Hubungan Kerjasama Indonesia dengan Afrika (Sub Sahara)
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
Transcript of Hubungan Kerjasama Indonesia dengan Afrika (Sub Sahara)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi
perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju
keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses
kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang
diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi. Selain itu pertumbuhan
ekonomi disuatu negara, menjadi alat ukur untuk melihat
atau menganalisa seberapa jauh tingkat perkembangan
perekonomian di negara tersebut.
Menurut Sadono Sukirno dalam analisis makro,
tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu
negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil
yang dicapai suatu negara.1 Dan menurut metode
pengeluaran dalam penghitungan pendapatan nasional,
salah satu faktornya adalah investasi. Investasi
merupakan kunci utama untuk mencapai peningkatan
pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari kemampuannya
meningkatkan laju pertumbuhan dan tingkat pendapatan.1 Sadono Sukirno. (2000). Makro ekonomi. Teori Pengantar.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal 44
1
Semakin besar investasi suatu negara akan semakin besar
pula tingkat pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai.
Dengan demikian pertumbuhan ekonomi merupakan
fungsi investasi. Selain itu investasi juga memperluas
kesempatan kerja, mendorong kemajuan teknologi dan
spesialisasi dalam produksi sehingga meminimalkan ongkos
produksi serta penggalian sumberdaya alam,
industrialisasi dan ekspansi pasar yang diperlukan bagi
kemajuan perekonomian negara. Pendapat tersebut didukung
dengan adanya UU Penanaman Modal No. 25 Tahun 2007 yang
menyebutkan bahwa salah satu tujuan dari penyelenggaraan
investasi baik investasi PMDN (Penanaman Modal Dalam
Negeri) maupun PMA (Penanaman Modal Asing) adalah
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional yang
selanjutnya tidak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi
tetapi juga akan memeratakan dan meningkatkan
kesejahteraan nasional secara berkelanjutan yang disebut
sebagai pembangunan ekonomi.
Pembangunan dan kegiatan investasi merupakan dua
hal yang sulit dipisahkan, pembangunan tanpa kegiatan
investasi berarti mengurangi pertumbuhan ekonomi.
Harrold Domar dalam konsepnya mengenai pertumbuhan
berpendapat bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi
diperlukan investasi yang memadai. Atas dasar itulah
2
maka selaku pengambil keputusan, pemerintah
berkepentingan untuk mengetahui seberapa besar investasi
yang dibutuhkan untuk mencapai perumbuhan yang
diharapkan serta sejauh mana dampak investasi pada suatu
sektor ataupun wilayah.2
Indonesia sebenarnya sudah sejak dulu melirik
negara Afrika sebagai tujuan perdagangan ekonomi dan
investasi, perkembangan negara-negara Sub-Sahara Afrika
yang mengalami perkembangan pesat mulai dekade 90-an
saat tumbangnya apartheid di Afrika Selatan, disusul
dengan demokratisasi, penanggulangan kemiskinan, dan
pertumbuhan ekonomi yang besar. Afrika yang dahulu
memiliki stigma negatif sebagai wilayah yang penuh
penyakit, perang saudara dan kelaparan telah
bertransformasi menjadi wilayah dengan perkembangan
ekonomi yang pesat sehingga sudah saatnya para pebisnis
Indonesia mulai memasuki pasar Afrika. Kerjasama
perdagangan di bidang ekonomi antara Republik Indonesia
dengan Afrika sudah dilakukan, beberapa contoh dalam
bentuk ekspor: sabun colek, susu, bidang otomotif, dan
food and beverages, seperti buah-buahan dan masih banyak
lainnya. Secara bilateral Indonesia memiliki hubungan2https://www.academia.edu/4009271/HUBUNGAN_INVESTASI_DENGAN_PEMBANGUNAN_EKONOMI_DI_INDONESIA_APLIKASI_CANONICAL_CORRELATION_ANALYSIS_ diakses pada tanggal 29 Desember 2013
3
kesejarahan yang erat sejak abad ke-17, berlanjut hingga
KAA tahun 1955 dan KAA II tahun 2005. Jika KAA I
bersifat politis untuk mendukung perjuangan kemerdekaan
negara-negara Afrika, maka di tahun 2005, menghasilkan
NAASP (New Asia Africa Strategic Partnership) berupa
dialog strategis antar kawasan, solidaritas politik,
kerjasama ekonomi dan hubungan sosial budaya. Indonesia
perlu memberikan perhatian yang lebih dan menerjemahkan
momentum kawasan sub-Sahara Afrika sebagai wilayah yang
mulai bangkit dan potensial secara politik dan ekonomi
serta perlu secara bersama-sama mengembangkan diplomasi
bilateral dengan negara-negara di kawasan Sub-Sahara
Afrika dan diplomasi regional dengan Uni Afrika.
Benua Afrika sudah makin berkembang bahkan tak
kalah dari negara-negara berkembang di kawasan lain di
dunia. Potensi besar yang dimiliki negara-negara Afrika
khususnya di kawasan Afrika Sub-Sahara bisa menjadi
pilihan baru bagi perusahaan yang tengah melakukan
ekspansi bisnis. Pada level individual negara-negara
Afrika juga ada kemajuan signifikan, terutama di negara-
negara penghasil minyak seperti Angola dan Nigeria.
Afrika Selatan merupakan ekonomi terbesar dan menjadi
wakil benua Afrika di G20. Para pemimpin Afrika juga
semakin percaya diri bahwa dengan tingkat pertumbuhan
4
ekonomi regional dan nasional yang tinggi, Afrika dapat
mempersempit jurang perbedaan dengan benua-benua
lainnya.
Indonesia jangan menjadikan Afrika sebagai
pembuangan karena perlambatan ekonomi di Amerika dan
Eropa, seharusnya bisa melihat peluang karena
sebenarnya Indonesia memiliki investasi politik yang
besar sejak KAA 1955. Di tahun 2011, Afrika menduduki
posisi yang unik dengan momentum makin penting dengan
total PDB 1,7 trilyun di atas PDB India dan ASEAN.
Afrika harus didukung oleh kegiatan bisnis dan
perdagangan yang mempunyai akses pada hal-hal yang
terkait dengan keuangan. Afrika berkepentingan untuk
menciptakan kelas wiraswastawan baru untuk memenuhi
kebutuhan industri dan jasa, tumbuhnya Negara Afrika
secara ekonomi yang membuka peluang bagi pengusaha
Indonesia (karena kelas menengah yang mulai tumbuh akan
membutuhkan barang dan jasa), sehingga para pemimpin
politik Afrika yang harus menciptakan situasi yang
kondusif bagi bisnis, perbankan yang sanggup memelihara
pertumbuhan. Pada tahun 2012, Afrika secara keseluruhan
bertumbuh sebesar 9% yang merupakan peluang nyata bagi
Indonesia. Afrika merupakan benua yang menjanjikan
secara ekonomi, dan bisa menjadi alternatif bagi
5
Indonesia untuk tujuan ekspor Indonesia mengingat
melambatnya ekonomi di pasar tradisional Indonesia di
Amerika dan Eropa. Ini berarti bahwa antara Indonesia
dan negara-negara Afrika terdapat kesamaan kepentingan,
baik dalam bidang ekonomi maupun politik yang bisa
dijadikan sebagai sumber motivasi untuk meningkatkan
hubungan dan kerjasama.
1.2 Rumusan Masalah :
Pertumbuhan ekonomi itu bersifat dinamis, artinya
ada kalanya pertumbuhan ekonomi itu berkembang dengan
cepat dan ada kalanya mengalami kemunduran. Perdagangan
dan investasi juga mampu mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi suatu negara tersebut. Permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimana investasi dan
perdagangan dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi
Indonesia dan Afrika. Maka penulis merumuskannya ke
dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan kerjasama Indonesia dengan
Afrika (Sub Sahara) dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
dan politik negara tersebut?
6
1.3 Landasan Teori :
Dalam literatur ekonomi makro, investasi asingdapat dilakukan dalam bentuk, yaitu investasi portofoliodan investasi langsung atau foreign direct investment (FDI).Investasi portofolio ini dilakukan melalui pasar modaldengan instrumen surat berharga seperti saham danobligasi. Sedangkan investasi langsung yang dikenaldengan Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan bentukinvestasi dengan jalan membangun, membeli total ataumengakuisisi perusahaan.
Secara yuridis mengenai Penanaman Modal diIndonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007tentang Penanaman Modal. Dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modalmenyatakan bahwa3:
“Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukanusaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing,baik menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan denganpenanam modal dalam negeri.”
Di dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentangPenanaman Modal ini, jikadiadakanperbandingan dari investasiportofolio dengan Penanaman Modal Asing (PMA) lebih
3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.
7
banyak mempunyai kelebihan, diantaranya sifatnyapermanen (jangka panjang), banyak memberikan andil dalamalih teknologi, alih keterampilan manajemen, membukalapangan kerja baru. Lapangan kerja ini, sangat pentingbagi negara sedang berkembang mengingat terbatasnyakemampuan pemerintah untuk penyediaan lapangan kerja.Sedangkan, dalam investasi portofolio, dana yang masukke perusahaan yang menerbitkan surat berharga (emiten),belum tentu akan sanggup untuk membuka lapangan kerjabaru di dalam Negara tujuan investasi.
Hubungan Investasi dengan Pembangunan ekonomi
Menurut Samuelson dan Nordhaus investasi merupakan
suatu hal yang penting dalam pembangunan ekonomi karena
investasi dibutuhkan sebagai faktor penunjang didalam
meningkatkan proses produksi. Investasi merupakan
langkah awal mengorbankan konsumsi untuk memperbesar
konsumsi di masa yang akan datang. Selain itu, mendorong
terjadinya akumulasi modal.4
Menurut Suparmoko dan Irawan ada beberapa cara
untuk meningkatkan investasi, diantaranya yaitu5:
4Samuelson, Paul A. & Nordhaus William D. (1996). Makro Ekonomi.Edisi ke-17. Cetakan ketiga. Jakarta:Erlangga. Hal 1365Suparmoko.( 2002). Pengantar Ekonomi Makro: Teori, Soal dan Penyelesaiannya.Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Hal 262
8
(1) meningkatkan tabungan dengan mengurangi
konsumsi,
(2) pemerintah menjual obligasi dengan bunga
menarik sehingga masyarakat tertarik untuk
membelinga,
(3) pembatasan impor barang-barang konsumsi bila
memungkinkan membatasai barang barang kapital
agar ada inovasi di dalam negeri,
(4) mengadakan pinjaman luar negeri,
(5) memperluas sektor perdagangan luar negeri
dengan menaikkan “terms of trade”.
BAB II
PEMBAHASAN
9
Afrika Sub-Sahara adalah istilah yang dipergunakan
untuk menggambarkan negara-negara di benua Afrika yang
tidak dianggap termasuk bagian Afrika Utara. Pada abad
ke-19, di Eropa dan Dunia Barat wilayah ini kadang-
kadang disebut sebagai Black Africa atau Afrika Hitam.
Afrika secara keseluruhan umumnya dahulu dikenal sebagai
"benua Hitam", sebuah istilah yang sebetulnya biasanya
dimaksudkan untuk menyebut wilayah Sub-Sahara.6
Secara geografis, kawasan Sub-Sahara- Afrika yang
mencakup 46 negara terbagi menjadi beberapa bagian.
Bagian Barat terdiri dari 15 negara, yaitu: Benin,
Burkina Faso, Cape Verde, Cote d’Ivoire (Pantai Gading),
Gambia, Ghana, Guinea, Guinea Bissau, Liberia, Mali,
Niger, Nigeria, Senegal, Sierra Leone dan Togo. Bagian
Timur terdiri dari 11 negara, yaitu: Comoros, Djibouti,
Eritrea, Ethiopia, Kenya, Madagaskar, Mauritius,
Seychelles, Somalia, Tanzania dan Uganda. Bagian Tengah
terdiri dari 10 negara, yaitu: Burundi, Cameroon,
Republik Afrika Tengah, Chad, Republik Kongo, Guinea
Equatorial, Gabon, Rwanda, Sao Tome and Principe dan
Republik Demokratik Kongo. Bagian Selatan terdiri dari
10 negara, yaitu: Afrika Selatan, Angola, Botswana,
6 http://id.wikipedia.org/wiki/Afrika_Sub-Sahara diakses pada tanggal 30 Desember 2013 pukul 14:00
10
Lesotho, Malawi, Mozambique, Namibia, Swaziland, Zambia
dan Zimbabwe.
Sejak dekade 1990-an, kawasan Sub-Sahara Afrika
telah mengalami perubahan positif, yaitu berupa proses
demokratisasi dan good governance; penyelesaian konflik
secara damai; pembangunan ekonomi untuk penanggulangan
kemiskinan; serta penyakit menular dan kelaparan.
Perkembangan lainnya adalah berupa transformasi
Organization of African Unity (OAU) menjadi African
Union (AU) sebagai perwujudan komitmen politik para
pemimpin negara-negara di Afrika. Kemudian juga
pembentukan New Partnership for Africa’s Development
(NEPAD) sebagai Grand Design bagi pembangunan ekonomi
Afrika. Selama ini persepsi yang berkembang tentang
Afrika adalah kemiskinan, kekeringan, narkoba, Aids,
perang saudara, perebutan wilayah dan kekuasaan, dan
korupsi. Banyak persepsi, khususnya dari pengusaha, yang
skeptis untuk melakukan investasi di Afrika karena
dibayangi keadaan disana. Sumber daya alam yang begitu
melimpah di Afrika seringkali menjadi latar belakang
terjadinya konflik perebutan sumber daya alam dan lain-
lainnya seperti yang pernah digambarkan, namun saat ini
telah terjadi perubahan, baik politik maupun ekonomi. Di
bidang ekonomi, perkembangan negara-negara Afrika sangat
11
bagus. Jika dilihat dari PDB per kapita, beberapa negara
diantaranya justru berada jauh di atas Indonesia (3,469
USD), seperti Guinea Equatorial (14,374 USD), Botswana
(8,843 USD), Mauritius (8,519 USD), Afrika Selatan
(8,342 USD), Namibia (6,087 USD), Angola (5,061 USD).7
Secara historis, dilatarbelakangi oleh sentimen dan
solidaritas anti kolonialisme, Indonesia pada tahun 1955
melalui penyelenggaraan KAA Bandung. Hubungan Indonesia
dengan negara-negara Afrika sudah terjalin, dimana
Indonesia dan Afrika sama-sama bangsa terjajah, dimana
pada masa penajajahan, budak asal Indonesia banyak yang
dibawa ke Afrika untuk bekerja di tambang-tambang.
Pelaksanaan KAA I pada tahun 1955 merupakan lesson learned
dan best practices bagi bangsa-bangsa Afrika untuk
membebaskan diri dari penjajahan. Sedangkan KAA II pada
2005 adalah tonggak kemitraan baru Asia-Afrika yang
tertuang dalam New Asia-African Strategic Partnership
(NAASP), yaitu dialog dan kerjasama strategis antar
kawasan yang mencakup solidaritas politik, kerjasama
ekonomi dan hubungan sosial budaya.
Sekarang ini Indonesia telah menjalin hubungan
diplomatik dengan 43 negara di kawasan Sub-Sahara
Afrika, dan mempunyai 11 kantor Perwakilan RI (KBRI dan7 http://www.tabloiddiplomasi.org/pdf/2012/Tabloid%20Diplomasi%20Pebruari%202012.pdf diakses pada tanggal 30 Desember 15:00
12
KJRI), yaitu di: Abuja-Nigeria, Addis Ababa-Ethiopia,
Antananarivo-Madagaskar, Dakar-Senegal, Dar-Es-Salaam-
Tanzania, Harare-Zimbabwe, Maputo-Mozambique, Nairobi-
Kenya, Pretoria dan Cape Town-Afrika Selatan, Windhoek-
Namibia serta Chad-Nigeria. Hubungan Indonesia dengan
negara-negara di kawasan Sub-Sahara Afrika menjadi
semakin penting karena perkembangan positif di bidang
politik dan keamanan, serta ekonomi yang memunculkan
peluang bagi peningkatan kerjasama dan ekspor sebagai
pasar non tradisional. Dalam hal ini Kemlu dan
Perwakilan RI secara aktif melakukan kegiatan diplomasi
ekonomi melalui pameran produk Indonesia, mendatangkan
pengusaha dari Afrika ke Indonesia, pembentukan forum
bisnis serta mengembangkan second track diplomacy melalui
people to people dan kegiatan lainnya untuk meningkatkan
pemahaman tentang Indonesia.
Negara-negara di kawasan Sub-Sahara Afrika
mempunyai arti strategis secara politis dan ekonomi bagi
Indonesia. Afrika Sub-Sahara adalah daerah yang sangat
potensial dari segi pangan dan pertanian, Afrika Sub-
Sahara selama ini dikenal sebagai daerah penghasil
produk ekspor komoditas kakao dengan nilai hampir
mencapai US$ 7 miliar. Produk unggulan lainnya adalah
kopi dengan nilai ekspor sekitar US$ 2 miliar. Sementara
13
untuk porsi impor, Afrika Sub-Sahara paling banyak
mendatangkan produk gandum dengan total impor sekitar
US$ 5,5 miliar. Diikuti impor beras senilai US$ 5,2
miliar. Afrika memiliki zona-zona peluang bagi
perusahaan-perusahaan Indonesia baik untuk memenuhi
permintaan konsumen Afrika maupun membangun supply
chain. Di bidang perdagangan, volume perdagangan
Indonesia dengan negara-negara di Afrika pada tahun 2010
mencapai 4,12 milyar USD dengan nilai ekspor sebesar
2,03 milyar USD. Sementara nilai impor Indonesia dari
negara-negara Afrika mencapai 2,09 milyar USD.8
Krisis ekonomi yang menimpa AS dan Eropa dewasa ini
sebagai dampak dari krisis keuangan di kedua kawasan
tersebut mengakibatkan penurunan ekspor dan kejenuhan
pasar tradisional Indonesia, dan menjadikan Afrika
sebagai mitra dagang alternatif, selain Timur Tengah.
Pertumbuhan ekonomi di Afrika yang relatif stabil pada
kisaran 5,3% (2011) dan diproyeksikan 5,5% (2012) perlu
dipandang sebagai alasan yang cukup kuat bagi Indonesia
untuk tidak menunda lagi waktu untuk melebarkan sayap
bisnis ke Afrika. Indonesia saat ini telah melakukan
ekspor ke Afrika dengan nilai sebesar US$ 6 milyar di
tahun 2010, meningkat US$ 4,7 milyar pada tahun 2009,
8 http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2013/05/07/lapkin-2012-id0-1367919327.pdf diakses pada tanggal 30 Desember 2013 pukul 15:50
14
dengan produk ekspor unggulan seperti minyak kelapa
sawit, produk kayu, bahan bangunan, produk pengolahan
kulit, mesin elektronik, produk plastik, produk makanan
dan minuman, tekstil, dan perabot rumah tangga.
Keunggulan produk negara berkembang seperti Indonesia
atas negara maju di Afrika karena produk Indonesia lebih
murah dan lebih tepat guna. Sejalan dengan meningkatnya
pembangunan infrastruktur di Afrika, Indonesia juga
perlu melirik Afrika sebagai sumber peluang kerja bagi
Tenaga Kerja Indonesia untuk sektor formal. Merek-merek
Indonesia di Afrika yang sudah familiar dengan
masyarakat Afrika seperti produk Wings, Indofood dan
lain-lain. Sementara itu jika dilihat dari jenis barang,
produk Indonesia yang laku seperti produk kertas, pipa
PVC, makanan jadi, furnitur dan lain-lain.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Kemenlu, pada
2011 dari 10 negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat
di dunia (2011-2015), 7 di antaranya negara Afrika Sub-
Sahara yaitu Ethiopia (8,1%), Mozambique (7,7%),
Tanzania (7,2%), Kongo dan Ghana (7,0%), Zambia (6,9%)
serta Nigeria (6,8%). Hubungan Indonesia dengan Afrika
Sub-Sahara di bidang perdagangan dan investasi
menunjukkan trend positif. Pada 2012, volume perdagangan
Indonesia – Afrika Sub-Sahara mencapai US$8,47 miliar,
15
meningkat lebih dari 100% dibandingkan 2010 senilai
US$4,11 miliar. Pertumbuhan ekonomi di Afrika Sub Saharamengalami perubahan yang fluktuatif dari tahun ke tahun.
Kondisi tersebut dapat dilihat dari grafik di bawah ini9:
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa Pertumbuhan
ekonomi di Afrika Sub Sahara mengalami perubahan yang
fluktuatif dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, potensi
kerja sama perdagangan dengan negara-negara Afrika
sangat menjanjikan dan tidak menutup kemungkinan
dikemudian kerja sama dengan negara-negara tersebut
dapat menjadi alternatif perdagangan Indonesia yang
selama ini hanya berfokus pada kawasan Asia, Eropa dan
Amerika.9 http://news.bisnis.com/read/20131223/19/193969/perdagangan-indonesia-afrika-sub-sahara-digenjot diakses pada tanggal 30 Desember 17:00
16
Kementerian Luar Negeri juga akan mendorong kerja
sama perdagangan antara Indonesia dan 47 negara Afrika
Sub-Sahara pada 2014. Dengan melihat kenaikan tersebut,
kerja sama perdagangan dengan negara Afrika Sub-Sahara
dirasa cukup potensial bagi Indonesia, terlebih dengan
melihat jumlah penduduk kawasan Afrika Sub-Sahara yang
mencapai 800 juta jiwa pada 2013. Saat ini, terdapat
sekitar 15 badan usaha asal Indonesia yang telah
melakukan penanaman modal dan kegiatan produksi di
kawasan Afrika Sub Sahara, antara lain di Nigeria,
Ethiopia, Kenya, Ghana, Liberia, Tanzania, Uganda dan
Mozambik. Data Kemenlu, investasi Indonesia di Afrika
baik secara independen maupun dalam bentuk joint
venturing dengan mitra internasional mencakup berbagai
sektor antara lain industri pangan, agro-industri,
industri kimia, pertambangan migas. Di sisi lain,
investasi dari negara Afrika-Sub Sahara di Indonesia
pada 2012 mencapai US$ 1,19 milyar, meningkat tujuh kali
lipat dibandingkan 2011 senilai US$ 154 juta.10 Saat ini
hubungan Indonesia dengan kawasan Afrika Sub Sahara
cukup harmonis, sehingga memungkinkan untuk meningkatkan
kerjasama lebih lanjut kedepannya. Investasi Indonesia
di kawasan Sub-Sahara Afrika; pendidikan, pemberian bea-
siswa dan pelatihan diplomatik; dan pemberdayaan
10 Ibid
17
diaspora Indonesia. Empat faktor bagi Indonesia untuk
menciptakan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan
hubungannya dengan negara-negara Afrika11:
1. Keanggotaan Indonesia dalam G-20 untuk
memperjuangkan kepentingan negara-negara
berkembang sehingga tidak termajinalisasi.
2. Indonesia merupakan model yang baik untuk
konsolidasi demokrasi.
3. Indonesia memiliki resolusi konflik secara
damai.
4. Antisipasi menghadapi KTT Bumi (Rio+20 Summit),
yang diperkirakan Indonesia dan negara-negara
Sub-Sahara memiliki titik tolak yang sama karena
ekonominya resources based, yang akan menghadapi
diskursus green economy.
Sektor bisnis telah berjalan dengan baik antara
Indonesia dengan Afrika misalnya dengan ISAB (Indonesia-
South Africa Business Partnership) yang meminta berbagai
produk Indonesia seperti tekstil dan produk tekstil,
mebel, kosmetik, kendaraan bermotor, karet, mineral,
minyak nabati, barang kimia dan barang konsumsi. Sebagai11 Aleksius Jemadu. (2012). Hubungan Indonesia dengan Benua AfrikaKaya dengan Nuansa Ikatan Emosional Yang Kuat. Tabloid diplomasi.
18
middle income countries, Indonesia telah memberikan
berbagai bantuan teknis melalui Kerja Sama Selatan
Selatan untuk penguatan kerjasama pembangunan dengan
Afrika. Keberhasilan yang di dapat melalui hubungan
tersebut adalah kerjasama pembangunan dan ekonomi,
promosi dagang dan investasi, kesempatan kerja dan alih
teknologi, serta hubungan dan kerjasama bilateral,
regional dan internasional, merupakan peluang yang dapat
ditempuh negara tersebut.
Jika di lihat dalam bidang potilik, hubungan
Indonesia dengan negara-negara Afrika telah terjalin
dengan baik. Pada forum-forum internasional, Indonesia
dengan negara-negara Afrika selalu saling memberikan
dukungan. Bangsa-bangsa di Afrika selalu melihat dan
menganggap Indonesia sebagai contoh dalam pembangunan
nasionalnya. Implementasi politik luar negeri Indonesia
di Afrika, diantaranya adalah dalam bentuk; partisipasi
dalam Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB di Namibia dan
Republik Demokratik Kongo; bantuan serta kerjasama
teknik bidang Pertanian dan Perikanan, Kesehatan dan
Keluarga Berencana (KB), Micro Financing (Bilateral, GNB
dan Kerjasama Selatan-selatan), pengembangan kapasitas
sumber daya manusia dan kelembagaan.12
12 Andrajati, Duta Besar RI Untuk Senegal. (2012). Mengembangkan Diplomasi Bilateral Dengan Negara-Negara Di Kawasan Sub-Sahara
19
Investasi dan perdagangan juga umumnya mampu
mempengaruhi stabilitas politik dan keamanan,
demokratisasi di negara-negara Sub-Sahara Afrika
mengalami kemajuan, namun belum berjalan lancar sesuai
dengan prinsip-prinsip demokrasi. Ditinjau secara
politis, Afrika dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok:
1. Negara stabil dan demokratis (Afrika Selatan,
Aljazair, Angola, Benin, Botswana, Burkina Faso, Mesir,
Ethiopia, Gambia, Ghana, Guinea, Kenya, Liberia,
Lesotho, Madagaskar, Malawi, Mali, Mauritania,
Mauritius, Maroko, Mozambique, Namibia, Niger, Nigeria,
Senegal, Seychelles, Sudan, Tanzania, Tunisia, Uganda);
2. Negara yang cenderung stabil dan menuju demokratis
(Kamerun, Cape Verde, Comoros, Chad, Djibouti, Eritrea,
Equatorial Guinea, Gabon, Libya, Sierra Leone,
Swaziland, Togo, Zambia, Zimbabwe); dan 3. Negara yang
bermasalah/konflik dan belum demokratis (Burundi, Congo,
Afrika Tengah, Republik Remokratik Kongo, Cote
d’Ivoire/Pantai Gading, Guinea-Bissau, Rwanda, São Tomé
and Príncipe, Somalia).
Dari tiga kelompok tersebut, negara-negara stabil
dan demokratis atau negara-negara yang cenderung stabil
dan demokratis cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi,
dengan ditemukannya minyak di negara-negara Afrika danAfrika. Tabloid diplomasi.
20
masuknya investor asing ke Afrika. Secara ekonomis,
Negara-negara Sub-Sahara Afrika dapat dibagi dalam 3
(tiga) bagian; 1. Negara maju dengan GDP per kapita
diatas USD 5000 (Afrika Selatan, Aljazair, Botswana,
Mesir, Ghana, Kenya, Lybia, Mauritius, Maroko, Nigeria,
Tunisia, Seychelles, Senegal, Swaziland; 2. Negara
sedang membangun/potensial dengan GDP Per Kapita Antara
USD 1000 – USD 5000 (Angola, Benin, Kamerun, Komoros,
Djibouti, Equatorial Guinea, Eritrea, Ethiopia, Gabon,
Gambia, Guinea, Lesotho, Liberia, Madagascar, Mali,
Malawi, Mauritania, Mozambique, Namibia, Niger, Somalia,
Sudan, Tanzania, Togo, Uganda, Zambia, Zimbabwe; dan 3.
Negara yang belum berpotensi dengan GDP Per Kapita
Dibawah USD 1000 (Burkina Faso, Burundi, Cape Verde,
Chad, Cote d’Ivoire, Kongo, Afrika Tengah, Republik
Demokratik Kongo, Guinea-Bissau, Rwanda, São Tomé and
Príncipe, Sierra Leone).
Negara-negara yang menganut sistem demokrasi tidak
terlepas dari dukungan Indonesia. Perjuangan bangsa
Afrika untuk melepaskan diri dari kekuasaan penjajah,
Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung pada tahun 1955
diakui oleh negara-negara Afrika banyak membantu dalam
perjuangan kemerdekaan termasuk menghapuskan sistem
Apartheid di Afrika Selatan. Saat ini Indonesia sedang
21
berupaya membuka hubungan diplomatik dengan beberapa
negara-negara Afrika lainnya. Diplomasi kawasan
merupakan pilar penting bagi diplomasi Indonesia untuk
menambah bobot nilai-nilai strategis hubungan Indonesia-
Afrika. Ini merupakan refleksi dari kebijakan all directions
foreign policy sesuai prinsip “a million friends zero enemy” di
tengah perubahan dunia yang memerlukan diplomasi yang
dinamis, termasuk di kawasan Afrika. Ini juga merupakan
langkah yang efektif dalam melakukan pendekatan untuk
penggalangan dukungan atas posisi dan pandangan
Indonesia mengenai berbagai isu global serta untuk
pencalonan Indonesia di berbagai forum regional dan
internasional, disamping memajukan kerjasama yang lebih
luas, termasuk kerjasama kawasan.
Hubungan baik dengan negara-negara Afrika selama
ini terus dibina dan ditingkatkan, terutama dalam
memperjuangkan kepentingan Indonesia di forum
internasional maupun memperoleh dukungan dalam
pencalonan Indonesia di berbagai forum internasional.
Hubungan baik ini juga terlihat dari dukungan negara-
negara Afrika terhadap integritas Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Bagi Indonesia, benua Afrika tidak
hanya penting dalam arti politis karena jumlah negaranya
yang cukup banyak, yaitu 53 negara dengan jumlah
22
penduduk sekitar 800 juta jiwa, tetapi juga dari segi
ekonomi dan perdagangan kawasan ini sangat potensial,
terutama dalam akses perluasan pasar bagi ekspor non-
migas maupun investasi serta keperluan bagi bahan baku
industri Indonesia. Indonesia memerlukan Afrika sebagai
pasar bagi produknya yang menghadapi persaingan ketat
maupun menghadapi berbagai tarif dan non tarif yang
diberlakukan oleh negara-negara maju.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
23
Afrika Sub Sahara yang dulunya lekat dengan stigma
negatif sebagai wilayah yang penuh penyakit, perang
saudara dan kelaparan telah bertransformasi menjadi
wilayah dengan perkembangan ekonomi yang pesat sehingga
sudah menjadi target para pebisnis Indonesia yang mulai
memasuki pasar Afrika. Hubungan kemitraan Indonesia
dengan negara-negara Afrika kedepannya penting untuk
dikembangkan, mengingat kemitraan tersebut dapat
menyamakan common views dan common interests Indonesia dan
Afrika sebagai sesama negara berkembang, baik secara
bilateral maupun di fora multilateral. Hal ini penting
untuk menjaga keberlangsungan kehadiran Indonesia di
Afrika(Sub Sahara) yang semakin meningkat peranannya di
percaturan politik global. Bahkan Indonesia berencana
untuk menambahkan lagi beberapa negara Afrika Sub Sahara
untuk bergabung bekerjasama melakukan perdagangan maupun
menanamkan modal, itu berarti pertumbuhan ekonomi
terjadi bagi kedua negara tersebut. Kondisi ekonomi di
kawasan tersebut tengah mengalami pertumbuhan dengan
stabilitas politik yang tidak kalah dari negara-negara
berkembang lainnya. Hubungan kerjasama yang berlangsung
ini secara signifikan juga mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi di negara-negara tersebut, perunahan pandangan
politik juga terjadi, dahulu yang sebelumya memiliki
24
rezim yang otoriter, sekarang masyarakat menginginkan
perubahan menjadi negara yang demokrasi.
Melihat dari teori yang digunakan dalam makalah ini
bahwa penanaman modal asing sangat diperlukan dalam
upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Afrika maupun
di Indonesia. Penanaman modal asing memiliki kelebihan
jika dibandingkan dengan pinjaman komersil untuk
pembiayaan pembangunan. Penanaman modal asing merupakan
salah satu sumber dana dan jasa pembangunan di negara
sedang berkembang berkat sifat khususnya berupa paket
modal, teknologi, dan keahlian manajemen yang selektif
serta pemanfaatannya dapat disinkronkan dengan tahapan
pembangunan negara yang bersangkutan. Penanaman modal
asing membantu mengurangi kekurangan tabungan domestik
melalui tambahan modal dengan demikian menaikkan laju
tabungan marginal dan laju pembentukan modal.
Selain itu, penggunaan modal asing tidak hanya
mengatasi kekurangan modal tetapi juga keterbelakangan
teknologi. Bersamaan dengan modal uang dan modal fisik,
modal asing juga membawa serta keterampilan teknik,
tenaga ahli, pengalaman organisasi, informasi pasar,
teknik-teknik produksi maju, pembaharuan produk, dan
lain-lain. Juga melatih tenaga kerja setempat pada
keahlian baru. Semua ini mempercepat pembangunan
25
ekonomi. Dengan demikian pembiayaan pembanguan yang
berasal dari investasi asing sangatlah penting artinya
bagi pembangunan ekonomi. Penanaman modal yang
dialokasikan ke dalam proyek pembangunan, berarti akan
menambah kapital yang pada selanjutnya tambahan kapital
tersebut akan berakibat pada peningkatan taraf hidup
masyarakat, yang mana salah satu indikatornya adalah
pertumbuhan ekonomi.
3.2 Saran
Ada beberapa tantangan bagi Afrika Sub Sahara yaitu
peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan
pendidikan dan penciptaan lapangan kerja. Dan investasi
seharusnya tidak hanya dititikberatkan pada sektor
pertambangan dan perminyakan namun juga harus
dikembangkan ke berbagai sektor lain. Di Afrika,
pemerintah telah menerapkan kebijakan pembangunan di
sector pertanian, kesehatan, telekomunikasi, perbankan
maupun pertambangan dimana Afrika Selatan merupakan
salah satu pemimpin di Sub-Sahara Afrika. Sektor
pertambangan dimanfaatkan untuk lebih mengembangkan
sektor lain termasuk penciptaan lapangan kerja demi
meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut,
seharusnya lebih dikembangkan lagi.
26
Indonesia dan Afrika Sub Sahara merupakan salah
satu negara yang sedang berkembang. Sebagai negara ber-
kembang, permasalahan yang selalu dihadapi adalah
permasalahan pertumbuhan ekonomi. Pembiayaan yang sangat
besar diperlukan untuk mengejar ketertinggalan
pembangunan ekonomi yang telah dilakukan negara-negara
maju. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai sumber
pembiayaan untuk menutup keterbatasan pembiayaan dalam
pembangunan ekonomi Indonesia.
27
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Apridar. (2009). Ekonomi Internasional (Sejarah, Teori, Konsep,
Permasalahan Dalam Aplikasinya). Yogyakarta : Graha Ilmu.
Elvany. (2010). Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman
Modal Dalam Negeri, Dan Belanja Modal Terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (Pdrb) Provinsi Jawa Tengah. Skripsi Universitas
Diponegoro : Semarang
Sadono Sukirno. (2000). Makro ekonomi. Teori Pengantar. Edisi
Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Samuelson, Paul A. & Nordhaus William D. (1996). Makro
Ekonomi. Edisi ke-17. Cetakan ketiga. Jakarta : Erlangga.
Setyowati, Eni er al. (2008). Kualitas investasi asing terhadap pertumbuhan ekonomi, vol. 9 no.1, hal. 69-88. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
28
Siswo Pramono, et al. (2012). Exploring Africa: MainstreamingIndonesia’s Economic Diplomacy in Non-traditional Markets. Jakarta :Penerbit P3K2 Aspasaf
Suparmoko.( 2002). Pengantar Ekonomi Makro: Teori, Soal danPenyelesaiannya. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Internet :
www.tabloiddiplomasi.org
www.news.bisnis.com
www.kemendag.go.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Afrika_Sub-Sahara
29