KARYA AKHIR NILAI DIAGNOSTIK STRAIN ELASTOGRAPHY ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of KARYA AKHIR NILAI DIAGNOSTIK STRAIN ELASTOGRAPHY ...
KARYA AKHIR
NILAI DIAGNOSTIK STRAIN ELASTOGRAPHY USG DALAM
MENENTUKAN KEGANASAN TUMOR PAYUDARA
DIAGNOSTIC VALUES OF STRAIN ELASTOGRAPHY ULTRASOUND
IN DETERMINING BREAST TUMOR MALIGNANCY
JASMIN FEBRIANTI HAMDANI
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS – 1 (Sp.1)
PROGRAM STUDI ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
NILAI DIAGNOSTIK STRAIN ELASTOGRAPHY USG DALAM
MENENTUKAN KEGANASAN TUMOR PAYUDARA
Karya Akhir
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Dokter Spesialis - 1
Program Studi Ilmu Radiologi
Disusun dan Diajukan oleh
JASMIN FEBRIANTI HAMDANI
Kepada
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS – 1 (Sp.1)
PROGRAM STUDI ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Jasmin Febrianti Hamdani
Nomor Mahasiswa : C112213206
Program Studi : Ilmu Radiologi
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya akhir yang saya tulis
ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan
karya akhir ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Makassar, 20 September 2017
Yang menyatakan,
Jasmin Febrianti Hamdani
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah,
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya akhir ini yang
berjudul “ Nilai Diagnostik Strain Elastography USG Dalam Menentukan
Keganasan Tumor Payudara “ sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Pendidikan Dokter Spesialis Radiologi.
Saya menyadari bahwa karya akhir ini belum sempurna sehingga dengan
segala kerendahan hati saya mengharapkan kritik, saran dan koreksi dari semua
pihak. Banyak kendala yang dihadapi dalam rangka penyusunan karya akhir ini,
namun berkat bantuan berbagai pihak maka karya akhir ini dapat juga selesai
pada waktunya.
Dalam kesempatan ini, dengan ketulusan hati saya menyampaikan terima
kasih dan perhargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. dr. Bachtiar Murtala, Sp.Rad (K) selaku Ketua Komisi Penasihat
dan Kepala Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Unoversitas
Hasanuddin
2. Dr. dr. Mirna Muis, SpRad selaku Sekretaris Komisi Penasihat
3. Dr.dr. Alfian Zainuddin, M.KM selaku Anggota Komisi Penasihat
4. dr. Nikmatia Latief, Sp.Rad (K) selaku Anggota Komisi Penasihat
5. dr. Djonny Ferianto S, SpB(K)Onk selaku Anggota Komisi Penasihat
atas segala arahan, bimbingan, dan bantuan yang telah diberikan mulai dari
pengembangan minat terhadap permasalahan, pelaksanaan selama penelitian,
vi
hingga penyusunan dan penulisan sampai dengan selesainya karya akhir ini.
Serta ucapan terima kasih atas segala arahan, nasehat, dan bimbingan yang
telah diberikan selama saya menjalani pendidikan di Departemen Radiologi FK-
Unhas ini.
Pada kesempatan ini pula saya ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Hasanuddin, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin, KPPS Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
2. dr. Luthfy Attamimi, Sp.Rad selaku Kepala Instalasi Radiologi RS. Dr.
Wahidin Sudirohusodo., Prof. Dr.dr. Muhammad Ilyas, SpRad(K), dr. Junus
Baan, Sp.Rad., dr. Dario Nelwan, Sp.Rad., dr. Rafikah Rauf, M.Kes, Sp,
Rad., dr. Hasanuddin, Sp.Rad (K) Onk., dr. Frans Liyadi, Sp.Rad (K)., dr.
Isdiana Kaelan, Sp.Rad., dr. Amir, Sp.Rad., dr. M. Abduh, Sp.Rad., dr.
Isqandar Mas’oud, Sp.Rad., dr. Achmad Dara, Sp.Rad., dr. Sri Muliati,
Sp.Rad., dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad., dr. Eny Sanre, M.Kes, Sp.Rad., dr.
Suherman Hadisaputro, Sp. Onk Rad., serta seluruh pembimbing dan dosen
luar biasa dalam lingkup Departeman Radiologi FK-Unhas atas arahan dan
bimbingan selama saya menjalani pendidikan.
3. Direksi beserta seluruh staf RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dan
RS. Universitas Hasanuddin Makassar atas kesempatan yang diberikan
kepada saya untuk menjalani pendidikan di rumah sakit ini.
vii
4. Para staf FK-Unhas, Para staf PPDS FK-Unhas, staf Administrasi
Departemen Radiologi FK-Unhas, dan Radiografer Bagian Radiologi RS. Dr.
Wahidin Sudirohusodo dan RS. Universitas Hasanuddin Makassar atas
bantuan dan kerjasamanya.
5. Teman-teman terbaik angkatan Januari 2014 serta seluruh teman PPDS
Radiologi lainnya yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi, dan
dukungan kepada saya selama masa pendidikan dan penyelesaian karya
akhir ini.
6. Kedua orang tua saya, ayahanda dr. John Hamdani dan ibunda Peggy
Tanbungan, yang sangat saya cintai dan hormati yang dengan tulus dan
penuh kasih sayang dan senantiasa memberikan dukungan, bantuan dan
mendoakan saya.
7. Kepada kedua orang tua mertua saya, Luwarso andriyanto dan Laksiati
Henny, yang sangat saya cintai dan hormati yang dengan tulus dan penuh
kasih sayang dan senantiasa memberikan dukungan, bantuan dan
mendoakan saya.
8. Kepada suami saya, Richard Darmawan Andriyanto, S.E yang saya cintai,
terima kasih atas kesabaran dan dukungan serta doa-doanya kepada saya,
hingga saya bisa menyelesaikan semua tugas-tugas saya
9. Kepada kakak dan adik saya Kevin Hamdani, S.Pi dan Jacky Hamdani serta
segenap keluarga yang lain, atas dukungan, bantuan dan doanya.
10. Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang
telah memberi bantuan baik moril maupun materiil secara langsung maupun
tidak langsung, saya ucapkan terima kasih.
viii
Melalui kesempatan ini pula perkenankan permohonan maaf saya setulus-
tulusnya atas kesalahan dan kekhilafan yang saya lakukan selama masa
pendidikan sampai selesainya karya akhir ini.
Akhirnya saya berharap semoga karya akhir ini bermanfaat bagi kita semua
dan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan Ilmu Radiologi di masa
yang akan datang. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa menyertai dan
memberkati setiap langkah pengabdian kita.
Makassar, 21 September 2017
Penulis
Jasmin Febrianti Hamdani
ix
ABSTRAK
JASMIN FEBRIANTI HAMDANI. Nilai Diagnostik Strain Elastography
USG Dalam Menentukan Keganasan Tumor Payudara (dibimbing oleh Bachtiar Murtala dan Mirna Muis)
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui nilai diagnostik strain
elastografi USG dalam menentukan keganasan tumor payudara dengan menilai skor Tsukuba dan strain ratio kemudian membandingkan keduanya
dengan pemeriksaan histopatologi.
Dilakukan studi prospektif terhadap 78 pasien dengan benjolan payudara yang menjalani pemeriksaan USG payudara di RS Unievrsitas
Hasanuddin dan RS Wahidin Sudirohusodo dari bulan Juli sampai Agustus 2017. Semua tumor diperiksa dengan USG B-mode dilanjutkan
dengan strain elastography. Kemudian dinilai skor Tsukuba dan dihitung nilai strain ratio. Strain ratio didapatkan dari perbandingan ROI tumor dan ROI jaringan adiposa payudara. Pembanding yang digunakan adalah
pemeriksaan histopatologi sebagai baku emas kemudian dilakukan uji diagnostik dengan menghitung nilai sensitifitas, spesifisitas, akurasi, nilai
prediksi positif dan nilai prediksi negatif. Dari 78 pasien, hanya 41 yang memenuhi kriteria. Nilai diagnostik
skor Tsukuba untuk sensitifitas, spesifisitas, akurasi, nilai prediksi positif
dan nilai prediksi negatif masing-masing adalah 91%, 93%, 92%, 83% dan 96%. Nilai diagnostik strain ratio untuk sensitifitas, spesifisitas, akurasi,
nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif masing-masing 91%, 83%, 85%, 66% dan 96%. Berdasarkan kurva ROC, didapatkan nilai AUC (area under curve) 0,90 dengan cut-off point 3,25.
Kata kunci : strain elastography, skor Tsukuba, strain ratio, tumor payudara,
x
ABSTRACT
JASMIN FEBRIANTI HAMDANI. Diagnostic Values of Strain Elastography
Ultrasound in Determing Breast Tumor Malignancy (supervised by Bachtiar Murtala and Mirna Muis)
The purpose of this study was to determine the diagnostic value of
strain elastography in determining malignancy of breast tumor by using the
Tsukuba score and strain ratio, and then comparing both with
histopathologic examination results.
A prospective study was conducted in 78 patients with breast lumps
that underwent breast ultrasound examination at Hasanuddin University
Hospital and Wahidin Sudirohusodo Hospital, Makassar from July to August
2017. All tumors were identified using B-mode ultrasound and then
followed by strain elastography. Tsukuba scores and strain ratios were
determined from elastography results. Strain ratio was obtained by
comparing breast tumor ROI with adipose tissues. The comparison used is
histopathological examination, which is the gold standard. Sensitivity,
specificity, accuracy, positive and negative predictive values were then
calculated.
Out of the 78 patients, only 41 patients met the criterias. The
sensitivity, specificity, accuracy, positive and negative predictive values of
the Tsukuba score were 91%, 93%, 92%, 83% and 96%, while the strain
ratio were 91%, 83%, 85%, 66% and 96%. Based on ROC curve, the area
under the curve for the strain ratio is 0.90 with a cut-off point of 3.25.
Strain elastography is superior to B-mode ultrasound in determining the
malignancy of breast tumors. The Tsukuba score has a higher diagnostic
value compared to the strain ratio.
Keywords : strain elastography, Tsukuba score, strain ratio, breast tumor
xi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................. iv
DAFTAR TABEL....................................................................... v
DAFTAR GRAFIK..................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................ vii
DAFTAR SINGKATAN............................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH ................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................. 5
C. TUJUAN PENELITIAN ................................................. 6
D. HIPOTESIS PENELITIAN ............................................ 6
E. MANFAAT PENELITIAN .............................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TUMOR PAYUDARA ..................................................... 8
- DEFINISI ................................................................. 8
- EPIDEMIOLOGI ...................................................... 8
- PATOGENESIS ...................................................... 9
- FAKTOR RISIKO ..................................................... 10
- ANATOMI PAYUDARA ............................................ 11
- FISIOLOGI PAYUDARA .......................................... 14
- DIAGNOSIS ............................................................. 14
B. STRAIN ELASTOGRAPHY.............................................. 18
C. HISTOPATOLOGI TUMOR PAYUDARA ...................... 27
BAB III KERANGKA PENELITIAN
A. KERANGKA TEORI ...................................................... 35
xii
B. KERANGKA KONSEP .................................................. 36
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN..................................................... 37
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ............................ 37
C. POPULASI PENELITIAN ............................................... 37
D. SAMPEL DAN CARA PENGAMBILAN SAMPEL ........... 37
E. PERKIRAAN BESAR SAMPEL ..................................... 38
F. KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI ............................ 38
G. IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI VARIABEL .............. 39
H. DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBJEKTIF.. 40
I. IZIN PENELITIAN DAN ETHICAL CLEARANCE............ 42
J. CARA KERJA ................................................................. 42
K. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA .......................... 46
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................. 47
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....................................... 62
DAFTAR PUSTAKA................................................................... 64
xiii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 Anatomi payudara potongan sagital............................. 11
GAMBAR 2.2 Kuadran payudara ....................................................... 12
GAMBAR 2.3 Vaskularisasi payudara................................................ 13
GAMBAR 2.4 USG tumor payudara (Karsinoma duktal invasif)........ 16
GAMBAR 2.5 USG tumor payudara (fibroadenoma) ......................... 17
GAMBAR 2.6 USG Payudara kista simpel......................................... 17
GAMBAR 2.7 Teknik ultrasound elastography................................... 20
GAMBAR 2.8 Strain elastography...................................................... 20
GAMBAR 2.9 Skor Tsukuba............................................................... 23
GAMBAR 2.10 Cara kompresi............................................................ 24
GAMBAR 2.11 Elastografi dengan kompresi yang tepat.................... 25
GAMBAR 2.12 Elastografi karsinoma duktal invasif........................... 26
GAMBAR 2.13 Elastografi karsinoma duktal invasif........................... 26
GAMBAR 2.14 Elastografi dengan hasil PA fibroadenoma................ 27
GAMBAR 2.15 Elastografi dengan hasil PA karsinoma musinosum 27
GAMBAR 2.16 Elastografi dengan hasil PA KDIS............................. 27
GAMBAR 2.17 Histopatologi mastitis................................................. 28
GAMBAR 2.18 Histopatologi fibroadenoma....................................... 29
GAMBAR 2.19 Histopatologi papilloma intraduktal............................ 30
GAMBAR 2.20 Histopatologi penyakit fibrokistik payudara................ 30
GAMBAR 2.21 Histopatologi KDIS high grade................................... 31
GAMBAR 2.22 Histopatologi KLIS..................................................... 32
GAMBAR 2.23 Histopatologi karsinoma duktal invasif...................... 32
GAMBAR 2.24 Histopatologi karsinoma lobulus invasif..................... 33
GAMBAR 2.25 Histopatologi karsinoma medular............................... 33
xiv
GAMBAR 2.26 Histopatologi karsinoma musinosum.......................... 34
GAMBAR 2.27 Histopatologi karsinoma tubulus................................. 34
DAFTAR TABEL
TABEL 5.1 Distribusi sampel berdasarkan hasil pemeriksaan
Histopatologi............................................................. 48
TABEL 5.2 Distribusi sampel berdasarkan kelompok umur
dan hasil pemeriksaan histopatologi........................ 49
TABEL 5.3 Distribusi sampel berdasarkan skor Tsukuba tumor
payudara dan hasil pemeriksaan histopatologi.......... 50
TABEL 5.4 Distribusi sampel berdasarkan lokasi tumor payudara
dan hasil pemeriksaan histopatologi......................... 52
TABEL 5.5 Kategori Skor Tsukuba SE dibandingkan dengan hasil
pemeriksaan histopatologi.......................................... 53
TABEL 5.6 Uji diagnostik............................................................... 54
TABEL 5.7 Kategori strain ratio dibandingkan dengan hasil
Pemeriksaan histopatologi.......................................... 55
TABEL 5.8 Hasil uji diagnostik BIRADS dengan hasil pemeriksaan
histopatologi................................................................ 56
TABEL 5.9 Hasil uji diagnostik skor Tsukuba, strain ratio
dan BIRADS................................................................. 56
xv
DAFTAR GRAFIK
GRAFIK 5.1 Jumlah sampel penelitian............................................ 47
GRAFIK 5.2 Distribusi sampel berdasarkan hasil pemeriksaan
Histopatologi................................................................. 48
GRAFIK 5.3 Distribusi sampel berdasarkan kelompok umur dan hasil
pemeriksaan histopatologi............................................. 49
GRAFIK 5.4 Distribusi sampel berdasarkan skor Tsukuba tumor
payudara dan hasil pemeriksaan histopatologi............. 51
GRAFIK 5.5 Distribusi sampel berdasarkan lokasi tumor payudara dan
hasil pemeriksaan histopatologi................................... 52
GRAFIK 5.6 Kurva ROC strain ratio dibandingkan dengan hasil
pemeriksaan histopatologi............................................ 55
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 SURAT REKOMENDASI PERSETUJUAN ETIK
LAMPIRAN 2 LEMBAR INFORM CONSENT
LAMPIRAN 3 LEMBAR ANAMNESA
LAMPIRAN 4 DATA SAMPEL PENELITIAN
LAMPIRAN 5 HASIL UJI STATISTIK
LAMPIRAN 6 CURRICULUM VITAE
xvii
DAFTAR SINGKATAN
ACR American College of Radiology
BIRADS Breast imaging-reporting and data system
EI Elasticity Imaging
SE Strain elastography
GLOBOCAN GLOBAL BURDEN CANCER
IARC International Association of Cancer Registries
KEMENKES Kementerian Kesehatan
USG Ultrasonography
MRI Magnetic resonance imaging
kPa Kilopascal
SR Strain ratio
SWE Shear-wave elastography
B Mode Brightness modulation
ROI Region of interest
KDIS Karsinoma duktal insitu
KLIS Karsinoma lobulus insitu
KDS Karsinoma duktal invasif
KLS Karsinoma lobulus invasif
YSR Year survival rate
ROC Receiver operating curve
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh
dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh
kanker. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah
penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya. Menurut data
GLOBOCAN (IARC) tahun 2012 diketahui bahwa kanker payudara
merupakan penyakit kanker dengan persentase kasus baru tertinggi, yaitu
sebesar 43,3%, dan persentase kematian akibat kanker payudara sebesar
12,9%. (KEMENKES RI, 2015). Hampir seperempat (24%) dari semua
kanker payudara didiagnosis di Wilayah Asia Pasifik
(sekitar 404.000 kasus dengan angka kejadian 30 per 100.000), dengan
jumlah terbesar berada di China (46%), Jepang (14%) dan Indonesia
(12%). Di Asia tenggara, insidens tertinggi kanker payudara berada di
Singapura, dimana angka kejadiannya 65 per 100000 penduduk. (Bhatia,
2016). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi
kanker payudara di Indonesia mencapai 0,5 per 1000 perempuan.
(Kemenkes RI, 2015). Data Badan Pusat Statistik di Provinsi Sulawesi
Selatan pada tahun 2015 terdapat 3036 penderita kanker payudara. Untuk
Kota Makassar sendiri terdapat 170 kasus kanker payudara dan sekitar
317 kasus perempuan yang terdeteksi mememiliki tumor payudara.
2
Di masa lalu, benjolan payudara dinilai secara manual untuk
melihat kekakuan jaringan yang terkait dengan derajat keganasan. Saat
ini, benjolan payudara bisa di evaluasi oleh penggunaan ultrasound
elastografi. Teknik ini selangkah lebih maju dalam mendiagnosis tumor
payudara. Tidak hanya membantu dalam menggambarkan keganasan
benjolan payudara dengan akurasi yang tinggi yaitu 91 %, tetapi dalam
kasus keganasan, teknik ini dapat juga menilai parenkim sekitar dan
dengan mudah menilai penetrasi oleh pertumbuhan tumor ganas. (Syed et
al, 2015)
Elastography atau elasticity imaging (EI) adalah modalitas
pencitraan berdasarkan kekakuan jaringan, bukan anatomi. Pencitraan ini
menunjukkan perbedaan relatif kekakuan di antara jaringan. Selama ini,
para dokter yang menggunakan teknik palpasi untuk mendiagnosis tumor
payudara, menyadari bahwa massa yang lebih kaku saat di palpasi lebih
memungkin suatu keganasan. Elastografi ultrasound memiliki potensi
untuk mengukur kekakuan lesi, yang sebelumnya hanya dinilai secara
subjektif saat pemeriksaan fisik. Elastografi dapat meningkatkan
ketajaman diagnostik dalam menentukan keganasan payudara.
(Barr, 2015)
Mammografi dan ultrasonografi adalah metode diagnostik yang
telah menunjukkan sensitivitas yang cukup tinggi dalam mendeteksi
kanker payudara. Namun, kedua metode ini memiliki beberapa
keterbatasan. Mammografi yang dilakukan pada payudara yang padat
3
sering menghasilkan hasil negatif palsu. Ultrasonografi sensitif dalam
mendeteksi lesi, tetapi spesifisitas kurang karena kebanyakan lesi padat
bersifat jinak. Untuk mendapatkan spesifisitas yang acceptable, maka
berbagai karakteristik lesi harus dievaluasi sesuai dengan kriteria BI-
RADS yang dbuat oleh American College of Radiology (ACR).
Sayangnya, kriteria BIRADS menghasilkan sejumlah besar hasil positif
palsu. Keterbatasan ini menyebabkan peningkatan biopsi dengan
"detection rate" hanya 10 % - 30 %. Banyak biopsi dilakukan di lesi jinak
yang menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien dan peningkatan
biaya. (Goddi, 2012)
Elastografi secara noninvasif dapat mengevaluasi kekakuan lesi.
Elastografi dapat menilai deformabilitas jaringan dengan memberikan
informasi mengenai elastisitas dan karakteristik jaringan. Hal ini
didasarkan pada dasar pemikiran bahwa ada perbedaan yang signifikan
dalam sifat mekanik dari jaringan yang dapat dideteksi dengan
menerapkan kekuatan mekanik eksternal. (Goddi, 2012; Su Hyun Lee et
al, 2013)
Saat ini, dua teknik yang tersedia untuk penggunaan klinis yaitu
strain elastografi dan shear wave elastografi. Evaluasi awal dari teknik ini
dalam uji klinis menunjukkan bahwa secara substansial dapat
meningkatkan kemungkinan membedakan lesi payudara jinak dan ganas
sehingga dapat mengurangi jumlah diagnosis biopsi tumor payudara jinak.
(Goddi, 2012)
4
Akurasi diagnostik strain elastografi ultrasound yang dilakukan oleh
Syed et al (2015) adalah 91%. Hal ini sebanding dengan studi
sebelumnya yang dilakukan secara internasional. Menurut sebuah studi
yang dilakukan oleh Hui Zhi et al. di Jepang, akurasi diagnostik ultrasound
strain elastografi adalah 88%. Juga sebuah studi yang dilakukan oleh Liu
et al, akurasi strain elastografi jauh lebih tinggi untuk BIRADS 4 serta lesi
payudara kecil. (Syed et al, 2015)
Sebagian besar kanker payudara dimulai di bagian jaringan
payudara yang terdiri dari kelenjar untuk produksi susu, yang disebut
lobulus, dan saluran yang menghubungkan lobulus ke puting. Selebihnya
payudara terdiri dari lemak, ikat, dan jaringan limfatik. (Alteri, 2015)
Pada satu penelitian disebutkan bahwa dalam kurun waktu 10
tahun pengamatan, sedikitnya 16% wanita datang dengan keluhan
benjolan di payudaranya. Dari jumlah ini, ternyata 8% adalah kanker
payudara, terutama pada usia di atas 40 tahun. Gejala subjektif yang
dikeluhkan bervariasi dari hanya benjolan yang nyeri/tidak nyeri sampai
keluarnya cairan dari puting susu. Pada usia muda, sebagian besar (80-
90%) benjolan di payudara adalah jinak dan biasanya disertai keluhan.
Justru bila tanpa keluhan, harus dicurigai kemungkinan kanker
payudara.(Miltenburg et al, 2008; Meisner et al, 2008)
Benjolan pada payudara sangat sering ditemukan dan dikirim ke
bagian radiologi untuk dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG)
payudara. Adanya benjolan pada payudara bisa karena infeksi, trauma,
5
fibroadenoma, papiloma intraduktal, penyakit fibrokistik atau keganasan
pada payudara. (Price et al, 2006)
Hasil pemeriksaan histopatologi sebagai gold standard, telah lama
dipakai dan telah diterima akurasinya untuk digunakan dalam klinis
termasuk tumor payudara. Menurut data histopatologi pada pasien kanker
payudara dengan pemeriksaan histopatologi sebagai gold standard
didapatkan sensitifitas 97,5 % dan spesifitas 100,0 % (Data histopatologi
badan registrasi kanker, 2002)
Berdasarkan uraian di atas serta pemeriksaan strain elastografi
tumor payudara yang belum pernah dilakukan di Indonesia khususnya di
Kota Makassar, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk
mengetahui nilai diagnostik strain elastografi ultrasound dalam
menentukan keganasan tumor payudara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
- Apakah strain elastografi USG payudara dapat digunakan
dalam menentukan keganasan tumor payudara ?
- Bagaimana akurasi strain elastografi USG payudara dalam
menilai tumor payudara jinak dan ganas ?
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui nilai diagnostik strain elastografi USG dalam
menentukan keganasan tumor payudara
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui distribusi tumor jinak dan ganas payudara
berdasarkan skor Tsukuba dan strain ratio
b) Membandingkan hasil penilaian tumor jinak dan ganas
payudara berdasarkan skor Tsukuba dan strain ratio dengan
hasil histopatologi
D. Hipotesis penelitian
Pemeriksaan strain elastografi USG payudara memiliki nilai
diagnostik yang tinggi dalam menentukan keganasan tumor payudara
E. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi ilmiah mengenai penggunaan strain
elastografi USG payudara dalam menilai keganasan tumor
payudara.
2. Jika terbukti akurasi elastografi, maka dapat membantu klinisi
dalam menentukan tindakan yang cepat dan tepat pada penderita
tumor payudara bila tidak ada ahli patologi di daerah sehingga
dapat mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas.
7
3. Mengurangi angka biopsi pada tumor payudara.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah yang
berguna bagi penelitian selanjutnya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TUMOR PAYUDARA
Definisi
Kanker adalah sekelompok penyakit yang menyebabkan sel-sel
dalam tubuh untuk berubah dan tumbuh di luar kendali. Sebagian besar
jenis sel kanker akhirnya membentuk benjolan atau massa yang disebut
tumor, dan diberi nama sesuai dengan bagian tubuh mana tumor tersebut
berasal. (Alteri, 2015)
Tumor payudara adalah istilah umum untuk setiap benjolan pada
payudara yang dapat bersifat jinak dan ganas. (Segen, 2006)
Tumor payudara ganas atau disebut juga kanker payudara adalah
keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan
penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. (DEPKES, 2010)
Epidemiologi
Menurut data GLOBOCAN (IARC) tahun 2012 diketahui bahwa
kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan persentase kasus
baru tertinggi, yaitu sebesar 43,3%, dan persentase kematian akibat
kanker payudara sebesar 12,9%. (KEMENKES RI, 2015). Hampir
seperempat (24%) dari semua kanker payudara didiagnosis di Wilayah
Asia Pasifik (sekitar 404.000 kasus dengan angka kejadian 30 per
9
100.000), dengan jumlah terbesar berada di China (46%), Jepang (14%)
dan Indonesia (12%). Di Asia tenggara, insidens tertinggi kanker payudara
berada di Singapura, dimana angka kejadiannya 65 per 100000
penduduk. (Bhatia, 2016).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi
kanker payudara di Indonesia mencapai 0,5 per 1000 perempuan.
(Kemenkes RI, 2015). Data Badan Pusat Statistik di Provinsi Sulawesi
Selatan pada tahun 2015 terdapat 3036 penderita kanker payudara. Untuk
Kota Makassar sendiri terdapat 170 kasus kanker payudara dan sekitar
317 kasus perempuan yang terdeteksi mememiliki tumor payudara.
Patogenesis
Keganasan berkembang akibat mekanisme replikasi dan fungsi sel
berubah secara menyeluruh dimulai dari mutasi genetik yang
menimbulkan perubahan fenotip/morfologi, kemudian muncul perubahan
kebiasaan sel dan perubahan kebiasaan klinik yang akhirnya memacu
timbulnya keganasan. (Azhar, 2000)
Tumor jinak tumbuh dan berkembang perlahan, biasanya
membentuk suatu tepi jaringan berserat terkompresi yang disebut kapsul
yang memisahkan tumor dari jaringan induk. Kapsul ini sebagian besar
terdiri dari matriks ekstraselular yang diendapkan oleh sel stroma seperti
fibroblas, yang diaktifkan oleh kerusakan akibat hipoksia akibat tekanan
tumor yang meluas. Enkapsulasi semacam ini tidak mencegah
10
pertumbuhan tumor, namun menciptakan rangkaian jaringan yang
membuat tumor menjadi diskrit, mudah teraba, mudah bergerak dan
mudah di bedah. (Robbins dan Cotran, 2015).
Tumor ganas memiliki batas yang kurang baik dan tidak jelas dari
jaringan normal di sekitarnya. Tumor ganas secara perlahan meluas dan
membentuk kapsul fibrosa yang menginvasi struktur normal yang
berdekatan. Massa pseudocapsul ini menunjukkan sel-sel yang mampu
menembus margin tumor dan menginvasi area sekitar, pola pertumbuhan
seperti crablike merupakan tanda khas dari kanker. (Robbins dan Cotran,
2015).
Sel epitel-stroma mengatur laju pertumbuhan tumor dan membantu
menentukan derajat invasi dan potensi metastasis. Kekakuan tumor
terutama di regulasi oleh interaksi antara sel tumor, sel stromal dan matrix
extracellular yang dianggap sebagai awal pembentukan
microenvironment. Penelitian menunjukan bahwa tingkat kekakuan tumor
dapat menyebabkan progresifitas tumor. (Hayashi et al, 2015; Insana et
al, 2004)
Faktor Risiko
Menurut Shah (2014), ada beberapa hal yang menjadi faktor resiko
terjadinya tumor payudara yaitu :
1. Usia
2. Riwayat tumor payudara
11
3. Riwayat keluarga
4. Genetik
5. Paparan hormon endogen dan faktor reproduksi
6. Paparan hormon eksogen
7. Gaya hidup
8. Radiasi
Anatomi Payudara
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu :
1. Jaringan glandular (kelenjar) : Kelenjar susu (lobus) dan salurannya
(duktus)
2. Jaringan stromal (penopang) : Jaringan lemak, jaringan ikat dan
aliran limfe. (Rosai, 2002).
Gambar 2.1. Anatomi payudara potongan sagital (Netter, 2011)
Menurut Seymor (2000) setiap payudara terdiri atas 15-20 lobus
yang tersusun radier dan berpusat pada papilla mamma. Dari tiap lobus
12
keluar duktus laktiferus, pada bagian terminal duktus laktiferus terdapat
sinus laktiferus yang kemudian menyatu terus ke puting susu dimana ASI
dikeluarkan. Saluran utama tiap lobus memiliki ampulla yang membesar
tepat sebelum ujungnya yang bermuara ke papilla. Tiap papilla dikelilingi
oleh daerah kulit yang berwarna lebih gelap yang disebut areola mamma.
(Seymor dan Schwatz, 2000).
Menurut Hoskins et, al (2005) Untuk mempermudah menyatakan
letak suatu kelainan, payudara dibagi menjadi lima regio, yaitu :
a. Kuadran atas bagian medial (kuadrant superomedial)
b. Kuadran atas bagian lateral (kuadran superolateral)
c. Kuadran bawah bagian medial (kuaran inferomedial)
d. Kuadran bawah bagian lateral (kuadran inferolateral)
e. Regio puting susu (nipple)
Gambar 2.2. Kuadran payudara (Dashner, 2011)
Vaskularisasi Payudara
1. Arteri
13
Payudara mendapat perdarahan dari :
Cabang-cabang perforantes arteri mammaria interna.
Rami pektoralis arteri thorako-akromialis
Arteri thorakalis lateralis (arteri mammaria eksternal)
Arteri thorako-dorsalis
2. Vena
Terdapat tiga grup vena :
Cabang-cabang perforantes vena mammaria interna
Cabang-cabang vena aksillaris
Vena-vena kecil bermuara pada vena interkostalis. (Hughes, 2000)
Gambar 2.3. Vaskularisasi payudara (Dashner, 2011)
Fisiologi Payudara
Fungsi utamanya adalah mensekresi susu untuk nutrisi bayi.
Fungsi ini langsung dan diperantarai oleh hormon-hormon yang sama
dengan yang mengatur fungsi sistem reproduksi. Oleh karena itu glandula
mammaria dianggap sebagai pelengkap sistem reproduksi. Glandula
14
mammaria mencapai potensi penuh pada perempuan saat menarche;
pada bayi, anak-anak, dan pada laki-laki, glandula ini bersifat rudimenter.
(Price, 2006)
Diagnosis
1. Riwayat dan pemeriksaan fisis
Sejarah klinis diarahkan untuk menilai risiko kanker dan
menentukan ada atau tidaknya gejala-gejala yang
mengindikasikan penyakit payudara. Ini harus mencakup usia
menarche, status menopause, kehamilan sebelumnya dan
penggunaan kontrasepsi oral atau terapi hormon post-menopause.
Riwayat pribadi kanker payudara dan usia saat diagnosis, serta
riwayat kanker lainnya yang diobati dengan radiasi. Sebagai
tambahan, sejarah keluarga dengan kanker payudara dan / atau
kanker ovarium pada relatif tingkat pertama harus ditentukan.
Riwayat tindakan / penyakit payudara harus dijelaskan, termasuk
biopsi payudara sebelumnya. Setelah estimasi resiko untuk kanker
payudara telah ditentukan (lihat diatas), pasien harus dievaluasi
untuk gejala-gejala seperti nyeri payudara, sekret puting,
kelemahan, nyeri tulang dan penurunan berat badan. Pemeriksaan
fisik harus mencakup inspeksi visual dengan pasien duduk tegak.
Sekret puting, asimetri dan massa yang jelas harus diperhatikan.
Permukaan kulit harus diperiksa untuk perubahan-perubahan
15
seperti; lesung, eritema, peau d' orange (terkait dengan keganasan
lokal atau kanker payudara inflamasi). Massa dievaluasi
berdasarkan ukuran, bentuk, lokasi, konsistensi dan mobilitas.
(Shah, 2014)
2. Imaging
a. Mammografi
Mammografi adalah pencitraan medis khusus yang
menggunakan dosis rendah sistem x-ray untuk melihat bagian
dalam payudara. Mammogram dapat membantu dalam deteksi
dini dan diagnosis penyakit payudara pada wanita. Mamografi
memainkan bagian penting dalam deteksi dini kanker payudara
karena dapat menunjukkan perubahan dalam payudara hingga
dua tahun sebelum pasien atau dokter dapat merasakannya..
Noah, 2017)
Sistem klasifikasi BIRADS membagi payudara menjadi 4 tipe
yaitu :
- Tipe A : hampir seluruh komposisi payudara adalah
lemak
- Tipe B : tampak area yang terdapat fibroglandular
- Tipe C : densitas payudara heterogen yang dapat
mengaburkan suatu massa
16
- Tipe D : densitas payudara sangat tinggi, sensitifitas
berkurang. (Noah, 2017)
b. Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) adalah alat yang sangat diperlukan
dalam pencitraan payudara dan melengkapi pemeriksaan baik
mammografi dan resonansi magnetik (MR). Kemajuan teknologi
(Hooley et al, 2013)
Pemeriksaan USG payudara merupakan modalitas
diagnostik pada wanita di bawah 35 th dengan densitas
payudara yang tinggi karena mempunyai jaringan parenkim
lebih banyak dibandingkan jaringan lemak dimana hal ini sulit
dengan mammografi. Tiga gambaran struktur yang perlu
diperhatikan adalah batas dan bentuk, internal echo dan
bayangan echo posterior. (Makes, 2005 )
Gambar 2.4. Massa solid hipoechoic, hasil pemeriksaan
histopatologi adalah karsinoma duktal invasif. (Hooley et al, 2013)
17
Gambar 2.5. Wanita 27 tahun dengan benjolan payudara.
Pemeriksaan USG menunjukkan massa superfisial bentuk oval dicurigai sebagai fibroadenoma. (Hooley et al, 2013)
Gambar 2.6. Kista simpel. (Venta Luz et al, 1994)
Tipe payudara berdasarkan USG terbagi 3 yaitu :
a. Homogenous – fat
b. Homogenous – fibroglandular
c. Heterogenous
c. MRI
Pemeriksaan ini digunakan sebagai alat tambahan untuk
skrining payudara dengan mamografi atau USG. Ini dapat
digunakan untuk skrining wanita yang berisiko tinggi untuk
kanker payudara, mengevaluasi perluasan kanker, atau lebih
18
mengevaluasi kelainan yang terlihat pada mamografi. MRI
payudara tidak menggunakan radiasi pengion, dan merupakan
metode terbaik untuk menentukan apakah implan payudara
silikon pecah. (Noah, 2017)
B. Strain Elastography
Salah satu keterampilan pemeriksaan fisik pertama yang dipelajari
setiap dokter adalah palpasi, yang didasarkan pada premis bahwa kanker
akan terasa lebih keras daripada jaringan di sekitarnya. (Garra, 2007)
Tujuan dari elastografi adalah untuk menilai kekakuan jaringan
yang didasarkan pada 3 tahap yaitu :
1. Eksitasi : transmisi tegangan pada jaringan (mekanis, getaran,
pergeseran)
2. Akuisisi : rekaman sinyal yang di induksi oleh deformasi jaringan
akibat tegangan
3. Analisis : regangan jaringan yang diinduksi oleh propagasi
tegangan
Dengan menggunakan elastografi, kekakuan maupun elastisitas
jaringan dapat diukur dan diubah menjadi gambar. Dasar fisika elastografi
ini bergantung pada kekakuan jaringan yang dihitung dengan modulus
Young (E atau elastisitas), yang ditentukan dengan menghitung rasio
antara kompresi (s atau tegangan) yang di lakukan pada jaringan dan
deformasi jaringan yang dihasilkan (e atau regangan). Prinsip ini
19
didasarkan pada respon mekanik dari medium setelah diberikan tekanan
geser dan longitudinal. Satuan Modulus Young (E) adalah kilopascal
(kPa). (Garra, 2007)
Modulus Young = tegangan (stress)
atau E = s
regangan (strain) e
Jika jumlah tegangan (stres) yang awalnya diterapkan pada jaringan
diketahui, elastisitasnya bisa ditentukan. Sebagian besar kanker terasa
kaku pada palpasi karena memiliki nilai regangan lebih rendah dan
modulus Young yang lebih tinggi. Meskipun palpasi secara inheren
subjektif, kekakuan dapat diukur dengan elastografi, dengan
menggunakan proses 3 langkah:
1. Menerapkan tegangan kecil ke jaringan (s)
2. Mengukur perpindahan jaringan (e)
3. Perkirakan kekakuan berdasarkan perpindahan jaringan (dengan
menghitung rasio regangan (strain ratio) atau modulus Young)
Dalam praktek klinis, penentuan tegangan awal yang diterapkan
pada jaringan (yaitu, langkah 1) menimbulkan tantangan yang signifikan
karena tegangan biasanya dibuat oleh tekanan transduser berulang, yang
bervariasi antar operator yang berbeda atau bahkan operator yang sama.
Tegangan awal juga tergantung pada sudut di mana gaya diterapkan.
(Garra, 2007)
20
Gambar 2.7. Teknik ultrasound elastografi (Rosa dkk, 2017)
Gambar 2.8. Strain elastography menilai pergeseran jaringan
dimana pergeseran jaringan lunak lebih besar dibanding jaringan yang keras. (Garra, 2007)
Elastografi ultrasound menggunakan elastografi regangan (strain
elastography) atau gelombang geser (shear wave elastography). Strain
elastography juga dikenal sebagai elastografi statik atau kompresi.
21
Dengan teknik ini, kompresi berulang yang lembut diterapkan pada
jaringan dengan probe ultrasound atau gerakan alami (detak jantung atau
pernapasan). Hal ini menyebabkan perpindahan jaringan (regangan),
yang dapat diukur dengan melacak pergerakan longitudinal jaringan
sebelum dan sesudah kompresi untuk mengidentifikasi gerakan jaringan.
Regangan lebih besar pada jaringan lunak dibandingkan dengan jaringan
keras, karena jaringan lunak akan mudah mengalami perubahan bentuk
bila mengalami tekanan eksternal. (Schaefer et al, 2011; Barr, 2015)
Strain elastography memberikan informasi kualitatif. Modulus
Young tidak dapat dihitung karena tegangan awal pada jaringan
bervariasi, tergantung pada tekanan transduser awal dan komposisi
jaringan di bawahnya. Namun, rasio regangan (strain ratio) dapat dihitung
dengan membandingkan regangan lesi dengan jaringan normal di
sekitarnya (seperti lemak). Jaringan lunak akan memiliki nilai regangan
yang lebih tinggi daripada jaringan kaku. (Garra, 2007)
Ultrasound elastografi memberikan informasi mengenai kekakuan
jaringan, disamping bentuk dan vaskular yang dapat dihasilkan oleh
ultrasound konvensional. Pada penyakit payudara, skor elastisitas hampir
menyamai diagnostic dengan metode konvensional. Walaupun, pada
praktik klinisnya, elastografi tidak digunakan sendiri namun sebagai
tambahan dalam pemeriksaan ultrasound konvensional. (Ako, 2007)
Peralatan praktis pertama dirilis pada tahun 2003, dan banyak
produsen menawarkan berbagai macam sistem komersial yang
22
didasarkan pada dua teknik elastografi yaitu: strain-elastography (SE) dan
shear-wave elastography (SWE). Jenis yang paling umum dari SE
memperlihatkan pergeseran jaringan saat dikompresi, sedangkan SWE
memperlihatkan gambar dari kecepatan shear-wave menggunakan
akustik radiasi eksitasi. (Lee et al, 2014)
Ultrasound elastografi digunakan untuk melakukan evaluasi massa
payudara dan karakterisasi, dan banyak studi yang melaporkan bahwa
ultrasound elastografi dapat meningkatkan spesifisitas ultrasound B-mode
konvensional dalam membedakan massa payudara jinak dan ganas. (Lee
et al, 2014)
Di antara metode elastografi, strain elastography adalah yang
paling umum digunakan. Beberapa tahun pertama, evaluasi hanya
dilakukan pada kekakuan jaringan superfisial, sekarang, elastografi
digunakan untuk menilai hampir semua jaringan dan organ, berkat metode
baru ini. Metode elastografi yang diterapkan bervariasi tergantung pada
efek jaringan serta klinis pasien. Regangan elastografi berdasarkan teknik
kompresi, menggunakan gelombang geser, yang bergerak menuju aspek
lateral jaringan setelah stimulasi dengan kekuatan radiasi akustik.
(Menzilcioglu, 2016 ; Elniel, 2014)
Gambar elastografi payudara diklasifikasikan menjadi 5 pola
pencitraan (skor elastisitas Tsukuba) yang dibandingkan dengan lesi yang
ditemukan di B-mode. (Lee et al, 2014)
23
Gambar 2.9. Skor Tsukuba. Skor 1 mengindikasikan elastisitas lesi pada
seluruh bagian lesi (seluruh lesi tampak berwarna hijau sama seperti jaringan normal disekitarnya). Skor 2 mengindikasikan elastisitas sebagian
besar lesi (lesi tampak berwarna hijau dan biru). Skor 3 mengindikasikan elastisitas lesi pada perifer dengan sparing pada bagian tengah lesi
(bagian tengah lesi berwarna biru dengan area perifer yang berwarna hijau). Skor 4 mengindikasikan tidak tampak elastisitas lei secara
keseluruhan (seluruh lesi berwarna biru) dan skor 5 mengindikasikan tidak
tampak elastisitas lesi secara keseluruhan dan area sekitar (lesi dan area sekitar berwarna biru). (Lee et al, 2014)
Menurut Ako (2007), cara melakukan ultrasound elastografi adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan region of interest (ROI)
ROI yang di rekomendasikan selain ukuran lesi, harus diperlebar
secara vertikal dari lapisan subkutan ke muskulus pectoralis mayor
(tidak termasuk iga) dan secara horisontal melingkupi seluruh lebar
layar. (Ako, 2007)
24
2. Teknik mengambil gambar elastografi
Teknik ini melingkupi dua bagian, yaitu :
a. Derajat kompresi
Ketika kompresi dilakukan dari posisi dimana gambar B-mode
terlihat jelas, maka dapat terjadi kompresi yang berlebihan
sehingga menimbulkan hasil yang false-negative karena
hubungan antara jaringan nonlinear dari elastisitas jaringan juga
berubah. Elastografi baik dilakukan dengan kompresi yang tepat
dimana memperlihatkan muskulus pectoralis didalam ROI yang
berwarna biru atau lapisan subkutan yang tampak berwarna
hijau dan merah. (Ako, 2007)
Gambar 2.10. (a) cara kompresi yang berlebihan; (b) cara
kompresi yang tepat (Ako, 2007)
25
Gambar 2.11. (a) gambar elastografi dengan kompresi yang tepat
(muskulus pectoralis mayor didalam ROI berwarna biru) yang mengindikasikan skor 5; (b) gambar elastografi dengan kompresi yang
berlebihan (muskulus pectoralis mayor berwarna merah) yang
mengindikasikan skor 2. (Ako, 2007)
b. Amplitudo dan kecepatan gerak probe
Amplitudo yang tepat ketika menggerakkan probe secara
vertikal adalah sekitar 1 dan 2 mm. Kecepatan yang sesuai
untuk pergerakan probe secara vertikal harus satu atau dua kali
perdetik. Jika probe digerakkan terlalu sering, dapat
menyebabkan diagnosis false-negative karena gambar yang
diperoleh menunjukkan distorsi yang besar. Jika amplitudo
terlalu besar, maka penilaian skor berbeda tergantung pada
gambar didalam ROI yang digunakan karena perbedaan yang
diamati ketika gambar bergerak. (Ako, 2007)
Hal-hal yang diperhatikan dalam menilai skor elastisitass :
1. Menilai skor secara horizontal
Elastisitas gambar berubah pada perubahan gerakan probe secara
vertical saat dikompresi. Oleh karena itu, skor lebih akurat pada
posisi horizontal. (Ako, 2007)
26
Gambar 2.12. Wanita 71 tahun dengan karsinoma duktal invasif.
Kasus ini memperlihatkan skor 3 pada posisi vertical namun pada
posisi horizontal skor menjadi 5. (Ako, 2007)
2. Pemeriksa kadang merasa ragu saat menilai menilai gambar
sebagai skor 2 atau skor 4 di mana area biru jelas dominan namun
tampak pula area hijau. Skor 2 didefinisikan sebagai gambar yang
muncul dengan warna hijau diperifer dimana warna hijau tersebut
mendominasi. Bahkan jika diameter massa agak besar (2 cm atau
lebih besar) atau area lesi yang lebih dalam adalah massa keras
sehingga menghasilkan gambar yang sebagian terisi dengan warna
hijau, gambaran seperti itu tidak harus dinilai sebagai skor 2. (Ako,
2007)
Gambar 2.13. Wanita 48 tahun dengan karsinoma duktal invasif.
27
Walaupun tampak beberapa area hijau, karena area biru lebih
besar maka skor elastisitas adalah 4. (Ako, 2007)
Gambar 2.14. Wanita 38 tahun dengan fibroadenoma mamma.
Skor elastisitas 1. (Ako, 2007)
Gambar 2.15. Wanita 44 tahun dengan karsinoma musinosum.
Skor elastografi 3. (Ako, 2007)
Gambar 2.16. Wanita 37 tahun dengan karsinoma ductal insitu.
Dengan elastografi, tampak area berwarna biru dan hijau, skor
elastisitas 2 namun tampak bagian kaku yang jelas sehingga biopsi perlu dilakukan. (Ako, 2007)
28
C. Histopatologi Tumor Payudara
Histopatologi adalah studi pada jaringan yang mengalami suatu
penyakit dengan fokus pada perubahan anatomi mikroskopi (Mifflin H,
2007). Pemeriksaan patologi merupakan standar emas untuk diagnosis
kanker termasuk mengetahui etiologi, patogenesis, korelasi
kninikopatologis dan penentuan prognostik. (Hilbertina, 2015)
Penyakit-penyakit pada payudara terbagi atas keadaan jinak dan
ganas (kanker payudara). Untuk yang jinak terbagi atas :
1. Penyakit infeksi
Infeksi-infeksi bakterial (mastitis) sering terjadi pada
pascapartum semasa awal laktasi jika organism berhasil masuk
dan mencapai jaringan payudara melalui fissura pada putting.
(Price, 2006).
Gambar 2.17. Mastitis. (Tse, 2013)
29
2. Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah tumor jinak dan sering ditemukan
pada wanita muda dimana frekuensi tertinggi pada wanita yang
berumur 20-25 tahun, setelah menopause jarang ditemukan. (Price,
2006)
Gambar 2.18. Fibroadenoma. (Tse, 2013)
3. Trauma
Cedera paling sering pada payudara adalah kontusio.
Cedera ini dapat sembuh secara spontan tetapi kadang-kadang
mengakibatkan nekrosis lemak, yaitu massa yang terasa keras dan
bentuknya tidak teratur dan kadang-kadang mengakibatkan retraksi
kulit. ( Price, 2006 )
4. Lipoma / oil cyst
Adalah massa bulat yang mengandung lemak dengan
kapsul tipis yang radiopak, biasanya ditemukan pada penderita
dengan riwayat operasi sebelumnya atau trauma payudara. ( Pane,
2007 )
30
5. Papiloma intraduktal
Papiloma sering sulit didiagnosis tapi sering menyebabkan
keluarnya cairan serosanguinosa atau darah dari puting susu.
(Price, 2006 )
Gambar 2.19. Papilloma intraduktal. (Tse, 2013)
6. Penyakit fibrokistik payudara
Gejala klinis bervariasi dari asimtomatik sampai mastalgia
yang berhubungan dengan siklus mestruasi. (Tse, 2013)
Gambar 2.20. Penyakit fibrokistik. (Tse, 2013)
31
Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus
membrane basal (noninvasif) dan yang sudah menembus membran basal
(invasif). Bentuk utama tumor ganas payudara dapat diklasifikasikan
sebagai berikut : (Tavasolli, 2003).
1. Noninvasif
a) Karsinoma duktal insitu (KDIS)
KDIS dapat menghasilkan suatu massa keras yang
terdiri atas struktur-struktur seperti tali dan massa nekrotik.
Kalsifikasi adalah gambaran yang biasanya dijumpai
(Tavasolli, 2003).
Gambar 2.21. High grade KDIS. (Tse, 2013)
b) Karsinoma Lobulus insitu
KLIS cenderung bersifat multifokal dan bilateral.
Sering dijumpai adanya ‘signet ring cell‘ yang mengandung
mucin. (Tavasolli, 2003).
32
Gambar 2.22. Karsinoma lobulus insitu.(Tse, 2013)
2. Invasif
a) Karsinoma duktal invasif
Merupakan jenis yang paling banyak ditemukan dan
mencapai 80% dari kanker payudara. (King, 2005).. Gurat
kapur putih kekuningan merupakan ciri khas karsinoma ini
dan dapat terjadi akibat deposit jaringan elastik (elastosis) di
sekitar duktus di daerah yang terkena. (Crum, 2007).
Gambar 2.23. Karsinoma duktal invasif. (Tse, 2013)
33
b) Karsinoma lobulus invasif
Karsinoma lobular invasif biasanya tampak seperti
karsinoma duktal insitu yaitu massa yang dapat teraba dan
densitas pada mammografi. (Travasolli, 2003)
Gambar 2.24. Karsinoma lobulus invasif. (Tse, 2013)
c) Karsinoma medularis
Terdiri dari sel-sel yang berdiferensiasi buruk yang
tersusun pada lembaran-lembaran besar, dengan tidak
dijumpai struktur kelenjar, dengan stroma yang sedikit dan
infiltrasi limphoplasmasitik yang menonjol. (Juan, 2004).
Gambar 2.25. Karsinoma medular. (Tse, 2013)
34
d) Karsinoma musinosum
Sel tumor tampak berkelompok dan memiliki pulau-
pulau sel yang kecil dalam sel musin yang besar yang
mendorong ke stroma terdekat. (Crum, 2007).
Gambar 2.26. Karsinoma musinosum. (Tse, 2013)
e) Karsinoma tubulus
Pada pemeriksaan mikroskopik gambaran struktur
tubulusnya sangat khas. Dengan kata lain semua adalah
‘well differentiated‘ dan angka 10 ysr (year survival rate)
mencapai 95 (Tavasolli, 2003).
Gambar 2.27. Karsinoma tubulus. (Tse, 2013)