i
PROGRAM HIBAH MITI
PENGABDIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (P2M)
Pembangunan Minapolitan dengan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Budi
Daya Rumput Laut Eucheuma cottonii Berbasis Education for Sustainable
Development (ESD) di Desa Bajo, Kecamatan Kepulauan Botanglomang,
Kabupaten Halmahera Selatan
Oleh :
1. Muhammad Khairiskam
2. Fernando Dwi Agustia
3. Sintha Dewi Widya Kumala
4. Sofyan Yusuf
5. Sarah Rizky Wulaningrum
6. Fata Hanifah
7. Adhila Rachma
(NIM. 10/301495/FA/08574)
(NIM. 11/319931/PA/14304)
(NIM. 13/358034/SA/17292)
(NIM. 11/319711/TK/38829)
(NIM. 11/320112/PA/14328)
(NIM. 11/318593/SA/16113)
(NIM. 11/317668/PS/06233)
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
proposal ini dapat diselesaikan. Proposal ini bertujuan untuk mengembangkan
potensi kelautan dan perikanan khususnya rumput laut di Halmahera Selatan. Oleh
karena itu, kami mencoba untuk membudidayakan rumput laut yang diharapkan
dapat mengoptimalisasi potensi rumput laut sebagai komoditas yang
menjanjikan.
Program dan penyusunan proposal ini dapat diselesaikan oleh penulis
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada MITI yang telah mengadakan program
Hibah Pemberdayaan Kepada Masyarakat, Bapak Soenarwan Hery
Poerwanto, S.Si.,M.Kes selaku dosen pembimbing, serta seluruh tim yang telah
bekerja menyelesaikan proposal ini.
Kami menyadari bahwa program yang direncanakan ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan demi penyempurnaan penelitian ini. Semoga karya yang
sederhana ini tetap dapat bermanfaat bagi pengembangan potensi rumput
laut di Halmahera Selatan.
Yogyakarta, 12 Februari 2014
Penulis
iv
ABSTRAK
Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah
(Rhodophyceae) yang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, Eucheuma
cottonii dimanfaatkan untuk industri farmasi dan makanan sebagai stabilizer,
thickhener, gelling agent, additif, dan suspensi. Selain itu, Eucheuma cottonii juga
mengandung antioksidan dan serat yang cukup tinggi serta mineral yang
bermanfaat bagi tubuh. Melihat banyak manfaat potensial pada Eucheuma
cottonii, hal ini dapat menjadi peluang bisnis bagi masyarakat Indonesia,
khususnya di daerah perairan laut yang dijadikan sebagai lahan budidaya rumput
laut. Budidaya rumput laut merupakan program pengembangbiakan terencana
rumput laut pada lahan perairan. Program ini menggunakan metode Long-line
yang merupakan salah satu metode yang banyak diminati dalam budidaya rumput
laut dan cocok untuk diterapkan di desa Bajo, Halmahera Selatan dengan
komoditas kelautan menjadi potensi utama daerah ini. Pemberdayaan masyarakat
melalui budidaya rumput laut diharapkan dapat menjadi alternatif pendapatan
masyarakat desa Bajo. Konsep ditanamkan adalah konsep pemberdayaan yang
berbasis Education for Suistainable Development (ESD) dengan tetap menjaga
kearifan lokal. Selain menjadi sumber tambahan penghasilan, program ini
diharapkan dapat semakin membuka lebar lapangan kerja dan peluang usaha
sampingan di desa Bajo. Dalam skala yang lebih makro, pengembangan potensi
laut ini diharapkan dapat membantu pemerintah untuk mensejahterakan
masyarakat Kabupaten Halmahera Selatan.
Kata kunci : Eucheuma cottonii, rumput laut, budidaya, long-line, desa Bajo,
ESD.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim dengan luas lautan mencapai
5,8 juta km2 yang terdiri dari perairan teritorial, perairan laut 12 mil dan
perairan ZEE Indonesia. Lautan Indonesia merupakan wilayah Marine Mega-
Biodiversity terbesar di dunia yang memiliki 8.500 spesies ikan, 950 spesies
biota terumbu karang dan 555 spesies rumput laut. Namun, potensi budidaya
laut yang mencapai luasan 12,55 juta hektar ternyata memiliki tingkat
pemanfaatan yang masih relatif rendah, yaitu sekitar 117.649 hektar atau 0,94
persen (1)
.
Selain gelar negara maritim, Indonesia juga mendapat gelar negara
kepulauan dengan jumlah pulau terbanyak di dunia. Hasil survey geografi dan
toponimi Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi (Timnas PNR) tahun
2007 hingga 2010 menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai 13.466
pulau(2)
.
Salah satu pulau yang memiliki potensi laut yang melimpah di
Indonesia adalah Kepulauan Maluku khususnya Kabupaten Halmahera
Selatan dengan Ibu Kota Bacan (Labuha). Kabupaten ini secara administrasi
merupakan bagian dari Provinsi Maluku Utara yang terbagi dalam 30
kecamatan dan 255 desa/kelurahan, dan salah satu desa yang ada di
Kecamatan Kepulauan Batanglomang adalah desa Bajo. Desa Bajo yang
sebagian besar wilayahnya adalah perairan, memiliki berbagai potensi hasil
laut yang melimpah, antara lain: ikan cakalang, tuna, deho, layang, marlin,
kembang, bawal, cucut, lemuru, tenggiri, teri, kembung, tongkol, julung-
julung, udang, rajungan, kerapu, kakap, lobster, kepiting, cumi-cumi dan
rumput laut.
Rumput laut atau gulma laut merupakan salah satu sumber daya hayati
yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Yang dimaksud sebagai gulma laut
adalah anggota dari kelompok vegetasi yang dikenal sebagai alga
("ganggang"). Sumber daya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang
berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Gulma laut alam
biasanya dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati. Selain hidup
bebas di alam, beberapa jenis gulma laut juga banyak dibudidayakan oleh
sebagian masyarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis gulma laut yang banyak
dibudidayakan di antaranya adalah Euchema cottonii. Di desa Bajo sendiri,
budidaya rumput laut baru dikembangkan oleh satu keluarga dengan tiga
orang tenaga kerja. Potensi rumput laut yang melimpah tersebut dapat dinilai
belum dikelola dan dikembangkan secara maksimal. Pembudidaya rumput
laut desa Bajo belum dapat mengelola komoditi unggulan tersebut menjadi
produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Hal ini akibat pola pikir yang
masih instan. Sehingga rumput laut yang mereka budidayakan langsung dijual
tanpa diolah terlebih dahulu.
Sangat sedikitnya jumlah pembudidaya rumput laut dan masih
minimnya kreativitas dan inovasi hasil budidaya rumput laut di desa Bajo
memunculkan ide pada kami untuk membuat suatu program dengan judul
“Pembangunan Minapoltan dengan Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Budidaya Rumput Laut Euchema cottonii Berbasis Education for Sustainable
2
Development (ESD) di desa Bajo, Kecamatan Kepulauan Botanglomang,
Kabupaten Halmahera Selatan”. Program ini bertujuan untuk membangun dan
mengembangkan masyarakat desa Bajo agar lebih kreatif dan inovatif dalam
mengolah sumber daya kelautan, khususnya rumput laut. Pemberdayaan
masyarakat yang melibatkan peran aktif dari masyarakat desa Bajo
disesuaikan dengan budaya dan kearifan lokal setempat. Implementasi
pendekatan tersebut dilakukan melalui penggabungan metode dari beberapa
kajian pemberdayaan.
Dalam penyusunan program, kami mendasarkan pada metode
Education for Sustainable Development (ESD) yang akan digunakan untuk
mengatasi berbagai permasalahan yang ada. Kegiatan ESD yang akan
dilaksanakan meliputi pendidikan untuk pengembangan program
berkelanjutan sebagai media yang efektif dan edukatif yaitu dengan
menerjunkan mahasiswa ke tengah-tengah masyarakat yang akan menangkap
dan mengembangkan pola pikir yang berimbang dengan mencakup tripple
bottom line, yakni saling terkait antara sektor ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Itulah mengapa bidang usaha kreatif rumah tangga dipilih dalam
mengembangkan potensi masyarakat desa Bajo. Tiap-tiap program kegiatan
yang dirancang akan menggunakan metode dan teknologi yang bisa
memberikan kesadaran serta kemampuan terutama generasi mendatang untuk
berkontribusi dalam keberlanjutan program ini.
Pemberdayaan masyarakat melalui budidaya rumput laut diharapkan
dapat menjadi alternatif pendapatan masyarakat desa Bajo. Konsep yang
harus ditanamkan adalah konsep pemberdayaan yang berbasis ESL
(Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan) dengan tetap menjaga kearifan lokal.
Selain menjadi sumber tambahan penghasilan, program ini diharapkan dapat
semakin membuka lebar lapangan kerja dan peluang usaha sampingan di desa
Bajo. Dalam skala yang lebih makro, pengembangan potensi laut ini
diharapkan dapat membantu pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat
Kabupaten Halmahera Selatan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah yang ada di desa Bajo adalah sebagai berikut:
1. Apakah budidaya rumput laut di desa Bajo efektif untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat setempat ?
2. Bagaimana teknik budidaya yang tepat untuk menghasilkan rumput laut
berkualitas dalam jumlah besar ?
3. Bagaimana meningkatkan hasil panen rumput laut desa Bajo dengan
program yang ditawarkan ?
4. Bagaimana meningkatkan nilai jual rumput laut agar menjadi komoditi
unggulan di desa Bajo ?
C. Tujuan
Tujuan dari program ini ditinjau dari beberapa aspek, yaitu:
Keilmuan
Membantu mengimplementasikan teknologi tepat guna di
masyarakat untuk meningkatkan daya saing potensi lokal.
3
Mengoptimalkan pengelolaan potensi laut Kabupaten Halmahera
Selatan khususnya Desa Bajo Kecamatan Batanglomang dengan
memberikan keterampilan dan wawasan kepada masyarakat terkait
budidaya kelautan khususnya rumput laut.
Meningkatkan kapasitas pengetahuan masyarakat terhadap budidaya
rumput laut desa Bajo.
Sosial Kemasyarakatan
Meningkatkan kemampuan warga dalam mengelola usaha mandiri.
Meningkatkan kerukunan warga dengan melibatkan dalam
kerjasama meningkatkan kesejahteraan bersama.
Perekonomian
Meningkatkan nilai jual serta daya saing rumput laut.
Mengembangkan perekonomian masyarakat dengan
mengoptimalkan usaha yang sudah ada.
Mengangkat kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat desa Bajo,
Kecamatan Kepulauan Botanglomang, Kabupaten Halmahera
Selatan.
D. Harapan dan Manfaat
1. Harapan dari terealisasinya program ini yaitu:
Meningkatkan nilai jual dan daya saing rumput laut di desa Bajo
Potensi laut desa Bajo khususnya rumput laut teroptimalkan dengan baik
Meningkatkan perekonomian masyarakat sehingga taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat desa Bajo, Kecamatan Batang Lomang,
Kabupaten Halmahera Selatan terangkat
2. Manfaat yang akan diperoleh berbagai pihak dari terealisasinya program
ini yaitu:
Bagi Masyarakat
Terfasilitasi untuk mengembangkan potensi desa Bajo dengan
memanfaatkan SDA secara optimal
Taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat desa Bajo meningkat
Bagi Investor
Terfasilitasi untuk mewujudkan visinya yaitu meningkatkan daya
saing Indonesia dalam lingkup perekonomian global dengan
mengoptimalkan potensi lokal
Bagi Pemerintah Daerah
Terfasilitasi dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat
Terbantu dalam mengelola SDA daerahnya
Bagi Pemerintah
Terbantu mengoptimalkan hasil laut
Terbantu meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan bagi masyarakat
Desa Bajo, Kecamatan Batang Lomang, Kabupaten Halmahera
Selatan
4
BAB 2
GAMBARAN UMUM DAN KONDISI MASYARAKAT
A. Gambaran Umum Masyarakat
Wilayah Kabupaten Halmahera Selatan dengan ibu kota Bacan
(Labuha), secara administrasi merupakan bagian dari wilayah Provinsi
Maluku Utara dengan luas sekitar 40.236,72 km2
yang terdiri atas luas daratan
8.779,32 km2
dan lautan seluas 31.484,4 km2. Kabupaten Halmahera Selatan
terbagi dalam 255 desa/kelurahan dan 30 Kecamatan (3)
.
1. Topografi Wilayah
Sebagai wilayah kepulauan maka topografi wilayah Kabupaten
Halmahera Selatan seluas 61,1 persen tergolong lahan agak curam (derajat
kemiringan 15-40%) dan lahan curam (derajat kemiringan >40%). Hanya
38,9 persen saja tergolong datar dan landai yang banyak terdapat di wilayah
pesisir. Semakin ke dalam dan jauh dari pantai maka kebanyakan lahan
berbukit-bukit. Wilayah kecamatan yang memiliki mayoritas daerah dengan
jenis kelerengan datar - landai (0 - 2 º) antara lain kecamatan Kayoa, Kayoa
Utara, Kayoa Selatan, Gane Timur, Gane Timur Tengah, Gane Timur
Selatan, Kepulauan Joronga, Kepulauan Botanglomang, Mandioli Utara,
Mandioli Selatan, Obi Utara, dan Obi Timur. Sedangkan wilayah kecamatan
yang memiliki kondisi kelerengan curam – sangat curam (15 - >40 º) adalah
kecamatan Makian, Makian Barat, Gane Barat Utara, Gane Barat, Gane
Barat Selatan, Bacan, Bacan Timur, Bacan Selatan, Bacan Timur Selatan,
Bacan Timur Tengah, Obi, dan Obi Selatan (4)
.
2. Hidrologi Wilayah
Kondisi hidrologi (kondisi air permukaan dan air tanah) Kabupaten
Halmahera Selatan dipengaruhi oleh iklim, curah hujan serta keberadaan
sungai dan danau. Berdasarkan keberadaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
yang telah teridentifikasi, Kabupaten Halmahera Selatan memiliki 151 DAS
dan 5 buah danau (dengan 4 danau besar yang terdapat di Kecamatan Gane
Timur, Kecamatan Bacan Timur dan Kecamatan Obi) (4)
.
3. Potensi Wilayah
Komoditi unggulan Provinsi Maluku Utara pada umumnya adalah
sektor perikanan karena wilayahnya yang sebagian besar merupakan
perairan. Pada sektor perikanan, komoditi yang diunggulkan sangat
beragam, antara lain: ikan pelagis besar (tuna, cakalang, tongkol, kakap,
tenggiri) sebesar 424.260 ton/tahun ikan pelagis kecil (ikan teri, kembung,
layang selar, julung) sebesar 169.834,33 ton/tahun; ikan demersal (kakap
merah. lengcan, ekor kuning, dan baronang) sebesar 6.7801,78 ton/tahun;
lobster sebesar 14.992,37 ton/tahun; cumi-cumi sebesar 22.874,16
ton/tahun; udang peneid sebesar 26.545,26 ton/tahun; rumput laut sebesar
16.387 ton/tahun (5)
.
Kabupaten Halmahera Selatan juga memiliki potensi unggulan yang
bersumber dari sektor perikanan. Sebagian besar desa (234 Desa) atau 95%
terletak di daerah pesisir, dengan mata pencaharian mereka sebagian besar
dari hasil laut. Panjang garis pantai 2.394,61 km, dengan luas kawasan
5
untuk budidaya laut sekitar 30.050 Ha dan baru dimanfaatkan sebagian.
Sehingga komoditas kelautan merupakan potensi utama daerah ini, sesuai
dengan MP3EI. Rumput laut, merupakan komoditas yang tumbuh baik di
Kabupaten Halmahera Selatan. Apalagi teknologi budidayanya cukup
sederhana dan memerlukan modal yang relatif sedikit, sehingga sangat
sesuai dengan SDM setempat.. Pengembangan rumput laut secara masal
merupakan upaya dalam memperkuat program pemerintah dalam
mewujudkan peningkatan kesempatan kerja (pro job/ job opportunities),
penumbuh kembangkan perekonomian daerah (pro growth/economic
growth) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (pro poor/community
welfare). Pengembangan budidaya rumput laut menyentuh langsung kepada
kehidupan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang pada umumnya
berpenghasilan rendah terutama nelayan, sehingga program ini tepat untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah (6)
.
Tabel 1. Daftar Unit Produksi Unggulan Minapolitan UPT Lingkup
BPSDM KP (7)
N
o Provinsi
Kabupaten/Kot
a
Komoditas Tahun 2010
Perikanan
Tangkap
Perikanan
Budidaya KKP KPU
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Bangka Belitung Bangka Selatan Kembung, Kakap
Rumput Laut,
Udang 1 1
2
Belitung Kembung,Layang Rumput Laut 1
3 Lampung lampung Selatan Kembung, Kakap
Udang, Rumput
Laut 1
4 DKI Jakarta
Kota Jakarta
Utara
Tuna, Kembung,
Kakap - 1 1
5 Banten Serang -
Udang, Rumput
Laut, Nila 1 1
6
Daerah Istimewa
Yoygakarta Gunung Kidul Tuna, Cakalang Lele 1
7 Sulawesi Utara
Minahasa
Selatan - Rumput Laut 1 1
8
Kota Bitung Tuna, Cakalang - 1
9 Gorontalo Gorontalo Utara Tuna, Cakalang Udang 1 1
10 Sulawesi Tengah Tojo Una-una - Rumput Laut 1 1
11 Sulawesi Barat Mamuju Kembung,Tuna Udang, Bandeng, 1
6
Berdasarkan data-data yang ada, bidang perikanan dan kelautan
sudah sepatutnya menjadi potensi yang perlu diperhatikan dan
dimaksimalkan dari daerah yang memang berbatasan dengan laut. Potensi
laut yang ada di Desa Bajo sangat melimpah. Komoditas rumput laut di
Kabupaten Halmahera Selatan mencapai 180 ton (8)
.
Kesadaran untuk menjadikan pembangunan berbasis sumberdaya
kelautan dan perikanan sebagai motor penggerak pembangunan nasional
harus terus dieksplorasi. Hal ini tercermin pula dalam keputusan politik
nasional, sebagaimana terimplementasi dalam Undang-undang No.17 tahun
2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
yang salah satu misinya menyatakan: Mewujudkan Indonesia menjadi
negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan
nasional (9)
.
Rpt Laut
12 Sulawesi Tenggara Kolaka - Bandeng , Udang 1 1
13
Konawe Selatan -
Rumput Laut,
Udang, Bandeng 1
14 Bali Klungkung - Rumput Laut 1 1
15
Jembrana Lemuru Udang 1
16 NTB Bima
Kembung,
Cakalang Rumput Laut 1 1
17 NTT Sikka - Rumput Laut 1
18 Maluku Utara
Halmahera
Selatan
Cakalang,
Kembung
Rumput Laut,
Kerapu 1
19
Marotai Tuna, cakalang
Rumput Laut,
Kerapu 1
20
Kota Ternate
Cakalang,
Kembung - 1
21 Papua Waropen -
Rumput Laut,
Kerapu 1 1
22
Kota Jayapura -
Rumput Laut,
Kerapu 1
23 Papua Barat Raja Ampat -
Rumput Laut,
Kerapu
7
4. Kondisi Masyarakat yang dikembangkan
Jumlah penduduk Kabupaten Halmahera Selatan tahun 2011 sebanyak
203.707 jiwa. Luas wilayah daratan Halmahera Selatan adalah 8.779,32 km2
sehingga kepadatan penduduk rata-rata hanya 23 jiwa per kilometer persegi 8. Angka yang sangat kecil dibandingkan dengan kepadatan penduduk di
kabupaten lain di Indonesia. Kepadatan penduduk di Halmahera Selatan
tersebar tidak merata. Hal ini terlihat dari rentang kepadatan penduduk yang
sangat jauh antar kecamatan. Kepadatan terendah yaitu 5 jiwa per kilometer
persegi terdapat di Kecamatan Obi Timur dan kepadatan tertinggi terdapat
di Kecamatan Kayoa Selatan yaitu 227 jiwa per kilometer persegi. Untuk itu
perlu dirumuskan pembangunan wilayah kecamatan yang merata sehingga
penduduk tidak terkonsentrasi dalam satu atau beberapa wilayah (4)
.
Kecamatan Bacan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk
paling banyak, yaitu 19.991 jiwa pada tahun 2011. Struktur umur
penduduknya juga tergolong penduduk usia muda jumlahnya lebih banyak
daripada penduduk usia tua. Sedangkan kecamatan dengan jumlah
penduduk paling sedikit adalah kecamatan Kayoa Utara, dengan jumlah
penduduk 2.727 jiwa. Struktur umur penduduk di wilayah ini cenderung
proporsional, dimana jumlah penduduk usia muda dengan jumlah penduduk
usia tua tidak terlalu jauh berbeda (4)
.
Rasio jenis kelamin menunjukan jenis kelamin laki-laki lebih tinggi
dari perempuan. Pada tahun 2011 data menunjukan jumlah laki-laki
mencapai 104.240 jiwa dan perempuan mencapai 99.467 jiwa. Berdasarkan
struktur umurnya penduduk Halmahera Selatan tergolong pada strata usia
muda. Hal ini terlihat jelas dengan banyaknya persentase golongan umur
muda. Hal ini menunjukkan tingginya fertilitas penduduk Halmehera
Selatan. Artinya pada tahun-tahun ke depan penduduk Halmahera Selatan
lebih didominasi oleh usia muda, sehingga struktur penduduknya lebih
dinamis. Kondisi ini perlu disikapi dengan baik yaitu dengan penyediaan
fasilitas kesehatan dan pendidikan yang menunjang perkembangan pemuda
yang diharapkan mampu membangun Halmahera Selatan (4)
.
.
B. Kondisi Masyarakat
Kelompok sasaran pelaksanaan program MITI P2M 2014 ini adalah
masyarakat Desa Bajo, Kecamatan Kepulauan Botanglomang, Kabupaten
Halmahera Selatan dengan prioritas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah
pemuda desa, perangkat desa, pelajar, dan warga lainnya di desa tersebut.
Adapun analis kondisi masyarakat menggunakan strategi analisi SWOT
adalah sebagai berikut.
1. Strength (Kekuatan)
a. Masyarakat lokal memiliki mata pencaharian utama sebagai nelayan.
b. Masyarakat lokal terbuka terhadap program-program dari luar.
c. Masyarakat lokal sudah memiliki usaha rumah tangga.
d. Potensi rumput laut di Kabupaten Halmahera Selatan yang tinggi.
2. Weakness (Kelemahan)
a. Masyarakat lokal sudah merasa nyaman dengan kondisi kehidupannya
saat ini sehingga cenderung malas.
8
b. Adanya benturan kepentingan antara masyarakat suku bajo asli dan
masyarakat.
c. Kurangnya pendidikan teknologi bagi masyarakat lokal.
d. Kurangnya kekreatifan masyarakat lokal dalam mengolah bahan
mentah.
e. Karakter masyarakat yang merasa memiliki kekayaan alam malah
menjadikannya sering membuat sampah ke laut.
3. Opportunity (Peluang)
a. Adanya perhatian dan peran serta pemerintah daerah Halmahera
Selatan.
b. Sudah adanya Badan Usaha Milik Daerah yang membantu
pengembangan usaha di bidang perikanan dan kelautan di desa Bajo.
c. Pemerintah memiliki program PNPM Mandiri bagi masyarakat
sebagai proram Top Down.
4. Threat (Ancaman)
a. Adanya pengepul hasil laut dari luar Halmahera Selatan yang
mengekspornya dalam skala besar.
b. Kondisi alam yang dapat berubah.
c. Listrik dan sarana transportasi yang masih jauh dari sempurna.
9
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Identifikasi Rumput Laut Eucheuma cottoni
Rumput laut atau algae merupakan tumbuhan laut yang tidak dapat
dibedakan antara akar,daun dan batang, sehingga seluruh tubuhnya disebut
thallus.Berdasarkan kandungan pigmen yang terdapat dalam thallus rumput
laut, maka dapat dibedakan Chlorophyceae (Alga Hijau) , Rhodophyceae
(Alga merah) dan Phaeophyceae (Alga coklat). Ketiga golongan tersebut
mempunyai nilai ekonomis penting karena kandungan senyawa kimianya.
Rumput laut Merah Banyak Terdapat Di Daerah Perairan Indonesia.
Hasil uji taksonomi pada laboratorium Biologi Universitas Airlangga
Surabaya (10)
menunjukkan hasil sebagai berikut,
Gambar 1. Eucheuma cottonii
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Soliariaceae
Genus : Eucheuma
Spesies:Eucheuma cottonii
B. Kandungan Kimia Rumput Laut
Kandungan rumput laut umumnya adalah mineral esensial (besi, iodin,
aluminum, mangan, calsium, nitrogen dapat larut, phosphor, sulfur, khlor,
silicon, rubidium, strontium, barium, titanium, cobalt, boron, copper, kalium,
dan unsur-unsur lainnya), asam nukleat, asam amino, protein, mineral, trace
elements, tepung, gula dan vitamin A, D, C, D E, dan K (10)
Rumput laut memiliki kandungan karbohidrat (gula atau vegetable-
gum), protein, sedikit lemak, dan abu yang sebagian besar merupakan
senyawa garam natrium dan kalium. Selain itu, rumput laut juga mengandung
vitamin-vitamin, seperti vitamin A, B1, B2, B6, B12, dan C; bekaroten ; serta
mineral, seperti kalium, kalium fosfor, natrium, zat besi, dan yodium (11)
.
Beberapa jenis rumput laut mengandung lebih banyak vitamin dan
mineral penting, seperti kalsium dan zat besi bila dibandingkan dengan
sayuran dan buah-buahan. Beberapa jenis rumput laut juga mengandung
protein yang cukup tinggi, zat-zat tersebut sangat baik untuk dikonsumsi
sehari-hari karena mempunyai fungsi dan peran penting untuk menjaga dan
mengatur metabolisme tubuh manusia (11)
.
10
C. Manfaat Rumput Laut
Di Indonesia, meskipun tidak tercatat dalam literatur obat tradisional,
ternyata masyarakat di wilayah pesisir sudah sejak lama dimanfaatkan
beberapa jenis rumput laut untuk tujuan pengobatan. Pada umumnya, air
rebusan (decoction) rumput laut digunakan untuk pengobatan dalam maupun
luar. Cara pemanfaatan lain yaitu dengan digerus terlebih dahulu, kemudian
digunakan untuk obat luar dalam bentuk bubur (12)
Rumput laut di bidang pengobatan tradisional digunakan untuk
pengobatan berbagai jenis penyakit. Sebagai antipiretik, digunakan jenis
Sargassum siliquosum, Ulva lactuca, Enteromorpha compressa, dan
Enteromorpha prolifera. Sebagai obat cacingan (anthelmintik dan
vermifuges), digunakan Caloglosa sp, Grateloupia filicina, Codium sp. Untuk
pengobatan bronkhitis, asma, dan, batuk digunakan jenis-jenis Porphyra
atropurpurae, Eucheuma gelatinae, Euceuma muricatum, Enteromorpha
compressa, dan Enteromorpha prolifera. Untuk pengobatan hemorroids,
digunakan air rebusan (decoction) Gelidium amansii, Gelidium latifolium,
Gracilaria verucosa, Gracilaria eucheumoides, Eucheuma gelatine, dan
Euchema muricatum. Untuk mengatasi bisul, pendarahan idung (mimisan),
dan pemeliharaan kulit, digunakan gerusan dari jenis Ulva lactuca,
Enteromorpha (12)
Selain digunakan untuk bahan makanan dan obat, ekstrak rumput laut
yang merupakan hidrokoloid seperti agar, karagenan, dan alginat juga banyak
diperlukan dalam berbagai industri. Rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan
penstabil, pengemulsi, pembentuk gel, pengental, pensuspensi, pembentuk
busa, dan pembentuk film. Karagenan dimanfaatkan oleh industri farmasi,
kosmetik, makanan dan minuman seperti, saus, keju, kecap, susu cokelat,
sirop (12)
D. Budidaya Rumput Laut
1. Pemilihan lokasi
Keberhasilan budidaya rumput laut sangat ditentukan sejak peentuan
lokasi. Hal ini dikarenakan prodikusi dan kualitas rumput laut.dipengaruhi
faktor – faktor ekologi yang meliputi kondisi subtart perairan, kualiyas air,
iklim, dan geografis dasar perairan. Budidaya rumput laut dapat dilakukan di
laut dengan jenis eucheuma sp. Dan untuk budidaya di tambak dan muara
sungai adalah jenis gracilria sp.
Untuk jenis Eucheuma sp syarat lokasinya adalah sebagai berikut :
1. Kondisi dasar perairan
Umumnya dasar perairan berupa pasir kasar yang bercampur dengan
pecahan karang. Kondisi substrat dasar seperti ini menunjukan adanya
pergerakan air yang baik, sehingga cocok untuk budidaya rumput laut.
2. Tingkat kejernihan air
Keadaan perairan sebaiknya relative jernih dengan tingkat kecerahan
tinggi dan jarak pandang kedalaman dengan alat secchidisk mencapai 2
sampai 5 meter. Kondisi seperti ini dibutuhkan agar cahaya matahari dapat
mencapai tanaman untuk proses fotosintesis.
3. Salinitas
11
Salinitas untuk pertumbuhan laut yang optimal berkisar 28 - 33
permil. Oleh karena itu lokasi budidaya diusahakan jauh dari sumber air
tawar seperti dekat muara sungai karena dapat menurunkan salinitas air.
4. Suhu dan pH air
Suhu air yang optimal disekitar tanaman berkisar 26-30oC, sedangkan
pH air, antara 6-9.
5. Pergerakan air
Lokasi budidaya harus terlindung dari arus dan hempasan ombak yang
terlalu kuat, apabila hal ini terjadi akan merusak dan menghanyutkan
tanaman. Pergerakan air berkisar 0.2-0.4 m/detik akan mempermudah
pergantian dan penyerapan hara yang diperlukan rumput laut.
6. Pencemaran air
Hindari lokasi yang berdekatan dengan sumber pemcemaran air
seperti industri dan tempat bersandarnya kapal-kapal.
7. Kedalaman air
Kedalaman air pada saat surut terendah, minimal 0.40 m sampai
kedalaman dimana sinar matahari masih dapat mencapai tanaman dan petani
mampu melakukan kegiatan
8. Aman dari predator dan competitor
Lokasi budidaya bukan merupakan lokasi budidaya bukan merupakan
tempat berkumpulnya predator rumput laut, seperti ikan, penyu, bulu babi dan
herbivora lainnya. Selain itu untuk keamanan dan keberlanjutan budidaya
maka lokasi yang dipilih bukan merpakan tempat yang menjadi jalur
pelayaran.
2. Persiapan Penanaman
a. Kriteria bibit yang baik
- Bibit yang ditanam harus berkualitas baik agar tanaman dapat tumbuh
sehat,dengan kriteria :
- Bibit yang digunakan merupakan thallus muda yag bercabang banyak,
rimbun dan berujung runcing
- Bibit harus sehat dan tidak terdapat bercak, luka atau terkelupas akibat
terserang penyakit atau terkena bahan cemaran
- Bibit rumput laut harus terlihat segar dan berwaran cerah
- Bibit harus seragam dan tidak boleh bercampur dengan jenis lain
- Berat bibit diupayakan seragam sekitar 100 gram perikatan atau rumpun
b. Pengepakan bibit
Sebelum diangkut dari satu lokasi ke lokasi lain bibit yang akan
ditanam sebaiknya dikemas supaya tidak mengalami kerusakan.
c. Penanganan bibit dalam pengangkutan
Selama dalam pengangkutan biarkan bibit tetap lembab/ basah
tetapi tidak sampai meneteskan air. Usahakan agar tidak terkena air
tawar, hujan atau embun karena dapat merusak bibit. Selain itu bibit tidak
boleh terkena sinar matahari secara langsung, terkena minyak serta jauh
kan bibit dari sumber panas lainya.
d. Penyimpana bibit sebelum ditanam
Sebaiknya bibit segera ditanam setelah sampai dilokasi budidaya,
apabila tidak bisa segera ditanam karena waktu yang tak memungkinkan
12
sebaiknya bibit di keluarkan dari kantong plastik dan disiram air laut.
bibit rumput laut jangan direndam dalam wadah karena akan
mengeluarkan lendir kemudian membusuk dan mati
3. Penanaman
Penanaman Rumput laut jenis eucheuma sp.dapat dilakukan
mengunakan beberapa metode, antara lain :
1. Metode lepas dasar
Dilakukan dilokasi yang memiliki substrat karang berpasir atau
pasir dengan pecahan karang dan terlindung dari hempasan
gelombang.biasanya lokasi dikelilingi oleh karang pemecah gelombang,
metode ini memiliki kedalaman sekitar 0,5 m pada saat suhu terendah
dan 3m pada saat pasang tertinggi .
Penanaman rumput laut dengan metoe ini dilakukan dengan cara sebagai
berkut :
a. ikat kan bibit pada tali ris, dapat disiapkan di darat yang terlindung dari
matahari maupun hujan.
b. Ikatkan bibit seberat 100gr pada talia rafia,kemudian ikatkan rumpun
bibit tersebut pada tali ris dengan jarak antara ikatan rumput laut sekitar
25cm.
c. Pancangkan patok-patok (tiang kayu atau bambu) pada dasar perairan
dengan ketinggian patok sekitar 35-40cm di atas dasar perairan.
d. Rentangkan tali ris pada tali utama dengan jarak antara tali ris sekitar
25cm sehingga jarak tanam antar rumpun rumput laut sekitar 25x25 cm.
2. Metode rakit apung
Merupakan budidaya rumput laut dengan cara mengikat rumput
laut pada tali ris yang di ikatkan pada rakit apung yang terbuat dari
bambu satu unit rakit apung berukuran 2,5x5,0 m yang dapat di rangkai
menjadi satu unit lainnya. Satu rangkaian maksimal 5 unit dengan jarak
1m, kedua ujung rangkaian diikat tali yang diberi pemberat agar tidak
hanyut. Jarak tanam antar rumpun rumput laut sekitar 25x25 cm dengan
berat bibit 100g untuk setiap ikatan. Tanaman harus selalu berada di
bawah permukaan air dan mulai minggu ke empat sampai panen,
tanaman diusahakan berada pada kedalaman sekitar 30-40cm di bawah
permukaan air.
3. Metode Rawai ( Long-line ).
Merupakan cara yang paling banyak diminati petani karena disamping
fleksibel dalam pemilihan lokasi, juga biaya yang di keluarkannya lebih
murah.
Adapun teknik budi daya rumput laut dengan metode ini,yaitu :
a. Ikat bibit rumput laut pada tali ris dengan jarak 25cm dan panjang tali
ris mencapai 50-75m yang di rentangkan pada tali utama 10mm.
b. Ikatkan tali jangkar pada kedua ujung tali utama yang di baeahnya
sudah di ikatkan pada jangkar, batu karang, atau batu pemberat.
c. Untuk mengapungkan rumput laut, ikatkan pelampung dari Styrofoam
botol polietilen 500mili, atau pelampung khusus pada tali ris.,
13
d. Ikat pelampung tersebut dengan tali penghubung ke tali ris sepanjang
10-15cm di bawah permukaan air laut. Pada minggu ke empat sampai
panen, pada tali ris di berikan beban tambahan supaya tanaman berada
pada kedalaman 30-40 cm. Pada satu bentangan tali utama dapat di
ikatkan pada tali ris dengan jarak antar tali ris sepanjang 1m. hal ini
bertujuan untuk mengantisipasi beradunya tali ris akibat gelombang atau
arus laut.
Peralatan dan bahan yang di perlukan untuk satu blok yang terdiri
dari 6 rentangan tali ris dengan luas satu blok 5x50 m (panjang taki ris
50m dengan jarak antar tali ris 1m). Sedangkan penanaman jenis
gracilaria sp ditambak dapat dilakukan dengan metode tebar, yaitu
dengan cara menebarkan rumpun bibit cecara merata dalam tambak.
Adapun cara dalam penebaran bbit dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Setelah tambak bersih dari predator, tebar bibit secara merata kedalam
tambak dengan berat rumpun atau genggaman bibit sekitar 100 g/rumpun
2. Untuk 1 hektar tambak memerlukan bibit sebanyak 1-2 ton, tergantung
tingkat kesuburan tambak
3. Rumput laut bisa ditanam secara polikultur dengan banding.
Disarankan penanaman sejumlah 1500-2000 ekor bandeng/ha, namun
banding harus sudah dipanen bila ukurannya mencapai 4 ekor/kg, selain
banding udangpun bisa ditebar bersama rumput laut dengan kepadatan
5000 ekor/ha.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan pertumbuhan rumput laut untuk ketiga metode
diatas hampir sama yaitu membersihkan Lumpur dan kotoran yang
melekat pada rumput laut; menyulam tanaman yang rusak atau lepas dari
ikatan; mengganti tali ,patok, bambu dan pelampung yang rusak; dan
menjaga tanaman dari serangan predator.
.
5. Pengendalian Hama Penyakit
Serangan hama dapat berupa ikan penyu, atau predator lainnya
sementara penyakit yang sering menyerang yaitu ice-ice yang
diakibatkan oleh tekanan iklim atau kondisi ekstrim yang dialami
tanaman seperti salinitas atau kandungan nutrisi dalam air yang turun
dengan tiba-tiba. Penyakit lainnya yaitu semacam lendir (mucus) yang
melekat pada rumput laut yang biasanya diproduksi oleh karang hidup.
Pertumbuhan tanaman juga akan terhambat dengan adanya biota lain
yang menjadi kompetitor dalam mendapatkan nutrisi maupun cahaya
matahari yang diperlukan dalam pertumbuhannya
6. Panen dan pasca panen
Umumnya rumput laut cukup baik untuk dipanen pada umur
tanaman berkisar pada 6-8 minggu apabila panen dilakukan kurang dari
umur tersebut maka akan menghasilkan rumput laut berkualitas
rendah.hal ini dikarenakan kandungan agar/karagenan yang
14
dikandungnya menjadi rendah dan kekuatan gel dari agar rendah tetapi
kadar airnya tinggi. Kondisi seperti ini tidak dikehendaki oleh industri
pengolah rumput laut sehingga akan dihargai lebih rendah atau bahkan
tidak dibeli.
Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya rumput laut
yang dipanen sempat dijemur terlebih dahulu sebelum disimpan, hal ini
bertujuan untuk mengurangi kerusakan kualitas sebelum dijemur kembali
pada keesokan harinya. Adapun cara panen dapat dilakukan sebagai
berikut
15
BAB 4
METODE PELAKSANAAN
A. Tahapan Program
1. Persiapan
Tahap persiapan meliputi survei dan pemilihan lokasi, penjaringan
dana, dan persiapan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk
pelaksanaan program.
2. Pelaksanaan Program
Tahap pelaksanaan program diawali dengan melakukan sosialisasi
budidaya rumput laut terhadap masyarakat desa Bajo. Setelah itu
dilakukan pemasangan dan kontruksi lahan budidaya dari lokasi yang
telah ditentukan pasca survei. Kemudian dilakukan penyebaran bibit
rumput laut untuk dibudidayakan. Setelah bibit disebar, langkah
selanjutnya adalah tahap pemeliharaan selama 25-45 hari.
3. Pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan dua tahap, yaitu pemanenan untuk
dijadikan bibit dan pemanenan total. Pemanenan untuk dijadikan bibit
dilakukan pada umur tanaman 25-35 hari pasca penyebaran bibit.
Sedangkan pemanenan total dilakukan pada umur tanaman 45 hari
pasca penyebaran bibit yang hasilnya berupa rumput laut kering dan
basah siap dijual.
7. Penjualan Hasil Panen
B. Lokasi Pelaksanaan
Lokasi pelaksanaan program dilakukan di desa Bajo, kecamatan
Botanglomang, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara
C. Peserta Program
Kelompok sasaran pelaksanaan program adalah masyarakat Desa
bajo, Kecamatan Botanglomang, Kabupaten Halmahera Selatan dengan
prioritas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah pemuda desa, perangkat
desa, dan warga lainnya di desa tersebut.
D. Pendampingan Program
Pendampingan program budidaya rumput laut secara umum dibagi
dua, yaitu pendampingan yang bersifat edukatif dan keterlibatan secara
langsung bersama-sama masyarakat desa Bajo dalam pelaksanaan
program. Pendampingan yang bersifat edukatif berupa sosialisasi
mengenai potensi budidaya rumput laut di kawasan perairan laut
khususnya desa Bajo yang tinggi. Tidak hanya itu, sosialisasi ini juga
mencakup edukasi mengenai teknik budidaya rumput laut kepada
masyarakat. Sosialisasi dilakukan pada minggu awal kedatangan tim di
desa Bajo. Tujuan yang diharapkan dari sosialisasi ini adalah terbentuknya
pandangan masyarakat yang lebih luas akan potensi ekonomis dari
budidaya rumput laut.
16
Budidaya rumput laut dilakukan dengan metode Metode long-line.
Metode long-line adalah cara membudidayakan rumput laut dikolom air
(eupotik) dekat permukaan perairan dengan menggunakan tali yang
dibentangkan dari satu titik ke titik yang lain dengan panjang 25-50 m,
dapat dalam bentuk lajur lepas atau terangkai dalam bentuk segiempat
dengan bantuan pelampung dan jangkar.
Tahap awal yang dilakukan adalah pemasangan dan konstruksi
lahan budidaya. Bentuk konstruksi yang digunakan adalah konstruksi
berbingkai sebanyak 4 unit dengan ukuran 8x50 m/unit. Bentuk kontruksi
digambarkan dalam gambar 2.
Gambar 2. Kontruksi Long-line berbingkai ukuran 8 x 100 m.
Setelah konstruksi lahan budidaya rumput laut dilakukan,
selanjutnya adalah tahap penyebaran bibit. Kebutuhan bibit rumput laut
yaitu 750 rumpun/unit atau 3000 rumpun untuk 4 unit, dengan berat setiap
rumpun 50 gr dan jarak antara rumpun yaitu 30 cm. Dengan demikian total
kebutuhan bibit rumput laut yaitu 37,5 Kg/unit atau 150 kg untuk 4 unit.
Tahap selanjutnya adalah tahap pemeliharaan. Pemeliharaan untuk
dijadikan bibit dilakukan 25-35 hari. Sedangkan untuk pemeliharaan total
rumput laut siap jual dilakukan 45 hari. Selama masa pemeliharaan
dilakukan pengontrolan minimal 3 kali seminggu untuk :
a. Mengetahui perkembangan kondisi bibit yang ditanam, hama dan
penyakit.
b. Mengetahui perlu tidaknya dilakukan penyulaman pada minggu
pertama, jika
ada bibit yang rontok atau lepas.
c. Penyiangan gulma dan pembersihan sampah yang menempel pada
rumput laut.
Setelah penanaman dan masa pemeliharaan yang telah ditentukan
maka tibalah waktu panen. Jenis rumput laut yang dipanen ada dua
17
macam, yaitu rumput panen yang dijadikan sebagai bibit dan rumput laut
siap jual.
Beberapa gambaran umum menyangkut budidaya rumput laut di
desa Bajo sebagai berikut:
1. Budidaya rumput laut ini merupakan usaha yang dilakukan oleh satu
keluarga keluarga dengan 3 orang tenaga kerja.
2. Metode budidaya rumput laut yang digunakan oleh pembudidaya di
desa Bajo adalah metode jalur (kombinasi metode long line dan metode
rakit).
3. Luas lahan budidaya rumput laut di desa Bajo yaitu 0,3 ha. Terdapat 4
unit budidaya rumput laut, dengan ukuran 8 x 50 m/unit. Pada tiap unit
terdapat 5 tali ris dengan panjang 50 m dan jarak antar tali ris ± 1,5 m.
Pada bagian ujung setiap unit diberi jangkar beton dan pelampung utama.
Pada setiap 2,5 m tali ris diberi pelampung yang terbuat dari botol aqua
bekas 600 ml.
4. Kebutuhan bibit rumput laut yaitu 750 rumpun/unit atau 3000 rumpun
untuk 4 unit, dengan berat setiap rumpun 50 gr dan jarak antara rumpun
yaitu 30 cm. Dengan demikian total kebutuhan bibit rumput laut yaitu 37,5
Kg/unit atau 150 kg untuk 4 unit.
5. Harga penjualan rumput laut basah 5000/kg dan rumput laut kering
8000/kg.
6. Dalam satu tahun terdapat 4 kali produksi rumput laut, dengan 1 kali
produksi ±1,5 bulan.
7. Analisis usaha lebih difokuskan pada hasil produksi rumput laut kering.
Pemisahan jenis rumput laut yang dipanen yaitu rumput laut yang
dijadikan bibit dan rumput laut siap jual memungkinan keberlanjutan
program pasca panen. Rumput laut yang dijadikan bibit dapat digunakan
untuk proses budidaya berikutnya.
18
E. Alur Sistem Pelaksanaan Program
Gambar 3. Skema Alur Sistem Pendanaan Program
Sosialisasi
Program Ke
Masyarakat
Pemanenan Hasil
Kontruksi Lahan
Budi Daya
Rumput Laut Siap
Jual ( 45 Hari )
Rumput Laut yang
dijadikan Bibit (
25 -35 hari )
Pemeliharaan
Penyebaran Bibit
Dijual
19
F. Financial Plan
Hasil produksi budidaya rumput laut Eucheuma cottonii di desa
Bajo berkisar dari 140- 290 gr/rumpun, dengan hasil produksi rata-rata 205
gr/rumpun. Bibit 100 gr dapat dipanen setelah tanaman dengan berat
ikatan (rumpun) 600 gr. Berdasarkan pernyataan ini maka jika
dibandingkan dengan berat bibit yang dibudidayakan di desa Bajo maka
bibit dapat dipanen setelah mencapai masa panen dengan berat bibit 300
gr/rumpun (14) ,(15)
.
Perolehan produksi rata-rata rumput laut 205 gr/rumpun,
menunjukan bahwa hasil produksi rata-rata rumput laut di desa Bajo lebih
rendah 95 gr dari kisaran berat rumpun yang ideal untuk di panen.
Rendahnya hasil produksi berkaitan dengan laju pertumbuhan harian
rumput laut yang dibudidayakan (Indriani dan Suminarsih, 2003). Keadaan
ini juga disebabkan oleh terhambatnya pertumbuhan rumput laut akibat
terjangkit penyakit iceice atau bintik putih (white spot) yang menyebabkan
terjadinya perubahan warna thallus menjadi pucat atau tidak cerah,
sebagian thallus pada beberapa cabang berwarna putih serta membusuk.
Penyakit ice-ice terutama disebabkan oleh perubahan lingkungan seperti
arus, suhu dan kecerahan (14)
.
Berdasarkan hasil produksi rata-rata Eucheuma cottonii yaitu 205
gr/rumpun, dikalikan dengan total 3000 rumpun bibit maka di peroleh
rata-rata total hasil produksi Eucheuma cottonii di desa Bajo yaitu 615 Kg.
Dari hasil produksi Eucheuma cottonii basah, jika dikeringkan akan
mengalami pelepasan kadar air 10 % dari berat rumput laut, sehingga dari
615 Kg rumput laut basah akan menghasilkan 553,5 Kg rumput laut kering
A. Analisis Pendapatan Usaha
Pendapatan usaha diperoleh dari penerimaan total dikurangi
dengan biaya total. Penerimaan total diperoleh dari hasil produksi
rumput laut basah 615 Kg dikalikan dengan harga jual Rp.5000/kg
sehingga diperoleh Rp. 3.075.000/produksi atau Rp. 12.300.000/tahun.
Dari hasil produksi rumput laut kering 553.5Kg dikalikan dengan
harga jual Rp.8000/kg diperoleh Rp. 4.428.000/produksi atau
Rp.17.712.000/ tahun. Biaya total yang diperlukan untuk budidaya
rumput laut Eucheuma cottonii di desa Bajo sebesar Rp.
7.528.000/produksi atau Rp. 9.956.000/tahun. Rincian pendapatan
usaha disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Rincian Pendapatan Usaha Budidaya Eucheuma cottonii di desa Bajo
No URAIAN 1 MUSIM
TANAM
TOTAL/TAHUN
A. BIAYA TETAP
Bibit (Kg)
Wadah
750.000
4.731.000
750.000
5.111.000
Total Biaya Tetap 5.481.000 5.861.000
B. Biaya Variabel
Biaya Perawatan dan Panen 2.047.500 4.095.000
Total Biaya Variabel 2.047.500 4.095.000
20
C. Modal Produksi (Biaya
Total)
7.528.000 9.956.000
D. Penerimaan
Hasil Produksi Basah (Kg)
Hasil Produksi Kering (Kg)
Penerimaan Produksi
Basah (Rp. 5000/Kg)
Penerimaan Produksi
Kering (Rp.8000/Kg)
615
553.5
3.075.000
4.428.000
2.460
2.214
12.300.000
17.712.000
E. Pendapatan/Laba Usaha
Pendapatan Usaha RL
Basah (Rp)
Pendapatan Usaha RL
Kering (Rp)
-4.453.000
-3.100.000
2.344.000
7.756.000
Berdasarkan rincian tersebut (tabel 2) maka untuk pendapatan
usaha pada tiap masa produksi untuk rumput laut basah diperoleh
penerimaan total (TR) Rp. 3.075.000/produksi tanam < biaya total
(TC) Rp. 7.528.000/produksi sehingga dapat disimpulkan bahwa
usaha mengalami kerugian karena diperoleh pendapatan usaha rumput
laut basah sebesar – 4.453.000. Pendapatan usaha pada tiap masa
produksi untuk rumput laut diperoleh penerimaan total (TR) Rp.
4.428.000/produksi < biaya total (TC) Rp. 7.528.000/produksi
sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha mengalami kerugian karena
diperoleh pendapatan usaha rumput laut kering sebesar – 3.100.000.
Adanya kerugian ini disebabkan oleh rendahnya hasil produksi rumput
laut yang turut mempengaruhi penerimaan produksi, serta kurangnya
evisiensi penggunaan luas lahan (efisiensi jarak antar bibit menjadi
±25 cm dan menambah jumlah tali ris dalam 1 unit menjadi 6-7 tali
ris).
Berdasarkan gambaran hasil analisis pendapatan usaha, nampak
bahwa kerugian yang dialami oleh pembudidaya di desa Bajo lebih
rendah jika dilakukan penjualah rumput laut kering, dibandingkan
dengan penjualan rumput laut basah (untuk bibit). Meskipun
pendapatan usaha pada tiap musim tanam mengalami kerugian namun
berdasarkan penerimaan total pertahun dari rumput laut kering
diperoleh penerimaan total (TR) Rp. 17.712.000/tahun > biaya total
(TC) Rp. 9.956.000/tahun sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha
menguntungkan karena diperoleh pendapatan usaha rumput laut
kering sebesar Rp. 7.756.000. Adanya keuntungan usaha/tahun
dikarenakan biaya tetap yang terdiri dari bibit dan wadah budidaya
umumnya dapat digunakan untuk 4 kali musim tanam (1 tahun)
sehingga tidak membutuhkan biaya total (pengeluaran) yang lebih
besar (13)
B. Analisis Revenue Cost Ratio
Analisis revenue cost ratio menunjukkan manfaat atau
keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usaha budidaya rumput laut
21
selama 4 kali produksi (1 tahun). Hasil analisis revenuecost ratio (R/C)
tergantung dari pendapatan/total revenue dan pengeluaran/total cost
(TC) sebagai berikut
𝑥 =TR
TC=
17.712.000
9.956.000= 1,77
Berdasarkan hasil perhitungan analisis revenue cost ratio (R/C)
diperoleh nilai (R/C) untuk rumput laut kering yaitu 1,77. Berdasarkan
kriteria revenue cost ratio (R/C) diperoleh nilai R/C > 1, sehingga
dapat diinterpretasikan bahwa usaha budidaya rumput laut tersebut
menguntungkan.
C. Analisis Net Profit Value
𝑁𝑃𝑉 = Net Benefit Value x discount rate
𝑁𝑃𝑉 = 7.756.000 x 7,5% = 5.817.000
D. Analisis Break Event Point
Keadaan BEP merupakan keadaan dimana penerimaan usaha
rumput laut (TR) sama dengan biaya yang di tanggung (TC) atau
TR=TC. berikut hasil perhitungan BEP
𝐵𝐸𝑃 (𝐾𝑔) =Total Biaya
Harga Per Unit
𝐵𝐸𝑃 (𝐾𝑔) =9.956.000
5.000= 1991,2 Kg
Perolehan BEP(Kg) di atas artinya, titik impas akan dicapai saat
budidaya rumput laut menghasilkan rumput laut kering sebanyak
1.991,2 Kg
𝐵𝐸𝑃 (𝑅𝑝) =Total Biaya
Total Produksi
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑝 =9.956.000
2.214= Rp 4.496
Perolehan BEP(Rp) di atas artinya, titik impas akan dicapai pada
harga jual rumput laut sebesar Rp. 4.496 /Kg.
E. Analisis Return on Investmen
𝑅𝑂𝐼 =Laba Usaha
Modal Produksi
𝑅𝑂𝐼 =7.756.000
9.956.000= 0,77
Berdasarkan perbandingan laba dan modal produksi diperoleh
nilai ROI sebesar 77%, yang berarti bahwa besarnya keuntungan yang
diperoleh dibandingkan dengan besarnya investasi yang ditanamkan
adalah baik, artinya setiap modal sebesar Rp.100 di peroleh
keuntungan sebesar Rp.77,00.
22
F. Analisis Pay Back Period
𝑃𝑎𝑦 𝐵𝑎𝑐𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 =Total Modal
Laba Bersih
𝑃𝑎𝑦 𝐵𝑎𝑐𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 =9.956.000
7.756.000= 1,28 tahun
Berdasarkan analisis pay back period tersebut, budidaya rumput
laut akan mampu mengembalikan sejumlah investasi setelah 1,28
tahun.
G. Analisis Kelayakan Usaha
Untuk menilai kelayakan usaha digunakan analisis kriteria investasi
Benefit Cost Ratio (B/C).
𝐵\𝐶 =Hasil Penjualan
Modal Produksi
𝐵\𝐶 =17.712.000
9.956.000= 1,77
B/C ratio menunjukkan perbandingan antara keuntungan dan
biaya produksi. Berdasarkan perhitungan B/C ratio, diperoleh nilai
B/C ratio adalah 1,77. Berdasarkan kriteria nilai B/C, nilai B/C ratio
yang diperoleh lebih besar dari 1 sehingga dapat diinterpretasikan
bahwa usaha budidaya rumput laut di desa Bajo layak dilaksanakan,
atau dapat dijelaskan bahwa dengan modal Rp.9.956.000 kita dapat
memperoleh hasil penjualan sebesar 1,77 kali jumlah modal.
23
BAB 5
RANCANGAN JADWAL KEGIATAN
Tabel 3. Rancangan Jadwal Kegiatan Budidaya Rumput Laut
No. Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
a. Survey lokasi
b. Penjaringan dana
c. Persiapan kebutuhan
2 Pelaksanaan Program
a. Sosialisasi Program Masyarakat
b. Kontruksi Lahan Budidaya
c. Penyebaran Bibit
d. Pemeliharaan
3 Pemanenan
a. Panen dijadikan bibit
b. Panen Total
4 Penjualan Hasil Panen
24
BAB 6
RANCANGAN ANGGARAN BIAYA
Tabel 4. Rancangan Anggaran Biaya Budidaya Eucheuma cottonii
No KEBUTUHAN SATUAN JUMLAH HARGA
SATUAN
(Rp)
JUMLAH/PRODUKSI
(Rp)
JUMLAH/TAHUN
(Rp)
A BIAYA TETAP
1. Bibit Kg 150 5.000 750.000 750.000
2. Wadah Budidaya
Tali ris no. 6
Tali jangkar no. 10
Tali rafia
Pelampung Aqua
Pelampung Besar
Perahu jukung
Karung
Jangkar
Pisau
Terpal 4x6 dan 2x3
Bambu
Kg
Kg
roll
Buah
Buah
Unit
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
47
20
7
400
8
1
10
8
2
1
12
40.000
40.000
20.000
350
100.000
500.000
5.000
22.000
10.000
165.000
5.000
1.880.000
800.000
140.000
140.000
800.000
500.000
50.000
176.000
20.000
165.000
60.000
1.880.000
800.000
280.000
300.000
800.000
500.000
50.000
176.000
40.000
165.000
120.000
Total Biaya Tetap 5.481.000 5.861.000
B. Biaya Variabel
1. Biaya Perawatan dan
Panen
Minggu 7 292.500 2.047.500 4.095.000
Total Baya Variabel 2.047.500 4.095.000
Total Biaya Produksi 7.528.000 9.956.000
25
BAB 7
PELAKSANA EKSEKUTIF
Tabel 5. Pelaksana Eksekutif Program Budidaya Rumput Laut
Nama
Pelaksana
Nomor Induk
Mahasiswa
Fakultas Alamat Telepon Spesifikasi
Kompetensi
Peran dalam
Tim Eksekutif
Perguruan
Tinggi
Muhammad
Khairiskam
10/301495/FA/08574 Farmasi Candirejo
Tonggalan
Klaten
085747018497 Ketua Koordinator
Umum
UGM
Adhila
Rachma
11/317668/PS/06233 Psikologi Kayen Rt 04
Rw 44 No
426 Jl
Kaliurang km
7,3 CC
Depok
Sleman
Yogyakarta
085743112053 Anggota Sekretaris UGM
Sintha Dewi
Widya
Kumala
13/358034/SA/17292 Ilmu
Budaya
Kayen Rt 04
Rw 44 No
426 Jl
Kaliurang km
7,3 CC
Depok
Sleman
Yogyakarta
085643996867 Anggota Bendahara UGM
26
Sarah Rizky
Wulaningrum
11/320112/PA/14328 MIPA Watukarung
RT 2/ RW 1,
Banjarnegoro,
Mertoyudan,
Magelang
085743930127 Anggota Human
Resources
Development
(HRD)
UGM
Fernando Dwi
Agustia
11/319931/PA/14304 MIPA Pogung Rejo
No. 22 RT 16
RW 51.
Sleman. DIY
085713636369 Anggota Manajer
Research and
Development
(RND)
UGM
Sofyan Yusuf 11/319711/TK/38829 Teknik Jalan
kaliurang KM
5 No. 70
Desa
Sinduadi.
Mlati. Sleman
085799117103 Anggota Manajer
Produksi
UGM
Fata Hanifa 11/318593/SA/16113 Ilmu
Budaya
Perumahan
Dayu Permai
Blok D-6.
Jalan
Kaliurang
Kilometer
8,5. Sleman,
Yogyakarta
083840783160 Anggota Marketing UGM
27
DAFTAR PUSTAKA
1) Anang Nugroho. Keanekaragaman Hayati Laut Indonesia Terbesar di
Dunia. Kementrian Kelautan dan Perikanan RI 2013 August. Available
from :
URL : http://kkp.go.id/index.php/arsip/c/9822/KEANEKARAGAMAN-
HAYATI-LAUT-INDONESIA-TERBESAR-DI-DUNIA/?category_id=.
Accessed February 13, 2014.
2) Anonim. Di Indonesia Ada 13.446 Pulau, Bukan 17.508 Pulau.
Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI August.
Available from :
URL : http://www.menkokesra.go.id/content/di-indonesia-ada-13-466-
pulau-bukan-17508-pulau. Accessed February 10, 2014
3) Anonim. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Halmahera Selatan
2013. Badan Pusat Statistik RI February. Available from :
URL : http://www.menkokesra.go.id/content/di-indonesia-ada-13-466-
pulau-bukan-17508-pulau. Accessed February 4, 2014
4) Anonim. Buku Putih Sanitasi Halmahera Selatan. 2012
5) Anonim. Potensi Investasi Maluku Utara. Badan Koordinasi Penanaman
Modal. 2011
6) Anonim. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Melalui Agribisnis Rumput
Laut di Halmahera Selatan, Maluku Utara. 2013. Kementrian Riset dan
Teknologi RI. February. Available from :
URL : http://pkpp.ristek.go.id/index.php/penelitian/detail/104. Accessed
February 11, 2013
7) Anonim. Daftar Unit Produksi Unggulan Minapolitan UPT Lingkup
BPSDM KP. 2013. Kementrian Riset dan Teknologi RI. February.
Available from : URL :
http://www.bpsdmkp.kkp.go.id/apps/simdiklatluh/index.php/detail/4_Daft
ar_Unit_Produksi_Unggulan_Minapolitan_UPT_Lingkup_BPSDM_KP.
Accessed February 11, 2014
8) Anonim. Potensi Investasi Maluku Utara. Badan Koordinasi Penanaman
Modal. 2011
9) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional
10) Saldhyna Di Amora, Sukesi : Ekstraksi Senyawa Antioksidan pada
Nugget-Rumput Laut Merah, Eucheuma cottonii, 2013. C23-C24
11) Anggadiredja, J.T.. Etnobotany and Etnopharmacology Study of
Indonesian Marine Marco Algae. Jakarta :Study Report BPP Technology.
1992
12) Mustamin, Fatimah. Studi Pengaruh Konsentrasi Koh dan Lama
Ekstraksi tethadap Karakteristik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma
cottonii. FITP Universitas Hassanuddin. 2014
13) Tutupary, Ontje Framcisca Winestry, Analisis Usaha Budidaya Rumput
Laut (Euscheuma cottonii di Perairan Pulau Takow Kecamatan Tobelo
Timur.
14) Indriani et Suminarsih. Budidaya Pengolahan dan Pemasaran Rumput
Laut. Jakarta : Penebar Swadaya. 2003
28
15) Ghufran.. Budidaya Biota Akuatik untuk Pangan, Kosmetik, dan Obat-
obatan.. Yogyakarta : Andi Offset. 2010
,
40
LAMPIRAN 2
DOKUMENTASI
Gambar 3. Dokumentasi Keadaan Halmahera Selatan
Gambar 4. Dokumentasi Keadaan Halmahera Selatan
Gambar 5. Dokumentasi Keadaan Halmahera Selatan
41
Gambar 6. Dokumentasi Keadaan Halmahera Selatan
Gambar 7. Dokumentasi Keadaan Halmahera Selatan
Gambar 8. Dokumentasi Keadaan Halmahera Selatan
Top Related