pengaruh karakteristik dewan komisaris dan - Universitas ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of pengaruh karakteristik dewan komisaris dan - Universitas ...
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN
KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA
SKRIPSI
RISMA SARI
NIM 105731117017
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2021
ii
JUDUL PENELITIAN:
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN
KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Oleh:
RISMA SARI
NIM 105731117017
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Akuntansi Pada Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2021
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila
engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (untuk urusan yang lain) dan hanya kepada tuhanmulah engkau
berharap (Q.S. Al-Insyirah: 6 – 8)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT atas Ridho-Nya serta karunianya sehingga
skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.
Alhamdulillah Rabbil’alamin,
Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta
orang-orang yang saya sayang dan almamaterku
PESAN DAN KESAN
Tidak ada keberhasilan yang mudah, tapi juga tidak ada kerja keras
yang sia-sia. Hasil selalu mengikuti usaha, bukti selalu menepati janji pada
keyakinan diri. Ayo kita buktikan sekali lagi di dunia nyata setelah ini.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT
atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya.
Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada
ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Dewan
Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Perusahaan
Manufaktur Sektor Barang Komsumsi Periode 2018-2019).”
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada
kedua orang tua penulis bapak Sufriadi dan ibu Intan yang senantiasa memberi
harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan
saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan
semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala
pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan
penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada
penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang
setinggi-tingginya dan terimakasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:
viii
1. Bapak Prof. Dr. Ambo Asse M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak DR. H. Andi Jam’an, SE., M. Si., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Mira, SE., M. Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Muchriana Muchram, SE., M. Si. Ak. CA., selaku Pembimbing I yang
senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis,
sehingga skripsi dapat diselesaikan.
5. Ibu Sitti Zulaeha, S.Pd, M. Si., selaku Pembimbing II yang telah berkenan
membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya
kepada penulis selama mengikuti kuliah.
7. Para staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi
angkatan 2017 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan
dorongan dalam aktivitas studi penulis.
9. Terima kasih untuk sahabat terbaik aku mbak yuli yang selalu mensupport
selama ini, kakak yupi yang senantiasa menyemangati, dan rina yang ku kenal
semenjak semester satu dan sudah seperti kakak bagiku, terimakasih.
10. Teruntuk semua sahabat-sahabat aku karismatik, tak terasa sejak pertemuan
pertama sampai saat sekarang kurang lebih 4 tahun kita saling mengsupport
satu sama lain sampai pada ditahap ini, terimakasih untuk semua waktunya.
ix
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para
pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya
demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Billahi fisabilil Haq fastabiqul khairat, Wassalamualaikum Wr.Wb
Makassar, 25 September 2021
Penulis,
Risma Sari
x
ABSTRAK
Risma Sari, 2021. Pengaruh Karakteristik Dewan komisaris dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba ( Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Komsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2018-2019). Skripsi, Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Ibu Muchriana Muchram dan Ibu Sitti Zulaeha.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik dewan komisaris dan komite audit terhadap manajemen laba. Dalam penelitian ini menggunakan agency theory untuk memahami corporate governance dan manajemen laba. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor barang komsumsi yang terdaftar di Bursa Efek periode 2018-2019. Penentuan sampel penelitian berdasarkan metode purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 44 sampel. Data penelitian merupakan data sekunder yang diakses melalui www.idx.co.id. Analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi ulasi, analisis regresi berganda dan uji hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dan komite audit menunjukkan hasil pengaruh yang positif signifikan terhadap manajemen laba.
Kata kunci: manajemen laba, dewan komisaris dan komite audit
xi
ABSTRACT
Risma Sari, 2021. The Influence of the Characteristics of the Board of Commissioners and the Audit Committee on Earnings Management (Empirical Study on Manufacturing Companies in the Consumer Goods Sector Listed on the Indonesia Stock Exchange for the Period 2018-2019). Thesis, Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Supervised by Mrs. Muchriana Muchram and Mrs. Sitti Zulaeha.
This research is a type of quantitative research with the aim of knowing the effect of the characteristics of the board of commissioners and audit committee on earnings management. This study uses agency theory to understand corporate governance and earnings management. The population in
this study are manufacturing companies in the consumer goods sector listed on the Stock Exchange for the 2018-2019 period. Determination of research samples based on purposive sampling method with a total sample of 44 samples. Research data is secondary data which is accessed through www.idx.co.id. Analysis of the data using descriptive statistics, hypothesis testing, multiple regression analysis and hypothesis testing.
The results showed that the characteristics of the board of commissioners had no effect on earnings management and the audit committee showed a
significant positive effect on earnings management.
Keywords: earnings management, board of commissioners and audit committee
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v
SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... x
ABSTRACT ......................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 9
A. Tinjauan Teori ......................................................................................... 9
B. Tinjauan Empiris ..................................................................................... 18
C. Kerangka Konsep .................................................................................... 23
D. Hipotesis .................................................................................................. 25
xiii
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 28
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 28
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 28
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran...................................... 28
D. Populasi dan Sampel .............................................................................. 33
E. Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 36
F. Teknik Analisis ........................................................................................ 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 41
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................ 41
B. Analisis Hasil Penelitian .......................................................................... 46
C. Pembahasan ........................................................................................... 54
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 57
A. Kesimpulan .............................................................................................. 57
B. Saran ....................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 59
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 18
3. 1 Kriteria Perusahaan ..................................................................................... 35
4.1 Analisis Statistik Deskriptif ............................................................................ 46
4.2 Uji Multikolonieritas ....................................................................................... 48
4.3 Uji Autokorelasi ............................................................................................. 49
4.4 Uji Heteroskedastisitas ................................................................................. 50
4.5 Analisis Regresi Berganda ........................................................................... 51
4.6 Koefisien Determinan ................................................................................... 52
4.7 Uji Statistik T ................................................................................................ 53
xv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 24
4.1 Grafik Histogram ........................................................................................... 47
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gejolak perkembangan ekonomi yang selalu mengalami perubahan
telah mempengaruhi kegiatan dan kinerja perusahaan, baik perusahaan kecil
maupun perusahaan besar selama pandemic covid 19, oleh karena itu
perusahaan harus memanfaatkan sumber daya dengan sebaik mungkin
sehingga dapat berguna untuk mempertahankan bahkan meningkatkan
kinerja perusahaan, salah satu faktor yang mencerminkan kinerja
perusahaan adalah laporan keuangan yang harus dibuat oleh pihak
manajemen secara teratur.
Laporan keuangan merupakan catatan atas aktivitas keuangan
perusahaan selama satu periode (Riswan dan Yolanda, 2014 ). Laporan
keuangan dapat dikatakan sebagai wujud pertanggung jawaban oleh pihak
manajemen kepada semua pengguna sumber daya perusahaan yang
tersedia terhadap pemilik (pemegang saham). Laporan keuangan sebagai
sumber informasi yang diharapkan dapat memberikan bantuan untuk
mengambil keputusan ekonomi bersifat finansial bagi pihak yang
berkepentingan terutama bagi pemegang saham dan para investor.
Informasi keuangan itu melibatkan posisi keuangan perubahan posisi
keuangan dan kinerja dalam perusahaan yang sangat berguna untuk
pengambilan keputusan ekonomi (PSAK,2015). Informasi penting untuk
mengukur efektivitas manajemen dalam laporan keuangan yaitu laba. Laba
adalah keuntungan bersih yang didapatkan oleh perusahaan dalam kegiatan
2
ekonomi yang dilakukan. Menurut Statement of Financial Accounting Concept
(SFAC) No. 1, informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir
kinerja atau pertanggung jawaban manajemen. Adanya kecenderungan lebih
memperhatikan laba ini di sadari oleh manajemen, khususnya manajer yang
kinerjanya diukur berdasarkan informasi laba tersebut, sehingga mendorong
timbulnya perilaku menyimpang yang salah satu bentuknya adalah
manajemen laba.
Manajemen laba merupakan cara menaikkan pendapatan yang
hendak diinginkan atau ditargetkan oleh manajer dengan cara sengaja dalam
batas-batas prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam pelaporan
keuangan (Amalia dan Didik, 2017). Tindakan manajemen laba
menyebabkan kredibilitas laporan keuangan menjadi berkurang karena nilai
yang dilaporkan bukan pada kondisi yang sebenarnya. Manajemen laba
terjadi akibat adanya masalah keagenan yang disebabkan oleh konflik
kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Konflik kepentingan
disini tercipta karena adanya kondisi dimana manajer mempunyai kewajiban
untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham selaku
principal, namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk
memaksimumkan kesejahteraannya. Adanya perbedaan kepentingan dari
kedua belah pihak inilah yang menyebabkan adanya masalah keagenan.
Masalahnya diperburuk karena investor dan pemangku kepentingan lainnya
tidak mampu untuk mengambil keputusan yang optimal mengenai
perusahaan .
Salah satu cara perusahaan dalam meningkatkan kualitas laporan
keuangan dan mengurangi perilaku manajemen laba yaitu perusahaan
3
memerlukan penerapan tata pengelolaan perusahaan yang baik atau biasa
disebut dengan Good Coorporate Governance (GCG). Teori keagenan
merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance
dan manajemen laba (Andanasari dan Ayu, 2017).
Good Coorporate Governance (GCG) merupakan mekanisme yang
dikembangkan dan diterapkan di perusahaan dalam rangka meningkatkan
kualitas kinerja perusahaan sehingga dapat memenuhi kepercayaan
masyarakat terhadap perusahaan tersebut. Keputusan Ketua BAPEPAM dan
LK Nomor: Kep-643/BL/2012 Menyatakan bahwa komite audit adalah komite
yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam
membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Adanya komite
audit diharapkan kegiatan dalam penyusunan laporan keuangan bisa lebih
terkendali. Untuk bisa menjalani tugasnya, maka komite audit harus memiliki
keahlian dalam bidang keuangan, akuntansi, dan pengawasan (Dwiharyadi,
2017).
Dewan komisaris merupakan unsur penting dalam good corporate
governance. Dewan komisaris mempunyai peran kontrol pada otoritas
manajemen untuk memenuhi kepentingan pemegang saham. Dewan
komisaris berfungsi sebagai organ perusahaan yang bertanggung jawab
untuk mengawasi dan memberi nasihat kepada direksi sehubungan dengan
peraturan perusahaan untuk menjalankan tata kelola perusahaan yang baik
(Sari, 2017). Kecurangan yang dilakukan para manajer dalam laporan
keuangan dipengaruhi oleh dewan komisaris yang secara lazim memiliki
peran control yang lebih baik terhadap manajemen, artinya semakin
professional dan berpengalaman dewan komisaris membuat semakin
4
menurunkan peluang kecurangan dalam laporan keuangan (Prastiti dan
Meiranto, 2013).
Peran komite audit seringkali dihubungkan dengan kualitas pelaporan
keuangan karena dapat membantu dewan komisaris dalam mengawasi
proses pelaporan keuangan. Komite audit adalah suatu badan atau komite
yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris untuk
membantu menjalankan tugas dan fungsi dewan komisaris. Keberadaan
komite audit dalam perusahaan dipandang memberikan manfaat bagi
perusahaan sebab komite audit mempunyai peranan pengawasan untuk
mewujudkan gambaran dari teori keagenan dimana perusahaan
membutuhkan suatu mekanisme control dalam tindakan oportunistik manajer
(Dwiharyadi,2017). Komite audit berkontribusi dalam pekerjaan dewan
komisaris dalam pelaksanaan laporan keuangan yang disuguhkan dengan
wajar sesuai dalam prinsip akuntansi berlaku umum (Komite Nasional
Kebijakan Governance, 2006). Dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) Nomor 55/POJK.04/2015 adalah komite audit setidaknya beranggota
tiga (3) orang dan harus memiliki setidaknya 1 (satu) orang anggota dengan
dasar pendidikan dan keahlian dibidang akuntansi dan keuangan (Otoritas
Jasa Keuangan, 2015).
Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) menegaskan keberadaan komite
audit diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengawasan internal
perusahaan, serta mampu mengoptimalkan mekanisme checks dan
balances, yang pada akhirnya ditujukan untuk memberikan perlindungan
yang optimum kepada para pemegang saham dan stakeholder lainnya.
Peran pengawasan pada komite audit independen sebelumnya telah
5
diidentifikasi sebagai mekanisme pemantau yang efektif, yang membantu
dewan komisaris dalam melaksanakan pengendalian dan pengawasan.
Tindakan manajemen laba telah memunculkan beberapa kasus
skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui masyarakat. Salah
satunya adalah kasus dari PT Inovisi Infracom Tbk. Pada tahun 2015 Bursa
Efek Indonesia menemukan 8 item salah saji yang dilakukan oleh
perusahaan pada laporan keuangan INVS periode September 2014, hal ini
menyebabkan perdagangan saham INVS disuspensi oleh Bursa Efek
Indonesia dan kemudian resmi delisting dari Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2017 (Suhendra, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi jaya, Ekawati dan Aniek (2020)
mengatakan bahwa dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba, Felicia dan Imam Ghozali (2017) mengatakan bahwa
mekanisme GCG berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sesuai
juga dengan peneliti yang dilakukan oleh Nolita (2017) dan Yunel Fatmawati
(2018), berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Cindy dan Paulina
(2019) mengatakan bahwa dewan komisaris dan komite audit tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ulfa, Nur dan M. Cholid (2020).
Berdasarkan contoh kasus di atas mengenai praktik manajemen laba
dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang beragam, maka penulis ingin
melakukan penelitian untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh
karakteristik dewan komisaris dan komite audit terhadap manajemen laba.
Perusahaan manufaktur sektor barang komsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia sebagai objek penelitian dikarenakan perusahaan manufaktur
6
merupakan perusahaan yang berskala besar jika dibandingkan dengan
perusahaan lain sehingga dapat melakukan perbandingan antara perusahaan
satu dengan perusahaan yang lain, sektor industri merupakan salah satu
sektor yang sangat penting untuk mengetahui perkembangan ekonomi suatu
negara dan sektor barang komsumsi merupakan perusahaan yang selalu
dibutuhkan oleh masyarakat karena merupakan perusahaan yang
memproduksi kebutuhan masyarakat yang tidak ada habisnya sehingga
perusahaan harus selalu senantiasa memperhatikan keuangan perusahaan.
Penelitian ini sendiri diberi judul “ Pengaruh Karakteristik Dewan
Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba ( Studi Empiris
pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Komsumsi yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2018-2019)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah karakteristik dewan komisaris berpengaruh negatif signifikan
terhadap manajemen laba?
2. Apakah komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen
laba?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diidentifikasi maka, tujuan
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik dewan komisaris terhadap
manajemen laba.
2. Untuk mengetahui pengaruh komite audit terhadap manajemen laba.
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat yang dapat diperoleh secara teoritis dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh penulis
sebagai sarana untuk melatih berpikir secara ilmiah dengan
berdasarkan pada disiplin ilmu yang diperoleh dibangku kuliah
khususnya pada lingkup akuntansi keuangan dan auditing pada data
yang diperoleh pada objek yang diteliti.
b. Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi penambah referensi
dan pedoman bagi institusi di perpustakaan universitas
muhammadiyah Makassar serta menambah informasi dan
pengetahuan serta menambah minat baca mahasiswa fakultas
ekonomi dan bisnis terkhusus mahasiswa program studi akuntansi.
c. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan
tambahan ilmu serta perbandingan pada bidang yang sama dimasa
yang mendatang terkhusus mengenai pengaruh karakteristik dewan
komisaris dan komite audit terhadap manajemen laba.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat yang dapat diperoleh secara praktis dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Bagi Perusahaan
8
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat
membantu perusahaan dalam meninjau kinerja manajer terutama
pada pelaporan sehingga tidak terjadi praktik manajemen laba yang
bisa berdampak buruk bagi pengambilan keputusan untuk
perusahaan dimasa mendatang.
b. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para investor
sebagai bahan masukan, pertimbangan dan menetapkan keputusan
berinvestasi pada suatu perusahaan dimasa mendatang.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Teori Keagenan
Teori keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk
memahami corporate governance dan manajemen laba (Andanasari dan
Ayu, 2017). Teori ini dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976).
Yang menyatakan bahwa hubungan keagenan yang muncul saat satu
orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk
memberikan suatu jasa yang mendelegasikan suatu pengambilan
keputusan kepada agen tersebut. Teori keagenan ini menganggap
bahwa setiap individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Teori
keagenan berasumsi bahwa setiap pihak akan lebih mengutamakan
kepentingan pribadinya sehingga akan menimbulkan konflik kepentingan
antara agent dan principal. Hubungan keagenan yang terjadi antara
pemilik dan pengelola seharusnya dapat menghasilkan hubungan yang
saling menguntungkan diantara semua pihak, tetapi hal itu baru bisa
terjadi jika setiap pihak menjalankan hak dan kewajiban masing-masing
secara bertanggungjawab (Andanasari dan Ayu, 2017).
Perbedaan tujuan antara agent dan principal merupakan salah
satu penyebab konflik kepentingan yang akhirnya mendorong terjadinya
asimetri informasi antara kedua belah pihak. Asimetri informasi ini
maksudnya adalah ketika pihak manajer memiliki informasi yang lebih
banyak dibandingkan dengan informasi yang diperoleh oleh investor
kepada manajer perusahaan untuk memanipulasi angka-angka dalam
10
laporan keuangan dan manajemen laba dapat dibatasi dengan
diterapkannya corporate governance yang baik. Corporate governance
berkaitan dengan bagaimana cara para investor dapat menyakini bahwa
pihak manajemen memberikan keuntungan bagi mereka, sehingga
corporate governance diharapkan dapat membantu mengurangi
2. Good Corporate Governance
Menurut The Indonesia Institute For Corporate Governance (IICG,
2012). Corporate Governance merupakan serangkaian mekanisme yang
mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional
perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan
(stakeholders). Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)
mendefinisikan bahwa Corporate Governance adalah seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus
(pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan
hak dan kewajiban mereka masing – masing, dengan kata lain adalah
suatu sistem yang mengendalikan perusahaan.
Corporate Governance adalah konsep yang berdasarkan pada
teori keagenan, Pada penelitian Agustina (2013) menunjukkan bahwa
corporate governance berpengaruh signifikan terhanap manajemen laba
dimana semakin tinggi tingkat penerapan mekanisme corporate
governance maka akan semakin meminimalkan manajemen laba karena
pihak manajemen akan bertindak demi kepentingan pemegang saham.
11
Good corporate memiliki arti penting dalam menjalankan
oraganisasi bisnis. Dalam menjalankan bisnis tersebut, Good corporate
mempunyai lima macam tujuan utama. Kelima tujuan tersebut antara lain:
1. Melindungi hak dan kewajiban pemegang saham.
2. Melindungi hak dan kewajiban para anggota stakeholders non
pemegang saham.
3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.
4. Meningkatkan efesiensi dan efektifitas kerja dewan komisaris dan
manajemen perusahaan.
5. Meningkatkan kualitas hubungan dewan komisaris dengan
manajemen perusahaan.
Menurut OECD (Organization for Economic Cooperation and
Development), asas-asas good corporate governance yaitu:
1. Transparancy. Adalah sebuah keterbukaan informasi, yaitu dalam
proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
2. Accountability, adalah sebuah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan
perusahaan terlaksana secara efektif.
3. Responsibility, adalah sebuah kesesuaian atau kepatuhan dalam
pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta
peraturan perundangan yang berlaku.
4. Independency, adalah suatu keadaan dimana perusahaan dikelola
secara professional tanpa benturan kepentingan maupun yang tidak
12
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Fairness, adalah sebuah perlakuan adil dan setara didalam
memenuhi hak-hak pemegang saham (stakeholder) yang timbul
berdasarkan perjanjian serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Menurut studi empiris yang pernah dilakukan, efektif tidaknya
corporate governance ditentukan oleh bagaimana pelaksanaan
mekanismenya. Sebaik apapun struktur corporate governance yang
dibuat oleh perusahaan jika tidak dijalankan sebagaimana mestinya maka
tujuan akhir untuk melindungi kepentingan pemegang saham dan
stakeholders tidak akan tercapai. Namun dengan pelaksanaan
mekanisme corporate governance yang baik diharapkan dapat
meminimalisir tindakan manajemen laba oleh manajer, sehingga kinerja
yang dilaporkan dapat menggambarkan keadaan ekonomi yang
sebenarnya dari perusahaan.
3. Dewan Komisaris
Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Dewan komisaris adalah organ
perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau
khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada
direksi. Dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang
ditugaskan menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi
manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan
terlaksananya akuntabilitas (Herawati, 2006).
13
Pada intinya, dewan komisaris merupakan suatu mekanisme
mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada
pengelola perusahaan. Lebih lanjut tugas – tugas utama dewan komisaris
dalam FCGI meliputi :
a. Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis – garis besar
rencana kerja, kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan dan
rencana usaha, menetapkan sasaran kerja, mengawasi pelaksanaan
dan kinerja perusahaan, serta memonitor penggunaan modal
perusahaan, investasi dan penjualan asset.
b. Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan
penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses
pencalonan anggota dewan direksi yang transparan dan adil.
c. Memonitor dan mengawasi masalah benturan kepentingan pada
tingkat manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan
komisaris, termasuk penyalahgunaan asset perusahaan dan
manipulasi transaksi perusahaan.
d. Memonitor pelaksanaan governance, dan mengadakan perubahan
dimana perlu.
e. Memantau proses keterbukaan dan efektivitas komunikasi dalam
perusahaan.
4. Komite Audit
Menurut komite nasional kebijakan corporate governance
mengenai komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu
atau lebih anggota dewan komisaris dan dapat meminta kalangan luar
dengan berbagai keahlian, pengalaman dan kualitas lain yang dibutuhkan
14
untuk mencapai tujuan komite audit. Komite audit merupakan pihak yang
menjembatangi antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga
sekaligus menjembatangi antara fungsi pengawasan dewan komisaris
dengan internal auditor.
Komite audit merupakan salah satu unsur kelembagaan dalam
konsep Good Corporate Governance yang diharapkan mampu
memberikan kontribusi tinggi dalam level penerapannya, keberadaannya
diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengawasan internal
perusahaan, serta mampu mengoptimalkan mekanisme checks dan
balances, yang pada akhirnya ditujukan untuk memberikan perlindungan
yang optimum kepada para pemegang saham dan stakeholder lainnya
(IKAI, 2010).
Komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk
memonitor proses pelaporan keuangan oleh manajemen untuk
meningkatkan kredibilitas laporan keuangan. Tugas komite audit meliputi
menelaah kebijakan akuntansi yang ditetapkan oleh perusahaan, menilai
pengendalian internal, menelaah sistem pelaporan eksternal dan
kepatuhan terhadap peraturan.
Tugas dan tanggungjawab komite audit juga dipertegas melalui
Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-41/PM/2003 yang
menyebutkan bahwa komite audit bertugas untuk memberikan pendapat
kepada dewan komisaris terhadap laporan keuangan atau hal – hal yang
disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris, mengidentifikasi hal –
hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris, dan melaksanakan
tugas – tugas lain yang berkaitan dengan tugas dewan komisaris.
15
5. Manajemen Laba
Manajemen laba di artikan sebagai intervensi yang dilakukan
manajer perusahaaan dalam penyajian laporan keuangan, hal tersebut
dilakukan agar dapat mengecoh investor yang hendak mendapati kondisi
maupun kualitas kinerja yang dilakukan manajemen. Manajemen
perusahaan menggunakan manajemen laba sebagai alat dalam hal
meremajakan laporan keuangan dengan memanipulasi laporan keuangan
yang ada tanpa memberikan dampak yang berarti terhadap arus kas
perusahaan (Arifin dan Destriana, 2016).
Menurut Subramanyam (2014) manajemen laba ialah campur
tangan yang dilakukan dengan sengaja oleh pihak manajemen
perusahaan dalam menentukan penghasilan, yang biasanya dilakukan
untuk memuaskan tujuan yang bersifat untuk mengambil keuntungan
pribadi. Manajemen laba tidak semata-mata tentang usaha manajemen
dalam mempercantik angka-angka dalam laporan keuangan namun juga
usaha untuk memaksimalkan kesejahteraan manajer, tindakan yang
dilakukan manajer ini membuat kekayaan perusahaan tidak dialokasikan
dengan tepat. Dapat disimpulkan bahwa manajemen laba merupakan
cara yang digunakan manajer untuk mempengaruhi angka laba secara
sistematis dan sengaja dengan cara pemilihan kebijakan akuntansi dan
prosedur akuntansi tertentu dengan tujuan untuk menguntungkan
berbagai pihak.
Ada berbagai motivasi yang mendorong dilakukannya manajemen
laba. Menurut teori akuntansi positif, manajemen laba dilakukan dengan
beberapa motivasi antara lain untuk memaksimalkan bonus, untuk
16
memenuhi persyaratan tertentu dalam kontrak hutang dan untuk
mempengaruhi kinerja saham dan penghindaran pajak. Menurut Scott
(1997) Terdapat empat pola manajemen laba yaitu:
a. Taking a bath, manajer mengakui biaya-biaya dan kerugian periode
yang akan dating pada periode berjalan ketika pada periode berjalan
terjadi keadaan buruk yang tidak menguntungkan.
b. Income minimization, manajer mengakui secara lebih cepat biaya-
biaya, seperti biaya pemasaran, riset dan pengengembangan, ketika
perusahaan memperoleh profit yang
c. cukup besar dengan tujuan untuk mengurangi perhatian politis.
d. Income maximization, merupakan upaya manajemen untuk
memaksimalkan laba yang dilaporkan.
e. Income smoothing, merupakan praktik manajemen laba yang
dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan laba, dengan tujuan
untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan, sehingga
perusahaan tampak lebih stabil dan tidak beresiko.
Manajemen laba sendiri dapat dilakukan dengan tiga teknik, yaitu :
a. Perubahan metode akuntansi
Mengubah metode akuntansi yang berbeda dengan
sebelumnya sehingga dapat menaikkan atau menurunkan angka laba.
Metode akuntansi memberikan peluang bagi manajemen untuk
mencatat suatu fakta tertentu dengan cara yang berbeda, misalnya :
mengubah metode depresiasi aktiva tetap dari metode jumlah angka
tahun ke metode depresiasi garis lurus dan mengubah periode
depresiasi.
17
b. Memainkan kebijakan akuntansi
Manajemen mempengaruhi laporan keuangan dengan cara
memainkan kebijakan perkiraan akuntansi. Hal tersebut memberikan
peluang bagi manajemen untuk melibatkan subyektifitas dalam
menyusun estimasi, misalnya : kebijakan mengenai perkiraan jumlah
piutang tak tertagih, kebijakan mengenai perkiraan biaya garansi dan
kebijakan mengenai perkiraan terhadap proses pengadilan yang
belum terputuskan.
c. Menggeser periode biaya atau pendapatan
Manajemen menggeser periode biaya atau pendapatan
(sering disebut manipulasi keputusan operasional), misalnya:
mempercepat ataupun menunda penularan untuk penelitian dan dan
pengembangan sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepat
ataupun menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya,
kerjasama dengan vendor untuk mempercepat ataupun menunda
pengiriman tagihan sampai periode akuntansi berikutnya, menjual
investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba dan mengatur
saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak terpakai.
18
B. Tinjauan Empiris
Berikut ini adalah ringkasan dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan untuk menguji hubungan karakteristik dewan komisaris dan komite
audit terhadap manajemen laba.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1
Anda Dwiharyadi (2017) (Dwiharyadi, 2017)
Pengaruh Keahlian Akuntansi Dan Keuangan Komite Audit Dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba
Kuantitatif Dengan Menggunakan Metode Analisis Korelasi Antar Variabel, Statistic Deskriptif Dan Analisis Regresi Model I.
Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa Anggota Komite Audit Dan Anggota Dewan Komisaris Yang Memiliki Keahlian Akuntansi Atau Keahlian Keuangan Tidak Berpengaruh Negatif Terhadap Manajemen Laba. Namun, Keberadaan Kedua Keahlian Ini Pada Anggota Dewan Komisaris Akan Mengurangi Manajemen Laba Perusahaan Sementara Tidak Demikian Hasil Pengujian Pada Anggota Komite Audit.
2
Eka Lestari Dan Murtanto (2018) (Lestari & Murtanto, 2018)
Pengaruh Efektivitas Dewan Komisaris Dan Komite Audit, Struktur Kepemilikan, Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba
Kuantitatif Dengan
Menggunakan Metode
Analisis Regresi
Berganda. .
Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial, Ukuran Dan Leverage Memiliki Pengaruh Yang Negative Terhadap Manajemen Laba, Kinerja Perusahaan Berpengaruh Positif Terhadap Manajemen Laba Evektivitas Komite Audit, Kepemilikian Institusional Dan Kualitas Audit Tidak Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba.
19
No
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
3
Felicia Marsha Dan Imam Ghozali (2017) (Dewan et al., 2017)
Pengaruh Ukuran Komite Audit, Audit Eksternal, Jumlah Rapat Komite Audit, Jumlah Rapat Dewan Komisaris Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba
Kuantitatif Dengan
Menggunakan Analisis
Statistic Deskriptif
Dan Model Regresi.
Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa Ukuran Komite Audit, Rapat Komite Audit Signifikan Berpengaruh Negative Terhadap Manajemen Laba, KAP, Rapat Dewan Komisaris Dan Kepemilikan Saham Institusional Tidak Memiliki Pengaruh Yang Signifikan Terhadap Manajemen Laba.
4
Nolita Yeni Siregar (2017) (Siregar, 2017)
Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Earning Management
Kuantitatif Dengan
Menggunakan Analisis
Statistic Deskriptif
Dan Analisis Regresi.
Hasil Dari Penelitian Ini Membuktikan Bahwa Ukuran Perusahaan , Kepemilikan Institusional, Dan Dewan Komisaris Independen Tidak Berpengaruh Terhadap Earning Management. Sedangkan Kepemilikan Manajerial, Ukuran Dewan Direksi Dan Komite Audit Berpengaruh Terhadap Earning Management.
5
Nita Gusda Putri Dan Erinos (2019) (Putri & NR, 2019)
Pengaruh Keahlian Akuntansi Komite Audit Dan Dewan Komisaris Wanita Terhadap Manajemen Laba
Kuantitatif Dengan
Menggunakan Statistic Deskriptif Dan Uji Model.
Hasil Penelitian Menyimpulkan Bahwa Keahlian Akuntansi Komite Audit Tidak Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Sedangkan Dewan Komisaris Wanita Berpengaruh Positive Terhadap Manajemen Laba.
20
No
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
6
Yayan Nuryana Dan Dwi Asih Surjandari (2019) (Nuryana & Surjandari, 2019)
The Effect Of Good Corporate Governance Mechanism, And Earning Management On Company Financial Performance
Kuantitatif Dengan
Menggunakan Analisis
Regresi Berganda
Dan Regresi Tunggal.
Hasil Penelitian Membuktikan Bahwa Kehadiran Dewan Komisaris Independen Tidak Berpengaruh Signifikan Terhadap Manajemen Laba Sedangkan Ukuran Komite Audit Tidak Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba.
7
Dwi Jaya Kirana, Ekawati Jati Wibawaningsih Dan Aniek Wijayanti (2020) (Kirana et al., 2020)
The Role Of Corporate Governance In Constraining Earning Management
Kuantitatif Dengan
Menggunakan Analisis
Regresi Linear
Berganda.
Hasil Penelitian Membuktikan Bahwa Reputasi KAP Sebagai Proksi Kualitas Audit Berpengaruh Negative Signifikan Terhadap Praktik Manajemen Laba Dan Ukuran Dewan Komisaris Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap Manajemen Laba.
8
Enny Susilowati Dan Yahn-Shir Chen (2020) (Chen et al., 2020)
Earning Management And The Effect Characteristics Of Audit Committee Independent Commissioners: Evidence From Indonesia
Kuantitatif Dengan
Menggunakan Analisis
Regresi Data Panel.
Hasil Dari Penelitian Menunjukkan Bahwa Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit Dan Keahlian Komite Audit Menunjukkan Pengurangan Efektif Praktik Tata Kelola Perusahaan Terhadap Manajemen Laba.
21
No
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
9
Mutiara Bunga Cantika Dan Tjhai Fung Jin (2020) (Cantika & Jin, 2020)
Pengaruh Komite Audit, Struktur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Dan Ukuran Dewan Direksi Terhadap Manajemen Laba
Kuantitatif Dengan
Menggunakan Analisis
Statistic Deskriptif.
Hasil Penelitian Membuktikan Bahwa Ukuran Komite Audit, Kepemilikan Publik, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan, Dan Ukuran Dewan Direksi Tidak Memiliki Pengaruh Terhadap Manajemen Laba, Sedangkan Independensi Komite Audit Memiliki Pengaruh Terhadap Manajemen Laba.
10
Nazila Alfiyasahra Dan Auliffi Ermian Challen (2020) (Alfiyasahra & Challen, 2020)
Pengaruh Kualitas Komite Audit Dan Ukuran Kantor Akuntan Public Terhadap Manajemen Laba
Kuantitatif Dengan
Menggunakan Analisis
Regresi Berganda, Uji Asumsi Klasik Dan
Uji Hipotesis.
Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa Komite Audit Independen Berpengaruh Positif Terhadap Manajemen Laba. Sedangkan Ukuran Komite Audit, Jumlah Pertemuan Komite Audit, Keahlian Komite Audit Dan Ukuran Kantor Akuntan Publik Tidak Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba.
11
Ria Karina (2020) (Karina, 2020)
Pengaruh Karakteristik Komite Audit Dan Auditor Eksternal Terhadap Praktik Manajemen Laba Di Indonesia
Kuantitatif Dengan
Menggunakan Analisis
Regresi Linear
Berganda Menggunakan Aplikasi Statistika
IBM SPSS.
Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa Karakteristik Komite Audit Dan Audit Internal Memiliki Pengaruh Yang Tidak Signifikan Bagi Praktik Manajemen Laba. Disisi Lain Ukuran Perusahaan, Leverage Dan Profitabilitas Perusahaan Mempengaruhi Praktik Manajemen Laba Di Dalam Perusahaan Secara Signifikan
22
No
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
12
Shahanif Hasan, Aza Azlina Md. Kasim Dan Mohammad Ali Hamid (2020)(Internasional et al., 2020)
The Impact Of Audit Quality, Audit Committee And Financial Reporting Quality: Evidence From Malaysia
Kuantitatif Dengan
Menggunakan Analisis
Model Regresi
Berganda.
Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa Mekanisme Good Corporate Seperti Ahli Akuntansi Dan Keuangan, Pertemuan Menunjukkan Hasil Yang Signifikan Terhadap Manajemen Laba, Sedangkan Independensi Dan Ukuran Komite Audit Tidak Berpengaruh Signifikan Terhadap Manajemen Laba.
13
Ulfa Hariani, Nur Diana Dan M. Cholid Mawardi (2020) (M. Mawardi Cholid, Diana Nur, 2020)
Pengaruh Keahlian Akuntansi Dan Keahlian Keuangan Pada Komite Audit Dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba
Kuantitatif Dengan
Menggunakan Analisis
Regresi Moderasi Dibantu Dengan Program SPSS.
Hasil Penelitian Membuktikan Bahwa Keterampilan Akuntansi Komite Audit, Keterampilan Akuntansi Dewan Komisaris, Keterampilam Keuangan Komite Audit, Dan Keterampilan Keuangan Dewan Komisaris Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba. Tetapi Secara Parsial Pengaruh Keahlian Akuntansi Dan Keahlian Keuangan Komite Audit Dan Dewan Komisaris Tidak Mempengaruhi Manajemen Laba. Pasalnya Pembentukan Komite Audit Dan Dewan Komisaris Hanya Berdasarkan Ketentuan Yang Berlaku.
23
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori keagenan, yang mana merupakan dasar yang
digunakan untuk memahami corporate governance dan manajemen laba.
Manajemen perusahaan menggunakan manajemen laba sebagai alat untuk
meremajakan laporan keuangan dengan memanipulasi laporan keuangan
yang ada tanpa memberikan dampak yang berarti terhadap arus kas
perusahaan (Arifin dan Destriana, 2016).
Penerapan mekanisme corporate governance yang baik dapat
meminimalisir praktik manajemen laba. Dewan komisaris yang merupakan
inti dari corporate governance bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi
perusahaan dan mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (S. Hasan dan M. Karim, 2020)
menyatakan bahwa mekanisme corporate governance seperti keahlian
akuntansi dan keahlian keuangan keuangan, pertemuan menunjukkan hasil
yang signifikan terhadap manajemen laba.
Dari penelitian yang dilakukan (Eka dan Murtanto, 2018) menyatakan
bahwa dewan komisaris memiliki pengaruh yang negative terhadap
manajemen laba. Nolita (2017) menyatakan bahwa ukuran komite audit
berpengaruh terhadap earning management. Enny dan Chen (2020)
menyatakan bahwa komisaris independen, ukuran komite audit dan keahlian
komite audit menunjukkan pengurangan efektif praktik tata kelola perusahaan
terhadap manajemen laba. Alfiyasahra dan Challen (2020), menyatakan
bahwa komite audit independen berpengaruh positif terhadap manajemen
laba.
24
Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka konsep teoritis yang tepat
untuk mendeskripsikan pernyataan diatas adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
KARAKTERISTIK
DEWAN KOMISARIS (X1)
KOMITE AUDIT (X2)
Arifin dan
destriana
(2016)
- Eka dan murtanto (2017)
- Enny dan chen (2020)
- Nolita (2017)
- Enny dan Chen (2020)
- Alfiyahsahra dan Challen
(2020)
MANAJEMEN
LABA (Y)
25
D. Hipotesis
1. Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris terhadap Manajemen Laba
Laporan keuangan merupakan catatan atas aktivitas keuangan
perusahaan selama satu periode. Informasi laba pada laporan keuangan
sebagai sumber informasi yang diharapkan dapat membantu dalam
pengambilan keputusan ekonomi yang bersifat finansial bagi pihak yang
berkepentingan terutama pemegang saham dan para investor. Namun
karena adanya masalah keagenan yang disebabkan oleh konflik
kepentingan antara pemegang saham dan manajer menyebabkan
terjadinya praktik manajemen laba pada laporan keuangan.
Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori keagenan
yang merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate
governance dan manajemen laba. Corporate governance adalah suatu
sistem yang mengendalikan perusahaan yang mengatur hubungan antara
pemegang saham, pengelola perusahaan,pihak kreditur, pemerintah,
karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang
berkaitan dengan hak dan kewajiban masing-masing.
Berdasarkan teori keagenan yang digunakan dalam penelitian ini,
mekanisme pengendalian intern tertinggi, yang bertanggung jawab untuk
memonitoring tindakan manajemen puncak ialah dewan komisaris.
Dewan komisaris sendiri merupakan inti dari corporate governance yang
ditugaskan menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, pengawasi
manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan
terlaksananya akuntabilitas. Dengan adanya peran dewan komisaris
diharapkan dapat menurunkan praktik manajemen laba. Keefektifan
26
dewan komisaris dalam menjalankan tugasnya dapat dilihat dari aktivitas,
jumlah anggota, independensi serta kompetensi dewan komisaris.
Dari hasil penelitian oleh (S. Hasan dan M. Karim, 2020),
menyatakan bahwa mekanisme corporate governance seperti keahlian
akuntansi dan keahlian keuangan dan frekuensi pertemuan menunjukkan
hasil yang signifikan terhadap manajemen laba. Kemudian hasil penelitian
oleh (Yunel Fatmawati, 2018), menyatakan bahwa ukuran dewan
komisaris berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba dan
penelitian yang dilakukan oleh (Enny dan Chen, 2020) menyatakan
adanya komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Eka dan
Murtanto, 2017) menyatakan bahwa dewan komisaris memiliki pengaruh
negative terhadap manajemen laba. Semakin tinggi penerapan
mekanisme corporate governance maka akan semakin meminimalkan
praktik manajemen laba.
𝐇𝟏 : Karakteristik dewan komisaris berpengaruh negatif signifikan
terhadap manajemen laba.
2. Komite Audit
Komite audit merupakan salah satu unsur kelembagaan dalam
konsep corporate governance yang diharapkan mampu meningkatkan
kualitas pengawasan internal perusahaan, serta mampu mengoptimalkan
mekanisme checks and balances untuk memberikan perlindungan yang
optimum terhadap pemegang saham dan stakeholder lainnya. Komite
audit bertugas untuk membantu dewan komisaris memonitoring proses
27
pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas
laporan keuangan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Marsha dan Ghozali,
2017), menyatakan bahwa ukuran komite audit dan jumlah rapat komite
audit berpengaruh signifikan negative terhadap aktivitas manajemen laba.
Kemudian hasil penelitian oleh (Enny dan Chen, 2020) yang menyatakan
bahwa keahlian akuntansi dan keuangan yang dimiliki oleh komite audit
berpengaruh terhadap manajemen laba dan juga penelitian oleh
(Alfiyasahra dan Challe, 2020) menyatakan bahwa komite audit
independen berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
𝐇𝟐 : Komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap
manajemen laba.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang bersifat induktif, objektif,
ilmiah dan data yang diperoleh berupa angka-angka atau pernyataan-
peryataan yang dinilai, kemudian di analisis dengan analisis statistic (Teguh,
2019). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
eksplanatori. Metode ekspalanatori bertujuan untuk menganalisis dan
menjelaskan pengaruh antara variabel X dan Y.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lokasi tertentu yang digunakan sebagai
objek dan subjek yang akan diteliti dalam penelitian. Lokasi pada penelitian
ini dilaksanakan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan jenisnya,
peneltian ini menggunakan sumber data sekunder yaitu data atau informasi
yang telah diolah. Data sekunder yang digunakan ialah laporan keuangan
tahunan dan annual report perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2019-2020. Data yang diperoleh di unduh di website
resmi BEI (www.idx.co.id). Waktu pelaksanaan dilakukan selama 2 (dua)
bulan.
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
1. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang ,menjadi akibat karena adanya variabel
independen. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
29
manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary accrual
menggunakan Modified Jones Model dengan persamaan sebagai berikut:
a. Menghitung nilai total accrual (TAC) dengan rumus:
TACit = Niit – CFOit
b. Menghitung nilai accruals dengan persamaan regresi linear
sederhana atau Ordinary Least Square (OLS) dengan rumus:
TACit/Ait-1 = β1 (1/Ait-1) + β2 (ΔRevt – ΔRect)/Ait-1 + β3
(PPEt/Ait-1) + e
c. Dengan menggunakan koefisien regresi diatas, nilai non discretionary
accrual (NDA) dapat dihitung dengan rumus:
d. Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut:
DAit = TACit/Ait-1 – NDAit
NDAit = β1 (1/Ait-1) + β2 (ΔRevt - ΔRect)/Ait-1 + β3
(PPEt/Ait-1) + e
30
Keterangan :
DAit = Discretionary accruals perusahaan i pada periode ke t
NDAit = Non discretionary accruals perusahaan i pada periode t
TACit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t
Niit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t
CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t
Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t
ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t
PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t
ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
e = error
2. Variabel Independen
Variabel independen sering juga disebut sebagai variabel bebas
yaitu variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variable dependen. Variabel independen
pada penalitian ini yaitu karakteristik dewan komisaris dan komite audit.
a. Karakteristiki dewan komisaris
Karakteristik dewan komisaris terdapat beberapa indikator
dalam pengukurannya yaitu :
31
1) Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan organ perseroan yang
bertugas melakukan pengawasan secara umum dan khusus
sesuai dengan anggaran dasar serta memebrikan nasihat kepada
dewan direksi ( Sari, 2017). Ukuran dewan komisaris diukur
dengan jumlah anggota dewan komisaris suatu perusahaan.
2) Independensi
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris
yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan,
kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota
dewan komisaris lainnya, dewan direksi dan/atau pemegang
saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen. Dewan komisaris
independen diukur berdasarkan jumlah persentase (%) dewan
komisaris independen dari jumlah dewan komisaris yang ada
dalam suatu perusahaan (Nolita, 2017).
3) Keahlian dewan komisaris
Dewan komisaris yang memiliki keahlian diukur dengan
rasio jumlah anggota dewan komisaris yang memiliki keahlian
akuntansi atau keahlian keuangan terhadap jumlah dewan
komisaris (Dwiharyadi, 2017). Untuk mengetahui keahlian dewan
komisaris dapat dilihat pada lampiran.
4) Frekuensi pertemuan
Dewan komisaris memiliki tugas untuk memonitoring
kebijakan direksi yang diharapkan dapat meminimalisis
32
permasalahan agensi yang muncul antara dewan direksi dengan
pemegang saham. Semakin sering dewan komisaris mengadakan
rapat, diharapkan pengawasan terhadap kinerja perusahaan
semkain baik. Variabel ini diukur dengan jumlah rapat dewan
komisaris dalam setahun (Marsha dan Ghozali, 2017).
b. Komite audit
Terdapat beberapa indikator dalam melakukan pengukuran
terhadap komite audit yaitu :
1) Ukuran
Berdasarkan Pedoman Pembentukan Komite audit
menurut Bapepam perihal keanggotaan komite audit, disebutkan
bahwa jumlah anggota komite audit sekurang-kurangnya 3 (tiga)
orang, termasuk ketua komite audit. Variabel ini diukur secara
numeral. Yaitu dilihat dari jumlah nominal dari anggota audit.
2) Independensi
Independensi komite audit pada penelitian ini merupakan
anggota dari komite audit yang harus diakui sebagai pihak
independen. Anggota komite audit harus bebas dari setiap
kewajiban kepada perusahaan tercacat, para anggota juga tidak
memiliki kepentingan tertentu terhadap perusahaan atau dewan
direksi atau dewan komisaris serta harus bebas dari keadaan
yang dapat menyebabkan pihak lain meragukan sikap
independensinya. Variabel ini diukur menggunakan persentase
(%) antara anggota independen terhadap jumlah keseluruhan
33
anggota komite audit yang terdapat pada suatu perusahaan
(Prastiti dan Meiranto, 2013).
3) Keahlian komite audit
Komite audit yang memiliki keahlian diukur dengan jumlah
rasio jumlah anggota komite audit yang memiliki keahlian
akuntansi sekaligus keahlian keuangan terhadap jumlah anggota
komite audit (Dwiharyadi, 2017). Untuk mengetahui keahlian
komite audit dapat dilihat pada lampiran.
4) Frekuensi pertemuan
Berdasarkan surat keputusan BAPEPAM-LK Nomor : Kep-
643/BL/2012, komite audit harus melakukan rapat secara berkala
paling kurang sebanyak 4 kali dalam setahun. Dimana kode 1
diberikan apabila komite audit mengadakan pertemuan minimal 4
kali dalam setahun, dan kode 0 diberikan apabila komite audit
mengadakan rapat kurang dari 4 kali dalam setahun.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian menarik kesimpulan (Sugiyono, 2008). Populasi pada
penelitian ini yaitu sebanyak 30 perusahaan manufaktur sektor barang
komsumsi yang telah tercacat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
34
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono, 2008). Pengambilan sampel pada penelitian ini
yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling, purposive
sampling yakni penentuan sampel atas dasar kesesuaian karakteristik
dan kriteria tertentu yang telah di tetapkan oleh peneliti (Suaryana, 2005).
Sampel dalam penelitian ini mewakili populasi secara keseluruhan
berjumlah 22 perusahaan sampel yang dijadikan responden dalam
penelitian. Adapun kriteria pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah:
a. Perusahaan manufaktur sektor barang komsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian tahun 2018–
2019.
b. Perusahaan manufaktur sektor barang komsumsi yang menyajikan
annual report yang berakhir pada tanggal 31 Desember selama
periode pengamatan.
c. Perusahaan manufaktur sektor barang komsumsi yang menyajikan
laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember selama
periode pengamatan.
d. Perusahaan manufaktur sektor barang komsumsi yang menyajikan
laporan keuangan dengan menggunakan mata uang rupiah (Rp).
e. Perusahaan manufaktur sektor barang komsumsi yang mempunyai
informasi lengkap mengenai struktur dewan komisaris maupun komite
audit atau tata kelola perusahaan serta data – data yang dapat
mendeteksi manajemen laba.
35
Tabel 3.1 Kriteria Perusahaan
No Kriteria Tahun
2019-2020
1
Perusahaan manufaktur sektor barang
komsumsi yang terdaftar di bursa efek
indonesia periode 2018 - 2019.
30
2
Perusahaan manufaktur sektor barang
komsumsi yang tidak menyajikan annual report
yang berakhir pada tanggal 31 Desember
selama periode pengamatan.
(5)
3
Perusahaan manufaktur sektor barang
komsumsi tidak menyajikan laporan keuangan
yang berakhir pada tanggal 31 Desember
selama periode pengamatan.
(2)
4
Perusahaan manufaktur sektor barang
komsumsi yang tidak menyajikan laporan
keuangan dalam bentuk rupiah (Rp).
(1)
5
Perusahaan manufaktur sektor barang
komsumsi yang tidak mempunyai informasi
lengkap mengenai struktur dewan komisaris
dan komite audit atau tata kelola perusahaan
serta data-data yang dapat mendeteksi
manajemen laba.
0
Jumlah perusahaan yang menjadi sampel 22
Jumlah observasi (22x2 tahun) 44
36
Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditetapkan oleh peneliti diatas,
maka didapatkan sampel sebanyak 22 perusahaan yang diperoleh dari hasil
pengamatan. Jumlah periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian
ini selama 2 tahun, sehingga jumlah data yang digunakan pada penelitian ini
yaitu sebanyak 44 data penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dokumentasi.
Dokumentasi ialah pengumpulan data dimana data tersebut berupa dokumen
tentang sejarah perusahaan, peraturan-peraturan dan sebagainya. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder ialah
data yang di dapatkan melalui sumber yang ada dan tidak perlu lagi di
kumpulkan oleh peneliti. Adapun data yang dibutuhkan di dalam penelitian ini
berupa laporan tahunan (annual report) perusahaan yang di publikasikan
melalui www.idx.co.id.
F. Teknik Analisis
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
kuantitatif. Teknik analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis
suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Teknik analisis ini
menggunakan teknik analisis regresi berganda, uji asumsi klasik dan uji
hipotesisi.
1. Analisis Statistik Deskriptif dengan SPSS
Softwere SPSS adalah program canggih yang salah satu fiturnya
mampu membantu untuk melakukan statistik deskriptif terhadap data
penelitian. Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau
37
deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, maksimum dan minimum. (Imam Ghozali, 2016)
2. Uji Asumsi Klasik
Pendugaan nilai koefisien regresi dengan metode kuadrat
terkecil Ordinary Least Square (OLS) bertujuan untuk mencapai kondisi
yang baik. Untuk pada kondisi tersebut, maka persamaan regresi harus
memenuhi asumsi klasik . sebelum melakukan uji hipotesis terlebih
dahulu data di uji apakah terdapat kondisi normalitas, multikolonieritas,
autokorelasi dan heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini uji normalitas dideteksi dengan diagram
histogram dan uji statistik. Uji normalitas dengan diagram histogram
dapat dilakukan dengan memperhatikan garis melengkung keatas
seperti membentuk gunung, uji statistic dengan kolmogrov-smirnov
dengan pendekatan monte carlo dilihat dari tingkat signifikansinya.
Berikut kriteria uji normalitas:
1) Jika garis tersebut membentuk gunung dan terlihat sempurna
dengan kaki yang simetris, maka dapat disimpulkan bahwa data
tersebut berdistribusi secara normal.
2) Jika nilai Kolmogorov-Smirnov dengan pendekatan monte carlo
memiliki tingkat signifikan dibawah α < 0,05 berarti suatu variabel
dikatakan tidak berdistribusi normal dan apabila tingkat signifikansi
diatas α > 0,05, maka data tersebut berdistribusi dengan normal.
38
b. Uji Multikolonieritas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali,
2006). Hal ini dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan nilai
variance inflayion factor (VIF) dengan kriteria sebagai berikut :
1) Jika nilai tolerance > 0,01 atau nilai VIF < 10, berarti tidak terjadi
multikolinearitas.
2) Jika nilai tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10, berarti terjadi
multikolinearitas.
c. Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ditemukan adanya korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Uji autokorelasi dapat dolakukan dengan uji Durbin-
Watson (Ghozali, 2016), dengan kriteria sebagai berikut:
1) Jika nilai DW dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif
2) Jika nilai DW diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi
3) Jika nilai DW diatas +2, berarti ada autokorelasi negative.
d. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas dapat diuji dengan
metode statistik berupa uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan
meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika
39
variabel independen secara signifikan mempengaruhi variabel
dependen maka ada indikasi terkena heteroskedastisitas.
3. Analisis regresi berganda
Analisis regresi berganda adalah model regresi atau prediksi yang
melibatkan lebih dari satu variavel bebas atau prediktor. Analisis regresi
berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan linear antar dua variabel
atau lebih. Dimana satu variabel sebagai variabel dependen (terikat) dan
variabel lain sebagai variabel independen (bebas). Selain untuk
mengukur hubungan anatara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan
arah hubungan antara variabel dependen dan variavel independen.
Berikut ini persamaan analisis regresi berganda pada penelitian ini
sebagai berikut :
DA = α + β1BC + β2AC + e
Keterangan :
DA = Discretionary Accrual
α = Konstanta
β1. Β2 = Koefisien Regresi Berganda
BC = Dewan Komisaris
AC = Komite Audit
e = error
4. Uji Hipotesis
a. Koefisien Determinan (𝑅2)
Koefisien determinan (𝑅2) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
40
variabel dependen. Nilai koefisien determinan adalah antara nol dan
satu. Nilai 𝑅2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variabel dependen.
Nilai 𝑅2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model
dalam menerangkan variabel dependen. Tetapi karena 𝑅2
mengandung kelemahan mendasar, yaitu adanya bias terhadap
jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model, maka
penelitian ini menggunakan adjused 𝑅2 berkisar antara nol dan satu.
Jika nilai adjusted 𝑅2 semakin mendekati satu maka makin baik
kemampuan model tersebut dalam menjelaskan variabel dependen.
b. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistic T)
Uji parsial yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t-test ini pada
dasarnya untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. H0 yang ingin diuji adalah apakah suatu
parameter dalam model sama dengan nol.
α>0,05 : tidak mampu menolak H0, α<0,05 : menolak H0
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar
modal atau bursa efek yang telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan
tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan
oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah colonial
atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912,
perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang
diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal
mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah
colonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi
yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana
mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar
modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal
mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi
yang dikeluarkan pemerintah. Berikut perkembangan pasar modal di
Indonesia.
42
2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia
Visi dari Bursa Efek Indonesia yaitu “menjadi bursa yang
kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia”. Dan misi dari Bursa Efek
Indonesia yaitu “menciptakan daya saing untuk menarik investor dan
emiten, melalui pemberdayaan anggota bursa dan partisipan, penciptaan
nilai tambah, efesiensi biaya serta penerapan good governance, core
values: teamwork, integrity, professionalism, service excellence dan core
competencies: building trust, integrity, strive for excellence, customer
focus”.
3. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
Struktur organisasi ialah suatu sistem yang digunakan untuk
mendefinisikan suatu hirarki dalam suatu organisasi untuk
mengidentifikasi setiap pekerjaan, fungsinya dan kemana ia melapor
kedalam organisasi.
Struktur ini dikembangkan untuk menetapkan bagaimana bisnis
beroperasi dan membantu usaha dalam mencapai tujuannya untuk
memungkinkan pertumbuhan dimasa depan. Struktur diilustrasikan
menggunakan bagan organisasi. Struktur organisasi juga menentukan
bagaimana informasi mengalir antar level dalam perusahaan.
4. Uraian Tugas Bursa Efek Indonesia
berdasarkan struktur organisasi diatas, maka diperlukan suatu
sistem pembagian tugas dan wewenang (Job Description) yaitu sebagai
berikut:
43
a. Rapat Umum Pemegang Saham
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) adalah orang
yang mewakili kewenangan khusus yang tidak diberikan kepada
dewan komisaris atau dewan direksi terkait penetapan keputusan-
keputusan penting yang berhubungan dengan kebijakan bursa.
RUPST dilaksanakan sekali dalam setahun dan RUPSLB
dilaksanakan sewaktu-waktu bila diperlukan.
b. Dewan Komisaris
Dewan komisaris bertanggaung jawab atas pengawasan dan
pengarahan direksi dalam mengelola bursa sehari-hari. Dewan
komisaris bertugas mengarahkan pengelolaan tersebut sesuai
dengan visi dan misi bursa, serta kebijakan dan panduan tata kelola
perusahaan yang berlaku, dalam rangka mengupayakan
pertumbuhan nilai jangka panjang yang berkesinambungan bagi para
segenap pemangku kepentingan.
c. Direktur Utama
Secara umum, tugas direktur utama atau sering juga disebut
dewan direksi adalah memimpin sebuah perusahaan. Memimpin
dalam hal ini memiliki banyak sekali arti. Seorang direktur utama
harus membuat serta menerbitkan beragam kebijakan perusahaan
sekaligus mengawasi jalannya kebijakan tersebut. Ia juga harus
memeriksa anggara tahunan perusahaan sebelum dilaporkan kepada
pemegang saham.
44
d. Direktur Penilaian Perusahaan
Direktur penilaian perusahaan bertanggung jawab atas
kegiatan operasional yang terkait dengan penilaian pendahuluan
perusahaan, pencatatan perusahaan, penilaian keterbukaan
perusahaan, penelaahan aksi korporasi perusahaan dan pembinaan
emiten termasuk edukasi perusahaan. Direktur penilaian terdiri dari
berbagai divisi yaitu divisi penilaian perusahaan – sector rill, divisi
penilaian perusahaan – sector jasa dan divisi penilaian perusahaan –
surat utang.
e. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa
Direktur perdagangan dan pengaturan anggota bursa
bertanggung jawab atas kegiatan operasional perdagangan saham,
perdagangan informasi pasar data feed, perdagangan surat utang.
Dan juga bertanggung jawab atas pengelolaan aktivitas-aktivitas yang
terkait dengan anggota bursa dan partisipan sebagai berikut yaitu
pengkajian terhadap persyaratan keanggotaan, kewajiban pelaporan,
pelatihan dan pendidikan dan pengawasan khusus terhadap anggota
bursa.
f. Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Anggota Bursa
Direktur pengawasan transaksi dan kepatuhan anggota bursa
bertanggung jawab untuk memastikan dan mengkoordinasikan
kegiatan pengawasan dan analisis terhadap aktivitas perdagangan
efek di bursa untuk mewujudkan perdagangan efek yang teratur dan
wajar, sehingga dapat menjada integritas dan kredibilitas bursa efek
dan pasar modal.
45
g. Direktur Pengembangan
Direktur pengembangan bertanggung jawab atas kegiatan
operasional yang terkait dengan pengelolaan riset pasar modal dan
ekonomi, pengembangan produk dan usaha, kegiatan pemasaran dan
kegiatan edukasi dan sosialisasi. Direktur pengembangan terdiri dari
divisi riset, divisi pengembangan usaha dan divisi pemasaran.
h. Direktur Teknologi dan Manajemen Risiko
Direktur teknologi informasi dan manajemen risiko
bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang terkait dengan
pengembangan solusi bisnis teknologi informasi, operasional
teknologi informasi, manajemen risiko dan pengelolaan database
management. Direktur teknologi informasi dan manajemen risiko
terdiri dari berbagai divisi diantaranya, divisi operasional teknologi
informasi, divisi pengembangan solusi bisnis teknologi informasi dan
divisi manajemen risiko.
i. Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia
Direktur keuangan dan sumber daya manusia bertanggung
jawab atas kegiatan operasional yang terkait dengan pengelolaan
keuangan perusahaan, pengelolaan dan pengembangan sumber
daya manusia dan pengelolaan administrasi dan kegiatan umum
lainnya.
46
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistic deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran
secara statistik atas variabel independen dan variabel dependen. Variabel
independen dalam penelitian ini yaitu karakteristik dewan komisaris dan
komite audit sedangkan variabel dependen yaitu manajemen laba.
Informasi yang terdapat dalam statistic descriptive berupa nilai rata-rata
(mean), nilai minimum, maksimum dan standar deviasi (standard
deviation). Berikut adalah hasil uji statistik deskriptif dengan
menggunakan SPSS.
Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
manajemen_laba 44 -.08 .01 -.0117 .01586
dewan_komisaris 44 40.33 71.00 51.4677 9.64402
komite_audit 44 39.33 107.00 87.4252 22.04290
Valid N (listwise) 44
a. Deskriptif Data Karakteristik Dewan Komisaris (X1)
Analisis Statistik Deskriptif pada variabel Karakteristik Dewan
Komisaris sebanyak 44 sampel penelitian menunjukkan bahwa nilai
minimum sebesar 40.33, nilai maksimum sebesar 71.00, mean
sebesar 51.4677 dan nilai standar deviasi sebesar 9.64402.
b. Deskripsi Data Komite Audit (X2)
Analisis Statistik Deskriptif pada variabel Komite Audit
sebanyak 44 sampel penelitian menunjukkan bahwa nilai minimum
47
sebesar 39.33, nilai maksimum sebesar 107.00, mean sebesar
87.4252 dan nilai standar deviasi sebesar 22.04290. Deskriptif Data
c. Manajemen Laba (Y)
Analisis Statistik Deskriptif pada variabel Manajemen Laba
sebanyak 44 sampel penelitian menunjukkan bahwa nilai minimum
sebesar -0.08, nilai maksimum sebesar 0.01, nilai mean sebesar -
0.0117 dan nilai standar deviasi sebesar 0.01586.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dideteksi dengan diagram
histogram dan uji statistik menggunakan kolmogrov-smirnov dengan
pendekatan monte carlo untuk menguji apakah nilai residual
berdistribusi dengan normal atau tidak. Berikut hasil uji normalitas
dengan menggunakan SPSS:
Gambar 4.1 Grafik Histogram
48
1) Uji Normalitas dengan menggunakan diagram histogram
menunjukkan hasil bahwa garis melengkung keatas membentuk
seperti gunung dan terlihat sempurna dengan kaki yang simetris.
2) Uji statistik dengan menggunakan kolmogrov-smirnov dengan
pendekatan monte carlo diatas menunjukkan nilai K-S sebesar
0.164 dengan signifikansi 0.169, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas karena
tingkat signifikansinya diatas 0.05 (sig 0.169 > 0.05).
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Hal ini
dapat dilakukan dengan melihat nilai variance inflayion factor (VIF).
Jika terjadi hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara
beberapa atau semua variabel bebas dari semua model regresi maka
dikatakan terjadi multikolonieritas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi multikolonieritas. Berikut hasil uji
multikolonieritas dengan menggunakan SPSS:
Tabel 4.2 Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.017 .016
dewan_komisaris .000 .000 -.183 .997 1.003
komite_audit .000 .000 .331 .997 1.003
a. Dependent Variable: manajemen_laba
49
Berdasarkan tabel 4.2 hasil penelitian yang telah dilakukan,
ditemukan uji multikolonieritas menunjukkan nilai tolerance semua
variabel lebih besar dari 0.01 serta nilai VIF semua variabel
independen lebih kecil dari 10 maka, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi multikolonieritas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ditemukan adanya korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1
(sebelumnya). Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji
Durbin-Watson. Berikut hasil uji autokorelasi dengan menggunakan
SPSS:
Tabel 4.3 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .388a .150 .109 .01497 1.201
a. Predictors: (Constant), komite_audit, dewan_komisaris
b. Dependent Variable: manajemen_laba
Berdasarkan tabel 4.3 hasil penelitian yang telah dilakukan,
ditemukan bahwa uji autokorelasi didapatkan dari nilai Durbin-Watson
sebesar 1.201. Karena nilai DW berada diantar -2 sampai +2,
sehingga dapat disimpulkan bahwa didalam penelitian ini tidak
mengandung autokorelasi.
50
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variabel dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda maka disebut
heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
uji glejser. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak
terjadi heteroskedastisitas. Berikut hasil uji heteroskedastisitas
dengan menggunakan SPSS:
Tabel 4.4 Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.017 .016 -1.077 .288
dewan_komisaris .000 .000 -.183 -1.272 .211
komite_audit .000 .000 .331 2.294 .027
a. Dependent Variable: manajemen_laba
Berdasarkan tabel 4.4 hasil penelitian yang telah dilakukan,
ditemukan bahwa uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji
glejser menunjukkan hasil bahwa tidak ada satupun variabel
independen signifikan secra statistic mempengaruhi variabel
independen. Hal ini terlihat bahwa nilai sig > dari 0.05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya
heteroskedastisitas.
51
3. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan
linear antar dua variabel atau lebih. Dimana satu sebagai variabel
dependen (terikat) dan variabel lainnya sebagai variabel independen
(bebas). Berikut hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan
SPSS.
Tabel 4.5 Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.017 .016 -1.077 .288
dewan_komisaris .000 .000 -.183 -1.272 .211
komite_audit .000 .000 .331 2.294 .027
a. Dependent Variable: manajemen_laba
Berdasarkan tabel 4.5 hasil penelitian yang telah dilakukan,
dihasilkan persamaan yaitu: DA = 0.288 + 0.000 + 0.000 Adapun
interpretasi dari persamaan regresi linear berganda tersebut adalah:
a. Konstanta (α)
Ini berarti bahwa jika variabel karakteristik dewan komisaris
(X1) dan komite audit (X2) tidak mengalami perubahan, maka nilai
manajemen laba (Y) sebesar -0.017..
b. Variabel Karakteristik Dewan Komisaris (X1) terhadap Manajemen
Laba (Y)
Nilai koefisien leverage karakteristik dewan komisaris sebesar
0.000 bertanda positif. Artinya setiap penambahan dewan komisaris
sebesar 1 point, maka manajemen laba (Y) mengalami peningkatan
52
sebesar 0.000. Dengan Asumsi tidak ada penambahan (Konstan) nilai
komite audit.
c. Variabel Komite Audit (X2) terhadap Discretionary Accruals (Y)
Nilai leverage untuk komite audit sebesar 0.000 bertanda
positif. Artinya setiap penambahan komite audit sebesar 1 point, maka
manajemen laba (Y) mengalami peningkatan sebesar 0.000. Dengan
asumsi bahwa tidak ada penambahan (konstan) nilai karakteristik
dewan komisaris.
4. Uji Hipotesis
a. Koefisien Determinan (𝑅2)
Koefisien determinan digunakan (𝑅2) digunakan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan modal dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Penelitian ini menggunakan adjused 𝑅2
berkisaran antara nol dan satu. Jika nilai adjused 𝑅2 semakin
mendekati angka satu, maka semakin baik kemampuan model dalam
menjelaskan variabel dependen. Berikut hasil analisis koefisien
determinan dengan menggunakan SPSS:
Tabel 4.6 Koefisien Determinan (𝑹𝟐)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .388a .150 .109 .01497
a. Predictors: (Constant), komite_audit, dewan_komisaris
b. Dependent Variable: manajemen_laba
53
Berdasarkan tabel 4.6 hasil penelitian yang telah dilakukan,
Koefisien Determinan menunjukkan bahwa nilai koefisien determinan
(𝑅2) sebesar 0.154, artinya pengaruh yang diberikan oleh kombinasi
variabel karakteristik dewan komisaris (X1) dan Komite Audit (X2)
sebesar 0.154 atau 15.4% dan sisanya 84.6% dipengaruhi oleh
variabel lain diluar penelitian.
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T)
Uji parsial yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen tarhadap variabel dependen. Jika nilai
signifikansi α < 0.05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen
secara individual dan jika sebaliknya nilai signifikansi α > 0.05 maka
tidak terjadi pengaruh yang signifikan dengan nilai t tabel = 1,684.
Berikut uji statistik t dengan menggunakan SPSS:
Tabel 4.7 Uji Statistik T
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.017 .016 -1.077 .288
dewan_komisaris .000 .000 -.183 -1.272 .211
komite_audit .000 .000 .331 2.294 .027
a. Dependent Variable: manajemen_laba
54
1) Signifikansi Karakteristik Dewan Komisaris (X1) Terhadap
Manajemen Laba (Y)
Dewan komisaris menunjukkan koefisien beta sebesar
0.000 pada tingkat singnifikansi 0.211 sehingga tingkat
signifikansinya yaitu 0.211 > 0.05 sedangkan nilai t hitung < t tabel
atau -1.272 < 1,684. Hal ini menunjukkan bahwa dewan komisaris
berpengaruh negatif namun tidak signifikan. Dapat disimpulkan
bahwa karakteristik dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba sehingga Hipotesis H1 ditolak.
2) Signifikansi Komite Audit (X2) Terhadap Manajemen Laba (Y)
Komite audit menunjukkan koefisien beta sebesar 0.000
pada tingkat signifikansi 0.027 sehingga tingkat signifikansinya
yaitu 0.027 < 0.05 sedangkan nilai t hitung > 1,684. Hal ini
menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh positif dan
signifikan. Dapat disimpulkan bahwa komite audit memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba sehingga
Hipotesis H2 diterima.
C. Pembahasan
1. Hasil Temuan Hipotesis 1 (Karakteristik Dewan Komisaris
Berpengaruh Negatif Signifikan Terhadap Manajemen Laba)
Berdasarkan teori keagenan pada penelitian ini yang merupakan
dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance dan
manajemen laba terjadi konflik kepentingan antara pemilik dan agen
dikarenakan agen tidak selalu dapat berbuat sesuai dengan kepentingan
principal, sehingga dapat menimbulkan biaya keagenan. Penerapan
55
corporate governance yang baik dapat meminimalisir tindakan praktik
manajemen laba dan dewan komisaris merupakan inti dari corporate
governance.
Setelah melakukan penelitian ini, didapatkan hasil bahwa
karakteristik dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba. Artinya hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa
karakteristik dewan komisaris berpengaruh negatif signifikan terhadap
manajemen laba ditolak. Berdasarkan dari hasil pengujian penelitian
ditemukan bahwa pengukuran karakteristik dewan komisaris dengan
menggunakan jumlah keseluruhan anggota dewan komisaris, jumlah
dewan komisaris independen, jumlah rapat keseluruhan dewan komisaris
dan keahlian yang dimiliki oleh dewan komisaris baik keahlian akuntansi
maupun keahlian keuangan secara keseluruhan tidak memiliki pengaruh
apapun terhadap manajemen laba, sehingga karakteristik dewan
komisaris dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba hal ini dapat terjadi karena penerapan good corporate governance
yang kurang baik seperti halnya kurangnya sikap keterbukaan antara
manajer dan investor dan juga dikarenakan kurangnya sikap bertanggung
jawab yang dimiliki oleh seorang manajer terhadap perusahaan sehingga
bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Felicia dan Ghozali (2017), yang menyatakan bahwa rapat dewan
komisaris tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen
laba. Nolita (2017), yang menyatakan bahwa dewan komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap earning management dan
56
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nuryana dan Sunjandari
(2019).
2. Hasil Temuan Hipotesis 2 (Komite Audit Berpengaruh Positif
Terhadap Manajemen Laba)
Berdasarkan teori keagenan dalam penelitian ini yang merupakan
dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance dan
manajemen laba. Dewan komisaris yang merupakan inti dari corporate
governance yang dibantu oleh komite audit dalam menjalankan tugasnya
yaitu membantu mengawasi pelaporan keuangan. Komite audit yang
memiliki peran pengawasan merupakan refleksi dari prinsip teori
keagenan bahwa perusahaan membutuhkan suatu mekanisme
pengawasan terhadap perilaku oportunistik manajer dapat mengurangi
tindakan praktik manajemen laba.
Setelah melakukan penelitian ini, didapatkan hasil bahwa komite
audit positif signifikan terhadap manajemen laba. Artinya hipotesis kedua
(H2) yang menyatakan bahwa komite audit berpengaruh positif signifikan
terhadap manajemen laba diterima. Berdasarkan dari hasil pengujian
penelitian ditemukan bahwa pengukuran komite audit dengan
menggunakan jumlah anggota komite audit, jumlah komite audit
independen, jumlah rapat keseluruhan anggota komite audit dan keahlian
yang dimiliki oleh anggota komite audit baik itu keahlian akuntansi
maupun keahlian keuangan secara keseluruhan menunjukkan bahwa
komite audit dalam penelitian ini tidak mampu untuk mengurangi tindakan
manajemen laba. Hal ini disebabkan karena adanya kepentingan untuk
diri sendiri yang dilakukan oleh manajemen dan juga oleh anggota komite
57
audit sesuai dengan teori keagenan yang menyatakan bahwa setiap
individu akan bertindak sesuai dengan kepentingan diri mereka sendiri.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Alfiyahsahra dan Challen (2020), yang menyatakan bahwa komite audit
independen berpengaruh positif terhadap manajemen laba.Nur dan M.
Cholid (2020), menyatakan bahwa keterampilan komite audit
berpengaruh terhadap manajemen laba. Nolita (2017), menyatakan
bahwa ukuran komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti peran dewan komisaris
terhadap manajemen laba dengan menggunakan indikator ukuran dewan
komisaris, independensi, frekuensi pertemuan dan keahlian. Dari
pengujian hipotesis yang telah dilakukan, ditemukan hasil bahwa ukuran
dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
2. Komite Audit Terhadap Manajemen Laba
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti peran komite audit terhadap
manajemen laba dengan menggunakan indikator ukuran komite audit,
independensi, frekuensi pertemuan dan keahlian Dari hasil uji hipotesis
yang telah dilakukan, ditemukan hasil bahwa ukuran komite audit
berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba.
B. Saran
Penelitian ini mempunyai keterbatasan yang diharapkan dapat
diperbaiki pada penelitian selanjutnya, seperti banyaknya annual report
perusahaan yang tidak ditemukan di IDX selama periode pengamatan
sehingga tidak masuk kriteria sampel penelitian dan penggunaan model
untuk mendeteksi manajemen laba dalam penelitian ini mungkin belum baik
sehingga masih memerlukan justifikasi model lain terutama dalam mencari
Discretionary Accruals.
58
Berdasarkan keterbatasan yang ada, maka saran yang diberikan
untuk penelitian selanjutnya yaitu untuk menambah periode pengamatan atau
dapat menggunakan seluruh sektor perusahaan manufaktur sehingga hasil
yang diperoleh bisa lebih umum, kedua untuk mempertimbangkan model
yang akan digunakan dalam menentukan Discretionary Accruals sehingga
dapat melihat adanya manajemen laba dengan sudut pandang yang berbeda.
59
DAFTAR PUSTAKA
Andanasari, Nuraini Dan Ayu Chairina Laksmi. 2017. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan. Simpusium Nasional Akuntansi XX. Jember. 2017.
Agustina, D. 2013. Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Law, Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Dan
Keuangan. Vol. 15 (1): Hal. 27-42.
Alfiyasahra, N., & Challen, A. E. (2020). Pengaruh Kualitas Komite Audit dan Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Indonesia, 9(1), 37. https://doi.org/10.30659/jai.9.1.37-51
Amalia, BY & Moh Didik. 2017. pengaruh konsentrasi kepemilikan, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, dan frekuensi rapat komite audit terhadap praktik manajemen laba. Diponegoro journal of accounting 6(3). 1-14.
Arifin, levania dan nicken destriana. 2016. pengaruh firm size, corporate governance, dan karakteristik perusahaan terhadap manajemen laba. jurnal bisnis dan akuntansi, vol. 18, no.1:84-93.
Cantika, M. B., & Jin, T. F. (2020). Pengaruh komite audit, struktur perusahaan, ukuran perusahaan, dan ukuran dewan direksi terhadap manajemen laba. Journal of Financial Economics 3, 01(01), 1–10. https://repository.tsm.ac.id/publications/323729/pengaruh-komite-audit-struktur-perusahaan-ukuran-perusahaan-dan-ukuran-dewan-dir
Chen, Y., Sains, U., & Nasional, Y. (2020). Manajemen Laba Dan Karakteristik Pengaruh Komite Audit , Komisaris Independen : Bukti Dari. 21(2), 569–587.
Dewan, R., Dan, K., & Ghozali, I. (2017). Pengaruh Ukuran Komite Audit, Audit Eksternal, Jumlah Rapat Komite Audit, Jumlah Rapat Dewan Komisaris Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014). Pengaruh Ukuran Komite Audit, Audit Eksternal, Jumlah Rapat Komite Audit, Jumlah Rapat Dewan Komisaris Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2012-2014), 6(2), 91–102.
Dwiharyadi, A. (2017). Pengaruh Keahlian Akuntansi Dan Keuangan Komite Audit Dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba (The Impact of Accounting and Finance Expertise of Audit Committee and Board of Commissioner on Earnings Management). Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 14(1), 75–93. http://jaki.ui.ac.id/index.php/home/article/view/646.
Fatmawati, Y. (2018). Pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2011-2015). jurnal akuntansi universitas padang, 6(3), 1-28.
60
Felicya, C. & Sutrisno, P. (2020). the effect of company characteristic, ownershipstructure and audit quality on earnings management. jurnal bisnis dan akuntansi. 22(1), 129-138.
Herawaty, vinola. 2006. peran praktek corporate governance sebagai variabel moderating dari pengaruh earnings management terhadap nilai perusahaan. simpusium nasional akuntansi XI.
Jensen, michael C. dan W.H Meckling. 1967. theory of the firm : manageria behavior, agency cost and ownership structur. journal of financia economic 3. hal. 305-360.
Internasional, J., Hasan, S., Kassim, A. A., Ali, M., & Hamid, A. (2020). Dampak Kualitas Audit , Komite Audit dan Kualitas Pelaporan Keuangan : Bukti dari
Malaysia. 10(5), 272–281.
Karina, R. (2020). Pengaruh karakteristik komite audit dan auditor eksternal terhadap praktik manajemen laba di indonesia. Forum Ekonomi, 22(2), 307–318.
http://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/FORUMEKONOMI/article/view/7304
Kirana, D. J., Wibawaningsih, E. J., Wijayanti, A., Pembangunan, U., Veteran, N., & Kirana, D. J. (2020). PENGELOLAAN Penulis yang sesuai : Abstrak : Penelitian ini menguji apakah corporate pemerintah dan mekanisme tata kelola dalam membatasi manajemen laba . Pengantar Para peneliti mulai meneliti manajemen laba sejak Jensen dan Meckling Kualitas Audit dan Manajemen Laba Reputasi Kantor Audit Reputasi auditor dapat diukur dengan mengidentifikasi apakah sebuah perusahaan audit. 1(1999), 156–
168. https://doi.org/10.38035/JAFM
Lestari, E., & Murtanto, M. (2018). Pengaruh Efektivitas Dewan Komisaris Dan Komite Audit, Struktur Kepemilikan, Dan Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba. Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, 17(2), 97.
https://doi.org/10.25105/mraai.v17i2.2063
M. Mawardi Cholid, Diana Nur, H. U. (2020). Pengaruh Keahlian Akuntansi Dan Keahlian Keuangan Pada Komite Audit Dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi, 09(02), 47–57.
Nuryana, O. Y., & Surjandari, D. A. (2019). Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, dan Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.
OJK. 2015. Peraturan otoritas jasa keuangan nomor 55/POJK.04/2015 tentang
pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit, 1-29.
Prastiti, Anindyah, dan wahyu meiranto. 2013. pengaruh karakteristik dewan komisaris dan komite audit terhadap manajemen laba. diponegoro journal of accounting, vol.2. No.4, 1-12.
Putri, N. G., & NR, E. (2019). Pengaruh Keahlian Akuntansi Komite Audit Dan Dewan Komisaris Wanita Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
61
2015-2017). Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 1(3), 1051–1067.
Risma dan Yolanda Fetricia. 2014. Analisis Laporan Keuangan Sebagai Dasar dalam penilaian kinerja keuangan PT. Budi satria wahana motor. Jurnal
akuntansi & akuntansi, vo. 5 No. 1, hal 93-121.
Sari, Ira HN. 2017. pengaruh komite audit, dewan komisaris, ukuran perusahaan dan leverage terhadap manajemen laba (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2013-2015). skripsi.
universitas muhammadiyah surakarta.
Scoot, william, R. 1997. financial accounting theory, international edition, new jersey: prentice-hall, Inc.
Siregar, N. Y. (2017). Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Earning Management. Jurnal Akuntansi, Informatics and Business Institute Darmajaya, 3(2), 50–63.
Subyamanyam, K. R. 2014. Financial statement analysis. elevent edition. new york: McGRAW-HILL.
Suhendra. 2015. BEI: Laporan keuangan inovasi salah saji, suspen saham belum akan dibuka. bareksa, 25 februari 2019, https://www.bareksa.com/id/text/2015/02/25/bei-laporan-keuangan-inovasi-salah-saji-suspem-saham-belum-akan-dibuka/9562/analysis.
Lampiran 1
Kriteria Keahlian Akuntansi dan Keahlian Keuangan
Keahlian Akuntansi Keahlian Keuangan
Chief finance officer Analyst
Accounting officer Loan officer
Chief accountant Investment manager
Controller Fund manager
Certified public accountant Asset manager
Chartered accountant Treasurer
Financial officer Finance director
Head of accounting Manager finance
Employment of audit firm Vice president finance
Lampiran 2
Perusahaan Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan Kode
Perusahaan
1 Akasha Wira International Tbk ADES
2 Tri Banyan Tirta Tbk ALTO
3 Budi Starch & Sweetener Tbk BUDI
4 Campina Ice Cream Industry Tbk CAMP
5 Wilmar Cahaya Indonesia Tbk CEKA
6 Sariguna Primatirta Tbk CLEO
7 Delta Djakarta Tbk DLTA
8 Sentra Food Indonesia Tbk FOOD
9 Garudafood Putra Putri Jaya Tbk GOOD
10 Buyung Poetra Sembada Tbk HOKI
11 Indofood CBP Sukses Makmur Tbl ICBP
12 Inti Agri Resource Tbk IIKP
13 Indofood Suskes Makmur Tbk INDF
14 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI
15 Pratama Abadi Nusa Industri Tbk PANI
16 Prima Cakrawala Abadi Tbk PCAR
17 Nippon Indosari Corpindo Tbk ROTI
18 Sekar Bumi Tbk
SKBM
No Nama Perusahaan Kode
Perusahaan
19 Sekar Laut Tbk SKLT
20 Siantar Top Tbk STTP
21 Tunas Baru Lampung Tbk TBLA
22 Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk ULTJ
Lampiran 3
Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS)
Dewan Komisaris Divisi Hukum
Direktur
Penilaian
Perusahaan
Direktur Utama
Sekertaris Perusahaan
Satuan Pemeriksa
Internal
Direktur
Perdagangan
Dan
Pengaturan
Anggota
Bursa
Direktur
Pengawasan
Transaksi
Dan
Kepatuhan
Anggota
Bursa
Direktur
Keuangan
Dan Sumber
Daya
Manusia
Direktur
Teknologi
Dan
Manajemen
Risiko
Direktur
Pengembang
an
Devisi
Penilaian
Perusahaan-
Sektor Rill
Devisi
Penilaian
Perusahaan-
Sektor Jasa
Devisi
Penilaian
Perusahaan-
Surat Hutang
Divisi
Perdagangan
Saham
Divisi
Keanggotaan
Divisi
Perdagangan
Surat Utang Divisi
Kepatuhan
Anggota
Divisi
Pengawasan
Transaksi
Divisi
Riset
Divisi
Pengembang
an Usaha
Divisi
Pemasaran
Divisi
Manajemen
Risiko
Divisi
Pengembang
an Solusi
Bisnis
Teknologi
Informasi
Divisi
Operasi
Teknologi
Informasi
Divisi
Keuangan
Divisi
SDM
Divisi
Umum
Lampiran 4
Data Penelitian Dewan Komisaris
No
Kode Nama Perusahaan Tahun
Karakteristik Dewan Komisaris
BOARDSIZE
BOARDINDD
BOARDMEET
BOARDACS
BOARDFNC
1 ADES Akasha Wira
International Tbk
2018 3 33.33 6 1 1
2019 3 33.33 5 1 1
2 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 2018 2 50 5 1 1
2019 2 50 4 1 1
3 BUDI Budi Starch &
Sweetener Tbk
2018 3 33.33 6 1 1
2019 3 33.33 4 1 1
4 CAMP Campina Ice Cream
Industry Tbk
2018 3 33.33 6 1 1
2019 3 33.33 4 1 1
5 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
2018 3 33.33 6 1 1
2019 3 33.33 6 1 1
6 CLEO Sariguna Primatirta
Tbk
2018 3 33.33 6 1 1
2019 3 33.33 6 1 1
7 DLTA Delta Djakarta Tbk 2018 5 40 12 3 1
2019 5 40 13 3 1
8 FOOD Sentra Food
Indonesia Tbk
2018 3 33.33 3 1 2
2019 3 33.33 8 1 2
9 GOOD Garudafood Putra
Putri Jaya Tbk
2018 3 33.33 2 1 1
2019 5 40 6 2 2
10 HOKI Buyung Poetra Sembada Tbk
2018 3 33.33 6 1 1
2019 3 33.33 6 1 1
11 ICBP Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk
2018 6 50 12 2 1
2019 6 50 10 2 3
12 IIKP Inti Agri Resource Tbk 2018 3 33.33 5 1 1
2019 3 33.33 5 1 1
13 INDF Indofood Sukses
Makmur Tbk
2018 8 37.5 12 2 3
2019 8 37.5 10 2 3
No
Kode Nama Perusahaan Tahun
Karakteristik Dewan Komisaris
BOARDSIZE
BOARDINDD
BOARDMEET
BOARDACS
BOARDFNC
14 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
2018 6 50 6 2 2
2019 8 50 6 3 2
15 PANI Pratama Abadi Nusa
Industri Tbk
2018 2 50 2 1 1
2019 2 50 6 1 1
16 PCAR Prima Cakrawala
Abadi Tbk
2018 2 50 2 1 1
2019 2 50 6 1 1
17 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
2018 3 33.33 6 1 1
2019 3 33.33 6 1 1
18 SKBM Sekar Bumi Tbk 2018 3 33.33 6 2 1
2019 3 33.33 6 2 1
19 SKLT Sekar Laut Tbk 2018 3 33.33 6 1 2
2019 3 33.33 6 1 2
20 STTP Siantar Top Tbk 2018 2 50 12 1 1
2019 2 50 12 1 1
21 TBLA Tunas Baru Lampung
Tbk
2018 3 33.33 6 1 2
2019 3 33.33 6 1 2
22 ULTJ Ultra Jaya Milk
Industry & Trading Company Tbk
2018 3 33.33 2 1 1
2019 4 50 3 2 2
Lampiran 5
Data Penelitian Komite Audit
No
Kode Nama Perusahaan Tahun
Komite Audit
ACSIZE
ACINDD
ACMEET
ACACS
ACFNC
1 ADES Akasha Wira
International Tbk
2018 3 100 1 1 1
2019 3 100 1 1 1
2 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 2018 2 50 0 1 1
2019 2 50 0 1 1
3 BUDI Budi Starch &
Sweetener Tbk
2018 3 66.66 1 1 2
2019 3 66.66 1 1 2
4 CAMP Campina Ice Cream
Industry Tbk
2018 3 66.66 1 1 1
2019 3 66.66 1 1 1
5 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
2018 3 100 1 2 1
2019 3 100 1 2 1
6 CLEO
2018 3 100 1 1 1
Sariguna Primatirta Tbk
2019 3 100 1 1 1
7 DLTA Delta Djakarta Tbk 2018 3 33.33 1 2 1
2019 3 33.33 1 2 1
8 FOOD Sentra Food
Indonesia Tbk
2018 3 66.66 0 1 2
2019 3 66.66 1 1 2
9 GOOD Garudafood Putra
Putri Jaya Tbk
2018 3 66.66 0 1 1
2019 3 66.66 0 1 1
10 HOKI Buyung Poetra Sembada Tbk
2018 3 100 1 2 1
2019 3 100 1 2 1
11 ICBP Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk
2018 3 33.33 1 1 1
2019 3 100 1 1 2
12 IIKP Inti Agri Resource
Tbk
2018 3 66.66 1 1 2
2019 3 66.66 1 1 1
13 INDF Indofood Sukses
Makmur Tbk
2018 3 100 1 2 1
2019 3 100 1 2 1
No Kode Nama Perusahaan Tahun
Komite Audit
ACSIZE
ACINDD
ACMEET
ACACS ACFN
C
14 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
2018 3 100 1 2 1
2019 3 100 1 2 1
15 PANI Pratama Abadi Nusa
Industri Tbk
2018 3 66.66 0 2 1
2019 3 66.66 1 2 1
16 PCAR Prima Cakrawala
Abadi Tbk
2018 3 100 0 1 2
2019 3 100 0 1 2
17 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
2018 3 66.66 1 1 1
2019 3 66.66 1 1 1
18 SKBM Sekar Bumi Tbk 2018 3 100 1 2 1
2019 3 100 1 2 1
19 SKLT Sekar Laut Tbk 2018 3 100 1 1 1
2019 3 100 1 1 1
20 STTP Siantar Top Tbk 2018 3 100 1 2 1
2019 3 100 1 2 1
21 TBLA Tunas Baru
Lampung Tbk
2018 3 66.66 1 1 1
2019 3 66.66 1 1 1
22 ULTJ Ultra Jaya Milk
Industry & Trading Company Tbk
2018 3 100 1 2 1
2019 3 100 1 2 1
Lampiran 6
Data Penelitian Variabel X dan Y
No Kode Nama Perusahaan Tahun Manajemen
Laba (y)
Dewan Komisaris
(x1)
Komite Audit (x2)
1 ADES Akasha Wira
International Tbk
2018 -0.007353139 44.33 106
2019 -0.009387157 43.33 106
2 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 2018 0.000116989 59 54
2019 -0.000179297 58 54
3 BUDI Budi Starch &
Sweetener Tbk
2018 -0.004874002 44.33 73.67
2019 -0.002231525 42.33 73.67
4 CAMP Campina Ice Cream
Industry Tbk
2018 -0.023064825 44.33 72.67
2019 -0.019180958 42.33 72.67
5 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
2018 -0.025560693 44.33 107
2019 -0.022188936 44.33 107
6 CLEO Sariguna Primatirta
Tbk
2018 0.000248361 44.33 106
2019 0.003480412 44.33 106
7 DLTA Delta Djakarta Tbk 2018 -0.066832354 61 40.33
2019 -0.079792542 62 40.33
8 FOOD Sentra Food
Indonesia Tbk
2018 -0.007398032 42.33 72.67
2019 -0.007700659 47.33 73.67
9 GOOD Garudafood Putra
Putri Jaya Tbk
2018 -0.004910375 40.33 71.67
2019 -0.00371322 55 71.67
10 HOKI Buyung Poetra Sembada Tbk
2018 -0.011557424 44.33 107
2019 -0.011613442 44.33 107
11 ICBP Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk
2018 -0.006422897 71 39.33
2019 -0.006550903 71 107
No Kode Nama Perusahaan Tahun Manajemen
Laba (y)
Dewan Komisaris
(x1)
Komite Audit (x2)
12 IIKP Inti Agri Resource
Tbk
2018 -0.001853688 43.33 73.67
2019 0.005148957 43.33 72.67
13 INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk
2018 -0.004890884 62.5 107
2019 -0.005927462 60.5 107
14 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
2018 -0.005732624 66 107
2019 -0.005662229 69 107
15 PANI Pratama Abadi Nusa
Industri Tbk
2018 -0.013572154 56 72.67
2019 -0.03669992 60 73.67
16 PCAR Prima Cakrawala
Abadi Tbk
2018 -0.025804757 56 106
2019 -0.015916345 60 106
17 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
2018 -0.008366517 44.33 72.67
2019 -0.006210266 44.33 72.67
18 SKBM Sekar Bumi Tbk 2018 -0.008131022 45.33 107
2019 -0.009351537 45.33 107
19 SKLT Sekar Laut Tbk 2018 -0.005503436 45.33 106
2019 -0.008534975 45.33 106
20 STTP Siantar Top Tbk 2018 -0.007332492 66 107
2019 -0.004968564 66 107
21 TBLA Tunas Baru Lampung
Tbk
2018 -0.004454856 45.33 72.67
2019 -0.006245978 45.33 72.67
22 ULTJ Ultra Jaya Milk
Industry & Trading Company Tbk
2018 -0.00938901 40.33 107
2019 -0.009560966 61 107
Lampiran 7
Hasil Analisis dengan Menggunakan SPSS
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
manajemen_laba 44 -.08 .01 -.0117 .01586
dewan_komisaris 44 40.33 71.00 51.4677 9.64402
komite_audit 44 39.33 107.00 87.4252 22.04290
Valid N (listwise) 44
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 komite_audit,
dewan_komisari
sb
. Enter
a. Dependent Variable: manajemen_laba
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .388a .150 .109 .01497 1.201
a. Predictors: (Constant), komite_audit, dewan_komisaris
b. Dependent Variable: manajemen_laba
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .002 2 .001 3.623 .036b
Residual .009 41 .000
Total .011 43
a. Dependent Variable: manajemen_laba
b. Predictors: (Constant), komite_audit, dewan_komisaris
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficient
s
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta
Toleran
ce VIF
1 (Constant) -.017 .016 -1.077 .288
dewan_komisaris .000 .000 -.183 -1.272 .211 .997 1.003
komite_audit .000 .000 .331 2.294 .027 .997 1.003
a. Dependent Variable: manajemen_laba
Coefficient Correlationsa
Model komite_audit
dewan_komisari
s
1 Correlations komite_audit 1.000 .058
dewan_komisaris .058 1.000
Covariances komite_audit 1.076E-8 1.433E-9
dewan_komisaris 1.433E-9 5.622E-8
a. Dependent Variable: manajemen_laba
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue
Condition
Index
Variance Proportions
(Constant) dewan_komisaris komite_audit
1 1 2.937 1.000 .00 .00 .01
2 .050 7.660 .01 .24 .70
3 .013 14.940 .99 .75 .29
a. Dependent Variable: manajemen_laba
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value -.0291 -.0037 -.0117 .00615 44
Std. Predicted Value -2.821 1.305 .000 1.000 44
Standard Error of Predicted
Value
.003 .007 .004 .001 44
Adjusted Predicted Value -.0353 -.0033 -.0117 .00630 44
Residual -.05369 .02263 .00000 .01462 44
Std. Residual -3.587 1.512 .000 .976 44
Stud. Residual -3.892 1.709 -.002 1.039 44
Deleted Residual -.06322 .02893 -.00006 .01657 44
Stud. Deleted Residual -4.841 1.752 -.031 1.152 44
Mahal. Distance .607 8.376 1.955 1.588 44
Cook's Distance .000 .896 .048 .156 44
Centered Leverage Value .014 .195 .045 .037 44
a. Dependent Variable: manajemen_laba
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 44
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .01461660
Most Extreme Differences Absolute .164
Positive .119
Negative -.164
Test Statistic .164
Asymp. Sig. (2-tailed) .004c
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .169d
99% Confidence Interval Lower Bound .160
Upper Bound .179
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. Based on 10000 sampled tables with starting seed 299883525.