Hubungan Cerita Rakyat Riau dengan Pendidikan ...

125
Hubungan Cerita Rakyat Riau dengan Pendidikan Multikultural (Penelitian Eksperimen Implementasi Pendidikan Multikultural di Kelas XI Ilmu-Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Kota Tangerang) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) oleh Rifka Fitrotuzzakia 1110013000038 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Transcript of Hubungan Cerita Rakyat Riau dengan Pendidikan ...

Hubungan Cerita Rakyat Riau dengan Pendidikan Multikultural

(Penelitian Eksperimen Implementasi Pendidikan Multikultural

di Kelas XI Ilmu-Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Kota Tangerang)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

oleh

Rifka Fitrotuzzakia

1110013000038

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

i

ABSTRAK

Rifka Fitrotuzzakia, NIM. 1110013000038, skripsi “Hubungan Cerita

Rakyat Riau dengan Pendidikan Multikultural Penelitian Eksperimen

Implementasi Pendidikan Multikultural di Kelas XI IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) SMA

Negeri 7 Kota Tangerang”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen

Pembimbing : Jamal D. Rahman, M.Hum. September 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan yang

signifikan antara cerita rakyat yang didengarkan atau didongengkan di dalam

kelas dengan pemahaman siswa terhadap pendidikan multikultural di SMA Negeri

7 Kota Tangerang kelas XI IIS (Ilmu-Ilmu Sosial). Metode penelitian yang

digunakan adalah metode kuantitatif. Dengan menggunakan desain eksperimen,

dan product moment. Sumber data dalam penelitian ini adalah data kuesioner

siswa sebelum mendapatkan perlakuan media cerita rakyat, dan kuesioner siswa

sesudah mendapatkan perlakuan media cerita rakyat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan dengan korelasi sebesar 0,8 antara media cerita rakyat Burung Puyuh

dan Burung Tempua dengan pendidikan multikultural. Artinya terdapat hubungan

yang positif dan kuat antara media cerita rakyat dengan pendidikan multikultural.

Ini berarti semakin sering cerita rakyat digunakan sebagai media pembelajaran,

maka semakin baik pemahaman siswa terhadap pendidikan multikultural.

Kata kunci: Korelasi, Pendidikan, Multikultural, Media, Cerita rakyat, Burung

Puyuh dan Burung Tempua, Kurikulum 2013, Eksperimen, Product Moment.

ii

ABSTRACT

Rifka Fitrotuzzakia, 1110013000038, “The Relationship between

Folklore with the Multicultural Education. Experimental Study of Implementation

of Multicultural Education at XI Grade of Social Science Class or IIS (Ilmu-ilmu

Sosial) of SMAN 7 Kota Tangerang. Indonesian Language and Literature

Department. Faculty of Tarbiya and Teachers’ Training. Syarif Hidayatullah State

Islamic University Jakarta. Advisor: Jamal D. Rahman,. M.Hum. September 2014.

The objective of this study is to find out the significant correlation

between folklore which is listened or told in the class and students’

comprehension towards multicultural education at the eleventh grade of Social

Science Class or IIS (Ilmu-ilmu Sosial) of SMAN 7 Kota Tangerang. Research

methodology which is used is statistical quantitative method by using

experimentaldesign and product moment statistical method. Data collecting of this

research is questionnaire, before and after the treatment of folklore.

The result of this study shows that there is significant relationship (0,8)

between media of folklore entitled Burung Puyuh dan Burung Tempua with

multicultural education. It means that there is positive and strong relationship

between the medium of multicultural education. The writer concluded that if the

folklore is taught as the medium in the teaching and learning process oftenly,

student’ comprehension toward multicultural education will be better.

Keywords: Correlation, Education, Multicultural, Medium, Folklore, Burung

Puyuh dan Burung Tempua, Curriculum 2013, Experiment, Product Moment.

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat bagi

seluruh makhluk di dunia. Alhamdulilah, skripsi yang berjudul “Hubungan Cerita

Rakyat Riau dengan Pendidikan Multikultural, Penelitian Eksperimen

Implementasi Pendidikan Multikultural di Kelas XI IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) SMA

Negeri 7 Kota Tangerang” telah selesai. Skripsi ini dibuat penulis sebagai syarat

untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kepentingan mahasiswa,

maupun pembacanya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari

berbagai hambatan dan rintangan. Tanpa bantuan dan peran serta berbagai pihak,

skripsi ini tidak mungkin terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah,

Dra Nurlena Rifa’i, M.A. Ph.D.

2. PLT Ketua Jurusan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Didin

Syafruddin,. MA., Ph.D.

3. Sekretaris Jurusan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Hindun,

M.Pd.

4. Dosen Pembina Akademik, dari semester satu hingga kini, Dra Mahmudah

Fitriyah ZA. M. Pd.

5. Dosen pembimbing skripsi, Bapak Jamal D. Rahman, M.Hum.

6. Seluruh dosen PBSI yang saya sayangi.

7. Kedua orang tua ( Ibu Ati Kurniati dan Bapak Solihin), serta adik saya.

8. Guru-guru SMA Negeri 7 Kota Tangerang.

9. Kepada keluargabesar saya. Kakak saya, ka Shidiq, yang paling saya

hormati dan memberikan banyak nasihat, sahabat dekat saya Herlina dan

Rere yang menjadi teman saya selama di fakultas dan banyak membantu

saya selama skripsi.

iv

10. Kepada teman kosan Sedap Malam.

11. Keluarga Besar PBSI angkatan 2010 dan Keluarga Besar PBSI A angkatan

2010.

12. Keluarga Besar Tarbiyah dan UIN Syarif Hidayatullah.

Semoga semua yang membantu, memberi dukungan, dan partisipasi kepada

penulis, mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Aamiin.

Ciputat, Kota Tangerang Selatan, 1 September 2014

Penulis

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH

ABSTRAK…………………………………………………………………………..i

ABSTRACT………………………………………………………………………...ii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………......iii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….v

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………..…viii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………….1

B. Identifikasi Masalah…………………………………………...……5

C. Pembatasan Masalah………………………………………………..5

D. Perumusan Masalah……………...…………………………………6

E. Tujuan Penelitian……………………...……………………………6

F. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoritis……...…………………………...….…………..6

2. Manfaat Praktis………...……………………………….......……7

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Hakikat Pendidikan………………………………….………….8

2. Pendidikan di Indonesia…………………………….…………..9

3. Hakikat Media Pendidikan………………………….…..……..11

4. Tradisi Lisan dan Cerita Rakyat……………………..………...12

5. Hakikat Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural……..17

vi

6. Kurikulum 2013 di Indonesia…………………………….……24

7. Pendidikan Multikultural dalam Kurikulum 2013…………..…25

8. Media Cerita Rakyat sebagai Perwujudan dari Pendidikan

Multikultural………………………………………………….…..26

9. Cerita Rakyat yang Dipilih dan Sinopsis Cerita……….………26

B. Hasil Penelitian yang Relevan………………………….…….…..28

C. Kerangka Berfikir………………………………………….….….29

D. Hipotesis Penelitian……………………………………………....30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat………………………………………………..…..……31

2. Waktu Penelitian…………………………………….……..…..31

B. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Kuantitatif…………………………………….…..…..32

2. Desain Eksperimen……………………………………….…....32

3. Desain Kelompok Tunggal dengan Pretes dan Postes….....….34

C. Populasi dan Sampel………………………………….…...…..….35

D. Teknik Pengumpulan Data………………………………...…..…35

E. Kontrol Terhadap Validitas Internal……………………….....….36

F. Teknik Analisis Data……………………………………….....…38

1. Variabel Penelitian……………………………………….....…39

G. Hipotesis Statistik………………………………………...…..….40

1. Instrumen Penelitian………………………………..…………41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Profil Sekolah………………………………………………...47

2. Sampel dan Populasi…………………………………………48

3. Deskripsi Penelitian di Lapangan……………………………49

4. Deskripsi Statistika…………………………………………..52

vii

B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis……….55

1. Uji Normalitas Data…………………………………….…….56

2. Uji Linearitas Data……………………………………….…...58

3. Tabel dan Grafik Distribusi Pancaran…………………….…..60

4. Nilai Variabel…………………………………………………61

5. Perhitungan Korelasi………………………………………….61

C. Temuan Penelitian………………………………………..……..66

D. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian…………………...…..68

1. Pembahasan terhadap Hasil Temuan Pertama…………....…..68

2. Pembahasan terhadap Hasil Temuan Kedua…………………68

3. Pembahasan terhadap Hasil Temuan Ketiga……………....…69

E. Implikasi………………………………………………..………69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………….……....71

B. Implikasi………………………………………………….……72

C. Saran…………………………………………………………...72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peradaban bangsa diciptakan melalui polapikir-polapikir individu yang

menghasilkan prilaku nyata di lingkungan sosial. Peradaban bangsa tidak hadir

bedasarkan proses yang singkat dan sederhana, melainkan melalui pemikiran

falsafah-falsafah yang dinilai paling cocok untuk diterapkan pada bangsa

Indonesia kemudian diterapkan langsung dalam kehidupan nyata. Banyak para

ahli mengatakan bahwa peradaban bangsa Indonesia merupakan peradaban yang

menjungjung tinggi nilai moral dan nilai kehidupan bangsanya. Pancasila

digunakan sebagai dasar dari pemikiran dan cita-cita bangsa, kemudian tertuang

langsung di dalam pendidikan yang di dalamnya terdapat tradisi-tradisi, nilai-nilai,

dan budaya bangsa Indonesia. Salah satu pelajaran dan pengajaran tertua yang

terjadi di Indonesia adalah tradisi lisan, atau bercerita.

Indonesia terdiri dari berbagai suku dan budaya. Begitu pula dengan cerita

di dalamnya. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan daerah,

sangat lekat dengan kekayaan peradaban atau kekayaan cerita. Cerita rakyat

memiliki ciri khas. Beberapa di antaranya adalah sebuah cerita yang hadir dan

berkembang di tengah masyarakat pada zaman tradisional. Penyebaran cerita

didapat dari mulut ke mulut, penuh dengan nilai adat sekaligus tradisi yang berisi

peraturan dan sistem kepercayaan masyarakat pada saat itu, memiliki alur yang

mudah ditebak, cerita selalu dimenangkan oleh tokoh yang berwatak baik, berisi

kepahlawanan, dan tokoh berwatak baik menjadi pahlawan atas tokoh yang

berwatak jahat.

Cerita rakyat lahir pada masa lampau serta berkembang pada zaman

tradisional.Kondisi peradaban rakyat Indonesia pada saat itu sangat berwarna,

dimulai dengan hidup berdagang, berlayar, bertani, bercocok tanam, hidup secara

2

berkelompok, memiliki sistim kepercayaan yang terikat dengan roh nenek

moyang serta percaya dngan benda-benda gaib (animisme dan dinamisme).

Setelah itu masuklah budaya ekstern yang mulai berkembang, seperti budaya

Hinduisme, Budhaisme, dan Islam. Sebelum kolonialisasi atau pihak barat datang

dan berinteraksi di Indonesia, nusantara sudah lebih dahulu berinteraksi dengan

multikulturalisme, yakni melalui kehidupan rakyat yang agrarisme, dan berlayar.

Masyarakat Indonesia menerima baik tamu dari bangsa-bangsa asing yang datang

oleh karena itu, penduduk Indonesia pada masa silam sudah beraneka ragam,

yakni terdiri dari beberapa macam ras, diantaranya ras china, dan ras india, serta

ras arab.

Kehidupan masyarakat Indonesia saat ini dinilai sangat dinamis dan

mengalami perubahan yang sangat cepat. Selain itu diiringi dengan tersebarnya

media massa, media elektronik hingga media komunikasi canggih. Media massa,

media elektronik, dan perubahan sosial yang menuju ke arah modernitas memiliki

dua sisi yang bertelingkahan. Di sisi positif kemajuan teknologi dan pembaharuan

dinilai akan menciptakan kemajuan diberbagai bidang, dimulai dari kemajuan

ekonomi, kemajuan teknologi, kemajuan pendidikan, pertanian, pertahanan hingga

kemajuan pola pikir bangsa. Namun di sisi lain kemajuan pola pikir ini lah yang

menjadi lokasi rawan atau kelemahan dari proses modernisasi. Kemajuan pola

pikir bangsa bisa berdampak tergantinya atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan lama

yang positif dan pernah diwariskan oleh nenek moyang atau orang tua di masa

silam. Kekhawatiran akan hilangnya kebiasaan dan budaya tradisional sebagai

budaya peninggalan bangsa menjadi langkah urgensi semua pendidik yang ingin

menancapkan berbagai nilai kebudayaan dari proses pendidikan multikultural

yang plural.

Penanaman nilai saling toleransi dan saling menghargai budaya yang

berbeda, merupakan pendidikan yang sedang digalakkan saat ini.Bagaimanapun

pentingnya mendidik moral siswa. Siswa harus diajarkan sejak dini melalui

berbagai model pembelajaran tentang nilai-nilai luhur, meliputi budaya toleransi,

budaya menghargai dan kesadaran tentang perbedaan etnik yang indah dan

beragam, sehingga dengan pendidikan multikultural mereka dapat mengerti dan

3

memahami bahwa di kehidupan nyata, budaya Indonesia merupakan budaya yang

terdiri dari berbagai macam suku dan etnik yang berbeda, yang lahir secara

alamiah dari proses geografis, psikologis, sosiologis.

Siswa diajarkan untuk tidak rasis, tidak fanatik terhadap etnis tertentu

hingga memakai kekerasan untuk mengatasi perbedaan pendapat. Siswa sadar

bahwa perbedaan di Indonesia alamiah terjadi, tercermin dengan tersebarnya

cerita-cerita rakyat yang berbeda. Tercermin dengan prilaku-prilaku, logat-logat

daerah yang berbeda, cara berpakaian yang berbeda, cara makan yang berbeda,

cara menyayangi yang berbeda bahkan cara memahami dengan cara yang bebeda.

Model dan media pembelajaran mengenal pendidikan berbasis

mulikultural sangat beraneka ragam mulai dari metode sosiodrama, metode

inkuiry, contekstual learning, metode ceramah dan masih banyak lagi. Sedangkan

media pembelajaran untuk pendidikan multikultural bisa berupa materi atau

sumber belajar yang beraneka ragam, dimulai dari dari internet, buku teks hingga

cerita dongeng atau cerita rakyat. Media pembelajaran merupakan sarana siswa

belajar, alat pembantu untuk memahami mengenai nilai-nilai budaya ataupun nilai

multikultural.Media juga digunakan guru sebagai sarana atau alat pembantu bagi

guru dalam mentransfer ilmu atau memberikan pemahaman mengenai materi,

nilai moral, nilai agama dan nilai sosial.

Media pembelajaran cerita rakyat merupakan suatu langkah atau cara

pembelajaran yang berfungsi untuk mentransfer pemahaman mengenai nilai

moral, nilai sosial, nilai pendidikan kepada siswa, sehingga nilai-nilai falsafah

luhur budaya Indonesia dapat terfahami, selain itu cerita rakyat juga berfungsi

untuk menanamkan nilai multikultural dan pengetahuan budaya-budaya bangsa,

sehingga arus perkembangan global tidak mengikis pemahaman siswa mengenai

kebudayaan Indonesia yang sangat kaya dan beraneka ragam. Jika kita temui

cerita rakyat yang berkembang saat ini masih sebatas cerita rakyat popular, seperti

Cerita Malin Kundang, Cerita Asal-usul Danau Toba, Cerita Sangkuriang, Cerita

si Pitung, Cerita Timun Mas, Cerita Bawang Putih dan Bawang Merah. Namun

belum dipopulerkan cerita rakyat yang mengandug nilai pendidikan multikultural,

serta belum dipopulerkan pula cerita rakyat melayu yang berisikan tentang nilai-

4

nilai luhur budaya, moral pengorbanan, menghormati orang tua dan menyayangi

sesama saudara. Masih banyak cerita rakyat nusantara yang kurang popular dan

kurang berkembang di kehidupan remaja, maupun di dalam lingkungan dunia

pendidikan di Indonesia. Belum ditemukan secara spesifik cerita rakyat nusantara

yang menggambarkan prilaku masyarakat yang menganut sistem multikultural,

yakni toleran, saling menghormati dan menghargai sesama manusia yang berbeda

budaya maupun adat di Indonesia.

Kekayaan cerita lisan di Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu cerita

selalu dikesampingkan dan dipandang hanya seperti cerita usang yang selalu kalah

dengan cerita-cerita modern yang lebih mengusung kepada cerita realitas sosial.

Dapat dikhawatirkan akan ada yang rumpang dalam kebudayaan yang luhur

sehingga dengan mudah dapat digantikan dengan kebiasaan-kebiasaan

menyimpang prilaku siswa seperti tauran remaja, kekerasan, kekejaman, prilaku

kebarat-baratan, prilaku seks bebas, prilaku tidak menghargai orang tua, teman

bahkan saudara. Prilaku-prilaku negatif tersebut mudah ditemui di kehidupan

nyata pada diri remaja di Indonesia saat ini. Pendidikan yang seharusnya mampu

menciptakan nilai cipta, rasa dan karsa di dalam jiwa siswa, diharapkan mampu

menuntaskan masalah degradasi dan rumpangnya ruh anak didik terhadap budaya

Indonesia. selain itu penulis ingin mengetahui secara nyata, apakah cerita rakyat,

kebudayaan tradisional, juga tradisi lisan dapat memperkukuh pemahaman siswa

tentang pendidikan multikultural menyangkut pengalaman saling toleransi, saling

menghargai dan saling menyayangi. Untuk itu penulis mengusung tema tulisan

yang bertajuk cerita tradisional dalam pendidikan di Indonesia. Penulis akan

menulis karya ilmiah skripsi yang berjudul,“Hubungan Cerita Rakyat dengan

Pendidikan Multikultural Penelitian Eksperimen Implementasi Pendidikan

Multikultural di Kelas XI IIS SMA Negeri 7 Kota Tangerang .”

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan judul yang diambil yaitu mengenai Hubungan Cerita Rakyat

dengan Pendidikan Multikultural penulis mengemukakan beberapa identifikasi

masalah, yaitu meliputi:

1. kurangnya pemahaman terhadap pendidikan multikultural,

2. kurangnya aplikasi nyata terhadap pendidikan multikultural di sekolah,

3. kurangnya pengetahuan tentang media cerita rakyat yang mengandung

nilai multikultural,

4. kurangnya pengetahuan apakah ada hubungan antara cerita rakyat sebagai

media pembalajaran dengan pendidikan multikultural.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan berbagai identifikasi masalah yang dipaparkan oleh penulis,

penulis lebih memfokuskan penelitian yaitu mengenai cerita rakyat nusantara

yang digunakan sebagai media pembelajaran pendidikan multikultural. Fokus

cerita yang akan diangkat yaitu cerita rakyat Riau yang berjudul Burung Puyuh

dan Burung Tampua. Cerita tersebut berkisah tentang persahabatan dua burung

yang berbeda habitat, namun tetap terbang beriringan dan bersama-sama. Penulis

memilih cerita rakyat tersebut, karena pada cerita rakyat tersebutterdapat nilai-

nilai budaya toleransi dan persahabatan sesama hewan yang berbeda spesies dan

habitat. Peneliti menggunakan cerita rakyat tersebut menjadi media pembelajaran

yaitu dengan cara mendongeng di kelas, menafsirkan sekaligus menjelaskan,

bagaimana budaya menghargai dan toleransi harus ada dalam jiwa siswa SMA

kelas XI IIS. Penelitian ini diadakan secara eksperimen melalui tindakan kelas dan

pengambilan kuesioner berupa data pretes (data awal kuesioner jawaban siswa

sebelum mendapatkan perlakuan) dan data postes siswa (data akhir kuesioner

jawaban siswa setelah mendapatkan perlakuan). Data tersebut digunakan sebagai

instrumen atau ukuran bagaimana hubungan antara cerita rakyat dengan

pendidikan multikultural siswa kelas XI IIS SMA Negeri 7 Kota Tangerang, kelas

6

yang dipilih adalah kelas XI IIS (sebelas Ilmu-Ilmu Sosial) karena kelas tersebut

mempelajari bidang ilmu sosial, termasuk keterampilan siswa untuk lebih

bersosialisasi dan lebih mengerti budaya multikultural terhadap sesama siswa di

kelas maupun di luar kelas. Selain itu kelas XI (sebelas) merupakan kelas yang

dipilih peneliti, karena pada usia 17 tahun atau usia di kelas tersebut merupakan

usia adaptasi siswa dengan idealisme siswa yang dibentuk. Pada usia tersebut juga

siswa sedang rentan berinteraksi dengan kekerasan, ancaman, perbedaan,

bentrokan, konflik dan tawuran antar siswa.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan tersebut, penulis merumuskan permasalahan yaitu:

Bagaimanakah hubungan antara cerita rakyat dengan pendidikan multikultural di

SMA kelas XI IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) SMA Negeri 7 Kota Tangerang?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan

yang signifikan antara cerita rakyat dengan pendidikan multikultural dan

mengetahui seberapa besar hubungan yang signifikanantara cerita rakyat yang

didengarkan atau didongengkan di dalam kelas dengan pemahaman siswa

terhadap pendidikan multikulturaldi SMA Negeri 7 Kota Tangerang, kelas XI IIS.

F. Kegunaan Penelitian

I. F. 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menambah pengetahuan

mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia tentang cerita rakyat, tradisi lisan, mendongeng, pendidikan

multikultural dan hubungan di antara keduanya. Menambah pengetahuan para

civitas pendidikan terhadap multikultural dalam kurikulum 2013. Serta untuk

mengetahui lebih kongkrit bagaimana hubungan cerita rakyat yang mengandung

nilai toleransi dengan pendidikan multikultural yang diterapkan di Indonesia.

7

I. F.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk menyosialisasikembali

tradisi lisan, dongeng dan cerita rakyat daerah nusantara yang sudah usang dan

mulai menghilang. Melalui nilai dan pesan moral yang terkandung dalam tradisi

lisan, dongeng dan cerita rakyat, diharapkan dapat membantu menanamkan nilai-

nilai karakter pada siswa, memperkaya pengetahuan siswa dengan pengetahuan

budaya-budaya di Indonesia. Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat ikut

serta dalam mempertahankan warisan budaya berupa budaya bercerita, dan

budaya mendongeng, sehingga cerita rakyat nusantara tidak punah sepenuhnya.

Dan melalui penelitian ini diharapkan semua kalangan, baik dosen, guru,

mahasiswa dan siswa dapat mewariskan sekaligus melestarikan kebudayaan

tradisional di Indonesia.

8

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Hakikat Pendidikan

Pendidikan tidak terlepas dari berbagai proses mendidik dan mengajar.

Untuk itu berikut ini adalah konsep pendidikan jika ditnjau dari beberapa ahli

pendidikan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan berasal dari

“pen.di.dik.an yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang. Arti lain adalah usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan, proses, cara perbuatan mendidik”.1 Sedangkan

pendidikan yang dikatakan oleh Lengeveld dalam Halifud Sabri, ialah “pemberian

bimbingan atau bantuan rohani bagi yang seseorang masih memerlukan”.

Pendidikan itu terjadi melalui pengaruh dari seseorang yang telah dewasa kepada

orang yang belum dewasa, namun tidak semua pengaruh yang datangnya dari

orang dewasa kepada orang yang belum dewasa itu dapat disebut mendidik, sebab

mungkin saja pengaruhnya itu tidak mengandung unsur mendidik sama sekali.

Sifat dari pendidikan adalah semua usaha, pengaruh, perlindungan serta bantuan

yang diberikan harus tertuju pada kedewasaan anak didiknya atau dengan kata lain

membantu anak didiknya agar cukup cakap dalam melaksanakan tugas hidupnya

sendiri.2 Kemudian, H. A. R. Tilaar menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu

proses menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat,

membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan global.3

Hal ini senada dengan pendapat Nurani Soyomukti yang mengatakan bahwa

pendidikan adalah segala sesuatu dalam kehidupan yang mempengaruhi

pembentukan berpikir dan bertindak individu, dalam kurun waktu kehidupan yang

1Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka,2007), h. 263.

2 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (UIN Jakarta Press:Ciputat, 2005), h.8.

3 H.A.R. Tilaar, Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia: Strategi

Reformasi Pendidikan Nasional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999),h. 28.

9

panjang dan saling berkaitan dengan perubahan-perubahan cara berpikir

masyarakat juga turut menjadi pembentuk seorang individu.4

Selain usaha untuk menumbuh kembangkan kedewasaan, pendidikan juga

merupakan suatu usaha dari berbagai dimensi, baik dimensi tataran kecil, hingga

ke dimensi global. Pengertian pendidikan di Indonesia pun telah tertuang di dalam

Undang-Undang RI, berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

No. 20 tahun 2003 pasal 1 butir 1, pendidikan adalah:

“usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara.”5

Dari uraian pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan

adalah suatu usaha atau proses mendewasakan individu atau sekelompok orang

melalui sebuah pengajaran atau pelatihan seumur hidup.

2. Pendidikan di Indonesia

H. Soedijarto mengatakan bahwa proses pendidikan di Indonesia seperti

yang sepintas disinggung dan berlangsung dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00

tidak akan dapat mengubah karakteristik manusia Indonesia yang beretos kerja

tinggi, yang berdisplin, bermoral, yang bertanggung jawab, yang menghormati

tegaknya hukum, dan yang mampu menguasai dan menerapkan iptek serta

bersikap demokratis. Tidak lain karena masyarakat di luar sekolah belum dapat

menjadi tempat yang mendorong tumbuh dan berkembangnya karakteristik

manusia Indonesia yang ideal. Maka perlu dirancang suatu sistem pendidikan

nasional yang memungkinkan proses pembelajaran yang bermakna yaitu proses

pembudayaan yang menyangkut berbagai kemampuan, nilai, dan sikap seorang

Indonesia yang modern. Untuk itu Komisi Internasional UNESCO

4 Nurani Soyomukti, Teori-Teori Pendidikan: Tradisional, (Neo) Liberal, Marxis-

Sosialis, Postmodern, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h.29.

5 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis

Agama dan Budaya Bangsa, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), h. 41.

10

merekomendasikan 4 pilar belajar, yaitu Learning to know, Learning to do,

Learning to Live Together, dan Learning to be.6

Pendidikan di Indonesia yang ideal harus mencangkup 4 macam pilar

belajar, belajar tidak hanya mempelajari sesuatu, tetapi dapat memperagakan,

mempraktikkan, dan mengaplikasikan, sehingga tujuan belajar bukan hanya untuk

pengetahuan saja, malainkan untuk hidup bersama, dan untuk dapat melakukan

sesuatu.

Theodore Brameld dalam H.A.R. Tilaar menyatakan bahwa terdapat

keterkaitan yang sangat erat antara pendidikan, masyarakat dan kebudayaan.

Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti

keduanya, yakni berkenaan dengan nilai-nilai. Di dalam rumusan-rumusan

kebudayaan, mengandung tiga dimensi, ketiga dimensi tersebut adalah manusia,

masyarakat dan budaya. Oleh sebab itu pendidikan tidak dapat terlepas dari

kebudayaan dan hanya dapat terlaksana dalam suatu masyarakat. Apabila

kebudayaan mempunyai tiga unsur penting yaitu kebudayaan sebagai suatu tata

kehidupan (order), kebudayaan sebagai suatu proses, dan kebudayaan mempunyai

suatu visi tertentu (goals), maka pendidikan dalam rumusan tersebut adalah

sebenarnya proses pembudayaan. dengan demikian tidak ada suatu proses

pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa masyarakat, dan sebaliknya tidak ada

suatu kebudayaan dalam pengertian suatu proses tanpa pendidikan, dan proses

kebudayaan dan pendidikan hanya dapat terjadi di dalam hubungan antar manusia

di dalam suatu masyaraka tertentu.7 Jadi terdapat keterkaitan yang erat antara

pendidikan, masyarakat dan budaya, untuk itu ketiganya tidak dapat terlepaskan

dari proses pendidikan.

H.A.R. Tilaar menegaskan bahwa metode pendidikan Indonesia terbagi

menjadi dua, pendidikan agama dan pendidikan nasional.Namun pendidikan yang

dilaksanakan lebih ke arah dikotomis.8 Oleh karena itu sangat sulit menemukan

6 H. Soedijarto, Pendidikan yang Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan Memajukan

Kebudayaan Nasional Indonesia dalam Kurikulum yang Mencerdaskan, (PT Kompas Media

Nusantara: Jakarta, 2007), h.21.

7 H.A.R. Tilaar, Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia: Strategi

Reformasi Pendidikan Nasional, (PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 1999), h.7.

8Ibid.

11

konsep pendidikan yang komprehensif dan integral. dalam pendidikan

multikultural, terdapat pengungkapan hakikat manusia yaitu diantaranya, pertama

pendidikan multikultural memandang bahwa manusia memiliki beberapa dimensi

yang harus diakomodir dan dikembangan secara keseluruhan, orientasi pendidikan

multikultural adalah “memanusiakan manusia.” Kemanusiaan manusia pada

dasarnya adalah pengakuan akan pluralutas, heterogenitas dan keragaman manusia

itu sendiri. keragaman itu bisa berupa ideolog, agama, paradigm, pola pikir,

kebutuhan keinginan, tingkat ekonomi, strata sosial, suku, etnis, ras, budaya, dan

nilai-nilai tradisi.

3. Hakikat Media Pendidikan

Media itu berarti sebuah wadah, sebuah sarana, dan perantara seorang guru

atau pengajar mentransferkan ilmunya kepada anak didik atau siswa. hal ini

dikatakan pula oleh Yudhi Munadhi dalam buku yang berjudul Media

Pembelajaran yaitu,

“kata media berasal dari bahasa Latin, yakni Medius yang secara

harfiahnya berarti „tengah‟, „pengantar‟, atau „perantara‟. Dalam bahasa

Arab media disebut „wasail‟ berbentuk jama‟ dari „wasilah‟ yakni sinonim

al wast yang artinya juga „tengah‟. Kata tengah itu sendiri berarti berada di

antara dua sisi, maka disebut juga sebagai „perantara‟ (wasilah) atau yang

mengentarai kedua sisi tersebut.Karena posisinya berada di tengah ia bisa

juga disebut sebagai penghantar atau penghubung, yakni yang

mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari

satu sisi ke sisi lainnya.”9

Sedangkan berdasarkan KBBI Media adalah 1. Alat; 2. Alat (sarana)

komunikasi seperti koran, majalah, radio, telefisi film, poster dan spanduk; 3.

Terletak di antara dua pihak (orang, golongan, dsb); wayang bisa dipakai sebagai

– pendidikan; 4. Perantara, penghubung.10

Dari hal tersebut dapat disimpulkan

bahwa media menunjuk kedalam suatu saluran, atau perantara dari satu sisi ke

dalam sisi si penerima pesan.Pengertian media pendidikan menunjukkan pada

9 Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung

Perseda Press, 2012), h. 6.

10

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai

Pustaka, 2007), h. 726.

12

gabungan dari pengertian atau makna kata „media, dan makna kata „pendidikan‟.

Jika makna kata media adalah „sarana‟, maka, makna kata pandidikan adalah

suaru proses pendewasaan atau perubahan mental manusia ke arah konstruktif.

Maka media pendidikan adalah sarana atau saluran yang dipakai dalam

menunjang suatu pesan berupa proses pendewasaan, perubahan mental, psikis,

jiwa, rohaniah, kognitif, intelektual manusia secara positif yang berlandaskan

prinsip kemanusiaan dan hubungan manusia dengan alam, Tuhan, dan

masyarakat.

4. Tradisi Lisan dan Cerita Rakyat

Tradisi Lisan dalam KBBI adalah Folklor lisan.11

Namun tradisi lisan

lebih luas cakupannya dari folklor lisan, folklor, erat kaitannya dengan sebuah

cerita lisan yang menyangkut legenda, mite atau dongeng. Pada mulanya

informasi atau pesan ada dan berkembang melalui sebuah tradisi lisan, yakni yang

dikatakan oleh James Danadjaja hal itu disebut dengan ilmu menggosip, seni

bercerita dan mendongeng.12

Pada cara ini, maka mungkinlah suatu masyarakat

dapat menyampaikan sejarah lisan, sastra lisan, hukum lisan dan pengetahuan

lainnya ke generasi seterusnya tanpa melibatkan bahasa tulisan. Biasanya isi

informasinya agak bias dan terdapat lebih dari ribuan versi, tergantung dari

redaksi orang yang berceritanya. karena dongeng diceritakan dari mulut ke mulut,

selain itu seseorang yang memiliki kepentingan yang berlainan, bisa saja merubah

ceritanya, menjadi cerita yang lain, namun bertema atau bertokoh yang mungkin

sama. adapun James Danadjaya mengatakan bahwa Folklor tisan terbagi menjadi

legenda, mite dan dongeng. kemudian James Danadjaya dalam bukunya yang

berjudul Folklor Indonesia, mengatakan bahwa suatu foklor tidak berhenti

menjadi foklor jika ia berubah menjadi cetakan. Suatu folklor memiliki identitas,

selama ia berasal dari peredaran lisan.13

Transkripsi cerita rakyat yang diambil

dari tradisi lisan misalnya. Jadi cerita rakyat pada mulanya diawali dari tradisi

11Ibid., h. 1208.

12

James Danadjaya, Folklor Indonesia: Ilmu Gosip Dongeng dan Lain-Lain, (Jakarta:

Grafitypers, 1986), h.5.

13Ibid., h. 23.

13

lisan, diceritakan dari generasi ke generasi, hingga ditulis atau dicetak oleh

penulis. Agar cerita bisa dibaca oleh generasi berikutnya. Dongeng bersifat bias.

Bisa jadi pendongeng yang bercerita hari ini jika disuruh untuk mengulangi lagi

dongengnya pada saat ini juga. Maka ceritanya ada yang sedikit berbeda. Karena

batasan dari sebuah dongeng ataupun tradisi lisan adalah lisan.

Liaw Yock Fang dalam Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik mengatakan

bahwa kesusastraan rakyat adalah sastra yang hidup di tengah-tengah rakyat.

Dituturkan oleh ibu kepada anaknya yang dalam buaian.14

Tukang cerita juga

menuturkannya kepada penduduk kampung yang tidak bisa membaca (tukang

cerita sendiri belum tentu bisa membaca). Cerita yang semacam ini diturunkan

secara lisan dari satu generasi kepada generasi yang lebih muda. Cerita yang

tersebar di kalangan rakyat awalnya dilisankan, namun kemudian cerita tersebut

dikumpulkan oleh bangsawan atau raja yang memerintah, ditulis disesuaikan

dengan kehendak istana.15

Cerita rakyat merupakan cerita yang berkembang pada

masyarakat di daerah tertentu. Cerita rakyat kental dengan mitos, kepercayaan

masyarakat, kebiasaan-kebiasaan dan tokoh nama yang ditulis nyata dan banyak.

Cerita rakyat terlahir tanpa sebuah pengarang, atau anonim, karna itu cerita rakyat

merupakan cerita berkaitan dengan sejarah.16

Kuntowijoyo mengatakan bahwa sastra rakyat dikenal dengan nama

tradisi lisan mencakup suatu bidang yang cukup luas. Sastra rakyat terdiri dari

cerita-cerita, ungkapan, pribahasa, nyanyian, tarian, adat resmi, undang-undang,

teka-teki, permainan, kepercayaan dan perayaan, semuanya termasuk kedalam

sastra rakyat. Dalam masyarakat yang menekankan pentingnya pikiran kolektif

seperti masyarakat Indonesia adanya etika otoritarian.Pikiran-pikiran kolektif

lebih penting daripada pikiran individual dan kesadaran kolektif lebih diutamakan

14Liaw Yock Fang, Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, 2011), h.1.

15Ibid,. h.5.

16

Rane Wallek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta :Gramedia, 1993), h.

280.

14

ketimbang kesadaran perorangan.17

Liaw Yock Fang mengatakan bahwa cerita

rakyat dapat dibagi atas empat jenis yaitu seperti berikut ini.

1. Cerita Asal-usul

Cerita asal-usul atau dongeng aetiologis adalah cerita rakyat yang

tertua.Cerita-cerita ini sebenarnya sudah bisa dimasukkan ke dalam bidang

mitos, cerita yang dianggap benar oleh penceritanya.18

Cerita asal usul

dapat pula berupa cerita babad asal usul sebuah masyarakat yang penuh

dengan keajaiban dan tokoh mitos yang digambarkan memiliki kekuatan

suppranatural.

2. Cerita Binatang

Cerita binatang adalah salah satu bentuk sastra rakyat yang sangat

popular.Tiap-tiap bangsa di dunia ini mempuyai cerita binatang. C.

Hooykaas dalam Liaw Yock Fang, mengatakan bahwa sebagian dari

cerita-cerita binatang ini berasal dari India, kemudian tersebar ke benua

asia dan eropa. Ada pula yang berpendapat bahwa cerita binatang itu

timbul dalam masyarakat yang primitif, di mana saja. Jadi tidak mesti di

India. Dalam masyarakat primitif, manusia masih tinggal dalam gua, dan

tiap hari bergaul dengan binatang. Mereka juga bergantung kepada

binatang untuk hidup. Oleh karena itu mereka tahu betul sifat-sifat

binatang.Binatang juga diberi sifat-sifat manusia. Mereka dapat merasa

dan berpikir seperti manusia.Perbedaan bentuk fisik tidak penting. Dalam

masyarakat primitif, tidak terdapat perbedaan antara dewa, binatang dan

manusia. Dalam cerita binatang, biasanya ada seekor binatang yang

memegang peranan penting. Binatang itu biasanya binatang kecil dan

lemah. Tetepi dengan kecerdasannya ia dapat memperdaya binatang-

binatang lain, sehingga seluruh hukum rimba takluk kepadanya.19

Dalam

masyarakat suku Jawa, cerita Si Kancil contohnya, sedangkan cerita

17 Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1987),

h.138.

18

Liaw Yock Fang, op. cit., h.2.

19

Ibid., h. 4.

15

Sunda, Cerita Si Kera, contohnya. Cerita hewan ini disebut juga dengan

fabel.

3. Cerita Jenaka

Cerita jenaka adalah cerita yang jenaka. Jenaka diterangkan oleh Kamus

Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2008:577)

sebagai “mambangkitkan tawa, kocak, lucu: menggelikan.” Tetapi R. J.

Wilkinson yang dikutip dalam Liaw Yock Fang menerangkan bahwa

jenaka juga berarti “willy, full of stratagem” (cerdik, berakal, dan tahu

ilmu siasat). Ringkasnya cerita jenaka adalah cerita tentang tokoh yang

lucu, menggelikan, atau licik dan licin.20

Contoh cerita jenaka yang

terkenal adalah, cerita Abu Nawas, dalam kesusastraan Timur Tengah,

Cerita Kabayan, dalam kesusastraan Sunda, cerita Semar, dalam

kesusastraan Jawa, dan cerita jenaka lainnya.

4. Cerita Pelipur Lara

Cerita pelipur lara adalah cerita yang dipakai untuk melipur hati yang lara,

yang duka nestapa. Pada zaman dahulu kala, sebelum adanya radio,

televisi, dan wayang gambar (film), mendengar cerita pelipur lara

merupakan satu-satunya hiburan bagi orang kampung. Bila matahari sudah

tenggelam, dan orang kampung sudah makan malam dan mulai

beristirahat, mulailah si tukang cerita bercerita. Ia bercerita dengan nada

yang merata, seolah-olah membaca dari sebuah kitab. Cerita itu berlanjut

sampai jauh malam, dan bila tidak selesai, akan dilanjutkan pada esok

malamnya. Biarpun tukang cerita itu tidak bisa membaca dan menulis, ia

tidak pernah membuat kesalahan dalam certanya. Sebab, ia sudah biasa

mendengar cerita-cerita itu sejak kecill dari ayahnya, dan datuknya yang

juga adalah tukang cerita. Mereka inilah yang dinamai sahibul hikayat.

Dan dengan berceritalah mereka mencari nafkah dari satu kampung ke

kampung lain. Kedatangan mereka selalu disambut oleh orang kampung.

Mereka juga selalu diberi upah.

20Ibid., h.13.

16

Ceritanya selalu tentang istana yang indah-indah buatannya, raja yang

memerintah juga sangat besar kerajaannya, tetapi sayang sekali permaisuri

mandul. Karena itu baginda hidup dalam kesedihan.21

Cerita pelipur lara

ini biasanya berisi tentang kesedihan.

Cerita rakyat, sangat erat kaitannya dengan budaya sosial yang

berkambang pada saat karya itu lahir.karenasastra mempunyai fungsi sosial atau

manfaat yang tidak sepenuhnya bersifat pribadi. Hal ini senada dikatakan oleh

Rane wellek dan Austin Werren yang menyatakan bahwa “menyamakan sastra

dengan sejarah kebudayaan berarti menolak sastra sebagai bidang ilmu dengan

metodenya sendiri.”22

menurut pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa

wilayah sastra itu menyangkut legenda atau cerita sejarah yang telah dicampur

dengan rekaan atau fiksi.

Cerita rakyat disebut juga cerita mitos, dan mitos merupakan suatu usaha

yang timbul untuk mengakrabi alam. Hal ini senada yang diungkapkan oleh Prih

Suharto, dkk., “dalam batas-batas tertentu dapat kita katakan bahwa unsur mitos

yang bersifat fantastis itu merupakan cerminan usaha nenek moyang kita untuk

mengakrabi alam, yang dengan demikian juga berarti mengakrabi diri sendiri,

sekaligus sebagai menifestasi pengakuan mereka terhadap kebesaran Sang Maha

Pencipta.”23

Hal-hal semacam itu misalnya kita jumpai pada cerita-cerita rakyat.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa cerita rakyat merupakan

cerita rekaan atau dongeng-dongeng berisi nilai-nilai moral, yang berfungsi

sebagai usaha nenek moyang untuk menasehati keluarga maupun kerabatnya.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat sama

halnya seperti dongeng yang mengandung nilai dan pesan moral yang tersirat, dan

kaya akan nasihat. Tradisi lisan merupakan tradisi menyampaikan informasi,

pesan dan nasihat, dari mulut ke mulut. Cerita rakyat, merupakan tradisi lisan atau

21Ibid., h.33.

22

Rane Wallek dan Austin Warren, op. cit., h. 12.

23

Prih Suharto dkk., Beberapa Cerita Bermotif Penjelmaan dalam Sastra Nusantara,

(Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994), h.3.

17

dongeng yang tertulis. Cerita tersebut, mengandung ajaran tradisional yang

memiliki nilai budaya yang luhur.

5. Hakikat Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural

Andre Ata Ujan, dkk., mengatakan bahwa “multikulturalisme memiliki

dua arti di satu pihak merupakan suatu paham dan di lain pihak merupakan suatu

pendekatan yang menawarkan paradigma kebudayaan untuk mengerti perbedaan-

perbedaan yang selama ini ada di tengah-tengah masyarakat kita dan dunia.”24

Jadi

multikulturalisme terdapat dua arti, arti pertama merupakan suatu faham,

sedangkan arti kedua adalah suatu pendekatan seorang manusia untuk memahami

bagaimana adanya keberagaman dan perbedaan-perbedaan yang selama ini hidup

ditengah-tengah masyarakat yang modern dan ditengah kondisi masyarakat yang

mengglobal.

Alfons Taryadi yang dikutip oleh Andre, mengatakan bahwa

multikulturalisme itu terdiri dari lima jenis25

yaitu,

1. multikulturalisme isolasionis, mengacu pada visi masyarakat sebagai

tempat kelompok-kelompok budaya yang berbeda, menjalani hidup

mandiri dan terlibat dalam saling interaksi, minimal sebagai syarat yang

niscaya untuk hidup saling bersama;

2. multikulturalisme akomodatif, mengacu pada visi masyarakat yang

bertumpu pada satu budaya dominan, dengan penyesuaian-penyesuaian

dan pengaturan yang pas untuk kebutuhan budaya minoritas;

3. multikulturalisme mandiri, mengacu pada visi masyarakat yang mencari

kesetaraan antara kelompok-kelompok besar dengan budaya yang

dominan, dan bertujuan untuk menempuh hidup mandiri dalam politik

kolektif yang dapat diterima;

4. multikulturalisme kritis atau interaktif, merujuk pada visi masyarakat

sebagai tempat kelompok-kelompok kultural yang kurang peduli terhadap

24 Andre Ata Ujan, dkk., Multikulturalisme: Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan,

(Jakarta: PT Indeks, 2009),h.15.

25 Ibid.,

18

hidup mandiri dan lebih peduli dalam menciptakan suatu budaya kolektif

yang mencerminkan dan mengakui perspektif mereka yang berbeda-beda;

5. multikulturalisme kosmopolitan, mengacu pada visi masyarakat yang

berusaha menerobos ikatan-ikatan kultural yang membuka peluang bagi

individu yang tidak terikat pada budaya khusus, secara bebas bergiat

dalam eksperimen-eksperimen antarkultur dan mengembangkan satu

budaya milik mereka sendiri.

Andre mengatakan bahwa Masyarakat multikultural sebaiknya memiliki

sikap rendah hati, (mau menerima kenyataan), dan mengembangkan sikap hormat

akan keunikan masing-masing pribadi/kelompok dengan cara-cara berada mereka

masing-masing.26

Jadi apabila masyarakat tidak mau bersikap rendah hati dan

tidak menjung-jung tinggi rasa hormat terhadap keunikan dari perbedaan masing-

masing individu. Maka yang terjadi setelah itu adalah pertentangan dan konflik

berkepanjangan terhadap suatu masyarakat dan bangsa.

Indonesia merupakan masyarakat majemuk karena bukan hanya memiliki

beraneka ragam corak kesukubangsaan dan kebudayaan secara horizontal, tetapi

juga secara vertikal, baik dari sisi kemajuan ekonomi, teknologi, dan organisasi

sosial politiknya. Rusmin mengatakan bahwa,

“para ahli menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

mewujudkan diri sebagai suatu masyarakat yang majemuk, dan sudah

menjadi pokok perhatian dari para ahli untuk waktu yang lama. Dengan

kalimat mewujudkan diri sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia

atau NKRI pada hakikatnya setiap kelompok, golongan, suku, agama dan

yang berbeda satu dengan yang lainnya melebur dan bersepakat

membentuk kesukubangsaan yang satu, yaitu bangsa Indonesia”.27

Untuk itu pendidikan multikultural untuk mewujudkan dan

mempraktikkan NKRI terhadap Negara Indonesia sangat urgen dilakukan oleh

para pendidik di Indonesia saat ini.

26Ibid.,h.15.

27

Rusmin Tumanggor, dkk., Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana,

2010),h.96.

19

Hal tersebut dikatakan pula oleh Robert W Hefner, dalam penelitiannya

yang mengungkap deskripsi sejarah masyarakat multikultural di wilayah Asia

Tenggara. Robert W. Hefner, mengatakan bahwa,

“Di Asia Tenggara memiliki sejarah mereka sendiri yang kaya dengan

kebhinnekaan dan partisipasi. Sama halnya dengan Barat, di zaman

pramodern tak satu pun dari masyarakat Asia Tenggara itu menetapkan

rumusan rumusan, yang oleh orang-orang yang berpikiran demokratis

sekarang ini akan diterima untuk mengoordinasikan kewarganegaraannya

dan menjembatani jurang yang dalam dari kotak-kotak kebudayaan.

Namun, elemen-elemen dari warisan yang lebih tua itu masih juga

melekat, dan setidak tidaknya, elemen-elemen terbaiknya harus dilibatkan

jika usaha-usaha untuk mempromosikan suatu pluralisme yang lebih

partisipatoris diharapkan akan disambut baik oleh aktor-aktor dan

organisasi-organisasi lokal”.28

Berdasarkan kutipan di atas dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia

telah lebih dahulu berinteraksi dengan multikulturalisme, melalui kebiasaan

ataupun profesi sabagian penduduknya yang bermatapencaharian sebagai

pedagang atau pelayar. Selain itu jauh sebelum masa kolonialisme datang

membawa faham demokrasi, dalam masyarakat Indonesia sudah terdapat berbagai

ras yang ada, ras tersebut adalah ras Indonesia (pribumi), ras cina, ras india dan

ras arab, yang kemudian membawa budaya Islam. Hal ini senada dikatakan oleh

Robert yang berpandangan tentang wilayah Asia Tenggara dengan kalimatnya

yaitu “di kawasan Asia Tenggara terdapat budaya yang lebih diterima dan

menghargai budaya lainnya yang masuk.”29

Pendapat senada diujarkan oleh George F. Mc Lean, yang dalam teorinya

mengatakan bahwa nilai agama yang berpayung (penyebaran agama secara

damai), akan memudahkan interaksi masyarakat terhadap lingkungan baru,

budaya dan etnik yang baru. Seperti kutipan George F. Mc Lean”in contrast, an

attitude of authentic religious openness appreciates the nature of one’s own

finiteness. On this basis it both respects the past and is open to discerning the

future. In other words, it is an acknowledgement that our religious and cultural

28 Robert W. Hefner (ed.), Politik Multikulturalisme, (Jogjakarta: Penerbit Kanisius,

2007), h.77.

29

Ibid.

20

heritage has something new to say us”.30

Isi kutipan tersebut mengandung arti

sebaliknya, sikap keterbukaan agama otentik menghargai sifat keterbatasan sendiri

seseorang. Atas dasar ini keduanya menghormati masa lalu dan terbuka untuk

membedakan masa depan. Dengan kata lain, itu adalah pengakuan bahwa warisan

agama dan budaya kita memiliki sesuatu yang baru untuk dikatakan.

Terdapat penelitian yang menarik dari Ronald Inglehart yang mengatakan

bahwa masyarakat yang berpenduduk berfaham multikultural lebih sejahtera dan

berpendapatan besar/ kaya dibandingkan masyarakat yang memiliki tingkat anti

toleran yang rendah, seperti kutipan di bawah ini

“Wilayah-wilayah budaya yang berbeda memang ada dan mereka

mempunyai konsekuensi sosial dan politik yang besar, serta membantu

membentuk fenomena penting mulai tingkat kesuburan hingga perilaku

ekonomi dan institusi-institusi demokrasi. Satu dimensi utama dari variasi

lintas budaya secara khusus penting bagi demokrasi. Masyarakat sangat

bervariasi dalam tingkatan penekanan masyarakat itu pada “nilai-nilai

peninggalan” atau “nilai-nilai ekspresi diri”. Masyarakat yang

menekankan pada nilai yang terakhir sepertinya akan lebih demokratis dari

pada masyarakat yang menekankan pada nilai-nilai peninggalan.

Pembangunan ekonomi tampaknya membawa perubahan berangsur-angsur

dari nilai-nilai peninggalan menuju nilai-nilai ekspresi diri, yang

membantu menjelaskan mengapa masyarakat yang lebih kaya lebih

mungkin untuk demokratis. Korelasi antara nilai peninggalan/ ekspresi diri

dan demokrasi sangat kuat . apakah keduanya berjalan seiring karena nilai-

nilai ekspresi diri (yang menyertakan kepercayaan antarpribadi, toleransi

dan partisipasi dalam pembuatan keputusan). Fakta menunjukkan bahwa

hal ini lebih merupakan masalah budaya yang membentuk demokrasi

daripada sebaliknya.”31

Pernyataan tersebut beranggapan bahwa di dalam suatu masyarakat

terdapat nilai ekspresi, nilai ekspresi merupakan suatu nilai yang menyertakan

suatu kepercayaan anatar pribadi, toleransi dan partisipasi dalam pembuatan

keputusan. nilai ekspresi meliputi nilai saling menghargai, nilai toleransi dan

saling berpartisipasi akan membentuk demokrasi dan prilaku ekonomi yang

30 John P. Hogan (ed.), Cultural Identity, Pluralism and Globalization Volume 1:

Culturall Pluralism and Demoratic Freedom, (Washington, DC: The Council for Research in

Values and Philosophy, 2005),h.58.

31

Lawrance E. Harrison dan Samuel P. Huntington (ed.), Kebangkitan Peran Budaya:

Bagaimana Nilai-Nilai Membentuk Kemajuan Manusia, (Jakarta: Penerbit LP3ES, 2011),h.131.

21

meningkat. Masyarakat multikultural akan lebih memiliki nilai ekspresi,

dibandingkan masyarakat yang manganut faham anti toleransi dan menggunakan

kediktatoran untuk mensejahterakan penduduknya.

Pendidikan multikultural merupakan sebuah istilah yang sudah lama

muncul di dunia pendidikan. Dalam pendidikan multikultural selalu muncul dua

kata kunci yaiu pluralitas dan kultural. Sebab, pemahaman terhadap pemahaman

terhadap pluralitas mencakup segala perbedaan dan keragaman. Sedangkan kultur

itu sendiri tidak bisa terlepas dari empat tema penting, yaitu aliran (agama), ras

(etnis), suku, dan budaya.

Istilah pendidikan multikultural secara etimologis terdiri atas dua terma,

yaitu pendidikan dan multikultural. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses

pengembangan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan proses, perbuatan

dan cara-cara yang mendidik. Sedangkan istilah multikultural sebenarnya

merupakan kata dasar yang mendapat awalan. Kata dasar itu adalah “kultur” yang

berarti kebudayaan, kesopanan, atau pemeliharaan sedang awalan dari kata ter

sebut, yakni kata “multi” yang berarti banyak, ragam, atau aneka. Dengan

demikian multikultural berarti keragama kebudayaan, aneka kesopanan, atau

banyak pemeliharaan. Namun dalam tulisan ini lebih diartikan sebagai keragaman

budaya sebagai ejawantah dari keragaman budaya sebagai keragaman latar

belakang seseorang.32

Secara termologis Ainurrofiq Dawam mengatakan bahwa, “pendidikan

multikultural berarti proses pengembangan seluruh potensi manusia yang

menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensinya keragaman

budaya, etnis, suku, dan aliran (agama).”33

Pengertian pendidikan multikultural

yang demikian tentu mempunyai implikasi yang sangat luas dalam pendidikan.

Karena pendidikan itu sendiri secara umum difahami sebagai proses tanpa akhir

atau proses sepanjang hayat. Dengan demikian, pedidikan multikultural

32

Ainurrofiq Dawam, Pendidikan Multikultural, (Penerbit Inspeal : Jogjakarta, 2006), h.39. 33

Ibid.

22

menghendaki penghormatan dan penghargaan setinggi-tingginya terhadap harkat

dan martabat manusia darimanapun dia dan dari budaya apapun dia.

Nurani Soyomukti mengutip pada buku yang berjudul Preparing Teacher

to Teach Global Perspectives, Merryfield (1997) mengatakan bahwa “ada tiga

syarat yang harus dimiliki guru dalam mengembangkan pendidikan yang bersifat

global, yakni kemampuan konseptual, pengalaman lintas budaya, dan

keterampilan pedagogis.”34

Kemampuan konseptual berkenaan dengan peningkatan pengetahuan guru

dalam konteks isu-isu global. Guru harus memiliki pengetahuan tentang isu,

dinamika, sejarah, dan nilai-nilai global agar mereka memiliki keterampilan

mengapresiasi persamaan dan perbedaan budaya dalam masyarakat dunia, di

dalam kelas.

Syarat berikutnya adalah pengalaman lintas budaya (inter-culturalism).

Guru harus memiliki pengetahuan langsung tentang kesadaran multi budaya.

Ketidaktahuan seorang guru akan menimbulkan prasangka. Dalam proses

globalisasi terjadi trans nasionalisasi atau globalisasi ini tidak terkait dengan

“tempat”. Trans nasionalisasi atau globalisasi memungkinkan manusia membuat

tindakan simultan dalam berbagai tempat yang berbeda sekaligus. “global” di sini

berarti “trans-lokal”. Globalisasi bukanlah sesuatu yang mengembangkan apa saja

dengan dalih keuniversalan, melainkan diberi makna yang baru. Inilah yang

kemudian muncul istilah dari Roland Roberston: globalisasi. Apa yang lokal

bukannya tidak penting, justru mendapat arti yang baru dalam hubungan

masyarakat.

Sementara Merry M Merry Field dalam Nurani Soyomukti mengatakan

bahwa keterampilan pedagogis dalam perspektif global adalah “the practice of

teaching and learning globally oriented contens in ways that support diversity

and social juctice in interconnected world”. Keterampilan pedagogis tentunya

menyangkut metode mengajar yang tepat oleh guru agar peserta didik dapat

34 Nurani Soyomukti, op. cit., h. 146.

23

memahami suatu masalah dalam konteks yang luas dan komprehensif (global).

Selain menguasai materi dan konsepsi permasalahan, guru harus memiliki

kemampuan agar apa yang disampaikan mudah diterima. Serta muncul motivasi

bagi peserta didik untuk mempelajari dan mendalami tema-tema yang ada di luar

kelas.35

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dikatakan setiap pendidik

perlu untuk menanamkan pendidikan multikulturalisme kepada siswanya. Hal ini

didasari oleh kepentingan sosial kultur masyarakat Indonesia yang beragam selain

itu. Budaya kekerasan dalam pelajar dewasa ini perlu ditekan bahkan dihilangkan.

Berdasarkan artikel bcerita satu.com. Mukhlis Paeni, menegaskan tentang

pendidikan Multikultural, beliau mengatakan bahwa pendidikan multikultural

tidak hanya mengangkat budaya toleransi dan saling menghargai saja, tetapi

pendidikan multikultural perlu menjungjung tinggi juga keadilan sesama manusia,

seperti kutipan berikut. “Engkau dan aku berbeda itu sudah selesai dan tak perlu

dipersoalkan, yang belum selesai itu bagaimana yang tak serupa itu mempunyai

hak dan ruang yang sama dan harkat yang sama, itu multikultural”36

Namun setiap periode atau abad. Pendidikan multikultural selalu

mengalami pasang surut. Kadang tidak ditanamkan, atau bahkan tidak di-didik-

kan kepada siswa sehingga masalah konflik, tauran ancaman sosial, kekerasan.

Mungkin merupakan masalah yang tidak pernah selesai yang terjadi pada

masyarakat heterogen yang majemuk. Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh

Will Kymlica “tantangan multikulturalisme akan tetap ada, saat kepentingan

minoritas belum bisa terjawab dan secara alamiah akan terus tetap ada. Minoritas,

perlu diperhatikan dan dipikirkan pendekatan yang matang untuk membuat

kebijakan apa demi saling “penerimaan” dan saling menghargai sesuatu yang

berbeda.”37

35Ibid.

36

Bcerita Satu, Tradisi Lisan di Indonesia Menuju Kepunahan, 2013,

(http://m.bceritasatu.com./nasional/9506-tradisi-lisan-di-Indonesia-menuju-kepunahan.html).

37 Will Kymlika, Kewargaan Multikultural, (Jakarta: Penerbit LP3ES Anggota IKAPI,

2011), h.295.

24

Dari berbagai teori dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

multikultural memiliki dua pengertian yakni suatu faham, dan suatu pendekatan,

terdapat 5 jenis multikultural yaitu isalasionis, akomodatif, mandiri, kritis atau

interaktif, dan kosmopolitan. Indonesia sebagai masyarakat yang berlatar

majemuk merupakan penduduk yang sudah mengenal multikultural secara implisit

sejak zaman dahulu, sekitar abad ke 17. Ketika masyarakat Indonesia sudah

mengenal budaya agrarian dan budaya berlayar. Pendidikan multikultural

merupakan pendidikan yang perlu diajarkan kepada siswa siswi di Indonesia.

untuk menanamkan budaya toleran dan meredam kekerasan serta konflik yang

rentan terjadi.

6. Kurikulum 2013 di Indonesia

Orientasi pengembangan kurikulum 2013, yaitu tercapainya kompetensi

yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, dan menggunakan

pembelajaran yang holistik dan menyenangkan38

. Kurikulum 2013 disiapkan

untuk mencetak generasi yang siap di dalam mengahadapi masa depan. Karena itu

kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Kurikulum

ini bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa mampu lebih baik dalam

melakukan observasi, bertanya, bernalar dan mengkomunikasikan

(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah

menerima materi pembelajaran. Adapun objek yang menjadi pembelajaran dalam

kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.

Melalui pendekatan itu diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap keterampilan

dan pengetahuan yang jauh lebih baik. Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013

yaitu melanjutkan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi dengan

mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu,

38 Anas Salahudin, dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis

Agama dan Budaya Bangsa, (Bandung:Pustaka Setia, 2013), h.171.

25

sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada

penjelasan pasal 35.39

7. Pendidikan Multikultural dalam Kurikulum 2013

Menteri Pendidikan M. Nuh, mengatakan bahwa “kurikulum 2013

diupayakan untuk menonjolkan pendidikan kurikulum melalui sumber buku-buku

ajar/ buku teks”.40

Penanaman pendidikan multikultural melalui kurikulum 2013

merupakan langkah yang diambil pemerintah untuk mentransformasi pendidikan

nasional. Langkah tersebut diambil dengan harapan dapat membentuk generasi

Indonesia yang kreatif, inovatif dan berkarakter. Penanaman pendidikan

multikultural akan tercermin dalam berbagai buku teks yang digunakan untuk

mendukung proses pembelajaran. Buku teks tersebut mengunakan nama-nama

tokoh dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda.

Hadirnya berbagai tokoh dengan latar belakang yang bervariasi diharapkan

dapat mencerminkan keragaman agama dan etnis yang ada di Indonesia. Selain

itu, diharapkan pula nantinya generasi muda Indonesia akan terbiasa hidup dalam

keragaman, yang dibangun sejak dini di bangku sekolah. Selain memperkuat

aspek kesadaran terkait pengetahuan multikultural melalui sisipan tokoh-tokoh

tersebut, budi pekerti juga akan di sisipkan pada pelajaran pendidikan agama. Hal

ini ditujukan untuk membentuk siswa yang tidak hanya terbiasa hidup dengan

keragaman tetapi juga memegang prinsip toleransi dalam kehidupan

39 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Kurikulum 2013, 2013

(http//kurikulum2013.kemendikbud.go.id.).

40

Heru Sri Kumoro, Kurikulum 2013 Memperkuat Pendidikan Multikultural, 2014,

(http://edukasi.kompas.com/read/2013/03/10/11184141/kurikulum.2013.memperkuat.pensisikan.m

ultikultural.).

26

bersama.41

Berikut adalah gambar silabus kurikulum 2013 yang menggunakan

prinsip budaya saling toleransi atau pendidikan mutikultural.

Kelas/Semester :XI SMA/Ganjil

KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan

pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial

dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia.42

8. Media Cerita Rakyat sebagai Perwujudan dari Pendidikan

Multikultural

Cerita Rakyat yang dipilih dalam penelitian ini adalah cerita rakyat yang

mengandung budaya pendidikan multikulturalisme dan toleransi, cerita rakyat

yang dipilih adalah cerita rakyat dari daerah Riau yaitu cerita Burung Puyuh dan

Burung Tempua. Cerita tersebut berisi persahabatan kedua burung yang berasal

dari habitat yang berbeda. Burung puyuh tinggal di tepi sungai, sedangkan burung

tempua tinggal di sarangnya yang mengantung.Suatu hari mereka ingin mencoba

masing-masing habitat. Namun ternyata sesuatu yang berbeda itu tidak bisa

dipaksakan cara hidupnya juga habitatnya. Meskipun meraka berbeda, tapi mereka

tetap bersahabat dan terbang secara beriringan di angkasa. Dalam penelitian ini

cerita rakyat difokuskan hanya pada persahabatan burung puyuh dan burung

tempua yang isinya menekankan nilai nilai luhur saling toleransi dan saling

menghargai atau saling bersahabat. Cerita tersebut dalam penelitian berfungsi

sebagai media pendidikan, atau sebagai perlakuan dalam penelitian. Media cerita

rakyat Burung Puyuh dan Burung Tempua tersebut digunakan sebagai sarana

pendidikan multikultural pada siswa. Media cerita rakyat tersebut berfungsi untuk

41 Guraru, Multikultural di Kurikulum 2013 Keragaman dan Toleransi, 2014,

(http://guraru.org/info/multikultural-di-kurikulum-2013/.).

42 Kemendikbud, Silabus Kalas XI, Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, 2014,

(http//kurikulum2013.kemendikbud.go.id.).

27

menambah pemahaman siswa tentang arti pentingnya sebuah persahabatan, dan

saling menghargai sesuatu yang berbeda atau keragaman.

9. Cerita Rakyat yang Dipilih dan Sinopsis Cerita

Cerita rakyat yang dipilih penulis adalah cerita rakyat yang di dalamnya

mengandung nilai-nilai multikulturalisme, cerita rakyat tersebut adalah cerita

rakyat yang berjudul Burung Puyuh dan Burung Tempua, cerita tersebut diperoleh

dari website resmi daerah Riau,43

peneliti menceritakan kembali dongeng tersebut.

Adapun sinopsis cerita adalah sebagai berikut:

Pada suatu hari di suatu hutan yang sejuk, hiduplah sepasang burung yang

selalu bersahabat. Ada yang menarik dari kedua burung yang bersahabat

tersebut.Ternyata kedua burung tersebut, berbedajenis dan rupa. Satu burung

berbentuk gemuk dan selalu senang tinggal di pinggir sungai, burung tersebut

biasa dipanggil dengan burung puyuh. Kemudian burung yang satu lagi burung

yang agak kurus senang tinggal di atas pohon, burung tersebut bernama burung

tempua.

Mereka berdua bersahabat dan terbang beriringan pada siang hari. Namun

ketika sudah malam, mereka berpisah pada habitat masing-masing. Walaupun

mereka berbeda spesies dan berbeda habitat. Mereka selalu terbang beriringan,

saling menolong, saling bersahabat dan saling membantu satu sama lain. Mungkin

hanya malam yang memisahkan persahabatan kedua burung tersebut.

Namun pada suatu hari mereka ingin mencoba masing masing sarang

habitat kawannya. Maka ketika mereka mencoba sarang burung kawannya, tak

menyangka bahwa mereka merasa tidak nyaman dan berada di habitat yang sangat

berbeda dari habitat kebiasannya.

Awalnya mereka enggan mengakui karena takut melukai perasaan

sahabatnya, namun pada akhirnya ketika malam tiba, mereka semua berkata jujur,

43

Driau, Burung Puyuh dan Burung Tempua, 2014,

(http://www.driau.com/2013/08/cerita-rakyat-melayu-burung-tempua.html.).

28

bahwa burung puyuh tidak nyaman tinggal di tempat burung tempua dan burung

tempua tidak nyaman tinggal di tempat burung puyuh. Akhirnya mereka sadar

bahwa jenis dan tempat tinggal mereka berasal dari hal yang berbeda. Namun

mereka bingung, apakah mereka masih bisa berteman sama seperti kemarin. Dan

akhirnya merekapun memutuskan untuk tetap berteman dan memahami bahwa

perbedaan itu adalah hanya sebagai waktu dimalam hari saja.

Mereka akhirnya memahami bahwa setiap makhluk mempunyai kesukaan

dan kebiasaan yang tidak bisa dipaksakan. Walaupun berbeda begitu, mereka

saling menghargai perbedaan dan pendapat itu sebagai hal yang wajar. Keduanya

juga tetap bersahabat.

Cerita rakyat tersebut telah dibukukan dan ditulis kembali oleh Irwan

Effendi dalam buku cerita yang berjudul Burung Puyuh dan Burung Tempua,

Penerbit AdiCita Karya Nusa, Jogjakarta tahun 2006. Cerita rakyat tersebut juga

ada dalam website resmi daerah Riau, dan website resmi cerita rakyat nusantara di

Indonesia.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Skripsi Pendidikan Multikultural pernah ditulis oleh Indriyani Ma‟rifah

jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan Kalijaga tahun 2009 dengan judul

skripsi Signifikansi Pendidikan Multikultural dalam Novel Dan Damai di Bumi!

Karya Karl May Terhadap Pendidikan Agama Islam, penelitian tersebut berisi

tentang tanda-tanda pendidikan multikultural yang tercermin di dalam novel Dan

Damai di Bumi!. Kemudian penelitian pendidikan multikultural pernah ditulis

oleh kelompok peneliti yang diketuai oleh Akhmad Taufik, S.S., M.Pd. PBSI

FKIP Universitas Jember tahun 2012 dengan judul penelitian Model

Pembelajaran Sastra Multikultural: Studi Terhadap Fenomena Pembelajaran

Sastra Multikultural Berbasis Nilai-nilai Kebangsaan di SD RSBI Jember Lor 03.

Penelitian ini berisi tentang pengembangan model pembelajaran sastra berbasis

pendidikan multikultural. Dan penelitian terakhir, yakni skripsi yang ditulis oleh

Imam Mahrus, Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan

29

Kalijaga Jogjakarta tahun 2009, skripsi tersebut berjudul Peran Guru Pendidikan

Agama Islam dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural. Skripsi tersebut berisi

tentang peran serta guru di sekola dalam mendidik siswa untuk menerima

pendidikan multikultural. Melalui serangkaian penelitian tersebut. Belum ada

yang menulis penelitian mengenai keefektifan media cerita rakyat terhadap

pendidikan multikultural: studi eksperimen terhadap siswa kelas XI IPS SMA

Negeri 7 Kota Tangerang. Untuk itu penulis melanjutkan proses selanjutnya untuk

menulis skripsi ini.

C. Kerangka Berpikir

Secara sederhana peneliti memiliki kerangka berpikir bahwa jika terdapat

media cerita rakyat, maka siswa akan mudah memahami pendidikan multikultural,

atau jika media cerita rakyat semakin sering digunakan dalam proses

pembelajaran, maka siswa akan semakin mendapat pemahaman tentang

pendidikan multikultural. Berdasarkan teori bahwa pendidikan multikultural

adalah suatu pendidikan yang berorientasikan pada keragaman budaya, sehingga

konsep pendidikan multikultural ada dan tersirat di dalam silabus Bahasa

Indonesia Kurikulum 2013, dengan kompetensi inti dua yang berisi

“menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),santun, responsif dan

pro-aktifdan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial

dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia.”44

Dari Kompetensi inti nomer dua tersebut dapat diuraikan hal yang menjadi

indikator penelitian adalah menghayati prilaku peduli, mengamalkan prilaku

peduli, menghayati prilaku gotong royong, mengamalkan prilaku gotong royong,

menghayati prilaku kerja sama, mengamalkan prilaku toleran, menghayati prilaku

damai, mengamalkan prilaku damai, responsif, santun, berinteraksi dengan

lingkungan sosial, menempatkan diri sebagai cerminan bangsa (bhinneka tunggal

ika).

44

Kemendikbud, loc. cit.

30

Maka penyusunan instrumen penilaian berpatokan langsung pada poin di

atas. Adapun bentuk instrumen dilakukan berupa soal pilihan ganda kuesioner 16

soal yang telah melalui tahap uji validitas. butir jawaban berbobot satu sampai

lima. Adapun langkah-langkah penelitian di lapangan adalah sebagai berikut,

1. mengobservasi sekolah, peneliti memohon izin penelitian kapada pihak

sekolah, lalu peneliti meminta kelas XI IIS (Ilmu Ilmu Sosial) untuk

dijadikan penelitian eksperimen di lapangan;

2. membuat rancangan penelitian, langkah awal yang dilakukan peneliti

adalah melakukan uji validasi terhadap soal pretes dan postes, peneliti

mengetes instrumen dengan menggunakan kelas XI IIS 2, setelah

instrument reliable, maka peneliti melakukan kegiatan penelitian pada

kelas XI IIS 3, siswa mengisi soal pretes, peneliti mendongeng di kelas,

dan memberi pemahaman pendidikan multikultural, setelah itu peneliti

melakukan postes kepasa siswa;

3. adapun untuk melakukan penelitian ini peneliti menggunakan alat-alat

untuk penelitian, alat alat penelitian peneliti adalah sebagai berikut,

pertama, instrumen pretes berjumlah 16 soal dengan bobot soal 1-5,

instrumen postes berjumlah 16 soal dengan bobot soal 1-5, cerita Rakyat

Burung Puyuh dan Burung Tempua, materi pemahaman pendidikan

multikultural, laptop, dan LCD.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan ke

arah positif antarapenggunaan media cerita rakyat dengan pendidikan

multikultural atau semakin tinggi penggunaan media cerita rakyat, maka semakin

tinggi pula pemahaman siswa terhadap pendidikan multikultural, pada siswa kelas

XI IIS (Ilmu-Ilmu Sosial), SMA Negeri 7 Kota Tangerang.

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Pada pembahasan bab tiga, penulis membahas rancangan metode dan

teknik dalam melakukan penelitian. Adapun dalam bab ini berisi subbab waktu

dan tempat penelitian, metode penelitian, teknik penelitian, desain penelitian,

sampel dan populasi, dan rumusan hipotesis. Tiap subbab merupakan uraian

proses berdasarkan pengamatan, pengklasifikasian, dan mengidentifikasi obyek

penelitian.

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Kota Tangerang yang

beralamat di jalan Perintis Kemerdekaan I no. 2, Babakan, Kota Tangerang,

Banten. Adapun peneliti memilih kelas sebelas IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) secara acak

dari 4 kelas, kaelas yang terpilih adalah kelas XI IIS 3.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dimulai dari hari Senin, 4 Agustus 2014 (observasi),

hingga Kamis, 12 Agustus 2014, waktu penelitian kelas adalah pukul 13.00 WIB,

hingga pukul 14.30 WIB.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini berisi langkah dan cara penulis melakukan

penelitian.Penentuan metodologi penelitian ini sering pula disebut dengan strategi

pemecahan masalah karena pada tahap ini mempersoalkan bagaimana masalah-

masalah penelitian tersebut hendak dipecahkan atau ditemukan jawabannya.45

Pertama, penulis membutuhkan segala bentuk teori dan informasi berdasarkan

media cetak dan media elektronik, selain itu peneliti membutuhkan data-data lain

seperti jumlah siswa, data-data lain yang mendukung seperti, latar belakang

45 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1989), h.31.

32

budaya siswa, data sekolah, meliputi visi dan misi sekolah, dan profil sekolah.

Penelitian ini dilakukan dengan mengisi kuesioner dengan bobot jawaban skor 1

hingga 5. Instrument atau isi kuesioner yang diisi siswa menyangkut silabus

semester ganjil dan genap dan memiliki syarat kompetensi dasar siswa yakni sikap

multikulturalisme, meliputi, toleransi, peduli terhadap sesama, gotong royong, dan

respek. Bentuk soal kuesioner pretes sebagai data kontrol, atau data awal siswa

sebelum diberi media cerita rakyat, namun data postes kuesioner siswa sebagai

data eksperimen, karena data tersebut sebagai hasil akhir dari proses penghayatan

siswa terhadap cerita rakyat. Baik instrument kuesioner pretes maupun instrument

postes, tes tersebut berisi tentang silabus yang mengandung pendidikan

multikultural. Penelitian ini menuntut uji statistik dengan observasi dan pengujian

rumus. Oleh karena itu, penulis menentukan karya tulis ini menggunakan metode

kuantitatif.

1. Metode Kuantitatif

Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematisterhadap

bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian

kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis,

teori-teori dan hipotesis. Proses pengukuran adalah bagian yang sentraldalam

penelitian ini karena hal ini memberikan hubungan yang fundamentalantara

pengamatan empiris dan ekspresi matematis dan hubungan hubungan kuantitatif,

dan penelitian ini membutuhkan upaya statistik.

2. Desain Eksperimen

Mohammad Ali mengatakan bahwa “desain eksperimen adalah riset yang

dilaksanakan melalui eksperimentasi atau percobaan.”46

Yatim dalam Muhadi

mengatakan bahwa “penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis,

46 Mohammad Ali, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan, (Bandung: Pustaka

Cendikia Utama, 2010), h.93.

33

logis dan teliti dalam melakukan control terhadap kondisi.”47

Hal ini senada yang

dikatakan oleh Daenil Muijs “The basisof the experimental method is the

experiment, which can be defined as: a test under controlled conditions that is

made to demonstrate a known truth or examine the validity of a hypothesis.”48

Metode eksperimen adalah eksperimen, yang dapat didefinisikan sebagai: tes

dalam kondisi yang terkendali yang dibuat untuk menunjukkan suatu kebenaran

diketahui atau menguji validitas hipotesis.

Riset digunakan untuk menguji pengaruh suatu perlakuan terhadap suatu

bentuk prilaku tertentu pada subjek riset. Mohammad Ali mengatakan bahwa riset

seperti ini merupakan kegiatan percobaan untuk meneliti suatu peristiwa yang

muncul diamati serta dikontrol secermat mungkin sehingga dapat diketahui

hubungan sebab akibat kemunculannya.49

Peneliti menggunakan analisis regresi atau pola hubungan antara dua

peubah, khususnya peubah yang mengandung hubungan sebab akibat. Peneliti

menggunakan analisis korelasi yaitu mencoba menyelidiki adanya hubungan dua

peubah, mengukur tingginya derajat hubungan tersebut melalui sebuah bilangan

yang disebut dengan koefisien korelasi (r).50

Penelitian ini meneliti tentang

hubungan atau korelasi, dan jenis data terdiri dari data rasio, untuk itu peneliti

menggunakan metode uji korelasi Pearson Product Moment. Agar dapat diketahui

keputusannya apakah antara media cerita rakyat dengan pendidikan multikultural

berkolerasi linear atau tidak. Jika keputusan atau hasil akhir dari koefisien kolerasi

kedua variabel tersebut (r)= 1 atau (r)=-1, maka dapat diketahui hubungan tersebut

bersifat linear atau terdapat hubungan yang signifikan antara media cerita rakyat

dengan pendidikan multkultural. Jika keputusan dari korelasi mendekati angka

satu, misal nilai (r) mencapai nilai 0.9, 0.8,..sampai 0,6, itu berarti terdapat

hubungan yang signifikan antara media cerita rakyat dengan pendidikan

47 Muhadi, Penelitian Tindakan Kelas: Panduan Wajib bagi Para Pendidik, (Jogjakarta:

Shira Media, 2011) , h. 27.

48

Daniel Muijs, Doing Quantitative Research in Education with SPSS, (Caliifornia:Sage

Publications), 2004, h. 13.

49

Mohammad Ali, op. cit., h. 94.

50

Yusuf Wibisono, Metode Statistik, (Jogjakarta: Gajah Mada Press, 2009), h. 581.

34

multikultural. Sedangkan jika nilai koefisien antara kedua variabel tersebut di

bawah 0,6 hingga 0,0, dapat diketahui hubungan antara cerita rakyat dengan

pendidikan multikultural tidak linear atau menyebar. Maka dapat diambil

keputusan tidak terdapat hubungan antara cerita rakyat dengan pendidikan

multikultural.

Metoda statistika yang akan digunakan untuk menguji hipotesis adalah

korelasi product moment yang tergolong dalam statistika parametrik.51

Oleh

karena itu peneliti melakukan empat langkah pengujian. Pertama pengujian

normalitas kedua sampel. Kedua pengujian linearitas. Ketiga perhitungan

koefisien korelasi. Keempat pengujian hipotesis korelasi dan penarikan

kesimpulan.

3. Desain Kelompok Tunggal dengan Pretes dan Postes

Desain ini biasanya digunakan dalam penelitian yang pelaksanaannya

dilakukan dengan memilih secara random satu kelompok. Adapun terhadap

kelompok itu diberikan tes awal sebelum diberikannya perlakuan atau pretes (O1),

kemudian kelompok itu diberi perlakuan (X), dan pasca pemberian perlakuan

dilakukan postes (O2)52

. Bagan desain yang ini adalah:

O1 X O2

Langkah-langkah dalam menggunakan desain ini adalah:

a. Memilih secara random sekelompok subjek untuk dijadikan sampel

b. Mengadakan pretes (O1).

c. Memberikan perlakuan (X).

d. Mengadakan postes (O2) setelah pemberian perlakuan

e. Menganalisis data dengan menggunakan metode statistika yang sesuai

f. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data.

51 Budi Susetyo, Statistika untuk Analisis Data Penelitian, (Bandung: Refika

Aditama,2010), h. 172.

52

Mohammad Ali, loc. cit.

35

Hal yang penting dalam metode eksperimen adalah masalah kevalidan atau

keshahihan. Metode eksperimen sifatnya berbeda dari berbagai jenis riset lain,

seperti survey. Riset yang digunakan melalui survey dan sejenisnya itu bersifat

menggambarkan keadaan, sedangkan melalui eksperimen bersifat eksploratif.

Artinya dalam riset seperti survey pelaku riset mencari penjelasan tentang suatu

fenomena, sedangkan dalam eksperimen pelaku riset berupaya menemukan suatu

gajala yang kemunculannya dikreasi oleh pelaku riset sendiri.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang

lingkup dan waktu yang kita tentukan. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa SMA Negeri 7 Kota Tangerang dengan kelas XI IIS (Ilmu Ilmu

Sosial).Kelas sampel adalah kelas yang mewakili populasi. Kelas sampel dari

penelitian ini adalah kelas XI IIS 3.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data didapat dengan beberapa

tahap. Tahap pertama adalah mencari cerita rakyat yang mengandung nilai

pendidikan multikultural. Cerita rakyat tersebut adalah cerita rakyat dari daerah

Riau yang berjudul Burung Puyuh dan Burung Tempua. Setelah itu peneliti

mencari data berupa teori-teori para ahli menyangkut teori cerita rakyat, tradisi

lisan, dan teori pendidikan multikultural. Peneliti juga menyusun bentuk dan

desain rancangan penelitian dilapangan yakni berupa desain eksperimen. Setelah

itu peneliti merancang rencana penelitian, dan membuat materi pendidikan

multikultural. Peneliti menyusun soal instrument kuesioner pretes dan postes, dan

melakukan uji validasi terhadap instrument kuesioner tersebut. Setelah itu peneliti

mengunpulkan data sekolah meliputi data profil sekolah dan visi misi sekolah.

Setelah itu peneliti menentukan satu kelas secara acak. Lalu sesudah menemukan

satu kelas, peneliti melakukan penelitian di lapangan. Adapun langkah-langkah

peneliti melakukan penelitian di lapangan adalah pertama, peneliti mengabsen

data hadir siswa. Kedua menanyakan latar belakang budaya siswa. Ketiga, peneliti

36

mengambil data pretes berupa angket awal yang dibagikan kepada kelas yang

dipilih. Setelah itu peneliti memberikan sebuah dongeng berupa cerita rakyat

Burung Puyuh dan Burung Tempua. Keempat, peneliti memberikan sedikit

interpretasi dan pemahaman tentang pendidikan multikultural kepada siswa.

Melakukan tanya jawab, Kemudian terakhir peneliti mengambil data postes siswa,

dan menyuruh siswa untuk menjawab kuesioner dengan sejujur-jujurnya. Proses

tahap selanjutnya adalah pengolahan data, pengujian hasil data (tahap uji

statistika), penganalisaan data, pemutusan uji hipotesis, pembuatan kesimpulan

dan pengevaluasi.

E. Kontrol terhadap Validitas Internal

1. Sejarah (History)

Peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu yang kadang-kadang dapat

berpengaruh terhadap variabel keluaran (variabel terikat). Oleh karena itu

terjadinya perubahan variabel terikat, kemungkinan bukan sepenuhnya disebabkan

karena perlakuan atau eksperimen, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor sejarah atau

pengalaman subjek penelitian terhadap masalah yang dicobakan, atau masalah-

masalah lain yang berhubungan dengan eksperimen tersebut.

2. Kematangan (Maturitas)

Manusia, binatang, atau benda-benda lainnya sebagai subjek penelitian

selalu mengalami perubahan. Pada manusia perubahan berkaitan dengan proses

kematangan atau maturitas, baik secara biologis maupun psikologis. Dengan

bertambahnya kematangan pada subjek ini akan berpengaruh terhadap variabel

terikat. Dengan demikian, maka perubahan yang terjadi pada variabel terikat

bukan saja karena adanya eksperimen, tetapi juga disebabkan karena proses

kematangan pada subjek yang mendapatkan perlakuan atau eksperimen.

3. Seleksi (Selection)

Dalam memilih anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol bisa

terjadi perbedaan ciri-ciri atau sifat-sifat anggota kelompok satu dengan kelompok

yang lainnya. Misalnya anggota-anggota kelompok eksperimen lebih tinggi

pendidikannya dibandingkan dengan anggota-anggota kelompok kontrol,

37

sehingga sebelum diadakan perlakuan sudah terjadi pengaruh yang berbeda

terhadap kedua kelompok tersebut. Setelah adanya perlakuan pada kelompok

eksperimen, maka besarnya perubahan variabel terikat yang terjadi mendapat

gangguan dari variabel pendidikan tersebut. Dengan kata lain, perubahan yang

terjadi pada variabel terikat bukan saja karena pengaruh perlakuan, tetapi juga

karena pengaruh pendidikan.

4. Prosedur Tes (Testing)

Pengalaman pada pretes dapat mempengaruhi hasil postes, karena

kemungkinan para subjek penelitian dapat mengingat kembali jawaban-jawaban

yang salah pada waktu pretes, dan kemudian pada waktu postes subjek tersebut

dapat memperbaiki jawabannya. Oleh sebab itu, perubahan variabel terikat

tersebut bukan karena hasil eksperimen saja, tetapi juga karena pengaruh dari

pretes.

5. Instrumen (Instrumentation)

Alat ukur atau alat pengumpul data (instrumen) pada pretes biasanya

digunakan lagi pada postes. Hal ini sudah tentu akan berpengaruh terhadap hasil

postes tersebut. Dengan perkataan lain, perubahan yang terjadi pada variabel

terikat, bukan disebabkan oleh perlakuan atau eksperimen saja, tetapi juga karena

pengaruh instrumen.

6. Mortalitas (Mortality)

Pada proses dilakukan eksperimen, atau pada waktu antara pretes dan

postes sering terjadi subjek yang ”dropout” baik karena pindah, sakit ataupun

meninggal dunia. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap hasil eksperimen.

7. Regresi ke Arah Nilai Rata-rata (Regressien Toward The Mean)

Ancaman ini terjadi karena adanya nilai-nilai ekstrem tinggi maupun

ekstrem rendah dari hasil pretes (pengukuran pertama), cenderung untuk tidak

ekstrem lagi pada pengukuran kedua (postes), namun biasanya melewati nilai rata-

rata. Perubahan yang terjadi pada variabel terikat tersebut adalah bukan perubahan

yang sebenarnya, tetapi merupakan perubahan semu. Oleh sebab itu, regresi ke

arah nilai rata-rata ini juga disebut regresi semu (regression artifact).

38

F. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan rumus statistika dalam

mencari hubungan disntara kedua variabel yaitu Uji teknik Pearson, Product

Moment, sehingga kesimpulan yang didapat dapat dikatakan validitas/valid.

Adapun rumus menggunakan Uji Korelasi Pearson Product Moment adalah

sebagai berikut:

Korelasi Product Moment Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari

hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua

variabel berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih

adalah sama. Terdapat tiga syarat jika menghitung menggunakan korelasi product

moment, pertama data harus berbentuk interval atau ratio, kedua data harus

berdistribusi probabilitas normal, ketiga data harus melalui tahap uji linearitas.

Adapun rumus korelasi product momen adalah sebagai berikut:

√∑

keterangan,

rxy= korelasi antara variabel x dan variabel y

x = ( ̅)

y = ( ̅)

𝑛∑ (∑ ) (∑ )

√*𝑛 ∑ (∑ ) +*𝑛 ∑ (∑ ) +

Untuk menemukan bagaimana hubungan antara hasil pretes dan postes

siswa berisi pendidikan multikultural yang menggunakan media cerita rakyat,

peneliti mengikuti langkah langkah sebagai berikut:

1. menentukan variabel,

2. membuat tabel,

3. membuat grafik distribusi pencaran,

4. mentukan nilai variabel X,

39

5. menentukan nilai variabel Y,

6. menentukan jumlah nilai variabel X ∑ ,

7. menentukan jumlah nilai variabel Y ∑ ,

8. menentukan rata-rata variabel X = ̅,

9. menentukan rata-rata variabel Y = ̅,

10. menentukan x kecil dengan cara x = ( ̅),

11. menentukan y kecil dengan cara y = ( ̅),

12. menghitung korelasi dengan rumus,

√∑

13. membuat hipotesis kesimpulan,

14. membandingkan t hitung dan t tabel, dengan rumus t hitung adalah,

√𝑛

15. melihat t tabel pada tabel drajat kebebasangan, dengan rumus (n-2), tabel

drajat kebebasan terlampir,

16. membuat kesimpulan,

17. membuat laporan.

1. Variabel Penelitian

Arief Furchan mengatakan bahwa “dalam bentuknya yang paling sederhana

suatu eksperimen mempunyai tiga ciri, pertama suatu variabel bebas dimanipulasi,

kedua, semua variabel lainnya, kecuali variabel bebas dipertahankan tetap, dan

terakhir pengaruh manipulasi variabel bebas terhadap variabel terikat diamati.”53

Jadi, dalam eksperimen, ada dua variabel yang perlu sekali diperhatikan, yaitu

variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dimanipulasikan atau diubah

ubah oleh peneliti, sedang variabel terikat, yaitu variabel dimana akibat perubahan

itu diamati, tidak dimanipulasi oleh peneliti. Dinamakan variabel terikat karena

variabel ini tergantung atau terikat, dan berubah-ubah sesuai dengan nilai variabel

53 Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Malang: Usaha Nasional

Surabaya Indonesia 1982), h. 320.

40

bebas. Berdasarkan rancangan penelitian, menulis menetapkan variabel penelitian.

Pertama, variabel bebas dalam penelitian ini adalah cerita rakyat, kemudian

variabel terikat dari penelitian ini adalah pendidikan multikultural. Adapun

perumusan variabel penelitian ini adalah seperti berikut,

variabel X: hasil pretes siswa atau data awal siswa terhadap pemahaman

pendidikan multikultural sebelum mendapat media cerita rakyat.

Variabel Y: hasil postes siswa yang telah mendapati media cerita rakyat atau

mendengarkan dongeng di kelas XI IIS 3 SMA Negeri 7 Kota Tangerang.

Berdasarkan variabel di atas, maka dapat diketahui hipotesis dari penelitian

ini adalah terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara cerita rakyat

dengan pendidikan multikultural di kelas XI IIS 3 SMA Negeri 7 Kota Tangerang.

G. Hipotesis Statistik

Penulis menggunakan rumus t tes, dengan mengikuti asumsi:

1. Jika T0>T Tabel: maka (H1) hipotesis diterima dan (H0) ditolak, artinya

terdapat hubungan yang signifikan antara hasil pretas siswa atau data awal

siswa terhadap pemahaman pendidikan multikultural sebelum mendapat

media cerita rakyat, dengan hasil postes siswa yang telah mendapati media

cerita rakyat atau mendengarkan dongeng di kelas XI IIS 3 SMA Negeri 7

Kota Tangerang.

2. Jika T0<T Tabel: maka (H1) hipotesis ditolak dan (H0) diterima, artinya

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hasil pretas siswa atau data

awal siswa terhadap pemahaman pendidikan multikultural sebelum mendapat

media cerita rakyat, dengan hasil postes siswa yang telah mendapati media

cerita rakyat atau mendengarkan dongeng di kelas XI IIS 3 SMA Negeri 7

Kota Tangerang.

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah berupa kuesioner yang memuat beberapa soal

yang berisi indikator tercapai atau tidaknya pendidikan multikultural di SMA

kelas XI IPS SMA Negeri 7 Kota Tangerang.

41

Di dalam silabus Bahasa Indonesia Kurikulum 2013, terdapat beberapa

indikator pendidikan multikultural meliputi, menghayati dan mengamalkan

perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,

toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap

sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri

sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Dari kompetensi inti nomer dua tersebut dapat diuraikan hal yang menjadi

indikator penelitian adalah sebagai berikut,

1. menghayati prilaku peduli,

2. mengamalkan prilaku peduli,

3. menghayati prilaku gotong royong,

4. mengamalkan prilaku gotong royong,

5. menghayati prilaku kerja sama,

6. mengamalkan prilaku toleran,

7. menghayati prilaku damai,

8. mengamalkan prilaku damai,

9. responsif,

10. berinteraksi dengan lingkungan sosial,

11. menempatkan diri sebagai cerminan bangsa (bhinneka tunggal ika).

Instrumen penelitian adalah kuesioner yang berisi 16 pertanyaan pilihan

ganda dengan pilihan satu hingga lima, dengan aturan sebagai berikut

NO Soal Bobot dan kunci

Jawaban

Sistem penilaian

1 Menghayati prilaku

peduli

Jawaban A= skor 5,

Jawaban B= skor 4,

Jawaban C= skor 3,

Jawaban D= skor 2,

Jawaban E= skor 1

Jumlah bobot

jawaban dibagi

dengan jumlah

soal yang dibagi

dua

42

Petunjuk penilaian, 5: sangat baik, 4: Baik, 3: sedang/cukup, 2: kurang, 1: sangat

kurang.

No Indikator/aspek yang dinilai Skor

1 Menghayati dan mengamalkan prilaku peduli. 1 2 3 4 5

2 Menghayati dan mengamalkan prilaku peduli. 1 2 3 4 5

3 Menghayati dan mengamalkan prilaku peduli. 1 2 3 4 5

4 Menghayati dan mengamalkan prilaku peduli. 1 2 3 4 5

5 Menghayati dan mengamalkan prilaku gotong

royong.

1 2 3 4 5

6 Menghayati dan mengamalkan prilaku gotong

royong.

1 2 3 4 5

7 Mengamalkan prilaku kerja sama. 1 2 3 4 5

8 Mengamalkan prilaku kerja sama. 1 2 3 4 5

9 Mengamalkan prilaku toleran. 1 2 3 4 5

10 Mengamalkan prilaku toleran. 1 2 3 4 5

11 Menghayati dan mengamalkan prilaku damai. 1 2 3 4 5

12 Menghayati dan mengamalkan prilaku damai. 1 2 3 4 5

13 Mengamalkan prilaku responsif. 1 2 3 4 5

14 Mengamalkan prilaku responsif. 1 2 3 4 5

15 Berinteraksi dengan lingkungan sosial. 1 2 3 4 5

16 Menempatkan diri sebagai cerminan bangsa. 1 2 3 4 5

Skor keseluruhan ∑𝑠𝑘𝑜

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙 ⁄

III. G. 2. Uji Validitas Instrumen Pretes Siswa Kelas XI IIS 3

(Tabel selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran Uji Validitas Pretes)

totsk

ore

Pearson

Correlation

.117 .384* .168 .226 .377

* .337 .540

** .414

* .320 .484

** .066 .426

* .344 .371

* .523

** .318 1

43

Dari hasil analisis uji validitas soal pretes, terlihat nilai korelasi antara

skor item dengan skor total. Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r

tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) =

31, maka didapat r tabel sebesar 0,3550 (lihat pada lampiran tabel r).

Berdasarkan hasil analisis dia atas terlihat nilai korelasi untuk soal nomer

1, 3, 4, 6, 9, 11, 13, dan 16 nilai kurang dari 0,355. Karena koefisien korelasi pada

soal nomer 1, 3, 4, 6, 9, 11, 13 dan 16 nilainya kurang dari 0,355 maka dapat

disimpulkan bahwa item-item tersebut tidak berkorelasi signifikan dengan skor

total (dinyatakan tidak valid) sehingga harus dikeluarkan atau diperbaiki.

Sedangkan pada item-item lainnya nilainya lebih dari 0,355 dan dapat

disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid. Setelah soal yang tidak valid

dihilangkan atau diperbaiki, maka langkah selanjutnya peneliti melakukan

relibilitas terhadap instrument soal.

III. G. 3. Uji Realibilitas Instrumen Pretes

Sig. (2-

tailed)

.532 .033 .366 .222 .037 .064 .002 .021 .079 .006 .725 .017 .058 .040 .003 .082

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

soal2 102.77 40.514 .295 .609

soal5 103.00 36.867 .311 .590

soal7 102.42 36.252 .462 .568

soal8 102.06 39.262 .435 .594

soal10 102.16 38.340 .473 .584

soal12 102.55 37.523 .422 .580

44

Dari hasil analisis uji realibilitas di atas, dapat diketahui nilai alpha sebesar

0,618. Sedangkan nilai r kritis (uji 2 sisi) pada signifikansi 0,05 dengan jumlah

data (n) = 31, diketahui sebesar 0,3550 (lihat pada lampiran tabel r). Karena

nilainya lebih dari 0,3550, maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen

penelitian tersebut sudah reliabel.

III. G. 4. Uji Validasi Instrumen Postes

(Data selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran Tabel Uji Validasi Postes)

soal14 101.97 40.632 .342 .608

soal15 102.16 38.606 .552 .584

totskore 35.87 8.783 .826 .583

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.618 9

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 31 100.0

Excludeda 0 .0

Total 31 100.0

a. Listwise deletion based on all variabels in

the procedure.

tots

oal

Pearson

Correlati

on

-.009 .493*

*

.338 .392* .532

** .515

*

*

.338 .415* .532

*

*

.178 .582*

*

.605*

*

.612*

*

.585**

.622*

*

.373* 1

Sig. (2-

tailed)

.963 .005 .063 .029 .002 .003 .063 .020 .002 .337 .001 .000 .000 .001 .000 .038

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

45

Dari hasil analisis uji validitas soal postes, terlihat nilai korelasi antara

skor item dengan skor total. Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r

tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) =

31, maka didapat r tabel sebesar 0,3550 (lihat pada lampiran tabel r).

Berdasarkan hasil analisis di dapat nilai korelasi untuk soal nomer 1, 3, 7

dan 10 nilai tersebut kurang dari r tabel jumlah n 31 yaitu 0,355. Maka untuk 4

soal dari 16 soal terdebut dinyatakan tidak valid. Karena koefisien korelasi pada

soal nomer 1, 3, 7 dan 10 nilainya kurang dari 0,355 maka dapat disimpulkan

bahwa item-item tersebut tidak berkorelasi signifikan dengan skor total

(dinyatakan tidak valid) sehingga harus dikeluarkan atau diperbaiki. Sedangkan

pada item-item lainnya nilainya lebih dari 0,355 dan dapat disimpulkan bahwa

butir instrumen tersebut valid. Lalu peneliti melakukan uji reabilitas terhadap

instrument postes.

III. G. 5. Uji Reabilitas Instrumen Soal Postes

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

soal2 126.00 63.000 .447 .677

soal4 125.58 61.318 .348 .675

soal5 125.03 65.299 .552 .687

soal6 125.16 64.273 .420 .683

soal8 125.10 64.957 .389 .686

soal9 125.03 65.299 .552 .687

soal11 125.48 56.258 .542 .648

soal12 125.55 59.323 .526 .659

soal13 125.32 62.026 .542 .671

46

Dari hasil analisis uji realibilitas di atas, dapat diketahui nilai alpha sebesar

0,692. Sedangkan nilai r kritis (uji 2 sisi) pada signifikansi 0,05 dengan jumlah

data (n) = 31, diketahui sebesar 0,3550 (lihat pada lampiran tabel r). Karena

nilainya lebih dari 0,3550, maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen

penelitian tersebut sudah reliabel.

soal14 125.42 61.385 .531 .668

soal15 125.35 60.703 .563 .664

soal16 125.35 60.970 .310 .677

totsoal 55.61 15.645 .956 .704

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 31 100.0

Excludeda 0 .0

Total 31 100.0

a. Listwise deletion based on all variabels in

the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.692 13

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Profil SMA Negeri 7 Kota Tangerang

SMA Negeri 7 didirikan pada 1994. SMA tersebut terletak di jalan Perintis

Kemerdekaan I no. 2, Kelurahan Babakan, Kota Tangerang, Banten. SMA Negeri

7 Kota Tangerang berada di kompleks pendidikan di daerah Cikokol. Pada tahun

2010, SMAN 7 Kota Tangerang menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dalam mendidik siswanya di sekolah, namun pada tahun 2014

SMAN 7 Kota Tangerang telah menggunakan kurikulum yang diwajibkan oleh

Pemerintahh Indonesia, yakni Kurikulum 2013. Sekolah tersebut menyesuaikan

dengan potensi daerahnya yaitu kota industri yang berakhlakul karimah.

Adapun misi dari sekolah tersebut adalah “terdepan dalam prestasi,

berwawasan kebangsaan, berahlak mulia dan berbudaya lingkungan.” Dan

misinya adalah melaksanakan pembelajaran berkualitas tinggi dengan

mengoptimalkan sumber daya manusia pendidikan, meningkatkan pelayanan yang

profesional, mendorong peserta didik untuk mengembangkan kreativitas dan daya

nalar dalam situasi belajar yang menyenangkan, mempertebal nasionalisme dan

patriotisme, mengupayakan terbentuknya masyarakat yang religius, menciptakan

lingkungan belajar yang kondusif, bersih, hujau dan nyaman, serta meningkatkan

kesadaran terhadap lingkungan melalui berbagai kegiatan dan peningkatan sarana

dan prasarana berbasis lingkungan.

SMA Negeri 7 Kota Tangerang telah menerapkan sistem pembelajaran

kurikulum 2013, sehingga kelas X, sudah melalui tahap penjurusan, yaitu kelas

IIS (Ilmu-Ilmu Sosial), dan kelas MIA (Matematika dan IPA). Penjurusan tersebut

juga berlaku pada kelas XI dan kelas XII. Pada sekolah ini terdapat 935 jumlah

siswa, dan 58 jumlah guru. SMA Negeri 7 Kota Tangerang memiliki ruang kelas,

yang terdiri dari 12 ruangan kelas IIS (Ilmu-Ilmu sosial), dan 15 ruangan kelas

48

MIA (Matematika IPA). Ruang kelas X IIS terdiri dari 4 kelas, ruang kelas XI IIS

terdiri dari 4 kelas, serta ruang kelas XII IIS juga terdiri dari 4 kelas, sedangkan

untuk kelas MIA (Matematika IPA), sekolah ini memiliki 5 ruangan kelas, berisi

kelas X, 5 ruangan kelas, berisi kelas XI dan 5 ruangan kelas, berisi kelas XII.

Rata-rata siswa dalam satu kelas berjumlah 33 sampai dengan 35 siswa.

2. Sampel dan Populasi

Dari jumlah populasi sekolah yang terdiri dari 4 kelas, peneliti memilih

satu kelas secara acak, yaitu kelas XI IIS 3. Peneliti memilih kelas XI IIS 3

digunakan sebagai kelas sampel.

Adapun hasil dari penelitian atau pengambilan data adalah sebagai berikut:

a. Kelas XI IIS 3 terdapat 31 siswa dari 35 siswa, 4 siswa tidak hadir dalam

kelas. Hasil penilaian angket adalah sebagai berikut,

tabel data yang didapat dari hasil pretes dan postes siswa.

No. Nama Pretest kelas XI IIS 3 (data

kontrol)

Postes kelas XI

IIS 3 (data

eksperimen)

Kenaikan

1 A 93 93 0

2 B 90 91 1

3 C 92 93 1

4 D 75 73 -2

5 E 88 97 9

6 F 95 98 3

7 G 76 87 11

8 H 87 93 6

9 I 85 85 0

10 J 86 97 11

11 K 77 78 1

12 L 81 81 0

13 M 75 70 -5

49

3. Deskripsi Penelitian di Lapangan

3.a.Tahap observasi

Pada tahapan ini peneliti melakukan beberapa hal. Pertama, mencari

sekolah yang memenuhi kriteria untuk dijadikan penelitian. Kriteria sekolah yang

tepat untuk dijadikan objek penelitian adalah sekolah yang di dalamnya sudah

melaksanakan sistem kulikulum 2013 yang sudah diajarkan kepada siswanya.

Salah satu sekolah yang ditemukan di daerah Kota Tangerang adalah SMA Negeri

7 Kota Tangerang, yang beralamat di jalan Perintis Kemerdekaan I no. 2,

Babakan, Kota Tangerang, Banten, tepatnya di daerah kompleks pendidikan

Cikokol, Kota Tangerang, Banten.

14 N 85 88 3

15 O 77 80 3

16 P 83 85 2

17 Q 83 88 5

18 R 77 77 0

19 S 82 87 5

20 T 73 72 -1

21 U 92 92 0

22 V 98 98 0

23 W 88 91 3

24 X 88 91 3

25 Y 95 97 2

26 Z 86 100 14

27 Aa 96 96 0

28 Bb 78 71 -7

29 Cc 96 96 0

30 Dd 88 96 8

31 Ee 91 92 1

50

Kedua, menyangkut hal perizinan dan observasi, peneliti mengirim surat

izin penelitian kepada SMA Negeri 7 Kota Tangerang, dan meminta izin kepada

kepala sekolah untuk melakukan observasi dan melakukan penelitian di lapangan.

Setelah meminta izin, Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Kota Tangerang

mengizinkan dan meminta Wakasek Bidang Kurikulum untuk mengatur jadwal

dan waktu yang tepat untuk penelitian kelas. Di saat itu pula peneliti melakukan

observasi. Pada hari Senin, 4 Agustus 2014 pukul 08.00 WIB. Pada saat itu

peneliti mengumpulkan data sekolah, menyangkut visi misi sekolah, jumlah kelas,

jumlah guru dan jumlah siswa, serta profil dan sejarah singkat SMA Negeri 7

Kota Tangerang. Wakasek bidang kurikulum menyetujui dan menetapkan kelas

mana yang akan dijadikan kelas penelitian, dan peneliti pun meminta izin kepada

guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, Ibu Laela Kodariyah, S.Pd. untuk

penelitian di kelas XI IIS, karena beliau mengajar mata pelajaran Bahasa

Indonesia di kelas XI IIS.

3. b. Tahap Persiapan dan Perencanaan

Setelah peneliti melakukan observasi, pengenalan, dan pengumpulan data

awal sekolah. Langkah selanjutnya adalah menyusun beberapa perencanaan

penelitian, perencanaan penelitian lapangan disekolah berupa, menyusun langkah-

langkah penelitian di kelas, mempersiapkan materi pendidikan multikultural,

mempersiapkan cerita rakyat Burung Puyuh dan Burung Tempua yang akan

didongengkan di dalam kelas, menyusun instrumen Pretest dan Instrumen Postes,

dan mengujinya dengan menggunakan tes validitas instrumen.

Pada tahap persiapan ini peneliti melakukan konsultasi kepada guru mata

pelajaran bahasa Indonesia. dan peneliti memberikan proposal penelitian, sebagai

rujukan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. bahwa penelitian ini adalah

penelitian menyangkut pendidikan multikultural, pendidikan multikultural ini ada

dalam silabus Bahasa Indonesia kelas XI kurikulum 2013. Peneliti

menyosialisasikan langkah-langkah penelitian kelas kepada guru mata pelajaran

Bahasa Indonesia.

51

3. c. Tahap Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Palaksanaan penelitian dilakukan pada Kamis, 7 Agustus 2014. Pada

pukul 13.00 – 14.30 WIB dilakukan penelitian di kelas XI IIS 3. Peneliti

mengenalkan diri di depan kelas. Peneliti menyebar angket pretes, lalu peneliti

mengimbau siswa untuk mengisi angket dengan jujur-sejujur jujurnya. Ketika

peneliti masuk kelas. Terdapat 10 orang yang masih berada di kantin, belum

masuk kelas. Lalu peneliti menyuruh siswa untuk memanggil temannya. 10

menit kemudian 10 orang tersebut datang. Peneliti langsung memberikan angket

pretes kepada ke 10 siswa tersebut. Beberapa saat kemudian siswa

mengumpulkan pretes. Berdasarkan pengumpulan data, terdapat 31 jumlah siswa

dari 35 siswa yang mengumpulkan data kuesioner. 4 orang siswa tidak hadir di

dalam kelas. Setelah peneliti melakukan pretes, peneliti menginformasikan

tujuan kegiatan kepada siswa. Setelah sisiwa sudah jelas, apa maksud dari

kegiatan hari ini, maka langkah selanjutnya adalah menceritakan dongeng cerita

rakyat berupa Burung Puyuh dan Burung Tempua kepada siswa kelas XI IIS 3.

Pada saat peneliti bercerita, siswa terlihat begitu antusias, kemudian setelah itu

peneliti sedikit menginterpretasikan dan menjelaskan kepada siswa apa maksud

dari isi cerita rakyat tersebut, dan apa gunanya bagi kehidupan sehari-hari.

Setelah itu peneliti menyebarkan angket postes, dan siswa secara seksama

mengerjakan postes dengan serius.

Siswa kelas XI IIS 3 terlihat heterogen. Terdiri dari beberapa suku yang

berbeda, seperti suku Aceh, suku Sunda, Betawi, Jawa, Lampung, Kalimantan

dan suku Tangerang. Namun siswa kelas XI IIS 3 terlihat suka bercanda, santai,

dan kurang tertib dalam memakai seragam sekolah. Siswa kelas XI IIS 3

memakai pakaian yang ketat, pakaian yang kurang rapi dan terdapat beberapa

siswa perempuan yang kurang respek terhadap penyampaian materi dan cerita

rakyat.

Setelah selesai mengumpulkan data, peneliti melakukan langkah

selanjutnya yakni masuk ke dalam proses statistika, yakni menghitung

bagaimana koefisien korelasi antara bentuk pretes dan postes yang sudah melalui

tahap perlakuan media cerita rakyat.

52

3. d. Tahap Akhir

Pada tahap akhir ini peneliti mulai mengumpulkan data hasil pretes dan

postes siswa kelas XI IIS 3. Merapihkan data, dan menyampaikan pada guru mata

pelajaran Bahasa Indonesia bahwa penelitiannya telas selesai. Peneliti kemudian

meminta surat keterangan kepada pihak sekolah dan berpamitan untuk pulang.

3. Deskripsi Statistika

Setelah dikatahui data hasil pretes dan postes siswa yang mendapat

perlakuan media cerita rakyat di kelas, langkah selanjutnya adalah deskripsi data

statistika. Deskripsi tersebut meliputi penetuan variabel dan nilai variabel.

Membuat tabel deskripsi awal. Deskripsi tersebut berfungsi sebagai penglihatan

awal, sebelum dilakukan analisis data, dan pengujian hipotesis.

4. a. Menentukan Variabel

Dari pembahasan ini dapat ditentukan variabel bebas dari penelitian ini

adalah cerita rakyat, sedangkan variabel terikatnya adalah pendidikan

multikultural adapun rumusan variabel, untuk lebih lengkapnya adalah seperti

berikut,

variabel X: hasil pretes siswa atau data awal siswa terhadap pemahaman

pendidikan multikultural sebelum mendapat media cerita rakyat,

variabel Y: hasil postes siswa yang telah mendapati media cerita rakyat atau

mendengarkan dongeng dalam pendidikan multikultural di kelas XI IIS 3 SMA.

4. b. Menentukan Tabel dan Grafik

Tabel Statistika pretes (X) dan postes (Y) kuesioner siswa kelas XI IIS 3 SMA N

7 Kota Tangerang.

No nama X Y ( i- ) (Yi-yˉ)

x² y²

xy

(x) (y)

1 a 93 93 7.29032 4.83871 53.14877 23.41311 35.27574

53

2 b 90 91 4.29032 2.83871 18.40685 8.058274 12.17897

3 c 92 93 6.29032 4.83871 39.56813 23.41311 30.43703

4 d 75 73 -10.7097 -15.1613 114.6972 229.8647 162.3726

5 e 88 97 2.29032 8.83871 5.245566 78.12279 20.24347

6 f 95 98 9.29032 9.83871 86.31005 96.80021 91.40476

7 g 76 87 -9.70968 -1.16129 94.27789 1.348594 11.27575

8 h 87 93 1.29032 4.83871 1.664926 23.41311 6.243484

9 i 85 85 -0.70968 -3.16129 0.503646 9.993754 2.243504

10 j 86 97 0.29032 8.83871 0.084286 78.12279 2.566054

11 k 77 78 -8.70968 -10.1613 75.85853 103.2518 88.50158

12 l 81 81 -4.70968 -7.16129 22.18109 51.28407 33.72738

13 m 75 70 -10.7097 -18.1613 114.6972 329.8325 194.5016

14 n 85 88 -0.70968 -0.16129 0.503646 0.026014 0.114464

15 o 77 80 -8.70968 -8.16129 75.85853 66.60665 71.08222

16 p 83 85 -2.70968 -3.16129 7.342366 9.993754 8.566084

17 q 83 88 -2.70968 -0.16129 7.342366 0.026014 0.437044

18 r 77 77 -8.70968 -11.1613 75.85853 124.5744 97.21126

19 s 83 87 -2.70968 -1.16129 7.342366 1.348594 3.146724

20 t 73 72 -12.7097 -16.1613 161.536 261.1873 205.4048

21 u 92 92 6.29032 3.83871 39.56813 14.73569 24.14671

22 v 98 98 12.29032 9.83871 151.052 96.80021 120.9209

23 w 88 91 2.29032 2.83871 5.245566 8.058274 6.501554

24 x 88 91 2.29032 2.83871 5.245566 8.058274 6.501554

25 y 95 97 9.29032 8.83871 86.31005 78.12279 82.11444

26 z 86 100 0.29032 11.83871 0.084286 140.1551 3.437014

27 aa 96 96 10.29032 7.83871 105.8907 61.44537 80.66283

28 bb 78 71 -7.70968 -17.1613 59.43917 294.5099 132.3081

29 cc 96 96 10.29032 7.83871 105.8907 61.44537 80.66283

30 dd 88 96 2.29032 7.83871 5.245566 61.44537 17.95315

31 ee 91 92 5.29032 3.83871 27.98749 14.73569 20.308

54

Grafik distribusi hasil pretes dan postes siswa kelas XI IIS 3 SMA N 7 Kota

Tangerang

Apabila dilihat dari grafik distribusinya terlihat antara hasil pretest dan

postes linear, itu berarti kemungkinan terdapat hubungan antara media cerita

rakyat dengan pendidikan multikultural. Namun peneliti perlu juga untuk

menemukan berapa besar nilai koefisien korelasi antara media cerita rakyat

dengan pendidikan multikultural.

Adapun peneliti merumuskan hipotesis berdasarkan data x dan data y,

yaitu hasil pretes dan postes siswa yang menggunakan media cerita rakyat. Bentuk

hipotesisnya adalah

Ho : tidak ada hubungan antara hasil pretes siswa dan postes siswa yang telah

diberikan media cerita rakyat

Ha : terdapat hubungan antara hasil pretes siswa dan postes siswa yang telah

diberikan media cerita rakyat

Ho : ρ = 0

Ha : ρ≠ 0

0

20

40

60

80

100

120

0 20 40 60 80 100 120

Has

il P

ost

es

(Y)

Hasil Pretes (X)

Y

Linear (Y)

55

B. Pengujian Analisis dan Pengujian Hipotesis

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan rumus statistika dalam

mencari hubungan di antara kedua variabel yaitu Uji teknik Pearson Product

Moment, sehingga kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini dapat dikatakan

validitas/valid. Adapun rumus menggunakan Uji Korelasi Pearson Product

Moment adalah sebagai berikut:

Korelasi Product Moment Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari

hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua

variabel berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih

adalah sama.

Dalam menganalisis data, diketahui sampel terdiri dari lebih dari 25 maka

untuk keutuhan proses pengujian peneliti perlu mengansumsikan syarat pengujian

normalitas dan pengujian linearitas. Pengujian normlitas bertujuan untuk

mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi berdistribusi

probabilitas normal atau tidak, sedangkan pengujian linearitas bertujuan

untukmengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau

tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam

analisis korelasi atau regresi linear.

Adapun langkah langkah untuk melakukan uji korelasi Produt moment

adalah:

1. Membuat grafik distribusi pencaran

2. Mentukan nilai variabel X

3. Menentukan nilai variabel Y

4. Menentukan jumlah nilai variabel X ∑

5. Menentukan jumlah nilai variabel Y ∑

6. Tentukan rata-rata variabel X = ̅

7. Tentukan rata-rata variabel Y = ̅

8. Menentukan x kecil dengan cara x = ( ̅)

9. Menentukan y kecil dengan cara y = ( ̅)

10. Menghitung korelasi dengan rumus=

56

√∑

11. Membuat hipotesis kesimpulan

12. Membandingkan t hitung dan t tabel, dengan rumus t hitung adalah,

√𝑛

Dengan drajat kebebasan= n-2

Dengan t tabel<t hitung= H0 ditolak, terdapat penerimaan H1= terdapat hubungan

yang signifikan antara cerita rakyat dengan pendidikan multikultural.

13. Memutuskan kesimpulan

1. Uji Normalitas Data

Untuk uji normalitas data baik data pretes dan data pretes, penulis

menggunakan software statistik SPSS 17 (Statistical Product and Servie Solution)

tipe 17. Distribusi normal merupakan distribusi yang penting dalam statistika dan

banyak digunakan pada penelitian yang mengkhususkan teknik statistika di

dalamnya. Pengujian normalitas data digunakan sebagai acuan dan prasyarat

untuk pengujian hipotesis.

Dari tabel skewnes dan kurtosis tersebut dapat diketahui nilai

kecondongan atau kemiringan suatu kurva. Data yang mendekati distribusi normal

memiliki nilai skewnes yang mendekati angka 0 sehingga memiliki kemiringan

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation Skewness Kurtosis

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

Std.

Error

x 31 73 98 85.68 7.213 -.105 .421 -1.067 .821

y 31 70 100 88.16 8.870 -.744 .421 -.560 .821

Valid N

(listwise)

31

57

yang cendrung seimbang. Hasil output SPSS terlihat statistik pada skewnes dan

kurtosis berada pada angka 0. Yaitu -0,105 pada x, dan -0,744 pada Y.

berdasarkan hasil data SPSS tersebut maka dapat diketahui bahwa data x dan data

yang berasal dari populasi berdistribusi probabilitas normal. Hal tersebut

didukung dengan pengujian P-Plot, untuk mengetahui probabilitas data

berdistribusi norma, seperti di bawah ini,

Berikut ini adalah hasil output data distribusi normal, untuk data X atau

hasil dari perolehan Pretes Siswa, dalam gambar menunjukkan bahwa terdapat

titik-titik kecil yang berada di sekitar garis diagonal, oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa data X merupakan data yang berdistribusi normal

58

Begitupun pada gambar P-Plot, untuk data y. Di atas tergambar bahwa

titik-titik kecil masih berada di sekitar garis diagonal. Menyebar secara beraturan

ke arah diagonal. Titik titik tersebut adalah data y, berdasarkan itulah maka

terbukti bahwa data Y atau hasil perolehan Postes Siswa SMA Negeri 7 Kota

Tangerang Kelas XI IIS 3 berdistribusi normal, atau memiliki normalitas data.

Berdasarkan pengujian data tersebut dapat gambarkan bahwa kedua data

tersebut baik data pretes maupun data postes siswa, merupakan data yang

berdistribusi normal. Atau kedua data tersebut baik data x maupun data y

merupakan data yang berasal dari populasi yang berdistribusi probabilitas normal.

2. Uji Linearitas Data

Uji korelasi product moment memerlukan tiga syarat yang penting agar

hasil kesimpulan perhitungan bersifat valid. Ketiga syarat tersebut adalah pertama,

data bersifat interval atau rasio, memiliki distribusi data normal atau melalui tahap

uji normalitas data, dan persyaratan yang ketiga adalah hubungan atar variabel

yang hendak dikomparasikan bersifat linier. atau melalui tahap uji liniceritas data.

Berikut ini adalah hasil perhitungan uji linearitas data x dan data y melalui

teknik SPSS 17. Berikut adalah hasil laporannya:

Maksud dari Linearity di atas adalah hubungan linier pada data X (hasil

pretes siswa) dan data Y (hasil postes siswa). Jika sig (p<0,05) atau signifikansi

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

y * x Between Groups (Combine) 2305.777 18 128.099 28.248 .000

Linearity 1751.974 1 1751.974 386.346 .000

Deviation

from

Linearity

553.803 17 32.577 7.184 .001

Within Groups 54.417 12 4.535

Total 2360.194 30

59

linier tertulis lebih keil dari 0,05. artinya variabel penelitian baik untuk data x dan

data y dikatakan linier. Dalam data terlihat sig pada linearity sebesar 0,00, itu

berarti 0,00<0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa data hasil pretes dan postes

siswa bersifat liner.

Melalui parameter estimasi dalam SPSS juga dijelaskan sekaligus

digambarkan pada grafik bahwa kedua data tersebut bersifat linier. Pengujian

normalitas data dan pengujian liniceritas data menunjukkan bahwa data tersebut

sudah memenuhi syarat pengujian korelasi atau hubungan yang signifikan,

kemudian langkah selanjutnya adalah menghitung korelasi product moment,

dengan menghitung rumus pearson atau koefisien korelasi. Namun sebelum

menghitung korelasi tersebut, peneliti perlu menganalisis data tabel, grafik dan

variabel penelitian, baru setelah itu peneliti melakukan uji product moment.

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variabel:y

Equation

Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .742 83.534 1 29 .000 -2.612 1.059

The independent variabel is x.

60

3. Menentukan Tabel dan Grafik Distribusi Pancaran

no nama X Y ( i- ) (Yi-yˉ)

x² y²

xy

(x) (y)

1 a 93 93 7.29032 4.83871 53.14877 23.41311 35.27574

2 b 90 91 4.29032 2.83871 18.40685 8.058274 12.17897

3 c 92 93 6.29032 4.83871 39.56813 23.41311 30.43703

4 d 75 73 -10.7097 -15.1613 114.6972 229.8647 162.3726

5 e 88 97 2.29032 8.83871 5.245566 78.12279 20.24347

6 f 95 98 9.29032 9.83871 86.31005 96.80021 91.40476

7 g 76 87 -9.70968 -1.16129 94.27789 1.348594 11.27575

8 h 87 93 1.29032 4.83871 1.664926 23.41311 6.243484

9 i 85 85 -0.70968 -3.16129 0.503646 9.993754 2.243504

10 j 86 97 0.29032 8.83871 0.084286 78.12279 2.566054

11 k 77 78 -8.70968 -10.1613 75.85853 103.2518 88.50158

12 l 81 81 -4.70968 -7.16129 22.18109 51.28407 33.72738

13 m 75 70 -10.7097 -18.1613 114.6972 329.8325 194.5016

14 n 85 88 -0.70968 -0.16129 0.503646 0.026014 0.114464

15 o 77 80 -8.70968 -8.16129 75.85853 66.60665 71.08222

16 p 83 85 -2.70968 -3.16129 7.342366 9.993754 8.566084

17 q 83 88 -2.70968 -0.16129 7.342366 0.026014 0.437044

18 r 77 77 -8.70968 -11.1613 75.85853 124.5744 97.21126

19 s 83 87 -2.70968 -1.16129 7.342366 1.348594 3.146724

20 t 73 72 -12.7097 -16.1613 161.536 261.1873 205.4048

21 u 92 92 6.29032 3.83871 39.56813 14.73569 24.14671

22 v 98 98 12.29032 9.83871 151.052 96.80021 120.9209

23 w 88 91 2.29032 2.83871 5.245566 8.058274 6.501554

24 x 88 91 2.29032 2.83871 5.245566 8.058274 6.501554

25 y 95 97 9.29032 8.83871 86.31005 78.12279 82.11444

26 z 86 100 0.29032 11.83871 0.084286 140.1551 3.437014

27 aa 96 96 10.29032 7.83871 105.8907 61.44537 80.66283

28 bb 78 71 -7.70968 -17.1613 59.43917 294.5099 132.3081

29 cc 96 96 10.29032 7.83871 105.8907 61.44537 80.66283

30 dd 88 96 2.29032 7.83871 5.245566 61.44537 17.95315

31 ee 91 92 5.29032 3.83871 27.98749 14.73569 20.308

rata-rata X

adalah 85.70968

rata-rata Y

adalah 88.16129

61

Jika data tersebut dimasukkan ke dalam grafik maka akan menjadi seperti grafik

di bawah ini,

4. Mentukan nilai variabel X dan variabel Y

Variabel X adalah hasil skor kuesioner pretes siswa yang berisi 16 butir

soal menyangkut sikap pendidikan multikultural kelas XI IIS 3 SMA N 7 Kota

Tangerang yang belum diberi media cerita rakyat. Sedangkan variabel Y adalah

hasil skor kuesioner postes siswa yang berisi 16 butir soal menyangkut sikap

pendidikan multikultural kelas XI IIS 3 SMA N 7 Kota Tangerang yang sudah

diberi media cerita rakyat.

5. Menghitung Korelasi Product Moment antara hasil Pretes dan Postes

Dalam proses dan teknik statistika inferensial, peneliti mencari hubungan

antara asosiasi, cerita rakyat dengan pendidikan multikultural, melalui data atau

isian hasil kuesioner siswa. Metode statistika yang digunakan peneliti adalah

metode korelasi Product Moment, yaitu menguji hipotesis peneliti yang berisi

hubungan, atau korelasi.

0

20

40

60

80

100

120

0 20 40 60 80 100 120

Has

il P

ost

es

(Y)

Hasil Pretes (X)

Y

Linear (Y)

62

√∑

no nama X Y - ) (Yi-yˉ)

x² y²

xy

(x) (y)

1 a 93 93 7.29032 4.83871 53.14877 23.41311 35.27574

2 b 90 91 4.29032 2.83871 18.40685 8.058274 12.17897

3 c 92 93 6.29032 4.83871 39.56813 23.41311 30.43703

4 d 75 73 -10.70968 -15.1613 114.6972 229.8647 162.3726

5 e 88 97 2.29032 8.83871 5.245566 78.12279 20.24347

6 f 95 98 9.29032 9.83871 86.31005 96.80021 91.40476

7 g 76 87 -9.70968 -1.16129 94.27789 1.348594 11.27575

8 h 87 93 1.29032 4.83871 1.664926 23.41311 6.243484

9 i 85 85 -0.70968 -3.16129 0.503646 9.993754 2.243504

10 j 86 97 0.29032 8.83871 0.084286 78.12279 2.566054

11 k 77 78 -8.70968 -10.1613 75.85853 103.2518 88.50158

12 l 81 81 -4.70968 -7.16129 22.18109 51.28407 33.72738

13 m 75 70 -10.70968 -18.1613 114.6972 329.8325 194.5016

14 n 85 88 -0.70968 -0.16129 0.503646 0.026014 0.114464

15 o 77 80 -8.70968 -8.16129 75.85853 66.60665 71.08222

16 p 83 85 -2.70968 -3.16129 7.342366 9.993754 8.566084

17 q 83 88 -2.70968 -0.16129 7.342366 0.026014 0.437044

18 r 77 77 -8.70968 -11.1613 75.85853 124.5744 97.21126

19 s 83 87 -2.70968 -1.16129 7.342366 1.348594 3.146724

20 t 73 72 -12.70968 -16.1613 161.536 261.1873 205.4048

21 u 92 92 6.29032 3.83871 39.56813 14.73569 24.14671

22 v 98 98 12.29032 9.83871 151.052 96.80021 120.9209

23 w 88 91 2.29032 2.83871 5.245566 8.058274 6.501554

24 x 88 91 2.29032 2.83871 5.245566 8.058274 6.501554

25 y 95 97 9.29032 8.83871 86.31005 78.12279 82.11444

26 z 86 100 0.29032 11.83871 0.084286 140.1551 3.437014

27 aa 96 96 10.29032 7.83871 105.8907 61.44537 80.66283

28 bb 78 71 -7.70968 -17.1613 59.43917 294.5099 132.3081

29 cc 96 96 10.29032 7.83871 105.8907 61.44537 80.66283

30 dd 88 96 2.29032 7.83871 5.245566 61.44537 17.95315

31 ee 91 92 5.29032 3.83871 27.98749 14.73569 20.308

∑ 2657 2733 2.29024 30.4 1554.387 2360.194 1652.452

63

rxy=

√( )( )

=

=

= 0,862

Diketahui koefisien korelasi yang diperoleh melalui tahap perhitungan

adalah sebesar 0,862 maka peneliti menggunakan pedoman untuk memberikan

interpretasi terhadap koefisien korelasi. Berikut adalah tabel pedoman untuk

menginterpretasikan tingkatan nilai koefisien korelasi.

Interfal koefisien Tingkat hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,00 Sangat kuat

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui nilai koefisien korelasi antara

hasil skor kuesioner pretes siswa menyangkut sikap pendidikan multikultural

kelas XI IIS 3 SMA N 7 Kota Tangerang yang belum diberi media cerita rakyat.

dengan hasil skor kuesioner postes menyangkut sikap pendidikan multikultural

kelas XI IIS 3 SMA N 7 Kota Tangerang yang sudah diberi media cerita rakyat

sebesar 0,862, jika dilihat dari tabel pedoman untuk memberikan interpretasi

korelasi, maka nilai korelasi tersebut termasuk sangat kuat. Kemudian, untuk

membuktikan lagi validitas hipotesis dan kesimpulan, maka penelititi melakukan

uji hipotesis menggunakan t hitung.

64

Jika t hitung lebih besar dari t tabel. Maka akan disimpulkan hipotesisnya

menolak H0, atau berada dalam penerimaan Ha. Untuk menguji t hitung penulis

mengujinya dengan rumus.

√𝑛

Dibandingkan dengan t tabel dengan drajat kebebasan= n-2

Lalu kita bandingkan dengan t tabel dengan derajat kebebasan

(n-2)=(31-2)

=29,

(lihat tabel pada n=29)

N R N r N r N r N r N r

1 0.997 41 0.301 81 0.216 121 0.177 161 0.154 201 0.138

2 0.95 42 0.297 82 0.215 122 0.176 162 0.153 202 0.137

3 0.878 43 0.294 83 0.213 123 0.176 163 0.153 203 0.137

65

4 0.811 44 0.291 84 0.212 124 0.175 164 0.152 204 0.137

5 0.754 45 0.288 85 0.211 125 0.174 165 0.152 205 0.136

6 0.707 46 0.285 86 0.21 126 0.174 166 0.151 206 0.136

7 0.666 47 0.282 87 0.208 127 0.173 167 0.151 207 0.136

8 0.632 48 0.279 88 0.207 128 0.172 168 0.151 208 0.135

9 0.602 49 0.276 89 0.206 129 0.172 169 0.15 209 0.135

10 0.576 50 0.273 90 0.205 130 0.171 170 0.15 210 0.135

11 0.553 51 0.271 91 0.204 131 0.17 171 0.149 211 0.134

12 0.532 52 0.268 92 0.203 132 0.17 172 0.149 212 0.134

13 0.514 53 0.266 93 0.202 133 0.169 173 0.148 213 0.134

14 0.497 54 0.263 94 0.201 134 0.168 174 0.148 214 0.134

15 0.482 55 0.261 95 0.2 135 0.168 175 0.148 215 0.133

16 0.468 56 0.259 96 0.199 136 0.167 176 0.147 216 0.133

17 0.456 57 0.256 97 0.198 137 0.167 177 0.147 217 0.133

18 0.444 58 0.254 98 0.197 138 0.166 178 0.146 218 0.132

19 0.433 59 0.252 99 0.196 139 0.165 179 0.146 219 0.132

20 0.423 60 0.25 100 0.195 140 0.165 180 0.146 220 0.132

21 0.413 61 0.248 101 0.194 141 0.164 181 0.145 221 0.131

22 0.404 62 0.246 102 0.193 142 0.164 182 0.145 222 0.131

23 0.396 63 0.244 103 0.192 143 0.163 183 0.144 223 0.131

24 0.388 64 0.242 104 0.191 144 0.163 184 0.144 224 0.131

25 0.381 65 0.24 105 0.19 145 0.162 185 0.144 225 0.13

26 0.374 66 0.239 106 0.189 146 0.161 186 0.143 226 0.13

27 0.367 67 0.237 107 0.188 147 0.161 187 0.143 227 0.13

28 0.361 68 0.235 108 0.187 148 0.16 188 0.142 228 0.129

66

29 0.355 69 0.234 109 0.187 149 0.16 189 0.142 229 0.129

30 0.349 70 0.232 110 0.186 150 0.159 190 0.142 230 0.129

31 0.344 71 0.23 111 0.185 151 0.159 191 0.141 231 0.129

32 0.339 72 0.229 112 0.184 152 0.158 192 0.141 232 0.128

33 0.334 73 0.227 113 0.183 153 0.158 193 0.141 233 0.128

34 0.329 74 0.226 114 0.182 154 0.157 194 0.14 234 0.128

35 0.325 75 0.224 115 0.182 155 0.157 195 0.14 235 0.127

36 0.32 76 0.223 116 0.181 156 0.156 196 0.139 236 0.127

37 0.316 77 0.221 117 0.18 157 0.156 197 0.139 237 0.127

38 0.312 78 0.22 118 0.179 158 0.155 198 0.139 238 0.127

39 0.308 79 0.219 119 0.179 159 0.155 199 0.138 239 0.126

40 0.304 80 0.217 120 0.178 160 0.154 200 0.138 240 0.126

Maka dapat diketahui t tabel adalah 0,355, maka dapat diketahui t hitung

lebih besar dari t tabel, T hitung = . Dan t tabel = 0,355, maka dapat

diketahui keputusan yang diambil adalah T0>T Tabel: maka (H1) hipotesis

diterima dan (H0) ditolak. Ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara

hasil pretas siswa berisi pendidikan multikulturalisme yang belum mendapatkan

cerita rakyat, dengan hasil postes siswa berisi pendidikan multikulturalisme yang

sudah mendapatkan media cerita rakyat, di kelas XI IIS 3 SMAN 7 Kota

Tangerang.

C. Temuan Penelitian

Dari penelitian ini dapat ditemukan 3 temuan hasil analisis statistik yang

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara cerita rakyat dengan pendidikan

multikultural

67

1. Temuan pertama: diketahui grafik linearitas dari hasil pretes yang belum

mendapatkan perlakuan cerita rakyat dan postes siswa yang sudah

mendapatkan perlakuan cerita rakyat adalah bersifat linear. Hal ini diperkuat

dengan bukti grafik di bawah ini.

Dengan dilihat dari grafik tersebut maka, hubungan antara nilai pretes dan

postes siswa kelas XI IIS 3 lebih besifat korelasi positif, karena apabila terdapat

nilai satu variabel ditingkatkan, maka akan meningkatkan nilai variabel yang lain.

2. Temuan kedua, diketahui nilai koefisien korelasi antara data pretes yang belum

menerima perlakuan media cerita rakyat dengan postes siswa yang sudah

mendapat perlakuan cerita rakyat, mendekati angka 1. Setelah dihitung, dapat

diketahui nilai koefisien korelasi antara data pretes dan data postes siswa kelas

XI IIS 3 SMA Negeri 7 Kota tangerang adalah sebesar 0,862.

3. Temuan ketiga adalah diketahui nilai t hitung hubungan korelasi antara data

pretes yang belum menerima perlakuan media cerita rakyat dengan postes

siswa yang sudah mendapat perlakuan cerita rakyat, t hitung diketahui sebesar

. Dan ditemukan t tabel dari tabel drajat kebebasan, jumlah data

dikurang dua (n-2), 31-2=29. Maka t tabel sebesar 0,355.

0

20

40

60

80

100

120

0 20 40 60 80 100 120

Has

il P

ost

es

(Y)

Hasil Pretes (X)

Y

Linear (Y)

68

D. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian

1. Pembahasan terhadap Hasil Temuan Pertama

Dari temuan pertama peneliti menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang

signifikan jika masih dilihat dari hasil grafik yang bergambar linear. Walaupun

perlu diuji kembali dengan uji korelasi product momen, namun dari grafik

tersebut, namun sudah bisa terlihat dari grafik yang bergambar linear pun sudah

dapat membuktikan, bahwa terdapat hubungan yang kuat antara hasil pretes siswa

yang berisi pendidikan multikultural yang belum mendapati perlakuan media

cerita rakyat, dengan hasil postes kuesioner siswa yang sudah mendapat perlakuan

cerita rakyat. Apabila suatu guru bercerita atau mendongeng mengenai Burung

Puyuh dan Burung Tempua, di dalam kelas, maka itu bisa meningkatkan

pemahaman siswa tentang pendidikan multikultural siswa di dalam kelas.

2. Pembahasan terhadap Hasil Temuan Kedua

Temuan kedua adalah diketahui nilai koefisien korelasi (rxy) adalah=

0,862, maka dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai 0,8, sudah

mendekati angka 1. Untuk lebih jelasnya peneliti melihat Pedoman untuk

memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi

Interfal koefisien Tingkat hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

Dari perhitungan kedua hasil data siswa tersebut diketahui hubungan

antara hasil pretes siswa yang belum mendapat perlakuan cerita rakyat dan hasil

postes siswa yang sudah mendapat perlakuan cerita rakyat memiliki tingkatan

hubungan yang sangat kuat, dan bernilai positif yaitu mendekati angka 1.

Berdasarkan hasil temuan yang menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi

tersebut besar dan mendekati angka 1, maka dapat disimpulkan bahwa semakin

69

banyak peneliti memberikan media cerita rakyat pada siswa, maka semakin

meningkat pemahaman siswa terhadap pendidikan multikultural.

Melalui perhitungan koefisien korelasi tersebut maka dapat diketahui nilai

koefisien korelasi atau nilai hubungan antara hasil skor kuesioner pretes siswa

menyangkut sikap pendidikan multikultural kelas XI IIS 3 SMA N 7 Kota

Tangerang yang belum diberi media cerita rakyat. dengan hasil skor kuesioner

postes menyangkut sikap pendidikan multikultural kelas XI IIS 3 SMA N 7 Kota

Tangerang yang sudah diberi media cerita rakyat sebesar 0,862.

Hubungan antara kedua variabel tersebut sangat kuat (mendekati angka 1),

sehingga apabila variabel bebas tersebut dihilangkan atau dikurangi, maka nilai

terhadap variabel terikat pun akan ikut berkurang atau menurun, bisa

diumpamakan bahwa semakin jarang siswa yang mendengarkan dongeng atau

cerita rakyat, maka hal ini akan berakibat bahwa semakin sedikit pemahaman

siswa terhadap pendidikan multikultural.

3. Pembahasan terhadap Hasil Temuan Ketiga

Dari temuan kedua, yakni mengenai t hitung dan t tabel, Maka dapat

diketahui t tabel adalah 0,355, sedangkan t hitung ditemukan sebesar .

Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa t

hitung>t tabel, 9,1567>0,355 sehingga diketahui keputusan yang diambil adalah

(H1) hipotesis diterima dan (H0) ditolak, ini berarti terdapat hubungan yang

signifikan antara cerita rakyat, dengan pendidikan multikultural sebesar 0,862, di

kelas XI IIS SMAN 7 Kota Tangerang

E. Implikasi

Implikasi dari penelitian ini adalah cerita rakyat atau dongeng nusantara

penting untuk diceritakan maupun didongengkan kepada siswa di dalam kelas.

Sebagai media dari materi cerita ulang, drama, cerita rekaan maupun cerpen, dan

semua materi sastra dalam silabus kutikulum 2013. Karena di dalam cerita rakyat

nusantara terutama di dalam cerita rakyat Burung Puyuh dan Burung Tempua,

yang berasal dari daerah Riau tersebut mengandung nilai moral dan nilai

70

kebudayaan yang masih relevan dengan kurikulum 2013, yaitu nilai-nilai

multikultural, nilai toleransi, nilai peduli, nilai kerja sama, nilai respek,

berinteraksi sosial, dan mencerminkan perwujudan dari cerminan bangsa. Seperti

diimplikasikan dalam silabus kurikulum 2013 di bawah ini,

Kompetensi Inti :

KI 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan

pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial

dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia.

Guru sebagai pendidik sekaligus pengajar wajib memberikan wejangan

dongeng nusantara, dan penyerapan nilai-nilai budaya Indonesia yang hampir

punah, tradisi lisan nusantara. Cerita rakyat bisa digunakan sebagai media

pembelajaran Bahasa Indonesia untuk pembahasan materi drama, cerita pendek,

maupun cerita ulang.

Melalui penelitian ini dapat diketahui secara langsung bahwa semakin

sering siswa diberi media cerita rakyat oleh guru maka semakin meningkat

pemahaman siswa terhadap arti pentingnya pendidikan multikultural. Bila timbul

suatu indikator prilaku siswa yang mencerminkan sedikitnya pemahaman siswa

terhadap pendidikan multikultural, maka bisa dikatakan bahwa semakin sedikit

pula siswa memahami tentang pentingnya budaya saling menyayangi, peduli,

toleransi dan menghargai perbedaan. Siswa kurang faham bahwa setiap individu

memiliki pola pikir, budaya, asal usul, pakaian, ras dan kebiasaan yang berbeda.

Siswa kurang faham bahwa nilai persahabatan, merupakan hal yang perlu

diteladani juga oleh para remaja. Untuk itu dongeng masih perlu diberikan kepada

siswa di dalam kelas. Melalui dongeng atau cerita rakyat, siswa menjadi belajar

mendengar dan menyimak, tentang khazanah budaya Indonesia, yang tersimpan,

melalui nasihat-nasihat lama, cerita cerita lama. Fungsinya lebih dari sekedar

untuk mengajarkan bagaimana cara siswa untuk berbahasa dengan baik dan benar,

melainkan untuk meredam keinginan siswa untuk berbuat kekerasan, konflik,

permusuhan, kebencian, dan antitoleransi.

71

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis dan deskripsi data yang dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa:

1. Terdapat hubungan yang signifikan kearah positif antara media cerita

rakyat dengan pendidikan multikultural, atau semakin sering mendapat

perlakuan media cerita rakyat, maka semakin meningkat pemahaman

siswa terhadap pendidikan multikultural di SMA kelas XI IIS, SMA

Negeri 7 Kota Tangerang.

2. Terdapat 3 bukti temuan statistik yang menjelaskan hubungan atau

keterkaitan yang kuat antara media cerita rakyat dengan pendidikan

multikultural.

a. Pertama, ditemukan grafik linearitas yang berbentuk linier. Grafik

linearitas tersebut digunakan untuk melihat data secara awal, dan

digunakan untuk melihat fungsi kedua data variabel, apakah data

awal kedua variabel tersebut memiliki arti atau tidak. Pada grafik

linearitas tergambar bahwa titik-titik data tersebut menyatu dan

berbentuk diagonal, tidak menyebar secara acak. Bila titik-titik

tersebut membentuk linier, maka dapat diputuskan secara

sederhana bahwa data kedua variabel tersebut bersifat linear atau

memiliki arti, sehingga keputusan awalnya adalah terdapat

hubungan yang berarti antara kedua variabel yang dibandingkan.

b. Kedua, ditemukan nilai hasil perhitungan koefisien korelasi

melalui teknik penghitungan korelasi product moment

sebesar0,862. Nilai tersebut bersifat positif, dan mendekati angka

1. Jika keputusan atau hasil akhir dari koefisien kolerasi tersebut

mendekati angka (r)= 1 atau (r)=-1 maka, dapat dipastikan

72

hubungan tersebut bersifat linear atau terdapat hubungan yang

signifikan ke arah positif antara media cerita rakyat dengan

pendidikan multkultural.

c. Ketiga, diketahui t hitung lebih besar dari t tabel. Pada bukti

temuan terakhir maka kesimpulan bersifat sahih atau valid, yakni

menjawab rumusan kesimpulan hipotesis statistic, yaitu terdapat

hubungan ke arah positif dan signifikan, antara cerita rakyat

Burung Puyuh dan Burung Tempua dengan pendidikan

multikultural, kesimpulan tersebut didapat malalui bukti

penerimaan Ha, dan penolakan H0, diketahui t tabel adalah 0,355,

dan t hitung ditemukan sebesar . Untuk itu maka

disimpulkan bahwa t hitung>t tabel, atau 9,1567>0,355, sehingga

hal tersebut menjawab keputusan rumusan masalah yaitu terdapat

hubungan yang signifikan ke arah positif antara cerita rakyat

Burung Puyuh dan Burung Tempua dengan pendidikan

multikultural di kelas XI IIS (Ilmu-Ilmu Sosial), SMA Negeri 7

Kota Tangerang.

3. Hubungan antara cerita rakyat dengan pendidikan multikultural

tersebut kuat, jika semakin sering siswa mendengarkan dongeng atau

cerita rakyat, menjadi semakin meningkatnya pemahaman siswa

terhadap pendidikan multikultural, maka semakin sedikit siswa

mendengarkan dongeng atau cerita rakyat, maka dapat dikhawatirkan

menjadi semakin sedikit pula pemahaman siswa terhadap pendidikan

multikultural, seperti budaya saling menghargai, toleransi, cinta damai,

dan peduli terhadap sesama. Siswa semakin rentan untuk terpengaruh

budaya negatif yang mengancam ide dan pola pikir siswa, termasuk

penanaman kebencian, kecurigaan, tawuran, kekerasan, ancaman,

konflik dan peperangan.

73

B. Implikasi

` Implikasi penelitian ini terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

adalah media cerita rakyat menjadi media alternatif dalam proses pengajaran dan

pembelajaran bahasa Indonesia, karena media cerita rakyat ini telah terbukti

efektif dalam hal meningkatkan pemahaman pendidikan multikultural terhadap

peserta didik, sehingga guru subagai tenaga pengajar, tidak hanya terampil

mengajar dan membuat siswa pintar di kelas. Guru sebagai tenaga pendidik harus

mampu mendidik siswa, menanamkan sikap saling menghargai, toleransi dan

saling mencintai sesama manusia, meredam konflik dan menghentikan kekerasan

karena, mendidik siswa di kelas, merupakan tanggung jawab semua orang dewasa,

terutama guru.

C. Saran

Dalam melakukan penelitian ini peneliti tidak terlepas dari hambatan dan

kesulitan yang ada. Pertama dongeng Burung Puyuh dan Burung Tempua,

merupakan dongeng fabel (cerita hewan yang dapat berbicara). Hal ini tidak

relevan dengan kondisi usia siswa yang menginjak usia remaja (usia 17 tahun).

Cerita fabel paling cocok diajarkan kepada siswa tingkatan Sekolah Dasar. Hal ini

lah yang menjadi hambatan peneliti. Peneliti belum menemukan contoh dongeng

lain di antara ribuan dongeng yang di dalamnya mengandung cerita yang sarat

akan budaya keragaman, saling menghargai, saling toleransi, pendidikan

multikultural, yang cocok digunakan usia remaja atau pada usia masa yang penuh

dengan konflik atau berinteraksi dengan persahabatan dan perbedaan.

Harapan selanjutnya dapat ditemukan cerita rakyat lain yang lebih sesuai

didongengkan kepada anak usia remaja, usia yang mengandung konflik, yang

penuh dengan berbagai permasalahan yang kompleks dan sesuai dengan usia

remaja di Indonesia saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. Metodologi dan Aplikasi Riset pendidikan. Bandung: Pustaka Cendikia

Utama. 2010.

Ata, Andre Ujan. dkk.. Multikulturalisme: Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan.

Jakarta: PT Indeks. 2009.

Berita Satu. Tradisi Lisan di Indonesia Menuju Kepunahan, 2013.

(http://m.beritasatu.com./nasional/9506-tradisi-lisan-di-Indonesia-menuju-

kepunahan.html).

Danadjaya, James. Folklor Indonesia, Ilmu Gosip Dongeng dan Lain-Lain. Jakarta:

grafitypers. 1986.

Dawam, Ainurrofiq. Pendidikan Multikultural. Penerbit Inspeal :Jogjakarta, 2006.

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: UIN

Syarif hidayatullah Jakarta. 2013.

D Riau. Burung Puyuh dan Burung Tempua. 2014. (http://www.driau.com/2013/08/cerita-

rakyat-melayu-burung-tempua.html).

Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1989.

Furchan, Arief. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Malang: Usaha Nasional Surabaya

Indonesia. 1982.

Guraru. Multikultural di Kurikulum 2013 Keragaman dan Toleransi. 2014.

(http://guraru.org/info/multikultural-di-kurikulum-2013/).

Harrison, Lawrance E. dan Samuel P (ed). Huntington. Kebangkitan Peran Budaya:

Bagaimana Nilai-Nilai Membentuk Kemajuan Manusia. Jakarta: Penerbit LP3ES.

2011.

Heru Sri Kumoro. Kurikulum 2013 Memperkuat Pendidikan Multikultural. 2014.

(http://edukasi.kompas.com/read/2013/03/10/11184141/kurikulum.2013.memperkuat.

pensisikan.multikultural).

Kemendikbud. Silabus Kelas XI, Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. 2014

(http//kurikulum2013.kemendikbud.go.id.).

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Kurikulum 2013. 2014.

(http//kurikulum2013.kemendikbud.go.id.)

Kuntowijoyo. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya. 1987.

Kymlika, Will. Kewargaan Multikultural. Jakarta: Penerbit LP3ES, Anggota IKAPI. 2011.

Muhadi. Penelitian Tindakan Kelas: Panduan wajib bagi para pendidik. Jogjakarta: Shira

Media. 2011.

Muijs, Daniel. Doing Quantitative Research in Education with SPSS. Sage

Publications:Caliifornia. 2004.

Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Ciputat: Gaung Perseda

Press. 2012.

P., John Hogan (ed.). Cultural Identity, Pluralism and Globalization Volume 1: Cultural

Pluralism and Demoratic Freedom. Washington, DC: The Council for Research in

Values and Philosophy. 2005.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik

Indonesia. Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan

Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Yrama Widya: Bandung. 2010.

Salahudin, Anas. dan Irwanto Alkrienciehie. Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis

Agama dan Budaya Bangsa. Bandung:Pustaka Setia, 2013.

,

Soedijarto, H. “Pendidikan yang Mencerdaskan Kehidupan bangsa dan Memajukan

Kebudayaan Nasional Indonesia” dalam Kurikulum yang Mencerdaskan. PT

Kompas Media Nusantara: Jakarta 2003.

Soyomukti, Nurani. Teori Teori Pendidikan: Tradisional, (neo) Liberal, Marxis-Sosialis,

Postmodern. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.

Suharto, Prih. dkk. Beberapa Cerita Bermotif Pennjelmaan dalam Sastra Nusantara.

Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994.

Susetyo, Budi. Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama. 2010.

Tilaar, H.A.R.. Pendidikan Kebudayaan dan masyarakat Madani Indonesia: Strategi

Reformasi Pendidikan Nasional. PT Remaja Rosdakarya: Bandung. 1999.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,

2007.

Tumanggor, Rusmin, dkk. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. 2010.

W., Robert Hefner (ed). Politik Multikulturalisme. Jogjakarta: Penerbit Kanisius, 2007.

Wallek, Rane dan Austin Warren. Teori Kesusastraan. Jakarta :Gramedia. 1993.

Wibisono. Yusuf. Metode Statistik,. Jogjakarta: Gajah Mada Press. 2009.

Yock, Liaw Fang, Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia. 2011.

LAMPIRAN CERITA RAKYAT

Kisah Burung Puyuh dan Burung Tempua

Diceritakan kembali oleh Rifka Fitrotuzzakia

Pada suatu hari di suatu hutan yang sejuk, hiduplah sepasang burung yang selalu

bersahabat. Ada yang menarik dari kedua burung yang bersahabat tersebut.

Ternyata kedua burung tersebut, berbeda jenis dan rupa. Yang satu berbentuk gemuk dan

selalu senang tinggal di pinggir sungai, burung tersebut biasa dipanggil dengan burung puyuh.

Yang satu lagi burung yang agak kurus senang tinggal diatas pohon, burung tersebut bernama

burung tempua.

Mereka berdua bersahabat dan terbang beriringan pada siang hari. Namun ketika sudah

malam, mereka berpisah pada habitat masing-masing. Walaupun mereka berbeda spesies dan

berbeda habitat. Mereka selalu terbang beriringan, saling menolong, saling bersahabat dan saling

membantu satu sama lain. Mungkin hanya malam yang memisahkan persahabatan kedua burung

tersebut.

Pada suatu hari mereka berdua saling penasaran terhadap habitat kawannya. Burung

puyuh penasaran seperti apa habitat burung tempua dan burung tempua juga penasaran, seperti

apa habitat burung puyuh. Karena mereka berfikir hanya malam dan habitat yang tidak

diketahuinya. Karena mereka bersahabat baik dan karena penasaran maka mereka memutuskan

untuk tinggal dan mencoba satu persatu habitat kawannya “Mengapa hanya di siang hari saja kita

bertemu dan bermain, aku penasaran, bagaimana bentuk rupa rumahmu?” ucap burung tempua.

“Kalo difikir-fikir, aku juga penasaran, bagaimana habitatmu, bagaimana bentuk sarangmu?”

ucap burung puyuh

Malam pertama burung puyuh akan mencoba bermalam di sarang tempat tinggal burung

tempua, maka diajaklah burung puyuh ke tempat burung tempua. Setelah mereka berdua sampai.

Ternyata burung puyuh sangat kagum dan memuji keindahan sarang burung kawannya. “Wah

tempatmu sangat hebat dan terlihat cantik, selain itu tempat tinggalmu itu tinggi dan

menggelantung” ucap burung puyuh. Sarang burung puyuh terletak menggantung di atas pohon,

sarang burung tempua cantik, dan terbuat dari jerami jerami kering.

“Iya bila kita diam disini, kita tidak akan mudah ditangkap musuh, di tempat tinggi, kita

akan aman, selain itu dekat dengan pohon, akan memudahkan mengambil tanaman” ucap burung

tempua. “Bila kamu ingin mencoba, tinggal dan bermalam saja di sini” ucap burung tempua.

Mendengar ucapan itu burung puyuh merasa senang, sehingga saat itu pun burung puyuh

bermalam di dalam sarang burung tempua.

Pada suatu malam, angin di hutan bertiup angak kencang, sehingga angin tersebut seolah

menggoyang-goyangkan sarang burung tempua. Saat melihat burung Tempua tertidur pulas.

Burung puyuh masih terjaga. Selain itu ia merasa ketakutan tubuhnya diguncang gunangkan oleh

angin. Tengah malam burung puyuh masih belum bisa tertidur. Ia merasa kehausan yang sangat

hebat. Biasanya burung puyuh tinggal di pinggir sungai yang selalu dekat air. Namun kini ia

bermalam di sarang burung tempua yang sangat tinggi. Dan di sekitar tidak terlihat air sungai.

Hingga fajar tiba, burung puyuh belum juga tertidur. Dalam hati burung puyuh merasa sangat

tidak nyaman.

Dan pada siang hari mereka pun kembali terbang, tiba tiba saja burung tempua

berkata,“Puyuh, bagaimana rasanya tinggal di sarang aku, kamu senang kan?” tanya burung

tempua. Namun burung puyuh menanggapinya dengan cara yang ramah dan seraya tidak ingin

melukai hati sahabatnya “iya aku sangat senang tinggal di dalam sarangmu, tempua, hmm….

Bagaimana kalau kamu juga tinggal di rumahku?” Tanya burung puyuh. “Hmm iya yah, aku juga

penasaran, bagaimana bentuk dan rupa rumah kamu, apakah aku boleh menginap semalam di

rumahmu?” Tanya burung tempua. “Iya, silahkan nanti akan kuajak kamu ke rumah aku.” Ucap

burung puyuh.

Pada suatu malam yang dingin, mereka berdua terbang beriringan menuju habitat burung

puyuh. Sesampainya disana burung tempua kaget, karena ia tidak melihat satu sarang burung pun

diisana. Burung tempua pun bertanya. “Hmm puyuh, sebenarnya dimana rumah kamu? Sudah

lama aku terbang, tapi aku tidak menemukan satu sarangpun disini,” Tanya burung tempua.

“Aku tinggal dimana saja, biasanya aku tidur, di bawah pohon yang tergeletak, atau dibawah

ranting yang besar saja. Yang penting selalu dekat dengan aliran sungai, karena pada saat tidur

aku suka kehausan dan lebih senang dekat dengan air, untuk aku minum” ucap burung puyuh.

Setelah beberapa lama akhirnya burung puyuh menemukan dahan besar dipinggir sungai

yang tepat untuk dijadikan sarang. “Kita tidur disini aja, ini cocok untuk dijadikan sarang” ucap

burung puyuh.

Burung tempua pun mengikutinya. Malam berlapis bintang. Angin kembali bertiup

kencang. Namun anehnya burung tempua masih terjaga. Dia tidak mengantuk karena dia merasa

kedinginan aliran air selalu mengalir di bawah kakinya. Angin langsung menembus ke bulu-

bulunya. Sarang burung puyuh begitu terbuka. Ketika burung tempua menoleh ke arah burung

puyuh. Nampaknya burung puyuh sudah tertidur sangat pulas. Burung tempua melihat ke kanan

dan ke kiri dia sangat ketakutan. Takut ada hewan asing yang memangsanya dan hendak

memakannya. Hingga menjelang fajar, burung tempua pun merasa tidak nyaman dan masih

belum tertidur.

Keesokan harinya mereka kembali terbang beriringan, untuk bermain dan mencari

makan. Tiba-tiba saja burung puyuh bertanya. “Tempua, bagaimana perasaanmu semalam

bermalam di sarangku?” tanya burung puyuh. Namun untuk menjaga perasaan sahabatnya ia pun

berkata. “Wah sarangmu itu hebat. Aku nyaman tinggal di sarang kamu kok.” Ucap burung

tempua

Burung puyuh pun merasa senang. Tiba tiba saja warna langit berganti ke arah kejingga-

jinggaan, hingga kea rah gelap. Mereka berdua merasa ingin pulang ke habitat masing masing.

Namun mereka menunggu sahabatnya akan ikut pulang tapi sesuatu yang alami harus terjadi.

“Hmmm. Tempua aku minta maaf ya, sebenarnya aku berbohong soal sarangmu, sebenarnya

waktu kemarin aku tidak nyaman tidur di sarang kamu, tapi kamu jangan marah ya, semalaman

aku tidak tidur, karena tergunang guncang.” Ucap burung puyuh polos. Namun burung tempua

juga malah berkata. “Iyaa.. aku minta maaf juga puyuh, sejujurnya aku juga tidak nyaman tinggal

di sarangmu, kamu juga ga perlu marah ya.. semalam aku kedinginan di pinggir sungai, selain itu

aku takut, ada hewan aneh di pinggir sungai, aku sangat takut.” Ucap burung tempua

“Sebenarnya dari awal kita memang berbeda, warna bulu kita berbeda, habitat kita juga

berbeda, tapi walaupun di malam hari kita pulang di habitat kita masing masing, apaaa kamu

masih mau berteman dengan aku?” Ucap burung puyuh. “Iya, di siang hari kita akan tetap

bermain, terbang beriringan dan mencari makan, kamu jangan khawatir walaupun kita berbeda,

tapi aku akan menganggapmu menjadi teman aku” ucap burung tempua.

Lalu mereka pun merasa senang, mereka sadar, bahwa mereka tidak bisa dipaksakan

hidup di tempat habitat yang sama. dipaksakan dengan kebiasaan yang sama, cara yang sama dan

tidur dengan cara yang sama, tapi satu hal, ketika fajar mengintip, itu tandanya mereka akan

memulai untuk kembali berpetualang, terbang beriring iringan, bersahabat dan dan berteman

walau mereka tau bulu-bulu mereka terlihat berbeda.

(Sumber: Anonimous, “Burung Puyuh dan Burung Tempua”, diambil dari website resmi daerah

Riau, dan website resmi cerita rakyat nusantara, http://www.driau.com/2013/08/cerita-rakyat-

melayu-burung-tempua.html)

LAMPIRAN SOAL PRETES

Jawablah kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya

Waktu dan Tanggal :

Kelas :

Isilah angket berikut sesuai dengan kehidupan sehari-hari anda di sekolah!

1. Menurut kamu kepedulian terhadap sesama manusia itu penting diterapkan di

kehidupan sehari-hari? Menurut kamu, kepedulian itu seberapa penting diterapkan

dalam hidup kamu?

a. Sangat penting

b. Penting

c. Biasa saja

d. Kurang penting

e. Tidak penting

2. Jika memang kepedulian sesama manusia itu penting, maka jika ada teman yang

berbeda geng, atau yang berbeda jenis kelamin, atau teman yang berbeda pergaulan

itu meminta pertolongan, apakah kamu masih ingin membantu?

a. Cepat membantu

b. Membantu

c. pikir-pikir dulu

d. Membantu tapi sekali-sekali

e. Tidak membantu

3. Jika ada teman yang berbeda kelas terkena musibah, namun kamu sedikit kenal

dengan orang itu, apakah anda akan menjenguknya?

a. Iya

b. Memberi ucapan belasungkawa

c. pikir-pikir dulu

d. Sekedar memikirkan kesusahannya

e. Cuek – cuek saja

4. Jika ada teman dari geng atau beda pergaulan dengan mu yang langsung, respek dan

membantu mu dengan senang hati, bagaimana pendapatmu?

a. Senang karna dia peduli

b. Sedikit senang

c. Biasa saja

d. Bertanya-tanya, mengapa dia begitu respek

e. Curiga, takut ada niat jahat, mengapa dia langsung respek

5. Kamu sering atau tidak melakukan gotong royong dengan teman sekelasmu?

a. Sering

b. Sesekali

c. Biasa saja

d. Tidak terlalu sering

e. Tidak pernah

6. Ketika ada lomba kebersihan kelas, kamu mau atau tidak bergotong royong dengan

teman mu, walaupun dia beda pergaulan, beda geng, dan beda jenis kelamin?

a. Mau

b. Sesekali saja, jika dia butuh pertolongan

c. Ragu-ragu

d. Kurang respek

e. Tidak mau

7. Seberapa sering sikap kerja sama yang kamu terapkan di kelas:

a. Sering

b. Sesekali

c. Biasa saja

d. Kurang sering

e. Tidak pernah

8. Jika ada tugas kelompok, tiba-tiba saja kamu sekelompok sama teman yang

pemikirannya beda, apakah dalam hal mengerjakan tugas, kamu masih mau bekerja

sama dengan temanmu?

a. Mau

b. Menunggu dia bertanya duluan tentang tugas kelompok

c. Ragu-ragu

d. Kurang peduli

e. Tidak mau bekerja sama

9. Jika ada temanmu mengemukakan pendapat soal Capres, lalu dia sangat berbeda

pilihan pendapatnya dengan pendapatmu, apakah kamu menerima perbedaannya?

a. Menerima, karena perbedaan itu indah

b. Tidak menanggapi

c. Biasa saja

d. Curiga, takut dia mempengaruhi saya

e. Tidak mau menerima, berdebat, hingga teman saya memilih pasangan Capres yang

saya suka

10. Jika ada temanmu sangat berbeda dengan gaya hidup mu, kesukaanmu, kebiasaanmu,

selera mu, dan ranah pergaulanmu, suatu hari temanmu ingin akrab dengan mu,

bagaimana tanggapan mu selanjutnya?

a. Dengan senang hati menerimanya

b. Sedikit menerima

c. Berpikir dulu

d. Kurang menerima

e. Tidak mau menerima, karena dia beda, segala-galanya

11. Jika ada temanmu menghina kebiasaan jelekmu di kelas, atau prilaku buruk mu di

kelas, dan merek amengolok-olok kamu, setelah itu apa yang kamu lakukan

a. Menjelaskannya dengan tenang

b. Diam saja, karena mereka tidak tahu saya

c. Biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa

d. Marah dan mempertahankan diri

e. Memukul karena dia kurang ajar

12. Jika ada teman dekatmu yang disakiti dengan menggunakan kekerasan oleh

seseorang, apa yang kemudian kamu lakukan

a. Berkomunikasi dulu secara jelas, baru menyelesaikan masalah secara damai

b. Mencari tau, mengapa peristiwa itu terdasi

c. Biasa saja

d. Marah dan hendak membalas orang yang menyakiti teman saya

e. Langsung memukul orang yang menyakiti teman saya

13. Jika ada temanmu yang berbeda pergaulan sangat butuh uang pinjaman, padahal

kamu sedang mengumpulkan uang untuk memberi benda yang kamu inginkan, atau

menonton konser, apa yang selanjutnya kamu lakukan

a. Meminjamkannya karena teman saya sangat butuh

b. Meminjamkan, tapi separuhnya saja

c. Ragu-ragu

d. Meminjamkan dengan alasan cepat dikembalikan

e. Tidak meminjamkan uangmu

14. Jika teman sekelasmu, yang sedikit sekali kamu berkomunikasi, atau mengobrol

dengannya tiba-tiba saja dia menangis di kelas, atau menundukkan kepalanya di meja

dalam waktu yang lama, apa yang selanjutnya kamu lakukan

a. Menghampirinya, dan langsung bertanya, mengapa dia begitu

b. Menghampirinya tapi tidak bertanya

c. Hanya menoleh

d. Biasa saja

e. Tidak mempedulikannya

15. Lebih suka menyapa orang langsung ketika ia berpapasan atau malas menyapa orang

ketika berpapasan, karena sekarang sudah ada media sosial/ jejaring sosial

a. Lebih baik menyapa orang langsung ketika ia berpapasan

b. Sesekali bertegur sapa

c. Biasa saja

d. Malas bertegur sapa, karena lebih suka melihat handphone

e. Tidak suka bertegur sapa secara langsung

16. Kamu termasuk orang yang pilih-pilih teman, apa berteman dengan yang se-level atau

sama kebiasaan, pergaulan, dan kesukaan?

a. Saya berteman dengan siapa saja

b. Saya sesekali berteman dengan orang yang berbeda budaya, kebiasaan, pergaulan

c. Biasa saja

d. Saya bergaul dengan teman pilihan saya

e. Saya tidak mau berteman dengan orang yang berbeda budaya, kebiasaan, dan

pergaulan

LAMPIRAN SOAL POSTES

Jawablah kuesioner ini dengan sejujur jujurnya

Waktu danTanggal :

Kelas :

1. Peduli terhadap semua teman baik yang berada dalam budaya dan kebiasaan yang sama

maupun berada dalam budaya yang berbeda, menurut kamu hal tersebut

a. Sangat penting

b. Penting

c. Biasa saja

d. Kurang penting

e. Tidak penting

2. Kamu pernah mengalami pengalaman buruk dengan temanmu, misalkan pernah

bertengkar, dikarenakan dia berbeda pendapat atau berbeda budaya, jika suatu saat

temanmu yang berbeda pendapat dan beda budaya tersebut meminta pertolongan kepada

kamu, apa yang semestinya kamu lakukan?

a. Cepat membantu

b. Membantu

c. Pikir-pikir dulu

d. Membatu tapi sekali-sekali

e. Tidak membantu

3. Jika ada temanmu yang sekelas sedang sakit parah, namun kamu kurang dekat dengan

orang itu dikelas dikarenakan perbedaan jenis kelamin, perbedaan pergaulan, atau

perbedaan kebiasaan, apakah kamu akan menjenguk ke rumahnya?

a. Iya

b. Tidak, hanya memberi ucapan semoga cepat sembuh

c. Pikir-pikir dulu

d. Sekedar memikirkan kesusahannya

e. Cuek – cuek saja

4. Jika ada teman sebaya yang sedikit kamu kenal, dan dia dari lingkungan yang berbeda,

tiba-tiba saja dia peduli dengan kamu, bagaimana seharusnya sikapmu?

a. Senang karna dia peduli

b. Sedikit senang

c. Biasa saja

d. Bertanya-tanya, mengapa dia begitu respek

e. Curiga, takut ada niat jahat, mengapa dia langsung respek

5. Menurut kamu mengamalkan dan menghayati prilaku gotong royong sesama teman perlu

atau tidak?

a. perlu

b. Sesekali

c. Biasa saja

d. Tidak terlalu perlu

e. Tidak perlu

6. Ketika ada tugas kelompok misalkan mempersiapkan perlengkapan drama yang berat,

kamu mau atau tidak bergotong royong dengan teman mu, walaupun dia beda pergaulan,

beda geng, dan beda jenis kelamin?

a. Mau

b. Sesekali saja, kalo dia butuh pertolongan

c. Ragu-ragu

d. Kurang respek

e. Tidak mau

7. Saat ini apakah kita penting ketika menerapkan kerja sama sesama teman sekelas?

a. Penting

b. Sesekali

c. Biasa saja

d. Kurang penting

e. Tidak penting

8. Jika ada tugas kelompok, tiba-tiba saja kamu sekelompok dengan teman yang malas yang

tidak mau mengerjakan tugas kelompok, apa yang seharusnya kamu lakukan?

a. Memberi semangat, dorongan, agar tugas bisa diselesaikan bersama-sama

b. Membuat tugas kelompok sendiri, lalu mengumpulkan kepada guru, dan

mencantumkan nama teman yg tidak mengerjakannya di dalam tugas

c. Dikerjakan setengah-setengah

d. Tugas terbengkalai tidak dikerjakan

e. Tidak mau bekerja sama, lalu mencari teman yang pintar

9. Jika ada temanmu yang berbeda agama, namun suatu hari dia menawarkan untuk

mengikuti agamanya secara ramah dan baik-baik, bagaimana sikapmu?

a. Menghargai perbedaan, namun tetap berpegang tuguh pada prinsip kepercayaan yang

dianut diri pribadi

b. Kurang menaggapi

c. Biasa saja

d. Marah dan tidak mau berteman lagi

e. Marah dan berteriak keras karena tidak mau diajak

10. Jika ada temanmu sangat berbeda dengan suku budaya yang ada pada dirimu, ingin

berteman dengan mu, bagaimana semestinya?

a. Dengan senang hati menerimanya

b. Sedikit menerima

c. Berpikir dulu

d. Kurang menerima

e. Tidak mau menerima, karena dia berbeda, segala-galanya

11. Jika kamu, tiba-tiba saja dipukul dengan temanmu, gara-gara temanmu sangat marah, apa

yang selanjutnya kamu lakukan

a. Berkomunikasi dengan jalan menyelesaikan masalah, tanpa dibalas dengan kekerasan

b. Diam, dan mengadu kepada teman, keluarga, atau guru

c. Diam saja, biarkan dia sadar dengan sendirinya

d. Marah dan mempertahankan diri

e. Memukul karena dia kurang ajar

12. Jika ada teman yang berasal dari anggota dari geng lain mengajak kamu untuk berkelahi

dan mongolok-ngolok kamu, apa yang selanjutnya kamu lakukan?

a. Berkomunikasi dulu secara jelas, baru menyelesaikan masalah secara damai

b. Mencari tau, mengapa peristiwa itu terjadi

c. Biasa saja

d. Marah dan hendak membalas orang tersebut

e. Langsung menjawab dan memulai pertarungan

13. Jika ada temanmu yang lupa membawa uang jajan, lalu dia ingin meminjam kepada kamu

karena dia kelaparan dan kehausan, sedangkan temanmu itu kurang dekat dengan kamu,

apa yang kamu lakukan

a. Meminjamkannya karena teman saya sangat butuh

b. Meminjamkan, tapi separuhnya saja

c. Ragu-ragu

d. Meminjamkan dengan alasan cepat dikembalikan

e. Tidak meminjamkan uangmu

14. Jika teman sekelasmu, disalahkan oleh guru, karena tugas yang kamu buat kebetulan

sama dengan temanmu, namun kamu dan temanmu tidak terlalu dekat, apa yang kamu

lakukan?

a. Membela dia pada guru, menjelaskannya secara jelas, karena dia tidak menyontek

b. Sesekali membela dia

c. Diam saja karena takut

d. Membela diri sendiri

e. Tidak mempedulikannya

15. Lebih suka berinteraksi langsung dengan teman, atau berinteraksi langsung lewat media

sosial

a. Lebih baik menyapa orang langsung

b. Sesekali saja

c. Biasa saja

d. Malas bertegus sapa, karena lebih suka bertegur sapa di media sosial

e. Tidak suka bertegur sapa secara langsung

16. Saya lebih suka berteman, berbicara, bergaul, dan berkomunikasi dengan?

a. Siapa saja

b. Teman sebaya dan teman rumah

c. Teman sekelas

d. Teman pilihan saya

e. Orang yang se-level, se-pemikiran, se-pendapat, se-tujuan, sesuai dengan kelas sosial

saya

LA

MP

IRA

N U

JI V

AL

IDIT

AS

IN

ST

RU

ME

N P

RE

TE

S

Correlations

soal1 soal2 soal3 soal4 soal5 soal6

soal

7 soal8 soal9

soal1

0

soal1

1

soal1

2 soal13

soal1

4

soal

15

soal1

6

totsko

re

soal1 Pearso

n

Correl

ation

1 -.036 -.145 -.173 .325 .310 .048 -.076 -.036 -.271 -.085 .052 .120 .232 -

.046

-.097 .117

Sig.

(2-

tailed)

.848 .436 .353 .075 .090 .798 .686 .848 .141 .651 .780 .521 .209 .807 .602 .532

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal2 Pearso

n

Correl

ation

-.036 1 .037 -.016 .208 -.354 .047 .075 .106 .315 .097 .087 .091 -.304 -

.151

.515*

*

.384*

Sig.

(2-

tailed)

.848

.844 .933 .261 .050 .800 .687 .571 .084 .604 .640 .628 .096 .419 .003 .033

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal3 Pearso

n

Correl

ation

-.145 .037 1 -.185 -.193 .068 .047 -.064 .322 -.165 .392* -.147 .317 -.044 -

.099

-.083 .168

Sig.

(2-

tailed)

.436 .844

.319 .298 .717 .801 .731 .077 .374 .029 .431 .082 .814 .597 .659 .366

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal4 Pearso

n

Correl

ation

-.173 -.016 -.185 1 -.059 -.094 .125 .295 -.292 .261 -.107 -.111 -.005 -.128 .317 -.137 .226

Sig.

(2-

tailed)

.353 .933 .319

.753 .616 .504 .107 .111 .156 .567 .551 .979 .494 .082 .464 .222

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal5 Pearso

n

Correl

ation

.325 .208 -.193 -.059 1 .141 .115 .173 .085 -.053 -.215 .115 -.102 .265 -

.064

.050 .377*

Sig.

(2-

tailed)

.075 .261 .298 .753

.450 .537 .353 .649 .779 .245 .538 .585 .150 .733 .789 .037

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal6 Pearso

n

Correl

ation

.310 -.354 .068 -.094 .141 1 .087 -.066 .234 -.084 .009 .295 .187 .891*

*

.249 -.085 .337

Sig.

(2-

tailed)

.090 .050 .717 .616 .450

.641 .724 .205 .654 .961 .107 .314 .000 .177 .649 .064

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal7 Pearso

n

Correl

ation

.048 .047 .047 .125 .115 .087 1 .173 .157 .057 .082 .187 -.116 .031 .464**

.141 .540**

Sig.

(2-

tailed)

.798 .800 .801 .504 .537 .641

.351 .398 .759 .662 .314 .535 .868 .009 .450 .002

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal8 Pearso

n

Correl

ation

-.076 .075 -.064 .295 .173 -.066 .173 1 -.184 .503*

*

-.169 -.005 .107 .220 .611**

-.169 .414*

Sig.

(2-

tailed)

.686 .687 .731 .107 .353 .724 .351

.321 .004 .364 .980 .568 .234 .000 .363 .021

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal9 Pearso

n

Correl

ation

-.036 .106 .322 -.292 .085 .234 .157 -.184 1 -.179 .204 -.040 -.099 .141 -

.084

.348 .320

Sig.

(2-

tailed)

.848 .571 .077 .111 .649 .205 .398 .321

.336 .271 .832 .596 .451 .654 .055 .079

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal10 Pearso

n

Correl

ation

-.271 .315 -.165 .261 -.053 -.084 .057 .503**

-.179 1 -.214 .430* .191 .017 .529

**

.278 .484**

Sig.

(2-

tailed)

.141 .084 .374 .156 .779 .654 .759 .004 .336

.248 .016 .303 .928 .002 .130 .006

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal11 Pearso

n

Correl

ation

-.085 .097 .392* -.107 -.215 .009 .082 -.169 .204 -.214 1 -.263 .004 -.116 -

.260

.083 .066

Sig.

(2-

tailed)

.651 .604 .029 .567 .245 .961 .662 .364 .271 .248

.152 .985 .536 .158 .656 .725

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal12 Pearso

n

Correl

ation

.052 .087 -.147 -.111 .115 .295 .187 -.005 -.040 .430* -.263 1 .244 .300 .371

*

-.006 .426*

Sig.

(2-

tailed)

.780 .640 .431 .551 .538 .107 .314 .980 .832 .016 .152

.187 .101 .040 .974 .017

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal13 Pearso

n

Correl

ation

.120 .091 .317 -.005 -.102 .187 -

.116

.107 -.099 .191 .004 .244 1 .254 .096 -.161 .344

Sig.

(2-

tailed)

.521 .628 .082 .979 .585 .314 .535 .568 .596 .303 .985 .187

.168 .606 .388 .058

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal14 Pearso

n

Correl

ation

.232 -.304 -.044 -.128 .265 .891*

*

.031 .220 .141 .017 -.116 .300 .254 1 .339 -.116 .371*

Sig.

(2-

tailed)

.209 .096 .814 .494 .150 .000 .868 .234 .451 .928 .536 .101 .168

.062 .535 .040

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal15 Pearso

n

Correl

ation

-.046 -.151 -.099 .317 -.064 .249 .464**

.611**

-.084 .529*

*

-.260 .371* .096 .339 1 -.111 .523

**

Sig.

(2-

tailed)

.807 .419 .597 .082 .733 .177 .009 .000 .654 .002 .158 .040 .606 .062

.553 .003

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal16 Pearso

n

Correl

ation

-.097 .515*

*

-.083 -.137 .050 -.085 .141 -.169 .348 .278 .083 -.006 -.161 -.116 -

.111

1 .318

Sig.

(2-

tailed)

.602 .003 .659 .464 .789 .649 .450 .363 .055 .130 .656 .974 .388 .535 .553

.082

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

totskore Pearso

n

Correl

ation

.117 .384* .168 .226 .377

* .337 .540

**

.414* .320 .484

*

*

.066 .426* .344 .371

* .523

**

.318 1

Sig.

(2-

tailed)

.532 .033 .366 .222 .037 .064 .002 .021 .079 .006 .725 .017 .058 .040 .003 .082

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

LA

MP

IRA

N U

JI V

AL

IDIT

AS

IN

ST

RU

ME

N P

OST

ES

Correlations

soal1 soal2

soal

3

soal

4 soal5 soal6

soal

7

soal

8 soal9

soal1

0

soal1

1

soal1

2

soal1

3

soal1

4

soal1

5

soal1

6

totso

al

soal1 Pearson

Correlatio

n

1 -.140 -

.008

.063 -.117 -.280 -

.209

.031 -.117 -.168 .040 .090 .013 -.090 -.021 -.227 -.009

Sig. (2-

tailed)

.453 .966 .736 .532 .126 .258 .868 .532 .366 .829 .628 .945 .630 .910 .220 .963

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal2 Pearson

Correlatio

n

-.140 1 .222 .437*

.000 .000 .000 .430*

.000 .258 .112 .076 .000 .208 .000 .571*

*

.493*

*

Sig. (2-

tailed)

.453

.229 .014 1.000 1.000 1.00

0

.016 1.000 .160 .548 .685 1.000 .261 1.000 .001 .005

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal3 Pearson

Correlatio

n

-.008 .222 1 -

.267

.069 .472*

*

.505**

.123 .069 -.208 -.138 .247 .299 .197 .148 -.205 .338

Sig. (2-

tailed)

.966 .229

.146 .713 .007 .004 .509 .713 .263 .458 .181 .102 .288 .428 .269 .063

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal4 Pearson

Correlatio

n

.063 .437* -

.267

1 -.122 -.192 -

.218

.283 -.122 .428* .304 .094 -.126 .027 -.022 .466

*

*

.392*

Sig. (2-

tailed)

.736 .014 .146

.515 .302 .239 .123 .515 .016 .097 .614 .501 .884 .906 .008 .029

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal5 Pearson

Correlatio

n

-.117 .000 .069 -

.122

1 .416* -

.060

-

.060

1.000**

-.048 .406* .317 .576

*

*

.473*

*

.743*

*

.118 .532*

*

Sig. (2-

tailed)

.532 1.000 .713 .515

.020 .749 .749 .000 .798 .024 .082 .001 .007 .000 .529 .002

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal6 Pearson

Correlatio

n

-.280 .000 .472**

-

.192

.416* 1 .746

**

-

.144

.416* -.115 .045 .237 .558

*

*

.417* .570

*

*

.020 .515*

*

Sig. (2-

tailed)

.126 1.000 .007 .302 .020

.000 .441 .020 .537 .810 .200 .001 .020 .001 .916 .003

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal7 Pearson

Correlatio

n

-.209 .000 .505**

-

.218

-.060 .746*

*

1 -

.107

-.060 -.086 -.140 .177 .417* .311 .325 -.116 .338

Sig. (2-

tailed)

.258 1.000 .004 .239 .749 .000

.566 .749 .646 .453 .341 .020 .088 .075 .534 .063

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal8 Pearson

Correlatio

n

.031 .430* .123 .283 -.060 -.144 -

.107

1 -.060 .358* .438

* .438

* -.198 -.225 -.179 .429

* .415

*

Sig. (2-

tailed)

.868 .016 .509 .123 .749 .441 .566

.749 .048 .014 .014 .284 .224 .336 .016 .020

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal9 Pearson

Correlatio

n

-.117 .000 .069 -

.122

1.000**

.416* -

.060

-

.060

1 -.048 .406* .317 .576

*

*

.473*

*

.743*

*

.118 .532*

*

Sig. (2-

tailed)

.532 1.000 .713 .515 .000 .020 .749 .749

.798 .024 .082 .001 .007 .000 .529 .002

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal10 Pearson

Correlatio

n

-.168 .258 -

.208

.428*

-.048 -.115 -

.086

.358*

-.048 1 .004 -.172 -.159 -.180 .059 .562*

*

.178

Sig. (2-

tailed)

.366 .160 .263 .016 .798 .537 .646 .048 .798

.984 .354 .392 .331 .754 .001 .337

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal11 Pearson

Correlatio

n

.040 .112 -

.138

.304 .406* .045 -

.140

.438*

.406* .004 1 .503

*

*

.169 .173 .337 .076 .582*

*

Sig. (2-

tailed)

.829 .548 .458 .097 .024 .810 .453 .014 .024 .984

.004 .363 .352 .064 .684 .001

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal12 Pearson

Correlatio

n

.090 .076 .247 .094 .317 .237 .177 .438*

.317 -.172 .503*

*

1 .400* .245 .295 -.155 .605

*

*

Sig. (2-

tailed)

.628 .685 .181 .614 .082 .200 .341 .014 .082 .354 .004

.026 .185 .107 .404 .000

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal13 Pearson

Correlatio

n

.013 .000 .299 -

.126

.576*

*

.558*

*

.417*

-

.198

.576*

*

-.159 .169 .400* 1 .776

*

*

.695*

*

-.094 .612*

*

Sig. (2-

tailed)

.945 1.000 .102 .501 .001 .001 .020 .284 .001 .392 .363 .026

.000 .000 .616 .000

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal14 Pearson

Correlatio

n

-.090 .208 .197 .027 .473*

*

.417* .311 -

.225

.473*

*

-.180 .173 .245 .776*

*

1 .519*

*

.073 .585*

*

Sig. (2-

tailed)

.630 .261 .288 .884 .007 .020 .088 .224 .007 .331 .352 .185 .000

.003 .696 .001

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal15 Pearson

Correlatio

n

-.021 .000 .148 -

.022

.743*

*

.570*

*

.325 -

.179

.743*

*

.059 .337 .295 .695*

*

.519*

*

1 -.045 .622*

*

Sig. (2-

tailed)

.910 1.000 .428 .906 .000 .001 .075 .336 .000 .754 .064 .107 .000 .003

.811 .000

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

soal16 Pearson

Correlatio

n

-.227 .571*

*

-

.205

.466**

.118 .020 -

.116

.429*

.118 .562*

*

.076 -.155 -.094 .073 -.045 1 .373*

Sig. (2-

tailed)

.220 .001 .269 .008 .529 .916 .534 .016 .529 .001 .684 .404 .616 .696 .811

.038

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

totsoal Pearson

Correlatio

n

-.009 .493*

*

.338 .392*

.532*

*

.515*

*

.338 .415*

.532*

*

.178 .582*

*

.605*

*

.612*

*

.585*

*

.622*

*

.373* 1

Sig. (2-

tailed)

.963 .005 .063 .029 .002 .003 .063 .020 .002 .337 .001 .000 .000 .001 .000 .038

N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

LAMPIRAN TABEL UJI T (Drajat Kebebasan)

Pada Signifikansi 0,05

(Two Tail)

N r N r N r N r N R N r

1 0.997 41 0.301 81 0.216 121 0.177 161 0.154 201 0.138

2 0.95 42 0.297 82 0.215 122 0.176 162 0.153 202 0.137

3 0.878 43 0.294 83 0.213 123 0.176 163 0.153 203 0.137

4 0.811 44 0.291 84 0.212 124 0.175 164 0.152 204 0.137

5 0.754 45 0.288 85 0.211 125 0.174 165 0.152 205 0.136

6 0.707 46 0.285 86 0.21 126 0.174 166 0.151 206 0.136

7 0.666 47 0.282 87 0.208 127 0.173 167 0.151 207 0.136

8 0.632 48 0.279 88 0.207 128 0.172 168 0.151 208 0.135

9 0.602 49 0.276 89 0.206 129 0.172 169 0.15 209 0.135

10 0.576 50 0.273 90 0.205 130 0.171 170 0.15 210 0.135

11 0.553 51 0.271 91 0.204 131 0.17 171 0.149 211 0.134

12 0.532 52 0.268 92 0.203 132 0.17 172 0.149 212 0.134

13 0.514 53 0.266 93 0.202 133 0.169 173 0.148 213 0.134

14 0.497 54 0.263 94 0.201 134 0.168 174 0.148 214 0.134

15 0.482 55 0.261 95 0.2 135 0.168 175 0.148 215 0.133

16 0.468 56 0.259 96 0.199 136 0.167 176 0.147 216 0.133

17 0.456 57 0.256 97 0.198 137 0.167 177 0.147 217 0.133

18 0.444 58 0.254 98 0.197 138 0.166 178 0.146 218 0.132

19 0.433 59 0.252 99 0.196 139 0.165 179 0.146 219 0.132

20 0.423 60 0.25 100 0.195 140 0.165 180 0.146 220 0.132

21 0.413 61 0.248 101 0.194 141 0.164 181 0.145 221 0.131

LAMPIRAN TABEL R (Korelasi)

DF = n-2

Tingkat Signifikansi Untuk Uji 1 Arah

0,05 0,025 0,001 0,005 0,0005

Tingkat Signifikansi Untuk Uji 2 Arah

0,1 0,05 0,02 0,01 0,001

1 0,9877 0,9969 0,9995 0,9999 1,0000

2 0,9000 0,9500 0,9800 0,9900 0,9990

3 0,8054 0,8783 0,9343 0,9587 0,9911

4 0,7293 0,8114 0,8822 0,9172 0,9741

5 0,6694 0,7545 0,8329 0,8745 0,9509

6 0,6215 0,7067 0,7887 0,8343 0,9249

7 0,5822 0,6664 0,7498 0,7977 0,8983

8 0,5494 0,6319 0,7155 0,7646 0,8721

9 0,5214 0,6021 0,6851 0,7348 0,8470

10 0,4973 0,5760 0,6581 0,7079 0,8233

11 0,4762 0,5529 0,6339 0,6835 0,8010

12 0,4575 0,5324 0,6120 0,6614 0,7800

13 0,4409 0,5140 0,5923 0,6411 0,7604

14 0,4259 0,4973 0,5742 0,6226 0,7419

15 0,4124 0,4821 0,5577 0,6055 0,7247

16 0,4000 0,4683 0,5425 0,5897 0,7084

17 0,3887 0,4555 0,5285 0,5751 0,6932

18 0,3783 0,4438 0,5155 0,5614 0,6788

19 0,3687 0,4329 0,5034 0,5487 0,6652

LAMPIRAN FOTO-FOTO

Siswa mengerjakan pretes

Suasana di

ruan guru.

LAMPIRAN FOTO-FOTO

Penelitimendongeng

LAMPIRAN FOTO-FOTO

Logo SMA Negeri 7 Kota Tangerang

iF-I; . ,

UJI REFERENSI

Nama

NIM

Fakultas

Rifka Fitrotvzzakia

1 r r0013000038

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Skripsi Hubungan Cerita Rakyat dengan Pendidikan

Multikultural Penelitian Eksperimen Implementasi

Pendidikan Multikultural di Kelas XI IIS (Ilmu Ilmu Sosial)

SMA Negeri 7 Kota Tangerang

Dosen Pembimbing : Jamal D. Rahman, M, Hum.

No REFERENSi PARAF

Ali, Muhammad. Metodologi dan Aplikasi Riset pendidikan,

Bandung: Pustaka Cendikia Utama. 2010. (L2. Ata, Andre Ujan. dkk.. Multikulturalisme: Belajar Hidup

Bersama dalam Perbedaan Jakarta: PT Indeks. 2009. t5 Furchan, Arief. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan Malang:

Usaha Nasional Surabaya Indonesia. 1982. L4 Danadjaya, James. Folklor Indonesia, Ihnu Gosip Dongeng dan

Lain-Lain. I akarta: Grafi typers. 1 986. b5 Dawam, Ainurrofi q . P endi dikan Multikultural. P enerbit Inspeal :

Jogjakarta. 2006. 66. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Pedoman Penutrisan

Skripsi. Jakarta: UIN Syarif hidayatullah Jakarta.2013. IL7. Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian SosiaL Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 1989.

8. Harrison, Lawrance E. dan Samuel P (ed). Huntington

Kebanghitan Peran Budaya: Bagaimana Nilai-Nitai Membentuk {/

t

,r

Kemajuan Manusia. Jakarta: Peneibit LP3ES. 2011

9. Kuntowijoyo. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: PT Tiara

Wacana Yogya. 1987. (L10. Kymlika, W 1ll. Kewargdan Multikultural. J akarta: Penerbit

LP3ES, Anggota lkapi. 2011. {Ll l . Muhadi. Penelitian Tindakan Kelas: Panduanwajib bagi para

pendidik. Jogjakarta: Shira Medi a. 2011. {L12. Muijs, Daniel. Doing Quantitative Research in Education with

SPS,S. Sage Publications:Caliifomia. 2004. (_

13. Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru.

Ciputat: Gaung Perseda Press. 2012. re14. P., John Hogan (ed.). Cultural ldentity, Pluralism and

Globalization Volume I; Cultural Pluralism and Demorqtic

Freedom. Washington, DC: The Council for Research in Values

and Philosophy. 2005.

6I 5 . Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Pedoman umum Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman t-Jmum

Pembentukan Istilah. Yrama Widva: Banduns. 2010.

(

T6 Salahudin, Anas. dan Irwanto Alkrienciehie. Pendidikan

Karalcter: Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa.

Bandung:Pustaka Setia, 2013.K

I7 Soedijarto, H. "Pendidikan yang Mencerdaskan Kehidupan

bangsa dan Memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia" dalam

Kurikulum yang Mencerdaskan. PT Kompas Media Nusantara:

Jakarta 2003.

(

18. Soyomukti, Nurani. Teori Teori Pendidikan: Tradisi'onal, (neo)

Lib er al, Marxis - S o si alis, P o s tmo dern. Yo gyakarta : Ar-Ruzz

Media,2013.o

19. Suharto, Prih. dkk. Beberapa Cerita Bermotif Pennjelmaan

'rl

dalam Sastra Nusantara. Jakarta:

Pengembangan Bahasa, 199 4.

Pusat Pembinaan dan

{(,_

20. Susetyo, Budi. Statis tika untuk Analis is D at a P enelitian.

Bandung: Refika Aditama. 2010.(_

2T, Tilaar, H.A.R.. Pendidikan Kebudayaan dan masyarakat Madani

Indonesia: Strategi Reformasi Pendidikan Nasional.PT

Remaja Rosdakarya: Bandung. 1999. f'f22. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustak a. 2007 . tc23. Tumanggor, Rusmin, dl,k.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.

Jakarta: Kencana. 2010.

l'9. A W., Robert Hefner (ed). Politik Multikulturalisme. Jogjakarta:

Penerbit Kanisius. 2007 .(

25. Wallek, Rane dan Austin Warren. Teori Kesusastraan. Jakarta

:Gramedia. 1993. e_26. Wibisono. Yusuf. Metode Statistik,, Jogjakarta: Gajah Mada

Press.2009. t/L27. Yock, Liaw Fang, Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 201l. 428. Guraru. Multikultural di Kurilatlum 2013 Keragaman dan

Toleransi.2014. (

kurikulum-2013/). L

' , t

. {

FII;.. :.

29. Kemendikbud. Silabus Kelas K, Mata Pelajaran Bahasa

I n d o n e s i a. 20 | 4 (http I /rtld'kulum2 0 1 3 . kemendikbud. go. id. ). fv*

30. Kementrian Pendidikan dan Kebud ayaan Nasional. Kurilailum

2 0 1 3 . 201 4 . (http//rurikulum20 1 3 .kemendikbud. go. id.) 1231. Heru Sri Kumoro. Kurilailum 2013 Memperlant Pendidikan

Multikultural.2014.

(http ://edukasi.kompas. com/read/2O 1 3/03/ I 0/ I 1 1 84 1 4 I /

kurikulum. 20 1 3 .memperkuat.pendidikan.multikultural).(L

32. Berita Satu. Tradisi Lisan di Indonesia Menuju Kepunahan,2013.

(http ://m.belitasatu. com./nasional/9 5 06-tradisi-lis an-di-Indonesi a-

menuj u-kepunahan.html).

//rr_J J . D Riau. Burung Puyuh dan Burung Tempua.2014.

(http ://www.driau.com/20 1 3/08/cerita-rakyat-melayu-burun g-

tempua.html).

.1r;

t

A' l

I

I KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl l( H. Juanda No 95 Ciputat 1 5412 tndonesia

No. Dokumen FITK-FR-AKD-081Tgl. Terbit 1 Maret 2010I . t,i*Yio-

.r. ''fl1 : r a b w

_-..:ii ! ii

FORM (FR)

SURAT BIMBINGAN SKIR!PSI

No. Rev i s i : : 01

Nor .nor : Un,0 l /F . l /KM.0 l .31 . . . . . . . . . . .12013Larnp. : -Hal : Bimbingan Sl i r ipsi

I(epada Yth.

Jarnal D Rahnran M. HumPernb imbing Skr ips iFakultas IlrnLr Tarbiyah dan KeguruanUIN Syarif I-l idayatLr I lahJakarta.

A s s a I antu' ct I a iku m v, r.u,b.

Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk(mater i / te l l t i s ) penu l isar r sk r ips i mahas iswa:

.lakafia. I 8 Desernber 2013

nren iad i pernb in rb ing l l l l

: Ri fka Fi trotuzzakia

: I I 1 0 0 1 3 0 0 0 0 3 8

- : Pendicl i l ian 'Bahasa dan Sastra Indonesi i .

: 7 ( tLr juh)

JLTdLI!Skripsi : "!!uhlrngnn Medin Cerito Rakvut terhndqn Pentliclikan

Multikuhurnl di Kelas XI IPS SMA t\,rcgeri Z lhtu Tungerong',

. ludul tersebut telalr disetujui olelr Jr-rrLrsan yang bersangkutan pada tanggal l5 Desenrber 2013.abstraksi/orrtline terlanpir. SaLrdara dapat nrelal<ukan perubahan redaksional pada judul tersebut.Apabi la perubahan substausial dianggap perlu, nrohon penrbimbing rnenghubungi Jurusarrte r ' leb ih dahLr lL r .

Birnbingan skr ipsi in i diharapkan selesai dalanr waktu 6 (errarn) bulan, dan dapat diperparr jangselama 6 (enarn) bularr berikutnya tanpa surat perpanjangan.

A.tas perhat ian dan kerja sarna Saudara, karni ucapkan ter i rna hasih.

l4/as s a I antu' al a i ku m v, r.v, b.

tra Indonesia

Narrra

N I M

.l lr rrr sa rr

Senrester

Tembusan:l . Dekan F ITK2. Mahasiswa ybs

hasa d

M . P d

ti1

i r=n,i l-EFil lUii 'r I-*-_\---

KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia

No. Dokumen FITK-FR-AKD.O82Tgl. Terbil : l Maret 2010FORM (FR)No. Revis i

SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor : Un .01 /F . 1 /KM.01 .31 . . . . . . . . 12014Lamp. : Outline/ProposalHal : Permohonan lzin Penelit ian

Kepada Yth.

Kepala SekolahSMA Negeri 7 Kota TangerangdiTempat

Assal am u' al a i ku m wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Jakarta, 2 Agustus 2014

: Rifka Fitrotuzzakia

:1110013000038

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaSemester : 9 (Sembilan)

Judul skripsi '. "Hubungan_ cerita Rakyat dengan pendidikan MuttikulturalPenelitian Eksperimen lmplementasi Pendidikan Multikuttural diKelas XI ItS(llmu llmu Sosial) SMA Negeri T Kota Tangerang',adalah benar mahasiswa/i Fakultas l lmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yangsedang, menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelit ian (risetj diinstansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebutmelaksanakan penelit ian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassal am u' al ai ku m wr.wb.

a.n. Dekanastra Indonesia

Fitr-lydh zA,M.Pd

Nama

NIM

Tembusan.1 . Dekan F |TK2. Pembantu Dekan Bidang Akademik3. Mahasiswa yang bersangkutan

Mahmudteww199703 2 001

, {

PEMERINTAH KOTA TANGERANGDINAS PENDIDIK.AN

UPTD SMA NEGERT T TANGERANGJl. Perintis Kemerdekaan I No.2 Kota TangerangTelp.02l-5531642 Fax. 021-5512798

SURAT KETERANGANNomor :400 113812014

Kepala UPTD Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri r Kota Tangerang,menerangkan bahwa :

NamaNIMFakultasJurusan

: RIFKA FITROTUZZAKTA:1110013000038: llmu Tarbiyah dan Keguruan: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Semester/Tahun Akademik : Vlll (delapan)Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Telah melaksanakan penelitian/riset pada sekolah kami, sebagai bahan penyusunanskripsi di Fakultas llmu tarbiyan dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,dengan judul :

"Huhungan Penggunaan Media Cerita Rakyat terhadap pendidikan Muttikultural(Penelitian Eksperimen lmplemenfasi Pendidikan Multikultural di Ketas XI IpS)',.

Demikian surat keterangan ini kami buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimanamestinya.

, 8 Agustus 2014

ng Sutardy, M.Pd.Tk.l

ffi' . r /tL-gluPin sl',*\r-l

\Ela;ENtP. 1 9601 1 091984121002