KONSEP ETIKA DAN HUKUM PELAYANAN KESEHATAN

29
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kami hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Rahmad, Taufik dan Hidayah Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas KONSEP ETIKA DAN HUKUM PELAYANAN KESEHATAN. Makalaah ini dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan, sebagai referensi tambahan dalam belajar mengenai “PELAYANAN KESEHATAN”. Makalah ini dibuat sedemikian rupa agar pembaca mudah memahaminya secara lanjut. Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah ETIKA yang telah memberikan bimbingan kepada kami, beserta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa tulisan kami ini masih kurang dari kesempurnaan, saran dan kritik yang bermanfaat dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi semua pembaca untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang “ ETIKA DAN HUKUM PELAYANAN KESEHATAN ”. Jangan segan bertanya jika pembaca menemukan kesulitan. Semoga keberhasilan selalu berpihak kepada kita. 1

Transcript of KONSEP ETIKA DAN HUKUM PELAYANAN KESEHATAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami hanturkan kepada Tuhan Yang Maha

Esa, yang telah memberikan Rahmad, Taufik dan Hidayah Nya kepada

kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah

ini untuk memenuhi tugas KONSEP ETIKA DAN HUKUM PELAYANAN

KESEHATAN. Makalaah ini dapat digunakan sebagai bahan untuk

menambah pengetahuan, sebagai referensi tambahan dalam belajar

mengenai “PELAYANAN KESEHATAN”. Makalah ini dibuat sedemikian

rupa agar pembaca mudah memahaminya secara lanjut.

Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih kepada Dosen

mata kuliah ETIKA yang telah memberikan bimbingan kepada kami,

beserta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

makalah ini.

Kami menyadari bahwa tulisan kami ini masih kurang dari

kesempurnaan, saran dan kritik yang bermanfaat dari semua pihak

sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dengan

harapan dapat bermanfaat bagi semua pembaca untuk menambah

pengetahuan dan wawasan tentang “ ETIKA DAN HUKUM PELAYANAN

KESEHATAN ”. Jangan segan bertanya jika pembaca menemukan

kesulitan. Semoga keberhasilan selalu berpihak kepada kita.

1

Pontianak, September 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI2

BAB 1 PENDAHULUAN3

A. Latar Belakang3

BAB II ISI4

A. Pengertian Dasar Etika dan Hukum4

B. Pengertian Etika Pelayanan Kesehatan4

C. Pentingnya Etika Pelayanan Kesehatan5

D. Tujuan Etika Keperawatan6

2

E. Beberapa Permasalahan Etika Pelayanan Kesehatan8

F. Cara Mengatasi Permasalahan Etika Pelayanan Kesehatan8

A. Hukum Kesehatan11

B. Pengertian Hukum Kesehatan

11

C. Sumber Hukum Kesehatan

13

D. Latar Belakang Perlunya Hukum Kesehatan

14

E. Fungsi Dan Tujuan Hukum Kesehatan

15

F. Hukum Dalam Pelayanan Kesehatan

17

BAB III PENUTUPKesimpulan 18

DAFTAR PUSTAKA 19

3

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan

sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit,

serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok ataupun

masyarakat.

Dalam pelayanan kesehatan tentu ada aturan-aturan yang

berkaitan dengan kesehatan yaitu bagaimana menghandle masalah-

masalah itu tidak keluar dari etika dan hukum agar apa yang

dikerjakan tidak menimbulkan efek secara etika dan hukum terhadap

diri sendiri dan orang lain.

Petugas kesehatan dalam melayani masyarakat, juga akan

terkait pada etika dan hukum, atau etika dan hukum kesehatan.

Dalam pelayanan kesehatan masyarakat, perilaku petugas kesehatan

harus tunduk pada etika profesi (kode etik profesi) dan juga

tunduk pada ketentuan hukum, peraturan dan perudangan-undangan

yang berlaku . Apabila petugas kesehatan melanggar kode etik

profesi akan memperoleh sanksi etika dari organisasi profesinya,

dan mungkin apabila juga melanggar ketentuan peraturan atau

perudangan-undangan, juga akan memperoleh sanksi hukum (pidana

atau perdana).

4

Etika maupun hukum dalam suatu masyarakat mempunyai tujuan

yang sama, yakni terciptanya kehidupan masyarakat yang tertib,

aman dan damai. Oleh sebab itu, semua masyarakat harus mematuhi

etika dan hukum yang ada. Apabila tidak maka bagi pelanggar etika

sanksinya adalah ‘moral” sedangkan bagi para pelanggar hukum,

sanksinya adalah hukuman.

BAB II

ISI

A.Pengertian Dasar Etika dan Hukum

Secara etimologis etika diambil dari bahasa Yunani Ethos

yang artinya adalah adat istiadat atau kebiasaan. Di dalam

pengertian ini etika dan etiket memiliki makna yang kurang lebih

sama. Namun dalam perkembanganya etika dihubungkan dengan hal-hal

yang berkait erat dengan niali, sehingga etika menjadi bagian

dari ranah aksiologi yang bahkan sering di sebut dengan filsafat

tingkah laku manusia.

5

Pengertian ini kemudian menjadikan etika sebagai sesuatu

yang sangat berbeda dengan istilah sebelumnya yaitu adat

isstiadat, namun mempnyai landasan pemikiran atau suatu kerangka

berfikir yang akhirnya melahirkan suatu sikap yang lebih

bernilai.

Menurut Leenen, hukum kesehatan adalah semuaperaturan hukum 

yang berhubungan langsung padapemberian pelayanan kesehatan dan p

enerapannya padahukum perdata, hukum administrasi, dan hukum pida

na. Hukum kesehatan ini di dalamnya berisi peraturan perundang-

undangan sebagai norma dan landasan hukumbagi dunia kesehatan.

PENGERTIAN HUKUM KESEHATAN (UU RI NO.23/1992) Hukum

Kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung

dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan

A. Pengertian Etika Pelayanan Kesehatan

Dalam arti yang sempit, pelayanan kesehatan adalah suatu

tindakan pemberian obat-obatan dan jasa kepada masyarakat oleh

pemerintah dalam rangka tanggung jawabnya kepada publik, baik

diberikan secara langsung maupun melalui kemitraan dengan swasta

masyarakat, berdasarkan jenis dan intensitas kebutuhan

masyarakat, kemampuan masyarakat.  Konsep ini lebih menekankan

bagaimana pelayanan publik terutama pelayanan kesehatan berhasil

diberikan melalui suatu sistem yang sehat. Pelayanan kesehatan

ini dapat dilihat sehari-hari di RSUD ataupun puskesmas-

6

puskesmas. Tujuan pelayanan kesehatan adalah menyediakan obat-

obatan dan pelayanan jasa yang terbaik bagi masyarakat. Obat-

obatan dan pelayanan jasa yang terbaik adalah yang memenuhi apa

yang dijanjikan atau apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan

demikian pelayanan kesehatan yang terbaik adalah yang memberikan

kepuasan terhadap masyarakat, kalau perlu melebihi harapan

masyarakat

Dalam arti yang luas, konsep pelayanan kesehatan (health

service) identik dengan memberikan pelayanan jasa demi

kepentingan masyarakat luas. Dalam konteks ini pelayanan

kesehatan lebih dititik beratkan kepada bagaimana elemen-elemen

pelayan kesehatan seperti para tim medis melakukan pelayanan,

dimana pelayanan kesehatan identik dengan pengobatan yang

merupakan bagian dari manajemen ilmu kesehatan.

B. Pentingnya Etika Pelayanan KesehatanSaran klasik di tahun 1900 sampai 1929 untuk memisahkan

antara administrasi dan politik (dikotomi) menunjukan bahwa

administrator harus sungguh-sungguh netral, bebas dari pengaruh

politik ketika memberikan pelayanan kesehatan. salah satunya jasa

pelayanan kesehatan. Akan tetapi kritik bermunculan menentang

ajaran dikotomi administrasi – politik pada tahun 1930-an,

sehingga perhatian mulai ditujukan kepada keterlibatan para

administrator dalam keputusan-keputusan publik dalam kebijakan

pentingnya pelayanan kesehatan. Sejak saat ini dimata masyarakat

mulai memberikan perhatian khusus terhadap “permainan etika” yang

7

dilakukan oleh para tim medis yang beprofesi dibidang pelayanan

kesehatan.

Penilaian keberhasilan seorang administrator atau para tim

medis dibidang pelayanan kesehatan  tidak semata didasarkan pada

pencapaian kriteria efisiensi, ekonomi, dan prinsip-prinsip

administrasi lainnya, tetapi juga kriteria moralitas, khususnya

terhadap kontribusinya terhadap public interest atau kepentingan

umum (Henry, 1995). Alasan mendasar mengapa pelayanan kesehatan

harus diberikan adalah adanya public interest atau kepentingan

masyarakat yang harus dipenuhi oleh pemerintah terutama dibidang

pelayanan kesehatan, karena pemerintahlah yang memiliki “tanggung

jawab” atau responsibility. Dalam memberikan pelayanan ini

pemerintah diharapkan secara profesional melaksanakannya, dan

harus mengambil keputusan politik secara tepat mengenai siapa

mendapat apa, berapa banyak, dimana, kapan, dsb.

Salah satu uraian menarik dari Bertens (2000) adalah tentang

pembedaan atas konsep etika dari konsep etiket. Etika lebih

menggambarkan norma tentang perbuatan itu sendiri – yaitu apakah

suatu perbuatan boleh atau tidak boleh dilakukan, misalnya

mengambil barang milik orang tanpa ijin tidak pernah

diperbolehkan. Sementara etiket menggambarkan cara suatu

perbuatan itu dilakukan manusia, dan berlaku hanya dalam

pergaulan atau berinteraksi dengan orang lain, dan cenderung

berlaku dalam kalangan tertentu saja, misalnya memberi sesuatu

kepada orang lain dengan tangan kiri merupakan cara yang kurang

sopan menurut kebudayaan tertentu, tapi tidak ada persoalan bagi

8

kebudayaan lain. Karena itu etiket lebih bersifat relatif, dan

cenderung mengutamakan simbol lahiriah, bila dibandingkan dengan

etika yang cenderung berlaku universal dan menggambarkan sungguh-

sungguh sikap bathin.

B. Tujuan Etika KeperawatanEtika propesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur

prilaku moral dalam keperawatan . Dalam penyusunan alat pengukurini, keputusan di ambil berdasarkan kode etik sebagai standaryang mengukur dan mengevalusi prilaku moral perawat.

Dengan menggunakan kode etik keperawatan, organisasi propesikeperawatan dalam meletakkan kerangka berpikir perawat untukmengambil keputusan dan bertanggung jawab kepada masyrakat,anggota tim kesehatan yang lain, dan kepada propesi ( ANA,1976 ). Secara umum tujuan etika propesi keperawatan adalahmenciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat,kepercayaan di antara sesama perawat, dan kepercayaan masyarakatkepada propesi keperawatan.

Sesuai dengan tujuan di atas, perawat ditantang untukmengembangkan etika propesi secara trus-menerus agar dapatmenampung keinginan dan masalah baru; dan mampu menurunkan etikapropesi keperawatan kepada perawat generasi muda, secara trus-menerus juga meletakkan landasan filsafat keprawatan agar setiapperawat tetap menyenangi profesinya. Selain itu pula, agarperawat dapat menjadi wasit untuk anggota propesi yang bertindakkurang profesional karena melakukan tindakan “ di bawah “ standarprofesional atau merusak kepercayaan masyarakat terhadap propesikeprawatan.

Menurut American Ethcs Commission Bureau on Teaching, tujuanetika profesi keprawatan adalah mampu:

9

1. Mengenal dan mengindentifikasi unsur moral dalam praktikkeprawatan.

2. Membentuk strategi/cara dan menganalisis masalah moral yangterjadi dalam praktik keperawatan

3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat,dan kepada Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya.

Perawat membutuhkan kemampuan untuk menghubungkan danmempertimbangkan peran prinsip moralitas, yaitu keyakinannyaterhadap tindakan yang di hubungkan dengan ajaran agama danperintah Tuhan dalam:

1. Pelaksanaan kode perilaku yang disepakati oleh kelompokprofesi, perawat sendiri, maupun masyarakat.

2. Cara mengambil keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaandan pandangan ( hal yang dianggap benar ). Menurut Veatch,yang mengambil keputusan tentang etika profesi keperawatanadalah perawat sendiri, tenaga kesehatan lainnya; dan etikayang berhubungan dengan pelayanan keperawatan ialahmasyarakat/orang awam yang menggunakan ukuran dan nilai umumsesuai dengan tuntutan masyarakat.

Menurut National League for Nursing ( NLN [ pesat pendidikankeperawatan milik perhimpunan perawat Amerika ]), pendidikanetika keperawatan bertujuan :

1. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubunganantarprofesi kesehatan lain dan mengerti tentang peran danfungsi anggota tim kesehatan tersebut.

2. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifatmoralitas, keputusan tentang baik dan buruk yang akandipertanggungjawabkan kepada tuhan sesuai dengankepercayaannya.

3. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap propesional pesertadidik.

10

4. Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang penting untukdasar praktik keperawatan profesional.Diakui bahwapengembangan keterampilan ini melalui dilemma etika, artinyakonflik yang dialami, yang memerlukan pengambilan keputusanyang baik dan benar di pandang dari sudut profesi,kemanusiaan, kemasyarakatan, kesehatan, dan keprawatan

5. Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmudalam prinsip etika keperawaran dalam praktik dan dalamsituasi nyata.

Pendidikan etika sangat penting dalam pendidikan keperawatan yangberfungsi untuk meningkatkkan kemampuan peserta didik tentangperbedaan nilai, norma yang timbul dalam keputusan keperawatan.Namun, etika keperawatan tidak cukup hanya diajarkan, tetapiharus di tanamkan dan diyakini oleh peserta didik melaluipembinaan, tidak saja di pendidikan, tetapi dalam lingkunganpekerjaan dan lingkungan profesi.

C.Beberapa Permasalahan Etika Pelayanan

KesehatanDibutuhkan Kode Etik dalam pelayanan kesehatan. Kode etik

pelayanan kesehatan di Indonesia masih terbatas pada beberapa

profesi seperti ahli keperawatan, kebidanan dan kedokteran

sementara kode etik untuk profesi yang lain masih belum nampak.

Ada yang mengatakan bahwa kita tidak perlu kode etik karena

11

secara umum kita telah memiliki nilai-nilai agama, etika moral

Pancasila, bahkan sudah ada sumpah pegawai negeri yang diucapkan

setiap apel bendera. Pendapat tersebut tidak salah, namun harus

diakui bahwa ketiadaan kode etik ini telah memberi peluang bagi

para pemberi pelayanan kesehatan untuk mengenyampingkan

kepentingan masyarakat umum. Kehadiran kode etik itu sendiri

lebih berfungsi sebagai alat kontrol langsung bagi perilaku para

pegawai yang bekerja dibidang kesehatan.

Kelemahan kita terletak pada ketiadaan atau terbatasnya kode

etik. Demikian pula kebebasan dalam menguji dan mempertanyakan

norma-norma moralitas yang berlaku  dalam pelayanan kesehatan

masih kurang maksimal, bahkan seringkali kaku terhadap norma-

norma moralitas yang sudah ada tanpa melihat perubahan jaman.

Kita juga masih membiarkan diri kita didikte oleh pihak luar

sehingga belum terjadi otonomi beretika.

D.Cara Mengatasi Permasalahan Etika

Pelayanan Kesehatan

Lebih berkenaan dengan lingkungan di dalam birokrasi yang

memberikan pelayanan kesehatan  itu sendiri. Desakan untuk

memberi perhatian kepada aspek kemanusiaan dalam

organisasi (organizational humanism) telah disampaikan oleh Denhardt.

Dalam literatur tentang aliran human relations dan human

resources, telah dianjurkan agar manajer harus bersikap etis,

yaitu memperlakukan manusia atau anggota organisasi secara

12

manusiawi. Alasannnya adalah bahwa perhatian terhadap

manusia (concern for people) dan pengembangannya sangat relevan dengan

upaya peningkatan produktivitas, kepuasan dan pengembangan

kelembagaan.

Dalam konteks ini, yang lebih penting adalah bahwa kode etik

itu tidak hanya sekedar ada, tetapi juga dinilai tingkat

implementasinya dalam kenyataan. Bahkan berdasarkan penilaian

implementasi tersebut, kode etik tersebut kemudian dikembangkan

atau direvisi agar selalu sesuai dengan tuntutan perubahan jaman.

Kita mungkin perlu belajar dari negara lain yang sudah memiliki

kedewasaan beretika. Di Amerika Serikat, misalnya, kesadaran

beretika dalam pelayanan kesehatan telah begitu meningkat

sehingga banyak profesi pelayanan kesehatan yang telah memiliki

kode etik.

a) Batas-batas pelayanan kesehatan

Pelayanan Kesehatan pada masa ini sudah merupakan industri

jasa kesehatan utama dimana setiap rumah sakit bertanggung gugat

terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan yang diberikan

ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa

pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kualitas

yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat

dipertanggung jawabkan.

Sesuai dengan batasan diatas, pelayanan kesehatan memiliki

bentuk dan jenis yang bermacam-macam yang ditentukan oleh:

13

1. Pengorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara

sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi.

2. Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencakup kegiatan

pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit dari padanya.

3. Sasaran pelayanan kesehatan, apakah perorangan,

keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan.

b) Syarat-syarat pelayanan kesehatan1. Tersedianyan dan berkesinambungan (Available and continue)

2. Pelayanan Kesehatan harus tersedia dimasyarakat dan

dilaksanakan secara berkesinambungan.

3. Dapat diterima dan wajar (Acceptable and appropriate)

4. Pelayanan Kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan

yang dapat diterima dan wajar.

5. Mudah dijangkau (Affortable)

6. Terjangkaunya dari segi pembiayaan yang sesuai dengan

kemampuan ekomoni-ekonomi masyarakat.

7. Mudah dicapai (Accesible).

8. Pelayanan yang mudah dicapai lokasinya

9. Bermutu (Quality)

10. Pelayanan Kesehatan satu pihak memuaskan pemakai

jasa dan pihak lain memberikan pelayanan sesuai dengan kode

etik dan standar yang telah ditetapkan.

14

c) Ciri-Ciri pelayanan kesehatan1. Pleasantness : Seorang petugas harus mampu menyenangkan

pelanggan

2. Eagernees to help others : Seorang memiliki keinginan yang kuat

dari dalam dirinya untuk membantu dan menyukai pelanggan

3. Respect for other people : Seorang harus menghargai dan

menghormati pelanggan

4. Sens of responsibility is a realization that what one does and says is

important : Seorang harus memiliki rasa tanggung jawab

terhadap pekerjaan dan perkataannya terhadap pelangan

5. Oderly mind is essential nethodical and accurate work : Seorang harus

memiliki jalan pemikiran yang terarh dan terorganisasi

untuk melakukan pekerjaan dengan metode baik dan tingakat

ketepatan yang tinggi.

6. Neatnees indicates pride in self and job : Seorang harus memiliki

kerapian diri dan bangga dengan pekerjaannya sendiri

7. Accurate in everything done and is of permanent importance : Seorang

harus melakukan pekerjaan dengan keakuratan atau

ketelitian, hal ini merupakan sebuah nilai yang sangat

penting.

8.   Loyality to bith management and collaugues make good temwork :

Seorang harus bersikap setia kepada mnenejemen dan rekan

kerja, merupakan kunci membangun kerjasama

9. Intelligence use of common sens at all time : Seorang senantiasa

mengunakan akal sehat dalam memahami pelanggan dari waktu

ke waktu.

15

10. Tact saying and doing the righ thing at the righ time: Seorang

memiliki keperibadian, berbicara bijaksana dan melakukan

pekerjaan secara benar

11. Yearning to be good servive clerk ang love of the work is essential :

Seorang mempunyai keinginan menjadi pelayan yang baik

serta mencintai pekerjaannya.

d) Sistem pelayanan kesehatan1. Pelayanan Kesehatan Dasar

2. Pada umumnya pelayanan dasar dilaksanakan di puskesmas,

puskesmas pembantu, puskesmas keliling dll selain rumah

sakit.

3. Pelayanan Kesehatan rujukan

4. Pelayanan umum dilakukan dirumah sakit. Pelayanan

keperawatan diperlukan baik dalam pelayanan kesehatan

dasar maupun pelayanan kesehatan rujukan.

5.

I. Hukum KesehatanHukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh

suatu kekuasaan dalam mengatur pergaulan hidup bermasyarakat.

Pergaulan hidup atau hidup di masyarakat yang sudah maju seperti

sekarang ini tidak cukup hanya dengan adat kebiasaan yang turun-

temurun seperti sebelum lahirnya peradaban yang modern. Untuk

itu, maka oleh kelompok masyarakat yang hidup dalam suatu

masyarakat atau negara diperlukan aturan-aturan yang secara

16

tertulis, yang disebut hukum. Meskipun demikian, tidak semua

perilaku masyarakat atau hubungan antara satu dengan yang lainnya

juga masih perlu diatur oleh hukum ynag tidak tertulis yang

disebut : etika, adat-istiadat, tradisi, kepercayaan dan

sebagainya.

A. Pengertian Hukum Kesehatan

Hukum kesehatan merupakan suatu spesialisasi dari ilmu hukum

yang ruang lingkupnya meliputi segala peraturan perundang-

undangan di sektor pemeliharaan kesehatan.banyak istilah yang

digunakan oleh para pakar, ada yang menyebutkan hukum kedokteran

dan hukum medik sebagai terjemahan dari medical law dan droit

medical. Para ahli hukum dan dokter yang berasal dari Inggris,

Amerika, dan Australia menggunakan istilah droit medical. Dengan

demikian health law diterjemahkan sebagai hukum kesehatan,

sedangkan istilah hukum kedokteran tetap digunakan sebagai bagian

dari hukum kesehatan yang semula disebut hukum medik

Menurut kansil (1989), hukum kesehatan adalah rangkaian

peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan yang mengatur

pelayanan medik dan sarana medik. Sedangkan leenen (dalam Amri

Amir, 1999) mengemukakan bahwa hukum kesehatan meliputi semua

ketentuan umum yang langsung berhubungan dengan pemeliharaan

kesehatan dan penerapan dari hukum perdata, hukum pidana, dan

hukum administrasi dalam hubungan tersebut serta pedoman

internasional, hukum kebiasaan dan jurisprudensi yang berkaitan

17

dengan pemeliharaan kesehatan, hukum otonom, ilmu, dan literatur,

menjadi sumber hukum kesehatan.

Menurut pasal 1 Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum

KesehatanIndonesia (Perhuki), hukum kesehatan adalah semua

ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan

pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya serta hak dan

kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat

maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala

aspek organisasi, sarana, pedoman-pedoman medis

nasional/internasional, hukum di bidang kesehatan, jurisprudensi

serta ilmu pengetahuan di bidang kedokteran /kesehatan. Sedangkan

menurut rumusan Tim Rumusan Hukum Kedokteran Badan Pembinaan

Hukum Nasional (BPHN), hukum kesehatan adalah ketentuan hukum

yang mengatur tentang hak dan kewajiban, baik dari tenaga

kesehatan dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun dari individu

dan masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut dalam

segala aspeknya, yaitu aspek promotif, preventif, kuratif,

rehabilitatif selain aspek organisasi dan sarana yang harus

diperhatikan: pedoman medis, internasional, hukum kebiasaan, dan

hukum otonom di bidang kesehatan, ilmu pengetahuan dan literatur

medis juga merupakan sumber hukum kesehatan.

Sebagai bahan perbandingan, dapat dikemukakan pula rumusan

dari van der mijn (Veronica K, 1991) yang menyatakan bahwa hukum

kesehatan adalah lembaga peraturan yang langsung berhubungan

dengan perawatan kesehatan, sekaligus juga dengan penerapan hukum

18

sipil umum, pidana, dan administrasi. Dengan demikian, hukum

kesehatan meliputi seluruh aturan hukum yang berhubungan langsung

dengan bidang pemeliharaan kesehatan yakni meliputi hukum

medis/kedokteran, hukum keperawatan, hukum farmasi, hukum rumah

sakit, hukum kesehatan lingkungan, hukum kesehatan masyarakat,

dan hukum lainnya di sektor kesehatan. Hukum kesehatan mengandung

makna pengertian lebih luas, sedangkan hukum kedokteran

mengandung makna yang lebih sempit, yakni hanya meliputi aturan-

aturan hukum yang berkaitan kegiatan pelayanan medik, yaitu

hubungan hukun antara dokter dan pasien, antara dokter dan rumah

sakit, serta antara rumah sakit dan pasien.

B. Sumber Hukum Kesehatan

Dari berbagai definisi hukum kesehatan sebagaimana yang

dikemukakan di atas, sumber hukum keshatan adalah:

a. Pedoman internasional

Konferensi helsinki (1964) merupakan kesepakatan para dokter

sedunia mengenai penelitian kedokteran, khususnya eksperimen pada

manusia, yakni ditekankan pentingnya persetujuan tindakan medik.

b. Hukum kebiasaan

Biasanya tidak tertulis dan tidak dijumpai pada peraturan

perundang-undangan. Kebiasaan tertentu telah dilakukan dan pada

setiap operasi yang akan dilakukan di rumah sakit harus

19

mendatangani izin operasi, kebiasaan ini kemudian di tuangkan

kedalam peraturtan tertulis dalam bentuk informed consent.

c. Jurisprudensi

Keputusan hakim yang di ikuti oleh para hakim dalam menanggapi

kasus yang sama.

d. Hukum otonom

Suatu ketentuan yang berlaku untuk suatu daerah tertentu.

Ketentuan yang dimaksud hanya berlaku bagi anggota profesi

kesehatan, misalnya kode etik kedokteran, kode etik keperawatan

kode etik bidan, dan kode etik fisioterapi.

e. Ilmu

Substansi ilmu pengetahuan dari masing-masing disiplin ilmu.

Misalnya pemakaian sarung tangan bagi dokter dalam menangani

pasien, dimaksudkan untuk mencegah penularan penyakit dari pasien

ke[ada dokter tersebut.

f. Literatur

Pendapat ahli hukum yang berwibawa menjadi sumber hukum

kesehatan. Misalnya mengenai penanggung jawaban hukum, perawat

tidak boleh melakukan melakukan tindakan medis kecuali atas

tanggung jawab dokter.

C. Latar Belakang Perlunya Hukum Kesehatan

20

Kesehatan adalah salah satu modal pokok dalam rangka

pertumbuhan dan kehidupan bangsa dan mmpunyai peranan penting

dalam pembentukan masyarakat adil, makmur, dan sejahtera. Bahkan

kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus di

wujudkan sesui dengan cita-cita bangsa indonesia sebagaimana

dimaksud dalam pembukaan undang undang dasar 1945.

Derajat kesehatan sangat berarti bagi pengembangan dan

pembinaan sumber daya manusia serta sebagai salah satu modal bagi

pelaksanaan pengembangan nasional yang pada hakikatnya adalah

pembangunan manusia sutuhnya. Dengan memperhatikan peranan

kesehatan, diperlukan upaya yang lebih memadai bagi peningkatan

derajat kesehatan dan pembinaan penyelenggaraan upaya kesehatan

secara menyeluruh dan terpadu.

Oleh sebab itu, upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh

pemerintah dan atau oleh masyarakat dengan mempergunakan jasa

tenaga. Kewenangan untuk melaksanakan upaya kesehatan itulah yang

memerlukan peraturan hukum sebagai dasar pembenarah hukum

wewenang kesehatan tersebut. Peraturan hukum tentang upaya

kesehatan saja belum cukup karena upaya kesehatan

penyelenggaraannya disertai pendukung berupa sumber daya

kesehatan baik yang berupa perangkat keras maupun perangkat

lunak.

Bidang sumber daya kesehatan inilah yang dapat memasuki

kegiatan pelayanan kesehatan. Untuk mencapai peningkatan

21

pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat indonesia

yang jumlah penduduknya amat besar bukanpekerjaan mudah, oleh

sebab itu diperlukan juga peraturan perlindungan hukum untuk

melindungi pemberi dan penerima jasa pelayanan kesehatan.

Perlindungan hukum tersebut diperlukan perangkat hukum kesehatan

yang berpandangan maju untuk menjangkau perkembangan kesehatan

yang semakin kompleks, sehingga pelaksanaan “hukum kesehatan”

diberlakukan secara proporsional dan bertahap sebagai bidang

hukum khusus.

D. Fungsi Dan Tujuan Hukum Kesehatan

Dalam suatu negara yang berlandaskan hukum, maka sesuai

dengan sifat dan hakikatnya, hukum berperan besar dalam mengatur

setiap hubungan hukum yang timbul, baik antara individu dan

individu maupun antara individu dan masyarakat di dalam berbagai

bidang kehidupan, termasuk kesehatan.akan tetapi berlakunya hukum

berdasarkan sifat dan hakikatnya itu tidak terlpas dari sistem

hukum yang dianut dan nilai yang berlaku di dalam masyarakat.

Radbruch (Veronica K, 1999) membedakan keharusan alamiah dan

keharusan susilawi, yang selanjutnya di sebut norma alam dan

norma susila. Antara kedua norma itu terdapat perbedaan yang

mendasar.

Norma adalah sarana yang dipakai oleh masyarakat untuk

menertibkan, menuntun, dan mengarahkan tingkah laku anggotanya

dalam hubungannya satu sama lain. Oleh sebab itu jika suatu

22

peraturan dikeluarkan oleh pemerintah yang sah menurut perundang-

undangan yang berlaku, maka peraturan tersebut di tanggapi

sebagai norma yang berlaku sebagai yuridis. Hal ini menunjukkan

bahwa hukum bersifat normatif dan sifat normatif dari hukum ini

tampak dalam rumusan berbagai norma atau kaidah hukum. Hukum

tidak hanya bermaksud untuk menetapkan sikap individu, tetapi

juga membawaindividu agar bersifat sesuai dengan yang seharusnya

dan tidak bertentangan dengan hukum. Dengan demikian dapat

ditunjukan bahwa norma hukum itu bukan hanya merupakan perintah,

melainkan juga mengandung nalar tertentu. Nalar itu terletak pada

penilaian yang ditentukan oleh masyarakat terhadap tingkah laku

dan perbuatan individu dalam masyarakat.

Menurut zevenbergen (Veronica K, 1999), nahwa norma hukum

dalam diri individu mengandung dua hal yaitu patokam penilaian

dan patokan tingkah laku. Ada 3 teori pendukungnya yaitu :

Teori etis : tujuan hukum itu semata-mata untuk

keadilan

Teori utilitas : tujuan hukum semata-mata mewujudkan

hal yang bermanfaat

Teori campuran : isi hukum harus di tentukan oleh keadilan

dan kemanfaatan

Dalam pelayanan kesehatan ada 2 kelompok yang perlu dibedakan

yaitu

a. Penerima layanan kesehatan

23

Misalnya pasien, orang yang memelihara/meningkatkan kesehatannya

b. Pemberi pelayanan kesehatan

Misalnya dokter, perawat, bidan dan fisioterapi

Kedua kelompok tersebut menginginkan adanya kepastian dan

perlindungan hukum, sebagai contoh :

Kepastian hukum untuk health receiver

Perlindungan hukum untuk health receiver

Bagi health provider

Selanjutnya hukum pidana mempunyai dua segi perlindungan yaitu

pada segi pertama untuk melindungi masyarakat atau individu dari

gangguan kejahatan dan segi ke dua untuk melindungi masyarakat

atau individu dari perlakuan yang tidak wajar/tidak benar dari

petugas kesehatan.

Dengan demikian fungsi hukum adalah memberikan perlindungan

kepada pemberi dan penerima jasa kesehatan. Fungsi hukum adalah

menjaga hak-hak manusia. Hukum harus melindungi hak-hak pribadi

manusia. Jadi menurut tanggapan umum, perasaan hukum adalah

menciptakan suatu aturan masyarakat yang baik sehingga hak

manusia terjamin. Pada hakikatnya, hukum menghendaki adanya

penataan hubungan antar manusia, termasuk juga hubungan antar

manusia, termasuk juga hubungan antara tenaga kesehatandan pasin,

sehingga kepentingan masing-masing dapat terjamin dan tidak ada

yang melanggarkepentingan pihak lain.

24

II. HUKUM DALAM PELAYANAN KESEHATANEtika profesi ( Kode Etik ) sebagai kaidah moral tidak mampu

lagi menjamin hubungan yang sifatnya kepercayaan antara pasien

dan penyedia layanan kesehatan ( Pendekatan Paternalistik ke

Phatnership atau Kesetaraan ).

Akibat diaturnya suatu peristiwa oleh Kaidah Hukum Kepatuhan

terhadap aturan-aturan dalam pelayanan kesehatan tidak lagi

tergantung pada kesadaran dan kemauan bebas dari kedua belah

pihak Melahirkan apa yang kita sebut “LEGAL CLAIM” dan bukan

semata-mata “MORAL CLAIM/ETHICAL CLAIM” Terutama untuk melindungi

kepentingan-kepentingan yang bisa saling berbenturan antara

pasien, masyarakat, pemerintah dan penyedia layanan kesehatan.

Perawat merupakan aspek penting dalam pembangunan kesehatan

Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang diatur dalam

PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Bahkan dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan, tenaga perawat merupakan

jenis tenaga kesehatan terbesar yang dalam kesehariannya selalu

berhubungan langsung dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.

Namun di dalam menjalankan tugasnya tak jarang perawat

bersinggungan dengan masalah hukum.

25

1. Kaidah Hukum Melengkapi Etika Kesehatan Yang

Ada

a. Adanya kebutuhan pada keahlian keilmuan medis

b. Kualitas pelayanan kesehatan yang baik

c. .Hasil guna/tepat guna

d. Pengendalian biaya

e. Ketertiban masyarakat

f. Perlindungan hukum terhadap pasien

g. Perlindungan hukum pengemban profesi kesehatan

h. Perlindungan hukum pihak ketiga

i. Perlindungan hukum kepentingan umum

26

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Secara umum kita telah mengetahui bahwa peranan pelayanan

kesehatan yaitu sebagaiorganisasi fungsional yang

27

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,

terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat,

dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan

biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya

kesehatan tesebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada

pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan

yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.

Tetapi dinamika yang terjadi saat ini yaitu begitu banyak

penyalahgunaan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh para tim

medis maupun oknum-oknum tertentu yang mana hal tersebut didasari

oleh lemahnya moralitas sehingga merugikan masyarakat terutama

masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan.

28

Daftar Pustaka

Bertens, K. 2000. Etika. Seri Filsafat Atma Jaya: 15. Jakarta:

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Denhardt, Kathryn G. 1988. The ethics of Public Service.

Westport, Connecticut: Greenwood Press.

Henry, Nicholas. 1995. Public Administration and Public Affairs.

Sixth Edition. Englewood Cliffs, N. J: Prentice-Hall

International, Inc.

Perry, James L. 1989. Handbook of Public Administration. San

Fransisca, CA: Jossey- Bass Limited.

Shafritz, Jay.M. dan E.W.Russell. 1997. Introducing Public

Administration. New York, N.Y.:

Longman.http://budiutomo79.blogspot.com/2007/11/etika-dalam-

pelayanan-publik.html.

Dewi, A.Indriyanti, 2008, Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka

Publik.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta

: Rineka Cipta

Hendrik , SH, Mkes . Etika Dan Hukum Kesehatan

Ismani , Nila HJ . 2001 , Etika Keperawatan. Jakarta : Wjdya

medika.

29