analisis akuntabilitas dan transparansi - Repository IAIN ...
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN ...
LLLAAAPPPOOORRRAAANNN KKKEEEGGGIIIAAATTTAAANNN
WWWOOORRRKKKSSSHHHOOOPPP PPPEEENNNGGGEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN KKKUUUAAALLLIIITTTAAASSS
SSSDDDMMM PPPEEERRREEENNNCCCAAANNNAAA (((MMMOOOTTTIIIVVVAAASSSIII BBBEEERRRPPPRRREEESSSTTTAAASSSIII)))
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2011
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
TAHUN 2010
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 i
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian ini disusun
sebagai pertanggungjawaban kinerja Kementerian Pertindustrian pada tahun 2010.
Hal ini sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dimana pimpinan
Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pemerintah Daerah, Satuan
Kerja atau Unit Kerja didalamnya, diminta untuk membuat laporan akuntabilitas
kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada pimpinan yang
lebih tinggi.
Dalam Rencana Stratejik Kementerian Perindustrian 2010-2014, telah
dijabarkan Visi jangka menengah Kementerian, yakni “Pemantapan daya saing
basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar
industri andalan masa depan”. Visi dimaksud telah dituangkan pada Misi,
Tujuan, dan Sasaran yang akan dicapai pada tahun 2014.
Secara umum gambaran pencapaian kinerja makro sektor industri pada
tahun 2010, adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan sektor industri non migas tahun 2010 mencapai 5,09 persen;
2. Kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto untuk industri
pengolahan tahun 2010 sebesar 24,82 persen dan industri pengolahan non
migas sebesar 21,55 persen.
3. Pertumbuhan Investasi PMDN hingga triwulan III Tahun 2010 di sektor
industri mencapai Rp. 16,58 triliun dengan jumlah proyek sebanyak 365
proyek dan PMA sebesar US$ 2,513 miliar dengan jumlah proyek
sebanyak 829 proyek.
4. Ekspor hasil industri non migas tahun 2010 mencapai US$ 98,02 milyar,
dan impor tahun 2010 mencapai US$ 101,12 miliar.
Pada tahun 2010 cabang industri yang hampir semua mengalami
pertumbuhan positif, antara lain: Alat Angkut, Mesin & Peralatannya tumbuh
sebesar 10,35 persen; Pupuk, Kimia & Barang dari karet tumbuh sebesar 4,67
Ringkasan Eksekutif
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 ii
persen; Barang lainnya tumbuh sebesar 2,98 persen; Makanan, Minuman dan
Tembakau tumbuh sebesar 2,73 persen; Logam Dasar Besi & Baja tumbuh
sebesar 2,56 persen; Semen & Brg. Galian bukan logam tumbuh sebesar 2,16
persen; Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki tumbuh sebesar 1,74 persen; Kertas dan
Barang cetakan tumbuh sebesar 1,64 persen; dan hanya industri Brg. kayu & Hasil
hutan lainnya yang mengalami penurunan sebesar -3,50 persen.
Kontribusi sektor industri terhadap pembentukan PDB industri non migas
mencapai 21,55 persen dengan urutan distribusi per cabang industri sebagai
berikut: industri makanan, minuman dan tembakau (33,60 persen); industri alat
angkut, mesin dan peralatan (28,14 persen); industri pupuk, kimia dan barang dari
karet (12,73 persen), industri tekstil, barang kulit dan alas kaki (8,97 persen),
industri barang kayu dan hasil hutan (5,82 persen) industri kertas dan barang
cetakan (4,75 persen), industri semen dan barang galian non logam (3,29 persen),
industri logam dasar, besi dan baja (1,95 persen), dan industri barang lain hanya
(0,76 persen).
Pertumbuhan industri pada tahun 2010 telah jauh lebih baik dibanding
tahun 2009 pada saat industria terkena dampak krisis global. Tahun 2010 sektor
industri dapat melampaui target pertumbuhan industri sebesar 4,99 persen. Hal ini
terlihat bahwa sektor-sektor industri telah mulai pulih dari krisis global tahun
2009. Tentunya kita berharap bahwa tahun mendatang menjadi tahun titik balik
bagi dunia industri untuk dapat lebih maju lagi.
Langkah-langkah operasional yang telah ditempuh dalam pencapaian
sasaran 2010 meliputi melalui: perumusan kebijakan; pelayanan dan fasilitasi;
serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi yang dilakukan lewat. Dimana
langkah-langkah operasional tersebut di laksanakan melalui Sembilan program,
diantaranya (i) Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis
Manufaktur yang bertujuan untuk memulihkan kinerja industri yang terdampak
krisis finansial global, khususnya industri yang melakukan ekspor ke Eropa dan
Amerika Serikat; (ii) Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro yang
bertujuan untuk memulihkan kinerja industri-industri yang terkena dampak krisis
finansial global yang mengimbas pada industri-industri yang melakukan ekspor ke
Ringkasan Eksekutif
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 iii
berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat; (iii) Program Penumbuhan
Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi yang bertujuan untuk
menumbuhkan industri yang utamanya diarahkan pada penguasaan pasar ekspor;
(iv) Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah yang
bertujuan untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi
teknis di bidang pengembangan IKM, meningkatkan nilai tambah produk,
menumbuhkan populasi IKM, memanfaatkan sumber daya termasuk SDA daerah
secara optimal, mengembangkan OVOP, menyebarkan industri ke berbagai
daerah, meningkatkan daya saing industri di daerah, meningkatkan nilai tambah
sepanjang rantai nilai komoditi, prioritas, membangun keunikan yang dimiliki
daerah, melakukan kerjasama antar daerah, serta membangun kerjasama yang
harmonis antar daerah dan pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah;
(v) Program Pengembangan Perwilayahan Industri yang bertujuan untuk
mendorong pelaksanaan public-private partnership dan pengembangan kawasan
industri serta mempersiapkan peta panduan industri unggulan provinsi dan
kompetensi inti industri kabupaten/kota; (vi) Program Kerjasama Industri
Internasional yang bertujuan untuk menciptakan penyelenggaraan kerjasama
industri internasional secara optimal; (vii) Program Pengkajian Kebijakan, Iklim
dan Mutu Industri yang bertujuan untuk mewujudkan iklim usaha dan kebijakan
yang kondusif melalui perumusan dan analisa kebijakan dan iklim di sektor
industri, pelaksanaan kebijakan dan iklim di bidang penelitian dan pengembangan
industri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta untuk
meningkatkan kemampuan industri dalam menciptakan, mengembangkan,
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam uji komersialisasi hasil
penelitian dan pengembangan, rancangan produk baru, proses produksi, energi
terbarukan, lingkungan hidup, dan tenaga kerja serta sarana dan prasarana industri
sebagai faktor pendukung berhasilnya pembangunan industri; (viii) Program
Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara Kementerian
Perindustrian yang bertujuan untuk menjamin agar pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi Kementerian Perindustrian berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan
peraturan perundang-undangan, mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang
efektif, efisien, trasnparan, akuntabel, bersih dan bebas dari KKN, serta
Ringkasan Eksekutif
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 iv
mewujudkan Good Governance dan Clean Government; (ix) Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perindustrian
yang bertujuan untuk memberikan dukungan manajemen terhadap pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dalam hal persiapan internal;
(x) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian
Perindustrian yang bertujuan untuk memberikan dukungan dalam bidang
penyediaan maupun pemeliharaan sarana dan prasarana yang diperlukan
Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar
dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan nyaman bagi para pemangku
kepentingan. Hasil lebih rinci secara keseluruhan tergambar dalam Laporan
Akuntabilitas Kinerja 2010 ini.
Secara garis besar Kementerian Perindustrian telah berhasil melaksanakan
tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian kinerja
Kementerian Perindustrian tahun 2010 dengan capaian rata-rata sasaran strategis
perspektif pelaksanaan tugas pokok sebesar 155.70 persen. Sedangkan capaia rata-
rata sasaran strategis perspektif pemangku kepentingan (stakeholders) mencapai
83.84 persen. Seluruh sasaran yang ditetapkan dapat dicapai, meskipun belum
semuanya menunjukkan hasil sebagaimana yang ditargetkan. Keberhasilan
pencapaian sasaran Kementerian Perindustrian disamping ditentukan oleh kinerja
faktor internal juga ditentukan oleh dukungan eksternal, seperti kerjasama dengan
institusi terkait.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010
KATA PENGANTAR
Untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good Governance)
dengan tingkat kinerja yang selalu meningkat bentuk perwujudannya dapat
dilakukan melalui pertanggungjawaban. Seperti yang telah diamanatkan dalam Tap.
MPR RI No. XI/MPR/1998 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme,
dibutuhkan suatu bentuk pertanggungjawaban terkait pengembangan dan penerapan
sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata secara periodik.
Pemerintah, melalui Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) sebagai tindak lanjut Tap MPR RI
dan Undang-Undang tersebut, mewajibkan tiap pimpinan Departemen/ Lembaga
Pemerintahan Non Departemen, Pemerintah Daerah, Satuan Kerja atau Unit Kerja di
dalamnya, membuat laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala
untuk disampaikan kepada atasannya. Serta sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010
tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah bahwa peraturan tersebut sebagai acuan setiap instansi
dalam menyusun dokumen Penetapan Kinerja dan LAKIP.
Sebagai gambaran keberhasilan dan ketidaktercapaian pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi selama periode tahun 2010, Kementerian Perindustrian menyusun
Laporan Akuntabilitas Kinerja. Diharapkan laporan ini dapat menjadi bahan masukan
bagi pemangku kepentingan dan umpan balik bagi jajaran Kementerian Perindustrian
untuk meningkatkan kinerja masing-masing satuan unit di masa yang akan datang,
khususnya untuk tahun 2011 yang sedang berjalan ini.
Jakarta, 15 Maret 2011
MENTERI PERINDUSTRIAN
MOHAMAD S. HIDAYATv
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN EKSEKUTIF i
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi I - 1
B. Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian I - 1
C. Peran Stratejik Kementerian Perindustrian I - 6
BAB II : PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. Rencana Strategis 2010 - 2014 II - 1
B. Rencana Kinerja Tahun 2010 II - 13
C. Penetapan Kinerja Tahun 2010 II – 19
D. Rencana Anggaran II - 23
BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA PERINDUSTRIAN
A. Gambaran Umum Akuntabilitas Kinerja Tahun 2010-2014 III - 1
B. Analisis Capaian Kinerja Makro Sektor Industri III - 10
C. Analisis Capaian Kinerja Sasaran Strategis Perspektif
Stakeholders Tahun
III - 22
D. Analisis Capaian Kinerja Sasaran Strategis Perspektif
Pelaksanaan Tugas Pokok Tahun 2010
III - 40
E. Analisis Capaian Kinerja Pengembangan Klaster Industri III - 57
F. Akuntabilitas Keuangan III – 92
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan IV - 1
B. Permasalahan dan Kendala IV - 2
C. Rekomendasi IV - 4
L A M P I R A N
vi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI
Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan
Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia,
Kementerian Perindustrian berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Kementerian Perindustrian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang
perindustrian dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara.
Kementerian Perindustrian dipimpin oleh Menteri Perindustrian dan
dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wakil Menteri Perindustrian. Dalam
melaksanakan tugas, Kementerian Perindustrian menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang perindustrian;
2. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Perindustrian;
3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perindustrian;
4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Perindustrian di daerah; dan
5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
B. PERAN STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional tersebut tercermin
dari dampak kegiatan ekonomi sektor riil bidang industri dalam komponen
konsumsi maupun investasi. Dari hal ini sektor industri berperan sebagai pemicu
kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai sektor
jasa keteknikan, penyediaan bahan baku, transportasi, distribusi atau perdagangan,
pariwisata dan sebagainya. Pembangunan sektor industri menjadi sangat penting
P e n d a h u l u a n
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 I - 2
karena kontribusinya terhadap pencapaian sasaran pembangunan ekonomi
nasional, terutama dalam pembentukan PDB sangat besar dan berperan dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi (prime mover) karena kemampuannya dalam
peningkatan nilai tambah yang tinggi. Selain itu industri juga dapat membuka
peluang untuk menciptakan dan memperluas lapangan pekerjaan, yang berarti
meningkatkan kesejahteraan serta mengurangi kemiskinan. Walau telah dicapai
berbagai perkembangan yang cukup penting dalam pengembangan industri,
namun dirasakan industri belum tumbuh seperti yang diharapkan. Permasalahan
Pembangunan Nasional yang sedang dihadapi bangsa Indonesia dan memerlukan
upaya penanganan yang terstruktur dan berkelanjutan, di antaranya meliputi:
1. Tingginya angka pengangguran dan kemiskinan.
2. Rendahnya pertumbuhan ekonomi.
3. Melambatnya perkembangan ekspor Indonesia.
4. Lemahnya sektor infrastruktur.
5. Tertinggalnya kemampuan nasional di bidang teknologi.
Sementara itu, terdapat berbagai permasalahan pokok yang sedang
dihadapi dalam mengembangkan sektor industri, yaitu: Pertama, ketergantungan
yang tinggi terhadap impor baik berupa bahan baku, bahan penolong, barang
setengah jadi maupun komponen. Kedua, keterkaitan antara sektor industri dengan
ekonomi lainnya relatif masih lemah. Ketiga, struktur industri hanya didominasi
oleh beberapa cabang industri yang tahapan proses industrinya pendek. Keempat,
lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi. Kelima, lebih dari 60 persen sektor
industri terletak di Pulau Jawa. Keenam, masih lemahnya kemampuan kelompok
industri kecil dan menengah.
Dalam mengatasi permasalahan dalam mengembangkan sektor industri,
isu-isu strategis lima tahun yang akan datang hasil temu nasional di bidang
perekonomian sebagai prioritas Kabinet Indonesia Bersatu II adalah sebagai
berikut:
1. Pembangunan Infrastruktur;
2. Ketahanan Pangan;
3. Ketahanan Energi;
P e n d a h u l u a n
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 I - 3
4. Pengembangan UMKM;
5. Revitalisasi Industri dan Jasa;
6. Pembangunan Transportasi.
Sebagai bagian dari pembangunan nasional, pembangunan sektor industri
dituntut untuk mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap pembangunan
ekonomi maupun sosial politik. Oleh karenanya, dalam penentuan tujuan
pembangunan industri di masa depan, baik jangka menengah maupun jangka
panjang, bukan hanya ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di
sektor industri, tetapi juga harus mampu mengatasi permasalahan nasional.
Dengan memperhatikan masalah nasional dan masalah yang sedang
dihadapi oleh sektor industri, serta untuk mendukung keberhasilan prioritas Kabinet
Indonesia Bersatu, maka telah ditetapkan proses yang harus dilakukan dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dan yang
dikelompokkan ke dalam: (1) perumusan kebijakan; (2) pelayanan dan fasilitasi;
serta (3) pengawasan, pengendalian, dan evaluasi yang secara langsung
menunjang pencapaian sasaran-sasaran strategis yang telah ditetapkan, disamping
dukungan kapasitas kelembagaan guna mendukung semua proses yang akan
dilaksanakan.
Pada dasarnya pembangunan sektor industri diserahkan kepada peran
aktif sektor swasta, sementara pemerintah lebih banyak berperan sebagai
fasilitator yang mendorong dan memberikan berbagai kemudahan bagi aktivitas-
aktivitas sektor swasta. Intervensi langsung Pemerintah dalam bentuk investasi
dan layanan publik hanya dilakukan bila mekanisme pasar tidak dapat
berlangsung secara sempurna. Arah kebijakan dalam Rencana Strategis mencakup
beberapa hal pokok sebagai berikut:
1. Merevitalisasi sektor industri dan meningkatkan peran sektor industri dalam
perekonomian nasional.
2. Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai dengan prioritas
nasional dan kompetensi daerah.
3. Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah agar terkait dan lebih
seimbang dengan kemampuan industri skala besar.
P e n d a h u l u a n
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 I - 4
4. Mendorong pertumbuhan industri di luar pulau Jawa.
5. Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor pembangunan yang lain dalam
mendukung pembangunan industri nasional.
C. STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 105/M-IND/PER/10/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, Kementerian
Perindustrian terdiri atas Wakil Menteri Perindustrian, 9 (sembilan) unit eselon I
dan 3 (tiga) Staf Ahli Menteri sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian
Tugas Pokok masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut:
1. Wakil Menteri Perindustrian
Mempunyai tugas membantu Menteri Perindustrian dalam memimpin
pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian. Wakil Menteri diangkat pada
tanggal 10 November 2009 melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 111/M Tahun 2009 guna memperlancar pelaksanaan tugas Menteri
yang memerlukan penanganan khusus sesuai ketentuan pasal 10 Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.
P e n d a h u l u a n
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 I - 5
2. Sekretariat Jenderal
Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan
dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di
Iingkungan Kementerian Perindustrian. Sekretariat Jenderal terdiri dari 5
(lima) biro, yaitu Biro Perencanaan, Biro Kepegawaian, Biro Keuangan, Biro
Hukum dan Organisasi, serta Biro Umum.
3. Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang basis industri manufaktur. Direktorat Jenderal
Basis Industri Manufaktur terdiri atas 5 (lima) unit eselon II, yaitu
Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Industri Material Dasar Logam;
Direktorat Industri Kimia Dasar; Direktorat Industri Kimia Hilir; dan
Direktorat Industri Tekstil dan Aneka.
4. Direktorat Jenderal Industri Agro
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang industri agro. Direktorat Jenderal Industri Agro
terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal;
Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan; Direktorat Industri
Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan; dan Direktorat Industri Minuman dan
Tembakau.
5. Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang industri unggulan berbasis teknologi tinggi.
Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi terdiri atas
5 (lima) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat
Industri Alat Transportasi Darat; Direktorat Industri Maritim,
Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan; Direktorat Industri Elektronika dan
Telematika; dan Direktorat Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian.
P e n d a h u l u a n
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 I - 6
6. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah
Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
industri kecil dan menengah. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan
Menengah terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat
Jenderal; Direktorat Industri Kecil dan Menengah Wilayah I; Direktorat
Industri Kecil dan Menengah Wilayah II; dan Direktorat Industri Kecil dan
Menengah Wilayah III.
7. Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri
Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
pengembangan perwilayahan industri. Direktorat Jenderal Pengembangan
Perwilayahan Industri terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat
Direktorat Jenderal; Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah I;
Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah II; dan Direktorat
Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah III.
8. Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional
Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
kerja sama industri internasional. Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri
Internasional terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat
Jenderal; Direktorat Kerja Sama Industri Internasional Wilayah I dan
Multilateral; Direktorat Kerja Sama Industri Internasional Wilayah II dan
Regional; dan Direktorat Ketahanan Industri.
9. Inspektorat Jenderal
Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di
Iingkungan Kementerian Perindustrian. Inspektorat Jenderal terdiri atas 5
(lima) unit eselon II, yaitu Sekretariat Inspektorat Jenderal; Inspektorat I;
Inspektorat II; Inspektorat III; dan Inspektorat IV.
P e n d a h u l u a n
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 I - 7
10. Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, Dan Mutu Industri
Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri mempunyai tugas
melaksanakan penelitian dan pengkajian serta penyusunan rencana kebijakan
makro pengembangan industri jangka menengah dan panjang, kebijakan
pengembangan klaster industri prioritas serta iklim dan mutu industri. Badan
Pengkajian Kebijakan, Iklim, Dan Mutu Industri terdiri dari 5 (lima) unit
eselon II, yaitu Sekretariat Badan; Pusat Standardisasi; Pusat Pengkajian
Kebijakan dan Iklim Usaha Industri; Pusat Pengkajian Industri Hijau dan
Lingkungan Hidup; dan Pusat Pengkajian Teknologi dan Hak Kekayaan
Intelektual.
11. Staf Ahli Menteri
Adalah unsur pembantu Menteri di bidang keahlian tertentu, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Staf Ahli Menteri
mempunyai tugas memberi telaahan kepada Menteri mengenai masalah
tertentu sesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas
Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal, Badan dan Inspektorat Jenderal.
Staf Ahli Menteri terdiri atas Staf Ahli Bidang Penguatan Struktur Industri;
Staf Ahli Bidang Pemasaran dan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam
Negeri; dan Staf Ahli Bidang Sumber Daya Industri dan Teknologi.
Di samping itu, untuk menunjang pelaksanaan tugas Kementerian,
terdapat 3 (tiga) unit eselon II (Pusat) yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal, yaitu:
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri (Pusdiklat Industri)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri yang selanjutnya disebut Pusdiklat
Industri adalah unsur pendukung pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perindustrian
melalui Sekretaris Jenderal. Pusdiklat Industri dipimpin oleh seorang Kepala
dan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengembangan pendidikan
dan pelatihan sumber daya manusia aparatur dan sumber daya manusia industri.
P e n d a h u l u a n
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 I - 8
2. Pusat Data dan Informasi (Pusdatin)
Pusat Data dan Informasi yang selanjutnya disebut Pusdatin adalah unsur
pendukung pelaksanaan tugas Kementerian yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal. Pusdatin
dipimpin oleh seorang Kepala dan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan
dan pengelolaan sistem informasi, manajemen data, serta pelayanan data dan
informasi industri.
3. Pusat Komunikasi Publik
Pusat Komunikasi Publik adalah unsur pendukung pelaksanaan tugas
Kementerian Perindustrian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Perindustrian melalui Sekretaris Jenderal. Pusat Komunikasi Publik
dipimpin oleh Kepala dan mempunyai tugas melaksanakan hubungan antar
lembaga, pemberitaan, publikasi, dan informasi pelayanan publik.
Dalam menunjang pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian untuk
membangun dan memajukan sektor industri, dengan tercapainya sasaran strategis
perspektif pelaksanaan tugas pokok dan perspektif Stakeholders dibutuhkan SDM.
Untuk mewujudkan SDM Industri dan aparatur yang professional maka langkah-
langkah yang dilakukan adalah meningkatkan penerapan kode etik dan
peningkatan disiplin dan budaya kerja pegawai, melakukan pengembangan sistem
rekruitmen pegawai,peningkatan kualitas kemampuan dan pengetahuan SDM
Industri (kuantitas dan kualitas). Dengan jumlah pegawai sebanyak 6271 pegawai,
diharapkan dapat mencapai target yang telah di tetapkan oleh Kementerian
Perindustrian. Untuk lebih jelas jumlah dan kualifikasi pegawai Kementerian
Perindustrian dapat dilihat pada Lampiran1.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 1
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. RENCANA STRATEGIS 2010 - 2014
1. VISI
Visi Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang (2025) adalah
Membawa Indonesia pada tahun 2025 untuk menjadi Negara Industri
Tangguh Dunia yang bercirikan:
1. Industri kelas dunia;
2. PDB sektor Industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar Jawa;
3. Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan
pasar.
Untuk menuju Visi tersebut, dirumuskan Visi tahun 2020 yakni
Tercapainya Negara Industri Maju Baru sesuai dengan Deklarasi Bogor
tahun 1995 antar para kepala Negara APEC. Sebagai Negara Industri Maju
Baru, Indonesia harus mampu memenuhi beberapa kriteria dasar antara lain:
1. Kemampuan tinggi untuk bersaing dengan Negara industri lainnya;
2. Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi perekonomian nasional;
3. Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah dengan Industri
Besar;
4. Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu dan hilir
kuat, keterkaitan antar skala usaha industri kuat);
5. Jasa industri yang tangguh.
Berdasarkan Visi tahun 2020, kemampuan Industri Nasional diharapkan
mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu menjadi basis kekuatan
ekonomi modern secara struktural, sekaligus wahana tumbuh-suburnya ekonomi
yang berciri kerakyatan.
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 2
Visi tersebut di atas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun sampai
dengan 2014 yakni:
2. MISI
Dalam rangka mewujudkan visi 2025 di atas, Kementerian
Perindustrian sebagai institusi pembina Industri Nasional mengemban misi
sebagai berikut:
1. Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat;
2. Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional;
3. Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi
masyarakat;
4. Menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi
nasional;
5. Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan
wawasan budaya masyarakat;
6. Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan
penciptaan rasa aman masyarakat;
7. Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui
pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan,
pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab
sosial yang tinggi.
Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, misi tersebut dijabarkan dalam
misi lima tahun sampai dengan 2014 sebagai berikut:
1. Mendorong peningkatan nilai tambah industri;
2. Mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan
internasional;
3. Mendorong peningkatan industri jasa pendukung;
4. Memfasilitasi penguasaan teknologi industri;
“Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan”
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 3
5. Memfasilitasi penguatan struktur industri;
6. Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar pulau Jawa;
7. Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB.
3. TUJUAN
Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan nasional,
oleh sebab itu pembangunan industri harus diarahkan untuk menjadikan
industri mampu memberikan sumbangan berarti bagi pembangunan ekonomi,
sosial dan politik Indonesia. Pembangunan sektor industri, tidak hanya
ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri
yang disebabkan oleh melemahnya daya saing dan krisis global yang melanda
dunia saat ini saja, melainkan juga harus mampu turut mengatasi
permasalahan nasional, serta meletakkan dasar-dasar membangun industri
andalan masa depan.
Secara kuantitatif peran industri ini harus tampak pada kontribusi
sektor industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB), baik kontribusi sektor
industri secara keseluruhan maupun kontribusi setiap cabang industri. Maka
dijabarkan tujuannya adalah kokohnya basis industri manufaktur dan
industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian
nasional.
4. SASARAN
Untuk mewujudkan pencapaian tujuan di atas, maka perlu dirumuskan
sasaran-sasaran yang sifatnya kuantitatif sehingga mudah untuk diukur
keberhasilan pencapaiannya.
Kondisi sektor industri pada lima tahun yang akan datang tidak bisa
dilepaskan dari keadaan perekonomian dalam negeri saat ini dan proyeksinya
untuk lima tahun mendatang. Seperti telah dijelaskan, ada keinginan kuat
untuk lebih meningkatkan peran Industri Kecil dan Industri Menengah di
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 4
semua cabang industri. Untuk itu diharapkan terjadi peningkatan peran
Industri Kecil dan Menengah mulai dari tahun 2009 sampai ke tahun 2014.
Target pertumbuhan setiap cabang industri yang ingin dicapai dalam
peningkatan daya saing industri manufaktur pada periode 2010-2014 adalah
sebagai berikut:
1. Cabang Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau
Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan
tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai
sebesar 8,41 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun
2010 sebesar 6,64 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun
2014 yaitu sebesar 10,40 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat
disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar
dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK
ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%.
2. Cabang Industri Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki
Target pertumbuhan untuk cabang industri tekstil, barang kulit, dan
alas kaki rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai
sebesar 3,84 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun
2010 sebesar 2,15 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun
2014 yaitu sebesar 5,60 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang
dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi
kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar
50% dan IB sebesar 50%.
3. Cabang Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan lainnya
Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan
tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai
sebesar 2,94 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun
2010 sebesar 1,75 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun
2014 yaitu sebesar 3,90 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang
dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 5
kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar
50% dan IB sebesar 50%.
4. Cabang Industri Kertas dan Barang Cetakan
Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan
tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai
sebesar 5,04 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun
2010 sebesar 4,60 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun
2014 yaitu sebesar 5,58 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang
dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi
kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar
50% dan IB sebesar 50%.
5. Cabang Industri Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet
Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan
tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai
sebesar 6,30 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun
2010 sebesar 5,00 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun
2014 yaitu sebesar 8,30 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang
dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi
kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar
50% dan IB sebesar 50%.
6. Cabang Industri Semen dan Barang Galian bukan Logam
Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan
tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai
sebesar 4,19 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun
2010 sebesar 3,25 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun
2014 yaitu sebesar 5,30 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang
dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi
kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar
50% dan IB sebesar 50%.
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 6
7. Cabang Industri Logam Dasar, Besi dan Baja
Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan
tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai
sebesar 4,03 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun
2010 sebesar 2,75 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun
2014 yaitu sebesar 5,50 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang
dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi
kontribusi diharapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50%
dan IB sebesar 50%.
8. Cabang Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya
Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan
tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai
sebesar 7,34 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun
2010 sebesar 4,00 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun
2014 yaitu sebesar 10,20 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat
disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar
dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK
ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%.
9. Cabang Industri Barang Lainnya
Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan
tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai
sebesar 6,00 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun
2010 sebesar 5,18 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun
2014 yaitu sebesar 6,80 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang
dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi
kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar
50% dan IB sebesar 50%.
Untuk lebih jelasnya, target laju pertumbuhan setiap cabang industri selama
periode 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 7
Tabel 2.1. Target Pertumbuhan setiap Cabang Industri tahun 2010 – 2014 (%)
Cabang Industri 2010 2011 2012 2013 2014Rata-rata 2010-2014
Makanan, Minuman dan Tembakau 6,64 7,92 8,15 8,94 10,40 8,41Tekstil, barang Kulit & Alas kaki 2,15 3,40 3,75 4,30 5,60 3,84Barang Kayu & Hasil Hutan lainnya 1,75 2,75 2,90 3,40 3,90 2,94
Kertas & barang Cetakan 4,60 4,80 4,90 5,30 5,58 5,04Pupuk, Kimia & barang dari Karet 5,00 5,46 5,75 7,00 8,30 6,30Semen & Barang Galian bukan Logam
3,25 3,74 4,05 4,60 5,30 4,19
Logam Dasar, Besi & Baja 2,75 3,40 4,00 4,50 5,50 4,03Alat Angkut, Mesin & Peralatannya 4,00 6,40 7,78 8,30 10,20 7,34Barang lainnya 5,18 5,60 6,00 6,40 6,80 6,00
Total Industri 4,65 6,10 6,75 7,47 8,95 6,78
5. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran-sasaran industri tahun
2010-2014, telah dibangun Peta Strategi Kementerian Perindustrian yang
menguraikan peta-jalan yang akan ditempuh untuk mewujudkan visi 2014
sebagaimana disebutkan di atas. Peta Strategi Kementerian Perindustrian
tersaji pada Gambar 2.1 di bawah ini.
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 8
PerspektifProsesPelaksanaanTugasPokok
Kementerian
Perspektif Pemangku Kepentingan
Vis
i : I
nd
on
esia
mam
pu
men
jad
i neg
ara
ind
ust
ri t
ang
gu
hp
ada
tah
un
202
5M
isi :
Mem
ban
gu
n i
nd
ust
ri m
anu
fakt
ur
un
tuk
men
jad
i tu
lan
g p
un
gg
un
g p
erek
on
om
ian
Mem
fasi
litas
i pen
gem
ban
gan
ind
ustr
i
Mem
fasi
litas
i pro
mo
si in
dus
tri
Mem
fasi
litas
i pen
erap
an s
tand
ard
isas
i
Men
gem
ban
gka
n R
&D
di i
nsta
nsi d
an in
dus
tri
Men
gko
ord
inas
ikan
pen
ing
kata
n ku
alita
s le
mb
aga
pen
did
ikan
dan
pel
atih
an s
erta
kew
iraus
ahaa
n
Men
gem
ban
gka
n ke
mam
pua
n S
DM
ya
ng k
om
pet
en
Mem
ban
gun
o
rgan
isas
i ya
ng
Pro
fesi
ona
l dan
P
rob
isni
s
Men
ing
katk
an
kual
itas
per
enca
naan
d
an p
elap
ora
n
Perspektif Peningkatan
Kapasitas Kelembagaan
Mem
ban
gun
sis
tem
in
form
asi
ind
ustr
i ya
ng te
rinte
gra
si &
ha
ndal
Mem
fasi
litas
i pen
erap
an, p
eng
emb
ang
an d
an
pen
gg
unaa
n K
ekay
aan
inte
lekt
ual
Men
ing
katk
an S
iste
m
Tata
Kel
ola
Keu
ang
an
dan
BM
N y
ang
p
rofe
sio
nal
Mem
per
siap
kan
dan
/ata
u M
enet
apka
n K
ebija
kan
dan
p
rod
uk h
ukum
Ind
ustr
i
Men
etap
kan
renc
ana
stra
teg
is
dan
/ata
u p
eng
emb
ang
an
ind
ustr
i prio
ritas
dan
ind
ustr
i an
dal
an m
asa
dep
an
Pe
rum
usa
nK
ebija
kan
Men
etap
kan
pet
a p
and
uan
pen
gem
ban
gan
ind
ustr
i
Men
gus
ulka
n in
sent
if y
ang
m
end
ukun
g p
eng
emb
ang
an
ind
ustr
i
Men
ing
katk
an k
ualit
as p
elay
anan
pub
lik
1T
ing
gin
yaN
ilai
tam
ba
h in
du
stri
Ko
ko
hn
ya b
as
is in
du
str
i m
an
ufa
ktu
r d
an
in
du
str
i an
da
lan
ma
sa
de
pa
n m
en
jad
i tu
lan
g
pu
ng
gu
ng
pe
rek
on
om
ian
na
sio
na
l
2
Tin
gg
inya
pe
ng
ua
saa
n
pa
sar d
ala
m
da
n lu
ar n
eg
eri
Ko
koh
nya
fakt
or-
fakt
or
pe
nu
nja
ng
pe
ng
em
ba
nga
n in
dus
tri
3
Tin
gg
inya
ke
ma
mpu
an
ino
vasi
da
n p
en
gu
asa
an
te
kno
log
i in
du
stri
4K
ua
t, le
ng
kap
da
n
da
lam
nya
Str
ukt
ur
ind
ust
ri5
Te
rse
ba
rnya
p
em
ba
ng
una
n
ind
ust
ri6M
en
ing
katn
ya p
era
n
ind
ust
ri k
eci
l da
n
me
ne
ng
ah
terh
ad
ap
PD
B7
Pel
ayan
an&
Fas
ilit
asi
SD
MO
rgan
isas
i & K
etat
alak
sana
anIn
form
asi
Per
enca
naan
Dan
a
Men
go
ptim
alka
n b
uday
a p
eng
awas
anp
ada
unsu
r p
imp
inan
dan
sta
f
Men
go
ptim
alka
nev
alua
si
pel
aksa
naan
keb
ijaka
n d
an e
fekt
ifita
sp
enca
pai
an
kine
rja in
dus
tri
Pe
ng
awa
sa
n, P
en
ge
nd
alia
n&
Ev
alu
as
i
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 9
Sebagaimana telah disebutkan bahwa visi pembangunan industri
Indonesia pada tahun 2014 adalah memantapkan daya saing basis industri
manufaktur yang berkelanjutan (suistainable) serta terbangunnya pilar
industri andalan masa depan, maka perlu dijabarkan indikator terwujudnya
visi tersebut antara lain:
1. Tercapainya persebaran industri dengan rasio densitas yang lebih tinggi
2. Terselesaikan penguatan kompetensi inti industri daerah dengan produk
hilir bernilai tambah
3. Penguatan struktur industri dengan kompetensi pelaku hubungan
industri kecil, industri menengah, dan industri besar
4. Tercapai peningkatan industri penunjang komponen
5. Terbangun pilar industri masa depan (agro, telematika, transportasi)
Dalam mewujudkan Visi tersebut, diperlukan upaya-upaya sistemik
yang dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang mengakomodasi
perspektif pemangku kepentingan (stakeholder), perspektif pelaksanaan
tugas pokok, dan perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan yang dapat
dirinci sebagai berikut:
Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
Sasaran Strategis I: Tingginya nilai tambah industri, dengan Indikator
Kinerja Utama:
1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah;
2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional.
Sasaran Strategis II: Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri,
dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional.
2. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar
dalam negeri.
Sasaran Strategis III: Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan
industri, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri;
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 10
2. Indeks iklim industri nasional.
Sasaran Strategis IV: Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan
teknologi industri, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan
inovatif;
2. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri.
Sasaran Strategis V: Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri, dengan
Indikator Kinerja Utama:
1. Tumbuhnya Industri Dasar Hulu (Logam dan Kimia);
2. Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan
permesinan;
3. Tumbuhnya Industri lainnya yang belum ada pada pohon industri.
Sasaran Strategis VI: Tersebarnya pembangunan industri, dengan Indikator
Kinerja Utama:
1. Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB
nasional;
2. Jumlah investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri
yang menyerap banyak tenaga kerja.
Sasaran Strategis VII: Meningkatnya peran industri kecil dan menengah
terhadap PDB, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan eknomi nasional;
2. Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil;
3. Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi “Out-Source” Industri
Besar.
Perspektif Pelaksanaan Tugas Pokok
Sasaran Strategis I: Mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan
produk hukum industri, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP,
R.Perpres/R.Keppres);
2. Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri.
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 11
Sasaran Strategis II: Menetapkan rencana strategis dan/atau
pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan, dengan
Indikator Kinerja Utama: Renstra 2010-2014 dan Renja.
Sasaran Strategis III: Menetapkan peta panduan pengembangan industri,
dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Prioritas;
2. Peta Panduan Industri Unggulan Provinsi;
3. Peta Panduan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota.
Sasaran Strategis IV: Mengusulkan insentif yang mendukung
pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Rekomendasi usulan insentif;
2. Perusahaan industri yang memperoleh insentif.
Sasaran Strategis V: Mengembangkan R&D di instansi dan industri,
dengan Indikator Kinerja Utama: Kerjasama instansi R&D dengan industri.
Sasaran Strategis VI: Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan
penggunaan kekayaan intelektual, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Perusahaan yang mendapatkan HKI;
2. Produk HKI yang dikomersialkan (paten).
Sasaran Strategis VII: Memfasilitasi pengembangan industri, dengan
Indikator Kinerja Utama:
1. Tingkat utilisasi kapasitas produksi;
2. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan;
3. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku;
4. Perjanjian kerjasama internasional.
Sasaran Strategis VIII: Memfasilitasi promosi industri, dengan Indikator
Kinerja Utama: Perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi
dagang/investasi.
Sasaran Strategis IX: Memfasilitasi penerapan standardisasi, dengan
Indikator Kinerja Utama:
1. Rancangan SNI yang diusulkan;
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 12
2. Penambahan SNI wajib yang diterapkan;
3. Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu/ISO 9001:2008
(Pedoman BSN 10 dan GKM).
Sasaran Strategis X: Meningkatkan kualitas pelayanan publik, dengan
Indikator Kinerja Utama: Tingkat kepuasan pelanggan.
Sasaran Strategis XI: Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga
pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan, dengan Indikator Kinerja
Utama:
1. Instruktur yang bersertifikat;
2. Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi.
Sasaran Strategis XII: Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur
pimpinan dan staf, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Tingkat penurunan penyimpangan minimal;
2. Terbangunnya Sistem Pengendalian Internal di unit kerja.
Sasaran Strategis XIII: Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan
dan efektifitas pencapaian kinerja industri, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan;
2. Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri.
Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Sasaran Strategis I: Mengembangkan kemampuan SDM aparatur yang
kompeten, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Standar kompetensi SDM aparatur;
2. SDM aparatur yang kompeten.
Sasaran Strategis II: Membangun organisasi yang professional dan
probisnis, dengan Indikator Kinerja Utama: Penerapan sistem manajemen
mutu.
Sasaran Strategis III: Membangun sistem informasi yang terintegrasi dan
handal, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Tersedianya sistem informasi online;
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 13
2. Pengguna yang mengakses.
Sasaran Strategis IV: Meningkatkan kualitas perencanaan dan pelaporan,
dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Kesesuaian program dengan Kebijakan Industri Nasional (KIN);
2. Tingkat persetujuan rencana kegiatan (zero stars);
3. Tingkat ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan.
Sasaran Strategis V: Meningkatkan sistem tata kelola keuangan dan BMN
yang profesional, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Tingkat penyerapan anggaran;
2. Tingkat kualitas laporan keuangan (WTP).
B. RENCANA KINERJA TAHUN 2010
Dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam RENSTRA Kementerian Perindustrian Tahun
2010-2014, maka telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) dari masing-
masing Program yang terinci sebagai berikut:
a. Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis
Manufaktur
Program ini bertujuan untuk memulihkan kinerja industri yang terdampak
krisis finansial global, khususnya industri yang melakukan ekspor ke Eropa
dan Amerika Serikat. Program ini tidak hanya dimaksudkan untuk mengatasi
permasalahan aktual industri, melainkan juga untuk menghasilkan rumusan
dalam pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang basis industri
manufaktur serta menumbuhkembangkan klaster termasuk dalam penyusunan
peta panduan pengembangan klaster basis industri manufaktur melalui
pelaksanaan rencana aksi yang tercantum pada Peraturan Menteri
Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas. Keberhasilan
program ini diukur melalui 2 (dua) indikator kinerja utama (IKU) sebagai
berikut:
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 14
IKU pertama: Persentase industri yang berhasil pulih; dengan target 100
persen industri yang terkena dampak krisis pulih ke kondisi sebelum terkena
krisis. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2012.
IKU kedua: Persentase utilisasi kapasitas produksi pada industri; dengan
target pencapaian sebesar 80 persen. Target ini diharapkan tercapai paling
lambat pada akhir tahun 2014.
b. Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro
Program ini bertujuan untuk memulihkan kinerja industri-industri yang
terkena dampak krisis finansial global yang mengimbas pada industri-industri
yang melakukan ekspor ke berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat.
Program ini tidak saja dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan aktual
industri melainkan juga untuk menumbuh-kembangkan klaster industri Agro
melalui pelaksanaan rencana aksi yang tercantum pada Peraturan Menteri
Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas khususnya.
Keberhasilan program ini diukur melalui 2 (dua) indikator kinerja utama
(IKU) sebagai berikut:
IKU pertama: Jumlah persentase industri yang berhasil pulih; dengan target
100 persen industri yang terkena dampak krisis pulih ke kondisi sebelum
terkena krisis. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun
2012.
IKU kedua: Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri;
dengan target pencapaian sebesar 80 persen. Target ini diharapkan tercapai
paling lambat pada akhir tahun 2014.
c. Program Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi
Tinggi
Program ini bertujuan untuk menumbuhkan industri yang utamanya diarahkan
pada penguasaan pasar ekspor. Program ini tidak saja dimaksudkan untuk
mengatasi permasalahan aktual industri melainkan juga untuk menumbuh-
kembangkan klaster industri unggulan berbasis teknologi tinggi melalui
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 15
pelaksanaan rencana aksi yang tercantum pada Peraturan Menteri
Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas. Keberhasilan
program ini diukur melalui dua indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut:
IKU pertama: Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam
industri; dengan target pencapaian sebesar 80 persen yang diharapkan tercapai
paling lambat pada akhir tahun 2014.
d. Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah
Program ini bertujuan untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang pengembangan IKM, meningkatkan nilai
tambah produk, menumbuhkan populasi IKM, memanfaatkan sumber daya
termasuk SDA daerah secara optimal, mengembangkan OVOP, menyebarkan
industri ke berbagai daerah, meningkatkan daya saing industri di daerah,
meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai komoditi, prioritas,
membangun keunikan yang dimiliki daerah, melakukan kerjasama antar
daerah, serta membangun kerjasama yang harmonis antar daerah dan
pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah. Keberhasilan program
ini diukur melalui dua indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut:
IKU pertama: Rasio Industri Jawa dan luar Jawa dengan target rasio industri
di pulau Jawa dan luar Jawa mencapai posisi 60:40.
IKU Kedua: Kontribusi PDB IKM sebesar 34 % pada tahun 2014.
e. Program Pengembangan Perwilayahan Industri
Program ini bertujuan untuk mendorong pelaksanaan public-private
partnership dan pengembangan kawasan industri serta mempersiapkan peta
panduan industri unggulan provinsi dan kompetensi inti industri
kabupaten/kota. Program ini juga bertujuan untuk menangani segala
permasalahan aktual dalam pengembangan public-private partnership dan
penyiapan penetapan peta panduan pengembangan industri unggulan provinsi
dan peta panduan pengembangan kompetensi inti industri kabupaten/kota serta
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 16
pengembangan kawasan industri. Selain hal tersebut juga melakukan
monitoring dan mengevaluasi pelaksanaan peta panduan pengembangan
industri unggulan dan kompetensi inti industri kabupaten/kota. Keberhasilan
program ini diukur melalui dua indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut:
IKU pertama: Meningkatnya jumlah investasi industri didaerah melalui
pembangunan kawasan industri dengan target pertumbuhan sebesar 10%
pertahun.
IKU kedua: Tersusunnya kebijakan operasional pengembangan industri
didaerah melalui pendekatan pengembangan kompetensi inti industri daerah.
f. Program Kerjasama Industri Internasional
Program ini bertujuan untuk menciptakan penyelenggaraan kerjasama industri
internasional secara optimal, sehingga diharapkan dapat mempertahankan dan
meningkatkan penguasaan pasar dalam dan luar negeri, menyiapkan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kerjasama industri
internasional, melaksanakan peningkatan kerjasama akses industri, kerjasama
teknik serta promosi industri internasional baik secara bilateral, regional
maupun multilateral sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, melaksanakan penanganan hambatan kerjasama industri
internasional, melaksanakan pengamanan industri dalam negeri sebagai
dampak pemberlakukan perjanjian perdagangan bebas, melaksanakan
pedoman, kriteria dan prosedur bantuan luar negeri serta melaksanakan
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kerjasama industri internasional.
Program ini akan diukur dengan indikator pencapaian yaitu meningkatnya
ekspor produk dan jasa industri ke manca negara dengan konstribusi sektor
industri melalui peningkatan akses pasar, teknologi dan kerjasama
internasional.
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 17
g. Program Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri
Program ini bertujuan untuk mewujudkan iklim usaha dan kebijakan yang
kondusif melalui perumusan dan analisa kebijakan dan iklim di sektor industri,
pelaksanaan kebijakan dan iklim di bidang penelitian dan pengembangan
industri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta
untuk meningkatkan kemampuan industri dalam menciptakan,
mengembangkan, menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam uji
komersialisasi hasil penelitian dan pengembangan, rancangan produk baru,
proses produksi, energi terbarukan, lingkungan hidup, dan tenaga kerja serta
sarana dan prasarana industri sebagai faktor pendukung berhasilnya
pembangunan industri.
Pelaksanaan kegiatan di bidang standardisasi sektor industri, perumusan
kebijakan dan iklim serta analisa, standar, norma, pedoman, kriteria dan
prosedur di bidang penelitian dan pengembangan industri, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penelitian dan pengembangan
industri. Pada dasarnya program ini memanfaatkan hasil litbang yang telah
dilakukan oleh Balai-balai Penelitian dan Pengembangan dalam rangka
mendukung daya saing maupun melindungi konsumen, seperti menetapkan
standardisasi bagi produk hasil industri.
Dengan indikator pencapaian tersusunnya rumusan dan analisis kebijakan dari
iklim di sektor industri serta analisa, standar, dan prosedur di bidang industri
serta terhasilkannya kuantitas, kualitas hasil litbang dan kebijakan
pendukungnya yang mampu diaplikasikan hingga skala pabrik.
h. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara
Kementerian Perindustrian
Program ini bertujuan untuk menjamin agar pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi Kementerian Perindustrian berjalan sesuai dengan rencana dan
ketentuan peraturan perundang-undangan, mendukung penyelenggaraan
pemerintahan yang efektif, efisien, trasnparan, akuntabel, bersih dan bebas
dari KKN, serta mewujudkan Good Governance dan Clean Government.
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 18
Sebagai alat ukur atau indikator keberhasilannya telah ditetapkan, yaitu: (a)
tersusunnya norma, standar, kriteria dan prosedur pengawasan yang efektif,
(b) tersedianya hasil pengawasan yang berkualitas, (c) tercapainya
peningkatan akuntabilitas, transparansi, efektifitas dan efisiensi pelaksanaan
program dan kegiatan.
i. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Perindustrian
Program ini bertujuan untuk memberikan dukungan manajemen terhadap
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dalam hal
persiapan internal, dengan indikator pencapaian: (a) terkoordinasinya
pelaksanaan tugas unit-unit organisasi di lingkungan Kementerian
Perindustrian, (b) terbinanya pelaksanaan tugas Kementerian yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian dan ketatalaksanaan, pendayagunaan sumber
daya serta penghubung antar lembaga dan masyarakat, (c) terlaksananya
pemberian dukungan administrasi dan teknis kepada unit-unit organisasi di
lingkungan Kementerian.
j. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian
Perindustrian
Program ini bertujuan untuk memberikan dukungan dalam bidang penyediaan
maupun pemeliharaan sarana dan prasarana yang diperlukan Kementerian
Perindustrian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar dapat
memberikan pelayanan yang lebih baik dan nyaman bagi para pemangku
kepentingan. Sebagai indikator pencapaiannya tersedianya sarana dan
prasarana kerja sesuai kebutuhan.
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 19
C. PENETAPAN KINERJA TAHUN 2010
Berdasarkan rencana kinerja yang telah disusun, dengan dukungan
pembiayaan yang telah disetujui dalam bentuk DIPA, maka ditetapkanlah kinerja
yang akan dicapai. Dengan telah diterbitkannya Inpres No. 5/2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi dan Surat Edaran Menteri Negara PAN
Nomor: SE/31/M.PAN/12/2004 tentang Penetapan Kinerja, Kementerian
Perindustrian telah membuat Penetapan Kinerja tahun 2010 secara berjenjang
sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi yang ada.
Penetapan Kinerja ini merupakan tolok ukur akuntabilitas kinerja pada
akhir tahun 2010 yang disusun dengan berdasarkan pada Rencana Kinerja Tahun
2010 yang telah ditetapkan, sehingga secara substansial Penetapan Kinerja Tahun
2010 tidak ada perbedaan dengan Rencana Kinerja Tahun 2010. Ringkasan
Penetapan Kinerja Tahun 2010 selengkapnya terdapat pada Lampiran 2.
Pada Bab III dokumen LAKIP Kementerian Perindustrian ini, penjelasan
mengenai Analisis Capaian Kinerja bukan diukur dari ketercapaian indikator
Penetapan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010, akan tetapi diukur
dari ketercapaian indikator Sasaran Strategis Kementerian Perindustrian Tahun
2010. Perbedaan keduanya adalah indikator kinerja utama (IKU) yang diperoleh
dari dokumen Penetapan Kinerja merupakan IKU dari masing-masing Program
yang juga merupakan IKU dari masing-masing unit Eselon I Kementerian
Perindustrian (sebagaimana dimaklumi bahwa satu program hanya dimiliki oleh
satu unit Eselon I). Sedangkan IKU yang diperoleh dari Sasaran Strategis
merupakan penjabaran langsung dari Visi, Misi, dan Tujuan Kementerian
Perindustrian yang tergambar pada Peta Strategi untuk periode tahun 2010-2014,
dimana target dari setiap IKU yang diukur pada Bab III merupakan target untuk
tahun 2010 saja.
Pada sub bab Rencana Strategis 2010-2014 di atas, dipaparkan Sasaran-
sasaran Strategis yang merupakan penjabaran dari Peta Strategi Kementerian
Perindustrian yang kemudian dikelompokkan ke dalam 3 perspektif, yakni
perspektif pemangku kepentingan (stakeholder), perspektif pelaksanaan tugas
pokok, dan perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan. Dikarenakan
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 20
keterbatasan data yang diperoleh, Sasaran Strategis yang diukur ketercapaiannya
pada Bab III hanya pada perspektif stakeholders (pemangku kepentingan) serta
perspektif pelaksanaan tugas pokok Kementerian Perindustrian. Sasaran strategis
berdasarkan perspektif stakeholders (pemangku kepentingan) terdiri dari 7 (tujuh)
sasaran strategis dengan 15 indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut:
Tabel 2.2 Sasaran Strategis Perspektif StakeholdersSasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama (IKU) Satuan Target
I. Tingginya Nilai Tambah Industri
1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah
Persentase 4.99
2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB
nasional
Persentase 23.92
II. Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri
1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional
Persentase 35
2. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total
permintaan di pasar dalam negeri
Persentase 60
III. Kokohnya Faktor-Faktor Penunjang Pengembangan
Industri
1. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri
Rupiah/Tenaga Kerja
250,000
2. Indeks Iklim Industri
Nasional
Indeks 4
IV. Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri
1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif
Penelitian 250
2. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri
Penelitian 50
V. Kuat, Lengkap dan
Dalamnya Struktur Industri
1. Tumbuhnya Industri Dasar Hulu (Logam dan Kimia)
Persentase 2.75
2. Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan permesinan
Persentase 4
VI. Tersebarnya pembangunan industri
1. Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB nasional
Persentase 27,19
2. Jumlah Investasi baru industri
jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga
kerja
Jumlah
Investasi
34.178,4
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 21
Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama (IKU) Satuan Target
VII. Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB
1. Tumbuhnya industri kecildiatas pertumbuhan ekonomi nasional
Presentase 6,5
2. Tumbuhnya industri
menengah dua kali diatas industri kecil
Persentase 13
3. Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi “Out-Source” Industri Besar
Perusahaan 20
Sedangkan sasaran strategis berdasarkan perspektif pelaksanaan tugas
pokok Kementerian Perindustrian yang terdiri dari 13 sasaran strategis dan 26
indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut:
Tabel 2.3 Sasaran Strategis Perspektif Pelaksanaan Tugas Pokok
Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama (IKU) Satuan Target
I. Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Rencana dan Kebijakan Industri
1. Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/R.Keppres)
Konsep 2
2. Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri
Peraturan 40
II. Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri
andalan masa depan
1. Renstra 2010 -2014 & RENJA Paket 1
III. Menetapkan peta panduan pengembangan industri
1. Peta Panduan Pengembangan klaster Industri prioritas
Klaster 32
2. Peta panduan industri unggulan provinsi
Provinsi 15
3. Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota 16
IV. Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri
1. Rekomendasi usulan insentif Jenis 10
2. Perusahaan industri yang
memperoleh insentif
Perusahaan 300
V. Mengembangkan R & D di instansi dan industri
1. Kerjasama R&D instansi dengan industri
Kerjasama 18
VI. Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan
penggunaan Kekayaan intelektual
1. Perusahaan yang mendapatkan HKI
Perusahaan 1100
2. Produk HKI yang
dikomersialkan (Paten)
Produk 50
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 22
Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama (IKU) Satuan Target
VII. Memfasilitasi pengembangan industri
1. Tingkat utilisasi kapasitas produksi
Presentase 80
2. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan
Perusahaan 600
3. Perusahaan yang mendapat
akses ke sumber bahan baku
Perusahaan 40
4. Perjanjian kerjasama Internasional
MoU 5
VIII. Memfasilitasi promosi industri 1. Perusahaan mengikuti seminar/konfrensi, pameran,
misi dagang/investasi
Perusahaan 1032
IX. Memfasilitasi penerapan standardisasi
1. Rancangan SNI yang diusulkan
RSNI 600
2. Penambahan SNI wajib yang diterapkan
SNI 50
3. Perusahaan yang menerapkan
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 (Pedoman BSN10 dan GKM)
Perusahaan 1000
X. Meningkatkan kualitas
pelayanan publik
1. Tingkat kepuasan pelanggan Index 4
XI. Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan
1. Instruktur yang bersertifikat Jumlah 20
2. Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi
Jumlah 4
XII. Mengoptimalkan budaya
pengawasan pada unsur pimpinan dan staf
1. Tingkat Penurunan
penyimpangan minimal
Presentase 60
2. Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja
Satuan kerja 57
XIII. Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan
efektifitas pencapaian kinerja industri
1. Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan
Laporan 10
2. Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri
Presentase 40
P e r e n c a n a a n d a n P e r j a n j i a n K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 II - 23
D. RENCANA ANGGARAN
Dalam upaya mewujudkan kinerja yang telah ditetapkan untuk tahun 2010,
Kementerian Perindustrian didukung oleh dana APBN sebesar
Rp. 1.684.616.721.000,-. Anggaran tersebut dirinci berdasarkan Unit Kerja
Eselon I. Secara lengkap anggaran tersebut disajikan dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Pagu Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2010Menurut Unit Kerja Eselon I
(dalam Rupiah)
NO. Unit Kerja Eselon 1 Pagu Anggaran
1 Sekretariat Jenderal 374.769.938.000
2 Ditjen. Industri Agro dan Kimia 177.188.921.000
3 Ditjen. Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka 345.276.777.000
4 Ditjen. Industri Alat Transportasi dan Telematika 81.567.813.000
5 Ditjen. Industri Kecil dan Menengah 349.240.899.000
6 Inspektorat Jenderal 19.908.000.000
7 Badan Penelitian dan Pengembangan Industri 336.664.373.000
TOTAL 1.684.616.721.000
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 1
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Penyusunan capaian kinerja Tahun Anggaran 2010 ini merupakan awal
pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010 – 2014. Secara umum, uraian berikut
adalah gambaran capaian Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya (TUPOKSI) yang telah ditetapkan dalam tahun 2010.
Akuntabilitas ini mencakup akuntabilitas kinerja, kinerja makro sektor industri,
capaian kinerja sasaran strategis, kinerja pengembangan klaster industri, dan
kinerja keuangan.
A. GAMBARAN UMUM AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010
Selama tahun 2010, tiga sektor utama yaitu sektor Pertanian, Industri
Pengolahan, dan Perdagangan bersama-sama memberikan kontribusi sekitar 53,88
persen terhadap PDB total, sementara pada tahun 2009 ketiga sektor utama tersebut
menyumbang sedikit lebih besar yaitu sebesar 54,94 persen. Masing-masing sektor
utama tersebut memberi sumbangan dengan rincian: sektor Industri Pengolahan
memberi sumbangan sebesar 26,37 persen pada tahun 2009 dan 24,82 persen pada
tahun 2010; sektor Pertanian sebesar 15,30 persen pada tahun 2009 dan 15,34
persen pada tahun 2010; dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar
13,28 persen pada tahun 2009 dan 13,72 persen pada tahun 2010.
Dari ketiga sektor utama di atas yang merupakan penyumbang utama
bagi perekonomian nasional adalah sektor Industri Pengolahan karena merupakan
penyumbang tertinggi. Dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010, semua sektor
ekonomi yang membentuk PDB mengalami pertumbuhan, dan yang mencapai
nilai terbesar adalah dari tahun 2000 hingga tahun 2010 adalah dari sektor Industri
Pengolahan yaitu sebesar 1.208.732,50 (dalam Milyar Rupiah). Sedangkan
industri yang mengalami pertumbuhan tertinggi dari tahun 2000 hingga tahun
2010 adalah dari sektor Bangunan yaitu sebesar 763,18 persen dari tahun 2000
sampai tahun 2010. Sementara untuk kontribusi sektor Industri Pengolahan
terhadap total nilai PDB selama periode 2000-2010 selalu menempati posisi
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 2
teratas dengan rata-rata kontribusi sebesar 27,53 persen kemudian sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 15,33 persen, dan yang terendah pada
sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih yaitu sebesar 0,84 persen.
Industri telah cukup berkembang walaupun masih banyak sektor industri di
Indonesi a yang masih bisa dikembangkan. Menurut catatan World Economic Forum
(WEF) pada tahun 2000 posisi daya saing Indonesia masih berada pada urutan ke-47
dari 58 negara, sedangkan pada tahun 2009 posisi daya saing Indonesia berada pada
posisi 54 dari 133 negara dan tahun 2010 posisi daya saing Indonesia mengalami
peningkatan yaitu berada pada posisi 44 dari 139 negara. Daya saing Indonesia sudah
sedikit mengalami kemajuan walaupun belum begitu signifikan. Kurang maksimalnya
daya saing diakibatkan oleh berbagai pihak. Menurut tolak ukur WEF, diidentifikasi 5
faktor penting yang menonjol. Pada tataran makro terdapat tiga faktor, yaitu:
1. Kondisi ekonomi makro yang tidak kondusif;
2. Kualitas kelembagaan publik yang buruk dalam menjalankan fungsinya
sebagai fasilitator dan pusat pelayanan; dan
3. Lemahnya kebijakan pengembangan teknologi dalam memfasilitasi kebutuhan
peningkatan produktivitas.
Sementara itu, pada tataran mikro atau tataran bisnis, dua faktor yang
menonjol adalah:
1. Rendahnya efisiensi usaha pada tingkat operasionalisasi perusahaan; dan
2. Lemahnya iklim persaingan usaha.
Pada tahun 2010 Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2010-2014 di
bidang perekonomian menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 persen serta
tingkat pengangguran menjadi berkisar 5% – 6%. Dalam rangka mewujudkan
Indonesia sebagai Negara industri yang tangguh pada tahun 2025, menghadapi
tantangan dan kendala yang ada serta merevitalisasi industri nasional telah
diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri
Nasional.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 3
Guna mendukung Kebijakan Industri Nasional, Pemerintah melalui
Kementerian Perindustrian telah menyusun 35 klaster industri prioritas yang
terbagi dalam 6 kelompok klaster industri, diantaranya:
I. Kelompok Klaster Industri Basis Industri Manufaktur:
1. Klaster Industri Baja;
2. Klaster Industri Semen;
3. Klaster Industri Petrokimia;
4. Klaster Industri Keramik;
5. Klaster Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik;
6. Klaster Industri Mesin Peralatan Umum;
7. Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil;
8. Klaster Industri Alas Kaki.
II. Kelompok Klaster Industri Berbasis Agro:
1. Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit;
2. Klaster Industri Karet dan Barang Karet;
3. Klaster Industri Kakao;
4. Klaster Industri Pengolahan Kelapa;
5. Klaster Industri Pengolahan Kopi;
6. Klaster Industri Gula;
7. Klaster Industri Hasil tembakau;
8. Klaster Industri Pengolahan Buah;
9. Klaster Industri Furniture;
10. Klaster Industri Pengolahan Ikan;
11. Klaster Industri Kertas;
12. Klaster Industri Pengolahan Susu.
III. Kelompok Klaster Industri Alat Angkut:
1. Klaster Industri Kendaraan Bermotor;
2. Klaster Industri Perkapalan;
3. Klaster Industri Kedirgantaraan;
4. Klaster Industri Perkeretaapian.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 4
IV. Kelompok Klaster Industri Elektronika dan Telematika:
1. Klaster Industri Elektronika;
2. Klaster Industri Telekomunikasi;
3. Klaster Industri Komputer dan Peralatannya.
V. Kelompok Klaster Industri Penunjang Industri Kreatif dan Kreatif Tertentu:
1. Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia;
2. Klaster Industri Fashion;
3. Klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni.
VI. Kelompok Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu:
1. Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan.
2. Klaster Industri Garam
3. Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias;
4. Klaster Industri Minyak Atsiri;
5. Klaster Industri Makanan Ringan.
Pengembangan klaster industri prioritas diatas telah dilaksanakan melalui
beberapa hal, diantaranya:
1. Sosialisasi pembangunan Klaster Industri.
2. Diagnosis dan penyusunan Peta Jalan Pengembangan Klaster-klaster yang
ditargetkan.
3. Pembentukan working group serta forum komunikasi kerjasama industri pada
masing-masing klaster industri.
4. Perbaikan iklim usaha dan dukungan program kelembagaan.
5. Pengembangan kerjasama antara industri inti.
6. Industri terkait dan industri penunjang.
Pada bidang Pengembangan Iklim Industri telah dilaksanakan berbagai
langkah untuk mendukung peningkatan usaha, investasi dan produksi. Beberapa
langkah penting antara lain:
1. Penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan
Industri dalam rangka lebih menertibkan dan mengatur sebaran industri sesuai
kaidah efisiensi dan pengelolaan lingkungan yang baik.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 5
2. Penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 35/M-IND/PER/3/2010
tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri.
3. Penyusunan Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan
Pemberdayaan UMKM Kementerian Perindustrian tentang Peningkatan
Efektivitas Pengembangan IKM melalui Pendekatan Satu Desa Satu Produk
(One Village One Product - OVOP) dengan terbitnya Peraturan Menteri
Perindustrian No. 78/M.IND/PER/9/2007.
4. Pengakomodasian usulan beberapa sektor industri (Perkapalan, Komponen
Otomotif, Elektronika) untuk mendapatkan fasilitas PPh (PP No 1 Tahun 2007
dan PP No. 62 Tahun 2008).
5. Penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian tentang industri unggulan propinsi
untuk 18 propinsi serta Peraturan Menteri Perindustrian tentang kompetensi
inti industri daerah di 5 Kabupaten/Kota.
6. Penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian penting lainnya dalam upaya
memfasilitasi iklim usaha yang lebih baik yang dapat memberikan kepastian
berusaha, khususnya yang terkait dengan perbaikan infrastruktur, teknologi,
permodalan dan penanganan lingkungan.
Pada bidang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri, pemerintah
telah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 49/M-IND/PER/4/2009 tentang Penggunaan Produk Dalam
Negeri serta Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 48/M-IND/PER/4/2010
tentang Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri Untuk Pembangunan
Infrastruktur Ketenagalistrikan, yang telah disosialisasikan untuk diterapkan di
Instansi Pemerintah Pusat maupun di Daerah. Pada sektor-sektor penting tertentu
tengah dilaksanakan usaha-usaha untuk: 1) Memaksimalkan pemanfaatan
kemampuan industri strategis dalam pengadaan Alutsista sektor Pertahanan;
2) Memberdayakan industri Perkapalan Nasional sesuai Inpres No 5 Tahun 2005;
3) Mendorong BUMN-BUMN memaksimalkan penggunaan produksi dalam
negeri dalam rangka Program Percepatan Pembagunan PLTU Batubara dan
Program Konversi Minyak Tanah ke LPG; 4) Memprakarsai penyusunan RUU
Peningkatan Penggunaan produksi Dalam Negeri.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 6
Pada bidang Peningkatan Kemampuan Teknologi, Kementerian
Perindustrian telah melaksanakan beberapa langkah penting seperti: 1) Penetapan
hasil-hasil riset unggulan untuk IKM yang diseleksi dari hasil-hasil Litbang pada
11 Balai Besar dan 11 Balai Riset dan Standardisasi Industri; 2) Proyek
Percontohan Coco-diesel; 3) Program Restrukturisasi Industri TPT; 4) Bantuan
Mesin/Peralatan (untuk pengelasan, alsintan, fasilitas Pusat Desain Optik, fasilitas
UPT Kulit Magetan, pembuatan bahan bakar nabati dari biji jarak, pabrik
Biodiesel; 5) Bimbingan Teknis untuk pengelolaan limbah; 6) Penghargaan
Rintisan Teknologi; 7) Penghargaan Indonesia Good Design Selection dan
8) Pembangunan Pusat Desain Industri Perkapalan.
Pemerintah telah melaksanakan berbagai kegiatan diklat untuk
Peningkatan Kemampuan SDM Industri antara lain: 1) Dalam rangka peningkatan
daya saing (HACCP, Corporate Social Responsibility, CEFE, Marketing,
Manajemen Lingkungan, TQM) dsb; 2) Pengelasan Sertifikasi Internasional;
3) Konservasi dan Audit Energi; 4) Teknologi Produksi & Design; 5) Penanganan
Zat-zat Kimia Berbahaya; dan 6) Pelatihan Asesor terintegrasi ISO 9001.
Sedangkan pada Bidang Peningkatan Kemampuan SDM Aparatur, pemerintah
telah melaksanakan kegiatan antara lain: 1) Diklat Sistem Industri (I, II, III, dan
IV) untuk meningkatkan kapasitas aparatur Dinas Perindustrian di
Propinsi/Kabupaten/Kota dengan total peserta sebanyak 4.136 orang; 2) Diklat-
diklat Struktural; 3) Diklat Teknis, Diklat Jabatan Fungsional; 4) Program
beasiswa S2 dan S3; 5) Program Bea Siswa D3 Tenaga Penyuluh Lapangan
Industri dengan ikatan dinas di Unit Pendidikan Tinggi di Lingkungan
Kementerian Perindustrian dan 6) Pelatihan Petugas Pengawas Standar Barang
dan Jasa di pabrik ( PPSP) sebanyak 8 angkatan dengan peserta sebanyak 175
orang.
Industri pengolahan diharapkan dapat menjadi penggerak utama
perekonomian nasional yang telah memberikan kontribusi PDB sebesar 24,82
persen pada tahun 2010. Industri Kecil Menengah (IKM) yang diharapkan dapat
menjadi penggerak utama perekonomian nasional pada akhir RPJMN telah
memberikan kontribusi PDB Sektor Industri sebesar 24,95 persen. Pada tahun
2010 cabang industri non migas mengalami pertumbuhan mencapai 5,09 persen,
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 7
sedangkan pada tahun 2009 hanya berkisar 2,56 persen. Selama periode 2004-
2009 triwulan III terjadi peningkatan sebanyak 946.289 unit usaha, dan menyerap
tenaga kerja sebesar 1.187.776 orang. Program Pengembangan IKM dalam
pelaksanaan program utama dan pelaksanaan program pendukung meliputi:
Pengembangan 6 Klaster IKM; Pengembangan IKM penunjang klaster industri;
Pengembangan IKM Unggulan Daerah; Pengembangan IKM di daerah tertinggal,
perbatasan, pasca konflik & pasca bencana; Pengembangan Promosi dan
Informasi; Peningkatan SDM IKM; Peningkatan Kerjasama Industri dan
Peningkatan Standardisasi dan Teknologi.
Dari sisi penyerapan tenaga kerja di sektor Industri Pengolahan, secara
kumulatif dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan sebesar 2.551.507 orang
atau rata-rata per tahun sekitar 519.137 orang (5,28 persen), yang berarti di atas
yang ditargetkan pada RPJMN sebesar 500 ribu per tahun. Pada periode yang
sama pula penanaman modal di sektor Industri Pengolahan terealisasi rata-rata per
tahun senilai 19,14 triliun rupiah untuk Proyek Penanaman Modal Dalam Negeri
dan US $ 4,33 miliar untuk Proyek Penanaman Modal Asing. Dengan asumsi kurs
rata-rata US $ 10.000 rupiah, maka PMA yang diserap sektor Industri Pengolahan
sekitar 43,29 triliun rupiah per tahun. Bila dijumlahkan, total investasi PMA dan
PMDN yang tertanam di sektor Industri Pengolahan rata-rata sebesar 62,43 triliun
rupiah per tahun. Angka tersebut melebih sasaran investasi sektor Industri
Pengolahan pada RPJMN yaitu antara 40-50 triliun rupiah.
Pertumbuhan sektor Industri Pengolahan Non Migas selama 5 (lima) tahun
terakhir boleh dikatakan berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Tahun
2005, laju pertumbuhan sektor industri sebesar 5,86 persen sedikit diatas
pertumbuhan ekonomi yang besarnya 5,69 persen. Pada tahun 2006, 2007 dan
2008 laju pertumbuhan sektor industri selalu di bawah pertumbuhan ekonomi.
Pada tahun 2009 ekonomi tumbuh 4,58 persen, pertumbuhan sektor industri non
migas tumbuh sebesar 2,56 persen. Sedangkan pada tahun 2010 pertumbuhan
industri mencapai 5,09 persen dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,10 persen.
Penurunan yang terjadi pada tahun-tahun terakhir disebabkan terjadinya
pertumbuhan negatif pada beberapa cabang industri, seperti Brg. kayu & Hasil
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 8
hutan lainnya yaitu turun mencapai 3,50 persen. Walau demikian pada tahun 2010
terdapat kelompok industri yang pertumbuhannya cukup tinggi yaitu Alat Angkut,
Mesin & Peralatannya yang memberikan sumbangan pertumbuhan paling besar
yaitu mencapai 10,35 persen, walau pada tahun 2009 mengalami penurunan.
Menurun serta negatifnya pertumbuhan sektor-sektor industri tersebut
disebabkan berbagai permasalahan yang dihadapi, seperti: keterbatasan
infrastruktur dan listrik, kurangnya pasokan bahan baku untuk Industri
Pengolahan Kayu dan Hasil Hutan lainnya, serta maraknya illegal loging dan
illegal trade, kurangnya pasokan gas bumi sebagai bahan baku dan energi untuk
industri pupuk, serta beredarnya isu penggunaan bahan tambahan pangan yang
tidak diperbolehkan untuk industri makanan dan minuman yang sempat
meresahkan masyarakat.
Dari semua cabang industri, terdapat dua cabang industri yang
mendominasi, yaitu industri makanan, minuman dan tembakau dan industri alat
angkut, mesin dan peralatan. Peran Industri makanan, minuman dan tembakau
relatif konstan sekitar 28-34 persen, tetapi industri alat angkut, mesin dan peralatan
pada 15 tahun yang lalu perannya masih sekitar 12 persen, pada periode 2005-2009
meningkat secara signifikan menjadi sekitar 27-29 persen. Sedangkan pada tahun
2010 industri yang mengalami pertumbuhan terbesar yaitu industri alat angkut,
mesin & peralatannya sebesar 10,35 persendan industri pupuk, kimia & barang dari
karet sebesar 4,67 persen. Dengan kontribusi terhadap industri non migas terbesar
disumbangkan oleh dua cabang industri, yaitu industri makanan, minuman dan
tembakau sebesar 33,60 persen dan industri alat angkut, mesin & Peralatannya
sebesar 28,14 persen. Dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pendalaman dan
penguatan struktur industri ke arah produksi produk-produk yang bernilai tambah
tinggi dan memiliki kandungan teknologi yang lebih tinggi bila dibandingkan
periode 10 tahun yang lalu.
Utilisasi industri juga menjadi isu penting karena baru sektiar 47 sub
sektor industri di Indonesia yang utilisasinya di atas 80 persen, sementara 96 sub
sektor dan 83 sub sektor industri utilisasinya masing-masing baru mencapai antara
61 dan 79 persen dan bahkan di bawah 60 persen. Sub sektor yang memiliki
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 9
utilitas di atas 80 persen didominasi oleh sub sektor Industri Kimia Hulu, dimana
sektor hilir industri yang nilai tambahnya lebih tinggi, utilisasi kapasitas
terpasangnya lebih rendah. Kelompok industri yang memiliki nilai tambah yang
tinggi dibandingkan dengan Industri Kimia seperti Industri Permesinan dan
Elektronika, ternyata utilitasnya berkisar antara 61 sampai dengan 79 persen,
bahkan beberapa diantaranya di bawah 60 persen seperti Industri Radio/Radio
Cassette, Industri Mesin Proses Minyak Kelapa Sawit, Industri Mesin Proses
Pengolahan Gula dan Mesin Proses Pengerjaan Logam.
Penguatan struktur industri selama kurun waktu 2005-2010 telah terjadi
pada Industri Baja, Industri Semen, Industri Petrokimia, Industri Keramik,
Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik, Industri Mesin Peralatan Umum,
Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), Industri Alas Kaki, Industri
Pengolahan Kelapa Sawit, Industri Pengolahan Karet dan Barang Karet, Industri
Kakao dan Coklat, Industri Pengolahan Kopi, Industri Gula, Industri Pengolahan
Tembakau, Industri Pengolahan Buah, Industri Furniture, Industri Kertas, Industri
Kendaraan Bermotor, Industri Perkapalan, Industri Kedirgantaraan, Industri
Elektronika, Industri Telematika (Telekomunikasi, Komputer dan Peralatannya).
Namun perkembangan tersebut dirasakan masih belum memenuhi sebagaimana
yang diharapkan. Dari sisi pandang lain diharapkan struktur baru dapat segera
berfungsi maksimal dan dapat segera muncul industri yang belum ada dalam
struktur industri di tanah air, hal ini menunjukkan masih besarnya peluang
investasi pada sektor industri tertentu, baik berupa pendirian perusahaan baru
pada industri yang sudah ada maupun membuka perusahaan pada industri yang
belum ada.
Sebaran industri di Indonesia masih terkonsentrasi secara geografis di Pulau
Jawa dan Sumatera. Pada tahun 2008 persebaran Industri Manufaktur masih terfokus di
Pulau Jawa dan Sumatera menyerap 79,83 persen. Adapun tahun 2006 kedua pulau
tersebut menyerap 79,5 persen unit usaha yang ada di Indonesia, sementara pada tahun
2004 serapannya 77,5 persen.
Realisasi Investasi PMDN menunjukkan perkembangan yang makin
membaik walau masih tetap di bawah periode sebelum krisis tahun 1998. Sektor
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 10
industri merupakan sektor utama yang paling banyak diminati oleh perusahaan-
perusahaan PMDN. Realisasi Investasi PMDN di sektor industri dari 2005-2009
mencapai Rp. 95,72 triliun dari Rp. 144,28 triliun PMDN secara keseluruhan.
Investasi sektor industri paling besar terdapat pada industri Kertas dan Percetakan
yaitu Rp. 32,15 triliun dengan 59 proyek. Sedangkan realisasi investasi PMA di
sektor industri 2005-2009 mencapai US$ 20.163,6 Juta dengan Jumlah proyek
sebanyak 2.057. Sedangkan hingga semester I tahun 2010 investasi PMDN
sebesar Rp. 10.169,5 miliar dengan jumlah proyek sebanyak 267 dan untuk
investasi PMA sebesar US$ 1.189,7 dengan jumlah proyek sebanyak 507 proyek.
Tahun 2010 hingga Triwulan III penyerapan tenaga kerja di sektor industri besar
sedang sebanyak 4.402.686 orang, 24.626 unit usaha, Nilai Produksi sebesar
Rp. 684.977.935.396.000, Nilai Output sebesar Rp. 717.655.268.995.000, Biaya
Input sebesar Rp. 429.308.159.952.000, dengan Nilai Tambah Bruto sebesar
Rp. 288.347.109.043.000. Industri pengolahan telah meningkat rata-rata 6,34
persen pada periode tahun 2005-2009, dengan rincian pada tahun 2006, 2007,
2008, dan 2009 masing-masing meningkat 14,82 persen; 20,527 persen, 22,36
persen, dan 27,49 persen dibanding tahun 2005.
B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA MAKRO SEKTOR INDUSTRI
Secara kumulatif Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 2010 berada
pada angka 6,10 persen (Tabel 3.1), lebih tinggi dari target pertumbuhan ekonomi
sebesar 5,5 persen. Bila kita melihat Pertumbuhan PDB berdasar Lapangan Usaha
maka pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor pengangkutan dan komunikasi
sebesar 13,45 persen disusul dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 8,69 persen; sektor bangunan atau konstruksi sebesar 6,98 persen; sektor
jasa-jasa sebesar 6,01 persen; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
sebesar 5,65 persen; sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar 5,31 persen; sektor
industri pengolahan sebesar 4,48 persen; dan sektor pertambangan dan penggalian
sebesar 3,48 persen; sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
sebesar 2,86 persen.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 11
Tabel 3.1 Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi(tahun dasar 2000, persen)
LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1. PERTANIAN, PETERNAKAN,2.72 3.36 3.47 4.83 3.98 2.86
KEHUTANAN DAN PERIKANAN
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3.20 1.70 1.93 0.71 4.44 3.48
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.60 4.59 4.67 3.66 2.16 4.48
a. Industri Migas -5.67 -1.66 -0.06 -0.34 -2.19 -2.31
b. Industri Non Migas 5.86 5.27 5.15 4.05 2.56 5.09
4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 6.30 5.76 10.33 10.93 14.29 5.31
5. B A N G U N A N 7.54 8.34 8.53 7.55 7.07 6.98
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 8.30 6.42 8.93 6.87 1.30 8.69
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 12.76 14.23 14.04 16.57 15.50 13.45
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. 6.70 5.47 7.99 8.24 5.05 5.65
9. JASA - JASA 5.16 6.16 6.44 6.24 6.42 6.01
PRODUK DOMESTIK BRUTO 5.69 5.50 6.35 6.01 4.58 6.10
PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 6.57 6.11 6.95 6.47 4.96 6.56
Sumber : BPS diolah Kemenperin
1. Kontribusi Industri Terhadap Ekonomi
Sampai dengan tahun 2010, sektor Industri Pengolahan masih menjadi
penyumbang tertinggi terhadap perekonomian nasional (Produk Domestik
Bruto-PDB). Sektor industri pengolahan pada tahun 2010 menyumbang
sekitar 24,82 persen
Tabel 3.2 Nilai PDB Sektoral dan kontribusinya terhadap PDB Nasional
No LAPANGAN USAHA2006 2007 2008 2009 2010
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN
433,223.4 12.97 541,931.5 13.72 716,656.2 14.48 857,241.4 15.30 985,143.6 15.34
2PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
366,520.8 10.98 440,609.6 11.15 541,334.3 10.94 591,912.7 10.56 716,391.2 11.15
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 919,539.3 27.54 1,068,653.9 27.05 1,376,441.7 27.81 1,477,674.3 26.37 1,594,330.4 24.82
a. Migas 172,094.9 5.15 182,324.3 4.61 237,771.6 4.80 209,973.9 3.75 210,086.4 3.27
b. Non Migas 747,444.4 22.38 886,329.6 22.43 1,138,670.1 23.01 1,267,700.4 22.62 1,384,244.0 21.55
4LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH
30,354.8 0.91 34,723.8 0.88 40,888.6 0.83 47,165.9 0.84 50,042.2 0.78
5 KONSTRUKSI 251,132.3 7.52 304,996.8 7.72 419,711.9 8.48 555,201.4 9.91 660,967.5 10.29
6PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
501,542.4 15.02 592,304.1 14.99 691,487.5 13.97 744,122.2 13.28 881,108.5 13.72
7PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
231,523.5 6.93 264,263.3 6.69 312,190.2 6.31 352,423.4 6.29 417,466.0 6.50
8KEUANGAN, REAL ESTAT & JASA PERSH.
269,121.4 8.06 305,213.5 7.73 368,129.7 7.44 404,013.4 7.21 462,788.8 7.21
9 JASA - JASA 336,258.9 10.07 398,196.7 10.08 481,848.3 9.74 574,116.5 10.24 654,680.0 10.19
10 PRODUK DOMESTIK BRUTO 3,339,216.8 100.00 3,950,893.2 100.00 4,948,688.4 100.00 5,603,871.2 100.00 6,422,918.2 100.00
11PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS
2,967,040.3 88.85 3,534,406.5 89.46 4,427,633.5 89.47 5,138,955.2 91.70 5,924,008.2 92.23
Sumber : BPS diolah Kemenperin
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 12
Setelah terjadinya krisis finansial global tahun 2009 dan dampaknya sangat
dirasakan oleh beberapa industri terutama yang melakukan ekspor dengan
tujuan pasar Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang akibat melemahnya pasar
di negara tersebut. Produk yang terkena dampak cukup berarti antara lain :
TPT, produk karet, produk kayu, serta pulp dan kertas, minyak sawit dan
produk-produk logam. industri barang kayu dan hasil hutan, mengalami
pertumbuhan negatif karena sulitnya pasokan bahan baku dan menurunnya
pasar ekspor. Kondisi yang sama juga terjadi pada industri kertas & barang
cetakan. industri makanan, minuman & tembakau mengalami penurunan
permintaan akibat penurunan daya beli masyarakat. Kondisi melemahnya pasar
global tersebut, berakibat terganggunya rencana perluasan investasi. Pada
tahun 2010 telah terjadi peningkatan ekspor di 5 (lima) negara besar tujuan
ekspor, dimana nilai ekspor di Negara tersebut selama 5 (lima) tahun selalu
naik.
Sampai dengan tahun 2010, sektor Industri Pengolahan masih menjadi
penyumbang tertinggi terhadap perekonomian nasional (Produk Domestik
Bruto-PDB). Sektor industri pengolahan pada tahun 2010 menyumbang sekitar
24,82 persen, diikuti oleh sektor pertanian 15,34 persen dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran 13,72 persen, seperti terlihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1Kontribusi 9 (sembilan) Sektor Ekonomi Terhadap PDB Tahun 2010
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 13
Secara umum semua cabang industri pengolahan non migas mengalami
peningkatan, hal ini dapat kita lihat dari nilai pertumbuhan non migas yang
mencapai 5,09 yaitu dua kali lebih besar dibanding pertumbuhan tahun
sebelumnya. Dari sembilan cabang industri yang mengalami pertumbuhan
positif pada tahun 2010 sebanyak 8 (delapan) cabang industri dan hanya satu
cabang industri yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu cabang industri
Barang kayu & Hasil hutan lainnya. Sedangkan pertumbuhan terbesar
disumbangkan dari cabang industri Alat Angkut, Mesin & Peralatannya
sebesar 10,35 persen. Kemudian diikuti dengan cabang industri Pupuk, Kimia
& Barang dari karet sebesar 4,67 persen, barang lainnya 2,98 persen,
Makanan. Minuman dan Tembakau sebesar 2,73 persen, dan Logam Dasar
Besi & Baja 2,56 persen, Semen & Brg. Galian bukan logam sebesar 2,16
persen, Tekstil, Barang kulit & Alas kaki sebesar 1,74 persen, Kertas dan
Barang cetakan sebesar 1,64 persen.
Tabel 3.3 Pertumbuhan PDB: tradables (persen)
No LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1 PERTANIAN, PETERNAKAN,2.72 3.36 3.47 4.83 3.98 2.86
KEHUTANAN DAN PERIKANAN
a. Tanaman Bahan Makanan 2.60 2.98 3.35 6.06 4.97 1.81
b. Tanaman Perkebunan 2.48 3.79 4.55 3.67 1.84 2.51
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 2.13 3.35 2.36 3.52 3.45 4.06
d. K e h u t a n a n -1.47 -2.85 -0.83 -0.03 1.82 2.07
e. P e r i k a n a n 5.87 6.90 5.39 5.07 4.16 5.87
2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3.20 1.70 1.93 0.71 4.44 3.48
a. Minyak dan gas bumi -1.77 -1.07 -1.15 0.44 0.07 0.40
b. Pertambangan Bukan Migas. 12.24 4.84 5.27 -1.00 10.79 7.08
c. Penggalian. 7.69 8.33 8.53 7.50 7.04 6.54
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 4.60 4.59 4.67 3.66 2.16 4.48
a. Industri M i g a s -5.67 -1.66 -0.06 -0.34 -2.19 -2.31
1). Pengilangan Minyak Bumi -5.00 -1.89 -0.13 0.92 0.51 1.21
2). Gas Alam Cair -6.19 -1.48 -0.01 -1.30 -4.32 -5.22
b. Industri bukan Migas 5.86 5.27 5.15 4.05 2.56 5.09
1). Makanan. Minuman dan Tembakau 2.75 7.21 5.05 2.34 11.22 2.73
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki1.31 1.23 -3.68 -3.64 0.60 1.74
3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. -0.92 -0.66 -1.74 3.45 -1.38 -3.50
4). Kertas dan Barang cetakan 2.39 2.09 5.79 -1.48 6.34 1.64
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 14
No LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008 2009 2010
5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 8.77 4.48 5.69 4.46 1.64 4.67
6). Semen & Brg. Galian bukan logam 3.81 0.53 3.40 -1.49 -0.51 2.16
7). Logam Dasar Besi & Baja -3.70 4.73 1.69 -2.05 -4.26 2.56
8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 12.38 7.55 9.73 9.79 -2.87 10.35
9). Barang lainnya 2.61 3.62 -2.82 -0.96 3.19 2.98
4 LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 6.30 5.76 10.33 10.93 14.29 5.31
a. L i s t r i k 6.68 6.36 7.64 6.66 7.74 5.43
b. Gas Kota 6.48 5.33 30.16 33.21 41.03 4.87
c. Air bersih 4.53 3.57 3.28 3.74 3.91 5.67
5 KONSTRUKSI 7.54 8.34 8.53 7.55 7.07 6.98
6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
8.30 6.42 8.93 6.87 1.30 8.69
a. Perdagangan Besar dan Eceran 8.82 6.60 9.41 7.03 0.06 9.70
b. H o t e l 6.23 5.18 5.37 4.51 6.59 7.07
c. R e s t o r a n 5.88 5.75 7.08 6.58 7.60 3.21
7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 12.76 14.23 14.04 16.57 15.50 13.45
a. P e n g a n g k u t a n 6.25 6.61 2.82 2.74 5.62 6.83
1). Angkutan Rel -2.98 6.44 1.28 14.31 9.83 5.02
2). Angkutan Jalan raya 4.84 4.93 3.71 4.93 5.67 5.11
3). Angkutan laut 8.75 7.24 -2.30 -5.05 -2.50 -1.80
4). Angk. Sungai, Danau & Penyebrangan 3.94 3.81 3.31 4.75 4.90 7.29
5). Angkutan Udara 10.42 10.65 8.02 5.32 11.65 18.99
6). Jasa Penunjang Angkutan 5.56 7.06 0.60 0.43 5.05 4.41
b. K o m u n i k a s i 24.58 26.03 28.74 31.04 23.61 18.10
8 KEUANGAN, REAL ESTAT & JASA PERSH.
6.70 5.47 7.99 8.24 5.05 5.65
a. B a n k 4.50 1.55 7.96 7.41 2.40 4.78
b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 8.35 7.15 8.14 9.03 7.91 6.35
c. Jasa Penunjang Keuangan 6.66 7.55 9.68 3.40 3.51 5.89
d. Real Estate 8.17 8.47 7.85 8.88 5.24 5.53
e. Jasa Perusahaan 9.28 9.49 8.15 8.97 9.66 7.43
9 JASA – JASA 5.16 6.16 6.44 6.24 6.42 6.01
a. Pemerintahan Umum 1.90 3.96 5.43 4.46 5.10 4.58
1). Adm. Pemerintahan & Pertahanan 1.81 3.74 5.15 4.07 4.91 4.50
2). Jasa Pemerintahan lainnya 2.06 4.34 5.92 5.12 5.43 4.71
b. S w a s t a 8.09 8.02 7.27 7.67 7.44 7.10
1). Sosial Kemasyarakatan 7.22 6.96 6.62 7.30 7.34 6.41
2). Hiburan dan Rekreasi 6.52 7.95 6.97 7.65 7.85 7.46
3). Perorangan dan Rumah tangga 8.62 8.45 7.56 7.82 7.42 7.32
PRODUK DOMESTIK BRUTO 5.69 5.50 6.35 6.01 4.58 6.10
PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS
6.57 6.11 6.95 6.47 4.96 6.56
Sumber : BPS, diolah Kemenperin* Angka sementara
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 15
Industri Non Migas terus mengalami penurunan sejak tahun 2005
sebagaimana dilihat pada Tabel 3.4. Dari tabel tersebut terdapat empat industri
yang mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2009, sedangkan pada tahun
2010 hanya terdapat satu industri yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu
industri barang kayu & hasil hutan lainnya sebesar -3,50 persen. Sedangkan
cabang industri yang menunjukkan pertumbuhan positif ada delapan yakni Alat
Angkut, Mesin & Peralatannya 10,35 persen; Pupuk, Kimia & Barang dari
karet sebesar 4,67 persen; Barang lainnya sebesar 2,98 persen; Makanan,
Minuman dan Tembakau sebesar 2,73 persen; Logam Dasar Besi & Baja
sebesar 2,56 persen; Semen & Barang Galian bukan logam 2,16 persen;
Tekstil, Barang kulit & Alas kaki sebesar 1,74 persen serta Kertas dan Barang
Cetakan sebesar 1,64 persen.
Kondisi cabang-cabang industri pada tahun 2010mulai menunjukkan
kondisi yang baik dengan naiknya pertumbuhan Industri Pengolahan Non
Migas sebesar 5,09 sebesar dimana pada tahun 2009 hanya sebesar 2,56 persen.
Terdapat dua industri yang mengalami penurunan dan kenaikan yang cukup
tinggi, untuk kenaikan terbesar terjadi pada Industri Alat Angkut, Mesin &
Peralatannya sebesar 10,35 persen dan penurunan terbesar terjadi pada Industri
Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 2,73 persen.
Tabel 3.4 Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas
NoCabang Industri Pertumbuhan (%)
2005 2006 2007 2008 2009 2010
1 Makanan, Minuman dan Tembakau 2.75 7.21 5.05 2.34 11.22 2.73
2 Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 1.31 1.23 -3.68 -3.64 0.60 1.74
3 Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. -0.92 -0.66 -1.74 3.45 -1.38 -3.50
4 Kertas dan Barang cetakan 2.39 2.09 5.79 -1.48 6.34 1.64
5 Pupuk, Kimia & Barang dari karet 8.77 4.48 5.69 4.46 1.64 4.67
6 Semen & Brg. Galian bukan logam 3.81 0.53 3.40 -1.49 -0.51 2.16
7 Logam Dasar Besi & Baja -3.70 4.73 1.69 -2.05 -4.26 2.56
8 Alat Angk., Mesin & Peralatannya 12.38 7.55 9.73 9.79 -2.87 10.35
9 Barang lainnya 2.61 3.62 -2.82 -0.96 3.19 2.98
Total Industri Pengolahan Non Migas 5.86 5.27 5.15 4.05 2.56 5.09
Ditinjau dari realisasi investasi dalam negeri (PMDN), total realisasi
industri manufaktur mengalami peningkatan pada tahun 2009 dibanding
tahun 2008, dengan nilai realisasi tertinggi pada cabang Industri Kimia dan
Sumber: BPS, diolah Kemenperin
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 16
Farmasi sebesar 5.850,1 miliar rupiah diikuti dengan Industi Makanan,
sebesar 5.768, miliar rupiah. Nilai realisasi Industri Kimia dan Farmasi
mengalami peningkatan yang sangat besar pada tahun 2009 sebesar lebih
dari 10 kali realisasi dibanding tahun sebelumnya (Tabel 3.5). Realisasi
tahun 2008 sebesar 503,8 miliar rupiah sedangkan pada tahun 2009 sebesar
5.850,1 miliar rupiah. Apabila ditinjau dari jumlah izin usaha tetap yang
dikeluarkan, maka tahun 2009 mengalami penurunan pengajuan izin usaha
jika di bandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 triwulan III realisasi
investasi mencapai 16.581,92 miliar rupiah dengan jumlah proyek sebanyak
365. Realisasi semester IV atau akhir tahun 2010 belum bisa kita dapatkan
dikarenakan belum di publikasikan oleh pihak BKPM.
Tabel 3.5 Perkembangan Realisasi Investasi (PMDN) Industri
NO. SEKTOR2006 2007 2008 2009 2010**
P I P I P I P I P I1 Industri Makanan 19,0 3.175,3 27,0 5.371,7 49,0 8.192,7 34,0 5.768,5 153 10.647,49
2 Industri Tekstil 7,0 81,7 8,0 228,2 20,0 719,7 23,0 2.645,7 24 344,33
3Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki
1,0 4,0 2,0 58,5 2,0 10,1 1,0 4,0 10
4 Industri Kayu 9,0 709,0 3,0 38,8 4,0 306,6 2,0 33,5 3 0
5 Ind. Kertas dan Percetakan 9,0 1.871,2 8,0 14.548,2 14,0 1.797,7 8,0 1.000,8 22 423,01
6 Ind. Kimia dan Farmasi 10,0 3.248,9 14,0 1.168,2 23,0 503,8 15,0 5.850,1 60 1.999,94
7 Ind. Karet dan Plastik 11,0 253,6 10,0 564,5 26,0 794,2 31,0 1.532,8 38 426,63
8 Ind. Mineral Non Logam 4,0 218,2 2,0 124,2 7,0 845,3 4,0 786,1 15 1684,96
9 Ind. Logam, Mesin & Elektronik 22,0 3.334,2 17,0 3.541,6 31,0 2.381,3 31,0 1.466,8 38 760,63
10Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik dan Jam
0,0 0,0 0,0 0,0 2,0 7,0 0,0 0,00
11Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain
4,0 116,6 8,0 609,4 6,0 314,7 3,0 66,5 10294,93
12 Industri Lainnya 0,0 0,0 2,0 36,5 4,0 38,4 6,0 279,5 1 0
Jumlah 96,0 13.012,7 101,0 26.289,8 188,0 15.911,5 158,0 19.434,5 365 16.581,92
CATATAN : 1. Diluar Investasi Sektor Minyak & Gas Bumi, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi,
Sewa Guna Usaha, Pertambangan dalam rangka Kontrak Karya, Perjanjian Karya, Pengusahaan Pertambangan Batubara, Investasi yang perizinannya dikeluarkan oleh instansi teknis/sektor, Investasi Porto folio (Pasar Modal) dan Investasi Rumah Tangga.
2. P : Jumlah Izin Usaha Tetap yang dikeluarkan3. I : Nilai Realisasi Investasi dalam Rp. Milyar4. Data sementara, termasuk izin usaha tetap yang dikeluarkan oleh daerah yang diterima BKPM sampai
dengan tanggal 30 September 2010Sumber : BKPM (2010)
Ditinjau dari realisasi Nilai investasi PMA pada tahun 2009 menunjukkan
penurunan dibanding tahun 2008 yakni dari sebesar US$ 4.515,3 Juta menjadi
US$ 3.831,1 Juta . Dari sejumlah tersebut, kontribusi investasi 3 besar pada
tahun 2009 berada pada sub sektor industri kimia dan farmasi dengan nilai US$
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 17
1.183,1 juta, kemudian diikuti industri logam, mesin dan elektronik sebesar
US$ 654,9 juta dan industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain
sebesar US$ 583,4 juta (Tabel 3.6). Jumlah izin usaha tetap yang dikeluarkan
untuk investasi PMA rata-rata mengalami penurunan pada tahun 2009. Total
izin yang dikeluarkan adalah sejumlah 474 izin pada tahun 2009 dibandingkan
495 izin pada tahun 2008, atau terjadi penurunan sebesar 4,24 persen. Pada
tahun 2010 triwulan III realisasi investasi mencapai 2.513 miliar rupiah dengan
jumlah proyek sebanyak 829. Realisasi semester IV atau akhir tahun 2010
belum bisa kita dapatkan dikarenakan belum di publikasikan oleh pihak
BKPM.
Tabel 3.6 Perkembangan Realisasi Investasi (PMA)
NO.SEKTOR 2006 2007 2008 2009 2010**
P I P I P I P I P I1 Industri Makanan 45,0 354,4 53,0 704,1 42,0 491,3 49 552,1 8 27,7
2 Industri Tekstil 61,0 424,0 63,0 131,7 67,0 210,3 66 251,4 3 1,4
3Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki 11,0 51,8 10,0 95,9 20,0 145,8 21 122,6
130 781,3
4 Industri Kayu 18,0 58,9 17,0 127,9 19,0 119,6 18 62,1 19 63,3
5 Ind. Kertas dan Percetakan 16,0 747,0 11,0 672,5 15,0 294,8 18 68,7 19 15,5
6 Ind. Kimia dan Farmasi 32,0 264,6 32,0 1.611,7 42,0 627,7 41 1183,1 24 15,2
7 Ind. Karet dan Plastik 33,0 112,7 36,0 157,9 51,0 272,1 42 208,1 70 112,5
8 Ind. Mineral Non Logam 7,0 94,8 6,0 27,8 11,0 266,5 8 19,5 202 383,6
9Ind. Logam, Mesin & Elektronik 86,0 955,2 99,0 714,1 140,0 1.280,9 121 654,9
66 73,43
10Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik dan Jam 1,0 0,2 1,0 10,9 7,0 15,7 5 5,1
30 0,9
11Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain 28,0 438,5 38,0 412,3 47,0 756,1 52 583,4
173 758.0
12 Industri Lainnya 25,0 117,1 24,0 30,2 34,0 34,8 33 120,1 85 280,2
Jumlah 363,0 3.619,2 390,0 4.697,0 495,0 4.515,3 474 3831,1 829 2,513
CATATAN : 1. Diluar Investasi Sektor Minyak & Gas Bumi, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, Pertambangan dalam rangka Kontrak Karya, Perjanjian Karya, Pengusahaan Pertambangan Batubara, Investasi yang perizinannya dikeluarkan oleh instansi teknis/sektor, Investasi Porto folio (Pasar Modal) dan Investasi Rumah Tangga.2. P : Jumlah Izin Usaha Tetap yang dikeluarkan3. I : Nilai Realisasi Investasi dalam US$ Juta4. Data sementara, termasuk izin usaha tetap yang dikeluarkan oleh daerah yang diterima BKPM sampai dengan tanggal 30 September 2010Sumber : BKPM (2010)
Ditinjau dari peranan cabang industri, cabang-cabang industri pengolahan
non migas yang memberikan kontribusi tinggi terhadap PDB adalah cabang
industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 33,60 persen, cabang
industri alat angkut, mesin dan peralatannya 28,14 persen, industri pupuk,
kimia dan barang dari karet 12,73 persen, serta cabang industri lainnya
memiliki peran di bawah 10 persen.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 18
Tabel 3.7 Peranan Cabang Industri terhadap Total Sektor Industri
CABANG INDUSTRI 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1). Makanan, Minuman dan Tembakau 28,58 28,46 29,80 30,40 33.16 33.60
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 12,40 12,06 10,56 9,21 9.19 8.97
3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 5,67 5,97 6,19 6,43 6.33 5.82
4). Kertas dan Barang cetakan 5,45 5,30 5,12 4,56 4.82 4.75
5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 12,25 12,59 12,50 13,53 12.85 12.73
6). Semen & Brg. Galian bukan logam 3,95 3,88 3,70 3,53 3.43 3.29
7). Logam Dasar Besi & Baja 2,96 2,77 2,58 2,57 2.11 1.95
8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 27,81 28,02 28,69 28,97 27.33 28.14
9). Barang lainnya 0,93 0,95 0,85 0,80 0.77 0.76
Industri tanpa Migas 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00Sumber: BPS Diolah Kemenperin
2. Perkembangan Ekspor Impor dan Neraca Perdagangan
Perkembangan ekspor total industri nasional selama tahun 2005 hingga
tahun 2010 mengalami pertumbuhan sebesar 84,19 persen. Pertumbuhan ini
disumbang oleh 12 industri yang tumbuh selama empat tahun terakhir sebesar
62,12 persen. Total nilai sumbangan ekspor 12 besar sektor industri tahun
2010 sebesar US$ 87.691,77 juta dibandingkan tahun 2005 sebesar US$
49.757,71 juta. Industri Pengolahan kelapa/kelapa Sawit masih menjadi
penyumbang paling tinggi dengan nilai US$ 17.253,8 juta diikuti dengan
Industri Tekstil sebesar US$ 11.205,50 juta. Serta Besi Baja, Mesin-mesin dan
Otomotif sebesar US$ 10.840,00 juta. Adapun penyumbang terkecil adalah
industri kulit, barang kulit dan sepatu/alas kaki sebesar US$ 2.665,60 juta.
Total ekspor non migas tahun 2010 mencapai US$ 129.739,50 juta serta
ekspor migas sebesar US$ 28.039,60 juta (Gambar 3.2).
Gambar 3.2Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 19
Tabel 3.8 Perkembangan Ekspor Non Migas Tahun 2004 s/d 2010 (juta US $)
No URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009 2010Pertumbuhan
(%)2005-2010
1 Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit 5.419,19 6.407,27 10.476,83 16.168,07 13.249,46 17.253,8 218.38
2 Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif
5.949,69 7.712,68 9.606,92 11.814,98 10.720,08 10.840,00 82.19
3 T e k s t i l 8.584,85 9.422,75 9.790,09 10.116,35 9.974,69 11.205,50 30.53
4 Pengolahan Karet 3.545,82 5.465,16 6.179,87 7.579,66 6.974,25 9.522,60 168.56
5 Elektronika 7.853,03 7.200,19 6.359,73 6.806,70 6.656,97 9.254,60 17.85
6 Pengolahan Tembaga, Timah dll. 3.133,52 4.133,97 6.156,04 5.660,67 5.731,40 6.506,00 107.63
7 Pulp dan Kertas 3.257,48 3.983,27 4.440,49 5.219,62 4.859,58 5.708,20 75.23
8 Pengolahan Kayu 4.476,25 4.757,59 4.485,14 4.206,12 4.372,99 4.280,30 -4.38
9 Kimia Dasar 2.750,22 3.521,44 4.492,50 3.738,35 4.019,17 4.568,60 66.12
10 Makanan dan Minuman 1.647,92 1.866,00 2.374,83 3.104,85 2.736,36 3.228,60 95.92
11 Alat-alat Listrik 1.456,03 1.770,93 2.148,88 2.390,24 2.259,58 2,657.90 82.54
12 Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/Alas Kaki
1.683,69 1.913,17 2.006,60 2.260,46 2.148,35 2.665,60 58.32
Total 12 Besar Industri 49.757,71 58.154,42 68.517,92 79.066,08 65.376,60 87.691,77 76.24
Total Industri Non Migas 55.566,99 64.990,33 76.429,60 88.351,70 73.435,84 98.015,08 76.39
Non migas 66.428,36 79.589,15 92.012,32 107.894,15 97.491,73 129.739,50 95.31
Migas 19.231,60 21.209,48 22.088,57 29.126,27 19.018,30 28.039,60 45.80
Total Ekspor Nasional 85,659.96 100,798.63 114,100.89 137,020.42 116,510.03 157,779.10 84.19
Sumber : BPS, diolah Kemenperin
Total nilai impor Nasional tahun 2010 sebesar US$ 135.663,28 juta, nilai
tersebut jauh lebih bila dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar
US$ 96.829,24 juta (Tabel 3.9). Nilai industri non migas sebesar US$ 101.115,40
juta. Total nilai impor tersebut terserap pada 9 industri sebesar US$ 87.954,80 juta.
Industri yang menyerap impor paling tinggi adalah industri besi baja, mesin-mesin
dan otomotif sebesar US$ 43.218,60 juta pada tahun 2010. Nilai ini naik sebesar
36,41 persen dibandingkan tahun 2009. Industri elektronika tahun 2010 menyerap
nilai impor sebesar US$ 14.176,20 juta dan industri kimia dasar sebesar US$
11.431,50 juta.
Total impor non migas tahun 2010 mencapai US$ 108,25 Miliar serta
ekspor migas sebesar US$ 27,41 Miliar (Gambar 3.3).
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 20
Gambar 3.3Perkembangan Impor Migas dan Non Migas
Secara rinci, perkembangan impor per cabang industri selama tahun 2005
hingga tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 3.9 di bawah ini.
Tabel 3.9 Perkembangan Impor Non Migas Tahun 2005 s/d 2010 (US $ Juta)
No URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Pertumbuhan (%)
2005-2010*
1 Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif
17.531,04 17.031,41 20.539,04 39.978,6931,683.82
43,218.60 146.53
2 Elektronika 2.413,48 2.488,31 4.035,98 13.444,7110,496.71
14,176.20 487.38
3 Kimia Dasar 5.935,32 6.315,39 7.115,75 10.716,708,095.12
11,431.50 92.60
4 T e k s t i l 1.026,87 1.085,68 1.192,00 3.901,783,396.92
5,031.20 389.95
5 Makanan dan Minuman 1.914,52 2.178,23 3.616,14 3.157,972,810.63
4,514.20 135.79
6 Pulp dan Kertas 1.298,95 1.392,04 1.692,60 2.518,491,883.21
2,731.80 110.31
7 Alat-alat Listrik 877,79 852,98 1.118,31 2.470,792,105.82
3,142.80 258.04
8 P u p u k 518,87 624,65 761,78 2.337,64929.14
1,509.20 190.86
9 Barang-barang Kimia lainnya 1.167,23 1.170,03 1.293,82 1.845,641,661.88
2,199.30 88.42
Total 9 Besar Industri 32.684,07 33.138,71 41.365,42 80.372,4263,063.25
87,954.80 169.11
Total Industri Non Migas 37.300,34 38.624,63 48.084,08 91.800,6772,398.09 101,115.40 171.08
Non Migas 40.243,21 42.102,59 52.540,61 98.644,4177,848.50 108,250.60 168.99
Gas 17.457,68 18.962,87 21.932,82 30.552,9018,980.75
27,412.70 57.02
Total Impor Nasional 57,700.88 61,065.47 74,473.43 129,197.31 96,829.24 135,663.28 135.11Sumber : BPS, diolah Kemenperin
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 21
Berdasarkan penggunaan, impor barang dibagi menurut barang
konsumsi, bahan baku dan barang modal. Impor barang konsumsi, impor
bahan baku/penolong dan impor barang modal pada periode yang sama juga
mengalami peningkatan yang cukup tajam. Peran impor bahan baku
mengambil persentase paling besar yakni 72,16 persen diikuti barang modal
19,84 persen dan barang konsumsi 8,00 persen. Pada tahun 2009, impor
barang konsumsi mengalami penurunan sebesar 6,52 persen dibanding tahun
2008, bahan baku menurun 13.34 persen dan barang modal sebesar 13.85
persen. Tahun 2008 impor barang konsumsi naik 35,46 persen dibandingkan
tahun sebelumnya, impor bahan baku sebesar 75,88 persen dan barang modal
sebesar 85,39 persen.
Tabel 3.10Perkembangan Impor Menurut Golongan Penggunaan
Golongan Barang
2005 2006Persen Perub.
2007Persen Perub.
2008Persen Perub.
2009Persen Perub.
2010*Peran (%) terhadap
total impor
Barang Konsumsi
4.752,32 5.314,84 11,84 7.121,56 33,99 9.647,11 35,46 9.017,71 -6.52 10,853.44 8.00
Bahan Baku
44.658,23 46.592,24 4,33 55.885,14 19,95 98.291,74 75,88 85.183,92 -13.34 97,893.23 72.16
Barang Modal
8.290,33 9.158,39 10,47 11.466,72 25,20 21.258,46 85,39 18.313,26 -13.85 26,916.61 19.84
Total Impor
57.700,88 61.065,47 5,83 74.473,43 21,96 129.197,31 73,48 112.514,35 -6.52 35,663.28 100.00
Sumber : BPS, diolah Kemenperin
Neraca perdagangan non migas sejak tahun 2005 sampai dengan tahun
2010 selalu mengalami surplus. Surplus neraca perdagangan non migas
tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan surplus sebesar US$ 39.471,71.
Secara rinci, neraca perdagangan non migas dapat dilihat pada Gambar 3.3
dibawah ini.
Gambar 3.4Neraca Perdagangan Non Migas
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 22
C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA SASARAN STRATEGIS PERSPEKTIF
STAKEHOLDERSTAHUN 2010
Penilaian atas pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian dilakukan
melalui pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi
dan misi Kementerian Perindustrian. Pengukuran kinerja sasaran strategis
perspektif stakeholders mempunyai 7 (tujuh) sasaran strategis dengan 13 indikator
kinerja utama, yaitu:
C.1. Tingginya Nilai Tambah Industri.
Seperti tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun
2010-2014, sasaran strategis yang akan dicapai Kementerian Perindustrian dalam
rangka pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan
serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan adalah tingginya nilai
tambah industri yang akan diukur melalui indikator kinerja yaitu:
1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah dicari melalui
pertumbuhan nilai tambah dihitung dengan melihat tingkat pertumbuhan rata-
rata sektor industri sesuai data dari BPS. Untuk setiap sektor akan mengikuti
dengan mencantumkan nilai pertumbuhan dalam persentase masing-masing
jenis industri dan data diperoleh dari BPS dengan target 4,99 persen.
2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Nasional dicari melalui besaran
persentase kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Nasional dengan
target 23,92 persen.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat
pada tabel 3.11.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 23
Tabel. 3.11Capaian IKU dari Tingginya Nilai Tambah Industri.
Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian
Tingginya Nilai Tambah Industri
Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah
4.99 5.09 102
Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional
23.92 21.55 90.09
Nilai Capaian Tingginya Nilai Tambah Industri 96.05
Nilai capaian tingginya nilai tambah industri mencapai 96,05 persen
merupakan merupakan salah satu dampak dari sejumlah sasaran yang telah dicapai
oleh Kementerian Perindustrian melalui kinerjanya di tahun 2010. Upaya yang
dilakukan Kementerian Perindustrian guna mencapai target tingginya nilai tambah
industri melalui: perumusan kebijakan, pelayanan dan fasilitasi, serta pengawasan,
pengendalian dan evaluasi.
Salah satu upaya yang dilakukan guna meningkatkan laju pertumbuhan
industri adalah melalui pengembangan Iklim usaha, diantaranya telah dilakukan
sosialisasi pengawasan produk, 5 (lima) workshop kebijakan tarif dan non tariff
serta 2 (dua) sosialisasi peraturan terbaru; usulan kebijakan harmonisasi tarif,
penyempurnaan tata niaga pajak ekspor, Evaluasi Non Tariff Measure (NMT) dan
Non tariff Barrier (NTB) dan penetapan Rule of Origin;. Hal ini dilakukan agar
dunia usaha baik dalam dan luar negeri tetap mempertahankan investasi industri
yang ada dan mengembangkan atau menarik investasi baru untuk ditanam pada
industri manufaktur di Indonesia sehinggga terjadi pertumbuhan industri.
Penurunan/Penghapusan Tarif dan PPnBM merupakan salah satu cara
pemerintah dalam memberikan insentif untuk peningkatan daya saing industri
melalui kebijakan fiskal, yang mana kebijakan ini memiliki tujuan menstabilkan
perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang
beredar. Instrumen utama dari kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak.
Kebijakan insentif Bea Masuk perlu dilakukan dalam rangka memperkuat daya
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 24
saing industri nasional dalam menghadapi persaingan dari luar. Dalam skema
CEPT, 80% lebih tarifnya sudah 0% dan tahun 2010 untuk normal tarif bea
masuknya semuanya 0%, selain itu untuk di ketahui dibawah payung ASEAN
melakukan FTA dengan Korea, China, serta tahun 2008 telah dilakukan bilateral
FTA dengan Jepang (IJ-EPA). Diperkirakan tahun 2011 dibawah payung
ASEAN melakukan FTA dengan ANZ (Australia New Zealand), India, dan
kemungkinan Eropa. Kebijakan BMDTP baru pertama kali dilaksanakan di tahun
2008 dan penerapan kebijakan ini dan sistem anggaran Nasional adalah hybrid
antara anggaran dan kepabeanan.
Dengan pemberdayaan produk dalam negeri agar mampu bersaing dengan
produk-produk luar negeri/impor merupakan salah satu upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan pengembangan investasi yang sudah ada maupun untuk
menumbuhkan investasi baru melalui pelaksaan pameran atau promosi.
Laju pertumbuhan Industri Alat Transportasi dan Telematika tahun 2010
terhadap 2009 adalah sebesar 10,35 %. Kontribusi Industri manufaktur untuk
tahun 2010 adalah sebesar 28,14 % meningkat dibandingkan tahun 2009 dimana
pada tahun tersebut kontribusinya sebesar 27,33%. Pada tahun 2010 dilakukan
beberapa restrukturisasi permesinan salah satunya restrukturisasi pabrik gula,
restrukturisasi permesinan industri alas kaki dan penyamakan kulit. Bantuan
modal investasi bagi pembelian mesin-mesin pabrik tersebut menjadi salah satu
faktor dalam meningkatkan laju pertumbuhan industri mesin nasional menjadi
sebesar 7 persen pada tahun 2010, serta tercapainya kontribusi industri mesin
terhadap PDB sebesar 4,29 persen dari target sebesar 1,4 persen. Restrukturisasi
tersebut dilaksanakan dengan mekanisme bantuan modal investasi dan bantuan
tersebut berhasil diserap oleh 24 perusahaan alas kaki dan penyamakan kulit dari
29 perusahaan yang dialokasikan. Restrukturisasi permesinan industri alas kaki
dan penyamakan kulit tersebut berhasil menarik investasi barang modal sebesar
Rp. 183 Milyar disamping itu, laju pertumbuhan industri aneka meningkat sebesar
5,32 persen dan utilisasi kapasitas produksi sebesar 65,46 persen. Restrukturisasi
permesinan industri TPT, pabrik gula, alas kaki dan penyamakan kulit realisasinya
melebihi target dari yang telah ditetapkan, dari yang semula target sebanyak 136
perusahaan terealisasi menjadi 174 perusahaan.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 25
Berdasarkan data dari laju pertumbuhan PDB pada tahun 2010 sektor
industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 4,48 persen. Hasil tersebut
naik jika dibandingkan pada tahun 2009 yang hanya mencapai 2,16 persen. Angka
tersebut disumbangkan oleh industri bukan migas sebesar 5,09 persen dan industri
migas yang menurun sebesar 2,31 persen seperti terlihat pada tabel 3.12.
Tabel 3.12Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan Komulatif
LAPANGAN USAHA2009* 2010**
I II III IV I II III IV
INDUSTRI PENGOLAHAN 1.50 1.51 1.43 2.16 3.87 4.18 4.21 4.48
a. Industri M i g a s -2.20 -1.86 -1.78 -2.19 -1.01 -1.73 -2.07 -2.31
b. Industri bukan Migas 1.85 1.83 1.73 2.56 4.31 4.72 4.78 5.09
1). Makanan, Minuman dan Tembakau 13.79 15.34 13.39 11.22 0.60 1.22 2.16 2.73
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki -2.16 -2.50 -0.75 0.60 0.13 -0.01 0.05 1.74
3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 3.12 -0.96 -1.97 -1.38 -2.73 -2.81 -2.83 -3.50
4). Kertas dan Barang cetakan 3.23 3.35 4.60 6.34 -0.84 -0.50 0.48 1.64
5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 3.23 2.84 1.17 1.64 4.45 4.05 4.50 4.67
6). Semen & Brg. Galian bukan logam -4.69 -3.72 -2.92 -0.51 8.03 5.52 3.46 2.16
7). Logam Dasar Besi & Baja -9.88 -8.99 -7.10 -4.26 -0.06 -0.03 -0.13 2.56
8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya -5.97 -6.34 -5.41 -2.87 10.67 11.64 10.67 10.35
9). Barang lainnya 8.70 4.21 3.87 3.19 -1.39 2.25 2.82 2.98
PRODUK DOMESTIK BRUTO 4.60 4.37 4.31 4.58 5.59 5.86 5.84 6.10
PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 5.01 4.77 4.69 4.96 6.09 6.31 6.28 6.56
Sumber: BPS, diolah Depperin. * Angka sementara, ** Angka sangat sementara
PDB atas dasar harga berlaku tahun 2010, sektor ekonomi yang
menunjukkan nilai tambah terbesar adalah sektor industri pengolahan sebesar
Rp. 1,594,330.4 miliar atau (24.82 persen) terhadap total PDB, kemudian sektor
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebesar Rp. 985,143.6 milliar
(15.34 persen), sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar Rp. 881,108.5
milliar (13.72 persen), sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp
716,391.2 miliar (11.15 persen), sektor konstruksi/bangunan sebesar Rp
660,967.5 miliar (10.29 persen), sektor jasa-jasa sebesar Rp 654,680 miliar
(10.19 persen), sektor keuangan-real estate-jasa perusahaan Rp 462,788.8 miliar
(7.21 persen), sektor pengangkutan-komunikasi sebesar Rp 417,466 miliar (6.50
persen) dan terakhir paling kecil sektor listrik-gas-air bersih sebesar Rp
50,042.2 miliar (0.78 persen) (Gambar 3.5).
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 26
Gambar 3.5PDB 9 (sembilan) Sektor Ekonomi Tahun 2010
Secara rinci, Produk Domestik Bruto sektor ekonomi mulai dari tahun
2008 berdasarkan jenis lapangan usaha dapat dilihat pada tabel 3.13
dibawah ini.
Tabel 3.13 PDB Menurut Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
(Milliar Rupiah)
LAPANGAN USAHANilai PDB Harga Berlaku
2008 2009* 2010**
1. PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN DAN PERIKANAN716,656.2 857,241.4 985,143.6
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 541,334.3 591,912.7 716,391.2
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,376,441.7 1,477,674.3 1,594,330.4
a. INDUSTRI MIGAS 237,771.6 209,973.9 210,086.4
b. INDUSTRI NON MIGAS 1,138,670.1 1,267,700.4 1,384,244.0
4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 40,888.6 47,165.9 50,042.2
5. B A N G U N A N 419,711.9 555,201.4 660,967.5
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 691,487.5 744,122.2 881,108.5
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 312,190.2 352,423.4 417,466.0
8. KEUANGAN, REAL ESTATE & JASA PERSH. 368,129.7 404,013.4 462,788.8
9. JASA - JASA 481,848.3 574,116.5 654,680.0
PDB 4,948,688.4 5,603,871.2 6,422,918.2
PDB NON MIGAS 4,427,633.5 5,138,955.2 5,924,008.2
Sumber : BPS* Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 27
C.2. Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri.
Tingginya penguasaan pangsa pasar adalah tingginya penjualan produk
dalam negeri dibanding seluruh pangsa pasar, sedangkan penguasaan pangsa
pasar luar negeri adalah tingginya nilai ekspor produk industri sehingga dapat
meningkatkan rasio/perbandingan nilai ekspor industri terhadap nilai ekspor
keseluruhan. Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri merupakan salah
satu sasaran strategis yang ditujukan untuk mewujudkan visi Kementerian
Perindustrian pada Tahun 2014.
Indikator dari pencapaian sasaran tingginya penguasaan pasar dalam dan
luar negeri adalah:
1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri
nasional dicapai melalui penghitungan peningkatan nilai ekspor produk
industri, sehingga dapat meningkatkan rasio/perbandingan nilai ekspor
produk industri saja (belum termasuk jasa ) yang memang masuk di 5 negara
tujuan (AS, Jepang, Uni Eropah, Cina, dan Korsel) dengan target 35 persen.
2. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar
dalam negeri dicapai melalui nilai perbandingan pangsa pasar produk
industri nasional di dalam negeri terhadap total permintaan pasar dalam
negeri dengan target 60 persen.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada tabel 3.14.
Tabel. 3.14Capaian IKU Dari Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri.
Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian
Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri
Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional 35 21.72 62.06
Nilai Capaian Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri
62.06
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 28
Nilai capaian tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri
mencapai 62.06 persen. Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna
mencapai target tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri melalui
perumusan kebijakan, pelayanan dan fasilitasi, serta pengawasan, pengendalian
dan evaluasi. Untuk indikator kinerja utama pangsa pasar produk industri
nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri belum dapat diketahui
realisasinya dikarenakan kesulitan untuk dapat memperoleh data, sehingga perlu
dievaluasi kembali untuk penetapan kinerja tahun 2011.
Secara garis besar pengembangan pangsa pasar dalam dan luar negeri
ditujukan kepada Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dan
telah di bentuk tim nasional P3DN yang diketuai oleh Menteri Perindustrian.
Hasil-hasil yang telah dicapai diantaranya pencetakan dan distribusi buku daftar
inventarisasi TKDN barang/jasa produksi dalam negeri sebanyak 2000 buku,
Evaluasi 2 (dua) Kebijakan P3DN, Sosialisasi dan Fasilitasi Pembentukan Tim
P3DN sebanyak 26 daerah dari 24 daerah yang menjadi target, Promosi
Kebijakan P3DN Melalui TV, Penganugerahan Penghargaan P3DN. Selain
melalui program P3DN juga dilakukan bantuan sarana produksi bagi sentra IKM
pangan di 5 provinsi sebanyak 9 paket, Jumlah IKM pangan yang ikut serta pada
pameran di dalam dan luar negeri sebanyak 11 IKM, berpartisipasi pada event-
event pameran bertaraf internasional di dalam negeri dan luar negeri, pameran
produk pangan unggulan daerah di Jawa Tengah, program OVOP melalui PSA
(Public Service Advertisement) yang telah dibuat kepada masyarakat maupun
talkshow di media TV. Pameran dilaksanakan untuk menyediakan ruang promosi
bagi industri mesin, tekstil dan produk tekstil, serta aneka dimana pada tahun
2010 mampu memfasilitasi sebanyak 632 perusahaan.
C.3. Kokohnya Faktor-Faktor Penunjang Pengembangan Industri.
Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri merupakan
salah satu sasaran strategis yang ditujukan untuk mewujudkan visi Kementerian
Perindustrian pada Tahun 2014. Indikator dari pencapaian sasaran kokohnya
faktor-faktor penunjang pengembangan industri adalah:
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 29
1. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri dihitung melalui
Persentase pembagian antara Nilai tambah dan jumlah Tenaga Kerja di
sektor Industri ybs, secara ekstrapolasi dari data 2 tahun lalu yang didekati
dengan peningkatan persentase pertambahan nilai tambah / jenis industri
(data dari BPS) dengan target 250.000 Rupiah/Tenaga Kerja.
2. Indeks Iklim Industri Nasional dicapai melalui nilai hasil pengukuran dengan
menggunakan kuesioner. Dijalankan dengan sampling pada masing-masing
industri (kuesioner disiapkan biro perencanaan, tetapi survey dilakukan
masing-masing Dirjen pada perusahaan secara sampling) dengan target
indeks 4 (dari skala 1-5).
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada tabel 3.15.
Tabel. 3.15Capaian IKU Dari Kokohnya Faktor-Faktor Penunjang Pengembangan Industri.
Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian
Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri
Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri
250,000 212,378 84.95
Nilai Capaian Kokohnya Faktor-Faktor Penunjang Pengembangan Industri 84.95
Nilai capaian kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri
mencapai 84.95 persen merupakan merupakan salah satu dampak dari sejumlah
sasaran yang telah dicapai oleh Kementerian Perindustrian melalui kinerjanya di
tahun 2010. Untuk indikator kinerja utama indeks iklim industri Nasional belum
bisa diukur karena alat ukur (kuesioner) belum disebarkan dikarenakan adanya
perubahan struktur dan penyesuaian tupoksi, sehingga baru akan dilaksanakan
pada tahun 2011. Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna
mencapai target kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri
melalui: perumusan kebijakan, pelayanan dan fasilitasi, serta pengawasan,
pengendalian dan evaluasi.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 30
Salah satu upaya yang dilakukan guna kokohnya faktor-faktor
penunjang pengembangan industri adalah tingkat produktifitas SDM industri
sebesar 212,378 Rp/Tenaker, kebijakan dan produk hukum basis industri
manufaktur yang ditetapkan Menteri berupa 3 (tiga) peraturan, rekomendasi
usulan insentif 12 jenis, perusahaan industri yang memperoleh insentif terdapat 8
perusahaan, tingkat kepuasan pelanggan menggunakan indeks dari 0-4 realisasi
mencapai 3.6, tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri
sebesar 65 persen, Perjanjian kerjasama internasional di bidang industri
manufaktur sebanyak 7 MoU, Perusahaan yang mendapatkan HKI sejumlah 46
perusahaan, Pertumbuhan investasi di industri hulu dan antara basis industri
manufaktur sebanyak 184, Peta panduan pengembangan klaster industri prioritas
untuk 4 (empat) klaster, perusahaan yang mendapatkan akses ke sumber
pembiayaan sebanyak 184 perusahaan, Perusahaan yang mendapatkan akses ke
sumber bahan baku sebanyak 2 (dua) perusahaan. Realisasi target kinerja tersebut
dicapai melalui penyelenggaraan kegiatan prioritas kementerian/lembaga, yaitu
berupa fasilitasi konservasi energi, pembinaan pengembangan SDM industri,
diseminasi Hak Kekayaan Intelektual (HKI), fasilitasi investasi melalui
penyusunan profil industri, dan partisipasi dalam kerjasama internasional. Tahun
2010, basis industri manufaktur memberikan bantuan mesin peralatan sebanyak
34 unit bagi sentra-sentra pengembangan basis industri manufaktur,
penyelenggaraan pelatihan peningkatan kemampuan SDM industri sebanyak 47
kegiatan dengan jumlah peserta sebanyak 1.030 Orang, memberikan bantuan
mesin peralatan sebanyak 34 unit bagi sentra-sentra pengembangan basis industri
manufaktur melalui pemberian bantuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
tingkat utilisasi kapasitas produksi. Guna meningkatkan produktivitas diperlukan
iklim industri nasional yang sehat diantaranya kelompok/bidang industri yang
mendapatkan insentif fiskal berupa bea masuk ditanggung pemerintah (BM-
DTP) pada tahun 2010 sebanyak 13 sektor industri, kelompok/bidang
industri yang mendapatkan insentif fiskal berupa pajak pertambahan nilai
ditanggung pemerintah (PPN-DTP) sebanyak 1 sektor industri. Kementerian
Perindustrian mempunyai pegawai sebanyak 6271 pegawai dengan
spesifikasi dan tingkatan yang berbeda (Lampiran 2).
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 31
C.4. Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri.
Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri
merupakan salah satu sasaran strategis yang ditujukan untuk mewujudkan visi
Kementerian Perindustrian pada Tahun 2014. Indikator dari pencapaian tingginya
kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri adalah:
1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif
dihitung dari Jumlah hasil penelitian (khusus yang dikerjakan oleh BPPI)
dengan target 250 penelitian.
2. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri dihitung
dari jumlah teknologi sebagai hasil penelitian yang sudah diterapkan dan
dimanfaatkan industri dan telah masuk dalam skala pabrik dengan target 50
penelitian.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada tabel 3.16.
Tabel. 3.16Capaian IKU Dari Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan
Teknologi Industri.
Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian
Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif
250 157 62.80
Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri
50 99 198.00
Nilai Capaian Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri
130.40
Nilai capaian tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi
industri mencapai 100 persen merupakan merupakan salah satu dampak dari
sejumlah sasaran yang telah dicapai oleh Kementerian Perindustrian melalui
kinerjanya di tahun 2010. Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna
mencapai target tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 32
melalui: perumusan kebijakan, pelayanan dan fasilitasi, serta pengawasan,
pengendalian dan evaluasi.
Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri
merupakan kemampuan dan kreativitas untuk menciptakan produk baru sebagai
hasil penelitian dan pengembangan teknologi terapan dan penelitian dari berbagai
sektor. Pada tahun 2010 dilakukan penyempurnaan sebanyak 31 rancangan
SNI (RSNI), dikeluarkan 15 Peraturan Menteri Perindustrian tentang SNI
wajib, Pemodelan dan analisis industri sejumlah 3 model. Telah dilakukan
kajian mengenai Inkubator Teknologi pada litbang Balai Besar serta Balai
Riset dan Standarisasi (Baristand) Industri serta Perguruan Tinggi.
Pengembangan inkubator teknologi ini dimaksudkan untuk memanfaatkan
potensi nasional di bidang pengembangan teknologi industri, baik hasil
litbang, sumber daya manusia (peneliti, tenaga ahli), bahan baku maupun
peralatan. Kajian ini merupakan kegiatan rencana pendirian Inkubator
Teknik Produksi Mesin di ITB dan Inkubator Nanosilika di BBK Bandung.
Selain itu telah disurvei 33 industri untuk pemetaan potensi kesiapan
penguasaan nanoteknologi terutama ketersediaan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang tersebar di perusahaan-perusahaan tersebut sebesar 200 orang,
Survei dilakukan berdasarkan pembagian jenis industri yaitu industri
polimer dan pengemas 39%, konstruksi 3%, elektronik dan telekomunikasi
9%, energi 9%, ketahanan 3%, pulp dan kertas 12%, kimia dan farmasi
15%, tekstil 9%. Untuk industri polimer terbagi menjadi produksi, bahan
baku, bahan pendukung dan proses. Terdapat 4 hasil litbang dari Balai Besar
Keramik dan Baristand Palembang yang telah mengajukan permohonan
Paten. Telah dilakukan implementasi kegiatan litbang teknologi nano
Precipitated Calcium Carbonat (PCC) untuk industri makanan dan keramik
pada 2 lokasi Pilot Project , telah dibentuk 2 inkubator yaitu inkubator
teknik produksi mesin serta inkubator nanosilika. Selain itu juga dibentuk
Aliansi Strategis Mikro dan Nanoteknologi (ASMINOTEK) yang
keanggotaannya bersifat terbuka dan terdiri atas para peneliti, industri dan
akademisi. Pembentukan Aliansi Strategis Mikro dan Nanoteknologi
(ASMINOTEK) merupakan salah satu strategi dalam mengembangkan dan
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 33
mempercepat penerapan nanoteknologi pada industri nasional yang
disesuaikan dengan kebutuhan industri. Jumlah hasil litbang teknologi pada
Tahun 2010 sejumlah 157 yang dihasilkan oleh Balai Besar sejumlah 109
dan Baristand Industri sejumlah 48.
C.5. Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri.
Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri merupakan salah satu
sasaran strategis yang ditujukan untuk mewujudkan visi Kementerian
Perindustrian pada Tahun 2014. Sasaran strategis tersebut sangat berpengaruh
pada peningkatan daya saing Industri Nasional, hal ini dikarenakan daya saing
industri nasional masih rendah dan masih bergantung dari industri-industri
pendukung dari Negara lain. Indikator dari pencapaian sasaran kuat, lengkap dan
dalamnya struktur industri adalah:
1. Tumbuhnya industri dasar hulu (Logam dan Kimia) dapat dihitung melalui
perbandingan nilai industri dasar hulu (Logam dan Kimia) tahun 2010
dengan tahun 2009 dengan target 2,75 persen.
2. Tumbuhnya industri komponen automotive, elektronika dan permesinan yang
dihitung melalui perbandingan nilai industri komponen automotive,
elektronika dan permesinan tahun 2010 dengan data tahun 2009 dengan
target 4 persen.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada tabel 3.17.
Tabel. 3.17Capaian IKU Dari Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri.
Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian
Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri
Tumbuhnya Industri Dasar Hulu(Logam dan Kimia)
2.75 3.74 136
Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan permesinan
4 3.05 76.25
Nilai Capaian Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri
106.13
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 34
Nilai capaian kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri mencapai
106.13 persen merupakan merupakan salah satu dampak dari sejumlah sasaran
yang telah dicapai oleh Kementerian Perindustrian melalui kinerjanya di tahun
2010. Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna mencapai target
kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri melalui: perumusan kebijakan,
pelayanan dan fasilitasi, serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi.
Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dalam pengembangan suatu industri. Untuk
mewujudkan hal tersebut diperlukan pertumbuhan investasi di industri hulu dan
antara guna menumbuhkan industri-industri baru yang dapat memperkuat dan
memperlengkap struktur industri yang telah ada. Sehingga Salah satu upaya
yang dilakukan guna mencapai sasaran tersebut antara lain IKM Juwana
sebagai kelompok klaster IKM produk pompa air saat ini telah mampu
menyuplay komponen Impeler Finish Goods dan Cashing Cover untuk
mesin pompa air 100 watt dan cetakan dengan menggunakan bahan pasir
alam yang sudah biasa digunakan di Industri Pengecoran Kuningan, dan
Komponen tersebut akan disuplay ke PT Panasonic Mfg, bantuan peralatan
untuk pembuatan komponen impeller yaitu peralatan mesin Press dengan
kapasitas 40 ton, Peralatan Tungku yang berkapsitas 500 Amper dan 300
Amper. Pada saat ini PT Panasonic telah melakukan kerjasama dengan
perusahaan di daerah Soekarno Hatta Bandung yang memproduksi Injection
Plastic. Telah ditetapkannya Model pengembangan Klaster Industri LHE
dengan pola Private Sector Driven dan Donor of Government-Driven.
Adapun Skema yang diharapkan adalah terjadinya kolaborasi kerja yang
optimal antara Industri LHE (PT.Panasonic Lighting Indonesia) sebagai
roda utama yang dikokohkan oleh IKM penunjang dan LPPM-ITS serta
didukung secara komprehensif oleh pemerintah dalam hal ini tidak hanya
Kementerian Perindustrian tetapi juga Kementerian Keuangan dan
Kementerian Perdagangan, serta lembaga lain yang berperan penting dalam
penumbuhan industri dalam negeri. Dalam kemitraan kedepan potensi yang
diharapkan adalah pemenuhan QCDS (Quality, Cost, Delivery and Service )
oleh IKM.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 35
C.6. Tersebarnya pembangunan industri.
Tersebarnya pembangunan industri merupakan salah satu sasaran
strategis yang ditujukan untuk mewujudkan visi Kementerian Perindustrian pada
Tahun 2014. Indikator dari pencapaian sasaran tersebarnya pembangunan
industri adalah:
1. Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB
nasional dilakukan dengan cara menghitung PDB manufaktur diluar pulau
jawa serta kontribusinya terhadap PDB Nasional dengan target 27,19 persen.
2. Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang
menyerap banyak tenaga kerja dilakukan dengan menghitung jumlah
investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang
menyerap banyak tenaga kerja dengan target Rp 34.178,4 Miliar.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada tabel 3.18.
Tabel. 3.18Capaian IKU Dari Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi
Industri.
Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian
Tersebarnya pembangunan industri
Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja
34.178,4 29,256.03 85.60
Nilai Capaian Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri 85.60
Nilai capaian tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan
teknologi industri mencapai 85.60 persen merupakan merupakan salah satu
dampak dari sejumlah sasaran yang telah dicapai oleh Kementerian Perindustrian
melalui kinerjanya di tahun 2010. Upaya yang dilakukan Kementerian
Perindustrian guna mencapai target tingginya kemampuan inovasi dan
penguasaan teknologi industri melalui: perumusan kebijakan, pelayanan dan
fasilitasi, serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Untuk indikator kinerja
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 36
utama meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB
nasional belum dapat diketahui realisasinya dikarenakan kesulitan untuk dapat
memperoleh data dimaksud, sehingga akan dievaluasi kembali untuk penetapan
kinerja tahun 2011.
Salah satu upaya yang dilakukan guna menyebarnya pembangunan
industri dilakukan melalui kebijakan top-down dan bottom up. Dimana
pengembangan 35 klaster industri prioritas disebut sebagai kebijakan top-down
yang merupakan kebijakan langsung dari pemerintah pusat Sedangkan peta
panduan industri unggulan propinsi serta pengembangan kompetensi inti daerah
merupakan kebijakan bottom-up yang munculnya merupakan masukan dari
daerah maupun propinsi sesuai dengan potensi yang ada di daerah dan telah
ditetapkannya Peraturan Menteri Perindustrian tentang industri unggulan
propinsi untuk 18 propinsi serta Peraturan Menteri Perindustrian tentang
kompetensi inti industri daerah di 5 Kabupaten/Kota, tumbuhnya wirausaha
baru garam beryodium di sentra garam rakyat, tersedianya dokumen peta
lahan dan potensi lahan pegaraman serta rencana kebutuhan infrastruktur
untuk menyusun profil investasi industri garam industri, pengembangan
kawasan industri terpadu berbasis kompetensi inti industri daerah dengan
fasilitasi penyusunan kebijakan teknis sejumlah 4 kebijakan teknis di 4
(empat) daerah ( Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, dan
Jawa Timur). Kegiatan promosi merupakan langkah yang konkrit yang dapat
dilakukan bersama dunia usaha dan asosiasi dalam upaya meningkatkan promosi
dan informasi tentang kemampuan industri dalam negeri sehingga pada
gilirannya dapat meningkatkan daya saing produk tersebut dan akhirnya
menciptakan iklim usaha industri yang kondusif yang akhirnya memberikan daya
tarik bagi investor untuk menanamkan investasinya.
Fasilitasi investasi dilaksanakan untuk memberikan dukungan secara riil
bagi upaya peningkatan utilisasi dan upaya penyediaan bahan baku yang stabil.
Beberapa kebijakan pemerintah yang mendukung peningkatan usaha,
investasi dan produksi melalui pengusulan pemberian fasilitas PPh untuk
penanaman modal di bidang tertentu dalam rangka menarik investasi terutama
investor asing sebagaimana PP No. 62 Tahun 2008 yang merupakan revisi
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 37
dari PP No. 1 Tahun 2007 serta pemberian fasilitas insentif fiskal berupa
subsidi pajak dan bea masuk yang masih memerlikan barang-barang impor
seperti: barang modal, bahan baku, pendukung dan komponen yang belum
dapat di produksi di dalam negeri.
C.7. Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB.
Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB
merupakan salah satu sasaran strategis yang ditujukan untuk mewujudkan visi
Kementerian Perindustrian pada Tahun 2014. Indikator capaian sasarannya
adalah:
1. Tumbuhnya peran industri kecil terhadap PDB adalah tumbuhnya industri
kecil diatas pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu persentase pertumbuhan
industri kecil selalu berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional dengan
target sebesar 6,5 persen.
2. Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil adalah
persentase pertumbuhan industri menengah akan mencapai dua kali lipat
diatas pertumbuhan industri kecil dengan target 13 persen.
3. Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi “Out-Source” Industri,
adalah persentase jumlah output IKM yang di outsource oleh industri besar
dengan target sebesar 20 persen.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU)
dapat dilihat pada tabel 3.19.
Tabel. 3.19Capaian IKU Dari Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah Terhadap PDB.
Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian
Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB
Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan ekonomi nasional
6,5 2,09 32,15
Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil
13 1,46 11.23
Nilai Capaian Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah Terhadap PDB
21.69
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 38
Nilai capaian meningkatnya peran industri kecil dan menengah
terhadap PDB mencapai 21.69 persen merupakan merupakan salah satu
dampak dari sejumlah sasaran yang telah dicapai oleh Kementerian
Perindustrian melalui kinerjanya di tahun 2010. Upaya yang dilakukan
Kementerian Perindustrian guna mencapai target Kokohnya Faktor-Faktor
Penunjang Pengembangan Industri melalui: perumusan kebijakan, pelayanan
dan fasilitasi, serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Untuk indikator
kinerja utama meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi “Out-Source”
industri besar belum dapat diketahui realisasinya dikarenakan kesulitan untuk
dapat memperoleh data, sehingga akan dievaluasi kembali untuk penetapan
kinerja tahun 2011.
Sasaran ini dimaksudkan untuk menindaklanjuti kebijakan
pemerintah yang tertuang dalam Inpres No. 6 tahun 2007 tentang
Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil & Pemberdayaan Usaha
Mikro Kecil & Menengah (UMKM) dan Peraturan Menteri Perindustrian
No. 78 tahun 2007 tentang Peningkatan Efektivitas Pengembangan IKM
melalui Pendekatan Satu Desa Satu Produk – OVOP. Pencapaian sasaran
ini digambarkan dari hasil-hasil yang telah dicapai pada tahun ini, yaitu
monitoring dan evaluasi program dan pemanfaatan bantuan mesin
peralatan pada IKM Kerajinan yang telah dilakukan berdasarkan kuesioner
yang diberikan serta pelaksanaan monitoring secara langsung ke 18
(delapan belas) daerah yang dikunjungi dan 26 (dua puluh enam) propinsi
daerah yang diberikan bantuan untuk pelaksanaan pelabelan Bantuan
Mesin peralatan IKM Kerajinan Tahun 2009/2010 terlihat semakin
berkembangnya klaster IKM Kerajinan di daerah, menguatnya
pengembangan IKM Kerajinan Unggulan daerah yang berbasis
kompetensi inti daerah dengan pendekatan sentra/OVOP serta pelabelan
revitalisasi/restrukturisasi mesin/peralatan UPT/KUB, Terkoordinasinya
program kerjasama antara DJ-IKM, Tim Tenaga Ahli desain Jetro-Jepang,
Kadin Daerah, DDO, dalam menseleksi produk IKM Kerajinan di Jawa
Barat (Batik Katura), di Bali Kerajinan Kayu , di Mataram (Tenun dan
Ketak), terpilih untuk diikut sertakan pada Pemeran Japan Gift Show di
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 39
bulan Pebruari 2011, Terselenggaranya workshop kerjasama dengan
lembaga donor dalam meningkatkan daya saing IKM Kerajinan yang
menghasilkan informasi : Solusi alternatif pembinaan IKM Kerajinan di
daerah melalui bantuan lembaga donor (khususnya Jetro). Informasi pasar
berupa peluang dengan karakteristik pasar Jepang (peserta 25 orang
instansi terkait dan perajin di daerah), Workshop diselenggarakan di NTB
dan Bali dengan peserta sebanyak 25 orang, terdiri dari Aparat Pembina:
Pemda, Dekranas, Perajin dan Pembina IKM Kerajinan terkait lainnya,
Bimbingan Teknis kepada 33 provinsi penerima dana dekonsentrasi, 72
Kabupaten/Kota penerima dana tugas pembantuan dan satker pusat Ditjen
industri kecil dan Menengah dengan jumlah peserta 163 orang.
Penyelenggaraan penganugerahan penghargaan upakarti sebanyak 25
pemenang dari 245 calon yang diajukan dari daerah ke pusat untuk 5
(lima) kategori (Lampiran 3).
Secara keseluruhan meningkatnya peran industri kecil dan menengah
terhadap PDB ditujukan kepada pembinaan industri kecil menengah dan
sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi. Sasaran tersebut diwujudkan
melalui pelatihan bagi 30 orang pelaku usaha IKM di bidang Diversifikasi
Produk IKM Logam dan Elektronika, Pelatihan Teknik Pencelupan dengan Zat
Warna Alam bagi IKM Batik dan Tenun Tradisional di 3 Provinsi dengan jumlah
peserta sebanyak 75 orang, Pelatihan Peningkatan Mutu IKM TPT di 3 Provinsi
yaitu dengan jumlah peserta sebanyak 75 orang, Pendampingan Tenaga
Ahli/Desainer di 3 Provinsi dengan jumlah peserta sebanyak 75 orang.
Berdasarkan 7 sasaran strategis perspektif stakeholders Kementerian
Perindustrian yang telah dijelaskan, maka di dapatkan rata-rata capaian sasaran
strategis sebesar 83.84 persen (Lampiran 4). Hasil yang telah dicapai diharapkan
dapat memberikan dampak yang cukup berarti dalam peningkatan kemajuan
ekonomi dan pembangunan bangsa.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 40
D. ANALISIS CAPAIAN KINERJA SASARAN STRATEGIS PERSPEKTIF
PELAKSANAAN TUGAS POKOK TAHUN 2010
Penilaian atas pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian dilakukan
melalui pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi
dan misi Kementerian Perindustrian. Pengukuran kinerja sasaran strategis
perspektif pelaksanaan tugas pokok mempunyai 13 sasaran strategis dengan 26
indikator kinerja utama, yaitu:
D1. Mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan produk hukum
industri
Sesuai dengan presprektif proses tugas pokok yang terdapat dalam
peta strategis, Kementerian Perindustrian dalam mewujudkan visi Tahun
2010-2014 yaitu kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan
masa depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Berdasarkan
pelaksanaan tugas pokok yaitu perumusan kebijakan dilakukan dengan
mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan produk hukum industri
dengan cara menghitung jumlah kebijakan industri yang dihasilkan
Kementerian Perindustrian untuk tujuan dan keberhasilan tugas
Kementerian.
Sasaran strategis mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan
produk hukum industri mempunyai 2 (dua) indikator kinerja utama yaitu:
1. Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R. Perpres/R.Keppres)
adalah jumlah konsep kebijakan dan produk hukum yang direncanakan akan
dikeluarkan dalam bentuk Rancangan UU, Rancangan PP dan lainnya
dengan target 9 (sembilan) konsep selama 5 (lima) tahun.
2. Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri adalah Jumlah
penyiapan kebijakan dan telah disyahkan sebagai produk Hukum untuk
pengaturan pelaksanaan tugas setiap sektor dengan target 40 peraturan.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada Tabel 3.20.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 41
Tabel. 3.20Capaian IKU dari Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Kebijakan
Produk Hukum Industri
Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian
Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Kebijakan Produk Hukum Industri
Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/ R.Keppres)
2 5 250
Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri
40 52 130
Nilai Capaian 190
Nilai capaian mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan produk
hukum industri mencapai 190 persen. Nilai capaian tersebut merupakan kinerja
Kementerian Perindustrian dalam mendukung pencapaian sasaran strategis
perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh) sasaran strategis..
Salah satu upaya yang dilakukan guna mempersiapkan dan/atau
menetapkan kebijakan produk hukum industri salah satunya adalah tersusunnya
RUU perindustrian, RUU Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri
(P3DN), RPP Informasi Industri, Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, serta Peraturan Presiden Nomor 36 tahun
2010 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang
Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal. Kementerian
Perindustrian juga telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 49
Tahun 2009 tentang Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang kemudian diikuti terbitnya Peraturan
Menteri Perindustrian RI nomor 50 Tahun 2009 tentang Pembentukan Kelompok
Kerja dan Sekretariat pada Tim Nasional Peningkatan Produk Dalam Negeri
dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pada tahun 2010 Kementerian
Perindustrian bertanggung jawab mendukung pelaksanaan program kerja Tim
Nasional P3DN tersebut di atas melalui dukungan anggaran dan manajemen.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 42
D2. Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri
prioritas dan industri andalan masa depan.
Sesuai dengan presprektif proses pelaksanaan tugas pokok
Kementerian yang terdapat dalam peta strategis, Kementerian Perindustrian
dalam mewujudkan visi tahun 2010-2014 yaitu kokohnya basis industri
manufaktur dan industri andalan masa depan menjadi tulang punggung
perekonomian nasional. Pelaksanaan salah satu tugas pokok Kementerian yaitu
perumusan kebijakan dilakukan dengan menetapkan rencana strategis dan/atau
pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan dengan cara
membuat rencana strategis untuk industri prioritas dan industri andalan setiap
tahunnya.
Sasaran strategis menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan
industri prioritas dan industri andalan masa depan mempunyai 1 (satu) indikator
kinerja utama yaitu:
1. Rencana Strategis 2010 -2014 dan Rencana Kerja dengan terselesaikannya
rencana strategis dan rencana kerja per-tahun di tiap sektor industri
(terselesaikan hingga 100 %) dengan target 1 paket.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada Tabel 3.21.
Tabel. 3.21Capaian IKU dari Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri
prioritas dan industri andalan masa depan
Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian
Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan
Rencana Strategis 2010-2014 dan Rencana Kerja
1 1 100
Nilai Capaian 100
Nilai capaian menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan
industri prioritas dan industri andalan masa depan mencapai 100 persen. Nilai
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 43
capaian tersebut merupakan kinerja Kementerian Perindustrian dalam
mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh)
sasaran strategis.
Salah satu upaya yang dilakukan guna menetapkan rencana strategis
dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan
adalah melalui tersusunnya Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 10/M-IND/PER/1/2010 Tentang Rencana Strategis
Kementerian Perindustrian Tahun 2010 – 2014 serta telah terselesaikan dan
tersusunnya Rencana Kerja Kementerian Perindustrian tahun 2010. Dokumen-
dokumen tersebut memuat arah kebijakan pembangunan industri nasional dan
program pengembangan serta pokok-pokok rencana kerja dari setiap unit
organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian yang telah dilengkapi
dengan kerangka pendanaannya.
D3. Menetapkan peta panduan pengembangan industri
Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok Kementerian Perindustrian
yaitu perumusan kebijakan dilakukan dengan menetapkan peta panduan
pengembangan industri dengan cara membuat peta tentang kondisi dan
situasi industri nasional sebagai panduan untuk pengembangan selanjutnya.
Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri
mempunyai 3 (tiga) indikator kinerja utama yaitu:
1. Peta Panduan Pengembangan klaster Industri prioritas adalah jumlah klaster
pengembangan industri prioritas untuk setiap bidang sesuai dengan apa yang
ditetapkan dalam setahun dengan target 32 klaster.
2. Peta panduan industri unggulan provinsi adalah tersedianya peta panduan
industri unggulan di provinsi (jumlah peta yang dihitung berdasarkan jumlah
provinsi yang sudah terselesaikan peta industrinya) dengan target 33 propinsi
dalam 5 (lima) tahun.
3. Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota adalah tersedianya
peta panduan industri unggulan di setiap kabupaten dalam provinsi (jumlah
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 44
peta yang dihitung berdasarkan jumlah kabupaten yang sudah terselesaikan
peta industrinya) dengan target 480 kab/kota dalam 5 (lima) tahun.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada Tabel 3.22.
Tabel. 3.22Capaian IKU dari Menetapkan Peta Panduan Pengembangan Industri
Sasaran Strategis IKU Target Realisasi CapaianMenetapkan peta panduan pengembangan industri
Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Prioritas
32 35 109.38
Peta Panduan Industri Unggulan Provinsi
15 18 120
Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota
16 16 100
Nilai Capaian 109.79
Nilai capaian menetapkan peta panduan pengembangan industri
mencapai 109.79 persen. Nilai capaian tersebut merupakan kinerja Kementerian
Perindustrian dalam mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif
stakeholders dengan 7 (tujuh) sasaran strategis.
Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Tahun 2008 tentang
Kebijakan Industri Nasional, Kementerian Perindustrian telah menetapkan Peta
Panduan 35 Klaster Industri Prioritas yang tertuang pada Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 103 s/d 137 tahun 2009. Sedangkan pengembangan industri
secara bottom-up, dilaksanakan melalui penetapaan Peta Panduan Industri
Unggulan Provinsi yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian
sampai tahun 2010 sebanyak 18 Peraturan. Selain peta panduan industri unggulan
provinsi, juga ditetapkan Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota
dalam Peraturan Menteri Perindustrian sebanyak 5 (lima) peraturan, sedangkan
yang telah dalam bentuk kajian akan tetapi belum ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Perindustrian sebanyak 204 kajian di Kabupaten/Kota. Sehingga
diharapkan dapat memberi gambaran yang jelas mengenai arah pengembangan
industri baik itu secara Top-Down maupun Bottom-Up.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 45
D4. Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri
Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok yaitu perumusan kebijakan
dilakukan dengan mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan
industri dengan cara membuat usulan dalam bentuk insentif yang dibuat
guna mendukung pengembangan industri di masa yang akan datang.
Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri
mempunyai 2 (dua) indikator kinerja utama yaitu:
1. Rekomendasi usulan insentif adalah Jumlah usulan insentif per kelompok
industri yang disetujui per-tahunnya dengan target 10 jenis usulan.
2. Perusahaan industri yang memperoleh insentif adalah jumlah perusahaan
yang mendapat insentif atas fasilitasi dari Kementerian Perindustrian dengan
target 1500 perusahaan dalam 5 (lima) tahun.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada Tabel 3.23.
Tabel. 3.23Capaian IKU dari Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri
Sasaran Strategis IKU Target Realisasi CapaianMengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri
Rekomendasi usulan insentif 10 14 140
Perusahaan industri yang memperoleh insentif
300 92 30.67
Nilai Capaian 85.34
Nilai capaian mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan
industri mencapai 85.34 persen. Nilai capaian tersebut merupakan kinerja
Kementerian Perindustrian dalam mendukung pencapaian sasaran strategis
perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh) sasaran strategis.
Guna meningkatkan daya saing industri nasional adalah dengan
mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri. Insentif yang
diberikan berupa insentif fiskal terhadap perusahaan-perusahaan dalam
meningkatkan daya saing khususnya industri prioritas. Pemberian insentif fiskal
dinilai masih sangat menarik bagi para investor. Salah satu upaya yang dilakukan
antara lain: menyetujui usulan insentif per kelompok industri tahun 2010
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 46
sebanyak 14 jenis usulan serta memberikan insentif kepada perusahaan sebanyak
92 di tahun 2010.
D5. Mengembangkan R & D di instansi dan industri
Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok yaitu pelayanan dan fasilitasi
dilakukan dengan Mengembangkan R & D di instansi dan industri dalam
bentuk riset dan pengembangan industri sesuai dengan bidangnya.
Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri
mempunyai 1 (satu) indikator kinerja utama yaitu:
1. Kerjasama R&D instansi dengan industri adalah Jumlah MOU untuk
kerjasama yang difasilitasi oleh sektor industri atau yang dilakukan oleh
BPPI dengan target 18 kerjasama.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada Tabel 3.24.
Tabel. 3.24Capaian IKU dari mengembangkan R & D di instansi dan industri.
Sasaran Strategis IKU Target Realisasi CapaianMengembangkan R & D di instansi dan industri
Kerjasama R&D instansi dengan industri
18 18 100
Nilai Capaian 100
Nilai capaian mengembangkan R & D di instansi dan industri
mencapai 100 persen. Nilai capaian tersebut merupakan kinerja Kementerian
Perindustrian dalam mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif
stakeholders dengan 7 (tujuh) sasaran strategis.
Pengembangan R&D guna mendukung peningkatan daya saing industri
nasional. Minimnya R&D yang dilakukan Industri Kecil dan Menengah
menyebabkan lemahnya daya saing IKM terhadap produk-produk luar negeri
yang masuk ke Indonesia. Untuk itu Kementerian Perindustrian akan
memfasilitasi pengembangan R&D guna mendukung daya saing IKM di dalam
negeri. Tahun 2010 telah melakukan kerjasama dengan sektor industri sebanyak
18 MoU.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 47
D6. Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan kekayaan
intelektual
Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok yaitu pelayanan dan fasilitasi
dilakukan dengan memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan
kekayaan intelektual dengan cara penyediaan dukungan untuk menghargai
kekayaan intelektual dalam lingkup industri.
Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri
mempunyai 2 (dua) indikator kinerja utama yaitu:
1. Perusahaan yang mendapatkan HKI adalah jumlah perusahaan yang sudah
mendapat sertifikasi HKI dengan target 1100 perusahaan dalam 5 (lima)
tahun.
2. Produk HKI yang dikomersialkan (Paten) adalah jumlah produk industri yang
sudah dipatenkan sebagai produk nasional dengan target 50 produk dalam
5 (lima) tahun.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat pada Tabel 3.25.
Tabel. 3.25Capaian IKU dari Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan kekayaan
intelektual.
Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian
Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan Kekayaan intelektual
Perusahaan yang mendapatkan HKI 220 207 94.09
Produk HKI yang dikomersialkan (Paten)
10 6 60.00
Nilai Capaian 77.05
Nilai capaian memfasilitasi penerapan, pengembangan dan
penggunaan Kekayaan intelektual mencapai 77.05 persen. Nilai capaian
tersebut merupakan kinerja Kementerian Perindustrian dalam mendukung
pencapaian sasaran strategis perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh) sasaran
strategis.
Sebagai bentuk pelaksanaan tugas pokok Kementerian Perindustrian
dalam pelayanan dan fasilitasi, salah satu sasaran strategis yang akan dicapai
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 48
adalah memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan kekayaan
intelektual. Penyediaan dukungan untuk menghargai kekayaan intelektual dalam
lingkup industri sangat diperlukan dalam rangka melindungi dan meningkatkan
inovasi baru melalui penetapan jumlah perusahaan yang mendapat sertifikasi
HKI pada tahun 2010 sebanyak 207 perusahaan dengan capaian 94.09 persen
serta jumlah produk HKI yang dikomersialisasikan (paten) pada tahun 2010
sebanyak 6 produk dengan capaian 60.00 persen.
D7. Memfasilitasi pengembangan industri
Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok yaitu pelayanan dan fasilitasi
dilakukan dengan memfasilitasi pengembangan industri dengan cara
fasilitasi untuk tujuan pengembangan industri dalam berbagai hal yang
mendukung seperti akses kepada sumber bahan baku, sumber modal dan
lainnya.
Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri
mempunyai 4 (empat) indikator kinerja utama yaitu:
1. Tingkat utilisasi kapasitas produksi adalah besar persentase penggunaan
kapasitas terpasang dalam industri masing-masing (sesuai dengan jenis
industrinya) dengan target sebesar 80 persen.
2. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan adalah jumlah
jumlah fasilitasi yang dilakukan setiap sektor untuk membantu industri
mendapat akses dan bantuan lainnya ke sumber pembiayaan dengan target
3000 perusahaan dalam 5 (lima) tahun.
3. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku adalah jumlah
perusahaan yang berhasil mendapat fasilitasi jaminan pasokan bahan baku
atas fasilitasi yang dilakukan oleh masing-masing level organisasi dengan
target 200 perusahaan dalam 5 (lima) tahun.
4. Perjanjian kerjasama Internasional adalah jumlah kerjasama yang sudah
dilaksanakan dalam bentuk project kerjasama internasional yang terkait
dengan fasilitasi di bidang capacity building (misalnya : Kemenperin dengan
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 49
donor (bentuk G to G) atau Kemenperin sebagai witness untuk kerjasama B
to B dengan target 25 MoU selama 5 (lima) tahun.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada Tabel 3.26.
Tabel. 3.26Capaian IKU dari Memfasilitasi pengembangan industri
Sasaran Strategis IKU Target Realisasi CapaianMemfasilitasi pengembangan industri
Tingkat utilisasi kapasitas produksi 80 71.56 89.45
Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan
600 1184 197.33
Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku
40 2 5
Perjanjian kerjasama Internasional 5 13 260
Nilai Capaian 137.95
Nilai capaian memfasilitasi pengembangan industri mencapai 137.95
persen. Nilai capaian tersebut merupakan kinerja Kementerian Perindustrian
dalam mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif stakeholders dengan 7
(tujuh) sasaran strategis.
Fasilitasi yang dilakukan Kementerian Perindustrian dalam
pengembangan industri dilakukan melalui peningkatan utilisasi kapasitas
produksi dengan capaian indikator kinerja utama sebesar 89,45 persen. Fasilitas
pengembangan industri juga dilaksanakan dengan memfasilitasi perusahaan
untuk mendapat akses ke sumber pembiayaan dengan realisasi pada tahun 2010
sebanyak 1184 perusahaan dan nilai capaian indikator sebesar 197,33 persen,
kemudahan akses untuk memperoleh bahan baku dalam rangka pengembangan
industri yang terealisasi sebanyak 2 (dua) perusahaan. Hal ini dikarenakan
kurangnya koordinasi baik antar Kementerian/Lembaga maupun dengan
Pemerintah Daerah serta peningkatan capacity building melalui kerjasama
internasional baik dalam bentuk G to G maupun B to B dengan realisasi
sebanyak 13 MoU sehingga capaian indikator kinerja utamanya sebesar 260
persen.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 50
D8. Memfasilitasi promosi industri
Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok yaitu pelayanan dan fasilitasi
dilakukan dengan memfasilitasi promosi industri dengan hasil kerja
berbentuk fasilitasi untuk mengadakan promosi dalam bidang-bidang
industri yang ada.
Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri
mempunyai 1 (satu) indikator kinerja utama yaitu:
1. Perusahaan mengikuti seminar/konfrensi, pameran, misi dagang/investasi
adalah jumlah perusahaan yang diikutsertakan dalam seminar, konferensi dan
berbagai kegiatan yang dikelola Kementerian per-tahun dengan target 5160
perusahaan.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada Tabel 3.27.
Tabel. 3.27Capaian IKU dari Memfasilitasi Promosi Industri.
Sasaran Strategis IKU Target Realisasi CapaianMemfasilitasi promosi industri
Perusahaan mengikutiseminar/konfrensi, pameran, misi dagang/investasi
5160 2074 40.19
Nilai Capaian 40.19
Nilai capaian memfasilitasi promosi industri mencapai 40.19 persen.
Nilai capaian tersebut merupakan kinerja Kementerian Perindustrian dalam
mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh)
sasaran strategis.
Indikator Kinerja Utama dalam mencapai sasaran strategis fasilitasi
promosi industri adalah jumlah perusahaan yang mengikuti seminar/konfrensi,
pameran, misi dagang/investasi pada tahun 2010 adalah sebanyak 1032
perusahaan dengan realisasi 830 perusahaan sehingga realisasi capaian indikator
sebesar 80,43 persen. Fasilitasi promosi diharapkan dapat meningkatkan pasar
baik di dalam maupun luar negeri.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 51
D9. Memfasilitasi Penerapan Standarisasi
Berdasarkan pelaksanaan tugas pokok yaitu pelayanan dan fasilitasi
dilakukan dengan memfasilitasi penerapan standarisasi dengan mendukung
industri dalam penerapan standar.
Sasaran strategis menetapkan peta panduan pengembangan industri
mempunyai 3 (tiga) indikator kinerja utama yaitu:
1. Rancangan SNI yang diusulkan adalah jumlah rancangan standarisasi yang
dirumuskan untuk bidang industri dengan target sebanyak 600 RSNI dalam
5 (lima) tahun.
2. Penambahan SNI wajib yang diterapkan adalah penambahan standard
industri (SNI wajib) yang diterapkan dengan target sebanyak 50 SNI dalam
5 (lima) tahun.
3. Perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001-2008
(Pedoman BSN10 dan GKM) adalah jumlah perusahaan yang menerapkan
sistem manajemen mutu dengan target sebanyak 1000 perusahaan dalam
5 (lima) tahun.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada Tabel 3.28.
Tabel. 3.28Capaian IKU dari Memfasilitasi Penerapan Standarisasi
Sasaran Strategis IKU Target Realisasi CapaianMemfasilitasi penerapan standardisasi
Rancangan SNI yang diusulkan 120 101 84.17
Penambahan SNI wajib yang diterapkan
10 38 380.00
Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 (Pedoman BSN10 dan GKM)
200 421 210.50
Nilai Capaian 224.89
Nilai capaian Memfasilitasi promosi industri mencapai 224.89 persen.
Nilai capaian tersebut merupakan kinerja Kementerian Perindustrian dalam
mendukung pencapaian sasaran strategis perspektif stakeholders dengan 7 (tujuh)
sasaran strategis.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 52
Salah satu upaya yang dilakukan guna memfasilitasi penerapan
standarisasi adalah melalui jumlah rancangan standarisasi yang dirumuskan
untuk bidang industri sebanyak 120 RSNI dengan capaian sebesar 84.17 persen,
penambahan standard industri (SNI wajib) yang diterapkan sebanyak 10 SNI
dengan capaian sebesar 380 persen, serta jumlah perusahaan yang menerapkan
sistem manajemen mutu sebanyak 200 perusahaan dengan capaian sebesar
210.50 persen.
D10. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik
Kementerian Perindustrian dalam mewujudkan visi tahun 2010-2014
yaitu kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan
menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Pelaksanaan salah satu
tugas pokok Kementerian yaitu pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan
meningkatkan kualitas pelayanan publik dengan melihat sejauh mana kualitas
layanan kementerian terhadap publik pengguna jasa Kementerian Perindustrian.
Sasaran strategis meningkatkan kualitas pelayanan publik mempunyai 1
(satu) indikator kinerja utama yaitu:
1. Tingkat kepuasan pelanggan dilihat dengan melakukan hasil penilaian
kepuasan pelanggan yang akan dilaksanakan dengan membuat survey
pelanggan dan survey akan dilakukan oleh setiap bagian organisasi secara
sampling dengan nilai indeks 1 sampai 5 dengan target hasil survey nilai
indeks 4.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada Tabel 3.29.
Tabel. 3.29Capaian IKU dari Meningkatkan kualitas pelayanan publik
Sasaran Strategis IKU Target Realisasi CapaianMeningkatkan
Kualitas Pelayanan Publik
Tingkat kepuasan pelanggan
4 3.6 90
Nilai Capaian Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik 90
Nilai capaian sasaran meningkatkan kualitas pelayanan publik sebesar
90 persen. Seperti halnya pada tabel diatas, sasaran strategis perspektif proses
pelaksanaan tugas pokok tersebut dicapai melalui hasil penilaian kepuasan
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 53
pelanggan yang akan dilaksanakan dengan membuat survey pelanggan dan
survey akan dilakukan oleh setiap bagian organisasi secara sampling dengan nilai
indeks 1 sampai 5 dengan capaian mencapai indeks ke-4 yang dapat kita
simpulkan pelanggan telah puas terhadap pelayanan yang diberikan.
Pencapaian sasaran strategis dari perspektif pelaksanaan tugas pokok
Kementerian Perindustrian tersebut akan mendukung dalam pencapaian sasaran
strategis dari perspektif pemangku kepentingan (Stakeholders) yang terdiri dari 7
(tujuh) sasaran strategis.
D11. Mengkoordinasikan Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan Dan
Pelatihan Serta Kewirausahaan
Kementerian Perindustrian dalam mewujudkan visi tahun 2010-2014
yaitu kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan
menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Pelaksanaan salah satu
tugas pokok Kementerian yaitu pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan
mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta
kewirausahaan dengan meningkatkan hasil koordinasi dari berbagai lembaga
pendidikan dan pelatihan yang disediakan Kementerian Perindustrian untuk
pengembangan berbagai kebutuhan industri misalnya sertifikasi dan akreditasi
Sasaran strategis mengkoordinasikan Peningkatan Kualitas Lembaga
Pendidikan Dan Pelatihan Serta Kewirausahaan mempunyai 2 (dua) indikator
kinerja utama yaitu:
1. Instruktur yang bersertifikat dihitung dengan cara jumlah instruktur yang
sudah memiliki sertifikat dalam setiap bidang industri kementerian dengan
target sebanyak 20 instruktur yang bersertifikat.
2. Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi
dihitung dengan cara jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan yang
diberikan sertifikasi guna melatih dan mengembangkan kemampuan SDM
industri dengan target sebanyak 24 selama 5 (lima) tahun.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada Tabel 3.30.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 54
Tabel. 3.30Capaian IKU dari Mengkoordinasikan Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan Dan
Pelatihan Serta KewirausahaanSasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian
Mengkoordinasikan Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan Serta Kewirausahaan
Instruktur yang bersertifikat 20 23 115Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi
4 5 125
Nilai Capaian Mengkoordinasikan Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan Serta
Kewirausahaan120
Nilai capaian sasaran mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga
pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan sebesar 120 persen. Seperti halnya
pada tabel diatas, sasaran strategis perspektif proses pelaksanaan tugas pokok
tersebut dicapai melalui jumlah instruktur yang sudah memiliki sertifikat dalam
setiap bidang industri kementerian dengan capaian sebesar 115 persen serta
jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan yang diberikan sertifikasi guna melatih
dan mengembangkan kemampuan SDM industri dengan capaian sebesar 125
persen.
Pencapaian sasaran strategis dari perspektif pelaksanaan tugas pokok
Kementerian Perindustrian tersebut akan mendukung dalam pencapaian sasaran
strategis dari perspektif pemangku kepentingan (Stakeholders) yang terdiri dari 7
(tujuh) sasaran strategis.
D12. Mengoptimalkan Budaya Pengawasan Pada Unsur Pimpinan dan Staf
Pelaksanaan salah satu tugas pokok Kementerian yaitu pengawasan,
pengendalian dan evaluasi dilakukan dengan mengoptimalkan budaya
pengawasan pada unsur pimpinan dan staf dengan hasil penilaian untuk tujuan
meningkatkan budaya pengawasan yang dilaksanakan bagian pengawasan di
lingkungan Kementerian Perindustrian.
Sasaran strategis mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur
pimpinan dan staf mempunyai 2 (dua) indikator kinerja utama yaitu:
1. Tingkat Penurunan penyimpangan minimal adalah persentase penurunan
sebagai standar minimal penyimpangan dalam lingkup tugas kementerian
sebagai hasil tugas bidang pemeriksaan dengan target sebesar 60 persen.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 55
2. Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja adalah jumlah satuan
kerja yang sudah menerapkan sistem pengendalian intern dengan target
sebanyak 57 satuan kerja.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada Tabel 3.31.
Tabel. 3.31Capaian IKU dari Mengoptimalkan Budaya Pengawasan
Pada Unsur Pimpinan dan StafSasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian
Mengoptimalkan Budaya Pengawasan Pada Unsur Pimpinan dan Staf
Jumlah laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan
60 75.59 125.98
Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri
57 57 100
Nilai Capaian Mengoptimalkan Budaya Pengawasan Pada Unsur Pimpinan dan Staf 112.99
Nilai capaian sasaran mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur
pimpinan dan staf sebesar 112.99 Persen. Seperti halnya pada tabel diatas,
sasaran strategis perspektif proses pelaksanaan tugas pokok tersebut dicapai
melalui persentase penurunan sebagai standar minimal penyimpangan dalam
lingkup tugas kementerian sebagai hasil tugas bidang pemeriksaan dengan
capaian sebesar 125.98 persen serta jumlah satuan kerja yang sudah menerapkan
sistem pengendalian intern dengan capaian sebesar 100 persen.
D13. Mengoptimalkan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan dan Efektifitas
Pencapaian Kinerja Industri
Kementerian Perindustrian dalam mewujudkan visi tahun 2010-2014
yaitu kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan
menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Pelaksanaan salah satu
tugas pokok Kementerian yaitu pengawasan, pengendalian dan evaluasi
dilakukan dengan mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan
efektifitas pencapaian kinerja industri dengan evaluasi pembuatan kebijakan dan
pencapaian target kinerja untuk menjamin tercapainya tujuan Kementerian.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 56
Sasaran strategis menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan
industri prioritas dan industri andalan masa depan mempunyai 2 (dua) indikator
kinerja utama yaitu:
1. Laporan evaluasi pelaksanaan adalah jumlah hasil laporan evaluasi
pelaksanaan tugas dengan target sebanyak 10 laporan.
2. Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri adalah
persentase penurunan penyimpangan pelaksanaan tugas di masing-masing
level organisasi sesuai dengan hasil laporan Itjen dengan target sebesar 40
persen.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada Tabel 3.32.
Tabel. 3.32Capaian IKU dari Mengoptimalkan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan dan Efektifitas
Pencapaian Kinerja Industri
Sasaran Strategis IKU Target Realisasi Capaian
Mengoptimalkan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan dan Efektifitas Pencapaian Kinerja Industri
Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri
10 10 100
Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri
40 38.52 96.30
Nilai Capaian 98.15
Nilai capaian sasaran mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan
dan efektifitas pencapaian kinerja industri sebesar 98.15 Persen. Seperti halnya
pada tabel diatas, sasaran strategis perspektif proses pelaksanaan tugas pokok
tersebut dicapai melalui penyusunan 10 (sepuluh) laporan evaluasi pelaksanaan
kebijakan dan tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri
serta persentase penurunan penyimpangan pelaksanaan tugas di masing-masing
level organisasi sesuai dengan hasil laporan Inspektorat Jenderal sebesar 40
persen.
Pencapaian sasaran strategis dari perspektif pelaksanaan tugas pokok
Kementerian Perindustrian tersebut akan mendukung dalam pencapaian sasaran
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 57
strategis dari perspektif pemangku kepentingan yang terdiri dari 7 (tujuh) sasaran
strategis.
Berdasarkan 13 sasaran strategis perspektif tugas pokok Kementerian
Perindustrian yang telah dijelaskan diatas, maka di dapatkan rata-rata capaian
sasaran strategis sebesar 155.70 persen (Lampiran 5). Hasil yang telah dicapai
diharapkan dapat memberikan dampak yang cukup berarti dalam pencapaian 7
(tujuh) sasaran strategis perspektif stakeholders sebagaimana yang tergambarkan
dalam peta strategis Kementerian Perindustrian 2010-2014.
E. ANALISIS CAPAIAN KINERJA PENGEMBANGAN KLASTER
INDUSTRI
1. Industri Baja
Pengembangan industri baja melalui konsep klaster telah dilaksanakan
sejak tahun 2006 yang dimulai dengan � lternat klaster industri baja. Konsep
klaster ini dikembangkan dalam konteks membangun daya saing industri yang
berkelanjutan.
Tujuan pengembangan industri baja melalui pendekatan klaster adalah
mewujudkan industri baja nasional yang tangguh dan mampu memenuhi
kebutuhan pipa baja pada industri migas, mengurangi ketergantungan bahan
baku dari pihak luar negeri, dan meningkatkan kompetensi bersama dan daya
saing industri baja di pasar global yang berkelanjutan.
Keberhasilan pengembangan industri baja nasional dengan pendekatan
klaster disamping ditentukan oleh komitmen seluruh stakeholder dalam
pelaksanaannya, juga ditentukan oleh ketersediaan sarana pendukung serta
pengelolaannya.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam program pengembangan klaster
industri baja, antara lain :
a. Penguatan kelembagaan klaster industri baja;
- Evaluasi perkembangan struktur industri baja
- Evaluasi kelembagaan klaster industri baja
- Sosialisasi evaluasi kelembagaan klaster industri baja
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 58
b. Monitoring dan evaluasi: monitoring dan evaluasi implementasi klaster
industri baja;
c. Peningkatan kapasitas dan pengembangan produk: sosialisasi
implementasi klaster industri baja.
2. Industri Semen
Produksi semen pada tahun 2008 sebesar 38,53 juta ton atau naik 10%
dibandingkan produksinya tahun 2007, sementara produksi tahun 2009
sebesar 38,00 juta ton atau turun 1,38% dari tahun 2008, dan tahun 2010
untuk sementara 38,76 juta ton atau naik 2,00% dari tahun 2009.
Langkah-langkah yang telah dilakukan:
a. Memberdayakan forum komunikasi pengembangan klaster industri semen
yang telah dibentuk, yang terdiri dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI),
instansi terkait, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah (Provinsi dan
Kabupaten) serta Lembaga/Balai Penelitian seperti B4T, ISBI dan
Perguruan Tinggi.
b. Melakukan diversifikasi produk selain Portland Tipe I menjadi semen
Portland Campur, semen Portland Komposit, semen Masonry dan semen
Fly Ash yang cukup kuat untuk pembangunan rumah tinggal (< 3
tingkat). Terhadap kenaikan kebutuhan semen, diantisipasi melalui :
Jangka pendek :
Pengendalian ekspor semen yang pada tahun 2007 sebesar 2,5 juta ton.
Optimalisasi kemampuan produksi klin dan cement mill
Jangka panjang :
Perluasan/pembangunan pabrik baru khususnya di luar Pulau Jawa.
Telah dilakukan kajian dan fasilitasi pengembangan pabrik semen di
Manokwari, Papua Barat dan sampai saat ini baru ada minat dari PT.
Semen Tonasa untuk membangun unit pengantongan semen yang
dampaknya cukup signifikan untuk menekan harga semen di Papua.
Penerapan SNI Wajib terhadap berbagai jenis semen atas pertimbangan
faktor kualitas dan menghindari terjadinya persaingan harga yang tidak
sehat, sesuai Peraturan Menteri Perindustrian No.35/M-IND/PER/4 /2007.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 59
Peningkatan kerjasama (kemitraan) antara produsen semen dengan
produsen batubara.
Penggunaan batubara kalori rendah (nilai kalor 5.000 kkal/kg) untuk
mengganti batubara kalori tinggi (> 6.300 kkal/kg).
Penggunaan bahan bakar alternatif seperti ban bekas namun masih
terkendala oleh jaminan pasokan ban secara kontinu.
Penerapan Clean Development Mechanism (CDM), melalui penggunaan
boiler penyimpan panas (Waste Heat Recovery Boiler) pada PT. Semen
Padang bekerjasama dengan New Energy Development Organization
(NEDO).
Hasil yang telah dicapai antara lain:
a. Terpenuhinya pengamanan pasokan kebutuhan semen dalam negeri.
b. Tersusunnya proyeksi kebutuhan energi industri semen jangka menengah
dan jangka panjang.
c. Terjalinnya kemitraan antara produsen batubara dengan produsen semen
dalam pengamanan kebutuhan batubara untuk pabrik semen.
d. Tersusunnya standar kompetensi operator di pabrik semen.
e. Tersosialisasinya penerapan SNI Wajib Semen, dengan mulai
diberlakukannya Peraturan Menteri Perindustrian No. 35/tahun 2007, di
tingkat produsen, instansi terkait dan masyarakat pengguna.
f. Fasilitasi implementasi pembangunan pabrik semen di Papua Barat (KTI).
3. Industri Petrokimia
Langkah-langkah yang telah dilakukan antara lain:
a. Menyusun strategi pengembangan industri prioritas, serta melakukan
kajian-kajian untuk pengembangan industri petrokimia.
b. Melakukan inisiasi pembentukan klaster industri petrokimia melalui
sosialisasi pada komunitas industri petrokimia di lingkungan wilayah
Banten, Surabaya dan Balikpapan.
c. Menyusun draft Nota Kesepahaman Bersama tentang Kerjasama
Pengembangan Klaster Industri Petrokimia di Banten.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 60
Hasil yang telah dicapai antara lain:
a. Pemberdayaan working group yang telah dibentuk pada tahun 2009 yaitu
working group petrokimia berbasis olefin di Banten, berbasis � lternat di
Jawa Timur dan berbasis methane di Kalimantan Timur.
b. Pemanfaatan pusat informasi pengembangan klaster industri petrokimia di
Banten yang telah dibentuk pada tahun 2009.
c. Tersusunnya harmonisasi � ltern beberapa komoditi pada Industri
Petrokimia.
d. Tersusunnya identifikasi mesin-mesin peralatan dan pemeliharaannya
yang mampu dikembangkan di dalam negeri pada industri petrokimia.
4. Industri Keramik
Langkah-langkah yang telah dilakukan:
a. Pembentukan Forum Komunikasi Industri Keramik yang terdiri dari
Asosiasi Aneka Keramik Indonesia, Balai Penelitian dan Pengembangan
(Balai Besar Keramik, Perguruan Tinggi, Litbang Desain), Pemerintah
Pusat (Kementerian Perindustrian, ESDM, PGN, dll) serta Pemerintah
Daerah yang mempunyai potensi SDA bahan galian non logam.
b. Koordinasi dengan Kementerian ESDM dalam rangka pengamanan
pasokan gas pada industri keramik untuk jangka menengah maupun jangka
panjang yaitu 119 MMSCFD (2009), 161 MMSCFD (2015) dan 206
MMSCFD (2020).
c. Penyusunan dan revisi SNI untuk produk keramik (SNI Wajib Keramik
Ubin dan Dinding).
d. Promosi dan kerjasama dalam pemilihan dan pengembangan teknologi
proses produksi.
e. Program pengembangan pengolahan bahan baku keramik di Sambas,
Kalimantan Barat melalui dana dekonsentrasi Klaster Keramik.
Hasil yang telah dicapai, antara lain:
a. Tercapainya pengamanan kebutuhan gas untuk keperluan industri keramik
di Jawa dengan PT. Perusahaan Gas Negara.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 61
b. Tersusunnya data dan informasi tentang proyeksi kebutuhan energi untuk
kebutuhan industri keramik jangka menengah dan panjang.
c. Teridentifikasinya potensi bahan baku keramik secara nasional.
d. Lokus klaster keramik yang akan mengembangkan pengolahan bahan
baku di Kalimantan Barat.
5. Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik
Pengembangan klaster peralatan listrik ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan nasional akan infrastruktur ketenagalistrikan sebagai konsekuensi
dari pencanangan pembangkitan listrik 10 Ribu Mega Watt. Kegiatan
pengembangan ketenagalistrikan ini hingga saat ini telah didukung dengan
perangkat hukum berupa disahkannya Peraturan Menteri Perindustrian nomor
58 Tahun 2010 tentang Penggunaan produk Dalam Negeri dalam
Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan.
Dalam rangka penguatan kelembagaan klaster Industri Mesin Peralatan
Listrik dilakukan kegiatan :
a. Penguatan dan Pengembangan Klaster Industri Mesin Peralatan Listrik.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung berkembangnya industri
mesin melalui pendekatan Klaster Industri Mesin Peralatan Listrik dan
agar pelaksanaan program Klaster Industri Mesin Peralatan Listrik dapat
berjalan dengan baik
b. Monitoring dan Evaluasi Penguatan dan Pengembangan Klaster Industri
Mesin Peralatan Listrik.
Untuk mengetahui sejauh mana efektititas pelaksanaan klaster (tahap
diagnosis, sosialisasi, mobilisasi dan kolaborasi), diperlukan kegiatan
monitoring dan evaluasi yang akan digunakan sebagai bahan dalam
perencanaan pelaksanaan tahapan selanjutnya.
Langkah-langkah yang telah dilakukan dalam pengembangan klaster
Industri Mesin Peralatan Listrik, antara lain membangun kolaborasi antara
industri mesin peralatan listrik dengan EPC nasional untuk mendukung
pembangunan PLTU Batubara 10.000 MW di luar Jawa-Bali.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 62
Hasil yang telah dicapai, diantaranya:
a. 21 lokasi (9 lokasi sudah tanda tangan kontrak) dari 25 lokasi
pembangunan PLTU Batubara di luar Jawa-Bali yang ditenderkan oleh
PT. PLN akan dibangun oleh Engineering Procurement and Construction
(EPC) nasional sebagai main contractor sebagai hasil kolaborasi dengan
industri manufaktur dalam negeri.
b. Bobot nilai TKDN yang berkisar antara 45 persen hingga 68 persen
menggambarkan kemampuan industri manufaktur nasional untuk
mensuplai mesin peralatan listrik dalam pembangunan PLTU Batubara
seperti boiler, transformer, switch gear, electrical motor, power
distribution panel, water treatment plant, cool handling & ash handling
system, steel structure, dan instrument control.
c. Dalam rangka perkuatan klaster, Pemerintah melalui PT. Nusantara Turbin
dan Propulsi mengembangkan reverse engineering turbin, saat ini sedang
tahap awal untuk turbin 3 MW.
6. Industri Mesin Peralatan Umum
Pengembangan/penguatan Klaster Industri Mesin Peralatan Umum
merupakan � lternative pendekatan yang dinilai efektif untuk membangun
keunggulan daya saing industri. Pendekatan klaster industri Mesin Peralatan
Umum membantu upaya yang lebih fokus bagi terjalinnya kemitraan yang
saling menguntungkan dan pengembangan jaringan bisnis yang luas.
Dalam rangka penguatan kelembagaan klaster Industri Mesin Peralatan
Umum dilakukan kegiatan :
a. Penguatan dan Pengembangan Klaster Industri Mesin Peralatan Umum
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung berkembangnya industri
mesin melalui pendekatan Klaster Industri Mesin Peralatan Umum dan
agar pelaksanaan program Klaster Industri Mesin Peralatan Umum dapat
berjalan dengan baik.
b. Monitoring dan Evaluasi Penguatan dan Pengembangan Klaster Industri
Mesin Peralatan Umum.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 63
Untuk mengetahui sejauh mana efektititas pelaksanaan klaster (tahap
diagnosis, sosialisasi, mobilisasi dan kolaborasi), diperlukan kegiatan
monitoring dan evaluasi yang akan digunakan sebagai bahan dalam
perencanaan pelaksanaan tahapan selanjutnya.
7. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)
Pengembangan/penguatan Klaster ITPT merupakan alternatif
pendekatan yang dinilai efektif untuk membangun keunggulan daya saing
industri. Komoditas TPT merupakan komoditas andalan ekspor dimana lebih
dari 90 persen produknya diminati pasar internasional karena berkualitas baik.
Namun, disisi lain, kebutuhan komoditas TPT dalam negeri dipenuhi oleh
pasokan impor. Untuk itu, dalam rangka mengoptimalkan penyerapan TPT
dalam negeri, Kementerian Perindustrian berfokus pada penguatan
kelembagaan klaster TPT, melalui :
a. Penguatan dan Pengembangan Klaster ITPT
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung berkembangnya industri
tekstil dan produk tekstil melalui pendekatan Klaster ITPT dan agar
pelaksanaan program Klaster ITPT dapat berjalan dengan baik. Penguatan
dan pengembangan klaster ITPT dilakukan melalui:
1) Program restrukturisasi permesinan/peralatan ITPT yaitu dengan cara
memberikan kemudahan kepada industri TPT untuk melakukan
peremajaan mesin dengan 2 skema kemudahan, yaitu Skim 1
(potongan harga mesin peralatan) dan Skim 2 (memberikan
pinjaman/kredit dengan suku bunga rendah). Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 27/M-IND/PER/3/2007 tentang Bantuan Dalam
Rangka Pembelian Mesin/Peralatan Industri Tekstil Dan Produk
Tekstil, kemudian diubah dengan Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor 36/M-IND/PER/4/2007. Peraturan ini dibuat mengingat
industri tekstil merupakan salah satu industri prioritas nasional yang
potensial untuk dikembangkan, sedangkan kondisi permesinan industri
TPT nasional telah relatif tua dan penggunaannya tidak efisien,
sehingga perlu dilakukan peremajaan untuk mendukung peningkatan
daya saing. Kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Direktur
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 64
Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Nomor
84/ILMTA/PER/5/2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Dirjen ILMTA Nomor 81/ILMTA/PER/3/2007 tentang Petunjuk
Teknis Bantuan Pembelian Mesin/Peralatan Industri Tekstil dan
Produk Tekstil sebagaimana telah Diubah dengan Peraturan Direktur
Jenderal Nomor 82/ILMTA/PER/5/2007 sebagai tindak lanjut atas
dikeluarkannya Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27/M-
IND/PER/3/2007 tersebut di atas.
2) Mengkoordinasikan dalam penanganan limbah batubara dengan
memberikan bantuan peralatan pengolah limbah batubara.
3) Melakukan rekondisi mesin beberapa klaster industri.
4) Mengembangkan bahan baku alternatif.
5) Meningkatkan teknologi bagi Klaster Industri dengan memberikan
bantuan mesin/peralatan.
6) Meningkatkan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Garmen di Semarang
dengan memberikan bantuan mesin/peralatan.
7) Mengadakan International Business Forum on Textile Product,
pameran mesin peralatan tekstil dan pameran produk tekstil baik di
dalam maupun di luar negeri.
b. Monitoring dan Evaluasi Penguatan dan Pengembangan Klaster ITPT.
Untuk mengetahui sejauh mana efektititas pelaksanaan klaster (tahap
diagnosis, sosialisasi, mobilisasi dan kolaborasi), digunakan sebagai bahan
dalam perencanaan pelaksanaan tahapan selanjutnya.
Hasil yang telah dicapai diantaranya:
a. Restrukturisasi Mesin Produksi TPT.
Dalam rangka restrukturisasi mesin peralatan pabrik yang telah tua, pada
tahun 2007 telah diluncurkan Program Peningkatan Teknologi ITPT
melalui restrukturisasi dengan jumlah dana sebesar Rp. 255 miliar yang
terbagi menjadi 2 skim, yaitu:
Skim 1 merupakan bantuan potongan harga terhadap industri yang
melakukan restrukturisasi mesin, dan Skim 2 merupakan pemberian kredit
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 65
berbunga rendah dengan sistem modal padanan. Realisasi penyaluran dana
tersebut mencapai Rp. 153,31 miliar (untuk SKIM-1 sebesar Rp. 128,31
miliar yang digunakan pada 78 perusahaan dan SKIM-2 sebesar Rp. 25,00
miliar yang digunakan pada 14 perusahaan). Pada tahun 2008 program
restrukturisasi dilanjutkan dengan alokasi dana sebesar Rp. 330 miliar
dengan jumlah peserta meningkat menjadi 175 perusahaan dengan nilai
alokasi bantuan Rp 181,7 M yang menstimulus investasi pembelian
mesin/peralatan oleh dunia usaha sebesar Rp 1,77 Trilyun. Sementara pada
tahun 2009 program dilanjutkan dengan alokasi dana Rp 220 Miliar yang
terbagi atas Skim 1 Rp 213 M dan Skim 2 Rp. 27 M. Posisi pada tanggal
20 Agustus 2009 untuk Skim 1 telah terdaftar sebanyak 166 perusahaan
dengan nilai potongan sebesar Rp. 161,29 miliar (total investasi sebesar
Rp. 1,7 triliun) dari pagu Rp. 190 miliar, dan untuk Skim 2 telah terdaftar
20 nasabah dengan nilai pembiayaan sebesar Rp. 48 miliar dan perkiraan
nilai kredit porsi Kemenperin Rp. 40,1 miliar.
b. Terbangunnya Pusat Pengembangan Rami di Kabupaten Wonosobo mulai
dari penanaman sehingga menjadi serat rami.
c. Memberikan bantuan mesin dan peralatan ke beberapa klaster industri
seperti Cipondoh (Tangerang), Sukabumi, Bandung, Pekalongan,
Semarang, DI Yogyakarta, Bali dan Sumatera Barat.
d. Terbangunnya pusat pengolahan limbah batu bara di Majalaya.
8. Industri Alas Kaki
Pengembangan/penguatan Klaster Industri Alas Kaki merupakan
alternatif pendekatan yang dinilai efektif untuk membangun keunggulan daya
saing industri. Pendekatan klaster Industri Alas Kaki membantu upaya yang
lebih fokus bagi terjalinnya kemitraan yang saling menguntungkan dan
pengembangan jaringan bisnis yang luas.
Dalam rangka penguatan kelembagaan klaster Industri Alas Kaki
dilakukan kegiatan :
a. Penguatan dan Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 66
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung berkembangnya industri
mesin melalui pendekatan Klaster Industri Alas Kaki dan agar pelaksanaan
program Klaster Industri Alas Kaki dapat berjalan dengan baik. Langkah-
langkah yang dilakukan antara lain:
1) Promosi investasi industri alas kaki di dalam negeri dan luar negeri.
Pada tahun 2006 dan tahun 2007, 17 perusahaan ikut serta dalam
Pameran Alas Kaki Internasional Dusseldorf (GDS/GLS) Jerman
dengan menampilkan pavilyun Indonesia.
Kepesertaan pada Pameran Produk Ekspor (PPE) tahun 2006 dan
2007 oleh 6 perusahaan alas kaki yang telah mampu ekspor.
Pada tahun 2006, 50 perusahaan berpartisipasi pada Pameran Indo
Leather & Footwear (ILF) di Jakarta Fair Kemayoran Jakarta, dan
pada tahun 2007 berpartisipasi sebanyak 200 perusahaan industri
kulit dan alas kaki.
2) Fasilitasi pelatihan SDM industri alas kaki bidang teknologi produksi,
manajemen keuangan dan pemasaran serta entrepreneurship motivation.
Pada tahun 2005-2007 telah dilatih 200 peserta berasal dari IKM dan
Industri Besar alas kaki di Jawa Timur dan Jawa Barat. Dengan adanya
peningkatan keterampilan diharapkan industri dapat meningkatkan
daya saingnya.
3) Fasilitasi kerjasama dengan sumber pembiayaan dalam rangka
peningkatan akses pembiayaan. Telah terjalin kerjasama antara IKM
alas kaki Jawa Barat dan Jawa Timur dengan lembaga perbankan antara
lain Bank BRI dan Bank Jatim.
4) Fasilitasi kerjasama aliansi strategis antara perusahaan champion
dengan mitranya baik sebagai pemasok bahan baku maupun bahan
penolong dan subcontracting serta lembaga penelitian dan pengujian.
Di Jawa Timur telah terjalin kerja sama antara 3 perusahaan
champion, 5 perusahaan industri pendukung, 8 perusahaan industri
terkait, 13 kelompok UKM industri subcontracting, 3 lembaga diklat
dan 3 perbankan.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 67
Di Jawa Barat telah terjalin kerja sama antara 3 perusahaan
champion 16 perusahaan industri pendukung, 8 perusahaan industri
terkait, 52 kelompok UKM subcontracting, 3 lembaga diklat, 2
lembaga perbankan dan 2 lembaga R&D.
5) Peningkatan kemampuan perusahaan dalam manajemen mutu melalui
fasilitasi penerapan ISO 9001-2000.
Pada tahun 2006 di Jawa Barat telah disertifikasi 2 perusahaan alas
kaki yaitu CV. Mitra Batant Stride dan CV. Clarion.
Pada tahun 2007 di Jawa Timur telah disertifikasi 3 perusahaan alas
kaki yaitu: PT. Rajapaksi Adyaperkasa Industri, PT. Gemilang Jaya
Abadi dan PT. Kitidragon Suryatama.
b. Monitoring dan Evaluasi Penguatan dan Pengembangan Klaster Industri
Alas Kaki.
Untuk mengetahui sejauh mana efektititas pelaksanaan klaster (tahap
diagnosis, sosialisasi, mobilisasi dan kolaborasi), digunakan sebagai bahan
dalam perencanaan pelaksanaan tahapan selanjutnya.
Hasil yang telah dicapai diantaranya:
a. Utilisasi industri alas kaki nasional rata-rata 72,3 persen per tahun, dimana
pada tahun 2004 utilisasi sebesar 71,50 persen dan pada tahun 2006
sebesar 73,65 persen. Peningkatan ini disebabkan oleh tumbuhnya
investasi baru dan meningkatnya permintaan untuk ekspor.
b. Adanya tambahan investasi berupa investasi baru dan perluasan sebesar
Rp. 790 miliar oleh 9 perusahaan alas kaki PMA pada tahun 2007 yang
berorientasi ekspor dan menyerap 16.500 tenaga kerja baru.
c. Ekspor alas kaki rata-rata naik 10,6 persen per tahun dan pada tahun 2007
nilai ekspornya sebesar US$ 1,6 miliar dari sebelumnya tahun 2004 US$
1,3 miliar.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 68
9. Industri Pengolahan Kelapa Sawit
Langkah-langkah yang telah dilakukan:
a. Mengadakan pertemuan secara intensif antara pemerintah pusat dengan
Pemerintah Daerah dan industri CPO serta industri hilirnya.
b. Memberdayakan working group melalui FGD.
c. Melakukan kajian pengembangan infrastruktur untuk mendukung
pengembangan klaster industri CPO di Sumatera Utara.
d. Menyusun blueprint pengembangan industri oleokimia.
e. Mendorong pengembangan industri permesinan dalam rangka
pengembangan klaster industri CPO.
f. Meningkatkan pasokan CPO/PKO melalui peningkatan produktivitas dan
perluasan areal perkebunan sawit dan mengutamakan pasokan industri
dalam negeri.
g. Secara aktif berpartisipasi dalam Roundtable on Suistanable Palm Oil,
suatu forum yang bertujuan untuk mendorong pengembangan industri
kelapa sawit yang sesuai dengan kaidah-kaidah pembangunan
berkelanjutan.
1) Menetapkan produk prioritas oleokimia yang prospektif dikembangkan
di masa mendatang.
2) Mengenakan pungutan ekspor untuk CPO, CPKO dan beberapa
produk turunannya.
3) Sosialisasi, identifikasi dan forum komunikasi dengan stakeholder
klaster CPO terutama di daerah pengembangan klaster yaitu di
Sumatera Utara, Riau dan Kalimantan Timur.
Hasil yang telah dicapai diantaranya:
a. Tersusunnya Business Plan Nasional Industri Hilir Kelapa Sawit.
b. Tersusunnya AMDAL, FS dan Business Plan Industri Hilir Kelapa Sawit di
Sei Mangke (Sumut), Kuala Enok dan Dumai (Riau) serta Maloy
(Kalimantan Timur).
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 69
c. Pemberian bantuan peralatan pilot project pengolahan produk turunan
minyak sawit.
10. Industri Pengolahan Karet dan Barang Karet
Langkah-langkah yang telah dilakukan:
a. Mengadakan pertemuan secara intensif antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dengan produsen karet dan industri turunan karet.
b. Memberdayakan working group melalui FGD (Focused Group
Discussions).
c. Memfasilitasi peningkatan pasokan gas bumi untuk industri sarung tangan.
d. Upaya untuk memasukkan perizinan industri crumb rubber dengan
persyaratan khusus.
e. Menerapkan SNI Wajib Selang Karet untuk kompor gas, beberapa jenis
ban yaitu: ban mobil penumpang, ban kendaraan untuk truk dan bus, ban
truk ringan dan ban dalam kendaraan bermotor.
f. Mengirim Surat Edaran kepada seluruh Gubernur produsen bahan olahan
karet untuk membina petani/industri agar memenuhi SNI crumb rubber.
g. Bantuan alat dalam rangka pengembangan klaster industri barang karet di
Jawa Barat dan Sumatera Selatan.
h. Fasilitasi pengembangan klaster industri barang karet di Jawa Barat dan
Sumatera Selatan.
Hasil yang telah dicapai, diantaranya :
a. Tersusun roadmap Industri Pengolahan Karet.
b. Berfungsinya Tim Klaster Industri Karet dan Pengolahan Karet di Pusat
dan Daerah (Sumatera Utara).
c. Pemetaan potensi pasar dalam negeri dan industri permesinan dalam
mendukung pengembangan industri barang karet.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 70
11. Industri Kakao dan Coklat
Langkah-langkah yang telah dilakukan:
a. Memfasilitasi pembentukan kelembagaan/working group industri
pengolahan kakao melalui forum komunikasi industri pengolahan kakao
dengan melibatkan instansi terkait seperti pelaku usaha dan petani kakao,
asosiasi AIKI, Puslitkoka Jember, Kementerian Pertanian, Perguruan
Tinggi dan Perbankan.
b. Memfasilitasi kerjasama dalam penyediaan bahan baku industri
pengolahan kakao.
c. Melaksanakan koordinasi mengenai dampak positif pemberlakuan
kebijakan Bea Keluar (BK) dalam pengembangan industri kakao.
d. Promosi dan fasilitas pengembangan industri pengolahan kakao dan
coklat.
e. Bantuan mesin dan peralatan industri pengolahan kakao dalam rangka
mendukung kompetensi inti industri.
f. Kajian pengembangan kawasan industri kakao di wilayah Luwuk Raya.
Hasil yang telah dicapai, antara lain:
a. Terjalinnya kemitraan sinergis antara pemerintah, pengusaha dan petani
untuk meningkatkan nilai tambah ekonomis industri pengolahan kakao di
Palu Propinsi Sulawesi Tengah.
b. Terwujudnya rumusan rencana aksi penguatan dan pengembangan klaster
industri pengolahan kakao.
c. Meningkatnya nilai tambah produk olahan kakao sesuai SNI untuk
memacu peningkatan utilisasi produksi kakao nasional.
12. Industri Pengolahan Kopi
Langkah-langkah yang telah dilakukan:
a. Mengadakan pengembangan kemitraan antara petani kopi, produsen dan
pedagang kopi/eksportir.
b. Meningkatkan mutu bahan baku kopi melalui bantuan unit peralatan
pengolahan.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 71
c. Membentuk dan memberdayakan working group di Lampung.
d. Pemberdayaan Forum Komunikasi melalui FGD.
e. Mensosialisasikan roadmap Industri Pengolahan Kopi.
f. Fasilitasi dan koordinasi pengembangan klaster industri pengolahan kopi.
g. Partisipasi pada International Coffee Organization (ICO) dan Common
Fund for Commodities (CFC).
Hasil yang telah dicapai, antara lain:
a. Meningkatnya mutu produk industri kopi olahan melalui bantuan
mesin/peralatan pengolahan kopi.
b. Telah terbentuk Forum Komunikasi yang beranggotakan Asosiasi
Eksportir Kopi Indonesia, Kementerian Pertanian, Balai Besar Industri
Agro-Bogor, Perguruan Tinggi, PP Kopi dan Kakao Indonesia, Jember,
GAPMMI, Dunia Usaha yang senantiasa mengadakan pertemuan-
pertemuan periodik guna meningkatkan kerjasama dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
c. Meningkatnya koordinasi dan sinergi antara stakeholders dalam
pengembangan industri pengolahan kopi.
d. Partisipasi pada International Coffee Organization (ICO) dan Common
Fund for Commodities (CFC).
13. Industri Gula
Hasil yang telah dicapai, antara lain:
a. Peremajaan permesinan PT. Barata Indonesia dan PT. Boma Bisma Indra
(BBI) guna mendukung pengadaan mesin peralatan untuk revitalisasi pabrik
gula yang diharapkan akan meningkatkan kapasitas foundry sehingga mampu
mendukung permintaan peningkatan kapasitas pabrik gula melebihi 10.000
TCD dan 4 furnace siap dioperasikan bersamaan. Boiler Pabrik Gula dapat
dipabrikasi di PT. Barata Indonesia dimana sebelumnya pabrikasi sebagian
besar dilakukan di luar negeri dan instalasi dilakukan di lokasi. Sementara itu,
bantuan mesin peralatan kepada PT. BBI diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan pengecoran dari besi tuang ke baja tuang, meningkatkan
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 72
kemampuan produksi peralatan pabrik gula dari molen roll ke peralatan
lainnya;
b. Pelaksanaan pilot project di 8 pabrik gula dalam rangka peningkatan
kemampuan proses produksi gula dan efisiensi penggunaan energi;
c. Pelaksanaan program stimulus berupa bantuan peremajaan mesin dan
peralatan pabrik gula dengan subsidi bunga melalui potongan harga sebesar
10% dari harga mesin dan peralatan produksi dalam negeri;
d. Penyusunan mesin dan peralatan dalam rangka optimalisasi dan amalgamasi
pabrik gula existing khususnya pada PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, dan PT.
RNI melalui penggantian mesin dan peralatan (untuk optimalisasi) dan
pembangunan PG baru (untuk amalgamasi);
e. Inventarisasi 56 calon investor yang berminat untuk pembangunan
perkebunan tebu dan pabrik gula baru;
f. Penyusunan business plan pendirian industri gula baru pada 4 (empat)
wilayah/provinsi;
g. Penyusunan daftar komponen mesin dan peralatan yang dapat diproduksi di
dalam negeri untuk mendukung revitalisasi pabrik gula.
Beberapa permasalahan pokok dalam pengembangan industri gula, antara
lain adalah:
a. Pabrik Gula (PG) yang berada di Pulau Jawa, berumur relatif tua,
sehingga kapasitas giling dan rendemen rendah.
b. Kemampuan PG untuk melakukan restrukturisasi mesin dan peralatan
sangat terbatas, mengingat terbatasnya struktur permodalan.
c. Hampir semua PG di Pulau Jawa sangat tergantung pada petani tebu
dengan lahan dan produktivitas yang terbatas.
d. Pabrik gula rafinasi yang ada (5 pabrik) seluruhnya masih
menggunakan bahan baku (raw sugar) impor.
e. Industri gula rafinasi juga belum berproduksi secara optimal (utilisasi
kapasitas sekitar 70% pada tahun 2009).
f. Pangsa pasar industri kecil dan industri rumah tangga merupakan grey
area yang sering kali menyebabkan industri gula putih mendapat
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 73
kesulitan dalam menjual produknya karena kalah bersaing dengan gula
rafinasi.
14. Industri Pengolahan Tembakau
Langkah-langkah yang telah dilakukan:
a. Meningkatkan mutu bahan baku tembakau dan meningkatkan efisiensi
proses pengolahan bahan baku.
b. Fasilitasi dan koordinasi pengembangan klaster industri pengolahan
tembakau melalui pemberdayaan working group dan FGD.
c. Sosialisasi roadmap Industri Tembakau. Roadmap ini kemudian telah
diacu oleh Kementerian Pertanian untuk membuat roadmap
pengembangan Tembakau, roadmap pengembangan cengkeh, dan oleh
Kementerian Keuangan dalam perumusan dan penetapan kebijakan
pengenaan cukai. Lebih lanjut roadmap ini menjadi rujukan baik dari
kalangan pemerintah maupun dunia usaha sehingga tahapan
pengembangan industri rokok ke depan lebih jelas dan pasti.
d. Inisiasi penyusunan RUU Pengendalian Dampak Tembakau yang
komprehensif dan integratif.
e. Meningkatkan pengendalian produk rokok ilegal di beberapa lokasi di
Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Sumatera Utara
melalui penyuluhan dan pembinaan industri kecil rokok dan kelompok
petani tembakau.
f. Peningkatan efesiensi pengolahan tembakau virginia flue cured dengan
bahan bakar selain minyak tanah melalui bantuan mesin/peralatan di
Kabupaten Lombok Propinsi NTB.
g. Koordinasi pelaksanaan verifikasi dan sertifikasi mesin pelinting sigaret
rokok.
Hasil yang telah dicapai, antara lain:
a. Tersedianya/terealisasinya peralatan tungku flue cured dengan bahan
bakar selain minyak tanah.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 74
b. Kemitraan telah berjalan baik melalui pola kemitraan langsung mulai dari
penyiapan benih, pembibitan, penanaman, perawatan panen,
pengomprongan (pemanas flue cured), sortasi sampai dengan jaminan
pembelian.
c. Telah terjalinnya kemitraan antara produsen tembakau dengan Industri
rokok. Industri rokok yang telah melakukan kemitraan diantaranya adalah:
PT. Gudang Garam, PT. H.M. Sampoerna, PT. Djarum, PT. BAT
Indonesia, PT. Philip Morris Indonesia dan PT. STTC (Sumatera Tobacco
Trading Company).
d. Meningkatnya pengendalian produk rokok ilegal dan pengendalian
penggunaan cukai ilegal baik melalui penyuluhan dan pembinaan industri
kecil rokok dan kelompok petani tembakau maupun penindakan secara
hukum.
e. Tersedianya data perusahaan industri rokok yang sudah mendaftarkan
mesin pelinting rokok yang dimiliki.
15. Industri Pengolahan Buah
Langkah-langkah yang telah dilakukan:
a. Fasilitasi dan koordinasi pengembangan klaster industri pengolahan buah.
b. Revisi/penyusunan SNI dan pengawasan SNI wajib industri pengolahan
buah.
c. Memberdayakan working group industri pengolahan buah di Jawa Barat.
d. Memberdayakan Forum Komunikasi melalui FGD.
e. Melakukan sosialisasi dan rapat koordinasi dengan para stakeholder baik
di pusat maupun di daerah (Bandung, Kuningan, Cirebon, Makasar dan
Mamuju).
Hasil yang telah dicapai, diantaranya :
a. Tercapainya peningkatan koordinasi Pengembangan Klaster Industri
Pengolahan Buah dengan para stakeholder.
b. Tersusunnya konsep revisi SNI buah olahan.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 75
16. Industri Furniture
Langkah-langkah yang telah dilakukan:
a. Fasilitasi pusat desain furniture kayu di Jepara dan furniture rotan di
Cirebon.
b. Evaluasi Permendag No. 36/M-DAG/PER/8/2008 tentang ketentuan
ekspor rotan yang menyatakan bahwa rotan W/S dari jenis rotan
taman/sega (calamus caesius) dan irit (calamus trachycoleus).
c. Evaluasi Permenkeu No. 616/PMK.03/2004 tentang pengenaan PPN
sebesar 10% dan PPN BM sebesar 35% untuk impor barang contoh
produk mebel, melibatkan isntansi terkait seperti Ditjen Pajak, Ditjen Bea
Cukai dan ASMINDO.
d. Sosialisasi atas pemberlakuan Permendag No. 20/M-DAG/PER/5/2008
tentang ketentuan ekspor produk industri kehutanan.
e. Harmonisasi tarif BM tahap II tahun 2005-2010 produk hasil hutan dan
perkebunan.
f. Penyusunan/penyempurnaan standar produk industri hasil hutan dan
perkebunan meliputi Panitia Teknis Furniture dan Teknologi Kertas.
g. Bekerjasama denga Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK) dan Asosiasi
Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) mengkaji berbagai komposisi furniture
yang mampu menghasilkan papan furniture berkualitas tinggi dan ramah
lingkungan.
h. Fasilitasi/dukungan pembangunan terminal bahan baku kayu/rotan di
Bitung Sulawesi Utara berupa bantuan alat mesin sawmil dan alat
pengering kayu.
i. Kajian master plan pembangunan terminal bahan baku kayu di Jawa
Timur.
j. Penyusunan rules of origin (ROO) produk industri furniture kayu dan
rotan.
Hasil yang telah dicapai, antara lain:
a. Terbitnya PMK No. 241/PMK.011/2010 tentang perubahan ke empat atas
peraturan Menteri Keuangan No. 110/PMK.01/2006 tentang penetapan
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 76
sistem klasifikasi barang dab pembebanan tarif bea masuk atas barang
impor.
b. Tersedianya buku pedoman pembuatan laminat yang ramah lingkungan
dari kertas dekoratif untuk industri furniture.
c. Pemanfaatan kayu alternatif sebagai bahan baku industri pengolahan kayu
(asal limbah hasil perkebunan) telah dimanfaatkan.
d. Dimanfaatkannya preferensi tarif yang telah disepakati dalam rangka
meningkatkan ekspor Indonesia ke negara-negara yang bekerjasama
dengan Indonesia.
17. Industri Kertas
Langkah-langkah yang telah dilakukan:
a. Terlaksananya pertemuan fasilitasi dan koordinasi pengembangan industri
pulp, kertas dan percetakan.
b. Memfasilitasi dilakukan kerjasama pengembangan kemitraan usaha dan
jaringan kerja industri kertas dengan industri barang-barang dari kertas
(publikasi, percetakan, industri grafika lainnya).
c. Pengumpulan data dengan melakukan kunjungan ke lapangan untuk
mengetahui potensi pengembangan industri pulp dan kertas.
d. Peningkatan kompetensi SDM industri kemasan karton.
e. Pelatihan manajemen energi pada industri pulp dan kertas.
f. Pemetaan industri kemasan karton (kotak karton gelombang).
g. Penyusunan pedoman pembuatan laminat yang ramah lingkungan dari
kertas dekoratif.
Hasil yang telah dicapai, antara lain:
a. Terciptanya iklim industri yang kondusif yang dapat mendorong
berkembangya industri pulp, kertas dan percetakan.
b. Terbaharuinya data industri pulp dan kertas.
c. Terlatihnya SDM industri kemasan karton di Medan Sumatera Utara
sebanyak 30 orang dan di Bogor Jawa Barat sebanyak 30 orang peserta.
d. Meningkatnya mutu dan nilai tambah produk industri kemasan karton.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 77
e. Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman peserta pelatihan terhadap
sistem manajemen energi di industri pulp dan kertas.
f. Tersedianya informasi industri kemasan karton yang lengkap dan akurat.
g. Meningkatnya penggunaan laminat yang ramah lingkungan dari kertas
dekoratif.
18. Industri Kendaraan Bermotor
Perkembangan industri kendaraan bermotor di Indonesia menunjukkan
peningkatan yang sangat baik sehingga memberikan rasa optimis untuk dapat
melangkah lebih jauh. Perkembangan ini diperkirakan akan bergerak terus
dalam beberapa tahun mendatang. Saat ini telah terdapat 20 perusahaan
industri perakit kendaraan bermotor roda empat, 40 perusahaan perakit
kendaraan bermotor roda dua, yang didukung oleh sekitar 345 perusahaan
industri komponen yang memproduksi berbagai jenis komponen mulai dari
komponen universal sampai komponen utama seperti mesin dan transmisi.
Produksi kendaraan bermotor roda empat pada tahun 2010 diperkirakan
akan mencapai 700.000 unit, mengalami peningkatan sebesar 50,5% bila
dibandingkan dengan tahun 2009 sebanyak 464.816 unit. Namun untuk nilai
ekspor sampai dengan bulan April mengalami penurunan sebesar US$
407.272,3 atau 59,6% dibanding tahun 2009 dan nilai impor sampai dengan
bulan April mengalami penurunan 41,6% dari US$ 2,206 juta menjadi sebesar
US$ 1,287 juta.
Pertumbuhan pasar domestik produk industri otomotif khususnya untuk
kendaraan bermotor roda-4 pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang
cukup tajam. Selama tahun 2010 hingga bulan Agustus penjualan mencapai
422.757 unit, atau terjadi peningkatan sebesar 60,12 persen dibanding
penjualan pada periode yang sama tahun 2009 yakni sebesar 304.453 unit.
Sejalan dengan pertumbuhan pasar dalam negeri yang cukup
menggembirakan, kegiatan ekspor produk industri otomotif juga mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Nilai ekspor produk komponen otomotif
tahun 2010 sampai dengan bulan Maret mencapai US$ 777,1 juta, naik
sebesar 36,5 persen dibanding tahun 2009. Beberapa produk kendaraan
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 78
bermotor utuh (CBU) yang telah masuk ke pasar global diantaranya adalah
Toyota (Avanza dan Innova), dan Daihatsu, dengan perkiraan volume ekspor
sebesar 60.000 unit/tahun.
Sedangkan untuk kendaraan bermotor roda dua pada tahun 2010
produksi mencapai 7.000.000 unit, meningkat sebesar 1.115.979 unit atau
sebesar 18,9% dibanding tahun 2009, nilai ekspor sampai dengan bulan April
mengalami penurunan US$ 31.111,7 atau 66,6% dan nilai impor untuk bulan
yang sama mengalami penurunan sebesar US$ 25.585,9 atau 61,4%
dibandingkan tahun 2009.
Dengan memanfaatkan pasar domestik sebagai Base Load diharapkan
industri otomotif nasional dapat lebih berperan sebagai salah satu basis
produksi otomotif di ASEAN, khususnya untuk kendaraan MPV dan menjadi
produsen ke-3 terbesar kendaraan bermotor roda dua di dunia setelah China
dan India.
Berbagai upaya telah dilakukan agar industri kendaraan bermotor dalam
negeri lebih kompetitif diantaranya melalui pemberian fasilitas Bea Masuk
Ditanggung Pemerintah (BMDTP) atas impor bahan baku pembuatan
komponen dalam negeri, penurunan PPn-BM, pemberian bantuan bimbingan
peningkatan produktivitas kepada industri-industri komponen dengan
memanfaatkan bantuan asing maupun dengan menggunakan tenaga-tenaga
dari dalam negeri.
Dari sisi penguasaan teknologi, industri kendaraan bermotor dalam
negeri khususnya kendaraan bermotor roda dua telah mampu menghasilkan
produk sepeda motor yang benar-benar dirancang dan direkayasa sepenuhnya
oleh perusahaan dan tenaga ahli Indonesia, yaitu oleh PT. Kanzen Motor
Indonesia yang seluruh sahamnya dimiliki oleh bangsa Indonesia. Secara
umum pengembangan industri kendaraan bermotor nasional masih mengalami
berbagai kendala diantaranya lemahnya dukungan industri pendukung seperti
industri bahan baku dan komponen dalam negeri keterbatasan kemampuan
design & engineering serta lemahnya infrastruktur penunjang.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 79
19. Industri Perkapalan
Industri perkapalan atau galangan kapal merupakan industri yang
memiliki keterkaitan yang sangat luas baik ke industri hulunya maupun ke
industri hilirnya sehingga dikategorikan sebagai industri strategis dan
merupakan industri masa depan yang mempunyai prospek yang cerah. Saat ini
terdapat sekitar 250 perusahaan industri perkapalan/galangan kapal yang
mampu memproduksi kapal baru dan memperbaiki/reparasi kapal. Meskipun
jumlah perusahaan cukup banyak, namun sebagian besar hanya mampu
membangun dan mereparasi kapal-kapal berukuran kecil atau kurang dari
10.000 DWT serta mesin/peralatan produksinya relatif sudah tua.
Industri galangan kapal dalam negeri memiliki fasilitas produksi terbesar
berupa dok gali (graving dock) dengan kapasitas 150.000 DWT yang dapat
dipergunakan untuk membangun kapal baru maupun untuk
memperbaiki/reparasi kapal. Pengalaman industri galangan kapal dalam
negeri membangun kapal baru berbagai jenis, tipe dan ukuran sampai dengan
ukuran/kapasitas 50.000 DWT.
Dalam empat tahun terakhir industri galangan kapal mengalami
perkembangan yang menggembirakan dimana terjadi pertumbuhan investasi
yang sangat pesat khususnya di Kep Riau dan Batam yang sampai saat ini
telah mencapai sekitar 87 perusahaan. Hal ini disebabkan karena iklim
investasi (insentif fiskal dan tata niaga) yang dikembangkan di Pulau Batam,
Bintan, dan Karimun (Bonded Zone / Kawasan Berikat, dan KEK / Kawasan
Ekonomi Khusus) menarik minat investor asing, juga karena pulau Batam
dekat dengan sumber bahan baku/perdagangan, yaitu Singapura. Faktor lain
yang menyebabkan pertumbuhan investasi industri galangan kapal cukup
besar adalah dengan dikeluarkannya Inpres Nomor 5 Tahun 2005 tentang
Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional yang intinya adalah penerapan
azas, yang didalamnya juga diamanatkan pengembangan industri perkapalan
nasional untuk mendukung pelaksanaan pemberdayaan industri pelayaran
nasional.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 80
Dalam rangka mendorong pengembangan industri perkapalan nasional
untuk mendukung pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2005, Kementerian
Perindustrian telah mengambil langkah-langkah kebijakan antara lain:
Pengembangan Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional/ PDRKN
(National Ship Design and Engineering Centre-NASDEC) yang
merupakan hasil kerjasama antara Departemen Perindustrian dengan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember / ITS, dan telah diluncurkan pada
tanggal 24 April 2006 di Surabaya. Pada tahun 2009, PDRKN / NASDEC
sudah dilengkapi peralatan hardware dan software dan telah dilaksanakan
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan mendesain kapal.
Memfasilitasi pengembangan kawasan khusus industri perkapalan
berlokasi di kabupaten Karimun dan kajian potensi kawasan industri
galangan kapal di Jawa Tengah.
Sebagai tindak lanjut dari Inpres No. 2 tahun 2009 tentang Penggunaan
Produk Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah telah
ditandatangani MOU antara Dep.Perindustrian dengan BP Migas pada
tanggal 21 Agustus 2009 tentang Penggunaan Kapal dan Bangunan Lepas
Pantai Produksi Dalam Negeri untuk menunjuk kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi.
20. Industri Kedirgantaraan
Secara umum saat ini kinerja PT. Dirgantara (PT. DI) mengalami
perkembangan yang relatif lebih baik. Perkembangan kinerja yang baik ini
merupakan hasil dari pelaksanaan program restrukturisasi perusahaan yang
meliputi :
a. Perubahan visi dan misi perusahaan yang semula “Agent of Technology”
berubah menjadi “Business Oriented”.
b. Restrukturisasi Tenaga Kerja.
c. Restrukturisasi Keuangan antara lain: stop bleding, menyelesaikan
program-program terkontrak.
d. Peningkatan efisiensi dan produktifitas.
e. Refocusing lini usaha perusahaan dari semula 28 unit usaha menjadi 5 unit
usaha, sehingga diperlukan penyesuaian bentuk organisasi perusahaan.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 81
Dengan berhasilnya pelaksanaan program restrukturisasi tersebut, maka
bangun dasar perusahaan akan lebih kokoh sehingga dapat melakukan
kegiatan usahanya secara komersial sepenuhnya. Saat ini kondisi keuangan
PT. DI secara umum telah jauh lebih baik, ditandai oleh adanya Cash Flow
perusahaan yang positif, terjadinya penghematan diberbagai sektor sebesar
kurang lebih 60% total kewajiban pembiayaan/pengeluaran sebelum dilakukan
restrukturisasi.
Program restrukturisasi PT. DI dibidang tenaga kerja yang dilaksanakan
secara konsisten telah berhasil mengurangi jumlah tenaga kerja disamping
sekaligus menerapkan program-program dalam rangka peningkatan efisiensi
dan produktifitas. Jumlah tenaga kerja yang semula sekitar 9.600 orang
berkurang hingga saat ini totalnya menjadi 3.400 orang.
Dengan dukungan fasilitas produksi yang meliputi 232 unit mesin
peralatan termasuk beberapa unit Machining Centre, CNC Machine dan lain-
lain mesin peralatan canggih, PT. DI sejauh ini telah berhasil memenuhi
berbagai pesanan antara lain dari Pakistan, Airbus, Boeing, disamping untuk
memenuhi kebutuhan didalam negeri.
Saat ini produksi PT. DI, meliputi :
• Pesawat Terbang: CN-235, dan N-250 sedangkan N- 2130 saat ini baru
mencapai tahap perancangan.
• Helicopter: NBO-105 (lisensi MBB-Jerman), NAS-332 (Aerospatiale-
Jerman), dan NBELL-412 (lisensi Bell-USA).
• Peralatan Hankam: berbagai macam produk senjata ternasuk Roket,
Torpedo, masing-masing dengan lisensi dari Belgia dan Jerman.
• Serta jasa-jasa perawatan dan perbaikan.
Kemampuan dan keberhasilan dalam penguasaan Design and
Engineering, Manufacturing, Quality Assurance, Product Support,
Maintenance dan Overhaul yang merupakan State of The Art of Technology
dari PT. DI telah mendapat pengakuan atau approval dari dalam dan luar
negeri, antara lain, Engineering Aproval :
• JAA European untuk Aircraft CN-235
• Kementerian Perhubungan
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 82
• IMAA untuk CN-235, N-212, NAS-232, NBO-105
• Quality Assurance Approval
• Military Equipment dari General Dynamic-USA
• Fabrication Approval
• Aircraft Services Approval dan Engine Maintenance Approval
21. Industri Elektronika
Industri elektronika adalah Industri yang menghasilkan barang-barang/
peralatan elektronika dan komponennya untuk memenuhi kebutuhan hiburan,
rumah tangga, perangkat/peralatan elektronika profesional, industrial, dan
bisnis.
Pada saat ini industri elektronika berjumlah 260 perusahaan dengan
nilai investasi sebesar US$ 515 juta, dan menyerap tenaga kerja sebanyak
284.000 orang. Industri elektronika merupakan penyumbang devisa terbesar
no 2 (dua) setelah industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Adapun pelaku
ekspor produk elektronika tersebut adalah perusahaan-perusahaan
multinasional dari Jepang dan Korea seperti Panasonics, Sanyo, LG,
Samsung, Toshiba, Sharp dan JVC.
Sejalan dengan perkembangan teknologi maka perusahaan-perusahaan
elektronika telah mengarahkan produknya kearah digitalisasi, seperti TV
LCD / Plasma, Mesin Cuci Automatic, AC diatas 2 PK dan Kulkas diatas 230
liter.
Demikian juga dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan telah
diproduksi produk-produk ramah lingkungan seperti AC, mesin cuci, lampu
LHE dan lemari pendingin. Disamping itu dalam rangka pengembangan
teknologi juga telah dilakukan kerjasama antara Pemerintah, Dunia Usaha dan
Perguruan Tinggi.
Industri komponen elektronika di Indonesia kebanyakan berlokasi di
Pulau Jawa (Jabotabek, JawaTengah, Jawa Barat, Jawa Timur) dan sebagian
di P. Batam. Namun demikian sebagian besar industri komponen elektronika
yang berorientasi ekspor, seperti LCD, cell phone, computer driver, semi
conductor dan IC berlokasi di Batam.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 83
22. Industri Telematika (Telekomunikasi, Komputer dan Peralatannya)
Kondisi Industri Telematika saat ini sudah cukup menggembirakan
dimana lingkup industri telematika (TIK) itu sendiri terdiri dari: hardware
(komputer, peripheral, peralatan telekomunikasi, transmisi, terminal, hub,
switches dll), software, dan content multimedia. Sedangkan Teknologi
telekomunikasi sudah dikuasai oleh industri dalam negeri seperti perangkat
terminal, peralatan transmisi dan switching dan produk-produk yang
bermigrasi dari nomadic ke digital, selain itu kemampuan teknologi industri
pendukung seperti pembuatan solar cell, antena, repeater dan tower
telekomunikasi juga telah dikuasai oleh industri dalam negeri, begitu juga
untuk Wifi dan Wimax merupakan potensi terbaru yang mampu dibuat oleh
beberapa pabrikan dalam negeri. Sedangkan Industri pendukung
telekomunikasi, seperti industri kabel optik sebanyak 7 perusahaan dengan
kapasitas terpasang 930.000 fiber-km pertahun dengan TKDN mencapai 80%.
Pelaku software di Indonesia mencapai lebih dari 250 komunitas dengan
software developer lebih dari 63.000. Produk-produk aplikasi yang dihasilkan:
financial management, geographical information system, inventory, office
animation, multimedia presentation, executive information system, internet,
intranet dll.
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan
Industri Nasional, bahwa Industri Kreatif Informasi dan Komunikasi (industri
software, animasi dan konten) telah ditetapkan sebagai basis industri
manufaktur untuk dikembangakan dalam pengembangan klaster industri
prioritas. Dan telah ditetapkan panduan pengembangannya melalui roadmap
industri kreatif.
Untuk mendukung industri kreatif tersebut, khususnya industri animasi
saat ini sedang dikembangkan pusat pengembangan industri animasi di
Cimahi bekerjasama dengan Pemkot Cimahi. Diharapkan pilot project
tersebut dapat mendukung pengembangan industri animasi Nasional.
Ada beberapa tantangan di dalam pengembangan industri telematika
yang dihadapi antari lain: Lingkungan usaha belum kondusif (kepastian
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 84
hukum, konsistensi kebijakan dan masalah ketenagakerjaan), Dukungan R&D
dan transfer teknologi masih lemah, karena terbatasnya pembiayaan, belum
tersedianya SNI untuk sistem keamanan bagi produk telematika, pasar ekspor
masih terbatas, Ketergantungan barang modal, komponen dan bahan baku
impor masih tinggi, terbatasnya SDM yang professional, Potensi usaha
berbasis teknologi informasi belum dikembangkan secara optimal
(misal: Industri Animasi) dan tingginya tingkat pembajakan produk piranti
lunak.
Industri Telekomunikasi dalam negeri akan terus ditingkatkan
kompetensinya di bidang R&D, Manufacturing & Engineering Services,
antara lain dengan akan dibangunannya pusat desain produk telekomunikasi.
Untuk 5 tahun kedepan nilai belanja modal (Capex) peralatan Telekomunikasi
dalam negeri mencapai sekitar Rp. 150 triliun. Namun peluang pasar yang
sangat potensial tersebut, baru 3 persen nya saja dibelanjakan untuk produk
industri telekomunikasi dalam negeri.
Adapun pertumbuhan Industri Telematika tahun 2010 sebesar 12,5%
naik dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2009 sebesar 10,10% (Sumber:
BPS diolah Kemenperin). Untuk Nilai Ekspor yang pada tahun 2009 senilai
US$. 1,412 miliar mengalami kenaikan menjadi 1,44 miliar pada tahun 2010.
Nilai Produksi Industri Telematika yang pada tahun 2009 sebesar Rp. 3,6
Triliun, naik menjadi menjadi Rp. 7,28 Triliun pada tahun 2010. Penyerapan
tenaga kerja pada tahun 2008 tercatat 65 ribu orang, mengalami penurunan
menjadi 11.601 orang pada tahun 2009 dan mengalami peningkatan jumlah
penyerapan menjadi 12.107 orang pada tahun 2010. Adapun Utilisasi di tahun
2008 sebesar 68,4%, mengalami penurunan ditahun 2009 menjadi 65,1% dan
naik kembali menjadi 72% di tahun 2010.
23. Industri Fashion
Langkah-langkah yang telah dilakukan:
a. Menyusun buku Tren Fashion Tahun 2009 – 2010 dan 2010 – 2011.
b. Melakukan pelatihan pengembangan Industri Kreatif Fashion di 2 (dua)
wilayah (Bandung dan Yogyakarta) pada tahun 2009 dan 7 (tujuh) wilayah
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 85
(NTB, Bali, Makasar, Semarang, Yogyakarta, Banten, Surabaya) pada
tahun 2010.
c. Mengadakan Fashion Show di Yogyakarta pada tahun 2009, Fashion Show
di PRJ Kemayoran dan Fashion Show di Shanghai, China, pada tahun 2010.
d. Ikut serta dalam berbagai pameran produk fashion dan kerajinan di dalam
dan luar negeri.
Hasil yang telah dicapai, diantaranya:
a. Terselesaikannya buku Trend Fashion Tahun 2009 – 2010 dan 2010 – 2011
sebagai panduan tren mode para pelaku fashion sekaligus media
promosi/publikasi produk fashion khas Indonesia. Buku tersebut juga
dibagikan kepada para peserta di setiap pelatihan yang diadakan di tahun
2009 dan 2010.
b. Terlatihnya 30 perajin barang-barang fashion di Bandung dan Yogyakarta
pada tahun 2009.
c. Terlatihnya 140 perajin barang-barang fashion yang tersebar di NTB, Bali,
Makasar, Semarang, Yogyakarta, Banten, Surabaya pada tahun 2010.
d. Meningkatnya promosi dan pemasaran para perajin produk fashion yang
mengikuti Fashion Show di Yogyakarta pada tahun 2009, Fashion Show di
PRJ Kemayoran dan Fashion Show di Shanghai, China, pada tahun 2010.
e. Menguatnya jalinan kerjasama para perajin produk fashion yang mengikuti
pameran di dalam negeri (Yogyakarta, Jakarta) dan di luar negeri (Dubai,
Malaysia, Hongkong, China, dan Jepang).
24. Industri Kerajinan dan Barang Seni
a. Lokus : Pekalongan, Kudus dan Pasuruan (Baru)
Langkah-langkah yang telah dilakukan:
- Melakukan Diagnosis Klaster Bordir dan Sulaman
Hasil yang telah dicapai :
- Hasil pelaksanaan Kegiatan Diagnosis Pengembangan Klaster
Kerajinan Bordir dan Sulaman untuk 3 Lokus Pekalongan, Kudus dan
Pasuruan dapat dilihat pada table 3.33.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 86
Tabel 3.33Hasil Pelaksanaan Kegiatan Diagnosis Pengembangan Klaster Kerajinan
Bordir dan Sulaman untuk Lokus Pekalongan, Kudus, dan Pasuruan
Elemen KunciPekalongan
( % )
Kudus
( % )
Pasuruan
( % )
Aglomerasi 70 65 60
Nilai Tambah dan Rantai Nilai 85 80 90Jaringan Pemasok 50 30 32
Infrastruktur Ekonomi 90 80 85
Rata-rata (%) 73,75 63,75 66,75
Kesimpulan: 50 – 80 Termasuk Kategori layak untuk dilaksanakan
pembinaan melalui Pengembangan Klaster Industri.
b. Lokus : Tasikmalaya
Langkah-langkah yang telah dilakukan:
1) Focus Group Discussion (FGD) I
a) Promosi Produk Bordir
b) Pelatihan desain kreatif
c) Fashionshow
2) Focus Group Discussion (FGD) II
a) Pelatihan teknis desain bordir
b) Fasilitasi promosi melalui event – event pameran
c) Meningkatkan mutu produk bordir dan sulaman
d) Memperkuat jaringan usaha
3) Focus Group Discussion (FGD) III
a) Pengembangan desain
b) Workshop Etika bisnis
c) Fashionshow dan pameran khusus bordir
d) Pendampingan Akses Pendanaan P3M
e) Pembangunan Rest Area Urug di Kecamatan Kawalu
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 87
Hasil yang telah dicapai :
1) Focus Group Discussion (FGD) I
a) Kegiatan pagelaran bordir terpanjang di dunia ditunda sampai
tahun 2011,
b) Kewajiban pakai bordir bagi pekerja pada hari tertentu, telah
disampaikan pula pada SKPD–PEMDA Tasikmalaya,
c) Telah dilaksanakan pelatihan desain kreatif untuk 20 pengusaha
bordir anggota Klaster, merupakan realisasi rencana aksi yang
disepakati pada FGD III, tahun 2009 (APBD),
d) Hasil kerajinan bordir peserta pelatihan desain kreatif di tampilkan
pada fashionshow di Kota Tasikmalaya, tahun 2010
2) Focus Group Discussion (FGD) II
a) Perancangan Desain Bordir 5 Desain Pakaian Pria dan 5 Desain
Pakaian Wanita & Cendramata
b) Event Pameran dan Promosi yang telah diikuti : OTDW di Taman
Mini, Festival Bordir di Taman Mini, Sapeuting Tasikmalaya di
Taman Mini, Pameran di Pekanbaru. Pasang Giri Tari Payung,
Kelompok Penggerak Pariwisata Bordir, Pengiriman Misi
Kesenian ke TMII, Heleran Jempana, Tasikmalaya Trade &
Culture Festival (TTCF).
c) Penerapan GKM (Gugus Kendali Mutu) dimulai sejak bulan April
2010
d) Pembuatan website : Program KREASIK (Kreatif Tasik) sudah
online website www.kreasik.com, Trading House Kampung Tasik
sudah online website www.lacedress-indonesia.com.
3) Focus Group Discussion (FGD) III
a) Menyiapkan tenaga ahli desainer untuk membantu pengusaha
/perajin bordir untuk menyediakan desain-desain dengan berbagai
fitur-fitur yang dibutuhkan pengusaha bordir dan sulaman Kota
Tasimalaya
b) Pelaksanaan Woorkshoop Etika Bisnis di Tasikmalaya
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 88
c) Festival dan Pameran khusus bordir dilaksanakan pada tanggal 24-
25 April 2010 pada Tasikmalaya Trade & Culture Festival (TTCF)
d) Pada Worshop di Kota Tasikmalaya pada akhir Nopember 2009
telah disepakati, pihak P3UKM ikut berperan dalam penyediaan
bantuan pembiayaan /kreditkepada pengusaha kerajinan bordir
KotaTasimalaya.
e) Pembangunan Rest Area Urug di Kecamatan Kawalu melibatkan
instansi Dinas Kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olahraga,
bagian ekonomi Setda Kota Tasikmalaya, Perhutani, Tjiwulan
Bordir.
c. Lokus : Bukittinggi
Langkah-langkah yang telah dilakukan
1) Focus Group Discussion (FGD) I
a) Penguatan Kelembagaan
b) Pengembangan jaringan Pasar
c) Pengembangan desain dan produk
d) Pelatihan Teknis
2) Focus Group Discussion (FGD) II
a) Pengembangan Sarana dan Legalitas
b) Perluasan Jaringan Pemasaran
c) Penguatan Kelembagaan dan Teknologi
d) Pengembagan Desain dan Produksi
3) Focus Group Discussion (FGD) II
a) Pelatihan teknis desain bordir
b) Fasilitasi promosi melalui event – event pameran.
25. Industri Garam
Langkah-langkah yang telah dilakukan:
a. Melakukan diagnosis dan sosialisasi di 3 provinsi : Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sulawesi Selatan pada tahun 2006.
b. Sosialisasi, kolaborasi, dan implementasi di 3 provinsi : Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sulawesi Selatan pada tahun 2007.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 89
c. Melakukan kegiatan bimbingan dan sertifikasi SNI di Jawa Tengah, Jawa
Timur pada tahun 2008.
d. Melakukan kegiatan bimbingan dan sertifikasi SNI di Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sulawesi Selatan pada tahun 2009.
e. Memberikan bantuan mesin peralatan di Kabupaten Jeneponto (Sulawesi
Selatan) pada tahun 2006.
f. Memberikan bantuan mesin peralatan di Kabupaten Jeneponto (Sulawesi
Selatan) pada tahun 2007.
g. Memberikan bantuan mesin peralatan di Jawa Tengah (Kabupaten
Rembang) pada tahun 2008.
h. Memberikan bantuan mesin peralatan di Kabupaten Sampang (Jawa
Timur), Kabupaten Rembang (Jawa Tengah), Kabupaten Jeneponto
(Sulawesi Selatan) pada tahun 2009.
i. Memberikan bantuan mesin peralatan di Kabupaten Rembang (Jawa
Tengah), Kabupaten Jeneponto (Sulawesi Selatan) pada tahun 2010
j. Melakukan Focus Group Discussion/FGD di Bandung pada tahun 2010
dengan peserta: Disperindag Prov. Jawa Barat, Disperindag Prov. Jawa
Tengah, Disperindag Prov. Jawa Timur, Disperindag Prov. Sulawesi
Selatan, Disperindag Prov. NAD, Disperindag Prov. NTB, dan
Disperindag Prov. NTT
k. Pelatihan Teknis Pengolahan Garam di 3 Provinsi, Jawa Tengah - Kab.
Pati, Jawa Timur - Kab. Sampang, Sulawesi Selatan - Kab. Jeneponto pada
tahun 2010.
Hasil yang telah dicapai, diantaranya :
a. Hasil diagnosis yang telah dilakukan pada tahun 2006 terpilih tiga lokus
untuk dijadikan klaster (Kab. Rembang, Kab. Sampang, dan Kab.
Jeneponto).
b. Adanya program kerjasama antar instansi pembina di 3 daerah tersebut di
atas (tahun 2007).
c. Bantuan bimbingan dan sertifikasi SNI pada tahun 2008 untuk Prov. Jawa
Tengah (Kab. Rembang : PT Apel Merah, dan Kab. Pati : UD Garam
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 90
Nasional, UD. Tito Jaya Manunggal). Provinsi Jawa Timur
( Kab Sampang : PT Jaya Makmur Utama dan UD. Rotma Abadi).
d. Bantuan bimbingan dan sertifikasi SNI pada tahun 2009 untuk Prov. Jawa
Timur ( Kab Sampang : CV. Yuga Perkasa dan UD. Garda Madura).
Provinsi Jawa Tengah (Kab. Rembang : PT. Garam Mas dan UD. Tirto
Samudra). Provinsi Sulawesi Selatan (Kab. Jeneponto : Gunung Silanu
dan Karya Hasram).
e. Bantuan mesin peralatan pada tahun 2006 untuk Provinsi Sulawesi Selatan
(Kab. Jeneponto : KSU Mekar Jaya dan KSU Halimun Jaya).
f. Bantuan mesin peralatan pada tahun 2007 untuk Provinsi Sulawesi Selatan
(Kab. Jeneponto : KSU Karya Bersama).
g. Bantuan mesin peralatan pada tahun 2008 untuk Provinsi Jawa Tengah
(Kab. Rembang : Kelompok Petani Tambak Garam Rakyat Suka Maju).
h. Bantuan mesin peralatan pada tahun 2009 untuk Provinsi Jawa Timur
(Kab. Sampang: CV. Yuga Perkasa). Provinsi Jawa Tengah (Kab.
Rembang : UD. Apel Merah). Provinsi Kalimantan Selatan (Kab.
Jeneponto: Gunung Silanu).
i. Bantuan mesin peralatan pada tahun 2010 untuk Provinsi Jawa Tengah
(Kab. Rembang : Kelompok Petani Tambak Garam Rakyat Lancar Jaya,
Sidodadi Maju, Tani Bumi Mulyo, Mentari, Bugar Lestari, Sidomukti I,
Sidomukti II, Sridadi, Sukamaju, Rezeki Abadi). Provinsi Sulawesi
Selatan (Kab. Jeneponto : KSU Halimun Jaya).
j. Terciptanya koordinasi dan sinkronisasi program pembinaan dan
pengembangan garam antara aparat pembina baik di Pusat maupun di
Daerah. Bertambahnya pengetahuan produsen garam terkait dengan
ketentuan SNI Garam, peningkatan kualitas dan produksi garam melalui
manajemen mutu lahan penggaraman serta sistem panen yang tepat.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 91
26. Industri Minyak Atsiri
Langkah-langkah yang telah dilakukan:
a. Pelaksanaan Kegiatan Forum Penguatan Klaster Minyak Atsiri di Jawa
Barat, Jawa Timur dan Sumatera Utara. Klaster yang dikuatkan adalah
klaster Pakpak Barat, Garut dan Banyumas.
b. Workshop Penerapan Cultiva Minyak Atsiri di 4 provinsi yaitu Jawa
Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat dan NAD.
c. Pelaksanaan Konferensi Internasional Minyak Atsiri (IFEAT) di Shanghai,
China.
d. Pendampingan Tenaga Ahli pada lokasi klaster di Jawa Barat (Kab. Garut,
Kab. Kuningan), Jawa Tengah (Kab. Banyumas), Jawa Timur (Kab.
Blitar), Aceh (Kab. Aceh Besar), dan di Sumatera Utara (Pakpak Barat).
e. Pelatihan Prosedur Ekspor bagi pelaku IKM Minyak Atsiri di Kab Garut.
f. Pendirian Pilot Project Minyak Atsiri (akar wangi) melalui pengadaan dan
pengoperasian boiler di Kab. Garut.
g. Studi Banding ke Jerman dalam rangka pengembangan industri flavor dan
fragrance di Indonesia.
h. Berpartisipasi pada Konferensi Minyak Atsiri (IFEAT) di Maroko, Afrika
Utara.
Hasil yang telah dicapai, diantaranya:
a. IFF pada tahun 2010 membeli 10 ton minyak nilam dari daerah cultivaPasaman Barat.
b. Terjalinnya kerjasama antara China-Indonesia-India dan Asosiasi Essential China dalam pengembangan Minyak Atsiri.
c. Terlatihnya 24 (dua puluh empat) petani dan penyuling IKM Minyak Atsiri.
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 92
F. AKUNTABILITAS KEUANGAN
Anggaran DIPA yang disediakan untuk mendukung pelaksanaan Tugas Pokok
dan Fungsi Kementerian Perindustrian Tahun 2010 sebesar Rp 1.684.616.721.000
Sampai dengan berakhirnya tahun anggaran 2010, anggaran DIPA yang terserap
sebesar Rp 1.422.216.526.000 atau 84,42 persen.
Tidak tercapainya target realisasi anggaran sesuai yang ditetapkan
disebabkan oleh beberapa hal antara lain sebagai berikut :
1. Adanya Penghematan anggaran kegiatan-kegiatan kementerian yang
dilaksanakan melalui lelang pengadaan barang dan jasa.
2. Adanya belanja pegawai yang belum terealisasi.
3. Ada beberapa anggaran belanja tambahan yang tidak terlaksana
Alokasi DIPA dan realisasi penyerapan anggaran pada unit-unit kerja Eselon
I, terlihat pada Tabel 3.34.
Tabel 3.34Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun Anggaran
2010 Menurut Unit Kerja Eselon I
NO Unit Kerja Eselon I Anggaran Realisasi Capaian
1 SETJEN 374.769.938 325.567.777 86,87
2 DITJEN IAK 177.188.921 155.262.267 87,63
3 DITJEN ILMTA 345.276.777 288.493.638 83,55
4 DITJEN IATT 81.567.813 74.748.744 91,64
5 DITJEN IKM 349.240.899 258.895.238 75,86
6 ITJEN 19.908.000 19.807.020 99,49
7 BPPI 336.664.373 299.441.842 88,94
TOTAL 1.684.616.721 1.422.216.526 84,78
A k u n t a b i l i t a s K i n e r j a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 III - 93
Realisasi DIPA sampai dengan 31 Desember 2010 berdasarkan program
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.35Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun Anggaran
2010 Menurut Program
Kode ProgramJumlah
Pagu Realisasi %PROGRAM POKOK 1.439.736.054 1.211.345.351 84,14
04.07.04 PROGRAM PENATAAN STRUKTUR INDUSTRI 693.100.350 619.745.800 89,42
04.07.03PROGRAM PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNOLOGI INDUSTRI 434.142.655 359.864.684 82,89
04.07.02PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH 312.493.049 231.734.867 74,16PROGRAM PENUNJANG 244.880.667 216.910.002 88,58
03.03.02 PROGRAM PEMBENTUKAN HUKUM 8.000.000 6.338.188 79,23
01.01.17PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR NEGARA 8.162.600 6.778.601 83,04
01.01.13PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR 105.310.095 88.325.536 83,87
01.01.10PROGRAM PENINGKATAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS APARATUR NEGARA 19.908.000 19.807.020 99,49
10.03.01 PROGRAM PENDIDIKAN MENENGAH 37.205.106 36.575.154 98,3110.06.01 PROGRAM PENDIDIKAN TINGGI 66.294.866 59.085.503 89,13
JUMLAH 1.684.616.721 1.428.255.354 84,78
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 IV - 1
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kementerian Perindustrian secara garis besar telah berhasil
melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam
pencapaian sasaran strategis Kementerian Perindustrian tahun 2010. Hal
tersebut tercermin dari keberhasilan pencapaian sasaran strategis perspektif
tugas pokok dan fungsi serta hasil sasaran strategis perspektif stakeholder
yang merupakan dampak dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Kementerian Perindustrian.
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan hal-
hal sebagai berikut:
1. Sasaran-sasaran strategis perspektif stakeholder berhasil dicapai
Kementerian Perindustrian dengan nilai rata-rata capaian sebesar 83,84
persen. Nilai ini belum sepenuhnya menggambarkan keberhasilan yang
dicapai sebab masih terdapat beberapa indikator kinerja utama yang belum
dapat diukur ketercapaiannya dikarenakan tidak tersedianya data.
2. Sasaran-sasaran strategis perspektif tugas pokok dan fungsi telah berhasil
dicapai dengan nilai rata-rata capaian sebesar 155,70 persen. Seluruh
sasaran yang ditetapkan sebagian besar dapat dicapai, bahkan beberapa
diantaranya melampaui target, meskipun masih terdapat beberapa sasaran
yang hasilnya belum sesuai dengan yang ditargetkan.
3. Belum seluruh sasaran strategis menunjukkan nilai capaian seperti yang
diharapkan, karena itu perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terhadap
proses perencanaan program dan penganggaran dalam rangka mewujudkan
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
4. Dari sudut perspektif tugas pokok dan fungsi, Kementerian Perindustrian
telah berhasil mencapai sasaran-sasarannya (155,70 persen), akan tetapi
keberhasilan ini tidak serta merta berdampak pada tercapainya seluruh
P e n u t u p
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 IV - 2
sasaran strategis perspektif stakeholder (tercapai 83,84 persen). Hal ini
dapat saja disebabkan oleh 3 hal berikut: pertama, penetapan sasaran
strategis perspektif stakeholder dan indikatornya terlalu tinggi sehingga
terlalu sulit untuk dicapai. Kedua, penentuan sasaran strategis perspektif
tupoksi beserta indikatornya justru yang kurang mendukung ketercapaian
sasaran strategis perspektif stakeholder. Kemungkinan ketiga dan
merupakan kemungkinan paling kuat adalah ketercapaian sasaran strategis
perspektif stakeholder sangat tergantung dari dukungan institusi/lembaga
terkait sehingga pelaksanaan tupoksi Kementerian Perindustrian saja
belum cukup untuk menjadikan realisasi capaian sasaran-sasaran tersebut
sesuai atau bahkan melebihi target yang telah ditetapkan. Untuk itu, ke
depan Kementerian Perindustrian akan memperkuat koordinasi dan
kerjasama pelaksanaan tugas dengan institusi/lembaga terkait lainnya.
5. Perubahan struktur organisasi Kementerian Perindustrian berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan
Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan
Fungsi Eselon I Kementerian Negara, serta Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 105 Tahun 2010 yang baru ditetapkan pada bulan
Oktober mengakibatkan terdapat sasaran-sasaran yang belum tercapai
secara maksimal pada tahun 2010. Kedepan, dengan struktur organisasi
yang baru ini diharapkan dapat lebih optimal untuk mencapai sasaran-
sasaran strategis dalam rangka memperkokoh basis industri manufaktur
dan industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian
nasional.
6. Penetapan Kinerja diharapkan lebih berfokus pada sasaran-sasaran
strategis yang berorientasi outcome, bukan hanya fokus pada kegiatan.
B. PERMASALAHAN DAN KENDALA
Walau telah dicapai berbagai perkembangan yang cukup penting
dalam pengembangan industri, namun dirasakan industri belum tumbuh
seperti yang diharapkan, khususnya bila dibandingkan dengan kinerja industri
P e n u t u p
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 IV - 3
pada masa sebelum krisis multi dimensi pada tahun 1998. Berbagai masalah
baik yang secara umum menghambat pertumbuhan industri, maupun yang
secara khusus dihadapi oleh beberapa industri (penting) tertentu dipaparkan
pada uraian di bawah ini.
1. Masalah Internal Industri
a) Struktur industri masih belum kuat dan lengkap.
b) Industri dasar yang menjadi pemasok bahan baku dan bahan penolong
industri jumlah dan kemampuannya masih terbatas, dan sama halnya
dengan kemampuan produksi barang setengah jadi dan komponen,
sehingga ketergantungan impor masih tetap tinggi.
c) Masih terbatasnya populasi industri berteknologi tinggi.
d) Kapasitas produksi masih kurang optimal.
e) Penurunan kinerja di beberapa cabang industri akibat terpaan krisis
global.
f) Ketergantungan ekspor pada beberapa komoditi dan beberapa negara tujuan.
g) Lemahnya penguasaan desain dan rancang bangun untuk
pembangunan industri.
h) Tidak tersedianya dana penelitian dan pengembangan produk industri
untuk produk buatan lokal yang cukup di perusahaan industri.
i) Penerapan standar produk komponen dan bahan baku yang tersedia di
pasar dalam negeri tidak atau belum memenuhi standar yang telah
ditetapkan, sehingga menyulitkan dalam proses fabrikasi dan
manufacturing.
j) Belum kuatnya peranan industri kecil dan menengah.
2. Masalah Eksternal Industri
a) Keterbatasan infrastruktur (jaringan jalan, pelabuhan, kereta api,
listrik, pasokan gas).
b) Birokrasi yang belum pro-bisnis.
c) Arus barang impor ilegal yang tinggi (penyelundupan), walau pada
tahun ini sudah menunjukkan perbaikan yang berarti.
d) Masalah perburuhan (pesangon, premi jamsostek, UMR dan lain–lain).
P e n u t u p
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 IV - 4
e) Masalah kepastian hukum.
f) Insentif fiskal yang belum bersaing dibanding dengan yang ditawarkan
oleh negara tetangga.
g) Suku bunga perbankan yang masih tinggi.
h) Ketentuan limbah B3 (limbah batu bara, baja, dan lain–lain) yang
sering kali menyulitkan dunia usaha.
i) Kurangnya keberpihakan serta kesadaran masyarakat untuk
menggunakan produk dalam negeri.
j) Belum tersedianya perbankan yang khusus ditunjuk pemerintah untuk
pembangunan industri per sektor (misalnya: bank khusus untuk agro,
untuk industri, untuk migas, untuk IKM, dan lain sebagainya), dengan
tingkat bunga kompetitif.
k) Belum terjalinnya komunikasi/hubungan yang intensif antara hasil
riset dari balai riset industri dalam negeri dengan perusahaan industri
lokal.
C. REKOMENDASI
Agar kinerja yang dicapai dapat berkelanjutan, diperlukan adanya
koordinasi dan kerjasama antar berbagai pihak untuk mewujudkan misi
Kementerian Perindustrian. Hal-hal yang perlu mendapatkan prioritas ke
depan, antara lain:
1. Peningkatan koordinasi dalam rangka perencanaan dan pemantapan
program pembangunan industri antar wilayah dalam penumbuhan klaster
industri;
2. Menyelesaikan segera permasalahan-permasalahan yang menghambat
investasi, diantaranya penanganan penyelundupan, rencana penerapan
cukai produk, PPN produk primer, infrastruktur, ketersediaan gas,
pemanfaatan bahan bakar, penyelesaian masalah lingkungan hidup,
kenaikan BBM, konversi energi dan tarif listrik, pengaruh tarif dasar listrik
terhadap industri, dan sebagainya.
3. Mendorong investasi baru dan perluasan industri melalui perbaikan iklim
investasi, Sinkronisai Peraturan yang dikeluarkan oleh Pusat maupun
P e n u t u p
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010 IV - 5
Daerah, perbaikan aturan kepabeanan, perpajakan dan ketenagakerjaan
serta insentif investasi.
4. Mengembangkan kemampuan Industri Kecil dan Menengah yang berbasis
SDA lokal.
5. Terus meningkatkan disiplin, tata kerja, kerjasama, koordinasi dengan
berbagai pihak, profesionalisme dan good governance dalam rangka
meningkatkan kinerja.
6. LAKIP digunakan sebagai acuan dalam penyusunan dan implementasi
pada Rencana Kerja (Operational Plan), Rencana Kinerja (Performance
Plan), Rencana Anggaran (Financial Plan), dan Rencana Strategis
(Strategic Plan) pada masa-masa mendatang.
REKAP DATA PEGAWAI
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010
NO. URAIAN Jumlah
I Menurut Golongan
Golongan IV 968
Golongan III 4180
Golongan II 1019
Golongan I 104
Jumlah 6271
II Menurut Pendidikan
S3 34
S2 863
S1 2460
Sarmud/D3 582
SLTA 1978
SLTP 170
SD 184
Jumlah 6271
III Menurut Umur
>=56 184
51-55 1818
46-50 1402
41-45 529
36-40 355
31-35 704
26-30 881
<=25 398
Jumlah 6271
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
I. 324,013,233
Lengkap dan menguatnya struktur
industri
a. Berkembangnya klaster industri
baja
18 Entitas Laju pertumbuhan industri 8.00 900,000
b. Berkembangnya klaster industri
peralatan listrik
21 Entitas Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB
Nasional
6.00 1,390,740
c. Berkembangnya klaster industri
mesin dan peralatan umum
38 Entitas 1,590,000
d. Peremajaan permesinan
industri
158 Perusahaan 225,000,000
e. Terciptanya iklim usaha yang
kondusif
5 Usulan Kebijakan 1,450,000
f. Berkembangnya kerjasama dan
investasi industri material dasar
dan permesinan
5 Perusahaan 3,350,000
g. Meningkatnya mutu produk
industri material dasar dan
permesinan
37 RSNI 2,435,000
h. Tumbuh dan berkembangnya
industri alsintan
3 Lokasi -
i. Berkembangnya inkubator
industri alsintan
1 Inkubator 500,000
j. Fasilitasi pembangunan
restrukturisasi 1 pabrik, 5
pabrik urea baru dan 5 pabrik
pupuk NPK
20% Kemajuan 7,000,000
k. Berkembangnya klaster industri
berbasis migas dan petrokimia
2 Lokasi 4,000,000
l. Berkembangnya klaster industri
petrokimia
152 Entitas 2,400,000
m. Penyusunan dan Revisi dan
Monitoring SNI Wajib Produk
Industri Kimia Hulu
6 SNI 500,000
n. Koordinasi Penerapan dan
Pengembangan Teknologi
Industri Kimia Dasar
640,000
o. Koordinasi dan sinkronisasi
kebijakan iklim usaha untuk
industri kimia dan hulu
Sinkronisasi Kebijakan
Target
(5)
Revitalisasi Penumbuhan dan Basis Industri Manufaktur Pulihnya Kinerja Industri Manufaktur setelah
terkena imbas Krisis Global dan tumbuhnya
kluster-kluster Industri manufaktur dan
penggunaan produk dalam negeri
PENETAPAN KINERJA TAHUN 2010
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
Page 1 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
p. Program Pelaksanaan Otoritas
Nasional Senjata Kimia
Terlaksananya Otoritas
Nasional
500,000
q. Penyusunan Draf RUU Tentang
Bahan Kimia
Draft UU 800,000
r. Berkembangnya klaster industri
semen
30 Klaster 2,150,000
s. Berkembangnya klaster industri
keramik
12 Klaster 3,500,000
t. Berkembangnya klaster industri
TPT
46 Klaster 2,500,000
u. Berkembangnya klaster industri
Alas Kaki
46 Klaster 2,000,000
v. Peningkatan 15%
Pengguna Produk Dalam
Negeri
13,457,000
Peningkatan 30%
penggunaan untuk
Pemerintah dan BUMN
6,543,000
Tingginya Kemampuan Inovasi
dan Penguasaan Teknologi
Industri teknologi Logam, mesin,
kulit, karet, plastik, kimia,
kemasan dan tekstil
a. - Jumlah hasil litbang semakin
meningkat dan berkualitas
- Jumlah kerjasama dengan
dunia industri
- Jumlah PNBP yang dihasilkan
di bidang teknologi Logam dan
Mesin
a. Terwujudnya hasil litbang di bidang logam,
mesin, kulit, karet, plastik, kimia, kemasan dan
tekstil yang aplikatif
81% 22,497,952
II. Pulih dan tumbuhnya Kinerja Industri Agro
setelah terkena imbas Krisis Global dan
tumbuhnya kluster-kluster Industri Agro
143,145,707
Pulihnya pertumbuhan industri
hasil hutan dan perkebunan
a. Fasilitasi Terbentuknya
Kawasan Industri Berbasis
CPO di 3 Provinsi yaitu
Sumatera Utara, Kalimantan
Timur dan Riau
40 Perusahaan Laju pertumbuhan industri 8.00 1,400,000
b. Berkembangnya klaster industri
karet
30 Perusahaan Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB
Nasional
6.00 500,000
Mesin peralatan 3,850,000
c. Berkembangnya klaster industri
pengolahan kelapa sawit
Perusahaan 30 1,400,000
d. Berkembangnya klaster industri
furniture
Perusahaan 50 400,000
2 Terminal Kayu dan
Rotan
13,000,000
e. Berkembangnya klaster industri
kertas
Perusahaan 30 400,000
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro
Meningkatkan Penggunaan
Produk Dalam Negeri untuk
Basis Industri manufaktur
Page 2 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
Peralatan persortir kertas
bekas
f. Teknologi dan pemanfaatan
bahan bakar nabati
4 Unit Peralatan 16,000,000
g. Meningkatnya kualitas dan
daya saing IHHP
Tersusunnya 65 RSNI
produk IHHP
900,000
Pulihnya pertumbuhan industri
hasil laut dan meningkatnya nilai
tambah industri berbasis hasil
peternakan
a. Berkembangnya klaster industri
pengolahan ikan
50 perusahaan 500,000
Pengembangan Klaster Industri
Pengolahan Ikan
a. Peralatan pengolahan Ikan 1 Peralatan 3,650,000
b. Berkembangnya industri
berbasis rumput laut
3 Wilayah
c. Berkembangnya klaster industri
pengolahan garam
6 Daerah dan 6 peralatan
pengolahan
d. Terlaksananya kegiatan
fasilitasi dan dukungan
pengembangan industri
pengolahan hasil laut dan
menghasilkan rencana aksi
penguatan dan pengembangan
klaster industri hasil laut
1 Paket 3,650,000
e. Bantuan Peralatan Produksi
Garam Beryodium di NTT
4 Peralatan 1,000,000
f. Meningkatnya nilai tambah
industri berbasis hasil
peternakan
Pulihnya pertumbuhan industri
makanan, minuman dan tembakau
a. 20% Kemajuan 1,000,000
10 Pabrik
b. 50 Perusahaan 500,000
1 Unit peralatan 500,000
c. 50 Perusahaan 500,000
1 Unit peralatan 1,000,000
d. Berkembangnya klaster industri
gula
50 Perusahaan 500,000
e. 50 Perusahaan 1,600,000
40 Unit peralatan 800,000
f. 50 Perusahaan 900,000
2 Unit peralatan 1,300,000
g. Berkembangnya klaster industri
kopi
50 Perusahaan 400,000
2 Unit peralatan 2,000,000
(1) Restrukturisasi 3 industri
permesinan untuk pendukung
PG
(2) Otomatisasi 19 PG
(3) Perpres tentang kebijakan
terpadu revitalisasi PG,
koordinator kelembagaan
Berkembangnya klaster industri
pengolahan kelapa
Berkembangnya klaster industri
pengolahan kakao
Berkembangnya klaster industri
pengolahan tembakau
Berkembangnya klaster industri
pengolahan buah
Page 3 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
h. Berkembangnya klaster industri
Susu
50 Perusahaan 900,000
5 Unit peralatan 1,800,000
i. Tersedianya SDM pada industri
makanan yang memiliki
pengetahuan dan ketrampilan
untuk menerapkan ISO
22000:2005
60 Orang 800,000
j. Terealisasinya Buku panduan
SNI Wajib Gula Rafinasi
1 Paket 500,000
k. Meningkatnya nilai tambah
produk pertanian primer
l. Tersusunnya SNI/revisi SNI
dan pengawasan SNI Wajib
AMDK
3 SNI 700,000
Menigkatnya penggunaan produk
DN industri agro dan kimia
- Tersusunnya kebijakan
pelaksanaan program
pengembangan industri argo
- Tercapainya peningkatan
kualitas perencanaan dan
pelaporan
- Terselesaikannya pelaporan
tepat waktu
341 Jumlah Perusahaan 500,000
Meningkatnya kemampuan
penguasaan teknologi Industri
Agro, hasil perkebunan,Teknologi
Pulp dan Kertas
- Jumlah hasil litbang semakin
meningkat dan berkualitas
- Jumlah kerjasama dengan
dunia industri
- Jumlah PNBP yang dihasilkan
di Industri Agro
- Peningkatan kualitas
litbang 20%
-Pengembangan
Kerjasama 30%
Terwujudnya hasil litbang di bidang Agro, hasil
perkebunan,Teknologi Pulp dan Kertas yang
aplikatif
50% 17,726,382
III. Tumbuhnya dan berkembangnya industri
berbasis teknologi tinggi dan berpeluang untuk
menguasai pasar ekspor serta tumbuhnya
kluster-kluster Industri berbasis teknologi tinggi
115,386,354
Meningkatnya nilai tambah
industri
a. Terlaksananya bimbingan
teknis peningkatan
produktivitas industri komponen
kapal di Jateng
5 Perusahaan Laju pertumbuhan industri 8.00 2,911,643
b. Peningkatan kemampuan
klaster industri kapal di
Surabaya dan Jakarta melalui
pelatihan dan sertifikasi
2 Pelatihan Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB
Nasional
6.00
c. Fasilitasi peningkatan
penggunaan produksi dalam
negeri untuk industri galangan
kapal
1 Workshop Nilai tambah industri ….
Penumbuhan industri unggulan berbasis Teknologi Tinggi
Page 4 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
d. Lokakarya pengelolaan limbah
industri galangan kapal
1 Lokakarya
e. Jumlah peserta workshop 160 orang Laju pertumbuhan industri elektronika 9% 1,818,796
f.Jumlah peserta pelatihan 40 orang Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB
Nasional
1,02%
g.Tersedianya bantuan peralatan 1 paket Nilai tambah industri
h.
Tersedianya kajian pola
kemitraan dalam
pengembangan klaster LHE
1 paket
Meningkatnya penguasaan pasar
dalam dan luar negeri
a. Terlaksananya Pameran 3 Daerah Jumlah Perusahaan yang mengaplikasikan
komponen lokal pada produknya
20 perusahaan 1,891,901
b. Jumlah Peserta Seminar 150 Orang
c. Jumlah Peserta Workshop 150 Orang Jumlah Masukan Mengenai Strategi promosi
int'l
1 usulan
d. Tersedianya Kajian Posisi
Produk Otomotif Indonesia
1 paket Jumlah Forum internasional yang dihadiri 4 Forum
e. Terfasilitasinya Indonesia pada
forum-forum internasional
19 OT Jumlah Kehadiran Delegasi Indonesia dalam
pembahasan TF-ROO
4 kali
f.Jumlah Peserta Sidang
Integrasi
60 Orang 4
g.
Terfasilitasinya Indonesia pada
forum-forum TF-ROO
khususnya di ASEAN
8 OT
h.
Menghadiri forum kerjasama
internasional bidang
pengembangan teknologi,
produksi, investasi, dan pasar
untuk industri maritim di luar
negeri
3 Fora Pangsa pasar produk industri nasional
terhadap total permintaan di pasar DN
8.00 642,020
i.
Pameran dan promosi investasi
produk industri maritim ke
negara-negara Asia dan Eropa
3 Event Pertumbuhan ekspor produk dan jasa industri
nasional
8.00
j.Jumlah Peserta Pameran 10 perusahaan Pangsa Pasar Produk Industri Nasional
terhadap total permintaan di Pasar DN
6 700,000
k.
Tersedianya fasilitas pameran
dan jasa desain pameran
11 booth Pangsa pasar produk industri nasional
terhadap total permintaan di pasar DN
15% 450,000
Kokohnya faktor-faktor penunjang
pengembangan industri
a. Jumlah Peserta Diklat Karoseri 30 Orang Jumlah Peserta Diklat Karoseri yang mampu
implementasi
20 orang 3,004,457
b. Jumlah peserta Diklat Kereta
Api
20 Orang Jumlah peserta Diklat Kereta Api mampu
implementasi
5 orang
Page 5 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
c. Jumlah peserta workshop
pengembangan Industri KA
30 Orang Jumlah perusahaan yang mengalami
peningkatan produktivitas
10 perusahaan
d. Jumlah Paket Bimbingan
Peningkatan SDM
7 Paket Jumlah Peserta Training for trainers yang
mampu menjadi instruktur
10 orang
e. Jumlah Perusahaan peserta
bimbingan
10 Perusahaan
f.Jumlah peserta seminar basic
technology
60 Orang Peningkatan pos tarif yang dapat
diharmoniskan
10 pos tarif
g.Jumlah Rapat-rapat Working
group
4 Kali
h.Jumlah peserta training for
trainers
15 Orang Tingkat penyerapan alokasi BMDTP 50%
i.Jumlah Peserta Sosialisasi
BMDTP
60 Orang Jumlah perusahaan mengalami peningkatan
produktivitas
10 perusahaan
j.Jumlah Peserta Konsinyering
Harmonisasi Tarrif
60 Orang
k.Jumlah Peserta sosialisasi
QSEAL
90 Orang Peningkatan jumlah komponen otomotif yang
tersertifikasi QSEAL
20 komponen
l.
Jumlah Perusahaan
memperoleh bantuan
produktivitas
10 Perusahaan
m.
Jumlah perusahaan
memperoleh fasilitasi sertifikasi
QSEAL
7 perusahaan
n. Pelatihan tenaga mekanik
bengkel KBM Roda 2 di
Sorong, Sumatera Barat dan
Sulawesi Selatan
60 Orang Tingkat produktifitas SDM industri 1,000 5,927,323
o. Pelatihan tenaga mekanik
bengkel KBM Roda 4 di Riau
dan Sulawesi Utara
40 Orang Index iklim industri nasional 4
p. Pelatihan SDM reparasi produk
elektronik konsumsi di NAD
dan Bali
40 Orang
q. Pelatihan dan sertifikasi
operator pengelasan untuk
industri galangan kapal
40 Orang
r. Pelatihan dan sertifikasi
operator pengelasan bawah air
untuk industri galangan kapal
20 Orang
s. Pengadaan alat pengelasan 1 Paket
t. Monitoring dan Evaluasi 1 Laporan
u. Terlatih dan tersertifikasinya
operator & inspektur Coating
60 Orang
v. Pelatihan untuk SDM desain
kapal Fibreglass
15 Orang
w. Usulan revisi kebijakan iklim
usaha dan P3DN IMJK
1 Konsinyiring
x. Usulan BMDTP 2010 dan
evaluasi implementasi BMDTP
2009
1 Konsinyiring
Page 6 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
y. Pengkajian ulang pelaksanaan
sertifikasi dan klasifikasi
bengkel KBM R4 dalamrangka
UU No.22 Tahun 2009
1 Laporan & Sosialisasi
z. Kajian penerapan industri
galangan kapal diluar zona
ekonomi khusus
1 Laporan Tingkat produktivitas SDM industri 2,000 4,200,000
aa. 1 paket Tingkat produktifitas SDM industri 800 3,685,000
bb. 1 paket Index iklim industri nasional 4
cc. 4 negara
dd. 1 paket
ee. Tersedianya peralatan uji
kalibrasi
paket1
ff. Jumlah perusahaan yang
mendapat bimbingan teknis
2 perusahaan
gg. 1 paket
hh 1 paket
Tingginya Kemampuan Inovasi
dan Penguasaan Teknologi
Industri
a. Jumlah Peserta Workshop
Mould and Dies
50 Orang 10 persen 5,193,107
b. Jumlah Peserta Diklat Mould
and Dies
40 Orang
c. Penyusunan Masterplan P.
Mould and Dies
1 Paket
d. Fasilitasi Sekretariat 11 Bulan 1 usulan
e. Jumlah Peserta Workshop PDE 100 Orang
f.Tersedianya fasilitas Design 1 Paket Perkembangan Pusat Desain yang
direncanakan
20 persen
g. Fasilitasi Sekretariat 11 Bulan
h. 1 Paket 1
i. 1 Paket
1
j. Jumlah peserta Workshop 180 Orang
k. Jumlah peserta workshop KBM
mikro
60 Orang
l. Jumlah peserta Sosialisasi
KBM mikro
180 Paket
m. Tersedianya studi
pengembangan prototipe
desain kapal fery
1 Kajian Jumlah hasil Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Industri Terapan Inovatif
- 1,264,605
Jumlah Rancangan Kebijakan untuk
mendorong pengembangan industri KBM
Hemat energi dan ramah lingkungan
Usulan Peta Jalan Pengembangan Kendaraan
Mikro
Tersedianya peralatan uji
produk elektronika konsumsi
Tersedianya buku kawasan
industri potensial untuk
Terwujudnya embrio pengembangan Pusat
Mould and Dies untuk memenuhi kebutuhan
industri otomotif nasional
Diperolehnya masukan pengembangan pusat
desain
Jumlah kajian mengenai
kebijakan KBM Hemat Energi
Jumlah kajian mengenai tingkat
keteruraian IKD
Tersedianya kajian kebijakan
tarif yang menghambat
Tersedianya kajian
pengembangan iklim usaha
Kehadiran dalam forum
kerjasama elektronika (bilateral,
Kajian daya saing produk
elektronika nasional terhadap
produk China
Page 7 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
n. Tersosialisasi dan
terimplementasinya regulasi
teknis internasional pada
galangan kapal nasional
#REF! Pemanfaatan hasil penelitian dan
pengembangan oleh sektor industri
3.00
o. Jumlah peserta workshop 200 orang 4 350,000
Pemanfaatan hasil penelitian dan
pengembangan oleh sektor industri
-
Jumlah perusahaan yang memanfaatkan hasil
penelitian
1 perusahaan
Lengkap dan menguatnya struktur
industri
a. Jumlah Peserta Workshop 180 Orang 10 daerah 1,974,250
b. Jumlah Klaster terfasilitasi 3 Klaster
c. Jumlah peserta Diklat 80 Orang Jumlah Anggota Klaster yang difasilitasi 30 perusahaan
d. Jumlah Peserta Sosialisasi 120 Orang
e. Jumlah Peserta Business
Gathering
60 Orang
f.
Tersedianya pedoman dan
kriteria kawasan khusus
industri galangan kapal
1 Laporan Pertumbuhan investasi di Industri Hulu dan
Antara
2.00 1,323,074
g.
Tersedianya kajian
pengembangan kawasan
khusus industri galangan di 2
propinsi
2 Laporan Tingkat kandungan lokal 52.00
h. Jumlah technopark yang berdiri Pertumbuhan Investasi di Industri Hulu dan
Antara
15 1,271,802
i. Formula TKDN Tingkat kandungan Lokal 40 200,000
Jumlah peserta rapat
koordinasi
60 Orang 5 420,000
j. 1 Paket Tingkat kandungan lokal 60%
k. Terlaksananya promosi
investasi di luar negeri
4 negara
Memfasilitasi penerapan
standardisasi
a. 4 SNI 2,106,264
b. 2 kali Jumlah SNI yang dimanfaatkan oleh Industri 25 SNI
20 perusahaan
c. Jumlah RSNI disusun 5 RSNI
d Jumlah SNI di Review 50 SNI Terfasilitasinya forum internasional standar 2 forum
e. Jumlah Peserta Sosialisasi 120 Orang Jumlah masukan strategi penerapan standar 1 usulan
f. Jumlah Peserta Diklat 60 orang
g. 1 Paket
h. 60 orang
Jumlah Rapat Panitia Teknis
yang dilaksanakan Jumlah Industri Nasional yang menerapkan
SNI Wajib
Kajian kemampuan Industri
otomotif nasional dalam rangka
implementasi SNI wajib
Jumlah Peserta Rapat
Standarisasi dan sertifikasi
Jumlah hasil Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Industri Terapan Inovatif
Jumlah peserta Bisnis Gath yang menyatakan
minat
Tersedianya bahan promosi
investasi dan ekspor industri
elektronika dan komponen
Jumlah Rapat Prakonsensus
yang dilaksanakan
2 Kali Jumlah Usulan RSNI yang ditetapkan menjadi
SNI
Page 8 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
i. Jumlah Peserta Expert Meeting 60 orang
j. Jumlah Kajian mengenai Cost
and Benefit Ratifikasi UNECE
1 Paket
k. 11 OT
m. Tersusunnya RSKKNI KBM R4 Standar Rancangan SNI yang diusulkan 25.00 1,302,641
n. Sosialisasi SNI komponen
kapal
4 Kegiatan Penambahan SNI wajib yang diterapkan 2.00
o. Persiapan infrastruktur
penerapan SNI wajib alat apung
personalp. Jumlah RSNI Rancangan SNI yang diusulkan 20 900,000
q. Jumlah peserta rapat prakon 150 orang Rancangan SNI yang diusulkan 10 1,900,003
r. Tersediannya peralatan lab uji
performance
1 paket Penambahan SNI wajib yang diterapkan .
s. Jumlah lampu yang diuji 20 buah Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan
menteri
1 peraturan
Mempersiapkan dan/atau
Menetapkan Rencana dan
Kebijkan Industri
a. Produk Hukum Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan
Menteri
1 800,000
Meningkatkan Kualitas a. - Kesesuaian Program dengan KIN 95% 450,000
b. - 100% 250,000
c. - Tingkat ketepatan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan
95% 186,866
Meningkatnya kualitas
perencanaan program dan
pelaporan
a. Tersusunnya Program &
Rencana Kegiatan Ditjen IATT
tahun 2011
1 Paket Kesesuaian Program dengan KIN 100%
b. Tersusunnya Laporan Ditjen.
IATT
5 laporan
c. Tersedianya Laporan
Pengembangan potensi IATT di
Luar pulau Jawa
1 laporan Daerah yang berpotensi untuk pengembangan
IATT
2 Daerah
d. Daerah yang di monitoring 15 daerah Rekomendasi terhadap kegiatan yang telah
dilakukan
10 Rekomendasi
e. Jumlah peserta konsinyering 50 Orang Presentasi kegiatan yang dibintangi 0,5% 1,271,866
f. Jumlah peserta workshop 100 Orang Kesesuaian Program dengan KIN 100%
Renstra 2010-2014 dan Renja 1 paket
Ketepatan waktu pelaporan 100%
Terwujudnya SDM aparatur yang
profesional dan kompeten
a. Peserta pelatihan 150 Orang Tingkat Keahlian SDM Aparatur 80%
Meningkatnya fasilitasi iklim
industri yang kondusif
b. Jumlah peserta yang mengikuti
sosialisasi
150 peserta Terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi
perkembangan IATT
80%
c. Terfasilitasinya para pengusaha
IATT dalam temu bisnis
3 negara Perusahaan yang melakukan Kontak bisnis 5 Perusahaan
Jumlah Orang yang terfasilitasi
dalam forum standar
Tingkat Persetujuan rencana kegiatan (zero
stars)
Page 9 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
d. Tercapainya perkembangan
industri melalui bantuan
BMDTP.
4 laporan Termanfaatkannya bantuan BMDTP 500 Miliar
e. Jumlah peserta sosialisasi
tingkat kandungan lokal produk
IATT
150 peserta Meningkatnya pemahaman tentang TKDN
produk IATT
80%
f. Terfasilitasi pameran hasil
sektor IATT
50 perusahaan Jumlah Pengunjung 800 Orang
g. Jumlah peserta yang mengikuti
workshop/seminar dan
pelatihan
160 Orang Meningkatnya pengetahuan dunia usaha
mengenai konsep HKI
80%
Mengoptimalkan sistem informasi a. Jumlah peserta pelatihan SIM 20 peserta Meningkatnya kemudahan akses data dan
informasi kebijakan IATT
90%
Melaksanakan Reformasi Birokrasi a. Tersusunnya program
reformasi birokrasi Ditjen IATT
1 paket Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang
baik dan modern
90%
b. Tersedianya peralatan kantor
dan rumah tangga untuk
pegawai
224 pegawai Produktivitas pegawai meningkat 80%
c. Terlaksananya
pembinaan/koordinasi dan
konsultasi
12 bulan Meningkatnya pelayanan publik Ditjen IATT 90%
Kelancaran pelaksanaan Tupoksi a. Jumlah Profil 1 Paket 1 paket 1,799,074
b. Jumlah Peserta Sosialisasi
Profil Industri
30 Orang
c. Jumlah Peserta Konsinyering
Lakip
60 Orang
d. jumlah peserta konsinyering
persiapan kegiatan
30 Orang Program yang sesuai dengan Renstra K/L dan
KPI
90 persen
e. Terlaksananya maintenance
jaringan secara teratur
11 Bulan Tingkat kesesuaian Program dengan Roadmap 95 persen
f. Terbelinya fasilitas kebutuhan
direktorat IATDK
1 Paket
g. jumlah peserta konsinyering
Penyusunan Program
50 Orang
h. 50 Orang
i. Jumlah Roadmap 3 Roadmap
j. Tersedianya profil jasa
perbaikan bengkel KBM
1 laporan 2,050,479
k Tersusunnya direktori industri
kapal
1 laporan
l Workshop penyusunan peluang
investasi industri maritim
1 kegiatan
m Tersusunnya program dan
rencana kerja Dit. IMJK tahun
2011
1 Paket
Data Industri Komponen Otomotif yang up to
date sehingga dapat dimafaatkan sebagai
pertimbangan industri otomotif nasional.
jumlah peserta workshop
program pengembangan IATDK
Page 10 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
n Terlaksananya pengadaan
barang dan jasa
1 Paket
o. Tersusunnya 1 laporan LAKIP
Dit. IMJK tahun 2010
1 laporan
IV. Tumbuh dan berkembangnya Industri Kecil dan
Menengah yang berlandaskan kepada potensi
daerah
387,160,163
Tumbuh dan berkembangnya Industri Kecil dan
Menengah yang berlandaskan kepada potensi
daerah
jumlah unit usaha 3.9
juta
jumlah tenaga kerja 8
juta orang
jumlah nilai ekspor
13.6 juta US$
nilai tambah IKM
251.752 milyar
a. Meningkatnya kemampuan masyarakat/perajin
anyaman di daerah tertinggal.
1,155,000
Meningkatnya perekonomian di daerah
tertinggal.
Jaringan kerjasama dan kelembagaan klaster
semakin baik.
Kemampuan desain perajin meningkat.
Adanya rekomendasi program selanjutnya.
b. Pengembangan Klaster Industri
Fashion dan Batik
- Terlaksananya kegiatan
pengembangan Industri
Kreatif
- Terselenggarakannya
pelatihan peningkatan
mutu dan desain serta
pengembangan promosi
Industri kreatif.
Terlaksana dengan 140
peserta
Terlaksananya kegiatan partisipasi pameran
Singapore Fashion Week, Hongkong Fashion
Week, Bali Fashion Week, pameran Batik
Internasional di Jakarta dan Gelar Nusantara di
Jakarta serta penyusunan katalog IKM
Sandang.
1,000,000
c. Jaringan kerjasama kemitraan antara
stakeholder dan pemangku kepentingan
berjalan lancar.
3 wilayah 1,000,000
Para perajin mampu melakukan casting &
desain
Pengetahuan perajin tentang pasar ekspor
meningkat.
Pengembangan Klaster Industri
Batu Mulia dan Perhiasan
- Terbentuknya jaringan
kerjasama bisnis di 3
wilayah.
- Meningkatnya
kemampuan teknik
casting & desain produk
perajin batumulia &
perhiasan.
- Meningkatnya
pengetahuan IKM
perhiasan tentang pasar
ekspor. Terlaksana di 3
Lokasi
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah
Berkembangnya IKM di Kawasan
barat Indonesia melalui
pengembangan klaster industri
prioritas, industri unggulan
provinsi, kompetensi inti industri
Kab/Kota dan OVOP
- Meningkatnya rasio industri di
luar pulau Jawa terhadap
industri di Pulau Jawa
- Terlaksananya roadmap
pengembangan kompetensi inti
industri daerah di kawasan
barat Indonesia
Pengembangan Klaster Industri
Kerajinan dan Barang Seni
- Terlaksananya
implementasi kolaborasi
dan kelembagaan klaster
yang semakin kuat.
- Diketahuinya efektifitas
dan rekomendasi program
selanjutnya.
- Meningkatnya
kemampuan teknik dan
manajemen perajin.
- Terjadinya kerjasama
terpadu antara
stakeholder
Page 11 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
d. Jaringan kerjasama antar stake holder semakin
baik
1,100,000
Kemampuan teknik dan desain perajin
meningkat.
Pemasaran produk gerabah/keramik hias
meningkat.
Diketahuinya efektifitas dan permasalahan
pelaksanaan klaster.
e. Terlaksananya kegiatan
pembinaan IKM Minyak Atsiri
melalui pendekatan klaster
Terciptanya iklim usaha
IKM Minyak Atsiri yang
kondusif sehingga IKM
Minyak Atsiri dapat
berkembang secara
optimal. Terlaksana di 7
Lokasi
Meningkatknya kemampuan usaha IKM minyak
atsiri melalui kerjasama antara stakholder
minyak atsiri sehingga IKM minyak atsiri dapat
berkembang secara optimal
1,415,000
f. Semakin kuat dan
berkembangnya sentra-sentra
klaster IKM Makanan Ringan
Menguatnya jaringan
klaster IKM makanan
ringan yang
dikembangkan di 3
wilayah
1,959,000
g. Meningkatnya produktifitas dan kualitas produk
IKM Pangan
15,564,189
Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan
IKM pangan
Tersusunnya data unggulan IKM dan Peta
komoditi unggulan.
h. Terbinanya Pengembangan
IKM sesuai dengan Kompetensi
Inti Industri Kabupaten/Kota
Meningkatnya Unit Usaha
dan Tenaga Kerja di
bidang Industri Kecil dan
Menengah
Meningkatnya produktifitas dan kualitas produk
IKM Pangan di Sumbar dan NAD.
9,405,380
i. Pengembangan IKM melalui
pendekatan OVOP di Kawasan
Barat Indonesia
Terbinanya Produk IKM
Pangan, Sandang, KBB
dan Kerajinan melalui
pendekatan OVOP
IKM di Indonesia dapat berkembang lebih
pesat dan memiliki kontribusi pertumbuhan
industri, termasuk industri kecil dan menengah
38,567,981
j. Meningkatnya daya saing
produk-produk IKM
25 Sentra dan 20 UPT meningkatnya nilai produksi dan kualitas
produksi dari masing-masing sentra dan UPT
10 wilayah barat, 60
wilayah tengah, 16
wilayah timur
14,117,400
meningkatnya pelayanan kualitas UPT
Berkembangnya IKM di Kawasan
tengah Indonesia melalui
pengembangan klaster industri
prioritas, industri unggulan
provinsi, kompetensi inti industri
Kab/Kota dan OVOP
a. Pengembangan Klaster Industri
Kerajinan dan Barang Seni
- Terlaksananya
implementasi kolaborasi
dan kelembagaan klaster
yang semakin kuat.
- Diketahuinya efektifitas
dan rekomendasi program
selanjutnya.
- Meningkatnya
kemampuan teknik dan
manajemen perajin.
- Terjadinya kerjasama
terpadu antara
stakeholder
- Meningkatnya rasio industri di luar pulau
Jawa terhadap industri di Pulau Jawa
- Terlaksananya roadmap pengembangan
kompetensi inti industri daerah di kawasan
tengah Indonesia
3,155,000
Pengembangan Klaster Industri
Gerabah dan Keramik Hias
- Terlaksananya
implementasi kolaborasi
dan kelembagaan klaster
yang semakin kuat.
- Dikatahuinya efektifitas
dan permasalahan
pelaksanaan klaster.
Terlaksana di 3 Lokasi
Terbinanya Pengembangan
Industri Kecil dan Menengah
Unggulan Daerah Propinsi
Meningkatnya Unit Usaha
dan Tenaga Kerja di
bidang Industri Kecil dan
Menengah. Target 32
Kabupaten Kota
Page 12 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
b. Pengembangan Klaster Industri
Makanan Ringan
Meningkatnya pengetahuan 60 pengusaha IKM
makanan ringan di bidang bisnis, manajemen
dan teknis.
60 pengusaha IKM
makanan ringan di
jabar, jateng, jatim
1,959,000
IKM Pangan binaan memperoleh Piagam
Bintang, dan Legalitas lainnya (PIRT)
c. Pengembangan Klaster Industri
Gerabah dan Keramik Hias
Jaringan kerjasama antar stake holder semakin
baik
3 wilayah 1,100,000
Kemampuan teknik dan desain perajin
meningkat.Pemasaran produk gerabah/keramik hias
meningkat.
Diketahuinya efektifitas dan permasalahan
pelaksanaan klaster.
d. Meningkatnya produktifitas dan kualitas produk
IKM Pangan
20,095,041
Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan
IKM panganTersusunnya data unggulan IKM dan Peta
e. Meningkatnya produktifitas dan kualitas produk
IKM Pangan di Bali
21,289,240
Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan
IKM pangan
Terlaksananya Bantuan/Pendampingan
Tenaga Ahli/Desainer f. - Meningkatnya sinergi pembinaan antar
instansi/Dinas terkait di Pusat dan Pemerintah
Daerah dalam rangka mendukung
pengembangan IKM Pangan dengan
25,711,987
Meningkatnya akses pemasaran dan jaringan
bisnis IKM Pangan
2 (dua) sentra.
g. Terlaksananya Revitalisasi
sentra-sentra IKM dan Fasilitasi
Layanan UPT
Meningkatnya daya saing
produk-produk IKM
dengan 15 Sentra dan 20
UPT
Terlaksananya kegiatan PengembanganSentra
IKM Sandang potensial di 3 sentra (Sentra
Sepatu Mojokerto, Sentra Sepatu Cibaduyut
dan Sentra Penyamakan Kulit Magetan)
14,117,400
Berkembangnya IKM di Kawasan
timur Indonesia melalui
pengembangan klaster industri
prioritas, industri unggulan
provinsi, kompetensi inti industri
Kab/Kota dan OVOP
- Meningkatnya rasio industri di
luar pulau Jawa terhadap
industri di Pulau Jawa
- Terlaksananya roadmap
pengembangan kompetensi inti
industri daerah di kawasan
timur Indonesia
a. Pengembangan Klaster Industri
Kerajinan dan Barang Seni
Meningkatnya kemampuan masyarakat/perajin
anyaman di daerah tertinggal.
3,155,000
Meningkatnya perekonomian di daerah
tertinggal.
Jaringan kerjasama dan kelembagaan klaster
semakin baik.
Kemampuan desain perajin meningkat.
Adanya rekomendasi program selanjutnya.
- Terlaksananya
implementasi kolaborasi
dan kelembagaan klaster
yang semakin kuat.
- Diketahuinya efektifitas
dan rekomendasi program
selanjutnya.
- Meningkatnya
kemampuan teknik dan
manajemen perajin.
- Terjadinya kerjasama
terpadu antara
stakeholder
Pengembangan IKM melalui
pendekatan OVOP di Kawasan
Tengah Indonesia
- Terbinanya Produk IKM
Pangan, Sandang, KBB
dan Kerajinan melalui
pendekatan OVOP di 12
Kabupaten kota di 17
Propinsi
Menguatnya jaringan
klaster IKM makanan
ringan yang
dikembangkan di 3
wilayah
- Terlaksananya
implementasi kolaborasi
dan kelembagaan klaster
yang semakin kuat.
- Dikatahuinya efektifitas
dan permasalahan
pelaksanaan klaster.
Terlaksana di 3 Lokasi
Pengembangan Industri
Unggulan Propinsi di Kawasan
Tengah Indonesia
Meningkatnya Unit Usaha
dan Tenaga Kerja di
bidang Industri Kecil dan
Menengah di 12 Propinsi
Pengembangan Kompetensi Inti
Industri Kabupaten/Kota di
Kawasan Tengah Indonesia
Meningkatnya Unit Usaha
dan Tenaga Kerja di
bidang Industri Kecil dan
Menengah di 28
Kabupaten/Kota
Page 13 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
b. Pengembangan Klaster Industri
Minyak Atsiri
Terciptanya iklim usaha
IKM Minyak Atsiri yang
kondusif sehingga IKM
Minyak Atsiri dapat
berkembang secara
optimal
Meningkatknya kemampuan usaha IKM minyak
atsiri melalui kerjasama antara stakholder
minyak atsiri sehingga IKM minyak atsiri dapat
berkembang secara optimal
2,415,000
c. Pengembangan Klaster Industri
Makanan Ringan
Menguatnya jaringan
klaster IKM makanan
ringan yang
dikembangkan di 3
wilayah
1,959,000
d. Pengembangan Klaster Industri
Garam
Menguatnya jaringan
klaster IKM Garam Rakyat
yang dikembangkan di 3
wilayah
Terkoordinasinya sinergi program dalam suatu
kesepakatan serta meningkatnya kolaborasi
antara IKM garam rakyat/konsumsi dengan
instansi terkait dan stakeholder
1,000,000
e. Pengembangan Klaster Industri
Batu Mulia dan Perhiasan
Jaringan kerjasama kemitraan antara
stakeholder dan pemangku kepentingan
berjalan lancar.
1,000,000
Para perajin mampu melakukan casting &
desain
Pengetahuan perajin tentang pasar ekspor
meningkat.
f. Pengembangan Industri
Unggulan Propinsi di Kawasan
Timur Indonesia
Meningkatnya Unit Usaha
dan Tenaga Kerja di
bidang Industri Kecil dan
Menengah di 5 propinsi
Meningkatnya produktifitas dan kualitas produk
IKM Pangan
6,102,240
Tersusunnya data unggulan IKM dan Peta
komoditi unggulan.g. Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan
IKM pangan
24,242,355
Terlaksananya Bantuan/Pendampingan
Tenaga Ahli/Desainer
Terlaksananya Pelatihan Pengelolaan Dan
Peningkatan Mutu TPT
h. Pengembangan IKM melalui
pendekatan OVOP di Kawasan
Timur Indonesia
- Terbinanya Produk IKM
Pangan, Sandang, KBB
dan Kerajinan melalui
pendekatan OVOP
IKM di Indonesia dapat berkembang lebih
pesat dan memiliki kontribusi pertumbuhan
industri, termasuk industri kecil dan menengah
-
i. Terlaksananya Revitalisasi
sentra-sentra IKM dan Fasilitasi
Layanan UPT
Meningkatnya daya saing
produk-produk IKM meningkatnya pelayanan kualitas UPT
10 sentra IKM 9,411,600
Pengembangan Kompetensi Inti
Industri Kabupaten/Kota di
Kawasan Timur Indonesia
Meningkatnya Unit Usaha
dan Tenaga Kerja di
bidang Industri Kecil dan
Menengah di 8 Kabupaten
Kota
- Terbentuknya jaringan
kerjasama bisnis di 3
wilayah.
- Meningkatnya
kemampuan teknik
casting & desain produk
perajin batumulia &
perhiasan.
- Meningkatnya
pengetahuan IKM
perhiasan tentang pasar
ekspor. Terlaksana di 3
wilayah
Page 14 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
Kokohnya faktor-faktor penunjang
pengembangan Industri
Terealisasinya kegiatan penyusunan dan
pembahasan program pembinaan dan
pengembangan IKM Pangan.Terlaksananya partisipasi rakor regional Ditjen
IKM di 3 (tiga) provinsi dan raker Depperind di
3(tiga) provinsi.Teridentifikasinya potensi daerah sebagai
masukan penyusunan program Dit. Industri
Pangan tahun 2011.
a. Berkembangnya IKM Agro
pedesaan
meningkatnya daya saing
IKM Agro pedesaan di 10
Kabupaten Kota
Meningkatnya pengetahuan, kemampuan dan
keterampilan IKM/fasilitator tentang
manajemen dan teknis pengelolaan usaha.
Terlatihnya 30 orang
IKM/fasilitator.
10,000,000
b. Pengusaha industri nasional
mampu mengembangkan
Design Prioduk Industri
Nasional
1 IGDS Grand Award, 25
IGDS Gold Award dan 75
IGDS Nominasi Award
Pengusaha industri nasional mampu
mengembangkan
produk berbasis desain dalam rangka
peningkatan daya saing dan perluasan pasar
1,131,627
c. Tersusunnya buku pedoman sebanyak 4 jenis 20 orang dan 5
perusahaan
1,330,527
Tersedianya piala upakarti
Adanya usulan calon penerima upakarti dari
daerah dan pusat
245 calon
Terseleksinya calon nominasi penerima
upakarti
50 calon
Terpilihnya penerima upakarti tahun 2010
Tingginya Kemampuan Inovasi
dan Penguasaan Teknologi
Industri
- Jumlah hasil litbang semakin
meningkat dan berkualitas
- Jumlah kerjasama dengan
dunia industri
- Jumlah PNBP yang dihasilkan
di Industri kerajinan dan batik
- Peningkatan kualitas
litbang 20%
-Pengembangan
Kerjasama 30%
Terwujudnya hasil litbang di bidang Teknologi
kerajinan dan batik yang aplikatif
1 Laporan 4,239,625
Memfasilitasi Pengembangan
Industri
- Jumlah riset yang dihasilkan
- Jumlah standard yang
dihasilkan
- Jumlah kerjasama dengan
dunia industri
- Jumlah PNBP yang dihasilkan
- Peningkatan kualitas
litbang yang terkait
Kompetensi Inti Daerah
20%
-Pengembangan
Kerjasama 30%
Terwujudnya hasil litbang yang aplikatif dalam
mendorong Kompetensi Inti Industri Daerah
29,406,334
- Tersusunnya kebijakan
pelaksanaan program
pengembangan IKM
- Tercapainya peningkatan
kualitas perencanaan dan
pelaporan
- Terselesaikannya pelaporan
tepat waktu
Penyelenggaraan
Penganugrahan Penghargaan
UPAKARTI
- Tersusunnya buku
pedoman sebanyak 4
jenis
- Tersedianya piala
Upakarti
- Adanya usulan calon
penerima upakarti dari
daerah dan pusat
Page 15 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
V. Perwilayahan Industri Terlaksananya Public Private Partnership dan
pengembangan kawasan industri
197,193,394
Tersebarnya pembangunan
industri
- Tersusunnya kebijakan dan
program, penyusunan standar,
pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi pengembangan
industri di kawasan barat
Indonesia
- Meningkatnya rasio industri di
luar Pulau Jawa terhadap Pulau
Jawa
- Tersusunnya roadmap
pengembangan kompetensi Inti
industri daerah
- Terwujudnya pemerataan
pembangunan Industri di
Kab/Kota
Meningkatnya investasi dan skema
pengembangan perencanaan public private
partnership, dan pengembangan kawasan
industri
a. Meningkatnya fasilitasi
pengembangan zona industri di
3 KEK
Dokumentasi fasilitasi
(AMDAL, Engineering
Design/DED, dan
kelembagaan) di 3
Kawasan
Paket perencanaan pengembangan KEK 3 Paket Kajian
Perencanaan
3,840,000
b. Terealisasinya kajian
pengembangan kawasan
garam bahan baku di Madura
dan KTI
1 Paket kajian Paket perencanaan pengembangan kawasan
garam, bahan baku di Madura dan KTI
1 Paket Kajian
Perencanaan
6,000,000
c. Meningkatnya fasilitasi
pengembangan kawasan
industri berbasis kompetensi
5 Dokumen Master Plan,
AMDAL, DED, dan
Kelembagaan KI
Paket Perencanaan Pengembangan Kawasan
Industustri
8 Paket Kajian
Perencanaan
8,800,000
d. Meningkatnya fasilitasi
pengembangan kawasan barat
1 Peta Panduan Paket Perencanaan Pengembangan fasilitas 1 Paket Panduan 1,500,000
e. Meningkatnya fasilitasi Public
Private Partnership Wilayah
Barat
1 Paket Konsep Paket perencanaan fasilitasi Public Private
Partnership Wilayah Barat
1 Paket Pelaksanaan 1,500,000
- Tersusunnya kebijakan dan
program, penyusunan standar,
pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi pengembangan
industri di kawasan tengah
Indonesia
- Meningkatnya rasio industri di
luar Pulau Jawa terhadap Pulau
Jawa
- Tersusunnya roadmap
pengembangan kompetensi Inti
industri daerah
- Terwujudnya pemerataan
pembangunan Industri di
Kab/Kota
Meningkatnya investasi dan skema
pengembangan perencanaan public private
partnership, dan pengembangan kawasan
industri
Page 16 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
a. Meningkatnya fasilitasi
pengembangan zona industri di
1 KEK
Dokumentasi fasilitasi
(AMDAL, Engineering
Design/DED, dan
kelembagaan) di 1
Kawasan
Paket perencanaan pengembangan KEK 3 Paket Kajian
Perencanaan
1,280,000
b. Meningkatnya fasilitasi
pengembangan kawasan
industri berbasis kompetensi
inti
5 Dokumen Master Plan,
AMDAL, DED, dan
Kelembagaan KI
Paket perencanaan pengembangan kawasan
garam, bahan baku di Madura dan KTI
8 Paket Kajian
Perencanaan
8,800,000
c. Meningkatnya fasilitasi
pengembangan kawasan
tengah
1 Peta Panduan Paket Perencanaan Pengembangan fasilitas 1 Paket Panduan 3,600,000
d. Meningkatnya fasilitasi Publik
Private Partnership Wilayah
Tengah
1 Paket Konsep Paket perencanaan fasilitasi Public Private
Partnership Wilayah Tengah
1 Paket Pelaksanaan 8,800,000
- Tersusunnya kebijakan dan
program, penyusunan standar,
pemberian bimbingan teknis
dan evaluasi pengembangan
industri di kawasan timur
Indonesia
- Meningkatnya rasio industri di
luar Pulau Jawa terhadap Pulau
Jawa
- Tersusunnya roadmap
pengembangan kompetensi Inti
industri daerah
- Terwujudnya pemerataan
pembangunan Industri di
Kab/Kota
Meningkatnya investasi dan skema
pengembangan perencanaan public private
partnership, dan pengembangan kawasan
industri
a. Meningkatnya fasilitasi
pengembangan zona industri di
1 KEK
1 Dokumentasi fasilitasi
(AMDAL, Engineering
Design/DED, dan
kelembagaan) di 1
Kawasan
Paket perencanaan pengembangan KEK 3 Paket Kajian
Perencanaan
1,280,000
b. Terealisasinya kajian
pengembangan kawasan
industri pengolahan kakao di
1 Paket kajian Paket perencanaan pengembangan kawasan
industri pengolahan kakao di Luwuk Raya
1 Paket Kajian
Perencanaan
1,000,000
c. Meningkatnya fasilitasi
pengembangan kawasan
industri berbasis kompetensi
inti
5 Dokumen Master Plan,
AMDAL, DED, dan
Kelembagaan KI
Paket Perencanaan Pengembangan Kawasan
Industri berbasis kompetensi inti
8 Paket Kajian
Perencanaan
8,800,000
d. Meningkatnya fasilitasi
pengembangan kawasan timur
1 Peta Panduan Paket perencanaan Pengembangan fasilitas
kawasan timur
1 Paket Panduan 1,500,000
e. Meningkatnya fasilitasi Public
Private Partnership Wilayah
timur
1 Paket Konsep Paket perencanaan fasilitasi Public Private
Partnership Wilayah Timur
1 Paket Pelaksanaan 1,500,000
Page 17 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
Mengoptimalkan evaluasi
pelaksanaan kebijakan dan
efektifitas pencapaian kinerja
industri
- Tersusunnya kebijakan
pelaksanaan program
pengembangan industri di
kawasan barat, tengah, dan
timur Indonesia
- Tercapainya peningkatan
kualitas perencanaan dan
pelaporan
- Terselesaikannya pelaporan
tepat waktu
Laporan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan
Tingkat penurunan penyimpangan
pelaksanaan kebijakan industri
Mengkoordinasikan peningkatan
kualitas lembaga pendidikan dan
pelatihan serta kewirausahaan
Instruktur yang bersertifikat 100 orang
Jurusan pada lembaga pendidikan dan
lembaga diklat yang terakreditasi
24 Jurusan
VI. Kerjasama Industri
Internasional
Teroptimalkannya hubungan Kerjasama
Industri Internasional dan meningkatnya
penguasaan pasar luar negeri
30,765,051
Termonitornya implementasi
kesepakatan kerjasama
pembukaan akses pasar dan
investasi produk industri
a. Laporan evaluasi implementasi
kerjasama pembukaan akses
pasar dan investasi produk
industri
1 paket laporan Persentase pelaksanaan kesepakatan
kerjasama akses pasar dan investasi produk
industri
75% 300,000
Termonitornya perkembangan
perundingan kerjasama akses
pasar dan investasi produk
industri
a. Laporan Posisi runding untuk
pembukaan akses pasar dan
investasi produk industri
1 paket laporan Paket informasi hasil kesepakatan di bidang
akses pasar dan investasi produk industri
sesuai kepentingan sektor
1 paket 650,000
Termonitornya implementasi
kesepakatan kerjasama akses
pasar dan investasi jasa industri
a. Laporan evaluasi implementasi
kerjasama pembukaan akses
pasar dan investasi produk
industri
1 paket laporan Persentase pelaksanaan kesepakatan
kerjasama akses pasar dan investasi jasa
industri
75% 300,000
Termonitornya perkembangan
perundingan kerjasama akses
pasar dan investasi jasa industri
a. Laporan Posisi runding untuk
pembukaan akses pasar dan
investasi produk industri
1 paket laporan Paket informasi hasil kesepakatan di bidang
akses pasar dan investasi jasa industri sesuai
kepentingan sektor
1 paket 300,000
Tersusunnya program dan
terlaksananya promosi investasi,
promosi pemasaran produk dan
jasa industri
a. Paket promosi investasi dan
promosi pemasaran produk &
jasa industri
2 paket Laporan Promosi Investasi dan promosi
pemasaran produk & jasa industri
2 Paket Laporan 400,000
b. Seminar Promosi Investasi di
sektor industri
2 paket seminar Persentase peningkatan jumlah investor di
sektor industri
2% 450,000
c. Pameran Produk dan jasa
industri
2 paket pameran Persentase Peningkatan Jumlah negara mitra
dagang
5% 450,000
Terlaksananya pendidikan dan
pelatihan industri di Regional I
Medan, Regional II Padang,
Regional III Jakarta, Regional IV
Jogjakarta, Regional V Surabaya,
Regional VI Denpasar, Regional VII
Makassar
- Jumlah aparat yang
kompeten dan berkualitas
- Jumlah kerjasama
dengan dunia industri
- Jumlah PNBP yang
dihasilkan
Page 18 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
Teridentifikasinya kebutuhan dan
peluang kerjasama teknik &
proyek LN
a. Paket database kebutuhan dan
peluang kerjasama teknik &
Proyek LNdi sektor industri
2 paket Laporan kebutuhan dan Peluang Kerjasama
Teknik & Proyek LN
2 Paket Laporan 450,000
Termonitornya perkembangan
kerjasama industri terkait isu
Automotive Dialog, Chemical
Dialog, Non Ferrous Dialog,
Standard and Conformace
a. Laporan Perkembangan
Kerjasama industri dalam
Forum APEC
1 Laporan Paket informasi hasil kesepakatan kerjasama
industri sesuai kepentingan sektor
1 paket 500,000
Termonitornya perkembangan
kerjasama industri terkait isu
Market Access Goods, Services,
IPR, SMEs, E-commerce,
Investment
a. Laporan Perkembangan
Kerjasama akses pasar dan
investasi dalam Forum APEC
1 Laporan Paket informasi hasil kesepakatan kerjasama
akses pasar dan investasi sesuai kepentingan
sektor
1 paket 500,000
Tersedianya dukungan fasilitasi
dan koordinasi kerjasama industri
internasional Wilayah III dan
ASEAN
a. Persentase kelancaran
kegiatan Direktorat Kerjasama
Industri Wilayah I dan APEC
100% Persentase efisiensi penyelenggaraan kegiatan
Direktorat Kerjasama Industri Wilayah I dan
APEC
75% 500,000
Termonitornya implementasi
kesepakatan kerjasama
pembukaan akses pasar dan
investasi produk industri
a Laporan evaluasi implementasi
kerjasama pembukaan akses
pasar dan investasi produk
industri
1 paket laporan Persentase pelaksanaan kesepakatan
kerjasama akses pasar dan investasi produk
industri
75% 400,000
Termonitornya perkembangan
perundingan kerjasama akses
pasar dan investasi produk
industri
a. Laporan Posisi runding untuk
pembukaan akses pasar dan
investasi produk industri
1 paket laporan Paket informasi hasil kesepakatan di bidang
akses pasar dan investasi produk industri
sesuai kepentingan sektor
1 paket 550,000
Termonitornya implementasi
kesepakatan kerjasama akses
pasar dan investasi jasa industri
a. Laporan evaluasi implementasi
kerjasama pembukaan akses
pasar dan investasi produk
industri
1 paket laporan Persentase pelaksanaan kesepakatan
kerjasama akses pasar dan investasi jasa
industri
75% 300,000
Termonitornya perkembangan
perundingan kerjasama akses
pasar dan investasi jasa industri
a. Laporan Posisi runding untuk
pembukaan akses pasar dan
investasi produk industri
1 paket laporan Paket informasi hasil kesepakatan di bidang
akses pasar dan investasi jasa industri sesuai
kepentingan sektor
1 paket 400,000
Tersusunnya program dan
terlaksananya promosi investasi,
promosi pemasaran produk dan
jasa industri
a. Paket promosi investasi dan
promosi pemasaran produk &
jasa industri
2 paket Laporan Promosi Investasi dan promosi
pemasaran produk & jasa industri
2 Paket Laporan 300,000
b. Seminar Promosi Investasi di
sektor industri
2 paket seminar Persentase peningkatan jumlah investor di
sektor industri
2% 300,000
c. Pameran Produk dan jasa
industri
2 paket pameran Persentase Peningkatan Jumlah negara mitra
dagang
5% 450,000
Teridentifikasinya kebutuhan dan
peluang kerjasama teknik &
proyek LN
a. Paket database kebutuhan dan
peluang kerjasama teknik &
Proyek LNdi sektor industri
2 paket Laporan kebutuhan dan Peluang Kerjasama
Teknik & Proyek LN
2 Paket Laporan 350,000
Termonitornya perkembangan
kerjasama industri dalam
kerjasama ASEAN
a. Laporan Perkembangan
Kerjasama industri dalam
Forum Kerjasama ASEAN
1 Laporan Paket informasi hasil kesepakatan kerjasama
industri dalam Kerjasama ASEAN sesuai
kepentingan sektor
1 paket 500,000
Termonitornya perkembangan
kerjasama industri dalam
kerjasama ASEAN- Mitra Dialog
a. Laporan Perkembangan
Kerjasama industri dalam
Forum Kerjasama ASEAN -
Mitra Dialog
1 Laporan Paket informasi hasil kesepakatan kerjasama
industri dalam Kerjasama ASEAN-Mitra Dialog
sesuai kepentingan sektor
1 paket 500,000
Page 19 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
Tersedianya dukungan fasilitasi
dan koordinasi kerjasama industri
internasional Wilayah III dan
ASEAN
a. Persentase kelancaran
kegiatan Direktorat Kerjasama
Industri Wilayah II dan ASEAN
100% Persentase efisiensi penyelenggaraan kegiatan
Direktorat Kerjasama Industri Wilayah II dan
ASEAN
75% 500,000
Termonitornya implementasi
kesepakatan kerjasama
pembukaan akses pasar dan
investasi produk industri
a. Laporan evaluasi implementasi
kerjasama pembukaan akses
pasar dan investasi produk
industri
1 paket laporan Persentase pelaksanaan kesepakatan
kerjasama akses pasar dan investasi produk
industri
75% 300,000
Termonitornya perkembangan
perundingan kerjasama akses
pasar dan investasi produk
industri
a. Laporan Posisi runding untuk
pembukaan akses pasar dan
investasi produk industri
1 paket laporan Paket informasi hasil kesepakatan di bidang
akses pasar dan investasi produk industri
sesuai kepentingan sektor
1 paket 600,000
Termonitornya implementasi
kesepakatan kerjasama akses
pasar dan investasi jasa industri
a. Laporan evaluasi implementasi
kerjasama pembukaan akses
pasar dan investasi produk
industri
1 paket laporan Persentase pelaksanaan kesepakatan
kerjasama akses pasar dan investasi jasa
industri
75% 350,000
Termonitornya perkembangan
perundingan kerjasama akses
pasar dan investasi jasa industri
a. Laporan Posisi runding untuk
pembukaan akses pasar dan
investasi produk industri
1 paket laporan Paket informasi hasil kesepakatan di bidang
akses pasar dan investasi jasa industri sesuai
kepentingan sektor
1 paket 400,000
a. Paket promosi investasi dan
promosi pemasaran produk &
jasa industri
2 paket Laporan Promosi Investasi dan promosi
pemasaran produk & jasa industri
2 Paket Laporan 400,000
b. Seminar Promosi Investasi di
sektor industri
2 paket seminar Persentase peningkatan jumlah investor di
sektor industri
2% 500,000
c. Pameran Produk dan jasa
industri
2 paket pameran Persentase Peningkatan Jumlah negara mitra
dagang
5% 500,000
Teridentifikasinya kebutuhan dan
peluang kerjasama teknik &
proyek LN
a. Paket database kebutuhan dan
peluang kerjasama teknik &
Proyek LNdi sektor industri
2 paket Laporan kebutuhan dan Peluang Kerjasama
Teknik & Proyek LN
2 Paket Laporan 400,000
Termonitornya perkembangan
kerjasama industri terkait isu Non
Agriculture, Jasa, NTBs, dll dalam
Forum Kerjasama WTO
a. Laporan Perkembangan
Kerjasama industri dalam
Forum Kerjasama WTO
1 Laporan Paket informasi hasil kesepakatan kerjasama
industri dalam Forum Kerjasama WTO sesuai
kepentingan sektor
1 paket 600,000
Termonitornya perkembangan
kerjasama industri terkait isu
Akses Pasar, Kerjasama Industri,
Climate Changes, GSTP, Komoditi
a. Laporan Perkembangan
Kerjasama industri dalam
Forum D-8, OKI dan UN
1 Laporan Paket informasi hasil kesepakatan kerjasama
industri dalam Forum D-8, OKI dan UN sesuai
kepentingan sektor
1 paket 600,000
Tersedianya dukungan fasilitasi
dan koordinasi kerjasama industri
internasional Wilayah III dan
Multilateral
a. Persentase kelancaran
kegiatan Direktorat Kerjasama
Industri Wilayah III dan
Multilateral
100% Persentase efisiensi penyelenggaraan kegiatan
Direktorat Kerjasama Industri Wilayah III dan
Multilateral
75% 500,000
Tersedianya dukungan fasilitasi
dan koordinasi kerjasama industri
internasional oleh Ditjen
a. - Persentase pembayaran gaji
tepat waktu
- Persentase ketersediaan
sarana prasarana kerja
- Program Kerjasama Industri
Internasional
- 100%
-100%
- 1 Renja
- % Kesejahteraan pegawai
- % Produktifitas (jam kerja normal) kerja
badan kerjasama industri internasional
- % Ketepatan Perencanaan dan kegiatan
- 100%
- 75%
- 80%
15,500,000
Terciptanya kelancaran
administrasi program bantuan
Teknik LN
a. Database pemanfaatan
Bantuan Teknik Luar Negeri di
sektor industri
1 paket Database Persentase efisiensi waktu pengurusan
administrasi bantuan Teknik LN
75%
380,000
Tersusunnya program dan
terlaksananya promosi investasi,
promosi pemasaran produk dan
jasa industri
Page 20 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
Terciptanya kelancaran
administrasi program bantuan
Proyek LN
a. Database pemanfaatan
Bantuan Proyek Luar Negeri di
sektor industri
1 paket Database Persentase efisiensi waktu pengurusan
administrasi bantuan Proyek LN
75%
385,051
VII. Kebijakan, Iklim Usaha dan
Mutu
Terwujudnya iklim usaha yang kondusif dan
standarisasi mutu yang optimal
96,203,350
Memfasilitasi penerapan
standardisasi
a. Pengembangan Lingkungan
Industri
1 Dokumen
Kebijakan/Peraturan dan
berkurangnya tingkat
emisi 2%/tahun
Rancangan SNI yang diusulkan 600 RSNI 9,958,031
b. Peningkatan Standardisasi
Industri
100 RSNI Penambahan SNI wajib yang diterapkan 50 SNI 8,000,000
c. Meningkatnya pemberlakuan
SNI wajib
5 Permen SNI wajib Perusahaan yang menerapkan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001-2008 (Pedoman
1000 Perusahaan
d. Meningkatnya hasil litbang yang
dipatenkan
5 Hasil litbang yang
dipatenkan
Mengembangkan R & D di Instansi
dan Industri
Tersusunnya konsepsi dan
koordinasi pelaksanaan
kebijakan dalam rangka
menciptakan iklim perlindungan
industri yang wajar, iklim
pengembangan usaha industri
yang sehat, iklim untuk
mendorong ekspor hasil
industri, serta penelitian dan
pengembangan permode
1 paket laporan Paket koordinasi pelaksanaan kebijakan untuk
menciptakan iklim usaha yang kondusif
1 paket laporan 14,430,755
a. Membaiknya iklim usaha di
sektor industri
30 Kelompok/bidang
Industri
Meningkatnya investasi di sektor industri 60%
b. Meningkatnya investasi di
sektor industri
10 Paket rumusan
kebijakan
Meningkatnya ekspor terhadap industri 60%
c. Efektifitas dan efisiensi
produksi cabang industri
tertentu untuk meningkatkan
daya saing
3 Model sistem pasok,
produksi dan pemasaran
Meningkatnya daya saing industri tertentu 60%
d. Meningkatnya pembangunan
sistem informasi yang
terintegrasi
150 Unit Pengguna Meningkatnya kompetensi SDM 100%
Mengembangkan R & D di Instansi
dan Industri
- Perumusan kebijakan, serta
penelitian dan pengembangan
lingkungan industri, energi dan
diversifikasi hasil riset
- Terdapatnya peta sumber
daya lingkungan hidup energi
baru dan yang terbarukan pada
sektor industri
- Terlaksananya penelitian dan
pengembangan
- Tercapainya tingkat pengurangan emisi CO2
di sektor industri
6,869,500
Page 21 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
a. Tersedianya konsep kelayakan
pengembangan kawasan
ekonomi khusus
1 Rekomendasi usulan
penetapan
Paket Pengembangan Kawasan Ekonomi
Khusus
1 Paket Laporan 1,000,000
b. Meningkatnya pengembangan
kawasan industri berbasis
kompetensi inti
5 Kebijakan teknis Paket Perencanaan Pengembangan Kawasan
Industri berbasis kompetensi inti
5 Paket Kebijakan
Teknis
8,800,000
c. Meningkatnya industri
berwawasan lingkungan
1 Dokumen konsep
Green Industry
Paket Pelaksanaan dan Kriteria Green
Industry di kawasan
1 Paket Pedoman 8,000,000
d. Meningkatnya efisiensi energi di
industri
2 road map konservasi
dan diversifikasi energi
Paket persentase pelaksanaan roadmap dan
konservasi dan diversifikasi energi
80% 1,200,000
e. Terwujudnya pilot project, pusat
inkubator nano teknologi dan
aliansi strategis serta
terpilihnya hasil litbang
teknologi industri bagi dunia
usaha
9 Teknologi
Laporan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan
Tingkat penurunan penyimpangan
pelaksanaan kebijakan industri
Terlaksananya pelayanan teknis
sertifikasi industri
- Jumlah pelayanan teknis yang
dihasilkan
- Jumlah kerjasama dengan
dunia industri
- Jumlah PNBP yang dihasilkan
5 Perusahaan Meningkatnya jumlah pelayanan teknis dan
kerjasama dengan dunia industri. Persentase
pelaksanaan pelayanan teknis dan kerja sama
75%
VIII. Terlaksanannya Tugas,Pokok dan Fungsi di
Internal Kementerian Perindustrian secara
optimal
343,178,869
a. tercapainya peningkatan
kualitas pelaporan
5% Terkoordinasininya penyusunan program
pengembangan sektor industri
90% 26,701,693
b. tercapainya peningkatan
kualitas perencanaan
5% Meningkatnya pengembangan ekonomi industri 90%
a. persentase kenaikan
pangkat/golongan yang tepat
waktu
80% Standar kompetensi SDM aparatur (index) 3 7,360,728
b. rekruitmen pegawai 453 orang SDM aparatur yang kompeten 90%
a. unit status WTP 57 unit status WTP Tingkat penyerapan anggaran 95 % 30,769,712
Tingkat kualitas laporan keuangan (WTP) 100 %
Meningkatkan sistem tata kelola
keuangan dan BMN yang
profesional
Mengoptimalkan evaluasi
pelaksanaan kebijakan dan
efektifitas pencapaian kinerja
industri
- Terlaksananya pelayanan
teknis dan administratif kepada
seluruh satuan organisasi di
lingkungan Badan
- Tercapainya peningkatan
kualitas perencanaan dan
pelaporan
- Terselesaikannya pelaporan
tepat waktu
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Kementerian Perindustrian
Meningkatnya kualitas
perencanaan
Mengembangkan kemampuan
SDM aparatur yang kompeten
Page 22 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
a. Konsep RUU P3DN, advokasi
perkara hukum, jumlah
peraturan menteri
perindustrian,tersusunya revisi
1 Konsep RUU P3DN,
jumlah peraturan menteri
perindustrian,tersusunya
revisi
Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU,
RPP, R.Perpres/R.Keppres)
9 konsep 8,994,330
b. Konsep Revisi UU
Perindustrian
1 Konsep Revisi UU
Perindustrian
Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan
Menteri
200 peraturan
c. Advokasi Perkara hukum Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan 10%
d. Peraturan Menteri Perindustrian 50 Peraturan Menteri
Perindustrian
Tingkat penurunan penyimpangan
pelaksanaan kebijakan industri
40%
a. jumlah data perusahaan 4000 jumlah data
perusahaan
Membantu dalam penentuan kebijakan industri
yang tepat sasaran
20% 22,698,571
Meningkatnya utilisasi produksi persektor 20%
b. jumlah produk yang telah
terverifikasi (perusahaan)
390 perusahaan Meningkatnya penyerapan APBN terhadap
belanja barang produksi dalam Negeri
6,000,000.00
a. Jumlah pertemuan lintas sektor
/ institusi / lembaga
13 pertemuan lintas
sektor / institusi / lembaga
Tingkat kepuasan pelanggan (index) 4 30,062,368
b. Jumlah pameran 11 pameran
a. Strategic map dan KPI unit
eselon III
40 Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan 10 Laporan
b. Bertambahnya jejaring kerja
antar unit kerja dan instansi
lainnya (MoU)
10 Tingkat penurunan penyimpangan
pelaksanaan kebijakan industri
40 Presentase
Mengkoordinasikan peningkatan
kualitas lembaga pendidikan dan
pelatihan serta kewirausahaan
a. Meningkatnya pengetahuan,
keterampilan, sikap perilaku
SDM Industri
14330 orang SDM
industrial telah mengikuti
diklat
Instruktur yang bersertifikat 100 16,899,715
b. Pendidikan untuk mendukung
pengembangan kompetensi inti
daerah
9 unit penyelenggaraan
pendidikan sesuai
kompetensi inti daerah
Jurusan pada lembaga pendidikan dan
lembaga diklat yang terakreditasi
24 600,000
c. Penguatan kelembagaan
pelatihan dan pendidikan
Peningkatan sarana dan
prasarana lembaga diklat
dan tata kelola
manajemen yang baik
19,162,663
d. Terciptanya SDM industri
terampil siap kerja
7150 orang ulusan SDM
terampil
37,205,106
e. Terciptanya SDM industri ahli
madya sesuai dengan
kebutuhan industri
7670 orang Lulusan SDM
ahli madya
66,294,866
Mempersiapkan dan/atau
Menetapkan Rencana dan
Kebijakan Industri
Mengoptimalkan evaluasi
pelaksanaan kebijakan dan
efektifitas pencapaian kinerja
industri
Membangun sistem informasi
yang terintegrasi & handal
Meningkatkan kualitas pelayanan
publik
Mengoptimalkan evaluasi
pelaksanaan kebijakan dan
efektifitas pencapaian kinerja
industri
Page 23 of 24
Anggaran
Sasaran (Ribu Rupiah)
(1) (2) (4) (6) (7) (8) (9)
Target
(5)
NO Program Utama
Indikator Kinerja Output Indikator Kinerja Outcome
Uraian Target Uraian
f. Meningkatnya pengetahuan,
keterampilan, dan sikap
perilaku SDM aparatur
13260 orang SDM
aparatur telah mengikuti
diklat
21,079,708
g. Meningkatnya pelayanan Diklat
SDM Industri
Indek kepuasan
pelanggan meningkat
(skala 1 - 5)
41,605,309
h. Meningkatnya produktivitas
SDM
SDM aparatur yang
meningkat
produktivitasnya
149,100
Peningkatan Kemampuan Intelejen
Industri dan Teknologi di Lingkup
Internasional
a. Jumlah Atase 4 5,300,000
IX. Program Peningkatan Sarana
dan Prasarana Aparatur
Tersedianya dan terpeliharanya sarana dan
prasarana di lingkungan Kementerian
Perindustrian secara baik.
8,162,600
a. Terkelolanya sarana prasarana
kerja
Tersedianya sarana
prasarana kerja yang
memadai
Sarana prasarana kerja terkelola dengan baik 8,162,600
b. Tersedianya peralatan
maintenance
Jumlah peralatan
maintenance
X. Terkawalnya jalannya tugas,pokok dan fungsi
Kementerian Perindustrian agar sesuai dengan
perencanaan
19,908,000
Tercapainya efektifitas pengawasan
dan akuntabilitas pengawasan
terhadap kinerja pada unit vertikal,
Dekonsentrasi dan tugas
pembantuan di Wilayah-Wilayah
Tersebut
a. Terlaksananya Pengawasan
Kinerja, Monev Pengembangan
Industri, reviu Lap
Keuangan/BMN dan
Pemeriksaan Khusus oleh
Inspektorat I, II, III, dan IV
Pengawasan Kinerja
terhadap 167 unit
kerja/satker, Monev
Pengembangan Industri
terhadap 33 satker, reviu
Lap Keuangan/BMN
terhadap 47 unit
kerja/satker dan
terselesaikannya
Pemeriksaan Khusus oleh
Inspektorat I, II, III, dan IV
Efektifitas pengawasan dan akuntabilitas
pengawasan terhadap kinerja pada unit
vertikal, Dekonsentrasi dan tugas pembantuan
di Wilayah-Wilayah Tersebut dapat tercapai
100% 19,908,000
Memfasilitasi Kegiatan Pengawasan
dan Dukungan Teknis Inspektorat
Jenderal
b. Terfasilitasinya kegiatan
pengawasan dan dukungan
teknis Inspektorat Jenderal.
Terselenggaranya
kegiatan pengawasan dan
dukungan teknis
Inspektorat Jenderal.
Kegiatan Pengawasan dan Dukungan Teknis
Inspektorat Jenderal dapat terfasilitasi
100%
1,665,116,721
Terkelolanya sarana prasarana kerja
Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara
Kementerian Perindustrian
Page 24 of 24
PENERIMA UPAKARTI TAHUN 2010
NO. NAMA LOKASI / PERUSAHAAN
I. KATEGORI JASA PENGABDIAN
1. Hj. Sjarifah Rosemawatie Daria Kab. Lingga, Kepulauan Riau
2. I. N. Widiartha Mahayasa Kupang, Nusa Tenggara Timur
3. Gusti Kade Djaya Wirata, SE Kabupaten Tabanan, Bali
4. Pastor Jacques Maessen, SMM. Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
5. Hj. Sendy Yusuf, ST Bandung, Jawa Barat
II. KATEGORI JASA PELESTARIAN
1. Mateus Ala Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat
2. Uswatun Chasanah Kabupaten Tuban, Jawa Timur
3. M. Riva’I Navis Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat
4. Sandiyo, SE Kabupaten Klaten, Jawa Tengah
5. Santoso Hartono Kabupaten Rembang, Jawa Tengah
III. KATEGORI JASA KEPELOPORAN
1. PT. SUWASTAMA Kota Surakarta, Jawa Tengah
2. BEST LADY Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
3. ASKARA ART GALLERY Bengkulu
4. H. Ade Hikmat Nugraha Kota Sukabumi, Jawa Barat
5. UD. BINTANG SORAYA Kota Palu, Sulawesi Tengah
IV. KATEGORI JASA KEPEDULIAN
1. Drs. H. Deddy Soepardi, MM. Kabupaten Cirebon, Jawa Barat
2. Ir. H. Darmansyah Husein Kabupaten Belitung, Bangka Belitung
3. Drs. H. Burhanuddin Husin, MM. Kabupaten Kampar, Riau
4. Dr. H. Lukman Abunawas, SH, M.Si. Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara
5. Drs. H. Longki Djanggola, M.Si Kabupaten Parigi Muotong, Sulawesi Tengah
V. KATEGORI IKM MODERN
1. PT. SARANDI KARYA NUGRAHA Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
2. PD. MITRA SUKSES ENGINEERING INDONESIA
Kota Pasuruan, Jawa Timur
3. CV. KARYA BARU Kabupaten Lampung Timur, Lampung
4. PT. MANGKUPALAS MITRA MAKMUR Kel. Mesjid Samarinda, Kalimantan Timur
5. PT. WIEDA SEJAHTERA Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta
Lampiran 4
PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS
PERSPEKTIF STAKEHOLDERS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
TAHUN 2010
1. 4.99 5.09 102.00
2. 23.92 21.55 90.09
1. 35 21.72 62.06
1. 250,000 212,378 84.95
1. 250 157 62.80
2. 50 99 198.00
1. 2.75 3.74 136.00
2. 4.00 3.05 76.25
1. 34,178.4 29,256.03 85.60
1. 6.5 2.09 32.15
2. 13 1.46 11.23
Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan permesinan
Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja
Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan ekonomi nasional
Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil
PENGUKURAN KINERJA PERSPEKTIF STAKEHOLDERS
KEMENTERIAN : PERINDUSTRIANTAHUN ANGGARAN : 2010
Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif
Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri
Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri
Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah
Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional
Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional
Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Tingginya nilai tambah industri
Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri
Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB
Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri
Tersebarnya pembangunan industri
Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2010 : Rp 1.684.616.721Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun 2010 : Rp 1.422.216.526
Tumbuhnya Industri Dasar Hulu (Logam dan Kimia)
Target Realisasi %
Lampiran 5
PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS
PERSPEKTIF PELAKSANAAN TUGAS POKOK
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010
1. 2 5 250.00
2. 40 52 130.00
1. 1 1 100.00
1. 32 35 109.38
2. 15 18 120.00
3. 35 35 100.00
1. 10 30 300.00
2. 300 172 57.33
1. 18 98 544.44
1. 220 207 94.09
2. 10 6 60.00
1. 80 71.56 89.45
2. 600 1184 197.33
PENGUKURAN KINERJA PERSPEKTIF PELAKSANAAN TUGAS POKOK
KEMENTERIAN : PERINDUSTRIANTAHUN ANGGARAN : 2010
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %
Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Kebijakan Produk Hukum Industri
Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/R.Keppres)
Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri
Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan
Renstra 2010 -2014 & RENJA
Menetapkan peta panduan pengembangan industri Peta Panduan Pengembangan klaster Industri prioritas
Peta panduan industri unggulan provinsi
Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota
Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri Rekomendasi usulan insentif
Perusahaan industri yang memperoleh insentif
Memfasilitasi pengembangan industri
Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan Kekayaan intelektual
Mengembangkan R & D di instansi dan industri
Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan
Tingkat utilisasi kapasitas produksi
Produk HKI yang dikomersialkan (Paten)
Perusahaan yang mendapatkan HKI
Kerjasama R&D instansi dengan industri
3. 40 2 5.00
4. 5 13 260.00
1. 5160 2074 40.19
1. 120 101 84.17
2. 10 38 380.00
3. 200 421 210.50
1. 4 3.6 90.00
1. 20 23 115.00
2. 4 5 125.00
1. 60 75.59 125.98
2. 57 57 100.00
1. 10 10 100.00
2. 40 38.52 96.30
Target Realisasi %
Memfasilitasi pengembangan industri
Memfasilitasi penerapan standardisasi
Memfasilitasi promosi industri
Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2010 : Rp 1.684.616.721Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun 2010 : Rp 1.422.216.526
Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi
Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan
Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Rancangan SNI yang diusulkan
Perusahaan mengikuti seminar/konfrensi, pameran, misi dagang/investasi
Perjanjian kerjasama Internasional
Meningkatkan kualitas pelayanan publik
Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja
Tingkat Penurunan penyimpangan minimal
Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan
Instruktur yang bersertifikat
Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri
Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja industri
Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf
Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 (Pedoman BSN10 dan GKM)
Penambahan SNI wajib yang diterapkan
Tingkat kepuasan pelanggan