alih wahana cerita rakyat terjadinya pulau bali dari buku cerita ...
Perancangan buku ilustrasi dan media promosi cerita rakyat ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of Perancangan buku ilustrasi dan media promosi cerita rakyat ...
49
IV. KONSEP CERITA TIMUN MAS
4.1. Target Audience
4.1.1. Demografis
Target audience primer untuk cerita Rayat Timun mas ini adalah anak-anak. Lebih
tepatnya untuk anak-anak usia 5 sampai dengan 7 tahun. Tetapi bukan berarti buku ini
tertutup untuk anak di luar usia 5-7 tahun. Anak usia 5-7 tahun memasuki masa dimana
mereka dapat mandiri membaca dan merupakan masa-masa kritis untuk masa depan
mereka dalam dunia baca-membaca. Membaca sebaiknya dimulai sejak dini, juga
pengenalan budaya.
Sedangkan peranan orang tua dan orang-orang dewasa seperti guru dan lainnya juga
sangat berpengaruh dalam kesuksesan buku ini, jadi mereka merupkan target audience
sekunder.
4.1.2. Geografis
Pendistribusian buku tersebut tentunya ke seluruh Indonesia terutama di kota-kota
besar. Meskipun dari data yang ada minat baca bangsa Indonesia adalah rendah tetapi yang
menjadi tujuan pembuatan buku ini adalah untuk mendongkrak minat baca anak, dan
membuat mereka mengenal budaya Indonesia. Tidak tertutup kemungkinan untuk
pendistribusian secara Internasional, dengan dikeluarkan edisi Bahasa Inggris yang lebih
mendunia tentunya juga akan membantu memperkenalkan kepada dunia tentang Indonesia.
4.1.3. Psikografis
Bagaimana menimbulkan atau membangkitkan semangat baca dalam diri anak-
anak, juga memperkenalkan tentang budaya bangsa Indonesia. Melaluli Buku cerita anak
dapat menggali pengetahuan baik yang bersifat ilmiah atau fiksi, atau kultural; dan
sebagainya. Pendekatan yang paling mudah adalah lewat cerita, anak-anak akan mudah
bosan dan jenuh bila diberikan buku-buku pengetahun aygn terdapat banyak teks dan
melelahkan. Ini justrai akan membunuh minat baca mereka. Anak-anak lebih tertarik bila
diberikan teks yang disertai dengan gambar untuk mempermudah pengertian dan cara
berpikir mereka.
4.2. Konsep Visual
Universitas Kristen Petra
50
Sesuai dengan tujuan dibuatnya buku ini adalah untuk menumbuhkan minat baca
anak sejak dini, juga mengenalkan budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu baik ornamen,
pakaian, ataupun setting dan penggambaran ilustrasi tokoh di ambil dari Indonesia sendiri.
Seperti penggunaan batik, ataupun bentuk karakter yang diambil dari wayang bahkan
setting hutan dan gubuk dari alam Indonesia.
Diharapkan leawat penggunaan wayang sebagai ide dasar ilustrasi anak bisa sedikit
banyak belajar tentang bagaimana wayang itu, setidaknya mereka tahu, familiar dengan
bentuk-bentuk perwayangan bangsanya. Juga lewat penggunaan batik dan pakian adat,
mereka dapat menambah pengetahuan mereka tentang kebudayaan pakaian negeri
Indonesia. Memang penggunannya sudah lebih disederhanakan dan lebih dibuat menarik
ini dilakukan juga untuk menarik minat anak, dan agar lebih mudah dimengerti oleh anak.
Gaya hibrida Indonesia pencampuran gaya stilasi dekoratif wayang digabung
dengan pendekatan anatomis yang lebih realistis bertujuan agar lebih mudah untuk di
pahami oleh anak.
Sedangkan pewarnaan dirancang sesuai dengan perkembangan teknologi digital
yang lebih modern dan menarik. Sebab gaya pewarnaan sungging (warna gradasi pada
ornament-ornamen tradisional) pada tradisi wayang purwa tidak tepat untuk anak-anak
jaman sekarang. Dengan menggunakan pewarnaan digital akan muncul warna-warna yang
terang, kontras dan baru, yang dapat dipakai untuk menarik perhatian anak.
4.2.1. Tokoh
Illustrasi tokoh diambil dari bentuk-bentuk wayang yang mempunyai karakter
bentuk ornamental dekoratif stylistik. Dalam hal ini ide dasar karakter tokoh dikembangkan
dari wayang purwa. Gaya stilasi dekoratif wayang digabungkan dengan bentuk anatomi
realistic yang lebih professional. Juga untuk ekpresi wajah yang lebih di maksimalkan
mengingat bentuk bentuk ekspresi wajah dari wayang asli kurang ekspresif dalam
mengungkapkan emosi, sehingga anak dapat segera membedakan dan mengetahui jalan
ceritanya. Contoh pada saat marah atau sedih atau cemas dan sebagainya.
Dalam dunia wayang ada 2 perbedaan untuk menggambarkan tokoh protagonist dan
antagonis. Biasanya untuk tokoh yang protagonist digunakan bentuk bentuk postur tubuh
tangan kecil dan tegap. Ekspresinya juga cantik dan cakap.sedangkan tokoh antagonis
Universitas Kristen Petra
51
biasannya bertubuh besar dan dengan tamngan atau wajah yang seram, seperti gigi taring,
mata yang melotot.
Gambar 4.1 Contoh bentuk-bentuk wayang Purwa
Sumber :Dokumen Pribadi
Gambar 4.2 Contoh refernsi anatomis realis
‘Pangeran Katak’ terbitan Gramedia
Sumber :Dokumen Pribadi
Universitas Kristen Petra
52
Gambar 4.3 Contoh buku cerita wayang
‘Anugrah Dewabrata’ Oleh Herjaka HS
Sumber : Dokumen Pribadi
Timun Mas
Seorang anak gadis usia sekitar 12 tahun, berparas cantik. Tingkahnya lincah dan ceria.
Seorang anak yang bersahaja, suka menolong, baik hati dan takut Tuhan. Untuk tokoh
Timun Mas digambarkan sebagai seorang gadis kecil dengan ciri khas wayang kulit
protagonist, dengan badan yang kecil dan hidung yang panjang dan runcing. Dengan
pendekatan anatomis tubuh yang lebih proposional, dan juga ekspresi wajah yang lebih
beragam dan lebih ekspresif. Untuk pakaiannya Timun menggunakan pakaian adat asal
jawa yang biasa di pakai oleh orang desa yaitu kemben untuk atas dan sarung sewek atau
Universitas Kristen Petra
53
kebaya untuk bawahan. Pemasukan motif batik juga diserasikan dengan usia Timun Mas
dan kepribadiannya.
Gambar 4.4. Kunti (wayang purwa) Gambar 4.5 Srikandi (wayang Purwa)
Gambar 4.6 Tokoh Timun Mas
Universitas Kristen Petra
54
Mbok Rhondo
Nenek Timun Mas, seorang janda tua yang telah lama mendambakan seorang anak untuk
menemani kehidupannya yang sepi dan miskin.Dia adalah seorang yang rendah hati dan
mencintai Timun Mas dengan luar biasa.
Gambar 4.7 Referensi bentuk Wayang purwa ide dasar Mbok Rhondo
Ilustrasi mbok rondo terispirasi dari bentuk wayang purwa juga, hnya bentuk muka mbok
rondo menggunakan bentuk muka yang biasa digunakan untuk menggambanrkan orang
yang tua, atau dengan derajat kasta yang kebih rendah. Ciri-cirinya yaitu dengan hidung
yang membundar, dahi yang agak lebar dan agak menonjol kedepan. Sedangkan badannya
tidak menggunakan badan yang agak gemuk seperti ciri wayang aslinya.
Dalam karakter ini Mbok Rondho di buat kurus dan kecil, disesuaikan dengan ceritanya
yang adalah seorang yang miskin. Untuk pakaiannya Mbok Rhondo juga menggunakan
kain kebaya dan kemben sebagai atasan, motif batik dan warna disesuaikan dengan usia
dan kepribadian Mbok Rhondo.
Universitas Kristen Petra
55
Gambar 4.8 Gambar final karakter Mbok Rhondo
Buto Ijo
Gambar 4.9 Contoh referensi Buto Ijo (wayang golek)
dan raksasa (wayang kulit)
Universitas Kristen Petra
56
Dari referensi karakter dasar wayang protagonist dan bentuk wayang golek Buto Ijo
serta raksasa, maka diambil �irri-ciri dasar yang menonjol dan digabungkan menjadi
karakter Buto ijo dalam Buku ini. Dahinya tetap nonong, dengan hidung yang besar dan
gigi taring, bibir yang merah, badan hijau dan besar, juga jari yang berkuku panjang.
Buto Ijo dalam wayang golek digambarkan dengan dahi yang nonong, mata yang
merah dan juga warna tubuh yang hijau, sedangkan raksasa pada wayang kulit
digambarkan berhidung besar dan bertaring tajam serta bermulut lebar. Matanya besar
membelalak, badannya lebih besar dan kekar bila dibandingkan dengan wayang lainnya.
Seorang Raksasa kejam yang memakan anak-anak kecil sebagai santapannya. Dengan
tubuh besar dan taring menyeringai serta mata yang merah menyala. Hatinya kejam tak
berperasaan, yang dipikirkannya hanyalah nafsu kedagingannya saja.
Gambar 4.10 Gmabar final tokoh Buto Ijo
4.2.2. Setting
Setting yang di gunakan banyak diambil dari hutan, pemandangan seperti
pepohonan, rumput liar, bunga dan dahan-dahan banyak mendominasi halaman-halaman
Universitas Kristen Petra
57
iliustrasi buku ini. Hal ini juga untuk mengurangi tumpang tindih antara tokoh dan latar
berakan supaya dapat terfokus pada tokohnya atau jalan ceritanya.
Gambar 4.11 setting latar belakang
Alam yang diambil tentunya berasal dari pemandangan alam bangsa Indonesia
sendiri seperti bunga sepatu, daun-daun pisang, pohon bambu dan sebagainya.
Pewarnaan latar belakang disesuaikan dengan jalan cerita untuk mengeksperesikan
suasana yang mengalir dalam ceriata. Misalkan pada saat suasana tegang dan mencekam
dipilihlah warna-warna gradasi dari warna panas seperti merah, kuning, oranye. Karena
warna-warna tersebut menggambarkan keberanian, bahaya, tegang. Sedangkan untuk
suasana tenang atau gembira dipilihlah warna-warna seperti kuning pastel, hijau segar,
biru. Dan untuk suasana sedih dan haru dipilih warna semu, seprti coklat, abu.
4.2.3. Lay Out
Lay out penyusunan gambar sengaja dibuat natural dan tanpa frame yang
membatasi jelas antara teks dan gambar. Teks sengaja dibuat menyatu dengan gambar
hanya diberi ruang kosong dengan warna yang agak lebih muda untuk memisahkannya. Ha
ini dilakukan untuk memberi kesan dinamis dan natural.
Sedangkan bidang gambar diletakkan disisi kanan dan kiri bagian tepi, yang juga
merupakan 1 adegan bersambung. Untuk penyususnan teks sengaja dibuat tidak terlalu
panjang dan ruwet mengingat target audience yang berumur 5-7 tahun, ini di lakukan
untuk memepermudah mereka membacanya. Berikut adalah contoh ilustrasi yang dijadikan
inspirasi lay out.
Universitas Kristen Petra
58
Gambar 4.12‘Pangeran Katak’
Terbitan gramedia
Sumber : Dokumen Pribadi
Disini terdapat ornamen penghias menggunakan alam, seperti bunga daun dan
pemandangan. Semuanya diambil juga dari alam bangsa kita. Maximal dalam satu halaman
hanya menggunakan 1 atau 2 tokoh saja hal ini untuk menghindarkan keruwetan, dan fokus
pada satu objek menonjol.
Gambar 4.13 Contoh komposisi Lay out
Penempatan gambar disebelah kanan-dan kiri tepian halaman bertujuan untuk membuat
suatu kesatuan antara halaman yang satu dengan yang berikutnya. Sehingga dalam satu
halaman terbuka akan nampak satu adegan bersambung, yang dapat menceritakan jalan
ceritanya. Di bagian tengah diisi dengan teks cerita.
Warna-warna yang dipilih adalah warna-warna cerah dan ceria. Seperti kuning cerah,
merah, hijau daun, dan sebagainya disesuaikan dengan jalan cerita, mengingat target
Universitas Kristen Petra
59
audiencenya adalah anak-anak dan juga warna ceria mampu menarik perhatian anak lebih
banyak dari pada warna-warna pucat. Yang terpenting adalah mengkomposisikan war-na-
warna tersebut sedemikian rupa sehingga dapat nampak kesan cerah ceria dan menarik.
Gambar 4.14 Sketsa dasar contoh penataan komposisi lay out
4.2.4. Font
Font yang digunakan disesuaikan dengan tema desain yaitu mengarah ke budaya
Indonesia (perwayangan). Seharusnya dalam menuturkan cerita wayang asli oleh dalang-
dalang wayang menggunakan bahasa jawa. Bahasa jawa ditulis dengan aksara jawa yang
memiliki karakter meliuk-liuk dan dengan bentuk atau goresan tinta yang tebal. Dari
konsep bentuk huruf aksara jawa inilah kemudian diadaptasikan ke dalam bentuk font
dalam bahasa Indonesia yang memiliki karakter sama. Tetapi tidak terlepas dari tuntutan
target Audience yang adalah anak-anak yang baru bisa membaca maka bentuk huruf yang
dipilih harus cukup sederhana dan juga terbaca dengan mudah (legibilitas yang tinggi).
Universitas Kristen Petra
60
Font untuk teks cerita : Cheltenhm BdItHd Bt
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
1234567890 Font untuk judul cover : Davida Bd Bt
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
1234567890
4.3. Sinopsis cerita Timun Mas
Adegan 1
Hari itu ketakutan besar melanda desa rawa bening. Buto Ijo raksasa yang sangat
ditakuti turun gunung untuk mencari santapan, setelah tidur panjangnya selama beberapa
tahun.
Setiap kali Buto Ijo menagih santapan penduduk desa di sekitar gunung itu lari
kocar-kacir. Buto ijo sesekali dalam beberapa tahun selalu meminta anak-anak penduduk
desa untu di jadikan santapannya.
Adegan 2
Tanpa banyak polah ditangkapnya salah satu anak dan dibawanya pergi dari desa
itu. Penduduk dan orang tua anak-anak hanya bisa pasrah dalam ketakutan mereka tidak
mempunyai kekuatan untuk melawan si Buto Ijo.
Buto Ijo tinggal di sebuah Goa di lereng gunung desa Rawa Bening. Buto ijo tidak
bisa makan makanan lain selain daging dari anak manusia. Ini dilakukannya untuk
menambah kesaktiannya.
Adegan 3
Buto ijo sebenarnya merasa kesepian hidup seorang diri di goa, namun nafsu
makannya yang keji mengharuskan dia untuk hidup sendiri.
Universitas Kristen Petra
61
Di suatu siang yang sepi, angin bertiup sepoi-sepoi, Buto Ijo sedang dalam tidurnya.
Buto terusik oleh suara nyanyian seorang wanita. Dengan rasa ingin tahu Buto mendekati
asal suara itu, ternyata seorang nenek tua yang sedang mencari kayu.
Adegan 4
Buto merasa nyaman mendengar nyanyian si nenek dia merasa seperti dihibur, rasa
jenuh dan kesepiannyapun hilang. Dengan bersembunyi di balik semak-semak buto terus
mengamati si nenek. Kerena merasa terhibur Buto ingin membalas jasa si nenek. Karena
takut si nenek lari ketakutan Buto berbicara dari balik semak, ‘Hei nenek’ Sang nenek
tersentak kaget karena dia tidak bisa melihat dari mana asal suara itu. Buto Ijo
memeperkenalkan diri dan menjelaskan maksudnya untuk mengabulkan permintaan nenek
karena nenek sudah menghibur dia. Nenek dengan rasa penasaran dan takut akhirnya
menyatakan keinginanannya untuk mempunyai seorang anak untuk menemani dia dalam
kehidupannya.
Adegan 5
Buto Ijo memeberikan sebuah timun besar berwarna keemasan dari balik semak-
semak. Dengan terkejut dan heran nenek itu melihat timun itu. Buto berpesan ‘belahlah
timun ini di rumah dan ingat suatu hari nanti aku akan menagih pemberianku kembali, aku
hanya menitipkan dia untuk engkau besarkan’. Dengan ragu nenek menerima timun itu dan
membawanya pulang.
Adegan 6
Perasaan penasaran dan gembira bercampur, nenek membawa pulang timun ajaib
itu. Setibanya dirumah dibelahnya timun itu dengan sangat hati-hati. Terkejutlah dia karena
dari dalam timun terpancar sinar yang menyilaukan mata dan tampaklah seorang bayi
mungil yang cantik dan lucu. Si Nenek sangat gembira menyambut bayi itu, rasa haru dan
sukacita membuat dia lupa akan janjinya pada si Buto Ijo. Bayi itu dinamainya Timun Mas
sesuai dengan asal usulnya. Hari itu jadi hari bersejarah bagi kehidupan si Nenek
Adegan 7
Hari-hari Nenek tidak pernah sama sejak peristiwa ajaib itu. Timun tumbuh menjadi
seorang gadis yang pintar, baik hati, takut tuhan dan juga cantik. Timun mas mengisi hari-
hari Sang Nenek denagn tawa dan canda. Nenek sangat menyayangi Timun dan begitu juga
sebaliknya.
Universitas Kristen Petra
62
Sehari-harinya Timun adalah seorang anak yang rajin. Dia suka membantu Nenek
melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk meringankan beban nenek. Sahabatnya adalah
burung-burung hutan yang setiap saat setia menemani Timun Mas bekerja dan bermain.
Adegan 8
Sementar itu di Gunung di dalam Goa tempat si Buto tinggal……….
Si buti ijo bukanlah seorang makhluk yang bodoh yang melewatkan hari-harinya dengan
tidur dan semedi. Dalam mimpinya ia dapat mengamati kegiatan sehari-hari si Timun Mas.
Buto ijo tahu hari-yang di tunggu-tunggunya sudah semakin dekat. Terkadang butopun geli
dan gemas dibuat oleh tingkah dan celoteh Timun Mas.
Didorong oleh nafsu makannya yang buas dan ketidaksabarannya, Buto ijo
memutuskan untuk mengunjungi si nenek sekaligus mengingatkannya akan janjinya.
Siang itu timun sedang bermain-main bersama dengan burung-burung di dalam
hutan, sedangkan Sang Nenek memotong kayu di pekarangan depan. Seketika itu hati
nenek seperti disambar pertir, dia menangis dan memohon kepada Buto Ijo untuk
membiarkan Timun Mas tinggal. Tetapi Buto Ijo dengan geram menolak permohonan Sang
Nenek. Setelah itu Buto kembali ke Gunung dan menunggu harinya tiba.
Adegan 9
Malam itu Nenek dengan sedih menceritakan semuanya kepada Timun Mas, Nenek
berniat unuk menyembunyikan Timun dari kekejaman Buto Ijo. Dengan doa dan ketulusan
sang Nenek, Dia membekali timun mas dengan limasbenda. Pertama biji timun, jarum,
paku, garam dan terasi. Nenek berpesan agar melemaparkan benda-benda tersebut secara
berurutan kearah Buto Ijo, Juga jangan lupa berdoa sebelum Timun Melakukannya. Pagi-
pagi benar nenek sudah menyuruh Timun untuk pergi, Nenek berpesan kepada Timun
untuk berlari menghindari kejaran si Buto Ijo.
Adegan 10
Buto yang mengetahui perginya timun pagi itu lewat pengelihatannya menjadi
geram dan mengamuk. Buto langsung pergi mengejar si Timun masuk ke dalam Hutan.
Buto Ijo dengan langkahnya yang besar dan berat dengan cepat dapat mengejar si Timun.
Teriakannya menggelegar memanggil si Timun. ‘Hei… Timun Mas dimana kau ayo
keluar…..’. Sementara itu Timun Mas juga tidak berhenti berlari, Timun sempat tersentak
oleh suara gelegar Buto. Namun Timun terus berlari sambil berdoa .
Universitas Kristen Petra
63
Adegan 11
Akhirnya Buto dapat menyusul Timun. Hati Timun berdegup kencang karena Buti
Ijo sudah tinggal selangkah darinya, kemudian Timun berdoa dan melemparkan biji timun
pemberian Sang nenek. Dengan sekejap ada banyak selali timun-timun besar tumbuh di
depan Buti Ijo. Karena Haus dan lapar akibat mengejar Timun, Buto melahap semua timun-
timun itu. Sementara itu Timun meloloskan diri dan berlari lagi.
Adegan 12
Setelah kenyang Buto kembali teringat akan Timun Mas dan mengejarnya kembali.
Ketika Buto Ijo sudah dekat, Timun Mas kembali berdoa sambil melemparkan Jarum
barang ke dua yang di berikan Nenek. Dengan sekejab tumbuhlah Hutan bambo yang lebat
dan mengahalangi langkah Buto untuk mengejar Timun. Buto menjadi marah dan
mencabut semua bambu-bambu yang menghalangi dia. Tetapi bulu-bulu bambu yang
lembut melekat di kulitnya dan membuat dia gatal.
Adegan 13
Timun terus berlari dengan kencang tanpa memeperdulikan Buto. Tidak lama Buto
Ijo kembali menyusul Timun dengan tubuh yang gatal dia berteriak dan berusaha
menangkap Timun. Timun Mas melemparkan bekal yang ketiga yaitu paku. Dengan cepat
paku itupun berubah menjadi pohon berduri yang lebat dan menghalangi Buto kembali.
Buto menjadi semakin marah dia merasa dipermainkan di terobosnya hutan pohon berduri
itu, tetapi duri-duri dari pohon-pohon itu melukai Buto. Buto keluar dengan luka dan darah
di sekujur tubuhnya.
Adegan 14
Luka dan gatal tidak menghentikan Buto untuk menangkap si Timun. Akhirnya
sampailah Buto pada sebuah lembah dan dilihatnya Timun yang sudah mulai kelelahan.
Timun sudah kehabisan tenaga Butopun juga sudah kelelahan. Dilemparkan barang yang
keempat, garam yang berubah menjadi danau dengan air garam yang membuat luka di
sekujur tubuh si Buto Ijo menjadi perih. Buto ijo sudah hampir tidak tahan dengan rasa
perih tetapi ia terus berusaha untuk keluar dari danau itu dan mengejar Timun.
Adegan 15
Terakhir Timun sudah sangat lelah dan dia berdoa memohon kepada Tuhan untuk
menolongnya. Ketika Buto tinggal selangkah jauhnya, Timun melemparkan bekal yang
Universitas Kristen Petra
64
kelima terasi. Terasi itu berubah menjadi kubangan Lumpur yang Besar. Semakin lama
semaikin besar dan menghisap Buto ke dalamnya. Buto memberontak dan berusaha keluar
tetapi dia semakin tenggelam. Buto akhirnya berteriak minta tolong kepada Timun, tetapi
semuanya sudah terlambat dan Buto hanya bisa menyesal.
Adegan 16
Timun selamat dan Dia kembali kepada sisi Nenek yang sangat mencintainya.
Nenek menyambutnya dengan haru dan sukacita. Setelah peristiwa itu desa Rawa bening
menjadi damai kembali. Tidak ada lagi Raksasa yang mereka takutkan, Timun mas dan
neneknya hidup dalam kedamaian dan kebahagiaan.
Nafsu, keinginan, dan ambisi kehidupan kita harus bisa dikendalikan sebelum dia
merugikan diri sendiri dan orang lain di sekitar kita. Buto ijo memilih untuk memuaskan
nafsunya yang buas dan Dia akhirnya harus membayar perbuatannya dengan cara yang
mengenaskan juga.
4.4 Perancangan
4.4.1. Thumb Nail
Sketsa awal adegan-adegan Timun Mas
Gambar 4.15 sketsa awal halaman 1-2
Universitas Kristen Petra
65
Gambar 4.16 sketsa awal halaman 3-4
Gambar 4.17 sketsa awal halaman 5-6
Gambar 4.18 sketsa awal halaman 7-8
Universitas Kristen Petra
66
Gambar 4.19 sketsa awal halaman 9-10
Gambar 4.20 sketsa awal halaman 11-12
Gambar 4.21 sketsa awal halaman 13-14
Universitas Kristen Petra
67
Gambar 4.22 sketsa awal halaman 15-16
Gambar 4.23 sketsa awal halaman 17-18
Gambar 4.24 sketsa awal halaman 19-20
Universitas Kristen Petra
68
4.4.2. Thigt Tissue
Gambar 4.25 Thight Tissue hal 3-4
Gambar 4.26 Thight Tissue hal 5-6
Gambar 4.27 Thight Tissue hal 8 dan 9
Universitas Kristen Petra
69
Gambar 4.28 Thight Tissue hal 13 dan 11
Gambar 4.29 Thight Tissue hal 10 dan 15
4.4.3. Final
4.4.3.1. Lay Out
Gambar 4. 30 Lay Out halaman 1 Gambar 4. 31 Lay Out halaman 2
Universitas Kristen Petra
70
Gambar 4. 32 Lay Out halaman 3 Gambar 4.33 Lay Out halaman 4
Gambar 4.34 Lay Out halaman 5 Gambar 4.35 Lay Out halaman 6
Gambar 4.36 Lay Out halaman 7 Gambar 4.37 Lay Out halaman 8
Universitas Kristen Petra
71
Gambar 4.38 Lay Out halaman 9 Gambar 4.39 Lay Out halaman 10
Gambar 4.40 Lay Out halaman 11 Gambar 4.41 Lay Out halaman 12
Gambar 4.42 Lay Out halaman 13 Gambar 4.43 Lay Out halaman 14
Universitas Kristen Petra
72
Gambar 4.44 Lay Out halaman 15 Gambar 4.45 Lay Out halaman 16
Gambar 4.46 Lay Out halaman 17 Gambar 4.47 Lay Out halaman 18
Gambar 4.48 Lay Out halaman 19 Gambar 4.49 Lay Out halaman 20
Universitas Kristen Petra
73
Gambar 4.50 Lay Out halaman 21 Gambar 4.51 Lay Out halaman 22
Gambar 4.52 Lay Out halaman 23 Gambar 4.53 Lay Out halaman 24
Gambar 4.54 Lay Out halaman 25 Gambar 4.55 Lay Out halaman 26
Universitas Kristen Petra
74
Gambar 4.56 Lay Out halaman 27 Gambar 4.57 Lay Out halaman 28
Gambar 4.58 Lay Out halaman 29 Gambar 4.59 Lay Out halaman 30
Gambar 4.60 Lay Out halaman 31 Gambar 4.61 Lay Out halaman 32
Universitas Kristen Petra
76
4.4.3.2. Poster A2
Lay Out Poster pameran
Gambar 4.64 Lay Out Poster Pameran
Ukuran A2
Universitas Kristen Petra
77
4.4.3.3. Cover Packaging
Gambar 4.65 Cover belakang dan depan
Ukuran A4 (21x30)
Gambar 4.66 Final Packaging
Hard Cover (20 x 30 x 1,5 cm)
Universitas Kristen Petra
78
4.4.3.4. Merchandise
Merchandise ditempatkan didalam buku di bagian belakang, selain berfungsi
sebagai merchandise juga berfungsi sebagai kegiatan aktivitas sarana untuk anak-anak
bermain. Disisi akan dituntut kemampuan motorik halus anak untuk kegiatan gunting
tempel.
Ide dasar dari merchandise diambil dari pergelaran seni wayang dan
disederhanakan sehingga lebih mudah untuk dipahami anak.
Ditengah-tengah boneka diselipkan stick es krim yang sudah tidak di pakai, boneka
di gunting sesuai lekukan dan direkatkan 2 sisi. Anak kemudian dapat memainkan karakter-
kerakter yang mereka sukai bersama dengan teman yang lainnya. Dengan menggunakan
imajinasi mereka mereka dapat membuat panggung drama sendiri.
Gambar 4.67 Setting panggung
(55 x 18)
Universitas Kristen Petra
79
Gambar 4.68 Boneka Buto
Gambar 4.69 Boneka Timun Mas
Gambar 4.70 Boneka Mbok Rhondo
Universitas Kristen Petra
80
Gambar 4.71 Boneka Penduduk Desa
4.4.3.5. Katalog Pameran
Gambar 4.72 Lay Out Dalam Katalog Pameran
Ukuran (15 x 21,22)
Universitas Kristen Petra
81
Gambar 4.73 Lay Out Luar Katalog Pameran
Ukuran (15 x 21,22)
Gambar 4.74 Final Katalog Pameran
Universitas Kristen Petra
82
4.4.3.6. Poster Promo
Gambar 4.75 Final Poster Promo
Bentuk Mini X-Banner Ukuran (24 x 40)
4.4.3.7. Stan Buku Promo
Gambar 4.76 Final Stand Buku Promo
Bentuk Dummy