Laporan kelarutan dan fenomena distribusi

48
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam ilmu farmasi kita dapat menentukan berbagai macam penemuan-penemuan baik tentang obat terutama bentuk-bentuk sediaan obat baik dalam bentuk padat, semi padat dan cairan. Dengan adanya pengetahuan tentang kelarutan memudahkan seseorang farmasis dalam meracik sediaan berupa larutan atau cairan. Dengan adanya beberapa ilmu tentang kelarutan maka dapat memudahkan seorang farmasis dalam memilih medium yang cocok untuk pelarutan suatu kombinasi bahan obat sehingga tidak terjadi kerusakan pada sediaan yang akan dibuat. Selain itu ilmu kelarutan dapat digunakan sebagai standar uji kemurnian yakni pengetahuan yang mendasar tentang kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan ini, dengan kelarutan yang memberikan informasi tantang struktur obat dan gaya molekul antar obat (R. Voight,1995) AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 1

Transcript of Laporan kelarutan dan fenomena distribusi

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam ilmu farmasi kita dapat menentukan berbagai

macam penemuan-penemuan baik tentang obat terutama

bentuk-bentuk sediaan obat baik dalam bentuk padat,

semi padat dan cairan. Dengan adanya pengetahuan

tentang kelarutan memudahkan seseorang farmasis dalam

meracik sediaan berupa larutan atau cairan. Dengan

adanya beberapa ilmu tentang kelarutan maka dapat

memudahkan seorang farmasis dalam memilih medium yang

cocok untuk pelarutan suatu kombinasi bahan obat

sehingga tidak terjadi kerusakan pada sediaan yang

akan dibuat. Selain itu ilmu kelarutan dapat digunakan

sebagai standar uji kemurnian yakni pengetahuan yang

mendasar tentang kelarutan dan sifat-sifat yang

berhubungan ini, dengan kelarutan yang memberikan

informasi tantang struktur obat dan gaya molekul antar

obat (R. Voight,1995)

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 1

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

Pada dasarnya zat dikatakan larut apabila terjadi

perubahan bentuk partikel yaitu dari padat menjadi

cair. Akibatnya zat yang satu dengan yang lain dapat

dicampurkan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kelarutan adalah temperatur (R. Voight,1995).

Fenomena distribusi merupakan salah satu hal

yang penting bagi seorang farmasis, ditambah berbagai

factor yang mempengaruhi cabang ilmu tersebut. Lebih

khusus pengaruhnya terhadap distribusi obat di dalam

tubuh manusia. Hal-hal yang termasuk didalam koefisien

partisi adalah kerja obat / organ target serta

distribusi dan absorbsinya keseluruh bagian tubuh

sampai memberikan efek terapeutik.

Koefisien distribusi didefenisikan sebagai suatu

perbandingan kelarutan suatu zat(sampel) didalam dua

pelarut yang berbeda dan tidak saling bercampur, serta

merupakan suatu harga tetap pada suhu tertentu.

I.2 Tujuan Percobaan

1.2.1 Tujuan percobaan kelarutan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 2

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

a) Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh

temperatur terhadap kelarutan asam benzoate

b) Mahasiswa menjelaskan pengaruh penambahan

surfaktan terhadap kelarutan asam benzoate.

c) Mahasiswa dapat menetapkan perbandingan

kelarutan asam benzoat dalam dua pelarut yang

tidak saling bercampur.

1.2.2 Tujuan percobaan fenomena distribusi

a) Untuk menetapkan kelarutan suatu zat padat

pada dua pelarut yang tidak saling bercampur.

b) Untuk menetapkan koefisien distribusi dari

asam benzoate dalam pelarut air dan minyak

yang tidak saling bercampur.

1.3 Maksud Percobaan

1.3.1 Maksud Percobaan Kelarutan

a) Menentukan kelarutan zat secara kuantitatif.

b) Menjelaskan pengaruh pelarut campur terhadap

kelarutan suatu zat.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 3

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

c) Untuk mengetahui dan memahami pengaruh

penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu

zat.

1.3.2 Maksud percobaan fenomena distribusi

Untuk mendapatkan perbandingan kelarutan

suatu zat dalam pelarut yang tidak saling

bercampur.

1.4 Prinsip Percobaan

1.4.1 Prinsip Percobaan Kelarutan

Berdasarkan kelarutan suatu zat padat pada

suatu sampel digunakan pelarut sebagai

pembanding.

1.4.1 Prinsip Percobaan Fenomena Distribusi

Berdasarkan fenomena distribusi yang terjadi

dalam perbandingan kelarutan suatu zat dalam 2

pelarut yang tidak saling bercampur dengan

menggunakan indikator fenoftalein dan terlihat

jelas perubahan warna yang terjadi dari bening

menjadi merah muda.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 4

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teori

Kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut tertentu

dan pada suhu tetap. Senyawa mempunyai beberapa

bentuk Kristal yang berbeda. Perbedaan ini dapat

diperlihatkan dalam bentuk kelarutannya ini dapat

digunakan sebagai suatu cara untuk menetapkan apakah

suatu senyawa membentuk Kristal berbeda atau tidak

(Martin,1998).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 5

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan

terlarut dalam larutan jenuhnya pada suhu tertentu.

Larutan dalam campuran homogen bahan yang berlainan

dapat dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan

bahan padat didalam cairan. Disamping itu terdapat

larutan didalam kondisi padat (misalnya gelas, bentuk

Kristal campur) (Voight,1995).

Istilah-istilah kelarutan dalam

farmakope,yaitu:

1. Sangat mudah larut : 1 bagian larut dalam

kurang dari 1 bagian pelarut.

2. Mudah larut : 1 bagian larut dalam 1-10 bagian

pelarut.

3. Larut : 1 bagian larut dalam 10-30

bagian pelarutan.

4. Agak sukar larut : 1 bagian larut dalam 30-100

bagian pelarut.

5. Sukar larut : 1 bagian larut dalam 100-1000

bagian pelarut.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 6

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

6. Sangat sukar larut: 1 bagian larut dalam 1000-

10.000 bagian pelarut

7. Praktis tidak larut : 1 bagian larut dalam

lebih dari 10.000 bagian pelarut.

Pelarut ada 3 macam,yaitu:

1. Pelarut polar : Air

2. Pelarut non polar : Minyak tumbuhan,

benzene, CCl4, dll.

3. Pelarut semi polar: Alkohol, aseton,

dll.

Pada umumnya garam larut dalam pelarut polar.

Alkoloid dan asam lemak larut dalam pelarut non

polar. Sejauh ini pelarut semi polar digunakan untuk

menambah kelarutan eter dalam air. Alkohol dapat

menambah kelarutan minyak permen dalam air.

Air sebagai bahan pelarut terpenting dalam

pembuatan sediaan obat menunjukkan efek yang khusus.

Air adalah satu-satunya molekul yang dapat membentuk

jembatan hidrogen dari sebuah pusat atom

(Voight,1995).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 7

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

Fenomena batas permukaan sangat sering dijumpai

dalam pembuatan sediaan obat. Batas antar permukaan

adalah permukaan yang memisahkan dua bahan atau dua

fase sebuah system satu terhadap yang lain. Batas

permukaan yang memisahkan dua bahan atau dua fase

sebuah system satu terhadap yang lain. Batas

permukaan berbentuk antara jenis-jenis fase berikut :

cair / gas, cair / cair, padat / gas, padat / cair,

padat / padat. Pada saat terjadinya perubahan dari

satu fase ke fase lainnya. Dapat juga dijumpai adanya

fenomena yang lebih kompleks antara lain : batas

permukaan, adsorbs, kapilaritas, difusi dan lain-

lain. Tegangan batas antr permukaan terbentuk akibat

adanya interaksi antar molekular pada batas antar

permukaan kedua fase yang berbeda dibandingkan dalam

fase murninya (Voigt, 1994).

Tegangan permukaan dan tegangan antar muka dalam

keadaan cair, gaya, kohesif antar molekul-molekul

yang berdekatan dikemangkan dengan baik. Dalam suatu

tetes cairan yang tersuspensi dalam udara, molekul-

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 8

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

molekul dalam baik cairan dikelilingi oleh molekul

dari segala arah yang mempunyai gaya tarik yang sama.

Sebaliknya molekul pada permukaan (yakni pada

antarmuka cair / udara) hanya dapat mengembangkan

gaya tarik-menarik kohesif dengan molekul cair lain

yang terletak dibawh atau disamping mereka. Molekul

itu dapat mengembangkan gaya tarik-menarik adhesi

dengan molekul yang menyusun fase lain yang terlibat

dalam antarmuka tersebut, walaupun dalam hal

antarmuka cair / gas gaya adhesi tarik-menarik adhesi

ini kecil (Martin, 1993).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 9

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

II.2 Uraian Bahan

1. ASAM BENZOAT (Farmakope Indonesia Edisi III,

hal 49)

Nama resmi : ACIDUM BENZOICUM

Sinonim : Asam Benzoat

Rumus molekul : C7H6O2

Rumus bangun : COOH

Pemerian : Hablur halus dan ringan ; tidak

berwarna; tidak berbau.

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 350

bagian air, dalam lebih kurang 3

bagian etanol (95%) P, dalam 8

bagian kloroform P dan dalam 3

bagian eter.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Penggunaan : - Antiseptikum ekstern

(mencegah keadaan septis

/

menghambat pertumbuhan mikroorganisme)

- Anti jamur (untuk membunuh atau

membasmi jamur)

2. MINYAK KELAPA (Farmakope Indonesia Edisi III,

hal 456)

Nama resmi : OLEUM COCOS

Sinonim : Minyak Kelapa

Berat Jenis : 0,940-0,950 g / mL

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,

atau kuning Pucat, bau khas tidak

tengik

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol

(95%)P, pada suhu 60ºC, sangat

mudah larut dalam kloroform P dan

eter P

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 11

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik,

terlindung dari cahaya, di tempat

sejuk

Penggunaan : Zat tambahan

3. NATRIUM HIDROKSIDA (Farmakope Indonesia Edisi III,

hal 412)

Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM

Sinonim : Natrium Hidroksida

Pemerian : Bentuk batang, buiran, massa

hablur, atau keping, kering,

kasar, rapuh dan menunjukkan

suasana hablur, putih, mudah

meleleh, basa sangat alkalis dan

korosif. Segera menyerap

kabondioksida.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan

dalam etanol (95%)P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Penggunaan : Zat tambahan

4. AQUADEST (Farmakope Indonesia Edisi III, hal 96)

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 12

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Sinonim : Air suling

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,

tidak berbau, tidak berasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

5. INDIKATOR PENOFTALEIN (Farmakope Indonesia Edisi

III, hal. 94)

Nama resmi : PHENOFTALEINUM

Sinonim : Fenoftalein

Pemerian : Serbuk hablur, putih kekuningan,

lemak, tidak berbau, stabil di

udara.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air,

larut dalam etanol (95%) P, agak

sukar larut dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Penggunaan : Sebagai indikator.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 14

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

BAB III

METODE PRAKTIKUM

III.1 Alat dan Bahan

A. Alat yang digunakan :

No Nama Alat

Ukuran/Berat/

Volume

ml/mg/g/ml/N/%

Jumlah

1. Batang pengaduk 12. Buret 25 mL 13. Cawan crus 54. Corong pisah 15. Corong kaca 56. Erlenmeyer 250 mL 57. Gelas ukur 50 mL 28. Karet penghisap 19. Klem dan statif 1 10

.

Pipet volume 1

11

.

Pipet ukur 50 mL 1

12

.

Sendok tanduk 1

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 15

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

13

.

Timbangan digital 1

B. Bahan yang digunakan :

No Nama bahan

(Ukuran/Berat/

Volume

(ml/mg/g/ml/N/%)

Jumlah

1. Aluminium foil2. Alkohol 70%3. Aquadest 4. Asam benzoate 1,84 gram5. Asam oksalat 31,5 gram6. Glyserin 50 mL 7. Indikator PP 0,1 %8. Kertas saring9. Minyak kelapa 50 mL10

.

Natrium Hidroksida

0,1 N

0,1 N

11

.

Tween 80 0,2 , 0,4, 0,6,

0,8, 1 g

III.2 Prosedur Kerja

III.2.1 Pengaruh Pelarut Campur terhadap kelarutan

zat

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 16

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2) Diukur masing-masing bahan yaitu aquadest 50

mL, Alkohol 50 mL dan Gliserin 50 mL ke dalam

erlenmeyer.

3) Dimasukkan asam benzoate 200 mg sedikit demi

sedikit dalam masing-masing pelarut sehingga

didapatkan larutan jenuh.

4) Dikocok larutan selama beberapa menit hingga

larutan jenuh.

5) Disaring menggunakan corong kaca dengan kertas

saring.

6) Dititrasi dengan NaOH jika telah didapatkan

hasil filtrasi, tetapi sebelum dititrasi

terlebih dahulu ditambahkan 3 tetes indikator

fenoftalein sampai timbul warna merah muda.

7) Dihitung kadar asam benzoat dalam pelarut yang

digunakan.

III.2.2 Pengaruh penambahan surfaktan terhadap

kelarutan zat

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 17

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

2) Ditimbang tween 80 dengan berat masing-masing

0,2 gram, 0,4 gram, 0,6 gram, 0,8 gram dan 1

gram kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer.

3) Ditambahkan masing-masing dengan aquadest 50

mL, kemudian diaduk sampai homogen.

4) Ditambahkan asam benzoate 200 mg sedikit demi

sedikit dalam masing-masing pelarut didapat

larutan yang jenuh.

5) Ditambahkan asam benzoate lagi jika ada

endapan yang larut selama pengadukan sampai

didapat larutan yang jenuh kembali.

6) Dititrasi dengan NaOH jika telah didapatkan

hasil filtrasi, tetapi sebelum dititrasi

terlebih dahulu ditambahkan 3 tetes indikator

fenoftalein sampai timbul warna merah muda.

7) Dihitung kadar asam benzoat dalam pelarut yang

digunakan yaitu air yang berisi tween 80.

III.2.3 Fenomena Distribusi

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 18

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

1) Dimasukkan 250 mg asam benzoat ke dalam

aquadest 100 mL (Larutan A).

2) Dibagi menjadi dua bagian larutan A dengan

masing-masing sebanyak 50 mL dan dimasukkan ke

dalam Erlenmeyer 100 mL.

3) Untuk Erlenmeyer I diberi kode larutan

blangko. Sedangkan untuk Erlenmeyer II diberi

kode larutan ekstrak dengan menambahkan 50 mL

minyak kelapa murni.

4) Setelah itu dikocok larutan ekstrak selama 15

menit menggunakan corong pisa selama 15 menit.

5) Setelah itu biarkan beberapa menit agar kedua

larutan tersebut terpisah dan pipet menjadi 2

bagian ke dalam Erlenmeyer dengan volume

masing-masing 25 mL.

6) Sedangkan untuk larutan blanko dibagi juga

dalam 2 bagian ke dalam Erlenmeyer berbeda

masing-masing 25 mL.

7) Ditambahkan 3 tetes indikator PP 0,1% tiap

masing-masing Erlenmeyer.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 19

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

8) Dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga berwarna

merah muda.

9) Dilakukan penentuan kadar asam benzoat untuk

semua larutan baik itu larutan blanko maupun

larutan ekstrak.

III.3 Perhitungan / Penimbangan Bahan / Pembuatan Reagen

1. NaOH 0,1 N dalam 100 mL

N = gMr

x 1000v x 2

1 = g40

x 10001000 x 1

g = 400001000

g = 40 gram

Cara Pembuatan

1. Ditimbang 10 gram NaOH dalam gelas kimia,

ditutup dengan alfol.

2. Dilarutkan dengan aquadest bebas CO2

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 20

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

3. Dipindahkan ke labu tentu ukur 250 mL,

dicukupkan volumenya dengan aquadest bebas CO2

4. Dikocok homogen, pindahkan ke botol reagen dan

diberi etiket.

2. Indikator PP 0,1 % dalam 100 mL

% w = gmLx 100 %

0,1% = g100x 100%

g = 0,1 gram

Cara Pembuatan

1. Ditimbang Amylum 0,1 gram amylum

2. Dilarutkan dengan aquadest 100 mL kedalam gelas

kimia lalu dimasak hingga bening.

3. Didinginkan, ditutup dengan aluminium foil.

4. Dipindahkan kebotol reagen dan diberi etiket.

3. Asam Oksalat 0,1 N 500 mL

N = gMr

x 1000v x 2

0,1 = g126

x1000500 x 2

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 21

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

g = 3,15 gram

Cara Pembuatan

1. Ditimbang Asam oksalat sebanyak 3,15 g

ditimbangan digital

2. Ditimbang kembali asam oksalat sebanyak 3,1580 g

ditimbangan analitik.

3. Dilarutkan dengan aquadest dalam gelas kimia,

dipindahkan labu takar 500 mL

4. Dicukupkan volumenya dengan aquadest

5. Dikocok sampai homogen dipindahkan kebotol

reagent dan diberi etiket.

4. Pembakuan NaOH

a. Penimbangan Bahan Asam Oksalat 0,1 N

BK + S = 3,4373 gram

BK = 0,2793 gram

BS = 3,1580 gram

b. Tabel volume titrasi

No

V.

H2C2O4.2H2O

(mL)

V. NaOH

(mL)Kesimpulan

1 10 10,50Bening- merah

muda

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 22

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

2 10 10,65Bening- merah

muda

3 10 10,50Bening- merah

mudaƹ 10 10,70

c. Normalitas Asam Oksalat 0,1 N

N. H2C2O4.2H2O = gMr

x 1000v x n

= 3,1580126x 1000500 x 2 = 0,1003

ekL

d) Normalitas NaOH 0,1 N

Pada TAT ek. H2C2O4.2H2O ~ ek. NaOH

N. As.oxalat x V.As.Okxalat = N.NaOH x V.NaOH

N. NaOH = N.H2C2O4.2H2OxV.H2C2O4.2H2OV.NaOH

= 0,9986x10

10,55 = 0,9465 ekL

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 23

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

BAB IV

HASIL PERCOBAAN

IV.1 HASIL PENGAMATAN KELARUTAN

1) Pengaruh Pelarut Campur

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 24

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

NoErlenmey

er

Jenis

Pelarut

Volume

Pelarut

(mL)

Volume

Titran

(mL)

Berat Asam

Benzoate

(mg)1 I Air 50 12,3 mL 140,7215

2 II Alkohol 5014,25

mL163,031

3 IIIGliseri

n50 9,1 mL 104,111 mg

1 mL NaOH ~ 12,21 mg Asam benzoat

Berat Asam benzoat = VNaOH.NNaOH.Bk

0,1

Berat Asam benzoat I = 12,3.0,0937.12,210,1 = 140,

7215 mg

Berat Asam benzoat II = 14,25.0,0937.12,210,1 = 163,

031 mg

Berat Asam benzoat I = 9,1.0,0937.12,210,1 = 104,

111 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 25

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

2) Pengaruh penambahan surfaktan

NoErlenmey

er

Bobot

tween

80

Volume

Pelarut

(mL)

Volume

Titran

(mL)

Berat asam

benzoate

(mg)

1 I 0,2 g 50 mL 12,3 mL1873, 8997

mg

2 II 0,4 g 50 mL14,25

mL

161, 3148

mg

3 III 0,6 g 50 mL 15 mL171, 6115

mg

4 IV 0,8 g 50 mL 16 mL183, 0523

mg

5 V 1 g 50 mL17,45

mL

199, 6414

mg

1 mL NaOH ~ 12,21 mg Asam benzoat

Berat Asam benzoat = VNaOH.NNaOH.Bk

0,1

Berat Asam benzoat I = 15,2.0,0937.12,210,1 =

173,8997 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 26

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

Berat Asam benzoat II = 14,1.0,0937.12,210,1 = 161,

3148 mg

Berat Asam benzoat III = 15.0,0937.12,210,1 = 171,

6115 mg

Berat Asam benzoat IV =

16.0,0937.12,210,1 = 183, 0523 mg

Berat Asam benzoat V = 17,45.0,0937.12,210,1 =

199, 6414 mg

V. 2. Hasil Pengamatan Fenomena Distribusi

a. Tabel untuk larutan Blangko

No. As.

Benzoat

Indikator PP V. NaoH Kesimpulan

1

2

250 mg

250

mg

3 tetes

3 tetes

5,05 mL

4,55 mL

Bening

Merah muda

Kadar Asam Benzoat dalam larutan Blanko

- Blanko I = 5,05mL.0,0937.12,210,1 = 57,7759 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 27

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

- Blanko II = 4,55mL.0,0937.12,210,1 = 52,0555 mg

b. Tabel untuk larutan Blangko

No. As.

Benzoat

Indikator PP V. NaoH Kesimpulan

1

2

250

mg

250

mg

3 tetes

3 tetes

5,05 mL

4,55 mL

Bening

Merah muda

Kadar Asam Benzoat dalam Larutan Ekstrak

- Ekstrak I = 0,8mL.0,0937.12,210,1 = 9,1526 mg

- Ekstrak II = 0,65mL.0,0937.12,210,1 = 7,4365 mg

c. Kadar Asam Benzoat dalam minyak

Minyak I = Kadar blanko I – Kadar Ekstrak I

= 57,7759 – 9,1526

= 48,6237 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 28

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

Minyak II = Kadar blanko I – Kadar Ekstrak I

= 52,0555 – 7,4365

= 44,619 mg

d. KOEFISIEN DISTRIBUSI

Koefisien Distribusi I = KadarasambenzatminyakIKadarasambenzoatekstrakI

= 48,6237mg9,1526mg

= 5,3125 mg

Koefisien Distribusi II=

KadarasambenzoatminyakIIKadarasambenzoatekstrakII

= 44,619mg7,4365

= 6 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 29

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

BAB V

PEMBAHASAN

Untuk praktikum selanjutnya adalah fenomena

distribusi yang dapat diartikan sebagai fenomena dimana

distribusi suatu senyawa antara dua fase cair yang tidak

saling bercampur tergantung pada interksi fisik dan kimia

antara pelarut dan zat terlarut dalam dua fase. Adapun

sampel yang digunakan pada praktikum ini yaitu asam

benzoate sedangkan pelarutnya yaitu air dan minyak

kelapa. Kedua pelarut ini tidk dapat larut sama lain

tidak saling bercampur tetapi sampel dapat larut ke dalam

dua pelarut tersebut. Hal ini disebabkan air merupakan

pelarut polar sedangkan minyak kelapa merupakan pelarut

non polar. Dalam minyak kelapa terdapat karbon sehingga

menyebabkan bentuk streokimianya simetris sehingga tidak

memiliki momen dipol. Momen dipol menentukan suatu zat

bersifat polar atau kurang polar.

Pada praktikum ini, halyang pertama dilakukan

adalah menyiapkan alat dan bahan. Setelah itu, ditimbang

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 30

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

asam benzoat sebanyak 250 mg, masukkan dalam erlenmeyer

200 mL dan tambahkan aquadest 100 mL. lalu panaskan di

atas hotplate sampai larut (larutan A). Larutan A ini

diukur sebanyak 50 mL kemudian masukkan dalam erlenmeyer

250 mL (untuk larutan blanko). Selain itu, dipipet pula

50 mL kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah (untuk

larutan ekstrak). Larutan untuk blanko dipipet kembali

sebanyak 25 mL(dibuat duplo). Sementara larutan yang

dibuat untuk ekstrak ditambahkan 50 mL minyak kelapa

kemudian dilakukan pengocokan kuat selama ±15 menit.hal

ini bertujuan agar gugus polar dan non (kurang) polar

dari asam benzoat dapat bereaksi dengan fase air dan

minyak sehingga dapat dilihat pelarut mana yang

kelarutannya paling besar. Gugus benzena dari asam

benzoate meupakan gugus karbon yang memiliki momen dipole

yang kecil sehingga konsentrasi elektriknya juga kecil

dan gugus ini akan bereaksi dengan minyak. Air memiliki

momen dipol dan konstanta dielektriknya yang besar

sehingga bersifat polar jadi mudah menarik gugus polar

dari asam benzoat.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 31

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

Setelah dikocok, campuran dibiarkan beberapa saat

(±15 menit). Hal ini bertujuan agar pemisahan antara

kedua pelarut tersebut bisa sempurna. Pada corong pisah

akan terlihat fase minyak berada diatas dan fase air

berada dibawah. Hal ini terjadi karena massa jenis minyak

lebih kecil dari pada massa jenis air. Setelah itu,

lapisan air yang berada dibah diambil/ ditampung dalam

gelas kimia sedangkan lapisan minyaknya dibuang. Hal ini

dikarenakan lapisan air dari pengocokanlah yang akan

dititrasi. Bila lapisan minyak yang dititrasi maka akan

terjadisaponifikasi (penyabunan).

Lapisan air yang ditampung tadi, dipipet sebanyak

25 mL kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL(dibuat

duplo) dan diberi label ekstrak I dan ekstrak II.

Keempat erlenmeyer (ekstrak I dan II serta blanko I dan

II), ditambahkan 3 tetes indicator PP 0,1%, kemudian

dititrasi dengan NaOH 0,1 N.

Metode titrasi yang digunakan adalah alkalimetri

yang dilakukan berdasarkan reaksi netralisasi yaitu

sampel asam yang dititrasi dengan titran basa akan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 32

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

bereaksi sempurna dengan semua asam sehingga dapat

diperoleh larutan dari bening menjadi merah muda.

Mekanisme perubahan warna yang terjadi pada titrasi

alkalimetri yang digunakan adalah pada larutan titer

bersifat asam yang telah ditambahkan indicator PP 0,1 %

dititrasi dengan titran yang bersifat basa, dimana akan

terjadi reaksi antara sampel asam yaitu asam benzoat

dengan titran basa yaitu NaOH 0,1 n membenruk larutan

garam. Hal ini akan terus terjadi hingga larutan asam

tepat telah habis bereaksi dengan NaOH dan disebut titik

ekuivalen. Pada titik ekuivalen ini, belum

terjadiperubahan warna tetapi kelebihan satu tetes saja

larutan NaOH akan menyebabkan terjadinya perubahan dari

bening menjadi merah muda yang beasal dari kelebihan

titran basa denan indikator PP.

Pada raktikum ini, dilakukan titrasi pada blanko

dan ekstrak. Adanya titrasi blanko bertujuan sebagai

pembanding pada larutan yang sudah diberi minyak.

Maksudnya untuk membandingkan distribusi zat dalam satu

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 33

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

pelarutdan distribusi zat yang dipengaruhi pelarut

lainnya.

Adapun kadar blanko yang didapatkan yaitu 57,7759

mg untuk blanko I dan 52,0555 mg untuk blanko II.

Sedangkan kadar ekstraknya yaitu 9,1526 mg untuk ekstrak

I dan 7,4365 mg untuk ekstrak II.

Kadar blanko I dan blanko II lebih tinggi dibanding

kadar ekstrak I dan ekstrak II. Hal ini dikarenakan

adanya tambahan minyak pada ekstrak I dan ekstrak II yang

mempengaruhi perubahan pada titik akhir titrasi.

Sedangkan pada blanko tidak terdapat penambahan minyak

sehingga konsentrasi yang diperlukan tinggi untuk dapat

merubah larutan dari bening menjadi merah muda.

Setelah mendapat kadar blanko, ekstrak dan kadar

asam benzoate dalam minyak. Maka selanjutnya menghitung

koefisien distribusi. Koefisien distribusi suatu senyawa

dalam dua larutan yang tidak bercampur harus sama dengan

satu. Artinya bahwa senyawa tersebut terdistribusi secara

merata pada dua fase yaitu fase minyak dan fase cair.

Jika nilai koefisien distribusi <1 maka senyawa tersebut

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 34

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

cenderung untuk terdistribusi dalam fase air dari fase

minyak.

Dari percobaan ini, diperoleh hasil koofisien

distribusi asam benzoat yaitu 5,3125 mg untuk koefisien

disrtibusi I dan 6 mg untuk koefisien distribusi II.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 35

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan terlihat jelas

perubahan warna yang terjadi pada saat TAT :

1. Kadar blangko I dan II masing-masing 57,7759 mg

dan 52,0555 mg.

2. Kadar ekstrak I dan II masing-masing sebesar

9,1526 mg dan 7,4365 mg.

3. Kadar minyak I dan II masing-masing diperoleh

sebesar 5,3136 mg dan 5,9959 mg.

VI.2 Saran

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 36

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

Diharapkan pada saat melakukan titrasi praktikan

melakukan dengan hati – hati agar tidak terjadi

kesalahan tang berdampak pada hasil praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM ,1979. Farmakope Indonesia Edisi 1V : Departemen Kesehatan RI

Lachman, dkk. 1994 Teori Dan Praktek Farmasi Industri Ii Edisi Iii.

Jakarta : UI. Press

Martin, Alfred. 1990. FARMASI FISIK Edisi II. Jakarta.UI Press

Martin, Alfred. 1990. FARMASI FISIK Edisi I. Jakarta.UI Press

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 37

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

Voight,R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi 1V . Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 38

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

LAMPIRAN

100 mL (Asam benzoat + aquadest)

+ minyak kelapa 50 mL.

Dikocok ±15 menit & didiamkan ±15 menit

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 39

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

LARUTAN ASAM BENZOAT MENGGUNAKAN PELARUT CAMPUR

Pelarut aquadest pada saat TAT

Pelarut alcohol pada saat TAT

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 40

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

Pelarut Gliserin pada saat TAT

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 41

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

LARUTAN DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN

TWEEN 80 0,2 gram pada saat TAT TWEEN 80 0,4

gram pada saat TAT

TWEEN 80 0,6 gram pada saat TAT TWEEN 80 0,8

gram pada saat TAT

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 42

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

TWEEN 80 1 gram pada saat TAT

LARUTAN BLANKO

Blanko I dan Blanko II pada saat TAT

LARUTAN EKSTRAK

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 43

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

Ekstrak I pada saat TAT Ekstrak II pada saat TAT

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 44

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

SKEMA KERJA KELARUTAN ZAT OLEH PELARUT CAMPUR

+ +

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 45

Air 50 mL Alkohol 50mL

Glyserin50 mL

As. Benzoat sedikit demi sedikit adjenuh

Masukkan kedalam erlenmeyer

Saring dengan kertas saring

Indikator PP 0,1 %

Titrasi dengan NaOH O,1 N

TAT

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

SKEMA KERJA KELARUTAN ZAT DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 46

Tween 800,4 g

Tween 800,6 g

Tween80 0,8

g

Tween80 1 g

Tween80 0,2

Asam benzoat sedikit demi sedikit adjenuh

Disaring dengan kertas saring

+ Indikator PP 0,1 %

Dititrasi dengan NaOH 0,1 N

TAT

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

SKEMA KERJA FENOMENA DISTRIBUSI

Asam benzoat 500 mg

+ aquadest 200 mL

100 mL+ minyak kelapa 100 mL 100 mL

Kocok 15 menit, diamkan 15 menit

25 mL 25 mL 25 mL 25 mL

+ Indikator PP 0,1%

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 47

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

Titrasi dengan NaOH 0,1 N

TAT

(Bening → Merah muda)

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 48