Implementasi Sila Pancasila ke Empat

34
MAKALAH KELOMPOK Pendidikan Kewarganegaraan “Analisis Implementasi Nilai-nilai Karakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyawaratan Perwakilan” D I S U S U N OLEH : Kelompok IV 1. Eduward Situmorang 7123341002 2. Fahmi Ashari S. Sihaloho 7123341005 3. Junita E. Situmorang 7123341059 4. Lisa Novianti Siregar 7123341064 Kelas : A 0

Transcript of Implementasi Sila Pancasila ke Empat

MAKALAH KELOMPOK

Pendidikan Kewarganegaraan

“Analisis Implementasi Nilai-nilai Karakyatanyang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

permusyawaratan Perwakilan”

D

I

S

U

S

U

N

OLEH : Kelompok IV

1.Eduward Situmorang 71233410022.Fahmi Ashari S. Sihaloho 71233410053.Junita E. Situmorang

71233410594.Lisa Novianti Siregar 7123341064

Kelas : A

0

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2015

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan

hidayatnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah

tentang “Analisis Implementasi Nilai-nilai Kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan” dengan sebaik-baiknya. Penulisan makalah ini

bertujuan untuk mrmrnuhi salah satu tugas yang diberikan oleh

dosen pengampu matakuliah Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan pada perkuliahan ini, harapan kami semoga

makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman

mengenai analisis sila ke-4 bagi para pembaca, sehingga kami

dapat memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini sehingga ke

depannya dapat lebih baik.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang

diperoleh dari buku-buku panduan yang berkaitan dengan

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan serta informasi dari

media massa yang berhubungan dengan inti dari sila ke-4

Pancasila. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bpk. Drs.

Halking, M.Si selaku dosen pengampu bidang studi Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan yang atas bimbingan dan arahnnya

kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Pada laporan ini kami, masih banyak kekurangan dalam segi

penulisan ataupun materi. Oleh kerena itu kami harapkan kepada

para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat

membangun untuk kesempurnaan makalah selanjutnya

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah................................1

1. 2 Rumusan Masalah.......................................2

1. 3 Tujuan Penulisan......................................2

BAB II PEMBAHASAN

2. 1 Negara adalah untuk kepentingan rakyat................3

2. 2 Kadaulatan adalah di tangan rakyat....................5

2. 3 Manusia Indonesia sebagai warga negara dan

warga masyarakat

mempunyai kedudukan dan hak kewajiban yang sama........5

2. 4 Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan

yang dilandasi akal

sehat..................................................6

2. 5 Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk

mufakat oleh wakil-

wakil rakyat...........................................7

BAB III

Implementasi Nilai Kerakyatan yag dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan .......................9

BAB IV Impelementasi Nilai Kerakyatan (Penjelasan Video)...17

iii

BAB V PENUTUP..............................................18

5. 1 Kesimpulan............................................18

5. 2 Saran.................................................18

DAFTAR PUSTAKA.............................................19

LAMPIRAN...................................................20

iv

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah

Pancasila adalah  dasar filsafat Negara Republik

Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18

Aguatus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,

diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7

bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.

Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai

dasar filsafat Negara Republik Indonesia mengalami berbagai

macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai kepentingan

penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung di

balik legitimasi ideologi Negara Pancasila. Dengan kata lain

dalam kedudukan yang seperti ini Pancasila tidak lagi

diletakkan sebgai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa

dan Negara Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan

dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada saat itu.

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, gerakan reformasi

berupaya untuk mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasila

yaitu sebagai dasar Negara Republik Indonesia, yang hal ini

direalisasikan melalui ketetapan sidang istimewa MPR tahun

1998 No.XVIII/MPR/1998 disertai dengan pencabutan P-4 dan

sekaligus juga pencabutan Pancasila sebagai satu-satunya asas

bagi Orsospol di Indonesia.

Dari kenyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa lemahnya

nilai-nilai Pancasila dalam Negara Indonesia, terutama sila

ke-4 yang berbunyi, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

1

kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”, yang

seharusnya Negara ini dapat memiliki kekuatan hukum pada

pemimpin Negara yang dapat berlaku bijaksana dengan

memusyawarahkan setiap permasalahan dalam Negara dan dapat

mewakili seluruh rakyat Indonesia.

Oleh sebab itu, penulis membuat makalah yang berjudul

“Analisis Implementasi Nilai-nilai sila kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan”. Hal ini dimaksudkan agar kita lebih bisa memahami

tentang hakikat bangsa dan negara, serta pentingnya integrasi

nasional dalam mengatasi masalah yang memicu perpecahan.

1. 4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas tersebut maka

rumusan masalah adalah:

1. Apa makna yang terkandung dari sila ke-4 dalam Pancasila?

2. Bagaimana penjabaran nilai kerakyatan dalam sila ke-4?

3. Bagaimana penjabaran nilai kerakyatan dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara?

4. Bagaimana pelaksanaan dan pelanggaran dalam pelaksanaan

sila ke-4 dalam kehidupan sehari-hari?

1. 5 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas tersebut maka tujuan

penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui makna yang terkandung dari sila ke-4

dalam Pancasila

2

2. Untuk mengetahui penjabaran nilai kerakyatan dalam sila

ke-4

3. Untuk mengetahui bagaimana penjabaran nilai kerakyatan

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

4. Untuk mengetahui pelaksanaan dan pelanggaran dalam

pelaksanaan sila ke-4 dalam kehidupan sehari-hari.

3

BAB II

PEMBAHASAN

PENJABARAN NILAI KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT

KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/ PERWAKILAN

2. 1 Negara adalah untuk kepentingan rakyat

Abraham Lincoln secara sederhana mendefinisikan demokrasi

sebagai “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk

rakyat”(government of the people, by the people, and for the people).

Pemerintahan demokratis itu memerlukan prasyarat yang

mengandung sedikitnya tiga ide pokok sebagai berikut:

1) Kekuasaan pemerintah berasal dari rakyat yang diperintah

(the nation that a government deriving its powers from the consent of the

governed)

2) Kekuasaan itu harus dibatasi (limited government)

3) Pemerintah harus berdaulat (sovereign), artinya harus cukup

kuat untuk dapat menjalankan pemerintahan secara efektif

dan efisien

Menurut Charles Tilly (2007, 7-8), dalam memerhatikan

demokrasi, para pakar membagi pengertian demokrasi ke dalam

empat kategori pendekatan yaitu:

1) Pendekatan Konstitusional

Pendekatan ini menekankan pada bagaimana konstitusi

dibentuk, diberlakukan, dan diamalkan oleh suatu

pemerintahan sehubungan dengan aktivitas politik. Melalui

pendekatan ini, dapat ditunjukkan beragam perbedaan dalam

konstitusi yang disusun dalam beraneka sistem

pemerintahan dari monarki, oligarki, republik, maupun3

bentuk-bentuk pemerintahan lainnya. Pendekatan ini

mengingatkan akan pentingnya landasan konstitusionalisme

bagi perwujudan demokrasi.

2) Pendekatan Substantif

Pendekatan substantif memberikan perhatian lebih pada

bagaimana suatu pemerintah memajukan kondisi kehidupan

dan kehidupan politik. Tingkat kedemokratisan dilihat

dari sejauh mana pemerintah mengedepankan kesejahteraan

rakyatnya di samping melindungi kebebasan manusia,

keamanan, kesetaraan, keadilan sosial, musyawarah publik,

dan penuntasan konflik secara damai. Pendekatan ini

menilai apakah pemerintah yang memajukan semua hal

tersebut dapat dikatakan berdemokrasi sekalipun

konstitusinya tidak dapat dikatakan demokratis.

Pendekatan substantif membahas apakah negara di mana

rakyatnya setara dalam kemiskinan dapat dikatakan lebih

demokratis dibandingkan negara yang lebih makmur

walaupun hidup dalam kesenjangan sosial yang tajam.

Pendekatan ini memberikan sumbangan bagaimana suatu

perekonomian demokratis mengedepankan kesejahteraan,

melindungi kebebasan manusia, keamanan, kesetaraan,

keadilan sosial, musyawarah publik, dan penuntasan

konflik secara damai.

3) Pendekatan Prosedural

Pendekatan procedural berkisar pada pembahasan bagaimana

secara sederhana dan secara prosedural bahwa suatu

pemerintahan digolongkan sebagai suatu demokrasi.

Penggunan pendekatan ini memberikan perhatian khusus dan

4

terbatas pada pelaksanaan pemilihan umum yang jujur, adil

dan langsung. Kualitas demokrasi suatu negeri ditentukan

oleh bagaimana pemilu diselenggarakan. Kelemahan dari

pendekatan ini , suatu negara dikategorikan demokratis

walaupun angka penganggurannya tinggi, tidak ada

investasi dalam pembangunan sosial, kegagalan penegakan

hokum di hampir seluruh negeri.

4) Pendekatan Berorientasi Proses

Pendekatan berorientasi proses diasosiasikan dengan

pemikiran Robert Dahl yang menggariskan lima kriteria

minimum supaya suatu negara dianggap demokratis yakni:

Partisipasi efektif. Setiap warga harus memiliki

kesempatan yang setara dan efektif untuk membuat

pandangan-pandangannya diketahui oleh warga yang lain

Kesetaraan memilih. Setiap warga harus memiliki

kesempatan yang setara dan efektif untuk memilih dan

seluruh pilihan harus dihitung secara setara

Pemahaman tercerahkan. Setiap warga harus memiliki

kesempatan yang setara dan efektif untuk mempelajari

alternatif kebijakan yang relevan serta kemungkinan

akibat-akibatnya

Pengendalian agenda. Setiap warga harus memiliki

kesempatan untuk menentukan bagaimana dan apa saja

yang harus ditempatkan dalam agenda kebijakan.

Pelibatan setiap orang dewasa. Setiap warga yang sudah

dewasa harus diberi hak secara penuh untuk keempat

kriteria di atas.

5

2. 2 Kedaulatan adalah di tangan rakyat

Dalam usaha mewujudkan demokrasi musyawarah-mufakat, yang

dapat mengatasi “mayorokrasi” dan “minorokrasi”, para penyusun

UUD 1945 menganut konsepsi kedaulatan (sovereignnty) yang

menyerupai teori Jean Bodin (1539-1596). Teori kedaulatan dari

Bodin menekankan perlunya negara memiliki rumusan “kedaulatan

tertinggi” sebagai ekspresi tertinggi rakyat secara

keseluruhan, bukan ekspresi sebagian dari kekuatan rakyat.

Dengan mendefiniskan “kedaulatan” sebagai “Ia puissance absolue et

perpetuelle d’une Republique” (kekuasaan absolut dan abadi dari

Republik), Bodin memandang kedaulatan itu bersifat tunggal,

tidak dapat di bagi, asli dan abadi. Tunggal dalam arti hanya

ada satu kekuasaan itu tidak dapat dibagi-bagi. Asli berarti

kekuasaan itu tidak dilahirkan dari kekuasaan lain. Sedangkan

abadi berarti kekuasaan negara itu berlangsung terus-menerus

tanpa terputus; meski pemerintah dan kepala negara dapat

berganti atau meninggal dunia, tetapi negara dengan

kekuasaannya berlangsung terus tanpa terputus.

2. 3 Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga

masyarakat mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama

Sesuai sila ke empat bahwa masyarakat mempunyai

kedudukan, hak dan kewajiban yang sama yang berlandaskan asas

demokrasi. Dalam pokok pikiran ketiga dari Pembukaan UUD 1945,

disebutkan bahwa kedaulatan itu berdasar atas “kerakyatan” dan

“permusyawaratan”. Dengan kata lain demokrasi itu hendaknya

mempunyai dua ciri yaitu: (1) kerakyatan (daulat rakyat), dan

6

(2) permusyawaratan (kekeluargaan). Cita-cita pemuliaan daulat

rakyat bergema kuat dalam sanubari para pendiri bangsa sebagai

pantulan dari semangat emansipasi dari aneka bentuk

penindasan, khususnya penindasan yang ditimbulkan oleh

kolonialisme dan feodalisme, yang bersahutan dengan semangat

egalitarinisme. Cita permusyawaratan memancarkan kehendak

untuk menghadirkan negara persatuan yang dapat mengatasi paham

perseorangan dan golongan, sebagai pantulan dari semangat

kekeluargaan dari pluralitas kebangsaan Indonesia dengan

mengakui adanya “kesederajatan/persamaan dalam perbedaan”.

Dalam kaitan ini, Soekarno meyakini bahwa syarat mutlak untuk

kuatnya negara Indonesia ialah permusyawaratan perwakilan.

Karena itu, dengan “asas kerakyatan’ itu, negara harus

menjamin bahwa setiap warga negara memiliki kedudukan yang

sama di dalam hukum dan pemerintahan.

2. 4 Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang

dilandasi akal sehat

Orientasi hikmah-kebijaksanaan direalisasikan dengan

menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan menurut dasar

kemanusiaan yang adil dan beradab serta nilai-nilai persatuan

(kekeluargaan) dan keadilan. Demokrasi yang berdasarkan atas

Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil

dan beradab, mewajibkan para penyelenggara negara untuk

memelihara budi-pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang

cita-cita moral rakyat yang luhur. Demokrasi yang berdasarkan

nilai persatuan dan keadilan, dituntut untuk dapat melindungi

7

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

dengan berdasarkan atas persatuan dengan mewujudkan keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Demokrasi Indonesia

mengandung egat “hikmat-kebijkasanaan”. Cita hikmat-

kebijaksanaan merefleksikan orientasi etis, sebagaimana

dikehendaki oleh Pembukaan UUD 1945 bahwa susunan Negara

Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat itu hendaknya

didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan, perikemanusiaan,

persatuan, permusyawaratan, dan keadilan. Orientasi etis

(hikmat-kebijaksanaan) dihidupkan melalui daya rasionalitas,

kearifan konsensual, dan komitmen keadilan yang dapat

menghadirkan suatu toleransi dan sintesis yang positif

sekaligus dapat mencegah kekuasaan dikendalikan oleh

“mayorokrasi” dan “minorokrasi”.

Dalam demokrasi permusyawaratan, suatu keputusan politik

dikatakan benar jika memenuhi empat prasyarat yaitu:

1) Harus didasarkan pada asas rasionalitas dan keadilan

bukan hanya berdasarkan subjektivitas ideologis dan

kepentingan

2) Didedikasikan bagi kepentingan banyak orang, bukan demi

kepentingan perseorangan atau golongan

3) Berorientasi jauh ke depan, bukan demi kepentingan jangka

pendek melalui akomodasi transaksional yang bersifat

destruktif (toleransi egative)

4) Bersifat imparisal dengan melibatkan dan mempertimbangkan

pendapat semua pihak (minoritas terkecil sekalipun)

secara inklusif, yang dapat menangkal dikte-dikte

8

minoritas elite penguasa dan pengusaha serta klaim-klaim

mayoritas.

2. 5 Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat

oleh wakil-wakil rakyat

Hatta menyatakan hal tentang bagaimana cara bekerjanya

demokrasi permusyawaratan yaitu dengan menganjurkan perlunya

berjejak pada tradisi permusyawaratan desa. Dia mengingatkan

bahwa tidak seluruh yang terlihat bagus pada demokrasi desa

bisa dipakai begitu saja pada tingkat negara. Mufakat yang

dipraktikkan di desa-desa ialah mengambil keputusan dengan

kata sepakat, dengan persetujuan semuanya, setelah masalahnya

diperbincangkan dengan panjang lebar. Adapun pada tingkat

negara, terdapat berbagai partai dan pertentangan politik,

sehingga keputusan dengan mufakat secara bulat memang sulit

dicapai dalam Dewan Perwakilan Rakyat. Oleh sebab itu, sebagai

pilihan terakhir harus dimungkinkan pengambilan keputusan

dengan suara terbanyak. Berkaitan dengan itu, Hatta menegaskan

bahwa “mufakat yang dipaksakan sebagaimana lazim terjadi di

negeri-negeri totaliter tidaklah sesuai dengan paham demokrasi

Indonesia, sebab mufakat baru jadi sebagai hasil daripada

permusyawaratan. Dengan tidak ada musyawarat, di mana tiap-

tiap orang berhak untuk menyatakan pendapatnya, tidak ada

mufakat.

9

Di dalam demokrasi permusyawaratan, suara mayoritas

diterima sebatas prasyarat minimum dari demokrasi, yang masih

harus berusaha dioptimalkan melalui partisipasi dan

persetujuan yang luas dari segala kekuatan secara inklusif.

Partisipasi dan persetujuan luas ini dicapai melalui persuasi,

kompromi, dan consensus secara bermutu dengan mensyaratkan

mentalitas kolektif dengan bimbingan hikmat-kebijaksanaan,

sehingga membuat kekuatan manapun akan merasa sulit memiliki,

loyal, dan bertanggung jawab atas segala keputusan politik.

Atas dasar itu, pemungutan suara (voting) harus ditempatkan

sebagai pilihan terakhir, dan itu pun masih harus menjunjung

tinggi semangat kekeluargaan yang saling menghormati.

Segala kekuatan dalam masyarakat, tanpa pandang bulu

harus diberi akses ke dalam proses pengambilan keputusan.

Wakil-wakil rakyat berdialog dengan pengetahuan dan

kearifannya, bukan dengan kepentingan kelompoknya. Dengan

bimbingan himat-kebijaksanaan, perilaku politik yang etis akan

berkembang. Di lembaga perwakilan, para wakil rakyat berdebat

dengan kebenaran pendapatnya namun menjunjung etika politik

dan semangat kekeluargaan. Rakyat pun akan melihat apa yang

dilakukan wakil-wakilnya itu memang merepresentasikan

kedaulatan rakyat, bukan memperalat rakyat untuk mencapai

tujuannya.

BAB III

IPLEMENTASI NILAI KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT

KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/ PERWAKILAN

10

a. Negara adalah untuk kepentingan rakyat

Abraham Lincoln secara sederhana mendefinisikan demokrasi

sebagai “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk

rakyat”(government of the people, by the people, and for the people). Sebagai

contoh bentuk pelaksanaan dari nilai sila ke empat yang

memiliki makna bahwa Negara adalah untuk kepentingan rakyat,

yaitu:

Contoh pelaksanaan:

Keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi bisa

menjadi contoh bagi negara-negara di kawasan Asia yang hingga

saat ini beberapa di antaranya masih diperintah dengan ‘tangan

besi’. Pembangunan sistem demokrasi dapat berjalan seiring

dengan upaya pembangunan ekonomi. Ia menilai, keberhasilan

Indonesia dalam bidang demokrasi yang tidak banyak disadari

itu, membuat pihak luar termasuk Asosiasi Internasional

Konsultan Politik (IAPC), membuka mata bangsa Indonesia, bahwa

keberhasilan tersebut merupakan sebuah prestasi yang luar

biasa. Prestasi tersebut juga menjadikan Indonesia sangat

berpotensi mengantar datangnya suatu era baru di Asia yang

demokratis dan makmur.Dalam kesempatan yang sama, Presiden

Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono yang akrab disapa SBY

menerima anugerah medali demokrasi. Ini merupkan contoh yang

menunjukkan bahwa keberhasilan suatu Negara adalah untuk

kepentingan rakyat.

Contoh pelanggaran:

11

Didalam pelaksanaan nilai-nilai yang ada, namun ada juga

pelanggaran terhadap nilai-nilai tersebut. Adapun contoh

pelanggaran dari nilai tersebut. Contoh: Perlawanan rakyat-

rakyat di beberapa negara Afrika semisal Mesir, Libya,

Tunisia, dan lain-lain untuk merasakan lingkungan demokratis

pada bangsanya, dimana bangsanya sendiri sudah terjebak pada

sebuah lingkungan aristokrasi atau ketunggalan kepemimpinan

dalam beberapa tahun lamanaya.

b. Kedaulatan adalah di tangan rakyat

Menurut Jean Bodin (tokoh ilmu negara), kedaulatan dalam

negara ialah kekuasaan tertinggi dalam negara yang tidak

berasal dari kekuasaan lain. Berdasarkan pengertian tersebut

maka kedaulatan memiliki sifat :

a) Asli, tidak terbagi bagi, mutlak, dan permanen. Karena

kekuasaan yang tertinggi itu tidak berasal dari pemberian

kekuasaan yang lebih tinggi.

b) Tidak terbagi-bagi artinya utuh dimiliki oleh pemegang

kedaulatan itu tanpa dibagi kepada pihak lain.

c) Permanen / abadi, artinya kedaulatan itu tetap, tidak

berubah berada dalam kekuasaan pemegang kedaulatan

tersebut.

d) Tunggal berarti hanya ada satu kekuasaan tertinggi,

sehingga kekuasaan itu tidak dapat dibagi-bagi. Dengan

demikian, kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi.

12

Contoh pelaksanaan:

Hak pilih warga negara sebagai sarana pelaksanaan

kedaulatan rakyat dalam pemilu. Sebagai perwujudan demokrasi,

di dalam International Commission of Jurist, Bangkok Tahun 1965,

dirumuskan bahwa “penyelenggaraan pemilihan umum yang bebas

merupakan salah satu syarat dari enam syarat dasar bagi negara

demokrasi perwakilan di bawah “rule of law”. Selanjutnya juga

dirumuskan definisi tentang suatu pemerintahan demokrasi

berdasarkan perwakilan, yaitu: suatu bentuk pemerintahan

dimana warga negara melaksanakan hak yang sama tetapi melalui

wakil-wakil yang dipilih dan bertanggung jawab kepada mereka

melalui proses pemilihan-pemilihan yang bebas. Sehingga

hakikat pemilu sesungguhnya adalah instrumen demokrasi.

Sebagai alat demokrasi, pemilu berusaha mendekati obsesi

demokrasi, yaitu pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat.

Contoh pelanggaran:

Pembagian zakat di Pulau Buru Maluku merupakan salah satu

contoh kasus money politic yang benar-benar ada dan terjadi di

Indonesia menjelang pemilu.

Seperti yang terjadi di pulau Buru provinsi Maluku,

terjadi tindakan pembagian uang pecahan Rp.100.000 yang

dilakukan oleh calon Bupati yang diketahui namanya  Siti

Aisyah Fitria yang dilakukan di halaman rumahnya[5]. Tidak

ingin dituduh sebagai praktek money politic calon bupati pulau

Buru tersebut menyebut tindakannya tersebut sebagai pembagian

13

zakat atas harta yang dimilikinya. Dari contoh tersebut dapat

diketahui bahwa kedaulatan tidak ada ditangan rakyat.

c. Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat

mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama

Dalam menerapkan prinsip-prinsip persamaan kedudukan

warga negara dalam berbagai kehidupan, pemerintah mengaturnya

pada Bab XA UUD 1945 tentang hak asasi manusia, yang tertuang

dalam Pasal 28A-J. Penerapan prinsip-prinsip persamaan

kedudukan warga negara dalam berbagai kehidupan itu misalnya :

1. Dalam lingkungan kehidupan keluarga, setiap individu

memiliki hak yang sama, diantaranya:

1) Memperoleh pendidikan

2) Memperoleh perlindungan

3) Memperoleh penghidupan yang layak

4) Mendapatkan kesejahteraan

5) Memperoleh jaminan untuk memiliki harga diri/martabat

6) Tercukupi kebutuhan hidupnya, dan lain sebagainya

2. Dalam lingkungan kehidupan masyarakat, setiap individu

memiliki hak yang sama, diantaranya:

1) Memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak

2) Hidup, mempertahankan dan kehidupan

3) Membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan

4) Memperoleh perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi, dan lain sebagainya

3. Dalam lingkungan kehidupan berbangsa dan bernegara,

setiap individu memiliki hak yang sama, diantaranya:

1) Kebebasan memilih

14

2) Memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan

3) Memperoles status kewarganegaraan

4) Berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk

mengembangkan pribadi dalam lingkungan sosialnya, dan

lain sebagainya.

Contoh pelaksanaan:

Dalam melamar pekerjaan ke sebuah perusahaan semua warga

negara berhak untuk melamar, asal memenuhi kriteria yang

ditentukan. (pasal 27 ayat (2) UUD 45 "Tiap-tiap warga

negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan.

Semua warga Negara boleh berdemo, menyampaikan

inspirasinya lewat media apapun baik bersifat kritik atau

saran. (Pasal 28 UUD 45 "Kemerdekaan berserikat dan

berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan

dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

Contoh pelanggaran:

Tragedi Wamena Berdarah pada 4 April 2003. Tragedi itu

terjadi pada 4 April 2003 pukul 01.00 waktu Papua. Sekelompok

massa tak dikenal membobol gudang senjata Markas Kodim

1702/Wamena. Penyerangan ini menewaskankan dua anggota Kodim,

yaitu Lettu TNI AD Napitupulu dan Prajurit Ruben Kana (penjaga

gudang senjata). Kelompok penyerang diduga membawa lari

sejumlah pucuk senjata dan amunisi. Dalam rangka pengejaran

terhadap pelaku, aparat TNI-Polri diduga telah melakukan

15

penyisiran, penangkapan, penyiksaan, perampasan secara paksa,

sehingga menimbukan korban jiwa dan pengungsian penduduk

secara paksa. Pada pemindahan paksa ini, tercatat 42 orang

meninggal dunia karena kelaparan, serta 15 orang jadi korban

perampasan. Komnas juga menemukan pemaksaan penanda tanganan

surat pernyataan, serta perusakan fasilitas umum.

d. Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang

dilandasi akal sehat

Contoh pelaksanan:

Kasus kepemimpinan ini adalah studi kasus tentang

kepemimpinan Sri Mulyani Indrawati. SMI lahir di Bandar

Lampung, 26 Agustus 1962. Sebelum menjabat sebagai Menteri

Keuangan, dia menjabat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Bappenas dari Kabinet Indonesia Bersatu. Sri

Mulyani dikenal sebagai seorang pengamat ekonomi di Indonesia.

Ia menjabat Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) sejak Juni

1998. Pada 5 Desember 2005, Sri Mulyani ditunjuk menjadi

Menteri Keuangan menggantikan Jusuf Anwar. Sejak tahun 2008,

ia menjabat Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian, setelah Menko Perekonomian Dr. Boediono dilantik

sebagai Gubernur Bank Indonesia. Pada tahun 2010, Sri Mulyani

menjadi tokoh yang hangat diperbincangkan berkaitan dengan

kasus Bank Century. Di tengah penyelidikan kasus tersebut

tiba-tiba Bank Dunia menunjuknya sebagai Direktur Pelaksana di

Bank Dunia. Sri Mulyani menjadi satu-satunya perempuan pertama

16

yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia yang

membawahi 70 lebih negara.

Kepemimpinan Sri Mulyani tak hanya diakui di tingkat

kementerian keuangan yang dipimpinnya dan di tingkat nasional.

Sosoknya juga cemerlang di kancah internasional. Pengaruhnya

sangat besar dalam sejumlah forum ekonomi baik dengan negara-

negara maju maupun sesama negara berkembang, misalnya, dalam

forum G-20.  Ada beberapa forum dalam lingkup G-20 yang

merupakan hasil inisiatif Indonesia dan didorong oleh prakarsa

Sri Mulyani, seperti forum Bali Dialogue of Climate Change.

Para pegawai yang bekerja bersama SMI menyatakan bahwa

dia adalah orang yang tegas dan disiplin, rasional tapi juga

tulus.  SMI dengan tegas, berani mereformasi seluruh struktur

keoorganisasian yang menjadi inti unit kerja di kementerian

keuangan dan   membuat banyak terobosan dalam kebijakan serta

berani mengambil risiko yang tinggi, misalnya keputusan

menyelamatkan Bank Century.  Sri Mulyani dinilai mampu

menggawangi perekonomian Indonesia yang merupakan salah satu

yang terbesar di dunia hingga mampu melampaui krisis.

Contoh pelanggaran:

Kasus anggaran siluman dengan kasus yang menjerat Fuad

Amin yang notabene adalah mantan bupati Bangkalan, Madura.

Kasus Fuad bermula dari operasi tangkap tangan terhadap

Direktur PT Media Karya Sentosa Antonio Bambang Djatmiko dan

Ra’uf (ajudan Fuad) di Jalan Bangka, Jakarta Selatan, pada

awal Desember lalu. Petugas KPK menemukan uang Rp 700 juta di

mobil Ra’uf. Sehari kemudian, KPK mencokok Fuad di kediamannya

17

di Bangkalan. Saat mencokok Fuad, penyidik KPK juga

mengamankan uang sekitar Rp 4 miliar. Fuad diduga menerima

uang ‘ucapan terima kasih’ sebesar Rp 700 juta dari PT Media

Karya Sentosa karena membantu perusahaan itu mendapatkan

kontrak penyaluran gas dari Pertamina Hulu Energy West Madura

Offshore sejak 2007 atau saat dia menjabat sebagai Bupati

Bangkalan.

e. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat oleh wakil-

wakil rakyat

Musyawarah berasal dari kata Syawara yaitu berasal dari

Bahasa Arab yang berarti berunding, urun rembuk atau

mengatakan dan mengajukan sesuatu.Istilah-istilah lain dalam

tata Negara Indonesia dan kehidupan modern tentang musyawarah

dikenal dengan sebutan “syuro”, “rembug desa”, “kerapatan

nagari” bahkan “demokrasi”. Kewajiban musyawarah hanya untuk

urusan keduniawian. Jadi musyawarah adalah suatu upaya bersama

dengan sikap rendah hati untuk memecahkan persoalan (mencari

jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama dalam

penyelesaian atau pemecahan masalah yang menyangkut urusan

keduniawian.

Sekelompok orang sedang bermusyawarah membicarakan

sesuatu. Saat ini musyawarah selalu dikait-kaitkan dengan

dunia politik, demokrasi.Bahkan hal tersebut tidak dapat

dipisahkan ,pada prinsipnya musyawarah adalah bagian dari

demokrasi, dalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan

18

dengan cara musyawarah mufakat dan jika terjadi kebuntuan yang

berkepanjangan barulah dilakukan pemungutan suara, jadi

demokrasi tidaklah sama dengan votting.Cara votting cenderung

dipilih oleh sebagian besar negara demokrasi karena lebih

praktis, menghemat waktu dan lebih simpel daripada musyawarah

yang berbelit-belit itulah sebabnya votting cenderung identik

dengan demokrasi padahal votting sebenarnya adalah salah satu

cara dalam mekanisme penentuan pendapat dalam sistem

demokrasi.

Contoh pelaksanaan:

MPR Memberikan Contoh Musyawarah Mufakat

Perpecahan yang terjadi di DPR ternyata tidak berimbas ke

MPR. Padahal, anggota MPR terdiri atas 560 anggota DPR dan 132

anggota DPD.Kemarin, nama-nama anggota fraksi di tiga badan

MPR telah disepakati. Ketiga badan tersebut ialah Badan

Anggaran, Sosialisasi, dan Pengakajian. Penentuan nama-nama

tersebut berjalan mulus secara musyawarah mufakat.

"Alhamdulilah, semuanya berjalan baik dan lancar. Kalau kita

musyawarah, insya Allah ada hasilnya," kata Ketua MPR Zulkifli

Hasan seusai memimpin rapat di Ruang Samiti II, kompleks

parlemen, Senayan, Jakarta.

Ia menjelaskan dalam rapat tersebut telah disepakati

semua nama yang akan men empati badan-badan MPR itu.Hasil

kesepakatan tersebut akan disahkan dalam rapat gabungan yang

akan digelar pada Rabu (12/11). "Kita akan laksanakan rapat

gabungan untuk mengesahkan anggotaanggota di tiga badan

19

tersebut," terang Zulkifli. Hadir dalam rapat tersebut antara

lain Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Odang, Edhy Prabowo (Fraksi

Gerindra), Ali Taher (Fraksi PAN), Ahmad Basarah (Fraksi

PDIP), dan Fadholi (Fraksi NasDem).

Contoh pelanggaran:

Contoh Kasus Konflik Organisasi

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),

Zulkarnain mengakui jika dalam mengusut kasus Hambalang,

terjadi perbedaan pendapat di antara pimpinan. Namun, dia

menegaskan perbedaan itu tidak sampai menimbulkan perpecahan.

Dinamika pemikiran itu kan jelas ada. Kami ambil positif dan

dinamisnya. Kalau memang orang berbeda cara pandang, tapi itu

bukan perbedaan,” kata Zulkarnain, Minggu (20/1/2013).

Menurut Zulkarnaen, penyidik mencium telah terjadi tindak

korupsi secara bersama-sama dalam proyek Hambalang. Disinggung

apakah penyidik sudah mengantongi dua alat bukti yang cukup

dalam pengembangan kasus proyek senilai Rp 2,5 triliun itu,

Zul begitu dapat disapa enggan membeberkannya.“Jangan tanya

gitu. Kita ikuti taat kepada proses (hukum),” imbuhnya.

(beritakaget.com)

Dikutip dari beritakaget.com, diatas adalah salah satu

contoh konflik dalam organisasi, konfliknya yaitu para

pemimpin dalam KPK meiliki perbedaan pendapat terhadap kasus

hambalang. Menurut saya, memang benar apa yang dikatakan Bapak

Zulkarnain bahwa pemikiran setiap orang itu berbeda, dari cara

pencarian bukti, penyusutan masalah, sampai kepada penyelesain

masalah tersebut.

20

Tetapi namanya organisasi, kita memiliki kepala tertinggi

di dalam organisasi tersebut, untuk sebutan dalam KPK yaitu

ketua KPK, nah inilah yang menjadi penentu apakah

pendapat/perbedaan pendapat dengan dirinya bisa diterima. Yah

memang nantinya, kita tidak mengetahui apa penyebab dari

kepala tertinggi ini mengambil keputusan tersebut, apa menurut

hukum yang berlaku, atau kebijakan yang dia buat sendiri, atau

kemungkinan lain dia diberi "sogokan" dari para tersangka

tersebut. Memang wajar sih kita memiliki pendapat berbeda

dengan orang lain karena, karena ya,,,, itu tadi, kepala

manusia itu "isinya berbeda", dalam artian setiap orang itu

memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Dari kutipan beberapa

kata yang ada diatas, kita dapat mengambil kesimpilan bahwa

masalahnya hanyalah perbedaan pendapat dalam organisasi

tersebut. Untuk cara penyelesaiannya, dari blog sebelum ini

yang saya tulis, yaitu konflik organisasi, disitu jelas untuk

penyelesaiannya, untuk penyelesaian oleh pemimpin,

dikategorikan menjadi dua dimensi yaitu kerjasama/tidak

kerjasama dan tegas/tidak tegas. nah dari kedua dimensi

tersebut kita memiliki 5 macam pendekatan penyelesaian konflik

yaitu: menghindar, mengakomodasi, kompetisi,

kompromi/negosiasi, memecahkan masalah/kolaborasi. Dari

dimensi dan pendekatan diatas, menurut saya yang harusnya

digunakan adalah dimensi pertama bagian kerjasama dan

pendekatannya bisa kita gunakan negosiasi atau kolaborasi,

karena inilah jalan yang benar untuk menyelesaikan maslah ini

agar semuanya tuntas dengan senang hati dan tidak ada keraguan

21

diantara mereka. Nahh itulah salah satu contoh dari konflik

organisasi, dan cara penyelesaiannya. Semoga bermanfaat.

22

BAB IV

IMPLEMENTASI NILAI KERAKYATAN (Penjelasan Video)

Dalam video contoh penerapan nilai pancasila pada sila ke

empat menyajikan tentang pentingnya pancasila bagi Bangsa

Indonesia dan apa yang kita harus lakukan untuk menjadi

pribadi yang berpegang teguh kepada pancasila. Lalu video

menjelaskan secara singkat mengenai nilai-nilai yang

terkandung di dalam sila ke empat pancasila.

Kami juga menyajikan video yang berisi bagaimana

pengambilan keputusan keputusan yang dilakukan dengan

musyawarah mufakat. Pada video tersebut terlihat 5 orang siswi

yang sedang melaksanakan rapat mengenai membicarakan acara

donor darah. Dalam rapat tersebut kita dapat melihat bahwa

seluruh pendapat dari peserta rapat diterima dan di diskusikan

lagi secara bersama. Hasil diskusi atas semua usulan yang

diterima tersebut yang diambil sebagai hasil musyawarah dan

menjadi keputusan bersama antar peserta diskusi. Hasil

musyawarah tersebutlah yang sering disebut sebagai mufakat.

Selain itu juga kami memperlihatkan beberapa contoh lain

penerapan dari sila ke-4 dalam masyarakat, seperti pelaksanaan

pemilu dan rapat DPR.

Semoga video penerapan nilai-nilai pada sila ke-4 ini

dapat berguna bagi kita dan dapat diambil manfaatnya dan dapat

diterapkan baik di dalam kelas, di kampus, di keluarga,

ataupun di lingkungan masyarakat tempat kita tinggal.

23

24

BAB V

PENUTUP

5. 1 Kesimpulan

Manusia Indonesia menghayati dan menjungjung tinggi

setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang

bersangkutan harus menerimannya dan melaksanakannya dengan

itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab. Manusia Indonesia

menghayati dan menjungjung tinggi setiap hasil keputusan

musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan harus

menerimannya dan melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh

rasa tanggung jawab. Disini kepentingan bersamalah yang

diutamakan di atas kepentingan pribadi atau golongan. Disini

kepentingan Bersamalah yang dipilih di atas kepentingan

pribadi atau golongan. Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan

dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal sehat

dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan-keputusan

yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral

kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjungjung tinggi harkat dan

martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

Hasil-hasil yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan

secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjungjung tinggi

harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan

keadilan. 

Dalam melaksanakan permusyawaratan, kepercayaan diberikan

kepada wakil-wakil yang dipercayanya. Dalam melaksanakan

25

permusyawaratan, kepercayaan diberikan kepada wakil-wakil yang

dipercayanya.

5. 2 Saran

Dengan melihat hasil pembahasan di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa ada baiknya untuk selalu melakukan musyawarah

mufakat dalam setiap pengambilan keputusan yang bersifat

kelompok, menghormati hasil dari musyawarah mufakat tersebut

dan cenderung mengutamakan kepentingan bersama di atas

kepentingan pribadi.

26

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Video :

https://www.youtube.com/watch?v=0JNxGMpaZGk (Di download

tanggal 10 Maret 2015 pukul 03.00)

https://www.youtube.com/watch?v=5Xz13202Jj4 (Di download

tanggal 10 Maret 2015 pukul 03.15)

http://depoknews.com/wp-content/uploads/2014/01/Pemilu-.jpg

(Di download tanggal 10 maret pukul 21.11)

http://sp.beritasatu.com/media/images/original/

20110222184805495.jpg (Di download tanggal 10 maret pukul

21.14)

http://www.rakyatmerdeka.co.id/images/foto/normal/683088-

12513014102009b@rapat%20dpr2.jpg (Di download tanggal 10

maret pukul 21.15)

http://gambar.radarpena.com/mei/images/Nasional/rapat

%20Paripurna_DPR_2.jpg (Di download tanggal 10 maret pukul

21.15)

http://www.klikpositif.com/media/images/news/bem-seluruh-

indonesia-kawal-pelaksanaan-pemilu-2014_20140114211805.jpg

(Di download tanggal 10 maret pukul 21.17)

http://www.demokrat.or.id/wp-content/uploads/2014/04/

coblos.jpg (Di download tanggal 10 maret pukul 21.19)

Sumber Implementasi:

file:///D:/Semester%20%206/JUNI/Q-media%20%20Analisis

%20Kasus%20Politik%20Uang%20dalam%20Pemilu%202014.htm27

file:///D:/Semester%20%206/JUNI/Contoh%20Kasus%20Pelanggaran

%20HAM%20di%20Indonesia.htm

file:///D:/Semester%20%206/JUNI/ARIF%20FRASTIAWAN%20SINGHAN

%20%20Pelanggaran%20Hak%20Asasi%20Manusia%20dalam

%20Penyelenggaraan%20Pemilihan%20Umum%20di%20Indonesia.htm Latif, Yudi. 2011. Negara Paripurna : Historisitas, Rasionalitas,

dan Aktualitas Pancasila. Jakarta: Gramedia. (383-486)

28