Intervensi penyuluh pertanian Dalam Pemberdayaan Sosial ...

75
INTERVENSI PENYULUH PERTANIAN DALAM PEMBERDAYAAN SOSIAL EKONOMI KELOMPOK TANI (Studi Kasus Petani Tomat di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng) BAHARUDDIN 105 96 01006 11 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

Transcript of Intervensi penyuluh pertanian Dalam Pemberdayaan Sosial ...

INTERVENSI PENYULUH PERTANIAN DALAM

PEMBERDAYAAN SOSIAL EKONOMI

KELOMPOK TANI

(Studi Kasus Petani Tomat di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere

Kabupaten Bantaeng)

BAHARUDDIN

105 96 01006 11

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

INTERVENSI PENYULUH PERTANIAN DALAM

PEMBERDAYAAN SOSIAL EKONOMI

KELOMPOK TANI

(Studi Kasus Petani Tomat di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere

Kabupaten Bantaeng)

BAHARUDDIN

105 96 01006 11

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

StartaSatu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Intervensi penyuluh pertanian Dalam Pemberdayaan Sosial

Ekonomi Kelompok Tani Di Desa Bonto Daeng Kecamatan

Ulu Ere Kabupaten Bantaeng

Nama : Baharuddin

Stambuk : 105960100611

Konsentrasi : PenyuluhPertanian

Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Amruddin, S.Pt., M.Pd., M.Si St. Khadijah Y. Hiola. S.TP.,M.Si

Diketahui

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis

Ir. SalehMolla, M.M Amruddin, S.Pt., M.Pd.,M.Si

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul : Intervensi penyuluh pertanian Dalam Pemberdayaan Sosial

Ekonomi Kelompok Tani Di Desa Bonto Daeng Kecamatan

Ulu Ere Kabupaten Bantaeng

Nama : Baharuddin

Stambuk : 105960100611

Konsentrasi : PenyuluhPertanian

Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

KOMISI PENGUJI

Nama TandaTangan

1). Amruddin, S.Pt., M.Pd., M.Si

Ketua Sidang

2).St. Khadijah Y. Hiola. S.TP.,M.Si

Sekertaris

3). Dr. Sri Mardiyanti, SP.,M. Si

Anggota

4). Syatir, SP.,M. Si

Anggota

Tanggal Lulus :………………………

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Intervensi Penyuluh

Pertanian Dalam Pemberdayaan Sosial Ekonomi Kelompok Tani Di Desa

Bonto Daeng Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng adalah merupakan hasil

karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana

pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Agustus 2015

BAHARUDDIN

105960100611

ABSTRAK

BAHARUDDIN 105960100611. Intervensi Penyuluh Pertanian Dalam

Pemberdayaan Sosial Ekonomi Kelompok Tani Di Desa Bonto Daeng Kecamatan

Ulu Ere Kabupaten Bantaeng. Di bawah bimbingan AMRUDDIN dan

ST. KHADIJAH.

Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu Bulan Mei sampai

Bulan Agustus 2015 di Desa Bonto Daeng, Kecamatan Uluere, Kabupaten

Bantaeng, dengan alasan di desa ini sebagian besar mata pencaharian petani

adalah komoditi tanaman sayuran khususnya tanaman tomat.

Populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 40 orang yang terdiri dari 2

kelompok petani tomat yang masing-masing beranggotakan 20 orang di Desa

Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng yang melakukan

pembudidayaan tanaman tomat

Bentuk-bentuk intervensi penyuluh pertanian di Desa Bonto Daeng

Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng seperti: Program penyuluh pertanian,

kegiatan sosialisasi, demontstrasi, pemberian Bantuan. Hasil Setelah pelaksanaan

intervensi yang dicapai yaitu meningkatnya ekonomi petani dengan adanya

program pemberian bantuan kepada petani berupa bantuan pupuk ZA, EMPK,

UREA, dan pupuk organik, pupuk kandang, pupuk gardena, racun Tap, dan bibit

tomat.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul “Intervensi Penyuluh

Pertanian Dalam Pemberdayaan Sosial Ekonomi Kelompok Tani” (Studi

Kasus Petani Tomat di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten

Bantaeng).

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat :

1. Bapak Amruddin, S.Pt., M.Pd., M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu

St. Khadijah Y. Hiola, S.TP., M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga

skripsi dapat diselesaikan.

2. Bapak Ir. Saleh Molla, M. M selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Amruddin, S.Pt., M.Pd., M.Si selaku ketua Jurusan Agri bisnis Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Kedua orang tua ayahanda Baddu dan ibunda De’ssauba, dan kakakku tercinta

Dahlan dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril

maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada

penulis.

6. Kepada pihak pemerintah Kecamatan Ulu Ere khususnya kepala pak desa

beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian

di Daerah tersebut.

7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir

penulis tidak dapat sebut satu persatu.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan

dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Semoga Kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepada-Nya. Amin.

Makassar, Agustus 2015

BAHARUDDIN

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ............................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 3

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 3

II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5

2.1. Pengertian Intervensi ....................................................................... 5

2.2. Pengertian Pemberdayaan................................................................ 11

2.3. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ................................................. 12

2.4. Kajian Kelompok ............................................................................. 14

2.5. Kajian Sosial Ekonomi .................................................................... 18

2.6. Perubahan Sosial.............................................................................. 20

2.7. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 22

III METODE PENELITIAN ............................................................................ 25

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitia .............................................................. 25

3.2. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel........................................... 25

3.3. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 26

3.4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 26

3.5. Teknik Analisis Data ........................................................................ 27

3.6. Definisi Operasional ......................................................................... 27

IV. GAMABARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................... 29

4.1 Gambaran Umum Lokasi .................................................................... 29

4.2 Potensi Sumber Daya Alam ................................................................ 29

4.3 Potensi Sumber Daya Manusia ........................................................... 30

4.4 Sarana Dan Prasarana.......................................................................... 34

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 35

5.1 Identitas Reswponden ......................................................................... 35

5.2 Program Penyuluhan ........................................................................... 41

5.3 Pemberian Bantuan ............................................................................. 42

5.4 Hasil Yang Dicapai ............................................................................. 43

5.5 Upayah Pemberdayaan SosiaL Ekonomi ............................................ 44

VI. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 45

DAFTAR PUSTAKA

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

LAMPIRAN

Kuesioner Penelitian

Peta Lokasi Penelitian

Identitas Responden

Dokumentasi Penelitian

Surat Izin Penelitian

Riwayat Hidup

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman 1. Luas Wilayah Menurut Penggunaannuya ........................................ 30

2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ................................ 31

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ............................ 31

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........................ 32

5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .......................... 33

6. Jumlah Sarana dan Prasarana ........................................................... 34

7. Identritas Responden Petani Tomat Berdasarkan Tingkat Umur ....... 35

8. Jumlah Petani Responden Menurut Tingkat Pendidikan .................... 37

9. Jumlah Responden Menurut Pengalaman Berusahatani ..................... 38

10. Jumlah Petani Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga ... 39

11. Jumlah Petani Responden Menurut Luas Lahan .................................. 40

DAFTAR LAMPIRAN

No teks Halaman

1. Kuesioner Penelitian .................................................................................. 52

2. Peta Desa Bonto Daeng ............................................................................. 53

3. Identitas Responden ................................................................................... 54

4. Dokumentasi Penelitian ............................................................................. 56

5. Surat Penelitian .......................................................................................... 58

6. Riwayat Hidup ........................................................................................... 62

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia yang merupakan negara agraris sebagian besar

penduduknya yang hidup di pedesaan bermata pencaharian sebagaipetani

(sekitar 60 persen, data Sensus Penduduk tahun 2000). Selama ini kawasan

perdesaan dicirikan antara lain oleh rendahnya tingkat produktivitas tenaga

kerja, masih tingginya tingkat kemisikinan, dan rendahnya kualitas

lingkungan permukiman perdesaan. Rendahnya pruduktivitas tenaga kerja di

perdesaan bisa dilihat dari besarnya tenaga kerja yang ditampung sektor

pertanian (46,26 persen dari 90,8 juta penduduk yang bekerja), padahal

sumbangan sektor pertanian terhadap perekonomian nasional menurun

menjadi 15,9 persen. Sementara itu tingginya tingkat kemiskinan di perdesaan

bisa ditinjau baik dari indikator jumlah dan persentase penduduk miskin

(head count), maupun tingkat kedalaman dan keparahan kemisikinan.

Pada umumnya petani di perdesaan memiliki keinginan untuk

meningkatkan produksi pertaniannya tetapi karena banyak masalah yang

dihadapinya sehingga sulit untuk mencapai apa yang diinginkannya. Di

Indonesia umumnya melanda kalangan petani yang menjadi penyebab

semakin menjalarnya kemiskinan pada golongan petani kecil.

Pembangunan pertanian tidak dapat begitu saja lepas

dari pembangunan pedesaan. Sebagaimana menurut pandangan umum, bahwa

pedesaan hampir selalu diidentikkan dengan pertanian dan sebaliknya,

2

pertanian di identikkan dengan pedesaan. Hal ini telah dimaklumi bersama

karena sebagian besarpetani di Indonesia hidup di pedesaan, dan sebagian

besar penduduk desa umumnya bermata pencaharian sebagai petani.

Penyuluhan pertanian adalah salah satu instrumen kebijakan yang

mendukung pembangunan pertanian.Pemikiran tentang pembangunan

pertanian telah banyak berubah semenjak peranan pemerintah menurun di

banyak masyarakat atau Negara dan peranan perusahaan swasta dan

organisasi non pemerintah meningkat.

Agen penyuluhan seringkali hanya memiliki setengah dari

pengetahuan yang diperlukan untuk mengambil keputusan, sedangkan

petanidan keluarganya melengkapi kekurangannya.

Untuk mengolah usaha taninya dengan baik, petani memerlukan

pengetahuan dan informasi mengenai berbagai tofik, seperti:

a) Hasil penemuan dan penelitian berbagai disiplin pengelolaan usaha tani

dan teknologi produksi.

b) Pengalaman petani lain.

c) Situasi mutakhir dan perkembangan yang mungkin terjadi di pasaran input

dan hasil produksi dan kebijakan pemerintah.

Penelitian pertanian telah memberikan sumbangan utama dalam

peningkatan produktifitas pertanian.Kendati demikian, penelitian tidak selalu

menyediakan informasi yang dibutuhkan petani dan seringkali tidak

memperhatikan kenyataan bahwa banyak petani, khususnya di Negara-negara

berkembang, memiliki keterbatasan akses informasi.

3

Hal di atas yang melatar belakangi penulis mengangkat judul

penelitian “Intervensi Penyuluh Pertanian Dalam Pemberdayaan Sosial

Ekonomi Kelompok Tani (Studi Kasus Petani Tomat di Desa Bonto Daeng

Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka yang menjadi landasan

rumusan masalah adalah :

1) Bagaimana bentuk intervensi yang dilakukan penyuluh di Desa

Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere kabupaten Bantaeng) ?

2) Bagaimana keadaan sosial ekonomi kelompok setelah intervensi

yang dilakukan penyuluh di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere

kabupaten Bantaeng ?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini

bertujuan :

1) Untuk mengetahui bentuk intervensi yang dilakukan penyuluh di

Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere kabupaten Bantaeng.

2) Untuk keadaan sosial ekonomi kelompok setelah intervensi yang

dilakukan penyuluh di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere

kabupaten Bantaeng

4

Kegunaan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan terpadu keluarga

petani dalam agen penyuluhan untuk mengembangkan sistem usaha tani yang

paling produktif.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Intervensi

Intervensi merupakan campur tangan antara penyuluh dan kelompok

tani, untuk melakukan sutu kegiatan seperti sosialisasi dan demonstrasi

Sedangkan, Metode intervensi sosial dapat diartikan sebagai suatu cara atau

strategi dalam memberikan bantuan kepada masyarakat (individu, kelompok,

komunitas) untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang melalui upaya

memfungsikan kembali fungsi sosialnya. (Van Den Ban, 1999)

Dalam melakukan intervensi sosial seorang agen perubahan harus

memiliki tiga buah bekal yaitu :

a) Knowledge (pengetahuan) seorang praktisi agen perubahan dituntut untuk

mampu memiliki pemahaman yang baik terkait konsep-konsep dibidang

kesejahteraan sosial.

b) Skill (keterampilan) yang mana seorang praktisi agen perubahan harus

mampu menerapkan pengetahuan-pengetahuan yang mereka miliki

kedalam praktek-praktek dimasyarakat.

c) Value (nilai) nilai-nilai yang diusung oleh praktisi kesejahteraan sosial

sendiri adalah nilai-nilai moral dan nilai-nilai sosial yang mengarah pada

kebaikan Seperti : nilai pelayanan, keadilan sosial, harkat dan martabat

seseorang, mementingkan hubungan kemanusiaan, integritas, dan

kompetensi.

6

2.1.1Konsep Motivasi Manusia

Penjelasan mengenai konsep motivasi manusia menurut Abraham Maslow

mengacu pada lima kebutuhan pokok yang disusun secara hierarkis. Tata lima

tingkatan motivasi secara hierarkis ini adalah sebagai berikut :

a. Kebutuhan yang bersifat fisiologis (lahiriyah). Manifestasi kebutuhan ini

terlihat dalam tiga hal pokok, sandang, pangan, dan papan.

b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan kerja (safety needs) kebutuhan ini

mengarah kepada rasa keamanan, ketentraman, dan jaminan seseorang

dalam kedudukannya, jabatannya, wewenangnya dan tanggung jawabnya

sebagai karyawan.

c. Kebutuhan sosial (social needs) kebutuhan akan kasih sayang dan

bersahabat (kerjasama) dalam kelompok kerja atau antar kelompok.

d. Kebutuhan akan prestasi (Estem Needs) kebutuhan akan kedudukan dan

promosi dibidang kepegawaian. Kebutuhan akan simbul-simbul dalam

statusnya seseorang serta prestise yang ditampilkannya.

e. Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja (self actualization). Setiap orang

ingin mengembangkan kapasitas kerjanya dengan baik. Hal ini merupakan

kebutuhan untuk mewujudkan segala kemampuan dan sering kali Nampak

pada hal-hal yang sesuai untuk mencapai citra dan cita diri seseorang.

Teori maslow sering digunakan untuk meramalkan prilaku orang

dalam kelompok atau organisasi, dan bagaimana memanifulasi atau

membentuk perilaku tersebut dengan cara memenuhi kebutuhannya,

7

meskipun Maslow sendiri sendiri tidak pernah bermaksud untuk meramalkan

perilaku ia bertolak dari dua asumsi dasar yaitu :

a) Manusia selalu mempunyai kebutuhan untuk berkembang dan maju

b) Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan lebih pokok terlebih dahulu

sebelum berusaha memenuhi kebutuhan lainnya, artinya kebutuhan yang

lebih mendasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan tambahan

yang lebih tinggi mulai mengendalikan perilaku seseorang.

2.1.2 Tahapan Intervensi

Maka berangkat dari kebutuhan inilah maka kita dapat memotivasi

petani dengan cara-cara mempersiapkan tahapan intervensi sosial dalam

program pemberdayaan masyarakat pada satu sisi, sebenarnya mempunyai

kemiripan dengan tahap pengembangan masyarakat sebagai suatu siklus

perubahan yang berusaha mencapai ketaraf yang lebih baik. Tetapi, bukan

merupakan tahapan yang mengenai anak tangga, dimana seseorang harus

berjalan sesuai tahap demi tahap melainkan merupakan tahapan yang

berbentuk siklus dan spiral dimana agen perubah dimungkinkan kembali

ketahap sebelumnya atau pengkajian apabila mendapat masukan baru yang

dapat digunakan untuk menyempurnakan program pemberdayaan tersebut.

Adapun tahapan intervensi sosial yaitu:

a) Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan sekurang-kurangnya ada dua tahapan yang

harus dipersiapkan yaitu (a) penyiapan petugas lapangan dalam hal ini tenaga

8

pemberdaya masyarakat yang bisa juga dilakukan oleh community worker,

petugas lapangan ini harus bisa menyamakan persepsi antar anggota tim agen

perubah mengenai pendekatan apa yang yang akan dipilih dalam melakukan

pemberdayaan masyarakat, apalagi dalam melaksanakan program

pemberdayaan masyarakat, mengingat latar belakang anggota tim biasanya

mempunyai latar belakang yang berbeda misal ada lulusan sarjana agama,

sarjana ilmu kesejahteraan. Sehingga perlu dilakukan pelatihan awal untuk

menyamakan persepsi mengenai program pemberdayaan masyarakat yang

akan dilakukan didaerah tersebut. (b) tahap penyiapan lapangan pada awalnya

melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran, baik

dilakukan secara informal, secara formal maksudnya tim agen perubah harus

bisa mendapat perijinan dari pihak-pihak pemerintah daerah. Sedangkan,

secara informal tim agen harus bisa menjalin kontak dengan tokoh-tokoh

agama sekaligus mendekati para warga terlebih dahulu dengan melakukan

pertemuan-pertemuan dari sinilah menjadi kunci apakah aka nada warga yang

berminat untuk menjadi kader atau tidak.

b) Tahap Pengkajian (Assessment)

Tahap ini dapat dilakukan secara individual melalui tokoh-tokoh

masyarakat, tetapi dapat juga melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Petugas sebagai agen perubah mengidentifikasi masalah dan sumber daya

yang dimiliki oleh klien. Dalam analisis kebutuhan masyarakat dalam proses

pengkajian digunakan tahap pendekatan kuantitatif maupun kualitatif.

Terkadang masyarakat mempunyai pandangan yang berbeda dengan petugas

9

yang akan menawarkan program pemberdayaan, disini petugas tidak dapat

memaksakan pandangan mereka kemasyarakat melainkan, harus diadakan

upaya menjembatani perbedaan pandangan tersebut, misalnya dengan

melakukan penyadaran masyarakat ataupun memberikan informasi pada

masyarakat agar mereka dapat berdiskusi dan mempertimbangkan keadaan

linkungan mereka secara lebih rasional.

c) Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan (designing)

Petugas sebagai agen perubah secara partisipasif mencoba

melibatkan warga untukberpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan

bagaimana cara mengatasinya. Dalam upaya mengatasi masalah yang ada

masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan

kegiatan yang dapat mereka lakukan. Dalam proses ini petugas sebagai

fasilitator yang membantu masyarakat berdiskusi dan memikirkan program

serta kegiatan apa saja yang tepat dilakukan pada saat itu.

d) Tahap pemformulasian rencana aksi

Pada tahap ini petugas membantu masing-masing kelompok

masyarakat untuk memformulasikan gagasan mereka dalam bentuk tertulis,

terutama bila ada kaitannya dengan proposal untuk pihak penyandang dana.

Tetapi jika kelompok ini sebelumnya beberapa kali pernah mengajukan

permohonan maka, kelompok ini hanya perlu mengkonsultasikan secara

singkat apa saja persyaratan yang harus dipenuhi dalam proposal tersebut.

Dalam tahap ini diharapkan petugas dan masyarakat dapat membayangkan

dan menuliskan tujuan jangka pendek apa yang akan mereka capai dan

10

bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Kemudian mereka dapat

mengarahkan tindakan itu sesuai dengan apa yang sudah diformulasikan.

e) Tahap pelaksanaan programm atau kegiatan (implementasi)

Tahap ini harus diperhatikan dengan baik, karena jika kurangnya

kerjasama antara petugas dan warga masyarakat atau pertentangan kelompok

dalam melaksanakan program dilapangan akan dapat melenceng dari rencana

sebelumnya, dalam program pemberdayaan ini diharapkan kader masyarakat

juga dapat menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan.

Teknologi yang digunakan pun harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat.

Meskipun sederhana tetapi tetap berfungsi dengan baik. Contoh timbangan

bayi yang manual.

f) Tahap Evaluasi

Tahap ini sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas

terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan, program

ini memang harus melibatkan masyarakat agar terbentuk komunitas untuk

melakukan pengawasan secara internal. Tentunya diharapkan program

pemberdayaan ini berjalan dengan baik meskipun tidak berjalan dengan

semestinya, maka sangat dibutuhkan umpan balik berguna bagi perbaikan

suatu program atau kegiatan. Sehingga jika diperlukan maka dilakukan

assessment.

g) Tahap Terminasi

Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal

dengan komunitas sasaran. Dalam program pemberdayaan masyarakat,

11

dilakukan tidak jarang bukan karena masyarakat sudah dianggap mandiri,

tetapi lebih karena jangka waktu yang diberikan sudah melebihi yang

ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan sudah tidak

ada penyandang dana yang mau atau dapat meneruskan. Meskipun demikian,

petugas tetap harus keluar secara perlahan dari komunitas dan bukan secara

mendadak.

2.2. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan Masyarakat adalah proses pembangunan di mana

masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk

memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat

hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi.

Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai "pemberdayaan

masyarakat" apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi

agen pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek. Disini subyek

merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat ( beneficiaries)

atau obyek saja.

Prinsip dasar pemberdayaan untuk mewujudkan masyarakat yang

berdaya atau mandiri :

a) Penyadaran

b) Pelatihan

c) Pengorganisasian

d) Pengembangan kekuatan

12

e) Membangun dinamika

Lebih jauh lagi, keputusan-keputusan harus diambil dari dalam

masyarakar sendiri. Semakin berkurangnya kontrol dari masyarakatterhadap

keputusan-keputusan itu, semakin besarlah bahaya bahwa orang-orang tidak

mengetahui keputusan-keputusan tersebut atau bahkan keputusan-keputusan

itu keliru. Hal prinsip bahwa keputusan harus diambil sedekat mungkin

dengan tempat pelaksanaan atau sasaran.

2.3. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Menurut (Agus, 2011). Terwujudnya Kemandirian Masyarakat Yang

Berbasis Kepada Pembangunan Manusia Seutuhnya Menuju Kesejahteraan

Masyarakat”, maka tujuan pemberdayaan masyarakat adalah :

1. Terwujudnya peningkatkan kemampuan sumber daya manusia aparatur

pemerintahan Desa/ Kelurahan dan masyarakat melalui potensi dan sarana

yang ada.

2. Terwujudnya pengembangkan usaha ekonomi kerakyatan di sektor

informal dengan mendayagunakan potensi ekonomi desa, peningkatan

lembaga ekonomi dan stimulan dana pembangunan sebagai upaya

pengentasan kemiskinan.

3. Terwujudnya pengembangkan dan pemanfaatkan Teknologi Tepat Guna

(TTG) secara optimal dan Sumber Daya Desa melalui kerjasama antar

lembaga.

13

4. Terwujudnya optimalisasi lembaga kemasyarakatan termasuk peran

perempuan dalam upaya peningkatkan partisipasi masyarakat.

5. Terwujudnya Aparatur Pemerintahan Desa, kelembagaan masyarakat

Desa/Kelurahan dalam pemberdayaan melalui manajemen perencanaan

partisipatif serta pelayanan kepada masyarakat.

6. Terwujudnya peningkatkan kopetensi aparatur yang berdaya guna dan

berhasil guna melalui budaya kerja yang disiplin dan profesional.

Berikut tujuan pemberdayaan menurut (Tjokowinoto, 2005) yang

dirumuskan dalam 3 (tiga) bidang yaitu ekonomi, politik, dan sosial budaya

“Kegiatan pemberdayaan harus dilaksanakan secara menyeluruh mencakup segala

aspek kehidupan masyarakat untuk membebaskan kelompok masyarakat dari

dominasi kekuasan yang meliputi bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya.

Konsep pemberdayaan dibidang ekonomi adalah usaha menjadikan ekonomi yang

kuat, besar, mandiri, dan berdaya saing tinggi dalam mekanisme pasar yang besar

dimana terdapat proses penguatan golongan ekonomi lemah. Sedang

pemberdayaan dibidang politik merupakan upaya penguatan rakyat kecil dalam

proses pengambilan keputuan yang menyangkut kehidupan berbangsa dan

bernegara khususnya atau kehidupan mereka sendiri. Konsep pemberdayaan

masyarakat di bidang sosial budaya merupakan upaya penguatan rakyat kecil

melalui peningkatan, penguatan, dan penegakan nilai-nilai, gagasan, dan norma-

norma, serta mendorong terwujudnya organisasi sosial yang mampu memberi

kontrol terhadap perlakuan-perlakuan politik dan ekonomi yang jauh dari

moralitas”.

14

Paparan tersebut dapat kita simpulkan bahwa tujuan pemberdayaan

adalah memampukan dan memandirikan masyarakat terutama dari kemiskinan,

keterbelakangan, kesenjangan, dan ketidakberdayaan. Kemiskinan dapat dilihat

dari indikator pemenuhan kebutuhan dasar yang belum mencukupi/layak.

Kebutuhan dasar itu, mencakup pangan, pakaian, papan, kesehatan, pendidikan,

dan transportasi. Sedangkan keterbelakangan, misalnya produktivitas yang

rendah, sumberdaya manusia yang lemah, kesempatan pengambilan keputusan

yang terbatas.

Kemudian ketidakberdayaan adalah melemahnya kapital sosial yang ada

di masyarakat (gotong royong, kepedulian, musyawarah, dan kswadayaan) yang

pada gilirannya dapat mendorong pergeseran perilaku masyarakat yang semakin

jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan, dan kepedulian untuk mengatasi

persoalannya secara bersama.

2.4. Kajian Kelompok

Kelompok terdiri atas beberapa anggota saling tukar-menukar

pengalaman, yang disebut social experiences didalam kelompok sosial,

mempunyai pengaruh besar didalam pembentukan kepribadian orang-orang

bersangkutan. Penelitian terhadap social experiences tersebut sangat penting

untuk mengetahui sampai sejauh mana pengaruh kelompok terhadap individu

dan masyarakat.

15

2.1.4 Jenis - Jenis Kelompok Sosial

Kelompok tadi dapat menambahkan alat-alat perlengkapan untuk

dapat melaksanakan fungsi-fungsinya yang baru didalam rangka perubahan-

perubahan yang dialaminya, atau bahkan sebaliknya dapat mempersempit

ruang lingkupnya. Suatu aspek yang menarik dari kelompok sosial tersebut

adalah bagaimana caranya mengendalikan anggota-anggotanya. Ada empat

kelompok sosial yang dapat dibagi berdasarkan struktur masing-masing

kelompok tersebut.

a. Kelompok formal-sekunder adalah kelompok sosial yang umumnya

bersifat sekunder, bersifat formal, memiliki aturan dan struktur yang tegas,

serta dibentuk berdasarkan tujuan-tujuan yang jelas pula.

b. Kelompok formal-primer adalah kelompok sosial yang umumnya bersifat

formal namun keberadaannya bersifat primer. Kelompok ini tidak

memiliki aturan yang jelas, walaupun tidak dijalankan secara tegas. Begitu

juga kelompok sosial ini memiliki struktur yang tegas walaupun fungsi-

fungsi struktur itu diimplementasikan. Terbentuknya kelompok ini

didasarkan oleh tujuan-tujuan yang jelas ataupun juga tujuan yang abstrak.

Contoh dari kelompok formal-primer adalah keluarga inti, kelompok

kekerabatan, dan kelompok-kelompok primordial.

c. Kelompok informal-sekunder adalah kelompok sosial yang umumnya

informal namun, keberadaannya bersifat sekunder kelompok ini bersifat

tidak mengikat, tidak memiliki aturan dan struktur yang tegas serta

dibentuk secara sesaat dan tidak mengikat bahkan bisa terbentuk walaupun

16

memiliki tujuan-tujuan kurang jelsa. Contoh kelompok ini adalah

kelompok persahabatan, kelompok anak muda (geng), pacaran, dan

semacamnya.

d. Kelompok informal-primer adalah kelompok sosial yang terjadi akibat

meleburnya sifat-sifat kelompok sosial formal-primer atau disebabkan

karena pembentukan sifat-sifat kelompok formal-primer yang tidak dapat

ditampung oleh kelompok formal-primer. Kelompok ini juga merupakan

bentuk lain dari kelompok informal-sekunder terutama yang menonjol

dihubungan-hubungan mereka yang sangat pribadi dan mendalam. Contoh

dari kelompok ini misal, seorang Polisi dari suatu Kapolri ditugaskan

untuk menangani banjir maka, Polisi ini bergabung dengan masyarakat.

Membentuk suatu kelompok untuk menyelamatkan korban banjir.

Dalam sosiologi sangat berkepentingan dengan studi tentang

kelompok (groups), sebab melalui kajian tentang kelompok tersebut dapat

mempelajari berbagai hubungan yang bersifat kebiasaan (habitual), melembaga

atau yang bertahan lama, yang biasanya terjalin antarkelompok. Dan,

kelompok itu sendiri dipandang sebagai elemen penting dalam struktur sosia

(Holy, 2000).

Menurut Max Weber kelompok merupakan cara menggambarkan

berbagai legitimasi hubungan asosiasi, kerja sama, dan kontrol yang erat dalam

orientasi tradisional. yaitu cara-cara kelompok sosial tersebut dalam mengatur

tindakan-tindakan anggota-anggotanya, agar tercapai tata tertib didalam

kelompok. Yang agaknya penting adalah bahwa kelompok tersebut merupakan

17

tempat kekuatan-kekuatan sosial yang berhubungan, berkembang, mengalami

disorganisasi, memegang peranan dan selanjutnya.

Dari kelompok tani yang dibentuk dan diberikan intervensi langsung

dari penyuluh pertanian agar dapat menyampaikan kebijakan kepada petani

sasaran, melalui kelompok ini pula program-program kebijakan pemerintah itu

disalurkan kepada petani yang berhak mendapatkan bantuan. Maka kelompok

ini harus memperhatikan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk

mengembangkan anggota dan petani sasaran yang harus sesuai dengan aturan,

menjalankan tugas sesuai perannya agar tercapai pemberdayaan yang maksimal

2.2.4 Bentuk Partisipasi Masyarakat

Siagian mengungkapkan yaitu „Partisipasi dari masyarakat harus

mutlak diperlukan. Oleh karena itu mereka-mereka itulah yang pada akhirnya

melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan, rakyat banyak memegang

peranan sekaligus sebagai objek dan subjek pembangunan (Khairuddin). Dari

pengertian yang dikemukakan oleh Siagian, di mana masyarakat itu adalah

objek dari pembangunan dan sekaligus menjadi subjek pembangunan. Maka

pembangunan itu memerlukan partisipasi dari masyarakat. Tanpa adanya

partisipasi dari masyarakat maka tujuan pembangunan yang dilakukan oleh

pemerintah pusat atau daerah tidak akan tercapai atau bahkan bisa mengalami

kegagalan. Oleh karena itu, masyarakat sangatlah penting dalam proses

pembangunan.

18

2.5. Kajian Sosial Ekonomi

Kebanyakan negara sedang berkembang mengabaikan sektor

pertanian untuk mendapat sumber daya dalam upaya meningkatkan usaha

industrialisasi dan urbanisasi. Kebijakan ini sangat mengutamakan urban bias

(kecenderungan mengutamakan kota) yang sudah mendarah daging dalam

kehidupan ekonomi di kebanyakan negara sedang berkembang. Kebijakan

yang berdasarkan Urban bias ini akan memperlebar jurang pendapatan antara

kota dan desa. Banyak ahli di negara sedang berkembang dan di negara maju

sekarang beranggapan bahwa syarat penting lainnya yang belum terpenuhi

adalah suatu daerah pedesaan yang lebih produktif.

Prinsip-prinsip Strategi Pembangunan Masyarakat Desa yang

Mendasar Meskipun penekanan aspek-aspek tertentu mungkin berbeda dan

masih disusunnya berbagai perincian yang lebih mendetil, sudah dicapai

kesepakatan dalam banyak hal pada tahun-tahun terakhir ini mengenai

prinsip-prinsip umum suatu strategi pembangunan masyarakat desa.

a) Pertumbuhan yang disertai dengan pemerataan merupakan tujuan umum.

Peningkatan pendapatan kaum miskin di desa sama pentingnya dengan

pertumbuhan ekonomi secara umum.

b) Sektor pertanian harus mendapat prioritas paling tinggi. Sumber-sumber

daya dan tenaga kerja trampil harus disalurkan ke dalam suatu usaha yang

terus menerus untuk meningkatkan produksi pangan.

c) Para petani kecil dapat menjadi kunci keberhasilan produksi pertanian jika

mereka dapat memperoleh dengan biaya murah.

19

d) Land reform sering masih dibutuhkan untuk mendorong para petani agar

meningkatkan penghasilan mereka. Land reform juga dapat menciptakan

distribusi pendapatan dan kekayaan lebih merata di desa.

e) Prasarana pedesaan khususnya jalan raya, gudang penyimpanan bahan

pangan, harus dibangun agar petani dapat dengan menjual hasil-hasil

mereka, sehingga dapat didistribusikan dengan kerugian yang minimum.

f) Menghubungkan para petani dengan pasar adalah sangat penting.

Lembaga-lembaga pemasaran, koperasi, dan keuangan yang melayani para

petani harus didirikan pada lokasi yang tepat di pasar desa dan di kota-kota

kecil. Sekolah menengah dan sekolah teknik juga harus dibangun di sana

g) Industri kecil padat karya harus dikembangkan pada pusat ini untuk

meningkatkan kesempatan kerja di samping menghasilkan barang-barang

dan fasilitas pelayanan yang bermanfaat bagi petani.

h) Dibutuhkan lebih banyak penelitian dan pengembangan mengenai

teknologi yang menggunakan lebih banyak tenaga kerja secara efesien dan

lebih sedikit modal di pertanian maupun industri kecil.

i) Partisipasi dalam proses pembuatan keputusan harus terbuka bagi rakyat

dari semua lapisan dalam bidang-bidang yang secara langsung

mempengaruhi kehidupan mereka, baik pada tingkat nasional maupun

tingkat lokal.

Dalam pemberdayaan sosial ekonomi para petani, diharapkan

partisipasi semua pihak baik Pemerintah dan petani itu sendiri. Untuk

menjalankan kegiatan program kerja yang ditentukan Pemerintah disalurkan

20

kepada para petani melalui intervensi penyuluh pertanian. Penyuluh ini

memberikan pendampingan kepada para petani yang menjadi anggota dalam

suatu kelompok tani agar memudahkan pengawasan penyuluh pertanian,

kemudian melalui kelompok tani inilah yang diberi wewenang untuk

menyampaikan program kerja kepada para petani didesa-desa yang telah

ditentukan.

2.6. Perubahan Sosial

Perubahan sosial adalah perubahan pola prilaku, hubungan sosial,

lembaga dan struktur sosial pada waktu tertentu (Farley, 1990). Perubahan

sosial menunjuk pada perubahan fenomena sosial, baik individu maupun

kelompok, pada struktur maupun proses sosial, pada hakikatnya dapat

dipelajari, baik itu tentang sebab-sebab terjadinya, bagaimana proses

perubahan itu terjadi, maupun pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh

perubahan sosial tersebut. Perubahan sistem masyarakat menjadi masyarakat

terbuka serta berubahnya tatanan dunia baru menuju era globalisasi,

menyebabkan berubahnya paradigma pembangunan pada negara-negara

berkembang. Terjadi pergeseran fungsi birokrasi (reinventing the

government), “dimana pemerintah yang tadinya menjadi pelaku utama

pembangunan (provider), berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan

(enabler) atau yang disebut dengan pemerintahan katalis.

Perubahan berencana, menurut Lippit (1958), merupakan perubahan

yang diperoleh dari suatu keputusan dengan maksud mempengaruhi

21

perbaikan dalam sistem kepribadian atau sosial, dan yang dicapai dengan

bantuan bimbingan profesional dan menyarankan ditempuh lima tahapan

untuk mencapai perubahan berencana:

a). Pengembangan sebuah kebutuhan untuk berubah

b). Menjalin sebuah relasi perubahan

c). Bekerja menuju ke perubahan

d). Generalisasi dan stabilitasi perubahan mencapai relasi terminal.

Perubahan ini merupakan peluang dalam menumbuhkan inisiatif dan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Melalui pendekatan ini

pengelolaan sumber daya produktif tidak dirancang dan dikelola secara

terpusat, melainkan oleh warga setempat sesuai dengan masalah, kebutuhan,

dan kondisi daerahnya. Prinsip dasarnya adalah kontrol atas suatu tindakan

harus dipegang oleh mereka yang akan menanggung akibat tindakan tersebut.

Perubahan sosial dalam pemberdayaan komunitas pada hakekatnya

merupakan suatu proses perubahan evolusioner yang disengaja (intended

change) dan terarah (directional change). Unsur-unsur yang terkandung

dalam suatu perubahan sosial dirumuskan oleh Kotler (1978: 29-33) sebagai

“5 C”, yaitu : (1) Cause (sebab), yaitu upaya atau tujuan sosial yang

dipercaya oleh pelaku perubahan dapat memberikan jawaban pada problem

sosial. (2) Change agency (agen perubahan), yaitu organisasi yang misi

utamanya memajukan upaya perubahan sosial. (3) Change target (sasaran

pengaruh dan respon dari setiap pelaku perubahan ke sasaran perubahan. (5)

Change strategy (strategi perubahan), yaitu teknik utama mempengaruhi yang

22

diterapkan oleh pelaku perubahan untuk menimbulkan dampak pada sasaran

perubahanperubahan), yaitu individu atau kelompok sosial yang ditunjuk

sebagai sasaran upaya perubahan. (4) Channel (saluran), yaitu media untuk

menyampaikan.

2.7. Kerangka Pemikiran

Kemiskinan ditandai ketidakmampuan masyarakat memenuhi

kebutuhan utamanya, seperti sandang, pangan, kesehatan, dan pendidikan.

Dalam kehidupan manusia sehari-hari kemiskinan adalah sesuatu yang nyata

adanya bagi mereka yang tergolong miskin karena mereka sendirilah yang

merasakan dan menjalani kehidupan dalam kemiskinan tersebut. Munculnya

kemiskinan ditandai oleh berbagai faktor keterbatasan yang mengakibatkan

rendahnya kualitas kehidupan, seperti rendahnya penghasilan, terbatasnya

kepemilikan rumah tinggal yang layak huni, pendidikan dan keterampilan

yang rendah.

Program pemberdayaan masyarakat miskin dirumuskan dan

dilaksanakan dengan Bottom up, dimana pada pelaksanaan kegiatan

dilapangan berdasarakan inisiatif masyarakat, mulai dari kegiatan

perencanaan sampai dengan pelaksanaan pembangunan, berhasil atau

tidaknya pelaksanaan program ini ditentukan oleh partisipasi masyarakat itu

sendiri.

Dari faktor inilah maka Pemerintah berinisiatif membentuk

Kelompok Tani yang diberi pengawasan atau intervensi langsung oleh

23

penyuluh pertanian dalam memberdayakan Sosial Ekonomi petani,

diharapkan agar usaha dan pendapatan petani semakin meningkat. Dari

intervensi penyuluh pertanian ini terdapat program-program penyuluhan yang

diberikan kepada para anggota kelompok tani, untuk meningkatkan hasil

produksi tomat mulai dari pemilihan bibit unggul, jarak tanam, pemilihan

pupuk, dan penyemprotan pestisida, dari penyuluhan pertanian ini,

diharapkan partisipasi masyarakat untuk bekerjasama dengan ikut serta dalam

kegiatan program kerja dan mendukung jalannya program kerja ini. maka

hasil yang dicapai nantinya bisa maksimal sesuai dengan yang diharap.

24

KERANGKA PIKIR

Gambar 1 Kerangka pikir intervensi penyuluh pertanian dalam pemberdayaan

sosial ekonomi kelompok tani di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu

Ere Kabupaten Bantaeng.

Intervensi

Penyuluh

Pertanian

Program-Program

Penyuluhan

DampakPositif

Hasil Yang dicapai

Pemberian

Bantuan

Upaya Pemberdayaan Sosial

Ekonomi Petani

Dampak Negatif

Demonstrasi Sosialisasi

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu Bulan Mei

sampai Bulan Agustus 2015 di Desa Bonto Daeng, Kecamatan Ulu Ere,

Kabupaten Bantaeng, dengan alasan di desa ini sebagian besar mata

pencaharian petani adalah komoditi tanaman sayuran khususnya tanaman

tomat.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 160 orang yang terdiri

dari 8 kelompok tani yang masing-masing beranggotakan 20 orang di Desa

Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng yang melakukan

pembudidayaan tanaman tomat.

Penentuan sampel dalam penelitian ini akan dilakukan secara (simple

random sampling), yaitu dengan menggunakan metode acak sederhana

(Yusuf, 2013), dengan mengambil sampel dari setiap kelompok tani sebanyak

2 kelompok atau responden yang terdiri dari, ketua kelompok tani, sekretaris,

bendahara dan anggota. Sehingga jumlah sampel yang diperoleh dari semua

kelompok tani yaitu 40 responden.

26

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini yaitu kualitatif, maka data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang didapat langsung dari responden melalui

wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner), sedangkan

data sekunder adalah data yang diperoleh melalui catatan-catatan atau laporan

yang ada di kantor desa, kantor camat, kantor Badan Penyuluhan Pertanian,

dan instansi terkait lainnya.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode yaitu:

1. Observasi yaitu pengumpulan data tentang identitas responden, motivasi

petani dan data pendukung dengan pengamatan serta pencatatan secara

langsung terkait dengan peningkatan budidaya tomat dan obyek yang

diteliti, yaitu petani buah tomat.

2. Wawancara adalah tanya jawab langsung kepada petani buah tomat yang

menjadi sampel penelitian dengan menggunakan kuesioner terstruktur

yang telah dipersiapkan sebelumnya. Wawancara kepada petani dapat

dilaksanakan dengan cara mendatangi responden ke rumah atau di

kebunnya, kemudian melakukan wawancara langsung terinci dan terurut

sesuai daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.

3. Dokumentasi yaitu proses dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengumpulkan bahan–bahan tertulis atau dokumen dari instansi terkait yaitu

27

profil Desa Bonto Deang, peta lokasi, program penyuluhan pertanian serta

mengambil foto-foto objek dan kegiatan yang berhubungan dengantopik

penelitian.

3.5. TeknikAnalisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis secara

kualitatif, dimana data yang didapat dilapangan, diolah kemudian disajikan

dalam bentuk tulisan, dan tabel frekuensi. Menyangkut analisis data kualitatif,

menganjurkan tahapan-tahapan dalam menganalisis data kualitatif sebagai

berikut:

a. Reduksi data, yaitu menyaring data yang diperoleh dilapangan yang masih

ditulis dalam bentuk uraian atau laporan terperinci, laporan tersebut

direduksi, dirangkum, dipilih, difokuskan pada bantuan program, disusun

lebih sistematis, sehingga mudah dipahami.

b. Penyajian data, yaitu usaha untuk menunjukkan sekumpulan data atau

informasi, untuk melihat gambaran keseluruhannya atau bagian tertentu

dari penelitian tersebut.

c. Kesimpulan, merupakan proses untuk menjawab permasalahan dan tujuan

sehingga ditentukan saran dan masukan untuk pemecahan masalah.

3.6. Definisi Operasional

Dalam variabel penelitian diperlukan defenisi operasional untuk

mendukung variabel seperti berikut :

28

1. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem

semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah

antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut secara

operasional sesuai kondisi di tempatnya.

2. Pemberdayaan Masyarakat adalah proses pembangunan di mana

masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk

memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat

hanya bisa terjadi apabila warganyaikutberpartisipasi.

3. Intervensi adalah upaya perubahan terencana terhadap individu,

kelompok,\maupun komunitas.

4. Penyuluh pertanian adalah orang-orang yang ditunjuk langsung oleh

Pemerintah untuk mendampingi kelompok tani yang bertugas

mengarahkan, mengawasi, mengontrol, memberi pengetahuan dan

keterampilan dalam proses pengembangan usaha pertanian.

5. Kelompok tani adalah kumpulan petani/tomat yang dibentuk atas dasar

kesamaan kondisi linkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan

keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

29

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi

Desa Bonto Daeng merupakan salah satu desa dari 1 (satu) desa yang

ada di Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng dan merupakan wilayah

untuk memudahkan jamgkauan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

umum baik di bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan air bersih

maupun pelayanan publik lainnya.

Desa Bonto Daeng mempunyai luas wilayah 1662,83 ha/𝑚2 terletak

di Kabupaten Bantaeng yang berbatasan langsung dengan:

Sebelah utara : Desa Bonto Marannu

Sebelah selatan : Desa Bonto Tallasa

Sebelah timur : Desa Bonto Tangnga

Sebelah barat : Desa Kassi

4.2 Potensi Sumber Daya Alam

Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng

merupakan desa yang mempunyai potensi sumber daya alam yang cukup

subur dan sangat luas, sebagian besar adalah perkebunan, tanaman pangan

dan hortikultura. Sumber daya alam yang secara spesifik yang dimiliki Desa

Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng itu memiliki potensi

yang luat biasa untuk dapat dikembangakan terutama pada sector pertanian

ini terlihat dengan hamparan perkebunan, tanaman pangan dan hortikultura

30

tersebut sebagai komoditas utama dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat

yang ada.

Berikut ini rincian luas wilayah menurut penggunaannya pada Tabel 1:

Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Penggunaannya di Desa Bonto Daeng

Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng, 2015.

NO Luas wilayah menurut

penggunaannya

Ha/𝑚2

1 Luas Pemukiman 0

2 Luas persawahan 14

3 Luas perkebunan 324,86

4 Luas kuburan 0,62

5 Luas pekarangan 2,65

6 Luas tanaman pangan 1334

7 Perkantoran 0,7

8 Luas prasarana umum lainnya 30,82

Total luas 1707,65

Sumber: Kantor Desa Bonto Daeng, 2015

Berdasarkan Tabel 1, menunjukan bahwa luas wilayah menurut

penggunaannya yang paling tinggi yaitu luas perkebunan dengan luas 324,86

ha/𝑚2. Sedangkan luas wilayah menurut pengguaannya yang paling rendah

yaitu perkantoran dengan luas 324,86 ha/𝑚2 di Desa Bonto Daeng

Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.

4.3 Potensi Sumber Daya Manusia

4.3.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere

Kabupaten Bantaeng 2015 dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini:

31

Tabel 2. Jumlah penduduk Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere

Kabupaten Bantaeng 2015

No Penduduk Desa Bonto Daeng Jumlah Penduduk (orang)

1 Laki-laki 1384

2 Perempuan 1447

Jumlah Total 2831

Sumber: Kantor Desa Bonto Daeng, 2015

Berdasarkan Tabel 2, menunjukan bahwa jumlah penduduk Desa

Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng 2015 sebanyak 2831

orang, Jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak

dibanding jumlah penduduk laki-laki meskipun jumlahnya tidak beda jauh,

yaitu penduduk yang berjenis kelamin perempuan tercatat dengan jumlah

penduduk 1447 jiwa sedangkan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki

tercatat dengan jumlah pednduduk 1384 jiwa.

4.3.2 Umur Penduduk

Umur penduduk di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere

Kabupaten Bantaeng 2015 dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini:

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Bonto Daeng

Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng, 2015.

No Umur Penduduk

(tahun)

Laki-laki Perempuan Jumlah (orang)

1 1 13 9 22

2 2-12 315 325 640

3 13-24 285 292 577

4 25-37 216 208 424

5 ≥38 555 613 1168

Jumlah Total 1384 1447 2831

Sumber: Kantor Desa Bonto Daeng, 2015

32

Berdasarkan Tabel 3, menunjukan bahwa umur penduduk di Desa

Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng ditahun 2015 yang

berumur paling tinggi adalah yang berumur ≥38 tahun sebanyak 1168 orang

dan yang berumur paling rendah adalah yang berumur 1 tahun sebanyak 22

orang.

4.3.3 Tingkat Pendidikan Penduduk

Penyebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tampak

beragam mulai dari penduduk berusia 3-6 tahun yang belum masuk TK

hingga penduduk yang bergelar sarjana. Untuk lebih jelasnya mengenai

tingkat pendidikan penduduk di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere

Kabupaten Bantaeng dapat dilihat pada Tabel 4:

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Bonto

Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng, 2015.

No Tingkat Pendidikan Laki-

laki

Perempuan Jumlah

(orang)

1 Usia 3-6 tahun yang belum

masuk TK

153 187 340

2 Usia 3-6 tahun yang sedang

TK/play group

15 15 30

3 Usia 7- 18 tahun yang

sedang sekolah

173 186 359

4 Usia 18- 56 tahun pernah SD

tetapi tidak tamat

61 94 155

5 Tamat SD/sederajat 231 192 423

6 Tamat SMP/sederajat 352 271 623

7 Tamat SMA/sederajat 116 175 291

8 Tamat D-1/sederajat 16 19 35

9 Tamat D-2/sederajat 6 3 9

10 Tamat S-1/sederajat 1 0 1

11 Tamat S-2/sederajat 1 0 1

Jumlah Total 1125 1142 2267

Sumber: Kantor Desa Bonto Daeng, 2015

33

Berdasarkan Tabel 4, menunjukan bahwa tingkat pendidikan di Desa

Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng ditahun 2015 yang

paling tinggi yaitu tamat SMP sebanyak 623 orang, dan yang paling rendah

yaitu yang tamat S-1/sederajat dan S-2/sederajat sebanyak masing-masing 1

orang. Jadi, kesimpulannya adalah tingkat pendidikan di Desa Bonto Daeng

Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng ditahun 2015 masih tergolong

rendah dan perlu meningkatkan tigkat pendidikan yang lebih tinggi.

4.3.4 Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian penduduk di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu

Ere Kabupaten Bantaeng secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah

ini:

Tabel 5. Mata pencaharian penduduk di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu

Ere Kabupaten Bantaeng 2015

No Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah

(orang)

1 Petani 827 173 1000

2 Buru Tani 53 67 120

3 Pegawai Negeri sipil 4 3 7

4 Peternak 27 5 32

5 TNI 1 0 1

6 Pension

PNS/TNI/POLRI

1 0 1

7 Dukun kampong

terlatih

0 31 3

Jumlah Total 913 251 1164

Sumber: Kantor Desa Bonto Daeng, 2015

Berdasarakan Tabel 5 menunjukan bahwa di Desa Bonto Daeng

Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng mata pencaharian pernduduk di

tahun 2015 yang paling tinggi adalah petani dengan jumlah 1000 orang.

34

Kemudian yang paling rendah adalah TNI dan Pension PNS/TNI/POLRI

masing-masing berjumlah 1 orang.

4.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu

Ere Kabupaten Bantaeng secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini:

Tabel 6. Sarana dan prasarana di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere

Kabupaten Bantaeng 2015

No Sarana dan prasarana Jumlah (buah)

1 Kantor Desa 1

2 Kantor PKK (Program Kesejahteraan Keluarga) 1

3 Kantor BUMDES ( Badan Usaha Milik Desa) 1

4 Kantor BPD (Badan Permusyawaratan Desa) 1

5 Kantor LKD (Lembaga Kemasyarakatan Desa) 1

6 Mesjid 7

7 Lapangan sepak bola 1

8 Puskesmas 1

9 Gedung SD 2

10 Gedung TK 1

Jumlah Total 18

Sumber: Kantor Desa Bonto Daeng, 2015

Berdasarakan Tabel 6 menunjukan bahwa di Desa Bonto Daeng

Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng mempunyai sarana dan prasarana

pemerintahan seperti: Kantor Desa, Kantor PKK, Kantor BUMDES, Kantor

BPD, Kantor LKD, yang masing-masing berjumlah 1 kantor. Sealain itu,

terdapat juga sarana dan prasarana yang lain seperti: mesjid berjumlah 7

mesjid, lapangan sepak bola berjumlah 1 lapangan, puskesmas berjumlah 1

puskesmas, gedung SD berjumlah 2 gedung dan gedung TK berjumlah 1

gedung.

35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Identitas petani di Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng

yang diteliti dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan,

pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan.

5.1.1 Umur

Umur sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi kerja petani, baik

secara fisik maupun mental.Umur juga turut mempengaruhi kemampuan

seorang (petani) dalam pengambilan keputusan berusaha, termasuk dalam

usahatani tomat. Umumnya responden yang berumur lebih muda memiliki

kemampuan fisik yang relatif besar dan berjiwa dinamis dalam mengadopsi

dan menerapkan teknologi-teknologi baru. Sebaiknya, responden yang berumur

tua umumnya telah mengalami penurunan fisik, sehingga mereka lebih sering

mengandalkan pengalaman dalam beruaha dan lebih berhati-hati dalam

bertindak (Muis, 2012). Petani responden dalam mengelolah usahataninya

memiliki tingkat umur yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada table 7.

Table 7. Identritas Responden Petani Tomat Berdasarkan Tingkat Umur di

Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.

NO Umur Petani Jumlah (orang) Presentase%

1 24-36 15 37,5

2 37-49 18 45

3 50-62 7 17,5

Jumlah 40 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

36

Berdasarkan table 7 menunjukan bahwa petani yang paling tinggi

memiliki umur produktif yaitu 18 orang petani dengan umur 37-49 tahun

(45%) di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng dan

petani yang paling rendah memiliki umur produktif yaitu 7 orang petani dengan

umur 50-62 tahun (17,5%)

Umur petani sangat mempengaruhi pengetahuan fisik dan merespon

terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usahataninya. Tingkat umur

trsebut dapat mempengaruhi responden dalam merespon suatu informasi atau

inovasi yang diterimanya, serta aktifitas dalam berusahatani (Hermanto dalam

primadasi,2015). Petani sebagian kecil tergolong dalam umur tidak produktif

dan sebagian besar tergolong dalam umur produktif, namun masih secara aktif

melakukan usahatani serta terbuka untuk mau mencoba usahatani lain, seperti

motivasi untuk melakukan budidya tanaman tomat buah karena dapat

meningkatkan kesejahteraan keluarga.

5.1.2 Pendidikan Petani

Pendidikan yang memadai dapat meningkatkan jati diri seseorang sehingga

seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang memadai sering lebih

termotivasi dan lebih mampu untuk meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan.Umumnya, semakin tinggi tinggi tingkat pendidikan suatu

masyarakat (Petani), semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan dan

peradabannya (Muis, 2012). Untuk lebih jelasnya mengenai rincian petani

responden berdasarkan tingkat pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 8.

Table 8. Jumlah Petani Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Bonto

Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.

37

NO Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 SD 20 50

2 SMP 6 15

3 SMA 11 27,5

4 S1 3 7,5

Jumlah 40 100,00

Sumber Data Primer Setelah Diolah,2015

Berdasakan Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani

tomat buah di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng

mulai dari tingkat pendidikan terendah yaituSD sebanyak 20 orang (50%),

tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 6 orang (15%), tingkat pendidikan

SMA yaitu sebanyak 11 orang (27,5%), dan tingkat pendidikan S1 yaitu

sebanyak 3 orang (7,5%).

Umumnya, semakin tinggi tingkat pendidikan petani semakin baik

pula cara pengelolaan (Manajemen) usahataninya. Disamping itu, semakin

tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin tinggi pula tingkat adopsinya

tewrhadap suatu teknologi, dan motivasi petani pun lebih tinggi untuk

melakukan budidaya tanaman tomat karena petani yang pendidikannya tinggi

memiliki pengatahuan dan wawasan untuk mengola usahataninya.Sedangkan

petani yang memiliki pendidikan yang rendah kurang termotivasi untuk

melakukan budidaya tanaman tomat karena pengatahuan dan wawasannya

terbatas terhadap teknologi modern. Namun, tingkat pendidikan petani

responden di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng

masih tergolong rendah karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang

pendidikan.

38

5.1.3 Pengalaman Berusahatani

Lama bekerja responden dapat digunakan untuk menggambarkan

tingkat pengalaman petani dalam melakukan pekerjaan sebagai petani tomat.

Semakin lama bekerja sebagai petani tomat maka pengalaman dalam bertani

semakin baik (Wijayanti dalam Primadesi, 2010).Untuk lebih jelasnya

mengenai pengalaman berusahatani petani responden di Desa Bonto Daeng

Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng dapat dilihat pada Tabel 9.

Table 9. Jumlah Responden Menurut Pengalaman Berusahatani di Desa Bonto

Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.

NO Pengalaman berusahatani

(tahun)

Usahatani Tomat

Jumlah

(orang)

Persentase ( %)

1 7-18 19 47,5

2 19-30 11 27,5

3 31-42 10 25

Jumlah 40 100,00

Sumber Data Primer Setelah Diolah, 2015

Berdasarkan table 9 menunjukan bahwa petani yang paling lama

memiliki pengalaman berusahatani tomat di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu

Ere Kabupaten Bantaeng adalah 31-42 tahun sebanyak 10 orang (25%).

Sedangkan petani yang sebentar pengalaman berusahatani tomat adalah 7-18

tahun sebanyak 19 orang (47,5%). Tingkat pengalaman bertani tomat bagi

sebagian besar petani sudah cukup berpengalaman sehingga dalam

menjalangkan aktivitasnya sebagai petani tomat cukup baik dan tanaman tomat

sudah cukup produktif.

39

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga sangat mempengaruhi tingkat

penghasilan responden (petani tomat). Hal tersebut disebabkan karena jumlah

tanggungan keluarga akan mempengaruhi aktifitas atau kegiatan yang

dilaksanakan petani akibat beban kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi

(Muis, 2012). Jumlah tanggungan keluarga terdiri dari istri dan anak.Jumlah

tanggungan responden (keluarga petani tomat) yang dijumpai pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Petani Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di

Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng

NO Jumlah tanggungan keluarga

(orang)

Jumlah (orang) Persentase (%)

1 1-2 5 12,5

2 3-4 21 52,5

3 5-6 14 35

Jumlah 40 100,00

Sumber Data Primer Setelah Diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 10 menunjukan bahwa jumlah tanggungan

keluarga petani tomat di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten

Bantaeng yang paling banyak anggota keluarganya yaitu dari 3-4 anggota

keluarga sebanyak 21 orang (52,5%) dan yang paling sedikit anggota

keluarganya 1-2 anggota keluarga sebanyak 5 orang (12,5%). Hal tersebut

membuat petani termotivasi untuk melakukan budidaya tanaman tomat untuk

menghidupi keluarganya karena mereka tahu tanaman tomat memiliki harga

jual yang cukup tinggi serta mudah untuk dipelihara.

5.1.5 Luas Lahan

Lahan diartikan sebagai tanah yang disiapkan yang akhirnya

digunakan untuk berusahatani, misalnya seperti sawah, dan pekerangan.

40

Komponen utama dari lahan adalah tanah yang merupakan bagian pentin dari

lahan petani. Untuk lebih jelasnya mengenai luas lahan yang dimiliki oleh

petani responden di Desa Bonto Daeng dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Petani Responden Menurut Luas di Desa Bonto Daeng

Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.

NO Jumlah lahan (ha) Jumlah (orang) Persentase

(%)

1 0,5-1,5 22 55

2 1,6-2,5 11 27,5

3 2,6-3,5 7 17,5

Jumlah 40 100,00

Sumber Data Primer Setelah Diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 11 menunjukan bahwa sebagian besar petani

tomat yang memiliki luas lahan 0,5-1,5 sebanyak 22 orang (55%) dan

sebagian kecil petani tomat yang memiliki luas lahan 2,6-3,5 sebanyak 7

orang (17,5%).

Luas penguasaan lahan usahatani pada penelitian ini merupakan luas

lahan yang dikelolah oleh petani dan kegiatan usahataninya baik berupa lahan

pekarangan, sawah maupun lading. Luas lahan yang diteliti dapat berupa

lahan hasil dari sakap, atau sewa (Primadesi, 2010).Responden peneliti kali

ini seluruhnya memiliki lahan sendiri tidak ada lahan sewa.

Petani yang memiliki luas lahan yang sempit termotivasi untuk

menambah luas lahannya sehi kelolah dapat meningkatkan sehingga hasil

produksi tomat yang mereka kelola dapat memenuhi kebutuhan

keluarganya.Sedangkan untuk petani yang memiliki luas lahan yang memadai

tentunya lebih memperhatikan pemeliharaan tomat sehingga hasil produksi

usahataninya tetap meningkat demi memenuhi kebutuhan keluarganya.

41

5.2 Program Penyuluhan

Program Penyuluh pertanian yang di lakukan di Desa Bonto Daeng

Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng yaitu memberikan fasilitas

pendampingan tehnologi kebutuhan petani dimana penyuluh pertanian

memberikan penjelasan tentang program pertanian yang dilakukan secara

bertahap dan berkesinambungan mulai dari tingkat desa, Kecamatan,

kabupaten,/ kota, propensi dan nasional. Dengan begitu maka program

penyuluh pertanian akan lebih berdayaguna bagi petani bila keduanya mampu

memberikan fasilitas sesuai kebutuhan para petani. Program penyuluhan

pertanian di Desa Bonto Daeng merupakan suatu pendukung program yang

digulirkan pada petani terkait dengan pengetahuan sikap dan keterampilan

petani dalam menerapkan teknologi anjuran guna tercapainya keberhasilan

suatu program penyuluhan dimana program penyuluhan pertanian menjadi

tanggungjawab penyuluh pertanian di masing-masing wilayah kerja di

pedesaan.

Program penyuluhan yang digulirkan pada petani berupa materi

pendampingan teknologi yang dikemas dalam kegiatan penyuluhan pertanian

serta memberikan fasilitas pada petani sesuai dengan kebutuhan yang tepat

guna, tepat waktu dan tepat sasaran. Artinya fasilitas program penyuluhan

pertanian harus sesuai dengan yang diperlukan oleh petani, dengan adanya

fasilitas akan membantu petani dalam mengelola usahatani (Nani, 2009).

42

5.2.1 Sosialisasi

Salah satu kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh penyuluh pertanian

di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng yaitu :

a) Memberikan informasi kepada kelompok tani tentang cara penanaman,

pemupukan, perawatan tanaman, perawatan pada saat tanaman mulai

berbuah, agar dapat penghasilan yang lebih memuaskan bagi petani.

b) Memberikan pemahaman tentang pengolahan pemakaianpupuk kandang,

karena pupuk kandang dapat mengembalikan unsur hara tanah kembali.

c) Memberikan dukungan tentang cara-cara pemakaian pupuk organik dalam

kelompok tani begitupun dengan petaninya sendiri.

5.2.2 Demonstrasi

Salah satu kegiatan demonstrasi yang dilakukan oleh seorang

penyuluh di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng

yaitu Dimana seorang penyuluh memberikan pendidikan yang namanya

sekolah holtikultur untuk menyatukan persepsi para ketua gapoktan begitupun

ketua kelompok tani untuk selalu kerjasama dalam penggunaan berupa alat

tehnologi dan pemberian bantuan dari pemerintah yang telah diberikan

kepada masing-masing kelompok tani.

Program penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran antara

petani dengan penyuluh yang dimulai dengan proses sering informasi dan

keterlibatan aktif petani pada perencanaan wilayah, agroekosistem dan

kebutuhan teknologi. Materi dan metode adalah substansi dalam penyuluhan

yang dikondisikan pada kebutuhan petani tujuan akhir penyuluhan pertanian

43

ditentukan oleh materi dan metode yang dilakukan penyuluh pertanian.

Materi adalah objek yang disuluhkan sedangkan metode adalah cara

menyampaikan objek tersebut

Parameter berikutnya adalah pelaporan dan evaluasi penyuluhan.

Pelaporan dan evaluasi dikategorikan dalam 2 aspek yaitu pelaporan dari hasil

penyuluhan dan evaluasi dampak penyuluhan pertanian. Pelaporan dan

evaluasi sebagai introfeksi diri penyuluh pertanian tentang target yang belum

dicapai dan perlu diperbaiki. Aspek berikutnya adalah pengembangan

penyuluh pertanian yang baik yang merupakan dambaan setiap stake holder

pertanian. Petani yang terbelenggu kemiskinan merupakan cirri bahwa

penyuluhan pertanian masih perlu untuk tersu meningnkatkan perannya

dalam rangka membantu petani dalam memecahkan masalah mereka sendiri

terutama dalam aspek usaha tani.

Penyuluhan pertanian adalah pendidikan non formal bagi petani dan

keluarganya yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan

titik focus dan perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam

berusaha tani.Kondisi penyuluhan yang terus mengalami perubahan baik

sejak pemerintahan orde lama, orde baru, sampai reformasi turut

mempengaruhi citra penyuluhan pertanian. Pada masa orde baru penyuluhan

pertanian yang dicitrakan sebagai alat pemerintah dalam membantu

pemerintah menciptakan swasembada pangan dengan pendekatan produksi

usahatani di kecamatan Ulu Ere desa Tamaona para penyuluh bahu membahu

dalam memanfaatkan lahan BP3K sebagai damplot utnuk wahana belajar bagi

44

penyuluh dan pelaku utama di Desa Tamaona sudah berusaha tani komuditi

tomat dalam pelaku utama sudah mulai menikmati hasil dari usaha taninya

tersebut (Aguslianto, 2015).

5.2.3 Pemberian Bantuan

Pemberian bantuan dari pemerintah yang diberikan penyuluh dan

penyuluhlah yang telah mengantarkan ke kolompok tani masing-masing

kepada petani di Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten

Bantaeng. Ada 3 macam bibit tomat buah yang sering di usulkan penyuluh

pertanian dan memang di minati oleh para petani.

a) Bibit tomat betapila, dimana bibit tersebut daunnya lebar, buahnya

besar, dan tangkainya sederhana.

b) Bibit tomat portuna, dimana bibit tersebut bentuk daunnya kriting

buahnya banyak, dan tangkainya sederhana

c) Bibit tomat royal, dimana bibit tersebut hampir sama dengan bibit

batapila yang daunnya lebar, buahnya besar, dan tangkainya

sederhana.

d) Bantuan pupuk ZA 45 %, EMPK 25 %, UREA 45 % dan pupuk

organik dari kotoran sapi 45 %, pupuk gardena 52 %, racun Tap

60 % itu digunakan untuk pencegah penyakit daun dan buah.

e) 75% Pakean seragam berupa baju kaos, topi, dan masing-masing di

berikan kepada ketua kelompok tani untuk dipake pada saat

penyemprotan, begitupun pada saat praktek pembuatan pupuk

kompos yang terbuat dari kotoran sapi, dan serbut kayu.

45

f) Mesin Dros untuk mengolah jagung setelah panen yang dibagikan

kepada ketua kelompok tani.

g) Dan pembagian mesin Traktor yang dipakai pada saat pembersihan

lahan, dan ini di bagikan kepada tiap ketua kolompok tani.

5.4 Hasil Yang dicapai

Adapun hasilyang dicapai oleh petani di Desa Bonto Daeng

Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng yaitu meningkatnya ekonomi petani

dengan adanya program pemberian bantuan kepada petani berupa bantuan

pupuk ZA, EMPK, UREA, dan pupuk organik, pupuk kandang, pupuk

gardena, racun Tap, dan bibit tomat. Sehingga petani merasa puas dengan

adanya pemberian bantuan seperti itu dari penyuluh pertanian.

5.4.1 Dampak Positif

Dampak positif yaitu seorang penyuluh dapat memberikan bantuan

pada petani berupa bibit, racun hama, kapur ,plastik dan pupuk organik, ZA,

UREA,MPK, pupuk kandang.

5.4.2 Dampak Negatif

Dampak negatif yaitu terkadang petani mengeluh pada saat mau

melakukan pemupukan, penyemprotan hama.Pembagian bantuan tersebut

belum dibagikan kepada kelompok tani masing-masing sehingga keterlambatan

itu membuat para petani mengeluh apalagi pada saat musim kemarau tanaman

kekeringan sehingga menyebabkan tanaman mati, Disini petani tidak boleh

menyalahkan penyuluh karena keterlambatan bantuan pertanian bukan

46

kemauan penyuluh, bantuan tersebut memang butuh proses sehingga

menimbulkan keterlambatan.

5.5 Upaya Pemberdayaan Sosial Ekonomi

Salah satunya yaitu meningkatkan ekonomi petani penyuluh dengan

program penyuluhan dengan melakukan sosialisasi, demonstrasi dan pemberian

bantuan pada petani yang disaksikan oleh pengawas penyuluh itu sendiri agar

ekonomi petani dapat meningkat, yaitu perubahan sikap, tujuan kesejahteraan

berarti sosial ekonominya dan kesejahteraan otomatis berubah.

47

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Bentuk-bentuk intervensi penyuluh pertanian di Desa Bonto Daeng

Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng seperti:

Program penyuluh pertanian, kegiatan sosialisasi, demontstrasi,

pemberian Bantuan.

2. Hasil setelah pelaksanaan intervensi yang dicapai yaitu

meningkatnya ekonomi petani dengan adanya program pemberian

bantuan kepada petani berupa bantuan pupuk ZA, EMPK, UREA,

dan pupuk organik, pupuk kandang, pupuk gardena, racun Tap, dan

bibit tomat.

6.2 Saran

1. Untuk memaksimalkan proses penyuluhan, mestinya penyuluh harus

mengkonsultasikan waktu yang tepat untuk mengadakan rapat

penyuluhan agar petani juga bias menyisihkan waktunya sehingga tidak

mengganggu proses kerja petani.

2. Semestinya para petani memperhatikan jadwal penyuluhan untuk

meluangkan waktunya dalam mengikuti proses penyuluhan agar dapat

mengetahui kebijakan-kebijakan apa saja yang diberikan oleh pemerintah

untuk petani.

DAFTAR PUSTAKA

Frengki C. H. Siahaan. 2010. Pengertian Intervensi. (online) http:// eprinti. undip.

ac.id/136.84/1/D2A004036_Frengki_C_H_Siahaan.pdf. Diakses 23 Juli

2015.

Holy. 2000. Pemberdyaan Masyarakat. Jakarata.

Irmayanti, 2013. Penyuluhan Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas

Hasanuddin Makassar. http: //repository. unhas. ac. id/ handle/ 123456789/

7328. Diakses 20 Juli 2015

James A. Christenson & Jerry W. Robinson, Jr Ames : Iowa State University

Press, 1989. http://id.wikipedia.org/wiki/Pemberdayaan_masyarakat.

Diakses 25 Juli 2015.

Khairuddin, 1992. https:// gerryprotokol.wordpress.com/ 2011/01/05/ partisipasi -

masyarakat -dalam-perencanaan-pembangunan-daerah/ Diakses 5 Januari

2011.

Kifly 2012. http://www.bintans.web.id.prinsip prinsip pemberdayaan masyarakat.

html. Di askes 20 Juli 2015.

Only, 2013. http:// chikacimoet. com. Pemberdayaan –masyarakat .html. Diakses

26 Juli 2015.

Prayitno Agus, 2011. https://gerryprotokol.wordpress.com/2011/01/05/partisipasi-

masyarakat-dalam-perencanaan-pembangunan-daerah/. Diakses 20 Juli

2015.

Tjokowinoto, 2005. https:// www. google. co.id/ webhp? Sourceid =chrome-

instant &ion =1&espv=2&ie=UTF-8#q=tujuan+pemberdayaan. Diakses

21 Juli 2015

Van Den Ban, A.W., 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: PT.Kanisus

Weber Max, 2013. Pemberdayaan Sosial Ekonomi (online reader )

https://www.mysciencework.com/publication/read/5767851. Diakses 23

Juli 2015.

Yoga, 2012. http://hepta7.com/pengaruh-modernisasi-terhadap.html.di akses 25

Juli 2015.

Yusuf Muri, A. 2013. Metodologi Penelitian. Jakarta

L

A

M

P

I

R

A

N

Lampiran 2 Peta Kabupaten Bantaeng

Lampiran 3 Identita Reponden Intervensi Penyuluh Pertanian Dalam

Pemberdayaan Sosial Ekonomi Kelompok Tani

No Nama Umur

(tahun)

Pendidikan Pengalama

Berusaha

tani

(tahun)

Jumlah

Tanggungan

keluarga

(orang)

Luas

Lahan

(Ha)

1 Dg.Pod

ding

42 SMP 18 5 1,70

2 Alam 38 SD 15 4 1,10

3 Dg.Dah

lan

60 SD 40 5 0,60

4 Anto 25 S 1 7 4 1,50

5 Edhy 50 SMA 37 2 2,70

6 Aziz 39 SD 20 6 3,50

7 Dg. Siri 42 SMP 20 5 2,50

8 Ramli 24 SD 8 2 1,00

9 Marlis 27 SMA 17 4 2,00

10 Arif 47 SD 25 3 0,50

11 Dg.

Tepu

40 SD 27 4 1,00

12 Maren 47 SD 29 3 1,50

13 Muhtar 29 SMP 10 4 1,00

14 Dg.

Raba

59 SD 34 3 1,50

15 Adi 40 SD 20 5 1,90

16 Samsu 42 SD 24 6 1,50

17 Solo 30 SD 12 5 1,80

18 Naga 47 SMP 17 5 0,50

19 Saino 24 SD 23 3 2,15

20 Baso 45 SD 12 4 2,30

21 Dg.

Amisi

50 SD 20 3 1,20

22 Dg.

Saido

39 SMA 19 4 1,50

23 Dg.

Gassi

35 SD 17 3 1,10

24 Sukri 32 S 1 6 4 1,50

25 Asdar 29 S 1 11 3 1,50

26 Halim 30 SMA 10 5 1,80

27 Dg.

Suni

45 SD 20 6 0,50

28 Hatta 40 SMA 18 5 1,70

29 Dg.

Asri

38 SD 15 5 1,10

30 Jupri 60 SD 7 3 0,60

31 Haris 55 SMK 9 5 1,50

32 Sudi 27 SD 10 4 2,70

33 Sultan 49 SMP 5 5 3,50

34 Jabal 30 SD 5 4 2,50

35 Basri 43 SMK 13 2 1,00

36 Nasrul 35 SMP 11 6 2,00

37 Dg.

Ngaja

50 SMA 6 5 0,50

38 Dg.

Anca

47 SMA 17 2 1,00

39 Dg.

Saidi

24 SMA 28 4 2,00

40 Syamsu 49 SMP 12 5 2,30

Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian

Gambar 1 Tanaman Tomat Buah

Gambar 2 Wawancara Dengan Petani Tomat Buah

Gambar 3 Wawancara Dengan Ketua Kelompok Tani Bunga Daeng

Gambar 4 Wawancara Dengan Sekertaris Ketua Gpoktan Bunga Daeng

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada Tanggal 26 November 1985 di Desa

Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.

Anak Kedua dari 2 bersaudara pasangan dari Ayahnda

Baddu dan Ibunda Sauba. Penulis memasuki jenjang

pendidikan formal sebagai berikut : Pada tahun 1992

memasuki SD Inpers Tamaona Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten

Bantaeng dan tamat pada tahun 1998, pada tahun 2005 memasuki SMP Moroa

Kecamatan Bisappu Kabupaten Bantaeng dan tamat tahun 2008, dan pada tahun

itu juga penulis melanjutkan MA Muhammadiyah Bantaeng Kecamatan Bantaeng

Kabupaten Bantaeng dan tamat tahun 2011. Dengan izin Allah, pada tahun 2011,

penulis lulus seleksi masuk Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis perna mengikuti pengkaderan

Ikatan Mahasiswi Muhammadiyah di Mapaodang pada tahun. Tugas akhir dalam

pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “ Intervensi

Penyuluh Pertania Dalam Pemberdayaan Sosial Ekonomi Kelompok Tani di Desa

Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.