HIbah MITI - Pembangunan Minapolitan dengan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Budi Daya Rumput Laut...

46
i PROGRAM HIBAH MITI PENGABDIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (P2M) Pembangunan Minapolitan dengan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Budi Daya Rumput Laut Eucheuma cottonii Berbasis Education for Sustainable Development (ESD) di Desa Bajo, Kecamatan Kepulauan Botanglomang, Kabupaten Halmahera Selatan Oleh : 1. Muhammad Khairiskam 2. Fernando Dwi Agustia 3. Sintha Dewi Widya Kumala 4. Sofyan Yusuf 5. Sarah Rizky Wulaningrum 6. Fata Hanifah 7. Adhila Rachma (NIM. 10/301495/FA/08574) (NIM. 11/319931/PA/14304) (NIM. 13/358034/SA/17292) (NIM. 11/319711/TK/38829) (NIM. 11/320112/PA/14328) (NIM. 11/318593/SA/16113) (NIM. 11/317668/PS/06233) UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014

Transcript of HIbah MITI - Pembangunan Minapolitan dengan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Budi Daya Rumput Laut...

i

PROGRAM HIBAH MITI

PENGABDIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (P2M)

Pembangunan Minapolitan dengan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Budi

Daya Rumput Laut Eucheuma cottonii Berbasis Education for Sustainable

Development (ESD) di Desa Bajo, Kecamatan Kepulauan Botanglomang,

Kabupaten Halmahera Selatan

Oleh :

1. Muhammad Khairiskam

2. Fernando Dwi Agustia

3. Sintha Dewi Widya Kumala

4. Sofyan Yusuf

5. Sarah Rizky Wulaningrum

6. Fata Hanifah

7. Adhila Rachma

(NIM. 10/301495/FA/08574)

(NIM. 11/319931/PA/14304)

(NIM. 13/358034/SA/17292)

(NIM. 11/319711/TK/38829)

(NIM. 11/320112/PA/14328)

(NIM. 11/318593/SA/16113)

(NIM. 11/317668/PS/06233)

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

ii

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah

SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

proposal ini dapat diselesaikan. Proposal ini bertujuan untuk mengembangkan

potensi kelautan dan perikanan khususnya rumput laut di Halmahera Selatan. Oleh

karena itu, kami mencoba untuk membudidayakan rumput laut yang diharapkan

dapat mengoptimalisasi potensi rumput laut sebagai komoditas yang

menjanjikan.

Program dan penyusunan proposal ini dapat diselesaikan oleh penulis

tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada MITI yang telah mengadakan program

Hibah Pemberdayaan Kepada Masyarakat, Bapak Soenarwan Hery

Poerwanto, S.Si.,M.Kes selaku dosen pembimbing, serta seluruh tim yang telah

bekerja menyelesaikan proposal ini.

Kami menyadari bahwa program yang direncanakan ini masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat

diharapkan demi penyempurnaan penelitian ini. Semoga karya yang

sederhana ini tetap dapat bermanfaat bagi pengembangan potensi rumput

laut di Halmahera Selatan.

Yogyakarta, 12 Februari 2014

Penulis

iv

ABSTRAK

Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah

(Rhodophyceae) yang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, Eucheuma

cottonii dimanfaatkan untuk industri farmasi dan makanan sebagai stabilizer,

thickhener, gelling agent, additif, dan suspensi. Selain itu, Eucheuma cottonii juga

mengandung antioksidan dan serat yang cukup tinggi serta mineral yang

bermanfaat bagi tubuh. Melihat banyak manfaat potensial pada Eucheuma

cottonii, hal ini dapat menjadi peluang bisnis bagi masyarakat Indonesia,

khususnya di daerah perairan laut yang dijadikan sebagai lahan budidaya rumput

laut. Budidaya rumput laut merupakan program pengembangbiakan terencana

rumput laut pada lahan perairan. Program ini menggunakan metode Long-line

yang merupakan salah satu metode yang banyak diminati dalam budidaya rumput

laut dan cocok untuk diterapkan di desa Bajo, Halmahera Selatan dengan

komoditas kelautan menjadi potensi utama daerah ini. Pemberdayaan masyarakat

melalui budidaya rumput laut diharapkan dapat menjadi alternatif pendapatan

masyarakat desa Bajo. Konsep ditanamkan adalah konsep pemberdayaan yang

berbasis Education for Suistainable Development (ESD) dengan tetap menjaga

kearifan lokal. Selain menjadi sumber tambahan penghasilan, program ini

diharapkan dapat semakin membuka lebar lapangan kerja dan peluang usaha

sampingan di desa Bajo. Dalam skala yang lebih makro, pengembangan potensi

laut ini diharapkan dapat membantu pemerintah untuk mensejahterakan

masyarakat Kabupaten Halmahera Selatan.

Kata kunci : Eucheuma cottonii, rumput laut, budidaya, long-line, desa Bajo,

ESD.

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim dengan luas lautan mencapai

5,8 juta km2 yang terdiri dari perairan teritorial, perairan laut 12 mil dan

perairan ZEE Indonesia. Lautan Indonesia merupakan wilayah Marine Mega-

Biodiversity terbesar di dunia yang memiliki 8.500 spesies ikan, 950 spesies

biota terumbu karang dan 555 spesies rumput laut. Namun, potensi budidaya

laut yang mencapai luasan 12,55 juta hektar ternyata memiliki tingkat

pemanfaatan yang masih relatif rendah, yaitu sekitar 117.649 hektar atau 0,94

persen (1)

.

Selain gelar negara maritim, Indonesia juga mendapat gelar negara

kepulauan dengan jumlah pulau terbanyak di dunia. Hasil survey geografi dan

toponimi Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi (Timnas PNR) tahun

2007 hingga 2010 menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai 13.466

pulau(2)

.

Salah satu pulau yang memiliki potensi laut yang melimpah di

Indonesia adalah Kepulauan Maluku khususnya Kabupaten Halmahera

Selatan dengan Ibu Kota Bacan (Labuha). Kabupaten ini secara administrasi

merupakan bagian dari Provinsi Maluku Utara yang terbagi dalam 30

kecamatan dan 255 desa/kelurahan, dan salah satu desa yang ada di

Kecamatan Kepulauan Batanglomang adalah desa Bajo. Desa Bajo yang

sebagian besar wilayahnya adalah perairan, memiliki berbagai potensi hasil

laut yang melimpah, antara lain: ikan cakalang, tuna, deho, layang, marlin,

kembang, bawal, cucut, lemuru, tenggiri, teri, kembung, tongkol, julung-

julung, udang, rajungan, kerapu, kakap, lobster, kepiting, cumi-cumi dan

rumput laut.

Rumput laut atau gulma laut merupakan salah satu sumber daya hayati

yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Yang dimaksud sebagai gulma laut

adalah anggota dari kelompok vegetasi yang dikenal sebagai alga

("ganggang"). Sumber daya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang

berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Gulma laut alam

biasanya dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati. Selain hidup

bebas di alam, beberapa jenis gulma laut juga banyak dibudidayakan oleh

sebagian masyarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis gulma laut yang banyak

dibudidayakan di antaranya adalah Euchema cottonii. Di desa Bajo sendiri,

budidaya rumput laut baru dikembangkan oleh satu keluarga dengan tiga

orang tenaga kerja. Potensi rumput laut yang melimpah tersebut dapat dinilai

belum dikelola dan dikembangkan secara maksimal. Pembudidaya rumput

laut desa Bajo belum dapat mengelola komoditi unggulan tersebut menjadi

produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Hal ini akibat pola pikir yang

masih instan. Sehingga rumput laut yang mereka budidayakan langsung dijual

tanpa diolah terlebih dahulu.

Sangat sedikitnya jumlah pembudidaya rumput laut dan masih

minimnya kreativitas dan inovasi hasil budidaya rumput laut di desa Bajo

memunculkan ide pada kami untuk membuat suatu program dengan judul

β€œPembangunan Minapoltan dengan Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Budidaya Rumput Laut Euchema cottonii Berbasis Education for Sustainable

2

Development (ESD) di desa Bajo, Kecamatan Kepulauan Botanglomang,

Kabupaten Halmahera Selatan”. Program ini bertujuan untuk membangun dan

mengembangkan masyarakat desa Bajo agar lebih kreatif dan inovatif dalam

mengolah sumber daya kelautan, khususnya rumput laut. Pemberdayaan

masyarakat yang melibatkan peran aktif dari masyarakat desa Bajo

disesuaikan dengan budaya dan kearifan lokal setempat. Implementasi

pendekatan tersebut dilakukan melalui penggabungan metode dari beberapa

kajian pemberdayaan.

Dalam penyusunan program, kami mendasarkan pada metode

Education for Sustainable Development (ESD) yang akan digunakan untuk

mengatasi berbagai permasalahan yang ada. Kegiatan ESD yang akan

dilaksanakan meliputi pendidikan untuk pengembangan program

berkelanjutan sebagai media yang efektif dan edukatif yaitu dengan

menerjunkan mahasiswa ke tengah-tengah masyarakat yang akan menangkap

dan mengembangkan pola pikir yang berimbang dengan mencakup tripple

bottom line, yakni saling terkait antara sektor ekonomi, sosial, dan

lingkungan. Itulah mengapa bidang usaha kreatif rumah tangga dipilih dalam

mengembangkan potensi masyarakat desa Bajo. Tiap-tiap program kegiatan

yang dirancang akan menggunakan metode dan teknologi yang bisa

memberikan kesadaran serta kemampuan terutama generasi mendatang untuk

berkontribusi dalam keberlanjutan program ini.

Pemberdayaan masyarakat melalui budidaya rumput laut diharapkan

dapat menjadi alternatif pendapatan masyarakat desa Bajo. Konsep yang

harus ditanamkan adalah konsep pemberdayaan yang berbasis ESL

(Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan) dengan tetap menjaga kearifan lokal.

Selain menjadi sumber tambahan penghasilan, program ini diharapkan dapat

semakin membuka lebar lapangan kerja dan peluang usaha sampingan di desa

Bajo. Dalam skala yang lebih makro, pengembangan potensi laut ini

diharapkan dapat membantu pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat

Kabupaten Halmahera Selatan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah yang ada di desa Bajo adalah sebagai berikut:

1. Apakah budidaya rumput laut di desa Bajo efektif untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat setempat ?

2. Bagaimana teknik budidaya yang tepat untuk menghasilkan rumput laut

berkualitas dalam jumlah besar ?

3. Bagaimana meningkatkan hasil panen rumput laut desa Bajo dengan

program yang ditawarkan ?

4. Bagaimana meningkatkan nilai jual rumput laut agar menjadi komoditi

unggulan di desa Bajo ?

C. Tujuan

Tujuan dari program ini ditinjau dari beberapa aspek, yaitu:

Keilmuan

Membantu mengimplementasikan teknologi tepat guna di

masyarakat untuk meningkatkan daya saing potensi lokal.

3

Mengoptimalkan pengelolaan potensi laut Kabupaten Halmahera

Selatan khususnya Desa Bajo Kecamatan Batanglomang dengan

memberikan keterampilan dan wawasan kepada masyarakat terkait

budidaya kelautan khususnya rumput laut.

Meningkatkan kapasitas pengetahuan masyarakat terhadap budidaya

rumput laut desa Bajo.

Sosial Kemasyarakatan

Meningkatkan kemampuan warga dalam mengelola usaha mandiri.

Meningkatkan kerukunan warga dengan melibatkan dalam

kerjasama meningkatkan kesejahteraan bersama.

Perekonomian

Meningkatkan nilai jual serta daya saing rumput laut.

Mengembangkan perekonomian masyarakat dengan

mengoptimalkan usaha yang sudah ada.

Mengangkat kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat desa Bajo,

Kecamatan Kepulauan Botanglomang, Kabupaten Halmahera

Selatan.

D. Harapan dan Manfaat

1. Harapan dari terealisasinya program ini yaitu:

Meningkatkan nilai jual dan daya saing rumput laut di desa Bajo

Potensi laut desa Bajo khususnya rumput laut teroptimalkan dengan baik

Meningkatkan perekonomian masyarakat sehingga taraf hidup dan

kesejahteraan masyarakat desa Bajo, Kecamatan Batang Lomang,

Kabupaten Halmahera Selatan terangkat

2. Manfaat yang akan diperoleh berbagai pihak dari terealisasinya program

ini yaitu:

Bagi Masyarakat

Terfasilitasi untuk mengembangkan potensi desa Bajo dengan

memanfaatkan SDA secara optimal

Taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat desa Bajo meningkat

Bagi Investor

Terfasilitasi untuk mewujudkan visinya yaitu meningkatkan daya

saing Indonesia dalam lingkup perekonomian global dengan

mengoptimalkan potensi lokal

Bagi Pemerintah Daerah

Terfasilitasi dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat

Terbantu dalam mengelola SDA daerahnya

Bagi Pemerintah

Terbantu mengoptimalkan hasil laut

Terbantu meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan bagi masyarakat

Desa Bajo, Kecamatan Batang Lomang, Kabupaten Halmahera

Selatan

4

BAB 2

GAMBARAN UMUM DAN KONDISI MASYARAKAT

A. Gambaran Umum Masyarakat

Wilayah Kabupaten Halmahera Selatan dengan ibu kota Bacan

(Labuha), secara administrasi merupakan bagian dari wilayah Provinsi

Maluku Utara dengan luas sekitar 40.236,72 km2

yang terdiri atas luas daratan

8.779,32 km2

dan lautan seluas 31.484,4 km2. Kabupaten Halmahera Selatan

terbagi dalam 255 desa/kelurahan dan 30 Kecamatan (3)

.

1. Topografi Wilayah

Sebagai wilayah kepulauan maka topografi wilayah Kabupaten

Halmahera Selatan seluas 61,1 persen tergolong lahan agak curam (derajat

kemiringan 15-40%) dan lahan curam (derajat kemiringan >40%). Hanya

38,9 persen saja tergolong datar dan landai yang banyak terdapat di wilayah

pesisir. Semakin ke dalam dan jauh dari pantai maka kebanyakan lahan

berbukit-bukit. Wilayah kecamatan yang memiliki mayoritas daerah dengan

jenis kelerengan datar - landai (0 - 2 ΒΊ) antara lain kecamatan Kayoa, Kayoa

Utara, Kayoa Selatan, Gane Timur, Gane Timur Tengah, Gane Timur

Selatan, Kepulauan Joronga, Kepulauan Botanglomang, Mandioli Utara,

Mandioli Selatan, Obi Utara, dan Obi Timur. Sedangkan wilayah kecamatan

yang memiliki kondisi kelerengan curam – sangat curam (15 - >40 ΒΊ) adalah

kecamatan Makian, Makian Barat, Gane Barat Utara, Gane Barat, Gane

Barat Selatan, Bacan, Bacan Timur, Bacan Selatan, Bacan Timur Selatan,

Bacan Timur Tengah, Obi, dan Obi Selatan (4)

.

2. Hidrologi Wilayah

Kondisi hidrologi (kondisi air permukaan dan air tanah) Kabupaten

Halmahera Selatan dipengaruhi oleh iklim, curah hujan serta keberadaan

sungai dan danau. Berdasarkan keberadaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

yang telah teridentifikasi, Kabupaten Halmahera Selatan memiliki 151 DAS

dan 5 buah danau (dengan 4 danau besar yang terdapat di Kecamatan Gane

Timur, Kecamatan Bacan Timur dan Kecamatan Obi) (4)

.

3. Potensi Wilayah

Komoditi unggulan Provinsi Maluku Utara pada umumnya adalah

sektor perikanan karena wilayahnya yang sebagian besar merupakan

perairan. Pada sektor perikanan, komoditi yang diunggulkan sangat

beragam, antara lain: ikan pelagis besar (tuna, cakalang, tongkol, kakap,

tenggiri) sebesar 424.260 ton/tahun ikan pelagis kecil (ikan teri, kembung,

layang selar, julung) sebesar 169.834,33 ton/tahun; ikan demersal (kakap

merah. lengcan, ekor kuning, dan baronang) sebesar 6.7801,78 ton/tahun;

lobster sebesar 14.992,37 ton/tahun; cumi-cumi sebesar 22.874,16

ton/tahun; udang peneid sebesar 26.545,26 ton/tahun; rumput laut sebesar

16.387 ton/tahun (5)

.

Kabupaten Halmahera Selatan juga memiliki potensi unggulan yang

bersumber dari sektor perikanan. Sebagian besar desa (234 Desa) atau 95%

terletak di daerah pesisir, dengan mata pencaharian mereka sebagian besar

dari hasil laut. Panjang garis pantai 2.394,61 km, dengan luas kawasan

5

untuk budidaya laut sekitar 30.050 Ha dan baru dimanfaatkan sebagian.

Sehingga komoditas kelautan merupakan potensi utama daerah ini, sesuai

dengan MP3EI. Rumput laut, merupakan komoditas yang tumbuh baik di

Kabupaten Halmahera Selatan. Apalagi teknologi budidayanya cukup

sederhana dan memerlukan modal yang relatif sedikit, sehingga sangat

sesuai dengan SDM setempat.. Pengembangan rumput laut secara masal

merupakan upaya dalam memperkuat program pemerintah dalam

mewujudkan peningkatan kesempatan kerja (pro job/ job opportunities),

penumbuh kembangkan perekonomian daerah (pro growth/economic

growth) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (pro poor/community

welfare). Pengembangan budidaya rumput laut menyentuh langsung kepada

kehidupan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang pada umumnya

berpenghasilan rendah terutama nelayan, sehingga program ini tepat untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah (6)

.

Tabel 1. Daftar Unit Produksi Unggulan Minapolitan UPT Lingkup

BPSDM KP (7)

N

o Provinsi

Kabupaten/Kot

a

Komoditas Tahun 2010

Perikanan

Tangkap

Perikanan

Budidaya KKP KPU

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Bangka Belitung Bangka Selatan Kembung, Kakap

Rumput Laut,

Udang 1 1

2

Belitung Kembung,Layang Rumput Laut 1

3 Lampung lampung Selatan Kembung, Kakap

Udang, Rumput

Laut 1

4 DKI Jakarta

Kota Jakarta

Utara

Tuna, Kembung,

Kakap - 1 1

5 Banten Serang -

Udang, Rumput

Laut, Nila 1 1

6

Daerah Istimewa

Yoygakarta Gunung Kidul Tuna, Cakalang Lele 1

7 Sulawesi Utara

Minahasa

Selatan - Rumput Laut 1 1

8

Kota Bitung Tuna, Cakalang - 1

9 Gorontalo Gorontalo Utara Tuna, Cakalang Udang 1 1

10 Sulawesi Tengah Tojo Una-una - Rumput Laut 1 1

11 Sulawesi Barat Mamuju Kembung,Tuna Udang, Bandeng, 1

6

Berdasarkan data-data yang ada, bidang perikanan dan kelautan

sudah sepatutnya menjadi potensi yang perlu diperhatikan dan

dimaksimalkan dari daerah yang memang berbatasan dengan laut. Potensi

laut yang ada di Desa Bajo sangat melimpah. Komoditas rumput laut di

Kabupaten Halmahera Selatan mencapai 180 ton (8)

.

Kesadaran untuk menjadikan pembangunan berbasis sumberdaya

kelautan dan perikanan sebagai motor penggerak pembangunan nasional

harus terus dieksplorasi. Hal ini tercermin pula dalam keputusan politik

nasional, sebagaimana terimplementasi dalam Undang-undang No.17 tahun

2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

yang salah satu misinya menyatakan: Mewujudkan Indonesia menjadi

negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan

nasional (9)

.

Rpt Laut

12 Sulawesi Tenggara Kolaka - Bandeng , Udang 1 1

13

Konawe Selatan -

Rumput Laut,

Udang, Bandeng 1

14 Bali Klungkung - Rumput Laut 1 1

15

Jembrana Lemuru Udang 1

16 NTB Bima

Kembung,

Cakalang Rumput Laut 1 1

17 NTT Sikka - Rumput Laut 1

18 Maluku Utara

Halmahera

Selatan

Cakalang,

Kembung

Rumput Laut,

Kerapu 1

19

Marotai Tuna, cakalang

Rumput Laut,

Kerapu 1

20

Kota Ternate

Cakalang,

Kembung - 1

21 Papua Waropen -

Rumput Laut,

Kerapu 1 1

22

Kota Jayapura -

Rumput Laut,

Kerapu 1

23 Papua Barat Raja Ampat -

Rumput Laut,

Kerapu

7

4. Kondisi Masyarakat yang dikembangkan

Jumlah penduduk Kabupaten Halmahera Selatan tahun 2011 sebanyak

203.707 jiwa. Luas wilayah daratan Halmahera Selatan adalah 8.779,32 km2

sehingga kepadatan penduduk rata-rata hanya 23 jiwa per kilometer persegi 8. Angka yang sangat kecil dibandingkan dengan kepadatan penduduk di

kabupaten lain di Indonesia. Kepadatan penduduk di Halmahera Selatan

tersebar tidak merata. Hal ini terlihat dari rentang kepadatan penduduk yang

sangat jauh antar kecamatan. Kepadatan terendah yaitu 5 jiwa per kilometer

persegi terdapat di Kecamatan Obi Timur dan kepadatan tertinggi terdapat

di Kecamatan Kayoa Selatan yaitu 227 jiwa per kilometer persegi. Untuk itu

perlu dirumuskan pembangunan wilayah kecamatan yang merata sehingga

penduduk tidak terkonsentrasi dalam satu atau beberapa wilayah (4)

.

Kecamatan Bacan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk

paling banyak, yaitu 19.991 jiwa pada tahun 2011. Struktur umur

penduduknya juga tergolong penduduk usia muda jumlahnya lebih banyak

daripada penduduk usia tua. Sedangkan kecamatan dengan jumlah

penduduk paling sedikit adalah kecamatan Kayoa Utara, dengan jumlah

penduduk 2.727 jiwa. Struktur umur penduduk di wilayah ini cenderung

proporsional, dimana jumlah penduduk usia muda dengan jumlah penduduk

usia tua tidak terlalu jauh berbeda (4)

.

Rasio jenis kelamin menunjukan jenis kelamin laki-laki lebih tinggi

dari perempuan. Pada tahun 2011 data menunjukan jumlah laki-laki

mencapai 104.240 jiwa dan perempuan mencapai 99.467 jiwa. Berdasarkan

struktur umurnya penduduk Halmahera Selatan tergolong pada strata usia

muda. Hal ini terlihat jelas dengan banyaknya persentase golongan umur

muda. Hal ini menunjukkan tingginya fertilitas penduduk Halmehera

Selatan. Artinya pada tahun-tahun ke depan penduduk Halmahera Selatan

lebih didominasi oleh usia muda, sehingga struktur penduduknya lebih

dinamis. Kondisi ini perlu disikapi dengan baik yaitu dengan penyediaan

fasilitas kesehatan dan pendidikan yang menunjang perkembangan pemuda

yang diharapkan mampu membangun Halmahera Selatan (4)

.

.

B. Kondisi Masyarakat

Kelompok sasaran pelaksanaan program MITI P2M 2014 ini adalah

masyarakat Desa Bajo, Kecamatan Kepulauan Botanglomang, Kabupaten

Halmahera Selatan dengan prioritas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah

pemuda desa, perangkat desa, pelajar, dan warga lainnya di desa tersebut.

Adapun analis kondisi masyarakat menggunakan strategi analisi SWOT

adalah sebagai berikut.

1. Strength (Kekuatan)

a. Masyarakat lokal memiliki mata pencaharian utama sebagai nelayan.

b. Masyarakat lokal terbuka terhadap program-program dari luar.

c. Masyarakat lokal sudah memiliki usaha rumah tangga.

d. Potensi rumput laut di Kabupaten Halmahera Selatan yang tinggi.

2. Weakness (Kelemahan)

a. Masyarakat lokal sudah merasa nyaman dengan kondisi kehidupannya

saat ini sehingga cenderung malas.

8

b. Adanya benturan kepentingan antara masyarakat suku bajo asli dan

masyarakat.

c. Kurangnya pendidikan teknologi bagi masyarakat lokal.

d. Kurangnya kekreatifan masyarakat lokal dalam mengolah bahan

mentah.

e. Karakter masyarakat yang merasa memiliki kekayaan alam malah

menjadikannya sering membuat sampah ke laut.

3. Opportunity (Peluang)

a. Adanya perhatian dan peran serta pemerintah daerah Halmahera

Selatan.

b. Sudah adanya Badan Usaha Milik Daerah yang membantu

pengembangan usaha di bidang perikanan dan kelautan di desa Bajo.

c. Pemerintah memiliki program PNPM Mandiri bagi masyarakat

sebagai proram Top Down.

4. Threat (Ancaman)

a. Adanya pengepul hasil laut dari luar Halmahera Selatan yang

mengekspornya dalam skala besar.

b. Kondisi alam yang dapat berubah.

c. Listrik dan sarana transportasi yang masih jauh dari sempurna.

9

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

A. Identifikasi Rumput Laut Eucheuma cottoni

Rumput laut atau algae merupakan tumbuhan laut yang tidak dapat

dibedakan antara akar,daun dan batang, sehingga seluruh tubuhnya disebut

thallus.Berdasarkan kandungan pigmen yang terdapat dalam thallus rumput

laut, maka dapat dibedakan Chlorophyceae (Alga Hijau) , Rhodophyceae

(Alga merah) dan Phaeophyceae (Alga coklat). Ketiga golongan tersebut

mempunyai nilai ekonomis penting karena kandungan senyawa kimianya.

Rumput laut Merah Banyak Terdapat Di Daerah Perairan Indonesia.

Hasil uji taksonomi pada laboratorium Biologi Universitas Airlangga

Surabaya (10)

menunjukkan hasil sebagai berikut,

Gambar 1. Eucheuma cottonii

Divisi : Rhodophyta

Kelas : Rhodophyceae

Ordo : Gigartinales

Famili : Soliariaceae

Genus : Eucheuma

Spesies:Eucheuma cottonii

B. Kandungan Kimia Rumput Laut

Kandungan rumput laut umumnya adalah mineral esensial (besi, iodin,

aluminum, mangan, calsium, nitrogen dapat larut, phosphor, sulfur, khlor,

silicon, rubidium, strontium, barium, titanium, cobalt, boron, copper, kalium,

dan unsur-unsur lainnya), asam nukleat, asam amino, protein, mineral, trace

elements, tepung, gula dan vitamin A, D, C, D E, dan K (10)

Rumput laut memiliki kandungan karbohidrat (gula atau vegetable-

gum), protein, sedikit lemak, dan abu yang sebagian besar merupakan

senyawa garam natrium dan kalium. Selain itu, rumput laut juga mengandung

vitamin-vitamin, seperti vitamin A, B1, B2, B6, B12, dan C; bekaroten ; serta

mineral, seperti kalium, kalium fosfor, natrium, zat besi, dan yodium (11)

.

Beberapa jenis rumput laut mengandung lebih banyak vitamin dan

mineral penting, seperti kalsium dan zat besi bila dibandingkan dengan

sayuran dan buah-buahan. Beberapa jenis rumput laut juga mengandung

protein yang cukup tinggi, zat-zat tersebut sangat baik untuk dikonsumsi

sehari-hari karena mempunyai fungsi dan peran penting untuk menjaga dan

mengatur metabolisme tubuh manusia (11)

.

10

C. Manfaat Rumput Laut

Di Indonesia, meskipun tidak tercatat dalam literatur obat tradisional,

ternyata masyarakat di wilayah pesisir sudah sejak lama dimanfaatkan

beberapa jenis rumput laut untuk tujuan pengobatan. Pada umumnya, air

rebusan (decoction) rumput laut digunakan untuk pengobatan dalam maupun

luar. Cara pemanfaatan lain yaitu dengan digerus terlebih dahulu, kemudian

digunakan untuk obat luar dalam bentuk bubur (12)

Rumput laut di bidang pengobatan tradisional digunakan untuk

pengobatan berbagai jenis penyakit. Sebagai antipiretik, digunakan jenis

Sargassum siliquosum, Ulva lactuca, Enteromorpha compressa, dan

Enteromorpha prolifera. Sebagai obat cacingan (anthelmintik dan

vermifuges), digunakan Caloglosa sp, Grateloupia filicina, Codium sp. Untuk

pengobatan bronkhitis, asma, dan, batuk digunakan jenis-jenis Porphyra

atropurpurae, Eucheuma gelatinae, Euceuma muricatum, Enteromorpha

compressa, dan Enteromorpha prolifera. Untuk pengobatan hemorroids,

digunakan air rebusan (decoction) Gelidium amansii, Gelidium latifolium,

Gracilaria verucosa, Gracilaria eucheumoides, Eucheuma gelatine, dan

Euchema muricatum. Untuk mengatasi bisul, pendarahan idung (mimisan),

dan pemeliharaan kulit, digunakan gerusan dari jenis Ulva lactuca,

Enteromorpha (12)

Selain digunakan untuk bahan makanan dan obat, ekstrak rumput laut

yang merupakan hidrokoloid seperti agar, karagenan, dan alginat juga banyak

diperlukan dalam berbagai industri. Rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan

penstabil, pengemulsi, pembentuk gel, pengental, pensuspensi, pembentuk

busa, dan pembentuk film. Karagenan dimanfaatkan oleh industri farmasi,

kosmetik, makanan dan minuman seperti, saus, keju, kecap, susu cokelat,

sirop (12)

D. Budidaya Rumput Laut

1. Pemilihan lokasi

Keberhasilan budidaya rumput laut sangat ditentukan sejak peentuan

lokasi. Hal ini dikarenakan prodikusi dan kualitas rumput laut.dipengaruhi

faktor – faktor ekologi yang meliputi kondisi subtart perairan, kualiyas air,

iklim, dan geografis dasar perairan. Budidaya rumput laut dapat dilakukan di

laut dengan jenis eucheuma sp. Dan untuk budidaya di tambak dan muara

sungai adalah jenis gracilria sp.

Untuk jenis Eucheuma sp syarat lokasinya adalah sebagai berikut :

1. Kondisi dasar perairan

Umumnya dasar perairan berupa pasir kasar yang bercampur dengan

pecahan karang. Kondisi substrat dasar seperti ini menunjukan adanya

pergerakan air yang baik, sehingga cocok untuk budidaya rumput laut.

2. Tingkat kejernihan air

Keadaan perairan sebaiknya relative jernih dengan tingkat kecerahan

tinggi dan jarak pandang kedalaman dengan alat secchidisk mencapai 2

sampai 5 meter. Kondisi seperti ini dibutuhkan agar cahaya matahari dapat

mencapai tanaman untuk proses fotosintesis.

3. Salinitas

11

Salinitas untuk pertumbuhan laut yang optimal berkisar 28 - 33

permil. Oleh karena itu lokasi budidaya diusahakan jauh dari sumber air

tawar seperti dekat muara sungai karena dapat menurunkan salinitas air.

4. Suhu dan pH air

Suhu air yang optimal disekitar tanaman berkisar 26-30oC, sedangkan

pH air, antara 6-9.

5. Pergerakan air

Lokasi budidaya harus terlindung dari arus dan hempasan ombak yang

terlalu kuat, apabila hal ini terjadi akan merusak dan menghanyutkan

tanaman. Pergerakan air berkisar 0.2-0.4 m/detik akan mempermudah

pergantian dan penyerapan hara yang diperlukan rumput laut.

6. Pencemaran air

Hindari lokasi yang berdekatan dengan sumber pemcemaran air

seperti industri dan tempat bersandarnya kapal-kapal.

7. Kedalaman air

Kedalaman air pada saat surut terendah, minimal 0.40 m sampai

kedalaman dimana sinar matahari masih dapat mencapai tanaman dan petani

mampu melakukan kegiatan

8. Aman dari predator dan competitor

Lokasi budidaya bukan merupakan lokasi budidaya bukan merupakan

tempat berkumpulnya predator rumput laut, seperti ikan, penyu, bulu babi dan

herbivora lainnya. Selain itu untuk keamanan dan keberlanjutan budidaya

maka lokasi yang dipilih bukan merpakan tempat yang menjadi jalur

pelayaran.

2. Persiapan Penanaman

a. Kriteria bibit yang baik

- Bibit yang ditanam harus berkualitas baik agar tanaman dapat tumbuh

sehat,dengan kriteria :

- Bibit yang digunakan merupakan thallus muda yag bercabang banyak,

rimbun dan berujung runcing

- Bibit harus sehat dan tidak terdapat bercak, luka atau terkelupas akibat

terserang penyakit atau terkena bahan cemaran

- Bibit rumput laut harus terlihat segar dan berwaran cerah

- Bibit harus seragam dan tidak boleh bercampur dengan jenis lain

- Berat bibit diupayakan seragam sekitar 100 gram perikatan atau rumpun

b. Pengepakan bibit

Sebelum diangkut dari satu lokasi ke lokasi lain bibit yang akan

ditanam sebaiknya dikemas supaya tidak mengalami kerusakan.

c. Penanganan bibit dalam pengangkutan

Selama dalam pengangkutan biarkan bibit tetap lembab/ basah

tetapi tidak sampai meneteskan air. Usahakan agar tidak terkena air

tawar, hujan atau embun karena dapat merusak bibit. Selain itu bibit tidak

boleh terkena sinar matahari secara langsung, terkena minyak serta jauh

kan bibit dari sumber panas lainya.

d. Penyimpana bibit sebelum ditanam

Sebaiknya bibit segera ditanam setelah sampai dilokasi budidaya,

apabila tidak bisa segera ditanam karena waktu yang tak memungkinkan

12

sebaiknya bibit di keluarkan dari kantong plastik dan disiram air laut.

bibit rumput laut jangan direndam dalam wadah karena akan

mengeluarkan lendir kemudian membusuk dan mati

3. Penanaman

Penanaman Rumput laut jenis eucheuma sp.dapat dilakukan

mengunakan beberapa metode, antara lain :

1. Metode lepas dasar

Dilakukan dilokasi yang memiliki substrat karang berpasir atau

pasir dengan pecahan karang dan terlindung dari hempasan

gelombang.biasanya lokasi dikelilingi oleh karang pemecah gelombang,

metode ini memiliki kedalaman sekitar 0,5 m pada saat suhu terendah

dan 3m pada saat pasang tertinggi .

Penanaman rumput laut dengan metoe ini dilakukan dengan cara sebagai

berkut :

a. ikat kan bibit pada tali ris, dapat disiapkan di darat yang terlindung dari

matahari maupun hujan.

b. Ikatkan bibit seberat 100gr pada talia rafia,kemudian ikatkan rumpun

bibit tersebut pada tali ris dengan jarak antara ikatan rumput laut sekitar

25cm.

c. Pancangkan patok-patok (tiang kayu atau bambu) pada dasar perairan

dengan ketinggian patok sekitar 35-40cm di atas dasar perairan.

d. Rentangkan tali ris pada tali utama dengan jarak antara tali ris sekitar

25cm sehingga jarak tanam antar rumpun rumput laut sekitar 25x25 cm.

2. Metode rakit apung

Merupakan budidaya rumput laut dengan cara mengikat rumput

laut pada tali ris yang di ikatkan pada rakit apung yang terbuat dari

bambu satu unit rakit apung berukuran 2,5x5,0 m yang dapat di rangkai

menjadi satu unit lainnya. Satu rangkaian maksimal 5 unit dengan jarak

1m, kedua ujung rangkaian diikat tali yang diberi pemberat agar tidak

hanyut. Jarak tanam antar rumpun rumput laut sekitar 25x25 cm dengan

berat bibit 100g untuk setiap ikatan. Tanaman harus selalu berada di

bawah permukaan air dan mulai minggu ke empat sampai panen,

tanaman diusahakan berada pada kedalaman sekitar 30-40cm di bawah

permukaan air.

3. Metode Rawai ( Long-line ).

Merupakan cara yang paling banyak diminati petani karena disamping

fleksibel dalam pemilihan lokasi, juga biaya yang di keluarkannya lebih

murah.

Adapun teknik budi daya rumput laut dengan metode ini,yaitu :

a. Ikat bibit rumput laut pada tali ris dengan jarak 25cm dan panjang tali

ris mencapai 50-75m yang di rentangkan pada tali utama 10mm.

b. Ikatkan tali jangkar pada kedua ujung tali utama yang di baeahnya

sudah di ikatkan pada jangkar, batu karang, atau batu pemberat.

c. Untuk mengapungkan rumput laut, ikatkan pelampung dari Styrofoam

botol polietilen 500mili, atau pelampung khusus pada tali ris.,

13

d. Ikat pelampung tersebut dengan tali penghubung ke tali ris sepanjang

10-15cm di bawah permukaan air laut. Pada minggu ke empat sampai

panen, pada tali ris di berikan beban tambahan supaya tanaman berada

pada kedalaman 30-40 cm. Pada satu bentangan tali utama dapat di

ikatkan pada tali ris dengan jarak antar tali ris sepanjang 1m. hal ini

bertujuan untuk mengantisipasi beradunya tali ris akibat gelombang atau

arus laut.

Peralatan dan bahan yang di perlukan untuk satu blok yang terdiri

dari 6 rentangan tali ris dengan luas satu blok 5x50 m (panjang taki ris

50m dengan jarak antar tali ris 1m). Sedangkan penanaman jenis

gracilaria sp ditambak dapat dilakukan dengan metode tebar, yaitu

dengan cara menebarkan rumpun bibit cecara merata dalam tambak.

Adapun cara dalam penebaran bbit dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Setelah tambak bersih dari predator, tebar bibit secara merata kedalam

tambak dengan berat rumpun atau genggaman bibit sekitar 100 g/rumpun

2. Untuk 1 hektar tambak memerlukan bibit sebanyak 1-2 ton, tergantung

tingkat kesuburan tambak

3. Rumput laut bisa ditanam secara polikultur dengan banding.

Disarankan penanaman sejumlah 1500-2000 ekor bandeng/ha, namun

banding harus sudah dipanen bila ukurannya mencapai 4 ekor/kg, selain

banding udangpun bisa ditebar bersama rumput laut dengan kepadatan

5000 ekor/ha.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan pertumbuhan rumput laut untuk ketiga metode

diatas hampir sama yaitu membersihkan Lumpur dan kotoran yang

melekat pada rumput laut; menyulam tanaman yang rusak atau lepas dari

ikatan; mengganti tali ,patok, bambu dan pelampung yang rusak; dan

menjaga tanaman dari serangan predator.

.

5. Pengendalian Hama Penyakit

Serangan hama dapat berupa ikan penyu, atau predator lainnya

sementara penyakit yang sering menyerang yaitu ice-ice yang

diakibatkan oleh tekanan iklim atau kondisi ekstrim yang dialami

tanaman seperti salinitas atau kandungan nutrisi dalam air yang turun

dengan tiba-tiba. Penyakit lainnya yaitu semacam lendir (mucus) yang

melekat pada rumput laut yang biasanya diproduksi oleh karang hidup.

Pertumbuhan tanaman juga akan terhambat dengan adanya biota lain

yang menjadi kompetitor dalam mendapatkan nutrisi maupun cahaya

matahari yang diperlukan dalam pertumbuhannya

6. Panen dan pasca panen

Umumnya rumput laut cukup baik untuk dipanen pada umur

tanaman berkisar pada 6-8 minggu apabila panen dilakukan kurang dari

umur tersebut maka akan menghasilkan rumput laut berkualitas

rendah.hal ini dikarenakan kandungan agar/karagenan yang

14

dikandungnya menjadi rendah dan kekuatan gel dari agar rendah tetapi

kadar airnya tinggi. Kondisi seperti ini tidak dikehendaki oleh industri

pengolah rumput laut sehingga akan dihargai lebih rendah atau bahkan

tidak dibeli.

Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya rumput laut

yang dipanen sempat dijemur terlebih dahulu sebelum disimpan, hal ini

bertujuan untuk mengurangi kerusakan kualitas sebelum dijemur kembali

pada keesokan harinya. Adapun cara panen dapat dilakukan sebagai

berikut

15

BAB 4

METODE PELAKSANAAN

A. Tahapan Program

1. Persiapan

Tahap persiapan meliputi survei dan pemilihan lokasi, penjaringan

dana, dan persiapan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk

pelaksanaan program.

2. Pelaksanaan Program

Tahap pelaksanaan program diawali dengan melakukan sosialisasi

budidaya rumput laut terhadap masyarakat desa Bajo. Setelah itu

dilakukan pemasangan dan kontruksi lahan budidaya dari lokasi yang

telah ditentukan pasca survei. Kemudian dilakukan penyebaran bibit

rumput laut untuk dibudidayakan. Setelah bibit disebar, langkah

selanjutnya adalah tahap pemeliharaan selama 25-45 hari.

3. Pemanenan

Pemanenan dilakukan dengan dua tahap, yaitu pemanenan untuk

dijadikan bibit dan pemanenan total. Pemanenan untuk dijadikan bibit

dilakukan pada umur tanaman 25-35 hari pasca penyebaran bibit.

Sedangkan pemanenan total dilakukan pada umur tanaman 45 hari

pasca penyebaran bibit yang hasilnya berupa rumput laut kering dan

basah siap dijual.

7. Penjualan Hasil Panen

B. Lokasi Pelaksanaan

Lokasi pelaksanaan program dilakukan di desa Bajo, kecamatan

Botanglomang, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

C. Peserta Program

Kelompok sasaran pelaksanaan program adalah masyarakat Desa

bajo, Kecamatan Botanglomang, Kabupaten Halmahera Selatan dengan

prioritas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah pemuda desa, perangkat

desa, dan warga lainnya di desa tersebut.

D. Pendampingan Program

Pendampingan program budidaya rumput laut secara umum dibagi

dua, yaitu pendampingan yang bersifat edukatif dan keterlibatan secara

langsung bersama-sama masyarakat desa Bajo dalam pelaksanaan

program. Pendampingan yang bersifat edukatif berupa sosialisasi

mengenai potensi budidaya rumput laut di kawasan perairan laut

khususnya desa Bajo yang tinggi. Tidak hanya itu, sosialisasi ini juga

mencakup edukasi mengenai teknik budidaya rumput laut kepada

masyarakat. Sosialisasi dilakukan pada minggu awal kedatangan tim di

desa Bajo. Tujuan yang diharapkan dari sosialisasi ini adalah terbentuknya

pandangan masyarakat yang lebih luas akan potensi ekonomis dari

budidaya rumput laut.

16

Budidaya rumput laut dilakukan dengan metode Metode long-line.

Metode long-line adalah cara membudidayakan rumput laut dikolom air

(eupotik) dekat permukaan perairan dengan menggunakan tali yang

dibentangkan dari satu titik ke titik yang lain dengan panjang 25-50 m,

dapat dalam bentuk lajur lepas atau terangkai dalam bentuk segiempat

dengan bantuan pelampung dan jangkar.

Tahap awal yang dilakukan adalah pemasangan dan konstruksi

lahan budidaya. Bentuk konstruksi yang digunakan adalah konstruksi

berbingkai sebanyak 4 unit dengan ukuran 8x50 m/unit. Bentuk kontruksi

digambarkan dalam gambar 2.

Gambar 2. Kontruksi Long-line berbingkai ukuran 8 x 100 m.

Setelah konstruksi lahan budidaya rumput laut dilakukan,

selanjutnya adalah tahap penyebaran bibit. Kebutuhan bibit rumput laut

yaitu 750 rumpun/unit atau 3000 rumpun untuk 4 unit, dengan berat setiap

rumpun 50 gr dan jarak antara rumpun yaitu 30 cm. Dengan demikian total

kebutuhan bibit rumput laut yaitu 37,5 Kg/unit atau 150 kg untuk 4 unit.

Tahap selanjutnya adalah tahap pemeliharaan. Pemeliharaan untuk

dijadikan bibit dilakukan 25-35 hari. Sedangkan untuk pemeliharaan total

rumput laut siap jual dilakukan 45 hari. Selama masa pemeliharaan

dilakukan pengontrolan minimal 3 kali seminggu untuk :

a. Mengetahui perkembangan kondisi bibit yang ditanam, hama dan

penyakit.

b. Mengetahui perlu tidaknya dilakukan penyulaman pada minggu

pertama, jika

ada bibit yang rontok atau lepas.

c. Penyiangan gulma dan pembersihan sampah yang menempel pada

rumput laut.

Setelah penanaman dan masa pemeliharaan yang telah ditentukan

maka tibalah waktu panen. Jenis rumput laut yang dipanen ada dua

17

macam, yaitu rumput panen yang dijadikan sebagai bibit dan rumput laut

siap jual.

Beberapa gambaran umum menyangkut budidaya rumput laut di

desa Bajo sebagai berikut:

1. Budidaya rumput laut ini merupakan usaha yang dilakukan oleh satu

keluarga keluarga dengan 3 orang tenaga kerja.

2. Metode budidaya rumput laut yang digunakan oleh pembudidaya di

desa Bajo adalah metode jalur (kombinasi metode long line dan metode

rakit).

3. Luas lahan budidaya rumput laut di desa Bajo yaitu 0,3 ha. Terdapat 4

unit budidaya rumput laut, dengan ukuran 8 x 50 m/unit. Pada tiap unit

terdapat 5 tali ris dengan panjang 50 m dan jarak antar tali ris Β± 1,5 m.

Pada bagian ujung setiap unit diberi jangkar beton dan pelampung utama.

Pada setiap 2,5 m tali ris diberi pelampung yang terbuat dari botol aqua

bekas 600 ml.

4. Kebutuhan bibit rumput laut yaitu 750 rumpun/unit atau 3000 rumpun

untuk 4 unit, dengan berat setiap rumpun 50 gr dan jarak antara rumpun

yaitu 30 cm. Dengan demikian total kebutuhan bibit rumput laut yaitu 37,5

Kg/unit atau 150 kg untuk 4 unit.

5. Harga penjualan rumput laut basah 5000/kg dan rumput laut kering

8000/kg.

6. Dalam satu tahun terdapat 4 kali produksi rumput laut, dengan 1 kali

produksi Β±1,5 bulan.

7. Analisis usaha lebih difokuskan pada hasil produksi rumput laut kering.

Pemisahan jenis rumput laut yang dipanen yaitu rumput laut yang

dijadikan bibit dan rumput laut siap jual memungkinan keberlanjutan

program pasca panen. Rumput laut yang dijadikan bibit dapat digunakan

untuk proses budidaya berikutnya.

18

E. Alur Sistem Pelaksanaan Program

Gambar 3. Skema Alur Sistem Pendanaan Program

Sosialisasi

Program Ke

Masyarakat

Pemanenan Hasil

Kontruksi Lahan

Budi Daya

Rumput Laut Siap

Jual ( 45 Hari )

Rumput Laut yang

dijadikan Bibit (

25 -35 hari )

Pemeliharaan

Penyebaran Bibit

Dijual

19

F. Financial Plan

Hasil produksi budidaya rumput laut Eucheuma cottonii di desa

Bajo berkisar dari 140- 290 gr/rumpun, dengan hasil produksi rata-rata 205

gr/rumpun. Bibit 100 gr dapat dipanen setelah tanaman dengan berat

ikatan (rumpun) 600 gr. Berdasarkan pernyataan ini maka jika

dibandingkan dengan berat bibit yang dibudidayakan di desa Bajo maka

bibit dapat dipanen setelah mencapai masa panen dengan berat bibit 300

gr/rumpun (14) ,(15)

.

Perolehan produksi rata-rata rumput laut 205 gr/rumpun,

menunjukan bahwa hasil produksi rata-rata rumput laut di desa Bajo lebih

rendah 95 gr dari kisaran berat rumpun yang ideal untuk di panen.

Rendahnya hasil produksi berkaitan dengan laju pertumbuhan harian

rumput laut yang dibudidayakan (Indriani dan Suminarsih, 2003). Keadaan

ini juga disebabkan oleh terhambatnya pertumbuhan rumput laut akibat

terjangkit penyakit iceice atau bintik putih (white spot) yang menyebabkan

terjadinya perubahan warna thallus menjadi pucat atau tidak cerah,

sebagian thallus pada beberapa cabang berwarna putih serta membusuk.

Penyakit ice-ice terutama disebabkan oleh perubahan lingkungan seperti

arus, suhu dan kecerahan (14)

.

Berdasarkan hasil produksi rata-rata Eucheuma cottonii yaitu 205

gr/rumpun, dikalikan dengan total 3000 rumpun bibit maka di peroleh

rata-rata total hasil produksi Eucheuma cottonii di desa Bajo yaitu 615 Kg.

Dari hasil produksi Eucheuma cottonii basah, jika dikeringkan akan

mengalami pelepasan kadar air 10 % dari berat rumput laut, sehingga dari

615 Kg rumput laut basah akan menghasilkan 553,5 Kg rumput laut kering

A. Analisis Pendapatan Usaha

Pendapatan usaha diperoleh dari penerimaan total dikurangi

dengan biaya total. Penerimaan total diperoleh dari hasil produksi

rumput laut basah 615 Kg dikalikan dengan harga jual Rp.5000/kg

sehingga diperoleh Rp. 3.075.000/produksi atau Rp. 12.300.000/tahun.

Dari hasil produksi rumput laut kering 553.5Kg dikalikan dengan

harga jual Rp.8000/kg diperoleh Rp. 4.428.000/produksi atau

Rp.17.712.000/ tahun. Biaya total yang diperlukan untuk budidaya

rumput laut Eucheuma cottonii di desa Bajo sebesar Rp.

7.528.000/produksi atau Rp. 9.956.000/tahun. Rincian pendapatan

usaha disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Rincian Pendapatan Usaha Budidaya Eucheuma cottonii di desa Bajo

No URAIAN 1 MUSIM

TANAM

TOTAL/TAHUN

A. BIAYA TETAP

Bibit (Kg)

Wadah

750.000

4.731.000

750.000

5.111.000

Total Biaya Tetap 5.481.000 5.861.000

B. Biaya Variabel

Biaya Perawatan dan Panen 2.047.500 4.095.000

Total Biaya Variabel 2.047.500 4.095.000

20

C. Modal Produksi (Biaya

Total)

7.528.000 9.956.000

D. Penerimaan

Hasil Produksi Basah (Kg)

Hasil Produksi Kering (Kg)

Penerimaan Produksi

Basah (Rp. 5000/Kg)

Penerimaan Produksi

Kering (Rp.8000/Kg)

615

553.5

3.075.000

4.428.000

2.460

2.214

12.300.000

17.712.000

E. Pendapatan/Laba Usaha

Pendapatan Usaha RL

Basah (Rp)

Pendapatan Usaha RL

Kering (Rp)

-4.453.000

-3.100.000

2.344.000

7.756.000

Berdasarkan rincian tersebut (tabel 2) maka untuk pendapatan

usaha pada tiap masa produksi untuk rumput laut basah diperoleh

penerimaan total (TR) Rp. 3.075.000/produksi tanam < biaya total

(TC) Rp. 7.528.000/produksi sehingga dapat disimpulkan bahwa

usaha mengalami kerugian karena diperoleh pendapatan usaha rumput

laut basah sebesar – 4.453.000. Pendapatan usaha pada tiap masa

produksi untuk rumput laut diperoleh penerimaan total (TR) Rp.

4.428.000/produksi < biaya total (TC) Rp. 7.528.000/produksi

sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha mengalami kerugian karena

diperoleh pendapatan usaha rumput laut kering sebesar – 3.100.000.

Adanya kerugian ini disebabkan oleh rendahnya hasil produksi rumput

laut yang turut mempengaruhi penerimaan produksi, serta kurangnya

evisiensi penggunaan luas lahan (efisiensi jarak antar bibit menjadi

Β±25 cm dan menambah jumlah tali ris dalam 1 unit menjadi 6-7 tali

ris).

Berdasarkan gambaran hasil analisis pendapatan usaha, nampak

bahwa kerugian yang dialami oleh pembudidaya di desa Bajo lebih

rendah jika dilakukan penjualah rumput laut kering, dibandingkan

dengan penjualan rumput laut basah (untuk bibit). Meskipun

pendapatan usaha pada tiap musim tanam mengalami kerugian namun

berdasarkan penerimaan total pertahun dari rumput laut kering

diperoleh penerimaan total (TR) Rp. 17.712.000/tahun > biaya total

(TC) Rp. 9.956.000/tahun sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha

menguntungkan karena diperoleh pendapatan usaha rumput laut

kering sebesar Rp. 7.756.000. Adanya keuntungan usaha/tahun

dikarenakan biaya tetap yang terdiri dari bibit dan wadah budidaya

umumnya dapat digunakan untuk 4 kali musim tanam (1 tahun)

sehingga tidak membutuhkan biaya total (pengeluaran) yang lebih

besar (13)

B. Analisis Revenue Cost Ratio

Analisis revenue cost ratio menunjukkan manfaat atau

keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usaha budidaya rumput laut

21

selama 4 kali produksi (1 tahun). Hasil analisis revenuecost ratio (R/C)

tergantung dari pendapatan/total revenue dan pengeluaran/total cost

(TC) sebagai berikut

π‘₯ =TR

TC=

17.712.000

9.956.000= 1,77

Berdasarkan hasil perhitungan analisis revenue cost ratio (R/C)

diperoleh nilai (R/C) untuk rumput laut kering yaitu 1,77. Berdasarkan

kriteria revenue cost ratio (R/C) diperoleh nilai R/C > 1, sehingga

dapat diinterpretasikan bahwa usaha budidaya rumput laut tersebut

menguntungkan.

C. Analisis Net Profit Value

𝑁𝑃𝑉 = Net Benefit Value x discount rate

𝑁𝑃𝑉 = 7.756.000 x 7,5% = 5.817.000

D. Analisis Break Event Point

Keadaan BEP merupakan keadaan dimana penerimaan usaha

rumput laut (TR) sama dengan biaya yang di tanggung (TC) atau

TR=TC. berikut hasil perhitungan BEP

𝐡𝐸𝑃 (𝐾𝑔) =Total Biaya

Harga Per Unit

𝐡𝐸𝑃 (𝐾𝑔) =9.956.000

5.000= 1991,2 Kg

Perolehan BEP(Kg) di atas artinya, titik impas akan dicapai saat

budidaya rumput laut menghasilkan rumput laut kering sebanyak

1.991,2 Kg

𝐡𝐸𝑃 (𝑅𝑝) =Total Biaya

Total Produksi

𝐡𝐸𝑃 𝑅𝑝 =9.956.000

2.214= Rp 4.496

Perolehan BEP(Rp) di atas artinya, titik impas akan dicapai pada

harga jual rumput laut sebesar Rp. 4.496 /Kg.

E. Analisis Return on Investmen

𝑅𝑂𝐼 =Laba Usaha

Modal Produksi

𝑅𝑂𝐼 =7.756.000

9.956.000= 0,77

Berdasarkan perbandingan laba dan modal produksi diperoleh

nilai ROI sebesar 77%, yang berarti bahwa besarnya keuntungan yang

diperoleh dibandingkan dengan besarnya investasi yang ditanamkan

adalah baik, artinya setiap modal sebesar Rp.100 di peroleh

keuntungan sebesar Rp.77,00.

22

F. Analisis Pay Back Period

π‘ƒπ‘Žπ‘¦ π΅π‘Žπ‘π‘˜ π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘–π‘œπ‘‘ =Total Modal

Laba Bersih

π‘ƒπ‘Žπ‘¦ π΅π‘Žπ‘π‘˜ π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘–π‘œπ‘‘ =9.956.000

7.756.000= 1,28 tahun

Berdasarkan analisis pay back period tersebut, budidaya rumput

laut akan mampu mengembalikan sejumlah investasi setelah 1,28

tahun.

G. Analisis Kelayakan Usaha

Untuk menilai kelayakan usaha digunakan analisis kriteria investasi

Benefit Cost Ratio (B/C).

𝐡\𝐢 =Hasil Penjualan

Modal Produksi

𝐡\𝐢 =17.712.000

9.956.000= 1,77

B/C ratio menunjukkan perbandingan antara keuntungan dan

biaya produksi. Berdasarkan perhitungan B/C ratio, diperoleh nilai

B/C ratio adalah 1,77. Berdasarkan kriteria nilai B/C, nilai B/C ratio

yang diperoleh lebih besar dari 1 sehingga dapat diinterpretasikan

bahwa usaha budidaya rumput laut di desa Bajo layak dilaksanakan,

atau dapat dijelaskan bahwa dengan modal Rp.9.956.000 kita dapat

memperoleh hasil penjualan sebesar 1,77 kali jumlah modal.

23

BAB 5

RANCANGAN JADWAL KEGIATAN

Tabel 3. Rancangan Jadwal Kegiatan Budidaya Rumput Laut

No. Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan

a. Survey lokasi

b. Penjaringan dana

c. Persiapan kebutuhan

2 Pelaksanaan Program

a. Sosialisasi Program Masyarakat

b. Kontruksi Lahan Budidaya

c. Penyebaran Bibit

d. Pemeliharaan

3 Pemanenan

a. Panen dijadikan bibit

b. Panen Total

4 Penjualan Hasil Panen

24

BAB 6

RANCANGAN ANGGARAN BIAYA

Tabel 4. Rancangan Anggaran Biaya Budidaya Eucheuma cottonii

No KEBUTUHAN SATUAN JUMLAH HARGA

SATUAN

(Rp)

JUMLAH/PRODUKSI

(Rp)

JUMLAH/TAHUN

(Rp)

A BIAYA TETAP

1. Bibit Kg 150 5.000 750.000 750.000

2. Wadah Budidaya

Tali ris no. 6

Tali jangkar no. 10

Tali rafia

Pelampung Aqua

Pelampung Besar

Perahu jukung

Karung

Jangkar

Pisau

Terpal 4x6 dan 2x3

Bambu

Kg

Kg

roll

Buah

Buah

Unit

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

47

20

7

400

8

1

10

8

2

1

12

40.000

40.000

20.000

350

100.000

500.000

5.000

22.000

10.000

165.000

5.000

1.880.000

800.000

140.000

140.000

800.000

500.000

50.000

176.000

20.000

165.000

60.000

1.880.000

800.000

280.000

300.000

800.000

500.000

50.000

176.000

40.000

165.000

120.000

Total Biaya Tetap 5.481.000 5.861.000

B. Biaya Variabel

1. Biaya Perawatan dan

Panen

Minggu 7 292.500 2.047.500 4.095.000

Total Baya Variabel 2.047.500 4.095.000

Total Biaya Produksi 7.528.000 9.956.000

25

BAB 7

PELAKSANA EKSEKUTIF

Tabel 5. Pelaksana Eksekutif Program Budidaya Rumput Laut

Nama

Pelaksana

Nomor Induk

Mahasiswa

Fakultas Alamat Telepon Spesifikasi

Kompetensi

Peran dalam

Tim Eksekutif

Perguruan

Tinggi

Muhammad

Khairiskam

10/301495/FA/08574 Farmasi Candirejo

Tonggalan

Klaten

085747018497 Ketua Koordinator

Umum

UGM

Adhila

Rachma

11/317668/PS/06233 Psikologi Kayen Rt 04

Rw 44 No

426 Jl

Kaliurang km

7,3 CC

Depok

Sleman

Yogyakarta

085743112053 Anggota Sekretaris UGM

Sintha Dewi

Widya

Kumala

13/358034/SA/17292 Ilmu

Budaya

Kayen Rt 04

Rw 44 No

426 Jl

Kaliurang km

7,3 CC

Depok

Sleman

Yogyakarta

085643996867 Anggota Bendahara UGM

26

Sarah Rizky

Wulaningrum

11/320112/PA/14328 MIPA Watukarung

RT 2/ RW 1,

Banjarnegoro,

Mertoyudan,

Magelang

085743930127 Anggota Human

Resources

Development

(HRD)

UGM

Fernando Dwi

Agustia

11/319931/PA/14304 MIPA Pogung Rejo

No. 22 RT 16

RW 51.

Sleman. DIY

085713636369 Anggota Manajer

Research and

Development

(RND)

UGM

Sofyan Yusuf 11/319711/TK/38829 Teknik Jalan

kaliurang KM

5 No. 70

Desa

Sinduadi.

Mlati. Sleman

085799117103 Anggota Manajer

Produksi

UGM

Fata Hanifa 11/318593/SA/16113 Ilmu

Budaya

Perumahan

Dayu Permai

Blok D-6.

Jalan

Kaliurang

Kilometer

8,5. Sleman,

Yogyakarta

083840783160 Anggota Marketing UGM

27

DAFTAR PUSTAKA

1) Anang Nugroho. Keanekaragaman Hayati Laut Indonesia Terbesar di

Dunia. Kementrian Kelautan dan Perikanan RI 2013 August. Available

from :

URL : http://kkp.go.id/index.php/arsip/c/9822/KEANEKARAGAMAN-

HAYATI-LAUT-INDONESIA-TERBESAR-DI-DUNIA/?category_id=.

Accessed February 13, 2014.

2) Anonim. Di Indonesia Ada 13.446 Pulau, Bukan 17.508 Pulau.

Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI August.

Available from :

URL : http://www.menkokesra.go.id/content/di-indonesia-ada-13-466-

pulau-bukan-17508-pulau. Accessed February 10, 2014

3) Anonim. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Halmahera Selatan

2013. Badan Pusat Statistik RI February. Available from :

URL : http://www.menkokesra.go.id/content/di-indonesia-ada-13-466-

pulau-bukan-17508-pulau. Accessed February 4, 2014

4) Anonim. Buku Putih Sanitasi Halmahera Selatan. 2012

5) Anonim. Potensi Investasi Maluku Utara. Badan Koordinasi Penanaman

Modal. 2011

6) Anonim. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Melalui Agribisnis Rumput

Laut di Halmahera Selatan, Maluku Utara. 2013. Kementrian Riset dan

Teknologi RI. February. Available from :

URL : http://pkpp.ristek.go.id/index.php/penelitian/detail/104. Accessed

February 11, 2013

7) Anonim. Daftar Unit Produksi Unggulan Minapolitan UPT Lingkup

BPSDM KP. 2013. Kementrian Riset dan Teknologi RI. February.

Available from : URL :

http://www.bpsdmkp.kkp.go.id/apps/simdiklatluh/index.php/detail/4_Daft

ar_Unit_Produksi_Unggulan_Minapolitan_UPT_Lingkup_BPSDM_KP.

Accessed February 11, 2014

8) Anonim. Potensi Investasi Maluku Utara. Badan Koordinasi Penanaman

Modal. 2011

9) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional

10) Saldhyna Di Amora, Sukesi : Ekstraksi Senyawa Antioksidan pada

Nugget-Rumput Laut Merah, Eucheuma cottonii, 2013. C23-C24

11) Anggadiredja, J.T.. Etnobotany and Etnopharmacology Study of

Indonesian Marine Marco Algae. Jakarta :Study Report BPP Technology.

1992

12) Mustamin, Fatimah. Studi Pengaruh Konsentrasi Koh dan Lama

Ekstraksi tethadap Karakteristik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma

cottonii. FITP Universitas Hassanuddin. 2014

13) Tutupary, Ontje Framcisca Winestry, Analisis Usaha Budidaya Rumput

Laut (Euscheuma cottonii di Perairan Pulau Takow Kecamatan Tobelo

Timur.

14) Indriani et Suminarsih. Budidaya Pengolahan dan Pemasaran Rumput

Laut. Jakarta : Penebar Swadaya. 2003

28

15) Ghufran.. Budidaya Biota Akuatik untuk Pangan, Kosmetik, dan Obat-

obatan.. Yogyakarta : Andi Offset. 2010

,

29

Lampiran 1

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

LAMPIRAN 2

DOKUMENTASI

Gambar 3. Dokumentasi Keadaan Halmahera Selatan

Gambar 4. Dokumentasi Keadaan Halmahera Selatan

Gambar 5. Dokumentasi Keadaan Halmahera Selatan

41

Gambar 6. Dokumentasi Keadaan Halmahera Selatan

Gambar 7. Dokumentasi Keadaan Halmahera Selatan

Gambar 8. Dokumentasi Keadaan Halmahera Selatan

42

LAMPIRAN 3

PETA LOKASI

Gambar 9. Peta Lokasi Halmahera Selatan