FENOMENA KONFLIK SOSIAL DAN BUDAYA PEMBANGUNAN RIAU TOWN SQUARE

26
RITOS ( Riau Town Square ) Manajemen Pembangunan 1 TESSIS FENOMENA KONFLIK SOSIAL DAN BUDAYA PEMBANGUNAN RIAU TOWN SQUARE OLEH: IRPAL GUSNADI NPM: 113410130 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU 2015

Transcript of FENOMENA KONFLIK SOSIAL DAN BUDAYA PEMBANGUNAN RIAU TOWN SQUARE

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 1

TESSIS

FENOMENA KONFLIK

SOSIAL DAN BUDAYA

PEMBANGUNAN RIAU TOWN SQUARE

OLEH:

IRPAL GUSNADI

NPM: 113410130

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU 2015

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Riau adalah salah satu provinsi yang berada tepat di jantung Pulau Sumatera.

Memiliki sumber daya alam yang melimpah menjadikan daerah ini sebagai deretan provinsi

terkaya di Indonesia. Tentunya dengan potensi alam dan letak yang tepat ditengah pulau

sumatera menjadikan daerah Riau sebagai daerah potensi investasi yang menjanjikan bagi

para investor.

Pembangunan yang mulai dari skala besar dan kecil sudah banyak menjamur di Kota

Pekanbaru sebagai pusat Ibukota Provinsi Riau. Hal ini tentunya menjadi salah satu indikasi

adanya daya tarik yang kuat dari letak Provinsi Riau khusunya Kota Pekanbaru.

Sebagai daerah yang mempunyai potensi seperti itu muncullah niat dari pemerintah

Provinsi Riau untuk membangun pusat perbelanjaan dan hiburan bagi masyarakat Riau

dengan nama RITOS ( Riau town Square ). Pembangunan ini melibatkan pemerintah Provinsi

Riau dan PT. Bangun Megah Mandiri Propertindo (PT. BMMP) sebagai rekanan dalam

pembangunan RITOS ( Riau Town Square ). Dengan proyek yang berjumlah Rp 1,5 Triliun.

Sungguh jumlah yang fantastis bagi proyek fisik di lingkup Provinsi Riau.

Pemprov Riau akan mendapatkan hak kepemilikan penuh dari PT. BMMP yang

melaksanakan keseluruhan pembangunan proyek ini. Setelah penggunaan selama 30 (tiga

puluh) tahun oleh PT. BMPP, barulah hak kepemilikan diserahkan kepada Pemprov Riau.

Selama masa penggunaan oleh PT. BMPP, Pemprov Riau berhak untuk menerima setoran

dengan nilai total Ro 70 miliar.

Namun ditengah jalan, muncul permasalahan dari pembangunan RITOS ( Riau Town

Square) ini. Permasalahan nya berupa permasalahan dalam proses IMB ( Izin Mendirikan

Bangunan ) dalam bidang pembayaran restribusi. biaya retribusi IMB yang diminta Pemko

Pekanbaru untuk proyek seluas 3,5 hektar ini, sebesar Rp 8 miliar. Biaya sangat besar ini

sangat memberatkan bagi pihak Pemerintah Provinsi. Hal ini menjadikan proyek yang bisa di

katakan proyek Multi years tersebut menjadi terbengkalai. Akibat tidak adanya hubungan

yang singkron terhadap Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kota Pekanbaru.

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 3

1.2 Rumusan Masalah

Dalam pengerjaan makalah ini, disusun rumusan masalah yang menjadi indicator

terjadinya permasalahan di RITOS ( Riau Town Square ). Dapat dilihat pada Gambar 1.1

berikut ini.

Gambar 1.1

Rumusan Masalah

input

RITOS

(Riau Town Square)

- Peningkatan ekonomi masyarakat

- Penyediaan lapangan pekerjaan

- Perkembangan kota kearah kota

modern

Team pelaksana :

- Pemprov Riau

- PT. Bangun Megah

Mandiri Propertindo

(PT. BMMP)

Profit

Proses IMB yang

belum tuntas terutama

tentang pembayaran

biaya restibusi IMB

Tidak singkronnya antara

Pemerintah Provinsi Riau dan

Pemerintah Kota Pekanbaru

terkait proyek tersebut.

Terbengkalainya proyek RITOS

(Riau Town Square)

permasalahan

output

Analisa Dampak Lingkungan

(Amdal) Sama Sekali Belum

Dijalankan Oleh Pihak

Pembangun

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 4

1.3 Tujuan dan Sasaran

1.3.1 Tujuan

Tujuan dari penulisan masalah ini adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui permasalahan RITOS

b. Mengetahui bagaimana sistem pembanguna di Provinsi Riau

c. Mencarikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi dalam pembangunan RITOS

(Riau Town Square)

1.3.2 Sasaran

Sasaran dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa dalam perencanaan sebuah

pembangunan.

b. Diharapkan dengan adanya solusi dari planner maka masalah ini terbantu untuk

diselesaikan.

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Ruang lingkup materi

Pembahasan dalam RITOS (Riau Town Square) ini memuat materi dari data sekunder

dan tersier dari hasil pengamatan lapangan. Serta dari materi pembahasan dalam perkuliahan

yang dijadikan sebagai bahan atau sumber acuan pembangunan

1.4.2 Ruang lingkup wilayah

RITOS (Riau Town Square) terletak di Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan Bukit

Raya, Pekanbaru. RITOS (Riau Town Square) berdiri di Kawasan Bandar Serai dengan luas

3,5 hektare. Berikut Gambar 1.2 Peta Orientasi Kawasan RITOS (Riau Town Square)

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 20

Gambar 1.2 Peta Orientasi Kawasan RITOS (Riau Town Square)

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 21

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 IMB ( Izin Mendirikan Bangunan)

IMB atau Izin Mendirikan Bangunan adalah hal yang sangat terkait dalam dunia

properti dan bangunan. Kita mungkin sering melihat di beberapa kawasan pemukiman

penduduk dapat terlihat plang yang bertuliskan "pastikan setiap bangunan memiliki IMB"

atau semacamnya. Ini mungkin merupakan upaya pemerintah untuk memberikan kesadaran

atau sosialisasi mengenai pentingnya IMB bagi bangunan dari masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, pembangunan merupakan suatu proses yang

berkesinambungan. Pembangunan perlu didukung oleh sumber dana, sumber daya alam, dan

sumber daya manusia. Salah satu pembangunan yang dilakukan di setiap Kabupaten adalah

penataan terhadap bangunan dengan mewajibkan tiap bangunan memiliki Ijin Mendirikan

Bangunan (IMB).

Pengertian IMB atau Izin Mendirikan Bangunan adalah sebuah ijin untuk mendirikan,

memperbaiki, menambah, mengubah atau meronovasi suatu bangunan, termasuk ijin

kelayakan membangun bangunan yang dikeluarkan pemerintah daerah. IMB itu sendiri

berlandaskan pada Undang-Undang No. 34 Tahun 2001 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

Peraturan ini dalam pelaksanaannya kemudian dijabarkan oleh masing-masing

daerah. Dinas yang menerbitkan IMB kadang juga tidak sama, misalnya untuk satu satu

daerah namanya Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan, ada juga Dinas Bangunan,

Dinas Tata Bangunan, Dinas Tata Kota dan lain sebagainya.

Tujuan IMB itu sendiri adalah untuk menciptakan tata letak bangunan yang teratur,

nyaman dan sesuai dengan peruntukan lahan. Dengan adanya IMB maka akan tercipta

keserasian, keseimbangan antara lingkungan dan bangunan. Selain itu, yang paling penting

dengan adanya IMB adalah bangunan yang akan kita bangun akan aman bagi keselamatan

pemilik rumah atau bangunan, karena sebelum diterbitkannya Ijin Mendirikan Bangunan atau

IMB maka akan dilakukan analisis bangunan yang berkaitan dengan desain bangunan, apakah

bangunan sudah memenuhi persyaratan yang ditentukan atau belum. Tidak hanya persyaratan

bangunan yang dianalisis namun juga dianalisis penentuan garis bangunan terhadap jalan,

jarak bebas antara bangunan dan jalan, keadaan bangunan, jarak antar bangunan, tinggi

bangunan, ukurang ruang, pencahayaan bangunan sampai sistem sirkulasi udara bangunan.

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 22

Bagi masyarakat yang memiliki IMB, akan memperoleh manfaat antara lain :

a. Dengan miemiliki IMB, nilai ekonomis bangunan akan meningkat.

b. Dari aspek legalitas, bangunan yang memiliki IMB, memiliki kepastian dan perlindungan

hukum karena yang menerbitkan adalah instasi pemerintah.

c. Dengan adanya kepastian hukum bagi pemilik IMB, maka akan mempermudah sebagai

agunan di bank atau lembaga keuangan lainnya.

Untuk mengajukan IMB, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu tujuan

pengurusan IMB bagi bangunan yang akan diurus, pengajuan IMB ada 3 jenis yaitu

1. IMB rumah baru

Bila membeli rumah baru di perumahan, kita tidak perlu repot-repot mengurus IMB,

karena developer sudah memilki IMB untuk perumahan tersebut. Bila pembangunan rumah

diserahkan kepada kontraktor, pengurusan IMB rumah baru lebih mudah karena kontraktor

sudah memliki gambar dan perhitungan pembangunan sehingga prosesnya lebih cepat. Untuk

gambar juga harus mengikuti ketentuan yang berlaku dimana luas dan letak tanah kosong

harus sesuai dengan aturan pemerintah. Biaya pengurusan untuk setiap daerah tarifnya

beragam, namun sebagai bayangan sekitar 3,5 juta dengan proses selama 2 minggu.

2. IMB Renovasi

Apabila akan melakukan renovasi atau perombakan rumah yang merubah ukuran dan

bentuk rumah, maka harus dilakukan pengurusan IMB Renovasi. Pengajuan ini juga

cenderung cepat bila kita telah memilki gambar denah sebelum dan sesudah rumah dirombak,

serta ukuran yang baru tidak melebihi ketentuan pemerintah yaitu luas tanah yang tersisa

harus 40% dari luas total tanah. Ruang tanah kosong harus berada di samping, depan dan

belakang rumah, sesuai ketentuan (bukan hanya berada di depan saja).

Apabila tidak sesuai dengan ketentuan, lebih baik tanyakan dulu ke bagian IMB di kelurahan

atau BPN agar pengurusannya tidak mengalami kendala. Biaya pengurusan sekitar Rp.

3,5juta, namun juga akan berbeda pada setiap daerah.

3. IMB rumah lama

IMB ini diajukan apabila membeli rumah yang belum memliki IMB. Biaya yang

dikeluarkan akan lebih besar daripada IMB rumah baru dan renovasi karena akan dikenakan

denda dan dispensasi dari Pemda (Pemerintah daerah) yang besarnya bisa lebih mahal 2-3

juta, tergantung persentase dari NJOP. Biaya ini belum termasuk biaya penggabungan 2

kapling atau lebih menjadi 1 kapling apabila ternnyata bangunan berada diatas penggabungan

kapling tsb. Biasanya untuk pembuatan IMB denda despenasi penggabungan tanah memakan

biaya 7-8 juta.

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 23

Untuk mengajukan IMB diperlukan dokumen-dokumen sebagai prasyarat

kelengkapan yang nantinya diperiksa kesesuaiannya oleh petugas yang bersangkutan. Adapun

dokumen-dokumen tersebut antara lain :

a. Formulir permohonan IMB yang dapat diambil dari Dinas Perkerjaan Umum setempat.

b. Formulir diisi dan ditandatangani di atas materai 6000 oleh pemohon.

c. Formulir dilegalisir kelurahan dan kecamatan dimana bangunan akan didirikan.

Lampiran-lampiran yang diperlukan masing-masing 3 rangkap) :

a. Gambar denah, tampak (minimal 2 gambar), potongan (minimal 2 gambar), rencana

pondasi, rencana atap, rencana sanitasi serta site plan.

b. Gambar konstruksi beton serta perhitungannya.

c. Gambar konstruksi baja serta perhitungannyad. Hasil penyelidikan tanah serta uji

laboratorium mekanika tanah untuk bangunan berlantai 2 atau lebih

d. Fotocopy KTP dan Kartu Keluarga pemilik tanah serta surat kepemilikan tanah/sertifikat.

e. Surat persetujuan tetangga, untuk bangunan berhimpit dengan batas persil.

f. Surat kerelaan tanah bermaterai Rp.6000 dari pemilik tanah yang diketahui oleh Lurah

serta Camat, apabila tanah bukan milik pemohon.

g. Surat Perintah Kerja (SPK) apabila pekerjaan diborongkan.

h. Izin usaha (HO) untuk bangunan komersial.

i. Izin prinsip dari pejabat Kepala Daerah bila lokasi bangunan menyimpang dari Tata

Ruang Kota.

j. Formulir yang telah diisi beserta lampiran-lampirannya diserahkan ke DPU.6.

Secara prinsip, bila dokumen lengkap, akan diterbitkan Izin Pembangunan (IP).

Dengan IP kita sudah bisa mulai membangun sambil menunggu IMB yang keluar.. Selama

pembangunan, petugas daerah akan melakukan control berkala dan evaluasi di lapangan.

IMB memiliki masa berlaku 1 tahun. Apabila dalam 1 tahun pembangunan belum selesai,

maka harus mengajukan permohonan perpanjangan IMB. Bila tahun berikutnya masih belum

selesai, maka harus mengajukan permohonan pembuatan IMB baru.

Setelah bangunan selesai, masih ada surat yang diperlukan yaitu IPB (Ijin Penggunaan

Bangunan). IPB memiliki masa berlaku 10 tahun untuk rumah tinggal dan 5 tahun untuk

bangunan non hunian. Bila masa IPB habis, maka pemilik harus mengajukan PKMB

(Permohonan Kelayakan Menggunakan Bangunan). Dalam proses tersebut petugas akan

memriksa kelayakan bangunan tersebut, terutama dari segi struktur dan konstruksinya.

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 24

2.2 Teori Penataan Kawasan Umum

2.2.1 Bangunan

Bangunan adalah sebuah atau sekelompok bangunan yang akan didirikan atau telah

didirikan yang dipergunakan untuk tempat usaha atau tempat tinggal serta jenis atau bagian

yang bersangkutan dengan bangunan itu yang bersifat permanen, semi permanen maupun

darurat di atas tanah atau perairan.

2.2.2 Garis Sempadan Muka Bangunan

Garis sempadan muka bangunan adalah adalah garis yang mengatur jarak bangunan

yang menghadap jalan, baik muka bangunan maupun samping bangunan (untuk persiil

pokok) dengan batas pinggir jalan (Patok Daerah Milik Jalan).

2.2.3 Garis Sempadan Pagar bangunan

Garis sempadan pagar bangunan adalah garis yang mengatur batas pagar bangunan

dengan batas pinggir jalan (Patok Daerah Milik Jalan), besarnya garis sempadan pagar

bangunan ditetapkan 1 (satu) meter.

2.3 Teori perdagangan dan Jasa

2.3.1 Defenisi Kawasan Perdagangan dan Jasa

Kawasan perdagangan jasa adalah kawasan yang dominasi pemanfaatan ruangnya

untuk kegiatan komersial perdagangan dan jasa pelayanan.

a) Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa memiliki fungsi antara lain:

1) Memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan dan jasa antar masyarakat yang

membutuhkan (sisi permintaan) dan masyarakat yang menjual jasa (sisi

penawaran);

2) Menyerap tenaga kerja di perkotaan dan memberikan kontribusi yang dominan

terhadap PDRB.

b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan:

1) Peletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung

disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

2) Jenis-jenis bangunan yang diperbolehkan antara lain:

Bangunan usaha perdagangan (eceran dan grosir): toko, warung, tempat

perkulakan, pertokoan, dan sebagainya.

Bangunan penginapan: hotel, guest house, motel, dan penginapan lainnya.

Bangunan penyimpanan dan pergudangan: tempat parkir, gudang.

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 25

Bangunan tempat pertemuan: aula, tempat konferensi.

Bangunan pariwisata/rekreasi (di ruang tertutup): bioskop, area bermain.

2.3.2 Sektor Perdagangan dan Jasa:

Pada sektor perdagangan dan jasa peluang investasi meliputi :

Perdagangan retail ( alat rumah tangga, elektronik, kendaraan dll)

Restoran dan rumah makan

Pengelolaan sekolah, kursus dan bimbingan belajar

Pengelolaan rumah sakit, klinik, rumah bersalin dan apotik

Pendirian mal dan supermarket

2.3.3 Arahan pemanfaatan ruang kawasan perdagangan dan jasa adalah sebagai

berikut:

a) Pusat kawasan perdagangan dan jasa dengan lingkup pelayanan skala regional,

nasional maupun internasional,

b) Kawasan perdagangan dan jasa khusus, yaitu kawasan perdagangan dan jasa dengan

perlakuan dan komoditas khusus.

c) Kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan sebagian wilayah kota

sampai dengan kota tersebar pada setiap pusat BWK dengan memperhatikan daya

dukung dan daya tampung ruang serta lingkup pelayanannya;

d) Kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan lingkungan dapat berlokasi

dimanapun sepanjang memiliki dukungan akses jalan sekurang-kurangnya jalan

lokal sekunder.

e) Kawasan perdagangan dan jasa direncanakan secara terpadu dengan kawasan

sekitarnya dan harus memperhatikan kepentingan semua pelaku sektor perdagangan

dan jasa termasuk pedagang informal atau pedagang sejenis lainnya.

f) Pada pembangunan fasilitas perdagangan berupa kawasan perdagangan terpadu,

pelaksana pembangunan/ pengembang wajib menyediakan prasarana lingkungan,

utilitas umum, area untuk pedagang informal dan fasilitas sosial dengan dengan

proporsi 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan luas lahan dan selanjutnya

diserahkan kepada Pemerintah Daerah;

g) Pembangunan fasilitas perdagangan dan jasa harus memperhatikan kebutuhan luas

lahan, jenis-jenis ruang dan fasilitas pelayanan publik yang harus tersedia,

kemudahan pencapaian dan kelancaran sirkulasi lalu lintas dari dan menuju lokasi.

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 26

2.3.4 Kawasan Peruntukan Perdagangan dan jasa

Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan perdagangan dan jasa diperuntukan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai

cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah

pelestarian fungsi lingkungan hidup.

2.2.4.1 Ketentuan Teknis

Ketentuan teknis ini berisi karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan, kriteria serta

batasan teknis kawasan budidaya.

1) Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan:

a. Tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan bencana alam;

b. Lokasinya strategis dan mudah dicapai dari seluruh penjuru kota;

c. Dilengkapi dengan sarana antara lain tempat parkir umum, bank/ATM, pos

polisi, pos pemadam kebakaran, kantor pos pembantu, tempat ibadah, dan

sarana penunjang kegiatan komersial serta kegiatan pengunjung;

d. Terdiri dari perdagangan lokal, regional, dan antar regional.

2) Kriteria dan batasan teknis:

a. Pembangunan hunian diizinkan hanya jika bangunan komersial telah berada

pada persil atau merupakan bagian dari Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

b. Penggunaan hunian dan parkir hunian dilarang pada lantai dasar di bagian depan

dari perpetakan, kecuali untuk zona-zona tertentu;

c. Perletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung

disesuaikan dengan kelas konsumen yang akan dilayani

2.2.4.2 Jenis-jenis bangunan yang diperbolehkan antara lain:

1) Bangunan usaha perdagangan (ritel dan grosir): toko, warung, tempat perkulakan,

pertokoan;

2) Bangunan penginapan: hotel, guest house, motel, hostel, penginapan;

3) Bangunan penyimpanan: gedung tempat parkir, show room, gudang;

4) Bangunan tempat pertemuan: aula, tempat konferensi;

5) Bangunan pariwisata (di ruang tertutup): bioskop, area bermain.

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 27

2.3 Teori Pusat Perdagangan

2.3.1 Pengertian Teori Pusat Perdagangan

Dalam perkembangannya lokasi perdagangan bagian dari fasilitas sosial, tidak

selamanya mengacu kepada peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Khususnya

pengembangan kegiatan yang berorientasi pada keuntungan, penetapan lokasi bagi

pengembangan kawasan perdagangan saat ini lebih banyak ditentukan oleh keuntungan

(profit oriented). Lokasi sangat memegang peran yang sangat penting untuk mengembangkan

fasilitas perdagangan, karena dalam pengembangan fasilitas perlu memilih lokasi-lokasi

yang mempunyai peluang untuk mendapatkan keuntungan secara maksimal, sehingga

memudahkan konsumen untuk mengunjungi kawasan perdagangan tersebut (Berry, 1970,

dalam Kumpulan Teori-Teori Pegembangan Wilayah Kota)

Pusat perbelanjaan pada awalnya adalah suatu tempat yang befungsi sebagai tempat

perdagangan (tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi) dibidang

barang maupun jasa yang bersifat kegiatannya untuk melayani umum dan lingkungan

sekitarnya atau dapat juga diartikan sebagai tempat perdagangan eceran atau retail yang

lokasinya digabung dalam satu bangunan atau kompleks.

Pada tahap perkembangan selanjutnya pusat-pusat perbelanjaan lebih mendekati kepada

konsumen, hal ini ditandai dengan semakin banyak dibangun pusat-pusat perbelanjaan di

pusat-pusat permukiman yang tersebar di pinggiran kota. Menurut Lee (Lee, 1984, dalam

Kumpulan Teori-Teori Pegembangan Wilayah Kota), salah satu prinsip pemilihan lokasi bagi

pengembangan pusat perbelanjaan berada di luar kota/pinggiran didasarkan pada kedekatan

konsumen asal didukung oleh aksesibilitas yang memadai. Pendapat ini didukung pula oleh

Richard Nelson (Nelson, 1958, dalam Kumpulan Teori-Teori Pegembangan Wilayah Kota),

ada empat faktor yang mempengaruhi pemilihan suatu lokasi pusat perdagangan salah

satunya aksesibilitas ke tempat permukiman (lainnya reputasi, bentuk fisik dan aksesibilitas

ke tempat non komersial).

Disamping itu penentuan lokasi perdagangan sangat dipengaruhi oleh perubahan

keadaan sosial ekonomi penduduk (Bromley dan Thomas, 1993, dalam Kumpulan Teori-

Teori Pegembangan Wilayah Kota), ada empat faktor yang berpengaruh, adalah:

1. Transportasi, meningkatnya kesejahteraan penduduk sangat memungkinkan untuk

memiliki kendaraan, sehingga dapat melakukan pergerakan dalam jarak yang relatif

jauh, dengan adanya kemacetan di pusat-pusat kota maka timbul kecenderungan

adanya perubahan dalam berbelanja ke daerah pinggiran;

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 28

2. Perubahan spasial dan populasi, adanya kebijaksanaan pemerintah yang lebih

menekankan perkembangan ke arah pinggiran karena pusat kota telah jenuh,

menyebabkan banyak fasilitas perdagangan dibangun di pinggiran dengan tujuan

untuk lebih dekat dengan konsumen;

3. Perubahan karakteristik pekerja;

4. Perubahan gaya hidup, dimana kegiatan berbelanja dijadikan sarana berekreasi.

Salah satu faktor yang dikemukakan oleh Bromley dan Thomas bahwa kegiatan

berbelanja dijadikan sarana rekreasi, jauh sebelumnya telah dikemukan oleh Victor Gruen

(Gruen, 1973, dalam Kumpulan Teori-Teori Pegembangan Wilayah Kota), menyatakan

kegiatan membeli yang dilakukan masyarakat kadang-kadang telah membaur dengan

kegiatan yang bersifat rekreatif, bahkan ada kecenderungan kegiatan rekreatif yang lebih

mendorong masyarakat untuk berkunjung ke pusat perbelanjaan.

Untuk mampu menjaring banyaknya jumlah konsumen agar datang ke pusat

perbelanjaan maka perlu adanya daya tarik yang dimiliki oleh pusat perbelanjaan tersebut,

baik bentuk fisik, reputasinya maupun aksesibilitasnya (Nelson, 1958, dalam Kumpulan

Teori-Teori Pegembangan Wilayah Kota). Hal ini dikarenakan salah satu penyebab

penduduk/konsumen datang ke pusat perbelanjaan karena tertarik dari kelebihan-kelebihan

yang dimiliki oleh pusat perbelanjaan tersebut. Menurut Beddington (Beddington, 1982,

dalam Kumpulan Teori-Teori Pegembangan Wilayah Kota), perilaku konsumen yang datang

ke pusat perbelanjaan dibedakan menjadi dua:

1. Shopping adalah kegiatan ke pusat perbelanjaan yang lebih bersifat rekreasi;

2. Membeli adalah kegiatan yang telah direncanakan untuk membeli suatu barang

tertentu.

Pendapat tersebut didukung oleh Darlow bahwa pada perkembangan pusat perbelanjaan

pada tahap selanjutnya perlu dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas rekreatif yang sekaligus

sebagai daya tarik (Sumarsono, 1994, dalam Kumpulan Teori-Teori Pegembangan Wilayah

Kota), hal ini menuntut pusat perbelanjaan tidak hanya menyediakan kebutuhan-kebutuhan

umum/pokok tetapi perlu dilengkapi dengan jenis lainnya untuk menarik konsumen yang

hanya bertujuan shopping berubah menjadi pembeli barang yang tidak direncanakan

sebelumnya.

Menurut Jeffrey D. Fisher, Rober. Martin dan Paige (1991:121 dalam

www.digitalpetra.ac.id) definisi pusat perbelanjaan adalah sebuah bangunan yang terdiri dari

beberapa toko eceran, yang umumnya dengan satu atau lebih toko serba ada, toko grosir dan

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 29

tempat parkir. Bloch, Ridgway dan Nelson (1991 dalam www.digitalpetra.ac.id) mengatakan

bahwa pusat perbelanjaan telah menjadi pusat perkumpulan, menawarkan daya tarik rekreasi

pada pengunjung seperti musik, bioskop, permainan, aktivitas seperti makan diluar,

menghadiri pertemuan, dan bertemu dengan teman.

Pusat perbelanjaan tidak hanya sebagai tempat untuk membeli produk atau jasa tetapi

juga sebagai tempat untuk melihat-lihat, memegang, tempat bersenang-senang, tempat

rekreasi, tempat yang dapat menimbulkan rangsangan yang mendorong orang untuk membeli,

dan bersosialisasi dengan tujuan untuk tempat bersantai juga dapat terjadi.

2.3.2 Model Wilayah Perdagangan

Model wilayah perdagangan adalah gambaran wilayah geografi yang

sederhana dengan memperlihatkan pergerakan konsumen menuju aktivitas ritel/gedung

perbelanjaan, atau dengan kata lain suatu wilayah dimana konsumen dapat ditarik untuk

berkunjung ke pusat/gedung perbelanjaan. Selanjutnya untuk memahami wilayah

perdagangan tersebut diperlukan beberapa informasi tentang keaadan ekonomi,

kependudukan, dan karakteristik psikografik konsumen yang potensial, serta fasilitas dan

barang yang ditawarkan oleh pusat/gedung perbelanjaan (Carn, 1998 dalam Ihsan 1998).

Hal senada juga dikemukakan oleh David L. Huff (dalam Luch, 1982 dalam Ihsan

1998) yang menjelaskan bahwa suatu wilayah perdagangan merupakan satu delinasi wilayah

secara geografis, yang didalamnya terdapat pengunjung potensial yang memberikan

kemungkinan/probabilitas melakukan transaksi perdagangan terhadap klas barang dagang dan

jasa yang ditawarkan oleh sebagian atau sekelompok badan usaha/ toko.

2.3.3 Hirarki Teori Mengenai Pelayanan Tempat Pusat Perdagangan

Keterpusatan suatu tempat perdagangan dan jasa tercermin dari luasnya dan diukur

dengan banyaknya jenis pertokoan yang terdapat didalamnya. Maka, semakin luas suatu

lokasi perdagangan akan semakin tinggi pula tingkat keterpusatannya.

Beberapa prinsip utama hirarki pelayanan dari keterkaitan antara luas lokasi

perdagangan dan jasa dengan tingkat keterpusatannya adalah:

1. Pusat-pusat perbelanjaan yang hirarkinya lebih tinggi akan memiliki jumlah pertokoan

yang lebih banyak dan melayani penduduk dalam jumlah besar.

2. Pusat-pusat perbelanjaan pada hirarki tertentu terdiri dari tempat-tempat berbelanja

yang hirarkinya lebih rendah ditambah dengan sekelompok tempat perbelanjaan yang

membedakannya dengan yang lain.

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 30

3. Penyebaran/distribusi tempat pusat perbelanjaan dihubungkan dengan tingkat

hirarkinya. Tempat pusat perbelanjaan yang hirarkinya lebih tinggi jumlahnya sedikit,

secara ruang lokasinya berjauhan dan jangkauan pelayanannya luas.

Hirarki pelayanan merupakan suatu bentuk dasar dalam pengelolaan organisasi

keruangan akibat perbedaan-perbedaan antara suplai dan demand akan barang dan jasa. Pada

sisi demand, barang dan jasa yang dibelanjakan konsumen frekuensinya berbeda-beda karena

tingkat pendapatan yang tidak sama. Sedangkan pada sisi suplai, ada beberapa tempat pusat

perbelanjaan yang suplainya lebih banyak daripada tempat perbelanjaan lainnya karena

ambang batasnya lebih rendah atau karena memang barang tersebut telah menjadi keharusan

untuk di suplai.

Pusat kota sebagai daerah pemusatan utama dari kegiatan perkotaan dinyatakan

memiliki tingkat aksesibilitas paling tinggi dalam kota (Siti Sarah Lestari : 86). Semakin

meningkatnya kegiatan di pusat kota, suatu saat akan menimbulkan kejenuhan pusat kota

dalam menampung kegiatan-kegiatan yang ada dan mengakibatkan ketidak efisienan pusat

kota dalam melayani kebutuhan penduduknya.

Kondisi seperti di atas mendorong terjadinya pemencaran pusat-pusat pelayanan kota

ke wilayah-wilayah kotanya, sebagai salah satu hasil dari proses usaha penduduk dalam

mengatasi masalah jarak dan menciptakan pelayanan kota yang lebih baik. Tuntutan akan

hal-hal tersebut diatas mewujudkan tumbuhnya hirarki dalam sistem pelayanan kota, adalah

terbentuknya sub-sub pelayanan kota yang mempunyai tingkat hirarki yang lebih rendah dari

pusat kota.

Dari sisi pengembang, kecenderungan memilih lokasi di pinggiran kawasan

metropolitan, disekitar daerah pemukiman dikarenakan harga lahan yang lebih murah dan

siap dikelola. Selain itu lokasi tersebut juga mempunyai aksesibilitas yang tinggi untuk

penduduk di wilayah sub pelayanan atau sub-urban sehingga mudah dicapai oleh konsumen

yang memakai kendaraan yang melalui jalan utama. Seperti yang dikatakan para pengembang

dengan mendirikan pusat perbelanjaan adalah untuk memicu pertumbuhan, untuk

menyusun gaya dan tone pertumbuhan daeah sub urban serta untuk mengkapitalisasikan

kesempatan baru yang diciptakan. (Berry and Cohen, 1973 : 452, dalam Kumpulan Teori-

Teori Pegembangan Wilayah Kota).

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 31

2.3.4 Skala Pelayanan Pusat Perbelanjaan

Skala pelayanan pusat perbelanjaan terdiri dari empat hirarki pusat perbelanjaan yang

dapat melayani kebutuhan penduduk (Yates dan Garner, 1980 dalam www.digitalpetra.ac.id)

adalah:

1. Convenience Store, yang tersebar di permukiman penduduk, yang berupa toko-toko

biasanya terdiri 1 sampai 4 toko, jenis barang yang dijual bahan makanan dan

minuman;

2. Neighbourhood Centers pada umumnya menyediakan barang yang hampir sama

dengan Convenience Store ditambah dengan beberapa fasilitas lainnya seperti salon,

restoran, minimarket. Pusat perbelanjaan ini didesain pada radius 1,5 mil (2,414 = 2,4

km).

3. Community Centers, pada umumnya menyediakan barang yang hampir sama dengan

di Neighborhood Centers hanya ditambah beberapa fasilitas seperti toko pakaian,

furniture, toko elektronik, serta toko perhiasan. Pusat perbelanjaan ini didesain pada

radius 5 mil (8,046 = 8 km)

4. Regional Centers, pada umumnya menyediakan barang seperti di Community

Centers ditambah fasilitas dengan fungsi yang lebih tinggi seperti pusat perbelanjaan

sejenis department store. Pusat perbelanjaan ini didesain pada radius 10-50 mil

Berdasarkan lokasi penyebarannya dan strukur hirarki pelayanan serta fasilitas tempat

belanja, pusat belanja dapat dikelompokkan dalam lima klas (Hartsdorn, 1989: 32 dalam

Ihsan 1998), yaitu toko kebutuhan sehari-hari (Convenience Store) menempati hirarki

terendah dari klasifikasi pusat belanja, kemudian pusat belanja lokal/lingkungan

(Neighbourhood Centers), pusat belanja kawasan (Community Centers), pusat belanja

wilayah/kota (Regional Centers), dan terakhir yang berada pada puncak hirarki pusat belanja

adalah pusat belanja metropolis/kota raya (Superregional Centre).

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Selayang Pandang Tentang RITOS ( Riau Town Square )

Bandar Serai Raja Ali Haji atau lebih dikenal Purna MTQ ini, akan dibangun sebagai

pusat bisnis termegah di Provinsi Riau. Diberi nama Bandar Serai Riau Town Square and

Convention. Namun dalam wacana pembangunan yang pemenangnya, PT Bangun Megah

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 32

Mandiri Propertindo (PT BMMP) dari Jakarta dan pendana sebesar Rp1,1 triliunan. Itu

ternyata tidak ada koordinasi dengan DPRD Riau.

Riau Town Square (Ritos) menyimpan sejumlah niat baik bagi pembangunan ekonomi

Bumi Lancang Kuning. Namun berbagai permasalahan, pro kontra hingga konflik politik

yang mewarnai pembangunannya menjadikan Ritos hingga kini tak terwujud.

Terbengkalainya proyek ini menimbulkan pertanyaan banyak pihak.

Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau yang sejak awal

memperhatikan pembangunan Ritos mulai resah. Dengan konsep yang sedemikian rupa, aset

Pemerintah Provinsi Riau tersebut tak kunjung jadi, dan bahkan tak memiliki perkembangan

pembangunan. Karenanya, Komisi B pun meminta pimpinannya untuk bertanya langsung

kepada eksekutif Riau.

Perkembangan pembangunan Ritos memang menghadapi banyak kendala sedari awal.

Selain bertentangan dengan sejumlah kalangan akibat pendiriannya di kawasan Purna MTQ,

kajian tata ruang hingga kelengkapan izin pun mewarnai perjalanan upaya mewujudkan pusat

bisnis Riau tersebut.

Kawasan Bandar Serai (eks. MTQ) adalah kawasan untuk pengembangan kebudayaan

Riau. Yayasan Seni Raja Ali Haji (Serai) sudah 12 tahun lamanya menghuni dan bekerja

untuk pengembangan kebudayaan di sana. Tiba-tiba, kawasan tersebut mau disulap menjadi

pusat bisnis dan komersial. Ambiguitas sikap pemangku-kepentingan, sebenarnya

melemahkan peran kebudayaan. Bahkan dapat disinyalir bangunan tersebut meredusir

kebudayaan melayu yang tercinta ini.

Kelanjutan pembangunan Riau Town Square (Ritos) di kawasan Bandar Serai Ali Haji

(Purna MTQ), Jalan Sudirman, Pekanbaru, saat ini masih menunggu keluarnya Hak

Penggunaan Lahan (HPL) dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Pusat. Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pertanahan, kerjasama pembangunan Ritos

harus mempunyai HPL yang dikeluarkan BPN Pusat. Ada dua faktor dalam pembangunan

Ritos, yaitu IMB dari Pemerintah Kota Pekanbaru dan HPL dari BPN Pusat. Pemko

Pekanbaru saat ini masih menunggu HPL untuk mengeluarkan IMB dan Amdal Ritos.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau mengharapkan pembangunan Riau Town Square

and Convention Center (Ritos) di Purna MTQ, Jalan Jenderal Sudirman dapat segera dimulai.

Pasalnya, rencana pembangunan pusat perekonomian itu sudah lama terkendala.

pembangunan ritos dibangun melalui sistem bangun serah guna (BGS). Di mana, lahan milik

pemerintah, sementara biaya pembangunan sepenuhnya dilakukan swasta, yakni PT Bangun

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 33

Megah Mandiri Propertindo (BMMP). Nantinya, di kawasan tersebut akan di bangunan hotel,

pusat perbelanjaan dan beberapa kawasan bisnis lainnya.

Setelah dua tahun terhenti masalah IMB dan Amdal, proyek Riau Town Square (Ritos)

di dalam kompleks purna MTQ Pekanbaru, akhirnya mendapat lampu hijau, mendapat izin

oleh Wali Kota Pekanbaru Firdaus ST MT untuk segera dibangun pada 2014 ini. Hal ini

ditegaskan Wali Kota Pekanbaru Firdaus ST MT dalam rapat paripurna di depan anggota

DPRD Pekanbaru.

Gambar 3.1 Maket RITOS ( Riau Town Square )

3.2 Permasalahan

3.2.1 Proses IMB Yang Belum Tuntas

Permasalahan yang paling utama muncul kepermukaan adalah proses IMB ( Izin

Mendirikan Bangunan ) dalam bidang pembayaran restribusi. Biaya retribusi IMB yang

diminta Pemko Pekanbaru untuk proyek seluas 3,5 hektar ini, sebesar Rp 8 miliar. Biaya

sangat besar ini sangat memberatkan bagi pihak Pemerintah Provinsi. Hal ini menjadikan

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 34

proyek yang bisa di katakan proyek Multi years tersebut menjadi terbengkalai. Akibat tidak

adanya hubungan yang singkron terhadap Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kota

Pekanbaru.

3.2.2 Terjadinya Ketidak Singkronan Antara Pihak Pemprov Riau dan Pemko

Pekanbaru

Dengan status hak kepemilikan tanah yang dimiliki oleh pihak Pemko Pekanbaru,

rupanya menjadi klimaks dalam proses pembangunan yang diperuntukkan untuk skala

provinsi yaitu pembangunan RITOS ( Riau Town Square ). Pembangunan yang seharusnya

menjadi cikal bakal dari terbentuknya Provinsi Riau menjadi kota modern khususnya Kota

Pekanbaru mengalami hambatan di tuan rumah sendiri. Ini menjadi dilema bagi

pembangunan di Provinsi Riau.

3.2.3 Analisa Dampak Lingkungan (Amdal) Sama Sekali Belum Dijalankan Oleh

Pihak Pembangun

Sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang amdal, secara umum nya pihak

perusahaan maupun pengembang yang akan melakukan proses pembangunan wajib

melakukan kajian lingkungan berupa Amdal. Namun hal ini tidak dilakukan oleh pihak

perusahaan pembangunan RITOS ( Riau Town Square ). Jelas ini melanggar Undang-

Undang, namun ini tetap saja dilanggar.

3.3 Solusi permasalahan

Dalam permasalahan yang terjadi pada proyek RITOS ( Riau Town Square ), dapat

diajukan beberapa solusi , yaitu sebagai berikut :

a. Melakukan peninjauan terhadapa kondisi RITOS ( Riau Town Square) apakah

masih bisa dilanjutkan pembangunan nya atau tidak.

b. Melakukan pertemuan antara pihak Pemprov dan Pemko Pekanbaru untuk mencari

solusi yang terbaik dalam pembangunan RITOS ( Riau Town Square)

c. Melibatkan masyarakat dalam proses pembangunan, terutama lembaga-lembaga

masyarakat yang memiliki peran penting dalam proses pembangunan di Provinsi

Riau khususnya Kota Pekanbaru.

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 35

3.4 Kondisi Existing RITOS ( Riau Town Square)

Gambar 3.2 Kondisi Existing RITOS ( Riau Town Square) Tahun 2014

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 36

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kesimpulan

Riau adalah salah satu provinsi yang berada tepat di jantung Pulau Sumatera. Memiliki

sumber daya alam yang melimpah menjadikan daerah ini sebagai deretan provinsi terkaya di

Indonesia. Tentunya dengan potensi alam dan letak yang tepat ditengah pulau sumatera

menjadikan daerah Riau sebagai daerah potensi investasi yang menjanjikan bagi para

investor.

Pembangunan yang mulai dari skala besar dan kecil sudah banyak menjamur di Kota

Pekanbaru sebagai pusat Ibukota Provinsi Riau. Hal ini tentunya menjadi salah satu indikasi

adanya daya tarik yang kuat dari letak Provinsi Riau khusunya Kota Pekanbaru. Namun ,

permasalahan pembangunan RITOS ( Riau Town Square ) adalah permasalahan yang banyak

menimbulkan tanda tanya bagi masayarakat. Sebenarnya apa yang terjadi, apakah terjadi

tidak kesingkronan antara pihak Pemrov Riau dan Pemko Pekanbaru tentang pembangunan di

Kota Pekanbaru atau ada hal-hal yang lain. Ini menjadi dilema dalam proses pembanguna di

Provinsi Riau.

4.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 37

DAFTAR PUSTAKA

Bukitraya-pekanbaru.org

http://riauplus.com/sosial/2632-pemprov-tak-ada-masalah-dengan-pembangunan-town-

square.html

http://www.riaudailyphoto.com/2012/08/riau-town-square.html

http://www.pekanbaru.co/8284/ritos-nasibmu-kini/

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 38

LAMPIRAN

1. Berita Terkait RITOS ( Riau Town Square )

http://www.riaupos.co/41209-berita-proyek-ritos-akhirnya-diizinkan-wali-kota-

pekanbaru.html Proyek Ritos Akhirnya Diizinkan Wali Kota Pekanbaru

PEKANBARU (RIAU POS.CO)-Setelah dua tahun terhenti masalah IMB dan

Amdal, proyek Riau Town Square (Ritos) di dalam kompleks purna MTQ Pekanbaru,

akhirnya mendapat lampu hijau, mendapat izin oleh Wali Kota Pekanbaru Firdaus ST

MT untuk segera dibangun pada 2014 ini.

Hal ini ditegaskan Wali Kota Pekanbaru Firdaus ST MT dalam rapat paripurna

di depan anggota DPRD Pekanbaru Rabu siang tadi (15/1). Selain proyek Ritos, tidak

jauh dari lokasi ini juga akan dibangun Hotel Panghegar. "Tahun 2014 ini izinnya kita

keluarkan dan diperkirakan sampai 2016 selesai. Proyek ini berada di kawasan Setia

Maha Raja (sekitaran purna MTQ sampai batas Hotel Labersa," kata Firdaus ST MT

dalam ekspos di DPRD Pekanbaru Rabu siang tadi (15/1).

Dalam ekspos di depan anggota DPRD Pekanbaru Rabu pagi sampai siang tadi

(15/1), Firdaus juga menyampaikan rencana pembangunan sejumlah proyek lainnya di

Pekanbaru.

Sejumlah proyek itu antara lain proyek pembangunan kawasan Super Blok

Meranti Pandak, Bandar Khayangan (Danau Buatan) Rumbai akan dibangun kawasan

wisata lengkap dengan kereta gantung (cable car), water boom, dan lain-lain.

Kemudian kawasan Industri Tenayan 3.000 hektare, Terminal Kargo/Terminal Barang

Pekanbaru di Jalan Air Hitam dekat terminal AKAP Pekanbaru tahun 2014 ini akan

ditender.

Lalu juga dibangun PLTU 2 x 110 MW di Tenayanraya, kawasan straregis

Bandar Raya Payung Sekaki Pusat Otomotif, kawasan Pemerintahan 300 hektare, 111

hektare sudah dibebaskan akan dibangun perkantoran Pemko Pekanbaru (eksekutif)

dan perkantoran Legislatif. Selain itu Pemko Pekanbaru akan membangun Pasar

Induk, Pelabuhan Barang Tenayan, Pembangkit Listrik Tenaga Sampah, Pembangkit

Listrik Tenaga Gas, peta Koridor Trans Metro Pekanbaru, Sport Centre ada lapangan

sepak bola dan arena balap motor, RSUD Pekanbaru, Pabrik Roti Sari Roti, SMK

Teknologi, SMP Madani, Fly Over SKA dan Pasar Pagi Arengka, Instalasi

Pengolahan Air Limbah, Rusunawa Rejosari, Penataan Pedestrian Dalam Kota, dan

lain-lain.

Sejumlah kritikan dialamatkan ke Pemko Pekanbaru antara lain masalah rencana

pembangunan perkantoran Pemko Pekanbaru di Tenayanraya. Pemindahan pusat

perkantoran Pemko Pekanbaru dari pusat kota sekarang ke Tenayanraya akan

menyusahkan masyarakat karena lokasi baru ini cukup jauh. Namun Wali Kota

Firdaus MT memberi solusi akan ada bus kota dari pusat Kota Pekanbaru ke

Tenayanraya nantinya.

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 39

Kritik lainnya dari warga adalah rencana pembangunan pabrik roti Sari Roti di

kawasan pemukiman di Jalan Soekarno-Hatta ujung dekat markas Batalyon 13/BS

Kubang. Warga dan sejumlah RT protes karena kehadiran industri di lingkungan

pemukiman akan mengganggu kenyamanan warga. Warga minta pabrik industri roti

ini di tempatkan di Tenayanraya sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota (RTRK)

Pekanbaru.

Selain itu kritikan lainnya dari pakar perkotaan, sejumlah bangunan pencakar

langit yang dibangun di Pekanbaru dicap sebagai penyumbang pemanasan global.

Dalam pertemuan tenaga ahli perkotaan, arsitek Se Dunia di Eropa 2010 lalu

diputuskan sebuah bangunan yang dibangun harus memperhitungkan tiga aspek yakni

Manusia, Teknologi, dan Lingkungan Oleh sebab itu bangunan tinggi harus

dilengkapi dengan roof garden, vertical garden, dan taman di sekitarnya yang

ditanami pohon pelindung yang rimbun dan teduh untuk mengurangi pemanasan

global.(azf)

http://riauplus.com/sosial/2632-pemprov-tak-ada-masalah-dengan-pembangunan-

town-square.html

PEKANBARU,RIAUPLUS.COM- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau

menyatakan, kalau sejauh ini proses pembangunan pusat bisnis Bandar Serai Riau

Town Square and Convention (BSRTSC), yang menelan dana mencapai Rp1,1 triliun

itu, tidak ada masalah. Semua prosedur, sudah melalui peraturan dan perundangan

yang berlaku.

Demikian ditegaskan Kepala Biro Humas Setdaprov Riau H Chairul Riski, Rabu

(18/1/12) kepada wartawan, saat dikonfirmasi tentang banyaknya muncul tanggapan

miring atas rencana pembangunan Town Square itu."Tidak ada masalah. Semuanya

sudah berdasarkan ketentuan dan perundangan yang berlaku,"jelasnya.

Riski mengatakan, bahwa yang membangunnya adalah investor dengan dana sendiri,

tanpa ada sedikit pun dari APBD Riau. Selain itu, apa pun sarana dan prasarana yang

dibangun di atas lahan tersebut, tetap menjadi aset daerah.

Karena itu, pihaknya juga heran munculnya pendapat di sejumlah media yang tidak

mendukung pembangunan Town Square. Bahkan, Gubernur Riau HM Rusli Zainal

sudah bertemu dan menjelaskan secara rinci pembangunannya kepada Budayawan

Riau H Tennas Effendi.

"Pak Gubernur sudah bertemu denga Pak Tennas, bahwa tidak semua areal di Purna

MTQ itu yang dibangun. Bangunan bernilai seni dan budaya yang sudah ada, tetap

dipertahankan. Dari sanalah, Pak Tennas baru mengetahuinya,"papar Riski.

Masih kata Rizki, dari seluruh luas lahan Purna MTQ yang ada saat ini, hanya sekitar

3,5 hektar yang akan dijadikan kawasan multi guna, seperti hotel berbintang lima,

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 40

sport center, bisnis center, masjid dan islamic center.

"Selanjutnya, di kawasan itu terdapat juga Gedung Teater Idrus Tintin, Dewan

Kesenian Riau, Rumah Adat, Anjungan Kabupaten/Kota se Riau, Dekranasda,

Yayasan Raja Ali Haji, Akademi Kesenian Melayu Riau dan lainnya,"terang Riski.

Latar belakang pembangunan Town Square ini lanjut Riski, adalah untuk

mengoptimalkan aset milik Pemprov Riau sesuai dengan visi Riau 2020. Yakni,

terwujudnya Provinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan Melayu

dalam lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan batin di Asia

Tenggara.

Seperti diketahui, pembangunan BSRTSC senilai Rp1,1 Triliun ini, dananya murni

dari PT Bangun Megah Mandiri Propertindo dari Jakarta, selaku pemenang tender.

Dari kerjasama ini, Pemprov Riau akan menerima keuntungan dari perusahaan

sebesar Rp70 milyar selama 30 tahun. Pada tahun 31, barulah bangunan tersebut

diserahkan kepemilikannya kepada Pemprov. M. Nur Zein

http://www.riaudailyphoto.com/2012/08/riau-town-square.html BANDAR SERAI RIAU TOWN SQUARE AND CONVENTION (BSRTSC)

Diposkan oleh RIAU DAILY PHOTO on 23 Januari 2012 di 10.47

Pemerintah Provinsi Riau akan membangun sebuah kawasan Pusat Bisnis di Bandar

Serai (Bandar Seni Raja Ali Haji) Eks Purna MTQ Nasional tahun 1994. Kawasan ini

nantinya akan diberi nama Bandar Serai Riau Town Square and Convention

(BSRTSC) dan diperkirakan proses pembangunannya akan menelan dana Rp1,1

triliun . Nantinya akan menonojolkan identitas melayu dengan konsep komersil dan

budaya melayu.

RITOS ( Riau Town Square )

Manajemen Pembangunan 41

Pembangunan Bandar Serai Riau Town Square and Convention (BSRTSC) tidak

menggunakan seluruh areal di Purna MTQ. Bangunan bernilai seni dan budaya yang

sudah ada tentunya tetap dipertahankan, anjungan rumah dari kabupaten/kota di Riau,

termasuk anjungan rumah Kepri dan Batam (Kini Kepulauan Riau) tetap akan

dipertahankan di kawasan tersebut. Bandar Serai atau Eks Purna MTQ Nasional akan

dijadikan kawasan multi guna, seperti hotel berbintang lima, sport center, bussiness

center, masjid dan islamic center. Selain itu di kawasan Bandar Serai Riau Town

Square and Convention (BSRTSC) juga terdapat Gedung Teater Idrus Tintin,

Dewan Kesenian Riau, Rumah Adat, Anjungan kabupaten/kota se Riau, Dekranasda,

Yayasan Raja Ali Haji, Akademi Kesenian Melayu Riau, Museum kaum perempuan,

dan lainnya. Untuk langkah awal di Bandar Serai Riau Town Square and

Convention (BSRTSC) akan dibangun arena bowling yang akan digunakan untuk

PON XVIII tahun 2012.

http://www.pekanbaru.co/8284/ritos-nasibmu-kini/

PEKANBARU.CO-Riau- Riau Town Square (Ritos) menyimpan sejumlah niat baik

bagi pembangunan ekonomi Bumi Lancang Kuning. Namun berbagai permasalahan,

pro kontra hingga konflik politik yang mewarnai pembangunannya menjadikan Ritos

hingga kini tak terwujud. Terbengkalainya proyek ini menimbulkan pertanyaan

banyak pihak.

Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau yang sejak awal

memperhatikan pembangunan Ritos mulai resah. Dengan konsep yang sedemikian

rupa, aset Pemerintah Provinsi Riau tersebut tak kunjung jadi, dan bahkan tak

memiliki perkembangan pembangunan. Karenanya, Komisi B pun meminta

pimpinannya untuk bertanya langsung kepada eksekutif Riau.

“Karena itu ranahnya pimpinan, kita desak pimpinan untuk menanyakan kelanjutan

Ritos itu ke Pemrov Riau, apakah bisa dilanjutkan atau tidak,” ujar Mansyur, Anggota

Komisi B DPRD Riau kepada di Ruang Komisi B, Rabu (08/05/2013), seperti ditulis

Riauterkinicom.

Dalam keterangannya, Komisi B juga dijadwalkan akan memanggil Biro

Perlengkapan Provinsi Riau guna meminta penjelasan terkait permasalahan ini. Selain

memantau perjalanan pembangunannya, para wakil rakyat merasa perlu mendapatkan

laporan program yang menelan cukup banyak anggaran tersebut.

Perkembangan pembangunan Ritos memang menghadapi banyak kendala sedari awal.

Selain bertentangan dengan sejumlah kalangan akibat pendiriannya di kawasan Purna

MTQ, kajian tata ruang hingga kelengkapan izin pun mewarnai perjalanan upaya

mewujudkan pusat bisnis Riau tersebut. ***(rtc/DP)