Laporan Praktikum Derajat Kerut Tanah
Transcript of Laporan Praktikum Derajat Kerut Tanah
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA III
DERAJAT KERUT TANAH
Oleh :
Nama : MARTHA WIRA PRATAMA
NIM : A1L114013
Rombongan : AGROTEKNOLOGI Pararel A1
PJ Asisten : Ardi Luqman Hakim
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah adalah tubuh alam (natural body) yang
terbentuk dan berkembang akibat bekerjanya gaya-gaya
alam (natural forces) terhadap bahan-bahan alam
(natural material) dipermukaan bumi. Tanah sangat
penting peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena
tanah adalah tempat makhluk hidup untuk berpijak dan
tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan
hara dan air sekaligus penopang akar agar tanaman bisa
tumbuh dengan baik. Di bumi ini terdapat berbagai jenis
tanah. Jenis tanah menentukan tingkat kesuburan tanah
untuk ditumbuhi oleh tanaman. Tanah mempunyai sifat
yang mudah dipengaruhi oleh cuaca dan iklim.
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari
bahan anorganik, bahanorganik, udara dan air. Bahan
anorganik secara garis besar terdiri dari golongan
fraksitanah yaitu pasir, debu dan liat. Masing-masing
fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda.
Pasir memiliki ukuran 0,05 mm – 2 mm, bersifat
plastis, tidak liat, dan daya menahan airnya rendah.
Debu memiliki ukuran 0,002 mm – 0,05 mm, memiliki
sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik.
Sedangkan liat memiliki ukuran < 0,002 mm, berbentuk
lempeng, lengket bila dibasahi, sangat plastis, sifat
mengembang dan mengkerut yang besar.
Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan
mempermudah untuk mengetahuikandungan bahan organik
dalam tanah tersebut. Berat ringannya tanah dan
kandungan bahan organik tanah akan menentukan besarnya
derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat,
semakin besar derajat kerut tanah. Namun kandungan
bahan organik tanah malah sebaliknya. Semakin tinggi
kandungan bahan organik tanah maka derajat kerut tanah
semakin kecil.
Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan
untuk dapat digunakan sesuaidengan kemampuan yang
dibebankan kepadanya, yaitu kemampuan untuk menjadi
kerasdan penyangga, kapasitas drainase dan menyimpan
air, plastisitas, kemudahan untukditembus akar, aerasi,
dan kemampuan menahan retensi unsure-unsur hara tanaman
yang semuanya berhubungan dengan kondisi fisik tanah.
Kondisi meliputi warnatanah, tekstur tanah, konsistensi
dan struktur tanah.
Selain itu tanah juga mempunyai tiga dimensi ruang
yaitu panjang, lebar dankedalaman. Setiap tanah
mempunyai sifat-sifat yang khas yang merupakan
hasilkarya factor-faktor pembentuk tanah ini, maka
setiap jenis tanah akan menampakkan profil yang
berbeda.
Mengetahui bentuk fisik tanah dari berbagai jenis,
kandungan mineral didalamnya, derajat kerut tanah,
adanya kandungan air tanah serta pengetahuan tentang
profil tanah merupakan suatu cara untuk mendapatkan
tanah yang cocok untuk budidaya komoditi pertanian.
Sebab faktor-faktor tersebut di atas adalah faktor
utamadalam budidaya pertanian.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui besarnya derajat kerut tanah
dari beberapa jenis tanah.
2. Untuk membandingkan besarnya derajat kerut
antar jenis tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Semenjak pertanian berkembang, konsep tanah yang
sangat penting ada konsepsebagai media alami bagi
pertumbuhan tanaman. Bila kota-kota besar
berkembang, tanah menjadi penting sebagai bahan
rekayasa guna mendukung jalan-jalan dan bangunan-
bangunan. Pada saat ini tanah lebih banyak lagi
mendukung fungsirekayasa, termasuk untuk menimbun
bahan-bahan bangunan. Konsep tanah sebagai bahan
rekayasa dikaitkan dengan tanah sebagai selimut
batuan yang telah mengalami pelapukan atau regolit
(Foth, 2006).
Dalam analisis agihan besar zarah, bahan tanah
halus dipisahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi
utama yaitu pasir, debu dan lempung. Fraksi tanah
ialah sekelompok zarah tanah berukuran diantara
batas-batas tertentu (Notoh adi prawiro, 1998).
Fraksi tanah ialah sekelompok zarah tanah yang
berukuran diantara batas-batas tertentu. Dalam
analisis besar zarah, bahan tanah dapat dipisahkan
lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama. Masing-
masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang
berbeda-beda yaitu:
1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) bersifat tidak
plastis dan tidak liat, daya menahan air
rendah, ukurannnya yang menyebabkan pori
akro lebih banyak, perkolas cepat,
sehingga aerasi dan drainase tanah pasiran
relatif lebih baik.
2. Debu (0,002 mm – 0,05 mm) sebenarnya
merupakan pasir mikro dan sebagian besar
adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai
sedikit sifat plastis dan kohesi yang
baik.
3. Liat ( < 0,002 mm) berbentuk mika atau
lempeng bila dibasahi amat lengket dan
sangat plastis, sifat mengembang dan
mengerut yang besar. Bila kering menciut
banyak menyerap energi panas, bila
dibasahi terjadi pengembang volume dan
terjadi pelepasan yang disebut sebagai
panas pembasahan (Hardjowigeno, 1987).
Tanah secara umum mempunyai 2 (dua) sifat utama,
yaitu sifat fisis dan sifat mekanis.
1. Sifat Fisis Tanah
Sifat fisis tanah yaitu sifat yang
berhubungan dengan elemen penyusunan massa
tanah yang ada, misalnya volume tanah,
kadar air, dan berat tanah. Dalam keadaan
tidak jenuh, tanah terdiri dari 3 (tiga)
bagian yaitu butiran padat (solid), bagian
air (water), dan bagian udara (air).
Keberadaan materi air dan udara biasanya
menempati pada ruangan antara butiran/pori
pada massa tanah tersebut.
2. Sifat Mekanis Tanah
Sifat mekanis tanah merupakan sifat
perilaku dari struktur massa tanah pada
dikenai suatu gaya atau tekanan yang
dijelaskan secara teknis mekanis.
Parameter kekuatan tanah terdiri dari
kohesi, tegangan air pori negatif, bagian
butiran,kuat geser undrained (Aburizal et
all, 2012).
III.METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan saat praktikum
adalah cawan porselin, cawan dakhil,
colet,botol semprot,kuas dan jangka sorong.
Bahan yang digunakan adalah tanah halus jenis
inceptisol (0,5 mm), air, dan vaselin.
B. Prosedur Kerja
1. Diameter cawan dakhil dikur dengan jangka
sorong
2. Cawan dakhil diolesi vaselin secara merata
dengan kuas
3. Tanah inceptisol dimasukkan kecawan
porselin lalu diberi air dengan botol
semprot
4. Tanah inceptisol diaduk dengan colet
hingga menjadi pasta yang homogen
5. Pasta tanah yang homogeny dimasukkan kedua
buah cawan dakhil dan diratakan dengan
colet
6. Cawan dakhil yang berisi pasta tanah
dijemur di bawah terik matahari langsung
7. Tanah diukur diameter setiap dua jam
sekali dengan jangka sorong bagian atas
sampai diameter dari kedua tanah tersebut
konstan ukurannya
8. Hasil dihitung dengan menggunakan rumus:
Derajatkeruttanah=diameterawal−diameterakhir
diameterawal×100%
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
N
o
Jenis
Tanah
Pengamatan
1 2 3 4 5 6 7
1Andiso
l
Ø1 3.6
6
3.5
2
3.2
4
3.2
4
3.2
4
Ø2 3.6
6
3.6
3
3.2
1
3.2
1
3.2
1
x 3.6
6
3.5
7
3.2
2
3.2
2
3.2
2
2Incept
isol
Ø1 3.6
9
3.5
1
3.3
05
3.1
8
3.1
8
3.1
8
Ø2 3.6
85
3.4
55
3.3
1
3.1
8
3.1
8
3.1
8
x 3.6
87
3.4
82
3.3
07
3.1
8
3.1
8
3.1
8
3 Vertis
ol
Ø1 3.6
85
2.9
5
2.7
5
2.7
1
2.6
1
2.6
1
Ø2 3.6
8
2.9
7
2.7
9
2.7
2
2.6
4
2.6
4
x 3.6
82
2.9
6
2.7
7
2.7
15
2.6
25
2.6
25
4Entiso
l
Ø1
3.63.2
5
3.2
3
3.2
3
3.2
3
Ø2
3.63.2
7
3.2
4
3.2
4
3.2
4
x3.6
3.2
6
3.2
35
3.2
35
3.2
35
5Ultiso
l
Ø1 3.6
7
3.2
5
3.1
8
3.1
1
3.1
1
3.1
1
Ø2 3.6
9
3.3
4
3.2
6
3.1
1
3.1
1
3.1
1
x 3.6
8
3.2
9
3.2
2
3.1
1
3.1
1
3.1
1
DerajatKerutAndisol=3.66−3.225
3.66x100%=11.88%
DerajatKerutInceptisol=3.687−3.183.683
x100%=13.75 %
DerajatKerutVertisol=3.6825−2.625
3.6825x100%=28.71%
DerajatKerutEntisol=3.60−3.2353.60
x100%=10.13%
DerajatKerutUltisol=3.68−3.113.68
x100%=15.48%
B. Pembahasan
Derajat kerut tanah adalah kemampuan tanah untuk
mengembang dan mengerut. Tanah mempunyai sifat
mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering).
Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai
tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah merembeskan air
dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang
banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air,
aerasi jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga
disebut tanah berat (Sarief, 1986).
Fraksi tanah ialah sekelompok zarah tanah yang
berukuran diantara batas-batas tertentu. Dalam analisis
besar zarah, bahan tanah dapat dipisahkan lebih lanjut
menjadi tiga fraksi utama. Masing-masing fraksi
mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda yaitu:
1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) bersifat
tidak plastis dan tidak liat, daya
menahan air rendah, ukurannnya yang
menyebabkan pori akro lebih banyak,
perkolas cepat, sehingga aerasi dan
drainase tanah pasiran relatif lebih
baik.
2. Debu (0,002 mm – 0,05 mm) sebenarnya
merupakan pasir mikro dan sebagian
besar adalah kuarsa. Fraksi debu
mempunyai sedikit sifat plastis dan
kohesi yang baik.
3. Liat ( < 0,002 mm) berbentuk mika
atau lempeng bila dibasahi amat
lengket dan sangat plastis, sifat
mengembang dan mengerut yang besar.
Bila kering menciut banyak menyerap
energi panas, bila dibasahi terjadi
pengembang volume dan terjadi
pelepasan yang disebut sebagai panas
pembasahan (Hardjowigeno, 1987).
Secara kasaran, zarah mineral tanah dapat dipilah
menjadi 3 kategori. Yang berdiameter lebih
besar daripada 2 cm disebut batu, berdiameter antara2
cm dan 2 mm disebut krikil, dan berdiameter lebih kecil
daripada 2 mmdisebut bahan tanah halus (Kohke, 1968)
Dalam analisis agihan besar zarah, bahan tanah
halus dipisahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama
pasir, debu (lanau), dan lempung. Fraksi tanah ialah
sekelompok zarah tanah yang berukuran diantara batas-
batas tertentu (Notohadiprawiro, 1998).
Butiran pasir terdiri dari kuarsa, pecahan felspar
maka dan kadang juga sirkon, turmalin dan horn blende.
Butiran pasir mempunyai matra kurang lebih seragam dan
mempunyai bentuk membulat walaupun permukaanluarnya
tidak selalu halus, serta mempunyai jenjang kekasaran
tertentu yangterkait erat dengan keabrasifanya
(Poerwowidodo, 1991).
Pisahan debu terdiri dari kumpulan zarah berukuran
garis tengah antara pisahan lempung dan pisahan pasir.
Secara meneralogis dan fisis, zarah debu mendekati
zarah pasir, hanya berukuran lebih kecil dan
luas permukaan per satuan massa yang lebih besar, serta
seringkali terlapisilempung yang terjerap kuat. Pada
kasus tertentu zarah debu memperlihatkan perangai
fisiko kimiawi lempung (Purwowidodo, 1991).
Pisahan lempung dibedakan secara mineralogis dari
pisahan debu oleh karena lebih dirajai oleh pelikan –
pelikan hasil pelapukan dan tidak
dijumpai pada batuan yang tidak lapuk. Pisahan lempung
lebih tanah pelapukan lanjut daripada pelikan dalam
batuan dan lebih menunjukkan watak fisis dankimiawi
pisahan lempung. Pisahan lempung dengan ukuran zarah <
2 mikron,merupakan pisahan koloid.
Pelikan ini jarang dijumpai dalam bentuk zarah
berukuran > 2 mikron,dan umumnya dijumpai dengan ukuran
< 2 mikron. Pisahan lempung kasar,terutama berukuran >
0.5 mikron, dapat mengandung sejumlah kuarsa, dan
kadang mika, sedangkan pisahan lempung ukuran < 0.1
mikron, hampir seluruhnya terdiri dari pelican lempung
atau hasil pelapukan lain (Poerwowidodo, 1991).
Derajat Kerut Tanah adalah suatu ukuran besarnya
pengerutan suatu tanah yang ditentukan oleh kandungan
dari tanah itu sendiri. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi derajat kerut tanah adalahsebagai berikut:
1. Kandungan Liat
Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya
derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat,
akan semakin besar derajat kerut tanah.
2. Bahan Organik
Bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya.
Semakin tinggi kandungan bahan organiknya maka derajat
kerut tanah semakin kecil.
3. Cahaya Matahari
Semakin banyak cahaya matahari yang mengenai tanah
maka akan semakin cepat terjadi pengkerutan tanah.
4. Kandungan Air
Semakin tinggi kandungan air tanah maka derajat
kerut tanah semakin kecil. Tanah ringan adalah
tanah yang mengandung banyak pasir akan mempunyai
tekstur kasar, mudah diolah, merembeskan air, Sedangkan
tanah berat adalah tanah yang banyak mengandung liat,
sulit meloloskan air, aerasi jelek,lengket dan sulit
dalam pengelolaannya. Masing-masing fraksi mempunyai
ukuran dan sifat yang berbeda-beda. Tanah yang banyak
mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar,
mudah untuk diolah, mudah untuk merembeskan air dan
disebut sebagai tanah ringan. Selain itu, derajat kerut
pada tanah adalah berat ringannya tanah akan menentukan
derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat,
semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan
organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi
kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah
semakin kecil. Semakin tinggi kandungan liat, semakin
besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan orgaik
tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan
bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin
kecil. (Notoh adi prawiro tejoyuwono, 1998).
Tanah dapat terbagi menjadi beberapa jenis yang
masing-masing memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada
jenis tanah yang mempunyai sifat mengembang (bila
basah) dan mengkerut (bila kering). Akibatnya pada
musim kering karena tanah mengerut maka tanah menjadi
pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah
disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit
yang tinggi.
Besarnya pengembangan dari pengerutan tanah
dinyatakan dalam nilai
COLE (Coefficient Of Linear Extensibility) atau PVC
(Potential Volume Change = Swell index =
index pengembangan). Istilah COLE banyak digunakan
dalam bidang ilmu tanah(pedology) sedang PVC digunakan
dalam bidang engineering (pembuatan jalan, gedung-
gedung dsb) (Hardjowigeno,2010).
Nilai Coefflcient of Linear Extensibility (COLE) sebagai
parameter pengembangan dan pengerutan tanah ditetapkan
dengan menggunakan bongkah tanah alami berukuran 50-
200 mm (COLEclod) serta dengan menggunakan pasta dari
tanah yang lolos saringan <2 mm yang disebutCOLErod .
Pemberian PHA cenderung menurunkan nilai COLE, baik
nilai COLEclod maupun COLErod dengan semakin
meningkatnya dosis yangdiberikan. Hal ini terjadi
karena keberadaan PHA dapat menahan
kekuatan pengembangan tanah dengan cara menyemen
partikel-partikel liat (Frenkeldan Shainberg, 2006).
Menurut (Bohn, 2009) PHA dapat dipegang di dalam ruang
antar lapisan-lapisan silikat mineral liat yang dapat
mengembang sehinggadapat mencegah runtuhnya lapisan
tersebut sewaktu molekul air dilepaskanselama proses
pengeringan. Proses pengembangan dan pengerutan tanah
yang semakin menurun ditunjukkan oleh nilai COLE yang
semakin rendah. Metode COLErod merupakan suatu metode
altematif pengukuran nilaiCOLE yang baik jika bongkah
tanah utuh tidak dapat diperoleh atau peralatannya
tidak dapat digunakan.
Pada praktikum acara derajat kerut tanah diperoleh
data derajat kerut untuk tanah Andisol :11.88%; tanah
Entisol: 10.13% ; Inceptisol : 13.75%;
Ultisol : 15.48%, dan Vertisol: 28,71%. Hal ini
menunjukkan bahwa derajat kerut yang terbesar ada pada
tanah Vertisol kemudian dilanjutkan dengan Ultisol,
Inceptisol, Andisol, dan yang terakhir Entisol.
Hal ini menunjukkan bahwa derajat kerut yang
terbesar ada pada tanah Vertisol. Tanah Vertisol
mempunyai kandungan liat yang mengembang tinggi,
retakan dalam dan lebar yang berkembang selama periode
kering (Hamzah, 2007).
Tanah yang memiliki derajat kerucut pada urutan
kedua adalah Ultisol, yg terbentuk dari pencucian
dengan sifat tanah basa dan berkembang dibawah iklim
panas sampai tropik. Ultisol lebih hebat dilapukkan,
tanah ini juga mempunyai horizon argilik (lempung)
dengan kejenuhan basa lebih rendah dari 35 %. Hal ini
membuktikan bahwa pada tanah basa dengan kandungan
bahan organic rendah, menyebabkan derajat kerut yang
ditimbulkan besar (Dady,2003).
Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan
ketiga adalah Inceptisol. Pada tanah Inseptisol
profilnya mengandung horizon yang diperkirakan
terbentuk agak cepat dan kebanyakan hasil dari
perubahan batuan induk. Horizon tidak menggambarkan
pelapukan yang hebat. Produktivitas alami Inseptisol
sangat bervariasi, ada yang sangat subur dan ada juga
yang mengandung bahan organic rendah. Sedangkan pada
tanah Entisol dicirikan oleh kenampak kurang mudaan dan
tanpa horizon genetic alamiah juga hanya mempunyai
horizon-horizon permulaan. Entisol yang berkembang dari
bukit pasir mempunyai nilai budidaya pertanian
terbatas. Inseptisol biasanya dicirikan oleh
stratifikasi. Tekstur dihubungkan dengan laju dimana
air mengendapkan alluvium maka tanah ini cenderung
bertekstur kasar di dekat arus air dan bertekstur halus
di dekat tepi-tepi luar dari dataran banjir (Buckman,
1982).
Tanah yang memiliki derajat kerut keempat adalah
tanah Andisol. Tanah andisol ini memiliki derajat kerut
hampir setara dengan Entisol. Bedanya kandungan bahan
organik pada Andisol masih lumayan banyak, sehingga
biasa di pakai untuk bahan baku pupuk terutama pada
penanaman strawberry (Triana,2006).
Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan
terakhir adalah tanah Entisol, tanah Entisol dicirikan
oleh kenampak kurang mudaan dan tanpa horizon genetic
alamiah juga hanya mempunyai horizon-horizon permulaan.
Entisol yang berkembang dari bukit pasir mempunyai
nilai budidaya pertanian terbatas. Inseptisol biasanya
dicirikan oleh stratifikasi. Tekstur dihubungkan dengan
laju dimana air mengendapkan alluvium maka tanah ini
cenderung bertekstur kasar di dekat arus air dan
bertekstur halus di dekat tepi-tepi luar dari dataran
banjir.
Dari praktikum diketahui bahwa derajat
kerut dari Entisol adalah 10.13%, dan Entisol merupakan
tanah yang mempunyai derajat kerut paling
kecil. Entisol terdapat di wilayah datar, bergelombang,
berbukit sampai bergunung. Bahan induknya adalah abu
atau tuf volkan proses pembentuk tanah adalah alterasi,
liksiviasi atau laterisasi lemah warna tanahnya adalah
hitam, kelabu sampai coklat tua.tekstur lemah lapisan
bawah agak gumpal dengan konsistesi gembur. Derajat
kerut ini kecil karena hal ini berkaitan dengan
kandungan bahan organic tanah. semakin tinggi bahan
organic tanah maka tanah tersebut akan mempunyai
derajat kerut yang kecil (Trijoko,2006)
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
1. Besar derajat kerut tanah pada masing-
masing jenis tanah adalah:
a. Vertisol = 28.71%
b. Ultisol = 15.48%
c. Inceptisol = 13.75%
d. Andisol = 11.88%
e. Entisol = 10.13%
2. Tanah yang memiliki derajat kerut tanah
terbesar adalah tanah tanah Vertisol dan
tanah yang memiliki derajat kerut tanah
terkecil adalah tanah Andisol.
B. Saran
Sebaiknya praktikum dilaksanakan di bulan kemarau
karena akan mendapatkan sinar matahari yang baik dan
memudahkan untuk pengamatan. Selain itu juga untuk
peralatan praktikum sebaiknya segera diperbaharui agar
praktikan dan asisten bisa praktikum dengan jelas dan
benar dan mendapatkan hasil yang maksimal dalam
praktikum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Aburizal,F,dkk. 2012. “Studi Perubahan Karateristik
Fisik, Mekanik dan Dinamik Terhadap Siklus
Pembasahan pada Tanah Lereng dengan Kedalaman
5-20 m di Ngantang – Malang”. Jurnal Teknik Pomits.
Volume 1, Nomor 1: 1-6
Buckman, 1982. The Nature and Properties of Soils. The Micigan
University.
Bohn, John Marley. 2009. “ Estimation of erosion using
radionuclide Cs-137 in three diverse areas in
eastern Australia”, Appl. Geogr., I3, p. 109 –
188.
Frenkeldan Shainberg, 2006. ”Physical and chemical
parameters affecting transport of 137Cs and
watershed”, Wat. Res.Res., 13, p. 923-927.
Foth, Henry. 2006. The Nature and Properties of Soils. The
MacMillan Company.
Triana, Aranah Muslimah. 2006. “Keragaman Spasial
Beberapa Sifat Tanah sebagai Fungsi Lereng
Dibawah Vegetasi Pinus Merkusii dan Hutan Alam
disub DAS Genteng, Kabupaten Sumedang”. Vol. 3
(2) : 12-13. Jurnal IPB Online.
http://lppm.ipb.ac.id Diakses pada tanggal 15
April 2015, Pukul 17.23.
Hamzah, Karismata. 2007. “Kajian Tingkat Perkembangan
Tanah pada Lahan Persawahan di Desa Kaluku
Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah”.
Journal Agroland Indonesian. 16 (1): 45-52.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika
Pressindo.
Iskandar, Daddy , Yetti Mulyati, Sri Pudjiraharti, Diah
Ratnaningrum. 2003. “Kandungan Inulin dari Umbi
Dahlia Sp yang Ditanam pada Jenis Tanah
Vertisol, Inceptisol, danAndisol”.Jurnal
Kepertanian Tingkat Kawasan Indonesia. Volume 16 No.
1: 25-26.
Kohke, 1968. Soils and Classification. The United
States Of America. USA Company.
Notoh adi prawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan.
Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Poerwowidodo. 1991. “Perbedaan Sifat-Sifat Tanah
Inceptisol dari Berbagai Bahan Induk daerah
Magelang, Jawa Tengah”. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Indonesia. Volume 9 No. 1. Hlm: 21-25.
Sarief, S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian.
Bandung: PT Pustaka Buana.
Trijoko, Susilo. 2006. Karakteristik Tanah di Kebun Percobaan
IPB Darmaga
Bogor.http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123
456789/16137/2/A01aha2.pdf Diakses pada tanggal
15 April 2015, Pukul 20.13