konflik kepentingan hak dan kewajiban asasi - Repository ...
MAKALAH PARTISIPASI PUBLIK SEBAGAI HAK ASASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
-
Upload
jumadilhakim -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of MAKALAH PARTISIPASI PUBLIK SEBAGAI HAK ASASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
MAKALAH
PARTISIPASI PUBLIK SEBAGAI HAK ASASI WARGA
DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
Mata Kuliah Sistem Hukum Indonesia
Dosen : Dr. H. Agus Sikwan, SH, M. Hum.
Disusun Oleh :
Nama : Aghatha
Nim : E1011141024
Semester/Kelas : 1/A
Prodi : Ilmu Administrasi Negara
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
KALIMANTAN BARAT
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmat-
Nya maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis
dengan tepat waktu. Makalah ini memuat tentang
“Partisipasi Publik Sebagai Hak Asasi Warga Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan” yang semakin lama memudar
dan menjadi sekedar partisipasi semu. Partisipasi
publik yang berkembang dikatakan semu karena tidak
boleh ada kritik atas program pembangunan, tidak
terbuka ruang bagi masyarakat untuk mengajukan
keberatan-keberatannya atas sebuah kebijakan yang
merugikan masyarakat.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan
yang lebih luas kepada pembaca. Saya menyadari bahwa
masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca
untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kemajuan kita bersama. Terima kasih dan
semoga makalah ini memberikan sumbangsi positif bagi
kita semua
Pontianak, 5 Oktober 2014
Penulis
ABSTRAK
Penulis merasa penting untuk mengkaji dan membahas
pentingnya penegakan sistem demokrasi, hak asasi
manusia, dan hak memilih warga Negara serta dihubungkan
dengan Pemilu dan pembuatan undang-undang sebagai suatu
sarana dalam negara demokrasi, dan sebagai salah satu
cara guna mewujudkan kedaulatan rakyat. Demokrasi
sebagai dasar hidup bermasyarakat dan bernegara
mengandung pengertian bawa rakyatlah yang memberikan
ketentuan dalam masalah-masalah mengenai kehidupannya,
termasuk dalam menilai kebijakan negara karena
kebijakan tersebut akan menentukan kehidupan rakyat.
Pemilihan umum merupakan perwujudan nyata demokrasi
dalam praktek bernegara masa kini (modern) karena
menjadi sarana utama bagi rakyat untuk menyatakan
kedaulatan rakyat atas Negara dan Pemerintah.
Pernyataan kedaulatan rakyat tersebut dapat diwujudkan
dalam proses pelibatan masyarakat untuk menentukan
siapa-siapa saja yang harus menjalankan dan di sisi
lain mengawasi pemerintahan Negara. Karena itu, fungsi
utama bagi rakyat adalah “untuk memilih dan melakukan
pengawasan terhadap wakil-wakil mereka”.
Kata Kunci : Demokrasi, Hak, Peraturan, Partisipasi,
Pemerintahan, Publik
DAFTAR ISI
Kata Pengantar iAbstrak iiDaftar Isi iiiBAB I. Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1B. Rumusan Penulisan Masalah 3C. Tujuan 3
BAB II. Pembahasan 4A. Prinsip Dalam Demokrasi 4B. HAK WARGA NEGARA DALAM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN, PENGAMBILAN KEPUTUSAN/KEBIJAKAN,
PEMBUATAN UNDANG-UNDANG DAN PEMILIHAN PEJABAT
PEMERINTAH 8
BAB III. Kesimpulan 14Daftar Pustaka 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara
yang dibentuk berdasarkan semangat nasionalisme
bangsa Indonesia yang bertujuan melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut sistem
demokrasi. Gerakan demokrasi menghadirkan gerakan
Hak Asasi Manusia, dimana perlindungan HAM menjadi
nilai dan prinsip demokrasi.
Sistem demokrasi dipercaya sebagai suatu sistem
yang mencerminkan mekanisme politik yang dianggap
mampu menjamin adanya pemerintahan yang tanggap
terhadap preferensi dan keinginan warga negaranya.
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang berasal
dari rakyat, dan mengikutsertakan rakyat dalam
pemerintahan negara. Dalam demokrasi atau kedaulatan
rakyat dapat dijamin peran serta masyarakat dalam
proses pengambilan keputusan, sehingga setiap
perundang-undangan yang diterapkan dan ditegak-kan
benar-benar mencerminkan perasaan keadilan
masyarakat. Tetapi rakyat tidak me-laksanakan
kedaulatannya secara langsung.
Hak asasi manusia merupakan hak yang melekat pada
diri seseorang sebagai ciptaan Tuhan agar mampu
menjaga harkat, martabat, keharmonisan lingkungan dan
merupakan bagian dari nilai dasar demokrasi serta
merupakan indikator supremasi hukum . Hak asasi
merupakan hak dasar yang melekat secara kodrati pada
diri manusia dengan sifatnya yang universal dan
abadi. Hak asasi ini harus dilindungi, dihormati dan
dipertahankan. Selain itu hak ini tidak boleh
diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun.
Hak asasi manusia perlu mendapat jaminan perlindungan
dari negara melalui pernyataan tertulis yang harus
dimuat dalam UUD negara. Peranan negara sesuai dengan
pasal 1 Ayat (1) UU Nomor. 39/1999 tentang HAM,
menyatakan bahwa negara, hukum dan pemerintah, serta
setiap orang wajib menghormati, menjunjung tinggi,
dan perlindungan Hak Asasi Manusia. Masalah Hak Asasi
Manusia mempunyai akar budaya yang sangat kuat di
Indonesia. Negara Indonesia sendiri terbentuk sebagai
reaksi pelanggaran Hak Asasi Manusia yang absolut
selama penjajahan 350 tahun.
Warga masyarakat memiliki hak asasinya dalam
partisipasi publik pada proses penyelenggaraan
pemerintahan yang demokratis di Indonesia yang
tertera dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 pada
bagian kedelapan tentang Hak Turut Serta Dalam
Pemerintahan Pasal 4. Menurut ketentuan Pasal 23 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 dinyatakan
bahwa “Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan
politiknya”, maka Warga Negara Indonesia memiliki hak
untuk memilih aparat pemerintah, namun sebagian
masyarakat kehilangan haknya dikarenakan tidak
terdaftar dalam daftar pemilih tetap (DPT) ataupun
karena kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk
melakukan pemilihan oleh DPRD.
Pemahaman yang kurang maupun keliru tentang hak
asasi manusia, khususnya hak asasi warga dan sistem
demokrasi oleh masyarakat awam dan aparat
pemerintahan tidak mengembirakan kerana akan turut
berpengaruh terhadap proses pelaksanaan pembangunan
pemerintahan. Mulai dari masyarakat hingga pada
elemen pemerintah dan para penegak hukum mengalami
disorientasi terhadap hakikat HAM dan demokrasi yang
sesungguhnya.
Demokrasi hanya dipahami sekedar pemilu dan
konstitusi saja. Saluran partisipasi masyarakat
ditutup dengan argumentasi bahwa aspirasi telah cukup
terwakili oleh lembaga perwakilan rakyat, walaupun
pada kenyataannya lembaga tersebut lebih membawakan
suara partai dan tidak mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi kebijakan. Selain itu sistem politik
yang ada penuh dengan manipulasi dan pengkhianatan
terhadap tuntutan warga masyarakat maupun kelompok-
kelompok kepentingan, sehingga demokrasi yang
diterapkan dan hak yang dimiliki warga tidak dapat
dirasakan dengan baik.
B. RUMUSAN MASALAH PENULISAN
1. Bagaimana Sistem Demokrasi?
2. Bagaimana hak warga negara untuk ikut serta dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pengambilan
keputusan/kebijakan, pembuatan undang-undang dan
pemilihan pejabat pemerintah?
C. TUJUAN
1. Khalayak umum dapat mengetahui prinsip dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan yang
demokrasi.
2. Warga negara mengetahui dan paham tentang haknya
untuk turut ikut berpartsipasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pengambilan
keputusan/kebijakan, pembuatan undang-undang dan
pemilihan pejabat pemerintah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PRINSIP DALAM DEMOKRASI
Demokrasi berawal di era yunani kuno, kata
demokrasi terdiri dari dua kata penting yaitu Demos
yang berarti rakyat dan Kratos/Kratien yang berarti
kekuasaan atau pemerintahan. Dalam kamus hukum,
demokrasi diartikan sebagai bentuk pemerintahan atau
kekuasaan negara tertinggi dimana sumber kekuasaan
tertinggi adalah kekuasaan kerakyatan yang terhimpun
melalui suatu majelis yang dinamakan Majelis
Permusyawaratan Rakyat (die gesante staatgewaltlieght allein ber
der majelis). Konsep demokrasi diterima hampir oleh
seluruh masyarakat dunia karena diyakini bahwa konsep
demokrasi merupakan tata pemerintahan yang paling
unggul dibandingkan dengan tata pemerintahan lainnya.
Menurut Abraham Lincoln, democracy is government of the
people, by the people and for the people, artinya demokrasi
adalah pemerintahan dari rakyat , oleh rakyat dan
untuk rakyat.
Jadi yang diutamakan dalam pemerintahan yang
demokratis adalah rakyat. Hal yang utama dalam
menentukan berlakunya sistem demokrasi di suatu
negara adalah ada atau tidaknya asas-asas pokok
demokrasi pada sistem itu adalah pengakuan
partisipasi rakyat di dalam pemerintahan dan
pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia, misalnya
pemilihan wakil-wakil rakyat untuk lembaga perwakilan
rakyat secara bebas dan rahasia, adanya tindakan
pemerintah untuk melindungi hak hak asasi manusia
demi kepentingan bersama.
Menurut Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, demokrasi
konstitusional Indonesia memiliki sepuluh pilar,
sebagai berikut:
1. Demokrasi yang Berketuhanan Yang maha Esa
2. Demokrasi dengan kecerdasan
3. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat
4. Demokrasi dengan rule of law
5. Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan Negara
6. Demokrasi dengan hak asasi manusia
7. Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka
8. Demokrasi dengan otonomi daerah
9. Demokrasi dengan kemakmuran
10. Demokrasi yang berkeadilan social
Demokrasi mengandung nilai-nilai moral. Jadi dalam
penerapannya, demokrasi harus dilandasi dengan nilai-
nilai demokrasi. Nilai-nilai demokrasi tersebut
antara lain:
1. Menyelesaikan perselisihan dengan cara damai
2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara
damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah
3. Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara
teratur dan jujur
4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai
seminimal mungkin
5. Mengakui serta menganggap wajar adanya
keanekaragaman
6. Menjamin tetap tegaknya keadilan
Menurut Miriam Budiarjo, demokrasi konstitusional
memiliki ciri sebagai berikut:
1. Perlindungan konstitusional
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3. Pemilihan umum yang bebas
4. Kebebasan menyatakan pendapat
5. Kebebasan berorganisasi
6. Pendidikan kewarganegaraan
7. Kebijaksanaan politik atas dasar kehendak
mayoritas
Jack Lively mengungkapkan 3 kriteria kadar
kedemokrasian sebuah negara yaitu:
1. Keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan
2. Sejauh mana keputusan pemerintah di bawah
kontrol masyarakat
3. Sejauh mana warga negara bisa terlibat dalam
administrasi umum
Sistem pemerintahan yang demokratis atau tidak, dapat
dilihat dari indikator-indikator yang dirumuskan oleh
Affan Gaffar berikut ini:
a. Akuntabilitas
b. Rotasi Kekuasaan
c. Rekruitmen politik yang terbuka
d. Pemilihan umum
e. Menikmati hak-hak dasar
Pemerintahan demokrasi memiliki ciri pokok yang
membedakannya dengan pemerintahan yang tidak
demokratis. Adapun ciri yang dimaksud adalah :
a. Pemerintahan berdasarkan kehendak dan
kepentingan rakyat banyak.
b. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.
Misalnya pembagian atau pemisahan kekuasaan ke
dalam eksekutif, legislative dan yudikatif.
c. Adanya tanggung jawab dari pelaksanaan
kegiatan atau pemerintahan.
Robert A. Dahl melihat demokrasi lebih
menitikberatkan aspek kebebasan politik. Ia
berpendapat, bahwa dalam sistem demokrasi paling
tidak ditunjukan oleh lima prinsip, yakni:
a. Adanya prinsip hak yang tidak diperbedakan
antara rakyat yang satu dengan yang lainnya.
b. Adanya partisipasi efektif yang menunjukan
adanya proses dan kesempatan yang sama bagi
rakyat untuk mengekspresikan preferensinya
dalam keputusan-keputusan yang diambil.
c. Adanya pengertian yang menunjukan bahwa rakyat
mengerti dan paham terhadap keputusan-keputusan
yang diambil negara, tidak terkecuali
birokrasi.
d. Adanya kontrol akhir yang diagendakan oleh
rakyat, yang menunjukan bahwa rakyat mempunyai
kesempatan istimewa untuk membuat keputusan dan
dilakukan melalui proses politik yang dapat
diterima dan memuaskan berbagai pihak.
e. Adanya inclusiveness yakni suatu pertanda yang
menunjukan bahwa yag berdaulat adalah seluruh
rakyat.
Inu Kencana Syafiie merincikan prinsip-prinsip
demokrasi sebagai berikut, yaitu; adanya pembagian
kekuasaan, pemilihan umum yang bebas, manajemen yang
terbuka, kebebasan individu, peradilan yang bebas,
pengakuan hak minoritas, pemerintahan yang
berdasarkan hukum, pers yang bebas, beberapa partai
politik, konsensus, persetujuan, pemerintahan yang
konstitusional, ketentuan tentang pendemokrasian,
pengawasan terhadap administrasi negara, perlindungan
hak asasi, pemerintah yang mayoritas, persaingan
keahlian, adanya mekanisme politik, kebebasan
kebijaksanaan negara, dan adanya pemerintah yang
mengutamakan musyawarah. Prinsip-prinsip negara
demokrasi tersebut kemudian dituangkan ke dalam
konsep yang lebih praktis sehingga dapat diukur dan
dicirikan. Ciri-ciri ini yang kemudian dijadikan
parameter untuk mengukur tingkat pelaksanaan
demokrasi yang berjalan di suatu negara. Parameter
tersebut meliputi empat aspek. Pertama, masalah
pembentukan negara. Pemilihan umum dipercaya sebagai
salah satu instrumen penting yang dapat mendukung
proses pembentukan pemerintahan yang baik. Kedua,
dasar kekuasaan negara. Masalah ini menyangkut konsep
legitimasi kekuasaan serta pertanggungjawabannya
langsung kepada rakyat. Ketiga, susunan kekuasaan
negara. Kekuasaan negara hendaknya dijalankan secara
distributif. Hal ini dilakukan untuk menghindari
pemusatan kekuasaan dalam satu tangan. Keempat,
masalah kontrol rakyat. Kontrol masyarakat dilakukan
agar kebijakan yang diambil oleh pemerintah atau
negara sesuai dengan keinginan rakyat.
B. HAK WARGA NEGARA DALAM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN, PENGAMBILAN KEPUTUSAN/KEBIJAKAN,
PEMBUATAN UNDANG-UNDANG DAN PEMILIHAN PEJABAT
PEMERINTAH
Prinsip keadilan demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan merupakan hak asasi bagi warga negara
yang kemudian mengimplikasikan sebuah kewajiban bagi
setiap negara untuk memberikan jaminan
keberlangsungannya. Dalam Kovenan Internasional Hak-
Hak Sipil dan Politik yang ditetapkan oleh Resolusi
Majelis Umum PBB 2200 A (XXI) dalam Pasal 25
menentukan bahwa:
Setiap warga negara harus mempunyai hak dan
kesempatan , tanpa pembedaan apapun sebagaimana
yang dimaksud dalam pasal 2 dan tanpa pembatasan
yang tidak layak untuk:
a) ikut serta dalam pelaksanaan urusan
pemerintahan, baik secara langsung ataupun
melalui wakil-wakil yang dipilih secara
langsung.
b) memilh dan dipilih pada pemilihan umun
berkala yang murni dan dengan hak pilih yang
universal dan sama, serta dilakukan melalui
pemungutan suara secara rahasia untuk
menjamin kebebasan menyatakan keinginan dari
para pemilih.
c) memperoleh akses pada pelayanan umum di
negaranya atas dasar persamaan dalam arti
umum.
Menurut Burkens, “banyak bidang kegiatan
pemerintahan yang membutuhkan keikutsertaan langsung
dari para warga masyarakat dalam proses persiapan
penentuan kebijakan dan pembentukan keputusan”.
Partisipasi atau peran serta masyarakat diatur dalam
UU Nomor 28 Tahun1999 tentang penyelenggaraan Negara
yang bersih dan bebas dari KKN. Pasal 8 ayat (1) UU
tersebut menentukan bahwa peran serta masyarakat
dalam penyelenggaraan negara merupakan hak dan
tanggung jawab masyarakat untuk ikut mewujudkan
penyelenggaraan negara yang bersih. Berdasarkan
ketentuan Pasal 9, Peran serta masyarakat diwujudkan
dalam bentuk:
a. hak mencari, memperoleh dan memberikan
informasi tentang penyelenggaraan negara,
b. hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dan
adil dari penyelenggara negara,
c. hak menyampaikan saran dan pendapat secara
bertanggungjawab terhadap kebijakan
penyelenggara Negara,
d. hak memperoleh perlindungan hukum.
Partisipasi masyarakat dalam UU No. 10 tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
diatur pada Bab X pasal 53 dan pasal 139 ayat (1) UU
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, yang
menyatakan bahwa masyarakat berhak memberikan masukan
secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan
atau pembahasan rancangan undangundang dan rancangan
peraturan daerah. Dari bunyi pasal 53 UU Nomor 10
Tahun 2004 dan pasal l39 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun
2004, serta Penjelasannya dapat diketahui bahwa:
1. Masyarakat berhak memberikan masukan dalam
rangka penyiapan atau pembahasan rancangan
perda
2. Masukan masyarakat tersebut dapat dilakukan
secara lisan atau tertulis; dan
3. Hak masyarakat tersebut dilaksanakan sesuai
dengan Peraturan Tata Tertib DPRD.
Dengan demikian, partisipasi masyarakat untuk
aktif dalam pemerintahan merupakan hak masyarakat.
Dalam konteks hak asasi manusia, setiap hak pada
masyarakat menimbulkan kewajiban pada pemerintah,
sehingga haruslah jelas pengaturan mengenai kewajiban
Pemerintahan untuk memenuhi hak atas partisipasi
masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Hakekat pentingnya partisipasi masyarakat dalam
pembentukan peraturan adalah dapat :
a. Memberikan landasan yang lebih baik untuk
pembuatan kebijakan publik dalam menciptakan
suatu good governance.
b. Memastikan adanya implementasi yang lebih
efektif karena warga mengetahui dan terlibat
dalam pembuatan kebijakan publik.
c. Meningkatkan kepercayaan warga kepada eksekutif
dan legislatif.
d. Efisiensi sumber daya, sebab dengan
keterlibatan masyarakat dalam pembuatan
kebijakan publik dan mengetahui kebijakan
publik, maka sumber daya yang digunakan dalam
sosialisasi kebijakan publik dapat dihemat.
Menurut Sad Dian Utomo (2003: 267-272), manfaat
partisipasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan
publik, adalah :
1. Memberikan landasan yang lebih baik untuk
pembuatan kebijakan publik.
2. Memastikan adanya implementasi yang lebih
efektif karena warga mengetahui dan
terlibat dalam pembuatan kebijakan publik.
3. Meningkatkan kepercayaan warga kepada eksekutif
dan legislatif.
4. Efisiensi sumber daya, sebab dengan
keterlibatan masyarakat dalam pembuatan
kebijakan publik dan mengetahui kebijakan
publik, maka sumber daya yang digunakan dalam
sosialisasi kebijakan public dapat dihemat.
Dalam kerangka negara demokrasi, pelaksanaan
pemilu merupakan momentum yang sangat penting bagi
pembentukan pemerintahan dan penyelenggaraan negara.
Pemilihan umum adalah suatu lembaga yang berfungsi
sebagai sarana penyampaian hak-hak demokrasi rakyat.
Eksistensi kelembagaan pemilihan umum sudah diakui
oleh negara-negara yang bersendikan asas kedaulatan
rakyat. Inti persoalan pemilihan umum bersumber pada
dua masalah pokok yang selalu dipersoalkan dalam
praktek kehidupan ketatanegaraan, yaitu mengenai
ajaran kedaulatan rakyat dan paham demokrasi, di mana
demokrasi sebagai perwujudan kedaulatan rakyat serta
pemilihan umum merupakan cerminan daripada demokrasi.
Kegiatan pemilihan umum (general election) juga merupakan
salah satu sarana penyaluran hak asasi warga negara
yang sangat prinsipil. Oleh karena itu, dalam rangka
pelaksanaan hak-hak asasi warga negara adalah
keharusan bagi pemerintah untuk menjamin
terlaksananya penyelenggaraan pemilihan umum sesuai
dengan jadwal ketatanegaraan yang telah ditentukan.
Sesuai dengan prinsip kedaulatan rakyat di mana
rakyatlah yang berdaulat, maka semua aspek
penyelenggaraan pemilihan umum itu sendiri pun harus
juga dikembalikan kepada rakyat untuk menentukannya.
Apabila pemerintah tidak menjamin terselenggaranya
pemilihan umum, memperlambat penyelenggaraan
pemilihan umum tanpa persetujuan para wakil rakyat,
ataupun tidak melakukan apa-apa sehingga pemilihan
umum tidak terselenggara sebagaimana mestinya
merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap hak
asasi manusia.
Ibnu Tricahyo menyatakan bahwa pemilihan umum
merupakan instrument mewujudkan kedaulatan rakyat
yang bermaksud membentuk pemerintahan yang absah
serta sarana mengartikulasi aspirasi dan kepentingan
rakyat. Gregorius Seti Harianto dari fraksi PDKB
mengemukakan bahwa dalam demokrasi semestinya
kedaulatan terwujud dalam pemilihan umum dan MPR
tidak boleh mengambil alih kekuasaan rakyat melalui
pemilu. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia, menunjukkan adanya bentuk pelanggaran
hukum terhadap jaminan hak memilih yang melekat pada
warga negara Indonesia. Menurut ketentuan Pasal 23
ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 dinyatakan
bahwa “Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan
politiknya”. Lebih lanjut menurut ketentuan Pasal 43
ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999,
dinyatakan bahwa: “Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan
memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui
pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan
adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Hak Politik warga Negara mencakup hak untuk
memilih dan dipilih, penjamin hak dipilih secara
tersurat dalam UUD 1945 mulai Pasal 27 ayat (1) dan
(2); Pasal 28, Pasal 28D ayat (3), Pasal 28E ayat
(3);141. Sementara hak memilih juga diatur dalam
Pasal 1 ayat (2); Pasal 2 ayat (1); Pasal 6A (1);
Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 22C (1) UUD 1945, yang
mengatur tentang Pemilihan Umum khususnya mengatur
tentang hak pilih warga negara, seharusnya membuka
ruang yang seluas-luasnya bagi setiap warga negara
untuk bisa menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan
Umum, sebab pembatasan hak pilih warga negara
merupakan salah satu bentuk pelanggaran Hak Asasi
Manusia.
Jimly Asshiddiqie merumuskan tujuan penyelenggaraan
pemilu menjadi 4 (empat), yaitu :
a. untuk memungkinkan terjadinya peralihan
kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan
damai;
b. untuk memungkinkan terjadinya pergantian
pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat
di lembaga perwakilan;
c. untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat;
dan
d. untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga
negara.
Betapa pentingnya negara melindungi fungsi hak
memilih warganya. Pemilu yang merupakan “pesta
rakyat” untuk membentuk Negara yang berkedaulatan
rakyat. Hak memberikan suara atau memilih (right to vote)
merupakan hak dasar (basic right) setiap individu atau
warga negara yang harus dijamin pemenuhannya oleh
Negara.
Persoalan kehilangan hak memilih ini tidak akan
menjadi besar apabila jumlah warga negara yang
kehilangan hak memilih ini hanya dalam kisaran angka
yang kecil, tetapi menjadi persoalan yang besar
ketika jumlah warga negara yang kehilangan hak
memilihnya tersebut berjumlah 68 juta jiwa. Tidak
akan menjadi masalah besar, jika kehilangan hak
memilih karena tidak terdaftar dalam DPT, tetapi jika
masyarakat kehilangan hak memilihnya dikarenakan
keputusan pemerintah untuk membuat UU Pemilu-Kalda
oleh DPRD.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam sebuah Negara yang menganut paham Demokrasi,
Pemilu menjadi kunci terciptanya demokrasi. Tak ada
demokrasi tanpa diikuti Pemilu. Pemilu merupakan wujud
yang paling nyata dari demokrasi. Pemilihan Umum di
Indonesia adalah media rakyat untuk memberikan hak
suaranya. Hak pilih warga negara dalam Pemilihan Umum
adalah salah satu substansi terpenting dalam
perkembangan demokrasi, sebagai bukti adanya eksistensi
dan kedaulatan yang dimiliki rakyat dalam pemerintahan.
Pemilu adalah sarana perwujudan kedaulatan rakyat.
Rakyat berdaulat untuk menentukan dan memilih sesuai
aspirasinya kepada partai politik mana yang dianggap
paling dipercaya dan mampu melaksakanan aspirasinya.
Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih
wakil rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk
pemerintahan yang demokratis, kuat, dan memperoleh
dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pemilu dilaksanakan oleh negara
Indonesia dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat
sekaligus penerapan prinsip-prinsip atau nilai-nilai
demokrasi, meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk
berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum demi
terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang
demokratis. Hendaknya pemerintah lebih memperjelas dan
mempertegas ketentuan mengenai hak memilih ini dalam
bentuk peraturan yang melindungi hak memilih sehingga
jika terjadi pelanggaran terhadap hak memilih warga
Negara maka dapat dikenakan sanksi yang tegas. Hal ini
menginggat sentralnya hak memilih warga Negara ini
untuk keberlangsungan Negara yang demokratis dan
berkedaulatan rakyat
DAFTAR PUSTAKA
Muladi. Hak Asasi Manusia. Bandung: Refika Aditama.
2009.
Azra, Azyumardi. Demokrasi. Hak Asasi Manusia
Masyarakat Madani. Jakarta: Predana Media. 2003.
Fahmi, Khairul. Pemilihan Umum dan Kedualatan Rakyat.
Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2011.
Karim Munhte, Abdul. Ilusi Partisipasi Masyarakat Dalam
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
http://abdulkarimmunthe.blogspot.com. Diakses tanggal 5
Oktober 2014.
Affandi, Hernadi. Arena Diskusi Hukum, Hak AsasiManusia, Demokrasi, dan Good Governance.
http://heraff.blogspot.com . Diakses tanggal 4 Oktober2014.
Hak Pilih Warga Negara Sebagai Sarana PelaksanaanKedaulatan Rakyat Dalam Pemilu.http://hukum.kompasiana.com. Diakses tanggal 5 Oktober2014.
Mike, Jhonathan. IMPLEMENTASI HAM DAN DEMOKRASI DIINDONESIA. http://bagaspujipamungkas.blogspot.com.Diakses tanggal 5 Oktober 2014.