Perancangan buku ilustrasi dan media promosi cerita rakyat ...

35
49 IV. KONSEP CERITA TIMUN MAS 4.1. Target Audience 4.1.1. Demografis Target audience primer untuk cerita Rayat Timun mas ini adalah anak-anak. Lebih tepatnya untuk anak-anak usia 5 sampai dengan 7 tahun. Tetapi bukan berarti buku ini tertutup untuk anak di luar usia 5-7 tahun. Anak usia 5-7 tahun memasuki masa dimana mereka dapat mandiri membaca dan merupakan masa-masa kritis untuk masa depan mereka dalam dunia baca-membaca. Membaca sebaiknya dimulai sejak dini, juga pengenalan budaya. Sedangkan peranan orang tua dan orang-orang dewasa seperti guru dan lainnya juga sangat berpengaruh dalam kesuksesan buku ini, jadi mereka merupkan target audience sekunder. 4.1.2. Geografis Pendistribusian buku tersebut tentunya ke seluruh Indonesia terutama di kota-kota besar. Meskipun dari data yang ada minat baca bangsa Indonesia adalah rendah tetapi yang menjadi tujuan pembuatan buku ini adalah untuk mendongkrak minat baca anak, dan membuat mereka mengenal budaya Indonesia. Tidak tertutup kemungkinan untuk pendistribusian secara Internasional, dengan dikeluarkan edisi Bahasa Inggris yang lebih mendunia tentunya juga akan membantu memperkenalkan kepada dunia tentang Indonesia. 4.1.3. Psikografis Bagaimana menimbulkan atau membangkitkan semangat baca dalam diri anak- anak, juga memperkenalkan tentang budaya bangsa Indonesia. Melaluli Buku cerita anak dapat menggali pengetahuan baik yang bersifat ilmiah atau fiksi, atau kultural; dan sebagainya. Pendekatan yang paling mudah adalah lewat cerita, anak-anak akan mudah bosan dan jenuh bila diberikan buku-buku pengetahun aygn terdapat banyak teks dan melelahkan. Ini justrai akan membunuh minat baca mereka. Anak-anak lebih tertarik bila diberikan teks yang disertai dengan gambar untuk mempermudah pengertian dan cara berpikir mereka. 4.2. Konsep Visual

Transcript of Perancangan buku ilustrasi dan media promosi cerita rakyat ...

49

IV. KONSEP CERITA TIMUN MAS

4.1. Target Audience

4.1.1. Demografis

Target audience primer untuk cerita Rayat Timun mas ini adalah anak-anak. Lebih

tepatnya untuk anak-anak usia 5 sampai dengan 7 tahun. Tetapi bukan berarti buku ini

tertutup untuk anak di luar usia 5-7 tahun. Anak usia 5-7 tahun memasuki masa dimana

mereka dapat mandiri membaca dan merupakan masa-masa kritis untuk masa depan

mereka dalam dunia baca-membaca. Membaca sebaiknya dimulai sejak dini, juga

pengenalan budaya.

Sedangkan peranan orang tua dan orang-orang dewasa seperti guru dan lainnya juga

sangat berpengaruh dalam kesuksesan buku ini, jadi mereka merupkan target audience

sekunder.

4.1.2. Geografis

Pendistribusian buku tersebut tentunya ke seluruh Indonesia terutama di kota-kota

besar. Meskipun dari data yang ada minat baca bangsa Indonesia adalah rendah tetapi yang

menjadi tujuan pembuatan buku ini adalah untuk mendongkrak minat baca anak, dan

membuat mereka mengenal budaya Indonesia. Tidak tertutup kemungkinan untuk

pendistribusian secara Internasional, dengan dikeluarkan edisi Bahasa Inggris yang lebih

mendunia tentunya juga akan membantu memperkenalkan kepada dunia tentang Indonesia.

4.1.3. Psikografis

Bagaimana menimbulkan atau membangkitkan semangat baca dalam diri anak-

anak, juga memperkenalkan tentang budaya bangsa Indonesia. Melaluli Buku cerita anak

dapat menggali pengetahuan baik yang bersifat ilmiah atau fiksi, atau kultural; dan

sebagainya. Pendekatan yang paling mudah adalah lewat cerita, anak-anak akan mudah

bosan dan jenuh bila diberikan buku-buku pengetahun aygn terdapat banyak teks dan

melelahkan. Ini justrai akan membunuh minat baca mereka. Anak-anak lebih tertarik bila

diberikan teks yang disertai dengan gambar untuk mempermudah pengertian dan cara

berpikir mereka.

4.2. Konsep Visual

Universitas Kristen Petra

50

Sesuai dengan tujuan dibuatnya buku ini adalah untuk menumbuhkan minat baca

anak sejak dini, juga mengenalkan budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu baik ornamen,

pakaian, ataupun setting dan penggambaran ilustrasi tokoh di ambil dari Indonesia sendiri.

Seperti penggunaan batik, ataupun bentuk karakter yang diambil dari wayang bahkan

setting hutan dan gubuk dari alam Indonesia.

Diharapkan leawat penggunaan wayang sebagai ide dasar ilustrasi anak bisa sedikit

banyak belajar tentang bagaimana wayang itu, setidaknya mereka tahu, familiar dengan

bentuk-bentuk perwayangan bangsanya. Juga lewat penggunaan batik dan pakian adat,

mereka dapat menambah pengetahuan mereka tentang kebudayaan pakaian negeri

Indonesia. Memang penggunannya sudah lebih disederhanakan dan lebih dibuat menarik

ini dilakukan juga untuk menarik minat anak, dan agar lebih mudah dimengerti oleh anak.

Gaya hibrida Indonesia pencampuran gaya stilasi dekoratif wayang digabung

dengan pendekatan anatomis yang lebih realistis bertujuan agar lebih mudah untuk di

pahami oleh anak.

Sedangkan pewarnaan dirancang sesuai dengan perkembangan teknologi digital

yang lebih modern dan menarik. Sebab gaya pewarnaan sungging (warna gradasi pada

ornament-ornamen tradisional) pada tradisi wayang purwa tidak tepat untuk anak-anak

jaman sekarang. Dengan menggunakan pewarnaan digital akan muncul warna-warna yang

terang, kontras dan baru, yang dapat dipakai untuk menarik perhatian anak.

4.2.1. Tokoh

Illustrasi tokoh diambil dari bentuk-bentuk wayang yang mempunyai karakter

bentuk ornamental dekoratif stylistik. Dalam hal ini ide dasar karakter tokoh dikembangkan

dari wayang purwa. Gaya stilasi dekoratif wayang digabungkan dengan bentuk anatomi

realistic yang lebih professional. Juga untuk ekpresi wajah yang lebih di maksimalkan

mengingat bentuk bentuk ekspresi wajah dari wayang asli kurang ekspresif dalam

mengungkapkan emosi, sehingga anak dapat segera membedakan dan mengetahui jalan

ceritanya. Contoh pada saat marah atau sedih atau cemas dan sebagainya.

Dalam dunia wayang ada 2 perbedaan untuk menggambarkan tokoh protagonist dan

antagonis. Biasanya untuk tokoh yang protagonist digunakan bentuk bentuk postur tubuh

tangan kecil dan tegap. Ekspresinya juga cantik dan cakap.sedangkan tokoh antagonis

Universitas Kristen Petra

51

biasannya bertubuh besar dan dengan tamngan atau wajah yang seram, seperti gigi taring,

mata yang melotot.

Gambar 4.1 Contoh bentuk-bentuk wayang Purwa

Sumber :Dokumen Pribadi

Gambar 4.2 Contoh refernsi anatomis realis

‘Pangeran Katak’ terbitan Gramedia

Sumber :Dokumen Pribadi

Universitas Kristen Petra

52

Gambar 4.3 Contoh buku cerita wayang

‘Anugrah Dewabrata’ Oleh Herjaka HS

Sumber : Dokumen Pribadi

Timun Mas

Seorang anak gadis usia sekitar 12 tahun, berparas cantik. Tingkahnya lincah dan ceria.

Seorang anak yang bersahaja, suka menolong, baik hati dan takut Tuhan. Untuk tokoh

Timun Mas digambarkan sebagai seorang gadis kecil dengan ciri khas wayang kulit

protagonist, dengan badan yang kecil dan hidung yang panjang dan runcing. Dengan

pendekatan anatomis tubuh yang lebih proposional, dan juga ekspresi wajah yang lebih

beragam dan lebih ekspresif. Untuk pakaiannya Timun menggunakan pakaian adat asal

jawa yang biasa di pakai oleh orang desa yaitu kemben untuk atas dan sarung sewek atau

Universitas Kristen Petra

53

kebaya untuk bawahan. Pemasukan motif batik juga diserasikan dengan usia Timun Mas

dan kepribadiannya.

Gambar 4.4. Kunti (wayang purwa) Gambar 4.5 Srikandi (wayang Purwa)

Gambar 4.6 Tokoh Timun Mas

Universitas Kristen Petra

54

Mbok Rhondo

Nenek Timun Mas, seorang janda tua yang telah lama mendambakan seorang anak untuk

menemani kehidupannya yang sepi dan miskin.Dia adalah seorang yang rendah hati dan

mencintai Timun Mas dengan luar biasa.

Gambar 4.7 Referensi bentuk Wayang purwa ide dasar Mbok Rhondo

Ilustrasi mbok rondo terispirasi dari bentuk wayang purwa juga, hnya bentuk muka mbok

rondo menggunakan bentuk muka yang biasa digunakan untuk menggambanrkan orang

yang tua, atau dengan derajat kasta yang kebih rendah. Ciri-cirinya yaitu dengan hidung

yang membundar, dahi yang agak lebar dan agak menonjol kedepan. Sedangkan badannya

tidak menggunakan badan yang agak gemuk seperti ciri wayang aslinya.

Dalam karakter ini Mbok Rondho di buat kurus dan kecil, disesuaikan dengan ceritanya

yang adalah seorang yang miskin. Untuk pakaiannya Mbok Rhondo juga menggunakan

kain kebaya dan kemben sebagai atasan, motif batik dan warna disesuaikan dengan usia

dan kepribadian Mbok Rhondo.

Universitas Kristen Petra

55

Gambar 4.8 Gambar final karakter Mbok Rhondo

Buto Ijo

Gambar 4.9 Contoh referensi Buto Ijo (wayang golek)

dan raksasa (wayang kulit)

Universitas Kristen Petra

56

Dari referensi karakter dasar wayang protagonist dan bentuk wayang golek Buto Ijo

serta raksasa, maka diambil �irri-ciri dasar yang menonjol dan digabungkan menjadi

karakter Buto ijo dalam Buku ini. Dahinya tetap nonong, dengan hidung yang besar dan

gigi taring, bibir yang merah, badan hijau dan besar, juga jari yang berkuku panjang.

Buto Ijo dalam wayang golek digambarkan dengan dahi yang nonong, mata yang

merah dan juga warna tubuh yang hijau, sedangkan raksasa pada wayang kulit

digambarkan berhidung besar dan bertaring tajam serta bermulut lebar. Matanya besar

membelalak, badannya lebih besar dan kekar bila dibandingkan dengan wayang lainnya.

Seorang Raksasa kejam yang memakan anak-anak kecil sebagai santapannya. Dengan

tubuh besar dan taring menyeringai serta mata yang merah menyala. Hatinya kejam tak

berperasaan, yang dipikirkannya hanyalah nafsu kedagingannya saja.

Gambar 4.10 Gmabar final tokoh Buto Ijo

4.2.2. Setting

Setting yang di gunakan banyak diambil dari hutan, pemandangan seperti

pepohonan, rumput liar, bunga dan dahan-dahan banyak mendominasi halaman-halaman

Universitas Kristen Petra

57

iliustrasi buku ini. Hal ini juga untuk mengurangi tumpang tindih antara tokoh dan latar

berakan supaya dapat terfokus pada tokohnya atau jalan ceritanya.

Gambar 4.11 setting latar belakang

Alam yang diambil tentunya berasal dari pemandangan alam bangsa Indonesia

sendiri seperti bunga sepatu, daun-daun pisang, pohon bambu dan sebagainya.

Pewarnaan latar belakang disesuaikan dengan jalan cerita untuk mengeksperesikan

suasana yang mengalir dalam ceriata. Misalkan pada saat suasana tegang dan mencekam

dipilihlah warna-warna gradasi dari warna panas seperti merah, kuning, oranye. Karena

warna-warna tersebut menggambarkan keberanian, bahaya, tegang. Sedangkan untuk

suasana tenang atau gembira dipilihlah warna-warna seperti kuning pastel, hijau segar,

biru. Dan untuk suasana sedih dan haru dipilih warna semu, seprti coklat, abu.

4.2.3. Lay Out

Lay out penyusunan gambar sengaja dibuat natural dan tanpa frame yang

membatasi jelas antara teks dan gambar. Teks sengaja dibuat menyatu dengan gambar

hanya diberi ruang kosong dengan warna yang agak lebih muda untuk memisahkannya. Ha

ini dilakukan untuk memberi kesan dinamis dan natural.

Sedangkan bidang gambar diletakkan disisi kanan dan kiri bagian tepi, yang juga

merupakan 1 adegan bersambung. Untuk penyususnan teks sengaja dibuat tidak terlalu

panjang dan ruwet mengingat target audience yang berumur 5-7 tahun, ini di lakukan

untuk memepermudah mereka membacanya. Berikut adalah contoh ilustrasi yang dijadikan

inspirasi lay out.

Universitas Kristen Petra

58

Gambar 4.12‘Pangeran Katak’

Terbitan gramedia

Sumber : Dokumen Pribadi

Disini terdapat ornamen penghias menggunakan alam, seperti bunga daun dan

pemandangan. Semuanya diambil juga dari alam bangsa kita. Maximal dalam satu halaman

hanya menggunakan 1 atau 2 tokoh saja hal ini untuk menghindarkan keruwetan, dan fokus

pada satu objek menonjol.

Gambar 4.13 Contoh komposisi Lay out

Penempatan gambar disebelah kanan-dan kiri tepian halaman bertujuan untuk membuat

suatu kesatuan antara halaman yang satu dengan yang berikutnya. Sehingga dalam satu

halaman terbuka akan nampak satu adegan bersambung, yang dapat menceritakan jalan

ceritanya. Di bagian tengah diisi dengan teks cerita.

Warna-warna yang dipilih adalah warna-warna cerah dan ceria. Seperti kuning cerah,

merah, hijau daun, dan sebagainya disesuaikan dengan jalan cerita, mengingat target

Universitas Kristen Petra

59

audiencenya adalah anak-anak dan juga warna ceria mampu menarik perhatian anak lebih

banyak dari pada warna-warna pucat. Yang terpenting adalah mengkomposisikan war-na-

warna tersebut sedemikian rupa sehingga dapat nampak kesan cerah ceria dan menarik.

Gambar 4.14 Sketsa dasar contoh penataan komposisi lay out

4.2.4. Font

Font yang digunakan disesuaikan dengan tema desain yaitu mengarah ke budaya

Indonesia (perwayangan). Seharusnya dalam menuturkan cerita wayang asli oleh dalang-

dalang wayang menggunakan bahasa jawa. Bahasa jawa ditulis dengan aksara jawa yang

memiliki karakter meliuk-liuk dan dengan bentuk atau goresan tinta yang tebal. Dari

konsep bentuk huruf aksara jawa inilah kemudian diadaptasikan ke dalam bentuk font

dalam bahasa Indonesia yang memiliki karakter sama. Tetapi tidak terlepas dari tuntutan

target Audience yang adalah anak-anak yang baru bisa membaca maka bentuk huruf yang

dipilih harus cukup sederhana dan juga terbaca dengan mudah (legibilitas yang tinggi).

Universitas Kristen Petra

60

Font untuk teks cerita : Cheltenhm BdItHd Bt

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

1234567890 Font untuk judul cover : Davida Bd Bt

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

1234567890

4.3. Sinopsis cerita Timun Mas

Adegan 1

Hari itu ketakutan besar melanda desa rawa bening. Buto Ijo raksasa yang sangat

ditakuti turun gunung untuk mencari santapan, setelah tidur panjangnya selama beberapa

tahun.

Setiap kali Buto Ijo menagih santapan penduduk desa di sekitar gunung itu lari

kocar-kacir. Buto ijo sesekali dalam beberapa tahun selalu meminta anak-anak penduduk

desa untu di jadikan santapannya.

Adegan 2

Tanpa banyak polah ditangkapnya salah satu anak dan dibawanya pergi dari desa

itu. Penduduk dan orang tua anak-anak hanya bisa pasrah dalam ketakutan mereka tidak

mempunyai kekuatan untuk melawan si Buto Ijo.

Buto Ijo tinggal di sebuah Goa di lereng gunung desa Rawa Bening. Buto ijo tidak

bisa makan makanan lain selain daging dari anak manusia. Ini dilakukannya untuk

menambah kesaktiannya.

Adegan 3

Buto ijo sebenarnya merasa kesepian hidup seorang diri di goa, namun nafsu

makannya yang keji mengharuskan dia untuk hidup sendiri.

Universitas Kristen Petra

61

Di suatu siang yang sepi, angin bertiup sepoi-sepoi, Buto Ijo sedang dalam tidurnya.

Buto terusik oleh suara nyanyian seorang wanita. Dengan rasa ingin tahu Buto mendekati

asal suara itu, ternyata seorang nenek tua yang sedang mencari kayu.

Adegan 4

Buto merasa nyaman mendengar nyanyian si nenek dia merasa seperti dihibur, rasa

jenuh dan kesepiannyapun hilang. Dengan bersembunyi di balik semak-semak buto terus

mengamati si nenek. Kerena merasa terhibur Buto ingin membalas jasa si nenek. Karena

takut si nenek lari ketakutan Buto berbicara dari balik semak, ‘Hei nenek’ Sang nenek

tersentak kaget karena dia tidak bisa melihat dari mana asal suara itu. Buto Ijo

memeperkenalkan diri dan menjelaskan maksudnya untuk mengabulkan permintaan nenek

karena nenek sudah menghibur dia. Nenek dengan rasa penasaran dan takut akhirnya

menyatakan keinginanannya untuk mempunyai seorang anak untuk menemani dia dalam

kehidupannya.

Adegan 5

Buto Ijo memeberikan sebuah timun besar berwarna keemasan dari balik semak-

semak. Dengan terkejut dan heran nenek itu melihat timun itu. Buto berpesan ‘belahlah

timun ini di rumah dan ingat suatu hari nanti aku akan menagih pemberianku kembali, aku

hanya menitipkan dia untuk engkau besarkan’. Dengan ragu nenek menerima timun itu dan

membawanya pulang.

Adegan 6

Perasaan penasaran dan gembira bercampur, nenek membawa pulang timun ajaib

itu. Setibanya dirumah dibelahnya timun itu dengan sangat hati-hati. Terkejutlah dia karena

dari dalam timun terpancar sinar yang menyilaukan mata dan tampaklah seorang bayi

mungil yang cantik dan lucu. Si Nenek sangat gembira menyambut bayi itu, rasa haru dan

sukacita membuat dia lupa akan janjinya pada si Buto Ijo. Bayi itu dinamainya Timun Mas

sesuai dengan asal usulnya. Hari itu jadi hari bersejarah bagi kehidupan si Nenek

Adegan 7

Hari-hari Nenek tidak pernah sama sejak peristiwa ajaib itu. Timun tumbuh menjadi

seorang gadis yang pintar, baik hati, takut tuhan dan juga cantik. Timun mas mengisi hari-

hari Sang Nenek denagn tawa dan canda. Nenek sangat menyayangi Timun dan begitu juga

sebaliknya.

Universitas Kristen Petra

62

Sehari-harinya Timun adalah seorang anak yang rajin. Dia suka membantu Nenek

melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk meringankan beban nenek. Sahabatnya adalah

burung-burung hutan yang setiap saat setia menemani Timun Mas bekerja dan bermain.

Adegan 8

Sementar itu di Gunung di dalam Goa tempat si Buto tinggal……….

Si buti ijo bukanlah seorang makhluk yang bodoh yang melewatkan hari-harinya dengan

tidur dan semedi. Dalam mimpinya ia dapat mengamati kegiatan sehari-hari si Timun Mas.

Buto ijo tahu hari-yang di tunggu-tunggunya sudah semakin dekat. Terkadang butopun geli

dan gemas dibuat oleh tingkah dan celoteh Timun Mas.

Didorong oleh nafsu makannya yang buas dan ketidaksabarannya, Buto ijo

memutuskan untuk mengunjungi si nenek sekaligus mengingatkannya akan janjinya.

Siang itu timun sedang bermain-main bersama dengan burung-burung di dalam

hutan, sedangkan Sang Nenek memotong kayu di pekarangan depan. Seketika itu hati

nenek seperti disambar pertir, dia menangis dan memohon kepada Buto Ijo untuk

membiarkan Timun Mas tinggal. Tetapi Buto Ijo dengan geram menolak permohonan Sang

Nenek. Setelah itu Buto kembali ke Gunung dan menunggu harinya tiba.

Adegan 9

Malam itu Nenek dengan sedih menceritakan semuanya kepada Timun Mas, Nenek

berniat unuk menyembunyikan Timun dari kekejaman Buto Ijo. Dengan doa dan ketulusan

sang Nenek, Dia membekali timun mas dengan limasbenda. Pertama biji timun, jarum,

paku, garam dan terasi. Nenek berpesan agar melemaparkan benda-benda tersebut secara

berurutan kearah Buto Ijo, Juga jangan lupa berdoa sebelum Timun Melakukannya. Pagi-

pagi benar nenek sudah menyuruh Timun untuk pergi, Nenek berpesan kepada Timun

untuk berlari menghindari kejaran si Buto Ijo.

Adegan 10

Buto yang mengetahui perginya timun pagi itu lewat pengelihatannya menjadi

geram dan mengamuk. Buto langsung pergi mengejar si Timun masuk ke dalam Hutan.

Buto Ijo dengan langkahnya yang besar dan berat dengan cepat dapat mengejar si Timun.

Teriakannya menggelegar memanggil si Timun. ‘Hei… Timun Mas dimana kau ayo

keluar…..’. Sementara itu Timun Mas juga tidak berhenti berlari, Timun sempat tersentak

oleh suara gelegar Buto. Namun Timun terus berlari sambil berdoa .

Universitas Kristen Petra

63

Adegan 11

Akhirnya Buto dapat menyusul Timun. Hati Timun berdegup kencang karena Buti

Ijo sudah tinggal selangkah darinya, kemudian Timun berdoa dan melemparkan biji timun

pemberian Sang nenek. Dengan sekejap ada banyak selali timun-timun besar tumbuh di

depan Buti Ijo. Karena Haus dan lapar akibat mengejar Timun, Buto melahap semua timun-

timun itu. Sementara itu Timun meloloskan diri dan berlari lagi.

Adegan 12

Setelah kenyang Buto kembali teringat akan Timun Mas dan mengejarnya kembali.

Ketika Buto Ijo sudah dekat, Timun Mas kembali berdoa sambil melemparkan Jarum

barang ke dua yang di berikan Nenek. Dengan sekejab tumbuhlah Hutan bambo yang lebat

dan mengahalangi langkah Buto untuk mengejar Timun. Buto menjadi marah dan

mencabut semua bambu-bambu yang menghalangi dia. Tetapi bulu-bulu bambu yang

lembut melekat di kulitnya dan membuat dia gatal.

Adegan 13

Timun terus berlari dengan kencang tanpa memeperdulikan Buto. Tidak lama Buto

Ijo kembali menyusul Timun dengan tubuh yang gatal dia berteriak dan berusaha

menangkap Timun. Timun Mas melemparkan bekal yang ketiga yaitu paku. Dengan cepat

paku itupun berubah menjadi pohon berduri yang lebat dan menghalangi Buto kembali.

Buto menjadi semakin marah dia merasa dipermainkan di terobosnya hutan pohon berduri

itu, tetapi duri-duri dari pohon-pohon itu melukai Buto. Buto keluar dengan luka dan darah

di sekujur tubuhnya.

Adegan 14

Luka dan gatal tidak menghentikan Buto untuk menangkap si Timun. Akhirnya

sampailah Buto pada sebuah lembah dan dilihatnya Timun yang sudah mulai kelelahan.

Timun sudah kehabisan tenaga Butopun juga sudah kelelahan. Dilemparkan barang yang

keempat, garam yang berubah menjadi danau dengan air garam yang membuat luka di

sekujur tubuh si Buto Ijo menjadi perih. Buto ijo sudah hampir tidak tahan dengan rasa

perih tetapi ia terus berusaha untuk keluar dari danau itu dan mengejar Timun.

Adegan 15

Terakhir Timun sudah sangat lelah dan dia berdoa memohon kepada Tuhan untuk

menolongnya. Ketika Buto tinggal selangkah jauhnya, Timun melemparkan bekal yang

Universitas Kristen Petra

64

kelima terasi. Terasi itu berubah menjadi kubangan Lumpur yang Besar. Semakin lama

semaikin besar dan menghisap Buto ke dalamnya. Buto memberontak dan berusaha keluar

tetapi dia semakin tenggelam. Buto akhirnya berteriak minta tolong kepada Timun, tetapi

semuanya sudah terlambat dan Buto hanya bisa menyesal.

Adegan 16

Timun selamat dan Dia kembali kepada sisi Nenek yang sangat mencintainya.

Nenek menyambutnya dengan haru dan sukacita. Setelah peristiwa itu desa Rawa bening

menjadi damai kembali. Tidak ada lagi Raksasa yang mereka takutkan, Timun mas dan

neneknya hidup dalam kedamaian dan kebahagiaan.

Nafsu, keinginan, dan ambisi kehidupan kita harus bisa dikendalikan sebelum dia

merugikan diri sendiri dan orang lain di sekitar kita. Buto ijo memilih untuk memuaskan

nafsunya yang buas dan Dia akhirnya harus membayar perbuatannya dengan cara yang

mengenaskan juga.

4.4 Perancangan

4.4.1. Thumb Nail

Sketsa awal adegan-adegan Timun Mas

Gambar 4.15 sketsa awal halaman 1-2

Universitas Kristen Petra

65

Gambar 4.16 sketsa awal halaman 3-4

Gambar 4.17 sketsa awal halaman 5-6

Gambar 4.18 sketsa awal halaman 7-8

Universitas Kristen Petra

66

Gambar 4.19 sketsa awal halaman 9-10

Gambar 4.20 sketsa awal halaman 11-12

Gambar 4.21 sketsa awal halaman 13-14

Universitas Kristen Petra

67

Gambar 4.22 sketsa awal halaman 15-16

Gambar 4.23 sketsa awal halaman 17-18

Gambar 4.24 sketsa awal halaman 19-20

Universitas Kristen Petra

68

4.4.2. Thigt Tissue

Gambar 4.25 Thight Tissue hal 3-4

Gambar 4.26 Thight Tissue hal 5-6

Gambar 4.27 Thight Tissue hal 8 dan 9

Universitas Kristen Petra

69

Gambar 4.28 Thight Tissue hal 13 dan 11

Gambar 4.29 Thight Tissue hal 10 dan 15

4.4.3. Final

4.4.3.1. Lay Out

Gambar 4. 30 Lay Out halaman 1 Gambar 4. 31 Lay Out halaman 2

Universitas Kristen Petra

70

Gambar 4. 32 Lay Out halaman 3 Gambar 4.33 Lay Out halaman 4

Gambar 4.34 Lay Out halaman 5 Gambar 4.35 Lay Out halaman 6

Gambar 4.36 Lay Out halaman 7 Gambar 4.37 Lay Out halaman 8

Universitas Kristen Petra

71

Gambar 4.38 Lay Out halaman 9 Gambar 4.39 Lay Out halaman 10

Gambar 4.40 Lay Out halaman 11 Gambar 4.41 Lay Out halaman 12

Gambar 4.42 Lay Out halaman 13 Gambar 4.43 Lay Out halaman 14

Universitas Kristen Petra

72

Gambar 4.44 Lay Out halaman 15 Gambar 4.45 Lay Out halaman 16

Gambar 4.46 Lay Out halaman 17 Gambar 4.47 Lay Out halaman 18

Gambar 4.48 Lay Out halaman 19 Gambar 4.49 Lay Out halaman 20

Universitas Kristen Petra

73

Gambar 4.50 Lay Out halaman 21 Gambar 4.51 Lay Out halaman 22

Gambar 4.52 Lay Out halaman 23 Gambar 4.53 Lay Out halaman 24

Gambar 4.54 Lay Out halaman 25 Gambar 4.55 Lay Out halaman 26

Universitas Kristen Petra

74

Gambar 4.56 Lay Out halaman 27 Gambar 4.57 Lay Out halaman 28

Gambar 4.58 Lay Out halaman 29 Gambar 4.59 Lay Out halaman 30

Gambar 4.60 Lay Out halaman 31 Gambar 4.61 Lay Out halaman 32

Universitas Kristen Petra

75

Gambar 4.62 Lay Out halaman 33 Gambar 4.63 Lay Out halaman 34

Universitas Kristen Petra

76

4.4.3.2. Poster A2

Lay Out Poster pameran

Gambar 4.64 Lay Out Poster Pameran

Ukuran A2

Universitas Kristen Petra

77

4.4.3.3. Cover Packaging

Gambar 4.65 Cover belakang dan depan

Ukuran A4 (21x30)

Gambar 4.66 Final Packaging

Hard Cover (20 x 30 x 1,5 cm)

Universitas Kristen Petra

78

4.4.3.4. Merchandise

Merchandise ditempatkan didalam buku di bagian belakang, selain berfungsi

sebagai merchandise juga berfungsi sebagai kegiatan aktivitas sarana untuk anak-anak

bermain. Disisi akan dituntut kemampuan motorik halus anak untuk kegiatan gunting

tempel.

Ide dasar dari merchandise diambil dari pergelaran seni wayang dan

disederhanakan sehingga lebih mudah untuk dipahami anak.

Ditengah-tengah boneka diselipkan stick es krim yang sudah tidak di pakai, boneka

di gunting sesuai lekukan dan direkatkan 2 sisi. Anak kemudian dapat memainkan karakter-

kerakter yang mereka sukai bersama dengan teman yang lainnya. Dengan menggunakan

imajinasi mereka mereka dapat membuat panggung drama sendiri.

Gambar 4.67 Setting panggung

(55 x 18)

Universitas Kristen Petra

79

Gambar 4.68 Boneka Buto

Gambar 4.69 Boneka Timun Mas

Gambar 4.70 Boneka Mbok Rhondo

Universitas Kristen Petra

80

Gambar 4.71 Boneka Penduduk Desa

4.4.3.5. Katalog Pameran

Gambar 4.72 Lay Out Dalam Katalog Pameran

Ukuran (15 x 21,22)

Universitas Kristen Petra

81

Gambar 4.73 Lay Out Luar Katalog Pameran

Ukuran (15 x 21,22)

Gambar 4.74 Final Katalog Pameran

Universitas Kristen Petra

82

4.4.3.6. Poster Promo

Gambar 4.75 Final Poster Promo

Bentuk Mini X-Banner Ukuran (24 x 40)

4.4.3.7. Stan Buku Promo

Gambar 4.76 Final Stand Buku Promo

Bentuk Dummy

Universitas Kristen Petra

83

4.4.3.8. Karya Final

Gambar 4.77 Karya Final