Hubungan Cerita Rakyat Riau dengan Pendidikan ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Hubungan Cerita Rakyat Riau dengan Pendidikan ...
Hubungan Cerita Rakyat Riau dengan Pendidikan Multikultural
(Penelitian Eksperimen Implementasi Pendidikan Multikultural
di Kelas XI Ilmu-Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Kota Tangerang)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
oleh
Rifka Fitrotuzzakia
1110013000038
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
i
ABSTRAK
Rifka Fitrotuzzakia, NIM. 1110013000038, skripsi “Hubungan Cerita
Rakyat Riau dengan Pendidikan Multikultural Penelitian Eksperimen
Implementasi Pendidikan Multikultural di Kelas XI IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) SMA
Negeri 7 Kota Tangerang”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen
Pembimbing : Jamal D. Rahman, M.Hum. September 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan yang
signifikan antara cerita rakyat yang didengarkan atau didongengkan di dalam
kelas dengan pemahaman siswa terhadap pendidikan multikultural di SMA Negeri
7 Kota Tangerang kelas XI IIS (Ilmu-Ilmu Sosial). Metode penelitian yang
digunakan adalah metode kuantitatif. Dengan menggunakan desain eksperimen,
dan product moment. Sumber data dalam penelitian ini adalah data kuesioner
siswa sebelum mendapatkan perlakuan media cerita rakyat, dan kuesioner siswa
sesudah mendapatkan perlakuan media cerita rakyat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan dengan korelasi sebesar 0,8 antara media cerita rakyat Burung Puyuh
dan Burung Tempua dengan pendidikan multikultural. Artinya terdapat hubungan
yang positif dan kuat antara media cerita rakyat dengan pendidikan multikultural.
Ini berarti semakin sering cerita rakyat digunakan sebagai media pembelajaran,
maka semakin baik pemahaman siswa terhadap pendidikan multikultural.
Kata kunci: Korelasi, Pendidikan, Multikultural, Media, Cerita rakyat, Burung
Puyuh dan Burung Tempua, Kurikulum 2013, Eksperimen, Product Moment.
ii
ABSTRACT
Rifka Fitrotuzzakia, 1110013000038, “The Relationship between
Folklore with the Multicultural Education. Experimental Study of Implementation
of Multicultural Education at XI Grade of Social Science Class or IIS (Ilmu-ilmu
Sosial) of SMAN 7 Kota Tangerang. Indonesian Language and Literature
Department. Faculty of Tarbiya and Teachers’ Training. Syarif Hidayatullah State
Islamic University Jakarta. Advisor: Jamal D. Rahman,. M.Hum. September 2014.
The objective of this study is to find out the significant correlation
between folklore which is listened or told in the class and students’
comprehension towards multicultural education at the eleventh grade of Social
Science Class or IIS (Ilmu-ilmu Sosial) of SMAN 7 Kota Tangerang. Research
methodology which is used is statistical quantitative method by using
experimentaldesign and product moment statistical method. Data collecting of this
research is questionnaire, before and after the treatment of folklore.
The result of this study shows that there is significant relationship (0,8)
between media of folklore entitled Burung Puyuh dan Burung Tempua with
multicultural education. It means that there is positive and strong relationship
between the medium of multicultural education. The writer concluded that if the
folklore is taught as the medium in the teaching and learning process oftenly,
student’ comprehension toward multicultural education will be better.
Keywords: Correlation, Education, Multicultural, Medium, Folklore, Burung
Puyuh dan Burung Tempua, Curriculum 2013, Experiment, Product Moment.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat bagi
seluruh makhluk di dunia. Alhamdulilah, skripsi yang berjudul “Hubungan Cerita
Rakyat Riau dengan Pendidikan Multikultural, Penelitian Eksperimen
Implementasi Pendidikan Multikultural di Kelas XI IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) SMA
Negeri 7 Kota Tangerang” telah selesai. Skripsi ini dibuat penulis sebagai syarat
untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kepentingan mahasiswa,
maupun pembacanya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari
berbagai hambatan dan rintangan. Tanpa bantuan dan peran serta berbagai pihak,
skripsi ini tidak mungkin terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah,
Dra Nurlena Rifa’i, M.A. Ph.D.
2. PLT Ketua Jurusan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Didin
Syafruddin,. MA., Ph.D.
3. Sekretaris Jurusan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Hindun,
M.Pd.
4. Dosen Pembina Akademik, dari semester satu hingga kini, Dra Mahmudah
Fitriyah ZA. M. Pd.
5. Dosen pembimbing skripsi, Bapak Jamal D. Rahman, M.Hum.
6. Seluruh dosen PBSI yang saya sayangi.
7. Kedua orang tua ( Ibu Ati Kurniati dan Bapak Solihin), serta adik saya.
8. Guru-guru SMA Negeri 7 Kota Tangerang.
9. Kepada keluargabesar saya. Kakak saya, ka Shidiq, yang paling saya
hormati dan memberikan banyak nasihat, sahabat dekat saya Herlina dan
Rere yang menjadi teman saya selama di fakultas dan banyak membantu
saya selama skripsi.
iv
10. Kepada teman kosan Sedap Malam.
11. Keluarga Besar PBSI angkatan 2010 dan Keluarga Besar PBSI A angkatan
2010.
12. Keluarga Besar Tarbiyah dan UIN Syarif Hidayatullah.
Semoga semua yang membantu, memberi dukungan, dan partisipasi kepada
penulis, mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Aamiin.
Ciputat, Kota Tangerang Selatan, 1 September 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH
ABSTRAK…………………………………………………………………………..i
ABSTRACT………………………………………………………………………...ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………......iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….v
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………..…viii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………….1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………...……5
C. Pembatasan Masalah………………………………………………..5
D. Perumusan Masalah……………...…………………………………6
E. Tujuan Penelitian……………………...……………………………6
F. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritis……...…………………………...….…………..6
2. Manfaat Praktis………...……………………………….......……7
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Hakikat Pendidikan………………………………….………….8
2. Pendidikan di Indonesia…………………………….…………..9
3. Hakikat Media Pendidikan………………………….…..……..11
4. Tradisi Lisan dan Cerita Rakyat……………………..………...12
5. Hakikat Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural……..17
vi
6. Kurikulum 2013 di Indonesia…………………………….……24
7. Pendidikan Multikultural dalam Kurikulum 2013…………..…25
8. Media Cerita Rakyat sebagai Perwujudan dari Pendidikan
Multikultural………………………………………………….…..26
9. Cerita Rakyat yang Dipilih dan Sinopsis Cerita……….………26
B. Hasil Penelitian yang Relevan………………………….…….…..28
C. Kerangka Berfikir………………………………………….….….29
D. Hipotesis Penelitian……………………………………………....30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat………………………………………………..…..……31
2. Waktu Penelitian…………………………………….……..…..31
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Kuantitatif…………………………………….…..…..32
2. Desain Eksperimen……………………………………….…....32
3. Desain Kelompok Tunggal dengan Pretes dan Postes….....….34
C. Populasi dan Sampel………………………………….…...…..….35
D. Teknik Pengumpulan Data………………………………...…..…35
E. Kontrol Terhadap Validitas Internal……………………….....….36
F. Teknik Analisis Data……………………………………….....…38
1. Variabel Penelitian……………………………………….....…39
G. Hipotesis Statistik………………………………………...…..….40
1. Instrumen Penelitian………………………………..…………41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Profil Sekolah………………………………………………...47
2. Sampel dan Populasi…………………………………………48
3. Deskripsi Penelitian di Lapangan……………………………49
4. Deskripsi Statistika…………………………………………..52
vii
B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis……….55
1. Uji Normalitas Data…………………………………….…….56
2. Uji Linearitas Data……………………………………….…...58
3. Tabel dan Grafik Distribusi Pancaran…………………….…..60
4. Nilai Variabel…………………………………………………61
5. Perhitungan Korelasi………………………………………….61
C. Temuan Penelitian………………………………………..……..66
D. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian…………………...…..68
1. Pembahasan terhadap Hasil Temuan Pertama…………....…..68
2. Pembahasan terhadap Hasil Temuan Kedua…………………68
3. Pembahasan terhadap Hasil Temuan Ketiga……………....…69
E. Implikasi………………………………………………..………69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………….……....71
B. Implikasi………………………………………………….……72
C. Saran…………………………………………………………...72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peradaban bangsa diciptakan melalui polapikir-polapikir individu yang
menghasilkan prilaku nyata di lingkungan sosial. Peradaban bangsa tidak hadir
bedasarkan proses yang singkat dan sederhana, melainkan melalui pemikiran
falsafah-falsafah yang dinilai paling cocok untuk diterapkan pada bangsa
Indonesia kemudian diterapkan langsung dalam kehidupan nyata. Banyak para
ahli mengatakan bahwa peradaban bangsa Indonesia merupakan peradaban yang
menjungjung tinggi nilai moral dan nilai kehidupan bangsanya. Pancasila
digunakan sebagai dasar dari pemikiran dan cita-cita bangsa, kemudian tertuang
langsung di dalam pendidikan yang di dalamnya terdapat tradisi-tradisi, nilai-nilai,
dan budaya bangsa Indonesia. Salah satu pelajaran dan pengajaran tertua yang
terjadi di Indonesia adalah tradisi lisan, atau bercerita.
Indonesia terdiri dari berbagai suku dan budaya. Begitu pula dengan cerita
di dalamnya. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan daerah,
sangat lekat dengan kekayaan peradaban atau kekayaan cerita. Cerita rakyat
memiliki ciri khas. Beberapa di antaranya adalah sebuah cerita yang hadir dan
berkembang di tengah masyarakat pada zaman tradisional. Penyebaran cerita
didapat dari mulut ke mulut, penuh dengan nilai adat sekaligus tradisi yang berisi
peraturan dan sistem kepercayaan masyarakat pada saat itu, memiliki alur yang
mudah ditebak, cerita selalu dimenangkan oleh tokoh yang berwatak baik, berisi
kepahlawanan, dan tokoh berwatak baik menjadi pahlawan atas tokoh yang
berwatak jahat.
Cerita rakyat lahir pada masa lampau serta berkembang pada zaman
tradisional.Kondisi peradaban rakyat Indonesia pada saat itu sangat berwarna,
dimulai dengan hidup berdagang, berlayar, bertani, bercocok tanam, hidup secara
2
berkelompok, memiliki sistim kepercayaan yang terikat dengan roh nenek
moyang serta percaya dngan benda-benda gaib (animisme dan dinamisme).
Setelah itu masuklah budaya ekstern yang mulai berkembang, seperti budaya
Hinduisme, Budhaisme, dan Islam. Sebelum kolonialisasi atau pihak barat datang
dan berinteraksi di Indonesia, nusantara sudah lebih dahulu berinteraksi dengan
multikulturalisme, yakni melalui kehidupan rakyat yang agrarisme, dan berlayar.
Masyarakat Indonesia menerima baik tamu dari bangsa-bangsa asing yang datang
oleh karena itu, penduduk Indonesia pada masa silam sudah beraneka ragam,
yakni terdiri dari beberapa macam ras, diantaranya ras china, dan ras india, serta
ras arab.
Kehidupan masyarakat Indonesia saat ini dinilai sangat dinamis dan
mengalami perubahan yang sangat cepat. Selain itu diiringi dengan tersebarnya
media massa, media elektronik hingga media komunikasi canggih. Media massa,
media elektronik, dan perubahan sosial yang menuju ke arah modernitas memiliki
dua sisi yang bertelingkahan. Di sisi positif kemajuan teknologi dan pembaharuan
dinilai akan menciptakan kemajuan diberbagai bidang, dimulai dari kemajuan
ekonomi, kemajuan teknologi, kemajuan pendidikan, pertanian, pertahanan hingga
kemajuan pola pikir bangsa. Namun di sisi lain kemajuan pola pikir ini lah yang
menjadi lokasi rawan atau kelemahan dari proses modernisasi. Kemajuan pola
pikir bangsa bisa berdampak tergantinya atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan lama
yang positif dan pernah diwariskan oleh nenek moyang atau orang tua di masa
silam. Kekhawatiran akan hilangnya kebiasaan dan budaya tradisional sebagai
budaya peninggalan bangsa menjadi langkah urgensi semua pendidik yang ingin
menancapkan berbagai nilai kebudayaan dari proses pendidikan multikultural
yang plural.
Penanaman nilai saling toleransi dan saling menghargai budaya yang
berbeda, merupakan pendidikan yang sedang digalakkan saat ini.Bagaimanapun
pentingnya mendidik moral siswa. Siswa harus diajarkan sejak dini melalui
berbagai model pembelajaran tentang nilai-nilai luhur, meliputi budaya toleransi,
budaya menghargai dan kesadaran tentang perbedaan etnik yang indah dan
beragam, sehingga dengan pendidikan multikultural mereka dapat mengerti dan
3
memahami bahwa di kehidupan nyata, budaya Indonesia merupakan budaya yang
terdiri dari berbagai macam suku dan etnik yang berbeda, yang lahir secara
alamiah dari proses geografis, psikologis, sosiologis.
Siswa diajarkan untuk tidak rasis, tidak fanatik terhadap etnis tertentu
hingga memakai kekerasan untuk mengatasi perbedaan pendapat. Siswa sadar
bahwa perbedaan di Indonesia alamiah terjadi, tercermin dengan tersebarnya
cerita-cerita rakyat yang berbeda. Tercermin dengan prilaku-prilaku, logat-logat
daerah yang berbeda, cara berpakaian yang berbeda, cara makan yang berbeda,
cara menyayangi yang berbeda bahkan cara memahami dengan cara yang bebeda.
Model dan media pembelajaran mengenal pendidikan berbasis
mulikultural sangat beraneka ragam mulai dari metode sosiodrama, metode
inkuiry, contekstual learning, metode ceramah dan masih banyak lagi. Sedangkan
media pembelajaran untuk pendidikan multikultural bisa berupa materi atau
sumber belajar yang beraneka ragam, dimulai dari dari internet, buku teks hingga
cerita dongeng atau cerita rakyat. Media pembelajaran merupakan sarana siswa
belajar, alat pembantu untuk memahami mengenai nilai-nilai budaya ataupun nilai
multikultural.Media juga digunakan guru sebagai sarana atau alat pembantu bagi
guru dalam mentransfer ilmu atau memberikan pemahaman mengenai materi,
nilai moral, nilai agama dan nilai sosial.
Media pembelajaran cerita rakyat merupakan suatu langkah atau cara
pembelajaran yang berfungsi untuk mentransfer pemahaman mengenai nilai
moral, nilai sosial, nilai pendidikan kepada siswa, sehingga nilai-nilai falsafah
luhur budaya Indonesia dapat terfahami, selain itu cerita rakyat juga berfungsi
untuk menanamkan nilai multikultural dan pengetahuan budaya-budaya bangsa,
sehingga arus perkembangan global tidak mengikis pemahaman siswa mengenai
kebudayaan Indonesia yang sangat kaya dan beraneka ragam. Jika kita temui
cerita rakyat yang berkembang saat ini masih sebatas cerita rakyat popular, seperti
Cerita Malin Kundang, Cerita Asal-usul Danau Toba, Cerita Sangkuriang, Cerita
si Pitung, Cerita Timun Mas, Cerita Bawang Putih dan Bawang Merah. Namun
belum dipopulerkan cerita rakyat yang mengandug nilai pendidikan multikultural,
serta belum dipopulerkan pula cerita rakyat melayu yang berisikan tentang nilai-
4
nilai luhur budaya, moral pengorbanan, menghormati orang tua dan menyayangi
sesama saudara. Masih banyak cerita rakyat nusantara yang kurang popular dan
kurang berkembang di kehidupan remaja, maupun di dalam lingkungan dunia
pendidikan di Indonesia. Belum ditemukan secara spesifik cerita rakyat nusantara
yang menggambarkan prilaku masyarakat yang menganut sistem multikultural,
yakni toleran, saling menghormati dan menghargai sesama manusia yang berbeda
budaya maupun adat di Indonesia.
Kekayaan cerita lisan di Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu cerita
selalu dikesampingkan dan dipandang hanya seperti cerita usang yang selalu kalah
dengan cerita-cerita modern yang lebih mengusung kepada cerita realitas sosial.
Dapat dikhawatirkan akan ada yang rumpang dalam kebudayaan yang luhur
sehingga dengan mudah dapat digantikan dengan kebiasaan-kebiasaan
menyimpang prilaku siswa seperti tauran remaja, kekerasan, kekejaman, prilaku
kebarat-baratan, prilaku seks bebas, prilaku tidak menghargai orang tua, teman
bahkan saudara. Prilaku-prilaku negatif tersebut mudah ditemui di kehidupan
nyata pada diri remaja di Indonesia saat ini. Pendidikan yang seharusnya mampu
menciptakan nilai cipta, rasa dan karsa di dalam jiwa siswa, diharapkan mampu
menuntaskan masalah degradasi dan rumpangnya ruh anak didik terhadap budaya
Indonesia. selain itu penulis ingin mengetahui secara nyata, apakah cerita rakyat,
kebudayaan tradisional, juga tradisi lisan dapat memperkukuh pemahaman siswa
tentang pendidikan multikultural menyangkut pengalaman saling toleransi, saling
menghargai dan saling menyayangi. Untuk itu penulis mengusung tema tulisan
yang bertajuk cerita tradisional dalam pendidikan di Indonesia. Penulis akan
menulis karya ilmiah skripsi yang berjudul,“Hubungan Cerita Rakyat dengan
Pendidikan Multikultural Penelitian Eksperimen Implementasi Pendidikan
Multikultural di Kelas XI IIS SMA Negeri 7 Kota Tangerang .”
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan judul yang diambil yaitu mengenai Hubungan Cerita Rakyat
dengan Pendidikan Multikultural penulis mengemukakan beberapa identifikasi
masalah, yaitu meliputi:
1. kurangnya pemahaman terhadap pendidikan multikultural,
2. kurangnya aplikasi nyata terhadap pendidikan multikultural di sekolah,
3. kurangnya pengetahuan tentang media cerita rakyat yang mengandung
nilai multikultural,
4. kurangnya pengetahuan apakah ada hubungan antara cerita rakyat sebagai
media pembalajaran dengan pendidikan multikultural.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan berbagai identifikasi masalah yang dipaparkan oleh penulis,
penulis lebih memfokuskan penelitian yaitu mengenai cerita rakyat nusantara
yang digunakan sebagai media pembelajaran pendidikan multikultural. Fokus
cerita yang akan diangkat yaitu cerita rakyat Riau yang berjudul Burung Puyuh
dan Burung Tampua. Cerita tersebut berkisah tentang persahabatan dua burung
yang berbeda habitat, namun tetap terbang beriringan dan bersama-sama. Penulis
memilih cerita rakyat tersebut, karena pada cerita rakyat tersebutterdapat nilai-
nilai budaya toleransi dan persahabatan sesama hewan yang berbeda spesies dan
habitat. Peneliti menggunakan cerita rakyat tersebut menjadi media pembelajaran
yaitu dengan cara mendongeng di kelas, menafsirkan sekaligus menjelaskan,
bagaimana budaya menghargai dan toleransi harus ada dalam jiwa siswa SMA
kelas XI IIS. Penelitian ini diadakan secara eksperimen melalui tindakan kelas dan
pengambilan kuesioner berupa data pretes (data awal kuesioner jawaban siswa
sebelum mendapatkan perlakuan) dan data postes siswa (data akhir kuesioner
jawaban siswa setelah mendapatkan perlakuan). Data tersebut digunakan sebagai
instrumen atau ukuran bagaimana hubungan antara cerita rakyat dengan
pendidikan multikultural siswa kelas XI IIS SMA Negeri 7 Kota Tangerang, kelas
6
yang dipilih adalah kelas XI IIS (sebelas Ilmu-Ilmu Sosial) karena kelas tersebut
mempelajari bidang ilmu sosial, termasuk keterampilan siswa untuk lebih
bersosialisasi dan lebih mengerti budaya multikultural terhadap sesama siswa di
kelas maupun di luar kelas. Selain itu kelas XI (sebelas) merupakan kelas yang
dipilih peneliti, karena pada usia 17 tahun atau usia di kelas tersebut merupakan
usia adaptasi siswa dengan idealisme siswa yang dibentuk. Pada usia tersebut juga
siswa sedang rentan berinteraksi dengan kekerasan, ancaman, perbedaan,
bentrokan, konflik dan tawuran antar siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan tersebut, penulis merumuskan permasalahan yaitu:
Bagaimanakah hubungan antara cerita rakyat dengan pendidikan multikultural di
SMA kelas XI IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) SMA Negeri 7 Kota Tangerang?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
yang signifikan antara cerita rakyat dengan pendidikan multikultural dan
mengetahui seberapa besar hubungan yang signifikanantara cerita rakyat yang
didengarkan atau didongengkan di dalam kelas dengan pemahaman siswa
terhadap pendidikan multikulturaldi SMA Negeri 7 Kota Tangerang, kelas XI IIS.
F. Kegunaan Penelitian
I. F. 1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menambah pengetahuan
mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia tentang cerita rakyat, tradisi lisan, mendongeng, pendidikan
multikultural dan hubungan di antara keduanya. Menambah pengetahuan para
civitas pendidikan terhadap multikultural dalam kurikulum 2013. Serta untuk
mengetahui lebih kongkrit bagaimana hubungan cerita rakyat yang mengandung
nilai toleransi dengan pendidikan multikultural yang diterapkan di Indonesia.
7
I. F.2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk menyosialisasikembali
tradisi lisan, dongeng dan cerita rakyat daerah nusantara yang sudah usang dan
mulai menghilang. Melalui nilai dan pesan moral yang terkandung dalam tradisi
lisan, dongeng dan cerita rakyat, diharapkan dapat membantu menanamkan nilai-
nilai karakter pada siswa, memperkaya pengetahuan siswa dengan pengetahuan
budaya-budaya di Indonesia. Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat ikut
serta dalam mempertahankan warisan budaya berupa budaya bercerita, dan
budaya mendongeng, sehingga cerita rakyat nusantara tidak punah sepenuhnya.
Dan melalui penelitian ini diharapkan semua kalangan, baik dosen, guru,
mahasiswa dan siswa dapat mewariskan sekaligus melestarikan kebudayaan
tradisional di Indonesia.
8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Hakikat Pendidikan
Pendidikan tidak terlepas dari berbagai proses mendidik dan mengajar.
Untuk itu berikut ini adalah konsep pendidikan jika ditnjau dari beberapa ahli
pendidikan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan berasal dari
“pen.di.dik.an yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang. Arti lain adalah usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, proses, cara perbuatan mendidik”.1 Sedangkan
pendidikan yang dikatakan oleh Lengeveld dalam Halifud Sabri, ialah “pemberian
bimbingan atau bantuan rohani bagi yang seseorang masih memerlukan”.
Pendidikan itu terjadi melalui pengaruh dari seseorang yang telah dewasa kepada
orang yang belum dewasa, namun tidak semua pengaruh yang datangnya dari
orang dewasa kepada orang yang belum dewasa itu dapat disebut mendidik, sebab
mungkin saja pengaruhnya itu tidak mengandung unsur mendidik sama sekali.
Sifat dari pendidikan adalah semua usaha, pengaruh, perlindungan serta bantuan
yang diberikan harus tertuju pada kedewasaan anak didiknya atau dengan kata lain
membantu anak didiknya agar cukup cakap dalam melaksanakan tugas hidupnya
sendiri.2 Kemudian, H. A. R. Tilaar menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu
proses menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat,
membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan global.3
Hal ini senada dengan pendapat Nurani Soyomukti yang mengatakan bahwa
pendidikan adalah segala sesuatu dalam kehidupan yang mempengaruhi
pembentukan berpikir dan bertindak individu, dalam kurun waktu kehidupan yang
1Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka,2007), h. 263.
2 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (UIN Jakarta Press:Ciputat, 2005), h.8.
3 H.A.R. Tilaar, Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia: Strategi
Reformasi Pendidikan Nasional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999),h. 28.
9
panjang dan saling berkaitan dengan perubahan-perubahan cara berpikir
masyarakat juga turut menjadi pembentuk seorang individu.4
Selain usaha untuk menumbuh kembangkan kedewasaan, pendidikan juga
merupakan suatu usaha dari berbagai dimensi, baik dimensi tataran kecil, hingga
ke dimensi global. Pengertian pendidikan di Indonesia pun telah tertuang di dalam
Undang-Undang RI, berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 tahun 2003 pasal 1 butir 1, pendidikan adalah:
“usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.”5
Dari uraian pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah suatu usaha atau proses mendewasakan individu atau sekelompok orang
melalui sebuah pengajaran atau pelatihan seumur hidup.
2. Pendidikan di Indonesia
H. Soedijarto mengatakan bahwa proses pendidikan di Indonesia seperti
yang sepintas disinggung dan berlangsung dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00
tidak akan dapat mengubah karakteristik manusia Indonesia yang beretos kerja
tinggi, yang berdisplin, bermoral, yang bertanggung jawab, yang menghormati
tegaknya hukum, dan yang mampu menguasai dan menerapkan iptek serta
bersikap demokratis. Tidak lain karena masyarakat di luar sekolah belum dapat
menjadi tempat yang mendorong tumbuh dan berkembangnya karakteristik
manusia Indonesia yang ideal. Maka perlu dirancang suatu sistem pendidikan
nasional yang memungkinkan proses pembelajaran yang bermakna yaitu proses
pembudayaan yang menyangkut berbagai kemampuan, nilai, dan sikap seorang
Indonesia yang modern. Untuk itu Komisi Internasional UNESCO
4 Nurani Soyomukti, Teori-Teori Pendidikan: Tradisional, (Neo) Liberal, Marxis-
Sosialis, Postmodern, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h.29.
5 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis
Agama dan Budaya Bangsa, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), h. 41.
10
merekomendasikan 4 pilar belajar, yaitu Learning to know, Learning to do,
Learning to Live Together, dan Learning to be.6
Pendidikan di Indonesia yang ideal harus mencangkup 4 macam pilar
belajar, belajar tidak hanya mempelajari sesuatu, tetapi dapat memperagakan,
mempraktikkan, dan mengaplikasikan, sehingga tujuan belajar bukan hanya untuk
pengetahuan saja, malainkan untuk hidup bersama, dan untuk dapat melakukan
sesuatu.
Theodore Brameld dalam H.A.R. Tilaar menyatakan bahwa terdapat
keterkaitan yang sangat erat antara pendidikan, masyarakat dan kebudayaan.
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti
keduanya, yakni berkenaan dengan nilai-nilai. Di dalam rumusan-rumusan
kebudayaan, mengandung tiga dimensi, ketiga dimensi tersebut adalah manusia,
masyarakat dan budaya. Oleh sebab itu pendidikan tidak dapat terlepas dari
kebudayaan dan hanya dapat terlaksana dalam suatu masyarakat. Apabila
kebudayaan mempunyai tiga unsur penting yaitu kebudayaan sebagai suatu tata
kehidupan (order), kebudayaan sebagai suatu proses, dan kebudayaan mempunyai
suatu visi tertentu (goals), maka pendidikan dalam rumusan tersebut adalah
sebenarnya proses pembudayaan. dengan demikian tidak ada suatu proses
pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa masyarakat, dan sebaliknya tidak ada
suatu kebudayaan dalam pengertian suatu proses tanpa pendidikan, dan proses
kebudayaan dan pendidikan hanya dapat terjadi di dalam hubungan antar manusia
di dalam suatu masyaraka tertentu.7 Jadi terdapat keterkaitan yang erat antara
pendidikan, masyarakat dan budaya, untuk itu ketiganya tidak dapat terlepaskan
dari proses pendidikan.
H.A.R. Tilaar menegaskan bahwa metode pendidikan Indonesia terbagi
menjadi dua, pendidikan agama dan pendidikan nasional.Namun pendidikan yang
dilaksanakan lebih ke arah dikotomis.8 Oleh karena itu sangat sulit menemukan
6 H. Soedijarto, Pendidikan yang Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan Memajukan
Kebudayaan Nasional Indonesia dalam Kurikulum yang Mencerdaskan, (PT Kompas Media
Nusantara: Jakarta, 2007), h.21.
7 H.A.R. Tilaar, Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia: Strategi
Reformasi Pendidikan Nasional, (PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 1999), h.7.
8Ibid.
11
konsep pendidikan yang komprehensif dan integral. dalam pendidikan
multikultural, terdapat pengungkapan hakikat manusia yaitu diantaranya, pertama
pendidikan multikultural memandang bahwa manusia memiliki beberapa dimensi
yang harus diakomodir dan dikembangan secara keseluruhan, orientasi pendidikan
multikultural adalah “memanusiakan manusia.” Kemanusiaan manusia pada
dasarnya adalah pengakuan akan pluralutas, heterogenitas dan keragaman manusia
itu sendiri. keragaman itu bisa berupa ideolog, agama, paradigm, pola pikir,
kebutuhan keinginan, tingkat ekonomi, strata sosial, suku, etnis, ras, budaya, dan
nilai-nilai tradisi.
3. Hakikat Media Pendidikan
Media itu berarti sebuah wadah, sebuah sarana, dan perantara seorang guru
atau pengajar mentransferkan ilmunya kepada anak didik atau siswa. hal ini
dikatakan pula oleh Yudhi Munadhi dalam buku yang berjudul Media
Pembelajaran yaitu,
“kata media berasal dari bahasa Latin, yakni Medius yang secara
harfiahnya berarti „tengah‟, „pengantar‟, atau „perantara‟. Dalam bahasa
Arab media disebut „wasail‟ berbentuk jama‟ dari „wasilah‟ yakni sinonim
al wast yang artinya juga „tengah‟. Kata tengah itu sendiri berarti berada di
antara dua sisi, maka disebut juga sebagai „perantara‟ (wasilah) atau yang
mengentarai kedua sisi tersebut.Karena posisinya berada di tengah ia bisa
juga disebut sebagai penghantar atau penghubung, yakni yang
mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari
satu sisi ke sisi lainnya.”9
Sedangkan berdasarkan KBBI Media adalah 1. Alat; 2. Alat (sarana)
komunikasi seperti koran, majalah, radio, telefisi film, poster dan spanduk; 3.
Terletak di antara dua pihak (orang, golongan, dsb); wayang bisa dipakai sebagai
– pendidikan; 4. Perantara, penghubung.10
Dari hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa media menunjuk kedalam suatu saluran, atau perantara dari satu sisi ke
dalam sisi si penerima pesan.Pengertian media pendidikan menunjukkan pada
9 Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung
Perseda Press, 2012), h. 6.
10
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai
Pustaka, 2007), h. 726.
12
gabungan dari pengertian atau makna kata „media, dan makna kata „pendidikan‟.
Jika makna kata media adalah „sarana‟, maka, makna kata pandidikan adalah
suaru proses pendewasaan atau perubahan mental manusia ke arah konstruktif.
Maka media pendidikan adalah sarana atau saluran yang dipakai dalam
menunjang suatu pesan berupa proses pendewasaan, perubahan mental, psikis,
jiwa, rohaniah, kognitif, intelektual manusia secara positif yang berlandaskan
prinsip kemanusiaan dan hubungan manusia dengan alam, Tuhan, dan
masyarakat.
4. Tradisi Lisan dan Cerita Rakyat
Tradisi Lisan dalam KBBI adalah Folklor lisan.11
Namun tradisi lisan
lebih luas cakupannya dari folklor lisan, folklor, erat kaitannya dengan sebuah
cerita lisan yang menyangkut legenda, mite atau dongeng. Pada mulanya
informasi atau pesan ada dan berkembang melalui sebuah tradisi lisan, yakni yang
dikatakan oleh James Danadjaja hal itu disebut dengan ilmu menggosip, seni
bercerita dan mendongeng.12
Pada cara ini, maka mungkinlah suatu masyarakat
dapat menyampaikan sejarah lisan, sastra lisan, hukum lisan dan pengetahuan
lainnya ke generasi seterusnya tanpa melibatkan bahasa tulisan. Biasanya isi
informasinya agak bias dan terdapat lebih dari ribuan versi, tergantung dari
redaksi orang yang berceritanya. karena dongeng diceritakan dari mulut ke mulut,
selain itu seseorang yang memiliki kepentingan yang berlainan, bisa saja merubah
ceritanya, menjadi cerita yang lain, namun bertema atau bertokoh yang mungkin
sama. adapun James Danadjaya mengatakan bahwa Folklor tisan terbagi menjadi
legenda, mite dan dongeng. kemudian James Danadjaya dalam bukunya yang
berjudul Folklor Indonesia, mengatakan bahwa suatu foklor tidak berhenti
menjadi foklor jika ia berubah menjadi cetakan. Suatu folklor memiliki identitas,
selama ia berasal dari peredaran lisan.13
Transkripsi cerita rakyat yang diambil
dari tradisi lisan misalnya. Jadi cerita rakyat pada mulanya diawali dari tradisi
11Ibid., h. 1208.
12
James Danadjaya, Folklor Indonesia: Ilmu Gosip Dongeng dan Lain-Lain, (Jakarta:
Grafitypers, 1986), h.5.
13Ibid., h. 23.
13
lisan, diceritakan dari generasi ke generasi, hingga ditulis atau dicetak oleh
penulis. Agar cerita bisa dibaca oleh generasi berikutnya. Dongeng bersifat bias.
Bisa jadi pendongeng yang bercerita hari ini jika disuruh untuk mengulangi lagi
dongengnya pada saat ini juga. Maka ceritanya ada yang sedikit berbeda. Karena
batasan dari sebuah dongeng ataupun tradisi lisan adalah lisan.
Liaw Yock Fang dalam Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik mengatakan
bahwa kesusastraan rakyat adalah sastra yang hidup di tengah-tengah rakyat.
Dituturkan oleh ibu kepada anaknya yang dalam buaian.14
Tukang cerita juga
menuturkannya kepada penduduk kampung yang tidak bisa membaca (tukang
cerita sendiri belum tentu bisa membaca). Cerita yang semacam ini diturunkan
secara lisan dari satu generasi kepada generasi yang lebih muda. Cerita yang
tersebar di kalangan rakyat awalnya dilisankan, namun kemudian cerita tersebut
dikumpulkan oleh bangsawan atau raja yang memerintah, ditulis disesuaikan
dengan kehendak istana.15
Cerita rakyat merupakan cerita yang berkembang pada
masyarakat di daerah tertentu. Cerita rakyat kental dengan mitos, kepercayaan
masyarakat, kebiasaan-kebiasaan dan tokoh nama yang ditulis nyata dan banyak.
Cerita rakyat terlahir tanpa sebuah pengarang, atau anonim, karna itu cerita rakyat
merupakan cerita berkaitan dengan sejarah.16
Kuntowijoyo mengatakan bahwa sastra rakyat dikenal dengan nama
tradisi lisan mencakup suatu bidang yang cukup luas. Sastra rakyat terdiri dari
cerita-cerita, ungkapan, pribahasa, nyanyian, tarian, adat resmi, undang-undang,
teka-teki, permainan, kepercayaan dan perayaan, semuanya termasuk kedalam
sastra rakyat. Dalam masyarakat yang menekankan pentingnya pikiran kolektif
seperti masyarakat Indonesia adanya etika otoritarian.Pikiran-pikiran kolektif
lebih penting daripada pikiran individual dan kesadaran kolektif lebih diutamakan
14Liaw Yock Fang, Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2011), h.1.
15Ibid,. h.5.
16
Rane Wallek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta :Gramedia, 1993), h.
280.
14
ketimbang kesadaran perorangan.17
Liaw Yock Fang mengatakan bahwa cerita
rakyat dapat dibagi atas empat jenis yaitu seperti berikut ini.
1. Cerita Asal-usul
Cerita asal-usul atau dongeng aetiologis adalah cerita rakyat yang
tertua.Cerita-cerita ini sebenarnya sudah bisa dimasukkan ke dalam bidang
mitos, cerita yang dianggap benar oleh penceritanya.18
Cerita asal usul
dapat pula berupa cerita babad asal usul sebuah masyarakat yang penuh
dengan keajaiban dan tokoh mitos yang digambarkan memiliki kekuatan
suppranatural.
2. Cerita Binatang
Cerita binatang adalah salah satu bentuk sastra rakyat yang sangat
popular.Tiap-tiap bangsa di dunia ini mempuyai cerita binatang. C.
Hooykaas dalam Liaw Yock Fang, mengatakan bahwa sebagian dari
cerita-cerita binatang ini berasal dari India, kemudian tersebar ke benua
asia dan eropa. Ada pula yang berpendapat bahwa cerita binatang itu
timbul dalam masyarakat yang primitif, di mana saja. Jadi tidak mesti di
India. Dalam masyarakat primitif, manusia masih tinggal dalam gua, dan
tiap hari bergaul dengan binatang. Mereka juga bergantung kepada
binatang untuk hidup. Oleh karena itu mereka tahu betul sifat-sifat
binatang.Binatang juga diberi sifat-sifat manusia. Mereka dapat merasa
dan berpikir seperti manusia.Perbedaan bentuk fisik tidak penting. Dalam
masyarakat primitif, tidak terdapat perbedaan antara dewa, binatang dan
manusia. Dalam cerita binatang, biasanya ada seekor binatang yang
memegang peranan penting. Binatang itu biasanya binatang kecil dan
lemah. Tetepi dengan kecerdasannya ia dapat memperdaya binatang-
binatang lain, sehingga seluruh hukum rimba takluk kepadanya.19
Dalam
masyarakat suku Jawa, cerita Si Kancil contohnya, sedangkan cerita
17 Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1987),
h.138.
18
Liaw Yock Fang, op. cit., h.2.
19
Ibid., h. 4.
15
Sunda, Cerita Si Kera, contohnya. Cerita hewan ini disebut juga dengan
fabel.
3. Cerita Jenaka
Cerita jenaka adalah cerita yang jenaka. Jenaka diterangkan oleh Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2008:577)
sebagai “mambangkitkan tawa, kocak, lucu: menggelikan.” Tetapi R. J.
Wilkinson yang dikutip dalam Liaw Yock Fang menerangkan bahwa
jenaka juga berarti “willy, full of stratagem” (cerdik, berakal, dan tahu
ilmu siasat). Ringkasnya cerita jenaka adalah cerita tentang tokoh yang
lucu, menggelikan, atau licik dan licin.20
Contoh cerita jenaka yang
terkenal adalah, cerita Abu Nawas, dalam kesusastraan Timur Tengah,
Cerita Kabayan, dalam kesusastraan Sunda, cerita Semar, dalam
kesusastraan Jawa, dan cerita jenaka lainnya.
4. Cerita Pelipur Lara
Cerita pelipur lara adalah cerita yang dipakai untuk melipur hati yang lara,
yang duka nestapa. Pada zaman dahulu kala, sebelum adanya radio,
televisi, dan wayang gambar (film), mendengar cerita pelipur lara
merupakan satu-satunya hiburan bagi orang kampung. Bila matahari sudah
tenggelam, dan orang kampung sudah makan malam dan mulai
beristirahat, mulailah si tukang cerita bercerita. Ia bercerita dengan nada
yang merata, seolah-olah membaca dari sebuah kitab. Cerita itu berlanjut
sampai jauh malam, dan bila tidak selesai, akan dilanjutkan pada esok
malamnya. Biarpun tukang cerita itu tidak bisa membaca dan menulis, ia
tidak pernah membuat kesalahan dalam certanya. Sebab, ia sudah biasa
mendengar cerita-cerita itu sejak kecill dari ayahnya, dan datuknya yang
juga adalah tukang cerita. Mereka inilah yang dinamai sahibul hikayat.
Dan dengan berceritalah mereka mencari nafkah dari satu kampung ke
kampung lain. Kedatangan mereka selalu disambut oleh orang kampung.
Mereka juga selalu diberi upah.
20Ibid., h.13.
16
Ceritanya selalu tentang istana yang indah-indah buatannya, raja yang
memerintah juga sangat besar kerajaannya, tetapi sayang sekali permaisuri
mandul. Karena itu baginda hidup dalam kesedihan.21
Cerita pelipur lara
ini biasanya berisi tentang kesedihan.
Cerita rakyat, sangat erat kaitannya dengan budaya sosial yang
berkambang pada saat karya itu lahir.karenasastra mempunyai fungsi sosial atau
manfaat yang tidak sepenuhnya bersifat pribadi. Hal ini senada dikatakan oleh
Rane wellek dan Austin Werren yang menyatakan bahwa “menyamakan sastra
dengan sejarah kebudayaan berarti menolak sastra sebagai bidang ilmu dengan
metodenya sendiri.”22
menurut pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
wilayah sastra itu menyangkut legenda atau cerita sejarah yang telah dicampur
dengan rekaan atau fiksi.
Cerita rakyat disebut juga cerita mitos, dan mitos merupakan suatu usaha
yang timbul untuk mengakrabi alam. Hal ini senada yang diungkapkan oleh Prih
Suharto, dkk., “dalam batas-batas tertentu dapat kita katakan bahwa unsur mitos
yang bersifat fantastis itu merupakan cerminan usaha nenek moyang kita untuk
mengakrabi alam, yang dengan demikian juga berarti mengakrabi diri sendiri,
sekaligus sebagai menifestasi pengakuan mereka terhadap kebesaran Sang Maha
Pencipta.”23
Hal-hal semacam itu misalnya kita jumpai pada cerita-cerita rakyat.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa cerita rakyat merupakan
cerita rekaan atau dongeng-dongeng berisi nilai-nilai moral, yang berfungsi
sebagai usaha nenek moyang untuk menasehati keluarga maupun kerabatnya.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat sama
halnya seperti dongeng yang mengandung nilai dan pesan moral yang tersirat, dan
kaya akan nasihat. Tradisi lisan merupakan tradisi menyampaikan informasi,
pesan dan nasihat, dari mulut ke mulut. Cerita rakyat, merupakan tradisi lisan atau
21Ibid., h.33.
22
Rane Wallek dan Austin Warren, op. cit., h. 12.
23
Prih Suharto dkk., Beberapa Cerita Bermotif Penjelmaan dalam Sastra Nusantara,
(Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994), h.3.
17
dongeng yang tertulis. Cerita tersebut, mengandung ajaran tradisional yang
memiliki nilai budaya yang luhur.
5. Hakikat Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural
Andre Ata Ujan, dkk., mengatakan bahwa “multikulturalisme memiliki
dua arti di satu pihak merupakan suatu paham dan di lain pihak merupakan suatu
pendekatan yang menawarkan paradigma kebudayaan untuk mengerti perbedaan-
perbedaan yang selama ini ada di tengah-tengah masyarakat kita dan dunia.”24
Jadi
multikulturalisme terdapat dua arti, arti pertama merupakan suatu faham,
sedangkan arti kedua adalah suatu pendekatan seorang manusia untuk memahami
bagaimana adanya keberagaman dan perbedaan-perbedaan yang selama ini hidup
ditengah-tengah masyarakat yang modern dan ditengah kondisi masyarakat yang
mengglobal.
Alfons Taryadi yang dikutip oleh Andre, mengatakan bahwa
multikulturalisme itu terdiri dari lima jenis25
yaitu,
1. multikulturalisme isolasionis, mengacu pada visi masyarakat sebagai
tempat kelompok-kelompok budaya yang berbeda, menjalani hidup
mandiri dan terlibat dalam saling interaksi, minimal sebagai syarat yang
niscaya untuk hidup saling bersama;
2. multikulturalisme akomodatif, mengacu pada visi masyarakat yang
bertumpu pada satu budaya dominan, dengan penyesuaian-penyesuaian
dan pengaturan yang pas untuk kebutuhan budaya minoritas;
3. multikulturalisme mandiri, mengacu pada visi masyarakat yang mencari
kesetaraan antara kelompok-kelompok besar dengan budaya yang
dominan, dan bertujuan untuk menempuh hidup mandiri dalam politik
kolektif yang dapat diterima;
4. multikulturalisme kritis atau interaktif, merujuk pada visi masyarakat
sebagai tempat kelompok-kelompok kultural yang kurang peduli terhadap
24 Andre Ata Ujan, dkk., Multikulturalisme: Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan,
(Jakarta: PT Indeks, 2009),h.15.
25 Ibid.,
18
hidup mandiri dan lebih peduli dalam menciptakan suatu budaya kolektif
yang mencerminkan dan mengakui perspektif mereka yang berbeda-beda;
5. multikulturalisme kosmopolitan, mengacu pada visi masyarakat yang
berusaha menerobos ikatan-ikatan kultural yang membuka peluang bagi
individu yang tidak terikat pada budaya khusus, secara bebas bergiat
dalam eksperimen-eksperimen antarkultur dan mengembangkan satu
budaya milik mereka sendiri.
Andre mengatakan bahwa Masyarakat multikultural sebaiknya memiliki
sikap rendah hati, (mau menerima kenyataan), dan mengembangkan sikap hormat
akan keunikan masing-masing pribadi/kelompok dengan cara-cara berada mereka
masing-masing.26
Jadi apabila masyarakat tidak mau bersikap rendah hati dan
tidak menjung-jung tinggi rasa hormat terhadap keunikan dari perbedaan masing-
masing individu. Maka yang terjadi setelah itu adalah pertentangan dan konflik
berkepanjangan terhadap suatu masyarakat dan bangsa.
Indonesia merupakan masyarakat majemuk karena bukan hanya memiliki
beraneka ragam corak kesukubangsaan dan kebudayaan secara horizontal, tetapi
juga secara vertikal, baik dari sisi kemajuan ekonomi, teknologi, dan organisasi
sosial politiknya. Rusmin mengatakan bahwa,
“para ahli menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
mewujudkan diri sebagai suatu masyarakat yang majemuk, dan sudah
menjadi pokok perhatian dari para ahli untuk waktu yang lama. Dengan
kalimat mewujudkan diri sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia
atau NKRI pada hakikatnya setiap kelompok, golongan, suku, agama dan
yang berbeda satu dengan yang lainnya melebur dan bersepakat
membentuk kesukubangsaan yang satu, yaitu bangsa Indonesia”.27
Untuk itu pendidikan multikultural untuk mewujudkan dan
mempraktikkan NKRI terhadap Negara Indonesia sangat urgen dilakukan oleh
para pendidik di Indonesia saat ini.
26Ibid.,h.15.
27
Rusmin Tumanggor, dkk., Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana,
2010),h.96.
19
Hal tersebut dikatakan pula oleh Robert W Hefner, dalam penelitiannya
yang mengungkap deskripsi sejarah masyarakat multikultural di wilayah Asia
Tenggara. Robert W. Hefner, mengatakan bahwa,
“Di Asia Tenggara memiliki sejarah mereka sendiri yang kaya dengan
kebhinnekaan dan partisipasi. Sama halnya dengan Barat, di zaman
pramodern tak satu pun dari masyarakat Asia Tenggara itu menetapkan
rumusan rumusan, yang oleh orang-orang yang berpikiran demokratis
sekarang ini akan diterima untuk mengoordinasikan kewarganegaraannya
dan menjembatani jurang yang dalam dari kotak-kotak kebudayaan.
Namun, elemen-elemen dari warisan yang lebih tua itu masih juga
melekat, dan setidak tidaknya, elemen-elemen terbaiknya harus dilibatkan
jika usaha-usaha untuk mempromosikan suatu pluralisme yang lebih
partisipatoris diharapkan akan disambut baik oleh aktor-aktor dan
organisasi-organisasi lokal”.28
Berdasarkan kutipan di atas dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia
telah lebih dahulu berinteraksi dengan multikulturalisme, melalui kebiasaan
ataupun profesi sabagian penduduknya yang bermatapencaharian sebagai
pedagang atau pelayar. Selain itu jauh sebelum masa kolonialisme datang
membawa faham demokrasi, dalam masyarakat Indonesia sudah terdapat berbagai
ras yang ada, ras tersebut adalah ras Indonesia (pribumi), ras cina, ras india dan
ras arab, yang kemudian membawa budaya Islam. Hal ini senada dikatakan oleh
Robert yang berpandangan tentang wilayah Asia Tenggara dengan kalimatnya
yaitu “di kawasan Asia Tenggara terdapat budaya yang lebih diterima dan
menghargai budaya lainnya yang masuk.”29
Pendapat senada diujarkan oleh George F. Mc Lean, yang dalam teorinya
mengatakan bahwa nilai agama yang berpayung (penyebaran agama secara
damai), akan memudahkan interaksi masyarakat terhadap lingkungan baru,
budaya dan etnik yang baru. Seperti kutipan George F. Mc Lean”in contrast, an
attitude of authentic religious openness appreciates the nature of one’s own
finiteness. On this basis it both respects the past and is open to discerning the
future. In other words, it is an acknowledgement that our religious and cultural
28 Robert W. Hefner (ed.), Politik Multikulturalisme, (Jogjakarta: Penerbit Kanisius,
2007), h.77.
29
Ibid.
20
heritage has something new to say us”.30
Isi kutipan tersebut mengandung arti
sebaliknya, sikap keterbukaan agama otentik menghargai sifat keterbatasan sendiri
seseorang. Atas dasar ini keduanya menghormati masa lalu dan terbuka untuk
membedakan masa depan. Dengan kata lain, itu adalah pengakuan bahwa warisan
agama dan budaya kita memiliki sesuatu yang baru untuk dikatakan.
Terdapat penelitian yang menarik dari Ronald Inglehart yang mengatakan
bahwa masyarakat yang berpenduduk berfaham multikultural lebih sejahtera dan
berpendapatan besar/ kaya dibandingkan masyarakat yang memiliki tingkat anti
toleran yang rendah, seperti kutipan di bawah ini
“Wilayah-wilayah budaya yang berbeda memang ada dan mereka
mempunyai konsekuensi sosial dan politik yang besar, serta membantu
membentuk fenomena penting mulai tingkat kesuburan hingga perilaku
ekonomi dan institusi-institusi demokrasi. Satu dimensi utama dari variasi
lintas budaya secara khusus penting bagi demokrasi. Masyarakat sangat
bervariasi dalam tingkatan penekanan masyarakat itu pada “nilai-nilai
peninggalan” atau “nilai-nilai ekspresi diri”. Masyarakat yang
menekankan pada nilai yang terakhir sepertinya akan lebih demokratis dari
pada masyarakat yang menekankan pada nilai-nilai peninggalan.
Pembangunan ekonomi tampaknya membawa perubahan berangsur-angsur
dari nilai-nilai peninggalan menuju nilai-nilai ekspresi diri, yang
membantu menjelaskan mengapa masyarakat yang lebih kaya lebih
mungkin untuk demokratis. Korelasi antara nilai peninggalan/ ekspresi diri
dan demokrasi sangat kuat . apakah keduanya berjalan seiring karena nilai-
nilai ekspresi diri (yang menyertakan kepercayaan antarpribadi, toleransi
dan partisipasi dalam pembuatan keputusan). Fakta menunjukkan bahwa
hal ini lebih merupakan masalah budaya yang membentuk demokrasi
daripada sebaliknya.”31
Pernyataan tersebut beranggapan bahwa di dalam suatu masyarakat
terdapat nilai ekspresi, nilai ekspresi merupakan suatu nilai yang menyertakan
suatu kepercayaan anatar pribadi, toleransi dan partisipasi dalam pembuatan
keputusan. nilai ekspresi meliputi nilai saling menghargai, nilai toleransi dan
saling berpartisipasi akan membentuk demokrasi dan prilaku ekonomi yang
30 John P. Hogan (ed.), Cultural Identity, Pluralism and Globalization Volume 1:
Culturall Pluralism and Demoratic Freedom, (Washington, DC: The Council for Research in
Values and Philosophy, 2005),h.58.
31
Lawrance E. Harrison dan Samuel P. Huntington (ed.), Kebangkitan Peran Budaya:
Bagaimana Nilai-Nilai Membentuk Kemajuan Manusia, (Jakarta: Penerbit LP3ES, 2011),h.131.
21
meningkat. Masyarakat multikultural akan lebih memiliki nilai ekspresi,
dibandingkan masyarakat yang manganut faham anti toleransi dan menggunakan
kediktatoran untuk mensejahterakan penduduknya.
Pendidikan multikultural merupakan sebuah istilah yang sudah lama
muncul di dunia pendidikan. Dalam pendidikan multikultural selalu muncul dua
kata kunci yaiu pluralitas dan kultural. Sebab, pemahaman terhadap pemahaman
terhadap pluralitas mencakup segala perbedaan dan keragaman. Sedangkan kultur
itu sendiri tidak bisa terlepas dari empat tema penting, yaitu aliran (agama), ras
(etnis), suku, dan budaya.
Istilah pendidikan multikultural secara etimologis terdiri atas dua terma,
yaitu pendidikan dan multikultural. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses
pengembangan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan proses, perbuatan
dan cara-cara yang mendidik. Sedangkan istilah multikultural sebenarnya
merupakan kata dasar yang mendapat awalan. Kata dasar itu adalah “kultur” yang
berarti kebudayaan, kesopanan, atau pemeliharaan sedang awalan dari kata ter
sebut, yakni kata “multi” yang berarti banyak, ragam, atau aneka. Dengan
demikian multikultural berarti keragama kebudayaan, aneka kesopanan, atau
banyak pemeliharaan. Namun dalam tulisan ini lebih diartikan sebagai keragaman
budaya sebagai ejawantah dari keragaman budaya sebagai keragaman latar
belakang seseorang.32
Secara termologis Ainurrofiq Dawam mengatakan bahwa, “pendidikan
multikultural berarti proses pengembangan seluruh potensi manusia yang
menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensinya keragaman
budaya, etnis, suku, dan aliran (agama).”33
Pengertian pendidikan multikultural
yang demikian tentu mempunyai implikasi yang sangat luas dalam pendidikan.
Karena pendidikan itu sendiri secara umum difahami sebagai proses tanpa akhir
atau proses sepanjang hayat. Dengan demikian, pedidikan multikultural
32
Ainurrofiq Dawam, Pendidikan Multikultural, (Penerbit Inspeal : Jogjakarta, 2006), h.39. 33
Ibid.
22
menghendaki penghormatan dan penghargaan setinggi-tingginya terhadap harkat
dan martabat manusia darimanapun dia dan dari budaya apapun dia.
Nurani Soyomukti mengutip pada buku yang berjudul Preparing Teacher
to Teach Global Perspectives, Merryfield (1997) mengatakan bahwa “ada tiga
syarat yang harus dimiliki guru dalam mengembangkan pendidikan yang bersifat
global, yakni kemampuan konseptual, pengalaman lintas budaya, dan
keterampilan pedagogis.”34
Kemampuan konseptual berkenaan dengan peningkatan pengetahuan guru
dalam konteks isu-isu global. Guru harus memiliki pengetahuan tentang isu,
dinamika, sejarah, dan nilai-nilai global agar mereka memiliki keterampilan
mengapresiasi persamaan dan perbedaan budaya dalam masyarakat dunia, di
dalam kelas.
Syarat berikutnya adalah pengalaman lintas budaya (inter-culturalism).
Guru harus memiliki pengetahuan langsung tentang kesadaran multi budaya.
Ketidaktahuan seorang guru akan menimbulkan prasangka. Dalam proses
globalisasi terjadi trans nasionalisasi atau globalisasi ini tidak terkait dengan
“tempat”. Trans nasionalisasi atau globalisasi memungkinkan manusia membuat
tindakan simultan dalam berbagai tempat yang berbeda sekaligus. “global” di sini
berarti “trans-lokal”. Globalisasi bukanlah sesuatu yang mengembangkan apa saja
dengan dalih keuniversalan, melainkan diberi makna yang baru. Inilah yang
kemudian muncul istilah dari Roland Roberston: globalisasi. Apa yang lokal
bukannya tidak penting, justru mendapat arti yang baru dalam hubungan
masyarakat.
Sementara Merry M Merry Field dalam Nurani Soyomukti mengatakan
bahwa keterampilan pedagogis dalam perspektif global adalah “the practice of
teaching and learning globally oriented contens in ways that support diversity
and social juctice in interconnected world”. Keterampilan pedagogis tentunya
menyangkut metode mengajar yang tepat oleh guru agar peserta didik dapat
34 Nurani Soyomukti, op. cit., h. 146.
23
memahami suatu masalah dalam konteks yang luas dan komprehensif (global).
Selain menguasai materi dan konsepsi permasalahan, guru harus memiliki
kemampuan agar apa yang disampaikan mudah diterima. Serta muncul motivasi
bagi peserta didik untuk mempelajari dan mendalami tema-tema yang ada di luar
kelas.35
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dikatakan setiap pendidik
perlu untuk menanamkan pendidikan multikulturalisme kepada siswanya. Hal ini
didasari oleh kepentingan sosial kultur masyarakat Indonesia yang beragam selain
itu. Budaya kekerasan dalam pelajar dewasa ini perlu ditekan bahkan dihilangkan.
Berdasarkan artikel bcerita satu.com. Mukhlis Paeni, menegaskan tentang
pendidikan Multikultural, beliau mengatakan bahwa pendidikan multikultural
tidak hanya mengangkat budaya toleransi dan saling menghargai saja, tetapi
pendidikan multikultural perlu menjungjung tinggi juga keadilan sesama manusia,
seperti kutipan berikut. “Engkau dan aku berbeda itu sudah selesai dan tak perlu
dipersoalkan, yang belum selesai itu bagaimana yang tak serupa itu mempunyai
hak dan ruang yang sama dan harkat yang sama, itu multikultural”36
Namun setiap periode atau abad. Pendidikan multikultural selalu
mengalami pasang surut. Kadang tidak ditanamkan, atau bahkan tidak di-didik-
kan kepada siswa sehingga masalah konflik, tauran ancaman sosial, kekerasan.
Mungkin merupakan masalah yang tidak pernah selesai yang terjadi pada
masyarakat heterogen yang majemuk. Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh
Will Kymlica “tantangan multikulturalisme akan tetap ada, saat kepentingan
minoritas belum bisa terjawab dan secara alamiah akan terus tetap ada. Minoritas,
perlu diperhatikan dan dipikirkan pendekatan yang matang untuk membuat
kebijakan apa demi saling “penerimaan” dan saling menghargai sesuatu yang
berbeda.”37
35Ibid.
36
Bcerita Satu, Tradisi Lisan di Indonesia Menuju Kepunahan, 2013,
(http://m.bceritasatu.com./nasional/9506-tradisi-lisan-di-Indonesia-menuju-kepunahan.html).
37 Will Kymlika, Kewargaan Multikultural, (Jakarta: Penerbit LP3ES Anggota IKAPI,
2011), h.295.
24
Dari berbagai teori dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
multikultural memiliki dua pengertian yakni suatu faham, dan suatu pendekatan,
terdapat 5 jenis multikultural yaitu isalasionis, akomodatif, mandiri, kritis atau
interaktif, dan kosmopolitan. Indonesia sebagai masyarakat yang berlatar
majemuk merupakan penduduk yang sudah mengenal multikultural secara implisit
sejak zaman dahulu, sekitar abad ke 17. Ketika masyarakat Indonesia sudah
mengenal budaya agrarian dan budaya berlayar. Pendidikan multikultural
merupakan pendidikan yang perlu diajarkan kepada siswa siswi di Indonesia.
untuk menanamkan budaya toleran dan meredam kekerasan serta konflik yang
rentan terjadi.
6. Kurikulum 2013 di Indonesia
Orientasi pengembangan kurikulum 2013, yaitu tercapainya kompetensi
yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, dan menggunakan
pembelajaran yang holistik dan menyenangkan38
. Kurikulum 2013 disiapkan
untuk mencetak generasi yang siap di dalam mengahadapi masa depan. Karena itu
kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Kurikulum
ini bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa mampu lebih baik dalam
melakukan observasi, bertanya, bernalar dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah
menerima materi pembelajaran. Adapun objek yang menjadi pembelajaran dalam
kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.
Melalui pendekatan itu diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap keterampilan
dan pengetahuan yang jauh lebih baik. Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013
yaitu melanjutkan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi dengan
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu,
38 Anas Salahudin, dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis
Agama dan Budaya Bangsa, (Bandung:Pustaka Setia, 2013), h.171.
25
sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada
penjelasan pasal 35.39
7. Pendidikan Multikultural dalam Kurikulum 2013
Menteri Pendidikan M. Nuh, mengatakan bahwa “kurikulum 2013
diupayakan untuk menonjolkan pendidikan kurikulum melalui sumber buku-buku
ajar/ buku teks”.40
Penanaman pendidikan multikultural melalui kurikulum 2013
merupakan langkah yang diambil pemerintah untuk mentransformasi pendidikan
nasional. Langkah tersebut diambil dengan harapan dapat membentuk generasi
Indonesia yang kreatif, inovatif dan berkarakter. Penanaman pendidikan
multikultural akan tercermin dalam berbagai buku teks yang digunakan untuk
mendukung proses pembelajaran. Buku teks tersebut mengunakan nama-nama
tokoh dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda.
Hadirnya berbagai tokoh dengan latar belakang yang bervariasi diharapkan
dapat mencerminkan keragaman agama dan etnis yang ada di Indonesia. Selain
itu, diharapkan pula nantinya generasi muda Indonesia akan terbiasa hidup dalam
keragaman, yang dibangun sejak dini di bangku sekolah. Selain memperkuat
aspek kesadaran terkait pengetahuan multikultural melalui sisipan tokoh-tokoh
tersebut, budi pekerti juga akan di sisipkan pada pelajaran pendidikan agama. Hal
ini ditujukan untuk membentuk siswa yang tidak hanya terbiasa hidup dengan
keragaman tetapi juga memegang prinsip toleransi dalam kehidupan
39 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Kurikulum 2013, 2013
(http//kurikulum2013.kemendikbud.go.id.).
40
Heru Sri Kumoro, Kurikulum 2013 Memperkuat Pendidikan Multikultural, 2014,
(http://edukasi.kompas.com/read/2013/03/10/11184141/kurikulum.2013.memperkuat.pensisikan.m
ultikultural.).
26
bersama.41
Berikut adalah gambar silabus kurikulum 2013 yang menggunakan
prinsip budaya saling toleransi atau pendidikan mutikultural.
Kelas/Semester :XI SMA/Ganjil
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.42
8. Media Cerita Rakyat sebagai Perwujudan dari Pendidikan
Multikultural
Cerita Rakyat yang dipilih dalam penelitian ini adalah cerita rakyat yang
mengandung budaya pendidikan multikulturalisme dan toleransi, cerita rakyat
yang dipilih adalah cerita rakyat dari daerah Riau yaitu cerita Burung Puyuh dan
Burung Tempua. Cerita tersebut berisi persahabatan kedua burung yang berasal
dari habitat yang berbeda. Burung puyuh tinggal di tepi sungai, sedangkan burung
tempua tinggal di sarangnya yang mengantung.Suatu hari mereka ingin mencoba
masing-masing habitat. Namun ternyata sesuatu yang berbeda itu tidak bisa
dipaksakan cara hidupnya juga habitatnya. Meskipun meraka berbeda, tapi mereka
tetap bersahabat dan terbang secara beriringan di angkasa. Dalam penelitian ini
cerita rakyat difokuskan hanya pada persahabatan burung puyuh dan burung
tempua yang isinya menekankan nilai nilai luhur saling toleransi dan saling
menghargai atau saling bersahabat. Cerita tersebut dalam penelitian berfungsi
sebagai media pendidikan, atau sebagai perlakuan dalam penelitian. Media cerita
rakyat Burung Puyuh dan Burung Tempua tersebut digunakan sebagai sarana
pendidikan multikultural pada siswa. Media cerita rakyat tersebut berfungsi untuk
41 Guraru, Multikultural di Kurikulum 2013 Keragaman dan Toleransi, 2014,
(http://guraru.org/info/multikultural-di-kurikulum-2013/.).
42 Kemendikbud, Silabus Kalas XI, Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, 2014,
(http//kurikulum2013.kemendikbud.go.id.).
27
menambah pemahaman siswa tentang arti pentingnya sebuah persahabatan, dan
saling menghargai sesuatu yang berbeda atau keragaman.
9. Cerita Rakyat yang Dipilih dan Sinopsis Cerita
Cerita rakyat yang dipilih penulis adalah cerita rakyat yang di dalamnya
mengandung nilai-nilai multikulturalisme, cerita rakyat tersebut adalah cerita
rakyat yang berjudul Burung Puyuh dan Burung Tempua, cerita tersebut diperoleh
dari website resmi daerah Riau,43
peneliti menceritakan kembali dongeng tersebut.
Adapun sinopsis cerita adalah sebagai berikut:
Pada suatu hari di suatu hutan yang sejuk, hiduplah sepasang burung yang
selalu bersahabat. Ada yang menarik dari kedua burung yang bersahabat
tersebut.Ternyata kedua burung tersebut, berbedajenis dan rupa. Satu burung
berbentuk gemuk dan selalu senang tinggal di pinggir sungai, burung tersebut
biasa dipanggil dengan burung puyuh. Kemudian burung yang satu lagi burung
yang agak kurus senang tinggal di atas pohon, burung tersebut bernama burung
tempua.
Mereka berdua bersahabat dan terbang beriringan pada siang hari. Namun
ketika sudah malam, mereka berpisah pada habitat masing-masing. Walaupun
mereka berbeda spesies dan berbeda habitat. Mereka selalu terbang beriringan,
saling menolong, saling bersahabat dan saling membantu satu sama lain. Mungkin
hanya malam yang memisahkan persahabatan kedua burung tersebut.
Namun pada suatu hari mereka ingin mencoba masing masing sarang
habitat kawannya. Maka ketika mereka mencoba sarang burung kawannya, tak
menyangka bahwa mereka merasa tidak nyaman dan berada di habitat yang sangat
berbeda dari habitat kebiasannya.
Awalnya mereka enggan mengakui karena takut melukai perasaan
sahabatnya, namun pada akhirnya ketika malam tiba, mereka semua berkata jujur,
43
Driau, Burung Puyuh dan Burung Tempua, 2014,
(http://www.driau.com/2013/08/cerita-rakyat-melayu-burung-tempua.html.).
28
bahwa burung puyuh tidak nyaman tinggal di tempat burung tempua dan burung
tempua tidak nyaman tinggal di tempat burung puyuh. Akhirnya mereka sadar
bahwa jenis dan tempat tinggal mereka berasal dari hal yang berbeda. Namun
mereka bingung, apakah mereka masih bisa berteman sama seperti kemarin. Dan
akhirnya merekapun memutuskan untuk tetap berteman dan memahami bahwa
perbedaan itu adalah hanya sebagai waktu dimalam hari saja.
Mereka akhirnya memahami bahwa setiap makhluk mempunyai kesukaan
dan kebiasaan yang tidak bisa dipaksakan. Walaupun berbeda begitu, mereka
saling menghargai perbedaan dan pendapat itu sebagai hal yang wajar. Keduanya
juga tetap bersahabat.
Cerita rakyat tersebut telah dibukukan dan ditulis kembali oleh Irwan
Effendi dalam buku cerita yang berjudul Burung Puyuh dan Burung Tempua,
Penerbit AdiCita Karya Nusa, Jogjakarta tahun 2006. Cerita rakyat tersebut juga
ada dalam website resmi daerah Riau, dan website resmi cerita rakyat nusantara di
Indonesia.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Skripsi Pendidikan Multikultural pernah ditulis oleh Indriyani Ma‟rifah
jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan Kalijaga tahun 2009 dengan judul
skripsi Signifikansi Pendidikan Multikultural dalam Novel Dan Damai di Bumi!
Karya Karl May Terhadap Pendidikan Agama Islam, penelitian tersebut berisi
tentang tanda-tanda pendidikan multikultural yang tercermin di dalam novel Dan
Damai di Bumi!. Kemudian penelitian pendidikan multikultural pernah ditulis
oleh kelompok peneliti yang diketuai oleh Akhmad Taufik, S.S., M.Pd. PBSI
FKIP Universitas Jember tahun 2012 dengan judul penelitian Model
Pembelajaran Sastra Multikultural: Studi Terhadap Fenomena Pembelajaran
Sastra Multikultural Berbasis Nilai-nilai Kebangsaan di SD RSBI Jember Lor 03.
Penelitian ini berisi tentang pengembangan model pembelajaran sastra berbasis
pendidikan multikultural. Dan penelitian terakhir, yakni skripsi yang ditulis oleh
Imam Mahrus, Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan
29
Kalijaga Jogjakarta tahun 2009, skripsi tersebut berjudul Peran Guru Pendidikan
Agama Islam dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural. Skripsi tersebut berisi
tentang peran serta guru di sekola dalam mendidik siswa untuk menerima
pendidikan multikultural. Melalui serangkaian penelitian tersebut. Belum ada
yang menulis penelitian mengenai keefektifan media cerita rakyat terhadap
pendidikan multikultural: studi eksperimen terhadap siswa kelas XI IPS SMA
Negeri 7 Kota Tangerang. Untuk itu penulis melanjutkan proses selanjutnya untuk
menulis skripsi ini.
C. Kerangka Berpikir
Secara sederhana peneliti memiliki kerangka berpikir bahwa jika terdapat
media cerita rakyat, maka siswa akan mudah memahami pendidikan multikultural,
atau jika media cerita rakyat semakin sering digunakan dalam proses
pembelajaran, maka siswa akan semakin mendapat pemahaman tentang
pendidikan multikultural. Berdasarkan teori bahwa pendidikan multikultural
adalah suatu pendidikan yang berorientasikan pada keragaman budaya, sehingga
konsep pendidikan multikultural ada dan tersirat di dalam silabus Bahasa
Indonesia Kurikulum 2013, dengan kompetensi inti dua yang berisi
“menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),santun, responsif dan
pro-aktifdan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.”44
Dari Kompetensi inti nomer dua tersebut dapat diuraikan hal yang menjadi
indikator penelitian adalah menghayati prilaku peduli, mengamalkan prilaku
peduli, menghayati prilaku gotong royong, mengamalkan prilaku gotong royong,
menghayati prilaku kerja sama, mengamalkan prilaku toleran, menghayati prilaku
damai, mengamalkan prilaku damai, responsif, santun, berinteraksi dengan
lingkungan sosial, menempatkan diri sebagai cerminan bangsa (bhinneka tunggal
ika).
44
Kemendikbud, loc. cit.
30
Maka penyusunan instrumen penilaian berpatokan langsung pada poin di
atas. Adapun bentuk instrumen dilakukan berupa soal pilihan ganda kuesioner 16
soal yang telah melalui tahap uji validitas. butir jawaban berbobot satu sampai
lima. Adapun langkah-langkah penelitian di lapangan adalah sebagai berikut,
1. mengobservasi sekolah, peneliti memohon izin penelitian kapada pihak
sekolah, lalu peneliti meminta kelas XI IIS (Ilmu Ilmu Sosial) untuk
dijadikan penelitian eksperimen di lapangan;
2. membuat rancangan penelitian, langkah awal yang dilakukan peneliti
adalah melakukan uji validasi terhadap soal pretes dan postes, peneliti
mengetes instrumen dengan menggunakan kelas XI IIS 2, setelah
instrument reliable, maka peneliti melakukan kegiatan penelitian pada
kelas XI IIS 3, siswa mengisi soal pretes, peneliti mendongeng di kelas,
dan memberi pemahaman pendidikan multikultural, setelah itu peneliti
melakukan postes kepasa siswa;
3. adapun untuk melakukan penelitian ini peneliti menggunakan alat-alat
untuk penelitian, alat alat penelitian peneliti adalah sebagai berikut,
pertama, instrumen pretes berjumlah 16 soal dengan bobot soal 1-5,
instrumen postes berjumlah 16 soal dengan bobot soal 1-5, cerita Rakyat
Burung Puyuh dan Burung Tempua, materi pemahaman pendidikan
multikultural, laptop, dan LCD.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan ke
arah positif antarapenggunaan media cerita rakyat dengan pendidikan
multikultural atau semakin tinggi penggunaan media cerita rakyat, maka semakin
tinggi pula pemahaman siswa terhadap pendidikan multikultural, pada siswa kelas
XI IIS (Ilmu-Ilmu Sosial), SMA Negeri 7 Kota Tangerang.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Pada pembahasan bab tiga, penulis membahas rancangan metode dan
teknik dalam melakukan penelitian. Adapun dalam bab ini berisi subbab waktu
dan tempat penelitian, metode penelitian, teknik penelitian, desain penelitian,
sampel dan populasi, dan rumusan hipotesis. Tiap subbab merupakan uraian
proses berdasarkan pengamatan, pengklasifikasian, dan mengidentifikasi obyek
penelitian.
1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Kota Tangerang yang
beralamat di jalan Perintis Kemerdekaan I no. 2, Babakan, Kota Tangerang,
Banten. Adapun peneliti memilih kelas sebelas IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) secara acak
dari 4 kelas, kaelas yang terpilih adalah kelas XI IIS 3.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dimulai dari hari Senin, 4 Agustus 2014 (observasi),
hingga Kamis, 12 Agustus 2014, waktu penelitian kelas adalah pukul 13.00 WIB,
hingga pukul 14.30 WIB.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian ini berisi langkah dan cara penulis melakukan
penelitian.Penentuan metodologi penelitian ini sering pula disebut dengan strategi
pemecahan masalah karena pada tahap ini mempersoalkan bagaimana masalah-
masalah penelitian tersebut hendak dipecahkan atau ditemukan jawabannya.45
Pertama, penulis membutuhkan segala bentuk teori dan informasi berdasarkan
media cetak dan media elektronik, selain itu peneliti membutuhkan data-data lain
seperti jumlah siswa, data-data lain yang mendukung seperti, latar belakang
45 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1989), h.31.
32
budaya siswa, data sekolah, meliputi visi dan misi sekolah, dan profil sekolah.
Penelitian ini dilakukan dengan mengisi kuesioner dengan bobot jawaban skor 1
hingga 5. Instrument atau isi kuesioner yang diisi siswa menyangkut silabus
semester ganjil dan genap dan memiliki syarat kompetensi dasar siswa yakni sikap
multikulturalisme, meliputi, toleransi, peduli terhadap sesama, gotong royong, dan
respek. Bentuk soal kuesioner pretes sebagai data kontrol, atau data awal siswa
sebelum diberi media cerita rakyat, namun data postes kuesioner siswa sebagai
data eksperimen, karena data tersebut sebagai hasil akhir dari proses penghayatan
siswa terhadap cerita rakyat. Baik instrument kuesioner pretes maupun instrument
postes, tes tersebut berisi tentang silabus yang mengandung pendidikan
multikultural. Penelitian ini menuntut uji statistik dengan observasi dan pengujian
rumus. Oleh karena itu, penulis menentukan karya tulis ini menggunakan metode
kuantitatif.
1. Metode Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematisterhadap
bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian
kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis,
teori-teori dan hipotesis. Proses pengukuran adalah bagian yang sentraldalam
penelitian ini karena hal ini memberikan hubungan yang fundamentalantara
pengamatan empiris dan ekspresi matematis dan hubungan hubungan kuantitatif,
dan penelitian ini membutuhkan upaya statistik.
2. Desain Eksperimen
Mohammad Ali mengatakan bahwa “desain eksperimen adalah riset yang
dilaksanakan melalui eksperimentasi atau percobaan.”46
Yatim dalam Muhadi
mengatakan bahwa “penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis,
46 Mohammad Ali, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan, (Bandung: Pustaka
Cendikia Utama, 2010), h.93.
33
logis dan teliti dalam melakukan control terhadap kondisi.”47
Hal ini senada yang
dikatakan oleh Daenil Muijs “The basisof the experimental method is the
experiment, which can be defined as: a test under controlled conditions that is
made to demonstrate a known truth or examine the validity of a hypothesis.”48
Metode eksperimen adalah eksperimen, yang dapat didefinisikan sebagai: tes
dalam kondisi yang terkendali yang dibuat untuk menunjukkan suatu kebenaran
diketahui atau menguji validitas hipotesis.
Riset digunakan untuk menguji pengaruh suatu perlakuan terhadap suatu
bentuk prilaku tertentu pada subjek riset. Mohammad Ali mengatakan bahwa riset
seperti ini merupakan kegiatan percobaan untuk meneliti suatu peristiwa yang
muncul diamati serta dikontrol secermat mungkin sehingga dapat diketahui
hubungan sebab akibat kemunculannya.49
Peneliti menggunakan analisis regresi atau pola hubungan antara dua
peubah, khususnya peubah yang mengandung hubungan sebab akibat. Peneliti
menggunakan analisis korelasi yaitu mencoba menyelidiki adanya hubungan dua
peubah, mengukur tingginya derajat hubungan tersebut melalui sebuah bilangan
yang disebut dengan koefisien korelasi (r).50
Penelitian ini meneliti tentang
hubungan atau korelasi, dan jenis data terdiri dari data rasio, untuk itu peneliti
menggunakan metode uji korelasi Pearson Product Moment. Agar dapat diketahui
keputusannya apakah antara media cerita rakyat dengan pendidikan multikultural
berkolerasi linear atau tidak. Jika keputusan atau hasil akhir dari koefisien kolerasi
kedua variabel tersebut (r)= 1 atau (r)=-1, maka dapat diketahui hubungan tersebut
bersifat linear atau terdapat hubungan yang signifikan antara media cerita rakyat
dengan pendidikan multkultural. Jika keputusan dari korelasi mendekati angka
satu, misal nilai (r) mencapai nilai 0.9, 0.8,..sampai 0,6, itu berarti terdapat
hubungan yang signifikan antara media cerita rakyat dengan pendidikan
47 Muhadi, Penelitian Tindakan Kelas: Panduan Wajib bagi Para Pendidik, (Jogjakarta:
Shira Media, 2011) , h. 27.
48
Daniel Muijs, Doing Quantitative Research in Education with SPSS, (Caliifornia:Sage
Publications), 2004, h. 13.
49
Mohammad Ali, op. cit., h. 94.
50
Yusuf Wibisono, Metode Statistik, (Jogjakarta: Gajah Mada Press, 2009), h. 581.
34
multikultural. Sedangkan jika nilai koefisien antara kedua variabel tersebut di
bawah 0,6 hingga 0,0, dapat diketahui hubungan antara cerita rakyat dengan
pendidikan multikultural tidak linear atau menyebar. Maka dapat diambil
keputusan tidak terdapat hubungan antara cerita rakyat dengan pendidikan
multikultural.
Metoda statistika yang akan digunakan untuk menguji hipotesis adalah
korelasi product moment yang tergolong dalam statistika parametrik.51
Oleh
karena itu peneliti melakukan empat langkah pengujian. Pertama pengujian
normalitas kedua sampel. Kedua pengujian linearitas. Ketiga perhitungan
koefisien korelasi. Keempat pengujian hipotesis korelasi dan penarikan
kesimpulan.
3. Desain Kelompok Tunggal dengan Pretes dan Postes
Desain ini biasanya digunakan dalam penelitian yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memilih secara random satu kelompok. Adapun terhadap
kelompok itu diberikan tes awal sebelum diberikannya perlakuan atau pretes (O1),
kemudian kelompok itu diberi perlakuan (X), dan pasca pemberian perlakuan
dilakukan postes (O2)52
. Bagan desain yang ini adalah:
O1 X O2
Langkah-langkah dalam menggunakan desain ini adalah:
a. Memilih secara random sekelompok subjek untuk dijadikan sampel
b. Mengadakan pretes (O1).
c. Memberikan perlakuan (X).
d. Mengadakan postes (O2) setelah pemberian perlakuan
e. Menganalisis data dengan menggunakan metode statistika yang sesuai
f. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data.
51 Budi Susetyo, Statistika untuk Analisis Data Penelitian, (Bandung: Refika
Aditama,2010), h. 172.
52
Mohammad Ali, loc. cit.
35
Hal yang penting dalam metode eksperimen adalah masalah kevalidan atau
keshahihan. Metode eksperimen sifatnya berbeda dari berbagai jenis riset lain,
seperti survey. Riset yang digunakan melalui survey dan sejenisnya itu bersifat
menggambarkan keadaan, sedangkan melalui eksperimen bersifat eksploratif.
Artinya dalam riset seperti survey pelaku riset mencari penjelasan tentang suatu
fenomena, sedangkan dalam eksperimen pelaku riset berupaya menemukan suatu
gajala yang kemunculannya dikreasi oleh pelaku riset sendiri.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang
lingkup dan waktu yang kita tentukan. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa SMA Negeri 7 Kota Tangerang dengan kelas XI IIS (Ilmu Ilmu
Sosial).Kelas sampel adalah kelas yang mewakili populasi. Kelas sampel dari
penelitian ini adalah kelas XI IIS 3.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data didapat dengan beberapa
tahap. Tahap pertama adalah mencari cerita rakyat yang mengandung nilai
pendidikan multikultural. Cerita rakyat tersebut adalah cerita rakyat dari daerah
Riau yang berjudul Burung Puyuh dan Burung Tempua. Setelah itu peneliti
mencari data berupa teori-teori para ahli menyangkut teori cerita rakyat, tradisi
lisan, dan teori pendidikan multikultural. Peneliti juga menyusun bentuk dan
desain rancangan penelitian dilapangan yakni berupa desain eksperimen. Setelah
itu peneliti merancang rencana penelitian, dan membuat materi pendidikan
multikultural. Peneliti menyusun soal instrument kuesioner pretes dan postes, dan
melakukan uji validasi terhadap instrument kuesioner tersebut. Setelah itu peneliti
mengunpulkan data sekolah meliputi data profil sekolah dan visi misi sekolah.
Setelah itu peneliti menentukan satu kelas secara acak. Lalu sesudah menemukan
satu kelas, peneliti melakukan penelitian di lapangan. Adapun langkah-langkah
peneliti melakukan penelitian di lapangan adalah pertama, peneliti mengabsen
data hadir siswa. Kedua menanyakan latar belakang budaya siswa. Ketiga, peneliti
36
mengambil data pretes berupa angket awal yang dibagikan kepada kelas yang
dipilih. Setelah itu peneliti memberikan sebuah dongeng berupa cerita rakyat
Burung Puyuh dan Burung Tempua. Keempat, peneliti memberikan sedikit
interpretasi dan pemahaman tentang pendidikan multikultural kepada siswa.
Melakukan tanya jawab, Kemudian terakhir peneliti mengambil data postes siswa,
dan menyuruh siswa untuk menjawab kuesioner dengan sejujur-jujurnya. Proses
tahap selanjutnya adalah pengolahan data, pengujian hasil data (tahap uji
statistika), penganalisaan data, pemutusan uji hipotesis, pembuatan kesimpulan
dan pengevaluasi.
E. Kontrol terhadap Validitas Internal
1. Sejarah (History)
Peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu yang kadang-kadang dapat
berpengaruh terhadap variabel keluaran (variabel terikat). Oleh karena itu
terjadinya perubahan variabel terikat, kemungkinan bukan sepenuhnya disebabkan
karena perlakuan atau eksperimen, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor sejarah atau
pengalaman subjek penelitian terhadap masalah yang dicobakan, atau masalah-
masalah lain yang berhubungan dengan eksperimen tersebut.
2. Kematangan (Maturitas)
Manusia, binatang, atau benda-benda lainnya sebagai subjek penelitian
selalu mengalami perubahan. Pada manusia perubahan berkaitan dengan proses
kematangan atau maturitas, baik secara biologis maupun psikologis. Dengan
bertambahnya kematangan pada subjek ini akan berpengaruh terhadap variabel
terikat. Dengan demikian, maka perubahan yang terjadi pada variabel terikat
bukan saja karena adanya eksperimen, tetapi juga disebabkan karena proses
kematangan pada subjek yang mendapatkan perlakuan atau eksperimen.
3. Seleksi (Selection)
Dalam memilih anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol bisa
terjadi perbedaan ciri-ciri atau sifat-sifat anggota kelompok satu dengan kelompok
yang lainnya. Misalnya anggota-anggota kelompok eksperimen lebih tinggi
pendidikannya dibandingkan dengan anggota-anggota kelompok kontrol,
37
sehingga sebelum diadakan perlakuan sudah terjadi pengaruh yang berbeda
terhadap kedua kelompok tersebut. Setelah adanya perlakuan pada kelompok
eksperimen, maka besarnya perubahan variabel terikat yang terjadi mendapat
gangguan dari variabel pendidikan tersebut. Dengan kata lain, perubahan yang
terjadi pada variabel terikat bukan saja karena pengaruh perlakuan, tetapi juga
karena pengaruh pendidikan.
4. Prosedur Tes (Testing)
Pengalaman pada pretes dapat mempengaruhi hasil postes, karena
kemungkinan para subjek penelitian dapat mengingat kembali jawaban-jawaban
yang salah pada waktu pretes, dan kemudian pada waktu postes subjek tersebut
dapat memperbaiki jawabannya. Oleh sebab itu, perubahan variabel terikat
tersebut bukan karena hasil eksperimen saja, tetapi juga karena pengaruh dari
pretes.
5. Instrumen (Instrumentation)
Alat ukur atau alat pengumpul data (instrumen) pada pretes biasanya
digunakan lagi pada postes. Hal ini sudah tentu akan berpengaruh terhadap hasil
postes tersebut. Dengan perkataan lain, perubahan yang terjadi pada variabel
terikat, bukan disebabkan oleh perlakuan atau eksperimen saja, tetapi juga karena
pengaruh instrumen.
6. Mortalitas (Mortality)
Pada proses dilakukan eksperimen, atau pada waktu antara pretes dan
postes sering terjadi subjek yang ”dropout” baik karena pindah, sakit ataupun
meninggal dunia. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap hasil eksperimen.
7. Regresi ke Arah Nilai Rata-rata (Regressien Toward The Mean)
Ancaman ini terjadi karena adanya nilai-nilai ekstrem tinggi maupun
ekstrem rendah dari hasil pretes (pengukuran pertama), cenderung untuk tidak
ekstrem lagi pada pengukuran kedua (postes), namun biasanya melewati nilai rata-
rata. Perubahan yang terjadi pada variabel terikat tersebut adalah bukan perubahan
yang sebenarnya, tetapi merupakan perubahan semu. Oleh sebab itu, regresi ke
arah nilai rata-rata ini juga disebut regresi semu (regression artifact).
38
F. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan rumus statistika dalam
mencari hubungan disntara kedua variabel yaitu Uji teknik Pearson, Product
Moment, sehingga kesimpulan yang didapat dapat dikatakan validitas/valid.
Adapun rumus menggunakan Uji Korelasi Pearson Product Moment adalah
sebagai berikut:
Korelasi Product Moment Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari
hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua
variabel berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih
adalah sama. Terdapat tiga syarat jika menghitung menggunakan korelasi product
moment, pertama data harus berbentuk interval atau ratio, kedua data harus
berdistribusi probabilitas normal, ketiga data harus melalui tahap uji linearitas.
Adapun rumus korelasi product momen adalah sebagai berikut:
∑
√∑
keterangan,
rxy= korelasi antara variabel x dan variabel y
x = ( ̅)
y = ( ̅)
𝑛∑ (∑ ) (∑ )
√*𝑛 ∑ (∑ ) +*𝑛 ∑ (∑ ) +
Untuk menemukan bagaimana hubungan antara hasil pretes dan postes
siswa berisi pendidikan multikultural yang menggunakan media cerita rakyat,
peneliti mengikuti langkah langkah sebagai berikut:
1. menentukan variabel,
2. membuat tabel,
3. membuat grafik distribusi pencaran,
4. mentukan nilai variabel X,
39
5. menentukan nilai variabel Y,
6. menentukan jumlah nilai variabel X ∑ ,
7. menentukan jumlah nilai variabel Y ∑ ,
8. menentukan rata-rata variabel X = ̅,
9. menentukan rata-rata variabel Y = ̅,
10. menentukan x kecil dengan cara x = ( ̅),
11. menentukan y kecil dengan cara y = ( ̅),
12. menghitung korelasi dengan rumus,
∑
√∑
13. membuat hipotesis kesimpulan,
14. membandingkan t hitung dan t tabel, dengan rumus t hitung adalah,
√𝑛
√
15. melihat t tabel pada tabel drajat kebebasangan, dengan rumus (n-2), tabel
drajat kebebasan terlampir,
16. membuat kesimpulan,
17. membuat laporan.
1. Variabel Penelitian
Arief Furchan mengatakan bahwa “dalam bentuknya yang paling sederhana
suatu eksperimen mempunyai tiga ciri, pertama suatu variabel bebas dimanipulasi,
kedua, semua variabel lainnya, kecuali variabel bebas dipertahankan tetap, dan
terakhir pengaruh manipulasi variabel bebas terhadap variabel terikat diamati.”53
Jadi, dalam eksperimen, ada dua variabel yang perlu sekali diperhatikan, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dimanipulasikan atau diubah
ubah oleh peneliti, sedang variabel terikat, yaitu variabel dimana akibat perubahan
itu diamati, tidak dimanipulasi oleh peneliti. Dinamakan variabel terikat karena
variabel ini tergantung atau terikat, dan berubah-ubah sesuai dengan nilai variabel
53 Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Malang: Usaha Nasional
Surabaya Indonesia 1982), h. 320.
40
bebas. Berdasarkan rancangan penelitian, menulis menetapkan variabel penelitian.
Pertama, variabel bebas dalam penelitian ini adalah cerita rakyat, kemudian
variabel terikat dari penelitian ini adalah pendidikan multikultural. Adapun
perumusan variabel penelitian ini adalah seperti berikut,
variabel X: hasil pretes siswa atau data awal siswa terhadap pemahaman
pendidikan multikultural sebelum mendapat media cerita rakyat.
Variabel Y: hasil postes siswa yang telah mendapati media cerita rakyat atau
mendengarkan dongeng di kelas XI IIS 3 SMA Negeri 7 Kota Tangerang.
Berdasarkan variabel di atas, maka dapat diketahui hipotesis dari penelitian
ini adalah terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara cerita rakyat
dengan pendidikan multikultural di kelas XI IIS 3 SMA Negeri 7 Kota Tangerang.
G. Hipotesis Statistik
Penulis menggunakan rumus t tes, dengan mengikuti asumsi:
1. Jika T0>T Tabel: maka (H1) hipotesis diterima dan (H0) ditolak, artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara hasil pretas siswa atau data awal
siswa terhadap pemahaman pendidikan multikultural sebelum mendapat
media cerita rakyat, dengan hasil postes siswa yang telah mendapati media
cerita rakyat atau mendengarkan dongeng di kelas XI IIS 3 SMA Negeri 7
Kota Tangerang.
2. Jika T0<T Tabel: maka (H1) hipotesis ditolak dan (H0) diterima, artinya
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hasil pretas siswa atau data
awal siswa terhadap pemahaman pendidikan multikultural sebelum mendapat
media cerita rakyat, dengan hasil postes siswa yang telah mendapati media
cerita rakyat atau mendengarkan dongeng di kelas XI IIS 3 SMA Negeri 7
Kota Tangerang.
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah berupa kuesioner yang memuat beberapa soal
yang berisi indikator tercapai atau tidaknya pendidikan multikultural di SMA
kelas XI IPS SMA Negeri 7 Kota Tangerang.
41
Di dalam silabus Bahasa Indonesia Kurikulum 2013, terdapat beberapa
indikator pendidikan multikultural meliputi, menghayati dan mengamalkan
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Dari kompetensi inti nomer dua tersebut dapat diuraikan hal yang menjadi
indikator penelitian adalah sebagai berikut,
1. menghayati prilaku peduli,
2. mengamalkan prilaku peduli,
3. menghayati prilaku gotong royong,
4. mengamalkan prilaku gotong royong,
5. menghayati prilaku kerja sama,
6. mengamalkan prilaku toleran,
7. menghayati prilaku damai,
8. mengamalkan prilaku damai,
9. responsif,
10. berinteraksi dengan lingkungan sosial,
11. menempatkan diri sebagai cerminan bangsa (bhinneka tunggal ika).
Instrumen penelitian adalah kuesioner yang berisi 16 pertanyaan pilihan
ganda dengan pilihan satu hingga lima, dengan aturan sebagai berikut
NO Soal Bobot dan kunci
Jawaban
Sistem penilaian
1 Menghayati prilaku
peduli
Jawaban A= skor 5,
Jawaban B= skor 4,
Jawaban C= skor 3,
Jawaban D= skor 2,
Jawaban E= skor 1
Jumlah bobot
jawaban dibagi
dengan jumlah
soal yang dibagi
dua
42
Petunjuk penilaian, 5: sangat baik, 4: Baik, 3: sedang/cukup, 2: kurang, 1: sangat
kurang.
No Indikator/aspek yang dinilai Skor
1 Menghayati dan mengamalkan prilaku peduli. 1 2 3 4 5
2 Menghayati dan mengamalkan prilaku peduli. 1 2 3 4 5
3 Menghayati dan mengamalkan prilaku peduli. 1 2 3 4 5
4 Menghayati dan mengamalkan prilaku peduli. 1 2 3 4 5
5 Menghayati dan mengamalkan prilaku gotong
royong.
1 2 3 4 5
6 Menghayati dan mengamalkan prilaku gotong
royong.
1 2 3 4 5
7 Mengamalkan prilaku kerja sama. 1 2 3 4 5
8 Mengamalkan prilaku kerja sama. 1 2 3 4 5
9 Mengamalkan prilaku toleran. 1 2 3 4 5
10 Mengamalkan prilaku toleran. 1 2 3 4 5
11 Menghayati dan mengamalkan prilaku damai. 1 2 3 4 5
12 Menghayati dan mengamalkan prilaku damai. 1 2 3 4 5
13 Mengamalkan prilaku responsif. 1 2 3 4 5
14 Mengamalkan prilaku responsif. 1 2 3 4 5
15 Berinteraksi dengan lingkungan sosial. 1 2 3 4 5
16 Menempatkan diri sebagai cerminan bangsa. 1 2 3 4 5
Skor keseluruhan ∑𝑠𝑘𝑜
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙 ⁄
III. G. 2. Uji Validitas Instrumen Pretes Siswa Kelas XI IIS 3
(Tabel selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran Uji Validitas Pretes)
totsk
ore
Pearson
Correlation
.117 .384* .168 .226 .377
* .337 .540
** .414
* .320 .484
** .066 .426
* .344 .371
* .523
** .318 1
43
Dari hasil analisis uji validitas soal pretes, terlihat nilai korelasi antara
skor item dengan skor total. Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r
tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) =
31, maka didapat r tabel sebesar 0,3550 (lihat pada lampiran tabel r).
Berdasarkan hasil analisis dia atas terlihat nilai korelasi untuk soal nomer
1, 3, 4, 6, 9, 11, 13, dan 16 nilai kurang dari 0,355. Karena koefisien korelasi pada
soal nomer 1, 3, 4, 6, 9, 11, 13 dan 16 nilainya kurang dari 0,355 maka dapat
disimpulkan bahwa item-item tersebut tidak berkorelasi signifikan dengan skor
total (dinyatakan tidak valid) sehingga harus dikeluarkan atau diperbaiki.
Sedangkan pada item-item lainnya nilainya lebih dari 0,355 dan dapat
disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid. Setelah soal yang tidak valid
dihilangkan atau diperbaiki, maka langkah selanjutnya peneliti melakukan
relibilitas terhadap instrument soal.
III. G. 3. Uji Realibilitas Instrumen Pretes
Sig. (2-
tailed)
.532 .033 .366 .222 .037 .064 .002 .021 .079 .006 .725 .017 .058 .040 .003 .082
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
soal2 102.77 40.514 .295 .609
soal5 103.00 36.867 .311 .590
soal7 102.42 36.252 .462 .568
soal8 102.06 39.262 .435 .594
soal10 102.16 38.340 .473 .584
soal12 102.55 37.523 .422 .580
44
Dari hasil analisis uji realibilitas di atas, dapat diketahui nilai alpha sebesar
0,618. Sedangkan nilai r kritis (uji 2 sisi) pada signifikansi 0,05 dengan jumlah
data (n) = 31, diketahui sebesar 0,3550 (lihat pada lampiran tabel r). Karena
nilainya lebih dari 0,3550, maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen
penelitian tersebut sudah reliabel.
III. G. 4. Uji Validasi Instrumen Postes
(Data selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran Tabel Uji Validasi Postes)
soal14 101.97 40.632 .342 .608
soal15 102.16 38.606 .552 .584
totskore 35.87 8.783 .826 .583
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.618 9
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 31 100.0
Excludeda 0 .0
Total 31 100.0
a. Listwise deletion based on all variabels in
the procedure.
tots
oal
Pearson
Correlati
on
-.009 .493*
*
.338 .392* .532
** .515
*
*
.338 .415* .532
*
*
.178 .582*
*
.605*
*
.612*
*
.585**
.622*
*
.373* 1
Sig. (2-
tailed)
.963 .005 .063 .029 .002 .003 .063 .020 .002 .337 .001 .000 .000 .001 .000 .038
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
45
Dari hasil analisis uji validitas soal postes, terlihat nilai korelasi antara
skor item dengan skor total. Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r
tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) =
31, maka didapat r tabel sebesar 0,3550 (lihat pada lampiran tabel r).
Berdasarkan hasil analisis di dapat nilai korelasi untuk soal nomer 1, 3, 7
dan 10 nilai tersebut kurang dari r tabel jumlah n 31 yaitu 0,355. Maka untuk 4
soal dari 16 soal terdebut dinyatakan tidak valid. Karena koefisien korelasi pada
soal nomer 1, 3, 7 dan 10 nilainya kurang dari 0,355 maka dapat disimpulkan
bahwa item-item tersebut tidak berkorelasi signifikan dengan skor total
(dinyatakan tidak valid) sehingga harus dikeluarkan atau diperbaiki. Sedangkan
pada item-item lainnya nilainya lebih dari 0,355 dan dapat disimpulkan bahwa
butir instrumen tersebut valid. Lalu peneliti melakukan uji reabilitas terhadap
instrument postes.
III. G. 5. Uji Reabilitas Instrumen Soal Postes
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
soal2 126.00 63.000 .447 .677
soal4 125.58 61.318 .348 .675
soal5 125.03 65.299 .552 .687
soal6 125.16 64.273 .420 .683
soal8 125.10 64.957 .389 .686
soal9 125.03 65.299 .552 .687
soal11 125.48 56.258 .542 .648
soal12 125.55 59.323 .526 .659
soal13 125.32 62.026 .542 .671
46
Dari hasil analisis uji realibilitas di atas, dapat diketahui nilai alpha sebesar
0,692. Sedangkan nilai r kritis (uji 2 sisi) pada signifikansi 0,05 dengan jumlah
data (n) = 31, diketahui sebesar 0,3550 (lihat pada lampiran tabel r). Karena
nilainya lebih dari 0,3550, maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen
penelitian tersebut sudah reliabel.
soal14 125.42 61.385 .531 .668
soal15 125.35 60.703 .563 .664
soal16 125.35 60.970 .310 .677
totsoal 55.61 15.645 .956 .704
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 31 100.0
Excludeda 0 .0
Total 31 100.0
a. Listwise deletion based on all variabels in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.692 13
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Profil SMA Negeri 7 Kota Tangerang
SMA Negeri 7 didirikan pada 1994. SMA tersebut terletak di jalan Perintis
Kemerdekaan I no. 2, Kelurahan Babakan, Kota Tangerang, Banten. SMA Negeri
7 Kota Tangerang berada di kompleks pendidikan di daerah Cikokol. Pada tahun
2010, SMAN 7 Kota Tangerang menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dalam mendidik siswanya di sekolah, namun pada tahun 2014
SMAN 7 Kota Tangerang telah menggunakan kurikulum yang diwajibkan oleh
Pemerintahh Indonesia, yakni Kurikulum 2013. Sekolah tersebut menyesuaikan
dengan potensi daerahnya yaitu kota industri yang berakhlakul karimah.
Adapun misi dari sekolah tersebut adalah “terdepan dalam prestasi,
berwawasan kebangsaan, berahlak mulia dan berbudaya lingkungan.” Dan
misinya adalah melaksanakan pembelajaran berkualitas tinggi dengan
mengoptimalkan sumber daya manusia pendidikan, meningkatkan pelayanan yang
profesional, mendorong peserta didik untuk mengembangkan kreativitas dan daya
nalar dalam situasi belajar yang menyenangkan, mempertebal nasionalisme dan
patriotisme, mengupayakan terbentuknya masyarakat yang religius, menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, bersih, hujau dan nyaman, serta meningkatkan
kesadaran terhadap lingkungan melalui berbagai kegiatan dan peningkatan sarana
dan prasarana berbasis lingkungan.
SMA Negeri 7 Kota Tangerang telah menerapkan sistem pembelajaran
kurikulum 2013, sehingga kelas X, sudah melalui tahap penjurusan, yaitu kelas
IIS (Ilmu-Ilmu Sosial), dan kelas MIA (Matematika dan IPA). Penjurusan tersebut
juga berlaku pada kelas XI dan kelas XII. Pada sekolah ini terdapat 935 jumlah
siswa, dan 58 jumlah guru. SMA Negeri 7 Kota Tangerang memiliki ruang kelas,
yang terdiri dari 12 ruangan kelas IIS (Ilmu-Ilmu sosial), dan 15 ruangan kelas
48
MIA (Matematika IPA). Ruang kelas X IIS terdiri dari 4 kelas, ruang kelas XI IIS
terdiri dari 4 kelas, serta ruang kelas XII IIS juga terdiri dari 4 kelas, sedangkan
untuk kelas MIA (Matematika IPA), sekolah ini memiliki 5 ruangan kelas, berisi
kelas X, 5 ruangan kelas, berisi kelas XI dan 5 ruangan kelas, berisi kelas XII.
Rata-rata siswa dalam satu kelas berjumlah 33 sampai dengan 35 siswa.
2. Sampel dan Populasi
Dari jumlah populasi sekolah yang terdiri dari 4 kelas, peneliti memilih
satu kelas secara acak, yaitu kelas XI IIS 3. Peneliti memilih kelas XI IIS 3
digunakan sebagai kelas sampel.
Adapun hasil dari penelitian atau pengambilan data adalah sebagai berikut:
a. Kelas XI IIS 3 terdapat 31 siswa dari 35 siswa, 4 siswa tidak hadir dalam
kelas. Hasil penilaian angket adalah sebagai berikut,
tabel data yang didapat dari hasil pretes dan postes siswa.
No. Nama Pretest kelas XI IIS 3 (data
kontrol)
Postes kelas XI
IIS 3 (data
eksperimen)
Kenaikan
1 A 93 93 0
2 B 90 91 1
3 C 92 93 1
4 D 75 73 -2
5 E 88 97 9
6 F 95 98 3
7 G 76 87 11
8 H 87 93 6
9 I 85 85 0
10 J 86 97 11
11 K 77 78 1
12 L 81 81 0
13 M 75 70 -5
49
3. Deskripsi Penelitian di Lapangan
3.a.Tahap observasi
Pada tahapan ini peneliti melakukan beberapa hal. Pertama, mencari
sekolah yang memenuhi kriteria untuk dijadikan penelitian. Kriteria sekolah yang
tepat untuk dijadikan objek penelitian adalah sekolah yang di dalamnya sudah
melaksanakan sistem kulikulum 2013 yang sudah diajarkan kepada siswanya.
Salah satu sekolah yang ditemukan di daerah Kota Tangerang adalah SMA Negeri
7 Kota Tangerang, yang beralamat di jalan Perintis Kemerdekaan I no. 2,
Babakan, Kota Tangerang, Banten, tepatnya di daerah kompleks pendidikan
Cikokol, Kota Tangerang, Banten.
14 N 85 88 3
15 O 77 80 3
16 P 83 85 2
17 Q 83 88 5
18 R 77 77 0
19 S 82 87 5
20 T 73 72 -1
21 U 92 92 0
22 V 98 98 0
23 W 88 91 3
24 X 88 91 3
25 Y 95 97 2
26 Z 86 100 14
27 Aa 96 96 0
28 Bb 78 71 -7
29 Cc 96 96 0
30 Dd 88 96 8
31 Ee 91 92 1
50
Kedua, menyangkut hal perizinan dan observasi, peneliti mengirim surat
izin penelitian kepada SMA Negeri 7 Kota Tangerang, dan meminta izin kepada
kepala sekolah untuk melakukan observasi dan melakukan penelitian di lapangan.
Setelah meminta izin, Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Kota Tangerang
mengizinkan dan meminta Wakasek Bidang Kurikulum untuk mengatur jadwal
dan waktu yang tepat untuk penelitian kelas. Di saat itu pula peneliti melakukan
observasi. Pada hari Senin, 4 Agustus 2014 pukul 08.00 WIB. Pada saat itu
peneliti mengumpulkan data sekolah, menyangkut visi misi sekolah, jumlah kelas,
jumlah guru dan jumlah siswa, serta profil dan sejarah singkat SMA Negeri 7
Kota Tangerang. Wakasek bidang kurikulum menyetujui dan menetapkan kelas
mana yang akan dijadikan kelas penelitian, dan peneliti pun meminta izin kepada
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, Ibu Laela Kodariyah, S.Pd. untuk
penelitian di kelas XI IIS, karena beliau mengajar mata pelajaran Bahasa
Indonesia di kelas XI IIS.
3. b. Tahap Persiapan dan Perencanaan
Setelah peneliti melakukan observasi, pengenalan, dan pengumpulan data
awal sekolah. Langkah selanjutnya adalah menyusun beberapa perencanaan
penelitian, perencanaan penelitian lapangan disekolah berupa, menyusun langkah-
langkah penelitian di kelas, mempersiapkan materi pendidikan multikultural,
mempersiapkan cerita rakyat Burung Puyuh dan Burung Tempua yang akan
didongengkan di dalam kelas, menyusun instrumen Pretest dan Instrumen Postes,
dan mengujinya dengan menggunakan tes validitas instrumen.
Pada tahap persiapan ini peneliti melakukan konsultasi kepada guru mata
pelajaran bahasa Indonesia. dan peneliti memberikan proposal penelitian, sebagai
rujukan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. bahwa penelitian ini adalah
penelitian menyangkut pendidikan multikultural, pendidikan multikultural ini ada
dalam silabus Bahasa Indonesia kelas XI kurikulum 2013. Peneliti
menyosialisasikan langkah-langkah penelitian kelas kepada guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
51
3. c. Tahap Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Palaksanaan penelitian dilakukan pada Kamis, 7 Agustus 2014. Pada
pukul 13.00 – 14.30 WIB dilakukan penelitian di kelas XI IIS 3. Peneliti
mengenalkan diri di depan kelas. Peneliti menyebar angket pretes, lalu peneliti
mengimbau siswa untuk mengisi angket dengan jujur-sejujur jujurnya. Ketika
peneliti masuk kelas. Terdapat 10 orang yang masih berada di kantin, belum
masuk kelas. Lalu peneliti menyuruh siswa untuk memanggil temannya. 10
menit kemudian 10 orang tersebut datang. Peneliti langsung memberikan angket
pretes kepada ke 10 siswa tersebut. Beberapa saat kemudian siswa
mengumpulkan pretes. Berdasarkan pengumpulan data, terdapat 31 jumlah siswa
dari 35 siswa yang mengumpulkan data kuesioner. 4 orang siswa tidak hadir di
dalam kelas. Setelah peneliti melakukan pretes, peneliti menginformasikan
tujuan kegiatan kepada siswa. Setelah sisiwa sudah jelas, apa maksud dari
kegiatan hari ini, maka langkah selanjutnya adalah menceritakan dongeng cerita
rakyat berupa Burung Puyuh dan Burung Tempua kepada siswa kelas XI IIS 3.
Pada saat peneliti bercerita, siswa terlihat begitu antusias, kemudian setelah itu
peneliti sedikit menginterpretasikan dan menjelaskan kepada siswa apa maksud
dari isi cerita rakyat tersebut, dan apa gunanya bagi kehidupan sehari-hari.
Setelah itu peneliti menyebarkan angket postes, dan siswa secara seksama
mengerjakan postes dengan serius.
Siswa kelas XI IIS 3 terlihat heterogen. Terdiri dari beberapa suku yang
berbeda, seperti suku Aceh, suku Sunda, Betawi, Jawa, Lampung, Kalimantan
dan suku Tangerang. Namun siswa kelas XI IIS 3 terlihat suka bercanda, santai,
dan kurang tertib dalam memakai seragam sekolah. Siswa kelas XI IIS 3
memakai pakaian yang ketat, pakaian yang kurang rapi dan terdapat beberapa
siswa perempuan yang kurang respek terhadap penyampaian materi dan cerita
rakyat.
Setelah selesai mengumpulkan data, peneliti melakukan langkah
selanjutnya yakni masuk ke dalam proses statistika, yakni menghitung
bagaimana koefisien korelasi antara bentuk pretes dan postes yang sudah melalui
tahap perlakuan media cerita rakyat.
52
3. d. Tahap Akhir
Pada tahap akhir ini peneliti mulai mengumpulkan data hasil pretes dan
postes siswa kelas XI IIS 3. Merapihkan data, dan menyampaikan pada guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia bahwa penelitiannya telas selesai. Peneliti kemudian
meminta surat keterangan kepada pihak sekolah dan berpamitan untuk pulang.
3. Deskripsi Statistika
Setelah dikatahui data hasil pretes dan postes siswa yang mendapat
perlakuan media cerita rakyat di kelas, langkah selanjutnya adalah deskripsi data
statistika. Deskripsi tersebut meliputi penetuan variabel dan nilai variabel.
Membuat tabel deskripsi awal. Deskripsi tersebut berfungsi sebagai penglihatan
awal, sebelum dilakukan analisis data, dan pengujian hipotesis.
4. a. Menentukan Variabel
Dari pembahasan ini dapat ditentukan variabel bebas dari penelitian ini
adalah cerita rakyat, sedangkan variabel terikatnya adalah pendidikan
multikultural adapun rumusan variabel, untuk lebih lengkapnya adalah seperti
berikut,
variabel X: hasil pretes siswa atau data awal siswa terhadap pemahaman
pendidikan multikultural sebelum mendapat media cerita rakyat,
variabel Y: hasil postes siswa yang telah mendapati media cerita rakyat atau
mendengarkan dongeng dalam pendidikan multikultural di kelas XI IIS 3 SMA.
4. b. Menentukan Tabel dan Grafik
Tabel Statistika pretes (X) dan postes (Y) kuesioner siswa kelas XI IIS 3 SMA N
7 Kota Tangerang.
No nama X Y ( i- ) (Yi-yˉ)
x² y²
xy
(x) (y)
1 a 93 93 7.29032 4.83871 53.14877 23.41311 35.27574
53
2 b 90 91 4.29032 2.83871 18.40685 8.058274 12.17897
3 c 92 93 6.29032 4.83871 39.56813 23.41311 30.43703
4 d 75 73 -10.7097 -15.1613 114.6972 229.8647 162.3726
5 e 88 97 2.29032 8.83871 5.245566 78.12279 20.24347
6 f 95 98 9.29032 9.83871 86.31005 96.80021 91.40476
7 g 76 87 -9.70968 -1.16129 94.27789 1.348594 11.27575
8 h 87 93 1.29032 4.83871 1.664926 23.41311 6.243484
9 i 85 85 -0.70968 -3.16129 0.503646 9.993754 2.243504
10 j 86 97 0.29032 8.83871 0.084286 78.12279 2.566054
11 k 77 78 -8.70968 -10.1613 75.85853 103.2518 88.50158
12 l 81 81 -4.70968 -7.16129 22.18109 51.28407 33.72738
13 m 75 70 -10.7097 -18.1613 114.6972 329.8325 194.5016
14 n 85 88 -0.70968 -0.16129 0.503646 0.026014 0.114464
15 o 77 80 -8.70968 -8.16129 75.85853 66.60665 71.08222
16 p 83 85 -2.70968 -3.16129 7.342366 9.993754 8.566084
17 q 83 88 -2.70968 -0.16129 7.342366 0.026014 0.437044
18 r 77 77 -8.70968 -11.1613 75.85853 124.5744 97.21126
19 s 83 87 -2.70968 -1.16129 7.342366 1.348594 3.146724
20 t 73 72 -12.7097 -16.1613 161.536 261.1873 205.4048
21 u 92 92 6.29032 3.83871 39.56813 14.73569 24.14671
22 v 98 98 12.29032 9.83871 151.052 96.80021 120.9209
23 w 88 91 2.29032 2.83871 5.245566 8.058274 6.501554
24 x 88 91 2.29032 2.83871 5.245566 8.058274 6.501554
25 y 95 97 9.29032 8.83871 86.31005 78.12279 82.11444
26 z 86 100 0.29032 11.83871 0.084286 140.1551 3.437014
27 aa 96 96 10.29032 7.83871 105.8907 61.44537 80.66283
28 bb 78 71 -7.70968 -17.1613 59.43917 294.5099 132.3081
29 cc 96 96 10.29032 7.83871 105.8907 61.44537 80.66283
30 dd 88 96 2.29032 7.83871 5.245566 61.44537 17.95315
31 ee 91 92 5.29032 3.83871 27.98749 14.73569 20.308
54
Grafik distribusi hasil pretes dan postes siswa kelas XI IIS 3 SMA N 7 Kota
Tangerang
Apabila dilihat dari grafik distribusinya terlihat antara hasil pretest dan
postes linear, itu berarti kemungkinan terdapat hubungan antara media cerita
rakyat dengan pendidikan multikultural. Namun peneliti perlu juga untuk
menemukan berapa besar nilai koefisien korelasi antara media cerita rakyat
dengan pendidikan multikultural.
Adapun peneliti merumuskan hipotesis berdasarkan data x dan data y,
yaitu hasil pretes dan postes siswa yang menggunakan media cerita rakyat. Bentuk
hipotesisnya adalah
Ho : tidak ada hubungan antara hasil pretes siswa dan postes siswa yang telah
diberikan media cerita rakyat
Ha : terdapat hubungan antara hasil pretes siswa dan postes siswa yang telah
diberikan media cerita rakyat
Ho : ρ = 0
Ha : ρ≠ 0
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100 120
Has
il P
ost
es
(Y)
Hasil Pretes (X)
Y
Linear (Y)
55
B. Pengujian Analisis dan Pengujian Hipotesis
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan rumus statistika dalam
mencari hubungan di antara kedua variabel yaitu Uji teknik Pearson Product
Moment, sehingga kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini dapat dikatakan
validitas/valid. Adapun rumus menggunakan Uji Korelasi Pearson Product
Moment adalah sebagai berikut:
Korelasi Product Moment Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari
hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua
variabel berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih
adalah sama.
Dalam menganalisis data, diketahui sampel terdiri dari lebih dari 25 maka
untuk keutuhan proses pengujian peneliti perlu mengansumsikan syarat pengujian
normalitas dan pengujian linearitas. Pengujian normlitas bertujuan untuk
mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi berdistribusi
probabilitas normal atau tidak, sedangkan pengujian linearitas bertujuan
untukmengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau
tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam
analisis korelasi atau regresi linear.
Adapun langkah langkah untuk melakukan uji korelasi Produt moment
adalah:
1. Membuat grafik distribusi pencaran
2. Mentukan nilai variabel X
3. Menentukan nilai variabel Y
4. Menentukan jumlah nilai variabel X ∑
5. Menentukan jumlah nilai variabel Y ∑
6. Tentukan rata-rata variabel X = ̅
7. Tentukan rata-rata variabel Y = ̅
8. Menentukan x kecil dengan cara x = ( ̅)
9. Menentukan y kecil dengan cara y = ( ̅)
10. Menghitung korelasi dengan rumus=
56
∑
√∑
11. Membuat hipotesis kesimpulan
12. Membandingkan t hitung dan t tabel, dengan rumus t hitung adalah,
√𝑛
√
Dengan drajat kebebasan= n-2
Dengan t tabel<t hitung= H0 ditolak, terdapat penerimaan H1= terdapat hubungan
yang signifikan antara cerita rakyat dengan pendidikan multikultural.
13. Memutuskan kesimpulan
1. Uji Normalitas Data
Untuk uji normalitas data baik data pretes dan data pretes, penulis
menggunakan software statistik SPSS 17 (Statistical Product and Servie Solution)
tipe 17. Distribusi normal merupakan distribusi yang penting dalam statistika dan
banyak digunakan pada penelitian yang mengkhususkan teknik statistika di
dalamnya. Pengujian normalitas data digunakan sebagai acuan dan prasyarat
untuk pengujian hipotesis.
Dari tabel skewnes dan kurtosis tersebut dapat diketahui nilai
kecondongan atau kemiringan suatu kurva. Data yang mendekati distribusi normal
memiliki nilai skewnes yang mendekati angka 0 sehingga memiliki kemiringan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
Std.
Error
x 31 73 98 85.68 7.213 -.105 .421 -1.067 .821
y 31 70 100 88.16 8.870 -.744 .421 -.560 .821
Valid N
(listwise)
31
57
yang cendrung seimbang. Hasil output SPSS terlihat statistik pada skewnes dan
kurtosis berada pada angka 0. Yaitu -0,105 pada x, dan -0,744 pada Y.
berdasarkan hasil data SPSS tersebut maka dapat diketahui bahwa data x dan data
yang berasal dari populasi berdistribusi probabilitas normal. Hal tersebut
didukung dengan pengujian P-Plot, untuk mengetahui probabilitas data
berdistribusi norma, seperti di bawah ini,
Berikut ini adalah hasil output data distribusi normal, untuk data X atau
hasil dari perolehan Pretes Siswa, dalam gambar menunjukkan bahwa terdapat
titik-titik kecil yang berada di sekitar garis diagonal, oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa data X merupakan data yang berdistribusi normal
58
Begitupun pada gambar P-Plot, untuk data y. Di atas tergambar bahwa
titik-titik kecil masih berada di sekitar garis diagonal. Menyebar secara beraturan
ke arah diagonal. Titik titik tersebut adalah data y, berdasarkan itulah maka
terbukti bahwa data Y atau hasil perolehan Postes Siswa SMA Negeri 7 Kota
Tangerang Kelas XI IIS 3 berdistribusi normal, atau memiliki normalitas data.
Berdasarkan pengujian data tersebut dapat gambarkan bahwa kedua data
tersebut baik data pretes maupun data postes siswa, merupakan data yang
berdistribusi normal. Atau kedua data tersebut baik data x maupun data y
merupakan data yang berasal dari populasi yang berdistribusi probabilitas normal.
2. Uji Linearitas Data
Uji korelasi product moment memerlukan tiga syarat yang penting agar
hasil kesimpulan perhitungan bersifat valid. Ketiga syarat tersebut adalah pertama,
data bersifat interval atau rasio, memiliki distribusi data normal atau melalui tahap
uji normalitas data, dan persyaratan yang ketiga adalah hubungan atar variabel
yang hendak dikomparasikan bersifat linier. atau melalui tahap uji liniceritas data.
Berikut ini adalah hasil perhitungan uji linearitas data x dan data y melalui
teknik SPSS 17. Berikut adalah hasil laporannya:
Maksud dari Linearity di atas adalah hubungan linier pada data X (hasil
pretes siswa) dan data Y (hasil postes siswa). Jika sig (p<0,05) atau signifikansi
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
y * x Between Groups (Combine) 2305.777 18 128.099 28.248 .000
Linearity 1751.974 1 1751.974 386.346 .000
Deviation
from
Linearity
553.803 17 32.577 7.184 .001
Within Groups 54.417 12 4.535
Total 2360.194 30
59
linier tertulis lebih keil dari 0,05. artinya variabel penelitian baik untuk data x dan
data y dikatakan linier. Dalam data terlihat sig pada linearity sebesar 0,00, itu
berarti 0,00<0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa data hasil pretes dan postes
siswa bersifat liner.
Melalui parameter estimasi dalam SPSS juga dijelaskan sekaligus
digambarkan pada grafik bahwa kedua data tersebut bersifat linier. Pengujian
normalitas data dan pengujian liniceritas data menunjukkan bahwa data tersebut
sudah memenuhi syarat pengujian korelasi atau hubungan yang signifikan,
kemudian langkah selanjutnya adalah menghitung korelasi product moment,
dengan menghitung rumus pearson atau koefisien korelasi. Namun sebelum
menghitung korelasi tersebut, peneliti perlu menganalisis data tabel, grafik dan
variabel penelitian, baru setelah itu peneliti melakukan uji product moment.
Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variabel:y
Equation
Model Summary Parameter Estimates
R Square F df1 df2 Sig. Constant b1
Linear .742 83.534 1 29 .000 -2.612 1.059
The independent variabel is x.
60
3. Menentukan Tabel dan Grafik Distribusi Pancaran
no nama X Y ( i- ) (Yi-yˉ)
x² y²
xy
(x) (y)
1 a 93 93 7.29032 4.83871 53.14877 23.41311 35.27574
2 b 90 91 4.29032 2.83871 18.40685 8.058274 12.17897
3 c 92 93 6.29032 4.83871 39.56813 23.41311 30.43703
4 d 75 73 -10.7097 -15.1613 114.6972 229.8647 162.3726
5 e 88 97 2.29032 8.83871 5.245566 78.12279 20.24347
6 f 95 98 9.29032 9.83871 86.31005 96.80021 91.40476
7 g 76 87 -9.70968 -1.16129 94.27789 1.348594 11.27575
8 h 87 93 1.29032 4.83871 1.664926 23.41311 6.243484
9 i 85 85 -0.70968 -3.16129 0.503646 9.993754 2.243504
10 j 86 97 0.29032 8.83871 0.084286 78.12279 2.566054
11 k 77 78 -8.70968 -10.1613 75.85853 103.2518 88.50158
12 l 81 81 -4.70968 -7.16129 22.18109 51.28407 33.72738
13 m 75 70 -10.7097 -18.1613 114.6972 329.8325 194.5016
14 n 85 88 -0.70968 -0.16129 0.503646 0.026014 0.114464
15 o 77 80 -8.70968 -8.16129 75.85853 66.60665 71.08222
16 p 83 85 -2.70968 -3.16129 7.342366 9.993754 8.566084
17 q 83 88 -2.70968 -0.16129 7.342366 0.026014 0.437044
18 r 77 77 -8.70968 -11.1613 75.85853 124.5744 97.21126
19 s 83 87 -2.70968 -1.16129 7.342366 1.348594 3.146724
20 t 73 72 -12.7097 -16.1613 161.536 261.1873 205.4048
21 u 92 92 6.29032 3.83871 39.56813 14.73569 24.14671
22 v 98 98 12.29032 9.83871 151.052 96.80021 120.9209
23 w 88 91 2.29032 2.83871 5.245566 8.058274 6.501554
24 x 88 91 2.29032 2.83871 5.245566 8.058274 6.501554
25 y 95 97 9.29032 8.83871 86.31005 78.12279 82.11444
26 z 86 100 0.29032 11.83871 0.084286 140.1551 3.437014
27 aa 96 96 10.29032 7.83871 105.8907 61.44537 80.66283
28 bb 78 71 -7.70968 -17.1613 59.43917 294.5099 132.3081
29 cc 96 96 10.29032 7.83871 105.8907 61.44537 80.66283
30 dd 88 96 2.29032 7.83871 5.245566 61.44537 17.95315
31 ee 91 92 5.29032 3.83871 27.98749 14.73569 20.308
rata-rata X
adalah 85.70968
rata-rata Y
adalah 88.16129
61
Jika data tersebut dimasukkan ke dalam grafik maka akan menjadi seperti grafik
di bawah ini,
4. Mentukan nilai variabel X dan variabel Y
Variabel X adalah hasil skor kuesioner pretes siswa yang berisi 16 butir
soal menyangkut sikap pendidikan multikultural kelas XI IIS 3 SMA N 7 Kota
Tangerang yang belum diberi media cerita rakyat. Sedangkan variabel Y adalah
hasil skor kuesioner postes siswa yang berisi 16 butir soal menyangkut sikap
pendidikan multikultural kelas XI IIS 3 SMA N 7 Kota Tangerang yang sudah
diberi media cerita rakyat.
5. Menghitung Korelasi Product Moment antara hasil Pretes dan Postes
Dalam proses dan teknik statistika inferensial, peneliti mencari hubungan
antara asosiasi, cerita rakyat dengan pendidikan multikultural, melalui data atau
isian hasil kuesioner siswa. Metode statistika yang digunakan peneliti adalah
metode korelasi Product Moment, yaitu menguji hipotesis peneliti yang berisi
hubungan, atau korelasi.
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100 120
Has
il P
ost
es
(Y)
Hasil Pretes (X)
Y
Linear (Y)
62
∑
√∑
no nama X Y - ) (Yi-yˉ)
x² y²
xy
(x) (y)
1 a 93 93 7.29032 4.83871 53.14877 23.41311 35.27574
2 b 90 91 4.29032 2.83871 18.40685 8.058274 12.17897
3 c 92 93 6.29032 4.83871 39.56813 23.41311 30.43703
4 d 75 73 -10.70968 -15.1613 114.6972 229.8647 162.3726
5 e 88 97 2.29032 8.83871 5.245566 78.12279 20.24347
6 f 95 98 9.29032 9.83871 86.31005 96.80021 91.40476
7 g 76 87 -9.70968 -1.16129 94.27789 1.348594 11.27575
8 h 87 93 1.29032 4.83871 1.664926 23.41311 6.243484
9 i 85 85 -0.70968 -3.16129 0.503646 9.993754 2.243504
10 j 86 97 0.29032 8.83871 0.084286 78.12279 2.566054
11 k 77 78 -8.70968 -10.1613 75.85853 103.2518 88.50158
12 l 81 81 -4.70968 -7.16129 22.18109 51.28407 33.72738
13 m 75 70 -10.70968 -18.1613 114.6972 329.8325 194.5016
14 n 85 88 -0.70968 -0.16129 0.503646 0.026014 0.114464
15 o 77 80 -8.70968 -8.16129 75.85853 66.60665 71.08222
16 p 83 85 -2.70968 -3.16129 7.342366 9.993754 8.566084
17 q 83 88 -2.70968 -0.16129 7.342366 0.026014 0.437044
18 r 77 77 -8.70968 -11.1613 75.85853 124.5744 97.21126
19 s 83 87 -2.70968 -1.16129 7.342366 1.348594 3.146724
20 t 73 72 -12.70968 -16.1613 161.536 261.1873 205.4048
21 u 92 92 6.29032 3.83871 39.56813 14.73569 24.14671
22 v 98 98 12.29032 9.83871 151.052 96.80021 120.9209
23 w 88 91 2.29032 2.83871 5.245566 8.058274 6.501554
24 x 88 91 2.29032 2.83871 5.245566 8.058274 6.501554
25 y 95 97 9.29032 8.83871 86.31005 78.12279 82.11444
26 z 86 100 0.29032 11.83871 0.084286 140.1551 3.437014
27 aa 96 96 10.29032 7.83871 105.8907 61.44537 80.66283
28 bb 78 71 -7.70968 -17.1613 59.43917 294.5099 132.3081
29 cc 96 96 10.29032 7.83871 105.8907 61.44537 80.66283
30 dd 88 96 2.29032 7.83871 5.245566 61.44537 17.95315
31 ee 91 92 5.29032 3.83871 27.98749 14.73569 20.308
∑ 2657 2733 2.29024 30.4 1554.387 2360.194 1652.452
63
rxy=
√( )( )
=
√
=
= 0,862
Diketahui koefisien korelasi yang diperoleh melalui tahap perhitungan
adalah sebesar 0,862 maka peneliti menggunakan pedoman untuk memberikan
interpretasi terhadap koefisien korelasi. Berikut adalah tabel pedoman untuk
menginterpretasikan tingkatan nilai koefisien korelasi.
Interfal koefisien Tingkat hubungan
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,00 Sangat kuat
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui nilai koefisien korelasi antara
hasil skor kuesioner pretes siswa menyangkut sikap pendidikan multikultural
kelas XI IIS 3 SMA N 7 Kota Tangerang yang belum diberi media cerita rakyat.
dengan hasil skor kuesioner postes menyangkut sikap pendidikan multikultural
kelas XI IIS 3 SMA N 7 Kota Tangerang yang sudah diberi media cerita rakyat
sebesar 0,862, jika dilihat dari tabel pedoman untuk memberikan interpretasi
korelasi, maka nilai korelasi tersebut termasuk sangat kuat. Kemudian, untuk
membuktikan lagi validitas hipotesis dan kesimpulan, maka penelititi melakukan
uji hipotesis menggunakan t hitung.
64
Jika t hitung lebih besar dari t tabel. Maka akan disimpulkan hipotesisnya
menolak H0, atau berada dalam penerimaan Ha. Untuk menguji t hitung penulis
mengujinya dengan rumus.
√𝑛
√
Dibandingkan dengan t tabel dengan drajat kebebasan= n-2
√
√
√
√
√
Lalu kita bandingkan dengan t tabel dengan derajat kebebasan
(n-2)=(31-2)
=29,
(lihat tabel pada n=29)
N R N r N r N r N r N r
1 0.997 41 0.301 81 0.216 121 0.177 161 0.154 201 0.138
2 0.95 42 0.297 82 0.215 122 0.176 162 0.153 202 0.137
3 0.878 43 0.294 83 0.213 123 0.176 163 0.153 203 0.137
65
4 0.811 44 0.291 84 0.212 124 0.175 164 0.152 204 0.137
5 0.754 45 0.288 85 0.211 125 0.174 165 0.152 205 0.136
6 0.707 46 0.285 86 0.21 126 0.174 166 0.151 206 0.136
7 0.666 47 0.282 87 0.208 127 0.173 167 0.151 207 0.136
8 0.632 48 0.279 88 0.207 128 0.172 168 0.151 208 0.135
9 0.602 49 0.276 89 0.206 129 0.172 169 0.15 209 0.135
10 0.576 50 0.273 90 0.205 130 0.171 170 0.15 210 0.135
11 0.553 51 0.271 91 0.204 131 0.17 171 0.149 211 0.134
12 0.532 52 0.268 92 0.203 132 0.17 172 0.149 212 0.134
13 0.514 53 0.266 93 0.202 133 0.169 173 0.148 213 0.134
14 0.497 54 0.263 94 0.201 134 0.168 174 0.148 214 0.134
15 0.482 55 0.261 95 0.2 135 0.168 175 0.148 215 0.133
16 0.468 56 0.259 96 0.199 136 0.167 176 0.147 216 0.133
17 0.456 57 0.256 97 0.198 137 0.167 177 0.147 217 0.133
18 0.444 58 0.254 98 0.197 138 0.166 178 0.146 218 0.132
19 0.433 59 0.252 99 0.196 139 0.165 179 0.146 219 0.132
20 0.423 60 0.25 100 0.195 140 0.165 180 0.146 220 0.132
21 0.413 61 0.248 101 0.194 141 0.164 181 0.145 221 0.131
22 0.404 62 0.246 102 0.193 142 0.164 182 0.145 222 0.131
23 0.396 63 0.244 103 0.192 143 0.163 183 0.144 223 0.131
24 0.388 64 0.242 104 0.191 144 0.163 184 0.144 224 0.131
25 0.381 65 0.24 105 0.19 145 0.162 185 0.144 225 0.13
26 0.374 66 0.239 106 0.189 146 0.161 186 0.143 226 0.13
27 0.367 67 0.237 107 0.188 147 0.161 187 0.143 227 0.13
28 0.361 68 0.235 108 0.187 148 0.16 188 0.142 228 0.129
66
29 0.355 69 0.234 109 0.187 149 0.16 189 0.142 229 0.129
30 0.349 70 0.232 110 0.186 150 0.159 190 0.142 230 0.129
31 0.344 71 0.23 111 0.185 151 0.159 191 0.141 231 0.129
32 0.339 72 0.229 112 0.184 152 0.158 192 0.141 232 0.128
33 0.334 73 0.227 113 0.183 153 0.158 193 0.141 233 0.128
34 0.329 74 0.226 114 0.182 154 0.157 194 0.14 234 0.128
35 0.325 75 0.224 115 0.182 155 0.157 195 0.14 235 0.127
36 0.32 76 0.223 116 0.181 156 0.156 196 0.139 236 0.127
37 0.316 77 0.221 117 0.18 157 0.156 197 0.139 237 0.127
38 0.312 78 0.22 118 0.179 158 0.155 198 0.139 238 0.127
39 0.308 79 0.219 119 0.179 159 0.155 199 0.138 239 0.126
40 0.304 80 0.217 120 0.178 160 0.154 200 0.138 240 0.126
Maka dapat diketahui t tabel adalah 0,355, maka dapat diketahui t hitung
lebih besar dari t tabel, T hitung = . Dan t tabel = 0,355, maka dapat
diketahui keputusan yang diambil adalah T0>T Tabel: maka (H1) hipotesis
diterima dan (H0) ditolak. Ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara
hasil pretas siswa berisi pendidikan multikulturalisme yang belum mendapatkan
cerita rakyat, dengan hasil postes siswa berisi pendidikan multikulturalisme yang
sudah mendapatkan media cerita rakyat, di kelas XI IIS 3 SMAN 7 Kota
Tangerang.
C. Temuan Penelitian
Dari penelitian ini dapat ditemukan 3 temuan hasil analisis statistik yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara cerita rakyat dengan pendidikan
multikultural
67
1. Temuan pertama: diketahui grafik linearitas dari hasil pretes yang belum
mendapatkan perlakuan cerita rakyat dan postes siswa yang sudah
mendapatkan perlakuan cerita rakyat adalah bersifat linear. Hal ini diperkuat
dengan bukti grafik di bawah ini.
Dengan dilihat dari grafik tersebut maka, hubungan antara nilai pretes dan
postes siswa kelas XI IIS 3 lebih besifat korelasi positif, karena apabila terdapat
nilai satu variabel ditingkatkan, maka akan meningkatkan nilai variabel yang lain.
2. Temuan kedua, diketahui nilai koefisien korelasi antara data pretes yang belum
menerima perlakuan media cerita rakyat dengan postes siswa yang sudah
mendapat perlakuan cerita rakyat, mendekati angka 1. Setelah dihitung, dapat
diketahui nilai koefisien korelasi antara data pretes dan data postes siswa kelas
XI IIS 3 SMA Negeri 7 Kota tangerang adalah sebesar 0,862.
3. Temuan ketiga adalah diketahui nilai t hitung hubungan korelasi antara data
pretes yang belum menerima perlakuan media cerita rakyat dengan postes
siswa yang sudah mendapat perlakuan cerita rakyat, t hitung diketahui sebesar
. Dan ditemukan t tabel dari tabel drajat kebebasan, jumlah data
dikurang dua (n-2), 31-2=29. Maka t tabel sebesar 0,355.
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100 120
Has
il P
ost
es
(Y)
Hasil Pretes (X)
Y
Linear (Y)
68
D. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian
1. Pembahasan terhadap Hasil Temuan Pertama
Dari temuan pertama peneliti menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang
signifikan jika masih dilihat dari hasil grafik yang bergambar linear. Walaupun
perlu diuji kembali dengan uji korelasi product momen, namun dari grafik
tersebut, namun sudah bisa terlihat dari grafik yang bergambar linear pun sudah
dapat membuktikan, bahwa terdapat hubungan yang kuat antara hasil pretes siswa
yang berisi pendidikan multikultural yang belum mendapati perlakuan media
cerita rakyat, dengan hasil postes kuesioner siswa yang sudah mendapat perlakuan
cerita rakyat. Apabila suatu guru bercerita atau mendongeng mengenai Burung
Puyuh dan Burung Tempua, di dalam kelas, maka itu bisa meningkatkan
pemahaman siswa tentang pendidikan multikultural siswa di dalam kelas.
2. Pembahasan terhadap Hasil Temuan Kedua
Temuan kedua adalah diketahui nilai koefisien korelasi (rxy) adalah=
0,862, maka dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai 0,8, sudah
mendekati angka 1. Untuk lebih jelasnya peneliti melihat Pedoman untuk
memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi
Interfal koefisien Tingkat hubungan
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
Dari perhitungan kedua hasil data siswa tersebut diketahui hubungan
antara hasil pretes siswa yang belum mendapat perlakuan cerita rakyat dan hasil
postes siswa yang sudah mendapat perlakuan cerita rakyat memiliki tingkatan
hubungan yang sangat kuat, dan bernilai positif yaitu mendekati angka 1.
Berdasarkan hasil temuan yang menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi
tersebut besar dan mendekati angka 1, maka dapat disimpulkan bahwa semakin
69
banyak peneliti memberikan media cerita rakyat pada siswa, maka semakin
meningkat pemahaman siswa terhadap pendidikan multikultural.
Melalui perhitungan koefisien korelasi tersebut maka dapat diketahui nilai
koefisien korelasi atau nilai hubungan antara hasil skor kuesioner pretes siswa
menyangkut sikap pendidikan multikultural kelas XI IIS 3 SMA N 7 Kota
Tangerang yang belum diberi media cerita rakyat. dengan hasil skor kuesioner
postes menyangkut sikap pendidikan multikultural kelas XI IIS 3 SMA N 7 Kota
Tangerang yang sudah diberi media cerita rakyat sebesar 0,862.
Hubungan antara kedua variabel tersebut sangat kuat (mendekati angka 1),
sehingga apabila variabel bebas tersebut dihilangkan atau dikurangi, maka nilai
terhadap variabel terikat pun akan ikut berkurang atau menurun, bisa
diumpamakan bahwa semakin jarang siswa yang mendengarkan dongeng atau
cerita rakyat, maka hal ini akan berakibat bahwa semakin sedikit pemahaman
siswa terhadap pendidikan multikultural.
3. Pembahasan terhadap Hasil Temuan Ketiga
Dari temuan kedua, yakni mengenai t hitung dan t tabel, Maka dapat
diketahui t tabel adalah 0,355, sedangkan t hitung ditemukan sebesar .
Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa t
hitung>t tabel, 9,1567>0,355 sehingga diketahui keputusan yang diambil adalah
(H1) hipotesis diterima dan (H0) ditolak, ini berarti terdapat hubungan yang
signifikan antara cerita rakyat, dengan pendidikan multikultural sebesar 0,862, di
kelas XI IIS SMAN 7 Kota Tangerang
E. Implikasi
Implikasi dari penelitian ini adalah cerita rakyat atau dongeng nusantara
penting untuk diceritakan maupun didongengkan kepada siswa di dalam kelas.
Sebagai media dari materi cerita ulang, drama, cerita rekaan maupun cerpen, dan
semua materi sastra dalam silabus kutikulum 2013. Karena di dalam cerita rakyat
nusantara terutama di dalam cerita rakyat Burung Puyuh dan Burung Tempua,
yang berasal dari daerah Riau tersebut mengandung nilai moral dan nilai
70
kebudayaan yang masih relevan dengan kurikulum 2013, yaitu nilai-nilai
multikultural, nilai toleransi, nilai peduli, nilai kerja sama, nilai respek,
berinteraksi sosial, dan mencerminkan perwujudan dari cerminan bangsa. Seperti
diimplikasikan dalam silabus kurikulum 2013 di bawah ini,
Kompetensi Inti :
KI 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
Guru sebagai pendidik sekaligus pengajar wajib memberikan wejangan
dongeng nusantara, dan penyerapan nilai-nilai budaya Indonesia yang hampir
punah, tradisi lisan nusantara. Cerita rakyat bisa digunakan sebagai media
pembelajaran Bahasa Indonesia untuk pembahasan materi drama, cerita pendek,
maupun cerita ulang.
Melalui penelitian ini dapat diketahui secara langsung bahwa semakin
sering siswa diberi media cerita rakyat oleh guru maka semakin meningkat
pemahaman siswa terhadap arti pentingnya pendidikan multikultural. Bila timbul
suatu indikator prilaku siswa yang mencerminkan sedikitnya pemahaman siswa
terhadap pendidikan multikultural, maka bisa dikatakan bahwa semakin sedikit
pula siswa memahami tentang pentingnya budaya saling menyayangi, peduli,
toleransi dan menghargai perbedaan. Siswa kurang faham bahwa setiap individu
memiliki pola pikir, budaya, asal usul, pakaian, ras dan kebiasaan yang berbeda.
Siswa kurang faham bahwa nilai persahabatan, merupakan hal yang perlu
diteladani juga oleh para remaja. Untuk itu dongeng masih perlu diberikan kepada
siswa di dalam kelas. Melalui dongeng atau cerita rakyat, siswa menjadi belajar
mendengar dan menyimak, tentang khazanah budaya Indonesia, yang tersimpan,
melalui nasihat-nasihat lama, cerita cerita lama. Fungsinya lebih dari sekedar
untuk mengajarkan bagaimana cara siswa untuk berbahasa dengan baik dan benar,
melainkan untuk meredam keinginan siswa untuk berbuat kekerasan, konflik,
permusuhan, kebencian, dan antitoleransi.
71
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan analisis dan deskripsi data yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Terdapat hubungan yang signifikan kearah positif antara media cerita
rakyat dengan pendidikan multikultural, atau semakin sering mendapat
perlakuan media cerita rakyat, maka semakin meningkat pemahaman
siswa terhadap pendidikan multikultural di SMA kelas XI IIS, SMA
Negeri 7 Kota Tangerang.
2. Terdapat 3 bukti temuan statistik yang menjelaskan hubungan atau
keterkaitan yang kuat antara media cerita rakyat dengan pendidikan
multikultural.
a. Pertama, ditemukan grafik linearitas yang berbentuk linier. Grafik
linearitas tersebut digunakan untuk melihat data secara awal, dan
digunakan untuk melihat fungsi kedua data variabel, apakah data
awal kedua variabel tersebut memiliki arti atau tidak. Pada grafik
linearitas tergambar bahwa titik-titik data tersebut menyatu dan
berbentuk diagonal, tidak menyebar secara acak. Bila titik-titik
tersebut membentuk linier, maka dapat diputuskan secara
sederhana bahwa data kedua variabel tersebut bersifat linear atau
memiliki arti, sehingga keputusan awalnya adalah terdapat
hubungan yang berarti antara kedua variabel yang dibandingkan.
b. Kedua, ditemukan nilai hasil perhitungan koefisien korelasi
melalui teknik penghitungan korelasi product moment
sebesar0,862. Nilai tersebut bersifat positif, dan mendekati angka
1. Jika keputusan atau hasil akhir dari koefisien kolerasi tersebut
mendekati angka (r)= 1 atau (r)=-1 maka, dapat dipastikan
72
hubungan tersebut bersifat linear atau terdapat hubungan yang
signifikan ke arah positif antara media cerita rakyat dengan
pendidikan multkultural.
c. Ketiga, diketahui t hitung lebih besar dari t tabel. Pada bukti
temuan terakhir maka kesimpulan bersifat sahih atau valid, yakni
menjawab rumusan kesimpulan hipotesis statistic, yaitu terdapat
hubungan ke arah positif dan signifikan, antara cerita rakyat
Burung Puyuh dan Burung Tempua dengan pendidikan
multikultural, kesimpulan tersebut didapat malalui bukti
penerimaan Ha, dan penolakan H0, diketahui t tabel adalah 0,355,
dan t hitung ditemukan sebesar . Untuk itu maka
disimpulkan bahwa t hitung>t tabel, atau 9,1567>0,355, sehingga
hal tersebut menjawab keputusan rumusan masalah yaitu terdapat
hubungan yang signifikan ke arah positif antara cerita rakyat
Burung Puyuh dan Burung Tempua dengan pendidikan
multikultural di kelas XI IIS (Ilmu-Ilmu Sosial), SMA Negeri 7
Kota Tangerang.
3. Hubungan antara cerita rakyat dengan pendidikan multikultural
tersebut kuat, jika semakin sering siswa mendengarkan dongeng atau
cerita rakyat, menjadi semakin meningkatnya pemahaman siswa
terhadap pendidikan multikultural, maka semakin sedikit siswa
mendengarkan dongeng atau cerita rakyat, maka dapat dikhawatirkan
menjadi semakin sedikit pula pemahaman siswa terhadap pendidikan
multikultural, seperti budaya saling menghargai, toleransi, cinta damai,
dan peduli terhadap sesama. Siswa semakin rentan untuk terpengaruh
budaya negatif yang mengancam ide dan pola pikir siswa, termasuk
penanaman kebencian, kecurigaan, tawuran, kekerasan, ancaman,
konflik dan peperangan.
73
B. Implikasi
` Implikasi penelitian ini terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
adalah media cerita rakyat menjadi media alternatif dalam proses pengajaran dan
pembelajaran bahasa Indonesia, karena media cerita rakyat ini telah terbukti
efektif dalam hal meningkatkan pemahaman pendidikan multikultural terhadap
peserta didik, sehingga guru subagai tenaga pengajar, tidak hanya terampil
mengajar dan membuat siswa pintar di kelas. Guru sebagai tenaga pendidik harus
mampu mendidik siswa, menanamkan sikap saling menghargai, toleransi dan
saling mencintai sesama manusia, meredam konflik dan menghentikan kekerasan
karena, mendidik siswa di kelas, merupakan tanggung jawab semua orang dewasa,
terutama guru.
C. Saran
Dalam melakukan penelitian ini peneliti tidak terlepas dari hambatan dan
kesulitan yang ada. Pertama dongeng Burung Puyuh dan Burung Tempua,
merupakan dongeng fabel (cerita hewan yang dapat berbicara). Hal ini tidak
relevan dengan kondisi usia siswa yang menginjak usia remaja (usia 17 tahun).
Cerita fabel paling cocok diajarkan kepada siswa tingkatan Sekolah Dasar. Hal ini
lah yang menjadi hambatan peneliti. Peneliti belum menemukan contoh dongeng
lain di antara ribuan dongeng yang di dalamnya mengandung cerita yang sarat
akan budaya keragaman, saling menghargai, saling toleransi, pendidikan
multikultural, yang cocok digunakan usia remaja atau pada usia masa yang penuh
dengan konflik atau berinteraksi dengan persahabatan dan perbedaan.
Harapan selanjutnya dapat ditemukan cerita rakyat lain yang lebih sesuai
didongengkan kepada anak usia remaja, usia yang mengandung konflik, yang
penuh dengan berbagai permasalahan yang kompleks dan sesuai dengan usia
remaja di Indonesia saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. Metodologi dan Aplikasi Riset pendidikan. Bandung: Pustaka Cendikia
Utama. 2010.
Ata, Andre Ujan. dkk.. Multikulturalisme: Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan.
Jakarta: PT Indeks. 2009.
Berita Satu. Tradisi Lisan di Indonesia Menuju Kepunahan, 2013.
(http://m.beritasatu.com./nasional/9506-tradisi-lisan-di-Indonesia-menuju-
kepunahan.html).
Danadjaya, James. Folklor Indonesia, Ilmu Gosip Dongeng dan Lain-Lain. Jakarta:
grafitypers. 1986.
Dawam, Ainurrofiq. Pendidikan Multikultural. Penerbit Inspeal :Jogjakarta, 2006.
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: UIN
Syarif hidayatullah Jakarta. 2013.
D Riau. Burung Puyuh dan Burung Tempua. 2014. (http://www.driau.com/2013/08/cerita-
rakyat-melayu-burung-tempua.html).
Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1989.
Furchan, Arief. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Malang: Usaha Nasional Surabaya
Indonesia. 1982.
Guraru. Multikultural di Kurikulum 2013 Keragaman dan Toleransi. 2014.
(http://guraru.org/info/multikultural-di-kurikulum-2013/).
Harrison, Lawrance E. dan Samuel P (ed). Huntington. Kebangkitan Peran Budaya:
Bagaimana Nilai-Nilai Membentuk Kemajuan Manusia. Jakarta: Penerbit LP3ES.
2011.
Heru Sri Kumoro. Kurikulum 2013 Memperkuat Pendidikan Multikultural. 2014.
(http://edukasi.kompas.com/read/2013/03/10/11184141/kurikulum.2013.memperkuat.
pensisikan.multikultural).
Kemendikbud. Silabus Kelas XI, Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. 2014
(http//kurikulum2013.kemendikbud.go.id.).
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Kurikulum 2013. 2014.
(http//kurikulum2013.kemendikbud.go.id.)
Kuntowijoyo. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya. 1987.
Kymlika, Will. Kewargaan Multikultural. Jakarta: Penerbit LP3ES, Anggota IKAPI. 2011.
Muhadi. Penelitian Tindakan Kelas: Panduan wajib bagi para pendidik. Jogjakarta: Shira
Media. 2011.
Muijs, Daniel. Doing Quantitative Research in Education with SPSS. Sage
Publications:Caliifornia. 2004.
Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Ciputat: Gaung Perseda
Press. 2012.
P., John Hogan (ed.). Cultural Identity, Pluralism and Globalization Volume 1: Cultural
Pluralism and Demoratic Freedom. Washington, DC: The Council for Research in
Values and Philosophy. 2005.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia. Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Yrama Widya: Bandung. 2010.
Salahudin, Anas. dan Irwanto Alkrienciehie. Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis
Agama dan Budaya Bangsa. Bandung:Pustaka Setia, 2013.
,
Soedijarto, H. “Pendidikan yang Mencerdaskan Kehidupan bangsa dan Memajukan
Kebudayaan Nasional Indonesia” dalam Kurikulum yang Mencerdaskan. PT
Kompas Media Nusantara: Jakarta 2003.
Soyomukti, Nurani. Teori Teori Pendidikan: Tradisional, (neo) Liberal, Marxis-Sosialis,
Postmodern. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Suharto, Prih. dkk. Beberapa Cerita Bermotif Pennjelmaan dalam Sastra Nusantara.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994.
Susetyo, Budi. Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama. 2010.
Tilaar, H.A.R.. Pendidikan Kebudayaan dan masyarakat Madani Indonesia: Strategi
Reformasi Pendidikan Nasional. PT Remaja Rosdakarya: Bandung. 1999.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
2007.
Tumanggor, Rusmin, dkk. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. 2010.
W., Robert Hefner (ed). Politik Multikulturalisme. Jogjakarta: Penerbit Kanisius, 2007.
Wallek, Rane dan Austin Warren. Teori Kesusastraan. Jakarta :Gramedia. 1993.
Wibisono. Yusuf. Metode Statistik,. Jogjakarta: Gajah Mada Press. 2009.
Yock, Liaw Fang, Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia. 2011.
LAMPIRAN CERITA RAKYAT
Kisah Burung Puyuh dan Burung Tempua
Diceritakan kembali oleh Rifka Fitrotuzzakia
Pada suatu hari di suatu hutan yang sejuk, hiduplah sepasang burung yang selalu
bersahabat. Ada yang menarik dari kedua burung yang bersahabat tersebut.
Ternyata kedua burung tersebut, berbeda jenis dan rupa. Yang satu berbentuk gemuk dan
selalu senang tinggal di pinggir sungai, burung tersebut biasa dipanggil dengan burung puyuh.
Yang satu lagi burung yang agak kurus senang tinggal diatas pohon, burung tersebut bernama
burung tempua.
Mereka berdua bersahabat dan terbang beriringan pada siang hari. Namun ketika sudah
malam, mereka berpisah pada habitat masing-masing. Walaupun mereka berbeda spesies dan
berbeda habitat. Mereka selalu terbang beriringan, saling menolong, saling bersahabat dan saling
membantu satu sama lain. Mungkin hanya malam yang memisahkan persahabatan kedua burung
tersebut.
Pada suatu hari mereka berdua saling penasaran terhadap habitat kawannya. Burung
puyuh penasaran seperti apa habitat burung tempua dan burung tempua juga penasaran, seperti
apa habitat burung puyuh. Karena mereka berfikir hanya malam dan habitat yang tidak
diketahuinya. Karena mereka bersahabat baik dan karena penasaran maka mereka memutuskan
untuk tinggal dan mencoba satu persatu habitat kawannya “Mengapa hanya di siang hari saja kita
bertemu dan bermain, aku penasaran, bagaimana bentuk rupa rumahmu?” ucap burung tempua.
“Kalo difikir-fikir, aku juga penasaran, bagaimana habitatmu, bagaimana bentuk sarangmu?”
ucap burung puyuh
Malam pertama burung puyuh akan mencoba bermalam di sarang tempat tinggal burung
tempua, maka diajaklah burung puyuh ke tempat burung tempua. Setelah mereka berdua sampai.
Ternyata burung puyuh sangat kagum dan memuji keindahan sarang burung kawannya. “Wah
tempatmu sangat hebat dan terlihat cantik, selain itu tempat tinggalmu itu tinggi dan
menggelantung” ucap burung puyuh. Sarang burung puyuh terletak menggantung di atas pohon,
sarang burung tempua cantik, dan terbuat dari jerami jerami kering.
“Iya bila kita diam disini, kita tidak akan mudah ditangkap musuh, di tempat tinggi, kita
akan aman, selain itu dekat dengan pohon, akan memudahkan mengambil tanaman” ucap burung
tempua. “Bila kamu ingin mencoba, tinggal dan bermalam saja di sini” ucap burung tempua.
Mendengar ucapan itu burung puyuh merasa senang, sehingga saat itu pun burung puyuh
bermalam di dalam sarang burung tempua.
Pada suatu malam, angin di hutan bertiup angak kencang, sehingga angin tersebut seolah
menggoyang-goyangkan sarang burung tempua. Saat melihat burung Tempua tertidur pulas.
Burung puyuh masih terjaga. Selain itu ia merasa ketakutan tubuhnya diguncang gunangkan oleh
angin. Tengah malam burung puyuh masih belum bisa tertidur. Ia merasa kehausan yang sangat
hebat. Biasanya burung puyuh tinggal di pinggir sungai yang selalu dekat air. Namun kini ia
bermalam di sarang burung tempua yang sangat tinggi. Dan di sekitar tidak terlihat air sungai.
Hingga fajar tiba, burung puyuh belum juga tertidur. Dalam hati burung puyuh merasa sangat
tidak nyaman.
Dan pada siang hari mereka pun kembali terbang, tiba tiba saja burung tempua
berkata,“Puyuh, bagaimana rasanya tinggal di sarang aku, kamu senang kan?” tanya burung
tempua. Namun burung puyuh menanggapinya dengan cara yang ramah dan seraya tidak ingin
melukai hati sahabatnya “iya aku sangat senang tinggal di dalam sarangmu, tempua, hmm….
Bagaimana kalau kamu juga tinggal di rumahku?” Tanya burung puyuh. “Hmm iya yah, aku juga
penasaran, bagaimana bentuk dan rupa rumah kamu, apakah aku boleh menginap semalam di
rumahmu?” Tanya burung tempua. “Iya, silahkan nanti akan kuajak kamu ke rumah aku.” Ucap
burung puyuh.
Pada suatu malam yang dingin, mereka berdua terbang beriringan menuju habitat burung
puyuh. Sesampainya disana burung tempua kaget, karena ia tidak melihat satu sarang burung pun
diisana. Burung tempua pun bertanya. “Hmm puyuh, sebenarnya dimana rumah kamu? Sudah
lama aku terbang, tapi aku tidak menemukan satu sarangpun disini,” Tanya burung tempua.
“Aku tinggal dimana saja, biasanya aku tidur, di bawah pohon yang tergeletak, atau dibawah
ranting yang besar saja. Yang penting selalu dekat dengan aliran sungai, karena pada saat tidur
aku suka kehausan dan lebih senang dekat dengan air, untuk aku minum” ucap burung puyuh.
Setelah beberapa lama akhirnya burung puyuh menemukan dahan besar dipinggir sungai
yang tepat untuk dijadikan sarang. “Kita tidur disini aja, ini cocok untuk dijadikan sarang” ucap
burung puyuh.
Burung tempua pun mengikutinya. Malam berlapis bintang. Angin kembali bertiup
kencang. Namun anehnya burung tempua masih terjaga. Dia tidak mengantuk karena dia merasa
kedinginan aliran air selalu mengalir di bawah kakinya. Angin langsung menembus ke bulu-
bulunya. Sarang burung puyuh begitu terbuka. Ketika burung tempua menoleh ke arah burung
puyuh. Nampaknya burung puyuh sudah tertidur sangat pulas. Burung tempua melihat ke kanan
dan ke kiri dia sangat ketakutan. Takut ada hewan asing yang memangsanya dan hendak
memakannya. Hingga menjelang fajar, burung tempua pun merasa tidak nyaman dan masih
belum tertidur.
…
Keesokan harinya mereka kembali terbang beriringan, untuk bermain dan mencari
makan. Tiba-tiba saja burung puyuh bertanya. “Tempua, bagaimana perasaanmu semalam
bermalam di sarangku?” tanya burung puyuh. Namun untuk menjaga perasaan sahabatnya ia pun
berkata. “Wah sarangmu itu hebat. Aku nyaman tinggal di sarang kamu kok.” Ucap burung
tempua
Burung puyuh pun merasa senang. Tiba tiba saja warna langit berganti ke arah kejingga-
jinggaan, hingga kea rah gelap. Mereka berdua merasa ingin pulang ke habitat masing masing.
Namun mereka menunggu sahabatnya akan ikut pulang tapi sesuatu yang alami harus terjadi.
“Hmmm. Tempua aku minta maaf ya, sebenarnya aku berbohong soal sarangmu, sebenarnya
waktu kemarin aku tidak nyaman tidur di sarang kamu, tapi kamu jangan marah ya, semalaman
aku tidak tidur, karena tergunang guncang.” Ucap burung puyuh polos. Namun burung tempua
juga malah berkata. “Iyaa.. aku minta maaf juga puyuh, sejujurnya aku juga tidak nyaman tinggal
di sarangmu, kamu juga ga perlu marah ya.. semalam aku kedinginan di pinggir sungai, selain itu
aku takut, ada hewan aneh di pinggir sungai, aku sangat takut.” Ucap burung tempua
“Sebenarnya dari awal kita memang berbeda, warna bulu kita berbeda, habitat kita juga
berbeda, tapi walaupun di malam hari kita pulang di habitat kita masing masing, apaaa kamu
masih mau berteman dengan aku?” Ucap burung puyuh. “Iya, di siang hari kita akan tetap
bermain, terbang beriringan dan mencari makan, kamu jangan khawatir walaupun kita berbeda,
tapi aku akan menganggapmu menjadi teman aku” ucap burung tempua.
Lalu mereka pun merasa senang, mereka sadar, bahwa mereka tidak bisa dipaksakan
hidup di tempat habitat yang sama. dipaksakan dengan kebiasaan yang sama, cara yang sama dan
tidur dengan cara yang sama, tapi satu hal, ketika fajar mengintip, itu tandanya mereka akan
memulai untuk kembali berpetualang, terbang beriring iringan, bersahabat dan dan berteman
walau mereka tau bulu-bulu mereka terlihat berbeda.
(Sumber: Anonimous, “Burung Puyuh dan Burung Tempua”, diambil dari website resmi daerah
Riau, dan website resmi cerita rakyat nusantara, http://www.driau.com/2013/08/cerita-rakyat-
melayu-burung-tempua.html)
LAMPIRAN SOAL PRETES
Jawablah kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya
Waktu dan Tanggal :
Kelas :
Isilah angket berikut sesuai dengan kehidupan sehari-hari anda di sekolah!
1. Menurut kamu kepedulian terhadap sesama manusia itu penting diterapkan di
kehidupan sehari-hari? Menurut kamu, kepedulian itu seberapa penting diterapkan
dalam hidup kamu?
a. Sangat penting
b. Penting
c. Biasa saja
d. Kurang penting
e. Tidak penting
2. Jika memang kepedulian sesama manusia itu penting, maka jika ada teman yang
berbeda geng, atau yang berbeda jenis kelamin, atau teman yang berbeda pergaulan
itu meminta pertolongan, apakah kamu masih ingin membantu?
a. Cepat membantu
b. Membantu
c. pikir-pikir dulu
d. Membantu tapi sekali-sekali
e. Tidak membantu
3. Jika ada teman yang berbeda kelas terkena musibah, namun kamu sedikit kenal
dengan orang itu, apakah anda akan menjenguknya?
a. Iya
b. Memberi ucapan belasungkawa
c. pikir-pikir dulu
d. Sekedar memikirkan kesusahannya
e. Cuek – cuek saja
4. Jika ada teman dari geng atau beda pergaulan dengan mu yang langsung, respek dan
membantu mu dengan senang hati, bagaimana pendapatmu?
a. Senang karna dia peduli
b. Sedikit senang
c. Biasa saja
d. Bertanya-tanya, mengapa dia begitu respek
e. Curiga, takut ada niat jahat, mengapa dia langsung respek
5. Kamu sering atau tidak melakukan gotong royong dengan teman sekelasmu?
a. Sering
b. Sesekali
c. Biasa saja
d. Tidak terlalu sering
e. Tidak pernah
6. Ketika ada lomba kebersihan kelas, kamu mau atau tidak bergotong royong dengan
teman mu, walaupun dia beda pergaulan, beda geng, dan beda jenis kelamin?
a. Mau
b. Sesekali saja, jika dia butuh pertolongan
c. Ragu-ragu
d. Kurang respek
e. Tidak mau
7. Seberapa sering sikap kerja sama yang kamu terapkan di kelas:
a. Sering
b. Sesekali
c. Biasa saja
d. Kurang sering
e. Tidak pernah
8. Jika ada tugas kelompok, tiba-tiba saja kamu sekelompok sama teman yang
pemikirannya beda, apakah dalam hal mengerjakan tugas, kamu masih mau bekerja
sama dengan temanmu?
a. Mau
b. Menunggu dia bertanya duluan tentang tugas kelompok
c. Ragu-ragu
d. Kurang peduli
e. Tidak mau bekerja sama
9. Jika ada temanmu mengemukakan pendapat soal Capres, lalu dia sangat berbeda
pilihan pendapatnya dengan pendapatmu, apakah kamu menerima perbedaannya?
a. Menerima, karena perbedaan itu indah
b. Tidak menanggapi
c. Biasa saja
d. Curiga, takut dia mempengaruhi saya
e. Tidak mau menerima, berdebat, hingga teman saya memilih pasangan Capres yang
saya suka
10. Jika ada temanmu sangat berbeda dengan gaya hidup mu, kesukaanmu, kebiasaanmu,
selera mu, dan ranah pergaulanmu, suatu hari temanmu ingin akrab dengan mu,
bagaimana tanggapan mu selanjutnya?
a. Dengan senang hati menerimanya
b. Sedikit menerima
c. Berpikir dulu
d. Kurang menerima
e. Tidak mau menerima, karena dia beda, segala-galanya
11. Jika ada temanmu menghina kebiasaan jelekmu di kelas, atau prilaku buruk mu di
kelas, dan merek amengolok-olok kamu, setelah itu apa yang kamu lakukan
a. Menjelaskannya dengan tenang
b. Diam saja, karena mereka tidak tahu saya
c. Biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa
d. Marah dan mempertahankan diri
e. Memukul karena dia kurang ajar
12. Jika ada teman dekatmu yang disakiti dengan menggunakan kekerasan oleh
seseorang, apa yang kemudian kamu lakukan
a. Berkomunikasi dulu secara jelas, baru menyelesaikan masalah secara damai
b. Mencari tau, mengapa peristiwa itu terdasi
c. Biasa saja
d. Marah dan hendak membalas orang yang menyakiti teman saya
e. Langsung memukul orang yang menyakiti teman saya
13. Jika ada temanmu yang berbeda pergaulan sangat butuh uang pinjaman, padahal
kamu sedang mengumpulkan uang untuk memberi benda yang kamu inginkan, atau
menonton konser, apa yang selanjutnya kamu lakukan
a. Meminjamkannya karena teman saya sangat butuh
b. Meminjamkan, tapi separuhnya saja
c. Ragu-ragu
d. Meminjamkan dengan alasan cepat dikembalikan
e. Tidak meminjamkan uangmu
14. Jika teman sekelasmu, yang sedikit sekali kamu berkomunikasi, atau mengobrol
dengannya tiba-tiba saja dia menangis di kelas, atau menundukkan kepalanya di meja
dalam waktu yang lama, apa yang selanjutnya kamu lakukan
a. Menghampirinya, dan langsung bertanya, mengapa dia begitu
b. Menghampirinya tapi tidak bertanya
c. Hanya menoleh
d. Biasa saja
e. Tidak mempedulikannya
15. Lebih suka menyapa orang langsung ketika ia berpapasan atau malas menyapa orang
ketika berpapasan, karena sekarang sudah ada media sosial/ jejaring sosial
a. Lebih baik menyapa orang langsung ketika ia berpapasan
b. Sesekali bertegur sapa
c. Biasa saja
d. Malas bertegur sapa, karena lebih suka melihat handphone
e. Tidak suka bertegur sapa secara langsung
16. Kamu termasuk orang yang pilih-pilih teman, apa berteman dengan yang se-level atau
sama kebiasaan, pergaulan, dan kesukaan?
a. Saya berteman dengan siapa saja
b. Saya sesekali berteman dengan orang yang berbeda budaya, kebiasaan, pergaulan
c. Biasa saja
d. Saya bergaul dengan teman pilihan saya
e. Saya tidak mau berteman dengan orang yang berbeda budaya, kebiasaan, dan
pergaulan
LAMPIRAN SOAL POSTES
Jawablah kuesioner ini dengan sejujur jujurnya
Waktu danTanggal :
Kelas :
1. Peduli terhadap semua teman baik yang berada dalam budaya dan kebiasaan yang sama
maupun berada dalam budaya yang berbeda, menurut kamu hal tersebut
a. Sangat penting
b. Penting
c. Biasa saja
d. Kurang penting
e. Tidak penting
2. Kamu pernah mengalami pengalaman buruk dengan temanmu, misalkan pernah
bertengkar, dikarenakan dia berbeda pendapat atau berbeda budaya, jika suatu saat
temanmu yang berbeda pendapat dan beda budaya tersebut meminta pertolongan kepada
kamu, apa yang semestinya kamu lakukan?
a. Cepat membantu
b. Membantu
c. Pikir-pikir dulu
d. Membatu tapi sekali-sekali
e. Tidak membantu
3. Jika ada temanmu yang sekelas sedang sakit parah, namun kamu kurang dekat dengan
orang itu dikelas dikarenakan perbedaan jenis kelamin, perbedaan pergaulan, atau
perbedaan kebiasaan, apakah kamu akan menjenguk ke rumahnya?
a. Iya
b. Tidak, hanya memberi ucapan semoga cepat sembuh
c. Pikir-pikir dulu
d. Sekedar memikirkan kesusahannya
e. Cuek – cuek saja
4. Jika ada teman sebaya yang sedikit kamu kenal, dan dia dari lingkungan yang berbeda,
tiba-tiba saja dia peduli dengan kamu, bagaimana seharusnya sikapmu?
a. Senang karna dia peduli
b. Sedikit senang
c. Biasa saja
d. Bertanya-tanya, mengapa dia begitu respek
e. Curiga, takut ada niat jahat, mengapa dia langsung respek
5. Menurut kamu mengamalkan dan menghayati prilaku gotong royong sesama teman perlu
atau tidak?
a. perlu
b. Sesekali
c. Biasa saja
d. Tidak terlalu perlu
e. Tidak perlu
6. Ketika ada tugas kelompok misalkan mempersiapkan perlengkapan drama yang berat,
kamu mau atau tidak bergotong royong dengan teman mu, walaupun dia beda pergaulan,
beda geng, dan beda jenis kelamin?
a. Mau
b. Sesekali saja, kalo dia butuh pertolongan
c. Ragu-ragu
d. Kurang respek
e. Tidak mau
7. Saat ini apakah kita penting ketika menerapkan kerja sama sesama teman sekelas?
a. Penting
b. Sesekali
c. Biasa saja
d. Kurang penting
e. Tidak penting
8. Jika ada tugas kelompok, tiba-tiba saja kamu sekelompok dengan teman yang malas yang
tidak mau mengerjakan tugas kelompok, apa yang seharusnya kamu lakukan?
a. Memberi semangat, dorongan, agar tugas bisa diselesaikan bersama-sama
b. Membuat tugas kelompok sendiri, lalu mengumpulkan kepada guru, dan
mencantumkan nama teman yg tidak mengerjakannya di dalam tugas
c. Dikerjakan setengah-setengah
d. Tugas terbengkalai tidak dikerjakan
e. Tidak mau bekerja sama, lalu mencari teman yang pintar
9. Jika ada temanmu yang berbeda agama, namun suatu hari dia menawarkan untuk
mengikuti agamanya secara ramah dan baik-baik, bagaimana sikapmu?
a. Menghargai perbedaan, namun tetap berpegang tuguh pada prinsip kepercayaan yang
dianut diri pribadi
b. Kurang menaggapi
c. Biasa saja
d. Marah dan tidak mau berteman lagi
e. Marah dan berteriak keras karena tidak mau diajak
10. Jika ada temanmu sangat berbeda dengan suku budaya yang ada pada dirimu, ingin
berteman dengan mu, bagaimana semestinya?
a. Dengan senang hati menerimanya
b. Sedikit menerima
c. Berpikir dulu
d. Kurang menerima
e. Tidak mau menerima, karena dia berbeda, segala-galanya
11. Jika kamu, tiba-tiba saja dipukul dengan temanmu, gara-gara temanmu sangat marah, apa
yang selanjutnya kamu lakukan
a. Berkomunikasi dengan jalan menyelesaikan masalah, tanpa dibalas dengan kekerasan
b. Diam, dan mengadu kepada teman, keluarga, atau guru
c. Diam saja, biarkan dia sadar dengan sendirinya
d. Marah dan mempertahankan diri
e. Memukul karena dia kurang ajar
12. Jika ada teman yang berasal dari anggota dari geng lain mengajak kamu untuk berkelahi
dan mongolok-ngolok kamu, apa yang selanjutnya kamu lakukan?
a. Berkomunikasi dulu secara jelas, baru menyelesaikan masalah secara damai
b. Mencari tau, mengapa peristiwa itu terjadi
c. Biasa saja
d. Marah dan hendak membalas orang tersebut
e. Langsung menjawab dan memulai pertarungan
13. Jika ada temanmu yang lupa membawa uang jajan, lalu dia ingin meminjam kepada kamu
karena dia kelaparan dan kehausan, sedangkan temanmu itu kurang dekat dengan kamu,
apa yang kamu lakukan
a. Meminjamkannya karena teman saya sangat butuh
b. Meminjamkan, tapi separuhnya saja
c. Ragu-ragu
d. Meminjamkan dengan alasan cepat dikembalikan
e. Tidak meminjamkan uangmu
14. Jika teman sekelasmu, disalahkan oleh guru, karena tugas yang kamu buat kebetulan
sama dengan temanmu, namun kamu dan temanmu tidak terlalu dekat, apa yang kamu
lakukan?
a. Membela dia pada guru, menjelaskannya secara jelas, karena dia tidak menyontek
b. Sesekali membela dia
c. Diam saja karena takut
d. Membela diri sendiri
e. Tidak mempedulikannya
15. Lebih suka berinteraksi langsung dengan teman, atau berinteraksi langsung lewat media
sosial
a. Lebih baik menyapa orang langsung
b. Sesekali saja
c. Biasa saja
d. Malas bertegus sapa, karena lebih suka bertegur sapa di media sosial
e. Tidak suka bertegur sapa secara langsung
16. Saya lebih suka berteman, berbicara, bergaul, dan berkomunikasi dengan?
a. Siapa saja
b. Teman sebaya dan teman rumah
c. Teman sekelas
d. Teman pilihan saya
e. Orang yang se-level, se-pemikiran, se-pendapat, se-tujuan, sesuai dengan kelas sosial
saya
LA
MP
IRA
N U
JI V
AL
IDIT
AS
IN
ST
RU
ME
N P
RE
TE
S
Correlations
soal1 soal2 soal3 soal4 soal5 soal6
soal
7 soal8 soal9
soal1
0
soal1
1
soal1
2 soal13
soal1
4
soal
15
soal1
6
totsko
re
soal1 Pearso
n
Correl
ation
1 -.036 -.145 -.173 .325 .310 .048 -.076 -.036 -.271 -.085 .052 .120 .232 -
.046
-.097 .117
Sig.
(2-
tailed)
.848 .436 .353 .075 .090 .798 .686 .848 .141 .651 .780 .521 .209 .807 .602 .532
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal2 Pearso
n
Correl
ation
-.036 1 .037 -.016 .208 -.354 .047 .075 .106 .315 .097 .087 .091 -.304 -
.151
.515*
*
.384*
Sig.
(2-
tailed)
.848
.844 .933 .261 .050 .800 .687 .571 .084 .604 .640 .628 .096 .419 .003 .033
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal3 Pearso
n
Correl
ation
-.145 .037 1 -.185 -.193 .068 .047 -.064 .322 -.165 .392* -.147 .317 -.044 -
.099
-.083 .168
Sig.
(2-
tailed)
.436 .844
.319 .298 .717 .801 .731 .077 .374 .029 .431 .082 .814 .597 .659 .366
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal4 Pearso
n
Correl
ation
-.173 -.016 -.185 1 -.059 -.094 .125 .295 -.292 .261 -.107 -.111 -.005 -.128 .317 -.137 .226
Sig.
(2-
tailed)
.353 .933 .319
.753 .616 .504 .107 .111 .156 .567 .551 .979 .494 .082 .464 .222
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal5 Pearso
n
Correl
ation
.325 .208 -.193 -.059 1 .141 .115 .173 .085 -.053 -.215 .115 -.102 .265 -
.064
.050 .377*
Sig.
(2-
tailed)
.075 .261 .298 .753
.450 .537 .353 .649 .779 .245 .538 .585 .150 .733 .789 .037
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal6 Pearso
n
Correl
ation
.310 -.354 .068 -.094 .141 1 .087 -.066 .234 -.084 .009 .295 .187 .891*
*
.249 -.085 .337
Sig.
(2-
tailed)
.090 .050 .717 .616 .450
.641 .724 .205 .654 .961 .107 .314 .000 .177 .649 .064
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal7 Pearso
n
Correl
ation
.048 .047 .047 .125 .115 .087 1 .173 .157 .057 .082 .187 -.116 .031 .464**
.141 .540**
Sig.
(2-
tailed)
.798 .800 .801 .504 .537 .641
.351 .398 .759 .662 .314 .535 .868 .009 .450 .002
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal8 Pearso
n
Correl
ation
-.076 .075 -.064 .295 .173 -.066 .173 1 -.184 .503*
*
-.169 -.005 .107 .220 .611**
-.169 .414*
Sig.
(2-
tailed)
.686 .687 .731 .107 .353 .724 .351
.321 .004 .364 .980 .568 .234 .000 .363 .021
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal9 Pearso
n
Correl
ation
-.036 .106 .322 -.292 .085 .234 .157 -.184 1 -.179 .204 -.040 -.099 .141 -
.084
.348 .320
Sig.
(2-
tailed)
.848 .571 .077 .111 .649 .205 .398 .321
.336 .271 .832 .596 .451 .654 .055 .079
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal10 Pearso
n
Correl
ation
-.271 .315 -.165 .261 -.053 -.084 .057 .503**
-.179 1 -.214 .430* .191 .017 .529
**
.278 .484**
Sig.
(2-
tailed)
.141 .084 .374 .156 .779 .654 .759 .004 .336
.248 .016 .303 .928 .002 .130 .006
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal11 Pearso
n
Correl
ation
-.085 .097 .392* -.107 -.215 .009 .082 -.169 .204 -.214 1 -.263 .004 -.116 -
.260
.083 .066
Sig.
(2-
tailed)
.651 .604 .029 .567 .245 .961 .662 .364 .271 .248
.152 .985 .536 .158 .656 .725
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal12 Pearso
n
Correl
ation
.052 .087 -.147 -.111 .115 .295 .187 -.005 -.040 .430* -.263 1 .244 .300 .371
*
-.006 .426*
Sig.
(2-
tailed)
.780 .640 .431 .551 .538 .107 .314 .980 .832 .016 .152
.187 .101 .040 .974 .017
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal13 Pearso
n
Correl
ation
.120 .091 .317 -.005 -.102 .187 -
.116
.107 -.099 .191 .004 .244 1 .254 .096 -.161 .344
Sig.
(2-
tailed)
.521 .628 .082 .979 .585 .314 .535 .568 .596 .303 .985 .187
.168 .606 .388 .058
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal14 Pearso
n
Correl
ation
.232 -.304 -.044 -.128 .265 .891*
*
.031 .220 .141 .017 -.116 .300 .254 1 .339 -.116 .371*
Sig.
(2-
tailed)
.209 .096 .814 .494 .150 .000 .868 .234 .451 .928 .536 .101 .168
.062 .535 .040
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal15 Pearso
n
Correl
ation
-.046 -.151 -.099 .317 -.064 .249 .464**
.611**
-.084 .529*
*
-.260 .371* .096 .339 1 -.111 .523
**
Sig.
(2-
tailed)
.807 .419 .597 .082 .733 .177 .009 .000 .654 .002 .158 .040 .606 .062
.553 .003
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal16 Pearso
n
Correl
ation
-.097 .515*
*
-.083 -.137 .050 -.085 .141 -.169 .348 .278 .083 -.006 -.161 -.116 -
.111
1 .318
Sig.
(2-
tailed)
.602 .003 .659 .464 .789 .649 .450 .363 .055 .130 .656 .974 .388 .535 .553
.082
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
totskore Pearso
n
Correl
ation
.117 .384* .168 .226 .377
* .337 .540
**
.414* .320 .484
*
*
.066 .426* .344 .371
* .523
**
.318 1
Sig.
(2-
tailed)
.532 .033 .366 .222 .037 .064 .002 .021 .079 .006 .725 .017 .058 .040 .003 .082
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
LA
MP
IRA
N U
JI V
AL
IDIT
AS
IN
ST
RU
ME
N P
OST
ES
Correlations
soal1 soal2
soal
3
soal
4 soal5 soal6
soal
7
soal
8 soal9
soal1
0
soal1
1
soal1
2
soal1
3
soal1
4
soal1
5
soal1
6
totso
al
soal1 Pearson
Correlatio
n
1 -.140 -
.008
.063 -.117 -.280 -
.209
.031 -.117 -.168 .040 .090 .013 -.090 -.021 -.227 -.009
Sig. (2-
tailed)
.453 .966 .736 .532 .126 .258 .868 .532 .366 .829 .628 .945 .630 .910 .220 .963
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal2 Pearson
Correlatio
n
-.140 1 .222 .437*
.000 .000 .000 .430*
.000 .258 .112 .076 .000 .208 .000 .571*
*
.493*
*
Sig. (2-
tailed)
.453
.229 .014 1.000 1.000 1.00
0
.016 1.000 .160 .548 .685 1.000 .261 1.000 .001 .005
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal3 Pearson
Correlatio
n
-.008 .222 1 -
.267
.069 .472*
*
.505**
.123 .069 -.208 -.138 .247 .299 .197 .148 -.205 .338
Sig. (2-
tailed)
.966 .229
.146 .713 .007 .004 .509 .713 .263 .458 .181 .102 .288 .428 .269 .063
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal4 Pearson
Correlatio
n
.063 .437* -
.267
1 -.122 -.192 -
.218
.283 -.122 .428* .304 .094 -.126 .027 -.022 .466
*
*
.392*
Sig. (2-
tailed)
.736 .014 .146
.515 .302 .239 .123 .515 .016 .097 .614 .501 .884 .906 .008 .029
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal5 Pearson
Correlatio
n
-.117 .000 .069 -
.122
1 .416* -
.060
-
.060
1.000**
-.048 .406* .317 .576
*
*
.473*
*
.743*
*
.118 .532*
*
Sig. (2-
tailed)
.532 1.000 .713 .515
.020 .749 .749 .000 .798 .024 .082 .001 .007 .000 .529 .002
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal6 Pearson
Correlatio
n
-.280 .000 .472**
-
.192
.416* 1 .746
**
-
.144
.416* -.115 .045 .237 .558
*
*
.417* .570
*
*
.020 .515*
*
Sig. (2-
tailed)
.126 1.000 .007 .302 .020
.000 .441 .020 .537 .810 .200 .001 .020 .001 .916 .003
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal7 Pearson
Correlatio
n
-.209 .000 .505**
-
.218
-.060 .746*
*
1 -
.107
-.060 -.086 -.140 .177 .417* .311 .325 -.116 .338
Sig. (2-
tailed)
.258 1.000 .004 .239 .749 .000
.566 .749 .646 .453 .341 .020 .088 .075 .534 .063
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal8 Pearson
Correlatio
n
.031 .430* .123 .283 -.060 -.144 -
.107
1 -.060 .358* .438
* .438
* -.198 -.225 -.179 .429
* .415
*
Sig. (2-
tailed)
.868 .016 .509 .123 .749 .441 .566
.749 .048 .014 .014 .284 .224 .336 .016 .020
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal9 Pearson
Correlatio
n
-.117 .000 .069 -
.122
1.000**
.416* -
.060
-
.060
1 -.048 .406* .317 .576
*
*
.473*
*
.743*
*
.118 .532*
*
Sig. (2-
tailed)
.532 1.000 .713 .515 .000 .020 .749 .749
.798 .024 .082 .001 .007 .000 .529 .002
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal10 Pearson
Correlatio
n
-.168 .258 -
.208
.428*
-.048 -.115 -
.086
.358*
-.048 1 .004 -.172 -.159 -.180 .059 .562*
*
.178
Sig. (2-
tailed)
.366 .160 .263 .016 .798 .537 .646 .048 .798
.984 .354 .392 .331 .754 .001 .337
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal11 Pearson
Correlatio
n
.040 .112 -
.138
.304 .406* .045 -
.140
.438*
.406* .004 1 .503
*
*
.169 .173 .337 .076 .582*
*
Sig. (2-
tailed)
.829 .548 .458 .097 .024 .810 .453 .014 .024 .984
.004 .363 .352 .064 .684 .001
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal12 Pearson
Correlatio
n
.090 .076 .247 .094 .317 .237 .177 .438*
.317 -.172 .503*
*
1 .400* .245 .295 -.155 .605
*
*
Sig. (2-
tailed)
.628 .685 .181 .614 .082 .200 .341 .014 .082 .354 .004
.026 .185 .107 .404 .000
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal13 Pearson
Correlatio
n
.013 .000 .299 -
.126
.576*
*
.558*
*
.417*
-
.198
.576*
*
-.159 .169 .400* 1 .776
*
*
.695*
*
-.094 .612*
*
Sig. (2-
tailed)
.945 1.000 .102 .501 .001 .001 .020 .284 .001 .392 .363 .026
.000 .000 .616 .000
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal14 Pearson
Correlatio
n
-.090 .208 .197 .027 .473*
*
.417* .311 -
.225
.473*
*
-.180 .173 .245 .776*
*
1 .519*
*
.073 .585*
*
Sig. (2-
tailed)
.630 .261 .288 .884 .007 .020 .088 .224 .007 .331 .352 .185 .000
.003 .696 .001
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal15 Pearson
Correlatio
n
-.021 .000 .148 -
.022
.743*
*
.570*
*
.325 -
.179
.743*
*
.059 .337 .295 .695*
*
.519*
*
1 -.045 .622*
*
Sig. (2-
tailed)
.910 1.000 .428 .906 .000 .001 .075 .336 .000 .754 .064 .107 .000 .003
.811 .000
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
soal16 Pearson
Correlatio
n
-.227 .571*
*
-
.205
.466**
.118 .020 -
.116
.429*
.118 .562*
*
.076 -.155 -.094 .073 -.045 1 .373*
Sig. (2-
tailed)
.220 .001 .269 .008 .529 .916 .534 .016 .529 .001 .684 .404 .616 .696 .811
.038
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
totsoal Pearson
Correlatio
n
-.009 .493*
*
.338 .392*
.532*
*
.515*
*
.338 .415*
.532*
*
.178 .582*
*
.605*
*
.612*
*
.585*
*
.622*
*
.373* 1
Sig. (2-
tailed)
.963 .005 .063 .029 .002 .003 .063 .020 .002 .337 .001 .000 .000 .001 .000 .038
N 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
LAMPIRAN TABEL UJI T (Drajat Kebebasan)
Pada Signifikansi 0,05
(Two Tail)
N r N r N r N r N R N r
1 0.997 41 0.301 81 0.216 121 0.177 161 0.154 201 0.138
2 0.95 42 0.297 82 0.215 122 0.176 162 0.153 202 0.137
3 0.878 43 0.294 83 0.213 123 0.176 163 0.153 203 0.137
4 0.811 44 0.291 84 0.212 124 0.175 164 0.152 204 0.137
5 0.754 45 0.288 85 0.211 125 0.174 165 0.152 205 0.136
6 0.707 46 0.285 86 0.21 126 0.174 166 0.151 206 0.136
7 0.666 47 0.282 87 0.208 127 0.173 167 0.151 207 0.136
8 0.632 48 0.279 88 0.207 128 0.172 168 0.151 208 0.135
9 0.602 49 0.276 89 0.206 129 0.172 169 0.15 209 0.135
10 0.576 50 0.273 90 0.205 130 0.171 170 0.15 210 0.135
11 0.553 51 0.271 91 0.204 131 0.17 171 0.149 211 0.134
12 0.532 52 0.268 92 0.203 132 0.17 172 0.149 212 0.134
13 0.514 53 0.266 93 0.202 133 0.169 173 0.148 213 0.134
14 0.497 54 0.263 94 0.201 134 0.168 174 0.148 214 0.134
15 0.482 55 0.261 95 0.2 135 0.168 175 0.148 215 0.133
16 0.468 56 0.259 96 0.199 136 0.167 176 0.147 216 0.133
17 0.456 57 0.256 97 0.198 137 0.167 177 0.147 217 0.133
18 0.444 58 0.254 98 0.197 138 0.166 178 0.146 218 0.132
19 0.433 59 0.252 99 0.196 139 0.165 179 0.146 219 0.132
20 0.423 60 0.25 100 0.195 140 0.165 180 0.146 220 0.132
21 0.413 61 0.248 101 0.194 141 0.164 181 0.145 221 0.131
LAMPIRAN TABEL R (Korelasi)
DF = n-2
Tingkat Signifikansi Untuk Uji 1 Arah
0,05 0,025 0,001 0,005 0,0005
Tingkat Signifikansi Untuk Uji 2 Arah
0,1 0,05 0,02 0,01 0,001
1 0,9877 0,9969 0,9995 0,9999 1,0000
2 0,9000 0,9500 0,9800 0,9900 0,9990
3 0,8054 0,8783 0,9343 0,9587 0,9911
4 0,7293 0,8114 0,8822 0,9172 0,9741
5 0,6694 0,7545 0,8329 0,8745 0,9509
6 0,6215 0,7067 0,7887 0,8343 0,9249
7 0,5822 0,6664 0,7498 0,7977 0,8983
8 0,5494 0,6319 0,7155 0,7646 0,8721
9 0,5214 0,6021 0,6851 0,7348 0,8470
10 0,4973 0,5760 0,6581 0,7079 0,8233
11 0,4762 0,5529 0,6339 0,6835 0,8010
12 0,4575 0,5324 0,6120 0,6614 0,7800
13 0,4409 0,5140 0,5923 0,6411 0,7604
14 0,4259 0,4973 0,5742 0,6226 0,7419
15 0,4124 0,4821 0,5577 0,6055 0,7247
16 0,4000 0,4683 0,5425 0,5897 0,7084
17 0,3887 0,4555 0,5285 0,5751 0,6932
18 0,3783 0,4438 0,5155 0,5614 0,6788
19 0,3687 0,4329 0,5034 0,5487 0,6652
iF-I; . ,
UJI REFERENSI
Nama
NIM
Fakultas
Rifka Fitrotvzzakia
1 r r0013000038
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi Hubungan Cerita Rakyat dengan Pendidikan
Multikultural Penelitian Eksperimen Implementasi
Pendidikan Multikultural di Kelas XI IIS (Ilmu Ilmu Sosial)
SMA Negeri 7 Kota Tangerang
Dosen Pembimbing : Jamal D. Rahman, M, Hum.
No REFERENSi PARAF
Ali, Muhammad. Metodologi dan Aplikasi Riset pendidikan,
Bandung: Pustaka Cendikia Utama. 2010. (L2. Ata, Andre Ujan. dkk.. Multikulturalisme: Belajar Hidup
Bersama dalam Perbedaan Jakarta: PT Indeks. 2009. t5 Furchan, Arief. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan Malang:
Usaha Nasional Surabaya Indonesia. 1982. L4 Danadjaya, James. Folklor Indonesia, Ihnu Gosip Dongeng dan
Lain-Lain. I akarta: Grafi typers. 1 986. b5 Dawam, Ainurrofi q . P endi dikan Multikultural. P enerbit Inspeal :
Jogjakarta. 2006. 66. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Pedoman Penutrisan
Skripsi. Jakarta: UIN Syarif hidayatullah Jakarta.2013. IL7. Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian SosiaL Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1989.
8. Harrison, Lawrance E. dan Samuel P (ed). Huntington
Kebanghitan Peran Budaya: Bagaimana Nilai-Nitai Membentuk {/
t
,r
Kemajuan Manusia. Jakarta: Peneibit LP3ES. 2011
9. Kuntowijoyo. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: PT Tiara
Wacana Yogya. 1987. (L10. Kymlika, W 1ll. Kewargdan Multikultural. J akarta: Penerbit
LP3ES, Anggota lkapi. 2011. {Ll l . Muhadi. Penelitian Tindakan Kelas: Panduanwajib bagi para
pendidik. Jogjakarta: Shira Medi a. 2011. {L12. Muijs, Daniel. Doing Quantitative Research in Education with
SPS,S. Sage Publications:Caliifomia. 2004. (_
13. Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru.
Ciputat: Gaung Perseda Press. 2012. re14. P., John Hogan (ed.). Cultural ldentity, Pluralism and
Globalization Volume I; Cultural Pluralism and Demorqtic
Freedom. Washington, DC: The Council for Research in Values
and Philosophy. 2005.
6I 5 . Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Pedoman umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman t-Jmum
Pembentukan Istilah. Yrama Widva: Banduns. 2010.
(
T6 Salahudin, Anas. dan Irwanto Alkrienciehie. Pendidikan
Karalcter: Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa.
Bandung:Pustaka Setia, 2013.K
I7 Soedijarto, H. "Pendidikan yang Mencerdaskan Kehidupan
bangsa dan Memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia" dalam
Kurikulum yang Mencerdaskan. PT Kompas Media Nusantara:
Jakarta 2003.
(
18. Soyomukti, Nurani. Teori Teori Pendidikan: Tradisi'onal, (neo)
Lib er al, Marxis - S o si alis, P o s tmo dern. Yo gyakarta : Ar-Ruzz
Media,2013.o
19. Suharto, Prih. dkk. Beberapa Cerita Bermotif Pennjelmaan
'rl
dalam Sastra Nusantara. Jakarta:
Pengembangan Bahasa, 199 4.
Pusat Pembinaan dan
{(,_
20. Susetyo, Budi. Statis tika untuk Analis is D at a P enelitian.
Bandung: Refika Aditama. 2010.(_
2T, Tilaar, H.A.R.. Pendidikan Kebudayaan dan masyarakat Madani
Indonesia: Strategi Reformasi Pendidikan Nasional.PT
Remaja Rosdakarya: Bandung. 1999. f'f22. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustak a. 2007 . tc23. Tumanggor, Rusmin, dl,k.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Jakarta: Kencana. 2010.
l'9. A W., Robert Hefner (ed). Politik Multikulturalisme. Jogjakarta:
Penerbit Kanisius. 2007 .(
25. Wallek, Rane dan Austin Warren. Teori Kesusastraan. Jakarta
:Gramedia. 1993. e_26. Wibisono. Yusuf. Metode Statistik,, Jogjakarta: Gajah Mada
Press.2009. t/L27. Yock, Liaw Fang, Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 201l. 428. Guraru. Multikultural di Kurilatlum 2013 Keragaman dan
Toleransi.2014. (
kurikulum-2013/). L
' , t
. {
FII;.. :.
29. Kemendikbud. Silabus Kelas K, Mata Pelajaran Bahasa
I n d o n e s i a. 20 | 4 (http I /rtld'kulum2 0 1 3 . kemendikbud. go. id. ). fv*
30. Kementrian Pendidikan dan Kebud ayaan Nasional. Kurilailum
2 0 1 3 . 201 4 . (http//rurikulum20 1 3 .kemendikbud. go. id.) 1231. Heru Sri Kumoro. Kurilailum 2013 Memperlant Pendidikan
Multikultural.2014.
(http ://edukasi.kompas. com/read/2O 1 3/03/ I 0/ I 1 1 84 1 4 I /
kurikulum. 20 1 3 .memperkuat.pendidikan.multikultural).(L
32. Berita Satu. Tradisi Lisan di Indonesia Menuju Kepunahan,2013.
(http ://m.belitasatu. com./nasional/9 5 06-tradisi-lis an-di-Indonesi a-
menuj u-kepunahan.html).
//rr_J J . D Riau. Burung Puyuh dan Burung Tempua.2014.
(http ://www.driau.com/20 1 3/08/cerita-rakyat-melayu-burun g-
tempua.html).
.1r;
t
A' l
I
I KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl l( H. Juanda No 95 Ciputat 1 5412 tndonesia
No. Dokumen FITK-FR-AKD-081Tgl. Terbit 1 Maret 2010I . t,i*Yio-
.r. ''fl1 : r a b w
_-..:ii ! ii
FORM (FR)
SURAT BIMBINGAN SKIR!PSI
No. Rev i s i : : 01
Nor .nor : Un,0 l /F . l /KM.0 l .31 . . . . . . . . . . .12013Larnp. : -Hal : Bimbingan Sl i r ipsi
I(epada Yth.
Jarnal D Rahnran M. HumPernb imbing Skr ips iFakultas IlrnLr Tarbiyah dan KeguruanUIN Syarif I-l idayatLr I lahJakarta.
A s s a I antu' ct I a iku m v, r.u,b.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk(mater i / te l l t i s ) penu l isar r sk r ips i mahas iswa:
.lakafia. I 8 Desernber 2013
nren iad i pernb in rb ing l l l l
: Ri fka Fi trotuzzakia
: I I 1 0 0 1 3 0 0 0 0 3 8
- : Pendicl i l ian 'Bahasa dan Sastra Indonesi i .
: 7 ( tLr juh)
JLTdLI!Skripsi : "!!uhlrngnn Medin Cerito Rakvut terhndqn Pentliclikan
Multikuhurnl di Kelas XI IPS SMA t\,rcgeri Z lhtu Tungerong',
. ludul tersebut telalr disetujui olelr Jr-rrLrsan yang bersangkutan pada tanggal l5 Desenrber 2013.abstraksi/orrtline terlanpir. SaLrdara dapat nrelal<ukan perubahan redaksional pada judul tersebut.Apabi la perubahan substausial dianggap perlu, nrohon penrbimbing rnenghubungi Jurusarrte r ' leb ih dahLr lL r .
Birnbingan skr ipsi in i diharapkan selesai dalanr waktu 6 (errarn) bulan, dan dapat diperparr jangselama 6 (enarn) bularr berikutnya tanpa surat perpanjangan.
A.tas perhat ian dan kerja sarna Saudara, karni ucapkan ter i rna hasih.
l4/as s a I antu' al a i ku m v, r.v, b.
tra Indonesia
Narrra
N I M
.l lr rrr sa rr
Senrester
Tembusan:l . Dekan F ITK2. Mahasiswa ybs
hasa d
M . P d
ti1
i r=n,i l-EFil lUii 'r I-*-_\---
KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia
No. Dokumen FITK-FR-AKD.O82Tgl. Terbil : l Maret 2010FORM (FR)No. Revis i
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Nomor : Un .01 /F . 1 /KM.01 .31 . . . . . . . . 12014Lamp. : Outline/ProposalHal : Permohonan lzin Penelit ian
Kepada Yth.
Kepala SekolahSMA Negeri 7 Kota TangerangdiTempat
Assal am u' al a i ku m wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Jakarta, 2 Agustus 2014
: Rifka Fitrotuzzakia
:1110013000038
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaSemester : 9 (Sembilan)
Judul skripsi '. "Hubungan_ cerita Rakyat dengan pendidikan MuttikulturalPenelitian Eksperimen lmplementasi Pendidikan Multikuttural diKelas XI ItS(llmu llmu Sosial) SMA Negeri T Kota Tangerang',adalah benar mahasiswa/i Fakultas l lmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yangsedang, menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelit ian (risetj diinstansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebutmelaksanakan penelit ian dimaksud.
Atas perhatian dan kerja sama saudara, kami ucapkan terima kasih.
Wassal am u' al ai ku m wr.wb.
a.n. Dekanastra Indonesia
Fitr-lydh zA,M.Pd
Nama
NIM
Tembusan.1 . Dekan F |TK2. Pembantu Dekan Bidang Akademik3. Mahasiswa yang bersangkutan
Mahmudteww199703 2 001
, {
PEMERINTAH KOTA TANGERANGDINAS PENDIDIK.AN
UPTD SMA NEGERT T TANGERANGJl. Perintis Kemerdekaan I No.2 Kota TangerangTelp.02l-5531642 Fax. 021-5512798
SURAT KETERANGANNomor :400 113812014
Kepala UPTD Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri r Kota Tangerang,menerangkan bahwa :
NamaNIMFakultasJurusan
: RIFKA FITROTUZZAKTA:1110013000038: llmu Tarbiyah dan Keguruan: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Semester/Tahun Akademik : Vlll (delapan)Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah melaksanakan penelitian/riset pada sekolah kami, sebagai bahan penyusunanskripsi di Fakultas llmu tarbiyan dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,dengan judul :
"Huhungan Penggunaan Media Cerita Rakyat terhadap pendidikan Muttikultural(Penelitian Eksperimen lmplemenfasi Pendidikan Multikultural di Ketas XI IpS)',.
Demikian surat keterangan ini kami buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimanamestinya.
, 8 Agustus 2014
ng Sutardy, M.Pd.Tk.l
ffi' . r /tL-gluPin sl',*\r-l
\Ela;ENtP. 1 9601 1 091984121002