Imigran Gelap Australia, Suatu Ancaman Keamanan atau Moral Responsibility
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of Imigran Gelap Australia, Suatu Ancaman Keamanan atau Moral Responsibility
Imigran Australia, Tanggung Jawab Moral atau Ancaman
Keamanan?
Sudah menjadi umum bahwa imigrasi akan terjadi dan
biasanya tergantung pada seberapa baik kesempatan hidup
layak ataupun faktor lainnya seperti kesejahteraan dan
keamanan. Australia menjadi salah satu tujuan imigran
dari penjuru dunia karena menawarkan kesempatan
tersebut, bahkan meskipun tiap tahun biaya hidup di
Australia semakin melonjak tinggi, tetap banyak imigran
dari seluruh dunia berbondong-bondong menuju ke
Australia. Dengan banyaknya imigran yang ingin masuk ke
Australia, pemerintahan memperketat kebijakan mengenai
imigrasi dan imigran, mengakibatkan banyak orang tidak
lagi mudah memasuki daratan Australia. Hal ini yang
akhirnya memunculkan Unauthorized Arrival atau imigran
gelap yang berusaha memasuki Australia dengan satu
tujuan, kemakmuran.
Banyak faktor yang menyebabkan orang pindah ke
negara lain. Yang pertama tentunya faktor politik,
mungkin mereka merasa bahwa situasi politik atau
stabilitas politik di negaranya sudah sangat tidak
kondusif bagi mereka untuk bisa hidup, sehingga mereka
mencari jalan untuk bisa pergi ke negara lain bukan
untuk mencari suaka politik, tapi untuk kehidupan baru
yang lebih baik. Kedua, tentunya faktor ekonomi,
bagaimanapun mereka lihat bahwa kalau memang mereka
memiliki keahlian, tentunya mereka lihat bahwa mungkin
kesempatan dinegara lain akan jauh lebih baik dari pada
tetap bekerja dinegaranya sendiri. Kalaupun mereka
tidak mempunyai keahlian, mungkin mereka lihat bahwa
sebagai Blue Color Labor di negara lain, atau pekerja
yang tidak memiliki skill, income yang mereka dapat
jauh lebih banyak dari di negaranya sendiri. Tapi
diantara dua faktor yang bersifat subyektif itu ada
juga faktor-faktor objektif, bahwa kondisi objektif di
negara itu sangat tidak memungkinkan bagi mereka untuk
survive atau bisa mengembangkan keluarganya dengan
baik. Bagaimanapun pengaruh dari gaya hidup yang
konsumeristis, pengaruh banyak orang kalau ingin maju
itu harus punya pendidikan yang baik. Itu bukan saja di
negara-negara berkembang tapi juga dinegara-negara
maju.1
Bersamaan dengan faktor yang disebutkan diatas,
Australia telah menjadi salah satu negara tujuan
imigran gelap bersama dengan negaranegara Eropa
( Perancis, Italia, Inggris, Swedia, Jerman, Yunani,
Swiss, Norwegia, dan Belanda), Amerika Serikat dan
Kanada. Australia, sebagaimana negaranegara maju
lainnya memiliki pull factor yang menarik datangnya
1 Ikrar Nusa Bakti, Imigran Gelap Akan Jadi Masalah, http://www.perspektifbaru.com/wawancara/294, diakses 08 Maret 2015
migran ke negaranya, yakni kehidupan yang aman, makmur
dan tingkat kesejahteraan yang tinggi. Negara maju
menerima migran dari negara berkembang karena mereka
mau dibayar murah untuk pekerjaan-pekerjaan (3Ds yaitu
Dirty, Dangerous and Demeaning) yang tidak mau lagi
dikerjakan oleh penduduk warga negara maju.2
Sejarah Imigrasi di Australia
Imigrasi ke Australia berlangsung dalam kurun
waktu antara tahun 1788, saat rombongan pertama dari
Inggris tiba, dan tahun 1945, saat berakhirnya Perang
Dunia II. Sampai tahun 1820, jumlah imigran bebas di
Australia masih sangat sedikit. Pertambahan jumlah
penduduk kult putih sangat lambat. Delapan dari sepuluh
narapidana yang ditransportasikan ke Australia adalah
laki-laki. Tentara yang bertugas menjaga keamanan pada
umumnya tidak bersama keluarganya, karena itu
pertambahan penduduk secara alamiah sangat kecil.3
Untuk mengatasi kesulitan itu, pada tahun 1830-an
pemerintah Inggris melancarkan program memberi bantuan
kepada orang-orang yang mau berimigrasi ke Australia.2 Adirini Pujayanti, Penyelundupan Manusia dan Ancaman Keamanan di Era Globalisasi : Kasus Penyelundupan Manusia ke Australia. DPR RI, Juli – Oktober2009. Bagian Kelima, hal 22 dalam Paper Erli Erawan dengan judul Hambatan-hambatan yang dihadapi Indonesia dan Australia dalam menangani permasalahan imigran Gelap3 Migrationexpert.com, History of Immigration, https ://www.migrationexpert.com/living_in_australia/history_of_immi gration/, diakses 09 Maret 2015
Program ini dikenal dengan sebutan assisted immigration yang
berlangsung terus sampai masa-masa terbentuknya
Commonwealth of Australia. Wanita dalam kelompok usia
15-30 tahun yang berimigrasi ke Australia diberi
bantuan, demikian juga para pedagang dan oranng-orang
yang memiliki keterampilan tertentu. Pada tahun 1835
diperkenalkan Bounty System. Menurut sistem ini, para
kolonis diminta memilih kualifikasi imigran tertentu
untuk didtangkan dan bekerja pada mereka. Kepada
kolonis itu diberikan hadiah uang untuk setiap imigran
ke Australia adalah rencana yang disarankan oleh Edward
Gibbon Wakefield.4
Pada tahun 1841 Carolina Chishlom mendirikan
tempat penampungan imigran wanita di Sydney. Tujuannya
adalah membantu para imigran wanita mendapatkan rasa
aman di kota koloni itu. Carolina Chishlom sendiri
banyak membantu mereka untuk mendapatkan pekerjaan.
Kemudian Carolina Chishlom berangkat ke Inggris. Di
sana ia membentuk suatu organisasi yang diberi nama
Family Colonisation Loan Society.Organisasi ini memilih imigran
yang pantas, terutama keluarga-keluarga, membayar
ongkos mereka, dan menempatkan mereka secara pantas di
koloni Australia.
4 Ibid.
Berbagai program imigrasi ini nampaknya cukup
berhasil, sehingga pada tahun 1840-an jumlah free
settlers sudah melebihi jumlah narapidana. Pada tahun
1850 jumlah penduduk Australia sudah hampir mencapai
setengah juta. Ketika di sekitar tahu itu, sebagian
besar oloni menolak transportasi narapidana, nampaknya
masalah tenaga kerja di saerah sempit yang sudah
diduduki, tidak terlalu merisaukan lagi.
Ditemukannya emas di New South Wales dan Victoria
di sekitar tahun 1850, menimbulkan arus imigran yang
sangat besar. Peristiwa semacam ini disebut gold rush,
antara tahn 1851 dan 1860 saja, lebh dari setengah juta
orang imigran memasuki Australia, sehingga jumlah
penduduk Australia ada tahun 1861 meningkat sampai
lebih dari satu juta orang. Dalam tahun-tahun sesudah
gold rush, banyak juga imigran wanita yang memasuki
Australia, sehingga perimbangan imigran pria dan wanita
menjadi lebih baik. Hal ini memungkinkan terjadi
pertambahan penduduk secara alamiah, terutama sesudah
tahun 1861.5
Antara tahun 1861 dan tahun 1890 migrasi ke
Australia masih relatif tinggi. Tekanan diutamakan
memasukkan wanita, seluruh keluarga, dan pekerja-
5 Price, Charles. "Chapter 1: Immigration and Ethnic Origin". In Wray Vamplew (ed.). Australians: Historical Statistics. Broadway, New South Wales, Australia: Fairfax, Syme & Weldon Associates. p. 2-22.
pekerja yang terampil. Pada tahun 1870-an minat orang-
orang Inggris untuk berimigrasi ke Australia agak
bertambah. Hal ini terutama karena semakin pendeknya
jarak pelajaran akibat pembukaan Terusan Suez, dan juga
karena makin baiknya hubungan telekomunikasi sejalan
dengan selesainya sambungan telegraf antara Ausralia
dengan Inggris pada tahun 1872.
Dalam tahun 1890-an, semua program bantuan unuk
transportasi migrasi terpaksa ditunda kaena depresi
ekonomi yang terjadi di koloni-koloni Australia itu.
Akan tetapi sesudah tahun 1905, migrasi ke Australia
digalakkan lagi, sehingga tahun 1905 dengan 1914
diperkirakan ada 250.000 imigran yang masuk ke
Australia.
Setelah Perang Dunia II Australia meluncurkan
program imigrasi besar-besaran dengan banyak keuntungan
yang ditawarkan seperti subsidi dan sebagainya, dengan
kepercayaan bahwa semakin banyak populasi yang ada di
Australia maka akan semakin kecil kesempatan Jepang
(yang mana saat itu menjadi salah satu agresor Perang
Dunia II) untuk dapat menjajah mereka. Kemudian
kebijakan itu dikenal dengan kebijakan populate or perish.
Ratusan ribu pengungsi Eropa bermigrasi ke Australia
dan lebih dari 1.000.000 Subjek Inggris berimigrasi ke
Australia, yang kemudian menjadi program yang dikenal
dengan nama Sepuluh Pound Poms.6 Migrasi atau imigran
hanya diberi kualifikasi yang sederhana pada waktu itu
untuk dapat memasuki atau menduduki Australia: migran
harus berada dalam kesehatan yang baik dan di bawah
usia 45 tahun. Bahkan hampir tidak ada pembatasan
keterampilan tertentu, kebijakan ini murni untuk
menambah populasi yang bermukim di Australia. Meskipun
begitu, dengan adanya White Australian Policy, orang-orang
yang memiliki kulit berwarna ataupun campuran ras
karena perkawinan orang tuanya susah untuk mendapatkan
kewarganegaraan di Australia.7
Kebijakan Imigrasi di Australia
Dengan banyaknya imigran yang ingin masuk ke
Australia, pemerintahan memperketat kebijakan mengenai
imigrasi dan imigran, mengakibatkan banyak orang tidak
lagi mudah memasuki daratan Australia. Setidaknya, ada
4 cara untuk bermukim di daratan Australia secara legal
dan dilindungi oleh undang-undang. Diantaranya adalah
Migration Progamme yang membolehkan migrasi melalui
beberapa kriteria seperti employment visas yang
memperbolehkan seseorang untuk memasuki Australia6 Abc.net, Ten Pound Poms, http://www.abc.net.au/tv/guide/netw/200711/programs/ZY8804A001D1112007T203000.htm, diakses 09 Maret 20157 Museum Victoria.com, Ten Pound Poms, http://museumvictoria.com.au/immigrationmuseum/discoverycentre/your-questions/ten-pound-poms/, diakses 09 Maret 2015
karena bekerja sebagai pekerja dengan keterampilan
tinggi, biasanya disponsori oleh negara bagian atau
perusahaan Australia untuk mendapatkan pekerja dengan
kriteria spesifik (e.g. posisi CEO). Student visas yang
ditujukan untuk pelajar-pelajar asing yang ingin
menempuh atau melanjutkan pendidikan di Australia.
Family visas yang memperbolehkan imigran menetap di
Australia jika memiliki hubungan kekerabatan dengan
warga negara Australia dan yang terakhir adalah Skilled
visas yang ditawarkan untuk para pekerja yang memiliki
keterampilan yang ingin masuk ke dalam Australia tanpa
adanya sponsor pencari pekerja.8
Kebijakan imigrasi lainnya seperti Humanitarian
Programme yang ditujukan untuk orang-orang yang
menerima penindasan atau penganiayaan di negara
asalnya, yang kemudian pergi dari negaranya dan
membutuhkan pengungsian atau pemukiman baru, yang
diverifikasi dan disarankan oleh UNHCR untuk bermukim
diwilayah Australia, akan diberikan hak khusus untuk
masuk kedalam Australia.9 Kebijakan inilah yang ingin
diambil oleh para imigran gelap sehingga dapat memulai
kehidupan baru di Australia.
8 Visabureau.com, http://www.visabureau.com/australia/default.aspx, diakses 09 Maret20159 Immi.gov.au, https://www.immi.gov.au/media/fact-sheets/60refugee.htm, diakses 09 Maret 2015
Imigran Gelap di Australia
Australia menjadi tanah yang menjanjikan semenjak
berakhirnya masa Perang Dunia ke II, karena banyaknya
pilihan kesejahteraan, kemakmuran ataupun kenyamanan
yang disediakan oleh pemerintahan Australia melalui
subsidi pada masa lampau. Hingga saat ini, Australia
juga masih tetap memberikan hak untuk menjadi imigran
di tanah Australia, karena sedikitnya angka kelahiran
dan terus naiknya kebutuhan akan pekerja berkeahlian
atau professional. Namun, bagi mereka yang tidak
beruntung atau tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan
mereka tidak akan bisa dengan mudah memasuki Australia.
Maka cara yang ditempuh oleh mereka adalah dengan
secara illegal melakukan imigrasi tanpa melalui
prosedur yang sesuai dengan hukum di Australia, yaitu
menjadi imigran gelap. Illegal migration diartikan
sebagai suatu usaha untuk memasuki suatu wilayah tanpa
izin. Imigran gelap dapat pula berarti bahwa menetap di
suatu wilayah melebihi batas waktu berlakunya izin
tinggal yang sah atau melanggar atau tidak memenuhi
persyaratan untuk masuk ke suatu wilayah secara sah.
(Gordon H. Hanson, 2007: 3-8).
Jumlah imigran gelap yang mencoba mencari suaka ke
Australia terus menerus naik tiap tahunnya, baik
melalui jalur laut ataupun udara, membuat pemerintahan
Australia terus menerus memperbarui kebijakannya
mengenai pencari suaka illegal yang ingin masuk ke
sana. Dari tahun 1999 hingga 2013, kurang lebih ada
puluhan ribu pengungsi atau pencari suaka illegal
menuju ke Australia melalui jalur laut menggunakan
kapal dan lebih dari sepuluh ribu pengungsi atau
pencari suaka illegal menggunakan jalur udara untuk
menuju ke Australia. Berikut adalah statistik yang
disediakan oleh Joint Agency Task Force ‘Operation Sovereign Border’
mengenai data pencari suaka illegal yang melalui jalur
laut.
Calender
year
Number of
boats
Number of
people
(excludes
crew)
Number of
crew
1999 86 3721
2000 51 2939
2001 43 5516
2002 1 1
2003 1 53
2004 1 15
2005 4 11
2006 6 60
2007 5 148
2008 7 161
2009 60 2726 141
2010 134 6555 345
2011 69 4565 168
2012 278 17202 392
2013 301 20647
407
(to 30 June
2013)10
Data yang digunakan untuk tabel di bawah ini
terutama ditemukan dalam Laporan Tahunan oleh DIAC
(sebelumnya DIMIA). Tidak ada data yang tersedia untuk
tahun 2000-2003 dalam laporan tersebut. Data yang
digunakan untuk periode ini diperoleh dari angka yang
dipublikasikan oleh Dewan Pengungsi Australia untuk
pengungsi illegal yang ingin memasuki Australia melalui
jalur udara.
10 University of Queensland, Statistic relating to Migrant Smuggling in Australia, http://www.law.uq.edu.au/migrantsmuggling-statistics, diakses 08 Maret 2015
Financial
year
Number of unauthorised air
arrivals
1999-00 1695
2000-01 1512
2001-02 1193
2002-03 987
2003-04 1241
2004-05 1632
2005-06 1598
2006-07 1388
2007-08 1189
2008-09 1284
2009-10 1573
2010-11 1809
2011-12 2048
2013-13 230611
Seperti disebutkan sebelumnya, informasi yang
ditampilkan ini berfungsi hanya untuk menunjukkan
11 University of Queensland, Statistic relating to Migrant Smuggling in Australia, http://www.law.uq.edu.au/migrantsmuggling-statistics, diakses 08 Maret 2015
tingkat kunjungan yang tidak sah ke Australia.
Bertentangan dengan beberapa pernyataan, angka-angka
ini tidak mencerminkan tingkat sebenarnya dari
penyelundupan migran ke negara ini.
Kebijakan Australia untuk Imigran Gelap
Berdasarkan apa yang dilansir oleh BBC pada tahun
2013 lalu, Tony Burke, Menteri Imigrasi Australia
menegaskan bahwa mereka tidak akan mengganti kebijakan
untuk tidak memberikan visa kepada imigran ilegal yang
datang ke negara Australia melalui kapal. Lebih lanjut
Burke mengatakan “Kami memastikan akan tetap membantu
pencari suaka tetapi hanya jika mereka terdaftar dengan
PBB dan tidak membayar penyelundup manusia. Jika mereka
membayar penyelundup manusia dan datang dengan kapal,
kami menjamin mereka tidak akan pernah tinggal di
Australia.”12 Australia juga menjelaskan bahwa mereka
akan mengirim kembali ke tempat para imigran gelap
tersebut ke tempat mereka berangkat, yang kebanyakan
adalah di wilayah Indonesia.
Indonesia pun merasa dirugikan dengan kebijakan
turn back the boat yang diambil untuk mengurangi jumlah
imigran gelap yang masuk kedalam wilayah mereka. Prof.
12 BBC.co.uk, Australia: Manusia Perahu ‘tak akan pernah’ dapat visa, http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2013/08/130817_tonyburke_suaka, diakses 08 Maret 2015
Dr. Muhadjir mengatakan bahwa indonesia terkena getah
dari kebijakan tersebut karena jika para asylum seeker
atau pencari suaka yang memotong jalan dengan
menggunakan jasa penyelundup orang dan menjadi imigran
gelap ditolak dan dikembalikan lagi ke Indonesia, maka
Indonesia tidak akan memiliki kapasitas untuk menerima
imigran gelap yang mencari suaka tersebut dan apabila
dikembalikan ke negara asalnya tentu akan membutuhkan
biaya tambahan. Lebih lanjut beliau mengatakan “Saya
menyoroti soal fairness policy ya. Kebijakan yang diambil
Australia itu tidak adil bagi Indonesia. Australia
sepertinya hanya mengatasi masalahnya sendiri tetapi
membiarkan masalah itu terjadi di negara lain. Itu
jelas tidak adil. Apalagi, Australia sama sekali tidak
memberi solusi ketika Indonesia menghadapi masalah saat
pencari suaka itu didorong balik ke sini,” ujar
Muhadjir, pada seminar bulanan bertema “Australian
Refugee Policy and the Indonesia/Australia
Relationship”.13
Dampak Imigrasi bagi Australia
Ada berbagai pandangan di masyarakat Australia
pada komposisi dan tingkat imigrasi, dan kemungkinan13 Satria, Pengamat UGM: Kasus Imigran Gelap, Australia Perlu Bersikap Adil, http://ugm.ac.id/id/berita/8714-pengamat.ugm:.kasus.imigran.gelap.australia.perlu.bersikap.adil, diakses 08 Maret 2015
efek dari berbagai tingkat imigrasi dan pertumbuhan
penduduk, beberapa di antaranya didasarkan pada data
empiris, yang lain lebih didasarkan pada spekulasi.
Pada tahun 2002, sebuah studi populasi berjudul Future
Dillemas, dikeluarkan oleh CSIRO dengan arahan dari
Departemen Imigrasi dan Multikultural, menggarisbawahi
enam dilema potensial yang terkait dengan pertumbuhan
penduduk yang dipicu oleh imigran. Dilema ini termasuk
banyaknya orang-orang yang menua meskipun angka imigran
yang masuk tinggi dan penurunan angka kelahiran,
memburuknya neraca perdagangan Australia karena lebih
banyak mengimpor barang dan konsumsi yang lebih tinggi
dari produksi dalam negeri, emisi gas rumah kaca
meningkat, terlalu sering menggunakan tanah pertanian,
perikanan laut dan persediaan domestik minyak dan gas,
dan penurunan kualitas udara perkotaan, kualitas sungai
dan keanekaragaman hayati.14
Tidak adanya data yang komprehensif tentang skala
dan penyebaran imigran gelap di Australia juga memiliki
dampak langsung pada kemampuan mereka yang bertugas
dalam menegakkan hukum yang relevan. Jika skala dan
sifat dari masalah tidak diketahui, tidak mungkin bahwa
tindakan dan sumber daya yang tepat dapat dialokasikan
untuk mencegah dan menekannya. Tanpa informasi yang14 Foran, B., and F. Poldy, Future Dilemmas: Options to 2050 for Australia's population, Technology, Resources and Environment, CSIRO Resource Futures, Canberra., http://www.cse.csiro.au/research/futuredilemmas/, diakses 5 Maret 2015
akurat tentang imigran gelap yang berhasil masuk ke
Australia, strategi pencegahan tidak dapat
diidentifikasi, dan kegiatan penekanan yang diberikan
tidak berguna karena informasi yang tidak memadai tidak
akan menyebabkan penuntutan efektif pada pelanggar
hukum (yang dimaksud disini adalah imigran gelap).15
Dampak bagi Ekonomi Australia
Dalam menilai dampak ekonomi dari imigrasi,
penting untuk menyadari bahwa imigran juga memiliki
efek supply and demand atau penawaran dan permintaan.
Penilaian juga tergantung pada indikator ekonomi yang
menarik, kelompok yang terkena dampak dan jangka waktu
yang dipertimbangkan. Konsensus dari penelitian ini
adalah bahwa, setidaknya pada tingkat ekonomi makro,
imigrasi memiliki efek netral dan secara marginal
cenderung positif pada perekonomian. Karena efek ini
sangat kecil, berbagai tingkat imigrasi akan menjadi
alat yang lemah untuk kebijakan ekonomi makro. Pada
tingkat ekonomi mikro, bagaimanapun, bisa ada variasi
dalam pengalaman kelompok imigran yang berbeda.16
Ukuran yang paling banyak diterima dari standar
hidup adalah produk domestik bruto (PDB) per kapita.15 UNODC, International Framework for Action to Implement the Smuggling of MigrantsProtocol, p. 8–9.16 Williams, Lynne S. “The effects of immigration on Australia: the research consensus as at May 1996” (unpublished), 1996. p. 1.
Para peneliti, dengan menggunakan berbagai teknik,
telah ditemukan baik tidak ada atau sedikit hubungan
positif antara imigrasi dan pertumbuhan PDB per kepala.
Namun, perubahan besar dalam arus imigrasi (tentu lebih
besar daripada yang ditampilkan dalam pasca-II asupan
imigran Perang Dunia Australia) mungkin memiliki efek
merugikan pada standar hidup di Australia17
Kesalahpahaman yang umum adalah bahwa warga
negara Australia seringkali menganggap bahwa imigrasi
menaikkan tingkat pengangguran dan imigran mengambil
pekerjaan dari penduduk asli kelahiran Australia.
Namun, penelitian telah menunjukkan tidak ada hubungan
antara migrasi bersih dan tingkat pengangguran.
Kurangnya hubungan antara tingkat migrasi bersih dan
tingkat pengangguran yang dikombinasikan dengan hasil
pengangguran yang relatif lebih buruk bagi imigran
menunjukkan bahwa pekerjaan yang diciptakan melalui
efek samping permintaan imigran lebih mungkin untuk
diambil oleh mereka yang lahir di Australia.18
Dampak bagi Lingkungan
Gerakan lingkungan, terutama organisasi Sustainable
Population Australia (SPA), percaya bahwa sebagai benua
terkering, Australia tidak bisa terus mempertahankan17 Ibid.18 Ibid.
tingkat pertumbuhan penduduk seperti saat ini tanpa
menjadi kelebihan penduduk di tahun-tahun berikutnya.
SPA juga berpendapat bahwa perubahan iklim akan
menyebabkan kerusakan ekosistem alam melalui
peningkatan suhu, cuaca ekstrim dan curah hujan kurang
di bagian selatan benua, sehingga mengurangi
kemampuannya untuk mempertahankan populasi yang besar
lebih jauh.19 Optimum Population Trust, sebuah badan
survey tentang populasi mendukung pandangan bahwa
Australia kelebihan penduduk, dan percaya bahwa untuk
mempertahankan standar hidup di Australia, penduduk
yang optimal adalah 10 juta (padahal jumlahnya saat ini
sebanyak 23 juta orang), atau maksimal 21 juta penduduk
dengan konsekuensi berkurangnya standar hidup di
Australia.20
Tanggung Jawab Moral atau Ancaman Keamanan?
Ketika membahas tentang bagaimana persepsi warga
negara Australia tentang imigran tentu akan muncul
moral responsibility dari dalam diri mereka, mengingat bahwa
19 Ramsden Law, Baby Bonus Bad for Environment, Sustainable Population Australia, ramsdenlaw.com.au/resources/mr20061023.pdf, diakses 07 Maret 201520 Optimumpopulation.org, Optimum Population Trust, http://www.populationmatters.org/, diakses 09 Maret 2015
dahulu awalnya mereka juga datang ke Australia sebagai
pendatang atau imigran dari luar daerah tersebut.
Australia sendiri merupakan satu dari sepuluh
negara di dunia yang menawarkan perlindungan dan
pemberian tempat tinggal baru untuk para pengungsi.
Bersama dengan kesiapan Australia untuk memenuhi
kesejahteraan bagi para pendatang baru yang membutuhkan
merupakan fakta bahwa Australia memiliki moral
responsibility terhadap imigran-imigran yang membutuhkan
bantuan.21 Namun berbeda halnya dengan imigran gelap,
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, imigran gelap
adalah warga negara lain yang tidak memiliki dokumen
ataupun terdaftar dalam data yang dimiliki pemerintahan
Australia, menyebabkan banyak kemungkinan terjadinya
pelanggaran dan mengurangi rasa “aman” oleh warga
negara Australia.
Australia belajar dari Eropa, yang menjadi tujuan
terbaik para pelarian politik, pengungsi, imigran, dan
pencari suaka. Sudah puluhan tahun orang-orang yang
dikatorikan sebagai keluar dari negaranya karena berbagai
alasan, menyerbu Eropa, dan di sana, mereka diperlakukan
lebih baik dari negeri asalnya. Tak sedikit yang
mengalami peningkatan taraf hidup dan
kehidupan.Membanjirnya para pelarian politik,
pengungsi, imigran, dan pencari suaka serta penerimaan21 Tess Rod and Ron Brunton, Unauthorized Arrivals: The Unpalatable Alternatives, Review vol.53 p. 13.
mereka oleh negara-negara Eropa, sejak sekian tahun
lalu hingga sekarang, tentu saja menimbulkan berbahagia
masalah sosial, erkonomi, budaya, bahkan keamanan.
Namun, dengan berbagai kebijakan politik negara-
negara Eropa, para pelarian politik, pengungsi,
imigran, dan pencari suaka tersebut masih bisa tetap
ada dan bertahan di sana. Sayangnya, tak semua dari
para pelarian politik, pengungsi, imigran, dan pencari
suaka itu, adalah orang-orang yang penuh syukur dan
tahu berterimakasih; ada juga dari mereka tak bisa
beradaptasi dengan nilai-nilai lokal di mana merek
berpijak. Sebagai pendatang yang dilegalkan (maupun yang
belum), mereka meminta dan menuntut lebih dari apa yang
didapat. Dan ketika permintaan tersebut ditolak, maka
mereka pun menanduk negara yang menampungnya.
Sebagai contoh, kerusuhan dan penjarahan tahun
2011, yang dilakukan oleh ia imigran asal Afrika serta
Asia. Kerusushan yang tak jelas pemicunya, membut Inggris
lumpuh dari berbagai kegiatan. Kerusuhan London Agustus
2011, seringkaili disebut sebagai dilakukan oleh minoritas
terhadap mayoritas. Begitu bringas dan brutalnya orang-
orang melakukan pengurusakan, serta menimbulkan
ketakutan, sampai pers Eropa menyebut bahwa Inggris
dijajah oleh Imigran dari Afrika dan Asia. Kasus
kerusuahan yang sama, dengan skala yang lebih kecil,
juga pernah terjadi di negara-negara Eropa lainnya,
namun dengan cepat teratasi oleh aparat keamanan.22
Dengan melihat contoh kasus tersebut Australia
juga cenderung mengurangi atau memperketat kekurangan
agar tidak ada lagi imigran gelap yang masuk ke dalam
wilayahnya. Sebagai contoh, Tony Abbott, menerapkan
kebijakan operasi kedaulatan negara, yang mana
ditujukan untuk menghentikan kapal pembawa imigran
gelap untuk menuju ke wilayahnya. Atau apa yang
dinyatakan oleh David Leyonhjelm yang mana mengusulkan
kebijakan untuk membuka pintu bagi para pencari suaka
dengan biaya sebesar $50.000 untuk menetap dan tinggal
di Australia.23
Upaya-upaya yang dilakukan oleh para pemimpin di
Australia tersebut juga menjadi bukti bahwa Imigran
gelap akhirnya dipandang sebagai suatu ancaman
kestabilan keamanan yang ada atau telah berjalan di
Australia. Selain itu, alasan Australia tidak mau
menerima para imigran gelap yang mencari suaka melalui
kapal adalah karena para imigran gelap itu sendiri,
menurut apa yang dilansir oleh The Review edisi September
2011, bahwa “Nearly all the unauthorized entrants fail to meet the
22 Opa Jappy, Australia menolak Imigran Gelap, Karena Belajar dari Eropa, http://luar-negeri.kompasiana.com/2014/02/11/australia-menolak-imigran-gelap-karena-belajar-dari-eropa-631205.html, diakses 08 Maret 201523 Charge Assylum Seekers..., http://www.smh.com.au/federal-politics/political-news/charge-asylum-seekers-50000-to-come-here-says-incoming-senator-20131006-2v220.html, diakses 08 Maret 2015
Convention criterion requiring that they come directly from the country
they are fleeing”.24 Pernyataan tersebut menjelaskan
bagaimana dan kenapa Australia tetap berusaha menolak
dan mengusir banyak imigran gelap yang mencari suaka ke
wilayahnya, yang tidak lain adalah karena memang hampir
seluruh imigran gelap tersebut tidak memenuhi kriteria
penerima suaka yang dicantumkan dalam konvensi PBB
tahun 1951, sehingga mereka menjalankan kebijakan turn
back the boat-nya, meskipun hal tersebut melanggar
kedaulatan Indonesia, yang mana menurut saya sangat
disayangkan karena menambah daftar panjang konflik
antara Australia dan Indonesia.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari paper ini
adalah bahwa, imigran gelap yang menuju ke Australia
merupakan tantangan bagi pemerintahan yang sedang
memerintah untuk bukan hanya mencari penerima suaka
yang sesuai, tetapi juga mengusahakan kebijakan-
kebijakan yang tidak hanya mengurangi jumlah imigran
gelap yang melanggar dan disisi lain tetap mengupayakan
solusi terbaik untuk para imigran gelap tersebut.
24 Tess Rod and Ron Brunton, Unauthorized Arrivals: The Unpalatable Alternatives, Review vol.53 p. 13.