Laporan kelarutan dan fenomena distribusi
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
Transcript of Laporan kelarutan dan fenomena distribusi
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam ilmu farmasi kita dapat menentukan berbagai
macam penemuan-penemuan baik tentang obat terutama
bentuk-bentuk sediaan obat baik dalam bentuk padat,
semi padat dan cairan. Dengan adanya pengetahuan
tentang kelarutan memudahkan seseorang farmasis dalam
meracik sediaan berupa larutan atau cairan. Dengan
adanya beberapa ilmu tentang kelarutan maka dapat
memudahkan seorang farmasis dalam memilih medium yang
cocok untuk pelarutan suatu kombinasi bahan obat
sehingga tidak terjadi kerusakan pada sediaan yang
akan dibuat. Selain itu ilmu kelarutan dapat digunakan
sebagai standar uji kemurnian yakni pengetahuan yang
mendasar tentang kelarutan dan sifat-sifat yang
berhubungan ini, dengan kelarutan yang memberikan
informasi tantang struktur obat dan gaya molekul antar
obat (R. Voight,1995)
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 1
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
Pada dasarnya zat dikatakan larut apabila terjadi
perubahan bentuk partikel yaitu dari padat menjadi
cair. Akibatnya zat yang satu dengan yang lain dapat
dicampurkan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kelarutan adalah temperatur (R. Voight,1995).
Fenomena distribusi merupakan salah satu hal
yang penting bagi seorang farmasis, ditambah berbagai
factor yang mempengaruhi cabang ilmu tersebut. Lebih
khusus pengaruhnya terhadap distribusi obat di dalam
tubuh manusia. Hal-hal yang termasuk didalam koefisien
partisi adalah kerja obat / organ target serta
distribusi dan absorbsinya keseluruh bagian tubuh
sampai memberikan efek terapeutik.
Koefisien distribusi didefenisikan sebagai suatu
perbandingan kelarutan suatu zat(sampel) didalam dua
pelarut yang berbeda dan tidak saling bercampur, serta
merupakan suatu harga tetap pada suhu tertentu.
I.2 Tujuan Percobaan
1.2.1 Tujuan percobaan kelarutan
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 2
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
a) Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh
temperatur terhadap kelarutan asam benzoate
b) Mahasiswa menjelaskan pengaruh penambahan
surfaktan terhadap kelarutan asam benzoate.
c) Mahasiswa dapat menetapkan perbandingan
kelarutan asam benzoat dalam dua pelarut yang
tidak saling bercampur.
1.2.2 Tujuan percobaan fenomena distribusi
a) Untuk menetapkan kelarutan suatu zat padat
pada dua pelarut yang tidak saling bercampur.
b) Untuk menetapkan koefisien distribusi dari
asam benzoate dalam pelarut air dan minyak
yang tidak saling bercampur.
1.3 Maksud Percobaan
1.3.1 Maksud Percobaan Kelarutan
a) Menentukan kelarutan zat secara kuantitatif.
b) Menjelaskan pengaruh pelarut campur terhadap
kelarutan suatu zat.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 3
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
c) Untuk mengetahui dan memahami pengaruh
penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu
zat.
1.3.2 Maksud percobaan fenomena distribusi
Untuk mendapatkan perbandingan kelarutan
suatu zat dalam pelarut yang tidak saling
bercampur.
1.4 Prinsip Percobaan
1.4.1 Prinsip Percobaan Kelarutan
Berdasarkan kelarutan suatu zat padat pada
suatu sampel digunakan pelarut sebagai
pembanding.
1.4.1 Prinsip Percobaan Fenomena Distribusi
Berdasarkan fenomena distribusi yang terjadi
dalam perbandingan kelarutan suatu zat dalam 2
pelarut yang tidak saling bercampur dengan
menggunakan indikator fenoftalein dan terlihat
jelas perubahan warna yang terjadi dari bening
menjadi merah muda.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Landasan Teori
Kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut tertentu
dan pada suhu tetap. Senyawa mempunyai beberapa
bentuk Kristal yang berbeda. Perbedaan ini dapat
diperlihatkan dalam bentuk kelarutannya ini dapat
digunakan sebagai suatu cara untuk menetapkan apakah
suatu senyawa membentuk Kristal berbeda atau tidak
(Martin,1998).
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 5
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan
terlarut dalam larutan jenuhnya pada suhu tertentu.
Larutan dalam campuran homogen bahan yang berlainan
dapat dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan
bahan padat didalam cairan. Disamping itu terdapat
larutan didalam kondisi padat (misalnya gelas, bentuk
Kristal campur) (Voight,1995).
Istilah-istilah kelarutan dalam
farmakope,yaitu:
1. Sangat mudah larut : 1 bagian larut dalam
kurang dari 1 bagian pelarut.
2. Mudah larut : 1 bagian larut dalam 1-10 bagian
pelarut.
3. Larut : 1 bagian larut dalam 10-30
bagian pelarutan.
4. Agak sukar larut : 1 bagian larut dalam 30-100
bagian pelarut.
5. Sukar larut : 1 bagian larut dalam 100-1000
bagian pelarut.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 6
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
6. Sangat sukar larut: 1 bagian larut dalam 1000-
10.000 bagian pelarut
7. Praktis tidak larut : 1 bagian larut dalam
lebih dari 10.000 bagian pelarut.
Pelarut ada 3 macam,yaitu:
1. Pelarut polar : Air
2. Pelarut non polar : Minyak tumbuhan,
benzene, CCl4, dll.
3. Pelarut semi polar: Alkohol, aseton,
dll.
Pada umumnya garam larut dalam pelarut polar.
Alkoloid dan asam lemak larut dalam pelarut non
polar. Sejauh ini pelarut semi polar digunakan untuk
menambah kelarutan eter dalam air. Alkohol dapat
menambah kelarutan minyak permen dalam air.
Air sebagai bahan pelarut terpenting dalam
pembuatan sediaan obat menunjukkan efek yang khusus.
Air adalah satu-satunya molekul yang dapat membentuk
jembatan hidrogen dari sebuah pusat atom
(Voight,1995).
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 7
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
Fenomena batas permukaan sangat sering dijumpai
dalam pembuatan sediaan obat. Batas antar permukaan
adalah permukaan yang memisahkan dua bahan atau dua
fase sebuah system satu terhadap yang lain. Batas
permukaan yang memisahkan dua bahan atau dua fase
sebuah system satu terhadap yang lain. Batas
permukaan berbentuk antara jenis-jenis fase berikut :
cair / gas, cair / cair, padat / gas, padat / cair,
padat / padat. Pada saat terjadinya perubahan dari
satu fase ke fase lainnya. Dapat juga dijumpai adanya
fenomena yang lebih kompleks antara lain : batas
permukaan, adsorbs, kapilaritas, difusi dan lain-
lain. Tegangan batas antr permukaan terbentuk akibat
adanya interaksi antar molekular pada batas antar
permukaan kedua fase yang berbeda dibandingkan dalam
fase murninya (Voigt, 1994).
Tegangan permukaan dan tegangan antar muka dalam
keadaan cair, gaya, kohesif antar molekul-molekul
yang berdekatan dikemangkan dengan baik. Dalam suatu
tetes cairan yang tersuspensi dalam udara, molekul-
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 8
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
molekul dalam baik cairan dikelilingi oleh molekul
dari segala arah yang mempunyai gaya tarik yang sama.
Sebaliknya molekul pada permukaan (yakni pada
antarmuka cair / udara) hanya dapat mengembangkan
gaya tarik-menarik kohesif dengan molekul cair lain
yang terletak dibawh atau disamping mereka. Molekul
itu dapat mengembangkan gaya tarik-menarik adhesi
dengan molekul yang menyusun fase lain yang terlibat
dalam antarmuka tersebut, walaupun dalam hal
antarmuka cair / gas gaya adhesi tarik-menarik adhesi
ini kecil (Martin, 1993).
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 9
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
II.2 Uraian Bahan
1. ASAM BENZOAT (Farmakope Indonesia Edisi III,
hal 49)
Nama resmi : ACIDUM BENZOICUM
Sinonim : Asam Benzoat
Rumus molekul : C7H6O2
Rumus bangun : COOH
Pemerian : Hablur halus dan ringan ; tidak
berwarna; tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 350
bagian air, dalam lebih kurang 3
bagian etanol (95%) P, dalam 8
bagian kloroform P dan dalam 3
bagian eter.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 10
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Penggunaan : - Antiseptikum ekstern
(mencegah keadaan septis
/
menghambat pertumbuhan mikroorganisme)
- Anti jamur (untuk membunuh atau
membasmi jamur)
2. MINYAK KELAPA (Farmakope Indonesia Edisi III,
hal 456)
Nama resmi : OLEUM COCOS
Sinonim : Minyak Kelapa
Berat Jenis : 0,940-0,950 g / mL
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,
atau kuning Pucat, bau khas tidak
tengik
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol
(95%)P, pada suhu 60ºC, sangat
mudah larut dalam kloroform P dan
eter P
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 11
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik,
terlindung dari cahaya, di tempat
sejuk
Penggunaan : Zat tambahan
3. NATRIUM HIDROKSIDA (Farmakope Indonesia Edisi III,
hal 412)
Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM
Sinonim : Natrium Hidroksida
Pemerian : Bentuk batang, buiran, massa
hablur, atau keping, kering,
kasar, rapuh dan menunjukkan
suasana hablur, putih, mudah
meleleh, basa sangat alkalis dan
korosif. Segera menyerap
kabondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan
dalam etanol (95%)P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Penggunaan : Zat tambahan
4. AQUADEST (Farmakope Indonesia Edisi III, hal 96)
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 12
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Air suling
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,
tidak berbau, tidak berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
5. INDIKATOR PENOFTALEIN (Farmakope Indonesia Edisi
III, hal. 94)
Nama resmi : PHENOFTALEINUM
Sinonim : Fenoftalein
Pemerian : Serbuk hablur, putih kekuningan,
lemak, tidak berbau, stabil di
udara.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air,
larut dalam etanol (95%) P, agak
sukar larut dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Penggunaan : Sebagai indikator.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 13
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1 Alat dan Bahan
A. Alat yang digunakan :
No Nama Alat
Ukuran/Berat/
Volume
ml/mg/g/ml/N/%
Jumlah
1. Batang pengaduk 12. Buret 25 mL 13. Cawan crus 54. Corong pisah 15. Corong kaca 56. Erlenmeyer 250 mL 57. Gelas ukur 50 mL 28. Karet penghisap 19. Klem dan statif 1 10
.
Pipet volume 1
11
.
Pipet ukur 50 mL 1
12
.
Sendok tanduk 1
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 15
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
13
.
Timbangan digital 1
B. Bahan yang digunakan :
No Nama bahan
(Ukuran/Berat/
Volume
(ml/mg/g/ml/N/%)
Jumlah
1. Aluminium foil2. Alkohol 70%3. Aquadest 4. Asam benzoate 1,84 gram5. Asam oksalat 31,5 gram6. Glyserin 50 mL 7. Indikator PP 0,1 %8. Kertas saring9. Minyak kelapa 50 mL10
.
Natrium Hidroksida
0,1 N
0,1 N
11
.
Tween 80 0,2 , 0,4, 0,6,
0,8, 1 g
III.2 Prosedur Kerja
III.2.1 Pengaruh Pelarut Campur terhadap kelarutan
zat
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 16
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Diukur masing-masing bahan yaitu aquadest 50
mL, Alkohol 50 mL dan Gliserin 50 mL ke dalam
erlenmeyer.
3) Dimasukkan asam benzoate 200 mg sedikit demi
sedikit dalam masing-masing pelarut sehingga
didapatkan larutan jenuh.
4) Dikocok larutan selama beberapa menit hingga
larutan jenuh.
5) Disaring menggunakan corong kaca dengan kertas
saring.
6) Dititrasi dengan NaOH jika telah didapatkan
hasil filtrasi, tetapi sebelum dititrasi
terlebih dahulu ditambahkan 3 tetes indikator
fenoftalein sampai timbul warna merah muda.
7) Dihitung kadar asam benzoat dalam pelarut yang
digunakan.
III.2.2 Pengaruh penambahan surfaktan terhadap
kelarutan zat
1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 17
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
2) Ditimbang tween 80 dengan berat masing-masing
0,2 gram, 0,4 gram, 0,6 gram, 0,8 gram dan 1
gram kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer.
3) Ditambahkan masing-masing dengan aquadest 50
mL, kemudian diaduk sampai homogen.
4) Ditambahkan asam benzoate 200 mg sedikit demi
sedikit dalam masing-masing pelarut didapat
larutan yang jenuh.
5) Ditambahkan asam benzoate lagi jika ada
endapan yang larut selama pengadukan sampai
didapat larutan yang jenuh kembali.
6) Dititrasi dengan NaOH jika telah didapatkan
hasil filtrasi, tetapi sebelum dititrasi
terlebih dahulu ditambahkan 3 tetes indikator
fenoftalein sampai timbul warna merah muda.
7) Dihitung kadar asam benzoat dalam pelarut yang
digunakan yaitu air yang berisi tween 80.
III.2.3 Fenomena Distribusi
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 18
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
1) Dimasukkan 250 mg asam benzoat ke dalam
aquadest 100 mL (Larutan A).
2) Dibagi menjadi dua bagian larutan A dengan
masing-masing sebanyak 50 mL dan dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer 100 mL.
3) Untuk Erlenmeyer I diberi kode larutan
blangko. Sedangkan untuk Erlenmeyer II diberi
kode larutan ekstrak dengan menambahkan 50 mL
minyak kelapa murni.
4) Setelah itu dikocok larutan ekstrak selama 15
menit menggunakan corong pisa selama 15 menit.
5) Setelah itu biarkan beberapa menit agar kedua
larutan tersebut terpisah dan pipet menjadi 2
bagian ke dalam Erlenmeyer dengan volume
masing-masing 25 mL.
6) Sedangkan untuk larutan blanko dibagi juga
dalam 2 bagian ke dalam Erlenmeyer berbeda
masing-masing 25 mL.
7) Ditambahkan 3 tetes indikator PP 0,1% tiap
masing-masing Erlenmeyer.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 19
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
8) Dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga berwarna
merah muda.
9) Dilakukan penentuan kadar asam benzoat untuk
semua larutan baik itu larutan blanko maupun
larutan ekstrak.
III.3 Perhitungan / Penimbangan Bahan / Pembuatan Reagen
1. NaOH 0,1 N dalam 100 mL
N = gMr
x 1000v x 2
1 = g40
x 10001000 x 1
g = 400001000
g = 40 gram
Cara Pembuatan
1. Ditimbang 10 gram NaOH dalam gelas kimia,
ditutup dengan alfol.
2. Dilarutkan dengan aquadest bebas CO2
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 20
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
3. Dipindahkan ke labu tentu ukur 250 mL,
dicukupkan volumenya dengan aquadest bebas CO2
4. Dikocok homogen, pindahkan ke botol reagen dan
diberi etiket.
2. Indikator PP 0,1 % dalam 100 mL
% w = gmLx 100 %
0,1% = g100x 100%
g = 0,1 gram
Cara Pembuatan
1. Ditimbang Amylum 0,1 gram amylum
2. Dilarutkan dengan aquadest 100 mL kedalam gelas
kimia lalu dimasak hingga bening.
3. Didinginkan, ditutup dengan aluminium foil.
4. Dipindahkan kebotol reagen dan diberi etiket.
3. Asam Oksalat 0,1 N 500 mL
N = gMr
x 1000v x 2
0,1 = g126
x1000500 x 2
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 21
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
g = 3,15 gram
Cara Pembuatan
1. Ditimbang Asam oksalat sebanyak 3,15 g
ditimbangan digital
2. Ditimbang kembali asam oksalat sebanyak 3,1580 g
ditimbangan analitik.
3. Dilarutkan dengan aquadest dalam gelas kimia,
dipindahkan labu takar 500 mL
4. Dicukupkan volumenya dengan aquadest
5. Dikocok sampai homogen dipindahkan kebotol
reagent dan diberi etiket.
4. Pembakuan NaOH
a. Penimbangan Bahan Asam Oksalat 0,1 N
BK + S = 3,4373 gram
BK = 0,2793 gram
BS = 3,1580 gram
b. Tabel volume titrasi
No
V.
H2C2O4.2H2O
(mL)
V. NaOH
(mL)Kesimpulan
1 10 10,50Bening- merah
muda
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 22
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
2 10 10,65Bening- merah
muda
3 10 10,50Bening- merah
mudaƹ 10 10,70
c. Normalitas Asam Oksalat 0,1 N
N. H2C2O4.2H2O = gMr
x 1000v x n
= 3,1580126x 1000500 x 2 = 0,1003
ekL
d) Normalitas NaOH 0,1 N
Pada TAT ek. H2C2O4.2H2O ~ ek. NaOH
N. As.oxalat x V.As.Okxalat = N.NaOH x V.NaOH
N. NaOH = N.H2C2O4.2H2OxV.H2C2O4.2H2OV.NaOH
= 0,9986x10
10,55 = 0,9465 ekL
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 23
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
IV.1 HASIL PENGAMATAN KELARUTAN
1) Pengaruh Pelarut Campur
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 24
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
NoErlenmey
er
Jenis
Pelarut
Volume
Pelarut
(mL)
Volume
Titran
(mL)
Berat Asam
Benzoate
(mg)1 I Air 50 12,3 mL 140,7215
2 II Alkohol 5014,25
mL163,031
3 IIIGliseri
n50 9,1 mL 104,111 mg
1 mL NaOH ~ 12,21 mg Asam benzoat
Berat Asam benzoat = VNaOH.NNaOH.Bk
0,1
Berat Asam benzoat I = 12,3.0,0937.12,210,1 = 140,
7215 mg
Berat Asam benzoat II = 14,25.0,0937.12,210,1 = 163,
031 mg
Berat Asam benzoat I = 9,1.0,0937.12,210,1 = 104,
111 mg
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 25
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
2) Pengaruh penambahan surfaktan
NoErlenmey
er
Bobot
tween
80
Volume
Pelarut
(mL)
Volume
Titran
(mL)
Berat asam
benzoate
(mg)
1 I 0,2 g 50 mL 12,3 mL1873, 8997
mg
2 II 0,4 g 50 mL14,25
mL
161, 3148
mg
3 III 0,6 g 50 mL 15 mL171, 6115
mg
4 IV 0,8 g 50 mL 16 mL183, 0523
mg
5 V 1 g 50 mL17,45
mL
199, 6414
mg
1 mL NaOH ~ 12,21 mg Asam benzoat
Berat Asam benzoat = VNaOH.NNaOH.Bk
0,1
Berat Asam benzoat I = 15,2.0,0937.12,210,1 =
173,8997 mg
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 26
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
Berat Asam benzoat II = 14,1.0,0937.12,210,1 = 161,
3148 mg
Berat Asam benzoat III = 15.0,0937.12,210,1 = 171,
6115 mg
Berat Asam benzoat IV =
16.0,0937.12,210,1 = 183, 0523 mg
Berat Asam benzoat V = 17,45.0,0937.12,210,1 =
199, 6414 mg
V. 2. Hasil Pengamatan Fenomena Distribusi
a. Tabel untuk larutan Blangko
No. As.
Benzoat
Indikator PP V. NaoH Kesimpulan
1
2
250 mg
250
mg
3 tetes
3 tetes
5,05 mL
4,55 mL
Bening
Merah muda
Kadar Asam Benzoat dalam larutan Blanko
- Blanko I = 5,05mL.0,0937.12,210,1 = 57,7759 mg
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 27
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
- Blanko II = 4,55mL.0,0937.12,210,1 = 52,0555 mg
b. Tabel untuk larutan Blangko
No. As.
Benzoat
Indikator PP V. NaoH Kesimpulan
1
2
250
mg
250
mg
3 tetes
3 tetes
5,05 mL
4,55 mL
Bening
Merah muda
Kadar Asam Benzoat dalam Larutan Ekstrak
- Ekstrak I = 0,8mL.0,0937.12,210,1 = 9,1526 mg
- Ekstrak II = 0,65mL.0,0937.12,210,1 = 7,4365 mg
c. Kadar Asam Benzoat dalam minyak
Minyak I = Kadar blanko I – Kadar Ekstrak I
= 57,7759 – 9,1526
= 48,6237 mg
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 28
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
Minyak II = Kadar blanko I – Kadar Ekstrak I
= 52,0555 – 7,4365
= 44,619 mg
d. KOEFISIEN DISTRIBUSI
Koefisien Distribusi I = KadarasambenzatminyakIKadarasambenzoatekstrakI
= 48,6237mg9,1526mg
= 5,3125 mg
Koefisien Distribusi II=
KadarasambenzoatminyakIIKadarasambenzoatekstrakII
= 44,619mg7,4365
= 6 mg
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 29
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
BAB V
PEMBAHASAN
Untuk praktikum selanjutnya adalah fenomena
distribusi yang dapat diartikan sebagai fenomena dimana
distribusi suatu senyawa antara dua fase cair yang tidak
saling bercampur tergantung pada interksi fisik dan kimia
antara pelarut dan zat terlarut dalam dua fase. Adapun
sampel yang digunakan pada praktikum ini yaitu asam
benzoate sedangkan pelarutnya yaitu air dan minyak
kelapa. Kedua pelarut ini tidk dapat larut sama lain
tidak saling bercampur tetapi sampel dapat larut ke dalam
dua pelarut tersebut. Hal ini disebabkan air merupakan
pelarut polar sedangkan minyak kelapa merupakan pelarut
non polar. Dalam minyak kelapa terdapat karbon sehingga
menyebabkan bentuk streokimianya simetris sehingga tidak
memiliki momen dipol. Momen dipol menentukan suatu zat
bersifat polar atau kurang polar.
Pada praktikum ini, halyang pertama dilakukan
adalah menyiapkan alat dan bahan. Setelah itu, ditimbang
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 30
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
asam benzoat sebanyak 250 mg, masukkan dalam erlenmeyer
200 mL dan tambahkan aquadest 100 mL. lalu panaskan di
atas hotplate sampai larut (larutan A). Larutan A ini
diukur sebanyak 50 mL kemudian masukkan dalam erlenmeyer
250 mL (untuk larutan blanko). Selain itu, dipipet pula
50 mL kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah (untuk
larutan ekstrak). Larutan untuk blanko dipipet kembali
sebanyak 25 mL(dibuat duplo). Sementara larutan yang
dibuat untuk ekstrak ditambahkan 50 mL minyak kelapa
kemudian dilakukan pengocokan kuat selama ±15 menit.hal
ini bertujuan agar gugus polar dan non (kurang) polar
dari asam benzoat dapat bereaksi dengan fase air dan
minyak sehingga dapat dilihat pelarut mana yang
kelarutannya paling besar. Gugus benzena dari asam
benzoate meupakan gugus karbon yang memiliki momen dipole
yang kecil sehingga konsentrasi elektriknya juga kecil
dan gugus ini akan bereaksi dengan minyak. Air memiliki
momen dipol dan konstanta dielektriknya yang besar
sehingga bersifat polar jadi mudah menarik gugus polar
dari asam benzoat.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 31
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
Setelah dikocok, campuran dibiarkan beberapa saat
(±15 menit). Hal ini bertujuan agar pemisahan antara
kedua pelarut tersebut bisa sempurna. Pada corong pisah
akan terlihat fase minyak berada diatas dan fase air
berada dibawah. Hal ini terjadi karena massa jenis minyak
lebih kecil dari pada massa jenis air. Setelah itu,
lapisan air yang berada dibah diambil/ ditampung dalam
gelas kimia sedangkan lapisan minyaknya dibuang. Hal ini
dikarenakan lapisan air dari pengocokanlah yang akan
dititrasi. Bila lapisan minyak yang dititrasi maka akan
terjadisaponifikasi (penyabunan).
Lapisan air yang ditampung tadi, dipipet sebanyak
25 mL kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL(dibuat
duplo) dan diberi label ekstrak I dan ekstrak II.
Keempat erlenmeyer (ekstrak I dan II serta blanko I dan
II), ditambahkan 3 tetes indicator PP 0,1%, kemudian
dititrasi dengan NaOH 0,1 N.
Metode titrasi yang digunakan adalah alkalimetri
yang dilakukan berdasarkan reaksi netralisasi yaitu
sampel asam yang dititrasi dengan titran basa akan
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 32
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
bereaksi sempurna dengan semua asam sehingga dapat
diperoleh larutan dari bening menjadi merah muda.
Mekanisme perubahan warna yang terjadi pada titrasi
alkalimetri yang digunakan adalah pada larutan titer
bersifat asam yang telah ditambahkan indicator PP 0,1 %
dititrasi dengan titran yang bersifat basa, dimana akan
terjadi reaksi antara sampel asam yaitu asam benzoat
dengan titran basa yaitu NaOH 0,1 n membenruk larutan
garam. Hal ini akan terus terjadi hingga larutan asam
tepat telah habis bereaksi dengan NaOH dan disebut titik
ekuivalen. Pada titik ekuivalen ini, belum
terjadiperubahan warna tetapi kelebihan satu tetes saja
larutan NaOH akan menyebabkan terjadinya perubahan dari
bening menjadi merah muda yang beasal dari kelebihan
titran basa denan indikator PP.
Pada raktikum ini, dilakukan titrasi pada blanko
dan ekstrak. Adanya titrasi blanko bertujuan sebagai
pembanding pada larutan yang sudah diberi minyak.
Maksudnya untuk membandingkan distribusi zat dalam satu
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 33
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
pelarutdan distribusi zat yang dipengaruhi pelarut
lainnya.
Adapun kadar blanko yang didapatkan yaitu 57,7759
mg untuk blanko I dan 52,0555 mg untuk blanko II.
Sedangkan kadar ekstraknya yaitu 9,1526 mg untuk ekstrak
I dan 7,4365 mg untuk ekstrak II.
Kadar blanko I dan blanko II lebih tinggi dibanding
kadar ekstrak I dan ekstrak II. Hal ini dikarenakan
adanya tambahan minyak pada ekstrak I dan ekstrak II yang
mempengaruhi perubahan pada titik akhir titrasi.
Sedangkan pada blanko tidak terdapat penambahan minyak
sehingga konsentrasi yang diperlukan tinggi untuk dapat
merubah larutan dari bening menjadi merah muda.
Setelah mendapat kadar blanko, ekstrak dan kadar
asam benzoate dalam minyak. Maka selanjutnya menghitung
koefisien distribusi. Koefisien distribusi suatu senyawa
dalam dua larutan yang tidak bercampur harus sama dengan
satu. Artinya bahwa senyawa tersebut terdistribusi secara
merata pada dua fase yaitu fase minyak dan fase cair.
Jika nilai koefisien distribusi <1 maka senyawa tersebut
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 34
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
cenderung untuk terdistribusi dalam fase air dari fase
minyak.
Dari percobaan ini, diperoleh hasil koofisien
distribusi asam benzoat yaitu 5,3125 mg untuk koefisien
disrtibusi I dan 6 mg untuk koefisien distribusi II.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 35
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan terlihat jelas
perubahan warna yang terjadi pada saat TAT :
1. Kadar blangko I dan II masing-masing 57,7759 mg
dan 52,0555 mg.
2. Kadar ekstrak I dan II masing-masing sebesar
9,1526 mg dan 7,4365 mg.
3. Kadar minyak I dan II masing-masing diperoleh
sebesar 5,3136 mg dan 5,9959 mg.
VI.2 Saran
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 36
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
Diharapkan pada saat melakukan titrasi praktikan
melakukan dengan hati – hati agar tidak terjadi
kesalahan tang berdampak pada hasil praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM ,1979. Farmakope Indonesia Edisi 1V : Departemen Kesehatan RI
Lachman, dkk. 1994 Teori Dan Praktek Farmasi Industri Ii Edisi Iii.
Jakarta : UI. Press
Martin, Alfred. 1990. FARMASI FISIK Edisi II. Jakarta.UI Press
Martin, Alfred. 1990. FARMASI FISIK Edisi I. Jakarta.UI Press
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 37
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
Voight,R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi 1V . Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 38
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
LAMPIRAN
100 mL (Asam benzoat + aquadest)
+ minyak kelapa 50 mL.
Dikocok ±15 menit & didiamkan ±15 menit
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 39
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
LARUTAN ASAM BENZOAT MENGGUNAKAN PELARUT CAMPUR
Pelarut aquadest pada saat TAT
Pelarut alcohol pada saat TAT
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 40
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
Pelarut Gliserin pada saat TAT
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 41
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
LARUTAN DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN
TWEEN 80 0,2 gram pada saat TAT TWEEN 80 0,4
gram pada saat TAT
TWEEN 80 0,6 gram pada saat TAT TWEEN 80 0,8
gram pada saat TAT
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 42
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
TWEEN 80 1 gram pada saat TAT
LARUTAN BLANKO
Blanko I dan Blanko II pada saat TAT
LARUTAN EKSTRAK
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 43
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
Ekstrak I pada saat TAT Ekstrak II pada saat TAT
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 44
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
SKEMA KERJA KELARUTAN ZAT OLEH PELARUT CAMPUR
+ +
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 45
Air 50 mL Alkohol 50mL
Glyserin50 mL
As. Benzoat sedikit demi sedikit adjenuh
Masukkan kedalam erlenmeyer
Saring dengan kertas saring
Indikator PP 0,1 %
Titrasi dengan NaOH O,1 N
TAT
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
SKEMA KERJA KELARUTAN ZAT DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 46
Tween 800,4 g
Tween 800,6 g
Tween80 0,8
g
Tween80 1 g
Tween80 0,2
Asam benzoat sedikit demi sedikit adjenuh
Disaring dengan kertas saring
+ Indikator PP 0,1 %
Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
TAT
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III
SKEMA KERJA FENOMENA DISTRIBUSI
Asam benzoat 500 mg
+ aquadest 200 mL
100 mL+ minyak kelapa 100 mL 100 mL
Kocok 15 menit, diamkan 15 menit
25 mL 25 mL 25 mL 25 mL
+ Indikator PP 0,1%
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 47