MBM CUSTOMER LOYALTY Final Project
-
Upload
universitaskristenpetra -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of MBM CUSTOMER LOYALTY Final Project
TUGAS MANAJEMEN BERBASIS PASAR
DAMPAK PELAYANAN TERHADAP KEPERCAYAAN
PELANGGAN DI SUPERMARKET
Oleh :
Marissa Angeliqna 32412207
Mozes Mainake 32412016
Laurentia Tirza 32412182
Stephen HW 32412084
Grandy Septian 32412125
Kevin Setiadi 32412118
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.4 BATASAN PENELITIAN
1.5 MANFAAT PENELITIAN
BAB II : ISI
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 LOYALITAS PELANGGAN
2.1.2 KEPUASAN PELANGGAN
2.1.3 KUALITAS PRODUK
2.1.4 KUALITAS LAYANAN
2.2 HUBUNGAN ANTAR VARIABEL
2.2.1 PENGARUH KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUASAN
PELANGGAN
2.2.2 PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN
PELANGGAN
2.2.3 PENGARUH KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP
LOYALITAS PELANGGAN
2.3 PENELITIAN TERDAHULU
2.3.1 HIPOTESIS
BAB III : METODE PENELITIAN
3.1 VARIABEL PENELITIAN
3.2 POPULASI DAN SAMPEL
3.3 METODE PENGUMPULAN DATA
3.4 JENIS DATA
3.5 KUESIONER
3.6 METODE PENELITIAN
BAB IV : HASIL PENELITIAN
4.1 FREQUENCIES
4.1.1 PELANGGAN SUPERMARKET
4.1.2 JENIS KELAMIN
4.1.3 USIA
4.1.4 PENDIDIKAN
4.1.5 PEKERJAAN
4.2 HASIL UJI REGRESI
4.3 HASIL UJI KORELASI
BAB V : KESIMPULAN
BAB VI : DAFTAR PUSTAKA
Kata Pengantar
Puji Syukur kami panjatkan kepadaTuhan Yesus Kristus.
Berkat kasih karunia dan berkatNya kami dapat menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh ibu SaarceElsyeHatane, S.E.Ak., MBA. ,
mengenai Kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan pada
Supermarket di Surabaya.
Kami menyadarisepenuhnyabahwa proposal yang kami
buattidaklahsempurnadanjauhdari kata kesempurnaan.Dengan berbagai
faktorminimnya pengetahuan serta pengalaman yang kami miliki .
Tetapi dengan dan berkat bantuan dari berbagai pihak yang kami
minta bantuan baik dari segi pengetahuan, pengalaman dan
informasi. Oleh karena itu kami mohon keterbukaan dan kesediaan
para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang sangat
berguna untuk perbaikan dan kesempurnaan dalam isi proposal ini.
Kami sangat mengharapkan semoga proposal ini dapat
memberikan manfaat dan pengetahuan lebih bagi kami para peneliti
serta para pembaca. Tak luput kami panjatkan lagi rasa Terima
Kasih terhadap Tuhan Yesus Kristus dan para rekan yang turut
membantu proses pembuatan proposal ini.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring menguatnya era globalisasi telah
terjadi perubahan besar dalam perkembangan pasar Indonesia.
Persaingan antar dunia usaha baik yang bergerak dalam sektor
industry dan jasa juga semakin ketat. Hal ini terlihat dari
adanya perubahan yang mendasar dari konsep pertokoan atau pasar
tradisional beralih ke konsep pertokoan atau pasar modern yang
ditunjukkan dengan menjamurnya pasar modern di beberapa wilayah
perkotaan di Indonesia. Maraknya perkembangan pasar ritel modern
di Indonesia, berdampak positif terhadap intensitas peningkatan
sektor ekonomi ritel di Indonesia. Perkembangan pasar ritel
modern tersebut semakin menjamur di berbagai sudut kota penjuru
tanah air Indonesia berbentuk Supermarket maupun toko- toko
modern. Hal ini menyebabkan persaingan perusahaan ritel tersebut
berinteraksi semakin ketat, didukung oleh kepemilikan modal yang
sangaat kuat guna meraih keunggulan di dalam memasuki pasar
kompetitif tersebut.
Saat ini terdapat sekitar 62 perusahaan ritel,
terdiri dari 2700 gerai yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia (www.forbes.magazine.co.id). Adanya pertumbuhan atas
keragaman pasar ritel berbentuk toko- toko modern ini seperti
halnya ; Alfa, Makro, Indo Grosir, Carrefour, Indomart, Giant
hypermart, dan lain- lain.Persaingan sengit juga terjadi antara
ritel tradisional dan ritel modern. Format bisnis ritel modern
dalam bentuk Supermarket adalah yang paling banyak berkembang
dimasyarakat dibandingkan dengan format bisnis ritel yang lain.
Supermarket atau pasar swalayan adalah
sebuah toko yang menjual segala kebutuhan sehari-hari. Barang
barang yang dijual di supermarket biasanya adalah barang barang
kebutuhan sehari hari. Seperti bahan makanan, minuman, dan barang
kebutuhan seperti tissue dan lain sebagainya. Kalau Supermarket
semua barang ada, dari kelontong, sepeda, TV dan camera,
furnitur, baju, ikan dan daging, buah2an, minuman, pokoknya serba
ada kebutuhan sehari-hari. Contohnya Giant Supermarket, Hero
Supermarket, Carrefour, Hypermart, Foodmart, Foodmart Gourmet,
Super Indo, dan lain-lain. (www.wikipedia.com)
Setiap supermarket pada intinya memiliki tujuan masing-
masing, yang pastinya memiliki tujuan memberikan pelayanan yang
berkualitas bagi para konsumen yaitu menciptakan rasa puas yang
tercemin dari perilaku mereka untuk memilih layanan yang kita
berikan dan atau mempengaruhi mereka untuk kembali lagi diwaktu
lain dan juga merekomendasikan kepada kolega dan keluarganya.
Fokus Supermarket di Indonesia :
1). Harga bervariasi sesuai daya beli pelanggan.
2). Alternatif atas pilihan produk yang beragam.
3). Mengutamakan kepuasan pelanggan.
Dalam pemasaran jasa, produk tak berwujud
dihadapkan pada tantangan, yaitu
bagaimana perusahaan dapat mencapai citra dan reputasi yang baik
dalam pasar. Dalam
menghadapi persaingan yang ketat pada sektor jasa, perusahaan
harus dapat menjalankan
konsep pemasaran yang tepat, bagaimana perusahaan dapat
memberikan pelayanan yang
berkualitas sesuai dengan harapan pelanggan atau bahkan melebihi
harapan pelanggan
sehingga dapat memberikan kepuasan.
Produk atau jasa yang bisa memuaskan adalah
produk atau jasa yang dapat
memberikan sesuatu yang dicari oleh konsumen sampai pada tingkat
cukup. Fakta
membuktikan bahwa tidak semua konsumen yang kecewa terhadap
keputusan pembelian
dengan senang hati menyampaikan keluhannnya. Artinya meski
konsumen tidak
menyampaikan keluhannya berarti bukan otomatis dianggap puas.
Oleh karena itu tingkat
kepuasan konsumen yang dibangun oleh setiap supermarket selalu
diperhatikan walaupun
ketidakpuasan itu masih sering terjadi. Dalam konteks teori
perilaku konsumen, kepuasan
lebih banyak didefinisikan dari perspektif pengalaman konsumen
setelah mengkonsumsi
atau menggunakan suatu produk atau jasa.
Menurut Tjiptono (2005:146) kepuasan merupakan
evaluasi purna beli dimana
alternative yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil
(outcome) sama atau
melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul
apabila hasil yang
diperoleh tidak memenuhi harapan. Kualitas pelayanan merupakan
masalah yang
berhubungan langsung dengan pelanggan, oleh karena itu kualitas
pelayanan yang baik
akan memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin
suatu ikatan yang
kuat dengan perusahaan. Penilaian atau pengukuran kualitas
pelayanan ini dapat dilakukan dengan menggunakan dimensi kualitas
pelayanan yang terdiri dari kinerja
Tangible (fasilitas fisik), Reliability (keandalan),
Responsiveness (cepat tanggap),
Secuurity (keamanan), Empaty (empaty).
1.2 Rumusan Masalah
- Apakah independent variable punya pengaruh yang cukup
besar pada kualitas kepuasan pelanggan?
- Apakah interfining variable berpengaruh positif pada
kualitas kepuasan pelanggan?
- Apakah kualitas kepuasan pelanggan mempengaruhi variable
dependent?
- Apakah variable interfining mempengaruhi variable
dependent?
1.3 Tujuan Penelitian
- Untuk mengetahui apakah variable independent punya
pengaruh yang cukup besar pada kualitas kepuasan pelanggan.
- Untuk mengetahui apakah variable interfining berpengaruh
positif kualitas kepuasan pelanggan.
- Untuk mengetahui apakah kualitas kepuasan pelanggan
mempengaruhi variable dependent.
- Untuk mengetahui apakah variable interfining
mempengaruhi variable dependent.
1.4 Batasan Penelitian
Penelitian ini kami lakukan pada
tahun 2014 berdasarkan data primer yang akan dilakukan dengan
menyebarkan sample kuisioner terhadap 5 Supermarket ternama
yang berada di wilayah Surabaya dengan menggunakan total 200
koresponden. Kuisioner dibuat bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang akurat dan guna menjawab seluruh penelitian ini
mengenai bagaimana tingkat kepuasan konsumen terhadap
Supermarket ternama yang berada di Surabaya dan faktor apa
saja yang dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan.
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, kami
berharap agar penelitian ini dapat berguna bagi para pembaca
dan juga bagi Supermarket ternama khususnya wilayah Surabaya
agar dapat mengetahui bagaimana tingkat kepuasan konsumen
terhadap Supermarket ternama yang berada di Surabaya dan
faktor apa saja yang dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan.
Dan juga kami berharap penelitian ini berguna khusus umumnya
dalam institusi pendidikan dan juga bagi kami sendiri para
peneliti untuk menyadari betapa pentingnya customer loyalty .
Bab II
ISI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Loyalitas Pelanggan
Sebagian besar toko ritel tidak menginginkan pelanggan datang ke
tokonya hanya sekali dan tidak kembali, tetapi selalu kembali
datang dan menjadi langganan.Peritel lebih menyukai tipe konsumen
yang terus datang kembali ke toko untuk berbelanja, dan dengan
demikian menjadi pelanggan (Peter dan Olson, 2000).Omar (dalam
Sawmong dan Omar, 2004) menyatakan bahwa, loyalitas pelanggan
pada sebuah toko merupakan satu- satunya faktor yang paling
penting atas kesuksesan strategi pemasaran dan kelangsungan hidup
toko yang bersangkutan.Loyalitas terhadap suatu toko merupakan
sesuatu hal yang menguntungkan bagi toko yang bersangkutan,
dimana loyalitas tersebut dibangun atas dasar pengalaman yang
menyenangkan yang dialami pelanggan disana (Raharjani, 2005).
Menurut Lovelock (dalam Iswari dan Suryandari, 2003), loyalitas
pelanggan adalah keinginan pelanggan untuk melanjutkan
berlangganan di suatu perusahaan dalam jangka panjang, membeli
barang dan jasa hanya dari satu tempat saja dan secara berulang-
ulang, serta secara sukarela merekomendasikan produk perusahaan
ke orang lain.
Zain (dalam Lestari, 2002) memandang loyalitas pelanggan sebagai
fungsi pengalaman masa lampau. Pertama kali masuk kedalam toko,
pelanggan akan mengamati secara seksama mulai dari karakteristik
pelayanan sebuah toko, produk yang ditawarkan hingga
karakteristik fisik sebuah toko mendapat perhatian dari
pelanggan. Bersamaan dengan pelanggan mengevaluasi toko yang
dimasukinya, apakah memuaskan dirinya ataukah tidak.Evaluasi yang
ada dalam diri pelanggan akhirnya membentuk citra toko tertentu
di benak pelanggan. Jika hasil evaluasinya memberikan citra
positif, maka pelanggan tersebut cenderung akan berbelanja
kembali ke toko tersebut.
Jika terjadi sebaliknya, maka konsumen akan mencari toko lain
yang dapat memberikan kepuasan pada dirinya dalam berbelanja.
Kepuasan yang dirasakan pelanggan menjadi dasar bagi terciptanya
pembelian ulang dan loyalitas pelanggan (Schnaars, dalam
Tjiptono, 1997).
2.1.2 Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan merupakan suatu tingkatan dimana kebutuhan,
keinginan dan harapan dari pelanggan dapat terpenuhi yang akan
mengakibatkan terjadinya pembelian ulang atau kesetiaan yang
berlanjut (Band, 1991 dalam Musanto, 2004). Kepuasan pelanggan
dapat didefinisikan sebagai respon efektif terhadap pengalaman
melakukan konsumsi yang spesifik atau suatu evaluasi kesesuaian
atau ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan
kinerja aktual produk setelah pemakaian (Oliver pada Birgelan et
al., 2000). Harapan itu sendiri, menurut Olson dan Dover pada
Spreng, Mackenzie dan Olshavsky (1996) dapat didefinisikan
sebagai kepercayaan seseorang terhadap kemampuan suatu produk
pada suatu waktu di masa yang akan datang. Harapan dapat dibagi
menjadi komponen, yaitu kemungkinan yang terjadi dan evaluasi
dari yang terjadi (Oliver pada Birgelen et al., 2000).
Harapan pelanggan melatarbelakangi mengapa dua organisasi pada
jenis bisnis yang sama dapat dinilai berbeda oleh pelanggannya.
Dalam konteks kepuasan pelanggan, umumnya harapan merupakan
perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan
diterimanya. Harapan sendiri terbentuk atau dipengaruhi oleh
pengalaman dari pembeli atau pelanggan, pernyataan atau informasi
dari sumber perusahaan seperti, misalnya dari iklan, media dan
teman, juga dari informasi pesaing dan janji perusahaan. Harapan-
harapan
pelanggan ini dari waktu ke waktu berkembang seiring dengan
semakin bertambahnya pengalaman pelanggan (Kotler, 1997).
Kepuasan pelanggan akan tercapai apabila harapan sesuai dengan
harapan yang diterima. Fornell et al. (1996) menyatakan bahwa
kepuasan pelanggan tinggi apabila nilai yang dirasakan melebihi
harapan pelanggan.Faktor yang paling penting untuk menciptakan
kepuasan pelanggan adalah kinerja dari agen yang biasanya
diartikan dengan kualitas dari agen tersebut (Mowen, 1995).
Semakin berkualitas produk dan jasa yang diberikan, maka kepuasan
yang dirasakan oleh pelanggan semakin tinggi.Bila kepuasan
pelanggan semakin tinggi, maka dapat menimbulkan keuntungan bagi
badan usaha tersebut. Demikian pula sebaliknya, jika tanpa ada
kepuasan, maka dapat mengakibatkan pelanggan pindah ke produk
lain (Kotler dan Armstrong, 1996).
Adanya kepuasan pelanggan akan memberikan beberapa manfaat antara
lain (Tjiptono, 2006):
1. Hubungan antara perusahaan dan para pelanggan menjadi
harmonis.
2. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang.
3. Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan.
4. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang
menguntungkan bagi perusahaan.
5. Reputasi perusahaan menjadi baik di mata pelanggan.
6. Laba yang diperoleh menjadi meningkat.
Menurut Tjiptono (1997), kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan
adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian
(disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan
kinerja aktual produk yang dirasakan bahwa pada persaingan yang
semakin ketat ini, semakin banyak perusahaan yang terlibat dalam
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen
2.1.3 Kualitas Produk
Produk adalah segala sesuatu yang memiliki nilai di pasar sasaran
(target market) dimana kemampuannya memberikan manfaat dan
kepuasan, yang termasuk hal ini adalah benda, jasa, organisasi,
tempat, orang dan ide (Cravens, 1998). Sedangkan Eka Ardianto
(1996) menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang
menawarkan kualitas, kinerja dan pelengkap inovasi yang terbaik.
Dalam hal ini, perusahaan berusaha menghasilkan produk yang
unggul dan terus menyempurnakannya. Perbaikan kualitas produk
akan mengurangi biaya dan meningkatkan keunggulan bersaing yang
bertahan lama (Cravens, 1998).
J. M. Juran (dalam Tjiptono, 1996) mendefinisikan kualitas
memiliki dua aspek utama, yaitu:
1. Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan.
Kualitas yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan
meningkatkan kepuasan pelanggan, membuat produk laku
terjual, dapat bersaing dengan pesaing, meningkatkan pangsa
pasar dan volume penjualan serta dapat dijual dengan harga
yang lebih tinggi.
2. Bebas dari kekurangan. Kualitas yang tinggi menyebabkan
perusahaan dapat mengurangi tingkat kesalahan, mengurangi
pengerjaan kembali dan pemborosan, mengurangi ketidakpuasan
pelanggan, mengurangi inspeksi, mengurangi waktu pengiriman
produk ke pasar, meningkatkan
hasil dan kapasitas, dan memperbaiki kinerja penyampaian produk
atau jasa.
Kualitas produk adalah keseluruhan gabungan karakteristik produk
dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan dan pemeliharaan
yang membuat produk dan jasa yang digunakan memenuhi harapan
pelanggan (Feigenbaum, 1992).
Kotler dan Armstrong (1996) mengemukakan bahwa kualitas produk
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kepuasan pelanggan
karena kualitas produk dapat dinilai dari kemampuan produk untuk
menciptakan kepuasan pelanggan.
Menurut Griffin (2002), ada beberapa tahap untuk mengelola
kualitas suatu produk, yaitu:
1. Perencanaan untuk kualitas.
Meliputi dua hal, yaitu kinerja kualitas, berkaitan dengan
keistimewaan kerja suatu produk dan keandalan kualitas,
berkaitan dengan konsistensi kualitas produk dari unit ke
unit.
2. Mengorganisasi untuk kualitas
Dalam memproduksi barang dan jasa yang berkualitas
memerlukan suatu usaha dari seluruh bagian dalam organisasi.
3. Pengarahan kualitas
Pengarahan kualitas berarti para manajer harus memotivasi
karyawan untuk mencapai tujuan kualitas.
4. Pengendalian kualitas
Dengan melakukan monitor atas produk dan jasa, suatu
perusahaan dapat mendeteksi kesalahan dan membuat
koreksinya.
Kualitas produk dapat dievaluasi dalam berbagai cara. Garvin
(1987 dalam Sparks dan Legault, 1993) mengevaluasi produk dalam
delapan dimensi kualitas, yaitu:
1. Kinerja (performance)
Merupakan karakteristik operasi pokok dari produk inti yang
dibeli. Kinerja disini merujuk pada karakter produk inti
yang meliputi merek, atribut-atribut yang dapat diukur dan
aspek-aspek kinerja individu.
2. Keistimewaan tambahan atau ciri-ciri (features)
Merupakan karakteristik sekunder atau pelengkap. Dapat
berbentuk poduk tambahan dari suatu produk inti yang dapat
menambah nilai suatu produk.
3. Keandalan (reliability)
Merupakan kemungkinan kecil akan mengalami keusakan atau
gagal dipergunakan. Dimensi ini berkaitan dengan timbulnya
kemungkinan suatu produk mengalami keadaan tidak berfungsi
pada suatu periode.
4. Kesesuaian (conformity)
Merupakan derajat karakteristik desain atau operasi yang
memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Conformity adalah kesesuaian produk dengan standar dalam
industrinya.
5. Daya tahan atau ketahanan (durability)
Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus
dipergunakan. Ukuran ketahanan suatu produk meliputi segi
ekonomis maupun teknis.
6. Kemampuan pelayanan (serviceability)
Merupakan kecepatan, kenyamanan, kompetensi, kemudahan untuk
diperbaiki dan penanganan keluhan yang memuaskan.
7. Estetika (aesthetics)
Merupakan daya tarik produk terhadap panca indera (dilihat,
diraba, dirasakan, didengar dan dicium).
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)
Merupakan image atau citra dan reputasi produk serta
tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
2.1.4 Kualitas Layanan
Definisi tentang kualitas layanan berasal dari perbandingan
antara harapan pelanggan tentang layanan yang hendaknya mereka
terima dengan layanan yang benar-benar telah mereka peroleh. Oleh
karena itu, kualitas layanan dapat diketahui dengan cara
membandingkan persepsi para pelanggan atas layanan yang nyata-
nyata mereka terima atau peroleh dengan layanan yang sesungguhnya
mereka harapkan atau inginkan (Parasuraman dkk., 1988). Jika
kenyataan lebih dari yang diharapkan, maka layanan dapat
dikatakan bermutu.Sedangkan jika kenyataan kurang dari yang
diharapkan, maka layanan dapat dikatakan kurang bermutu. Apabila
kenyataan sama dengan harapan maka layanan disebut memuaskan.
Oleh karena itu kualitas pelayanan sering diartikan sebagai
perbandingan antara pelayanan sebagaimana yang diharapkan dengan
persepsi kinerja aktual (Bloemer dkk,1999;p.1084).
Parasuraman dkk. (1988) mengartikan kualitas layanan sebagai
seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan para
pelanggan atas layanan yang mereka terima atau peroleh. Harapan
para pelanggan pada dasarnya sama dengan layanan seperti apakah
yang seharusnya diberikan oleh perusahaan kepada mereka. Harapan
para pelanggan
dapat berasal dari informasi yang disampaikan dari mulut ke
mulut, kebutuhan pribadi, pengalaman di masa lalu, dan komunikasi
eksternal (iklan dan berbagai bentuk promosi perusahaan lainnya).
Kualitas pelayanan merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan
pelanggan.Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan sesuai
dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dikatakan baik
dan memuaskan.Sebaliknya, apabila pelayanan yang diterima atau
dirasakan tidak sesuai (di bawah) dengan yang diharapkan, maka
kualitas pelayanan dikatakan buruk atau tidak memuaskan (Waldi &
Santosa, 1999,p.10).
Akan tetapi kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan
berakhir pada persepsi pelanggan.Ini berarti bahwa citra kualitas
yang baik tidak berdasarkan persepsi penyedia jasa, melainkan
berdasarkan persepsi pelanggan.Persepsi pelanggan terhadap
kualitas pelayanan merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan
suatu pelayanan. Kualitas pelayanan digambarkan sebagai suatu
pernyataan tentang sikap, hubungan yang dihasilkan dari
perbandingan antara ekspektasi dengan kinerja (Waldi &
Santosa,1999, p.10). Menurut Hutt & Spech (dalam Ellitan
2003,p.231) komponen kualitas pelayanan ada tiga yaitu;
1. Kualitas teknik, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas
output jasa yang diterima pelanggan. Kualitas teknik ini dapat
diperinci lagi menjadi tiga hal, yaitu;
a. Kualitas pencarian, yaitu kualitas yang dapat dievaluasi
pelanggan sebelum membeli
b. Kualitas pengalaman, yaitu kualitas yang hanya bisa dievaluasi
pelanggan setelah membeli atau mengkonsumsi jasa
c. Kualitas kepercayaan, kualitas yang sukar dievaluasi pelanggan
meskipun telah menggunakan jasa tersebut.
2. Kualitas fungsional, yaitu komponen yang berkaitan dengan
kualitas cara penyampaian jasa.
3. Citra korporat, yaitu profit, reputasi, citra umum, dan daya
tarik perusahaan.
Dimensi kualitas pelayanan sebenarnya telah dikembangkan
oleh para
peneliti terdahulu, seperti Stematis (dalam Ellitan 2003,p.233)
yang mengemukakan bahwa pada dasarnya kualitas pelayanan dapat
diukur enam dimensi, yaitu;
1. Fungsi (function): kineija primer yang dituntut dari suatu jasa
2. Karakteristik (features): kineija yang diharapkan
3. Kesesuaian (conformance): kepuasan yang didasarkan pada
pemenuhan
persyaratan yang telah ditetapkan
4. Keandalan (reliability): kepercayaan terhadap jasa dalam
kaitan waktu
5. Kemampuan pelayanan (service ability): kemampuan melakukan
perbaikan apabila terjadi kekeliruan
6. Estetika (aesthetics): pengalaman pelanggan yang berkaitan
dengan
perasaan dan panca indera
Gronroos (dalam Ellitan 2003,p.234) menilai kualitas
pelayanan
berhubungan dengan hasil (outcome related), dengan proses (process
related), dan dengan kesan (image related). Ketiga kriteria tersebut
masih dapat dijabarkan menjadi enam unsur, yaitu:
1. Profesionalisme dan ketrampilan
Pelanggan menyadari bahwa penyedia jasa (service provider),
karyawan, sistem operasional, dan sumber daya fisik,
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah pelanggan secara profesional. Kriteria
ini berhubungan dengan hasil.
2. Sikap dan Perilaku
Pelanggan merasa bahwa karyawan perusahaan (contact personel)
menaruh perhatian terhadap mereka dan berusaha membantu
dalam memecahkan masalah secara spontan dan senang hati.
Kriteria ini berhubungan dengan proses.
3. Mudah diakses dan fleksibel
Pelanggan merasa bahwa penyedia jasa, lokasi, jam kerja,
karyawan dan sistem operasionalnya dirancang dan
dioperasikan sedemikian rupa sehingga dapat melakukan akses
dengan mudah. Selain itu dirancang agar dapat lebih
fleksibel dalam menyesuaikan permintaan dan keinginan
pelanggan. Kriteria ini berhubungan dengan proses.
4. Keandalan dan sifat dapat dipercaya
Pelanggan bisa mempercayakan segala sesuatunya kepada
penyedia jasa beserta karyawan dan sistemnya. Kriteria ini
berhubungan dengan proses.
5. Menemukan kembali
Pelanggan menyadari bahwa bila ada kesalahan, sesuatu yang
tidak
diharapkan, maka penyedia jasa akan segera mengambil tindakan
untuk mengendalikan situasi dan mencari pemecahan yang tepat. 6.
Reputasi dan dapat dipercaya
Pelanggan meyakini bahwa operasi dari penyedia jasa dapat
dipercaya dan memberikan nilai atau imbalan yang sesuai dengan
pengorbanannya.
Namun beberapa konsep mengenai dimensi kualitas pelayanan yang
sering dipakai adalah yang berasal dari Parasuraman dkk. (1988)
yang menunjukkan bahwa kualitas pelayanan adalah suatu pengertian
yang multidimensi. Beberapa dimensi yang seringkali digunakan
oleh para peneliti adalah:
1. R e l i a b i l i t y ,yaitu kemampuan untuk memberikan
pelayanansebagaimana yang dijanjikan secara tepat. Hal ini
meliputi janji mengenai pelayanan yang baik, penanganan terhadap
keberatan yang tepat dan cepat serta penggunaan komunikasi pasca
pelayanan (misalnya, lewat kunjungan, kartu, surat, hubungan
telepon, e-mail)
2. Responssiveness, yaitu kemauan untuk membantu dan memberikan
pelayanan yang baik pada pelanggan. Yaitu sejauh mana aktifitas
pelayanan yang sudah diberikan atau dilakukan untuk memastikan
kepuasan pelanggan.Dimensi ini menekankan pada perilaku personil
yang memberi pelayanan untuk memperhatikan permintaan-permintaan,
pertanyaan dan keberatan-keberatan dari para pelanggan.Oleh
karena itu maka upaya yang termasuk di dalamnya terdiri dari
kebijakan- kebijakan misalnya; mempekerjakan karyawan untuk
lembur.
3. Assurance, yaitu dimensi kualitas pelayanan yang berfokus pada
kemampuan untuk melahirkan kepercayaan dan keyakinan pada diri
pelanggan. Yaitu pengetahuan dan keramahtamahan para karyawan
serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan
keyakinan.
4. Empathy, yaitu aspek yang menekankan pada perlakuan konsumen
sebagai individu. Salah satu contoh diantaranya adalah desain
pelayanan terhadap konsumen (pemberian perhatian seperti jika
melihat pelanggan kebingunagn mencari sebuah produk dengan ramah
para karyawan turut membantu ).
5. Tangibles, yaitu dimensi pelayanan yang berfokus pada elemen-
elemen yang merepresentasikan pelayanan secara fisik. Yaitu
sesuatu yang nampak, sesuatu yang oleh pelanggan dapat diraba,
dapat dicium, dapat dilihat serta dapat didengar. Oleh karena itu
yang termasuk dalam aspek ini adalah; fasilitas (misal:
arsitektur gedung kantor, warna, dekorasi, tempat parkir), lokasi
(berkenaan dengan jarak yang sulit dijangkau atau tidak),
peralatan (kandungan teknologi tinggi yang digunakan), personel
(bentuk kontak yang dilakukan oleh karyawan dengan pelanggan),
penampilan personel (misal: pakaian staf atau karyawan
perusahaan), fisik material (misalnya: iklan di surat kabar,
kartu bisnis, website), merek (simbol atau logo yang mudah
dikenali dan mudah diingat oleh pelanggan).
2.2 Hubungan Antar Variable
2.2.1. Pengaruh Kualitas Produk terhadap Kepuasan Pelanggan
Kualitas produk adalah keseluruhan gabungan karakteristik produk
dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan dan pemeliharaan
yang membuat produk dan jasa yang digunakan memenuhi harapan
pelanggan (Feigenbaum, 1992).Kotler dan Armstrong (1996)
mengemukakan bahwa kualitas produk mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan kepuasan pelanggan karena kualitas produk dapat
dinilai dari kemampuan produk untuk menciptakan kepuasan
pelanggan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Sururi dan Mudji Astuti
(2003) ditemukan bukti empiris bahwa kualitas produk berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan konsumen.selain itu juga pada
penelitian yang dilakukan oleh S. S Andaleeb dan Carolyn Conway
(2006) yang menyimpulkan bahwa kepuasan konsumen banyak
dipengaruhi oleh kualitas produk. Hal senada juga disimpulkan
pada penelitian yang dilakukan oleh Bagyo Mujiharjo (2006) bahwa
Keunggulan produk mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan
pelanggan.
2.2.2. Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pelanggan
Service atau layanan merupakan suatu kegiatan yang memiliki
beberapa unsur ketidakberwujudan (intangibility) yang berhubungan
dengannya, yang melibatkan beberapa interaksi dengan konsumen
atau dengan properti dalam kepemilikannya, dan tidak menghasilkan
transfer kepemilikan (Griselda dan Panjaitan, 2007). Layanan
adalah berbagai tindakan atau kinerja yang
ditawarkan suatu produk kepada orang lain yang pada dasarnya
tidak dapat dilihat dan tidak menghasilkan hak milik terhadap
sesuatu (Affif, 1994)
Kualitas layanan berhubungan erat dengan kepuasan (Statisfaction).
Dalam hal ini dimensi-dimensi kualitas jasa pada akhirnya akan
menentukan tingkat kepuasan para pelanggan. Oliver (1997)
mengatakan bahwa kualitas merupakan salah satu kunci diantara
faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan dalam kepuasan
pelanggan.Hal senada juga diungkapkan oleh Tjiptono (1995) bahwa
kualitas mempunyai hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan.
Produk jasa yang berkualitas mempunyai peranan penting dalam
membentuk kepuasan pelanggan.Kotler dan Amstrong (1996)
menyatakan bahwa semakin berkualitas produk dan jasa yang
diberikan, maka kepuasan yang dirasakan pelanggan juga semakin
tinggi.Pelanggan umumnya mengharapkan produk atau jasa yang
dikonsumsi dapat diterima dan dinikmati dengan pelayanan yang
baik dan memuaskan. Dengan perkataan lain, pelanggan menginginkan
kualitas layanan yang diberikan baik dan memuaskan. Hal ini
mengharuskan perusahaan untuk memperhatikan kualitas dari layanan
(service) dan pelayanan yang diberikan oleh perusahaannya.
Pelanggan menilai mutu atau kualitas umumnya setelah pelanggan
tersebut menerima jasa atau pelayanan itu dari perusahaan
tertentu.Mereka menilai kualitas layanan atau pelayanan yang
mereka terima dengan harapan mereka atas jasa atau pelayanan
tersebut. Kunci keberhasilan perusahaan dalam menjaga atau
meningkatkan kualitas layanan dalam pelayanan pemberian jasa
(layanan) yang dihasilkannya adalah manusia atau orang yang
menghasilkan dan menyampaikan layanan tersebut, lingkungan fisik
dimana layanan tersebut diproses, dan proses pemberian layanan
itu sendiri (Assauri, 2003)
Menurut Zeithaml dkk (dalam Sivadas & Baker-Prewitt
2000;p.74).sebenarnya hubungan antara pelanggan dengan perusahaan
akan semakin kuat manakala pelanggan memiliki penilaian baik
terhadap kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan dan
sebaliknya semakin lemah manakala konsumen atau pelanggan
memiliki penilaian negatif terhadap kualitas pelayanan yang
diberikan perusahaan. Mereka berpendapat bahwa penilaian yang
baik akan menimbulkan kehendak untuk berbuat baik, seperti
pernyataan lebih memilih/preferensi terhadap suatu perusahaan
(yang memberi pelayanan yang baik) dibanding dengan perusahaan
lain (yang tidak memberi pelayanan yang baik).
Menurut Parasuraman dkk. (1988), lima dimensi pokok yang
berkaitan dengan kualitas jasa, yaitu bukti langsung, keandalan,
daya tanggap, jaminan, dan empati. Kemudian kelima dimensi ini
dijabarkan dalam atribut yang totalnya berjumlah 22 atribut.
Penting bagi suatu perusahaan untuk mengetahui seberapa jauh
aspek bukti langsung yang paling tepat, yaitu masih memberikan
kesan yang positif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan,
tetapi tidak menyebabkan harapan pelanggan yang terlalu tinggi.
Atributnya adalah fasilitas fisik, peralatan, penampilan
karyawan, dan materi promosi.Dibandingkan dengan empat dimensi
lainnya, dimensi keandalan sering dipersepsikan paling penting
bagi pelanggan dan berbagai industri jasa.Atributnya adalah
penanganan data pesanan pelanggan, penyediaan pelayanan sesuai
perjanjian, pelayanan yang tepat pertama kali, penanganan masalah
konsumen, dan penyedia pelayanan tepat waktu.
Daya tanggap adalah dimensi kualitas pelayanan yang paling
dinamis.Pelayanan yang tanggap juga dipengaruhi oleh sikap
karyawan yang langsung berhubungan dengan pelanggan.Salah satunya
adalah kesigapan dan ketulusan dalam menjawab pertanyaan atau
permintaan pelanggan.Kepuasan pelanggan dalam hal ini sering
ditentukan melalui pelayanan melalui telepon.Atributnya adalah
siap sedia menanggapi pertanyaan pelanggan, pelayanan konsumen,
penyampaian informasi saat pelayanan, dan kemauan untuk membantu
pelanggan.
Jaminan adalah dimensi kualitas yang berhubungan dengan kemampuan
perusahaan dan perilaku karyawan yang berhubungan langsung dengan
pelanggan dalam menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada para
pelanggan. Atributnya adalah keramahan, kompetensi, reputasi, dan
kejujuran
Empati merupakan ketetapan mempedulikan serta perhatian secara
pribadi ke pelanggan.Empati meliputi kemudahan dalam melakukan
hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami
kebutuhan pelanggan. Atributnya adalah jam kerja, perhatian dalam
pelayanan, menjadikan pelanggan tertarik kepada perusahaan,
perhatian pribadi kepada pelanggan, dan memahami kebutuhan
pelanggan.
Indikasi pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan
dan loyalitas sebenarnya juga ada dalam kesimpulan yang diperoleh
dari penelitian yang dilakukan oleh Bloemer dkk (1998) terhadap
nasabah bank juga menunjukkan bahwa persepsi kualitas pelayanan
bank memiliki dampak yang signifikan pada loyalitas nasabah
terhadap bank yang bersangkutan.
Dalam studinya mengenai pelanggan di Swedia (Fornell, 1992)
membuktikan bahwa terdapat hubungan antar kualitas yang dirasakan
dengan
kepuasan. Cronin dan Taylor (1992) menemukan adanya hubungan
kausal yang kuat dan positif antara kualitas layanan keseluruhan
dengan kepuasan. Zeithmal at al (1992) mendefenisikan kualitas
layanan sebagai suatu bentuk sikap yang berkaitan tetapi tidak
sama dengan kepuasan. Secara garis besar dari sejumlah studi yang
dapat disimpulkan adalah bahwa kualitas layanan berkaitan dan
menentukan kepuasan pelanggan (Anderson, 1994).
Perusahaan harus mewujudkan kualitas yang sesuai dengan syarat-
syarat yang dituntut oleh pelanggan. Dengan kata lain, kualitas
adalah kiat secara konsisien dan efisien untuk memberi pelanggan
apa yang diinginkan. Llosa (1998) menyatakan bahwa kualitas
layanan adalah instrumen yang digunakan oleh pelanggan untuk
menilai pelayanan atau service yang diberikan oleh perusahaan.
Shemwell at al (1998) menyatakan bahwa kualitas layanan merupakan
suatu proses kognitif dan evaluatif terhadap suatu obyek.
2.2.3. Pengaruh Kepuasan Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan
Pada dasarnya, kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan atas produk
akan berpengaruh pada pola perilaku selanjutnya. Apabila
pelanggan merasa puas, maka dia akan menunjukkan besarnya
kemungkinan untuk membeli kembali produk yang sama. Pelanggan
yang puas juga cenderung akan memberikan referensi yang baik
terhadap produk kepada orang lain.
Bowen dan Chen (2001) dalam Nurkholis (2004) menyatakan bahwa
kepuasan pelanggan berhubungan erat dengan loyalitas pelanggan,
dimana pelanggan yang terpuaskan akan menjadi pelanggan yang
loyal. Kemudian pelanggan yang loyal tersebut akan menjadi tenaga
pemasaran yang dahsyat bagi perusahaan dengan memberikan
rekomendasi dan informasi positif kepada calon pelanggan lain.
Loyalitas berarti kemampuan perusahaan memposisikan produknya di
benak pelanggan, dimana perusahaan menganggap pelanggan sebagai
mitranya dengan cara memantapkan keyakinan pelanggan, selalu
berinteraksi, bila perlu mengembangkan, demi kemajuan bersama
(Kartajaya, 1999). Sedangkan yang dimaksud dengan pelanggan yang
loyal atau setia adalah seseorang yang melakukan penggunaan ulang
dari perusahaan yang sama, memberitahukan ke pelanggan yang lain
yang potensial, dari mulut ke mulut, dan menjadi penangkal
serangan dari pesaingnya (Evan dan Laskin, 1994). Sehingga
dapatlah dikatakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan sangatlah
ditentukan oleh loyalitas pelanggannya.
2.3. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan saat ini, selain menunjuk pada
literatur-literatur yang ada, kami juga mengambil dari beberapa
penelitian-penelitian sejenis yang sebelumnya telah dilakukan, di
antaranya :
Nama Judul Metode HasilMohammad
Taleghani,
Shahram
Gilaninia,
Seyyed Javad
Mousavian
(2011)
The Role of
Relationship
Marketing in
Customer
Orientation Process
in the Banking
Industry with focus
on Loyalty
(Case Study:
Banking Industry of
Iran).
Regresi Hasil menunjukkan
hubungan pemasaran
berfokus terhadap
pelanggan dengan
peningkatan
keuntungan melalui
pengurangan resiko,
dan meningkatkan
hubungan komunikasi.
Abbas Rezaei,
Rozita Khajei
(2011)
The Impact of
Relationship
Marketing Tactics
on Customer
Loyalty:
The Mediation Role
of Relationship
Quality.
Korelasi Hasil menunjukkan
pentingnya potensi
mempertahankan
pelanggan dan
membangun hubungan
yang baik dengan
mereka guna
menciptakan
loyalitas pelanggan.Adam
Lindgreen,
Eindhoven
Gurvinder
Customer
Relationship
Management
Programmes and
Regresi Hasil ini
menunjukkan
pengembangan guna
untuk mengukur
Singh
Shergill
(2003)
Their Impact on the
Financial
Performance of
Businesses:
A Proposed Model.
sejauh mana program
Customer
Relationship
Management di
gunakan oleh
perusahaan dan dapat
menunjukkan
perusahaan masuk
dalam kategori
rendah, menengah,
atau tinggi.Stephen F.
King , Thomas
F. Burgess
(2008)
Understanding
Success and Failure
in Customer
Relationship
Management.
Regresi Customer
Relationship
Management ini
tentang bagaimana
kita beriteraksi
dengan pelanggan dan
mengetahui apa yang
dibutuhkan oleh
pelanggan dalam
memberikan lebih
banyak produk dan
layanan.Kunal Gaurav,
Kaleem
Mohammad Khan
Impact of
Relationship
Marketing And
Regresi Hasil menunjukkan
bahwa image,
kualitas layanan
(2013) Perceived Service
Quality On Customer
Loyalty: An Agenda
For Inquiry.
yang di rasakan dan
kepuasan secara
signifikan
mempengaruhi
loyalitas pelanggan.
2.3.1 Hipotesis
Berdasarkan uraian tersebut, maka dengan demikian dapat ditarik
suatu hipotesis sebagai berikut:
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam landasan teori,
hipotesis yang digunakan dalam penelitian
ini :
H1: Semakin tinggi reliability (keandalan) maka semakin tinggi
kepercayaan pelanggan
H2: Semakin tinggi responsiveness ( daya tanggap) maka semakin
tinggi kepercayaan pelanggan
H3: semakin tinggi assurance ( jaminan) maka semakin tinggi
kepercayaan pelanggan
H4:Semakin tinggi emphaty (empati) semakin tinggi kepercayaan
pelanggan
H5: semakin tinggi tangibles (bukti langsung) maka semakin tinggi
kepercayaan pelanggan
H6: Semakin tinggi emotional satisfication (kepuasan pelanggan)
maka semakin tinggi kepercayaan pelanggan
H7: Semakin tinggi image (citra) maka
semakin tinggi pengaruh pada kepercayaan
pelanggan
H8 : Semakin tinggi recommended
(rekomendasi) maka semaking tinggi pengaruh pada kepercayaan
pelanggan
CUSTOMERLOYALTY
TANGIBLE
RELIABILITY EMOTIONALSATISFACTIO
RECOMMEND
“Kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan supermarket. “
dengan ketentuan :
Ho :ρ <= 0, kepuasan pelanggan tidak berpengaruh positif terhadap
loyalitas pelanggan supermarket
Ho :ρ <= 0, kepuasan pelanggan tidak berpengaruh positif terhadap
loyalitas pelanggan supermarket
EMPHATY
ASSURANCE RESPONSIVE
IMAGE
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian
Variabel bebas: Variabel independent (bebas)/Predictor
(Peramal) adalah variabel
yang dipergunakan untuk memperkirakan dimana dalam proses
penelitian ini terdapat dimensi kualitas produkdalam hal ini
kinerja supermarket merupakan variabel bebas yang terkait
dalam penelitian .
Variabel terikat: Variabel dependent (terikat) / Variabel
tidak bebas adalah variabel yang nilainya akan
diperkirakandan kepuasan konsumen merupakanvariabel terikat
atau variabel tak bebas.
variabel penelitiannya adalah sebagai berikut:
Variable
penelitian
Definisi Indicator Pengukuran
Reliability Setiap tindakan
yang dilakukan
olehsupermarket
kepada
pelanggannya/cu
stomer
1.
supermarket
selalu
menepati
janji jika
memiliki
tawaran
Diukur
dengan
menggunakan
skala
likert
yakni : 1 =
sangat
menarik untuk
diinfokan
kepada
customer
2.
Supermarket
selalu
menunjukkan
upaya dan
niat untuk
membantu
jikalau ada
kesalahn
teknis yang
merugikan
customer
( salah input
harga dll )
3. kemudahan
memeproleh
informasi
melalu para
staf
supermarket
baik dari
satpam,
tidak puas,
2 = tidak
puas, 3 =
cukup puas,
4 =
puas, 5 =
sangat
puas.
cs,karyawan
serta manager
Responsivene
ss
Ketepatan,
kecepatan dalam
merespon
customer
supermarket
1. Staff akan
berperilaku
jujur dan apa
adanya
terhadap
customer
2. Staff
karyawan akan
menawarkan
bantuan
jikalau
pelanggan
membutuhkan
dan
memberikan
layanan
3.
kecepatan ,ta
ngkas dan
tanggap dalam
melayani
transaksi
Diukur
dengan
menggunakan
skala
likert
yakni : 1 =
sangat
tidak puas,
2 = tidak
puas, 3 =
cukup puas,
4 =
puas, 5 =
sangat
puas.
dengan
pelanggan
4. staff
cepat dan
tangkas
mengahadpi
maslah atau
kesalahpahama
n pada
pelanggan
5. staff
sabar dan
cepat
merespon
untuk
menjelaskan
apa yang
pelanggan
tidak pahami
( seerti
undian
berhadiah
ketentuan apa
yang harus
dipenuhi
pelanggan ) Assurance Respon yang
diberikan
kepada
pelanggan agar
merka
merasa
aman,yakin dan
percaya
terhadap
supermarket ini
1. para staff
karyawan
tampil
percaya diri
dihadapan
para
pelanggan /
customer
2. karyawan
sangat
berkompeten
dalam
melayani dan
menghadapi
pelanggan
3. pelanggan
merasa aman
bertransaksi
di
supermarket
ini (banyak
kasus dan
Diukur
dengan
menggunakan
skala
likert
yakni : 1 =
sangat
tidak puas,
2 = tidak
puas, 3 =
cukup puas,
4 =
puas, 5 =
sangat
puas.
kejadian
kasir
supermarket
melakukan
kecurangan
dengan
mencatat
nomor digi
angka karti
kredit untuk
dgunakan demi
kepentingan
diri
sendiri )Emphaty Para staff akan
memerikan
kemudahan bagi
para pelanggan
dalam
bertransaksi
serta
memberikan rasa
nyaman untuk
berbelanja dan
lengkapnya
fasilitas dan
1.
supermarket
memeberikan
perhatian
secara
individu per
pelanggan
( selalu
menginformasi
jika ada
promo yang
menguntungkan
Diukur
dengan
menggunakan
skala
likert
yakni : 1 =
sangat
tidak puas,
2 = tidak
puas, 3 =
cukup puas,
4 =
produk yang
dijual.
)
2.
Supermarket
memiliki jam
operasional
yang nyaman
bagi para
pelanggan
3.
supermarket
melayani
dengan hati
4. kemampuan
para staff
berkomunikasi
dan melayani
pelanggan
dengan baik
puas, 5 =
sangat
puas.
Tangible Teknologi,
fasilitas dan
penampilan
pelayanan yang
diberikan.
1.Kemudahan
lokasi
supermarket
mudah
dijangkau
Diukur
dengan
menggunakan
skala
likert
2.
tersedianya
layanan dan
fasilitas CC
yang
memudahkan
pelanggan dan
sekaligus
menarik guna
mengumpulkan
poin2 dari
bank tersebut
3.
tersedianya
mesin barcode
yang
memudahkan
pelanggan
untuk
mengetahui
harga barang
yakni : 1 =
sangat
tidak puas,
2 = tidak
puas, 3 =
cukup puas,
4 =
puas, 5 =
sangat
puas.
Emotional
satisfaction
Perasaaan 1.
Bertransaksi
Diukur
pelanggan saat
melakukan
transaksi di
supermarket
di
supermarket
ini sangat
menyenangkan.
2.
Bertransaksi
di
supermarket
ini sangat
memuaskan.
dengan
menggunakan
skala
likert
yakni : 1 =
sangat
tidak puas,
2 = tidak
puas, 3 =
cukup puas,
4 =
puas, 5 =
sangat
puas.Image Kesan pelanggan
yang didapatkan
di supermarket
1. Saya
selalu
memiliki
kesan yang
baik tentang
supermarket
ini.
2.
supermarketin
i memiliki
image yang
lebih baik
Diukur
dengan
menggunakan
skala
likert
yakni : 1 =
sangat
tidak puas,
2 = tidak
puas, 3 =
cukup puas,
4 =
dari
pesaingnya.
3. Secara
keseluruhan
supermarket
ini selalu
memberikan
kesan yang
baik di mata
seluruh
nasabah.
puas, 5 =
sangat
puas.
Recommendati
on
Supermarket
ini merupakan
supermarket
pilihan
pelanggan dan
akan
merekomendasika
n kepada orang
di sekitarnya.
1. Saya akan
merekomendasi
kan
supermarket
ini kepada
semua.
Diukur
dengan
menggunakan
skala
likert
yakni : 1 =
sangat
tidak puas,
2 = tidak
puas, 3 =
cukup puas,
4 =
puas, 5 =
sangat
puas.
Dapat kita simpulkan ,variabel bebas adalah fasilitas yang
diberikan supermarket ,yang dipilih diantaranya adalah tangibel
yang memuat indikator sebagai berikut:
- Terdapat fasilitas fisik ( lokasi ) dapat diakses dengan
mudah.
- supermarket memiliki peralatan yang canggih ( mesin
barcode , transaksi dengan kartu kredit ,adanya mesin ATM )
- Kerapihan dan kebersihan karyawan dalam berpakaian.
Indikasi untuk menghitung variable bebas dapat digunakan dengan
cara :
- Measurement variable yang datanya kita bisa peroleh
dari instrument suvey ( image, emotional satisfication
,loyalty,recommendation )
- Construct variable yang merupakan bentukan dari sebuah
indikator-indikator .yang termasuk contoh dalam hal ini
adalah ( emphaty , assurance dan reliability )
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang
memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang
memebntuk masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi
dalam penelitian ni adalah para pelanggan supermarket yang
khususnya memiliki semacam kartu anggota .mengingat
identitas populasi sudah diketahui tetapi jumlahnya secara
pasti tidak diketahui dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada di populasi, misalnya keterbatasan dana,waktu
dan juga tenaga maka peneliti akan menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu. Mengingat jumlah populasi yang
diketahui tidak pasti ,maka dalam penelitian ini kami
mengguna metode Quota Sampling yaitu metode memilih sample
yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau quota
yang diinginkan. Adaupun sampelnya yaitu para pelanggan
supermarket ( terdapat 5 supermarket pilihan kami ).
Kriteria sampel merupakan pelanggan tetap dengan mempunyai
kartu member card dari tiap-tiap supermarket. Yang kita
yakini memberikan member pada anggota tercintanya.jumlah
responden sebanyak 200 , dengan mempertimbangkan jumlah
tersebut dirasa sudah cukup memenuhi tingkat representative
dari populasi karena penyebaran kiisioner dilakukan secara
merata dan hasilnya juga sesuai .
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan dengan melakukan penyebaran
kuisioner .kuisioner merupakan sebuah teknik dimana
pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan tertulis kepada para responden untuk
dijawab . kuisioner penelitian ini diberikan kepada individu
pengguna jasa supermarket .setiap responden diminta untuk
mengisi kuisioner dan langsung mengembalikannya kepada
peneliti .metode pengolahan data yang kami pakai yaitu
scoring pemerian angka pada setiap jawaban pertanyaan.
Pengukuran data kuisioner ini menggunakan pengukuran Skala
Likert :
1. Sangat Tidak Puas
2. Tidak Puas
3. Netral
4. Puas
5. Sangat Puas
3.4 Jenis Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini : data primer
yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya
tanpa lewat perantara. Tanggapannya adalah mengenali
kepuasan dan loyalitas pelanggan supermarket.
3.5 Kuesioner
KUESIONER KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP SUPERMARKETKami selaku mahasiswa Universitas Kristen Petra sedang
melakukan sebuah penelitian tentang kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan pada Ranch Market, Surabaya. Melalui ini kami mengaharapkan bantuan serta kerjasama anda untuk mengisi kuesioner ini. Bantuan ini sangat berharga dalam proses pengumpulan data untuk tugas Mata Kuliah Manajemen Berbasis Pasaryang diajarkan oleh ibu Saarce Elsye Hatane, S.E.Ak., MBA., Kami sangat mengharapkan anda mengisi secara lengkap. Atas kerjasamanya, kami ucapkan banyak terima kasih. Berapa kali anda telah mengunjungi Ranch Market, Surabaya ?
( ) 1 kali ( ) Lebih dari 1 kali Jenis Kelamin :( ) Pria ( ) Wanita Usia :( ) 17-21 tahun ( ) 21-25 tahun ( ) 25-30 tahun ( ) > 30 tahun Pendidikan :( ) SMA ( ) Sedang menempuh S1 ( ) S1 ( ) Lebih dari S1 Pekerjaan :( ) Siswa-Mahasiswa ( ) Bekerja ( ) Tidak bekerja Keterangan jawaban meliputi : Indikator kualitas pelayanan(1) Sangat Tidak Setuju(2) Tidak Setuju(3) Netral(4) Setuju(5) Sangat Setuju Indikator kepuasan emosional(1) Sangat Tidak Menyenangkan(2) Tidak Menyenangkan(3) Netral
(4) Menyenangkan(5) Sangat Menyenangkan
No Indikator 1 2 3 4 5Kualitas Pelayanan ( Reliability )
1.
Supermarket mengirimkan informasi produk atau layanan pada pelanggan pada waktu tertentu.
2.Karyawan menunjukkan rasa hormat kepada pelanggan.
3.
Supermarket memiliki standar yang jelas untukmelakukan kontak dengan pelanggan.
4.Supermarket mampu mengatasi keluhan dari pelanggan.
5.Supermarket berusaha keras untuk mengerti kebutuhan pelanggan.
Responsiveness
6.
Supermarket menunjukkan perhatian yang sepenuh hati dalam menyelesaikanmasalah secara tepat waktu.
7.
Supermarket selalu mencari solusi harga yang paling terjangkau untuk pelanggan.
8. Supermarket akan mencarikan pelayanan yang terbaik untuk
pelanggan.
9.Karyawan memberikan perhatian sepenuh hati kepada pelanggan.
10.
Karyawan mempunyai integritas yang tinggi.
Assurance
11.
Supermarket handal dalammemberikan layanan yang unik.
12.
Supermarket sering berkomunikasi dengan pelanggan.
13.
Supermarket dapat dipercaya oleh pelanggan
14.
Informasi yang diberikandapat membantu dalam pemberiaan harga yang lebih baik
15.
Karyawan bekerja secara profesional.
Emphaty
16.
Supermarket sepenuhnya memenuhi ekspektasi pelanggan.
17.
Supermarket memiliki komitmen dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan.
Tangible
18.
Tersedia fasilitas dan pelayanan pembayaran menggunakan kartu kredityang memudahkan anda saat berbelanja.
19.
Supermarket selalu menjaga hubungan yang baik dengan pelanggan
(memberikan undian berhadiah, voucher belanja, dll).
20.
Supermarket sering menyelengarakan program hubungan dengan masyarakat.
21Para karyawan berkomunikasi dengan ramah.
Kepuasan Emosional
22.
Bertransaksi di Supermarket ini sangat menyenangkan.
23.
Saya puas dengan segala pelayanan yang di berikan oleh Supermarketini.
24.
Saya selalu merasa gembira ketika akan bertransaksi di Supermarket ini.
Citra25.
Supermarket mempunyai reputasi yang bagus.
Rekomendasi
26.
Saya akan merekomendasikan Supermarket ini kepada semua teman dan keluarga.
27.
Supermarket ini akan selalu menjadi pilihan utama saya untuk berbelanja.
3.5 Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode Kualitatif dimana
penelitian ini bermaksud untuk mengetahui sejauh mana tingkat
kepuasan para responden kita . Instrument kuisioner kita
mengenai factor yang mempegaruhi kulitas dan pelayanan terhadap
pelanggan supermarket.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Frequencies
Fungsi utama dari menu Frequencies adalah memberi gambaran
secara ringkas (first look) dari data yang dikumpulkan. Menu
Frequencies dapat digunakan untuk mendapatkan ciri data yang
penting dan praktis.
StatisticsSupermar
ket Gender UsiaPendidik
anPekerja
anN Valid 201 201 201 201 201
Missing 0 0 0 0 0
Pada tabel statistics terdapat valid = 201 dan missing = 0 di masing - masing kolom yang berarti jumlah responden sebanyak 201 dan tidak ada yang hilang.
4.1.1 Pelanggan Supermarket
SupermarketFrequen
cyPercen
tValid
PercentCumulative Percent
Valid
Carrefour 54 26.9 26.9 26.9Ranch Market 45 22.4 22.4 49.3
Hero 33 16.4 16.4 65.7Papaya 32 15.9 15.9 81.6Hypermart 37 18.4 18.4 100.0Total 201 100.0 100.0
Pada tabel pelanggan supermarket memiliki valid = 201 dan missing
= 0, yang berarti jumlah responden sebanyak 201 dan tidak ada
yang hilang. Frequency masing - masing supermarket dapat
dilihat pada tabel.
4.1.2 Jenis Kelamin
GenderFrequen
cyPercen
tValid
PercentCumulative Percent
Valid
PRIA 104 51.7 51.7 51.7WANITA 97 48.3 48.3 100.0Total 201 100.0 100.0
Pada tabel jenis kelamin dapat dilihat jumlah responden sebanyak
201 yang terdiri dari pria = 104 (51,7%) dan wanita = 97 (48,3%).
4.1.3 Usia
UsiaFrequen
cyPercen
tValid
PercentCumulative Percent
Valid
17 - 21 tahun 73 36.3 36.3 36.3
21 - 25 tahun 44 21.9 21.9 58.2
25 - 30 tahun 32 15.9 15.9 74.1
> 30 tahun 52 25.9 25.9 100.0
Total 201 100.0 100.0
Pada tabel usia terdapat jumlah responden sebanyak 201 yang terdiri dari usia 17 – 21 = 73 (36,3%), 21 – 25 = 44 (21,9%), 25 – 30 = 32 (15,9%), >30 = 52 (25,9%).
4.1.4 Pendidikan
PendidikanFrequen
cyPercen
tValid
PercentCumulative Percent
Valid
SMA 49 24.4 24.4 24.4Sedang menempuh S1 68 33.8 33.8 58.2
S1 66 32.8 32.8 91.0Lebih dari S1 18 9.0 9.0 100.0Total 201 100.0 100.0
Pada tabel pendidikan terdapa jumlah responden sebanyak 201 yang terdiri dari pelajar SMA = 49 (24,4%), pelajar S1 = 68 (33,8%), lulusan S1 = 66 (32,8%), lebihdari S1 = 18 (9%).4.1.5 Pekerjaan
PekerjaanFrequen
cyPercen
tValid
PercentCumulative Percent
Valid
Siswa - Mahasiswa 92 45.8 45.8 45.8
Bekerja 91 45.3 45.3 91.0Tidak Bekerja 18 9.0 9.0 100.0
Total 201 100.0 100.0
Pada tabe lpekerjaan terdapat jumlah responden sebanyak 201 yang terdiri dari siswa – mahasiswa = 92 (45,8%), bekerja = 91 (45,3%), tidak bekerja = 18 (9%).
4.2 Hasil Uji Regression
Variables Entered/Removedb
Model
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
1 Recommended, Realibility, Responsiveness, Image, Assurance, Emphaty, Tangible,Emotionala
. Enter
a. All requested variables entered.b. Dependent Variable: Loyalty
Tabel Variables Entered/removed menjelaskan tentang variabel yangdimasukkan atau dibuang dan metode apa yang digunakan dalam penelitian. Dalam hal ini variabel yang dimasukkan adalah Recommended, Realibility, Responsiveness, Image, Assurance, Emphaty, Tangible, Emotional.
Model Summaryb
Model R
RSquare
AdjustedR Square
Std.Error of
theEstimate
Durbin-Watson
1 .706a .498 .477 .67035 1.862a. Predictors: (Constant), Recommended, Service Quality, Service Quality, Image, Service Quality, Service Quality, Service Quality, Emotionalb. Dependent Variable: Loyalty
Tabel Model Summary untuk menjelaskan besarnya nilai korelasi atau hubungan (R) antara Cash cycle dan Firm size dengan Assets turnover yaitu sebesar 0,706 dan penjelasan besarnya prosentase pengaruh variabel Cash cycle dan Firm size terhadap Assets turnover yang disebut koefisien determinasi yang merupakan hasil dari pengukuran R. Dari output tersebut diperoleh koefisien diterminasi (R2) pada model sebesar 0,498,. Standar Error of the Estimate adalah standard kesalahan model regresi dalam memprediksi nilai Y(dependen). Dari regresi tersebut dapat dilihat nilai standar Error of the Estimate adalah sebesar 0,67035.
ANOVAb
ModelSum ofSquares Df
MeanSquare F Sig.
1 Regression 85.542 8 10.693 23.795 .000a
Residual 86.279 192 .449Total 171.821 200
a. Predictors: (Constant), Recommended, Service Quality, Service Quality, Image, Service Quality, Service Quality, Service Quality, Emotionalb. Dependent Variable: Loyalty
Tabel Anova digunakan untuk menentukan taraf signifikansi
dari regresi. Kriterianya ditentukan berdasarkan uji F atau uji
nilai Signifikansi (Sig.). Cara yang paling mudah adalah dengan
menggunakan uji Sig, dengan ketentuan, jika Nilai Sig. < 0,05,
dengan confidence interval sebesar 95%. maka model regresi adalah
linier, dan berlaku untuk sebaliknya. Berdasarkan tabel ketiga,
diperoleh nilai Sig. = 0,000 yang berarti < criteria signifikan
(0.05), sehingga model persamaan regresi berdasarkan data adalah
signifikan yang berati, model regresi linier memenuhi criteria
linieritas.
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.BStd.Error Beta
1 (Constant) .198 .364 .544 .587Reliability .066 .098 .047 .674 .501
Responsiveness -.096 .116 -.069 -.829 .408
Assurance .231 .111 .178 2.077 .039Emphaty .064 .102 .051 .626 .532Tangible -.080 .130 -.052 -.616 .539Emotional .216 .112 .166 1.925 .056Image .188 .086 .162 2.175 .031Recommended .367 .075 .355 4.911 .000
a. Dependent Variable: Loyalty
Uji t-test
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variable – variable
independen secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap
variable dependen. Derajat signifikansi yang digunakan adalah
0,1. Apabila nilai signifikan lebih kecil dari derajat
kepercayaan maka kita menerima hipotesis alternatif, yang
menyatakan bahwa suatu variable independen secara parsial
mempengaruhi variable dependen.
Dari tabel diatas dapat dilihat, hipotesis tentang
Realibility, Responsiveness, Assurance, Emphaty, Tangible,
Emotional, Image, Recommended. Pada Realibility nilai
signifikannya 0,501 (0,501>0,1), sehingga hipotesisnya ditolak.
Hipotesis Responsiveness nilai signifikannya 0.408(0,408>0,1),
sehingga hipotesisnya juga ditolak. Hipotesis Assurance nilai
signifikannya adalah 0,39 (0,39>0,1), sehingga hipotesisnya
ditolak. Hipotesis Emphaty nilai signifikannya 0.532 (0,532>0,1),
sehingga hipotesisnya ditolak. Hipotesis Tangible nilai
signifikannya adalah 0,539 (0,539>0,1), sehingga hipotesisnya
ditolak. Hipotesis Emotional nilai signifikannya 0,56 (0,56>0,1),
sehingga hipotesisnya ditolak. Hipotesis Image nilai
signifikannya 0,31 (0,31>0,1) sehingga hipotesisnya ditolak.
Hipotesis Recommended nilai signifikannya 0,000 (0,000<0,1),
sehingga hipotesisnya dapat diterima.
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean
Std.Deviation N
Predicted Value 1.1538 5.0309 4.0299 .65399 201
Residual -1.7393
31.46454 .00000 .65681 201
Std. Predicted Value
-4.398 1.531 .000 1.000 201
Std. Residual -2.595 2.185 .000 .980 201a. Dependent Variable: Loyalty
Hasil Uji Korelasi
Realibility
Responsiveness
Assurance
Emphaty
Tangible
Emotional
Image
Recommended
Realibility Pearson Correlation 1 .651** .527** .481** .528** .461** .373
** .253
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 201 201 201 201 201 201 201 201Responsiveness
Pearson Correlation .651** 1 .673** .638** .630** .554** .479
** .382
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 201 201 201 201 201 201 201 201Assurance Pearson
Correlation .527** .673** 1 .703** .648** .623** .525** .558
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 201 201 201 201 201 201 201 201Emphaty Pearson
Correlation .481** .638** .703** 1 .656** .628** .554** .481
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 201 201 201 201 201 201 201 201Tangible Pearson
Correlation .528** .630** .648** .656** 1 .693** .637** .524
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 201 201 201 201 201 201 201 201Emotional Pearson
Correlation .461** .554** .623** .628** .693** 1 .662** .645
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 201 201 201 201 201 201 201 201Image Pearson
Correlation .373** .479** .525** .554** .637** .662** 1 .570
Sig. (2-tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 201 201 201 201 201 201 201 201Recommended Pearson
Correlation .253** .382** .558** .481** .524** .645** .570**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 201 201 201 201 201 201 201 201Loyalty Pearson
Correlation .320** .387** .545** .485** .482** .592** .547** .636
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 201 201 201 201 201 201 201 201**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
- Pada output terlihat korelasi antara Realibility dan
Responsiveness menunjukan angka .651”. Angka tersebut
menunjukan korelasi kedua variabel tersebut kuat karena di
antara 0,5-0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua
variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Realiblity dan
Assurance menunjukan angka .527”. Angka tersebut menunjukan
korelasi kedua variabel tersebut kuat karena berada di
antara 0,5-0,75 sedangkan angka .000 menunjukan kedua
variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Realiblity dan Emphaty
menunjukan angka .481”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut cukup karena antara 0,25-0,5,
sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel signifikan
karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Realibility dan
Tangible menunjukan angka .528”. Angka tersebut menunjukan
korelasi kedua variabel tersebut kuat karena di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Realibility dan
Emotional menunjukan angka .461”. Angka tersebut menunjukan
korelasi kedua variabel tersebut cukup karena berada di
antara 0,25-0,5, sedangkan angka .000 menunjukan kedua
variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Realibility dan Image
menunjukan angka .373”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut cukup karena di antara 0,25-0,5,
sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel signifikan
karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Realibility dan
Recommended menunjukan angka .253”. Angka tersebut
menunjukan korelasi kedua variabel tersebut lemah karena
berada di antara 0-0,25, sedangkan angka .000 menunjukan
kedua variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Realibility dan Loyalty
menunjukan angka .320”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut cukup karena berada di antara 0,25-
0,5,sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Responsiveness dan
Realibility menunjukan angka .651”. Angka tersebut
menunjukan korelasi kedua variabel tersebut kuat karena
berada di antara 0,5-0,75, sedangkan angka .000 menunjukan
kedua variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Responsiveness dan
Assurance menunjukan angka .673”. Angka tersebut menunjukan
korelasi kedua variabel tersebut kuat karena berada di
antara 0,5-0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua
variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Responsiveness dan
Emphaty menunjukan angka .638”. Angka tersebut menunjukan
korelasi kedua variabel tersebut kuat karena berada di
antara 0,5-0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua
variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Responsiveness dan
Tangible menunjukan angka .528”. Angka tersebut menunjukan
korelasi kedua variabel tersebut kuat karena berada di
antara 0,5-0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua
variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Responsiveness dan
Emotional menunjukan angka .554”. Angka tersebut menunjukan
korelasi kedua variabel tersebut kuat karena berada di
antara 0,5-0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua
variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Responsiveness dan
Image menunjukan angka .479”. Angka tersebut menunjukan
korelasi kedua variabel tersebut cukup karena berada di
antara 0,25-0,5, sedangkan angka .000 menunjukan kedua
variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Responsiveness dan
Recommended menunjukan angka .382”. Angka tersebut
menunjukan korelasi kedua variabel tersebut cukup karena
berada di antara 0,25-0,5, sedangkan angka .000 menunjukan
kedua variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Responsiveness dan
Loyalty menunjukan angka .387”. Angka tersebut menunjukan
korelasi kedua variabel tersebut cukup karena berada di
antara 0,25-0,5, sedangkan angka .000 menunjukan kedua
variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Assurance dan
Realibility menunjukan angka .527”. Angka tersebut
menunjukan korelasi kedua variabel tersebut kuat karena
berada di antara 0,5-0,75, sedangkan angka .000 menunjukan
kedua variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Assurance dan
Responsiveness menunjukan angka .673”. Angka tersebut
menunjukan korelasi kedua variabel tersebut kuat karena
berada di antara 0,5-0,75, sedangkan angka .000 menunjukan
kedua variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Assurance dan Emphaty
menunjukan angka .703”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Assurance dan Tangible
menunjukan angka .648”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Assurance dan Emotional
menunjukan angka .623”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Assurance dan Image
menunjukan angka .525”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Assurance dan
Recommended menunjukan angka .558”. Angka tersebut
menunjukan korelasi kedua variabel tersebut kuat karena
berada di antara 0,5-0,75, sedangkan angka .000 menunjukan
kedua variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Assurance dan Loyalty
menunjukan angka .545”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Emphaty dan Realibility
menunjukan angka .481”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut cukup karena berada di antara 0,25-
0,5, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Emphaty dan
Responsiveness menunjukan angka .638”. Angka tersebut
menunjukan korelasi kedua variabel tersebut kuat karena
berada di antara 0,5-0,75, sedangkan angka .000 menunjukan
kedua variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Emphaty dan Assurance
menunjukan angka .703”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Emphaty dan Tangible
menunjukan angka .656”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Emphaty dan Emotional
menunjukan angka .628”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Emphaty dan Image
menunjukan angka .554”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Emphaty dan Recommended
menunjukan angka .481”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut cukup karena berada di antara 0,25-
0,5, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Emphaty dan Loyalty
menunjukan angka .485”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut cukup karena berada di antara 0,25-
0,5, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Tangible dan
Realibility menunjukan angka .528”. Angka tersebut
menunjukan korelasi kedua variabel tersebut kuat karena
berada di antara 0,5-0,75, sedangkan angka .000 menunjukan
kedua variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Tangible dan
Responsiveness menunjukan angka .630”. Angka tersebut
menunjukan korelasi kedua variabel tersebut kuat karena
berada di antara 0,5-0,75, sedangkan angka .000 menunjukan
kedua variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Tangible dan Assurance
menunjukan angka .648”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Tangible dan Emphaty
menunjukan angka .656”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Tangible dan Emotional
menunjukan angka .693”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukkan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Tangible dan Image
menunjukan angka .637”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena diatas 0,5-0,75,
sedangkan angka .000 menunjukkan kedua variabel signifikan
karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Tangible dan
Recommended menunjukan angka .524”. Angka tersebut
menunjukkan korelasi kedua variabel tersebut kuat karena
berada di antara 0,5-0,75, sedangkan angka .000 menunjukkan
kedua variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Tangible dan Loyalty
menunjukan angka .482”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut cukup karena berada di antara 0,25-
0,5, sedangkan angka .000 menunjukkan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Emotional dan
Realibility menunjukan angka .461”. Angka tersebut
menunjukan korelasi kedua variabel tersebut cukup karena
berada di antara 0,25-0,5, sedangkan angka .000 menunjukkan
kedua variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Emotional dan
Responsiveness menunjukan angka .554”. Angka tersebut
menunjukkan korelasi kedua variabel tersebut kuat karena
berada di antara 0,5-0,75, sedangkan angka .000 menunjukkan
kedua variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Emotional dan Assurance
menunjukan angka .623”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukkan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Emotional dan Emphaty
menunjukan angka .628”. Angka tersebut menunjukkan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukkan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Emotional dan Tangible
menunjukkan angka .693”. Angka tersebut menunjukkan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukkan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Emotional dan Image
menunjukan angka .662”. Angka tersebut menunjukkan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukkan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Emotional dan
Recommended menunjukkan angka .645”. Angka tersebut
menunjukkan korelasi kedua variabel tersebut kuat karena
berada di antara 0,5-0,75, sedangkan angka .000 menunjukkan
kedua variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Emotional dan Loyalty
menunjukkan angka .592”. Angka tersebut menunjukkan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Image dan Realibility
menunjukkan angka .373”. Angka tersebut menunjukkan korelasi
kedua variabel tersebut cukup karena berada di antara 0,25-
0,5, sedangkan angka .000 menunjukkan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Image dan
Responsiveness menunjukkan angka .479”. Angka tersebut
menunjukkan korelasi kedua variabel tersebut cukup karena
berada di antara 0,25-0,5, sedangkan angka .000 menunjukkan
kedua variabel signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Image dan Assurance
menunjukkan angka .525”. Angka tersebut menunjukkan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukkan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Image dan Emphaty
menunjukkan angka .554”. Angka tersebut menunjukkan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukkan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Image dan Tangible
menunjukkan angka .637”. Angka tersebut menunjukkan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukkan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Image dan Emotional
menunjukkan angka .662”. Angka tersebut menunjukkan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada di antara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukkan kedua variabel
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Image dan Recommended
menunjukan angka .570”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada diantara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel tidak
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Image dan loyalty
menunjukan angka .547”.Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada diantara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel tidak
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Recommended dan
Realibility menunjukan angka .253”.Angka tersebut menunjukan
korelasi kedua variabel tersebut cukup karena berada
diantara 0,25-0,5, sedangkan angka .000 menunjukan kedua
variabel tidak signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Recommended dan
Responsiveness menunjukan angka .382”.Angka tersebut
menunjukan korelasi kedua variabel tersebut cukup karena
verada diantara 0,25-0,5, sedangkan angka .000 menunjukan
kedua variabel tidak signifikan karena berada dibawah angka
0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Recommended dan
Assurance menunjukan angka .558”.Angka tersebut menunjukan
korelasi kedua variabel tersebut kuat karena berada diantara
0,5-0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel
tidak signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Recommended dan Emphaty
menunjukan angka .481”.Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut cukup karena berada diantara 0,25-
0,5, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel tidak
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Recommended dan
Tangible menunjukan angka .524”.Angka tersebut menunjukan
korelasi kedua variabel tersebut kuat karena berada diantara
0,5-0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel
tidak signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Recommended dan
Emotional menunjukan angka .645”.Angka tersebut menunjukan
korelasi kedua variabel tersebut kuat karena berada diantara
0,5-0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel
tidak signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Recommended dan Image
menunjukan angka .570”.Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada diantara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel tidak
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Recommended dan Loyalty
menunjukan angka .636”.Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada diantara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel tidak
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Loyalty dan Realibilty
menunjukan angka .320”.Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut cukup karena berada diantara 0,25-
0,5, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel tidak
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Loyalty dan
Responsiveness menunjukan angka .387”.Angka tersebut
menunjukan korelasi kedua variabel tersebut cukup karena
berada diantara 0,25-0,5, sedangkan angka .000 menunjukan
kedua variabel tidak signifikan karena berada dibawah angka
0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Loyalty dan Assurance
menunjukan angka .545”.Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada diantara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel tidak
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Loyalty dan Emphaty
menunjukan angka .485”.Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut cukup karena berada diantara 0,25-
0,5, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel tidak
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Loyalty dan Tangible
menunjukan angka .482”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut cukup karena berada diantara 0,25-
0,5, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel tidak
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Loyalty dan Emotional
menunjukan angka .592”.Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada diantara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel tidak
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Loyalty dan Image
menunjukan angka .547”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada diantara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel tidak
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
- Pada output terlihat korelasi antara Loyalty dan Recommended
menunjukan angka .636”. Angka tersebut menunjukan korelasi
kedua variabel tersebut kuat karena berada diantara 0,5-
0,75, sedangkan angka .000 menunjukan kedua variabel tidak
signifikan karena berada dibawah angka 0,01.
BAB 5
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan kelompok kami untuk
memaksimalkan loyalitas pelanggan terhadap supermarket dan
factor-faktornya, terutama dibutuhkan kepuasaan pelanggan dari
hasil kinerja supermarket itu sendiri dan layanan yang
ditawarkan. Kami melakukan survey dengan responden dengan cara
memberikan kuisioner kepada orang-orang terhadap 5 supermarket
yang ada di indonesia. Dari hasil survey kelompok kami banyak
pelanggan yang memiih supermarket Carrefour karena supermarket
ini memiliki kualitas pelayanan yang bagus serta memiliki
kuantitas barang yang lebih banyak dengan stok besar dan juga
faktor-faktor lain seperti desain bangunan, hadiah bonus
berbelanja, keterampilan pegawai, kebersihan, lokasi yang
strategis dan lain lain sehingga Carrefour dapat memikat hati
pengunjung daripada supermarket yang lain.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Laith A. & Nahla A. (2010), “Investigate the Impact of
Relationship Marketing Orientation on Customer Loyalty: The
Customer's Perspective”International Journal of Marketing
Studies.
2. Griffin, Jill, 1995, Customer Loyalty: How to earn it, How
to keep it, USA: A Division Of Simon and Schukers Inc.
3. Imam, Ghozali 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dalam
Program SPSS Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro : Semarang.
4. Pedro S. C. & Jorg H (2009), “Creating customer loyalty
through service customization” European Journal of Marketing.