Laporan praktikum pembuatan nata de coco
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Laporan praktikum pembuatan nata de coco
LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR BIOTEKNOLOGI
“ PEMBUATAN NATA DE COCO”
Disusun Oleh:
Nama :
Yusuf Aditya
NIM :
1101070054
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2014
PEMBUATAN NATA DE COCO
I. PENDAHULUAN
Nata
Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti
‘krim’. Nata dalam bahasa Latin natare berarti ‘terapung’.
Nata dapat dibuat dari berbagai macam bahan, antara lain air
kelapa, santan kelapa, tetes tebu (molases), limbah cair tebu,
ubi kayu atau limbah tapioka, dan sari buah (nanas, melon,
jeruk, jambu biji, pisang, dan stroberi). Nata yang dibuat
dari air kelapa disebut nata de coco. Di Indonesia nata de
coco sering disebut sari kelapa (Salim dan Ryan, 2011).
Nata adalah produk fermentasi oleh bakteri Acetobacter
xylinum pada substrat yang mengandung gula. Bakteri tersebut
menyukai kondisi asam dan memerlukan nitrogen untuk stimulasi
aktivitasnya. Glukosa substrat sebagian akan digunakan bakteri
untuk aktifitas metabolisme dan sebagian lagi diuraikan
menjadi suatu polisakarida yang dikenal dengan extracelluler selulose
yang berbentuk gel. Polisakarida inilah yang dinamakan nata
(Suarsini, 2010).
Air kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata harus
berasal dari kelapa yang masak optimal, tidak terlalu tua atau
terlalu muda. Bahan tambahan yang diperlukan oleh bakteri
antara lain karbohidrat sederhana, sumber nitrogen, dan asam
asetat. Pada ummumnya senyawa karbohidrat sederhana dapat
digunakan sebagai suplemen pembuatan anta de coco, diantaranya
adalah senyawa-senyawa maltosa, sukrosa, laktosa, fruktosa dan
manosa.
Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH
atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik
adalah asam asetat glacial (99,8%). Asam asetat dengan
konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai
tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan
dalam jumlah banyak. Selain asan asetat, asam-asam organic dan
anorganik lain bias digunakan.
Produk bioselulosa hasil fermentasi air kelapa dengan
bakteri asam asetet yaitu Acetobacter xylinum lebih dikenal
sebagai nama nata de coco. Bakteri tersebut dapat mensintesis
selulosa secara ekstrakulikuler dengan menggunakan komponen
gula yang terdapat dalam substrat. Selulosa tersebut berupa
lapisan menyerupai gel yang merupakan serat-serat bersama
biomassa yang tumbuh pada permukaan media kultur. Nata de coco
telah banyak dikembangkan di dalam industri makanan skala
rumah tangga (Indriati dan Rahimi, 2008).
Acetobacter xylinum merupakan spesies bakteri yang semula
diketahui dapat hidup dalam air kelapa, tetapi kemudian
diperoleh informasi bahwa bakteri tersebut dapat hidup dan
melakukan aktifitas fermentasi pada substrat yang mengandung
glukosa. Tebal dan berat lapisan nata yang terbentuk
dipengaruhi oleh kandungan glukosa dalam air kelapa, sehingga
dapat terjadi perbedaan tebal dan berat lapisan nata.
Metabolisme Acetobacter xylinum
Biosintesa nata berawal dari proses hidrolisis
karbohidrat yang berasal dari media, dimana sel-sel bakteri
tersebut akan mengambil glukosa dari larutan gula, kemudian
glukosa tersebut digabungkan dengan asam lemak membentuk
prekursor atau penciri nata pada membran sel. Prekursor
selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk ekskresi dan bersama
enzim mempolarisasi glukosa menjadi selulosa luar sel
(Palungkun, 1996).
Biosintesis selulosa meliputi beberapa tahap, yaitu
aktivasi monomer, transfer monomer teraktivasi dari dalam sel
ke luar sel dan penyusunan polimer. Enzim yang terlibat dalam
sintesis selulosa tertambat dan terikat pada membran sel
sehingga laju sintesis tidak turun dengan adanya pencucian
(Riyadi, 1987).
Sintesa polisakarida oleh bakteri sangat dipengaruhi oleh
tersedianya nutrisi dan ion-ion tertentu yang dapat
mengkatalisasi aktivitas bakteri. Peningkatan konsentrasi
nitrogen dalam subtrat dapat meningkatkan jumlah polisakarida
yang terbentuk, sedangkan ion-ion bivalen seperti Mg2+ dan
Ca2+ diperlukan untuk mengontrol kerja enzim ektraselluler dan
membentuk ikatan dengan polisakarida tersebut.
Aktivitas pembuatan nata hanya terjadi pada kisaran pH
antara 3,5-7,5. Sedangkan pH optimum untuk pembentukan nata
adalah 4. Suhu yang memungkinkan untuk pembentukan nata adalah
pada suhu kamar antara 28−320 C.
II. TUJUAN
1. Untuk mengetahui teknik pembuatan nata de coco menggunakan
air kelapa.
2. Untuk mengetahui proses fermentasi yang terjadi pada nata de
coco.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan pembuatan nata de coco.
4. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gula pasir pada
pembuatan nata de coco
III. METODE
A. Alat dan Bahan:
Alat
1. Beaker glass plastik 6. Wadah nampan
2. Kertas lakmus 7. Pengaduk (sendok,
centong)
3. Gelas ukur 8. Panci
4. Laminar air flow 9. Kompor gas
5. Inkubator
Bahan:
1. Air kelapa
2. Gula pasir
3. Pupuk ZA
4. Starter (biakan bakteri Acetobacter xylinum)
B. Cara Kerja:
Pembuatan Nata de coco
1. Menyiapkan air kelapa yang telah disaring sebanyak 1
liter ke dalam panci
2. Menambahkan pupuk ZA ke dalam panci
3. Memanaskan sampai mendidih
4. Setelah mendidih, menambahkan gula dengan konsentrasi:
(Kelompok 1, 2 dan 3= 30 gr), (Kelompok 4,5 dan 6= 75
gr), dan (Kelompok 7,8 dan 9= 100 gr)
5. Memanaskan hingga mendidih lagi
6. Cek pH dan atur pH nya hingga menjadi 4,5
7. Memasukkan kedalam wadah steril
8. Membiarkan hingga dingin
9. Setelah dingin menambahkan starter 200 ml
10. Tutup rapat menggunakan kertas koran kemudian
menginkubasinya pada suhu ruang
11. Mengamati perkembangan pembentukan nata
Cara kerja sterilisasi wadah
1. Memanaskan air sampai mendidih
2. Memasukkan air mendidih secukupnya ke dalam wadah
kemudian tutup rapat dengan koran dan diikat menggunakan
karet
3. Membiarkan selama ± 10 menit.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Perlak
uan
Kelompo
k
Parameter yang diamati Keterangan/
beratWarna Aroma Permukaan Ketebalan
Gula
50
gram
1 Putih AsamRata dan
halus
P: 28,5
cm
T: 1,8 cm
L: 17 cm
928 gram
2 Putih AsamRata dan
halus
P: 27,5
cm
T: 1,5 cm
L: 18,5
cm
877 gram
3 Putih Asam
Atas: rata
dan
berlendir
Bawah:
Rata dan
kesat
P: 27,5
cm
T: 1,5 cm
L: 19,5
cm
743 gram
75
gram
4 Putih Asam Rata halus
P: 29 cm
T: 1 cm
L: 20 cm
699 gram
5 Putih Asam Rata halus
P: 29 cm
T: 1,8 cm
L: 21 cm
847 gram
6 Bening Asam Halus
P: 28,2
cm
T: 1,5 cm
L: 25 cm
784 gram
100
gram
7 Putih
Tulang
Asam Atas: Rata
kesat
P: 27 cm
T: 1,9 cm
872 gram
Bawah:
Rata halusL:19 cm
8Putih
Tulang Asam
Atas:
Kesat
Bawah:
Berlendir
P: 28,5
cm
T: 1,7
L: 20 cm
939 gram
9Putih
Tulang AsamAtas: Rata
halus
P: 28 cm
T: 1,2 cm
L: 19 cm
870 gram
B. Pembahasan
Nata adalah produk fermentasi oleh bakteri Acetobacter
xylinum pada substrat yang mengandung gula. Substrat yang
digunakan pada praktikum ini yaitu air kelapa dengan pH 4,5
yang merupakan pH optimum bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter
xylinum. Air kelapa yang digunakan merupakan air kelapa yang
sudah didiamkan seharian sehingga tidak perlu lagi di
tambahkan asam cuka karena pHnya sudah rendah (4,5).
Bakteri pembentuk nata, Acetobacter xylinum, dapat tumbuh dan
berkembang membentuk nata karena adanya kandungan air,
protein, lemak, karbohidrat serta abu dan beberapa mineral
pada substrat sebagai nutrisinya, tidak semua nutrisi yang ada
pada substrat dapat terpenuhi, oleh karena itu pada praktikum
ini diberikan tambahan nutrisi berupa gula pasir (sukrosa)
sebagai sumber karbon dan ZA sebagai sumber nitrogen. Pada
praktikum ini konsentrasi gula pasir yang diberikan tiap
kelompok berbeda yaitu (Kelompok 1, 2 dan 3= 30 gr), (Kelompok
4,5 dan 6= 75 gr), dan (Kelompok 7,8 dan 9= 100 gr).
Substrat yang telah ditambahkan starter (Acetobacter xylinum)
kemudian di inkubasi pada suhu ruang (26−270 C) yang merupakan
suhu optimum bagi pertumbuhan biakan. Setelah 3 hari di
inkubasi pada suhu ruang mulai terbentuk lapisan tipis diatas
permukaaan substrat. Lapisan ini dari hari kehari akan semakin
tebal. Lapisan yang seperti gel inilah yang disebut sebagai
nata de coco. Terbentuknya lapisan ini akibat aktivitas
fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum. Selama proses
inkubasi terjadi proses biosintesa nata yang berawal dari
proses hidrolisis karbohidrat yang berasal dari substrat,
dimana sel-sel bakteri tersebut akan mengambil glukosa dari
larutan gula, kemudian glukosa tersebut digabungkan dengan
asam lemak membentuk prekursor atau penciri nata pada membran
sel. Prekursor selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk ekskresi
dan bersama enzim mempolarisasi glukosa menjadi selulosa luar
sel yang kemudian disebut sebagai nata de coco (Palungkun,
1996).
Pemanenan nata de coco dilakukan setelah 1 minggu
inkubasi. Nata yang telah dipanen kemudian di timbang
beratnya, hasilnya berat nata tiap kelompok berbeda-beda.
Masing-masing berat nata tiap kelompok yaitu, kelompok 1= 928
gram, kelompok 2= 877 gram, kelompok 3= 743 gram, kelompok 4=
699 gram, kelompok 5= 847 gram, kelompok 6= 784 gram, kelompok
7= 872 gram, kelompok 8= 939 gram dan kelompok 9= 870 gram.
Perbedaan berat ini dikarenakan perbedaan konsentrasi gula
pada substrat beberapa kelompok. Hal ini sesuai dengan
pernyataan (Adrial, 2003) bahwa Perbedaan kadar gula pada
media fermentasi nata sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
bakteri Acetobacter xylinum dalam menghasilkan selulosa
ekstraseluler. Hal ini dikarenakan gula merupakan sumber
karbon bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dan sumber
karbon ini merupakan faktor penting dalam proses fermentasi.
Bakteri untuk menghasilkan nata membutuhkan sumber karbon bagi
proses metabolismenya. Glukosa akan masuk ke dalam sel dan
digunakan bagi penyediaan energi yang dibutuhkan dalam
perkembangbiakannya. Fruktosa yang ada akan disintesis menjadi
selulosa. Jumlah gula yang ditambahkan harus diperhatikan
sehingga mencukupi untuk metabolisme dan pembentukan pelikel
nata. Meskipun pada air kelapa terdapat gula namun gula yang
ada belum mencukupi untuk pembentukan pelikel sehingga perlu
ditambahkan dari luar.
Pada praktikum ini substrat ditambahkan ZA sebagai sumber
nitrogen. Penambahan sumber nitrogen anorganik atau organik
akan meningkatkan aktivitas Acetobacter xylinum dalam memproduksi
nata. Hasil nata de coco yang terbaik, yaitu yang lebih tebal
dan keras, diperoleh dari sukrosa sebagai sumber karbon. Air
kelapa mengandung sebagian sumber nutrisi yang dibutuhkan
sehingga kekurangan nutrisi yang diperlukan harus ditambahkan.
Sebagai sumber gula dapat ditambahkan sukrosa, glukosa,
fruktosa, dan tetes molases. Sebagai sumber nitrogen dapat
ditambahkan urea atau ammonium sulfat serta ekstrak yeast
(khamir). Media yang diperlukan untuk pembentukan Nata antara
lain: gula yangdigunakan sebagai sumber karbon yang berperan
penting pada pertumbuhan mikroba.
Bakteri Acetobacter mampu mensintesis Nata dari glukosa,
maltosa, maupun gliserol. Macam dan kadar gula yang
ditambahkan akan mempengaruhi ketebalan dan sifat Nata yang
terbentuk. Sukrosa sering digunakan sebagai sumber karbon
menghasilkan Nata yang tebal dan keras. Kadar sukrosa 5-10%
pada media fermentasi akan menghasilkan Nata yang tebal dan
keras.
Umur bakteri yang digunakan juga akan mempengaruhi
ketebalan dan sifat Nata yang dihasilkan. Semakin tua umur
kultur akan semakin menurunkan hasil bobot dan ketebalan. Umur
bakteri 7 hari masih dapat membentuk Nata yang baik, sehingga
koleksi kultur murni bakteri tersebut dalam laboratorium perlu
pemindahan untuk permudaan setiap tujuh hari. Berat felikel
Nata yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh aktivitas bakteri
tersebut. Berat nata de coco dipengaruhi oleh kadar gula dan lama
fermentasi dari aktivitas bakteri.
V. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan:
1. Nata adalah produk fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum
pada substrat yang mengandung gula.
2. Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH
atau meningkatkan keasaman air kelapa.
3. Substrat yang digunakan pada praktikum ini yaitu air kelapa
dengan pH 4,5 yang merupakan pH optimum bagi pertumbuhan
bakteri Acetobacter xylinum.
4. Penambahan gula pasir (sukrosa) berfungsi sebagai sumber
karbon dan ZA sebagai sumber nitrogen.
5. Biosintesa nata berawal dari proses hidrolisis karbohidrat
yang berasal dari media, dimana sel-sel bakteri tersebut
akan mengambil glukosa dari larutan gula, kemudian glukosa
tersebut digabungkan dengan asam lemak membentuk prekursor
atau penciri nata pada membran sel. Prekursor selanjutnya
dikeluarkan dalam bentuk ekskresi dan bersama enzim
mempolarisasi glukosa menjadi selulosa luar sel.
6. Berat nana setelah 1 minggu masing-masing kelompok yaitu
kelompok 1= 928 gram, kelompok 2= 877 gram, kelompok 3= 743
gram, kelompok 4= 699 gram, kelompok 5= 847 gram, kelompok
6= 784 gram, kelompok 7= 872 gram, kelompok 8= 939 gram dan
kelompok 9= 870 gram.
7. Ketebalan dan berat nata hasil fermentasi dipengaruhi oleh
konsentrasi glukosa, banyaknya nitrogen, lamanya fermentasi,
dan umur bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Indriati, L., dan Rahimi, E., 2008. Pengaruh Penambahan Gula danAmonium Sulfat Pada Medium Kulit Pisang Terhadap Pertumbuhan danSifat Mekanik Bioselulosa. Majalah Polimer Indonesia Vol.11No.1.
Palungkun, R., 1996. Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebar Swadaya.Jakarta.
Riyadi, S., 1987. Telaah Mengenai Mikroba yang Berperan dalamPembuatan Nata De Coco. Jurusan Biologi Fakultas MIPA IPB.Bogor.
Salim, E., dan Ryan, M., 2011. Menjadi Wirausahawan Sukses BerkatBisnis Nata De Coco. Citra Aji Parama. Yogyakarta
Suarsini, Endang. 2010. Bioremediasi Limbah Air Kelapa sebagai Bahan
Baku Pembuatan Nata de Coco. Malang: FMIPA UMM