Laporan Praktikum Derajat Kerut Tanah

30
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA III DERAJAT KERUT TANAH Oleh : Nama : MARTHA WIRA PRATAMA NIM : A1L114013 Rombongan : AGROTEKNOLOGI Pararel A1 PJ Asisten : Ardi Luqman Hakim KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Transcript of Laporan Praktikum Derajat Kerut Tanah

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA III

DERAJAT KERUT TANAH

Oleh :

Nama : MARTHA WIRA PRATAMA

NIM : A1L114013

Rombongan : AGROTEKNOLOGI Pararel A1

PJ Asisten : Ardi Luqman Hakim

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

2015

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah adalah tubuh alam (natural body) yang

terbentuk dan berkembang akibat bekerjanya gaya-gaya

alam (natural forces) terhadap bahan-bahan alam

(natural material) dipermukaan bumi. Tanah sangat

penting peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena

tanah adalah tempat makhluk hidup untuk berpijak dan

tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan

hara dan air sekaligus penopang akar agar tanaman bisa

tumbuh dengan baik. Di bumi ini terdapat berbagai jenis

tanah. Jenis tanah menentukan tingkat kesuburan tanah

untuk ditumbuhi oleh tanaman. Tanah mempunyai sifat

yang mudah dipengaruhi oleh cuaca dan iklim.

Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari

bahan anorganik, bahanorganik, udara dan air. Bahan

anorganik secara garis besar terdiri dari golongan

fraksitanah yaitu pasir, debu dan liat. Masing-masing

fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda.

Pasir memiliki ukuran 0,05 mm – 2 mm, bersifat

plastis, tidak liat, dan daya menahan airnya rendah.

Debu memiliki ukuran 0,002 mm – 0,05 mm, memiliki

sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik.

Sedangkan liat memiliki ukuran < 0,002 mm, berbentuk

lempeng, lengket bila dibasahi, sangat plastis, sifat

mengembang dan mengkerut yang besar.

Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan

mempermudah untuk mengetahuikandungan bahan organik

dalam tanah tersebut. Berat ringannya tanah dan

kandungan bahan organik tanah akan menentukan besarnya

derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat,

semakin besar derajat kerut tanah. Namun kandungan

bahan organik tanah malah sebaliknya. Semakin tinggi

kandungan bahan organik tanah maka derajat kerut tanah

semakin kecil.

Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan

untuk dapat digunakan sesuaidengan kemampuan yang

dibebankan kepadanya, yaitu kemampuan untuk menjadi

kerasdan penyangga, kapasitas drainase dan menyimpan

air, plastisitas, kemudahan untukditembus akar, aerasi,

dan kemampuan menahan retensi unsure-unsur hara tanaman

yang semuanya berhubungan dengan kondisi fisik tanah.

Kondisi meliputi warnatanah, tekstur tanah, konsistensi

dan struktur tanah.

Selain itu tanah juga mempunyai tiga dimensi ruang

yaitu panjang, lebar dankedalaman. Setiap tanah

mempunyai sifat-sifat yang khas yang merupakan

hasilkarya factor-faktor pembentuk tanah ini, maka

setiap jenis tanah akan menampakkan profil yang

berbeda.

Mengetahui bentuk fisik tanah dari berbagai jenis,

kandungan mineral didalamnya, derajat kerut tanah,

adanya kandungan air tanah serta pengetahuan tentang

profil tanah merupakan suatu cara untuk mendapatkan

tanah yang cocok untuk budidaya komoditi pertanian.

Sebab faktor-faktor tersebut di atas adalah faktor

utamadalam budidaya pertanian.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui besarnya derajat kerut tanah

dari beberapa jenis tanah.

2. Untuk membandingkan besarnya derajat kerut

antar jenis tanah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Semenjak pertanian berkembang, konsep tanah yang

sangat penting ada konsepsebagai media alami bagi

pertumbuhan tanaman. Bila kota-kota besar

berkembang, tanah menjadi penting sebagai bahan

rekayasa guna mendukung jalan-jalan dan bangunan-

bangunan. Pada saat ini tanah lebih banyak lagi

mendukung fungsirekayasa, termasuk untuk menimbun

bahan-bahan bangunan. Konsep tanah sebagai bahan

rekayasa dikaitkan dengan tanah sebagai selimut

batuan yang telah mengalami pelapukan atau regolit

(Foth, 2006).

Dalam analisis agihan besar zarah, bahan tanah

halus dipisahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi

utama yaitu pasir, debu dan lempung. Fraksi tanah

ialah sekelompok zarah tanah berukuran diantara

batas-batas tertentu (Notoh adi prawiro, 1998).

Fraksi tanah ialah sekelompok zarah tanah yang

berukuran diantara batas-batas tertentu. Dalam

analisis besar zarah, bahan tanah dapat dipisahkan

lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama. Masing-

masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang

berbeda-beda yaitu:

1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) bersifat tidak

plastis dan tidak liat, daya menahan air

rendah, ukurannnya yang menyebabkan pori

akro lebih banyak, perkolas cepat,

sehingga aerasi dan drainase tanah pasiran

relatif lebih baik.

2. Debu (0,002 mm – 0,05 mm) sebenarnya

merupakan pasir mikro dan sebagian besar

adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai

sedikit sifat plastis dan kohesi yang

baik.

3. Liat ( < 0,002 mm) berbentuk mika atau

lempeng bila dibasahi amat lengket dan

sangat plastis, sifat mengembang dan

mengerut yang besar. Bila kering menciut

banyak menyerap energi panas, bila

dibasahi terjadi pengembang volume dan

terjadi pelepasan yang disebut sebagai

panas pembasahan (Hardjowigeno, 1987).

Tanah secara umum mempunyai 2 (dua) sifat utama,

yaitu sifat fisis dan sifat mekanis.

1. Sifat Fisis Tanah

Sifat fisis tanah yaitu sifat yang

berhubungan dengan elemen penyusunan massa

tanah yang ada, misalnya volume tanah,

kadar air, dan berat tanah. Dalam keadaan

tidak jenuh, tanah terdiri dari 3 (tiga)

bagian yaitu butiran padat (solid), bagian

air (water), dan bagian udara (air).

Keberadaan materi air dan udara biasanya

menempati pada ruangan antara butiran/pori

pada massa tanah tersebut.

2. Sifat Mekanis Tanah

Sifat mekanis tanah merupakan sifat

perilaku dari struktur massa tanah pada

dikenai suatu gaya atau tekanan yang

dijelaskan secara teknis mekanis.

Parameter kekuatan tanah terdiri dari

kohesi, tegangan air pori negatif, bagian

butiran,kuat geser undrained (Aburizal et

all, 2012).

III.METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan saat praktikum

adalah cawan porselin, cawan dakhil,

colet,botol semprot,kuas dan jangka sorong.

Bahan yang digunakan adalah tanah halus jenis

inceptisol (0,5 mm), air, dan vaselin.

B. Prosedur Kerja

1. Diameter cawan dakhil dikur dengan jangka

sorong

2. Cawan dakhil diolesi vaselin secara merata

dengan kuas

3. Tanah inceptisol dimasukkan kecawan

porselin lalu diberi air dengan botol

semprot

4. Tanah inceptisol diaduk dengan colet

hingga menjadi pasta yang homogen

5. Pasta tanah yang homogeny dimasukkan kedua

buah cawan dakhil dan diratakan dengan

colet

6. Cawan dakhil yang berisi pasta tanah

dijemur di bawah terik matahari langsung

7. Tanah diukur diameter setiap dua jam

sekali dengan jangka sorong bagian atas

sampai diameter dari kedua tanah tersebut

konstan ukurannya

8. Hasil dihitung dengan menggunakan rumus:

Derajatkeruttanah=diameterawal−diameterakhir

diameterawal×100%

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

N

o

Jenis

Tanah

Pengamatan

1 2 3 4 5 6 7

1Andiso

l

Ø1 3.6

6

3.5

2

3.2

4

3.2

4

3.2

4

Ø2 3.6

6

3.6

3

3.2

1

3.2

1

3.2

1

x 3.6

6

3.5

7

3.2

2

3.2

2

3.2

2

2Incept

isol

Ø1 3.6

9

3.5

1

3.3

05

3.1

8

3.1

8

3.1

8

Ø2 3.6

85

3.4

55

3.3

1

3.1

8

3.1

8

3.1

8

x 3.6

87

3.4

82

3.3

07

3.1

8

3.1

8

3.1

8

3 Vertis

ol

Ø1 3.6

85

2.9

5

2.7

5

2.7

1

2.6

1

2.6

1

Ø2 3.6

8

2.9

7

2.7

9

2.7

2

2.6

4

2.6

4

x 3.6

82

2.9

6

2.7

7

2.7

15

2.6

25

2.6

25

4Entiso

l

Ø1

3.63.2

5

3.2

3

3.2

3

3.2

3

Ø2

3.63.2

7

3.2

4

3.2

4

3.2

4

x3.6

3.2

6

3.2

35

3.2

35

3.2

35

5Ultiso

l

Ø1 3.6

7

3.2

5

3.1

8

3.1

1

3.1

1

3.1

1

Ø2 3.6

9

3.3

4

3.2

6

3.1

1

3.1

1

3.1

1

x 3.6

8

3.2

9

3.2

2

3.1

1

3.1

1

3.1

1

DerajatKerutAndisol=3.66−3.225

3.66x100%=11.88%

DerajatKerutInceptisol=3.687−3.183.683

x100%=13.75 %

DerajatKerutVertisol=3.6825−2.625

3.6825x100%=28.71%

DerajatKerutEntisol=3.60−3.2353.60

x100%=10.13%

DerajatKerutUltisol=3.68−3.113.68

x100%=15.48%

B. Pembahasan

Derajat kerut tanah adalah kemampuan tanah untuk

mengembang dan mengerut. Tanah mempunyai sifat

mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering).

Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai

tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah merembeskan air

dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang

banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air,

aerasi jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga

disebut tanah berat (Sarief, 1986).

Fraksi tanah ialah sekelompok zarah tanah yang

berukuran diantara batas-batas tertentu. Dalam analisis

besar zarah, bahan tanah dapat dipisahkan lebih lanjut

menjadi tiga fraksi utama. Masing-masing fraksi

mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda yaitu:

1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) bersifat

tidak plastis dan tidak liat, daya

menahan air rendah, ukurannnya yang

menyebabkan pori akro lebih banyak,

perkolas cepat, sehingga aerasi dan

drainase tanah pasiran relatif lebih

baik.

2. Debu (0,002 mm – 0,05 mm) sebenarnya

merupakan pasir mikro dan sebagian

besar adalah kuarsa. Fraksi debu

mempunyai sedikit sifat plastis dan

kohesi yang baik.

3. Liat ( < 0,002 mm) berbentuk mika

atau lempeng bila dibasahi amat

lengket dan sangat plastis, sifat

mengembang dan mengerut yang besar.

Bila kering menciut banyak menyerap

energi panas, bila dibasahi terjadi

pengembang volume dan terjadi

pelepasan yang disebut sebagai panas

pembasahan (Hardjowigeno, 1987).

Secara kasaran, zarah mineral tanah dapat dipilah

menjadi 3 kategori. Yang berdiameter lebih

besar daripada 2 cm disebut batu, berdiameter antara2

cm dan 2 mm disebut krikil, dan berdiameter lebih kecil

daripada 2 mmdisebut bahan tanah halus (Kohke, 1968) 

Dalam analisis agihan besar zarah, bahan tanah

halus dipisahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama

pasir, debu (lanau), dan lempung. Fraksi tanah ialah

sekelompok zarah tanah yang berukuran diantara batas-

batas tertentu (Notohadiprawiro, 1998).

Butiran pasir terdiri dari kuarsa, pecahan felspar

maka dan kadang juga sirkon, turmalin dan horn blende.

Butiran pasir mempunyai matra kurang lebih seragam dan

mempunyai bentuk membulat walaupun permukaanluarnya

tidak selalu halus, serta mempunyai jenjang kekasaran

tertentu yangterkait erat dengan keabrasifanya

(Poerwowidodo, 1991).

Pisahan debu terdiri dari kumpulan zarah berukuran

garis tengah antara pisahan lempung dan pisahan pasir.

Secara meneralogis dan fisis, zarah debu mendekati

zarah pasir, hanya berukuran lebih kecil dan

luas permukaan per satuan massa yang lebih besar, serta 

seringkali terlapisilempung yang terjerap kuat. Pada

kasus tertentu zarah debu memperlihatkan perangai

fisiko kimiawi lempung (Purwowidodo, 1991).

Pisahan lempung dibedakan secara mineralogis dari

pisahan debu oleh karena lebih dirajai oleh pelikan –

pelikan hasil pelapukan dan tidak

dijumpai pada batuan yang tidak lapuk. Pisahan lempung 

lebih tanah pelapukan lanjut daripada pelikan dalam

batuan dan lebih menunjukkan watak fisis dankimiawi

pisahan lempung. Pisahan lempung dengan ukuran zarah <

2 mikron,merupakan pisahan koloid.

Pelikan ini jarang dijumpai dalam bentuk zarah

berukuran > 2 mikron,dan umumnya dijumpai dengan ukuran

< 2 mikron. Pisahan lempung kasar,terutama berukuran >

0.5 mikron, dapat mengandung sejumlah kuarsa, dan

kadang mika, sedangkan pisahan lempung ukuran < 0.1

mikron, hampir seluruhnya terdiri dari pelican lempung

atau hasil pelapukan lain (Poerwowidodo, 1991).

Derajat Kerut Tanah adalah suatu ukuran besarnya

pengerutan suatu tanah yang ditentukan oleh kandungan

dari tanah itu sendiri. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi derajat kerut tanah adalahsebagai berikut:

1. Kandungan Liat

Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya

derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat,

akan semakin besar derajat kerut tanah.

2. Bahan Organik 

Bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya.

Semakin tinggi kandungan bahan organiknya maka derajat

kerut tanah semakin kecil.

3. Cahaya Matahari

Semakin banyak cahaya matahari yang mengenai tanah

maka akan semakin cepat terjadi pengkerutan tanah.

4. Kandungan Air 

Semakin tinggi kandungan air tanah maka derajat

kerut tanah semakin kecil. Tanah ringan adalah

tanah yang mengandung banyak pasir akan mempunyai

tekstur kasar, mudah diolah, merembeskan air, Sedangkan

tanah berat adalah tanah yang banyak mengandung liat,

sulit meloloskan air, aerasi jelek,lengket dan sulit

dalam pengelolaannya. Masing-masing fraksi mempunyai

ukuran dan sifat yang berbeda-beda. Tanah yang banyak

mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar,

mudah untuk diolah, mudah untuk merembeskan air dan

disebut sebagai tanah ringan. Selain itu, derajat kerut

pada tanah adalah berat ringannya tanah akan menentukan

derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat,

semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan

organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi

kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah

semakin kecil. Semakin tinggi kandungan liat, semakin

besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan orgaik

tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan

bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin

kecil. (Notoh adi prawiro tejoyuwono, 1998).

Tanah dapat terbagi menjadi beberapa jenis yang

masing-masing memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada

jenis tanah yang mempunyai sifat mengembang (bila

basah) dan mengkerut (bila kering). Akibatnya pada

musim kering karena tanah mengerut maka tanah menjadi

pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah

disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit

yang tinggi.

Besarnya pengembangan dari pengerutan tanah

dinyatakan dalam nilai

COLE (Coefficient Of Linear Extensibility) atau PVC

(Potential Volume Change = Swell index =

index pengembangan). Istilah COLE banyak digunakan

dalam bidang ilmu tanah(pedology) sedang PVC digunakan

dalam bidang engineering (pembuatan jalan, gedung-

gedung dsb) (Hardjowigeno,2010).

Nilai Coefflcient of Linear Extensibility (COLE) sebagai

parameter  pengembangan dan pengerutan tanah ditetapkan

dengan menggunakan bongkah tanah alami berukuran 50-

200 mm (COLEclod) serta dengan menggunakan pasta dari

tanah yang lolos saringan <2 mm yang disebutCOLErod .

Pemberian PHA cenderung menurunkan nilai COLE, baik

nilai COLEclod maupun COLErod dengan semakin

meningkatnya dosis yangdiberikan. Hal ini terjadi

karena keberadaan PHA dapat menahan

kekuatan pengembangan tanah dengan cara menyemen

partikel-partikel liat  (Frenkeldan Shainberg, 2006).

Menurut (Bohn, 2009) PHA dapat dipegang di dalam ruang

antar lapisan-lapisan silikat mineral liat yang dapat

mengembang sehinggadapat mencegah runtuhnya lapisan

tersebut sewaktu molekul air dilepaskanselama proses

pengeringan. Proses pengembangan dan pengerutan tanah

yang semakin menurun ditunjukkan oleh nilai COLE yang

semakin rendah. Metode COLErod merupakan suatu metode

altematif pengukuran nilaiCOLE yang baik jika bongkah

tanah utuh tidak dapat diperoleh atau peralatannya

tidak dapat digunakan.

Pada praktikum acara derajat kerut tanah diperoleh

data derajat kerut untuk tanah Andisol :11.88%; tanah

Entisol: 10.13% ; Inceptisol : 13.75%;

Ultisol : 15.48%, dan Vertisol: 28,71%. Hal ini

menunjukkan bahwa derajat kerut yang terbesar ada pada

tanah Vertisol kemudian dilanjutkan dengan Ultisol,

Inceptisol, Andisol, dan yang terakhir Entisol.

      Hal ini menunjukkan bahwa derajat kerut yang

terbesar ada pada tanah Vertisol. Tanah Vertisol

mempunyai kandungan liat yang mengembang tinggi,

retakan dalam dan lebar yang berkembang selama periode

kering (Hamzah, 2007).

Tanah yang memiliki derajat kerucut pada urutan

kedua adalah Ultisol, yg terbentuk dari pencucian

dengan sifat tanah basa dan berkembang dibawah iklim

panas sampai tropik. Ultisol lebih hebat dilapukkan,

tanah ini juga mempunyai horizon argilik (lempung)

dengan kejenuhan basa lebih rendah dari 35 %. Hal ini

membuktikan bahwa pada tanah basa dengan kandungan

bahan organic rendah, menyebabkan derajat kerut yang

ditimbulkan besar (Dady,2003).

Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan

ketiga adalah Inceptisol. Pada tanah Inseptisol

profilnya mengandung horizon yang diperkirakan

terbentuk agak cepat dan kebanyakan hasil dari

perubahan batuan induk. Horizon tidak menggambarkan

pelapukan yang hebat. Produktivitas alami Inseptisol

sangat bervariasi, ada yang sangat subur dan ada juga

yang mengandung bahan organic rendah. Sedangkan pada

tanah Entisol dicirikan oleh kenampak kurang mudaan dan

tanpa horizon genetic alamiah juga hanya mempunyai

horizon-horizon permulaan. Entisol yang berkembang dari

bukit pasir mempunyai nilai budidaya pertanian

terbatas. Inseptisol biasanya dicirikan oleh

stratifikasi. Tekstur dihubungkan dengan laju dimana

air mengendapkan alluvium maka tanah ini cenderung

bertekstur kasar di dekat arus air dan bertekstur halus

di dekat tepi-tepi luar dari dataran banjir (Buckman,

1982).

Tanah yang memiliki derajat kerut keempat adalah

tanah Andisol. Tanah andisol ini memiliki derajat kerut

hampir setara dengan Entisol. Bedanya kandungan bahan

organik pada Andisol masih lumayan banyak, sehingga

biasa di pakai untuk bahan baku pupuk terutama pada

penanaman strawberry (Triana,2006).

Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan

terakhir adalah tanah Entisol, tanah Entisol dicirikan

oleh kenampak kurang mudaan dan tanpa horizon genetic

alamiah juga hanya mempunyai horizon-horizon permulaan.

Entisol yang berkembang dari bukit pasir mempunyai

nilai budidaya pertanian terbatas. Inseptisol biasanya

dicirikan oleh stratifikasi. Tekstur dihubungkan dengan

laju dimana air mengendapkan alluvium maka tanah ini

cenderung bertekstur kasar di dekat arus air dan

bertekstur halus di dekat tepi-tepi luar dari dataran

banjir.

            Dari praktikum diketahui bahwa derajat

kerut dari Entisol adalah 10.13%, dan Entisol merupakan

tanah yang mempunyai derajat kerut paling

kecil. Entisol terdapat di wilayah datar, bergelombang,

berbukit sampai bergunung. Bahan induknya adalah abu

atau tuf volkan proses pembentuk tanah adalah alterasi,

liksiviasi atau laterisasi lemah warna tanahnya adalah

hitam, kelabu sampai coklat tua.tekstur lemah lapisan

bawah agak gumpal dengan konsistesi gembur. Derajat

kerut ini kecil karena hal ini berkaitan dengan

kandungan bahan organic tanah. semakin tinggi bahan

organic tanah maka tanah tersebut akan mempunyai

derajat kerut yang kecil (Trijoko,2006)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kesimpulan

1. Besar derajat kerut tanah pada masing-

masing jenis tanah adalah:

a. Vertisol = 28.71%

b. Ultisol = 15.48%

c. Inceptisol = 13.75%

d. Andisol = 11.88%

e. Entisol = 10.13%

2. Tanah yang memiliki derajat kerut tanah

terbesar adalah tanah tanah Vertisol dan

tanah yang memiliki derajat kerut tanah

terkecil adalah tanah Andisol.

B. Saran

Sebaiknya praktikum dilaksanakan di bulan kemarau

karena akan mendapatkan sinar matahari yang baik dan

memudahkan untuk pengamatan. Selain itu juga untuk

peralatan praktikum sebaiknya segera diperbaharui agar

praktikan dan asisten bisa praktikum dengan jelas dan

benar dan mendapatkan hasil yang maksimal dalam

praktikum tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Aburizal,F,dkk. 2012. “Studi Perubahan Karateristik

Fisik, Mekanik dan Dinamik Terhadap Siklus

Pembasahan pada Tanah Lereng dengan Kedalaman

5-20 m di Ngantang – Malang”. Jurnal Teknik Pomits.

Volume 1, Nomor 1: 1-6

Buckman, 1982. The Nature and Properties of Soils. The Micigan

University.

Bohn, John Marley. 2009. “ Estimation of erosion using

radionuclide Cs-137 in three diverse areas in

eastern Australia”, Appl. Geogr., I3, p. 109 –

188.

Frenkeldan Shainberg, 2006. ”Physical and chemical

parameters affecting transport of 137Cs and

watershed”, Wat. Res.Res., 13, p. 923-927.

Foth, Henry. 2006. The Nature and Properties of Soils. The

MacMillan Company.

Triana, Aranah Muslimah. 2006. “Keragaman Spasial

Beberapa Sifat Tanah sebagai Fungsi Lereng

Dibawah Vegetasi Pinus Merkusii dan Hutan Alam

disub DAS Genteng, Kabupaten Sumedang”. Vol. 3

(2) : 12-13. Jurnal IPB Online.

http://lppm.ipb.ac.id Diakses pada tanggal 15

April 2015, Pukul 17.23.

Hamzah, Karismata. 2007. “Kajian Tingkat Perkembangan

Tanah pada Lahan Persawahan di Desa Kaluku

Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah”.

Journal Agroland Indonesian. 16 (1): 45-52.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika

Pressindo.

Iskandar, Daddy , Yetti Mulyati, Sri Pudjiraharti, Diah

Ratnaningrum. 2003. “Kandungan Inulin dari Umbi

Dahlia Sp yang Ditanam pada Jenis Tanah

Vertisol, Inceptisol, danAndisol”.Jurnal

Kepertanian Tingkat Kawasan Indonesia. Volume 16 No.

1: 25-26.

Kohke, 1968. Soils and Classification. The United

States Of America. USA Company.

Notoh adi prawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan.

Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Poerwowidodo. 1991. “Perbedaan Sifat-Sifat Tanah

Inceptisol dari Berbagai Bahan Induk daerah

Magelang, Jawa Tengah”. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

Indonesia. Volume 9 No. 1. Hlm: 21-25.

Sarief, S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian.

Bandung: PT Pustaka Buana.

Trijoko, Susilo. 2006. Karakteristik Tanah di Kebun Percobaan

IPB Darmaga

Bogor.http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123

456789/16137/2/A01aha2.pdf Diakses pada tanggal

15 April 2015, Pukul 20.13