IMPLEMENTASI SILA PERTAMA DIBIDANG RELIGI

29
IMPLEMENTASI SILA PERTAMA DIBIDANG RELIGI DI S U S U N OLEH KELOMPOK 5 : Della Yasinta Wira Putri Ana (140643053) Komang Sri Meiningsih (1406043065) Sherly ( 1406043066 ) Imanuel Efa Yabes Hulu ( 1406043068 ) Made Desi Sukmayanti (1406043073)

Transcript of IMPLEMENTASI SILA PERTAMA DIBIDANG RELIGI

IMPLEMENTASI SILA PERTAMADIBIDANG RELIGI

DI

S

U

S

U

N

OLEH

KELOMPOK 5 :

Della Yasinta Wira Putri Ana (140643053)

Komang Sri Meiningsih (1406043065)

Sherly ( 1406043066 )

Imanuel Efa Yabes Hulu ( 1406043068 )

Made Desi Sukmayanti (1406043073)

Ni Luh Nyoman Ayu Mas Trisna Sari (1406043080)

I Gusti Bagus Aditya Wira P. (1406043081)

KATA PENGANTAR

puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami

dapat menyusun tugas lapangan tentang IMPLEMENTASI SILA

PERTAMA(KETUHANAN YANG MAHA ESA) DI BIDANG RELIGI . Sesuai dengan

hasil yang diperoleh dari pemikiran dan pengolahan sumber

informasi yang kami dapat. baik dari internet maupun dari sumber

refrensi buku-buku dan wawancara dari narasumber. Yang akhirnya

di tulis dengan bentuk sebuah makalah ini. Maka, dengan adanya

makalah usaha ini. Harapan Kami mahasiswa ataupun siapa saja yang

membaca dapat berfikir kritis untuk ke depannya, serta memahami

IMPLEMENTASI SILA PERTAMA(KETUHANAN YANG MAHA ESA) DI BIDANG

RELIGI,saat itu. Atas tersusunnya makalah ini, tidak lepas pula

dari jasa berbagai pihak yang terkait baik dalam proses

penyusunan makalah ini,

Mudah – mudahan semua amal baik ini mendapatkan balasan dari

Tuhan Yang Maha Esa. Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah

ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan

saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Kami

selaku penulis mohon maaf yang sebesar – besarnya. Semoga makalah

ini dapat bermanfaat bagi para Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Udayan atau pun siapa saja yang membaca nya.

IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG MASALAH

Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan

pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. Seluruh warga negara

kesatuan Republik Indonesia sudah seharusnya mempelajari,

mendalami dan mengembangkannya serta mengamalkan Pancasila dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan

kemampuan masing-masing. Tingkatan-tingkatan pelajaran mengenai

Pancasila yang dapat dihubungkan dengan tingkat-tingkat

pengetahuan ilmiah. Dengan pancasila terutama pertama yakni sila

ketuhanan Yang Maha Esa , bangsa indonesia dengan ini menyetakan

kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh

karenannya manusia indonesia percaya dan taqwa tehadaap Tuhan

Yang Maha Esa, Didalam kehidupan masyarakat indonesia di

kembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara

pemeluk-pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang

berbeda-beda sehingga dapat selalu di bina kerukunan hidup di

IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 3

antara sesama umat beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa. Sadar bahwa agama dan kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi

dengan Tuhan Yang Maha Esa yang di percayai dan di yakininnya.

2.      RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Penerapan Nilai pancasila yang pertama (Ketuhanan Yang

Maha Esa) Di bidang Religi.

3.    TUJUAN

1.    Mengetahui itu pancasila

2.    Mengerti dan memahami Bagaimana penerapan sila pertama di

setiap agama.

BAB II

PEMBAHASAN

Seluruh warga negara

kesatuan Republik Indonesia sudah

seharusnya mempelajari, mendalami

dan mengembangkannya serta

IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 4

mengamalkan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara sesuai dengan kemampuan masing-masing. Tingkatan-

tingkatan pelajaran mengenai Pancasila yang dapat dihubungkan

dengan tingkat-tingkat pengetahuan ilmiah. Tujuan pendidikan

Pancasila adalah membentuk watak bangsa yang kukuh, juga untuk

memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan

norma-norma Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara mempunyai

arti menjadikan Pancasila sebagai dasar untuk mengatur

penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila

merupakan sumber dari segala sumber hukum. Hal ini menempatkan

Pancasila sebagai dasar negara yang berarti melaksanakan nilai-

nilai Pancasila dalam semua peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Oleh karena itu, sudah seharusnya semua peraturan

perundang-undangan di negara Republik Indonesia bersumber pada

Pancasila. Pancasila memiliki bentuk kesatuan yang utuh,

pancasila merupakan kesatuan yang mutlak dan pancasila merupakan

unsur mutlak yanag membentuk kesatuan.

Dalam identifikasi sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)di

tempatkan pada urutan yang paling atas karena bangsa indonesia

meyakini segala sesuatu itu berasal dari Tuhan dan akan kembali

kepada-Nya. Agama merupakan sistem atau prinsip kepercayaan

kepada Tuhan atau dewa atau yang lain dengan ajaran kebaktian dan

kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.

Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya

makhluk lain di ciptakan oleh penciptannya . pencipta itu adalah

Tuhan dalam bahasa filsafat di sebut dengan causa prima yang

mempunyai hubungan yang di ciptakannya. Manusia sebagai makhluk

yang di ciptakan-Nya wajib menjalankan perintah Tuhan dan

menjauhi larangannya.Dalam konteks bernegara maka dalam

masyarakat yang berdasarkan pancasila, dengan sendirinnya

menjamin kebebasan memeluk agama masing-masing . Dengan payung

IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 5

Ketuhanan Yang Maha Esa itu maka bangsa indonesia mempunyai satu

asas yang di pegang teguh yaitu kebebasan untuk memeluk agama dan

beribadah menurut agama masing-masing . Sehubungan dengan agama

itu perintah dari Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus di

laksanakan oleh manusia sebagai makhluk yang di ciptakan oleh

Tuhan , maka untuk menjamin kebebasan tersebut di dalam pancasila

seperti yang kita alami sekarang ini tidak ada paksaan beragama

atau memeuluk agama dalam suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh

karena itu dalam masyarakat pancasila dengan sendirinnya agama di

jamin berkembang dan tumbuh subur dan konsekuensi di wajibkan

adannya toleransi beragama.

Jika di teliti secara , memang pemahaman kekuatan yang ada

di luar diri manusia dan di luar alam yang ada ini atau adannya

sesuatu yang bersifat adikodrati(diatas atau di luar yang

kodrat)dan yang transenden (yang mengatasi segala sesuatu ) sudah

di pahami oleh bangsa indonesia sejak dahulu. Sejak jaman nenek

moyang sudah di kenal paham animisme, dinamisme sampai paham

politheisme . kekuatan itu terus saja berkembang di sunia sampai

masuknnya agama-agama hindu,budha,islam,nasrani, ke indonesia ,

sehingga kesadaran akan monotheisme di masyarakat indonesia

semakin kuat. Oleh karena itu tepatlah jika rumusan sila pertama

pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.

1.    Arti dan Makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Pengakuan adannya causa prima (sebab pertama)yaitu Tuhan

Yang Maha Esa

Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan

beribadah menurut agamanya masing-masing

Tidak memaksa warga negara untuk beragama tetapi di wajibkan

untuk memeluk agama sesuai dengan hukum yang berlaku

Atheisme di larang hidup dan berkembang di indonesia

IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 6

Menjamin berkembang dan tumbuh suburnnya kehidupan beragama,

toleransi antara umat dan dalam beragama

Negara memberi fasilitataor bagi tumbuh kembangnnya agama

dan iman warga negara dan menjadi mediator ketika terjadi

konflik antar agama

Dengan sila ketuhanan Yang Maha Esa , bangsa indonesia dengan

ini menyetakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa dan oleh karenannya manusia indonesia percaya dan taqwa

tehadaap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan kepercayaannnya

masing- masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Didalam kehidupan masyarakat indonesia di kembangkan sikap hormat

menghormati dan bekerja sama antara pemeluk-pemeluk agama dan

penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga dapat

selalu di bina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan

berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sadar bahwa agama

dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang

menyangkut hubungan pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa yang di

percayai dan di yakininnya, maka di kembangkanlah sikap saling

menghormati kebebasan dalam menjalankan ibadah sesuai agama dan

tidak memaksakan suatu agama itu kepada orang lain. Dengan

rumusan sila Ketuhanan Yang Maha Esa seperti tersebut di atas

tidak berarti bahwa negara memaksa agama atas suatu kepercayaan

terhadap Tuhan Yang MaHA Esa, sebab agama dan kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu berdasarkan keyakinan, sehingga

tidak dapat di peksakan dan memang agama dan kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri tidak memaksa setiap manusia

untuk memeluk dan menganutnya. Pancasila dan UUD 1945 menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-

masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.

Kebebasan agama adalah merupakan salah satu hak yang paling asasi

di antara hak-hak asaai manusia, karena kebebasan agama itu

langsung bersumber kepada martaba manusia sebagai makhluk ciptaanIMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 7

Tuhan. Hak kebebasan beragama bukan pemberian negara atau bukan

pemberian golongan.

IMPLEMENTASI KETUHANAN YANG MAHA ESA BAGI AGAMA HINDU

Bagi agama Hindu penerapan Ketuhanan Yang Maha Esa,Penerapannya dengan cara Sembahyang yang ritualnya disanamenghormati kepada Yang Maha Esa(Umum) dan terkhususnya bagiAgama Hindu “Sang Hyang Widhi Wasa”.Dimana umat Hindu percaya danyakin akan adanya Tuhan, dan bertakwa kepada Beliau(Sang HyangWidhi Wasa). Bagi Umat hindu tempat sembahyang di laksanakan Dipura.

Pura adalah tempat suci untuk memuja Hyang widhi wasa dalamsegala Prabawa(manifestasi-Nya) dan Atman Sidha Dewata (Roh SuciLeluhur). Disamping di pergunakan istilah Pura untuk menyebuttempat suci dan pemujaan, dipergunakan juga istilah Kahyanganatau Parhyangan.

Fungsi Pura adalah Tempat suci umat Hindu yang berfungsisebagai tempat pemujaan Hyang Widhi Wasa dalam segala Prabawa-Nyadan atau Atma Sidha Dewata dengan sarana upacara Yadnya sebagaiperwujudan dari Tri Marga.

Pengelompokan Pura di Bali :A. berdasarkan fungsinya digolonhkan menjadi dua kelompok :

1. Pura jagat yaitu pura yang berfungsi sebagai tempat suciuntuk memuja Hyang Widhi Wasa dalam segala Prabawa-NYA(manifestasi-Nya)

2. Pura kawitan yaitu pura yang berfungsi sebagai tempatsuci pemuja Atma Sidha Dewata (Roh Suci Leluhur)

B. Berdasarkan karakterisasi digolongkan menjadi empat kelompok:1. Pura Kahyangan jagat yaitu pura tempat pemujaan Hyang

Widhi Wasa dalam segala Prabawa-Nya seperti Pura SadKahyangan dan Pura Jagat lainnya.

2. Pura Kahyangan Desa yaitu pura yang disungsung oleh DesaAdat.

3. Pura swagina (pura Fungsional) yaiyu pura yang penyiwinyaterikat oleh ikatan swaginanya(kekayaannya) yangmempunyai profesi sama dalam system mata pencaharianHidup seperti Pura Subak,pura melanting dan yangsejenisnya.

4. Pura Kawitan yaitu pura yang penyiwinya ditentukan olehikatan “wit” atau leluhur berdasarkan garis kelahiran

IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 8

(genealogies), seperti sanggah/merajan,pretiwi,ibu,panti,dadia,batur,dadia,dalem Dadia,Dadia,Pedharman dan yang sejenisnya.

Panca Sradha

Dalam Agama Hindu lima pilar sebagai dasar keyakinan disebutPanca Sradha, Panca artinya lima dan Sradha artinya Keyakinan  terdiri dari  :

1. Brahman artinya Umat Hindu percaya dan yakin akan adanyaTuhan Yang Maha Esa.

2. Atman artinya Umat hindu percaya dan yakin bahwa adapercikan-percikan keTuhanan yang bersemayam dalam dirisetiap mahluk hidup yang disebut Atman.

3. Karma Phala artinya Umat Hindu yakin dan percaya bahwasetiap perbuatan sekecil apapun pasti ada akibatnya.

4. Punarbhawa artinya Umat Hindu percaya dan yakin bahwa setiapmanusia akan mengalami kelahiran kembali (reinkarnasi) untukmenyempurnakan karmanya.

Moksa artinya Umat Hindu percaya dan yakin akan adanya tujuan

tertinggi kehidupan adalah dalam

rangka bersatunya Atman dengan

Brahman.

1.      Ajaran Tentang KeTuhanan

Tuhan Yang Maha Esa Menurut HinduDharmaMenurut Hindu Dharma, Tuhan hanyasatu. Umat Hindu di Indonesia memberi Dia gelar Sang Hyang WidhiWasa ‘Widhi’ berarti takdir dan ‘Wasa’ artinya Yang Maha Kuasa.‘Widhi Wasa’ berarti Yang Maha Kuasa, yang mentakdirkan segalayang ada.1[6] Dia juga disebut Bhatara Ciwa Pelindung Yang Tertinggi. Banyakgelar lagi yang dipersembahkan oleh umat Hindu kepada Tuhan YangMaha Esa. Sebagai Sang Hyang Parameswara raja Termulia, ParamaWicesa, Maha Kuasa, jagat Karana pencita Alam dan lain-lainnya.Sebagai pencipta Ia bergelar Brahma (Utpatti), dalam aksara Iadisimbolkan dengan huruf ‘A’. Sebagai pemelihara dan pelindung(Sthiti) ia disebut Wisnu dalam aksara disimbolkan huruf ‘U’.Sebagai Tuhan yang mengembalikan segala isi alam kepada suber

1IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 9

asalnya (Pralina) Ia bergelar Ciwa; sering juga disebut sebagaiIcwara, sibolnya dalam aksara adalah huruf ‘M’.Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pustaka suci Weda: “EKAMEVA ADWITYAM BRAHMAN” , artinya: “hanya satu (Ekam Eva) tidak adaduanya Adwityam Hyang Widhi itu itu “EKO NARAYANAD NA DWITYO’STIKACIT” artinya: “hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya”.Gelar Tuhan disebut dengan berbagai nama disebabkan sifat-sifatSang Hyang Widhi Yang Maha Mulia, Maha Kuasa, Maha Pengasih dantiada terbatas. Sedangkan kekuatan manusia untuk menggambarkanSang Hyang Widhi sangat terbatas. Rsi-rsi agama Hindu hanya mampumemberi sebutan dengan berbagai nama serta berbagai fungsinya.Yang paling utama ialah TRI SAKTI, yakni:

1. BRAHMA adalah sebutan Sang Hyang Widhi dalam fungsinyasebagai pencipta, dalam bahasa sansekerta disebut “UTPATTI”.

2. WISNU adalah sebutan Sang Hyang Widhi dalam fungsinyasebagai pelindung, pemelihara dengan segala kasih-sayangnya.Pelindung dalam bahasa sansekerta disebut “STHITI”.

3. SIWA adalah sebutan Sang Hyang Widhi dalam fungsinya melebur(pralina) dunia serta isinya dan mengembalikan dalampenyadaran ke asal.

TRI SAKTI ini mencipta, memelihara dan melebur semesta alam.Mereka menguasai ketiga hukum: lahir, hidup, dan mati sertaseluruh makhluk, termasuk manusia. untuk dapat meresapkankemahakuasaan Hyang Widhi ini, agama Hindu memberikan simbol padakekuatannya dalam ucapan aksara suci “OM”.2[7] Perkataan “OM”adalah aksara suci untuk mewujudkan Sang Hyang Widhi denganketiga prabawanya, yaitu:Aksara ‘A’ untuk menyimbolkan BRAHMA , Hyang Widhi dalamprabhawanya Maha Pencipta.Aksara ‘U’ untuk menyimbolkan WISNU, Hyang Widhi prabhawanya MahaMelindungi.Aksara ‘M’ untuk menyimbolkan SIWA, Hyang Widhi dalam prabhawanyaMaha Pelebur.Suara ‘A’, ‘U’ dan ‘M’ ditunggalkan menjadi AUM atau OM.Dalam Agama Hindu, Sang Hyang Widhi tidak sama dengan Dewa atauBhatara. Dewa adalah perwujudan sinar suci dari Sang Hyang Widhiyang memberi kekuatan suci guna kesempurnaan hidup makhluk. Dewaitu bukan Sang Hyang Widhi Wasa, Ia hanyalah sinarnya. Kata ‘Dewa’ berasal dari bahasa sansekerta ‘DIV’, artinya Sinar(kata ini menjadi Day dan Divine dalam bahasa inggris).Tegasnya,  Dewa berarti bersinar, sedangkan kata Bhatara adalah

2IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 10

prabhawa (manifestasi) kekuatan dari Sang Hyang Widhi untukmemberi perlindungan terhadap ciptaannya.Kata ‘Bhatara’ berasal dari bahasa sansekerta ‘BHATR’ yangberarti pelindung, antara Dewa dan Bhatara sering pemakaiannyadiartikan sama saja. Umpamanya Dewa Wisnu disebut juga BhataraWisnu karena beliau melindungi makhluk semesta.3[8]

TripramanaAgama Hindu mengajarkan teori “TRIPRAMANA” yakni: tiga cara untukmengetahui benar-benar adanya Tuhan Yang Maha Esa,4[9] yaitudengan cara:

1. PRATYAKSA PRAMANA ialah dengan cara melihat langsung,mengenal Tuhan Yang Maha Esa hanya orang-orang sangat suciyang mungkin mengetahui Sang Hyang Widhi dengan cara melihatlangsung, yaitu dengan cara Pratyaksa pramana.

2. ANUMANA PRAMANA ialah dengan cara analisa  yang mudah-mudahsaja. Umat Hindu percaya bahwa terdapatnya seluruh alamsemesta tentu ada yang menciptakan, yanki Sang Hyang Widhi.Apabila manusia mati tentu ada tempatnya bagi atman yanglepas dari badan. Inipun tentu adalah Sang Hyang Widhi.

3. AGAMA PRAMANA ialah denga cara mempercayai isi pustaka suciAgama Hindu. Umpamanya kitab suci Upanisad menyatakan bahwaSang Hyang Widhi adalah “telinga dari semua telinga; pikirandari semua pikiran; ucapan dari segala ucapan; nafas darisegala nafas; mata dari segala mata”, dan lain sebagainya.

Adanya Sang Hyang WidhiMaka dari itu, Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa merupakanmaha Sempurna dan tidak terbatas, karena itu manusia tidak dapatmelihatnya. Walaupun manusia  tidak dapat melihat  Sang HyangWidhi bukanlah Sang Hyang Widhi tidak ada. Sebagai halnyabintang-bintang di langit, tidak kelihatan pada siang hari tidakberarti bahwa bintang-bintang itu tidak ada atau ada hanya padawaktu malam saja. Justru karena mata manusia tidak mampu menembussinar matahari, maka dari itulah sebabnya tidak dapat melihatbintang-bintang di langit. Akan tetapi bintang-bintang itu tetapada. Demikian pula lantaran manusia tidak dapat menembuskegelapan jiwanya. Maka tidak dapat pula melihat Sang HyangWidhi, akan tetapi Sang Hyang Widhi pada hakikatnya tetap ada.Umat beragama yang benar-benar melaksanakan kehidupan suci sesuaidengan petunjuk dan ajaran pustaka suci, niscaya akan melihatSang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa dengan terang. Tuhan Yang

3

4IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 11

Maha Esa akan tampil dalam hati-sanubari para umat beragama danjiwa yang suci lagi murni.Tidak BerbentukDalam pustaka suci Weda, disebutkan bahwa Sang Hyang Widhi tidakberbentuk, tidak bertangan maupun berkaki, tidak berpancaindra,tetapi beliau dapat mengetahui segala sesuatu yang ada padamakhluk. Lagi pada Hyang Widhi tidak pernah lahir dan tidakpernah tua, tidak pernah berkurang juga bertambah. Tegasnya SangHyang Widhi tidak berbentuk tetapi karena kemuliaannya dapatmengambil wujud sesuai dengan keadaan untuk menegakan Dharma.Perwujudan ini dinamakan AWATARA.AwataraIstilah Awatara  adalah perwujudan Sang Hyang Widhi  ke duniadengan mengambil suatu bentuk yang dengan perbuatan atau ajaran-ajaran sucinya, beri tuntutan untuk membebaskan manusia daripenderitaan dan angkara murka disebabkan kegelapan awidya.5[10]      Pustaka suci Bhagavadgita, Bab IV sloka 7 berbunyi:      “Manakala Dharma (kebenaran) mulai hilang      Dan Adharma (kejahatan) mulai merajalela,      Saat itu, wahai keturunan Brata (arjuna),      Aku sendiri turun menjelma.Ternyata apabila dunia dalam penderitaan dan dikuasai Adharma,maka Sang Hyang Widhi turun ke dunia untuk menegakan Dharma.Dalam hal ini, Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa dalammaifestasinya sebagai Wisnu, telah menjelma ke dunia ini sebagaiAwatara sebanyak Sembilan kali untuk menjelmakan dan menegakanDharma. Dalam kitab suci Purana, ada disebutkan DHASA AWATARA(Sepuluh Awatara)6[11] sebagai berikut:

1. MATYSA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi berbentuk ikanbesar, telah menyelamatkan manusia dari banjir yang mahabesar.

2. KURMA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi sebagai kura-kuraraksasa telah menupu dunia ini agar terhindar dari bahayaterbenam.

3.  WARAHA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi sebagai seekorbadak agung yang telah menyelamatkan dunia dan mengait duniadari bahaya terbenam NARASIMBA AWATARA: Awatara Sang HyangWidhi dalam bentuk manusia berkepala samba (singa) telahmenyelamatkan dunia dengan mebasmi kekejaman Raja

5

6IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 12

Hirnyakasipu yang terkenal dengan lalim dan selalu menindasDharma.

4. WAMANA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi turun ke duniasebagai orang kerdil yang berpengengetahuan tinggi danmulia, telah menyelamatkan dunia dengan mengalahkan MaharajaBali yang selalu menginjak-injak Dharma dan kedaulatannegara.

5. PARASHURAMA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi turun ke duniabentuk Ramaparashu, yakni Rama yang bersenjata kapak telahmenyelamatkan dunia dengan membasmi segenap kesatrya yangmenyeleweng dari ajaran Dharma.

6. RAMA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi turun ke dunia sebagiSri Rama, putra raja Dasharatha, telah menyelamatkan duinadengan membasmi Sang Rawana, raja kelaliman dankeangkaramurkaan di negeri Alengka.

7. KRESNA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi turun ke duniasebagai Sri Kresna , raja Dwarawati yang terkenal, telahmembasmi raja Kangsa dan jarasada tokoh kelaliman.

8. BUDDHA AWATARA:  Awatara Sang Hyang Widhi turun ke duniasebagai Buddha Gautama, putra raja Sudhodana yang lahir  dikapilavastu, telah menyebarkan Dharma dan memberikantuntunan kepada manusia untuk mencapai Nirwana.

10.  KALKI AWATARA: penjelmaan terakhir Sang Hyang Widhi akanmembasmi segala penghianat dan penyeleweng agama. KALKI akanturun ke dunia pada zaman Kali Yuda, yakni zaman memuncaknyapertentangan. Menurut keyakinan umat Hindu, Awatara Kalki itusekarang amsih belum lahir, namun pasti akan lahir untukmelenyapkan pertentangan-pertentangan keyakinan itu.Rsi—Acarya/SulinggihDisamping Awatara, dalam agama Hindu terdapat pula istilah ‘Rsi’dan ‘Acarya’. Rsi adalah orang suci yang atas usahanya melakukantapa yoga, semadi, memiliki kesucian dan dapat menghubungkandirinya kepada Sang Hyang Widhi dan sudah mencapai moksa,sehingga dapat melihat hal-hal yang lampau (atita), yang sekarang(wartamana) dan yang akan datang (anagata).7[12]Para rsi berkewajiban memelihara, menuntun umat manusia denganajaran-ajaran Weda. Awatara berbeda dengan Rsi, sebab yang satuturun dari atas sedangka yang lainnya dari bawah naik ke atas.Acarya berbeda pula dengan Rsi, sebab Rsi sudah melepaskan dirdari ikatan keduniawian, sedangkan Acarya masih belum dapatmelepaskan diri dari ikatan keduniawian, ia harus melakukanupacara keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

7IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 13

2. SEMBAHYANGSembah yang adalah salah satu

hakekat inti dari ajaran HinduDharma. Setiap orang yangmengaku beragama, ia pastimelakukan sembahyang karenasembahyang menurut ajaran agamabersifat wajib atau harus.Sembahyang intinya adalah imanatau percaya sehingga semuatingkah laku atau perbuatan,pikiran dan ucapan sebagai perwujudan dalam bentuk “bhakti”hakekatnya bersumber pada unsur iman (sraddha) yang salah satunyadengan cara sembahyang.

Sembahyang terdiri atas dua kata, yaitu;

Sembah yang berarti o Sujud atau sungkem, yang dilakukan dengan cara-cara

tertentu dengan tujuan untuk menyampaikan penghormatan,perasaan hati atau pikiran, baik dengan ucapan kata-kata maupun tanpa ucapan, misalnya hanya sikap pikiran.

Hyang yaitu o Yang dihormati atau dimuliakan sebagai obyek dalam

pemujaan, yaitu : Ida Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang MahaEsa, yang berhak menerima penghormatan menurutkepercayaan itu.

Didalam bahasa sehari-hari, orang bali sering juga menyebut katasembahyang dengan sebutan:

Muspa, karena dalam persembahyangan itu lazim juga dilakukandengan jalan persembahan kembang (puspa).

Mebakti, dinamakan demikian karena inti persembahan ituadalah untuk memperlihatkan rasa bakti (bhakti) atau hormatsetulus-tulusnya dengan cara mencakupkan kedua belah tanganatau cara lain yang dapat diartikan sama sebagai penyerahandiri setulus hati kepada yang dihormati atau Tuhan Yang MahaEsa.

Maturan, yang artinya menyampaikan persembahan denganmempersembahkan apa saja yang merupakan hasil karya sesuaimenurut kemampuan dengan perasaan tulus ikhlas, sepertibuah, kue, minuman dll.

Didalam bhagawadgita, yoga atau Samadhi dinyatakan sebagaisalah satu bentuk persembahyangan yang dapat pula dilakukan oleh

IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 14

orang yang menganut ajaran sanatha dharma (hindu) denganmelakukan “tri sandhya”.Sembahyang atau yadnya mempunyai fungsi dan kedudukan sangatpenting dalam kehidupan beragama. Ini ditegaskan oleh kitab wedasmerti sebagai berikut;“wedoditam swakam karma nityam kuryadatandritah, Taddhikurwanyathasakti prapnoti paranam gatim” (Manawa Dharmasastra IV,14)Hendaknya tanpa kenal lelah melakukan yadnya yang ditentukanuntuknya dalam weda, karena ia yang melaksanakan semua itumenurut kemampuan mencapai kedudukan kejiwaan paling tinggi.

Dengan menggariskan ketentuan yang ditegaskan adanyapenyesuaian kemampuan menurut kemampuan atau relative tidaklahmutlak untuk melakukan yadnya melebihi kemampuan karena denganmelebihi kemampuan berarti bertentangan pula dengan weda.Demikian dijelaskan pengertian tentang "sembahyang" dalam ForumDiskusi Hindu Nusantara (Facebook), ref) Sebelum melakukan sembahyang, setelahduduk dan situasi tenang, maka Mantram Penyucian Badan dan Sarana Sembahyangdisebutkan sebagai awal dari persembahyangan.

Dalam tuntunan sembahyang melalui sebuah keyakinan yangbersumber pada sraddha kita yang disebutkan sebagai berikut :

Makna dan Tujuan dari persembahyangan :

o Untuk menghormati dan mengagungkan kebesaran sifatTuhan Yang Maha Esa, selaku pencipta dan penguasa alamsemesta.

o Sebagai pengakuan diri bahwa pada hakikatnya manusiaadalah mahluk yang sangat lemah.

o Sebagai permohonan maaf dan pengampunan atas segaladosa yang pernah dilakukan dalam hidupnya.

o Menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas segalawaranugraha-Nya.

o Memohon perlindungan-Nya agar dijauhkan dari segalabahaya maupun cobaan hidup.

o Menemukan suasana kedamaian lahir dan bathin.   

Pura sebagai tempat sembahyang atau pemujaan kepada HyangWidhi Wasa beserta manifestasi kemahakuasaan-Nya. 

Macam-macam Persembahyangan :o Menurut waktu pelaksanaan.

Nitya Kala, yaitu sembahyang yang dilaksanakan 3(tiga) kali sehari.

Naimitika Kala, yaitu persembahyangan yangdilaksanakan pada hari-hari tertentu.

o Menurut bentuk pelaksanaannya.o Persembahyangan bersama dengan dipandu puja Sulinggih.o Persembahyangan bersama tanpa dipandu puja Sulinggih.

IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 15

Persembahyangan perorangan.   Persyaratan Sembahyang

o Persyaratan lahir (sakala, wahya) : Bersihkan badan dengan mandi. Boleh juga mandi

dengan air kumkuman. Berpakaian yang bersih dah sopan. Sarana persembahyangan yang dipakai supaya

baik, misalnya : Bunga yang harum dan segar,dupa yang harum serta kwangen.

Tempat persembahyangan yang bersih danbersuasana tenang. 

o  Persyaratan bathin (niskala, adyatmika) :

Rasa tulus ihklas dalam melaksanakan sembahyang. Kesadaran bathin yang luhur dan suci sesuai dengan ajaran

Tri Kaya Parisudha, yaitu : suci dalam pikiran, suci dalamperkataan, dan suci dalam perbuatan.

Bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa/Sanghyang Widhi Wasasecara pasrah dan utuh.

Kesadaran melaksanakan sembahyang agar ditujukan padajalan dharma, kesucian dan kesejahtraan mahluk serta alamsemesta.

Meyakini ajaran Tat Twam Asi yakni memandang semua mahlukmempunyai hakikat yang sama.

o Asana dalam sikap Sembahyang Sikap tangan.

Sikap tangan pada waktu Tri Sandhya. Mengambil sikapDevapratistha atau Amusti Karana yaitu kedua ibu jaritangan dipadukan dengan telunjuk tangan kanan(berbentuk “kojong”) atau kedua ibu jari tangan kanandan kiri dipertemukan/ditempelkan sedangkan jari-jaritangan yang lain saliang bertumpukan diatas ulu hati.

Sikap tangan pada waktu melaksanakan kramaning sembah.Sikap tangan pada waktu melaksanakanpersembahyangan/kramaning sembah yaitu kedua belahtelapak tangan dicakupkan dan diangkat keatas ubun-ubun.

Sikap badan pada waktu sedang sembahyang. Bila memuja dalam sebuah Pura, Sanggah Pamrajan dan

sebagainya dilakukan dengan cara duduk. Bagi kaum priadengan sikap Padmasana (Silasana) sedangkan sedangkanbagi kaum wanita dengan sikap Bajrasana (bersimpuh).Ada lagi sikap-sikap yang lain misalnya bagi yang sakitmengambil sikap Sawasana. Selanjutnya apabilakondisitempat tidak memungkinkan untuk duduk maka dapat

IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 16

dilaksanakan dengan mengambil sikap Padasana(berdiri). 

Sebagai salah satu kelengkapan sembahyang, penggunaan udengdisebutkan memiliki simbol ketuhanan dalam simpul yang "nunggal".

Demikianlah pengertian dan makna sembahyang kepada Hyang WidhiWasa beserta manifestasi kemahakuasaan-Nya agar menemukan suasanakedamaian lahir dan bathin.

Dalam melakukan persembahyangan, beberapa hal yang patut dilakukan,

Sikap duduk dalam memulai persembahyangan, baik itu tempatduduk, sikap dll sebagai awal dari persembahyangan.

Karasodhana | mensucikan pikiran terlebih dahulu sebelummelakukan persembahyangan.

PENERAPAN KETUHANAN YANG MAHA ESA BAGI AGAMA KRISTEN (PROTESTAN,

KATOLIK)

Penerapan ketuhanan yang Maha Esa

pada sila pertama bagi agama Kristen

yaitu dengan cara percaya kepada Tuhan

yang memiliki tiga Kepribadian yaitu

Allah Bapa,Allah Putra,dan Allah Roh

kudus (Tritunggal). Umat Kristen pada

umumnya melaksakan ibadah/kebaktian di

gereja dengan cara berdoa,memuji

tuhan(dengan cara bernyanyi lagu Rohani/Kidung Pujian) dan

mendengarkan firman (kitab suci Alkitab).

Umat Kristen di ajarkan untuk selalu bersyukur dan

mengutahakan Tuhan dari segalanya,dan taat terhadap perintah –

perintah Allah, dan sujud menyembah kepadaNya.

Tempat ibadah umat Kristen dikenal dengan nama GEREJA, disana

seluruh umat Kristen beribadah dan setiap perayaan-perayaan hari

raya seperti HAri Raya Natal (kelahiran yesus Kristus), Hari Raya

Paskah,dll dilaksanakan di gereja.

IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 17

Bagi Umat Kristen Katolik peribatan orang Katolik disebut misa ,

sedangkan peribadatan Umat Protestan Disebut kebaktian.keduanya

berbeda dalam hal isi maupun sama-sama dilaksanakan pada hari

minggu.

Tritunggal

Inti iman kepercayaan umat  Kristen adalah misteri

Tritunggal yang tidak mudah dimengerti – kepercayaan bahwa Allah

itu tiga pribadi yang adalah satu – Allah Bapa, Allah Putra, dan

Allah Roh Kudus. Tuhan Allah adalah satu atau Esa, sebagai lawan

dari segala yang banyak. Tuhan ini menjadi sebab segala sesuatu

yang berada. Dengan perantaraan Logos atau Firman, Tuhan Allah ,

yang Roh adanya itu, berhubungan dengan dunia benda. Logos ini

berdiri sendiri sebagai suatu zat, yang memiliki kesadaran ilahi

dan asas-asas duniawi. Ia adalah gambaran Allah yang sempurna.

Sejak kekal ia dilahirkan dari Allah. Karena kekuasaan kehendak

ilahi, ia terus-menerus dilahirkan dari zat ilahi. Ia memiliki

tabiat yang sama dengan Allah, oleh karena itu dapat dikatakan

bahwa Ia satu dengan Allah, akan tetapi sebagai yang keluar dari

Allah Bapa, Ia lebih rendah daripada Allah Bapa. Ia adalah

pangkat pertama dari perpindahan dari “Yang Esa” kepada “Yang

Banyak”, atau pangkat kedua di dalam zat Allah.

Aktivitas Logos atau Anak ini juga lebih rendah dibanding 

dengan aktivitas Bapa. Ia adalah pelaksana kehendak Allah Bapa,

yang melaksanakan instruksi Allah Bapa, sebagai umpamanya:

penjadian.

Roh Kudus dianggapnya juga sebagai zat yang ada pada Allah,

yaitu pangkat ketiga di dalam zat Allah itu. Roh Kudus ini adanya

karena Anak hubungannya dengan Anak sama dengan hubungan Anak

dengan Bapa. Bidang kerjanya juga lebih sempit dibanding dengan

bidan kerja Anak. Bapa adalah asas beradanya segala sesuatu,

sedang Roh Kudus adalah asas penyucian segala sesuatu.

IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 18

Jadi ketritunggalan Allah dipandang sebagai berpangkat-

pangkat. Oleh karena itu ajaran ini disebut Subordinasianisme. Di

sini, perbedaan diantara Bapa, Anak, dan Roh Kudus dipertahankan,

akan tetapi kesatuannya ditiadakan[5].

Karena muncul masalah dalam pembicaraan tiga pribadi dalam

konteks monoteistik maka beberapa umat Kristen modern telah

berbicara tentang tiga pikiran, jiwa atau kekuatan yang semuanya

adalah bagian dari Allah yang sama dan berada dalam keadaan

harmonis: Allah Bapa mengasihi Allah putra dengan Roh Kudus

sebagai kekuatan yang mempersatukan mereka. Umat Kristen lain

berpendapat bahwa akan lebih mudah dengan mengatakan bahwa Allah

mempunyai tiga peran: Allah dalam diri-Nya sendiri adalah Bapa,

Putra, dan Roh Kudus.

Dengan demikian, konsep keesaan Tuhan dalam agama Kristen

belum jelas dan masih diperdebatkan di antara umat Kristiani

sendiri.

Implementasi Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Agama Buddha

Umat Buddha Indonesiasebagai bagian darimasyarakat bangsa Indonesiaberkewajiban melaksanakanPancasila dasar negaraRepublik Indonesia. Denganberpedoman pada Dhamma danVinaya yang telah diajarkanoleh Buddha Gotama, tujuanhidup umat Buddha untukmencapaikebahagiaan/kesejahteraan jasmani dan rohani dapat tercapai.Setiap sila dalam Pancasila harus dimaknai dan dilaksanakan olehseluruh rakyat Indonesia, termasuk umat Buddha.Sila Ketuhanan Yang Maha EsaUmat Buddha Indonesia memiliki keyakinan (saddha) dan ketaqwaan(bhakti) terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran tentang haltersebut terdapat dalam Kitab Udana VIII:3 yang berbunyi: “ParaBhikkhu, ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidakIMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 19

tercipta, yang mutlak. Para Bhikkhu, bila tidak ada tidakdilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak, makatidak ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan,pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi parabhikkhu, karena ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelam, tidaktercipta, yang mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas darikelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan sebab yang lalu.”Jadi dalam agama Buddha Tuhan Yang maha EsaYang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah "Atthi Ajatang AbhutangAkatang Asamkhatang" yang artinya "Sesuatu Yang Tidak Dilahirkan,Tidak menjelma, Tidak tercipta dan Yang Mutlak". Dalam hal ini,Ketuhanan Yang Mahaesa adalah suatu yang “Tanpa Aku”(anatta/anatman), yang tidak dapat dipersonifikasikan (disamakandengan suatu sosok yang berkepribadian) dan yang tidak dapatdigambarkan dalam bentuk apapun. Tetapi dengan adanya YangMutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yangberkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkarankehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.

IMPLEMENTASI KETUHANAN YANG MAHA ESA BAGI UMAT MUSLIM

Penerapan Ketuhanan yang maha

esa bagi umat muslim dengan cara

percaya kepada Allah SWT dan

melaksanakan solat di mesjid.

Konsep keesaan Tuhan dalam

Islam disebut dengan istilah

tauhid. Hakekat Tauhid adalah

menafikan sekutu bagi Allah SWT pada zat, sifat, ibadah, dan

perbuatan.

Dalam Al-Qur’an, dalam berbagai ayatnya ketauhidan

digambarkan dalam kesatuan perintah dan kesatuan arah (ketauhidan

dalam ajaran dan ketauhidan dalam tujuan hidup) selain juga

kesatuan penyembahan dan kesatuan ketaatan (ketauhidan dalam hal

ibadah dan ketauhidan dalam kesalehan). Dan semua kesatuan ini

diarahkan hanya kepada satu tujuan yaitu Tuhan yang satu.

Mengenai Tuhan Yang Satu itu, Al-Qur’an menjelaskan secara

jelas dan tegas dalam surah Al-Ikhlas. Allah SWT berfirman:

IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 20

 “Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa”.

 “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”.

 “Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan”.

“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.(Al-Ikhlas:1-4)

Tuhan itu satu Zat-Nya, tak ada sekutu bagi-Nya, Dia Maha

Tunggal, tak ada yang menyamai-Nya. Maha Tinggi, tak ada lawan-

Nya. Maha sendiri, tak ada yang sepadan dengan-Nya. Dia Satu.

Qadim, tak ada awal-Nya. Azali, tak ada permulaan-Nya. Dia terus

ada, tak berakhir. Abadi, tak berkesudahan. Dia mengatur makhluk-

Nya, tak berhenti. Kekal, tak berlalu. Selalu dan selamanya

bersifat agung, tak akan habis, dan tak terpisahkan dengan

berlalunya masa dan habisnya waktu.

 “Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha

mengetahui segala  sesuatu”.(Al-Hadid:3)

Tuhan itu bukan jisim yang berbentuk, bukan materi yang

memiliki batas dan ukuran. Dia tak sama dengan jisim-jisim, tak

dapat diukur, tak bisa dibagi. Dia bukan jauhar (substansi) dan

tak bisa ditempati jauhar, bukan pula ‘aradh (sifat) dan tak bisa

ditempati ‘aradh. Dia tak sama dengan maujud (being) dan tak bisa

disamai maujud.

 “... tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia”.(As-Syuura:11)

Pun Dia tak menyerupai sesuatu. Dia tak dibatasi ukuran, tak

dilingkupi daerah, dan tak dikelilingi arah, tak juga diliputi

langit dan bumi. Dia bertahta di Arsy sebagaimana yang Dia

katakan dan arti  yang dikehendaki-Nya. Tahta yang suci dari

menyentuh, menetapi, menempati, mendiami, dan berpindah. Dia tak

disokong Arsy, sebaliknya Arsy dan yang memikulnya dipandu

kelembutan qudrah-Nya, dan dikuasai dalam genggaman-Nya.

Dia di atas Arsy, langit, dan segala sesuatu hingga bawah

tanah. Keadaan-Nya di atas tak menjadikan-Nya lebih dekat kepada

Arsy dan langit, tak juga menjadikan-Nya lebih jauh dari bumi dan

tanah. Akan tetapi Dia Maha Tinggi daripada Arsy dan langit, MahaIMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 21

Tinggi daripada bumi dan tanah. Walau begitu, Dia dekat dengan

segala maujud, dekat dengan hamba-hamba-Nya, lebih dekat daripada

urat nadi.

 “dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu".(Saba:47)

Kedekatan-Nya tak sama dengan dekatnya jisim, begitu pula

Zat-Nya. Dia tak menempati sesuatu, dan tak sesuatupun menempati-

Nya. Maha Tinggi Dia dari ruang lingkup tempat. Maha suci dia

dari batas masa. Dia ada sebelum menciptakan masa dan tempat. Dan

Dia saat ini tetap seperti ada-Nya.

Pembagian Tauhid

Lebih spesifik tentang konsep Tauhid, Beberapa kalangan dari

ulama muslim kemudian membuat pembagian Tauhid.

Ada tiga pokok pembagian Tauhid: 1. Tauhid Rububiyyah. 2.

Tauhid Uluhiyyah. 3. Tauhid Al-Asma wash Shifat.

1. Tauhid Rububiyyah

Tauhid Rububiyyah berarti mentauhidkan segala apa yang dilakukan

Allah SWT, baik mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan

mematikan, dan Dia adalah Raja, Penguasa, dan Yang Mengatur

segala sesuatu.

2. Tauhid Uluhiyyah

Tauhid Uluhiyyah disebut juga Tauhiidul ‘Ibaadah yang berarti

mentauhidkan Allah SWT melalui segala pekerjaan hamba, yang

dengan cara itu mereka dapat mendekatkan diri kepada Allah,

apabila hal itu disyariatkan oleh-Nya, seperti berdoa, khauf

(takut), raja’ (harap), mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan),

bernadzar, isti’anah (meminta pertolongan), istighatsah (meminta

pertolongan di saat sulit), isti’adzah (meminta perlindungan), dan

segala apa yang disyariatkan dan diperintahkan Allah SWT dengan

tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Semua ibadah ini

dan lainnya harus dilakukan hanya karena Allah semata dan ikhlas

IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 22

karena-Nya, dan ibadah tersebut tidak boleh dipalingkan kepada

selain Allah.

Sungguh, Allah tidak akan ridha jika dipersekutukan dengan

sesuatu apapun. Apabila ibadah tersebut dipalingkan kepada selain

Allah, maka pelakunya jatuh kepada Syirkun Akbar (Syirik yang

besar) dan tidak diampuni dosanya

3. Tauhid Al- Asma wash Shifat

Ahlussunnah menetapkan apa-apa yang Allah SWT dan Rasu-Nya telah

tetapkan atas Diri-Nya, baik itu dengan nama-nama maupun sifat-

sifat Allah SWT, dan mensucikan-Nya dari segala aib dan

kekurangan, sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah

SWT dan Rasul-Nya SAW.

BAB III

PENUTUPIMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 23

1. KESIMPULAN

Dalam identifikasi sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)di

tempatkan pada urutan yang paling atas karena bangsa indonesia

meyakini segala sesuatu itu berasal dari Tuhan dan akan kembali

kepada-Nya. Agama merupakan sistem atau prinsip kepercayaan

kepada Tuhan atau dewa atau yang lain dengan ajaran kebaktian dan

kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.

Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya

makhluk lain di ciptakan oleh penciptannya . pencipta itu adalah

Tuhan dalam bahasa filsafat di sebut dengan causa prima yang

mempunyai hubungan yang di ciptakannya. Manusia sebagai makhluk

yang di ciptakan-Nya wajib menjalankan perintah Tuhan dan

menjauhi larangannya.Dalam konteks bernegara maka dalam

masyarakat yang berdasarkan pancasila, dengan sendirinnya

menjamin kebebasan memeluk agama masing-masing . Dengan payung

Ketuhanan Yang Maha Esa itu maka bangsa indonesia mempunyai satu

asas yang di pegang teguh yaitu kebebasan untuk memeluk agama dan

beribadah menurut agama masing-masing . Sehubungan dengan agama

itu perintah dari Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus di

laksanakan oleh manusia sebagai makhluk yang di ciptakan oleh

Tuhan , maka untuk menjamin kebebasan tersebut di dalam pancasila

seperti yang kita alami sekarang ini tidak ada paksaan beragama

atau memeuluk agama dalam suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh

karena itu dalam masyarakat pancasila dengan sendirinnya agama di

jamin berkembang dan tumbuh subur dan konsekuensi di wajibkan

adannya toleransi beragama.

2. SARAN

Mungkin inilah contoh tugas lapangan tentang implementasi

sila pertama dibidang religi, baiknya kita saling menjaga

keutuhan bangsa ini, dan mengutamakan atau mengataskan segala

IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 24

sesuatu Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan memeluk Agamanya masing-

masing tanpa paksaan dari pihak lain.

Kami juga mohon maaf jika dalam pembuatan makalah ini banyak

kesalahan mau pun kekurangan, kritik dan saran pun kami terima.

Dan kami juga berterima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah

Pancasila yang telah member tugas lapangan ini demi kebaikan diri

kita sendiri dan untuk Negara.

DAFTAR PUSTAKA

Wisata puja mandala.bali

Implementasi-ketuhanan-yang-maha-esa-bagi-umat-hindu

Implementasi-ketuhanan-yang-maha-esa-bagi-umat-Kristen-protestan

Implementasi-ketuhanan-yang-maha-esa-bagi-umat-Buddha

Implementasi-ketuhanan-yang-maha-esa-bagi-umat-Katolik

Implementasi-ketuhanan-yang-maha-esa-bagi-umat-islam

Kompas.gramedia.kaelan.1996.fisafat

Pancasila.yogyakarta:paradigma

IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 25

DOKUMENTASI IMPLEMENTASI KETUHANAN YANG MAHA ESA

( WISATA PUJA MANDALA BALI)

IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 26

IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 27

IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 28

IMPLEMENTASI SILA PERTAMAKELOMPOK 5 Page 29