LAPORAN METODE PENANGKAPAN IKAN

85
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan secara optimal dan berkelanjutan di seluruh Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI), maka pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menerbitkan aturan tentang pengelompokan / pengklasifikasian alat tangkap ikan yang dapat digunakan oleh pelaku utama dan pelaku usaha bidang penangkapan ikan. Pengelompokan/pengklasifikasian alat penangkapan ikan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor : KEP.06/MEN/2010 tentang Alat Penangkap Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI), dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor : PER.02/MEN/2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan, Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di WPP- NRI (Pranoto, 2012). There were nine different gear types in the census: purse seine, gill net, trawl, spear gun, seine net, lift net, hook (troll line, handline and longline) and grappling gear. Of these, hook and line dominates on both the west and east costs. The second most common gear is gill net on the west coast and on the east coast. The third main gear for both coasts is lift net, again there is a large difference by coast with the west coast having some percents and the east coast 1

Transcript of LAPORAN METODE PENANGKAPAN IKAN

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan

secara optimal dan berkelanjutan di seluruh Wilayah

Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI),

maka pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kelautan dan

Perikanan telah menerbitkan aturan tentang pengelompokan /

pengklasifikasian alat tangkap ikan yang dapat digunakan oleh

pelaku utama dan pelaku usaha bidang penangkapan ikan.

Pengelompokan/pengklasifikasian alat penangkapan ikan tersebut

tertuang dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI

Nomor : KEP.06/MEN/2010 tentang Alat Penangkap Ikan di Wilayah

Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI), dan

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor :

PER.02/MEN/2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan, Penempatan

Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di WPP-

NRI (Pranoto, 2012).

There were nine different gear types in the census: purse

seine, gill net, trawl, spear gun, seine net, lift net, hook

(troll line, handline and longline) and grappling gear. Of

these, hook and line dominates on both the west and east

costs. The second most common gear is gill net on the west

coast and on the east coast. The third main gear for both

coasts is lift net, again there is a large difference by coast

with the west coast having some percents and the east coast

1

too. Additionally, purse seine are relatively more common on

the the east coast sompared to the west coast. Trawls are

relatively evenly distributed, although they are more common

on the east coast compared to the west coast (David Lymer,

2009).

Volume produksi paying pada tahun 2010 menurun 23,42%

dari tahun 2006. Hal ini diduga akibat dari terjadinya

overfishing di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu bagian dalam.

Satu upaya untuk mengurangi tekanan eksploitasi sumberdaya

ikan di dalam teluk adalah mengalihkan daerah penangkapan ikan

ke luar teluk. Unit penangkapan paying belum dapat beroperasi

di perairan luar teluk. Oleh karena itu, perlu diadakan

penggantian payang dengan unit penangkapan lain yang dapat

beroperasi du luar teluk (Wulan, 2011).

I.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk

mengetahui jenis jenis alat tangkap ikan terutama yang biasa

dipergunakan di PPN Prigi Trenggalek, Jawa Timur. Selain itu

praktikan dapat melihat lokasi serta mengetahui kondisi

pelabuhan secara langsung dan juga dapat bertukakar fikiran

secara langsung dengan nelayan sekitar sehingga banyak ilmu

yang dapat dipelajari dalam bidang penangkapan ikan.

Tujuan dari palaksanaan ini adalah agar praktikan dapat

mengetahui secara langsung penggunaan jenis jenis alat

2

tangkap yang benar dan baik. Serta mendapatkan data yang falid

dari jenis alat tangkap yang dipelajari.

I.3 Waktu dan Tempat

Praktikum pertama Metode Penangkapan Ikan dilaksanakan

pada hari Sabtu, tanggal 5 Mei 2012 pada pukul 09:00 sampai

pukul 12:00 WIB. Praktikum Metode Penangkapan Ikan kedua

dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 12 Mei 2012 pada pukul

08:00 sampai pukul 12:00 WIB.

Praktikum pertama Metode Penangkapan Ikan dilaksanakan di

Lapangan Parkir dan Gedung D Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Praktikum

kedua Metode Penangkapan Ikan dilaksanakan di Pelabuhan

Perikanan Nusantara Prigi, Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo,

Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 ALAT TANGKAP PURSE SEINE

3

II.1.1 Klasifikasi Berdasarkan FAO

Menurut klasifikasi atau penggolongan alat penangkapan

ikan dunia yang distandarisasi oleh Organisasi Pangan dan

PertanianDunia (FAO),purse seine termasuk kelompok jaring

lingkar(surrounding net ). Jaring lingkar menurut FAO terdiri

dari jaring(lingkar) yang bertali kerut dan jaring (lingkar)

tanpa tali kerut.Purse seine yang disingkat PS dimasukkan ke

dalam kelompok  jaring lingkar bertali kerut dengan kode

01.01.00,sedangkan Lampara yang disingkat LA dimasukkan ke

dalam kelompok jaringlingkar tanpa tali kerut dengan kode

01.2.0.

Sebuah Tinjauan purse seine terbuat

daridindingpanjangjaringdibingkai

denganfloatlinedanleadline(biasanya, dengan panjang yang sama

ataulebih panjang darimantan) dan memiliki

cincintasgantungdaritepi bawahgigi,yang

berjalanmelaluigaristasyang terbuat darikawat bajaatau

taliyang memungkinkanmengerucutkangawang.Untuk sebagian

besarsituasi,itu adalahperalatan yang palingefisienuntuk

menangkapspesies pelagisbesar dan kecilyangshoaling.

Penanganan Peralatan seines tas kecil dapat dioperasikan

sepenuhnya dengan tangan di perikanan skala kecil. Dalam

perikanan rakyat atau semi-industri, purse seine peralatan

penanganan meliputi: winch purse seine atau penggulung, sebuah

gulungan garis tas, brailer dan blok kekuasaan dan di beberapa

perikanan, drum bersih. Dalam perikanan purse seine industri,

4

peralatan dasar meliputi, secara umum: blok kekuatan hidrolik,

sebuah winch tas kuat seine, sejumlah derek, termasuk brailer

atau pompa ikan, dan derek kecil, sebuah perahu "sampan" bantu

dan kadang-kadang , sebuah Tinjauan helicopter.Vessel Para

purse seine dapat digunakan oleh berbagai macam ukuran kapal,

mulai dari perahu terbuka dan kano hingga laut besar akan

kapal.

Para seines tas dapat dioperasikan oleh satu atau dua

kapal. Paling biasa adalah purse seine dioperasikan oleh

sebuah perahu tunggal, kapal purse seine, dengan atau tanpa

perahu tambahan. Ikan OperationSearching untuk agregasi ikan,

kemudian memeriksa (bila mungkin) spesies ikan dan ukuran

sekolah mengevaluasi dan catchability nya, sebelum sekitarnya

adalah bagian utama dari operasi purse seine. Para purse seine

diatur sekitar sekolah terdeteksi ikan. Setelah itu, bersih

ditutup di bawah sekolah dengan pengangkutan garis tas

berjalan melalui cincin (mengerucutkan). Instrumen

Hydroacoustic, seperti sonars adalah alat penting untuk

menemukan agregasi ikan. Juga umum adalah penggunaan "alami"

tanda-tanda agregasi ikan (sering diamati dengan teropong)

untuk memulai dengan operasi penangkapan ikan, seperti

konsentrasi burung laut, mengacak-acak permukaan air dan

kehadiran kelompok-kelompok lumba-lumba. Buatan "Ikan Agregasi

Devices" (FAD) dan atraksi ringan digunakan di beberapa

perikanan berkonsentrasi spesies pelagis fish.Target

SpeciesAggregated (sekolah) dari semua ukuran dari ikan sarden

kecil untuk tuna yang besar (Skipjack tuna, Yellowfin tuna).

5

Air Wilayah OverviewAll selama world.Gear EnvironmentIn

umum seines tas adalah permukaan gigi yang digunakan di

perairan pesisir dan laut tinggi laut. Sumber agregat di

tingkat atas yang paling umum, tapi ikan pada kedalaman hingga

300 m dapat ditargetkan. Para seines tas juga digunakan di

daerah pedalaman bila ada cukup ruang untuk pengoperasian

jaring besar) ImpactsEnvironmental Karena karakteristiknya

tidak ada dampak terhadap habitat bawah (kecuali jika

kedalaman air kurang dari ketinggian seine tersebut. selama

operasi penangkapan ikan dan tepi bawah gigi menyeka bagian

bawah laut) Spesies Dampak negatif utama adalah menangkap

insidental lumba-lumba di daerah penangkapan ikan tertentu..

Teknik khusus telah dikembangkan untuk mengurangi bycatch

lumba-lumba; panel Madinah dan "kembali" operasi, yang

memungkinkan lumba-lumba dikelilingi melarikan diri hidup-

hidup. Ketika kecil seines tas pelagis digunakan dengan daya

tarik cahaya, mungkin ada insidental catch / bycatch (termasuk

ikan terlalu kecil, remaja atau spesies yang terancam punah).

Praktek semakin digunakan dari mengelilingi benda mengambang,

termasuk buatan manusia rumpon meningkatkan penangkapan

berukuran kecil dan belum dewasa menggabungkan sekitar

perangkat tersebut (Frezeries, 2009).

2.1.2 Klasifikasi Berdasarkan Kepmen 06/Men/2010

Kepmen 06/men/2010 menetapkan Purse seine sebagai Alat

penangkapan ikan diwilayah pengelolaan perikanana Negara

Republik Indonesia yang menurut jenisnya termasuk dalam

kelompok Jaring Lingkar (surrounding nets).

6

Kelompok jenis alat penangkapan ikan jaring lingkar

adalah kelompok alat penangkapan ikan berupa jaring berbentuk

empat persegi panjang yang terdiri dari sayap,badan,dilengkapi

pelampung,pemberat,tali ris atas,tali ris bawah dengan atau

tanpa tali kerut/pengerut dan salah satu bagiannya berfungsi

sebagai kantong pengoprasiannya melingkari gerombolan ikan

pelagis.(SNI 7277.3:2008)

Jaring lingkar mempunyai jenis,sebutan,singkatan

pengkodean dan gambar yang bermacam-macam yaitu Jaring Lingkar

bertali kerut(With purse lines/purse seine),PS,01.1.0 yang terdiri

dari pukat cincin satu kapal (one boat operated purse

seine),PSI,01.1.1 dan pukat cincin dengan dua kapal (two boat

operated purse seine),PS2,01.1.2 dan dan jenis jaring lingkar yang

kedua yaitu Jaring lingkar tanpa tali kerut (Without Purse seine

/lampara):LA,01.2.0

Pengoprasian alat penangkapan ikan jaring lingkar

dilakukan dengan cara melingkar gerombolan ikan yang menjadi

sasaran tangkap untuk menghadang arah renang ikan sehingga

terkurung didalam lingkaran jaring .Pengoprasian dilakukan

pada permukaan sampaidengan kolom peraiiran yang mempunyai

kedalaman yang cukup(kedalaman jaring 0,75 kedalaman perairan

),umumnya untuk menagkap ikan pelagis.

2.1.3 Spesifikasi alat tangkap

Prinsip menangkap ikan dengan purse seine ialah dengan

melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring

pada bagian bawah dikerucutkan, dengan demikian ikan-ikan akan

7

terkumpul di bagian kantong. Ikan yang menjadi tujuan penangkapan

dari purse seine adalah ikan-ikan yang termasuk kedalam golongan

pelagic shoaling species yang berarti ikan-ikan tersebut membentuk suatu

shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface).

Metode pengoperasian purse seine secara rinci yaitu dimulai kapal

berangkat menuju lokasi penangkapan. Ada dua metode untuk

penangkapan, yaitu dengan mengejar gerombolan ikan atau dengan

menggunakan alat bantu pengumpul ikan (rumpon, lampu dan lainnya).

Setelah ikan terkumpul atau terkonsentrasi pada daerah tertentu

maka nelayan mulai menurunkan jaring (setting), pertama dengan

menurunkan ujung jaring dengan pelampung, kemudian secara perlahan

melingkari gerombolan ikan yang tekonsentrasi sampai pada ujung

jaring yang pertama. Setelah itu dilakukan tahap yang berikut

adalah hauling atau penarikan jaring yaitu dengan menarik tali

kolor, sehingga akhirnya ikan terkumpul pada kantong. Ikan tersebut

lalu dinaikkan ke kapal dan kemudian disortir, lalu di simpan dalam

palka.

Spesifikasi teknis alat tangkap purse seine terdiri dari :

a. Tali iris atas : Tali PE (polyethylene)

atau PP

(polypropylene).

b. Ukuran mata jaring : Untuk menangkap ikan pelagis

kecil sayap

dan mesh size badan berukuran >50 mm

dan kantong berukuran >25 mm.

8

c. Tali ris bawah : Tali PE, PA atau bahan lain

d. Tali kolor : Tali PE, PA atau bahan lain

e. Pelampung : Plastik atau styrofoam

f. Cincin : Terbuat dari besi tahan karat

(stainless

steel)

g. Alat Bantu : Alat bantu untuk menarik dan

mengangkat

jaring yatu net drum, line

hauler/kapstan, winch dan power

block. Alat bantu pengumpul ikan

berupa rumpon atau lampu.

Jaring purse seine terdiri dari dua bagian utama, yaitu

bagian sayap dan kantong. Bagian kantong berada ditengah diapit

oleh bagian sayap pada kedua sisinya. Panjang jaring 400 – 700

meter, kedalaman 40 – 70 meter dan ukuran mata jaring kantong ¾

inchi. Bahan jaring adalah nylon multifilament dengan nomor benang

dan mata jaring yang berbeda. Bagian kantong menggunakan nomor

benang 210d/12 dengan ukuran mata jaring 19 mm, bagian sayap

menggunakan nomor benang 210 d/9 dengan ukuran mata jaring 25,4 mm.

Bagian badan sayap dan bagian bawah kantong menggunakan nomor

benang 210 d/6 dengan ukuran mata jaring 25,4 mm.

9

Purse seine atau jaring lingkar adalah jenis jaring penangkap

ikan berbentuk persegi panjang atau trapesium, dilengkapi dengan

tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada

bagian bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali

kolor bagian bawah jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan

ikan terkurung dalam jaring.

Hasil tangkapan utama pukat cincin (purse seine) adalah

jenis-jenis ikan yang hidup bergerombol di periran permukaan

(pelagis) seperti pelagis kecil (kembung, selar, lemuru dan ikan

lainnya) dan perairan pertengahan pelagis besar (cakalang, tuna,

dan jenis ikan lainnya).

Purse seine merupakan alat tangkap utama dalam penangkapan

ikan pelagis kecil di Indonesia. Alat tangkap ini menangkap ikan-

ikan yang berada pada lapisan permukaan (surface layer). Alat tangkap

ini dikategorikan surrounding net atau encircling net (alat tangkap yang

dioperasikan dengan cara dilingkarkan).

Purse seine merupakan alat tangkap yang paling banyak

digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil di Laut Jawa.

Alat tangkap purse seine tersebut digunakan oleh nelayan-nelayan di

lokasi kajian, yaitu di Indramayu, Tegal, Pekalongan, Banyuwangi,

dan Bali. Karakteristik teknis usaha penangkapan ikan pelagis kecil

dapat dilihat pada tabel berikut.

Armada perikanan purse seine di lokasi kajian umumnya

dioperasikan oleh usaha perorangan, menggunakan kasko berbahan

dasar kayu. Mesin yang digunakan cukup bervariasi, dengan kekuatan

10

mesin antara 20-360 HP, tergantung dari besarnya ukuran kapal dan

wilayah operasi penangkapan.

Kapal purse seine yang dioperasikan di Indramayu merupakan

kapal-kapal purse seine berukuran kecil (10-30 GT), dengan kekuatan

mesin sebesar 20 HP. Operasi penangkapan dilakukan secara one day

fishing. Kapal purse seine yang dioperasikan di Tegal merupakan

kapal-kapal purse seine berukuran sedang (30-50 GT), dengan

kekuatan mesin sebesar 120 HP. Operasi penangkapan dilakukan dengan

jumlah hari trip antara 7 – 20 hari per trip. Kapal purse seine

yang dioperasikan di Pekalongan merupakan kapal-kapal purse seine

berukuran besar (30-50 GT dan 100-130 GT), dengan kekuatan mesin

sebesar 120 - 360 HP. Operasi penangkapan dilakukan dengan jumlah

hari, yaitu 10 – 40 hari per trip. Sedang Kapal purse seine yang

dioperasikan di Juwana Pati merupakan kapal-kapal purse seine juga

berukuran besar (30 – 50 GT dan 50 - 100 GT), dengan kekuatan mesin

sebesar 300 - 360 HP. Operasi penangkapan dilakukan dengan jumlah

hari 10 – 40 hari per trip.

Karakteristik kapal purse seine yang beroperasi di Tegal,

Pekalongan dan Pati merupakan kapal-kapal sedang dan besar sesuai

dengan ukuran GT (30 – 100 GT), sedangkan kapal kapal yang

beroperasi di daerah Indramayu merupakan kapal-kapal purse seine

berukuran kecil (<>one day fishing.

Armada perikanan purse seine yang ada di Muncar dan

Pengambengan umumnya dioperasikan oleh usaha perorangan,

menggunakan kasko berbahan dasar kayu. Mesin yang digunakan rata-

11

rata mempunyai kekuatan mesin sebesar 30 HP, tergantung dari

besarnya ukuran kapal dan wilayah operasi penangkapan.

Kapal purse seine yang dioperasikan di Pengambengan merupakan

kapal-kapal purse seine berukuran kecil (10-30 GT), dengan kekuatan

mesin sebesar 20 HP. Operasi penangkapan dilakukan secara one day

fishing. Kapal purse seine yang dioperasikan di Muncar merupakan

kapal-kapal purse seine berukuran kecil (10 - 30 GT), dengan

kekuatan mesin sebesar 30 HP. Operasi penangkapan dilakukan dengan

jumlah hari trip 1 hari per trip atau one day fishing. Kapal-kapal di

Pengambengan dan Muncar mempunyai bentuk yang sama dan ukuran yang

hampir sama. Pembuatan kapal-kapal tersebut dibuat di Madura,

Muncar, dan Banyuwangi. Kapal-kapal purse seine ini berbeda dari

kapal-kapal purse seine di Jawa. Umumnya masyarakat menyebutnya

sebagai kapal Madura (Frezeries, 2009).

Seperti juga pada alat pennangkapan ikan lainnya ,maka

satu unit purse seine terdiri dari jaring ,kapal,dan alat

bantu 1(roller,lampu,echosounder,dan sebagainya).

Pada garis besarnya jaring purse seine terdiri dari

kantong (bag,bunt),badan jaring, tepi jaring,pelampung,

(float,cocrk),tali pelampung(cork line,float line),sayap

(wing),pemberat (singker,lead),tali penarik(purse line),tali

cincin(purs line),dan selvage.(Sudirman,2004)

Bagian utama dari alat tangkap purse seine adalah sayap

dan badan dengan ukuran mata jaring (mesh size) 1,5inchi yang

terbuat dari bahan sintetis polyamide 210 D/6. Pelampung utama

12

yang dipergunakan terbuat dari bola plastik berdiameter 10,5

cm yang dipasang pada tali ris atas dengan jarak 15 cm setiap

pelampung. Selain itu, juga terdapat pelampung tanda berupa

light buoy. Pemberat yang digunakan berbentuk cincin dari

timah hitam berdiameter 11,5 cm sebagai tempat lewatnya tali

kolor (purseline) sewaktu penarikan jaring. Jarak setiap

pemberat 20 cm.Tali temali yang dipergunakan dalam

pengoperasian mini purse seine adalah tali pelampung, tali

pemberat, tali kolor, tali ris atas dan bawah. Tali pelampung,

tali pemberat dan tali ris terbuat dari bahan polyethilene No.

8, sedangkan tali kolor No. 18. Panjang tali kolor ini adalah

1,5 kali panjang mini purse seine.(mukhlisaipbbab4.pdf)

Menurut Sudirman dan Achmar Mallawa (2002), pada umumnya

pengoperasian alat tangkap purse seine dikenal dengan dua cara

yaitu dengan mengejar gerombolan ikan dan dengan menggunakan

alat bantu seperti cahaya, rumpon dan fish finder.

1. Mengejar Gerombolan Ikan

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui

letak gerombolan ikan dengan ciri-ciri adanya perubahan

warna air laut, ikan melompat-lompat di dekat permukaan,

adanya buih-buih di dekat permukaan air laut dan burung

yang menukik dan menyambar-nyambar di permukaan. Kemudia

dilakukan pelingkaran jaring dengan menghadang arah ikan

berenang lalu penarikan tali kolor, penarikan tubuh

jaring dan yang terakhir pengambilan hasil tangkap.

13

2. Menggunakan Alat Bantu Cahaya

Penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya biasa

dilakukan pada malam hari. Pertama lampus dinyalakan,

biasanya ada kapal atau perahu khusus yang membawa lampu.

Jika hari mulai gelap maka lampu yang berada pada perahu

lampu dinyalakan sambil melakukan labuh lingkar. Sekitar

4-5 jam lampu dinyalakan atau pada saat ikan sudah banyak

yang bergerombol operasi pelingkaran siap dilakukan dan

bersamaan dengan itu penarikan jangkar atau perahu lampu

dilakukan.

3. Menggunakan Alat Bantu Rumpon

Menggunakan rumpon tidak perlu mencari gerobolan

ikan karna ikan diharapkan berkumpul disekitar rumpon.

Pertama-tama dilepaskan tali rumpon dan diikatkan

pelampung agar rumpon hanyut searah dengan arus permukaan

air. Kemudian melihat arah dan kecepatan arus untuk

mengetahui kecepatan dan arah rumpon yang telah dilepas

tadi. Lalu melingkari gerombolan ikan yang berada

idibawah rumpon dan yang terakhir menarik tali kolor dari

jaring.

4. Menggunakan Echosounder

Penangkapan dengan menggunakan alat bantu

echosounder tidak jauh bereda dengan menggunakan alat

bantu lainnya. Perbedaannya hanya terletak pada pencarian

gerombolan ikannya. Dengan menggunakan echosounder,

14

setiap saat dapat dimonitor ada tidaknya gerombolan ikan

disuatu perairan dan pada kedalaman tertentu. Dan bahkan

densitas dari gerobolan juga dapat diprediksi. Dengan

begitu alat bantu ini dapat digunakan pada siang ataupun

malam hari. Sedangkan untuk proses peangkapannya sama

dengan mengejar gerombolan ikan.

2.1.4 Metode dan Tekhnik Pengoprasian Alat Tangkap

Pada umumnya dalam pengoprasian Purse seine dikenal dua

cara yaitu (1)purse seine dioprasikan dengan mengejar

gerombolan ikan dan biasanya dilakukan pada siang hari.

(2)menggunakan alat bantu penangkapan seperti

rumpon,cahaya,fish finder,Hal ini dapat dilakukan pada siang

hari dan malam hari.

Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan

terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-

pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut

karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air,

ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat riak-riak kecil

karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan. Buih-buih di

permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan,

burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan

laut dan sebagainya. Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi

pada dini hari sebelum matahari keluar atau senja hari setelah

15

matahari terbenam disaat-saat mana gerombolan ikan-ikan

teraktif untuk naik ke permukaan laut. Tetapi dewasa ini

dengan adanya berbagai alat bantu (fish finder, dll) waktu

operasinyapun tidak lagi terbatas pada dini hari atau senja

hari, siang haripun jika gerombolan ikan diketemukan segera

jaring dipasang.

Pada operasi malam hari, mengumpulkan / menaikkan ikan ke

permukaan laut dilakukan dengan menggunakan cahaya. Biasanya

dengan fish finder bisa diketahui depth dari gerombolan ikan,

juga besar dan densitasnya. Setelah posisi ini tertentu

barulah lampu dinyalakan (ligth intesity) yang digunakan

berbeda-beda tergantung pada besarnya kapal, kapasitas sumber

cahaya. Juga pada sifat phototxisnya ikan yang menjadi tujuan

penangkapan.

Setelah fishing shoal diketemukan perlu diketahui pula

swimming direction, swimming speed, density; hal-hal ini perlu

dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan,

kecepatan angin, dan arus, sesudah hal-hal diatas

diperhitungkan barulah jaring dipasang. Penentuan keputusan

ini harus dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi

tujuan terus dalam keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya

sendiri maupun akibat dari bunyi-bunyi kapal, jaring yang

dijatuhkan dan lain sebagainya. Tidak boleh luput pula dari

perhitungan ialah keadaan dasar perairan, dengan dugaan bahwa

ikan-ikan yang terkepung berusaha melarikan diri mencari

tempat aman (pada umumnya tempat dengan depth yang lebih

besar) yang dengan demikian arah perentangan jaring harus pula

16

menghadang ikan-ikan yang terkepung dalam keadaan kemungkinan

ikan-ikan tersebut melarikan diri ke depth lebih dalam. Dalam

waktu melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan cepat dengan

tujuan supaya gerombolan ikan segera terkepung. Setelah

selesai mulailah purse seine ditarik yang dengan demikian

bagian bawah jaring akan tertutup. Melingkari gerombolan ikan

dengan jaring adalah dengan tujuan supaya ikan-ikan jangan

dapat melarikan diri dalam arah horisontal. Sedang dengan

menarik purse line adalah untuk mencegah ikan-ikan supaya

ikan-ikan jangan dapat melarikan diri ke bawah. Antara dua

tepi jaring sering tidak dapat tertutup rapat, sehingga

memungkinkan menjadi tempat ikan untuk melarikan diri. Untuk

mencegah hal ini, dipakailah galah, memukul-mukul permukaan

air dan lain sebagainya. Setelah purse line selesai ditarik,

barulah float line serta tubuh jaring (wing) dan ikan-ikan

yang terkumpul diserok / disedot ke atas kapal.

(sudirman,2004).

17

Alat tangkap Purse Seine dikenal juga sebagai Pukat

Cincin atau Pukat Lingkar. Alat tangkap ini berbentuk persegi

panjang dengan pelampung (Floats) di bagian atas dan pemberat

(Sinkers) serta cincin besi (Rings) di bagian bawah. Pada saat

dioperasikan, kapal yang membawa alat tangkap ini melingkari

sekawanan ikan yang telah dikumpulkan dengan pemikat rumpon

dan lampu berkekuatan tinggi. Setelah lingkaran terbentuk

sempurna maka tali kolor (Purse Line) yang terdapat di bagian

bawah akan ditarik melewati cincin-cincin besi yang

bergelantungan di bagian bawah jaring sehingga alat tangkap

ini akan mengerucut dan berbentuk seperti mangkok dengan

segerombolan ikan yang terkurung di dalamnya. Selanjutnya

18

seluruh jaring akan ditarik ke sisi kapal dan ikan yang

tertangkap akan terkumpul di bagian kantong jaring secara

otomatis( M. Indera 2010)

Untuk mengoprasikan alat tangkap mini purse seine yang

pertama yaitu melakukan tahap persiapan yang meliputi

persipan kkonsumsi (ransum),bahan bakar dan air tawar yang

dilakukan didarat ,sedangkan pemeriksaan kapal ,alat tangkap

dan alat bantu dilakuka diatas kapal.susunan alat tangkap

sangat penting untuk keberhasilan pengoprasian minin purse

seine.yang kedua yaitu tahap pelayaran,pelayaran menuju

fishing ground dilakukan pada jam 15:00.kecepatan kapal saat

menuju fishingdilakukan pada jam 15.00. Kecepatan kapal

saatmenuju fishing ground 7 knot. Setelah ± 2 jam, kapal tiba

di fishing ground yang telah ditentukan. Perahu lampu yang

pertama kemudian dilepas dan kapal kembaliberlayar mencari

posisi penempatan untuk perahu lampu kedua. Jarak antara

perahulampu pertama dengan kedua ±1 km, sedangkan jarak antara

perahu lampu keduadengan perahu induk ± 500 m.seterusnya yaitu

Tahap penyalaan lampuPenyalaan lampu dilakukan sekitar pukul

18.00. Pada awalnya, seluruh lampudinyalakan untuk kemudian

dimatikan secara bertahap satu demi satu setelahdiperkirakan

ikan-ikan telah banyak bergerombol dan

terkonsentrasi.selanjutnyaTahap setting (penurunan

jaring)Setting pertama dilakukan sekitar jam 21.30 setelah

lampu yang menyala padaperahu lampu kedua tinggal satu buah.

Setting kedua dilakukan sekitar jam 23.00pada perahu lampu

pertama. Setting dimulai dengan melakukan pelemparanpelampung

19

tanda kemudian tali selambar pertama di lambung kanan kapal.

Padasaat itu, juru mudi melakukan pelingkaran ke arah kiri

kapal dengan kecepatantinggi (± 9 knot). Setelah itu dilakukan

penurunan pelampung utama, jaring danpemberat. Kapal bergerak

kembali dalam arah melingkar mendekati pelampungtanda sambil

menurunkan tali selambar kedua. Kecepatan kapal dikurangi

untukmengambil dan menaikkan pelampung tanda ke dek kapal dan

kedua tali selambardihubungkan dengan roller untuk menarik

jaring.Tahap selanjutnya yaituTahap hauling (penarikan

jaring)Penarikan jaring dilakukan dengan menarik tali kolor

kemudian badan jaring danpemberat. Hal ini dimaksudkan agar

bagian bawah jaring mengkerut danmembentuk kantong. Penarikan

jaring ini melibatkan hampir seluruh ABK.Tahap pengangkatan

hasil tangkapan Pada saat pengangkatan badan jaring, terdapat

sisa sebagian badan jaring yangdibiarkan di atas permukaan

laut. Hasil tangkapan diangkat dengan bantuan serokdan

diletakkan di atas dek kapal untuk kemudian disortir

berdasarkan ukuran danjenis hasil tangkapan. Hasil tangkapan

ini kemudian diletakkan dalam keranjang

bambu(mukhlisaipbbab4.pdf).

Menurut Baskoro (2002) alat tangkap purse seine dioperasikan

caramelingkari gerombolan ikan baik dengan menggunakan satu

kapal ataupun duaunit kapal. Setelah gerombolan ikan

terkurung, kemudian bagian bawah jaringdikerutkan hingga

tertutup dengan menarik tali kerut yang dipasang

sepanjangbagian bawah melalui cincin. Alat penangkapan ini

ditujukan untuk menangkapgerombolan ikan permukaan (pelagis

20

fish)Tujuan penangkapan purse seine adalahschooling ikan, yang artinya

bahwa ikan yang akan ditangkap tersebut biasanya hidup

bergerombol (schooling), berada dekat permukaan air (sea surface) dan

diharapkan dalam suatu densitasschoolling yang besar. Jika ikan

belum terkumpul dalam suatu area penangkapan(catchable area), atau

berada diluar kemampuan perangkap jaring, maka harusdiusahakan

agar ikan berkumpul ke suatu area penangkapan. Hal ini

ditempuhmisalnya dengan penggunaan cahaya dan rumpon.

Cara pengoperasian alat tangkap purse seine adalah dengan

melingkari dan menutupi bagian bawah jaring. Setelah jajring

dilingkarkan dan tali kolor ditarik maka alat ini akan

membentuk kantong besar sehingga ikan0ikan yang terkurung

didalamnya tidak dapat meloloskan diri. Penangkapan ikan dapat

dilakukan dengan satu kapal (one boat system) atau dengan dua

kapal (two boat system). Secara prinsip penangkapan dengan

alat tangkap purse seine dapat dilakukan sebagai berikut.

Pertama-tama kapal menuju ke tempat rumpon yang telah ditanam

sebelumnya, dan setelah rumpon ditemukan rumpon diangkat

keatas kapal dan mulai diturunkan perahu dari kapal. Kemudia

kapal mulai melingkari ikan sambil menjatuhkan pelampung. Jika

proses pelingkaran sudah selesai kemudian diangkat pelampung

keatas kapal dan purse seine mulai ditarik dengan bantuan

winch sampai purse seine ring berhasil naik keatas kapal.

Kemudia badan jaring mulai ditarik keatas dengan bantuan anak

buah kapal. Ikan-ikan yang tertangkap dibiarkan dulu didalam

air dan diambil dengan menggunakan keranjang. Setelah selesai

21

barulah jaring bagian kantong diangkat keatas kapal (Mulyono

S. Baskoro et all, 2010).

2.1.5 Alat Bantu Penangkapan

Alat bantu yang dipergunakan dalam pengoperasian mini

purse seine di Kabupaten Jeneponto adalah lampu petromaks

sebanyak 8-12 buah yang diletakkan di atas perahu. Jumlah

perahu lampu untuk setiap unit penangkapan adalah 2 (dua) unit

dengan ukuran panjang 3,5 meter, lebar 0,5 meter dan tinggi

0,75 meter serta dilengkapi cadik pada salah satu sisi perahu

sebagai pengimbang (Mukhlis, 2005).

(googleimage, 2012)

Menurut Fiqrin (2008), alat bantu penangkapan pada purse

seine ada 2, yaitu:

I. Lampu

22

Fungsi lampu untuk penangkapan adalah untuk

mengumpulkan kawanan ikan kemudian dilakukan

operasi penangkapan dengan menggunakan berbagai

alat tangkap seperti purse seine. Jenis lampu yang

digunakan bermacam-macam, seperti oncor (obor),

petromaks, lampu listrik (penggunaannua masih

sangat terbatas hanya untuk penangkapan usaha

sebagian dari perikanan industry).

(googleimage, 2012).

II. Rumpon

Rumpon merupakan suatu bangunan (benda) menyerupai

pepohonan yang dipasang (ditanam) di suatu tempat

tengah laut. Pada prinsipnya rumpon terdiri dari

empat komponen utama, yaitu : pelampung (float),

tali panjang (rope) dan atraktor (pemikat) dan

pemberat (sinkers/anchor) (Fiqrin, 2008).

23

(googleimage, 2012).

Rumpon biasa juga disebut dengan Fish Agregation Device

(FAD) yaitu suatu alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk

memikat ikan agar berkumpul dalam suatu catchable area. Ada

beberapa prediksi mengapa ikan senang berada di sekitar

rumpon:

1) Rumpon tempat berkumpulnya plankton dan ikan-ikan

kecil lainnya, sehingga mengundang ikan-ikan yang

lebih besar untuk tujuan feeding;

2) Merupakan suatu tingkah laku dari berbagai jenis

ikan untuk berkelompok di sekitar kayu terapung

(seperti jenis-jenis tuna dan cakalang). Dengan

demikian, tingkah laku ikan ini dimanfaatkan

untuk tujuan penangkapan.

Kepadatan gerombolan ikan pada rumpon diketahui oleh

nelayan berdasarkan buih atau gelembung-gelembung udara yang

24

timbul di permukaan air, warna air yang gelap karena pengaruh

gerombolan ikan atau banyaknya ikan-ikan kecil yang bergerak

di sekitar rumpon.

Penggunaan rumpon secara tradisional di Indonesia telah

lama dilakukan terutama para nelayan di Mamuju, Sulawesi dan

Jawa Timur, sedangkan penggunaan rumpon secara modern baru

dimulai pada tahun 1980 oleh Lembaga Penelitian Perikanan Laut

(Sudirman, 2004).

II.1.6 Hasil Tangkapan Alat Tangkap

Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse

seine adalah ikan-ikan yang “Pelagic Schoaling Species”, yang

berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal

(gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface)

dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shoal itu tinggi,

yang berarti jarak antara ikan dengan individu ikan lainnya

haruslah sedekat mungkin. Dengan kata lain dapat juga

dikatakan per satuan volume hendaklah jumlah individu ikan

sebanyak mungkin. Hal ini dipikirkan sehubungan dengan volume

yang terbentuk oleh jarring (panjang dan lebar) yang

dipergunakan. Jenis ikan yang ditangkap dengan purse seine

terutama di daerah Jawa dan sekitarnya adalah : Layang

(Decapterus spp), bentang, kembung (Rastrehinger, spp),lemuru

(Sardinella spp), slengseng, cumi-cumi, dll (Fiqrin, 2008).

Keberadaan dan dominasi kelompok jenis ikan layang

(Decapterus spp) sebagai tujuan penagkapan armada pukat cincin.

D. macrosoma berada di bagian Timur Laut Jawa dan Selat

25

Makassar terjadi pada bulan September-Februari sedangkan D.

russelli memperlihatkan sebaliknya banyak ditemukan ukuran besar

di Perairan bagian Barat Laut Jawa. Dari hasil perhitungan

rata-rata ukuran panjang D. macrosoma dapat diketahui ukuran

ikan menurut daerah penangkapan, diperoleh hasil ternyata

semakin kearah timur ikan semakin besar (Ambar, 2004).

Ikan yang menjadi tujuan penangkapan dari purse seine

adalah ikan-ikan “pelagic shoaling species” yang berarti ikan-ikan

tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat

dengan permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan pula

densitas shoal tersebut tinggi, yang berarti jarak ikan dengan

ikan lainnya haruslah sedekat mungkin (Sudirman, 2004).

II.1.6.1 Klasifikasi Ikan Beserta Gambar Ikan

a. Ikan Layang

Menurut Muspirahdjalal (2011), klasifikasi ikan Layang

sebagai berikut:

Filum          : Chordata

Subfilum     : Vertebrata

Kelas          : Actinopterygii

Ordo           : Perciformes

SubOrdo     : Percoidei

Famili          : Carangidae

Genus         : Decapterus

Spesies       : Decapterus russelli

26

(Muspirahdjalal, 2011).

(Muspirahdjalal, 2011).

b. Ikan Lemuru

Menurut Hanggar (2010), klasifikasi ikan Lemuru sebagai

berikut:

Phylum : Chordata

Sub phylum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub Class : Teleostei

Ordo : Clupeiformes

Family : Clupeidae

Genus : Sardinella

Species : Sardinella spp

(Hanggar, 2010).

27

(Hanggar, 2010).

c. Cumi-cumi

Menurut Wicaksono (2009), klasifikasi cumi-cumi sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Mollusca

Class : Chepalopoda

Sub class : Coloidea

Super ordo : Decapodiformes

Ordo : Decapoda

Family : Loliginidae

Genus : Loligo

Species : Loligo indica

(Wicaksono, 2009).

28

(Wicaksono, 2009).

d. Ikan Kembung

Menurut Wikipedia (2012), klasifikasi ikan kembung

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Family : Scombridae

Genus : Rastrelliger

Species : Rastrelliger kanagurta

29

(Wikipedia, 2012).

e. Ikan Cakalang

Menurut Wikipedia (2012), klasifikasi Ikan Cakalang

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Family : Scombridae

Genus : Katsuwonus

Species : Katsuwonus pelamis

(Wikipedia, 2012).

30

II.2 ALAT TANGKAP PAYANG

2.2.1 Klasifikasi Berdasarkan FAO

Payang terbuat dari bahan jarring yang konstruksinya

terdiri dari kantong, badan dan sayap, serta dilengkapi dengan

pelampung dan pembertat serta tali penarik (selambar).

Berdasarkan klasifikasi dari FAO, alat tangkap ini digolongkan

sebagai jarring lingkar. Struktur alat tangkap ini adalah

sebagai berikut:

a. Sayap : dua bagian sayap, yaitu sayap kiri dan kanan

b. Badan : terdiri atas 6 bagian

c. Kantong (cod end) adalah merupakan tempat berkumpulnya

ikan yang terjaring

d. Tali ris atas

e. Tali ris bawah

f. Tali penarik (selambar)

g. Pelampung

h. Pemberat, terbuat dari bahan timah dan batu

(Frezeries, 2009).

31

(googleimage, 2012).

Berdasarkan SNI yang dikeluarkan oleh BSN, alat tangkap

paying baik yang berbadan panjang maupun pendek termasuk dalam

klasifikasi jaring lingkar (surrounding nets) tanpa tali kerut,

sesuai dengan International Standard Statistical

32

Classification FishingGear – FAO, menggunakan singkatan LA dan

berkode ISSCFG.01.2.0 (Wulan, 2011).

2.2.2 Klasifikasi Berdasarkan Kepmen 06/Men/2010

Dalam Keputusan Menteri KP Nomor : KEP.06/MEN/2010

ditetapkan 10 (sepuluh) kelompok alat penangkap ikan.

Penjelasan singkat untuk memudahkan pemahaman terhadap masing-

masing kelompok alat tangkap dapat dijelaskan bagaimana uraian

pada Bab III, mulai pasal 6 sampai dengan pasal 16 Peraturan

Menteri KP Nomor PER.02/MEN/2011, sebagai berikut:

Alat penangkapan ikan di WPP-NRI menurut jenisnya terdiri

dari 10 kelompok, yaitu:

a. Jaring lingkar (surrounding nets)

b. Pukat tarik (seine nets)

c. Pukat hela (trawls)

d. Penggaruk (dredges)

e. Jaring angkat (lift nets)

f. Alat yang dijatuhkan (falling gears)

g. Jaring insang (gill nets and entangling nets)

h. Perangkap (traps)

i. Pancing (hooks and lines)

j. Alat penjepit dan melukai (grappling and wounding)

Payang termasuk dalam pukat tarik berkapal (seine nets)

(Pranoto, 2012).

Alat penangkapan ikan di WPP-NRI menurut jenisnya terdiri

dari 10 (sepuluh) kelompok, yaitu:

33

a. jaring lingkar (surrounding nets);

b. pukat tarik (seine nets);

c. pukat hela (trawls);

d. penggaruk (dredges);

e. jaring angkat (lift nets);

f. alat yang dijatuhkan (falling gears);

g. jaring insang (gillnets and entangling nets);

h. perangkap (traps);

i. pancing (hooks and lines); dan

j. alat penjepit dan melukai (grappling and wounding).

(1) Alat penangkapan ikan pukat tarik (seine nets),

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, terdiri dari:

a. pukat tarik pantai (beach seines); dan

b. pukat tarik berkapal (boat or vessel seines).

(2) Pukat tarik berkapal (boat or vessel seines)

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari:

a. dogol (dainess seines);

b. scottish seines;

c. pair seines;

d. payang;

e. cantrang; dan

f. lampara dasar.

( Fadel, 2011 ).

2.2.3 Spesifikasi Alat Tangkap

Payang adalah pukat kantong yang digunakan untuk

menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish). Secara

34

garis besar payang terdiri dari bagian kantong (bag), badan/

perut (body) dan kaki/ sayap (leg/ wing). Bagian kantong

umumnya terdiri dari bagian – bagian kecil yang tiap bagiannya

memiliki nama sendiri – sendiri. Besarnya mata jaring mulai

dari ujung kantong sampai dengan ujung kaki berbeda – beda,

mulai dari 1 cm (atau kurang) sampai ±40 cm. Bagian mulut

bawah jaring lebih panjang dari bagian mulut atas jaring,

karna jenis ikan pelagic yang biasanya hidup dibagian atas air

memiliki sifat cenderung lari lapisan bawah bila terkurung

jaring (Nugroho Ardi Cahyono, 2011).

Menurut Diktat Manajemen Penangkapan Ikan (2004), alat

tangkap payang terbuat dari berbagai bahan, jaring berbahan

PVC (Polyvinileclorine), pelampungnya adalah plastik berbentuk

bola dan pemberatnya adalah batu.

a. Bagian Kantong

- Panjang : 5-6 meter

- Mesh size : 0,3-0,6 cm

- Bahan : PVC ( Polyvinileclorine )

- Warna : Hijau

b. Bagian Badan

- Panjang : 25 meter

- Mesh size : 1,6-8 cm

- Bahan : PE (Polyethilene)

- Warna : Coklat

c. Bagian Sayap

35

- Panjang : 90 meter

- Mesh size : 10-30 cm

- Bahan : PE (Polyethilene)

- Nomor benang : 400 D/15

d. Pelampung

- Berat : 2 ons

- Diameter : 15 cm

- Bahan : Plastik berbentuk bola

- Jumlah : 12 buah per sayap

- Jarak antar pelampung : 1,5 meter

e. Pemberat

- Bahan : Batu

- Berat : 2 kg

- Jumlah : 10 buah per sayap

- Jarak antar pemberat : 8 meter

Alat tangkap ini terdiri dari dua sayap. Biasanya terbuat

dari jaring yang bahannya dari bahan sintetis jenis nylon

multifilament. Sebagai contoh, alat tangkap paying yang

dioperasikan di Teluk Mandar, mesh size sayapnya masing-masing

berukuran 80, 50, 30, dan 20 cm. Ukuran sayap semakin kecil

kea rah kantong. Untuk memberikan daya apung maka pada bagian

sayap diberikan pelampung. Supaya sayap tersebut terentang

dalam air makan diberikan pemberat. Fungsi sayap adalah

menakut-nakuti ikan agar masuk ke dalam kantong.

Panjang jaring keseluruhan bervariasi dari puluhan meter

sampai ratusan meter. Mesh size pada kantong berkisar 1,5 – 5

36

cm. Ujung kedua sayap dihubungkan dengan tali penarik, pada

bagian sebelah kanan diberi pelampung tanda, sedangkan pada

tali penarik lainnya diikatkan di kapal (Sudirman, 2004).

2.2.4 Metode dan Teknik Pengoperasian Alat Tangkap

Cara pengoperasian payang yaitu dengan melingkari

gerombolan ikan dan kemudian pukat kantong tersebut ditarik ke

arah kapal. Kedua sayap yang terdapat di kanan dan kiri badan

jaring berguna untuk menakut – nakuti atau mengejutkan serta

menggiring ikan agar masuk sedalam kantong jaring. Penangkapan

dengan payang dapat dilakukan baik dengan perahu layar maupun

dengan kapal motor. Penggunaan tenaga berkisar antara enam

orang untuk payang berukuran kecil dan enam belas orang untuk

payang berukuran besar (Nugroho Ardi Cahyono, 2011).

Prinsip pengoperasian alat tangkap payang adalah

melingkari gerombolan ikan. Pada saat terdapat gerombolan ikan

yang terlihat, kapal mendekati gerombolan ikan tersebut dan

kemudian menurunkan jaring pada jarak dan waktu yang tepat

sehingga pada waktu jaring melewati gerombolan ikan, jaring

dapat membuka dengan maksimal sehingga kemungkinan ikan untuk

lolos kecil. Pada saat setelah jaring diturunkan, tali

selambar/ tali hela ditarik sehingga jaring tertarik kearah

gerombolan ikan. Hasil penangkapan dapat dipengaruhi oleh

kecepatan membuka jaring, timing pelepasan jaring dan kondisi

laut saat pelepasan jaring (Diktat Manajemen Penangkapan Ikan,

2004).

37

Setelah alat tangkap ini telah tersusun dengan baik

diatas kapal maka tiba di fishing ground. Jika menggunakan

alat bantu rumpon , terlebih dahulu harus ditangani dengan

memperhatikan arah arus, karena arah ikan pada rumpon akan

berlawanan dengan arah arus. Jika arah arus dari barat, maka

posisi ikan berada pada sisi timur rumpon.

Setelah itu, jaring diturunkan yang dimulai dengan

menurunkan pelampung tanda, mengelilingi rumpon, penauran

jaring dilakukan sampai semua jaring turun ke laut dan

selanjutnya mengambil kedua tali sayap, kemudian jaring

ditarik ke atas perahu. Sebagian awak kapal tetao bertugas

pada rumpon sehingga tetap seperti semula. Operasi penangkapan

dianggap selesai jika kantong jaring telah tiba di atas perahu

(Sudirman, 2004).

2.2.5 Alat Bantu Penangkapan

Penangkapan dengan menggunakan payang dapat dilakukan

baik pada malam ataupun siang hari. Untuk malam hari terutama

pada hari – hari gelap dapat dengan alat bantu lampu petromaks

untuk mengetahui letak ikan berkupul serta menarik perhatian

ikan. Sedangkan penangkapan pada siang hari dapat menggunakan

alat bantu rumpon/ payaos untuk memancing perhatian ikan agar

ikan berkumpul disekitar rumpon. Pengguna rumpon sebagai alat

bantu penangkapandengan payang meliputi 95% lebih (Nugroho

Ardi Cahyono, 2011).

38

Pengoperasian alat tangkap payang dapat menggunakan alat

bantu berupa lampu petromaks yang digunakan pada malam hari

dan alat bantu rumpon untuk pengumpul ikan. Pada malam hari

penggunaan lampu petromaks dapat menarik ikan supaya

menggerombol disekitar lampu sehingga alat tangkap payang

dapat digunakan secara efisien. Beguti juga dengan rumpon yang

banyak digunakan oleh nelayan – nelayan Indonesia. Pengguna

rumpon sebagai alat bantu penangkapan dengan payang meliputi

95% lebih (Diktat Manajemen Penangkapan Ikan).

Dalam operasi penangkapannya banyak dilakukan dengan

menggunakan alat bantu rumpon, dimana ikan-ikan yang ada pada

rumpon digiring masuk ke dalam kantong paying walaupun dalam

operasi penangkapannya tidak selalu menggunakan rumpon. Alat

bantu tangkap ini banyak digunakan di Perairan Selat Makassar,

terutama di Teluk Mandar (Sudirman, 2004).

2.2.6 Hasil Tangkapan Alat Tangkap

Daerah penangkapan untuk alat tangkap payang ini pada

perairan yang tidak jauh dari daerah pantai atau daerah yang

subur yang tidak terdapat karang. Berdasarkan hasil penelitian

diperoleh komposisi hasil tangkapan payang yaitu ikan Ayam –

ayam (Aluterus Monoceros) 88%, ikan Tongkol (Auxis sp) 3.80%,

ikan Teri (Stolephorus sp) 2.60%, ikan Kembung (Rastrelliger

sp) 25%, Cumi – cumi (Loligo sp) 1.70%, ikan Selar (Caranx sp)

39

1.50% dan ikan Bawal Hitam (Formio Niger) 0.40% (Intan

Herwindra, 2010).

Hasil tangkap dari alat tangkap payang adalah ikan – ikan

permukaan. Terutama ikan – ikan pelagis kecil, yaitu ikan

Layang, Selar, Kembung, Lemuru, Tembang, Japuh dan lain –

lain. Hasil tangkapan alat tangkap payang untuk tahun 1986

berjumlah 152. 782 ton, sedang produksi perikanan laut secara

nasional sebanyak 1. 922.781 ton (Diktat Manajemen Penangkapan

Ikan, 2004).

Jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan alat tangkap

payang adalah laying (decapterus sp), kembung (rastralliger sp),

sunglir (eeuthynnus sp), selar (caranx sp), sunglir (elagatis sp),

bawal hitam (formio sp). Jadi, umumnya yang tertangkap adalah

ikan-ikan yang senang berada di daerah rumpon. Ikan laying

merupakan hasil tangkapan yang dominan (Sudirman, 2004).

Fishermen living in the park use dragnets to catch fish,

especially reef-fish. The total number of dragnets operated by

fishermen from the three settlements within Komodo National

Park is 75, the majority (50 units) by fishermen from Kampung

RInca. Fishermen from Kampung Kerora and Kampung Kerora

operate 5 and 20 units, respectively. A major cause of concern

is the use of trawl-nets (currently 12 units) by some

fishermen. Dragnets are used in waters ranging in depth from 1

to 10 meters. The catch includes reef-fish and small pelagic

fish such as tuna (cakalang), anchovies, sampureang, as well

as shrimp. The use of dragnets is not limited by season. They

can be operated both during daytime and night. After being

40

brought ashore the catch is salted and dried, then sold at

prices varying from Rp 1.250,-/kg to Rp 2.500,-/kg, either to

purchasing agents or directly to local markets (Peter J. Mous,

1996).

2.2.6.1 Klasifikasi Ikan Beserta Gambar Ikan

a. Ikan Ayam – ayam

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Order : Tetraodontiformes

Family : Monacanthidae

Genus : Aluterus

Species : Aluterus Monoceros

b. Ikan Tongkol

41

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Scombridae

Subfamily : Scombrinae

Tribe : Thunnini

Genus : Auxis

Spesies : Auxis Thazard Thazard

c. Ikan Teri

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Order : Clupeiformes

Family : Engraulidae

Genus : Stolephorus

Spesies : Stolephorus sp

d. Ikan Kembung

42

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Family : Scombridae

Genus : Rastrelliger

Spesies : Rastrelliger sp

2.3 ALAT TANGKAP PANCING

2.3.1 Klasifikasi Berdasarkan FAO

Menurut Ayodyoa (1981) dalam Hakim (2012), Pancing tonda

adalah alat penangkap ikan yang terdiri dari seutas tali

panjang, mata pancing, dan umpan serta tidak menggunakan

pemberat. Pancing ditarik di belakang perahu motor atau kapal

yang sedang bergerak. Umpan yang dipakai adalah umpan buatan.

Pancing tonda termasuk ke dalam alat penangkap ikan pancing.

Menurut Amri et. al (2009), Hook and line (pancing)

merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip

penangkapan dengan memancing ikan target sehingga terkait

dengan mata pancing yang dirangkai dengan tali menggunakan

43

atau tanpa umpan. Desain dan konstruksi pancing disesuaikan

dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga

terdapat berbagai bentuk dan ukuran pancing serta sarana apung

maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan. Menurut

International Standard Statistical Classificarion on Fishing

Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado

1990), kelompok alat tangkap hooks and lines ini terdiri dari:

Handlines and pole-lines (hand operated)

Handlines and pole-lines (mechanized)

Set longlines

Drifting longlines

Longlines (not specified)

Trolling lines

Hook and lines (not specified)

Menurut Mukhtar (2008), menurut ISSCFG (Internasional

Standart Statistical Clasification Fishing Gear) alat tangkap

pancing dibagi menjadi 6 kelompok dengan kode yaitu:

1. Pancing ulur dan pancing berjoran biasa (09.1.0)

2. Pancing ulur dan pancing berjoran dimekanisasi

(09.2.0)

3. Rawai menetap (09.3.0)

4. Rawai hanyut (09.4.0)

5. Rawai lainnya (09.5.0)

6. Tonda (09.6.0)

2.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Kepmen 06/Men/2010

44

Kelompok jenis alat penangkapan ikan pancing adalah

kelompok alat penangkapan ikan yang terdiri dari tali dan mata

pancing dan atau sejenisnya (SNI 7277.4:2008). Dilengkapi

dengan umpan alami, umpan buatan atau tanpa umpan (Kepmen,

2010).

Menurut Mukhtar (2008), berdasarkan Statistik Perikanan

Indonesia alat tangkap pancing dibagi menjadi 6 kelompok

yaitu:

1. Rawai Tuna

2. Rawai Hanyut lainnya, selain

3. Rawai tuna

4. Rawai Tetap

5. Huhate

6. Pancing dengan joran lainnya

7. Pancing Tonda

Menurut Kepmen (2010), jenis alat tangkap pancing dibagi

menjadi 6 kelompok beserta kodenya yaitu:

1. Handlines and pole-lines/hand operated, LHP,

09.1.0:

a. Pancing ulur, LHP-PU, 09.1.0.1

b. Pancing berjoran, LHP-PJ, 09.1.0.2

c. Huhate, LHP-PH, 09.1.0.3

d. Squid angling , LHP-SA, 09.1.0.4

2. Handlines and pole-lines/mechanized, LHM, 09.2.0:

a. Squid jigging; LHM-PC, 09.2.0.1

b. Huhate mekanis, LHM-HM, 09.2.0.2

3. Rawai dasar (Set long lines), LLS, 09.3.0

45

4. Rawai hanyut (Drifting long lines), LLD, 09.4.0:

a. Rawai tuna, LLD-RT, 09.4.0.1

b. Rawai cucut, LLD-RC, 09.4.0.2

5. Tonda (Trolling lines), LTL, 09.6.0

6. Pancing layang-layang, LX-LY, 09.9.0.1

2.3.3 Spesifikasi Alat Tangkap

Pancing tonda untuk ikan karang yang biasa di sebur kedo-

kedo merupakan alat pancing yang terdiri dari kawat stainless

(antikarat) lentur yang dihubungkan dengan tali senar dengan

diujungnya kemudian ditarik oleh kapal atau perahu yang

bergerak. Umpannya adalah ikan hidup seperti ikan tembang dan

ikan-ikan kecil sebelumnya (Yusuf et.al. 2011).

Pancing tonda terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu

(1) tali pancing yang terbuat dari polyamide monofilament

no.60 dengan panjang antar 50-100 m. (2) mata pancing bisa

tunggal atau ganda tetapi ada juga yang memakai mata pancing

sebanyak tiga buah yang diikat menjadi satu memakai simpul

double sheet band yang berfungsi untuk menjerat ikan. (3)

Penggulung tali dari bahan plastik dan kayu waru (4) kili-kili

(swivel) yang dipakai agar tali tidak terbelit. Menurut kelompok

sepuluh, parameter utama pancing tonda adalah banyaknya mata

pancing yang digunakan (Satria, 2010).

46

Pancing adalah salah satu alat tangkap yang terdiri dari

dua komponen utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (hook).

Tali pancing dapat dibuat dari bahan benang katun, nilon,

polyethylin dan plastik (senar). Mata pancing dibuat dari

kawat baja, kuningan atau bahan lain yang tahan karat. Jumlah

mata pancing yang terdapat pada setiap perangkat (satuan)

pancing itu dapat tunggal maupun ganda (dua - tiga buah)

bahkan banyak sekali (ratusan sampai ribuan) tergantung dari

jenis pancingnya. Ukuran mata pancingnya bervariasi,

disesuaikan dengan besar kecilnya ikan yang akan ditangkap

(dipancing) (Aprilia 2011).

2.3.4 Metode Dan Teknik Pengoperasian Alat Tangkap

Pengoperasian pancing ini memerlukan perahu atau kapal

bermotor yang selalu bergerak yang bisa dioperasikan satu

orang atau lebih. Pengoperasian pancing kedo-kedo dilakukan

dengan cara pancing di turunkan ke dalam air hingga mata kail

melayang dekat dasar perairan, ditarik-tarik agar umpan

bergerak-gerak sehingga menarik perhatian ikan target. Jika

47

umpan sudah termakan ikan , maka kecepatan perahu ditambah

beberapa saat agar ikan terkait dengan kuat. Setelah itu

perahu dihentikan kawat pancing ditarik pelan-pelan kearah

perahu. Kemudian ikan di naikan ke atas dek kapal dan

melepaskan kait dari mulut ikan (Yusuf et.al, 2011).

Pengoperasian pancing tonda dapat dilakukan pada siang

hari, kegiatan penangkapan bisa menggunakan perahu layar atau

kapal motor. Biasanya tiap perahu membawa lebihdari dua buah

pancing yang ditonda sekaligus. Penondaan dilakukan dengan

mengulur ± dua per tiga dari seluruh panjang tali pancing yang

disediakan (Widyastuti, 2001).

Setelah terlihat tanda-tanda ikan, kecepatan perahu

diturunkan, lalu menurunkan pancing secara perlahan. Nelayan

yang berada di haluan perahu menggunakan kait yang telah

terpasang di bagian belakang perahu untuk memasang pancing.

Pancing tonda dioperasikan dengan cara menggerak-gerakkan tali

pancing dan menarik-nariknya sambil mengejar ke arah

gerombolan ikan dengan perahu layar maupun kapal motor secara

horizontal menelusuri lapisan permukaan air, lapisan dalam

maupun menelusuri dasar perairan (Nugroho, 2002).

2.3.5 Alat Bantu Penangkapan

Rumpon merupakan alat bantu penangkapan ikan (fish

agregating device) yang terdiri dari pelampung, tali panjang,

pemikat atau atraktor, dan pemberat. Alat gantu rumpon

prinsipnya adalah mengumpulkan ikan agar mudah tertangkap

48

hongga pengoperasian pancing tonda lebih evektif dan evisien

(Handriana, 2007).

Alat bantu yang dipergunakan dalam pengoperasian rawai

tuna adalah lampu apung atau radio apung yang berfungsi

sebagai pendeteksi keberadaan atau posisi alat tangkap. Selain

itu juga umumnya dilengkapi dengan line hauler, line thrower,

belt conveyor, penggulung tali cabang dan peralatan

oceanografi (Nautika, 2011).

Umpan yang digunakan pada alat tangkap pancing yaitu

umpan mati, umpan hidup dan umpan tiruan. Umpan tiruan

merupakan umpan palsu yang dapat menarik perhatian ikan. Ikan

yang tertangkap pada pancing biasanya terkait di bagian

mulutnya. Hal ini terjadi karena ikan terangsang dan tertarik

pada umpan,kemudian berusaha menyambarnya yang pada akhirnya

terkait (Aprilia,, 2011).

2.3.6 Hasil Tangkapan Alat Tangkap

2.3.6.1 Klasifikasi Ikan Beserta Gambar Ikan

Alat tangkap ini menangkap jeni-jenis ikan kualitas

tinggi misal ikan tuna, cakalang(Katsuwonus pelamis),

tongkol (Euthynrus affinis), tenggiri (Scomberomeus commersinii),

dan ikan pelagis lainnya (Nugroho, 2002).

Menurut Gunarso (1989) dalam Satria (2010), Hasil

tangkapan utama pancing tarik adalah ikan tongkol

(Auxis sp.), ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), ikan

tenggiri (Scomberomorus spp.), Pari (Dahsyatis sp.), cucut

botol (carcharinus sp.), madidihang (Thunnus albacora), tuna

49

mata besar (Thunnus obsesus), tunas sirip biru(Thunnus

maccoyii), ikan pedang (Xipias gladias), setuhuk hitam (Makaira

indica), setuhuk putih (Makaira masara).

Klasifikasi ikan tuna menurut Saanin (1984) dalam

Handriana (2007):

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

Sub Order : Scombroidei

Family : Scombridae

SubFamily : Scombrinae

Genus : Thunnus

Species : Thunnus albacares

Thunnus obesus

Thunnus alalunga

Thunnus thynnus

Klasifikasi menurut Saanin (1984) dalam Handriana

(2007) :

Phylum : Chordata

SubPhylum : Vertebrata

Class : Pisces

SubClass : Actinopterygii

Order : Perciformes

SubOrder : Scombroidea

50

Famili : Scombridae

SubFamily : Scombrinae

Genus : Katsuwonus

Species : Katsuwonus pelamis (indonetwork,

2010)

Klasifikasi menurut Saanin (1984) dalam

Phylum : Vertebrata

Class : Teleostei

Ordo : Perciformes

Famili : Scombridae

Genus : Euthynnus

Species : Euthynnus affinis (indonetwork, 2010)

III. METODOLOGI

3.1 Alat Praktikum Dan Fungsinya

51

3.1.1 Alat Tangkap Payang

Alat-alat yang digunakan untuk melakukan identifikasi

payang antara lain:

1. Roll meteran 3-5 meter : untuk mengukur panjang tali

pada alat tangkap.

2. Jangka sorong (vernier calliper) : untuk mengukur ketebalan

tali pada alat tangkap.

3. Tali urai : sebagai tanda jumlah hitungan.

4. Counter point : sebagai alat pengukur jumlah hitungan.

5. Net gauge : sebagai alat pengukur mata jaring.

6. Buku Catatan : untuk mencatat hasil pengamatan.

3.1.2 Alat Tangkap Pancing Ulur

Alat-alat yang digunakan untuk melakukan identifikasi

payang antara lain:

1. Roll meteran 3-5 meter : untuk mengukur panjang tali

pada alat tangkap.

2. Jangka sorong (vernier calliper) : untuk mengukur ketebalan

tali pada alat tangkap.

3. Buku Catatan : untuk mencatat hasil pengamatan.

3.1.3 Alat Tangkap Purse Sein

Alat-alat yang digunakan untuk melakukan identifikasi

payang antara lain:

52

1. Roll meteran 3-5 meter : untuk mengukur panjang tali

pada alat tangkap.

2. Jangka sorong (vernier calliper) : untuk mengukur ketebalan

tali pada alat tangkap.

3. Counter point : sebagai alat pengukur jumlah hitungan.

4. Buku Catatan : untuk mencatat hasil pengamatan.

3.2 Metode Pengambilan Data

3.2.1. Wawancara

Menurut Moleong (2004) dalam Ernams (2008), wawancara

adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara, sebagai orang

yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai, sebagai

orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

3.2.2. Observasi

Menurut Rahardjo (2011), observasi hakikatnya merupakan

kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan,

penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang

diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi

berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau

suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi

dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau

kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.

3.2.3. Dokumentasi

53

Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga

bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat,

catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal

kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa

dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam.

Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua

dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak

bermakna (Rahardjo, 2011).

3.3 Jenis Data

Menurut Suryana (2010), data penelitian berdasarkan

sumbernya dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu data

primer dan data sekunder.

1. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data

primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang

memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer,

peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang

dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer

antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus

grup discussion – FGD) dan penyebaran kuesioner.

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti

sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari

berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku,

laporan, jurnal, dan lain-lain.

54

Menurut Anonim (2006), data penelitian berdasarkan jenis

datanya dibagi menjadi 2 yaitu data kuantitatif dan data

kualitatif:

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk

angka-angka. Misalnya adalah jumlah pembeli saat hari raya

idul adha, tinggi badan siswa kelas 3 ips 2, dan lain-lain.

2. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk

kata-kata yang mengandung makna. Contohnya seperti persepsi

konsumen terhadap botol air minum dalam kemasan, anggapan para

ahli terhadap psikopat dan lain-lain.

III. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

1.1 DATA HASIL PRAKTIKUM

1. Tabel Alat Tangkap Purse Seine

55

a. Tali-Temali Jaring Nilon1).Tali Pelampung

a) Diameter 2-12 mmb) Panjang 600 m

2). Tali-Ris Atasa) Diameter 1.65 mmb) Panjang 600 m

3). Tali Pemberata) Diameter 0.72 mmb) Panjang 600 m

4). Tali-Ris Bawaha) Diameter 0.88 mmb) Panjang 600 m

b.Pelampung dalam 1 unit Tergantung Panjang

Jaring1).Bahan Multifilamen /

Sterofom2).Bentuk Ellips3).Ukuran per buah

a) Diameter Lubang 16.9 mmb) Diameter (Tebal) 88.8 mmc) Panjang 13.8 mm

4).Jarak antar Pelampung 12,61

56

5).Jumlah 12-24 buah/m

c.Pelampung tambahan dalam 1

unit/Pelampung tengah

Tidak ada

1).Bahan Tidak ada2).Bentuk Tidak ada3).Ukuran per buah

a) Diameter Lubang Tidak adab) Diameter (Tebal) Tidak adac) Panjang Tidak ada

4).Jarak antar Pelampung Tidak ada

d.Pemberat pada jaring purse seine Timah1).Bahan Timah2).Ukuran per buah

a) Diameter Lubang 0.89 mmb) Diameter (Tebal) 26.2 mmc) Panjang 5.5 cmd) Berat 250 gram

3).Jarak antar Pemberat 14,54).Jumlah 600 buah

e.Jaring Purse Seine1).Penguat Atas

a) Diameter Benang (untuk

Monofilament)

0.125 mm

57

b) Ukuran Mata Jaring (Mesh Size/MS) 25 mmc) Ukuran jarng1) Jumlah Mata-Jaring ke arah Panjang

(Mesh Length/ML)

6000#

2) Jumlah Mata-Jaring ke arah Arah

(Mesh Depth/MD)

4800#

2).Tubuh Jaring Lapisa) Diameter Benang ( untuk

Monofilament)

Tidak ada

b) Ukuran Mata Jaring (Mesh Size/MS) Tidak adac) Ukuran jaring1) Jumlah Mata-Jaring ke arah Panjang

(Mesh Length/ML)

Tidak ada

2) Jumlah Mata-Jaring ke arah Lebar

(Mesh Depth/MD)

Tidak ada

3).Penguat Bawah (Selvedge/Srampat

Bawah) dalam 1 pisa) Bahan dan Diameter Benang (untuk

Monofilament)

Koralon (0.125 mm)

b) Ukuran Mata Jaring (Mesh Size/MS) 25 mmc) Ukuran jaring1) Jumlah Mata-Jaring ke arah Panjang

(Mesh Length/ML)

4#

2) Jumlah Mata-Jaring ke arah Lebar

(Mesh Depth/MD)

4#

f.Sarana Apung1).Jenis Kapal Motor

58

2).Nama dan Alamata) Nama Kapal dan Tanda Selar Titaminab) Nama Pemilik H. Abi Supraptoc) Alamat Pemilik Desa Tasikmadud) Nama Nahkoda P. Melie) Alamat Nahkoda Desa Trenggalek

3).Bahan4).Ukuran

a) Panjang 18 mb) Lebar 5 mc) Tinggi / Dalam 1.5 md) Donase 17 Gross Tonnage

2. Tabel Alat Tangkap Payang

a

.

Tali-Temali Jaring -

1 Tali Sayap Jaringa) Bahan Tamparb) Diameter 8 mmc) Panjang 50 m (80

depa)

59

2 Tali Pada Mulut

Payanga) Bahan Tamparb) Diameter 8 mmc) Panjang 40 m

b

.

Pelampung dalam 1

unit

111

1 Bahan Steroform

padat2 Bentuk Ellips3 Ukuran perbuah

a) Diameter

Lubang

15 mm

b) Diameter

(Tebal)

25 mm

c) Panjang 150 mmd) Daya Apung

Jarak antar

Pelampung

45 c m

Jumlah 111 buah

c

.

Pelampung tambahan

dalam 1 unit

30

1 Bahan Bola Plastik2 Bentuk Bola

60

3 Ukuran per buaha) Diameter

Lubang

- mm

b) Diameter

(Tebal)

200 mm

c) Panjang - mm4 Jarak antar

Pelampung

12 c m

5 Jumlah 30 buah

61

e

.

Jaring 30

1 Jaring pada sayap Lebar badan 20 ma) Bahan Monofilamentb) Diameter Benang

(Monofilament)

21

c) Ukuran Mata Jaring -d) Ukuran Jaring -

(1) Jumlah mata jarring ke

arah panjang (ML)

40 #m

(2) Jumlah mata jarring ke

arah panjang (MD)

3000 #mata

2 Badan Jaring 24 buaha) Diameter benang (untuk

monofilament)

6

b) Ukuran Mata Jaring (MS) -c) Ukuran jarring

(1) Jumlah Mata-Jaring kea

rah Panjang (Mesh

Length/ML)

3000 #mata

(2) Jumlah mata jarring ke

arah lebar (Mesh

Depth/MD)

3

3 Kantonga) Bahan dan diameter benang

(untuk monofilament)

Rafia Diameter 0,2

b) Ukuran Mata Jaring (Mesh

Size/Ms)

4 mm

62

c) Ukuran jarring :(1) Jumlah mata jarring

kearah panjang (Mesh

Length/ML)

19 M

(2) Jumlah Mata-Jaring ke

arah lebar (Mesh

Depth/MD)

5 m

f

.

Sarana apung

1 Jenis Perahu2 Nama dan alamat

a) Nama Kapal dan Tanda

Selar

Selar

b) Nama Pemilik Bapak H. Hasanc) Nama Nahkoda Bapak H. Hasan

3 Bahan Kayu5 Ukuran

a) Panjang 13 mb) Lebar 4 mc) Tinggi/Dalam 1,3 md) Tonase 9 Gross Tonnag

(GT)5 Anak Buah Kapal (ABK/Nelayan) 13 Orang

Trenggalek, 12 Mei 2012

Petugas Yang Memberi Keterangan

63

3. Tabel Alat Tangkap Pancing

a. Tali-Temali

Tali Utama Pancing

(Main Line) a. Bahan Senar

Monofilamin b. Diameter 1,25 mm c. Panjang 150-200 mTali Cabang (Branch

Line) a. Bahan Senar

Monofilamin b. Diameter 2,5 mm c. Panjang 120 m

b. Pemberat

c. Sarana Apung

1) Jenis Kapal Motor

64

1) Bahan Timah2) Ukura per buah a. Diameter

(Tebar)

2,15 mm

b. Panjang 13 cm c. Berat 2 ons3) Jumlah 1 buah

2) Nama dan Alamat a. Nama kapal dan

tanda selar

Terta Mina 02

b. Nama pemilik Abi Suprapto c. Nama Nahkoda Bapak Giyono3) Bahan Kayu Bungus

(Kalimantan)4) Ukuran 1 = 3 ¼ m ; p =

17 m a. Panjang 17 m b. Lebar 3 ¼ m c. Tinggi/ Dalam 1,8 m d. Tonase 3 Gross Tonnag

(GT)5) Anak Buah Kapal

(ABK)/ Nelayan

3 Orang

4.2 Pembahasan

4.2.1 Alat tangkap dan metode penangkapan ikan di PPN

Prigi- Trenggalek

Pada pelaksanaan praktikum Metode Penangkapan Ikan yang

dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi,

didapatkan hasil observasi sebagai berikut. Alat tangkap

pancing yang secara umum digunakan oleh nelayan di

Desa/Kelurahan Tasikmadu, Kecamatan Prigi, Kab. Trenggalek

terdiri atas 4 jenis, diantaranya adalah pancing umbaran,

pancing rentaan, pancing laying dan pancing tonda. Masing-

65

masing alat tangkap tersebut digunakan sesuai dengan

spesifikasi alat tangkap yang dipunyai oleh setiap pancing.

Metode penangkapan ikan yang digunakan adalah dengan metode

penggiringan, dimana metode ini digunakan untuk memaksimalkan

hasil tangkapan. Saah satu cara yang digunakan adalah dengan

menggunakan rumpon. Untuk penggunaan rumpon sendiri,

disesuaikan dengan wilayah dari penangkaan tersebut, untuk

selanjutnya rumpn diletakkan di daerah karang. Sedangkan untuk

jarak pantai menuju ke fishing ground sekitar 70-175 mil.

Hal yang perlu diperhatikan dalampengoperasian pancing

adalah arus, dimana saat nelayan memutuskan untuk setting alat

tangkap, pergerakan arus harus diperhatikan, hal tersebut

terkait dengan peletakan rumpon. Arus dapat membuat letak

rumpon tergeser, sehingga rumpon dapat berpindah dari tempat

penangkapan yang strategis menuju ke tempat yang kurang

strategis, tanpa diketahui oleh para nelayan. Sehingga hal

tersebut tentu saja dapat menimbulkan kerugian bagi nelayan.

Untuk pengoperasian pancing tonda sendiri mulai

dioperasionalkan pukul 4 pagi sampai dengan pukul 6 pagi untuk

jenis pancing rentaan. Pancing tonda terdiri atas 25-100

pancing. Dalam setiap pancing biasanya memang terdiri atas

beberapa mata pancing hal ini sesuai dengan pernyataan Subanni

dan Barus (1989) dalam Aprilia (2011), pancing adalah salah

satu alat tangkap yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu

tali (line) dan mata pancing (hook). Tali pancing dapat dibuat

dari bahan benang katun, nilon, polyethylin dan plastik

(senar). Mata pancing dibuat dari kawat baja, kuningan atau

66

bahan lain yang tahan karat. Jumlah mata pancing yang terdapat

pada setiap perangkat (satuan) pancing itu dapat tunggal

maupun ganda (dua - tiga buah) bahkan banyak sekali (ratusan

sampai ribuan) tergantung dari jenis pancingnya. Ukuran mata

pancingnya bervariasi, disesuaikan dengan besar kecilnya ikan

yang akan ditangkap (dipancing).

Sedangkan untuk pengoperasian pancing layang dilakukan

dengan menggunakan metode ulur, pada pengoperaian dengan

menggunakan pancing layang ini dilengkapi dengan penggunaan

jurigen. Hal ini dimaksudkan untuk menyimpan umpan hidup

berupa ikan tuna. Sehingga apabila umpan hidup diletakkan pada

jurigen, diharapkan umpan dapat bertahan selam 1 – 1,5 jam.

Dilihat dari cara pengoperasiannya pancing dapat dilabuh

(pancing ladung, rawai biasa dan rawai cucut), ditarik di

belakang perahu/kapal yang sedang dalam keadaan berjalan

(trolling) baik menelusuri lapisan permukaan air, lapisan tengah

(pancing cumi-cumi) maupun di dasar perairan (pancing garit)

dan dihanyutkan (rawai tuna, tuna longline). Penangkapan dengan

pancing dapat dilakukan baik pada siang maupun malam hari dan

dapat digunakan sepanjang tahun tanpa mengenal musim (Subani &

Barus, 1989 dalam Aprilia 2011)

.

4.2.2 Analisa Ekonomi

Salah satu yang dipertimbangkan dalam mengevaluasi suatu

usaha adalah aspek finansial. Aspek finansial berkaitan dengan

usaha mempertimbangkan modal usaha tersebut, dalam usaha

perikanan Pancing Tonda di perairan pulau Barrang Caddi

67

memerlukan biaya-biaya yang bervariasi baik itu biaya tetap

dan biaya variabel. Biaya tetap dalam usaha perikanan Pancing

Tonda yaitu biaya investasi yang nantinya akan mengalami

penyusutan sehingga menjadi biaya penyusutan sedangkan biaya

variabel terdiri dari biaya operasional dan biaya perawatan.

1. Investasi

Modal investasi yang dimaksud dalam penelitian

Pancing Tonda ialah seluruh biaya yang ditanamkan

dalam pembuatan kapal, pembelian mesin, alat tangkap

serta alat bantu penangkapan. Besarnya rata-rata biaya

investasi yang ditanamkan pada usaha perikanan Pancing

Tonda sebesar Rp.12.062.500 untuk perincian modal

investasi satu unit pancing tonda

2. Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Biaya tetap meliputi biaya penyusutan karena

jumlahnya relatif tetap dan terus dikeluarkan meskipun

jumlah produksi bertambah atau berkurang. Biaya

penyusutan merupakan perbandingan antara nilai

investasi dan lamanya alat digunakan. Besarnya biaya

penyusutan tergantung pada nilai awal dan lama modal

tetap (investasi) tersebut digunakan, atau dengan kata

lain daya tahan alat dapat berkurang karena pengaruh

umur ataupun karena pemakaian alat tersebut sehingga

mempengaruhi nilai awal dari modal tetap yang akan

menyusut selama pemakaian. Apabila nilai investasi

tinggi sedangkan masa pemakaian singkat, maka biaya

68

penyusutan relatif besar sebaliknya bila nilai

investasi tidak terlalu tinggi dan masa pemakaian

cukup lama, maka biaya penyusutan relatif lebih kecil.

Rata-rata biaya penyusutan usaha perikanan Pancing Tonda

sebesar Rp. 1.516.000,-. Sedangkan biaya variabel merupakan

biaya yang tidak tetap jumlahnya karena dipengaruhi oleh besar

kecilnya jumlah produksi yang diperoleh. Biaya variabel

meliputi biaya perawatan dan biaya operasional.

Biaya perawatan diperlukan untuk memelihara kelangsungan

kerja semua unit penangkapan agar penangkapan dapat dilakukan

tanpa memenuhi hambatan apapun besarnya biaya perawatan

tergantung pada keadaan kapal mesin ataupun alat tangkap pada

unit usaha perikanan Pancing Tonda. Besarnya rata-rata biaya

perawatan yang dikeluarkan sebesar Rp.984.400,-

Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk

menjalankan aktivitas operasional penangkapan ikan. Komponen

biaya operasional meliputi pembelian bahan bakar (bensin),

konsumsi, rokok, dan oli. Besarnya biaya rata-rata operasional

pertahun Pancing Tonda sebesar Rp. 11.116.600,-

Tabel 1. Biaya operasional pertahun Pancing

Tonda

MusimBiaya

OperasionalPuncak 3.559.700Biasa 4.512.200

Paceklik 3.066.300

69

Total 11.138.200

Besarnya biaya variabel yang terdiri atas biaya perawatan

dan biaya operasional. Rata-rata total biaya variabel pada

usaha perikanan Pancing Tonda pertahun sebesar Rp.

14.091.400,- untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran

7.

Tabel 2. Biaya variabel pertahun Pancing Tonda

Musim Biaya VariabelPuncak 4.544.100 Biasa 5.496.600Paceklik 4.050.700Total 14.091.400

Total biaya yang dikeluarkan pada unit usaha

perikanan Pancing Tonda diperairan Pulau Barrang Caddi

diperoleh dengan menjumlahkan biaya variabel dengan biaya

tetap sehingga diperoleh rata-rata total biaya pada usaha

perikanan Pancing Tonda pertahun sebesar Rp.

18.552.400,-

Tabel 3. Total biaya

pertahun Pancing Tonda

Musim Total BiayaPuncak 6060100Biasa 7012600Paceklik 5479700

70

Total 18.552.400

3. Analisa Usaha

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh pada

perhitungan sebelumnya, maka dapat dilakukan analisis R/C yang

dikemukakan oleh Soekartawi (1995) dalam Wulandari, 2007 yaitu

perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total,

dimana bila nilai R/C=1, maka usaha bersifat tidak mendapatkan

laba dan tidak pula mengalami kerugian. Jika R/C>1, maka hasil

yang diperoleh lebih besar daripada biaya total sehingga usaha

mendapatkan laba dan layak untuk dilaksanakan. Sedangkan jika

R/C<1, maka hasil yang diperoleh lebih kecil daripada biaya

total usaha, sehingga usaha mengalami kerugian dan tidak layak

untuk dilaksanakan.Semakin tinggi R/C maka semakin tinggi

prioritas yang dapat diberikan pada usaha tersebut.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap

unit usaha perikanan Pancing Tonda disekitar perairan pulau

Barrang Caddi diketahui bahwa semua kapal yang menjadi objek

penelitian baik itu pada musim puncak, biasa maupun paceklik

dapat melanjutkan atau mengembangkan usahanya karena nilai R/C

diatas 1 atau R/C>1 dimana pada musim puncak R/C sebesar 4.1,

pada musim biasa sebesar R/C 2.9 dan pada musim paceklik R/C

sebesar 1.2.

Pada umumnya pengoperasian Pancing Tonda layak dan dapat

melanjutkan usahanya ini dikarenakan R/C diatas 1 atau R/C>1

hal ini sesuai dengan penelitian Nurhadi (2002) dalam

71

Wulandari, 2007 pengoperasian Pancing Tonda di perairan Banda

Neira berdasarkan hasil analisa didapatkan bahwa R/C sebesar

1,12 (>1) maka dapat dikatakan usaha perikanan Pancing Tonda

di perairan Banda Neira layak untuk dikembangkan.

4. Pendapatan Keuntungan

Pendapatan usaha diperoleh dari total penjualan hasil

tangkapan. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa

rata-rata pendapatan usaha perikanan Pancing Tonda pertahun

sebesar Rp. 33.450.160,-

Tabel 4. Pendapatan pertahun

Pancing Tonda

Musim Pendapatan

keuntunganPuncak 18.700.670Biasa 13.583.310Paceklik 1.166.180Total 33.450.160

5. Pay Back of Period (PBP)

72

Untuk analisis Pay Back of Period (PBP) pada Pancing Tonda

dapat dilihat sebagai berikut:

PBP=12.062.50033.450.160

x12bulan(1TAHUN)

= 4.3 bulan

Ini berarti bahwa investasi yang ditanamkan akan kembali

setelah usaha tersebut berlangsung selama 4.3 bulan. Menurut

Riyanto (1983) dalam Wulandari, 2007 Pay Back of Period (jangka

waktu pengembalian) merupakan suatu periode yang diperlukan

untuk dapat menutup kembali pengeluaran modal investasi dan

semakin kecil nilai PBP maka usaha tersebut semakin layak.

73

V. PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

1. Kegiatan penangkapan ikan merupakan salah satu dari

bidang ilmu perikanan, yaitu perikanan tangkap.

Kegiatan tersebut tidak lepas dari alat tangkap ikan

serta kapal penangkapan ikan.

2. Luas perairan pantai selatan Kabupaten Trenggalek

termasuk perairan ZEE kurang lebih 17.000 km² dengan

potensi lestari sebesar 48. 110 ton yang meliputi ikan

pelagis dan ikan demersal.

3. Metode yang digunakan dalam praktikum Metode

Penangkapan ikan adalah metode observasi dan

wawancara.

4. Ukuran setiap komponen pada setiap alat tangkap sangat

menentukan hasil tangkapan yang akan diperoleh baik

dari segi ukuran, jenis dan kandungan dari ikan.

5. Dari ketiga alat yang sering digunakan di Prigi

tersebut, alat yang paling banyah mendapatkan hasil

adalah purse seine.

6. Konstruksi purse seine adalah: bagian jarring (utama,

kantong, sayap), selvedge, tali temali, pelampung,

pemberat, cincin.

74

5.2 SARAN

Buat praktikan dan asisten tetap semangat dan

diharapkan dapat menjalin kerja sama antara grj7eu

DAFTAR PUSTAKA

Ambar, 2004. Jurnal Analisis Tampilan Biologis Ikan Layang

(Decapterus sp) Hasil Tangkapan Purse Seine yang didaratkan

di PPN Pekalongan. Pekalongan

Amri,Khairul. Tadjuddah Muslim, Komala Ratna. 2009. Kajian

Keramahan Lingkungan Alat Tangkap Menurut Klasifikasi

Statistik Internasional Standar FAO.

http://tadjuddahmuslim.wordpress.com/category/html.

Diakses pada tanggal 22 Mei 2012 pukul 23.00 WIB.

Anonim. 2006. Klasifikasi, Jenis dan Macam Data - Pembagian

Data Dalam Ilmu Eksak Sains Statistik / Statistika.

75

Tersedia pada

http://organisasi.org/klasifikasi_jenis_dan_macam_data_pe

mbagian_data_dalam_ilmu_eksak_sains_statistik_statistika.

Diakses pada tanggal 28-05-2012 , 14:15 WIB

Aprilia Siska. 2011. Trofik Level Hasil Tangkapan Berdasarkan

Alat Tangkap Yang Digunakan Nelayan Di Bojonegara,

Kabupaten Serang, Banten. Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan. Institut Pertanian Bogor.

Cahyono, Nugroho Ardi, 2011. Alat Tangkap Payang.

http://perpustakaandinaskelautandanperikanan.blogspot.com

Diakses pada tanggal 26-05-2012 , 21:00 WIB

Diktat Manajemen Penangkapan Ikan. Payang. 2004. Hal. 33 – 44

Ernams.2008.Teknik Wawancara. Tersedia pada

http://ernams.wordpress.com

Diakses pada tanggal 23-05-2012 , 15:30 WIB

Fadel, 2011. Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Republik

Indonesia Nomor PER.02/MEN/2011

Fiqrin, 2008. http://fiqrin.wordpress.com/artikel-tentang-

ikan/purse-seine/

Diakses pada tanggal 26-05-2012 , 21:09 WIB

Frezeries, 2009.

http://frezeries.blogspot.com/2009/11/karakteristik-

teknis-alat-tangkap-purse.html

Diakses pada tanggal 28-05-2012 , 00:26 WIB

Hakim, Tegar, S.Pi 2012. definisi pancing tonda.

http://tegarhakim.blogspot.com/definisi-pancing-

tonda.html.

76

Diakses pada tanggal 22 Mei 2012 pukul 23.00 WIB.

Hanggar, 2010.

http://hanggarprasetio.wordpress.com/2010/05/30/deskripsi

-spesifikasi-habitat-dan-distribusi-ikan-lemuru-di-

perairan-selatan-jawa/

Diakses pada tanggal 27-05-2012 , 01:29 WIB

Herwindra, Intan. 2010. Analisis Hasil Tangkapan Payang di

Perairan Kabupaten Kendal. http://pptawang-

kendal.blogspot.com

Diakses pada tanggal 26-05-2012 , 21:08 WIB

Kepmen, 2010. Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan

Republik Indonesia Nomor Kep.06/Men/2010 Tentang Alat

Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara

Republik Indonesia. Menteri Kelautan Dan Perikanan R.I.

Jakarta.

Lymer, David. 2009. The Fishing Fleet In Aceh Province,

Indonesia. FAO Regional Office for Asia and The Pacific.

Bangkok. Thailand. RAP Publication 2009/09, 39 pp.

Mous, Peter J. 1996. Resource Utilization In and Around Komodo

National Park. YayasanPusaka Alam Nusantara. Jakarta

Mukhtar.A.Pi.M.Si. 2008. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan.

http://mukhtar-api.blogspot.com/2008/09/klasifikasi-alat-

penangkapan-ikan.html.

Diakses pada tanggal 22 Mei 2012 pukul 23.00 WIB.

Mukhlis, 2005.

http://www.damandiri.or.id/file/mukhlisaipbbab4.pdf

77

Diakses pada tanggal 26-05-2012 , 20:55 WIB

Muspirahdjalal, 2011.

http://muspirahdjalal.blogspot.com/2011/11/ikan-layang-

decapterus-russelli.html

Diakses pada tanggal 27-05-2012 , 00:28 WIB

Nautika, 2011. Rawai Tuna: Nautika Perikanan Laut. http://npl-

vedca.blogspot.com/html.

Diakses pada tanggal 22 Mei 2012 pukul 23.00 WIB.

Nugroho, Prasetyo. 2002. Pengaruh Perbedaan Ukuran Mata

Pancing Terhadap hasil Tangkapan Pancing Tonda di

Perairan Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa

Barat. Skripsi. Bogor : Institut Petanian Bogor, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Studi Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan.Handriana Jualina, 2007.

Skripsi:pengoperasian pancing tonda pada rumpon di

selatan perairan teluk palabuhanratu, Sukabumi, Jawa

Barat. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut

Pertanian Bogor.

Pranoto, 2012. http://www.bppp-tegal.com/v1/index.php?

option=com_content&view=article&id=159:alat-penangkapan-

ikan-di-wpp-nri&catid=44:artikel&Itemid=85

Diakses pada tanggal 28-05-2012 , 01:03 WIB

Rahardjo, Mudjia.2011. Metode Pengumpulan Data Penelitian

Kualitatif. Tersedia pada http://mudjiarahardjo.uin-

malang.ac.id

Diakses pada tanggal 23-05-2012 , 15:13 WIB

78

Satria, 2010. Pancing Dan Sejenisnya (Hook And Line And Their

Kinds) Pancing Tonda.

http://satriaafnan.blogspot.com/pancing-tonda-api.html.

Diakses pada tanggal 22 Mei 2012 pukul 23.00 WIB.

Sudirman, 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta: Jakarta

Suryana, Cahya. 2010. Data dan Jenis Data Penelitian. Tersedia

pada http://csuryana.wordpress.com/2010/03/25/data-dan-

jenis-data-penelitian.

Diakses pada tanggal 28-05-2012 , 08:00 WIB

Wicaksono, 2009. http://asatrio.blogspot.com/2009/11/laporan-

prakikum-biologi-klasifikasi.html

Diakses pada tanggal 27-05-2012 , 01:43 WIB

Widyastuti.Santi, 2001. Studi perikanan pancing Mili-Mili

(troll lines) yang berbasis di PPI lempasing Bandar

lampung. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut

Pertanian Bogor.

Wikipedia, 2012. Klasifikasi ikan kembung

http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_kembung

Klasifikasi ikan cakalang

http://id.wikipedia.org/wiki/Cakalang

Diakses pada tanggal 04-06-2012 , 19:56 WIB

Wulan, 2011. Jurnal Penilaian Penggantian Unit Penangkapan

Payang di PPN Pelabuhan Ratu. Bogor

Wulandari, Desi., Nadjamuddin., P. Mahfud. 2011. Studi

Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan Cendro dengan Pancing

Tonda di Perairan Pulau Barrang Caddi Sulawesi Selatan.

http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/140.

79

Diakses tanggal 4 Juni 2011, pukul 13.27 WIB.

Yusuf.Chandhika,Sugiyanta,Habibi Abdullah. 2011. Perikanan

Kerapu Dan Kakap-Panduan penangkapan dan penanganan.Versi

1, Oktober 2011. WWF. Indonesia.

Zipcodezoo, 2012. Taxonomy. www.zipcodezoo.com

Diakses pada tanggal 26-05-2012 , 20:50 WIB

80

Lampiran

ALAT

TANGKAP

PANCING

ALAT

TANGKAP

PANCING

ALAT

TANGKAP

PANCING

ALAT

TANGKAP

PANCING

81

ALAT

TANGKAP

PANCING

ALAT

TANGKAP

PANCING

ALAT

TANGKAP

PANCING

ALAT

TANGKAP

PANCING

ALAT

TANGKAP

PANCING

ALAT

TANGKAP

PANCING

ALAT

TANGKAP

PANCING

82

ALAT

TANGKAP

PANCING

ALAT

TANGKAP

PANCING

ALAT

TANGKAP

PAYANG

ALAT

TANGKAP

PAYANG

ALAT

TANGKAP

PAYANG

ALAT

TANGKAP

PAYANG

ALAT

TANGKAP

PAYANG

83

ALAT

TANGKAP

PAYANG

ALAT

TANGKAP

PAYANG

ALAT

TANGKAP

PAYANG

ALAT

TANGKAP

PAYANG

ALAT

TANGKAP

PAYANG

ALAT

TANGKAP

PAYANG

ALAT

TANGKAP

PAYANG

84

ALAT

TANGKAP

PAYANG

ALAT

TANGKAP

PAYANG

85