Laporan Praktikum Kimia Instrumen PENENTUAN KADAR TEMBAGA (II) DALAM SAMPEL AIR SAWAH DENGAN METODE...

21
Laporan Praktikum Kimia Instrumen PENENTUAN KADAR TEMBAGA (II) DALAM SAMPEL AIR SAWAH DENGAN METODE SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) 2 April 2012 Dosen Pembimbing Dr. Hernani, M.Si Disusun oleh Kelompok 9 Muhamad Prisla K. (0900598) Dewi Fuji Astuti (0902212) Siti Supriyanti (0905861) JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2012

Transcript of Laporan Praktikum Kimia Instrumen PENENTUAN KADAR TEMBAGA (II) DALAM SAMPEL AIR SAWAH DENGAN METODE...

Laporan Praktikum Kimia Instrumen

PENENTUAN KADAR TEMBAGA (II) DALAM SAMPEL AIR SAWAH

DENGAN METODE SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

2 April 2012

Dosen Pembimbing

Dr. Hernani, M.Si

Disusun oleh

Kelompok 9

Muhamad Prisla K. (0900598)

Dewi Fuji Astuti (0902212)

Siti Supriyanti (0905861)

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2012

A. Tanggal Praktikum :

2 April 2012

B. Judul Praktikum :

β€œPenentuan Kadar Tembaga (II) dalam Air Sawah dengan Metode

Spektrometri Serapan Atom (SSA)”

C. Tujuan Praktikum :

1. Dapat mempreparasi sampel air sawah yang akan ditentukan kadar

tembaganya dengan alat spektrometri serapan atom

2. Dapat menyiapkan larutan kerja dari larutan β€œstock” yang tersedia.

3. Dapat memahami prinsip penentuan kadar logam dalam suatu sampel

dengan alat spectrometer serapan atom.

D. Tinjauan Pustaka :

Metode spekstroskopi atom dapat digunakan untuk analisis lebih dari 2

unsur baik kualitatif maupun kuantitatif. Penentuan spesi atom hanya dapat

dilakukan dalam medium gas di mana setiap atom atau ion unsur terpisah secara

sempurna satu sama lain.

Metode AAS adalah metode spektrometri yang didasari oleh adanya

serapan atau absorbsi cahaya ultraviolet (UV) atau visible (Vis) oleh atom-atom

suatu unsur dalam keadaan dasar atom-atom menyerap cahaya tersebut pada

panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya cahaya UV atau

Visible yang diserap berasal dari energi yang diemisikan oleh sumber energi

tertentu.

Teknik AAS memanfaatkan spektrometri serapan untuk menentukan

konsentrasi analit dalam sampel. Apabila cahaya dengan panjang gelombang

tertentu dilewatkan pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang

bersnagkutan, maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas

penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang

berada pada sel. Ditinjau dari hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi,

maka hukum Lambert Beer dapat digunakan jika sumbernya monokromatis.

Hukum Lambert : bila suatu sumber sianr monokromatis melewati medium

transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya

ketebalan medium yang mengabsorbsi

Hukum Beer : intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial

dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut

Hukum Lambert-Beer dirumuskan sebagai berikut :

A = a.b.c

Keterangan :

A = absorbansi atau daya serap

a = absortivitas molar

b = ketebalan medium

c = konsentrasi

Fitur dasar dari spektrometer serapan atom

Komponen dasar dari sebuah spektrometer serapan atom ditunjukkan pada

Gambar.40. Fungsi dari alat AAS adalah sebagai berikut :

1. Sumber radiasi (katoda berongga atau EDL) memancarkan garis tajam

spektrum yang menunjukkan karakteristik dari elemen analit

2. Sianr emisi dari sumber radiasi dimodulasi

3. Sinyal termodulasi melewati flame menjadi uap, dan diatomisasi dimana

atom-atom analot lalu menyerap radiasi dari sumber radiasi

4. Radiasi yang diharapkan adalah garis spektral (biasanya resonansi line)

dimana dipilih oleh monokromator

5. Dimana hasil radiasi yang diteruskan ke detektir (photomultiplier) dimana

sinyal cahaya diubah menjadi sinyal listrik

6. Sinyal dimodulasi diperkuat oleh penguat selektif (amplifier)

7. sinyal akhirnya dicatat oleh perangkat pembacaan (meter, perekam grafik,

atau melalui pengolahan data untuk unit layar digital atau printer)

Atomic Absorption Spectrometry

Instrumen Spektroskopi Serapan Atom

Komponen utama

Untuk memahami kerja dari spek`trometer serapan atom, lita harus

mengetahui bagiany satu persatu. Setiap spektrometer serapan mempunyai

tiga komponen utama yaitu sumber cahaya, unit atomisasi dan unit

pengukuran fotometrik.

Untuk lebih jelasnya diperlihatkan oleh gambar berikut ini

1. Sumber cahaya

Atom menyerap cahaya pada panjang gelombang yang diskrit.

Atom menyerap emisi cahaya yang dihasilkan oleh cathode lamp.

Dimana cahaya ini mempunyai sensitivitas dan spesipik untuk atom

yang menyerapnya.

a. Hallow cathode lamp

Hallow cathode lamp merupakan elemen sumber cahaya pada

spektrometer serapan atom. Berikut ini bagian dari hallow cathode

lamp

Jenis katoda pada hallow cathode ini diesesuaikan dengan

panjang gelombang yang dipancarkan/diemisikan, contohnyajika

analit yang digunakan mengandung Cu maka katoda yang digunakan

di hallow cathode adalah logam Cu. Anoda dan katoda berada dalam

sebuah silinder tertutup. Dalam silinder ini juga terdapat gas inert yaitu

argon atau neon dengan tekanan rendah. Di silinder ini akan dihasilkan

cahaya yang nantinya diserap oleh atom pada ruang pengkabutan.

Terjadi ionisasi dari beberapa atom dari gas tersebut yang bermuatan

positif akibat pemberian perbedaan potensial sekitar 300-400 volt antara anoda

dan katoda, kation gas tersebut akan menabrak atom-atom logam pada katoda.

Bebrapa atom-atom akan terlempar kepermukaan dan terjadieksitasi dari keadaan

dasar kekeadaan tereksitasi dan mengemisikan cahaya atau radiasi tertentu ketika

kembali ke keadaan dasar. Misalnya Pb* Pb + hv ( gambar 2)

Gambar 2

b. Elektrodeless Discharge Lamps (EDLs)

Lampu ini terbuat dari tabung kuarts tertutup yang mengandung

sedikit torr gas inert seperti argon dan sedikit logam (atau garam) yang

memiliki spektrum menarik. Lampu ini tidak mengandung elektroda

tetapi terenergi oleh penangkap intens frekuensi radio atau radiasi

mikrowave.

2. Coper, merupakan alat untuk menyeleksi cahaya yang diemisikan oleh

elemen dari hallow cathode lamp, dimana coper ini akan memilih

sumber cahaya yang sesuai dengan analit yang diuji.

3. Cell sampel

Pada bagian ini merupakan tempat terjadinya proses atomisasi.

Berikut penjelasan mengenai proses atomisasi:

Solution of analyte

Spray

Gaseous molecules

Atoms

Exicited molecules

Exicited atoms

Exicited ions

Atomic ions

Solid/gas aerosol

hv molecules

hv atomic

hv atomic

Pada proses pengabutan, sampel berupa larutan dosemprotkan

kedalam nyala yang bersumber dari udara dan bahan bakar, larutan ini

akan berubah menjadi aerosol, pelarut akan menguap aehingga tersisa

analit yang ter[adatkan. Kemudian analit ini berubah menjadi cair

(mengalami pelelehan) lalu menguap menjadi gas, setelah analit

menjadi gas, analit ini mengalami proses atomisasi, hasil atomisasi ini

adalah terbentuknya atom Cu. Atom Cu ini mengalami eksitasi karena

menyerap cahaya.

4. Kromator

Merupakan alat untuk menengkap chaya spesifik yang diteruskan

oleh atom. Kromator mempunyai kemampuan untuk menyeleksi

berbgai cahaya baik berupa emisi atau chaya yang diteruskan dalam

jumlah yang banyak.

5. Detektor

Merupakan alat untuk mendeteksi cahaya yang diserap oleh

kromator,

6. Elektronika dan read out

Merupakan alat untuk menerjemahkan cahaya yang diteruskan

yang nantinya akan tergambar dalam bnetuk absorban.

Spektrofotometer

Pada umumnya, alat ini harus dapat menyediakan lebar pita dengan

cukup sempit untuk mengisolasi garis terpilih untuk pengukuran dari garis

lainnya yang mungkin mencampuri atau mengurangisensitifitas analisis.

- Single-Beam Instruments

Single-beam instruments terdiri dari beberapa hallow cathode,

tembaga atau power supply. Sebuah atomizer dan sebuah

spektometer sederhana dengan transduser fotomultipirer.

- Double-Beam Instruments

Alat ini terbuat dari hallow cathode yang terpisah oleh cermin

tembaga, setenga mengelilingi nyala api dan setengahnya lagi

mengelilingi kedua lapisan tersebut di kombinasi ulang dengan

setengan kaca perak dan ke dalam kzerney. Turner

monotransformator, sebuah tabung foto multifier berperan

sebagai transmitter.

Penyiapan sampel

Penyiapan sampel sebelum pengukuran tergantung pada jenis unsur

yang ditetapkan, jenis substrat dari sampel dan cara atomisasi. Pada

kebanyakan sampel hal ini, biasanya tidak dilakukan bila atomisasi

dilakukan menggunakan batang grafit secara elektrotermal karena matrik

dari sampel dihilangkan melalui proses pengarangan sebelum atomisasi.

Pada proses atomisasi dengan nyala kebanyakan sampel cair dapat

disemprotkan langsung kedalam nyala setelah diencerkan dengan pelarut

yang cocok.

Sampel padat biasanya dilarutkan dalam asam tetapi ada kalanya

didahului dengan peleburan alkil. Asam klorida, asam nitrat dan asam

sulfat biasanya digunakan untuk melarutkan logam-logam atau logam

campuran. Asam nitrat biasanya membentuk senyawa yang mudah terurai

tetapi sukar menguap sehingga ia lebih disukai dari pada asam klorida

untuk proses pengarangan.

Intereferensi dalam Spektroskopi Serapan Atom

Interferensi spektral

Interferensi ini terjadi ketika serapan atu emisi dari spesi

berinterferensi mengalami overlap dengan serapan atau emisi analit. Selain

itu, interferensi ini adalah hasil dari adanbya pembakaran produk yang

menyebabkan serapan atau pertikulat produk yang menebarkan reaksi.

Salah satu analisis interferensi adalah dengan koreksi latar belakang

dengan berdasarkan efek zeeman.

Gangguan

1. Matrik

Langkah pertama sebelum proses atomisasi yaitu preparasi

sampel. Dalam prosesnya sering kali terjadi gangguan matrik

karena adanya perbedaan fisik antara sampel dan larutan standar.

Sifat fisik tersebut berupa viskositas, dimana jika sampel memilki

viskositas yang berbeda denganlarutan standar maka akan

mempengaruhi terhadap kecepatan dalam proses

penyemprotandalam nebulizer, sehingga efisiensi nebulizerantara

sampel dan larutan standar akan berbeda. Jika terdapat perbedaan

kecepatan/laju maka absorban yang dihasilkan tidak berkorelasi.

Untuk menggurangi atau meniadakan kesalahan matrik ini, yaitu

dengan mematcingkan matrik sampel dengan matrik larutan

standar. Hal ini, dilakukan dengan menambahkan beberapa asam

dan regen yang lain, sehingga keduanya memiliki konsentrasi yang

sama.

2. Ionisasi

Pada nyala terjadi proses ionisasi, yaitu terionnya atom-

atom sehingga mengakibatkan menurunnya sensitivitas. Oleh

karena spektra ion berada dengan spektra atom, maka perlu dijaga

agar derajat ionisasi ini pada level yang konstan atau bila mungkin

ditiadakan. Hal ini dapat dilakukan dengan menurunkan suhu dari

nyala atau dengan menambahkan metal yang mudah terionisasi

misalnya logam alkali. Penambahan deionizer akan mempertinggi

konsentrasi elektron pada nyala sehingga akan menggeser

keseimbangan berikut kesebelah kiri.

M* β†’ M+ + e

-

3. Kimia

Bentuk padat

Gangguan ini disebabkan karena terbentuknya senyawa yang

sukar menguap atau sukar terdisosiasi dalam nyala. Hal ini terjadi

pada nyala ketika pelarut menguap meninggalkan partikel-partikel

padat. Misalnya gangguan dari fosfor pada penetapan kalsium karena

terbentuknya kalsium fosfat. Efek dari gangguan ini dapat ditetapkan

dengan mengukur emisi dari seri larutan sampel dengan konsentrasi

yang berbeda-beda. Dalam hal tertentu gangguan ini dapat diatasi

dengan mengubah kondisi nyala, misalnya dengan menambah aliran

bahan bkaar untuk memperoleh nyala reduksi sehingga memperkecil

pembentukan oksida yang stabil.

Analisis logam tembaga dengan AAS

Salah satu aplikasi dari spektroskopi serapan atom adalah penentuan

kadar tembaga dari suatu limbah. Limbah yang mengandung tembaga ini

kebanyakan dihasilkan oleh industri persenjataan, industri paduan logam,

industri kertas dan lain-lain.

Tembaga termasuk logam berat yaitu logam dengan bobot jenis lebih

besar dari 5 gr/cm3. Logam – logam berat berbahaya baik secara langsung

terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung

terhadap kesehatan manusia.

Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat tersebut ( PPLH-IPB, 1997;

Sutamihardja dkk, 1982) yaitu :

1. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan

dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan)

2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan

membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme

tersebut

3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih

tinggi dari konsentrasi logam dalam air. Disamping itu sedimen mudah

tersuspensi karena pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali

logam yang dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber

pencemar potensial dalam skala waktu tertentu

Pada konsentrasi 2,3 – 2,5 mg/l tembaga dapat mematikan ikan dan

akan menimbulkan efek keracunan, yaitu kerusakan pada selaput lendir

(Saeni, 1997). Tembaga dalam tubuh berfungsi sebagai sintesa hemoglobin

dan tidak mudah dieksresikan dalam urine karena sebagian terikat dengan

protein, sebagian dieksresikan melalui empedu ke dalam usus dan dibuang

kefeses, sebagian lagi menumpuk dalam hati dan ginjal, sehingga

menyebabkan penyakit anemia dan tuberkulosis.

Jika kadar Cu sampel belum melebihi batas (ambang batas) yang

ditetapkan pemerintah yaitu 20 ppm untuk Cu, maka sesuai Keputusan

Dirjen POM No. 03725/B/SK/VII/89[7] sampel air tersebut aman untuk

dikonsumsi.

E. Alat dan Bahan Praktikum :

Alat :

1. Labu ukur 50 mL 2 buah

2. Labu ukur 25 mL 4 buah

3. Pipet tetes 1 buah

4. Gelas kimia 100 mL 1 buah

5. Gelas kimia 600 mL 1 buah

6. Corong kecil 1 buah

7. Pipet ukur 1 mL 1 buah

8. Hot Plate 1 buah

9. Kaca arloji 1 buah

Bahan :

10. Larutan HNO3 pH = 2 1.5 mL

11. Larutan HNO3 pekat

12. Larutan induk Cu (II) 1000 ppm

13. Sampel air sawah

F. Prosedur Kerja Praktikum

1. Preparasi larutan sampel

1. 50 mL sampel air sawah dimasukan ke dalam gelas kimia 100 mL.

2. Ditambahkan 2.5 mL HNO3 pekat, diaduk.

3. Diuapkan di atas hot plate hingga V = Β± 15 mL.

4. Ditambahkan 2.5 mL HNO3 pekat.

5. Ditutup dengan kaca arloji.

6. Dipanaskan hingga jernih.

7. Didinginkan

8. Ditambahkan sedikit aquades.

9. Dituangkan ke dalam labu ukur 50 mL.

10. Ditanda bataskan

11. Saring jika terdapat yang tidak larut.

2. Pembuatan blanko

1. Larutan HNO3 pekat ditambahkan aquades hingga pH = 2

3. Pembuatan larutan standar Cu (II)

1. Larutan induk Cu (II) 1000 ppm dipipet 1.25 mL

2. Dimasukkan ke labu seukuran 50 mL.

3. Dilarutkan dengan blanko hingga tanda batas.

4. Pembuatan larutan uji

1. Sampel hasil preparasi dipipet 5 mL

2. Dimasukkan ke dalam 4 labu seukuran 25 mL dan satu labu seukuran

50 mL

3. Ditambahkan larutan standar berturut-turut 2,4,6,8 mL untuk labu

seukuran 25 mL dan 10 mL untuk labu seukuran 50 mL.

4. Ditandabataskan dengan blanko

5. Pembuatan kurva adisi standar

1. Larutan uji diukur absorbansi dengan SSA.

2. Dibuat grafik

G. Hasil dan Analisis Data

Tabel Hasil pengukuran kadar Cu (II) dalam sampel

No Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi rata-

rata SD RSD

1 5 0.196 0.0033 1.67

2 10 0.382 0.0025 0.66

3 16 0.570 0.0046 0.80

4 20 0.695 0.0036 0.52

5 26 0.847 0.0034 0.40

6 Blanko 0.000 0.0007 7.77

7 Sampel 0.407 0.0032 0.80

Kadar Cu(II) dalam sampel 1.9706 ppm

Analisis Data dan pembahasan

Pengambilan sampel harus mengikuti dua prinsip utama, yakni

representatif dan homogen. Representatif (mewakili) berarti sampel yang diambil

harus mewakili keseluruhan populasi. Pengambilan sampel yang representatif

dilakukan dengan dua cara. Pertama, jika sumber pengambilang sama maka waktu

pengambilan yang dibuat berbeda, tetapi jika waktu pengambilan sama maka

tempat pengambilan yang berbeda. Sampel harus tetap homogen artinya diukur

beberapa kali dengan volume yang sama akan memberikan kadar yang sama.

Sampel harus dijaga kondisinya dengan cara disimpan di lemari es dengan

tujuan mencegah reaksi apapun yang mungkin terjadi pada sampel terutama yang

mungkin akan melibatkan 𝐢𝑒2+. Karena pada suhu dingin reaksi relatif tidak

berlangsung karena pada dasarnya reaksi baik endoterm maupun eksoterm

memerlukan energy terlebih untuk memulai reaksi.

Penambahan HNO3 berguna untuk mendekstruksi ikatan organologam

antara 𝐢𝑒2+dengan senyawa organik dengan bantuan pemanasan. Selain itu untuk

memastikan bahwa semua Cu berada da. lam biloks +2. HNO3 pekat memiliki

sifat pengoksidasi. Tidak menutup kemungkinan selama proses penyimpanan

sampel terjadi proses reduksi 𝐢𝑒2+ menjadi 𝐢𝑒+. Hal ini dicegah dengan

penambahan HNO3. 𝐢𝑒+ ini harus dihindari terbentuk karena akan menebabkan

kenaikan energi dengan jumlah serapan yang berbeda dibandingkan 𝐢𝑒2+pada

jumlah yang samadan hal tersebut yang akan menyebabkan kesalahan analisis.

Penambahan HNO3 pekat untuk kedua kalinya betujuan untuk

menyempurnakan proses destruksi dan oksidasi 𝐢𝑒2+ menjadi 𝐢𝑒+. Selain itu,

juga untuk menjaga kondisi sampel tetap asam. Karena 𝐢𝑒2+akan mengalami

hidrolisis pada kondisi basa menghasilkan endapan putih 𝐢𝑒(𝑂𝐻)2.Selain itu,

penambahan HNO3 akan menghasilkan garam-garam nitrat yang kebanyakan larut

dalam air. Sehingga 𝐢𝑒2+ terpisah dari persenyawaan organik (organlogam).

Penggunaan blanko HNO3 pH 2 pada pembuatan standar induk bertujuan

untuk mencegah terhidrolisisnya 𝐢𝑒2+. Larutan baku dibuat dalam beberapa

variansi konsentrasi untuk membuat kurva kalibrasi. Menurut hukum lambert-beer

maka jika repeatabilitasnya bagus maka hubungan antara absorban dengan

konsentrasi adalah y = mx dimana y adalah absorbansi dan x adalah konsentrasi.

Metode yang digunakan adalah adisi standar, karena kadar 𝐢𝑒2+ dalam sampel

akan memberikan signal yang lemah dan tidak masuk dalam range percobaan

dengan demikian perlu ditambahkan 𝐢𝑒2+ terukur dan kuantitatif sehingga

nantinya kadar 𝐢𝑒2+ sampel dapat diketahui.

Sebelum analisa, dilakukan terlebih dahulu dilakukan optimasi panjang

gelombang yang bertujuan untuk menentukan serapan maksimum. Lamp yang

digunakan adalah HCL dengan demikian selektif mendeteksi 𝐢𝑒2+dalam sampel.

Pengukuran dilakuan 3 kali (triplo) kemudian diambil reratanya untuk melihat

reapeatabilitas analisa.

H. Kesimpulan

Prinsip analisa SSA adalah setiap ion logam ketika dibakar akan

memberikan nyala yang khas, yang dapat diukur intensitas dengan melewatkan

sinar UV sehingga dapat ditentukan absorbansi yang akhirnya sebanding dengan

konsentrasi. Kadar 𝐢𝑒2+dari air sawah Kp. Cikundul-Soreang dengan

menggunakan AAS adalah sebesar 1.9706 ppm.

I. Daftar Pustaka

Budiasih, Endang, dkk. (1999). Analisis Instrumen. Malang: Universitas

Negeri Malang.

Hendayana, Sumar. (1994). Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP

Semarang Press

Khopkar, S.M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press

L.H.J Lajunen . (1992). Spectrochemical Analysis by Atomic Absorption and

Emission. Oulu, Finland : the Royal Society of Chemistry

L.H.J Lajunen and P.Peramakiuniversity. (2004). Spectrochemical Analysis by

Atomic Absorption and Emission 2nd Edition. Oulu, Finland : the royal

society of chemistry

R.A. Day, Jr. dan A.L. Underwood. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:

Erlangga

Skoog, A. Douglas ,F. James Holler, dan Stanley R. (2004). Fundamental af

Analytical Chemistry English Edition. Ontario : Brodis/Cole-Thomson

Wiji, M.Si, dkk. (2010). Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen.

Bandung: Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia

FPMIPA UPI

J. Lampiran

Lampiran 1

DATA PENGAMATAN

Tabel Pengamatan :

Data Spesifikasi sampel

No Parameter yang diamati Pengamatan

1 Asal Air sawah

2 Wujud Larutan

3 Warna Kuning keruh

4 Bau Berbau tanah

5 Logam yang diuji 𝐢𝑒2+

6 Metode Adisi standar

Data Parameter Operasi alat

No Parameter yang diamati Pengamatan

1 Bahan bakar Asetilen-udara

2 Lamp HCL

3 Slit 0.7 nm

4 Panjang gelombang (Ξ») 324.8 nm

5 Energi 58 %

6 Integrated time 0.7 s

7 Replicate 3

8 Suhu 1000 – 1500 K

Hasil pengukuran Larutan standar

No Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi rata-

rata SD RSD

1 5 0.196 0.0033 1.67

2 10 0.382 0.0025 0.66

3 16 0.570 0.0046 0.80

4 20 0.695 0.0036 0.52

5 26 0.847 0.0034 0.40

Hasil pengukuran Larutan sampel dan blanko

No Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi rata-

rata SD RSD

1 Blanko 0.000 0.0007 7.77

2 Sampel 0.407 0.0032 0.80

Pembuatan Kurva Kalibrasi

Konsentrasi

(ppm) Absorbansi

0 0

5 0,196

10 0,382

16 0,570

20 0,695

26 0,874

Lampiran 2

PERHITUNGAN

1. Pembuatan Blanko

pH = 2 β†’ H+ = 10βˆ’2

HNO3 = 15 𝑀

Vlart = 500 mL

maka :

VHN O3 =

π‘‰π‘™π‘Žπ‘Ÿπ‘‘ π‘₯ H+

HNO3

y = 0.034xRΒ² = 0.990

00.10.20.30.40.50.60.70.80.9

1

0 5 10 15 20 25 30

Ab

sorb

an

Konsentrasi (ppm)

Kurva Konsentrasi Vs Absorbansi

= 500 π‘šπΏ π‘₯ 10βˆ’2 𝑀

15 𝑀

= 0.33 π‘šπΏ

2. Pembuatan larutan standar Cu (II)

𝐢𝑒2+ = 5 π‘π‘π‘š 𝐢𝑒2+ = 20 π‘π‘π‘š

1000 π‘π‘π‘š . 𝑉1 = 5 π‘π‘π‘š π‘₯ 50 π‘šπΏ 1000 π‘π‘π‘š . 𝑉1 = 20 π‘π‘π‘š π‘₯ 25 π‘šπΏ

𝑉1 =5 π‘π‘π‘š π‘₯ 50 π‘šπΏ

1000 π‘π‘π‘š 𝑉1 =

20 π‘π‘π‘š π‘₯ 25 π‘šπΏ

1000 π‘π‘π‘š

𝑉1 = 0.25 π‘šπΏ 𝑉1 = 0.5 π‘šπΏ

𝐢𝑒2+ = 10 π‘π‘π‘š 𝐢𝑒2+ = 25 π‘π‘π‘š

1000 π‘π‘π‘š . 𝑉1 = 10 π‘π‘π‘š π‘₯ 25 π‘šπΏ 1000 π‘π‘π‘š . 𝑉1 = 25 π‘π‘π‘š π‘₯ 25 π‘šπΏ

𝑉1 =10 π‘π‘π‘š π‘₯ 25 π‘šπΏ

1000 π‘π‘π‘š 𝑉1 =

25 π‘π‘π‘š π‘₯ 25 π‘šπΏ

1000 π‘π‘π‘š

𝑉1 = 0.25 π‘šπΏ 𝑉1 = 0.625 π‘šπΏ

𝐢𝑒2+ = 15 π‘π‘π‘š

1000 π‘π‘π‘š . 𝑉1 = 15 π‘π‘π‘š π‘₯ 25 π‘šπΏ

𝑉1 =15 π‘π‘π‘š π‘₯ 25 π‘šπΏ

1000 π‘π‘π‘š

𝑉1 = 0.375 π‘šπΏ

3. Perhitungan Kadar CU (II)

Persamaan garis : y = 0.034 x

Absorban = y = 0.407

Maka :

𝐢𝑒2+ = 0.407

0.034

= 11.9706 π‘π‘π‘š

Maka 𝐢𝑒2+ = 11.9706 ppm – 10.000 ppm = 1.9706 ppm

Lampiran 3

Dokumentasi Praktikum

bahan bakar/oksidan hallow cathode read out set alat AAS

flame pengatur gas/oksidan penyaringan sampel

pengukuran AAS pemanasan sampel