Makalah Biodiesel dari Biji Nyamplung
-
Upload
ubrawijaya -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of Makalah Biodiesel dari Biji Nyamplung
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir ini, persoalan energi telah
menjadi persoalan yang krusial di Indonesia dan di dunia pada
umumnya Peningkatan permintaan energi ini disebabkan oleh
pertumbuhan populasi manusia dan permasalahan emisi dari bahan
bakar fosil yang memberikan tekanan kepada setiap negara untuk
segera memproduksi dan menggunakan energi yang dapat
diperbaharui dan tidak mencemari lingkungan. Ketergantungan
manusia terhadap bahan bakar fosil menyebabkan cadangan sumber
energi tersebut makin lama semakin berkurang. Selain itu,
penggunaan bahan bakar fosil berdampak pula pada perubahan
iklim global yang disebabkan oleh meningkatnya efek rumah kaca
di atmosfer bumi. Untuk mengurangi efek rumah kaca ini perlu
ditingkatkan upaya pemanfaatan sumber energi alternatif yang
bisa diperbaharui.
Berbagai macam upaya terus dilakukan diantaranya upaya
penghematan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan mengganti
sumber energi utama yang persediaannya semakin menipis dengan
sumber energi terbarukan yang berasal dari alam sekitar.
Sumber energi terbarukan tersebut diantaranya adalah bahan
bakar alternatif berupa biodiesel.
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki banyak
jenis tanaman sebagai sumber biodiesel yang tersebar secara
spesifik di seluruh pelosok Nusantara, salah satunya adalah
nyamplung. Nyamplung (Calophyllum inophyllum Linn) merupakan salah
satu tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia. Tanaman ini
dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar cair pengganti
minyak. Dengan adanya potensi nyamplung yang cukup melimpah di
Indonesia, pemanfaatnya sebagai sumber bahan bakar nabati
pengganti solar, dapat menjadi alternatif mengatasi krisis
energi di Indonesia.
Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif
yang ramah lingkungan karena biodiesel dapat mengurangi emisi
gas karbon monoksida (CO) sekitar 50%, gas karbon dioksida
(CO2) sekitar 78,45 %, dan bebas kandungan sulfur. Biodiesel
dapat diperoleh dari minyak tumbuhan yang berasal dari
sumberdaya yang dapat diperbarui.
Ketersediaan bahan bakar minyak yang ada selama ini belum
dapat memenuhi konsumsi masyarakat. Oleh karena itu, adanya
sumber energi alternatif dari minyak nyamplung diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan biodiesel?
2.Apa itu tanaman nyamplung?
3.Apa saja kandungan yang terdapat dalam minyak nyamplung?
4.Bagaimana proses pembuatan biodiesel dari biji nyamplung?
5.Apa saja keunggulan dan pemanfaatan biodiesel dari biji
nyamplung?
1.3 Tujuan
1.Mengetahui apa itu biodiesel
2.Mengetahui apa itu tanaman nyamplung
3.Mengetahui kandungan yang terdapat dalam minyak nyamplung
4.Mengetahui proses pembuatan biodiesel dari biji nyamplung
5.Mengetahui keunggulan dan pemanfaatan biodiesel dari biji
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari
campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak yang
dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel
dan terbuat dari sumber yang dapat diperbarui seperti minyak
sayur atau lemak hewan. Biodiesel mempunyai rantai karbon
berkisar antara 12 hingga 20 serta mengandung oksigen. Hal
itulah yang membedakannya dengan petroleum diesel yang komponen
utamanya adalah hidrokarbon. Dengan adanya oksigen, akan
mempengaruhi flash point-nya yang menjadi lebih tinggi,
sehingga tidak mudah terbakar. Biodiesel merupakan salah satu
bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan karena biodiesel
dapat mengurangi emisi gas karbon monoksida (CO) sekitar 50%,
gas karbon dioksida (CO2) sekitar 78,45 % dan bebas kandungan
sulfur. Biodiesel dapat diperoleh dari minyak tumbuhan yang
berasal dari sumberdaya yang dapat diperbarui (Sufriyani,
T.,2006).
Biodiesel adalah senyawa methyl ester atau ethyl ester
yang digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan
baker minyak bumi. Biodiesel lebih ramah lingkungan karena
biodegradable dan non toxic. Pembakaran biodiesel mampu
mengurangi emisi sebesar 20%. Biodesel ini diperoleh dari
tumbuhan dibawah ini ada beberapa jenis tumbuhan yang
dapat dijadikan sebagai sumber enrgi alternataif (Hambali,
dkk, 2007).
Tabel 1: sumber minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel
(Hambali, E., 2007)
2.2 Definisi Nyamplung (Calophyllum inophyllum Linn)
Tanaman nyamplung memiliki nama latin yaitu Calophyllum
inophyllum Linn. Tanaman buah ini termasuk dalam famili
Guttiferae. Tanaman Buah Nyamplung memiliki karakteristik
pohon dengan ketinggian mencapai 25 - 35 meter yang memiliki
panjang cabang sampai 21 meter dan diameter batang dapat
mencapai sekitar 150 cm, batang pohon berdiri tegak dan
berbentuk lurus dengan percabangan mendatar serta tidak
berbanir. Tanaman nyamplung menghasilkan buah yang berbentuk
bulat dengan diameter 2,5 - 3,5 cm. Buah nyamplung yang masih
muda berwarna hijau, sedangkan buah yang sudah tua berwarna
kekuningan atau seperti kayu jika sudah dipetik dan dibiarkan
lama. Tanaman nyamlung dapat tumbuh dengan baik di daerah
tropis dan sub tropis (Heryati, Mile dan Rostiwati, 2007).
Gambar 1: Buah Nyamplung (Anonim, 2008).
Tanaman nyamplung berbuah sepanjang tahun dan tersebar
cukup luas di indonesia. Tanaman ini biasanya tumbuh di
kawasan pantai dan dapat hidup dengan baik pada ketinggian 500
meter dari permukaan lau. Rata-rata setiap pohon nyamplung
dapat menghasilkan biji kurang lebih sebanyak 250 kg. Biji
nyamplung memiliki kandungan minyak yang tinggi yaitu 55% pada
biji segar dan 70,5% pada biji kering (Christina, dkk, 2011).
Menurut Sudrajat (2008), Biji dari tanaman Nyamplung ini
memiliki banyak kandungan kimianya, antara lain: senyawa
lakton yaitu kolofiloida dan asam kalofilat, tacamahin, asam
tacawahol, bummi, resin minyak atsiri, senyawa pahit,
calanolide A, sitosterol, lendir, gliserin, minyak lemak,
tannin, takaferol, dan karatenoid. Berikut ini adalah
kandungan minyak yang terdapat dalam biji nyamplung
No
.Komponen
Presentase (%
berat)
1 Asam lemak jenuh 29,415Asam palmitat
Asam stearat
14,318
15,097
2Asam lemak tidak
jenuh70,325
Asam palmitoleat
Asam oleat
Asam linoleat
Asam linolenat
0,407
35,489
33,873
0,557Tabel 2: Kandungan Minyak Biji Nyamplung (Christina, dkk,
2011).
2.3 Cara pembuatan Minyak Biji Nyamplung
Proses pengambilan minyak nyamplung ini melalui 2
tahapan, yaitu ekstraksi dan distilasi. Ekstraksi adalah suatu
proses yang bertujuan untuk memindahkan suatu komponen solute
dari jaringannya dengan mengunakan pelarut (solvent). Dasar
pemisahan ini adalah perbedaan daya larut dari tiap-tiap
komponen ke dalam zat pelarut. Ekstraksi yang melibatkan zat
padat sering disebut dengan Solvent Ekstraction,Washing atau
Leaching. Metode ekstraksi lebih dipilih karena energi yang
diperlukan rendah dan solventnya dapat digunakan kembali.
Proses ekstraksi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
suhu, waktu kontak, dan rasio antara feed dengan solvent.
Distilasi adalah proses pemisahan komponen-komponen campuran
dari dua atau lebih cairan dengan menggunakan panas sebagai
tenaga pemisah atau “separating agent”. Pada proses pemisahan
secara distilasi, fase uap akan segera terbentuk setelah
sejumlah cairan dipanaskan. Uap dipertahankan kontak dengan
sisa cairannya ( dalam waktu yang relatif cukup ) dengan
harapan pada suhu dan tekanan tertentu, antara uap dan sisa
cairannya akan berada pada kesetimbangan, sebelum cairan
dipisahkan menjadi distilat dan residu (Brown, 1978).
Biji tanaman nyamplung dihancurkan kemudian dikeringkan
sampai kadar airnya hanya 2%. Setelah kering, biji tersebut
dihaluskan lagi sampai ukurannya 1800 μm. Bahan yang sudah
siap kemudian diekstraksi dengan menggunakan solven N-heksane.
Ekstraksi dilakukan pada suhu 35o - 50oC dengan rentang suhu 5oC
selama 3 jam. Setelah itu ekstrak yang masih bercampur dengan
solvent dipisahkan dari ampas, lalu di distilasi pada kondisi
titik didih pelarut N-heksane (70oC). Selanjutnya minyak biji
nyamplung dianalisa viskositas, densitas, ketahanan
pembakaran, dan kadar. Berikut ini adalah standar biodiesel
menurut standart nasional Indonesia (Christina, dkk, 2011):
No. Parameter Nilai 1 Massa jenis 850-890 kg/m32 Viskositas kinematik 2,3-6 mm2/s3 Bilangan setana Min. 514 Titik nyala Min. 100 ºC5 Bilangan asam Maks. 0,8 mg
KOH/g6 Kadar ester alkil Min. 96,5%7 Bilangan iodium Maks. 115
Tabel 3: Standar Biodisel Menurut SNI (Christina, dkk, 2011)
Menurut Djatmiko dan Ketaren (1976), Uji viskositas
merupakan suatu analisa untuk mengetahui tingkat kekentalan
dari minyak metil ester nyamplung. Pengujian menggunakan
viskosimeter LVF brookfield dengan urutan kerja :
Masukkan minyak pada silinder tabung sampai tanda tera,
tanpa diaduk
Masukkan bandul dengan ukuran tertentu kedalam cairan
berdasarkan kekentalanya
Mengatur pengadukan dari kecepatan rendah sampai dengan
tinggi sampai 1500 rpm, dan hindari terjadinya gelembung
udara
Silinder diangkat dari penangas air dan menentukan
viskositas minyak menggunakan viskosimeter yang sesuai.
Setelah diperoleh minyak nyamplung maka dibuat menjadi
biodiesel nyamplung. Mekanisme pembuatan biodiesel nyamplung
melalui beberapa tahapan yaitu penyaringan, menyiapkan sodium
metoksit, pemanasan dan pencampuran serta pengendapan dan
pemisahan. Penyaringan bertujuan agar minyak nyamplung bersih
dari zat pengotor. Kotoran yang ada pada minyak nyamplung
berupa serpihan nyamplung yang ikut masuk ke dalam minyak
nyamplung. Penyaringan ini dapat dilakukan menggunakan kain
yang rapat dan bersih. Kemudian untuk membuat sodium metoksi
dilakukan dengan menyiapkan methanol yang direaksikan dengan
NaOH. Selanjutnya dilakukan pengocokan supaya larutan menjadi
homogen. Bersamaan dengan pembuatan sodium metoksi, minyak
nyamplung dimasukkan ke dalam beaker glass dan kemudian
ditaruh di atas stirer untuk proses pemanasan hingga mencapai
suhu 50oC. Pemanasan tersebut kira-kira selama 5-10 menit
tergantung dari pengaturan pemanasnya. Setelah suhu tersebut
tercapai maka larutan sodium metoksi dituangkan ke dalam
minyak nyamplung sambil diaduk sampai kedua larutan tersebut
menjadi homogen. Pemanasan dan pengadukan secara merata
dilakukan pada suhu ± 50oC (45-55oC) selama satu jam (Darmanto,
2010). Menurut Darmanto, dkk (2012), setelah proses pemanasan
dan pencampuran selesai kemudian campuran tersebut dimasukkan
ke dalam corong pemisah. Di dalam corong pemisah, campuran
tersebut didiamkan selama 24 jam. Namun, jika dilakukan lebih
lama lebih lama akan lebih baik. Selanjutnaya akan terbentuk
endapan. Endapan akan dipisahkan dari filtratnya. Filtrat yang
diperoleh dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yaitu
sebagai biodiesel.
Pembuatan biodiesel nyamplung dengan komposisi 400 minyak
nyamplung, 100 methanol dan 2 gram NaOH (B(400,100,2))
memberikan hasil atau konversi minyak nyamplung ke biodiesel
nyamplung relatif lebih rendah dan stabil. Kestabilan
biodiesel didasarkan pada kondisi fisik bahan bakar yang
relatif konstan pada berbagai kondisi cuaca. Komposisi
B(400,100,2) memberikan kondisi relatif stabil dibanding
dengan biodiesel nyamplung dengan komposisi lain. Komposisi
B(400,100,2) juga menghasilkan konversi biodiesel nyamplung
cukup tinggi yakni mencapai 86% (Darmanto, dkk, 2012).
Gambar 3: minyak nyamlung (kiri) dan biodiesel nyamplung
(kanan) (anonim, 2008).
2.4 Keunggulan dan Pemanfaatan Biodiesel dari Biji Nyamplung
Nyamplung (Calophyllum inophyllum) yang merupakan tanaman
yang berpotensi menghasilkan biodiesel sebagai biofuel saat
ini banyak dikembangkan dan di uji oleh beberapa penelitian
yang dilakukan di Indonesia sebagai penghasil tanaman
tersebut. Nyamplung (Calophyllum inophyllum) di Indonesia tersebar
mulai dari Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi,
Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur dan Papua (Prastyanto dan
Sudarmanta, 2012). Oleh karena tersebar luasnya pertumbuhan
tanaman ini, menjadikan tanaman nyamplung sangat berpotensi di
Indonesia untuk dikembangkan dalam pembuatan biodiesel.
Ketersediaan yang cukup banyak dan dapat tumbuh dengan mudah
dibeberapa daerah di Indonesia membuat tanaman ini layak untuk
mendapat perhatian lebih dalam pemanfaatannya, utamanya untuk
pembuatan biodiesel.
Beberapa keunggulan nyamplung ditinjau dari prospek
pengembangan dan pemanfaatannya, antara lain (Departemen
Kehutanan, 2008) :
1. Tanaman nyamplung tumbuh dan tersebar merata secara alami
di Indonesia.
2. Regenerasi mudah dan berbuah sepanjang tahun menunjukkan
bahwa daya survival yang tinggi terhadap lingkungan.
3. Tanamn relatif mudah dibudidayakan baik tanaman sejenis
(monoculture) atau hutan campuran (mixed-forest)
4. Cocok didaerah beriklim kering, permudaan alami banyak
dan berbuah sepanjang tahun
5. Tegakan hutan nyamplung berfungsu sebagai pemecah angin
(wind breaker) untuk tanaman pertanian dan konservasi
sempadan pantai
6. Pemanfaatan biofuel nyamplung dapat menekan laju
penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar
7. Hampir seluruh bagian tanaman nyamplung berdayaguna dan
menghasilkan bermacam produk yang memiliki nilai ekonomi
8. Dalam pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan
kepentingan pangan
9. Produktivitas biji lebih tinggi 20 ton/ha dibandingkan
jenis lain seperti jarak pagar 5 ton/ha, sawit 6 ton/ha
Hal ini menjadi dasar untuk pengembangan tanaman ini dalam
aspek pemanfaatannya sebagai biodiesel di Indonesia. Dalam hal
ini potensi nyamplung sebagai biodiesel sangat tinggi. Oleh
karena itu, tentu pemanfaatannya dapat dilakukan di Indonesia
dalam skala yang cukup besar karena potensi pertumbuhannya
yang tersebar diseluruh Indonesia. Dapat ditinjau juga dari
pemanfaatannya yang tidak berkompetisi dengan kepentingan
pangan. Hal ini juga dapat menjadikan dasar bahwa nyamplung
sangat berpotensi dalam pemanfaatannya karena kemudahannya
tumbuh. Sehingga pemanfaatan tanaman ini dapat dilakukan
terus-menerus dengan tetap memperhatikan kebutuhan pertumbuhan
tanaman nyamplung itu sendiri.
Keuntungan lain dari pengembangan tanaman nyamplung
sebagai bahan baku diesel di daerah pantai, selain
menghasilkan biodiesel untuk pada nelayan juga menghasilkan
kayu keras dan tahan terhadap hempasan air laut. Hal ini
menyebabkan para nelayan yang sejak lama telah menggunakan
kayu tersebut sebagai bahan pembuatan perahu dan dayung juga
dapat memanfaatkannya sebagai biodiesel (Bustomi, dkk., 2008).
Harian Equator edisi 11 Januari 2012 melaporkan hasil
penelitian yang dilakukan Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Kayong Utama (KKU) bekerja sama dengan Fakultas
Kehutanan Universitas Tanjungpura, menunjukkan satu kilogram
biji nyamplung kering dapat menghasilkan 53,87% atau sekitar
0,5 liter munyak diesel. Selain itu rendemen minyak nyamplung
lebih tinggi sekitar 40-73% dibandingkan jarak pagar yang
hanya 40-60% dan sawit 46-67%. Dalam Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa nyamplung tidak hanya berpotensi dalam
penggunaannya untuk biodiesel, tetapi juga dapat dimanfaatkan
sebagai pengganti minyak tanah, dimana daya bakar minyak
nyamplung dua kali lebih lama dibandingkan minyak tanah biasa.
Dalam tes yang sudah dilakukan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan Tanaman, untuk mendidihkan air dibutuhkan
0,9 ml minyak tanah biasa sedangkan minyak biji nyamplung
hanya membutuhkan 0,4 ml saja. Penelitian ini didukung
penelitian yang dilakukan oleh Seno, dkk. (2011) bahwa alasan
mengapa minyak biji nyamplung dapat digunakan dua kali lebih
lama akibat dari titik nyala (flash point) yang cukup tinggi 54,5oC dibandingkan minyak tanah biasa sebesar 38 oC. Hal ini
menandakan bahwa minyak nyamplung lebih efektif dan efisien
dalam penggunaannya sebagai bahan bakar.
Menurut Media cetak Suara Merdeka, terbitan Maret 2012,
Pemanfaatan biodiesel nyamplung sebagai bahan bakar alternatif
ternyata dari sisi lingkungan, biodiesel nyamplung bebas dari
polutan (green solar). Seluruh parameter kualitas telah sesuai
dengan kualifikasi bidiesel menurut SNI 04-7182-2006 dengan
rendemen konversi asam lemak bebas (FFA) menjadi metil ester
97,8%.
Pada tanggal 5 maret 2012 sebuah stasiun televisi swasta
(indosiar) menayangkan uji coba pemanfaatan bahan bakar
biofuel dari biji buah nyamplung ini di Purworejo. Beberapa
kendaraan roda empat sukses melintasi sejumlah kota di Jawa
Tengah tanpa hambatan. Sebelumnya, biodiesel dari buah
nyamplung ini juga pernah diujicobakan di kendaraan alat
pertanian, generator listrik dan bus. Dan biodiesel dari biji
nyamplung ini terbukti lebih irit dari solar. Asap yang
dibuang dari biodiesel ini lebih putih dan tidak mengandung
belerang, kendaraan lebih nyaman ketika digas dan lebih halus
suara mesin yang dihasilkan.
Situs detik.com menginformasikan bahwa hasil pengujian
biodiesel nyamplung oleh Badan Litbang Kehutanan menghasilkan
sejumlah kesimpulan antara lain kelayakan atas kinerja
permesinan. Biodiesel nyamplung dapat digunakan untuk
kendaraan bermotor (otomotif) sebesar 100%, tanpa campuran
solar (B100). Penggunaannya dapat dilakukan secara murni (100%
biodiesel biji nyamplung) tetapi harus dalam kondisi-kondisi
tertentu seperti perubahan mesin yang sesuai dengan kemampuan
biodiesel tersebut. Hal tersebut disebabkan karena pada
biodiesel nyamplung murni memiliki viskositas yang tinggi yang
dapat mempengaruhi kerja mesin. Penelitian yang dilakukan oleh
Prastyanto dan Sudarman (2012), yang menyatakan bahwa
biodiesel minyak biji nyamplung dengan uji yang dilakukan pada
mesin diesel generator set menghasilkan kesimpulan bahwa pada
pencampuran biodiesel biji nyamplung dengan biosolar mampu
memberikan kerja terbaik pada mesin dengan komposisi biodiesel
biji nyamplung sebanyak 10% saja (B10). Karena pada penelitian
yang dilakukan, semakin tinggi persentase jumlah biodiesel
yang ditambahkan maka viskositas yang diperoleh semakin tinggi
sedangkan titik nyala justru semakin rendah. Dalam keadaan
ini, viskositas tentu saja akan mempengaruhi kerja mesin,
semakin tinggi maka aliran bahan bakar dalam mesin akan
semakin lambat sehingga mesin akan tidak bekerja dengan baik.
Dan flash point yang rendah dari penambahan biodiesel biji
nyamplung akan menyebabkan proses pembakaran yang terjadi
kurang optimal.
Manfaat lain yang dapat digunakan dari bagian-bagian
nyamplung selain biji yang digunakan untuk biofuel yaitu
sebagai berikut (Heryati, 2007) :
1. Bahan pembuatan perahu, balok, tiang, papan lantai dan
papan pada bangunan perumahan
2. Getahnya dapat disadap untuk mendapatkan minyak yang
diindikasi berkhasiat untuk menekan pertumbuhan virus
HIV
3. Daunnya mengandung senyawa constatolide-A, saponin dan
acid hidrocyanic yang berkhasiat sebagai obat oleh untuk
sakit encok, bahan kosmetik untuk perawatan kulit,
menyumbat luka seperti luka bakar
4. Bunganya dapat digunakan sebagai campuran untuk
mengharumkan minyak rambut
5. Bijinya setelah diolah menjadi minyak bermanfaat untuk
pelitur, minyak rambut dan minyak urut, berkhasiat juga
untuk obat urus-urus dan rematik
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif
yang ramah lingkungan karena biodiesel dapat mengurangi emisi
gas karbon monoksida (CO) sekitar 50%, gas karbon dioksida
(CO2) sekitar 78,45 % dan bebas kandungan sulfur. Salah satu
bahan yang dapat digunakan sebagai biodiesel adalah biji
nyamplung (Calophyllum inophyllum Linn). Pada biji mengandung
beberapa senyawa kimia yang meliputi senyawa lakton yaitu
kolofiloida dan asam kalofilat, tacamahin, asam tacawahol,
bummi, resin minyak atsiri, senyawa pahit, calanolide A,
sitosterol, lendir, gliserin, minyak lemak, tannin, takaferol,
dan karatenoid. Biji nyamplung dapat dibuat menjadi minyak
nyamplung dengan beberapa tahapan yaitu pengeringan,
penghaluskan, ekstraksi dan destilasi. Setelah diperoleh
minyak nyamplung maka dibuat menjadi biodiesel. Mekanisme
pembuatan biodiesel nyamplung melalui beberapa tahapan yaitu
penyaringan, menyiapkan sodium metoksit, pemanasan dan
pencampuran serta pengendapan dan pemisahan. Biodiesel dari
biji nyamplung memiliki potensi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan bahan lain serta penggunaaan biij nyamplung tidak
bersaing dengan bahan pangan.
3.2 Saran
Sebaiknya penelitian mengenai biodiesel dari biji
nyamplung lebih dikembangkan sehingga pemanfaatan biji
nyamplung menjadi lebih maksimal, supaya Indonesia dapat
memanfaatkan kekayaan alam utamanya tumbuhan nyamplung itu
sendiri sebagai campuran gasohol yang lebih efisien dan
efektif daripada bahan lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. “Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hasil Hutan
(P3hh) Telah Melaksanalkan Penelitian Pembuatan Biodiesel
Dari Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.)”. [Online].
Tersedia: http://www.forda-mof.org. Diakses 9 Desember
2014
Brown, G.G. 1978. Unit Operation Modern Asia Edition. New York: John
willey And Sons.
Bustomi, S., T. Rostiwati, R. Sudradjat, B. Leksono, A.S.
Kosasih, I. Anggraeni, D. Syamsuwida, Y. Lisnawati, Y.
Mile, D. Djaenudin, Mahfudz, dan E. Rachman. 2008.
Nyamplung, Sumber Energi Biofuel yang Potensial. Badan
Litbang Kehutanan. Jakarta.
Christina, natalia, Edwin Sungadi, dkk. 2011. “Pembuatan
Biodiesel dari Minyak Nyamplung dengan Menggunakan
Katalis Berbasis Kalsium”. [jurnal]. Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya
Mandala, Surabaya, Indonesia.
Darmanto, S. 2010. “Analisa Karakteristik Biodisel Kapuk
Randu sebagai Bahan Bakar Biodiesel”. TRAKSI, Vol. 10,
No.2 , 2010, ISSN : 1693 - 3451
Darmanto, Seno, Windu sediono, dkk. 2012. “Analisa
Karakteristik biodiesel Nyamplung”. [jurnal]. Program
Diploma III Teknik Mesin dan Program Diploma III Teknik
Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Departemen Kehutanan. 2008. Litbang Kehutanan Temukan Sumber
Energi Biofuel dari Biji Nyamplung. Siaran Pers No. S.
578/PIK-1/2008
Djatmiko, B. dan S. Ketaren. 1976. Analisa sifat fisiko kimia hasil
pertanian. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fatemeta.
IPB Bogor.
Hambali, Erliza dan Hendroko. 2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta.
Agro Media Pustaka.
Heryati, Y., Y. Mile, dan T. Rostiwati. 2007. “Upaya penanaman
nyamplung (Callophyllum spp) sebagai pohon potensial penghasil
HHBK”. [Jurnal]. Mitra Hutan Tanaman 2(2) : 35-40.
Juwita, Ratih sukma dan Septiana Rahmawati. 2000. “
pengambilan Minyak Biji Nyamplung Melalui Proses
Ekstraksi sebagai Bahan Bakar Alternatif”. [jurnal].
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Universitas Diponegoro.
Prastyanto, Bambang dan Bambang Sudarmanta. 2012. “Pengaruh
Penambahan Biodiesel dari Minyak Biji Nyamplung
(C.Inophyllum) pada Bahan Bakar Solar terhadap Hasil Uji
untuk Kerja Mesin Diesel Generator Set”. [Jurnal].
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,
Institute Teknologi Sepuluh Nopember.Sudrajat, H. R. 2008. Memproduksi Biodiesel Jarak Pagar. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Sufriani,T., 2006. Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Jarak Pagar
(Jatropha Curcas Oil) dengan Proses Transesterifikasi.
[jurnal]. Institute Teknologi Sepuluh November.
Tugas Biofuel
POTENSI NYAMPLUNG SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF
BIODIESEL DI INDONESIADosen Pengampuh: Siti Mariyah Ulfa, S.Si., M.Sc, Dr.Sc
Oleh:
Zeta Rivlinia Sari (135090201111048)
Lia Marisca Permata (135090201111049)
Rani Riskadita (135090201111055)
Jurusan Kimia