Ilmu Kalam

11
MAKALAH ILMU KALAM HUBUNGAN ANTARA ILMU KALAM DAN FILSAFATDosen Pengampu: Nur Sidik, M.Hum Oleh : Ahmat Khomarudin (123211001) Aris Hidayatulloh (123211005) Murdiono (123211029) SASTRA INGGRIS INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA 2013

Transcript of Ilmu Kalam

0

MAKALAH

ILMU KALAM

“HUBUNGAN ANTARA ILMU KALAM DAN FILSAFAT”

Dosen Pengampu:

Nur Sidik, M.Hum

Oleh :

Ahmat Khomarudin (123211001)

Aris Hidayatulloh (123211005)

Murdiono (123211029)

SASTRA INGGRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2013

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam memahami kebesaran Alloh SWT, sangatlah penting bagi

seorang manusia untuk mengetahui ilmu kalam. Ilmu kalam tersebut

merupakan ilmu yang dimana menitikberatkan pada pengkajian akidah-

akidah pokok dasar Islam. Dari ilmu kalam tersebut seorang hamba akan

mengetahui betapa besarnya keagungan Tuhan mereka yang diwadahi

dalam sebuah pondasi yang dinamakan “Tauhid”. Tauhid tersebut akan

dikaji dalam naungan Ilmu Tauhid. Ilmu tauhid sendiri lebih

membicarakan tantang keesaan Alloh SWT.1

Jika dimaknakan secara harfiah adalah percakapan atau perkataan

sedangkan jika dimaknakan secara gamblang, ilmu kalam merupakan

ilmu yang dimana pengkajian materinya mengarah pada akidah-akidah

pokok Islam. Dari ilmu kalam tersebutlah seorang hamba dapat

mengetahui keesaan Tuhan mereka yaitu Alloh SWT.

Dalam pengkajian ilmu kalam, peran filsafat sangatlah penting

untuk diketahui. Filsafat tersebut merupakan pondasi awal bagi manusia

untuk berpikir. Filsafat tersubutlah yang akan memberikan pencerahan

kepada manusia agar mereka bisa berpir kritis dan empiris. Secara

etimologis, istilah “filsafat” berasal dari kata Philosophia (yunani) kata

Philosophia bearasal dari padanan kata (philos) yang berarti Kekasih atau

cinta dan (shopia) berarti Kebijaksanaan.2

Dari penjelasan paragraph diatas dapat disimpulkan bahwa kajian

dari ilmu kalam dan fisafat sangatlah penting untuk dipelajari agar

seorang hamba dapat mengetahui peran agama dan Tuhan mereka. Dari

permasalahan tersebut, penulis akan membahas tentang hubungan Ilmu

kalam dan Filsafat yang akan dijelaskan pada bab pembahasan.

1 Kamarul Shukri Mohd Teh, Pengantar Ilmu tauhid, YEOHPRINCO SDN. BHD, Kuala Lumpur, 2008, hal. 1 2 Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2010, hal. 14

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ilmu Kalam

Pengertian Ilmu Kalam

Secara harfiah atau bahasa, kata “kalam” diartikan sebagai

percakapan atau perkataan. Sedangkan secara leksikal atau

pemaknaannya, Ilmu kalam merupakan ilmu yang mengkaji doktrin-

doktrin dasar atau akidah-akidah pokok islam (ushuluddin). Ilmu kalam

mengidentifikasi akidah-akidah pokok dan berupaya membuktikan

keabsahannya dan memnjawab keraguan terhadap akidah-akidah pokok

tersebut.3

Pada dasarnya ilmu kalam terbentuk karena berbagai hal. Ada

yang mengatakan Ilmu kalam muncul karena para pakar di bidang ilmu

kalam suka mengawali penuangan pikiran mereka dalam buku-buku

mereka dengan ungkapan “al kalamu fi kadza”. Sebagian lagi

menjelaskan bahwa sebutan “kalam” diberikan karena disiplin ini

membahas topik-topik yang pada intinya ahli-ahli hadis lebih memilih

diam seribu bahasa.4

Jika kita membahas tentang ilmu kalam, kita tidak akan lepas dari

“tauhid” karena ilmu kalam pada akhirnya akan merujuk kepada ilmu

tauhid. Ilmu tauhid tersebut membahas tentang keesaan Alloh SWT.

Sumber pengkajian ilmu tauhid dititik beratkan pada Al qur’an dan as-

sunnah. Disamping itu, dalam ilmu tauhid juga menggunakan akal

pikiran. Akal pikiran tersebut berperan penting untuk memjawab

pertanyaan yang masih ada dalam benak pikiran, jika jawaban telah

ditemukan, maka terjadilah kepuasan batin.

3 Murtadha Muthahhari, Mengenal Ilmu Kalam (Cara Mudah Menembus Kebuntuan Berfikir), Cet. I,Pustaka Zahra, Jakarta, 2002, Hal. 25 4 Ibid, hal. 27

3

Komponen-komponen penting dalam kajian Ilmu kalam

Jika kita membahas ilmu kalam, maka kita harus mengetahui pula

komponen-komponen penting apakah yang diperlukan dalam

pengkajian ilmu kalam. Komponen-komponen tersebut meliputi:

1. Akal pikiran

Akal pikiran sangat diperlukan bagi sesorang yang

mengkaji tentang ilmu kalam. Tanpa akal pikiran, seorang

manusia tidak bisa memilah mana yang haq dan mana yang batin.

Akal pikiran tersebut ditujukan agar terpenuhinya rasa ingin tahu

dari manusia dan pada akhirnya akan terbentuk suatu jawaban

secara rasional.

2. Aqidah

Selain akal pikiran ada pula “aqidah”. Peran aqidah

sangatlah penting dalam pemahaman seorang hamba. Aqidah

tersebut merupakan hal yang terpenting dari pemikiren seseorang.

Jika aqidah tersebut sudah goyah, maka akan terjadi banyak

kekeliruan dalam pengkajian ilmu kalam.

3. Iman

Selain itu sangatlah penting adanya “iman” dalam diri

manusia ketika mengkai ilmu kalam. Iman tersebut merupakan

kepercayaan yang diyakini oleh seorang manusia terhadap apa

yang disekitarnya termasuk adanya Tuhan Yang Maha Esa yakni

Alloh SWT.

4. Ihsan

Ihsan adalah ajaran tentang penghayatan yang pekat akan

hadirnya Tuhan dalam hidup, melalui penghayatan diri seakan-

akan kita berada di depan hadirat-Nya ketika beribadah.5

5 K.H. Muhammad Sholikhin, Menyatu Diri Dengan Ilahi (Makrifat Ruhani Syaikh ‘Abd Al-Qadir Al Jailani, dan Perspektifnya terhadap Faham Manuggaling Kawula Gusti), Penerbit Narasi, Yogyakarta, 2010, hal. 388

4

Tujuan dari Ilmu kalam

Inti dari pengkajian ilmu kalam adalah untuk mengetahui akidah-

akidah pokok dalam Islam. Aqidah-aqidah pokok tersebut dikaji

secara mendalam dan pada akhirnya akan muncul suatu jawaban

haqiqi. Selain itu tujuan dari pengkajian ilmu kalam adalah untuk

membentengi keiman dan aqidah dari seorang hamba agar tidak goyah

atau menyeleweng karena di zaman modern ini banyak sekali terjadi

penyelewengan dalam pengkajian ilmu kalam ataupun ilmu tauhid.

B. Filsafat

Secara etimologis, istilah “filsafat” berasal dari kata Philosophia

(yunani) kata Philosophia bearasal dari padanan kata (philos) dan

(shopia). Kata philos berarti kekasih atau sahabat dan shopia berarti

kebijaksanaan atau kearifan bisa disebut pula pengetahuan. Filsafat

tersebut merupakan dasar atau pondasi pemikiran seorang manusia.

Filasafat bukanlah hal yang bisa dianggap sepele dalam pengkajiaannya

agar tercipta suatu kebijaksanaan.6

Secara teoritis dalam pengkajian filsafat terdapat beberapa

komponen penting yang akan mempengaruhi pengkajian filsafat tersebut.

Komponen-komponen tersebut meliputi: Tuhan, Alam, dan Manusia. Hal

tersebut digambarkan dalam segitiga yang digambarkan di Gb.1

(Gb.1)

6 Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2010, hal. 14

5

Jika kita mengkaji filsafat, kita akan mengetahui cabang-cabang

ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari. Cabang-cabang ilmu

pengetahuan tersebut meliputi: Ontologi yakni ilmu yang membahas

tentang asas-asas rasional darikenyataan (yang ada). 7 Dari Ontologi

tersebut kita bisa mengetahui asal usul dari benda yang ada di bumi ini.

Selain Ontologi, terdapat pula istilah kosmologi yaitu cabang ilmu filsafat

yang membicarakan tentang bagaimanakah keadaannya sehingga asas-

asas rasional dari kenyataan yang teratur itu.8 Selain itu terdapat pula

istilah Teologi yakni ilmu yang mempelajari tentang ketuhanan.

Pada dasarnya pengkajian ontologis lebih menitikberatkan pada

hakikat suatu benda yang ada. Sebagai contoh, kita mengidentifikasi

adanya papan tulis. Contohnya, papan tulis merupakan benda yang

konkrit atau benda yang nyata. Papan tulis tersebut mempunyai dimensi

tertentu yang bisa dilihat oleh manusia atau sering kita sebut sebagai tiga

dimensi. Kita dapat mengetahui papan tulis itu ada karena ada dimensi

yaitu tiga dimensi. Selain itu kita mengetahui papan tulis itu nyata karena

adanya pencahayaan dan bayangan. Maka dapat disimpulkan papan tulis

memang ada dan nyata.

Lain pembahasan dengan Kosmologi . Ilmu ini menitikberatkan

tentang bagaimanakah keadaannya sehingga asas-asas rasional dari

kenyataan yang teratur itu dapat diterima oleh akal manusia. Kita melihat

kenyataan alam semesta ini tersusun atas berbagai macam benda mulai

dari abiotik yakni benda mati dan biotik atau bisa disebut dengan makhluk

hidup. Jika kita mengidentifikasi hal tersebut, kita bisa menyimpulkan

dunia atau bumi itu nyata. Sebagai manusia yang memiliki naluri, dalam

hal ini naluri untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui, manusia

menggubakan akal pikirannya untuk mengetahui asa usul terbentuknya

alam semesta ini. Setelah jawaban telah mereka peroleh maka rasa ingin

7 Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum (Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995, hal. 9 8 Ibid. hal 9

6

tahu mereka pada akhirnya terjawab. Bagi yang meyakini adanya Tuhan,

maka mereka dapat menyimpulkan bahwa alam semesta ini terbentuk oleh

kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

Setelah ditemukan alam semesta tercipta, seorang tidak akan puas

sebelum mereka mengetahui Tuhan mereka. Mereka bertanya-tanya

apakah tuhan mereka nyata ataukah hanya khayalan belaka. Dalam

masalah seperti ini Teologi digunakan untuk mencari jawaban pasti dari

keraguan tersebut. Teologi tersebut menitikberatkan pada Tuhan atau

yang disembah oleh manusia. Jika seorang hamba meng-imani adanya

Tuhan, maka objek yang ingin mereka ketahui adalah Tuhan Yang Maha

Esa. Jika mereka meng-imani Tuhan sebagai dzat yang mereka sembah,

maka pedoman mereka tidak bisa menggunakan akal belaka atau rasional

dalam mengetahui Tuhan mereka. Mereka harus menggunakan ituitif

batini. Ituitif batini tersebut merupakan pondasi yang harus mereka

gunakan untuk mengetahui dzat yang mereka sembah. Jika seorang

tersebut beragama Islam, maka mereka meng-imani adanya Alloh sebagai

Tuhan mereka dan al qur’an sebagai kitab suci mereka. Dalam Q.S. Al-

Ikhlas ayat 1 – 4 :

Yang artinya :

1. Katakanlah (Muhammad) "Dia-lah (Alloh), Yang Maha Esa.

2. Alloh tempat meminta segala sesuatu.

3. Dia (Alloh) tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,

4. dan tidak ada sesuau yang setara dengan Dia.

7

Kita bisa menyimpulkan bahwa yang disebut tuhan kita adalah Alloh

SWT. Tidaklah beriman jika suatu hamba tidak mengimani adanya kitab-

kitab Alloh termasuk kitab sebelum al qur’an (kitab asli atau bukan

amandemen). Al Qur’an tersebut dijadikan sebagai pedoman utama bagi

umat muslim. Hal tersebut merupakan pengkajian secara teologis atau

menggunakan ilmu Teologi yang pada dasarnya menitikberatkan pada

ketuhanan.

C. Hubungan antara Ilmu Kalam dan Filsafat

Dari penjelasan-penjelasan yang dijelaskan di paragraph

sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa peran filsafat pada dasarnya

adalam sebagai panduan bagi manusia untuk berpikir kritis dan empiris

dalam menyikapi kehidupan ini. Selain itu pengkajian ilmu kalam sangat

penting pula untuk dipelajari agar seorang manusia dapat mengetahui

seluk beluk akidah-akidah agama mereka.

Namun yang harus kita ketahui ketika kita mengkaji ilmu kalam

atau filsafat adalah bagaimana seorang manusia bisa berpikiran kritis dan

bijaksana dalam menyikapi suatu pemasalahan sehingga terjadilah suatu

keharmonisan dan keselarasan dalam kehidupan sehari-hari dan juga agar

aqidah (Islam) yang mereka imani tidak akan goyah meskipun terkikis

oleh zaman modern ini.

Dalam kajiaanya, filsafat sangat berhubungan erat dengan ilmu

kalam, khusunya filsafat agama karena penitikberatan imu kalam adalah

pada “tauhid” atau kepercayaan suatu individu. Ilmu kalam merupakan

object yang akan kita pelajari sedangkan filsafat adalah pondasi dari

pemahaman kita. Filsafat mengajarkan pada kita berpikir kritis dan

rasional, namun suatu agama tidak akan bisa dipikirkan secara rasional

atau menurut pemikiran manusia belaka. Dalam buku “Pilar Islam bagi

pluralism modern”, karangan Imam Sukardi pada bab “Memahami

Agama Secara Filsafat” disebutkan bahwa agama timbul sebagai akibat

kemampuan kita untuk mempertanyakan segala macam pertanyaan, tetapi

8

kita tidak bisa memberikan jawaban yang bersifat rasional secara

memuaskan. Hal tersebut membuktikan bahwa kita tidak bisa

mendapatkan jawaban secara rasional dan memuaskan. Namun ketika kita

belum mendapatkan jawaban yang rasional, kita selalu ingin mencari

jawaban rasional tersebut bahkan harus secara logis dan rasional. Sebagai

contoh, ketika kita mempertanyaakan siapakan pencipta alam semesta ini.

Pertanyaan tersebut muncul karena naluri kita sendiri yaitu naluri untuk

mengetahui apa yang kita ketahui di bumi ini termasuk mengetahui

siapakah pencipta alam semesta ini. Jika kita memikirkan hal tersebut

maka “Tuhan menciptakan alam” adalah jawaban yang nonrasional

karena penerimaan jawaban ini lebih banyak bergantung pada unsur

kepercayaan daripada bukti nyata yang dikemukakan dengan jalan akal

pikiran.

Ketika jawaban nonrasional tersebut muncul, seseorang akan

menayakan jawaban yang rasional dari pertanyaan tersebut agar terpenuhi

kebutuhan emosional dan merasa tentram. Dalam hal ini jawaban yang

besiafat intuitif batini sangat diperlukan untuk menjawab pertanyaan

tersebut. Seorang manusia dapat berpikir secara intuitif batini melalui

pemahaman agama yang mereka anut. Ketika mereka beragama Islam

maka referensi yang harus mereka genggam perama kali adalah Al Qur’an

agar terciptanya jawaban yang masuk akal dari pertanyaan yang mereka

jumpai.

Selain itu dapat disimpulkan pula hubungan antara Ilmu kalam dan

filsafat adalah dari objek kajiannya. Objek kajian dari ilmu kalam adalah

ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya termasuk aqidah-

aqidah yang terkandung dalam ajaran agama Islam.Sama halnya dengan

objek kajian filsafat, objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan

namun dalam pengkajian filsafat, terkaji pula hubungan antara Tuhan,

manusia, dan alam semesta seperti yang tergambar di Gb.1 yang

membahas ketiga aspek tersebut dalam pengkajiannya.

9

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari sekian macam penjelasan yang terdapat pada “Bab II”, dapat

disimpulakan bahwa:

1. Ilmu kalam adalah ilmu yang mempelajari mempelajari tentang

doktrin-doktrin dasar atau aqidah-aqidah pokok islam (ushuluddin).

Selain itu ilmu kalam juga dapat mengantisipasi adanya

penyelewengan aqidah dalam Islam.

2. Filsafat atau ilmu filsafat adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk

beluk pemikiran di dunia ini. Seluk beluk tersebut meliputi Tuhan,

alam, dan manusia yang pada akhirnya akan muncul suatu jawaban

atas masalah yang ada.

3. Hubungan antara Ilmu kalam dan filsafat adalah kemiripan dalam

objek kajiannya. Objek kajian dari ilmu kalam adalah ketuhanan dan

segala sesuatu yang berkaitan dengannya dan objek kajian filsafat

adalah masalah ketuhanan juga namun dalam pengkajiannya, terkaji

pula hubungan antara Tuhan, manusia, dan alam semesta.

10

DAFTAR PUSTAKA

Darmodiharjo, Darji & Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum (Apa dan

Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

1995

Mohd Teh, Kamarul Shukri, Pengantar Ilmu tauhid, Kuala Lumpur:

YEOHPRINCO SDN. BHD, 2008

Muthahhari, Murtadha, Mengenal Ilmu Kalam (Cara Mudah Menembus

Kebuntuan Berfikir), Jakarta: Pustaka Zahra, 2002

Rapar, Jan Hendrik, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2010

Sholikhin, Muhammad, Menyatu Diri Dengan Ilahi (Makrifat Ruhani Syaikh

‘Abd Al-Qadir Al Jailani, dan Perspektifnya terhadap Faham Manuggaling

Kawula Gusti), Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2010

Sukardi, Imam, dkk, Pilar Islam (Bagi Pluralitas Modern), Solo: Penerbit Tiga

Serangkai, 2003.