Media Baru sebagai Complaint Handling Mechanism (Studi Kasus Akun Twitter @RidwanKamil)
Transcript of Media Baru sebagai Complaint Handling Mechanism (Studi Kasus Akun Twitter @RidwanKamil)
1
Media Baru sebagai Complaint Handling Mechanism
(Studi Kasus Akun Twitter @RidwanKamil)
Agung Tri Nugraha
12/328709/SP/25084
Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik
Phone: 081393518060 | email: [email protected]
Abstract
Nowdays, new media comes as new hope for digital society. New media
becomes a partner for society who want rapidity and efficiency in their daily life.
People prefer to choose expanding more money to get easy access, than using
conventional access. One of the good example on using new media is utilization new
media as complaint handling mechanism. Public services are required to provide
prompt service. In addition, public services are also required to have a quick
response. The new media present an alternative option for public officials who want
to provide fast service. One of whom is the mayor of Bandung, Ridwan Kamil. He
utilizes his twitter account to accommodate complaints from netizens. After receiving
a complaint, he immediately coordinate with relevant government authorities to
follow up the complaints. New media as a delivery mechanism for complaints is a
unique idea in order to achieve good governance and responsive government.
Keywords: New Media, Complaint Handling Mechanism, Public Service, Ridwan
Kamil.
Pendahuluan
Media baru merupakan sebuah sarana yang mengedepankan
penggunaan akses teknologi, informasi, dan komunikasi. Media
baru hadir sebagai sarana yang dapat mempercepat dan
2
mempermudah aksesibilitas masyarakat dalam menjalankan
aktivitas kehidupan sehari-hari. Tuntutan efektivitas dan
efisiensi dalam menjalankan aktivitas ikut mendorong
berkembangnya media baru di tengah masyarakat. Indonesia
sebenarnya diuntungkan dengan konfigurasi penduduk yang ada
saat ini, karena sedang mendapatkan bonus demografik. Bonus
demografik memberikan sebuah peluang, sebab saat ini penduduk
Indonesia lebih banyak tediri atas penduduk usia produktif.
Keuntungan yang akan didapat dari bonus demografik adalah
banyak penduduk Indonesia yang akan akrab dengan pemanfaatan
teknologi. Dengan demikian, media baru pun akan dengan mudah
masuk ke dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Akses
masyarakat terhadap media baru juga semakin mudah dengan
menjamurnya vendor-vendor ponsel pintar yang harganya dapat
dijangkau oleh semua kalangan. Oleh karena itu, hadirnya media
baru terutama yang memanfaatkan akses internet, besar
peluangnya akan terus berkembang seiring dengan perkembangan
teknologi dan juga perkembangan masyarakat.
Hal berbeda justru terjadi di dalam tubuh pemerintahan.
Berbeda dengan gambaran masyarakat yang sudah lebih akrab
dengan media baru terutama media sosial, dalam tataran
pemerintahan, media baru terasa masih kurang dilirik
pemanfaatannya. Pemanfaatan yang dimaksud dalam hal ini
merupakan pemanfaatan media baru sebagai sarana dalam
memberikan pelayanan publik, bukan pemanfaatan untuk kehidupan
pribadi para pejabat publik. Selain karena sistem birokrasi
yang masih bertumpu pada cara-cara konvensional, para pegawai
birokrat yang kebanyakan merupakan pegawai yang berusia
3
lanjut, dapat dipastikan akan alergi dengan pemanfaatan
teknologi. Teknologi masih dirasa tabu dalam pemanfaatannya
untuk pelayanan publik. Padahal dengan sentuhan teknologi,
sebenarnya layanan yang diberikan akan lebih efektif dan
efisien. Selain itu, pengguna layanan juga akan mendapat
banyak keuntungan, seperti kemudahan akses, sehingga tidak
akan banyak memakan waktu, biaya, dan tenaga dari para
pengguna layanan.
Birokrasi Indonesia dapat dikatakan masih buruk
kinerjanya. Saat ini, birokrasi masih sangat kental dengan
praktik-praktik negatif seperti korupsi, kolusi, nepotisme,
dan juga inefisiensi dalam bekerja. Kinerja penyelenggaraan
pemerintahan sendiri dapat dinilai dari kualitas pelayanan
publik (Dwiyanto, 2006), dan kepuasan pengguna merupakan salah
satu ukuran yang lazim digunakan untuk menilai kualitas
pelayanan (Ratminto & Winarsih, 2010). Kepuasan dan loyalitas
pengguna layanan dipengaruhi oleh banyak hal, namun salah satu
yang dapat dikelola adalah sistem perbaikan layanan yang
efektif yaitu yang dapat mengidentifikasi keluhan dan titik-
titik kelemahan dalam sistem pelayanan (Bendall-Lyon & Powers,
2001). Keluhan dapat dijadikan sebuah referensi untuk
memperbaiki layanan, namun masih banyak ditemukan bahwa
pemerintah sebagai pemberi layanan kurang memperhatikan
mekanisme penyampaian keluhan. Mindset yang terbangun adalah
pemerintah merupakan otoritas yang bisa memberikan pelayanan
tanpa adanya persaingan dari pihak swasta, oleh karenanya
masih banyak badan pemerintah yang tidak begitu memikirkan
nasib masyarakat sebagai pengguna layanan. Dengan kata lain,
4
pemerintah merasa menjadi satu-satunya pihak yang berkuasa,
jadi pemerintah tidak begitu ambil pusing untuk memperbaiki
layanan, karena memang pemerintahlah satu-satunya badan yang
memiliki otoritas.
Akan tetapi, terdapat juga beberapa pemerintah daerah
yang memiliki inisiatif lebih untuk mengelola keluhan dari
masyarakat. Tentu, adanya inisiatif tersebut secara kuat
didorong oleh pejabat publik di daerah terkait, dan juga
didorong oleh adanya tingkat kekritisan masyarakat untuk
menyuarakan keluhannya. Sebab, faktor masyarakat yang kurang
memiliki kesadaran untuk menyuarakan keluhannya juga akan
mendorong keengganan pemerintah untuk menampung keluhan,
bahkan memperbaiki layanan yang mendapat keluhan. Salah satu
daerah yang cukup menjadi perhatian saat ini adalah Kota
Bandung. Meskipun belum lama menjabat, namun Walikota Bandung,
Ridwan Kamil, sudah melakukan banyak gebrakan. Sfjsnsmcsmsm.
Gebrakan yang cukup fenomenal adalah aktifnya akun twitter dari
Walikota Bandung yakni @RidwanKamil, yang secara aktif menyapa
penduduk Bandung via media sosial twitter. Melalui akun tersebut,
Ridwan Kamil melakukan beberapa aktivitas seperti diseminasi
informasi, sosialisasi program, kampanye aksi, hingga
menampung keluhan dari para netizen tentang segala bentuk
pelayanan publik yang dirasa kurang bagus. Setelah itu, Ridwan
Kamil pun meneruskan keluhan dari masyarakat kepada SKPD
terkait, untuk kemudian diproses secara lebih lanjut. Tentu
hal tersebut menjadi sebuah bahasan yang menarik untuk dikaji,
sebab dalam hal ini media baru berperan sebagai wadah untuk
menyalurkan keluhan masyarakat kepada pemerintah. Sehingga,
5
harapannya tulisan ini nantinya akan lebih mendorong
pemerintah daerah lainnya untuk secara proaktif mengakomodasi
segala bentuk keluhan masyarakat, terlebih lagi pemerintah
bersedia menggunakan media baru sebagai sarana penyaluran
keluhan.
Tulisan ini akan terdiri atas beberapa sub bahasan,
pertama mengenai media baru. Bagian kedua tentang prinsip
Complaint Handling Mechanism, bagian ketiga akan membahas tentang
elemen sukses penerapan Complaint Handling Mechanism. Kemudian akan
dibahas mengenai studi kasus akun twitter @RidwanKamil sebagai
media penyaluran keluhan, dan bagian terakhir berisi rangkuman
serta rekomendasi terutama untuk pemerintah yang masih kurang
memperhatikan mekanisme penyampaian keluhan terhadap layanan
publik yang diberikan.
Media Baru
Media baru merupakan media yang lebih menekankan
pemanfaatan teknologi terutama internet sebagai media penyalur
informasi. Menurut (Zubaidi, 2011) keberadaan media baru
(internet) menawarkan cara baru bagi masyarakat dalam
menyampaikan aspirasi, kritik, dan gagasan. Di Internet,
siapapun bebas berpendapat dan berargumen lebih bebas daripada
di media konvensional. Hal ini disebabkan beragam kelebihan
yang ditawarkan internet kepada penggunanya. Morris dan Ogan
dalam Zubaidi (2011) melihat komputer dan internet sebagai
bentuk media komunikasi baru yang memilki karakter dan
perbedaan dengan media konvensional.
6
Menurut (Wood & Smith, 2005) terdapat lima karakter yang
membedakan media baru dengan media konvensional pada umumnya.
Pertama, packet switcing. Packet switching adalah salah satu bagian
yang membedakan antara internet dengan media komunikasi yang
lain. Paket switching memberikan cara yang berbeda dalam
menyampaikan sebuah pesan. Dengan packet switching yang dimiliki
internet, data yang berupa teks, gambar maupun suara dapat
dikirimkan secara bersamaan, tanpa terkurangi sedikitpun.
Kedua, Multimedia. Salah satu karakteristik media
internet adalah multimedia. Pesan yang dikirimkan melalui
media internet dapat dikemas dalam berbagai bentuk multimedia,
baik suara, gambar maupun video. Kesemuanya dapat disajikan
secara bersamaan dan melalui beberapa channel.
Ketiga, Interactivity. Tidak semua media konvensional bersifat
interaktif, di mana komunikator dan komunikan bisa saling
berhubungan secara real time sebagaimana apabila keduanya
bertatap muka secara langsung. Dalam konteks media baru
sebagai sumber informasi, pengguna dapat menjadi producer dan
consumer dalam waktu yang bersamaan, di saat pengguna
mengkonsumsi sebuah berita, maka di saat yang sama pengguna
dapat memproduksi sebuah berita baik di halaman yang sama
maupun berbeda, maka muncul istilah procumer (producer dan
consumer).
Keempat, Synchronicity. Pertukaran pesan yang dilakukan
melalui media internet tidak hanya memindahkan pesan begitu
saja, tetapi dengan media internet, tidak ada lagi batasan
ruang dan waktu, semuanya dapat dilakukan kapan dan di mana
7
saja. Terdapat dua tipe komunikasi online. Synchronous communication,
di mana dua atau lebih pengguna komputer yang saling
berinteraksi dapat berinteraksi secara bersamaan. Berbeda
dengan Asynchromous Communication yang tidak mampu menghubungkan
pengguna satu dengan yang lain dalam waktu bersamaan.
Asynchronous Communication sangat bergantung ruang dan waktu.
Dalam tipe ini tidak akan terjadi pertukaran pesan secara
bersamaan dan real time apabila terjadi perbedaan waktu antara
pengguna satu dengan yang lain.
Kelima, Hypertextuality. Media internet menyajikan sesuatu
yang berbeda dengan media konvensional, baik segi
mengkonsumsinya maupun cara memproduksinya. Dalam memproduksi
sebuah pesan di media konvensional, diharuskan mengikuti
aturan-aturan pada umumnya. Apabila pesan berupa teks, maka
cara penulisannya pun harus berurutan dan mengikuti atuaran
penulisan yang baku. Dan akan berbeda lagi jika pesan tersebut
berupa sebuah halaman-halaman kertas, maka cara mengkonsumsi
dan memproduksinya pun harus berurutan dan sesuai dengan
urutan halaman yang ada. Hal tersebut berbeda dengan media
online yang menyajikan pola produksi dan konsumsi pesan yang
tidak sama dengan media konvensional. Pengguna media online
dibebaskan menentukan cara mengkonsumsi maupun memproduksi
pesan yang ada, sesuai dengan yang diharapkan penggunanya.
Kelima ciri media baru tersebut sudah menggambarkan
secara umum tentang media baru. Prinsip-prinsip media baru
yang menekankan pada optimalisasi pemanfaatan internet semakin
menarik untuk digunakan karena kemudahan aksesnya. Media baru
dengan mudah dapat dimanfaatkan di mana saja dan saat kapan
8
saja. Salah satu pemanfaatannya dapat dilihat juga dalam
praktik pelayanan publik yang dilakukan pemerintah. Beberapa
kota dan kabupaten di Indonesia secara proaktif sudah
memanfaatkan internet sebagai media pelayanan publik terutama
untuk menyampaikan keluhan. Maraknya penggunaan media baru
terutama media sosial memberikan ruang baru bagi masyarakat
untuk secara bebas memberikan kritik dan masukan kepada
masyarakat, termasuk menyampaikan keluhan atas pelayanan
publik.
Prinsip Complaint Handling Mechanism
Secara sederhana Complaint Handling Mechanism dapat diartikan
sebagai mekanisme penyampaian keluhan pelanggan terhadap
penyedia layanan, dalam hal ini pemerintah. Dalam penerapan
Complaint Handling Mechanism tentu diperlukan prinsip-prinsip
pelaksanaan. Menurut (World Bank, 2010), untuk mencapai
efektivitas dalam menerapkan Complaint Handling Mechanism paling
tidak perlu diperhatikan beberapa prinsip berikut:
1) Keadilan: Keluhan diperlakukan secara rahasia, dinilai
tidak memihak dan ditangani secara transparan.
2) Obyektifitas dan kemandirian: Complaint Handling Mechanism
beroperasi secara independen dari semua pihak yang
berkepentingan untuk menjamin adil, obyektif dan
perlakuan tidak memihak kepada masing-masing kasus
dugaan. Pejabat pengelola keluhan juga diberikan sarana
dan kekuatan yang memadai untuk menyelidiki keluhan
(misalnya saksi wawancara, catatan akses, dll).
9
3) Kesederhanaan dan aksesibilitas: Prosedur untuk
mengajukan keluhan dan mencari tindakan yang cukup
sederhana sehingga masyarakat dapat dengan mudah memahami
prosedur. Masyarakat diberikan berbagai pilihan kontak
termasuk, minimal, nomor telepon (sebaiknya bebas pulsa),
alamat email dan alamat pos. Complaint Handling Mechanism
dapat diakses oleh semua pemangku kepentingan, terlepas
dari seberapa jauh daerah mereka tinggal, apa bahasa yang
mereka gunakan dan tingkat pendidikan atau pendapatan.
Proses kompleks yang menciptakan kebingungan atau
kecemasan (misalnya hanya menerima keluhan pada formulir
standar resmi yang tampak atau melalui kotak pengaduan di
kantor-kantor pemerintah) perlu dihindari.
4) Responsivitas dan efisiensi: Complaint Handling Mechanism
perlu dirancang agar responsif terhadap kebutuhan semua
pengadu. Dengan demikian, para pejabat penanganan
pengaduan dilatih untuk mengambil tindakan yang efektif
dalam merespon dengan cepat keluhan dan saran.
5) Kecepatan dan proporsionalitas: Semua keluhan, sederhana
atau kompleks, perlu mendapat perhatian yang
berkelanjutan dan diselesaikan secepat mungkin. Tindakan
yang diambil pada keluhan atau saran harus cepat, tegas
dan konstruktif.
6) Partisipatif dan inklusi sosial: Berbagai macam pengguna
Complaint Handling Mechanism termasuk anggota masyarakat,
anggota kelompok rentan, masyarakat sipil dan media
didorong untuk membawa keluhan dan komentar untuk menjadi
perhatian otoritas pemberi layanan. Perhatian khusus
10
diberikan untuk memastikan bahwa orang-orang miskin dan
kelompok marjinal, termasuk mereka yang memiliki
kebutuhan khusus, dapat mengakses Complaint Handling
Mechanism (World Bank, 2010: 13).
Keenam prinsip tersebut dapat dijadikan acuan bagi
pemerintah dalam menjalankan mekansisme penyampaian keluhan.
Tentu, pemerintah perlu terlebih dahulu mengidentifikasi
masyarakat yang hendak menjadi target grup. Identifikasi
masyarakat dimaksudkan agar nantinya media yang dipilih untuk
menyampaikan keluhan benar-benar dapat digunakan secara
efektif dan optimal oleh masyarakat. Sehingga, wajar terjadi
apabila media penyampaian keluhan di daerah satu dengan daerah
lainnya berbeda, karena karakteristik masyarakat di masing-
masing daerah juga berbeda.
Elemen Sukses Penerapan Complaint Handling Mechanism
Selain menerapkan prinsip-prinsip Complaint Handling
Mechanism, pemerintah juga perlu memperhatikan elemen sukses
pendukung penerapan Complaint Handling Mechanism. Berikut ini
merupakan poin-poin elemen untuk menangani keluhan secara
efektif menurut Ombudsman Australia:
1) Budaya. Agen harus menghargai keluhan sebagai sarana
memperkuat pemerintahan mereka dan meningkatkan hubungan
mereka dengan masyarakat.
2) Prinsip. Sebuah sistem penanganan pengaduan yang efektif
harus dimodelkan pada prinsip-prinsip keadilan,
aksesibilitas, tanggap, efisiensi dan integrasi.
11
3) Orang. Staf penanganan pengaduan harus terampil dan
profesional.
4) Proses. Tujuh tahapan penanganan pengaduan: pengakuan,
penilaian, perencanaan, investigasi, respon, review, dan
pertimbangan masalah sistemik harus diuraikan secara
jelas.
5) Analisa. Informasi tentang keluhan harus diperiksa
sebagai bagian dari proses yang berkesinambungan sebagai
bahan review dan perbaikan organisasi (Ombudsman, 2009:
2)
Kelima elemen tersebut perlu dipenuhi untuk mencapai
sebuah mekanisme penanganan keluhan yang efektif. Sebuah
sistem penanganan pengaduan yang kuat dibangun pada semua lima
elemen. Sebuah sistem yang baik dikelola oleh staf ahli akan
kurang efektif jika budaya agen adalah antagonis terhadap
pengadu. Sebuah sistem yang rusak dapat menghambat kerja
lembaga berkomitmen dengan staf ahli. Staf yang tidak memiliki
keterampilan dan komitmen untuk menangani keluhan benar dapat
merusak sistem yang lain ideal. Oleh karena itu, kelima elemen
tersebut di atas harus terpenuhi semuanya.
Akun Twitter @RidwanKamil sebagai Media Penyampaian Keluhan
Walikota Bandung adalah salah satu pejabat publik yang
aktif dalam menggunakan media sosial twitter. Meskipun baru
dilantik sejak 2013, namun Ridwan Kamil sudah melakukan
beberapa gebrakan untuk Kota Bandung. Beberapa gebrakan
tersebut antara lain: naik sepeda ke kantor; memulai rapat
dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya; mewajibkan pejabat
12
mempunyai twitter; menghentikan rapat untuk menemui demonstran;
merombak ruang kerja; dan menyingikirkan gadget saat rapat
(Kabar Publik, 2013). Dari keenam gebrakan tersebut, satu
gebrakan yang paling unik adalah mewajibkan pejabat untuk
memiliki twitter.
Agar lebih cepat menyerap aspirasi masyarakat, Wali Kota
Bandung Ridwan Kamil meminta seluruh Satuan Kerja Perangkat
Dinas (SKPD) memiliki akun twitter. Ridwan Kamil memberi waktu
dua hari untuk pembuatan akun twitter di masing-masing instansi
Pemkot Bandung. Seluruh Dinas harus memiliki twitter untuk
menampung aspirasi dan memundahkan koordinasi juga komunikasi,
(Kabar Publik, 2013). Selain mewajibkan pejabat dan SKPD untuk
membuat akun twitter, Ridwan Kamil sendiri juga memiliki akun
twitter yang dapat dikatakan sangat aktif. Berikut ini merupakan
gambar deskripsi akun twitter dari Ridwan Kamil dengan nama akun
@RidwanKamil.
Gambar 1. Akun Twitter @RidwanKamil
Sumber: https://twitter.com/ridwankamil
13
Dengan menggunakan akun tersebut, Ridwan Kamil secara
aktif menyapa para netizen di dunia twitter. Selain memberikan
diseminasi informasi mengenai Kota Bandung, Ridwan Kamil
secara aktif juga memanfaatkan akun tersebut sebagai sarana
untuk menampung keluhan dari masyarakat Bandung. Berikut ini
merupakan beberapa gambaran mengenai tweet dan replies mengenai
penyampaian keluhan yang disuarakan oleh masyarakat Bandung.
Selain secara langsung menanggapi keluhan para masyarakat
pengguna twitter, Ridwan Kamil juga melakukan koordinasi dengan
berbagai SKPD melalui twitter untuk menanggapi permasalahan dan
keluhan yang muncul di tengah masyarakat yang disampaikan
melalui twitter. Salah satu contohnya pada saat Satpol PP
mengadakan penertiban reklame.
14
Melalui akun tersebut, Ridwan Kamil juga langsung
melakukan koordinasi dengan SKPD terkait untuk segera
menanggapi keluhan yang disuarakan oleh masyarakat. Dengan
pemanfaatan media baru, sebenarnya pemerintah akan lebih cepat
dan responsif dalam menanggapi keluhan dari masyarakat. Akan
tetapi, diperlukan kesadaran akan pentingnya penggunaan
teknologi dan media baru dari masing-masing pihak yakni
pemerintah dan masyarakat. Dalam artian, media baru tidak akan
efektif dijadikan sebagai media penyampaian keluhan apabila
kedua pihak tersebut tidak secara aktif memanfaatkan media
baru. Oleh karena itu diperlukan kontribusi dan kesadaran dari
masing-masing pihak.
Rangkuman
Inovasi Walikota Bandung dalam memanfaatkan media baru
sebagai sarana penyampaian keluhan merupakan suatu ide yang
menarik. Apabila biasanya pemerintah menampung keluhan
15
masyarakat melalui kotak saran, dan surat aduan, pemkot
Bandung sudah satu langkah di depan dibandingkan dengan
pemerintah daerah lainnya yang masih memanfaatkan media
konvensional untuk menampung keluhan masyarakat. Dengan
memanfaatkan media baru, sebenarnya pemerintah dapat dengan
lebih cepat dan responsif dalam menanggapi dan menangani
keluhan yang masuk dari masyarakat.
Masyarakat yang sudah tidak asing lagi dengan media baru
juga merupakan sebuah peluang bagi pemerintah untuk mulai
melirik pemanfaatan media baru sebagai sarana untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik. Rekomendasi yang
kemudian diajukan adalah, pemerintah yang sudah memiliki
masyarakat dengan akses yang tinggi terhadap teknologi dan
internet, sebaiknya juga memanfaatkan media-media baru sebagai
media untuk melayani masyarakat, pada khususnya menampung
keluhan masyarakat. Sebab, efisiensi dan efektivitas dapat
dicapai dengan memanfaatkan media baru. Sedangkan bagi
pemerintah yang masyarakatnya masih cukup awam dalam
memanfaatkan teknologi, maka sebaiknya media konvensional
tetap harus dilakukan guna mencapai optimalisasi penyerapan
keluhan dari masyarakat. Jadi, perlu dikenali terlebih dahulu
mengenai karakteristik masyarakat yang akan menjadi target
sasaran dari suatu kebijakan, agar kebijakan yang diambil
dapat berjalan dengan optimal.
16
Daftar Pustaka
Bendall-Lyon, Dawn and Powers, Thomas L. (2001). “The Role of
Complaint Management in the Service Recovery Process”,
Journal on Quality Improvement, Volume 27 (5): 278-286.
Dwiyanto, Agus. (2006). Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan
Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Kabar Publik. (2013). Nah, ini 6 Gebrakan Unik Walikota Bandung Ridwan
Kamil. Retrieved December 24, 2014 from
http://www.kabarpublik.com/2013/09/nah-ini-6-gebrakan-
unik-walikota-bandung-ridwan-kamil/
Ombudsman. (2009). Better Practice Guide to Complaint Handling. Retrieved
December 22, 2014 from
17
http://www.ombudsman.gov.au/docs/better-practice-
guides/onlineBetterPracticeGuide.pdf
Ratminto dan Winarsih, Atik S. (2010). Manajemen Pelayanan:
Pengembangan Model Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan
Standar Pelayanan Minimal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wood and Smith. (2005). Online Communication. London: LEA
Publisher. Halaman.41
World Bank. (2010). Feedback Matters - Designing Effective Complaints
Handling Mechanisms (Demand for Good Governance “How To” Learning
Note Series) Social Development Department. Retrieved December 22,
2014 from https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=
0CDAQFjAD&url=http%3A%2F%2Fsiteresources.worldbank.org
%2FEXTSOCIALDEVELOPMENT%2FResources
%2FCH_Systems_Final_04202010.docx&ei=3KmsVIbTJ8ySuASQ24G
wAw&usg=AFQjCNFfY3OfyuhPtIkyAeq6aWK5h7n4gg&sig2=km2Qq0bs
VgLHGGteedxflQ&bvm=bv.83134100,d.c2E
Zubaidi, Advan Navis. (2011). Ruang Publik dalam Media Baru
(www.kaskus.us). Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1 No. 2,
Oktober 2011. Retrieved December 23, 2014 from
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=
0CCIQFjAA&url=http%3A%2F%2Fjurnalilkom.uinsby.ac.id
%2Findex.php%2Fjurnalilkom%2Farticle%2Fview
%2F24%2F18&ei=e-
itVJKLJ8i2uASFmYDoDA&usg=AFQjCNG9Abhla_ew5zO9rC-
5SvEAyfvu5Q&sig2=vdMlBNJfbbKepYzDA83vhw