Karakteristik Efusi Pleura pada Anak di RSUP Sanglah ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of Karakteristik Efusi Pleura pada Anak di RSUP Sanglah ...
1
Karakteristik Efusi Pleura
pada Anak di RSUP Sanglah
Denpasar
Oleh :
dr. Ni Made Dwiyathi Utami
Pembimbing :
dr. Putu Siadi Purniti, SpA(K)
dr. Ayu Setyorini Mestika Mayangsari,
MSc, SpA(K)
BAGIAN/SMF ILMU
KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
RSUP SANGLAH DENPASAR
JUNI 2015
Karakteristik Efusi Pleura pada Anak
di RSUP Sanglah Denpasar
Dwiyathi Utami, Siadi Purniti*, Ayu
Setyorini Mestika Mayangsari*
*Divisi Respirologi Bagian IKA
FKUNUD/RSUP Sanglah, Denpasar, Bali
Abstrak
Latar belakang. Efusi pleura merupakan
akumulasi cairan tidak normal di rongga
pleura diakibatkan oleh transudasi atau
eksudasi yang berlebihan dari permukaan
pleura dan merupakan komplikasi dari
infeksi pneumonia maupun penyakit
sistemik.
Tujuan. Penelitian ini untuk mengetahui
karakteristik dan etiologi dari efusi pleura.
Metode. Penelitian adalah deskriptif
observasional pada 14 pasien anak dengan
efusi pleura. Cairan efusi pleura dan serum
diperiksa. Data rekam medis pasien dicatat
sampai dengan akhir periode perawatan
dan diagnosis ditegakkan. Untuk
membedakan kriteria eksudat dan
2
transudat dipakai kriteria Light. Empiema
merupakan kumpulan cairan pada rongga
pleura dengan atau tanpa biakan organism
pada cairan efusi atau dijumpai pus secara
makroskopis.
Hasil. Terdapat 11 pasien efusi eksudat
dan 3 pasien efusi transudat. Karakteristik
dari efusi eksudat adalah unilateral,
dominan pada hemithorax kanan, bersifat
tidak masif, dan cairan dominan berwarna
kuning. Didapatkan 8 empiema dari 14
kasus efusi pleura dengan etiologi
terbanyak Streptococcus pneumoniae.
Hasil biakan bakteri didapatkan pula pada
efusi yang bersifat transudat. Efusi pleura
eksudat dengan biakan bakteri memiliki
nilai rasio protein dan protein pleura yang
lebih tinggi dibandingkan dengan
keganasan. Sedangkan rerata nilai glukosa
pleura lebih rendah dibandingkan dengan
keganasan.
Kesimpulan. Empiema didapatkan 8 dari
14 kasus efusi pleura dengan etiologi
terbanyak Streptococcus pneumoniae.
Hasil biakan bakteri didapatkan pula pada
efusi transudat
Kata kunci. Efusi pleura, transudat,
empiema
Characteristics of Pediatric’s Pleural
Efussion in Sanglah General Hospital
Denpasar
Dwiyathi Utami, Siadi Purniti*, Ayu
Setyorini Mestika Mayangsari*
*Department of Pediatric Respirology,
Medical School, Udayana University,
Denpasar, Bali
Abstract
Background. Pleural efussion is abnormal
accumulation of pleural fluid in pleural
cavity, which is caused by excessive
transudation or exudation from pleural
surface and as complication of pneumonia
or sistemic infection. T
Objective. The aim of this study was to
understand the characteristics and etiology
of pleural efussion in Sanglah general
hospital.
Methods. This study was an observational
descriptive in 14 children diognosed with
pleural efussion from clinically and
radiology finding. Pleural puncture was
done and simultaneously pleural fluid and
serum analysis was measured. Information
we take from medical records until
diagnosing was established. To
differentiate exudate and transudate we use
3
Light’s criteria. Empiema an exudate with
or without positive fluid culture for
bacterial, fungal, etc or with pus
appearance
Results. Of 11 patients with exudative
pleural efussion and 3 patients with
transudate pleural efussion. The
characteristics of exudate pleural efussion
is unilateral at left hemithorax, not
massive, and the colour is yellow.
Empiema was 8 from 14 cases of pleural
efussion and Streptococcus pneumoniae
was common etiology. Positive pleural
culture could be found in transudate
pleural efussion. Positif culture for exudate
has higher protein ratio and protein value
rather than malignancy. Mean glucose
value lower than malignancy.
Conclusions. Empiema was 8 from 14
cases of pleural efussion and
Streptococcus pneumoniae was common
etiology. Positive pleural culture for
bacteria could be found in transudate
pleural efussion.
Keywords : pleural efussion, transudate,
empyema.
Alamat Korespondensi :
Dr. Ni Made Dwiyathi Utami
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana, RSUP
Sanglah Denpasar.
Jl. Pulau Nias 80114. Telp/Fax (0361)
244038 atau (0361) 257387 atau 081-384-
425-148
Email : [email protected]
4
Kepada :
Yth. Dr. Ayu Setyorini Mestika
Mayangsari, MSc, SpA(K)
Di tempat
Dengan hormat,
Berikut saya sampaikan perbaikan
makalah I penelitian kecil yang berjudul
“Karakteristik Efusi Pleura pada Anak di
RSUP Sanglah Denpasar” yang rencana
untuk publikasi Sari Pediatri, saya mohon
dokter berkenan memberikan koreksi dan
bimbingan dokter. Atas perhatian dokter
saya ucapkan terima kasih.
Hormat
saya,
Dwiyathi
Utami
Efusi pleura merupakan akumulasi cairan
di rongga pleura akibat gangguan sekresi
dan absorpsi cairan pleura baik berupa
cairan bebas, lokal, maupun dalam
kapsul.1,2
Kondisi yang menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler paru,
penurunan tekanan onkotik, peningkatan
permeabilitas membran kapiler, dan
obstruksi aliran limfa merupakan
penyebab terjadinya efusi pleura.3
Maher dkk2 mendapatkan efusi
luas disebabkan oleh keganasan pada 67%
kasus, efusi parapneumonia 49%, dan
empiema 22% kasus, sedangkan di negara
berkembang seperti Indonesia, 50-70%
kasus efusi pleura diakibatkan oleh
penyakit infeksi seperti tuberkulosis (TB)
dan pneumonia.2
Sensitivitas dan spesifisitas kriteria
Light dalam membedakan cairan efusi
transudat atau eksudat masing-masing
98% dan 83%.2
pendekatan etiologi efusi
pada dewasa berbeda daripada anak.
Penyebab paling sering efusi pleura pada
anak adalah infeksi. Empiema pada anak
menimbulkan mortalitas karena efusi
pleura anak jarang disertai dengan
5
kelainan paru. Mengetahui gambaran
klinis efusi pleura dapat memberikan
gambaran etiologi efusi pleura, sehingga
dapat menjadi pertimbangan pemberian
terapi pada pasien anak.
METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan rancangan
deskriptif observasional, dengan
mengambil data sekunder dari rekam
medis pasien yang dirawat dengan efusi
pleura Januari 2012 sampai Mei 2015.
Gambaran klinis dari efusi pleura meliputi
analisis cairan pleura kadar protein, pH,
LDH, glukosa, empiema, hasil roentgen
dada, dan data klinis pasien. Transudat
terjadi karena perbedaan tekanan
hidrostatik dan onkotik menyebabkan
filtrasi melebihi absorbsi. Eksudat
dikonfirmasi dengan didapatkannya salah
satu dari perbandingan protein cairan
pleura dibandingkan dengan protein serum
lebih dari 0,5 atau konsentrasi cairan laktat
dehidrogenase (LDH) pleura lebih dari 200
Unit/Liter atau perbandingan LDH cairan
pleura dibandingkan serum lebih dari 0,6.4-
6 Penghitungan besar sampel
menggunakan simple random sampling
didapatkan jumlah sampel 7. Sebanyak 35
anak terdiagnosis efusi pleura, namun
hanya 14 anak memilki data rekam medis
yang lengkap. Data diolah menggunakan
SPSS 16.0 dan disajikan dalam bentuk
frekuensi, persentase dan nilai rerata
dengan nilai sebaran.
Diagram A. Pemilihan sampel penelitian
HASIL PENELITIAN
Selama periode penelitian didapatkan 35
kasus dengan efusi pleura. Dari jumlah
tersebut didapatkan 21 rekam medis yang
lengkap dan hanya 14 data yang
menyertakan analisis cairan pleura.
Terdapat 10 pasien berjenis kelamin laki-
laki dan sebagian besar berusia lebih dari 5
Pasien < 12 tahun yang dirawat
oleh karena efusi pleura (35 anak)
21 anak dengan rekam medis yang
lengkap
14 anak dengan disertai data
analisis cairan pleura
6
tahun. Sebanyak 6 pasien memiliki gizi
baik, 6 pasien gizi kurang dan 2 pasien gizi
lebih. Seluruh sampel memiliki jaminan
kesehatan. Keluhan sesak napas
didapatkan 9 dari 14 pasien, keluhan nyeri
dada pada 1 pasien, panas badan sebanyak
2 pasien. Infeksi bakteri merupakan
penyebab dari 11 pasien efusi dan
didapatkan leukemia akut pada 3 pasien.
Terdapat 2 dari pasien LLA tersebut yang
memiliki data analisis cairan pleura. Gagal
ginjal didapatkan 1 pasien dan tidak
didapatkan juga data mengenai analisis
cairan pleuranya. Sebagian besar pasien
mendapatkan terapi antibiotik dan
tindakan pemasangan water sealed
drainage (WSD). Informasi tersebut dapat
dilihat dari tabel 1 di bawah ini
7
Dari 14 pasien tersebut didapatkan kasus
empiema sebanyak 8 pasien dengan hasil
biakan efusi dapat dilihat pada tabel 2
dibawah. Bakteri yang didapatkan pada
efusi meliputi Staphylococcus aureus,
Staphylococcus warney, Streptococcus
pneumoniae dan Bacillus sp. Terdapat 2
kasus empiema pada transudat dengan
biakan bakteri Streptococcus pneumoniae
dan Pseudomonas aeruginosa. Hampir
seluruh pasien mendapatkan pengobatan
antibiotik sebelum perawatan. Pada akhir
periode perawatan didapatkan 4 pasien
meninggal. Data karakteristik klinis, hasil
rontgen dada, dan mikrobiologi dari 14
pasien tersebut dapat dilihat dari Tabel 1 di
samping.
Pada jenis cairan eksudat sebagian
besar memiliki karakteristik radiologis
tidak masif, dan unilateral.
Bakteremia terjadi pada beberapa
pasien yang mana terdapat biakan bakteri
pada efusi pleura. Biakan bakteri pada
darah dan cairan efusi menunjukkan
bakteri yang berbeda. Staphylococcus
warney yang didapatkan pada biakan darah
namun tidak ada pada cairan efusi.
Terdapat pasien dengan bakteremia
Staphylococcus aereus namun pada efusi
pleura didapatkan infeksi oleh gram
Tabel 1. Karakteristik klinis dan laboratoris
pasien efusi pleura (n=14)
Parameter Transudat
(n=3)
Eksudat
(n=11)
Jenis kelamin
Lelaki
2
8
Status gizi
Gizi baik
Gizi kurang
Gizi lebih
3
0
0
3
6
2
Usia
< 1 Tahun
1-5 Tahun
> 5 Tahun
1
1
1
2
4
5
Keluhan utama
Sesak napas
Nyeri dada
Demam
Lain-lain
2
0
1
0
7
1
1
2
Etiologi
Infeksi bakteri
Keganasan
2
1
9
2
Biakan efusi pleura
Ya
2
6
Biakan darah 2 sisi
Ya
Tidak
Tidak dapat
dievaluasi
2
1
0
2
5
4
Hemitoraks yang
terkena
Unilateral salah
satu sisi
Bilateral kedua
sisi
2
1
8
3
Penggunaan
antibiotik
Ya
2
9
8
negatif oleh Pseudomonas Aeruginosa.
Bakteremia oleh Streptococcus pneumonia
didapakan efusi pleura yang disebabkan
oleh Acinetobacter haemoliticus. Dua data
efusi pleura oleh Streptococcus pneumonia
dan Staphylococcus aereus tidak
mengalami bakteremia. Data tersebut
disampaikan dalam tabel 2 di atas.
Rerata nilai LDH pada empiema
lebih rendah 2465 U/L dibandingkan pada
keganasan steril 3008 U/L. Nilai median
rasio LDH lebih rendah yakni 0,5 pada
empiema dibandingkan 1,3 pada
keganasan. Nilai rerata protein pleura
yang lebih tinggi 52,7 g/L dan glukosa
yang lebih rendah 47,8 mg/dL pada
empiema. Hasil sitologi didapatkan
dominan sel monosit pada empiema.
Warna cairan empiema dapat berwarna
kuning, merah, oranye dan putih.
Leukositosis lebih banyak terjadi pada
keganasan, dan trombositosis dapat terjadi
pada empiema dan keganasan. Data dapat
dilihat dari tabel 3 di bawah ini.
PEMBAHASAN
Rerata usia pasien pada penelitian ini
berusia 58,9 bulan. Pada penelitian ini
didapatkan pasien empiema lebih banyak
pada usia yang lebih tua dan berjenis
kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan
penelitian Balfour dkk18
dimana kejadian
empiema lebih banyak pada anak lelaki.
dan kejadian meningkat pada musim
dingin.
Penelitian ini konsisten juga
dengan penelitian Byington et al25
, yang
menyampaikan kasus empiema lebih
banyak terjadi pada anak dengan usia lebih
dari 3 tahun.
Tabel 2. Gambaran kultur cairan efusi dan kultur
darah pada pasien empiema
Kultur cairan efusi Kultur darah 2 sisi
Transudasi
S. pneumonia
P. aeruginosa
Steril
S. warney
S. aereus
Steril
Eksudasi
Moraxella sp.
S. maltophilia
A. haemoliticus
S. pneumoniae
S. pneumoniae
S.aereus
Steril
Steril
Steril
Tidak tersedia
Tidak tersedia
Steril
Steril
S. pneumoniae
Steril
Steril
Steril
Tidak tersedia
Tidak tersedia
Bacillus sp.
Tidak tersedia
Tidak tersedia
9
Francois dkk25
, menyimpulkan terjadinya
empiema berkaitan dengan usia yang lebih
tua, lamanya hari rawat dan penggunaan
banyak antibiotik sebelum masuk rumah
sakit. Demikian halnya pada penelitian ini
didapatkan riwayat penggunaan antibiotik
sebelum perawatan pada hampir seluruh
pasien dan kejadian empiema yang cukup
besar.
Keluhan utama saat datang
didapatkan paling banyak dengan keluhan
sesak napas yakni 9 dari 14 pasien. Satu
anak mengeluh nyeri dada dan demam
dikeluhkan pada 2 anak. Pada pasien
dengan eksudasi lebih sering mengeluh
sesak napas dan mengeluh nyeri dada.
Keluhan nyeri dada meskipun jarang
dikeluhkan merupakan gambaran sugestif
untuk peradangan pleura.23
Sampel penelitian ini merupakan
pasien rujukan dari beberapa rumah sakit
kota Denpasar dengan rerata lama rawat
35 hari dan hampir seluruhnya
mendapatkan antibiotik sebelum dirujuk
ke RSUP Sanglah. Penelitian oleh Balfour
dkk18
yang mendapatkan peningkatan
insiden empiema dipengaruhi oleh
penggunaan antibiotik pada tingkat
Tabel 3. Perbandingan parameter dari cairan eksudat
Parameter Empiema (n=6) Keganasan (n=2)
Cairan pleura (rerata, SD) LDH (U/L) 2465 (+1150) 3008 (+208,8)
Protein (g/L) 52,7 (+23,7) 33,1
Glukosa (mg/dL) 47,8 (+55,5) 79,5 (+16,3)
Rasio protein 1(+0,4) 0,7
Cairan pleura (median,
simpangan baku)
Rasio LDH 0,5 (0,02-11) 1,3 (0,9-1,7)
pH 9 (7-9) -
Jumlah sel 1156 (299-2160) 1260 (79-2780)
Jenis sel efusi Monosit (jumlah)
Sel lain (jumlah)
4
2
3
0
Warna cairan pleura Kuning (jumlah)
Merah (jumlah)
Oranye (jumlah)
Putih (jumlah)
2
2
1
1
3
0
0
0
Darah tepi (rerata, SD) Leukosit (103/uL) 11,1 (+3,3) 13,44 (+3,8)
Hemoglobin (g/dL) 10,5 (+1,6) 11,43 (+1,05)
Trombosit (103/uL) 303,4 (+162,8) 300 (+242,7)
10
pelayanan primer dan terlambat merujuk
serta tidak mendapatkan vaksin
pneumokokus polivalen.18
Penggunaan
antibiotik yang lebih awal lebih sering
menyebabkan cairan pleura yang steril,
Metode polymerase chain reaction dapat
mendeteksi Streptococcus pneumoniae
pada kultur efusi yang negatif.
Pada penelitian ini didapatkan 81%
subjek dengan eksudasi. Penelitian yang
dilakukan dengan prevalensi TB yang
tinggi didapatkan efusi eksudasi yang lebih
tinggi dibandingkan transudasi.
Sebaliknya di negara dengan prevalensi
TB rendah, efusi eksudasi didapatkan lebih
rendah seperti Leers dkk29
mendapatkan
74% eksudasi. Transudasi dengan jumlah
minimal biasanya tidak dilakukan aspirasi
dan memberikan respons yang baik
terhadap terapi antibiotik.2
Pada negara berkembang seperti
Afrika, Timur Tengah dan Asia etiologi
empiema yang sering didapatkan
Staphylococcus aereus sekitar 20-77 %.
Infeksi ini lebih sering terjadi pada anak
yang lebih muda dan pada musim panas
karena infeksi kulit kejadiannya banyak.
Menurut Gonzales dkk25
dalam
pembahasan hasil penelitiannya infeksi
Staphylococcus aereus lebih banyak
terdapat pada usia yang lebih muda (< 3,5
tahun) dan empiema terjadi karena
komplikasi infeksi pada tulang dan sendi
melalui emboli vena dalam. Pada
penelitian ini didapatkan satu empiema
oleh karena Staphylococcus aereus namun
tidak terdapat fokus primer infeksi pada
tulang dan sendi, kemungkinan empiema
terjadi primer.25
Bakteri lain yang menyebabkan
empiema seperti golongan
Enterobacteriaceaae, Eschericia coli,
Klebsiella dan Pseudomonas . Bakteri
tersebut juga dilaporkan sebagai penyebab
empiema yang sering di negara
berkembang dan kejadiannya meningkat
pada kondisi anak dengan malnutrisi. Pada
penelitian ini juga didapatkan etiologi
bakteri Pseudomonas aeruginosa sebagai
11
penyebab empiema namun sampel tidak
mengalami malnutrisi18
.
Sebagian besar kasus empiema
tidak menunjukkan bakteremia.
Bakteremia dapat ditemukan pada 10-22%
kasus empiema. Pada penelitian ini dari 8
empiema hanya didapatkan 4 dengan
bakteremia.
Trombositosis sekunder terjadi
pada penelitian ini yang merupakan bagian
dari respon inflamasi terhadap infeksi.
Nilai rerata trombosit tidak terlalu berbeda
diantara empiema dan keganasan. Clark
dkk16
menyampaikan trombositosis
merupakan faktor prognosis yang buruk
pada anak dengan infeksi pneumonia
komunitas, meskipun tidak disarankan
terapi anti platelet pada kasus ini16
.
Pada penelitian ini didapatkan 2
empiema dengan biakan bakteri pada
transudasi dan 6 empiema dengan biakan
bakteri pada eksudasi. Perubahan nilai
biokimia cairan efusi terjadi oleh karena
aktivitas bakteri akan menyebabkan
akumulasi asam laktat. Disamping terjadi
gangguan difusi glukosa dan menyebabkan
pH < 7,3, kondisi peradangan pleura yang
parah oleh sekresi Interleukin-8, dan
Tumour Necrosis Factor-α meningkatkan
kadar protein pleura yang lebih tinggi > 30
gram/dL. Peningkatan derajat inflamasi
ditandai dengan peningkatan LDH dan
nilai glukosa yang lebih rendah.
Empiema yang didapatkan pada 2
efusi transudasi, sehingga penanda dari
aktivitas bakteri belum dapat
menyimpulkan ada atau tidaknya bakteri di
dalam cairan efusi. Hal ini dapat terjadi
ketika pembentukan awal cairan efusi
pleura pada stadium eksudasi terjadi
aspirasi mikroorganisme ke alveoli
subpleura. Peningkatan permeabilitas
kapiler yang terjadi menyebabkan kuman
dari intersititial dapat berpindah ke rongga
pleura, sehingga didapatkan biakan bakteri
cairan efusi namun hasil kimia pleura
normal (transudat).19,22,25
Pada penelitian ini tidak terdapat
perbedaan nilai pH, berbeda dengan hasil
penelitian Maskell dkk17
yang
12
mendapatkan nilai pH <7,3 signifikan
terdapat pada empiema. Sejalan dengan
Heffnr dkk17
menyampaikan bahwa nilai
pH superior untuk mendiagnosis
transudasi maupun eksudasi dibandingkan
LDH dan protein. Perhitungan pH saja
dinilai cukup untuk mengambil
kesimpulan bila dilakukan pengukuran
dengan cara yang benar. Pada pasien ini
didapatkan nilai LDH dan rasio LDH yang
lebih rendah pada empiema, hal ini
mungkin dikarenakan peningkatan LDH
pada keganasan terjadi hemolisis darah14
.
KESIMPULAN
Efusi pleura terbanyak bersifat eksudasi
dan disebabkan oleh infeksi bakteri.
Karakteristik efusi eksudasi adalah
unilateral pada sisi hemithoraks kanan dan
tidak bersifat luas. Empiema didapatkan
pula pada efusi transudasi.
Banyak informasi gambaran klinis,
laboratorium dan hasil rontgen dada yang
diperoleh bila penelitian dilakukan
prospektif dan akan lebih baik
menggambarkan kondisi anak dengan
efusi pleura. Penggunaan satu kriteria
tidak dapat menyimpulkan suatu etiologi,
karena diperlukan kriteria lain dan harus
saling mendukung.
Penelitian ini bermakna secara
klinis namun tidak signifikan secara
statistik. Hal ini dikarenakan banyak data
pendukung yang tidak tersedia pada rekam
medis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali J, Summer WR. Pulmonary
patophysiology: 2nd ed. Lange Medical
Books/McGraww-Hill, 1999; 212-18.
2. Maher MH, Farshi MR, Bilan N,
Binazar MJ, Dereshki AT, Abdinia B.
Evaluation and outcomes of pediatric
pleural efussions in over 10 years in
northwest. IJP 2014; 20: 41-6.
3. Rahman NM, Chapman SJ, Davies RJ.
Pleural effusion:a structured approach
to care. Br Med Bull 2005; 72: 31-47.
4. Porcel JM, Vives M. Etiology and
pleural fluid characteristics of large and
massive effusions. Chest 2003; 124:
978-83.
13
5. Roth BJ, O’meara TF, Cragun WH. The
serum efussion albumin gradient in the
evaluation of pleural efussions. Chest
1990; 5: 546-49.
6. Mcgrath E, Anderson PB. Diagnosis
of pleural efussions a systematic
approach. American Journal of Critical
Care 201; 20: 119-126.
7. Lght RW. Undiagnosed pleural efison.
Chest Med Clinics 2006; 26: 309-19.
8. Hassan T, Alawi M, Chotirmall SH, Mc
Elvaney NG. Pleural fluid analysis :
Standstill or a work in progress.
Hindawi 2012; 2012: 1-8.
9. Porcel JM, Vives M. Differentiating
tuberculous from malignant pleural
efussions : a scoring model. Med Sci
Monit 2003; 9: 227-32.
10. Maskell NA, Christopher WH, Davies
MD, Andrew J, Nunn, Emma LUK.
Controlled trial of intrapleural
streptokinase for pleural infecton. 2005;
3: 865-74.
11. Yu J, Salamon D, Marcon M, Marcon
M, Nahm MH. Pneumococcal serotypes
causing pneumonia with pleural
effusion in pediatic patient. JCM 2011;
49: 534-38.
12. Khairani R, Syahruddin E,
Partakusuma LG. Karakteristik Efusi
pleura di rumah sakit persahabatan. J
Respir Indo 2012; 32: 155-160.
13. Tan TQ, Mason EO, Wald ER, Barson
WJ, Schutze GE, Bradley JS. Clinical
characteristics of children with
complicated pneumonia caused by
streptococcus pneumonia. Pediatrics
2002; 110: 1-6.
14. Eastham KM, Freeman R, Kearns
AM, Eltringham G, Clark J, Leeming J,
Spencer DA. Clinical features,
aetiology and outcome of empiema in
children in the north east of england.
Thorax 2004; 59: 522-25.
15. Sonnapa S, Cohen G, Owens CM,
Doorn CV, Cairns J, Stanojevic S,
Elliot MJ, Jaffe A. Comparison of
urokinase and video assisted.
thoracoscopy surgery for treatment of
14
childhood empiema. Am J Respir Crit
Care Med 2006; 174: 221-27.
16. Pabary R, Lynn MB. Complicated
pneumonia in children. Breathe 2013;
9: 211-22.
17. Shen Y, Zhu H, Wan C, Chen L,
Wang T, Yang T, Wen D. Can
cholesterol be used to distinguish
pleural exudates from transudates?
Evidence from a bivariate meta
analysis. BMC Pulmonary Medicine
2014; 14: 2-9.
18. Zampoli M, Zar HJ. Empiema and
parapneumonic efussions in children:
an update. SAJH 2007; 1: 121-128.
19. Yu, H. Management of pleural
effusion, empiema, and lung abcess.
Semin Intervent Radiol 2011; 28: 75-
86.
20. Porcel JM. Pleural fluid biomarkers
beyond the light criteria. Clin Chest
2013; 34: 27-37.
21. Fischer GB, Andrade CF, Lima JB.
Pleural tuberculosis in children. Pediatr
Respir Rev 2011; 12: 27-30.
22. Avansino JR, Goldman B, Sawin RS,
Flum DR. Primary operative versus
nonoperative therapy for pediatric
empiema: meta anlysis. Pediatrics
2005; 115: 1652-8.
23. Byington CL, Spencer LY, Johnson
TA, Pavia AT, Allen D, Mason EO, et
al. An epidemiological investigation of
a sustained high rate of pediatric
parapneumonic empiema: risk factors
and microbiological associations. Clin
Infect Dis 2002; 34: 434-40.
24. Elemraid MA,Thomas MF, Blain AP,
Rushton SP, Spencer DA, Gennery AR.
Risk factors for development of pleural
empiema in children. Pediatric
Pulmonology 2015; 50: 721-6
25. Gonzales BE, Hulten KG, Dishop
MK, Lamberth LB, Hammerman WA,
Mason EO. Pulmonary manifestations
in children with invasive community
acquired staphylococcus aureus
infection. Clin Infect Dis 2005; 41:
583-590.