MANAQIB BDUL Qo DIR

39
1 | Manaqib Syech ‘Abdul Qodir Al-Jaelani MANAQIB ASY-SYEICH ABDUL QADIR AL-JILANI Kedua Telapak Kakiku ada di punggung setiap Wali Allah Bismilahirrohmaanirrohiim Alhamdu Lilaahi Robbil”aalamiin Asholaatu Wasalaamu ‘ala Sayyidil Mursaliin, Sayidinaa wa Maulanaa Muhammadin wa ‘alaa AaliHi wa ShohbiHi wa ‘alainaa ma’ahum AmiinB Al-Hafid Abu Izza Abdul Mughist bin Harb Al-Baghdadi dan yang lainnya berkata ” Kita biasa hadir di majelis Syeh Abdul Qodir di ribathnya di Baghdad. Umumnya yang menghadiri majelis beliau adalah para Syaikh Iraq diantaranya ; Syaikh Alibin Hiti, Baqa bin Bathu’, Abu Sa’id Al- Qailawi, Musa bin Mahin , Abu NajibAssahrawardi, Abu karam, Abu Umar, Utsman Al Qursyi, Makarim al-Akbar, Mathar, Jaakir, Khalifah, Shidqah, Yahya Murtasyi, Ad-diya Ibrahim al-Juwaini, Abu Abdulah Muhammad al-Qazwaini, dan masih banyak lagi selanjutnya klik di siniAbu Ustman, Umar Ak- Batiahi, Qadib Al- Baan, Abul Abas Ahmad Al-

Transcript of MANAQIB BDUL Qo DIR

1 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

MANAQIB ASY-SYEICH ABDUL QADIR AL-JILANI

Kedua Telapak Kakiku ada di punggung setiap Wali

Allah Bismilahirrohmaanirrohiim Alhamdu Lilaahi

Robbil”aalamiin Asholaatu Wasalaamu ‘ala Sayyidil

Mursaliin, Sayidinaa wa Maulanaa Muhammadin wa

‘alaa AaliHi wa ShohbiHi wa ‘alainaa ma’ahum

AmiinB Al-Hafid Abu Izza Abdul Mughist bin Harb

Al-Baghdadi dan yang lainnya berkata ” Kita biasa

hadir di majelis Syeh Abdul Qodir di ribathnya di

Baghdad. Umumnya yang menghadiri majelis beliau

adalah para Syaikh Iraq diantaranya ; Syaikh

Alibin Hiti, Baqa bin Bathu’, Abu Sa’id Al-

Qailawi, Musa bin Mahin , Abu NajibAssahrawardi,

Abu karam, Abu Umar, Utsman Al Qursyi, Makarim

al-Akbar, Mathar, Jaakir, Khalifah, Shidqah,

Yahya Murtasyi, Ad-diya Ibrahim al-Juwaini, Abu

Abdulah Muhammad al-Qazwaini, dan masih banyak

lagi selanjutnya klik di siniAbu Ustman, Umar Ak-

Batiahi, Qadib Al- Baan, Abul Abas Ahmad Al-

2 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

Yamani, Abu Abas Ahmad Al-Qazwaini beserta

muridnya Daud yang selalu melaksanakan Shalat

fardhu di Makkah, Abu Abdulah Muhammad Al-Khas,

Abu Umar, Ustman Al-Iraqi As-Syauki, yang konon

merupakan salah seorang Rijal Ghaib ….dan lain

sebagainya. Dalam kondisi Spiritual sang Syaikh

berkata “Kakiku ini ada di punggung setiap Wali”.

Begitu mendengar tersebut Syeh Ali ASl-Hiti

langsung bangkit dan meletakkan kaki SyehAbdul

Qodir Al-Jailani di pundaknya. Begitu pula dengan

yang lain, mereka telah mengulurkan pundaknya

untuk melaksanakan hal tersebut. Syeh Ali bin Abi

Barakat Shakr bin Shakr meriwayatkan bahwa ia

pernah mendengar ayhnya pernah berkata “Aku penah

berkata kepada pamanku Syeh Uday bin Musafir

‘Sepanjang pengetahuan anda selain Syeh Abdul

Qodir Al-Jailani adakah para ulama terdahulu yang

berkata ‘Kedua kakiku ini ada di pungggung setiap

Wali Allah ?’ “Tidak” jawabnya. ‘Jika memang

demiian sambungku, lalu apa makna dari perkataan

tersebut ?’ Beliau berkata “itu artinya Syeh

Abdul Qodir telah mnecapai maqom wali Afrod .

‘Tapi bukankah di setiap generasi terdapat Wali

Afrad bantahku lagi. “Benar tapi tidak ada

3 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

seoranpun yang diperintahkan oleh Allah untuk

mengucapkan kalimat ini” jawabnya. ‘Jadi memang

beliau diperintahkan untuk mengucapkan kalimat

tersebut ?tanyaku. ‘ya’ jawab beliau. Kemudian

beliau berkata ‘karena adanya perintah tersebut

mereka meletakkan kepala . Bukankah engkau

mengetahui bahwa para Malaikat as bersujud kepada

Adam karena adanya perintah krpada mereka untuk

melaksanakan hal tersebut. Syeh Baqa bin Bathu

An-Nahri Al-Maliki berkata ” Syeh Abdul Qodir

berkata’kedua kakiku ini berada di setiap

punggung Wali Allah’”. Berkenaan dengan itu Syeh

Ibrahim dan Syeh Abi Hasan Ali Arrifa’i al-

Bathiahi mwriwayatkan bahwa ayahnya pernah

bertanya kepada pamannya Syeh Ahmad Arrifa’i

‘apakah pernyataan Syeh Abdul Qodir ‘ kedua

telapak kakiku ini berada di punggung setiap wali

Allah berdasarkan perintah atau tidak?’

Pernyataan tersebut berdasarkan perintah jawab

beliau. Dalam sebuah riwayat tyang dinisbatkan

kepada Syeh Abi Bakaw bin Hawwar menyatakan bahwa

veliau pernah berkata di majlisnya ,”Nanti akan

muncul di Iraq seorang non arab yang memiliki

kedudukan yang tinggi di sisi Allah dan manusia.

4 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

Namanya Abdul Qodir dan tinggalnya di Baghdad,

Dia akan berkata ” Kedua kakiku ini berada di

setiap punggung Wali Allah” Dan setiap wali akan

mengakui bahwa beliau adalah wali Afrad pada

zamannya. Sulthon Auliya dan Syaikh Islam

Izzuddin bin Abdissalam berkata, ” Belum pernah

kemutawatiran riwayat tenteang sebuah karomah

yang sampai kepada kami sebanding dengan

kemutawatiran karomah Syeh Abdul Qodir Al Jailani

. Beliau adalah orang yang berpegang teguh kepada

Syari’ah , menyeru orang-orang untuk melaksanakan

syari’ah, dan menghindarkan diri dari yang

dilarang olehNya. Beliau berbaur dengan

masyarakat sambil terus menerus beribadah dan

beliau bisa mencampurkannya dengan sesuatu yang

menyibukkan beliau seperti menikah dan memiliki

keturunan . Barang siapa yang mengikuti jalan ini

maka ia lebih sempurna daripada yang lain.

Ditambah lagi apa yang dinyatakan fdi atas

merupakan karakter dari Rosulullohi SAW .

Diantara karomah beliau adalah pernyataan beliau

‘Kedua telapak kakiku ini berada di setiap

punggung Wali Allah. Hal tersebut dikarenakan

kesempurnaan beliau tidak tertandingi pada masa

5 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

itu yang tidak diragukan lagi menjadikannya

berhak mendapatkan kehormatan tersebut. Syeh

Mathar meriwayatkan “Suatu hari ketika saya

sedang berada di Zawiyah Syeh Abu Wafa’, guruku,

di daerah Qailamaya beliau berkata kepadaku ‘Ya

Mathar tutup pintu, jika ada seorang pemuda Ajam

(non Arab) datang memohon untuk masuk maka jangan

diberi dia ijin’. Akupun melaksanakan perintah

beliau. ternyata yang datang adalah Syeh Abdul

Qodir yang pada waktu itu masih seorang pemuda.

Beliau mohon ijin untuk masuk namun Syeh Abu

Wafa’ tidak mengijinkannya masuk. Saat itu aku

melihat Syeh Abu Wafa’ berjalan hilir mudik dalam

zawiyah dengan gelisah. Setelah itu beliau

mengijinkannya untuk masuk. Ketika Syeh Abu Wafa’

melihat Syeh Abdul Qodir beliau melangkah

mendekat dan memeluknya beberapa lama seraya

berkata ‘Abdul Qodir‘ demi Yang Maha Agung aku

tidak mengijinkanmu masuk pertama kali bukan

karena keinginan zalim terhadap hakmu akan tetapi

karena takut terhadap dirimu. Akan tetapi setelah

aku ketahui bahwa engkau ingin belajar kepadaku

dan menaatiku, baru aku merasa aman. Syaikh

Abdurrahman At-Tahfsunaji berkata “Saat Syeh

6 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

Abdul Qodir datang ke Zawiyah Tajul ‘Arifin Abu

Wafa’ beliau berkata kepad para muridnya ‘

Berdiri dan smbutlah Wali Allah’-Pernyataan ini

mungkin terjadi pada saat Syeh Abdul Qodir sedang

berjalan menuju beliau atau dikeluarkan kepada

mereka yang belum bediri ketika Syeh Abdul Qodir

datang- Ketika beliau megulang-ulang perintah

tersebut, seorang muridnya bertanya kepada beliau

sebab pernyataan tersebut. Beliau menjawab “Pada

saatnya nanti pemuda ini akan menjadi sandaran

baik golongan khas maupun awam. Aku seakan akan

melihatnya seang berbicara di depan

khalayak ,”Kedua telapak kakiku ini berada di

punggung setiap Wali Allah”. dan pernyataan itu

benar adanya. Pernyataan tersebut menunjukkan

bahwea beliau adalah Qutb mereka pada saat itu.

Barang siapa berjumpa dengannya pada sat itu,

berkhidmadlah kepadanya. Syaikh musallamah bin

Naimah As-Saruji ketika ditanya tentang siapakah

Qutb itu, beliau menjawab, “Beliau sekarang ada

di Makkah, bersembunyi dan hanya diketahui oleh

orang-orang saleh. Dan akn muncul di sini (Iraq)

seorang pemuda ‘ajam yang mulia bernama Abdul

Qodir Akan tampak dari beliau beberapa Karomah

7 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

yang luar biasa . Beliau adalah Qutb waktunya dan

Ghauts Zamannya. Baliau akn berkata di hadapan

orang-orang “Kedua telapak kakiku ini ada di

punggung setiap Wali Allah”, dan para Wali akan

merendahkan punggungnya kepada beliau. Allah akan

memberikan manfaat darinya dan dari karomahnya

kepada siapa saja yang mempercayainya. Syaikh Ali

Al-Hiti meriwayatkan, “ketika Syaikh Abu Wafa

sedang berbicara di dalam majlis, masuklah Syeh

Abdul Qodir .beliau memerintahkan para murid

untuk mengeluarkannya dan meneruskan ceramahnya.

Kemudian untuk yang ke tiga kalinya Syeh Abdul

Qodir kembali masuk ke pengajian tersebut. Kali

ini Syaikh Abu Wafa’ turun dari kursinya tempat

menyampaikan pengajaran lalu memeluk beliau dan

menciumi dahinya seraya berkata,’Para penduduk

Baghdad, berdirilah demi Wali Allah ini.

Perintahku untuk mengusirnya tidak lain agar

kalian mengetahuinya bukan untuk menghinanya.

Betapa mulia seorang hamba yang kibaran panji di

atas kepalanya melingkupi timur dan barat’.

Kemudian beliau berkata kepada Syeh Abdul Qodir ,

“Abdul Qadir, masa sekarang milik kami,dan kelak

akan menjadi milikmu. Aku serahkan kepadamu Iraq.

8 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

Semua ayam akan berkokok dan berhenti kecuali

kokokan ayammu yang tidak akan berhenti hingga

hari kiyamat’. Setelah itu beliau memberikan

sajadah, baju, tasbih , tempat makan dan

tongkatnya kepada Syeh Abdul Qodir. ‘Ambil semua

itu dengan bai’at saran seseorang kepadanya.

Namun Syaikh Abu Wafa’ berkata, di dahinya

terdapat bai’at Al-Makhzuumi’. Setelah majlis

tersebut selesai, Taajul ‘arifiin Syaikh Abu

Wafa’ turun dan duduk di akhir tangga tempatnya

mencapaikan ceramah seraya menggenggam tangan

Syeh Abdul Qodir dan berkata, ‘sekarang adalah

waktumu.’ Jika beliau datang aku selalu teringat

akan kisah ini dan kemuliaan beliau’. Syaikh Umar

Al-Bazaar berkata, “tasbih yang diberikan Syaikh

Abu Wafa kepada beliau dapat berputar sendiri

biji-bijinya jika diletakkan di atas tanah.

Setelah bellliau eninggal dunia, tasbih tersebut

menjadi milik Syaikh Ali bin Al-Hiti. Begitu juga

dengan tangan orang yang menyentuh tempat makan

yang diberikan Syaikh Abu Wafa’ kepada beliau

akan bergetar hingga bahunya”. Syaikh Muhammad

Yusuf Al-Aquuli berkata”Aku berniat berziarah

kepada Syeh Uday Bin Musafir. Ketika aku

9 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

menghadap, beliau bertanya kepadaku ‘dari mana

anda ?’Aku adalah salah seorang murid Syeh Abdul

Qodir ‘ Jawabku. Mendengar jawabanku bekliau

berkata ‘Bagus, Qutb-Al arda (bumi) yang dengan

pernyataannya “Kedua telapak kakiku ini ada di

punggung setiap Wali Allah “ menjadikan 300 Wali

dan 700 orang-orang Gaib yang berjalan di bumi

maupun yang terbang, mengulurkan pundak mereka

kepadanya dalam satu waktu”. Kemudian aku

menziarahi Syeh Ahmad Rifa’i dan menceritakan

kepadanya apa yang dikatakan oleh Syeh Uday saat

itu dan beliau berkata “sungguh tepat apa yang

disampaikan beliau (Syeh Uday). Syaikh Majid Al

Kurdi berkata,”saat Syeh Abdul Qodir mengatakan

pernyataan di atas, semua wali di bumi pada saat

itu merendahkan lehernya sebagai tanda pengakuan

mereka terhadap beliau. Dan tidak ada segolongan

jin soleh pun yang tidak datang menghadapnya

untuk bertobat dan mengakui beliau hingga mereka

berdesak-desakan di pintu rumahnya. Riwayat ini

disetujui oleh Syaikh Mathar. Kemudian beliau

berkata, “Aku bertanya kepada Syaikh Abdullah bin

Sayyidina Syeh Abdul Qodir Al-Jailani ,’apakah

engkau menghadiri majlis saat ayahmu

10 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

berkata ,’kedua telapak kakiku ini berada di

punggung setiap wali Allah , ‘ya’ jawabnya.

Kemudian ia berkata,’ yang hadir pada saat itu

sekitar 50 orang syaikh’. Ketiks beliau masuk ke

dalam rumahnya, yang tersisa hanya Syaaikh

Makarim, Syaikh Muhammad Al-Khas, dan Syaikh

Ahmad Al-‘Aarini. ‘kamipun duduk dan berbincang-

bincang’ ujarnya. Syaikh Makarim berkata, “Allah

memperlihatka kepadaku pada saat itu semua orang

yang memiliki panji kewalian di muka bumi

mengakui panji kequthuban di tangan beliau dan

mahkota ghoutsiah di atas kepala beliau dan jubah

otoritas total atas segala yang wujud/eksis ,

untuk mengangkatnya menjadi Wali atau

menurunkannya sesuai syariat dan hakikat. Dan aku

mendengar eliau berkata ,”kedua telapak kakiku

ini berada di punggung setiap Wali Allah yang

akan menundukkan kepala dan merendahkan dirinya

kepada beliau bahkan termasuk di dalamnya para

abdal yang sepuluh, usltan masa tersebut Masih

berkenaan dengan pernyataan Sang Syaikh, Syeh Abu

Sa’id Al-Qailawi berkata “ketika Syeh Abdul Qodir

mengatakan ‘kedua telapak kakiku ini ada di

setiap punggung Wali Allah’ , Allah Tajalli dalam

11 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

jiwa beliau. Kemudian sekelompok malaikat datang

membawakan jubah kebesaran Rosululloh SAW untuk

dipakaikan kepada beliau di hadapan para Wali

terdahulu maupun yang akan datang.-yang hidup

datang dengan jasadnya, yng sudah meninggal

datang dengan ruhnya. Para malaikat dan Rijal Al-

Ghaib mengelilingi majlisnya dan berbaris ber

shaf-shaf di udara , begitu banyak jumlahnya

hingga seluruh ufuk penuh dengan kehadiran

mereka. Dan semua Wali yang ada di muka bumi ini

menundukkan kepala untuk beliau”. Syeikh Kholifah

Al Akbar bercerita “Saat aku bertemu dengan

Rosululloh SAW dalam mimpi aku bertanya kepad

beliau ,’ Yaa Rosululloh Syeh Abdul Qodir trlah

berkata ‘Kedua telapak kakiku ini ada di punggung

setiap Wali Allah ‘ Beliau menjawab ‘Yang

diucapkan leh beliu adalah benar. Bagaimana

mungkin tidak benar apabila dia adalah Qutb (para

wali) dan aku (Rosululloh SAW yang emngawasinya.

Di hari Jum’at 3 Ramadan 599 H. seorang pria

datang menghadap Syeh Hayyan bin Qis Al-Harani di

masjid Al Hiran memohon Khirqah (jubah kesifian

tanda bai’at) kepada beliau. “Dalam dirimu talah

terdapat tanda selain aku’ kata beliau kepadanya.

12 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

orang itu berkata, ‘benar aku pernah bertemu Syeh

Abdul Qodir namun tidak ber bai’at kepada

beliau”. Syeh Hayyan berkata “selama beberapa

waktu kita telah hidup di bawah bayangan

kehidupan Syeh Abdul Qodir Al Jailani .telah kita

meminum gelas-gelas kebahagiaan dari mata air

pengetahuan beliau. dan Dari Beliau diperoleh

rahasia para Wali menurut tingkatan mereka. Suatu

saat Syeh Lulu Al Armani ketika bertemu dengan

Syeh Atha’ Al-Masri , beliau meminta untuk

menyebutkan para gurunya. Syeh Lulu

berkata ,”Atha’ guruku adalah Syeh Abdul Qodir Al

Jailani yang menyatakan “kedua telapak kakimku

ini ada di punggung setiap Wali Allah .Dan pada

saat beliau selesai mengucapkan hal tersebut

tercatat 313 Wali Allah dari segala penjuru dunia

menundukkan kepala meeka , 17 orang berada di

Haramain , 60 orang di Iraq, 40 orang di negeri

non Arab, 40 orang di Syam, 20 orang di mesir, 27

orang di Maroko, 11 orang di Habsyah, 7 orang di

tembok penahan Ya’juj dan Ma’juj, 7 orang di Wadi

Sarandib, 47 orang di gunung Qof, 20 orang di

daerah teluk. Dan banyak yang besaksi bahwa

pernyataan tersebut diucapkan berdasarkan

13 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

perintah Allah. Kemudian beliau melanjutkan.”Aku

sendiri melihat para Wali di timur maupun di

barat merundukkan kepala mereka kepada Syeh Abdul

Qodir kecuali seorang Wali di daerah luar Arab

yang kemudian hilang tanpa bekas. Diantara mereka

yang merundukkan kepalanya kepada beliau adalah

Syeh Baqa’ bin Bathu’ , Syeh Abu Sa’id Al-Qaylawy

, Syeh Ahmad Arrifa’y yang dalam sebuah riwayat

memanjangkan lehernya dan melihat punggungnya

seraya berkata,’Memang ada di punggungku’. Saat

di tanya mengenai perkataannya itu, beliau

berkata,’saat ini di Baghdad , Syeh Abdul Qodir

sedang berkata ,’ Kedua telapak kakiku ini ada di

punggung setiap Wali Allah‘. Termasuk diantara

mereka yang menundukkan kepala kepada beliau

adalah Abdurrahman Athafsunaji, Abu Najib

Assahrawardi, yang mengangguk-anggukkan kepalanya

ketika mendengar hal tersebut seraya berkata’di

atas kepalaku. Musa Al Jazuli, Musa Al Harani,

Abu MUhammad bin ‘Abd, Abu Umar, Ustman bin

Marzuq , Abu Al-Karam , Majid Al Kurdi , Suwaid

Annajari, Ruslan Addimasqi, yangmenundukkan

kepalanya di Damaskus seraya berkata kepada para

muridnya ‘Allah memiliki mutiara yaitu orang yang

14 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

minum dari lautanAl Quds dan duduk di permadani

ma’rifah serta menyaksikan keMaha Agungan

Rububiyah / ketuhanan dan ke Maha Besaran

Wahdaniyah (ketunggalan). Sifat (kemanusiaannya)

lenyap saat menyaksikan keMaha Besaran Nya

Eksistensinya lebur saat menyaksikan ke-

WibawaanNya Maka dipakaikannya kepadanya jubah

keacuhan (terhadap dunia) dan ditempatkan di

puncak tangga Al-Inayah hingga beliau mencapai

maqom yang telah ditentukan dan didudukkan di

puncak ruh Azaly . Dia berbicara dengan hikmah

dari lembaran-lembaran cahaya, bercampur dengan

kepekatan rahasiaNya. Hilang kesadarannya ketika

berada di Hadirat Allah dan tidak pernah terputus

denagn Allah ketika Ia kembali sadar. Berdiri

dengan penuh rasa malu, berbicara dengan tawadhu’

mendekatkan diri dengan penuh kerendahan,

berbicara dengan kemuliaan , baginya ucapan

selamat dan salam terbaik adalah berasal dari

Tuhannya. ‘Apakah di dunia ini ada orang yang

memiliki ciri seperti itu ?’ tanya seseorang

kepada beliau’Ada, dan Syeh Abdul Qodir pemimpin

mereka’jawab beliau. Di Maroko (Maghrib) Syaikh

Abu Madin (setelah mendengarkan pernyataan Syaikh

15 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

Abdul Qadir ) memanjangkan lehernya dan berkata,

‘benar dan aku salah seorang dari mereka. Yaa

Allah aku bersaksi kepadaMu dan kepada para

MalaikatMu bahwa aku mendengar dan patuh’.

Kemudian termasuk diantara mereka adalah Syaikh

Abu Na’im AL-Maghribi, Syaikh Abu Umar dan Utsman

bin Marwazih Al-Bathiahi, Syaikh Makarim, Syaikh

Khalifah, Syaikh Uday bin Musafir. Pada saat

beliau mengucapkannya banyak orang yang melihat

rombongan orang yang terbang di udara untuk

menghadap beliau berdasarkan perintah Khidir as.

Dan setelah mengucapkan selamat, seorang wali

berkata kepada beliau, ‘eahai raja zaman,

pengusas tempat, pelaksana perintah Sang Maha

Pengasih, pewaris kitab Allah dan wakil

RasuluLlah SAW, yang dianugerahi langit dan bumi,

yang menjadikan seluruh orang pada masanya

sebagai keluarganya, yang doanya dapat menurunkan

hujan, dan berkahnya menghilangkan mendung, yang

menjadikan kepala orang yang menghadapnya

tertunduk, yang makhluk gaib hadir di hadapannya

sebanyak 40 shaf, dengan 70 orang Gaib pada

setiap shaf, yang ditelapak tangannya tertulis

bahwa dia tidak akan mendapat makar dari Allah,

16 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

dan di umurnya yang ke dua puluh para malaikat

berputar di sekelilingnya serta menyampaikan

kabar gembira kewalian beliau’. Pada suatu masa,

air sungai dajlah meluap dan membanjiri Baghdad.

Orang-orangpun mendatangi beliau memohon

pertolongannya. Sambil membawa tongkatnya beliau

berjalan menuju tepian sungai dan menancapkannya

di batas air seraya berkata, “cukup sampai di

sini” dan saat itu pula air sungai tersebut

menyurut. Syaikh Abdullah Dzayyal berkata, “suatu

saat ketika berada di madrasah beliau di tahun

560 H aku melihat beliau memegang tongkat. Saat

itu aku berharap aku dapat melihat karamah yang

keluar dari tongkat tersebut. Beliau kemudian

memandang ke arahku sambil tersenyum lalu

menancpakan tongkatnya ke tanah, seketika itu

pula cahayanya menyembur dari tanah, menembus

awan dan menjadikan langit terang benderang

beberapa saat. Beliau kemudian mencabutnya

kembali dan keadaan pun kembali seperti semula.

Beliau berkata kepadaku, ‘Dayyal, bukankah ini

yang engkau kehendaki’”. Syaikh Abu Taqy Muhammad

bin Al-Azhar Ash-Shariifni berkata, “selama

setahun penuh aku memohon kepada Allah untuk

17 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

dapat melihat salah seorang dari rijal Al-Ghaib.

Pada suatu malam aku bermimpi bertemu dengan

seorang pria saat sedang menziarahi makam Imam

Ahmad bin Hambal. Terbetik dalam hatiku bahwa

beliau adalah salah seoraang rijal Al-Ghaib.

Akupun terbangun dan sengan harapan dapat bertemu

dengannya akupun pergi ke makam Imam Ahmad bin

Hambal .akupun bertemu dengan orang yang ada di

dalam mimpiku di sana. Saat beliau keluar aku

mengikutinya hingga sampai ke tepi sungai

Dajjlah. Di tepian tersebut beliau menarik tepian

sungai tersebut hingga keduanya hanya berjarak

satu langkah dan menyeberanginga. Aku memohon

kepadanya untuk berhenti dan berbicara kepadaku.

Aku bertanya, “apa mazhabmu ?”. “Aku bermazhab

Hanafi, seorang muslim dan bukan musyrik”. Jawab

beliau. Kemudian hatiku seakan – akan berkata,

‘pergi ke Syaikh Abdul Qadir dan ceritakan apa

yang engkau alami’. Akupun mengunjungi sang

Syaikh. Setibanya aku di pintu madrasah, beliau

berkata dari dalam rumah tanpa membuka pintunya,

‘yaa Muhammad, saat ini hanya dialah seorang wali

yang bermazhab Hanafi di muka bumi ini’. Suatu

saat beliau naik ke atas kursi tempat beliau

18 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

mengajar, tidak berbicara dan tidak menyuruh

pembaca kitab untuk membacakannya. Dan orang-

orang yang hadir memasuki kondisi ektase dan

perkara yang agung memasuki mereka. Salah seorang

yang hadir bertanya dalam hati, “apa ini ?”.

beliau berkata, “seorang muridku datang dengan

satu langkah dari baitul Muqaddas kemari untk

bertaubat dan semua yang hadir pada saat ini

dianggap sebagai tuan rumahnya. “dalam hatinya

orang tersebut berkata, “jadi siapa yang

mengalami kondisi seperti ini adalah mereka yang

bertaubat ?”. pernyataan tersebut dijawab sang

Syaikh, jangan engkau berharap kepadanya. Dia

datang kepadaku dan memintaku untuk mengajarinya

jalan untuk mencinta”. Pernah suatu saat Syaikh

Abdul Qadir berjalan di atas udara di depan

banyak orang dan berkata, “Matahari selalu

menyampaikan salam kepadakusetiap ia ingin

terbit. Demikian pula halnya dengan hari, bulan

dan tahun. Mereka –juga- menginformasikan

kepadaku tentang apa tentang apa yang terjadi. Di

beberkan kepadaku Lauh Al-MahfudzI tentang siapa

yang mendapatkan kesenangan dan siapa yang

mendapatkan kesusahan. Aku tenggelam dalam lautan

19 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

Ilmu dan Musyahadah –Nya. Aku adalah sandaran

kalian dan wakil RasuluLlah SAW di muka bumi”.

Syaikh Abdul Qadir berkata, “Setiap wali berada

di bawah telapak kaki para Nabi dan aku berada di

bawah telapak kaki kakekku RasuluLlah SAW. Semua

tempat yang aku injak maka bekasnya akan emnjadi

telapak kaki Nabi.” Syaikh Abdul Qadir berkata,

“Aku adalah Syaikh bagi para manusia dan jin.” Di

lain kesempatan beliau berkata, “jika kalian

bertanya kepada Allah, tanyakan aku kepadaNya.

Wahai penduduk bumi, dari timur hingga barat,

kemarilah dan belajar dariku. Wahai penduduk

Iraq, Ahwal –kondisi spiriutal- yang kumiliki

seperti baju yang tergantung di rumah. Baju

manasaja yang engkau pilih akan aku pakaikan

kepadamu. Hendaknya kalian menyampaikan salam

atau akan aku bawakan pasukan tiada tanding. Hai

saudara, berkelanalah 1000 tahun agar engkau

dapat mendengarkan perkataanku. Saudara, kewalian

dan beberapa derajad spiritual ada di sini, di

majlisku. Semua Nabi yang diciptakan Allah dan

semua wali menghadiri majlisku baik yang masih

hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Yang

masih hidup dengan fisik mereka sedangkan yang

20 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

sudah meninggal dunia dengan rohnya. Saudara

sekalian tanyakan diriku kepada Munkar dan Nakir

ketika mendatangi kalian (di kubur) maka mereka

akan menceritakan diriku kepada kalian.” Abu

Ridho, pelayannya meriwayatkan, dalam suatu

kesempatan Syaikh Abdul Qadir berbicara tentang

roh. Di tengah penjelasan, beliau diam, duduk dan

kemudian bangkit kembali seraya bersenandung,

Rohku telah diciptakan dengan hikmah dalam ke-

qadiman, sebelum ia mewujud, ketika ia dalam

ketiadaan sekarang, bukankah suatu kebaikan

setelah aku mengenal kalian lalu aku pindahkan

kakiku dari jalan hawa kalian. Di lain riwayat,

Abu Ridho bercerita, “suatu hari ebliau

menjelaskan tentang cinta. Tiba-tiba beliau

bangkit dan diam. Lalu beliau berkata, ‘Aku tidak

akan berbicara kecuali dengan 100 dinar.’ Orang-

oranagpun menyerahkan kepada beliau apa yang

beliau minta. Kemudian beliau memabggilku dan

berkata, ‘pergilah engkau ke pekuburan Syunuziyah

dan cari seorag syaikh yang sedang bermain-main

dengan kayu lalu berika emas ini kepadanya dan

bawa ia kepadaku’. Kemiudin akupun pergi dan

menemukan syaikh yang beliau maksud sedang

21 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

berdiri dan memain-mainkan tongkat kayu. Akupun

mengucapkan salam dan menyerahkan emas tersebut

kepadanya. Dia berteriak dan jatuh pingsan. Saat

beliau sadar aku bertanya kepadanya, ‘Syaikh,

Syaikh Abdul Qadir ingin bertemu denganmu’.

Beliau kemudian bangkit dan menemui Syaikh Abdul

Qadir. Setibanya di sana Syaikh Abdul Qadir

memberikan perintah untuk menaikkannnya di kursi

tempat beliau mengajar dan meminta orang tersebut

untuk menceritakan kisahnya. Dia berkata,

‘Tuanku, sewaktu aku masih muda aku adalah

seorang penyanyi bagus yang dikenal banyak orang.

Tetapi setelah aku tua, tidak ada seorangpun yang

memperhatikan aku. Aku pergi dari Baghdad dan

berkata dalam hati, “aku tidak akan menyanyi

kecuali untuk yang mati”. Saat aku mengelilingi

kuburan ini, aku duduk di salah satu kuburan yang

ternyata telah terbelah dan nampak kepala mayat

yang ada di dalamnya. Mayat tersebut berkata

kepadaku, “Mengapa engkau menyanyi untuk orang-

orang mati, bernyanyilah untuk Yang Maha Hidup

sekali maka Dia aakn memberikan kepadamu apa yang

engkau inginkan”. Akupun jatuh pingsan, dan

setelah tersadar aku berkata Tuhanku, aku

22 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

persiapkan apa yang aku miliki untuk hari

pertemuan dengan-Mu, kecuali pengharapan hati dan

ucapan mulutku. Memang, sudah asalnya para

pengharap mengharapkan harapan dan mereka akan

bersedih apabila engkau menolaknya Jika hanya

golongan Muhsin yang boleh berharap kepadaMu,

lalu kepada siapa si pendosa berlindung dan

melarikan diri. Ubanku membuatku jelek di hari

penghabisan dan perjumpaan denganMu, semoga

engkau menyelamatkan aku dari apiku. Saat aku

berdiri, pelayan anda datang membawakan emas

ini”. Sambil mematahkan tongkat kayu yang ada di

tangannya dia berkata, sekarang aku bertobat

kepada Allah’. Usai mendengarkan kisah tersebut,

Syaikh Abdul Qadir berkata, “Yaa fuqara’ , jika

kejujuran (orang ini) terhadap sesuatu yang sia-

sia saja menyebabkannya memperoleh apa yang ia

inginkan, apalagi dengan para sufi yang

bersungguh-sungguh dalam kesufian, ahwal dan

thariqahnya”. Kemudian beliau melanjutkan,

“hendaklah kalian berlaku jujur, dan bersih hati.

Tanpa keduanya, tidak mungkin seorang hamba untuk

mendekatkan diri kepada Tuhannya. Apakah kalian

tidak mendengar firman Allah, “Jika berbicara

23 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

hendaklah kalian berkata jujur””. Saat beliau

meminta 100 dinar, ada 40 orang mengantar jumlah

yang sama kepada beliau. Beliau hanya mengambil

dari satu oraang, dan setelah orang ini

bertaubat, sisa dari uang pemberian tersebut

beliau bagikan kepada orang-orang. Peristiwa hari

itu menyebabkan 5 orang meninggal dunia. Al-

Kaimani, Al-Bazaar, dan Abu Hasan Al-Ali yang

dikenal dengan As-Saqazar bercerita bahwa pada

hari Rabu tanggal 27 Sya’ban tahun 529 H. Syaikh

Abdul Qadir bersama rombongan mengunjungi

pekuburan Syunizi. Beliau berhenti di pekuburan

Syaikh HammadAd-Dabbas agak lama kemudian

menlanjutkan perjalanannya dengan muka berseri-

seri. Pada saat ditanya sebab lamanya beliau

berhenti dan berseri-serinya muka Beliau, sang

Syaikh menjawab, “Pada pertengahan bulan Sya’ban

tahun 499 H aku bersama murid Syaikh Hammad

mengikuti beliau keluar Baghdad. Setibanya di

jembatan Yahud, beliau mendorongku sampai aku

tercebur ke sungai-pada saat itu udara sangat

dingin-kemudian mereka berlalu dan

meninggalkanku. Aku berkata dalam hati, “Aku

berniat mandi Jum’at”. Saat itu aku mengenakan

24 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

jubah sufi dan di lenganku terdapat sebuah jubah

lagi yang membuatku harus mengangkatnya agar

tidak basah. Aku kemudian keluar dari air dan

memeras jubah tersebut dan menyusul mereka dalam

kondisi kedinginan hingga menusuk ke tulang.

Melihat kondisiku, para murid bermaksud hendak

menolongku namun beliau melarangnya seraya

berkata, “Apa yang aku lakukan adalah untuk

mengujinya, dan aku mendapatinya bagai gunung,

kokoh tak bergerak”. “Hari ini aku melihat beliau

dalam kubur memakai jubah dari cahaya bertabur

permata. Di atas kepalanya terdapat mahkota dari

Yakut .di tangan kirinya terdapat gelang dari

emas dan beliau memakai dua sandal dari emas.

Tapi tangan kanannya hilang. ‘Ada apa dengan

lengan ini ?’ tanya ku kepada beliau. Beliau

menjawab, ‘inilah tangan yang aku pergunakan

untuk mendorongmu’. Kemudian beliau berkata,

‘maukah engkau memaafkan perbuatanku itu ?’ ‘Ya’

jawabku. ‘jika demikian’ kata beliau, ‘mohonkan

kepada Allah agar Dia mengembalikan lenganku

seperti sedia kala’. Akupun memohonkan kepada

Allah untuk itu dan pada saat itu 5000 wali turut

memohon kepada Allah, mendukungku dari kubur

25 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

mereka. Aku terus memohon kepada Allah hingga

akhirnya Allah mengembalikann lengan kanannya dan

beliau menjabat tanganku dengan tangan kanan

tersebut. Dengan demikian sempurnalah

kebahagiaannya dan kebahagiaanku.” Ketika kabar

tersebut tersebar di Baghdad para murid Syaikh

Hammad beramai-ramai mendatangi sang Syaikh untuk

meminta klarifikasi atas pernyataan tersebut.

Setibanya di madrasah beliau, sebagai rasa hormat

mereka kepada beliau, tidak ada seorangpun yang

memulai pembicaraan. Beliaupun kemudian memulai

pembicaraan dengan menerangkan maksud kedatangan

mereka saat itu. Kemudian beliau berkata kepada

mereka, “Kalian pilih dua orang. Insya Allah

melalui mereka berdua akan jelas apa yang aku

ucapkan”. Mereka kemudin memilih Syaikh Yusuf Al-

Hamdani RA. Yang pada saat itu ada di Baghdad,

dan Syaikh Abdurrahman AL-Kurdi yang memang

tinggal di Baghdad. Mereka berdua termasuk orang-

orang yang dianugerahi kasyf .’Kami serahkan

urusan ini kepada kalian’ kata mereka kepada

kedua Syaikh tersebut. ‘Bahkan kalian jangan

beranjak dari tempat kalian berada sampai

terbukti apa yang aku ucapkan’ kata beliau kepada

26 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

mereka. Kemudian beliau menghentakkan kakinya ke

tanah dan pada saat itu para sufi di luar telah

berteriak memberitahu bahwa Syaikh Yusuf Al

Hamdani RA telah datang dengan berjalan

bertelanjang kaki sampai beliah masuk ke madrasah

sang Syaikh. Di sana beliau berkata, ‘Aku

bersaksi bahwa Syaikh Hammad Ad-Dabbas berkata

kepadaku, “Cepatlah datangi majlis Syaikh Abdul

Qadir dan katakan pada para Syaikh yang hadir

bahwa apa yang dikatakan oleh Syaikh Abdul Qadir

adalah benar adanya’. Beliau sempat menamatkan

perkataannya, Syaikh Abu Muhammad Abdurrahman Al-

Kurdi datang dan beliau menyatakan pernyataan

seperti yang dikatakan oleh Syaikh Yusuf Al-

Hamdani RA. Setelah mendengarken pernyataan

tersebut, mereka bangkit dan memohon maaf kepada

Syaikh Abdul Qadir”. Seseorang berkata kepada

beliau, “Kami berpuasa seperti yang Anda lakukan,

dan melaksanakan shalat sepertiyang Anda lakukan.

Tapi tidak ada satupun kondisi spiritualmu yang

dapat kami lihat”. Beliau berkata, “kalian dapat

bersaing denganku dalam hal melaksanakan amal,

akan tetapi kalian tidak dapat bersaing denganku

dalam hal anugerah yang diberikan kepadaku. Demi

27 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

Allah, aku tidak akan makan sampai Allah berkata

kepadaku, ‘Demi hak-Ku atas dirimu, makan’. Aku

juga tidak minum sampai Allah berkata kepadaku,

‘Demi hak-Ku atas dirimu, minum’. Dan aku tidak

akan melakukan sesuatu kecuali berdasarkan

perintah Allah”. Syaikh Abdul Qadir berkata,

“Pada suatu ketika di masa mujahadahku

(perjuangan) aku tertidur. Dalam tidur tersebut

aku mendengar suara yang berkata kepadaku, ‘Ya

Abdul Qadir, Kami tidak menciptakanmu untuk

tidur. Kami telah hidupkan engkau maka jangan

lupakan Kami’”. Syaikh Abu Naja Al-Baghdadi,

pelayan Syaikh Abdul Qadir meriwayatkan bahwa

pernah suatu ketika hutang sang Syaikh kepada

beberapa orang telah mencapai 250 dinar, lalu

datanglah oraaang yang tidak aku kenal dan masuk

tanpa ijin lalu duduk dihadapan sang Syaikh. Dia

mengeluarkan uang seraya berkata, “ini adalah

pembayar hutang” kemudian ia pergi. Kemudian

beliau memerintahkan agar uang tersebut dibagikan

kepada yang berhak. Kemudian –kata Syaikh Abu

Naja- ketika aku menanyakan siapa orang tersebut,

sang Syaikh berkata, “Dia adalah yang berjalan

menurut Al-Qadar”. “Siapa yang berjalan menurut

28 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

Al-Qadar” tanyaku lagi. Beliau menjawab, “Dia

adalah malaikat yang diutus Allah kepada para

waliNya yang memiliki hutang untuk melunasi

hutang-hutang mereka”. Syaikh Uday bin Abu

Barakat meriwayatkan bahwa ayahnya meriwayatkan

dari pamannya Syaikh Uday bin Musafir. Beliau

berkata, “suatu ketika saat Syaikh Abdul Qadir

memberikan pengajaran, turunlah hujan yang

membuat orang-orang berpencar. Sang Syaikh

menengadahkan kepalanya kep arah langit dan

berkata, ‘Aku mengumpulkan mereka untukMu dan

Engkau cerai beraikan mereka seperti ini’.

Seketika itu pula hujan berhenti, tidak ada satu

tetespun air yang turun di majlis tersebut

sedangkan di luar madrasah hujan tetap lebat”.

Syaikh AbdulLah Al-Jaba’I meriwayatkan, “ Pada

suatu hari Syaikh Abdul Qadir sedang berbicara

tentang bagaimana menghilangkan ujub. Tiba-tiba

Beliau memalingkan Muka Beliau kepadaku dan

berkata, ‘Apabila engkau melihat sesuatu yang

berasal dari Allah dan hal tersebut menggiringmu

untuk melakukan kebaikan serta engkau dapat

melepaskan dirimu dari (meminta) penjelasan akan

hal tersebut maka engkau telah lepas dari sifat

29 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

ujub’”. Syaikh orang-orang sufi, Syaikh

Syihabuddin Umar As-Sahrawardi berkata, “Dulu

saat aku masih muda, aku menenggelamkan diriku

untuk mempelajari ilmu kalam. Aku hafal berbagai

karangan dalam bidang tersebut dan segera menjadi

seorang pakarnya. Pamanku telah memperingatkanku

akan hal tersebut namun aku tidak

mempedullikannya, sampai suatu hari aku dan dia

menziarahi Syaikh Abdul Qadir. Beliau berkata

kepadaku, ‘’Umar, Allah SWT berfirman, ‘Hai

orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan

pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu

mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin),

sebelum pembicaraan itu’. Kami adalah orang-orang

yang kalbunya selalu mendapatkan bisikan dari

Allah. Sekarang lihatlah posismu di hadapan Allah

agar engkau dapat melihat keberkahan melihat-

Nya”. “ketika kami sudah duduk bersamanya,

pamanku berkata kepada beliau, ‘Kmenakanku ini

menyibukkan dirinya dengan ilmu kalam. Aku sudah

larang dia akan tetapi dia tidak mematuhiku’.

Mendengar penuturan pamanku, beliau mengulurkan

tangannya yang penuh berkah ke dadaku dan

berkata, ‘Kitab apa saja yang telah engkau

30 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

hafal ?’. Akupun menjawab dengan menyebutkan

berbagai kitab yang telah aku hafal. Demi Allah,

saat beliau mengangkat tangannya dari dadaku,

tidak ada satu katapun dari kitab-kitab, yang

sebelumnya aku hafal di luar kepala, yang masih

aku ingat. Saat itu juga Alah Ta’ala telah

melupakan aku tentang berbagai masalahnya dan

menanamkan dalam dadaku ilmu laduni. Aku bangkit

dari hadapannya sambil berbicara dalam bahasa

hikmah. Lalu beliau berkata kepadaku, “Umar,

engkau adalah orang-orang terakhir yang termasuk

golongan orang-orang masyhur di Iraq”. Syaikh

Abdul Qadir adalah Sulthan ahl-Thariqah yang

dianugerahi otoritas atas semua eksistensi. Abu

Faraj bin Hamami bercerita, “Aku banyak mendengar

cerita-cerita mustahil yang muncul dari Syaikh

Abdul Qadir Al Jailani ra. Yang tidak dapat aku

terima. Akan tetapi karena itulah aku ingin

sekali bertemu dengan beliau. Suatu saat, aku

pergi ke Bab Al-Azij untuk suatu keperluan.

Ketika pulang aku melewati madrasahnya dan tepat

pada saat itu muazin telah mengumandangkan

shlalat ashar. Dalam hati aku berkata, ‘aku akan

shalat ashar dan berkenalan dengan sang Syaikh’.

31 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

Saat itu aku lupa bahwa aku belum berwudhu dan

langsung shalat. Setelah selesai shalat, Syaikh

Abdul Qadir menjumpaiku dan berkata kepadaku,

‘Anakku, jika engkau datang kepadaku dengan suatu

hajat pasti akan aku kabulkan. Sayangnya sekarang

engkau benar-benar lupa bahwa engkau belum

berwudhu ketika melakukan shalat’. Pengetahuan

beliau terhadap sesuatu yang tersembunyi

menimbulkan kekaguman kepadaku akan kkondisi

spiritual yang telah beliau capai. Sejak saat itu

aku selalu mengikutinya, mencintainya dan

emlayaninya. Dari keajdian tersebut aku

mengetahui keluasan berkah beliau”. Al-Jaba’I

berkata, “ketika mendengar kitab Haliyatul

Auliya’ oleh ibnu Nashir, terbetik dalam hatiku

untuk berkontemplasi, menjauhkan diri dari

manusia dan menyibukkan diri beribadah. Saat

shalat Ashar, aku berjama’ah bersama Syaikh Abdul

Qadir. Selesai shalat beliau melihat ke arahku

dan berkata, ‘jika engkau benar-benar ingin

berkontemplasi (khalwat), maka jangan lakukan itu

sebelum engkau benar-benar menguasai agama,

bergaul dengan para Syaikh dan belajar dari

mereka. Saat itulah engkau boleh berkontemplasi

32 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

(khalwat). Jika engkau tidak melakukan itu maka

engkau akan terputus sebelum engkau menjadi ahli

dalam bidang agama. Engkau juga akan merasa

bangga atas apa yang engkau miliki. Tapi ketika

ada masalah agama yang engkau tidak ketahui,

engkau akan keluar dari zawiyahmu dan bertanya

kepada orang-orang tentang hal tersebut. Sebaik-

baik kontemplator (orang yang berkhalwat) adalah

mereka yang bagaikan lilin, amemberikan penerangn

dengan cahayanya”. Syaikh Abu Abbas Al-Khidr Al-

Husain Al-Maushuli meriwayatkan, “pada suatu

malam, saat kami sedang berada di madrasah Syaikh

Abdul Qadir, datanglah khalifah AL-Mustanjid

biLlah Abu Mudzaffar Yusuf bin Al-Imam Al-Muftaqi

li amriLlah Abu AbduLlah Muhammad Ad-Dabbas.

Beliau mengucapkan salam kepada sang Syaikh dan

memohon nasihatnya sambil meletakkan 10 kantung

uang yang dipikul oleh 10 orang budak. Syaikh

berkata, “Aku tidak membutuhkan ahrta ini”. Namun

sang Imam berkeraas agar Syaikh Abdul Qadir

menerimanya. Syaikh Abdul Qadir kemudian

mengambil 2 kantung uang yang paling besar dan

paling berat lalu memeras keduanya dengan tangan

beliau, maka mengalirlah darah. Berkatalah Syaikh

33 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

kepada Khalifah, ‘Mudzafar, engkau peras darah

rakyat lalu engkau berikan kepadaku. Tidakkah

engkau malu kepada Allah ?’. sang khalifahpun

pigsan mendengar hal tersebut. Kemudian sang

Syaikh emlanjutkan, ‘Kalau buan karena rasa

hormatku kepada garis keturunannya dengan

RasuluLlah SAW, akan aku biarkan darah tersebut

mengalir hingga pintu istananya’. Syaikh Abu

Hasan Ali Al-Quraisy berkata, “saat aku

menghadiri salah satu majlis sang Syaikh tahun

559 H datanglah rombongan golongnan rafidah

membawa dua buah keranjang tertutup dan berkata

kepada beliau, ‘Beritahu kami apa isi dua

keranjang ini’. Beliau turun dari kursi dan

mengulurkan tangannya memegang salah satu

keranjang tersebut dan berkata, ‘Yang ini berisi

anak yang lumpuh’. Lalu beliaiu memerintahkan

puteranya Abdurrazaq membuka keranjang tersebut

dan isinya seperti yang beliau ucapkan. Beliau

pegang kaki anak tersebut kemudian berkata,

‘Bankitlah dengan ijin Allah’. Seketika anak

tersebut bangkit. Kemudian beliau memegang

keranjang yang lain dan berkata, “keranjang ini

berisi anak yang sehat dan tidak cacat’. Ketiak

34 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

keranjang tersebut dibuka, maka keluarlah seorang

anak yang sehat, sang Syaikh memegang ubun-

ubunnya dan berkata, ‘Duduklah’. Seketika itu

pula anak tersebut menjadi lumpuh. Rombongan

rafidah tersebut bertobat di hadapan beliau dan

pada saat itu 3 orang meninggal dunia’.

Diriwayatkan, dari Yahya bin Junah Al-Adib

bahwasanya beliau berkata, “Dalam hati aku

berkata”. ‘Aku ingin menghitung berapa banyak

sang Syaikh melantunkan sya’ir di dalam majlisnya

dengan menggunakan benang dari pakaianku. Akupun

kemudian menghadiri majlis pengajiannya dan

setiap beliau melantunkan sya’ir maka aku ikatkan

benang di bawah pakaianku. Ditengah-tengah beliau

bersya’ir tiba tiba beliau berkata, ‘Aku

melepaskan ikatan sedang engkau mengikatnya’”.

Syaikh Abu Hasan (Ibnu Syathantah) Al-Baghdadi

berkata, “Saat aku belajar kepada sang Syaikh,

aku sering berjaag di malam hari untuk melayani

beliau. Pada suatu malam di bulan Shafar tahun

553 H, aku melihat beliau keluar dari ruangannya.

Akupun menyodorkan tempat air untuk berwudhu

kepada beliau namun beliau tidak mempedulikan

tawaranku dan terus bergerak menuju pintu

35 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

madrasah. Kemdian beliau memberi isyarat kepada

pintu madrasah tersebut maka pintu itupun terbuka

dengan sendirinya. Kemudian beliau terus berjalan

keluar sementara aku mengikutinya dari belakang.

Aku berkata dalam hatiku bahwa beliau tidak

mengetahui kalau aku ikuti dari belakang. Beliau

terus berjalan ke arah pintu gerbang kota Bagdad,

maka beliaupun memberikan isyarat kepada pintu

tersebut dan pintu itupun terbuka dengan

sendirinya. Kami terus berjalan, namun tak berapa

lama tibalah kami di suatu tempat semacam ribath

yang sama sekali tidak aku ketahui. Di dalam

ribath tersebut terdapat 6 orang yang sedang

duduk, dan ketika mereka mengetahui kedatangan

Syaikh Abdul Qadir maka merekapun segera

menyambut beliau seraya mengucapkan salam. Aku

segera pergi ke sudut bangunan tersebut dan dari

dalam bangunan terdengarlah suara dengungan dan

rintihan. Tak berapa lama, suara tersebut

berhenti , kemudian seorang pria masuk ke dalam

ruangan yang tadi terdengar rintihan lalu keluar

dengan membawa seseorang di atas pundaknya.

Setelah itu seseorang yang tidak mengenakan

sesuatu di kepalanya dengahn kumis yang lebat

36 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

masuk dan duduk di hadapan sang Syaikh dan

kemudian mengambil dua kalimah syahadah dari

beliau kemudian memotong kumis serta rambutnya.

Setelah itu beliau kenakan thaqiyah (topi) di

kepalanya dan memberikan nama Muhammad kepadanya

serta berkat kepada yang lain, ‘Aku telah

diperintahkan untuk menjadikannya sebagai ganti

dari yang meninggal’. ‘Kami mendengar dan patuh’

jawab yang lain. Baliau lalu keluar dari ruangan

tersebut seraya meninggalkan mereka. Setelah itu

beliau berjalan dan tak lama kami tiba di pintu

gerbang kota Baghdad. Pintu tersebut kembali

terbuka dan menutup dengan sendirinya setelah

kami melewatinya. Demikian juga tak berapa lama

kami tiba di Madrasah kemudian memasukinya.

Keesokan harinya aku mohon kepada sang Syaikh

untuk menceritakan apa yang aku lihat. Maka

beliaupun menjawab, “Adapun negeri yang kita

datang kemarin adalah negeri Nahawand. Enam oran

yang engkau lihat adalah para wali abdal dan

suara dengungan yang engkau dengar adalah wali

yang ke tujuh. Dia sedang sakit dan aku hadir di

sana untuk melayatinya. Adapun orang yang aku

ambil syahadatnya adalah seorang nashrani dari

37 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

Konstantinopel dan aku perintahkan ia untuk

menjadi ganti ari si mayit. Adapun orang yang

masuk dan keluar sambil menggendong jenasah

adalah Abul Abbas Al-Khidhir AS yang diperintah

Allah untuk mengurus jenasah wali yang wafat”.

Kemudian beliau mengambil sumpahku untuk tidak

menceritakan peristiwa tersebut selama beliau

masih hidup. Beliau berkata, “Takutlah kamu untuk

tidak membuka rahasia ini selama aku masih

hidup”. Abu Sa’id AbdulLah bin Ahmad bin Ali Al-

Baghdadi Al-Azji bercerita, “Pada tahun 537 H

anak perempuanku seorang perawan berusia 16 tahun

naik ke atas atap rumahku dan kemudian hilang.

Akupun pergi menghadap Syaikh Abdul Qadir dan

menceritakan hal tersebut. Beliau berkata

kepadaku, “Pergilah ke pegunungan Al-Karh.

Duduklah di puncak ke lima dan buatlah tanda

lingkaran di sekitarmu sambil berkata,

‘BismiLlaahiRrahmaanirRahiim, atas niat Syaikh

Abdul Qadir. Nanti ketika hari mulai gelap akan

banyak jin yang melewatimu. Mereka tidak akan

dapat menyakitimu. Pada waktu sahur, raja raja

mereka akan lewat beserta bala tentaranya dan

mereka akan menanyakan maksud kedatanganmu. Saat

38 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

itulah ceritakan kepada mereka perihal anakmu’.

Akupun melaksanakan perintah tersebut. Ketika

hari muali gelap, geromblan jin dengan bentuk

yang sangat menakutkan namun mereka tidak dapat

menyakitiku atau menggangguku. Gerombolan demi

gerombolan terus berlalu hingga waktu sahur

datanglah raja mereka dengan mengendarai seekor

kuda dan berdiri di luar lingkaran menghadap ke

arahku. Dia berkata, ‘hai manusia apa

keperluanmu’. “Syaikh Abdul Qadir mengutusku

kepadamu”. Jawabku. Begitu mendengar nama Syaikh

Abdul Qadir maka raja jin tersebut turun dari

kudanya mencium tanah dan duduk, begitu pula

dengan para jin lain yang menyertainya. Kemudian

ia berkata, ‘apa yang terjadi pada dirimu ?’.

akupun menceritakan kepada mereka aka kisah

puteriku yang hilang. Setelah mendengar

penuturanku, dia berkata kepada para jin, ‘Siapa

yang melakukan ini’. Tidak ada satu jinpun yang

mengakuinya. Lalu datanglah seorang jin bersama

anakku. Sang raja berkata, ‘ini adalah

pembangkang dari negeri cina’. ‘apa yang

mendorongmu berani melakukan hal ini di bawah

atap sang qutb ?’. tanyanya kepada jin tersebut.

39 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i

Jin tersebut berkata, ‘perempuan tersebut menarik

hatiku dan aku mencintainya’. Sang raja kemudian

memerintahkan jin tersebut untuk dipenggal

kepalanya dan menyerahkan anakku kembali. Aku

berkata kepadanya, ‘Aku belumpernah melihat jin

dengan derajad tinggi sepertimu memenuhi perintah

Syaikh Abdul Qadir’. Dia berkata, ‘Benar, dari

rumahnya beliau memandang kepada jin pembangkang

yang pada waktu itu berada di dasar

bumi.kewibawaannya membuat para pembangkang

tersebut kembali ke tempat mereka. Sesungguhnya

jika Allah mengangkat seorang Qutb maka Dia akan

menjadikannya sebagai Qutb diantara jin dan

manusia’.