Makalah Biodiesel dari Biji Nyamplung

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini, persoalan energi telah menjadi persoalan yang krusial di Indonesia dan di dunia pada umumnya Peningkatan permintaan energi ini disebabkan oleh pertumbuhan populasi manusia dan permasalahan emisi dari bahan bakar fosil yang memberikan tekanan kepada setiap negara untuk segera memproduksi dan menggunakan energi yang dapat diperbaharui dan tidak mencemari lingkungan. Ketergantungan manusia terhadap bahan bakar fosil menyebabkan cadangan sumber energi tersebut makin lama semakin berkurang. Selain itu, penggunaan bahan bakar fosil berdampak pula pada perubahan iklim global yang disebabkan oleh meningkatnya efek rumah kaca di atmosfer bumi. Untuk mengurangi efek rumah kaca ini perlu ditingkatkan upaya pemanfaatan sumber energi alternatif yang bisa diperbaharui. Berbagai macam upaya terus dilakukan diantaranya upaya penghematan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan mengganti sumber energi utama yang persediaannya semakin menipis dengan sumber energi terbarukan yang berasal dari alam sekitar. Sumber energi terbarukan tersebut diantaranya adalah bahan bakar alternatif berupa biodiesel. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki banyak jenis tanaman sebagai sumber biodiesel yang tersebar secara spesifik di seluruh pelosok Nusantara, salah satunya adalah nyamplung. Nyamplung (Calophyllum inophyllum Linn) merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia. Tanaman ini dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar cair pengganti

Transcript of Makalah Biodiesel dari Biji Nyamplung

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir ini, persoalan energi telah

menjadi persoalan yang krusial di Indonesia dan di dunia pada

umumnya Peningkatan permintaan energi ini disebabkan oleh

pertumbuhan populasi manusia dan permasalahan emisi dari bahan

bakar fosil yang memberikan tekanan kepada setiap negara untuk

segera memproduksi dan menggunakan energi yang dapat

diperbaharui dan tidak mencemari lingkungan. Ketergantungan

manusia terhadap bahan bakar fosil menyebabkan cadangan sumber

energi tersebut makin lama semakin berkurang. Selain itu,

penggunaan bahan bakar fosil berdampak pula pada perubahan

iklim global yang disebabkan oleh meningkatnya efek rumah kaca

di atmosfer bumi. Untuk mengurangi efek rumah kaca ini perlu

ditingkatkan upaya pemanfaatan sumber energi alternatif yang

bisa diperbaharui.

Berbagai macam upaya terus dilakukan diantaranya upaya

penghematan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan mengganti

sumber energi utama yang persediaannya semakin menipis dengan

sumber energi terbarukan yang berasal dari alam sekitar.

Sumber energi terbarukan tersebut diantaranya adalah bahan

bakar alternatif berupa biodiesel.

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki banyak

jenis tanaman sebagai sumber biodiesel yang tersebar secara

spesifik di seluruh pelosok Nusantara, salah satunya adalah

nyamplung. Nyamplung (Calophyllum inophyllum Linn) merupakan salah

satu tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia. Tanaman ini

dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar cair pengganti

minyak. Dengan adanya potensi nyamplung yang cukup melimpah di

Indonesia, pemanfaatnya sebagai sumber bahan bakar nabati

pengganti solar, dapat menjadi alternatif mengatasi krisis

energi di Indonesia.

Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif

yang ramah lingkungan karena biodiesel dapat mengurangi emisi

gas karbon monoksida (CO) sekitar 50%, gas karbon dioksida

(CO2) sekitar 78,45 %, dan bebas kandungan sulfur. Biodiesel

dapat diperoleh dari minyak tumbuhan yang berasal dari

sumberdaya yang dapat diperbarui.

Ketersediaan bahan bakar minyak yang ada selama ini belum

dapat memenuhi konsumsi masyarakat. Oleh karena itu, adanya

sumber energi alternatif dari minyak nyamplung diharapkan

dapat memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud dengan biodiesel?

2.Apa itu tanaman nyamplung?

3.Apa saja kandungan yang terdapat dalam minyak nyamplung?

4.Bagaimana proses pembuatan biodiesel dari biji nyamplung?

5.Apa saja keunggulan dan pemanfaatan biodiesel dari biji

nyamplung?

1.3 Tujuan

1.Mengetahui apa itu biodiesel

2.Mengetahui apa itu tanaman nyamplung

3.Mengetahui kandungan yang terdapat dalam minyak nyamplung

4.Mengetahui proses pembuatan biodiesel dari biji nyamplung

5.Mengetahui keunggulan dan pemanfaatan biodiesel dari biji

nyamplung

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biodiesel

Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari

campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak yang

dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel

dan terbuat dari sumber yang dapat diperbarui seperti minyak

sayur atau lemak hewan. Biodiesel mempunyai rantai karbon

berkisar antara 12 hingga 20 serta mengandung oksigen. Hal

itulah yang membedakannya dengan petroleum diesel yang komponen

utamanya adalah hidrokarbon. Dengan adanya oksigen, akan

mempengaruhi flash point-nya yang menjadi lebih tinggi,

sehingga tidak mudah terbakar. Biodiesel merupakan salah satu

bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan karena biodiesel

dapat mengurangi emisi gas karbon monoksida (CO) sekitar 50%,

gas karbon dioksida (CO2) sekitar 78,45 % dan bebas kandungan

sulfur. Biodiesel dapat diperoleh dari minyak tumbuhan yang

berasal dari sumberdaya yang dapat diperbarui (Sufriyani,

T.,2006).

Biodiesel adalah senyawa methyl ester atau ethyl ester

yang digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan

baker minyak bumi. Biodiesel lebih ramah lingkungan karena

biodegradable dan non toxic. Pembakaran biodiesel mampu

mengurangi emisi sebesar 20%. Biodesel ini diperoleh dari

tumbuhan dibawah ini ada beberapa jenis tumbuhan yang

dapat dijadikan sebagai sumber enrgi alternataif (Hambali,

dkk, 2007).

Tabel 1: sumber minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel

(Hambali, E., 2007)

2.2 Definisi Nyamplung (Calophyllum inophyllum Linn)

Tanaman nyamplung memiliki nama latin yaitu Calophyllum

inophyllum Linn. Tanaman buah ini termasuk dalam famili

Guttiferae. Tanaman Buah Nyamplung memiliki karakteristik

pohon dengan ketinggian mencapai 25 - 35 meter yang memiliki

panjang cabang sampai 21 meter dan diameter batang dapat

mencapai sekitar 150 cm, batang pohon berdiri tegak dan

berbentuk lurus dengan percabangan mendatar serta tidak

berbanir. Tanaman nyamplung menghasilkan buah yang berbentuk

bulat dengan diameter 2,5 - 3,5 cm. Buah nyamplung yang masih

muda berwarna hijau, sedangkan buah yang sudah tua berwarna

kekuningan atau seperti kayu jika sudah dipetik dan dibiarkan

lama. Tanaman nyamlung dapat tumbuh dengan baik di daerah

tropis dan sub tropis (Heryati, Mile dan Rostiwati, 2007).

Gambar 1: Buah Nyamplung (Anonim, 2008).

Tanaman nyamplung berbuah sepanjang tahun dan tersebar

cukup luas di indonesia. Tanaman ini biasanya tumbuh di

kawasan pantai dan dapat hidup dengan baik pada ketinggian 500

meter dari permukaan lau. Rata-rata setiap pohon nyamplung

dapat menghasilkan biji kurang lebih sebanyak 250 kg. Biji

nyamplung memiliki kandungan minyak yang tinggi yaitu 55% pada

biji segar dan 70,5% pada biji kering (Christina, dkk, 2011).

Menurut Sudrajat (2008), Biji dari tanaman Nyamplung ini

memiliki banyak kandungan kimianya, antara lain: senyawa

lakton yaitu kolofiloida dan asam kalofilat, tacamahin, asam

tacawahol, bummi, resin minyak atsiri, senyawa pahit,

calanolide A, sitosterol, lendir, gliserin, minyak lemak,

tannin, takaferol, dan karatenoid. Berikut ini adalah

kandungan minyak yang terdapat dalam biji nyamplung

No

.Komponen

Presentase (%

berat)

1 Asam lemak jenuh 29,415Asam palmitat

Asam stearat

14,318

15,097

2Asam lemak tidak

jenuh70,325

Asam palmitoleat

Asam oleat

Asam linoleat

Asam linolenat

0,407

35,489

33,873

0,557Tabel 2: Kandungan Minyak Biji Nyamplung (Christina, dkk,

2011).

2.3 Cara pembuatan Minyak Biji Nyamplung

Proses pengambilan minyak nyamplung ini melalui 2

tahapan, yaitu ekstraksi dan distilasi. Ekstraksi adalah suatu

proses yang bertujuan untuk memindahkan suatu komponen solute

dari jaringannya dengan mengunakan pelarut (solvent). Dasar

pemisahan ini adalah perbedaan daya larut dari tiap-tiap

komponen ke dalam zat pelarut. Ekstraksi yang melibatkan zat

padat sering disebut dengan Solvent Ekstraction,Washing atau

Leaching. Metode ekstraksi lebih dipilih karena energi yang

diperlukan rendah dan solventnya dapat digunakan kembali.

Proses ekstraksi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

suhu, waktu kontak, dan rasio antara feed dengan solvent.

Distilasi adalah proses pemisahan komponen-komponen campuran

dari dua atau lebih cairan dengan menggunakan panas sebagai

tenaga pemisah atau “separating agent”. Pada proses pemisahan

secara distilasi, fase uap akan segera terbentuk setelah

sejumlah cairan dipanaskan. Uap dipertahankan kontak dengan

sisa cairannya ( dalam waktu yang relatif cukup ) dengan

harapan pada suhu dan tekanan tertentu, antara uap dan sisa

cairannya akan berada pada kesetimbangan, sebelum cairan

dipisahkan menjadi distilat dan residu (Brown, 1978).

Biji tanaman nyamplung dihancurkan kemudian dikeringkan

sampai kadar airnya hanya 2%. Setelah kering, biji tersebut

dihaluskan lagi sampai ukurannya 1800 μm. Bahan yang sudah

siap kemudian diekstraksi dengan menggunakan solven N-heksane.

Ekstraksi dilakukan pada suhu 35o - 50oC dengan rentang suhu 5oC

selama 3 jam. Setelah itu ekstrak yang masih bercampur dengan

solvent dipisahkan dari ampas, lalu di distilasi pada kondisi

titik didih pelarut N-heksane (70oC). Selanjutnya minyak biji

nyamplung dianalisa viskositas, densitas, ketahanan

pembakaran, dan kadar. Berikut ini adalah standar biodiesel

menurut standart nasional Indonesia (Christina, dkk, 2011):

No. Parameter Nilai 1 Massa jenis 850-890 kg/m32 Viskositas kinematik 2,3-6 mm2/s3 Bilangan setana Min. 514 Titik nyala Min. 100 ºC5 Bilangan asam Maks. 0,8 mg

KOH/g6 Kadar ester alkil Min. 96,5%7 Bilangan iodium Maks. 115

Tabel 3: Standar Biodisel Menurut SNI (Christina, dkk, 2011)

Menurut Djatmiko dan Ketaren (1976), Uji viskositas

merupakan suatu analisa untuk mengetahui tingkat kekentalan

dari minyak metil ester nyamplung. Pengujian menggunakan

viskosimeter LVF brookfield dengan urutan kerja :

Masukkan minyak pada silinder tabung sampai tanda tera,

tanpa diaduk

Masukkan bandul dengan ukuran tertentu kedalam cairan

berdasarkan kekentalanya

Mengatur pengadukan dari kecepatan rendah sampai dengan

tinggi sampai 1500 rpm, dan hindari terjadinya gelembung

udara

Silinder diangkat dari penangas air dan menentukan

viskositas minyak menggunakan viskosimeter yang sesuai.

Setelah diperoleh minyak nyamplung maka dibuat menjadi

biodiesel nyamplung. Mekanisme pembuatan biodiesel nyamplung

melalui beberapa tahapan yaitu penyaringan, menyiapkan sodium

metoksit, pemanasan dan pencampuran serta pengendapan dan

pemisahan. Penyaringan bertujuan agar minyak nyamplung bersih

dari zat pengotor. Kotoran yang ada pada minyak nyamplung

berupa serpihan nyamplung yang ikut masuk ke dalam minyak

nyamplung. Penyaringan ini dapat dilakukan menggunakan kain

yang rapat dan bersih. Kemudian untuk membuat sodium metoksi

dilakukan dengan menyiapkan methanol yang direaksikan dengan

NaOH. Selanjutnya dilakukan pengocokan supaya larutan menjadi

homogen. Bersamaan dengan pembuatan sodium metoksi, minyak

nyamplung dimasukkan ke dalam beaker glass dan kemudian

ditaruh di atas stirer untuk proses pemanasan hingga mencapai

suhu 50oC. Pemanasan tersebut kira-kira selama 5-10 menit

tergantung dari pengaturan pemanasnya. Setelah suhu tersebut

tercapai maka larutan sodium metoksi dituangkan ke dalam

minyak nyamplung sambil diaduk sampai kedua larutan tersebut

menjadi homogen. Pemanasan dan pengadukan secara merata

dilakukan pada suhu ± 50oC (45-55oC) selama satu jam (Darmanto,

2010). Menurut Darmanto, dkk (2012), setelah proses pemanasan

dan pencampuran selesai kemudian campuran tersebut dimasukkan

ke dalam corong pemisah. Di dalam corong pemisah, campuran

tersebut didiamkan selama 24 jam. Namun, jika dilakukan lebih

lama lebih lama akan lebih baik. Selanjutnaya akan terbentuk

endapan. Endapan akan dipisahkan dari filtratnya. Filtrat yang

diperoleh dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yaitu

sebagai biodiesel.

Pembuatan biodiesel nyamplung dengan komposisi 400 minyak

nyamplung, 100 methanol dan 2 gram NaOH (B(400,100,2))

memberikan hasil atau konversi minyak nyamplung ke biodiesel

nyamplung relatif lebih rendah dan stabil. Kestabilan

biodiesel didasarkan pada kondisi fisik bahan bakar yang

relatif konstan pada berbagai kondisi cuaca. Komposisi

B(400,100,2) memberikan kondisi relatif stabil dibanding

dengan biodiesel nyamplung dengan komposisi lain. Komposisi

B(400,100,2) juga menghasilkan konversi biodiesel nyamplung

cukup tinggi yakni mencapai 86% (Darmanto, dkk, 2012).

Gambar 3: minyak nyamlung (kiri) dan biodiesel nyamplung

(kanan) (anonim, 2008).

2.4 Keunggulan dan Pemanfaatan Biodiesel dari Biji Nyamplung

Nyamplung (Calophyllum inophyllum) yang merupakan tanaman

yang berpotensi menghasilkan biodiesel sebagai biofuel saat

ini banyak dikembangkan dan di uji oleh beberapa penelitian

yang dilakukan di Indonesia sebagai penghasil tanaman

tersebut. Nyamplung (Calophyllum inophyllum) di Indonesia tersebar

mulai dari Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,

Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi,

Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur dan Papua (Prastyanto dan

Sudarmanta, 2012). Oleh karena tersebar luasnya pertumbuhan

tanaman ini, menjadikan tanaman nyamplung sangat berpotensi di

Indonesia untuk dikembangkan dalam pembuatan biodiesel.

Ketersediaan yang cukup banyak dan dapat tumbuh dengan mudah

dibeberapa daerah di Indonesia membuat tanaman ini layak untuk

mendapat perhatian lebih dalam pemanfaatannya, utamanya untuk

pembuatan biodiesel.

Beberapa keunggulan nyamplung ditinjau dari prospek

pengembangan dan pemanfaatannya, antara lain (Departemen

Kehutanan, 2008) :

1. Tanaman nyamplung tumbuh dan tersebar merata secara alami

di Indonesia.

2. Regenerasi mudah dan berbuah sepanjang tahun menunjukkan

bahwa daya survival yang tinggi terhadap lingkungan.

3. Tanamn relatif mudah dibudidayakan baik tanaman sejenis

(monoculture) atau hutan campuran (mixed-forest)

4. Cocok didaerah beriklim kering, permudaan alami banyak

dan berbuah sepanjang tahun

5. Tegakan hutan nyamplung berfungsu sebagai pemecah angin

(wind breaker) untuk tanaman pertanian dan konservasi

sempadan pantai

6. Pemanfaatan biofuel nyamplung dapat menekan laju

penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar

7. Hampir seluruh bagian tanaman nyamplung berdayaguna dan

menghasilkan bermacam produk yang memiliki nilai ekonomi

8. Dalam pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan

kepentingan pangan

9. Produktivitas biji lebih tinggi 20 ton/ha dibandingkan

jenis lain seperti jarak pagar 5 ton/ha, sawit 6 ton/ha

Hal ini menjadi dasar untuk pengembangan tanaman ini dalam

aspek pemanfaatannya sebagai biodiesel di Indonesia. Dalam hal

ini potensi nyamplung sebagai biodiesel sangat tinggi. Oleh

karena itu, tentu pemanfaatannya dapat dilakukan di Indonesia

dalam skala yang cukup besar karena potensi pertumbuhannya

yang tersebar diseluruh Indonesia. Dapat ditinjau juga dari

pemanfaatannya yang tidak berkompetisi dengan kepentingan

pangan. Hal ini juga dapat menjadikan dasar bahwa nyamplung

sangat berpotensi dalam pemanfaatannya karena kemudahannya

tumbuh. Sehingga pemanfaatan tanaman ini dapat dilakukan

terus-menerus dengan tetap memperhatikan kebutuhan pertumbuhan

tanaman nyamplung itu sendiri.

Keuntungan lain dari pengembangan tanaman nyamplung

sebagai bahan baku diesel di daerah pantai, selain

menghasilkan biodiesel untuk pada nelayan juga menghasilkan

kayu keras dan tahan terhadap hempasan air laut. Hal ini

menyebabkan para nelayan yang sejak lama telah menggunakan

kayu tersebut sebagai bahan pembuatan perahu dan dayung juga

dapat memanfaatkannya sebagai biodiesel (Bustomi, dkk., 2008).

Harian Equator edisi 11 Januari 2012 melaporkan hasil

penelitian yang dilakukan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten Kayong Utama (KKU) bekerja sama dengan Fakultas

Kehutanan Universitas Tanjungpura, menunjukkan satu kilogram

biji nyamplung kering dapat menghasilkan 53,87% atau sekitar

0,5 liter munyak diesel. Selain itu rendemen minyak nyamplung

lebih tinggi sekitar 40-73% dibandingkan jarak pagar yang

hanya 40-60% dan sawit 46-67%. Dalam Penelitian ini juga

menunjukkan bahwa nyamplung tidak hanya berpotensi dalam

penggunaannya untuk biodiesel, tetapi juga dapat dimanfaatkan

sebagai pengganti minyak tanah, dimana daya bakar minyak

nyamplung dua kali lebih lama dibandingkan minyak tanah biasa.

Dalam tes yang sudah dilakukan Pusat Penelitian dan

Pengembangan Hutan Tanaman, untuk mendidihkan air dibutuhkan

0,9 ml minyak tanah biasa sedangkan minyak biji nyamplung

hanya membutuhkan 0,4 ml saja. Penelitian ini didukung

penelitian yang dilakukan oleh Seno, dkk. (2011) bahwa alasan

mengapa minyak biji nyamplung dapat digunakan dua kali lebih

lama akibat dari titik nyala (flash point) yang cukup tinggi 54,5oC dibandingkan minyak tanah biasa sebesar 38 oC. Hal ini

menandakan bahwa minyak nyamplung lebih efektif dan efisien

dalam penggunaannya sebagai bahan bakar.

Menurut Media cetak Suara Merdeka, terbitan Maret 2012,

Pemanfaatan biodiesel nyamplung sebagai bahan bakar alternatif

ternyata dari sisi lingkungan, biodiesel nyamplung bebas dari

polutan (green solar). Seluruh parameter kualitas telah sesuai

dengan kualifikasi bidiesel menurut SNI 04-7182-2006 dengan

rendemen konversi asam lemak bebas (FFA) menjadi metil ester

97,8%.

Pada tanggal 5 maret 2012 sebuah stasiun televisi swasta

(indosiar) menayangkan uji coba pemanfaatan bahan bakar

biofuel dari biji buah nyamplung ini di Purworejo. Beberapa

kendaraan roda empat sukses melintasi sejumlah kota di Jawa

Tengah tanpa hambatan. Sebelumnya, biodiesel dari buah

nyamplung ini juga pernah diujicobakan di kendaraan alat

pertanian, generator listrik dan bus. Dan biodiesel dari biji

nyamplung ini terbukti lebih irit dari solar. Asap yang

dibuang dari biodiesel ini lebih putih dan tidak mengandung

belerang, kendaraan lebih nyaman ketika digas dan lebih halus

suara mesin yang dihasilkan.

Situs detik.com menginformasikan bahwa hasil pengujian

biodiesel nyamplung oleh Badan Litbang Kehutanan menghasilkan

sejumlah kesimpulan antara lain kelayakan atas kinerja

permesinan. Biodiesel nyamplung dapat digunakan untuk

kendaraan bermotor (otomotif) sebesar 100%, tanpa campuran

solar (B100). Penggunaannya dapat dilakukan secara murni (100%

biodiesel biji nyamplung) tetapi harus dalam kondisi-kondisi

tertentu seperti perubahan mesin yang sesuai dengan kemampuan

biodiesel tersebut. Hal tersebut disebabkan karena pada

biodiesel nyamplung murni memiliki viskositas yang tinggi yang

dapat mempengaruhi kerja mesin. Penelitian yang dilakukan oleh

Prastyanto dan Sudarman (2012), yang menyatakan bahwa

biodiesel minyak biji nyamplung dengan uji yang dilakukan pada

mesin diesel generator set menghasilkan kesimpulan bahwa pada

pencampuran biodiesel biji nyamplung dengan biosolar mampu

memberikan kerja terbaik pada mesin dengan komposisi biodiesel

biji nyamplung sebanyak 10% saja (B10). Karena pada penelitian

yang dilakukan, semakin tinggi persentase jumlah biodiesel

yang ditambahkan maka viskositas yang diperoleh semakin tinggi

sedangkan titik nyala justru semakin rendah. Dalam keadaan

ini, viskositas tentu saja akan mempengaruhi kerja mesin,

semakin tinggi maka aliran bahan bakar dalam mesin akan

semakin lambat sehingga mesin akan tidak bekerja dengan baik.

Dan flash point yang rendah dari penambahan biodiesel biji

nyamplung akan menyebabkan proses pembakaran yang terjadi

kurang optimal.

Manfaat lain yang dapat digunakan dari bagian-bagian

nyamplung selain biji yang digunakan untuk biofuel yaitu

sebagai berikut (Heryati, 2007) :

1. Bahan pembuatan perahu, balok, tiang, papan lantai dan

papan pada bangunan perumahan

2. Getahnya dapat disadap untuk mendapatkan minyak yang

diindikasi berkhasiat untuk menekan pertumbuhan virus

HIV

3. Daunnya mengandung senyawa constatolide-A, saponin dan

acid hidrocyanic yang berkhasiat sebagai obat oleh untuk

sakit encok, bahan kosmetik untuk perawatan kulit,

menyumbat luka seperti luka bakar

4. Bunganya dapat digunakan sebagai campuran untuk

mengharumkan minyak rambut

5. Bijinya setelah diolah menjadi minyak bermanfaat untuk

pelitur, minyak rambut dan minyak urut, berkhasiat juga

untuk obat urus-urus dan rematik

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif

yang ramah lingkungan karena biodiesel dapat mengurangi emisi

gas karbon monoksida (CO) sekitar 50%, gas karbon dioksida

(CO2) sekitar 78,45 % dan bebas kandungan sulfur. Salah satu

bahan yang dapat digunakan sebagai biodiesel adalah biji

nyamplung (Calophyllum inophyllum Linn). Pada biji mengandung

beberapa senyawa kimia yang meliputi senyawa lakton yaitu

kolofiloida dan asam kalofilat, tacamahin, asam tacawahol,

bummi, resin minyak atsiri, senyawa pahit, calanolide A,

sitosterol, lendir, gliserin, minyak lemak, tannin, takaferol,

dan karatenoid. Biji nyamplung dapat dibuat menjadi minyak

nyamplung dengan beberapa tahapan yaitu pengeringan,

penghaluskan, ekstraksi dan destilasi. Setelah diperoleh

minyak nyamplung maka dibuat menjadi biodiesel. Mekanisme

pembuatan biodiesel nyamplung melalui beberapa tahapan yaitu

penyaringan, menyiapkan sodium metoksit, pemanasan dan

pencampuran serta pengendapan dan pemisahan. Biodiesel dari

biji nyamplung memiliki potensi yang lebih tinggi dibandingkan

dengan bahan lain serta penggunaaan biij nyamplung tidak

bersaing dengan bahan pangan.

3.2 Saran

Sebaiknya penelitian mengenai biodiesel dari biji

nyamplung lebih dikembangkan sehingga pemanfaatan biji

nyamplung menjadi lebih maksimal, supaya Indonesia dapat

memanfaatkan kekayaan alam utamanya tumbuhan nyamplung itu

sendiri sebagai campuran gasohol yang lebih efisien dan

efektif daripada bahan lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. “Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hasil Hutan

(P3hh) Telah Melaksanalkan Penelitian Pembuatan Biodiesel

Dari Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.)”. [Online].

Tersedia: http://www.forda-mof.org. Diakses 9 Desember

2014

Brown, G.G. 1978. Unit Operation Modern Asia Edition. New York: John

willey And Sons.

Bustomi, S., T. Rostiwati, R. Sudradjat, B. Leksono, A.S.

Kosasih, I. Anggraeni, D. Syamsuwida, Y. Lisnawati, Y.

Mile, D. Djaenudin, Mahfudz, dan E. Rachman. 2008.

Nyamplung, Sumber Energi Biofuel yang Potensial. Badan

Litbang Kehutanan. Jakarta.

Christina, natalia, Edwin Sungadi, dkk. 2011. “Pembuatan

Biodiesel dari Minyak Nyamplung dengan Menggunakan

Katalis Berbasis Kalsium”. [jurnal]. Jurusan Teknik

Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya

Mandala, Surabaya, Indonesia.

Darmanto, S. 2010. “Analisa Karakteristik Biodisel Kapuk

Randu sebagai Bahan Bakar Biodiesel”. TRAKSI, Vol. 10,

No.2 , 2010, ISSN : 1693 - 3451

Darmanto, Seno, Windu sediono, dkk. 2012. “Analisa

Karakteristik biodiesel Nyamplung”. [jurnal]. Program

Diploma III Teknik Mesin dan Program Diploma III Teknik

Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Departemen Kehutanan. 2008. Litbang Kehutanan Temukan Sumber

Energi Biofuel dari Biji Nyamplung. Siaran Pers No. S.

578/PIK-1/2008

Djatmiko, B. dan S. Ketaren. 1976. Analisa sifat fisiko kimia hasil

pertanian. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fatemeta.

IPB Bogor.

Hambali, Erliza dan Hendroko. 2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta.

Agro Media Pustaka.

Heryati, Y., Y. Mile, dan T. Rostiwati. 2007. “Upaya penanaman

nyamplung (Callophyllum spp) sebagai pohon potensial penghasil

HHBK”. [Jurnal]. Mitra Hutan Tanaman 2(2) : 35-40.

Juwita, Ratih sukma dan Septiana Rahmawati. 2000. “

pengambilan Minyak Biji Nyamplung Melalui Proses

Ekstraksi sebagai Bahan Bakar Alternatif”. [jurnal].

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Universitas Diponegoro.

Prastyanto, Bambang dan Bambang Sudarmanta. 2012. “Pengaruh

Penambahan Biodiesel dari Minyak Biji Nyamplung

(C.Inophyllum) pada Bahan Bakar Solar terhadap Hasil Uji

untuk Kerja Mesin Diesel Generator Set”. [Jurnal].

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Institute Teknologi Sepuluh Nopember.Sudrajat, H. R. 2008. Memproduksi Biodiesel Jarak Pagar. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Sufriani,T., 2006. Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Jarak Pagar

(Jatropha Curcas Oil) dengan Proses Transesterifikasi.

[jurnal]. Institute Teknologi Sepuluh November.

Tugas Biofuel

POTENSI NYAMPLUNG SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF

BIODIESEL DI INDONESIADosen Pengampuh: Siti Mariyah Ulfa, S.Si., M.Sc, Dr.Sc

Oleh:

Zeta Rivlinia Sari (135090201111048)

Lia Marisca Permata (135090201111049)

Rani Riskadita (135090201111055)

Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam

Universitas Brawijaya

2014