Hubungan Kerjasama Indonesia dengan Afrika (Sub Sahara)

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Selain itu pertumbuhan ekonomi disuatu negara, menjadi alat ukur untuk melihat atau menganalisa seberapa jauh tingkat perkembangan perekonomian di negara tersebut. Menurut Sadono Sukirno dalam analisis makro, tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara. 1 Dan menurut metode pengeluaran dalam penghitungan pendapatan nasional, salah satu faktornya adalah investasi. Investasi merupakan kunci utama untuk mencapai peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari kemampuannya meningkatkan laju pertumbuhan dan tingkat pendapatan. 1 Sadono Sukirno. (2000). Makro ekonomi. Teori Pengantar.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal 44 1

Transcript of Hubungan Kerjasama Indonesia dengan Afrika (Sub Sahara)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi

perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju

keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses

kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang

diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.

Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi

keberhasilan pembangunan ekonomi. Selain itu pertumbuhan

ekonomi disuatu negara, menjadi alat ukur untuk melihat

atau menganalisa seberapa jauh tingkat perkembangan

perekonomian di negara tersebut.

Menurut Sadono Sukirno dalam analisis makro,

tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu

negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil

yang dicapai suatu negara.1 Dan menurut metode

pengeluaran dalam penghitungan pendapatan nasional,

salah satu faktornya adalah investasi. Investasi

merupakan kunci utama untuk mencapai peningkatan

pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari kemampuannya

meningkatkan laju pertumbuhan dan tingkat pendapatan.1 Sadono Sukirno. (2000). Makro ekonomi. Teori Pengantar.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal 44

1

Semakin besar investasi suatu negara akan semakin besar

pula tingkat pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai.

Dengan demikian pertumbuhan ekonomi merupakan

fungsi investasi. Selain itu investasi juga memperluas

kesempatan kerja, mendorong kemajuan teknologi dan

spesialisasi dalam produksi sehingga meminimalkan ongkos

produksi serta penggalian sumberdaya alam,

industrialisasi dan ekspansi pasar yang diperlukan bagi

kemajuan perekonomian negara. Pendapat tersebut didukung

dengan adanya UU Penanaman Modal No. 25 Tahun 2007 yang

menyebutkan bahwa salah satu tujuan dari penyelenggaraan

investasi baik investasi PMDN (Penanaman Modal Dalam

Negeri) maupun PMA (Penanaman Modal Asing) adalah

meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional yang

selanjutnya tidak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi

tetapi juga akan memeratakan dan meningkatkan

kesejahteraan nasional secara berkelanjutan yang disebut

sebagai pembangunan ekonomi.

Pembangunan dan kegiatan investasi merupakan dua

hal yang sulit dipisahkan, pembangunan tanpa kegiatan

investasi berarti mengurangi pertumbuhan ekonomi.

Harrold Domar dalam konsepnya mengenai pertumbuhan

berpendapat bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi

diperlukan investasi yang memadai. Atas dasar itulah

2

maka selaku pengambil keputusan, pemerintah

berkepentingan untuk mengetahui seberapa besar investasi

yang dibutuhkan untuk mencapai perumbuhan yang

diharapkan serta sejauh mana dampak investasi pada suatu

sektor ataupun wilayah.2

Indonesia sebenarnya sudah sejak dulu melirik

negara Afrika sebagai tujuan perdagangan ekonomi dan

investasi, perkembangan negara-negara Sub-Sahara Afrika

yang mengalami perkembangan pesat mulai dekade 90-an

saat tumbangnya apartheid di Afrika Selatan, disusul

dengan demokratisasi, penanggulangan kemiskinan, dan

pertumbuhan ekonomi yang besar. Afrika yang dahulu

memiliki stigma negatif sebagai wilayah yang penuh

penyakit, perang saudara dan kelaparan telah

bertransformasi menjadi wilayah dengan perkembangan

ekonomi yang pesat sehingga sudah saatnya para pebisnis

Indonesia mulai memasuki pasar Afrika. Kerjasama

perdagangan di bidang ekonomi antara Republik Indonesia

dengan Afrika sudah dilakukan, beberapa contoh dalam

bentuk ekspor: sabun colek, susu, bidang otomotif, dan

food and beverages, seperti buah-buahan dan masih banyak

lainnya. Secara bilateral Indonesia memiliki hubungan2https://www.academia.edu/4009271/HUBUNGAN_INVESTASI_DENGAN_PEMBANGUNAN_EKONOMI_DI_INDONESIA_APLIKASI_CANONICAL_CORRELATION_ANALYSIS_ diakses pada tanggal 29 Desember 2013

3

kesejarahan yang erat sejak abad ke-17, berlanjut hingga

KAA tahun 1955 dan KAA II tahun 2005. Jika KAA I

bersifat politis untuk mendukung perjuangan kemerdekaan

negara-negara Afrika, maka di tahun 2005, menghasilkan

NAASP (New Asia Africa Strategic Partnership) berupa

dialog strategis antar kawasan, solidaritas politik,

kerjasama ekonomi dan hubungan sosial budaya. Indonesia

perlu memberikan perhatian yang lebih dan menerjemahkan

momentum kawasan sub-Sahara Afrika sebagai wilayah yang

mulai bangkit dan potensial secara politik dan ekonomi

serta perlu secara bersama-sama mengembangkan diplomasi

bilateral dengan negara-negara di kawasan Sub-Sahara

Afrika dan diplomasi regional dengan Uni Afrika.

Benua Afrika sudah makin berkembang bahkan tak

kalah dari negara-negara berkembang di kawasan lain di

dunia. Potensi besar yang dimiliki negara-negara Afrika

khususnya di kawasan Afrika Sub-Sahara bisa menjadi

pilihan baru bagi perusahaan yang tengah melakukan

ekspansi bisnis. Pada level individual negara-negara

Afrika juga ada kemajuan signifikan, terutama di negara-

negara penghasil minyak seperti Angola dan Nigeria.

Afrika Selatan merupakan ekonomi terbesar dan menjadi

wakil benua Afrika di G20. Para pemimpin Afrika juga

semakin percaya diri bahwa dengan tingkat pertumbuhan

4

ekonomi regional dan nasional yang tinggi, Afrika dapat

mempersempit jurang perbedaan dengan benua-benua

lainnya.

Indonesia jangan menjadikan Afrika sebagai

pembuangan karena perlambatan ekonomi di Amerika dan

Eropa, seharusnya bisa melihat peluang karena

sebenarnya Indonesia memiliki investasi politik yang

besar sejak KAA 1955. Di tahun 2011, Afrika menduduki

posisi yang unik dengan momentum makin penting dengan

total PDB 1,7 trilyun di atas PDB India dan ASEAN.

Afrika harus didukung oleh kegiatan bisnis dan

perdagangan yang mempunyai akses pada hal-hal yang

terkait dengan keuangan. Afrika berkepentingan untuk

menciptakan kelas wiraswastawan baru untuk memenuhi

kebutuhan industri dan jasa, tumbuhnya Negara Afrika

secara ekonomi yang membuka peluang bagi pengusaha

Indonesia (karena kelas menengah yang mulai tumbuh akan

membutuhkan barang dan jasa), sehingga para pemimpin

politik Afrika yang harus menciptakan situasi yang

kondusif bagi bisnis, perbankan yang sanggup memelihara

pertumbuhan. Pada tahun 2012, Afrika secara keseluruhan

bertumbuh sebesar 9% yang merupakan peluang nyata bagi

Indonesia. Afrika merupakan benua yang menjanjikan

secara ekonomi, dan bisa menjadi alternatif bagi

5

Indonesia untuk tujuan ekspor Indonesia mengingat

melambatnya ekonomi di pasar tradisional Indonesia di

Amerika dan Eropa. Ini berarti bahwa antara Indonesia

dan negara-negara Afrika terdapat kesamaan kepentingan,

baik dalam bidang ekonomi maupun politik yang bisa

dijadikan sebagai sumber motivasi untuk meningkatkan

hubungan dan kerjasama.

1.2 Rumusan Masalah :

Pertumbuhan ekonomi itu bersifat dinamis, artinya

ada kalanya pertumbuhan ekonomi itu berkembang dengan

cepat dan ada kalanya mengalami kemunduran. Perdagangan

dan investasi juga mampu mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi suatu negara tersebut. Permasalahan dalam

penelitian ini adalah bagaimana investasi dan

perdagangan dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi

Indonesia dan Afrika. Maka penulis merumuskannya ke

dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan kerjasama Indonesia dengan

Afrika (Sub Sahara) dapat mendorong pertumbuhan ekonomi

dan politik negara tersebut?

6

1.3 Landasan Teori :

Dalam literatur ekonomi makro, investasi asingdapat dilakukan dalam bentuk, yaitu investasi portofoliodan investasi langsung atau foreign direct investment (FDI).Investasi portofolio ini dilakukan melalui pasar modaldengan instrumen surat berharga seperti saham danobligasi. Sedangkan investasi langsung yang dikenaldengan Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan bentukinvestasi dengan jalan membangun, membeli total ataumengakuisisi perusahaan.

Secara yuridis mengenai Penanaman Modal diIndonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007tentang Penanaman Modal. Dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modalmenyatakan bahwa3:

“Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukanusaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing,baik menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan denganpenanam modal dalam negeri.”

Di dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentangPenanaman Modal ini, jikadiadakanperbandingan dari investasiportofolio dengan Penanaman Modal Asing (PMA) lebih

3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

7

banyak mempunyai kelebihan, diantaranya sifatnyapermanen (jangka panjang), banyak memberikan andil dalamalih teknologi, alih keterampilan manajemen, membukalapangan kerja baru. Lapangan kerja ini, sangat pentingbagi negara sedang berkembang mengingat terbatasnyakemampuan pemerintah untuk penyediaan lapangan kerja.Sedangkan, dalam investasi portofolio, dana yang masukke perusahaan yang menerbitkan surat berharga (emiten),belum tentu akan sanggup untuk membuka lapangan kerjabaru di dalam Negara tujuan investasi.

Hubungan Investasi dengan Pembangunan ekonomi

Menurut Samuelson dan Nordhaus investasi merupakan

suatu hal yang penting dalam pembangunan ekonomi karena

investasi dibutuhkan sebagai faktor penunjang didalam

meningkatkan proses produksi. Investasi merupakan

langkah awal mengorbankan konsumsi untuk memperbesar

konsumsi di masa yang akan datang. Selain itu, mendorong

terjadinya akumulasi modal.4

Menurut Suparmoko dan Irawan ada beberapa cara

untuk meningkatkan investasi, diantaranya yaitu5:

4Samuelson, Paul A. & Nordhaus William D. (1996). Makro Ekonomi.Edisi ke-17. Cetakan ketiga. Jakarta:Erlangga. Hal 1365Suparmoko.( 2002). Pengantar Ekonomi Makro: Teori, Soal dan Penyelesaiannya.Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Hal 262

8

(1) meningkatkan tabungan dengan mengurangi

konsumsi,

(2) pemerintah menjual obligasi dengan bunga

menarik sehingga masyarakat tertarik untuk

membelinga,

(3) pembatasan impor barang-barang konsumsi bila

memungkinkan membatasai barang barang kapital

agar ada inovasi di dalam negeri,

(4) mengadakan pinjaman luar negeri,

(5) memperluas sektor perdagangan luar negeri

dengan menaikkan “terms of trade”.

BAB II

PEMBAHASAN

9

Afrika Sub-Sahara adalah istilah yang dipergunakan

untuk menggambarkan negara-negara di benua Afrika yang

tidak dianggap termasuk bagian Afrika Utara. Pada abad

ke-19, di Eropa dan Dunia Barat wilayah ini kadang-

kadang disebut sebagai Black Africa atau Afrika Hitam.

Afrika secara keseluruhan umumnya dahulu dikenal sebagai

"benua Hitam", sebuah istilah yang sebetulnya biasanya

dimaksudkan untuk menyebut wilayah Sub-Sahara.6

Secara geografis, kawasan Sub-Sahara- Afrika yang

mencakup 46 negara terbagi menjadi beberapa bagian.

Bagian Barat terdiri dari 15 negara, yaitu: Benin,

Burkina Faso, Cape Verde, Cote d’Ivoire (Pantai Gading),

Gambia, Ghana, Guinea, Guinea Bissau, Liberia, Mali,

Niger, Nigeria, Senegal, Sierra Leone dan Togo. Bagian

Timur terdiri dari 11 negara, yaitu: Comoros, Djibouti,

Eritrea, Ethiopia, Kenya, Madagaskar, Mauritius,

Seychelles, Somalia, Tanzania dan Uganda. Bagian Tengah

terdiri dari 10 negara, yaitu: Burundi, Cameroon,

Republik Afrika Tengah, Chad, Republik Kongo, Guinea

Equatorial, Gabon, Rwanda, Sao Tome and Principe dan

Republik Demokratik Kongo. Bagian Selatan terdiri dari

10 negara, yaitu: Afrika Selatan, Angola, Botswana,

6 http://id.wikipedia.org/wiki/Afrika_Sub-Sahara diakses pada tanggal 30 Desember 2013 pukul 14:00

10

Lesotho, Malawi, Mozambique, Namibia, Swaziland, Zambia

dan Zimbabwe.

Sejak dekade 1990-an, kawasan Sub-Sahara Afrika

telah mengalami perubahan positif, yaitu berupa proses

demokratisasi dan good governance; penyelesaian konflik

secara damai; pembangunan ekonomi untuk penanggulangan

kemiskinan; serta penyakit menular dan kelaparan.

Perkembangan lainnya adalah berupa transformasi

Organization of African Unity (OAU) menjadi African

Union (AU) sebagai perwujudan komitmen politik para

pemimpin negara-negara di Afrika. Kemudian juga

pembentukan New Partnership for Africa’s Development

(NEPAD) sebagai Grand Design bagi pembangunan ekonomi

Afrika. Selama ini persepsi yang berkembang tentang

Afrika adalah kemiskinan, kekeringan, narkoba, Aids,

perang saudara, perebutan wilayah dan kekuasaan, dan

korupsi. Banyak persepsi, khususnya dari pengusaha, yang

skeptis untuk melakukan investasi di Afrika karena

dibayangi keadaan disana. Sumber daya alam yang begitu

melimpah di Afrika seringkali menjadi latar belakang

terjadinya konflik perebutan sumber daya alam dan lain-

lainnya seperti yang pernah digambarkan, namun saat ini

telah terjadi perubahan, baik politik maupun ekonomi. Di

bidang ekonomi, perkembangan negara-negara Afrika sangat

11

bagus. Jika dilihat dari PDB per kapita, beberapa negara

diantaranya justru berada jauh di atas Indonesia (3,469

USD), seperti Guinea Equatorial (14,374 USD), Botswana

(8,843 USD), Mauritius (8,519 USD), Afrika Selatan

(8,342 USD), Namibia (6,087 USD), Angola (5,061 USD).7

Secara historis, dilatarbelakangi oleh sentimen dan

solidaritas anti kolonialisme, Indonesia pada tahun 1955

melalui penyelenggaraan KAA Bandung. Hubungan Indonesia

dengan negara-negara Afrika sudah terjalin, dimana

Indonesia dan Afrika sama-sama bangsa terjajah, dimana

pada masa penajajahan, budak asal Indonesia banyak yang

dibawa ke Afrika untuk bekerja di tambang-tambang.

Pelaksanaan KAA I pada tahun 1955 merupakan lesson learned

dan best practices bagi bangsa-bangsa Afrika untuk

membebaskan diri dari penjajahan. Sedangkan KAA II pada

2005 adalah tonggak kemitraan baru Asia-Afrika yang

tertuang dalam New Asia-African Strategic Partnership

(NAASP), yaitu dialog dan kerjasama strategis antar

kawasan yang mencakup solidaritas politik, kerjasama

ekonomi dan hubungan sosial budaya.

Sekarang ini Indonesia telah menjalin hubungan

diplomatik dengan 43 negara di kawasan Sub-Sahara

Afrika, dan mempunyai 11 kantor Perwakilan RI (KBRI dan7 http://www.tabloiddiplomasi.org/pdf/2012/Tabloid%20Diplomasi%20Pebruari%202012.pdf diakses pada tanggal 30 Desember 15:00

12

KJRI), yaitu di: Abuja-Nigeria, Addis Ababa-Ethiopia,

Antananarivo-Madagaskar, Dakar-Senegal, Dar-Es-Salaam-

Tanzania, Harare-Zimbabwe, Maputo-Mozambique, Nairobi-

Kenya, Pretoria dan Cape Town-Afrika Selatan, Windhoek-

Namibia serta Chad-Nigeria. Hubungan Indonesia dengan

negara-negara di kawasan Sub-Sahara Afrika menjadi

semakin penting karena perkembangan positif di bidang

politik dan keamanan, serta ekonomi yang memunculkan

peluang bagi peningkatan kerjasama dan ekspor sebagai

pasar non tradisional. Dalam hal ini Kemlu dan

Perwakilan RI secara aktif melakukan kegiatan diplomasi

ekonomi melalui pameran produk Indonesia, mendatangkan

pengusaha dari Afrika ke Indonesia, pembentukan forum

bisnis serta mengembangkan second track diplomacy melalui

people to people dan kegiatan lainnya untuk meningkatkan

pemahaman tentang Indonesia.

Negara-negara di kawasan Sub-Sahara Afrika

mempunyai arti strategis secara politis dan ekonomi bagi

Indonesia. Afrika Sub-Sahara adalah daerah yang sangat

potensial dari segi pangan dan pertanian, Afrika Sub-

Sahara selama ini dikenal sebagai daerah penghasil

produk ekspor komoditas kakao dengan nilai hampir

mencapai US$ 7 miliar. Produk unggulan lainnya adalah

kopi dengan nilai ekspor sekitar US$ 2 miliar. Sementara

13

untuk porsi impor, Afrika Sub-Sahara paling banyak

mendatangkan produk gandum dengan total impor sekitar

US$ 5,5 miliar. Diikuti impor beras senilai US$ 5,2

miliar. Afrika memiliki zona-zona peluang bagi

perusahaan-perusahaan Indonesia baik untuk memenuhi

permintaan konsumen Afrika maupun membangun supply

chain. Di bidang perdagangan, volume perdagangan

Indonesia dengan negara-negara di Afrika pada tahun 2010

mencapai 4,12 milyar USD dengan nilai ekspor sebesar

2,03 milyar USD. Sementara nilai impor Indonesia dari

negara-negara Afrika mencapai 2,09 milyar USD.8

Krisis ekonomi yang menimpa AS dan Eropa dewasa ini

sebagai dampak dari krisis keuangan di kedua kawasan

tersebut mengakibatkan penurunan ekspor dan kejenuhan

pasar tradisional Indonesia, dan menjadikan Afrika

sebagai mitra dagang alternatif, selain Timur Tengah.

Pertumbuhan ekonomi di Afrika yang relatif stabil pada

kisaran 5,3% (2011) dan diproyeksikan 5,5% (2012) perlu

dipandang sebagai alasan yang cukup kuat bagi Indonesia

untuk tidak menunda lagi waktu untuk melebarkan sayap

bisnis ke Afrika. Indonesia saat ini telah melakukan

ekspor ke Afrika dengan nilai sebesar US$ 6 milyar di

tahun 2010, meningkat US$ 4,7 milyar pada tahun 2009,

8 http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2013/05/07/lapkin-2012-id0-1367919327.pdf diakses pada tanggal 30 Desember 2013 pukul 15:50

14

dengan produk ekspor unggulan seperti minyak kelapa

sawit, produk kayu, bahan bangunan, produk pengolahan

kulit, mesin elektronik, produk plastik, produk makanan

dan minuman, tekstil, dan perabot rumah tangga.

Keunggulan produk negara berkembang seperti Indonesia

atas negara maju di Afrika karena produk Indonesia lebih

murah dan lebih tepat guna. Sejalan dengan meningkatnya

pembangunan infrastruktur di Afrika, Indonesia juga

perlu melirik Afrika sebagai sumber peluang kerja bagi

Tenaga Kerja Indonesia untuk sektor formal. Merek-merek

Indonesia di Afrika yang sudah familiar dengan

masyarakat Afrika seperti produk Wings, Indofood dan

lain-lain. Sementara itu jika dilihat dari jenis barang,

produk Indonesia yang laku seperti produk kertas, pipa

PVC, makanan jadi, furnitur dan lain-lain.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Kemenlu, pada

2011 dari 10 negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia (2011-2015), 7 di antaranya negara Afrika Sub-

Sahara yaitu Ethiopia (8,1%), Mozambique (7,7%),

Tanzania (7,2%), Kongo dan Ghana (7,0%), Zambia (6,9%)

serta Nigeria (6,8%). Hubungan Indonesia dengan Afrika

Sub-Sahara di bidang perdagangan dan investasi

menunjukkan trend positif. Pada 2012, volume perdagangan

Indonesia – Afrika Sub-Sahara mencapai US$8,47 miliar,

15

meningkat lebih dari 100% dibandingkan 2010 senilai

US$4,11 miliar. Pertumbuhan ekonomi di Afrika Sub Saharamengalami perubahan yang fluktuatif dari tahun ke tahun.

Kondisi tersebut dapat dilihat dari grafik di bawah ini9:

Tabel tersebut memperlihatkan bahwa Pertumbuhan

ekonomi di Afrika Sub Sahara mengalami perubahan yang

fluktuatif dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, potensi

kerja sama perdagangan dengan negara-negara Afrika

sangat menjanjikan dan tidak menutup kemungkinan

dikemudian kerja sama dengan negara-negara tersebut

dapat menjadi alternatif perdagangan Indonesia yang

selama ini hanya berfokus pada kawasan Asia, Eropa dan

Amerika.9 http://news.bisnis.com/read/20131223/19/193969/perdagangan-indonesia-afrika-sub-sahara-digenjot diakses pada tanggal 30 Desember 17:00

16

Kementerian Luar Negeri juga akan mendorong kerja

sama perdagangan antara Indonesia dan 47 negara Afrika

Sub-Sahara pada 2014. Dengan melihat kenaikan tersebut,

kerja sama perdagangan dengan negara Afrika Sub-Sahara

dirasa cukup potensial bagi Indonesia, terlebih dengan

melihat jumlah penduduk kawasan Afrika Sub-Sahara yang

mencapai 800 juta jiwa pada 2013. Saat ini,  terdapat

sekitar 15 badan usaha asal Indonesia yang telah

melakukan penanaman modal dan kegiatan produksi di

kawasan Afrika Sub Sahara, antara lain di Nigeria,

Ethiopia, Kenya, Ghana, Liberia, Tanzania, Uganda dan

Mozambik. Data Kemenlu, investasi Indonesia di Afrika

baik secara independen maupun dalam bentuk  joint

venturing dengan mitra internasional mencakup berbagai

sektor antara lain industri pangan, agro-industri,

industri kimia, pertambangan migas. Di sisi lain,

investasi dari negara Afrika-Sub Sahara di Indonesia

pada 2012 mencapai US$ 1,19 milyar, meningkat tujuh kali

lipat dibandingkan 2011 senilai US$ 154 juta.10 Saat ini

hubungan Indonesia dengan kawasan Afrika Sub Sahara

cukup harmonis, sehingga memungkinkan untuk meningkatkan

kerjasama lebih lanjut kedepannya. Investasi Indonesia

di kawasan Sub-Sahara Afrika; pendidikan, pemberian bea-

siswa dan pelatihan diplomatik; dan pemberdayaan

10 Ibid

17

diaspora Indonesia. Empat faktor bagi Indonesia untuk

menciptakan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan

hubungannya dengan negara-negara Afrika11:

1. Keanggotaan Indonesia dalam G-20 untuk

memperjuangkan kepentingan negara-negara

berkembang sehingga tidak termajinalisasi.

2. Indonesia merupakan model yang baik untuk

konsolidasi demokrasi.

3. Indonesia memiliki resolusi konflik secara

damai.

4. Antisipasi menghadapi KTT Bumi (Rio+20 Summit),

yang diperkirakan Indonesia dan negara-negara

Sub-Sahara memiliki titik tolak yang sama karena

ekonominya resources based, yang akan menghadapi

diskursus green economy.

Sektor bisnis telah berjalan dengan baik antara

Indonesia dengan Afrika misalnya dengan ISAB (Indonesia-

South Africa Business Partnership) yang meminta berbagai

produk Indonesia seperti tekstil dan produk tekstil,

mebel, kosmetik, kendaraan bermotor, karet, mineral,

minyak nabati, barang kimia dan barang konsumsi. Sebagai11 Aleksius Jemadu. (2012). Hubungan Indonesia dengan Benua AfrikaKaya dengan Nuansa Ikatan Emosional Yang Kuat. Tabloid diplomasi.

18

middle income countries, Indonesia telah memberikan

berbagai bantuan teknis melalui Kerja Sama Selatan

Selatan untuk penguatan kerjasama pembangunan dengan

Afrika. Keberhasilan yang di dapat melalui hubungan

tersebut adalah kerjasama pembangunan dan ekonomi,

promosi dagang dan investasi, kesempatan kerja dan alih

teknologi, serta hubungan dan kerjasama bilateral,

regional dan internasional, merupakan peluang yang dapat

ditempuh negara tersebut.

Jika di lihat dalam bidang potilik, hubungan

Indonesia dengan negara-negara Afrika telah terjalin

dengan baik. Pada forum-forum internasional, Indonesia

dengan negara-negara Afrika selalu saling memberikan

dukungan. Bangsa-bangsa di Afrika selalu melihat dan

menganggap Indonesia sebagai contoh dalam pembangunan

nasionalnya. Implementasi politik luar negeri Indonesia

di Afrika, diantaranya adalah dalam bentuk; partisipasi

dalam Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB di Namibia dan

Republik Demokratik Kongo; bantuan serta kerjasama

teknik bidang Pertanian dan Perikanan, Kesehatan dan

Keluarga Berencana (KB), Micro Financing (Bilateral, GNB

dan Kerjasama Selatan-selatan), pengembangan kapasitas

sumber daya manusia dan kelembagaan.12

12 Andrajati, Duta Besar RI Untuk Senegal. (2012). Mengembangkan Diplomasi Bilateral Dengan Negara-Negara Di Kawasan Sub-Sahara

19

Investasi dan perdagangan juga umumnya mampu

mempengaruhi stabilitas politik dan keamanan,

demokratisasi di negara-negara Sub-Sahara Afrika

mengalami kemajuan, namun belum berjalan lancar sesuai

dengan prinsip-prinsip demokrasi. Ditinjau secara

politis, Afrika dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok:

1. Negara stabil dan demokratis (Afrika Selatan,

Aljazair, Angola, Benin, Botswana, Burkina Faso, Mesir,

Ethiopia, Gambia, Ghana, Guinea, Kenya, Liberia,

Lesotho, Madagaskar, Malawi, Mali, Mauritania,

Mauritius, Maroko, Mozambique, Namibia, Niger, Nigeria,

Senegal, Seychelles, Sudan, Tanzania, Tunisia, Uganda);

2. Negara yang cenderung stabil dan menuju demokratis

(Kamerun, Cape Verde, Comoros, Chad, Djibouti, Eritrea,

Equatorial Guinea, Gabon, Libya, Sierra Leone,

Swaziland, Togo, Zambia, Zimbabwe); dan 3. Negara yang

bermasalah/konflik dan belum demokratis (Burundi, Congo,

Afrika Tengah, Republik Remokratik Kongo, Cote

d’Ivoire/Pantai Gading, Guinea-Bissau, Rwanda, São Tomé

and Príncipe, Somalia).

Dari tiga kelompok tersebut, negara-negara stabil

dan demokratis atau negara-negara yang cenderung stabil

dan demokratis cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi,

dengan ditemukannya minyak di negara-negara Afrika danAfrika. Tabloid diplomasi.

20

masuknya investor asing ke Afrika. Secara ekonomis,

Negara-negara Sub-Sahara Afrika dapat dibagi dalam 3

(tiga) bagian; 1. Negara maju dengan GDP per kapita

diatas USD 5000 (Afrika Selatan, Aljazair, Botswana,

Mesir, Ghana, Kenya, Lybia, Mauritius, Maroko, Nigeria,

Tunisia, Seychelles, Senegal, Swaziland; 2. Negara

sedang membangun/potensial dengan GDP Per Kapita Antara

USD 1000 – USD 5000 (Angola, Benin, Kamerun, Komoros,

Djibouti, Equatorial Guinea, Eritrea, Ethiopia, Gabon,

Gambia, Guinea, Lesotho, Liberia, Madagascar, Mali,

Malawi, Mauritania, Mozambique, Namibia, Niger, Somalia,

Sudan, Tanzania, Togo, Uganda, Zambia, Zimbabwe; dan 3.

Negara yang belum berpotensi dengan GDP Per Kapita

Dibawah USD 1000 (Burkina Faso, Burundi, Cape Verde,

Chad, Cote d’Ivoire, Kongo, Afrika Tengah, Republik

Demokratik Kongo, Guinea-Bissau, Rwanda, São Tomé and

Príncipe, Sierra Leone).

Negara-negara yang menganut sistem demokrasi tidak

terlepas dari dukungan Indonesia. Perjuangan bangsa

Afrika untuk melepaskan diri dari kekuasaan penjajah,

Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung pada tahun 1955

diakui oleh negara-negara Afrika banyak membantu dalam

perjuangan kemerdekaan termasuk menghapuskan sistem

Apartheid di Afrika Selatan. Saat ini Indonesia sedang

21

berupaya membuka hubungan diplomatik dengan beberapa

negara-negara Afrika lainnya. Diplomasi kawasan

merupakan pilar penting bagi diplomasi Indonesia untuk

menambah bobot nilai-nilai strategis hubungan Indonesia-

Afrika. Ini merupakan refleksi dari kebijakan all directions

foreign policy sesuai prinsip “a million friends zero enemy” di

tengah perubahan dunia yang memerlukan diplomasi yang

dinamis, termasuk di kawasan Afrika. Ini juga merupakan

langkah yang efektif dalam melakukan pendekatan untuk

penggalangan dukungan atas posisi dan pandangan

Indonesia mengenai berbagai isu global serta untuk

pencalonan Indonesia di berbagai forum regional dan

internasional, disamping memajukan kerjasama yang lebih

luas, termasuk kerjasama kawasan.

Hubungan baik dengan negara-negara Afrika selama

ini terus dibina dan ditingkatkan, terutama dalam

memperjuangkan kepentingan Indonesia di forum

internasional maupun memperoleh dukungan dalam

pencalonan Indonesia di berbagai forum internasional.

Hubungan baik ini juga terlihat dari dukungan negara-

negara Afrika terhadap integritas Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Bagi Indonesia, benua Afrika tidak

hanya penting dalam arti politis karena jumlah negaranya

yang cukup banyak, yaitu 53 negara dengan jumlah

22

penduduk sekitar 800 juta jiwa, tetapi juga dari segi

ekonomi dan perdagangan kawasan ini sangat potensial,

terutama dalam akses perluasan pasar bagi ekspor non-

migas maupun investasi serta keperluan bagi bahan baku

industri Indonesia. Indonesia memerlukan Afrika sebagai

pasar bagi produknya yang menghadapi persaingan ketat

maupun menghadapi berbagai tarif dan non tarif yang

diberlakukan oleh negara-negara maju.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

23

Afrika Sub Sahara yang dulunya lekat dengan stigma

negatif sebagai wilayah yang penuh penyakit, perang

saudara dan kelaparan telah bertransformasi menjadi

wilayah dengan perkembangan ekonomi yang pesat sehingga

sudah menjadi target para pebisnis Indonesia yang mulai

memasuki pasar Afrika. Hubungan kemitraan Indonesia

dengan negara-negara Afrika kedepannya penting untuk

dikembangkan, mengingat kemitraan tersebut dapat

menyamakan common views dan common interests Indonesia dan

Afrika sebagai sesama negara berkembang, baik secara

bilateral maupun di fora multilateral. Hal ini penting

untuk menjaga keberlangsungan kehadiran Indonesia di

Afrika(Sub Sahara) yang semakin meningkat peranannya di

percaturan politik global. Bahkan Indonesia berencana

untuk menambahkan lagi beberapa negara Afrika Sub Sahara

untuk bergabung bekerjasama melakukan perdagangan maupun

menanamkan modal, itu berarti pertumbuhan ekonomi

terjadi bagi kedua negara tersebut. Kondisi ekonomi di

kawasan tersebut tengah mengalami pertumbuhan dengan

stabilitas politik yang tidak kalah dari negara-negara

berkembang lainnya. Hubungan kerjasama yang berlangsung

ini secara signifikan juga mampu mendorong pertumbuhan

ekonomi di negara-negara tersebut, perunahan pandangan

politik juga terjadi, dahulu yang sebelumya memiliki

24

rezim yang otoriter, sekarang masyarakat menginginkan

perubahan menjadi negara yang demokrasi.

Melihat dari teori yang digunakan dalam makalah ini

bahwa penanaman modal asing sangat diperlukan dalam

upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Afrika maupun

di Indonesia. Penanaman modal asing memiliki kelebihan

jika dibandingkan dengan pinjaman komersil untuk

pembiayaan pembangunan. Penanaman modal asing merupakan

salah satu sumber dana dan jasa pembangunan di negara

sedang berkembang berkat sifat khususnya berupa paket

modal, teknologi, dan keahlian manajemen yang selektif

serta pemanfaatannya dapat disinkronkan dengan tahapan

pembangunan negara yang bersangkutan. Penanaman modal

asing membantu mengurangi kekurangan tabungan domestik

melalui tambahan modal dengan demikian menaikkan laju

tabungan marginal dan laju pembentukan modal.

Selain itu, penggunaan modal asing tidak hanya

mengatasi kekurangan modal tetapi juga keterbelakangan

teknologi. Bersamaan dengan modal uang dan modal fisik,

modal asing juga membawa serta keterampilan teknik,

tenaga ahli, pengalaman organisasi, informasi pasar,

teknik-teknik produksi maju, pembaharuan produk, dan

lain-lain. Juga melatih tenaga kerja setempat pada

keahlian baru. Semua ini mempercepat pembangunan

25

ekonomi. Dengan demikian pembiayaan pembanguan yang

berasal dari investasi asing sangatlah penting artinya

bagi pembangunan ekonomi. Penanaman modal yang

dialokasikan ke dalam proyek pembangunan, berarti akan

menambah kapital yang pada selanjutnya tambahan kapital

tersebut akan berakibat pada peningkatan taraf hidup

masyarakat, yang mana salah satu indikatornya adalah

pertumbuhan ekonomi.

3.2 Saran

Ada beberapa tantangan bagi Afrika Sub Sahara yaitu

peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan

pendidikan dan penciptaan lapangan kerja. Dan investasi

seharusnya tidak hanya dititikberatkan pada sektor

pertambangan dan perminyakan namun juga harus

dikembangkan ke berbagai sektor lain. Di Afrika,

pemerintah telah menerapkan kebijakan pembangunan di

sector pertanian, kesehatan, telekomunikasi, perbankan

maupun pertambangan dimana Afrika Selatan merupakan

salah satu pemimpin di Sub-Sahara Afrika. Sektor

pertambangan dimanfaatkan untuk lebih mengembangkan

sektor lain termasuk penciptaan lapangan kerja demi

meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut,

seharusnya lebih dikembangkan lagi.

26

Indonesia dan Afrika Sub Sahara merupakan salah

satu negara yang sedang berkembang. Sebagai negara ber-

kembang, permasalahan yang selalu dihadapi adalah

permasalahan pertumbuhan ekonomi. Pembiayaan yang sangat

besar diperlukan untuk mengejar ketertinggalan

pembangunan ekonomi yang telah dilakukan negara-negara

maju. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai sumber

pembiayaan untuk menutup keterbatasan pembiayaan dalam

pembangunan ekonomi Indonesia.

27

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Apridar. (2009). Ekonomi Internasional (Sejarah, Teori, Konsep,

Permasalahan Dalam Aplikasinya). Yogyakarta : Graha Ilmu.

Elvany. (2010). Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman

Modal Dalam Negeri, Dan Belanja Modal Terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (Pdrb) Provinsi Jawa Tengah. Skripsi Universitas

Diponegoro : Semarang

Sadono Sukirno. (2000). Makro ekonomi. Teori Pengantar. Edisi

Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Samuelson, Paul A. & Nordhaus William D. (1996). Makro

Ekonomi. Edisi ke-17. Cetakan ketiga. Jakarta : Erlangga.

Setyowati, Eni er al. (2008). Kualitas investasi asing terhadap pertumbuhan ekonomi, vol. 9 no.1, hal. 69-88. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

28

Siswo Pramono, et al. (2012). Exploring Africa: MainstreamingIndonesia’s Economic Diplomacy in Non-traditional Markets. Jakarta :Penerbit P3K2 Aspasaf

Suparmoko.( 2002). Pengantar Ekonomi Makro: Teori, Soal danPenyelesaiannya. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Internet :

www.tabloiddiplomasi.org

www.news.bisnis.com

www.kemendag.go.id

http://id.wikipedia.org/wiki/Afrika_Sub-Sahara

29