LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN ...

171
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010

Transcript of LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN ...

LLLAAAPPPOOORRRAAANNN KKKEEEGGGIIIAAATTTAAANNN

WWWOOORRRKKKSSSHHHOOOPPP PPPEEENNNGGGEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN KKKUUUAAALLLIIITTTAAASSS

SSSDDDMMM PPPEEERRREEENNNCCCAAANNNAAA (((MMMOOOTTTIIIVVVAAASSSIII BBBEEERRRPPPRRREEESSSTTTAAASSSIII)))

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

TAHUN 2010

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 i

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian ini disusun

sebagai pertanggungjawaban kinerja Kementerian Pertindustrian pada tahun 2010.

Hal ini sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dimana pimpinan

Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pemerintah Daerah, Satuan

Kerja atau Unit Kerja didalamnya, diminta untuk membuat laporan akuntabilitas

kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada pimpinan yang

lebih tinggi.

Dalam Rencana Stratejik Kementerian Perindustrian 2010-2014, telah

dijabarkan Visi jangka menengah Kementerian, yakni “Pemantapan daya saing

basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar

industri andalan masa depan”. Visi dimaksud telah dituangkan pada Misi,

Tujuan, dan Sasaran yang akan dicapai pada tahun 2014.

Secara umum gambaran pencapaian kinerja makro sektor industri pada

tahun 2010, adalah sebagai berikut :

1. Pertumbuhan sektor industri non migas tahun 2010 mencapai 5,09 persen;

2. Kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto untuk industri

pengolahan tahun 2010 sebesar 24,82 persen dan industri pengolahan non

migas sebesar 21,55 persen.

3. Pertumbuhan Investasi PMDN hingga triwulan III Tahun 2010 di sektor

industri mencapai Rp. 16,58 triliun dengan jumlah proyek sebanyak 365

proyek dan PMA sebesar US$ 2,513 miliar dengan jumlah proyek

sebanyak 829 proyek.

4. Ekspor hasil industri non migas tahun 2010 mencapai US$ 98,02 milyar,

dan impor tahun 2010 mencapai US$ 101,12 miliar.

Pada tahun 2010 cabang industri yang hampir semua mengalami

pertumbuhan positif, antara lain: Alat Angkut, Mesin & Peralatannya tumbuh

sebesar 10,35 persen; Pupuk, Kimia & Barang dari karet tumbuh sebesar 4,67

Ringkasan Eksekutif

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 ii

persen; Barang lainnya tumbuh sebesar 2,98 persen; Makanan, Minuman dan

Tembakau tumbuh sebesar 2,73 persen; Logam Dasar Besi & Baja tumbuh

sebesar 2,56 persen; Semen & Brg. Galian bukan logam tumbuh sebesar 2,16

persen; Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki tumbuh sebesar 1,74 persen; Kertas dan

Barang cetakan tumbuh sebesar 1,64 persen; dan hanya industri Brg. kayu & Hasil

hutan lainnya yang mengalami penurunan sebesar -3,50 persen.

Kontribusi sektor industri terhadap pembentukan PDB industri non migas

mencapai 21,55 persen dengan urutan distribusi per cabang industri sebagai

berikut: industri makanan, minuman dan tembakau (33,60 persen); industri alat

angkut, mesin dan peralatan (28,14 persen); industri pupuk, kimia dan barang dari

karet (12,73 persen), industri tekstil, barang kulit dan alas kaki (8,97 persen),

industri barang kayu dan hasil hutan (5,82 persen) industri kertas dan barang

cetakan (4,75 persen), industri semen dan barang galian non logam (3,29 persen),

industri logam dasar, besi dan baja (1,95 persen), dan industri barang lain hanya

(0,76 persen).

Pertumbuhan industri pada tahun 2010 telah jauh lebih baik dibanding

tahun 2009 pada saat industria terkena dampak krisis global. Tahun 2010 sektor

industri dapat melampaui target pertumbuhan industri sebesar 4,99 persen. Hal ini

terlihat bahwa sektor-sektor industri telah mulai pulih dari krisis global tahun

2009. Tentunya kita berharap bahwa tahun mendatang menjadi tahun titik balik

bagi dunia industri untuk dapat lebih maju lagi.

Langkah-langkah operasional yang telah ditempuh dalam pencapaian

sasaran 2010 meliputi melalui: perumusan kebijakan; pelayanan dan fasilitasi;

serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi yang dilakukan lewat. Dimana

langkah-langkah operasional tersebut di laksanakan melalui Sembilan program,

diantaranya (i) Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis

Manufaktur yang bertujuan untuk memulihkan kinerja industri yang terdampak

krisis finansial global, khususnya industri yang melakukan ekspor ke Eropa dan

Amerika Serikat; (ii) Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro yang

bertujuan untuk memulihkan kinerja industri-industri yang terkena dampak krisis

finansial global yang mengimbas pada industri-industri yang melakukan ekspor ke

Ringkasan Eksekutif

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 iii

berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat; (iii) Program Penumbuhan

Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi yang bertujuan untuk

menumbuhkan industri yang utamanya diarahkan pada penguasaan pasar ekspor;

(iv) Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah yang

bertujuan untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi

teknis di bidang pengembangan IKM, meningkatkan nilai tambah produk,

menumbuhkan populasi IKM, memanfaatkan sumber daya termasuk SDA daerah

secara optimal, mengembangkan OVOP, menyebarkan industri ke berbagai

daerah, meningkatkan daya saing industri di daerah, meningkatkan nilai tambah

sepanjang rantai nilai komoditi, prioritas, membangun keunikan yang dimiliki

daerah, melakukan kerjasama antar daerah, serta membangun kerjasama yang

harmonis antar daerah dan pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah;

(v) Program Pengembangan Perwilayahan Industri yang bertujuan untuk

mendorong pelaksanaan public-private partnership dan pengembangan kawasan

industri serta mempersiapkan peta panduan industri unggulan provinsi dan

kompetensi inti industri kabupaten/kota; (vi) Program Kerjasama Industri

Internasional yang bertujuan untuk menciptakan penyelenggaraan kerjasama

industri internasional secara optimal; (vii) Program Pengkajian Kebijakan, Iklim

dan Mutu Industri yang bertujuan untuk mewujudkan iklim usaha dan kebijakan

yang kondusif melalui perumusan dan analisa kebijakan dan iklim di sektor

industri, pelaksanaan kebijakan dan iklim di bidang penelitian dan pengembangan

industri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta untuk

meningkatkan kemampuan industri dalam menciptakan, mengembangkan,

menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam uji komersialisasi hasil

penelitian dan pengembangan, rancangan produk baru, proses produksi, energi

terbarukan, lingkungan hidup, dan tenaga kerja serta sarana dan prasarana industri

sebagai faktor pendukung berhasilnya pembangunan industri; (viii) Program

Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara Kementerian

Perindustrian yang bertujuan untuk menjamin agar pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi Kementerian Perindustrian berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan

peraturan perundang-undangan, mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang

efektif, efisien, trasnparan, akuntabel, bersih dan bebas dari KKN, serta

Ringkasan Eksekutif

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 iv

mewujudkan Good Governance dan Clean Government; (ix) Program Dukungan

Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perindustrian

yang bertujuan untuk memberikan dukungan manajemen terhadap pelaksanaan

tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dalam hal persiapan internal;

(x) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian

Perindustrian yang bertujuan untuk memberikan dukungan dalam bidang

penyediaan maupun pemeliharaan sarana dan prasarana yang diperlukan

Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar

dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan nyaman bagi para pemangku

kepentingan. Hasil lebih rinci secara keseluruhan tergambar dalam Laporan

Akuntabilitas Kinerja 2010 ini.

Secara garis besar Kementerian Perindustrian telah berhasil melaksanakan

tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian kinerja

Kementerian Perindustrian tahun 2010 dengan capaian rata-rata sasaran strategis

perspektif pelaksanaan tugas pokok sebesar 155.70 persen. Sedangkan capaia rata-

rata sasaran strategis perspektif pemangku kepentingan (stakeholders) mencapai

83.84 persen. Seluruh sasaran yang ditetapkan dapat dicapai, meskipun belum

semuanya menunjukkan hasil sebagaimana yang ditargetkan. Keberhasilan

pencapaian sasaran Kementerian Perindustrian disamping ditentukan oleh kinerja

faktor internal juga ditentukan oleh dukungan eksternal, seperti kerjasama dengan

institusi terkait.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

KATA PENGANTAR

Untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good Governance)

dengan tingkat kinerja yang selalu meningkat bentuk perwujudannya dapat

dilakukan melalui pertanggungjawaban. Seperti yang telah diamanatkan dalam Tap.

MPR RI No. XI/MPR/1998 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme,

dibutuhkan suatu bentuk pertanggungjawaban terkait pengembangan dan penerapan

sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata secara periodik.

Pemerintah, melalui Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) sebagai tindak lanjut Tap MPR RI

dan Undang-Undang tersebut, mewajibkan tiap pimpinan Departemen/ Lembaga

Pemerintahan Non Departemen, Pemerintah Daerah, Satuan Kerja atau Unit Kerja di

dalamnya, membuat laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala

untuk disampaikan kepada atasannya. Serta sesuai dengan Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010

tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah bahwa peraturan tersebut sebagai acuan setiap instansi

dalam menyusun dokumen Penetapan Kinerja dan LAKIP.

Sebagai gambaran keberhasilan dan ketidaktercapaian pelaksanaan tugas

pokok dan fungsi selama periode tahun 2010, Kementerian Perindustrian menyusun

Laporan Akuntabilitas Kinerja. Diharapkan laporan ini dapat menjadi bahan masukan

bagi pemangku kepentingan dan umpan balik bagi jajaran Kementerian Perindustrian

untuk meningkatkan kinerja masing-masing satuan unit di masa yang akan datang,

khususnya untuk tahun 2011 yang sedang berjalan ini.

Jakarta, 15 Maret 2011

MENTERI PERINDUSTRIAN

MOHAMAD S. HIDAYATv

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN EKSEKUTIF i

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi I - 1

B. Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian I - 1

C. Peran Stratejik Kementerian Perindustrian I - 6

BAB II : PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. Rencana Strategis 2010 - 2014 II - 1

B. Rencana Kinerja Tahun 2010 II - 13

C. Penetapan Kinerja Tahun 2010 II – 19

D. Rencana Anggaran II - 23

BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA PERINDUSTRIAN

A. Gambaran Umum Akuntabilitas Kinerja Tahun 2010-2014 III - 1

B. Analisis Capaian Kinerja Makro Sektor Industri III - 10

C. Analisis Capaian Kinerja Sasaran Strategis Perspektif

Stakeholders Tahun

III - 22

D. Analisis Capaian Kinerja Sasaran Strategis Perspektif

Pelaksanaan Tugas Pokok Tahun 2010

III - 40

E. Analisis Capaian Kinerja Pengembangan Klaster Industri III - 57

F. Akuntabilitas Keuangan III – 92

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan IV - 1

B. Permasalahan dan Kendala IV - 2

C. Rekomendasi IV - 4

L A M P I R A N

vi

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 I - 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI

Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: 24 Tahun 2010

tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan

Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia,

Kementerian Perindustrian berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Kementerian Perindustrian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang

perindustrian dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam

menyelenggarakan pemerintahan negara.

Kementerian Perindustrian dipimpin oleh Menteri Perindustrian dan

dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wakil Menteri Perindustrian. Dalam

melaksanakan tugas, Kementerian Perindustrian menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang perindustrian;

2. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab

Kementerian Perindustrian;

3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perindustrian;

4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan

Kementerian Perindustrian di daerah; dan

5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

B. PERAN STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional tersebut tercermin

dari dampak kegiatan ekonomi sektor riil bidang industri dalam komponen

konsumsi maupun investasi. Dari hal ini sektor industri berperan sebagai pemicu

kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai sektor

jasa keteknikan, penyediaan bahan baku, transportasi, distribusi atau perdagangan,

pariwisata dan sebagainya. Pembangunan sektor industri menjadi sangat penting

P e n d a h u l u a n

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 I - 2

karena kontribusinya terhadap pencapaian sasaran pembangunan ekonomi

nasional, terutama dalam pembentukan PDB sangat besar dan berperan dalam

mendorong pertumbuhan ekonomi (prime mover) karena kemampuannya dalam

peningkatan nilai tambah yang tinggi. Selain itu industri juga dapat membuka

peluang untuk menciptakan dan memperluas lapangan pekerjaan, yang berarti

meningkatkan kesejahteraan serta mengurangi kemiskinan. Walau telah dicapai

berbagai perkembangan yang cukup penting dalam pengembangan industri,

namun dirasakan industri belum tumbuh seperti yang diharapkan. Permasalahan

Pembangunan Nasional yang sedang dihadapi bangsa Indonesia dan memerlukan

upaya penanganan yang terstruktur dan berkelanjutan, di antaranya meliputi:

1. Tingginya angka pengangguran dan kemiskinan.

2. Rendahnya pertumbuhan ekonomi.

3. Melambatnya perkembangan ekspor Indonesia.

4. Lemahnya sektor infrastruktur.

5. Tertinggalnya kemampuan nasional di bidang teknologi.

Sementara itu, terdapat berbagai permasalahan pokok yang sedang

dihadapi dalam mengembangkan sektor industri, yaitu: Pertama, ketergantungan

yang tinggi terhadap impor baik berupa bahan baku, bahan penolong, barang

setengah jadi maupun komponen. Kedua, keterkaitan antara sektor industri dengan

ekonomi lainnya relatif masih lemah. Ketiga, struktur industri hanya didominasi

oleh beberapa cabang industri yang tahapan proses industrinya pendek. Keempat,

lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi. Kelima, lebih dari 60 persen sektor

industri terletak di Pulau Jawa. Keenam, masih lemahnya kemampuan kelompok

industri kecil dan menengah.

Dalam mengatasi permasalahan dalam mengembangkan sektor industri,

isu-isu strategis lima tahun yang akan datang hasil temu nasional di bidang

perekonomian sebagai prioritas Kabinet Indonesia Bersatu II adalah sebagai

berikut:

1. Pembangunan Infrastruktur;

2. Ketahanan Pangan;

3. Ketahanan Energi;

P e n d a h u l u a n

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 I - 3

4. Pengembangan UMKM;

5. Revitalisasi Industri dan Jasa;

6. Pembangunan Transportasi.

Sebagai bagian dari pembangunan nasional, pembangunan sektor industri

dituntut untuk mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap pembangunan

ekonomi maupun sosial politik. Oleh karenanya, dalam penentuan tujuan

pembangunan industri di masa depan, baik jangka menengah maupun jangka

panjang, bukan hanya ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di

sektor industri, tetapi juga harus mampu mengatasi permasalahan nasional.

Dengan memperhatikan masalah nasional dan masalah yang sedang

dihadapi oleh sektor industri, serta untuk mendukung keberhasilan prioritas Kabinet

Indonesia Bersatu, maka telah ditetapkan proses yang harus dilakukan dalam

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dan yang

dikelompokkan ke dalam: (1) perumusan kebijakan; (2) pelayanan dan fasilitasi;

serta (3) pengawasan, pengendalian, dan evaluasi yang secara langsung

menunjang pencapaian sasaran-sasaran strategis yang telah ditetapkan, disamping

dukungan kapasitas kelembagaan guna mendukung semua proses yang akan

dilaksanakan.

Pada dasarnya pembangunan sektor industri diserahkan kepada peran

aktif sektor swasta, sementara pemerintah lebih banyak berperan sebagai

fasilitator yang mendorong dan memberikan berbagai kemudahan bagi aktivitas-

aktivitas sektor swasta. Intervensi langsung Pemerintah dalam bentuk investasi

dan layanan publik hanya dilakukan bila mekanisme pasar tidak dapat

berlangsung secara sempurna. Arah kebijakan dalam Rencana Strategis mencakup

beberapa hal pokok sebagai berikut:

1. Merevitalisasi sektor industri dan meningkatkan peran sektor industri dalam

perekonomian nasional.

2. Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai dengan prioritas

nasional dan kompetensi daerah.

3. Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah agar terkait dan lebih

seimbang dengan kemampuan industri skala besar.

P e n d a h u l u a n

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 I - 4

4. Mendorong pertumbuhan industri di luar pulau Jawa.

5. Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor pembangunan yang lain dalam

mendukung pembangunan industri nasional.

C. STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 105/M-IND/PER/10/2010

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, Kementerian

Perindustrian terdiri atas Wakil Menteri Perindustrian, 9 (sembilan) unit eselon I

dan 3 (tiga) Staf Ahli Menteri sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian

Tugas Pokok masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut:

1. Wakil Menteri Perindustrian

Mempunyai tugas membantu Menteri Perindustrian dalam memimpin

pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian. Wakil Menteri diangkat pada

tanggal 10 November 2009 melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia

Nomor 111/M Tahun 2009 guna memperlancar pelaksanaan tugas Menteri

yang memerlukan penanganan khusus sesuai ketentuan pasal 10 Undang-

Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.

P e n d a h u l u a n

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 I - 5

2. Sekretariat Jenderal

Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan

dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di

Iingkungan Kementerian Perindustrian. Sekretariat Jenderal terdiri dari 5

(lima) biro, yaitu Biro Perencanaan, Biro Kepegawaian, Biro Keuangan, Biro

Hukum dan Organisasi, serta Biro Umum.

3. Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur

Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

standardisasi teknis di bidang basis industri manufaktur. Direktorat Jenderal

Basis Industri Manufaktur terdiri atas 5 (lima) unit eselon II, yaitu

Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Industri Material Dasar Logam;

Direktorat Industri Kimia Dasar; Direktorat Industri Kimia Hilir; dan

Direktorat Industri Tekstil dan Aneka.

4. Direktorat Jenderal Industri Agro

Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

standardisasi teknis di bidang industri agro. Direktorat Jenderal Industri Agro

terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal;

Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan; Direktorat Industri

Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan; dan Direktorat Industri Minuman dan

Tembakau.

5. Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi

Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi

mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

standardisasi teknis di bidang industri unggulan berbasis teknologi tinggi.

Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi terdiri atas

5 (lima) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat

Industri Alat Transportasi Darat; Direktorat Industri Maritim,

Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan; Direktorat Industri Elektronika dan

Telematika; dan Direktorat Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian.

P e n d a h u l u a n

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 I - 6

6. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah

Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah mempunyai tugas

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang

industri kecil dan menengah. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan

Menengah terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat

Jenderal; Direktorat Industri Kecil dan Menengah Wilayah I; Direktorat

Industri Kecil dan Menengah Wilayah II; dan Direktorat Industri Kecil dan

Menengah Wilayah III.

7. Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri

Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri mempunyai tugas

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang

pengembangan perwilayahan industri. Direktorat Jenderal Pengembangan

Perwilayahan Industri terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat

Direktorat Jenderal; Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah I;

Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah II; dan Direktorat

Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah III.

8. Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional

Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional mempunyai tugas

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang

kerja sama industri internasional. Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri

Internasional terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat

Jenderal; Direktorat Kerja Sama Industri Internasional Wilayah I dan

Multilateral; Direktorat Kerja Sama Industri Internasional Wilayah II dan

Regional; dan Direktorat Ketahanan Industri.

9. Inspektorat Jenderal

Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di

Iingkungan Kementerian Perindustrian. Inspektorat Jenderal terdiri atas 5

(lima) unit eselon II, yaitu Sekretariat Inspektorat Jenderal; Inspektorat I;

Inspektorat II; Inspektorat III; dan Inspektorat IV.

P e n d a h u l u a n

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 I - 7

10. Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, Dan Mutu Industri

Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri mempunyai tugas

melaksanakan penelitian dan pengkajian serta penyusunan rencana kebijakan

makro pengembangan industri jangka menengah dan panjang, kebijakan

pengembangan klaster industri prioritas serta iklim dan mutu industri. Badan

Pengkajian Kebijakan, Iklim, Dan Mutu Industri terdiri dari 5 (lima) unit

eselon II, yaitu Sekretariat Badan; Pusat Standardisasi; Pusat Pengkajian

Kebijakan dan Iklim Usaha Industri; Pusat Pengkajian Industri Hijau dan

Lingkungan Hidup; dan Pusat Pengkajian Teknologi dan Hak Kekayaan

Intelektual.

11. Staf Ahli Menteri

Adalah unsur pembantu Menteri di bidang keahlian tertentu, yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Staf Ahli Menteri

mempunyai tugas memberi telaahan kepada Menteri mengenai masalah

tertentu sesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas

Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal, Badan dan Inspektorat Jenderal.

Staf Ahli Menteri terdiri atas Staf Ahli Bidang Penguatan Struktur Industri;

Staf Ahli Bidang Pemasaran dan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam

Negeri; dan Staf Ahli Bidang Sumber Daya Industri dan Teknologi.

Di samping itu, untuk menunjang pelaksanaan tugas Kementerian,

terdapat 3 (tiga) unit eselon II (Pusat) yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal, yaitu:

1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri (Pusdiklat Industri)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri yang selanjutnya disebut Pusdiklat

Industri adalah unsur pendukung pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perindustrian

melalui Sekretaris Jenderal. Pusdiklat Industri dipimpin oleh seorang Kepala

dan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengembangan pendidikan

dan pelatihan sumber daya manusia aparatur dan sumber daya manusia industri.

P e n d a h u l u a n

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 I - 8

2. Pusat Data dan Informasi (Pusdatin)

Pusat Data dan Informasi yang selanjutnya disebut Pusdatin adalah unsur

pendukung pelaksanaan tugas Kementerian yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal. Pusdatin

dipimpin oleh seorang Kepala dan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan

dan pengelolaan sistem informasi, manajemen data, serta pelayanan data dan

informasi industri.

3. Pusat Komunikasi Publik

Pusat Komunikasi Publik adalah unsur pendukung pelaksanaan tugas

Kementerian Perindustrian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

Menteri Perindustrian melalui Sekretaris Jenderal. Pusat Komunikasi Publik

dipimpin oleh Kepala dan mempunyai tugas melaksanakan hubungan antar

lembaga, pemberitaan, publikasi, dan informasi pelayanan publik.

Dalam menunjang pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian untuk

membangun dan memajukan sektor industri, dengan tercapainya sasaran strategis

perspektif pelaksanaan tugas pokok dan perspektif Stakeholders dibutuhkan SDM.

Untuk mewujudkan SDM Industri dan aparatur yang professional maka langkah-

langkah yang dilakukan adalah meningkatkan penerapan kode etik dan

peningkatan disiplin dan budaya kerja pegawai, melakukan pengembangan sistem

rekruitmen pegawai,peningkatan kualitas kemampuan dan pengetahuan SDM

Industri (kuantitas dan kualitas). Dengan jumlah pegawai sebanyak 6271 pegawai,

diharapkan dapat mencapai target yang telah di tetapkan oleh Kementerian

Perindustrian. Untuk lebih jelas jumlah dan kualifikasi pegawai Kementerian

Perindustrian dapat dilihat pada Lampiran1.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 1

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS 2010 - 2014

1. VISI

Visi Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang (2025) adalah

Membawa Indonesia pada tahun 2025 untuk menjadi Negara Industri

Tangguh Dunia yang bercirikan:

1. Industri kelas dunia;

2. PDB sektor Industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar Jawa;

3. Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan

pasar.

Untuk menuju Visi tersebut, dirumuskan Visi tahun 2020 yakni

Tercapainya Negara Industri Maju Baru sesuai dengan Deklarasi Bogor

tahun 1995 antar para kepala Negara APEC. Sebagai Negara Industri Maju

Baru, Indonesia harus mampu memenuhi beberapa kriteria dasar antara lain:

1. Kemampuan tinggi untuk bersaing dengan Negara industri lainnya;

2. Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi perekonomian nasional;

3. Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah dengan Industri

Besar;

4. Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu dan hilir

kuat, keterkaitan antar skala usaha industri kuat);

5. Jasa industri yang tangguh.

Berdasarkan Visi tahun 2020, kemampuan Industri Nasional diharapkan

mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu menjadi basis kekuatan

ekonomi modern secara struktural, sekaligus wahana tumbuh-suburnya ekonomi

yang berciri kerakyatan.

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 2

Visi tersebut di atas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun sampai

dengan 2014 yakni:

2. MISI

Dalam rangka mewujudkan visi 2025 di atas, Kementerian

Perindustrian sebagai institusi pembina Industri Nasional mengemban misi

sebagai berikut:

1. Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat;

2. Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional;

3. Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi

masyarakat;

4. Menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi

nasional;

5. Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan

wawasan budaya masyarakat;

6. Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan

penciptaan rasa aman masyarakat;

7. Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui

pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan,

pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab

sosial yang tinggi.

Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, misi tersebut dijabarkan dalam

misi lima tahun sampai dengan 2014 sebagai berikut:

1. Mendorong peningkatan nilai tambah industri;

2. Mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan

internasional;

3. Mendorong peningkatan industri jasa pendukung;

4. Memfasilitasi penguasaan teknologi industri;

“Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan”

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 3

5. Memfasilitasi penguatan struktur industri;

6. Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar pulau Jawa;

7. Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB.

3. TUJUAN

Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan nasional,

oleh sebab itu pembangunan industri harus diarahkan untuk menjadikan

industri mampu memberikan sumbangan berarti bagi pembangunan ekonomi,

sosial dan politik Indonesia. Pembangunan sektor industri, tidak hanya

ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri

yang disebabkan oleh melemahnya daya saing dan krisis global yang melanda

dunia saat ini saja, melainkan juga harus mampu turut mengatasi

permasalahan nasional, serta meletakkan dasar-dasar membangun industri

andalan masa depan.

Secara kuantitatif peran industri ini harus tampak pada kontribusi

sektor industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB), baik kontribusi sektor

industri secara keseluruhan maupun kontribusi setiap cabang industri. Maka

dijabarkan tujuannya adalah kokohnya basis industri manufaktur dan

industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian

nasional.

4. SASARAN

Untuk mewujudkan pencapaian tujuan di atas, maka perlu dirumuskan

sasaran-sasaran yang sifatnya kuantitatif sehingga mudah untuk diukur

keberhasilan pencapaiannya.

Kondisi sektor industri pada lima tahun yang akan datang tidak bisa

dilepaskan dari keadaan perekonomian dalam negeri saat ini dan proyeksinya

untuk lima tahun mendatang. Seperti telah dijelaskan, ada keinginan kuat

untuk lebih meningkatkan peran Industri Kecil dan Industri Menengah di

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 4

semua cabang industri. Untuk itu diharapkan terjadi peningkatan peran

Industri Kecil dan Menengah mulai dari tahun 2009 sampai ke tahun 2014.

Target pertumbuhan setiap cabang industri yang ingin dicapai dalam

peningkatan daya saing industri manufaktur pada periode 2010-2014 adalah

sebagai berikut:

1. Cabang Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau

Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan

tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai

sebesar 8,41 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun

2010 sebesar 6,64 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun

2014 yaitu sebesar 10,40 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat

disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar

dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK

ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%.

2. Cabang Industri Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki

Target pertumbuhan untuk cabang industri tekstil, barang kulit, dan

alas kaki rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai

sebesar 3,84 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun

2010 sebesar 2,15 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun

2014 yaitu sebesar 5,60 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang

dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi

kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar

50% dan IB sebesar 50%.

3. Cabang Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan lainnya

Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan

tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai

sebesar 2,94 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun

2010 sebesar 1,75 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun

2014 yaitu sebesar 3,90 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang

dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 5

kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar

50% dan IB sebesar 50%.

4. Cabang Industri Kertas dan Barang Cetakan

Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan

tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai

sebesar 5,04 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun

2010 sebesar 4,60 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun

2014 yaitu sebesar 5,58 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang

dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi

kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar

50% dan IB sebesar 50%.

5. Cabang Industri Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet

Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan

tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai

sebesar 6,30 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun

2010 sebesar 5,00 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun

2014 yaitu sebesar 8,30 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang

dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi

kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar

50% dan IB sebesar 50%.

6. Cabang Industri Semen dan Barang Galian bukan Logam

Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan

tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai

sebesar 4,19 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun

2010 sebesar 3,25 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun

2014 yaitu sebesar 5,30 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang

dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi

kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar

50% dan IB sebesar 50%.

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 6

7. Cabang Industri Logam Dasar, Besi dan Baja

Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan

tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai

sebesar 4,03 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun

2010 sebesar 2,75 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun

2014 yaitu sebesar 5,50 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang

dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi

kontribusi diharapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50%

dan IB sebesar 50%.

8. Cabang Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya

Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan

tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai

sebesar 7,34 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun

2010 sebesar 4,00 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun

2014 yaitu sebesar 10,20 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat

disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar

dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK

ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%.

9. Cabang Industri Barang Lainnya

Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan

tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai

sebesar 6,00 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun

2010 sebesar 5,18 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun

2014 yaitu sebesar 6,80 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang

dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi

kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar

50% dan IB sebesar 50%.

Untuk lebih jelasnya, target laju pertumbuhan setiap cabang industri selama

periode 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel 2.1.

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 7

Tabel 2.1. Target Pertumbuhan setiap Cabang Industri tahun 2010 – 2014 (%)

Cabang Industri 2010 2011 2012 2013 2014Rata-rata 2010-2014

Makanan, Minuman dan Tembakau 6,64 7,92 8,15 8,94 10,40 8,41Tekstil, barang Kulit & Alas kaki 2,15 3,40 3,75 4,30 5,60 3,84Barang Kayu & Hasil Hutan lainnya 1,75 2,75 2,90 3,40 3,90 2,94

Kertas & barang Cetakan 4,60 4,80 4,90 5,30 5,58 5,04Pupuk, Kimia & barang dari Karet 5,00 5,46 5,75 7,00 8,30 6,30Semen & Barang Galian bukan Logam

3,25 3,74 4,05 4,60 5,30 4,19

Logam Dasar, Besi & Baja 2,75 3,40 4,00 4,50 5,50 4,03Alat Angkut, Mesin & Peralatannya 4,00 6,40 7,78 8,30 10,20 7,34Barang lainnya 5,18 5,60 6,00 6,40 6,80 6,00

Total Industri 4,65 6,10 6,75 7,47 8,95 6,78

5. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran-sasaran industri tahun

2010-2014, telah dibangun Peta Strategi Kementerian Perindustrian yang

menguraikan peta-jalan yang akan ditempuh untuk mewujudkan visi 2014

sebagaimana disebutkan di atas. Peta Strategi Kementerian Perindustrian

tersaji pada Gambar 2.1 di bawah ini.

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 8

PerspektifProsesPelaksanaanTugasPokok

Kementerian

Perspektif Pemangku Kepentingan

Vis

i : I

nd

on

esia

mam

pu

men

jad

i neg

ara

ind

ust

ri t

ang

gu

hp

ada

tah

un

202

5M

isi :

Mem

ban

gu

n i

nd

ust

ri m

anu

fakt

ur

un

tuk

men

jad

i tu

lan

g p

un

gg

un

g p

erek

on

om

ian

Mem

fasi

litas

i pen

gem

ban

gan

ind

ustr

i

Mem

fasi

litas

i pro

mo

si in

dus

tri

Mem

fasi

litas

i pen

erap

an s

tand

ard

isas

i

Men

gem

ban

gka

n R

&D

di i

nsta

nsi d

an in

dus

tri

Men

gko

ord

inas

ikan

pen

ing

kata

n ku

alita

s le

mb

aga

pen

did

ikan

dan

pel

atih

an s

erta

kew

iraus

ahaa

n

Men

gem

ban

gka

n ke

mam

pua

n S

DM

ya

ng k

om

pet

en

Mem

ban

gun

o

rgan

isas

i ya

ng

Pro

fesi

ona

l dan

P

rob

isni

s

Men

ing

katk

an

kual

itas

per

enca

naan

d

an p

elap

ora

n

Perspektif Peningkatan

Kapasitas Kelembagaan

Mem

ban

gun

sis

tem

in

form

asi

ind

ustr

i ya

ng te

rinte

gra

si &

ha

ndal

Mem

fasi

litas

i pen

erap

an, p

eng

emb

ang

an d

an

pen

gg

unaa

n K

ekay

aan

inte

lekt

ual

Men

ing

katk

an S

iste

m

Tata

Kel

ola

Keu

ang

an

dan

BM

N y

ang

p

rofe

sio

nal

Mem

per

siap

kan

dan

/ata

u M

enet

apka

n K

ebija

kan

dan

p

rod

uk h

ukum

Ind

ustr

i

Men

etap

kan

renc

ana

stra

teg

is

dan

/ata

u p

eng

emb

ang

an

ind

ustr

i prio

ritas

dan

ind

ustr

i an

dal

an m

asa

dep

an

Pe

rum

usa

nK

ebija

kan

Men

etap

kan

pet

a p

and

uan

pen

gem

ban

gan

ind

ustr

i

Men

gus

ulka

n in

sent

if y

ang

m

end

ukun

g p

eng

emb

ang

an

ind

ustr

i

Men

ing

katk

an k

ualit

as p

elay

anan

pub

lik

1T

ing

gin

yaN

ilai

tam

ba

h in

du

stri

Ko

ko

hn

ya b

as

is in

du

str

i m

an

ufa

ktu

r d

an

in

du

str

i an

da

lan

ma

sa

de

pa

n m

en

jad

i tu

lan

g

pu

ng

gu

ng

pe

rek

on

om

ian

na

sio

na

l

2

Tin

gg

inya

pe

ng

ua

saa

n

pa

sar d

ala

m

da

n lu

ar n

eg

eri

Ko

koh

nya

fakt

or-

fakt

or

pe

nu

nja

ng

pe

ng

em

ba

nga

n in

dus

tri

3

Tin

gg

inya

ke

ma

mpu

an

ino

vasi

da

n p

en

gu

asa

an

te

kno

log

i in

du

stri

4K

ua

t, le

ng

kap

da

n

da

lam

nya

Str

ukt

ur

ind

ust

ri5

Te

rse

ba

rnya

p

em

ba

ng

una

n

ind

ust

ri6M

en

ing

katn

ya p

era

n

ind

ust

ri k

eci

l da

n

me

ne

ng

ah

terh

ad

ap

PD

B7

Pel

ayan

an&

Fas

ilit

asi

SD

MO

rgan

isas

i & K

etat

alak

sana

anIn

form

asi

Per

enca

naan

Dan

a

Men

go

ptim

alka

n b

uday

a p

eng

awas

anp

ada

unsu

r p

imp

inan

dan

sta

f

Men

go

ptim

alka

nev

alua

si

pel

aksa

naan

keb

ijaka

n d

an e

fekt

ifita

sp

enca

pai

an

kine

rja in

dus

tri

Pe

ng

awa

sa

n, P

en

ge

nd

alia

n&

Ev

alu

as

i

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 9

Sebagaimana telah disebutkan bahwa visi pembangunan industri

Indonesia pada tahun 2014 adalah memantapkan daya saing basis industri

manufaktur yang berkelanjutan (suistainable) serta terbangunnya pilar

industri andalan masa depan, maka perlu dijabarkan indikator terwujudnya

visi tersebut antara lain:

1. Tercapainya persebaran industri dengan rasio densitas yang lebih tinggi

2. Terselesaikan penguatan kompetensi inti industri daerah dengan produk

hilir bernilai tambah

3. Penguatan struktur industri dengan kompetensi pelaku hubungan

industri kecil, industri menengah, dan industri besar

4. Tercapai peningkatan industri penunjang komponen

5. Terbangun pilar industri masa depan (agro, telematika, transportasi)

Dalam mewujudkan Visi tersebut, diperlukan upaya-upaya sistemik

yang dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang mengakomodasi

perspektif pemangku kepentingan (stakeholder), perspektif pelaksanaan

tugas pokok, dan perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan yang dapat

dirinci sebagai berikut:

Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder)

Sasaran Strategis I: Tingginya nilai tambah industri, dengan Indikator

Kinerja Utama:

1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah;

2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional.

Sasaran Strategis II: Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri,

dengan Indikator Kinerja Utama:

1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional.

2. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar

dalam negeri.

Sasaran Strategis III: Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan

industri, dengan Indikator Kinerja Utama:

1. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri;

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 10

2. Indeks iklim industri nasional.

Sasaran Strategis IV: Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan

teknologi industri, dengan Indikator Kinerja Utama:

1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan

inovatif;

2. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri.

Sasaran Strategis V: Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri, dengan

Indikator Kinerja Utama:

1. Tumbuhnya Industri Dasar Hulu (Logam dan Kimia);

2. Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan

permesinan;

3. Tumbuhnya Industri lainnya yang belum ada pada pohon industri.

Sasaran Strategis VI: Tersebarnya pembangunan industri, dengan Indikator

Kinerja Utama:

1. Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB

nasional;

2. Jumlah investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri

yang menyerap banyak tenaga kerja.

Sasaran Strategis VII: Meningkatnya peran industri kecil dan menengah

terhadap PDB, dengan Indikator Kinerja Utama:

1. Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan eknomi nasional;

2. Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil;

3. Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi “Out-Source” Industri

Besar.

Perspektif Pelaksanaan Tugas Pokok

Sasaran Strategis I: Mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan

produk hukum industri, dengan Indikator Kinerja Utama:

1. Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP,

R.Perpres/R.Keppres);

2. Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri.

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 11

Sasaran Strategis II: Menetapkan rencana strategis dan/atau

pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan, dengan

Indikator Kinerja Utama: Renstra 2010-2014 dan Renja.

Sasaran Strategis III: Menetapkan peta panduan pengembangan industri,

dengan Indikator Kinerja Utama:

1. Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Prioritas;

2. Peta Panduan Industri Unggulan Provinsi;

3. Peta Panduan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota.

Sasaran Strategis IV: Mengusulkan insentif yang mendukung

pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama:

1. Rekomendasi usulan insentif;

2. Perusahaan industri yang memperoleh insentif.

Sasaran Strategis V: Mengembangkan R&D di instansi dan industri,

dengan Indikator Kinerja Utama: Kerjasama instansi R&D dengan industri.

Sasaran Strategis VI: Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan

penggunaan kekayaan intelektual, dengan Indikator Kinerja Utama:

1. Perusahaan yang mendapatkan HKI;

2. Produk HKI yang dikomersialkan (paten).

Sasaran Strategis VII: Memfasilitasi pengembangan industri, dengan

Indikator Kinerja Utama:

1. Tingkat utilisasi kapasitas produksi;

2. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan;

3. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku;

4. Perjanjian kerjasama internasional.

Sasaran Strategis VIII: Memfasilitasi promosi industri, dengan Indikator

Kinerja Utama: Perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi

dagang/investasi.

Sasaran Strategis IX: Memfasilitasi penerapan standardisasi, dengan

Indikator Kinerja Utama:

1. Rancangan SNI yang diusulkan;

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 12

2. Penambahan SNI wajib yang diterapkan;

3. Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu/ISO 9001:2008

(Pedoman BSN 10 dan GKM).

Sasaran Strategis X: Meningkatkan kualitas pelayanan publik, dengan

Indikator Kinerja Utama: Tingkat kepuasan pelanggan.

Sasaran Strategis XI: Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga

pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan, dengan Indikator Kinerja

Utama:

1. Instruktur yang bersertifikat;

2. Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi.

Sasaran Strategis XII: Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur

pimpinan dan staf, dengan Indikator Kinerja Utama:

1. Tingkat penurunan penyimpangan minimal;

2. Terbangunnya Sistem Pengendalian Internal di unit kerja.

Sasaran Strategis XIII: Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan

dan efektifitas pencapaian kinerja industri, dengan Indikator Kinerja Utama:

1. Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan;

2. Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri.

Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

Sasaran Strategis I: Mengembangkan kemampuan SDM aparatur yang

kompeten, dengan Indikator Kinerja Utama:

1. Standar kompetensi SDM aparatur;

2. SDM aparatur yang kompeten.

Sasaran Strategis II: Membangun organisasi yang professional dan

probisnis, dengan Indikator Kinerja Utama: Penerapan sistem manajemen

mutu.

Sasaran Strategis III: Membangun sistem informasi yang terintegrasi dan

handal, dengan Indikator Kinerja Utama:

1. Tersedianya sistem informasi online;

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 13

2. Pengguna yang mengakses.

Sasaran Strategis IV: Meningkatkan kualitas perencanaan dan pelaporan,

dengan Indikator Kinerja Utama:

1. Kesesuaian program dengan Kebijakan Industri Nasional (KIN);

2. Tingkat persetujuan rencana kegiatan (zero stars);

3. Tingkat ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan.

Sasaran Strategis V: Meningkatkan sistem tata kelola keuangan dan BMN

yang profesional, dengan Indikator Kinerja Utama:

1. Tingkat penyerapan anggaran;

2. Tingkat kualitas laporan keuangan (WTP).

B. RENCANA KINERJA TAHUN 2010

Dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan

sebagaimana tercantum dalam RENSTRA Kementerian Perindustrian Tahun

2010-2014, maka telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) dari masing-

masing Program yang terinci sebagai berikut:

a. Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis

Manufaktur

Program ini bertujuan untuk memulihkan kinerja industri yang terdampak

krisis finansial global, khususnya industri yang melakukan ekspor ke Eropa

dan Amerika Serikat. Program ini tidak hanya dimaksudkan untuk mengatasi

permasalahan aktual industri, melainkan juga untuk menghasilkan rumusan

dalam pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang basis industri

manufaktur serta menumbuhkembangkan klaster termasuk dalam penyusunan

peta panduan pengembangan klaster basis industri manufaktur melalui

pelaksanaan rencana aksi yang tercantum pada Peraturan Menteri

Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas. Keberhasilan

program ini diukur melalui 2 (dua) indikator kinerja utama (IKU) sebagai

berikut:

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 14

IKU pertama: Persentase industri yang berhasil pulih; dengan target 100

persen industri yang terkena dampak krisis pulih ke kondisi sebelum terkena

krisis. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2012.

IKU kedua: Persentase utilisasi kapasitas produksi pada industri; dengan

target pencapaian sebesar 80 persen. Target ini diharapkan tercapai paling

lambat pada akhir tahun 2014.

b. Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro

Program ini bertujuan untuk memulihkan kinerja industri-industri yang

terkena dampak krisis finansial global yang mengimbas pada industri-industri

yang melakukan ekspor ke berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat.

Program ini tidak saja dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan aktual

industri melainkan juga untuk menumbuh-kembangkan klaster industri Agro

melalui pelaksanaan rencana aksi yang tercantum pada Peraturan Menteri

Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas khususnya.

Keberhasilan program ini diukur melalui 2 (dua) indikator kinerja utama

(IKU) sebagai berikut:

IKU pertama: Jumlah persentase industri yang berhasil pulih; dengan target

100 persen industri yang terkena dampak krisis pulih ke kondisi sebelum

terkena krisis. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun

2012.

IKU kedua: Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri;

dengan target pencapaian sebesar 80 persen. Target ini diharapkan tercapai

paling lambat pada akhir tahun 2014.

c. Program Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi

Tinggi

Program ini bertujuan untuk menumbuhkan industri yang utamanya diarahkan

pada penguasaan pasar ekspor. Program ini tidak saja dimaksudkan untuk

mengatasi permasalahan aktual industri melainkan juga untuk menumbuh-

kembangkan klaster industri unggulan berbasis teknologi tinggi melalui

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 15

pelaksanaan rencana aksi yang tercantum pada Peraturan Menteri

Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas. Keberhasilan

program ini diukur melalui dua indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut:

IKU pertama: Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam

industri; dengan target pencapaian sebesar 80 persen yang diharapkan tercapai

paling lambat pada akhir tahun 2014.

d. Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah

Program ini bertujuan untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

standardisasi teknis di bidang pengembangan IKM, meningkatkan nilai

tambah produk, menumbuhkan populasi IKM, memanfaatkan sumber daya

termasuk SDA daerah secara optimal, mengembangkan OVOP, menyebarkan

industri ke berbagai daerah, meningkatkan daya saing industri di daerah,

meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai komoditi, prioritas,

membangun keunikan yang dimiliki daerah, melakukan kerjasama antar

daerah, serta membangun kerjasama yang harmonis antar daerah dan

pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah. Keberhasilan program

ini diukur melalui dua indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut:

IKU pertama: Rasio Industri Jawa dan luar Jawa dengan target rasio industri

di pulau Jawa dan luar Jawa mencapai posisi 60:40.

IKU Kedua: Kontribusi PDB IKM sebesar 34 % pada tahun 2014.

e. Program Pengembangan Perwilayahan Industri

Program ini bertujuan untuk mendorong pelaksanaan public-private

partnership dan pengembangan kawasan industri serta mempersiapkan peta

panduan industri unggulan provinsi dan kompetensi inti industri

kabupaten/kota. Program ini juga bertujuan untuk menangani segala

permasalahan aktual dalam pengembangan public-private partnership dan

penyiapan penetapan peta panduan pengembangan industri unggulan provinsi

dan peta panduan pengembangan kompetensi inti industri kabupaten/kota serta

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 16

pengembangan kawasan industri. Selain hal tersebut juga melakukan

monitoring dan mengevaluasi pelaksanaan peta panduan pengembangan

industri unggulan dan kompetensi inti industri kabupaten/kota. Keberhasilan

program ini diukur melalui dua indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut:

IKU pertama: Meningkatnya jumlah investasi industri didaerah melalui

pembangunan kawasan industri dengan target pertumbuhan sebesar 10%

pertahun.

IKU kedua: Tersusunnya kebijakan operasional pengembangan industri

didaerah melalui pendekatan pengembangan kompetensi inti industri daerah.

f. Program Kerjasama Industri Internasional

Program ini bertujuan untuk menciptakan penyelenggaraan kerjasama industri

internasional secara optimal, sehingga diharapkan dapat mempertahankan dan

meningkatkan penguasaan pasar dalam dan luar negeri, menyiapkan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kerjasama industri

internasional, melaksanakan peningkatan kerjasama akses industri, kerjasama

teknik serta promosi industri internasional baik secara bilateral, regional

maupun multilateral sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, melaksanakan penanganan hambatan kerjasama industri

internasional, melaksanakan pengamanan industri dalam negeri sebagai

dampak pemberlakukan perjanjian perdagangan bebas, melaksanakan

pedoman, kriteria dan prosedur bantuan luar negeri serta melaksanakan

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kerjasama industri internasional.

Program ini akan diukur dengan indikator pencapaian yaitu meningkatnya

ekspor produk dan jasa industri ke manca negara dengan konstribusi sektor

industri melalui peningkatan akses pasar, teknologi dan kerjasama

internasional.

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 17

g. Program Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri

Program ini bertujuan untuk mewujudkan iklim usaha dan kebijakan yang

kondusif melalui perumusan dan analisa kebijakan dan iklim di sektor industri,

pelaksanaan kebijakan dan iklim di bidang penelitian dan pengembangan

industri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta

untuk meningkatkan kemampuan industri dalam menciptakan,

mengembangkan, menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam uji

komersialisasi hasil penelitian dan pengembangan, rancangan produk baru,

proses produksi, energi terbarukan, lingkungan hidup, dan tenaga kerja serta

sarana dan prasarana industri sebagai faktor pendukung berhasilnya

pembangunan industri.

Pelaksanaan kegiatan di bidang standardisasi sektor industri, perumusan

kebijakan dan iklim serta analisa, standar, norma, pedoman, kriteria dan

prosedur di bidang penelitian dan pengembangan industri, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penelitian dan pengembangan

industri. Pada dasarnya program ini memanfaatkan hasil litbang yang telah

dilakukan oleh Balai-balai Penelitian dan Pengembangan dalam rangka

mendukung daya saing maupun melindungi konsumen, seperti menetapkan

standardisasi bagi produk hasil industri.

Dengan indikator pencapaian tersusunnya rumusan dan analisis kebijakan dari

iklim di sektor industri serta analisa, standar, dan prosedur di bidang industri

serta terhasilkannya kuantitas, kualitas hasil litbang dan kebijakan

pendukungnya yang mampu diaplikasikan hingga skala pabrik.

h. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara

Kementerian Perindustrian

Program ini bertujuan untuk menjamin agar pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi Kementerian Perindustrian berjalan sesuai dengan rencana dan

ketentuan peraturan perundang-undangan, mendukung penyelenggaraan

pemerintahan yang efektif, efisien, trasnparan, akuntabel, bersih dan bebas

dari KKN, serta mewujudkan Good Governance dan Clean Government.

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 18

Sebagai alat ukur atau indikator keberhasilannya telah ditetapkan, yaitu: (a)

tersusunnya norma, standar, kriteria dan prosedur pengawasan yang efektif,

(b) tersedianya hasil pengawasan yang berkualitas, (c) tercapainya

peningkatan akuntabilitas, transparansi, efektifitas dan efisiensi pelaksanaan

program dan kegiatan.

i. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Kementerian Perindustrian

Program ini bertujuan untuk memberikan dukungan manajemen terhadap

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dalam hal

persiapan internal, dengan indikator pencapaian: (a) terkoordinasinya

pelaksanaan tugas unit-unit organisasi di lingkungan Kementerian

Perindustrian, (b) terbinanya pelaksanaan tugas Kementerian yang meliputi

perencanaan, pengorganisasian dan ketatalaksanaan, pendayagunaan sumber

daya serta penghubung antar lembaga dan masyarakat, (c) terlaksananya

pemberian dukungan administrasi dan teknis kepada unit-unit organisasi di

lingkungan Kementerian.

j. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian

Perindustrian

Program ini bertujuan untuk memberikan dukungan dalam bidang penyediaan

maupun pemeliharaan sarana dan prasarana yang diperlukan Kementerian

Perindustrian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar dapat

memberikan pelayanan yang lebih baik dan nyaman bagi para pemangku

kepentingan. Sebagai indikator pencapaiannya tersedianya sarana dan

prasarana kerja sesuai kebutuhan.

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 19

C. PENETAPAN KINERJA TAHUN 2010

Berdasarkan rencana kinerja yang telah disusun, dengan dukungan

pembiayaan yang telah disetujui dalam bentuk DIPA, maka ditetapkanlah kinerja

yang akan dicapai. Dengan telah diterbitkannya Inpres No. 5/2004 tentang

Percepatan Pemberantasan Korupsi dan Surat Edaran Menteri Negara PAN

Nomor: SE/31/M.PAN/12/2004 tentang Penetapan Kinerja, Kementerian

Perindustrian telah membuat Penetapan Kinerja tahun 2010 secara berjenjang

sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi yang ada.

Penetapan Kinerja ini merupakan tolok ukur akuntabilitas kinerja pada

akhir tahun 2010 yang disusun dengan berdasarkan pada Rencana Kinerja Tahun

2010 yang telah ditetapkan, sehingga secara substansial Penetapan Kinerja Tahun

2010 tidak ada perbedaan dengan Rencana Kinerja Tahun 2010. Ringkasan

Penetapan Kinerja Tahun 2010 selengkapnya terdapat pada Lampiran 2.

Pada Bab III dokumen LAKIP Kementerian Perindustrian ini, penjelasan

mengenai Analisis Capaian Kinerja bukan diukur dari ketercapaian indikator

Penetapan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010, akan tetapi diukur

dari ketercapaian indikator Sasaran Strategis Kementerian Perindustrian Tahun

2010. Perbedaan keduanya adalah indikator kinerja utama (IKU) yang diperoleh

dari dokumen Penetapan Kinerja merupakan IKU dari masing-masing Program

yang juga merupakan IKU dari masing-masing unit Eselon I Kementerian

Perindustrian (sebagaimana dimaklumi bahwa satu program hanya dimiliki oleh

satu unit Eselon I). Sedangkan IKU yang diperoleh dari Sasaran Strategis

merupakan penjabaran langsung dari Visi, Misi, dan Tujuan Kementerian

Perindustrian yang tergambar pada Peta Strategi untuk periode tahun 2010-2014,

dimana target dari setiap IKU yang diukur pada Bab III merupakan target untuk

tahun 2010 saja.

Pada sub bab Rencana Strategis 2010-2014 di atas, dipaparkan Sasaran-

sasaran Strategis yang merupakan penjabaran dari Peta Strategi Kementerian

Perindustrian yang kemudian dikelompokkan ke dalam 3 perspektif, yakni

perspektif pemangku kepentingan (stakeholder), perspektif pelaksanaan tugas

pokok, dan perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan. Dikarenakan

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 20

keterbatasan data yang diperoleh, Sasaran Strategis yang diukur ketercapaiannya

pada Bab III hanya pada perspektif stakeholders (pemangku kepentingan) serta

perspektif pelaksanaan tugas pokok Kementerian Perindustrian. Sasaran strategis

berdasarkan perspektif stakeholders (pemangku kepentingan) terdiri dari 7 (tujuh)

sasaran strategis dengan 15 indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut:

Tabel 2.2 Sasaran Strategis Perspektif StakeholdersSasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama (IKU) Satuan Target

I. Tingginya Nilai Tambah Industri

1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah

Persentase 4.99

2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB

nasional

Persentase 23.92

II. Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri

1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional

Persentase 35

2. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total

permintaan di pasar dalam negeri

Persentase 60

III. Kokohnya Faktor-Faktor Penunjang Pengembangan

Industri

1. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri

Rupiah/Tenaga Kerja

250,000

2. Indeks Iklim Industri

Nasional

Indeks 4

IV. Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri

1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif

Penelitian 250

2. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri

Penelitian 50

V. Kuat, Lengkap dan

Dalamnya Struktur Industri

1. Tumbuhnya Industri Dasar Hulu (Logam dan Kimia)

Persentase 2.75

2. Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan permesinan

Persentase 4

VI. Tersebarnya pembangunan industri

1. Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB nasional

Persentase 27,19

2. Jumlah Investasi baru industri

jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga

kerja

Jumlah

Investasi

34.178,4

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 21

Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama (IKU) Satuan Target

VII. Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB

1. Tumbuhnya industri kecildiatas pertumbuhan ekonomi nasional

Presentase 6,5

2. Tumbuhnya industri

menengah dua kali diatas industri kecil

Persentase 13

3. Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi “Out-Source” Industri Besar

Perusahaan 20

Sedangkan sasaran strategis berdasarkan perspektif pelaksanaan tugas

pokok Kementerian Perindustrian yang terdiri dari 13 sasaran strategis dan 26

indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut:

Tabel 2.3 Sasaran Strategis Perspektif Pelaksanaan Tugas Pokok

Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama (IKU) Satuan Target

I. Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Rencana dan Kebijakan Industri

1. Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/R.Keppres)

Konsep 2

2. Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri

Peraturan 40

II. Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri

andalan masa depan

1. Renstra 2010 -2014 & RENJA Paket 1

III. Menetapkan peta panduan pengembangan industri

1. Peta Panduan Pengembangan klaster Industri prioritas

Klaster 32

2. Peta panduan industri unggulan provinsi

Provinsi 15

3. Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota

Kabupaten/Kota 16

IV. Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri

1. Rekomendasi usulan insentif Jenis 10

2. Perusahaan industri yang

memperoleh insentif

Perusahaan 300

V. Mengembangkan R & D di instansi dan industri

1. Kerjasama R&D instansi dengan industri

Kerjasama 18

VI. Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan

penggunaan Kekayaan intelektual

1. Perusahaan yang mendapatkan HKI

Perusahaan 1100

2. Produk HKI yang

dikomersialkan (Paten)

Produk 50

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 22

Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama (IKU) Satuan Target

VII. Memfasilitasi pengembangan industri

1. Tingkat utilisasi kapasitas produksi

Presentase 80

2. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan

Perusahaan 600

3. Perusahaan yang mendapat

akses ke sumber bahan baku

Perusahaan 40

4. Perjanjian kerjasama Internasional

MoU 5

VIII. Memfasilitasi promosi industri 1. Perusahaan mengikuti seminar/konfrensi, pameran,

misi dagang/investasi

Perusahaan 1032

IX. Memfasilitasi penerapan standardisasi

1. Rancangan SNI yang diusulkan

RSNI 600

2. Penambahan SNI wajib yang diterapkan

SNI 50

3. Perusahaan yang menerapkan

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 (Pedoman BSN10 dan GKM)

Perusahaan 1000

X. Meningkatkan kualitas

pelayanan publik

1. Tingkat kepuasan pelanggan Index 4

XI. Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan

1. Instruktur yang bersertifikat Jumlah 20

2. Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi

Jumlah 4

XII. Mengoptimalkan budaya

pengawasan pada unsur pimpinan dan staf

1. Tingkat Penurunan

penyimpangan minimal

Presentase 60

2. Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja

Satuan kerja 57

XIII. Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan

efektifitas pencapaian kinerja industri

1. Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan

Laporan 10

2. Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri

Presentase 40

P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 23

D. RENCANA ANGGARAN

Dalam upaya mewujudkan kinerja yang telah ditetapkan untuk tahun 2010,

Kementerian Perindustrian didukung oleh dana APBN sebesar

Rp. 1.684.616.721.000,-. Anggaran tersebut dirinci berdasarkan Unit Kerja

Eselon I. Secara lengkap anggaran tersebut disajikan dalam Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Pagu Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2010Menurut Unit Kerja Eselon I

(dalam Rupiah)

NO. Unit Kerja Eselon 1 Pagu Anggaran

1 Sekretariat Jenderal 374.769.938.000

2 Ditjen. Industri Agro dan Kimia 177.188.921.000

3 Ditjen. Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka 345.276.777.000

4 Ditjen. Industri Alat Transportasi dan Telematika 81.567.813.000

5 Ditjen. Industri Kecil dan Menengah 349.240.899.000

6 Inspektorat Jenderal 19.908.000.000

7 Badan Penelitian dan Pengembangan Industri 336.664.373.000

TOTAL 1.684.616.721.000

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 1

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Penyusunan capaian kinerja Tahun Anggaran 2010 ini merupakan awal

pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010 – 2014. Secara umum, uraian berikut

adalah gambaran capaian Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan tugas

pokok dan fungsinya (TUPOKSI) yang telah ditetapkan dalam tahun 2010.

Akuntabilitas ini mencakup akuntabilitas kinerja, kinerja makro sektor industri,

capaian kinerja sasaran strategis, kinerja pengembangan klaster industri, dan

kinerja keuangan.

A. GAMBARAN UMUM AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010

Selama tahun 2010, tiga sektor utama yaitu sektor Pertanian, Industri

Pengolahan, dan Perdagangan bersama-sama memberikan kontribusi sekitar 53,88

persen terhadap PDB total, sementara pada tahun 2009 ketiga sektor utama tersebut

menyumbang sedikit lebih besar yaitu sebesar 54,94 persen. Masing-masing sektor

utama tersebut memberi sumbangan dengan rincian: sektor Industri Pengolahan

memberi sumbangan sebesar 26,37 persen pada tahun 2009 dan 24,82 persen pada

tahun 2010; sektor Pertanian sebesar 15,30 persen pada tahun 2009 dan 15,34

persen pada tahun 2010; dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar

13,28 persen pada tahun 2009 dan 13,72 persen pada tahun 2010.

Dari ketiga sektor utama di atas yang merupakan penyumbang utama

bagi perekonomian nasional adalah sektor Industri Pengolahan karena merupakan

penyumbang tertinggi. Dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010, semua sektor

ekonomi yang membentuk PDB mengalami pertumbuhan, dan yang mencapai

nilai terbesar adalah dari tahun 2000 hingga tahun 2010 adalah dari sektor Industri

Pengolahan yaitu sebesar 1.208.732,50 (dalam Milyar Rupiah). Sedangkan

industri yang mengalami pertumbuhan tertinggi dari tahun 2000 hingga tahun

2010 adalah dari sektor Bangunan yaitu sebesar 763,18 persen dari tahun 2000

sampai tahun 2010. Sementara untuk kontribusi sektor Industri Pengolahan

terhadap total nilai PDB selama periode 2000-2010 selalu menempati posisi

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 2

teratas dengan rata-rata kontribusi sebesar 27,53 persen kemudian sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 15,33 persen, dan yang terendah pada

sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih yaitu sebesar 0,84 persen.

Industri telah cukup berkembang walaupun masih banyak sektor industri di

Indonesi a yang masih bisa dikembangkan. Menurut catatan World Economic Forum

(WEF) pada tahun 2000 posisi daya saing Indonesia masih berada pada urutan ke-47

dari 58 negara, sedangkan pada tahun 2009 posisi daya saing Indonesia berada pada

posisi 54 dari 133 negara dan tahun 2010 posisi daya saing Indonesia mengalami

peningkatan yaitu berada pada posisi 44 dari 139 negara. Daya saing Indonesia sudah

sedikit mengalami kemajuan walaupun belum begitu signifikan. Kurang maksimalnya

daya saing diakibatkan oleh berbagai pihak. Menurut tolak ukur WEF, diidentifikasi 5

faktor penting yang menonjol. Pada tataran makro terdapat tiga faktor, yaitu:

1. Kondisi ekonomi makro yang tidak kondusif;

2. Kualitas kelembagaan publik yang buruk dalam menjalankan fungsinya

sebagai fasilitator dan pusat pelayanan; dan

3. Lemahnya kebijakan pengembangan teknologi dalam memfasilitasi kebutuhan

peningkatan produktivitas.

Sementara itu, pada tataran mikro atau tataran bisnis, dua faktor yang

menonjol adalah:

1. Rendahnya efisiensi usaha pada tingkat operasionalisasi perusahaan; dan

2. Lemahnya iklim persaingan usaha.

Pada tahun 2010 Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2010-2014 di

bidang perekonomian menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 persen serta

tingkat pengangguran menjadi berkisar 5% – 6%. Dalam rangka mewujudkan

Indonesia sebagai Negara industri yang tangguh pada tahun 2025, menghadapi

tantangan dan kendala yang ada serta merevitalisasi industri nasional telah

diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri

Nasional.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 3

Guna mendukung Kebijakan Industri Nasional, Pemerintah melalui

Kementerian Perindustrian telah menyusun 35 klaster industri prioritas yang

terbagi dalam 6 kelompok klaster industri, diantaranya:

I. Kelompok Klaster Industri Basis Industri Manufaktur:

1. Klaster Industri Baja;

2. Klaster Industri Semen;

3. Klaster Industri Petrokimia;

4. Klaster Industri Keramik;

5. Klaster Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik;

6. Klaster Industri Mesin Peralatan Umum;

7. Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil;

8. Klaster Industri Alas Kaki.

II. Kelompok Klaster Industri Berbasis Agro:

1. Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit;

2. Klaster Industri Karet dan Barang Karet;

3. Klaster Industri Kakao;

4. Klaster Industri Pengolahan Kelapa;

5. Klaster Industri Pengolahan Kopi;

6. Klaster Industri Gula;

7. Klaster Industri Hasil tembakau;

8. Klaster Industri Pengolahan Buah;

9. Klaster Industri Furniture;

10. Klaster Industri Pengolahan Ikan;

11. Klaster Industri Kertas;

12. Klaster Industri Pengolahan Susu.

III. Kelompok Klaster Industri Alat Angkut:

1. Klaster Industri Kendaraan Bermotor;

2. Klaster Industri Perkapalan;

3. Klaster Industri Kedirgantaraan;

4. Klaster Industri Perkeretaapian.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 4

IV. Kelompok Klaster Industri Elektronika dan Telematika:

1. Klaster Industri Elektronika;

2. Klaster Industri Telekomunikasi;

3. Klaster Industri Komputer dan Peralatannya.

V. Kelompok Klaster Industri Penunjang Industri Kreatif dan Kreatif Tertentu:

1. Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia;

2. Klaster Industri Fashion;

3. Klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni.

VI. Kelompok Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu:

1. Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan.

2. Klaster Industri Garam

3. Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias;

4. Klaster Industri Minyak Atsiri;

5. Klaster Industri Makanan Ringan.

Pengembangan klaster industri prioritas diatas telah dilaksanakan melalui

beberapa hal, diantaranya:

1. Sosialisasi pembangunan Klaster Industri.

2. Diagnosis dan penyusunan Peta Jalan Pengembangan Klaster-klaster yang

ditargetkan.

3. Pembentukan working group serta forum komunikasi kerjasama industri pada

masing-masing klaster industri.

4. Perbaikan iklim usaha dan dukungan program kelembagaan.

5. Pengembangan kerjasama antara industri inti.

6. Industri terkait dan industri penunjang.

Pada bidang Pengembangan Iklim Industri telah dilaksanakan berbagai

langkah untuk mendukung peningkatan usaha, investasi dan produksi. Beberapa

langkah penting antara lain:

1. Penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan

Industri dalam rangka lebih menertibkan dan mengatur sebaran industri sesuai

kaidah efisiensi dan pengelolaan lingkungan yang baik.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 5

2. Penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 35/M-IND/PER/3/2010

tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri.

3. Penyusunan Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan

Pemberdayaan UMKM Kementerian Perindustrian tentang Peningkatan

Efektivitas Pengembangan IKM melalui Pendekatan Satu Desa Satu Produk

(One Village One Product - OVOP) dengan terbitnya Peraturan Menteri

Perindustrian No. 78/M.IND/PER/9/2007.

4. Pengakomodasian usulan beberapa sektor industri (Perkapalan, Komponen

Otomotif, Elektronika) untuk mendapatkan fasilitas PPh (PP No 1 Tahun 2007

dan PP No. 62 Tahun 2008).

5. Penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian tentang industri unggulan propinsi

untuk 18 propinsi serta Peraturan Menteri Perindustrian tentang kompetensi

inti industri daerah di 5 Kabupaten/Kota.

6. Penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian penting lainnya dalam upaya

memfasilitasi iklim usaha yang lebih baik yang dapat memberikan kepastian

berusaha, khususnya yang terkait dengan perbaikan infrastruktur, teknologi,

permodalan dan penanganan lingkungan.

Pada bidang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri, pemerintah

telah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri

Perindustrian Nomor 49/M-IND/PER/4/2009 tentang Penggunaan Produk Dalam

Negeri serta Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 48/M-IND/PER/4/2010

tentang Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri Untuk Pembangunan

Infrastruktur Ketenagalistrikan, yang telah disosialisasikan untuk diterapkan di

Instansi Pemerintah Pusat maupun di Daerah. Pada sektor-sektor penting tertentu

tengah dilaksanakan usaha-usaha untuk: 1) Memaksimalkan pemanfaatan

kemampuan industri strategis dalam pengadaan Alutsista sektor Pertahanan;

2) Memberdayakan industri Perkapalan Nasional sesuai Inpres No 5 Tahun 2005;

3) Mendorong BUMN-BUMN memaksimalkan penggunaan produksi dalam

negeri dalam rangka Program Percepatan Pembagunan PLTU Batubara dan

Program Konversi Minyak Tanah ke LPG; 4) Memprakarsai penyusunan RUU

Peningkatan Penggunaan produksi Dalam Negeri.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 6

Pada bidang Peningkatan Kemampuan Teknologi, Kementerian

Perindustrian telah melaksanakan beberapa langkah penting seperti: 1) Penetapan

hasil-hasil riset unggulan untuk IKM yang diseleksi dari hasil-hasil Litbang pada

11 Balai Besar dan 11 Balai Riset dan Standardisasi Industri; 2) Proyek

Percontohan Coco-diesel; 3) Program Restrukturisasi Industri TPT; 4) Bantuan

Mesin/Peralatan (untuk pengelasan, alsintan, fasilitas Pusat Desain Optik, fasilitas

UPT Kulit Magetan, pembuatan bahan bakar nabati dari biji jarak, pabrik

Biodiesel; 5) Bimbingan Teknis untuk pengelolaan limbah; 6) Penghargaan

Rintisan Teknologi; 7) Penghargaan Indonesia Good Design Selection dan

8) Pembangunan Pusat Desain Industri Perkapalan.

Pemerintah telah melaksanakan berbagai kegiatan diklat untuk

Peningkatan Kemampuan SDM Industri antara lain: 1) Dalam rangka peningkatan

daya saing (HACCP, Corporate Social Responsibility, CEFE, Marketing,

Manajemen Lingkungan, TQM) dsb; 2) Pengelasan Sertifikasi Internasional;

3) Konservasi dan Audit Energi; 4) Teknologi Produksi & Design; 5) Penanganan

Zat-zat Kimia Berbahaya; dan 6) Pelatihan Asesor terintegrasi ISO 9001.

Sedangkan pada Bidang Peningkatan Kemampuan SDM Aparatur, pemerintah

telah melaksanakan kegiatan antara lain: 1) Diklat Sistem Industri (I, II, III, dan

IV) untuk meningkatkan kapasitas aparatur Dinas Perindustrian di

Propinsi/Kabupaten/Kota dengan total peserta sebanyak 4.136 orang; 2) Diklat-

diklat Struktural; 3) Diklat Teknis, Diklat Jabatan Fungsional; 4) Program

beasiswa S2 dan S3; 5) Program Bea Siswa D3 Tenaga Penyuluh Lapangan

Industri dengan ikatan dinas di Unit Pendidikan Tinggi di Lingkungan

Kementerian Perindustrian dan 6) Pelatihan Petugas Pengawas Standar Barang

dan Jasa di pabrik ( PPSP) sebanyak 8 angkatan dengan peserta sebanyak 175

orang.

Industri pengolahan diharapkan dapat menjadi penggerak utama

perekonomian nasional yang telah memberikan kontribusi PDB sebesar 24,82

persen pada tahun 2010. Industri Kecil Menengah (IKM) yang diharapkan dapat

menjadi penggerak utama perekonomian nasional pada akhir RPJMN telah

memberikan kontribusi PDB Sektor Industri sebesar 24,95 persen. Pada tahun

2010 cabang industri non migas mengalami pertumbuhan mencapai 5,09 persen,

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 7

sedangkan pada tahun 2009 hanya berkisar 2,56 persen. Selama periode 2004-

2009 triwulan III terjadi peningkatan sebanyak 946.289 unit usaha, dan menyerap

tenaga kerja sebesar 1.187.776 orang. Program Pengembangan IKM dalam

pelaksanaan program utama dan pelaksanaan program pendukung meliputi:

Pengembangan 6 Klaster IKM; Pengembangan IKM penunjang klaster industri;

Pengembangan IKM Unggulan Daerah; Pengembangan IKM di daerah tertinggal,

perbatasan, pasca konflik & pasca bencana; Pengembangan Promosi dan

Informasi; Peningkatan SDM IKM; Peningkatan Kerjasama Industri dan

Peningkatan Standardisasi dan Teknologi.

Dari sisi penyerapan tenaga kerja di sektor Industri Pengolahan, secara

kumulatif dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan sebesar 2.551.507 orang

atau rata-rata per tahun sekitar 519.137 orang (5,28 persen), yang berarti di atas

yang ditargetkan pada RPJMN sebesar 500 ribu per tahun. Pada periode yang

sama pula penanaman modal di sektor Industri Pengolahan terealisasi rata-rata per

tahun senilai 19,14 triliun rupiah untuk Proyek Penanaman Modal Dalam Negeri

dan US $ 4,33 miliar untuk Proyek Penanaman Modal Asing. Dengan asumsi kurs

rata-rata US $ 10.000 rupiah, maka PMA yang diserap sektor Industri Pengolahan

sekitar 43,29 triliun rupiah per tahun. Bila dijumlahkan, total investasi PMA dan

PMDN yang tertanam di sektor Industri Pengolahan rata-rata sebesar 62,43 triliun

rupiah per tahun. Angka tersebut melebih sasaran investasi sektor Industri

Pengolahan pada RPJMN yaitu antara 40-50 triliun rupiah.

Pertumbuhan sektor Industri Pengolahan Non Migas selama 5 (lima) tahun

terakhir boleh dikatakan berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Tahun

2005, laju pertumbuhan sektor industri sebesar 5,86 persen sedikit diatas

pertumbuhan ekonomi yang besarnya 5,69 persen. Pada tahun 2006, 2007 dan

2008 laju pertumbuhan sektor industri selalu di bawah pertumbuhan ekonomi.

Pada tahun 2009 ekonomi tumbuh 4,58 persen, pertumbuhan sektor industri non

migas tumbuh sebesar 2,56 persen. Sedangkan pada tahun 2010 pertumbuhan

industri mencapai 5,09 persen dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,10 persen.

Penurunan yang terjadi pada tahun-tahun terakhir disebabkan terjadinya

pertumbuhan negatif pada beberapa cabang industri, seperti Brg. kayu & Hasil

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 8

hutan lainnya yaitu turun mencapai 3,50 persen. Walau demikian pada tahun 2010

terdapat kelompok industri yang pertumbuhannya cukup tinggi yaitu Alat Angkut,

Mesin & Peralatannya yang memberikan sumbangan pertumbuhan paling besar

yaitu mencapai 10,35 persen, walau pada tahun 2009 mengalami penurunan.

Menurun serta negatifnya pertumbuhan sektor-sektor industri tersebut

disebabkan berbagai permasalahan yang dihadapi, seperti: keterbatasan

infrastruktur dan listrik, kurangnya pasokan bahan baku untuk Industri

Pengolahan Kayu dan Hasil Hutan lainnya, serta maraknya illegal loging dan

illegal trade, kurangnya pasokan gas bumi sebagai bahan baku dan energi untuk

industri pupuk, serta beredarnya isu penggunaan bahan tambahan pangan yang

tidak diperbolehkan untuk industri makanan dan minuman yang sempat

meresahkan masyarakat.

Dari semua cabang industri, terdapat dua cabang industri yang

mendominasi, yaitu industri makanan, minuman dan tembakau dan industri alat

angkut, mesin dan peralatan. Peran Industri makanan, minuman dan tembakau

relatif konstan sekitar 28-34 persen, tetapi industri alat angkut, mesin dan peralatan

pada 15 tahun yang lalu perannya masih sekitar 12 persen, pada periode 2005-2009

meningkat secara signifikan menjadi sekitar 27-29 persen. Sedangkan pada tahun

2010 industri yang mengalami pertumbuhan terbesar yaitu industri alat angkut,

mesin & peralatannya sebesar 10,35 persendan industri pupuk, kimia & barang dari

karet sebesar 4,67 persen. Dengan kontribusi terhadap industri non migas terbesar

disumbangkan oleh dua cabang industri, yaitu industri makanan, minuman dan

tembakau sebesar 33,60 persen dan industri alat angkut, mesin & Peralatannya

sebesar 28,14 persen. Dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pendalaman dan

penguatan struktur industri ke arah produksi produk-produk yang bernilai tambah

tinggi dan memiliki kandungan teknologi yang lebih tinggi bila dibandingkan

periode 10 tahun yang lalu.

Utilisasi industri juga menjadi isu penting karena baru sektiar 47 sub

sektor industri di Indonesia yang utilisasinya di atas 80 persen, sementara 96 sub

sektor dan 83 sub sektor industri utilisasinya masing-masing baru mencapai antara

61 dan 79 persen dan bahkan di bawah 60 persen. Sub sektor yang memiliki

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 9

utilitas di atas 80 persen didominasi oleh sub sektor Industri Kimia Hulu, dimana

sektor hilir industri yang nilai tambahnya lebih tinggi, utilisasi kapasitas

terpasangnya lebih rendah. Kelompok industri yang memiliki nilai tambah yang

tinggi dibandingkan dengan Industri Kimia seperti Industri Permesinan dan

Elektronika, ternyata utilitasnya berkisar antara 61 sampai dengan 79 persen,

bahkan beberapa diantaranya di bawah 60 persen seperti Industri Radio/Radio

Cassette, Industri Mesin Proses Minyak Kelapa Sawit, Industri Mesin Proses

Pengolahan Gula dan Mesin Proses Pengerjaan Logam.

Penguatan struktur industri selama kurun waktu 2005-2010 telah terjadi

pada Industri Baja, Industri Semen, Industri Petrokimia, Industri Keramik,

Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik, Industri Mesin Peralatan Umum,

Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), Industri Alas Kaki, Industri

Pengolahan Kelapa Sawit, Industri Pengolahan Karet dan Barang Karet, Industri

Kakao dan Coklat, Industri Pengolahan Kopi, Industri Gula, Industri Pengolahan

Tembakau, Industri Pengolahan Buah, Industri Furniture, Industri Kertas, Industri

Kendaraan Bermotor, Industri Perkapalan, Industri Kedirgantaraan, Industri

Elektronika, Industri Telematika (Telekomunikasi, Komputer dan Peralatannya).

Namun perkembangan tersebut dirasakan masih belum memenuhi sebagaimana

yang diharapkan. Dari sisi pandang lain diharapkan struktur baru dapat segera

berfungsi maksimal dan dapat segera muncul industri yang belum ada dalam

struktur industri di tanah air, hal ini menunjukkan masih besarnya peluang

investasi pada sektor industri tertentu, baik berupa pendirian perusahaan baru

pada industri yang sudah ada maupun membuka perusahaan pada industri yang

belum ada.

Sebaran industri di Indonesia masih terkonsentrasi secara geografis di Pulau

Jawa dan Sumatera. Pada tahun 2008 persebaran Industri Manufaktur masih terfokus di

Pulau Jawa dan Sumatera menyerap 79,83 persen. Adapun tahun 2006 kedua pulau

tersebut menyerap 79,5 persen unit usaha yang ada di Indonesia, sementara pada tahun

2004 serapannya 77,5 persen.

Realisasi Investasi PMDN menunjukkan perkembangan yang makin

membaik walau masih tetap di bawah periode sebelum krisis tahun 1998. Sektor

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 10

industri merupakan sektor utama yang paling banyak diminati oleh perusahaan-

perusahaan PMDN. Realisasi Investasi PMDN di sektor industri dari 2005-2009

mencapai Rp. 95,72 triliun dari Rp. 144,28 triliun PMDN secara keseluruhan.

Investasi sektor industri paling besar terdapat pada industri Kertas dan Percetakan

yaitu Rp. 32,15 triliun dengan 59 proyek. Sedangkan realisasi investasi PMA di

sektor industri 2005-2009 mencapai US$ 20.163,6 Juta dengan Jumlah proyek

sebanyak 2.057. Sedangkan hingga semester I tahun 2010 investasi PMDN

sebesar Rp. 10.169,5 miliar dengan jumlah proyek sebanyak 267 dan untuk

investasi PMA sebesar US$ 1.189,7 dengan jumlah proyek sebanyak 507 proyek.

Tahun 2010 hingga Triwulan III penyerapan tenaga kerja di sektor industri besar

sedang sebanyak 4.402.686 orang, 24.626 unit usaha, Nilai Produksi sebesar

Rp. 684.977.935.396.000, Nilai Output sebesar Rp. 717.655.268.995.000, Biaya

Input sebesar Rp. 429.308.159.952.000, dengan Nilai Tambah Bruto sebesar

Rp. 288.347.109.043.000. Industri pengolahan telah meningkat rata-rata 6,34

persen pada periode tahun 2005-2009, dengan rincian pada tahun 2006, 2007,

2008, dan 2009 masing-masing meningkat 14,82 persen; 20,527 persen, 22,36

persen, dan 27,49 persen dibanding tahun 2005.

B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA MAKRO SEKTOR INDUSTRI

Secara kumulatif Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 2010 berada

pada angka 6,10 persen (Tabel 3.1), lebih tinggi dari target pertumbuhan ekonomi

sebesar 5,5 persen. Bila kita melihat Pertumbuhan PDB berdasar Lapangan Usaha

maka pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor pengangkutan dan komunikasi

sebesar 13,45 persen disusul dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran

sebesar 8,69 persen; sektor bangunan atau konstruksi sebesar 6,98 persen; sektor

jasa-jasa sebesar 6,01 persen; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

sebesar 5,65 persen; sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar 5,31 persen; sektor

industri pengolahan sebesar 4,48 persen; dan sektor pertambangan dan penggalian

sebesar 3,48 persen; sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan

sebesar 2,86 persen.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 11

Tabel 3.1 Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi(tahun dasar 2000, persen)

LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1. PERTANIAN, PETERNAKAN,2.72 3.36 3.47 4.83 3.98 2.86

KEHUTANAN DAN PERIKANAN

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3.20 1.70 1.93 0.71 4.44 3.48

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.60 4.59 4.67 3.66 2.16 4.48

a. Industri Migas -5.67 -1.66 -0.06 -0.34 -2.19 -2.31

b. Industri Non Migas 5.86 5.27 5.15 4.05 2.56 5.09

4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 6.30 5.76 10.33 10.93 14.29 5.31

5. B A N G U N A N 7.54 8.34 8.53 7.55 7.07 6.98

6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 8.30 6.42 8.93 6.87 1.30 8.69

7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 12.76 14.23 14.04 16.57 15.50 13.45

8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. 6.70 5.47 7.99 8.24 5.05 5.65

9. JASA - JASA 5.16 6.16 6.44 6.24 6.42 6.01

PRODUK DOMESTIK BRUTO 5.69 5.50 6.35 6.01 4.58 6.10

PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 6.57 6.11 6.95 6.47 4.96 6.56

Sumber : BPS diolah Kemenperin

1. Kontribusi Industri Terhadap Ekonomi

Sampai dengan tahun 2010, sektor Industri Pengolahan masih menjadi

penyumbang tertinggi terhadap perekonomian nasional (Produk Domestik

Bruto-PDB). Sektor industri pengolahan pada tahun 2010 menyumbang

sekitar 24,82 persen

Tabel 3.2 Nilai PDB Sektoral dan kontribusinya terhadap PDB Nasional

No LAPANGAN USAHA2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN

433,223.4 12.97 541,931.5 13.72 716,656.2 14.48 857,241.4 15.30 985,143.6 15.34

2PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

366,520.8 10.98 440,609.6 11.15 541,334.3 10.94 591,912.7 10.56 716,391.2 11.15

3 INDUSTRI PENGOLAHAN 919,539.3 27.54 1,068,653.9 27.05 1,376,441.7 27.81 1,477,674.3 26.37 1,594,330.4 24.82

a. Migas 172,094.9 5.15 182,324.3 4.61 237,771.6 4.80 209,973.9 3.75 210,086.4 3.27

b. Non Migas 747,444.4 22.38 886,329.6 22.43 1,138,670.1 23.01 1,267,700.4 22.62 1,384,244.0 21.55

4LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH

30,354.8 0.91 34,723.8 0.88 40,888.6 0.83 47,165.9 0.84 50,042.2 0.78

5 KONSTRUKSI 251,132.3 7.52 304,996.8 7.72 419,711.9 8.48 555,201.4 9.91 660,967.5 10.29

6PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

501,542.4 15.02 592,304.1 14.99 691,487.5 13.97 744,122.2 13.28 881,108.5 13.72

7PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

231,523.5 6.93 264,263.3 6.69 312,190.2 6.31 352,423.4 6.29 417,466.0 6.50

8KEUANGAN, REAL ESTAT & JASA PERSH.

269,121.4 8.06 305,213.5 7.73 368,129.7 7.44 404,013.4 7.21 462,788.8 7.21

9 JASA - JASA 336,258.9 10.07 398,196.7 10.08 481,848.3 9.74 574,116.5 10.24 654,680.0 10.19

10 PRODUK DOMESTIK BRUTO 3,339,216.8 100.00 3,950,893.2 100.00 4,948,688.4 100.00 5,603,871.2 100.00 6,422,918.2 100.00

11PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS

2,967,040.3 88.85 3,534,406.5 89.46 4,427,633.5 89.47 5,138,955.2 91.70 5,924,008.2 92.23

Sumber : BPS diolah Kemenperin

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 12

Setelah terjadinya krisis finansial global tahun 2009 dan dampaknya sangat

dirasakan oleh beberapa industri terutama yang melakukan ekspor dengan

tujuan pasar Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang akibat melemahnya pasar

di negara tersebut. Produk yang terkena dampak cukup berarti antara lain :

TPT, produk karet, produk kayu, serta pulp dan kertas, minyak sawit dan

produk-produk logam. industri barang kayu dan hasil hutan, mengalami

pertumbuhan negatif karena sulitnya pasokan bahan baku dan menurunnya

pasar ekspor. Kondisi yang sama juga terjadi pada industri kertas & barang

cetakan. industri makanan, minuman & tembakau mengalami penurunan

permintaan akibat penurunan daya beli masyarakat. Kondisi melemahnya pasar

global tersebut, berakibat terganggunya rencana perluasan investasi. Pada

tahun 2010 telah terjadi peningkatan ekspor di 5 (lima) negara besar tujuan

ekspor, dimana nilai ekspor di Negara tersebut selama 5 (lima) tahun selalu

naik.

Sampai dengan tahun 2010, sektor Industri Pengolahan masih menjadi

penyumbang tertinggi terhadap perekonomian nasional (Produk Domestik

Bruto-PDB). Sektor industri pengolahan pada tahun 2010 menyumbang sekitar

24,82 persen, diikuti oleh sektor pertanian 15,34 persen dan sektor

perdagangan, hotel dan restoran 13,72 persen, seperti terlihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1Kontribusi 9 (sembilan) Sektor Ekonomi Terhadap PDB Tahun 2010

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 13

Secara umum semua cabang industri pengolahan non migas mengalami

peningkatan, hal ini dapat kita lihat dari nilai pertumbuhan non migas yang

mencapai 5,09 yaitu dua kali lebih besar dibanding pertumbuhan tahun

sebelumnya. Dari sembilan cabang industri yang mengalami pertumbuhan

positif pada tahun 2010 sebanyak 8 (delapan) cabang industri dan hanya satu

cabang industri yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu cabang industri

Barang kayu & Hasil hutan lainnya. Sedangkan pertumbuhan terbesar

disumbangkan dari cabang industri Alat Angkut, Mesin & Peralatannya

sebesar 10,35 persen. Kemudian diikuti dengan cabang industri Pupuk, Kimia

& Barang dari karet sebesar 4,67 persen, barang lainnya 2,98 persen,

Makanan. Minuman dan Tembakau sebesar 2,73 persen, dan Logam Dasar

Besi & Baja 2,56 persen, Semen & Brg. Galian bukan logam sebesar 2,16

persen, Tekstil, Barang kulit & Alas kaki sebesar 1,74 persen, Kertas dan

Barang cetakan sebesar 1,64 persen.

Tabel 3.3 Pertumbuhan PDB: tradables (persen)

No LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 PERTANIAN, PETERNAKAN,2.72 3.36 3.47 4.83 3.98 2.86

KEHUTANAN DAN PERIKANAN

a. Tanaman Bahan Makanan 2.60 2.98 3.35 6.06 4.97 1.81

b. Tanaman Perkebunan 2.48 3.79 4.55 3.67 1.84 2.51

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 2.13 3.35 2.36 3.52 3.45 4.06

d. K e h u t a n a n -1.47 -2.85 -0.83 -0.03 1.82 2.07

e. P e r i k a n a n 5.87 6.90 5.39 5.07 4.16 5.87

2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3.20 1.70 1.93 0.71 4.44 3.48

a. Minyak dan gas bumi -1.77 -1.07 -1.15 0.44 0.07 0.40

b. Pertambangan Bukan Migas. 12.24 4.84 5.27 -1.00 10.79 7.08

c. Penggalian. 7.69 8.33 8.53 7.50 7.04 6.54

3 INDUSTRI PENGOLAHAN 4.60 4.59 4.67 3.66 2.16 4.48

a. Industri M i g a s -5.67 -1.66 -0.06 -0.34 -2.19 -2.31

1). Pengilangan Minyak Bumi -5.00 -1.89 -0.13 0.92 0.51 1.21

2). Gas Alam Cair -6.19 -1.48 -0.01 -1.30 -4.32 -5.22

b. Industri bukan Migas 5.86 5.27 5.15 4.05 2.56 5.09

1). Makanan. Minuman dan Tembakau 2.75 7.21 5.05 2.34 11.22 2.73

2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki1.31 1.23 -3.68 -3.64 0.60 1.74

3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. -0.92 -0.66 -1.74 3.45 -1.38 -3.50

4). Kertas dan Barang cetakan 2.39 2.09 5.79 -1.48 6.34 1.64

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 14

No LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008 2009 2010

5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 8.77 4.48 5.69 4.46 1.64 4.67

6). Semen & Brg. Galian bukan logam 3.81 0.53 3.40 -1.49 -0.51 2.16

7). Logam Dasar Besi & Baja -3.70 4.73 1.69 -2.05 -4.26 2.56

8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 12.38 7.55 9.73 9.79 -2.87 10.35

9). Barang lainnya 2.61 3.62 -2.82 -0.96 3.19 2.98

4 LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 6.30 5.76 10.33 10.93 14.29 5.31

a. L i s t r i k 6.68 6.36 7.64 6.66 7.74 5.43

b. Gas Kota 6.48 5.33 30.16 33.21 41.03 4.87

c. Air bersih 4.53 3.57 3.28 3.74 3.91 5.67

5 KONSTRUKSI 7.54 8.34 8.53 7.55 7.07 6.98

6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

8.30 6.42 8.93 6.87 1.30 8.69

a. Perdagangan Besar dan Eceran 8.82 6.60 9.41 7.03 0.06 9.70

b. H o t e l 6.23 5.18 5.37 4.51 6.59 7.07

c. R e s t o r a n 5.88 5.75 7.08 6.58 7.60 3.21

7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 12.76 14.23 14.04 16.57 15.50 13.45

a. P e n g a n g k u t a n 6.25 6.61 2.82 2.74 5.62 6.83

1). Angkutan Rel -2.98 6.44 1.28 14.31 9.83 5.02

2). Angkutan Jalan raya 4.84 4.93 3.71 4.93 5.67 5.11

3). Angkutan laut 8.75 7.24 -2.30 -5.05 -2.50 -1.80

4). Angk. Sungai, Danau & Penyebrangan 3.94 3.81 3.31 4.75 4.90 7.29

5). Angkutan Udara 10.42 10.65 8.02 5.32 11.65 18.99

6). Jasa Penunjang Angkutan 5.56 7.06 0.60 0.43 5.05 4.41

b. K o m u n i k a s i 24.58 26.03 28.74 31.04 23.61 18.10

8 KEUANGAN, REAL ESTAT & JASA PERSH.

6.70 5.47 7.99 8.24 5.05 5.65

a. B a n k 4.50 1.55 7.96 7.41 2.40 4.78

b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 8.35 7.15 8.14 9.03 7.91 6.35

c. Jasa Penunjang Keuangan 6.66 7.55 9.68 3.40 3.51 5.89

d. Real Estate 8.17 8.47 7.85 8.88 5.24 5.53

e. Jasa Perusahaan 9.28 9.49 8.15 8.97 9.66 7.43

9 JASA – JASA 5.16 6.16 6.44 6.24 6.42 6.01

a. Pemerintahan Umum 1.90 3.96 5.43 4.46 5.10 4.58

1). Adm. Pemerintahan & Pertahanan 1.81 3.74 5.15 4.07 4.91 4.50

2). Jasa Pemerintahan lainnya 2.06 4.34 5.92 5.12 5.43 4.71

b. S w a s t a 8.09 8.02 7.27 7.67 7.44 7.10

1). Sosial Kemasyarakatan 7.22 6.96 6.62 7.30 7.34 6.41

2). Hiburan dan Rekreasi 6.52 7.95 6.97 7.65 7.85 7.46

3). Perorangan dan Rumah tangga 8.62 8.45 7.56 7.82 7.42 7.32

PRODUK DOMESTIK BRUTO 5.69 5.50 6.35 6.01 4.58 6.10

PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS

6.57 6.11 6.95 6.47 4.96 6.56

Sumber : BPS, diolah Kemenperin* Angka sementara

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 15

Industri Non Migas terus mengalami penurunan sejak tahun 2005

sebagaimana dilihat pada Tabel 3.4. Dari tabel tersebut terdapat empat industri

yang mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2009, sedangkan pada tahun

2010 hanya terdapat satu industri yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu

industri barang kayu & hasil hutan lainnya sebesar -3,50 persen. Sedangkan

cabang industri yang menunjukkan pertumbuhan positif ada delapan yakni Alat

Angkut, Mesin & Peralatannya 10,35 persen; Pupuk, Kimia & Barang dari

karet sebesar 4,67 persen; Barang lainnya sebesar 2,98 persen; Makanan,

Minuman dan Tembakau sebesar 2,73 persen; Logam Dasar Besi & Baja

sebesar 2,56 persen; Semen & Barang Galian bukan logam 2,16 persen;

Tekstil, Barang kulit & Alas kaki sebesar 1,74 persen serta Kertas dan Barang

Cetakan sebesar 1,64 persen.

Kondisi cabang-cabang industri pada tahun 2010mulai menunjukkan

kondisi yang baik dengan naiknya pertumbuhan Industri Pengolahan Non

Migas sebesar 5,09 sebesar dimana pada tahun 2009 hanya sebesar 2,56 persen.

Terdapat dua industri yang mengalami penurunan dan kenaikan yang cukup

tinggi, untuk kenaikan terbesar terjadi pada Industri Alat Angkut, Mesin &

Peralatannya sebesar 10,35 persen dan penurunan terbesar terjadi pada Industri

Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 2,73 persen.

Tabel 3.4 Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas

NoCabang Industri Pertumbuhan (%)

2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 Makanan, Minuman dan Tembakau 2.75 7.21 5.05 2.34 11.22 2.73

2 Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 1.31 1.23 -3.68 -3.64 0.60 1.74

3 Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. -0.92 -0.66 -1.74 3.45 -1.38 -3.50

4 Kertas dan Barang cetakan 2.39 2.09 5.79 -1.48 6.34 1.64

5 Pupuk, Kimia & Barang dari karet 8.77 4.48 5.69 4.46 1.64 4.67

6 Semen & Brg. Galian bukan logam 3.81 0.53 3.40 -1.49 -0.51 2.16

7 Logam Dasar Besi & Baja -3.70 4.73 1.69 -2.05 -4.26 2.56

8 Alat Angk., Mesin & Peralatannya 12.38 7.55 9.73 9.79 -2.87 10.35

9 Barang lainnya 2.61 3.62 -2.82 -0.96 3.19 2.98

Total Industri Pengolahan Non Migas 5.86 5.27 5.15 4.05 2.56 5.09

Ditinjau dari realisasi investasi dalam negeri (PMDN), total realisasi

industri manufaktur mengalami peningkatan pada tahun 2009 dibanding

tahun 2008, dengan nilai realisasi tertinggi pada cabang Industri Kimia dan

Sumber: BPS, diolah Kemenperin

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 16

Farmasi sebesar 5.850,1 miliar rupiah diikuti dengan Industi Makanan,

sebesar 5.768, miliar rupiah. Nilai realisasi Industri Kimia dan Farmasi

mengalami peningkatan yang sangat besar pada tahun 2009 sebesar lebih

dari 10 kali realisasi dibanding tahun sebelumnya (Tabel 3.5). Realisasi

tahun 2008 sebesar 503,8 miliar rupiah sedangkan pada tahun 2009 sebesar

5.850,1 miliar rupiah. Apabila ditinjau dari jumlah izin usaha tetap yang

dikeluarkan, maka tahun 2009 mengalami penurunan pengajuan izin usaha

jika di bandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 triwulan III realisasi

investasi mencapai 16.581,92 miliar rupiah dengan jumlah proyek sebanyak

365. Realisasi semester IV atau akhir tahun 2010 belum bisa kita dapatkan

dikarenakan belum di publikasikan oleh pihak BKPM.

Tabel 3.5 Perkembangan Realisasi Investasi (PMDN) Industri

NO. SEKTOR2006 2007 2008 2009 2010**

P I P I P I P I P I1 Industri Makanan 19,0 3.175,3 27,0 5.371,7 49,0 8.192,7 34,0 5.768,5 153 10.647,49

2 Industri Tekstil 7,0 81,7 8,0 228,2 20,0 719,7 23,0 2.645,7 24 344,33

3Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki

1,0 4,0 2,0 58,5 2,0 10,1 1,0 4,0 10

4 Industri Kayu 9,0 709,0 3,0 38,8 4,0 306,6 2,0 33,5 3 0

5 Ind. Kertas dan Percetakan 9,0 1.871,2 8,0 14.548,2 14,0 1.797,7 8,0 1.000,8 22 423,01

6 Ind. Kimia dan Farmasi 10,0 3.248,9 14,0 1.168,2 23,0 503,8 15,0 5.850,1 60 1.999,94

7 Ind. Karet dan Plastik 11,0 253,6 10,0 564,5 26,0 794,2 31,0 1.532,8 38 426,63

8 Ind. Mineral Non Logam 4,0 218,2 2,0 124,2 7,0 845,3 4,0 786,1 15 1684,96

9 Ind. Logam, Mesin & Elektronik 22,0 3.334,2 17,0 3.541,6 31,0 2.381,3 31,0 1.466,8 38 760,63

10Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik dan Jam

0,0 0,0 0,0 0,0 2,0 7,0 0,0 0,00

11Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain

4,0 116,6 8,0 609,4 6,0 314,7 3,0 66,5 10294,93

12 Industri Lainnya 0,0 0,0 2,0 36,5 4,0 38,4 6,0 279,5 1 0

Jumlah 96,0 13.012,7 101,0 26.289,8 188,0 15.911,5 158,0 19.434,5 365 16.581,92

CATATAN : 1. Diluar Investasi Sektor Minyak & Gas Bumi, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi,

Sewa Guna Usaha, Pertambangan dalam rangka Kontrak Karya, Perjanjian Karya, Pengusahaan Pertambangan Batubara, Investasi yang perizinannya dikeluarkan oleh instansi teknis/sektor, Investasi Porto folio (Pasar Modal) dan Investasi Rumah Tangga.

2. P : Jumlah Izin Usaha Tetap yang dikeluarkan3. I : Nilai Realisasi Investasi dalam Rp. Milyar4. Data sementara, termasuk izin usaha tetap yang dikeluarkan oleh daerah yang diterima BKPM sampai

dengan tanggal 30 September 2010Sumber : BKPM (2010)

Ditinjau dari realisasi Nilai investasi PMA pada tahun 2009 menunjukkan

penurunan dibanding tahun 2008 yakni dari sebesar US$ 4.515,3 Juta menjadi

US$ 3.831,1 Juta . Dari sejumlah tersebut, kontribusi investasi 3 besar pada

tahun 2009 berada pada sub sektor industri kimia dan farmasi dengan nilai US$

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 17

1.183,1 juta, kemudian diikuti industri logam, mesin dan elektronik sebesar

US$ 654,9 juta dan industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain

sebesar US$ 583,4 juta (Tabel 3.6). Jumlah izin usaha tetap yang dikeluarkan

untuk investasi PMA rata-rata mengalami penurunan pada tahun 2009. Total

izin yang dikeluarkan adalah sejumlah 474 izin pada tahun 2009 dibandingkan

495 izin pada tahun 2008, atau terjadi penurunan sebesar 4,24 persen. Pada

tahun 2010 triwulan III realisasi investasi mencapai 2.513 miliar rupiah dengan

jumlah proyek sebanyak 829. Realisasi semester IV atau akhir tahun 2010

belum bisa kita dapatkan dikarenakan belum di publikasikan oleh pihak

BKPM.

Tabel 3.6 Perkembangan Realisasi Investasi (PMA)

NO.SEKTOR 2006 2007 2008 2009 2010**

P I P I P I P I P I1 Industri Makanan 45,0 354,4 53,0 704,1 42,0 491,3 49 552,1 8 27,7

2 Industri Tekstil 61,0 424,0 63,0 131,7 67,0 210,3 66 251,4 3 1,4

3Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki 11,0 51,8 10,0 95,9 20,0 145,8 21 122,6

130 781,3

4 Industri Kayu 18,0 58,9 17,0 127,9 19,0 119,6 18 62,1 19 63,3

5 Ind. Kertas dan Percetakan 16,0 747,0 11,0 672,5 15,0 294,8 18 68,7 19 15,5

6 Ind. Kimia dan Farmasi 32,0 264,6 32,0 1.611,7 42,0 627,7 41 1183,1 24 15,2

7 Ind. Karet dan Plastik 33,0 112,7 36,0 157,9 51,0 272,1 42 208,1 70 112,5

8 Ind. Mineral Non Logam 7,0 94,8 6,0 27,8 11,0 266,5 8 19,5 202 383,6

9Ind. Logam, Mesin & Elektronik 86,0 955,2 99,0 714,1 140,0 1.280,9 121 654,9

66 73,43

10Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik dan Jam 1,0 0,2 1,0 10,9 7,0 15,7 5 5,1

30 0,9

11Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain 28,0 438,5 38,0 412,3 47,0 756,1 52 583,4

173 758.0

12 Industri Lainnya 25,0 117,1 24,0 30,2 34,0 34,8 33 120,1 85 280,2

Jumlah 363,0 3.619,2 390,0 4.697,0 495,0 4.515,3 474 3831,1 829 2,513

CATATAN : 1. Diluar Investasi Sektor Minyak & Gas Bumi, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, Pertambangan dalam rangka Kontrak Karya, Perjanjian Karya, Pengusahaan Pertambangan Batubara, Investasi yang perizinannya dikeluarkan oleh instansi teknis/sektor, Investasi Porto folio (Pasar Modal) dan Investasi Rumah Tangga.2. P : Jumlah Izin Usaha Tetap yang dikeluarkan3. I : Nilai Realisasi Investasi dalam US$ Juta4. Data sementara, termasuk izin usaha tetap yang dikeluarkan oleh daerah yang diterima BKPM sampai dengan tanggal 30 September 2010Sumber : BKPM (2010)

Ditinjau dari peranan cabang industri, cabang-cabang industri pengolahan

non migas yang memberikan kontribusi tinggi terhadap PDB adalah cabang

industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 33,60 persen, cabang

industri alat angkut, mesin dan peralatannya 28,14 persen, industri pupuk,

kimia dan barang dari karet 12,73 persen, serta cabang industri lainnya

memiliki peran di bawah 10 persen.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 18

Tabel 3.7 Peranan Cabang Industri terhadap Total Sektor Industri

CABANG INDUSTRI 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1). Makanan, Minuman dan Tembakau 28,58 28,46 29,80 30,40 33.16 33.60

2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 12,40 12,06 10,56 9,21 9.19 8.97

3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 5,67 5,97 6,19 6,43 6.33 5.82

4). Kertas dan Barang cetakan 5,45 5,30 5,12 4,56 4.82 4.75

5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 12,25 12,59 12,50 13,53 12.85 12.73

6). Semen & Brg. Galian bukan logam 3,95 3,88 3,70 3,53 3.43 3.29

7). Logam Dasar Besi & Baja 2,96 2,77 2,58 2,57 2.11 1.95

8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 27,81 28,02 28,69 28,97 27.33 28.14

9). Barang lainnya 0,93 0,95 0,85 0,80 0.77 0.76

Industri tanpa Migas 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00Sumber: BPS Diolah Kemenperin

2. Perkembangan Ekspor Impor dan Neraca Perdagangan

Perkembangan ekspor total industri nasional selama tahun 2005 hingga

tahun 2010 mengalami pertumbuhan sebesar 84,19 persen. Pertumbuhan ini

disumbang oleh 12 industri yang tumbuh selama empat tahun terakhir sebesar

62,12 persen. Total nilai sumbangan ekspor 12 besar sektor industri tahun

2010 sebesar US$ 87.691,77 juta dibandingkan tahun 2005 sebesar US$

49.757,71 juta. Industri Pengolahan kelapa/kelapa Sawit masih menjadi

penyumbang paling tinggi dengan nilai US$ 17.253,8 juta diikuti dengan

Industri Tekstil sebesar US$ 11.205,50 juta. Serta Besi Baja, Mesin-mesin dan

Otomotif sebesar US$ 10.840,00 juta. Adapun penyumbang terkecil adalah

industri kulit, barang kulit dan sepatu/alas kaki sebesar US$ 2.665,60 juta.

Total ekspor non migas tahun 2010 mencapai US$ 129.739,50 juta serta

ekspor migas sebesar US$ 28.039,60 juta (Gambar 3.2).

Gambar 3.2Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 19

Tabel 3.8 Perkembangan Ekspor Non Migas Tahun 2004 s/d 2010 (juta US $)

No URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009 2010Pertumbuhan

(%)2005-2010

1 Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit 5.419,19 6.407,27 10.476,83 16.168,07 13.249,46 17.253,8 218.38

2 Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif

5.949,69 7.712,68 9.606,92 11.814,98 10.720,08 10.840,00 82.19

3 T e k s t i l 8.584,85 9.422,75 9.790,09 10.116,35 9.974,69 11.205,50 30.53

4 Pengolahan Karet 3.545,82 5.465,16 6.179,87 7.579,66 6.974,25 9.522,60 168.56

5 Elektronika 7.853,03 7.200,19 6.359,73 6.806,70 6.656,97 9.254,60 17.85

6 Pengolahan Tembaga, Timah dll. 3.133,52 4.133,97 6.156,04 5.660,67 5.731,40 6.506,00 107.63

7 Pulp dan Kertas 3.257,48 3.983,27 4.440,49 5.219,62 4.859,58 5.708,20 75.23

8 Pengolahan Kayu 4.476,25 4.757,59 4.485,14 4.206,12 4.372,99 4.280,30 -4.38

9 Kimia Dasar 2.750,22 3.521,44 4.492,50 3.738,35 4.019,17 4.568,60 66.12

10 Makanan dan Minuman 1.647,92 1.866,00 2.374,83 3.104,85 2.736,36 3.228,60 95.92

11 Alat-alat Listrik 1.456,03 1.770,93 2.148,88 2.390,24 2.259,58 2,657.90 82.54

12 Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/Alas Kaki

1.683,69 1.913,17 2.006,60 2.260,46 2.148,35 2.665,60 58.32

Total 12 Besar Industri 49.757,71 58.154,42 68.517,92 79.066,08 65.376,60 87.691,77 76.24

Total Industri Non Migas 55.566,99 64.990,33 76.429,60 88.351,70 73.435,84 98.015,08 76.39

Non migas 66.428,36 79.589,15 92.012,32 107.894,15 97.491,73 129.739,50 95.31

Migas 19.231,60 21.209,48 22.088,57 29.126,27 19.018,30 28.039,60 45.80

Total Ekspor Nasional 85,659.96 100,798.63 114,100.89 137,020.42 116,510.03 157,779.10 84.19

Sumber : BPS, diolah Kemenperin

Total nilai impor Nasional tahun 2010 sebesar US$ 135.663,28 juta, nilai

tersebut jauh lebih bila dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar

US$ 96.829,24 juta (Tabel 3.9). Nilai industri non migas sebesar US$ 101.115,40

juta. Total nilai impor tersebut terserap pada 9 industri sebesar US$ 87.954,80 juta.

Industri yang menyerap impor paling tinggi adalah industri besi baja, mesin-mesin

dan otomotif sebesar US$ 43.218,60 juta pada tahun 2010. Nilai ini naik sebesar

36,41 persen dibandingkan tahun 2009. Industri elektronika tahun 2010 menyerap

nilai impor sebesar US$ 14.176,20 juta dan industri kimia dasar sebesar US$

11.431,50 juta.

Total impor non migas tahun 2010 mencapai US$ 108,25 Miliar serta

ekspor migas sebesar US$ 27,41 Miliar (Gambar 3.3).

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 20

Gambar 3.3Perkembangan Impor Migas dan Non Migas

Secara rinci, perkembangan impor per cabang industri selama tahun 2005

hingga tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 3.9 di bawah ini.

Tabel 3.9 Perkembangan Impor Non Migas Tahun 2005 s/d 2010 (US $ Juta)

No URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Pertumbuhan (%)

2005-2010*

1 Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif

17.531,04 17.031,41 20.539,04 39.978,6931,683.82

43,218.60 146.53

2 Elektronika 2.413,48 2.488,31 4.035,98 13.444,7110,496.71

14,176.20 487.38

3 Kimia Dasar 5.935,32 6.315,39 7.115,75 10.716,708,095.12

11,431.50 92.60

4 T e k s t i l 1.026,87 1.085,68 1.192,00 3.901,783,396.92

5,031.20 389.95

5 Makanan dan Minuman 1.914,52 2.178,23 3.616,14 3.157,972,810.63

4,514.20 135.79

6 Pulp dan Kertas 1.298,95 1.392,04 1.692,60 2.518,491,883.21

2,731.80 110.31

7 Alat-alat Listrik 877,79 852,98 1.118,31 2.470,792,105.82

3,142.80 258.04

8 P u p u k 518,87 624,65 761,78 2.337,64929.14

1,509.20 190.86

9 Barang-barang Kimia lainnya 1.167,23 1.170,03 1.293,82 1.845,641,661.88

2,199.30 88.42

Total 9 Besar Industri 32.684,07 33.138,71 41.365,42 80.372,4263,063.25

87,954.80 169.11

Total Industri Non Migas 37.300,34 38.624,63 48.084,08 91.800,6772,398.09 101,115.40 171.08

Non Migas 40.243,21 42.102,59 52.540,61 98.644,4177,848.50 108,250.60 168.99

Gas 17.457,68 18.962,87 21.932,82 30.552,9018,980.75

27,412.70 57.02

Total Impor Nasional 57,700.88 61,065.47 74,473.43 129,197.31 96,829.24 135,663.28 135.11Sumber : BPS, diolah Kemenperin

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 21

Berdasarkan penggunaan, impor barang dibagi menurut barang

konsumsi, bahan baku dan barang modal. Impor barang konsumsi, impor

bahan baku/penolong dan impor barang modal pada periode yang sama juga

mengalami peningkatan yang cukup tajam. Peran impor bahan baku

mengambil persentase paling besar yakni 72,16 persen diikuti barang modal

19,84 persen dan barang konsumsi 8,00 persen. Pada tahun 2009, impor

barang konsumsi mengalami penurunan sebesar 6,52 persen dibanding tahun

2008, bahan baku menurun 13.34 persen dan barang modal sebesar 13.85

persen. Tahun 2008 impor barang konsumsi naik 35,46 persen dibandingkan

tahun sebelumnya, impor bahan baku sebesar 75,88 persen dan barang modal

sebesar 85,39 persen.

Tabel 3.10Perkembangan Impor Menurut Golongan Penggunaan

Golongan Barang

2005 2006Persen Perub.

2007Persen Perub.

2008Persen Perub.

2009Persen Perub.

2010*Peran (%) terhadap

total impor

Barang Konsumsi

4.752,32 5.314,84 11,84 7.121,56 33,99 9.647,11 35,46 9.017,71 -6.52 10,853.44 8.00

Bahan Baku

44.658,23 46.592,24 4,33 55.885,14 19,95 98.291,74 75,88 85.183,92 -13.34 97,893.23 72.16

Barang Modal

8.290,33 9.158,39 10,47 11.466,72 25,20 21.258,46 85,39 18.313,26 -13.85 26,916.61 19.84

Total Impor

57.700,88 61.065,47 5,83 74.473,43 21,96 129.197,31 73,48 112.514,35 -6.52 35,663.28 100.00

Sumber : BPS, diolah Kemenperin

Neraca perdagangan non migas sejak tahun 2005 sampai dengan tahun

2010 selalu mengalami surplus. Surplus neraca perdagangan non migas

tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan surplus sebesar US$ 39.471,71.

Secara rinci, neraca perdagangan non migas dapat dilihat pada Gambar 3.3

dibawah ini.

Gambar 3.4Neraca Perdagangan Non Migas

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 22

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA SASARAN STRATEGIS PERSPEKTIF

STAKEHOLDERSTAHUN 2010

Penilaian atas pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian dilakukan

melalui pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai

keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan sesuai

dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi

dan misi Kementerian Perindustrian. Pengukuran kinerja sasaran strategis

perspektif stakeholders mempunyai 7 (tujuh) sasaran strategis dengan 13 indikator

kinerja utama, yaitu:

C.1. Tingginya Nilai Tambah Industri.

Seperti tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun

2010-2014, sasaran strategis yang akan dicapai Kementerian Perindustrian dalam

rangka pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan

serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan adalah tingginya nilai

tambah industri yang akan diukur melalui indikator kinerja yaitu:

1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah dicari melalui

pertumbuhan nilai tambah dihitung dengan melihat tingkat pertumbuhan rata-

rata sektor industri sesuai data dari BPS. Untuk setiap sektor akan mengikuti

dengan mencantumkan nilai pertumbuhan dalam persentase masing-masing

jenis industri dan data diperoleh dari BPS dengan target 4,99 persen.

2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Nasional dicari melalui besaran

persentase kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Nasional dengan

target 23,92 persen.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat

pada tabel 3.11.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 23

Tabel. 3.11Capaian IKU dari Tingginya Nilai Tambah Industri.

Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian

Tingginya Nilai Tambah Industri

Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah

4.99 5.09 102

Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional

23.92 21.55 90.09

Nilai Capaian Tingginya Nilai Tambah Industri 96.05

Nilai capaian tingginya nilai tambah industri mencapai 96,05 persen

merupakan merupakan salah satu dampak dari sejumlah sasaran yang telah dicapai

oleh Kementerian Perindustrian melalui kinerjanya di tahun 2010. Upaya yang

dilakukan Kementerian Perindustrian guna mencapai target tingginya nilai tambah

industri melalui: perumusan kebijakan, pelayanan dan fasilitasi, serta pengawasan,

pengendalian dan evaluasi.

Salah satu upaya yang dilakukan guna meningkatkan laju pertumbuhan

industri adalah melalui pengembangan Iklim usaha, diantaranya telah dilakukan

sosialisasi pengawasan produk, 5 (lima) workshop kebijakan tarif dan non tariff

serta 2 (dua) sosialisasi peraturan terbaru; usulan kebijakan harmonisasi tarif,

penyempurnaan tata niaga pajak ekspor, Evaluasi Non Tariff Measure (NMT) dan

Non tariff Barrier (NTB) dan penetapan Rule of Origin;. Hal ini dilakukan agar

dunia usaha baik dalam dan luar negeri tetap mempertahankan investasi industri

yang ada dan mengembangkan atau menarik investasi baru untuk ditanam pada

industri manufaktur di Indonesia sehinggga terjadi pertumbuhan industri.

Penurunan/Penghapusan Tarif dan PPnBM merupakan salah satu cara

pemerintah dalam memberikan insentif untuk peningkatan daya saing industri

melalui kebijakan fiskal, yang mana kebijakan ini memiliki tujuan menstabilkan

perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang

beredar. Instrumen utama dari kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak.

Kebijakan insentif Bea Masuk perlu dilakukan dalam rangka memperkuat daya

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 24

saing industri nasional dalam menghadapi persaingan dari luar. Dalam skema

CEPT, 80% lebih tarifnya sudah 0% dan tahun 2010 untuk normal tarif bea

masuknya semuanya 0%, selain itu untuk di ketahui dibawah payung ASEAN

melakukan FTA dengan Korea, China, serta tahun 2008 telah dilakukan bilateral

FTA dengan Jepang (IJ-EPA). Diperkirakan tahun 2011 dibawah payung

ASEAN melakukan FTA dengan ANZ (Australia New Zealand), India, dan

kemungkinan Eropa. Kebijakan BMDTP baru pertama kali dilaksanakan di tahun

2008 dan penerapan kebijakan ini dan sistem anggaran Nasional adalah hybrid

antara anggaran dan kepabeanan.

Dengan pemberdayaan produk dalam negeri agar mampu bersaing dengan

produk-produk luar negeri/impor merupakan salah satu upaya yang dilakukan

untuk meningkatkan pengembangan investasi yang sudah ada maupun untuk

menumbuhkan investasi baru melalui pelaksaan pameran atau promosi.

Laju pertumbuhan Industri Alat Transportasi dan Telematika tahun 2010

terhadap 2009 adalah sebesar 10,35 %. Kontribusi Industri manufaktur untuk

tahun 2010 adalah sebesar 28,14 % meningkat dibandingkan tahun 2009 dimana

pada tahun tersebut kontribusinya sebesar 27,33%. Pada tahun 2010 dilakukan

beberapa restrukturisasi permesinan salah satunya restrukturisasi pabrik gula,

restrukturisasi permesinan industri alas kaki dan penyamakan kulit. Bantuan

modal investasi bagi pembelian mesin-mesin pabrik tersebut menjadi salah satu

faktor dalam meningkatkan laju pertumbuhan industri mesin nasional menjadi

sebesar 7 persen pada tahun 2010, serta tercapainya kontribusi industri mesin

terhadap PDB sebesar 4,29 persen dari target sebesar 1,4 persen. Restrukturisasi

tersebut dilaksanakan dengan mekanisme bantuan modal investasi dan bantuan

tersebut berhasil diserap oleh 24 perusahaan alas kaki dan penyamakan kulit dari

29 perusahaan yang dialokasikan. Restrukturisasi permesinan industri alas kaki

dan penyamakan kulit tersebut berhasil menarik investasi barang modal sebesar

Rp. 183 Milyar disamping itu, laju pertumbuhan industri aneka meningkat sebesar

5,32 persen dan utilisasi kapasitas produksi sebesar 65,46 persen. Restrukturisasi

permesinan industri TPT, pabrik gula, alas kaki dan penyamakan kulit realisasinya

melebihi target dari yang telah ditetapkan, dari yang semula target sebanyak 136

perusahaan terealisasi menjadi 174 perusahaan.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 25

Berdasarkan data dari laju pertumbuhan PDB pada tahun 2010 sektor

industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 4,48 persen. Hasil tersebut

naik jika dibandingkan pada tahun 2009 yang hanya mencapai 2,16 persen. Angka

tersebut disumbangkan oleh industri bukan migas sebesar 5,09 persen dan industri

migas yang menurun sebesar 2,31 persen seperti terlihat pada tabel 3.12.

Tabel 3.12Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan Komulatif

LAPANGAN USAHA2009* 2010**

I II III IV I II III IV

INDUSTRI PENGOLAHAN 1.50 1.51 1.43 2.16 3.87 4.18 4.21 4.48

a. Industri M i g a s -2.20 -1.86 -1.78 -2.19 -1.01 -1.73 -2.07 -2.31

b. Industri bukan Migas 1.85 1.83 1.73 2.56 4.31 4.72 4.78 5.09

1). Makanan, Minuman dan Tembakau 13.79 15.34 13.39 11.22 0.60 1.22 2.16 2.73

2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki -2.16 -2.50 -0.75 0.60 0.13 -0.01 0.05 1.74

3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 3.12 -0.96 -1.97 -1.38 -2.73 -2.81 -2.83 -3.50

4). Kertas dan Barang cetakan 3.23 3.35 4.60 6.34 -0.84 -0.50 0.48 1.64

5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 3.23 2.84 1.17 1.64 4.45 4.05 4.50 4.67

6). Semen & Brg. Galian bukan logam -4.69 -3.72 -2.92 -0.51 8.03 5.52 3.46 2.16

7). Logam Dasar Besi & Baja -9.88 -8.99 -7.10 -4.26 -0.06 -0.03 -0.13 2.56

8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya -5.97 -6.34 -5.41 -2.87 10.67 11.64 10.67 10.35

9). Barang lainnya 8.70 4.21 3.87 3.19 -1.39 2.25 2.82 2.98

PRODUK DOMESTIK BRUTO 4.60 4.37 4.31 4.58 5.59 5.86 5.84 6.10

PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 5.01 4.77 4.69 4.96 6.09 6.31 6.28 6.56

Sumber: BPS, diolah Depperin. * Angka sementara, ** Angka sangat sementara

PDB atas dasar harga berlaku tahun 2010, sektor ekonomi yang

menunjukkan nilai tambah terbesar adalah sektor industri pengolahan sebesar

Rp. 1,594,330.4 miliar atau (24.82 persen) terhadap total PDB, kemudian sektor

pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebesar Rp. 985,143.6 milliar

(15.34 persen), sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar Rp. 881,108.5

milliar (13.72 persen), sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp

716,391.2 miliar (11.15 persen), sektor konstruksi/bangunan sebesar Rp

660,967.5 miliar (10.29 persen), sektor jasa-jasa sebesar Rp 654,680 miliar

(10.19 persen), sektor keuangan-real estate-jasa perusahaan Rp 462,788.8 miliar

(7.21 persen), sektor pengangkutan-komunikasi sebesar Rp 417,466 miliar (6.50

persen) dan terakhir paling kecil sektor listrik-gas-air bersih sebesar Rp

50,042.2 miliar (0.78 persen) (Gambar 3.5).

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 26

Gambar 3.5PDB 9 (sembilan) Sektor Ekonomi Tahun 2010

Secara rinci, Produk Domestik Bruto sektor ekonomi mulai dari tahun

2008 berdasarkan jenis lapangan usaha dapat dilihat pada tabel 3.13

dibawah ini.

Tabel 3.13 PDB Menurut Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku

(Milliar Rupiah)

LAPANGAN USAHANilai PDB Harga Berlaku

2008 2009* 2010**

1. PERTANIAN, PETERNAKAN,

KEHUTANAN DAN PERIKANAN716,656.2 857,241.4 985,143.6

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 541,334.3 591,912.7 716,391.2

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,376,441.7 1,477,674.3 1,594,330.4

a. INDUSTRI MIGAS 237,771.6 209,973.9 210,086.4

b. INDUSTRI NON MIGAS 1,138,670.1 1,267,700.4 1,384,244.0

4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 40,888.6 47,165.9 50,042.2

5. B A N G U N A N 419,711.9 555,201.4 660,967.5

6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 691,487.5 744,122.2 881,108.5

7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 312,190.2 352,423.4 417,466.0

8. KEUANGAN, REAL ESTATE & JASA PERSH. 368,129.7 404,013.4 462,788.8

9. JASA - JASA 481,848.3 574,116.5 654,680.0

PDB 4,948,688.4 5,603,871.2 6,422,918.2

PDB NON MIGAS 4,427,633.5 5,138,955.2 5,924,008.2

Sumber : BPS* Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 27

C.2. Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri.

Tingginya penguasaan pangsa pasar adalah tingginya penjualan produk

dalam negeri dibanding seluruh pangsa pasar, sedangkan penguasaan pangsa

pasar luar negeri adalah tingginya nilai ekspor produk industri sehingga dapat

meningkatkan rasio/perbandingan nilai ekspor industri terhadap nilai ekspor

keseluruhan. Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri merupakan salah

satu sasaran strategis yang ditujukan untuk mewujudkan visi Kementerian

Perindustrian pada Tahun 2014.

Indikator dari pencapaian sasaran tingginya penguasaan pasar dalam dan

luar negeri adalah:

1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri

nasional dicapai melalui penghitungan peningkatan nilai ekspor produk

industri, sehingga dapat meningkatkan rasio/perbandingan nilai ekspor

produk industri saja (belum termasuk jasa ) yang memang masuk di 5 negara

tujuan (AS, Jepang, Uni Eropah, Cina, dan Korsel) dengan target 35 persen.

2. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar

dalam negeri dicapai melalui nilai perbandingan pangsa pasar produk

industri nasional di dalam negeri terhadap total permintaan pasar dalam

negeri dengan target 60 persen.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat

dilihat pada tabel 3.14.

Tabel. 3.14Capaian IKU Dari Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri.

Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian

Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri

Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional 35 21.72 62.06

Nilai Capaian Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri

62.06

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 28

Nilai capaian tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri

mencapai 62.06 persen. Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna

mencapai target tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri melalui

perumusan kebijakan, pelayanan dan fasilitasi, serta pengawasan, pengendalian

dan evaluasi. Untuk indikator kinerja utama pangsa pasar produk industri

nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri belum dapat diketahui

realisasinya dikarenakan kesulitan untuk dapat memperoleh data, sehingga perlu

dievaluasi kembali untuk penetapan kinerja tahun 2011.

Secara garis besar pengembangan pangsa pasar dalam dan luar negeri

ditujukan kepada Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dan

telah di bentuk tim nasional P3DN yang diketuai oleh Menteri Perindustrian.

Hasil-hasil yang telah dicapai diantaranya pencetakan dan distribusi buku daftar

inventarisasi TKDN barang/jasa produksi dalam negeri sebanyak 2000 buku,

Evaluasi 2 (dua) Kebijakan P3DN, Sosialisasi dan Fasilitasi Pembentukan Tim

P3DN sebanyak 26 daerah dari 24 daerah yang menjadi target, Promosi

Kebijakan P3DN Melalui TV, Penganugerahan Penghargaan P3DN. Selain

melalui program P3DN juga dilakukan bantuan sarana produksi bagi sentra IKM

pangan di 5 provinsi sebanyak 9 paket, Jumlah IKM pangan yang ikut serta pada

pameran di dalam dan luar negeri sebanyak 11 IKM, berpartisipasi pada event-

event pameran bertaraf internasional di dalam negeri dan luar negeri, pameran

produk pangan unggulan daerah di Jawa Tengah, program OVOP melalui PSA

(Public Service Advertisement) yang telah dibuat kepada masyarakat maupun

talkshow di media TV. Pameran dilaksanakan untuk menyediakan ruang promosi

bagi industri mesin, tekstil dan produk tekstil, serta aneka dimana pada tahun

2010 mampu memfasilitasi sebanyak 632 perusahaan.

C.3. Kokohnya Faktor-Faktor Penunjang Pengembangan Industri.

Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri merupakan

salah satu sasaran strategis yang ditujukan untuk mewujudkan visi Kementerian

Perindustrian pada Tahun 2014. Indikator dari pencapaian sasaran kokohnya

faktor-faktor penunjang pengembangan industri adalah:

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 29

1. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri dihitung melalui

Persentase pembagian antara Nilai tambah dan jumlah Tenaga Kerja di

sektor Industri ybs, secara ekstrapolasi dari data 2 tahun lalu yang didekati

dengan peningkatan persentase pertambahan nilai tambah / jenis industri

(data dari BPS) dengan target 250.000 Rupiah/Tenaga Kerja.

2. Indeks Iklim Industri Nasional dicapai melalui nilai hasil pengukuran dengan

menggunakan kuesioner. Dijalankan dengan sampling pada masing-masing

industri (kuesioner disiapkan biro perencanaan, tetapi survey dilakukan

masing-masing Dirjen pada perusahaan secara sampling) dengan target

indeks 4 (dari skala 1-5).

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat

dilihat pada tabel 3.15.

Tabel. 3.15Capaian IKU Dari Kokohnya Faktor-Faktor Penunjang Pengembangan Industri.

Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian

Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri

Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri

250,000 212,378 84.95

Nilai Capaian Kokohnya Faktor-Faktor Penunjang Pengembangan Industri 84.95

Nilai capaian kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri

mencapai 84.95 persen merupakan merupakan salah satu dampak dari sejumlah

sasaran yang telah dicapai oleh Kementerian Perindustrian melalui kinerjanya di

tahun 2010. Untuk indikator kinerja utama indeks iklim industri Nasional belum

bisa diukur karena alat ukur (kuesioner) belum disebarkan dikarenakan adanya

perubahan struktur dan penyesuaian tupoksi, sehingga baru akan dilaksanakan

pada tahun 2011. Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna

mencapai target kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri

melalui: perumusan kebijakan, pelayanan dan fasilitasi, serta pengawasan,

pengendalian dan evaluasi.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 30

Salah satu upaya yang dilakukan guna kokohnya faktor-faktor

penunjang pengembangan industri adalah tingkat produktifitas SDM industri

sebesar 212,378 Rp/Tenaker, kebijakan dan produk hukum basis industri

manufaktur yang ditetapkan Menteri berupa 3 (tiga) peraturan, rekomendasi

usulan insentif 12 jenis, perusahaan industri yang memperoleh insentif terdapat 8

perusahaan, tingkat kepuasan pelanggan menggunakan indeks dari 0-4 realisasi

mencapai 3.6, tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri

sebesar 65 persen, Perjanjian kerjasama internasional di bidang industri

manufaktur sebanyak 7 MoU, Perusahaan yang mendapatkan HKI sejumlah 46

perusahaan, Pertumbuhan investasi di industri hulu dan antara basis industri

manufaktur sebanyak 184, Peta panduan pengembangan klaster industri prioritas

untuk 4 (empat) klaster, perusahaan yang mendapatkan akses ke sumber

pembiayaan sebanyak 184 perusahaan, Perusahaan yang mendapatkan akses ke

sumber bahan baku sebanyak 2 (dua) perusahaan. Realisasi target kinerja tersebut

dicapai melalui penyelenggaraan kegiatan prioritas kementerian/lembaga, yaitu

berupa fasilitasi konservasi energi, pembinaan pengembangan SDM industri,

diseminasi Hak Kekayaan Intelektual (HKI), fasilitasi investasi melalui

penyusunan profil industri, dan partisipasi dalam kerjasama internasional. Tahun

2010, basis industri manufaktur memberikan bantuan mesin peralatan sebanyak

34 unit bagi sentra-sentra pengembangan basis industri manufaktur,

penyelenggaraan pelatihan peningkatan kemampuan SDM industri sebanyak 47

kegiatan dengan jumlah peserta sebanyak 1.030 Orang, memberikan bantuan

mesin peralatan sebanyak 34 unit bagi sentra-sentra pengembangan basis industri

manufaktur melalui pemberian bantuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan

tingkat utilisasi kapasitas produksi. Guna meningkatkan produktivitas diperlukan

iklim industri nasional yang sehat diantaranya kelompok/bidang industri yang

mendapatkan insentif fiskal berupa bea masuk ditanggung pemerintah (BM-

DTP) pada tahun 2010 sebanyak 13 sektor industri, kelompok/bidang

industri yang mendapatkan insentif fiskal berupa pajak pertambahan nilai

ditanggung pemerintah (PPN-DTP) sebanyak 1 sektor industri. Kementerian

Perindustrian mempunyai pegawai sebanyak 6271 pegawai dengan

spesifikasi dan tingkatan yang berbeda (Lampiran 2).

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 31

C.4. Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri.

Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri

merupakan salah satu sasaran strategis yang ditujukan untuk mewujudkan visi

Kementerian Perindustrian pada Tahun 2014. Indikator dari pencapaian tingginya

kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri adalah:

1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif

dihitung dari Jumlah hasil penelitian (khusus yang dikerjakan oleh BPPI)

dengan target 250 penelitian.

2. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri dihitung

dari jumlah teknologi sebagai hasil penelitian yang sudah diterapkan dan

dimanfaatkan industri dan telah masuk dalam skala pabrik dengan target 50

penelitian.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat

dilihat pada tabel 3.16.

Tabel. 3.16Capaian IKU Dari Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan

Teknologi Industri.

Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian

Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri

Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif

250 157 62.80

Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri

50 99 198.00

Nilai Capaian Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri

130.40

Nilai capaian tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi

industri mencapai 100 persen merupakan merupakan salah satu dampak dari

sejumlah sasaran yang telah dicapai oleh Kementerian Perindustrian melalui

kinerjanya di tahun 2010. Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna

mencapai target tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 32

melalui: perumusan kebijakan, pelayanan dan fasilitasi, serta pengawasan,

pengendalian dan evaluasi.

Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri

merupakan kemampuan dan kreativitas untuk menciptakan produk baru sebagai

hasil penelitian dan pengembangan teknologi terapan dan penelitian dari berbagai

sektor. Pada tahun 2010 dilakukan penyempurnaan sebanyak 31 rancangan

SNI (RSNI), dikeluarkan 15 Peraturan Menteri Perindustrian tentang SNI

wajib, Pemodelan dan analisis industri sejumlah 3 model. Telah dilakukan

kajian mengenai Inkubator Teknologi pada litbang Balai Besar serta Balai

Riset dan Standarisasi (Baristand) Industri serta Perguruan Tinggi.

Pengembangan inkubator teknologi ini dimaksudkan untuk memanfaatkan

potensi nasional di bidang pengembangan teknologi industri, baik hasil

litbang, sumber daya manusia (peneliti, tenaga ahli), bahan baku maupun

peralatan. Kajian ini merupakan kegiatan rencana pendirian Inkubator

Teknik Produksi Mesin di ITB dan Inkubator Nanosilika di BBK Bandung.

Selain itu telah disurvei 33 industri untuk pemetaan potensi kesiapan

penguasaan nanoteknologi terutama ketersediaan Sumber Daya Manusia

(SDM) yang tersebar di perusahaan-perusahaan tersebut sebesar 200 orang,

Survei dilakukan berdasarkan pembagian jenis industri yaitu industri

polimer dan pengemas 39%, konstruksi 3%, elektronik dan telekomunikasi

9%, energi 9%, ketahanan 3%, pulp dan kertas 12%, kimia dan farmasi

15%, tekstil 9%. Untuk industri polimer terbagi menjadi produksi, bahan

baku, bahan pendukung dan proses. Terdapat 4 hasil litbang dari Balai Besar

Keramik dan Baristand Palembang yang telah mengajukan permohonan

Paten. Telah dilakukan implementasi kegiatan litbang teknologi nano

Precipitated Calcium Carbonat (PCC) untuk industri makanan dan keramik

pada 2 lokasi Pilot Project , telah dibentuk 2 inkubator yaitu inkubator

teknik produksi mesin serta inkubator nanosilika. Selain itu juga dibentuk

Aliansi Strategis Mikro dan Nanoteknologi (ASMINOTEK) yang

keanggotaannya bersifat terbuka dan terdiri atas para peneliti, industri dan

akademisi. Pembentukan Aliansi Strategis Mikro dan Nanoteknologi

(ASMINOTEK) merupakan salah satu strategi dalam mengembangkan dan

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 33

mempercepat penerapan nanoteknologi pada industri nasional yang

disesuaikan dengan kebutuhan industri. Jumlah hasil litbang teknologi pada

Tahun 2010 sejumlah 157 yang dihasilkan oleh Balai Besar sejumlah 109

dan Baristand Industri sejumlah 48.

C.5. Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri.

Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri merupakan salah satu

sasaran strategis yang ditujukan untuk mewujudkan visi Kementerian

Perindustrian pada Tahun 2014. Sasaran strategis tersebut sangat berpengaruh

pada peningkatan daya saing Industri Nasional, hal ini dikarenakan daya saing

industri nasional masih rendah dan masih bergantung dari industri-industri

pendukung dari Negara lain. Indikator dari pencapaian sasaran kuat, lengkap dan

dalamnya struktur industri adalah:

1. Tumbuhnya industri dasar hulu (Logam dan Kimia) dapat dihitung melalui

perbandingan nilai industri dasar hulu (Logam dan Kimia) tahun 2010

dengan tahun 2009 dengan target 2,75 persen.

2. Tumbuhnya industri komponen automotive, elektronika dan permesinan yang

dihitung melalui perbandingan nilai industri komponen automotive,

elektronika dan permesinan tahun 2010 dengan data tahun 2009 dengan

target 4 persen.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat

dilihat pada tabel 3.17.

Tabel. 3.17Capaian IKU Dari Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri.

Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian

Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri

Tumbuhnya Industri Dasar Hulu(Logam dan Kimia)

2.75 3.74 136

Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan permesinan

4 3.05 76.25

Nilai Capaian Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri

106.13

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 34

Nilai capaian kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri mencapai

106.13 persen merupakan merupakan salah satu dampak dari sejumlah sasaran

yang telah dicapai oleh Kementerian Perindustrian melalui kinerjanya di tahun

2010. Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna mencapai target

kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri melalui: perumusan kebijakan,

pelayanan dan fasilitasi, serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi.

Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri merupakan salah satu

faktor yang sangat penting dalam pengembangan suatu industri. Untuk

mewujudkan hal tersebut diperlukan pertumbuhan investasi di industri hulu dan

antara guna menumbuhkan industri-industri baru yang dapat memperkuat dan

memperlengkap struktur industri yang telah ada. Sehingga Salah satu upaya

yang dilakukan guna mencapai sasaran tersebut antara lain IKM Juwana

sebagai kelompok klaster IKM produk pompa air saat ini telah mampu

menyuplay komponen Impeler Finish Goods dan Cashing Cover untuk

mesin pompa air 100 watt dan cetakan dengan menggunakan bahan pasir

alam yang sudah biasa digunakan di Industri Pengecoran Kuningan, dan

Komponen tersebut akan disuplay ke PT Panasonic Mfg, bantuan peralatan

untuk pembuatan komponen impeller yaitu peralatan mesin Press dengan

kapasitas 40 ton, Peralatan Tungku yang berkapsitas 500 Amper dan 300

Amper. Pada saat ini PT Panasonic telah melakukan kerjasama dengan

perusahaan di daerah Soekarno Hatta Bandung yang memproduksi Injection

Plastic. Telah ditetapkannya Model pengembangan Klaster Industri LHE

dengan pola Private Sector Driven dan Donor of Government-Driven.

Adapun Skema yang diharapkan adalah terjadinya kolaborasi kerja yang

optimal antara Industri LHE (PT.Panasonic Lighting Indonesia) sebagai

roda utama yang dikokohkan oleh IKM penunjang dan LPPM-ITS serta

didukung secara komprehensif oleh pemerintah dalam hal ini tidak hanya

Kementerian Perindustrian tetapi juga Kementerian Keuangan dan

Kementerian Perdagangan, serta lembaga lain yang berperan penting dalam

penumbuhan industri dalam negeri. Dalam kemitraan kedepan potensi yang

diharapkan adalah pemenuhan QCDS (Quality, Cost, Delivery and Service )

oleh IKM.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 35

C.6. Tersebarnya pembangunan industri.

Tersebarnya pembangunan industri merupakan salah satu sasaran

strategis yang ditujukan untuk mewujudkan visi Kementerian Perindustrian pada

Tahun 2014. Indikator dari pencapaian sasaran tersebarnya pembangunan

industri adalah:

1. Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB

nasional dilakukan dengan cara menghitung PDB manufaktur diluar pulau

jawa serta kontribusinya terhadap PDB Nasional dengan target 27,19 persen.

2. Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang

menyerap banyak tenaga kerja dilakukan dengan menghitung jumlah

investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang

menyerap banyak tenaga kerja dengan target Rp 34.178,4 Miliar.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat

dilihat pada tabel 3.18.

Tabel. 3.18Capaian IKU Dari Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi

Industri.

Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian

Tersebarnya pembangunan industri

Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja

34.178,4 29,256.03 85.60

Nilai Capaian Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri 85.60

Nilai capaian tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan

teknologi industri mencapai 85.60 persen merupakan merupakan salah satu

dampak dari sejumlah sasaran yang telah dicapai oleh Kementerian Perindustrian

melalui kinerjanya di tahun 2010. Upaya yang dilakukan Kementerian

Perindustrian guna mencapai target tingginya kemampuan inovasi dan

penguasaan teknologi industri melalui: perumusan kebijakan, pelayanan dan

fasilitasi, serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Untuk indikator kinerja

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 36

utama meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB

nasional belum dapat diketahui realisasinya dikarenakan kesulitan untuk dapat

memperoleh data dimaksud, sehingga akan dievaluasi kembali untuk penetapan

kinerja tahun 2011.

Salah satu upaya yang dilakukan guna menyebarnya pembangunan

industri dilakukan melalui kebijakan top-down dan bottom up. Dimana

pengembangan 35 klaster industri prioritas disebut sebagai kebijakan top-down

yang merupakan kebijakan langsung dari pemerintah pusat Sedangkan peta

panduan industri unggulan propinsi serta pengembangan kompetensi inti daerah

merupakan kebijakan bottom-up yang munculnya merupakan masukan dari

daerah maupun propinsi sesuai dengan potensi yang ada di daerah dan telah

ditetapkannya Peraturan Menteri Perindustrian tentang industri unggulan

propinsi untuk 18 propinsi serta Peraturan Menteri Perindustrian tentang

kompetensi inti industri daerah di 5 Kabupaten/Kota, tumbuhnya wirausaha

baru garam beryodium di sentra garam rakyat, tersedianya dokumen peta

lahan dan potensi lahan pegaraman serta rencana kebutuhan infrastruktur

untuk menyusun profil investasi industri garam industri, pengembangan

kawasan industri terpadu berbasis kompetensi inti industri daerah dengan

fasilitasi penyusunan kebijakan teknis sejumlah 4 kebijakan teknis di 4

(empat) daerah ( Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, dan

Jawa Timur). Kegiatan promosi merupakan langkah yang konkrit yang dapat

dilakukan bersama dunia usaha dan asosiasi dalam upaya meningkatkan promosi

dan informasi tentang kemampuan industri dalam negeri sehingga pada

gilirannya dapat meningkatkan daya saing produk tersebut dan akhirnya

menciptakan iklim usaha industri yang kondusif yang akhirnya memberikan daya

tarik bagi investor untuk menanamkan investasinya.

Fasilitasi investasi dilaksanakan untuk memberikan dukungan secara riil

bagi upaya peningkatan utilisasi dan upaya penyediaan bahan baku yang stabil.

Beberapa kebijakan pemerintah yang mendukung peningkatan usaha,

investasi dan produksi melalui pengusulan pemberian fasilitas PPh untuk

penanaman modal di bidang tertentu dalam rangka menarik investasi terutama

investor asing sebagaimana PP No. 62 Tahun 2008 yang merupakan revisi

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 37

dari PP No. 1 Tahun 2007 serta pemberian fasilitas insentif fiskal berupa

subsidi pajak dan bea masuk yang masih memerlikan barang-barang impor

seperti: barang modal, bahan baku, pendukung dan komponen yang belum

dapat di produksi di dalam negeri.

C.7. Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB.

Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB

merupakan salah satu sasaran strategis yang ditujukan untuk mewujudkan visi

Kementerian Perindustrian pada Tahun 2014. Indikator capaian sasarannya

adalah:

1. Tumbuhnya peran industri kecil terhadap PDB adalah tumbuhnya industri

kecil diatas pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu persentase pertumbuhan

industri kecil selalu berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional dengan

target sebesar 6,5 persen.

2. Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil adalah

persentase pertumbuhan industri menengah akan mencapai dua kali lipat

diatas pertumbuhan industri kecil dengan target 13 persen.

3. Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi “Out-Source” Industri,

adalah persentase jumlah output IKM yang di outsource oleh industri besar

dengan target sebesar 20 persen.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU)

dapat dilihat pada tabel 3.19.

Tabel. 3.19Capaian IKU Dari Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah Terhadap PDB.

Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian

Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB

Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan ekonomi nasional

6,5 2,09 32,15

Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil

13 1,46 11.23

Nilai Capaian Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah Terhadap PDB

21.69

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 38

Nilai capaian meningkatnya peran industri kecil dan menengah

terhadap PDB mencapai 21.69 persen merupakan merupakan salah satu

dampak dari sejumlah sasaran yang telah dicapai oleh Kementerian

Perindustrian melalui kinerjanya di tahun 2010. Upaya yang dilakukan

Kementerian Perindustrian guna mencapai target Kokohnya Faktor-Faktor

Penunjang Pengembangan Industri melalui: perumusan kebijakan, pelayanan

dan fasilitasi, serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Untuk indikator

kinerja utama meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi “Out-Source”

industri besar belum dapat diketahui realisasinya dikarenakan kesulitan untuk

dapat memperoleh data, sehingga akan dievaluasi kembali untuk penetapan

kinerja tahun 2011.

Sasaran ini dimaksudkan untuk menindaklanjuti kebijakan

pemerintah yang tertuang dalam Inpres No. 6 tahun 2007 tentang

Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil & Pemberdayaan Usaha

Mikro Kecil & Menengah (UMKM) dan Peraturan Menteri Perindustrian

No. 78 tahun 2007 tentang Peningkatan Efektivitas Pengembangan IKM

melalui Pendekatan Satu Desa Satu Produk – OVOP. Pencapaian sasaran

ini digambarkan dari hasil-hasil yang telah dicapai pada tahun ini, yaitu

monitoring dan evaluasi program dan pemanfaatan bantuan mesin

peralatan pada IKM Kerajinan yang telah dilakukan berdasarkan kuesioner

yang diberikan serta pelaksanaan monitoring secara langsung ke 18

(delapan belas) daerah yang dikunjungi dan 26 (dua puluh enam) propinsi

daerah yang diberikan bantuan untuk pelaksanaan pelabelan Bantuan

Mesin peralatan IKM Kerajinan Tahun 2009/2010 terlihat semakin

berkembangnya klaster IKM Kerajinan di daerah, menguatnya

pengembangan IKM Kerajinan Unggulan daerah yang berbasis

kompetensi inti daerah dengan pendekatan sentra/OVOP serta pelabelan

revitalisasi/restrukturisasi mesin/peralatan UPT/KUB, Terkoordinasinya

program kerjasama antara DJ-IKM, Tim Tenaga Ahli desain Jetro-Jepang,

Kadin Daerah, DDO, dalam menseleksi produk IKM Kerajinan di Jawa

Barat (Batik Katura), di Bali Kerajinan Kayu , di Mataram (Tenun dan

Ketak), terpilih untuk diikut sertakan pada Pemeran Japan Gift Show di

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 39

bulan Pebruari 2011, Terselenggaranya workshop kerjasama dengan

lembaga donor dalam meningkatkan daya saing IKM Kerajinan yang

menghasilkan informasi : Solusi alternatif pembinaan IKM Kerajinan di

daerah melalui bantuan lembaga donor (khususnya Jetro). Informasi pasar

berupa peluang dengan karakteristik pasar Jepang (peserta 25 orang

instansi terkait dan perajin di daerah), Workshop diselenggarakan di NTB

dan Bali dengan peserta sebanyak 25 orang, terdiri dari Aparat Pembina:

Pemda, Dekranas, Perajin dan Pembina IKM Kerajinan terkait lainnya,

Bimbingan Teknis kepada 33 provinsi penerima dana dekonsentrasi, 72

Kabupaten/Kota penerima dana tugas pembantuan dan satker pusat Ditjen

industri kecil dan Menengah dengan jumlah peserta 163 orang.

Penyelenggaraan penganugerahan penghargaan upakarti sebanyak 25

pemenang dari 245 calon yang diajukan dari daerah ke pusat untuk 5

(lima) kategori (Lampiran 3).

Secara keseluruhan meningkatnya peran industri kecil dan menengah

terhadap PDB ditujukan kepada pembinaan industri kecil menengah dan

sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi. Sasaran tersebut diwujudkan

melalui pelatihan bagi 30 orang pelaku usaha IKM di bidang Diversifikasi

Produk IKM Logam dan Elektronika, Pelatihan Teknik Pencelupan dengan Zat

Warna Alam bagi IKM Batik dan Tenun Tradisional di 3 Provinsi dengan jumlah

peserta sebanyak 75 orang, Pelatihan Peningkatan Mutu IKM TPT di 3 Provinsi

yaitu dengan jumlah peserta sebanyak 75 orang, Pendampingan Tenaga

Ahli/Desainer di 3 Provinsi dengan jumlah peserta sebanyak 75 orang.

Berdasarkan 7 sasaran strategis perspektif stakeholders Kementerian

Perindustrian yang telah dijelaskan, maka di dapatkan rata-rata capaian sasaran

strategis sebesar 83.84 persen (Lampiran 4). Hasil yang telah dicapai diharapkan

dapat memberikan dampak yang cukup berarti dalam peningkatan kemajuan

ekonomi dan pembangunan bangsa.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 40

D. ANALISIS CAPAIAN KINERJA SASARAN STRATEGIS PERSPEKTIF

PELAKSANAAN TUGAS POKOK TAHUN 2010

Penilaian atas pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian dilakukan

melalui pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai

keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan sesuai

dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi

dan misi Kementerian Perindustrian. Pengukuran kinerja sasaran strategis

perspektif pelaksanaan tugas pokok mempunyai 13 sasaran strategis dengan 26

indikator kinerja utama, yaitu:

D1. Mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan produk hukum

industri

Sesuai dengan presprektif proses tugas pokok yang terdapat dalam

peta strategis, Kementerian Perindustrian dalam mewujudkan visi Tahun

2010-2014 yaitu kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan

masa depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Berdasarkan

pelaksanaan tugas pokok yaitu perumusan kebijakan dilakukan dengan

mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan produk hukum industri

dengan cara menghitung jumlah kebijakan industri yang dihasilkan

Kementerian Perindustrian untuk tujuan dan keberhasilan tugas

Kementerian.

Sasaran strategis mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan

produk hukum industri mempunyai 2 (dua) indikator kinerja utama yaitu:

1. Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R. Perpres/R.Keppres)

adalah jumlah konsep kebijakan dan produk hukum yang direncanakan akan

dikeluarkan dalam bentuk Rancangan UU, Rancangan PP dan lainnya

dengan target 9 (sembilan) konsep selama 5 (lima) tahun.

2. Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri adalah Jumlah

penyiapan kebijakan dan telah disyahkan sebagai produk Hukum untuk

pengaturan pelaksanaan tugas setiap sektor dengan target 40 peraturan.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat

dilihat pada Tabel 3.20.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 41

Tabel. 3.20Capaian IKU dari Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Kebijakan

Produk Hukum Industri

Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian

Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Kebijakan Produk Hukum Industri

Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/ R.Keppres)

2 5 250

Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri

40 52 130

Nilai Capaian 190

Nilai capaian mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan produk

hukum industri mencapai 190 persen. Nilai capaian tersebut merupakan kinerja

Kementerian Perindustrian dalam mendukung pencapaian sasaran strategis

perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh) sasaran strategis..

Salah satu upaya yang dilakukan guna mempersiapkan dan/atau

menetapkan kebijakan produk hukum industri salah satunya adalah tersusunnya

RUU perindustrian, RUU Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri

(P3DN), RPP Informasi Industri, Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, serta Peraturan Presiden Nomor 36 tahun

2010 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang

Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal. Kementerian

Perindustrian juga telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 49

Tahun 2009 tentang Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang kemudian diikuti terbitnya Peraturan

Menteri Perindustrian RI nomor 50 Tahun 2009 tentang Pembentukan Kelompok

Kerja dan Sekretariat pada Tim Nasional Peningkatan Produk Dalam Negeri

dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pada tahun 2010 Kementerian

Perindustrian bertanggung jawab mendukung pelaksanaan program kerja Tim

Nasional P3DN tersebut di atas melalui dukungan anggaran dan manajemen.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 42

D2. Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri

prioritas dan industri andalan masa depan.

Sesuai dengan presprektif proses pelaksanaan tugas pokok

Kementerian yang terdapat dalam peta strategis, Kementerian Perindustrian

dalam mewujudkan visi tahun 2010-2014 yaitu kokohnya basis industri

manufaktur dan industri andalan masa depan menjadi tulang punggung

perekonomian nasional. Pelaksanaan salah satu tugas pokok Kementerian yaitu

perumusan kebijakan dilakukan dengan menetapkan rencana strategis dan/atau

pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan dengan cara

membuat rencana strategis untuk industri prioritas dan industri andalan setiap

tahunnya.

Sasaran strategis menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan

industri prioritas dan industri andalan masa depan mempunyai 1 (satu) indikator

kinerja utama yaitu:

1. Rencana Strategis 2010 -2014 dan Rencana Kerja dengan terselesaikannya

rencana strategis dan rencana kerja per-tahun di tiap sektor industri

(terselesaikan hingga 100 %) dengan target 1 paket.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat

dilihat pada Tabel 3.21.

Tabel. 3.21Capaian IKU dari Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri

prioritas dan industri andalan masa depan

Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian

Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan

Rencana Strategis 2010-2014 dan Rencana Kerja

1 1 100

Nilai Capaian 100

Nilai capaian menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan

industri prioritas dan industri andalan masa depan mencapai 100 persen. Nilai

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 43

capaian tersebut merupakan kinerja Kementerian Perindustrian dalam

mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh)

sasaran strategis.

Salah satu upaya yang dilakukan guna menetapkan rencana strategis

dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan

adalah melalui tersusunnya Peraturan Menteri Perindustrian

Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Perindustrian Nomor 10/M-IND/PER/1/2010 Tentang Rencana Strategis

Kementerian Perindustrian Tahun 2010 – 2014 serta telah terselesaikan dan

tersusunnya Rencana Kerja Kementerian Perindustrian tahun 2010. Dokumen-

dokumen tersebut memuat arah kebijakan pembangunan industri nasional dan

program pengembangan serta pokok-pokok rencana kerja dari setiap unit

organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian yang telah dilengkapi

dengan kerangka pendanaannya.

D3. Menetapkan peta panduan pengembangan industri

Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok Kementerian Perindustrian

yaitu perumusan kebijakan dilakukan dengan menetapkan peta panduan

pengembangan industri dengan cara membuat peta tentang kondisi dan

situasi industri nasional sebagai panduan untuk pengembangan selanjutnya.

Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri

mempunyai 3 (tiga) indikator kinerja utama yaitu:

1. Peta Panduan Pengembangan klaster Industri prioritas adalah jumlah klaster

pengembangan industri prioritas untuk setiap bidang sesuai dengan apa yang

ditetapkan dalam setahun dengan target 32 klaster.

2. Peta panduan industri unggulan provinsi adalah tersedianya peta panduan

industri unggulan di provinsi (jumlah peta yang dihitung berdasarkan jumlah

provinsi yang sudah terselesaikan peta industrinya) dengan target 33 propinsi

dalam 5 (lima) tahun.

3. Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota adalah tersedianya

peta panduan industri unggulan di setiap kabupaten dalam provinsi (jumlah

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 44

peta yang dihitung berdasarkan jumlah kabupaten yang sudah terselesaikan

peta industrinya) dengan target 480 kab/kota dalam 5 (lima) tahun.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat

dilihat pada Tabel 3.22.

Tabel. 3.22Capaian IKU dari Menetapkan Peta Panduan Pengembangan Industri

Sasaran Strategis IKU Target Realisasi CapaianMenetapkan peta panduan pengembangan industri

Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Prioritas

32 35 109.38

Peta Panduan Industri Unggulan Provinsi

15 18 120

Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota

16 16 100

Nilai Capaian 109.79

Nilai capaian menetapkan peta panduan pengembangan industri

mencapai 109.79 persen. Nilai capaian tersebut merupakan kinerja Kementerian

Perindustrian dalam mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif

stakeholders dengan 7 (tujuh) sasaran strategis.

Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Tahun 2008 tentang

Kebijakan Industri Nasional, Kementerian Perindustrian telah menetapkan Peta

Panduan 35 Klaster Industri Prioritas yang tertuang pada Peraturan Menteri

Perindustrian Nomor 103 s/d 137 tahun 2009. Sedangkan pengembangan industri

secara bottom-up, dilaksanakan melalui penetapaan Peta Panduan Industri

Unggulan Provinsi yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian

sampai tahun 2010 sebanyak 18 Peraturan. Selain peta panduan industri unggulan

provinsi, juga ditetapkan Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota

dalam Peraturan Menteri Perindustrian sebanyak 5 (lima) peraturan, sedangkan

yang telah dalam bentuk kajian akan tetapi belum ditetapkan dalam Peraturan

Menteri Perindustrian sebanyak 204 kajian di Kabupaten/Kota. Sehingga

diharapkan dapat memberi gambaran yang jelas mengenai arah pengembangan

industri baik itu secara Top-Down maupun Bottom-Up.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 45

D4. Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri

Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok yaitu perumusan kebijakan

dilakukan dengan mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan

industri dengan cara membuat usulan dalam bentuk insentif yang dibuat

guna mendukung pengembangan industri di masa yang akan datang.

Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri

mempunyai 2 (dua) indikator kinerja utama yaitu:

1. Rekomendasi usulan insentif adalah Jumlah usulan insentif per kelompok

industri yang disetujui per-tahunnya dengan target 10 jenis usulan.

2. Perusahaan industri yang memperoleh insentif adalah jumlah perusahaan

yang mendapat insentif atas fasilitasi dari Kementerian Perindustrian dengan

target 1500 perusahaan dalam 5 (lima) tahun.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat

dilihat pada Tabel 3.23.

Tabel. 3.23Capaian IKU dari Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri

Sasaran Strategis IKU Target Realisasi CapaianMengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri

Rekomendasi usulan insentif 10 14 140

Perusahaan industri yang memperoleh insentif

300 92 30.67

Nilai Capaian 85.34

Nilai capaian mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan

industri mencapai 85.34 persen. Nilai capaian tersebut merupakan kinerja

Kementerian Perindustrian dalam mendukung pencapaian sasaran strategis

perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh) sasaran strategis.

Guna meningkatkan daya saing industri nasional adalah dengan

mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri. Insentif yang

diberikan berupa insentif fiskal terhadap perusahaan-perusahaan dalam

meningkatkan daya saing khususnya industri prioritas. Pemberian insentif fiskal

dinilai masih sangat menarik bagi para investor. Salah satu upaya yang dilakukan

antara lain: menyetujui usulan insentif per kelompok industri tahun 2010

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 46

sebanyak 14 jenis usulan serta memberikan insentif kepada perusahaan sebanyak

92 di tahun 2010.

D5. Mengembangkan R & D di instansi dan industri

Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok yaitu pelayanan dan fasilitasi

dilakukan dengan Mengembangkan R & D di instansi dan industri dalam

bentuk riset dan pengembangan industri sesuai dengan bidangnya.

Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri

mempunyai 1 (satu) indikator kinerja utama yaitu:

1. Kerjasama R&D instansi dengan industri adalah Jumlah MOU untuk

kerjasama yang difasilitasi oleh sektor industri atau yang dilakukan oleh

BPPI dengan target 18 kerjasama.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat

dilihat pada Tabel 3.24.

Tabel. 3.24Capaian IKU dari mengembangkan R & D di instansi dan industri.

Sasaran Strategis IKU Target Realisasi CapaianMengembangkan R & D di instansi dan industri

Kerjasama R&D instansi dengan industri

18 18 100

Nilai Capaian 100

Nilai capaian mengembangkan R & D di instansi dan industri

mencapai 100 persen. Nilai capaian tersebut merupakan kinerja Kementerian

Perindustrian dalam mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif

stakeholders dengan 7 (tujuh) sasaran strategis.

Pengembangan R&D guna mendukung peningkatan daya saing industri

nasional. Minimnya R&D yang dilakukan Industri Kecil dan Menengah

menyebabkan lemahnya daya saing IKM terhadap produk-produk luar negeri

yang masuk ke Indonesia. Untuk itu Kementerian Perindustrian akan

memfasilitasi pengembangan R&D guna mendukung daya saing IKM di dalam

negeri. Tahun 2010 telah melakukan kerjasama dengan sektor industri sebanyak

18 MoU.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 47

D6. Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan kekayaan

intelektual

Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok yaitu pelayanan dan fasilitasi

dilakukan dengan memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan

kekayaan intelektual dengan cara penyediaan dukungan untuk menghargai

kekayaan intelektual dalam lingkup industri.

Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri

mempunyai 2 (dua) indikator kinerja utama yaitu:

1. Perusahaan yang mendapatkan HKI adalah jumlah perusahaan yang sudah

mendapat sertifikasi HKI dengan target 1100 perusahaan dalam 5 (lima)

tahun.

2. Produk HKI yang dikomersialkan (Paten) adalah jumlah produk industri yang

sudah dipatenkan sebagai produk nasional dengan target 50 produk dalam

5 (lima) tahun.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada Tabel 3.25.

Tabel. 3.25Capaian IKU dari Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan kekayaan

intelektual.

Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian

Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan Kekayaan intelektual

Perusahaan yang mendapatkan HKI 220 207 94.09

Produk HKI yang dikomersialkan (Paten)

10 6 60.00

Nilai Capaian 77.05

Nilai capaian memfasilitasi penerapan, pengembangan dan

penggunaan Kekayaan intelektual mencapai 77.05 persen. Nilai capaian

tersebut merupakan kinerja Kementerian Perindustrian dalam mendukung

pencapaian sasaran strategis perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh) sasaran

strategis.

Sebagai bentuk pelaksanaan tugas pokok Kementerian Perindustrian

dalam pelayanan dan fasilitasi, salah satu sasaran strategis yang akan dicapai

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 48

adalah memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan kekayaan

intelektual. Penyediaan dukungan untuk menghargai kekayaan intelektual dalam

lingkup industri sangat diperlukan dalam rangka melindungi dan meningkatkan

inovasi baru melalui penetapan jumlah perusahaan yang mendapat sertifikasi

HKI pada tahun 2010 sebanyak 207 perusahaan dengan capaian 94.09 persen

serta jumlah produk HKI yang dikomersialisasikan (paten) pada tahun 2010

sebanyak 6 produk dengan capaian 60.00 persen.

D7. Memfasilitasi pengembangan industri

Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok yaitu pelayanan dan fasilitasi

dilakukan dengan memfasilitasi pengembangan industri dengan cara

fasilitasi untuk tujuan pengembangan industri dalam berbagai hal yang

mendukung seperti akses kepada sumber bahan baku, sumber modal dan

lainnya.

Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri

mempunyai 4 (empat) indikator kinerja utama yaitu:

1. Tingkat utilisasi kapasitas produksi adalah besar persentase penggunaan

kapasitas terpasang dalam industri masing-masing (sesuai dengan jenis

industrinya) dengan target sebesar 80 persen.

2. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan adalah jumlah

jumlah fasilitasi yang dilakukan setiap sektor untuk membantu industri

mendapat akses dan bantuan lainnya ke sumber pembiayaan dengan target

3000 perusahaan dalam 5 (lima) tahun.

3. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku adalah jumlah

perusahaan yang berhasil mendapat fasilitasi jaminan pasokan bahan baku

atas fasilitasi yang dilakukan oleh masing-masing level organisasi dengan

target 200 perusahaan dalam 5 (lima) tahun.

4. Perjanjian kerjasama Internasional adalah jumlah kerjasama yang sudah

dilaksanakan dalam bentuk project kerjasama internasional yang terkait

dengan fasilitasi di bidang capacity building (misalnya : Kemenperin dengan

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 49

donor (bentuk G to G) atau Kemenperin sebagai witness untuk kerjasama B

to B dengan target 25 MoU selama 5 (lima) tahun.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat

dilihat pada Tabel 3.26.

Tabel. 3.26Capaian IKU dari Memfasilitasi pengembangan industri

Sasaran Strategis IKU Target Realisasi CapaianMemfasilitasi pengembangan industri

Tingkat utilisasi kapasitas produksi 80 71.56 89.45

Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan

600 1184 197.33

Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku

40 2 5

Perjanjian kerjasama Internasional 5 13 260

Nilai Capaian 137.95

Nilai capaian memfasilitasi pengembangan industri mencapai 137.95

persen. Nilai capaian tersebut merupakan kinerja Kementerian Perindustrian

dalam mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif stakeholders dengan 7

(tujuh) sasaran strategis.

Fasilitasi yang dilakukan Kementerian Perindustrian dalam

pengembangan industri dilakukan melalui peningkatan utilisasi kapasitas

produksi dengan capaian indikator kinerja utama sebesar 89,45 persen. Fasilitas

pengembangan industri juga dilaksanakan dengan memfasilitasi perusahaan

untuk mendapat akses ke sumber pembiayaan dengan realisasi pada tahun 2010

sebanyak 1184 perusahaan dan nilai capaian indikator sebesar 197,33 persen,

kemudahan akses untuk memperoleh bahan baku dalam rangka pengembangan

industri yang terealisasi sebanyak 2 (dua) perusahaan. Hal ini dikarenakan

kurangnya koordinasi baik antar Kementerian/Lembaga maupun dengan

Pemerintah Daerah serta peningkatan capacity building melalui kerjasama

internasional baik dalam bentuk G to G maupun B to B dengan realisasi

sebanyak 13 MoU sehingga capaian indikator kinerja utamanya sebesar 260

persen.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 50

D8. Memfasilitasi promosi industri

Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok yaitu pelayanan dan fasilitasi

dilakukan dengan memfasilitasi promosi industri dengan hasil kerja

berbentuk fasilitasi untuk mengadakan promosi dalam bidang-bidang

industri yang ada.

Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri

mempunyai 1 (satu) indikator kinerja utama yaitu:

1. Perusahaan mengikuti seminar/konfrensi, pameran, misi dagang/investasi

adalah jumlah perusahaan yang diikutsertakan dalam seminar, konferensi dan

berbagai kegiatan yang dikelola Kementerian per-tahun dengan target 5160

perusahaan.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat

dilihat pada Tabel 3.27.

Tabel. 3.27Capaian IKU dari Memfasilitasi Promosi Industri.

Sasaran Strategis IKU Target Realisasi CapaianMemfasilitasi promosi industri

Perusahaan mengikutiseminar/konfrensi, pameran, misi dagang/investasi

5160 2074 40.19

Nilai Capaian 40.19

Nilai capaian memfasilitasi promosi industri mencapai 40.19 persen.

Nilai capaian tersebut merupakan kinerja Kementerian Perindustrian dalam

mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh)

sasaran strategis.

Indikator Kinerja Utama dalam mencapai sasaran strategis fasilitasi

promosi industri adalah jumlah perusahaan yang mengikuti seminar/konfrensi,

pameran, misi dagang/investasi pada tahun 2010 adalah sebanyak 1032

perusahaan dengan realisasi 830 perusahaan sehingga realisasi capaian indikator

sebesar 80,43 persen. Fasilitasi promosi diharapkan dapat meningkatkan pasar

baik di dalam maupun luar negeri.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 51

D9. Memfasilitasi Penerapan Standarisasi

Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok yaitu pelayanan dan fasilitasi

dilakukan dengan memfasilitasi penerapan standarisasi dengan mendukung

industri dalam penerapan standar.

Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri

mempunyai 3 (tiga) indikator kinerja utama yaitu:

1. Rancangan SNI yang diusulkan adalah jumlah rancangan standarisasi yang

dirumuskan untuk bidang industri dengan target sebanyak 600 RSNI dalam

5 (lima) tahun.

2. Penambahan SNI wajib yang diterapkan adalah penambahan standard

industri (SNI wajib) yang diterapkan dengan target sebanyak 50 SNI dalam

5 (lima) tahun.

3. Perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001-2008

(Pedoman BSN10 dan GKM) adalah jumlah perusahaan yang menerapkan

sistem manajemen mutu dengan target sebanyak 1000 perusahaan dalam

5 (lima) tahun.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat

dilihat pada Tabel 3.28.

Tabel. 3.28Capaian IKU dari Memfasilitasi Penerapan Standarisasi

Sasaran Strategis IKU Target Realisasi CapaianMemfasilitasi penerapan standardisasi

Rancangan SNI yang diusulkan 120 101 84.17

Penambahan SNI wajib yang diterapkan

10 38 380.00

Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 (Pedoman BSN10 dan GKM)

200 421 210.50

Nilai Capaian 224.89

Nilai capaian Memfasilitasi promosi industri mencapai 224.89 persen.

Nilai capaian tersebut merupakan kinerja Kementerian Perindustrian dalam

mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh)

sasaran strategis.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 52

Salah satu upaya yang dilakukan guna memfasilitasi penerapan

standarisasi adalah melalui jumlah rancangan standarisasi yang dirumuskan

untuk bidang industri sebanyak 120 RSNI dengan capaian sebesar 84.17 persen,

penambahan standard industri (SNI wajib) yang diterapkan sebanyak 10 SNI

dengan capaian sebesar 380 persen, serta jumlah perusahaan yang menerapkan

sistem manajemen mutu sebanyak 200 perusahaan dengan capaian sebesar

210.50 persen.

D10. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik

Kementerian Perindustrian dalam mewujudkan visi tahun 2010-2014

yaitu kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan

menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Pelaksanaan salah satu

tugas pokok Kementerian yaitu pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan

meningkatkan kualitas pelayanan publik dengan melihat sejauh mana kualitas

layanan kementerian terhadap publik pengguna jasa Kementerian Perindustrian.

Sasaran strategis meningkatkan kualitas pelayanan publik mempunyai 1

(satu) indikator kinerja utama yaitu:

1. Tingkat kepuasan pelanggan dilihat dengan melakukan hasil penilaian

kepuasan pelanggan yang akan dilaksanakan dengan membuat survey

pelanggan dan survey akan dilakukan oleh setiap bagian organisasi secara

sampling dengan nilai indeks 1 sampai 5 dengan target hasil survey nilai

indeks 4.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat

dilihat pada Tabel 3.29.

Tabel. 3.29Capaian IKU dari Meningkatkan kualitas pelayanan publik

Sasaran Strategis IKU Target Realisasi CapaianMeningkatkan

Kualitas Pelayanan Publik

Tingkat kepuasan pelanggan

4 3.6 90

Nilai Capaian Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik 90

Nilai capaian sasaran meningkatkan kualitas pelayanan publik sebesar

90 persen. Seperti halnya pada tabel diatas, sasaran strategis perspektif proses

pelaksanaan tugas pokok tersebut dicapai melalui hasil penilaian kepuasan

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 53

pelanggan yang akan dilaksanakan dengan membuat survey pelanggan dan

survey akan dilakukan oleh setiap bagian organisasi secara sampling dengan nilai

indeks 1 sampai 5 dengan capaian mencapai indeks ke-4 yang dapat kita

simpulkan pelanggan telah puas terhadap pelayanan yang diberikan.

Pencapaian sasaran strategis dari perspektif pelaksanaan tugas pokok

Kementerian Perindustrian tersebut akan mendukung dalam pencapaian sasaran

strategis dari perspektif pemangku kepentingan (Stakeholders) yang terdiri dari 7

(tujuh) sasaran strategis.

D11. Mengkoordinasikan Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan Dan

Pelatihan Serta Kewirausahaan

Kementerian Perindustrian dalam mewujudkan visi tahun 2010-2014

yaitu kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan

menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Pelaksanaan salah satu

tugas pokok Kementerian yaitu pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan

mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta

kewirausahaan dengan meningkatkan hasil koordinasi dari berbagai lembaga

pendidikan dan pelatihan yang disediakan Kementerian Perindustrian untuk

pengembangan berbagai kebutuhan industri misalnya sertifikasi dan akreditasi

Sasaran strategis mengkoordinasikan Peningkatan Kualitas Lembaga

Pendidikan Dan Pelatihan Serta Kewirausahaan mempunyai 2 (dua) indikator

kinerja utama yaitu:

1. Instruktur yang bersertifikat dihitung dengan cara jumlah instruktur yang

sudah memiliki sertifikat dalam setiap bidang industri kementerian dengan

target sebanyak 20 instruktur yang bersertifikat.

2. Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi

dihitung dengan cara jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan yang

diberikan sertifikasi guna melatih dan mengembangkan kemampuan SDM

industri dengan target sebanyak 24 selama 5 (lima) tahun.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat

dilihat pada Tabel 3.30.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 54

Tabel. 3.30Capaian IKU dari Mengkoordinasikan Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan Dan

Pelatihan Serta KewirausahaanSasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian

Mengkoordinasikan Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan Serta Kewirausahaan

Instruktur yang bersertifikat 20 23 115Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi

4 5 125

Nilai Capaian Mengkoordinasikan Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan Serta

Kewirausahaan120

Nilai capaian sasaran mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga

pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan sebesar 120 persen. Seperti halnya

pada tabel diatas, sasaran strategis perspektif proses pelaksanaan tugas pokok

tersebut dicapai melalui jumlah instruktur yang sudah memiliki sertifikat dalam

setiap bidang industri kementerian dengan capaian sebesar 115 persen serta

jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan yang diberikan sertifikasi guna melatih

dan mengembangkan kemampuan SDM industri dengan capaian sebesar 125

persen.

Pencapaian sasaran strategis dari perspektif pelaksanaan tugas pokok

Kementerian Perindustrian tersebut akan mendukung dalam pencapaian sasaran

strategis dari perspektif pemangku kepentingan (Stakeholders) yang terdiri dari 7

(tujuh) sasaran strategis.

D12. Mengoptimalkan Budaya Pengawasan Pada Unsur Pimpinan dan Staf

Pelaksanaan salah satu tugas pokok Kementerian yaitu pengawasan,

pengendalian dan evaluasi dilakukan dengan mengoptimalkan budaya

pengawasan pada unsur pimpinan dan staf dengan hasil penilaian untuk tujuan

meningkatkan budaya pengawasan yang dilaksanakan bagian pengawasan di

lingkungan Kementerian Perindustrian.

Sasaran strategis mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur

pimpinan dan staf mempunyai 2 (dua) indikator kinerja utama yaitu:

1. Tingkat Penurunan penyimpangan minimal adalah persentase penurunan

sebagai standar minimal penyimpangan dalam lingkup tugas kementerian

sebagai hasil tugas bidang pemeriksaan dengan target sebesar 60 persen.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 55

2. Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja adalah jumlah satuan

kerja yang sudah menerapkan sistem pengendalian intern dengan target

sebanyak 57 satuan kerja.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat

dilihat pada Tabel 3.31.

Tabel. 3.31Capaian IKU dari Mengoptimalkan Budaya Pengawasan

Pada Unsur Pimpinan dan StafSasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian

Mengoptimalkan Budaya Pengawasan Pada Unsur Pimpinan dan Staf

Jumlah laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan

60 75.59 125.98

Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri

57 57 100

Nilai Capaian Mengoptimalkan Budaya Pengawasan Pada Unsur Pimpinan dan Staf 112.99

Nilai capaian sasaran mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur

pimpinan dan staf sebesar 112.99 Persen. Seperti halnya pada tabel diatas,

sasaran strategis perspektif proses pelaksanaan tugas pokok tersebut dicapai

melalui persentase penurunan sebagai standar minimal penyimpangan dalam

lingkup tugas kementerian sebagai hasil tugas bidang pemeriksaan dengan

capaian sebesar 125.98 persen serta jumlah satuan kerja yang sudah menerapkan

sistem pengendalian intern dengan capaian sebesar 100 persen.

D13. Mengoptimalkan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan dan Efektifitas

Pencapaian Kinerja Industri

Kementerian Perindustrian dalam mewujudkan visi tahun 2010-2014

yaitu kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan

menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Pelaksanaan salah satu

tugas pokok Kementerian yaitu pengawasan, pengendalian dan evaluasi

dilakukan dengan mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan

efektifitas pencapaian kinerja industri dengan evaluasi pembuatan kebijakan dan

pencapaian target kinerja untuk menjamin tercapainya tujuan Kementerian.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 56

Sasaran strategis menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan

industri prioritas dan industri andalan masa depan mempunyai 2 (dua) indikator

kinerja utama yaitu:

1. Laporan evaluasi pelaksanaan adalah jumlah hasil laporan evaluasi

pelaksanaan tugas dengan target sebanyak 10 laporan.

2. Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri adalah

persentase penurunan penyimpangan pelaksanaan tugas di masing-masing

level organisasi sesuai dengan hasil laporan Itjen dengan target sebesar 40

persen.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat

dilihat pada Tabel 3.32.

Tabel. 3.32Capaian IKU dari Mengoptimalkan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan dan Efektifitas

Pencapaian Kinerja Industri

Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian

Mengoptimalkan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan dan Efektifitas Pencapaian Kinerja Industri

Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri

10 10 100

Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri

40 38.52 96.30

Nilai Capaian 98.15

Nilai capaian sasaran mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan

dan efektifitas pencapaian kinerja industri sebesar 98.15 Persen. Seperti halnya

pada tabel diatas, sasaran strategis perspektif proses pelaksanaan tugas pokok

tersebut dicapai melalui penyusunan 10 (sepuluh) laporan evaluasi pelaksanaan

kebijakan dan tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri

serta persentase penurunan penyimpangan pelaksanaan tugas di masing-masing

level organisasi sesuai dengan hasil laporan Inspektorat Jenderal sebesar 40

persen.

Pencapaian sasaran strategis dari perspektif pelaksanaan tugas pokok

Kementerian Perindustrian tersebut akan mendukung dalam pencapaian sasaran

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 57

strategis dari perspektif pemangku kepentingan yang terdiri dari 7 (tujuh) sasaran

strategis.

Berdasarkan 13 sasaran strategis perspektif tugas pokok Kementerian

Perindustrian yang telah dijelaskan diatas, maka di dapatkan rata-rata capaian

sasaran strategis sebesar 155.70 persen (Lampiran 5). Hasil yang telah dicapai

diharapkan dapat memberikan dampak yang cukup berarti dalam pencapaian 7

(tujuh) sasaran strategis perspektif stakeholders sebagaimana yang tergambarkan

dalam peta strategis Kementerian Perindustrian 2010-2014.

E. ANALISIS CAPAIAN KINERJA PENGEMBANGAN KLASTER

INDUSTRI

1. Industri Baja

Pengembangan industri baja melalui konsep klaster telah dilaksanakan

sejak tahun 2006 yang dimulai dengan � lternat klaster industri baja. Konsep

klaster ini dikembangkan dalam konteks membangun daya saing industri yang

berkelanjutan.

Tujuan pengembangan industri baja melalui pendekatan klaster adalah

mewujudkan industri baja nasional yang tangguh dan mampu memenuhi

kebutuhan pipa baja pada industri migas, mengurangi ketergantungan bahan

baku dari pihak luar negeri, dan meningkatkan kompetensi bersama dan daya

saing industri baja di pasar global yang berkelanjutan.

Keberhasilan pengembangan industri baja nasional dengan pendekatan

klaster disamping ditentukan oleh komitmen seluruh stakeholder dalam

pelaksanaannya, juga ditentukan oleh ketersediaan sarana pendukung serta

pengelolaannya.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam program pengembangan klaster

industri baja, antara lain :

a. Penguatan kelembagaan klaster industri baja;

- Evaluasi perkembangan struktur industri baja

- Evaluasi kelembagaan klaster industri baja

- Sosialisasi evaluasi kelembagaan klaster industri baja

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 58

b. Monitoring dan evaluasi: monitoring dan evaluasi implementasi klaster

industri baja;

c. Peningkatan kapasitas dan pengembangan produk: sosialisasi

implementasi klaster industri baja.

2. Industri Semen

Produksi semen pada tahun 2008 sebesar 38,53 juta ton atau naik 10%

dibandingkan produksinya tahun 2007, sementara produksi tahun 2009

sebesar 38,00 juta ton atau turun 1,38% dari tahun 2008, dan tahun 2010

untuk sementara 38,76 juta ton atau naik 2,00% dari tahun 2009.

Langkah-langkah yang telah dilakukan:

a. Memberdayakan forum komunikasi pengembangan klaster industri semen

yang telah dibentuk, yang terdiri dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI),

instansi terkait, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah (Provinsi dan

Kabupaten) serta Lembaga/Balai Penelitian seperti B4T, ISBI dan

Perguruan Tinggi.

b. Melakukan diversifikasi produk selain Portland Tipe I menjadi semen

Portland Campur, semen Portland Komposit, semen Masonry dan semen

Fly Ash yang cukup kuat untuk pembangunan rumah tinggal (< 3

tingkat). Terhadap kenaikan kebutuhan semen, diantisipasi melalui :

Jangka pendek :

Pengendalian ekspor semen yang pada tahun 2007 sebesar 2,5 juta ton.

Optimalisasi kemampuan produksi klin dan cement mill

Jangka panjang :

Perluasan/pembangunan pabrik baru khususnya di luar Pulau Jawa.

Telah dilakukan kajian dan fasilitasi pengembangan pabrik semen di

Manokwari, Papua Barat dan sampai saat ini baru ada minat dari PT.

Semen Tonasa untuk membangun unit pengantongan semen yang

dampaknya cukup signifikan untuk menekan harga semen di Papua.

Penerapan SNI Wajib terhadap berbagai jenis semen atas pertimbangan

faktor kualitas dan menghindari terjadinya persaingan harga yang tidak

sehat, sesuai Peraturan Menteri Perindustrian No.35/M-IND/PER/4 /2007.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 59

Peningkatan kerjasama (kemitraan) antara produsen semen dengan

produsen batubara.

Penggunaan batubara kalori rendah (nilai kalor 5.000 kkal/kg) untuk

mengganti batubara kalori tinggi (> 6.300 kkal/kg).

Penggunaan bahan bakar alternatif seperti ban bekas namun masih

terkendala oleh jaminan pasokan ban secara kontinu.

Penerapan Clean Development Mechanism (CDM), melalui penggunaan

boiler penyimpan panas (Waste Heat Recovery Boiler) pada PT. Semen

Padang bekerjasama dengan New Energy Development Organization

(NEDO).

Hasil yang telah dicapai antara lain:

a. Terpenuhinya pengamanan pasokan kebutuhan semen dalam negeri.

b. Tersusunnya proyeksi kebutuhan energi industri semen jangka menengah

dan jangka panjang.

c. Terjalinnya kemitraan antara produsen batubara dengan produsen semen

dalam pengamanan kebutuhan batubara untuk pabrik semen.

d. Tersusunnya standar kompetensi operator di pabrik semen.

e. Tersosialisasinya penerapan SNI Wajib Semen, dengan mulai

diberlakukannya Peraturan Menteri Perindustrian No. 35/tahun 2007, di

tingkat produsen, instansi terkait dan masyarakat pengguna.

f. Fasilitasi implementasi pembangunan pabrik semen di Papua Barat (KTI).

3. Industri Petrokimia

Langkah-langkah yang telah dilakukan antara lain:

a. Menyusun strategi pengembangan industri prioritas, serta melakukan

kajian-kajian untuk pengembangan industri petrokimia.

b. Melakukan inisiasi pembentukan klaster industri petrokimia melalui

sosialisasi pada komunitas industri petrokimia di lingkungan wilayah

Banten, Surabaya dan Balikpapan.

c. Menyusun draft Nota Kesepahaman Bersama tentang Kerjasama

Pengembangan Klaster Industri Petrokimia di Banten.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 60

Hasil yang telah dicapai antara lain:

a. Pemberdayaan working group yang telah dibentuk pada tahun 2009 yaitu

working group petrokimia berbasis olefin di Banten, berbasis � lternat di

Jawa Timur dan berbasis methane di Kalimantan Timur.

b. Pemanfaatan pusat informasi pengembangan klaster industri petrokimia di

Banten yang telah dibentuk pada tahun 2009.

c. Tersusunnya harmonisasi � ltern beberapa komoditi pada Industri

Petrokimia.

d. Tersusunnya identifikasi mesin-mesin peralatan dan pemeliharaannya

yang mampu dikembangkan di dalam negeri pada industri petrokimia.

4. Industri Keramik

Langkah-langkah yang telah dilakukan:

a. Pembentukan Forum Komunikasi Industri Keramik yang terdiri dari

Asosiasi Aneka Keramik Indonesia, Balai Penelitian dan Pengembangan

(Balai Besar Keramik, Perguruan Tinggi, Litbang Desain), Pemerintah

Pusat (Kementerian Perindustrian, ESDM, PGN, dll) serta Pemerintah

Daerah yang mempunyai potensi SDA bahan galian non logam.

b. Koordinasi dengan Kementerian ESDM dalam rangka pengamanan

pasokan gas pada industri keramik untuk jangka menengah maupun jangka

panjang yaitu 119 MMSCFD (2009), 161 MMSCFD (2015) dan 206

MMSCFD (2020).

c. Penyusunan dan revisi SNI untuk produk keramik (SNI Wajib Keramik

Ubin dan Dinding).

d. Promosi dan kerjasama dalam pemilihan dan pengembangan teknologi

proses produksi.

e. Program pengembangan pengolahan bahan baku keramik di Sambas,

Kalimantan Barat melalui dana dekonsentrasi Klaster Keramik.

Hasil yang telah dicapai, antara lain:

a. Tercapainya pengamanan kebutuhan gas untuk keperluan industri keramik

di Jawa dengan PT. Perusahaan Gas Negara.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 61

b. Tersusunnya data dan informasi tentang proyeksi kebutuhan energi untuk

kebutuhan industri keramik jangka menengah dan panjang.

c. Teridentifikasinya potensi bahan baku keramik secara nasional.

d. Lokus klaster keramik yang akan mengembangkan pengolahan bahan

baku di Kalimantan Barat.

5. Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik

Pengembangan klaster peralatan listrik ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan nasional akan infrastruktur ketenagalistrikan sebagai konsekuensi

dari pencanangan pembangkitan listrik 10 Ribu Mega Watt. Kegiatan

pengembangan ketenagalistrikan ini hingga saat ini telah didukung dengan

perangkat hukum berupa disahkannya Peraturan Menteri Perindustrian nomor

58 Tahun 2010 tentang Penggunaan produk Dalam Negeri dalam

Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan.

Dalam rangka penguatan kelembagaan klaster Industri Mesin Peralatan

Listrik dilakukan kegiatan :

a. Penguatan dan Pengembangan Klaster Industri Mesin Peralatan Listrik.

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung berkembangnya industri

mesin melalui pendekatan Klaster Industri Mesin Peralatan Listrik dan

agar pelaksanaan program Klaster Industri Mesin Peralatan Listrik dapat

berjalan dengan baik

b. Monitoring dan Evaluasi Penguatan dan Pengembangan Klaster Industri

Mesin Peralatan Listrik.

Untuk mengetahui sejauh mana efektititas pelaksanaan klaster (tahap

diagnosis, sosialisasi, mobilisasi dan kolaborasi), diperlukan kegiatan

monitoring dan evaluasi yang akan digunakan sebagai bahan dalam

perencanaan pelaksanaan tahapan selanjutnya.

Langkah-langkah yang telah dilakukan dalam pengembangan klaster

Industri Mesin Peralatan Listrik, antara lain membangun kolaborasi antara

industri mesin peralatan listrik dengan EPC nasional untuk mendukung

pembangunan PLTU Batubara 10.000 MW di luar Jawa-Bali.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 62

Hasil yang telah dicapai, diantaranya:

a. 21 lokasi (9 lokasi sudah tanda tangan kontrak) dari 25 lokasi

pembangunan PLTU Batubara di luar Jawa-Bali yang ditenderkan oleh

PT. PLN akan dibangun oleh Engineering Procurement and Construction

(EPC) nasional sebagai main contractor sebagai hasil kolaborasi dengan

industri manufaktur dalam negeri.

b. Bobot nilai TKDN yang berkisar antara 45 persen hingga 68 persen

menggambarkan kemampuan industri manufaktur nasional untuk

mensuplai mesin peralatan listrik dalam pembangunan PLTU Batubara

seperti boiler, transformer, switch gear, electrical motor, power

distribution panel, water treatment plant, cool handling & ash handling

system, steel structure, dan instrument control.

c. Dalam rangka perkuatan klaster, Pemerintah melalui PT. Nusantara Turbin

dan Propulsi mengembangkan reverse engineering turbin, saat ini sedang

tahap awal untuk turbin 3 MW.

6. Industri Mesin Peralatan Umum

Pengembangan/penguatan Klaster Industri Mesin Peralatan Umum

merupakan � lternative pendekatan yang dinilai efektif untuk membangun

keunggulan daya saing industri. Pendekatan klaster industri Mesin Peralatan

Umum membantu upaya yang lebih fokus bagi terjalinnya kemitraan yang

saling menguntungkan dan pengembangan jaringan bisnis yang luas.

Dalam rangka penguatan kelembagaan klaster Industri Mesin Peralatan

Umum dilakukan kegiatan :

a. Penguatan dan Pengembangan Klaster Industri Mesin Peralatan Umum

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung berkembangnya industri

mesin melalui pendekatan Klaster Industri Mesin Peralatan Umum dan

agar pelaksanaan program Klaster Industri Mesin Peralatan Umum dapat

berjalan dengan baik.

b. Monitoring dan Evaluasi Penguatan dan Pengembangan Klaster Industri

Mesin Peralatan Umum.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 63

Untuk mengetahui sejauh mana efektititas pelaksanaan klaster (tahap

diagnosis, sosialisasi, mobilisasi dan kolaborasi), diperlukan kegiatan

monitoring dan evaluasi yang akan digunakan sebagai bahan dalam

perencanaan pelaksanaan tahapan selanjutnya.

7. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)

Pengembangan/penguatan Klaster ITPT merupakan alternatif

pendekatan yang dinilai efektif untuk membangun keunggulan daya saing

industri. Komoditas TPT merupakan komoditas andalan ekspor dimana lebih

dari 90 persen produknya diminati pasar internasional karena berkualitas baik.

Namun, disisi lain, kebutuhan komoditas TPT dalam negeri dipenuhi oleh

pasokan impor. Untuk itu, dalam rangka mengoptimalkan penyerapan TPT

dalam negeri, Kementerian Perindustrian berfokus pada penguatan

kelembagaan klaster TPT, melalui :

a. Penguatan dan Pengembangan Klaster ITPT

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung berkembangnya industri

tekstil dan produk tekstil melalui pendekatan Klaster ITPT dan agar

pelaksanaan program Klaster ITPT dapat berjalan dengan baik. Penguatan

dan pengembangan klaster ITPT dilakukan melalui:

1) Program restrukturisasi permesinan/peralatan ITPT yaitu dengan cara

memberikan kemudahan kepada industri TPT untuk melakukan

peremajaan mesin dengan 2 skema kemudahan, yaitu Skim 1

(potongan harga mesin peralatan) dan Skim 2 (memberikan

pinjaman/kredit dengan suku bunga rendah). Peraturan Menteri

Perindustrian Nomor 27/M-IND/PER/3/2007 tentang Bantuan Dalam

Rangka Pembelian Mesin/Peralatan Industri Tekstil Dan Produk

Tekstil, kemudian diubah dengan Peraturan Menteri Perindustrian

Nomor 36/M-IND/PER/4/2007. Peraturan ini dibuat mengingat

industri tekstil merupakan salah satu industri prioritas nasional yang

potensial untuk dikembangkan, sedangkan kondisi permesinan industri

TPT nasional telah relatif tua dan penggunaannya tidak efisien,

sehingga perlu dilakukan peremajaan untuk mendukung peningkatan

daya saing. Kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Direktur

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 64

Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Nomor

84/ILMTA/PER/5/2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan

Dirjen ILMTA Nomor 81/ILMTA/PER/3/2007 tentang Petunjuk

Teknis Bantuan Pembelian Mesin/Peralatan Industri Tekstil dan

Produk Tekstil sebagaimana telah Diubah dengan Peraturan Direktur

Jenderal Nomor 82/ILMTA/PER/5/2007 sebagai tindak lanjut atas

dikeluarkannya Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27/M-

IND/PER/3/2007 tersebut di atas.

2) Mengkoordinasikan dalam penanganan limbah batubara dengan

memberikan bantuan peralatan pengolah limbah batubara.

3) Melakukan rekondisi mesin beberapa klaster industri.

4) Mengembangkan bahan baku alternatif.

5) Meningkatkan teknologi bagi Klaster Industri dengan memberikan

bantuan mesin/peralatan.

6) Meningkatkan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Garmen di Semarang

dengan memberikan bantuan mesin/peralatan.

7) Mengadakan International Business Forum on Textile Product,

pameran mesin peralatan tekstil dan pameran produk tekstil baik di

dalam maupun di luar negeri.

b. Monitoring dan Evaluasi Penguatan dan Pengembangan Klaster ITPT.

Untuk mengetahui sejauh mana efektititas pelaksanaan klaster (tahap

diagnosis, sosialisasi, mobilisasi dan kolaborasi), digunakan sebagai bahan

dalam perencanaan pelaksanaan tahapan selanjutnya.

Hasil yang telah dicapai diantaranya:

a. Restrukturisasi Mesin Produksi TPT.

Dalam rangka restrukturisasi mesin peralatan pabrik yang telah tua, pada

tahun 2007 telah diluncurkan Program Peningkatan Teknologi ITPT

melalui restrukturisasi dengan jumlah dana sebesar Rp. 255 miliar yang

terbagi menjadi 2 skim, yaitu:

Skim 1 merupakan bantuan potongan harga terhadap industri yang

melakukan restrukturisasi mesin, dan Skim 2 merupakan pemberian kredit

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 65

berbunga rendah dengan sistem modal padanan. Realisasi penyaluran dana

tersebut mencapai Rp. 153,31 miliar (untuk SKIM-1 sebesar Rp. 128,31

miliar yang digunakan pada 78 perusahaan dan SKIM-2 sebesar Rp. 25,00

miliar yang digunakan pada 14 perusahaan). Pada tahun 2008 program

restrukturisasi dilanjutkan dengan alokasi dana sebesar Rp. 330 miliar

dengan jumlah peserta meningkat menjadi 175 perusahaan dengan nilai

alokasi bantuan Rp 181,7 M yang menstimulus investasi pembelian

mesin/peralatan oleh dunia usaha sebesar Rp 1,77 Trilyun. Sementara pada

tahun 2009 program dilanjutkan dengan alokasi dana Rp 220 Miliar yang

terbagi atas Skim 1 Rp 213 M dan Skim 2 Rp. 27 M. Posisi pada tanggal

20 Agustus 2009 untuk Skim 1 telah terdaftar sebanyak 166 perusahaan

dengan nilai potongan sebesar Rp. 161,29 miliar (total investasi sebesar

Rp. 1,7 triliun) dari pagu Rp. 190 miliar, dan untuk Skim 2 telah terdaftar

20 nasabah dengan nilai pembiayaan sebesar Rp. 48 miliar dan perkiraan

nilai kredit porsi Kemenperin Rp. 40,1 miliar.

b. Terbangunnya Pusat Pengembangan Rami di Kabupaten Wonosobo mulai

dari penanaman sehingga menjadi serat rami.

c. Memberikan bantuan mesin dan peralatan ke beberapa klaster industri

seperti Cipondoh (Tangerang), Sukabumi, Bandung, Pekalongan,

Semarang, DI Yogyakarta, Bali dan Sumatera Barat.

d. Terbangunnya pusat pengolahan limbah batu bara di Majalaya.

8. Industri Alas Kaki

Pengembangan/penguatan Klaster Industri Alas Kaki merupakan

alternatif pendekatan yang dinilai efektif untuk membangun keunggulan daya

saing industri. Pendekatan klaster Industri Alas Kaki membantu upaya yang

lebih fokus bagi terjalinnya kemitraan yang saling menguntungkan dan

pengembangan jaringan bisnis yang luas.

Dalam rangka penguatan kelembagaan klaster Industri Alas Kaki

dilakukan kegiatan :

a. Penguatan dan Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 66

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung berkembangnya industri

mesin melalui pendekatan Klaster Industri Alas Kaki dan agar pelaksanaan

program Klaster Industri Alas Kaki dapat berjalan dengan baik. Langkah-

langkah yang dilakukan antara lain:

1) Promosi investasi industri alas kaki di dalam negeri dan luar negeri.

Pada tahun 2006 dan tahun 2007, 17 perusahaan ikut serta dalam

Pameran Alas Kaki Internasional Dusseldorf (GDS/GLS) Jerman

dengan menampilkan pavilyun Indonesia.

Kepesertaan pada Pameran Produk Ekspor (PPE) tahun 2006 dan

2007 oleh 6 perusahaan alas kaki yang telah mampu ekspor.

Pada tahun 2006, 50 perusahaan berpartisipasi pada Pameran Indo

Leather & Footwear (ILF) di Jakarta Fair Kemayoran Jakarta, dan

pada tahun 2007 berpartisipasi sebanyak 200 perusahaan industri

kulit dan alas kaki.

2) Fasilitasi pelatihan SDM industri alas kaki bidang teknologi produksi,

manajemen keuangan dan pemasaran serta entrepreneurship motivation.

Pada tahun 2005-2007 telah dilatih 200 peserta berasal dari IKM dan

Industri Besar alas kaki di Jawa Timur dan Jawa Barat. Dengan adanya

peningkatan keterampilan diharapkan industri dapat meningkatkan

daya saingnya.

3) Fasilitasi kerjasama dengan sumber pembiayaan dalam rangka

peningkatan akses pembiayaan. Telah terjalin kerjasama antara IKM

alas kaki Jawa Barat dan Jawa Timur dengan lembaga perbankan antara

lain Bank BRI dan Bank Jatim.

4) Fasilitasi kerjasama aliansi strategis antara perusahaan champion

dengan mitranya baik sebagai pemasok bahan baku maupun bahan

penolong dan subcontracting serta lembaga penelitian dan pengujian.

Di Jawa Timur telah terjalin kerja sama antara 3 perusahaan

champion, 5 perusahaan industri pendukung, 8 perusahaan industri

terkait, 13 kelompok UKM industri subcontracting, 3 lembaga diklat

dan 3 perbankan.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 67

Di Jawa Barat telah terjalin kerja sama antara 3 perusahaan

champion 16 perusahaan industri pendukung, 8 perusahaan industri

terkait, 52 kelompok UKM subcontracting, 3 lembaga diklat, 2

lembaga perbankan dan 2 lembaga R&D.

5) Peningkatan kemampuan perusahaan dalam manajemen mutu melalui

fasilitasi penerapan ISO 9001-2000.

Pada tahun 2006 di Jawa Barat telah disertifikasi 2 perusahaan alas

kaki yaitu CV. Mitra Batant Stride dan CV. Clarion.

Pada tahun 2007 di Jawa Timur telah disertifikasi 3 perusahaan alas

kaki yaitu: PT. Rajapaksi Adyaperkasa Industri, PT. Gemilang Jaya

Abadi dan PT. Kitidragon Suryatama.

b. Monitoring dan Evaluasi Penguatan dan Pengembangan Klaster Industri

Alas Kaki.

Untuk mengetahui sejauh mana efektititas pelaksanaan klaster (tahap

diagnosis, sosialisasi, mobilisasi dan kolaborasi), digunakan sebagai bahan

dalam perencanaan pelaksanaan tahapan selanjutnya.

Hasil yang telah dicapai diantaranya:

a. Utilisasi industri alas kaki nasional rata-rata 72,3 persen per tahun, dimana

pada tahun 2004 utilisasi sebesar 71,50 persen dan pada tahun 2006

sebesar 73,65 persen. Peningkatan ini disebabkan oleh tumbuhnya

investasi baru dan meningkatnya permintaan untuk ekspor.

b. Adanya tambahan investasi berupa investasi baru dan perluasan sebesar

Rp. 790 miliar oleh 9 perusahaan alas kaki PMA pada tahun 2007 yang

berorientasi ekspor dan menyerap 16.500 tenaga kerja baru.

c. Ekspor alas kaki rata-rata naik 10,6 persen per tahun dan pada tahun 2007

nilai ekspornya sebesar US$ 1,6 miliar dari sebelumnya tahun 2004 US$

1,3 miliar.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 68

9. Industri Pengolahan Kelapa Sawit

Langkah-langkah yang telah dilakukan:

a. Mengadakan pertemuan secara intensif antara pemerintah pusat dengan

Pemerintah Daerah dan industri CPO serta industri hilirnya.

b. Memberdayakan working group melalui FGD.

c. Melakukan kajian pengembangan infrastruktur untuk mendukung

pengembangan klaster industri CPO di Sumatera Utara.

d. Menyusun blueprint pengembangan industri oleokimia.

e. Mendorong pengembangan industri permesinan dalam rangka

pengembangan klaster industri CPO.

f. Meningkatkan pasokan CPO/PKO melalui peningkatan produktivitas dan

perluasan areal perkebunan sawit dan mengutamakan pasokan industri

dalam negeri.

g. Secara aktif berpartisipasi dalam Roundtable on Suistanable Palm Oil,

suatu forum yang bertujuan untuk mendorong pengembangan industri

kelapa sawit yang sesuai dengan kaidah-kaidah pembangunan

berkelanjutan.

1) Menetapkan produk prioritas oleokimia yang prospektif dikembangkan

di masa mendatang.

2) Mengenakan pungutan ekspor untuk CPO, CPKO dan beberapa

produk turunannya.

3) Sosialisasi, identifikasi dan forum komunikasi dengan stakeholder

klaster CPO terutama di daerah pengembangan klaster yaitu di

Sumatera Utara, Riau dan Kalimantan Timur.

Hasil yang telah dicapai diantaranya:

a. Tersusunnya Business Plan Nasional Industri Hilir Kelapa Sawit.

b. Tersusunnya AMDAL, FS dan Business Plan Industri Hilir Kelapa Sawit di

Sei Mangke (Sumut), Kuala Enok dan Dumai (Riau) serta Maloy

(Kalimantan Timur).

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 69

c. Pemberian bantuan peralatan pilot project pengolahan produk turunan

minyak sawit.

10. Industri Pengolahan Karet dan Barang Karet

Langkah-langkah yang telah dilakukan:

a. Mengadakan pertemuan secara intensif antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah dengan produsen karet dan industri turunan karet.

b. Memberdayakan working group melalui FGD (Focused Group

Discussions).

c. Memfasilitasi peningkatan pasokan gas bumi untuk industri sarung tangan.

d. Upaya untuk memasukkan perizinan industri crumb rubber dengan

persyaratan khusus.

e. Menerapkan SNI Wajib Selang Karet untuk kompor gas, beberapa jenis

ban yaitu: ban mobil penumpang, ban kendaraan untuk truk dan bus, ban

truk ringan dan ban dalam kendaraan bermotor.

f. Mengirim Surat Edaran kepada seluruh Gubernur produsen bahan olahan

karet untuk membina petani/industri agar memenuhi SNI crumb rubber.

g. Bantuan alat dalam rangka pengembangan klaster industri barang karet di

Jawa Barat dan Sumatera Selatan.

h. Fasilitasi pengembangan klaster industri barang karet di Jawa Barat dan

Sumatera Selatan.

Hasil yang telah dicapai, diantaranya :

a. Tersusun roadmap Industri Pengolahan Karet.

b. Berfungsinya Tim Klaster Industri Karet dan Pengolahan Karet di Pusat

dan Daerah (Sumatera Utara).

c. Pemetaan potensi pasar dalam negeri dan industri permesinan dalam

mendukung pengembangan industri barang karet.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 70

11. Industri Kakao dan Coklat

Langkah-langkah yang telah dilakukan:

a. Memfasilitasi pembentukan kelembagaan/working group industri

pengolahan kakao melalui forum komunikasi industri pengolahan kakao

dengan melibatkan instansi terkait seperti pelaku usaha dan petani kakao,

asosiasi AIKI, Puslitkoka Jember, Kementerian Pertanian, Perguruan

Tinggi dan Perbankan.

b. Memfasilitasi kerjasama dalam penyediaan bahan baku industri

pengolahan kakao.

c. Melaksanakan koordinasi mengenai dampak positif pemberlakuan

kebijakan Bea Keluar (BK) dalam pengembangan industri kakao.

d. Promosi dan fasilitas pengembangan industri pengolahan kakao dan

coklat.

e. Bantuan mesin dan peralatan industri pengolahan kakao dalam rangka

mendukung kompetensi inti industri.

f. Kajian pengembangan kawasan industri kakao di wilayah Luwuk Raya.

Hasil yang telah dicapai, antara lain:

a. Terjalinnya kemitraan sinergis antara pemerintah, pengusaha dan petani

untuk meningkatkan nilai tambah ekonomis industri pengolahan kakao di

Palu Propinsi Sulawesi Tengah.

b. Terwujudnya rumusan rencana aksi penguatan dan pengembangan klaster

industri pengolahan kakao.

c. Meningkatnya nilai tambah produk olahan kakao sesuai SNI untuk

memacu peningkatan utilisasi produksi kakao nasional.

12. Industri Pengolahan Kopi

Langkah-langkah yang telah dilakukan:

a. Mengadakan pengembangan kemitraan antara petani kopi, produsen dan

pedagang kopi/eksportir.

b. Meningkatkan mutu bahan baku kopi melalui bantuan unit peralatan

pengolahan.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 71

c. Membentuk dan memberdayakan working group di Lampung.

d. Pemberdayaan Forum Komunikasi melalui FGD.

e. Mensosialisasikan roadmap Industri Pengolahan Kopi.

f. Fasilitasi dan koordinasi pengembangan klaster industri pengolahan kopi.

g. Partisipasi pada International Coffee Organization (ICO) dan Common

Fund for Commodities (CFC).

Hasil yang telah dicapai, antara lain:

a. Meningkatnya mutu produk industri kopi olahan melalui bantuan

mesin/peralatan pengolahan kopi.

b. Telah terbentuk Forum Komunikasi yang beranggotakan Asosiasi

Eksportir Kopi Indonesia, Kementerian Pertanian, Balai Besar Industri

Agro-Bogor, Perguruan Tinggi, PP Kopi dan Kakao Indonesia, Jember,

GAPMMI, Dunia Usaha yang senantiasa mengadakan pertemuan-

pertemuan periodik guna meningkatkan kerjasama dalam mengatasi

permasalahan-permasalahan yang dihadapi.

c. Meningkatnya koordinasi dan sinergi antara stakeholders dalam

pengembangan industri pengolahan kopi.

d. Partisipasi pada International Coffee Organization (ICO) dan Common

Fund for Commodities (CFC).

13. Industri Gula

Hasil yang telah dicapai, antara lain:

a. Peremajaan permesinan PT. Barata Indonesia dan PT. Boma Bisma Indra

(BBI) guna mendukung pengadaan mesin peralatan untuk revitalisasi pabrik

gula yang diharapkan akan meningkatkan kapasitas foundry sehingga mampu

mendukung permintaan peningkatan kapasitas pabrik gula melebihi 10.000

TCD dan 4 furnace siap dioperasikan bersamaan. Boiler Pabrik Gula dapat

dipabrikasi di PT. Barata Indonesia dimana sebelumnya pabrikasi sebagian

besar dilakukan di luar negeri dan instalasi dilakukan di lokasi. Sementara itu,

bantuan mesin peralatan kepada PT. BBI diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan pengecoran dari besi tuang ke baja tuang, meningkatkan

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 72

kemampuan produksi peralatan pabrik gula dari molen roll ke peralatan

lainnya;

b. Pelaksanaan pilot project di 8 pabrik gula dalam rangka peningkatan

kemampuan proses produksi gula dan efisiensi penggunaan energi;

c. Pelaksanaan program stimulus berupa bantuan peremajaan mesin dan

peralatan pabrik gula dengan subsidi bunga melalui potongan harga sebesar

10% dari harga mesin dan peralatan produksi dalam negeri;

d. Penyusunan mesin dan peralatan dalam rangka optimalisasi dan amalgamasi

pabrik gula existing khususnya pada PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, dan PT.

RNI melalui penggantian mesin dan peralatan (untuk optimalisasi) dan

pembangunan PG baru (untuk amalgamasi);

e. Inventarisasi 56 calon investor yang berminat untuk pembangunan

perkebunan tebu dan pabrik gula baru;

f. Penyusunan business plan pendirian industri gula baru pada 4 (empat)

wilayah/provinsi;

g. Penyusunan daftar komponen mesin dan peralatan yang dapat diproduksi di

dalam negeri untuk mendukung revitalisasi pabrik gula.

Beberapa permasalahan pokok dalam pengembangan industri gula, antara

lain adalah:

a. Pabrik Gula (PG) yang berada di Pulau Jawa, berumur relatif tua,

sehingga kapasitas giling dan rendemen rendah.

b. Kemampuan PG untuk melakukan restrukturisasi mesin dan peralatan

sangat terbatas, mengingat terbatasnya struktur permodalan.

c. Hampir semua PG di Pulau Jawa sangat tergantung pada petani tebu

dengan lahan dan produktivitas yang terbatas.

d. Pabrik gula rafinasi yang ada (5 pabrik) seluruhnya masih

menggunakan bahan baku (raw sugar) impor.

e. Industri gula rafinasi juga belum berproduksi secara optimal (utilisasi

kapasitas sekitar 70% pada tahun 2009).

f. Pangsa pasar industri kecil dan industri rumah tangga merupakan grey

area yang sering kali menyebabkan industri gula putih mendapat

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 73

kesulitan dalam menjual produknya karena kalah bersaing dengan gula

rafinasi.

14. Industri Pengolahan Tembakau

Langkah-langkah yang telah dilakukan:

a. Meningkatkan mutu bahan baku tembakau dan meningkatkan efisiensi

proses pengolahan bahan baku.

b. Fasilitasi dan koordinasi pengembangan klaster industri pengolahan

tembakau melalui pemberdayaan working group dan FGD.

c. Sosialisasi roadmap Industri Tembakau. Roadmap ini kemudian telah

diacu oleh Kementerian Pertanian untuk membuat roadmap

pengembangan Tembakau, roadmap pengembangan cengkeh, dan oleh

Kementerian Keuangan dalam perumusan dan penetapan kebijakan

pengenaan cukai. Lebih lanjut roadmap ini menjadi rujukan baik dari

kalangan pemerintah maupun dunia usaha sehingga tahapan

pengembangan industri rokok ke depan lebih jelas dan pasti.

d. Inisiasi penyusunan RUU Pengendalian Dampak Tembakau yang

komprehensif dan integratif.

e. Meningkatkan pengendalian produk rokok ilegal di beberapa lokasi di

Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Sumatera Utara

melalui penyuluhan dan pembinaan industri kecil rokok dan kelompok

petani tembakau.

f. Peningkatan efesiensi pengolahan tembakau virginia flue cured dengan

bahan bakar selain minyak tanah melalui bantuan mesin/peralatan di

Kabupaten Lombok Propinsi NTB.

g. Koordinasi pelaksanaan verifikasi dan sertifikasi mesin pelinting sigaret

rokok.

Hasil yang telah dicapai, antara lain:

a. Tersedianya/terealisasinya peralatan tungku flue cured dengan bahan

bakar selain minyak tanah.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 74

b. Kemitraan telah berjalan baik melalui pola kemitraan langsung mulai dari

penyiapan benih, pembibitan, penanaman, perawatan panen,

pengomprongan (pemanas flue cured), sortasi sampai dengan jaminan

pembelian.

c. Telah terjalinnya kemitraan antara produsen tembakau dengan Industri

rokok. Industri rokok yang telah melakukan kemitraan diantaranya adalah:

PT. Gudang Garam, PT. H.M. Sampoerna, PT. Djarum, PT. BAT

Indonesia, PT. Philip Morris Indonesia dan PT. STTC (Sumatera Tobacco

Trading Company).

d. Meningkatnya pengendalian produk rokok ilegal dan pengendalian

penggunaan cukai ilegal baik melalui penyuluhan dan pembinaan industri

kecil rokok dan kelompok petani tembakau maupun penindakan secara

hukum.

e. Tersedianya data perusahaan industri rokok yang sudah mendaftarkan

mesin pelinting rokok yang dimiliki.

15. Industri Pengolahan Buah

Langkah-langkah yang telah dilakukan:

a. Fasilitasi dan koordinasi pengembangan klaster industri pengolahan buah.

b. Revisi/penyusunan SNI dan pengawasan SNI wajib industri pengolahan

buah.

c. Memberdayakan working group industri pengolahan buah di Jawa Barat.

d. Memberdayakan Forum Komunikasi melalui FGD.

e. Melakukan sosialisasi dan rapat koordinasi dengan para stakeholder baik

di pusat maupun di daerah (Bandung, Kuningan, Cirebon, Makasar dan

Mamuju).

Hasil yang telah dicapai, diantaranya :

a. Tercapainya peningkatan koordinasi Pengembangan Klaster Industri

Pengolahan Buah dengan para stakeholder.

b. Tersusunnya konsep revisi SNI buah olahan.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 75

16. Industri Furniture

Langkah-langkah yang telah dilakukan:

a. Fasilitasi pusat desain furniture kayu di Jepara dan furniture rotan di

Cirebon.

b. Evaluasi Permendag No. 36/M-DAG/PER/8/2008 tentang ketentuan

ekspor rotan yang menyatakan bahwa rotan W/S dari jenis rotan

taman/sega (calamus caesius) dan irit (calamus trachycoleus).

c. Evaluasi Permenkeu No. 616/PMK.03/2004 tentang pengenaan PPN

sebesar 10% dan PPN BM sebesar 35% untuk impor barang contoh

produk mebel, melibatkan isntansi terkait seperti Ditjen Pajak, Ditjen Bea

Cukai dan ASMINDO.

d. Sosialisasi atas pemberlakuan Permendag No. 20/M-DAG/PER/5/2008

tentang ketentuan ekspor produk industri kehutanan.

e. Harmonisasi tarif BM tahap II tahun 2005-2010 produk hasil hutan dan

perkebunan.

f. Penyusunan/penyempurnaan standar produk industri hasil hutan dan

perkebunan meliputi Panitia Teknis Furniture dan Teknologi Kertas.

g. Bekerjasama denga Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK) dan Asosiasi

Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) mengkaji berbagai komposisi furniture

yang mampu menghasilkan papan furniture berkualitas tinggi dan ramah

lingkungan.

h. Fasilitasi/dukungan pembangunan terminal bahan baku kayu/rotan di

Bitung Sulawesi Utara berupa bantuan alat mesin sawmil dan alat

pengering kayu.

i. Kajian master plan pembangunan terminal bahan baku kayu di Jawa

Timur.

j. Penyusunan rules of origin (ROO) produk industri furniture kayu dan

rotan.

Hasil yang telah dicapai, antara lain:

a. Terbitnya PMK No. 241/PMK.011/2010 tentang perubahan ke empat atas

peraturan Menteri Keuangan No. 110/PMK.01/2006 tentang penetapan

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 76

sistem klasifikasi barang dab pembebanan tarif bea masuk atas barang

impor.

b. Tersedianya buku pedoman pembuatan laminat yang ramah lingkungan

dari kertas dekoratif untuk industri furniture.

c. Pemanfaatan kayu alternatif sebagai bahan baku industri pengolahan kayu

(asal limbah hasil perkebunan) telah dimanfaatkan.

d. Dimanfaatkannya preferensi tarif yang telah disepakati dalam rangka

meningkatkan ekspor Indonesia ke negara-negara yang bekerjasama

dengan Indonesia.

17. Industri Kertas

Langkah-langkah yang telah dilakukan:

a. Terlaksananya pertemuan fasilitasi dan koordinasi pengembangan industri

pulp, kertas dan percetakan.

b. Memfasilitasi dilakukan kerjasama pengembangan kemitraan usaha dan

jaringan kerja industri kertas dengan industri barang-barang dari kertas

(publikasi, percetakan, industri grafika lainnya).

c. Pengumpulan data dengan melakukan kunjungan ke lapangan untuk

mengetahui potensi pengembangan industri pulp dan kertas.

d. Peningkatan kompetensi SDM industri kemasan karton.

e. Pelatihan manajemen energi pada industri pulp dan kertas.

f. Pemetaan industri kemasan karton (kotak karton gelombang).

g. Penyusunan pedoman pembuatan laminat yang ramah lingkungan dari

kertas dekoratif.

Hasil yang telah dicapai, antara lain:

a. Terciptanya iklim industri yang kondusif yang dapat mendorong

berkembangya industri pulp, kertas dan percetakan.

b. Terbaharuinya data industri pulp dan kertas.

c. Terlatihnya SDM industri kemasan karton di Medan Sumatera Utara

sebanyak 30 orang dan di Bogor Jawa Barat sebanyak 30 orang peserta.

d. Meningkatnya mutu dan nilai tambah produk industri kemasan karton.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 77

e. Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman peserta pelatihan terhadap

sistem manajemen energi di industri pulp dan kertas.

f. Tersedianya informasi industri kemasan karton yang lengkap dan akurat.

g. Meningkatnya penggunaan laminat yang ramah lingkungan dari kertas

dekoratif.

18. Industri Kendaraan Bermotor

Perkembangan industri kendaraan bermotor di Indonesia menunjukkan

peningkatan yang sangat baik sehingga memberikan rasa optimis untuk dapat

melangkah lebih jauh. Perkembangan ini diperkirakan akan bergerak terus

dalam beberapa tahun mendatang. Saat ini telah terdapat 20 perusahaan

industri perakit kendaraan bermotor roda empat, 40 perusahaan perakit

kendaraan bermotor roda dua, yang didukung oleh sekitar 345 perusahaan

industri komponen yang memproduksi berbagai jenis komponen mulai dari

komponen universal sampai komponen utama seperti mesin dan transmisi.

Produksi kendaraan bermotor roda empat pada tahun 2010 diperkirakan

akan mencapai 700.000 unit, mengalami peningkatan sebesar 50,5% bila

dibandingkan dengan tahun 2009 sebanyak 464.816 unit. Namun untuk nilai

ekspor sampai dengan bulan April mengalami penurunan sebesar US$

407.272,3 atau 59,6% dibanding tahun 2009 dan nilai impor sampai dengan

bulan April mengalami penurunan 41,6% dari US$ 2,206 juta menjadi sebesar

US$ 1,287 juta.

Pertumbuhan pasar domestik produk industri otomotif khususnya untuk

kendaraan bermotor roda-4 pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang

cukup tajam. Selama tahun 2010 hingga bulan Agustus penjualan mencapai

422.757 unit, atau terjadi peningkatan sebesar 60,12 persen dibanding

penjualan pada periode yang sama tahun 2009 yakni sebesar 304.453 unit.

Sejalan dengan pertumbuhan pasar dalam negeri yang cukup

menggembirakan, kegiatan ekspor produk industri otomotif juga mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Nilai ekspor produk komponen otomotif

tahun 2010 sampai dengan bulan Maret mencapai US$ 777,1 juta, naik

sebesar 36,5 persen dibanding tahun 2009. Beberapa produk kendaraan

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 78

bermotor utuh (CBU) yang telah masuk ke pasar global diantaranya adalah

Toyota (Avanza dan Innova), dan Daihatsu, dengan perkiraan volume ekspor

sebesar 60.000 unit/tahun.

Sedangkan untuk kendaraan bermotor roda dua pada tahun 2010

produksi mencapai 7.000.000 unit, meningkat sebesar 1.115.979 unit atau

sebesar 18,9% dibanding tahun 2009, nilai ekspor sampai dengan bulan April

mengalami penurunan US$ 31.111,7 atau 66,6% dan nilai impor untuk bulan

yang sama mengalami penurunan sebesar US$ 25.585,9 atau 61,4%

dibandingkan tahun 2009.

Dengan memanfaatkan pasar domestik sebagai Base Load diharapkan

industri otomotif nasional dapat lebih berperan sebagai salah satu basis

produksi otomotif di ASEAN, khususnya untuk kendaraan MPV dan menjadi

produsen ke-3 terbesar kendaraan bermotor roda dua di dunia setelah China

dan India.

Berbagai upaya telah dilakukan agar industri kendaraan bermotor dalam

negeri lebih kompetitif diantaranya melalui pemberian fasilitas Bea Masuk

Ditanggung Pemerintah (BMDTP) atas impor bahan baku pembuatan

komponen dalam negeri, penurunan PPn-BM, pemberian bantuan bimbingan

peningkatan produktivitas kepada industri-industri komponen dengan

memanfaatkan bantuan asing maupun dengan menggunakan tenaga-tenaga

dari dalam negeri.

Dari sisi penguasaan teknologi, industri kendaraan bermotor dalam

negeri khususnya kendaraan bermotor roda dua telah mampu menghasilkan

produk sepeda motor yang benar-benar dirancang dan direkayasa sepenuhnya

oleh perusahaan dan tenaga ahli Indonesia, yaitu oleh PT. Kanzen Motor

Indonesia yang seluruh sahamnya dimiliki oleh bangsa Indonesia. Secara

umum pengembangan industri kendaraan bermotor nasional masih mengalami

berbagai kendala diantaranya lemahnya dukungan industri pendukung seperti

industri bahan baku dan komponen dalam negeri keterbatasan kemampuan

design & engineering serta lemahnya infrastruktur penunjang.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 79

19. Industri Perkapalan

Industri perkapalan atau galangan kapal merupakan industri yang

memiliki keterkaitan yang sangat luas baik ke industri hulunya maupun ke

industri hilirnya sehingga dikategorikan sebagai industri strategis dan

merupakan industri masa depan yang mempunyai prospek yang cerah. Saat ini

terdapat sekitar 250 perusahaan industri perkapalan/galangan kapal yang

mampu memproduksi kapal baru dan memperbaiki/reparasi kapal. Meskipun

jumlah perusahaan cukup banyak, namun sebagian besar hanya mampu

membangun dan mereparasi kapal-kapal berukuran kecil atau kurang dari

10.000 DWT serta mesin/peralatan produksinya relatif sudah tua.

Industri galangan kapal dalam negeri memiliki fasilitas produksi terbesar

berupa dok gali (graving dock) dengan kapasitas 150.000 DWT yang dapat

dipergunakan untuk membangun kapal baru maupun untuk

memperbaiki/reparasi kapal. Pengalaman industri galangan kapal dalam

negeri membangun kapal baru berbagai jenis, tipe dan ukuran sampai dengan

ukuran/kapasitas 50.000 DWT.

Dalam empat tahun terakhir industri galangan kapal mengalami

perkembangan yang menggembirakan dimana terjadi pertumbuhan investasi

yang sangat pesat khususnya di Kep Riau dan Batam yang sampai saat ini

telah mencapai sekitar 87 perusahaan. Hal ini disebabkan karena iklim

investasi (insentif fiskal dan tata niaga) yang dikembangkan di Pulau Batam,

Bintan, dan Karimun (Bonded Zone / Kawasan Berikat, dan KEK / Kawasan

Ekonomi Khusus) menarik minat investor asing, juga karena pulau Batam

dekat dengan sumber bahan baku/perdagangan, yaitu Singapura. Faktor lain

yang menyebabkan pertumbuhan investasi industri galangan kapal cukup

besar adalah dengan dikeluarkannya Inpres Nomor 5 Tahun 2005 tentang

Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional yang intinya adalah penerapan

azas, yang didalamnya juga diamanatkan pengembangan industri perkapalan

nasional untuk mendukung pelaksanaan pemberdayaan industri pelayaran

nasional.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 80

Dalam rangka mendorong pengembangan industri perkapalan nasional

untuk mendukung pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2005, Kementerian

Perindustrian telah mengambil langkah-langkah kebijakan antara lain:

Pengembangan Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional/ PDRKN

(National Ship Design and Engineering Centre-NASDEC) yang

merupakan hasil kerjasama antara Departemen Perindustrian dengan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember / ITS, dan telah diluncurkan pada

tanggal 24 April 2006 di Surabaya. Pada tahun 2009, PDRKN / NASDEC

sudah dilengkapi peralatan hardware dan software dan telah dilaksanakan

kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan mendesain kapal.

Memfasilitasi pengembangan kawasan khusus industri perkapalan

berlokasi di kabupaten Karimun dan kajian potensi kawasan industri

galangan kapal di Jawa Tengah.

Sebagai tindak lanjut dari Inpres No. 2 tahun 2009 tentang Penggunaan

Produk Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah telah

ditandatangani MOU antara Dep.Perindustrian dengan BP Migas pada

tanggal 21 Agustus 2009 tentang Penggunaan Kapal dan Bangunan Lepas

Pantai Produksi Dalam Negeri untuk menunjuk kegiatan Usaha Hulu

Minyak dan Gas Bumi.

20. Industri Kedirgantaraan

Secara umum saat ini kinerja PT. Dirgantara (PT. DI) mengalami

perkembangan yang relatif lebih baik. Perkembangan kinerja yang baik ini

merupakan hasil dari pelaksanaan program restrukturisasi perusahaan yang

meliputi :

a. Perubahan visi dan misi perusahaan yang semula “Agent of Technology”

berubah menjadi “Business Oriented”.

b. Restrukturisasi Tenaga Kerja.

c. Restrukturisasi Keuangan antara lain: stop bleding, menyelesaikan

program-program terkontrak.

d. Peningkatan efisiensi dan produktifitas.

e. Refocusing lini usaha perusahaan dari semula 28 unit usaha menjadi 5 unit

usaha, sehingga diperlukan penyesuaian bentuk organisasi perusahaan.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 81

Dengan berhasilnya pelaksanaan program restrukturisasi tersebut, maka

bangun dasar perusahaan akan lebih kokoh sehingga dapat melakukan

kegiatan usahanya secara komersial sepenuhnya. Saat ini kondisi keuangan

PT. DI secara umum telah jauh lebih baik, ditandai oleh adanya Cash Flow

perusahaan yang positif, terjadinya penghematan diberbagai sektor sebesar

kurang lebih 60% total kewajiban pembiayaan/pengeluaran sebelum dilakukan

restrukturisasi.

Program restrukturisasi PT. DI dibidang tenaga kerja yang dilaksanakan

secara konsisten telah berhasil mengurangi jumlah tenaga kerja disamping

sekaligus menerapkan program-program dalam rangka peningkatan efisiensi

dan produktifitas. Jumlah tenaga kerja yang semula sekitar 9.600 orang

berkurang hingga saat ini totalnya menjadi 3.400 orang.

Dengan dukungan fasilitas produksi yang meliputi 232 unit mesin

peralatan termasuk beberapa unit Machining Centre, CNC Machine dan lain-

lain mesin peralatan canggih, PT. DI sejauh ini telah berhasil memenuhi

berbagai pesanan antara lain dari Pakistan, Airbus, Boeing, disamping untuk

memenuhi kebutuhan didalam negeri.

Saat ini produksi PT. DI, meliputi :

• Pesawat Terbang: CN-235, dan N-250 sedangkan N- 2130 saat ini baru

mencapai tahap perancangan.

• Helicopter: NBO-105 (lisensi MBB-Jerman), NAS-332 (Aerospatiale-

Jerman), dan NBELL-412 (lisensi Bell-USA).

• Peralatan Hankam: berbagai macam produk senjata ternasuk Roket,

Torpedo, masing-masing dengan lisensi dari Belgia dan Jerman.

• Serta jasa-jasa perawatan dan perbaikan.

Kemampuan dan keberhasilan dalam penguasaan Design and

Engineering, Manufacturing, Quality Assurance, Product Support,

Maintenance dan Overhaul yang merupakan State of The Art of Technology

dari PT. DI telah mendapat pengakuan atau approval dari dalam dan luar

negeri, antara lain, Engineering Aproval :

• JAA European untuk Aircraft CN-235

• Kementerian Perhubungan

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 82

• IMAA untuk CN-235, N-212, NAS-232, NBO-105

• Quality Assurance Approval

• Military Equipment dari General Dynamic-USA

• Fabrication Approval

• Aircraft Services Approval dan Engine Maintenance Approval

21. Industri Elektronika

Industri elektronika adalah Industri yang menghasilkan barang-barang/

peralatan elektronika dan komponennya untuk memenuhi kebutuhan hiburan,

rumah tangga, perangkat/peralatan elektronika profesional, industrial, dan

bisnis.

Pada saat ini industri elektronika berjumlah 260 perusahaan dengan

nilai investasi sebesar US$ 515 juta, dan menyerap tenaga kerja sebanyak

284.000 orang. Industri elektronika merupakan penyumbang devisa terbesar

no 2 (dua) setelah industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Adapun pelaku

ekspor produk elektronika tersebut adalah perusahaan-perusahaan

multinasional dari Jepang dan Korea seperti Panasonics, Sanyo, LG,

Samsung, Toshiba, Sharp dan JVC.

Sejalan dengan perkembangan teknologi maka perusahaan-perusahaan

elektronika telah mengarahkan produknya kearah digitalisasi, seperti TV

LCD / Plasma, Mesin Cuci Automatic, AC diatas 2 PK dan Kulkas diatas 230

liter.

Demikian juga dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan telah

diproduksi produk-produk ramah lingkungan seperti AC, mesin cuci, lampu

LHE dan lemari pendingin. Disamping itu dalam rangka pengembangan

teknologi juga telah dilakukan kerjasama antara Pemerintah, Dunia Usaha dan

Perguruan Tinggi.

Industri komponen elektronika di Indonesia kebanyakan berlokasi di

Pulau Jawa (Jabotabek, JawaTengah, Jawa Barat, Jawa Timur) dan sebagian

di P. Batam. Namun demikian sebagian besar industri komponen elektronika

yang berorientasi ekspor, seperti LCD, cell phone, computer driver, semi

conductor dan IC berlokasi di Batam.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 83

22. Industri Telematika (Telekomunikasi, Komputer dan Peralatannya)

Kondisi Industri Telematika saat ini sudah cukup menggembirakan

dimana lingkup industri telematika (TIK) itu sendiri terdiri dari: hardware

(komputer, peripheral, peralatan telekomunikasi, transmisi, terminal, hub,

switches dll), software, dan content multimedia. Sedangkan Teknologi

telekomunikasi sudah dikuasai oleh industri dalam negeri seperti perangkat

terminal, peralatan transmisi dan switching dan produk-produk yang

bermigrasi dari nomadic ke digital, selain itu kemampuan teknologi industri

pendukung seperti pembuatan solar cell, antena, repeater dan tower

telekomunikasi juga telah dikuasai oleh industri dalam negeri, begitu juga

untuk Wifi dan Wimax merupakan potensi terbaru yang mampu dibuat oleh

beberapa pabrikan dalam negeri. Sedangkan Industri pendukung

telekomunikasi, seperti industri kabel optik sebanyak 7 perusahaan dengan

kapasitas terpasang 930.000 fiber-km pertahun dengan TKDN mencapai 80%.

Pelaku software di Indonesia mencapai lebih dari 250 komunitas dengan

software developer lebih dari 63.000. Produk-produk aplikasi yang dihasilkan:

financial management, geographical information system, inventory, office

animation, multimedia presentation, executive information system, internet,

intranet dll.

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan

Industri Nasional, bahwa Industri Kreatif Informasi dan Komunikasi (industri

software, animasi dan konten) telah ditetapkan sebagai basis industri

manufaktur untuk dikembangakan dalam pengembangan klaster industri

prioritas. Dan telah ditetapkan panduan pengembangannya melalui roadmap

industri kreatif.

Untuk mendukung industri kreatif tersebut, khususnya industri animasi

saat ini sedang dikembangkan pusat pengembangan industri animasi di

Cimahi bekerjasama dengan Pemkot Cimahi. Diharapkan pilot project

tersebut dapat mendukung pengembangan industri animasi Nasional.

Ada beberapa tantangan di dalam pengembangan industri telematika

yang dihadapi antari lain: Lingkungan usaha belum kondusif (kepastian

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 84

hukum, konsistensi kebijakan dan masalah ketenagakerjaan), Dukungan R&D

dan transfer teknologi masih lemah, karena terbatasnya pembiayaan, belum

tersedianya SNI untuk sistem keamanan bagi produk telematika, pasar ekspor

masih terbatas, Ketergantungan barang modal, komponen dan bahan baku

impor masih tinggi, terbatasnya SDM yang professional, Potensi usaha

berbasis teknologi informasi belum dikembangkan secara optimal

(misal: Industri Animasi) dan tingginya tingkat pembajakan produk piranti

lunak.

Industri Telekomunikasi dalam negeri akan terus ditingkatkan

kompetensinya di bidang R&D, Manufacturing & Engineering Services,

antara lain dengan akan dibangunannya pusat desain produk telekomunikasi.

Untuk 5 tahun kedepan nilai belanja modal (Capex) peralatan Telekomunikasi

dalam negeri mencapai sekitar Rp. 150 triliun. Namun peluang pasar yang

sangat potensial tersebut, baru 3 persen nya saja dibelanjakan untuk produk

industri telekomunikasi dalam negeri.

Adapun pertumbuhan Industri Telematika tahun 2010 sebesar 12,5%

naik dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2009 sebesar 10,10% (Sumber:

BPS diolah Kemenperin). Untuk Nilai Ekspor yang pada tahun 2009 senilai

US$. 1,412 miliar mengalami kenaikan menjadi 1,44 miliar pada tahun 2010.

Nilai Produksi Industri Telematika yang pada tahun 2009 sebesar Rp. 3,6

Triliun, naik menjadi menjadi Rp. 7,28 Triliun pada tahun 2010. Penyerapan

tenaga kerja pada tahun 2008 tercatat 65 ribu orang, mengalami penurunan

menjadi 11.601 orang pada tahun 2009 dan mengalami peningkatan jumlah

penyerapan menjadi 12.107 orang pada tahun 2010. Adapun Utilisasi di tahun

2008 sebesar 68,4%, mengalami penurunan ditahun 2009 menjadi 65,1% dan

naik kembali menjadi 72% di tahun 2010.

23. Industri Fashion

Langkah-langkah yang telah dilakukan:

a. Menyusun buku Tren Fashion Tahun 2009 – 2010 dan 2010 – 2011.

b. Melakukan pelatihan pengembangan Industri Kreatif Fashion di 2 (dua)

wilayah (Bandung dan Yogyakarta) pada tahun 2009 dan 7 (tujuh) wilayah

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 85

(NTB, Bali, Makasar, Semarang, Yogyakarta, Banten, Surabaya) pada

tahun 2010.

c. Mengadakan Fashion Show di Yogyakarta pada tahun 2009, Fashion Show

di PRJ Kemayoran dan Fashion Show di Shanghai, China, pada tahun 2010.

d. Ikut serta dalam berbagai pameran produk fashion dan kerajinan di dalam

dan luar negeri.

Hasil yang telah dicapai, diantaranya:

a. Terselesaikannya buku Trend Fashion Tahun 2009 – 2010 dan 2010 – 2011

sebagai panduan tren mode para pelaku fashion sekaligus media

promosi/publikasi produk fashion khas Indonesia. Buku tersebut juga

dibagikan kepada para peserta di setiap pelatihan yang diadakan di tahun

2009 dan 2010.

b. Terlatihnya 30 perajin barang-barang fashion di Bandung dan Yogyakarta

pada tahun 2009.

c. Terlatihnya 140 perajin barang-barang fashion yang tersebar di NTB, Bali,

Makasar, Semarang, Yogyakarta, Banten, Surabaya pada tahun 2010.

d. Meningkatnya promosi dan pemasaran para perajin produk fashion yang

mengikuti Fashion Show di Yogyakarta pada tahun 2009, Fashion Show di

PRJ Kemayoran dan Fashion Show di Shanghai, China, pada tahun 2010.

e. Menguatnya jalinan kerjasama para perajin produk fashion yang mengikuti

pameran di dalam negeri (Yogyakarta, Jakarta) dan di luar negeri (Dubai,

Malaysia, Hongkong, China, dan Jepang).

24. Industri Kerajinan dan Barang Seni

a. Lokus : Pekalongan, Kudus dan Pasuruan (Baru)

Langkah-langkah yang telah dilakukan:

- Melakukan Diagnosis Klaster Bordir dan Sulaman

Hasil yang telah dicapai :

- Hasil pelaksanaan Kegiatan Diagnosis Pengembangan Klaster

Kerajinan Bordir dan Sulaman untuk 3 Lokus Pekalongan, Kudus dan

Pasuruan dapat dilihat pada table 3.33.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 86

Tabel 3.33Hasil Pelaksanaan Kegiatan Diagnosis Pengembangan Klaster Kerajinan

Bordir dan Sulaman untuk Lokus Pekalongan, Kudus, dan Pasuruan

Elemen KunciPekalongan

( % )

Kudus

( % )

Pasuruan

( % )

Aglomerasi 70 65 60

Nilai Tambah dan Rantai Nilai 85 80 90Jaringan Pemasok 50 30 32

Infrastruktur Ekonomi 90 80 85

Rata-rata (%) 73,75 63,75 66,75

Kesimpulan: 50 – 80 Termasuk Kategori layak untuk dilaksanakan

pembinaan melalui Pengembangan Klaster Industri.

b. Lokus : Tasikmalaya

Langkah-langkah yang telah dilakukan:

1) Focus Group Discussion (FGD) I

a) Promosi Produk Bordir

b) Pelatihan desain kreatif

c) Fashionshow

2) Focus Group Discussion (FGD) II

a) Pelatihan teknis desain bordir

b) Fasilitasi promosi melalui event – event pameran

c) Meningkatkan mutu produk bordir dan sulaman

d) Memperkuat jaringan usaha

3) Focus Group Discussion (FGD) III

a) Pengembangan desain

b) Workshop Etika bisnis

c) Fashionshow dan pameran khusus bordir

d) Pendampingan Akses Pendanaan P3M

e) Pembangunan Rest Area Urug di Kecamatan Kawalu

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 87

Hasil yang telah dicapai :

1) Focus Group Discussion (FGD) I

a) Kegiatan pagelaran bordir terpanjang di dunia ditunda sampai

tahun 2011,

b) Kewajiban pakai bordir bagi pekerja pada hari tertentu, telah

disampaikan pula pada SKPD–PEMDA Tasikmalaya,

c) Telah dilaksanakan pelatihan desain kreatif untuk 20 pengusaha

bordir anggota Klaster, merupakan realisasi rencana aksi yang

disepakati pada FGD III, tahun 2009 (APBD),

d) Hasil kerajinan bordir peserta pelatihan desain kreatif di tampilkan

pada fashionshow di Kota Tasikmalaya, tahun 2010

2) Focus Group Discussion (FGD) II

a) Perancangan Desain Bordir 5 Desain Pakaian Pria dan 5 Desain

Pakaian Wanita & Cendramata

b) Event Pameran dan Promosi yang telah diikuti : OTDW di Taman

Mini, Festival Bordir di Taman Mini, Sapeuting Tasikmalaya di

Taman Mini, Pameran di Pekanbaru. Pasang Giri Tari Payung,

Kelompok Penggerak Pariwisata Bordir, Pengiriman Misi

Kesenian ke TMII, Heleran Jempana, Tasikmalaya Trade &

Culture Festival (TTCF).

c) Penerapan GKM (Gugus Kendali Mutu) dimulai sejak bulan April

2010

d) Pembuatan website : Program KREASIK (Kreatif Tasik) sudah

online website www.kreasik.com, Trading House Kampung Tasik

sudah online website www.lacedress-indonesia.com.

3) Focus Group Discussion (FGD) III

a) Menyiapkan tenaga ahli desainer untuk membantu pengusaha

/perajin bordir untuk menyediakan desain-desain dengan berbagai

fitur-fitur yang dibutuhkan pengusaha bordir dan sulaman Kota

Tasimalaya

b) Pelaksanaan Woorkshoop Etika Bisnis di Tasikmalaya

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 88

c) Festival dan Pameran khusus bordir dilaksanakan pada tanggal 24-

25 April 2010 pada Tasikmalaya Trade & Culture Festival (TTCF)

d) Pada Worshop di Kota Tasikmalaya pada akhir Nopember 2009

telah disepakati, pihak P3UKM ikut berperan dalam penyediaan

bantuan pembiayaan /kreditkepada pengusaha kerajinan bordir

KotaTasimalaya.

e) Pembangunan Rest Area Urug di Kecamatan Kawalu melibatkan

instansi Dinas Kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olahraga,

bagian ekonomi Setda Kota Tasikmalaya, Perhutani, Tjiwulan

Bordir.

c. Lokus : Bukittinggi

Langkah-langkah yang telah dilakukan

1) Focus Group Discussion (FGD) I

a) Penguatan Kelembagaan

b) Pengembangan jaringan Pasar

c) Pengembangan desain dan produk

d) Pelatihan Teknis

2) Focus Group Discussion (FGD) II

a) Pengembangan Sarana dan Legalitas

b) Perluasan Jaringan Pemasaran

c) Penguatan Kelembagaan dan Teknologi

d) Pengembagan Desain dan Produksi

3) Focus Group Discussion (FGD) II

a) Pelatihan teknis desain bordir

b) Fasilitasi promosi melalui event – event pameran.

25. Industri Garam

Langkah-langkah yang telah dilakukan:

a. Melakukan diagnosis dan sosialisasi di 3 provinsi : Jawa Tengah, Jawa

Timur, Sulawesi Selatan pada tahun 2006.

b. Sosialisasi, kolaborasi, dan implementasi di 3 provinsi : Jawa Tengah,

Jawa Timur, Sulawesi Selatan pada tahun 2007.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 89

c. Melakukan kegiatan bimbingan dan sertifikasi SNI di Jawa Tengah, Jawa

Timur pada tahun 2008.

d. Melakukan kegiatan bimbingan dan sertifikasi SNI di Jawa Tengah, Jawa

Timur, Sulawesi Selatan pada tahun 2009.

e. Memberikan bantuan mesin peralatan di Kabupaten Jeneponto (Sulawesi

Selatan) pada tahun 2006.

f. Memberikan bantuan mesin peralatan di Kabupaten Jeneponto (Sulawesi

Selatan) pada tahun 2007.

g. Memberikan bantuan mesin peralatan di Jawa Tengah (Kabupaten

Rembang) pada tahun 2008.

h. Memberikan bantuan mesin peralatan di Kabupaten Sampang (Jawa

Timur), Kabupaten Rembang (Jawa Tengah), Kabupaten Jeneponto

(Sulawesi Selatan) pada tahun 2009.

i. Memberikan bantuan mesin peralatan di Kabupaten Rembang (Jawa

Tengah), Kabupaten Jeneponto (Sulawesi Selatan) pada tahun 2010

j. Melakukan Focus Group Discussion/FGD di Bandung pada tahun 2010

dengan peserta: Disperindag Prov. Jawa Barat, Disperindag Prov. Jawa

Tengah, Disperindag Prov. Jawa Timur, Disperindag Prov. Sulawesi

Selatan, Disperindag Prov. NAD, Disperindag Prov. NTB, dan

Disperindag Prov. NTT

k. Pelatihan Teknis Pengolahan Garam di 3 Provinsi, Jawa Tengah - Kab.

Pati, Jawa Timur - Kab. Sampang, Sulawesi Selatan - Kab. Jeneponto pada

tahun 2010.

Hasil yang telah dicapai, diantaranya :

a. Hasil diagnosis yang telah dilakukan pada tahun 2006 terpilih tiga lokus

untuk dijadikan klaster (Kab. Rembang, Kab. Sampang, dan Kab.

Jeneponto).

b. Adanya program kerjasama antar instansi pembina di 3 daerah tersebut di

atas (tahun 2007).

c. Bantuan bimbingan dan sertifikasi SNI pada tahun 2008 untuk Prov. Jawa

Tengah (Kab. Rembang : PT Apel Merah, dan Kab. Pati : UD Garam

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 90

Nasional, UD. Tito Jaya Manunggal). Provinsi Jawa Timur

( Kab Sampang : PT Jaya Makmur Utama dan UD. Rotma Abadi).

d. Bantuan bimbingan dan sertifikasi SNI pada tahun 2009 untuk Prov. Jawa

Timur ( Kab Sampang : CV. Yuga Perkasa dan UD. Garda Madura).

Provinsi Jawa Tengah (Kab. Rembang : PT. Garam Mas dan UD. Tirto

Samudra). Provinsi Sulawesi Selatan (Kab. Jeneponto : Gunung Silanu

dan Karya Hasram).

e. Bantuan mesin peralatan pada tahun 2006 untuk Provinsi Sulawesi Selatan

(Kab. Jeneponto : KSU Mekar Jaya dan KSU Halimun Jaya).

f. Bantuan mesin peralatan pada tahun 2007 untuk Provinsi Sulawesi Selatan

(Kab. Jeneponto : KSU Karya Bersama).

g. Bantuan mesin peralatan pada tahun 2008 untuk Provinsi Jawa Tengah

(Kab. Rembang : Kelompok Petani Tambak Garam Rakyat Suka Maju).

h. Bantuan mesin peralatan pada tahun 2009 untuk Provinsi Jawa Timur

(Kab. Sampang: CV. Yuga Perkasa). Provinsi Jawa Tengah (Kab.

Rembang : UD. Apel Merah). Provinsi Kalimantan Selatan (Kab.

Jeneponto: Gunung Silanu).

i. Bantuan mesin peralatan pada tahun 2010 untuk Provinsi Jawa Tengah

(Kab. Rembang : Kelompok Petani Tambak Garam Rakyat Lancar Jaya,

Sidodadi Maju, Tani Bumi Mulyo, Mentari, Bugar Lestari, Sidomukti I,

Sidomukti II, Sridadi, Sukamaju, Rezeki Abadi). Provinsi Sulawesi

Selatan (Kab. Jeneponto : KSU Halimun Jaya).

j. Terciptanya koordinasi dan sinkronisasi program pembinaan dan

pengembangan garam antara aparat pembina baik di Pusat maupun di

Daerah. Bertambahnya pengetahuan produsen garam terkait dengan

ketentuan SNI Garam, peningkatan kualitas dan produksi garam melalui

manajemen mutu lahan penggaraman serta sistem panen yang tepat.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 91

26. Industri Minyak Atsiri

Langkah-langkah yang telah dilakukan:

a. Pelaksanaan Kegiatan Forum Penguatan Klaster Minyak Atsiri di Jawa

Barat, Jawa Timur dan Sumatera Utara. Klaster yang dikuatkan adalah

klaster Pakpak Barat, Garut dan Banyumas.

b. Workshop Penerapan Cultiva Minyak Atsiri di 4 provinsi yaitu Jawa

Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat dan NAD.

c. Pelaksanaan Konferensi Internasional Minyak Atsiri (IFEAT) di Shanghai,

China.

d. Pendampingan Tenaga Ahli pada lokasi klaster di Jawa Barat (Kab. Garut,

Kab. Kuningan), Jawa Tengah (Kab. Banyumas), Jawa Timur (Kab.

Blitar), Aceh (Kab. Aceh Besar), dan di Sumatera Utara (Pakpak Barat).

e. Pelatihan Prosedur Ekspor bagi pelaku IKM Minyak Atsiri di Kab Garut.

f. Pendirian Pilot Project Minyak Atsiri (akar wangi) melalui pengadaan dan

pengoperasian boiler di Kab. Garut.

g. Studi Banding ke Jerman dalam rangka pengembangan industri flavor dan

fragrance di Indonesia.

h. Berpartisipasi pada Konferensi Minyak Atsiri (IFEAT) di Maroko, Afrika

Utara.

Hasil yang telah dicapai, diantaranya:

a. IFF pada tahun 2010 membeli 10 ton minyak nilam dari daerah cultivaPasaman Barat.

b. Terjalinnya kerjasama antara China-Indonesia-India dan Asosiasi Essential China dalam pengembangan Minyak Atsiri.

c. Terlatihnya 24 (dua puluh empat) petani dan penyuling IKM Minyak Atsiri.

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 92

F. AKUNTABILITAS KEUANGAN

Anggaran DIPA yang disediakan untuk mendukung pelaksanaan Tugas Pokok

dan Fungsi Kementerian Perindustrian Tahun 2010 sebesar Rp 1.684.616.721.000

Sampai dengan berakhirnya tahun anggaran 2010, anggaran DIPA yang terserap

sebesar Rp 1.422.216.526.000 atau 84,42 persen.

Tidak tercapainya target realisasi anggaran sesuai yang ditetapkan

disebabkan oleh beberapa hal antara lain sebagai berikut :

1. Adanya Penghematan anggaran kegiatan-kegiatan kementerian yang

dilaksanakan melalui lelang pengadaan barang dan jasa.

2. Adanya belanja pegawai yang belum terealisasi.

3. Ada beberapa anggaran belanja tambahan yang tidak terlaksana

Alokasi DIPA dan realisasi penyerapan anggaran pada unit-unit kerja Eselon

I, terlihat pada Tabel 3.34.

Tabel 3.34Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun Anggaran

2010 Menurut Unit Kerja Eselon I

NO Unit Kerja Eselon I Anggaran Realisasi Capaian

1 SETJEN 374.769.938 325.567.777 86,87

2 DITJEN IAK 177.188.921 155.262.267 87,63

3 DITJEN ILMTA 345.276.777 288.493.638 83,55

4 DITJEN IATT 81.567.813 74.748.744 91,64

5 DITJEN IKM 349.240.899 258.895.238 75,86

6 ITJEN 19.908.000 19.807.020 99,49

7 BPPI 336.664.373 299.441.842 88,94

TOTAL 1.684.616.721 1.422.216.526 84,78

A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 93

Realisasi DIPA sampai dengan 31 Desember 2010 berdasarkan program

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.35Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun Anggaran

2010 Menurut Program

Kode ProgramJumlah

Pagu Realisasi %PROGRAM POKOK 1.439.736.054 1.211.345.351 84,14

04.07.04 PROGRAM PENATAAN STRUKTUR INDUSTRI 693.100.350 619.745.800 89,42

04.07.03PROGRAM PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNOLOGI INDUSTRI 434.142.655 359.864.684 82,89

04.07.02PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH 312.493.049 231.734.867 74,16PROGRAM PENUNJANG 244.880.667 216.910.002 88,58

03.03.02 PROGRAM PEMBENTUKAN HUKUM 8.000.000 6.338.188 79,23

01.01.17PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR NEGARA 8.162.600 6.778.601 83,04

01.01.13PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR 105.310.095 88.325.536 83,87

01.01.10PROGRAM PENINGKATAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS APARATUR NEGARA 19.908.000 19.807.020 99,49

10.03.01 PROGRAM PENDIDIKAN MENENGAH 37.205.106 36.575.154 98,3110.06.01 PROGRAM PENDIDIKAN TINGGI 66.294.866 59.085.503 89,13

JUMLAH 1.684.616.721 1.428.255.354 84,78

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 IV - 1

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kementerian Perindustrian secara garis besar telah berhasil

melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam

pencapaian sasaran strategis Kementerian Perindustrian tahun 2010. Hal

tersebut tercermin dari keberhasilan pencapaian sasaran strategis perspektif

tugas pokok dan fungsi serta hasil sasaran strategis perspektif stakeholder

yang merupakan dampak dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

Kementerian Perindustrian.

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan hal-

hal sebagai berikut:

1. Sasaran-sasaran strategis perspektif stakeholder berhasil dicapai

Kementerian Perindustrian dengan nilai rata-rata capaian sebesar 83,84

persen. Nilai ini belum sepenuhnya menggambarkan keberhasilan yang

dicapai sebab masih terdapat beberapa indikator kinerja utama yang belum

dapat diukur ketercapaiannya dikarenakan tidak tersedianya data.

2. Sasaran-sasaran strategis perspektif tugas pokok dan fungsi telah berhasil

dicapai dengan nilai rata-rata capaian sebesar 155,70 persen. Seluruh

sasaran yang ditetapkan sebagian besar dapat dicapai, bahkan beberapa

diantaranya melampaui target, meskipun masih terdapat beberapa sasaran

yang hasilnya belum sesuai dengan yang ditargetkan.

3. Belum seluruh sasaran strategis menunjukkan nilai capaian seperti yang

diharapkan, karena itu perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terhadap

proses perencanaan program dan penganggaran dalam rangka mewujudkan

tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

4. Dari sudut perspektif tugas pokok dan fungsi, Kementerian Perindustrian

telah berhasil mencapai sasaran-sasarannya (155,70 persen), akan tetapi

keberhasilan ini tidak serta merta berdampak pada tercapainya seluruh

P e n u t u p

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 IV - 2

sasaran strategis perspektif stakeholder (tercapai 83,84 persen). Hal ini

dapat saja disebabkan oleh 3 hal berikut: pertama, penetapan sasaran

strategis perspektif stakeholder dan indikatornya terlalu tinggi sehingga

terlalu sulit untuk dicapai. Kedua, penentuan sasaran strategis perspektif

tupoksi beserta indikatornya justru yang kurang mendukung ketercapaian

sasaran strategis perspektif stakeholder. Kemungkinan ketiga dan

merupakan kemungkinan paling kuat adalah ketercapaian sasaran strategis

perspektif stakeholder sangat tergantung dari dukungan institusi/lembaga

terkait sehingga pelaksanaan tupoksi Kementerian Perindustrian saja

belum cukup untuk menjadikan realisasi capaian sasaran-sasaran tersebut

sesuai atau bahkan melebihi target yang telah ditetapkan. Untuk itu, ke

depan Kementerian Perindustrian akan memperkuat koordinasi dan

kerjasama pelaksanaan tugas dengan institusi/lembaga terkait lainnya.

5. Perubahan struktur organisasi Kementerian Perindustrian berdasarkan

Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan

Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan

Fungsi Eselon I Kementerian Negara, serta Peraturan Menteri

Perindustrian Nomor 105 Tahun 2010 yang baru ditetapkan pada bulan

Oktober mengakibatkan terdapat sasaran-sasaran yang belum tercapai

secara maksimal pada tahun 2010. Kedepan, dengan struktur organisasi

yang baru ini diharapkan dapat lebih optimal untuk mencapai sasaran-

sasaran strategis dalam rangka memperkokoh basis industri manufaktur

dan industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian

nasional.

6. Penetapan Kinerja diharapkan lebih berfokus pada sasaran-sasaran

strategis yang berorientasi outcome, bukan hanya fokus pada kegiatan.

B. PERMASALAHAN DAN KENDALA

Walau telah dicapai berbagai perkembangan yang cukup penting

dalam pengembangan industri, namun dirasakan industri belum tumbuh

seperti yang diharapkan, khususnya bila dibandingkan dengan kinerja industri

P e n u t u p

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 IV - 3

pada masa sebelum krisis multi dimensi pada tahun 1998. Berbagai masalah

baik yang secara umum menghambat pertumbuhan industri, maupun yang

secara khusus dihadapi oleh beberapa industri (penting) tertentu dipaparkan

pada uraian di bawah ini.

1. Masalah Internal Industri

a) Struktur industri masih belum kuat dan lengkap.

b) Industri dasar yang menjadi pemasok bahan baku dan bahan penolong

industri jumlah dan kemampuannya masih terbatas, dan sama halnya

dengan kemampuan produksi barang setengah jadi dan komponen,

sehingga ketergantungan impor masih tetap tinggi.

c) Masih terbatasnya populasi industri berteknologi tinggi.

d) Kapasitas produksi masih kurang optimal.

e) Penurunan kinerja di beberapa cabang industri akibat terpaan krisis

global.

f) Ketergantungan ekspor pada beberapa komoditi dan beberapa negara tujuan.

g) Lemahnya penguasaan desain dan rancang bangun untuk

pembangunan industri.

h) Tidak tersedianya dana penelitian dan pengembangan produk industri

untuk produk buatan lokal yang cukup di perusahaan industri.

i) Penerapan standar produk komponen dan bahan baku yang tersedia di

pasar dalam negeri tidak atau belum memenuhi standar yang telah

ditetapkan, sehingga menyulitkan dalam proses fabrikasi dan

manufacturing.

j) Belum kuatnya peranan industri kecil dan menengah.

2. Masalah Eksternal Industri

a) Keterbatasan infrastruktur (jaringan jalan, pelabuhan, kereta api,

listrik, pasokan gas).

b) Birokrasi yang belum pro-bisnis.

c) Arus barang impor ilegal yang tinggi (penyelundupan), walau pada

tahun ini sudah menunjukkan perbaikan yang berarti.

d) Masalah perburuhan (pesangon, premi jamsostek, UMR dan lain–lain).

P e n u t u p

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 IV - 4

e) Masalah kepastian hukum.

f) Insentif fiskal yang belum bersaing dibanding dengan yang ditawarkan

oleh negara tetangga.

g) Suku bunga perbankan yang masih tinggi.

h) Ketentuan limbah B3 (limbah batu bara, baja, dan lain–lain) yang

sering kali menyulitkan dunia usaha.

i) Kurangnya keberpihakan serta kesadaran masyarakat untuk

menggunakan produk dalam negeri.

j) Belum tersedianya perbankan yang khusus ditunjuk pemerintah untuk

pembangunan industri per sektor (misalnya: bank khusus untuk agro,

untuk industri, untuk migas, untuk IKM, dan lain sebagainya), dengan

tingkat bunga kompetitif.

k) Belum terjalinnya komunikasi/hubungan yang intensif antara hasil

riset dari balai riset industri dalam negeri dengan perusahaan industri

lokal.

C. REKOMENDASI

Agar kinerja yang dicapai dapat berkelanjutan, diperlukan adanya

koordinasi dan kerjasama antar berbagai pihak untuk mewujudkan misi

Kementerian Perindustrian. Hal-hal yang perlu mendapatkan prioritas ke

depan, antara lain:

1. Peningkatan koordinasi dalam rangka perencanaan dan pemantapan

program pembangunan industri antar wilayah dalam penumbuhan klaster

industri;

2. Menyelesaikan segera permasalahan-permasalahan yang menghambat

investasi, diantaranya penanganan penyelundupan, rencana penerapan

cukai produk, PPN produk primer, infrastruktur, ketersediaan gas,

pemanfaatan bahan bakar, penyelesaian masalah lingkungan hidup,

kenaikan BBM, konversi energi dan tarif listrik, pengaruh tarif dasar listrik

terhadap industri, dan sebagainya.

3. Mendorong investasi baru dan perluasan industri melalui perbaikan iklim

investasi, Sinkronisai Peraturan yang dikeluarkan oleh Pusat maupun

P e n u t u p

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 IV - 5

Daerah, perbaikan aturan kepabeanan, perpajakan dan ketenagakerjaan

serta insentif investasi.

4. Mengembangkan kemampuan Industri Kecil dan Menengah yang berbasis

SDA lokal.

5. Terus meningkatkan disiplin, tata kerja, kerjasama, koordinasi dengan

berbagai pihak, profesionalisme dan good governance dalam rangka

meningkatkan kinerja.

6. LAKIP digunakan sebagai acuan dalam penyusunan dan implementasi

pada Rencana Kerja (Operational Plan), Rencana Kinerja (Performance

Plan), Rencana Anggaran (Financial Plan), dan Rencana Strategis

(Strategic Plan) pada masa-masa mendatang.

LAMPIRAN

Lampiran 1

DATA PEGAWAI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

TAHUN 2010

REKAP DATA PEGAWAI

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010

NO. URAIAN Jumlah

I Menurut Golongan

Golongan IV 968

Golongan III 4180

Golongan II 1019

Golongan I 104

Jumlah 6271

II Menurut Pendidikan

S3 34

S2 863

S1 2460

Sarmud/D3 582

SLTA 1978

SLTP 170

SD 184

Jumlah 6271

III Menurut Umur

>=56 184

51-55 1818

46-50 1402

41-45 529

36-40 355

31-35 704

26-30 881

<=25 398

Jumlah 6271

Lampiran 2

PENETAPAN KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

TAHUN 2010

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

I. 324,013,233

Lengkap dan menguatnya struktur

industri

a. Berkembangnya klaster industri

baja

18 Entitas Laju pertumbuhan industri 8.00 900,000

b. Berkembangnya klaster industri

peralatan listrik

21 Entitas Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB

Nasional

6.00 1,390,740

c. Berkembangnya klaster industri

mesin dan peralatan umum

38 Entitas 1,590,000

d. Peremajaan permesinan

industri

158 Perusahaan 225,000,000

e. Terciptanya iklim usaha yang

kondusif

5 Usulan Kebijakan 1,450,000

f. Berkembangnya kerjasama dan

investasi industri material dasar

dan permesinan

5 Perusahaan 3,350,000

g. Meningkatnya mutu produk

industri material dasar dan

permesinan

37 RSNI 2,435,000

h. Tumbuh dan berkembangnya

industri alsintan

3 Lokasi -

i. Berkembangnya inkubator

industri alsintan

1 Inkubator 500,000

j. Fasilitasi pembangunan

restrukturisasi 1 pabrik, 5

pabrik urea baru dan 5 pabrik

pupuk NPK

20% Kemajuan 7,000,000

k. Berkembangnya klaster industri

berbasis migas dan petrokimia

2 Lokasi 4,000,000

l. Berkembangnya klaster industri

petrokimia

152 Entitas 2,400,000

m. Penyusunan dan Revisi dan

Monitoring SNI Wajib Produk

Industri Kimia Hulu

6 SNI 500,000

n. Koordinasi Penerapan dan

Pengembangan Teknologi

Industri Kimia Dasar

640,000

o. Koordinasi dan sinkronisasi

kebijakan iklim usaha untuk

industri kimia dan hulu

Sinkronisasi Kebijakan

Target

(5)

Revitalisasi Penumbuhan dan Basis Industri Manufaktur Pulihnya Kinerja Industri Manufaktur setelah

terkena imbas Krisis Global dan tumbuhnya

kluster-kluster Industri manufaktur dan

penggunaan produk dalam negeri

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2010

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

Page 1 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

p. Program Pelaksanaan Otoritas

Nasional Senjata Kimia

Terlaksananya Otoritas

Nasional

500,000

q. Penyusunan Draf RUU Tentang

Bahan Kimia

Draft UU 800,000

r. Berkembangnya klaster industri

semen

30 Klaster 2,150,000

s. Berkembangnya klaster industri

keramik

12 Klaster 3,500,000

t. Berkembangnya klaster industri

TPT

46 Klaster 2,500,000

u. Berkembangnya klaster industri

Alas Kaki

46 Klaster 2,000,000

v. Peningkatan 15%

Pengguna Produk Dalam

Negeri

13,457,000

Peningkatan 30%

penggunaan untuk

Pemerintah dan BUMN

6,543,000

Tingginya Kemampuan Inovasi

dan Penguasaan Teknologi

Industri teknologi Logam, mesin,

kulit, karet, plastik, kimia,

kemasan dan tekstil

a. - Jumlah hasil litbang semakin

meningkat dan berkualitas

- Jumlah kerjasama dengan

dunia industri

- Jumlah PNBP yang dihasilkan

di bidang teknologi Logam dan

Mesin

a. Terwujudnya hasil litbang di bidang logam,

mesin, kulit, karet, plastik, kimia, kemasan dan

tekstil yang aplikatif

81% 22,497,952

II. Pulih dan tumbuhnya Kinerja Industri Agro

setelah terkena imbas Krisis Global dan

tumbuhnya kluster-kluster Industri Agro

143,145,707

Pulihnya pertumbuhan industri

hasil hutan dan perkebunan

a. Fasilitasi Terbentuknya

Kawasan Industri Berbasis

CPO di 3 Provinsi yaitu

Sumatera Utara, Kalimantan

Timur dan Riau

40 Perusahaan Laju pertumbuhan industri 8.00 1,400,000

b. Berkembangnya klaster industri

karet

30 Perusahaan Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB

Nasional

6.00 500,000

Mesin peralatan 3,850,000

c. Berkembangnya klaster industri

pengolahan kelapa sawit

Perusahaan 30 1,400,000

d. Berkembangnya klaster industri

furniture

Perusahaan 50 400,000

2 Terminal Kayu dan

Rotan

13,000,000

e. Berkembangnya klaster industri

kertas

Perusahaan 30 400,000

Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro

Meningkatkan Penggunaan

Produk Dalam Negeri untuk

Basis Industri manufaktur

Page 2 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

Peralatan persortir kertas

bekas

f. Teknologi dan pemanfaatan

bahan bakar nabati

4 Unit Peralatan 16,000,000

g. Meningkatnya kualitas dan

daya saing IHHP

Tersusunnya 65 RSNI

produk IHHP

900,000

Pulihnya pertumbuhan industri

hasil laut dan meningkatnya nilai

tambah industri berbasis hasil

peternakan

a. Berkembangnya klaster industri

pengolahan ikan

50 perusahaan 500,000

Pengembangan Klaster Industri

Pengolahan Ikan

a. Peralatan pengolahan Ikan 1 Peralatan 3,650,000

b. Berkembangnya industri

berbasis rumput laut

3 Wilayah

c. Berkembangnya klaster industri

pengolahan garam

6 Daerah dan 6 peralatan

pengolahan

d. Terlaksananya kegiatan

fasilitasi dan dukungan

pengembangan industri

pengolahan hasil laut dan

menghasilkan rencana aksi

penguatan dan pengembangan

klaster industri hasil laut

1 Paket 3,650,000

e. Bantuan Peralatan Produksi

Garam Beryodium di NTT

4 Peralatan 1,000,000

f. Meningkatnya nilai tambah

industri berbasis hasil

peternakan

Pulihnya pertumbuhan industri

makanan, minuman dan tembakau

a. 20% Kemajuan 1,000,000

10 Pabrik

b. 50 Perusahaan 500,000

1 Unit peralatan 500,000

c. 50 Perusahaan 500,000

1 Unit peralatan 1,000,000

d. Berkembangnya klaster industri

gula

50 Perusahaan 500,000

e. 50 Perusahaan 1,600,000

40 Unit peralatan 800,000

f. 50 Perusahaan 900,000

2 Unit peralatan 1,300,000

g. Berkembangnya klaster industri

kopi

50 Perusahaan 400,000

2 Unit peralatan 2,000,000

(1) Restrukturisasi 3 industri

permesinan untuk pendukung

PG

(2) Otomatisasi 19 PG

(3) Perpres tentang kebijakan

terpadu revitalisasi PG,

koordinator kelembagaan

Berkembangnya klaster industri

pengolahan kelapa

Berkembangnya klaster industri

pengolahan kakao

Berkembangnya klaster industri

pengolahan tembakau

Berkembangnya klaster industri

pengolahan buah

Page 3 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

h. Berkembangnya klaster industri

Susu

50 Perusahaan 900,000

5 Unit peralatan 1,800,000

i. Tersedianya SDM pada industri

makanan yang memiliki

pengetahuan dan ketrampilan

untuk menerapkan ISO

22000:2005

60 Orang 800,000

j. Terealisasinya Buku panduan

SNI Wajib Gula Rafinasi

1 Paket 500,000

k. Meningkatnya nilai tambah

produk pertanian primer

l. Tersusunnya SNI/revisi SNI

dan pengawasan SNI Wajib

AMDK

3 SNI 700,000

Menigkatnya penggunaan produk

DN industri agro dan kimia

- Tersusunnya kebijakan

pelaksanaan program

pengembangan industri argo

- Tercapainya peningkatan

kualitas perencanaan dan

pelaporan

- Terselesaikannya pelaporan

tepat waktu

341 Jumlah Perusahaan 500,000

Meningkatnya kemampuan

penguasaan teknologi Industri

Agro, hasil perkebunan,Teknologi

Pulp dan Kertas

- Jumlah hasil litbang semakin

meningkat dan berkualitas

- Jumlah kerjasama dengan

dunia industri

- Jumlah PNBP yang dihasilkan

di Industri Agro

- Peningkatan kualitas

litbang 20%

-Pengembangan

Kerjasama 30%

Terwujudnya hasil litbang di bidang Agro, hasil

perkebunan,Teknologi Pulp dan Kertas yang

aplikatif

50% 17,726,382

III. Tumbuhnya dan berkembangnya industri

berbasis teknologi tinggi dan berpeluang untuk

menguasai pasar ekspor serta tumbuhnya

kluster-kluster Industri berbasis teknologi tinggi

115,386,354

Meningkatnya nilai tambah

industri

a. Terlaksananya bimbingan

teknis peningkatan

produktivitas industri komponen

kapal di Jateng

5 Perusahaan Laju pertumbuhan industri 8.00 2,911,643

b. Peningkatan kemampuan

klaster industri kapal di

Surabaya dan Jakarta melalui

pelatihan dan sertifikasi

2 Pelatihan Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB

Nasional

6.00

c. Fasilitasi peningkatan

penggunaan produksi dalam

negeri untuk industri galangan

kapal

1 Workshop Nilai tambah industri ….

Penumbuhan industri unggulan berbasis Teknologi Tinggi

Page 4 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

d. Lokakarya pengelolaan limbah

industri galangan kapal

1 Lokakarya

e. Jumlah peserta workshop 160 orang Laju pertumbuhan industri elektronika 9% 1,818,796

f.Jumlah peserta pelatihan 40 orang Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB

Nasional

1,02%

g.Tersedianya bantuan peralatan 1 paket Nilai tambah industri

h.

Tersedianya kajian pola

kemitraan dalam

pengembangan klaster LHE

1 paket

Meningkatnya penguasaan pasar

dalam dan luar negeri

a. Terlaksananya Pameran 3 Daerah Jumlah Perusahaan yang mengaplikasikan

komponen lokal pada produknya

20 perusahaan 1,891,901

b. Jumlah Peserta Seminar 150 Orang

c. Jumlah Peserta Workshop 150 Orang Jumlah Masukan Mengenai Strategi promosi

int'l

1 usulan

d. Tersedianya Kajian Posisi

Produk Otomotif Indonesia

1 paket Jumlah Forum internasional yang dihadiri 4 Forum

e. Terfasilitasinya Indonesia pada

forum-forum internasional

19 OT Jumlah Kehadiran Delegasi Indonesia dalam

pembahasan TF-ROO

4 kali

f.Jumlah Peserta Sidang

Integrasi

60 Orang 4

g.

Terfasilitasinya Indonesia pada

forum-forum TF-ROO

khususnya di ASEAN

8 OT

h.

Menghadiri forum kerjasama

internasional bidang

pengembangan teknologi,

produksi, investasi, dan pasar

untuk industri maritim di luar

negeri

3 Fora Pangsa pasar produk industri nasional

terhadap total permintaan di pasar DN

8.00 642,020

i.

Pameran dan promosi investasi

produk industri maritim ke

negara-negara Asia dan Eropa

3 Event Pertumbuhan ekspor produk dan jasa industri

nasional

8.00

j.Jumlah Peserta Pameran 10 perusahaan Pangsa Pasar Produk Industri Nasional

terhadap total permintaan di Pasar DN

6 700,000

k.

Tersedianya fasilitas pameran

dan jasa desain pameran

11 booth Pangsa pasar produk industri nasional

terhadap total permintaan di pasar DN

15% 450,000

Kokohnya faktor-faktor penunjang

pengembangan industri

a. Jumlah Peserta Diklat Karoseri 30 Orang Jumlah Peserta Diklat Karoseri yang mampu

implementasi

20 orang 3,004,457

b. Jumlah peserta Diklat Kereta

Api

20 Orang Jumlah peserta Diklat Kereta Api mampu

implementasi

5 orang

Page 5 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

c. Jumlah peserta workshop

pengembangan Industri KA

30 Orang Jumlah perusahaan yang mengalami

peningkatan produktivitas

10 perusahaan

d. Jumlah Paket Bimbingan

Peningkatan SDM

7 Paket Jumlah Peserta Training for trainers yang

mampu menjadi instruktur

10 orang

e. Jumlah Perusahaan peserta

bimbingan

10 Perusahaan

f.Jumlah peserta seminar basic

technology

60 Orang Peningkatan pos tarif yang dapat

diharmoniskan

10 pos tarif

g.Jumlah Rapat-rapat Working

group

4 Kali

h.Jumlah peserta training for

trainers

15 Orang Tingkat penyerapan alokasi BMDTP 50%

i.Jumlah Peserta Sosialisasi

BMDTP

60 Orang Jumlah perusahaan mengalami peningkatan

produktivitas

10 perusahaan

j.Jumlah Peserta Konsinyering

Harmonisasi Tarrif

60 Orang

k.Jumlah Peserta sosialisasi

QSEAL

90 Orang Peningkatan jumlah komponen otomotif yang

tersertifikasi QSEAL

20 komponen

l.

Jumlah Perusahaan

memperoleh bantuan

produktivitas

10 Perusahaan

m.

Jumlah perusahaan

memperoleh fasilitasi sertifikasi

QSEAL

7 perusahaan

n. Pelatihan tenaga mekanik

bengkel KBM Roda 2 di

Sorong, Sumatera Barat dan

Sulawesi Selatan

60 Orang Tingkat produktifitas SDM industri 1,000 5,927,323

o. Pelatihan tenaga mekanik

bengkel KBM Roda 4 di Riau

dan Sulawesi Utara

40 Orang Index iklim industri nasional 4

p. Pelatihan SDM reparasi produk

elektronik konsumsi di NAD

dan Bali

40 Orang

q. Pelatihan dan sertifikasi

operator pengelasan untuk

industri galangan kapal

40 Orang

r. Pelatihan dan sertifikasi

operator pengelasan bawah air

untuk industri galangan kapal

20 Orang

s. Pengadaan alat pengelasan 1 Paket

t. Monitoring dan Evaluasi 1 Laporan

u. Terlatih dan tersertifikasinya

operator & inspektur Coating

60 Orang

v. Pelatihan untuk SDM desain

kapal Fibreglass

15 Orang

w. Usulan revisi kebijakan iklim

usaha dan P3DN IMJK

1 Konsinyiring

x. Usulan BMDTP 2010 dan

evaluasi implementasi BMDTP

2009

1 Konsinyiring

Page 6 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

y. Pengkajian ulang pelaksanaan

sertifikasi dan klasifikasi

bengkel KBM R4 dalamrangka

UU No.22 Tahun 2009

1 Laporan & Sosialisasi

z. Kajian penerapan industri

galangan kapal diluar zona

ekonomi khusus

1 Laporan Tingkat produktivitas SDM industri 2,000 4,200,000

aa. 1 paket Tingkat produktifitas SDM industri 800 3,685,000

bb. 1 paket Index iklim industri nasional 4

cc. 4 negara

dd. 1 paket

ee. Tersedianya peralatan uji

kalibrasi

paket1

ff. Jumlah perusahaan yang

mendapat bimbingan teknis

2 perusahaan

gg. 1 paket

hh 1 paket

Tingginya Kemampuan Inovasi

dan Penguasaan Teknologi

Industri

a. Jumlah Peserta Workshop

Mould and Dies

50 Orang 10 persen 5,193,107

b. Jumlah Peserta Diklat Mould

and Dies

40 Orang

c. Penyusunan Masterplan P.

Mould and Dies

1 Paket

d. Fasilitasi Sekretariat 11 Bulan 1 usulan

e. Jumlah Peserta Workshop PDE 100 Orang

f.Tersedianya fasilitas Design 1 Paket Perkembangan Pusat Desain yang

direncanakan

20 persen

g. Fasilitasi Sekretariat 11 Bulan

h. 1 Paket 1

i. 1 Paket

1

j. Jumlah peserta Workshop 180 Orang

k. Jumlah peserta workshop KBM

mikro

60 Orang

l. Jumlah peserta Sosialisasi

KBM mikro

180 Paket

m. Tersedianya studi

pengembangan prototipe

desain kapal fery

1 Kajian Jumlah hasil Penelitian dan Pengembangan

Teknologi Industri Terapan Inovatif

- 1,264,605

Jumlah Rancangan Kebijakan untuk

mendorong pengembangan industri KBM

Hemat energi dan ramah lingkungan

Usulan Peta Jalan Pengembangan Kendaraan

Mikro

Tersedianya peralatan uji

produk elektronika konsumsi

Tersedianya buku kawasan

industri potensial untuk

Terwujudnya embrio pengembangan Pusat

Mould and Dies untuk memenuhi kebutuhan

industri otomotif nasional

Diperolehnya masukan pengembangan pusat

desain

Jumlah kajian mengenai

kebijakan KBM Hemat Energi

Jumlah kajian mengenai tingkat

keteruraian IKD

Tersedianya kajian kebijakan

tarif yang menghambat

Tersedianya kajian

pengembangan iklim usaha

Kehadiran dalam forum

kerjasama elektronika (bilateral,

Kajian daya saing produk

elektronika nasional terhadap

produk China

Page 7 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

n. Tersosialisasi dan

terimplementasinya regulasi

teknis internasional pada

galangan kapal nasional

#REF! Pemanfaatan hasil penelitian dan

pengembangan oleh sektor industri

3.00

o. Jumlah peserta workshop 200 orang 4 350,000

Pemanfaatan hasil penelitian dan

pengembangan oleh sektor industri

-

Jumlah perusahaan yang memanfaatkan hasil

penelitian

1 perusahaan

Lengkap dan menguatnya struktur

industri

a. Jumlah Peserta Workshop 180 Orang 10 daerah 1,974,250

b. Jumlah Klaster terfasilitasi 3 Klaster

c. Jumlah peserta Diklat 80 Orang Jumlah Anggota Klaster yang difasilitasi 30 perusahaan

d. Jumlah Peserta Sosialisasi 120 Orang

e. Jumlah Peserta Business

Gathering

60 Orang

f.

Tersedianya pedoman dan

kriteria kawasan khusus

industri galangan kapal

1 Laporan Pertumbuhan investasi di Industri Hulu dan

Antara

2.00 1,323,074

g.

Tersedianya kajian

pengembangan kawasan

khusus industri galangan di 2

propinsi

2 Laporan Tingkat kandungan lokal 52.00

h. Jumlah technopark yang berdiri Pertumbuhan Investasi di Industri Hulu dan

Antara

15 1,271,802

i. Formula TKDN Tingkat kandungan Lokal 40 200,000

Jumlah peserta rapat

koordinasi

60 Orang 5 420,000

j. 1 Paket Tingkat kandungan lokal 60%

k. Terlaksananya promosi

investasi di luar negeri

4 negara

Memfasilitasi penerapan

standardisasi

a. 4 SNI 2,106,264

b. 2 kali Jumlah SNI yang dimanfaatkan oleh Industri 25 SNI

20 perusahaan

c. Jumlah RSNI disusun 5 RSNI

d Jumlah SNI di Review 50 SNI Terfasilitasinya forum internasional standar 2 forum

e. Jumlah Peserta Sosialisasi 120 Orang Jumlah masukan strategi penerapan standar 1 usulan

f. Jumlah Peserta Diklat 60 orang

g. 1 Paket

h. 60 orang

Jumlah Rapat Panitia Teknis

yang dilaksanakan Jumlah Industri Nasional yang menerapkan

SNI Wajib

Kajian kemampuan Industri

otomotif nasional dalam rangka

implementasi SNI wajib

Jumlah Peserta Rapat

Standarisasi dan sertifikasi

Jumlah hasil Penelitian dan Pengembangan

Teknologi Industri Terapan Inovatif

Jumlah peserta Bisnis Gath yang menyatakan

minat

Tersedianya bahan promosi

investasi dan ekspor industri

elektronika dan komponen

Jumlah Rapat Prakonsensus

yang dilaksanakan

2 Kali Jumlah Usulan RSNI yang ditetapkan menjadi

SNI

Page 8 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

i. Jumlah Peserta Expert Meeting 60 orang

j. Jumlah Kajian mengenai Cost

and Benefit Ratifikasi UNECE

1 Paket

k. 11 OT

m. Tersusunnya RSKKNI KBM R4 Standar Rancangan SNI yang diusulkan 25.00 1,302,641

n. Sosialisasi SNI komponen

kapal

4 Kegiatan Penambahan SNI wajib yang diterapkan 2.00

o. Persiapan infrastruktur

penerapan SNI wajib alat apung

personalp. Jumlah RSNI Rancangan SNI yang diusulkan 20 900,000

q. Jumlah peserta rapat prakon 150 orang Rancangan SNI yang diusulkan 10 1,900,003

r. Tersediannya peralatan lab uji

performance

1 paket Penambahan SNI wajib yang diterapkan .

s. Jumlah lampu yang diuji 20 buah Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan

menteri

1 peraturan

Mempersiapkan dan/atau

Menetapkan Rencana dan

Kebijkan Industri

a. Produk Hukum Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan

Menteri

1 800,000

Meningkatkan Kualitas a. - Kesesuaian Program dengan KIN 95% 450,000

b. - 100% 250,000

c. - Tingkat ketepatan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan

95% 186,866

Meningkatnya kualitas

perencanaan program dan

pelaporan

a. Tersusunnya Program &

Rencana Kegiatan Ditjen IATT

tahun 2011

1 Paket Kesesuaian Program dengan KIN 100%

b. Tersusunnya Laporan Ditjen.

IATT

5 laporan

c. Tersedianya Laporan

Pengembangan potensi IATT di

Luar pulau Jawa

1 laporan Daerah yang berpotensi untuk pengembangan

IATT

2 Daerah

d. Daerah yang di monitoring 15 daerah Rekomendasi terhadap kegiatan yang telah

dilakukan

10 Rekomendasi

e. Jumlah peserta konsinyering 50 Orang Presentasi kegiatan yang dibintangi 0,5% 1,271,866

f. Jumlah peserta workshop 100 Orang Kesesuaian Program dengan KIN 100%

Renstra 2010-2014 dan Renja 1 paket

Ketepatan waktu pelaporan 100%

Terwujudnya SDM aparatur yang

profesional dan kompeten

a. Peserta pelatihan 150 Orang Tingkat Keahlian SDM Aparatur 80%

Meningkatnya fasilitasi iklim

industri yang kondusif

b. Jumlah peserta yang mengikuti

sosialisasi

150 peserta Terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi

perkembangan IATT

80%

c. Terfasilitasinya para pengusaha

IATT dalam temu bisnis

3 negara Perusahaan yang melakukan Kontak bisnis 5 Perusahaan

Jumlah Orang yang terfasilitasi

dalam forum standar

Tingkat Persetujuan rencana kegiatan (zero

stars)

Page 9 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

d. Tercapainya perkembangan

industri melalui bantuan

BMDTP.

4 laporan Termanfaatkannya bantuan BMDTP 500 Miliar

e. Jumlah peserta sosialisasi

tingkat kandungan lokal produk

IATT

150 peserta Meningkatnya pemahaman tentang TKDN

produk IATT

80%

f. Terfasilitasi pameran hasil

sektor IATT

50 perusahaan Jumlah Pengunjung 800 Orang

g. Jumlah peserta yang mengikuti

workshop/seminar dan

pelatihan

160 Orang Meningkatnya pengetahuan dunia usaha

mengenai konsep HKI

80%

Mengoptimalkan sistem informasi a. Jumlah peserta pelatihan SIM 20 peserta Meningkatnya kemudahan akses data dan

informasi kebijakan IATT

90%

Melaksanakan Reformasi Birokrasi a. Tersusunnya program

reformasi birokrasi Ditjen IATT

1 paket Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang

baik dan modern

90%

b. Tersedianya peralatan kantor

dan rumah tangga untuk

pegawai

224 pegawai Produktivitas pegawai meningkat 80%

c. Terlaksananya

pembinaan/koordinasi dan

konsultasi

12 bulan Meningkatnya pelayanan publik Ditjen IATT 90%

Kelancaran pelaksanaan Tupoksi a. Jumlah Profil 1 Paket 1 paket 1,799,074

b. Jumlah Peserta Sosialisasi

Profil Industri

30 Orang

c. Jumlah Peserta Konsinyering

Lakip

60 Orang

d. jumlah peserta konsinyering

persiapan kegiatan

30 Orang Program yang sesuai dengan Renstra K/L dan

KPI

90 persen

e. Terlaksananya maintenance

jaringan secara teratur

11 Bulan Tingkat kesesuaian Program dengan Roadmap 95 persen

f. Terbelinya fasilitas kebutuhan

direktorat IATDK

1 Paket

g. jumlah peserta konsinyering

Penyusunan Program

50 Orang

h. 50 Orang

i. Jumlah Roadmap 3 Roadmap

j. Tersedianya profil jasa

perbaikan bengkel KBM

1 laporan 2,050,479

k Tersusunnya direktori industri

kapal

1 laporan

l Workshop penyusunan peluang

investasi industri maritim

1 kegiatan

m Tersusunnya program dan

rencana kerja Dit. IMJK tahun

2011

1 Paket

Data Industri Komponen Otomotif yang up to

date sehingga dapat dimafaatkan sebagai

pertimbangan industri otomotif nasional.

jumlah peserta workshop

program pengembangan IATDK

Page 10 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

n Terlaksananya pengadaan

barang dan jasa

1 Paket

o. Tersusunnya 1 laporan LAKIP

Dit. IMJK tahun 2010

1 laporan

IV. Tumbuh dan berkembangnya Industri Kecil dan

Menengah yang berlandaskan kepada potensi

daerah

387,160,163

Tumbuh dan berkembangnya Industri Kecil dan

Menengah yang berlandaskan kepada potensi

daerah

jumlah unit usaha 3.9

juta

jumlah tenaga kerja 8

juta orang

jumlah nilai ekspor

13.6 juta US$

nilai tambah IKM

251.752 milyar

a. Meningkatnya kemampuan masyarakat/perajin

anyaman di daerah tertinggal.

1,155,000

Meningkatnya perekonomian di daerah

tertinggal.

Jaringan kerjasama dan kelembagaan klaster

semakin baik.

Kemampuan desain perajin meningkat.

Adanya rekomendasi program selanjutnya.

b. Pengembangan Klaster Industri

Fashion dan Batik

- Terlaksananya kegiatan

pengembangan Industri

Kreatif

- Terselenggarakannya

pelatihan peningkatan

mutu dan desain serta

pengembangan promosi

Industri kreatif.

Terlaksana dengan 140

peserta

Terlaksananya kegiatan partisipasi pameran

Singapore Fashion Week, Hongkong Fashion

Week, Bali Fashion Week, pameran Batik

Internasional di Jakarta dan Gelar Nusantara di

Jakarta serta penyusunan katalog IKM

Sandang.

1,000,000

c. Jaringan kerjasama kemitraan antara

stakeholder dan pemangku kepentingan

berjalan lancar.

3 wilayah 1,000,000

Para perajin mampu melakukan casting &

desain

Pengetahuan perajin tentang pasar ekspor

meningkat.

Pengembangan Klaster Industri

Batu Mulia dan Perhiasan

- Terbentuknya jaringan

kerjasama bisnis di 3

wilayah.

- Meningkatnya

kemampuan teknik

casting & desain produk

perajin batumulia &

perhiasan.

- Meningkatnya

pengetahuan IKM

perhiasan tentang pasar

ekspor. Terlaksana di 3

Lokasi

Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah

Berkembangnya IKM di Kawasan

barat Indonesia melalui

pengembangan klaster industri

prioritas, industri unggulan

provinsi, kompetensi inti industri

Kab/Kota dan OVOP

- Meningkatnya rasio industri di

luar pulau Jawa terhadap

industri di Pulau Jawa

- Terlaksananya roadmap

pengembangan kompetensi inti

industri daerah di kawasan

barat Indonesia

Pengembangan Klaster Industri

Kerajinan dan Barang Seni

- Terlaksananya

implementasi kolaborasi

dan kelembagaan klaster

yang semakin kuat.

- Diketahuinya efektifitas

dan rekomendasi program

selanjutnya.

- Meningkatnya

kemampuan teknik dan

manajemen perajin.

- Terjadinya kerjasama

terpadu antara

stakeholder

Page 11 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

d. Jaringan kerjasama antar stake holder semakin

baik

1,100,000

Kemampuan teknik dan desain perajin

meningkat.

Pemasaran produk gerabah/keramik hias

meningkat.

Diketahuinya efektifitas dan permasalahan

pelaksanaan klaster.

e. Terlaksananya kegiatan

pembinaan IKM Minyak Atsiri

melalui pendekatan klaster

Terciptanya iklim usaha

IKM Minyak Atsiri yang

kondusif sehingga IKM

Minyak Atsiri dapat

berkembang secara

optimal. Terlaksana di 7

Lokasi

Meningkatknya kemampuan usaha IKM minyak

atsiri melalui kerjasama antara stakholder

minyak atsiri sehingga IKM minyak atsiri dapat

berkembang secara optimal

1,415,000

f. Semakin kuat dan

berkembangnya sentra-sentra

klaster IKM Makanan Ringan

Menguatnya jaringan

klaster IKM makanan

ringan yang

dikembangkan di 3

wilayah

1,959,000

g. Meningkatnya produktifitas dan kualitas produk

IKM Pangan

15,564,189

Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan

IKM pangan

Tersusunnya data unggulan IKM dan Peta

komoditi unggulan.

h. Terbinanya Pengembangan

IKM sesuai dengan Kompetensi

Inti Industri Kabupaten/Kota

Meningkatnya Unit Usaha

dan Tenaga Kerja di

bidang Industri Kecil dan

Menengah

Meningkatnya produktifitas dan kualitas produk

IKM Pangan di Sumbar dan NAD.

9,405,380

i. Pengembangan IKM melalui

pendekatan OVOP di Kawasan

Barat Indonesia

Terbinanya Produk IKM

Pangan, Sandang, KBB

dan Kerajinan melalui

pendekatan OVOP

IKM di Indonesia dapat berkembang lebih

pesat dan memiliki kontribusi pertumbuhan

industri, termasuk industri kecil dan menengah

38,567,981

j. Meningkatnya daya saing

produk-produk IKM

25 Sentra dan 20 UPT meningkatnya nilai produksi dan kualitas

produksi dari masing-masing sentra dan UPT

10 wilayah barat, 60

wilayah tengah, 16

wilayah timur

14,117,400

meningkatnya pelayanan kualitas UPT

Berkembangnya IKM di Kawasan

tengah Indonesia melalui

pengembangan klaster industri

prioritas, industri unggulan

provinsi, kompetensi inti industri

Kab/Kota dan OVOP

a. Pengembangan Klaster Industri

Kerajinan dan Barang Seni

- Terlaksananya

implementasi kolaborasi

dan kelembagaan klaster

yang semakin kuat.

- Diketahuinya efektifitas

dan rekomendasi program

selanjutnya.

- Meningkatnya

kemampuan teknik dan

manajemen perajin.

- Terjadinya kerjasama

terpadu antara

stakeholder

- Meningkatnya rasio industri di luar pulau

Jawa terhadap industri di Pulau Jawa

- Terlaksananya roadmap pengembangan

kompetensi inti industri daerah di kawasan

tengah Indonesia

3,155,000

Pengembangan Klaster Industri

Gerabah dan Keramik Hias

- Terlaksananya

implementasi kolaborasi

dan kelembagaan klaster

yang semakin kuat.

- Dikatahuinya efektifitas

dan permasalahan

pelaksanaan klaster.

Terlaksana di 3 Lokasi

Terbinanya Pengembangan

Industri Kecil dan Menengah

Unggulan Daerah Propinsi

Meningkatnya Unit Usaha

dan Tenaga Kerja di

bidang Industri Kecil dan

Menengah. Target 32

Kabupaten Kota

Page 12 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

b. Pengembangan Klaster Industri

Makanan Ringan

Meningkatnya pengetahuan 60 pengusaha IKM

makanan ringan di bidang bisnis, manajemen

dan teknis.

60 pengusaha IKM

makanan ringan di

jabar, jateng, jatim

1,959,000

IKM Pangan binaan memperoleh Piagam

Bintang, dan Legalitas lainnya (PIRT)

c. Pengembangan Klaster Industri

Gerabah dan Keramik Hias

Jaringan kerjasama antar stake holder semakin

baik

3 wilayah 1,100,000

Kemampuan teknik dan desain perajin

meningkat.Pemasaran produk gerabah/keramik hias

meningkat.

Diketahuinya efektifitas dan permasalahan

pelaksanaan klaster.

d. Meningkatnya produktifitas dan kualitas produk

IKM Pangan

20,095,041

Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan

IKM panganTersusunnya data unggulan IKM dan Peta

e. Meningkatnya produktifitas dan kualitas produk

IKM Pangan di Bali

21,289,240

Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan

IKM pangan

Terlaksananya Bantuan/Pendampingan

Tenaga Ahli/Desainer f. - Meningkatnya sinergi pembinaan antar

instansi/Dinas terkait di Pusat dan Pemerintah

Daerah dalam rangka mendukung

pengembangan IKM Pangan dengan

25,711,987

Meningkatnya akses pemasaran dan jaringan

bisnis IKM Pangan

2 (dua) sentra.

g. Terlaksananya Revitalisasi

sentra-sentra IKM dan Fasilitasi

Layanan UPT

Meningkatnya daya saing

produk-produk IKM

dengan 15 Sentra dan 20

UPT

Terlaksananya kegiatan PengembanganSentra

IKM Sandang potensial di 3 sentra (Sentra

Sepatu Mojokerto, Sentra Sepatu Cibaduyut

dan Sentra Penyamakan Kulit Magetan)

14,117,400

Berkembangnya IKM di Kawasan

timur Indonesia melalui

pengembangan klaster industri

prioritas, industri unggulan

provinsi, kompetensi inti industri

Kab/Kota dan OVOP

- Meningkatnya rasio industri di

luar pulau Jawa terhadap

industri di Pulau Jawa

- Terlaksananya roadmap

pengembangan kompetensi inti

industri daerah di kawasan

timur Indonesia

a. Pengembangan Klaster Industri

Kerajinan dan Barang Seni

Meningkatnya kemampuan masyarakat/perajin

anyaman di daerah tertinggal.

3,155,000

Meningkatnya perekonomian di daerah

tertinggal.

Jaringan kerjasama dan kelembagaan klaster

semakin baik.

Kemampuan desain perajin meningkat.

Adanya rekomendasi program selanjutnya.

- Terlaksananya

implementasi kolaborasi

dan kelembagaan klaster

yang semakin kuat.

- Diketahuinya efektifitas

dan rekomendasi program

selanjutnya.

- Meningkatnya

kemampuan teknik dan

manajemen perajin.

- Terjadinya kerjasama

terpadu antara

stakeholder

Pengembangan IKM melalui

pendekatan OVOP di Kawasan

Tengah Indonesia

- Terbinanya Produk IKM

Pangan, Sandang, KBB

dan Kerajinan melalui

pendekatan OVOP di 12

Kabupaten kota di 17

Propinsi

Menguatnya jaringan

klaster IKM makanan

ringan yang

dikembangkan di 3

wilayah

- Terlaksananya

implementasi kolaborasi

dan kelembagaan klaster

yang semakin kuat.

- Dikatahuinya efektifitas

dan permasalahan

pelaksanaan klaster.

Terlaksana di 3 Lokasi

Pengembangan Industri

Unggulan Propinsi di Kawasan

Tengah Indonesia

Meningkatnya Unit Usaha

dan Tenaga Kerja di

bidang Industri Kecil dan

Menengah di 12 Propinsi

Pengembangan Kompetensi Inti

Industri Kabupaten/Kota di

Kawasan Tengah Indonesia

Meningkatnya Unit Usaha

dan Tenaga Kerja di

bidang Industri Kecil dan

Menengah di 28

Kabupaten/Kota

Page 13 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

b. Pengembangan Klaster Industri

Minyak Atsiri

Terciptanya iklim usaha

IKM Minyak Atsiri yang

kondusif sehingga IKM

Minyak Atsiri dapat

berkembang secara

optimal

Meningkatknya kemampuan usaha IKM minyak

atsiri melalui kerjasama antara stakholder

minyak atsiri sehingga IKM minyak atsiri dapat

berkembang secara optimal

2,415,000

c. Pengembangan Klaster Industri

Makanan Ringan

Menguatnya jaringan

klaster IKM makanan

ringan yang

dikembangkan di 3

wilayah

1,959,000

d. Pengembangan Klaster Industri

Garam

Menguatnya jaringan

klaster IKM Garam Rakyat

yang dikembangkan di 3

wilayah

Terkoordinasinya sinergi program dalam suatu

kesepakatan serta meningkatnya kolaborasi

antara IKM garam rakyat/konsumsi dengan

instansi terkait dan stakeholder

1,000,000

e. Pengembangan Klaster Industri

Batu Mulia dan Perhiasan

Jaringan kerjasama kemitraan antara

stakeholder dan pemangku kepentingan

berjalan lancar.

1,000,000

Para perajin mampu melakukan casting &

desain

Pengetahuan perajin tentang pasar ekspor

meningkat.

f. Pengembangan Industri

Unggulan Propinsi di Kawasan

Timur Indonesia

Meningkatnya Unit Usaha

dan Tenaga Kerja di

bidang Industri Kecil dan

Menengah di 5 propinsi

Meningkatnya produktifitas dan kualitas produk

IKM Pangan

6,102,240

Tersusunnya data unggulan IKM dan Peta

komoditi unggulan.g. Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan

IKM pangan

24,242,355

Terlaksananya Bantuan/Pendampingan

Tenaga Ahli/Desainer

Terlaksananya Pelatihan Pengelolaan Dan

Peningkatan Mutu TPT

h. Pengembangan IKM melalui

pendekatan OVOP di Kawasan

Timur Indonesia

- Terbinanya Produk IKM

Pangan, Sandang, KBB

dan Kerajinan melalui

pendekatan OVOP

IKM di Indonesia dapat berkembang lebih

pesat dan memiliki kontribusi pertumbuhan

industri, termasuk industri kecil dan menengah

-

i. Terlaksananya Revitalisasi

sentra-sentra IKM dan Fasilitasi

Layanan UPT

Meningkatnya daya saing

produk-produk IKM meningkatnya pelayanan kualitas UPT

10 sentra IKM 9,411,600

Pengembangan Kompetensi Inti

Industri Kabupaten/Kota di

Kawasan Timur Indonesia

Meningkatnya Unit Usaha

dan Tenaga Kerja di

bidang Industri Kecil dan

Menengah di 8 Kabupaten

Kota

- Terbentuknya jaringan

kerjasama bisnis di 3

wilayah.

- Meningkatnya

kemampuan teknik

casting & desain produk

perajin batumulia &

perhiasan.

- Meningkatnya

pengetahuan IKM

perhiasan tentang pasar

ekspor. Terlaksana di 3

wilayah

Page 14 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

Kokohnya faktor-faktor penunjang

pengembangan Industri

Terealisasinya kegiatan penyusunan dan

pembahasan program pembinaan dan

pengembangan IKM Pangan.Terlaksananya partisipasi rakor regional Ditjen

IKM di 3 (tiga) provinsi dan raker Depperind di

3(tiga) provinsi.Teridentifikasinya potensi daerah sebagai

masukan penyusunan program Dit. Industri

Pangan tahun 2011.

a. Berkembangnya IKM Agro

pedesaan

meningkatnya daya saing

IKM Agro pedesaan di 10

Kabupaten Kota

Meningkatnya pengetahuan, kemampuan dan

keterampilan IKM/fasilitator tentang

manajemen dan teknis pengelolaan usaha.

Terlatihnya 30 orang

IKM/fasilitator.

10,000,000

b. Pengusaha industri nasional

mampu mengembangkan

Design Prioduk Industri

Nasional

1 IGDS Grand Award, 25

IGDS Gold Award dan 75

IGDS Nominasi Award

Pengusaha industri nasional mampu

mengembangkan

produk berbasis desain dalam rangka

peningkatan daya saing dan perluasan pasar

1,131,627

c. Tersusunnya buku pedoman sebanyak 4 jenis 20 orang dan 5

perusahaan

1,330,527

Tersedianya piala upakarti

Adanya usulan calon penerima upakarti dari

daerah dan pusat

245 calon

Terseleksinya calon nominasi penerima

upakarti

50 calon

Terpilihnya penerima upakarti tahun 2010

Tingginya Kemampuan Inovasi

dan Penguasaan Teknologi

Industri

- Jumlah hasil litbang semakin

meningkat dan berkualitas

- Jumlah kerjasama dengan

dunia industri

- Jumlah PNBP yang dihasilkan

di Industri kerajinan dan batik

- Peningkatan kualitas

litbang 20%

-Pengembangan

Kerjasama 30%

Terwujudnya hasil litbang di bidang Teknologi

kerajinan dan batik yang aplikatif

1 Laporan 4,239,625

Memfasilitasi Pengembangan

Industri

- Jumlah riset yang dihasilkan

- Jumlah standard yang

dihasilkan

- Jumlah kerjasama dengan

dunia industri

- Jumlah PNBP yang dihasilkan

- Peningkatan kualitas

litbang yang terkait

Kompetensi Inti Daerah

20%

-Pengembangan

Kerjasama 30%

Terwujudnya hasil litbang yang aplikatif dalam

mendorong Kompetensi Inti Industri Daerah

29,406,334

- Tersusunnya kebijakan

pelaksanaan program

pengembangan IKM

- Tercapainya peningkatan

kualitas perencanaan dan

pelaporan

- Terselesaikannya pelaporan

tepat waktu

Penyelenggaraan

Penganugrahan Penghargaan

UPAKARTI

- Tersusunnya buku

pedoman sebanyak 4

jenis

- Tersedianya piala

Upakarti

- Adanya usulan calon

penerima upakarti dari

daerah dan pusat

Page 15 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

V. Perwilayahan Industri Terlaksananya Public Private Partnership dan

pengembangan kawasan industri

197,193,394

Tersebarnya pembangunan

industri

- Tersusunnya kebijakan dan

program, penyusunan standar,

pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi pengembangan

industri di kawasan barat

Indonesia

- Meningkatnya rasio industri di

luar Pulau Jawa terhadap Pulau

Jawa

- Tersusunnya roadmap

pengembangan kompetensi Inti

industri daerah

- Terwujudnya pemerataan

pembangunan Industri di

Kab/Kota

Meningkatnya investasi dan skema

pengembangan perencanaan public private

partnership, dan pengembangan kawasan

industri

a. Meningkatnya fasilitasi

pengembangan zona industri di

3 KEK

Dokumentasi fasilitasi

(AMDAL, Engineering

Design/DED, dan

kelembagaan) di 3

Kawasan

Paket perencanaan pengembangan KEK 3 Paket Kajian

Perencanaan

3,840,000

b. Terealisasinya kajian

pengembangan kawasan

garam bahan baku di Madura

dan KTI

1 Paket kajian Paket perencanaan pengembangan kawasan

garam, bahan baku di Madura dan KTI

1 Paket Kajian

Perencanaan

6,000,000

c. Meningkatnya fasilitasi

pengembangan kawasan

industri berbasis kompetensi

5 Dokumen Master Plan,

AMDAL, DED, dan

Kelembagaan KI

Paket Perencanaan Pengembangan Kawasan

Industustri

8 Paket Kajian

Perencanaan

8,800,000

d. Meningkatnya fasilitasi

pengembangan kawasan barat

1 Peta Panduan Paket Perencanaan Pengembangan fasilitas 1 Paket Panduan 1,500,000

e. Meningkatnya fasilitasi Public

Private Partnership Wilayah

Barat

1 Paket Konsep Paket perencanaan fasilitasi Public Private

Partnership Wilayah Barat

1 Paket Pelaksanaan 1,500,000

- Tersusunnya kebijakan dan

program, penyusunan standar,

pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi pengembangan

industri di kawasan tengah

Indonesia

- Meningkatnya rasio industri di

luar Pulau Jawa terhadap Pulau

Jawa

- Tersusunnya roadmap

pengembangan kompetensi Inti

industri daerah

- Terwujudnya pemerataan

pembangunan Industri di

Kab/Kota

Meningkatnya investasi dan skema

pengembangan perencanaan public private

partnership, dan pengembangan kawasan

industri

Page 16 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

a. Meningkatnya fasilitasi

pengembangan zona industri di

1 KEK

Dokumentasi fasilitasi

(AMDAL, Engineering

Design/DED, dan

kelembagaan) di 1

Kawasan

Paket perencanaan pengembangan KEK 3 Paket Kajian

Perencanaan

1,280,000

b. Meningkatnya fasilitasi

pengembangan kawasan

industri berbasis kompetensi

inti

5 Dokumen Master Plan,

AMDAL, DED, dan

Kelembagaan KI

Paket perencanaan pengembangan kawasan

garam, bahan baku di Madura dan KTI

8 Paket Kajian

Perencanaan

8,800,000

c. Meningkatnya fasilitasi

pengembangan kawasan

tengah

1 Peta Panduan Paket Perencanaan Pengembangan fasilitas 1 Paket Panduan 3,600,000

d. Meningkatnya fasilitasi Publik

Private Partnership Wilayah

Tengah

1 Paket Konsep Paket perencanaan fasilitasi Public Private

Partnership Wilayah Tengah

1 Paket Pelaksanaan 8,800,000

- Tersusunnya kebijakan dan

program, penyusunan standar,

pemberian bimbingan teknis

dan evaluasi pengembangan

industri di kawasan timur

Indonesia

- Meningkatnya rasio industri di

luar Pulau Jawa terhadap Pulau

Jawa

- Tersusunnya roadmap

pengembangan kompetensi Inti

industri daerah

- Terwujudnya pemerataan

pembangunan Industri di

Kab/Kota

Meningkatnya investasi dan skema

pengembangan perencanaan public private

partnership, dan pengembangan kawasan

industri

a. Meningkatnya fasilitasi

pengembangan zona industri di

1 KEK

1 Dokumentasi fasilitasi

(AMDAL, Engineering

Design/DED, dan

kelembagaan) di 1

Kawasan

Paket perencanaan pengembangan KEK 3 Paket Kajian

Perencanaan

1,280,000

b. Terealisasinya kajian

pengembangan kawasan

industri pengolahan kakao di

1 Paket kajian Paket perencanaan pengembangan kawasan

industri pengolahan kakao di Luwuk Raya

1 Paket Kajian

Perencanaan

1,000,000

c. Meningkatnya fasilitasi

pengembangan kawasan

industri berbasis kompetensi

inti

5 Dokumen Master Plan,

AMDAL, DED, dan

Kelembagaan KI

Paket Perencanaan Pengembangan Kawasan

Industri berbasis kompetensi inti

8 Paket Kajian

Perencanaan

8,800,000

d. Meningkatnya fasilitasi

pengembangan kawasan timur

1 Peta Panduan Paket perencanaan Pengembangan fasilitas

kawasan timur

1 Paket Panduan 1,500,000

e. Meningkatnya fasilitasi Public

Private Partnership Wilayah

timur

1 Paket Konsep Paket perencanaan fasilitasi Public Private

Partnership Wilayah Timur

1 Paket Pelaksanaan 1,500,000

Page 17 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

Mengoptimalkan evaluasi

pelaksanaan kebijakan dan

efektifitas pencapaian kinerja

industri

- Tersusunnya kebijakan

pelaksanaan program

pengembangan industri di

kawasan barat, tengah, dan

timur Indonesia

- Tercapainya peningkatan

kualitas perencanaan dan

pelaporan

- Terselesaikannya pelaporan

tepat waktu

Laporan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan

Tingkat penurunan penyimpangan

pelaksanaan kebijakan industri

Mengkoordinasikan peningkatan

kualitas lembaga pendidikan dan

pelatihan serta kewirausahaan

Instruktur yang bersertifikat 100 orang

Jurusan pada lembaga pendidikan dan

lembaga diklat yang terakreditasi

24 Jurusan

VI. Kerjasama Industri

Internasional

Teroptimalkannya hubungan Kerjasama

Industri Internasional dan meningkatnya

penguasaan pasar luar negeri

30,765,051

Termonitornya implementasi

kesepakatan kerjasama

pembukaan akses pasar dan

investasi produk industri

a. Laporan evaluasi implementasi

kerjasama pembukaan akses

pasar dan investasi produk

industri

1 paket laporan Persentase pelaksanaan kesepakatan

kerjasama akses pasar dan investasi produk

industri

75% 300,000

Termonitornya perkembangan

perundingan kerjasama akses

pasar dan investasi produk

industri

a. Laporan Posisi runding untuk

pembukaan akses pasar dan

investasi produk industri

1 paket laporan Paket informasi hasil kesepakatan di bidang

akses pasar dan investasi produk industri

sesuai kepentingan sektor

1 paket 650,000

Termonitornya implementasi

kesepakatan kerjasama akses

pasar dan investasi jasa industri

a. Laporan evaluasi implementasi

kerjasama pembukaan akses

pasar dan investasi produk

industri

1 paket laporan Persentase pelaksanaan kesepakatan

kerjasama akses pasar dan investasi jasa

industri

75% 300,000

Termonitornya perkembangan

perundingan kerjasama akses

pasar dan investasi jasa industri

a. Laporan Posisi runding untuk

pembukaan akses pasar dan

investasi produk industri

1 paket laporan Paket informasi hasil kesepakatan di bidang

akses pasar dan investasi jasa industri sesuai

kepentingan sektor

1 paket 300,000

Tersusunnya program dan

terlaksananya promosi investasi,

promosi pemasaran produk dan

jasa industri

a. Paket promosi investasi dan

promosi pemasaran produk &

jasa industri

2 paket Laporan Promosi Investasi dan promosi

pemasaran produk & jasa industri

2 Paket Laporan 400,000

b. Seminar Promosi Investasi di

sektor industri

2 paket seminar Persentase peningkatan jumlah investor di

sektor industri

2% 450,000

c. Pameran Produk dan jasa

industri

2 paket pameran Persentase Peningkatan Jumlah negara mitra

dagang

5% 450,000

Terlaksananya pendidikan dan

pelatihan industri di Regional I

Medan, Regional II Padang,

Regional III Jakarta, Regional IV

Jogjakarta, Regional V Surabaya,

Regional VI Denpasar, Regional VII

Makassar

- Jumlah aparat yang

kompeten dan berkualitas

- Jumlah kerjasama

dengan dunia industri

- Jumlah PNBP yang

dihasilkan

Page 18 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

Teridentifikasinya kebutuhan dan

peluang kerjasama teknik &

proyek LN

a. Paket database kebutuhan dan

peluang kerjasama teknik &

Proyek LNdi sektor industri

2 paket Laporan kebutuhan dan Peluang Kerjasama

Teknik & Proyek LN

2 Paket Laporan 450,000

Termonitornya perkembangan

kerjasama industri terkait isu

Automotive Dialog, Chemical

Dialog, Non Ferrous Dialog,

Standard and Conformace

a. Laporan Perkembangan

Kerjasama industri dalam

Forum APEC

1 Laporan Paket informasi hasil kesepakatan kerjasama

industri sesuai kepentingan sektor

1 paket 500,000

Termonitornya perkembangan

kerjasama industri terkait isu

Market Access Goods, Services,

IPR, SMEs, E-commerce,

Investment

a. Laporan Perkembangan

Kerjasama akses pasar dan

investasi dalam Forum APEC

1 Laporan Paket informasi hasil kesepakatan kerjasama

akses pasar dan investasi sesuai kepentingan

sektor

1 paket 500,000

Tersedianya dukungan fasilitasi

dan koordinasi kerjasama industri

internasional Wilayah III dan

ASEAN

a. Persentase kelancaran

kegiatan Direktorat Kerjasama

Industri Wilayah I dan APEC

100% Persentase efisiensi penyelenggaraan kegiatan

Direktorat Kerjasama Industri Wilayah I dan

APEC

75% 500,000

Termonitornya implementasi

kesepakatan kerjasama

pembukaan akses pasar dan

investasi produk industri

a Laporan evaluasi implementasi

kerjasama pembukaan akses

pasar dan investasi produk

industri

1 paket laporan Persentase pelaksanaan kesepakatan

kerjasama akses pasar dan investasi produk

industri

75% 400,000

Termonitornya perkembangan

perundingan kerjasama akses

pasar dan investasi produk

industri

a. Laporan Posisi runding untuk

pembukaan akses pasar dan

investasi produk industri

1 paket laporan Paket informasi hasil kesepakatan di bidang

akses pasar dan investasi produk industri

sesuai kepentingan sektor

1 paket 550,000

Termonitornya implementasi

kesepakatan kerjasama akses

pasar dan investasi jasa industri

a. Laporan evaluasi implementasi

kerjasama pembukaan akses

pasar dan investasi produk

industri

1 paket laporan Persentase pelaksanaan kesepakatan

kerjasama akses pasar dan investasi jasa

industri

75% 300,000

Termonitornya perkembangan

perundingan kerjasama akses

pasar dan investasi jasa industri

a. Laporan Posisi runding untuk

pembukaan akses pasar dan

investasi produk industri

1 paket laporan Paket informasi hasil kesepakatan di bidang

akses pasar dan investasi jasa industri sesuai

kepentingan sektor

1 paket 400,000

Tersusunnya program dan

terlaksananya promosi investasi,

promosi pemasaran produk dan

jasa industri

a. Paket promosi investasi dan

promosi pemasaran produk &

jasa industri

2 paket Laporan Promosi Investasi dan promosi

pemasaran produk & jasa industri

2 Paket Laporan 300,000

b. Seminar Promosi Investasi di

sektor industri

2 paket seminar Persentase peningkatan jumlah investor di

sektor industri

2% 300,000

c. Pameran Produk dan jasa

industri

2 paket pameran Persentase Peningkatan Jumlah negara mitra

dagang

5% 450,000

Teridentifikasinya kebutuhan dan

peluang kerjasama teknik &

proyek LN

a. Paket database kebutuhan dan

peluang kerjasama teknik &

Proyek LNdi sektor industri

2 paket Laporan kebutuhan dan Peluang Kerjasama

Teknik & Proyek LN

2 Paket Laporan 350,000

Termonitornya perkembangan

kerjasama industri dalam

kerjasama ASEAN

a. Laporan Perkembangan

Kerjasama industri dalam

Forum Kerjasama ASEAN

1 Laporan Paket informasi hasil kesepakatan kerjasama

industri dalam Kerjasama ASEAN sesuai

kepentingan sektor

1 paket 500,000

Termonitornya perkembangan

kerjasama industri dalam

kerjasama ASEAN- Mitra Dialog

a. Laporan Perkembangan

Kerjasama industri dalam

Forum Kerjasama ASEAN -

Mitra Dialog

1 Laporan Paket informasi hasil kesepakatan kerjasama

industri dalam Kerjasama ASEAN-Mitra Dialog

sesuai kepentingan sektor

1 paket 500,000

Page 19 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

Tersedianya dukungan fasilitasi

dan koordinasi kerjasama industri

internasional Wilayah III dan

ASEAN

a. Persentase kelancaran

kegiatan Direktorat Kerjasama

Industri Wilayah II dan ASEAN

100% Persentase efisiensi penyelenggaraan kegiatan

Direktorat Kerjasama Industri Wilayah II dan

ASEAN

75% 500,000

Termonitornya implementasi

kesepakatan kerjasama

pembukaan akses pasar dan

investasi produk industri

a. Laporan evaluasi implementasi

kerjasama pembukaan akses

pasar dan investasi produk

industri

1 paket laporan Persentase pelaksanaan kesepakatan

kerjasama akses pasar dan investasi produk

industri

75% 300,000

Termonitornya perkembangan

perundingan kerjasama akses

pasar dan investasi produk

industri

a. Laporan Posisi runding untuk

pembukaan akses pasar dan

investasi produk industri

1 paket laporan Paket informasi hasil kesepakatan di bidang

akses pasar dan investasi produk industri

sesuai kepentingan sektor

1 paket 600,000

Termonitornya implementasi

kesepakatan kerjasama akses

pasar dan investasi jasa industri

a. Laporan evaluasi implementasi

kerjasama pembukaan akses

pasar dan investasi produk

industri

1 paket laporan Persentase pelaksanaan kesepakatan

kerjasama akses pasar dan investasi jasa

industri

75% 350,000

Termonitornya perkembangan

perundingan kerjasama akses

pasar dan investasi jasa industri

a. Laporan Posisi runding untuk

pembukaan akses pasar dan

investasi produk industri

1 paket laporan Paket informasi hasil kesepakatan di bidang

akses pasar dan investasi jasa industri sesuai

kepentingan sektor

1 paket 400,000

a. Paket promosi investasi dan

promosi pemasaran produk &

jasa industri

2 paket Laporan Promosi Investasi dan promosi

pemasaran produk & jasa industri

2 Paket Laporan 400,000

b. Seminar Promosi Investasi di

sektor industri

2 paket seminar Persentase peningkatan jumlah investor di

sektor industri

2% 500,000

c. Pameran Produk dan jasa

industri

2 paket pameran Persentase Peningkatan Jumlah negara mitra

dagang

5% 500,000

Teridentifikasinya kebutuhan dan

peluang kerjasama teknik &

proyek LN

a. Paket database kebutuhan dan

peluang kerjasama teknik &

Proyek LNdi sektor industri

2 paket Laporan kebutuhan dan Peluang Kerjasama

Teknik & Proyek LN

2 Paket Laporan 400,000

Termonitornya perkembangan

kerjasama industri terkait isu Non

Agriculture, Jasa, NTBs, dll dalam

Forum Kerjasama WTO

a. Laporan Perkembangan

Kerjasama industri dalam

Forum Kerjasama WTO

1 Laporan Paket informasi hasil kesepakatan kerjasama

industri dalam Forum Kerjasama WTO sesuai

kepentingan sektor

1 paket 600,000

Termonitornya perkembangan

kerjasama industri terkait isu

Akses Pasar, Kerjasama Industri,

Climate Changes, GSTP, Komoditi

a. Laporan Perkembangan

Kerjasama industri dalam

Forum D-8, OKI dan UN

1 Laporan Paket informasi hasil kesepakatan kerjasama

industri dalam Forum D-8, OKI dan UN sesuai

kepentingan sektor

1 paket 600,000

Tersedianya dukungan fasilitasi

dan koordinasi kerjasama industri

internasional Wilayah III dan

Multilateral

a. Persentase kelancaran

kegiatan Direktorat Kerjasama

Industri Wilayah III dan

Multilateral

100% Persentase efisiensi penyelenggaraan kegiatan

Direktorat Kerjasama Industri Wilayah III dan

Multilateral

75% 500,000

Tersedianya dukungan fasilitasi

dan koordinasi kerjasama industri

internasional oleh Ditjen

a. - Persentase pembayaran gaji

tepat waktu

- Persentase ketersediaan

sarana prasarana kerja

- Program Kerjasama Industri

Internasional

- 100%

-100%

- 1 Renja

- % Kesejahteraan pegawai

- % Produktifitas (jam kerja normal) kerja

badan kerjasama industri internasional

- % Ketepatan Perencanaan dan kegiatan

- 100%

- 75%

- 80%

15,500,000

Terciptanya kelancaran

administrasi program bantuan

Teknik LN

a. Database pemanfaatan

Bantuan Teknik Luar Negeri di

sektor industri

1 paket Database Persentase efisiensi waktu pengurusan

administrasi bantuan Teknik LN

75%

380,000

Tersusunnya program dan

terlaksananya promosi investasi,

promosi pemasaran produk dan

jasa industri

Page 20 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

Terciptanya kelancaran

administrasi program bantuan

Proyek LN

a. Database pemanfaatan

Bantuan Proyek Luar Negeri di

sektor industri

1 paket Database Persentase efisiensi waktu pengurusan

administrasi bantuan Proyek LN

75%

385,051

VII. Kebijakan, Iklim Usaha dan

Mutu

Terwujudnya iklim usaha yang kondusif dan

standarisasi mutu yang optimal

96,203,350

Memfasilitasi penerapan

standardisasi

a. Pengembangan Lingkungan

Industri

1 Dokumen

Kebijakan/Peraturan dan

berkurangnya tingkat

emisi 2%/tahun

Rancangan SNI yang diusulkan 600 RSNI 9,958,031

b. Peningkatan Standardisasi

Industri

100 RSNI Penambahan SNI wajib yang diterapkan 50 SNI 8,000,000

c. Meningkatnya pemberlakuan

SNI wajib

5 Permen SNI wajib Perusahaan yang menerapkan Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001-2008 (Pedoman

1000 Perusahaan

d. Meningkatnya hasil litbang yang

dipatenkan

5 Hasil litbang yang

dipatenkan

Mengembangkan R & D di Instansi

dan Industri

Tersusunnya konsepsi dan

koordinasi pelaksanaan

kebijakan dalam rangka

menciptakan iklim perlindungan

industri yang wajar, iklim

pengembangan usaha industri

yang sehat, iklim untuk

mendorong ekspor hasil

industri, serta penelitian dan

pengembangan permode

1 paket laporan Paket koordinasi pelaksanaan kebijakan untuk

menciptakan iklim usaha yang kondusif

1 paket laporan 14,430,755

a. Membaiknya iklim usaha di

sektor industri

30 Kelompok/bidang

Industri

Meningkatnya investasi di sektor industri 60%

b. Meningkatnya investasi di

sektor industri

10 Paket rumusan

kebijakan

Meningkatnya ekspor terhadap industri 60%

c. Efektifitas dan efisiensi

produksi cabang industri

tertentu untuk meningkatkan

daya saing

3 Model sistem pasok,

produksi dan pemasaran

Meningkatnya daya saing industri tertentu 60%

d. Meningkatnya pembangunan

sistem informasi yang

terintegrasi

150 Unit Pengguna Meningkatnya kompetensi SDM 100%

Mengembangkan R & D di Instansi

dan Industri

- Perumusan kebijakan, serta

penelitian dan pengembangan

lingkungan industri, energi dan

diversifikasi hasil riset

- Terdapatnya peta sumber

daya lingkungan hidup energi

baru dan yang terbarukan pada

sektor industri

- Terlaksananya penelitian dan

pengembangan

- Tercapainya tingkat pengurangan emisi CO2

di sektor industri

6,869,500

Page 21 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

a. Tersedianya konsep kelayakan

pengembangan kawasan

ekonomi khusus

1 Rekomendasi usulan

penetapan

Paket Pengembangan Kawasan Ekonomi

Khusus

1 Paket Laporan 1,000,000

b. Meningkatnya pengembangan

kawasan industri berbasis

kompetensi inti

5 Kebijakan teknis Paket Perencanaan Pengembangan Kawasan

Industri berbasis kompetensi inti

5 Paket Kebijakan

Teknis

8,800,000

c. Meningkatnya industri

berwawasan lingkungan

1 Dokumen konsep

Green Industry

Paket Pelaksanaan dan Kriteria Green

Industry di kawasan

1 Paket Pedoman 8,000,000

d. Meningkatnya efisiensi energi di

industri

2 road map konservasi

dan diversifikasi energi

Paket persentase pelaksanaan roadmap dan

konservasi dan diversifikasi energi

80% 1,200,000

e. Terwujudnya pilot project, pusat

inkubator nano teknologi dan

aliansi strategis serta

terpilihnya hasil litbang

teknologi industri bagi dunia

usaha

9 Teknologi

Laporan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan

Tingkat penurunan penyimpangan

pelaksanaan kebijakan industri

Terlaksananya pelayanan teknis

sertifikasi industri

- Jumlah pelayanan teknis yang

dihasilkan

- Jumlah kerjasama dengan

dunia industri

- Jumlah PNBP yang dihasilkan

5 Perusahaan Meningkatnya jumlah pelayanan teknis dan

kerjasama dengan dunia industri. Persentase

pelaksanaan pelayanan teknis dan kerja sama

75%

VIII. Terlaksanannya Tugas,Pokok dan Fungsi di

Internal Kementerian Perindustrian secara

optimal

343,178,869

a. tercapainya peningkatan

kualitas pelaporan

5% Terkoordinasininya penyusunan program

pengembangan sektor industri

90% 26,701,693

b. tercapainya peningkatan

kualitas perencanaan

5% Meningkatnya pengembangan ekonomi industri 90%

a. persentase kenaikan

pangkat/golongan yang tepat

waktu

80% Standar kompetensi SDM aparatur (index) 3 7,360,728

b. rekruitmen pegawai 453 orang SDM aparatur yang kompeten 90%

a. unit status WTP 57 unit status WTP Tingkat penyerapan anggaran 95 % 30,769,712

Tingkat kualitas laporan keuangan (WTP) 100 %

Meningkatkan sistem tata kelola

keuangan dan BMN yang

profesional

Mengoptimalkan evaluasi

pelaksanaan kebijakan dan

efektifitas pencapaian kinerja

industri

- Terlaksananya pelayanan

teknis dan administratif kepada

seluruh satuan organisasi di

lingkungan Badan

- Tercapainya peningkatan

kualitas perencanaan dan

pelaporan

- Terselesaikannya pelaporan

tepat waktu

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya Kementerian Perindustrian

Meningkatnya kualitas

perencanaan

Mengembangkan kemampuan

SDM aparatur yang kompeten

Page 22 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

a. Konsep RUU P3DN, advokasi

perkara hukum, jumlah

peraturan menteri

perindustrian,tersusunya revisi

1 Konsep RUU P3DN,

jumlah peraturan menteri

perindustrian,tersusunya

revisi

Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU,

RPP, R.Perpres/R.Keppres)

9 konsep 8,994,330

b. Konsep Revisi UU

Perindustrian

1 Konsep Revisi UU

Perindustrian

Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan

Menteri

200 peraturan

c. Advokasi Perkara hukum Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan 10%

d. Peraturan Menteri Perindustrian 50 Peraturan Menteri

Perindustrian

Tingkat penurunan penyimpangan

pelaksanaan kebijakan industri

40%

a. jumlah data perusahaan 4000 jumlah data

perusahaan

Membantu dalam penentuan kebijakan industri

yang tepat sasaran

20% 22,698,571

Meningkatnya utilisasi produksi persektor 20%

b. jumlah produk yang telah

terverifikasi (perusahaan)

390 perusahaan Meningkatnya penyerapan APBN terhadap

belanja barang produksi dalam Negeri

6,000,000.00

a. Jumlah pertemuan lintas sektor

/ institusi / lembaga

13 pertemuan lintas

sektor / institusi / lembaga

Tingkat kepuasan pelanggan (index) 4 30,062,368

b. Jumlah pameran 11 pameran

a. Strategic map dan KPI unit

eselon III

40 Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan 10 Laporan

b. Bertambahnya jejaring kerja

antar unit kerja dan instansi

lainnya (MoU)

10 Tingkat penurunan penyimpangan

pelaksanaan kebijakan industri

40 Presentase

Mengkoordinasikan peningkatan

kualitas lembaga pendidikan dan

pelatihan serta kewirausahaan

a. Meningkatnya pengetahuan,

keterampilan, sikap perilaku

SDM Industri

14330 orang SDM

industrial telah mengikuti

diklat

Instruktur yang bersertifikat 100 16,899,715

b. Pendidikan untuk mendukung

pengembangan kompetensi inti

daerah

9 unit penyelenggaraan

pendidikan sesuai

kompetensi inti daerah

Jurusan pada lembaga pendidikan dan

lembaga diklat yang terakreditasi

24 600,000

c. Penguatan kelembagaan

pelatihan dan pendidikan

Peningkatan sarana dan

prasarana lembaga diklat

dan tata kelola

manajemen yang baik

19,162,663

d. Terciptanya SDM industri

terampil siap kerja

7150 orang ulusan SDM

terampil

37,205,106

e. Terciptanya SDM industri ahli

madya sesuai dengan

kebutuhan industri

7670 orang Lulusan SDM

ahli madya

66,294,866

Mempersiapkan dan/atau

Menetapkan Rencana dan

Kebijakan Industri

Mengoptimalkan evaluasi

pelaksanaan kebijakan dan

efektifitas pencapaian kinerja

industri

Membangun sistem informasi

yang terintegrasi & handal

Meningkatkan kualitas pelayanan

publik

Mengoptimalkan evaluasi

pelaksanaan kebijakan dan

efektifitas pencapaian kinerja

industri

Page 23 of 24

Anggaran

Sasaran (Ribu Rupiah)

(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)

Target

(5)

NO Program Utama

Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome

Uraian Target Uraian

f. Meningkatnya pengetahuan,

keterampilan, dan sikap

perilaku SDM aparatur

13260 orang SDM

aparatur telah mengikuti

diklat

21,079,708

g. Meningkatnya pelayanan Diklat

SDM Industri

Indek kepuasan

pelanggan meningkat

(skala 1 - 5)

41,605,309

h. Meningkatnya produktivitas

SDM

SDM aparatur yang

meningkat

produktivitasnya

149,100

Peningkatan Kemampuan Intelejen

Industri dan Teknologi di Lingkup

Internasional

a. Jumlah Atase 4 5,300,000

IX. Program Peningkatan Sarana

dan Prasarana Aparatur

Tersedianya dan terpeliharanya sarana dan

prasarana di lingkungan Kementerian

Perindustrian secara baik.

8,162,600

a. Terkelolanya sarana prasarana

kerja

Tersedianya sarana

prasarana kerja yang

memadai

Sarana prasarana kerja terkelola dengan baik 8,162,600

b. Tersedianya peralatan

maintenance

Jumlah peralatan

maintenance

X. Terkawalnya jalannya tugas,pokok dan fungsi

Kementerian Perindustrian agar sesuai dengan

perencanaan

19,908,000

Tercapainya efektifitas pengawasan

dan akuntabilitas pengawasan

terhadap kinerja pada unit vertikal,

Dekonsentrasi dan tugas

pembantuan di Wilayah-Wilayah

Tersebut

a. Terlaksananya Pengawasan

Kinerja, Monev Pengembangan

Industri, reviu Lap

Keuangan/BMN dan

Pemeriksaan Khusus oleh

Inspektorat I, II, III, dan IV

Pengawasan Kinerja

terhadap 167 unit

kerja/satker, Monev

Pengembangan Industri

terhadap 33 satker, reviu

Lap Keuangan/BMN

terhadap 47 unit

kerja/satker dan

terselesaikannya

Pemeriksaan Khusus oleh

Inspektorat I, II, III, dan IV

Efektifitas pengawasan dan akuntabilitas

pengawasan terhadap kinerja pada unit

vertikal, Dekonsentrasi dan tugas pembantuan

di Wilayah-Wilayah Tersebut dapat tercapai

100% 19,908,000

Memfasilitasi Kegiatan Pengawasan

dan Dukungan Teknis Inspektorat

Jenderal

b. Terfasilitasinya kegiatan

pengawasan dan dukungan

teknis Inspektorat Jenderal.

Terselenggaranya

kegiatan pengawasan dan

dukungan teknis

Inspektorat Jenderal.

Kegiatan Pengawasan dan Dukungan Teknis

Inspektorat Jenderal dapat terfasilitasi

100%

1,665,116,721

Terkelolanya sarana prasarana kerja

Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara

Kementerian Perindustrian

Page 24 of 24

Lampiran 3 PENERIMA PENGHARGAAN

UPAKARTI TAHUN 2010

PENERIMA UPAKARTI TAHUN 2010

NO. NAMA LOKASI / PERUSAHAAN

I. KATEGORI JASA PENGABDIAN

1. Hj. Sjarifah Rosemawatie Daria Kab. Lingga, Kepulauan Riau

2. I. N. Widiartha Mahayasa Kupang, Nusa Tenggara Timur

3. Gusti Kade Djaya Wirata, SE Kabupaten Tabanan, Bali

4. Pastor Jacques Maessen, SMM. Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat

5. Hj. Sendy Yusuf, ST Bandung, Jawa Barat

II. KATEGORI JASA PELESTARIAN

1. Mateus Ala Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat

2. Uswatun Chasanah Kabupaten Tuban, Jawa Timur

3. M. Riva’I Navis Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat

4. Sandiyo, SE Kabupaten Klaten, Jawa Tengah

5. Santoso Hartono Kabupaten Rembang, Jawa Tengah

III. KATEGORI JASA KEPELOPORAN

1. PT. SUWASTAMA Kota Surakarta, Jawa Tengah

2. BEST LADY Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah

3. ASKARA ART GALLERY Bengkulu

4. H. Ade Hikmat Nugraha Kota Sukabumi, Jawa Barat

5. UD. BINTANG SORAYA Kota Palu, Sulawesi Tengah

IV. KATEGORI JASA KEPEDULIAN

1. Drs. H. Deddy Soepardi, MM. Kabupaten Cirebon, Jawa Barat

2. Ir. H. Darmansyah Husein Kabupaten Belitung, Bangka Belitung

3. Drs. H. Burhanuddin Husin, MM. Kabupaten Kampar, Riau

4. Dr. H. Lukman Abunawas, SH, M.Si. Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara

5. Drs. H. Longki Djanggola, M.Si Kabupaten Parigi Muotong, Sulawesi Tengah

V. KATEGORI IKM MODERN

1. PT. SARANDI KARYA NUGRAHA Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

2. PD. MITRA SUKSES ENGINEERING INDONESIA

Kota Pasuruan, Jawa Timur

3. CV. KARYA BARU Kabupaten Lampung Timur, Lampung

4. PT. MANGKUPALAS MITRA MAKMUR Kel. Mesjid Samarinda, Kalimantan Timur

5. PT. WIEDA SEJAHTERA Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta

Lampiran 4

PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS

PERSPEKTIF STAKEHOLDERS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

TAHUN 2010

1. 4.99 5.09 102.00

2. 23.92 21.55 90.09

1. 35 21.72 62.06

1. 250,000 212,378 84.95

1. 250 157 62.80

2. 50 99 198.00

1. 2.75 3.74 136.00

2. 4.00 3.05 76.25

1. 34,178.4 29,256.03 85.60

1. 6.5 2.09 32.15

2. 13 1.46 11.23

Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan permesinan

Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja

Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan ekonomi nasional

Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil

PENGUKURAN KINERJA PERSPEKTIF STAKEHOLDERS

KEMENTERIAN : PERINDUSTRIANTAHUN ANGGARAN : 2010

Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri

Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif

Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri

Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri

Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah

Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional

Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional

Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri

Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Tingginya nilai tambah industri

Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri

Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB

Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri

Tersebarnya pembangunan industri

Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2010 : Rp 1.684.616.721Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun 2010 : Rp 1.422.216.526

Tumbuhnya Industri Dasar Hulu (Logam dan Kimia)

Target Realisasi %

Lampiran 5

PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS

PERSPEKTIF PELAKSANAAN TUGAS POKOK

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010

1. 2 5 250.00

2. 40 52 130.00

1. 1 1 100.00

1. 32 35 109.38

2. 15 18 120.00

3. 35 35 100.00

1. 10 30 300.00

2. 300 172 57.33

1. 18 98 544.44

1. 220 207 94.09

2. 10 6 60.00

1. 80 71.56 89.45

2. 600 1184 197.33

PENGUKURAN KINERJA PERSPEKTIF PELAKSANAAN TUGAS POKOK

KEMENTERIAN : PERINDUSTRIANTAHUN ANGGARAN : 2010

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %

Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Kebijakan Produk Hukum Industri

Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/R.Keppres)

Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri

Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan

Renstra 2010 -2014 & RENJA

Menetapkan peta panduan pengembangan industri Peta Panduan Pengembangan klaster Industri prioritas

Peta panduan industri unggulan provinsi

Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota

Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri Rekomendasi usulan insentif

Perusahaan industri yang memperoleh insentif

Memfasilitasi pengembangan industri

Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan Kekayaan intelektual

Mengembangkan R & D di instansi dan industri

Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan

Tingkat utilisasi kapasitas produksi

Produk HKI yang dikomersialkan (Paten)

Perusahaan yang mendapatkan HKI

Kerjasama R&D instansi dengan industri

3. 40 2 5.00

4. 5 13 260.00

1. 5160 2074 40.19

1. 120 101 84.17

2. 10 38 380.00

3. 200 421 210.50

1. 4 3.6 90.00

1. 20 23 115.00

2. 4 5 125.00

1. 60 75.59 125.98

2. 57 57 100.00

1. 10 10 100.00

2. 40 38.52 96.30

Target Realisasi %

Memfasilitasi pengembangan industri

Memfasilitasi penerapan standardisasi

Memfasilitasi promosi industri

Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2010 : Rp 1.684.616.721Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun 2010 : Rp 1.422.216.526

Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi

Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan

Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku

Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Rancangan SNI yang diusulkan

Perusahaan mengikuti seminar/konfrensi, pameran, misi dagang/investasi

Perjanjian kerjasama Internasional

Meningkatkan kualitas pelayanan publik

Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja

Tingkat Penurunan penyimpangan minimal

Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan

Instruktur yang bersertifikat

Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri

Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja industri

Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf

Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 (Pedoman BSN10 dan GKM)

Penambahan SNI wajib yang diterapkan

Tingkat kepuasan pelanggan