Imigran Gelap Australia, Suatu Ancaman Keamanan atau Moral Responsibility

22
Imigran Australia, Tanggung Jawab Moral atau Ancaman Keamanan? Sudah menjadi umum bahwa imigrasi akan terjadi dan biasanya tergantung pada seberapa baik kesempatan hidup layak ataupun faktor lainnya seperti kesejahteraan dan keamanan. Australia menjadi salah satu tujuan imigran dari penjuru dunia karena menawarkan kesempatan tersebut, bahkan meskipun tiap tahun biaya hidup di Australia semakin melonjak tinggi, tetap banyak imigran dari seluruh dunia berbondong-bondong menuju ke Australia. Dengan banyaknya imigran yang ingin masuk ke Australia, pemerintahan memperketat kebijakan mengenai imigrasi dan imigran, mengakibatkan banyak orang tidak lagi mudah memasuki daratan Australia. Hal ini yang akhirnya memunculkan Unauthorized Arrival atau imigran gelap yang berusaha memasuki Australia dengan satu tujuan, kemakmuran. Banyak faktor yang menyebabkan orang pindah ke negara lain. Yang pertama tentunya faktor politik, mungkin mereka merasa bahwa situasi politik atau stabilitas politik di negaranya sudah sangat tidak kondusif bagi mereka untuk bisa hidup, sehingga mereka mencari jalan untuk bisa pergi ke negara lain bukan untuk mencari suaka politik, tapi untuk kehidupan baru yang lebih baik. Kedua, tentunya faktor ekonomi,

Transcript of Imigran Gelap Australia, Suatu Ancaman Keamanan atau Moral Responsibility

Imigran Australia, Tanggung Jawab Moral atau Ancaman

Keamanan?

Sudah menjadi umum bahwa imigrasi akan terjadi dan

biasanya tergantung pada seberapa baik kesempatan hidup

layak ataupun faktor lainnya seperti kesejahteraan dan

keamanan. Australia menjadi salah satu tujuan imigran

dari penjuru dunia karena menawarkan kesempatan

tersebut, bahkan meskipun tiap tahun biaya hidup di

Australia semakin melonjak tinggi, tetap banyak imigran

dari seluruh dunia berbondong-bondong menuju ke

Australia. Dengan banyaknya imigran yang ingin masuk ke

Australia, pemerintahan memperketat kebijakan mengenai

imigrasi dan imigran, mengakibatkan banyak orang tidak

lagi mudah memasuki daratan Australia. Hal ini yang

akhirnya memunculkan Unauthorized Arrival atau imigran

gelap yang berusaha memasuki Australia dengan satu

tujuan, kemakmuran.

Banyak faktor yang menyebabkan orang pindah ke

negara lain. Yang pertama tentunya faktor politik,

mungkin mereka merasa bahwa situasi politik atau

stabilitas politik di negaranya sudah sangat tidak

kondusif bagi mereka untuk bisa hidup, sehingga mereka

mencari jalan untuk bisa pergi ke negara lain bukan

untuk mencari suaka politik, tapi untuk kehidupan baru

yang lebih baik. Kedua, tentunya faktor ekonomi,

bagaimanapun mereka lihat bahwa kalau memang mereka

memiliki keahlian, tentunya mereka lihat bahwa mungkin

kesempatan dinegara lain akan jauh lebih baik dari pada

tetap bekerja dinegaranya sendiri. Kalaupun mereka

tidak mempunyai keahlian, mungkin mereka lihat bahwa

sebagai Blue Color Labor di negara lain, atau pekerja

yang tidak memiliki skill, income yang mereka dapat

jauh lebih banyak dari di negaranya sendiri. Tapi

diantara dua faktor yang bersifat subyektif itu ada

juga faktor-faktor objektif, bahwa kondisi objektif di

negara itu sangat tidak memungkinkan bagi mereka untuk

survive atau bisa mengembangkan keluarganya dengan

baik. Bagaimanapun pengaruh dari gaya hidup yang

konsumeristis, pengaruh banyak orang kalau ingin maju

itu harus punya pendidikan yang baik. Itu bukan saja di

negara-negara berkembang tapi juga dinegara-negara

maju.1

Bersamaan dengan faktor yang disebutkan diatas,

Australia telah menjadi salah satu negara tujuan

imigran gelap bersama dengan negaranegara Eropa

( Perancis, Italia, Inggris, Swedia, Jerman, Yunani,

Swiss, Norwegia, dan Belanda), Amerika Serikat dan

Kanada. Australia, sebagaimana negaranegara maju

lainnya memiliki pull factor yang menarik datangnya

1 Ikrar Nusa Bakti, Imigran Gelap Akan Jadi Masalah, http://www.perspektifbaru.com/wawancara/294, diakses 08 Maret 2015

migran ke negaranya, yakni kehidupan yang aman, makmur

dan tingkat kesejahteraan yang tinggi. Negara maju

menerima migran dari negara berkembang karena mereka

mau dibayar murah untuk pekerjaan-pekerjaan (3Ds yaitu

Dirty, Dangerous and Demeaning) yang tidak mau lagi

dikerjakan oleh penduduk warga negara maju.2

Sejarah Imigrasi di Australia

Imigrasi ke Australia berlangsung dalam kurun

waktu antara tahun 1788, saat rombongan pertama dari

Inggris tiba, dan tahun 1945, saat berakhirnya Perang

Dunia II. Sampai tahun 1820, jumlah imigran bebas di

Australia masih sangat sedikit. Pertambahan jumlah

penduduk kult putih sangat lambat. Delapan dari sepuluh

narapidana yang ditransportasikan ke Australia adalah

laki-laki. Tentara yang bertugas menjaga keamanan pada

umumnya tidak bersama keluarganya, karena itu

pertambahan penduduk secara alamiah sangat kecil.3

Untuk mengatasi kesulitan itu, pada tahun 1830-an

pemerintah Inggris melancarkan program memberi bantuan

kepada orang-orang yang mau berimigrasi ke Australia.2 Adirini Pujayanti, Penyelundupan Manusia dan Ancaman Keamanan di Era Globalisasi : Kasus Penyelundupan Manusia ke Australia. DPR RI, Juli – Oktober2009. Bagian Kelima, hal 22 dalam Paper Erli Erawan dengan judul Hambatan-hambatan yang dihadapi Indonesia dan Australia dalam menangani permasalahan imigran Gelap3 Migrationexpert.com, History of Immigration, https ://www.migrationexpert.com/living_in_australia/history_of_immi gration/, diakses 09 Maret 2015

Program ini dikenal dengan sebutan assisted immigration yang

berlangsung terus sampai masa-masa terbentuknya

Commonwealth of Australia. Wanita dalam kelompok usia

15-30 tahun yang berimigrasi ke Australia diberi

bantuan, demikian juga para pedagang dan oranng-orang

yang memiliki keterampilan tertentu. Pada tahun 1835

diperkenalkan Bounty System. Menurut sistem ini, para

kolonis diminta memilih kualifikasi imigran tertentu

untuk didtangkan dan bekerja pada mereka. Kepada

kolonis itu diberikan hadiah uang untuk setiap imigran

ke Australia adalah rencana yang disarankan oleh Edward

Gibbon Wakefield.4

Pada tahun 1841 Carolina Chishlom mendirikan

tempat penampungan imigran wanita di Sydney. Tujuannya

adalah membantu para imigran wanita mendapatkan rasa

aman di kota koloni itu. Carolina Chishlom sendiri

banyak membantu mereka untuk mendapatkan pekerjaan.

Kemudian Carolina Chishlom berangkat ke Inggris. Di

sana ia membentuk suatu organisasi yang diberi nama

Family Colonisation Loan Society.Organisasi ini memilih imigran

yang pantas, terutama keluarga-keluarga, membayar

ongkos mereka, dan menempatkan mereka secara pantas di

koloni Australia.

4 Ibid.

Berbagai program imigrasi ini nampaknya cukup

berhasil, sehingga pada tahun 1840-an jumlah free

settlers sudah melebihi jumlah narapidana. Pada tahun

1850 jumlah penduduk Australia sudah hampir mencapai

setengah juta. Ketika di sekitar tahu itu, sebagian

besar oloni menolak transportasi narapidana, nampaknya

masalah tenaga kerja di saerah sempit yang sudah

diduduki, tidak terlalu merisaukan lagi.

Ditemukannya emas di New South Wales dan Victoria

di sekitar tahun 1850, menimbulkan arus imigran yang

sangat besar. Peristiwa semacam ini disebut gold rush,

antara tahn 1851 dan 1860 saja, lebh dari setengah juta

orang imigran memasuki Australia, sehingga jumlah

penduduk Australia ada tahun 1861 meningkat sampai

lebih dari satu juta orang. Dalam tahun-tahun sesudah

gold rush, banyak juga imigran wanita yang memasuki

Australia, sehingga perimbangan imigran pria dan wanita

menjadi lebih baik. Hal ini memungkinkan terjadi

pertambahan penduduk secara alamiah, terutama sesudah

tahun 1861.5

Antara tahun 1861 dan tahun 1890 migrasi ke

Australia masih relatif tinggi. Tekanan diutamakan

memasukkan wanita, seluruh keluarga, dan pekerja-

5 Price, Charles. "Chapter 1: Immigration and Ethnic Origin". In Wray Vamplew (ed.). Australians: Historical Statistics. Broadway, New South Wales, Australia: Fairfax, Syme & Weldon Associates. p. 2-22.

pekerja yang terampil. Pada tahun 1870-an minat orang-

orang Inggris untuk berimigrasi ke Australia agak

bertambah. Hal ini terutama karena semakin pendeknya

jarak pelajaran akibat pembukaan Terusan Suez, dan juga

karena makin baiknya hubungan telekomunikasi sejalan

dengan selesainya sambungan telegraf antara Ausralia

dengan Inggris pada tahun 1872.

Dalam tahun 1890-an, semua program bantuan unuk

transportasi migrasi terpaksa ditunda kaena depresi

ekonomi yang terjadi di koloni-koloni Australia itu.

Akan tetapi sesudah tahun 1905, migrasi ke Australia

digalakkan lagi, sehingga tahun 1905 dengan 1914

diperkirakan ada 250.000 imigran yang masuk ke

Australia.

Setelah Perang Dunia II Australia meluncurkan

program imigrasi besar-besaran dengan banyak keuntungan

yang ditawarkan seperti subsidi dan sebagainya, dengan

kepercayaan bahwa semakin banyak populasi yang ada di

Australia maka akan semakin kecil kesempatan Jepang

(yang mana saat itu menjadi salah satu agresor Perang

Dunia II) untuk dapat menjajah mereka. Kemudian

kebijakan itu dikenal dengan kebijakan populate or perish.

Ratusan ribu pengungsi Eropa bermigrasi ke Australia

dan lebih dari 1.000.000 Subjek Inggris berimigrasi ke

Australia, yang kemudian menjadi program yang dikenal

dengan nama Sepuluh Pound Poms.6 Migrasi atau imigran

hanya diberi kualifikasi yang sederhana pada waktu itu

untuk dapat memasuki atau menduduki Australia: migran

harus berada dalam kesehatan yang baik dan di bawah

usia 45 tahun. Bahkan hampir tidak ada pembatasan

keterampilan tertentu, kebijakan ini murni untuk

menambah populasi yang bermukim di Australia. Meskipun

begitu, dengan adanya White Australian Policy, orang-orang

yang memiliki kulit berwarna ataupun campuran ras

karena perkawinan orang tuanya susah untuk mendapatkan

kewarganegaraan di Australia.7

Kebijakan Imigrasi di Australia

Dengan banyaknya imigran yang ingin masuk ke

Australia, pemerintahan memperketat kebijakan mengenai

imigrasi dan imigran, mengakibatkan banyak orang tidak

lagi mudah memasuki daratan Australia. Setidaknya, ada

4 cara untuk bermukim di daratan Australia secara legal

dan dilindungi oleh undang-undang. Diantaranya adalah

Migration Progamme yang membolehkan migrasi melalui

beberapa kriteria seperti employment visas yang

memperbolehkan seseorang untuk memasuki Australia6 Abc.net, Ten Pound Poms, http://www.abc.net.au/tv/guide/netw/200711/programs/ZY8804A001D1112007T203000.htm, diakses 09 Maret 20157 Museum Victoria.com, Ten Pound Poms, http://museumvictoria.com.au/immigrationmuseum/discoverycentre/your-questions/ten-pound-poms/, diakses 09 Maret 2015

karena bekerja sebagai pekerja dengan keterampilan

tinggi, biasanya disponsori oleh negara bagian atau

perusahaan Australia untuk mendapatkan pekerja dengan

kriteria spesifik (e.g. posisi CEO). Student visas yang

ditujukan untuk pelajar-pelajar asing yang ingin

menempuh atau melanjutkan pendidikan di Australia.

Family visas yang memperbolehkan imigran menetap di

Australia jika memiliki hubungan kekerabatan dengan

warga negara Australia dan yang terakhir adalah Skilled

visas yang ditawarkan untuk para pekerja yang memiliki

keterampilan yang ingin masuk ke dalam Australia tanpa

adanya sponsor pencari pekerja.8

Kebijakan imigrasi lainnya seperti Humanitarian

Programme yang ditujukan untuk orang-orang yang

menerima penindasan atau penganiayaan di negara

asalnya, yang kemudian pergi dari negaranya dan

membutuhkan pengungsian atau pemukiman baru, yang

diverifikasi dan disarankan oleh UNHCR untuk bermukim

diwilayah Australia, akan diberikan hak khusus untuk

masuk kedalam Australia.9 Kebijakan inilah yang ingin

diambil oleh para imigran gelap sehingga dapat memulai

kehidupan baru di Australia.

8 Visabureau.com, http://www.visabureau.com/australia/default.aspx, diakses 09 Maret20159 Immi.gov.au, https://www.immi.gov.au/media/fact-sheets/60refugee.htm, diakses 09 Maret 2015

Imigran Gelap di Australia

Australia menjadi tanah yang menjanjikan semenjak

berakhirnya masa Perang Dunia ke II, karena banyaknya

pilihan kesejahteraan, kemakmuran ataupun kenyamanan

yang disediakan oleh pemerintahan Australia melalui

subsidi pada masa lampau. Hingga saat ini, Australia

juga masih tetap memberikan hak untuk menjadi imigran

di tanah Australia, karena sedikitnya angka kelahiran

dan terus naiknya kebutuhan akan pekerja berkeahlian

atau professional. Namun, bagi mereka yang tidak

beruntung atau tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan

mereka tidak akan bisa dengan mudah memasuki Australia.

Maka cara yang ditempuh oleh mereka adalah dengan

secara illegal melakukan imigrasi tanpa melalui

prosedur yang sesuai dengan hukum di Australia, yaitu

menjadi imigran gelap. Illegal migration diartikan

sebagai suatu usaha untuk memasuki suatu wilayah tanpa

izin. Imigran gelap dapat pula berarti bahwa menetap di

suatu wilayah melebihi batas waktu berlakunya izin

tinggal yang sah atau melanggar atau tidak memenuhi

persyaratan untuk masuk ke suatu wilayah secara sah.

(Gordon H. Hanson, 2007: 3-8).

Jumlah imigran gelap yang mencoba mencari suaka ke

Australia terus menerus naik tiap tahunnya, baik

melalui jalur laut ataupun udara, membuat pemerintahan

Australia terus menerus memperbarui kebijakannya

mengenai pencari suaka illegal yang ingin masuk ke

sana. Dari tahun 1999 hingga 2013, kurang lebih ada

puluhan ribu pengungsi atau pencari suaka illegal

menuju ke Australia melalui jalur laut menggunakan

kapal dan lebih dari sepuluh ribu pengungsi atau

pencari suaka illegal menggunakan jalur udara untuk

menuju ke Australia. Berikut adalah statistik yang

disediakan oleh Joint Agency Task Force ‘Operation Sovereign Border’

mengenai data pencari suaka illegal yang melalui jalur

laut.

Calender

year

Number of

boats

Number of

people

(excludes

crew)

Number of

crew

1999 86 3721  

2000 51 2939

2001 43 5516

2002 1 1

2003 1 53

2004 1 15

2005 4 11

2006 6 60

2007 5 148

2008 7 161

2009 60 2726 141

2010 134 6555 345

2011 69 4565 168

2012 278 17202 392

2013 301 20647

407

(to 30 June

2013)10

Data yang digunakan untuk tabel di bawah ini

terutama ditemukan dalam Laporan Tahunan oleh DIAC

(sebelumnya DIMIA). Tidak ada data yang tersedia untuk

tahun 2000-2003 dalam laporan tersebut. Data yang

digunakan untuk periode ini diperoleh dari angka yang

dipublikasikan oleh Dewan Pengungsi Australia untuk

pengungsi illegal yang ingin memasuki Australia melalui

jalur udara.

10 University of Queensland, Statistic relating to Migrant Smuggling in Australia, http://www.law.uq.edu.au/migrantsmuggling-statistics, diakses 08 Maret 2015

Financial

year

Number of unauthorised air

arrivals

1999-00 1695

2000-01 1512

2001-02 1193

2002-03 987

2003-04 1241

2004-05 1632

2005-06 1598

2006-07 1388

2007-08 1189

2008-09 1284

2009-10 1573

2010-11 1809

2011-12 2048

2013-13 230611

Seperti disebutkan sebelumnya, informasi yang

ditampilkan ini berfungsi hanya untuk menunjukkan

11 University of Queensland, Statistic relating to Migrant Smuggling in Australia, http://www.law.uq.edu.au/migrantsmuggling-statistics, diakses 08 Maret 2015

tingkat kunjungan yang tidak sah ke Australia.

Bertentangan dengan beberapa pernyataan, angka-angka

ini tidak mencerminkan tingkat sebenarnya dari

penyelundupan migran ke negara ini.

Kebijakan Australia untuk Imigran Gelap

Berdasarkan apa yang dilansir oleh BBC pada tahun

2013 lalu, Tony Burke, Menteri Imigrasi Australia

menegaskan bahwa mereka tidak akan mengganti kebijakan

untuk tidak memberikan visa kepada imigran ilegal yang

datang ke negara Australia melalui kapal. Lebih lanjut

Burke mengatakan “Kami memastikan akan tetap membantu

pencari suaka tetapi hanya jika mereka terdaftar dengan

PBB dan tidak membayar penyelundup manusia. Jika mereka

membayar penyelundup manusia dan datang dengan kapal,

kami menjamin mereka tidak akan pernah tinggal di

Australia.”12 Australia juga menjelaskan bahwa mereka

akan mengirim kembali ke tempat para imigran gelap

tersebut ke tempat mereka berangkat, yang kebanyakan

adalah di wilayah Indonesia.

Indonesia pun merasa dirugikan dengan kebijakan

turn back the boat yang diambil untuk mengurangi jumlah

imigran gelap yang masuk kedalam wilayah mereka. Prof.

12 BBC.co.uk, Australia: Manusia Perahu ‘tak akan pernah’ dapat visa, http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2013/08/130817_tonyburke_suaka, diakses 08 Maret 2015

Dr. Muhadjir mengatakan bahwa indonesia terkena getah

dari kebijakan tersebut karena jika para asylum seeker

atau pencari suaka yang memotong jalan dengan

menggunakan jasa penyelundup orang dan menjadi imigran

gelap ditolak dan dikembalikan lagi ke Indonesia, maka

Indonesia tidak akan memiliki kapasitas untuk menerima

imigran gelap yang mencari suaka tersebut dan apabila

dikembalikan ke negara asalnya tentu akan membutuhkan

biaya tambahan. Lebih lanjut beliau mengatakan “Saya

menyoroti soal fairness policy ya. Kebijakan yang diambil

Australia itu tidak adil bagi Indonesia. Australia

sepertinya hanya mengatasi masalahnya sendiri tetapi

membiarkan masalah itu terjadi di negara lain. Itu

jelas tidak adil. Apalagi, Australia sama sekali tidak

memberi solusi ketika Indonesia menghadapi masalah saat

pencari suaka itu didorong balik ke sini,” ujar

Muhadjir, pada seminar bulanan bertema “Australian

Refugee Policy and the Indonesia/Australia

Relationship”.13

Dampak Imigrasi bagi Australia

Ada berbagai pandangan di masyarakat Australia

pada komposisi dan tingkat imigrasi, dan kemungkinan13 Satria, Pengamat UGM: Kasus Imigran Gelap, Australia Perlu Bersikap Adil, http://ugm.ac.id/id/berita/8714-pengamat.ugm:.kasus.imigran.gelap.australia.perlu.bersikap.adil, diakses 08 Maret 2015

efek dari berbagai tingkat imigrasi dan pertumbuhan

penduduk, beberapa di antaranya didasarkan pada data

empiris, yang lain lebih didasarkan pada spekulasi.

Pada tahun 2002, sebuah studi populasi berjudul Future

Dillemas, dikeluarkan oleh CSIRO dengan arahan dari

Departemen Imigrasi dan Multikultural, menggarisbawahi

enam dilema potensial yang terkait dengan pertumbuhan

penduduk yang dipicu oleh imigran. Dilema ini termasuk

banyaknya orang-orang yang menua meskipun angka imigran

yang masuk tinggi dan penurunan angka kelahiran,

memburuknya neraca perdagangan Australia karena lebih

banyak mengimpor barang dan konsumsi yang lebih tinggi

dari produksi dalam negeri, emisi gas rumah kaca

meningkat, terlalu sering menggunakan tanah pertanian,

perikanan laut dan persediaan domestik minyak dan gas,

dan penurunan kualitas udara perkotaan, kualitas sungai

dan keanekaragaman hayati.14

Tidak adanya data yang komprehensif tentang skala

dan penyebaran imigran gelap di Australia juga memiliki

dampak langsung pada kemampuan mereka yang bertugas

dalam menegakkan hukum yang relevan. Jika skala dan

sifat dari masalah tidak diketahui, tidak mungkin bahwa

tindakan dan sumber daya yang tepat dapat dialokasikan

untuk mencegah dan menekannya. Tanpa informasi yang14 Foran, B., and F. Poldy, Future Dilemmas: Options to 2050 for Australia's population, Technology, Resources and Environment, CSIRO Resource Futures, Canberra., http://www.cse.csiro.au/research/futuredilemmas/, diakses 5 Maret 2015

akurat tentang imigran gelap yang berhasil masuk ke

Australia, strategi pencegahan tidak dapat

diidentifikasi, dan kegiatan penekanan yang diberikan

tidak berguna karena informasi yang tidak memadai tidak

akan menyebabkan penuntutan efektif pada pelanggar

hukum (yang dimaksud disini adalah imigran gelap).15

Dampak bagi Ekonomi Australia

Dalam menilai dampak ekonomi dari imigrasi,

penting untuk menyadari bahwa imigran juga memiliki

efek supply and demand atau penawaran dan permintaan.

Penilaian juga tergantung pada indikator ekonomi yang

menarik, kelompok yang terkena dampak dan jangka waktu

yang dipertimbangkan. Konsensus dari penelitian ini

adalah bahwa, setidaknya pada tingkat ekonomi makro,

imigrasi memiliki efek netral dan secara marginal

cenderung positif pada perekonomian. Karena efek ini

sangat kecil, berbagai tingkat imigrasi akan menjadi

alat yang lemah untuk kebijakan ekonomi makro. Pada

tingkat ekonomi mikro, bagaimanapun, bisa ada variasi

dalam pengalaman kelompok imigran yang berbeda.16

Ukuran yang paling banyak diterima dari standar

hidup adalah produk domestik bruto (PDB) per kapita.15 UNODC, International Framework for Action to Implement the Smuggling of MigrantsProtocol, p. 8–9.16 Williams, Lynne S. “The effects of immigration on Australia: the research consensus as at May 1996” (unpublished), 1996. p. 1.

Para peneliti, dengan menggunakan berbagai teknik,

telah ditemukan baik tidak ada atau sedikit hubungan

positif antara imigrasi dan pertumbuhan PDB per kepala.

Namun, perubahan besar dalam arus imigrasi (tentu lebih

besar daripada yang ditampilkan dalam pasca-II asupan

imigran Perang Dunia Australia) mungkin memiliki efek

merugikan pada standar hidup di Australia17

Kesalahpahaman yang umum adalah bahwa warga

negara Australia seringkali menganggap bahwa imigrasi

menaikkan tingkat pengangguran dan imigran mengambil

pekerjaan dari penduduk asli kelahiran Australia.

Namun, penelitian telah menunjukkan tidak ada hubungan

antara migrasi bersih dan tingkat pengangguran.

Kurangnya hubungan antara tingkat migrasi bersih dan

tingkat pengangguran yang dikombinasikan dengan hasil

pengangguran yang relatif lebih buruk bagi imigran

menunjukkan bahwa pekerjaan yang diciptakan melalui

efek samping permintaan imigran lebih mungkin untuk

diambil oleh mereka yang lahir di Australia.18

Dampak bagi Lingkungan

Gerakan lingkungan, terutama organisasi Sustainable

Population Australia (SPA), percaya bahwa sebagai benua

terkering, Australia tidak bisa terus mempertahankan17 Ibid.18 Ibid.

tingkat pertumbuhan penduduk seperti saat ini tanpa

menjadi kelebihan penduduk di tahun-tahun berikutnya.

SPA juga berpendapat bahwa perubahan iklim akan

menyebabkan kerusakan ekosistem alam melalui

peningkatan suhu, cuaca ekstrim dan curah hujan kurang

di bagian selatan benua, sehingga mengurangi

kemampuannya untuk mempertahankan populasi yang besar

lebih jauh.19 Optimum Population Trust, sebuah badan

survey tentang populasi mendukung pandangan bahwa

Australia kelebihan penduduk, dan percaya bahwa untuk

mempertahankan standar hidup di Australia, penduduk

yang optimal adalah 10 juta (padahal jumlahnya saat ini

sebanyak 23 juta orang), atau maksimal 21 juta penduduk

dengan konsekuensi berkurangnya standar hidup di

Australia.20

Tanggung Jawab Moral atau Ancaman Keamanan?

Ketika membahas tentang bagaimana persepsi warga

negara Australia tentang imigran tentu akan muncul

moral responsibility dari dalam diri mereka, mengingat bahwa

19 Ramsden Law, Baby Bonus Bad for Environment, Sustainable Population Australia, ramsdenlaw.com.au/resources/mr20061023.pdf, diakses 07 Maret 201520 Optimumpopulation.org, Optimum Population Trust, http://www.populationmatters.org/, diakses 09 Maret 2015

dahulu awalnya mereka juga datang ke Australia sebagai

pendatang atau imigran dari luar daerah tersebut.

Australia sendiri merupakan satu dari sepuluh

negara di dunia yang menawarkan perlindungan dan

pemberian tempat tinggal baru untuk para pengungsi.

Bersama dengan kesiapan Australia untuk memenuhi

kesejahteraan bagi para pendatang baru yang membutuhkan

merupakan fakta bahwa Australia memiliki moral

responsibility terhadap imigran-imigran yang membutuhkan

bantuan.21 Namun berbeda halnya dengan imigran gelap,

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, imigran gelap

adalah warga negara lain yang tidak memiliki dokumen

ataupun terdaftar dalam data yang dimiliki pemerintahan

Australia, menyebabkan banyak kemungkinan terjadinya

pelanggaran dan mengurangi rasa “aman” oleh warga

negara Australia.

Australia belajar dari Eropa, yang menjadi tujuan

terbaik para pelarian politik, pengungsi, imigran, dan

pencari suaka. Sudah puluhan tahun orang-orang yang

dikatorikan sebagai keluar dari negaranya karena berbagai

alasan, menyerbu Eropa, dan di sana, mereka diperlakukan

lebih baik dari negeri asalnya. Tak sedikit yang

mengalami peningkatan taraf hidup dan

kehidupan.Membanjirnya para pelarian politik,

pengungsi, imigran, dan pencari suaka serta penerimaan21 Tess Rod and Ron Brunton, Unauthorized Arrivals: The Unpalatable Alternatives, Review vol.53 p. 13.

mereka oleh negara-negara Eropa, sejak sekian tahun

lalu hingga sekarang, tentu saja menimbulkan berbahagia

masalah sosial, erkonomi, budaya, bahkan keamanan.

Namun, dengan berbagai kebijakan politik negara-

negara Eropa, para pelarian politik, pengungsi,

imigran, dan pencari suaka tersebut masih bisa tetap

ada dan bertahan di sana. Sayangnya, tak semua dari

para pelarian politik, pengungsi, imigran, dan pencari

suaka itu, adalah orang-orang yang penuh syukur dan

tahu berterimakasih; ada juga dari mereka tak bisa

beradaptasi dengan nilai-nilai lokal di mana merek

berpijak. Sebagai pendatang yang dilegalkan (maupun yang

belum), mereka meminta dan menuntut lebih dari apa yang

didapat. Dan ketika permintaan tersebut ditolak, maka

mereka pun menanduk negara yang menampungnya.

Sebagai contoh, kerusuhan dan penjarahan tahun

2011, yang dilakukan oleh ia imigran asal Afrika serta

Asia. Kerusushan yang tak jelas pemicunya, membut Inggris

lumpuh dari berbagai kegiatan. Kerusuhan London Agustus

2011, seringkaili disebut sebagai dilakukan oleh minoritas

terhadap mayoritas. Begitu bringas dan brutalnya orang-

orang melakukan pengurusakan, serta menimbulkan

ketakutan, sampai pers Eropa menyebut bahwa Inggris

dijajah oleh Imigran dari Afrika dan Asia. Kasus

kerusuahan yang sama, dengan skala yang lebih kecil,

juga pernah terjadi di negara-negara Eropa lainnya,

namun dengan cepat teratasi oleh aparat keamanan.22

Dengan melihat contoh kasus tersebut Australia

juga cenderung mengurangi atau memperketat kekurangan

agar tidak ada lagi imigran gelap yang masuk ke dalam

wilayahnya. Sebagai contoh, Tony Abbott, menerapkan

kebijakan operasi kedaulatan negara, yang mana

ditujukan untuk menghentikan kapal pembawa imigran

gelap untuk menuju ke wilayahnya. Atau apa yang

dinyatakan oleh David Leyonhjelm yang mana mengusulkan

kebijakan untuk membuka pintu bagi para pencari suaka

dengan biaya sebesar $50.000 untuk menetap dan tinggal

di Australia.23

Upaya-upaya yang dilakukan oleh para pemimpin di

Australia tersebut juga menjadi bukti bahwa Imigran

gelap akhirnya dipandang sebagai suatu ancaman

kestabilan keamanan yang ada atau telah berjalan di

Australia. Selain itu, alasan Australia tidak mau

menerima para imigran gelap yang mencari suaka melalui

kapal adalah karena para imigran gelap itu sendiri,

menurut apa yang dilansir oleh The Review edisi September

2011, bahwa “Nearly all the unauthorized entrants fail to meet the

22 Opa Jappy, Australia menolak Imigran Gelap, Karena Belajar dari Eropa, http://luar-negeri.kompasiana.com/2014/02/11/australia-menolak-imigran-gelap-karena-belajar-dari-eropa-631205.html, diakses 08 Maret 201523 Charge Assylum Seekers..., http://www.smh.com.au/federal-politics/political-news/charge-asylum-seekers-50000-to-come-here-says-incoming-senator-20131006-2v220.html, diakses 08 Maret 2015

Convention criterion requiring that they come directly from the country

they are fleeing”.24 Pernyataan tersebut menjelaskan

bagaimana dan kenapa Australia tetap berusaha menolak

dan mengusir banyak imigran gelap yang mencari suaka ke

wilayahnya, yang tidak lain adalah karena memang hampir

seluruh imigran gelap tersebut tidak memenuhi kriteria

penerima suaka yang dicantumkan dalam konvensi PBB

tahun 1951, sehingga mereka menjalankan kebijakan turn

back the boat-nya, meskipun hal tersebut melanggar

kedaulatan Indonesia, yang mana menurut saya sangat

disayangkan karena menambah daftar panjang konflik

antara Australia dan Indonesia.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari paper ini

adalah bahwa, imigran gelap yang menuju ke Australia

merupakan tantangan bagi pemerintahan yang sedang

memerintah untuk bukan hanya mencari penerima suaka

yang sesuai, tetapi juga mengusahakan kebijakan-

kebijakan yang tidak hanya mengurangi jumlah imigran

gelap yang melanggar dan disisi lain tetap mengupayakan

solusi terbaik untuk para imigran gelap tersebut.

24 Tess Rod and Ron Brunton, Unauthorized Arrivals: The Unpalatable Alternatives, Review vol.53 p. 13.