IDENTIFIKASI LALAT BUAH DI KABUPATEN ENREKANG Oleh
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
Transcript of IDENTIFIKASI LALAT BUAH DI KABUPATEN ENREKANG Oleh
IDENTIFIKASI LALAT BUAH DI KABUPATEN ENREKANG
Oleh :
FITA DEWI YUNIAR
G 111 09 325
Laporan Praktik Lapang Dalam Mata Ajaran Minat Utama
Hama dan Penyakit Tumbuhan
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
Pada
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
JURUSAN HAMA & PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Identifikasi Lalat Buah ( Bactrocera spp ) di Kabupaten
Enrekang
Nama Mahasiswa : Fita Dewi Yuniar
Nomor Pokok : G 111 09 325
Menyetujui,
Prof. Dr. Ir. La Daha, M.S Dr.Ir.Vien Sartika Dewi, M. S
Pembimbing I Pembimbing II
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
Dr. Ir. Nur Amin, Dipl. Ing.Agr
Ketua Jurusan
Tanggal Pengesahan: Agustus 2013
PANITIA UJIAN SARJANA
JURUSAN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
(TIM PENGUJI)
Prof. Dr. Ir. La Daha, M. S Dr. Ir. Vien Sartika Dewi, M.S
Ketua Sekertaris
Prof. Dr.Ir Sylvia Sjam, M.S
Anggota
Dr. Ir. Andi Nasruddin, M.Sc Dr. Ir. Melina, MP
Anggota Anggota
IDENTIFIKASI LALAT BUAH (Bactrocera spp) di KABUPATEN
ENREKANG
Fita Dewi Yuniar, Pembimbing 1 :Prof. Dr. Ir. La Daha,M.S. ; Pembimbing 2 :Dr. Ir. Vien Sartika Dewi, M.S.
Jurusan Ilmu Hama & Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Makassar
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea Makassar 90245
ABSTRAK
Salah satu masalah penting dalam impor-ekspor buah adalah serangan lalat buah,
keberadaan lalat buah menimbulkan kesulitan suatu negara untuk memasarkan produk buah
segar ke negara lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies lalat buah yang
terdapat di kabupaten Enrekang dan memberikan informasi tentang spesies-spesies
lalat kepada berbagai pihak yang membutuhkan. Penelitian dilakukan di Kabupaten
Enrekang, Kecamatan Anggeraja, Kecamatan Alla’, Kecamatan Curio, Kecamatan
Enrekang, Kecamatan Baroko, Kecamatan Baraka, Kecamatan Masalle, Kecamatan
Cendana, Kecamatan Bunging, dan Kecamatan Buntu Batu yang berlangsung dari
bulan Januari hingga Juni 2013.
Kata Kunci : Lalat Buah, identifikasi ,Kabupaten Enrekang.
ABSTRACT
One of the important problems in the import-export fruit is fruit flies attack, the presence of
fruit flies raises difficulties of a country to market fresh fruit to other countries. This research
aims to determine the species of fruit flies that are in the district Enrekang and provide
information about the fruit fly species in need to various parties in need. The study was
conducted in Enrekang, Anggeraja Subdistrict, Alla' Subdistrict, Curio Subdistrict, Enrekang
Subdistrict, Baroko Subdistrict, Baraka Subdistrict, Masalle Subdistrict, Cendana Subdistrict,
Bunging Subdistrict, and Buntu Batu District that lasts from January to June 2013.
Keywords : fruit fly, identification, Enrekang
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Berhasilnya penyusunan skripsi ini dengan judul “Identifikasi Lalat Buah
(Bactrocera spp) di Kabupaten Enrekang” menandai berakhirnya suatu dimensi
perjuangan yang penuh dengan makna dan kenangan dalam menimba ilmu di
Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Universitas Hasanuddin dan selanjutnya
akan menjadi titik awal bagi penulis untuk dapat berbuat yang terbaik bagi
masyarakat, bangsa dan agama.
1. Allah SWT karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, serta atas junjungan Nabi
Muhammad SAW.
2. Keberhasilan penulis sampai ke tahap penulisan skripsi ini tak lepas dari bantuan,
baik berupa materi, motivasi dan do’a dari orang-orang di lingkungan penulis.
Karena itu, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan terima kasih kepada:
Bapak Prof. Dr.Ir. La Daha, M.S. Selaku pembimbing I dan Ibu Dr. Ir. Vien
Sartika Dewi, M.S. selaku pembimbing II, yang dengan penuh kesabaran telah
mengarahkan penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Ibu Dr. Ir. Nur Amin.Dipl. Ing-Agr selaku ketua Program Ilmu Hama dan
Penyakit Tumbuhan
4. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Wakil Dekan, Dosen pengajar
dan seluruh staf termasuk staf yang mengatur pengurusan surat dan pengumpulan
berkas serta memberikan bantuan yang berarti di akademik dan telah
memberikan bantuan kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas
Pertanian Universitas Hasanuddin.
5. Ibu Prof. Dr. Ir Sylvia Sjam, selaku penasehat akademik sekaligus penguji,
kepada Bapak Dr. Ir. Andi Nasruddin, M.Sc dan Dr. Ir. Melina, MP selaku
penguji yang senantiasa memberikan nesehat, semangat dan motivasi kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Staf Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan yang senantiasa membantu
serta menyampaikan informasi yang berarti.
7. Saudaraku yang tersayang, Kakak Ida dan keluarga, Kakak Ical beserta Istri
tercintanya, serta Kakak ela beserta suami tercintanya yang senantiasa
memberikan dorongan dan semangat kepada penulis selama menjalani
perkuliahan.
8. Kepada om Awaluddin dengan sabarnya menemaniku dalam pengambilan
sampel penelitian selama di Enrekang.
9. Terkhusus Muh. Iqbal yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi yang
tiada hentinya dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat seperjuanganku Rini Kartika, Ratih Pradania, Aswani Lienardo,
Nurfitra Yanti, Nur Wahyudi Arief, yang tiada bosannya memberikan
semangat kepada penulis unuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman terbaik Nurjannah, Yenni Yuni Astuti, Indrianti,
Nurhardianti, Akbar Hakkar, Riska Qurotulaini, Dewi Yanti, Dimas Rama
Ramadhan, Syahrul Tekper , Sri Wahyuni dan seluruh teman-teman yang ada
di jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan yang selalu memberikan
motivasi,serta serta di Program Studi Agroteknologi Angkatan 2009.
Akhirnya, Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta
Ayahanda Alm. M Yusuf S dan Ibunda Dra. Darmiati Surya. Juga kepada
Ayahanda H. Achmad Tahir Dewa dan Ibunda Nursiah, terima kasih yang setulus-
tulusnya atas segala pemberian, pengorbanan, perhatian, dan doa tulus yang
senantiasa mengiringi perjalanan penulis dalam menuntut ilmu serta sekaligus
permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah kulakukan.
Manusia tak pernah luput dari kekhilafan, karena itu penulis sangat
menghargai bila ada kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi
ini bernilai ibadah di sisi Allah SWT dan dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin
Makassar, Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………… v
ABSTRACT ………………………………………… vi
KATA PENGANTAR ………………………………………… vii
DAFTAR ISI …………………………………………. x
DAFTAR TABEL ………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………… xiii
LAMPIRAN GAMBAR ………………………………………… xv
PENDAHULUAN ………………………………………… 1
Latar Belakang ………………………………………… 1
Tujuan dan Kegunaan ………………………………………… 5
TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………. 6
Sistematika dan Daerah Penyebaran Lalat Buah….……………………….... 6
Penyebaran Lalat Buah di Indonesia ……………………………………….. 7
Karakteristik Ordo Diptera …………………………………………. 8
Biologi dan Morfologi ………………………………………… 13
Ekologi ………………………………………… 14
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan …………………………………16
Gejala Serangan ………………………………………… 18
Karakteristik Family Teptridae ………………………………………….18
Bactrocera dorsalis Hendel ………………………………………… 21
Bactrocara Carambolae ………………………………………….22
Bactrocera umbrosa Fabricius ………………………………………….. 23
Bactrocera albistrigata de Meijere……………………………………….23
METODE PENELITIAN ………………………………………… 26
Tempat dan Waktu ………………………………………… 26
Metode Pelaksanaan ………………………………………… 26
HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………… 28
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………… 50
Kesimpulan ………………………………………… 50
Saran ………………………………………… 50
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………… 51
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Jenis Buah yang Dikumpulkan Tiap Kecamatan 26
2. Spesies Lalat Buah yang Menyerang Sampel Buah 28
3. Spesies Lalat Buah yang Menyerang Buah di Beberapa
Kecamatan 30
4. Karakteristik morfologi dari bagian-bagian tubuh lalat buah 32
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Tipe Antena Aristate 11
2. Variasi Fasial spot pada diptera 11
3. Sayap Diptera Umum 12
4. Thoraks Famili Tephritidaea 19
5. Abdomen Famili Tephritidae 20
6. Bactrocera Dorsalis 36
6a. Caput B. dorsalis 36
6b Toraks B.dorsalis 37
6c. Sayap B. dorsalis 37
6d. Abdomen B. dorsalis 38
7. Bactrocera Carambolae 39
7a. Caput B.carambolae 39
7b. Toraks B. carambolae 40
7c Sayap B. carambolae 40
7d. Abdomen B.carambolae 40
8. Bactrocera Umbrosa 41
8a. Caput B. umbrosa 41
8b. Toraks B. umbrosa 42
8c. Sayap B. umbrosa 42
8d. Abdomen B. umbrosa 43
9. Bactrocera albristigata 43
9a. Caput B. albristigata 44
9b. Sayap B. albristigata 44
9c. Abdomen B. albristigata 45
9d. Toraks B. albristigata 45
10. Drosophilla melanogaster 46
10a. Caput D. melanogaster 47
10b. Toraks D. melanogaster 47
10c. Sayap D. melanogaster 48
10d. Abdomen D. melanogaster 48
DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Pengambilan Sampel Buah di Halaman Warga 54
2. Pengambilan Sampel Buah di Kebun 54
3. Cabai Merah yang Menujukkan Serangan Lalat Buah 55
4. Pengambilan Sampel di Kebun Salak 55
5. Pemindahan Sampel pada Stoples 55
6. Pemindahan Sampel pada Stoples Plastik 56
7. Penyimpanan Sampel pada Kondisi Lembab dan Sejuk 56
8. Proses Identifikasi 56
9. Peta Kabupaten Enrekang 57
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ketersediaan Sumber Daya Alam di Kabupaten Enrekang yang sangat
mendukung keberhasilan sektor pertanian. Ketersediaan lahan yang subur
memungkinkan pengembangan berbagai komoditas baik komoditas tanaman pangan
maupun hortikultura dan komoditas lainnya. Kabupaten ini pada umumnya
mempunyai wilayah Topografi yang bervariasi berupa perbukitan, pegunungan,
lembah dan sungai dengan ketinggian 47 – 3.293 m dari permukaan laut serta tidak
mempunyai wilayah pantai (Anonim, 2000).
Kabupaten Enrekang merupakan daerah penghasil buah-buahan seperti
papaya, cabai besar, salak, tomat buah, belimbing, nangka, mangga, sirsak, jeruk bali,
pisang, rambutan, alpukat. Hasil- hasil buah tersebut telah diekspor ke Singapura
sejak 2011. Pada tahun – tahun mendatang ekspor buah-buah dari Enrekang
diharapkan meningkat, bukan saja di Singapura tapi juga ke Negara lain.
Salah satu masalah penting dalam impor-ekspor buah adalah serangan lalat
buah, keberadaan lalat buah menimbulkan kesulitan suatu negara untuk memasarkan
produk buah segar ke negara lain. Pencegahan penyebaran lalat buah melalui
lalulintas perdagangan komoditas pertanian telah dilakukan oleh banyak negara. Hal
ini dilakukan karena lalat buah mampu hidup dan berkembang dengan cepat di daerah
baru di luar sebaran asalnya. Bahkan Siwi et al. (2006) menyatakan bahwa lalat buah
eksotik yang telah masuk ke daerah baru dan berhasil berkolonisasi mempunyai daya
rusak lebih tinggi dibanding lalat buah lokal. Salah satu contoh adalah kasus
masuknya 8 spesies baru lalat buah di California yang mengakibatkan kehilangan
hasil sebesar 910 juta dollar AS.
Biaya pengendalian akibat masuknya lalat buah eksotik sangat tinggi. Drew
(2001) menyatakan program eradikasi B. papayae di North Queensland menelan
biaya sebesar 35 juta dollar AS. Eradikasi B. dorsalis dengan male annihilation
method di Kepulauan Okinawa, Miyako, dan Yaeyama Jepang juga dilaporkan sangat
tinggi, yaitu mencapai 2.575 milyar.
Peningkatan lalulintas perdagangan membuka peluang penyebaran lalat buah
ke negara lain. Saat ini Amerika Serikat menghadapi ancaman masuknya 13 lalat
buah Anastrepha dari kawasan Amerika Selatan dan Bactrocera dari kawasan Asia.
Pada tahun 1999 – 2009 beberapa spesies lalat buah eksotik ditemukan di Florida dan
California, diantaranya B. correcta, B. dorsalis, B. latifrons, B. oleae, dan B. zonata.
Jepang juga waspada terhadap penyebaran lalat buah melalui komoditas pertanian
impor melaporkan bahwa otoritas karantina Jepang berhasil mengintersepsi beberapa
spesies lalat buah pada komoditas pertanian impor, meliputi B. dorsalis, B.
carambolae, B. papayae, B. occipitalis, dan B. philippinensis. Informasi tentang
keberadaan jenis-jenis lalat buah yang ada di suatu daerah perlu diketahui dan
dilaporkan sebagai langkah antisipasi untuk melakukan surveilens dan pengendalian
pada tanaman buah maupun sayuran yang dibudidayakan. Hal ini penting karena
spesies lalat buah tertentu mempunyai preferensi terhadap jenis inang tertentu
(Muryati et al. 2005)
Tingginya harga buah dan sayuran impor memberikan peluang bagi buah-
buahan dan sayuran lokal untuk bersaing di pasaran, namun karena kualitas buah dan
sayuran yang masih rendah membuat peluang tersebut terhambat. Salah satu
penyebab rendahnya kualitas buah dan sayuran lokal adalah adanya serangan hama
lalat buah Bactrocera. Lalat buah merupakan salah satu hama utama pada tanaman
hortikultura, lebih dari 100 jenis tanaman hortikultura menjadi sasaran serangannya.
Pada populasi tinggi, intensitas serangannya dapat mencapai 100 % (Anonim,2002).
Telah teridentifikasi sekitar 4000 spesies (jenis) lalat buah dengan tingkat serangan
yang berbeda. Di Indonesia, lalat buah sebagai hama telah diketahui sejak tahun
1920, dan telah dilaporkan menyerang mangga di Pulau Jawa. Pada tahun 1938, lalat
buah juga dilaporkan menyerang cabai, jambu, belimbing dan sawo (Anonim, 1999).
Sekitar 75 % tanaman buah-buahan dari berbagai jenis yang dibudidayakan di
Indonesia telah terserang lalat buah (Sutrisno, 1999 dalam Sahabudin, 2004). Di
samping menyerang buahbuahan, sekitar 40 % larva lalat buah juga hidup dan
berkembang pada tanaman famili asteraceae (Compositae), selebihnya hidup pada
tanaman famili lainnya atau menjadi penggorok pada daun, batang dan jaringan akar.
Kerugian yang diakibatkannya bisa mencapai 30 – 60 % (Kuswadi, 2001).
Hasil monitoring lalat buah yang telah dilakukan oleh Badan Karantina
Pertanian sejak 1979/1980 menunjukan bahwa telah ditemukan 66 spesies lalat buah
yang terdapat di Indonesia dan hasil surveilans yang telah dilaksanakan di Pulau Jawa
dan Pulau Kalimantan melalui kerjasama dengan ACIAR (Australian Centre for
International Agriculture Research), ditemukan 26 spesies lalat buah. Dari 26 spesies
tersebut, 7 di antaranya adalah Bactrocera spp. yang bersifat hama dan dikenal sangat
merusak dengan sasaran utamanya antara lain belimbing, jambu air, jambu biji
(jambu bangkok), mangga, nangka, semangka, melon, dan cabai (Anonim, 2006).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putra pada tahun 1982, menunjukkan bahwa
terdapat 77 spesies lalat buah dari Genus Bactrocera yang tersebar di seluruh
Indonesia, yaitu di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa
Tenggara dan Irian yang menyerang berbagai jenis sayuran dan buah-buahan (Putra,
1997). Di Kabupaten Lombok Barat, dari data Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura NTB (2008), diketahui luas serangan lalat buah selama kurun waktu
lima tahun terakhir (2003-2007) adalah seluas 24,35 ha untuk tanaman sayuran dan
sebanyak 345 pohon atu rumpun untuk tanaman buah-buahan dengan intensitas
serangan dari ringan sampai dengan berat (Anonim, 2008).
Dengan diketahuinya jenis-jenis lalat buah yang ada di Kabupaten Enrekang
maka tindakan monitoring maupun pengendalian yang dilakukan lebih efektif dan
efisien. Dari Balai Karantina Pertanian sendiri belum memiliki data lengkap spesies
lalat buah di berbagai daerah di Sulawesi Selatan termasuk Kabupaten Enrekang.
Berdasarkan hal tersebut dilakukan suatu penelitian untuk mendapatkan data tentang
keanekaragaman spesies lalat buah di Kabupaten Enrekang.
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies lalat buah yang terdapat di
kabupaten Enrekang dan memberikan informasi tentang spesies-spesies lalat buah
yang membutuhkan kepada berbagai pihak yang membutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistematika dan Daerah Penyebarab Lalat Buah
Sistematika Bactrosera spp, sebagai berikut :
Kingdon : Animal
Phyllum : Invertebrata
Class : Insecta
Ordo : Diptra
Family : Tephritidae
Genus : Bactrocera
Lalat buah berasal dari kepulauan Mariana kemudian menyebar ke Pakistan,
India, Taiwan, Filiphina dan negara-negara lain di Asia Tenggara (Kranz,
dkk,1977).Trypetidae yang berasal dari bahasa Yunani Kuno tropes ini mempunyai
spesies lebih dari ± 125 buah-buahan dan sayur-sayuran yang dapat diserang dan
merupakan organisme yang sangat merusak.
Drew (1992) mengatakan nama Dacus spp. Yang selama ini dikenal telah
diganti namanya menjadi Bactrocera spp. Karena telah ditemukan perbedaan yang
jelas anatara Dacus dan Bactrocera. Pada bagian metanotum dari Dacus tidak
ditemukan spot kuning , sedangkan pada Bactrocera terdapaat spot berwarna kuning.
2.2 Penyebaran Lalat Buah di Indonesia
Di Indonesia terdapat 90 spesies lalat buah yang termasuk jenis lokal (indigenous),
tetapi hanya 8 termasuk hama penting, yaitu B. albistrigata Demeijere, B.
carambolae Drew dan Hancock, B. dorsalis Hendel B. papayae Drew & Hancock,
B.umbrosa Fabricius, B. cucurbitae Coquillet B. tau Walker, dan Dacus longicornis.
Sejak tahun 1920 dan dilaporkan menyerang pertanaman mangga di Jawa. Pada tahun
1938, lalat buah juga dilaporkan menyerang cabai, kopi, pisang, jambu, cengkeh,
belimbing dan sawo. Ketujuh spesies yang sudah diketahui menyerang di Indonesia
yaitu : B (Bactrocera) dorsalis (Hendel), B. (Bactrocera) albistrigata de Meijere,
B. (Bactrocera) carambolae Drew & Hancock, B. (Bactrocera) occipitalis (Bezzi),
B. (Bactrocera) papayae Drew & Hancock, B. (Bactrocera) philippinensis Drew &
Hancock, B. (Bactrocera) umbrosa (Fabricius), B. (Zeugodacus) cucurbitae
(Coquillet), B. (Bactrocera) caudata (Fabricius) (Suputa 2006).
Weems dan Heppner (2004) dalam Saranga (2011) mengemukakan bahwa di
Indonesia hama lalat buah menyebar di daerah Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan
Jawa. Daerah sebaran Bactrocera dorsalis dan Bactrocera umbrosa untuk wilayah
Sulawesi terdapat di Kabupaten Gowa, Jeneponto dan Selayar (Sulawesi Selatan),
Kendari, Kolaka (Sulawesi Tenggara), Toli-toli dan Luwu Banggai (Sulawesi
Tengah).
2.2.1 Karakteristik Ordo Diptera
Lalat buah genus Bactrocera (Diptera: Tephritidae) merupakan spesies lalat
buah dari daerah tropis. Lalat buah dari daerah tropika sebelumnya diidentifikasi
sebagai Genus Dacus, kemudian diketahui merupakan kekeliruan identifikasi dari
genus Bactrocera. Genus Dacus merupakan spesies asli dari Afrika, dan biasanya
berasosiasi dengan bunga dan buah dari jenis tanaman cucurbits (Cucurbitaceae) dan
kulit buah tanaman kacang-kacangan (White & Harris, 1992).
Menurut Nugroho S.P (1997:15), ciri-ciri lalat buah (Bactrocera sp) adalah
sebagai berikut:
a. Lalat buah mempunyai tubuh yang berbuku-buku, baik ruas tubuh utama
maupun alat tambahan, misalnya kaki dan antena. Sebagai anggota kelas
serangga, lalat buah mempunyai tiga bagian tubuh, yaitu kepala, rongga dada
(torak), dan perut (abdomen). Lalat buah juga mempunyai tiga pasang kaki yang
muncul pada ruas-ruas toraksnya
b. Sebagai anggota ordo Diptera, lalat buah hanya mempunyai dua buah sayap.
Sayap yang berkembang adalah sayap bagian depan. Sayap belakang mengecil
dan berubah bentuk menjadi alat keseimbangan yang disebut halter. Halter ini
berbentuk kepala korek api. Pada permukaannya terdapat bulu-bulu halus yang
berfungsi sebagai indera penerima rangsang dari lingkungan, terutama kekuatan
aliran udara.
c. Lalat buah mengalami perubahan bentuk tubuh atau metamorfosis secara
sempurna (holometabola). Pada tipe metamorfosis ini, lalat buah akan melalui
tahap telur, larva, pupa (kepompong), dan lalat dewasa dalam satu siklus
kehidupannya.
d. Alat mulut tipe lalat buah dewasa bertipe penjilat-penyerap. Apabila dilihat
sepintas, bentuknya menyerupai alat penyedot debu, berupa suatu saluran yang
bagian ujungnya melebar. Sementara, alat mulut larva lalat buah berupa
mandibula yang berbentuk kait berlubang.
Lebih lanjut dijelaskan Oleh Baga Kalie (1992:108), yaitu sebagai berikut: Lalat
dewasa memiliki bercak-bercak atau bintik-bintik hiasan berwarna hitam, putih,
atau kekuningan pada sayapnya. Sayapnya sendiri transparan. Badannya pada
beberapa bagian berwarna hitam, kemerah-merahan, atau kekuning-kuningan.
Pada ruas belakang badan terdapat alat peletak telur atau ovipositor sama seperti
serangga lain, namun bentuknya pipih.
Spesies lalat buah dari famili Tephritidae yang menjadi hama tanaman mencapai
4.500 spesies, dan terdapat 20 spesies dari genus Bactrocera merupakan hama
penting pada buah-buahan dan sayuran di Asia (Vijaysegaran, 1998). Bactrocera
spp. memiliki inang yang cukup banyak seperti: jeruk, mangga, pepaya, nangka,
alpokat, pisang, tomat, apel, nenas, pear, aprikot, terong, jambu dan melon.
Kehilangan hasil akibat serangan lalat buah di Indonesia cukup besar. Hal ini
disebabkan karena stadia yang merusak adalah larva yang menyerang langsung
pada buah tanaman. Pada tanaman cabai kehilangan hasil dapat mencapai 80%.
Luas serangan lalat buah diperkirakan 4.700 ha dengan kerugian Rp. 21,99
miliar pada tahun 2002. Dalam menanggulangi hama ini, petani telah melakukan
pengendalian secara alami, diantaranya dengan pembungkusan buah,
pengurungan tanaman dengan jaring plastik, pengasapan di sekitar pohon dan
lainnya. Usaha ini memungkinkan untuk luasan lahan yang relatif sempit, tetapi
tidak efisien untuk lahan yang luasnya puluhan hektar. Pengendalian lain yang
telah dilakukan adalah pemandulan jantan, kimiawi dan memakai perangkap
dengan menggunakan atraktan/penarik.
Borror et. al. (1992) mengemukakan bahwa ciri utama yang digunakan dalam
identifikasi Diptera adalah antena, tungkai, sayap dan ketotaksi ( susunan rambut
bulu, terutama dari caput dan toraks). Secara umum antena seekor lalat terdiri dari
tiga ruas yaitu ruas dasar (scapus), pedicel dan flagellum. Sebuah style berupa jarum
yang cukup kaku pada ujung antena dan kadang – kadang juga berupa rambut –
rambut (plumosa).
Gambar 1. Tipe Antena Aristate. Sumber : Anonim
Gambar2. Variasi spot hitam pada lalat buah
Pada bagian caput lalat buah dewasa karakter morfologi yang sering
digunakan untuk identifikasi adalah keberadaan dan bentuk bintik hitam.
Pada tungkai terdapat empodium serta ada tidaknya duri tibia dan adanya
bulu-bulu rambut tibia tertentu yang digunakan untuk memisahkan famili Diptera.
Perhitungan ruas tarsi dimulai pada duri yang biasanya terletak diujung distal tibia
hingga ruas terakhir tempat melekatnya empodium. Empodium adalah suatu struktur
yang timbul diantara kuku- kuku pada ruas terakhir tarsus. Pada empodium terdapat
pulvilli berupa bantalan – bantalan pada ujung ruas tarsus terakhir. Rambut – rambut
terdapat sebelum ujung tibia (Borror,et. al., 1992).
Sayapnya datar dan transparan dengan bercak-bercak pita yang bervariasi
merupakan ciri masing-masing spesies lalat buah. Sayap menyerupai selaput bening
atau bercorak dengan pembuluh sayap yang tidak terlalu banyak. Halter pada
serangga ditutupi oleh dua alat yang menyerupai sisik yang disebut skuame yang
tidak dapat bergerak. Pada ujung sayap ada bercak coklat kekuningan. Pada abdomen
terdapat pita-pita hitam pada thoraxnya ada bercak-bercak kekuningan. Ovipositornya
terdiri dari 3 ruas dengan bahan seperti tanduk keras. Pada lalat betina ujung
abdomennya lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur, sedangkan abdomen
lalat jantan lebih bulat (Anonim )
Gambar 3. Sayap Diptera Umum (Terminologi Comstock-Needham) : h =humeral,
Sc = subkosta, R = Radial, MC = Pembuluh batas , r-m = radial media, P
= Postrior , M= Media , A= Pembuluh Anal, B = Pembuluh dasar, D =
Diskal, SM = sub marginal. Sumber : Borroret.al. 1992
Biologi dan Morfologi
Lalat buah tergolong serangga yang mengalami metamorfosis sempurna
(Holometabola), sehingga di siklus hidupnya melewati stadium telur, larva, pupa, dan
imago (Borror et al., 1992). Telur lalat buah berbentuk silinder dan berwarna putih,
seringkali diletakkan berkelompok 2 – 15 butir. Lalat buah betina dapat meletakkan
telur 1-40 butir per hari. Satu ekor betina dapat menghasilkan telur 1200 – 1500 butir.
Sarwono et al. (1993) dalam Suputa melaporkan bahwa ukuran telur lalat buah
mangga adalah 0,3 mm x 0,1 mm.
Bentuk dan ukuran larva famili Tephritidae umumnya bervariasi, tergantung
dari spesies dan ketersediaan zat gizi esensial dalam media makanannya. Larva
berwarna putih keruh atau putih kekuningan, berbentuk bulat panjang dengan salah
satu ujungnya runcing (Suputa et al. 2006). Menurut Weems dan Heppner (2004)
larva lalat buah umumnya berukuran 7 sampai 11 mm dengan 4 sampai 11 ruas
tubuh. Untuk memasuki stadium berikutnya larva akan melompat masuk kedalam
tanah sedalam 2 - 3 cm, untuk selanjutnya membentuk pupa dalam tanah ( Saranga,
2011).
Pupa berada dipermukaan tanah dan terbungkus dalam puparium (rumah
kepompong). Tipe pupa lalat buah adalah tipe koarktat berbentuk oval, warna
kecokelatan yang menyerupai biji dengan panjang sekitar 5 mm. Fase pupa
berlangsung sekitar 8 – 10 hari (Ronald dan Jayma, 1994). Setelah 10 -12 hari imago
akan keluar dari pupa (Saranga, 2011).
Imago lalat buah rata-rata berukuran 0,7 mm x 0,3 mm dan terdiri atas kepala,
toraks dan abdomen. Toraks terdiri atas 3 ruas; berwarna oranye, merah kecokelatan,
cokelat, atau hitam ; dan memiliki sepasang sayap. Pada B. dorsalis complex,
biasanya terdapat dua garis membujur dan sepasang sayap transparan. Pada abdomen
umumnya terdapat dua pita melintang dan satu pita membujur warna hitam atau
membentuk huruf T yang kadang – kadang tidak jelas. Ujung abdomen lalat betina
lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur (ovipositor) yang cukup kuat untuk
menembus kulit buah, sedangkan untuk lalat jantan abdomennya lebih bulat ( Suputa
et al. 2006).
Ekologi
Dalam perkembangannya melalui metamorfosis sempurna (Holometabola)
mulai dari telur, larva, pupa , imago.Larva menggorok daging buah sambil
mengeluarkan enzim perusak atau pencerna yang berfungsi melunakkan daging buah
sehingga mudah dihisap dan dicerna. Enzim tersebut dapat mempengaruhi percepatan
pembusukan. Jika aktivitas pembusukan buah mencapai tahap lanjut buah akan jatuh
ketanah bersmaan dengan itu larva lalat buah siap memasuki masa pupa, kemudian
larva masuk kedalam tanah dan menjadi pupa (Anonim).
Suhu optimal perkembangan lalat buah sekitar 26ºC sedangkan kelembaban
sekitar 70%. Kelembababn tanah dan cahaya sangat berpengaruh terhadap
perkembangbiakan pupa.Lalat buah betina akan meletakkan telur lebih cepat dalam
kondisis yang terang, sebaliknya pupa lalat buah tidak akan menetas jika terkena
cahaya (Kalshoven 1981).
Kalshoven (1981) mengemukakan lalat buah merupakan serangga yang aktif
pada siang hari karena mengingat cahaya perku dalam aktivitas hidupnya. Imago lalat
buah dewasa dapat hidup sampai 3 bulan dalam musim panas dan lebih lama pada
musim dingin. Intensitas serangan san populasi lalat buah akan meningkatpada iklim
sejuk , kelembaban tinggi dan angin yang tidak terlalu kencang. Faktor lain yang
mempengaruhi yakni suhu dan pengaruh curah hujan (Nugroho 1997).
Kalshoven (1981) mengemukakan Bactrocera spp. tertarik pada buah-buahan
yang mengandung karbohidrat dan gula. Kadar gula yang tinggi merupakan sumber
energi utama untuk terbang.Bactrocera juga menyukai warna kuning dan putih
dibanding warna lain . Bila buah menjelang masak dan warna kuning mulai nampak ,
lalat betina dapat mengenali inangnya untuk bertelur . Disamping itu Bactrocera
memiliki inang yang tajam pada antenanya . Bactrocera spp. jantan mengenali
betinanya melalui feromon juga melalui kilatan warna pita tubuh atau bercak pada
sayap ( Atkins, 1980).
Imago Bactrocera spp. memiliki indra penciuman (olfactori) mampu
mendeteksi senyawa-senyawa sekunder dan zat makanan dalam inang. Tanggap
olfactori Bactrocera spp. sangat berpengaruh dalam menimbulkan kontak antara
bactrocera spp dengan tanaman inangnya (Kalie 1992).
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Faktor yang mempengaruhi lalat buah adalah faktor suhu, kelembaban, cahaya, angin,
tanaman inang, dan musuh alami. Faktor iklim berpengaruh pada pemencaran,
perkembangan, daya bertahan hidup, perilaku, reproduksi, dinamika populasi, dan
peledakan hama (McPheron & Steck 1996). Menurut Messenger (1976 dalam Siwi
2005), iklim berpengaruh terhadap perilaku seperti aktifitas kawin dan peletakan
telur. Populasi juga dipengaruhi angka kelahiran, kematian, dan penyebaran serangga.
Menurut Bateman (1972), suhu berpengaruh terhadap perkembangan, keperidian,
lama hidup, dan mortalitas Bactrocera spp.
Lalat buah umumnya dapat hidup dan berkembang pada suhu 10-30ºC. Pada
suhu antara 25-30oC telur lalat buah dapat menetas dalam waktu yang singkat yaitu
30-36 jam. Kelembaban yang rendah dapat menurunkan keperidian lalat buah dan
meningkatkan mortalitas imago yang baru keluar dari pupa. Kelembaban udara yang
terlalu tinggi (95-100%) dapat mengurangi laju peletakan telur (Bateman 1972).
Semakin tinggi kelembaban udara maka lama perkembangan akan semakin panjang.
Kelembaban optimum perkembangan lalat buah berkisar antara 70-80%. Lalat buah
dapat hidup baik pada kelembaban antara 62-90% (Landolt & Quilici 1996).
Intensitas cahaya dan lama penyinaran dapat mempengaruhi aktivitas lalat betina
dalam perilaku makan, peletakan telur, dan kopulasi. Lalat aktif pada keadaan terang,
yaitu pada siang hari dan kopulasi pada intensitas cahaya rendah. Lalat betina yang
banyak mendapat sinar akan lebih cepat bertelur (Siwi 2005).
Tingkat kemasakan buah berpengaruh terhadap kehidupan lalat buah. Buah
yang lebih masak lebih disukai oleh lalat buah untuk meletakkan telur daripada buah
yang masih hijau. Tingkat kemasakan buah sangat mempengaruhi populasi lalat buah.
Jenis pakan yang banyak mengandung asam amino, vitamin, mineral, air, dan
karbohidrat dapat memperpanjang umur serta meningkatkan keperidian lalat buah.
Peletakan telur dipengaruhi oleh bentuk, warna, dan tekstur buah. Bagian buah yang
ternaungi dan agak lunak merupakan tempat ideal untuk peletakan telur (Siwi 2005).
Musuh alami adalah salah satu faktor penyebab kematian lalat buah. Musuh
alami dapat berupa parasitoid, predator, dan patogen. Di lapang dijumpai parasitoid
famili Braconidae (Hymenoptera), yaitu Biosteres spp. dan Opius spp. Predator yang
memangsa lalat buah antara lain semut, laba-laba, kumbang, dan cocopet. Patogen
yang menyerang lalat buah diduga cendawan Mucor sp. (Siwi et al. 2006).
Lalat buah yang menyerang buah-buahan musiman, akan mempunyai
dinamika populasi yang erat hubungannya dengan keberadaan buah. Lalat bua yang
menyerang tanaman sayuran mempunyai dinamika populasi yang berbeda karena
keberadaan inang tanaman sayuran ada sepanjang tahun. Berdasarkan hasil penelitian
Muryati et al. (2005), B. carambolae dan B. papayae merupakan spesies lalat buah
yang paling banyak ditemukan. Hal ini disebabkan tanaman inang kedua spesies
tersebut tersedia sepanjang waktu. Inang tersebut antara lain jambu biji, jambu air,
belimbing,manggis, nangka, pisang, dan cabe.
Gejala serangan
Gejala serangan ditunjukkan dengan adanya bercak titik hitam bekas tusukan
ovipositor dan terjadi pembusukan disekitar bercak . Umumnya telur diletakkan pada
buah yang agak tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari, pada permukaan buah
yang agak lunak serta kasar. Telur yang menetas langsung merusak buah dari dalam
akibanya buah menjadi busuk , daging buah hancur dan biasanya mengeluarkan
cairan yang dapat menjadi media untuk pertumbuhan jamur dan cendawan. Larva
membuat saluran di dalam buah dengan memakan daging buah serta menghisap
cairan buah dan dapat menyebabkan terjadi infeksi oleh OPT lain, buah menjadi
busuk dan jatuh ke tanah sebelum larva berubah menjadi pupa.Kalie (1992) dalam
Saranga (2011) mengemukakan bahwa pembusukan terjadi akibat adanya
kontaminasi mikroorganisme pada telur lalat buah diantaranya Penicillium sp,
Serratia sp. dan beberapa bakteri. Gugur buah manandakan adanya seranagan lalat
buah atau ulat penggerek buah (Tjahjadi, 2002: 39).
Karakteristik Family Teptritidae
Menurut Siwi dkk. (2006) lalat buah (ordo Diptera, famili Tephritidae) terdiri
atas ± 4000 spesies yang terbagi dalam 500 genus. Tephritidae merupakan famili
terbesar dari ordo Diptera dan merupakan salah satu famili terpenting karena secara
ekonomi sangat merugikan. Famili Tephritidae memiliki beberapa subfamili.
Subfamili yang spesiesnya terkenal sebagai lalat buah hama adalah Dacinae yang
terbagi dalam dua genus yaitu Dacus (Fabricus) dan Bactrocera (Macquart).
Famili ini dapat dikenali dari struktur subcosta yang pada bagian ujungnya
membengkok kedepan pada hampir satu sudut yang tepat kemudian menghilang.
Pada kebanyakan sel anal memiliki juluran distal yang lancip pada bagian posterior
(Borror et. al., 1992).
Lalat buah mempunyai tubuh yang berbuku-buku, baik ruas tubuh utama maupun alat
tambahan, misalnya kaki dan antena. Sebagai anggota ordo diptera, lalat buah hanya
mempunyai dua sayap. Sayap yang berkembang adalah sayap bagian depan. Sayap
belakang mengecil dan berubah menjadi alat keseimbangan yang disebut halter.Pada
toraks terdapat rambut - rambut (bristle) disekeliling skutum, diantaranya rambut
supra alar, rambut intra alar, rambut preskutella, rambut skutella pada ujung
skutellum. Selain itu juga terdapat pita-pita atau band yang melintang pada punggung
(post sutural vitae), pita pada sisi samping punggung (lateral post sutural vitae) dan
pita pada bagian tengah punggung (media post sutural vitae) (Suputa et. al., 2006).
Pita sisi samping punggung
Rambut supra alar
Pita tengah punggung Rambut
intra alar
Rambut preskutella Skutellum
Gambar 4. Toraks Famili Tephritidae .Sumber : Suputaet. al., 2006.
Pada abdomen terbagi atas lima segmen atau tergit. Terdapat rambut-rambut
menyerupai sikat (pecten) yang hanya terdapat pada abdomen jantan saja. Pada
segmen terakhir terdapat bercak yang agak memudar (shining spot) (Suputa 2006).
Tergit I
Tergit II
Tergit III
Pekten Tergit IV
Shining spot Tergit V
Gambar 5. Abdomen Famili Tephritidae. Sumber : Suputa et. al., 2006.
Kalshoven (1981) memaparkan bahwa lalat buah rata-rata berukuran 0,7mm x
0,3mm. Toraks berwarna oranye, merah kecoklatan, coklat, atau hitam dan memiliki
sepasang sayap. Pada sayap B. dorsalis kompleks, biasanya terdapat dua garis
membujur dan sepasang sayap transparan. Pada abdomen umumnya terdapat dua pita
melintang dan satu pita membujur warna hitam atau bentuk huruf T yang kadang-
kadang tidak jelas. Ujung abdomen lalat buah betina lebih runcing dan mempunyai
alat peletak telur yang cukup kuat untuk menembus kulit buah, sedangkan pada lalat
buah jantan abdomennya lebih bulat.
Larva Tephritidae merupakan hama yang agak serius, sangat bervariasi baik
dari bentuk dan ukuran tergantung spesies dan makanan sebagai media hidupnya.
Bentuk ramping terdiri dari 8 ruas abdomen dengan ujung belakang meruncing.
Panjang larva tidak lebih dari 1 cm dan dapat dikenal dari kemampuannya meloncat
(Siwi et al. 2006).
Bactrocera dorsalis (Hendel)
B. dorsalis dikenal dengan nama Oriental fruit fly dengan inang jambu biji,
belimbing, cabai sukun, nangka, mangga, sawo, tomat, dan jeruk yang merupakan
sinonim B. ferrugineus dan B. conformis (Drew and Hancock 1994). Drew,
Hooper dan Bateman (1978) dalam Pasalli (2000) mengemukakan caput berwarna
agak kehitaman dan terdapat dua bercak hitampada bagian kepala ( facial spot ) serta
rambut- rambut pada bagian kepala. Pada toraks mesonotum berwarna hitam terdapat
dua pita berwarna kuning terletak di bagian sisi samping mesonotum ( lateral post
sutural ) tetapi pita berwarna kuningterletak di tengah – tengah mesonotum ( medial
post sutural vitae) tidak ada, terdapat dua rambut skutellum. Pada abdomen terdapat
garis melintang berwarna hitam pada bagian samping abdomen ( tergit III ), dan garis
membujur yang berwarna hitam pada tergit III – V. Sayap terdapat costal band ( pola
warna pada sel kosta yang sempit dan tidak meluas sampai melampaui sayap R2 + 3
kecuali bagian ujungnya tidak terdapat cross band. Daerah sebaran lalat buah ini
termasuk Indonesia, India, Myanmar, Sri Lanka, Thailand, Filiphina, dan Hawai
(Siwi et. al. 2006).
Bactrocera Carambolae
Di Indonesia B. carambolae merupakan salah satu OPT yang sangat merusak dengan
resiko sangat tinggi (a high level pest species) .Tumbuhan inang : Lalat buah ini
menyerang berbagai macam buah-buahan sebagai inangnya termasuk pepaya
(Ranganath et al., 1997) dan merupakan hama penting pada tanaman belimbing
(Averrhoa carambola). Banyak juga menyerang jambu air (Syzygium jambos dan S.
aqueum). Tanaman inang lain yang terdapat di Asia Tenggara diantaranya adalah
belimbing (A. bilimbi), kluwih (Artocarpus altilis), cabai (Capsicum annuum), guava
( Psidium guajava), nangka (Artocarpus heterophyllus), jambu bol (S. malaccense),
mangga (Mangifera indica), tomat (Lycopersicon esculentum), badam (Terminalia
setappa), Artocarpus elasticus dan Solanum ferox (White dan Hancock, 1997). Sudah
menyebar luas (AQIS 2008). Tetapi menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 38/Kpts/HK.060/1/2006 tanggal 27 Januari 2006 tentang Jenis-jenis OPTK
Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan II Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang,
Media Pembawa dan Daerah Sebarnya, bahwa B. carambolae bukan merupakan
organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK A1 dan A2) walaupun lalat buah
sangat merugikan secara ekonomi dan merupakan hama utama/penting di beberapa
negara dengan risiko karantina yang tinggi (Vijaysegaran & Drew 2006).
Muka dengan sepasang spot hitam berukuran sedang berbentuk oval Sayap
dengan costal band tipis berwarna hitam kemerahan sedikit melewati R2+3 dan sedikit
melebar di bagian apeks dari R2+3 yang juga melewati apeks dari R4+5 Abdomen
tergum III-V berwarna coklat-oranye dengan pola yang jelas dengan garis hitam tipis
melintang pada anterior margin dari tergum III dan melebar menutupi sisi bagian
samping, garis medial longitudinal hitam berukuran sedang melewati ketiga tergum,
anterolateral corners pada tergum IV berwarna hitam-merah hingga hitam dan berbentuk
persegi empat, anterolateral corners pada tergum V berwarna coklat-merah, sepasang
spot (ceromae) oval berwarna coklat-oranye mengkilap pada tergum.
Postpronotal lobes dan notopleuro berwarna kuning, skutum hitam pucat dengan
bagian belakang pita kuning sisi lateral berwarna coklat sekitar mesonotal suture dan
arah dalam postpronotal lobes, terdapat dua pita kuning yang lebar berbentuk paralel di
kedua sisi lateral yang berakhir tepat atau di belakang ia.seta, skutelum berwarna kuning
Terdapat spot hitam berbentuk bulat panjang pada bagian preapical dari permukaan
femur depan, semua tibia berwarna hitam-coklat kecuali tibia tengah lebih pucat di
bagian apical.
Bactrocera umbrosa Fabricius
Memiliki sinonim dengan B. fascitipennis Doleschall, Dacus conformis Walker, D.
diffuses Walker, D. fascipennis Wiedeman, D. frenchi (Froggat), B. umbrosa (F).
Caput berwarna kekuningan dan terdapat dua bercak hitam (facial spot), terdapat
rambut-rambut pada bagian caput. Mesonotum berwarna cokelat kemerahan, terdapat
pita yang berwarna kuning terletak di bagian samping mesonotum (lateral post
sutural vitae) tetapi pita berwarna kuning terletak di tengah-tengah mesonotum
(medial post sutural vitae). Sayap berwana bening dengan tiga garis melintang mulai
dari ujung sampai pangkal sayap tidak terputus, pada percabangan sel costa yang
kedua terdapat microtichia (Pasalli 2000). Inang B. umbrosa adalah nangka,
cempedak, sukun, jeruk. Mempunyai daerah sebaran yang luas, menyebar di
Malaysia, Papua Nugini, Thailand dan Filiphina, akan tetapi distribusi penyebarannya
di Indonesia belum diketahui (Siwi et al 2006).
Bactrocera albistrigata de Meijere
Sinonim Dacus albistrigatus de Meijere dengan tanaman inangnya jambu
air,jambu biji,jambu bol,nagka. Ciri utama pada bagian wajah terdapat sepasang titik
hitam berukuran besar, berbentuk oval. Skutum dengan garis lateral kuning, separuh
posterior postpronotal lobe sebagian berwarna kuning pucat. Pada skutum terdapat
garis longitudinal berwarna keputih-putihan. Skutum berwarna hitam mengkilat
dengan garis – garis mencapai bagian anterior dan memiliki seta di bagian dorsal.
Skutellum berwarna kuning dengan tiga garis hitam pada permukaan
dorsalnya.Rambut terdapat pada anterior supra alar dan rambut skutella. Sayap
dengan pola gambaran spesifik, hanya denga pita hitam melintang mencapai r-m dan
dm – cu garis hitam pada sel anal yang berupa membran tipis dan ditutupi oleh
microtchia.Daerah sebaran di Indonesia yaitu Jawa, Sumatera, Sulawesi, Lombok dan
Papua (Suputa 2006).
2.7.4 Drosophila melanogaster
Ciri-ciri Drosophila melanogaster diantaranya:tubuh berukuran kecil, antara 3-5
mm. Antena umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan. Mata majemuk
berbentuk bulat agak ellips dan berwana merah. Terdapat mata oceli pada bagian atas
kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding mata majemuk. Warna tubuh kuning
kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang. Toraks berbulu-
bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan bergaris
hitam Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari toraks. Pembuluh
tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terputus dekat dengan tubuhnya.
Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung. Betina dewasa mulai bertelur
pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai
betina meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500 butir dalam
10 hari. Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis
yang mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (korion) di bagian luar
dan di anteriornya terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar
yang keras dari telur tersebut (Borroret.al., 1992).
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Enrekang Kecamatan Anggeraja,
Kecamatan Alla’, Kecamatan Curio, Kecamatan Enrekang, Kecamatan Baroko,
Kecamatan Baraka, Kecamatan Masalle, Kecamatan Cendana, Kecamatan Bunging,
dan Kecamatan Buntu Batu yang berlangsung dari bulan Januari hingga juni 2013.
3.2 Metode Penelitian
Buah-buah yang memperlihatkan gejala serangan lalat buah pada tanaman
seperti Mangga, Nangka, Cabai rawit, Jambu air, Tomat , Belimbing, Cabai merah,
Kedondong, Pepaya, Pisang, Tomat, Alpukat, Salak, Rambutan, Sirsak, Jeruk nipis
dikumpulkan dari berbagai kecamatan . Jenis buah yang dikumpulkan tergantung dari
ketersediaan buah pada tiap kecamatan ( tabel 1). Selanjutnya sampel buah
ditempatkan dalam kantong plastik yang berbeda tiap untuk komoditas, dan
selanjutnya dibawa ke Laboratorium Hama, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
Tabel 1. Jenis buah yang dikumpulkan tiap kecamatan
Kecamatan Lokasi Pengambilan Sampel Buah yang dikumpulkan
Anggeraja Salu Dewata, Singki. Cabai Merah, Cabai Rawit,
Belimbing Bintang,
Kedondong, Pisang, Tomat
, Mangga, Jambu Air
Alla’ Cakke,Kalosi Jambu Biji, Pepaya, Jambu
Air, Salak, Alpukat, Jeruk
Nipis
Baroko Baroko Pepaya, Jambu Air, Jambu
Biji, Mangga.
Baraka Bone-Bone, Baraka Mangga, Nangka, jambu
biji, Pepaya
Curio Mandalan, Buntu Barana,
Salassa
Jambu Biji, Jambu Air,
Jeruk Nipis, Jeruk Bali,
Mangga
Enrekang Lewaja Nangka, Jeruk Bali, Sirsak,
Rambutan
Masalle Buntu Sarong, Mundan Tomat, Cabai Merah,
Jambu Biji, Alpukat,
Pisang, Jeruk Bali, Nangka
Cendana Maroangin Jambu air, Jambu biji,
Mangga
Bungin Bungin Tomat, Cabai Merah,
Jambu biji, Pepaya.
Buntu Batu Buntu Mondong Tomat, Pepaya. Jeruk
nipis.
Di Laboratorium sampel dimasukkan ke dalam stoples atau wadah plastik
dengan campuran pasir dan tanah setinggi 3-5 cm pada bagian dasarnya. Stoples atau
wadah plastik diletakkan pada kondisi gelap dengan kelembaban yang rendah.
Stoples kemudian diberi label menurut jenis buah, waktu dan tempat pengambilan
buah. Stoples ditempatkan pada tempat yang sejuk dan teduh. Pemeriksaan dilakukan
setiap hari untuk melihat kemunculan imago kemudian dikoleksi dan spesimen
disiapkan untuk diidentifikasi dengan menggunakan kunci determinasi White &
Elson-Harris (1992), gambar lalat buah AQIS (2008) dan PADIL (2011).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa di Kabupaten Enrekang ditemukan
beberapa spesies lalat buah yaitu: (1) B. dorsalis menyerang mangga , cabai merah,
belimbing bintang , jambu biji, cabai rawit, tomat, jeruk bali, dan jambu air (2)
B.carambolae menyerang alpukat dan pepaya (3) B. umbrosa menyerang nangka dan
cabai merah, (4) B. albristrigata menyerang jambu air, (5) D. melanogaster yang
menyerang lebih dari satu buah seperti tomat dan jambu air (Tabel 2).
Tabel 2. Spesies Lalat buah yang menyerang sampel buah
Lalat buah yang paling banyak menyerang buah di tiap kecamatan adalah B.
dorsalis, hal ini disebabkan karena B. dorsalis merupakan lalat buah oriental yang
memiliki banyak inang termasuk diantaranya mangga, belimbing, cabai rawit, tomat,
jambu air, jambu biji, jeruk bali dan cabai merah yang menyebar di Kecamatan
Anggeraja, Bunging, Buntu Batu, Alla’, Masalle, Cendana, Bungin, Baroko, Baraka,
dan Enrekang. Hal ini dilaporkan USDA (2010), yang menyatakan bahwa
Spesies Lalat Buah Buah yang terserang
B. dorsalis Mangga, Belimbing bintang, Cabai rawit,
Cabai merah, Jambu Biji, Tomat, Jambu air,
Jeruk Bali
B. carambolae Alpukat, Pepaya
B. umbrosa Nangka, Cabai merah
B. albistrigata Jambu air
D. melanogaster Tomat, Jambu Air.
B. dorsalis merupakan salah satu hama dibeberapa bagian dunia, yang merupakan
spesies dari daerah tropis dan diketahui menyerang lebih dari 230 tanaman sayur dan
buah.
Dari data yang diperoleh adanya kemunculan imago lalat buah yang berbeda
dalam satu komoditi seperti jambu air di kecamatan Alla’ dan Baroko diserang oleh
D. melanogaster sedangkan di kecamatan Cendana diserang oleh B. albristigata.
B. umbrosa ditemukan pada buah nangka di kecamatan Enrekang dan Masalle
sedangkan di Kecamatan Bunging lalat ini menyerang dua komoditi yakni nangka
dan cabai merah.
Terdapat pula spesies lalat buah yang memiliki dua inang di kecamatan yang
berbeda seperti B. carambolae yang ditemukan di kecamatan Masalle dan Alla’
yang menyerang alpukat sedangkan pada kecamatan Baraka menyerang pepaya.
Adanya keberagaman spesies yang ditemukan dapat disebabkan oleh beberapa
faktor seperti kondisi lingkungan, curah hujan ,kelembaban, dan suhu, hal ini sangat
berpengaruh terhadap laju perkembangan serangga yang merupakan hewan
poikiloterm. Pada kondisi tertentu peningkatan suhu mempengaruhi proses reaksi
biokimia dalam tubuh serangga sehingga suhu dapat memprediksi laju pertumbuhan
serangga. Kondisi lingkungan yang berbeda pada tiap kecamatan mempengaruhi
perkembangan lalat buah.
Keberadaan inang juga sangat mempengaruhi spesies pada suatu kecamatan,
misalnya inang yang berdekatan dalam satu lokasi dapat memicu spesies lalat buah
yang beragam di wilayah tersebut.
Tabel 3. Spesies Lalat Buah yang Menyerang Buah yang di Beberapa Kecamatan
Kecamatan Buah Yang Diserang Spesies Yang
Menyerang
Anggeraja Mangga B. dorsalis
Belimbing B. dorsalis
Cabai Merah B. dorsalis
Cabai Rawit B. dorsalis
Tomat B. dorsalis
D. melanogaster
Alla’ Alpukat B. carambolae
Jambu Biji B. dorsalis
Jambu air D. melanogaster
Baroko Mangga B. dorsalis
Jambu Air D. melanogaster
Baraka Pepaya B. carambolae
Curio Jambu Biji B. dorsalis
Enrekang Jeruk Bali B. dorsalis
Nangka B. umbrosa
Masalle
Alpukat B. carambolae
Jeruk Bali B. dorsalis
Nangka B.umbrosa
Cabai Merah B. dorsalis
Cendana
Bunging
Buntu Batu
Jambu Biji
Jambu air
Cabai merah
Jambu Biji
Tomat
B. dorsalis
B. albristigata
B. dorsalis
B. umbrosa
B. dorsalis
B. dorsalis
Tabel 4. Karakter morfologi dari bagian-bagian tubuh lalat buah
Spesies Muka Sayap Abdomen Toraks
B. dorsalis
Muka berwarna
kuning dengan
sepasang spot
hitam.
Sayap dengan costal band tipis
berwarna hitam tetapi kiri dan
kanan apeks tidak simetris.
Abdomen
berwarna coklat
orange dengan
garis melintang
pada tergum III
dan garis medial
longitudinal pada
tergum IV yang
terputus , sisi
lateral tergum IV
dan V tidak
terdapat pita
hitam.
Postpronotal lobes
dan notopleuro
berwarna kuning di
sisi lateral
berbentuk
subparalel dan
skutelum berwarna
kuning.
B. albistigata
Muka dengan
sepasang spot
berwarna hitam
dengan berbentuk
oval agak lonjong
Sayap dengan costal band yang
sangat tipis hingga ke apeks ,
garis hitam berwarna coklat
kehitaman melewati r-m dan dm-
cu.
Abdomen tergum
III-V berwarna
coklat-orange
dengan garis
medial
longitudinal yang
tidak terlalu besar
pada ketiga
tergum dan
marking hitam
disisi lateral ,
bervariasi dari
Postpronotal lobes
dan notopleuro
berwarna kuning ,
skutum berwarna
hitam , terdapat
pita kuning disis
lateral dan tengah,
skutellum
berwarna kuning.
anterolateral yang
tipis sampe lebar
B.
carambolae
Muka dengan
sepasang spot
hitam berukuran
sedang berbentuk
oval
Sayap dengan
costal band tipis
berwarna hitam kemerahan
sedikit melewati R2+3 dan
sedikit melebar di bagian apeks
dari R2+3 yang juga
melewati apeks dari R4+5
tergum III-V
berwarna coklat-
oranye dengan
pola “T” yang
jelas dengan garis
hitam tipis
melintang pada
anterior margin
dari tergum III dan
melebar menutupi
sisi bagian
samping, garis
medial
longitudinal
hitam berukuran
sedang melewati
ketiga tergum,
anterolateral
corners pada
tergum IV
berwarna hitam-
merah
hingga hitam dan
berbentuk persegi
empat,
Postpronotal lobes
dan notopleuro
berwarna kuning,
skutum hitam
pucat dengan
bagian
belakang pita
kuning sisi lateral
berwarna coklat
sekitar mesonotal
suture dan arah
dalam postpronotal
lobes, terdapat dua
pita kuning yang
lebar berbentuk
paralel.
anterolateral
corners pada
tergum V
berwarna coklat-
merah,
sepasang spot
(ceromae) oval
berwarna coklat-
oranye mengkilap
pada tergum V
B.umbrosa
Muka dengan spot
hitam berukuran
sedang dengan
bentuk bulat
Pola pada sayap dengan warna
kemerahan yang sangat spesifik
dan dengan costal band
Abdomen tergum
III-V bervariasi
dari coklat orange
dengan garis
medial
longitudinal
berwarna hitam
Skutum berwarna
hitam kecuali
bagian samping ke
sisi lateral
Drosophila
melanogaster
Memiliki mata
majemuk yang
kemerahan
Sayap berwarna bening
kecoklatan dengan pembuluh
berwarna kecoklatan
Abdomen
berwarna kuning
kecokelatan
dengan garis hitam
Pada toraks
berwarna
kecokelatan,
terdapat tiga garis
tiap tergit/segmen
dan terdiri dari V
tergit dengan
rambut-rambut
disekeliling
abdomen
– garis cokelat
gelap tipis
melintang pada
punggung, terdapat
rambut-rambut
disekeliling toraks
(bristles) dan
rambut skutella.
Karakteristik morfologi dari setiap spesies diuraikan sebagai berikut :
Lalat buah rata-rata memiliki ukuran 0,7 mm- 0,3 mm toraks berwarna orange, merah
kecokelatan, cokelat , atau hitam dan memiliki sepasang sayang dengan dua garis
membujur dan sepasang sayap transparan.
Gambar 6 .Bactrocera dorsalis secara umum.
a b
Gambar 6a. Caput B. dorsalis: (a) terdapat 2 bintik (spot pada wajah, (b) mata
majemuk.
Pada toraks dengan skutum berwarna kuning kecokelatan dan pita melintang pada
tiap sisi samping serta skutellum berwarna kuning pucat.
a
b
c
Gambar 6b. Toraks B. dorsalis: (a) skutum, (b) pita melintang sisi samping, (c)
skutellum.
b a
Gambar 6c. Sayap B. dorsalis: (a) terdapat pita kosta berwarna hitam, (b) pita hitam
pada anal.
Pada abdomen terdapat garis hitam yang melintang pada tergit II, garis hitam
yang melintang sepanjang tergit III, garis hitam yang membujur pada tergit III sampai
V, sehingga membentuk huruf “ T ” (Gambar 6d).
b d
a
c
Gambar 6d. Abdomen B. dorsalis betina: (a) garis hitam yang melintang pada tergit
II, (b) garis hitam yang melintang sepanjang tergit III, (c) garis hitam
yang membujur pada tergit III sampai V, sehingga membentuk huruf “ T
“, (d) ovipositor.
Suputa et al. (2006) mengemukakan skutum hampir dominan hitam dengan
pita lateral kuning memanjang ke dekat supra alar, mempunyai spot-spot pada muka,
rambut supra alar, rambut prescutellar dan dua rambut scutella, membentuk pita
hitam bentuk huruf T pada abdomen (pita hitam longitudinal di tengah tergit III
sampai V), vena melintang sayap tidak tertutup noda-noda / band. Carrol et al. (2002)
mengemukakan tubuh didominasi warna hitam agak gelap atau perpaduan hitam dan
kuning. Pada wajah dengan sulkus melintang, terdapat bintik-bintik gelap di antara
antena. Toraks dengan warna hitam dengan merah kecokelatan. Jumlah strip kuning
pucat dua (lateral). Sayap dengan rasio lebar band apikal pada R4 +5 ke panjang
0,25-0,33 rm. Pada abdomen terdapat tergit dengan garis gelap pada T3-T5 dan garis
gelap melintang di T3.
1. B. carambolae secara umum (Gambar 7).
Gambar 7. B. carambolae
Pada caput terdapat antena dengan tipe aristate, dan mata majemuk berwarna
merah kecokelatan (Gambar 7a).
a
b
Gambar 7a. Caput B. carambolae: (a) antena, (b) mata berwarna merah kecokelatan.
a
b
c
Gambar 7 b. Toraks B. carambolae: (a) skutum, (b) pita kuning muda pada sisi
samping punggung (lateral post sutural vitae),(c) skutellum.
Gambar 7c sayap pada B. Carambolae
a
b
d c
Gambar 7d. Abdomen B.carambolae : (a) garis hitam yang melintang pada tergit II,
(b) garis hitam yang melintang sepanjang tergit III, (c) garis hitam yang
membujur pada tergit III sampai V, sehingga membentuk huruf “ T “ (d)
pola hitam berbentuk segiempat pada tergum IV
2. B. umbrosa memiliki tubuh dominan berwarna cokelat muda (Gambar 8).
Gambar 8. B. Umbrosa
Pada caput terdapat mata majemuk berwarna hijau, bintik hitam pada wajah.
a
b
c
Gambar 8a. Caput B. umbrosa: (a) mata berwarna hijau, (b) bintik hitam, (c) antena
Pada toraks terlihat skutum berwarna kecokelatan, rambut prescutella, pita
kuning muda sisi samping punggung dan skutellum yang berwarna kuning pucat
(Gambar 8b). Pita cokelat tebal pada kosta dan tiga pita melintang (Gambar 8c).
a
b
c
c
Gambar 8b. Toraks B. umbrosa : (a) skutum berwarna kecokelatan, (b) pita kuning
muda sisi samping punggung, (c) skutellum
a
b
Gambar 8c. Sayap B. umbrosa:(a) Pita cokelat tebal pada kosta (b) 3 pita sayap
melintang.
Sayap dengan costal band mencapai R. Sayap terdapat pewarnaan tambahan pada
costal band melewati R2+3 dan anal streak. Sayap dengan pola terputus-putus yang
nyata pada pita gelap melintang. Sayap dengan tiga garis nyata melintang.
a
b
Gambar 8d. Abdomen B. umbrosa : (a) bercak memudar (b) pecten.
Suputa et al. (2006) mengemukakan skutum hampir dominan hitam dengan
pita lateral kuning, spot pada muka, anterior supra alar, rambut prescutellar dan 2
rambut scutella, sayap dengan 3 pita/band melintang. Carrol et al. (2002 ) dalam
Walker (2005) menyatakan bahwa tubuh berwarna hitam dan kuning. Toraks dengan
garis vertikal yang berbeda anepisternal pucat yang meluas ke lobus postpronotal.
Sayap dengan crossveins rm dan dm-cu baik ditutupi oleh crossband tunggal, jarak
antara rm crossvein dan lebih pendek dibandingkan rm costa. Perut tergit 3-5
didominasi kuning ke oranye cokelat.
3. B. albistrigata secara umum tubuh berwarna kehitaman dengan perpaduan
garis abu-abu yang melintang. Tubuh kecil dan agak bulat (Gambar 9).
Gambar 9. B. albistrigata
Pada caput terdapat antena dengan tipe aristate, dua bintik hitam (spot) pada
wajah dan mata majemuk berwarna merah kecokelatan (Gambar 9a).
a
b c
Gambar 9a. Caput B. albistrigata: (a) antena, (b) mata berwarna merah kecokelatan
(c) spot hitam.
Pada toraks, terlihat skutum yang berwarna kehitaman, pita melintang pada
punggung (Post sutural vitae), rambut supra alar (Bristles), pita kuning muda pada
sisi samping punggung (lateral post sutural vitae) dan skutellum berwarna kuning
pucat.Sayap transparan memiliki pita melintang yang menutup r-m (Gambar 9b).
Gambar 9b. Sayap B. albistrigata: (a)memiliki pita melintang yang menutup r-m dan
dm-cu (b) pita hitam pada anal.
a
b
Gambar 9c. Pita kuning yang melintang sepanjang tergit II, pita kuning yang
membujur dari tergit II hingga V, (b) rambut-rambut ( Pecten) yang
terdapat pada tergit III dan IV.
Pada abdomen berwarna hitam dengan pita kuning yang melintang sepanjang
tergit II, pita kuning yang membujur dari tergit II hingga V, rambut-rambut ( Pecten )
yang terdapat pada tergit III dan IV .
Gambar 9d. Toraks B. albristigata.
Carrol et al.(2006) mengemukakan pada caput memiliki bulu frontal 2
pasang,memiliki mata bulat dan antena terdiri dari scapus, pedicel, dan flagellum.
Scapus dan pedicel pendek sedangkan flagellum pertama memanjang. Flagellum
lebih panjang dari wajah; bulat apikal. Arista lebih panjang dari pertama flagellum
dengan rambut pendek. Pada toraks terdapat garis hitam memanjang pada tengah
punggung. Dengan jumlah strip pucat keputihan kuning postsutural dua (lateral).
Pola sayap sebagian besar kecokelatan.Abdomen tergit 3-5 didominasi kuning ke
oranye cokelat, atau didominasi hitam. Abdomen tergit dengan garis gelap pada T3-
T5 (T2-T5), dengan luas daerah gelap berdampingan pada margin lateral T3-T5,
tanpa pita melintang berwarna cokelat gelap. Dengan pekten pada tergit III.Suputa et
al. (2006) mengemukakan sayap dengan pola gambaran spesifik, hanya dengan pita
hitam melintang mencapai rm dan dm-cu. Dan pita hitam pada garis anal sel costa ke-
2 penuh dengan duri-duri halus (microtichia).
4. D. melanogaster memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil (Gambar 10).
Gambar 10. Drosophila melanogaster
Pada caput memiliki antena tipe Plumosa dengan mata majemuk yang
berwarna kemerahan (Gambar 10a).
a
b
Gambar 10a. Caput D. Melanogaster : a. antena tipe plumose , b. mata majemuk.
Pada toraks berwarna kecokelatan, terdapat tiga garis – garis cokelat gelap
tipis melintang pada punggung, terdapat rambut-rambut disekeliling toraks (bristles)
dan rambut skutella. Sayap panjang transparan dengan pembuluh sayap berwarna
cokelat dan tungkai terdiri dari empat tarsus
a
b
Gambar 10b. Toraks D. Melanogaster;(a) garis-garis gelap melintang, (b) rambut-
rambut pada toraks
Gambar 10c. Sayap D. melanogaster : Sayap bening transparan dengan
pembuluh sayap berwarna cokelat.
Abdomen berwarna kuning kecokelatan dengan garis hitam tiap tergit dan
terdiri dari V tergit dengan rambut-rambut disekeliling abdomen (Gambar 10d)
Gambar 10d. Abdomen D. Melanogaster
Drosophila melanogaster memiliki Warna tubuh kuning kecokelatan dengan cincin
berwarna hitam di tubuh bagian belakang dengan ukuran kecil, antara 3-5 mm. Urat
tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan
tubuhnya. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.
Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung. Mata majemuk berbentuk
bulat agak ellips dan berwana merah. Thoraks berbulu-bulu dengan warna dasar
putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan bergaris hitam Sayap panjang,
berwarna transparan, dan posisi bermula dari thoraks (Silvia,2003).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Spesies lalat buah yang menyerang buah di 10 kecamatan Kabupaten
Enrekang adalah B. dorsalis menyerang mangga, belimbing, cabai rawit, cabai merah,
jambu biji, tomat, jambu air, dan jeruk bali. B. carambolae menyerang Alpukat dan
Pepaya. B. umbrosa menyerang Nangka dan Cabai merah. B. albistrigata menyerang
Jambu air . D. melanogaster menyerang tomat, jambu air.
Di Kecamatan Anggeraja terdapat spesies B. dorsalis dan D. melanogaster. Di
Kecamatan Alla’ terdapat spesies B. carambolae, B. dorsalis, dan D. melanogaster.
Di Kecamatan Baroko terdapat spesies B.dorsalis dan D. melanogaster. Di
Kecamatan Baraka terdapat B. carambolae . Di Kecamatan Curio terdapat spesies B.
dorsalis. Di Kecamatan Enrekang terdapat spesies B. dorsalis dan B. umbrosa. Di
Kecamatan Masalle terdapat spesies B. carambolae, B. dorsalis, B. umbrosa. Di
Kecamatan Cendana terdapat spesies B. abristigata. Di Kecamatan Bunging terdapat
spesies B. dorsalis dan B. umbrosa. Di Kecamatan Buntu Batu terdapat spesies B.
dorsalis.
5.2 Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai identifikasi lalat buah yang
mencakup seluruh wilayah Kabupaten Enrekang.
DAFTAR PUSTAKA
---------. 2002. Bactrocera albistrigata de Meijere. http://delta-
intkey.com/ffa/www/bac_albi.htm. Diakses tanggal 15 April 2013.
Arief, Mutia. Ardilia. 2009. Fruit Fly (Diptera : Tephritidae) Identification of The
Damage or Chili Pepper ( capsicum Annum) Craps at Balitsa.Lembang
[AQIS] Australian Quarantine and Inspection Service. 2008. Fruit Flies Indonesia.
Their Identification, Pest Status and Pest Management. Conducted by the
international center for the menegement of Pest fruit flies Griffith University,
Brisbane, Australia and ministry of Agriculture, Republic of Indonesia
Anonim. 2009. Lalat Buah Kembali Serang Tanaman Jeruk di Simalungun
Atas.http://www.suarakomunitas.net. Diakses pada tanggal 2 Mei 2013.
Asastro. 1992. Biosistematik dan Identifikasi Lalat Buah (Diptera, Tephtritidae).
Pusat Karantina Pertanian. Hal 1 – 11.
*Bateman, M. A., 1972. The Ecology of Fruit Flies. Ann. Rev. Entomol 17 : pp.
493 – 519.
Borror, D.J., Dwight Delong dan C.A Triplehorn. 1992. Pengenalan Pelajaran
Serangga Edisi Keenam. Gadjah Mada University. Jogjakarta.
Drew. R.A.I and Hancock 1994. The Bactrocera dorsalis Complex of Fruit Flies
(Diptera : Tephritidae : Daciane ) in Asia. Bulletin of Entomological Research
: Suplements Series 2 1994. P. 17-45
EPPO Quarantine Pest. 2011. Bactrocera dorsalis
http://www.eppo.org/QUARANTINE/insects/Bactrocera_dorsalis/DACUDO_d
s.pdf Diakses pada tanggal 20 April 2013.
Kalie , M.B. 1996. Bertanam Pepaya (Refisi) diambil dari http:// book.google.co.id.
diakses pada tanggal 23 mei 2013
Kalshoven, L. G. E., 1981. Pest of Crops in Indonesia. Revised and Transleted by
P.A. Laan. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta.
Kranz, J. H Scumutterer and, W. Koch. 1997. Disease Pest and Weeds in the
Tropical Crops. John Willey and Scons. New York, 666.pp.
Kuswadi, A.N., 2001. Pengendalian Terpadu Hama Lalat Buah di Sentra
Produksi Mangga Kabupaten Takalar dengan Teknik Serangga Mandul
(TSM). Makalah disampaikan pada Apresiasi Penerapan Teknologi
Pengendalian Lalat Buah. Cisarua, 22 mei 2013.
Landolt PJ, Quilici S. 1996. Overview of research on the behavior of fruit flies. In
Fruit Fly Pest: A World Assessment of Their Biology and Management
Florida: St. Lucie Press.
L.E. Carrol, I.M. White, A. Friedberg, A.L. Norrbom, M.J. Dallwitz and F.C.
Thompson (2002 onwards). Pest Fruit Flies of the World: Descriptions,
Illustrations, Identification, and Information Retrieval. Version: 8th August
2002 .http://www.padil.gov.au/pests-and-diseases/Pest/Main/136205. Diakses
pada tanggal 23 Mei 2013.
McPheron BA, Steck GJ. 1996. Overview of research on the behavior of fruit flies. In
Fruit Fly Pests: A World Assessment of Their Biology and
Management. Florida: St Lucie Press.
Saranga, A. P., Zulfitriany, D.M., 2011. Entomologi Umum. Beta Offset. Makassar.
Sarjum, M. et al. 2010. Kelimpahan dan Komposisi Spesies Lalat Buah Pada Lahan
Kering di Kabupaten Lombok Barat. Dinas Pertanian PAngan dan Hortikultura.
NTB
Sembiring. 2010.Lalat Buah Serang Jeruk Karo, produksi turun 80
%http://www.medanbisnisdaily.com/. Diakses pada tanggal 20 Mei 2013.
Siwi, S.S., Hidayat P., Suputa. 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah
Penting di Indonesia (Diptera : Tephritidae). http://www.litbang.deptan.go.id/download/one/38/file/Bagian-1.pdf. Diakses
pada tanggal 20 Mei 2013.
Suputa, et al. 2006. Pedoman Pengelolaan Lalat Buah. Direktorat Perlindungan
Tanaman Hortikultura. Jakarta
USDA. 2010. Oriental Fruit Fly.
http://www.aphis.usda.gov/hungrypests/orientalFruitFly.shtml. Diakses pada
tanggal 25 April 2013.
Walker, K. 2005.Breadfruit Fruit Fly. http://www.padil.gov.au/pests-and-
diseases/Pest/Main/136205. Diakses pada tanggal 25 April 2013.
White, I. M. Elson M.M. 1992. Friut of Economic Significance, Their Identification
and Economic. CaB. Internastional, Wallingford, 92p.
Lampiran Gambar 2. Pengambilan sampel di kebun warga
Lampiran Gambar 3. Cabai merah yang menunjukkan serangan lalat buah
Lampiran Gambar 4. Pengambilan Sampel di kebun Salak
Lampiran Gambar 5. Pemindahan Sampel pada Stoples
Lampiran Gambar 6 pemindahan sampel buah pada stoples plastik
Gambar Lampiran 7. Penyimpanan sampel pada kondisi lembab dan sejuk
Gambar Lampiran 8. Proses Identifikasi
Lampiran Gambar 9. Peta Kabupaten Enrekang