Mewujudkan Pembaharuan untuk Kinerja Berintegritas

210
DIREKTORAT JENDRAL PERIMBANGAN KEUANGAN Mewujudkan Pembaharuan untuk Kinerja Berintegritas Laporan Tahunan Annual Report

Transcript of Mewujudkan Pembaharuan untuk Kinerja Berintegritas

DIREKTORAT JENDRAL PERIMBANGAN KEUANGAN

Mewujudkan Pembaharuanuntuk Kinerja Berintegritas

Laporan TahunanAnnual Report

EXECUTIVE SUMMARY

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK)

sebagai salah satu unit eselon I di lingkungan

Kementerian Keuangan memiliki posisi penting dan

strategis dalam pengelolaan desentralisasi fiskal.

Dengan semakin besarnya nilai dana Transfer ke Daerah

dan Dana Desa (TKDD) dan APBD dari tahun ke tahun,

maka tuntutan masyarakat atas transparansi, kinerja,

dan akuntabilitas menjadi sebuah keniscayaan. Untuk

itu, Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perimbangan

Keuangan (DJPK) Tahun Anggaran 2018 disusun

sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan kinerja DJPK

sepanjang Tahun Anggaran 2018 untuk mewujudkan

visi sebagai “Pengelola Hubungan Fiskal Pusat dan

Daerah Berkelas Dunia yang Adil dan Transparan”.

Pada bagian pertama Laporan Tahunan ini dijabarkan

Kilas Kinerja Tahun 2018 yang memuat Rencana

Strategis DJPK, Peristiwa Penting, Reformasi DJPK,

Pengelolaan Kinerja Organisasi, dan Highlight Laporan

Keuangan. Salah satu agenda utama yang penting di

sepanjang tahun 2018 adalah Program Reformasi DJPK.

Reformasi DJPK bertujuan untuk meningkatkan efisiensi

dan efektivitas pengelolaan TKDD secara lebih kredibel

dan berintegritas. Program ini mencakup 4 (empat) pilar

utama organisasi, yaitu Kelembagaan, Sumber Daya

Manusia, Kebijakan, dan Pelayanan. Berbagai capaian

Program Reformasi DJPK, antara lain: (i) naiknya nilai

indeks persepsi integritas, (ii) penurunan jumlah

pengaduan, (iii) terwujudnya zero fraud, (iv) penurunan

jumlah tamu yang berkunjung ke DJPK, (v) peningkatan

pengguna layanan Call Center Dering DJPK, Website,

dan Video Conference, (vi) penyempurnaan kebijakan

pengelolaan TKDD, (vii) peningkatan local tax ratio,

(viii) peningkatan kualitas pengelolaan keuangan

daerah, serta (ix) peningkatan indeks survey kepuasan

pengguna layanan. Selain pelaksanaan reformasi

As one of the echelon I units within the Ministry of

Finance of the Republic of Indonesia, the Directorate

General of Fiscal Balance (DJPK) has an important and

strategic position in managing fiscal decentralization.

With the increasing value of Regional Transfers and

Village Funds (TKDD) as well as Regional Budget

(APBD) throughout the years, the society’s demand

for transparency, performance, and accountability

becomes a necessity. Hence, the Annual Report of the

Directorate General of Fiscal Balance (DJPK) for 2018

Fiscal Year is compiled as a form of accountability

of DJPK’s performance during the 2018 Fiscal Year

in realizing its vision of “Becoming a World-Class

Administrator of Fiscal Relation between Central

Government and Regional Government in a Fair and

Transparent Manner”.

The first part of this Annual Report will present

a Flashback of DJPK’s Performance in 2018 which

contains the Strategic Plans, Significant Events,

Reformation of DJPK, Organizational Performance

Management, and Highlights of Financial Statements.

One of the essential and primary agenda carried

out in 2018 was the DJPK Reformation Program.

This program aims to improve the efficiency and

effectiveness of TKDD management in a more credible

and integrated manner. It covers 4 (four) main pillars of

the organization, namely Institution, Human Resource,

Policy, and Service. Various achievements of the

DJPK Reformation Program include: (i) an increase in

the integrity perception index, (ii) a decrease in the

number of complaints, (iii) the realization of zero fraud,

(iv) a decrease in the number of guests visiting DJPK,

(v) an increase in the number of users of Call Center

Dering DJPK, Website, and Video Conference, (vi) an

improvement in TKDD management policies, (vii) an

increase in local tax ratio, (viii) an improvement in

the quality of regional financial management, and (ix)

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report1

internal, DJPK juga mengedepankan aspek inovasi

dalam setiap pelaksanaan kegiatan sepanjang tahun

2018. Salah satu inovasi yang dilakukan oleh DJPK adalah

pelaksanaan Internship dan Secondment Pemda dalam

rangka peningkatan kapasitas pengelola keuangan

daerah. Capaian kinerja atas inovasi tersebut telah

mendapatkan pengakuan dan penghargaan sebagai

TOP 12 Inovasi di lingkungan Kementerian Keuangan

pada akhir tahun 2018.

Pada bagian berikutnya, Laporan Tahunan ini

mendeskripsikan Profil DJPK pada tahun 2018 yang

mencakup Nilai-nilai Kementerian Keuangan, Visi

dan Misi DJPK, Tugas dan Fungsi Organisasi, Struktur

Organisasi DJPK, serta Profil Pejabat Eselon I dan II.

Pada pertengahan tahun 2018, telah terjadi perubahan

pimpinan DJPK yaitu Bapak Astera Primanto Bhakti

yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Badan

Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK), dilantik

menjadi Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan

menggantikan Bapak Boediarso Teguh Widodo yang

memasuki masa purnabhakti.

Pada bagian Sumber Daya Manusia dijabarkan kondisi

statistik SDM di DJPK dan hal-hal yang telah dilakukan

untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi

para pegawai/pejabat struktural dan fungsional di

lingkungan DJPK. Upaya untuk meningkatkan kapasitas

SDM DJPK, antara lain melalui pelaksanaan berbagai

pendidikan dan pelatihan formal dan informal,

internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan, dan

pembinaan soft competency lainnya.

an increase in the index of service user satisfaction

surveys. In addition to the implementation of internal

reformation, DJPK continuously prioritized the

innovation aspect in every all of its activities conducted

throughout 2018. One of the innovations carried out

by DJPK was the implementation of Internship and

Secondment of Regional Government in order to

increase the capacity of regional financial managers.

The performance achievement of such innovation

had received recognition and awards as the TOP 12

Innovations within the Ministry of Finance at the end

of 2018.

In the next section, this Annual Report will describe

the 2018 Profile of DJPK which includes the Values of

Ministry of Finance, Vision and Mission of DJPK, Duties

and Functions of the Organization, Organizational

Structure of DJPK, and Profiles of Echelon I and II

Officials. In mid-2018, there was a change in the

leadership of DJPK. Mr. Astera Primanto Bhakti,

who previously served as the Head of the Financial

Education and Training Agency (BPPK), was appointed

as the Director General of Fiscal Balance replacing Mr.

Boediarso Teguh Widodo who entered retirement.

The Human Resources section of this Annual Report

will describe the human resource statistics in DJPK as

well as activities conducted to improve the capacity and

competency of structural and functional employees/

officials within DJPK. Several efforts to increase the

capacity of DJPK’s HR, among others, are carried out

through the implementation of various formal and

informal education and training, internalization of the

Ministry of Finance’s values, and other soft competency

development activities.

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report2

Pada bagian berikutnya tertuang kebijakan-kebijakan

yang telah dihasilkan oleh DJPK pada tahun 2018

terkait dengan core business DJPK, antara lain Transfer

ke Daerah dan Dana Desa, Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pengelolaan Belanja Daerah, Pembiayaan

Daerah, serta Sistem Informasi Keuangan Daerah.

Kebijakan-kebijakan ini merupakan bagian dari agenda

reformasi DJPK dalam rangka meningkatkan kualitas

dan efektivitas pengelolaan TKDD dan pengelolaan

keuangan daerah yang efektif dan optimal yang

pada akhirnya akan mendukung tujuan utama dari

Desentralisasai Fiskal, yaitu meningkatkan pelayanan

kepada publik (public service delivery) dan kesejahteraan

masyarakat (social welfare).

Bagian akhir Laporan Tahunan ini memuat Tata Kelola

Pemerintahan yang merupakan penjabaran hal-hal yang

telah dilaksanakan oleh DJPK pada tahun 2018 dalam

rangka mendukung penerapan prinsip-prinsip dasar

penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Adapun

kegiatan-kegiatan tersebut adalah implementasi sistem

pengendalian intern DJPK termasuk di dalamnya adalah

Manajemen Resiko dan Keterbukaan Informasi Publik,

serta Pengelolaan Layanan Informasi. Dalam rangka

memperkuat layanan informasi kepada para pemangku

kepentingan dan publik telah dikembangkan berbagai

inovasi layanan informasi yang cepat dan akurat, yaitu

Call Center Dering DJPK 1500420, Redesign Website

DJPK, Media Sosial DJPK, Video Conference, dan Ruang

Layanan Informasi.

Laporan Tahunan ini disusun sebagai bentuk

dokumentasi terhadap pencapaian, serta kinerja DJPK

sepanjang tahun 2018 dan sekaligus menjadi salah satu

sumber referensi dalam pencapaian prestasi dan kinerja

di masa yang akan datang. Dengan adanya Laporan

Tahunan ini diharapkan para pemangku kepentingan

juga dapat lebih memahami mengenai tugas dan fungsi

DJPK, serta peran strategis DJPK dalam pengelolaan

hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah.

In the following section, the Annual Report will

elaborate on the policies implemented by DJPK

in 2018 in relation to its core business, including

Regional Transfers and Village Funds, Regional Taxes

and Regional Retribution, Regional Expenditure

Management, Regional Financing, and Regional

Financial Information Systems. These policies are

part of DJPK’s reformation agenda in order to improve

the quality and effectiveness of TKDD management

and to manage regional finance in an effective and

optimal manner, which will ultimately support the

primary objectives of Fiscal Decentralization, namely

to improve public service delivery and social welfare.

The final part of this Annual Report contains a

description on Good Governance which is a description

of the activities carried out by DJPK in 2018 to support

the implementation of basic principles of good

governance. These activities are the implementation

of DJPK’s internal control system including Risk

Management and Public Information Disclosure, as

well as Management of Information Services. In order

to strengthen information services to stakeholders

and the public, various rapid and accurate information

service innovations have been developed, namely the

Dering DJPK 1500420 Call Center, Redesigning of DJPK’s

Website, DJPK’s Social Media, Video Conference, and

Information Service Room.

This Annual Report is prepared as a documentation

DJPK’s achievements and performance throughout

2018 and, at the same time, serves as one of the

sources of reference for future achievements and

performance. With this Annual Report, it is expected

that stakeholders will be able to better understand

the duties and functions of DJPK and its strategic role

in managing financial relations between the Central

Government and the Regional Government.

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report3

8 Rencana Strategis DJPK Tahun 2015-2019

Strategic Policies of DJPK for 2015-2019

9 Peristiwa Penting Significant Events 9 Diseminasi Dana Desa Dissemination of Village

Funds 10 Pelantikan Direktur

Jenderal Perimbangan Keuangan

Inauguration of the Director General of Fiscal Balance

12 Bimbingan Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah (Inovasi metode pembelajaran via Video Conference)

Technical Guidance for Regional Financial Management (Learning Method Innovation via Video Conference)

13 Sosialisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa TA 2019

Socialization of Regional Transfers and Village Funds in 2019 Fiscal Year

14 Internship dan Secondment Pemda

Regional Government’s Internship and Secondment

1 Executive Summary Executive Summary

32 Nilai-Nilai Kementerian Keuangan

Values of The Ministry of Finance

33 Visi dan Misi DJPK Vision and Mission of DJPK36 Tugas dan Fungsi Organisasi Duties and Functions of

Organization37 Struktur Organisasi DJPK Organizational Structure of

DJPK 42 Profil Pejabat Eselon I dan II Profiles of Echelon I and II

Officials

50 Statistik Sumber Daya Manusia DJPK

Statistics of DJPK Human Resources

53 Pembinaan Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat dan Daerah (JF AKPD)

Development of Center-Regions Fiscal Analyst Functional Positions (JF AKPD)

57 Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan

Implementation of Education and Training

16 Penghargaan Inovasi Top 12 Kementerian Keuangan

Top 12 Innovation Award of the Ministry of Finance

16 Reformasi DJPK DJPK Reformation 19 Pengelolaan Kinerja

Organisasi dan Capaian Kinerja DJPK Tahun 2018

Management of Organization Performance and Achievements of DJPK in 2018

24 Highlight Laporan Keuangan

Highlights of Financial Statements

25 Laporan Realisasi Anggaran

Budget Realization Report

26 Neraca Balance Sheet 28 Laporan Operasional (LO) Statement of

Operations 29 Laporan Perubahan

Ekuitas Statement of Changes in

Equity 29 Catatan atas Laporan

Keuangan Notes on Financial

Statements

0101 0202

0303

DAFTAR ISI T a b l e o f C o n t e n t s

Kilas Kinerja 20182018 Performance Highlights

Profil Direktorat Jenderal Perimbangan KeuanganProfile of Directorate General of Fiscal Balance

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report4

68 Kebijakan Dana Perimbangan

Policy on Balanced Fund68 Dana Bagi Hasil (DBH) Revenue Sharing Fund

(DBH)72 Dana Alokasi Umum (DAU) General Allocation Fund

(DAU)76 Dana Alokasi Khusus Fisik Physical Special Allocation

Fund112 Dana Alokasi Khusus

Nonfisik Non-Physical Special

Allocation Fund119 Kebijakan Pendapatan

dan Kapasitas Keuangan Daerah

Policy Concerning Regional Revenue And Fiscal Capacity

127 Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana Perimbangan

Policy concerning Funding and Transfer of Non- Balanced Funds

127 Dana Desa Village Fund131 Dana Insentif Daerah

(DID) Regional Incentive Fund

(DID)134 Dana Otonomi Khusus Special Autonomy Fund137 Dana Keistimewaan

Daerah Istimewa Yogyakarta

Special Fund for Yogyakarta Special Region

176 Implementasi Sistem Pengendalian Internal DJPK Tahun 2018

Implementation of Internal Control System of DJPK 2018

180 Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas (EPITE)

Entity-Level Internal Control Evaluation (EPITE)

181 Evaluasi Kecukupan Rancangan (EKR)

Design Adequacy Evaluation (EKR)

182 Pemantauan Pengendalian Utama (PPU)

Key Control Monitoring (PPU)188 Penyusunan Kesimpulan

Efektivitas Pengendalian Intern Preparation of Conclusion of

Internal Control Effectiveness191 Manajemen Risiko Risk Management196 Keterbukaan Informasi Publik Public Information

Transparency199 Pengelolaan Layanan Informasi Information Service

Management199 Website dan Media Sosial DJPK Website and Social Media of

DJPK200 Layanan Call Center Dering

DJPK 1500420 DJPK Ring Call Center 1500420202 Layanan Video Conference Video Conference Service203 Ruang Layanan Informasi Information Service Room

141 Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan Daerah

Policy Concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

141 Evaluasi Keuangan Daerah Regional Finance

Evaluation155 Kebijakan Penyelesaian

Kewajiban Hibah/Bantuan Pendanaan Daerah Induk, Provinsi, dan/atau Daerah Lain kepada Daerah Otonom Baru

Policy Concerning Settlement of Grant/Funding Aid Obligations From Parent Regions, Provinces, and/or Other Regions to New Autonomous Regions (Dob)

158 Kebijakan Terkait Data Keuangan Daerah

Policy Related to Data of Regional Finance

161 Kebijakan Penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD)

Policy Concerning the Implementation of Regional Financial Information System (SIKD)

0404 0505Kilas Kebijakan 2018Policy Highlights 2018

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report5

Kilas Kinerja 20182018 Performance Highlights

01

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional (LO), dan Laporan Perubahan Ekuitas.

Notes on Financial Statements provide information on the explanation or detailed list or analysis of value of items presented in Budget Realization Report, Balance Sheet, Statement of Operations, and Statement of Changes in Equity

Rencana Strategis DJPK Tahun 2015-2019Strategic Policies of DJPK for 2015-2019

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan memiliki

visi: “Menjadi Pengelola Hubungan Fiskal Pusat dan

Daerah Berkelas Dunia yang Adil dan Transparan.

Aspek strategis dari visi baru DJPK tercermin pada

perubahan frase “perimbangan keuangan” menjadi

“hubungan fiskal pusat dan daerah”. Perubahan ini

memberikan perluasan makna, lingkup, serta arah

kebijakan desentralisasi fiskal ke depan menuju

hubungan keuangan pusat dan daerah yang berkualitas.

Melalui mekanisme tersebut diharapkan akan terwujud

koordinasi, sinkronisasi, harmonisasi, serta akselerasi

dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di

daerah, terutama dalam “penyediaan dan pemenuhan

pelayanan publik” yang berkualitas. Pada gilirannya

akan berdampak kepada kondisi perekonomian

yang lebih baik, dengan tujuan akhir “meningkatkan

kesejahteraan masyarakat”.

DJPK sebagai unit pengelola dan pelaksana kebijakan

desentralisasi fiskal bertekad menjadikan pelaksanaan

dan pengelolaan desentralisasi fiskal di Indonesia

sebagai praktik pengelolaan hubungan fiskal pusat

dan daerah yang “berkelas dunia” yang akan menjadi

contoh atau “role model” bagi negara-negara lain dalam

penerapan kebijakan desentralisasi fiskal. Cita-cita

ini diharapkan akan menjadi fokus tujuan perubahan

dan menginspirasi semua pihak untuk mendukung

transformasi yang diharapkan. Integritas dan tata kelola

pemerintahan yang baik dalam pengelolaan kebijakan

juga harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan

dengan menekankan pada pengelolaan kebijakan yang

adil dan transparan.

Visi DJPK dijabarkan dalam berbagai misi, yaitu: (i)

mewujudkan perumusan kebijakan hubungan keuangan

pusat dan daerah yang transparan dan akuntabel; (ii)

melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan

hubungan keuangan pusat dan daerah yang efektif; (iii)

menyelenggarakan sistem informasi keuangan daerah

yang akurat, transparan, dan tepat waktu; serta (iv)

meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah.

The Directorate General of Fiscal Balance (DJPK) carries

a vision of “Becoming a World-Class Administrator

of Fiscal Relation between Central Government and

Regional Government in a Fair and Transparent

Manner”. The strategic aspect of DJPK’s new vision

is reflected on the change in the phrase of “fiscal

balance” into “fiscal relation between central and

regional government”. Such change gives an extension

of meaning, scope, and future orientation of policy on

fiscal decentralization toward a better fiscal relation

between the central and regional governments. It

is expected that such mechanism will realize the

coordination, synchronization, harmonization, and

acceleration in the planning and execution of regional

development, particularly in “providing and fulfilling

public service” with a better quality. Ultimately, it may

affect a better economics condition, with a goal “to

improve community welfare”.

As the organizing unit as well as the executor of

fiscal decentralization policy, DJPK is determined

to actualize the execution and organization of

fiscal decentralization in Indonesia as a world-class

practice of center-regions fiscal relation management

which becomes a role model for other countries in

implementing fiscal decentralization policy. Such

ideal is expected to become the focus of objectives

in committing changes and to inspire all parties to

support the demanded transformation. Integrity and

good governance in implementing the policy should

also be maintained and improved by emphasizing on a

fair and transparent policy management.

DJPK’s vision is elaborated in several missions, i.e. (i)

to actualize the formulation of central-regional fiscal

relation policy to be transparent and accountable;

(ii) to perform monitoring and evaluation of effective

central-regional fiscal relation practices; (iii) to carry

out fiscal information system of regional government

in an accurate, transparent, and timely manner; as

well as (iv) to enhance the quality of regional fiscal

management.

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report8

Peristiwa PentingSignificant Events

Selama kurun waktu Tahun 2018, banyak kegiatan

atau peristiwa penting yang terjadi sebagai salah satu

upaya DJPK dalam meningkatkan kualitas kinerja dan

memperkuat pelayanan kepada stakeholder.

DISEMINASI DANA DESA Sejak awal tahun 2018, kurang lebih 50 (lima puluh) kota/

kabupaten di 15 (lima belas) provinsi telah menjadi lokasi

terselenggaranya Diseminasi Dana Desa dengan tema

“Padat Karya Tunai untuk Desa yang Lebih Sejahtera”.

Peserta diseminasi tersebut mayoritas merupakan

camat dan kepala desa di masing-masing kota/

kabupaten yang menjadi lokasi pelaksanaan. Dalam

diseminasi tersebut, peserta diberikan penjelasan

mengenai kebijakan dan prosedur pengelolaan

Dana Desa oleh para narasumber yang berasal dari

tiga kementerian yaitu Kementerian Keuangan,

Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Sesuai temanya, diseminasi ini menekankan pada

mekanisme pengelolaan Dana Desa melalui Program

Padat Karya Tunai atau Cash for Work yang merupakan

salah satu terobosan kebijakan pemerintah di tahun

DISSEMINATION OF VILLAGE FUNDS Since the beginning of 2018, approximately 50 (fifty)

cities/regencies in 15 (fifteen) provinces have become

the locations for Village Fund Dissemination activity

with the theme of “Cash for Work to Realize a More

Prosperous Village”. The majority of participants in the

dissemination were the sub-district heads and village

heads in each city/district where the dissemination is

implemented. In the dissemination, the participants

were given an explanation of the policies and procedures

for the management of Village Funds by speakers from

three ministries, namely the Ministry of Finance, the

Ministry of Home Affairs, and the Ministry of Villages,

Disadvantaged Regions, and Transmigration. In line

with the theme, this dissemination emphasized the

mechanism of managing Village Funds through the Cash

for Work Program, which was one of the breakthroughs

of government policy in 2018. The strategy of utilizing

During the course of 2018, there have been a number

of significant activities and event conducted as an

effort of DJPK in improving performance quality and

strengthening services to stakeholders.

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report9

2018 ini. Strategi pemanfaatan Dana Desa melalui Padat

Karya Tunai atau Cash for Work dapat menyerap tenaga

kerja dalam jumlah besar dengan pemberian upah

langsung secara harian atau mingguan, yang nantinya

memperkuat daya beli masyarakat serta mendorong

pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Pelaksanaan diseminasi ini merupakan pembaruan

kegiatan setelah sebelumnya sejak tahun 2015 sampai

dengan 2017 dilakukan Sosialisasi Dana Desa, sebagai

bentuk pembelanjaran kepada desa atas ditetapkannya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2004 tentang Desa.

Village Funds through Cash for Work can absorb large

numbers of workers by providing direct wages on

a daily or weekly basis, which, in turn, strengthens

people’s purchasing power and encourages economic

growth and community welfare.

This dissemination is a renewal of Village Fund

Socialization activity which was previously conducted

in 2015 to 2017, as a form of educational activities to

the villages in relation to the enactment of Law No. 6 of

2004 regarding Villages.

Peristiwa PentingSignificant Events

PELANTIKAN DIREKTUR JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Pada tanggal 26 Juni 2018 dilaksanakan Upacara

Pelantikan dan Serah Terima Jabatan Direktur Jenderal

Perimbangan Keuangan. Astera Primanto Bhakti

yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Badan

INAUGURATION OF THE DIRECTOR GENERAL OF FISCAL BALANCE On June 26, 2018, DJPK held the Inauguration Ceremony

and Handover of Position of the Director General of

Fiscal. Astera Primanto Bhakti, who previously served

as the Head of Financial Education and Training

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report10

Peristiwa PentingSignificant Events

Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK), dilantik

menjadi Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan

menggantikan Boediarso Teguh Widodo yang memasuki

masa purnabhakti dan melanjutkan pengabdiannya

sebagai widyaiswara Kementerian Keuangan.

Dalam sambutannya, Menteri Keuangan menyampaikan

rasa terima kasih dan penghargaan kepada Boediarso

Teguh Widodo yang telah melaksanakan reformasi

keuangan negara dan pengelolaan APBN dengan

baik. “Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih

yang setinggi-tingginya atas nama pribadi, atas nama

Kementerian Keuangan dan atas nama negara atas

bhakti Pak Boediarso untuk Republik Indonesia,”

ungkap Menteri Keuangan.

Menteri Keuangan berpesan kepada Direktur

Jenderal Perimbangan Keuangan yang baru dilantik

untuk melanjutkan dan memperhatikan pelaksanaan

kebijakan desentralisasi fiskal karena desentralisasi

fiskal dan otonomi daerah merupakan dua sisi

mata uang yang saling berkaitan erat dan tidak bisa

dipisahkan, serta banyak harapan masyarakat bahwa

dengan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah,

maka rakyat akan mampu mendapatkan pelayanan

dan perbaikan dari sisi pelayanan umum. Selain itu,

Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan diharuskan

dapat bekerjasama dan bersinergi dengan berbagai

pihak seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan

Perwakilan Daerah (DPD), dan Kementerian Dalam

Negeri untuk mengoptimalkan formulasi kebijakan

Transfer ke Daerah dan Dana Desa.

Agency (BPPK), was appointed as the Director General

of Fiscal Balance replacing Boediarso Teguh Widodo

who entered retirement and continued his service as

the widyaiswara for Ministry of Finance.

In her remarks, the Minister of Finance expressed her

gratitude and appreciation to Boediarso Teguh Widodo

for his role in carrying out state financial reforms and

managing the State Budget. “I would like to express my

deepest gratitude on behalf of myself, on behalf of the

Ministry of Finance and on behalf of the state for Mr.

Boediarso’s service to the Republic of Indonesia,” said

the Minister of Finance.

The Minister of Finance advised the newly appointed

Director General of Fiscal Balance to continue

and pay attention to the implementation of fiscal

decentralization policies as fiscal decentralization

and regional autonomy are closely interrelated and

inseparable like the two sides of a coin. He also has to

take into account people’s expectations that, through

fiscal decentralization and regional autonomy, the

people will be able to obtain services and experience

improvements in public services. The Director General

of Fiscal Balance must also be able to work together

and synergize with various parties such as the House

of Representatives (DPR), the Regional Representative

Council (DPD), and the Ministry of Home Affairs to

optimize the formulation of regional transfer and

village fund policies.

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report11

Peristiwa PentingSignificant Events

BIMBINGAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (INOVASI METODE PEMBELAJARAN VIA VIDEO CONFERENCE) Pada tanggal 18 September 2018, bertempat di Aula

Negara Dana Rakca, Direktur Jenderal Perimbangan

Keuangan secara resmi membuka pelaksanaan

bimbingan teknis pengelolaan keuangan daerah yang

dilakukan melalui metode pembelajaran via video conference. Pelaksanaan pembelajaran dengan video conference ini bertujuan untuk mengoptimalkan

teknologi informasi dan menghemat waktu serta

lebih efisien dalam pendanaan bimbingan teknis.

Penyelenggaraan bimbingan teknis ini dilakukan

dengan bekerja sama antara DJPK dengan Perguruan

Tinggi Negeri atau Center of Excellence mulai tahun

2018 (sebagai tahap awal) sebagaimana arahan Menteri

Keuangan untuk menghidupkan kembali kerja sama

dengan universitas sebagai Center of Excellence dalam

rangka peningkatan kapasitas pengelolaan keuangan

daerah.

TECHNICAL GUIDANCE FOR REGIONAL FINANCIAL MANAGEMENT (LEARNING METHOD INNOVATION VIA VIDEO CONFERENCE) On September 18, 2018, the Director General of Fiscal

Balance officially inaugurated the implementation of

technical guidance on regional financial management

carried out through learning methods via video

conference at Dana Rakca State Hall. This learning

activity through with video conferencing aims to

optimize the use of information technology and to save

time and increase the efficiency in funding technical

guidance. The implementation of this technical

guidance is carried out by DJPK in collaboration with

the State Universities or Centers of Excellence starting

in 2018 (as an initial stage) as directed by the Minister

of Finance, to revive cooperation with universities as

the Centers of Excellence in order to increase regional

financial management capacity.

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report12

Peristiwa PentingSignificant Events

SOSIALISASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA TA 2019

Pada tanggal 10 Desember 2018, bertempat di Aula

Dhanapala Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan menggelar Sosialisasi Transfer

ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) Tahun Anggaran

2019. Sosialisasi ini diselenggarakan sebagai sarana

penyebarluasan informasi terkait kebijakan TKDD,

sekaligus memberi pemahaman kepada pemerintah

daerah dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) dan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa (APBDes) di tahun 2019. Menteri Keuangan

Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pengarahan

kepada para kepala daerah dan perwakilan dari instansi

terkait di daerah, agar tidak menggunakan makelar/

calo anggaran dalam pelaksanaan proses pencairan

dana transfer ke daerah karena tidak sesuai dengan

tata kelola yang berlaku.

Sosialisasi Kebijakan Pengelolaan TKDD dengan tema

“Pengelolaan APBN dan APBD yang Adil, Sehat, dan

Bersih untuk Kesejahteraan Masyarakat”, diharapkan

akan: (i) memperkuat sinkronisasi perencanaan/

penganggaran antara belanja Kementerian/Lembaga

dengan belanja pemerintah daerah tahun 2019; (ii)

SOCIALIZATION OF REGIONAL TRANSFERS AND VILLAGE FUNDS IN 2019 FISCAL YEAR On December 10, 2018, the Directorate General

of Fiscal Balance held a Socialization of Regional

Transfers and Village Funds (TKDD) for the 2019

Fiscal Year at the Dhanapala Hall of the Ministry of

Finance. This socialization was held as a means of

disseminating information related to TKDD policies

while simultaneously providing understanding to

local governments in formulating the Regional Budget

(APBD) and Village Budget (APBDes) for 2019. Sri

Mulyani Indrawati, the Minister of Finance, conveyed

direction to the regional heads and representatives of

related institutions in the region so as not to use budget

brokers in conducting the process of disbursing funds

transfer to the regions as it is not in accordance with

the applicable governance.

The socialization of TKDD Management Policy with

the theme “Fair, Healthy and Clean APBN and APBD

Management for Community Welfare” is expected to: (i)

strengthen the synchronization of planning/budgeting

between the Ministries/Institutions expenditure and

the regional government expenditure in 2019; (ii) ease

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report13

Peristiwa PentingSignificant Events

mempermudah pelaksanaan pengelolaan TKDD

2019; serta (iii) mendorong daerah dan desa untuk

memperkuat kualitas pengelolaan keuangan daerah

dan desa guna meningkatkan pelayanan publik dan

kesejahteraan masyarakat.

Kegiatan Sosialisasi Kebijakan TKDD 2019 ini

dilaksanakan di 5 (lima) lokasi yaitu: Kota Balikpapan

pada tanggal 8 November 2018, Kota Surabaya pada

tanggal 13 November 2018, Kota Manado pada tanggal

15 November 2018, Kota Denpasar pada tanggal 22

November 2018, dan Kota Jakarta pada tanggal 21

November 2018 yang dihadiri oleh para Kepala Daerah,

Kepala Badan/Dinas PPKAD, Kepala BPMD, dan

Inspektorat Daerah.

the implementation of the 2019 TKDD management;

and (iii) encourage regions and villages to strengthen

the quality of regional and village financial management

to improve public services and public welfare.

The Socialization of 2019 TKDD Policy was held in

5 (five) locations, namely Balikpapan on November

8, 2018; Surabaya on November 13, 2018; Manado on

November 15, 2018; Denpasar on November 22, 2018;

and Jakarta on November 21, 2018; and attended by

Regional Heads, Heads of PPKAD, Heads of BPMD, and

Regional Inspectorates.

INTERNSHIP DAN SECONDMENT PEMDA

Program internship dan secondment DJPK kepada

Pemerintah Daerah, yang lebih familiar dengan istilah

program IDS, merupakan salah satu bentuk inovasi

program dan kegiatan yang dilakukan oleh DJPK

REGIONAL GOVERNMENT’S INTERNSHIP AND SECONDMENT The internship and secondment program of DJPK to

the Regional Government, which is more commonly

known as the IDS program, is a form of innovation

and activity carried out by DJPK to build synergy,

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report14

Peristiwa PentingSignificant Events

dalam rangka membangun sinergi, komunikasi, dan

kolaborasi antara Kementerian Keuangan selaku

pengelola kebijakan fiskal dengan Pemerintah Daerah

dalam upaya mendorong perbaikan pengelolaan

keuangan daerah, peningkatan pelayanan publik,

dan pengembangan ekonomi daerah. Framework

program ini selaras dengan salah satu misi DJPK yaitu

meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah.

Secara lebih sempit, program ini juga bagian dari

implementasi Undang-Undang Aparatur Sipil Negara

(UU Nomor 5 Tahun 2014) dalam rangka pengembangan

kompetensi Aparatur Sipil Negara.

Pada tahun 2018, telah dilaksanakan program IDS

sebanyak 3 batch dengan jumlah peserta sebanyak

33 (tiga puluh tiga) pemerintah daerah. Pelaksanaan

program IDS dimulai dengan Internship Pemerintah

Daerah ke DJPK dan study visit ke pemerintah daerah

yang berprestasi. Selanjutnya, pemerintah daerah

akan menyusun rencana aksi yang dilanjutkan dengan

secondment DJPK ke pemerintah daerah untuk

menindaklanjuti dan monitoring pelaksanaan rencana

aksi.

communication and collaboration between the

Ministry of Finance as the manager of fiscal policy and

the Regional Government in the effort to encourage

improvements in regional financial management and

public services, and development of regional economy.

The framework of this program is in line with one of

DJPK’s missions to improve the quality of regional

financial management. In specific, this program is

also part of the implementation of the Law on State

Civil Apparatus (Law No. 5 of 2014) in the context of

developing the competence of State Civil Apparatus.

In 2018, 3 batches of IDS programs were carried out with

33 (thirty-three) regional government participants.

The implementation of IDS program began with the

Regional Government Internship to DJPK and a study

visit to the regional governments which have shown

various achievements. The regional governments then

developed an action plan followed by the secondment

of DJPK to the regional governments to follow-up and

monitor the implementation of the action plan.

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report15

Penghargaan Inovasi Top 12 Kementerian KeuanganTop 12 Innovation Award of the Ministry of Finance

Reformasi DJPKDJPK Reformation

Melalui Nota Dinas Kepala Biro Organisasi dan

Ketatalaksanaan nomor ND-930/SJ.2/2018 tanggal 13

Desember 2018, Program Internship dan Secondment

(IdS) ditetapkan sebagai inovasi yang masuk dalam

TOP 12 Inovasi Pelayanan Unit Kerja di lingkungan

Kementerian Keuangan Tahun 2018. Penghargaan TOP

12 ini merupakan rangkaian seleksi menuju TOP 5 di

lingkungan Kementerian Keuangan yang nantinya akan

ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan (KMK).

Pada 23 Juli 2018, DJPK mulai melaksanakan Reformasi

yang didesain secara komprehensif dengan mencakup

empat aspek strategis, yaitu Kelembagaan, Sumber

Daya Manusia (SDM), Kebijakan, dan Pelayanan,

dimana setiap aspek terdiri atas beberapa milestones

dan quick wins. Dalam kurun waktu yang relatif

singkat, hingga akhir tahun 2018, Reformasi DJPK telah

mampu mencatatkan berbagai capaian positif pada

keseluruhan aspek strategis reformasi.

On July 23, 2018, DJPK began conducting a Reformation

comprehensively designed to cover four strategic

aspects, namely Institution, Human Resource (HR),

Policy, and Service, in which each aspect consists

of several milestones and quick wins. In a relatively

short period of time, until the end of 2018, the DJPK

Reformation was able to record various positive

achievements in all strategic aspects of reformation.

Through the Office Memo of the Head of Organization

and Management Bureau No. ND-930/SJ.2/2018 dated

December 13, 2018, the Internship and Secondment

Program (IdS) has been established as an innovation

included in the 2018 TOP 12 Innovation of Work Unit

Services within the Ministry of Finance. TOP 12 award is

a series of selection towards TOP 5 innovations within

the Ministry of Finance which will later be stipulated in

a Decree of the Minister of Finance.

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report16

Tabel 1.1 Aspek Strategis, Milestones, Quick Wins, dan Capaian

Reformasi DJPK

No.

Aspek Strategis

/ Strategic Aspects

Milestones Quick Wins Capaian / Achievements

1. Reformasi Kelembagaan / Institution Reformation

1) Terbentuknya Organisasi yang Efektif dan Produktif / The Establishment of an Effective and Productive Organization

Perbaikan konsep reorganisasi / Improvement of reorganization concept

1. Naiknya nilai persepsi integritas. / An increase in integrity perception index.

2. Penurunan jumlah pengaduan. / A decline in the number of complaints.

3. Terwujudnya zero fraud. / Realization of zero fraud.

2) Terwujudnya Birokrasi yang Bersih, Melayani, dan Bebas dari Korupsi / The Realization of a Clean and Serving Bureaucracy that is Free from Corruption

1. Penyusunan Peta Rawan Gratifikasi dan upaya pencegahannya. / Preparation of Gratification Vulnerability Map and the prevention efforts.

2. Penerapan aplikasi PEKA (Pengaduan DJPK). / Implementation of PEKA (Pengaduan DJPK / DJPK Complaints) application.

3. Penetapan Standar dan Kode Etik Perjalanan Dinas. / Implementation of Code of Conduct and Standards for Official Travel.

4. Internship Investigasi ke Itjen / Investigation Internship to Inspectorate General.

2. Reformasi SDM / HR Reformation

Terwujudnya SDM yang Berbudaya Kompetensi, Integritas, dan Kinerja Tinggi / The Realization of HR with the Culture of Competency, Integrity, and High Performance

1. Improvisasi dan kontinuitas internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan; / Improvement and continuity of the internalization of Ministry of Finance’s Values;

2. Penguatan change agents dan lighthouse team DJPK untuk mengawal budaya kerja dan transformasi birokrasi; / Strengthening of the change agents and lighthouse team of DJPK to oversee work culture and bureaucratic transformation;

3. Penyusunan dan analisis profiling pegawai untuk dasar pengembangan kapasitas, karir, dan pengendalian perilaku. / Preparation and analysis of employees’ profiling as a basis for capacity and career development, as well as behavior control.

1. Pemenuhan standar kompetensi jabatan. / Fulfillment of position competency standards.

2. Pemenuhan standar jamlat pegawai. / Fulfillment of employees’ training hours standards.

3. Terwujudnya zero fraud. / Realization of zero fraud.

Terwujudnya Penilaian Kinerja dan Disiplin Pegawai secara Lebih Objektif / The realization of a More Objective Employee’s Performance and Discipline Assessment

1. Peningkatan efektivitas jam kerja dan pengendalian aktivitas pegawai di kantor melalui aplikasi Log Book pegawai; / Improvement of work hours effectiveness and control of employees’ activities at the office through Log Book application;

2. Penetapan Perdirjen mengenai Kode Etik Pegawai DJPK; / Enactment of Director General Regulation on Code of Conduct of DJPK’s employees;

3. Monitoring dan pengendalian aktivitas pegawai di luar kantor / Monitoring and control of employees’ activities outside of office.

Table 1.1 Strategic Aspects, Milestones, Quick Wins, and

Reformation Achievements of DJPK

Reformasi DJPKDJPK Reformation

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report17

No.

Aspek Strategis

/ Strategic Aspects

Milestones Quick Wins Capaian / Achievements

3. Reformasi Kebijakan / Policy Reformation

Terwujudnya Kualitas dan Efektivitas Pengelolaan TKDD dan Keuangan Daerah yang Lebih Efektif dan Optimal. / The realization of a More Effective and Optimum TKDD Management and Regional Finance Quality.

1. Perbaikan mekanisme sinkronisasi usulan DAK Fisik. / Improvement of synchronization mechanism proposed by Physical DAK.

2. Penguatan governance dalam pengalokasian DAK Fisik, serta penguatan APIP di daerah dalam supervisi DAK Fisik. / Strengthening of governance in allocating Physical DAK, as well as strengthening of APIP at regions within the supervision of Physical DAK.

3. Optimalisasi pemungutan potensi pajak pusat dan daerah. / Optimization of potential central and regional tax retribution.

4. Pelaksanaan program Internship dan Secondment (IDS) untuk 33 Pemda yang berkinerja CC minus. / Implementation of Internship and Secondment (IDS) program for 33 Regional Governments whose performance is CC minus.

5. Perbaikan pengelolaan Pajak Daerah. / Improvement of Regional Tax management.

6. Pengaturan sanksi terkait pemenuhan belanja wajib. / Organization of sanctions related to the fulfillment of mandatory spending.

7. Penyelesaian RPP Pengelolaan Keuangan Daerah bersama Kementerian Dalam Negeri. / Settlement of RPP Regional Financial Management with the Ministry of Home Affairs.

8. Penyusunan RPP mengenai Standarisasi Remunerasi Daerah. / Preparation of RPP on the Standardization of Regional Remuneration.

9. Penyusunan RPP mengenai Bagan Akun Standar. / Preparation of RPP on Standard Account Scheme.

10. Penyelesaian RPMK Standar Biaya Daerah bersama DJA dan DJPB. / Settlement of RPMK Regional Fee Standards with DJA and DJPB.

1. Penguatan pengendalian capaian output dari earmarked transfer. / Control of output achievement from earmarked transfer is strengthened.

2. Peningkatan pemerataan pendapatan antardaerah. / An improvement of equality in the inter-region revenues.

3. Penurunan tingkat kemiskinan di perdesaan. / A decline in poverty level in villages.

4. Peningkatan local tax ratio. / An increase in local tax ratio.

5. Peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah. / An improvement in the quality of regional financial management.

4. Reformasi Pelayanan / Service Reformation

Penyediaan Layanan Informasi yang Cepat, Akurat, dan Transparan. / The Provision of a Fast, Accurate, and Transparent Information Service.

1. Penataan lingkungan DJPK menjadi lebih bersih dan tertib. / Organization of DJPK’s environment so as to be cleaner and more orderly.

2. Pengembangan Website DJPK. / Development of DJPK’s Website.

3. Pembangunan fasilitas call center. / Development of call center facility.

4. Penyampaian informasi melalui video conference. / Delivery of information through video conference.

1. Peningkatan Indeks Survey Kepuasan Pengguna Layanan. / An increase in the Index of Service User Satisfactory Survey.

2. Nilai Indeks Mandiri Layanan DJPK mencapai 4,07 dari 5 angka penuh. / The Independent Index Score of DJPK Service reaches 4.07 from 5 (full score).

3. Penurunan jumlah kedatangan tamu dari 60 tamu per hari pada tahun 2017 menjadi 32 tamu per hari di tahun 2018. / A decline in the number of visitors from 60 visitors per day in 2017 to 32 visitors per day in 2018.

Reformasi DJPKDJPK Reformation

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report18

Pengelolaan Kinerja Organisasi dan Capaian Kinerja DJPK Tahun 2018Management of Organization Performance and Achievements of DJPK in 2018

Sejalan dengan pelaksanaan reformasi birokrasi

di lingkungan Kementerian Keuangan, DJPK telah

menerapkan metode Balance Score Card (BSC)

sebagai alat manajemen kinerja. Kinerja DJPK diukur

berdasarkan penilaian Indikator Kinerja Utama (IKU)

yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian

Sasaran Strategis (SS) yang tertuang dalam peta

strategis di dokumen Perjanjian Kinerja DJPK Tahun

2018. Selanjutnya, DJPK telah berupaya memberikan

kontribusi yang optimal dalam rangka mendukung

terwujudnya Nawa Cita selaras dengan arah kebijakan

dan strategi Kementerian Keuangan kurun waktu

2015-2019. Kontribusi tersebut diwujudkan dalam

perbaikan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang

desentralisasi fiskal, perimbangan keuangan, dan

hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan

daerah.

Arah perbaikan yang dilakukan oleh DJPK adalah agar

kebijakan desentralisasi fiskal tidak hanya semata-

mata berfokus pada perimbangan keuangan, namun

harus lebih mampu menjawab berbagai tantangan

untuk dapat memberikan kontribusi yang positif

dan signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan

masyarakat melalui terciptanya keseimbangan

kapasitas fiskal, pemerataan layanan publik, belanja

daerah yang berkualitas, transparansi dan tata kelola

pemerintahan yang baik (good governance). Untuk

mencapai hal tersebut dan mendukung pencapaian

Nawa Cita terutama pada Nawa Cita-3 dan Nawa Cita

ke-7, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan pada

tahun 2015-2019 mempunyai program “Peningkatan

Kualitas Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah”.

Program tersebut selaras dengan visi DJPK, yaitu

“Menjadi Pengelola Hubungan Fiskal Pusat Dan Daerah

Berkelas Dunia Yang Adil Dan Transparan”. Empat misi

In line with bureaucratic reform practice within

the Ministry of Finance, DJPK has applied the

Balanced Score Card (BSC) method as a performance

management tool. DJPK’s performance is measured

based on Key Performance Indicators (KPI) assessment

serving as indicator of success for the accomplishment

of Strategic Goals formulated on the strategic map

in the 2018 DJPK Performance Agreement document.

Furthermore, DJPK has attempted to provide an

optimum contribution in order to promote the

actualization of Nawa Cita in accordance with the

orientation of policy and strategy of the Ministry

of Finance for the period of 2015-2019. Such

contribution is realized through the improvement of

policy and technical standardization regarding fiscal

decentralization, fiscal balance, and fiscal relation

between central and regional governments.

DJPK kept improving in order to make fiscal

decentralization policy not only focusing on fiscal

balance, but also responding better against various

challenges. DJPK should be able to provide positive

and significant contribution to community welfare

improvement through the actualization of fiscal

capacity balance, public service equality, quality

regional expenditure, transparency and good

governance. In order to achieve such target as well as

to support the accomplishment of Nawa Cita (points

3 and 7), the Directorate General of Fiscal Balance has

launched a program entitled “Quality Improvement of

Central-Regional Government Fiscal Relation” for the

period of 2015-2019. Such program is in accordance

with DJPK’s vision, namely “To Become a World-Class

Administrator of Fiscal Relation between Central

Government and Regional Government in a Fair and

Transparent Manner”. This vision is manifested through

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report19

DJPK dalam rangka mewujudkan visi tersebut, yaitu

mewujudkan perumusan kebijakan hubungan keuangan

pusat dan daerah yang transparan dan akuntabel,

melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan

hubungan keuangan pusat dan daerah yang efektif,

menyelenggarakan sistem informasi keuangan daerah

yang akurat, transparan, dan tepat waktu serta

meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah.

Dalam pencapaian visi dan misi serta melaksanakan

peranannya, pada tahun 2018 DJPK telah menetapkan 23

(dua puluh tiga) IKU sebagai alat pengukur pencapaian

kinerja. Sebanyak 5 (lima) IKU merupakan IKU yang

diamanatkan dalam Rencana Strategis DJPK Tahun

2015-2019 dan sebanyak 18 (delapan belas) IKU lainnya

merupakan hasil penyempurnaan dan penyesuaian

mengikuti arah kebijakan terkini. Sampai dengan

saat ini, DJPK terus berupaya melakukan perbaikan

dan meningkatkan kinerjanya dengan mengambil

langkah-langkah strategis yang berpedoman terhadap

peraturan yang berlaku sehingga pencapaian kinerja

secara keseluruhan sesuai dengan target pencapaian

yang telah ditentukan.

Tabel 1.2Capaian IKU DJPK Tahun 2018

No. Sasaran Strategis / Strategic Targets Indikator Kinerja / Performance Indicators Target Realisasi /

RealizationCapaian /

AchievementNilai / Score

STAKEHOLDERS PERSPECTIVE (Bobot / Score: 25%)

1.

Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat Dan Daerah Yang Adil, Transparan, dan Akuntabel / Fair, Transparent, and Accountable Central-Regional Government Relations

1a-CPIndeks pemerataan kemampuan keuangan antardaerah / Index of equality of Inter-

regional financial capability 0,58 0,558 103,97

99,91

1b-N Rasio PDRD terhadap PDRB / PDRD to PDRB Ratio 2,65 2,54 95,8

CUSTOMER PERSPECTIVE (Bobot / Score: 15%)

2.

Pelayanan Publik yang Prima / Excellent Public Service

2a-CPIndeks Kepuasan Publik atas Layanan DJPK / Index of Public Satisfaction with DJPK’s

Services4,40 4,52 102,73

106,92

3.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang Berkualitas / Quality Regional Budget (APBD)

3a-NPersentase Daerah yang Memiliki APBD

yang Berkualitas / Percentage of Regions with Quality APBD

90 100 111,11

four missions, namely: to actualize the formulation of

central-regional fiscal relation policy to be transparent

and accountable; to perform monitoring and evaluation

of an effective central-regional fiscal relation practices;

to carry out fiscal information system of regional

government in an accurate, transparent, and timely

manner; as well as to enhance the quality of regional

fiscal management.

In achieving such vision and mission and carrying

out its role, DJPK set 23 (twenty three) KPIs in 2018

as a measurement of performance achievement. 5

(five) KPIs are those mandated in the 2015-2019 DJPK

Strategic Plan while the other 18 (eighteen) KPIs are

the results of improvements and adjustments following

the most recent policy direction. Up to present, DJPK

continuously strives to improve its performance by

taking strategic steps based on applicable regulations

so that the overall performance achievement is in

accordance with the predetermined achievement

targets.

Table 1.2Accomplishment of IKU DJPK in 2018

Pengelolaan Kinerja Organisasi dan Capaian Kinerja DJPK Tahun 2018Management of Organization Performance and Achievements of DJPK in 2018

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report20

No. Sasaran Strategis / Strategic Targets Indikator Kinerja / Performance Indicators Target Realisasi /

RealizationCapaian /

AchievementNilai / Score

INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE (Bobot / Score: 30%)

4.

Perumusan Kebijakan Hubungan Pusat dan Daerah (HKPD) yang Berkualitas / Formulation of Policy on Quality Central-Regional Government Fiscal Relation (HKPD)

4a-N

Persentase Penyelesaian Perumusan Kebijakan HKPD yang berkualitas /

Percentage of the Completion of Policy Formulation on Quality HKPD

100 100 100

106,76

5.

Pengelolaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang Optimal / Management of Optimum Central-Regional Government Fiscal Relation (HKPD)

5a-N

Persentase Efektivitas Pengalokasian Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) / Percentage of Effectiveness of Regional

Transfers & Village Funds (TKDD) Allocation

100 114,94 114,94

5b-N

Persentase Pencapaian Output dari Transfer ke Daerah dan Dana Desa

terhadap Penyerapan Transfer ke Daerah dan Dana Desa / Percentage of Output Achievement of Regional Transfers &

Village Funds on the Absorption of Regional Transfers & Village Funds

100 131,41 120

5c-CP

Persentase Belanja Infrastruktur, Pendidikan, dan Kesehatan terhadap Transfer ke Daerah dan Dana Desa /

Percentage of Spending on Infrastructure, Education, and Health Sectors to Regional

Transfers & Village Funds

75 80,01 106,68

6.

Pengembangan Kapasitas Pengelola Keuangan Daerah Yang Optimal / Capacity Building of Optimum Regional Financial Manager

6a-N

Persentase Jumlah Daerah yang mengikuti Bimbingan Teknis Keuangan Daerah dari seluruh Daerah yang Kinerja Pengelolaan

Keuangan Daerahnya masih rendah / Percentage of Total Regional Governments participating in Regional Finance Technical Guidance from all Regional Governments

whose Financial Management Performance is low

100 100 120

6b-N

Persentase Pelaksanaan Pembinaan Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat Dan

Daerah / Percentage of the Implementation of AKPD Functional Position.

100 100 100

7.

Sistem Informasi Keuangan Daerah yang Andal / Reliable Information System of Regional Finance

7a-N

Persentase Pengembangan dan Implementasi Sistem Informasi Keuangan

Daerah (SIKD) yang Terintegrasi / Percentage of Development &

Implementation of the Integrated Regional Finance Information System (SIKD)

100 100 100

8.

Pengendalian Mutu Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah yang Efektif / Quality Control of Effective Central-Regional Government Fiscal Relation (HKPD)

8a-CP

Persentase Rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti / Percentage of BPK Recommendation on

Followed-Up LKPP & LK-BUN

89 100 112,36

8b-N

Persentase Kepatuhan Daerah terhadap Pemenuhan Kewajiban Pelaksanaan

Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah / Percentage of Regional Government

Compliance with Requirement Completion of Central-Regional Government Fiscal

Relation Practice

97,5 101,4 104,00

8c-NPersentase Daerah yang Memiliki Kas Wajar

/ Percentage of Regional Government Having Equitable Cash

90 100 111,11

Pengelolaan Kinerja Organisasi dan Capaian Kinerja DJPK Tahun 2018

Management of Organization Performance and Achievements of DJPK in 2018

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report21

No. Sasaran Strategis / Strategic Targets Indikator Kinerja / Performance Indicators Target Realisasi /

RealizationCapaian /

AchievementNilai / Score

LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE (Bobot / Score: 30%)

9.

Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompetitif / Competitive Human Resources (HR)

9a-CP

Persentase Pejabat yang Memenuhi Standar Kompetensi Jabatan / Percentage

of Officials Meeting Standard Positional Competence

100 100 100

105,10

9b-N

Persentase Pelaksanaan Program Internship dan Secondment Tahap II / Percentage of the Completion of Internship Program &

Secondment of Stage II

100 100 100

10.Organisasi yang fit for purpose / A Fit-for-Purpose Organization

10a-CP

Persentase Implementasi Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan

/ Percentage of Implementation of Bureaucratic Reformation and Institution

Transformation

92 94 102,17

10b-CP

Tingkat Pemenuhan Unit Kerja terhadap Unit Zona Integritas Wilayah Bebas

Korupsi / Index of Work Unit Fulfillment to Corruption-Free Integrity Zone Unit

100 105,52 105,52

10c-CP Indeks Persepsi Integritas / Integrity Perception Index 85 83,9 98,71

11.

Sistem Informasi Manajemen yang andal / Reliable Management Information System

11a-CP

Tingkat Downtime Sistem Teknologi Informasi Komunikasi / Downtime Level

of Information and Communication Technology System

0,35 0,0055 120

11b-NPersentase Pengembangan Aplikasi Internal

tepat waktu / Percentage of Timely Internal Application Development

100 100 100

12.

Pengelolaan Anggaran yang Berkualitas / Quality Budget Management

12a-CP

Persentase Penyelesaian Tindak Lanjut Temuan BPK atas Laporan Keuangan BA 15 / Percentage of Settlement of Follow-up

of BPK Findings on Financial Statements of BA 15

89 100 112,36

12b-CP Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran / Percentage of Budget Realization Quality 95 96,71 101,8

Nilai Kinerja Organisasi / Organization Performance Score 104,57

Dari 23 (dua puluh tiga) IKU tersebut, 21 (dua puluh satu)

IKU mendapatkan status hijau (mencapai target yang

ditetapkan) dan 2 (dua) IKU berstatus kuning (belum

dapat memenuhi target yang ditetapkan). Salah satu

IKU yang mendapatkan kuning adalah IKU Rasio PDRD

terhadap PDRB yang memperoleh capaian sebesar 95,8

dan tidak dapat memenuhi nilai target yang ditetapkan

pada tahun tersebut. Hal ini disebabkan karena masih

rendahnya komitmen dari Kepala Daerah terhadap

peningkatan pemungutan Pendapatan Asli Daerah

(PAD), kurangnya kompetensi Sumber Daya Manusia

pengelola keuangan daerah yang ada di Pemerintah

Of the 23 (twenty-three) KPIs, 21 (twenty-one) KPIs

gained green status (reaching the determined targets)

while the remaining 2 (two) KPIs gained yellow status

(unable to meet the determined targets). One KPI that

received yellow status was the KPI of PDRD to PDRB

ratio which gained the score of 95.8 and could not

meet the year’s determined target. This was due to

the low commitment of the Regional Head to increase

the collection of Locally-Generated Regional Revenue

(PAD), the lack of Human Resources’ competence in

terms of regional financial management in the Regional

Government, and the Organizational Structure of

Pengelolaan Kinerja Organisasi dan Capaian Kinerja DJPK Tahun 2018Management of Organization Performance and Achievements of DJPK in 2018

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report22

Daerah dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah

(OPD) yang belum sesuai dengan fungsi perpajakan.

Sedangkan IKU yang berstatus kuning lainnya adalah

IKU Indeks Persepsi Integritas dengan target sebesar

85 namun realisasi 83,9, sehingga diperoleh capaian

sebesar 98,71. Kegagalan dalam mencapai target

yang ditetapkan ini dikarenakan adanya kasus fraud (pelanggaran kode etik) oleh salah satu pegawai DJPK

pada tahun 2018 yang mengakibatkan pengurangan

nilai persepsi integritas pada proses penilaian dari tim

penilai.

Nilai Kinerja Organisasi (NKO) yang berhasil di DJPK

Tahun 2018 adalah sebesar 104,57 dengan rincian

nilai sebesar 99,91 dari bidang stakeholder perspective

(25%), 106,92 dari bidang customer perspective (15%),

106,76 dari bidang internal process perspective (30%),

dan 105,10 dari bidang learning and growth perspective

(30%).

Regional Apparatus (OPD) that had not been in line

with the tax function. Other KPI with yellow status was

the KPI of Integrity Perception Index whose targeted

score was 85 but only managed to realize the score of

83.9 in 2018, resulting in the achievement of 98.71 for

the year. The failure to achieve this determined target

was due to a fraud case (violation of code of conduct)

conducted by an employee of DJPK in 2018. This

resulted in a deduction of integrity perception index in

the assessment process of the assessment team.

The Organization Performance Score (NKO) obtained

by DJPK in 2018 was 104.57 with the following details:

99.91 from the stakeholder perspective (25%), 106.92

from the customer perspective (15%), 106.76 from the

internal process perspective (30%), and 105.10 from the

learning and growth perspective (30%).

Pengelolaan Kinerja Organisasi dan Capaian Kinerja DJPK Tahun 2018

Management of Organization Performance and Achievements of DJPK in 2018

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report23

Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU)

Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

dan Pasal 28 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 215/PMK.05/2016 tentang Sistem Akuntansi

dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, Menteri/

Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/

Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan

Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga

(LKKL) yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran,

Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas,

Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan kepada

Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal, dalam

rangka penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah

Pusat (LKPP).

Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Perimbangan

Keuangan Audited Tahun Anggaran 2018 ini telah

disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Pursuant to Article 55 paragraph (2) of the Law No.

1 of 2004 regarding State Treasury and Article 28

paragraph (3) of the Regulation of Minister of Finance

of the Republic of Indonesia No. 215/PMK.05/2016

regarding Accounting System and Financial Reporting

of the Central Government, the Minister/Head of

Institution as Budget User/Property User is obliged

to prepare and submit Financial Statements of

State Ministry/Institution (LKKL), including Budget

Realization Report, Statement of Operations, Statement

of Changes in Equity, Balance Sheet, and Notes on

Financial Statements, to the Minister of Finance as the

fiscal administrator in order to prepare the Financial

Statements of the Central Government (LKPP).

The Audited Financial Statements of the Directorate

General of Fiscal Balance of 2018 Fiscal Year have been

prepared and presented pursuant to the Government

Regulation No. 71 of 2010 regarding Government

Accounting Standards (SAP).

Highlight Laporan KeuanganHighlights of Financial Statements

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report24

Laporan Realisasi AnggaranBudget Realization Report

Laporan Realisasi Anggaran Audited Tahun 2018

menggambarkan perbandingan antara Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2018

dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur

pendapatan dan belanja selama periode 1 Januari

sampai dengan 31 Desember 2018. Realisasi Pendapatan

Negara dan Hibah pada Audited Tahun Anggaran 2018

merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar

Rp677.539.156,00.

Realisasi Belanja Negara pada Audited Tahun

Anggaran 2018 adalah sebesar Rp125.898.311.033,00

atau mencapai 86,25 persen dari anggaran sebesar

Rp145.975.618.000,00. Jumlah realisasi Belanja tersebut

semuanya berasal dari realisasi Belanja Rupiah Murni.

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Audited Tahun

Anggaran 2018 dan Audited Tahun Anggaran 2017 dapat

disajikan sebagai berikut:

Tabel 1.3Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Audited Tahun

Anggaran 2018 dan Audited Tahun Anggaran 2017

Uraian / Description

Audited TA 2018 / 2018 Fiscal Year (Audited)

Audited TA 2017 / 2017 Fiscal Year (Audited)

Anggaran / Budget Realisasi / Realization Anggaran / Budget Realisasi /

Realization

Pendapatan Negara dan Hibah / State Revenues and Grants 0 677,539,156 0 1,727,983,827

JUMLAH PENDAPATAN / TOTAL REVENUES 0 677,539,156 0 1,727,983,827

Belanja Pegawai / Employee Expenditure 34,749,826,000 32,825,097,316 34,632,363,000 28,676,039,218

Belanja Barang / Goods Expenditure 87,201,906,000 70,054,090,587 73,087,438,000 61,653,759,915

Belanja Modal / Capital Expenditure 24,023,889,000 23,019,123,130 21,295,295,000 19,551,285,045

Belanja Transaksi Kas / Cash Transaction Expenditure 145,975,618,000 125,898,311,033 129,015,096,000 109,881,084,178

Belanja Barang Non Kas / Non-Cash Goods Expenditure 0 0 0 0

JUMLAH BELANJA / TOTAL EXPENDITURE 145,975,618,000 125,898,311,033 129,015,096,000 109,881,084,178

The 2018 Audited Budget Realization Report shows the

comparison between the 2018 Budget Execution List

(DIPA) and its realization, which covers the elements

of revenue and expenditure during the period of

January 1 to December 31, 2018. The realization of State

Revenues and Grants in 2018 Fiscal Year (audited) was

in the form of Non-Tax State Revenues amounting to

Rp677,539,156.

Realization of State Expenditure in 2018 Fiscal Year

(audited) reached Rp125,898,311,033 or 86.25% of the

budget set at Rp145,975,618,000. The total expenditure

realization was from the realization of Pure Rupiah

Expenditure.

The summary of Budget Realization Report of 2018

Fiscal Year (audited) and 2017 Fiscal Year (audited) is

as follows:

Table 1.3Summary of Audited Budget Realization Reports of

2018 Fiscal Year and 2017 Fiscal Year

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report25

Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran tersebut,

pagu DJPK mengalami peningkatan diikuti dengan

peningkatan pada realisasi belanja dari 85,17

persen (realisasi Rp109.811.084.178,00 dari pagu

Rp129.015.096.000,00) di TA 2017 menjadi 86,25

persen di Tahun Anggaran 2018. Berbagai upaya telah

dilakukan DJPK dalam rangka memaksimalkan realisasi

belanja antara lain:

1. Melakukan kegiatan coaching clinic setiap bulan

dalam rangka monitoring realisasi anggaran dan

kegiatan tiap Unit Eselon III; dan

2. Melakukan optimalisasi kegiatan untuk

memaksimalkan realisasi belanja yang tidak dapat

terserap akibat kebijakan pembatasan kegiatan

yang berhubungan langsung dengan pemerintah

daerah, antara lain seperti peningkatan fasilitasi

Call Center, DJPK Goes to Campus, Internship dan Secondment, Kajian Rancangan Undang-Undang

Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD),

dan kegiatan Internalisasi Nilai-Nilai Kementerian

Keuangan.

NERACANeraca menggambarkan posisi keuangan entitas

mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada 31

Desember 2018 dan 31 Desember 2017. Neraca yang

disajikan adalah hasil dari proses Sistem Akuntansi

Instansi, sebagaimana yang diwajibkan dalam Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.05/2016 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan

Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

Based on the Budget Realization Report, the budget

ceiling of DJPK demonstrated an increase which was

followed by an increase in expenditure realization

from 85.17% (realization of Rp109,811,084,178.00 of the

budget ceiling of Rp129,015,096,000.00) in 2017 Fiscal

Year to 86.25% in 2018 Fiscal Year. DJPK had conducted

various efforts to optimize the expenditure realization,

including:

1. Conducting monthly coaching clinic activity in

order to monitor the realization of budget and

activities of each Echelon III Unit; and

2. Optimizing activities to maximize expenditure

realization that cannot be absorbed due to the

policy of limiting activities directly related to local

government. Such activities are, among others,

improving Call Center facilitation, DJPK Goes to

Campus, Internship and Secondment, Review of

Draft Law on Central-Regional Financial Relations

(HKPD), and Internalization of the Ministry of

Finance’s Values.

BALANCE SHEETBalance Sheet shows the financial position of an entity

concerning its assets, liabilities, and equity on December

31, 2018 and December 31, 2017. The presented Balance

Sheet is an outcome of Institution Accounting System

process as required in the Regulation of Minister

of Finance of the Republic of Indonesia No. 215/

PMK.05/2016 regarding Amendment to the Regulation

of Minister of Finance No. 213/PMK.05/2016 regarding

Accounting and Financial Reporting Systems of Central

Government.

Laporan Realisasi AnggaranBudget Realization Report

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report26

Nilai Aset per 31 Desember 2018 dicatat dan disajikan

sebesar Rp38.777.681.234,00 yang terdiri dari Aset

Lancar sebesar Rp1.669.447.837,00, Aset Tetap sebesar

Rp35.756.025.077,00, dan Aset Lainnya sebesar

Rp1.352.208.320,00. Nilai Kewajiban dan Ekuitas per

31 Desember 2018 disajikan sebesar Rp136.800.920,00

dan Rp38.640.880.314,00 sehingga total nilai kewajiban

dan ekuitas adalah sebesar Rp38.777.681.234,00.

Ringkasan Neraca Audited Tahun Anggaran 2018 dan

Audited Tahun Anggaran 2017 dapat disajikan sebagai

berikut:

Tabel 1.4Ringkasan Neraca Audited Tahun Anggaran 2018 dan

Audited Tahun Anggaran 2017

Uraian / DescriptionAudited TA 2018

/ 2018 Fiscal Year (Audited)

Audited TA 2017 / 2017 Fiscal Year

(Audited)

Kenaikan/ (Penurunan) / Increase/ (Decrease)

Aset / Assets 38,777,681,234 24,312,444,535 14,465,236,699

Aset Lancar / Current Assets 1,669,447,837 2,258,890,806 (589,442,969)

Aset Tetap / Fixed Assets 35,756,025,077 21,838,093,144 13,917,931,933

Aset Lainnya / Other Assets 1,352,208,320 215,460,585 1,136,747,735

Kewajiban / Liabilities 136,800,920 56,899,227 79,901,693

Kewajiban Jangka Pendek / Current Liabilities 136,800,920 56,899,227 79,901,693

Ekuitas / Equity 38,640,880,314 24,255,545,308 14,385,335,006

Ekuitas / Equity 38,640,880,314 24,255,545,308 14,385,335,006

Recorded and presented Assets Value per December

31, 2018 was Rp38,777,681,234 consisting of Current

Assets amounting to Rp1,669,447,837 and Fixed Assets

amounting to Rp35,756,025,077, and Other Assets

amounting to Rp1,352,208,320. Total Liabilities and

Equity presented as of December 31, 2018 were

Rp136,800,920 and Rp38,640,880,314, respectively,

making the total value of liabilities and equity to reach

Rp38,777,681,234.

The summary of Balance Sheet per December 31, 2018

(audited) and December 31, 2017 (audited) is as follows:

Table 1.4Summary of Audited Balance Reports of 2018 Fiscal

Year and 2017 Fiscal Year

Laporan Realisasi AnggaranBudget Realization Report

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report27

Secara umum, Aset, Kewajiban, dan Ekuitas DJPK

meningkat pada Tahun Anggaran 2018, hal ini terjadi

terutama disebabkan oleh adanya peningkatan belanja

modal. Peningkatan belanja modal tersebut antara lain

adanya belanja aset tetap dalam bentuk pengadaan

kendaraan dinas, meubelair, dan PC Unit serta adanya

belanja aset lainnya dalam bentuk pembangunan

perangkat lunak software yaitu pembangunan aplikasi

Call Center, Modul Layanan Sistem SIKD Executive,

Sistem Pengembangan Pegawai, dan Aplikasi

Perencanaan Keuangan.

LAPORAN OPERASIONAL (LO)Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur

pendapatan-LO, beban, surplus/defisit dari kegiatan

operasional, surplus/defisit dari kegiatan non

operasional, surplus/defisit sebelum pos luar biasa,

surplus/defisit LO, yang diperlukan untuk penyajian

yang wajar. Pendapatan-LO untuk periode Tahun

Anggaran 2018 adalah sebesar Rp94.847.744,00,

sedangkan jumlah Beban adalah sebesar

Rp115.493.702.613,00 sehingga terdapat defisit dari

kegiatan operasional sebesar Rp(115.398.854.869,00).

Kegiatan Non Operasional dan Pos-Pos Luar Biasa

surplus sebesar Rp462.227.787,00 sehingga entitas

mengalami Defisit LO sebesar Rp(114.936.627.082,00).

Defisit LO Tahun Anggaran 2018 lebih besar

dibandingkan dengan defisit LO Tahun Anggaran 2017

yaitu sebesar Rp(105.995.460.970,00). Peningkatan

Defisit LO ini menunjukkan terjadinya peningkatan

beban Tahun Anggaran 2018 dibandingkan dengan

Tahun Anggaran 2017 terutama untuk beban pegawai,

beban perjalanan dinas, serta beban penyusutan dan

amortisasi.

In general, DJPK’s assets, liabilities, and equity

increased in 2018 Fiscal Year. This was mainly due to an

increase in capital expenditure due to, among others

fixed assets expenditure in the form of procurement

of official vehicles, furniture, and PC units, as well

as other asset expenditures in the form of software

development, namely the development of Call Center

application, SIKD Executive System Service Module,

Employee Development System, and Financial Planning

Application.

STATEMENT OF OPERATIONSStatement of Operations (Operational Report - OR)

presents various elements of OR-revenue, expense,

surplus/deficit of operations, surplus/deficit of non-

operations, surplus/deficit before extraordinary

items, and OR-surplus/deficit required for reasonable

presentation. OR-revenue for 2018 Fiscal Year

was Rp94,847,744 whereas total Expenses were

Rp115,493,702,613; hence, there was a deficit from

operational activities amounting to Rp115,398,854,869.

Meanwhile, non-operational activities and

extraordinary items had a surplus of Rp462,227,787;

hence, the entity had OR Deficit of Rp114,936,627,082.

OR Deficit in 2018 was higher than that of 2017 which

was recorded at Rp105,995,460,970. Such increase in

OR Deficit showed the increase in expenses of 2018

Fiscal Year compared to 2017 Fiscal Year, especially

in employee expenses, official travel expenses, and

depreciation and amortization expenses.

Laporan Realisasi AnggaranBudget Realization Report

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report28

LAPORAN PERUBAHAN EKUITASLaporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi

kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekuitas

pada tanggal 1 Januari 2018 adalah sebesar

Rp24.255.545.308,00 dikurangi Defisit-LO sebesar

Rp(114.936.627.082,00) kemudian ditambah koreksi

yang menambah/mengurangi ekuitas yang antara lain

berasal dari dampak kumulatif perubahan kebijakan

akuntansi/kesalahan sebesar Rp98.875.970,00 dan

Transaksi antar entitas sebesar Rp129.223.086.118,00

sehingga kenaikan Ekuitas entitas pada tanggal 31

Desember 2018 adalah sebesar Rp14.385.335.006,00.

Dibandingkan dengan kenaikan Ekuitas entitas Tahun

Anggaran 2017 yaitu sebesar Rp5.971.492.527,00 terjadi

peningkatan nilai kenaikan Ekuitas entitas pada Tahun

Anggaran 2018. Peningkatan kenaikan ekuitas tersebut

menunjukkan adanya peningkatan Belanja Modal yang

menyebabkan peningkatan Aset DJPK untuk Tahun

Anggaran 2018 dibanding Tahun Anggaran 2017.

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGANCatatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan

informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau

analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan

Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional (LO),

dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam

CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan

dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan

serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang

diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan

keuangan.

STATEMENT OF CHANGES IN EQUITYStatement of Changes in Equity provides information

on the increase or decrease of equity within the

reporting year compared to prior year. Equity on

January 1, 2018 was recorded at Rp24,255,545,308

subtracted by OR-Deficit of Rp114,936,627,082, and

added by a correction which increased/decreased

the equity which, among others, came from the

cumulative impact of changes in accounting policies/

mistakes amounting to Rp98,875,970, and inter-

entities transaction amounting to Rp129,223,086,118.

Therefore, the equity of entity on December 31, 2018

was Rp114,385,335,006. Compared to the increase of

Equity in 2017 which was Rp5,971,492,527,there was an

increase in entity’s Equity in 2018 which demonstrated

growing Capital Expenditure, resulting an increase in

DJPK’s Assets in 2018 compared to 2017.

NOTES ON FINANCIAL STATEMENTSNotes on Financial Statements provide information

on the explanation or detailed list or analysis of

value of items presented in Budget Realization

Report, Balance Sheet, Statement of Operations, and

Statement of Changes in Equity. The Notes also include

information presentation required and recommended

by Government Accounting Standards as well as other

disclosures necessary for reasonable presentation of

financial statements.

Laporan Realisasi AnggaranBudget Realization Report

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report29

Profil Direktorat Jenderal Perimbangan KeuanganProfile of Directorate General of Fiscal Balance

02

DJPK sebagai unit pengelola dan pelaksana kebijakan desentralisasi fiskal bertekad untuk menjadikan pelaksanaan dan pengelolaan desentralisasi fiskal di Indonesia sebagai praktik pengelolaan hubungan fiskal pusat dan daerah yang berkelas dunia.

DJPK as the organizing unit as well as the executor of fiscal decentralization policy is determined to actualize the execution and organization of fiscal decentralization in Indonesia as a world-class.

Nilai-Nilai Kementerian KeuanganValues of The Ministry of Finance

INTEGRITASBerpikir, berkata, berperilaku, dan bertindak dengan baik dan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral.

INTEGRITYThink, speak, behave and act properly, and to uphold the code of conduct and moral principles.

SINERGIMembangun dan memastikan hubungan kerja sama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas.

SYNERGYEstablish and ensure productive internal cooperation and harmonious partnership with stakeholders towards achieving fruitful and quality work.

PELAYANANMemberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat, dan aman.

SERVICEProvide services in a wholehearted, transparent, speedy, accurate and safe manner that satisfies stakeholders.

KESEMPURNAANSenantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik.

EXCELLENCEConsistently make improvements in all areas in order to become and give the best.

PROFESIONALISMEMembangun dan memastikan hubungan kerja sama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas.

PROFESSIONALISMWork properly and accurately based on the core competencies with full responsibility and high commitment.

1.2.

3.

4.

5.Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report32

Visi dan Misi DJPKVision and Mission of DJPK

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, DJPK

memiliki 4 (empat) misi strategis, yaitu: (i) mewujudkan

perumusan kebijakan HKPD yang transparan dan

akuntabel; (ii) melaksanakan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan HKPD yang efektif; (iii) menyelenggarakan

sistem informasi keuangan daerah (SIKD) yang akurat,

transparan dan tepat waktu; serta (iv) meningkatkan

kualitas pengelolaan keuangan daerah.

Peran Strategis DJPK adalah merumuskan kebijakan

dan standardisasi teknis di bidang desentralisasi fiskal,

perimbangan keuangan, dan hubungan keuangan antara

pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Peran ini

termasuk mendorong pengelolaan keuangan daerah

agar lebih berkualitas serta mempengaruhi kebijakan

alokasi dan meningkatkan kualitas pemanfaatan belanja

daerah agar lebih produktif dan berorientasi kepada

output dan outcome. Pada gilirannya peran tersebut

dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi di daerah.

To realize the vision, DJPK has 4 (four) strategic

missions, namely: (i) to actualize the formulation of

central-regional fiscal relation policy to be transparent

and accountable; (ii) to perform monitoring and

evaluation of effective central-regional fiscal relation

practices; (iii) to carry out fiscal information system of

regional government in an accurate, transparent, and

timely manner; (iv) to enhance the quality of regional

fiscal management.

The strategic role of DJPK is to formulate policies

and technical standardization in the areas of fiscal

decentralization, financial balance, and financial

relations between the central government and

regional governments. This role includes encouraging

regional financial management to be more quality

and influencing allocation policies and increasing

the quality of regional expenditure utilization to be

more productive and oriented towards outputs and

outcomes. In turn, this role can accelerate economic

growth in the region.

Menjadi Pengelola Hubungan Fiskal Pusat dan Daerah Berkelas Dunia yang Adil dan Transparan

To become a world-class administrator of fiscal relation between central government and regional government in

a fair and transparent manner

V I S IV I S I O N

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report33

The Strategic Role of DJPK is outlined in 6 (six) core

business processes, namely:

1) Formulation of central and regional financial

relations policy;

2) Budgeting and allocation of Transfer funds to

Regions, Village Funds, and Regional Grants;

3) Implementation and administration of Transfers to

Regions, Village Funds, and Regional Grants;

4) Monitoring and evaluating the management of

central and regional financial relations;

5) Increasing regional financial capacity; and

6) Implementation of Regional Financial Information

Systems.

Figure 2.1Business Process of DJPK

Peran Strategis DJPK dijabarkan dalam 6 (enam) proses

bisnis inti, yaitu:

1) Perumusan kebijakan hubungan keuangan pusat

dan daerah;

2) Penganggaran dan pengalokasian dana Transfer ke

Daerah, Dana Desa, dan Hibah Daerah;

3) Pelaksanaan dan penatausahaan Transfer ke

Daerah, Dana Desa, dan Hibah Daerah;

4) Monitoring dan evaluasi pengelolaan hubungan

keuangan pusat dan daerah;

5) Peningkatan kapasitas keuangan daerah; dan

6) Penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan

Daerah.

Gambar 2.1Proses Bisnis DJPK

SUPP

ORT

FU

NCT

ION

MA

NA

GEM

ENT

FUN

CTIO

NPR

IMA

RY F

UN

CTIO

N

Pengelolaan Fiskal Pusat Daerah /

Central and Regional Fiscal M

anagement

Pengelolaan Kinerja /Performance Management

Pelayanan Umum, Kehumasan dan Bantuan Hukum /Public Service, Public Relations, and Legal Assistance

Pelayanan Sumber Daya Manusia /Human Resources Service

Pelayanan Organisasi dan Tata Laksana /Administration and Organization Service

Pelayanan Teknologi Informasi / Information Technology Service

Pelayanan Perencanaan dan Keuangan /Financial and Planning Service

Perumusan Kebijakan HRPD / Formulation of HKPD Policy

Pelaksanaan dan Penata usahaan Transfer ke Daerah, Dana Desa, dan Hibah Daerah / Implementation and administration of Transfers to Regions, Village Funds, and Regional Grants

Penganggaran dan Pengalokasian Dana Transfer ke Daerah, Dana Desa, dan Hibah Daerah / Budgeting and Allocation of Transfer Funds to Regions, Village Funds, and Regional Grants

Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan HKPD / Monitoring and Evaluating the Management of Central and Regional Financial Relations

Peningkatan Kapasitas Keuangan Daerah / Increasing Regional Financial Capacity

Penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah / Implementation of Regional Financial Information Systems

Kepatuhan Internal /Internal Compliance

Pengelolaan Risiko /Risk Management

Adil dan Transparan / Fair and Transparent

Visi dan Misi DJPKVision and Mission of DJPK

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report34

Untuk mewujudkan visi, misi dan peranan strategis

dimaksud, “Cetak Biru Reformasi dan Transformasi

Kelembagaan DJPK (RBTK-DJPK)” ditopang empat pilar

utama dan dua pondasi pendukung internal.

Keempat pilar utama tersebut adalah (i) Peningkatan

Kualitas Formulasi Kebijakan, (ii) Penguatan Peran

Monitoring dan Evaluasi, (iii) Penguatan Kapasitas

Aparatur Pengelola Keuangan Daerah, serta (iv)

Pembangunan Sistem Informasi Keuangan Daerah

yang Terintegrasi. Arah perbaikan yang diinginkan

melalui keempat pilar tersebut adalah agar kebijakan

desentralisasi fiskal tidak semata-mata berfokus

pada perimbangan keuangan, namun juga mampu

menjawab berbagai tantangan dalam memberikan

kontribusi positif dan signifikan terhadap peningkatan

kesejahteraan masyarakat, serta pemerataan layanan

publik melalui terciptanya keseimbangan kapasitas

fiskal, belanja daerah yang lebih berkualitas, serta

transparansi dan tata kelola pemerintahan yang

baik. Keempat pilar utama RBTK-DJPK tersebut juga

ditopang oleh dua pondasi pendukung internal, yakni

(i) penataan organisasi menuju organisasi yang modern

dan berteknologi tinggi, serta (ii) pengelolaan dan

pengembangan sumber daya manusia yang andal.

To realize the vision, mission, and strategic role, the

“Blueprint for DJPK Institutional Reformation and

Transformation (RBTK-DJPK)” is supported by four

main pillars and two foundations for internal support.

The four main pillars are (i) Improving the Quality of

Policy Formulations, (ii) Strengthening the Role of

Monitoring and Evaluation, (iii) Strengthening the

Capacity of Regional Financial Management Apparatus,

and (iv) Development of Integrated Regional Financial

Information System. The direction of the desired

improvement through the four pillars is so that

fiscal decentralization policies do not focus solely

on financial balance, but are also able to respond to

various challenges in making positive and significant

contributions to improving people’s welfare, and

equitable distribution of public services through the

creation of a balance of fiscal capacity, a more quality

regional expenditure, as well as transparency and good

governance. The four main pillars of RBTK-DJPK are

also supported by two internal support foundations,

namely (i) organizational structuring towards

modern and high-tech organizations, and (ii) reliable

management and development of human resources.

Visi dan Misi DJPKVision and Mission of DJPK

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report35

Tugas dan Fungsi OrganisasiDuties and Functions of Organization

Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden

Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian

Keuangan yang telah dituangkan dalam Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan,

DJPK mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan

dan pelaksanaan kebijakan di bidang alokasi dan

pengelolaan dana perimbangan dan transfer ke daerah

lainnya, dan pajak daerah dan retribusi daerah sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, DJPK

menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan di bidang alokasi dan

pengelolaan dana perimbangan dan transfer ke

daerah lainnya, dan pajak daerah dan retribusi

daerah;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang alokasi dan

pengelolaan dana perimbangan dan transfer ke

daerah lainnya, dan pajak daerah dan retribusi

daerah;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria di bidang alokasi dan pengelolaan dana

perimbangan dan transfer ke daerah lainnya, dan

pajak daerah dan retribusi daerah;

d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di

bidang alokasi dan pengelolaan dana perimbangan

dan transfer ke daerah lainnya, dan pajak daerah

dan retribusi daerah;

e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di

bidang alokasi dan pengelolaan dana perimbangan

dan transfer ke daerah lainnya, dan pajak daerah

dan retribusi daerah;

f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan; dan

g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri

Keuangan.

As stated in Presidential Regulation No. 28/2015

concerning the Ministry of Finance as outlined

in the Regulation of Minister of Finance No. 234/

PMK.01/2015 concerning the Organization and Work

Procedure of the Ministry of Finance, the DJPK has the

duty of organizing the formulation and implementation

of policies in the field of allocation and management

of balance funds and transfers to other regions, and

regional taxes and levies in accordance with statutory

provisions.

DJPK performs such functions as follows to exercise its

duty:

a. Formulating policy in the field of allocation and

management of balanced fund and other regional

transfers, as well as regional taxes and levies;

b. Implementing policy in the field of allocation and

management of balanced fund and other regional

transfers, as well as regional taxes and levies;

c. Establishing norms, standards, procedures, and

criteria in the field of allocation and management of

balanced fund and other regional transfers, as well

as regional taxes and levies;

d. Providing technical assistance and supervision in

the field of allocation and management of balanced

fund and other regional transfers, as well as regional

taxes and levies;

e. Performing monitoring, evaluation, and reporting

in the field of allocation and management of

balanced fund and other regional transfers, as well

as regional taxes and levies;

f. Performing administration of Directorate General

Fiscal Balance; and

g. Performing other functions determined by the

Minister of Finance.

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report36

DJPK terus berupaya melaksanakan kebijakan

desentralisasi fiskal secara adil, proporsional,

transparan, dan akuntabel melalui pengalokasian dan

penyaluran transfer ke daerah. Peran strategis DJPK

sangat krusial dalam menentukan arah kebijakan

desentralisasi fiskal ke depan menuju hubungan

keuangan pusat dan daerah yang lebih baik sehingga

diharapkan akan tercipta kemudahan-kemudahan

dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di

daerah, terutama dalam penyediaan dan pemenuhan

pelayanan publik yang prima dan/atau lebih berkualitas.

Hal tersebut diharapkan dapat berdampak positif

kepada kondisi perekonomian yang lebih baik dengan

tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

DJPK sebagai unit pengelola dan pelaksana kebijakan

desentralisasi fiskal bertekad untuk menjadikan

pelaksanaan dan pengelolaan desentralisasi fiskal di

Indonesia sebagai praktik pengelolaan hubungan fiskal

pusat dan daerah yang berkelas dunia dapat menjadi

contoh atau role model bagi negara-negara lain dalam

penerapan kebijakan desentralisasi fiskal. Cita-cita

ini diharapkan akan menjadi fokus tujuan perubahan

dan menginspirasi semua pihak baik internal maupun

eksternal untuk mendukung transformasi yang

diharapkan.

STRUKTUR ORGANISASI DJPKBerdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Keuangan, DJPK terdiri atas 5 (lima) unit

Eselon II, yaitu:

a. Sekretariat Direktorat Jenderal;

b. Direktorat Dana Perimbangan;

c. Direktorat Pendapatan dan Kapasitas Keuangan

Daerah;

d. Direktorat Pembiayaan dan Transfer Non Dana

Perimbangan; dan

e. Direktorat Evaluasi Pengelolaan dan Informasi

Keuangan Daerah.

DJPK performs continuous efforts to implement

fiscal decentralization policy in a fair, proportional,

transparent, and accountable manner through the

allocation and distribution of regional transfers. DJPK

plays a strategic role which is very crucial in determining

the future orientation of fiscal decentralization toward

better fiscal relation between center and regions. It is

expected that such policy facilitate the planning and

execution of regional development, particularly in

providing and fulfilling public service with excellence

or better quality. Furthermore, it is expected that this

situation contribute positively for a better economic

condition with an ultimate goal to improve community

welfare.

DJPK as the organizing unit as well as the executor

of fiscal decentralization policy is determined to

actualize the execution and organization of fiscal

decentralization in Indonesia as a world-class

practice of center-regions fiscal relation management

which becomes a role model for other countries in

implementing fiscal decentralization policy. Such

ideal is expected to become the focus of objectives in

committing changes and inspire all parties to support

the demanded transformation.

ORGANIZATIONAL STRUCTURE OF DJPKPursuant to the Regulation of The Minister of Finance

No. 234/PMK.01/2015 concerning the Organization

and Work Procedure of the Ministry of Finance, DJPK

consists of 5 (five) Echelon II units, namely:

a. Secretariat of Directorate General;

b. Directorate of Balance Fund;

c. Directorate of Revenue and Local Finance Capacity;

d. Directorate of Financing and Transfer of Non-

Balance Fund; and

e. Directorate of Management Evaluation and Local

Finance Information.

Tugas dan Fungsi OrganisasiDuties and Functions of Organization

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report37

Di bawah unit Eselon II tersebut terdapat 25 (dua puluh

lima) unit Eselon III, 98 (sembilan puluh delapan) unit

Eselon IV, serta jabatan fungsional Analis Keuangan

Pusat dan Daerah dan jabatan fungsional Pranata

Komputer.

Pada tanggal 31 Desember 2018 telah ditetapkan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.01/2018

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Keuangan yang mengatur perubahan organisasi DJPK

menjadi sebagai berikut:

a. Sekretariat Direktorat Jenderal;

b. Direktorat Dana Transfer Umum;

c. Direktorat Dana Transfer Khusus;

d. Direktorat Kapasitas dan Pelaksanaan Transfer; dan

e. Direktorat Evaluasi dan Sistem Informasi.

Di bawah unit Eselon II tersebut terdapat 25 (dua puluh

lima) unit Eselon III, 97 (sembilan puluh tujuh) unit

Eselon IV, serta jabatan fungsional Analis Keuangan

Pusat dan Daerah dan jabatan fungsional Pranata

Komputer.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.01/2018

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Keuangan akan diberlakukan secara efektif pada

tanggal 31 Desember 2019.

Under the Echelon II units there are 25 (twenty-

five) Echelon III units, 98 (ninety eight) Echelon IV

units, as well as functional positions of Central and

Regional Financial Analysts and functional positions of

Computer Institutions.

As of December 31, 2018, Regulation of The Minister

of Finance No. 217/PMK.01/2018 regarding the

Organization and Work Procedure of the Ministry of

Finance was stipulated to regulate the change of DJPK

organization as follows:

a. Secretariat of Directorate General;

b. Directorate of General Transfer Fund;

c. Directorate of Special Transfer Fund;

d. Directorate of Capacity and Transfer

Implementation; and

e. Directorate of Evaluation and Information System.

Under the Echelon II unit there are 25 (twenty-five)

Echelon III units, 97 (ninety seven) Echelon IV units, as

well as functional positions of the Central and Regional

Financial Analysts and Computer Functional Position.

Regulation of The Minister of Finance No. 217/

PMK.01/2018 concerning the Organization and Work

Procedure of the Ministry of Finance will be effective

on December 31, 20

Tugas dan Fungsi OrganisasiDuties and Functions of Organization

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report38

Figure 2.2Organizational Structure of DJPK pursuant to

Regulation of the Minister of Finance No. 234/

PMK.01/2015 concerning Organization and Work

Procedure of the Minister of Finance

Gambar 2.2Struktur Organisasi DJPK berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan / Directorate General of

Fiscal Balance

Sekretariat Direktorat Jenderal / Secretariat of

Directorate General

Direktorat Dana Perimbangan / Directorate of

Balance Fund

Direktorat Pendapatan dan Kapasistas Keuangan Daerah / Directorate of Revenue and

Regional Finance Capacity

Direktorat Pembiayaan dan Transfer Non Dana Perimbangan / Directorate of Funding and Transfer

of Non Balance Fund

Direktorat Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan Daerah

/ Directorate of Management Evaluation and Local Finance

Information

Bagian Perencanaan dan Keuangan / Planning and Finance Division

Subdit Dana Bagi Hasil / Sub-Directorate of

Revenue Sharing Fund

Subdit Sinkronisasi Rancangan Peraturan Daerah & Retribusi Daerah / Sub-Directorate of Synchronization of Regional

Regulation Plan & Retribution

Subdit Hibah Dana Darurat dan Dana Insentif Daerah / Sub-

Directorate of Grants, Emergency Fund and Regional Incentive Fund

Subdit Evaluasi Keuangan Daerah / Sub-Directorate of Regional Finance Evaluation

Subdit Dana Alokasi Khusus Fisik I / Sub-Directorate of Physical Special Allocation

Fund I

Subdit Pengembangan Potensi Pendapatan Asli Daerah /

Sub-Directorate of Development of Locally Generated Regional

Revenue Potential

Subdit Pelaksanaan Transfer / Sub-

directorate of Transfer Implementation

Subdit Data Keuangan Daerah / Sub-Directorate of

Regional Financial Data

Subdit Dana Alokasi Khusus Fisik II / Sub-Directorate of Physical Special Allocation

Fund II

Subdit Bimbingan Teknis Keuangan Daerah / Sub-Directorate of Technical

Guidance of Regional Finance

Subdit Akuntansi dan Pelaporan Transfer ke

Daerah / Sub-Directorate of Accounting and Transfer

Reporting to Regions

Subdit Data Non Keuangan Daerah / Sub-

Directorate of Regional Non-Financial Data

Subdit Dana Alokasi Khusus Non-Fisik / Sub-Directorate

of Non-Physical Special Allocation

Subdit Perumusan Kebijakan Pendapatan Asli Daerah / Sub-Directorate of Policy of Local-

Own Source Revenue

Subdit Perumusan Kebijakan Non Dana Perimbangan / Sub-Directorate of Policy

Formulation of Non-Balance Fund

Subdit Teknologi Informasi / Sub-

Directorate of Information Technology

Subdit Dana Alokasi Umum / Sub-Directorate of General

Allocation Fund

Subdit Pemantauan & Evaluasi Pendapatan Asli Daerah /

Sub-Directorate of Monitoring & Evaluation of Locally Generated

Regional Revenue

Subdit Dana Desa Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan DIY / Sub-Directorate of Special Autonomy Village Fund and DIY

Special Fund

Subdit Pengembangan Pendanaan Perkotaan dan

Kawasan / Sub-Directorate of Municipality and Regional

Funding Development

Subdit Perumusan Kebijakan Dana Perimbangan / Sub-

Directorate of Fiscal Balance Policy Formulation

Kelompok Jabatan Fungsional / Functional

Position Group

Kelompok Jabatan Fungsional / Functional

Position Group

Kelompok Jabatan Fungsional / Functional

Position Group

Kelompok Jabatan Fungsional / Functional

Position Group

Bagian Organisasi dan Kepatuhan Internal /

Organization and Internal Compliance Division

Bagian Umum Kehumasan & Bantuan Hukum / General

PR & Legal Assistance Division

Bagian Sumber Daya Manusia / Human Resources Division

Tugas dan Fungsi OrganisasiDuties and Functions of Organization

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report39

Gambar 2.3Struktur Organisasi DJPK berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.01/2018 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan

Tugas dan Fungsi OrganisasiDuties and Functions of Organization

Figure 2.3Organizational Structure of DJPK pursuant to

Regulation of the Minister of Finance No. 217/

PMK.01/2018 on Organization and Work Procedure of

the Minister of Finance

Direktorat Dana Transfer Umum / Directorate of General Transfer Fund

Direktorat Dana Transfer Khusus / Directorate of

Special Transfer Fund

Subdit Dana Bagi Hasil / Sub-Directorate of

Revenue Sharing Fund

Subdit Dana Alokasi Khusus Fisik Sektor Pembangunan Perekonomian dan Kemaritiman / Sub-Directorate

of Physical Special Allocation Fund for Economic and Maritime Development

Sector

Subdit Dana Insentif Daerah, Otonomi Khusus, dan Dana

Keistimewaan / Sub-Directorate of Regional Incentive Fund, Special

Autonomy, and Special Fund

Subdit Dana Alokasi Khusus Non Fisik / Sub-Directorate of Non-Physical Special Allocation

Fund

Subdit Dana Desa / Sub-Directorate of

Village Fund

Subdit Hibah Daerah / Sub-Directorate of Regional

Grants

Subdit Dana Alokasi Umum / Sub-

Directorate of General Allocation Fund

Subdit Dana Alokasi Khusus Fisik Sektor Pembangunan

Manusia dan Kebudayaan / Sub-Directorate of Physical Special Allocation Fund for Human and Cultural Development Sector

Kelompok Jabatan Fungsional / Functional

Position Group

Kelompok Jabatan Fungsional / Functional

Position Group

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report40

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan / Directorate General of

Fiscal Balance

Sekretariat Direktorat Jenderal / Secretariat of

Directorate General

Direktorat Kapasitas dan Pelaksanaan Transfer /

Directorate of Capacity and Transfer Implementation

Direktorat Evaluasi dan Sistem Informasi / Directorate of

Evaluation and Information Systems

Bagian Perencanaan dan Keuangan / Financial and Planning Division

Subdit Pengembangan Potensi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah / Sub-Directorate of Retribution and Regional Tax

Potential Development

Subdit Evaluasi Pengelolaan Dana Transfer / Sub-

Directorate of Evaluation of Transfer Fund Management

Subdit Pembiayaan dan Penataan Daerah / Sub-Directorate of Regional Regulation and Funding

Subdit Data Keuangan Daerah / Sub-Directorate of Regional Finance Data

Subdit Peningkatan Kapasitas Pengelola Keuangan Daerah /

Sub-Directorate of Regional Finance Management Capacity Improvement

Subdit Data Non Keuangan Daerah / Sub-Directorate of Regional Non-Finance

Data

Subdit Transformasi Sistem Informasi Keuangan Daerah / Sub-Directorate of Transformation of Regional Finance Information System

Subdit Akuntansi dan Pelaporan Dana Transfer /

Sub-Directorate of Accounting and Reporting of Transfer Fund

Subdit Pengembangan Aplikasi, Basi Data, Infrastruktur dan Operasional

Teknologi Informasi / Sub-Directorate of Development of Application, Database, Infrastructure, and

Information Technology Operation

Subdit Sinkronisasi, Pengawasan dan Pengendalian Pajak Daerah dan Retribusi Daerah / Sub-Directorate

of Synchronization, Supervisionand Control of Regional Tax and

Regional Retribution

Subdit Evaluasi Pengelolaan Keuangan Daerah / Sub-

Directorate of Evaluation of Regional Finance Management

Kelompok Jabatan Fungsional / Functional

Position Group

Kelompok Jabatan Fungsional / Functional

Position Group

Bagian Harmonisasi Kebijakan dan Kehumasan / Policy Harmonization and Public

Relation Division

Bagian Umum, Advokasi dan Kerja Sama Antar Lembaga / General

Affairs, Advocation, and Cooperation Among Institutions Division

Bagian Organisasi dan Kepatuhan Internal /

Organization and Internal Compliance Division

Bagian Sumber Daya Manusia / Human Resource Division

Tugas dan Fungsi OrganisasiDuties and Functions of Organization

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report41

Lahir di Jakarta pada tanggal 20 Januari 1968. Menyelesaikan studi Sarjana Ekonomi dengan jurusan Manajemen di Universitas Soedirman pada tahun 1990. Melanjutkan dan menyelesaikan studi Master of Taxation di University of Denver pada tahun 1997.

Melaksanakan tugas pertamanya di Kementerian Keuangan sebagai Penata Muda pada tahun 1992. Pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Administrasi dan Kerjasama Perpajakan Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2004, Kepala Subdirektorat Peraturan Pajak Penghasilan Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2006, Kepala Subdirektorat Peraturan PPh Badan Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2007, Kepala Subdirektorat Perjanjian dan Kerjasama Perpajakan Internasional Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2009, Kepala Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Badan Kebijakan Fiskal pada tahun 2012, dan dilantik sebagai Staf Ahli Bidang Penerimaan Negara pada 6 Februari 2015.

Kemudian dikarenakan perubahan nomenklatur jabatan sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan, pada 3 September 2015 dilantik sebagai Staf Ahli Kebijakan Penerimaan Negara. Beliau pernah dipercaya menjabat sebagai Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan pada 23 Januari 2017. Dan pada 26 Juni 2018, diamanatkan menjadi Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan.

Born in Jakarta on January 20, 1968. Completed his Bachelor of Economics studies majoring in Management at Soedirman University in 1990. He continued and completed Master of Taxation studies at the University of Denver in 1997.

Performed his first assignment at the Ministry of Finance as a Junior Administrator in 1992. He served as Head of Tax Administration and Tax Cooperation of Tax Directorate General Division in 2004, Head of Sub-Directorate of Income Tax Regulation of the Directorate General of Tax Income Tax in 2006, Head of Sub-Directorate of Income Tax Regulations of Directorate General of Tax in 2007, Head of the Sub-Directorate of International Taxation Agreement and Cooperation of the Directorate General of Tax in 2009, Head of the State Revenue Policy Center of Fiscal Policy Agency in 2012, and was appointed as Senior Staff on State Revenue on February 6, 2015.

Then due to changes in the nomenclature of the position as stated in Presidential Regulation No. 28 of 2015 concerning the Ministry of Finance, on September 3, 2015, he was appointed as Senior Staff on State Revenue Policy. He was once appointed to be the Head of the Financial Education and Training Agency on January 23, 2017, and on June 26, 2018, he was mandated to be the Director General of Fiscal Balance.

ASTERA PRIMANTO BHAKTI -

Direktur Jenderal Perimbangan KeuanganDirector General of

Fiscal Balance

Profil Pejabat Eselon I dan IIProfiles of Echelon I and II Officials

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report42

Profil Pejabat Eselon I dan IIProfiles of Echelon I and II Officials

Lahir di Bandar Lampung 10 Februari 1967. Menyelesaikan studi

Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangungan

di Universitas Lampung pada tahun 1990. Melanjutkan studi

Magister Manajemen di Universitas Muhammadiyah Jakarta pada

tahun 2007.

Mulai merintis karir di Kementerian Keuangan pada tahun 1993

di Badan Analisa Keuangan dan Moneter. Pernah mengemban

jabatan sebagai Direktur Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pada

tahun 2013 dan Direktur Dana Perimbangan pada tahun 2014.

Saat ini, beliau menjabat sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan sejak Desember 2016.

Born in Bandar Lampung on February 10, 1967. He finished his

Bachelor’s Degree in Economics majoring in Economics and

Development Study at University of Lampung in 1990. He continued

his study in Master of Management at Muhammadiyah University

in 2007.

He started his career in the Ministry of Finance in 1993 in Monetary

and Financial Analysis Agency. He had served as Director of

Regional Tax and Levi in 2013 and Director of Balancing Fund in

2014. Currently he serves as Secretary of Directorate General of

Fiscal Balance since December 2016.

RUKIJO

-

Sekretaris Direktorat JenderalSecretary of Directorate

General

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report43

Profil Pejabat Eselon I dan IIProfiles of Echelon I and II Officials

Lahir di Surakarta pada 9 Juli 1973. Meraih gelar Sarjana Ekonomi di

Universitas Sebelas Maret pada tahun 1996. Selanjutnya menempuh

program Master of Public Policy di Australian National University

yang berhasil diselesaikan pada tahun 2007.

Mamulai karir di Kementerian Keuangan sebagai pegawai di

Badan Analisa Keuangan dan Moneter pada Maret 1998. Sebelum

menjabat sebagai Direktur Dana Perimbangan pada Desember

2016, beliau pernah menjabat sebagai Direktur Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah pada April 2015 dan Sekretaris Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan pada Oktober 2015.

Born in Surakarta on July 9, 1973. He obtained his Bachelor’s Degree

in Economics at Sebelas Maret University in 1996. He then took

the Master of Public Policy program at the Australian National

University which was successfully completed in 2007.

He started his career at the Ministry of Finance as an employee at

the Financial and Monetary Analysis Agency in March 1998. Before

serving as Director of the Balancing Fund in December 2016, he

served as Director of Local Tax and Local Retribution in April

2015 and Secretary of the Directorate General of Fiscal Balance in

October 2015.

PUTUT HARI SATYAKA

-

Direktur Dana PerimbanganDirector of Balancing

Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report44

Profil Pejabat Eselon I dan IIProfiles of Echelon I and II Officials

Lahir di Bahalat pada 16 Desember 1966. Menyelesaikan program

Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatra Utara pada tahun 1990

dan meraih gelar Master Ekonomi dari Universitas Indonesia pada

tahun 2006.

Memulai karir di Kementerian Keuangan pada tahun 1995 selaku

Kepala Urusan Pajak Daerah Tk. II di Biro Analisa Keuangan dan

Moneter. Beliau sebelumnya menjabat sebagai Direktur Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah pada Februari 2016, sampai dengan

akhir 2018 menjabat sebagai Direktur Pendapatan dan Kapasitas

Keuangan Daerah sejak Juni 2016.

Born in Bahalat on December 16, 1966. Completed his Bachelor of

Economics program at the University of North Sumatra in 1990

and obtained his Masters of Economics from the University of

Indonesia in 2006.

Began his career at the Ministry of Finance in 1995 as Head of the

Regional Tax Office at Tk. II in the Bureau of Financial and Monetary

Analysis. He previously served as Director of Regional Tax and

Regional Retribution in February 2016, until the end of 2018 served

as Director of Regional Revenue and Financial Capacity since June

2016.

LISBON SIRAIT

-

Direktur Pendapatan dan Kapasitas Keuangan DaerahDirector of Revenue and

Local Finance Capacity

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report45

Profil Pejabat Eselon I dan IIProfiles of Echelon I and II Officials

Lahir di Klaten pada 11 Desember 1969. Meraih gelar Sarjana Ekonomi

di Universitas Sebelas Maret pada tahun 1994 dan menyelesaikan

program Master Manajemen di Universitas Bhayangkara pada

tahun 2006.

Memulai karir di Kementerian Keuangan sebagai pegawai Badan

Analisa Keuangan dan Moneter (BAKM) pada tahun 1996. Pada 16

Desember 2016, Beliau dilantik menjadi Direktur Pembiayaan dan

Transfer Non Dana Perimbangan setelah sebelumnya menjabat

sebagai Kepala Subdirektorat Evaluasi Dana Desentralisasi dan

Perekonomian Daerah pada tahun 2014 dan Kepala Subdirektorat

Dana Alokasi Khusus Non Fisik pada tahun 2016.

Born in Klaten on December 11, 1969. He obtained his Bachelor’s

Degree in Economics at Sebelas Maret University in 1994 and

completed his Master of Management program at Bhayangkara

University in 2006.

He began his career in the Ministry of Finance as an employee of

the Financial and Monetary Analysis Agency (BAKM) in 1996. On

December 16, 2016, he was appointed as Director of Financing and

Non-Balancing Fund Transfer after previously serving as Head of

the Sub-Directorate for Evaluation of the Decentralization and

Regional Economic Funds in 2014 and Head of the Sub-Directorate

of Non-Physical Special Allocation Funds in 2016.UBAIDI SOCHEH HAMIDI -

Direktur Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganDirector of Financing and

Transfer of Non-Balancing

Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report46

Profil Pejabat Eselon I dan IIProfiles of Echelon I and II Officials

Lahir di Bogor pada 2 Juli 1964. Meraih gelar Sarjana Ekonomi

Studi Pembangunan di Universitas Indonesia pada tahun 1989.

Selanjutnya menyelesaikan program Master of Arts in International Development di International University of Japan pada tahun 2000.

Memulai karir di Kementerian Keuangan pada tahun 1993. Beliau

pernah diamanatkan sebagai Kepala Bidang Kebijakan Fiskal

Perubahan Iklim di Badan Kebijakan Fiskal pada tahun 2015, dan

sejak Juni 2016 menjabat sebagai Direktur Evaluasi Pengelolaan dan

Informasi Keuangan Daerah.

Born in Bogor on July 2, 1964. She obtained her Bachelor’s Degree in

Economics in Development Studies at the University of Indonesia

in 1989. She then completed the Master of Arts in International

Development program at the International University of Japan in

2000.

She began her career at the Ministry of Finance in 1993. She was

mandated as Head of Climate Change Fiscal Policy in the Fiscal

Policy Agency in 2015, and since June 2016 has been serving as the

Director of Management Evaluation and Local Finance Information.

RIA SARTIKA AZAHARI -

Direktur Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahDirector of Management

Evaluation and Local

Finance Information

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report47

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

03

Pendidikan dan pelatihan yang selanjutnya disebut diklat adalah proses pengelolaan kegiatan belajar mengajar di bidang keuangan dan kekayaan negara dan bidang-bidang lainnya dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Keuangan.

Education and training, hereinafter referred to as education and training, is the process of managing teaching and learning activities in the field of finance and state wealth and other fields in order to improve the ability of Civil Servants and Prospective Civil Servants within the Ministry of Finance.

STATISTICS OF DJPK HUMAN RESOURCES

Employee Distribution Composition based on Gender

in the Echelon II Unit

(Data per December 31, 2018)

STATISTIK SUMBER DAYA MANUSIA DJPK

Wanita / Female

Komposisi Pegawai DJPK / Composition of DJPK Employees

Pria / Male

155

41172,6%

27,4%

94

1

86

46

30

68

24

79

20

83

35

Komposisi Pegawai DJPK per Eselon II / Composition of DJPK Employees per Echelon II

DIREKTUR JENDERAL / DIRECTOR GENERAL

DAPER PKKD PTNDP EPIKDSEKRETARIAT / SECRETARIAT

Komposisi Distribusi Pegawai berdasarkan Jenis

Kelamin pada Unit Eselon II

Nama Unit / Name of Unit Pria / Male %Pria / Male %

Wanita / Female

%Wanita / Female %

Jumlah / Total

Direktur Jenderal / Director General 1 100,0% 0 0,0% 1

Sekretariat / Secretariat 94 67,1% 46 32,9% 140

Daper 86 74,1% 30 25,9% 116

PKKD 68 73,9% 24 26,1% 92

PTNDP 79 79,8% 20 20,2% 99

EPIKD 83 70,3% 35 29,7% 118

Total 411 72,6% 155 27,4% 566

(Data per 31 Desember 2018)

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report50

Employee Distribution Composition based on Gender

in Position

(Data per December 31, 2018)

4118

1 6

73

1856

4 15

244

126

Komposisi Pegawai berdasarkan Jabatan / Employee Composition based on Position

Eselon I / Echelon I

Eselon II / Echelon II

Eselon III / Echelon III

Eselon IV / Echelon IV

JF AKPD JF PrakomPelaksana /

Officers

Komposisi Distribusi Pegawai berdasarkan Jenis

Kelamin pada Jabatan

Jabatan / Position Pria / Male %Pria / Male %

Wanita / Female

%Wanita / Female %

Jumlah / Total

Eselon I / Echelon I 1 100,0% 0 0,0% 1

Eselon II / Echelon II 4 80,0% 1 20,0% 5

Eselon III / Echelon III 18 75,0% 6 25,0% 24

Eselon IV / Echelon IV 73 80,2% 18 19,8% 91

JF AKPD 56 93,3% 4 6,7% 60

JF Prakom 15 100,0% 0 0,0% 15

Pelaksana / Officers 244 65,9% 126 34,1% 370

Total 411 72,6% 155 27,4% 566

(Data per 31 Desember 2018)

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report51

Employee Distribution Composition based on Gender

in Rank

(Data per December 31, 2018)

6 6 3

65

48

35

73

4637

17

57

7

69

16

45

6

18

5 4 1 2

Komposisi Pegawai berdasarkan Golongan / Employee Composition based on Rank

II/a II/c II/d III/a III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/c IV/d

Komposisi Distribusi Pegawai berdasarkan Jenis

Kelamin pada Golongan

Pangkat/Gol. / Rank Pria / Male %Pria / Male %

Wanita / Female

%Wanita / Female %

Jumlah / Total

Golongan II / Rank II 106 65,0% 57 35,0% 163

II/a 6 50,0% 6 50,0% 12

II/c 65 57,5% 48 42,5% 113

II/d 35 92,1% 3 7,9% 38

Golongan III / Rank III 236 73,3% 86 26,7% 322

III/a 73 61,3% 46 38,7% 119

III/b 37 68,5% 17 31,5% 54

III/c 57 89,1% 7 10,9% 64

III/d 69 81,2% 16 18,8% 85

Golongan IV / Rank IV 69 85,2% 12 14,8% 81

IV/a 45 88,2% 6 11,8% 51

IV/b 18 78,3% 5 21,7% 23

IV/c 4 80,0% 1 20,0% 5

IV/d 2 100,0% 0 0,0% 2

Total 411 72,6% 155 27,4% 566

(Data per 31 Desember 2018)

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report52

1 1 12 1 8 7

88

53

14 8

166

62

119

222 2

Komposisi Pegawai berdasarkan Golongan / Employee Composition based on Education

SLTA / Senior High

D1 / Diploma 1

D3 / Diploma 3

D4 / Diploma 4

S1 / Undergraduate

S2 / Postgraduate

S3 / Doctorate

SLTP / Junior High

SD / Elementary

Komposisi Distribusi Pegawai berdasarkan Jenis

Kelamin pada Pendidikan

Pendidikan / Education Pria / Male %Pria / Male %

Wanita / Female

%Wanita / Female %

Jumlah / Total

SD / Elementary 1 100,0% 0 0,0% 1

SLTP / Junior High 1 100,0% 0 0,0% 1

SLTA / Senior High 12 92,3% 1 7,7% 13

D1 / Diploma 1 8 53,3% 7 46,7% 15

D3 / Diploma 3 88 62,4% 53 37,6% 141

D4 / Diploma 4 14 63,6% 8 36,4% 22

S1 / Undergraduate 166 72,8% 62 27,2% 228

S2 / Postgraduate 119 84,4% 22 15,6% 141

S3 / Doctorate 2 50,0% 2 50,0% 4

Total 411 72,6% 155 27,4% 566

(Data per 31 Desember 2018)

PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH (JF AKPD)Sejak diterbitkannya PermenPAN-RB Nomor 42 tahun

2014 tentang Jabatan Fungsional Analis Keuangan

Pusat dan Daerah yang baru berlaku efektif di 2016,

implementasi JF AKPD telah berjalan pesat selama 3

(tiga) tahun. Hal ini terlihat dari jumlah peminat Uji

Kompetensi JF AKPD melalui mekanisme inpassing dari

Instansi Pusat maupun Daerah yang mencapai jumlah

Komposisi Distribusi Pegawai berdasarkan Jenis

Kelamin pada Pendidikan

(Data per December 31, 2018)

DEVELOPMENT OF CENTER-REGIONS FISCAL ANALYST FUNCTIONAL POSITIONS (JF AKPD)Since the issuance of PermenPAN-RB No. 42 of 2014

concerning the Functional Position of the Center-

Regions Fiscal Analysts which took effect in 2016, the

implementation of JF AKPD has been running rapidly

for 3 (three) years. This can be seen from the number

of those interested in the JF AKPD Competency Test

through the inpassing mechanism of the Center-

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report53

1.007 orang. Di tahun 2018, jumlah JF AKPD yang telah

diangkat adalah sebanyak 188 orang, yang terdiri dari 59

orang di DJPK dan 129 orang di pemerintahan daerah.

Perkembangan jumlah JF AKPD yang pesat, khususnya

di pemerintahan daerah sejalan dengan kebutuhan

dan tantangan terhadap pelaksanaan kebijakan

desentralisasi fiskal yang semakin kompleks dan

menuntut adanya inovasi-inovasi baru. Di sektor

perekonomian, terdapat beberapa permasalahan

antara lain pemerataan pembangunan, pertumbuhan

ekonomi, pelayanan publik, dan demografi. Selain itu,

di sektor pengelolaan APBD, kita masih menghadapai

belum optimalnya kualitas belanja daerah dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD), ketergantungan daerah

yang tinggi terhadap dana transfer, serta masalah

akuntabilitas dan laporan keuangan daerah.

Dalam rangka memecahkan persolan-persoalan

tersebut di atas, diperlukan adanya langkah-langkah

reformasi di bidang sumber daya manusia (SDM),

penyusunan kebijakan/regulasi, dan sistem teknologi

informasi. Di bidang SDM, implementasi JF AKPD

di Instansi Pusat dan Daerah diharapkan dapat

mendorong upaya reformasi, khususnya di bidang

analisis keuangan pusat dan daerah. Implementasi

JF AKPD tentunya perlu didukung oleh penguatan

profesionalisme, kinerja, dan kualitas pejabat fungsional

AKPD sehingga analisis dan rekomendasi kebijakan

yang disusun oleh AKPD dapat berkontribusi maksimal

dalam menyelesaikan persoalan desentralisasi fiskal

dan pengelolaan keuangan pusat dan daerah.

Sebagai instansi Pembina JF AKPD, DJPK selalu

berupaya untuk meningkatkan kualitas dan kinerja JF

AKPD melalui berbagai program dan kegiatan. Di tahun

2018, telah menyusun beberapa langkah strategis dalam

rangka pengembangan dan pembinaan JF AKPD, antara

lain revisi kebijakan, pengembangan kompetensi, dan

pelaksanaan kerjasama dengan lembaga donor.

Regions Agencies which reached 1,007 people. In 2018,

the number of JF AKPDs that had been appointed was

188 people, consisting of 59 people at the DJPK and 129

people in the regional government.

The rapid development of the number of JF AKPDs,

especially in regional government is parallel with the

needs and challenges of implementing an increasingly

complex fiscal decentralization policy that demands

new innovations. In the economic sector, there are

several problems including equitable development,

economic growth, public services, and demographics.

Furthermore, in the APBD management sector, we

are still facing the suboptimal quality of regional

expenditures and Regional Original Revenue (PAD),

high regional dependence on transfer funds, and issues

of accountability and regional financial statements.

In order to solve the problems mentioned above, it is

necessary to have reform plans in the human resources

(HR) field, the preparation of policies/regulations, and

information technology systems. In the field of human

resources, the implementation of JF AKPD in Central

and Regional Agencies is expected to encourage

reform efforts, particularly in the area of central and

regional fiscal analysis. The implementation of JF AKPD

certainly needs to be supported by strengthening

professionalism, performance, and quality of AKPD

functional officials so that the analysis and policy

recommendations prepared by AKPD can contribute

maximally in resolving fiscal decentralization issues

and managing central and regional finances.

As a JF AKPD Supervisory agency, DJPK always strives

to improve the quality and performance of JF AKPD

through various programs and activities. In 2018,

several strategic plans have been arranged in order

to develop and supervise JF AKPD, including revising

policies, developing competencies, and implementing

cooperation with donors.

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report54

Terkait dengan revisi kebijakan, DJPK telah menyusun

Rancangan Peraturan Menteri Keuangan (RPMK) sebagai

pengganti atas dua PMK terkait JF AKPD sebelumnya

yaitu PMK Nomor 171/PMK.07/2015 tentang Standar

Kompetensi Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat

dan Daerah dan PMK No. 96/PMK.07/2015 tentang

Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Analis Keuangan

Pusat dan Daerah. Penjelasan atas poin-poin perubahan

pada PMK dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Perubahan substansi ketentuan dalam RPMK

tentang Standar dan Uji Kompetensi serta

Pengembangan Kompetensi Jabatan Fungsional

Analis Keuangan Pusat dan Daerah, yang antara lain

mengatur:

1) Penentuan standar kompetensi, tatacara uji

kompetensi dan pengembangan kompetensi JF

AKPD;

2) Penambahan kompetensi teknis dari semula

5 kompetensi menjadi 6 kompetensi, yakni

tambahan kompetensi teknik persuasi;

3) Penentuan kompetensi manajerial dan sosial

kultural serta tingkat kecakapan kompetensi

menyesuaikan dengan Peraturan Menteri PAN

dan RB No.38/2017; dan

4) Penambahan ketentuan uji kompetensi oleh

daerah dan pengembangan kompetensi melalui

pendidikan dan pembelajaran.

b. Perubahan substansi ketentuan dalam RPMK

tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Analis

Keuangan Pusat dan Daerah, yang antara lain

mengatur:

1) Mekanisme penyusunan kebutuhan JF AKPD

yang melibatkan KemenPAN-RB dan Instansi

Pembina;

2) Prosedur pengisian JF AKPD melalui

pengangkatan pertama, perpindahan jabatan

lain, dan penyesuaian/inpassing;

Regarding the policy revision, the DJPK has drafted

a Regulation of the Minister of Finance (RPMK) in

lieu of two PMKs related to the previous JF AKPD

namely PMK Number 171/PMK.07/2015 concerning

the Competency Standards for Functional Position

of Center-Regions Fiscal Analysts and PMK No. 96/

PMK.07/2015 concerning Technical Guidelines for

Functional Position of Center-Regions Fiscal Analysts.

Explanation of the points of change in the PMK referred

to is as follows:

a. Changes to the substance of the provisions in the

RPMK concerning Standards and Competency

Tests and the Development of Functional Position

Competencies of Center-Regions Fiscal Analysts,

which regulates:

1) Determination of competency standards,

procedures for competency testing and JF AKPD

competency development;

2) The addition of technical competencies from

the initial 5 competencies to 6 competencies,

namely persuasion technical competencies;

3) Determination of managerial and socio-cultural

competencies as well as the level of competency

skills in accordance with the Minister of

Administrative and Bureaucratic Reform

Regulation No.38/2017; and

4) Adding provisions for competency testing by

regions and developing competencies through

education and learning.

b. Changes to the substance of the provisions in the

RPMK regarding Technical Guidelines for Functional

Position of Center-Regions Fiscal Analysts, which

regulate:

1) Mechanism for the preparation of JF AKPD

requirements involving the Ministry of PAN-RB

and Supervisory Agencies

2) Procedure for completing JF AKPD through first

appointment, transfer of other positions, and

adjustment/inpassing;

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report55

3) Penambahan ketentuan mengenai pemantauan

dan evaluasi terhadap penilaian kinerja AKPD

untuk meningkatkan kinerja dan peran JF AKPD;

4) Penambahan ketentuan mengenai hubungan

kerja antara AKPD dengan Pejabat Pimpinan

Tinggi Pratama, pejabat struktural lainnya, dan

antar AKPD;

5) Penambahan ketentuan mengenai manajemen

pendidikan dan pembelajaran termasuk desain

pembelajaran, modul, pembiayaan, akreditasi,

dan penyelenggaran pelatihan;

6) Penambahan ketentuan mengenai pola mutasi

AKPD secara horizontal dan diagonal, serta

tatacara pemberhentian AKPD yang tidak

memenuhi persyaratan jabatan/kinerja untuk

meningkatkan kualitas AKPD; dan

7) Penambahan ketentuan mengenai mekanisme

tugas belajar dan konversi angka kredit bagi

AKPD yang sudah selesai melaksanakan tugas.

Sehubungan dengan pengembangan kompetensi JF

AKPD, DJPK telah bekerjasama dengan Pusat Pendidikan

dan Latihan Kekayaan Negara dan Perimbangan

Keuangan (Pusdiklat KNPK) – Badan Pendidikan dan

Pelatihan Keuangan untuk menyelenggarakan diklat.

Di tahun 2018, telah dilakukan diklat sebanyak 6 (enam)

frekuensi, yang terdiri dari Diklat Kemampuan Menulis

Tingkat Dasar, Diklat Metode dan Teknik Analisis, Diklat

Analisis dan Proyeksi Perekonomian Daerah Tingkat

Dasar, Diklat Pengetahuan Hukum Tingkat Dasar,

Diklat Kemampuan Menulis Tingkat Lanjutan, dan

Diklat Manajemen Keuangan Publik Tingkat Lanjutan.

Selain itu, berkaitan dengan kerjasama yang dilakukan

bersama lembaga donor, DJPK telah bekerjasama

dengan GIZ (Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit) dalam Program TRANSFORMASI

II untuk mendorong pengembangan JF AKPD dan

3) Additional provisions on monitoring and

evaluation of the AKPD’s performance

assessment to improve the performance and

role of the JF AKPD;

4) Additional provisions regarding work relations

between the AKPD and the Primary High

Leaders, other structural officials, and between

the AKPD;

5) Additional provisions on education and learning

management including learning design,

modules, funding, accreditation, and training;

6) Additional provisions regarding AKPD mutation

patterns horizontally and diagonally, as well as

procedures for terminating AKPD that do not

meet the position/performance requirements

to improve the quality of the AKPD; and

7) Additional provisions regarding the mechanism

of learning tasks and conversion of credit

numbers for AKPD who have finished carrying

out the task.

In accordance with the JF AKPD competency

development, the DJPK has collaborated with the State

Assets and Fiscal Balance Training Center (Pusdiklat

KNPK) – Fiscal Education and Training Agency to

organize training and education. In 2018, there were 6

(six) frequencies of training, which consisted of Basic

Writing Ability Training, Methods and Techniques

Analysis Training, Basic Regional Economic Analysis and

Projection Training, Basic Legal Knowledge Training,

Advanced Writing Capability Training, Advanced Public

Financial Management Training.

Furthermore, related to the cooperation with donor

agencies, the DJPK has cooperated with GIZ (Deutsche

Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit) in

the TRANSFORMATION II Program to encourage

the development of JF AKPD and HR reform. One of

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report56

reformasi SDM. Salah satu program strategis yang

dilakukan bersama GIZ adalah penyelenggaraan

sertifikasi asesor kompetensi dari Badan Nasional

Sertifikasi Profesi (BNSP) bagi pegawai DJPK dan

pemerintah daerah. Program ini bertujuan untuk

mencetak asesor yang dapat melaksanakan asesmen JF

AKPD berdasarkan standar BNSP dan juga memenuhi

adanya kebutuhan asesor yang kompeten di Pusat

maupun Daerah. Dari program sertifikasi ini telah

dihasilkan 45 orang asesor, yang terdiri dari 28 orang

yang berasal dari DJPK dan 17 orang yang berasal dari

pemerintah daerah.

PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHANPendidikan dan pelatihan yang selanjutnya disebut

diklat adalah proses pengelolaan kegiatan belajar

mengajar di bidang keuangan dan kekayaan negara dan

bidang-bidang lainnya dalam rangka meningkatkan

kemampuan Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai

Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Keuangan,

untuk mendukung tugas dan fungsi Kementerian

Keuangan. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor

101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan

Jabatan Pegawai Negeri Sipil, diklat bertujuan untuk:

i) meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan,

dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan

secara profesional dengan dilandasi kepribadian

dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi; ii)

menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai

pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan

bangsa; iii) memantapkan sikap dan semangat

pengabdian yang berorientasi pada pelayanan,

pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat; dan iv)

menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir

dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan

pembangunan demi terwujudnya kepemerintahan

yang baik. Untuk mencapai tujuan dimaksud, perlu

diselenggarakan diklat yang terarah, terukur dan

berkesinambungan sesuai dengan dinamika kebutuhan

instansi.

the strategic programs undertaken with GIZ is the

organizing of competency assessors certification from

the National Professional Certification Board (BNSP)

for DGT staff and local government. This program

aims to produce assessors who can carry out JF AKPD

assessments based on BNSP standards and also meet

the needs of competent assessors at the Central and

Regional levels. 45 certification assessors have been

produced from this certification program, consisting

of 28 people from DJPK and 17 people from local

government.

IMPLEMENTATION OF EDUCATION AND TRAININGEducation and training, hereinafter referred to as

education and training, is the process of managing

teaching and learning activities in the field of finance

and state wealth and other fields in order to improve

the ability of Civil Servants and Prospective Civil

Servants within the Ministry of Finance, to support

the duties and functions of the Ministry of Finance. In

accordance with Government Regulation Number 101

of 2000 concerning Education and Training of Civil

Servants’ Position, the training aims to: i) improve

knowledge, expertise, skills and attitudes to be able to

carry out professional duties based on the personality

and ethics of civil servants in accordance with the

needs of the agency; ii) creating officers capable of

acting as reformers and unity of the nation; iii) establish

the attitude and spirit of service-oriented service,

support, and community empowerment; and iv) create

a common vision and dynamic mindset in carrying

out the tasks of general government and development

for the realization of good governance. To achieve

this goal, it is necessary to organize training that is

directed, measured and sustainable in accordance with

the dynamics of the needs of the agency.

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report57

Perencanaan diklat yang dilaksanakan DJPK dilakukan

melalui mekanisme Analisis Kebutuhan Pembelajaran

(AKP) sesuai amanat Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 45/PMK.011/2018 tentang Pedoman AKP

di Lingkungan Kementerian Keuangan. Pasal 1

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.011/2018

mendefinisikan AKP sebagai serangkaian proses

analisis terhadap kesenjangan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap dalam rangka pengembangan

sumber daya manusia dengan program pembelajaran

guna mendukung pencapaian target kinerja

organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan yang

dilaksanakan oleh Unit Pengelola dan Unit Pengguna

serta berkoordinasi dengan Sekretariat Jenderal

Kementerian Keuangan.

Mekanisme AKP yang dilaksanakan dibagi menjadi AKP

reguler dan AKP insidental. AKP Reguler adalah AKP

yang dilaksanakan secara terjadwal sebelum tahun

pembelajaran berjalan. AKP Insidental adalah AKP yang

dilaksanakan sepanjang tahun pembelajaran berjalan

untuk memenuhi kebutuhan strategis, jabatan, atau

individu.

Untuk menjaga kualitas dan kompetensi pegawai,

DJPK telah menetapkan standar jam pelatihan (jamlat)

yang harus diikuti oleh seluruh pegawai sesuai dengan

jenjangnya. Standar jamlat yang harus diikuti pegawai

dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.1Standar Jam Pelatihan Pegawai DJPK

No. Jenjang Jabatan / Position Standar Jamlat / Std. Training Hours

1. Pejabat Tinggi Madya / Senior Associate Officer 15

2. Pejabat Tinggi Pratama / Primary High Official 15

3. Pejabat Administrator / Administrator Officer 30

4. Pejabat Pengawas / Supervisory Officer 30

5. Pejabat Fungsional / Functional Officer 40

6. Pelaksana / Executing 30

Education and training planning conducted by DJPK is

carried out through the Learning Needs Analysis (AKP)

mechanism in accordance with the mandate of the

Minister of Finance Regulation No. 45/PMK.011/2018

concerning AKP Guidelines within the Ministry of

Finance. Article 1 Regulation of the Minister of Finance

No. 45/PMK.011/2018 defines the AKP as a series of

processes of analysis of gaps in knowledge, skills and

attitudes in the context of developing human resources

with learning programs to support the achievement of

organizational performance targets within the Ministry

of Finance carried out by the Unit Manager and User

Unit and coordinate with the Secretariat General of the

Ministry of Finance.

The AKP mechanism implemented is divided into

regular AKPs and incidental AKPs. Regular AKP is an

AKP that is carried out on a scheduled basis before the

current learning year. Incidental AKPs are AKPs that

are carried out throughout the current learning year

to meet strategic, occupational, or individual needs.

To maintain the quality and competence of employees,

the DJPK has established a standard of training hours

(jamlat) which must be followed by all employees in

accordance with their levels. The standard training

hours that employees must follow can be seen in the

following table:

Table 3.1DJPK Employee Standard Training Hours

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report58

Dalam pelaksanaan diklat bagi pegawai, DJPK bekerja

sama dengan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

(BPPK) sebagai unit pengelola serta lembaga penyedia

pelatihan profesional untuk menyelenggarakan diklat

swakelola.

Diklat pada Pusdiklat Kekayaan Negara dan Perimbangan KeuanganPusdiklat Kekayaan Negara dan Perimbangan Keuangan

(Pusdiklat KNPK) merupakan salah satu unit Eselon II di

bawah BPPK yang memiliki tugas membina pendidikan,

pelatihan dan sertifikasi kompetensi keuangan negara

di bidang kekayaan negara dan perimbangan keuangan

berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh

Kepala BPPK. Diklat yang diikuti pegawai DJPK di

Pusdiklat KNPK pada tahun 2018 dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 3.2Diklat di Pusdiklat KNPK yang diikuti oleh pegawai

DJPK pada Tahun 2018

No. Nama Pelatihan / Name of Training ProgramJumlah Peserta

/ Number of Participants

1. Pelatihan Analisis Dampak Kebijakan Desentralisasi Fiskal / Impact Analysis of Fiscal Decentralization Policy Training 11

2. Pelatihan Analisis dan Proyeksi Perekonomian Daerah Tingkat Dasar / Basic Level Regional Economic Analysis and Projection Training 8

3. Pelatihan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (4 Angkatan) / Center-Regions Financial Relations Training (4 Batch) 114

4. Pelatihan Kemampuan Menulis Tingkat Dasar untuk Jafung AKPD / Basic Level Writing Skills Training for AKPD Functional Positions 10

5. Pelatihan Kemampuan Menulis Tingkat Lanjutan / Advanced Writing Ability Training 13

6. Pelatihan Manajemen Keuangan Publik Tingkat Lanjutan untuk Jafung AKPD / Advanced Public Financial Management Training for AKPD Functional Positions 3

7. Pelatihan Monitoring dan Evaluasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa / Training on Monitoring and Evaluation of Transfers to Regions and Village Funds 13

8. Pelatihan Pembiayaan Infrastruktur Daerah / Regional Infrastructure Financing Training 15

9. Pelatihan Pemungutan dan Penagihan Pajak Daerah / Regional Tax Collection and Billing Training 16

10. Pelatihan Pengetahuan Hukum Tk Dasar / Basic Legal Knowledge Training 10

11. Pelatihan Penguasaan Metode dan Teknik Analisis Tingkat Dasar untuk Jafung AKPD / Basic Level Analysis Methods and Techniques Training for AKPD Functional Positions 9

12. Pelatihan Peraturan Sektoral PDRD dan Legal Review / PDRD Sectoral Regulation Training and Legal Review 22

Total Peserta / Number of Participants 244

In implementing training for employees, the DJPK

collaborates with the Financial Education and Training

Agency (BPPK) as a management unit as well as a

professional training provider institution to organize

self-management training.

Training Held by State Assets and Fiscal Balance Training CenterThe State Assets and Fiscal Balance Training Center

(Pusdiklat KNPK) is one of the Echelon II units under

the BPPK which has the duty to hold education, training

and certification of state financial competencies in

the field of state assets and fiscal balance based on

technical policies determined by the Head of the BPPK.

The training that was attended by DGTK employees at

the KNPK Training Center in 2018 can be seen in the

following table.

Table 3.2Training Programs at Pusdiklat KNPK Attended by

DJPK Employees in 2018

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report59

Diklat pada Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya ManusiaPusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia

(Pusdiklat PSDM) merupakan salah satu unit Eselon

II di bawah BPPK yang mempunyai tugas membina

pendidikan, pelatihan, sertifikasi kompetensi dan

pengembangan sumber daya manusia di bidang

penjenjangan pangkat, kompetensi dan kepemimpinan,

membina penyelenggaraan tes kompetensi, serta

melaksanakan pengelolaan beasiswa berdasarkan

kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala BPPK.

Diklat yang diikuti pegawai DJPK di Pusdiklat SDM pada

tahun 2018 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.3Diklat di Pusdiklat PSDM yang diikuti oleh pegawai

DJPK pada Tahun 2018

No. Nama Pelatihan / Name of Training ProgramJumlah Peserta

/ Number of Participants

1. Pelatihan Analisis Beban Kerja / Workload Analysis Training 1

2. Pelatihan Communication Skills / Communication Skills Training 7

3. Pelatihan Dasar CPNS Golongan II / CPNS Basic Training Batch II 52

4. Pelatihan Dasar CPNS Golongan III / CPNS Basic Training Batch III 57

5. Pelatihan Effective Negotiation Skills / Effective Negotiation Skills Training 3

6. Pelatihan Interpersonal Skills / Interpersonal Skills Training 4

7. Pelatihan Penyuluh Antikorupsi / Anti-Corruption Extension Training 4

8. Pelatihan Penyusunan SKJ / SKP Preparation Training 3

9. Pelatihan Penyusunan SOP / SOP Preparation Training 1

10. Pelatihan Proses Bisnis / Business Process Training 2

11. Pelatihan Public Speaking / Public Speaking Training 1

12. Pelatihan Teknis Bahasa Asing / Foreign Language Technical Training 1

13. Pelatihan Teknis Persiapan Studi Pascasarjana / Postgraduate Study Preparation Technical Training 1

14. PPK Transformational Leadership 1

15. Workshop Manajemen SDM Tingkat Tinggi / Excellent-HR Management Workshop 2

Total Peserta / Number of Participants 140

Training Held by Human Resources Development Training CenterHuman Resource Development Training Center

(PSDM Training Center) is one of the Echelon II

units under the BPPK which has the duty to provide

education, training, competency certification and

human resource development regarding career

development, competence and leadership, conduct the

implementation of competency tests, and carrying out

management scholarships based on technical policies

determined by the Head of the BPPK.

The training that was attended by DPJK employee

in the HR Training Center in 2018 can be seen in the

following table.

Table 3.3Training Programs at Pusdiklat PSDM Attended by

DJPK Employees in 2018

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report60

Diklat pada Pusdiklat Keuangan UmumPusdiklat Keuangan Umum (Pusdiklat KU)

merupakan salah satu unit Eselon II di bawah BPPK

yang mempunyai tugas membina pendidikan dan

pelatihan keuangan negara di bidang selain anggaran,

perpajakan, kepabeanan dan cukai, kebendaharaaan

umum, kekayaan negara dan perimbangan keuangan

berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh

Kepala BPPK. Diklat yang diikuti pegawai DJPK di

Pusdiklat KU pada tahun 2018 dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 3.4Diklat di Pusdiklat KU yang diikuti oleh pegawai DJPK

pada Tahun 2018

No. Nama Pelatihan / Name of Training ProgramJumlah Peserta

/ Number of Participants

1. Lokakarya Ekonometrika Tingkat Dasar / Basic Econometrics Workshop 3

2. Lokakarya Penyusunan Laporan yang Efektif / Effective Report Preparation Workship 1

3. Lokakarya Pro UKI Kelas Manajerial (Independent Study) / Pro UKI Workshop Managerial Class (Independent Study) 2

4. Pelatihan Akuntansi Berbasis PSAK Konvergensi IFRS / IFRS Convergence PSAK Based Accounting Training 1

5. Pelatihan Business English / Business English Training 5

6. Pelatihan Desain Grafis dan Multimedia / Graphic Design and Multimedia Training 5

7. Pelatihan Desain Pengelolaan Database / Database Management Design Training 1

8. Pelatihan Ekonometrika Tingkat Dasar / Basic Econometrics Training 3

9. Pelatihan Financial Statistics / Financial Statistics Training 1

10. Pelatihan Jurnalistik / Journalistic Training 2

11. Pelatihan kebijakan Publik Tingkat Dasar / Basic Public Policy Training 1

12. Pelatihan legal Drafting / Legal Drafting Training 7

13. Pelatihan Manajemen Investasi / Investment Management Training 1

14. Pelatihan PBJ Pemerintah / PBJ Government Training 5

15. Pelatihan Pemeriksaan Pelanggaran Disiplin Pegawai / Employee Discipline Inspection Training 4

16. Pelatihan Pengelolaan Kinerja / Performance Management Training 6

17. Pelatihan Penyusunan Laporan Yang Efektif / Effective Report Development Training 1

18. Pelatihan Persiapan Purnabhakti / Retirement Preparation Training 4

19. Pelatihan Pranata Komputer Ahli / Computer Expert Staff Training 1

20. Pelatihan Pranata Komputer Terampil / Skilled Computer Staff Training 2

21. Pelatihan PRO UKI Kelas Reguler / PRO UKI Regular Class Training 4

22. Pelatihan Sekretaris Pimpinan / Leadership Secretary Training 1

23. Pelatihan Staf PPK / PPK Staff Training 6

Training Held by General Finance Training CenterGeneral Finance Training Center (Pusdiklat KU) is one

of the Echelon II units under the BPPK which has the

duty to conduct education and training programs of

state financial in fields other than budget, taxation,

customs and excise, general treasury, state wealth and

fiscal balance based on technical policies determined

by the Head of the BPPK. The training that was attended

by DPJK employee at the Pusdiklat KU in 2018 can be

seen in the following table.

Table 3.4Training Programs at Pusdiklat KU Attended by DJPK

Employees in 2018

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report61

No. Nama Pelatihan / Name of Training ProgramJumlah Peserta

/ Number of Participants

24. Pelatihan Tata Naskah Dinas / Official Manuscript Training 6

25. Pelatihan Teori Ekonomi Tingkat Dasar / Basic Economic Theory Training 2

Total Peserta / Number of Participants 75

Diklat pada Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan (Pusdiklat

AP) adalah unit Eselon II di bawah BPPK yang memiliki

tugas membina pendidikan, pelatihan dan sertifikasi

kompetensi keuangan negara di bidang anggaran dan

kebendaharaan umum berdasarkan kebijakan teknis

yang ditetapkan oleh Kepala BPPK. Diklat yang diikuti

pegawai DJPK di Pusdiklat AP yang diikuti pegawai di

DJPK pada tahun 2018 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.5Diklat di Pusdiklat AP yang diikuti oleh pegawai DJPK

pada Tahun 2018

No. Nama Pelatihan / Name of Training ProgramJumlah Peserta

/ Number of Participants

1. Pelatihan Staf Pejabat Pembuat Komitmen Angk I / Staff Commitment Officer Training Batch I 3

2. Pelatihan Perencanaan Penganggaran bagi Pejabat Unit Teknis / Budgeting Planning Training for Technical Unit Officers

2

3. Pelatihan Perencanaan dan Penganggaran bagi Staf Perencana / Planning and Budgeting Training for Planning Staff

1

4. Pelatihan PBJ Pemerintah Angkatan IX / PBJ Government Training Batch IX 1

5. Pelatihan Bendahara Pengeluaran APBN / APBN Expenditure Treasurer Training 1

6. Pelatihan Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja / Performance Based Budgeting Training 2

Total Peserta / Number of Participants 10

Diklat SwakelolaDiklat swakelola diselenggarakan oleh DJPK dengan

melakukan kerja sama dengan pengajar/institusi

pendidikan pihak ketiga yang dilakukan berdasarkan

kebutuhan DJPK yang tidak dapat dipenuhi oleh BPPK.

Diklat swakelola yang diselenggarakan pada tahun 2018

dapat dilihat pada tabel berikut.

Training Held by Budget and Treasury Training CenterBudget and Treasury Training Center (Pusdiklat AP) is

an Echelon II unit under the BPPK which has the duty

to conduct education, training and certification of

state financial competencies in the budget and general

treasury fields based on technical policies determined

by the Head of the BPPK. The training that was attended

by DPJK employee at the Pusdiklat AP in DJPK in 2018

can be seen in the following table.

Table 3.5Training Programs at Pusdiklat AP Attended by DJPK

Employees in 2018

Self-Organized TrainingSelf-organized training is conducted by DJPK in

collaboration with third-party instructors/educational

institutions based on DPJK’s needs that cannot be

fulfilled by the BPPK. Self-organized trainings in 2018

can be seen in the following table.

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report62

Tabel 3.6Diklat Swakelola DJPK Tahun 2018

No. Nama Diklat / Name of Training Program Penyelenggara / Organizer

Jumlah Angkatan / Number of

Cohorts

Total Peserta / Number of Participants

1. Pelatihan dan Tes TPA / TPA Training and Tests GPS Jakarta dan Koperasi Bappenas 1 70

2. Pelatihan dan Tes IELTS / IELTS Training and Tests IDP 3 35

3. Pelatihan Ms. Excel / Ms. Excel Training Executrain 1 20

4.Pelatihan Visualizing You Data with Ms. Excel Dashboard / Visualizing You Data with Ms. Excel Dashboard Training

Executrain 3 34

5. Pelatihan Database Administration (Ms. SQL Server) / Database Administration (Ms. SQL Server) Training Executrain 2 12

6. Pelatihan Advanced Postgre SQL / Advanced Postgre SQL Training Equnix 1 12

7. Pelatihan Laravel / Laravel Training Rumah Coding 2 15

8.Pelatihan infografis dan Visualisasi Data Melalui Slide Presentasi / Infographic and Data Visualization Training Through Presentation Slides

Kreasi Presentasi 2 60

9. Pelatihan Infografis with Adobe After Effect / Infographic Training with Adobe After Effect Bayo Multimedia 1 13

10. Pelatihan Videography & Video Editing / Videography & Video Editing Training Bayo Multimedia 1 15

11. Pelatihan Linux Administration / Linux Administration Training Nurul Fikri 2 20

12. Pelatihan Java Web & JSF / Java Web & JSF Training Nurul Fikri 2 13

13. Human Resources Management Training PPM Manajemen 3 3

14. Human Capital Management Certification: Modul I PPM Manajemen 1 1

15. Pelatihan Stress Management / Stress Management Training PPM Manajemen 1 7

16. Pelatihan Time Management / Time Management Training PPM Manajemen 1 7

17. Pelatihan Assessment Center Assessor Certification / Assessment Center Assessor Certification Training PPM Manajemen 1 1

18.

Pelatihan Reduction Cost dengan Activity Based Cost (ABC) System (Pendekatan Praktis) / Cost Reduction Training with Activity Based Cost (ABC) System (Practical Approach)

Keterangan: Pelatihan sebagai reward bagi pegawai teladan dan berprestasi DJPK TA 2017 / Note: Training as a reward for exemplary and outstanding employees of the 2017 BY DJPK

Mairodi Mandiri Sejahtera 1 2

Table 3.6DJPK Self-Organized Trainings in 2018

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report63

No. Nama Diklat / Name of Training Program Penyelenggara / Organizer

Jumlah Angkatan / Number of

Cohorts

Total Peserta / Number of Participants

19. Pelatihan Change Your Life Change Your Service / Change Your Life Change Your Service Training PT VADS Indonesia 1 21

20.Pelatihan Complaint Handling & Handling Difficult Customer / Complaint Handling & Difficult Customer Handling Training

PT VADS Indonesia 1 21

21.Pelatihan KPI for Contact Center, Role Play & Commitment / KPI Training for Contact Center, Role Play & Commitment

PT VADS Indonesia 1 21

22. Pelatihan Coaching, Counseling, & Mentoring / Coaching, Counseling & Mentoring Training FORTIS 3 29

23.Pelatihan Delivering Service Excellence & Building Good Organization / Delivering Service Excellence & Building Good Organization Training

FORTIS 1 40

24.

Pelatihan Ethical Working Motivation / Ethical Working Motivation Training

Keterangan: Pelatihan sebagai reward bagi pegawai teladan dan berprestasi DJPK TA 2018 / Note: Training as a reward for exemplary and outstanding employees of 2018 BY DJPK

FORTIS 1 6

Total Peserta / Number of Participants 478

Pada tahun 2018, jumlah pegawai di lingkungan DJPK

yang telah memenuhi standar jamlat adalah sebanyak

424 orang dari 531 pegawai atau sebesar 79.85 persen.

Jumlah tersebut telah melampaui target yang telah

ditetapkan, yaitu sebesar 70 persen. Untuk rincian

persentase pegawai yang memenuhi standar jamlat

masing-masing direktorat dapat dilihat dalam tabel

berikut.

In 2018, the number of employees within the DJPK that

had met the standard training hours was 424 out of 531

employees or 79.85 percent. This amount has exceeded

the determined target, which is 70 percent. For details

of the percentage of employees who meet the standard

training hours of each directorate can be seen in the

following table.

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report64

Tabel 3.7Capaian Jam Pelatihan Pegawai DJPK Tahun 2018

No. UnitJumlah Pegawai

/ Number of Employees

Jumlah Pegawai yang Memenuhi Standar Jamlat

/ Number of Employees Meeting the Requirement of

Standard Training Hours

Persentase / Percentage

1. Sekretariat Direktorat Jenderal / Secretariat of the Directorate General 114 94 82,46%

2. Direktorat Dana Perimbangan / Directorate of Balanced Funds 112 81 72,32%

3.Direktorat Pendapatan dan Kapasitas Keuangan Daerah / Directorate of Regional Revenue and Fiscal Capacity

93 82 88,17%

4.Direktorat Pembiayaan dan Transfer Non Dana Perimbangan / Directorate of Fiscal and Non-Balanced Fund Transfers

98 78 79,59%

5.Direktorat Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan Daerah / Directorate of Regional Fiscal Management and Information Evaluation

114 89 78,07%

Total 531 424 79.85%

Table 3.7DJPK Employee Training Hours Achievement in 2018

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report65

Kilas Kebijakan 2018Policy Highlights 2018

04

Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

General Allocation Fund (DAU) is a fund sourced from State Revenue and allocated to bring equality in the financial capacity among the regions to finance the need of the regions in the implementation of decentralization.

DANA BAGI HASIL (DBH)Kebijakan Dana Bagi HasilDana Bagi Hasil (DBH) merupakan dana yang

dialokasikan berdasarkan persentase tertentu dari

penerimaan APBN yang dibagihasilkan untuk mendanai

kebutuhan daerah dalam rangka mengurangi

ketimpangan kemampuan keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah atau disebut juga dengan

vertical imbalance. DBH terdiri dari 2 (dua) jenis,

yaitu DBH Pajak dan DBH Sumber Daya Alam (DBH

SDA). DBH Pajak meliputi DBH PPh Pasal 21 dan Pasal

25/29 WPOPDN (DBH PPh), DBH PBB Perkebunan,

Perhutanan, dan Pertambangan (DBH PBB-P3), serta

DBH Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT), sedangkan

DBH SDA meliputi DBH SDA Kehutanan, DBH SDA

Mineral dan Batubara, DBH SDA Minyak Bumi dan Gas

Bumi, DBH SDA Panas Bumi, dan DBH SDA Perikanan.

REVENUE SHARING FUND (DBH)Policy concerning Revenue Sharing FundRevenue sharing fund (DBH) is a fund allocated based

on certain percentage of State Revenue (ABPN) and

shared for financing the need of the regions in order

to alleviate imbalance in financial ability or vertical

imbalance between the Central Government and

Regional Governments. There are 2 (two) types of

DBH, namely Tax DBH and Natural Resources DBH

(SDA DBH). Tax DBH consists of DBH of Income Tax

(PPh) of Article 21 and Domestic Individual Taxpayers

(WPOPDN) of Article 25/29 (PPh DBH), Plantation,

Forestry, and Mining Land and Building Tax (PBB-P3

DBH), and Tobacco Products Excise (CHT DBH).

Meanwhile, SDA DBH consists of Forestry DBH, Mineral

and Coal DBH, Oil and Gas DBH, Geothermal Energy

DBH, and Fisheries DBH.

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report68

Dalam pengalokasian DBH, Pemerintah mengacu pada

prinsip by origin yaitu daerah penghasil mendapatkan

porsi DBH yang lebih besar dengan memperhatikan

aspek pemerataan bagi daerah lain yang berada

dalam lingkup provinsi yang bersangkutan. Alokasi

DBH dihitung berdasarkan persentase tertentu

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor

33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005

tentang Dana Perimbangan. Adapun penyaluran DBH

mengacu pada by actual revenue yaitu penyaluran DBH

dilakukan berdasarkan realisasi penerimaan negara

yang dibagihasilkan.

In allocating DBH, the Government refers to by origin

principle, in which the producing regions earn larger

portions of shared revenue by considering distributive

aspect on other areas belonging to the same province.

The allocation of DBH is calculated based on certain

percentage as regulated by Law No. 33/2004

concerning Fiscal Balance between Central and

Regional Governments and Government Regulation No.

55/2005 concerning Balanced Fund. The distribution

of DBH refers to by actual revenue principle or based

on the realization of the state’s shared revenue.

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Sampai dengan akhir tahun 2018, DAU dapat tersalurkan sebesar Rp401,49 triliun atau 100 persen dari pagu alokasi TA 2018. Realisasi penyaluran DAU tahun 2018 tersebut telah memperhitungkan penyelesaian atas beberapa kewajiban pemerintah daerah. Until the end of 2018, distributed DAU amounted to Rp401.49 trillion or 100 percent of allocation ceiling for Fiscal Year 2018. DAU distribution realization in 2018 has calculated settlement of several regional government obligations.

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report69

In 2018, the Government through the DJPK continued

a number of progressing policies since 2017, where

a minimum of 25 percent of General Transfer Fund

(DTU), which comprises DBH and General Allocation

Fund (DAU), must be allocated for public service

infrastructure. Moreover, the Government also

implemented policy on the extension of Reforestation

Fund (DR DBH) use for forest and land rehabilitation

activities, which include planning, implementation,

monitoring, evaluation, and supporting activities,

such as forest protection and security, forest and

land rehabilitation technology, seedling development,

research, development, education, training, extension,

and empowerment of local communities in forest

rehabilitation activities, as well as supervision and/or

control. This policy applies to recipient provinces of

DR DBH due to the delegation of authority for DR DBH

from producing regencies/municipalities to producing

provinces as regulated by Law No. 23/2014 concerning

Regional Government. Regencies/municipalities in

possession of remaining DR DBH in regional cash

balance are encouraged to use the remaining DR DBH

for forest parks management, forest fire prevention

and mitigation, reforestation in critical watersheds,

bamboo planting on riverbanks, and procurement of

land and water conservation infrastructure. In addition,

the Government also implemented new policy in 2018

by aiming a minimum of 50 percent of CHT DBH use for

financing National Health Insurance (JKN) supporting

programs/activities.

Revenue Sharing Fund RealizationThe realization of DBH reached Rp93.7 trillion or 105.13

percent of DBH budget ceiling stipulated in Presidential

Regulation No. 107/2017 concerning Details of State

Budget 2018 amounting to Rp89.2 trillion. It was due to

Tahun 2018, Pemerintah melalui DJPK melanjutkan

beberapa kebijakan yang sudah dilaksanakan di tahun

2017 yaitu minimal 25 persen dari Dana Transfer Umum

(DTU) yang terdiri dari DBH dan Dana Alokasi Umum

(DAU) untuk belanja infrastruktur layanan publik. Selain

itu, Pemerintah juga menerapkan kebijakan perluasan

penggunaan DBH Dana Reboisasi (DBH DR) untuk

kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan

kegiatan pendukungnya seperti perlindungan dan

pengamanan hutan, teknologi rehabilitasi hutan dan

lahan, pencegahan dan penanggulangan kebakaran

hutan dan lahan, pengembangan perbenihan,

penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan,

penyuluhan, dan pemberdayaan masyarakat setempat

dalam kegiatan rehabilitasi hutan, serta pembinaan

dan/atau pengawasan dan pengendalian. Kebijakan

ini berlaku untuk provinsi penerima DBH DR akibat

pengalihan kewenangan DBH DR dari semula

kabupaten/kota penghasil menjadi ke provinsi

penghasil sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Bagi kabupaten/kota yang masih memiliki sisa DBH

DR di kas daerah, diarahkan untuk menggunakan sisa

DBH DR tersebut untuk pengelolaan taman hutan

raya, pencegahan dan penanggulangan kebakaran

hutan, penanaman pohon pada daerah aliran sungai

kritis, penanaman bambu pada kanan kiri sungai, dan

pengadaan bangunan konservasi tanah dan air. Selain

itu, Pemerintah juga menerapkan kebijakan baru di

tahun 2018 yaitu mengarahkan minimal 50 persen

penggunaan DBH CHT untuk mendanai program/

kegiatan yang mendukung program Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN).

Realisasi Dana Bagi HasilRealisasi DBH mencapai Rp93,7 triliun atau 105,13

persen dari pagu alokasi DBH yang ditetapkan

dalam Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2017

tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report70

the repayment of DBH Deferred Payment amounting

to Rp4.6 trillion by the Government as stipulated

in Regulation of the Minister of Finance No. 153/

PMK.07/2018 concerning Amendment to Details of

Revenue Sharing Fund and Distribution of Revenue

Sharing Fund Deferred Payment in Fiscal Year 2018.

Revenue Sharing Fund EvaluationThe Government evaluated the implementation of DBH

policy in 2018, namely CHT DBH, by improving policies

that will encourage the Regional Governments to use

CHT DBH to support the Government in increasing

revenue from excise through synergized activities

between the Regional Governments and regional

offices of the Directorate General of Customs and

Excise as well as efforts to increase excise revenue in

the calculation of CHT DBH allocation.

In addition, the Government will continuously support

the understanding of Regional Governments through

Technical Supervision and Forum Group Discussion

in order to increase excise revenue, which will affect

DBH revenue for the regions concerned as well. The

Government together with Provincial Governments

will coordinate to optimize CHT DBH usage through

assistance for regency/municipal governments in

implementing activities that use CHT DBH so as to

generate output in accordance with the determined

target volume and unit so that the results of CHT DBH

can optimally benefit the public.

Meanwhile, in the implementation of DR DBH policy

in 2018, the Government has evaluated the policy by

revoking policy concerning the allocation of a minimum

50 percent for forest and land fire programs/activities

Negara Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp89,2 triliun.

Hal ini disebabkan karena Pemerintah melakukan

penyelesaian Kurang Bayar DBH sebesar Rp4,6 triliun

yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 153/PMK.07/2018 tentang Perubahan Rincian

Dana Bagi Hasil dan Penyaluran Kurang Bayar Dana

Bagi Hasil Pada Tahun Anggaran 2018.

Evaluasi Dana Bagi HasilPemerintah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan

kebijakan DBH Tahun 2018 yaitu DBH CHT dengan

melakukan penyempurnaan kebijakan yang akan

mempengaruhi preferensi Pemerintah Daerah dalam

menggunakan DBH CHT untuk ikut membantu

Pemerintah dalam rangka meningkatkan penerimaan

cukai melalui sinergi kegiatan antara Pemerintah

Daerah dengan kantor vertikal Direktorat Jenderal Bea

dan Cukai di daerah dan mempertimbangkan upaya

peningkatan penerimaan cukai dalam perhitungan

alokasi DBH CHT.

Selain itu, Pemerintah akan memberikan pemahaman

kepada Pemerintah Daerah secara terus menerus

melalui Bimbingan Teknis maupun Forum Grup Discussion dalam upaya meningkatkan penerimaan

cukai yang akan berdampak pada penerimaan DBH

bagi daerah yang bersangkutan. Pemerintah bersama

dengan Pemerintah Provinsi berkoordinasi untuk

melakukan optimalisasi penggunaan DBH CHT melalui

pendampingan dan asistensi kepada pemerintah

kabupaten/kota dalam melaksanakan kegiatan yang

menggunakan DBH CHT untuk menghasilkan output sesuai volume dan satuan target yang telah ditetapkan

agar hasil dari DBH CHT dapat bermanfaat secara

optimal bagi masyarakat.

Sedangkan dalam pelaksanaan kebijakan DBH DR

Tahun 2018, Pemerintah telah mengevaluasi kebijakan

tersebut dengan penghapusan kebijakan pengalokasian

minimal 50 persen untuk program/kegiatan kebakaran

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report71

in prone areas. This was due to the shift in DR DBH

policy orientation for 2020 Fiscal Year, in which DR DBH

is prioritized to finance Forest and Land Rehabilitation

program.

GENERAL ALLOCATION FUND (DAU)Policy concerning General Allocation FundGeneral Allocation Fund (DAU) is a fund sourced

from State Revenue and allocated to bring equality in

the financial capacity among the regions to finance

the need of the regions in the implementation of

decentralization.

In 2018, pursuant to Law No. 15/2017 concerning State

Budget 2018, the DAU policy is as follows:

1. The National DAU Ceiling in the State Budget is

not final or may change in accordance with Net

Domestic Revenue changes in the State Budget

Amendment of current year. If the case of changes

in Net Domestic Revenue resulting in the declining

National DAU and DAU allocation per region, special

treatment will be taken for regions with limited

fiscal capacity and fiscal gap. DAU allocation given

to such regions must remain unchanged, so those

regions are able to finance employee expenditure

and operating cost.

2. Improving DAU formulation through evaluation of

Basic Allocation amount (Regional Civil Apparatus

Salary) and fiscal gap by considering the delegation

cost between government levels, so that DAU

formulation is more focused on distribution of

inter-region fiscal capacity in the implementation

of regional development.

3. Giving affirmation to island regions by increasing

the percentage of water area in area size variable to

100 percent.

hutan dan lahan (karhutla) bagi daerah rawan karhutla.

Hal ini disebabkan karena terdapat perubahan arah

kebijakan DBH DR Tahun Anggaran 2020 di mana

DBH DR diprioritaskan untuk membiayai program

Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

DANA ALOKASI UMUM (DAU)Kebijakan Dana Alokasi UmumDana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari

pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan

pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk

mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi.

Pada tahun 2018, sesuai Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara Tahun Anggaran 2018, Kebijakan DAU sebagai

berikut:

1. Pagu DAU Nasional dalam APBN tidak bersifat final

atau dapat berubah sesuai perubahan PDN Neto

dalam APBN Perubahan tahun berjalan. Dalam hal

terjadi perubahan PDN Neto yang mengakibatkan

penurunan pagu DAU Nasional dan alokasi DAU per

daerah, akan dilakukan perlakuan khusus terhadap

daerah yang mempunyai kapasitas dan ruang fiskal

yang sangat terbatas agar pagu alokasi daerah yang

bersangkutan tetap, sehingga daerah tersebut

mampu membiayai belanja pegawai dan kebutuhan

operasionalnya.

2. Menyempurnakan formulasi DAU dengan

mengevaluasi bobot Alokasi Dasar (Gaji PNSD)

dan celah fiskal, dengan memperhitungkan beban

pengalihan urusan antar tingkat pemerintahan,

sehingga formulasi DAU semakin fokus pada tujuan

pemerataan kemampuan fiskal antardaerah dalam

rangka penyelenggaraan pembangunan daerah.

3. Memberikan afirmasi kepada daerah kepulauan

dengan meningkatkan bobot luas wilayah laut

dalam variabel luas wilayah menjadi 100 persen.

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report72

4. Calculating delegation cost between government

levels with DAU portion for Provinces at 14.1 percent

and for regency/municipality at 85.9 percent.

5. General Transfer Fund usage is directed where

at least 25 percent must be spent for regional

infrastructures directly related to acceleration of

public service facilities and economic development

in order to increase job opportunity, reduce poverty,

and reduce the gap in public service among regions.

National DAU ceiling is at least 26 percent of Net

Domestic Revenue. In 2018, the allocation for National

DAU was 28.7 percent of Net Domestic Revenue or

amounting to Rp401,489.6 billion. DAU proportion

between province and regency/municipality was set

at 14.1 percent for provinces or equivalent to Rp56.610

trillion and 85.9 percent for regencies/municipalities

or equivalent to Rp344.879 trillion. Net Domestic

Revenue is calculated based on the sum of tax revenue

and Non-Tax State Revenue (PNBP) subtracted by

state revenue shared to regions and earmarked state

revenue. Shared state revenue consists of: (i) Income

Tax of Article 21 and Income Tax of Article 25/29 for

Individual Domestic Taxpayers; (ii) Land and Building

Tax; (iii) Tobacco Products Excise; (iv) Oil and Natural

Gas Mining; (v) General Mining; (vi) Forestry; (vii)

Fisheries; and (viii) Geothermal Energy. Meanwhile,

earmarked state revenue consists of Non-Tax State

Revenue of Ministries/Agencies, Public Service

Agencies (BLU) Revenue, and Tax Revenue Borne by

Government.

The formulation of DAU allocation calculation consists

of Basic Allocation and Fiscal Gap. Basic Allocation is

calculated by considering expenditure for Regional

Civil Apparatus (PNSD) salary of which value has been

determined by salary payment-related regulations

and policy. Fiscal Gap is the difference between Fiscal

4. Memperhitungkan beban pengalihan urusan antar

tingkat pemerintahan dengan porsi DAU Provinsi

sebesar 14,1 persen dan porsi kabupaten/kota

sebesar 85,9 persen.

5. Dana Transfer Umum diarahkan penggunaannya,

yaitu paling sedikit 25 persen untuk belanja

infrastruktur daerah yang langsung terkait dengan

percepatan pembangunan fasilitas pelayanan

publik dan ekonomi dalam rangka meningkatkan

kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan, dan

mengurangi kesenjangan penyediaan layanan

publik antardaerah.

Pagu DAU Nasional sekurang-kurangnya 26 persen

dari PDN Neto. Tahun 2018, DAU Nasional dialokasikan

sebesar 28,7 persen dari Pendapatan Dalam Negeri

Neto (PDN Neto) yaitu sebesar Rp401.489,6 miliar.

Proporsi DAU antara provinsi dan kabupaten/kota

ditetapkan dengan porsi 14,1 persen untuk bagian

provinsi atau sebesar Rp56,610 triliun dan 85,9 persen

untuk bagian kabupaten/kota atau sebesar Rp344,879

triliun. PDN Neto dihitung berdasarkan penjumlahan

penerimaan perpajakan dan PNBP, setelah dikurangi

dengan penerimaan negara yang dibagihasilkan

kepada daerah dan pendapatan negara yang di-

earmark. Penerimaan negara yang dibagihasilkan

terdiri atas penerimaan: (i) PPh Pasal 21 dan PPh Pasal

25/29 WPOPDN; (ii) PBB; (iii) Cukai Hasil Tembakau;

(iv) Minyak Bumi dan Gas Bumi; (v) Pertambangan

Umum; (vi) Kehutanan; (vii) Perikanan; dan (viii) Panas

Bumi. Sedangkan, pendapatan negara yang di-earmark

terdiri dari Pendapatan PNBP K/L, Pendapatan Badan

Layanan Umum (BLU), dan Penerimaan Perpajakan

yang Ditanggung Pemerintah.

Formulasi penghitungan alokasi DAU terdiri dari

Alokasi Dasar dan Celah Fiskal (Fiscal Gap). Alokasi

Dasar (AD) dihitung dengan mempertimbangkan

belanja gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD)

yang besarannya telah ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan dan kebijakan terkait penggajian.

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report73

Need and Fiscal Capacity. Fiscal Need is the regional

financing need to perform basic public service function

that is calculated based on Total Population, Size of

Region (including land area and water area), Human

Development Index (IPM), Construction Cost Index

(IKK), and Gross Regional Domestic Product (PDRB) per

capita. Meanwhile, Fiscal Capacity is regional financing

sourced from Locally-Generated Regional Revenue

(PAD) and Revenue Sharing Fund (DBH). DBH on this

matter comprises DBH from Natural Resources, Tax,

and Tobacco Products Excise.

Data employed to calculate DAU allocation is obtained

from the Government’s statistics agency and/or other

government agencies with the authority to publish

liable data. In the case of unavailable data, DAU

calculation shall refer to data of prior year.

General Allocation Fund RealizationUntil the end of 2018, distributed DAU amounted to

Rp401.49 trillion or 100 percent of allocation ceiling

for Fiscal Year 2018. DAU distribution realization in

2018 has calculated settlement of several regional

government obligations, namely:

1. Settlement of regional loan payment obligation to

one region amounting to Rp5.65 billion.

2. Settlement of health insurance dues to BPJS in 42

regions amounting to Rp264.0 billion.

3. Settlement of grant obligation of parent regions

to new autonomous regions (DOB) in 6 regions

amounting to Rp26.75 billion.

4. Settlement of over-distribution of Special Allocation

Fund in Fiscal Year 2016 to 64 regions amounting to

Rp48.93 billion.

Celah Fiskal (CF) dihitung berdasarkan selisih antara

Kebutuhan Fiskal dengan Kapasitas Fiskal. Kebutuhan

Fiskal (KbF) merupakan kebutuhan pendanaan daerah

untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum

yang dihitung dengan mempertimbangkan Jumlah

Penduduk, Luas Wilayah (meliputi wilayah darat dan

wilayah laut), Indeks Pembangunan Manusia (IPM),

Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK), dan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. Sedangkan,

Kapasitas Fiskal (KpF) merupakan sumber pendanaan

daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD),

dan Dana Bagi Hasil (DBH). DBH dalam hal ini meliputi

DBH SDA dan DBH pajak termasuk DBH CHT.

Data yang digunakan dalam penghitungan alokasi DAU

bersumber dari lembaga statistik Pemerintah dan/atau

lembaga pemerintah yang berwenang menerbitkan

data yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal

data tidak tersedia, penghitungan DAU menggunakan

data tahun sebelumnya.

Realisasi Dana Alokasi UmumSampai dengan akhir tahun 2018, DAU dapat tersalurkan

sebesar Rp401,49 triliun atau 100 persen dari pagu

alokasi TA 2018. Realisasi penyaluran DAU tahun 2018

tersebut telah memperhitungkan penyelesaian atas

beberapa kewajiban pemerintah daerah, yaitu:

1. Penyelesaian kewajiban pembayaran pinjaman

daerah pada satu daerah sebesar Rp5,65 miliar.

2. Penyelesaian pembayaran tunggakan iuran jaminan

kesehatan kepada BPJS pada 42 daerah sebesar

Rp264,0 miliar.

3. Penyelesaian kewajiban hibah atas daerah induk

kepada DOB pada 6 daerah sebesar Rp26,75 miliar.

4. Penyelesaian lebih salur DAK TA 2016 pada 64

daerah sebesar Rp48,93 miliar.

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report74

DAU distribution in 2018 always considered the

compliance of regions in delivering Regional Financial

Information. Until December 31, 2018, there were

regional governments that have not submitted the

following reports: a) Regional Financial Information

(IKD) report by 13 regions (Rp82.25 billion); and b)

Accountability Report of Regional Budget Execution

2017 by 1 region (Rp65.98 billion). Nonetheless,

pursuant to Article 12 paragraph (2) of Regulation of

the Minister of Finance No. 04/PMK.07/2011, in the

case of Regional Government being imposed with DAU

deferment sanction until the end of fiscal year, the

deferred Balanced Fund is redistributed before the end

of the fiscal year. In accordance with the mandate by

such Regulation of the Minister of Finance, in 2018, DAU

distribution has once again reached full realization or

100 percent of the allocation in 2018.

Nevertheless, regions that have not submitted IKD

report were imposed with DAU deferment for 2019

distribution until these regional governments submit

the concerned report pursuant to the mandate in

Article 12 paragraph (4) of Regulation of the Minister of

Finance No. 04/PMK.07/2011.

General Allocation Fund EvaluationIn the block grant management of DAU, the Government

aims DTU usage (in the form of DAU and DBH) at

least 25 percent of the allocation spent for regional

infrastructure. Regional infrastructure expenditure

is directly related to acceleration of public service

facilities and economic development in order to

increase job opportunity, reduce poverty, and reduce

the gap in public service among regions.

The regions’ compliance with such policy still needs

to be improved. In 2018, 253 regions or 47 percent

of all regions have budgeted regional infrastructure

Penyaluran DAU TA 2018 senantiasa memperhatikan

kepatuhan daerah dalam penyampaian Informasi

Keuangan Daerah. Sampai dengan 31 Desember

2018 masih terdapat pemerintah daerah yang belum

menyampaikan laporan berupa: a) Laporan Informasi

Keuangan Daerah (IKD) sebanyak 13 daerah (Rp82,25

M); dan b) LPP APBD 2017 sebanyak 1 daerah (Rp65,98

miliar). Namun demikian, berdasarkan Pasal 12 ayat (3)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 04/PMK.07/2011,

dalam hal Pemerintah Daerah masih dikenakan sanksi

penundaan DAU sampai dengan berakhirnya tahun

anggaran, Dana Perimbangan yang ditunda disalurkan

kembali sebelum tahun anggaran berakhir. Menjalankan

mandat dari Peraturan Menteri Keuangan tersebut, di

tahun 2018 penyaluran DAU kembali mencapai realisasi

penuh atau 100 persen dari alokasi TA 2018.

Namun demikian, terhadap daerah yang belum

menyampaikan laporan IKD tersebut kembali dilakukan

penundaan DAU pada penyaluran tahun 2019 sampai

dengan pemerintah daerah menyampaikan laporan

dimaksud sesuai dengan amanat Pasal 12 ayat (4)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 04/PMK.07/2011.

Evaluasi Dana Alokasi UmumDalam pengelolaan DAU yang bersifat block grant, Pemerintah mengarahkan penggunaan DTU (berupa

DAU dan DBH) paling sedikit sebesar 25 persen dari

alokasi digunakan untuk belanja infrastruktur daerah.

Belanja infrastruktur daerah tersebut merupakan

belanja yang langsung terkait dengan percepatan

pembangunan fasilitas pelayanan publik dan ekonomi

dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja,

mengurangi kemiskinan, dan mengurangi kesenjangan

penyediaan pelayanan publik antar daerah.

Tingkat kepatuhan daerah atas kebijakan tersebut

masih perlu ditingkatkan. Pada tahun 2018, terdapat 253

daerah atau sebesar 47 persen telah menganggarkan

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report75

expenditure sourced from DTU by at least 25 percent,

an improvement from the previous year in which 230

regions or 42 percent of all regions have complied.

Meanwhile, regions that have not complied with the

policy amounted to 289 regions or 53 percent of all

regions, which has improved from the previous year at

312 regions or 58 percent of all regions. Nationwide,

the total regional infrastructure expenditure sourced

from DTU in 2018 amounted to Rp114.5 trillion or 25.7

percent.

PHYSICAL SPECIAL ALLOCATION FUNDPolicy concerning Physical Special Allocation FundSpecial Allocation Fund (DAK) is a fund sourced from

State Revenue allocated for regions to help funding

specific activities of the regions, both physical and

non-physical. Activities funded with DAK are closely

related to national and regional priorities.

In particular, Physical DAK is oriented to accelerate

infrastructure and economic development in order

to increase job opportunity, reduce poverty, and

inter-region gap to align with regional potential

development and act as a driving force of national

development synchronization in supporting Nawa Cita

program, especially in HR Development, Connectivity,

Tourism, and Health. The General Policy of Physical

DAK has the function to assist regions in implementing

government duties, particularly in the fulfillment of

basic public service facilities and infrastructure. Thus

far, DAK is one of the sources of funding for regional

infrastructure development.

In its development, Physical DAK implementation in

2018 underwent several changes in policy since 2017.

These changes are as follows:

belanja infrastruktur daerah yang bersumber dari DTU

paling sedikit sebesar 25 persen, meningkat dari tahun

sebelumnya yang baru dipatuhi oleh 230 daerah atau

sebesar 42 persen. Sedangkan daerah yang belum

memenuhi kebijakan tersebut sebanyak 289 daerah

atau sebesar 53 persen, mengalami perbaikan dari

tahun sebelumnya sebanyak 312 daerah atau sebesar

58 persen belum memenuhi. Secara agregat nasional

jumlah belanja infrastruktur daerah yang bersumber

dari DTU pada TA 2018 mencapai Rp114,5 triliun atau

sebesar 25,7 persen.

DANA ALOKASI KHUSUS FISIKKebijakan Dana Alokasi Khusus FisikDana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang

bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah

untuk mendanai kegiatan tertentu yang menjadi

urusan daerah, baik kegiatan yang bersifat fisik maupun

nonfisik. Kegiatan-kegiatan yang didanai dengan DAK

erat terkait dengan pencapaian prioritas nasional dan

prioritas daerah.

Khusus DAK Fisik diarahkan untuk memacu

pembangunan infrastruktur dan ekonomi untuk

meningkatkan kesempatan kerja serta mengurangi

kemiskinan dan kesenjangan antarwilayah, serta

diselaraskan dengan pengembangan potensi di daerah

dan berperan sebagai motor penyelaras pembangunan

nasional untuk mendukung program Nawa Cita

terutama untuk Pembangunan SDM, Konektifitas,

Pariwisata, dan Kesehatan. Kebijakan Umum DAK Fisik

berfungsi untuk membantu daerah dalam mewujudkan

tugas pemerintah, khususnya pemenuhan kebutuhan

sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat.

Selama ini, DAK menjadi salah satu sumber pendanaan

pembangunan infrastruktur di daerah.

Di dalam perkembangannya, pelaksanaan DAK Fisik

tahun 2018 mengalami beberapa perubahan kebijakan

dari tahun 2017. Perubahan tersebut antara lain:

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report76

1. Allocation is based on regional proposals in

accordance with the sector and menu of activities

determined to achieve central and regional priority

targets, of which proposals are submitted through

E-Planning application;

2. Allocation considers regional performance in the

implementation of Physical DAK in the last two

years;

3. Allocation focus is based on the result of activities

synchronization per sector among regions and

among activities that will be funded by DAK and

those funded by Ministries/Agencies expenditure;

4. Distribution improvement through:

a) Distribution by sector with time limit for report

submission per stage;

b) Distribution based on implementation

performance (absorption and output

achievement report); and

c) Distribution through local State Treasury

Service Offices (KPPN) to facilitate regional

governments.

The measures taken to maintain alignment of

Physical DAK policy with national priority target are

by improving the process of planning, budgeting,

and allocation that is synchronized with central

government expenditure as stipulated in RKP, RPJMN,

RKPD, dan RPJMD. As such, synchronization of Physical

DAK planning and budgeting occurs not only at central

government level, but also at provincial or regency/

municipal levels. Moreover, to maintain Physical DAK

output achievement, measures to improve distribution

mechanism based on implementation performance

were taken, which are based on absorption

performance and output achievement performance of

Physical DAK. Physical DAK ceiling in 2018 amounted

to Rp62.44 trillion, which consists of Regular DAK at

Rp31.35 trillion, Assignment DAK at Rp24.46 trillion,

and Affirmation DAK at Rp6.62 trillion.

1. Pengalokasiannya berdasarkan usulan daerah

(proposal based) sesuai dengan bidang dan menu

kegiatan yang ditentukan untuk mencapai sasaran

yang menjadi prioritas pusat dan daerah, dimana

pengusulan tersebut disampaikan melalui aplikasi

E-Planning;

2. Pengalokasiannya memperhitungkan kinerja

daerah dalam pelaksanaan DAK Fisik dua tahun

sebelumnya;

3. Penajaman alokasi berdasarkan hasil sinkronisasi

kegiatan per bidang antardaerah dan antara

kegiatan yang akan didanai DAK dengan yang

didanai dari belanja K/L;

4. Perbaikan penyaluran yang dilakukan melalui:

a) penyaluran per bidang, dengan pembatasan

waktu penyampaian laporan per tahapan;

b) penyaluran berdasarkan kinerja pelaksanaan

(laporan penyerapan dan capaian output); dan

c) penyaluran melalui KPPN setempat sehingga

lebih memudahkan bagi pemerintah daerah.

Langkah yang diambil untuk menjaga agar kebijakan

DAK Fisik selaras dengan target pencapaian prioritas

nasional adalah dengan perbaikan proses perencanaan,

penganggaran, dan pengalokasian yang tersinkronisasi

dengan belanja pemerintah pusat yang telah ditetapkan

dalam RKP, RPJMN, RKPD, dan RPJMD. Dengan

demikian, sinkronisasi perencanaan dan penganggaran

DAK Fisik tidak hanya dilaksanakan di tingkat pusat

namun juga di tingkat provinsi maupun kabupaten/

kota. Di samping itu, guna menjaga ketercapaian

output DAK Fisik, maka dilakukan langkah-langkah

perbaikan mekanisme penyaluran yang berbasis

kinerja pelaksanaan, yaitu berdasar kinerja penyerapan

dan kinerja pencapaian output DAK Fisik. Pagu DAK

Fisik tahun anggaran 2018 adalah sebesar Rp62,44

triliun yang terdiri dari DAK Reguler sebesar Rp31,35

triliun, DAK Penugasan sebesar Rp24,46 triliun, dan

DAK Afirmasi sebesar Rp6,62 triliun.

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report77

Table 4.1Allocation and Realization of Physical DAK per Sector

in 2018 (in trillion rupiah)

Regular DAKIn 2018, regular DAK comprised 11 (eleven) sectors: (1)

education; (2) health and family planning; (3) drinking

water: (4) sanitation; (5) housing and settlement; (6)

market; (7) small and medium industry; (8) agriculture;

Tabel 4.1Alokasi dan Realisasi DAK Fisik per Bidang Tahun 2018

(dalam triliun rupiah)

Jenis-Bidang / Type-Sector Alokasi / Allocation

Realisasi / Realization %

DAK Reguler / Regular DAK 31.35 29.41 93.82

Air Minum / Drinking Water 0.50 0.46 92.03

Industri Kecil dan Menengah / Small and Medium Industry 0.56 0.50 89.00

Jalan / Road 8.00 7.56 94.53

Kelautan dan Perikanan / Maritime and Fisheries 0.88 0.80 90.75

Kesehatan dan KB / Health and Family Planning 10.51 9.73 92.56

Pariwisata / Tourism 0.63 0.56 89.20

Pasar / Market 0.86 0.79 91.68

Pendidikan / Education 6.63 6.41 96.62

Pertanian / Agriculture 1.68 1.55 92.31

Perumahan dan Pemukiman / Housing and Settlement 0.56 0.54 96.27

Sanitasi / Sanitation 0.52 0.50 95.87

DAK Penugasan / Assignment DAK 24.46 22.48 91.90

Air Minum / Drinking Water 1.05 0.96 90.96

Energi Skala Kecil / Small-Scale Energy 0.50 0.31 61.45

Irigasi / Irrigation 4.25 3.79 89.20

Jalan / Road 10.20 9.79 96.01

Kesehatan / Health 4.24 3.82 90.13

Lingkungan Hidup dan Kehutanan / Environment and Forestry 0.50 0.39 78.74

Pasar / Market 0.91 0.78 86.19

Pendidikan / Education 1.71 1.60 93.42

Sanitasi / Sanitation 1.10 1.03 94.14

DAK Afirmasi / Affirmation DAK 6.62 6.25 94.45

Air Minum / Drinking Water 0.52 0.49 94.30

Kesehatan / Health 3.23 3.07 95.27

Pendidikan / Education 0.79 0.78 98.48

Perumahan dan Pemukiman / Housing and Settlement 0.46 0.43 92.11

Sanitasi / Sanitation 0.54 0.53 97.60

Transportasi / Transportation 1.08 0.95 88.55

Grand Total 62.44 58.15 93.13

DAK RegulerPada tahun 2018, bidang DAK reguler mencakup 11

(sebelas) bidang: (1) pendidikan; (2) kesehatan dan KB; (3)

air minum; (4) sanitasi; (5) perumahan dan permukiman;

(6) pasar; (7) industri kecil dan menengah; (8) pertanian;

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report78

(9) maritime and fisheries; (10) tourism; and (11) road.

The objective/target and activity scope of each regular

DAK sectors are as follows.

1) Education Sector

This sector aims to assist Regional Government in

providing education facilities and infrastructure

while gradually fulfilling Minimum Service

Standard (SPM), access availability or assurance,

as well as service quality in primary and secondary

education within the implementation of the 12-year

Compulsory Education.

The scope of activities for Elementary School (SD)

among others are: (i) rehabilitation of classrooms,

other supporting rooms, library and/or teachers’

room with medium or serious damage, with or

without furniture; (ii) rehabilitation of toilets for

students/teachers with medium or serious damage,

with or without sanitation; (iii) construction of

new classrooms; (iv) construction of toilets for

students/teachers along with sanitation; and (v)

procurement of school library collection, consisting

of enrichment books, reference books, and teaching

guidelines.

The scope of activities for Junior High School

(SMP) covers (i) rehabilitation of classrooms, other

supporting rooms, library and/or teachers’ room

with medium or serious damage, with or without

furniture; (ii) rehabilitation of toilets for students/

teachers with medium or serious damage, with

or without sanitation; (iii) construction of new

classrooms with equipment; (iv) construction

of natural science laboratory with equipment;

(v) construction of library with equipment; (vi)

(9) kelautan dan perikanan; (10) pariwisata; dan (11)

jalan. Adapun tujuan/sasaran serta lingkup kegiatan

dari masing-masing bidang DAK reguler adalah sebagai

berikut.

1) Bidang Pendidikan

Sasaran pada bidang ini adalah memberikan bantuan

kepada Pemerintah Daerah untuk menyediakan

sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka

pemenuhan secara bertahap Standar Pelayanan

Minimal (SPM), ketersediaan atau keterjaminan

akses, serta mutu layanan pada pendidikan

dasar dan pendidikan menengah dalam rangka

pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan 12 Tahun

yang berkualitas.

Ruang lingkup kegiatan untuk Sekolah Dasar (SD)

antara lain mencakup (i) rehabilitasi ruang kelas,

ruang penunjang lainnya, ruang perpustakaan

dan/atau ruang guru dengan tingkat kerusakan

sedang atau berat, baik beserta perabotnya atau

tanpa perabotnya; (ii) rehabilitasi jamban siswa/

guru dengan tingkat kerusakan sedang atau berat,

baik beserta sanitasinya atau tanpa sanitasinya;

(iii) pembangunan ruang kelas baru (RKB) beserta

perabotnya; (iv) pembangunan jamban siswa/

guru beserta sanitasinya; dan (v) pengadaan buku

koleksi perpustakaan sekolah yang terdiri dari buku

pengayaan, buku referensi, dan buku panduan

pendidik.

Ruang lingkup kegiatan untuk Sekolah Menengah

Pertama (SMP) mencakup (i) rehabilitasi

ruang belajar, ruang penunjang lainnya, ruang

perpustakaan dan/atau ruang guru dengan

tingkat kerusakan sedang atau berat, baik beserta

perabotnya atau tanpa perabotnya; (ii) rehabilitasi

jamban siswa/guru dengan tingkat kerusakan

sedang atau berat, baik beserta sanitasinya atau

tanpa sanitasinya; (iii) pembangunan ruang kelas

baru (RKB) beserta perabotnya; (iv) pembangunan

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report79

construction of toilets for students/teachers with

sanitation; and (vii) improvement of education

facilities in the form of laboratory equipment and

educational tools, sports and/or arts and culture

facilities, learning media, and school library

collection.

The scope of activities for Senior High School

(SMA) covers (i) rehabilitation of classrooms, other

supporting rooms, library and/or teachers’ room

with medium or serious damage, with or without

furniture; (ii) rehabilitation of toilets for students/

teachers with medium or serious damage, with

or without sanitation; (iii) construction of new

classrooms with equipment; (iv) construction of

natural science laboratory with equipment; (v)

construction of toilets for students/teachers with

sanitation; as well as (vi) improvement of education

facilities in the form of educational tools, learning

media, sports and/or arts and culture facilities.

The scope of activities for special needs

Elementary/Junior High/Senior High Schools

covers (i) rehabilitation of classrooms, other

supporting rooms, library and/or teachers’ room

with medium or serious damage, with or without

furniture; (ii) rehabilitation of toilets for students/

teachers with medium or serious damage, with

or without sanitation; (iii) construction of new

classrooms with equipment; and (iv) improvement

of education facilities in the form of learning tools.

The scope of activities for Learning Studio (SKB)

covers (i) rehabilitation of classrooms, other

supporting rooms, library and/or teachers’ room

ruang laboratorium IPA beserta perabotnya;

(v) pembangunan ruang perpustakaan beserta

perabotnya; (vi) pembangunan jamban siswa/

guru beserta sanitasinya; serta (vii) peningkatan

sarana pendidikan berupa peralatan laboratorium

dan alat peraga pendidikan, sarana PJOK dan/atau

seni budaya, media pembelajaran, dan buku koleksi

perpustakaan sekolah.

Ruang lingkup kegiatan untuk Sekolah Menengah

Atas (SMA) mencakup (i) rehabilitasi ruang belajar,

ruang penunjang lainnya, ruang perpustakaan

dan/atau ruang guru dengan tingkat kerusakan

sedang atau berat, baik beserta perabotnya atau

tanpa perabotnya; (ii) rehabilitasi jamban siswa/

guru dengan tingkat kerusakan sedang atau berat,

baik beserta sanitasinya atau tanpa sanitasinya;

(iii) pembangunan ruang kelas baru (RKB) beserta

perabotnya; (iv) pembangunan ruang laboratorium

IPA beserta perabotnya; (v) pembangunan

jamban siswa/guru beserta perabotnya; serta (vi)

peningkatan sarana pendidikan berupa peralatan

pendidikan, media pembelajaran, sarana PJOK dan/

atau seni budaya.

Ruang lingkup kegiatan untuk SDLB/SMPLB/

SMLB/SLB mencakup (i) rehabilitasi ruang kelas,

ruang penunjang lainnya, ruang perpustakaan

dan/atau ruang guru dengan tingkat kerusakan

sedang atau berat, baik beserta perabotnya atau

tanpa perabotnya; (ii) rehabilitasi jamban siswa/

guru dengan tingkat kerusakan sedang atau berat,

baik beserta sanitasinya atau tanpa sanitasinya;

(iii) pembangunan ruang kelas baru (RKB) beserta

perabotnya; serta (iv) peningkatan sarana

pendidikan berupa alat pembelajaran.

Ruang lingkup kegiatan untuk Sanggar Kegiatan

Belajar (SKB) mencakup (i) rehabilitasi ruang kelas,

ruang penunjang lainnya, ruang perpustakaan

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report80

with medium or serious damage, with or without

furniture; (ii) rehabilitation of toilets for students/

teachers with medium or serious damage, with

or without sanitation; (iii) construction of new

classrooms with equipment; and (iv) improvement

of education facilities in the form of library

collection.

2) Health and Family Planning Sector

This sector aims to improve access and service

quality in health and family planning as well as

reproductive health, especially to improve public

health and nutrition through distribution of

health service, availability of medicine and health

equipment, provision of health and family planning

service facilities and infrastructure to support the

achievement of national priority in Government

Work Program 2018.

The scope of basic health service covers (i)

construction and rehabilitation of non-affirmation

community health centers and its supports; (ii)

procurement of non-affirmation community health

center infrastructure; (iii) procurement of health

equipment as well as health information equipment

and system to support community health centers;

and (iv) procurement of equipment, machineries,

and materials for disease control, environmental

health, and public health.

The scope of referral health service covers (i)

construction and rehabilitation of regency/

municipality and province hospitals outside

Assignment DAK; (ii) procurement of health

equipment at regency/municipality and province

hospitals outside Assignment DAK; and (iii)

procurement of infrastructure for regency/

municipality and province hospitals outside

Assignment DAK.

dan/atau ruang guru dengan tingkat kerusakan

sedang atau berat, baik beserta perabotnya atau

tanpa perabotnya; (ii) rehabilitasi jamban siswa/

guru dengan tingkat kerusakan sedang atau berat,

baik beserta sanitasinya atau tanpa sanitasinya;

(iii) pembangunan ruang kelas baru (RKB) beserta

perabotnya; serta (iv) peningkatan sarana

pendidikan berupa buku koleksi perpustakaan.

2) Bidang Kesehatan dan Keluarga Berencana

Sasaran pada bidang ini adalah untuk meningkatkan

akses dan mutu pelayanan kesehatan dan keluarga

berencana serta kesehatan reproduksi terutama

untuk meningkatkan derajat kesehatan dan

gizi masyarakat melalui dukungan peningkatan

pemerataan pelayanan kesehatan, ketersediaan

obat dan perbekalan kesehatan, penyediaan sarana

dan prasarana pelayanan kesehatan dan KB untuk

mendukung pencapaian prioritas nasional dalam

Rencana Kerja Pemerintah 2018.

Ruang lingkup pelayanan kesehatan dasar

antara lain mencakup (i) pembangunan dan

rehabilitasi bangunan puskesmas non afirmasi dan

pendukungnya; (ii) penyediaan prasarana puskesmas

non afirmasi; (iii) penyediaan alat kesehatan

dan peralatan serta sistem informasi kesehatan

pendukung puskesmas; serta (iv) penyediaan alat,

mesin dan bahan untuk pengendalian penyakit,

kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Ruang lingkup pelayanan kesehatan rujukan antara

lain mencakup (i) pembangunan dan rehabilitasi RS

Kabupaten/kota dan Provinsi selain DAK Penugasan;

(ii) penyediaan alat kesehatan di RS Kabupaten/

kota dan Provinsi selain DAK Penugasan; serta (iii)

penyediaan prasarana RS Kabupaten/kota dan

Provinsi selain DAK Penugasan.

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report81

Scope of pharmacy service and health equipment

among others are (i) procurement of medicine

and medical consumables (BMHP) at regency/

municipality; (ii) new construction/rehabilitation

and/or provision of pharmacy installation

supporting facilities at regency/municipality;

and (iii) new construction/rehabilitation and/

or provision of pharmacy installation supporting

facilities at province level.

The scope of family planning service covers (i)

procurement of facilities and infrastructure for

family planning service clinic; (ii) construction/

conversion of warehouse, equipment, and

contraceptive medicine; (iii) procurement of

transportation facility for family planning service;

(iv) procurement of family planning extension car

units; (v) procurement of data processing media/

tools; (vii) construction/conversion/development

of family planning extension office; and (viii)

procurement of facilities for family planning field

officers.

3) Drinking Water Sector

This sector aims to realize universal access to

drinking water in 2019 and fulfillment of Minimum

Service Standard (SPM) as well as to support

national priority program. The scope of activities

covers (i) expansion of Drinking Water Provision

System (SPAM) through the utilization of built SPAM

idle capacity from IKK/PDAM/Communal system;

(ii) new construction for regions without drinking

water access, which includes construction of Piping

Network SPAM and Non-Piping Network (BJP) SPAM

or improvement of unprotected BJP SPAM into

Ruang lingkup pelayanan kesehatan kefarmasian

dan perbekalan kesehatan antara lain (i)

penyediaan obat dan BMHP (Bahan Medis Habis

Pakai) di Kabupaten/kota; (ii) pembangunan

baru/rehabilitasi dan/atau penyediaan sarana

pendukung instalasi farmasi Kabupaten/kota; serta

(iii) pembangunan baru/rehabilitasi dana atau

penyediaan sarana pendukung instalasi farmasi

Provinsi.

Ruang lingkup pelayanan keluarga berencana

mencakup (i) pengadaan sarana prasarana klinik

pelayanan KB; (ii) pembangunan/alih fungsi gudang,

alat, dan obat kontrasepsi; (iii) pengadaan sarana

transportasi pelayanan KB; (iv) pengadaan mobil

unit penerangan (MUPEN) KB; (v) pengadaan sarana

KIE Kit dan Media Lini Lapangan; (vi) pengadaan

media/alat pengolah data; (vii) pembanguna/alih

fungsi/pengembangan balai penyuluhan KB; serta

(viii) pengadaan sarana petugas lapangan KB.

3) Bidang Air Minum

Sasaran pada bidang ini adalah mewujudkan

akses universal air minum di tahun 2019 dan

pemenuhan Standar Pelayanan Minimum (SPM)

serta mendukung program prioritas nasional.

Ruang lingkup kegiatan meliputi (i) perluasan

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) melalui

pemanfaatan idle capacity SPAM terbangun dari

sistem IKK/PDAM/Komunal; (ii) pembangunan

baru bagi daerah yang belum memiiliki layanan

air minum yang meliputi pembangunan SPAM

Jaringan Perpipaan dan SPAM Bukan Jaringan

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report82

protected BJP SPAM; and (iii) improvement of SPAM

through capacity and/or volume improvement of

built SPAM facilities and infrastructure.

4) Sanitation Sector

This sector aims to realize universal access in

2019 through improvement of service scope of

wastewater treatment facility. Sanitation facility

construction is based on priority locations

and sanitation system development plan in the

Municipality/Regency Sanitation Strategy (SSK).

The scope of activities covers (i) new construction of

settlement-scale centralized Domestic Wastewater

Treatment System (SPALD), which consists of

settlement-scale Domestic Wastewater Treatment

Installation (IPALD), collection network and Housing

Connection (SR) that serves at least 50 Households

(KK); (ii) new construction of settlement-scale

centralized SPALD, which consists of communal

scale settlement IPALD, collection network and SR

that serves at least 50 KK as well as bathroom and

toilet (MCK) infrastructure; and (iii) construction of

communal scale septic tank (5-10 KK).

5) Housing and Settlement Sector

This sector aims to improve the living quality of

low income community (MBR), poor community,

and communities affected by public infrastructure

development in slums and prevention of urban slums

through facilitation of new development stimulus

and independent house quality improvement. The

Perpipaan (BJP) atau peningkatan SPAM BJP tidak

terlindungi menjadi SPAM BJP terlindungi; serta (iii)

peningkatan SPAM melalui penambahan kapasitas

dan/atau volume dari sarana dan prasarana SPAM

terbangun.

4) Bidang Sanitasi

Sasaran pada bidang ini adalah mewujudkan

akses universal di tahun 2019 melalui peningkatan

cakupan pelayanan sarana pengelolaan air

limbah. Pembangunan sanitasi dilakukan dengan

berdasarkan pada lokasi prioritas dan rencanan

pengembangan sistem sanitasi dalam Strategi

Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK). Ruang lingkup

kegiatan meliputi (i) pembangunan baru Sistem

Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) terpusat

skala permukiman yang terdiri dari Instalasi

Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) skala

permukiman, jaringan pengumpul dan Sambungan

Rumah (SR) dengan jumlah layanan minimal 50

Kepala Keluarga (KK); (ii) pembangunan baru SPALD

terpusat skala permukiman yang terdiri dari IPALD

permukiman skala komunal, jaringan pengumpul

dan SR dengan jumlah layanan minimal 50 KK

serta prasarana Mandi Cuci Kakus (MCK); serta (iii)

pembangunan tangka septik skala komunal (5-10

KK).

5) Bidang Perumahan dan Permukiman

Sasaran pada bidang ini adalah meningkatkan

kualitas hidup masyarakat berpenghasilan rendah

(MBR), masyarakat miskin, serta masyarakat yang

terkena dampak pembangunan infrastruktur publik

di kawasan permukiman kumuh dan pencegahan

permukiman kumuh perkotaan melalui fasilitasi

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report83

scope of activities covers new house construction

for houses with total damage/damage to all

structural and non-structural building components

and for houses affected by public infrastructure

development in the handling and/or prevention of

slums, as well as quality improvement for houses

with light, medium, and serious damage and houses

affected by public infrastructure development in

the handling and/or prevention of slums.

6) Market Sector

This sector aims for (i) provision of basic service

with the target to fulfill Minimum Service Standard

(SPM); (ii) construction of trade facilities and

consumer protection efforts; and (iii) supporting

Economy of Justice Presidential Program that is

based on opportunity. The scope of activities covers

(i) construction/revitalization of public market in

market locations that have not received Physical

DAK allocation or second phase construction for

markets that have been revitalized and seen an

increase in trade activities that can no longer be

accommodated by the existing market as well as

for damaged post-disaster locations, especially

after fire and natural disaster; (ii) construction

of maritime store facilities; (iii) construction,

development, or expansion of SRG warehouse that

has been operating with high utilization rate and/or

provision of supporting facilities for SRG warehouse

that needs them in accordance with the stored

commodities; (iv) construction and improvement

of legal metrology facilities to establish legal

metrology UPTD of regency/municipality along

with supporting equipment and facilities.

stimultan pembangunan baru maupun peningkatan

kualitas rumah secara swadaya. Ruang lingkup

kegiatan meliputi pembangunan rumah baru

untuk rumah yang mengalami rusak total/seluruh

komponen bangunan baik struktural maupun

non struktural dan untuk rumah yang terkena

dampak pembangunan infrastruktur publik dalam

rangka penanganan permukiman kumuh dan/atau

pencegahan permukiman kumuh, serta peningkatan

kualitas untuk rumah yang mengalami rusak ringan,

rusak sedang, rusak berat, dan rumah yang terkena

dampak pembangunan infrastruktur publik dalam

rangka penanganan permukiman kumuh dan/atau

pencegahan permukiman kumuh.

6) Bidang Pasar

Sasaran pada bidang ini adalah untuk (i) penyediaan

pelayanan dasar dengan target pemenuhan Standar

Pelayanan Minimal (SPM); (ii) pembangunan

sarana perdagangan dan upaya perlindungan

konsumen; serta (iii) mendukung kebijakan

berbasis kesempatan Program Presiden Ekonomi

Berkeadilan. Ruang lingkup kegiatan meliputi (i)

pembangunan/revitalisasi pasar rakyat di lokasi

pasar yang belum pernah mendapatkan alokasi

DAK Fisik atau pembangunan tahap kedua bagi

pasar yang telah di revitalisasi dan mengalami

peningkatan aktivitas perdagangan yang tidak

dapat lagi tertampung di pasar yang telah ada

serta di lokasi pasca bencana yang mengalami

kerusakan terutama pasca kebakaran dan bencana

alam; (ii) pembangunan sarana gerai maritim; (iii)

pembangunan, pengembangan, maupun perluasan

gudang SRG yang telah beroperasi dengan tingkat

utilisasi yang tinggi dan/atau pemberian fasilitas

pendukung bagi gudang SRG yang membutuhkan

disesuaikan dengan komoditas yang disimpan; (iv)

pembangunan dan peningkatan sarana metrologi

legal untuk membentuk UPTD metrologi legal

kabupaten/kota beserta peralatan dan fasilitas

penunjangnya.

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report84

7) Small and Medium Industry Sector

This sector aims to accelerate distribution and

equality of industrial development to all regions

of Indonesia. Empowerment of small and medium

industry is performed through revitalization of small

and medium industry centers. Policy concerning

industrial area development is oriented towards

distribution of industrial development outside the

Java island with the main strategy of building 22

small and medium industry centers, 11 of which are

located in eastern parts of Indonesia, particularly

in Papua, Papua Barat, Maluku, Nusa Tenggara

Barat, and Nusa Tenggara Timur, and another

11 in western Indonesia. The scope of activities

covers (i) construction of new centers in regency/

municipality by design, separate from residence,

managed by a managing body and located within

an Industrial Area (KPI) or area planned for KPI;

and (ii) revitalization of small and medium industry

centers.

8) Agriculture Sector

This sector aims to support the priority program

of food production increase and construction

of agriculture facilities and infrastructure in

order to assist the achievement of national food

security priority target. The scope of activities for

province covers (i) construction/improvement of

Regional Technical Implementation Unit (UPTD)/

Agricultural Training Center and Agricultural

Vocational School as well as the construction

and provision of supporting facilities; and

(ii) construction/improvement of UPTD for

agriculture mechanization center and provision

of supporting facilities. Meanwhile, the scope for

regency/municipality covers (i) construction of

water sources, comprising underground water

irrigation/reservoir/dam/ditches/floodgates/

7) Bidang Industri Kecil dan Menengah

Sasaran dari bidang ini adalah bertujuan untuk

percepatan penyebaran dan pemerataan

pembangunan industri ke seluruh wilayah

Indonesia. Pemberdayaan industri kecil dan

menengah dilakukan melalui revitalisasi sentra IKM.

Kebijakan pengembangan perwilayahan industri

diarahkan untuk lebih menyebarkan pembangunan

industri diluar pulau Jawa dengan strategi utama

antara lain membangun 22 sentra industri kecil

dan menengah yang terdiri dari 11 kawasan timur

Indonesia khususnya Papua, Papua Barat, Maluku,

Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur,

dan 11 di kawasan barat Indonesia. Ruang lingkup

kegiatan meliputi (i) pembangunan sentra baru

di kabupaten/kota yang berdasarkan atas suatu

perencanaan terpadu (by design), terpisah dari

tempat tinggal dan dikelola oleh suatu lembaga

pengelola dan berada di dalam Kawasan Peruntukan

Industri (KPI) atau yang direncanakan sebagai KPI;

serta (ii) revitalisasi sentra IKM.

8) Bidang Pertanian

Sasaran pada bidang ini adalah mendukung

program prioritas peningkatan produksi pangan

dan pembangunan sarana dan prasarana pertanian

dalam rangka mendukung pencapaian target

prioritas nasional ketahanan pangan. Ruang

lingkup kegiatan untuk provinsi mencakup (i)

pembangunan/ perbaikan Unit Pelaksana Teknis

Daerah (UPTD)/Balai Diklat Pertanian dan Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian Pembangunan

dan penyediaan sarana pendukungnya; serta (ii)

pembangunan/perbaikan UPTD balai mekanisasi

pertanian dan penyediaan sarana pendukungnya.

Sedangkan untuk kabupaten/kota, ruang

lingkupnya mencakup (i) pembangunan sumber-

sumber air meliputi irigasi air tanah/embung/dam

parit/pintu air/long storage; (ii) pembangunan jalan

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report85

long storage; (ii) construction of agricultural roads

(agriculture business roads and production roads);

(iii) construction of agricultural extension centers

(BPP) at districts and provision of supporting

facilities; and (iv) construction of slaughterhouses

(RPH), animal health centers, and provision of

supporting facilities.

9) Maritime and Fisheries Sector

This sector aims to support the National Priority

targets, particularly Food Security and Area

Development, through (i) improvement of fisheries

and salt production facilities and infrastructure;

(ii) management of conservation areas and small

islands; (iii) supervision of maritime and fisheries

resources; and (iv) empowerment of fishermen, fish

farmers, and salt farmers.

The scope of activities for province covers (i)

construction/rehabilitation of primary and

functional facilities and infrastructure of fishing

ports; (ii) construction/rehabilitation of primary

facilities and infrastructure of hatchery units;

(iii) construction/rehabilitation of infrastructure

in water conservation area or coastal and small

islands conservation area; (iv) procurement of salt

pond facilities and infrastructure; (v) procurement

of facilities and infrastructure for maritime and

fisheries resources supervision; (vi) construction/

rehabilitation of processing and marketing

infrastructure for fisheries products. The scope

of activities for regency/municipality covers (i)

construction/rehabilitation of fish auction (TPI)

infrastructure owned by regency/municipality

(UPTD of regency/municipality) outside fishing

ports; (ii) construction/rehabilitation of primary

facilities and infrastructure of hatchery units (UPTD

of regency/municipality); and (iii) procurement of

facilities and infrastructure for empowering small

businesses of maritime and fishing communities

(fishermen and fish farmers).

pertanian (jalan usaha tani dan jalan produksi); (iii)

pembangunan balai penyuluhan pertanian (BPP) di

kecamatan dan penyediaan sarana pendukungnya;

serta (iv) pembangunan balai/Rumah Potong

Hewan (RPH), Puskeswan dan penyediaan sarana

pendukungnya.

9) Bidang Kelautan dan Perikanan

Sasaran pada bidang ini adalah mendukung sasaran

Prioritas Nasional khususnya Ketahanan Pangan

dan Pembangunan Wilayah, melalui (i) peningkatan

sarana dan prasarana produksi perikanan dan

garam; (ii) pengelolaan kawasan konservasi dan

pulau-pulau kecil; (iii) pengawasan sumber daya

kelautan dan perikanan; serta (iv) pemberdayaan

nelayan, pembudidaya ikan, serta petambak garam.

Ruang lingkup kegiatan untuk provinsi mencakup

(i) pembangunan/rehabilitasi sarana dan prasarana

fasilitas pokok dan fungsional pelabuhan perikanan;

(ii) pembangunan/rehabilitasi sarana dan prasarana

pokok unit perbenihan; (iii) pembangunan/

rehabilitasi prasarana kawasan konservasi perairan

atau kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau

kecil, dan prasarana di pulau-pulau kecil; (iv)

pengadaan sarana dan prasarana tambak garam;

(v) pengadaan sarana dan prasarana pengawasan

sumber daya kelautan dan perikanan; (vi)

pembangunan/rehabilitasi prasarana pengolahan

dan pemasaran hasil perikanan. Adapun ruang

lingkup kegiatan untuk kabupaten/kota mencakup

(i) pembangunan/rehabilitasi sarana dan prasarana

Tempat Pelelangan lkan (TPI) milik kabupaten/

kota (UPTD kabupaten/kota) yang berada di luar

pelabuhan perikanan; (ii) pembangunan/rehabilitasi

sarana dan prasarana pokok unit perbenihan (UPTD

kabupaten/kota); serta (iii) pengadaan sarana

dan prasarana pemberdayaan usaha skala kecil

masyarakat kelautan dan perikanan (nelayan dan

pembudidaya lkan).

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report86

10) Tourism Sector

This sector aims to support the development of

tourism support facilities in each national tourism

area and the implementation of policy in tourist

attractions development and pioneering for the

growth of national tourism destinations, regional

development, and improvement of tourism

competitiveness.

The scope of activities covers the arrangement

of tourism area and amenities. Arrangement of

tourism area covers (i) construction of information

centers and its equipment; (ii) construction of

changing rooms and/or toilets; (iii) arrangement

of tourism parks (construction of pergola, gazebo,

park lighting, and fences); (iv) construction of art

performance stage; (v) construction/revitalization

of tourism support facilities (souvenir kiosks,

culinary plaza, worship facilities, viewing deck, and

identity gate); (vi) construction of pathways within

the area, boardwalk, pedestrian, and parking area;

and (vii) installation of signposts within tourism area.

The scope of tourism amenities activities covers

(i) construction of tourism ports; (ii) construction

of landing points for yachts; (iii) construction of

dive center and its equipment; (iv) construction of

surfing center and its equipment; (v) construction

of retaining walls; and (vi) procurement of glass

bottom boats.

11) Road Sector

This sector aims to support regions in improving the

quality of transportation service through stability

and safety improvement of provincial and regency/

municipal roads that support accessibility to basic

service facilities and regional economic centers. The

scope of activities covers: (i) regular maintenance;

10) Bidang Pariwisata

Sasaran dari bidang ini adalah mendukung

pembangunan fasilitas penunjang pariwisata di

tiap kawasan pariwisata nasional dan pelaksanaan

kebijakan di bidang pembangunan, perintisan daya

tarik wisata dalam rangka pertumbuhan destinasi

pariwisata nasional, dan pengembangan daerah

serta peningkatan kualitas daya saing pariwisata.

Ruang lingkup kegiatan ini meliputi penataan

kawasan pariwisata dan amenitas pariwisata.

Penataan kawasan pariwisata mencakup

(i) pembangunan pusat informasi/TIC dan

perlengkapannya; (ii) pembuatan ruang ganti

dan/atau toilet; (iii) penataan taman daya tarik

wisata (Pembuatan pergola, pembuatan gazebo,

pemasangan lampu taman dan pembuatan pagar

pembatas); (iv) pembangunan panggung kesenian/

pertunjukan; (v) pembangunan/revitalisasi sarana

pendukung daya tarik wisata (kios cinderamata,

plaza pusat jajanan/kuliner, tempat ibadah, menara

pandang (viewing deck) dan gapura identitas);

(vi) pembuatan jalur pejalan kaki/jalan setapak/

jalan dalam kawasan, boardwalk, pedestrian, dan

tempat parkir; serta (vii) pembuatan rambu-rambu

petunjuk arah di dalam kawasan daya tarik wisata.

Adapun kegiatan amenitas pariwisata mencakup (i)

pembangunan dermaga wisata; (ii) pembangunan

titik labuh/singgah kapal layar (yacht); (iii)

pembangunan dive center dan perlengkapannya; (iv)

pembangunan surfing center dan perlengkapannya;

(v) pembangunan talud; serta (vi) pengadaan

katamarang (Glass Bottom Boat).

11) Bidang Jalan

Sasaran dari bidang ini adalah untuk membantu

daerah dalam rangka meningkatkan kualitas

pelayanan transportasi melalui peningkatan

kemantapan dan keselamatan jalan provinsi dan

kabupaten/kota yang menunjang aksesibilitas ke

fasilitas-fasilitas pelayanan dasar dan pusat-pusat

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report87

(ii) structure and capacity improvement; and (iii)

construction of new roads and installation of road

equipment facilities.

Assignment DAKAssignment DAK is intended to fund specific events

with limited menu and determined locus in order

to achieve national priority goals. In 2018, the DAK

Assignment field covers 9 (nine) sectors: (1) education;

(2) health; (3) drinking water; (4) sanitation; (5) Low-

scale energy; (6) irrigation; (7) market; (8) road project;

(9) Environmental and Forestry. The objectives/targets

and scope of activities and allotment for each DAK

assignment are as follows.

1) Educational Sector

The goal is to improve the quality of learning

of vocational high schools (SMK) through the

construction and development of educational

facilities and infrastructure to be able to produce

qualified and skilled vocational graduates in

supporting the development of national priorities,

especially tourism, food security, energy security,

maritime affairs, and industry, and the development

of disadvantaged, foremost and outermost (3T) areas

and priority areas for transmigration with criteria

including: (i) Vocational schools based on technical

criteria are ready to be strengthened and developed,

so that they can produce qualified, competent and

skilled graduates to support the needs of leading

sector development, and increase development in

3T areas and transmigration priority areas; (ii) not

intended for new SMK construction (new school

units/USB); and (iii) intended to strengthen SMKs,

both private and public, that have areas of expertise

in accordance with the priority development

needs of the leading sectors and which encourage

the development of 3T areas and transmigration

perekonomian daerah. Adapun ruang lingkup

kegiatan terdiri dari: (i) pemeliharaan berkala;

(ii) peningkatan struktur dan kapasitas; serta (iii)

pembangunan jalan baru beserta pemasangan

fasilitas perlengkapan jalan.

DAK PenugasanDAK Penugasan bertujuan mendanai kegiatan khusus

dengan menu terbatas dan lokus yang ditentukan

dalam rangka pencapaian sasaran prioritas nasional.

Pada tahun 2018, bidang DAK Penugasan mencakup

9 (Sembilan) bidang: (1) pendidikan; (2) kesehatan;

(3) air minum; (4) sanitasi; (5) energi skala kecil; (6)

irigasi; (7) pasar; (8) jalan; dan (9) Lingkungan Hidup

dan Kehutanan. Adapun tujuan/sasaran serta lingkup

kegiatan dan pagu alokasi dari masing-masing bidang

DAK penugasan adalah sebagai berikut.

1) Bidang Pendidikan

Sasaran pada bidang ini adalah meningkatkan

kualitas pembelajaran sekolah menengah kejuruan

(SMK) melalui pembangunan dan pengembangan

sarana dan prasarana pendidikan untuk mampu

menghasilkan lulusan SMK yang berkualitas dan

berkeahlian dalam mendukung pembangunan

prioritas nasional terutama pariwisata, ketahanan

pangan, ketahanan energi, kemaritiman, dan

industri, dan pembangunan daerah tertinggal,

terdepan, dan terluar (3T) serta kawasan prioritas

transmigrasi dengan kriteria antara lain: (i) SMK yang

berdasarkan kriteria teknis siap untuk diperkuat

dan dikembangkan, sehingga dapat menghasilkan

lulusan yang berkualitas, kompeten dan berkeahlian

dalam mendukung kebutuhan pengembangan

sektor unggulan, dan peningkatan pembangunan di

daerah 3T serta kawasan prioritas transmigrasi; (ii)

tidak diperuntukkan untuk pembangunan baru (unit

sekolah baru/USB) SMK; dan (iii) diperuntukkan

untuk penguatan SMK, baik swasta maupun negeri,

yang memiliki bidang keahlian sesuai kebutuhan

pembangunan prioritas sektor unggulan dan yang

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report88

priority areas. The scope of activities includes (i)

construction of student practice rooms (RPS) and

their furnishings; (ii) construction of laboratory

rooms and furnishings; (iii) construction of new

classrooms and furnishings; (iv) construction of

teachers official houses/lodgings; and (v) provision

of main practice equipment/production practice

equipment.

2) Health Sector

The goal is to improve access and quality of health

services and family planning and reproductive

health, especially to improve the degree of health

and nutrition of the community through support

for increasing equity of health services, availability

of medicines and health supplies, provision of

facilities and infrastructure for health services

and family planning to support the achievement of

national priorities in the 2018 Government Work

Plan.

The scope of activities includes (i) buildings,

infrastructure and medical devices (Alkes) of the

National, Provincial, Regional Referral Hospital;

(ii) development of buildings, infrastructure and

medical equipment of hospitals in priority areas

for tourism; (iii) UTD buildings, infrastructure and

tools in the area; (iv) development of regional health

training centers and supporting tools for education

and training; (v) construction of Pratama Hospital;

and (vi) schistosomiasis laboratory rehabilitation.

3) Drinking Water Sector

The goals are to realize universal access to

drinking water in 2019 and fulfill the Minimum

Service Standards (SPM) and support national

priority programs. The scope of activities include

(i) expansion of the Drinking Water Treatment

System (SPAM) through the utilization of the SPAM

mendorong pembangunan daerah 3T serta kawasan

prioritas transmigrasi. Adapun ruang lingkup

kegiatan mencakup (i) pembangunan ruang praktik

siswa (RPS) beserta perabotnya; (ii) pembangunan

ruang laboratorium beserta perabotnya; (iii)

pembangunan ruang kelas baru beserta perabotnya;

(iv) pembangunan rumah dinas/mess guru; serta

(v) penyediaan peralatan praktik utama/peralatan

praktik produksi.

2) Bidang Kesehatan

Sasaran pada bidang ini adalah untuk meningkatkan

akses dan mutu pelayanan kesehatan dan keluarga

berencana serta kesehatan reproduksi terutama

untuk meningkatkan derajat kesehatan dan

gizi masyarakat melalui dukungan peningkatan

pemerataan pelayanan kesehatan, ketersediaan

obat dan perbekalan kesehatan, penyediaan sarana

dan prasarana pelayanan kesehatan dan KB untuk

mendukung pencapaian prioritas nasional dalam

Rencana Kerja Pemerintah 2018

Ruang lingkup kegiatan mencakup (i) gedung,

prasarana dan alat kesehatan (Alkes) RS Rujukan

Nasional, Provinsi, Regional; (ii) pengembangan

gedung, prasarana dan Alkes RS daerah prioritas

pariwisata; (iii) gedung, prasarana dan alat

pelayanan UTD di daerah; (iv) pengembangan balai

pelatihan kesehatan daerah dan alat penunjang

diklat; (v) pembangunan RS Pratama; serta (vi)

rehabilitasi laboratorium schistosomiasis.

3) Bidang Air Minum

Sasaran pada bidang ini adalah mewujudkan

akses universal air minum di tahun 2019 dan

pemenuhan Standar Pelayanan Minimum (SPM)

serta mendukung program prioritas nasional.

Ruang lingkup kegiatan meliputi (i) perluasan

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) melalui

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report89

idle capacity built from the IKK/PDAM/Communal

system; (ii) new development for regions that do

not yet have drinking water services which include

the construction of Piped Network SPAM and

Non-Piped Network SPAM (BJP) or the increase

of unprotected BJP SPAM to protected BJP SPAM;

and (iii) improving SPAM through increasing the

capacity and/or volume of built SPAM facilities and

infrastructure.

4) Sanitation Sector

The goal in this field is to realize universal access

in 2019 through increasing the scope of services

for wastewater management facilities. Sanitation

development is carried out based on priority

locations and sanitation system development plans

in the Municipality/Regency Sanitation Strategy

(SSK). The scope of activities include (i) development

of septage management systems through the

construction of individual scale septic tanks in

urban areas with a population density of ≤ 150

people/ha, one location/one Non-Governmental

Area (KSM) of at least 50 units, specifically for

Regency/Municipality that already have Fecal

Sludge Treatment Plants ( IPLT) and are compiling/

already have a sludge management system (regular/

on-call/base) as well as through the procurement

of feces trucks for regencies/municipalitoes that

already have IPLT and are preparing/already have

a sludge management system (regular/on-call/

basis); (ii) construction of MCK ++ and piping

networks for religious education institutions with

a minimum of 300 permanent students; (iii) the

addition of collection pipes and SR for regencies/

municipalities that already have a centralized

Domestic Waste Water Discharge (IPALD) permit

(city and settlement scale) with a minimum addition

of 50 SR; (iv) construction of septic tanks on a rural

individual scale from basic access to proper access

pemanfaatan idle capacity SPAM terbangun dari

sistem IKK/PDAM/Komunal; (ii) pembangunan

baru bagi daerah yang belum memiiliki layanan

air minum yang meliputi pembangunan SPAM

Jaringan Perpipaan dan SPAM Bukan Jaringan

Perpipaan (BJP) atau peningkatan SPAM BJP tidak

terlindungi menjadi SPAM BJP terlindungi; serta (iii)

peningkatan SPAM melalui penambahan kapasitas

dan/atau volume dari sarana dan prasarana SPAM

terbangun.

4) Bidang Sanitasi

Sasaran pada bidang ini adalah mewujudkan

akses universal di tahun 2019 melalui peningkatan

cakupan pelayanan sarana pengelolaan air

limbah. Pembangunan sanitasi dilakukan dengan

berdasarkan pada lokasi prioritas dan rencanan

pengembangan sistem sanitasi dalam Strategi

Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK). Ruang lingkup

kegiatan meliputi (i) pembangunan sistem

pengelolaan lumpur tinja melalui pembangunan

tangka septik skala individu di perkotaan dengan

kepadatan penduduk ≤ 150 jiwa/Ha, satu titik

lokasi/satu Kawasan Swadaya Masyarakat (KSM)

minimal 50 unit, khusus untuk kabupaten/kota yang

sudah memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja

(IPLT) dan sedang menyusun/ sudah mempunyai

sistem pengelolaan lumpur tinja (reguler/on-call/ basis) serta melalui pengadaan truk tinja

untuk kabupaten/kota yang sudah memiliki IPLT

dan sedang menyusun/sudah mempunyai sistem

pengelolaan lumpur tinja (reguler/on-call/ basis);

(ii) pembangunan MCK ++ dan jaringan perpipaan

bagi lembaga pendidikan agama minimal 300 siswa

menetap; (iii) penambahan pipa pengumpul dan

SR untuk kabupaten/kota yang telah memiliki Izin

Pembuangan Air Limbah Domestik (IPALD) terpusat

(skala kota dan permukiman) dengan jumlah

penambahan minimal 50 SR; (iv) pembangunan

tangki septik skala individual perdesaan dari akses

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report90

to locations that have been declared as Open

Defecation Free (ODF) areas for at least 2 years,

based on STBM website monitoring and evaluation

data (stbm-indonesia.org), one location point or

one KSM of at least 50 units; (v) new development

of SPALD Centralized Settlement Scale consisting

of IPALD Settlement Scale, collection network

and SR with a minimum of 50 households in

services in slum areas; (vi) new development of

SPALD Centralized Settlement Scale consisting

of communal-scale IPALDs, collector networks

and SRs with a minimum number of services of 50

households and infrastructure for Bath Wash Toilet

(MCK) in slum areas; (vii) construction of communal

scale septic tanks (5-10 households) in slum areas.

5) Low-Scale Energy Sector

The goal of this sector is to help fund special

activities that are regional affairs in the context

of achieving the National Priority in the Field of

Energy Sovereignty aimed at accelerating the

increase in the national electrification ratio,

encouraging the development of renewable energy

in the regions and achieving national energy policy

so that it needs the support of energy supply in

the form of the construction of renewable energy

utilization installations and the expansion of the

electricity network. Furthermore, the objectives of

this field are to accommodate the use of electricity

infrastructure to provide household electricity

access for disadvantaged communities to improve

the living standards and welfare of disadvantaged

communities. The scope of activities include (i)

renewable energy development consisting of off-

grid Micro Hydro Power Plants (PLTMH), off-grid

centralized Solar Power Generation (PLTS) and/or

scattered PLTS, construction of household biogas

installations, and revitalization of off-grid PLTMH

dasar menjadi akses layak pada lokasi yang telah

dinyatakan sebagai kawasan Open Defecation Free

(ODF) selama minimal 2 tahun, berdasarkan data

website monitoring dan evaluasi STBM (stbm-

indonesia.org), satu titik lokasi atau satu KSM

minimal 50 unit; (v) pembangunan baru SPALD

Terpusat Skala Permukiman yang terdiri dari IPALD

Skala Permukiman, jaringan pengumpul dan SR

dengan jumlah layanan minimal 50 KK di kawasan

permukiman kumuh; (vi) pembangunan baru

SPALD Terpusat skala permukiman yang terdiri

dari IPALD permukiman skala komunal, jaringan

pengumpul dan SR dengan jumlah layanan minimal

50 KK serta prasarana Mandi Cuci Kakus (MCK) di

kawasan permukiman kumuh; (vii) pembangunan

tangki septik skala komunal (5-10 KK) di kawasan

permukiman kumuh.

5) Bidang Energi Skala Kecil

Sasaran pada bidang ini adalah membantu mendanai

kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah

dalam rangka pencapaian sasaran Prioritas Nasional

Bidang Kedaulatan Energi yang diarahkan untuk

percepatan peningkatan rasio elektrifikasi nasional,

mendorong pengembangan energi terbarukan di

daerah dan pencapaian kebijakan energi nasional

seingga diperlukan dukungan penyediaan energi

berupa pembangunan instalasi pemanfaatan energi

terbarukan serta perluasan jaringan tenaga listrik.

Selain itu, sasaran bidang ini mengakomodasi

pemanfaatan infrastruktur ketenagalistrikan

untuk memberikan akses listrik rumah tangga bagi

masyarakat tidak mampu untuk meningkatkan taraf

hidup dan kesejahteraan masyarakat tidak mampu.

Ruang lingkup kegiatan meliputi (i) pengembangan

energi terbarukan yang terdiri dari Pembangkit

Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) off grid,

pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya

(PLTS) terpusat off grid dan/atau PLTS tersebar,

pembangunan instalasi biogas tumah tangga, dan

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report91

and PLTS; and (ii) rural electricity development

which includes the construction of electricity

installation networks and household electricity

connections, expansion/improvement of electricity

network services through the construction of low

voltage networks.

6) Irrigation Sector

The goal of this sector is to support the fulfillment

of food sovereignty, the implementation of which

is carried out through development activities,

enhancing functions or increasing the area of

service and rehabilitation in the irrigation system

which is the regional authority to achieve the

national target of irrigation development of 1 (one)

million ha and irrigation rehabilitation of 3 (three)

million ha and protection of upstream irrigation

water sources in 15 (fifteen) Priority Watersheds.

The scope of activities includes (i) irrigation network

construction; (ii) irrigation network improvement;

(iii) irrigation network rehabilitation; (iv) protection

of upstream areas of irrigation water sources.

7) Market Sector

The goal of this sector is to construct trade

facilities, namely the development/revitalization

of people’s markets and the optimization of SRG

in order to meet the required quantity, increase

competitiveness and create competitive markets

in order to support the smooth distribution of

food and access to public food. The scope of

activities include (i) development/revitalization

of people’s markets in market locations that have

never been allocated Physical DAK or the second

phase of development for markets that have been

revitalized and experienced increased trading

activities that can no longer be accommodated

in existing markets and in post-disaster locations

that have suffered damage especially after fire

and natural disasters; (ii) construction of maritime

revitalisasi PLTMH dan PLTS terpusat off grid;

serta (ii) pengembangan listrik perdesaan yang

meliputi pembangunan jaringan instalasi listrik dan

penyambungan listrik rumah tangga, perluasan/

peningkatan pelayanan jaringan tenaga listrik

melalui pembangunan jaringan tegangan rendah.

6) Bidang Irigasi

Sasaran pada bidang ini adalah mendukung

pemenuhan kedaulatan pangan yang

pelaksanaannya dilakukan melalui kegiatan

pembangunan, peningkatan fungsi atau menambah

luas areal layanan dan rehabilitasi pada sistem

irigasi yang menjadi kewenangan daerah untuk

mencapai sasaran nasional pembangunan irigasi 1

(satu) juta ha dan rehabilitasi irigasi 3 (tiga) juta ha

serta perlindungan daerah hulu sumber air irigasi di

15 (lima belas) Daerah Aliran Sungai (DAS) Prioritas.

Ruang lingkup kegiatan meliputi (i) pembangunan

jaringan irigasi; (ii) peningkatan jaringan irigasi; (iii)

rehabilitasi jaringan irigasi; serta (iv) perlindungan

daerah hulu sumber air irigasi.

7) Bidang Pasar

Sasaran pada bidang ini adalah melaksanakan

pembangunan sarana perdagangan yaitu

pembangunan/revitalisasi pasar rakyat dan

optimalisasi SRG guna memenuhi kuantitas yang

dibutuhkan, meningkatkan daya saing serta

menciptakan pasar yang kompetitif dalam rangka

mendukung kelancaran distribusi pangan dan

akses pangan masyarakat. Ruang lingkup kegiatan

meliputi (i) pembangunan/revitalisasi pasar rakyat

di lokasi pasar yang belum pernah mendapatkan

alokasi DAK Fisik atau pembangunan tahap kedua

bagi pasar yang telah di revitalisasi dan mengalami

peningkatan aktivitas perdagangan yang tidak

dapat lagi tertampung di pasar yang telah ada

serta di lokasi pasca bencana yang mengalami

kerusakan terutama pasca kebakaran dan bencana

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report92

outlet facilities; (iii) construction, development,

or expansion of SRG warehouses that have been

operating with high levels of utilization and/or

providing supporting facilities for SRG warehouses

that need to be adjusted to the commodities

stored; (iv) construction and improvement of legal

metrology facilities to form regency/municipality

legal metrology UPTD and their supporting

equipment and facilities.

8) Road Project Sector

The goal of this sector is to support the achievement

of the National Priorities through increasing

community connectivity and accessibility to

national strategic areas and supporting the

development of regions in disadvantaged and

border areas that are integrated in the national

transportation network system. The scope of

activities includes improving the structure and

capacity of roads and constructing new roads and

installing road equipment facilities.

9) Environment and Forestry Sector

The goal of this sectors are (i) support the national

development priority targets set out in the 2015-

2019 RPJMN and Nawa Cita, which are prioritized

to support national priorities such as: health

(healthy living community movement) and housing

and settlements (clean water and sanitation); (ii)

support the achievement of the Environmental

Quality Index (IKLH) of 66.5-68.5 in 2019 and the

implementation of the national environmental

development agenda mandated in the 2015-2019

RPJMN in the regions; (iii) attempt to control

environmental pollution and efforts to protect

and manage the environment, as well as to control

damage to aquatic ecosystems, which are adjusted

to the conditions and characteristics of the

respective regencies/cities. The scope of activities

alam; (ii) pembangunan sarana gerai maritim; (iii)

pembangunan, pengembangan, maupun perluasan

gudang SRG yang telah beroperasi dengan tingkat

utilisasi yang tinggi dan/atau pemberian fasilitas

pendukung bagi gudang SRG yang membutuhkan

disesuaikan dengan komoditas yang disimpan; (iv)

pembangunan dan peningkatan sarana metrologi

legal untuk membentuk UPTD metrologi legal

kabupaten/kota beserta peralatan dan fasilitas

penunjangnya.

8) Bidang Jalan

Sasaran pada bidang ini adalah mendukung

pencapaian Prioritas Nasional melalui peningkatan

konektivitas dan aksesibilitas masyarakat terhadap

kawasan strategis nasional dan mendukung

pengembangan wilayah di daerah tertinggal dan

perbatasan yang terintegrasi dalam sistem jaringan

transportasi nasional. Ruang lingkup kegiatan

meliputi peningkatan struktur dan kapasitas jalan

dan pembangunan jalan baru beserta pemasangan

fasilitas perlengkapan jalan.

9) Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Sasaran dari bidang ini adalah (i) mendukung

sasaran prioritas pembangunan nasional yang

tertuang dalam RPJMN 2015-2019 dan Nawa Cita,

yang diutamakan untuk mendukung prioritas

nasional seperti: kesehatan (gerakan masyarakat

hidup sehat) dan perumahan dan permukiman (air

bersih dan sanitasi); (ii) mendukung pencapaian

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) sebesar

66,5-68,5 di tahun 2019 dan pelaksanaan agenda

pembangunan lingkungan hidup nasional yang

diamanatkan dalam RPJMN 2015-2019 di daerah;

(iii) melaksanakan upaya pengendalian pencemaran

lingkungan dan upaya perlindungan dan pengelolaan

lingkungan “hidup, serta pengendalian kerusakan

ekosistem perairan, yang disesuaikan dengan

kondisi dan karakteristik daerah kabupaten/kota

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report93

include (i) reduction and control of pollution loads

from wastewater and waste through wastewater

treatment plants (IPAL), waste management, and

garbage collection and transport equipment; and

(ii) water quality monitoring and supervision in

Priority Watersheds, heavily polluted watersheds

and 15 Priority Lakes through the provision of water

quality monitoring systems on a regular, automatic

and online basis and through the provision of

laboratory equipment.

Affirmative DAKAffirmative DAK is intended to fund activities dealing

with the acceleration of infrastructure and facilties

development within underdeveloped regions, state

boundaries, small remote island, and transmigration.

In 2018, Affirmative DAK concists of 6 (six) sectors: (1)

education; (2) health; (3) drinking water; (4) sanitation;

(5) housing and settlement; and (6) transportation. The

objectives/targets and scope of activities of each of

the DAK affirmation fields are as follows.

1) Education Sector

This sector has an objective to assist the local

governments to fulfill educational facilities and

infrastructure to support the distribution of

quality education services between regions. The

scope of activities for elementary schools is the

construction of official houses/lodgings. The scope

of activities for junior high schools is in the form of

construction of official houses/teachers’ lodgings.

As well as the scope of activities for high school

includes the construction of student dormitories

and the construction of official houses/teachers’

lodgings.

masing-masing. Ruang lingkup kegiatan meliputi (i)

pengurangan dan pengendalian beban pencemaran

dari limbah cair dan sampah melalui Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL), pengolahan sampah,

dan alat pengumpul dan pengangkut sampah; serta

(ii) pemantauan dan pengawasan kualitas air di

Daerah Aliran Sungai (DAS) Prioritas, DAS tercemar

berat dan 15 Danau Prioritas melalui penyediaan

sistem pemantauan kualitas air secara berkala,

otomatis, dan online dan melalui penyediaan

peralatan laboratorium.

DAK AfirmasiDAK Afirmasi bertujuan untuk mendanai kegiatan

percepatan penyediaan infrastruktur dan sarana/

prasarana di daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan,

dan transmigrasi.

Pada tahun 2018, bidang DAK Afirmasi mencakup 6

(enam) bidang: (1) pendidikan; (2) kesehatan; (3) air

minum; (4) sanitasi; (5) perumahan dan permukiman;

dan (6) transportasi. Adapun tujuan/sasaran serta

lingkup kegiatan dari masing-masing bidang DAK

afirmasi adalah sebagai berikut.

1) Bidang Pendidikan

Sasaran pada bidang ini adalah memberikan bantuan

kepada pemerintah daerah untuk pemenuhan

sarana dan prasarana penunjang pendidikan

dalam rangka mendorong pemerataan pelayanan

pendidikan berkualitas antarwilayah. Ruang lingkup

kegiatan untuk SD berupa pembangunan rumah

dinas/mess. Ruang lingkup kegiatan untuk SMP

berupa pembangunan rumah dinas/mess guru.

Serta ruang lingkup kegiatan untuk SMA meliputi

pembangunan asrama siswa dan pembangunan

rumah dinas/mess guru.

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report94

2) Health Sector

This sector has an objective to improve access

and quality of health services to improve the

degree of health and nutrition of the community

through support for increasing equity in health

services, availability of medicines and health

supplies, provision of facilities and infrastructure

for health services and family planning to

support the achievement of national priorities

in the 2018 Government Work Plan. The scope of

activities include (i) improvement/construction

of infrastructure and health equipment at border

health centers; (ii) improvement/construction

of infrastructure and medical equipment in

underdeveloped/island health centers; and (iii)

the improvement of infrastructure facilities and

medical devices in Puskesmas in transmigration

areas.

3) Drinking Water Sector

This sector has an objective to realize universal

access to drinking water in 2019 and fulfill the

Minimum Service Standards (SPM) and support

national priority programs. The scope of activities

include (i) expansion of the Drinking Water Supply

System (SPAM) through the utilization of the SPAM

idle capacity built from the IKK/PDAM/Communal

system; (ii) new development for regions that do

not yet have drinking water services which include

the construction of Piped Network SPAM and

Non-Piped Network SPAM (BJP) or the increase

of unprotected BJP SPAM to protected BJP SPAM;

and (iii) SPAM increase through increasing the

capacity and/or volume of built SPAM facilities and

infrastructure.

2) Bidang Kesehatan

Sasaran pada bidang ini adalah untuk meningkatkan

akses dan mutu pelayanan kesehatan untuk

meningkatkan derajat kesehatan dan gizi

masyarakat melalui dukungan peningkatan

pemerataan pelayanan kesehatan, ketersediaan

obat dan perbekalan kesehatan, penyediaan sarana

dan prasarana pelayanan kesehatan dan KB untuk

mendukung pencapaian prioritas nasional dalam

Rencana Kerja Pemerintah 2018. Ruang lingkup

kegiatan meliputi (i) peningkatan/pembangunan

sarana prasarana dan alat kesehatan Puskesmas

daerah perbatasan; (ii) peningkatan/pembangunan

sarana prasarana dan alat kesehatan Puskesmas

daerah tertinggal/kepulauan; dan (iii) peningkatan

gedung sarana prasarana dan alat kesehatan di

Puskesmas di daerah transmigrasi.

3) Bidang Air Minum

Sasaran pada bidang ini adalah mewujudkan

akses universal air minum di tahun 2019 dan

pemenuhan Standar Pelayanan Minimum (SPM)

serta mendukung program prioritas nasional.

Ruang lingkup kegiatan meliputi (i) perluasan

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) melalui

pemanfaatan idle capacity SPAM terbangun dari

sistem IKK/PDAM/Komunal; (ii) pembangunan

baru bagi daerah yang belum memiiliki layanan

air minum yang meliputi pembangunan SPAM

Jaringan Perpipaan dan SPAM Bukan Jaringan

Perpipaan (BJP) atau peningkatan SPAM BJP tidak

terlindungi menjadi SPAM BJP terlindungi; serta (iii)

peningkatan SPAM melalui penambahan kapasitas

dan/atau volume dari sarana dan prasarana SPAM

terbangun.

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report95

4) Sanitation Sector

This sector has an objective to realize universal

access in 2019 through increasing the scope of

services for wastewater management facilities.

Sanitation development is carried out based

on priority locations and sanitation system

development plans in the Municipality/Regency

Sanitation Strategy (SSK). The scope of activities

include (i) the new construction of a residential scale

centralized Domestic Wastewater Management

System (SPALD) consisting of a residential scale

Domestic Wastewater Treatment Plant (IPALD),

a collection network and House Connections

(SR) with a minimum number of 25 households

and a Bath Wash Toilet (MCK) infrastructure; (ii)

communal scale septic tank construction (5-10

households); and (iii) construction of individual

scale septic tanks in rural areas from basic access to

proper access at locations that have been declared

Open Defecation Free (ODF) areas for at least 2

years, based on data from the Community Based

Total Sanitation (STBM) monitoring and evaluation

website (stbm-indonesia.org. id), one location or

one Non-Governmental Groups (KSM) of at least 50

units.

5) Housing and Settlement Sector

This sector has an objective to improve the quality

of life of low-income people (MBR) and the poor

to decent housing and the provision of special

housing in areas that include disadvantaged areas,

borders, small islands and outermosts through: (i)

simultaneous facilitation of new development and

independent home quality improvement; and (ii)

the construction of special houses in the regions

of Papua and West Papua. The scope of activities

include (i) new development independently, if the

house is totally damaged or all components of the

building are both structural and non-structural,

as well as people who do not have a house but

4) Bidang Sanitasi

Sasaran pada bidang ini adalah mewujudkan

akses universal di tahun 2019 melalui peningkatan

cakupan pelayanan sarana pengelolaan air

limbah. Pembangunan sanitasi dilakukan dengan

berdasarkan pada lokasi prioritas dan rencanan

pengembangan sistem sanitasi dalam Strategi

Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK). Ruang lingkup

kegiatan meliputi (i) pembangunan baru Sistem

Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) terpusat

skala permukiman yang terdiri dari Instalasi

Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) skala

permukiman, jaringan pengumpul dan Sambungan

Rumah (SR) dengan jumlah layanan minimal 25

KK serta prasarana Mandi Cuci Kakus (MCK); (ii)

pembangunan tangki septik skala komunal (5-10

KK); serta (iii) pembangunan tangki septik skala

individual perdesaan dari akses dasar menjadi akses

layak pada lokasi yang telah dinyatakan sebagai

kawasan Open Defecation Free (ODF) selama minimal

2 tahun, berdasarkan data website monitoring dan

evaluasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

(stbm-indonesia.org.id), satu titik lokasi atau satu

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) minimal 50

unit.

5) Bidang Perumahan dan Permukiman

Sasaran pada bidang ini adalah meningkakan

kualitas hidup masyarakat berpenghasilan

rendah (MBR) dan masyarakat miskin terhadap

hunian layak dan penyediaan rumah khusus

pada wilayah yang termasuk daerah tertinggal,

perbatasan, pulau-pulau kecil dan terluar melalui:

(i) fasilitasi stimultan pembangunan baru maupun

peningkatan kualitas rumah secara swadaya; dan (ii)

pembangunan rumah khusus di wilayah Papua dan

Papua Barat. Ruang lingkup kegiatan mencakup (i)

pembangunan baru secara swadaya, apabila rumah

mengalami rusak total atau seluruh komponen

bangunan baik struktural dan non struktural, serta

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report96

have mature land plots; (ii) independent quality

improvement, if the house is slightly damaged,

moderately damaged, and heavily damaged; and (iii)

special house construction in several regencies/

municipalities in Papua and West Papua Provinces.

6) Transportation Sector

This sector has an objective to increase accessibility

in regencies/municipalities that are isolated areas,

disadvantaged areas, state borders, transmigration,

outer small islands and villages in Papua and West

Papua that connect to basic service facilities,

production centers, distribution centers/economy,

administrative center of the government and

district capital. The scope of activities include: (i)

providing land/water transportation modes; (ii)

new construction of community docks and boat

moorings; and (iii) construction/improvement of

non-status roads and bridges.

According to Regulation of the Minister of Finance

(PMK) No.50/PMK.07/2017 concerning Management

of Regional Transfers and Village Funds as amended by

PMK No.112/PMK.07/2018, Physical DAK is distributed

by the State Treasury Service Office (KPPN) after the

document distribution requirements are accepted in

full. In order to improve governance, since 2017, the

submission of the Physical DAK document distribution

requirements has been carried out through the Online

Monitoring System of the Treasury and State Budget

(OM SPAN) application. In FY 2018, there were additional

documents for the term 1 distribution requirements,

namely the activity plan (RK) which had been

approved by the relevant State Ministries/Technical

Institutions as well as a list of activity contracts which

in the previous year were requirements for the second

quarter distribution documents. The distribution

mechanism of Physical DAK in FY 2018 is carried out

with the following conditions:

masyarakat yang belum memiliki rumah namun

memiliki kavling tanah matang; (ii) peningkatan

kualitas secara swadaya, apabila rumah mengalami

rusak ringan, rusak sedang, dan rusak berat; serta

(iii) pembangunan rumah khusus pada beberapa

kabupaten/kota di Provinsi Papua dan Papua Barat.

6) Bidang Transportasi

Sasaran pada bidang ini adalah untuk meningkatkan

aksesbilitas di kabupaten/kota yang merupakan

daerah terisolir, daerah tertinggal, perbatasan

negara, transmigrasi, pulau kecil terluar dan desa-

desa di Papua dan Papua Barat yang menghubungkan

ke fasilitas pelayanan dasar, pusat produksi, pusat

distribusi/ekonomi, pusat administrasi pemerintah

dan ibu kota kecamatan. Ruang lingkup kegiatan

meliputi: (i) penyediaan moda transportasi darat/

perairan; (ii) pembangunan baru dermaga rakyat

dan tambatan perahu; serta (ii) pembangunan/

peningkatan jalan dan jembatan non status.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer Ke

Daerah dan Dana Desa sebagaimana telah diubah

terakhir dengan PMK Nomor 112/PMK.07/2018,

penyaluran DAK Fisik dilakukan oleh Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara (KPPN) setelah dokumen

persyaratan penyaluran diterima secara lengkap.

Dalam rangka meningkatkan governance, sejak tahun

2017, penyampaian dokumen persyaratan penyaluran

DAK Fisik dilakukan melalui aplikasi Online Monitoring

Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (OM

SPAN). Pada TA 2018, terdapat penambahan dokumen

persyaratan penyaluran tahap 1 yaitu rencana kegiatan

(RK) yang telah disetujui oleh Kementerian Negara/

Lembaga teknis terkait serta daftar kontrak kegiatan

dimana di tahun sebelumnya merupakan persyaratan

dokumen penyaluran triwulan II. Mekanisme

penyaluran DAK Fisik pada TA 2018 dilaksanakan

dengan ketentuan sebagai berikut:

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report97

• Distribution is carried out per type per sector in

3 stages based on absorption performance and

output achievements with the following details:

o Stage I, amounting to 25 percent of the

allocation ceiling, will be carried out at the latest

in February and no later than July 23, 2018 (July

21 and 22 are holidays);

o Stage II, amounting to 45 percent of the

allocation ceiling, will be carried out at the latest

in October 22, 2018 (October 21 is a holiday); and

o Stage III, amounting to the difference between

the amount of funds that have been distributed

up to stage II and the planned value of the

completion of activities, carried out at the latest

in September and no later than December 17,

2018 (December 15 and 16 are holidays).

• Physical DAK distribution requirements as follows:

o At once, under Rp1 billion: Regional Regulation

APBD 2018 FY, report on the realization of

the absorption and of output of Physical DAK

activities per type and/or per sector of the

previous FY, planned activities that have been

approved by technical Ministries/Institutions,

and list of contract activities;

o Stage I: Regional Regulation APBD 2018 FY,

report on the realization of the absorption and

of output of Physical DAK activities per type

and/or per sector of the previous FY, planned

activities that have been approved by technical

Ministries/Institutions, and list of contract

activities;

o Stage II: report on the realization of fund

absorption which shows at least 75 percent

of the funds received in the RKUD and the

achievement of outputs of Physical DAK

activities per type per sector up to stage I;

o Stage III: report on the realization of fund

absorption which shows at least 90 percent

of the funds received at the RKUD and the

• Penyaluran dilaksanakan per jenis per bidang

dalam 3 tahap berdasarkan kinerja penyerapan dan

capaian output dengan rincian sebagai beikut:

o Tahap I sebesar 25 persen dari pagu alokasi,

dilakukan paling cepat bulan Februari dan paling

lambat 23 Juli 2018 (21 dan 22 Juli adalah hari

libur);

o Tahap II sebesar 45 persen dari pagu alokasi,

dilakukan paling cepat bulan April dan paling

lambat 22 Oktober 2018 (21 Oktober adalah hari

libur); dan

o Tahap III sebesar selisih antara jumlah dana

yang telah disalurkan hingga tahap II dengan

nilai rencana kebutuhan penyelesaian kegiatan,

dilakukan paling cepat bulan September dan

paling lambat 17 Desember 2018 (15 dan 16

Desember adalah hari libur).

• Persyaratan penyaluran DAK Fisik sebagai berikut:

o Sekaligus dibawah Rp1 miliar : Peraturan Daerah

APBD TA 2018, laporan realisasi penyerapan

dan capaian output kegiatan DAK Fisik per jenis

dan/atau per bidang TA sebelumnya, rencana

kegiatan yang telah disetujui oleh K/L teknis,

dan daftar kontrak kegiatan;

o Tahap I : Peraturan Daerah APBD TA 2018,

laporan realisasi penyerapan dan capaian output kegiatan DAK Fisik per jenis dan/atau per

bidang TA sebelumnya, rencana kegiatan yang

telah disetujui oleh K/L teknis, dan daftar rekap

kontrak kegiatan;

o Tahap II : laporan realisasi penyerapan dana

yang menunjukkan paling sedikit 75 persen dari

dana yang telah diterima di RKUD dan capaian

output kegiatan DAK Fisik per jenis per bidang

sampai dengan tahap I;

o Tahap III : laporan realisasi penyerapan dana

yang menunjukkan paling sedikit 90 persen dari

dana yang telah diterima di RKUD dan capaian

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report98

achievement of outputs of Physical DAK

activities per type per sector up to stage II

which shows at least 70 percent, and a report

that contains a plan for the need for funds to

complete activities with 100 percent output

achievements of Physical DAK activities per

type per sector; and

o Mix-Simultaneous: Regional Regulation

APBD 2018 FY, report on the realization of

the absorption and of output of Physical DAK

activities per type and/or per sector of the

previous FY, planned activities that have been

approved by technical Ministries/Institutions,

and list of contract activities, List of Minutes of

Handover (BAST).

For distribution in certain types and Physical DAK

Sector, there are some or all of the activities for

which payments cannot be made in stages (Mixed-

Simultaneous Distribution). Distribution requirements

for physical DAK activities, namely distribution of

stage I which is submitted no later than July 23, 2018

(July 21 and 22 are holidays), but BAST Goods and/or

work for activities that cannot be paid in stages, can be

submitted at most by December 15th.

Realization of Distribution of Special Physical Allocation FundsOut of the total allocation of FY 2018 Physical DAK of

Rp62.44 trillion consisting of regular DAK of Rp31.35

trillion, Assignment DAK of Rp24.46 trillion and

Affirmative DAK of Rp6.62 trillion as of December

31, 2018 has been channeled Rp58.15 trillion with

breakdown of Regular Physical DAK of Rp29.41 trillion

or 93.8 percent of the ceiling, DAK Physical Assignment

of Rp.22.48 trillion or 91.9 percent of the ceiling and

Affirmative DAK of Rp6.25 trillion or 94.5 percent of the

ceiling.

output kegiatan DAK Fisik per jenis per bidang

sampai dengan tahap II yang menunjukkan paling

sedikit 70 persen, dan laporan yang memuat

rencana kebutuhan dana untuk penyelesaian

kegiatan dengan capaian output 100 persen

kegiatan DAK Fisik per jenis per bidang; dan

o Campuran-Sekaligus : Peraturan Daerah APBD

TA 2018, laporan realisasi penyerapan dan

capaian output kegiatan DAK Fisik per jenis

dan/atau per bidang TA sebelumnya, rencana

kegiatan yang telah disetujui oleh K/L teknis,

dan daftar kontrak kegiatan, Daftar Berita Acara

Serah Terima (BAST).

Untuk penyaluran pada jenis dan Bidang DAK Fisik

tertentu terdapat sebagian atau seluruh kegiatan yang

pembayarannya tidak dapat dilakukan secara bertahap

(Penyaluran Campuran-Sekaligus). Persyaratan

penyaluran untuk kegiatan DAK Fisik tersebut, yaitu

penyaluran tahap I yang tetap paling lambat diserahkan

tanggal 23 Juli 2018 (21 dan 22 Juli adalah hari libur),

namun BAST Barang dan/atau pekerjaan untuk

kegiatan yang tidak dapat dibayarkan secara bertahap,

dapat diserahkan paling lambat 15 Desember.

Realisasi Penyaluran Dana Alokasi Khusus Fisik

Dari total alokasi DAK Fisik TA 2018 sebesar Rp62,44

triliun yang terdiri dari DAK regular Rp31,35 triliun, DAK

Penugasan Rp24,46 triliun dan DAK Affirmasi sebesar

Rp6,62 triliun sampai dengan tanggal 31 Desember 2018

telah disalurkan sebesar Rp58,15 triliun dengan rincian

DAK Fisik Reguler Rp29,41 triliun atau 93,8 persen dari

pagu, DAK Fisik Penugasan sebesar Rp22,48 triliun atau

91,9 persen dari pagu dan DAK Affirmasi sebesar Rp6,25

triliun atau 94,5 persen dari pagu.

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report99

Graph 4.1Ceiling and Physical DAK Realization Per Type Per

Regional.

From the data above it is known that the highest

realization of the distribution of Physical DAK occurs

in the Maluku region with an average value of 96.8

percent distribution (regular, assignment, affirmative).

This means that the regions in Maluku (Province/

Regency/Municipality in Maluku and North Maluku

Province) have received almost all of the allocations

that have been channeled to the RKUD to be utilized to

carry out Physical DAK.

Grafik 4.1Pagu dan Realisasi DAK Fisik Per Jenis Per Regional.

10.00

9.00

8.00

7.00

6.00

5.00

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00

Bal

i dan

Nus

ra

Jaw

a

Kal

iman

tan

Mal

uku

DAK Reguler / Regular DAK

Mili

ar R

upia

h /

Bill

ion

Rup

iah

DAK Penugasan / Assignment DAK

Pagu Alokasi / Allocation Ceiling Total Salur / Total Channel %

DAK Affirmasi / Affirmative DAK

100.00

98.00

96.00

94.00

92.00

90.00

88.00

86.00

84.00

92.85

93.9394.51

95.93

93.9794.74

93.37

87.77

94.85

85.49

91.32

95.16

96.71

94.36

95.53

94.22

91.52

94.75

97.8297.05

93.93

Papu

a

Sula

wes

i

Sum

atra

Bal

i da

n N

usra

Jaw

a

Kal

iman

tan

Mal

uku

Papu

a

Sula

wes

i

Sum

atra

Bal

i dan

Nus

ra

Jaw

a

Kal

iman

tan

Mal

uku

Papu

a

Sula

wes

i

Sum

atra

91.52

Dari data di atas diketahui bahwa realisasi penyaluran

DAK Fisik tertinggi terjadi di wilayah Maluku dengan

nilai rata-rata persentase penyaluran sebesar 96,8

persen (reguler, penugasan, affirmasi). Artinya daerah

di wilayah Maluku (Provinsi/Kabupaten/kota di

wilayah Provinsi Maluku dan Maluku Utara) hampir

seluruh alokasi yang diterimanya telah disalurkan ke

RKUD untuk selanjutnya dimanfaatkan melaksanakan

DAK Fisik.

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report100

Physical DAK in Education SectorTable 4.2Channel of Physical DAK in Education Sector

In FY 2018, all regional areas in Indonesia still receive

Physical DAK in Education Sector for all types, namely

regular, assignment, and affirmative. The highest

distribution for the Education Sector was in the Maluku

region at 98.82 percent of the allocation ceiling.

While the lowest distribution was in the Papua region

with 94.76 percent of the allocation ceiling. Overall,

the Physical DAK in Education Sector that has been

channeed for FY 2018 is quite high, with an average of

96.18 percent.

Physical DAK Health and Family PlanningTable 4.3Channel of Physical DAK in Health and FP Sector

DAK Fisik Bidang PendidikanTabel 4.2Salur DAK Fisik Bidang Pendidikan

Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel

Sumatra 2.621.362.319.000 2.512.544.175.052 95,85

Jawa 2.473.438.050.000 2.349.140.446.358 94,97

Bali & Nusa Tenggara 819.212.695.000 786.714.961.733 96,03

Kalimantan 756.158.313.000 734.798.871.798 97,18

Sulawesi 1.330.343.625.000 1.307.463.894.977 98,28

Maluku 509.490.891.000 503.467.769.005 98,82

Papua 627.506.570.000 594.610.063.869 94,76

Total 9.137.512.463.000 8.788.740.182.792 96,18

Pada TA 2018, seluruh daerah regional di Indonesia

masih mendapatkan DAK Fisik Bidang Pendidikan

untuk seluruh jenis, yaitu reguler, penugasan, dan

afirmasi. Adapun penyaluran tertinggi untuk Bidang

Pendidikan berada pada daerah Maluku sejumlah 98,82

persen dari pagu alokasi.

Sedangkan penyaluran terendah berada di wilayah

Papua dengan 94,76 persen dari pagu alokasi. Secara

keseluruhan, DAK Fisik Bidang Pendidikan yang telah

disalurkan untuk TA 2018 cukup tinggi, yaitu dengan

rata-rata 96,18 persen.

DAK Fisik Kesehatan dan Keluarga BerencanaTabel 4.3Salur DAK Fisik Bidang Kesehatan dan KB

Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel

Sumatra 4.368.720.191.000 4.036.263.066.411 92,39

Jawa 3.043.051.258.000 2.740.994.158.864 90,07

Bali & Nusa Tenggara 1.920.604.330.000 1.813.549.203.382 94,43

Kalimantan 2.020.222.975.000 1.850.102.263.760 91,58

Sulawesi 3.250.402.665.000 2.986.852.929.053 91,89

Maluku 1.020.709.522.000 974.116.049.049 95,44

Papua 2.355.994.354.000 2.224.872.028.044 94,43

Total 17.979.705.295.000 16.626.749.698.563 92,48

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report101

The table above shows that for the Physical DAK in

Health and Family Planning, the highest percentage

of distribution is in the Maluku region which consists

of Maluku and North Maluku Provinces, which is

95.44 percent, and the lowest distribution percentage

is in the Java region of 90.07 percent. For the overall

distribution of Physical DAK in Health Sector has an

average of 92.48 percent.

Physical DAK in Housing and Settlement SectorTable 4.4 Channel of Physical DAK in Housing and Settlement

Sector

In FY 2018, Physical DAK in the Housing and Settlements

sector has a total ceiling of Rp1.03 trillion for regular

and affirmative types, of which 94.39 percent of the

ceiling has been distributed to regions.

The regions with the highest percentage of distribution

and almost reaching 100 percent were Maluku with

99.18 percent. Meanwhile, the region with the lowest

distribution was Papua with a distribution rate far

below other regions, which was 86.86 percent.

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa untuk DAK Fisik

Bidang Kesehatan dan Keluarga Berencana, persentase

penyaluran tertinggi berada di wilayah Maluku yang

terdiri dari Provinsi Maluku dan Maluku Utara, yaitu

sejumlah 95,44 persen, dan persentase penyaluran

terendah berada di wilayah Jawa sejumlah 90,07 persen.

Untuk penyaluran DAK Fisik Bidang Kesehatan secara

keseluruhan memiliki rata-rata sejumlah 92,48 persen.

DAK Fisik Bidang Perumahan dan PermukimanTabel 4.4 Salur DAK Fisik Bidang Perkim

Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel

Sumatra 224.659.544.000 213.293.677.266 94,94

Jawa 238.005.952.000 231.122.065.840 97,11

Bali & Nusa Tenggara 99.234.321.000 96.758.663.780 97,51

Kalimantan 87.781.293.000 79.912.569.886 91,04

Sulawesi 157.073.087.000 149.592.158.333 95,24

Maluku 61.672.318.000 61.167.073.880 99,18

Papua 161.173.994.000 140.001.381.260 86,86

Total 1.029.600.509.000 971.847.590.245 94,39

Pada TA 2018, DAK Fisik Bidang Perumahan dan

Permukiman memiliki pagu total sebesar Rp1,03 triliun

untuk jenis reguler dan afirmasi, yang dimana sejumlah

94,39 persen dari pagu tersebut telah disalurkan

kepada daerah-daerah.

Adapun daerah dengan persentase penyaluran

tertinggi dan hampir mencapai 100 persen adalah

wilayah Maluku sebesar 99,18 persen. Sementara,

daerah dengan penyaluran terendah merupakan

wilayah Papua dengan tingkat penyaluran cukup jauh

di bawah wilayah lain, yaitu sebesar 86,86 persen.

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report102

Physical DAK in Farming FieldTable 4.5Channel of Physical DAK in Agriculture Sector

With a ceiling of Rp1.68 trillion, the regular type of

Physical DAK in Agriculture has been distributed to the

regions in the amount of Rp1.55 trillion, or 93.57 percent

of the total allocation ceiling. The highest percentage

of distribution is still in the Maluku region, which is

99.14 percent or almost all of it has been distributed.

While the lowest distribution was in Sumatra region at

88.63 percent of the allocation ceiling for the Sumatra

region.

Physical DAK in Maritime and Fisheries SectorTable 4.6Salur DAK Fisik Bidang KKP

DAK Fisik Bidang PertanianTabel 4.5Salur DAK Fisik Bidang Pertanian

Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel

Sumatra 485.080.135.000 429.920.017.920 88,63

Jawa 348.274.322.000 317.391.881.261 91,13

Bali & Nusa Tenggara 110.972.509.000 103.292.940.536 93,08

Kalimantan 183.411.563.000 167.558.577.801 91,36

Sulawesi 333.390.629.000 320.113.304.039 96,02

Maluku 96.484.781.000 95.658.316.745 99,14

Papua 124.071.161.000 118.405.173.205 95,43

Total 1.681.685.100.000 1.552.340.211.507 92,31

Dengan pagu sebesar Rp1,68 triliun, DAK Fisik Bidang

Pertanian jenis reguler telah disalurkan kepada daerah

sejumlah Rp1,55 triliun, atau 93,57 persen dari jumlah

pagu alokasi. Persentase penyaluran tertinggi masih

berada di wilayah Maluku, yaitu sebesar 99,14 persen

atau hampir seluruhnya telah tersalurkan. Sedangkan

penyaluran terendah berada di wilayah Sumatra

sebesar 88,63 persen dari pagu alokasi untuk wilayah

Sumatra.

DAK Fisik Bidang Kelautan dan PerikananTabel 4.6Salur DAK Fisik Bidang KKP

Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel

Sumatra 198.494.954.000 172.826.241.259 87,07

Jawa 116.168.859.000 102.903.575.429 88,58

Bali & Nusa Tenggara 49.575.613.000 45.745.829.819 92,27

Kalimantan 98.977.764.000 91.494.167.682 92,44

Sulawesi 176.017.733.000 156.290.581.269 88,79

Maluku 79.796.860.000 78.283.044.448 98,10

Papua 160.666.308.000 150.744.431.638 93,82

Total 879.698.091.000 798.287.871.544 90,75

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report103

In FY 2018, there were only regular types of Physical

DAK allocated to the Maritime and Fisheries Sector,

with a ceiling of Rp889.69 billion, and 90.75 percent of

the allocation had been disbursed. The region with the

highest distribution of Physical DAK in Maritime and

Fisheries is Maluku with a percentage of 98.10 percent

or almost all of it has been distributed.

While the region with the lowest distribution is Sumatra

with a percentage of 87.07 percent. It can be seen that

the regions with the highest and lowest distribution

percentages have quite large differences.

Physical DAK in Small and Medium Enterprises SectorTable 4.7Channel of Physical DAK in MES Setor

In FY 2018, the Physical DAK in Small and Medium

Enterprises Sector that has been distributed is

Rp501.68 billion, with Papua being the largest receiving

region of all regions in Indonesia, with a percentage of

99.09 percent.

Pada TA 2018, hanya terdapat DAK Fisik jenis reguler

yang dialokasikan untuk Bidang Kelautan dan Perikanan,

dengan pagu sejumlah Rp879,69 miliar, dan telah

disalurkan sebesar 90,75 persen dari alokasi. Wilayah

dengan penyaluran DAK Fisik Bidang Kelautan dan

Perikanan tertinggi adalah Maluku dengan persentase

sebesar 98,10 persen atau hampir seluruhnya telah

disalurkan.

Sementara wilayah dengan penyaluran terendah

adalah Sumatra dengan persentase sebesar 87,07

persen. Dapat dilihat bahwa daerah dengan persentase

penyaluran tertinggi dan terendah memiliki perbedaan

yang cukup besar.

DAK Fisik Bidang Industri Kecil dan Menengah

Tabel 4.7Salur DAK Fisik Bidang IKM

Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel

Sumatra 119.745.687.000 109.829.963.523 91,72

Jawa 116.389.536.000 81.454.939.835 69,98

Bali & Nusa Tenggara 42.765.564.000 39.691.440.067 92,81

Kalimantan 77.145.705.000 69.019.611.723 89,47

Sulawesi 160.568.097.000 155.297.264.690 96,72

Maluku 41.354.612.000 40.719.380.000 98,46

Papua 5.719.895.000 5.667.754.600 99,09

Total 563.689.096.000 501.680.354.438 89,00

Pada TA 2018, DAK Fisik Bidang Industri Kecil dan

Menengah yang telah disalurkan adalah sejumlah

Rp501,68 miliar, dengan wilayah Papua sebagai daerah

penerima penyaluran terbesar dari seluruh wilayah

di Indonesia, yaitu dengan persentase sebesar 99,09

persen.

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report104

While the Java region received the smallest distribution

with a percentage far below other regions, amounting

to 69.98 percent. The average distribution to all regions

in the Small and Medium Enterprises Sector was 91.18

percent.

Physical DAK in Tourism SectorTable 4.8Channel of Physical DAK in Tourism Sector

Physical DAK in Tourism in FY 2018 is only allocated to

the regular type with a total ceiling of Rp631.95 billion.

The region with the highest distribution is Papua, with

a percentage of 95.89 percent of the allocation ceiling.

Meanwhile, the regions with the lowest distribution

were Bali and Nusa Tenggara, with the distribution

percentage of 82.74 percent. The average percentage

of channels for the Physical DAK in Tourism Sector is

quite high, which is 89.20 percent.

Physical DAK in Road ProjectTable 4.9Channel of Physical DAK in Road Project Sector

Sementara wilayah Jawa menerima penyaluran paling

kecil dengan persentase cukup jauh di bawah wilayah

lainnya, yaitu sebesar 69,98 persen. Adapun rata-rata

dari penyaluran kepada seluruh daerah untuk Bidang

Industri Kecil dan Menengah adalah 91,18 persen.

DAK Fisik Bidang PariwisataTabel 4.8Salur DAK Fisik Bidang Pariwisata

Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel

Sumatra 175.287.837.000 151.253.778.215 86,29

Jawa 102.382.975.000 86.806.287.160 84,79

Bali & Nusa Tenggara 63.804.989.000 52.790.159.228 82,74

Kalimantan 41.979.575.000 38.718.895.968 92,23

Sulawesi 139.210.791.000 131.378.916.458 94,37

Maluku 34.416.670.000 30.947.541.507 89,92

Papua 74.869.377.000 71.795.837.961 95,89

Total 631.952.214.000 563.691.416.497 89,20

DAK Fisik Bidang Pariwisata pada TA 2018 hanya

dialokasikan untuk jenis reguler dengan pagu total

sebesar Rp631,95 miliar. Adapun daerah dengan

penyaluran paling tinggi adalah wilayah Papua, dengan

persentase sebesar 95,89 persen dari pagu alokasi.

Sementara, daerah dengan penyaluran paling rendah

adalah wilayah Bali dan Nusa Tenggara, dengan

persentase penyaluran sebesar 82,74 persen. Rata-rata

persentase salur untuk DAK Fisik Bidang Pariwisata

terbilang cukup tinggi, yaitu sebesar 89,20 persen.

DAK Fisik Bidang JalanTabel 4.9Salur DAK Fisik Bidang Jalan

Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel

Sumatra 5.303.473.851.000 5.072.317.507.596 95,64

Jawa 2.825.575.929.000 2.561.106.358.782 90,64

Bali & Nusa Tenggara 1.433.043.992.000 1.384.863.821.522 96,64

Kalimantan 2.395.738.724.000 2.317.887.325.068 96,75

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report105

The total Physical DAK for the Road Project Sector that

has been distributed is Rp17.35 trillion or 95.36 percent

of the total ceiling allocated for the Road Project

Sector. The region that received the most allocation for

the Road Project Sector was the Sumatra region, with a

ceiling of Rp5.30 trillion and had been distributed 95.64

percent of the ceiling.

While the region with the highest percentage of

distribution of Physical DAK in Road Project Sector to

the allocation ceiling is Maluku, which is 98.07 percent

and the lowest is Java with 90.64 percent.

Physical DAK in Irrigation SectorTable 4.1Channel of Physical DAK in Irrigation Sector

In FY 2018, the total funds from the APBN allocated

for the Physical DAK in Irrigation Sector amounted

to Rp4.25 trillion and had been disbursed as much as

Rp3.78 trillion or 89.20 percent of the ceiling.

Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel

Sulawesi 3.912.496.714.000 3.841.538.178.464 98,19

Maluku 795.642.122.000 780.274.584.280 98,07

Papua 1.536.885.024.000 1.400.296.169.931 91,11

Total 18.202.856.356.000 17.358.283.945.643 95,36

Jumlah DAK Fisik Bidang Jalan yang telah disalurkan

adalah sebesar Rp17,35 triliun atau 95,36 persen dari

total pagu alokasi Bidang Jalan. Daerah yang menerima

alokasi paling banyak untuk Bidang Jalan adalah wilayah

Sumatra, dengan pagu sebesar Rp5,30 triliun dan telah

disalurkan 95,64 persen dari pagu tersebut.

Sedangkan wilayah dengan persentase penyaluran

DAK Fisik Bidang Jalan terhadap pagu alokasi tertinggi

adalah Maluku, yaitu sebesar 98,07 persen dan terendah

merupakan wilayah Jawa dengan 90,64 persen.

DAK Fisik Bidang IrigasiTabel 4.1Salur DAK Fisik Bidang Irigasi

Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel

Sumatra 1.418.460.702.000 1.255.286.979.358 88,50

Jawa 743.700.820.000 620.724.724.382 83,46

Bali & Nusa Tenggara 307.950.837.000 281.898.132.114 91,54

Kalimantan 578.553.371.000 516.324.127.259 89,24

Sulawesi 803.133.255.000 747.355.467.552 93,05

Maluku 189.859.030.000 185.603.060.179 97,76

Papua 204.518.985.000 180.558.711.068 88,28

Total 4.246.177.000.000 3.787.751.201.912 89,20

Pada TA 2018, total dana dari APBN yang dialokasikan

untuk DAK Fisik Bidang Irigasi adalah sebesar Rp4,25

triliun dan telah disalurkan sejumlah Rp3,78 triliun atau

89,20 persen dari pagu.

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report106

The region with the highest percentage of distribution

was Maluku region with a percentage of 97.76 percent,

while the lowest percentage of distribution was in the

Java region of 83.46 percent.

Physical DAK in Drinking Water SectorTable 4.11Channel of Physical DAK in Drinking Water Sector

There are 3 types of physical DAK allocations for

the Drinking Water Sector, namely regular types,

assignments, and affirmative. The amount of Physical

DAK in the Drinking Water Sector that has been

distributed to the government is 92.05 percent of the

total ceiling or in the amount of Rp1.91 trillion.

The region with the highest percentage of distribution

was Papua, with a percentage of 96.99 percent, while

the region with the lowest percentage of distribution

was in Java, with a percentage of 88.94 percent.

Physical DAK in Sanitation SectorTable 4.12Channel of Physical DAK in Sanitation Sector

Wilayah dengan persentase penyaluran tertinggi

adalah wilayah Maluku dengan persentase sebesar 97,76

persen, sementara persentase penyaluran terendah

ada pada wilayah Jawa sebesar 83,46 persen.

DAK Fisik Bidang Air MinumTabel 4.11Salur DAK Fisik Bidang Air Minum

Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel

Sumatra 522.418.148.000 469.288.635.216 89,83

Jawa 491.311.810.000 436.978.028.352 88,94

Bali & Nusa Tenggara 169.778.827.000 154.478.237.922 90,99

Kalimantan 223.184.989.000 202.183.016.860 90,59

Sulawesi 295.717.833.000 285.944.963.133 96,70

Maluku 92.596.194.000 89.795.948.999 96,98

Papua 275.739.909.000 267.452.149.641 96,99

Total 2.070.747.710.000 1.906.120.980.123 92,05

Terdapat 3 jenis alokasi DAK Fisik untuk Bidang Air

Minum, yaitu jenis reguler, penugasan, dan afirmasi.

Jumlah DAK Fisik Bidang Air Minum yang telah

disalurkan kepada pemerintah adalah 92,05 persen dari

total pagu atau sejumlah Rp1,91 triliun.

Daerah dengan persentase penyaluran tertinggi

adalah wilayah Papua, dengan persentase sebesar

96,99 persen, sementara daerah dengan persentase

penyaluran terendah merupakan di wilayah Jawa,

dengan persentase sebesar 88,94persen.

DAK Fisik Bidang SanitasiTabel 4.12Salur DAK Fisik Bidang Sanitasi

Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel

Sumatra 639.621.337.000 604.893.023.580 94,57

Jawa 293.080.126.000 273.162.169.239 93,20

Bali & Nusa Tenggara 250.093.638.000 237.191.973.706 94,84

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report107

Just as the Drinking Water Sector, there are 3 (three)

types of Physical DAK for the Sanitation Sector, namely

regular, assignment, and affirmative. Out of the total

ceiling of Rp2.16 trillion, 95.43 percent has been

distributed to recipients of the Physical DAK Sanitation

Sector.

The region with the highest percentage of distribution

was Maluku region at 99.28 percent and the region

with the lowest percentage of distribution was Java

region with a percentage of 93.20 percent.

Physical DAK in Market SectorTable 4.13Channel of Physical DAK in Market Sector

For Physical DAK in the Market Sector, the highest

percentage of distribution was in the Papua region

with a percentage of 95.20 percent or Rp231.41 billion

of the allocation ceiling for the Papua region.

Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel

Kalimantan 224.472.579.000 217.191.093.800 96,76

Sulawesi 459.059.105.000 451.602.245.500 98,38

Maluku 150.746.685.000 149.663.086.250 99,28

Papua 143.918.932.000 128.467.176.259 89,26

Total 2.160.992.402.000 2.062.170.768.334 95,43

Sama seperti Bidang Air Minum, terdapat 3 (tiga)

jenis DAK Fisik untuk Bidang Sanitasi, yaitu reguler,

penugasan, dan afirmasi. Dari total pagu sebesar Rp2,16

triliun sebesar 95,43 persen telah disalurkan kepada

daerah-daerah penerima DAK Fisik Bidang Sanitasi.

Adapun daerah dengan persentase penyaluran

tertinggi adalah wilayah Maluku sebesar 99,28 persen

dan daerah dengan persentase penyaluran terendah

merupakan wilayah Jawa dengan persentase sebesar

93,20 persen.

DAK Fisik Bidang PasarTabel 4.13Salur DAK Fisik Bidang Pasar

Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel

Sumatra 477.575.272.000 424.572.026.338 88,90

Jawa 399.840.843.000 328.343.832.604 82,12

Bali & Nusa Tenggara 153.453.599.000 132.292.021.017 86,21

Kalimantan 176.192.159.000 158.331.726.045 89,86

Sulawesi 238.606.826.000 221.367.082.735 92,77

Maluku 83.936.454.000 79.026.290.437 94,15

Papua 243.088.371.000 231.408.267.187 95,20

Total 1.772.693.524.000 1.575.341.246.363 88,87

Untuk DAK Fisik Bidang Pasar, persentase penyaluran

tertinggi berada pada wilayah Papua dengan persentase

sebesar 95,20 persen atau Rp231,41 miliar dari pagu

alokasi untuk wilayah Papua.

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report108

The region with the lowest percentage of Physical

DAK distribution in the Market Sector was Java with a

percentage of 82.12 percent of the ceiling of Rp399.84

billion. The total distribution for Physical DAK in the

Market Sector reached 88.87 percent of the total

ceiling.

Physical DAK in Low-Scale Energy SectorTable 4.14Channel of Physical DAK in LSE Sector

In FY 2018, the Low-Scale Energy Sector received

an allocation of Physical DAK only for the type of

assignment, amounting to Rp500.10 billion. Out of the

total ceiling, only 61.45 percent was channeled to the

regional government.

Physical DAK in Environment and Forestry SectorTable 4.15Channel of Physical DAK in EF Sector

Daerah dengan persentase penyaluran DAK Fisik

Bidang Pasar terendah adalah wilayah Jawa dengan

persentase sebesar 82,12 persen dari pagu sejumlah

Rp399,84 miliar. Adapun total penyaluran untuk DAK

Fisik Bidang Pasar mencapai 88,87 persen dari total

pagu.

DAK Fisik Bidang Energi Skala KecilTabel 4.14Salur DAK Fisik Bidang ESK

Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel

Sumatra 68.246.114.000 29.180.262.507 42,76

Jawa 11.129.266.000 10.243.565.615 92,04

Bali & Nusa Tenggara 47.496.413.000 33.032.039.000 69,55

Kalimantan 87.224.688.000 83.943.067.177 96,24

Sulawesi 109.809.608.000 102.444.634.665 93,29

Maluku 49.471.142.000 48.476.708.000 97,99

Papua 126.722.769.000 - -

Total 500.100.000.000 307.320.276.964 61,45

Pada TA 2018, Bidang Energi Skala Kecil mendapatkan

alokasi DAK Fisik hanya untuk jenis penugasan, yaitu

sebesar Rp500,10 miliar. Dari total pagu tersebut, hanya

61,45 persen yang tersalurkan kepada pemerintah

daerah.

DAK Fisik Bidang Lingkungan Hidup dan KehutananTabel 4.15Salur DAK Fisik Bidang LHK

Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel

Sumatra 138.838.088.000 108.437.401.778 78,10

Jawa 110.551.039.000 88.869.757.363 80,39

Bali & Nusa Tenggara 27.645.627.000 22.786.095.517 82,42

Kalimantan 61.701.804.000 47.472.164.611 76,94

Sulawesi 136.896.678.000 105.337.219.790 76,95

Maluku 14.421.454.000 12.097.122.776 83,88

Papua 10.664.310.000 9.261.841.500 86,85

Total 500.719.000.000 394.261.603.335 78,74

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report109

Out of the total ceiling of the EF Sector amounting to

Rp500.72 billion, it has been channeled at Rp394.26

billion or 78.74 percent to the Regional Government.

The region with the highest percentage of distribution

was the Papua region, which was 86.85 percent of the

allocation ceiling for the region. The region with the

lowest percentage of distribution was the Kalimantan

region with a percentage of 76.94 percent.

Physical DAK in Transportation SectorTable 4.16Channel of Physical DAK in Transportation Sector

The Physical DAK in Transportation Sector in FY 2018

is only allocated for the type of affirmation. Out of the

allocation ceiling of Rp1.01 trillion, 88.55 percent of the

ceiling has been distributed.

The region that has the highest percentage of

distribution is the Java region, with a percentage of

97.52 percent of the ceiling allocated to that region.

Meanwhile, the region with the lowest percentage

of distribution was in the Papua region, with 83.88

percent.

Physical Special Allocation Fund EvaluationAlthough realization of Physical DAK distribution in 2018

was higher than the previous year, its implementation

was still marked with obstacles or issues in several

regional governments, particularly related to Physical

Dari total pagu Bidang sebesar Rp500,72 miliar, telah

tersalur sebesar Rp394,26 miliar atau 78,74 persen

ke Pemerintah Daerah. Daerah dengan persentase

penyaluran paling tinggi adalah wilayah Papua, yaitu

sebesar 86,85 persen dari pagu alokasi untuk wilayah

tersebut. Daerah dengan persentase penyaluran

terendah adalah wilayah Kalimantan dengan persentase

sebesar 76,94 persen.

DAK Fisik Bidang TransportasiTabel 4.16Salur DAK Fisik Bidang Transportasi

Regional Pagu / Ceiling Penyaluran / Distribution % Salur / Channel

Sumatra 165.011.435.000 150.342.404.177 91,11

Jawa 21.788.197.000 21.248.033.093 97,52

Bali & Nusa Tenggara 154.631.237.000 135.181.137.463 87,42

Kalimantan 104.281.809.000 92.364.493.275 88,57

Sulawesi 155.965.172.000 144.155.009.578 92,43

Maluku 130.396.095.000 121.135.119.312 92,90

Papua 346.060.203.000 290.284.724.087 83,88

Total 1.078.134.148.000 954.710.920.985 88,55

Adapun DAK Fisik Bidang Transportasi pada TA 2018

hanya dialokasikan untuk jenis afirmasi. Dari pagu

alokasi sejumlah Rp1,01 triliun, sebesar 88,55 persen

dari pagu tersebut telah disalurkan.

Daerah yang memiliki persentase penyaluran tertinggi

adalah wilayah Jawa, dengan persentase sebesar 97,52

persen dari pagu yang dialokasikan untuk wilayah

tersebut. Sementara, daerah dengan persentase

penyaluran terendah berada pada wilayah Papua,

dengan 83,88 persen.

Evaluasi Dana Alokasi Khusus FisikMeskipun realisasi penyaluran DAK Fisik TA 2018

lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya,

namun di dalam pelaksanaannya masih terdapat

beberapa kendala atau permasalahan yang masih

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report110

DAK distribution. These obstacles and issues are as

follows:

1. There were regions that failed to complete contract

until July 21, 2018, so that Physical DAK was not

distributed to these regions.

2. There were regions that faced difficulties in

fulfilling distribution requirements in phase II and

phase III, either administrative or technical, so that

several regions did not receive phase II and phase

III distribution.

3. There were errors during input of contract data

by several regions as well as changes in activity

contracts, in which errors were first noticed and

amended after the input date in the OM-SPAN

application on July 23, 2018. Hence, those changes

could not be entered into the OM-SPAN application.

4. Occurrence of natural disasters in several regions,

particularly Nusa Tenggara Barat and Sulawesi (Palu

City and surrounding areas), rendered these regions

unable to submit the distribution requirements

document on time pursuant to Regulation of the

Minister of Finance No. 121/PMK.07/2018, which

made these regions ineligible to receive Physical

DAK in the following phases.

Some of these obstacles reported by regional

governments have been accommodated by the Ministry

of Finance, among others:

1. The year 2018 was the second year of OM-SPAN

application implementation; hence adjustment

was still required by several regional governments

during data input. Due to the high number of errors

in data input made by regions, such as date and

contract number, the Acting Director of Budget

issued policy in the form of letter to all heads of

dialami oleh beberapa pemerintah daerah, khususnya

terkait dengan penyaluran DAK Fisik. Kendala dan

permasalahan tersebut antara lain adalah:

1. Masih terdapat daerah yang gagal menyelesaikan

kontrak sampai dengan tanggal 21 Juli 2018, sehingga

DAK Fisik daerah tersebut tidak disalurkan.

2. Terdapat daerah-daerah yang mengalami kesulitan

dalam memenuhi persyaratan penyaluran di tahap II

maupun tahap III, baik secara administrasi maupun

secara teknis, sehingga menyebabkan beberapa

daerah tidak mendapatkan penyaluran tahap II dan

tahap III;

3. Terdapat beberapa daerah yang melakukan

kesalahan pada saat penginputan data kontrak

dan juga terdapat beberapa perubahan kontrak

kegiatan, dimana kesalahan baru diketahui dan

perubahan baru terjadi setelah tanggal penginputan

pada aplikasi OM-SPAN berakhir, yaitu 23 Juli 2018,

sehingga perubahan tersebut tidak dapat di-input

di aplikasi OM-SPAN;

4. Terjadinya bencana di beberapa daerah, khususnya

wilayah Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi (Kota

Palu dan sekitarnya) yang mengakibatkan daerah-

daerah tersebut tidak dapat menyampaikan

dokumen persyaratan penyaluran dengan tepat

waktu sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 121/PMK.07/2018, yang dapat berakibat

daerah-daerah dimaksud tidak dapat menerima

penyaluran DAK Fisik pada tahap selanjutnya.

Sebagian dari kendala-kendala yang disampaikan oleh

pemerintah daerah tersebut telah diakomodasi oleh

Kementerian Keuangan, antara lain:

1. Tahun 2018 merupakan tahun kedua penggunaan

aplikasi OM-SPAN, sehingga masih perlu adanya

penyesuaian bagi beberapa pemerintah daerah

dalam melakukan input data. Dikarenakan cukup

banyaknya daerah yang mengalami kesalahan

penginputan data seperti tanggal dan nomor

kontrak, maka dikeluarkan kebijakan berupa

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report111

regional office and State Treasury Service Office of

the Directorate General of Treasury (KPPN DPJB)

in Indonesia No. S-6750/PB.02/2018 concerning

Correction of Activity Contract Date and Number,

which states that revision of contract data is

allowed only for adjustment of contract date and

number;

2. Regions affected by earthquake (Nusa Tenggara

Barat and Sulawesi) were given leniency in

the submission of Physical DAK distribution

requirements through Regulation of the Minister

of Finance No. 145/PMK.07/2018 concerning

Distribution and Use of Regional Transfer Fund

and Village Fund in Fiscal Year 2018 and Fiscal Year

2019 to Support Acceleration of Post-Earthquake

Rehabilitation and Reconstruction. To assist the

recovery of regions affected by earthquake, the

relaxation policy in the Regulation of the Minister

of Finance provided extension and leniency in the

requirements for Physical DAK distribution in 2018

for phase II and phase III.

NON-PHYSICAL SPECIAL ALLOCATION FUNDPolicy concerning Non-Physical Special Allocation FundAllocation for Non-Physical DAK in 2018 amounted

to Rp123.45 trillion to strengthen public service

implementation in regions, comprising of, among

others, operational expenditure for education and

health, PNSD teacher allowance, capacity improvement

of cooperatives, small and medium enterprises, as well

as aids for population administration service. Non-

Physical DAK allocation is adjusted to regional needs

through update of basic data and unit cost in order to

encourage the fulfillment of Minimum Service Standard

(SPM) in the regions. In addition, to support absorption

Non-Physical DAK budget in regions, performance-

based distribution began to be implemented this

surat dari Direktur Pelaksana Anggaran kepada

seluruh kepala kantor wilayah dan KPPN DJPB di

Indonesia dengan Nomor S-6750/PB.02/2018 hal

Perbaikan Tanggal dan Nomor Kontrak Kegiatan

yang menyatakan bahwa revisi data kontrak

diperbolehkan hanya untuk penyesuaian data

tanggal dan nomor kontrak;

2. Untuk daerah terdampak Gempa (Nusa Tenggara

Barat dan Sulawesi) diberikan ruang lebih dalam

penyampaian persyaratan penyaluran DAK

Fisik, yaitu melalui Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 145/PMK.07/2018 tentang Penyaluran dan

Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Tahun Anggaran 2018 dan Tahun Anggaran 2019

untuk Mendukung Percepatan Rehabilitasi dan

Rekonstruksi Pascabencana Gempa Bumi. Guna

membantu pemulihan daerah terdampak gempa,

kebijakan relaksasi dalam Peraturan Menteri

Keuangan tersebut memberikan perpanjangan dan

keringanan dalam persyaratan penyaluran DAK

Fisik TA 2018 tahap II dan tahap III.

DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK

Kebijakan Dana Alokasi Khusus Nonfisik

DAK Nonfisik Tahun 2018 dialokasikan sebesar

Rp123,45 triliun untuk memperkuat penyelenggaraan

layanan publik di daerah, antara lain belanja

operasional pendidikan dan kesehatan, tunjangan

guru PNSD, peningkatan kapasitas koperasi, usaha

kecil dan menengah, dan bantuan pelayanan

administrasi kependudukan. Pengalokasian DAK

Nonfisik disesuaikan dengan kebutuhan daerah melalui

pemutakhiran data dasar dan biaya satuan dalam rangka

mendorong pemenuhan Standar Pelayanan Minimal

(SPM) di daerah. Selain itu guna mendorong penyerapan

anggaran DAK Nonfisik di daerah, penyaluran berbasis

kinerja pelaksanaan mulai dilaksanakan di tahun

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report112

year based on reports of regional governments by

calculating the remaining fund of the previous fiscal

year.

Non-Physical Special Allocation Fund Realization• School Operational Assistance (BOS) BOS fund is a form of the central government’s

support to waive tuition fees for primary education

and to realize affordable secondary education

while maintaining education quality for all layers

of society. The total target of BOS fund in 2018

amounted to 47 million students and was realized by

95 percent. BOS fund is complementary to regional

education budget. Therefore, the effort of regional

governments in providing financing sources for

education through Regional BOS (BOSDA) is still

required.

• Early Childhood Education Operational Aids (BOP PAUD)

BOP PAUD fund is intended to alleviate the people’s

burden for education expense in the implementation

of quality early childhood education and to assist

regional governments in realizing improvement

of public access to higher quality early childhood

education. Allocation for BOP PAUD Fund in 2018

amounted to Rp4.07 trillion for 6.2 million children

and was realized by 87.4 percent.

• Teaching Allowance (TPG) for PNSD TPG PNSD Fund is intended to improve the work

ethos and professionalism of teachers through

welfare improvement of PNSD teachers. TPG PNSD

is provided for PNSD teachers who have educator

certification and fulfill the requirements stipulated

by laws and regulations. The fund amounts to 1 (one)

ini, yaitu penyaluran dilakukan berdasarkan laporan

pemerintah daerah, dengan memperhitungkan sisa

dana tahun anggaran sebelumnya.

Realisasi Dana Alokasi Khusus Nonfisik• Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dana BOS merupakan wujud dukungan pemerintah

pusat untuk membebaskan biaya pendidikan pada

jenjang pendidikan dasar, serta mewujudkan

layanan pendidikan menengah yang terjangkau

dengan tetap menjaga kualitas layanan pendidikan

bagi semua lapisan masyarakat. Jumlah sasaran

Dana BOS untuk tahun 2018 sebanyak 47 juta siswa

dan terealisasi sebesar 95 persen. Dana BOS bersifat

pelengkap dalam penyediaan anggaran pendidikan

daerah. Dengan demikian, upaya pemerintah

daerah dalam menyediakan sumber pendanaan bagi

penyelenggaraan pendidikan melalui BOS Daerah

(BOSDA) tetap diperlukan.

• Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (BOP PAUD)

Dana BOP PAUD bertujuan untuk meringankan

beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan

dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini

yang bermutu dan membantu pemerintah daerah

mewujudkan peningkatan akses masyarakat

terhadap pendidikan anak usia dini yang lebih

bermutu. Alokasi Dana BOP PAUD tahun 2018

sebesar Rp4,07 triliun bagi 6,2 juta peserta didik,

dan terealisasi sebesar 87.4 persen.

• Tunjangan Profesi Guru (TPG) PNSD Dana TPG PNSD bertujuan untuk meningkatkan

etos kerja dan profesionalisme guru melalui

peningkatan kesejahteraan bagi guru PNSD.

TPG PNSD diberikan kepada Guru PNSD yang

telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi

persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report113

time basic salary of the civil servant concerned,

excluding that of the 13th month. In 2018, TPG PNSD

Fund allocation amounted to Rp58.3 trillion with

realization at 94.4 percent for 1.2 million teachers.

• Additional Income for PNSD Teachers (PNSD Teachers DTP)

Allocation for PNSD Teachers DTP Fund in 2018

was at Rp978.1 billion with the aim to improve

work ethos and welfare of 254 thousand Regional

Civil Apparatus (PNSD) teachers who have not

received teaching allowance. The fund amounted

to Rp250,000.00 per month for 12 months.

• Special Allowance for PNSD Teachers in Special Regions (TKG PNSD)

TKG PNSD Fund is intended as compensation for

living difficulties while performing assignment

in special areas, namely for PNSD teachers

in underdeveloped villages based on village

development index by the Ministry of Villages,

Disadvantaged Regions, and Transmigration. TKG

PNSD Fund amounts to 1 (one) time basic salary

of the civil servant concerned pursuant to laws

and regulations, excluding that of the 13th month.

In 2018, TKG PNSD Fund allocation amounted

to Rp2.13 trillion for 50 thousand teachers with

realization at 81.1 percent.

• Health Operational Aids (BOK) BOK Fund is intended to alleviate the people’s

burden in health costs, particularly to support the

financing of Community Health Center operations.

BOK Fund aims to improve public health, reduce

maternal mortality rate, infant mortality rate, and

malnutrition, develop clean and healthy lifestyle,

as well as eradicate neglected tropical disease

perundang-undangan, yaitu sebesar 1 (satu) kali

gaji pokok PNS yang bersangkutan, tidak termasuk

untuk bulan ke-13. Pada tahun 2018, alokasi Dana

TPG PNSD mencapai sebesar Rp58,3 triliun dengan

realisasi sebesar 94.4persen bagi 1,2 juta guru.

• Tambahan Penghasilan Guru PNSD (DTP Guru PNSD)

Dana DTP Guru PNSD tahun 2018 dialokasikan

sebesar Rp978,1 miliar dengan tujuan untuk

meningkatkan etos kerja dan kesejahteraan bagi

254 ribu guru Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD)

yang belum menerima tunjangan profesi guru,

sebesar Rp250.000,00 per bulan selama 12 bulan.

• Tunjangan Khusus Guru PNSD di Daerah Khusus (TKG PNSD)

Dana TKG PNSD bertujuan sebagai kompensasi atas

kesulitan hidup yang dihadapi dalam melaksanakan

tugas di daerah khusus, yaitu guru PNSD di desa yang

termasuk dalam kategori sangat tertinggal menurut

indeks desa membangun dari Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Dana TKG PNSD diberikan sebesar 1 (satu) kali

gaji pokok PNS yang bersangkutan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan, tidak

termasuk untuk bulan ke-13. Untuk tahun 2018 Dana

TKG PNSD dialokasikan sebesar Rp2,13 triliun bagi

50 ribu guru, dengan realisasi sebesar 81.1 persen.

• Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Dana BOK bertujuan untuk meringankan beban

masyarakat terhadap pembiayaan bidang kesehatan,

khususnya dalam mendukung pendanaan

operasional Puskesmas. Dana BOK berperan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,

penurunan angka kematian ibu (AKI), angka

kematian bayi (AKB), malnutrisi, perilaku hidup

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report114

(NTD). In 2018, a new policy was implemented,

namely the addition of Regional Health Laboratory

Accreditation activity, which aims to improve the

service quality of regional health laboratories, BOK

Fund allocation for provinces that aims to support

tertiary referral Public Health Effort, and financing

integration with other TKDD in supporting stunting

mitigation in regions. BOK Fund allocation reached

Rp8.55 trillion with realization at 87.2 percent.

• Family Planning Operational Aids (BOKB) BOKB Fund allocation in 2018 amounted to Rp1.81

trillion to support the achievement of priority

targets of national population, family planning

(KB), and family development programs. With

realization reaching 96.9 percent, BOKB Fund was

utilized by regional governments to finance activity

operations and distribution of contraceptives at 24

thousand Counseling Centers and Health Facilities

that support the Family Planning (KB) program

and the initiation of KB program in KB villages and

integrated health service posts.

• Capacity Building of Cooperative Units, Small and Medium Enterprises (PK2UKM)

PK2UKM Fund is intended to improve human

resources capacity of cooperative units, small and

medium enterprises through financing support for

the implementation of capacity building activities

for administrators/supervisors/members/

management of cooperative units and small

and medium enterprises through training and

supervision. In 2018, PK2UKM Fund allocation

amounted to Rp100 billion with target amounting

to 25 thousand members and supervisors with

realization at 92.2 percent.

bersih dan sehat, serta pemberantasan penyakit

tropis terabaikan (neglected tropical disease-NTD).

Pada tahun 2018, terdapat kebijakan baru yakni

penambahan kegiatan Akreditasi Labkesda yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan

laboratorium kesehatan daerah, pengalokasian

Dana BOK untuk Provinsi yang diarahkan untuk

mendukung Upaya Kesehatan Masyarakat rujukan

tertier, dan integrasi pendanaan dengan TKDD

lainnya dalam mendukung penangan stunting di

daerah. Alokasi Dana BOK mencapai Rp8,55 triliun

dengan realisasi sebesar 87.2 persen.

• Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) Dana BOKB tahun 2018 dialokasikan sebesar Rp1,81

triliun untuk mendukung tercapainya sasaran

prioritas program kependudukan, keluarga

berencana (KB) dan pembangunan keluarga secara

nasional. Dengan realisasi mencapai 96.9 persen,

Dana BOKB digunakan oleh pemerintah daerah

untuk mendanai operasional kegiatan dan disitribusi

alat kontrasepsi pada 24 ribu Balai Penyuluhan dan

Fasilitas Kesehatan yang mendukung program

Keluarga Berencana (KB), serta penggerakan

program KB di Kampung KB dan posyandu.

• Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (PK2UKM)

Dana PK2UKM bertujuan untuk meningkatkan

kapasitas sumber daya manusia koperasi, usaha

kecil dan menengah, melalui dukungan pendanaan

penyelenggaraan kegiatan peningkatan kapasitas

bagi para pengurus/pengawas/anggota/pengelola

koperasi dan pelaku usaha kecil dan menengah

melalui pelatihan dan pendampingan. Untuk tahun

2018 Dana PK2UKM dialokasikan sebesar Rp100

miliar dengan sasaran sebanyak 25 ribu peserta dan

pendamping, terealisasi sebesar 92.2 persen.

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report115

• Population Administration Service (Adminduk) Fund

Population Administration Service Fund is intended

to support the responsibilities of provincial and

regency/municipal governments in population

and civil registration and to improve the role and

function of provincial and regency/municipal

governments in providing population document

service (population and civil registration). In 2018,

Adminduk Service Fund allocation amounted to

Rp825 billion for 542 regions with realization at

90.3 percent.

Implementation of Non-Physical DAK Distribution

in 2018 has been fully based on implementation

performance, in which distribution is carried out based

on report by regional governments by calculating the

remaining fund from the previous fiscal year. With

the implementation of this policy, Non-Physical DAK

realization reached 93.4 percent, an improvement from

the previous year which only reached 91.7 percent.

This indicates a relative increase in the compliance of

regions in reporting Non-Physical DAK. Improvement

of coordination with ministries/technical institutions

and provision of Non-Physical DAK reporting

application were the main factors that support the

compliance of regional governments in reporting the

absorption and usage of Non-Physical DAK in regions.

Non-Physical Special Allocation Fund EvaluationEvaluation on the allocation and realization of Non-

Physical DAK in Fiscal Year 2018 is illustrated in the

following graph:

• Dana Pelayanan Administrasi Kependudukan (Adminduk)

Dana Pelayanan Administrasi Kependudukan

berperan untuk mendukung tanggung jawab

pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam

penyelenggaraan kependudukan dan pencatatan

sipil dan meningkatkan peran dan fungsi

pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam

pelayanan dokumen kependudukan (pendaftaran

penduduk dan pencatatan sipil). Pada tahun 2018,

Dana Pelayanan Adminduk dialokasikan sebesar

Rp825 miliar bagi 542 daerah dengan realisasi

mencapai 90.3 persen.

Pelaksanaan Penyaluran DAK Nonfisik 2018 telah secara

penuh berbasis kinerja pelaksanaan, yaitu penyaluran

dilakukan berdasarkan laporan pemerintah daerah,

dengan memperhitungkan sisa dana tahun anggaran

sebelumnya. Dengan penerapan kebijakan tersebut,

realisasi DAK Nonfisik mencapai 93.4 persen, lebih

baik dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 91.7

persen. Hal ini berarti tingkat kepatuhan daerah dalam

melakukan pelaporan DAK Nonfisik relatif meningkat.

Penguatan koordinasi dengan kementerian/lembaga

teknis dan penyediaan aplikasi pelaporan DAK Nonfisik

menjadi dukungan utama dalam mendorong kepatuhan

pemerintah daerah dalam melaporkan penyerapan dan

penggunaan DAK Nonfisik di daerah.

Evaluasi Dana Alokasi Khusus NonfisikBerdasarkan hasil evaluasi atas alokasi dan realisasi

DAK Nonfisik TA 2018 terlihat sebagaimana grafik

berikut:

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report116

Graph 4.2Allocation and Realization of Non-Physical DAK

With the application of policy concerning improvement

of public service implementation in regions, realization

of Non-Physical DAK reached 93.4 percent, an

improvement from the previous year which only

reached 91.7 percent. This shows a relative increase

in the compliance of regions in reporting Non-

Physical DAK, although it has not reached 100 percent.

Improvement of coordination with ministries/

technical institutions and provision of Non-Physical

DAK reporting application were the main factors that

support the compliance of regional governments in

reporting the absorption and usage of Non-Physical

DAK in regions.

Grafik 4.2Alokasi dan Realisasi DAK Nonfisik

2015

102.74 97.23

94.6%

73.1%91.7% 93.4%

121.21

88.66105.56

115.30

2016 2017 2018

Alokasi / Allocation Realisasi / Realization %

123.45115.09

Dengan adanya penerapan kebijakan penguatan

penyelenggaraan layanan publik di daerah, realisasi DAK

Nonfisik mencapai 93.4 persen, lebih baik dari tahun

sebelumnya yang hanya mencapai 91.7 persen. Hal ini

berarti tingkat kepatuhan daerah dalam melakukan

pelaporan DAK Nonfisik relatif meningkat walaupun

belum mencapai 100 persen. Penguatan koordinasi

dengan kementerian/lembaga teknis dan penyediaan

aplikasi pelaporan DAK Nonfisik menjadi dukungan

utama dalam mendorong peningkatan kepatuhan

pemerintah daerah dalam melaporkan penyerapan dan

penggunaan DAK Nonfisik di daerah.

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report117

Furthermore, distribution performance per type of

Non-Physical DAK in Fiscal Year 2018 is illustrated in

the following graph:

Graph 4.3Distribution Performance Per Type of Non-Physical

DAK in 2018

Based on the graph, BOS allocation amounted to

Rp46,695 trillion with realization at Rp44,367 trillion.

PAUD was allocated at Rp4,070 trillion with realization

at Rp3,555 trillion. TPG received the most allocation at

Rp58,293 trillion with realization at Rp55,016 trillion.

It was followed by Tamsil allocation at Rp978.1 billion

with realization at Rp588 billion. Moreover, TKG that

was allocated at Rp2,129 trillion was realized at Rp1,727

trillion. BOK allocation was at Rp8,551 trillion with

realization at Rp7,454 trillion. BOKB allocation was

at Rp1,808 trillion with realization at Rp1,751 trillion.

PK2UKM allocation was at Rp100 billion with realization

at Rp92.2 billion. Adminduk Fund was allocated at

Rp825 billion with realization at Rp745.2 billion.

Selanjutnya berdasarkan kinerja penyaluran per jenis

DAK Nonfisik TA 2018 terlihat dalam grafik berikut:

Grafik 4.3Kinerja Penyaluran Per Jenis DAK Nonfisik Tahun 2018

745.2Adminduk

BOKB

BOK

TKG

TPG

PAUD

BOS

Tamsil

PK2UKM 92.2

1,753.4

7,454.4

1,727.1

588.0

3,555.9

55,016.7

44,367.4

825.0

100.0

1,808,8

8,551,2

2,129,9

0.0 10,000.0 20,000.0 30,000.0 40,000.0 50,000.0 60,000.0 70,000.0

978.1

4,070.2

58,293.1

46,695.5

Realisasi / Realization Anggaran / Budget

Berdasarkan grafik, alokasi BOS sebesar Rp46,695

triliun dengan realisasi sebesar Rp44,367 triliun. PAUD

memiliki alokasi sebesar Rp4,070 triliun sedangkan

realisasi mencapai Rp3,555 triliun. TPG sebagai

penerima alokasi tertinggi yakni sebesar Rp58,293

triliun telah realisasi sebesar Rp55,016 triliun. Diikuti

dengan alokasi Tamsil sebesar Rp978,1 miliar dan

realisasi sebesar Rp588 miliar. Selanjutnya TKG yang

dialokasikan sebesar Rp2,129 triliun memiliki realisasi

sebesar Rp1.727 triliun. Alokasi BOK sebesar Rp8,551

triliun realisasi sebesar R7.454 triliun. Alokasi BOKB

sebesar Rp1,808 triliun realisasi sebesar Rp1,751 triliun.

Alokasi PK2UKM sebesar Rp100 miliar realisasi sebesar

Rp92,2 miliar. Dana Adminduk memiliki alokasi sebesar

Rp825, miliar dengan realisasi sebesar Rp745,2 miliar.

Kebijakan Dana PerimbanganPolicy on Balanced Fund

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report118

Dalam rangka penguatan pajak daerah (local taxing power), pemerintah melalui DJPK menyusun

Rancangan Undang-Undang tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah (RUU PDRD). Pokok-pokok

kebijakan yang diatur dalam RUU PDRD meliputi:

(i) perluasan basis pajak daerah; (ii) restrukturisasi

pajak daerah dan rasionalisasi retribusi daerah; (iii)

penguatan administrasi perpajakan; (iv) penguatan

pengawasan dan pengendalian pungutan daerah; serta

(v) pengaturan insentif pemungutan pajak.

Selain menyusun RUU PDRD, pemerintah telah

menyusun Peraturan Menteri Keuangan tentang

Pedoman Penagihan dan Pemeriksaan Pajak Daerah

(PMK Penagihan dan Pemeriksaan) yang telah

ditetapkan pada tanggal 31 Desember 2018. Sebagaimana

diamanatkan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor

55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Pemungutan Pajak Daerah, PMK Penagihan

dan Pemeriksaan mengatur tentang: (i) penagihan,

In order to strengthen local taxing power, the

government through the DJPK has drafted Law

concerning Regional Taxes and Levies (RUU PDRD). The

subject matters of policy regulated in the RUU PDRD

covers: (i) expansion of local tax base; (ii) restructuring

of regional tax and rationalization of regional levies; (iii)

strengthening of tax administration; (iv) strengthening

of supervision and control of regional levies; and (v)

regulation of tax collection incentive.

In addition to drafting RUU PDRD, the government

has also drafted Regulation of the Minister of Finance

(PMK) concerning Guidelines for Regional Taxes

Collection and Examination stipulated on December

31, 2018. As mandated by Article 21 of Government

Regulation No. 55/2016 concerning General Provisions

and Procedures for Regional Taxes Collection, the PMK

on Collection and Examination regulates: (i) collection,

including collection officers and tax confiscators,

Kebijakan Pendapatan dan Kapasitas Keuangan DaerahPolicy concerning Regional Revenue and Fiscal Capacity

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report119

Kebijakan Pendapatan dan Kapasitas Keuangan DaerahPolicy concerning Regional Revenue and Fiscal Capacity

yang meliputi pejabat penagihan dan jurusita pajak,

tata cara penagihan, surat paksa, sita, lelang, serta

pencegahan dan penyanderaan; dan (ii) pemeriksaan,

yang meliputi tujuan pemeriksaan, pemeriksaan untuk

menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan,

penyegelan, pejabat pemeriksa, pemeriksaan untuk

tujuan lain, serta penyampaian kuesioner pemeriksaan.

Dalam rangka melaksanakan Pasal 30 ayat (6) Peraturan

Pemerintah Nomor 55 Tahun 2016, Pemerintah juga

menyusun Peraturan Menteri Keuangan tentang

Pedoman Penilaian Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan

dan Perkotaan (PMK Pedoman Penilaian PBB-P2) yang

telah ditetapkan pada tanggal 31 Desember 2018. Hal-

hal yang diatur dalam PMK dimaksud meliputi objek

PBB-P2 (objek pajak umum dan objek pajak khusus),

dasar pengenaan PBB-P2, proses penilaian, dan

lampiran PMK Pedoman Penilaian PBB-P2.

Di samping menyusun RUU PDRD, PMK Penagihan

dan Pemeriksaan Pajak Daerah, dan PMK Penilaian

PBB-P2, disusun pula Keputusan Direktur Jenderal

Perimbangan Keuangan tentang Proporsi dan Estimasi

Penerimaan Pajak Rokok untuk masing-masing provinsi

TA 2019 (Kepdirjen PK Nomor Kep-47/PK/2018 tentang

Proporsi dan Estimasi Penerimaan Pajak Rokok untuk

masing-masing provinsi TA 2019). Dalam Kepdirjen

tersebut, diatur besaran penerimaan cukai yang

dijadikan basis untuk menghitung pajak rokok dan juga

besaran estimasi penerimaan pajak rokok.

Selanjutnya telah ditetapkan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 128/PMK.07/2018 tentang Tata Cara

Pemotongan Pajak Rokok Sebagai Kontribusi Dukungan

Program Jaminan Kesehatan. Peraturan Menteri

Keuangan tersebut menindaklanjuti amanat Peraturan

Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan

Kesehatan yang terkait dengan peran Pemerintah

procedures for tax collection, and letters of

compulsion, confiscation, auction, prevention, and tax

hostage; and (ii) examination, including examination

purposes, examination to test tax compliance, sealing,

examination officers, examination for other purposes,

and delivery of examination questionnaire.

In the implementation of Article 30 paragraph (6) of

Government Regulation No. 55/2016, the Government

has drafted Regulation of the Minister of Finance

concerning Guidelines for Land and Building Tax (PBB)

Assessment in Rural and Urban Areas as stipulated on

December 31, 2018. Matters regulated in the regulation

cover PBB-P2 objects (general tax object and specific

tax object), basis of calculation, assessment process,

and appendixes on PBB-P2 Assessment Guidelines.

Besides RUU PDRD, PMK on Regional Taxes Collection

and Examination, and PMK on PBB-P2 Assessment,

DJPK also drafted Director General of Fiscal Balance

Decree on Proportion and Estimation of Cigarette

Tax Revenue for each province in Fiscal Year 2019

(Decree No. Kep-47/PK/2018). In this decree, revenue

from tobacco excise serves as basis of cigarette tax

calculation as well as estimated revenue from cigarette

tax.

Furthermore, Regulation of the Minister of Finance

No. 128/PMK.07/2018 concerning Procedure for

Cigarette Tax Deduction as Contribution to Support

Health Insurance Program. This Regulation of the

Minister of Finance is a follow-up on the mandate of

Presidential Regulation No. 82/2018 concerning Health

Insurance related to the role of Regional Governments

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report120

Kebijakan Pendapatan dan Kapasitas Keuangan DaerahPolicy concerning Regional Revenue and Fiscal Capacity

Daerah dalam mendukung program Jaminan Kesehatan

Nasional, khususnya kontribusi daerah yang ditetapkan

sebesar 75 persen dari 50 persen atau ekuivalen 37,5

persen dari realisasi penerimaan masing-masing

daerah yang bersumber dari Pajak Rokok yang dipotong

langsung dan disetorkan ke BPJS Kesehatan.

Pemotongan Pajak Rokok oleh Menteri Keuangan

dikaitkan dengan pemenuhan besaran kontribusi dari

penerimaan pajak rokok untuk jaminan kesehatan yang

diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. Mekanisme

pemotongan dilakukan sebagai berikut:

1. Apabila anggaran kontribusi Jaminan Kesehatan

pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang

tercantum dalam kompilasi berita acara yang

diserahkan oleh pemerintah provinsi sebesar 37,5

persen atau lebih, tidak dilakukan pemotongan

Pajak Rokok;

2. Apabila anggaran kontribusi Jaminan Kesehatan

pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang

tercantum dalam kompilasi berita acara yang

diserahkan oleh pemerintah provinsi kurang dari

37,5 persen atau lebih, pemotongan Pajak Rokok

dilakukan sebesar selisih kurang dari 37,5 persen;

atau

3. Apabila pemerintah provinsi tidak menyampaikan

kompilasi berita acara kesepakatan dikenakan

pemotongan Pajak Rokok sebesar 37,5 persen.

Pada tahun 2018, DJPK juga berkoordinasi dengan Biro

Bantuan Hukum, Sekretariat Jenderal Kementerian

Keuangan dalam menyelesaikan Keterangan Presiden

terkait uji materil atas Pasal 1 angka 28, Pasal 52 ayat (1),

Pasal 52 ayat (2), Pasal 55 ayat (2) dan Pasal 55 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang PDRD

terkait Pajak Penerangan Jalan. Uji materil ini diajukan

oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) yang

berpendapat bahwa pemungutan Pajak Penerangan

in supporting National Health Insurance program,

particularly regional contribution which was set at 75

percent from initially 50 percent or equivalent to 37.5

percent of the realization of cigarette tax revenues of

each region that is directly deducted and deposited to

BPJS Kesehatan.

Deduction of Cigarette Tax by the Minister of Finance is

related to the fulfillment of contribution from cigarette

tax revenues to the health insurance program of BPJS

Kesehatan. The deduction mechanism is as follows:

1. If the budget for Health Insurance contribution

of provincial/regency/municipal government as

stated in official reports compilation submitted to

the provincial government is 37.5 percent or more,

Cigarette Tax is not deducted;

2. If the budget for Health Insurance contribution

of provincial/regency/municipal government as

stated in official reports compilation submitted to

the provincial government is less than 37.5 percent,

Cigarette Tax is deducted by the difference with

37.5 percent; or

3. If the provincial government does not submit

agreement official reports compilation, the

Cigarette Tax deduction imposed is 37.5 percent.

In 2018, DJPK in coordination with the Legal Aid Bureau

of Secretariat General of the Ministry of Finance in

completing Presidential Statement concerning judicial

review of Article 1 number 2, Article 52 paragraph (1),

Article 52 paragraph (2), Article 55 paragraph (2) and

Article 55 paragraph (3) of Law No. 28/2009 concerning

Regional Taxes and Levies related to Street Lighting.

This judicial review was proposed by the Employers’

Association of Indonesia (APINDO) that deemed that

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report121

Kebijakan Pendapatan dan Kapasitas Keuangan DaerahPolicy concerning Regional Revenue and Fiscal Capacity

Jalan (PPJ) telah bertentangan dengan UUD 1945,

khususnya mengenai pengenaan PPJ terhadap

penggunaan listrik yang dihasilkan sendiri.

Lebih lanjut, progres kegiatan terkait kebijakan Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah adalah sebagai tabel

berikut.

Tabel 4.17Progres Kegiatan Tahun Anggaran 2018

No. Nama Kegiatan / Name of Activity Progres Penyusunan / Drafting Progress

1.

Penyusunan RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. / Drafting of Law concerning Regional Taxes and Levies.

a. Telah didiskusikan dan dibahas dengan Pemerintah Daerah, Lintas Kementerian, International Expert, Tim Ahli/Akademisi, dan Asosiasi Pengusaha; / Discussed with Regional Governments, Ministries, International Experts, Expert/Academic Team, and Employers’ Association;

b. Hasil Diskusi dan materi RUU telah dituangkan dalam draft RUU PDRD; / Discussion result and the draft material are contained in the RUU PDRD draft

c. Sinkronisasi dengan RUU Peningkatan Pendapatan Daerah yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. / Synchronization with the Draft of Law concerning Regional Revenues Improvement proposed by the House of Representatives.

2.

Penyusunan PMK tentang Tata Cara Pemotongan Pajak Rokok Sebagai Kontribusi Dukungan Program Jaminan Kesehatan. / Drafting of PMK concerning Procedure for Cigarette Tax Deduction as Contribution to Support Health Insurance Program.

Telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128/PMK.07/2018 tentang Tata Cara Pemotongan Pajak Rokok Sebagai Kontribusi Dukungan Program Jaminan Kesehatan pada tanggal 21 September 2018. / Stipulated Regulation of the Minister of Finance No. 128/PMK.07/2018 concerning Procedure for Cigarette Tax Deduction as Contribution to Support Health Insurance Program on September 21, 2018.

3.

Penyusunan PMK tentang Pedoman Penagihan dan Pemeriksaan Pajak Daerah. / Drafting of PMK concerning Guidelines for Regional Taxes Collection and Examination.

Telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 207/PMK.07/2018 tentang Pedoman Penagihan dan Pemeriksaan Pajak Daerah pada tanggal 31 Desember 2018. / Stipulated Regulation of the Minister of Finance No. 207/PMK.07/2018 concerning Guidelines for Regional Taxes Collection and Examination on December 31, 2018.

4.

Penyusunan PMK tentang Pedoman Penilaian Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. / Drafting of PMK concerning Guidelines for Land and Building Tax (PBB) Assessment in Rural and Urban Areas.

Telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.07/2018 tentang Pedoman Penilaian Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan pada tanggal 31 Desember 2018. / Stipulated Regulation of the Minister of Finance No. 208/PMK.07/2018 concerning Guidelines for Land and Building Tax (PBB) Assessment in Rural and Urban Areas on December 31, 2018.

5.

Penyusunan Keputusan Dirjen PK tentang Proporsi dan Estimasi Penerimaan Pajak Rokok untuk masing-masing Provinsi Tahun 2019. / Drafting of Decree of Director General of Fiscal Balance concerning Proportion and Estimation of Cigarette Tax Revenue of each Province in 2019.

Sebagai aturan reguler, pada tanggal 23 November 2018 ditetapkan Keputusan Dirjen Perimbangan Keuangan Nomor 47/PK/2018. / Decree of the Director General of Fiscal Balance No. 47/PK/2018 was stipulated as a regulation on November 23, 2018.

Street Lighting Levy contradicts the 1945 Constitution,

particularly the imposition of Street Lighting Levy on

the usage of self-generated electricity.

Furthermore, activity progress related to Regional

Taxes and Levies is described in the following table.

Table 4.17Activity Progress of Fiscal Year 2018

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report122

Kebijakan Pendapatan dan Kapasitas Keuangan DaerahPolicy concerning Regional Revenue and Fiscal Capacity

No. Nama Kegiatan / Name of Activity Progres Penyusunan / Drafting Progress

6.

Penyelesaian uji materil di Mahkamah Konstitusi atas Pasal 1 angka 28, Pasal 52 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 55 ayat (2) dan ayat (3) UU No. 28 Tahun 2009 tentang PDRD terkait Pajak Penerangan Jalan. / Settlement of judicial review at the Constitutional Court of Article 1 number 28, Article 52 paragraph (1) and paragraph (2), Article 55 paragraph (2) and (3) of Law No. 28/2009 concerning Regional Taxes and Levies related to Street Lighting Levy.

Telah dibacakan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 80/PUU-XV/2017 pada tanggal 10 Desember 2018, dengan amar putusan: / Verdict of the Constitutional Court No. 80/PUU-XV/2017 was read on December 10, 2018 as follows:a. mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian; / partially granted the

petitioner’s request;b. menyatakan pasal yang digugat bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak

memiliki kekuatan hukum yang mengikat; / stated that the articles at issue contradict the 1945 Constitution and are not legally binding.

c. menyatakan pasal yang digugat masih tetap berlaku sampai dengan dilakukan perubahan sesuai dengan tenggang waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak putusan dibacakan; / stated that the articles at issue will be effective until its amendment no later than 3 (three) years after the verdict is read;

d. memerintahkan kepada pembentuk UU untuk dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun untuk melakukan perubahan terhadap UU No.28 Tahun 2009 tentang PDRD khususnya berkenaan dengan pengenaan pajak terhadap penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri maupun yang dihasilkan dari sumber lain selain yang dihasilkan oleh pemerintah (PT PLN) sejak putusan dibacakan. / instructed legislators to amend Law No. 28/2009 concerning Regional Taxes and Levies, especially related to the imposition of levy on usage of self-generated electricity or electricity obtained from sources other than the government (PT PLN), within 3 (three) years after the verdict is read.

Dalam upaya memperkuat implementasi kebijakan

di bidang hubungan keuangan antara pemerintah

pusat dan daerah, perlu peningkatan pemahaman

stakeholders akan fungsi DJPK. Bentuk peningkatan

pemahaman stakeholders dapat dilakukan melalui

kegiatan bimbingan teknis yang dilakukan secara

berkelanjutan dan menyeluruh. Peningkatan kapasitas

bagi aparat pengelola keuangan daerah pada tahun

2018 difokuskan pada: (i) daerah yang saat ini masih

berkategori BB- ke bawah sesuai dengan Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 102/KMK.07/2016

tentang Hasil Pemeringkatan Kesehatan Fiskal dan

Pengelolaan Keuangan Daerah untuk masing-masing

Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota Tahun 2016;

dan (ii) daerah yang memiliki local tax ratio di bawah

rata-rata nasional. Oleh karena itu, peningkatan

kapasitas pengelola keuangan daerah untuk tahun

2018 dilaksanakan melalui bimbingan teknis dengan

fokus pada materi penilaian PBB-P2, pemeriksaan, dan

In strengthening implementation of policies

concerning financial relations between the central

and regional governments, the stakeholders’

understanding of DJPK’s function must be improved.

Such improvement can be carried out through

continuous and comprehensive technical supervision

activities. Capacity building for regional financial

managers in 2018 was focused on: (i) regions under BB-

category and lower based on Decree of the Minister

of Finance No. 102/KMK.07/2016 concerning Result of

Regional Fiscal Soundness and Financial Management

Rating for each Province, Regency, and Municipality

in 2016; and (ii) regions with local tax ratio under

the national average. Therefore, capacity building of

regional financial managers in 2018 was carried out

through technical supervision by focusing on PBB-P2

assessment, examination, and collection of Regional

Taxes. Moreover, the technical supervision also

provides regional financial management materials,

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report123

Kebijakan Pendapatan dan Kapasitas Keuangan DaerahPolicy concerning Regional Revenue and Fiscal Capacity

penagihan Pajak Daerah. Selain itu, dalam bimbingan

teknis juga diberikan materi pengelolaan keuangan

daerah yaitu akuntansi berbasis akrual, penatausahaan

keuangan daerah, pengelolaan Barang Milik Daerah

(BMD), dan e-Government.

Pada tahun 2018, pelaksanaan bimbingan teknis

juga melibatkan Perguruan Tinggi sebagai Center of Excellence, yaitu Universitas Indonesia, Universitas

Andalas, Universitas Brawijaya, Universitas Sam

Ratulangi, dan Politeknik Keuangan Negara STAN.

Selama tahun 2018, jumlah Pemerintah Daerah yang

mengikuti bimbingan teknis yang diselenggarakan

oleh DJPK adalah sebanyak 328 daerah dengan jumlah

peserta sebanyak 2.125 orang yang berasal dari dinas/

badan yang mengelola Pajak Daerah dan dinas/badan

yang mengelola keuangan daerah.

Selain pelaksanaan bimbingan teknis, dalam rangka

optimalisasi penerimaan pajak daerah, telah

dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dan

workshop bagi 200 pemerintah daerah. Materi yang

disampaikan dalam FGD dan workshop antara lain

konsep modernisasi administrasi perpajakan daerah,

profiling database wajib pajak hotel dan restoran,

model perhitungan potensi Pendapatan Asli Daerah,

konsep fiscal cadaster, dan permasalahan pemungutan

pajak daerah.

Tujuan dari FGD ini adalah untuk membantu Pemerintah

Daerah dalam menyelesaikan permasalahan

pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dan

memberikan dukungan dalam rangka optimalisasi

penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah.

namely accrual-based accounting, regional financial

administration, management of Regional-Owned

Assets (BMD), and e-Government.

In 2018, technical supervision implementation also

involved higher education institutions as Center of

Excellence, namely Universitas Indonesia, Universitas

Andalas, Universitas Brawijaya, Universitas Sam

Ratulangi, and Politeknik Keuangan Negara STAN.

In 2018, the number of Regional Governments that

participated in the technical supervision of the DJPK

amounted to 328 regions and 2,125 people from offices/

agencies that manage Regional Taxes or regional

finance.

In addition to technical supervision implementation, in

order to optimize regional tax revenues, Focus Group

Discussion (FGD) and workshop were organized for

200 regional governments. The materials delivered

in the FGD and workshop include modern concept

of regional tax administration, profiling of hotel and

restaurant tax subject database, Locally-Generated

Regional Revenues potential calculation model,

fiscal cadaster concept, and issues in regional taxes

collection.

The objective of this FGD is to assist Regional

Governments in settling issues concerning regional

taxes and levies collection and to support optimization

of regional taxes and levies revenues.

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report124

Kebijakan Pendapatan dan Kapasitas Keuangan DaerahPolicy concerning Regional Revenue and Fiscal Capacity

Selanjutnya, dalam rangka percepatan optimalisasi

pemungutan pajak pusat dan pajak daerah, telah

disusun Rancangan Keputusan Bersama antara Dirjen

Perimbangan Keuangan dan Dirjen Pajak, dan Rancangan

Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan (DJPK), Direktorat Jenderal

Pajak (DJP), dan Pemerintah Daerah. Ruang lingkup

yang diatur dalam PKS antara lain: (i) pemanfaatan

data dan/atau informasi pajak atas pengusaha

(terdaftar dan belum terdaftar) dan wajib pajak yang

ditetapkan secara berkala yang disepakati DJP dan

Pemda; (ii) pelaksanaan pengawasan bersama dalam

bidang perpajakan; (iii) pelaksanaan Konfirmasi Status

Wajib Pajak (KSWP); (iv) koordinasi dalam penyusunan

regulasi pajak daerah; (v) pendampingan dan dukungan

kapasitas dalam kegiatan penerapan sistem teknologi

informasi perpajakan daerah; (vi) dukungan kapasitas

dalam kegiatan bimbingan teknis dan pendampingan

dalam rangka pembinaan administrasi perpajakan

daerah serta sosialisasi perpajakan secara terpadu; dan

(vii) kegiatan lain yang dianggap perlu dalam rangka

optimalisasi pemungutan pajak pusat dan pajak daerah.

Rancangan Perjanjian Kerja Sama (PKS) masih dalam

proses finalisasi pilot project di lima daerah.

Dalam rangka meningkatkan pemahaman Pemerintah

Daerah, Direktorat Pendapatan dan Kapasitas Keuangan

Daerah telah menyusun Buku Pedoman tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah. Buku pedoman tersebut

berisi panduan teknis dan substansi terkait penyusunan

Raperda dan pelaksanaan pemungutan Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah. Dalam buku pedoman tersebut

juga disajikan contoh-contoh kasus permasalahan

yang sering ditemukan dalam penyusunan Raperda dan

Furthermore, to accelerate the optimization of central

and regional taxes collection, a Joint Decree has been

drafted between the Directorate General of Fiscal

Balance and Directorate General of Taxes as well as

a Cooperation Agreement between the Directorate

General of Fiscal Balance (DJPK), Directorate General

of Taxes (DJP), and Regional Governments. The

scope of the agreement covers: (i) utilization of tax

information and/or data of employers (registered and

non-registered) and tax subjects that are determined

periodically as agreed upon by DJP and Regional

Governments; (ii) implementation of Tax Subject Status

Confirmation (KSWP); (iv) coordination in preparing

regional taxes regulation; (v) assistance and capacity

support in the implementation of regional taxes

information technology system; (vi) capacity support in

technical supervision and assistance in the supervision

of regional taxes administration and integrated taxes

dissemination; and (vii) other activities deemed

necessary in the optimization of central and regional

taxes collection. The cooperation agreement draft is

undergoing pilot project finalization process in five

regions.

To improve the understanding of Regional

Governments, the Directorate of Regional Revenue and

Fiscal Capacity has prepared a Guidebook on Regional

Taxes and Levies. The guidebook contains technical

and substantial guidelines concerning drafting of

Regional Regulations (Raperda) and implementation of

Regional Taxes and Levies collection. The guidebook

also provides sample cases of common issues during

the drafting of Regional Regulations and errors in the

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report125

kesalahan penerapan pemungutan PDRD di lapangan

dan penyusunan Raperda tentang PDRD.

Selama tahun 2018, Direktorat Pendapatan dan

Kapasitas Keuangan Daerah telah menerima Surat

Permintaan Rekomendasi Evaluasi Raperda dari

Kementerian Dalam Negeri sebanyak 58 surat dengan

total sebanyak 571 Raperda, yang dapat dirinci: i)

triwulan I sebanyak 247 Raperda; ii) triwulan II sebanyak

126 Raperda, iii) triwulan III sebanyak 130 Raperda; dan

iv) triwulan IV sebanyak 68 Raperda.

Tabel 4.18Rincian Hasil Evaluasi RAPERDA

Jumlah Raperda / Total Raperda

Diproses / Processed

Tidak Diproses / Not Processed

Raperda Pajak Daerah / Raperda on Regional Taxes 157 146 11

Raperda Retribusi Daerah / Raperda on Regional Levies 414 353 61

Total 571 499 72

Dari 571 Raperda yang diterima, Direktorat Pendapatan

dan Kapasitas Keuangan Daerah telah membuat

rekomendasi atas 499 Raperda, sedangkan sebanyak

72 Raperda lainnya tidak dapat diproses lebih lanjut

karena dokumen yang disampaikan tidak lengkap atau

telah dibuatkan rekomendasi sebelumnya.

implementation of PDRD collection in the field and

drafting of Regional Regulation concerning PDRD.

Throughout 2018, the Directorate of Regional Revenue

and Fiscal Capacity has received 58 Letters of Request

for Recommendation of Regional Regulation Draft

Evaluation from the Ministry of Home Affairs with a

total of 571 Regional Regulation Drafts as specified

below: i) 247 drafts in quarter I; ii) 126 drafts in quarter

II; iii) 130 drafts in quarter III; and iv) 68 drafts in

quarter IV.

Table 4.18Details of RAPERDA Evaluation Result

From 571 drafts that have been received, the

Directorate of Regional Revenue and Fiscal Capacity

has made recommendations for 499 drafts, while the

remaining 72 drafts could not be processed further due

to incomplete documents or prior recommendations

given.

Kebijakan Pendapatan dan Kapasitas Keuangan DaerahPolicy concerning Regional Revenue and Fiscal Capacity

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report126

DANA DESAUndang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

memberikan hak kepada Desa untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat. Untuk

mendanai hak tersebut, Desa memiliki tujuh sumber

Pendapatan desa yaitu (i) pendapatan asli desa,

yang terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan

partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan

asli desa; (ii) alokasi dari APBN; (iii) bagian dari hasil

pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota;

(iv) alokasi Dana Desa yang merupakan bagian dari

dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota;

(v) bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan APBD

Kabupaten/Kota; (vi) hibah dan sumbangan yang

tidak mengikat dari pihak ketiga; serta (vii) lain-lain

pendapatan desa yang sah.

VILLAGE FUND Law No. 6/2014 concerning Villages grants villages the

right to regulate and administer the interests of local

communities. To finance this right, Village has seven

sources of village revenue: (i) pure income generated

from village, consisting of business outcomes, asset

outcomes, self-help and participation, communal

work, and others pure income generated from village;

(ii) allotment from the State Budget; (iii) village share

from regency/municipality regional taxes and levies;

(iv) allotment of Village Fund as part of balanced

funds received by regency/municipality; (v) financial

aid from Provincial Regional Budget and Regency/

Municipality Regional Budget; (vi) grant and other

non-bonding contributions from third parties; and (vii)

other legitimate village revenues.

Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report127

Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 225/

PMK.07/2017 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.07/2017 tentang

Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa, Dana

Desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang

diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui APBD

kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan

pemberdayaan masyarakat. Dana Desa merupakan

alokasi anggaran APBN yang bersumber dari belanja

pusat melalui pengefektifan program yang berbasis

desa secara merata dan berkeadilan. Besaran alokasi

anggaran yang peruntukannya langsung ke desa

ditentukan 10 persen dari dan di luar dana Transfer ke

Daerah (on top) secara bertahap.

Data yang digunakan untuk pengalokasian Dana

Desa bersumber dari BPS dan/atau Kementerian/

Lembaga yang berwenang untuk menerbitkan data,

yaitu terdiri dari: (i) Jumlah Desa, yang bersumber dari

Kementerian Dalam Negeri; (ii) Jumlah Penduduk (JP)

Desa, yang bersumber dari data kependudukan dan

catatan sipil (dukcapil) Kementerian Dalam Negeri; (iii)

Jumlah Penduduk Miskin (JPM) Desa, yang bersumber

dari Kementerian Sosial; (iv) Luas Wilayah (LW)

Desa, yang bersumber dari BPS; (v) Indeks Kesulitan

Geografis (IKG) dan Indeks Kemahalan Konstruksi

(IKK), yang bersumber dari BPS; serta (vi) Status Desa,

yang bersumber dari data indeks desa membangun

Kementerian Desa dan PDTT.

Pengalokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2018 ditetapkan

dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/

PMK.07/2017 tentang Perubahan Rincian Dana Desa

menurut Daerah Kabupaten/Kota Tahun Anggaran

2018, sedangkan pengalokasian Dana Desa per desa

ditetapkan melalui Peraturan Kepala Daerah mengenai

rincian Dana Desa per desa. Ketentuan pengalokasian

Dana Desa TA 2018 adalah Alokasi Dasar (AD) sebesar

Pursuant to Regulation of the Minister of Finance No.

225/PMK.07/2017 concerning Second Amendment

to Regulation of the Minister of Finance No. 50/

PMK.07/2017 concerning Management of Regional

Transfer Fund and Village Fund, Village Fund is sourced

from the State Budget and designated for Villages

through transfer from regency/municipality Regional

Budget and used to finance government operations,

development implementation, community education,

and community empowerment. Village Fund is

allocated from the State Budget sourced from central

government expenditure through improvement of

village-based program effectiveness equally and fairly.

The amount of direct budget allocation for villages

is set at 10 percent on top of Regional Transfer Fund

gradually.

Data used for the allocation of Village Fund is obtained

from Statistics Indonesia and/or Ministries/Agencies

with the authority to publish data, which consists of:

(i) Number of Villages, obtained from the Ministry of

Home Affairs; (ii) Number of Village Population (JP),

obtained from population and civil registry data of the

Ministry of Home Affairs; (iii) Number of Poor Village

Population (JPM), obtained from the Ministry of Social

Affairs; (iv) Total Village Area (LW), obtained from

Statistics Indonesia; (v) Geographical Remoteness Index

(IKG) and Construction Cost Index (IKK), obtained from

Statistics Indonesia; and (vi) Village Status, obtained

from village development index data of the Ministry of

Villages, Disadvantaged Regions, and Transmigration.

Village Fund Allocation for Fiscal Year 2018 was

determined based on Regulation of the Minister of

Finance No. 226/PMK.07/2017 concerning Change

to Village Fund Details by Regency/Municipality of

Fiscal Year 2018, while allocation of Village Fund by

village was determined through Regulation of Regional

Heads concerning details of Village Fund by village.

Provision on the allocation of Village Fund of Fiscal

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report128

Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds

77 persen dari pagu Dana Desa, dibagi secara merata

kepada setiap desa; Alokasi Afirmasi (AF) sebesar 3

persen dari pagu Dana Desa, dibagi secara proporsional

kepada desa tertinggal dan desa sangat tertinggal yang

mempunyai jumlah penduduk miskin (JPM) tinggi;

Alokasi Formula (AF) sebesar 20 persen dari pagu

Dana Desa, dibagi berdasarkan: jumlah penduduk desa

dengan bobot 10 persen; jumlah penduduk miskin desa

dengan bobot 50 persen; luas wilayah desa dengan

bobot 15 persen; dan Indeks Kemahalan Konstruksi

atau Indeks Kesulitan Geografis desa dengan bobot 25

persen.

Pada tahun anggaran 2018, Pemerintah mengalokasikan

Dana Desa sebesar Rp60 triliun kepada 434 Kabupaten/

Kota dan 74.958 desa.

Terdapat perubahan kebijakan penyaluran Dana Desa

pada tahun 2018. Penyaluran Dana Desa tersebut

dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari RKUN ke

RKUD untuk selanjutnya dilakukan pemindahbukuan

dari RKUD ke RKD. Penyaluran dari RKUN ke RKUD

dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap. Tahap I sebesar 20

persen, disalurkan paling cepat bulan Januari dan paling

lambat minggu ketiga bulan Juni dengan persyaratan

Peraturan Daerah mengenai APBD dan Peraturan

Kepala Daerah mengenai tata cara pengalokasian

dan rincian Dana Desa per desa. Tahap II sebesar

40 persen, disalurkan paling cepat bulan Maret dan

paling lambat minggu keempat bulan Juni dengan

persyaratan laporan realisasi penyaluran dana desa

tahun anggaran sebelumnya dan laporan konsolidasi

realisasi penyerapan dan capaian output dana desa

tahun anggaran sebelumnya. Tahap III sebesar 40

persen, disalurkan paling cepat bulan juli dengan

persyaratan laporan penyaluran dana desa tahap i dan

tahap ii dari rkud ke rkd paling kurang 75 persen dan

laporan konsolidasi realisasi penyerapan dana desa

tahap i dan tahap ii rata-rata paling kurang 75 persen,

dan rata-rata capaian output dana desa s.d. tahap ii

paling kurang 50 persen.

Year 2018 consists of Basic Allocation (AD) at 77 percent

of the Village Fund ceiling, distributed equally to each

village; Affirmation Allocation (AF) at 3 percent of the

Village Fund ceiling, distributed proportionately to

underdeveloped villages with high number of poor

population (JPM); Formula Allocation (AF) at 20 percent

of the Village Fund ceiling, distributed based on:

number of village population by 10 percent; number

of poor village population by 50 percent; total village

area by 15 percent; and Construction Cost Index or

Geographical Remoteness Index by 25 percent.

In Fiscal Year 2018, the Government allocated Village

Fund at Rp60 trillion for 434 Regencies/Municipalities

and 74,958 villages.

There were changes to the distribution policy of

Village Fund in 2018. Village Fund distribution is

carried out through transfer from RKUN to RKUD to

be further transferred from RKUD to RKD. Distribution

from RKUN to RKUD is carried out in 3 (three) phases.

Phase I constitutes 20 percent that is transferred at

the earliest in January and the latest in the third week

of June with the requirement of Regional Regulation

concerning Regional Budget and Regulation of Regional

Head concerning allocation procedure and details of

Village Fund by village. Phase II constitutes 40 percent

that is transferred at the earliest in March and the

latest in the third week of June with the requirement

of report on Village Fund distribution realization of

the previous fiscal year and consolidated report on

Village Fund absorption and output achievement

of the previous fiscal year. Phase III constitutes 40

percent that is transferred at the earliest in July with

the requirement of Village Fund distribution report

of Phase I and Phase II from RKUD to RKD at least

75 percent and consolidated report of Village Fund

absorption realization of Phase I and Phase II at least

75 percent at average, as well as Village Fund output

achievement until Phase II at 50 percent at average.

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report129

Penyaluran dari RKUD ke RKD dilaksanakan dalam

3 (tiga) tahap. Syarat Penyaluran Tahap I adalah

peraturan desa mengenai APBDesa. Syarat penyaluran

Tahap II adalah laporan realisasi penyerapan dan

capaian output Dana Desa tahun anggaran sebelumnya.

Syarat penyaluran Tahap III adalah laporan realisasi

penyerapan dan capaian output Dana Desa sampai

dengan Tahap II.

Dana Desa yang telah disalurkan dari RKUN ke

RKUD pada tahun 2018 mencapai Rp59,86 triliun,

atau sebesar 99,77 persen dari pagu nasional sebesar

Rp60 triliun. Pada Tahap I, telah disalurkan sebesar

Rp11,99 triliun (99,92 persen) dari pagu Tahap I sebesar

Rp12 triliun kepada 434 daerah. Pada Tahap II, telah

disalurkan sebesar Rp23,86 triliun (99,42 persen) dari

pagu Tahap II sebesar Rp24 triliun kepada 434 daerah.

Pada Tahap III, telah disalurkan sebesar Rp23,99 triliun

(99,96persen) dari pagu Tahap III sebesar Rp24 triliun

kepada 434 daerah.

Dana Desa yang tidak tersalurkan pada tahun 2018

sebesar Rp140,59 miliar. Hal tersebut disebabkan karena

terdapat sisa Dana Desa tahun 2017 di RKUD yang

tidak tersalurkan ke Desa sebesar Rp137,51 miliar serta

terdapat perbedaan data jumlah desa aktual dengan

data jumlah desa yang bersumber dari kementerian

lain sebanyak 5 desa. Untuk itu, penyaluran Dana Desa

dari RKUN ke RKUD dikurangi sebesar Rp3.08 miliar

yang dialokasikan untuk desa dimaksud.

Sepanjang pelaksanaan Dana Desa dari tahun 2015

sampai 2018, output dan outcome yang dicapai adalah

sebagai berikut:

Distribution from RKUD to RKD is carried out in 3 (three)

phases. Requirement of Phase I distribution is village

regulation concerning Village Budget. Requirement of

Phase II distribution is report of Village Fund absorption

realization and output achievement of previous fiscal

year. Requirement of Phase III distribution is report

on Village Fund absorption realization and output

achievement until Phase II.

Village Fund that has been distributed from RKUN to

RKUD in 2018 reached Rp59.86 trillion or 99.77 percent

of the national ceiling at Rp60 trillion. In Phase I,

Rp11.99 trillion (99.92 percent) of the Phase I ceiling at

Rp12 trillion was distributed to 434 regions. In Phase

II, Rp23.86 trillion (99.42 percent) of Phase II ceiling at

Rp24 trillion was distributed to 434 regions. In Phase

III, Rp23.99 trillion (99.96 percent) of Phase III ceiling

at Rp24 trillion was distributed to 434 regions.

Undistributed Village Fund in 2018 amounted to

Rp140.59 billion. It was attributable to the remaining

Village Fund of 2017 at RKUD that was undistributed

to Villages amounting to Rp137.51billion as well as

difference between the data of actual number of villages

and the data of number of villages from other ministries

by 5 villages. Therefore, Village Fund distribution from

RKUN to RKUD was reduced by Rp3.08 billion that was

allocated for the villages concerned.

In the implementation of Village Fund from 2015 to

2018, the achieved output and outcome is as follows:

Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report130

Gambar 4.1Capaian Output dan Outcome Dana Desa Tahun 2015

s.d. 2018

MENUNJANG AKTIVITAS EKONOMI MASYARAKATSupporting Community Economic Activities

JALAN DESA 191.600 KM

Village Roads 191.600 Km

PENAHAN TANAH 192.974

UNITRetaining Walls

192.974 Unit

TAMBATAN PERAHU 5.371

UNITBoat Moorings

5.371 unit

DRAINASE 29.557.922 M

Drainage 29.557.922 M

PASAR DESA 8.983 UNIT

Village Markets 8.983 Unit

MCK 240.567 UNIT

Clean Water 240.567 Unit

IRIGASI 58.931 UNIT

Irrigation 58.931 Unit

POSYANDU 24.820 UNIT

Integrated Health Service Posts 24.820 Unit

JEMBATAN 1.140.378 M

Bridges 1.140.378 M

AIR BERSIH 959.569 UNITClean Water 959.569 Unit

EMBUNG 4.175 UNIT

Reservoirs 4.175 Unit

PAUD 50.854 UNIT

Early Childhood Education 50.854

Unit

BUMDES 37.830 KEGIATAN

Village-Owned Enterprises

37.830 Activities

POLINDES 9.592 UNIT

Village Labor Facility 9.592

Unit

RAGA DESA19.526 UNIT

Village Sports 19.526 Unit

SUMUR 45.169 UNIT

Wells 45.169 Unit

MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT DESAImproving Life Quality of Village Community

Rp

20140,34 2014

0,34

201417,37 juta/million

15,81 juta/million

14,2%

13,2%2018

Ratio Gini Perdesaan / Village Gini Ratio

Jumlah Penduduk Miskin Perdesaan / Total Poor

Village Population

Persentase Penduduk Miskin Perdesaan / Percentage of Poor

Village PopulationPenurunan Angka Rasio Gini Di Perdesaan dari Tahun 2014

Hingga 2018 Sebesar 0,2) / Village gini ratio from 2014 to

2018 declined by 0.2

DANA INSENTIF DAERAH (DID)DID adalah dana yang dialokasikan dalam APBN

kepada daerah tertentu berdasarkan kriteria tertentu

dengan tujuan untuk memberikan penghargaan atas

pencapaian kinerja tertentu. DID termasuk dalam

Dana Transfer ke Daerah yang penggunaannya bersifat

umum sesuai kebutuhan dan prioritas daerah. Namun

sesuai ketentuan penggunaan Dana Transfer ke Daerah

secara umum, DID harus digunakan untuk mendanai

Figure 4.1Output and Outcome Achievement of Village Fund

2015-2018

REGIONAL INCENTIVE FUND (DID)DID is a fund allocated in the State Budget for certain

regions based on certain criteria with the aim to

give reward on certain performance achievement.

DID belong to Regional Transfer Fund for general

use according to the need and priority of regions.

Nevertheless, according to the general provision of

Regional Transfer Fund use, DID must be utilized to

finance regional affairs belonging to the authority

Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report131

urusan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi,

kabupaten, dan kota yang terdiri atas urusan wajib dan

urusan pilihan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Penghitungan alokasi DID dilakukan berdasarkan

kriteria utama dan kategori kinerja. Kriteria utama

merupakan kriteria yang menentukan kelayakan suatu

daerah untuk dapat menerima DID, yang terdiri atas: (a)

opini Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD) Wajar Tanpa Pengecualian

(WTP); (b) penetapan Peraturan Daerah mengenai

APBD tepat waktu; dan (c) penggunaan e-government (e-procurement).

Sementara Kategori Kinerja merupakan kategori yang

digunakan untuk menilai kinerja daerah, yang terdiri

atas: (i) kinerja kesehatan fiskal dan pengelolaan

keuangan daerah, yaitu kategori yang digunakan

sebagai unsur penilaian terhadap upaya dan capaian

kinerja daerah di bidang keuangan; (ii) kesejahteraan

masyarakat, yaitu kategori yang digunakan sebagai

unsur penilaian terhadap upaya dan capaian kinerja

daerah dalam rangka pengentasan kemiskinan dan

meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM);

(iii) kinerja pelayanan dasar publik, yaitu kategori yang

digunakan sebagai unsur penilaian terhadap upaya dan

capaian kinerja daerah di bidang pendidikan, kesehatan,

dan pekerjaan umum; dan (iv) pelayanan umum

pemerintahan, yaitu kategori yang digunakan sebagai

unsur penilaian terhadap kinerja pelayanan umum

pemerintah berupa hasil penilaian atas perencanaan

daerah, penyelenggaraan pemerintahan daerah, sistem

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, inovasi

pelayanan yang dilakukan pemerintah daerah, dan

kemudahan berusaha di daerah.

of provincial, regency, and municipal governments

which consist of mandatory affairs and optional affairs

pursuant to the prevailing regulations.

DID allocation is calculated based on main criteria

and performance category. Main criteria are a set of

criteria determining the feasibility of a region receiving

DID, consisting of: (a) unqualified opinion (WTP) from

BPK regarding Regional Government Financial Report

(LKDP); (b) stipulation of Regional Budget in a timely

manner; and (c) use of e-government (e-procurement).

Meanwhile, Performance Category is the category used

to measure regional performance, consisting of: (i)

performance of regional fiscal soundness and financial

management, namely the category used as an element

to assess regional efforts and performance in financial

sector; (ii) public welfare, namely the category used as

an element to assess regional efforts and performance

in the alleviation of poverty and improvement of

Human Development Index (IPM); (iii) public basic

service performance, namely the category used as an

element to assess regional efforts and performance

achievement in education, health, and public works

sectors; and (iv) government public service, namely

the category used as an element to assess government

public service performance in the form of evaluation

result on regional planning, regional government

implementation, government institutions performance

accountability system, service innovations made by

regional governments, and ease of doing business in

regions.

Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report132

DID diberikan kepada daerah yang telah memenuhi

kriteria utama dan memenuhi batas minimum

kelulusan nilai kinerja dari kategori kinerja dan/atau

memenuhi kategori kinerja di bidang pelayanan umum

pemerintahan.

Batas minimum kelulusan nilai kinerja merupakan nilai

minimum tertentu atas hasil penilaian terhadap kinerja

daerah dari kinerja kesehatan fiskal dan pengelolaan

keuangan daerah, kinerja kesejahteraan masyarakat,

dan kinerja pelayanan dasar publik. Nilai kinerja daerah

yang telah memenuhi batas minimum kelulusan kinerja

digunakan sebagai dasar penentuan alokasi DID untuk

kategori kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan

daerah, kinerja kesejahteraan masyarakat, dan kinerja

pelayanan dasar publik bidang pendidikan, kesehatan,

dan infrastruktur.

Nilai kinerja daerah selanjutnya dikelompokkan

menjadi 4 (empat) kelompok yaitu rendah, sedang,

tinggi, dan sangat tinggi. Setiap kategori kinerja dan

kelompok nilai kinerja memiliki dasar alokasi yang

berbeda dimulai dari alokasi terkecil pada kelompok

nilai kinerja rendah kemudian terus meningkat untuk

setiap tingkatan kelompoknya.

Alokasi DID suatu daerah dihitung berdasarkan jumlah

kategori kinerja yang dapat dipenuhi oleh daerah

dan kelompok nilai kinerja yang diperoleh daerah.

Selanjutnya berdasarkan pagu yang ditetapkan dalam

Rancangan Undang-Undang mengenai APBN yang

disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan hasil

pembahasan, ditetapkan alokasi DID untuk setiap

daerah.

DID is provided to regions that have fulfilled the main

criteria and the minimum passing grade in performance

category and/or fulfilled performance category in

government public service sector.

The minimum passing grade of performance is a certain

minimum grade regarding the assessment result of

regional performance, which covers the performance

of regional fiscal soundness and financial management,

public welfare performance, and public basic service

performance. Regional performance score which

meets the minimum passing grade of performance is

used as a basis in determining the allocation of DID for

categories of regional fiscal soundness and financial

management, public welfare performance, as well as

public basic service performance in education, health,

and infrastructure sectors.

Regional performance score is further categorized

into 4 (four) groups of low, medium, high, and very

high. Each performance category and performance

score groups has different allocation base, in which the

allocation is the smallest for low performance score

group and increases for each group level.

DID allocation for a region is calculated based on the

total performance category that can be fulfilled by the

region and performance score group obtained by the

region. Furthermore, DID allocation for each region

is determined based on the ceiling set in the Draft of

Law concerning State Budget approved by the House

of Representatives and discussion result.

Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report133

Alokasi DID untuk setiap daerah tercantum dalam

Peraturan Presiden mengenai rincian APBN, yakni

Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2017 tentang

Rincian APBN TA 2018. DID disalurkan melalui

mekanisme pemindahbukuan dari RKUN ke RKUD

penerima DID. Adapun penyaluran DID diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112/PMK.07/2017

tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer

ke Daerah dan Dana Desa, penyaluran DID TA 2018

dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap:

• Tahap I sebesar 50 persen dari pagu alokasi,

setelah kepala daerah menyampaikan: (i) peraturan

daerah mengenai APBD tahun berjalan; (ii)

rencana penggunaan DID tahun berjalan; dan (iii)

laporan realisasi penyerapan DID tahun anggaran

sebelumnya bagi daerah yang mendapatkan.

• Tahap II sebesar 50 persen dari pagu alokasi setelah

kepala daerah menyampaikan laporan realisasi DID

Tahap I minimal 70 persen, paling lambat tanggal

bulan Agustus.

DANA OTONOMI KHUSUSDana Otonomi Khusus (Otsus) adalah dana yang

dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi

khusus suatu daerah, sebagaimana ditetapkan dalam

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang

Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-

Undang, dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006

tentang Pemerintahan Aceh.

DID allocation for each region is stated in Presidential

Regulation concerning details of the State Budget,

namely Presidential Regulation No. 107/2017

concerning Details of State Budget of Fiscal Year 2018.

DID is distributed through transfer mechanism from

RKUN to recipient RKUD. DID distribution is regulated

in Regulation of the Minister of Finance No. 112/

PMK.07/2017 concerning Amendment to Regulation

of the Minister of Finance No. 50/PMK.07/2017

concerning Management of Regional Transfer Fund

and Village Fund, of which implementation in Fiscal

Year 2018 is carried out in 2 (two) phases:

• Phase I constitute 50 percent of allocation ceiling

after regional head submits: (i) regional regulation

concerning Regional Budget of the current year;

(ii) DID utilization plan of the current year; and (iii)

report of DID absorption realization of the previous

fiscal year for recipient regions.

• Phase II constitute 50 percent of the allocation

ceiling after regional head submits report of DID

realization in Phase I at least 70 percent no later

than August.

SPECIAL AUTONOMY FUNDSpecial Autonomy Fund is a fund allocated for

financing special autonomy practices of certain region,

as stipulated in Law No.35/2008 on the Stipulation of

PERPPU No.1/2008 concerning Amendment of Law

No.21/2001 on Special Autonomy for Papua Province

into Law, and Law No.11/2006 on Aceh Government.

Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report134

Alokasi Dana Otsus Provinsi Papua dan Provinsi Papua

Barat ditetapkan setara dengan 2 persen dari pagu

DAU Nasional. Dana Otsus untuk Provinsi Papua dan

Provinsi Papua Barat berlaku untuk jangka waktu 20

tahun (Tahun 2002 s.d. 2021).

Sementara itu, alokasi Dana Otsus Provinsi Aceh

ditetapkan setara dengan 2 persen dari DAU Nasional

pada tahun pertama sampai tahun kelimabelas (Tahun

2008 s.d 2022) dan setara dengan 1 persen dari DAU

Nasional pada tahun keenambelas sampai tahun

keduapuluh (Tahun 2023 s.d 2027).

Dana Otsus Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

terutama ditujukan untuk pendidikan dan kesehatan.

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat juga diberikan

Dana Tambahan Infrastruktur (DTI) dalam rangka

Otsus. Besaran DTI dalam rangka Otsus ditetapkan

Pemerintah dan DPR berdasarkan usulan provinsi pada

setiap tahun anggaran sesuai dengan kemampuan

keuangan negara, DTI tahun sebelumnya, dan

presentase tertentu dari Dana Otsus, yang terutama

ditujukan untuk mendanai pembangunan infrastruktur.

Persentase pembagian Dana Otsus antara Provinsi

Papua dan Provinsi Papua Barat yaitu sebesar

70:30. Presentase pembagian tersebut sama dengan

pembagian Dana Otsus sejak tahun 2009, yang

mempertimbangkan jumlah penduduk, luas wilayah

dan jumlah kabupaten/kota dan kampung. Pembagian

DTI TA 2019 antara Provinsi Papua dan Provinsi Papua

Barat ditetapkan oleh Pemerintah dan DPR berdasarkan

usulan Provinsi Papua maupun Provinsi Papua Barat,

yang telah dinilai oleh Bappenas bersama K/L terkait

yang mempunyai skala prioritas tinggi.

Special Autonomy Fund for Papua and West Papua

Province equals to 2 percent of National DAU ceiling.

Special Autonomy Fund for Papua Province and West

Papua Province prevails for 20 years (2002 until 2021).

Meanwhile, Special Autonomy Fund allocation for Aceh

Province equals to 2 percent of National DAU in the

first year until the fifteenth year (2008 until 2022) and

equals to 1 percent of National DAU in the sixteenth to

twentieth year (2023 until 2027).

The Special Autonomy Fund for Papua Province

and West Papua Province is primarily intended for

education and health. Papua Province and West Papua

Province also received an Additional Infrastructure

Fund (DTI) included in the special autonomy. The

amount of DTI is determined by the Government and

DPR based on provincial proposals in each fiscal year

in accordance with the country’s financial capacity, the

previous year’s DTI, and a certain percentage of the

Special Autonomy Fund, which is primarily intended to

fund infrastructure development.

The percentage of the Special Autonomy Fund

distribution between Papua Province and West Papua

Province is 70:30. The percentage of the distribution

has been the same since 2009. The percentage takes

into account the total population, area and number

of regencies/cities and villages. The division of DTI

TA 2019 between Papua Province and West Papua

Province is determined by the Government and the

DPR based on the proposals of the Papua Province and

West Papua Province, which have been assessed by

Bappenas along with the related Ministries/Agencies

that have a high priority scale.

Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report135

Dana Otsus Provinsi Aceh terutama ditujukan

untuk mendanai pembangunan dan pemeliharaan

infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat,

pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan,

sosial, dan kesehatan.

Pembagian Dana Otsus untuk Kabupaten/Kota

dilakukan berdasarkan qanun/perdasus/pergub.

Provinsi Papua, membagi Dana Otsus untuk provinsi

dan kabupaten/kota berdasarkan Perdasus Nomor 13

Tahun 2016 dengan imbangan 20 persen untuk provinsi

dan 80 persen untuk kabupaten/kota setelah dikurangi

program bersama. Provinsi Papua Barat membagi

Dana Otsus untuk Provinsi dan kabupaten/kota

berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2018

jo Peraturan Gubernur Nomor 58 Tahun 2018 dengan

imbangan 10 persen untuk Provinsi dan 90 persen

untuk kabupaten/kota setelah dikurangi program

bersama. seluruh pengelolaan Dana Otsus Provinsi

Aceh diadministrasikan di provinsi berdasarkan Qanun

Nomor 10 Tahun 2016 dan Pergub Nomor 9 Tahun 2017

dengan pembagian besaran dana untuk provinsi paling

sedikit 60 persen dari pagu, sedangkan besaran dana

untuk kabupaten/kota paling banyak 40 persen dari

pagu setelah dikurangi program bersama.

DJPK melakukan penghitungan alokasi dana dalam

rangka Otsus Papua dan Aceh, yaitu: (i) Dana Otsus

untuk Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; (ii)

Dana Otsus untuk Provinsi Aceh; (iii) Tambahan DBH

SDA Minyak Bumi dan Gas Bumi untuk Provinsi Papua

Barat dan Provinsi Aceh; serta (iv) Dana Tambahan

Infrastruktur dalam rangka pelaksanaan Otsus untuk

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

Aceh Special Autonomy Fund is primarily intended

to fund the development and maintenance of

infrastructure, empowering the people’s economy,

alleviating poverty, and funding for education, social,

and health.

The distribution of special autonomy funds for

regencies/cities is based on qanun/ special regional

regulations/ governor regulations. Papua Province

divides the Special Autonomy Fund for provinces and

districts/cities based on Special Regional Regulation

No. 13 Year 2016 with a balance of 20 percent for the

province and 80 percent for the regency/city after

deducting the joint program. West Papua Province

divides the Special Autonomy Fund for Province and

district/city based on Governor Regulation No. 1 Year

2018 jo Governor Regulation No. 58 Year 2018 with a

balance of 10 percent for the Province and 90 percent

for the district/city after deducting the joint program.

The entire management of the Aceh Special Autonomy

Fund is administered in the province based on Qanun

No. 10 Year 2016 and Governor Regulation No. 9 of 2017

with the distribution of the amount of funds for the

province of at least 60 percent of the ceiling, while the

amount of funds for district/city is at most 40 percent

of the ceiling after deducting the joint program.

DJPK calculates the allocation of funds for Papua and

Aceh Special Autonomy, namely: (i) Special Autonomy

Fund for Papua Province and West Papua Province;

(ii) Special Autonomy Fund for Aceh Province; (iii)

Additional SDA DBH from Oil and Natural Gas for West

Papua Province and Aceh Province; and (iv) Additional

Infrastructure Fund for Papua Province and West

Papua Province.

Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report136

Hasil penghitungan alokasi dana dalam rangka Otsus

Papua dan Aceh disampaikan oleh Pemerintah kepada

Dewan Perwakilan Rakyat pada saat Pembahasan

Tingkat I Nota Keuangan dan Rancangan Undang-

Undang mengenai APBN. Kemudian berdasarkan pagu

dalam Rancangan Undang-Undang mengenai APBN

yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat

dan hasil pembahasan, ditetapkan alokasi dana dalam

rangka otonomi khusus Papua dan Aceh. Adapun alokasi

dana dalam rangka Otsus Papua dan Aceh tercantum

dalam Peraturan Presiden mengenai rincian APBN.

Penyaluran Dana Otsus dilaksanakan secara bertahap,

yaitu tahap I paling cepat pada bulan Maret sebesar 30

persen (tiga puluh persen) , tahap II paling cepat pada

bulan Juli sebesar 45 persen (empat puluh lima persen),

dan tahap III paling cepat pada bulan Oktober sebesar

25 persen (dua puluh lima persen).

Realisasi Dana Otsus TA 2018 mencapai 100 persen,

yaitu sebesar Rp20,059 triliun. Dari angka tersebut,

Realisasi Dana Otsus Provinsi Aceh sebesar Rp8,029

triliun; realisasi Dana Otsus Provinsi Papua sebesar

Rp5,620 triliun; realisasi DTI Provinsi Papua sebesar

Rp2,400 triliun; realisasi Dana Otsus Provinsi Papua

Barat sebesar Rp2,409 triliun; serta realisasi Dana

Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua Barat sebesar

Rp1,600 triliun.

DANA KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTASebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor

13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah

Istimewa Yogyakarta, mulai tahun 2013 Pemerintah

mengalokasikan dana dalam APBN untuk menyediakan

pendanaan dalam rangka penyelenggaraan urusan

The result of fund allocation calculation of Papua and

Aceh Special Autonomy is reported by the Government

to the House of Representatives in First Level

Discussion regarding Fiscal Notes and State Budget

Law Draft. Furthermore, based on allotment agreed

and discussed by the House of Representatives, such

fund allocation is stipulated. The allocation is stated

in Presidential Regulation concerning the details of

APBN. The disbursement of Special Autonomy Fund

is conducted gradually, i.e. no sooner than March for

Term I by 30 percent (thirty percent), no sooner than

July for Term II by 45 percent (forty-five percent), and

no sooner than October for Term III by 25 percent

(twenty five percent).

The realization of the Special Autonomy Fund for 2018

reached 100 percent, amounting to Rp20,059 trillion.

From this figure, the realization of the Aceh Special

Autonomy Fund of Rp8.029 trillion; realization of the

Papua Special Autonomy Fund of Rp5,620 trillion;

realization of Papua Province DTI of Rp2,400 trillion;

realization of the Special Autonomy Fund of West

Papua Province of Rp2.409 trillion; and the realization

of West Papua Province’s Additional Infrastructure

Fund of Rp1,600 trillion.

SPECIAL FUND FOR YOGYAKARTA SPECIAL REGIONWith a view to implement Law No.13/2012 on Special

Privileges of Yogyakarta Special Region, starting from

2013 the Government has provided fund within the

State Budget (APBN) for the Government of Yogyakarta

Special Region to undertake special affairs according

Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report137

keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

oleh Pemerintah Daerah Provinsi DIY sesuai dengan

kebutuhan DIY dan kemampuan keuangan negara.

Penyelenggaraan urusan Keistimewaan DIY meliputi

tata cara pengisian jabatan, kedudukan tugas,

dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur,

kelembagaan, kebudayaan, pertanahan dan tata ruang.

Pendanaan urusan keistimewaan DIY dilakukan melalui

tahapan pengalokasian Dana Keistimewaan DIY (DK

DIY) mulai dari pengajuan usulan rencana kebutuhan

dana keistimewaan dari Provinsi DIY, penilaian

kelayakan kegiatan atas rencana kebutuhan dana

oleh Kementerian Keuangan, Bappenas, Kementerian

Dalam Negeri dan Kementerian/Lembaga terkait, dan

penentuan usulan pagu indikatif melalui mekanisme

APBN oleh Menteri Keuangan dan Kepala Bappenas.

Alokasi DK DIY didasarkan pada Peraturan Presiden

Nomor 107 Tahun 2017 tentang Rincian Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018.

Kebijakan DK DIY TA 2018 yaitu: meningkatkan kualitas

perencanaan dan ketepatan penggunaan DK DIY sesuai

dengan prioritas nasional; meningkatkan monitoring

dan evaluasi dalam rangka mendukung akuntabilitas

penyelenggaraan urusan keistimewaan DIY; dan

mendorong percepatan pelaporan pelaksanaan

kegiatan oleh pemerintah daerah dengan tetap

memperhatikan pencapaian kinerja.

Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/

PMK.07/2017 tentang Tata Cara Pengalokasian dan

Penyaluran Dana Keistimewaan Daerah Istimewa

Yogyakarta, penyaluran DK DIY dilakukan dalam 3 (tiga)

tahap masing-masing sebesar 15 persen, 65 persen,

dan 20 persen dari pagu alokasi.

to the need of this special region and state fiscal

capacity. The implementation of special affairs in

Yogyakarta Special Region covers procedures for filling

the positions, duties, and authorities of Governor and

Vice Governor, as well as institutional, cultural, land

and spatial affairs.

The funding for special privileges of Yogyakarta Special

Region is conducted through several stages in fund

allocation, starting from submitting the proposal of

special fund utilization planning by the Government

of Yogyakarta Special Region, feasibility assessment

by the Minister of Finance, National Development

Planning Agency (Bappenas), Ministry of Home Affairs,

and relevant Ministries/Institutions, and determining

the proposal of indicative allotment through APBN

mechanism by the Minister of Finance and Head of

Bappenas.

The DK DIY allocation is based on Presidential

Regulation No. 107 Year 2017 concerning the Details of

the State Budget for 2018 Fiscal Year. The DK DIY policy

in 2018, namely: improving the quality of planning and

the accuracy of using the DK DIY in accordance with

national priorities; improve monitoring and evaluation

to support the accountability of the administration of

DIY special affairs; and encourage the acceleration of

reporting on the implementation of activities by local

governments while continuing to pay attention to

performance achievements.

In accordance with Regulation of the Minister of

Finance No. 173/PMK.07/2017 concerning Procedures

for the Allocation and Distribution of Special Privileges

Funds in Yogyakarta, the distribution of DK DIY is

carried out in 3 (three) stages, each at 15 percent, 65

percent, and 20 percent of the allocation ceiling.

Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report138

Penyaluran tahap I (Februari - Maret) dilakukan setelah

pemerintah daerah Provinsi DIY menyampaikan

surat permintaan penyaluran tahap I disertai dengan

dokumen yang disyaratkan kepada Direktur Jenderal

Perimbangan Keuangan, yaitu Perda APBD, SPTJM,

Rencana Penggunaan DK DIY tahap I, Laporan Realisasi

Penyerapan DK DIY Tahap Akhir TA sebelumnya yang

telah diverifikasi, dan Laporan Pencapaian Kinerja DK

DIY Tahap Akhir TA sebelumnya yang telah diverifikasi.

Penyaluran tahap II (April - September) dilakukan

setelah Pemda Provinsi DIY menyampaikan surat

permintaan tahap II disertai dengan SPTJM, Rencana

Penggunaan DK DIY Tahap II, Laporan Realisasi

Penyerapan DK DIY tahap I yang telah diverifikasi, dan

Laporan Pencapaian Kinerja DK DIY tahap I yang telah

diverifikasi.

Penyaluran tahap III (Oktober - Desember) dilakukan

setelah Pemda Provinsi DIY menyampaikan surat

permintaan tahap III disertai dengan SPTJM, Rencana

Penggunaan DK DIY Tahap III, Laporan Realisasi

Penyerapan DK DIY Tahap II yang telah diverifikasi,

dan Laporan Pencapaian Kinerja DK DIY tahap II yang

telah diverifikasi. Adapun realisasi penyerapan dan

pencapaian kinerja tahap I (syarat penyaluran Tahap

II) serta realisasi penyerapan dan pencapaian kinerja

tahap II (syarat penyaluran Tahap III) paling rendah

telah mencapai 80 persen.

Verifikasi terhadap Laporan Penyerapan DK DIY

dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan

Keuangan berdasarkan SP2D yang diterbitkan oleh

Pemerintah DIY. Sementara Verifikasi terhadap

Laporan Pencapaian Kinerja DK DIY dilakukan oleh

Kementerian Dalam Negeri dan kementerian/lembaga

pemerintah non kementerian terkait.

Term I distribution (February - March) is carried out

after the provincial government of DIY submits a letter

requesting the distribution of term I accompanied by

the required documents to the Director General of

Fiscal Balance, namely the Regional Budget, SPTJM,

Planning for the Use of DK DIY for Term I, Report on

the Realization of DK DIY Absorption Term End of the

previous TA that has been verified, and Report on the

Performance Achievement of the DK DIY Final Term of

the previous TA that has been verified.

Term II disbursement (April - September) is carried

after the Provincial Government of DIY submits the

second term request letter accompanied by SPTJM,

Term II DIY Utilization Plan, verified Term I of DK

DIY Board Absorption Reports, and verified Term I

Performance Achievement Report for the DIY Term I.

Term III distribution (October – December) is carried

out after Provincial Government of DIY submits term

III request letter accompanied with SPTJM, Term

III DK DIY Utilization Plan, verified Term II DK DIY

Absorption Realization Report, and verified Term II

DK DIY Performance Achievement Report. Whereas,

realization of budget execution and performance

achievement for Term I (prerequisite for Term II)

and realization of budget execution and performance

achievement for Term II (prerequisite for Term III) shall

be at least 80 percent.

Budget execution report of special region fund for

Yogyakarta is verified by DJPK based on SP2D issued

by the Government of Yogyakarta Special Region.

Meanwhile, the performance achievement report is

verified by the Ministry of Home Affairs and relevant

ministries/agencies.

Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report139

DK DIY yang belum disalurkan ke RKUD sampai dengan

akhir tahun anggaran tidak dapat dijadikan penambah

pagu anggaran DK DIY tahun anggaran berikutnya.

Apabila pada akhir tahun anggaran terdapat sisa DK

DIY di RKUD, sisa DK DIY tersebut diperhitungkan

dalam penyaluran DK DIY pada tahun anggaran

berikutnya. Gubernur DIY dapat menggunakan

sebagian sisa anggaran DK DIY yang ada di RKUD untuk

tahun anggaran berikutnya dengan ketentuan sebagai

berikut: (i) Gubernur DIY mengajukan permohonan

kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan

dengan melampirkan rincian rencana penggunaan; (ii)

laporan tahap akhir realisasi penyerapan DK DIY tahun

anggaran sebelumnya telah diverifikasi oleh Direktorat

Jenderal Perimbangan Keuangan; (iii) laporan akhir

pencapaian kinerja DK DIY tahun anggaran sebelumnya

belum diverifikasi oleh Kementerian Dalam Negeri dan

kementerian/lembaga pemerintah non-kementerian

terkait; (iv) pelaksanaan program.

Tabel 4.19Rincian Penyaluran DK DIY TA. 2018

Tahap / Term % Realisasi 2018 / Realization in 2018 Tanggal SP2D / Date of SP2D

Tahap 1 / Term 1 15 150.000.000.000 22/02/2018

Tahap 2 / Term 2 65 650.000.000.000 02/05/2018

Tahap 3 / Term 3 20 200.000.000.000 28/11/2018

Jumlah / Total 100 1.000.000.000.000

The special region fund for Yogyakarta which has not

been transferred to RKUD at the end of fiscal year

cannot serve as additional fund allotment for the

upcoming fiscal year. If at the end of fiscal year there

is a balance of such fund in RKUD, the balance shall

be taken into consideration with the disbursement for

the upcoming fiscal year. The Governor of Yogyakarta

Special Region may use half of the balance of such fund

in RKUD for the upcoming fiscal year in compliance with

provisions as follows: (i) The Governor files a proposal

to Director General Fiscal Balance by attaching details

of fund utilization planning; (ii) Budget realization

report of special region fund for Final Term of prior

fiscal year has been verified by DJPK; (iii) Performance

achievement report of special region fund for Final

Term of prior fiscal year has not been verified by the

Ministry of Home Affairs and relevant ministries/

agencies; and (iv) program implementation report.

Table 4.19Detail of DK DIY Distribution in 2018 Budget Year

Kebijakan Pembiayaan dan Transfer Non Dana PerimbanganPolicy concerning Funding and Transfer of Non-Balanced Funds

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report140

EVALUASI KEUANGAN DAERAHAnalisis APBD dan Estimasi Realisasi APBD 2018

Postur APBD dan estimasi realisasi APBD tahun 2018

yang meliputi pendapatan daerah, belanja daerah, dan

pembiayaan daerah tampak pada tabel berikut.

Tabel 4.20Postur APBD dan Estimasi Realisasi APBD 2018

Uraian / Description(triliun rupiah / trillions of Rupiah)

APBD 2018(triliun rupiah

/ trillions of Rupiah) %

Estimasi Realisasi s.d. Desember 2018 / Realization Estimation up

to December 2018

I. Pendapatan / Revenue 1,095.0 1,136.8 103.8%

1 PAD (Pendapatan Asli Daerah) / Locally-Generated Regional Revenues 269.9 294.7 109.2%

2 Dana Perimbangan / Balance Fund 666.7 656.0 98.4%

3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah / Other Legitimate Regional Revenues 158.4 186.1 117.5%

II. Belanja / Expenditure 1,153.9 1,058.7 91.8%

1 Belanja Pegawai / Employee Expenditure 410.6 329.9 80.4%

REGIONAL FINANCE EVALUATIONAPBD Analysis and APBD Realization Estimation in 2018APBD posture and APBD realization estimation in 2018

that included regional revenue, regional expenditure,

and regional financing can be seen in the following

table.

Table 4.20APBD Posture and APBD Realization Estimation in 2018

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report141

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Uraian / Description(triliun rupiah / trillions of Rupiah)

APBD 2018(triliun rupiah

/ trillions of Rupiah) %

Estimasi Realisasi s.d. Desember 2018 / Realization Estimation up

to December 2018

2 Belanja Barang dan Jasa / Goods and Service Expenditure 270.6 260.6 96.3%

3 Belanja Modal / Capital Expenditure 223.6 233.3 104.3%

4 Belanja Lainnya / Other Expenditure 249.1 234.9 94.3%

III. Surplus/Defisit / Surplus/Deficit -58.9 78.1

IV. Pembiayaan Netto / Net Funding 60.3 99.2 164.6%

1 Penerimaan Pembiayaan / Funding Revenue 74.0 115.6 156.1%

2 Pengeluaran Pembiayaan / Funding Expenditure 13.8 16.4 118.9%

Anggaran Pendapatan Daerah sebesar Rp1.095 triliun

didominasi oleh Dana Perimbangan sedangkan

kontribusi PAD belum optimal. Hal tersebut

menunjukkan rendahnya tingkat kemandirian

keuangan daerah dalam pendanaan kegiatan. Adapun

proporsi PAD, Dana Perimbangan dan Lain-lain

Pendapatan Daerah yang Sah masing-masing adalah

24,6 persen, 60,9 persen, dan 14,5 persen. Estimasi

realisasi pendapatan daerah tahun 2018 mencapai 103,8

persen dengan rincian tiap komponen pendapatan

daerah meliputi; (1) 109,2 persen untuk PAD; (2) 98,4

persen untuk Dana Perimbangan dan (3) 117,5 persen

untuk Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.

Terkait dengan anggaran belanja daerah tahun 2018

sebesar Rp1,153.9 triliun, belanja pegawai merupakan

komponen terbesar dengan proporsi sebesar 35,6

persen diikuti oleh belanja barang dan jasa sebesar

23,5 persen, belanja lainnya sebesar 21,6 persen dan

terakhir belanja modal sebesar 19,4 persen. Tingginya

proporsi Belanja Pegawai dan rendahnya proporsi

Belanja Modal dalam APBD ini terjadi di sebagian besar

daerah. Hal ini tentunya belum sesuai dengan harapan

agar daerah lebih memprioritaskan belanja modalnya

yang menyangkut penyediaan infrastruktur publik.

Sementara itu, realisasi belanja daerah tahun 2018

mencapai 91,8 persen dengan rincian per jenis belanja

The Regional Revenue Budget of Rp1,095 trillion

was dominated by the Balance Fund while the PAD

contribution was not optimal. This shows the low

level of regional financial independence in funding

activities. The proportion of PAD, Balance Funds and

Other Legitimate Regional Revenues is 24.6 percent,

60.9 percent, and 14.5 percent, respectively. Estimated

realization of regional revenue in 2018 will reach 103.8

percent, with details of each component of regional

revenue including; (1) 109.2 percent for PAD; (2) 98.4

percent for the Balance Fund and (3) 117.5 percent for

Other Legitimate Regional Revenue.

Related to the 2018 regional expenditure budget of

Rp1,153.9 trillion, employee expenditure was the largest

component with a proportion of 35.6 percent followed

by goods and services expenditure of 23.5 percent,

other expenditure of 21.6 percent and lastly capital

expenditure of 19 4 percent. The high proportion of

Employee Expenditure and the low proportion of

Capital Expenditure in this APBD occur in most regions.

This is certainly not in line with expectations so that

the regions prioritize capital expenditure related to

the provision of public infrastructure. Meanwhile, the

realization of regional expenditure in 2018 reached 91.8

percent with details per type of expenditure include:

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report142

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

meliputi: (1) belanja pegawai sebesar 80,4 persen; (2)

belanja barang dan jasa sebesar 96,3 persen; belanja

modal sebesar 104,3 persen dan (3) belanja lainnya

sebesar 94,3 persen.

Posisi kas daerah sangat dipengaruhi oleh realisasi

belanja pemerintah daerah. Apabila realisasi belanja

pemerintah daerah dapat dioptimalkan maka kas

pemerintah daerah akan semakin kecil. Demikian juga

sebaliknya apabila realisasi belanja pemerintah daerah

kecil maka pendapatan yang dihimpun oleh pemerintah

daerah baik dari PAD maupun transfer dari pemerintah

pusat tidak akan produktif dan menumpuk diperbankan.

Dengan demikian untuk menghindari posisi kas tidak

wajar, realisasi belanja pemerintah daerah harus dapat

dilaksanakan tepat waktu melalui kegiatan pelayanan

kepada masyarakat dan pembangunan/pemeliharaan

sarana dan prasarana layanan publik.

Grafik 4.4Grafik Estimasi Realisasi Belanja Pemerintah Daerah

per Bulan Tahun 2014 - 2018

Jan

2014 4.0%

2015 3.0%

2016 3.4%

2017 3.1%

2018 3.0%

Mei

5.9%

7.0%

6.7%

7.9%

8.5%

Sep

5.8%

7.7%

6.8%

6.7%

7.8%

Mar

3.9%

4.8%

5.0%

5.1%

4.3%

Jul

10.6%

9.6%

6.8%

8.5%

8.1%

Nov

9.0%

10.8%

9.1%

9.5%

10.1%

Feb

3.7%

3.9%

4.2%

3.8%

3.8%

Jun

6.7%

7.0%

3.4%

3.1%

3.0%

Okt

8.2%

8.4%

7.3%

7.4%

7.4%

Apr

6.9%

6.3%

6.2%

5.6%

5.3%

Agu

6.9%

7.1%

7.4%

6.8%

7.0%

Des

20.4%

19.9%

16.1%

17.1%

16.8%

25.0%

20.0%

15.0%

10.0%

5.0%

0%

(1) employee expenditure of 80.4 percent; (2) goods

and services expenditure of 96.3 percent; capital

expenditure of 104.3 percent and (3) other expenditure

of 94.3 percent.

Regional cash balance is highly affected by realization

of regional government expenditure. If realization of

regional government expenditure can be optimized,

regional government cash will be smaller in amount.

In contrast, if realization of regional government

expenditure is less optimal, the income generated

by regional government, both from PAD and central

government transfer, will be non-productive and

accumulated in banking sector. Therefore, to avoid

unreasonable cash position, realization of regional

government expenditure must be executed in a

timely manner through public service activities and

public facilities/infrastructures development and

maintenance.

Graph 4.4Chart of Regional Government Expenditure Realization

Estimation from 2014 to 2018

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report143

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Pada grafik tersebut, rata-rata realisasi belanja daerah

dari tahun 2014-2018 yaitu sebesar 91,8 persen. Secara

umum, realisasi belanja memiliki pola yang sama.

Pada awal tahun, realisasi belanja daerah relatif kecil,

kemudian akan mengalami kenaikan pada pertengahan

tahun, dan realisasi terbesar pada bulan Desember atau

akhir tahun. Apabila dibandingkan secara triwulanan,

pola rata-rata realisasi belanja daerah tahun 2018 pun

tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya

yang meliputi: (1) untuk triwulan I sebesar 3,7 persen

berbanding 4,0 persen; (2) untuk triwulan II sebesar

7,9 persen berbanding 7,2 persen; (3) untuk triwulan

III 7,6 persen berbanding 7,6 persen dan (4) triwulan

IV 11,4 persen berbanding 11,9 persen. Kecenderungan

realisasi yang besar pada akhir tahun disebabkan

realisasi belanja modal yang cukup tinggi yang

melibatkan proses pengadaan yang panjang. Tingkat

realisasi belanja daerah akan mempengaruhi posisi

kas daerah. Realisasi belanja daerah yang tidak optimal

berarti pendapatan daerah baik yang bersumber dari

PAD maupun transfer dari pemerintah yang lebih tinggi

tidak akan produktif sehingga terjadi penumpukan

kas di perbankan. Oleh karena itu, realisasi belanja

pemerintah daerah harus dapat dilaksanakan tepat

waktu sehingga pembangunan sarana dan prasarana

layanan publik dapat terselenggara dengan baik.

Surplus/Defisit dan Pembiayaan DaerahPada APBD 2018, terdapat defisit APBD sebesar Rp58,9

triliun yang disebabkan oleh anggaran pendapatan

daerah yang lebih kecil dibandingkan dengan anggaran

belanja daerahnya. Secara teori, salah satu alasan

penerapan kebijakan anggaran defisit adalah dalam

rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu

daerah dengan cara mempengaruhi permintaan

agregat dan lapangan kerja. Pada akhir tahun, ternyata

realisasi pendapatan daerah lebih besar dari realisasi

belanja daerah sehingga terdapat surplus APBD sebesar

Rp78,1 triliun. Besarnya surplus dan defisit anggaran

akan mempengaruhi pos pembiayaan dalam APBD.

On the graph, the average realization of regional

expenditure from 2014-2018 was 91.8 percent. In

general, the realization of expenditure has the same

pattern. At the beginning of the year, the realization

of regional expenditure was relatively small, then

it would increase in the middle of the year, and the

biggest realization was in December or the end of

the year. When compared on a quarterly basis, the

average pattern of realization of regional expenditure

in 2018 was not much different from the previous years

which included: (1) in the first quarter of 3.7 percent

compared to 4.0 percent; (2) in the second quarter of

7.9 percent compared to 7.2 percent; (3) in the third

quarter of 7.6 percent compared to 7.6 percent and

(4) the fourth quarter of 11.4 percent compared to 11.9

percent. The large realization trend at the end of the

year was due to the high capital expenditure realization

which involved a lengthy procurement process. The

level of realization of regional expenditure will affect

the regional cash balance. Realization of sub-optimal

regional expenditure means that regional revenue from

both PAD and higher transfers from the government

will not be productive so there will be a buildup of

cash in bank. Therefore, the realization of regional

government expenditure must be carried out on time

so that the construction of public service facilities and

infrastructure can be carried out properly.

Surplus/Deficit and Regional FinancingIn the 2018 APBD, there was a regional budget deficit

of Rp58.9 trillion caused by a lower regional revenue

budget compared to the regional expenditure budget.

In theory, one of the reasons for the implementation of

the budget deficit policy is in the context of increasing

economic growth in a region by influencing aggregate

demand and employment. At the end of the year, it

turned out that the realization of regional revenue was

greater than the realization of regional expenditure so

that there was a surplus of Rp78.1 trillion in APBD. The

size of the budget surplus and deficit will affect the

financing post in the APBD.

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report144

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Anggaran pembiayaan netto untuk menutup defisit

APBD tahun 2018 sebesar Rp60,3 triliun dengan

rincian yaitu penerimaan pembiayaan sebesar Rp74,0

triliun (122,8 persen) dan pengeluaran pembiayaan

sebesar Rp13,8 triliun (22,8 persen). Pada akhir

periode, pembiayaan netto terealisasi sebesar Rp99,2

triliun atau 164,6 persen dari anggarannya sedangkan

komponennya yaitu penerimaan pembiayaan dan

pengeluaran pembiayaan masing-masing sebesar 156,1

persen dan 118,9 persen dari anggarannya.

Kebijakan Konversi Penyaluran DBH dan/atau DAU dalam Bentuk NontunaiKebijakan konversi penyaluran DBH dan/atau DAU

dalam bentuk nontunai yang dilakukan pada tahun

2018 merupakan pelaksanaan amanat Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun 2018, khususnya dalam Pasal 15

ayat (3) yang menyatakan bahwa penyaluran anggaran

Transfer ke Daerah dan Dana Desa dapat dilakukan

dalam bentuk tunai dan nontunai. Bagi daerah yang

memiliki uang kas dan/atau simpanan di bank dalam

jumlah tidak wajar, dilakukan konversi penyaluran DBH

dan/atau DAU dalam bentuk nontunai. Sesuai dengan

ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

18/PMK.07/2017 tentang Konversi Penyaluran DBH

dan/atau DAU dalam Bentuk Nontunai, daerah yang

memiliki kas dan/atau simpanan di bank dalam jumlah

tidak wajar adalah daerah yang mempunyai posisi kas

pada periode tertentu melebihi perkiraan kebutuhan

belanja operasi, belanja modal, transfer bagi hasil

pendapatan, dan transfer bantuan keuangan dalam

kurun waktu 3 (tiga) bulan berikutnya.

Tujuan dari pelaksanaan konversi penyaluran DBH

dan/atau DAU dalam bentuk nontunai tersebut antara

lain untuk mendorong pelaksanaan APBD yang efektif

dan efisien, mendorong percepatan pelaksanaan APBD

yang berarti mempercepat pelaksanaan pembangunan

di daerah, serta mengurangi simpanan pemerintah

daerah di perbankan dalam jumlah tidak wajar.

The net financing budget to cover the 2018 APBD

deficit was Rp60.3 trillion, with details including

financing received at Rp74.0 trillion (122.8 percent) and

financing expenditure of Rp13.8 trillion (22.8 percent).

At the end of the period, net financing was realized at

Rp99.2 trillion or 164.6 percent of its budget while its

components, namely financing receipt and financing

expenditure, were respectively 156.1 percent and 118.9

percent of the budget.

Conversion Policy for Distribution of DBH and/or DAU in Non-Cash FormsThe conversion policy for the distribution of DBH and/

or DAU in the form of non-cash carried out in 2018 is

the implementation of Law No. 15 of 2017 concerning

the 2018 State Revenue and Expenditure Budget,

particularly in Article 15 paragraph (3) which states

that the distribution of the transfer budget to regional

and village funds can be made in cash and non-cash.

For regions that have unreasonable amounts of cash

and/or deposits in banks, a conversion of DBH and/

or DAU distribution is made in the form of non-cash.

In accordance with the provisions in Regulation of the

Minister of Finance No. 18/PMK.07/2017 concerning

Conversion of DBH and/or DAU Distribution in Non-

Cash Forms, regions that have unreasonable amounts

of cash and/or deposits in banks are regions that

have a cash position in a certain period that exceeds

the estimated needs of operating expenditure, capital

expenditure, revenue sharing transfers, and transfers

of financial assistance within the next 3 (three) months.

The objectives of the conversion of DBH and/or

DAU distribution in the form of non-cash are among

others to encourage effective and efficient APBD

implementation, accelerate the implementation of

APBD which means accelerating the implementation of

development in the regions, as well as reducing regional

government deposits in banks in an unreasonable

amount.

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report145

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Penyaluran DBH dan DAU yang selama ini diterima

daerah dalam bentuk tunai akan dikonversikan dalam

bentuk nontunai, yaitu dalam bentuk Surat Berharga

Negara (SBN). Penetapan besaran penyaluran DAU

dan/atau DBH yang akan dikonversi ke dalam SBN

dengan memperhatikan volume APBD, alokasi DBH

dan/atau DAU, atau faktor lainnya yang terkait dengan

kemampuan keuangan daerah. Jenis SBN tersebut

adalah dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara

atau Surat Perbendaharaan Negara Syariah, yang tidak

dapat diperdagangkan. Adapun jangka waktunya adalah

selama 3 (tiga) bulan dengan suku bunga/imbalan

per tahun sebesar 50 persen dari tingkat suku bunga

penempatan kas Pemerintah Pusat di Bank Indonesia.

Adapun pelaksanaan konversi penyaluran DBH dan/

atau DAU dalam bentuk nontunai tersebut dilakukan

pada triwulan I (akhir bulan Maret) dan triwulan II

(akhir bulan Juni). Pelaksanaan konversi pada triwulan

I dan triwulan II ini adalah upaya untuk mendorong

pemerintah daerah dapat melakukan serapan belanja

APBD tepat waktu dan tidak menumpuk pada triwulan

III dan triwulan IV. Dalam rangka pelaksanaan konversi

tersebut, daerah wajib membuka rekening surat

berharga di lembaga/bank kustodian. Pada tahun

2018 tidak dilakukan konversi penyaluran DBH dan/

atau DAU dalam bentuk nontunai karena kondisi yang

mempersyaratkan untuk dilakukan konversi tersebut

tidak terpenuhi.

Simpanan Pemerintah Daerah di PerbankanSimpanan pemerintah daerah di perbankan merupakan

bagian yang normal dalam pengelolaan keuangan

daerah. Simpanan pemerintah daerah di perbankan

tersebut digunakan oleh pemerintah daerah untuk

melakukan transaksi keuangan daerah misalnya untuk

pembayaran kontrak dengan rekanan, pembayaran

gaji pegawai, pembayaran atas pengadaan barang/

jasa, penghimpunan pendapatan daerah, dan lain

sebagainya. Setiap pemerintah daerah wajib memiliki

DBH and DAU distribution that has been received by

the regions in cash will be converted into non-cash,

namely in the form of Government Securities (SBN).

Determination of the amount of DAU and/or DBH

distribution to be converted into SBN by taking into

account the volume of APBD, allocation of DBH and/

or DAU, or other factors related to regional financial

capacity. This type of SBN is in the form of a Treasury

Bills or Sharia Treasury Bills, which are untradeable.

The term is for 3 (three) months with an interest/

return per year of 50 percent of the interest rate of the

Central Government cash placement at Bank Indonesia.

The conversion of DBH and/or DAU distribution in

the form of non-cash is carried out in the first quarter

(end of March) and second quarter (end of June). The

implementation of the conversion in the first quarter

and second quarter is an effort to encourage regional

governments to absorb APBD expenditure on time and

not to accumulate in the third and fourth quarters. In

carrying out the conversion, the regions shall open a

securities account at the custodian bank/institution.

In 201,8 there was no conversion of DBH and/or DAU

distribution in the form of non-cash because the

conditions requiring the conversion were not fulfilled.

Regional Government Deposits in BankRegional government deposits in bank are a

normal part of managing regional finances. The

regional government deposits in bank are used by

regional governments to conduct regional financial

transactions, for example, for contract payments with

partners, payment of employee salaries, payments for

procurement of goods/services, collecting regional

revenue, and so on. Every regional government is

required to have a Regional General Cash Account

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report146

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) sebagai sarana

transaksi keuangan pemerintah daerah. Simpanan

Pemerintah Daerah di perbankan biasanya dalam

bentuk giro, tabungan, dan deposito.

Simpanan Pemerintah Daerah di perbankan tidak

selalu berarti daerah memiliki dana idle, sepanjang

jumlah dana simpanan tersebut masih sesuai dengan

kebutuhan belanja operasi, belanja modal, transfer

bagi hasil pendapatan, dan transfer bantuan keuangan

untuk 3 (tiga) bulan ke depan, maka hal tersebut masih

tergolong wajar. Namun apabila jumlahnya sudah

melampaui dari kebutuhan belanja operasi, belanja

modal, transfer bagi hasil pendapatan, dan transfer

bantuan keuangan 3 bulan ke depan, maka hal tersebut

harus diwaspadai karena mengindikasikan adanya

keterlambatan pelaksanaan kegiatan/proyek fisik

yang bisa mengganggu penyediaan infrastruktur dan

sarana/prasarana pelayanan publik yang dibutuhkan

masyarakat.

Grafik 4.5Simpanan Pemerintah Daerah di Perbankan Tahun

2013 – 2018 (dalam triliun rupiah)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

2014 136.82 149.26 161.39 181.27 203.91 229.01 170.05 195.30 241.75 232.30 220.46 113.08

2015 168.88 181.17 227.74 253.71 255.33 273.49 261.45 261.87 285.89 276.04 247.34 99.68

2016 180.71 185.37 212.50 238.79 246.18 214.67 224.53 210.80 206.75 206.75 198.79 83.85

2017 144.31 168.43 203.41 236.98 244.50 222.59 218.07 211.26 226.63 238.85 216.03 86.20

2018 140.22 160.57 185.88 212.41 212.16 205.58 195.91 192.38 216.15 225.30 215.43 92.88

0

50

100

150

200

250

300

350

Tri

liun

Rup

iah

/ T

rilli

on R

upia

h

(RKUD) as a means of local government financial

transactions. Local Government Deposits in bank are

usually in the form of current account, savings, and

deposits.

Regional Government Deposits in the bank does

not always mean that the regions have idle funds, as

long as the amount of the funds is still in accordance

with the needs of operating expenditure, capital

expenditure, revenue-sharing transfers, and transfers

of financial assistance for the next 3 (three) months,

then it is still quite reasonable. However, if the amount

exceeds the need for operating expenditure, capital

expenditure, revenue sharing transfers, and transfer

of financial assistance in the next 3 months, then

this must be considered because it indicates a delay

in the implementation of physical activities/projects

that could disrupt the provision of public services

infrastructure and facilities needed by the community.

Graph 4.5Regional Government Deposits in Bank from 2013 to

2018 (in trillions of rupiah)

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report147

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Sesuai tren perkembangan jumlah simpanan

pemerintah daerah di perbankan dalam lima tahun

terakhir, posisi simpanan pemerintah daerah di

perbankan pada bulan Januari hingga Mei mengalami

tren kenaikan. Pola tersebut karena pada triwulan I

dan II pemerintah daerah baru dapat merealisasikan

belanja operasional sementara penyerapan belanja

modal belum optimal (misalnya proses pemilihan

penyedia (pelelangan) masih berjalan, pembebasan

lahan yang belum tuntas, dsb) dan trennya mulai

menurun pada bulan Juni dan Juli, hal ini kemungkinan

karena sudah mulai dibayarkannya tagihan kepada

rekanan pengadaan barang/jasa.

Adapun posisi tertinggi simpanan pemerintah daerah

di perbankan dua tahun terakhir berada pada bulan

Mei dan Oktober, yaitu Rp244,5 triliun (Mei 2017) dan

Rp225,3 triliun (Oktober 2018). Pada bulan November -

Desember, simpanan pemerintah daerah di perbankan

mengalami tren penurunan dan berada pada posisi

terendah di bulan Desember. Hal ini menunjukkan

bahwa pada triwulan IV, pemerintah daerah menarik

sebagian besar simpanannya di perbankan untuk

dipergunakan dalam bentuk realisasi belanja. Posisi

Desember 2018, simpanan pemerintah daerah di

perbankan sebesar Rp92,88 triliun, lebih tinggi Rp6,68

triliun (7,7 persen) dari posisinya pada periode yang

sama tahun sebelumnya (Desember 2017) sebesar

Rp86,20 triliun. Posisi Desember 2018 ini mengalami

penurunan sebesar Rp122,55 triliun (56,89 persen) dari

posisinya pada bulan sebelumnya (November 2018)

yang mencapai Rp215,43 triliun.

Tingginya simpanan pemda di perbankan dapat

disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya

kecenderungan pemerintah daerah untuk mendapatkan

jasa bunga dari dana yang disimpan di bank, terutama

dari jasa giro dan bunga deposito, yang ditujukan

untuk meningkatkan PAD. Selain itu, perencanaan yang

kurang baik dapat menyebabkan siklus belanja di daerah

There is a tendency within the past five years that the

regional government bank deposit increases during

January-May. This pattern occurs because in the first

and second quarters the regional government can only

spend for operational expenditure, whereas the budget

execution dealing with capital expenditure is not

optimal due to the ongoing auction/bidding process,

unfinished land acquisition, and so on. The trend

reaches the turning point in June and July because

contract payment for goods/service procurement is

usually performed within these months.

Bank deposit of the regional governments reached its

highest position in May and October, namely at Rp244.5

trillion in May 2017 and Rp225.3 trillion in October 2018.

Meanwhile, from November to December, the chart

declined and reached the lowest position in December.

It suggests that the regional governments tend to

withdraw most of their bank deposit in the fourth

quarter and spend the money for expenditures. In

December 2018, regional government deposit in bank

amounted to Rp92.88 trillion, higher by Rp6.68 trillion

(7.7 percent) compared to its position in the same

period in the previous year (December 2017) which

amounted to Rp86.20 trillion. Position in December

2018 decreased by Rp122.55 trillion (56.89 percent)

from its position in the previous month (November

2018) which reached Rp215.43 trillion.

The large amount of regional government bank

deposit may be induced by several factors, such as

the tendency among regional governments to gain

interest from the fund deposited in bank, particularly

deposit interest and clearing service, aiming to

increase PAD. Besides, inadequate planning may also

cause the regional expenditure cycle does not work

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report148

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

tidak berjalan dengan baik. Penyerapan belanja di

daerah juga masih rendah, yang antara lain disebabkan

oleh (i) keterlambatan daerah dalam penetapan APBD,

baik yang disebabkan oleh aspek teknis maupun aspek

politis dalam pembahasan APBD antara pihak eksekutif

dengan legislatif yang memakan waktu cukup lama;

(ii) keterlambatan dalam pelaksanaan lelang atau

adanya gagal lelang; (iii) kehati-hatian pemda dalam

melaksanakan proses lelang karena antisipasi terhadap

implikasi hukum yang akan dihadapinya; (iv) kapasitas

SDM di daerah yang belum memadai yang mempunyai

kompetensi di bidang teknis perencanaan pekerjaan

fisik dan konstruksi; serta (v) masih adanya petunjuk

teknis kegiatan dari pemerintah pusat yang terlambat

diterima daerah.

Masih besarnya jumlah simpanan pemerintah

daerah di perbankan tersebut menunjukkan adanya

keterlambatan dalam melaksanakan kegiatan-

kegiatan di daerah. Hal tersebut dapat mengakibatkan

perlambatan kegiatan ekonomi di daerah, penyelesaian

pekerjaan kurang memberikan hasil yang optimal

mengingat sebagian besar anggaran digunakan dalam

triwulan terakhir, public services delivery tidak berjalan

dengan baik, dan tujuan akhir dari desentralisasi yaitu

social welfare tidak akan dapat dicapai dengan lebih

cepat.

Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh

pemerintah untuk mendorong daerah melakukan

percepatan penyerapan anggaran dan agar pemda

bisa lebih optimal dalam mengendalikan posisi kas

yang wajar (termasuk dana pemda yang disimpan

di perbankan). Pertama, sesuai ketentuan Peratuan

Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem

Informasi Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 04/PMK.07/2011 tentang Tata Cara

Penyampaian Informasi Keuangan Daerah, pemerintah

daerah yang terlambat menyampaikan Perda APBD

dapat dikenakan sanksi berupa penundaan penyaluran

properly. Similarly, budget execution for regional

expenditure is still low due to some factors, i.e. (i) late

stipulation of regional budget by regional government,

either because of technical aspect or political aspect

between executive and legislative branches in a time-

consuming regional budget discussion; (ii) late bidding

process or auction failure; (iii) careful approach by

regional governments in conducting auction process

to anticipate legal implication which may occur; (iv)

limited human resources of regional governments

having the competencies in technical planning of

physical works and construction; and (v) late delivery

of technical guidelines from the central government to

regional governments.

The large amount of regional government bank

deposit indicates some delays in the implementation

of regional activities. Such condition may result in

deceleration of regional economic activities, imperfect

accomplishment of projects because major part of

total budget is spent in the last quarter, public services

delivery cannot function well, and social welfare as the

ultimate goal of decentralization is unable to achieve

immediately.

There are some efforts performed by central

government to encourage regional governments for

budget execution acceleration and optimizing the

management to control reasonable cash balance

(including regional government fund kept in banking

sector). Firstly, in compliance with Government

Regulation No.56/2005 on Regional Financial

Information System and Regulation of the Minister

of Finance (PMK) No.04/PMK.07/2011 on Procedures

for Regional Financial Information Delivery, regional

governments which are late in delivering regional

budget regulation can be imposed with a sanction

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report149

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Dana Alokasi Umum (DAU). Kedua, sesuai ketentuan

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang APBN

2017 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/

PMK.07/2017 tentang Konversi Penyaluran DBH dan/

atau DAU dalam Bentuk Nontunai, Pemerintah dapat

melakukan konversi penyaluran DAU dan/atau DBH ke

dalam Surat Berharga Negara (SBN) bagi daerah yang

mempunyai posisi kas tidak wajar. Dengan demikian

yang dilakukan pemerintah bukan memotong, namun

mengkonversi penyaluran DBH dan/atau DAU ke dalam

nontunai. Ketiga, berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 93/PMK.07/2016 tentang Konversi

Penyaluran DBH dan/atau DAU sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

18/PMK.07/2017, antara lain telah diatur bahwa daerah

wajib menyampaikan laporan posisi kas bulanan,

perkiraan belanja operasi, belanja modal, transfer bagi

hasil pendapatan dan transfer bantuan keuangan untuk

12 (dua belas) bulan, serta ringkasan realisasi APBD

bulanan. Apabila kepala daerah tidak menyampaikan

data dimaksud, Menteri Keuangan dapat melakukan

penundaan penyaluran DBH atau DAU yang dikenakan

paling tinggi 50 persen dari nilai DBH atau DAU sesuai

tahap penyalurannya. Penundaan penyaluran DBH

atau DAU tersebut antara lain ditetapkan dengan

mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.

Keempat, sesuai ketentuan Peraturan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 121/PMK.07/2018 tentang

Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer

ke Daerah dan Dana Desa, penyaluran Transfer ke

Daerah, terutama DAK dan Dana Desa dilaksanakan

berdasarkan kinerja penyerapan dana dan capaian

output kegiatan dari daerah.

in the form of delay in the distribution of General

Allocation Fund (DAU). Secondly, in compliance with

Act No. 18/2016 on State Budget 2017 and PMK No.

18/PMK.07/2017 concerning Non-Cash Conversion

of DBH and/or DAU Distribution, the central

government may perform conversion in DAU and/or

DBH distribution to government debt papers (SBN) for

regions with unreasonable cash balance. Therefore,

the government will not deduct, but convert DBH

and/or DAU distribution to non-cash. Thirdly, based

on PMK No.93/PMK.07/2016 on Conversion of DBH

and/or DAU Distribution as amended by PMK No.18/

PMK.07/2017, it is regulated that regional governments

are required to deliver a report containing monthly

cash balance, estimated operational expenditure,

capital expenditure, transfer of revenue sharing and

fiscal aid within 12 months, and summary of regional

budget monthly realization. If regional heads do not

deliver the required data, the Minister of Finance can

delay the distribution of DBH or DAU with maximum

portion of 50% from DBH or DAU value according

to the distribution term. The delay of DBH and DAU

distribution is stipulated by considering regional fiscal

capacity. Fourthly, in accordance with PMK No. 121/

PMK.07/2018 on the Third Amendment to PMK No. 50/

PMK.07/2017 on Management of Regional Transfers and

Village Funds, the disbursement of regional transfers,

particularly DAK and Village Fund, is conducted in

performance-basis regarding budget execution and

output achievement of regional activities.

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report150

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Rekomendasi Menteri Keuangan tentang Keseimbangan Pendanaan di Daerah untuk Perencanaan Dekonsentrasi dan Tugas PembantuanDana dekonsentasi dan tugas pembantuan sebagai

bagian dari anggaran kementerian/lembaga digunakan

untuk mendanai urusan Pemerintah Pusat di Daerah

yang bertujuan untuk meningkatkan pencapaian

kinerja, efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan

pemerintahan, pelayanan publik dan pembangunan di

daerah serta mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat di daerah. Dalam rangka pencapaian tujuan

tersebut, diperlukan keselarasan dan sinergi secara

nasional antara program dan kegiatan dekonsentrasi

dan tugas pembantuan yang didanai dari APBN dengan

program dan kegiatan desentralisasi yang dibiayai

dari APBD. Pengalokasian dana dekonsentrasi dan

tugas pembantuan dimaksudkan untuk menjamin

tersedianya sebagian anggaran kementerian/lembaga

bagi pelaksanaan program dan kegiatan prioritas yang

sudah ditetapkan dalam Rencana Kerja Kementerian/

Lembaga (Renja-KL) yang mengacu pada Rencana Kerja

Pemerintah (RKP).

Sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun

2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan,

dalam perencanaan lokasi dan anggaran untuk

program dan kegiatan yang akan didekonsentrasikan

dan ditugaskan disusun dengan memperhatikan

kemampuan keuangan negara, keseimbangan

pendanaan di daerah dan kebutuhan pembangunan di

daerah.

Kemampuan keuangan negara dimaksudkan

bahwa pengalokasian dan dekonsentrasi dan tugas

pembantuan disesuaikan dengan kemampuan APBN

dalam mendanai urusan pemerintah pusat melalui

bagian anggaran kementerian/lembaga.

Recommendation of the Minister of Finance concerning Balanced Fund in Regions for Deconcentration and Supporting DutiesFund for deconcentration and supporting duty as a

part of agency/ministry budget is used to fund Central

Government affairs in regions that aims to improve

performance achievement, efficiency and effectiveness

in governance practices, public service and regional

development, as well as to accelerate the realization

of community welfare in regions. In order to achieve

those objectives, national harmony is required between

deconcentration and supporting task programs/

activities funded by APBN and decentralization

programs funded by APBD. The allocation of

deconcentration and supporting task funds is intended

to ensure the availability of half budget from ministries/

agencies for the implementation of programs and

priority activities determined by Ministries/Agencies

Work Plan referring to Government Work Plan.

In accordance with Government Regulation No.7/2008

concerning Deconcentration and Supporting Task, the

planning of location and budget for deconcentrated

and assigned programs/activities is arranged by

considering state financial capacity and balance

between regional fiscal capacity and regional

developmental need.

The ability of the state finances is intentional, hence

allocation and deconcentration and assistance tasks

can be adjusted to the ability of the State Budget to

fund central government affairs through the ministry/

agency’s budgetary section.

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report151

Keseimbangan pendanaan di daerah dimaksudkan

bahwa pengalokasian dana dekonsentrasi dan tugas

pembantuan mempertimbangkan besarnya transfer

belanja pusat ke daerah dan kemampuan keuangan

daerah, agar alokasi dana dekonsentrasi menjadi lebih

efektif, efisien dan tidak terkonsentrasi di suatu daerah

tertentu. Sementara kebutuhan pembangunan daerah

dimaksudkan bahwa pengalokasian dana dekonsentrasi

disesuaikan dengan prioritas pembangunan nasional

dan prioritas pembangunan daerah.

Untuk melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawab

pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan

secara efektif, efisien, ekonomis dan tepat sasaran,

Menteri Keuangan menyampaikan rekomendasi kepada

kementerian/lembaga sebagai bahan pertimbangan

dalam menyusun perencanaan lokasi dan anggaran

kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan untuk

setiap tahun anggaran. Bahan pertimbangan tersebut

dituangkan dalam bentuk rekomendasi Menteri

Keuangan tentang keseimbangan pendanaan di daerah.

Peta keseimbangan pendanaan di daerah yang disusun

dalam rekomendasi Menteri Keuangan memuat

informasi terkini mengenai kondisi daerah, yang diukur

dari dua variabel, yaitu variabel Indeks Kemampuan

Pendanaan Daerah (IKPD) yang menggambarkan

potensi kemampuan keuangan di daerah dalam upaya

membangun dan melayani kepentingan masyarakat

dan variabel pembangunan masyarakat di daerah

yang direpresentasikan melalui Indeks Pembangunan

Manusia (IPM).

Dalam rekomendasi tersebut, daerah-daerah

dikelompokkan dalam 4 (empat) kuadran untuk

menentukan tingkat prioritasnya dalam pengalokasian

dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Kuadran

tersebut disusun dengan menggunakan nilai rata-

The balance of funding in the regions is intended

that the allocation of deconcentrated funds and co-

administration, take into account the magnitude of

the transfer of central expenditure to the regions

and regional financial capacity, so that the allocation

of deconcentrated funds becomes more effective,

efficient, and not concentrated in a particular region.

Meanwhile, regional development needs are intended

that the allocation of deconcentrated funds is adjusted

to national development priorities and regional

development priorities.

To carry out the duties, functions and responsibilities of

implementing deconcentration and co-administration

duties effectively, efficiently, economically,

and on target, the Minister of Finance submits

recommendations to ministries/agencies as a material

for consideration in preparing the site planning and

budget for deconcentration and co-administration

activities for each fiscal year. The consideration

material is outlined in the form of the Minister of

Finance’s recommendation on the balance of funding

in the regions.

The map was arranged with the recommendation of the

Minister of Finance containing the latest information

on regional condition, measured by two variables. The

first variable is Regional Fiscal Capacity Index (IKPD)

which describes potential of regional financial capacity

to build and provide public service. The second variable

is regional community development represented with

Human Development Index (IPM).

The recommendation categorizes the regions into

four quadrants to determine priority level in allocating

deconcentration and supporting task funds, using

average real IKPD per capita as the abscissa or

horizontal axis, and National IPM as the ordinate or

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report152

rata IKPD rill per kapita sebagai sumbu horisontal,

dan IPM Nasional sebagai sumbu vertikal. Kuadran

I untuk daerah yang memiliki IKPD riil per kapita di

atas rata-rata nasional dan IPM di atas IPM nasional

(dikategorikan dalam daerah non prioritas). Kuadran

II untuk daerah yang memiliki IKPD riil per kapita di

bawah rata-rata nasional dan IPM di atas IPM nasional,

(dikategorikan dalam daerah prioritas II). Kuadran

III untuk daerah yang memiliki IKPD riil per kapita

di bawah rata-rata nasional dan IPM di bawah IPM

nasional, (dikategorikan dalam daerah prioritas I).

Kuadran IV untuk daerah yang memiliki IKPD riil per

kapita di atas rata-rata nasional dan IPM di bawah IPM

nasional, (dikategorikan dalam daerah non prioritas).

Grafik 4.6Pengelompokan Daerah Berdasarkan Kuadran dan

Prioritas Pendanaan Tahun 2018

Indeks Pembangunan / Development Index

Indeks Kemampuan Pendanaan / Fiscal Capacity Index

Kuadran I / Quadrant I

Kuadran III / Quadrant III

Kuadran II / Quadrant II

Kuadran IV / Quadrant IV

Kelompok Daerah / Regions

Kelompok Daerah Prioritas I / Priority I Regions

Kelompok Daerah Non Prioritas / Non-Priority Regions

Kelompok Daerah Non Prioritas / Non-Priority Regions

14 Provinsi / 14 Provinces

175 kab/kota / 175 regencies/cities

10 Provinsi / 10 Provinces

156 kab/kota / 156 regencies/cities

6 Provinsi / 6 Provinces

70 kab/kota / 70 regencies/cities

4 Provinsi / 4 Provinces

107 kab/kota / 107 regencies/cities

vertical axis. Quadrant I contains regions with real

IKPD per capita above the average national score and

IPM above the National IPM (belonging to non-priority

regions). Quadrant II covers regions with real IKPD per

capita below the average national score and IPM above

the National IPM (belonging to priority II regions).

Then, quadrant III contains regions with real IKPD per

capita below the average national score and IPM below

the National IPM (belonging to priority I regions).

Meanwhile, quadrant IV covers regions with real IKPD

per capita above the average national score and IPM

below the National IPM (belonging to non-priority

regions).

Graph 4.6Categorization of Regions by Quadrant and Funding

Priority

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report153

Berdasarkan pengelompokan dalam kuadran tersebut,

pada tahun 2018 daerah yang direkomendasikan untuk

mendapat prioritas alokasi dana dekonsentrasi dan/

atau dana tugas pembantuan TA 2019 adalah sebagai

berikut:

1. Kelompok Prioritas 1, merupakan kelompok daerah

dalam kuadran III (mempunyai IKPD riil per Kapita

di bawah rata-rata Nasional dan IPM daerah di

bawah IPM Nasional), yaitu sebanyak 10 provinsi

dan 156 kabupaten/kota. Kelompok daerah ini

perlu mendapat prioritas pendanaan pemerintah

pusat melalui kewenangan yang dimiliki untuk

dapat menstimulasi percepatan pembangunan di

daerah tersebut melalui penyelenggaraan program

dan kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

2. Kelompok Prioritas 2, merupakan kelompok

daerah dalam kuadran II (mempunyai IKPD riil

per Kapita di bawah rata-rata Nasional dan IPM

daerah di atas IPM Nasional), yaitu sebanyak

14 provinsi dan 175 kabupaten/kota. Kelompok

daerah ini merupakan daerah yang memiliki tingkat

kemampuan keuangan dibawah rata-rata nasional

namun secara pembangunan masyarakat tergolong

baik. Terhadap kelompok ini, program dan kegiatan

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan diarahkan

untuk mempertahankan kondisi tersebut.

Tingkat kesesuaian pengalokasian dana dekonsentrasi

oleh kementerian/lembaga dengan rekomendasi

Menteri Keuangan pada tahun 2017 adalah sebesar

81,8 persen dan pada tahun 2018 sebesar 81,2 persen.

Sementara untuk dana tugas pembantuan pada tahun

2017 sebesar 83,5 persen dan pada tahun 2018 sebesar

87,5 persen.

Based on the categorization, recommendation for

regions with allocation priority of deconcentration

and/or supporting task fund for 2018 is elaborated as

follows:

1. Group of Priority I consists of regions in Quadrant

III (having real IKPD per capita below the average

national score and IPM below the National IPM).

There were 10 provinces and 156 regencies/

cities in this group which need fund priority from

central government in order to stimulate regional

development through the implementation of

deconcentration and supporting task programs.

2. Group of Priority II consists of regions in Quadrant

II (having real IKPD per capita below the average

national score and IPM above the National IPM).

There were 14 provinces and 175 regencies/cities in

this group of which financial capacity is lower than

the national average, but having good scores in

community development in general. Therefore, the

implementation of deconcentration and supporting

task programs aims to maintain the condition.

The appropriateness level of deconcentration fund

by ministries/agencies to the recommendation of the

Ministry of Finance in 2017 was 81.8 percent and in 2018

was 81.2 percent. Meanwhile, regarding supporting

task fund, the level was 83.5 percent in 2017 and 87.5

percent in 2018.

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report154

KEBIJAKAN PENYELESAIAN KEWAJIBAN HIBAH/BANTUAN PENDANAAN DAERAH INDUK, PROVINSI, DAN/ATAU DAERAH LAIN KEPADA DAERAH OTONOM BARU

Pembentukan daerah baru atau Daerah Otonom

Baru (DOB) dilakukan berdasarkan Undang-Undang

tentang Pembentukan Daerah. Di dalam setiap

Undang-Undang Pembentukan DOB terdapat pasal

yang mengatur kewajiban hibah/bantuan pendanaan

dari daerah pemberi hibah/bantuan pendanaan

kepada DOB. Namun demikian, amanat tersebut

sering tidak dilaksanakan oleh daerah pemberi hibah/

bantuan pendanaan, meskipun dalam Undang-Undang

Pembentukan Daerah telah dimuat ketentuan apabila

daerah pemberi hibah/bantuan pendanaan tidak

melaksanakan kewajiban hibah/bantuan pendanaan

tersebut, daerah pemberi hibah/bantuan pendanaan

akan dikenakan pemotongan Dana Alokasi Umum (DAU)

dan/atau Dana Bagi Hasil (DBH) sebagai penggantinya.

Dalam rangka penyelesaian permasalahan tersebut,

Pemerintah c.q. Kementerian Keuangan pada tahun 2011

telah menetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

162/PMK.07/2011 tentang Tata Cara Pemotongan DAU

dan/atau DBH Daerah Induk yang Tidak Memenuhi

Kewajiban Hibah/Bantuan Pendanaan kepada DOB.

Namun, pelaksanaan atas peraturan tersebut belum

dijalankan dengan efektif yang terbukti dengan belum

adanya Daerah Induk yang dikenakan pemotongan

DAU dan/atau DBH sampai dengan tahun 2015. Oleh

karena itu, dalam rangka meningkatkan efektifitas

implementasi pemenuhan kewajiban hibah/bantuan

pendanaan Daerah Induk, Provinsi, dan/atau Daerah

lain kepada DOB, Peraturan Menteri Keuangan Nomor

162/PMK.07/2011 diubah menjadi Peraturan Menteri

POLICY CONCERNING SETTLEMENT OF GRANT/FUNDING AID OBLIGATIONS FROM PARENT REGIONS, PROVINCES, AND/OR OTHER REGIONS TO NEW AUTONOMOUS REGIONS (DOB)The establishment of new regions or the New

Autonomous Region (DOB) is carried out based on

the Law on the Establishment of Regions. In each

DOB Formation Law there is an article that regulates

the obligation of grants/funding assistance from the

granting region/funding assistance to DOB. However,

this mandate is often not carried out by the granting/

funding assistance region, although the Regional

Formation Law contains provisions if the granting/

funding assistance region does not carry out the

obligation of the grant/financial assistance, the area

granting the grant/financial assistance will be imposed

deduction of the General Allocation Fund (DAU) and/

or Revenue Sharing Fund (DBH) in its place.

In order to resolve such problem, the Government

c.q. the Ministry of Finance enacted Regulation of

the Minister of Finance (PMK) No.162/PMK.07/2011

on Procedures for Deduction of DAU and/or DBH for

Parent Regions/Provinces that Do Not Meet Grant/

Funding Aid Obligations to DOB. Nevertheless, the

implementation of aforementioned regulation was not

effective as evidenced by none of parent regions’ DAU

and/or DBH had been deducted until 2015. Therefore,

the aforementioned regulation was replaced by

Minister of Finance Regulation No.215/PMK.07/2015

on Procedures for Deduction of DAU and/or DBH for

Parent Regions/Provinces that Do Not Meet Grant/

Funding Aid Obligations to DOB and Distribution

of Fund from the Deduction of DAU and/or DBH to

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report155

Keuangan Nomor 215/PMK.07/2015 tentang Tata Cara

Pemotongan DAU dan/atau DBH bagi Daerah Induk,

Provinsi, dan/atau Daerah lain yang tidak memenuhi

kewajiban hibah/bantuan pendanaan kepada DOB dan

Penyaluran Dana Hasil Pemotongan DAU dan/atau

DBH kepada DOB. Pada tahun 2018 Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 215/PMK.07/2015 diubah menjadi

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 86/PMK.07/2018

tentang Tata Cara Pemotongan Dana Alokasi Umum

Dan/Atau Dana Bagi Hasil Daerah Pemberi Hibah/

Bantuan Pendanaan Yang Tidak Memenuhi Kewajiban

Hibah/Bantuan Pendanaan Kepada Daerah Otonomi

Baru.

Sampai tahun 2018 masih terdapat 17 (tujuh belas) DOB

yang belum menerima hibah/bantuan pendanaan

dari Daerah Induk dan/atau Provinsi. Selama tahun

2018 telah dilakukan kegiatan fasilitasi permintaan

penyelesaian kewajiban hibah/bantuan pendanaan

dan telah disepakati 3 (tiga) Berita Acara dan 1 (satu)

Berita Acara Rekonsiliasi pada 3 (tiga) DOB, yaitu:

1. Berita Acara Rekonsiliasi Penyelesaian Kewajiban

Hibah dari Kab. Kepulauan Sula sebagai Daerah

Induk kepada Kab. Pulau Taliabu sebagai DOB.

2. Berita Acara Penyelesaian Bantuan Pendanaan dari

Provinsi Maluku Utara kepada Kabupaten Pulau

Taliabu sebagai DOB.

3. Berita Acara Penyelesaian Bantuan Pendanaan

dari Provinsi Papua Barat kepada Kabupaten

Pegunungan Arfak sebagai DOB.

4. Berita Acara Penyelesaian Bantuan Pendanaan dari

Provinsi Papua Barat kepada Kabupaten Manokwari

Selatan sebagai DOB.

Selain itu, pada tahun 2018, telah dilakukan proses

pemotongan DAU sebagai tindak lanjut dari Berita

Acara yang telah dibuat sebanyak 8 (delapan) Keputusan

Menteri Keuangan mengenai Pemotongan, yaitu:

DOB. In 2018, Regulation of the Minister of Finance

Number 215/PMK.07/2015 was amended to Regulation

of the Minister of Finance Number 86/PMK.07/2018

concerning Procedures for Withholding General

Allocation Funds and/or Revenue Sharing Funds for

Regional Giving Grants/Funding Assistance that Does

Not Meet Obligations Grants/Funding Assistance To

the New Autonomous Regions.

As of 2018, there were 17 (seventeen) DOB not receiving

grant/funding aid from their parent regions/

provinces. Throughout 2018, several events to facilitate

the request of the settlement of grant/funding aid

obligations were conducted and 3 (three) Official

Reports and 1 (one) Reconciliation Official Report of

those events involving 3 DOB reached an agreement,

namely:

1. The Reconciliation Official Report of Event

concerning the Settlement of Grant Obligation

from Kepulauan Sula Regency as Parent Region to

Pulau Taliabu Regency as DOB.

2. The Official Report of Event concerning the

Settlement of Grant Obligation from North Maluku

Province to Pulau Taliabu Regency as DOB.

3. The Official Report of Event concerning the

Settlement of Grant Obligation from West Papua

Province to Pegunungan Arfak Regency as DOB.

4. The Official Report of Event concerning the

Settlement of Grant Obligation from West Papua

Province to South Manokwari Regency as DOB.

Furthermore in 2018, the DAU deduction process has

been carried out as a follow-up of the Official Report

which resulted in 8 (eight) Decrees of the Minister of

Finance regarding the Deduction, namely:

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report156

1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 13/KM.7/2018

tentang Pemotongan DAU Kab. Morowali dan

Penyaluran Dana Hasil Pemotongan DAU Kab.

Morowali kepada Kab. Morowali Utara. (BA 2017).

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 23/

KM.7/2018 tentang Pemotongan DAU Kab. Morowali

dan Penyaluran Dana Hasil Pemotongan DAU Kab.

Morowali kepada Kab. Morowali Utara Tahap II. (BA

2017).

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 24/

KM.7/2018 tentang Pemotongan DAU Kab. Konawe

dan Penyaluran Dana Hasil Pemotongan DAU Kab.

Konawe kepada Kab. Konawe Kepulauan Tahap I.

(BA 2017).

4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 30/

KM.7/2018 tentang Pemotongan DAU Kab. Muna

dan Penyaluran Dana Hasil Pemotongan DAU Kab.

Muna kepada Kab. Muna Barat. (BA 2017).

5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 36/KM.7/2018

tentang Pemotongan DAU Kab. Kepulauan Sula

dan Penyaluran Dana Hasil Pemotongan DAU Kab.

Kepulauan Sula kepada Kab. Pulau Taliabu. (BA

Rekon 2018).

6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 37/KM.7/2018

tentang Pemotongan DAU Kab. Labuhanbatu dan

Penyaluran Dana Hasil Pemotongan DAU Kab.

Labuhanbatu kepada Kab. Labuhanbatu Utara dan

Kab. Labuhanbatu Selatan (BA 2017).

7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 48/

KM.7/2018 tentang Pemotongan DAU Kab. Waropen

dan Penyaluran Dana Hasil Pemotongan DAU Kab.

Waropen kepada Kab. Memberamo Raya.

8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 49/

KM.7/2018 tentang Pemotongan DAU Kab. Sarmi

dan Penyaluran Dana Hasil Pemotongan DAU Kab.

Sarmi kepada Kab. Memberamo Raya.

1. Decree of the Minister of Finance No. 13/KM.7/2018

concerning Deduction of DAU of Morowali Regency

and Distribution of Fund from the Deduction of DAU

of Morowali Regency to North Morowali Regency.

(BA 2017)

2. Decree of the Minister of Finance No. 23/KM.7/2018

concerning Deduction of DAU of Morowali

Regency and Stage II Distribution of Fund from the

Deduction of DAU of Morowali Regency to North

Morowali Regency. (BA 2017)

3. Decree of the Minister of Finance No. 24/KM.7/2018

concerning Deduction of DAU of Konawe Regency

and Stage I Distribution of Fund from the Deduction

of DAU of Konawe Regency to Kepulauan Konawe

Regency. (BA 2017)

4. Decree of the Minister of Finance No. 30/KM.7/2018

concerning Deduction of DAU of Muna Regency and

Distribution of Fund from the Deduction of DAU of

Muna Regency to West Muna Regency. (BA 2017)

5. Decree of the Minister of Finance No. 36/KM.7/2018

concerning Deduction of DAU of Kepulauan

Sula Regency and Distribution of Fund from the

Deduction of DAU of Kepulauan Sula Regency to

Pulau Talibaby Regency. (BA Rekon 2018)

6. Decree of the Minister of Finance No. 37/KM.7/2018

concerning Deduction of DAU of Lahanbatu Regency

and Distribution of Fund from the Deduction of

DAU of Lahanbatu Regency to South Lahanbatu

Regency. (BA 2017)

7. Decree of the Minister of Finance No. 48/KM.7/2018

concerning Deduction of DAU of Waropen Regency

and Distribution of Fund from the Deduction of

DAU of Waropen Regency to Memberamo Raya

Regency.

8. Decree of the Minister of Finance No. 49/KM.7/2018

concerning Deduction of DAU of Sarmi Regency and

Distribution of Fund from the Deduction of DAU of

Sarmi Regency to Memberamo Raya Regency.

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report157

KEBIJAKAN TERKAIT DATA KEUANGAN DAERAHData dan Informasi Keuangan Daerah (IKD) sangat

dibutuhkan dalam proses pengambilan kebijakan fiskal

nasional antara lain dalam penyusunan kebijakan,

perhitungan, dan penyaluran alokasi dana Transfer ke

Daerah dan Dana Desa.

Regulasi yang mengamanatkan pemerintah Daerah

harus menyampaikan informasi keuangan daerah

adalah: (i) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintahan Daerah; (ii) Peraturan

Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem

Informasi Keuangan Daerah, yang telah diubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010; dan (iii)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 04/PMK.07/2011

tentang Tata Cara Penyampaian Informasi Keuangan

Daerah.

Adapun informasi keuangan daerah yang harus

disampaikan kepada pemerintah, antara lain: (i)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),

paling lambat 31 Januari tahun berjalan; (ii) Perubahan

APBD, paling lambat 30 hari setelah Perda ditetapkan;

(iii) Realisasi APBD semester I, paling lambat

30 hari setelah semester berakhir; (iv) Laporan

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD, terdiri dari:

Realisasi APBD, Neraca daerah, laporan arus kas,

dan catatan atas laporan keuangan; serta (v) Dana

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan paling lambat 31

Agustus tahun berikutnya.

POLICY RELATED TO DATA OF REGIONAL FINANCEData and Regional Financial Information (IKD) is highly

needed in the process of decision making for national

fiscal policy, including the formulation of policy,

calculation, and allocation distribution of Regional

Transfers and Village Funds.

Some regulations mandating Regional Governments

to submit regional financial information are: (i) Law

No. 33/2004 on Fiscal Balance between Central

Government and Regional Governments; (ii)

Government Regulation No. 56/2005 concerning

Regional Financial Information System, which has been

amended by Government Regulation No. 65/2010;

and (iii) Regulation of the Minister of Finance No. 04/

PMK.07/2011 concerning Procedures for Delivery of

Regional Financial Information.

Furthermore, the regional financial information that

must be submitted to the government are: (i) Regional

Budget (APBD), the delivery shall be no later than

January 31 of the current year; (ii) Amendment to

Regional Budget, the delivery shall be no later than

30 days after the enactment of Regional Regulation;

(iii) Regional Budget Realization for Semester I, the

delivery shall be no later than 30 days after the end

of semester; (iv) Accountability Report for Regional

Budget Implementation, consisting of Regional

Budget Realization, Regional Balance Sheet, Cash Flow

Statement, and Notes to Financial Statements; and (v)

Deconcentration Funds and Supporting Task Funds no

later than August 31 of the following year.

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report158

Guna mendorong kepatuhan daerah dalam

penyampaian IKD, ada mekanisme pengenaan sanksi

kepada daerah yang setelah melewati batas waktu

yang ditentukan dan diberikan peringatan tertulis

tetap belum menyampaikan IKD yang dipersyaratkan.

Sanksi dimaksud adalah penundaan penyaluran

Dana Perimbangan sebesar 25 persen dari DAU yang

diberikan setiap bulan atau DBH Pajak Penghasilan

bagi daerah yang tidak mendapatkan alokasi DAU pada

tahun tersebut. Sanksi penundaan Dana Perimbangan

tersebut dicabut apabila daerah telah memenuhi

kewajibannya menyampaikan IKD.

Jumlah daerah yang telah menyampaikan IKD yang

dipersyaratkan dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan. Hal tersebut ditunjukkan dalam tabel

berikut:

Tabel 4.21Data Penyampaian Perda APBD

Uraian / Description 2015 2016 2017 2018

Daerah yang menyampaikan tepat waktu (s.d. 31 Januari) / Regions delivering the document in a timely manner (due date January 31) 428 405 448 489

Daerah yang dikenai sanksi Penundaan Dana Perimbangan / Regions imposed with sanction in the form of delay in the distribution of Balanced Funds

14 14 12 10

Tabel 4.22Data Penyampaian Laporan Realisasi APBD Semester I

Uraian / Description 2015 2016 2017 2018

Daerah yang menyampaikan tepat waktu (s.d. 31 Januari) / Regions delivering the document in a timely manner (due date January 31) 110 49 132 205

Daerah yang dikenai sanksi Penundaan Dana Perimbangan / Regions imposed with sanction in the form of delay in the distribution of Balanced Funds

3 0 0 0

In order to enhance the compliance of regional

governments in delivering Regional Financial

Information (IKD), imposition of sanctions is performed

on any region passing the due date determined after

receiving a written warning. The sanction referred to

is in the form of delay in the distribution of Balanced

Funds at 25 percent of total General Allocation Fund

(DAU) provided each month or of Income Tax Revenue

Sharing Funds (DBH) for region not receiving DAU

within the current year. The imposition of sanction

in the form of delay in the distribution of Balanced

Funds shall be revoked if the region has completed its

obligation in delivering IKD.

The number of regions delivering the required IKD is

increasing year by year as shown in the table below:

Table 4.21Delivery of Regional Regulation regarding Regional

Budget

Table 4.22Delivery of Regional Budet Realization Report for

Semester I

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report159

Tabel 4.23Data Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban

Pelaksanaan APBD*

Uraian / Description 2015 2016 2017 2018

Daerah yang menyampaikan tepat waktu (s.d. 31 Januari) / Regions delivering the document in a timely manner (due date January 31) 245 81 346 0 *)

Daerah yang dikenai sanksi Penundaan Dana Perimbangan / Regions imposed with sanction in the form of delay in the distribution of Balanced Funds

1 0 6 0 *)

*) Batas waktu penyampaian Laporan Pertanggungjawaban

Pelaksanaan APBD adalah tanggal 31 Agustus tahun berikutnya

Selain penerapan kewajiban penyampaian IKD

sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 56 Tahun 2005 tersebut, mulai tahun 2016 juga

diimplementasikan regulasi untuk penyampaian data

bulanan APBD. Dalam rangka melaksanakan kebijakan

konversi penyaluran transfer ke daerah yang tercantum

dalam Undang-Undang mengenai APBN 2016,

Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 235/PMK.07/2015 tentang Konversi

Penyaluran Dana Bagi Hasil dan/atau Dana Alokasi

Umum, sebagaimana telah diganti dengan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.07/2016, dan

terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

18/PMK.07/2017. Didalamnya memuat kewajiban

pemerintah daerah untuk menyampaikan data bulanan

APBD berupa laporan realisasi APBD bulanan, posisi

kas bulanan, dan perkiraan belanja bulanan. Batas

waktu penyampaian laporan bulanan APBD adalah

tanggal 20 bulan berikutnya (atau hari kerja berikutnya

apabila tanggal 20 jatuh pada hari libur atau hari yang

diliburkan). Sanksi atas keterlambatan penyampaian

data tersebut berupa penundaan penyaluran DBH

dan/atau DAU.

Table 4.23Delivery of Accountability Report for Regional Budget

Implementation*

*) Due date of delivery of the Accountability Report for Regional Budget

Implementation is on August 31 of the following year

In addition to IKD delivery obligation as mandated in

Government Regulation No. 56 of 2005, the regulation

on delivering monthly data of regional budget (APBD)

has been implemented since 2016. In order to perform

the policy of regional transfers distribution conversion

stipulated in Law on the 2016 State Budget, the Minister

of Finance issued Regulation of the Minister of Finance

(PMK) No. 235/PMK.07/2015 concerning Conversion

of the Distribution of Revenue Sharing Fund and/or

General Allocation Fund, as replaced by PMK No. 93/

PMK.07/2016, and the latest PMK No. 18/PMK.07/2017.

This regulation contains the obligation of regional

governments to deliver monthly data of APBD in the

form of monthly report of APBD realization, monthly

cash position, and estimated monthly expenditure.

The due date of APBD monthly report is the 20th day

of the following month (or the following workday after

day 20, if the 20th day is a holiday or announced as

holiday). The sanction of late data delivery is a delay in

the distribution of DBH and/or DAU.

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report160

Selanjutnya, dalam rangka penyediaan data keuangan

daerah yang lebih baik secara kualitas maupun

kuantitas, selama tahun 2018 juga telah dilaksanakan

kegiatan verifikasi data APBD baik anggaran maupun

realisasi. Kegiatan verifikasi data APBD 2018 dilakukan

pada bulan April 2018, verifikasi data rincian akun dan

data per fungsi dilakukan pada bulan September, dan

verifikasi data realisasi APBD 2017 dilakukan pada bulan

Oktober. Kegiatan ini dilakukan antara DJPK dengan

pemerintah daerah sebagai pemilik data. Dengan

adanya kegiatan tersebut diharapkan diperoleh data

keuangan daerah yang lebih valid dan lengkap sehingga

dapat memberikan kontribusi lebih baik bagi proses

pengambilan kebijakan terkait Transfer ke Daerah dan

Dana Desa, maupun untuk pengendalian.

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH (SIKD)

Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) adalah sistem

yang mendokumentasikan, mengadministrasikan,

serta mengolah data pengelolaan keuangan daerah dan

data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan

kepada masyarakat dan bahan pengambilan keputusan

dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan

pelaporan pertanggungjawaban Pemerintah Daerah.

SIKD telah disebutkan secara eksplisit pada Undang-

Undang Nomor 25 tahun 1999 sebagaimana telah

diubah menjadi Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah.

Furthermore, in order to provide a better quality and

quantity of regional financial data, data verification of

APBD allotment and realization has been performed

throughout 2017. The verification of 2018 APBD activity

was conducted in April 2018, and data verification of

2017 APBD realization was conducted in October.

Such activity was conducted by DJPK and regional

governments as data owners. It is expected that such

practice generate more valid and complete regional

financial data which could contribute better to the

decision-making process regarding regional transfers

and village funds, and for control.

POLICY CONCERNING THE IMPLEMENTATION OF REGIONAL FINANCIAL INFORMATION SYSTEM (SIKD)Regional Financial Information System (SIKD) is a

system which documents, administer, and process

regional financial information data and other relevant

data into information presented to the community

and used for decision making in the context of

regional government planning, implementation, and

accountability reporting. SIKD is explicitly stated in Act

No.25/1999 as amended into Act No.33/2004 on Fiscal

Balance between Central Government and Regional

Government.

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report161

Dalam rangka penyelenggaraan SIKD, telah ditetapkan

berbagai peraturan turunan seperti Peraturan

Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem

Informasi Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 4/PMK.07/2011 tentang Tata Cara

Penyampaian Infromasi Keuangan Daerah. Sejalan

dengan perubahan kebijakan yang cepat dengan

terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun

2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang

mengamanatkan perubahan basis akuntansi dari

basis kas menuju akrual menjadi basis akrual dan

penambahan jenis laporan keuangan berbasis akrual,

serta adanya kebutuhan ketersediaan data dengan time

lag pelaporan yang lebih pendek, maka pada triwulan iv

tahun 2015 dilaksanakan program pengembangan dan

transformasi SIKD.

Program pengembangan dan transformasi SIKD dimulai

dengan melakukan berbagai perubahan fundamental

dan komprehensif, antara lain menyusun road map

pengembangan dan transformasi SIKD tahun 2015 -

2019, memperkuat landasan hukum penyelenggaraan

SIKD, menyempurnakan arsitektur sistem, dan

melakukan pengembangan sistem berkelanjutan.

Penguatan landasan hukum penyelenggaraan SIKD

dilakukan melalui penetapan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 74/PMK.07/2016 yang menjadi

pedoman bagi pemerintah pusat dan pemerintah

daerah dalam penyelenggaraan SIKD Nasional dan

SIKD Daerah. Peraturan Menteri Keuangan tersebut

memuat ketentuan mengenai prinsip umum SIKD,

agen SIKD, data SIKD, penyelenggaraan komunikasi

data SIKD, pembakuan SIKD, koordinasi, kerjasama,

dan pembinaan serta manual penyelenggaraan SIKD.

In order to implement SIKD, several derivative

regulations have been stipulated such as Government

Regulation No.56/2005 on Regional Financial

Information System and Regulation of the Minister of

Finance No.04/PMK.07/2011 concerning Procedures

for Regional Financial Information Delivery. In

accordance with fast-changing policy as shown by the

enactment of Government Regulation No.71/2010 on

Government Accounting Standards which mandates

the change from cash-basis accounting to accrual-

basis accounting and the addition of accrual-basis

financial statements, as well as the need of data

availability with shorter time lag, SIKD development

and transformation program was launched in the

fourth quarter of 2015.

Such program started with various fundamental and

comprehensive changes, such as preparing road map

for SIKD development and transformation within 2015-

2019, enforcing legal basis for SIKD implementation,

completing system architecture, and developing

sustainable system. The enforcement of legal basis

for SIKD implementation was performed through the

stipulation of Regulation of the Minister of Finance

No.74/PMK.07/2016 as guidelines for implementing

national and regional SIKD by the central and

regional governments. Such regulation contains

provisions regarding general principles, agents,

data, communication, standardization, coordination,

cooperation, as well as education and manuals of SIKD.

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report162

Pengembangan SIKD berkelanjutan secara

komprehensif dan menyeluruh menjadi suatu

kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan data dan

laporan baik di tingkat manajemen puncak maupun

operasional yang terus berkembang. Di masa depan,

SIKD tidak hanya menjadi Core System di DJPK tetapi

juga menjadi sistem nasional yang akan menyediakan

berbagai layanan interoperabilitas dengan model

Service Oriented Architecture (SOA) sehingga

diharapkan mampu memfasilitasi hubungan antar

pemerintah (Government to Government), hubungan

pemerintah dengan bisnis (Government to Bussiness)

dan hubungan pemerintah dengan warga negara

(Government to Citizen) dalam rangka mewujudkan

tujuan utama SIKD sebagai one source data keuangan

daerah di level nasional.

Implementasi kebijakan penyelenggaraan SIKD di

tahun 2018 adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan Dashboard SIKD versi Mobile

Dashboard SIKD merupakan salah satu aplikasi

yang digunakan untuk menyajikan informasi

keuangan daerah dari SIKD. Aplikasi ini ditujukan

untuk meningkatkan penyajian informasi

keuangan daerah secara up-to-date yang dapat

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan

oleh Pimpinan DJPK maupun stakeholder lain

yang relevan. Pengembangan Dashboard SIKD

merupakan salah satu milestone Inisiatif Strategis

(IS) Program Reformasi Birokrasi dan Tranformasi

Kelembagaan (RBTK) yaitu IS #19 “Menghadirkan

Pemerintah pada Seluruh Wilayah Indonesia melalui

Sinkronisasi Penganggaran Pusat dan Daerah.”

Dimana pada 29 Desember 2017 telah di-launching

Dashboard SIKD versi web.

The development of sustainable SIKD in comprehensive

and holistic manner is required to fulfill the growing

need of data and reporting in top management level

as well as in operating level. In the future, SIKD will

not only be a core system in DJPK, but also a national

system providing various inter-operation services with

Service Oriented Architecture (SOA). It is expected

that SIKD be able to facilitate relation in the forms

of Government to Government, Government to

Business, and Government to Citizen with a view to

accomplishing its main goal as one source of regional

financial data at national level.

Implementation of policy regarding SIKD in 2018 is

explained as follows:

1. Development of the Mobile version of the SIKD Dashboard

SIKD Dashboard is an application used to present

regional financial information from SIKD. This

application is intended to improve the up-to-date

presentation of regional financial information that

can be used as a basis for decision making by the

DJPK Leaders and other relevant stakeholders.

The development of the SIKD Dashboard is one

of the milestones of the Strategic Initiative (IS) of

the Bureaucratic Reformation and Institutional

Transformation (RBTK) Program, namely IS #19

“Presenting the Government to All Indonesian

Regions through Synchronizing Central and

Regional Budgeting.” Where on December 29,

2017 the web version of the SIKD Dashboard was

launched.

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report163

Selanjutnya, sesuai arahan Menteri Keuangan

bahwa untuk mendukung aktifitas pengguna

eksekutif, Dashboard Eksekutif SIKD agar dapat

diakses melalui mobile phone maupun gadget mobile lainnya, pada tahun 2018 telah dilakukan

pengembangan Dashboard SIKD untuk perangkat

mobile (platform Android dan platform IOS). Fitur

- fitur yang dimiliki Mobile Dashboard SIKD antara

lain dashboard utama dengan tampilan peta dan

progress bar, grafik gauge dan progress bar untuk

capaian realisasi, informasi postur TKDD dan APBD

untuk menampilkan data postur secara tabular,

indikator sosial ekonomi dan capaian realisasi

tertinggi dan terendah untuk TKDD dan APBD.

Mobile Dashboard Eksekutif SIKD telah di-

launching secara resmi oleh Menteri Keuangan

pada 7 Desember 2018 dengan v.1.7.6 untuk platform

android dan v.1.7.4 untuk platform IOS.

2. Pengembangan Aplikasi SIKD Nasional Aplikasi SIKD Nasional (Core SIKD) adalah aplikasi

yang dikembangkan untuk dapat menerima dan

menyajikan Informasi Keuangan Daerah yang

dikirim dari aplikasi pengelolaan keuangan daerah

ke Pusat. Aplikasi ini telah memiliki hak cipta nomor

EC00201706959 dengan judul ciptaan Aplikasi

Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) Nasional.

Pengembangan Aplikasi Core SIKD dilakukan

sebagai bentuk antisipasi yang disesuaikan dengan

kebutuhan penyelenggaraan desentralisasi fiskal.

Implementasi terkini dari Aplikasi Core SIKD adalah

versi 2.4.0, dimana dalam versi ini terdapat modul

kompilasi LKPD untuk data LRA dan Gaji PNSD,

modul perekaman dan monitoring data Hardcopy

LRA Semester dan pertanggung jawaban, dan

pengembangan modul LKPD (unaudited, audited,

Perda).

Furthermore, according to the direction of the

Minister of Finance that to support the activities of

executive users, the SIKD Executive Dashboard to

be accessible via mobile phones and other mobile

gadgets, in 2018 the SIKD Dashboard development

for mobile devices (Android platform and IOS

platform) has been carried out. The SIKD Mobile

Dashboard features include a main dashboard with

a map display and progress bar, gauge charts and

progress bars for realization achievements, TKDD

and APBD posture information for displaying

tabular data posture, socioeconomic indicators and

highest and lowest realization for TKDD and APBD.

The SIKD Executive Mobile Dashboard was officially

launched by the Minister of Finance on December 7,

2018 with v.1.7.6 for the android platform and v.1.7.4

for the IOS platform.

2. Development of Core SIKD Core SIKD application is developed to be able to

receive and provide regional financial information

sourced from regional financial management

application to central government. This application

already has a copyright number EC00201706959

entitled Aplikasi Sistem Inforasi Keuangan Daerah

(SIKD) Nasional. The development of Core SIKD

Application is carried out as a form of anticipation

that is adjusted to the needs of the implementation

of fiscal decentralization. The latest implementation

of the Core SIKD Application is version 2.4.0, in

this version, there is a LKPD compilation module

for LRA data and PNSD Salaries, a LRA Semester

Hardcopy data recording and monitoring module,

and the development of LKPD modules (unaudited,

audited, Regional Government).

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report164

3. Pengembangan Aplikasi Agen SIKD Sebagai bentuk penerapan pembakuan SIKD dan

pembakuan agen SIKD sesuai amanat Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.07/2016 tentang

Penyelenggaraan SIKD yaitu untuk meningkatkan

integritas dan kualitas IKD yang disampaikan

oleh pemerintah daerah, telah dikembangkan

beberapa aplikasi antara lain: Pembakuan agen

SIKD diterapkan dari sisi pembakuan konfigurasi,

pembakuan aplikasi agen SIKD (menu, fitur, output,

dan penamaan Arsip Data Komputer/ADK), serta

pembakuan kebutuhan minimal perangkat. Sebagai

bentuk implementasi pembakuan agen SIKD, telah

dikembangkan beberapa aplikasi agen SIKD yaitu:

a. Agen SINERGI (Sistem Integrasi Berbasis

Teknologi) merupakan agen tunggal yang

mengkoneksikan aplikasi pengelolaan keuangan

daerah yang beragam dengan aplikasi SIKD

Nasional (SIKD Core). Aplikasi ini telah memiliki

hak cipta nomor EC00201706964 dengan judul

ciptaan Aplikasi Agen Sistem Integrasi Berbasis

Teknologi (SINERGI) SIKD. Versi terbaru

aplikasi SINERGI adalah versi 3.1.1 dengan

pengembangan berupa penambahan modul data

gaji pnsd, fitur validasi uraian BAS akun level 3

untuk modul data APBD dan semua LRA, fitur

enkripsi file xml, serta pengembangan modul

LKPD/LPP versi unaudited, audited dan Perda

untuk Neraca, LO, LAK, LPE dan LPSAL;

b. Agen SIMPATIK SIKD merupakan aplikasi yang

dibangun untuk mendukung pelaksanaan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/

PMK.07/2017 tentang Konversi Penyaluran

Dana Bagi Hasil dan/atau Dana Alokasi Umum

dalam bentuk Nontunai. Aplikasi ini digunakan

oleh daerah untuk melaporkan posisi kas

bulanan, serta rencana penarikan kas per-bulan

3. Development of SIKD Agents Application As a form of implementing SIKD standardization

and SIKD agents standardization according to the

mandate of the Minister of Finance Regulation

No. 74/PMK.07/2016 on SIKD Implementation,

namely to improve the integrity and quality of SIKD

delivered by regional governments, standardization

of SIKD has been conducted including configuration,

application for agents (menu, feature, output,

and computer data archive nomenclature), and

minimum requirement of instrument. Several

applications for SIKD agents are:

a. SINERGI is a single agent connecting various

regional financial management applications

with SIKD core application. This application

already has a copyright number EC00201706959

entitled Aplikasi Agen Sistem Integrasi Berbasis

Teknologi (SINERGI) SIKD. The latest version of

the SINERGI application is version 3.1.1, with the

addition of the pnsd salary data module, the BAS

level 3 account description validation feature

for APBD and all LRA data modules, the xml

file encryption feature, and the development

of unaudited, audited and Regional Regulation

LKPD/LPP modules for the Balance Sheet, LO,

LAK, LPE and LPSAL;

b. SIMPATIK SIKD agent is an application built to

support the implementation of PMK No. 18/

PMK.07/2017 on Conversion of Distribution

of DBH and/or DAU in the form of Non-

cash. This application is used by regions to

report monthly cash positions, as well as cash

withdrawal plans per month in one year. In 2018

the development and implementation of the

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report165

dalam satu tahun. Pada tahun 2018 dilakukan

pembangunan dan implementasi Aplikasi

SIMPATIK versi 2.2.0 meliputi pemutakhiran

tabel referensi dan penambahan warning system

dalam rangka peningkatan kualitas data;

c. Agen DAK Non Fisik SIKD Aplikasi Pelaporan

DAK Nonfisik adalah aplikasi yang digunakan

oleh pemerintah daerah untuk memenuhi

kewajibannya dalam menyusun dan

menyampaikan Laporan Realisasi Penyaluran

dan Penggunaan DAK Nonflsik kepada DJPK.

Aplikasi Pelaporan DAK Nonfisik terdiri dari

modul pelaporan Dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS), Dana Tunjangan Profesi Guru

PNSD (Dana TP Guru), Dana Tambahan

Penghasilan Guru PNSD (DTP Guru), Dana

Tunjangan Khusus Guru PNSD (Dana TKG),

Dana Bantuan Operasional Pendidikan PAUD,

Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK),

Dana Bantuan Operasional KB (BOKB), Dana

Peningkatan Kapasitas Koperasi dan UKM, serta

Dana Administrasi Kependudukan yang telah

diimplementasikan sejak tahun 2018.

4. Pengembangan Aplikasi Internal dan Pendukung SIKD

Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan

fungsi unit organisasi di lingkungan DJPK dan

penyelenggaraan SIKD, dilakukan pengembangan

aplikasi internal dan pendukung SIKD.

Pengembangan aplikasi tersebut meliputi:

a. Data Warehouse SIKD Pengembangan Data Warehouse SIKD pada

tahun 2018 difokuskan dalam pengembangan

cube Arus Kas, LO, LPE, LPSAL, Neraca, dan

Urusan Fungsi. Cube ini menampilkan elemen-

elemen data yang dapat di drag and drop sesuai

dengan kebutuhan dan di-generate menjadi

laporan untuk kebutuhan analisis pengambilan

keputusan.

SIMPATIK Application version 2.2.0 has been

carried out including updating the reference

table and adding a warning system in order to

improve data quality;

c. Non-Physical SIKD DAK Agent

Non-Physical DAK Reporting Application is

an application used by regional governments

to fulfill their obligations in preparing and

submitting Realization Report of Non-Physical

DAK Distribution and Utilization to DJPK. Non-

Physical DAK Reporting Application consists of

modules of School Operational Aids Fund (BOS),

Teaching Allowance Fund for PNSD Teachers,

Additional Income Fund for PNSD Teachers,

Special Allowance Fund for PNSD Teachers, Early

Childhood Education Operational Aids Fund,

Health Operational Aids Fund, Family Planning

Operational Aids Fund, Capacity Building Fund

for Cooperative Units and Small-Medium

Enterprises, and Population Administration

Fund which has been implemented since 2018.

4. Developing Internal Application and SIKD Supporting Tools

In order to support the implementation of duties

and functions in the scope of DJPK and SIKD

implementation, internal application and SIKD

supporting tools development was conducted,

including:

a. SIKD Data Warehouse The development of SIKD Data Warehouse

in 2018 was focused on the development of

cash flow, LO, LPE, LPSAL, Balance Sheet, and

Functional Affairs. This cube displays data

elements that can be dragged and dropped as

needed and generated as a report for the needs

of decision making analysis.

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report166

Implementasi modul Data Quality Service untuk

meningkatkan kualitas data pada data warehouse

DJPK melalui proses cleansing, mapping, dan

verifikasi. Pembenahan data dilakukan dalam

rangka menghasilkan data series yang lebih

berkualitas.

b. Aplikasi iKonsol Sebagai bagian dari dukungan pencapaian

Inisiatif Strategis (IS) 31 Tema Perbendaharaan

“Pengintegrasian Informasi Keuangan

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah”, yang

telah dimulai dari tahun 2017, pada tahun 2018,

telah dikembangkan Aplikasi iKonsol versi 1.2.0

beta. Aplikasi ini ditujukan untuk mendukung

tersedianya Konsolidasi LKPD dari 542 Pemda

secara elektronis. Fitur-fitur yang tersedia

dalam aplikasi ini antara lain adalah Impor

data, Pengaturan, Manajemen akun resiprokal,

Penelusuran data, Aktivasi data, Monitoring

data, Proses akun eliminasi secara otomatis,

Laporan konsolidasi, Ekspor laporan, dan

Pencetakan laporan.

c. Aplikasi di Sekretariat Direktorat Jenderal

• Aplikasi Website DJPK

Aplikasi website instansi DJPK yang berfungsi

untuk menampilkan profil dan informasi

yang terkait dengan DJPK. Pengembangan

dan implementasi Website DJPK berupa

penyesuaian template berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 458/

KMK.01/2018 tentang Standar Tampilan

Situs Web di Lingkungan Kementerian

Keuangan, peningkatan transparansi data,

dan peningkatan keamanan sistem dalam

rangka mendukung reformasi DJPK.

Implementation of Data Quality Service modules

to improve data quality at DJPK’s data warehouse

through the process of cleansing, mapping, and

verification. Improving data is done in order to

produce higher quality data series.

b. iKonsol Application As part of an achievement support of the

Strategic Initiatives (IS) 31 Treasury Themes

“Integrating Central and Regional Government

Financial Information”, which began in 2017, in

2018, the iKonsol Application version 1.2.0 beta

was developed. This application is intended to

support the availability of LKPD Consolidation

of 542 Regional Governments electronically.

The features available in this application include

Data Import, Settings, Reciprocal Account

Management, Data Tracking, Data Activation,

Data Monitoring, Automatic Account Elimination

Process, Consolidated Reports, Export Reports,

and Report Printing.

c. Application at the Secretariat of Directorate General• DJPK Website Application

DJPK website application that functions to

display profiles and information related to

DJPK. Development and implementation of

the DJPK Website in the form of template

adjustments based on Minister of Finance

Decree Number 458/KMK.01/2018

concerning Website Display Standards

within the Ministry of Finance, increased

data transparency, and improved system

security in order to support DJPK reform.

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report167

• Aplikasi Guestbook

Aplikasi buku tamu yang digunakan untuk

mengadministrasikan jadwal dan agenda

tamu yang berkunjung di DJPK. Pada tahun

2018 dilakukan pembaharuan (update) data

pegawai di lingkungan DJPK, meliputi:

Penempatan sementara CPNS 2018 dan

Mutasi Pelaksana pada bulan Agustus 2018.

• Aplikasi Pengaduan DJPK (PEKA)

Aplikasi yang digunakan sebagai wadah

pengaduan atas adanya dugaan pelanggaran

atau indikasi kecurangan yang dilakukan

oleh Pejabat/Pegawai di lingkungan DJPK.

Pembangunan Aplikasi Pengaduan DJPK

(PEKA) dalam rangka mendukung reformasi

DJPK.

• Aplikasi Logbook DJPK

Aplikasi yang digunakan untuk merekam

pekerjaan yang dilakukan sehari-hari oleh

masing-masing pegawai dan memonitor

kinerja pegawai. Pembangunan Aplikasi

Logbook DJPK berbasis Web dan Mobile

dalam rangka mendukung reformasi DJPK.

• Aplikasi E-Government

Aplikasi yang dikembangkan untuk

memperbaiki kualitas perencanaan,

penganggaran, konsistensi, ketetapan

pelaksanaan anggaran, penatausahaan,

dan memperkuat mekanisme pelaporan

e-monev di lingkungan DJPK dalam rangka

penerapaan e-Government yang meliputi 4

(empat) modul yaitu e-planning, e-budgeting,

e-monev, dan e-reporting. Pada tahun 2018

dilakukan pembangunan Modul E-Planning

dan Modul E-Budgeting.

• Guestbook Application

The guestbook application is used to

administer the schedule and agenda of

guests visiting the DJPK. In 2018 an update

was made on employee data within the DJPK,

including: Temporary placement of 2018

CPNS and Implementer Mutation in August

2018.

• DJPK Reporting Application (PEKA)

The application is used as a platform for

complaints of alleged violations or indications

of fraud committed by officials/employees

within the DJPK. The development of PEKA

is to support the DJPK reformation.

• DJPK Logbook Application

This application is used to record daily

tasks of each employee and monitor their

performance. The development of Website

and Mobile based DJPK Logbook Application

is to support the DJPK reformation.

• E-Government Application

Application developed to improve the

quality of planning, budgeting, consistency,

determination of budget execution,

administration, and strengthening the

e-Monev reporting mechanism within the

DJPK in order to implement e-Government

which includes 4 (four) modules namely

e-planning, e-budgeting, e-monitoring and

e-reporting. In 2018 the E-Planning Module

and E-Budgeting Module will be developed.

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report168

d. Aplikasi Direktorat Dana Perimbangan• Aplikasi Perhitungan Alokasi Dana Bagi Hasil

Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT)

Aplikasi yang digunakan oleh pemerintah

pusat untuk melakukan perhitungan alokasi

DBH CHT per provinsi dan Pemerintah

provinsi untuk melakukan perhitungan

alokasi DBH CHT per kabupaten/kota. Pada

tahun 2018 telah selesai dikembangkan untuk

modul perhitungan alokasi DBH CHT per

provinsi. Penyelesaian Aplikasi Perhitungan

Alokasi DBH CHT Modul Pusat dan Modul

Provinsi.

e. Aplikasi Direktorat Pendapatan Dan Kapasitas Keuangan Daerah• E-learning Bimtek Keuangan Daerah

Aplikasi yang digunakan untuk

penyelenggaraan kegiatan kelas online

peningkatan kapasitas keuangan daerah.

Pada tahun 2018 dilakukan pengembangan

dan implementasi Aplikasi E-learning

Bimtek Keuangan Daerah yang meliputi:

perubahan template, penambahan fitur,

pemutakhiran konten, dan perubahan

prosedur pendaftaran peserta e-learning.

f. Aplikasi Direktorat Pembiayaan Dan Transfer Non Dana Perimbangan• Aplikasi SIMTRADA

Aplikasi ini berfungsi sebagai sarana

media elektronik penyampaian informasi

penyaluran TKDD dari pemerintah pusat

kepada Pemda serta penyampaian konfirmasi

penerimaan TKDD dari pemerintah daerah

kepada pemerintah pusat (informasi berjalan

dua arah). Pengembangan aplikasi pada

tahun 2018 meliputi pemutakhiran data DAK

Fisik dan Dana Desa sebagai konsekuensi

kebijakan pengalihan penyaluran DAK Fisik

dan Dana Desa melalui KPPN.

d. Application at Directorate Balanced Fund• Application of Calculation of Tobacco

Products Excise Revenue Sharing Fund (DBH

CHT) Allocation

This application is used by the central

government to perform allocation calculation

of DBH CHT for each province, and by the

provincial governments to calculate the

allocation of DBH CHT for each local region.

In 2018 the development of DBH CHT

allocations per province has been developed.

Completion of Application for Calculation of

DBH CHT Allocation for Central Module and

Provincial Module.

e. Application at Directorate Regional Revenue and Fiscal Capacity• E-learning for Regional Finance

This application is used to conduct online

class for regional fiscal capacity building. In

2018 the development and implementation

of the Bimtek Regional Finance E-learning

Application will include: template changes,

feature enhancements, content updates,

and changes to the e-learning participant

registration procedure.

f. Directorate Funding and Transfer of Non-Balanced Fund• SIMTRADA Application

This application functions to provide

information on TKDD distribution from the

central government to regional governments

as well as to provide confirmation of TKDD

acceptance by regional governments to the

central government. The development of

such application for two-way confirmations

in 2018 included data update of Physical DAK

and Village Fund as the consequence of the

policy on conversion of Physical DAK and

Village Fund distribution through KPPN.

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report169

• Aplikasi ANTARA (Integrasi Data antara DJPK

dengan Mitra DJPK)

Aplikasi yang digunakan untuk

mengintegrasikan data antara DJPK dengan

Mitra DJPK. Pembangunan dan implementasi

Aplikasi ANTARA berupa penyediaan tools

untuk mengintegrasikan data RKA KL DAK

Fisik dan Dana Desa ke dalam Aplikasi RKA

KL DJA.

5. Koordinasi, Kerjasama, dan Pembinaan Untuk mendukung penyelenggaraan SIKD Nasional,

DJPK dapat melakukan koordinasi dan kerjasama

dengan Pemda dan Kementerian Negara/

Lembaga (K/L). Selama tahun 2018, telah dilakukan

Koordinasi dan kerjasama melalui beberapa bentuk

kegiatan.

Di lingkungan internal Kementerian Keuangan,

DJPK berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal

Perbendaharaan Negara dalam mendukung

pencapaian inisiatif strategis reformasi birokrasi

dan transformasi kelembagaan kementerian

keuangan (IS RBTK) #31 Tema Perbendaharaan

“Pengintegrasian Informasi Keuangan Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah” khususnya dalam

penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah (LKPD) Konsolidasian untuk mendukung

penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah

Konsolidasian (LKPK). Selain itu dilakukan juga

koordinasi terkait akses monitoring penyampaian

data ke CORE SIKD untuk Kanwil DJPB dan

beberapa Direktorat di DJPB serta koordinasi untuk

pertukaran data antara DJPK dan DJPB antara lain

berupa data APBD dan Realisasi APBD Tahunan,

data penerimaan negara, penerimaan dan SP2D

Pajak Rokok, serta SP2D Transfer ke Daerah dan

Dana Desa melalui Data Pooling Kemenkeu juga

tetap dilakukan.

• ANTARA Application (Data Integration

between DJPK and Partners)

This application is used to integrate

data between DJPK and Partners. The

development and implementation of ANTARA

Application is in the form of providing tools

to integrate RKA KL Physical DAK and Village

Funds data into the DJA RKA KL Application.

5. Coordination, Cooperation, and Assistance To support the implementation of National SIKD,

DJPK can coordinate and cooperate with regional

governments and state ministries/agencies.

Throughout 2018, DJPK has Coordinated and

Cooperated through various activities.

In the internal scope of the Ministry of Finance, DJPK

has coordinated with Directorate General State

Treasury in supporting to achieve the bureaucratic

reform strategic initiatives and institutional

transformation of the ministry of finance (IS RBTK)

#31 Treasury entitled “Integration of Central

and Regional Government Financial Information”

specifically in the preparation of the Consolidated

Regional Government Financial Statements (LKPD)

to support the preparation of the Consolidated

Government Financial Statements (LKPK). In

addition, coordination was also carried out related

to monitoring access to data delivery to the CORE

SIKD for the DJPB Regional Office and several

Directorates at the DJPB as well as coordination for

the exchange of data between the DJPK and DJPB,

among others in the form of APBD data and Annual

APBD Realization, data on state revenue, cigarette

tax revenue and SP2D, as well as SP2D Transfers to

Regions and Village Funds through the Ministry of

Finance Data Pooling also continue.

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report170

DJPK juga berkoordinsi dengan Direktorat Jenderal

Pajak, secara khusus dalam memberikan dukungan

untuk program RBTK melalui IS #5 “Pengamanan

Penerimaan Pajak atas Belanja Pemerintah”. Selain

pengembangan modul Daftar Transaksi Harian dan

Rekapitulasi Transaksi Harian (DTH/RTH) pada

Aplikasi SINERGI dan melakukan pertukaran data

APBD dan realisasi APBD tahun 2014 - 2018, DJPK

juga berpartisipasi dalam penyusunan perubahan/

Peraturan Menteri Keuangan pengganti Peraturan

Menteri KeuanganNomor 64/PMK.07/2013 yang

ditujukan sebagai landasan hukum penyampaian

DTH/RTH.

Kerjasama DJPK dengan Pusintek diwujudkan dalam

bentuk koordinasi dalam memenuhi layanan TIK

berdasarkan tingkat layanan yang disepakati antara

DJPK dan Pusintek, yang selanjutnya dituangkan

dalam bentuk Dokumen Perjanjian Tingkat Layanan

(Service Level Agreement/SLA). Perjanjian tersebut

bertujuan untuk mengoptimalkan penerapan

Sistem Manajemen Layanan TIK di Lingkungan

Kementerian Keuangan dalam mendukung proses

bisnis DJPK. Adapun ruang lingkup layanan yang

disepakati dalam perjanjian tersebut, di antaranya

Layanan Hosting Sistem Informasi, Layanan

Cloud Server, Layanan Co-Location, Layanan Data

Kementerian Keuangan antara DJPK dengan unit-

unit Eselon I lainnya, Layanan Local Area Network

(LAN), dan Layanan Akun Kementerian Keuangan.

Selain layanan yang secara khusus dituangkan

dalam dokumen SLA, kerjasama yang dilakukan

antara DJPK dan Pusintek juga terkait dengan

layanan TIK Pusintek yang dituangkan dalam Daftar

Layanan TIK (Service Catalog) SC-07/IT/2018.

Adapun mekanisme kerjasamanya dilakukan

melalui pengajuan permintaan layanan oleh unit

teknis kepada Pusintek.

DJPK also specifically coordinated with Directorate

General Taxation in supporting the RBTK

program through IS #5 “Securing Tax Revenue

on Government Expenditure”. In addition to

developing the Daily Transaction List and Daily

Transaction Recapitulation (DTH/RTH) modules

in the SINERGI Application and exchanging APBD

data and APBD realization in 2014 – 2018, the DJPK

also participated in drafting changes/Regulation

of the Minister of Finance in lieu of Regulation of

the Minister of Finance Number 64/PMK.07/2013

which is intended as a legal basis for the delivery of

DTH/RTH.

DJPK has also cooperated with Pusintek in fulfilling

ICT services based on the agreed service level

between DJPK and Pusintek, which is then set forth

in the form of a Service Level Agreement (SLA).

The agreement aims to optimize the application

of the ICT Service Management System within the

Ministry of Finance in supporting DJPK business

processes. The scope of services approved in the

agreement, including Information System Hosting

Services, Cloud Server Services, Co-Location

Services, Ministry of Finance Data Services between

DJPK and other Echelon I units, Local Area Network

(LAN) Services, and Ministry of Finance Account

Services.

In addition to the services specifically outlined in

the SLA document, the cooperation between DJPK

and Pusintek is also related to Pusintek ICT services

as outlined in the SC-07/IT/2018 Service Catalog

of ICT. The cooperation mechanism is carried out

through the submission of service requests by the

technical unit to the Pusintek.

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report171

Koordinasi DJPK dengan lintas kementerian/

lembaga seperti dengan BPKP dan PT TASPEN

(Persero) dilakukan secara formal melalui rapat

dan Focus Group Discussion (FGD). Pada bulan

Maret, dengan melibatkan PT TASPEN (Persero),

DJPK melakukan kegiatan Bimbingan Teknis

Penyelenggaraan SIKD secara khusus terkait

penyampaian data PNSD melalui Aplikasi SINERGI.

Kegiatan ini merupakan salah satu tindak lanjut

dari penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU)

dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara DJPK

dan PT TASPEN (Persero) tentang Pengelolaan

Data Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) secara

elektronis.

Sementara itu koordinasi dengan pengembang

pihak ketiga dilakukan baik secara formal melalui

Focus Group Discussion (FGD) dan Developer Meeting maupun secara informal melalui telepon

dan social media. Secara umum koordinasi

dengan pengembang dilakukan dalam rangka

pengembangan SIKD khususnya aplikasi Agen

SINERGI dan aplikasi CORE SIKD. FGD yang

dilaksanakan bertujuan untuk melakukan review penyelenggaraan SIKD di Daerah termasuk

membahas kendala yang ditemukan dalam proses

penyampaian data ke Core SIKD. Developer Meeting

difokuskan pada 5 (lima) pengembang aplikasi

yang digunakan oleh sebagian besar Pemda di

Indonesia (SIMDA, SIPKD, SIMAKDA, EFINANCE,

dan SIMRAL) dan beberapa pengembang aplikasi

pemda-pemda yang melakukan pengembangan

aplikasi pengelolaan keuangan daerahnya secara

mandiri seperti pengembang aplikasi Provinsi DKI

Jakarta, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Barat

dan Kabupaten Natuna.

DJPK has also performed formal coordination with

other relevant minsitries/agencies such as BPKP

and PT TASPEN (Persero) through several meetings

and Focus Group Discussions (FGD). In March, by

involving PT TASPEN (Persero), the DJPK conducted

a SIKD Technical Guidance activity specifically

related to the delivery of PNSD data through the

SINERGI Application. This activity is a follow-up to

the signing of the Memorandum of Understanding

(MoU) and the Cooperation Agreement (PKS)

between DJPK and PT TASPEN (Persero) regarding

the Management of Data on Regional Civil Servants

(PNSD) electronically.

In addition, coordination with third party developers

has been conducted formally through Developer

Meeting and Focus Group Discussion as well as

informally through phone calls and social media.

In general, such coordination is performed in the

extent of SIKD development, in particular SINERGI

Agent application and Core SIKD application. Focus

Group Discussions were held in order to review

SIKD implementation at regional level, including

examining obstacles found in data transmission

process to Core SIKD. Meanwhile, Developer

Meetings focused five application developers used

by the majority of regional governments in Indonesia

(SIMDA, SIKPD, SIMAKDA, EFINANCE, and SIMRAL)

and several regional government application

developers who are independently developing their

own regional financial management applications

such as the application developer for DKI Jakarta

Province, Central Java Province, West Java Province

and Natuna Regency.

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report172

Pelaksanaan pembinaan kepada pemerintah daerah

dilakukan melalui sosialisasi kebijakan, bimtek

aplikasi, monitoring dan evaluasi, inhouse training di

kantor DJPK, Kunjungan Pemda ke Ruang Pelayanan

Terpadu Keuangan Daerah (RPTKD) DJPK, serta

pendampingan kepada pemerintah daerah sesuai

dengan permintaan resmi dari pemerintah daerah.

Koordinasi lain yang dilakukan adalah terkait

piloting aplikasi SIKD. Terkait pembinaan kepada

pemerintah daerah, telah dibentuk beberapa tim

kecil untuk menjadi PIC daerah serta tim untuk

melayani konsultasi dan troubleshooting aplikasi di

RPTKD DJPK. Setiap PIC daerah bertugas membantu

daerah binaannya untuk dapat menyampaikan data

ke Core SIKD.

The assistance for regional governments was

implemented through information dissemination

on policy, technical assistance on applications,

monitoring and evaluation, in-house training in

DJPK office, regional government visitation to

Integrated Service Room for Regional Finance

(RPTKD), and other assistances for regional

governments according to official request. Other

coordination is related to piloting of SIKPD

application. Several small teams have been

established to serve as regional PIC, whereas

other teams have been chosen to provide service

in consulting and troubleshooting application at

RPTKD. Each regional PIC is responsible for helping

its foster region to complete data transmission to

Core SIKD.

Kebijakan Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan DaerahPolicy concerning Management Evaluation and Information of Regional Finance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report173

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

05

Kesimpulan efektivitas pengendalian intern dapat digunakan sebagai dasar bagi Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dalam membuat pernyataan manajemen tentang efektivitas pengendalian intern tingkat eselon I.

Conclusion of internal control effectiveness can be used as basis for the Director General of Fiscal Balance in preparing management statement on internal control effectiveness of echelon I.

IMPLEMENTATION OF INTERNAL CONTROL SYSTEM OF DJPK 2018Internal Control System of DJPK is carried out through

monitoring activities on implementation effectiveness

and design adequacy pursuant to Decree of the

Minister of Finance No. 940/KMK.09/2017 concerning

Framework of Internal Control Implementation and

Internal Control Monitoring Guidelines in the Ministry

of Finance. In accordance with this Decree of the

Minister of Finance, internal control of DJPK is classified

into 2 (two) monitoring groups, namely internal control

monitoring and code of conduct implementation

monitoring. Internal control monitoring is performed

by Internal Compliance Unit through separate

evaluation, which includes:

IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DJPK TAHUN 2018Sistem Pengendalian Internal di DJPK dilaksanakan

melalui kegiatan pemantauan efektivitas implementasi

dan kecukupan rancangan sesuai dengan Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 940/KMK.09/2017 tentang

Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern

dan Pedoman Pemantauan Pengendalian Intern di

Lingkungan Kementerian Keuangan. Sesuai dengan

Keputusan Menteri Keuangan tersebut, pengendalian

intern DJPK dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua)

kelompok kegiatan pemantauan, yaitu pemantauan

pengendalian intern dan pemantauan penerapan kode

etik. Pemantauan pengedalian intern dilakukan oleh

Unit Kepatuhan Internal melalui evaluasi terpisah,

meliputi:

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report176

a. EPITE (Entity-Level Internal Control Evaluation)

Assessing controls with extensive influence over all

activities/processes in an organization (entity-level

control).

b. PPITA (Activity-Level Internal Control Monitoring)

Ensuring design adequacy, key control compliance,

and effectiveness of its implementation.

The general process of internal control monitoring

performed by monitoring officers is illustrated as

follows:

a. EPITE (Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat

Entitas)

Menilai pengendalian-pengendalian yang

mempunyai pengaruh luas/menyebar keseluruh

kegiatan/proses dalam suatu organisasi

(pengendalian tingkat entitas)

b. PPITA (Pemantauan Pengendalian Intern Tingkat

Aktivitas)

Memastikan kecukupan rancangan, kepatuhan

pengendalian utama, dan efektivitas

implementasinya.

Gambaran umum seluruh proses pemantauan

pengendalian intern yang dilakukan oleh pelaksana

pemantauan sebagai berikut:

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Kementerian Keuangan sejak tahun 2012 telah mengimplementasikan keterbukaan Informasi Publik sesuai ketentuan UU KIP. The Ministry of Finance has been implementing Public Information disclosure since 2012 in accordance with the provisions of the KIP Law

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report177

Figure 5.1Internal Control Monitoring Process

Implementation of Internal Control Effectiveness

Monitoring at DJPK has been performed by the Internal

Compliance Unit of DJPK at both entity and activity

levels with the following results:

a. Entity-Level Internal Control Evaluation (EPITE)

achieved 80 percent (eighty percent) result or

equivalent to high category. This means that DJPK

has created a proper environment that supports

activity-level control effectiveness. In retrospect,

temporary EPITE score of 2018 was 100 percent. The

score was deducted by 20 percent (conclusion result

of monitoring on code of conduct implementation/

occurrence of fraud), thus the final EPITE score of

DJPK was 80 percent.

Gambar 5.1Proses Pemantauan Pengendalian Intern

Tingkat Entitas / Entity Level

UKI-E1

UKI-PUKI-WUKI-E1

EPITE : Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas / Entity-Level Internal Control EvaluationEKR : Evaluasi Kecukupan Rancangan / Design Adequacy EvaluationPPU : Pemantauan Pengendalian Utama / Key Control MonitoringPPTIK : Pemantauan Pengendalian Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi / Control Monitoring with Information and Communication Technology Basis

Tingkat Aktivitas / Activity Level

EKR

EPITE+

Pemantauan Kode Etik / Code of Conduct Monitoring

KESIMPULAN PENGENDALIAN INTERN

/ INTERNAL CONTROL

CONCLUSION

PPTIK

PPU

Adapun Pelaksanaan Pemantauan Efektivitas

Pengendalian Intern di DJPK telah dilakukan oleh Unit

Kepatuhan Internal DJPK baik di tingkat entitas dan

aktivitas dengan hasil masing-masing adalah sebagai

berikut :

a. Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas

(EPITE) diperoleh hasil 80 persen (delapan puluh

persen) sehingga masuk kategori tinggi. Hasil ini

dapat diartikan bahwa pada DJPK telah tercipta

lingkungan yang baik/efektif dalam mendukung

efektivitas pengendalian tingkat kegiatan/aktivitas.

Sebagai informasi tambahan, nilai EPITE sementara

tahun 2018 adalah 100 persen. Kemudian dikurangi

20 persen (hasil dari kesimpulan pemantauan

penerapan kode etik/terjadinya fraud) sehingga

nilai akhir EPITE DJPK adalah 80 persen.

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report178

b. Pemantauan Pengendalian Utama (PPU) dilakukan

terhadap 10 (sepuluh) kegiatan yang terdiri atas

18 (delapan belas) pengendalian utama. Hasil

pemantauan menunjukkan dari 18 (delapan belas)

pengendalian utama tersebut, terdapat 13 (tiga

belas) pengendalian utama yang efektif dan terdapat

5 (lima) pengendalian utama yang tidak efektif.

c. Evaluasi Kecukupan Rancangan (EKR) disimpulkan

bahwa dari 10 kegiatan yang dipilih untuk dipantau

telah dilakukan evaluasi kecukupan rancangannya

dan dinyatakan cukup, serta seluruh kegiatan utama

dinyatakan memadai rancangan pengendaliannya.

d. Penyusunan kesimpulan mengenai efektivitas

pengendalian intern secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil Pengujian Efektivitas

Pengendalian Intern dan hasil temuan menunjukkan

bahwa pengendalian intern di lingkungan DJPK

dinyatakan efektif dengan pengecualian. Hal ini

disebabkan terdapat satu atau lebih defisiensi

signifikan yang apabila digabungkan tidak

mengakibatkan kelemahan material.

Pemantauan Pengendalian Intern pada tahun 2018

merupakan kali kelima bagi DJPK, setelah sebelumnya

DJPK telah melaksanakannya pada tahun 2014, 2015,

2016, 2017, dan tahun 2018. Rincian pelaksanaan

dari masing-masing keempat tahapan di atas dapat

dijelaskan sebagai berikut:

b. Key Control Monitoring (PPU) was performed on

10 (ten) activities, consisting of 18 (eighteen) key

controls. The monitoring result shows that out of

18 (eighteen) key controls, 13 (thirteen) key controls

have been effective and 5 (five) key controls

ineffective.

c. Design Adequacy Evaluation (EKR) has monitored

and evaluated the design adequacy of 10 activities

and confirmed its adequacy. The control design of

all key activities has been adequate.

d. Overall conclusion of internal control effectiveness.

Based on the result of Internal Control Effectiveness

Assessment and findings, internal control at DJPK

has been effective with exception. This was due to

one or more significant deficiencies that will not

cause material weakness when combined.

Internal Control Monitoring in 2018 was the fifth result

for DJPK after having implemented the monitoring in

2014, 2015, 2016, 2017, and 2018. Implementation details

of the four aforementioned phases are explained as

follows:

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report179

EVALUASI PENGENDALIAN INTERN TINGKAT ENTITAS (EPITE)

Tujuan / ObjectiveUntuk menentukan efektivitas pengendalian tingkat entitas dalam menciptakan lingkungan yang mendukung efektivitas pengendalian tingkat kegiatan/aktivitas. / Determine the effectiveness of entity-level control in creating an environment that supports the effectiveness of activity-level control.

Ruang Lingkup / Scope DJPK sebagai suatu entitas. / DJPK as an entity.

Proses / Process

a. Menyusun program kerja. / Preparing work program.b. Melaksanakan evaluasi terhadap kelima unsur pengendalian intern meliputi lingkungan pengendalian,

penilaian risiko, kegiatan pengendalian, komunikasi dan informasi, dan pemantauan melalui kegiatan survei, reviu dokumen dan wawancara. / Performing evaluation on five internal control elements, consisting of control environment, risk assessment, control activities, communication and information, and monitoring through surveys, document reviews, and interviews.

c. Menarik kesimpulan. / Making conclusion. Kesimpulan diperoleh dari persentase skor terhadap jumlah skor yang dievaluasi dan dikategorikan

ke dalam tiga tingkatan sebagai berikut: / Conclusion is obtained from the percentage of score to total evaluated score and categorized into three levels as follows:1) Rendah, yaitu apabila nilai akhir 0 persen s.d. 33 persen / Low, if the final score ranges between 0

percent – 33 percent2) Sedang, yaitu apabila nilai akhir 34 persen s.d. 63 persen; dan / Medium, if the final score ranges

between 34 percent – 63 percent; and3) Tinggi, yaitu apabila nilai akhir 64 persen s.d. 100 persen. / High, if the final score ranges between

64 percent – 100 percent.

Waktu Pelaksanaan / Implementation Period

22 Oktober – 9 November 2018 (menyesuaikan dengan masa transisi pasca pergantian pimpinan DJPK). / October 22 – November 9, 2018 (adjusting to the transition period after the change of DJPK leadership).

SDM / Human Resources Bagian Organisasi dan Kepatuhan Internal. / Organization and Internal Compliance Division.

Hasil / Result

80 persen (tinggi). / 80 percent (high)

Dari pengisian kertas kerja diperoleh jumlah total skor 50 (lima puluh) kemudian dibagi dengan jumlah faktor yang dievaluasi yakni sebanyak 50 (lima puluh) faktor. Dengan demikian persentase sementara jumlah skor yang diperoleh terhadap jumlah skor yang dievaluasi adalah 50:50 = 100 persen. / From the filled out work papers, a total score of 50 (fifty) is obtained and divided by the number of evaluated factors amounting to 50 (fifty) factors. Therefore, the temporary percentage of total score obtained to total score evaluated is 50:50 = 100 percent.

Berdasarkan penerapan kode etik DJPK, pada bulan Mei 2018 terdapat pelanggaran kode etik yang berdampak kecurangan (fraud) dengan pengaruh signifikan. Adanya pelanggaran kode etik tersebut menjadi faktor pengurang nilai EPITE sementara sebesar 20 persen sehingga diperoleh nilai EPITE akhir sebesar 80 persen. / Based on code of conduct implementation of DJPK, in May 2018, there was a breach of the code of conduct that resulted in fraud with significant effect. The breach of the code of conduct became a factor that reduced the temporary EPITE score by 20 percent, resulting in the final EPITE score of 80 percent.

Berdasarkan hasil Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat

Entitas (EPITE) tahun 2018, dapat disimpulkan bahwa

secara umum hasil EPITE menunjukkan pengendalian

tingkat entitas dalam menciptakan lingkungan yang

mendukung efektivitas pengendalian tingkat kegiatan/

aktivitas sudah efektif. Hal ini didukung dari hasil

kegiatan survei yang menunjukkan skor 100 persen,

hasil reviu dokumen yang menunjukkan kecukupan

dokumen yang dilakukan reviu, dan hasil wawancara

ENTITY-LEVEL INTERNAL CONTROL EVALUATION (EPITE)

Based on the result of Entity-Level Internal Control

Evaluation (EPITE) in 2018, it can be concluded that

the overall EPITE result showed an effective entity-

level control in creating an environment that supports

effective activity-level control. It was supported

by survey result that generated 100 percent score,

document review result that confirmed the adequacy

of the reviewed documents, and interview result that

shows that the factors of control environment, risk

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report180

yang menggambarkan faktor lingkungan pengendalian,

penilaian risiko, informasi dan komunikasi, serta

pemantauan telah berjalan sesuai ketentuan.

Hasil EPITE dimaksud dikombinasikan dengan

hasil pemantauan kode etik yang dilakukan melalui

metode survei, observasi, inspeksi mendadak dan

surveillance. Hasil pemantauan kode etik ditemukan

1 (satu) pelanggaran yang bersifat signifikan terkait

kecurangan (fraud) dan beberapa temuan yang tidak

signifikan yaitu:

a. Adanya pegawai DJPK yang tersangkut tindak

pidana korupsi terkait percaloan anggaran;

b. Pelanggaran kepatuhan ketentuan jam kerja oleh

beberapa pegawai;

c. Pelanggaran kode etik terkait kepatuhan ketentuan

pakaian kerja, sepatu dan atribut tanda pengenal

pegawai; dan

d. Pelanggaran fraud dimaksud memberikan dampak

signifikan dan berpengaruh cukup material terhadap

pelaksanaan proses bisnis dan pencapaian tujuan

kegiatan. Hal ini dimungkinkan karena kejadian

fraud berada di luar sistem dari proses bisnis yang

ada di unit terkait sehingga tidak mengakibatkan

kelemahan yang material.

EVALUASI KECUKUPAN RANCANGAN (EKR)

Tujuan / Objective

Untuk memberikan keyakinan memadai bahwa seluruh potensi kesalahan yang signifikan telah diidentifikasi dan pengendalian telah dirancang dengan tepat sehingga pada saat dilaksanakan dapat mencegah dan/atau mendeteksi kesalahan. / Provide adequate assurance that all significant potentials of errors have been identified and that control has been designed appropriately so its implementation can prevent and/or detect errors.

Ruang Lingkup / Scope

Kegiatan-kegiatan di DJPK yang meliputi: / Activities at DJPK that include:• Penghitungan Alokasi DAU; / Calculation of DAU Allocation; • Penghitungan Alokasi DAK Fisik; / Calculation of Physical DAK Allocation;• Penghitungan Alokasi DAK Non Fisik; / Calculation of Non-Physical DAK Allocation;• Penghitungan Alokasi DBH; / Calculation of DBH Allocation;• Penghitungan Alokasi Dana Desa; / Calculation of Village Fund Allocation;• Penghitungan Alokasi Dana Insentif Daerah; / Calculation of Regional Incentive Fund Allocation;• Penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD); / Implementation of Regional Financial

Information System (SIKD);• Penyusunan Matriks Evaluasi dan Sinkronisasi Raperda tentang PDRD; / Preparation of Evaluation

Matrix and Synchronization of Regional Regulation Draft concerning Regional Taxes and Levies;• Penugasan Pelaksanaan Bimbingan Teknis Keuangan Daerah; dan / Assignment to Implement

Technical Supervision on Regional Finance; and• Pengadaan Barang dan Jasa diatas Rp200 juta. / Goods and Services Procurement Above Rp200

Million.

assessment, information and communication, as well

as monitoring have run properly.

The EPITE result is combined with code of conduct

monitoring result that was carried out through survey,

observation, incidental inspection, and surveillance

methods. The code of conduct monitoring found 1

(one) significant violation relating to fraud and several

insignificant findings, namely:

a. Employee of DJPK that is involved in corruption

crime related to budget brokerage;

b. Non-compliance regarding work time by several

employees;

c. Code of conduct violation regarding work uniform,

shoes, and employee identification attribute; and

d. The fraud concerned inflicted significant and

moderately material impact to the implementation

of business process and the achievement of activity

objectives. It was due to the occurrence of fraud

outside the business process system of the related

unit, thus not resulting in material weakness.

DESIGN ADEQUACY EVALUATION (EKR)

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report181

Proses / Process

Teknik yang dipakai dapat menggunakan: / Methods used are as follows:• Reviu terhadap kebijakan/prosedur/dokumen; / Review on policy/procedure/document;• Wawancara dan/atau FGD; / Interview and/or FGD;• Observasi; dan/atau / Observation; and/or• Menelusuri proses secara end to end (Walkthroughs). / Walkthrough of process from end to end.

Dilakukan dengan langkah-langkah: / Performed by the following procedures:• Menelaah dokumentasi identifikasi “apa yang bisa salah” dan rancangan pengendalian yang ada. /

Reviewing documents to identify error potentials and existing control design. • Mengevaluasi adanya potensi kesalahan signifikan yang belum diidentifikasi. / Evaluating potentials

of significant errors that have not been identified. • Mengevaluasi ketepatan rancangan pengendalian. / Evaluating the appropriateness of control

design. • Menarik kesimpulan kecukupan rancangan pengendalian. / Making conclusion on control design

adequacy.

Waktu Pelaksanaan / Implementation Period

Triwulan I 2018. / Quarter I of 2018.

SDM / Human Resources Bagian Organisasi dan Kepatuhan Internal. / Organization and Internal Compliance Division.

Hasil / Result Cukup. / Adequate.

PEMANTAUAN PENGENDALIAN UTAMA (PPU)

Tujuan / Objective

Untuk memberikan keyakinan memadai bahwa seluruh potensi kesalahan yang signifikan telah diidentifikasi dan pengendalian telah dirancang dengan tepat sehingga pada saat dilaksanakan dapat mencegah dan/atau mendeteksi kesalahan. / Provide adequate assurance that control has been implemented effectively to prevent and detect potentials of errors or unattained activity objectives.

Ruang Lingkup / Scope

1. Penghitungan Alokasi DAU; / Calculation of DAU Allocation;2. Penghitungan Alokasi DAK Fisik; / Calculation of Physical DAK Allocation;3. Penghitungan Alokasi DAK Non Fisik; / Calculation of Non-Physical DAK Allocation;4. Penghitungan Alokasi DBH; / Calculation of DBH Allocation;5. Penghitungan Alokasi Dana Desa; / Calculation of Village Fund Allocation;6. Penghitungan Alokasi Dana Insentif Daerah; / Calculation of Regional Incentive Fund Allocation;7. Penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD); / Implementation of Regional Financial

Information System (SIKD);8. Penyusunan Matriks Evaluasi dan Sinkronisasi Raperda tentang PDRD; / Preparation of Evaluation

Matrix and Synchronization of Regional Regulation Draft concerning Regional Taxes and Levies (Raperda PDRD);

9. Penugasan Pelaksanaan Bimbingan Teknis Keuangan Daerah; dan / Assignment to Implement Technical Supervision on Regional Finance; and

10. Pengadaan Barang dan Jasa diatas Rp200 juta. / Goods and Services Procurement Above Rp200 Million.

KEY CONTROL MONITORING (PPU)

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report182

Proses / Process

PPU selain melihat ada tidaknya atribut pengendalian juga melihat kesesuaian pelaksanaan pengendalian tersebut dengan rancangannya. / In addition to assessing the existence of control attributes, PPU also assesses the conformity of control implementation to its design.

Dokumen yang digunakan adalah: / Documents used are as follows:1. Pengadaan Barang dan Jasa, meliputi: / Goods and Services Procurement, including:

a. Harga Perkiraan Sendiri (HPS); / Owner Estimate; b. Berita Acara Hasil Evaluasi; / Official Report of Evaluation Result;c. Surat Penunjukan Penyedia; / Letter of Provider Appointment;d. Dokumen Kontrak Pengadaan; / Document of Procurement Contract;e. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan; dan / Official Report of Work Inspection; andf. Berita Acara Serah Terima. / Official Report of Handover.

2. Bimbingan Teknis Keuangan Daerah / Technical Supervision on Regional Financea. Nota Dinas Permohonan Penetapan Surat Tugas Pelaksanaan Bimtek; dan / Official Memo of

Request for Technical Supervision Implementation Assignment Letter; andb. Surat Tugas Pelaksanaan Bimtek Keuangan Daerah. / Assignment Letter of Technical Supervision

on Regional Finance Implementation.3. Evaluasi dan Sinkronisasi Matriks Raperda PDRD / Evaluation and Synchronization of Raperda

PDRDa. Matriks Hasil Evaluasi Raperda PDRD. / Evaluation Result Matrix of Raperda PDRD

4. Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) / Calculation of General Allocation Fund (DAU)a. Nota Dinas laporan perhitugan DAU dan DAU tambahan secara fullfillment TA 2019. / Official

Memo of report on DAU calculation and fulfillment of additional DAU in Fiscal Year 2019.5. Perhitungan Alokasi DAK Fisik, meliputi: / Calculation of Physical DAK Allocation, including:

a. Nota Dinas penyampaian alokasi perhitungan Dana Desa. / Official Memo of delivery of calculation of Village Fund allocation.

6. Perhitungan Alokasi Dana Bagi Hasil / Calculation of Revenue Sharing Fund Allocationa. Draft penghitungan alokasi Dana Bagi Hasil (Perpres yang telah di paraf). / Draft of calculation

of Revenue Sharing Fund allocation (Presidential Regulation signed with initials). 7. Perhitungan Alokasi DAK Non Fisik / Calculation of Non-Physical DAK Allocation

a. Draft penghitungan alokasi Dana Alokasi Non Fisik (Perpres yang telah di paraf). / Draft of calculation of Non-Physical Allocation Fund (Presidential Regulation signed with initials).

8. Perhitungan Alokasi Dana Desa, meliputi: / Calculation of Village Fund Allocation, including:a. Draft penghitngan alokasi Dana Desa (Perpres yang telah di paraf). / Draft of calculation of

Village Fund allocation (Presidential Regulation signed with initials). 9. Perhitungan Alokasi DID / Calculation of DID Allocation Draft penghitungan alokasi DID (Perpres yang telah di paraf). / Draft of calculation of DID allocation

(Presidential Regulation signed with initials). 10. Penyelenggaraan SIKD / SIKD Implementation

a. Nota Dinas Direktur Pertukaran Data; / Official Memo of Director of Data Sharing;b. Surat Direktur Pertukaran Data; / Letter of Director of Data Sharing;c. Dokumen Tata Kelola SIKD; dan / Document of SIKD Governance; and d. Dokumen Pembangunan Aplikasi SIKD. / Document of SIKD Application Development.

Waktu Pelaksanaan / Implementation Period

Semester I, Triwulan III, dan Triwulan IV Tahun 2018. / Semester I, Quarter III, and Quarter IV of 2018.

SDM / Human Resources

Bagian Organisasi dan Kepatuhan Internal. / Organization and Internal Compliance Division.

Adapun secara rinci langkah-langkah PPU adalah

sebagai berikut :

1. Melakukan pengujian terhadap atribut pengendalian

2. Pengujian atribut dapat dilakukan dengan cara

sensus atau dengan sampling dokumen berdasarkan

hasil PPU.

Details of PPU procedure are as follows:

1. Evaluating control attributes

2. Evaluation of attributes can be performed through

census or document sampling based on PPU result.

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report183

a. Pengujian secara sensus

Pengujian secara sensus dilakukan apabila:

- jumlah populasi ≤ jumlah sampel berdasarkan

tabel.

- Jika jumlah populasi ≤ jumlah terkecil pada

kolom TDR.

Pada tahun 2018, semua kegiatan dilakukan

pengujian secara sensus. Kegiatan tersebut

dilakukan secara sensus karena jumlah

populasinya sedikit, sehingga pelaksanaan

pemantauan dapat dilakukan 100 persen

(sensus). Pengujian secara sensus dapat

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Menetapkan Tolerable Deviation Rate (TDR)

atau tingkat penyimpangan dalam populasi

yang dapat ditoleransi (2% s.d. 20%).

Tabel 5.1 Nilai ARO Berdasarkan Hasil EPITE

No Hasil Penilaian Pengendalian Intern Tingkat Entitas / Entity-Level Internal Control Evaluation Result

Nilai ARO / ARO Score

1 Rendah / Low 5%

2 Sedang / Medium 5%

3 Tinggi / High 10%

Tabel 5.2 TDR (Tolerable Deviation Rate)

Nilai EPITE / EPITE ScoreTDR

Kesimpulan / Conclusion Presentase / Percentage

Rendah / Low 0%-33%

0,0% - 5,5% 2%

5,6% -11,0 % 3%

11,1% - 16,5% 4%

16,6% - 22,0% 5%

22,1% - 27,5% 6%

27,6% - 33,0% 7%

a. Census evaluation

Census evaluation is performed if:

- Total population ≤ total sample based on

table.

- Total population ≤ smallest amount in TDR

column.

In 2018, all activities were examined through

census. It was carried out due to low population

number, so that monitoring can be performed

100 percent (census). Census evaluation may be

performed through the following procedure:

1) Determining Tolerable Deviation Rate (TDR)

in the population (2%-20%).

Table 5.1 ARO Score Based on EPITE Result

Table 5.2 TDR (Tolerable Deviation Rate)

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report184

Nilai EPITE / EPITE ScoreTDR

Kesimpulan / Conclusion Presentase / Percentage

Sedang / Medium34% - 63%

34,0% - 38,1% 6%

38,2% - 42,2% 7%

42,3% - 46,3% 8%

46,4% - 50,4% 9%

50,5% - 63,0% 10%

Tinggi / High64% - 100%

64,0% - 89,2% 15%

89,3% - 100% 20%

2) Menghitung tingkat penyimpangan dalam

populasi

Deviation Rate (DR) = jumlah tidak patuh /

jumlah populasi x 100 persen

3) Membuat kesimpulan pengujian atribut

• DR ≤ TDR → pengendalian andal

• DR > TDR → pengendalian tidak andal

b. Pengujian Atribut secara sampling

Pada tahun 2018, tidak ada kegiatan di DJPK yang

menggunakan pengujian atribut yang dilakukan

secara sampling.

3. Melakukan pengujian untuk meyakinkan bahwa

pengendalian telah dijalankan sesuai rancangannya

dapat dilakukan dengan wawancara atau focus group discussion (FGD), observasi atau pelaksanaan ulang

suatu pengendalian (reperformance). Dalam hal ini

teknik yang dipilih oleh DJPK adalah wawancara.

4. Menarik kesimpulan efektivitas pengendalian

utama

Kesimpulan efektivitas pengendalian utama

diperoleh dari hasil pengujian atribut pengendalian

dan hasil pengujian untuk meyakinkan bahwa

pengendalian telah dilaksanakan sesuai rancangan.

Dari 10 (sepuluh) kegiatan yang dipantau efektivitas

pengendaliannya dapat disimpulkan sebagai

berikut:

2) Calculating deviation rate in the population

Deviation Rate (DR) = total non-compliance

/ total population x 100 percent

3) Making conclusion of attribute evaluation

• DR ≤ TDR → reliable control

• DR > TDR → non-reliable control

b. b. Sampling Evaluation of Attributes

In 2018, there were no activities at DJPK that

underwent sampling evaluation of attributes.

3. Performing evaluation to ensure that control

has been implemented according to its design

through interview or focus group discussion (FGD),

observation, or re-performance. On this matter,

DJPK opted for interview.

4. Making conclusion of key control effectiveness

Conclusion of key control effectiveness is obtained

from evaluation result of control attributes and

evaluation result to ensure that control has been

implemented according to the design. Out of 10

(ten) activities monitored, the control effectiveness

can be concluded as follows:

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report185

a. Pengadaan Barang dan Jasa di atas Rp200 juta

Nama Pengendalian Utama / Name of Key ControlHasil Pengujian

Atribut / Attribute Evaluation Result

Hasil Pengujian Kesesuaian /

Appropriateness Evaluation Result

Kesimpulan PPU / PPU Conclusion

Penelitian HPS oleh PPK / Owner Estimate Study by PPK Akurat / Accurate Sesuai /

Appropriate Efektif / Effective

Penelitian bersama oleh minimal 2/3 anggota Pokja ULP / Joint study by at least 2/3 of ULP Work Group members

Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective

Penelitian pada proses penunjukan penyedia barang/jasa oleh PPK / Study during appointment process of goods/services provider by PPK

Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective

Penelitian kontrak oleh PPK dan Penyedia Barang/Jasa / Study of contract by PPK and Goods/Services Provider

Tidak Akurat / Not Accurate

Sesuai / Appropriate

Tidak Efektif / Not Effective

Pemeriksaan spesifikasi dan jumlah hasil pekerjaan oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan / Inspection of work specification and outcome quantity by Work Result Recipient Committee

Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective

Penelitian jadwal penyerahan hasil pekerjaan oleh PPK / Study of handover schedule of work result by PPK

Tidak Akurat / Not Accurate

Sesuai / Appropriate

Tidak Efektif / Not Effective

b. Bimbingan Teknis Keuangan Daerah

Nama Pengendalian Utama / Name of Key ControlHasil Pengujian

Atribut / Attribute Evaluation Result

Hasil Pengujian Kesesuaian /

Appropriateness Evaluation Result

Kesimpulan PPU / PPU Conclusion

Reviu berjenjang pada penugasan penyelenggaraan bimbingan teknis / Tiered review of assignment of technical supervision implementation

Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective

c. Evaluasi dan Sinkronisasi Matriks Raperda

PDRD

Nama Pengendalian Utama / Name of Key ControlHasil Pengujian

Atribut / Attribute Evaluation Result

Hasil Pengujian Kesesuaian /

Appropriateness Evaluation Result

Kesimpulan PPU / PPU Conclusion

Reviu berjenjang penyusunan matriks evaluasi dan sinkronisasi Raperda PDRD / Tiered review of preparation of evaluation matrix and synchronization of Raperda PDRD

Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective

a. Goods and Services Procurement Above Rp200

Million

b. Technical Supervision on Regional Finance

c. Evaluation and Synchronization of Raperda

PDRD

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report186

d. Perhitungan Alokasi Dana Bagi Hasil (DBH)

Nama Pengendalian Utama / Name of Key ControlHasil Pengujian

Atribut / Attribute Evaluation Result

Hasil Pengujian Kesesuaian /

Appropriateness Evaluation Result

Kesimpulan PPU / PPU Conclusion

Verifikasi berjenjang atas konsep perhitungan alokasi DBH TA 2019 / Tiered verification of calculation concept of DBH allocation in Fiscal Year 2019

Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective

e. Perhitungan Alokasi Dana Alokasi Umum (DAU)

Nama Pengendalian Utama / Name of Key ControlHasil Pengujian

Atribut / Attribute Evaluation Result

Hasil Pengujian Kesesuaian /

Appropriateness Evaluation Result

Kesimpulan PPU / PPU Conclusion

Verifikasi berjenjang atas konsep perhitungan alokasi DAU TA 2019 / Tiered verification of calculation concept of DAU allocation in Fiscal Year 2019

Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective

f. Penghitungan Alokasi DAK Fisik

Nama Pengendalian Utama / Name of Key ControlHasil Pengujian

Atribut / Attribute Evaluation Result

Hasil Pengujian Kesesuaian /

Appropriateness Evaluation Result

Kesimpulan PPU / PPU Conclusion

Reviu berjenjang atas konsep perhitungan alokasi DAK Fisik TA 2019 / Tiered review of calculation concept of Physical DAK allocation in Fiscal Year 2019

Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective

g. Perhitungan Alokasi Dana Alokasi Non Fisik

Nama Pengendalian Utama / Name of Key ControlHasil Pengujian

Atribut / Attribute Evaluation Result

Hasil Pengujian Kesesuaian /

Appropriateness Evaluation Result

Kesimpulan PPU / PPU Conclusion

Verifikasi berjenjang atas konsep perhitungan alokasi DAK Non Fisik TA 2019 / Tiered verification of calculation concept of Non-Physical DAK allocation in Fiscal Year 2019

Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective

h. Penghitungan Alokasi Dana Desa

Nama Pengendalian Utama / Name of Key ControlHasil Pengujian

Atribut / Attribute Evaluation Result

Hasil Pengujian Kesesuaian /

Appropriateness Evaluation Result

Kesimpulan PPU / PPU Conclusion

Reviu berjenjang atas penghitungan alokasi Dana Desa / Tiered review of calculation of Village Fund allocation

Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective

d. Calculation of Revenue Sharing Fund Allocation

(DBH)

e. Calculation of General Allocation Fund (DAU)

f. Calculation of Physical DAK Allocation

g. Calculation of Non-Physical Allocation Fund

h. Calculation of Village Fund Allocation

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report187

i. Penghitungan Alokasi Dana Insentif Daerah

Nama Pengendalian Utama / Name of Key ControlHasil Pengujian

Atribut / Attribute Evaluation Result

Hasil Pengujian Kesesuaian /

Appropriateness Evaluation Result

Kesimpulan PPU / PPU Conclusion

Reviu berjenjang atas penghitungan alokasi Dana Insentif Daerah / Tiered review of calculation of Regional Incentive Fund allocation

Akurat / Accurate Sesuai / Appropriate Efektif / Effective

j. Penyelenggaraan SIKD

Nama Pengendalian Utama / Name of Key ControlHasil Pengujian

Atribut / Attribute Evaluation Result

Hasil Pengujian Kesesuaian /

Appropriateness Evaluation Result

Kesimpulan PPU / PPU Conclusion

Reviu berjenjang pada pembangunan aplikasi SIKD / Tiered review of SIKD application development

Tidak Akurat / Not Accurate

Sesuai / Appropriate

Tidak Efektif / Not Effective

Reviu berjenjang pada pengelolaan tatakelola SIKD / Tiered review of SIKD governance management Akurat / Accurate Sesuai /

Appropriate Efektif / Effective

Reviu berjenjang pada pertukaran data dengan pengguna data eksternal / Tiered review of data sharing with external data users

Tidak Akurat / Not Accurate

Sesuai / Appropriate

Tidak Efektif / Not Effective

Reviu berjenjang pada pertukaran data dengan pengguna data internal / Tiered review of data sharing with internal data users

Tidak Akurat / Not Accurate

Sesuai / Appropriate

Tidak Efektif / Not Effective

PENYUSUNAN KESIMPULAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN Kesimpulan efektivitas pengendalian intern dapat

digunakan sebagai dasar bagi Direktur Jenderal

Perimbangan Keuangan dalam membuat pernyataan

manajemen tentang efektivitas pengendalian intern

tingkat eselon I. Penyusunan kesimpulan didasarkan

pada hasil analisis temuan yang berasal dari evaluasi

pengendalian intern tingkat entitas, evaluasi kecukupan

rancangan, dan pemantauan pengendalian utama.

Pada dasarnya temuan tersebut dapat dikategorikan ke

dalam dua kelompok, yaitu:

1. Defisiensi rancangan (design deficiency):

a. suatu pengendalian yang diperlukan untuk

mencapai suatu tujuan pengendalian tidak ada;

atau

b. suatu kebijakan atau prosedur pengendalian

yang ada tidak dirancang secara tepat untuk

memastikan bahwa tujuan pengendalian akan

tercapai.

i. Calculation of Regional Incentive Fund

Allocation

j. SIKD Implementation

PREPARATION OF CONCLUSION OF INTERNAL CONTROL EFFECTIVENESS Conclusion of internal control effectiveness can be used

as basis for the Director General of Fiscal Balance in

preparing management statement on internal control

effectiveness of echelon I. Conclusion is made based

on analysis result of findings from entity-level internal

control evaluation, design adequacy evaluation, and

key control monitoring. Principally, the findings can be

categorized into two groups as follows:

1. Design deficiency

a. A control required to achieve a control objective

does not exists; or

b. An existing control policy or procedure is

not appropriately designed to ensure the

achievement of control objective.

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report188

2. Defisiensi pelaksanaan (operating deficiency):

a. suatu pengendalian yang telah dirancang secara

tepat tidak dilaksanakan sesuai rancangannya;

atau

b. pegawai yang melaksanakan prosedur

pengendalian tidak memiliki otoritas atau

kualifikasi untuk melaksanakan pengendalian

tersebut secara efektif.

Penyusunan kesimpulan efektivitas pengendalian

intern dilakukan melalui langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Mengevaluasi dan menentukan tingkat temuan,

apakah termasuk tingkatan defisiensi yang

berdampak rendah (inconsequential), defisiensi

signifikan (significant deficiency) atau kelemahan

material (material weakness). Penjelasan dari

tingkatan defisiensi dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Defisiensi yang berdampak rendah

(inconsequential) Suatu temuan atau kombinasi dari beberapa

temuan, yang pengaruhnya tidak material

terhadap pelaksanaan proses bisnis dan

pencapaian tujuan kegiatan.

b. Defisiensi signifikan (significant deficiency)

Suatu temuan atau kombinasi dari beberapa

temuan, yang berpengaruh cukup material

terhadap pelaksanaan proses bisnis dan

pencapaian tujuan kegiatan.

c. Kelemahan material (material weakness).

Suatu temuan atau kombinasi dari beberapa

defisiensi signifikan, yang berpengaruh material

terhadap pelaksanaan proses bisnis dan

pencapaian tujuan kegiatan.

Berdasarkan Pemantauan Pengendalian Utama

(PPU), terdapat 5 (lima) temuan dalam pengendalian

utama yang tidak efektif yaitu:

2. Operating deficiency

a. An appropriately designed control is not

implemented according to design; or

b. Employee performing control procedure does

not have the authority or qualification to

implement control effectively.

Conclusion of internal control effectiveness is made

through the following procedures:

1. Evaluating and determining the severity of

findings, whether the deficiency is inconsequential,

significant, or constitutes material weakness. The

deficiency levels are explained as follows:

a. Inconsequential deficiency

A finding or combination of findings that inflicts

no material impact to the implementation of

business process and achievement of activity

objectives.

b. Significant deficiency

A finding or combination of findings that

inflicts moderately material impact to the

implementation of business process and

achievement of activity objectives.

c. Material weakness

A finding or combination of several significant

deficiencies that inflicts material impact to

the implementation of business process and

achievement of activity objectives.

Based on Key Control Monitoring (PPU), there were

5 (five) findings of ineffective key controls:

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report189

a. Pada kegiatan pengadaan barang dan jasa di

atas Rp200 juta, ditemukan 2 (dua) pengendalian

utama yang tidak efektif yaitu:

• Penelitian kontrak oleh PPK dan Penyedia

Barang/Jasa; dan

• Penelitian jadwal penyerahan hasil pekerjaan

oleh PPK.

b. Pada kegiatan penyelenggaraan SIKD, ditemukan

3 (tiga) pengendalian utama yang tidak efektif

yaitu:

• Reviu berjenjang pada pembangunan aplikasi

SIKD;

• Reviu berjenjang pada pertukaran data

dengan pengguna data eksternal; dan

• Reviu berjenjang pada pertukaran data

dengan pengguna data internal.

Dari hasil evaluasi temuan-temuan tersebut dapat

disimpulkan bahwa gabungan beberapa temuan

yang ada memiliki tingkatan defisiensi yang

signifikan tetapi tidak mengakibatkan kelemahan

material.

Dalam rangka melakukan perbaikan secara terus

menerus terhadap berbagai temuan tersebut,

direkomendasikan agar:

a. Menjalankan proses bisnis sesuai dengan

Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada

sebagai bentuk pengendalian intern dalam

setiap tingkatan kegiatan;

b. Meningkatkan fungsi pengawasan melekat oleh

seluruh pegawai dan atasan langsung sebagai

bentuk pengendalian internal dari manajerial;

c. Penyesuaian Standar Operasional Prosedur

(SOP) sesuai dengan kondisi di lapangan;

d. Melakukan revitalisasi saluran komunikasi yang

ada agar dapat menjadi saluran komunikasi yang

terbuka dan efektif; dan

a. In goods and services procurement above

Rp200 million, there were 2 (two) ineffective key

controls:

• Contract study by PPK and Goods/Services

Provider; and

• Study of work result handover schedule by

PPK.

b. In SIKD implementation, there were 3 (three)

ineffective key controls:

• Tiered review of SIKD application

development;

• Tiered review of data sharing with external

data users; and

• Tiered review of data sharing with internal

data users.

From the evaluation result of these findings, it

can be concluded that the combination of several

existing findings constituted significant deficiency

that does not result in material weakness.

In order to continually improve these findings, it is

recommended to:

a. Implement business process according to

existing Standard Operating Procedure (SOP) as

a form of internal control at each activity level;

b. Improve inherent supervision function by all

employees and direct supervisors as a form of

managerial internal control;

c. Adjust Standard Operating Procedure (SOP) to

field condition;

d. Revitalize existing communication channels

to become open and effective communication

channels; and

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report190

e. Peningkatan kepatuhan pegawai terhadap

kewajiban, larangan dan sanksi dalam bidang

kepegawaian, utamanya terkait penerapan kode

etik pegawai.

2. Merumuskan kesimpulan efektivitas pengendalian

intern

Kesimpulan efektivitas pengendalian intern secara

keseluruhan dikategorikan sebagai berikut:

a. Pengendalian intern dinyatakan efektif apabila

tidak ada defisiensi signifikan dan kelemahan

material.

b. Pengendalian intern dinyatakan efektif dengan pengecualian apabila terdapat satu atau lebih

defisiensi signifikan yang apabila digabungkan

tidak mengakibatkan kelemahan material.

c. Pengendalian intern dinyatakan mengandung kelemahan material apabila terdapat

satu atau lebih kelemahan material atau

terdapat gabungan defisiensi signifikan yang

mengakibatkan kelemahan material.

MANAJEMEN RISIKOUntuk mendukung pelaksanaan kegiatan dalam rangka

pencapaian sasaran organisasi dan peningkatan kinerja,

DJPK sebagai Unit Pemilik Risiko (UPR) Unit Eselon I

wajib menerapkan proses manajemen risiko sesuai

dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/

PMK.01/2016 tentang Manajemen Risiko di Lingkungan

Kementerian dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

845/KMK.01/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Manajemen Risiko di Lingkungan Kementerian

Keuangan. Proses manajemen risiko terdiri dari

komunikasi dan konsultasi, penetapan konteks,

penilaian risiko (identifikasi risiko, analisis risiko, dan

evaluasi risiko), penanganan risiko, serta pemantauan

dan reviu. Proses manajemen risiko diterapkan dalam

suatu siklus berkelanjutan dan mempunyai periode

penerapan selama satu tahun.

e. Improve employee compliance with obligations,

prohibitions, and sanctions related to

employment, particularly the implementation of

employee code of conduct.

2. Formulating conclusion of internal control

effectiveness

Conclusion of internal control effectiveness in

general can be categorized as follows:

a. Internal control is deemed effective if there is

no significant deficiency and material weakness.

b. Internal control is deemed effective with exception if there are one or more significant

deficiencies that do not constitute material

weakness when combined.

c. Internal control is deemed to contain material weakness if there are one or more material

weaknesses or combination of significant

deficiencies that result in material weakness.

RISK MANAGEMENTIn order to promote activities aiming to accomplish

organizational goals and performance improvement,

DJPK as Risk Owner Unit Echelon I is obliged to

apply risk management process in accordance

with Regulation of the Minister of Finance No. 171/

PMK.01/2016 concerning Risk Management in the

Ministry of Finance and Decree of the Minister of

Finance No. 845/KMK.01/2016 concerning Risk

Management Implementation Guidelines in the

Ministry of Finance. Risk management process

consists of communication and consultation, context

determination, risk assessment (risk identification, risk

analysis, and risk evaluation), risk handling, as well as

monitoring and review. Risk management process is

applied in a sustainable cycle within an annual period.

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report191

Pada tahun 2018, dari 23 (dua puluh tiga) IKU kemenkeu-

One DJPK terdapat 20 risiko yang harus ditangani,

yaitu:

1. Kurang optimalnya peningkatan kapasitas aparatur

pengelola keuangan daerah;

2. Penganggaran Pusat dan Daerah yang tidak sinkron;

3. Tidak selesainya perumusan kebijakan/peraturan

HKPD sesuai daftar rencana;

4. Rendahnya pencapaian konsistensi realisasi

anggaran terhadap rencana penarikan dana;

5. Penurunan alokasi DAU yang cukup signifikan pada

daerah-daerah yang kapasitas fiskalnya terbatas;

6. Tidak selesainya proyek/kegiatan yang didanai dari

alokasi TKDD yang ditentukan penggunaannya;

7. Realisasi alokasi untuk dukungan jaminan kesehatan

nasional yang didanai oleh DBH CHT lebih rendah

dari 50 persen;

8. Tindak lanjut rekomendasi BPK atas LKPP Dan LK

BUN belum tuntas;

9. Pejabat/pegawai DJPK terlibat kasus fraud;

10. Pemungutan PDRD di pemerintah daerah tidak

Optimal;

11. Tidak diperolehnya predikat WBK/WBBM;

12. Daerah tidak mematuhi aturan mandatory spending;

13. Terdapat Pejabat yang belum memenuhi standar

kompetensi jabatannya;

14. Pemberitaan negatif di Media Massa tentang DJPK;

15. Rendahnya minat pemerintah daerah sasaran untuk

mengikuti program internship dan secondment;16. Pengembangan Modul Core SIKD Tidak Sesuai

Perencanaan;

17. Rendahnya alokasi belanja infrastruktur dan

pelayanan dasar daerah yang berasal dari DAK;

18. Standar kualitas kinerja AKPD sulit diukur;

19. Penurunan tingkat kepuasan penggunaan layanan

DJPK; dan

20. Terjadi downtime SIKD melebihi target.

In 2018, out of 23 (twenty-three) Key Performance

Indicators of Kemenkeu-One DJPK, there were 20 risks

that must be handled as follows:

1. Non-optimal capacity building of regional financial

administrators;

2. Unsynchronized central and regional budgeting;

3. Incompleteness of HKPD policy/regulation

formulation according to plan list;

4. Low consistency achievement of budget realization

to fund withdrawal plan;

5. Significant reduction of DAU allocation in regions

with limited fiscal capacity;

6. Incompleteness of projects/activities funded by

appropriated TKDD allocation;

7. Realization of allocation for national health

insurance support funded by DBH CHT lower than

50 percent;

8. Incompleteness of follow up on BPK

recommendations on LKPP and LK BUN;

9. Involvement of DJPK officials/employees in fraud

case;

10. Non-optimal PDRD collection by regional

governments;

11. Inability to achieve WBK/WBBM predicate;

12. Non-compliance of regional governments with

mandatory spending regulations;

13. Officials have not fulfilled the competency

standards for their positions;

14. Negative journalism in mass media about DJPK;

15. Low interest of targeted regional governments to

attend internship and secondment programs;

16. Non-conformity of SIKD Core Module development

to its plan;

17. Low allocation of regional infrastructure and basic

service expenditure from DAK;

18. Difficulty in measuring AKPD performance quality

standards;

19. Declining satisfaction level with DJPK service;

20. SIKD downtime exceeding the target.

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report192

Gambar 5.2Peta Risiko DJPK Tahun 2018

Matriks Analisis Risiko / Risk Analysis Matrix

Level Dampak / Impact Level

1 2 3 4 5

Tidak Signifikan / Insignificant

Minor Moderat / Moderate

Signifikan / Significant

Sangat signifikan

/ Very Significant

Leve

l Kem

ungk

inan

/ P

roba

bilit

y Le

vel

5 Hampir Pasti Terjadi / Almost Certain 9

1415

1218

6

723 5

125

4 Sering Terjadi / Often 614

1220

1611

193

424

2

3 Kadang Terjadi / Occasionally 4 1015

1416 13

178

22

2 Jarang Terjadi / Seldom 224

723

22 1121

1713

18 1021

9

1 Hampir Tidak Terjadi / Almost Never 1

253

265 8 20

Dari 20 risiko tersebut, terdapat 2 (dua) risiko

Kementerian Keuangan, yaitu risiko Penurunan alokasi

DAU yang cukup signifikan pada daerah-daerah

yang kapasitasnya terbatas dan risiko daerah tidak

mematuhi aturan mandatory spending. Berdasarkan

hasil penanganan sampai dengan periode triwulan

IV Tahun 2018, 1 (satu) risiko masih berada pada level

sangat tinggi, 2 (dua) risiko berada di level tinggi, 2 (dua)

risiko berada pada level sedang; 6 (enam,) risiko berada

pada level rendah, dan 9 (sembilan) risiko berada pada

level sangat rendah.

Figure 5.2Risk Map of DJPK in 2018

Out of 20 risks, there were 2 (two) risks of the Ministry

of Finance, namely the risk of significantly declining

DAU allocation in regions with limited capacity and

risk of non-compliance of regional governments with

mandatory spending regulations. Based on handling

result until quarter IV of 2018, 1 (one) risk was at very

high level, 2 (two) risks at high level, 2 (two) risks at

moderate level, 6 (six) risks at low level, and 9 (nine)

risks at very low level.

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report193

Gambar 5.3Peta Risiko DJPK Tahun 2018 Setelah Penanganan

Matriks Analisis Risiko / Risk Analysis Matrix

Level Dampak / Impact Level

1 2 3 4 5

Tidak Signifikan / Insignificant

Minor Moderat / Moderate

Signifikan / Significant

Sangat signifikan

/ Very Significant

Leve

l Kem

ungk

inan

/ P

roba

bilit

y Le

vel

5 Hampir Pasti Terjadi / Almost Certain 9

1015

718 23 25

4 Sering Terjadi / Often11

612

12 16 19 24

3 Kadang Terjadi / Occasionally 4 4 10 14 17 22

2 Jarang Terjadi / Seldom 14 2 16 7 17 11 9 13 8 21

1 Hampir Tidak Terjadi / Almost Never

20 15 3

3 52

68

5

18201

1 19 13

Gambar 5.4Tren Besaran Risiko DJPK s.d. Desember Tahun 2018

Prioritas / Priority

Nomor RE / RE Number

Risk Event (RE) P18 Q4

SO #6 Pengembangan Kapasitas Pengelola Keuangan Daerah yang Optimal / Optimal capacity building of regional financial administrators

1 RE #23 Kurang optimalnya peningkatan kapasitas pengelola keuangan daerah / Non-optimal capacity building of regional financial administrators 25 1

SO #10 Organisasi yang Fit for Purpose / Fit-for-purpose organization

2 RE #8 Penganggaran pusat dan daerah yang tidak sinkron / Unsynchronized central and regional budgeting 24 8

SO #14 Perumusan Kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang berkualitas / Formulation of quality central-regional government fiscal relation (HKPD) policy

3 RE #3 Tidak selesainya perumusan kebijakan/peraturan HKPD sesuai daftar rencana / Incompleteness of HKPD policy/regulation formulation according to plan list 24 1

SO #12 Pengelolaan Anggaran yang Berkualitas / Quality budget management

4 RE #14 Rendahnya pencapaian konsistensi realisasi anggaran terhadap rencana penarikan dana / Low consistency achievement of budget realization to fund withdrawal plan 24 4

SO #5 Pengelolaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang optimal / Optimal central-regional government fiscal relation (HKPD) management

Figure 5.3Risk Map of DJPK in 2018 After Handling

Figure 5.4Risk Magnitude Trend of DJPK until December 2018

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report194

Prioritas / Priority

Nomor RE / RE Number

Risk Event (RE) P18 Q4

5 RE #15 Penurunan alokasi DAU yang cukup signifikan pada daerah-daerah yang kapasitasnya terbatas / Significant reduction of DAU allocation in regions with limited capacity 23 8

SO #5 Pengelolaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang optimal / Optimal central-regional government fiscal relation (HKPD) management

6 RE #19 Tidak selesainya proyek/kegiatan yang didanai alokasi TKDD yang ditentukan penggunaannya / Incompleteness of projects/activities funded by appropriated TKDD allocation 23 8

SO #5 Pengelolaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang optimal / Optimal central-regional government fiscal relation (HKPD) management

7 RE #17Realisasi alokasi untuk dukungan jaminan kesehatan nasional yang didanai oleh DBH CHT lebih rendah dari 50% / Realization of allocation for national health insurance support funded by DBH CHT lower than 50%

23 15

SO #8 Pengendalian mutu hubungan keuangan pusat dan daerah (HKPD) yang efektif / Effective quality control of central-regional government fiscal relation (HKPD)

8 RE #5 Tindak lanjut rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN belum tuntas / Incompleteness of follow up on BPK recommendations on RKPP and LK BUN 22 13

SO #1 Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah yang Adil, Transparan, dan Akuntabel / Fair, transparent, and accountable central-regional government fiscal relation

9 RE #21 Pejabat/pegawai DJPK terlibat kasus fraud / Involvement of DJPK officials/employees in fraud case 21 13

SO #1 Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah yang Adil, Transparan, dan Akuntabel / Fair, transparent, and accountable central-regional government fiscal relation

10 RE #20 Pemungutan PDRD di Pemda tidak optimal / Non-optimal PDRD collection by regional governments 21 15

SO #10 Organisasi yang Fit for Purpose / Fit-for-purpose organization

11 RE #9 Tidak diperolehnya predikat WBK/WBBM / Inability to achieve WBK/WBBM predicate 19 6

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report195

Prioritas / Priority

Nomor RE / RE Number

Risk Event (RE) P18 Q4

SO #5 Pengelolaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang optimal / Optimal central-regional government fiscal relation (HKPD) management

12 RE #16 Daerah tidak mematuhi aturan mandatory spending / Non-compliance of regional governments with mandatory spending regulations 18 6

SO #9 SDM yang kompetitif / Competitive HR

13 RE #6 Terdapat pejabat yang belum memenuhi Standar Kompetensi Jabatannya / Officials have not fulfilled the competency standards for their positions 17 1

SO #2 Pemenuhan Layanan Prima / Achievement of excellent service

14 RE #2 Pemberitaan negatif di media massa terkait DJPK / Negative journalism in mass media about DJPK 14 2

SO #9 SDM yang kompetitif / Competitive HR

15 RE #7 Rendahnya minat Pemda sasaran untuk mengikuti program internship dan secondment / Low interest of targeted regional governments to attend internship and secondment programs 14 1

SO #11 Sistem Informasi Keuangan Daerah yang andal / Reliable Regional Financial Information System

16 RE #25 Pengembangan Modul Core SIKD Tidak Sesuai Perencanaan / Non-conformity of SIKD Core Module development to its plan 14 2

SO #5 Pengelolaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang optimal / Optimal central-regional government fiscal relation (HKPD) management

17 RE #18 Rendahnya belanja infrastruktur dan pelayanan dasar daerah yang berasal dari DAK / Low allocation of regional infrastructure and basic service expenditure from DAK 13 11

SO #6 Pengembangan Kapasitas Pengelola Keuangan Daerah yang optimal / Optimal capacity building of regional financial administrators

18 RE #4 Standar kualitas kinerja AKPD sulit diukur / Difficulty in measuring AKPD performance quality standards 13 8

SO #2 Pelayanan Publik yang Prima / Excellent public service

19 RE #1 Penurunan tingkat kepuasan penggunaan layanan DJPK / Declining satisfaction level with DJPK service 12 1

SO #11 Sistem Manajemen Informasi yang andal / Reliable information management system

20 RE #26 Terjadi downtime SIKD melebihi target / SIKD downtime exceeding the target 12 1

KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIKMemperoleh informasi merupakan salah satu hak

dasar bagi setiap manusia yang dijamin oleh Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(UUD 1945). Pada ketentuan Pasal 28F UUD 1945 diatur

bahwa “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan

memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi

dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,

memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan

menyampaikan informasi dengan menggunakan segala

jenis saluran yang tersedia”. Penerapan hak tersebut

diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

(UU KIP) beserta peraturan perundang-undangan yang

terkait.

PUBLIC INFORMATION TRANSPARENCYThe right to acquire information is one of human

rights for each person which is guaranteed by the

1945 Constitution of the Republic of Indonesia (UUD

1945). It is stipulated under Article 28F of UUD 1945

that reads “Each person has the right to communicate

and to acquire information for his/her own and his/

her social environment’s development, as well as the

right to seek, obtain, possess, store, process, and

spread information via all kinds of available channels”.

The implementation of such right is regulated by Law

No. 14/2008 on Public Information Transparency along

with other relating laws and regulations.

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report196

Kementerian Keuangan sejak tahun 2012 telah

mengimplementasikan keterbukaan Informasi Publik

sesuai ketentuan UU KIP. Implementasi tersebut

dilakukan dengan menetapkan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 200/PMK.01/2016 tentang

Pedoman Layanan Informasi Publik oleh Pejabat

Pengelola Informasi dan Dokumentasi Kementerian

Keuangan dan Perangkat Pejabat Pengelola Informasi

dan Dokumentasi Kementerian Keuangan, sebagai

pengganti Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/

PMK.01/2012 tentang Pedoman Layanan Informasi

di Lingkungan Kementerian Keuangan. Selain itu,

telah ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan

Nomor 89/KMK.01/2017 tentang Penetapan Atasan

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

Kementerian Keuangan, Atasan Pejabat Pengelola

Informasi dan Dokumentasi Tingkat I, Pejabat

Pengelola Informasi dan Dokumentasi Kementerian

Keuangan, dan Perangkat Pejabat Pengelola Informasi

dan Dokumentasi Kementerian Keuangan, sebagai

pengganti Keputusan Menteri Keuangan Nomor 278/

KMK.01/2012 tentang Penunjukan Pejabat Pengelola

Informasi dan Dokumentasi dan Koordinator Pejabat

Pengelola Informasi dan Dokumentasi di lingkungan

Kementerian Keuangan.

Pengelolaan PPID di antaranya meliputi kegiatan

pengumpulan Informasi Publik, yaitu terdiri dari

informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara

berkala, informasi yang wajib diumumkan secara serta

merta, dan informasi yang dikecualikan. Kewajiban

memberikan Informasi Publik yang disediakan dan

diumumkan secara berkala dilakukan paling singkat

enam bulan sekali dan selambat-lambatnya satu kali

dalam setahun. Informasi Publik yang wajib disediakan

dan diumumkan secara berkala dapat diakses oleh

pengguna dan Pemohon Informasi Publik pada website

DJPK (www.djpk.kemenkeu.go.id). Selain Informasi

Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara

The Ministry of Finance has been implementing Public

Information disclosure since 2012 in accordance with

the provisions of the KIP Law. The implementation

was carried out by stipulating Regulation of the

Minister of Finance No. 200/PMK.01/2016 concerning

Guidelines for Public Information Services by the

Ministry of Finance Information and Documentation

Management Officer and the Ministry of Finance

Information and Documentation Management

Apparatus, in lieu of Regulation of Ministry of Finance

No. 132/PMK.01/2012 concerning Guidelines for

Information Services in the Ministry of Finance. In

addition, the Decree of the Minister of Finance No.

89/KMK.01/2017 concerning the Establishment of the

Ministry of Finance Information and Documentation

Management Officer, Level I Information and

Documentation Management Officer, the Ministry of

Finance Information and Documentation Management

Officer, and the Information Management Officer and

Apparatus of the Ministry of Finance documentation,

in lieu of Decree of the Minister of Finance No.

278/KMK.01/2012 concerning the Appointment of

Information Management and Documentation Officers

and Coordinator of Information and Documentation

Management Officers within the Ministry of Finance.

PPID management includes activities to collect Public

Information which consists of information that must be

provided and announced periodically, information that

must be announced immediately, and information that

is excluded. Obligation to provide Public Information

that is provided and announced periodically is carried

out at least once every six months and no later than

once a year. Public information that must be made

available and announced periodically can be accessed

by users and Public Information Applicants on the

DJPK website (www.djpk.kemenkeu.go.id). In addition

to Public Information that must be provided and

announced periodically, Public Information that must

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report197

berkala, Informasi Publik yang wajib diumumkan

secara serta merta juga dapat diakses oleh pengguna

dan Pemohon Informasi Publik.

DJPK sebagai institusi yang melaksanakan kebijakan

di bidang desentralisasi fiskal di Indonesia, menyadari

bahwa keterbukaan informasi kepada publik

merupakan salah satu langkah mewujudkan tata kelola

pemerintahan yang baik dan bersih (good governance) guna meraih kepercayaan dari publik.

Selama tahun 2018, terdapat 69 (enam puluh sembilan)

permohonan Informasi Publik terkait tugas dan fungsi

DJPK melalui saluran PPID Kementerian Keuangan.

Permohonan Informasi Publik dimaksud berkenaan

dengan data Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) sebanyak 53 (lima puluh tiga) atau

76,81 persen, data Transfer ke Daerah dan Dana Desa

(TKDD) sebanyak 11 (sebelas) atau 15,94 persen, dan

permohonan data lainnya sebanyak 5 (lima) atau 7,25

persen dari total permohonan.

Grafik 5.1Data Permohonan Informasi Publik DJPK Tahun 2018

APBD / APBD

TKDD / TKDD

Lainnya / Others

%

%

% 7,25

76,81

15,94

be announced immediately can also be accessed by

users and Public Information Applicants.

DJPK as an institution that implements policies in the

field of fiscal decentralization in Indonesia, realizes

that disclosure of information to the public is one step

towards realizing clean and good governance in order

to win the trust of the public.

Throughout 2018, there were 69 (sixty nine) requests

for Public Information related to the duties and

functions of the DJPK through the PPID channel of the

Ministry of Finance. The request for Public Information

is referred to as 53 (fifty three) or 76.81 percent of

Regional Revenue and Expenditure Budget (APBD),

Transfer to Regional and Village Fund (TKDD) data of

11 (eleven) or 15.94 percent, and other data requests as

much as 5 (five) or 7.25 percent of the total applications.

Graph 5.1DJPK Public Information Application Data in 2018

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report198

PENGELOLAAN LAYANAN INFORMASIDJPK memiliki peran strategis dalam implementasi

kebijakan fiskal nasional (APBN & APBD), kebijakan

perimbangan keuangan berdasarkan prinsip money follows function, kebijakan pembiayaan daerah melalui

pinjaman (termasuk obligasi), kebijakan pengembangan

kapasitas daerah, serta pengawasan kebijakan di

bidang pajak daerah dan retribusi daerah. Tugas dan

fungsi DJPK yang erat kaitannya dengan pengelolaan

keuangan daerah tersebut, berkaitan erat dengan

stakeholder DJPK yang mayoritas merupakan unit-

unit Organisasi Perangkat Daerah (OPD), DPRD baik

kabupaten, kota, maupun provinsi yang tersebar di

seluruh Indonesia. Pada tahun 2018 telah dilaksanakan

reformasi di lingkungan DJPK melalui Keputusan

Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Nomor KEP-

27/PK/2018 tanggal 24 Agustus 2018, yang salah satu

agendanya adalah reformasi pada bidang pelayanan.

DJPK mengelola dan menyediakan layanan informasi

yang dapat diakses oleh publik melalui sarana sebagai

berikut:

WEBSITE DAN MEDIA SOSIAL DJPKPengguna layanan dapat memperoleh data dan/atau

informasi terkait tugas dan fungsi DJPK melalui website

resmi DJPK (www.djpk.kemenkeu.go.id) dan melalui

akun media sosial DJPK, yaitu: (i) facebook: “Direktorat

Jenderal Perimbangan Keuangan”; (ii) instagram: “@

ditjenpk”; dan (iii) twitter: “@DitjenPK”. Selain itu,

website DJPK menyediakan layanan konsultasi melalui

pengisian formulir yang terdapat pada menu “DJPK

Menjawab”, yang akan ditindaklanjuti dengan pemberian

tanggapan konsultasi melalui email callcenter.djpk@

kemenkeu.go.id.

INFORMATION SERVICE MANAGEMENTDJPK plays a strategic role in the implementation of

national fiscal policies (APBN & APBD), fiscal balance

policies based on the money follows function principle,

regional financing policies through loans (including

bonds), regional capacity development policies, and

policy oversight in the areas of regional taxation and

regional retribution. The duties and functions of the

DJPK that are closely related to the management of

regional finances, are closely related to the DJPK

stakeholders, the majority of which are Regional

Apparatus Organizations (OPD), DPRD regencies, cities,

and provinces that are spread throughout Indonesia. In

2018, a reform was carried out within the DJPK by virtue

of Decree of the Director General of Fiscal Balance No.

KEP-27/PK/2018 dated August 24, 2018, one of which

was to reform the service sector. DJPK manages and

provides information services that can be accessed by

the public through the following facilities:

WEBSITE AND SOCIAL MEDIA OF DJPKService users can obtain data and/or information

related to duties and functions of DJPK through the

DJPK official website (www.djpk.kemenkeu.go.id) and

DGT social media accounts, namely: (i) Facebook:

“Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan”; (ii)

Instagram: “@ditjenpk”; and (iii) Twitter: “@DitjenPK”.

In addition, the DJPK website provides consulting

services by filling out the form contained in the

“DJPK Menjawab” menu, which will be followed up by

providing consultation responses via email callcenter.

[email protected].

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report199

Konten/materi dalam website dan media sosial DJPK

akan selalu diupdate secara berkala untuk memenuhi

kebutuhan pengguna layanan informasi.

Grafik 5.2Jumlah Pengunjung Website DJPK Tahun 2018

120.000

100.000

80.000

60.000

40.000

20.000

-

96.027

78.892

104.215

78.82872.794

34.988

63.982

49.340

60.044

86.64596.321

60.923

Jan Mei SepMar Jul NovFeb Jun OktApr Agu Des

LAYANAN CALL CENTER DERING DJPK 1500420Call Center Dering DJPK 1500420 adalah salah satu

bentuk inovasi layanan informasi di lingkungan DJPK

yang didedikasikan untuk memenuhi kebutuhan

pengguna layanan. Inovasi layanan ini telah

diimplementasikan sejak bulan Agustus 2018, dengan

maksud agar informasi dapat diakses dengan mudah,

cepat, efisien, dan efektif oleh pengguna layanan. Call Center Dering DJPK 1500420 memberikan layanan

melalui sambungan telepon pada hari kerja (Senin s.d.

Jumat) mulai pukul 08.00 WIB s.d. pukul 16.00 WIB.

Materi layanan informasi yang disediakan oleh Call Center Dering DJPK 1500420 meliputi pengelolaan

Transfer ke Daerah dan Dana Desa, pajak daerah dan

retribusi daerah, pinjaman daerah, hibah daerah,

pengelolaan APBD, dan pelaksanaan penyampaian

laporan oleh pemerintah daerah. Sampai dengan 31

Desember 2018, Call Center Dering DJPK 1500420 telah

memiliki 6 (enam) line sambungan telepon dengan

masing-masing 1 (satu) orang petugas.

Content/material on DJPK’s website and social media

will always be updated regularly to meet the needs of

information service users.

Graph 5.2Total Visitors of DJPK Website in 2018

DJPK RING CALL CENTER 1500420

DJPK Ring Call Center 1500420 is one form of

information service innovation in the DJPK environment

that is dedicated to meeting the needs of service users.

This service innovation has been implemented since

August 2018, with the intention that information can

be accessed easily, quickly, efficiently, and effectively

by service users. DJPK Ring Call Center 1500420

provides services via telephone on weekdays (Monday

to Friday) starting from 08.00 WIB until 16.00 WIB.

Material information services provided by the DJPK

Ring Call Center 1500420 includes the management

of transfers to the regions and village funds, regional

taxes and levies, regional loans, regional grants, APBD

management, and the delivery of reports by the local

government. As of December 31, 2018, the DJPK Ring

Call Center 1500420 had 6 (six) telephone lines with 1

(one) officer each.

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report200

Penyediaan layanan Call Center Dering DJPK 1500420

juga dimaksudkan untuk mengurangi jumlah kunjungan

pengguna layanan ke Ruang Layanan Informasi DJPK,

sehingga akan menghemat belanja APBD untuk

perjalanan dinas (khususnya bagi pemerintah daerah).

Selama kurun waktu bulan Agustus 2018 sampai dengan

tanggal 31 Desember 2018, total pengguna layanan Call Center Dering DJPK 1500420 sebanyak 3.229 panggilan.

Tujuan pengguna layanan Call Center Dering DJPK

1500420 dapat dikategorikan untuk: (i) reservasi

kunjungan Ruang Layanan Informasi DJPK (68%); (ii)

konsultasi (25%); dan (iii) lainnya (7%).

Grafik 5.3Statistik pengguna layanan Call Center Dering DJPK

15004201000

900

800

700

600

500

400

300

200

100

0

574515 515

755

870

598

103169

475

131 149

392 367

115

33104

19

476

54 44

Ags Sep Okt Nov Des

Jumlah / Total Reservasi / Reservation Konsultasi / Consultation Lainnya / Others

Pengguna layanan Call Center Dering DJPK 1500420

selama periode Agustus 2018 sampai dengan Desember

2018 yang melakukan konsultasi sebanyak 507. Topik

yang dikonsultasikan oleh pengguna layanan Call Center Dering DJPK 1500420 yang paling sering

diterima adalah terkait DAK (Fisik dan Non Fisik) dan

DBH masing-masing sebesar 31,98 persen, dan 24,29

persen dari total permintaan konsultasi.

The provision of the DJPK Ring Call Center 1500420

is also intended to reduce the number of service user

visits to the DJPK Information Service Room, therefore

saving on APBD spending for official travel (especially

for local governments). During the period from August

2018 until 31 December 2018, the total users of the

DJPK Ring Call Center 1500420 reached 3,229 calls. The

destination of DJPK Ring Call Center 1500420 users can

be categorized as: (i) reservation of DJPK Information

Service Room visits (68%); (ii) consultation (25%); and

(iii) others (7%).

Graph 5.3Statistics of DJPK Ring Call Center 1500420 service

user

Users of the DJPK Ring Call Center service 1500420

during the period from August 2018 to December 2018

conducted 507 consultations. The most received topics

consulted by the users of the DJPK Ring Call Center

1500420 service were related to DAK (Physical and

Non-Physical) and DBH respectively amounted to 31.98

percent, and 24.29 percent of the total consultation

request.

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report201

Graph 5.4Topic of DJPK Ring Call Center Service User

Consultation

VIDEO CONFERENCE SERVICEIn addition to the DJPK Ring Call Center service 1500420,

the information service innovation implemented by

DJPK is the video conference service. This information

service allows consultations to be carried out without

face to face, but through video conferencing facilities.

The use of consultation services via video conferencing

shall firstly register through the DJPK Ring Call Center

1500420. The implementation of consultations through

video conferencing services is carried out using

facilities available at the vertical institution of the

Ministry of Finance (Financial Education and Training

Agency and the Directorate General of Treasury) or

using the skype application. As of December 31, 2018,

2 (two) consultations had been held through video

conferencing services, namely on November 29, 2018

with the Head of DPPKAD Kota Bima discussing DID

and DAU and on December 10, 2018 with the Mayor of

Bima discussing the DID allocation together with the

Minister of Finance.

Grafik 5.4Topik Konsultasi Pengguna Layanan Call Center Dering

DJPK

DAK

DBH Lainnya / Others

DAU

Dana Desa / Village Fund

% 31,98

24,2917,61

7,69

18,42 %

%%

%

LAYANAN VIDEO CONFERENCESelain layanan Call Center Dering DJPK 1500420,

inovasi layanan informasi yang diterapkan DJPK

adalah layanan video conference. Layanan informasi

ini memungkinkan konsultasi dilaksanakan tanpa

tatap muka langsung, namun melalui sarana video conference. Penggunan layanan konsultasi melalui video conference harus melakukan registrasi terlebih dahulu

melalui Call Center Dering DJPK 1500420. Pelaksanaan

konsultasi melalui layanan video conference dilakukan

dengan menggunakan sarana yang terdapat pada

instansi vertikal Kementerian Keuangan (Badan

Pendidikan dan Pelatihan Keuangan dan Direktorat

Jenderal Perbendaharaan) atau menggunakan aplikasi

skype. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2018 telah

dilaksanakan 2 (dua) kali konsultasi melalui layanan

video conference, yaitu pada tanggal 29 November 2018

dengan Kepala DPPKAD Kota Bima membahas DID dan

DAU dan tanggal 10 Desember 2018 dengan Walikota

Bima membahas alokasi DID bersama dengan Menteri

Keuangan.

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report202

RUANG LAYANAN INFORMASI Kebijakan sentralisasi

tamu di Ruang Pelayanan

Terpadu Keuangan

Daerah yang secara resmi

diawali sejak tanggal

13 Maret 2012. Agar

manajemen pelayanan

senantiasa konsisten,

Ruang Pelayanan Terpadu

Keuangan Daerah

(RPTKD) dikelola dengan

sistem manajemen mutu

pelayanan ISO 9001:2008

yang berhasil diraih pada

tanggal 21 Desember

2012. Pada bulan Maret

2016, sistem manajemen

mutu pelayanan RPTKD

ini berhasil ditingkatkan

menjadi ISO 9001:2015

dengan diterimanya

Sertifikat ISO 9001:2015

dari PT. Sucofindo sebagai

lembaga sertifikasi

independen. Sertifikat

ISO 9001:2015 yang

diterima juga merupakan

bukti bahwa Ruang

Pelayanan Terpadu

Keuangan Daerah DJPK

memiliki pelayanan yang

terstandar internasional.

INFORMATION SERVICE ROOMGuest centralization

policy in the Regional

Financial Integrated

Service Room officially

started on March 13,

2012. In order to maintain

consistent service

management, the Regional

Financial Integrated

Service Room (RPTKD)

is managed with ISO

9001:2008 service quality

management system

which was successfully

achieved on December

21, 2012. In March 2016,

the RPTKD service quality

management system was

successfully upgraded

to ISO 9001:2015 with

the receipt of an ISO

9001:2015 Certificate

from PT. Sucofindo

as an independent

certification body. The

ISO 9001:2015 certificate

is also a proof that the

DJPK Regional Financial

Integrated Service

Room has international

standardized services.

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report203

Guest service standards implemented by the DJPK

include: (i) guests are served quickly/with a definite

time, the maximum guest waiting time is 10 minutes;

(ii) guests are served by competent and integrity DJPK

consultants; (iii) every guest consultation is always

recorded in the Minutes of Consultation; and (iv)

comfortable and safe service rooms and corruption

free zones.

Along with the implementation of DJPK reforms,

particularly in the field of information services, a

policy to limit the number of guest visits by the DJPK

Information Service Room (formerly DJPK Regional

Financial Integrated Service Room), is intended

to increase the use of information technology in

providing consulting services (via the DJPK Call Center

Ring 1500420, Video Conference, DJPK official website

and social media). In addition, the restriction policy

aims to maintain the integrity of DJPK employees while

maintaining quality of service.

Standar pelayanan tamu yang diterapkan oleh DJPK

antara lain: (i) tamu dilayani dengan cepat/waktu

yang pasti, waktu tunggu tamu maksimal 10 menit; (ii)

tamu dilayani oleh konsultan DJPK yang berkompeten

dan berintegritas; (iii) setiap konsultasi tamu selalu

terekam dalam Berita Acara Konsultasi; serta (iv) ruang

layanan yang nyaman, aman dan menerapkan zona

bebas korupsi.

Seiring dengan pelaksanaan reformasi DJPK,

khususnya di bidang layanan informasi, diterapkan

kebijakan pembatasan jumlah kunjungan tamu Ruang

Layanan Informasi DJPK (sebelumnya Ruang Pelayanan

Terpadu Keuangan Daerah DJPK), pembatasan tersebut

dimaksudkan untuk meningkatkan pemanfaatan

teknologi informasi dalam pemberian layanan

konsultasi (melalui media Call Center Dering DJPK

1500420, Video Conference, website dan media sosial

resmi DJPK). Selain itu, kebijakan pembatasan tersebut

bertujuan untuk menjaga integritas pegawai DJPK

dengan tetap mengutamakan kualitas pelayanan.

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Pada tahun 2018, jumlah kunjungan tamu ke Ruang Layanan Informasi DJPK mencapai 10.976 kunjungan dengan total 24.086 tamu. Kunjungan terbanyak terjadi pada bulan Januari 2018 di mana ada 1.249 kunjungan dengan tamu sebanyak 3.291 orang.Total guest visits to the DJPK Information Service Room in 2018 reached

10,976 visits with a total of 24,086 guests. Most visits took place in

January 2018 where there were 1,249 visits with 3,291 guests.

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report204

Penerapan kebijakan pembatasan kunjungan tamu

Ruang Layanan Informasi DJPK dilakukan dengan

ketentuan: (i) telah melakukan konsultasi melalui

layanan Call Center Dering DJPK 1500420 dan/atau

telah mencari informasi melalui website dan media

sosial DJPK; (ii) sifat konsultasi yang harus dilakukan

secara tatap muka, misalnya terkait pengoperasian

aplikasi; (iii) jumlah tamu yang berkunjung paling

banyak 2 (dua) orang untuk 1 (satu) daerah pada hari

yang sama; (iv) telah melakukan registrasi kunjungan

melalui Call Center Dering DJPK 1500420 paling

lambat 1 (satu) hari kerja sebelum kunjungan; dan (v)

waktu layanan kunjungan konsultasi adalah pada hari

kerja (Senin s.d. Jumat) mulai pukul 09.00 WIB sampai

dengan pukul 15.00 WIB.

Pada tahun 2018, jumlah kunjungan tamu ke Ruang

Layanan Informasi DJPK mencapai 10.976 kunjungan

dengan total 24.086 tamu. Kunjungan terbanyak

terjadi pada bulan Januari 2018 di mana ada 1.249

kunjungan dengan tamu sebanyak 3.291 orang. Bulan

dengan kunjungan paling sedikit adalah bulan Juni

2018 di mana hanya ada 378 kunjungan dengan tamu

sebanyak 905 orang. Sebagian besar tamu yang datang

berkonsultasi terkait pelaksanaan transfer ke daerah,

yaitu sekitar 71,63 persen dari total kunjungan. Topik

konsultasi yang paling sering didiskusikan selanjutnya

adalah terkait DAK Non Fisik dan Hibah/DID, masing-

masing sebesar 23,69 persen dan 15,56 persen dari

total kunjungan. Sebagian besar tamu berasal dari

pemerintah daerah, baik dari unsur eksekutif maupun

legislatif. Pengunjung Ruang Layanan Informasi DJPK

lainnya adalah tamu dari kementerian/lembaga serta

unsur stakeholder lain seperti akademisi, jurnalis, dan

LSM.

The implementation of the policy for limiting guest

visits by the DJPK Information Service Room is carried

out with the provisions that: (i) have consulted through

the DJPK Ring Call Center 1500420 service and/or have

sought information via the DJPK website and social

media; (ii) the nature of the consultation that must be

conducted face-to-face, for example related to the

operation of the application; (iii) maximum number of

guests is 2 (two) people for 1 (one) area on the same

day; (iv) registered the visit through the DJPK Ring Call

Center 1500420 no later than 1 (one) working day before

the visit; and (v) the consultation visit service time is on

working days (Monday to Friday) starting from 09.00

WIB until 15.00 WIB.

Total guest visits to the DJPK Information Service

Room in 2018 reached 10,976 visits with a total of 24,086

guests. Most visits took place in January 2018 where

there were 1,249 visits with 3,291 guests. The month

with the fewest visits was June 2018 where there were

only 378 visits with 905 guests. Most of the guests who

came consulted related to the implementation of the

transfer to the region, which was around 71.63 percent

of the total visits. The next most frequently discussed

consultation topics were related to Non-Physical DAK

and Grants/DID, respectively 23.69 percent and 15.56

percent of the total visits. Most of the guests came

from the local government, both from the executive

and legislative elements. Other DJPK Information

Service Room visitors are guests from ministries/

institutions as well as other stakeholder elements such

as academics, journalists, and NGOs.

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report205

Graph 5.5Data of Guest Visit in 2018

Based on the graph above, guest visit declined

from August 2018. This is the positive impact of the

implementation of information and consultation service

via website, DJPK social media, DJPK Ring Call Center

1500420, Video Conference, and implementation of

policy on limitation of guest visit to DJPK Information

Service Room. This means service users have started to

use website, DJPK social media, DJPK Ring Call Center

1500420, and Video Conference in consulting and

accessing information related to duties and functions

of DJPK, and carries out efficiency on regional APBD

expenditure since official travel expenditure decreased.

Grafik 5.5Data Kunjungan Tamu Tahun 2018

3.500

3.000

2.500

2.000

1.500

1.000

500

-

1.249

925 950

378

1.112 1.145

765

1.165 1.064

3.291

2.170

2.842

2.479 2.345

3.199

2.357

1.275986 976

1.261

898660 665

905

Jan Feb Mar Apr Mei

Kunjungan / Visit Jumlah Tamu / Total Guest

Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Berdasarkan grafik jumlah kunjungan tamu ke Ruang

Layanan Informasi DJPK, terlihat sejak bulan Agustus

2018 terjadi penurunan jumlah kunjungan tamu. Hal

tersebut merupakan dampak positif atas implementasi

layanan konsultasi dan informasi melalui website, media

sosial DJPK, Call Center Dering DJPK 1500420, Video Conference, serta penerapan kebijakan pembatasan

kunjungan tamu ke Ruang Layanan Informasi DJPK.

Artinya, pengguna layanan telah mulai beralih

menggunakan website, media sosial DJPK, Call Center Dering DJPK 1500420, dan Video Conference dalam

melakukan konsultasi dan akses informasi terkait tugas

dan fungsi DJPK, serta melakukan efisiensi belanja

APBD daerah, karena berkurangnya jumlah belanja

perjalanan dinas.

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report206

Graph 5.6Comparison between Total Guest Visitor in 2017 and

2018

Grafik 5.6Perbandingan Jumlah Kunjungan Tamu Tahun 2017 dan

Tahun 2018

Kunjungan Tahun 2017 / Visit in 2017 Kunjungan Tahun 2018 / Visit in 2017

Jumlah Tamu Tahun 2017 / Total Guest in 2017 Jumlah Tamu Tahun 2018 / Total Guest in 2018

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

6.000

5.000

4.000

3.000

2.000

1.000

-

Tata Kelola PemerintahanGood Governance

Laporan Tahunan 2018 2018 Annual Report207

DIR

EKTO

RAT JEN

DR

AL PER

IMB

AN

GA

N K

EUA

NG

AN

Jl. DR. Wahidin No. 1 Gedung Radius Prawiro Lantai 9Jakarta Pusat 10710

Telp : 021-3868006Call Center : 1-500-420Fax : 021-3509443e-mail : [email protected]

www.djpk.kemenkeu.go.id

DIREKTORAT JENDRAL PERIMBANGAN KEUANGAN

Laporan TahunanA

nnual ReportM

ewujudkan Pem

baharuan untuk K

inerja Berintegritas