the category used
to measure regional performance, consisting of: (i)
performance of regional fiscal soundness and financial
management, namely the category used as an element
to assess regional efforts and performance in financial
sector; (ii) public welfare, namely the category used as
an element to assess regional efforts and performance
in the alleviation of poverty and improvement of
Human Development Index (IPM); (iii) public basic
service performance, namely the category used as an
element to assess regional efforts and performance
achievement in education, health, and public works
sectors; and (iv) government public service, namely
the category used as an element to assess government
public service performance in the form of evaluation
result on regional planning, regional government
implementation, government institutions performance
accountability system, service innovations made by
regional governments, and ease of doing business in
regions.
Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report132
DID diberikan kepada daerah yang telah memenuhi
kriteria utama dan memenuhi batas minimum
kelulusan nilai kinerja dari kategori kinerja dan/atau
memenuhi kategori kinerja di bidang pelayanan umum
pemerintahan.
Batas minimum kelulusan nilai kinerja merupakan nilai
minimum tertentu atas hasil penilaian terhadap kinerja
daerah dari kinerja kesehatan fiskal dan pengelolaan
keuangan daerah, kinerja kesejahteraan masyarakat,
dan kinerja pelayanan dasar publik. Nilai kinerja daerah
yang telah memenuhi batas minimum kelulusan kinerja
digunakan sebagai dasar penentuan alokasi DID untuk
kategori kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan
daerah, kinerja kesejahteraan masyarakat, dan kinerja
pelayanan dasar publik bidang pendidikan, kesehatan,
dan infrastruktur.
Nilai kinerja daerah selanjutnya dikelompokkan
menjadi 4 (empat) kelompok yaitu rendah, sedang,
tinggi, dan sangat tinggi. Setiap kategori kinerja dan
kelompok nilai kinerja memiliki dasar alokasi yang
berbeda dimulai dari alokasi terkecil pada kelompok
nilai kinerja rendah kemudian terus meningkat untuk
setiap tingkatan kelompoknya.
Alokasi DID suatu daerah dihitung berdasarkan jumlah
kategori kinerja yang dapat dipenuhi oleh daerah
dan kelompok nilai kinerja yang diperoleh daerah.
Selanjutnya berdasarkan pagu yang ditetapkan dalam
Rancangan Undang-Undang mengenai APBN yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan hasil
pembahasan, ditetapkan alokasi DID untuk setiap
daerah.
DID is provided to regions that have fulfilled the main
criteria and the minimum passing grade in performance
category and/or fulfilled performance category in
government public service sector.
The minimum passing grade of performance is a certain
minimum grade regarding the assessment result of
regional performance, which covers the performance
of regional fiscal soundness and financial management,
public welfare performance, and public basic service
performance. Regional performance score which
meets the minimum passing grade of performance is
used as a basis in determining the allocation of DID for
categories of regional fiscal soundness and financial
management, public welfare performance, as well as
public basic service performance in education, health,
and infrastructure sectors.
Regional performance score is further categorized
into 4 (four) groups of low, medium, high, and very
high. Each performance category and performance
score groups has different allocation base, in which the
allocation is the smallest for low performance score
group and increases for each group level.
DID allocation for a region is calculated based on the
total performance category that can be fulfilled by the
region and performance score group obtained by the
region. Furthermore, DID allocation for each region
is determined based on the ceiling set in the Draft of
Law concerning State Budget approved by the House
of Representatives and discussion result.
Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report133
Alokasi DID untuk setiap daerah tercantum dalam
Peraturan Presiden mengenai rincian APBN, yakni
Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2017 tentang
Rincian APBN TA 2018. DID disalurkan melalui
mekanisme pemindahbukuan dari RKUN ke RKUD
penerima DID. Adapun penyaluran DID diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112/PMK.07/2017
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer
ke Daerah dan Dana Desa, penyaluran DID TA 2018
dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap:
• Tahap I sebesar 50 persen dari pagu alokasi,
setelah kepala daerah menyampaikan: (i) peraturan
daerah mengenai APBD tahun berjalan; (ii)
rencana penggunaan DID tahun berjalan; dan (iii)
laporan realisasi penyerapan DID tahun anggaran
sebelumnya bagi daerah yang mendapatkan.
• Tahap II sebesar 50 persen dari pagu alokasi setelah
kepala daerah menyampaikan laporan realisasi DID
Tahap I minimal 70 persen, paling lambat tanggal
bulan Agustus.
DANA OTONOMI KHUSUSDana Otonomi Khusus (Otsus) adalah dana yang
dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi
khusus suatu daerah, sebagaimana ditetapkan dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-
Undang, dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006
tentang Pemerintahan Aceh.
DID allocation for each region is stated in Presidential
Regulation concerning details of the State Budget,
namely Presidential Regulation No. 107/2017
concerning Details of State Budget of Fiscal Year 2018.
DID is distributed through transfer mechanism from
RKUN to recipient RKUD. DID distribution is regulated
in Regulation of the Minister of Finance No. 112/
PMK.07/2017 concerning Amendment to Regulation
of the Minister of Finance No. 50/PMK.07/2017
concerning Management of Regional Transfer Fund
and Village Fund, of which implementation in Fiscal
Year 2018 is carried out in 2 (two) phases:
• Phase I constitute 50 percent of allocation ceiling
after regional head submits: (i) regional regulation
concerning Regional Budget of the current year;
(ii) DID utilization plan of the current year; and (iii)
report of DID absorption realization of the previous
fiscal year for recipient regions.
• Phase II constitute 50 percent of the allocation
ceiling after regional head submits report of DID
realization in Phase I at least 70 percent no later
than August.
SPECIAL AUTONOMY FUNDSpecial Autonomy Fund is a fund allocated for
financing special autonomy practices of certain region,
as stipulated in Law No.35/2008 on the Stipulation of
PERPPU No.1/2008 concerning Amendment of Law
No.21/2001 on Special Autonomy for Papua Province
into Law, and Law No.11/2006 on Aceh Government.
Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report134
Alokasi Dana Otsus Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat ditetapkan setara dengan 2 persen dari pagu
DAU Nasional. Dana Otsus untuk Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat berlaku untuk jangka waktu 20
tahun (Tahun 2002 s.d. 2021).
Sementara itu, alokasi Dana Otsus Provinsi Aceh
ditetapkan setara dengan 2 persen dari DAU Nasional
pada tahun pertama sampai tahun kelimabelas (Tahun
2008 s.d 2022) dan setara dengan 1 persen dari DAU
Nasional pada tahun keenambelas sampai tahun
keduapuluh (Tahun 2023 s.d 2027).
Dana Otsus Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
terutama ditujukan untuk pendidikan dan kesehatan.
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat juga diberikan
Dana Tambahan Infrastruktur (DTI) dalam rangka
Otsus. Besaran DTI dalam rangka Otsus ditetapkan
Pemerintah dan DPR berdasarkan usulan provinsi pada
setiap tahun anggaran sesuai dengan kemampuan
keuangan negara, DTI tahun sebelumnya, dan
presentase tertentu dari Dana Otsus, yang terutama
ditujukan untuk mendanai pembangunan infrastruktur.
Persentase pembagian Dana Otsus antara Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat yaitu sebesar
70:30. Presentase pembagian tersebut sama dengan
pembagian Dana Otsus sejak tahun 2009, yang
mempertimbangkan jumlah penduduk, luas wilayah
dan jumlah kabupaten/kota dan kampung. Pembagian
DTI TA 2019 antara Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat ditetapkan oleh Pemerintah dan DPR berdasarkan
usulan Provinsi Papua maupun Provinsi Papua Barat,
yang telah dinilai oleh Bappenas bersama K/L terkait
yang mempunyai skala prioritas tinggi.
Special Autonomy Fund for Papua and West Papua
Province equals to 2 percent of National DAU ceiling.
Special Autonomy Fund for Papua Province and West
Papua Province prevails for 20 years (2002 until 2021).
Meanwhile, Special Autonomy Fund allocation for Aceh
Province equals to 2 percent of National DAU in the
first year until the fifteenth year (2008 until 2022) and
equals to 1 percent of National DAU in the sixteenth to
twentieth year (2023 until 2027).
The Special Autonomy Fund for Papua Province
and West Papua Province is primarily intended for
education and health. Papua Province and West Papua
Province also received an Additional Infrastructure
Fund (DTI) included in the special autonomy. The
amount of DTI is determined by the Government and
DPR based on provincial proposals in each fiscal year
in accordance with the country’s financial capacity, the
previous year’s DTI, and a certain percentage of the
Special Autonomy Fund, which is primarily intended to
fund infrastructure development.
The percentage of the Special Autonomy Fund
distribution between Papua Province and West Papua
Province is 70:30. The percentage of the distribution
has been the same since 2009. The percentage takes
into account the total population, area and number
of regencies/cities and villages. The division of DTI
TA 2019 between Papua Province and West Papua
Province is determined by the Government and the
DPR based on the proposals of the Papua Province and
West Papua Province, which have been assessed by
Bappenas along with the related Ministries/Agencies
that have a high priority scale.
Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report135
Dana Otsus Provinsi Aceh terutama ditujukan
untuk mendanai pembangunan dan pemeliharaan
infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat,
pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan,
sosial, dan kesehatan.
Pembagian Dana Otsus untuk Kabupaten/Kota
dilakukan berdasarkan qanun/perdasus/pergub.
Provinsi Papua, membagi Dana Otsus untuk provinsi
dan kabupaten/kota berdasarkan Perdasus Nomor 13
Tahun 2016 dengan imbangan 20 persen untuk provinsi
dan 80 persen untuk kabupaten/kota setelah dikurangi
program bersama. Provinsi Papua Barat membagi
Dana Otsus untuk Provinsi dan kabupaten/kota
berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2018
jo Peraturan Gubernur Nomor 58 Tahun 2018 dengan
imbangan 10 persen untuk Provinsi dan 90 persen
untuk kabupaten/kota setelah dikurangi program
bersama. seluruh pengelolaan Dana Otsus Provinsi
Aceh diadministrasikan di provinsi berdasarkan Qanun
Nomor 10 Tahun 2016 dan Pergub Nomor 9 Tahun 2017
dengan pembagian besaran dana untuk provinsi paling
sedikit 60 persen dari pagu, sedangkan besaran dana
untuk kabupaten/kota paling banyak 40 persen dari
pagu setelah dikurangi program bersama.
DJPK melakukan penghitungan alokasi dana dalam
rangka Otsus Papua dan Aceh, yaitu: (i) Dana Otsus
untuk Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; (ii)
Dana Otsus untuk Provinsi Aceh; (iii) Tambahan DBH
SDA Minyak Bumi dan Gas Bumi untuk Provinsi Papua
Barat dan Provinsi Aceh; serta (iv) Dana Tambahan
Infrastruktur dalam rangka pelaksanaan Otsus untuk
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
Aceh Special Autonomy Fund is primarily intended
to fund the development and maintenance of
infrastructure, empowering the people’s economy,
alleviating poverty, and funding for education, social,
and health.
The distribution of special autonomy funds for
regencies/cities is based on qanun/ special regional
regulations/ governor regulations. Papua Province
divides the Special Autonomy Fund for provinces and
districts/cities based on Special Regional Regulation
No. 13 Year 2016 with a balance of 20 percent for the
province and 80 percent for the regency/city after
deducting the joint program. West Papua Province
divides the Special Autonomy Fund for Province and
district/city based on Governor Regulation No. 1 Year
2018 jo Governor Regulation No. 58 Year 2018 with a
balance of 10 percent for the Province and 90 percent
for the district/city after deducting the joint program.
The entire management of the Aceh Special Autonomy
Fund is administered in the province based on Qanun
No. 10 Year 2016 and Governor Regulation No. 9 of 2017
with the distribution of the amount of funds for the
province of at least 60 percent of the ceiling, while the
amount of funds for district/city is at most 40 percent
of the ceiling after deducting the joint program.
DJPK calculates the allocation of funds for Papua and
Aceh Special Autonomy, namely: (i) Special Autonomy
Fund for Papua Province and West Papua Province;
(ii) Special Autonomy Fund for Aceh Province; (iii)
Additional SDA DBH from Oil and Natural Gas for West
Papua Province and Aceh Province; and (iv) Additional
Infrastructure Fund for Papua Province and West
Papua Province.
Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report136
Hasil penghitungan alokasi dana dalam rangka Otsus
Papua dan Aceh disampaikan oleh Pemerintah kepada
Dewan Perwakilan Rakyat pada saat Pembahasan
Tingkat I Nota Keuangan dan Rancangan Undang-
Undang mengenai APBN. Kemudian berdasarkan pagu
dalam Rancangan Undang-Undang mengenai APBN
yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
dan hasil pembahasan, ditetapkan alokasi dana dalam
rangka otonomi khusus Papua dan Aceh. Adapun alokasi
dana dalam rangka Otsus Papua dan Aceh tercantum
dalam Peraturan Presiden mengenai rincian APBN.
Penyaluran Dana Otsus dilaksanakan secara bertahap,
yaitu tahap I paling cepat pada bulan Maret sebesar 30
persen (tiga puluh persen) , tahap II paling cepat pada
bulan Juli sebesar 45 persen (empat puluh lima persen),
dan tahap III paling cepat pada bulan Oktober sebesar
25 persen (dua puluh lima persen).
Realisasi Dana Otsus TA 2018 mencapai 100 persen,
yaitu sebesar Rp20,059 triliun. Dari angka tersebut,
Realisasi Dana Otsus Provinsi Aceh sebesar Rp8,029
triliun; realisasi Dana Otsus Provinsi Papua sebesar
Rp5,620 triliun; realisasi DTI Provinsi Papua sebesar
Rp2,400 triliun; realisasi Dana Otsus Provinsi Papua
Barat sebesar Rp2,409 triliun; serta realisasi Dana
Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua Barat sebesar
Rp1,600 triliun.
DANA KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTASebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta, mulai tahun 2013 Pemerintah
mengalokasikan dana dalam APBN untuk menyediakan
pendanaan dalam rangka penyelenggaraan urusan
The result of fund allocation calculation of Papua and
Aceh Special Autonomy is reported by the Government
to the House of Representatives in First Level
Discussion regarding Fiscal Notes and State Budget
Law Draft. Furthermore, based on allotment agreed
and discussed by the House of Representatives, such
fund allocation is stipulated. The allocation is stated
in Presidential Regulation concerning the details of
APBN. The disbursement of Special Autonomy Fund
is conducted gradually, i.e. no sooner than March for
Term I by 30 percent (thirty percent), no sooner than
July for Term II by 45 percent (forty-five percent), and
no sooner than October for Term III by 25 percent
(twenty five percent).
The realization of the Special Autonomy Fund for 2018
reached 100 percent, amounting to Rp20,059 trillion.
From this figure, the realization of the Aceh Special
Autonomy Fund of Rp8.029 trillion; realization of the
Papua Special Autonomy Fund of Rp5,620 trillion;
realization of Papua Province DTI of Rp2,400 trillion;
realization of the Special Autonomy Fund of West
Papua Province of Rp2.409 trillion; and the realization
of West Papua Province’s Additional Infrastructure
Fund of Rp1,600 trillion.
SPECIAL FUND FOR YOGYAKARTA SPECIAL REGIONWith a view to implement Law No.13/2012 on Special
Privileges of Yogyakarta Special Region, starting from
2013 the Government has provided fund within the
State Budget (APBN) for the Government of Yogyakarta
Special Region to undertake special affairs according
Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report137
keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
oleh Pemerintah Daerah Provinsi DIY sesuai dengan
kebutuhan DIY dan kemampuan keuangan negara.
Penyelenggaraan urusan Keistimewaan DIY meliputi
tata cara pengisian jabatan, kedudukan tugas,
dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur,
kelembagaan, kebudayaan, pertanahan dan tata ruang.
Pendanaan urusan keistimewaan DIY dilakukan melalui
tahapan pengalokasian Dana Keistimewaan DIY (DK
DIY) mulai dari pengajuan usulan rencana kebutuhan
dana keistimewaan dari Provinsi DIY, penilaian
kelayakan kegiatan atas rencana kebutuhan dana
oleh Kementerian Keuangan, Bappenas, Kementerian
Dalam Negeri dan Kementerian/Lembaga terkait, dan
penentuan usulan pagu indikatif melalui mekanisme
APBN oleh Menteri Keuangan dan Kepala Bappenas.
Alokasi DK DIY didasarkan pada Peraturan Presiden
Nomor 107 Tahun 2017 tentang Rincian Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018.
Kebijakan DK DIY TA 2018 yaitu: meningkatkan kualitas
perencanaan dan ketepatan penggunaan DK DIY sesuai
dengan prioritas nasional; meningkatkan monitoring
dan evaluasi dalam rangka mendukung akuntabilitas
penyelenggaraan urusan keistimewaan DIY; dan
mendorong percepatan pelaporan pelaksanaan
kegiatan oleh pemerintah daerah dengan tetap
memperhatikan pencapaian kinerja.
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/
PMK.07/2017 tentang Tata Cara Pengalokasian dan
Penyaluran Dana Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta, penyaluran DK DIY dilakukan dalam 3 (tiga)
tahap masing-masing sebesar 15 persen, 65 persen,
dan 20 persen dari pagu alokasi.
to the need of this special region and state fiscal
capacity. The implementation of special affairs in
Yogyakarta Special Region covers procedures for filling
the positions, duties, and authorities of Governor and
Vice Governor, as well as institutional, cultural, land
and spatial affairs.
The funding for special privileges of Yogyakarta Special
Region is conducted through several stages in fund
allocation, starting from submitting the proposal of
special fund utilization planning by the Government
of Yogyakarta Special Region, feasibility assessment
by the Minister of Finance, National Development
Planning Agency (Bappenas), Ministry of Home Affairs,
and relevant Ministries/Institutions, and determining
the proposal of indicative allotment through APBN
mechanism by the Minister of Finance and Head of
Bappenas.
The DK DIY allocation is based on Presidential
Regulation No. 107 Year 2017 concerning the Details of
the State Budget for 2018 Fiscal Year. The DK DIY policy
in 2018, namely: improving the quality of planning and
the accuracy of using the DK DIY in accordance with
national priorities; improve monitoring and evaluation
to support the accountability of the administration of
DIY special affairs; and encourage the acceleration of
reporting on the implementation of activities by local
governments while continuing to pay attention to
performance achievements.
In accordance with Regulation of the Minister of
Finance No. 173/PMK.07/2017 concerning Procedures
for the Allocation and Distribution of Special Privileges
Funds in Yogyakarta, the distribution of DK DIY is
carried out in 3 (three) stages, each at 15 percent, 65
percent, and 20 percent of the allocation ceiling.
Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report138
Penyaluran tahap I (Februari - Maret) dilakukan setelah
pemerintah daerah Provinsi DIY menyampaikan
surat permintaan penyaluran tahap I disertai dengan
dokumen yang disyaratkan kepada Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan, yaitu Perda APBD, SPTJM,
Rencana Penggunaan DK DIY tahap I, Laporan Realisasi
Penyerapan DK DIY Tahap Akhir TA sebelumnya yang
telah diverifikasi, dan Laporan Pencapaian Kinerja DK
DIY Tahap Akhir TA sebelumnya yang telah diverifikasi.
Penyaluran tahap II (April - September) dilakukan
setelah Pemda Provinsi DIY menyampaikan surat
permintaan tahap II disertai dengan SPTJM, Rencana
Penggunaan DK DIY Tahap II, Laporan Realisasi
Penyerapan DK DIY tahap I yang telah diverifikasi, dan
Laporan Pencapaian Kinerja DK DIY tahap I yang telah
diverifikasi.
Penyaluran tahap III (Oktober - Desember) dilakukan
setelah Pemda Provinsi DIY menyampaikan surat
permintaan tahap III disertai dengan SPTJM, Rencana
Penggunaan DK DIY Tahap III, Laporan Realisasi
Penyerapan DK DIY Tahap II yang telah diverifikasi,
dan Laporan Pencapaian Kinerja DK DIY tahap II yang
telah diverifikasi. Adapun realisasi penyerapan dan
pencapaian kinerja tahap I (syarat penyaluran Tahap
II) serta realisasi penyerapan dan pencapaian kinerja
tahap II (syarat penyaluran Tahap III) paling rendah
telah mencapai 80 persen.
Verifikasi terhadap Laporan Penyerapan DK DIY
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan berdasarkan SP2D yang diterbitkan oleh
Pemerintah DIY. Sementara Verifikasi terhadap
Laporan Pencapaian Kinerja DK DIY dilakukan oleh
Kementerian Dalam Negeri dan kementerian/lembaga
pemerintah non kementerian terkait.
Term I distribution (February - March) is carried out
after the provincial government of DIY submits a letter
requesting the distribution of term I accompanied by
the required documents to the Director General of
Fiscal Balance, namely the Regional Budget, SPTJM,
Planning for the Use of DK DIY for Term I, Report on
the Realization of DK DIY Absorption Term End of the
previous TA that has been verified, and Report on the
Performance Achievement of the DK DIY Final Term of
the previous TA that has been verified.
Term II disbursement (April - September) is carried
after the Provincial Government of DIY submits the
second term request letter accompanied by SPTJM,
Term II DIY Utilization Plan, verified Term I of DK
DIY Board Absorption Reports, and verified Term I
Performance Achievement Report for the DIY Term I.
Term III distribution (October – December) is carried
out after Provincial Government of DIY submits term
III request letter accompanied with SPTJM, Term
III DK DIY Utilization Plan, verified Term II DK DIY
Absorption Realization Report, and verified Term II
DK DIY Performance Achievement Report. Whereas,
realization of budget execution and performance
achievement for Term I (prerequisite for Term II)
and realization of budget execution and performance
achievement for Term II (prerequisite for Term III) shall
be at least 80 percent.
Budget execution report of special region fund for
Yogyakarta is verified by DJPK based on SP2D issued
by the Government of Yogyakarta Special Region.
Meanwhile, the performance achievement report is
verified by the Ministry of Home Affairs and relevant
ministries/agencies.
Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report139
DK DIY yang belum disalurkan ke RKUD sampai dengan
akhir tahun anggaran tidak dapat dijadikan penambah
pagu anggaran DK DIY tahun anggaran berikutnya.
Apabila pada akhir tahun anggaran terdapat sisa DK
DIY di RKUD, sisa DK DIY tersebut diperhitungkan
dalam penyaluran DK DIY pada tahun anggaran
berikutnya. Gubernur DIY dapat menggunakan
sebagian sisa anggaran DK DIY yang ada di RKUD untuk
tahun anggaran berikutnya dengan ketentuan sebagai
berikut: (i) Gubernur DIY mengajukan permohonan
kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan
dengan melampirkan rincian rencana penggunaan; (ii)
laporan tahap akhir realisasi penyerapan DK DIY tahun
anggaran sebelumnya telah diverifikasi oleh Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan; (iii) laporan akhir
pencapaian kinerja DK DIY tahun anggaran sebelumnya
belum diverifikasi oleh Kementerian Dalam Negeri dan
kementerian/lembaga pemerintah non-kementerian
terkait; (iv) pelaksanaan program.
Tabel 4.19Rincian Penyaluran DK DIY TA. 2018
Tahap / Term % Realisasi 2018 / Realization in 2018 Tanggal SP2D / Date of SP2D
Tahap 1 / Term 1 15 150.000.000.000 22/02/2018
Tahap 2 / Term 2 65 650.000.000.000 02/05/2018
Tahap 3 / Term 3 20 200.000.000.000 28/11/2018
Jumlah / Total 100 1.000.000.000.000
The special region fund for Yogyakarta which has not
been transferred to RKUD at the end of fiscal year
cannot serve as additional fund allotment for the
upcoming fiscal year. If at the end of fiscal year there
is a balance of such fund in RKUD, the balance shall
be taken into consideration with the disbursement for
the upcoming fiscal year. The Governor of Yogyakarta
Special Region may use half of the balance of such fund
in RKUD for the upcoming fiscal year in compliance with
provisions as follows: (i) The Governor files a proposal
to Director General Fiscal Balance by attaching details
of fund utilization planning; (ii) Budget realization
report of special region fund for Final Term of prior
fiscal year has been verified by DJPK; (iii) Performance
achievement report of special region fund for Final
Term of prior fiscal year has not been verified by the
Ministry of Home Affairs and relevant ministries/
agencies; and (iv) program implementation report.
Table 4.19Detail of DK DIY Distribution in 2018 Budget Year
Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report140
EVALUASI KEUANGAN DAERAHAnalisis APBD dan Estimasi Realisasi APBD 2018
Postur APBD dan estimasi realisasi APBD tahun 2018
yang meliputi pendapatan daerah, belanja daerah, dan
pembiayaan daerah tampak pada tabel berikut.
Tabel 4.20Postur APBD dan Estimasi Realisasi APBD 2018
Uraian / Description(triliun rupiah / trillions of Rupiah)
APBD 2018(triliun rupiah
/ trillions of Rupiah) %
Estimasi Realisasi s.d. Desember 2018 / Realization Estimation up
to December 2018
I. Pendapatan / Revenue 1,095.0 1,136.8 103.8%
1 PAD (Pendapatan Asli Daerah) / Locally-Generated Regional Revenues 269.9 294.7 109.2%
2 Dana Perimbangan / Balance Fund 666.7 656.0 98.4%
3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah / Other Legitimate Regional Revenues 158.4 186.1 117.5%
II. Belanja / Expenditure 1,153.9 1,058.7 91.8%
1 Belanja Pegawai / Employee Expenditure 410.6 329.9 80.4%
REGIONAL FINANCE EVALUATIONAPBD Analysis and APBD Realization Estimation in 2018APBD posture and APBD realization estimation in 2018
that included regional revenue, regional expenditure,
and regional financing can be seen in the following
table.
Table 4.20APBD Posture and APBD Realization Estimation in 2018
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report141
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Uraian / Description(triliun rupiah / trillions of Rupiah)
APBD 2018(triliun rupiah
/ trillions of Rupiah) %
Estimasi Realisasi s.d. Desember 2018 / Realization Estimation up
to December 2018
2 Belanja Barang dan Jasa / Goods and Service Expenditure 270.6 260.6 96.3%
3 Belanja Modal / Capital Expenditure 223.6 233.3 104.3%
4 Belanja Lainnya / Other Expenditure 249.1 234.9 94.3%
III. Surplus/Defisit / Surplus/Deficit -58.9 78.1
IV. Pembiayaan Netto / Net Funding 60.3 99.2 164.6%
1 Penerimaan Pembiayaan / Funding Revenue 74.0 115.6 156.1%
2 Pengeluaran Pembiayaan / Funding Expenditure 13.8 16.4 118.9%
Anggaran Pendapatan Daerah sebesar Rp1.095 triliun
didominasi oleh Dana Perimbangan sedangkan
kontribusi PAD belum optimal. Hal tersebut
menunjukkan rendahnya tingkat kemandirian
keuangan daerah dalam pendanaan kegiatan. Adapun
proporsi PAD, Dana Perimbangan dan Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah masing-masing adalah
24,6 persen, 60,9 persen, dan 14,5 persen. Estimasi
realisasi pendapatan daerah tahun 2018 mencapai 103,8
persen dengan rincian tiap komponen pendapatan
daerah meliputi; (1) 109,2 persen untuk PAD; (2) 98,4
persen untuk Dana Perimbangan dan (3) 117,5 persen
untuk Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.
Terkait dengan anggaran belanja daerah tahun 2018
sebesar Rp1,153.9 triliun, belanja pegawai merupakan
komponen terbesar dengan proporsi sebesar 35,6
persen diikuti oleh belanja barang dan jasa sebesar
23,5 persen, belanja lainnya sebesar 21,6 persen dan
terakhir belanja modal sebesar 19,4 persen. Tingginya
proporsi Belanja Pegawai dan rendahnya proporsi
Belanja Modal dalam APBD ini terjadi di sebagian besar
daerah. Hal ini tentunya belum sesuai dengan harapan
agar daerah lebih memprioritaskan belanja modalnya
yang menyangkut penyediaan infrastruktur publik.
Sementara itu, realisasi belanja daerah tahun 2018
mencapai 91,8 persen dengan rincian per jenis belanja
The Regional Revenue Budget of Rp1,095 trillion
was dominated by the Balance Fund while the PAD
contribution was not optimal. This shows the low
level of regional financial independence in funding
activities. The proportion of PAD, Balance Funds and
Other Legitimate Regional Revenues is 24.6 percent,
60.9 percent, and 14.5 percent, respectively. Estimated
realization of regional revenue in 2018 will reach 103.8
percent, with details of each component of regional
revenue including; (1) 109.2 percent for PAD; (2) 98.4
percent for the Balance Fund and (3) 117.5 percent for
Other Legitimate Regional Revenue.
Related to the 2018 regional expenditure budget of
Rp1,153.9 trillion, employee expenditure was the largest
component with a proportion of 35.6 percent followed
by goods and services expenditure of 23.5 percent,
other expenditure of 21.6 percent and lastly capital
expenditure of 19 4 percent. The high proportion of
Employee Expenditure and the low proportion of
Capital Expenditure in this APBD occur in most regions.
This is certainly not in line with expectations so that
the regions prioritize capital expenditure related to
the provision of public infrastructure. Meanwhile, the
realization of regional expenditure in 2018 reached 91.8
percent with details per type of expenditure include:
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report142
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
meliputi: (1) belanja pegawai sebesar 80,4 persen; (2)
belanja barang dan jasa sebesar 96,3 persen; belanja
modal sebesar 104,3 persen dan (3) belanja lainnya
sebesar 94,3 persen.
Posisi kas daerah sangat dipengaruhi oleh realisasi
belanja pemerintah daerah. Apabila realisasi belanja
pemerintah daerah dapat dioptimalkan maka kas
pemerintah daerah akan semakin kecil. Demikian juga
sebaliknya apabila realisasi belanja pemerintah daerah
kecil maka pendapatan yang dihimpun oleh pemerintah
daerah baik dari PAD maupun transfer dari pemerintah
pusat tidak akan produktif dan menumpuk diperbankan.
Dengan demikian untuk menghindari posisi kas tidak
wajar, realisasi belanja pemerintah daerah harus dapat
dilaksanakan tepat waktu melalui kegiatan pelayanan
kepada masyarakat dan pembangunan/pemeliharaan
sarana dan prasarana layanan publik.
Grafik 4.4Grafik Estimasi Realisasi Belanja Pemerintah Daerah
per Bulan Tahun 2014 - 2018
Jan
2014 4.0%
2015 3.0%
2016 3.4%
2017 3.1%
2018 3.0%
Mei
5.9%
7.0%
6.7%
7.9%
8.5%
Sep
5.8%
7.7%
6.8%
6.7%
7.8%
Mar
3.9%
4.8%
5.0%
5.1%
4.3%
Jul
10.6%
9.6%
6.8%
8.5%
8.1%
Nov
9.0%
10.8%
9.1%
9.5%
10.1%
Feb
3.7%
3.9%
4.2%
3.8%
3.8%
Jun
6.7%
7.0%
3.4%
3.1%
3.0%
Okt
8.2%
8.4%
7.3%
7.4%
7.4%
Apr
6.9%
6.3%
6.2%
5.6%
5.3%
Agu
6.9%
7.1%
7.4%
6.8%
7.0%
Des
20.4%
19.9%
16.1%
17.1%
16.8%
25.0%
20.0%
15.0%
10.0%
5.0%
0%
(1) employee expenditure of 80.4 percent; (2) goods
and services expenditure of 96.3 percent; capital
expenditure of 104.3 percent and (3) other expenditure
of 94.3 percent.
Regional cash balance is highly affected by realization
of regional government expenditure. If realization of
regional government expenditure can be optimized,
regional government cash will be smaller in amount.
In contrast, if realization of regional government
expenditure is less optimal, the income generated
by regional government, both from PAD and central
government transfer, will be non-productive and
accumulated in banking sector. Therefore, to avoid
unreasonable cash position, realization of regional
government expenditure must be executed in a
timely manner through public service activities and
public facilities/infrastructures development and
maintenance.
Graph 4.4Chart of Regional Government Expenditure Realization
Estimation from 2014 to 2018
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report143
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Pada grafik tersebut, rata-rata realisasi belanja daerah
dari tahun 2014-2018 yaitu sebesar 91,8 persen. Secara
umum, realisasi belanja memiliki pola yang sama.
Pada awal tahun, realisasi belanja daerah relatif kecil,
kemudian akan mengalami kenaikan pada pertengahan
tahun, dan realisasi terbesar pada bulan Desember atau
akhir tahun. Apabila dibandingkan secara triwulanan,
pola rata-rata realisasi belanja daerah tahun 2018 pun
tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya
yang meliputi: (1) untuk triwulan I sebesar 3,7 persen
berbanding 4,0 persen; (2) untuk triwulan II sebesar
7,9 persen berbanding 7,2 persen; (3) untuk triwulan
III 7,6 persen berbanding 7,6 persen dan (4) triwulan
IV 11,4 persen berbanding 11,9 persen. Kecenderungan
realisasi yang besar pada akhir tahun disebabkan
realisasi belanja modal yang cukup tinggi yang
melibatkan proses pengadaan yang panjang. Tingkat
realisasi belanja daerah akan mempengaruhi posisi
kas daerah. Realisasi belanja daerah yang tidak optimal
berarti pendapatan daerah baik yang bersumber dari
PAD maupun transfer dari pemerintah yang lebih tinggi
tidak akan produktif sehingga terjadi penumpukan
kas di perbankan. Oleh karena itu, realisasi belanja
pemerintah daerah harus dapat dilaksanakan tepat
waktu sehingga pembangunan sarana dan prasarana
layanan publik dapat terselenggara dengan baik.
Surplus/Defisit dan Pembiayaan DaerahPada APBD 2018, terdapat defisit APBD sebesar Rp58,9
triliun yang disebabkan oleh anggaran pendapatan
daerah yang lebih kecil dibandingkan dengan anggaran
belanja daerahnya. Secara teori, salah satu alasan
penerapan kebijakan anggaran defisit adalah dalam
rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu
daerah dengan cara mempengaruhi permintaan
agregat dan lapangan kerja. Pada akhir tahun, ternyata
realisasi pendapatan daerah lebih besar dari realisasi
belanja daerah sehingga terdapat surplus APBD sebesar
Rp78,1 triliun. Besarnya surplus dan defisit anggaran
akan mempengaruhi pos pembiayaan dalam APBD.
On the graph, the average realization of regional
expenditure from 2014-2018 was 91.8 percent. In
general, the realization of expenditure has the same
pattern. At the beginning of the year, the realization
of regional expenditure was relatively small, then
it would increase in the middle of the year, and the
biggest realization was in December or the end of
the year. When compared on a quarterly basis, the
average pattern of realization of regional expenditure
in 2018 was not much different from the previous years
which included: (1) in the first quarter of 3.7 percent
compared to 4.0 percent; (2) in the second quarter of
7.9 percent compared to 7.2 percent; (3) in the third
quarter of 7.6 percent compared to 7.6 percent and
(4) the fourth quarter of 11.4 percent compared to 11.9
percent. The large realization trend at the end of the
year was due to the high capital expenditure realization
which involved a lengthy procurement process. The
level of realization of regional expenditure will affect
the regional cash balance. Realization of sub-optimal
regional expenditure means that regional revenue from
both PAD and higher transfers from the government
will not be productive so there will be a buildup of
cash in bank. Therefore, the realization of regional
government expenditure must be carried out on time
so that the construction of public service facilities and
infrastructure can be carried out properly.
Surplus/Deficit and Regional FinancingIn the 2018 APBD, there was a regional budget deficit
of Rp58.9 trillion caused by a lower regional revenue
budget compared to the regional expenditure budget.
In theory, one of the reasons for the implementation of
the budget deficit policy is in the context of increasing
economic growth in a region by influencing aggregate
demand and employment. At the end of the year, it
turned out that the realization of regional revenue was
greater than the realization of regional expenditure so
that there was a surplus of Rp78.1 trillion in APBD. The
size of the budget surplus and deficit will affect the
financing post in the APBD.
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report144
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Anggaran pembiayaan netto untuk menutup defisit
APBD tahun 2018 sebesar Rp60,3 triliun dengan
rincian yaitu penerimaan pembiayaan sebesar Rp74,0
triliun (122,8 persen) dan pengeluaran pembiayaan
sebesar Rp13,8 triliun (22,8 persen). Pada akhir
periode, pembiayaan netto terealisasi sebesar Rp99,2
triliun atau 164,6 persen dari anggarannya sedangkan
komponennya yaitu penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan masing-masing sebesar 156,1
persen dan 118,9 persen dari anggarannya.
Kebijakan Konversi Penyaluran DBH dan/atau DAU dalam Bentuk NontunaiKebijakan konversi penyaluran DBH dan/atau DAU
dalam bentuk nontunai yang dilakukan pada tahun
2018 merupakan pelaksanaan amanat Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun 2018, khususnya dalam Pasal 15
ayat (3) yang menyatakan bahwa penyaluran anggaran
Transfer ke Daerah dan Dana Desa dapat dilakukan
dalam bentuk tunai dan nontunai. Bagi daerah yang
memiliki uang kas dan/atau simpanan di bank dalam
jumlah tidak wajar, dilakukan konversi penyaluran DBH
dan/atau DAU dalam bentuk nontunai. Sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
18/PMK.07/2017 tentang Konversi Penyaluran DBH
dan/atau DAU dalam Bentuk Nontunai, daerah yang
memiliki kas dan/atau simpanan di bank dalam jumlah
tidak wajar adalah daerah yang mempunyai posisi kas
pada periode tertentu melebihi perkiraan kebutuhan
belanja operasi, belanja modal, transfer bagi hasil
pendapatan, dan transfer bantuan keuangan dalam
kurun waktu 3 (tiga) bulan berikutnya.
Tujuan dari pelaksanaan konversi penyaluran DBH
dan/atau DAU dalam bentuk nontunai tersebut antara
lain untuk mendorong pelaksanaan APBD yang efektif
dan efisien, mendorong percepatan pelaksanaan APBD
yang berarti mempercepat pelaksanaan pembangunan
di daerah, serta mengurangi simpanan pemerintah
daerah di perbankan dalam jumlah tidak wajar.
The net financing budget to cover the 2018 APBD
deficit was Rp60.3 trillion, with details including
financing received at Rp74.0 trillion (122.8 percent) and
financing expenditure of Rp13.8 trillion (22.8 percent).
At the end of the period, net financing was realized at
Rp99.2 trillion or 164.6 percent of its budget while its
components, namely financing receipt and financing
expenditure, were respectively 156.1 percent and 118.9
percent of the budget.
Conversion Policy for Distribution of DBH and/or DAU in Non-Cash FormsThe conversion policy for the distribution of DBH and/
or DAU in the form of non-cash carried out in 2018 is
the implementation of Law No. 15 of 2017 concerning
the 2018 State Revenue and Expenditure Budget,
particularly in Article 15 paragraph (3) which states
that the distribution of the transfer budget to regional
and village funds can be made in cash and non-cash.
For regions that have unreasonable amounts of cash
and/or deposits in banks, a conversion of DBH and/
or DAU distribution is made in the form of non-cash.
In accordance with the provisions in Regulation of the
Minister of Finance No. 18/PMK.07/2017 concerning
Conversion of DBH and/or DAU Distribution in Non-
Cash Forms, regions that have unreasonable amounts
of cash and/or deposits in banks are regions that
have a cash position in a certain period that exceeds
the estimated needs of operating expenditure, capital
expenditure, revenue sharing transfers, and transfers
of financial assistance within the next 3 (three) months.
The objectives of the conversion of DBH and/or
DAU distribution in the form of non-cash are among
others to encourage effective and efficient APBD
implementation, accelerate the implementation of
APBD which means accelerating the implementation of
development in the regions, as well as reducing regional
government deposits in banks in an unreasonable
amount.
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report145
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Penyaluran DBH dan DAU yang selama ini diterima
daerah dalam bentuk tunai akan dikonversikan dalam
bentuk nontunai, yaitu dalam bentuk Surat Berharga
Negara (SBN). Penetapan besaran penyaluran DAU
dan/atau DBH yang akan dikonversi ke dalam SBN
dengan memperhatikan volume APBD, alokasi DBH
dan/atau DAU, atau faktor lainnya yang terkait dengan
kemampuan keuangan daerah. Jenis SBN tersebut
adalah dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara
atau Surat Perbendaharaan Negara Syariah, yang tidak
dapat diperdagangkan. Adapun jangka waktunya adalah
selama 3 (tiga) bulan dengan suku bunga/imbalan
per tahun sebesar 50 persen dari tingkat suku bunga
penempatan kas Pemerintah Pusat di Bank Indonesia.
Adapun pelaksanaan konversi penyaluran DBH dan/
atau DAU dalam bentuk nontunai tersebut dilakukan
pada triwulan I (akhir bulan Maret) dan triwulan II
(akhir bulan Juni). Pelaksanaan konversi pada triwulan
I dan triwulan II ini adalah upaya untuk mendorong
pemerintah daerah dapat melakukan serapan belanja
APBD tepat waktu dan tidak menumpuk pada triwulan
III dan triwulan IV. Dalam rangka pelaksanaan konversi
tersebut, daerah wajib membuka rekening surat
berharga di lembaga/bank kustodian. Pada tahun
2018 tidak dilakukan konversi penyaluran DBH dan/
atau DAU dalam bentuk nontunai karena kondisi yang
mempersyaratkan untuk dilakukan konversi tersebut
tidak terpenuhi.
Simpanan Pemerintah Daerah di PerbankanSimpanan pemerintah daerah di perbankan merupakan
bagian yang normal dalam pengelolaan keuangan
daerah. Simpanan pemerintah daerah di perbankan
tersebut digunakan oleh pemerintah daerah untuk
melakukan transaksi keuangan daerah misalnya untuk
pembayaran kontrak dengan rekanan, pembayaran
gaji pegawai, pembayaran atas pengadaan barang/
jasa, penghimpunan pendapatan daerah, dan lain
sebagainya. Setiap pemerintah daerah wajib memiliki
DBH and DAU distribution that has been received by
the regions in cash will be converted into non-cash,
namely in the form of Government Securities (SBN).
Determination of the amount of DAU and/or DBH
distribution to be converted into SBN by taking into
account the volume of APBD, allocation of DBH and/
or DAU, or other factors related to regional financial
capacity. This type of SBN is in the form of a Treasury
Bills or Sharia Treasury Bills, which are untradeable.
The term is for 3 (three) months with an interest/
return per year of 50 percent of the interest rate of the
Central Government cash placement at Bank Indonesia.
The conversion of DBH and/or DAU distribution in
the form of non-cash is carried out in the first quarter
(end of March) and second quarter (end of June). The
implementation of the conversion in the first quarter
and second quarter is an effort to encourage regional
governments to absorb APBD expenditure on time and
not to accumulate in the third and fourth quarters. In
carrying out the conversion, the regions shall open a
securities account at the custodian bank/institution.
In 201,8 there was no conversion of DBH and/or DAU
distribution in the form of non-cash because the
conditions requiring the conversion were not fulfilled.
Regional Government Deposits in BankRegional government deposits in bank are a
normal part of managing regional finances. The
regional government deposits in bank are used by
regional governments to conduct regional financial
transactions, for example, for contract payments with
partners, payment of employee salaries, payments for
procurement of goods/services, collecting regional
revenue, and so on. Every regional government is
required to have a Regional General Cash Account
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report146
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) sebagai sarana
transaksi keuangan pemerintah daerah. Simpanan
Pemerintah Daerah di perbankan biasanya dalam
bentuk giro, tabungan, dan deposito.
Simpanan Pemerintah Daerah di perbankan tidak
selalu berarti daerah memiliki dana idle, sepanjang
jumlah dana simpanan tersebut masih sesuai dengan
kebutuhan belanja operasi, belanja modal, transfer
bagi hasil pendapatan, dan transfer bantuan keuangan
untuk 3 (tiga) bulan ke depan, maka hal tersebut masih
tergolong wajar. Namun apabila jumlahnya sudah
melampaui dari kebutuhan belanja operasi, belanja
modal, transfer bagi hasil pendapatan, dan transfer
bantuan keuangan 3 bulan ke depan, maka hal tersebut
harus diwaspadai karena mengindikasikan adanya
keterlambatan pelaksanaan kegiatan/proyek fisik
yang bisa mengganggu penyediaan infrastruktur dan
sarana/prasarana pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat.
Grafik 4.5Simpanan Pemerintah Daerah di Perbankan Tahun
2013 – 2018 (dalam triliun rupiah)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2014 136.82 149.26 161.39 181.27 203.91 229.01 170.05 195.30 241.75 232.30 220.46 113.08
2015 168.88 181.17 227.74 253.71 255.33 273.49 261.45 261.87 285.89 276.04 247.34 99.68
2016 180.71 185.37 212.50 238.79 246.18 214.67 224.53 210.80 206.75 206.75 198.79 83.85
2017 144.31 168.43 203.41 236.98 244.50 222.59 218.07 211.26 226.63 238.85 216.03 86.20
2018 140.22 160.57 185.88 212.41 212.16 205.58 195.91 192.38 216.15 225.30 215.43 92.88
0
50
100
150
200
250
300
350
Tri
liun
Rup
iah
/ T
rilli
on R
upia
h
(RKUD) as a means of local government financial
transactions. Local Government Deposits in bank are
usually in the form of current account, savings, and
deposits.
Regional Government Deposits in the bank does
not always mean that the regions have idle funds, as
long as the amount of the funds is still in accordance
with the needs of operating expenditure, capital
expenditure, revenue-sharing transfers, and transfers
of financial assistance for the next 3 (three) months,
then it is still quite reasonable. However, if the amount
exceeds the need for operating expenditure, capital
expenditure, revenue sharing transfers, and transfer
of financial assistance in the next 3 months, then
this must be considered because it indicates a delay
in the implementation of physical activities/projects
that could disrupt the provision of public services
infrastructure and facilities needed by the community.
Graph 4.5Regional Government Deposits in Bank from 2013 to
2018 (in trillions of rupiah)
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report147
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Sesuai tren perkembangan jumlah simpanan
pemerintah daerah di perbankan dalam lima tahun
terakhir, posisi simpanan pemerintah daerah di
perbankan pada bulan Januari hingga Mei mengalami
tren kenaikan. Pola tersebut karena pada triwulan I
dan II pemerintah daerah baru dapat merealisasikan
belanja operasional sementara penyerapan belanja
modal belum optimal (misalnya proses pemilihan
penyedia (pelelangan) masih berjalan, pembebasan
lahan yang belum tuntas, dsb) dan trennya mulai
menurun pada bulan Juni dan Juli, hal ini kemungkinan
karena sudah mulai dibayarkannya tagihan kepada
rekanan pengadaan barang/jasa.
Adapun posisi tertinggi simpanan pemerintah daerah
di perbankan dua tahun terakhir berada pada bulan
Mei dan Oktober, yaitu Rp244,5 triliun (Mei 2017) dan
Rp225,3 triliun (Oktober 2018). Pada bulan November -
Desember, simpanan pemerintah daerah di perbankan
mengalami tren penurunan dan berada pada posisi
terendah di bulan Desember. Hal ini menunjukkan
bahwa pada triwulan IV, pemerintah daerah menarik
sebagian besar simpanannya di perbankan untuk
dipergunakan dalam bentuk realisasi belanja. Posisi
Desember 2018, simpanan pemerintah daerah di
perbankan sebesar Rp92,88 triliun, lebih tinggi Rp6,68
triliun (7,7 persen) dari posisinya pada periode yang
sama tahun sebelumnya (Desember 2017) sebesar
Rp86,20 triliun. Posisi Desember 2018 ini mengalami
penurunan sebesar Rp122,55 triliun (56,89 persen) dari
posisinya pada bulan sebelumnya (November 2018)
yang mencapai Rp215,43 triliun.
Tingginya simpanan pemda di perbankan dapat
disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya
kecenderungan pemerintah daerah untuk mendapatkan
jasa bunga dari dana yang disimpan di bank, terutama
dari jasa giro dan bunga deposito, yang ditujukan
untuk meningkatkan PAD. Selain itu, perencanaan yang
kurang baik dapat menyebabkan siklus belanja di daerah
There is a tendency within the past five years that the
regional government bank deposit increases during
January-May. This pattern occurs because in the first
and second quarters the regional government can only
spend for operational expenditure, whereas the budget
execution dealing with capital expenditure is not
optimal due to the ongoing auction/bidding process,
unfinished land acquisition, and so on. The trend
reaches the turning point in June and July because
contract payment for goods/service procurement is
usually performed within these months.
Bank deposit of the regional governments reached its
highest position in May and October, namely at Rp244.5
trillion in May 2017 and Rp225.3 trillion in October 2018.
Meanwhile, from November to December, the chart
declined and reached the lowest position in December.
It suggests that the regional governments tend to
withdraw most of their bank deposit in the fourth
quarter and spend the money for expenditures. In
December 2018, regional government deposit in bank
amounted to Rp92.88 trillion, higher by Rp6.68 trillion
(7.7 percent) compared to its position in the same
period in the previous year (December 2017) which
amounted to Rp86.20 trillion. Position in December
2018 decreased by Rp122.55 trillion (56.89 percent)
from its position in the previous month (November
2018) which reached Rp215.43 trillion.
The large amount of regional government bank
deposit may be induced by several factors, such as
the tendency among regional governments to gain
interest from the fund deposited in bank, particularly
deposit interest and clearing service, aiming to
increase PAD. Besides, inadequate planning may also
cause the regional expenditure cycle does not work
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report148
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
tidak berjalan dengan baik. Penyerapan belanja di
daerah juga masih rendah, yang antara lain disebabkan
oleh (i) keterlambatan daerah dalam penetapan APBD,
baik yang disebabkan oleh aspek teknis maupun aspek
politis dalam pembahasan APBD antara pihak eksekutif
dengan legislatif yang memakan waktu cukup lama;
(ii) keterlambatan dalam pelaksanaan lelang atau
adanya gagal lelang; (iii) kehati-hatian pemda dalam
melaksanakan proses lelang karena antisipasi terhadap
implikasi hukum yang akan dihadapinya; (iv) kapasitas
SDM di daerah yang belum memadai yang mempunyai
kompetensi di bidang teknis perencanaan pekerjaan
fisik dan konstruksi; serta (v) masih adanya petunjuk
teknis kegiatan dari pemerintah pusat yang terlambat
diterima daerah.
Masih besarnya jumlah simpanan pemerintah
daerah di perbankan tersebut menunjukkan adanya
keterlambatan dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan di daerah. Hal tersebut dapat mengakibatkan
perlambatan kegiatan ekonomi di daerah, penyelesaian
pekerjaan kurang memberikan hasil yang optimal
mengingat sebagian besar anggaran digunakan dalam
triwulan terakhir, public services delivery tidak berjalan
dengan baik, dan tujuan akhir dari desentralisasi yaitu
social welfare tidak akan dapat dicapai dengan lebih
cepat.
Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mendorong daerah melakukan
percepatan penyerapan anggaran dan agar pemda
bisa lebih optimal dalam mengendalikan posisi kas
yang wajar (termasuk dana pemda yang disimpan
di perbankan). Pertama, sesuai ketentuan Peratuan
Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 04/PMK.07/2011 tentang Tata Cara
Penyampaian Informasi Keuangan Daerah, pemerintah
daerah yang terlambat menyampaikan Perda APBD
dapat dikenakan sanksi berupa penundaan penyaluran
properly. Similarly, budget execution for regional
expenditure is still low due to some factors, i.e. (i) late
stipulation of regional budget by regional government,
either because of technical aspect or political aspect
between executive and legislative branches in a time-
consuming regional budget discussion; (ii) late bidding
process or auction failure; (iii) careful approach by
regional governments in conducting auction process
to anticipate legal implication which may occur; (iv)
limited human resources of regional governments
having the competencies in technical planning of
physical works and construction; and (v) late delivery
of technical guidelines from the central government to
regional governments.
The large amount of regional government bank
deposit indicates some delays in the implementation
of regional activities. Such condition may result in
deceleration of regional economic activities, imperfect
accomplishment of projects because major part of
total budget is spent in the last quarter, public services
delivery cannot function well, and social welfare as the
ultimate goal of decentralization is unable to achieve
immediately.
There are some efforts performed by central
government to encourage regional governments for
budget execution acceleration and optimizing the
management to control reasonable cash balance
(including regional government fund kept in banking
sector). Firstly, in compliance with Government
Regulation No.56/2005 on Regional Financial
Information System and Regulation of the Minister
of Finance (PMK) No.04/PMK.07/2011 on Procedures
for Regional Financial Information Delivery, regional
governments which are late in delivering regional
budget regulation can be imposed with a sanction
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report149
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Dana Alokasi Umum (DAU). Kedua, sesuai ketentuan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang APBN
2017 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/
PMK.07/2017 tentang Konversi Penyaluran DBH dan/
atau DAU dalam Bentuk Nontunai, Pemerintah dapat
melakukan konversi penyaluran DAU dan/atau DBH ke
dalam Surat Berharga Negara (SBN) bagi daerah yang
mempunyai posisi kas tidak wajar. Dengan demikian
yang dilakukan pemerintah bukan memotong, namun
mengkonversi penyaluran DBH dan/atau DAU ke dalam
nontunai. Ketiga, berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 93/PMK.07/2016 tentang Konversi
Penyaluran DBH dan/atau DAU sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
18/PMK.07/2017, antara lain telah diatur bahwa daerah
wajib menyampaikan laporan posisi kas bulanan,
perkiraan belanja operasi, belanja modal, transfer bagi
hasil pendapatan dan transfer bantuan keuangan untuk
12 (dua belas) bulan, serta ringkasan realisasi APBD
bulanan. Apabila kepala daerah tidak menyampaikan
data dimaksud, Menteri Keuangan dapat melakukan
penundaan penyaluran DBH atau DAU yang dikenakan
paling tinggi 50 persen dari nilai DBH atau DAU sesuai
tahap penyalurannya. Penundaan penyaluran DBH
atau DAU tersebut antara lain ditetapkan dengan
mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.
Keempat, sesuai ketentuan Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 121/PMK.07/2018 tentang
Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer
ke Daerah dan Dana Desa, penyaluran Transfer ke
Daerah, terutama DAK dan Dana Desa dilaksanakan
berdasarkan kinerja penyerapan dana dan capaian
output kegiatan dari daerah.
in the form of delay in the distribution of General
Allocation Fund (DAU). Secondly, in compliance with
Act No. 18/2016 on State Budget 2017 and PMK No.
18/PMK.07/2017 concerning Non-Cash Conversion
of DBH and/or DAU Distribution, the central
government may perform conversion in DAU and/or
DBH distribution to government debt papers (SBN) for
regions with unreasonable cash balance. Therefore,
the government will not deduct, but convert DBH
and/or DAU distribution to non-cash. Thirdly, based
on PMK No.93/PMK.07/2016 on Conversion of DBH
and/or DAU Distribution as amended by PMK No.18/
PMK.07/2017, it is regulated that regional governments
are required to deliver a report containing monthly
cash balance, estimated operational expenditure,
capital expenditure, transfer of revenue sharing and
fiscal aid within 12 months, and summary of regional
budget monthly realization. If regional heads do not
deliver the required data, the Minister of Finance can
delay the distribution of DBH or DAU with maximum
portion of 50% from DBH or DAU value according
to the distribution term. The delay of DBH and DAU
distribution is stipulated by considering regional fiscal
capacity. Fourthly, in accordance with PMK No. 121/
PMK.07/2018 on the Third Amendment to PMK No. 50/
PMK.07/2017 on Management of Regional Transfers and
Village Funds, the disbursement of regional transfers,
particularly DAK and Village Fund, is conducted in
performance-basis regarding budget execution and
output achievement of regional activities.
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report150
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Rekomendasi Menteri Keuangan tentang Keseimbangan Pendanaan di Daerah untuk Perencanaan Dekonsentrasi dan Tugas PembantuanDana dekonsentasi dan tugas pembantuan sebagai
bagian dari anggaran kementerian/lembaga digunakan
untuk mendanai urusan Pemerintah Pusat di Daerah
yang bertujuan untuk meningkatkan pencapaian
kinerja, efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan
pemerintahan, pelayanan publik dan pembangunan di
daerah serta mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat di daerah. Dalam rangka pencapaian tujuan
tersebut, diperlukan keselarasan dan sinergi secara
nasional antara program dan kegiatan dekonsentrasi
dan tugas pembantuan yang didanai dari APBN dengan
program dan kegiatan desentralisasi yang dibiayai
dari APBD. Pengalokasian dana dekonsentrasi dan
tugas pembantuan dimaksudkan untuk menjamin
tersedianya sebagian anggaran kementerian/lembaga
bagi pelaksanaan program dan kegiatan prioritas yang
sudah ditetapkan dalam Rencana Kerja Kementerian/
Lembaga (Renja-KL) yang mengacu pada Rencana Kerja
Pemerintah (RKP).
Sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun
2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan,
dalam perencanaan lokasi dan anggaran untuk
program dan kegiatan yang akan didekonsentrasikan
dan ditugaskan disusun dengan memperhatikan
kemampuan keuangan negara, keseimbangan
pendanaan di daerah dan kebutuhan pembangunan di
daerah.
Kemampuan keuangan negara dimaksudkan
bahwa pengalokasian dan dekonsentrasi dan tugas
pembantuan disesuaikan dengan kemampuan APBN
dalam mendanai urusan pemerintah pusat melalui
bagian anggaran kementerian/lembaga.
Recommendation of the Minister of Finance concerning Balanced Fund in Regions for Deconcentration and Supporting DutiesFund for deconcentration and supporting duty as a
part of agency/ministry budget is used to fund Central
Government affairs in regions that aims to improve
performance achievement, efficiency and effectiveness
in governance practices, public service and regional
development, as well as to accelerate the realization
of community welfare in regions. In order to achieve
those objectives, national harmony is required between
deconcentration and supporting task programs/
activities funded by APBN and decentralization
programs funded by APBD. The allocation of
deconcentration and supporting task funds is intended
to ensure the availability of half budget from ministries/
agencies for the implementation of programs and
priority activities determined by Ministries/Agencies
Work Plan referring to Government Work Plan.
In accordance with Government Regulation No.7/2008
concerning Deconcentration and Supporting Task, the
planning of location and budget for deconcentrated
and assigned programs/activities is arranged by
considering state financial capacity and balance
between regional fiscal capacity and regional
developmental need.
The ability of the state finances is intentional, hence
allocation and deconcentration and assistance tasks
can be adjusted to the ability of the State Budget to
fund central government affairs through the ministry/
agency’s budgetary section.
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report151
Keseimbangan pendanaan di daerah dimaksudkan
bahwa pengalokasian dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan mempertimbangkan besarnya transfer
belanja pusat ke daerah dan kemampuan keuangan
daerah, agar alokasi dana dekonsentrasi menjadi lebih
efektif, efisien dan tidak terkonsentrasi di suatu daerah
tertentu. Sementara kebutuhan pembangunan daerah
dimaksudkan bahwa pengalokasian dana dekonsentrasi
disesuaikan dengan prioritas pembangunan nasional
dan prioritas pembangunan daerah.
Untuk melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawab
pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan
secara efektif, efisien, ekonomis dan tepat sasaran,
Menteri Keuangan menyampaikan rekomendasi kepada
kementerian/lembaga sebagai bahan pertimbangan
dalam menyusun perencanaan lokasi dan anggaran
kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan untuk
setiap tahun anggaran. Bahan pertimbangan tersebut
dituangkan dalam bentuk rekomendasi Menteri
Keuangan tentang keseimbangan pendanaan di daerah.
Peta keseimbangan pendanaan di daerah yang disusun
dalam rekomendasi Menteri Keuangan memuat
informasi terkini mengenai kondisi daerah, yang diukur
dari dua variabel, yaitu variabel Indeks Kemampuan
Pendanaan Daerah (IKPD) yang menggambarkan
potensi kemampuan keuangan di daerah dalam upaya
membangun dan melayani kepentingan masyarakat
dan variabel pembangunan masyarakat di daerah
yang direpresentasikan melalui Indeks Pembangunan
Manusia (IPM).
Dalam rekomendasi tersebut, daerah-daerah
dikelompokkan dalam 4 (empat) kuadran untuk
menentukan tingkat prioritasnya dalam pengalokasian
dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Kuadran
tersebut disusun dengan menggunakan nilai rata-
The balance of funding in the regions is intended
that the allocation of deconcentrated funds and co-
administration, take into account the magnitude of
the transfer of central expenditure to the regions
and regional financial capacity, so that the allocation
of deconcentrated funds becomes more effective,
efficient, and not concentrated in a particular region.
Meanwhile, regional development needs are intended
that the allocation of deconcentrated funds is adjusted
to national development priorities and regional
development priorities.
To carry out the duties, functions and responsibilities of
implementing deconcentration and co-administration
duties effectively, efficiently, economically,
and on target, the Minister of Finance submits
recommendations to ministries/agencies as a material
for consideration in preparing the site planning and
budget for deconcentration and co-administration
activities for each fiscal year. The consideration
material is outlined in the form of the Minister of
Finance’s recommendation on the balance of funding
in the regions.
The map was arranged with the recommendation of the
Minister of Finance containing the latest information
on regional condition, measured by two variables. The
first variable is Regional Fiscal Capacity Index (IKPD)
which describes potential of regional financial capacity
to build and provide public service. The second variable
is regional community development represented with
Human Development Index (IPM).
The recommendation categorizes the regions into
four quadrants to determine priority level in allocating
deconcentration and supporting task funds, using
average real IKPD per capita as the abscissa or
horizontal axis, and National IPM as the ordinate or
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report152
rata IKPD rill per kapita sebagai sumbu horisontal,
dan IPM Nasional sebagai sumbu vertikal. Kuadran
I untuk daerah yang memiliki IKPD riil per kapita di
atas rata-rata nasional dan IPM di atas IPM nasional
(dikategorikan dalam daerah non prioritas). Kuadran
II untuk daerah yang memiliki IKPD riil per kapita di
bawah rata-rata nasional dan IPM di atas IPM nasional,
(dikategorikan dalam daerah prioritas II). Kuadran
III untuk daerah yang memiliki IKPD riil per kapita
di bawah rata-rata nasional dan IPM di bawah IPM
nasional, (dikategorikan dalam daerah prioritas I).
Kuadran IV untuk daerah yang memiliki IKPD riil per
kapita di atas rata-rata nasional dan IPM di bawah IPM
nasional, (dikategorikan dalam daerah non prioritas).
Grafik 4.6Pengelompokan Daerah Berdasarkan Kuadran dan
Prioritas Pendanaan Tahun 2018
Indeks Pembangunan / Development Index
Indeks Kemampuan Pendanaan / Fiscal Capacity Index
Kuadran I / Quadrant I
Kuadran III / Quadrant III
Kuadran II / Quadrant II
Kuadran IV / Quadrant IV
Kelompok Daerah / Regions
Kelompok Daerah Prioritas I / Priority I Regions
Kelompok Daerah Non Prioritas / Non-Priority Regions
Kelompok Daerah Non Prioritas / Non-Priority Regions
14 Provinsi / 14 Provinces
175 kab/kota / 175 regencies/cities
10 Provinsi / 10 Provinces
156 kab/kota / 156 regencies/cities
6 Provinsi / 6 Provinces
70 kab/kota / 70 regencies/cities
4 Provinsi / 4 Provinces
107 kab/kota / 107 regencies/cities
vertical axis. Quadrant I contains regions with real
IKPD per capita above the average national score and
IPM above the National IPM (belonging to non-priority
regions). Quadrant II covers regions with real IKPD per
capita below the average national score and IPM above
the National IPM (belonging to priority II regions).
Then, quadrant III contains regions with real IKPD per
capita below the average national score and IPM below
the National IPM (belonging to priority I regions).
Meanwhile, quadrant IV covers regions with real IKPD
per capita above the average national score and IPM
below the National IPM (belonging to non-priority
regions).
Graph 4.6Categorization of Regions by Quadrant and Funding
Priority
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report153
Berdasarkan pengelompokan dalam kuadran tersebut,
pada tahun 2018 daerah yang direkomendasikan untuk
mendapat prioritas alokasi dana dekonsentrasi dan/
atau dana tugas pembantuan TA 2019 adalah sebagai
berikut:
1. Kelompok Prioritas 1, merupakan kelompok daerah
dalam kuadran III (mempunyai IKPD riil per Kapita
di bawah rata-rata Nasional dan IPM daerah di
bawah IPM Nasional), yaitu sebanyak 10 provinsi
dan 156 kabupaten/kota. Kelompok daerah ini
perlu mendapat prioritas pendanaan pemerintah
pusat melalui kewenangan yang dimiliki untuk
dapat menstimulasi percepatan pembangunan di
daerah tersebut melalui penyelenggaraan program
dan kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
2. Kelompok Prioritas 2, merupakan kelompok
daerah dalam kuadran II (mempunyai IKPD riil
per Kapita di bawah rata-rata Nasional dan IPM
daerah di atas IPM Nasional), yaitu sebanyak
14 provinsi dan 175 kabupaten/kota. Kelompok
daerah ini merupakan daerah yang memiliki tingkat
kemampuan keuangan dibawah rata-rata nasional
namun secara pembangunan masyarakat tergolong
baik. Terhadap kelompok ini, program dan kegiatan
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan diarahkan
untuk mempertahankan kondisi tersebut.
Tingkat kesesuaian pengalokasian dana dekonsentrasi
oleh kementerian/lembaga dengan rekomendasi
Menteri Keuangan pada tahun 2017 adalah sebesar
81,8 persen dan pada tahun 2018 sebesar 81,2 persen.
Sementara untuk dana tugas pembantuan pada tahun
2017 sebesar 83,5 persen dan pada tahun 2018 sebesar
87,5 persen.
Based on the categorization, recommendation for
regions with allocation priority of deconcentration
and/or supporting task fund for 2018 is elaborated as
follows:
1. Group of Priority I consists of regions in Quadrant
III (having real IKPD per capita below the average
national score and IPM below the National IPM).
There were 10 provinces and 156 regencies/
cities in this group which need fund priority from
central government in order to stimulate regional
development through the implementation of
deconcentration and supporting task programs.
2. Group of Priority II consists of regions in Quadrant
II (having real IKPD per capita below the average
national score and IPM above the National IPM).
There were 14 provinces and 175 regencies/cities in
this group of which financial capacity is lower than
the national average, but having good scores in
community development in general. Therefore, the
implementation of deconcentration and supporting
task programs aims to maintain the condition.
The appropriateness level of deconcentration fund
by ministries/agencies to the recommendation of the
Ministry of Finance in 2017 was 81.8 percent and in 2018
was 81.2 percent. Meanwhile, regarding supporting
task fund, the level was 83.5 percent in 2017 and 87.5
percent in 2018.
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report154
KEBIJAKAN PENYELESAIAN KEWAJIBAN HIBAH/BANTUAN PENDANAAN DAERAH INDUK, PROVINSI, DAN/ATAU DAERAH LAIN KEPADA DAERAH OTONOM BARU
Pembentukan daerah baru atau Daerah Otonom
Baru (DOB) dilakukan berdasarkan Undang-Undang
tentang Pembentukan Daerah. Di dalam setiap
Undang-Undang Pembentukan DOB terdapat pasal
yang mengatur kewajiban hibah/bantuan pendanaan
dari daerah pemberi hibah/bantuan pendanaan
kepada DOB. Namun demikian, amanat tersebut
sering tidak dilaksanakan oleh daerah pemberi hibah/
bantuan pendanaan, meskipun dalam Undang-Undang
Pembentukan Daerah telah dimuat ketentuan apabila
daerah pemberi hibah/bantuan pendanaan tidak
melaksanakan kewajiban hibah/bantuan pendanaan
tersebut, daerah pemberi hibah/bantuan pendanaan
akan dikenakan pemotongan Dana Alokasi Umum (DAU)
dan/atau Dana Bagi Hasil (DBH) sebagai penggantinya.
Dalam rangka penyelesaian permasalahan tersebut,
Pemerintah c.q. Kementerian Keuangan pada tahun 2011
telah menetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
162/PMK.07/2011 tentang Tata Cara Pemotongan DAU
dan/atau DBH Daerah Induk yang Tidak Memenuhi
Kewajiban Hibah/Bantuan Pendanaan kepada DOB.
Namun, pelaksanaan atas peraturan tersebut belum
dijalankan dengan efektif yang terbukti dengan belum
adanya Daerah Induk yang dikenakan pemotongan
DAU dan/atau DBH sampai dengan tahun 2015. Oleh
karena itu, dalam rangka meningkatkan efektifitas
implementasi pemenuhan kewajiban hibah/bantuan
pendanaan Daerah Induk, Provinsi, dan/atau Daerah
lain kepada DOB, Peraturan Menteri Keuangan Nomor
162/PMK.07/2011 diubah menjadi Peraturan Menteri
POLICY CONCERNING SETTLEMENT OF GRANT/FUNDING AID OBLIGATIONS FROM PARENT REGIONS, PROVINCES, AND/OR OTHER REGIONS TO NEW AUTONOMOUS REGIONS (DOB)The establishment of new regions or the New
Autonomous Region (DOB) is carried out based on
the Law on the Establishment of Regions. In each
DOB Formation Law there is an article that regulates
the obligation of grants/funding assistance from the
granting region/funding assistance to DOB. However,
this mandate is often not carried out by the granting/
funding assistance region, although the Regional
Formation Law contains provisions if the granting/
funding assistance region does not carry out the
obligation of the grant/financial assistance, the area
granting the grant/financial assistance will be imposed
deduction of the General Allocation Fund (DAU) and/
or Revenue Sharing Fund (DBH) in its place.
In order to resolve such problem, the Government
c.q. the Ministry of Finance enacted Regulation of
the Minister of Finance (PMK) No.162/PMK.07/2011
on Procedures for Deduction of DAU and/or DBH for
Parent Regions/Provinces that Do Not Meet Grant/
Funding Aid Obligations to DOB. Nevertheless, the
implementation of aforementioned regulation was not
effective as evidenced by none of parent regions’ DAU
and/or DBH had been deducted until 2015. Therefore,
the aforementioned regulation was replaced by
Minister of Finance Regulation No.215/PMK.07/2015
on Procedures for Deduction of DAU and/or DBH for
Parent Regions/Provinces that Do Not Meet Grant/
Funding Aid Obligations to DOB and Distribution
of Fund from the Deduction of DAU and/or DBH to
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report155
Keuangan Nomor 215/PMK.07/2015 tentang Tata Cara
Pemotongan DAU dan/atau DBH bagi Daerah Induk,
Provinsi, dan/atau Daerah lain yang tidak memenuhi
kewajiban hibah/bantuan pendanaan kepada DOB dan
Penyaluran Dana Hasil Pemotongan DAU dan/atau
DBH kepada DOB. Pada tahun 2018 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 215/PMK.07/2015 diubah menjadi
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 86/PMK.07/2018
tentang Tata Cara Pemotongan Dana Alokasi Umum
Dan/Atau Dana Bagi Hasil Daerah Pemberi Hibah/
Bantuan Pendanaan Yang Tidak Memenuhi Kewajiban
Hibah/Bantuan Pendanaan Kepada Daerah Otonomi
Baru.
Sampai tahun 2018 masih terdapat 17 (tujuh belas) DOB
yang belum menerima hibah/bantuan pendanaan
dari Daerah Induk dan/atau Provinsi. Selama tahun
2018 telah dilakukan kegiatan fasilitasi permintaan
penyelesaian kewajiban hibah/bantuan pendanaan
dan telah disepakati 3 (tiga) Berita Acara dan 1 (satu)
Berita Acara Rekonsiliasi pada 3 (tiga) DOB, yaitu:
1. Berita Acara Rekonsiliasi Penyelesaian Kewajiban
Hibah dari Kab. Kepulauan Sula sebagai Daerah
Induk kepada Kab. Pulau Taliabu sebagai DOB.
2. Berita Acara Penyelesaian Bantuan Pendanaan dari
Provinsi Maluku Utara kepada Kabupaten Pulau
Taliabu sebagai DOB.
3. Berita Acara Penyelesaian Bantuan Pendanaan
dari Provinsi Papua Barat kepada Kabupaten
Pegunungan Arfak sebagai DOB.
4. Berita Acara Penyelesaian Bantuan Pendanaan dari
Provinsi Papua Barat kepada Kabupaten Manokwari
Selatan sebagai DOB.
Selain itu, pada tahun 2018, telah dilakukan proses
pemotongan DAU sebagai tindak lanjut dari Berita
Acara yang telah dibuat sebanyak 8 (delapan) Keputusan
Menteri Keuangan mengenai Pemotongan, yaitu:
DOB. In 2018, Regulation of the Minister of Finance
Number 215/PMK.07/2015 was amended to Regulation
of the Minister of Finance Number 86/PMK.07/2018
concerning Procedures for Withholding General
Allocation Funds and/or Revenue Sharing Funds for
Regional Giving Grants/Funding Assistance that Does
Not Meet Obligations Grants/Funding Assistance To
the New Autonomous Regions.
As of 2018, there were 17 (seventeen) DOB not receiving
grant/funding aid from their parent regions/
provinces. Throughout 2018, several events to facilitate
the request of the settlement of grant/funding aid
obligations were conducted and 3 (three) Official
Reports and 1 (one) Reconciliation Official Report of
those events involving 3 DOB reached an agreement,
namely:
1. The Reconciliation Official Report of Event
concerning the Settlement of Grant Obligation
from Kepulauan Sula Regency as Parent Region to
Pulau Taliabu Regency as DOB.
2. The Official Report of Event concerning the
Settlement of Grant Obligation from North Maluku
Province to Pulau Taliabu Regency as DOB.
3. The Official Report of Event concerning the
Settlement of Grant Obligation from West Papua
Province to Pegunungan Arfak Regency as DOB.
4. The Official Report of Event concerning the
Settlement of Grant Obligation from West Papua
Province to South Manokwari Regency as DOB.
Furthermore in 2018, the DAU deduction process has
been carried out as a follow-up of the Official Report
which resulted in 8 (eight) Decrees of the Minister of
Finance regarding the Deduction, namely:
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report156
1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 13/KM.7/2018
tentang Pemotongan DAU Kab. Morowali dan
Penyaluran Dana Hasil Pemotongan DAU Kab.
Morowali kepada Kab. Morowali Utara. (BA 2017).
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 23/
KM.7/2018 tentang Pemotongan DAU Kab. Morowali
dan Penyaluran Dana Hasil Pemotongan DAU Kab.
Morowali kepada Kab. Morowali Utara Tahap II. (BA
2017).
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 24/
KM.7/2018 tentang Pemotongan DAU Kab. Konawe
dan Penyaluran Dana Hasil Pemotongan DAU Kab.
Konawe kepada Kab. Konawe Kepulauan Tahap I.
(BA 2017).
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 30/
KM.7/2018 tentang Pemotongan DAU Kab. Muna
dan Penyaluran Dana Hasil Pemotongan DAU Kab.
Muna kepada Kab. Muna Barat. (BA 2017).
5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 36/KM.7/2018
tentang Pemotongan DAU Kab. Kepulauan Sula
dan Penyaluran Dana Hasil Pemotongan DAU Kab.
Kepulauan Sula kepada Kab. Pulau Taliabu. (BA
Rekon 2018).
6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 37/KM.7/2018
tentang Pemotongan DAU Kab. Labuhanbatu dan
Penyaluran Dana Hasil Pemotongan DAU Kab.
Labuhanbatu kepada Kab. Labuhanbatu Utara dan
Kab. Labuhanbatu Selatan (BA 2017).
7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 48/
KM.7/2018 tentang Pemotongan DAU Kab. Waropen
dan Penyaluran Dana Hasil Pemotongan DAU Kab.
Waropen kepada Kab. Memberamo Raya.
8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 49/
KM.7/2018 tentang Pemotongan DAU Kab. Sarmi
dan Penyaluran Dana Hasil Pemotongan DAU Kab.
Sarmi kepada Kab. Memberamo Raya.
1. Decree of the Minister of Finance No. 13/KM.7/2018
concerning Deduction of DAU of Morowali Regency
and Distribution of Fund from the Deduction of DAU
of Morowali Regency to North Morowali Regency.
(BA 2017)
2. Decree of the Minister of Finance No. 23/KM.7/2018
concerning Deduction of DAU of Morowali
Regency and Stage II Distribution of Fund from the
Deduction of DAU of Morowali Regency to North
Morowali Regency. (BA 2017)
3. Decree of the Minister of Finance No. 24/KM.7/2018
concerning Deduction of DAU of Konawe Regency
and Stage I Distribution of Fund from the Deduction
of DAU of Konawe Regency to Kepulauan Konawe
Regency. (BA 2017)
4. Decree of the Minister of Finance No. 30/KM.7/2018
concerning Deduction of DAU of Muna Regency and
Distribution of Fund from the Deduction of DAU of
Muna Regency to West Muna Regency. (BA 2017)
5. Decree of the Minister of Finance No. 36/KM.7/2018
concerning Deduction of DAU of Kepulauan
Sula Regency and Distribution of Fund from the
Deduction of DAU of Kepulauan Sula Regency to
Pulau Talibaby Regency. (BA Rekon 2018)
6. Decree of the Minister of Finance No. 37/KM.7/2018
concerning Deduction of DAU of Lahanbatu Regency
and Distribution of Fund from the Deduction of
DAU of Lahanbatu Regency to South Lahanbatu
Regency. (BA 2017)
7. Decree of the Minister of Finance No. 48/KM.7/2018
concerning Deduction of DAU of Waropen Regency
and Distribution of Fund from the Deduction of
DAU of Waropen Regency to Memberamo Raya
Regency.
8. Decree of the Minister of Finance No. 49/KM.7/2018
concerning Deduction of DAU of Sarmi Regency and
Distribution of Fund from the Deduction of DAU of
Sarmi Regency to Memberamo Raya Regency.
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report157
KEBIJAKAN TERKAIT DATA KEUANGAN DAERAHData dan Informasi Keuangan Daerah (IKD) sangat
dibutuhkan dalam proses pengambilan kebijakan fiskal
nasional antara lain dalam penyusunan kebijakan,
perhitungan, dan penyaluran alokasi dana Transfer ke
Daerah dan Dana Desa.
Regulasi yang mengamanatkan pemerintah Daerah
harus menyampaikan informasi keuangan daerah
adalah: (i) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah; (ii) Peraturan
Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah, yang telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010; dan (iii)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 04/PMK.07/2011
tentang Tata Cara Penyampaian Informasi Keuangan
Daerah.
Adapun informasi keuangan daerah yang harus
disampaikan kepada pemerintah, antara lain: (i)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
paling lambat 31 Januari tahun berjalan; (ii) Perubahan
APBD, paling lambat 30 hari setelah Perda ditetapkan;
(iii) Realisasi APBD semester I, paling lambat
30 hari setelah semester berakhir; (iv) Laporan
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD, terdiri dari:
Realisasi APBD, Neraca daerah, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan; serta (v) Dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan paling lambat 31
Agustus tahun berikutnya.
POLICY RELATED TO DATA OF REGIONAL FINANCEData and Regional Financial Information (IKD) is highly
needed in the process of decision making for national
fiscal policy, including the formulation of policy,
calculation, and allocation distribution of Regional
Transfers and Village Funds.
Some regulations mandating Regional Governments
to submit regional financial information are: (i) Law
No. 33/2004 on Fiscal Balance between Central
Government and Regional Governments; (ii)
Government Regulation No. 56/2005 concerning
Regional Financial Information System, which has been
amended by Government Regulation No. 65/2010;
and (iii) Regulation of the Minister of Finance No. 04/
PMK.07/2011 concerning Procedures for Delivery of
Regional Financial Information.
Furthermore, the regional financial information that
must be submitted to the government are: (i) Regional
Budget (APBD), the delivery shall be no later than
January 31 of the current year; (ii) Amendment to
Regional Budget, the delivery shall be no later than
30 days after the enactment of Regional Regulation;
(iii) Regional Budget Realization for Semester I, the
delivery shall be no later than 30 days after the end
of semester; (iv) Accountability Report for Regional
Budget Implementation, consisting of Regional
Budget Realization, Regional Balance Sheet, Cash Flow
Statement, and Notes to Financial Statements; and (v)
Deconcentration Funds and Supporting Task Funds no
later than August 31 of the following year.
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report158
Guna mendorong kepatuhan daerah dalam
penyampaian IKD, ada mekanisme pengenaan sanksi
kepada daerah yang setelah melewati batas waktu
yang ditentukan dan diberikan peringatan tertulis
tetap belum menyampaikan IKD yang dipersyaratkan.
Sanksi dimaksud adalah penundaan penyaluran
Dana Perimbangan sebesar 25 persen dari DAU yang
diberikan setiap bulan atau DBH Pajak Penghasilan
bagi daerah yang tidak mendapatkan alokasi DAU pada
tahun tersebut. Sanksi penundaan Dana Perimbangan
tersebut dicabut apabila daerah telah memenuhi
kewajibannya menyampaikan IKD.
Jumlah daerah yang telah menyampaikan IKD yang
dipersyaratkan dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Hal tersebut ditunjukkan dalam tabel
berikut:
Tabel 4.21Data Penyampaian Perda APBD
Uraian / Description 2015 2016 2017 2018
Daerah yang menyampaikan tepat waktu (s.d. 31 Januari) / Regions delivering the document in a timely manner (due date January 31) 428 405 448 489
Daerah yang dikenai sanksi Penundaan Dana Perimbangan / Regions imposed with sanction in the form of delay in the distribution of Balanced Funds
14 14 12 10
Tabel 4.22Data Penyampaian Laporan Realisasi APBD Semester I
Uraian / Description 2015 2016 2017 2018
Daerah yang menyampaikan tepat waktu (s.d. 31 Januari) / Regions delivering the document in a timely manner (due date January 31) 110 49 132 205
Daerah yang dikenai sanksi Penundaan Dana Perimbangan / Regions imposed with sanction in the form of delay in the distribution of Balanced Funds
3 0 0 0
In order to enhance the compliance of regional
governments in delivering Regional Financial
Information (IKD), imposition of sanctions is performed
on any region passing the due date determined after
receiving a written warning. The sanction referred to
is in the form of delay in the distribution of Balanced
Funds at 25 percent of total General Allocation Fund
(DAU) provided each month or of Income Tax Revenue
Sharing Funds (DBH) for region not receiving DAU
within the current year. The imposition of sanction
in the form of delay in the distribution of Balanced
Funds shall be revoked if the region has completed its
obligation in delivering IKD.
The number of regions delivering the required IKD is
increasing year by year as shown in the table below:
Table 4.21Delivery of Regional Regulation regarding Regional
Budget
Table 4.22Delivery of Regional Budet Realization Report for
Semester I
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report159
Tabel 4.23Data Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBD*
Uraian / Description 2015 2016 2017 2018
Daerah yang menyampaikan tepat waktu (s.d. 31 Januari) / Regions delivering the document in a timely manner (due date January 31) 245 81 346 0 *)
Daerah yang dikenai sanksi Penundaan Dana Perimbangan / Regions imposed with sanction in the form of delay in the distribution of Balanced Funds
1 0 6 0 *)
*) Batas waktu penyampaian Laporan Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBD adalah tanggal 31 Agustus tahun berikutnya
Selain penerapan kewajiban penyampaian IKD
sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 56 Tahun 2005 tersebut, mulai tahun 2016 juga
diimplementasikan regulasi untuk penyampaian data
bulanan APBD. Dalam rangka melaksanakan kebijakan
konversi penyaluran transfer ke daerah yang tercantum
dalam Undang-Undang mengenai APBN 2016,
Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 235/PMK.07/2015 tentang Konversi
Penyaluran Dana Bagi Hasil dan/atau Dana Alokasi
Umum, sebagaimana telah diganti dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.07/2016, dan
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
18/PMK.07/2017. Didalamnya memuat kewajiban
pemerintah daerah untuk menyampaikan data bulanan
APBD berupa laporan realisasi APBD bulanan, posisi
kas bulanan, dan perkiraan belanja bulanan. Batas
waktu penyampaian laporan bulanan APBD adalah
tanggal 20 bulan berikutnya (atau hari kerja berikutnya
apabila tanggal 20 jatuh pada hari libur atau hari yang
diliburkan). Sanksi atas keterlambatan penyampaian
data tersebut berupa penundaan penyaluran DBH
dan/atau DAU.
Table 4.23Delivery of Accountability Report for Regional Budget
Implementation*
*) Due date of delivery of the Accountability Report for Regional Budget
Implementation is on August 31 of the following year
In addition to IKD delivery obligation as mandated in
Government Regulation No. 56 of 2005, the regulation
on delivering monthly data of regional budget (APBD)
has been implemented since 2016. In order to perform
the policy of regional transfers distribution conversion
stipulated in Law on the 2016 State Budget, the Minister
of Finance issued Regulation of the Minister of Finance
(PMK) No. 235/PMK.07/2015 concerning Conversion
of the Distribution of Revenue Sharing Fund and/or
General Allocation Fund, as replaced by PMK No. 93/
PMK.07/2016, and the latest PMK No. 18/PMK.07/2017.
This regulation contains the obligation of regional
governments to deliver monthly data of APBD in the
form of monthly report of APBD realization, monthly
cash position, and estimated monthly expenditure.
The due date of APBD monthly report is the 20th day
of the following month (or the following workday after
day 20, if the 20th day is a holiday or announced as
holiday). The sanction of late data delivery is a delay in
the distribution of DBH and/or DAU.
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report160
Selanjutnya, dalam rangka penyediaan data keuangan
daerah yang lebih baik secara kualitas maupun
kuantitas, selama tahun 2018 juga telah dilaksanakan
kegiatan verifikasi data APBD baik anggaran maupun
realisasi. Kegiatan verifikasi data APBD 2018 dilakukan
pada bulan April 2018, verifikasi data rincian akun dan
data per fungsi dilakukan pada bulan September, dan
verifikasi data realisasi APBD 2017 dilakukan pada bulan
Oktober. Kegiatan ini dilakukan antara DJPK dengan
pemerintah daerah sebagai pemilik data. Dengan
adanya kegiatan tersebut diharapkan diperoleh data
keuangan daerah yang lebih valid dan lengkap sehingga
dapat memberikan kontribusi lebih baik bagi proses
pengambilan kebijakan terkait Transfer ke Daerah dan
Dana Desa, maupun untuk pengendalian.
KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH (SIKD)
Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) adalah sistem
yang mendokumentasikan, mengadministrasikan,
serta mengolah data pengelolaan keuangan daerah dan
data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan
kepada masyarakat dan bahan pengambilan keputusan
dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan pertanggungjawaban Pemerintah Daerah.
SIKD telah disebutkan secara eksplisit pada Undang-
Undang Nomor 25 tahun 1999 sebagaimana telah
diubah menjadi Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah.
Furthermore, in order to provide a better quality and
quantity of regional financial data, data verification of
APBD allotment and realization has been performed
throughout 2017. The verification of 2018 APBD activity
was conducted in April 2018, and data verification of
2017 APBD realization was conducted in October.
Such activity was conducted by DJPK and regional
governments as data owners. It is expected that such
practice generate more valid and complete regional
financial data which could contribute better to the
decision-making process regarding regional transfers
and village funds, and for control.
POLICY CONCERNING THE IMPLEMENTATION OF REGIONAL FINANCIAL INFORMATION SYSTEM (SIKD)Regional Financial Information System (SIKD) is a
system which documents, administer, and process
regional financial information data and other relevant
data into information presented to the community
and used for decision making in the context of
regional government planning, implementation, and
accountability reporting. SIKD is explicitly stated in Act
No.25/1999 as amended into Act No.33/2004 on Fiscal
Balance between Central Government and Regional
Government.
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report161
Dalam rangka penyelenggaraan SIKD, telah ditetapkan
berbagai peraturan turunan seperti Peraturan
Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 4/PMK.07/2011 tentang Tata Cara
Penyampaian Infromasi Keuangan Daerah. Sejalan
dengan perubahan kebijakan yang cepat dengan
terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang
mengamanatkan perubahan basis akuntansi dari
basis kas menuju akrual menjadi basis akrual dan
penambahan jenis laporan keuangan berbasis akrual,
serta adanya kebutuhan ketersediaan data dengan time
lag pelaporan yang lebih pendek, maka pada triwulan iv
tahun 2015 dilaksanakan program pengembangan dan
transformasi SIKD.
Program pengembangan dan transformasi SIKD dimulai
dengan melakukan berbagai perubahan fundamental
dan komprehensif, antara lain menyusun road map
pengembangan dan transformasi SIKD tahun 2015 -
2019, memperkuat landasan hukum penyelenggaraan
SIKD, menyempurnakan arsitektur sistem, dan
melakukan pengembangan sistem berkelanjutan.
Penguatan landasan hukum penyelenggaraan SIKD
dilakukan melalui penetapan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 74/PMK.07/2016 yang menjadi
pedoman bagi pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dalam penyelenggaraan SIKD Nasional dan
SIKD Daerah. Peraturan Menteri Keuangan tersebut
memuat ketentuan mengenai prinsip umum SIKD,
agen SIKD, data SIKD, penyelenggaraan komunikasi
data SIKD, pembakuan SIKD, koordinasi, kerjasama,
dan pembinaan serta manual penyelenggaraan SIKD.
In order to implement SIKD, several derivative
regulations have been stipulated such as Government
Regulation No.56/2005 on Regional Financial
Information System and Regulation of the Minister of
Finance No.04/PMK.07/2011 concerning Procedures
for Regional Financial Information Delivery. In
accordance with fast-changing policy as shown by the
enactment of Government Regulation No.71/2010 on
Government Accounting Standards which mandates
the change from cash-basis accounting to accrual-
basis accounting and the addition of accrual-basis
financial statements, as well as the need of data
availability with shorter time lag, SIKD development
and transformation program was launched in the
fourth quarter of 2015.
Such program started with various fundamental and
comprehensive changes, such as preparing road map
for SIKD development and transformation within 2015-
2019, enforcing legal basis for SIKD implementation,
completing system architecture, and developing
sustainable system. The enforcement of legal basis
for SIKD implementation was performed through the
stipulation of Regulation of the Minister of Finance
No.74/PMK.07/2016 as guidelines for implementing
national and regional SIKD by the central and
regional governments. Such regulation contains
provisions regarding general principles, agents,
data, communication, standardization, coordination,
cooperation, as well as education and manuals of SIKD.
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report162
Pengembangan SIKD berkelanjutan secara
komprehensif dan menyeluruh menjadi suatu
kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan data dan
laporan baik di tingkat manajemen puncak maupun
operasional yang terus berkembang. Di masa depan,
SIKD tidak hanya menjadi Core System di DJPK tetapi
juga menjadi sistem nasional yang akan menyediakan
berbagai layanan interoperabilitas dengan model
Service Oriented Architecture (SOA) sehingga
diharapkan mampu memfasilitasi hubungan antar
pemerintah (Government to Government), hubungan
pemerintah dengan bisnis (Government to Bussiness)
dan hubungan pemerintah dengan warga negara
(Government to Citizen) dalam rangka mewujudkan
tujuan utama SIKD sebagai one source data keuangan
daerah di level nasional.
Implementasi kebijakan penyelenggaraan SIKD di
tahun 2018 adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Dashboard SIKD versi Mobile
Dashboard SIKD merupakan salah satu aplikasi
yang digunakan untuk menyajikan informasi
keuangan daerah dari SIKD. Aplikasi ini ditujukan
untuk meningkatkan penyajian informasi
keuangan daerah secara up-to-date yang dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
oleh Pimpinan DJPK maupun stakeholder lain
yang relevan. Pengembangan Dashboard SIKD
merupakan salah satu milestone Inisiatif Strategis
(IS) Program Reformasi Birokrasi dan Tranformasi
Kelembagaan (RBTK) yaitu IS #19 “Menghadirkan
Pemerintah pada Seluruh Wilayah Indonesia melalui
Sinkronisasi Penganggaran Pusat dan Daerah.”
Dimana pada 29 Desember 2017 telah di-launching
Dashboard SIKD versi web.
The development of sustainable SIKD in comprehensive
and holistic manner is required to fulfill the growing
need of data and reporting in top management level
as well as in operating level. In the future, SIKD will
not only be a core system in DJPK, but also a national
system providing various inter-operation services with
Service Oriented Architecture (SOA). It is expected
that SIKD be able to facilitate relation in the forms
of Government to Government, Government to
Business, and Government to Citizen with a view to
accomplishing its main goal as one source of regional
financial data at national level.
Implementation of policy regarding SIKD in 2018 is
explained as follows:
1. Development of the Mobile version of the SIKD Dashboard
SIKD Dashboard is an application used to present
regional financial information from SIKD. This
application is intended to improve the up-to-date
presentation of regional financial information that
can be used as a basis for decision making by the
DJPK Leaders and other relevant stakeholders.
The development of the SIKD Dashboard is one
of the milestones of the Strategic Initiative (IS) of
the Bureaucratic Reformation and Institutional
Transformation (RBTK) Program, namely IS #19
“Presenting the Government to All Indonesian
Regions through Synchronizing Central and
Regional Budgeting.” Where on December 29,
2017 the web version of the SIKD Dashboard was
launched.
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report163
Selanjutnya, sesuai arahan Menteri Keuangan
bahwa untuk mendukung aktifitas pengguna
eksekutif, Dashboard Eksekutif SIKD agar dapat
diakses melalui mobile phone maupun gadget mobile lainnya, pada tahun 2018 telah dilakukan
pengembangan Dashboard SIKD untuk perangkat
mobile (platform Android dan platform IOS). Fitur
- fitur yang dimiliki Mobile Dashboard SIKD antara
lain dashboard utama dengan tampilan peta dan
progress bar, grafik gauge dan progress bar untuk
capaian realisasi, informasi postur TKDD dan APBD
untuk menampilkan data postur secara tabular,
indikator sosial ekonomi dan capaian realisasi
tertinggi dan terendah untuk TKDD dan APBD.
Mobile Dashboard Eksekutif SIKD telah di-
launching secara resmi oleh Menteri Keuangan
pada 7 Desember 2018 dengan v.1.7.6 untuk platform
android dan v.1.7.4 untuk platform IOS.
2. Pengembangan Aplikasi SIKD Nasional Aplikasi SIKD Nasional (Core SIKD) adalah aplikasi
yang dikembangkan untuk dapat menerima dan
menyajikan Informasi Keuangan Daerah yang
dikirim dari aplikasi pengelolaan keuangan daerah
ke Pusat. Aplikasi ini telah memiliki hak cipta nomor
EC00201706959 dengan judul ciptaan Aplikasi
Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) Nasional.
Pengembangan Aplikasi Core SIKD dilakukan
sebagai bentuk antisipasi yang disesuaikan dengan
kebutuhan penyelenggaraan desentralisasi fiskal.
Implementasi terkini dari Aplikasi Core SIKD adalah
versi 2.4.0, dimana dalam versi ini terdapat modul
kompilasi LKPD untuk data LRA dan Gaji PNSD,
modul perekaman dan monitoring data Hardcopy
LRA Semester dan pertanggung jawaban, dan
pengembangan modul LKPD (unaudited, audited,
Perda).
Furthermore, according to the direction of the
Minister of Finance that to support the activities of
executive users, the SIKD Executive Dashboard to
be accessible via mobile phones and other mobile
gadgets, in 2018 the SIKD Dashboard development
for mobile devices (Android platform and IOS
platform) has been carried out. The SIKD Mobile
Dashboard features include a main dashboard with
a map display and progress bar, gauge charts and
progress bars for realization achievements, TKDD
and APBD posture information for displaying
tabular data posture, socioeconomic indicators and
highest and lowest realization for TKDD and APBD.
The SIKD Executive Mobile Dashboard was officially
launched by the Minister of Finance on December 7,
2018 with v.1.7.6 for the android platform and v.1.7.4
for the IOS platform.
2. Development of Core SIKD Core SIKD application is developed to be able to
receive and provide regional financial information
sourced from regional financial management
application to central government. This application
already has a copyright number EC00201706959
entitled Aplikasi Sistem Inforasi Keuangan Daerah
(SIKD) Nasional. The development of Core SIKD
Application is carried out as a form of anticipation
that is adjusted to the needs of the implementation
of fiscal decentralization. The latest implementation
of the Core SIKD Application is version 2.4.0, in
this version, there is a LKPD compilation module
for LRA data and PNSD Salaries, a LRA Semester
Hardcopy data recording and monitoring module,
and the development of LKPD modules (unaudited,
audited, Regional Government).
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report164
3. Pengembangan Aplikasi Agen SIKD Sebagai bentuk penerapan pembakuan SIKD dan
pembakuan agen SIKD sesuai amanat Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.07/2016 tentang
Penyelenggaraan SIKD yaitu untuk meningkatkan
integritas dan kualitas IKD yang disampaikan
oleh pemerintah daerah, telah dikembangkan
beberapa aplikasi antara lain: Pembakuan agen
SIKD diterapkan dari sisi pembakuan konfigurasi,
pembakuan aplikasi agen SIKD (menu, fitur, output,
dan penamaan Arsip Data Komputer/ADK), serta
pembakuan kebutuhan minimal perangkat. Sebagai
bentuk implementasi pembakuan agen SIKD, telah
dikembangkan beberapa aplikasi agen SIKD yaitu:
a. Agen SINERGI (Sistem Integrasi Berbasis
Teknologi) merupakan agen tunggal yang
mengkoneksikan aplikasi pengelolaan keuangan
daerah yang beragam dengan aplikasi SIKD
Nasional (SIKD Core). Aplikasi ini telah memiliki
hak cipta nomor EC00201706964 dengan judul
ciptaan Aplikasi Agen Sistem Integrasi Berbasis
Teknologi (SINERGI) SIKD. Versi terbaru
aplikasi SINERGI adalah versi 3.1.1 dengan
pengembangan berupa penambahan modul data
gaji pnsd, fitur validasi uraian BAS akun level 3
untuk modul data APBD dan semua LRA, fitur
enkripsi file xml, serta pengembangan modul
LKPD/LPP versi unaudited, audited dan Perda
untuk Neraca, LO, LAK, LPE dan LPSAL;
b. Agen SIMPATIK SIKD merupakan aplikasi yang
dibangun untuk mendukung pelaksanaan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/
PMK.07/2017 tentang Konversi Penyaluran
Dana Bagi Hasil dan/atau Dana Alokasi Umum
dalam bentuk Nontunai. Aplikasi ini digunakan
oleh daerah untuk melaporkan posisi kas
bulanan, serta rencana penarikan kas per-bulan
3. Development of SIKD Agents Application As a form of implementing SIKD standardization
and SIKD agents standardization according to the
mandate of the Minister of Finance Regulation
No. 74/PMK.07/2016 on SIKD Implementation,
namely to improve the integrity and quality of SIKD
delivered by regional governments, standardization
of SIKD has been conducted including configuration,
application for agents (menu, feature, output,
and computer data archive nomenclature), and
minimum requirement of instrument. Several
applications for SIKD agents are:
a. SINERGI is a single agent connecting various
regional financial management applications
with SIKD core application. This application
already has a copyright number EC00201706959
entitled Aplikasi Agen Sistem Integrasi Berbasis
Teknologi (SINERGI) SIKD. The latest version of
the SINERGI application is version 3.1.1, with the
addition of the pnsd salary data module, the BAS
level 3 account description validation feature
for APBD and all LRA data modules, the xml
file encryption feature, and the development
of unaudited, audited and Regional Regulation
LKPD/LPP modules for the Balance Sheet, LO,
LAK, LPE and LPSAL;
b. SIMPATIK SIKD agent is an application built to
support the implementation of PMK No. 18/
PMK.07/2017 on Conversion of Distribution
of DBH and/or DAU in the form of Non-
cash. This application is used by regions to
report monthly cash positions, as well as cash
withdrawal plans per month in one year. In 2018
the development and implementation of the
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report165
dalam satu tahun. Pada tahun 2018 dilakukan
pembangunan dan implementasi Aplikasi
SIMPATIK versi 2.2.0 meliputi pemutakhiran
tabel referensi dan penambahan warning system
dalam rangka peningkatan kualitas data;
c. Agen DAK Non Fisik SIKD Aplikasi Pelaporan
DAK Nonfisik adalah aplikasi yang digunakan
oleh pemerintah daerah untuk memenuhi
kewajibannya dalam menyusun dan
menyampaikan Laporan Realisasi Penyaluran
dan Penggunaan DAK Nonflsik kepada DJPK.
Aplikasi Pelaporan DAK Nonfisik terdiri dari
modul pelaporan Dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS), Dana Tunjangan Profesi Guru
PNSD (Dana TP Guru), Dana Tambahan
Penghasilan Guru PNSD (DTP Guru), Dana
Tunjangan Khusus Guru PNSD (Dana TKG),
Dana Bantuan Operasional Pendidikan PAUD,
Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK),
Dana Bantuan Operasional KB (BOKB), Dana
Peningkatan Kapasitas Koperasi dan UKM, serta
Dana Administrasi Kependudukan yang telah
diimplementasikan sejak tahun 2018.
4. Pengembangan Aplikasi Internal dan Pendukung SIKD
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan
fungsi unit organisasi di lingkungan DJPK dan
penyelenggaraan SIKD, dilakukan pengembangan
aplikasi internal dan pendukung SIKD.
Pengembangan aplikasi tersebut meliputi:
a. Data Warehouse SIKD Pengembangan Data Warehouse SIKD pada
tahun 2018 difokuskan dalam pengembangan
cube Arus Kas, LO, LPE, LPSAL, Neraca, dan
Urusan Fungsi. Cube ini menampilkan elemen-
elemen data yang dapat di drag and drop sesuai
dengan kebutuhan dan di-generate menjadi
laporan untuk kebutuhan analisis pengambilan
keputusan.
SIMPATIK Application version 2.2.0 has been
carried out including updating the reference
table and adding a warning system in order to
improve data quality;
c. Non-Physical SIKD DAK Agent
Non-Physical DAK Reporting Application is
an application used by regional governments
to fulfill their obligations in preparing and
submitting Realization Report of Non-Physical
DAK Distribution and Utilization to DJPK. Non-
Physical DAK Reporting Application consists of
modules of School Operational Aids Fund (BOS),
Teaching Allowance Fund for PNSD Teachers,
Additional Income Fund for PNSD Teachers,
Special Allowance Fund for PNSD Teachers, Early
Childhood Education Operational Aids Fund,
Health Operational Aids Fund, Family Planning
Operational Aids Fund, Capacity Building Fund
for Cooperative Units and Small-Medium
Enterprises, and Population Administration
Fund which has been implemented since 2018.
4. Developing Internal Application and SIKD Supporting Tools
In order to support the implementation of duties
and functions in the scope of DJPK and SIKD
implementation, internal application and SIKD
supporting tools development was conducted,
including:
a. SIKD Data Warehouse The development of SIKD Data Warehouse
in 2018 was focused on the development of
cash flow, LO, LPE, LPSAL, Balance Sheet, and
Functional Affairs. This cube displays data
elements that can be dragged and dropped as
needed and generated as a report for the needs
of decision making analysis.
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report166
Implementasi modul Data Quality Service untuk
meningkatkan kualitas data pada data warehouse
DJPK melalui proses cleansing, mapping, dan
verifikasi. Pembenahan data dilakukan dalam
rangka menghasilkan data series yang lebih
berkualitas.
b. Aplikasi iKonsol Sebagai bagian dari dukungan pencapaian
Inisiatif Strategis (IS) 31 Tema Perbendaharaan
“Pengintegrasian Informasi Keuangan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah”, yang
telah dimulai dari tahun 2017, pada tahun 2018,
telah dikembangkan Aplikasi iKonsol versi 1.2.0
beta. Aplikasi ini ditujukan untuk mendukung
tersedianya Konsolidasi LKPD dari 542 Pemda
secara elektronis. Fitur-fitur yang tersedia
dalam aplikasi ini antara lain adalah Impor
data, Pengaturan, Manajemen akun resiprokal,
Penelusuran data, Aktivasi data, Monitoring
data, Proses akun eliminasi secara otomatis,
Laporan konsolidasi, Ekspor laporan, dan
Pencetakan laporan.
c. Aplikasi di Sekretariat Direktorat Jenderal
• Aplikasi Website DJPK
Aplikasi website instansi DJPK yang berfungsi
untuk menampilkan profil dan informasi
yang terkait dengan DJPK. Pengembangan
dan implementasi Website DJPK berupa
penyesuaian template berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 458/
KMK.01/2018 tentang Standar Tampilan
Situs Web di Lingkungan Kementerian
Keuangan, peningkatan transparansi data,
dan peningkatan keamanan sistem dalam
rangka mendukung reformasi DJPK.
Implementation of Data Quality Service modules
to improve data quality at DJPK’s data warehouse
through the process of cleansing, mapping, and
verification. Improving data is done in order to
produce higher quality data series.
b. iKonsol Application As part of an achievement support of the
Strategic Initiatives (IS) 31 Treasury Themes
“Integrating Central and Regional Government
Financial Information”, which began in 2017, in
2018, the iKonsol Application version 1.2.0 beta
was developed. This application is intended to
support the availability of LKPD Consolidation
of 542 Regional Governments electronically.
The features available in this application include
Data Import, Settings, Reciprocal Account
Management, Data Tracking, Data Activation,
Data Monitoring, Automatic Account Elimination
Process, Consolidated Reports, Export Reports,
and Report Printing.
c. Application at the Secretariat of Directorate General• DJPK Website Application
DJPK website application that functions to
display profiles and information related to
DJPK. Development and implementation of
the DJPK Website in the form of template
adjustments based on Minister of Finance
Decree Number 458/KMK.01/2018
concerning Website Display Standards
within the Ministry of Finance, increased
data transparency, and improved system
security in order to support DJPK reform.
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report167
• Aplikasi Guestbook
Aplikasi buku tamu yang digunakan untuk
mengadministrasikan jadwal dan agenda
tamu yang berkunjung di DJPK. Pada tahun
2018 dilakukan pembaharuan (update) data
pegawai di lingkungan DJPK, meliputi:
Penempatan sementara CPNS 2018 dan
Mutasi Pelaksana pada bulan Agustus 2018.
• Aplikasi Pengaduan DJPK (PEKA)
Aplikasi yang digunakan sebagai wadah
pengaduan atas adanya dugaan pelanggaran
atau indikasi kecurangan yang dilakukan
oleh Pejabat/Pegawai di lingkungan DJPK.
Pembangunan Aplikasi Pengaduan DJPK
(PEKA) dalam rangka mendukung reformasi
DJPK.
• Aplikasi Logbook DJPK
Aplikasi yang digunakan untuk merekam
pekerjaan yang dilakukan sehari-hari oleh
masing-masing pegawai dan memonitor
kinerja pegawai. Pembangunan Aplikasi
Logbook DJPK berbasis Web dan Mobile
dalam rangka mendukung reformasi DJPK.
• Aplikasi E-Government
Aplikasi yang dikembangkan untuk
memperbaiki kualitas perencanaan,
penganggaran, konsistensi, ketetapan
pelaksanaan anggaran, penatausahaan,
dan memperkuat mekanisme pelaporan
e-monev di lingkungan DJPK dalam rangka
penerapaan e-Government yang meliputi 4
(empat) modul yaitu e-planning, e-budgeting,
e-monev, dan e-reporting. Pada tahun 2018
dilakukan pembangunan Modul E-Planning
dan Modul E-Budgeting.
• Guestbook Application
The guestbook application is used to
administer the schedule and agenda of
guests visiting the DJPK. In 2018 an update
was made on employee data within the DJPK,
including: Temporary placement of 2018
CPNS and Implementer Mutation in August
2018.
• DJPK Reporting Application (PEKA)
The application is used as a platform for
complaints of alleged violations or indications
of fraud committed by officials/employees
within the DJPK. The development of PEKA
is to support the DJPK reformation.
• DJPK Logbook Application
This application is used to record daily
tasks of each employee and monitor their
performance. The development of Website
and Mobile based DJPK Logbook Application
is to support the DJPK reformation.
• E-Government Application
Application developed to improve the
quality of planning, budgeting, consistency,
determination of budget execution,
administration, and strengthening the
e-Monev reporting mechanism within the
DJPK in order to implement e-Government
which includes 4 (four) modules namely
e-planning, e-budgeting, e-monitoring and
e-reporting. In 2018 the E-Planning Module
and E-Budgeting Module will be developed.
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report168
d. Aplikasi Direktorat Dana Perimbangan• Aplikasi Perhitungan Alokasi Dana Bagi Hasil
Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT)
Aplikasi yang digunakan oleh pemerintah
pusat untuk melakukan perhitungan alokasi
DBH CHT per provinsi dan Pemerintah
provinsi untuk melakukan perhitungan
alokasi DBH CHT per kabupaten/kota. Pada
tahun 2018 telah selesai dikembangkan untuk
modul perhitungan alokasi DBH CHT per
provinsi. Penyelesaian Aplikasi Perhitungan
Alokasi DBH CHT Modul Pusat dan Modul
Provinsi.
e. Aplikasi Direktorat Pendapatan Dan Kapasitas Keuangan Daerah• E-learning Bimtek Keuangan Daerah
Aplikasi yang digunakan untuk
penyelenggaraan kegiatan kelas online
peningkatan kapasitas keuangan daerah.
Pada tahun 2018 dilakukan pengembangan
dan implementasi Aplikasi E-learning
Bimtek Keuangan Daerah yang meliputi:
perubahan template, penambahan fitur,
pemutakhiran konten, dan perubahan
prosedur pendaftaran peserta e-learning.
f. Aplikasi Direktorat Pembiayaan Dan Transfer Non Dana Perimbangan• Aplikasi SIMTRADA
Aplikasi ini berfungsi sebagai sarana
media elektronik penyampaian informasi
penyaluran TKDD dari pemerintah pusat
kepada Pemda serta penyampaian konfirmasi
penerimaan TKDD dari pemerintah daerah
kepada pemerintah pusat (informasi berjalan
dua arah). Pengembangan aplikasi pada
tahun 2018 meliputi pemutakhiran data DAK
Fisik dan Dana Desa sebagai konsekuensi
kebijakan pengalihan penyaluran DAK Fisik
dan Dana Desa melalui KPPN.
d. Application at Directorate Balanced Fund• Application of Calculation of Tobacco
Products Excise Revenue Sharing Fund (DBH
CHT) Allocation
This application is used by the central
government to perform allocation calculation
of DBH CHT for each province, and by the
provincial governments to calculate the
allocation of DBH CHT for each local region.
In 2018 the development of DBH CHT
allocations per province has been developed.
Completion of Application for Calculation of
DBH CHT Allocation for Central Module and
Provincial Module.
e. Application at Directorate Regional Revenue and Fiscal Capacity• E-learning for Regional Finance
This application is used to conduct online
class for regional fiscal capacity building. In
2018 the development and implementation
of the Bimtek Regional Finance E-learning
Application will include: template changes,
feature enhancements, content updates,
and changes to the e-learning participant
registration procedure.
f. Directorate Funding and Transfer of Non-Balanced Fund• SIMTRADA Application
This application functions to provide
information on TKDD distribution from the
central government to regional governments
as well as to provide confirmation of TKDD
acceptance by regional governments to the
central government. The development of
such application for two-way confirmations
in 2018 included data update of Physical DAK
and Village Fund as the consequence of the
policy on conversion of Physical DAK and
Village Fund distribution through KPPN.
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report169
• Aplikasi ANTARA (Integrasi Data antara DJPK
dengan Mitra DJPK)
Aplikasi yang digunakan untuk
mengintegrasikan data antara DJPK dengan
Mitra DJPK. Pembangunan dan implementasi
Aplikasi ANTARA berupa penyediaan tools
untuk mengintegrasikan data RKA KL DAK
Fisik dan Dana Desa ke dalam Aplikasi RKA
KL DJA.
5. Koordinasi, Kerjasama, dan Pembinaan Untuk mendukung penyelenggaraan SIKD Nasional,
DJPK dapat melakukan koordinasi dan kerjasama
dengan Pemda dan Kementerian Negara/
Lembaga (K/L). Selama tahun 2018, telah dilakukan
Koordinasi dan kerjasama melalui beberapa bentuk
kegiatan.
Di lingkungan internal Kementerian Keuangan,
DJPK berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Negara dalam mendukung
pencapaian inisiatif strategis reformasi birokrasi
dan transformasi kelembagaan kementerian
keuangan (IS RBTK) #31 Tema Perbendaharaan
“Pengintegrasian Informasi Keuangan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah” khususnya dalam
penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD) Konsolidasian untuk mendukung
penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah
Konsolidasian (LKPK). Selain itu dilakukan juga
koordinasi terkait akses monitoring penyampaian
data ke CORE SIKD untuk Kanwil DJPB dan
beberapa Direktorat di DJPB serta koordinasi untuk
pertukaran data antara DJPK dan DJPB antara lain
berupa data APBD dan Realisasi APBD Tahunan,
data penerimaan negara, penerimaan dan SP2D
Pajak Rokok, serta SP2D Transfer ke Daerah dan
Dana Desa melalui Data Pooling Kemenkeu juga
tetap dilakukan.
• ANTARA Application (Data Integration
between DJPK and Partners)
This application is used to integrate
data between DJPK and Partners. The
development and implementation of ANTARA
Application is in the form of providing tools
to integrate RKA KL Physical DAK and Village
Funds data into the DJA RKA KL Application.
5. Coordination, Cooperation, and Assistance To support the implementation of National SIKD,
DJPK can coordinate and cooperate with regional
governments and state ministries/agencies.
Throughout 2018, DJPK has Coordinated and
Cooperated through various activities.
In the internal scope of the Ministry of Finance, DJPK
has coordinated with Directorate General State
Treasury in supporting to achieve the bureaucratic
reform strategic initiatives and institutional
transformation of the ministry of finance (IS RBTK)
#31 Treasury entitled “Integration of Central
and Regional Government Financial Information”
specifically in the preparation of the Consolidated
Regional Government Financial Statements (LKPD)
to support the preparation of the Consolidated
Government Financial Statements (LKPK). In
addition, coordination was also carried out related
to monitoring access to data delivery to the CORE
SIKD for the DJPB Regional Office and several
Directorates at the DJPB as well as coordination for
the exchange of data between the DJPK and DJPB,
among others in the form of APBD data and Annual
APBD Realization, data on state revenue, cigarette
tax revenue and SP2D, as well as SP2D Transfers to
Regions and Village Funds through the Ministry of
Finance Data Pooling also continue.
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report170
DJPK juga berkoordinsi dengan Direktorat Jenderal
Pajak, secara khusus dalam memberikan dukungan
untuk program RBTK melalui IS #5 “Pengamanan
Penerimaan Pajak atas Belanja Pemerintah”. Selain
pengembangan modul Daftar Transaksi Harian dan
Rekapitulasi Transaksi Harian (DTH/RTH) pada
Aplikasi SINERGI dan melakukan pertukaran data
APBD dan realisasi APBD tahun 2014 - 2018, DJPK
juga berpartisipasi dalam penyusunan perubahan/
Peraturan Menteri Keuangan pengganti Peraturan
Menteri KeuanganNomor 64/PMK.07/2013 yang
ditujukan sebagai landasan hukum penyampaian
DTH/RTH.
Kerjasama DJPK dengan Pusintek diwujudkan dalam
bentuk koordinasi dalam memenuhi layanan TIK
berdasarkan tingkat layanan yang disepakati antara
DJPK dan Pusintek, yang selanjutnya dituangkan
dalam bentuk Dokumen Perjanjian Tingkat Layanan
(Service Level Agreement/SLA). Perjanjian tersebut
bertujuan untuk mengoptimalkan penerapan
Sistem Manajemen Layanan TIK di Lingkungan
Kementerian Keuangan dalam mendukung proses
bisnis DJPK. Adapun ruang lingkup layanan yang
disepakati dalam perjanjian tersebut, di antaranya
Layanan Hosting Sistem Informasi, Layanan
Cloud Server, Layanan Co-Location, Layanan Data
Kementerian Keuangan antara DJPK dengan unit-
unit Eselon I lainnya, Layanan Local Area Network
(LAN), dan Layanan Akun Kementerian Keuangan.
Selain layanan yang secara khusus dituangkan
dalam dokumen SLA, kerjasama yang dilakukan
antara DJPK dan Pusintek juga terkait dengan
layanan TIK Pusintek yang dituangkan dalam Daftar
Layanan TIK (Service Catalog) SC-07/IT/2018.
Adapun mekanisme kerjasamanya dilakukan
melalui pengajuan permintaan layanan oleh unit
teknis kepada Pusintek.
DJPK also specifically coordinated with Directorate
General Taxation in supporting the RBTK
program through IS #5 “Securing Tax Revenue
on Government Expenditure”. In addition to
developing the Daily Transaction List and Daily
Transaction Recapitulation (DTH/RTH) modules
in the SINERGI Application and exchanging APBD
data and APBD realization in 2014 – 2018, the DJPK
also participated in drafting changes/Regulation
of the Minister of Finance in lieu of Regulation of
the Minister of Finance Number 64/PMK.07/2013
which is intended as a legal basis for the delivery of
DTH/RTH.
DJPK has also cooperated with Pusintek in fulfilling
ICT services based on the agreed service level
between DJPK and Pusintek, which is then set forth
in the form of a Service Level Agreement (SLA).
The agreement aims to optimize the application
of the ICT Service Management System within the
Ministry of Finance in supporting DJPK business
processes. The scope of services approved in the
agreement, including Information System Hosting
Services, Cloud Server Services, Co-Location
Services, Ministry of Finance Data Services between
DJPK and other Echelon I units, Local Area Network
(LAN) Services, and Ministry of Finance Account
Services.
In addition to the services specifically outlined in
the SLA document, the cooperation between DJPK
and Pusintek is also related to Pusintek ICT services
as outlined in the SC-07/IT/2018 Service Catalog
of ICT. The cooperation mechanism is carried out
through the submission of service requests by the
technical unit to the Pusintek.
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report171
Koordinasi DJPK dengan lintas kementerian/
lembaga seperti dengan BPKP dan PT TASPEN
(Persero) dilakukan secara formal melalui rapat
dan Focus Group Discussion (FGD). Pada bulan
Maret, dengan melibatkan PT TASPEN (Persero),
DJPK melakukan kegiatan Bimbingan Teknis
Penyelenggaraan SIKD secara khusus terkait
penyampaian data PNSD melalui Aplikasi SINERGI.
Kegiatan ini merupakan salah satu tindak lanjut
dari penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU)
dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara DJPK
dan PT TASPEN (Persero) tentang Pengelolaan
Data Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) secara
elektronis.
Sementara itu koordinasi dengan pengembang
pihak ketiga dilakukan baik secara formal melalui
Focus Group Discussion (FGD) dan Developer Meeting maupun secara informal melalui telepon
dan social media. Secara umum koordinasi
dengan pengembang dilakukan dalam rangka
pengembangan SIKD khususnya aplikasi Agen
SINERGI dan aplikasi CORE SIKD. FGD yang
dilaksanakan bertujuan untuk melakukan review penyelenggaraan SIKD di Daerah termasuk
membahas kendala yang ditemukan dalam proses
penyampaian data ke Core SIKD. Developer Meeting
difokuskan pada 5 (lima) pengembang aplikasi
yang digunakan oleh sebagian besar Pemda di
Indonesia (SIMDA, SIPKD, SIMAKDA, EFINANCE,
dan SIMRAL) dan beberapa pengembang aplikasi
pemda-pemda yang melakukan pengembangan
aplikasi pengelolaan keuangan daerahnya secara
mandiri seperti pengembang aplikasi Provinsi DKI
Jakarta, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Barat
dan Kabupaten Natuna.
DJPK has also performed formal coordination with
other relevant minsitries/agencies such as BPKP
and PT TASPEN (Persero) through several meetings
and Focus Group Discussions (FGD). In March, by
involving PT TASPEN (Persero), the DJPK conducted
a SIKD Technical Guidance activity specifically
related to the delivery of PNSD data through the
SINERGI Application. This activity is a follow-up to
the signing of the Memorandum of Understanding
(MoU) and the Cooperation Agreement (PKS)
between DJPK and PT TASPEN (Persero) regarding
the Management of Data on Regional Civil Servants
(PNSD) electronically.
In addition, coordination with third party developers
has been conducted formally through Developer
Meeting and Focus Group Discussion as well as
informally through phone calls and social media.
In general, such coordination is performed in the
extent of SIKD development, in particular SINERGI
Agent application and Core SIKD application. Focus
Group Discussions were held in order to review
SIKD implementation at regional level, including
examining obstacles found in data transmission
process to Core SIKD. Meanwhile, Developer
Meetings focused five application developers used
by the majority of regional governments in Indonesia
(SIMDA, SIKPD, SIMAKDA, EFINANCE, and SIMRAL)
and several regional government application
developers who are independently developing their
own regional financial management applications
such as the application developer for DKI Jakarta
Province, Central Java Province, West Java Province
and Natuna Regency.
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report172
Pelaksanaan pembinaan kepada pemerintah daerah
dilakukan melalui sosialisasi kebijakan, bimtek
aplikasi, monitoring dan evaluasi, inhouse training di
kantor DJPK, Kunjungan Pemda ke Ruang Pelayanan
Terpadu Keuangan Daerah (RPTKD) DJPK, serta
pendampingan kepada pemerintah daerah sesuai
dengan permintaan resmi dari pemerintah daerah.
Koordinasi lain yang dilakukan adalah terkait
piloting aplikasi SIKD. Terkait pembinaan kepada
pemerintah daerah, telah dibentuk beberapa tim
kecil untuk menjadi PIC daerah serta tim untuk
melayani konsultasi dan troubleshooting aplikasi di
RPTKD DJPK. Setiap PIC daerah bertugas membantu
daerah binaannya untuk dapat menyampaikan data
ke Core SIKD.
The assistance for regional governments was
implemented through information dissemination
on policy, technical assistance on applications,
monitoring and evaluation, in-house training in
DJPK office, regional government visitation to
Integrated Service Room for Regional Finance
(RPTKD), and other assistances for regional
governments according to official request. Other
coordination is related to piloting of SIKPD
application. Several small teams have been
established to serve as regional PIC, whereas
other teams have been chosen to provide service
in consulting and troubleshooting application at
RPTKD. Each regional PIC is responsible for helping
its foster region to complete data transmission to
Core SIKD.
Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report173
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
05
Kesimpulan efektivitas pengendalian intern dapat digunakan sebagai dasar bagi Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dalam membuat pernyataan manajemen tentang efektivitas pengendalian intern tingkat eselon I.
Conclusion of internal control effectiveness can be used as basis for the Director General of Fiscal Balance in preparing management statement on internal control effectiveness of echelon I.
IMPLEMENTATION OF INTERNAL CONTROL SYSTEM OF DJPK 2018Internal Control System of DJPK is carried out through
monitoring activities on implementation effectiveness
and design adequacy pursuant to Decree of the
Minister of Finance No. 940/KMK.09/2017 concerning
Framework of Internal Control Implementation and
Internal Control Monitoring Guidelines in the Ministry
of Finance. In accordance with this Decree of the
Minister of Finance, internal control of DJPK is classified
into 2 (two) monitoring groups, namely internal control
monitoring and code of conduct implementation
monitoring. Internal control monitoring is performed
by Internal Compliance Unit through separate
evaluation, which includes:
IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DJPK TAHUN 2018Sistem Pengendalian Internal di DJPK dilaksanakan
melalui kegiatan pemantauan efektivitas implementasi
dan kecukupan rancangan sesuai dengan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 940/KMK.09/2017 tentang
Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern
dan Pedoman Pemantauan Pengendalian Intern di
Lingkungan Kementerian Keuangan. Sesuai dengan
Keputusan Menteri Keuangan tersebut, pengendalian
intern DJPK dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua)
kelompok kegiatan pemantauan, yaitu pemantauan
pengendalian intern dan pemantauan penerapan kode
etik. Pemantauan pengedalian intern dilakukan oleh
Unit Kepatuhan Internal melalui evaluasi terpisah,
meliputi:
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report176
a. EPITE (Entity-Level Internal Control Evaluation)
Assessing controls with extensive influence over all
activities/processes in an organization (entity-level
control).
b. PPITA (Activity-Level Internal Control Monitoring)
Ensuring design adequacy, key control compliance,
and effectiveness of its implementation.
The general process of internal control monitoring
performed by monitoring officers is illustrated as
follows:
a. EPITE (Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat
Entitas)
Menilai pengendalian-pengendalian yang
mempunyai pengaruh luas/menyebar keseluruh
kegiatan/proses dalam suatu organisasi
(pengendalian tingkat entitas)
b. PPITA (Pemantauan Pengendalian Intern Tingkat
Aktivitas)
Memastikan kecukupan rancangan, kepatuhan
pengendalian utama, dan efektivitas
implementasinya.
Gambaran umum seluruh proses pemantauan
pengendalian intern yang dilakukan oleh pelaksana
pemantauan sebagai berikut:
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Kementerian Keuangan sejak tahun 2012 telah mengimplementasikan keterbukaan Informasi Publik sesuai ketentuan UU KIP. The Ministry of Finance has been implementing Public Information disclosure since 2012 in accordance with the provisions of the KIP Law
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report177
Figure 5.1Internal Control Monitoring Process
Implementation of Internal Control Effectiveness
Monitoring at DJPK has been performed by the Internal
Compliance Unit of DJPK at both entity and activity
levels with the following results:
a. Entity-Level Internal Control Evaluation (EPITE)
achieved 80 percent (eighty percent) result or
equivalent to high category. This means that DJPK
has created a proper environment that supports
activity-level control effectiveness. In retrospect,
temporary EPITE score of 2018 was 100 percent. The
score was deducted by 20 percent (conclusion result
of monitoring on code of conduct implementation/
occurrence of fraud), thus the final EPITE score of
DJPK was 80 percent.
Gambar 5.1Proses Pemantauan Pengendalian Intern
Tingkat Entitas / Entity Level
UKI-E1
UKI-PUKI-WUKI-E1
EPITE : Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas / Entity-Level Internal Control EvaluationEKR : Evaluasi Kecukupan Rancangan / Design Adequacy EvaluationPPU : Pemantauan Pengendalian Utama / Key Control MonitoringPPTIK : Pemantauan Pengendalian Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi / Control Monitoring with Information and Communication Technology Basis
Tingkat Aktivitas / Activity Level
EKR
EPITE+
Pemantauan Kode Etik / Code of Conduct Monitoring
KESIMPULAN PENGENDALIAN INTERN
/ INTERNAL CONTROL
CONCLUSION
PPTIK
PPU
Adapun Pelaksanaan Pemantauan Efektivitas
Pengendalian Intern di DJPK telah dilakukan oleh Unit
Kepatuhan Internal DJPK baik di tingkat entitas dan
aktivitas dengan hasil masing-masing adalah sebagai
berikut :
a. Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas
(EPITE) diperoleh hasil 80 persen (delapan puluh
persen) sehingga masuk kategori tinggi. Hasil ini
dapat diartikan bahwa pada DJPK telah tercipta
lingkungan yang baik/efektif dalam mendukung
efektivitas pengendalian tingkat kegiatan/aktivitas.
Sebagai informasi tambahan, nilai EPITE sementara
tahun 2018 adalah 100 persen. Kemudian dikurangi
20 persen (hasil dari kesimpulan pemantauan
penerapan kode etik/terjadinya fraud) sehingga
nilai akhir EPITE DJPK adalah 80 persen.
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report178
b. Pemantauan Pengendalian Utama (PPU) dilakukan
terhadap 10 (sepuluh) kegiatan yang terdiri atas
18 (delapan belas) pengendalian utama. Hasil
pemantauan menunjukkan dari 18 (delapan belas)
pengendalian utama tersebut, terdapat 13 (tiga
belas) pengendalian utama yang efektif dan terdapat
5 (lima) pengendalian utama yang tidak efektif.
c. Evaluasi Kecukupan Rancangan (EKR) disimpulkan
bahwa dari 10 kegiatan yang dipilih untuk dipantau
telah dilakukan evaluasi kecukupan rancangannya
dan dinyatakan cukup, serta seluruh kegiatan utama
dinyatakan memadai rancangan pengendaliannya.
d. Penyusunan kesimpulan mengenai efektivitas
pengendalian intern secara keseluruhan.
Berdasarkan hasil Pengujian Efektivitas
Pengendalian Intern dan hasil temuan menunjukkan
bahwa pengendalian intern di lingkungan DJPK
dinyatakan efektif dengan pengecualian. Hal ini
disebabkan terdapat satu atau lebih defisiensi
signifikan yang apabila digabungkan tidak
mengakibatkan kelemahan material.
Pemantauan Pengendalian Intern pada tahun 2018
merupakan kali kelima bagi DJPK, setelah sebelumnya
DJPK telah melaksanakannya pada tahun 2014, 2015,
2016, 2017, dan tahun 2018. Rincian pelaksanaan
dari masing-masing keempat tahapan di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
b. Key Control Monitoring (PPU) was performed on
10 (ten) activities, consisting of 18 (eighteen) key
controls. The monitoring result shows that out of
18 (eighteen) key controls, 13 (thirteen) key controls
have been effective and 5 (five) key controls
ineffective.
c. Design Adequacy Evaluation (EKR) has monitored
and evaluated the design adequacy of 10 activities
and confirmed its adequacy. The control design of
all key activities has been adequate.
d. Overall conclusion of internal control effectiveness.
Based on the result of Internal Control Effectiveness
Assessment and findings, internal control at DJPK
has been effective with exception. This was due to
one or more significant deficiencies that will not
cause material weakness when combined.
Internal Control Monitoring in 2018 was the fifth result
for DJPK after having implemented the monitoring in
2014, 2015, 2016, 2017, and 2018. Implementation details
of the four aforementioned phases are explained as
follows:
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report179
EVALUASI PENGENDALIAN INTERN TINGKAT ENTITAS (EPITE)
Tujuan / ObjectiveUntuk menentukan efektivitas pengendalian tingkat entitas dalam menciptakan lingkungan yang mendukung efektivitas pengendalian tingkat kegiatan/aktivitas. / Determine the effectiveness of entity-level control in creating an environment that supports the effectiveness of activity-level control.
Ruang Lingkup / Scope DJPK sebagai suatu entitas. / DJPK as an entity.
Proses / Process
a. Menyusun program kerja. / Preparing work program.b. Melaksanakan evaluasi terhadap kelima unsur pengendalian intern meliputi lingkungan pengendalian,
penilaian risiko, kegiatan pengendalian, komunikasi dan informasi, dan pemantauan melalui kegiatan survei, reviu dokumen dan wawancara. / Performing evaluation on five internal control elements, consisting of control environment, risk assessment, control activities, communication and information, and monitoring through surveys, document reviews, and interviews.
c. Menarik kesimpulan. / Making conclusion. Kesimpulan diperoleh dari persentase skor terhadap jumlah skor yang dievaluasi dan dikategorikan
ke dalam tiga tingkatan sebagai berikut: / Conclusion is obtained from the percentage of score to total evaluated score and categorized into three levels as follows:1) Rendah, yaitu apabila nilai akhir 0 persen s.d. 33 persen / Low, if the final score ranges between 0
percent – 33 percent2) Sedang, yaitu apabila nilai akhir 34 persen s.d. 63 persen; dan / Medium, if the final score ranges
between 34 percent – 63 percent; and3) Tinggi, yaitu apabila nilai akhir 64 persen s.d. 100 persen. / High, if the final score ranges between
64 percent – 100 percent.
Waktu Pelaksanaan / Implementation Period
22 Oktober – 9 November 2018 (menyesuaikan dengan masa transisi pasca pergantian pimpinan DJPK). / October 22 – November 9, 2018 (adjusting to the transition period after the change of DJPK leadership).
SDM / Human Resources Bagian Organisasi dan Kepatuhan Internal. / Organization and Internal Compliance Division.
Hasil / Result
80 persen (tinggi). / 80 percent (high)
Dari pengisian kertas kerja diperoleh jumlah total skor 50 (lima puluh) kemudian dibagi dengan jumlah faktor yang dievaluasi yakni sebanyak 50 (lima puluh) faktor. Dengan demikian persentase sementara jumlah skor yang diperoleh terhadap jumlah skor yang dievaluasi adalah 50:50 = 100 persen. / From the filled out work papers, a total score of 50 (fifty) is obtained and divided by the number of evaluated factors amounting to 50 (fifty) factors. Therefore, the temporary percentage of total score obtained to total score evaluated is 50:50 = 100 percent.
Berdasarkan penerapan kode etik DJPK, pada bulan Mei 2018 terdapat pelanggaran kode etik yang berdampak kecurangan (fraud) dengan pengaruh signifikan. Adanya pelanggaran kode etik tersebut menjadi faktor pengurang nilai EPITE sementara sebesar 20 persen sehingga diperoleh nilai EPITE akhir sebesar 80 persen. / Based on code of conduct implementation of DJPK, in May 2018, there was a breach of the code of conduct that resulted in fraud with significant effect. The breach of the code of conduct became a factor that reduced the temporary EPITE score by 20 percent, resulting in the final EPITE score of 80 percent.
Berdasarkan hasil Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat
Entitas (EPITE) tahun 2018, dapat disimpulkan bahwa
secara umum hasil EPITE menunjukkan pengendalian
tingkat entitas dalam menciptakan lingkungan yang
mendukung efektivitas pengendalian tingkat kegiatan/
aktivitas sudah efektif. Hal ini didukung dari hasil
kegiatan survei yang menunjukkan skor 100 persen,
hasil reviu dokumen yang menunjukkan kecukupan
dokumen yang dilakukan reviu, dan hasil wawancara
ENTITY-LEVEL INTERNAL CONTROL EVALUATION (EPITE)
Based on the result of Entity-Level Internal Control
Evaluation (EPITE) in 2018, it can be concluded that
the overall EPITE result showed an effective entity-
level control in creating an environment that supports
effective activity-level control. It was supported
by survey result that generated 100 percent score,
document review result that confirmed the adequacy
of the reviewed documents, and interview result that
shows that the factors of control environment, risk
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report180
yang menggambarkan faktor lingkungan pengendalian,
penilaian risiko, informasi dan komunikasi, serta
pemantauan telah berjalan sesuai ketentuan.
Hasil EPITE dimaksud dikombinasikan dengan
hasil pemantauan kode etik yang dilakukan melalui
metode survei, observasi, inspeksi mendadak dan
surveillance. Hasil pemantauan kode etik ditemukan
1 (satu) pelanggaran yang bersifat signifikan terkait
kecurangan (fraud) dan beberapa temuan yang tidak
signifikan yaitu:
a. Adanya pegawai DJPK yang tersangkut tindak
pidana korupsi terkait percaloan anggaran;
b. Pelanggaran kepatuhan ketentuan jam kerja oleh
beberapa pegawai;
c. Pelanggaran kode etik terkait kepatuhan ketentuan
pakaian kerja, sepatu dan atribut tanda pengenal
pegawai; dan
d. Pelanggaran fraud dimaksud memberikan dampak
signifikan dan berpengaruh cukup material terhadap
pelaksanaan proses bisnis dan pencapaian tujuan
kegiatan. Hal ini dimungkinkan karena kejadian
fraud berada di luar sistem dari proses bisnis yang
ada di unit terkait sehingga tidak mengakibatkan
kelemahan yang material.
EVALUASI KECUKUPAN RANCANGAN (EKR)
Tujuan / Objective
Untuk memberikan keyakinan memadai bahwa seluruh potensi kesalahan yang signifikan telah diidentifikasi dan pengendalian telah dirancang dengan tepat sehingga pada saat dilaksanakan dapat mencegah dan/atau mendeteksi kesalahan. / Provide adequate assurance that all significant potentials of errors have been identified and that control has been designed appropriately so its implementation can prevent and/or detect errors.
Ruang Lingkup / Scope
Kegiatan-kegiatan di DJPK yang meliputi: / Activities at DJPK that include:• Penghitungan Alokasi DAU; / Calculation of DAU Allocation; • Penghitungan Alokasi DAK Fisik; / Calculation of Physical DAK Allocation;• Penghitungan Alokasi DAK Non Fisik; / Calculation of Non-Physical DAK Allocation;• Penghitungan Alokasi DBH; / Calculation of DBH Allocation;• Penghitungan Alokasi Dana Desa; / Calculation of Village Fund Allocation;• Penghitungan Alokasi Dana Insentif Daerah; / Calculation of Regional Incentive Fund Allocation;• Penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD); / Implementation of Regional Financial
Information System (SIKD);• Penyusunan Matriks Evaluasi dan Sinkronisasi Raperda tentang PDRD; / Preparation of Evaluation
Matrix and Synchronization of Regional Regulation Draft concerning Regional Taxes and Levies;• Penugasan Pelaksanaan Bimbingan Teknis Keuangan Daerah; dan / Assignment to Implement
Technical Supervision on Regional Finance; and• Pengadaan Barang dan Jasa diatas Rp200 juta. / Goods and Services Procurement Above Rp200
Million.
assessment, information and communication, as well
as monitoring have run properly.
The EPITE result is combined with code of conduct
monitoring result that was carried out through survey,
observation, incidental inspection, and surveillance
methods. The code of conduct monitoring found 1
(one) significant violation relating to fraud and several
insignificant findings, namely:
a. Employee of DJPK that is involved in corruption
crime related to budget brokerage;
b. Non-compliance regarding work time by several
employees;
c. Code of conduct violation regarding work uniform,
shoes, and employee identification attribute; and
d. The fraud concerned inflicted significant and
moderately material impact to the implementation
of business process and the achievement of activity
objectives. It was due to the occurrence of fraud
outside the business process system of the related
unit, thus not resulting in material weakness.
DESIGN ADEQUACY EVALUATION (EKR)
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report181
Proses / Process
Teknik yang dipakai dapat menggunakan: / Methods used are as follows:• Reviu terhadap kebijakan/prosedur/dokumen; / Review on policy/procedure/document;• Wawancara dan/atau FGD; / Interview and/or FGD;• Observasi; dan/atau / Observation; and/or• Menelusuri proses secara end to end (Walkthroughs). / Walkthrough of process from end to end.
Dilakukan dengan langkah-langkah: / Performed by the following procedures:• Menelaah dokumentasi identifikasi “apa yang bisa salah” dan rancangan pengendalian yang ada. /
Reviewing documents to identify error potentials and existing control design. • Mengevaluasi adanya potensi kesalahan signifikan yang belum diidentifikasi. / Evaluating potentials
of significant errors that have not been identified. • Mengevaluasi ketepatan rancangan pengendalian. / Evaluating the appropriateness of control
design. • Menarik kesimpulan kecukupan rancangan pengendalian. / Making conclusion on control design
adequacy.
Waktu Pelaksanaan / Implementation Period
Triwulan I 2018. / Quarter I of 2018.
SDM / Human Resources Bagian Organisasi dan Kepatuhan Internal. / Organization and Internal Compliance Division.
Hasil / Result Cukup. / Adequate.
PEMANTAUAN PENGENDALIAN UTAMA (PPU)
Tujuan / Objective
Untuk memberikan keyakinan memadai bahwa seluruh potensi kesalahan yang signifikan telah diidentifikasi dan pengendalian telah dirancang dengan tepat sehingga pada saat dilaksanakan dapat mencegah dan/atau mendeteksi kesalahan. / Provide adequate assurance that control has been implemented effectively to prevent and detect potentials of errors or unattained activity objectives.
Ruang Lingkup / Scope
1. Penghitungan Alokasi DAU; / Calculation of DAU Allocation;2. Penghitungan Alokasi DAK Fisik; / Calculation of Physical DAK Allocation;3. Penghitungan Alokasi DAK Non Fisik; / Calculation of Non-Physical DAK Allocation;4. Penghitungan Alokasi DBH; / Calculation of DBH Allocation;5. Penghitungan Alokasi Dana Desa; / Calculation of Village Fund Allocation;6. Penghitungan Alokasi Dana Insentif Daerah; / Calculation of Regional Incentive Fund Allocation;7. Penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD); / Implementation of Regional Financial
Information System (SIKD);8. Penyusunan Matriks Evaluasi dan Sinkronisasi Raperda tentang PDRD; / Preparation of Evaluation
Matrix and Synchronization of Regional Regulation Draft concerning Regional Taxes and Levies (Raperda PDRD);
9. Penugasan Pelaksanaan Bimbingan Teknis Keuangan Daerah; dan / Assignment to Implement Technical Supervision on Regional Finance; and
10. Pengadaan Barang dan Jasa diatas Rp200 juta. / Goods and Services Procurement Above Rp200 Million.
KEY CONTROL MONITORING (PPU)
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report182
Proses / Process
PPU selain melihat ada tidaknya atribut pengendalian juga melihat kesesuaian pelaksanaan pengendalian tersebut dengan rancangannya. / In addition to assessing the existence of control attributes, PPU also assesses the conformity of control implementation to its design.
Dokumen yang digunakan adalah: / Documents used are as follows:1. Pengadaan Barang dan Jasa, meliputi: / Goods and Services Procurement, including:
a. Harga Perkiraan Sendiri (HPS); / Owner Estimate; b. Berita Acara Hasil Evaluasi; / Official Report of Evaluation Result;c. Surat Penunjukan Penyedia; / Letter of Provider Appointment;d. Dokumen Kontrak Pengadaan; / Document of Procurement Contract;e. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan; dan / Official Report of Work Inspection; andf. Berita Acara Serah Terima. / Official Report of Handover.
2. Bimbingan Teknis Keuangan Daerah / Technical Supervision on Regional Financea. Nota Dinas Permohonan Penetapan Surat Tugas Pelaksanaan Bimtek; dan / Official Memo of
Request for Technical Supervision Implementation Assignment Letter; andb. Surat Tugas Pelaksanaan Bimtek Keuangan Daerah. / Assignment Letter of Technical Supervision
on Regional Finance Implementation.3. Evaluasi dan Sinkronisasi Matriks Raperda PDRD / Evaluation and Synchronization of Raperda
PDRDa. Matriks Hasil Evaluasi Raperda PDRD. / Evaluation Result Matrix of Raperda PDRD
4. Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) / Calculation of General Allocation Fund (DAU)a. Nota Dinas laporan perhitugan DAU dan DAU tambahan secara fullfillment TA 2019. / Official
Memo of report on DAU calculation and fulfillment of additional DAU in Fiscal Year 2019.5. Perhitungan Alokasi DAK Fisik, meliputi: / Calculation of Physical DAK Allocation, including:
a. Nota Dinas penyampaian alokasi perhitungan Dana Desa. / Official Memo of delivery of calculation of Village Fund allocation.
6. Perhitungan Alokasi Dana Bagi Hasil / Calculation of Revenue Sharing Fund Allocationa. Draft penghitungan alokasi Dana Bagi Hasil (Perpres yang telah di paraf). / Draft of calculation
of Revenue Sharing Fund allocation (Presidential Regulation signed with initials). 7. Perhitungan Alokasi DAK Non Fisik / Calculation of Non-Physical DAK Allocation
a. Draft penghitungan alokasi Dana Alokasi Non Fisik (Perpres yang telah di paraf). / Draft of calculation of Non-Physical Allocation Fund (Presidential Regulation signed with initials).
8. Perhitungan Alokasi Dana Desa, meliputi: / Calculation of Village Fund Allocation, including:a. Draft penghitngan alokasi Dana Desa (Perpres yang telah di paraf). / Draft of calculation of
Village Fund allocation (Presidential Regulation signed with initials). 9. Perhitungan Alokasi DID / Calculation of DID Allocation Draft penghitungan alokasi DID (Perpres yang telah di paraf). / Draft of calculation of DID allocation
(Presidential Regulation signed with initials). 10. Penyelenggaraan SIKD / SIKD Implementation
a. Nota Dinas Direktur Pertukaran Data; / Official Memo of Director of Data Sharing;b. Surat Direktur Pertukaran Data; / Letter of Director of Data Sharing;c. Dokumen Tata Kelola SIKD; dan / Document of SIKD Governance; and d. Dokumen Pembangunan Aplikasi SIKD. / Document of SIKD Application Development.
Waktu Pelaksanaan / Implementation Period
Semester I, Triwulan III, dan Triwulan IV Tahun 2018. / Semester I, Quarter III, and Quarter IV of 2018.
SDM / Human Resources
Bagian Organisasi dan Kepatuhan Internal. / Organization and Internal Compliance Division.
Adapun secara rinci langkah-langkah PPU adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan pengujian terhadap atribut pengendalian
2. Pengujian atribut dapat dilakukan dengan cara
sensus atau dengan sampling dokumen berdasarkan
hasil PPU.
Details of PPU procedure are as follows:
1. Evaluating control attributes
2. Evaluation of attributes can be performed through
census or document sampling based on PPU result.
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report183
a. Pengujian secara sensus
Pengujian secara sensus dilakukan apabila:
- jumlah populasi ≤ jumlah sampel berdasarkan
tabel.
- Jika jumlah populasi ≤ jumlah terkecil pada
kolom TDR.
Pada tahun 2018, semua kegiatan dilakukan
pengujian secara sensus. Kegiatan tersebut
dilakukan secara sensus karena jumlah
populasinya sedikit, sehingga pelaksanaan
pemantauan dapat dilakukan 100 persen
(sensus). Pengujian secara sensus dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Menetapkan Tolerable Deviation Rate (TDR)
atau tingkat penyimpangan dalam populasi
yang dapat ditoleransi (2% s.d. 20%).
Tabel 5.1 Nilai ARO Berdasarkan Hasil EPITE
No Hasil Penilaian Pengendalian Intern Tingkat Entitas / Entity-Level Internal Control Evaluation Result
Nilai ARO / ARO Score
1 Rendah / Low 5%
2 Sedang / Medium 5%
3 Tinggi / High 10%
Tabel 5.2 TDR (Tolerable Deviation Rate)
Nilai EPITE / EPITE ScoreTDR
Kesimpulan / Conclusion Presentase / Percentage
Rendah / Low 0%-33%
0,0% - 5,5% 2%
5,6% -11,0 % 3%
11,1% - 16,5% 4%
16,6% - 22,0% 5%
22,1% - 27,5% 6%
27,6% - 33,0% 7%
a. Census evaluation
Census evaluation is performed if:
- Total population ≤ total sample based on
table.
- Total population ≤ smallest amount in TDR
column.
In 2018, all activities were examined through
census. It was carried out due to low population
number, so that monitoring can be performed
100 percent (census). Census evaluation may be
performed through the following procedure:
1) Determining Tolerable Deviation Rate (TDR)
in the population (2%-20%).
Table 5.1 ARO Score Based on EPITE Result
Table 5.2 TDR (Tolerable Deviation Rate)
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report184
Nilai EPITE / EPITE ScoreTDR
Kesimpulan / Conclusion Presentase / Percentage
Sedang / Medium34% - 63%
34,0% - 38,1% 6%
38,2% - 42,2% 7%
42,3% - 46,3% 8%
46,4% - 50,4% 9%
50,5% - 63,0% 10%
Tinggi / High64% - 100%
64,0% - 89,2% 15%
89,3% - 100% 20%
2) Menghitung tingkat penyimpangan dalam
populasi
Deviation Rate (DR) = jumlah tidak patuh /
jumlah populasi x 100 persen
3) Membuat kesimpulan pengujian atribut
• DR ≤ TDR → pengendalian andal
• DR > TDR → pengendalian tidak andal
b. Pengujian Atribut secara sampling
Pada tahun 2018, tidak ada kegiatan di DJPK yang
menggunakan pengujian atribut yang dilakukan
secara sampling.
3. Melakukan pengujian untuk meyakinkan bahwa
pengendalian telah dijalankan sesuai rancangannya
dapat dilakukan dengan wawancara atau focus group discussion (FGD), observasi atau pelaksanaan ulang
suatu pengendalian (reperformance). Dalam hal ini
teknik yang dipilih oleh DJPK adalah wawancara.
4. Menarik kesimpulan efektivitas pengendalian
utama
Kesimpulan efektivitas pengendalian utama
diperoleh dari hasil pengujian atribut pengendalian
dan hasil pengujian untuk meyakinkan bahwa
pengendalian telah dilaksanakan sesuai rancangan.
Dari 10 (sepuluh) kegiatan yang dipantau efektivitas
pengendaliannya dapat disimpulkan sebagai
berikut:
2) Calculating deviation rate in the population
Deviation Rate (DR) = total non-compliance
/ total population x 100 percent
3) Making conclusion of attribute evaluation
• DR ≤ TDR → reliable control
• DR > TDR → non-reliable control
b. b. Sampling Evaluation of Attributes
In 2018, there were no activities at DJPK that
underwent sampling evaluation of attributes.
3. Performing evaluation to ensure that control
has been implemented according to its design
through interview or focus group discussion (FGD),
observation, or re-performance. On this matter,
DJPK opted for interview.
4. Making conclusion of key control effectiveness
Conclusion of key control effectiveness is obtained
from evaluation result of control attributes and
evaluation result to ensure that control has been
implemented according to the design. Out of 10
(ten) activities monitored, the control effectiveness
can be concluded as follows:
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report185
a. Pengadaan Barang dan Jasa di atas Rp200 juta
Nama Pengendalian Utama / Name of Key ControlHasil Pengujian
Atribut / Attribute Evaluation Result
Hasil Pengujian Kesesuaian /
Appropriateness Evaluation Result
Kesimpulan PPU / PPU Conclusion
Penelitian HPS oleh PPK / Owner Estimate Study by PPK Akurat / Accurate Sesuai /
Appropriate Efektif / Effective
Penelitian bersama oleh minimal 2/3 anggota Pokja ULP / Joint study by at least 2/3 of ULP Work Group members
Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective
Penelitian pada proses penunjukan penyedia barang/jasa oleh PPK / Study during appointment process of goods/services provider by PPK
Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective
Penelitian kontrak oleh PPK dan Penyedia Barang/Jasa / Study of contract by PPK and Goods/Services Provider
Tidak Akurat / Not Accurate
Sesuai / Appropriate
Tidak Efektif / Not Effective
Pemeriksaan spesifikasi dan jumlah hasil pekerjaan oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan / Inspection of work specification and outcome quantity by Work Result Recipient Committee
Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective
Penelitian jadwal penyerahan hasil pekerjaan oleh PPK / Study of handover schedule of work result by PPK
Tidak Akurat / Not Accurate
Sesuai / Appropriate
Tidak Efektif / Not Effective
b. Bimbingan Teknis Keuangan Daerah
Nama Pengendalian Utama / Name of Key ControlHasil Pengujian
Atribut / Attribute Evaluation Result
Hasil Pengujian Kesesuaian /
Appropriateness Evaluation Result
Kesimpulan PPU / PPU Conclusion
Reviu berjenjang pada penugasan penyelenggaraan bimbingan teknis / Tiered review of assignment of technical supervision implementation
Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective
c. Evaluasi dan Sinkronisasi Matriks Raperda
PDRD
Nama Pengendalian Utama / Name of Key ControlHasil Pengujian
Atribut / Attribute Evaluation Result
Hasil Pengujian Kesesuaian /
Appropriateness Evaluation Result
Kesimpulan PPU / PPU Conclusion
Reviu berjenjang penyusunan matriks evaluasi dan sinkronisasi Raperda PDRD / Tiered review of preparation of evaluation matrix and synchronization of Raperda PDRD
Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective
a. Goods and Services Procurement Above Rp200
Million
b. Technical Supervision on Regional Finance
c. Evaluation and Synchronization of Raperda
PDRD
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report186
d. Perhitungan Alokasi Dana Bagi Hasil (DBH)
Nama Pengendalian Utama / Name of Key ControlHasil Pengujian
Atribut / Attribute Evaluation Result
Hasil Pengujian Kesesuaian /
Appropriateness Evaluation Result
Kesimpulan PPU / PPU Conclusion
Verifikasi berjenjang atas konsep perhitungan alokasi DBH TA 2019 / Tiered verification of calculation concept of DBH allocation in Fiscal Year 2019
Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective
e. Perhitungan Alokasi Dana Alokasi Umum (DAU)
Nama Pengendalian Utama / Name of Key ControlHasil Pengujian
Atribut / Attribute Evaluation Result
Hasil Pengujian Kesesuaian /
Appropriateness Evaluation Result
Kesimpulan PPU / PPU Conclusion
Verifikasi berjenjang atas konsep perhitungan alokasi DAU TA 2019 / Tiered verification of calculation concept of DAU allocation in Fiscal Year 2019
Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective
f. Penghitungan Alokasi DAK Fisik
Nama Pengendalian Utama / Name of Key ControlHasil Pengujian
Atribut / Attribute Evaluation Result
Hasil Pengujian Kesesuaian /
Appropriateness Evaluation Result
Kesimpulan PPU / PPU Conclusion
Reviu berjenjang atas konsep perhitungan alokasi DAK Fisik TA 2019 / Tiered review of calculation concept of Physical DAK allocation in Fiscal Year 2019
Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective
g. Perhitungan Alokasi Dana Alokasi Non Fisik
Nama Pengendalian Utama / Name of Key ControlHasil Pengujian
Atribut / Attribute Evaluation Result
Hasil Pengujian Kesesuaian /
Appropriateness Evaluation Result
Kesimpulan PPU / PPU Conclusion
Verifikasi berjenjang atas konsep perhitungan alokasi DAK Non Fisik TA 2019 / Tiered verification of calculation concept of Non-Physical DAK allocation in Fiscal Year 2019
Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective
h. Penghitungan Alokasi Dana Desa
Nama Pengendalian Utama / Name of Key ControlHasil Pengujian
Atribut / Attribute Evaluation Result
Hasil Pengujian Kesesuaian /
Appropriateness Evaluation Result
Kesimpulan PPU / PPU Conclusion
Reviu berjenjang atas penghitungan alokasi Dana Desa / Tiered review of calculation of Village Fund allocation
Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective
d. Calculation of Revenue Sharing Fund Allocation
(DBH)
e. Calculation of General Allocation Fund (DAU)
f. Calculation of Physical DAK Allocation
g. Calculation of Non-Physical Allocation Fund
h. Calculation of Village Fund Allocation
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report187
i. Penghitungan Alokasi Dana Insentif Daerah
Nama Pengendalian Utama / Name of Key ControlHasil Pengujian
Atribut / Attribute Evaluation Result
Hasil Pengujian Kesesuaian /
Appropriateness Evaluation Result
Kesimpulan PPU / PPU Conclusion
Reviu berjenjang atas penghitungan alokasi Dana Insentif Daerah / Tiered review of calculation of Regional Incentive Fund allocation
Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective
j. Penyelenggaraan SIKD
Nama Pengendalian Utama / Name of Key ControlHasil Pengujian
Atribut / Attribute Evaluation Result
Hasil Pengujian Kesesuaian /
Appropriateness Evaluation Result
Kesimpulan PPU / PPU Conclusion
Reviu berjenjang pada pembangunan aplikasi SIKD / Tiered review of SIKD application development
Tidak Akurat / Not Accurate
Sesuai / Appropriate
Tidak Efektif / Not Effective
Reviu berjenjang pada pengelolaan tatakelola SIKD / Tiered review of SIKD governance management Akurat / Accurate Sesuai /
Appropriate Efektif / Effective
Reviu berjenjang pada pertukaran data dengan pengguna data eksternal / Tiered review of data sharing with external data users
Tidak Akurat / Not Accurate
Sesuai / Appropriate
Tidak Efektif / Not Effective
Reviu berjenjang pada pertukaran data dengan pengguna data internal / Tiered review of data sharing with internal data users
Tidak Akurat / Not Accurate
Sesuai / Appropriate
Tidak Efektif / Not Effective
PENYUSUNAN KESIMPULAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN Kesimpulan efektivitas pengendalian intern dapat
digunakan sebagai dasar bagi Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan dalam membuat pernyataan
manajemen tentang efektivitas pengendalian intern
tingkat eselon I. Penyusunan kesimpulan didasarkan
pada hasil analisis temuan yang berasal dari evaluasi
pengendalian intern tingkat entitas, evaluasi kecukupan
rancangan, dan pemantauan pengendalian utama.
Pada dasarnya temuan tersebut dapat dikategorikan ke
dalam dua kelompok, yaitu:
1. Defisiensi rancangan (design deficiency):
a. suatu pengendalian yang diperlukan untuk
mencapai suatu tujuan pengendalian tidak ada;
atau
b. suatu kebijakan atau prosedur pengendalian
yang ada tidak dirancang secara tepat untuk
memastikan bahwa tujuan pengendalian akan
tercapai.
i. Calculation of Regional Incentive Fund
Allocation
j. SIKD Implementation
PREPARATION OF CONCLUSION OF INTERNAL CONTROL EFFECTIVENESS Conclusion of internal control effectiveness can be used
as basis for the Director General of Fiscal Balance in
preparing management statement on internal control
effectiveness of echelon I. Conclusion is made based
on analysis result of findings from entity-level internal
control evaluation, design adequacy evaluation, and
key control monitoring. Principally, the findings can be
categorized into two groups as follows:
1. Design deficiency
a. A control required to achieve a control objective
does not exists; or
b. An existing control policy or procedure is
not appropriately designed to ensure the
achievement of control objective.
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report188
2. Defisiensi pelaksanaan (operating deficiency):
a. suatu pengendalian yang telah dirancang secara
tepat tidak dilaksanakan sesuai rancangannya;
atau
b. pegawai yang melaksanakan prosedur
pengendalian tidak memiliki otoritas atau
kualifikasi untuk melaksanakan pengendalian
tersebut secara efektif.
Penyusunan kesimpulan efektivitas pengendalian
intern dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Mengevaluasi dan menentukan tingkat temuan,
apakah termasuk tingkatan defisiensi yang
berdampak rendah (inconsequential), defisiensi
signifikan (significant deficiency) atau kelemahan
material (material weakness). Penjelasan dari
tingkatan defisiensi dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Defisiensi yang berdampak rendah
(inconsequential) Suatu temuan atau kombinasi dari beberapa
temuan, yang pengaruhnya tidak material
terhadap pelaksanaan proses bisnis dan
pencapaian tujuan kegiatan.
b. Defisiensi signifikan (significant deficiency)
Suatu temuan atau kombinasi dari beberapa
temuan, yang berpengaruh cukup material
terhadap pelaksanaan proses bisnis dan
pencapaian tujuan kegiatan.
c. Kelemahan material (material weakness).
Suatu temuan atau kombinasi dari beberapa
defisiensi signifikan, yang berpengaruh material
terhadap pelaksanaan proses bisnis dan
pencapaian tujuan kegiatan.
Berdasarkan Pemantauan Pengendalian Utama
(PPU), terdapat 5 (lima) temuan dalam pengendalian
utama yang tidak efektif yaitu:
2. Operating deficiency
a. An appropriately designed control is not
implemented according to design; or
b. Employee performing control procedure does
not have the authority or qualification to
implement control effectively.
Conclusion of internal control effectiveness is made
through the following procedures:
1. Evaluating and determining the severity of
findings, whether the deficiency is inconsequential,
significant, or constitutes material weakness. The
deficiency levels are explained as follows:
a. Inconsequential deficiency
A finding or combination of findings that inflicts
no material impact to the implementation of
business process and achievement of activity
objectives.
b. Significant deficiency
A finding or combination of findings that
inflicts moderately material impact to the
implementation of business process and
achievement of activity objectives.
c. Material weakness
A finding or combination of several significant
deficiencies that inflicts material impact to
the implementation of business process and
achievement of activity objectives.
Based on Key Control Monitoring (PPU), there were
5 (five) findings of ineffective key controls:
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report189
a. Pada kegiatan pengadaan barang dan jasa di
atas Rp200 juta, ditemukan 2 (dua) pengendalian
utama yang tidak efektif yaitu:
• Penelitian kontrak oleh PPK dan Penyedia
Barang/Jasa; dan
• Penelitian jadwal penyerahan hasil pekerjaan
oleh PPK.
b. Pada kegiatan penyelenggaraan SIKD, ditemukan
3 (tiga) pengendalian utama yang tidak efektif
yaitu:
• Reviu berjenjang pada pembangunan aplikasi
SIKD;
• Reviu berjenjang pada pertukaran data
dengan pengguna data eksternal; dan
• Reviu berjenjang pada pertukaran data
dengan pengguna data internal.
Dari hasil evaluasi temuan-temuan tersebut dapat
disimpulkan bahwa gabungan beberapa temuan
yang ada memiliki tingkatan defisiensi yang
signifikan tetapi tidak mengakibatkan kelemahan
material.
Dalam rangka melakukan perbaikan secara terus
menerus terhadap berbagai temuan tersebut,
direkomendasikan agar:
a. Menjalankan proses bisnis sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada
sebagai bentuk pengendalian intern dalam
setiap tingkatan kegiatan;
b. Meningkatkan fungsi pengawasan melekat oleh
seluruh pegawai dan atasan langsung sebagai
bentuk pengendalian internal dari manajerial;
c. Penyesuaian Standar Operasional Prosedur
(SOP) sesuai dengan kondisi di lapangan;
d. Melakukan revitalisasi saluran komunikasi yang
ada agar dapat menjadi saluran komunikasi yang
terbuka dan efektif; dan
a. In goods and services procurement above
Rp200 million, there were 2 (two) ineffective key
controls:
• Contract study by PPK and Goods/Services
Provider; and
• Study of work result handover schedule by
PPK.
b. In SIKD implementation, there were 3 (three)
ineffective key controls:
• Tiered review of SIKD application
development;
• Tiered review of data sharing with external
data users; and
• Tiered review of data sharing with internal
data users.
From the evaluation result of these findings, it
can be concluded that the combination of several
existing findings constituted significant deficiency
that does not result in material weakness.
In order to continually improve these findings, it is
recommended to:
a. Implement business process according to
existing Standard Operating Procedure (SOP) as
a form of internal control at each activity level;
b. Improve inherent supervision function by all
employees and direct supervisors as a form of
managerial internal control;
c. Adjust Standard Operating Procedure (SOP) to
field condition;
d. Revitalize existing communication channels
to become open and effective communication
channels; and
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report190
e. Peningkatan kepatuhan pegawai terhadap
kewajiban, larangan dan sanksi dalam bidang
kepegawaian, utamanya terkait penerapan kode
etik pegawai.
2. Merumuskan kesimpulan efektivitas pengendalian
intern
Kesimpulan efektivitas pengendalian intern secara
keseluruhan dikategorikan sebagai berikut:
a. Pengendalian intern dinyatakan efektif apabila
tidak ada defisiensi signifikan dan kelemahan
material.
b. Pengendalian intern dinyatakan efektif dengan pengecualian apabila terdapat satu atau lebih
defisiensi signifikan yang apabila digabungkan
tidak mengakibatkan kelemahan material.
c. Pengendalian intern dinyatakan mengandung kelemahan material apabila terdapat
satu atau lebih kelemahan material atau
terdapat gabungan defisiensi signifikan yang
mengakibatkan kelemahan material.
MANAJEMEN RISIKOUntuk mendukung pelaksanaan kegiatan dalam rangka
pencapaian sasaran organisasi dan peningkatan kinerja,
DJPK sebagai Unit Pemilik Risiko (UPR) Unit Eselon I
wajib menerapkan proses manajemen risiko sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/
PMK.01/2016 tentang Manajemen Risiko di Lingkungan
Kementerian dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
845/KMK.01/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Manajemen Risiko di Lingkungan Kementerian
Keuangan. Proses manajemen risiko terdiri dari
komunikasi dan konsultasi, penetapan konteks,
penilaian risiko (identifikasi risiko, analisis risiko, dan
evaluasi risiko), penanganan risiko, serta pemantauan
dan reviu. Proses manajemen risiko diterapkan dalam
suatu siklus berkelanjutan dan mempunyai periode
penerapan selama satu tahun.
e. Improve employee compliance with obligations,
prohibitions, and sanctions related to
employment, particularly the implementation of
employee code of conduct.
2. Formulating conclusion of internal control
effectiveness
Conclusion of internal control effectiveness in
general can be categorized as follows:
a. Internal control is deemed effective if there is
no significant deficiency and material weakness.
b. Internal control is deemed effective with exception if there are one or more significant
deficiencies that do not constitute material
weakness when combined.
c. Internal control is deemed to contain material weakness if there are one or more material
weaknesses or combination of significant
deficiencies that result in material weakness.
RISK MANAGEMENTIn order to promote activities aiming to accomplish
organizational goals and performance improvement,
DJPK as Risk Owner Unit Echelon I is obliged to
apply risk management process in accordance
with Regulation of the Minister of Finance No. 171/
PMK.01/2016 concerning Risk Management in the
Ministry of Finance and Decree of the Minister of
Finance No. 845/KMK.01/2016 concerning Risk
Management Implementation Guidelines in the
Ministry of Finance. Risk management process
consists of communication and consultation, context
determination, risk assessment (risk identification, risk
analysis, and risk evaluation), risk handling, as well as
monitoring and review. Risk management process is
applied in a sustainable cycle within an annual period.
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report191
Pada tahun 2018, dari 23 (dua puluh tiga) IKU kemenkeu-
One DJPK terdapat 20 risiko yang harus ditangani,
yaitu:
1. Kurang optimalnya peningkatan kapasitas aparatur
pengelola keuangan daerah;
2. Penganggaran Pusat dan Daerah yang tidak sinkron;
3. Tidak selesainya perumusan kebijakan/peraturan
HKPD sesuai daftar rencana;
4. Rendahnya pencapaian konsistensi realisasi
anggaran terhadap rencana penarikan dana;
5. Penurunan alokasi DAU yang cukup signifikan pada
daerah-daerah yang kapasitas fiskalnya terbatas;
6. Tidak selesainya proyek/kegiatan yang didanai dari
alokasi TKDD yang ditentukan penggunaannya;
7. Realisasi alokasi untuk dukungan jaminan kesehatan
nasional yang didanai oleh DBH CHT lebih rendah
dari 50 persen;
8. Tindak lanjut rekomendasi BPK atas LKPP Dan LK
BUN belum tuntas;
9. Pejabat/pegawai DJPK terlibat kasus fraud;
10. Pemungutan PDRD di pemerintah daerah tidak
Optimal;
11. Tidak diperolehnya predikat WBK/WBBM;
12. Daerah tidak mematuhi aturan mandatory spending;
13. Terdapat Pejabat yang belum memenuhi standar
kompetensi jabatannya;
14. Pemberitaan negatif di Media Massa tentang DJPK;
15. Rendahnya minat pemerintah daerah sasaran untuk
mengikuti program internship dan secondment;16. Pengembangan Modul Core SIKD Tidak Sesuai
Perencanaan;
17. Rendahnya alokasi belanja infrastruktur dan
pelayanan dasar daerah yang berasal dari DAK;
18. Standar kualitas kinerja AKPD sulit diukur;
19. Penurunan tingkat kepuasan penggunaan layanan
DJPK; dan
20. Terjadi downtime SIKD melebihi target.
In 2018, out of 23 (twenty-three) Key Performance
Indicators of Kemenkeu-One DJPK, there were 20 risks
that must be handled as follows:
1. Non-optimal capacity building of regional financial
administrators;
2. Unsynchronized central and regional budgeting;
3. Incompleteness of HKPD policy/regulation
formulation according to plan list;
4. Low consistency achievement of budget realization
to fund withdrawal plan;
5. Significant reduction of DAU allocation in regions
with limited fiscal capacity;
6. Incompleteness of projects/activities funded by
appropriated TKDD allocation;
7. Realization of allocation for national health
insurance support funded by DBH CHT lower than
50 percent;
8. Incompleteness of follow up on BPK
recommendations on LKPP and LK BUN;
9. Involvement of DJPK officials/employees in fraud
case;
10. Non-optimal PDRD collection by regional
governments;
11. Inability to achieve WBK/WBBM predicate;
12. Non-compliance of regional governments with
mandatory spending regulations;
13. Officials have not fulfilled the competency
standards for their positions;
14. Negative journalism in mass media about DJPK;
15. Low interest of targeted regional governments to
attend internship and secondment programs;
16. Non-conformity of SIKD Core Module development
to its plan;
17. Low allocation of regional infrastructure and basic
service expenditure from DAK;
18. Difficulty in measuring AKPD performance quality
standards;
19. Declining satisfaction level with DJPK service;
20. SIKD downtime exceeding the target.
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report192
Gambar 5.2Peta Risiko DJPK Tahun 2018
Matriks Analisis Risiko / Risk Analysis Matrix
Level Dampak / Impact Level
1 2 3 4 5
Tidak Signifikan / Insignificant
Minor Moderat / Moderate
Signifikan / Significant
Sangat signifikan
/ Very Significant
Leve
l Kem
ungk
inan
/ P
roba
bilit
y Le
vel
5 Hampir Pasti Terjadi / Almost Certain 9
1415
1218
6
723 5
125
4 Sering Terjadi / Often 614
1220
1611
193
424
2
3 Kadang Terjadi / Occasionally 4 1015
1416 13
178
22
2 Jarang Terjadi / Seldom 224
723
22 1121
1713
18 1021
9
1 Hampir Tidak Terjadi / Almost Never 1
253
265 8 20
Dari 20 risiko tersebut, terdapat 2 (dua) risiko
Kementerian Keuangan, yaitu risiko Penurunan alokasi
DAU yang cukup signifikan pada daerah-daerah
yang kapasitasnya terbatas dan risiko daerah tidak
mematuhi aturan mandatory spending. Berdasarkan
hasil penanganan sampai dengan periode triwulan
IV Tahun 2018, 1 (satu) risiko masih berada pada level
sangat tinggi, 2 (dua) risiko berada di level tinggi, 2 (dua)
risiko berada pada level sedang; 6 (enam,) risiko berada
pada level rendah, dan 9 (sembilan) risiko berada pada
level sangat rendah.
Figure 5.2Risk Map of DJPK in 2018
Out of 20 risks, there were 2 (two) risks of the Ministry
of Finance, namely the risk of significantly declining
DAU allocation in regions with limited capacity and
risk of non-compliance of regional governments with
mandatory spending regulations. Based on handling
result until quarter IV of 2018, 1 (one) risk was at very
high level, 2 (two) risks at high level, 2 (two) risks at
moderate level, 6 (six) risks at low level, and 9 (nine)
risks at very low level.
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report193
Gambar 5.3Peta Risiko DJPK Tahun 2018 Setelah Penanganan
Matriks Analisis Risiko / Risk Analysis Matrix
Level Dampak / Impact Level
1 2 3 4 5
Tidak Signifikan / Insignificant
Minor Moderat / Moderate
Signifikan / Significant
Sangat signifikan
/ Very Significant
Leve
l Kem
ungk
inan
/ P
roba
bilit
y Le
vel
5 Hampir Pasti Terjadi / Almost Certain 9
1015
718 23 25
4 Sering Terjadi / Often11
612
12 16 19 24
3 Kadang Terjadi / Occasionally 4 4 10 14 17 22
2 Jarang Terjadi / Seldom 14 2 16 7 17 11 9 13 8 21
1 Hampir Tidak Terjadi / Almost Never
20 15 3
3 52
68
5
18201
1 19 13
Gambar 5.4Tren Besaran Risiko DJPK s.d. Desember Tahun 2018
Prioritas / Priority
Nomor RE / RE Number
Risk Event (RE) P18 Q4
SO #6 Pengembangan Kapasitas Pengelola Keuangan Daerah yang Optimal / Optimal capacity building of regional financial administrators
1 RE #23 Kurang optimalnya peningkatan kapasitas pengelola keuangan daerah / Non-optimal capacity building of regional financial administrators 25 1
SO #10 Organisasi yang Fit for Purpose / Fit-for-purpose organization
2 RE #8 Penganggaran pusat dan daerah yang tidak sinkron / Unsynchronized central and regional budgeting 24 8
SO #14 Perumusan Kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang berkualitas / Formulation of quality central-regional government fiscal relation (HKPD) policy
3 RE #3 Tidak selesainya perumusan kebijakan/peraturan HKPD sesuai daftar rencana / Incompleteness of HKPD policy/regulation formulation according to plan list 24 1
SO #12 Pengelolaan Anggaran yang Berkualitas / Quality budget management
4 RE #14 Rendahnya pencapaian konsistensi realisasi anggaran terhadap rencana penarikan dana / Low consistency achievement of budget realization to fund withdrawal plan 24 4
SO #5 Pengelolaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang optimal / Optimal central-regional government fiscal relation (HKPD) management
Figure 5.3Risk Map of DJPK in 2018 After Handling
Figure 5.4Risk Magnitude Trend of DJPK until December 2018
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report194
Prioritas / Priority
Nomor RE / RE Number
Risk Event (RE) P18 Q4
5 RE #15 Penurunan alokasi DAU yang cukup signifikan pada daerah-daerah yang kapasitasnya terbatas / Significant reduction of DAU allocation in regions with limited capacity 23 8
SO #5 Pengelolaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang optimal / Optimal central-regional government fiscal relation (HKPD) management
6 RE #19 Tidak selesainya proyek/kegiatan yang didanai alokasi TKDD yang ditentukan penggunaannya / Incompleteness of projects/activities funded by appropriated TKDD allocation 23 8
SO #5 Pengelolaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang optimal / Optimal central-regional government fiscal relation (HKPD) management
7 RE #17Realisasi alokasi untuk dukungan jaminan kesehatan nasional yang didanai oleh DBH CHT lebih rendah dari 50% / Realization of allocation for national health insurance support funded by DBH CHT lower than 50%
23 15
SO #8 Pengendalian mutu hubungan keuangan pusat dan daerah (HKPD) yang efektif / Effective quality control of central-regional government fiscal relation (HKPD)
8 RE #5 Tindak lanjut rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN belum tuntas / Incompleteness of follow up on BPK recommendations on RKPP and LK BUN 22 13
SO #1 Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah yang Adil, Transparan, dan Akuntabel / Fair, transparent, and accountable central-regional government fiscal relation
9 RE #21 Pejabat/pegawai DJPK terlibat kasus fraud / Involvement of DJPK officials/employees in fraud case 21 13
SO #1 Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah yang Adil, Transparan, dan Akuntabel / Fair, transparent, and accountable central-regional government fiscal relation
10 RE #20 Pemungutan PDRD di Pemda tidak optimal / Non-optimal PDRD collection by regional governments 21 15
SO #10 Organisasi yang Fit for Purpose / Fit-for-purpose organization
11 RE #9 Tidak diperolehnya predikat WBK/WBBM / Inability to achieve WBK/WBBM predicate 19 6
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report195
Prioritas / Priority
Nomor RE / RE Number
Risk Event (RE) P18 Q4
SO #5 Pengelolaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang optimal / Optimal central-regional government fiscal relation (HKPD) management
12 RE #16 Daerah tidak mematuhi aturan mandatory spending / Non-compliance of regional governments with mandatory spending regulations 18 6
SO #9 SDM yang kompetitif / Competitive HR
13 RE #6 Terdapat pejabat yang belum memenuhi Standar Kompetensi Jabatannya / Officials have not fulfilled the competency standards for their positions 17 1
SO #2 Pemenuhan Layanan Prima / Achievement of excellent service
14 RE #2 Pemberitaan negatif di media massa terkait DJPK / Negative journalism in mass media about DJPK 14 2
SO #9 SDM yang kompetitif / Competitive HR
15 RE #7 Rendahnya minat Pemda sasaran untuk mengikuti program internship dan secondment / Low interest of targeted regional governments to attend internship and secondment programs 14 1
SO #11 Sistem Informasi Keuangan Daerah yang andal / Reliable Regional Financial Information System
16 RE #25 Pengembangan Modul Core SIKD Tidak Sesuai Perencanaan / Non-conformity of SIKD Core Module development to its plan 14 2
SO #5 Pengelolaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang optimal / Optimal central-regional government fiscal relation (HKPD) management
17 RE #18 Rendahnya belanja infrastruktur dan pelayanan dasar daerah yang berasal dari DAK / Low allocation of regional infrastructure and basic service expenditure from DAK 13 11
SO #6 Pengembangan Kapasitas Pengelola Keuangan Daerah yang optimal / Optimal capacity building of regional financial administrators
18 RE #4 Standar kualitas kinerja AKPD sulit diukur / Difficulty in measuring AKPD performance quality standards 13 8
SO #2 Pelayanan Publik yang Prima / Excellent public service
19 RE #1 Penurunan tingkat kepuasan penggunaan layanan DJPK / Declining satisfaction level with DJPK service 12 1
SO #11 Sistem Manajemen Informasi yang andal / Reliable information management system
20 RE #26 Terjadi downtime SIKD melebihi target / SIKD downtime exceeding the target 12 1
KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIKMemperoleh informasi merupakan salah satu hak
dasar bagi setiap manusia yang dijamin oleh Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD 1945). Pada ketentuan Pasal 28F UUD 1945 diatur
bahwa “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi
dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala
jenis saluran yang tersedia”. Penerapan hak tersebut
diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(UU KIP) beserta peraturan perundang-undangan yang
terkait.
PUBLIC INFORMATION TRANSPARENCYThe right to acquire information is one of human
rights for each person which is guaranteed by the
1945 Constitution of the Republic of Indonesia (UUD
1945). It is stipulated under Article 28F of UUD 1945
that reads “Each person has the right to communicate
and to acquire information for his/her own and his/
her social environment’s development, as well as the
right to seek, obtain, possess, store, process, and
spread information via all kinds of available channels”.
The implementation of such right is regulated by Law
No. 14/2008 on Public Information Transparency along
with other relating laws and regulations.
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report196
Kementerian Keuangan sejak tahun 2012 telah
mengimplementasikan keterbukaan Informasi Publik
sesuai ketentuan UU KIP. Implementasi tersebut
dilakukan dengan menetapkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 200/PMK.01/2016 tentang
Pedoman Layanan Informasi Publik oleh Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi Kementerian
Keuangan dan Perangkat Pejabat Pengelola Informasi
dan Dokumentasi Kementerian Keuangan, sebagai
pengganti Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/
PMK.01/2012 tentang Pedoman Layanan Informasi
di Lingkungan Kementerian Keuangan. Selain itu,
telah ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 89/KMK.01/2017 tentang Penetapan Atasan
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
Kementerian Keuangan, Atasan Pejabat Pengelola
Informasi dan Dokumentasi Tingkat I, Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi Kementerian
Keuangan, dan Perangkat Pejabat Pengelola Informasi
dan Dokumentasi Kementerian Keuangan, sebagai
pengganti Keputusan Menteri Keuangan Nomor 278/
KMK.01/2012 tentang Penunjukan Pejabat Pengelola
Informasi dan Dokumentasi dan Koordinator Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi di lingkungan
Kementerian Keuangan.
Pengelolaan PPID di antaranya meliputi kegiatan
pengumpulan Informasi Publik, yaitu terdiri dari
informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara
berkala, informasi yang wajib diumumkan secara serta
merta, dan informasi yang dikecualikan. Kewajiban
memberikan Informasi Publik yang disediakan dan
diumumkan secara berkala dilakukan paling singkat
enam bulan sekali dan selambat-lambatnya satu kali
dalam setahun. Informasi Publik yang wajib disediakan
dan diumumkan secara berkala dapat diakses oleh
pengguna dan Pemohon Informasi Publik pada website
DJPK (www.djpk.kemenkeu.go.id). Selain Informasi
Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara
The Ministry of Finance has been implementing Public
Information disclosure since 2012 in accordance with
the provisions of the KIP Law. The implementation
was carried out by stipulating Regulation of the
Minister of Finance No. 200/PMK.01/2016 concerning
Guidelines for Public Information Services by the
Ministry of Finance Information and Documentation
Management Officer and the Ministry of Finance
Information and Documentation Management
Apparatus, in lieu of Regulation of Ministry of Finance
No. 132/PMK.01/2012 concerning Guidelines for
Information Services in the Ministry of Finance. In
addition, the Decree of the Minister of Finance No.
89/KMK.01/2017 concerning the Establishment of the
Ministry of Finance Information and Documentation
Management Officer, Level I Information and
Documentation Management Officer, the Ministry of
Finance Information and Documentation Management
Officer, and the Information Management Officer and
Apparatus of the Ministry of Finance documentation,
in lieu of Decree of the Minister of Finance No.
278/KMK.01/2012 concerning the Appointment of
Information Management and Documentation Officers
and Coordinator of Information and Documentation
Management Officers within the Ministry of Finance.
PPID management includes activities to collect Public
Information which consists of information that must be
provided and announced periodically, information that
must be announced immediately, and information that
is excluded. Obligation to provide Public Information
that is provided and announced periodically is carried
out at least once every six months and no later than
once a year. Public information that must be made
available and announced periodically can be accessed
by users and Public Information Applicants on the
DJPK website (www.djpk.kemenkeu.go.id). In addition
to Public Information that must be provided and
announced periodically, Public Information that must
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report197
berkala, Informasi Publik yang wajib diumumkan
secara serta merta juga dapat diakses oleh pengguna
dan Pemohon Informasi Publik.
DJPK sebagai institusi yang melaksanakan kebijakan
di bidang desentralisasi fiskal di Indonesia, menyadari
bahwa keterbukaan informasi kepada publik
merupakan salah satu langkah mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik dan bersih (good governance) guna meraih kepercayaan dari publik.
Selama tahun 2018, terdapat 69 (enam puluh sembilan)
permohonan Informasi Publik terkait tugas dan fungsi
DJPK melalui saluran PPID Kementerian Keuangan.
Permohonan Informasi Publik dimaksud berkenaan
dengan data Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) sebanyak 53 (lima puluh tiga) atau
76,81 persen, data Transfer ke Daerah dan Dana Desa
(TKDD) sebanyak 11 (sebelas) atau 15,94 persen, dan
permohonan data lainnya sebanyak 5 (lima) atau 7,25
persen dari total permohonan.
Grafik 5.1Data Permohonan Informasi Publik DJPK Tahun 2018
APBD / APBD
TKDD / TKDD
Lainnya / Others
%
%
% 7,25
76,81
15,94
be announced immediately can also be accessed by
users and Public Information Applicants.
DJPK as an institution that implements policies in the
field of fiscal decentralization in Indonesia, realizes
that disclosure of information to the public is one step
towards realizing clean and good governance in order
to win the trust of the public.
Throughout 2018, there were 69 (sixty nine) requests
for Public Information related to the duties and
functions of the DJPK through the PPID channel of the
Ministry of Finance. The request for Public Information
is referred to as 53 (fifty three) or 76.81 percent of
Regional Revenue and Expenditure Budget (APBD),
Transfer to Regional and Village Fund (TKDD) data of
11 (eleven) or 15.94 percent, and other data requests as
much as 5 (five) or 7.25 percent of the total applications.
Graph 5.1DJPK Public Information Application Data in 2018
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report198
PENGELOLAAN LAYANAN INFORMASIDJPK memiliki peran strategis dalam implementasi
kebijakan fiskal nasional (APBN & APBD), kebijakan
perimbangan keuangan berdasarkan prinsip money follows function, kebijakan pembiayaan daerah melalui
pinjaman (termasuk obligasi), kebijakan pengembangan
kapasitas daerah, serta pengawasan kebijakan di
bidang pajak daerah dan retribusi daerah. Tugas dan
fungsi DJPK yang erat kaitannya dengan pengelolaan
keuangan daerah tersebut, berkaitan erat dengan
stakeholder DJPK yang mayoritas merupakan unit-
unit Organisasi Perangkat Daerah (OPD), DPRD baik
kabupaten, kota, maupun provinsi yang tersebar di
seluruh Indonesia. Pada tahun 2018 telah dilaksanakan
reformasi di lingkungan DJPK melalui Keputusan
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Nomor KEP-
27/PK/2018 tanggal 24 Agustus 2018, yang salah satu
agendanya adalah reformasi pada bidang pelayanan.
DJPK mengelola dan menyediakan layanan informasi
yang dapat diakses oleh publik melalui sarana sebagai
berikut:
WEBSITE DAN MEDIA SOSIAL DJPKPengguna layanan dapat memperoleh data dan/atau
informasi terkait tugas dan fungsi DJPK melalui website
resmi DJPK (www.djpk.kemenkeu.go.id) dan melalui
akun media sosial DJPK, yaitu: (i) facebook: “Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan”; (ii) instagram: “@
ditjenpk”; dan (iii) twitter: “@DitjenPK”. Selain itu,
website DJPK menyediakan layanan konsultasi melalui
pengisian formulir yang terdapat pada menu “DJPK
Menjawab”, yang akan ditindaklanjuti dengan pemberian
tanggapan konsultasi melalui email callcenter.djpk@
kemenkeu.go.id.
INFORMATION SERVICE MANAGEMENTDJPK plays a strategic role in the implementation of
national fiscal policies (APBN & APBD), fiscal balance
policies based on the money follows function principle,
regional financing policies through loans (including
bonds), regional capacity development policies, and
policy oversight in the areas of regional taxation and
regional retribution. The duties and functions of the
DJPK that are closely related to the management of
regional finances, are closely related to the DJPK
stakeholders, the majority of which are Regional
Apparatus Organizations (OPD), DPRD regencies, cities,
and provinces that are spread throughout Indonesia. In
2018, a reform was carried out within the DJPK by virtue
of Decree of the Director General of Fiscal Balance No.
KEP-27/PK/2018 dated August 24, 2018, one of which
was to reform the service sector. DJPK manages and
provides information services that can be accessed by
the public through the following facilities:
WEBSITE AND SOCIAL MEDIA OF DJPKService users can obtain data and/or information
related to duties and functions of DJPK through the
DJPK official website (www.djpk.kemenkeu.go.id) and
DGT social media accounts, namely: (i) Facebook:
“Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan”; (ii)
Instagram: “@ditjenpk”; and (iii) Twitter: “@DitjenPK”.
In addition, the DJPK website provides consulting
services by filling out the form contained in the
“DJPK Menjawab” menu, which will be followed up by
providing consultation responses via email callcenter.
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report199
Konten/materi dalam website dan media sosial DJPK
akan selalu diupdate secara berkala untuk memenuhi
kebutuhan pengguna layanan informasi.
Grafik 5.2Jumlah Pengunjung Website DJPK Tahun 2018
120.000
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
-
96.027
78.892
104.215
78.82872.794
34.988
63.982
49.340
60.044
86.64596.321
60.923
Jan Mei SepMar Jul NovFeb Jun OktApr Agu Des
LAYANAN CALL CENTER DERING DJPK 1500420Call Center Dering DJPK 1500420 adalah salah satu
bentuk inovasi layanan informasi di lingkungan DJPK
yang didedikasikan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna layanan. Inovasi layanan ini telah
diimplementasikan sejak bulan Agustus 2018, dengan
maksud agar informasi dapat diakses dengan mudah,
cepat, efisien, dan efektif oleh pengguna layanan. Call Center Dering DJPK 1500420 memberikan layanan
melalui sambungan telepon pada hari kerja (Senin s.d.
Jumat) mulai pukul 08.00 WIB s.d. pukul 16.00 WIB.
Materi layanan informasi yang disediakan oleh Call Center Dering DJPK 1500420 meliputi pengelolaan
Transfer ke Daerah dan Dana Desa, pajak daerah dan
retribusi daerah, pinjaman daerah, hibah daerah,
pengelolaan APBD, dan pelaksanaan penyampaian
laporan oleh pemerintah daerah. Sampai dengan 31
Desember 2018, Call Center Dering DJPK 1500420 telah
memiliki 6 (enam) line sambungan telepon dengan
masing-masing 1 (satu) orang petugas.
Content/material on DJPK’s website and social media
will always be updated regularly to meet the needs of
information service users.
Graph 5.2Total Visitors of DJPK Website in 2018
DJPK RING CALL CENTER 1500420
DJPK Ring Call Center 1500420 is one form of
information service innovation in the DJPK environment
that is dedicated to meeting the needs of service users.
This service innovation has been implemented since
August 2018, with the intention that information can
be accessed easily, quickly, efficiently, and effectively
by service users. DJPK Ring Call Center 1500420
provides services via telephone on weekdays (Monday
to Friday) starting from 08.00 WIB until 16.00 WIB.
Material information services provided by the DJPK
Ring Call Center 1500420 includes the management
of transfers to the regions and village funds, regional
taxes and levies, regional loans, regional grants, APBD
management, and the delivery of reports by the local
government. As of December 31, 2018, the DJPK Ring
Call Center 1500420 had 6 (six) telephone lines with 1
(one) officer each.
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report200
Penyediaan layanan Call Center Dering DJPK 1500420
juga dimaksudkan untuk mengurangi jumlah kunjungan
pengguna layanan ke Ruang Layanan Informasi DJPK,
sehingga akan menghemat belanja APBD untuk
perjalanan dinas (khususnya bagi pemerintah daerah).
Selama kurun waktu bulan Agustus 2018 sampai dengan
tanggal 31 Desember 2018, total pengguna layanan Call Center Dering DJPK 1500420 sebanyak 3.229 panggilan.
Tujuan pengguna layanan Call Center Dering DJPK
1500420 dapat dikategorikan untuk: (i) reservasi
kunjungan Ruang Layanan Informasi DJPK (68%); (ii)
konsultasi (25%); dan (iii) lainnya (7%).
Grafik 5.3Statistik pengguna layanan Call Center Dering DJPK
15004201000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
574515 515
755
870
598
103169
475
131 149
392 367
115
33104
19
476
54 44
Ags Sep Okt Nov Des
Jumlah / Total Reservasi / Reservation Konsultasi / Consultation Lainnya / Others
Pengguna layanan Call Center Dering DJPK 1500420
selama periode Agustus 2018 sampai dengan Desember
2018 yang melakukan konsultasi sebanyak 507. Topik
yang dikonsultasikan oleh pengguna layanan Call Center Dering DJPK 1500420 yang paling sering
diterima adalah terkait DAK (Fisik dan Non Fisik) dan
DBH masing-masing sebesar 31,98 persen, dan 24,29
persen dari total permintaan konsultasi.
The provision of the DJPK Ring Call Center 1500420
is also intended to reduce the number of service user
visits to the DJPK Information Service Room, therefore
saving on APBD spending for official travel (especially
for local governments). During the period from August
2018 until 31 December 2018, the total users of the
DJPK Ring Call Center 1500420 reached 3,229 calls. The
destination of DJPK Ring Call Center 1500420 users can
be categorized as: (i) reservation of DJPK Information
Service Room visits (68%); (ii) consultation (25%); and
(iii) others (7%).
Graph 5.3Statistics of DJPK Ring Call Center 1500420 service
user
Users of the DJPK Ring Call Center service 1500420
during the period from August 2018 to December 2018
conducted 507 consultations. The most received topics
consulted by the users of the DJPK Ring Call Center
1500420 service were related to DAK (Physical and
Non-Physical) and DBH respectively amounted to 31.98
percent, and 24.29 percent of the total consultation
request.
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report201
Graph 5.4Topic of DJPK Ring Call Center Service User
Consultation
VIDEO CONFERENCE SERVICEIn addition to the DJPK Ring Call Center service 1500420,
the information service innovation implemented by
DJPK is the video conference service. This information
service allows consultations to be carried out without
face to face, but through video conferencing facilities.
The use of consultation services via video conferencing
shall firstly register through the DJPK Ring Call Center
1500420. The implementation of consultations through
video conferencing services is carried out using
facilities available at the vertical institution of the
Ministry of Finance (Financial Education and Training
Agency and the Directorate General of Treasury) or
using the skype application. As of December 31, 2018,
2 (two) consultations had been held through video
conferencing services, namely on November 29, 2018
with the Head of DPPKAD Kota Bima discussing DID
and DAU and on December 10, 2018 with the Mayor of
Bima discussing the DID allocation together with the
Minister of Finance.
Grafik 5.4Topik Konsultasi Pengguna Layanan Call Center Dering
DJPK
DAK
DBH Lainnya / Others
DAU
Dana Desa / Village Fund
% 31,98
24,2917,61
7,69
18,42 %
%%
%
LAYANAN VIDEO CONFERENCESelain layanan Call Center Dering DJPK 1500420,
inovasi layanan informasi yang diterapkan DJPK
adalah layanan video conference. Layanan informasi
ini memungkinkan konsultasi dilaksanakan tanpa
tatap muka langsung, namun melalui sarana video conference. Penggunan layanan konsultasi melalui video conference harus melakukan registrasi terlebih dahulu
melalui Call Center Dering DJPK 1500420. Pelaksanaan
konsultasi melalui layanan video conference dilakukan
dengan menggunakan sarana yang terdapat pada
instansi vertikal Kementerian Keuangan (Badan
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan dan Direktorat
Jenderal Perbendaharaan) atau menggunakan aplikasi
skype. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2018 telah
dilaksanakan 2 (dua) kali konsultasi melalui layanan
video conference, yaitu pada tanggal 29 November 2018
dengan Kepala DPPKAD Kota Bima membahas DID dan
DAU dan tanggal 10 Desember 2018 dengan Walikota
Bima membahas alokasi DID bersama dengan Menteri
Keuangan.
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report202
RUANG LAYANAN INFORMASI Kebijakan sentralisasi
tamu di Ruang Pelayanan
Terpadu Keuangan
Daerah yang secara resmi
diawali sejak tanggal
13 Maret 2012. Agar
manajemen pelayanan
senantiasa konsisten,
Ruang Pelayanan Terpadu
Keuangan Daerah
(RPTKD) dikelola dengan
sistem manajemen mutu
pelayanan ISO 9001:2008
yang berhasil diraih pada
tanggal 21 Desember
2012. Pada bulan Maret
2016, sistem manajemen
mutu pelayanan RPTKD
ini berhasil ditingkatkan
menjadi ISO 9001:2015
dengan diterimanya
Sertifikat ISO 9001:2015
dari PT. Sucofindo sebagai
lembaga sertifikasi
independen. Sertifikat
ISO 9001:2015 yang
diterima juga merupakan
bukti bahwa Ruang
Pelayanan Terpadu
Keuangan Daerah DJPK
memiliki pelayanan yang
terstandar internasional.
INFORMATION SERVICE ROOMGuest centralization
policy in the Regional
Financial Integrated
Service Room officially
started on March 13,
2012. In order to maintain
consistent service
management, the Regional
Financial Integrated
Service Room (RPTKD)
is managed with ISO
9001:2008 service quality
management system
which was successfully
achieved on December
21, 2012. In March 2016,
the RPTKD service quality
management system was
successfully upgraded
to ISO 9001:2015 with
the receipt of an ISO
9001:2015 Certificate
from PT. Sucofindo
as an independent
certification body. The
ISO 9001:2015 certificate
is also a proof that the
DJPK Regional Financial
Integrated Service
Room has international
standardized services.
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report203
Guest service standards implemented by the DJPK
include: (i) guests are served quickly/with a definite
time, the maximum guest waiting time is 10 minutes;
(ii) guests are served by competent and integrity DJPK
consultants; (iii) every guest consultation is always
recorded in the Minutes of Consultation; and (iv)
comfortable and safe service rooms and corruption
free zones.
Along with the implementation of DJPK reforms,
particularly in the field of information services, a
policy to limit the number of guest visits by the DJPK
Information Service Room (formerly DJPK Regional
Financial Integrated Service Room), is intended
to increase the use of information technology in
providing consulting services (via the DJPK Call Center
Ring 1500420, Video Conference, DJPK official website
and social media). In addition, the restriction policy
aims to maintain the integrity of DJPK employees while
maintaining quality of service.
Standar pelayanan tamu yang diterapkan oleh DJPK
antara lain: (i) tamu dilayani dengan cepat/waktu
yang pasti, waktu tunggu tamu maksimal 10 menit; (ii)
tamu dilayani oleh konsultan DJPK yang berkompeten
dan berintegritas; (iii) setiap konsultasi tamu selalu
terekam dalam Berita Acara Konsultasi; serta (iv) ruang
layanan yang nyaman, aman dan menerapkan zona
bebas korupsi.
Seiring dengan pelaksanaan reformasi DJPK,
khususnya di bidang layanan informasi, diterapkan
kebijakan pembatasan jumlah kunjungan tamu Ruang
Layanan Informasi DJPK (sebelumnya Ruang Pelayanan
Terpadu Keuangan Daerah DJPK), pembatasan tersebut
dimaksudkan untuk meningkatkan pemanfaatan
teknologi informasi dalam pemberian layanan
konsultasi (melalui media Call Center Dering DJPK
1500420, Video Conference, website dan media sosial
resmi DJPK). Selain itu, kebijakan pembatasan tersebut
bertujuan untuk menjaga integritas pegawai DJPK
dengan tetap mengutamakan kualitas pelayanan.
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Pada tahun 2018, jumlah kunjungan tamu ke Ruang Layanan Informasi DJPK mencapai 10.976 kunjungan dengan total 24.086 tamu. Kunjungan terbanyak terjadi pada bulan Januari 2018 di mana ada 1.249 kunjungan dengan tamu sebanyak 3.291 orang.Total guest visits to the DJPK Information Service Room in 2018 reached
10,976 visits with a total of 24,086 guests. Most visits took place in
January 2018 where there were 1,249 visits with 3,291 guests.
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report204
Penerapan kebijakan pembatasan kunjungan tamu
Ruang Layanan Informasi DJPK dilakukan dengan
ketentuan: (i) telah melakukan konsultasi melalui
layanan Call Center Dering DJPK 1500420 dan/atau
telah mencari informasi melalui website dan media
sosial DJPK; (ii) sifat konsultasi yang harus dilakukan
secara tatap muka, misalnya terkait pengoperasian
aplikasi; (iii) jumlah tamu yang berkunjung paling
banyak 2 (dua) orang untuk 1 (satu) daerah pada hari
yang sama; (iv) telah melakukan registrasi kunjungan
melalui Call Center Dering DJPK 1500420 paling
lambat 1 (satu) hari kerja sebelum kunjungan; dan (v)
waktu layanan kunjungan konsultasi adalah pada hari
kerja (Senin s.d. Jumat) mulai pukul 09.00 WIB sampai
dengan pukul 15.00 WIB.
Pada tahun 2018, jumlah kunjungan tamu ke Ruang
Layanan Informasi DJPK mencapai 10.976 kunjungan
dengan total 24.086 tamu. Kunjungan terbanyak
terjadi pada bulan Januari 2018 di mana ada 1.249
kunjungan dengan tamu sebanyak 3.291 orang. Bulan
dengan kunjungan paling sedikit adalah bulan Juni
2018 di mana hanya ada 378 kunjungan dengan tamu
sebanyak 905 orang. Sebagian besar tamu yang datang
berkonsultasi terkait pelaksanaan transfer ke daerah,
yaitu sekitar 71,63 persen dari total kunjungan. Topik
konsultasi yang paling sering didiskusikan selanjutnya
adalah terkait DAK Non Fisik dan Hibah/DID, masing-
masing sebesar 23,69 persen dan 15,56 persen dari
total kunjungan. Sebagian besar tamu berasal dari
pemerintah daerah, baik dari unsur eksekutif maupun
legislatif. Pengunjung Ruang Layanan Informasi DJPK
lainnya adalah tamu dari kementerian/lembaga serta
unsur stakeholder lain seperti akademisi, jurnalis, dan
LSM.
The implementation of the policy for limiting guest
visits by the DJPK Information Service Room is carried
out with the provisions that: (i) have consulted through
the DJPK Ring Call Center 1500420 service and/or have
sought information via the DJPK website and social
media; (ii) the nature of the consultation that must be
conducted face-to-face, for example related to the
operation of the application; (iii) maximum number of
guests is 2 (two) people for 1 (one) area on the same
day; (iv) registered the visit through the DJPK Ring Call
Center 1500420 no later than 1 (one) working day before
the visit; and (v) the consultation visit service time is on
working days (Monday to Friday) starting from 09.00
WIB until 15.00 WIB.
Total guest visits to the DJPK Information Service
Room in 2018 reached 10,976 visits with a total of 24,086
guests. Most visits took place in January 2018 where
there were 1,249 visits with 3,291 guests. The month
with the fewest visits was June 2018 where there were
only 378 visits with 905 guests. Most of the guests who
came consulted related to the implementation of the
transfer to the region, which was around 71.63 percent
of the total visits. The next most frequently discussed
consultation topics were related to Non-Physical DAK
and Grants/DID, respectively 23.69 percent and 15.56
percent of the total visits. Most of the guests came
from the local government, both from the executive
and legislative elements. Other DJPK Information
Service Room visitors are guests from ministries/
institutions as well as other stakeholder elements such
as academics, journalists, and NGOs.
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report205
Graph 5.5Data of Guest Visit in 2018
Based on the graph above, guest visit declined
from August 2018. This is the positive impact of the
implementation of information and consultation service
via website, DJPK social media, DJPK Ring Call Center
1500420, Video Conference, and implementation of
policy on limitation of guest visit to DJPK Information
Service Room. This means service users have started to
use website, DJPK social media, DJPK Ring Call Center
1500420, and Video Conference in consulting and
accessing information related to duties and functions
of DJPK, and carries out efficiency on regional APBD
expenditure since official travel expenditure decreased.
Grafik 5.5Data Kunjungan Tamu Tahun 2018
3.500
3.000
2.500
2.000
1.500
1.000
500
-
1.249
925 950
378
1.112 1.145
765
1.165 1.064
3.291
2.170
2.842
2.479 2.345
3.199
2.357
1.275986 976
1.261
898660 665
905
Jan Feb Mar Apr Mei
Kunjungan / Visit Jumlah Tamu / Total Guest
Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Berdasarkan grafik jumlah kunjungan tamu ke Ruang
Layanan Informasi DJPK, terlihat sejak bulan Agustus
2018 terjadi penurunan jumlah kunjungan tamu. Hal
tersebut merupakan dampak positif atas implementasi
layanan konsultasi dan informasi melalui website, media
sosial DJPK, Call Center Dering DJPK 1500420, Video Conference, serta penerapan kebijakan pembatasan
kunjungan tamu ke Ruang Layanan Informasi DJPK.
Artinya, pengguna layanan telah mulai beralih
menggunakan website, media sosial DJPK, Call Center Dering DJPK 1500420, dan Video Conference dalam
melakukan konsultasi dan akses informasi terkait tugas
dan fungsi DJPK, serta melakukan efisiensi belanja
APBD daerah, karena berkurangnya jumlah belanja
perjalanan dinas.
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report206
Graph 5.6Comparison between Total Guest Visitor in 2017 and
2018
Grafik 5.6Perbandingan Jumlah Kunjungan Tamu Tahun 2017 dan
Tahun 2018
Kunjungan Tahun 2017 / Visit in 2017 Kunjungan Tahun 2018 / Visit in 2017
Jumlah Tamu Tahun 2017 / Total Guest in 2017 Jumlah Tamu Tahun 2018 / Total Guest in 2018
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
-
Tata Kelola PemerintahanGood Governance
Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report207
DIR
EKTO
RAT JEN
DR
AL PER
IMB
AN
GA
N K
EUA
NG
AN
Jl. DR. Wahidin No. 1 Gedung Radius Prawiro Lantai 9Jakarta Pusat 10710
Telp : 021-3868006Call Center : 1-500-420Fax : 021-3509443e-mail : [email protected]
www.djpk.kemenkeu.go.id
DIREKTORAT JENDRAL PERIMBANGAN KEUANGAN
Laporan TahunanA
nnual ReportM
ewujudkan Pem
baharuan untuk K
inerja Berintegritas