FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN SHAMPO ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN SHAMPO ...
i
FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN
SHAMPO EKSTRAK DAUN PARE
(Momordica charantia L.)
PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
SILFI WULIDASANI
16080012
HALAMAN SAMPUL
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
2019
ii
FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN
SHAMPO EKSTRAK DAUN PARE
(Momordica charantia L.)
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Ahli Madya
Program D-III Farmasi
Oleh :
SILFI WULIDASANI
16080012
HALAMAN JUDUL
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
2019
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN
SHAMPO EKSTRAK DAUN PARE ( Momordica charantia L.)
Oleh :
SILFI WULIDASANI
16080012
DIPERIKSA DAN DISETUJUI OLEH
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Wilda Amananti, S.Pd.Msi Joko Santoso. M.Farm
NIDN. 0605128902 NIDN. 0623109201
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini diajukan oleh:
NAMA : SILFI WULIDASANI
NIM : 16080012
Jurusan / Program Studi : DIII FARMASI
Judul Karya Tulis Ilmiah : FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN SHAMPO EKSTRAK DAUN PARE (Momordica charantia L.)
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Farmasi pada Jurusan/ Program Studi DIII Farmasi, Politeknik Harapan
Bersama Tegal.
TIM PENGUJI
Penguji 1 : Heru Nurcahyo, S.Farm., M.Sc., Apt (......................................)
Penguji 2 : Wilda Amananti, S.Pd.Msi (......................................)
Penguji 3 : Joko Santoso, M.Farm (......................................)
Tegal, ..............................
Program Studi DIII Farmasi
Ketua Program Studi,
Heru Nurcahyo, S.Farm., M.Sc., Apt
NIPY: 010007.038
v
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
NAMA : Silfi Wulidasani
NIM : 16080012
Tanda Tangan :
Tanggal :
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULI S
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Politeknik Harapan Bersama Tegal, saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Silfi Wulidasani
NIM : 16080012
Jurusan / Program Studi : DIII Farmasi
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Politeknik Harapan Bersama Tegal Hak Bebas Royalti Noneksklusif (None-
exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN SHAMPO EKSTRAK DAUN PARE ( Momordica charantia L.)
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti/Nonekslusif ini Politeknik Harapan Bersama Tegal berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan karya ilmiah saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Tegal
Pada Tanggal : 8 mei 2019
Yang Menyatakan
(Silfi Wulidasani)
vii
MOTTO
1. Kesempatan hanya dating satu kali, begitu juga kepercayaan 2. Railah cita-citamu setinggi angkasa 3. Keberhasilan tidak dating secara tiba-tiba, tapi karena usaha dan
kerja keras 4. Pengetahuan adalah kekuatan 5. Masa depan ada didalam diri kita
PERSEMBAHAN
1. Untuk orang tua yang selalu mendoakan dan mendukang 2. Keluarga yang selalu mendukung 3. Kakak dan adikku yang tersayang 4. Pembimbing yang selalu membimbing dan mendukung dengan
baik 5. dan untuk teman dan sahabat yang selalu mendukung
viii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah Ini dengan judul “ FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK
SEDIAAN SHAMPO EKSTRAK DAUN PARE ( Momordica
charantia L.)” tepat pada waktunya. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi DIII
Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal.
Dalam proses penelitian dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak
lepas dari bantuan dan dukungan dari semua pihak baik berupa moril maupun
materil, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Ir. MC. Chambali, B.Eng.EE selaku Direktur Politeknik Harapan
Bersama Tegal yangtelah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menuntut ilmu di Politeknik Harapan Bersama Tegal.
2. Bapak Heru Nurcahyo, S.Farm, M.Sc,. Apt selaku Kepala Program Studi DII
Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal.
3. Ibu Amananti,S.Pd.Msi selaku Dosen Pembimbing I.
4. Bapak Joko Santoso, M.Farm selaku Dosen Pembimbing II.
5. Bapak dan Ibu Dosen Politeknik Harapan Bersama Tegal.
6. Seluruh Karyawan Laboran DIII Farmasi yang telah membantu dalam
penelitian.
7. Orang Tua dan Keluarga yang telah memberi dorongan hingga
terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah Ini.
8. Teman-teman seangkatan, senasib, dan seperjuangan khususnya kelas A
9. Semua pihak yang belum dapat penulis sebutkan satu per satu yang pada
hakekatnya memberikan bantuan serta dorongan mental dan moril guna
mendukung keberhasilan penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
ix
Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dan penyempurnaan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi pembacanya.
Tegal, ....... ......2019
Penulis
x
INTISARI
Wulidasani, Silfi., Amananti, Wilda., Santoso, Joko., 2019. Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik sediaan Shampo Ekstrak daun Pare (Momordica charantia). POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL.
Shampo adalah sejenis cairan, seperti sabun, yang berfungsi untuk meningkatkan tegangan permukaan kulit kepala sehingga dapat membersihkan kotoran dikulit kepala. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kualitas uji stabilitas fisik pada formulasi sediaan shampo ekstrak daun pare (Momordica charantia).
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Politeknik Harapan
Bersama Tegal mengenai Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Shampo ekstraksi Ekstrak Daun Pare (Momordica charantia). Data yang diperoleh yaitu berupa sediaan shampo yang diambil dari hasil ekstraksi dan hasil uji stabilitas fisik, uji sifat fisik yaitu homogenitas, organoleptis, pH, suhu, berat jenis, viskositas, dan tinggi busa.
Berdasarkan uji stabilitas fisik shampo terdapat pengaruh pada suhu
formulasi sediaan shampo ekstrak daun pare (Momordica charantia) danpada suhu tinggi yaitu suhu 40°C dan suhu dingin 4°C berdasarkan uji pH, uji berat jenis, uji tinggi busa dan uji viskositas.
Kata Kunci : Shampo, Daun Pare, Stabilitas Fisik, Penyimpanan Suhu.
xi
Abstract
Wulidasani, Silfi., Amananti, Wilda., Santoso, Joko., 2019. Formulation and Test for Physical Stability of Shampoo from Pare leaves extract (Momordica charantia). Shampoo is a type of liquid, such as soap, which serves to increase the surface tension of the scalp so that it can clean the dirt on the skin of the head. The purpose of this study was to determine the comparison of the quality of the physical stability test on preparation formulations of pare leaves extract (Momordica charantia L.). This research was conducted at the pharmacy laboratory of Harapan Bersama Polytechinic on Formulation and Physical Stability Test of Shampoo From Pare leaves Extract (Momordica charantia L.). The data obtained were in the form of shampoo preparations taken from the extraction results and physical stability test results, physical properties test namely homogeneity, organoleptic, pH, temperature, specific gravity, viscosity, and foam height. Based on the physical stability test, there is an effect on the temperature of the formulation of the preparations for the pare leaves extract (Momordica charantia L.) and at high temperatures ie 40 ° C and a cold temperature of 4 ° C based on pH test, density test, foam high test and viscosity test. Keywords: Shampoo, Pare Leaves, Physical Stability, Storage Temperature.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
MOTTO ................................................................................................................ vii
INTISARI ................................................................................................................ x
ABSTRACT ........................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB IPENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3 Batasan Masalah .............................................................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3
1.5 Kegunaan ......................................................................................................... 4
BAB IITINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ............................................... 5
2.1 Tinjauan pustaka .............................................................................................. 5
2.1.1 Daun Pare ............................................................................................... 5
2.1.2 Simplisia ................................................................................................. 7
2.1.3 Ekstraksi ................................................................................................. 8
2.1.4 Maserasi .................................................................................................. 9
2.1.5 Ekstrak .................................................................................................. 10
2.1.6 Shampo ................................................................................................. 11
2.1.7 Uraian Bahan ........................................................................................ 15
2.1.8 Evaluasi Shampo .................................................................................. 18
2.2 Hipotesis ........................................................................................................ 20
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN............................................................... 21
xiii
3.1 Obyek Penelitian ............................................................................................ 21
3.2 Sampel dan Teknik sampling ......................................................................... 21
3.3 Variabel Penelitian ......................................................................................... 21
3.3.1 Variabel Bebas ...................................................................................... 21
3.3.2 Variabel Terkendali .............................................................................. 21
3.3.3 Variabel terkait ..................................................................................... 22
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 22
3.4.1 Cara Pengumpulan Data ....................................................................... 22
3.4.2 Alat Dan Bahan .................................................................................... 22
3.5 Uji Stabilitas Fisik .......................................................................................... 38
3.6 Analisis Data .................................................................................................. 38
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 39
4.1 Persiapan ........................................................................................................ 39
4.2 Ek`straksi ....................................................................................................... 40
4.3 Uji Flavonoid Dan Uji Bebas Etanol ............................................................. 41
4.4 Pembuatan Sediaan ........................................................................................ 43
4.5 Evaluasi Sediaan ............................................................................................ 44
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 54
5.1 Simpulan ........................................................................................................ 54
5.2 Saran .............................................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 55
LAMPIRAN .......................................................................................................... 57
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rancangan Formulasi ............................................................................ 29
Tabel 4.1 Hasil Identifikasi serbuk Daun Pare...................................................... 40
Tabel 4.2 Uji Mikroskopik .................................................................................... 41
Tabel 4.3Hasil Identifikasi Bebas Etanol Ektrak Daun Pare ................................ 41
Tabel 4.4 Gambar Uji Bebas Etanol Dan Flavonoid ............................................ 42
Tabel 4.5 Hasil Identifikasi Flavonoid Ekstrak Serbuk Daun Pare ........... 42Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4.6 Gambar Identifikasi Flavonoid Ekstrak Daun Pare .............................. 42
Tabel 4.7 Hasil Uji Organoleptis .......................................................................... 44
Tabel 4.8Hasil Uji pH ........................................................................................... 45
Tabel 4.9Hasil Uji Homogenita ............................................................................ 47
Tabel 4.10Hasil Uji Berat Jenis Shampo .............................................................. 48
Tabel 4.11Hasil Uji Tinggi Busa .......................................................................... 50
Tabel 4.12 Hasil Uji Viskositas ............................................................................ 52
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Skema Cara Kerja Pembuatan Simplisia ........................................... 25
Gambar 3.2 Uji Mikroskopik ................................................................................ 26
Gambar 3.3 Skema Proses Maserasi ..................................................................... 27
Gambar 3.4 Skema Pemekatan ............................................................................. 27
Gambar 3.5 Uji Bebas Etanol................................................................................ 28
Gambar 3.6 Skema Cara Kerja Pembuatan Shampo ............................................. 31
Gambar 3.7 Skema Uji Homogenitas.................................................................... 32
Gambar 3.8 Skema Uji Organoleptis .................................................................... 33
Gambar 3.9 Skema UJi pH.................................................................................... 34
Gambar 3.10 Skema Uji Berat Jenis ..................................................................... 35
Gambar 3.11 Skema Uji Viskositas ...................................................................... 36
Gambar 3.12 Skema Uji Stabilitas ........................................................................ 38
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ............................................................................................................ 58
Lampiran 2 ............................................................................................................ 60
Lampiran 3 ............................................................................................................ 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Shampo adalah sejenis cairan, seperti sabun, yang berfungsi untuk
meningkatkan tegangan permukaan kulit kepala sehingga dapat
membersihkan kotoran dikulit kepala. Kegiatan membersihkan kulit kepala
dan rambut disebut keramas, Dalam pengertian ilmiahnya sampo
didefinisikan sebagai sediaan yang mengandung surfaktan dalam bentuk
yang cocok dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang
melekat pada rambut dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut,
kulit kepala, dan kesehatan konsumen (Rohman, 2011).
Saat ini zat aktif yang digunakan dalam sediaan shampo beberapa
masih menggunakan zat aktif sintetik dimana memiliki efek antiketombe
sehingga beberapa zat aktif berasal dari bahan alam yang banyak
dikembangkan. salah satunya zat aktif yang dapat digunakan berasal dari
bahan alami. Penggunaan bahan alami sebagai alternatife untuk mengatasi
dan mengobati masalah kulit kepala dengan shampo tanpa menimbulkan
efek samping dari bahan kimiawi adalah dengan menggunakan bahan
tradisional. yang didapatkan dari alam sekitar yang diyakini dapat mengatasi
kelenjar sebum (minyak) pada kulit kepala. Salah satu bahan alam yang
dapat di aplikasikan dalam sediaan shampo dari bahan alami yaitu daun pare
2
(Momordica charantia L.) Kandungan dalam daun pare memiliki
kandungan Falvonoid (Budiman dkk, 2015).
Dalam sediaan shampo terdapat hal-hal yang perlu di lakukan salah
satunya adalah Stabilitas merupakan kemampuan produk obat ataupun
kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan selama
periode penyimpanan dan penggunaan. untuk menjamin identitas, kekuatan,
kualitas, dan kemurnian produk tersebut. Untuk memperoleh kestabilan
yang baik dalam waktu yang singkat, maka dapat dilakukan dengan metode
uji stabilitas dipercepat. Uji stabilitas dipercepat bertujuan untuk
mendapatkan informasi yang diinginkan pada waktu yang sesingkat
mungkin, dengan cara menyimpan sediaan pada kondisi yang telah
dirancang untuk mempercepat terjadinya perubahan yang biasanya sering
terjadi pada kondisi normal. (Jusnita dan Syah, 2017)
Sediaan shampo di uji stabilitas fisiknya digunakan untuk mengetahui
kestabilitas sediaan. Pengujian stabilitas dilakukan dengan pengamatan
dengan melihat perubahan penyimpanan pada suhu ruang 25°C, suhu
tinggi40°C, dan suhu dingin 4°C (Warnida dkk, 2014).
Berdasarkan hal tersebut perlu diteliti bagaimana pengaruh perbedaan
penyimpanan suhu dengan melakukan penelitian Formulasi Dan Uji
Stabilitas Fisik Sediaan Shampo Ekstrak Daun Pare (Momordica charantia
L.).
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh perbedaan suhu penyimpanan terhadap uji
stabilitas sifat fisik ekstrak daun pare pada formulasi sediaan shampo ?
2. Pada suhu berapa penyimpanan sediaan shampo yang paling baik dan
sesuai dengan uji stabilitas fisik menurut SNI 06-2692-1992 ?
1.3 Batasan Masalah
1. Daun pare yang digunakan diperoleh dari daerah Kabupaten Tegal
2. Identifikasi sampel dengan uji
3. Ekstrak Daun Pare dilakukan dengan metode maserasi
4. Uji stabilitas fisik sediaan shampo yang dilakukan adalah uji
organoleptis, uji pH,uji Suhu, uji tinggi busa dalam air suling, uji
kekentalan (viskositas).
1.4 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbandingan kualitas uji stabilitas fisik pada
formulasi sediaan shampo ekstrak daun pare (Momordica charantia L.)
dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui perbedaan uji stabilitas fisik formulasi sediaan
shampo dengan zat aktif daun pare (Momordica charantia L.) Untuk
4
mengetahui pada suhu penyimpanan yang paling bagus untuk uji
stabilitas fisik sediaan shampo.
1.5 Kegunaan
a. Mengetahui uji stabilitas fisik shampo ekstrak daun pare terhadap suhu
penyimpanan.
b. Dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian, selanjutnya untuk
mengembang ilmu pengetahuan kosmetik umumnya dan bidang SDM
khususnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan pustaka
2.1.1 Daun Pare
Gambaran 2.1 Daun Pare
1. Klasifikasi tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Magnoliopsida
Class : Dycotiledonae
Ordo : Violales
Family : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
Spesies : Momordica charantia L.
2. Nama Daerah
Daun pare mempunyai banyak nama dibeberapa daerah
diantaranya Sumatera :prien (gayo), paria (batak toba), kambeh
(mingkabau). Jawa : papare (Jakarta), paria (sunda), pepare
6
(Madura). Bali : paya. NusaTenggara : truwok (sasak), paria
(Bima). Sulawesi : popari (manado), beleng gede (Gorontalo),paria
(bugis). Maluku : papariane (seram), papari (buru), kepari
(Ternate).
3. Morfologi Tanaman Dan Kandungan kimia
Daun tunggal, bertangkai dan letaknya berseling, berbentuk
bulat panjang, dengan panjang 3,5-8,5 cm, lebar 4 cm, menjari 5-7,
pangkalnya berbentuk jantung, serta warnanya hijau tua.
Kandungan Kimia Daun pare mengandung flavonoid dan saponin.
Daun pare juga berfungsi sebagai penyubur rambut yang mencegah
adanya minyak berlebihan pada kulit kepala, dan menjaga
kesehatan kulit kepala sehingga akar rambut menjadi kuat
sekaligus mencegah kerontokan rambut.
4. Kegunaan Daun Pare
Daun pare mempunyai kandungan yaitu mengatasi
menyuburkan rambut, juga mencegah kerontokan pada rambut
diantaranya yaitu kurangnya vitamin serta nutrisi yang cukup
unutuk akar rambut. Daun pare ini juga bisa sebagai penghitam
rambut dan menumbuhkan rambut.
7
2.1.2 Simplisia
Simplisia atau herba adalah bahan alam yang telah dikeringkan
yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolaha,
Kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak dari 60
(Depkes RI, 2010).
Untuk membuat suatu simplisia, dilakukan beberapa langkah
sebagai berikut :
a. Pengumpulan Bahan Baku
Pengumpulan bahan baku merupakan proses pengumpulan
bahan untuk melakukan penelitian. Pengambilan bahan yang baik
dilakukan adalah pada pagi hari (09:00 – 12:00) karena pada saat itu
daun melakukan fotosintesis.
b. Sortasi Basah
Sortasi basah dan pencucian dilakukan untuk membersihkan
dari benda-benda asing dari luar (tanah, batu, dan sebagaiannya),
dan memisahkan bagian yang tidak dikehendaki. Pencucian
dilakukan untuk membersihkan simplisia dari sisa-sisa kotoran yang
melekat, pencucian dilakukan dengan air bersih dan mengalir
(Emilan dkk, 2011).
c. Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pewadahan dan dilakukan menggunakan pisau.
8
d. Pengeringan
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar
matahari atau menggunakan suatu alat pengering (Anonim, 2008).
Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang awet,
tidak rusak, mengurangi kadar air sehingga mencegah terjadinya
pembusukan jamur atau bakteri. Pengeringan dengan sinar matahari
langsung yang banyak dipraktekan di Indonesia merupakan suatu
cara yang mudah dan murah, yamg dilakukan dengan cara
membiarkan bahan yang telah dipotong-potong di udara terbuka,
tanpa kondisi terkontrol seperti suhu, kelembaban an aliran udara
(Emilan dkk, 2011)
Cara pengeringan ini dilakukan saat matahari bersinar penuh dan
ditutup kain hitam, yaitu mulai dari pukul 07:00 – 16:00.Perlu
diperhatikan bahwa pengeringan dengan menggunakan sinar
matahari dilkukan sampai bagian tanaman yang dijemur benar-
benar kering. Cara ini dinilai cukup ekonomis, tetapi kurang efektif
karena selalu dipengaruhi oleh keadaan cuaca setempat (Endrasari,
dkk, 2012).
2.1.3 Ekstraksi
Ekstrasi adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari
bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Metode penyarian
yang digunakan tergantung pada wujud dan kandungan zat dari bahan
9
yang akan disari. Metode yang menggunakan pelarut ada dua macam
yaitu cara dingin dan cara panas
2.1.4 Maserasi
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang paling
sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan
masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan
larut dank arena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan yang
terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan dalam sel
(Depkes RI, 2010).
Maserasi dilakukan dengan perbandingan bahan : pelarut yaitu 1
: 7,5 selama 5 hari dan dilakukan penggojokan setiap 24 jam. Pada
penyarian dengan cara maserasi, perlu dilakukan pengadukan.
Pengadukan diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan diluar butir
serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga
adanya derajat perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilan antara
larutan didalam sel dengan larutan diluar sel (Depkes RI, 2013).
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang
mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, strirak dan lain-lain.
Keuntungan cara penyarian maserasi adalah proses pengerjaan
dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah didapat. Kerugian
10
dari cara maserasi adalah proses kerja yang lama dan penyarian yang
kurang sempurna (Depkes RI, 2013).
2.1.5 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan
menyari simplisia nabati dan hewani menurut cara yang cocok, di luar
pengaruh cahaya matahari langsung. Sebagai cairan penyari digunakan
air, eter, atau campuran etanol dan air (Depkes RI, 1979).
Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat
yang terdapat disimplisia terdapat dalam bentuk yang mempunyai kadar
tinggi dan memudahkan zat berkhasiat dapat diatur dosisnya. Dalam
sediaan ekstrak dapat distandarisasikan kadar zat berkhasiat.
1. Macam-macam ekstrak
Ekstrak tumbuhan (umumnya konsentrasi etanolnya berbeda-beda).
Bahan pengekstrasinya sebagai atau seluruhnya diuapkan, maka
akan diperoleh ekstrak, yang dapat dikelompokan atas dasar
sifatnya menjadi :
a. Ekstrak encer (Extractum tnue)
Sediaan ini memiliki konsistensi semacam madu dapat
dituang. Akan tetapi pada saat ini sudah tidak terpakai lagi.
b. Ekstrak kental (Extractum spissum)
Sediaan ini dalam keadaan dingin tidak dapat dituang.
Kandungan airnya berjumlah sampai 30%. Sediaan obat ini pada
umumnya juga tidak sesuai lagi dengan persyaratan masa
11
kini.Tingginya kandungan air menyebabkan ketidak stabilan
sediaan obat (cemaran bakteri) dan bahan aktifnya (penguraian
secara kimia) ekstrak kental sulit ditakar (penimbangan dan
sebagiannya).
c. Ekstrak kering (Extractum siccum)
Sediaan ini memiliki konsistensi kering dan mudah
digosokkan. Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan
pengeringan sisanya akan terbentuk suatu produk yang
sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.
d. Ekstrak cair (Extractum fluidum)
Dalam hal ini diartikan sebagai ekstrak cair, yang dibuat
sedemikian rupa sehingga 1 bagian simplisia sesuai dengan 2
bagian (kadang-kadang juga 1 bagian) ekstrak cair (Voight,
1994).
2.1.6 Shampo
Kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala atau shampo tujuan
penggunaan shampo salah satu untuk membersihkan rambut dan kulit
kepala dari segala macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel-
sel yang sudah mati dan sebagainya secara baik dan aman. Dan
biasanya pada kulit kepala juga sering terjadi pengelupasan kulit mati
secara berlebihan dan disertai gatal-gatal dan peradangan (ketombe)
yang disebabkan terjadi perubahan pada lapisan bagian kulit di
epidermis yaitu stratum komeum tampak hiperproliferasi, lipid
12
interseluler dan intraseluler yang hipersekresi, serta parakeratosis yang
menimbulkan skuama halus, kering, berlapis-lapis, sering mengelupas
sendiri, serta rasa gatal dengan atau tanpa peradangan. Salah faktor
penyebab ketombe adalah hipersekresi kelenjar sebacea yang
menghasilkan sebum. Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya
ketombe ialah p. Ovale (p. Malassez) termasuk genus Malassezia sp.
Merupakan flora normal kulit kepala, tetapi bermacam keadaan seperti
kadar minyak yang meningkat memicu pertumbuhan berlebihan pada
jamur (Oktaviani, 2012).
Untuk maksud tersebut, shampo harus memenuhi syarat, yaitu
dapat membersihkan dengan baik (sifat detergen), memiliki sifat
membasahi (wetting), memiliki sifat dapat membuat busa (foaming),
dapat membersihkan dan menyehatkan kulit kepala, mudah dicuci atau
dibilas kembali, membuat rambut lebih mudah disisir dan dikepala,
membuat rambut lebih cemerlang, mungkin peru menganddung bahan
aktif untuk mengatasi penyakit pada rambut dan kulit kepala (meticadet
shampo), aman untuk dipakai, tidak mengiritasi mata dan tidak toksik,
menyebarkan bau harum (Latifah dan Tranggono, 2011).
1. Bahan-bahan dalam sediaan shampo antara lain :
a. Detergen atau Surfaktan
Ada 4 jenis detergen yaitu :
1) Anionik detergen, yang paling banyak digunakan dalam
shampo modern. Dan mempunyai daya pencuci yang besar,
13
menghasilkan busa yang banyak, serta efek iritasi relative
rendah. Dalam pembuatan shampo sodium lauryl sulphate
digunakan sebagai detergen pada konsentrasi 10%.
2) Cationik detergen, misalnya diethylaminoethyl-oleyl amide
acetate. Daya pembasahnya kuat, tetapi daya pembersihnya
kurang baik. Cationik detergen ini tidak pernah dicampur
dengan anionik detergen karena akan menonaktifkannya.
3) Amphoterik detergen, misalnya triethanolamine-lauryl-
beta-aminopropianate dan sodium-lauryl-beta-
aminopropioanate.
4) Nonionik detergen, misalnya asam lemak
monodiethanoamide dan sorbiton monolaurate. Detergen ini
tidak pernah dipakai sendirian dalam shampo karena hanya
menghasilkan busa yang sedikit, tetapi keberadaannya
penting sebagai bahan dasar (Latifah dan Tranggono, 2011).
b. Bahan Pengikat Ion (Sequestering Agent)
Merupakan bahan-bahan yang mencegah terjadinya
pengendapan garam-garam kalsium dan magnesium dengan
jalan mengikat ion Ca dan Mg. Ada Sequestransorganik,
misalnya garam-garam ethylene diamine tetre adetic acid, dan
ada Sequestrans anorganik, misalnya polyphosphates
(Tranggono dan Latifah, 2007 : 70). Contoh bahan pengikat ion
14
adalah asam sitrat dengan konsentrasi 0,3 – 2,0% (Raymond
dkk, 2009).
c. Bahan Pelarut Detergen
Bahan pelarut detergen diperlukan dalam pembuatan shampo.
Karena detergen tidak mudah larut dalam air sehingga
diperlukan bahan pelarut detergen agar shampo tidak menjadi
awan, yang biasa dipakai adalah alkohol, glikol, atau gliserol
(Latifah dan Tranggono, 2011). Konsentrasi gliserol sebagai
bahan pelarut detergen dalam pembuatan shampo adalah ≤30%
(Raymond dkk, 2009).
d. Bahan Pengental
Bahan pengental merupakan salah satu komponen shampo yang
berkaitan dengan viskositas yang menghasilkan rheologi dari
suatu sediaan tersebut lebih mudah digunakan (Mayasari, dkk,
2011). Misalnya gom, polyvinyl alcohol, methylselulosa.
Konsentrasi methylselulosa adalah 1-5% (Raymond,dkk, 2009).
e. Bahan Pengawet
Zat yang berguna untuk melindungi shampo dari pengaruh
mikroba yang dapat menyebabkan shampo menjadi rusak,
seperti : terjadi perubahan warna, keruh, atau sediaan menjadi
bau. Contoh : propyl paraben, methyl paraben, dan lain-lain
(Mita dkk, 2009).
15
f. Aquadest
Aquadest atau air suling dibuat dengan menyuling air yang
dapat diminum, memiliki rumus molekul H2O (Depkes RI,
1979). Aquadest digunakan sebagai pelarut pada sediaan.
2.1.7 Uraian Bahan
1. Natrium Lauril Sulfat (Sodium Lauryl Sulfate)
Natrium lauryl sulfat adalah campuran dari natrium alkil sulfat,
CH3(CH2)10CH2OSO3Na. Kandungan campuran natrium klorida
dan natrium sulfat tidak lebih dari 8,0%. Pemerian hablur kecil,
berwarna putih, atau kuning muda, agak berbau khas. Kelarutan
mudah larut dalam air (Depkes RI, 1995). Konsentrasi Natrium
lauryl sulfat 10% (Raymond dkk, 2009). Kegunaan sebagai
detergen.
2. Triehtanolamin (Trietanolamine)
Pemerian cairan kental tidak berwarna hingga kuning pucat,
bau lemah mirip amoniak, higroskopis (Depkes RI, 1979).
Konsentrasinya 2-4% dan kegunaan sebagai emulsifying agent
(Raymon dkk, 2009).
3. Asam Sitrat (Acidum citricum)
Pemerian hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur
granul sampai halus, putih, tidak berbau atau praktis berbau, rasa
sangat asam. Kelarutan sangat mudah larut dalam air, mudah larut
dalam larutan etanol, agak sukar larut dalam eter (Depkes RI, 1995).
16
Konsentrasi asam sitrat 0,3-2,0% (Raymon dkk, 2009). Kegunaan
sequestering agent.
4. Gliserin (Glyserolum).
Pemerian cairan seperti sirop : jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopik. Jika disimpan
beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa
hablur yang tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu
mencapai kurang 20oC. Kelarutan dapat campur dengan air, dan
dengan etanol (95%) p, praktis tidak larut dengan kloroform p,
dalam eter p, dan dalam minyak lemak (Depkes RI, 1979).
Konsentrasi gliserin ≤30% (Raymond dkk, 2009).
5. Methylselulosa (Methylselulosum)
Methylselulosa adalah suatu metal eter dari selulosa. Jika
dikeringkan pada suhu 105o selama 2 jam, mengandung tidak
kurang dari 27,5% dan tidak lebih dari 31,5% gugus metoksi
(OCH3). Pemerian serbuk berserat atau granul, berwarna putih
(Depkes RI, 1995). Konsentrasi metilselulosa 1-5% (Raymond dkk,
2009). Kegunaan sebagai pengental.
6. Methyl Paraben
Pemerian serbuk hablur halus, putih, hamper tidak berbau,
tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelarutan larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih,
dalam 3,5 bagian etanol (95%) p dan dalam 3 bagian aseton p,
17
mudah larut dalam eter p, dan dalam alkali hidroksida, larut dalam
60 bagian gliserol p panas dan dalam 40 bagian minyak lemak
nabati panas (Depkes RI, 1979). Konsentrasi methyl paraben 0,01%.
Kegunaan sebagai pengawet.
7. Propilen glikol
Pemerian cairairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, rasa agak manis, higroskopik. Kelarutan dapat dicampur
dengan air, dengan etanol (95%) p dan dengan kloroform p, larut
dalam 6 bagian eter p, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah
p dan dengan minyak lemak. Konsentrasi propilen glikol
15%.Digunakan sebagai Humektan.
8. HPMC
Hidroksi propil metal selulosa (HPMC) yang mempunyai
sifat alir pseudoplastis dapat berfungsi sebagai pengental dan
penstabil busa.Pemerian HPMC berupa serbuk putih atau hampir
putih, tidak berbau tidak berasa.Kelarutan larut dalam air dingin,
praktis tidak larut dalam kloroform, etanol (95%) dan eter, namun
larut dalam campuran etanol dan iklorometana, campuran methanol
dan diklorometana, dan campuran air dan alkohol. Larut dalam
larutan aseton encer. Konsentrasi HPMC 6%. Digunakan sebagai
Basis dan juga pengental (Rowe, 2009).
18
9. Aquadest
Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
Pemerian ciran jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa, berfungsi sebagai pelarut (Depkes RI, 1979).
2.1.8 Evaluasi Shampo
1. Uji Organoleptis
Uji organoleptis meliputi pemerian seperti bentuk, warna maupun
bau pada sediaan. Uji organoleptis bertujuan untuk mengamati
bentuk, warna, dan bau pada sediaan. Bentuk spesifik : bau harum,
tidak tengik, dan warna merata (Matahari dkk, 2012).
2. Uji pH
Pengukuran pH bertujuan untuk mengamati adanya perubahan pH
yang mungkin terjadi. pH berhubungan dengan stabilitas zat aktif,
efektifitas pengawet dan keadaan kulit (matahari, dkk, 2012).
3. Uji Berat Jenis
Pengukuran bobot jenis sediaan shampo dilakukan untuk
memenuhui kriteria sediaan shampo menurut SNI 06-2692-1992
yaitu memiliki bobot jenis 1,02 bobot jenis didefinisikan sebagai
perbandingan antara massa bahan terhadap volumenya. Semakin
tinggi berat maka semakin tinggi bobot jenisnya untuk ukuran
volume yang sama (matahari dkk, 2012). Bobot jenis diukur
menggunakan piknometer pada suhu ruang. Penetapan bobot jenis
digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain,
19
didasarkan pada perbandingan bobot zat udara pada suhu 25oC
terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama (Depkes
RI, 1995).
4. Uji Kekentalan (Viskositas)
Kekentalan adalah suatu cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya
yang diperlukan untuk menggerakan secara berkesinambungan
suatu permukaan dasar melewati permukaan datar lain kondisi
maupun tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi
dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya (Depkes RI,
1995).
5. Uji Tinggi Busa
Pengukuran tinggi busa untuk mengontrol suatu produk detergen
agar menghasilkan busa. Tidak ada syarat tinggi busa maksimum
atau minimum, karena tinggi busa tidak menunjukan kemampuan
dalam membersihkan (Mayasari dkk, 2011).
6. Uji Suhu
Cara sediaan shampo disimpan pada suatu penyimpanan suhu yaitu
penyimpanan pada suhu rendah, pinyimpanan suhu tinggi dan
penyimpanan suhu ruang selama pengujian.
20
2.2 Hipotesis
1. Ada pengaruh perbedaan suhu penyimpanan terhadap stabilitas fisik
sediaan shampo ekstrak daun pare (Momordica charantia L.).
2. Ada suhu penyimpanan sediaan yang paling baik dan sesuai dengan uji
stabilitas fisik menurut SNI ( 06-2692-1992 ).
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah formulasi dan uji stabilitas fisik sediaan
shampo ekstrak daun pare (Momordica charantia L.) dan ekstrak.
3.2 Sampeldan Teknik sampling
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pare
(Momordica charantia L.) yang di ambil dalam pembuat shampo. Teknik
sampling yang digunakan adalah rondom sampling, yaitu pengambilan zat
aktif secara acak tidak memperhatikan ukuran (Arikunto dan Suharmisi,
2013).
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang sengaja diubah-ubah untuk
dipelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung.Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah penyimpanan pada suhu 25°C, 4°C, 40°C.
3.3.2 Variabel Terkendali
Variabel terkendali adalah variabel yang dikendalikan. Variabel
dalam penelitian ini berupa asal daun pare dengan metode ekstraksi
daun parecara pembuatan shampo.
22
3.3.3 Variabel terkait
Variabel terkait adalah yang dipengaruhi oleh variabel lain.
Variabel terkait dalam penelitian ini berupa kualitas stabilitas fisik
sediaan shampo ekstrak daun pare dan yang meliputi uji organoleptis,
uji berat jenis, uji viskositas, uji pH, uji suhu, dan uji tinggi busa.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Cara Pengumpulan Data
1. Data yang digunakan berupa data kuantitatif dan kualitatif.
2. Metode pengumpulan data menggunakan eksperimen laboratorium.
3.4.2 Alat Dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
timbangan analitik, mortar, stamper, kertas pH universal, pinset,
penggaris, pipet tetes, stopwatch, beaker glass, gelas ukur, tabung
reaksi, piknometer, viscometer, kelereng, mikroskop, pengayak
mesh no.20, kertas saring, sudip, botol 100ml, kain, batang
pengaduk, cawan uap, maserator, plastic hitam , karet, pisau,
nampan dan kain hitam.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : etanol
70%, etanol 95%, daun pare, HPMC, propilenglikol, methyl
paraben, propil paraben, aquadest,
23
1. Proses Pengumpulan Bahan
Untuk membuat suatu simplisia, dilakukan beberapa
langkah sebagai berikut :
a. Pengumpulan Bahan Baku
Pengumpulan bahan baku merupakan proses
pengumpulan bahan untuk melakukan penelitian.
Pengambilan bahan daun pare dilakukan adalah pada
pagi hari ( 09:00 – 12:00 ) karena pada saat itu daun dan
buah melakukan fotosintesis.
b. Sortasi Basah
Sortasi basah dan pencucian dilakukan untuk
membersihkan daun pare dari benda-benda asing dari
luar (tanah, batu, dan sebagainya), dan memisahkan
bagian yang tidak dikehendaki. Pencucian dilakukan
untuk membersihkan simplisia dari sisa-sisa kotoran
yang melekat, pencucian dilakukan dengan air bersih dan
mengalir.
c. Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pewadahan. Perajangan daun pare.
d. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan
simplisia yang awet, tidak rusak, mengurangi kadar air
24
sehingga mencegah terjadinya pembusukan jamur atau
bakteri. Pengeringan dengan sinar matahari langsung.
Cara pengeringan ini dilakukan saat matahari bersinar
penuh, yaitu mulai dari pukul 07:00 – 16:00. Perlu
diperhatikan bahwa pengeringan dengan menggunakan
sinar matahari dilakukan sampai bagian tanaman yang
dijemur benar-benar kering. Cara ini dinilai cukup
ekonomis, tetapi kurang efektif karena selalu dipengaruhi
oleh keadaan cuaca setempat (Endrasari dkk, 2012).
e. Pembuatan serbuk simplisia
Dilakukan dengan cara menghaluskan simplisia
yang sudah kering dengan menggunakan blender yang
selanjutnya diayak memakai pengayak mesh no.20 agar
serbuk yang didapat halus dan mudah melakukan
ekstraksi untuk mengeluarkan senyawa yang terdapat
dalam simplisia.
25
Gambar 3.1 Skema Cara Kerja Pembuatan Simplisia
2. Uji Mikroskopik
Meletakan serbuk simplisia di atas objek glass
menambahkan 1 tetes aquadest, kemudian ditutup dengan
deck glass dan mengamatinya dibawah mikroskop.
Mengumpulkan bahan baku yaitu daun pare dan buah jeruk nipis
Melakukan sortasi basah atau pencucian
Melakukan perajangan daun pare
Mengeringan daun pare secara langsung dibawah sinar matahari dan menutupi dengan kain hitam
Mengambil hasil pengeringan simplisia
Menghaluskan atau menyerbukan simplisi
Mengayak serbuk daun pare dan menimbangnya dan identifikasi serbuk
26
Gambar 3.2Uji Mikroskopik
3. Pembuatan Ekstrak
a. Proses maserasi
Maserasi dilakukan dengan menimbang 150 gram
serbuk daun kering kemudian ditambahkan 750 ml
etanol 70%, perbandingan bahan pelarut 1:7,5 (Depkes
RI, 1986). Pemilihan etanol 70% sebagai cairan penyari
dikarenakan bersifat polar dan lebih selektif sehingga
kapan dan kuman sulit tumbuh. Serbuk sampel dan
pelarut dimasukkan kedalam bejana dan aduk hingga
homogen ± selama 5 menit, setelah itu ditutup dengan
menggunakan plastic hitam dengan menutup dengan
rapat dan membungkusnya dengan plastik hitam sampai
rapat. Penutup bejana sangat rapat ini bertujuan untuk
karena cahaya langsung dapat mengkatalisir kandungan
senyawa pada simplisia, dan disimpan selama 5 hari dan
selama ± 5 menit dilakukan pengadukan setiap harinya.
Meletakan serbuk diatas objek glass
Menambahkan sedikit aquadest dan menutup dengan deck glass
Mengamati dibawah mikroskop
27
Gambar 3.3Skema Proses Maserasi
b. Pemekatan
Pemekatan filtrate dilakukan dengan menyaring
hasil maserasi sebanyak 3x, penyimpanan dilakukan
untuk memisahkan ampas dengan filtratnya.
Menguapkan filtrate hingga 1/3 bagian filtrate awal
pada penguapan langsung.
Gambar 3.4 Skema Pemekatan
Menyaring hasil maserasi sebanyak 3x hingga dapat filtrate yang bebas ampas
Menguapkan filtrate hingga 1/3 bagian filtrate awal pada penguapan langsung
Mengambil etanol 70% sebanyak 750 ml
Memasukkan serbuk dalam maserator dan menambahkan etanol 70% dengan perbandingan dan
perbedaan bahan : pelarut 1 : 7,5
Mengaduk campuran serbuk daun pare dengan etanol 70% 5 menit
Menutup maserator dengan plastik hitam dan membungkusnya
Menyimpan hasil maserasi selama 5 hari dengan 5 menit dilakukan pengadukan setiap hari
28
4. Uji Bebas Etanol
Uji bebas Alkohol dilakukan untuk mengetahui
masih atau tidak adanya etanol pada ekstrak tersebut.
Gambar 3.5 Uji Bebas Etanol
5. Uji Identifikasi Kandungan Ekstrak
a. Pare
Identifikasi flavonoid dilakukan dengan memasukan
0,5 ml ekstrak pare ke dalam tabung reaksi.
Menambahkan 2 ml etanol 95% menambahkan 3 tetes
H2SO4 pekat, kemudian mengamati perubahan warna
yang terjadi. Jika berubah warna menjadi Hijau
kecoklatan maka positif mengandung flavonoid.
Memasukkan 2ml ekstrak kedalam tabung reaksi dan panaskan, diamkan hingga dingin.
Menambahkan 2 tetes asam asetat
Menambahkan 2 tetes asam sulfat P, kemudian dipanaskan.
29
6. Rancangan Formulasi
Tabel 3.1 Rancangan Formulasi
Bahan konsentrasi Fungsi Literatur Standar
Ekstrak Daun Pare
1% Zat aktif 1-3%(Nina, Riska, 2017).
Ekstrak Buah Jeruk Nipis
5% Pengaroma 5-16%(Hurria, 2014)
Natrium Lauryl Sulfat
10% Detergen 10%(Raymond dkk., 2009)
Methyl paraben 0,01% Pengawet 1-5%(Raymond dkk., 2009)
TEA 4% Emulsifying agent
2-4%(Raymond dkk., 2009)
Asam Sitrat 2,0% Sequestering agen
0,3-2,0%(Raymond
dkk., 2009) Gliserin 15% Pelarut
detergen 15%(Raymond
dkk., 2009) Propilenglikol 15% Humektan 15%(Raymond
dkk., 2009) Methylselulosa 4% Pengental 4%(Raymond
dkk., 2009) HPMC 6% Basis >6%(Rowe,
2009) Aquadest 100ml -
30
7. Pembuatan Shampo
Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan
digunakan. Menimbang bahan yang diperlukan sesuai
formulasi.Memasukan natrium lauryl sulfat dan gliserin
kedalam mortir, kemudian diaduk rata sampai berwarna
putih.Menambahakan aquadest sedikit demi sedikit,
kemudian diaduk sampai homogen. Menambahkan TEA,
kemudian diaduk sampai homogen. Menambahkan HPMC
perbedaan konsentrasi kemudian aduk sampai homogen
(campuran 1). Pada tempat lain, memasukan asam sitrat dan
methylselulosa kedalam mortir sampai homogen (campuran
2). Mencampurkan campuran 1 dan campuran 2 dengan
menambahkan aquadest sedikit demi sedikit, kemudian
aduk sampai homogen. Menambahkan methyl paraben,
kemudian aduk sampai homogen. Memasukan ekstrak pare
dan ekstrak jeruk nipis sesuai dengan fornulasi, kemudian
aduk sampai homogen. Mendiamkan selama ± 1 jam agar
campuran mengendap, kemudian memasukkan dalam botol
dan ditutup rapat.
31
Gambar 3.6Skema Cara Kerja Pembuatan Shampo
Menyiapkan semua alat dan bahan
Memasukkan Natrium lauryl sulfat dan gliserin kedalam mortir, diaduk sampai homogeny (campuran 1)
Menambahkan aquadest sedikit demi sedikit, dan menambahkan TEA aduk sampai homogen
Menambahkan HPMC diaduk sampai homogen(campuran 2)
Menambahkan methyl paraben, diaduk sampai homogen
Memasukkan ekstrak pare sediaan
Mendiamkan selama 1 jam agar sediaan mengendap kemudian memasukan kedalam botol dan tutup rapat.
Menambahkan sisa aquadest, aduk sampai homogen
Memasukkan ekstrak pare sediaan
Menambahkan sisa aquadest, diaduk sampai homogen
Mendiamkan selama 1 jam agar sediaan mengendap kemudian memasukkan kedalam botol ditutup
32
8. Uji Sifat Fisik
Sifat fisik sediaan shampo dilakukan dengan mengamati
perubahan sifat fisik sediaan setiap 1 minggu sekali
pengujian, minggu ke- 1, 2, 3 dan 4 kali . uji sifat fisik
sediaan shampo dilakukan pengamatan meliputi uji
homogenita, uji organoleptis, uji pH, uji berat jenis, uji
viskositas, dan uji tinggi busa.
1. Uji Homogenitas
Sediaan shampo yang baik yaitu sediaan shampo yang
homogen. Homogenitas dapat dilakukan secara visual.
Dengan cara pengambilan sampel dapat dilakukan pada
bagian atas, tengah, atau bawah. Sampel diteteskan pada
objek kaca, kemudian diratakan dengan kaca objek lain
sehingga terbentuk lapisan tipis, partikel diamati secara
visual.
Gambar 3.7 Skema Uji Homogenitas
Homogenitas dilakukan secara visual. Dengan cara pengambilan sampel dapat dilakukan pada bagian atas,
tengah atau bawah.
Sampel diteteskan pada kaca objek, kemudian diratakan dengan kaca objek lain sehingga terbentuk lapisan tipis,
partikel diamati secara visual.
Hasil dilihat homogenitas dan tidak homogenitas bisa dilihat dari adanya butiran-butiran partikel kasar sediaan
shampo.
33
2. Uji organoleptis
Uji organoleptis dilakukan dengan cara mengamati
sediaan shampo, meliputi bentuk, warna, bau sediaan
shampo pada minggu ke- 1, 2, 3, dan 4 kali dalam
penyimpanan. (Mita dkk, 2009 : 16)
Gambar 3.8 Skema Uji Organoleptis
3. Uji pH
Pengukuran pH sediaan shampo dilakukan dengan
menggunakan pH meter. Uji pH dilakukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas rambut,
meminimalkan iritasi pada mata. pH shampo antara
4,5-6,5, Amati perubahan pH dari sediaan yang telah
dibuat pada minggu ke- 1, 2, 3,dan 4 kali penyimpanan
(Latifah dan Tranggono, 2011).
Mengamati sediaan shampo
Mengamati bentuk, warna, dan bau sediaan shampo pada minggu ke- 1, 2, 3,dan 4 kali
penyimpanan.
34
Gambar 3.9 Skema UJi pH
4. Uji Berat Jenis
Pengujian ini dilakukan dengan cara
menggunakan piknometer ksosong, kering dan bersih.
Selain itu menimbang piknometer kosong, kering dan
bersih kemudian memasukan zat uji pada suhu 250C
ukur suhu sampai 200C kemudian atur suhu 250C pada
piknometer lalu menimbangnya. (W2) (Depkes RI,
1995). Perhitungan dengan rumus :
Keterangan :
P : berat jenis (g/ml)
W0 : berat piknometer kosong (g)
W2 : berat piknometer isi (g)
Vsampo : volume shampo (ml)
� =�2 − �0
��ℎ��
Mengambil sediaan
Mencelupkan kertas pH pada sediaan
Menyesuaikan warna pada indicator pH, amati perubahan pH minggu ke- 1, 2, 3 dan 4 kali
penyimpanan.
35
Gambar 3.10 Skema Uji Berat Jenis
5. Uji Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan untuk
mengetahui baik tidaknya kekentalan suatu shampo
dengan menggunakan viscometer bola jatuh.Sediaan
shampo dimasukkan kedalam tabung gelas yang
berskala.Kemudian beri jarak (s) tertentu, pengukuran
waktu tempuh bola jatuh dimulai setelah bola bergerak
sampai bola menempuh jarak tersebut. Berdasarkan
data yang diperoleh dapat ditentukan viskositas cairan
dengan menggunakan Hukum stokes. Perubahan
viskositas diamati pada minggu ke- 1, 2, 3, dan 4 kali
dalam 1 minggu sekali.penyimpanan.(Suciyati, dkk,
2011).
Memasukkan shampo dalam piknometer kosong pada suhu 250C atur suhu 200C atur kembali
suhu 250C
Menimbang piknometer kosong (W0)
Mencatat hasil penimbangan dan menghitung
� =�2 − �0
��ℎ��
36
Keterangan :
g : gravitasi (9,8 m/s atau 980 cm/s2
r : jari-jari gelas ukur (cm)
p1 : berat jenis sediaan (g/ml)
p2 : berat jenis kelereng (g/ml)
v : kecepatan (cm/s)
t : waktu tempuh kelereng (s)
s : jarak tempuh kelereng (cm)
Gambar 3.11 Skema Uji Viskositas
Π=���(�����)
�� Dimana v=
�
�
Menimbang kelereng dan menghitung volume kelereng (p2)
Memasukan sediaan shampo kedalam tabung gelas sampai batas tertentu (s)
Memasukkan kelereng diatas permukaan sediaan
Mencatat waktu kelereng sampai menuju ke dasar tabung gelas (t)
Π=���(�����)
�� Dimana v=
�
�
37
6. Uji Tinggi Busa
Sampel sediaan shampo sebanyak 2 mL
dimasukkan kedalam tabung berskala kemudian
menambahkan aquadest 10 mL dan kemudian di
tutup.Tabung dikocok selama 20 detik dan dibaca
tinggi busa yang terbentuk. Tinggi dan kestabilan busa
diamati pada waktu setelah pengocokan (to) dan setelah
5 menit pengocokan (t5) (Apgar dan Satrias, 2010).
Keterangan :
to : Waktu awal pengocokan
t5 : Waktu setelah 5 menit pengocokan
t5 : Waktu setelah 5 menit pengocokan
Gambar 3.12 Skema Uji Tinggi Busa
Memasukan 2 mL sediaan ke dalam tabung berskala dan menambahkan aquadest 10 mL, kemudian
ditutup
Tabung dikocok selama 20 detik
Membaca tinggi busa
Kemudian amati selama 5 menit pengocokan.
38
3.5 Uji Stabilitas Fisik
Uji stabilitas fisik dilakukan dengan cara menyimpan shampo pada
tempat dengan suhu rendah 4°C, suhu dingin 25°C, dan suhu tinggi 40°C .
Dilakukan dengan cara menyimpan sediaan shampo pada tempat suhu yang
berbeda yaitu suhu rendah, suhu dingin, dan suhu tinggi. Penyimpanan
dilakukan selama 4 minggu yang diamati setiap pada minggu ke- 1, 2, 3,
dan 4 kali dan dilakukan evaluasi sediaan shampo setiap 7 hari.(Jusnita dan
Syah, 2017).
(Jusnita & Syah, 2017)
Gambar 3.14 Skema Uji Stabilitas Fisik
Gambar 3.123 Skema Uji Stabilitas
3.6 Analisis Data
Metode analisa data pada penelitian ini dilakukan dengan metode
SPSS yaitu menggunakan one way annova yang terdiri dari descriptive dan
anova dengan taraf kepercayaan 95%.
Menyimpan sediaan shampo kedalam wadah yang suhunya sudah diatur yaitu suhu rendah 4°C, suhu ruang 25°C, dan suhu tinggi 40°C
selama 21 hari.
Melakukan pengamatan setiap 7 hari sekali dengan melakukan uji evaluasi viskositas dan sifat alir, organoleptis, pH, berat jenis, dan uji
tinggi busa pada sediaan shampo.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian tentang pembuatan dan uji stabilitas fisik shampo ekstrak daun
pare (Momordica charantia L.) dengan terhadap sediaan bertujuan untuk
mengetahui perbedaan uji stabilitas fisik formula sediaan shampo dengan zat aktif
daun pare (Momordica charantia L.).
4.1 Persiapan
Daun pare diperoleh dari daerah kabupaten tegal dan buah jeruk nipis
diperoleh dari desa adiwerna kecamatan adiwerna kabupaten tegal. Daun
pare diambil secara acak dengan kondisi masih bagus. Daun pare dan
dibersihkan dengan air bersih mengalir untuk membuang kotoran yang
masih menempel pada daun. Setelah di cuci daun pare dan ditiriskan untuk
menghilangkan sisa air saat pembersihan daun pare dirajang agar daun cepat
dalam proses pengeringan tujuan dari pengeringan ini adalah untuk
mengurangi kadar air simplisia sehingga simplisia tidak mudah rusak dan
dapat disimpan dalam waktu yang lama. pengeringan dilakukan dengan cara
mengeringkan pada sinar matahari. Daun dikatakan kering apabila terjadi
perubahan warna pada daun. Daun kering kemudian ditimbang dan dicatat,
lalu dihaluskan atau diserbukan menggunakan blender. Daun pare yang
diperoleh kemudian diayak no.20, hingga terdapat serbuk yang diharapkan.
Setelah itu dilakukan analisis daun pare untuk mengetahui dan mengamati
40
beberapa hal mengenai daun pare yang terdapat didalamnya, diantaranya
seperti melihat wujud, warna, bentuk dan bau.
Tabel 4.1Hasil Identifikasi serbuk Daun Pare
Uji Organoleptis Hasil Gambar
Bentuk Daun pare
Warna Hijau
kecoklatan
Bau Khas Pare
kemudian dilakukan identifikasi serbuk simplisia daun pare meliputi
mikroskopik. Dari hasil identifikasi mikroskopik diperoleh :
Tabel 4.2 Uji Mikroskopik
Sampel Pustaka (Depkes RI, 2010 : 354
1. Epidermis atas dengan palisade
2. Epidermis bawah dengan stomata
3. Rambut penutup 4. Mesofil dengan urat daun 5. Mesofil dengan urat daun 6. Berkas pembuluh
4.2 Ekstraksi
Kemudian setelah menjadi serbuk daun pare diekstrasi tujuan ekstrasi
ini adalah penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut
41
dengan pelarut cair. Metode maserasi yang digunakan tergantung pada
kandungan zat dari bahan yang akan disari. Metode yang menggunakan
pelarut ada dua macam pendingin dan cara panas.metode maserasi ini
merupakan metode yang paling sederhana. Maserasi simplisia dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cara penyarian, cairan akan
menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat
aktif akan larut. Tujuan pembuatan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat
yang terdapat disimplisia dalam bentuk mempunyai kadar tinggi dan
memudahkan zat berkhasiat dapat diatur dosisnya.
4.3 Uji Flavonoid Dan Uji Bebas Etanol
Setelah 5 hari, hasil maserasi yang didapat disaring menggunakan
kertas saring lalu diuapkan sampai terbentuk ekstrak kental dan bebas
etanol. Uji bebas etanol dapat dilakukan dengan menambahkan ekstrak
dengan CH3COOH dan H2SO4 pekat kemudian dipanaskan hingga tidak
berbau eter. Uji bebas etanol ini bertujuan agar ekstrak yang akan digunakan
dalam formulasi shampo murni dan sudah tidak terdapat sisa etanol dan
maserasi. Ekstrak yang diperoleh kemudian digunakan untuk bahan utama
formulasi shampo.
42
Tabel 4.3 Gambar Uji Bebas Etanol Dan Uji Flavonoid
Perlakuan Uji bebas etanol
Hasil identifika
si Pustaka Gambar
keteranga
Uji bebas etanol
Ekstrak +
CH3COOH + H2SO4 Pekat
kemudian
panaskan
Tidak berbau
eter
(Samsumaharto dkk,
2012)
+
Uji Perlaku
an Flavonoi
d
Hasil identifika
si Pustaka Gambar
Keterangan
Ekstrak + H2SO4
Hijau Kecoklata
n
(Depkes RI, 2010 : 354
+
Identifikasi ekstrak daun pare yang dilakukan adalah identifikasi
untuk flavonoid karena senyawa inilah yang berkhasiat sebagai
menumbuhkan rambut dan menghitamkan rambut.
Tabel diatas dapat diartikan bahwa secara identifikasi senyawa yang
digunakan adalah ekstrak daun pare. Hal ini menunjukkan yang bebas dari
pelarut (etanol) dan memiliki kandungan flavonoid. Pada uji identifikasi
43
flavonoid terjadi warna Hijau Kecoklatan dikarenakan flavon bereaksi
dengan H2SO4 pekat sehingga menghasilkan Hijau kecoklatan.
4.4 Pembuatan Sediaan
Setelah ekstrak daun pare bebas dari pelarut kemudian dilakukan
pembuat shampo. Shampo yang dibuat masuk kategori sediaan ekstrak
shampo dikarenakan dalam formula terdapat bahan obat cair atau larutan
obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan surfaktan.
Shampo ekstrak daun pare (Momordica charantia L.). Pada pembuatan
shampo ekstrak daun pare dilakukan dengan cara mencampurkan bahan-
bahan dalam formula, namun untuk asam sitrat caranya dilarutkan dengan
aquadest terlebih dahulu karena asam sitrat berbentuk Kristal dan kelarutan
asam sitrat sangat mudah larut dalam aquadest. Pada saat pengadukan harus
sangat hati-hati untuk mencegah timbulnya busa dalam sediaan. Timbulnya
busa bisa diakibatkan oleh detergen dan surfaktan dalam formulasi ini yaitu
Natrium Lauryl Sulfat.
Hasil shampo yang diperoleh lalu diuji sifat fisiknya kemudian
dibandingkan dengan standard uji shampo. Uji sediaan shampo meliputi uji
organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji berat jenis, uji viskositas, dan uji
tinggi busa dalam aquadest.
44
4.5 Evaluasi Sediaan
1. Uji Organoleptis
Uji organoleptis bertujuan untuk mengamati bentuk, warna dan bau
dari sediaan shampo ekstrak daun pare. Berikut ini adalah hasil uji
organoleptis shampo ektrak daun pare.
Tabel 4.4 Hasil Uji Organoleptis
Minggu ke-
Bentuk Warna Bau
25oC 4oC 40oC 25oC 4oC 40oC 25oC 4oC 40oC
1 Cair kental
Cair kental
Cair kental
Kecoklatan
kecoklatan
kecoklatan
Khas ekstrak
Khas ekstrak
Khas ekstrak
2 Cair Cair Cair Kunin
g Kuning
Kuning
Khas ekstrak
Khas ekstrak
Khas ekstrak
3
Cair kental
Cair kental
Cair kental
Kuning kecoklatan
Kuning kecoklatan
Kuning kecoklatan
Khas ekstrak
Khas ekstrak
Khas ekstrak
4
Cair kental
Cair kental
Cair kental
Kuning kecoklatan
Kuning kecoklatan
Kuning kecoklatan
Khas ekstrak
Khas ekstrak
Khas ekstrak
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa perbandingan
penyimpanan yang berbeda dapat berpengaruh dalam bentuk sediaan
shampo, pada perbandingan penyimpanan mempunyai perbandingan
yang sama mempengaruhi bentuk sediaan pada penyimpanan sediaan
shampo.
45
2. Uji pH
Pengukuran pH bertujuan untuk mengetahui keamanan shampo jika
digunakan pada kulit kepala. Hal ini berhubungan dengan pH kulit
manusia dimana pH shampo harus sesuai dengan pH kulit manusia.
Standard pengukuran pH menurut Trangggono dan Latifah (2007) yaitu
berkisaran 4,5 – 6,5. Berikut ini adalah hasil pengukuran pH shampo
ekstrak daun pare.
Tabel 4.5Hasil Uji pH
Minggu
ke-
Hasil pH
25oC 4oC 40oC
1 6 5 5
2 5 6 6
3 6 5 6
4 6 6 6
Rata-rata 7,6 7,3 7,6
Hasil uji pH sediaan shampo pada tabel di atas menunjukkan tidak
adanya pengaruh terhadap perubahan pH shampo. Pada minggu ke- 1 dan
4 menghasilkan pH yang sesuai dengan pH kepala yaitu 4,5-6,5
(Tranggono dan Latifah, 2007 : 46). Pada minggu ke 1 menunjukkan
perbedaan pH dari tiap replikasi disebabkan karena sediaan memiliki pH
yang asam dimungkinkan pada pembuatan sediaan yang kurang
maksimal. Tetapi untuk hasil pH ini sudah sesuai dengan pH kulit kepala
46
yang baik sehingga sediaan shampo ini tidak mengiritasi pada kulit
kepala.
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pengukuran pH
pada ke tiga replikasi, Sehingga perlu dilakukan uji statistik pH sediaan
selama penyimpanan dan uji statistik menggunakan one way annova.
ANOVA
Minggu_ke 1 dan 4
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between
Groups 4.500 2 2.250 4.500 .316
Within Groups .500 1 .500
Total 5.000 3
Berdasarkan tabel analisis one way annova diatas untuk
memperkuat data penelitian didapatkan nilai F tabel (4,500 < 5,14) yang
berarti sampel homogen hitung dimana nilai signifikan 0,316 dengan
tingkat kesalahan dan taraf kepercayaan 95% nilai signifikan < 0,05 oleh
karena itu dapat disimpulkan H0 diterima, artinya bahwa tidak ada
pengaruh pada suhu penyimpanan terhadap pH sediaan, dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak daun
pare yang digunakan maka akan semakin kecil nilai pH sediaan shampo.
hal ini disebabkan karena ekstrak daun pare bersifat asam.
3. Uji Homogenitas
Sediaan shampo diamati apakah terdispersi secara merata atau tidak
dengan cara mengocok sediaan shampo lalu mengamati dengan
47
mengoleskan sediaan ke objek glass lalu diamati. Sediaan yang baik yaitu
dengan sediaan yang homogen.
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas
Minggu
ke-
Hasil Homogenitas
25oC 4oC 40oC
1 Homogen Homogen Homogen
2 Homogen Homogen Homogen
3 Homogen Homogen Homogen
4 Homogen Homogen Homogen
Sediaan shampo yang baik yaitu sediaan shampo yang homogen,
dalam arti tercampurnya atau terdispersinya semua bahan secara
sempurna. Dari hasil pengamatan terlihat, bahwa sediaan shampo ekstrak
daun pare yang baik yaitu pada penyimpanan tercampur Homogen.
4. Uji Berat Jenis
Pengukuran berat jenis sediaan shampo dilakukan untuk memenuhi
kriteria sediaan shampo menurut Maysari dkk (2011) yaitu memiliki berat
jenis didefinisikan sebagai perbandingan antara massa sediaan terhadap
volumenya.
48
Tabel 4.7 Hasil Uji Berat Jenis Shampo
Minggu
ke-
Hasil Berat Jenis
25oC 4oC 40oC
1 1,0844 1,1388 1,170
2 1,1068 1,0772 1,1760
3 1,2296 1,0392 1,0329
4 1,1564 1,0840 1,2136
Rata-rata 1,5257 1,4464 1,5308
Suhu penyimpanan terhadap stabilitas fisik pada penyimpanan suhu
tersebut yang paling besar berat jenisnya, Berdasarkan hasil diatas
evaluasi berat jenis dari masing-masing didapatkan hasil lebih besar dari
standart yaitu 1,020 g/ml (mayasari dkk, 2011 : 9), hal ini karena pada
masing-masing penyimpanan dengan rata-rata pada suhu penyimpanan
25oC menghasilkan 1,5257, pada suhu penyimpanan 4oC 4464, suhu
penyimpanan 40oC menghasilkan 1,5308, semakin tinggi penyimpanannya
maka semakin kental berat jenisnya. dengan berat jenis yang paling baik
yaitu ada pada penyimpanan sediaan 40oC dan dilihat dengan rata-rata
1,5308 g/ml menunjukkan yang paling besar yang didapatkan.
Hasil yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan akurat
one way annova untuk memperkuat data penelitian sehingga menjadi lebih
akurat.
49
ANOVA
Berat_Jenis Pada Minggu Ke-1-4
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between
Groups .017 2 .008 5.723 .041
Within Groups .009 6 .001
Total .026 8
Berdasarkan tabel analisis one way annova diatas didapatkan nilai F
tabel (5,723 < 5,14) hitung dimana nilai signifikan 0,041 dengan tingkat
kesalahan dan taraf kepercayaan 95% nilai signifikan < 0,05 oleh karena
itu dapat disimpulkan H0 ditolak, artinya bahwa ada pengaruh pada
penyimpanan terhadap sediaan, adanya peningkatan ataupun penurunan
nilai berat jenis sediaan shampo dikarenakan piknometer yang digunkan
selama evalusi tidak dilengkapi dengan termometer sebagai pengatur suhu.
5. Uji Tinggi Busa
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tinggi busa yang masih
tersisa dalam jangka waktu tertentu. Hasil pengukuran tinggi busa
mencerminkan kemampuan suatu detergen atau surfaktan untuk
menghasilkan busa.
50
Tabel 4.8 Hasil Uji Tinggi Busa
Minggu
ke-
Hasil Tinggi Busa
25oC 4oC 40oC
1 4,8 cm 4,4 cm 4,6 cm
2 4,8 cm 4,3 cm 4,5 cm
3 4,8 cm 5 cm 5 cm
4 4,8 cm 5 cm 5 cm
Rata-rata 6,4 cm 6,2 cm 6,3 cm
Pengukuran tinggi busa merupakan salah satu cara untuk
pengendalian mutu suatu produk detergen agar sediaan memiliki
kemampuan yang sesuai dalam menghasilkan busa. Untuk mengetahui
tinggi busa sediaan shampo terhadap air suling. Menunjukkan bahwa nilai
rata-rata tinggi busa ke tiga suhu penyimpanana sesuai dengan literature
1,3 cm – 22 cm (mayasari dkk, 2011 : 9). Sedangkan dari hasil tinggi busa
menunjukkan bahwa pada penyimpanan suhu 25oC 6,4 cm, penyimpanan
suhu 4oC 6,2 cm, dan penyimpanan suhu 40oC yang paling bagus adalah
pada penyimpanan suhu ruang 25oC pada penyimpanan sediaan karena
memiliki tinggi busa yang baik. Dari ketiga suhu penyimpanan hasilnya
berbeda – beda, hal ini dikarenakan pada saat pembuatan sediaannya.
Setelah itu data analisis statistic menggunakan one way annova.
51
ANOVA
Uji_Tinggi_Busa
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between
Groups .420 2 .210 9.000 .016
Within
Groups .140 6 .023
Total .560 8
Berdasarkan tabel analisis one way annova didapatkan nilai F hitung
lebih besar dari F tabel (9,000> 5,14) hitungdimana nilai signifikan
0,016dengan tingkat kesalahan dan taraf kepercayaan nilai signifikan <
0,05 oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, artinya bahwa
ada pengaruh penyimpanan suhu terhadap sediaan, faktor lain yang
mempengaruhi stabilitas busa yaitu metode pengujian yang dilakukan,
dimana kelemahan dari metode tersebut yaitu bergantung dari kuatnya
penggojokkan dan alat yang digunakan berupa gelas ukur sehingga dalam
membaca tinggi busa akan berkurang akurat.
6. Uji Viskositas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kekentalan sediaan
shampo. Viskositas tersebut di uji menggunakan metode viskositas bola
jatuh.
52
Tabel 4.9 Hasil Uji Viskositas
Minggu
ke-
Hasil Viskositas
25oC 4oC 40oC
1 710,023 710,023 709,877
2 520,472 567,175 567.175
3 574,226 625,634 521,135
4 474,857 579,420 474,290
Rata-rata 759,859 827,417 757,492
Dari hasil uji viskositas ini telah memenuhi standard persyaratan.
Jadi yang paling baik pada uji viskositas yaitu pada terhadap penyimpanan
suhu ruang, suhu dingin dan suhu tinggi menunjukkan hasil yang paling
baik karena hasil viskositas rata-rata yaitu dengan hasil 827,417 cps. dari
ke ketiga suhu 25oC penyimpanannya 759,859 cps, suhu 4oC
penyimpanannya 827,417 cps, suhu 40oC penyimpanannya 757,492 cps.
Pada penyimpanan suhu yang berbeda hal ini sesuai dengan berat jenisnya.
Berat jenis yang besar tingkat kekentalannya juga lebih besar, semakin
tinggi penyimpanannya maka semakin besar viskositasnya. Setelah itu data
dianalisis statistik menggunakan one way annova.
53
ANOVA
Viskositas Pada Minggu Ke- 1-4
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups
31471.418 2 15735.709 12.471 .007
Within Groups
7570.696 6 1261.783
Total 39042.114 8
Berdasarkan tabel analisis one way annova didapatkan nilai F tabel
(12,471 > 5,14) hitung dimana nilai signifikan 0,007 < 0,05 oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa H0ditolak,artinya bahwa ada pengaruh pada
penyimpanan terhadap sediaan, karena faktor lain yang dapat
mempengaruhi viskositas yaitu suhu. pada suhu rendah viskositas akan
lebih tinggi yang berarti viskositas berbanding terbalik dengan suhu. hal
ini dikarenakan pada suhu rendah partikel dalam sediaan shampo akan
bergabung atau saling berdekatan membentuk struktur ikatan yang lebih
padat sehingga kekentalan shampo lebih meningkat.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Penyimpanan sediaan uji pH terhadap stabilitas fisik sediaan shampo
ekstrak daun pare (Momordica charantia L) .
2. Hasil uji organoleptis, pH, berat jenis, viskositas, dan tinggi busa
perbedaan penyimpanan suhu menghasilkan stabilitas fisik yang paling
baik adalah dengan penyimpanan suhu ruang 25°C.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian diberikan saran :
1. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh perbandingan satu
ekstrak terhadap jenis sediaan shampo yang lain.
2. Dilakukan penelitian mengenai lebih lanjut uji stabilitas fisik sediaan
shampo dengan menggunakan waktu yang tidak lama.
55
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2008). Iso Farmakoterapi. Jakarta: PT Isfi.
Apgar, & Satrias. (2010). Formulasi sabun cair yang mengandung gel daun lidah buaya (Aloe vera L.) dengan basis Virgin coconut. Bandung: Universitas Islam.
Arikunto, & Suharmisi. (2013). Prosedur penelitian. Jakarta.
Budiman, A., Faulina, M., Yuliana, anna, & khaoirunisa, anis. (2015). Uji aktivitas sediaan gel shampo minyak atsiri buah lemon (Citrus Limon Burm), Sumedang.
Departemen kesehatan Republik Indonesia. (2010). Farmakope herbal. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen kesehatan Republik Indonesia. (2013). Sediaan galenik (5 ed.). Jakarta: Depkes RI.
Emilan, tomi, Asfar, kurnia, Utami, B., Diyanti, L. nurlinda, & Maulana, A. (2011). Pemastian mutu produk herbal. Depok: Universitas Indonesia.
Endrasari, R., Qanytah, & Bambang, prayudi. (2012). Pengaruh perbandingan terhadap mutu simplisia temulawak di kecamatan tembalang. Semarang: Balai pengkajian teknologi pertanian jawa tengah.
Jusnita, N., & Syah, R. (2017). Formulasi dan uji stabilitas fisik sediaan shampo dari ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia Linn), Jakarta.
Latifah, F., & Tranggono, R. (2011). Buku pegangan ilmu pengetahuan kosmetik. Jakarta: Gramedia.
Matahari, Nimas, Ika, yuni A., & Binar, A. (2012). Formulasi shampo antiketombe ekstrak etanol (Vol. Vol.09 No. 02 Agustus 2012). Jurnal pharmacy.
Mayasari, Frisca, Kori, Y., & Rahmah, E. (2011). Optimasi konsentrasi Hidroksil Etil Selulosa sebagai pengental dalam sediaan shampo cair. Jakarta, Universitas Muhammadiyah Prof Dr.Hamka, 2–9.
Mita, Sorya, R., Dewi, R., & Agung, F. K. (2009). Pengembangan ekstrak etanol.
Mursito, & Bambang. (2006). Ramuan tradisional untuk pelangsing tubuh dan kegunaan jeruk nipis. Jakarta: Penebar Swadya.
56
Raymond, c rowe, Paul, J. shkey, & Marian, E. quinn. (2009). Handbook of pharmaceutical excipient sixth edition. London: Pharmaceutical press.
Rohman, A. (2011). Formulasi dan evaluasi sediaan shampoo, Yogyakarta.
Rowe, R. . (2009). Hanbook of pharmaceutical technology. London: Pharmaceutical press.
Rukman. (2008). Manfaat jeruk nipis, Bertanam dan pengelolahan pascapanen. Yogyakarta: Kanisius.
Steenis, et al. (2006). Flora, Cetakan Kelima. Jakarta: PT Pradya Paramita.
Voight, R. (1994). Buku pelajaran teknologi farmasi. Yogyakarta: Gadjah mada university press.
Warnida, H., Sapri, Sukawaty, y, & Dharma, P. A. (2014). Formulasi mikroemulsi minyak ikan patin (Pangasius djambal) dengan variasi polysorbate 80 sebagai surfaktan,. Media sains.
58
Lampiran 1 Perhitungan Maserasi
a) - Berat beaker glass kosong = 2,68 gram
- Berat beaker glass + sampel = 150 gram
- Berat beaker glass + sisa = 2,73 gram
- Berat sampel = (berat glass + sampel) – (berat + sisa)
= 150 gram – 2,73 gram
= 147,27 gram
b) Berat ekstrak pare
- Berat cawan kosong = 54,34 ml
- Berat cawan ekstrak = 138,74 ml
- Berat cawan + sisa = 65,80 ml
= (berat cawan ekstrak + cawan sisa) – berat
cawan kosong
= (138,74 ml + 65,80 ml) – 54,34 ml
= 150,18 ml
c) Presentase % Rendemen =������������
�������� �!× 100%
=150,18
147,27× 100%
= 100 %
59
1. PERHITUNGAN PENIMBANGAN OBAT
Formula
1) Ekstrak Daun Pare �%
�**�!× 100% = 1%
2) Buah Jeruk Nipis +%
�**,-× 100% = 5%
3) Natrium Lauryl Sulfat �*%
�**�!× 100% = 10%
4) Methyl Parabe n ` *,*�%
�**,-× 100% = 0,01%
5) Tea .%
�**�!× 100% = 4%
6) Asam Sitrat �,*%
�**�!× 100% = 2%
7) Gliserin �+%
�**�!× 100% = 15%
8) Propilenglikol �+%
�**�!× 100% = 15%
9) Methylselulosa .%
�**�!× 100% = 4%
10) HPMC /%
�**�!× 100% = 6%
11) Aquadest ad 100 – (1 +5 +10 + 0,01 + 4 + 2 + 15 + 15+ 4+ 6) = 100 – 62,01
=37,99 gram
60
Lampiran 2
1. Perhitungan Berat Jenis
Formula
Minggu ke- 1
Replikasi 1
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 21,63 gram
W1 (piknometer isi) = 46,84 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =11−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =11 −10
2
� =46,84 − 21,63
25
= 1,0084g/ml
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 21,63 gram
W2 (piknometer isi) = 48,74 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =12−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =12 −10
2
� =48,74 − 21,63
25
61
= 1,0844g/ml
Replikasi 2
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 20,27 gram
W1 (piknometer isi) = 48,37 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =11−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =11 −10
2
� =48,37 − 20,27
25
= 1,124g/ml
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 20,27 gram
W2 (piknometer isi) = 48,74 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =12−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =12 −10
2
� =48,74 − 20,27
25
= 1,1388g/ml
62
Replikasi 3
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 19,19 gram
W1 (piknometer isi) = 46,32 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =11−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =11 −10
2
� =46,32 − 19,19
25
= 1,0852g/ml
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 19,19 gram
W2 (piknometer isi) = 48,44 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =12−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =12 −10
2
� =48,44 − 19,19
25
= 1,170g/ml
63
Formula
Minggu ke- 2
Replikasi 1
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 21,60 gram
W1 (piknometer isi) = 47,40 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =11−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =11 −10
2
� =47,40 − 21,60
25
= 1,032g/ml
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 21,60 gram
W2 (piknometer isi) = 49,27 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =12−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =12 −10
2
� =49,27 − 21,60
25
= 1,1068g/ml
64
Replikasi 2
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 21,60 gram
W1 (piknometer isi) = 47,40 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =11−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =11 −10
2
� =47,40 − 21,60
25
= 1,032g/ml
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 21,60 gram
W2 (piknometer isi) = 49,28 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =12−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =12 −10
2
� =49,28 − 21,60
25
= 1,0772g/ml
65
Replikasi 3
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 19,10 gram
W1 (piknometer isi) = 46,30 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =11−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =11 −10
2
� =46,30 − 19,10
25
= 1,088g/ml
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 19,10 gram
W2 (piknometer isi) = 48,50 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =12−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =12 −10
2
� =48,50 − 19,10
25
= 1,1760g/ml
66
Formula
Pada Minggu Ke- 3
Replikasi 1
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 19,08 gram
W1 (piknometer isi) = 46,28 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =11−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =11 −10
2
� =46,28 − 19,08
25
= 1,088g/ml
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 19,08 gram
W2 (piknometer isi) = 49,82 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =12−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =12 −10
2
� =49,82 − 19,08
25
= 1,2296g/ml
67
Replikasi 2
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 22,52 gram
W1 (piknometer isi) = 48,15 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =11−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =11 −10
2
� =48,15 − 22,52
25
= 1,0252g/ml
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 22,52 gram
W2 (piknometer isi) = 48,50 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =12−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =12 −10
2
� =48,50 − 22,52
25
= 1,0392g/ml
68
Replikasi 3
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 22,53 gram
W1 (piknometer isi) = 47,30 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =11−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =11 −10
2
� =47,30 − 22,53
25
= 0,9908g/ml
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 22,53 gram
W2 (piknometer isi) = 48,51 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =12−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =12 −10
2
� =48,51 − 22,53
25
= 1,0329g/ml
69
Formula
Pada Minggu Ke- 4
Replikasi 1
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 21,60 gram
W1 (piknometer isi) = 47,52 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =11−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =11 −10
2
� =47,52 − 21,60
25
= 1,0368g/ml
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 21,60 gram
W2 (piknometer isi) = 50,51 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =12−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =12 −10
2
� =50,51 − 21,60
25
= 1,1564g/ml
70
Replikasi 2
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 22,60 gram
W1 (piknometer isi) = 48,54 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =11−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =11 −10
2
� =48,54 − 22,60
25
= 1,0376g/ml
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 22,60 gram
W2 (piknometer isi) = 49,71 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =12−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =12 −10
2
� =49,71 − 22,60
25
= 1,0840g/ml
71
Replikasi 3
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 20,27 gram
W1 (piknometer isi) = 48,37 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =11−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =11 −10
2
� =48,37 − 20,27
25
= 1,1384g/ml
Diketahui : Wo (piknometer kosong) = 20,27 gram
W2 (piknometer isi) = 50,61 gram
Volume piknometer = 25 ml
Ditanya :� =12−10
2∙∙∙?
Jawab :
� =12 −10
2
� =50,61 − 20,27
25
= 1,2136g/ml
72
PERHITUNGAN VISKOSITAS
FORMULA I
Pada Minggu Ke- 1
Diketahui :
M kelereng = 5,6 gram
Gravitasi = 980 cm/s2
R kelereng = 0,75 cm
R gelas ukur = 1,250 cm
Jarak (s) = 12 cm
volumekelereng =4
3× AB2 =
4
3× 3,14 × �0,750�2 = 1,766�C
�2 =�
�=5,6DB�
1,766�C= 3,171D/�C
Waktu (t) F = 12s, 12s, 12s
Replikasi 1
2 =�
F=12
12= 1G�/�
H =2 × g × r2 × �ρ2 − ρ1�
9 × v
=2 × 980cm/s2 × �1,250�2 × �3,171g/ml– 1,0844g/ml�
9 × 1
=3062,50 × 2,0866
9
=6390,21
9
= 710,023G��
73
Replikasi 2
2 =�
F=12
12= 1G�/�
H =2 × g × r2 × �ρ2 − ρ1�
9 × v
=2 × 980cm/s2 × �1,250�2 × �3,171g/ml– 1,0844g/ml�
9 × 1
=3062,50 × 2,0866
9
=6390,21
9
= 710,023G��
Replikasi 3
2 =�
F=12
12= 1G�/�
H =2 × g × r2 × �ρ2 − ρ1�
9 × v
=2 × 980cm/s2 × �1,250�2 × �3,171g/ml– 1,0848g/ml�
9 × 1
=3062,50 × 2,0862
9
=6388,9
9
= 709,877G��
74
FORMULA
Pada Minggu Ke- 2
Diketahui :
M kelereng = 4,9 gram
Gravitasi = 980 cm/s2
R kelereng = 0,75 cm
R gelas ukur = 1,250 cm
Jarak (s) = 12 cm
volumekelereng =4
3× AB2 =
4
3× 3,14 × �0,750�2 = 1,766�C
�2 =�
�=4,9DB�
1,766�C= 2,774D/�C
Waktu (t) F = 11s, 12s, 13s
Replikasi 1
2 =�
F=12
11= 1,09G�/�
H =2 × g × r2 × �ρ2 − ρ1�
9 × v
=2 × 980cm/s2 × �1,250�2 × �2,774g/ml– 1,1068g/ml�
9 × 1,09
=3062,50 × 1,6672
9,81
=5105,833
9,81
= 520,472G��
75
Replikasi 2
2 =�
F=12
12= 1G�/�
H =2 × g × r2 × �ρ2 − ρ1�
9 × v
=2 × 980cm/s2 × �1,250�2 × �2,774g/ml– 1,1072g/ml�
9 × 1
=3062,50 × 1,6668
9
=5104,575
9
= 567,175G��
Replikasi 3
2 =�
F=12
12= 1G�/�
H =2 × g × r2 × �ρ2 − ρ1�
9 × v
=2 × 980cm/s2 × �1,250�2 × �2,774g/ml– 1,1072g/ml�
9 × 1
=3062,50 × 1,6668
9
=5104,575
9
= 567,175G��
76
FORMULA
Pada Minggu Ke- 3
Diketahui :
M kelereng = 5,24 gram
Gravitasi = 980 cm/s2
R kelereng = 0,75 cm
R gelas ukur = 1,250 cm
Jarak (s) = 13 cm
volumekelereng =4
3× AB2 =
4
3× 3,14 × �0,750�2 = 1,766�C
�2 =�
�=5,24DB�
1,766�C= 3,069D/�C
Waktu (t) F = 11s, 12s, 10s
Replikasi 1
2 =�
F=12
11= 1,09G�/�
H =2 × g × r2 × �ρ2 − ρ1�
9 × v
=2 × 980cm/s2 × �1,250�2 × �3,069g/ml– 1,2296g/ml�
9 × 1,09
=3062,50 × 1,8394
9,81
=5633,162
9,81
= 574,226G��
77
Replikasi 2
2 =�
F=12
12= 1G�/�
H =2 × g × r2 × �ρ2 − ρ1�
9 × v
=2 × 980cm/s2 × �1,250�2 × �3,069g/ml– 1,2304g/ml�
9 × 1
=3062,50 × 1,8386
9
=5630,712
9
= 625,634G��
Replikasi 3
2 =�
F=12
10= 1,2G�/�
H =2 × g × r2 × �ρ2 − ρ1�
9 × v
=2 × 980cm/s2 × �1,250�2 × �3,069g/ml– 1,2312g/ml�
9 × 1,2
=3062,50 × 1,8378
10,8
=5628,262
10,8
= 521,135G��
78
FORMULA I
Pada Minggu Ke- 4
Diketahui :
M kelereng = 5 gram
Gravitasi = 980 cm/s2
R kelereng = 0,75 cm
R gelas ukur = 1,250 cm
Jarak (s) = 12 cm
volumekelereng =4
3× AB2 =
4
3× 3,14 × �0,750�2 = 1,766�C
�2 =�
�=5DB�
1,766�C= 2,831D/�C
Waktu (t) F 1 = 10s, 10s, 13s
FORMULA I
Pada Minggu ke-4
Replikasi 1
2 =�
F=12
10= 1,2G�/�
H =2 × g × r2 × �ρ2 − ρ1�
9 × v
=2 × 980cm/s2 × �1,250�2 × �2,831g/ml– 1,1564g/ml�
9 × 1,2
=3062,50 × 1,6746
10,8
=5128,462
10,8
= 474,857G��
79
Replikasi 2
2 =�
F=12
10= 1,2G�/�
H =2 × g × r2 × �ρ2 − ρ1�
9 × v
=2 × 980cm/s2 × �1,250�2 × �2,831g/ml– 1,1576g/ml�
9 × 1,2
=3062,50 × 1,6734
10,8
=5124,787
10,8
= 579,420G��
Replikasi 3
2 =�
F=12
13= 0,92G�/�
H =2 × g × r2 × �ρ2 − ρ1�
9 × v
=2 × 980cm/s2 × �1,250�2 × �2,831g/ml– 1,1584g/ml�
9 × 0,92
=3062,50 × 1,6726
8,28
=5122,337
8,28
= 474,290G��
80
Lampiran 3 GAMBAR DAN PEMB UATAN HASIL UJI SHAMPO
No Gambar Keterangan
1
Pembuatan shampo
2
Sediaan shampo
3
Uji pH
4
Uji Berat Jenis
5
Uji Tinggi Busa
82
No Gambar Keterangan
1
Proses pengeringan dibawah sinar matahari
2
Simplisia kering
3
serbuk
4
Sampel pengentalan
84
CURICULUM VITAE
Nama : SILFI WULIDASANI
TTL : TEGAL, 09 DESEMBER 1997
Email : [email protected]
No. Hp : 0895703521297
Alamat : desa adiwerna Rt 17/06 kec. Adiwerna kab. Tegal jawa tengah
PENDIDIKAN
SD : SD Negeri 04 adiwerna
SMP : SMP Negeri 03 adiwerna
SMK : SMK SAKA MEDIKA DUKUHWARU
D3 : Politeknik Harapan Bersama Tegal
Judul KTI : FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN
SHAMPO EKSTRAK DAUN PARE (Momordica charantia L.)
NAMA ORANG TUA
Ayah : Khasirin
Ibu : Kaeni
ALAMAT ORANG TUA
Ayah : Adiwerna
Ibu : Adiwerna