KEBERADAAN ISIS DI SURIAH
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of KEBERADAAN ISIS DI SURIAH
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………1ABSTRACT…………………………………………………………………………….2BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..3LATAR BELAKANG…………………………………………………………………3RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………4TUJUAN…………………………………………………………………………………4MANFAAT………………………………………………………………………………4BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………5BAB III METODOLOGI……………………………………………………………11BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………..12KESIMPULAN……………………………………………………………………….12SARAN…………………………………………………………………………………13DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………14
1
AbstractThe research is aimed to figure out ISIS interest andUSA interest on Syria. The Concern with what kind ofaction for Another Countries to finish conflict onSyria. This is a behavioral legal research. The sourcesused in this research are evidence and facts about thebehavior of another countries on Syria and the respondsof actors. Through this research, it can be councludedthat ISIS on Syria just like media for USA and anothercountries to attain their national interest on Syria.The point, USA and another Countries have plans toattain their national interest and the powerful planswill be the winners and the others will be the losers.
Keywords : International relations, international laws,philosophy of laws, terrorism
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islamic State of Iraq and Syria (ISIS)
adalah salah satu kelompok teroris yang
beroperasi di wilayah Timur Tengah khususnya
di Irak dan Suriah. Amerika Serikat mengambil3
langkah militer untuk menghilangkan aksi
terorisme tersebut. Akan Tetapi, pemimpin
ISIS, Abu Bakar al-Baghdady mendeklarasikan
ISIS sebagai negara baru pada tanggal 9 April
2013, menyusul terjadinya perang saudara di
Irak dan Suriah. Tentu saja deklarasi
kemerdekaan ini masih bersifat sepihak,
dimana pemerintah Irak dan pemerintah Suriah
tidak merestuinya. Begitu juga Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), sama sekali belum
mengakui ISIS sebagai negara yang berdaulat
(Tim Redaksi Republ ika Onl ine , 02 Agustus 2014 at
11:22 AM WIB).
Ketika kita membahas konflik di Suriah,
pertanyaan seperti “Seberapa besar pengaruh
Amerika Serikat terhadap konflik di Suriah?”
Tentu menjadi pokok permasalahan yang
menarik, dimana Amerika Serikat membantu
oposisi Suriah yang menuntut pengunduran diri
presiden Bashar al-Assad, menggulingkan
4
pemerintahan, dan memulai era demokrasi. “Apa
keuntungan Amerika Serikat terhadap
penyelesaian konflik di Suriah?” Amerika
Serikat dan Suriah memiliki hubungan yang
kurang baik, sehingga ada kemungkinan
keberadaan ISIS di Suriah akan membawa
keuntungan bagi Amerika Serikat.
1.2 Rumusan Masalah
1.Bagaimana dunia internasional menyikapi
konflik di Suriah?
2.Apakah langkah Dewan Keamanan PBB untuk
mengakhiri ISIS juga berakibat berakhirnya
konflik di Suriah?
1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui tindakan dunia
internasional dalam menyikapi konflik di
Suriah
5
2.Untuk mengetahui langkah Dewan Keamanan PBB
untuk mengahiri ISIS sekaligus konflik di
Suriah
1.4 Manfaat
1.Dapat mengetahui tindakan dunia
internasional dalam menyikapi konflik di
Suriah
2.Dapat mengetahui langkah Dewan Keamanan PBB
untuk mengahiri ISIS sekaligus konflik di
Suriah
6
BAB II
PEMBAHASAN
Pandangan Dunia Internasional terhadap
Konflik di Suriah
Gejolak politik di Suriah mulai memanas
setelah Hafiz al-Assad dilaporkan meninggal
dunia tanggal 10 Juni 2000. Perubahan
konstitusi terjadi dan putra Hafiz al Assad,
Bashar al-Assad terpilih sebagai presiden.
Bashar al-Assad secara resmi dilantik tanggal
17 Juli 2000 (Tim Redaksi Hikmat, 23
September 2013).
Pada awal pemerintahannya, terdapat
beberapa konflik seperti konflik antar agama
dan kejadian Arab Spring. Konflik antar agama
berupa sengketa antara masyarakat pemeluk
agama islam Syiah dan islam sunni, sedangkan
kejadian Arab Spring adalah kejadian demo
besar-besaran pada awal tahun 2011 di Timur
Tengah yang menuntut berakhirnya era
7
kediktatoran negara menjadi era baru
demokrasi (Tim Redaksi Hikmat, 23 September
2013).
Presiden Bashar al-Assad menawarkan
kebijakan untuk partisipasi masyarakat dan
melakukan penindasan untuk menekan oposisi.
Akan tetapi, kekuatan oposisi yang meningkat
dan mulai terorganisir membuat penindasan
lebih sering dilakukan dari pada kompromi.
Pada pertengahan bulan Agustus 2011, presiden
Barack Obama mengeluarkan pernyataan tentang
peningkatan sanksi terhadap Suriah dan
tuntutan agar presiden Bashar al-Assad
mengundurkan diri dari jabatannya. PBB juga
merilis sebuah laporan yang menuduh rezim
Assad melakukan kejahatan Hak Asasi Manusia
(HAM). Ditambah lagi kecaman internasional
terhadap Suriah yang dilontarkan bahkan dari
tetangga Suriah, seperti Arab Saudi, Bahrain,
8
dan Kuwait (Tim Redaksi Hikmat, 23 September
2013).
Pada tanggal 21 Agustus 2013, terjadi
penyerangan dengan menggunakan senjata kimia
di Damaskus, Suriah yang menewaskan banyak
oposisi termasuk warga sipil. Amerika Serikat
beserta sekutunya berkeyakinan presiden
Bashar al-Assad berada di balik penyerangan
itu, sementara Rusia percaya serangan
tersebut merupakan propaganda kelompok
tertentu yang ingin menjatuhkan rezim Bashar
al-Assad. Akan tetapi, Amerika Serikat dan
negara-negara sekutunya tetap yakin pada
persepsi mereka dan semakin menyuarakan
kemungkinan akan digelar aksi militer ke
Suriah (Palupi Annisa Auliani, 27 Agustus
2013 at 04:08 AM WIB).
Menurut Menteri Luar Negeri Rusia Sergei
Lavrov, ide merobohkan infrastruktur rezim
militer dan membantu oposisi merupakan
9
kesalahan besar yang merusak perdamaian dan
juga merupakan symbol babak berdarah baru
untuk Suriah. Dia menambahkan akan memukul
balik aksi militer Amerika Serikat beserta
sekutunya melalui penguatan kerja sama dengan
rezim Bashar al-Assad. Selain itu, para
petinggi Rusia menyebut rencana serangan ke
Suriah tidak jauh beda dengan invasi Amerika
Serikat ke Irak yang disebut Vladimir Putin
dilakukan berdasarkan kecerdasan yang cacat
tentang kepemilikan senjata pemusnah massal
oleh Rezim Saddam Hussein (Palupi Annisa
Auliani, 27 Agustus 2013 at 04:08 AM WIB).
Penggunaan senjata kimia di Suriah
menciptakan dua kubu besar di kalangan
internasional. Kubu pertama, yakni negara
yang ingin melakukan aksi militer ke Suriah
dan kubu kedua, yang menentang aksi militer
tersebut.
10
Kubu pertama dipimpin oleh Amerika Serikat
beserta sekutunya di barat dan sejumlah
negara di Timur Tengah seperti Arab Saudi dan
Qatar yang diketahui telah lama memasok
senjata untuk oposisi menjatuhkan rezim
Bashar al-Assad. Berbeda dengan kubu pertama,
kubu kedua merupakan negara-negara yang
selalu bertentangan pendapat dengan Amerika
Serikat. Rusia sebagai contohnya, merupakan
negara yang selalu berdiri paling depan dalam
kubu ini, selain Cina dan Iran. Bagi Rusia,
Suriah merupakan pertaruhan gengsinya dengan
Amerika Serikat, berbeda dengan Iran yang
secara aliran agama memiliki kedekatangan
dengan presiden Bashar al-Assad (Tim Redaksi
Republ ika Onl ine , 02 September 2013 at 01:21 AM
WIB).
Washington Pos t menulis ada empat alasan
mengapa Rusia ingin melindungi rezim Assad.
Pertama, Rusia memiliki pangkalan di Suriah
11
yang cukup strategis. Pangkalan ini merupakan
markas militer terakhir Rusia di luar negara-
negara Uni Soviet. Kedua, Rusia masih
memiliki jiwa mental perang dingin. Dia ingin
tetap mempertahankan aliansi militer
terakhirnya. Ketiga, Rusia membenci ide
intervensi Barat seperti yang dilakukan
terhadap Suriah. Keempat, Suriah telah
membeli perlengkapan militer cukup besar dari
Rusia. Sejak abad 20, Rusia mungkin telah
menjual lebih dari 1,5 miliar dolar AS
senjata ke Suriah. Belakangan ini, Rusia
dikabarkan telah menjual pesawat tempur MiG-
29 dan s-300 ke Suriah.
Dalam tanggapan terakhirnya soal rencana
serangan Amerika Serikat ke Suriah, Vladimir
Putin meminta Amerika Serikat dan negara-
negara sekutunya agar memperkuat bukti mereka
dahulu. Rusia bersama Cina juga berulang kali
mengeblok keinginan Amerika Serikat yang
12
bersikeras ingin menjatuhkan presiden Bashar
al-Assad melalui solusinya (Tim Redaksi
Republ ika Onl ine , 02 September 2013 at 01:21 AM
WIB).
Media Iran, P ress TV dalam salah satu
artikelnya mengatakan, senjata kimia berasal
dari intelijen Arab Saudi. Laporan ini memang
tidak sepenuhnya bisa diterima. Akan tetapi,
konflik di Suriah bisa menguntungkan Arab
Saudi, baik secara ekonomi maupun politik.
Secara ekonomi, mereka bisa mendapatkan
keuntungan dari naiknya harga minyak,
sedangkan dari politik, jika rezim Assad
jatuh, mereka akan kehilangan satu kelompok
Syiah Arab.
Hubungan Antara Teroris, Perang, dan
Perdamaian
13
Republ i ka Onl ine , dalam artikel “ISIS Lahir
dari Kerusuhan Irak dan Suriah” menjelaskan
ISIS terbentuk dari gejolak dalam negeri di
Irak dan Suriah. Diawali pada tanggal 18
Maret 2003, ketika Amerika Serikat dan
sekutunya menyerang Irak, karena dianggap
memiliki senjata pemusnah massal oleh rezim
Saddam Hussein. Dalam penyerangan tersebut,
rakyat Irak yang terhimpun dalam beberapa
kelompok gerilyawan memilih bertahan. Mereka
bahkan melakukan perang gerilya untuk
mempertahankan negerinya, meskipun pada
akhirnya rezim Saddam Hussein runtuh oleh
koalisi Amerika Serikat
Pada tanggal 15 Agustus 2005, kelompok
pejuang mempersatukan diri dan membentuk
Majelis Syura Mujahidin. Dari Majelis Syura
Mujahidin inilah ISIS terbentuk, tepatnya
pada tanggal 13 Oktober 2006, dan mengangkat
Abu Umar al-Baghdady sebagai pemimpinnya (Tim
14
Redaksi Republ ika Onl ine , 02 Agustus 2014 at
11:22 AM WIB).
Abu Umar al-Baghdady kemudian meninggal
dalam pertempuran, dan posisinya digantikan
oleh Abu Bakar al-Baghdady sejak 15 Mei 2010.
Pada saat itu terjadi revolusi di sejumlah
negara Jazirah Arab, termasuk beberapa negara
di Afrika Utara seperti Mesir, Tunisia, dan
Libya (Tim Redaksi Republ i ka Onl ine , 02 Agustus
2014 at 11:22 AM WIB).
Abu Bakar al-Baghdady mendeklarasikan ISIS
sebagai negara baru pada tanggal 9 April
2013, menyusul terjadinya perang saudara di
Irak dan Suriah. Tentu saja deklarasi
kemerdekaan ini masih bersifat sepihak,
dimana pemerintah Irak dan pemerintah Suriah
tidak merestuinya. Begitu juga Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), sama sekali belum
mengakui ISIS sebagai negara yang berdaulat.
15
(Tim Redaksi Republ ika Onl ine , 02 Agustus 2014 at
11:22 AM WIB).
Amerika Serikat dan para sekutunya,
termasuk negara-negara Arab meliputi Arab
Saudi, Yordania, Bahrain, Uni Emirat Arab,
dan Qatar, telah meluncurkan serangan udara
untuk melawan ISIS di Suriah. Serangan udara
tersebut adalah bagian dari janji Presiden
Amerika Serikat Barack Obama untuk menurunkan
dan menghancurkan ISIS yang telah menguasai
sebagian besar Suriah maupun Irak. (Tim
Rekdasi DW, 23 September 2014).
Pemerintah Suriah sendiri belum secara
resmi memberikan persetujuan adanya serangan
udara di wilayah mereka. Namun, mereka telah
menerima informasi akan adanya serangan
udara. Menurut wartawan BBC di Washington DC,
Barbara Plett, mengatakan serangan udara di
Suriah berbeda dengan yang pernah dilakukan
Amerika Serikat di Irak yang pada saat itu
16
pemerintah Irak memang meminta Amerika
Serikat melakukan intervensi terhadap ISIS.
Di lain pihak, pemerintah Suriah tidak
meminta Amerika Serikat untuk hal serupa.
Dengan demikian, Amerika Serikat menyerang
ISIS tanpa persetujuan pemerintah Suriah (Tim
Redaksi Tempo, 23 September 2014 at 02:00 PM
WIB).
BAB III
METODOLOGI
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengkaji perilaku-perilaku
dunia internasional terhadap konflik di
Suriah. Penelitian ini menggunakan metode
secara observasi berupa penelitian yang
memusatkan pada tanggapan-tanggapan dan fakta
dari sumber berupa koran, buku, dan artikel
berita.
LOKASI PENELITIAN
17
Perpustakaan Universitas Brawijaya Malang
dan Website kumpulan artikel berita berupa
Tempo.co dan Konpas . com.
WAKTU PENELITIAN
Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 11
April 2015 sampai 12 April 2015.
SUMBER DATA
Buku An Int roduct ion to G loba l S tud ies dan Artikel
berita berupa Tempo.co dan Kompas .com.
BAB IV
PENUTUP
18
4.1 Kesimpulan
Dunia internasional menyikapi konflik di
Suriah sebagai ajang melawan musuh mereka
masing-masing. Apabila dianalogikan negara
Suriah seperti media untuk negara-negara
besar mencapai kepentingannya.
Intelegensi negara-negara yang ikut campur
di dalamnya tentu memiliki solusi untuk
mencapai kepentingan mereka masing-masing.
Berakhirnya ISIS tidak akan menyelesaikan
konflik di Suriah kecuali Amerika Serikat
beserta sekutunya memiliki strategi yang luar
biasa dan sulit diprediksi. Meskipun
demikian, Amerika Serikat masih memiliki
peluang akibat pelanggaran hukum
internasional yang dilakukan rezim Bashar al-
Assad, sehingga ada kemungkinan Amerika
Serikat dapat mengahiri ISIS sekaligus
mengahiri konflik di Suriah.
19
4.2 Saran
Kita tidak seharusnya mengutuk/membenci
presiden Bashar al-Assad yang keras kepala
tetap menjabat sebagai presiden Suriah.
Mempertahankan posisi presiden berarti dia
akan diburu oleh oposisi yang mengincar
nyawanya, sedangkan jika memilih mundur,
berarti dia telah mengecewakan sekutunya
terutama Iran yang secara aliran agama sama-
sama menganut agama islam Syiah. jika harus
memilih antara dua pilihan tersebut, tidak
heran kalau presiden Bashar al-Assad tetap
mempertahankan posisinya. Meskipun hidup
20
tidak tentram, tapi dia mendapat dukungan
oleh negara-negara kuat seperti Rusia, China,
dan Iran.
Terorisme adalah suatu kegiatan
individu/kelompok yang berkeinginan keras
mencapai tujuan dengan hard power. Hard power
meliputi paksaan, kekerasan, pembunuhan, dan
lain sebagainya (Patricia J. Campbell, dkk.,
2010: 45-49).
“Bagaimana cara menghentikan terorisme di
muka bumi ini?” pertanyaan yang sulit untuk
dijawab. Kebanyakan orang di abad 21
mengatakan orang terdulu adalah kaum
barbarian, Kenyataannya orang terdulu
meskipun tidak modern masih menjunjung tinggi
satu aspek penting dalam hidup, yakni
menghargai kehidupan. Berbeda dengan orang
terdahulu, orang di zaman ini semakin canggih
teknologi, semakin melupakan kodrat manusia.
21
menyamakan cara membunuh kecoak dengan
membunuh sesama manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Patricia J., MacKinnon, A., dan
Stevens, Christy R. (2010). An Int roduct ion to
Globa l S tud ies. New York: Wiley-Blackwell.
Tim Redaksi Hikmat. “Sejarah Negara Suriah”
dalam http://hikmat.web.id/sejarah-dunia/sejarah-
negara-suriah/. Diunduh pada tanggal 11 April
2015, pukul 05:00 PM WIB..
Auliani, Palupi A. (2013). “Konflik Suriah
Bawa Puncak Babak Baru Perseteruan Rusia
dan Barat” dalam http://
internasional.kompas.com/read/2013/08/27/0408161/Konfl
22
ik.Suriah.Bawa.
Puncak.Babak.Baru.Perseteruan.Rusia.dan.Barat?
utm_source=news&utm_ medium=bp-
kompas&utm_campaign=related&. Diunduh pada tanggal
11 April 2015, pukul 05:00 PM WIB.
Tim Redaksi Republika Online (2013). “Konflik
Suriah Picu Rusia Melawan Amerika” dalam
http://www.republika.co.id/berita/
internasional/timur-tengah/13/09/01/msgb9k-konflik-
suriah-picu-rusia -melawan-amerika. Diunduh
pada tanggal 11 April 2015, pukul 05:00 PM
WIB.
Gesagt, Kurz (2014). “Bagaimana ISIS
Terbentuk?” dalam http:
//internasional.kompas.com/read/2014/08/05/09525751/Ba
gaimana.ISIS .Terbentuk . Diunduh pada tanggal 11
April 2015, pukul 05:00 PM WIB.
23
Tim Redaksi Republika Online (2014). “ISIS
Lahir Dari Kerusuhan Irak dan Suriah”
dalam
http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/14/
08/02/n9nw4s-isis-lahir -dari-kerusuhan-irak-dan-
suriah. Diunduh pada tanggal 11 April 2015,
pukul 05:00 PM WIB.
Tim Redaksi Tempo (2014). “AS dan Sekutu Arab
Mulai Gempur ISIS di Suriah” dalam
http://www.tempo.co/read/news/2014
/09/23/115609087/AS-dan-Sekutu-Arab-Mulai-Gempur-
ISIS-di-Suriah. Diunduh pada tanggal 11 April
2015, pukul 05:00 PM WIB.
Tim Redaksi DW (2014). “AS Mulai Menyerang
Basis ISIS di Suriah” dalam http://www.dw.de/as-
24