PERANGKAT PEMBELAJARAN DIKLAT PEKERTI AGUS MULYANTO SETIAWAN, S Pd
Dr. Ignatius Agus Budiono, M.Pd
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of Dr. Ignatius Agus Budiono, M.Pd
`ii |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
PENGUATAN PERILAKU SERVITE ET AMATE
DALAM PEMBELAJARAN
Dr. Ignatius Agus Budiono, M.Pd
`iii |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Tanggungjawab seorang pendidik: 1. Sebagai Gembala. "Saya mohon dengan segenap hati seperti
gembala-gembala yang siaga, waspadalah dan lindungilah dengan hati-hati, kawanan yang dipercayakan pada anda". (War. 10).
2. Sebagai Ibu. "Bagi anda hiduplah sedemikian rupa hingga anda menjadi cermin bagi mereka; mulailah dengan melakukan sendiri apa yang anda ingin mereka lakukan. Karena, bagaimana anda bisa mencela atau menegur mereka apabila mereka melihat kesalahan dalam diri anda sendiri?" (Nas. 6).
3. Sebagai Hamba. "Turutilah apa yang akan diilhamkan dan
dianjurkan oleh cinta kasih dan Roh Kudus. Arahkanlah semuanya pada kesejahteraan dan keuntungan rohani puteri-puteri anda yang tercinta. Supaya mereka terdorong ke arah cinta kasih dan tanggung jawab". (War. 9)
`iv |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Kata Pengantar
Pelaksananaan pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila dirancang
dan diprogramkan dengan baik pula. Rancangan pembelajaran, sebagai sebuah
gambaran bagaimana pembelajaran itu akan terlaksana di dalam kelas secara
keseluruhan. Rancangan pembelajaran yang baik harus dapat dibaca dan
dimengerti oleh siapapun yang membacanya. Segala kegiatan, kondisi, dan
harapan akan hasil akan terlihat dengan jelas. Dengan demikian akan sangat
membantu pendidik ataupun pengembang pendidikan dalam mengembangkan
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Buku ini dibuat sebagai masukan untuk para pendidik di lingkungan Ursulin
dalam mengimplementasikan nilai-nilai dasar Servite et Amate agar dapat
diinternalisasikan kepada peserta didik. Buku ini masih dalam konsep dan format
makro, sehingga masih perlu dikembangkan atau dijabarkan lagi dalam format-
format pelaksanaan konkrit yang akan tertuang di dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran.
Harapan kami buku ini menjadi sedikit bahan masukkan yang dapat mewarnai
para Pendidik dalam mengelola pembelajaran yang sungguh-sungguh memberikan
nuansa khas Ursulin dengan pelayananya. Pembelajaran akan sungguh bermakna
ketika peserta didik sungguh-sungguh menjadi sejahtera karena merasa
dimengerti, dihargai dan diperhatikan sebagai manusia yang unik.
Penulis menyadari akan kekurangan dan keterbatasan wawasan dan
pengetahuan yang dimiliki, maka besar harapan akan adanya kritik dan saran guna
perbaikan tulisan selanjutnya.
Hormat kami
Penulis
i
`v |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
NASEHAT KEENAM SANTA ANGELA
Bagi anda hiduplah dalam sedemikian rupa hingga anda menjadi contoh bagi mereka;
Apa yang anda ingin mereka lakukan, lakukanlah sendiri itu lebih dahulu.
Bagaimana anda bisa mencela atau menegur kekurangan mereka apabila mereka melihat kekurangan itu masih ada
dalam diri anda sendiri?
Bagaimana anda dapat mengajarkan dan menganjurkan suatu kebajikan kecuali kalau anda sendiri memiliki
kebajikan itu, atau setidak-tidaknya bersama-sama mereka mulai menjalankannya?
Maka berusahalah memimpin dan mendorong mereka dengan contoh anda sendiri sehingga mereka hidup baik.
Bagi anda sendiri, bertindaklah seperti mereka dalam hal-hal yang tulus dan saleh, yang selaras dan pantas bagimu
terutama dalam tingkah laku, khususnya dengan kerap kali menerima Sakramen Pengampunan, Ekaristi Kudus, dan
dharma bakti lain.
Memang pantas dan layak bahwa seorang ibu menjadi contoh dan cermin hidup bagi puteri-puteri mereka,
terutama dalam kesederhanaan, tingkah laku dan sopan-santun.
ii
`vi |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAGIAN 1
PERUBAHAN PARADIGMA PEMBELAJARAN PERILAKU………… 1
A. Fenomena Perubahan Perilaku di Era Globalisasi ……………………. 1
B. Implikasi Pergeseraan Perilaku dalam Dunia Pendidikan…………….. 2
C. Tantangan Dunia Pendidikan dalam mengembangkan Perilaku……….. 3
D. Konsep Pendidikan Katolik Sekarang dan Masa Depan ………………. 5
E. Pendidikan dalam teori humanistik …………………………………… 6
BAGIAN 2
PARADIGMA PENDIDIKAN URSULIN ………………………………..
A. Pendidikan Humanistik dalam Perspektif Ursulin ……………………. 7
B. Landasan Spiritualitas Pendidikan Ursulin …………………………… 7
C. Visi dan Misi Pendidikan Ursulin …………………………………… 9
D. Tujuan Pendidikan Ursulin ………………………………………….. 10
E. Tradisi Pendidikan Ursulin …………………………………………… 10
BAGIAN 3
SERVITE ET AMATE ……………………………………………………. 13
A. Servite et Amate ……………………………………………… ............ 13
B. Peran Servite et Amate dalam Pembelajaran ......................................... 18
BAGIAN 4
Definisi Konseptual, Operasional dan Indikator Operasional Servite Et Amate 21
BAGIAN 5
IMPLEMENTASI SERVITE ET AMATE DALAM PEMBELAJARAN… 31
A. Implementasi Perilaku Servite Et Amate dalam Perencanaan Pembelajaran.31
B. Implementasi Perilaku Servite et Amate dalam Proses Pembelajaran….. 32
C. Pengukuran, Penilaian Dan Evaluasi Servite Et Amate…………………. 38
BAGIAN 6
PERILAKU PENDIDIK URSULIN DALAM PEMBELAJARA …………
A. Perilaku Pendidik dalam Tradisi Ursulin ............................................... 44
B. Model Pendidik Ursulin yang Sungguh di cita-citakan ......................... 45
C. Merancang Kualitas Pendidik ............................................................... 47
DAFTAR RUJUKAN ................................................................................... 50
CONTOH FORMAT PENILAIAN ............................................................. 51
iii
`vii |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Di atas segala-galanya hendaknya mereka
rendah hati dan baik hati, hendaknya seluruh
tindak-tanduk mereka, kata maupun
perbuatan ditandai oleh cinta kasih, dan
hendaknya mereka menanggung segala-
galanya dengan sabar.
Nasehat Santa Angela
iv
`1 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Bagian 1
PERUBAHAN PARADIGMA PEMBELAJARAN PERILAKU
A. Fenomena Perubahan Perilaku di Era Globalisasi
Era globalisasi ditandai dengan kemajuan dibidang teknologi informasi,
komunikasi, industri dan transportasi. Adanya kemajuan teknologi dan informasi
berdampak luas terhadap perilaku dan relasi antar manusia. Perilaku manusia berubah
dari yang sederhana menjadi perilaku yang serba kompleks. Kebutuhan akan orang lain
sebagai sarana mengembangkan perilaku sosial mulai ditinggalkan menuju pada perilaku
individual yang berfokus pada sarana baru seperti smart phone dan internet. Komputer
dan smart phone sebagai pengganti orang lain dan sarana mencari kebutuhan akan
kebahagiaan. Sebagai contoh kebahagiaan anak-anak berkumpul dan bertemu dengan
orang lain dalam sebuah permainan mulai bergeser pada game online dengan komputer
sebagai penggantinya.
Setiap orang di dunia dapat dengan mudah menjalin relasi dan berkomunikasi tanpa
harus bertemu atau bertatap muka langsung. Internet dan hand phone contohnya
menjadikan orang lebih cepat menerima informasi dan melakukan komunikasi tanpa
mengenal batasan tempat dan waktu. Setiap orang dapat mengakses apapun dalam dunia
maya. Tanpa disadari manusia terjebak dalam ketergantungan pada alat atau saran-sarana
tersebut. Manusia sekarang dapat dikatakan sebagai generasi scren, artinya setiap hari
pasti membutuhkan atau berhadapan dengan scren, seperti hand phone, televise, laptop,
dan lain sebagainya. Tanpa scren rasanya manusia tak berdaya, tak bisa berbuat apa-apa.
Ketergantungan inilah yang juga mengakibatkan bergesernya kebutuhan hidup manusia.
Kebutuhan akan komunikasi personal tatap muka mulai bergeser pada komunikasi dalam
dunia maya.
Dari aspek nilai-nilai hidup, manusia mulai merasakan akan runtuhnya
kebermaknaan hidup, manusia mulai acuh tak acuh, merasa terasing, manusia mulai
menjadi lupa dan bahkan menjadi tidak tahu lagi identitas dirinya. Manusia telah
memasuki abad masyarakat komersial. Hedonisme dan konsumerisme menjadi budaya
yang seakan membawa kebahagiaan, setiap individu mengklaim bahwa mereka berhak
atas kenikmatan dan kebahagiaan diri.
`2 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Egoisme menjadi pemicu lunturnya nilai-nilai kejujuran, kepedulian, kesetiaan,
kebersamaan dan lain sebagainya. Kemampuan intelektual menjadi sangat penting karena
dianggap dapat menjadi jalan sukses menuju kebahagiaan. Seseorang yang intelektualnya
baik akan lebih mudah sukses dan bahagia daripada seseorang yang intelektualnya
kurang baik. Pengembangan dan pendampingan perilaku menjadi nomor dua atau tiga
dalam menentukan sukses. Contoh nyata dalam dunia pendidikan banyak orang tua yang
dengan cepat bertindak untuk mencarikan pendidik les atau pendampingan ketika
anaknya nilai matematika atau kimianya di bawah Ketuntasan Belajar Minimal yang
dalam raport tertulis KKM. Orang tua dengan santai dan tidak serius merespon jika
menerima laporan dari sekolah kalau sikap anaknya kurang baik.
Pembelajaran modern harus dapat mengubah paradigma manusia dalam
pemahaman tentang keberhasilan atau kesuksesan seseorang. Paradigma sukses belajar
itu pandai dalam intelektual haruslah mulai bergeser pada proses belajar itu sendiri.
Kesehjahteraan pribadi manusia harus menjadi prioritas dalam pembelajaran, bagaimana
peserta didik merasa dicintai dan dihargai sehingga mampu menemukan konteks dirinya
sebagai bagian dari orang lain. Maka bukan lagi kompetitif melainkan kooperatif mejadi
lebih penting. Kemajuan dan keberhasilan peserta didik tidak dibandingkan dengan
kelompoknya namun dibandingkan dengan kemajuan dan keberhasilan dia sendiri waktu
sebelumnya. Rangking tidak menjadi penting, karena rangking menciptakan sedikit anak
pandai dan banyak anak yang tidak pandai.
Pembelajaran harus dapat mengajarkan bagaimana cara menghargai keragaman,
mencintai kedamaian, memunculkan kemurahatian dan menjunjung tinggi martabat
manusia.
B. Implikasi Pergeseraan Perilaku dalam Dunia Pendidikan.
Menurut Hernawan (dalam Hidayat dan Patras) ciri abad 21 adalah meningkatnya
interaksi antar warga dunia baik secara langsung maupun tidak langsung, semakin
banyaknya informasi yang tersedia dan dapat diperoleh, meluasnya cakrawala intelektual,
munculnya arus keterbukaan dan demokkratisasi baik dalam politik maupun ekonomi,
memanjangnya jarak budaya antara generasi tua dan generasi muda, meningkatnya
kepedulian akan perlunya dijaga keseimbangan dunia, meningkatnya kesadaran akan
saling ketergantungan ekonomis, dan mengaburnya batas kedaulatan budaya tertentu
karena tidak terbendungnya informasi.
`3 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Hidayat & Patras selanjutnya menjelaskan kebutuhan pendidikan abad 21
menurut Patrick Slattery dalam bukunya yang berjudul “Curriculum Development In
The Postmodern” yaitu pendidikan yang berdasarkan pada beberapa konsep berikut:
1. Pendidikan harus diarahkan pada perubahan sosial, pemberdayaan komunitas,
pembebasan pikiran, tubuh dan spirit
2. (mengacu pada konsep yang dikembangkan oleh Dorothy) (that teaching must be
directed towards social change, community empowerment, and the liberation of
the mind, body, and spirit of individual human beings).
2. Pendidikan harus berlandaskan pada 7 hal utama (mengacu pada konsep yang
dikembangkan oleh Thich Nhat Hanh), yaitu tidak terikat pada teori, ideology, dan
agama; jangan berpikir sempit bahwa pengetahuan yang dimiliki adalah yang paling
benar; tidak memaksakan kehendak pada orang lain baik dengan kekuasaan, ancaman,
propaganda maupun pendidikan; peduli terhadap sesama; jangan memelihara
kebencian dan amarah; jangan kehilangan jati diri; jangan bekerja di tempat yang
menghancurkan manusia dan alam.
3. Konteks pembelajaran, pengembangan kurikulum dan penelitian diterapkan sebagai
kesempatan untuk menghubungkan siswa dengan alam semesta (mengacu pada konsep
yang dikembangkan oleh David Ort).
4. Membuat pendidik merasa sejahtera dalam kegiatan pembelajaran yang mengacu pada
konsep yang dikembangkan oleh Dietrich Bonhoeffer yaitu melarang pendidik
melakukan kegiatan pembelajaran dalam keadaan kondisi tertekan. Lebih lanjut
dia mengatakan bahwa tak seorangpun dapat berpikir kebebasan secara
substansial, Secara sederhana, kebebasan adalah sesuatu yang terjadi kepada
setiap orang melalui orang lain. Menjadi bebas berarti membebaskan orang lain
(No one can think of freedom as a substance or as something individualistic.
Freedom is simply something that happen to me through the other. Being free
means being free for the other).
C. Tantangan Dunia Pendidikan dalam mengembangkan Perilaku.
Dunia pendidikan saat ini mengalami banyak tantangan, baik yang eksternal
maupun internal. Kemajuan pengetahuan dan teknologi mempengaruhi dan mengubah
tidak hanya prilaku namun juga pola pikir dan motivasi hidup seseorang, lebih khusus
pada masyarakat sekolah. Kebutuhan akan orientasi baru dalam pendidikan ini terasa
`4 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
begitu kuat dan nyata dalam berbagai mata pelajaran, baik dalam mata pelajaran eksakta
maupun ilmu-ilmu sosial.
Pola pikir dunia pendidikan mau tidak mau juga mengalami perubahan yang
mendasar, pola pikir yang sentralistik yang berarti pola pikir dari setiap orang berpusat
pada satu pemahaman saja, monolitik yang berarti pola pikir yang monoton, dan
uniformistik mewarnai pengemasan dunia pendidikan (Degeng, 2005). Pola pikir yang
monolitik menyebabkan banyak orang berlomba-lomba mencari kebenaran dan
kebahagiaanya sendiri, orang tidak peduli akan kebenaran dan kebahagiaan orang lain.
Merebaknya tempat dan sarana belajar, baik yang formal maupun informal,
menyebabkan paradigma masyarakat terhadap sekolah mulai berubah. Sekolah bukanlah
satu-satunya tempat belajar untuk peserta didik, peserta didik dapat belajar dimanapun
dan kapanpun sesuai dengan harapanya. Orang tua dan peserta didik sudah mulai
menimbang-nimbang perlukah secara lahiriah peserta didik harus hadir di sekolah, toh
materi bisa dipelajari dimana saja, bahkan dengan membuka internet kekayaan materi
akan semakin banyak. Kondisi ini pastilah berdampak pada hubungan sosial antar
manusia yang semakin lama semakin dirasakan tidak penting, perjumpaan dengan teman
dan masyarakat sekolah tidak menjadi prioritas, karena mereka sudah bisa belajar
dirumah atau tempat lain tanpa harus bertemu dengan orang lain di sekolah.
Peran pendidik terhadap informasi belajar. Pendidik bukan satu-satunya sumber
informasi atau sumber belajar. Pendidik harus menghadapi kenyataan dimana informasi
tersedia secara luas dan dalam jumlah yang sangat besar dan bahkan tidak terkendali,
diperlukan kerendahan hati bagi pendidik untuk mengakui bahwa peserta didik saat ini
lebih memilih internet daripada pendidik dalam mengakses informasi. Sehingga kedepan
pendidik harus rela dinomorduakan oleh peserta didik dan orang tua dalam konteks
sumber belajar dan sumber infomasi.
Prof Ng Aik Kwang dari University of Queensland, dalam bukunya "Why Asians
Are Less Creative Than Westerners" (2001) yang dianggap kontroversial tapi ternyata
menjadi "best seller", mengemukakan beberapa hal tentang bangsa-bangsa Asia
(termasuk Indonesia) yang telah membuka mata dan pikiran banyak orang.
Kesimpulan dari tulisanya adalah bagi orang Asia, banyaknya kekayaan yg dimiliki lebih
dihargai daripada cara, memperoleh kekayaan tersebut. Hasil lebih penting daripada
proses. Yang terpenting mendapatkan harta yang banyak, perkara caranya diperoleh
dengan tidak jujur tidak masalah. Nilai kejujuran tergeser oleh nilai gengsi dan kekayaan.
`5 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Demikian juga proses mengumpulkan harta seperti dalam peribahasa “Sedikit-sedikit
lama-lama jadi bukit”, tidak berlaku lagi, yang berlaku adalah siapa cepat siapa dapat,
dan dapatnyapun kalau bisa banyak. Tidak heran pula bila perilaku koruptif pun
dianggap sesuatu yang wajar.
Orang Asia takut salah dan takut kalah. Akibatnya sifat eksploratif dan kemauan
sebagai upaya memenuhi rasa penasaran dan keberanian untuk mengambil resiko kurang
dihargai. Kecenderungan diam ditempat dalam zona nyaman lebih dominan daripada
mencoba hal-hal yang baru dengan segala konsekuensinya.
Bagi kebanyakan bangsa Asia, bertanya artinya bodoh, maka diam adalah pilihan
yang tepat dalam menghadapi sesuatu. Rasa penasaran tidak mendapat tempat dalam
proses pendidikan di sekolah. Karena takut salah dan takut dianggap bodoh, di sekolah
atau dalam seminar atau workshop, peserta jarang mau bertanya tetapi selesai sesi
berakhir peserta mengerumuni pendidik / narasumber untuk minta penjelasan tambahan.
D. Konsep Pendidikan Katolik Sekarang dan Masa Depan
Konsep pendidikan katolik bertolak dari kebenaran, relasi dan keberadaan manusia,
pengembangan manusia yang berkelanjutan, dan manusia yang harus melihat kenyataan
untuk menemukan rencana Allah yang tersembunyi di dalamnya. Dalam hal ini maka
pendidikan bukan sekedar pengetahuan, melainkan juga pengalaman; pendidikan
menghubungkan pengetahuan dan tindakan; pendidikan berupaya menyatukan pelbagai
bentuk pengetahuan dan mempertahankan konsistensi.
Pendidikan mencakup domain afektif dan emosional, serta memiliki demensi etis,
mengetahui bagaimana melakukan banyak hal dan apa yang ingin kita lakukan.
Pendidikan Katolik harus memberikan keterampilan reflektif, yaitu keterampilan yang
membuat peserta didik semakin bertanggung jawab dan dapat mengambil keputusan,
serta keterampilan-keterampilan yang berkaitan derngan hati nurani, berpikir kritis,
kreatif dan transformatif.
Sekolah-sekolah Katolik sebagai subyek dalam gereja masa kini, merupakan tempat
kesaksian dan penerimaan, dimana iman dan pendampingan rohani dapat diberikan
kepada orang-orang muda yang memintanya.
Sekolah harus membuka pintu bagi semua dan menjunjung tinggi baik martabat
manusia serta penyebaran pengetahuan kepada seluruh masyarakat, tanpa
memperhitungkan segala prestasi. Sekolah sebagai lingkungan hidup yang menyediakan
pendidikan integral yang mencakup pembinaan religius.
`6 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Para pendidik di lingkungan pendidikan Ursulin yang termasuk dalam pendidikan
Katolik, mau tidak mau harus merespon perubahan yang terjadi dengan mengubah
paradigma pendidikan. Kita perlu mengubah fokus dari apa yang perlu dipelajari menjadi
bagaimana caranya untuk mempelajari. Perubahan mementingkan hasil menjadi
mementingkan proses, mementingkan Sikap dan keterampilan daripada pengetahuan.
Belajar bagaimana cara belajar untuk mempelajari sesuatu menjadi lebih penting daripada
fakta-fakta dan konsep-konsep yang dipelajari itu sendiri. Pendekatan personal akan lebih
penting daripada pendekatan komunal
E. Pendidikan dalam teori humanistik
Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia, dengan mengaktualisasikan
seluruh potensi manusia menjadi kemampuan yang dapat digunakan dalam kehidupan
masyarakat. Memanusiakan manusia berarti menjunjung martabat manusia itu sendiri,
mengembalikan mereka pada karya agung penciptaan manusia. Manusia diciptakan
segambar dan serupa dengan Allah. Maka menjadikan manusia menyerupai sifat-sifat
Allah menjadi sangat penting. Sifat Allah yang maha cinta, maka pendidikan harus dapat
menjadikan peserta didik mampu mencintai orang lain tanpa membedakan, sifat Allah
yang pengampun, maka pendidikan harus dapat menjadikan peserta didik dapat
mengampuni sesamamanya, sifat Allah yang berbelas kasih, maka pendidikan harus
dapat menjadikan manusia yang sungguh-sungguh punya rasa belas kasih, sifat Allah
yang melayani maka pendidikan harus dapat menjadikan peserta didik mampu melayani
orang lain, demikian juga dengan sifat-sifat Allah yang lain.
Di sisi lain sebagian orang tua berpandangan bahwa mereka tidak khawatir akan
anaknya yang tidak bisa matematika, mereka lebih khawatir ketika anaknya tidak jujur,
tidak disiplin, dan tidak setia. Mereka mempunyai alasan bahwa menjadikan anak mereka
bisa matematika hanya membutuhkan beberapa waktu tetapi menjadikan anak yang
jujur, disiplin, setia membutuhkan waktu yang lama bahkan seumur hidup.
`7 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Bagian 2
PARADIGMA PENDIDIKAN URSULIN
A. Pendidikan Humanistik dalam Perspektif Ursulin
Dalam kerinduan akan perjumpaan “muka dengan muka” bersama dengan Allah
Santa Angela melatih akal budinya, kehendak, dan hatinya agar setiap orang yang
mengikuti jejaknya mempunyai keteguhan iman, penghargaan terhadap setiap pribadi
sebagai gambar dan rupa Allah (Kej. 1 :26), daya juang, integritas, bela rasa, dan
kemampuan mengambil keputusan serta bertindak sesuai dengan suara hati. Allah
menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:27), maka konsekuensinya
adalah manusia semakin hari harus menyerupai gambar dan rupa Allah. Gambar dan
Rupa Allah yang belas kasih, melayani, mencintai, setia, lemah lembut, sabar, mengerti
harus juga terpancar pada manusia sebagai ciptaanya. Dalam proses menuju pada
keserupaan dengan Allah, pendidikan Ursulin harus mampu berperan membantu peserta
didik agar nilai-nilai keutamaan Allah ada dan tertanam dalam diri mereka. Pendidikan
Ursulin membantu peserta didik untuk mencapai keserupaan dengan ilahi,
mengembangkan kehidupan ilahinya dan dapat menjadi manusia seutuhnya (Ef. 4:13).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan humanistik dalam
perspektif Ursulin adalah pendidikan yang membantu peserta didik dalam proses
mengintegrasikan nilai-nilai keutamaan Allah, sehingga semakin hari mereka dapat
menyerupai Allah, yaitu menjadi manusia yang penuh belas kasih, melayani, mencintai,
setia, lemah lembut, sabar, dan mengerti. Setiap manusia menampakkan keunikan karya
Allah, setiap peserta didik berbeda, maka pendidikan humanistik dalam perspektif
Unsurlin harus mengedepankan pendekatan “personal“ pada setiap peserta didik dengan
memahami kondisi dan latar belakangnya (Firmanto, 2017). Dengan pendekatan personal
ini peserta didik merasa dihargai, dicintai dan dimengerti sehingga dirinya mampu
terbuka akan karya Allah yang mengubah dirinya menjadi menyerupai sang Pencipta.
B. Landasan Spiritualitas Pendidikan Ursulin
Dalam pedoman dasar pendidikan Ursulin Indonesia spiritual pendidikan Ursulin
Indonesia berdasar pada:
`8 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
1. Kitab Suci
a) Kejadian 1: 26-27 tentang manusia diciptakan sebagai citra Allah.
Manusia diciptakan segambar dengan Allah merujuk pada bagian non material dari
manusia. Hal inilah yang membedakan manusia dengan binatang dan memampukan
manusia mengemban kekuasaan sebagaimana direncanakan Allah (Kej:28), dan
memampukan manusia berkomunikasi dengan penciptaNya. Keserupaan ini
menyangkut mental, moral dan sosial. Secara mental menusia diciptakan sebagai
makhluk yang rasional dan berkehendak, secara moral manusia diciptakan dalam
kebenaran dan kepolosan, dan secara sosial manusia diciptakan untuk bersekutu.
Maka menjadikan manusia menyerupai sifat-sifat Allah menjadi sangat
penting. Sifat Allah yang maha cinta, maka pendidikan harus dapat menjadikan
peserta didik mampu mencintai orang lain tanpa membedakan, sifat Allah yang
pengampun, maka pendidikan harus dapat menjadikan peserta didik dapat
mengampuni sesamamanya, sifat Allah yang berbelas kasih, maka pendidikan harus
dapat menjadikan manusia yang sungguh-sungguh punya rasa belas kasih, sifat
Allah yang melayani maka pendidikan harus dapat menjadikan peserta didik
mampu melayani orang lain, demikian juga dengan sifat-sifat Allah yang lain.
b). Amsal 22: 6 tentang pendidikan karakter bagi kaum muda.
“ Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa
tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”. Pendidikan karakter pada
anak-anak muda sangatlah penting untuk membentengi mereka dari pengaruh
perkembangan jaman yang sungguh sangat cepat. Nilai-nilai kebenaran yang
ditananmkan diharapkan dapat menjadi acuan untuk selalu berbuat baik dan benar
ketika mereka harus banyak bergaul dengan orang lain.
c). Yohanes 10: 11 dan 14 tentang Yesus sebagai gembala yang baik.
“…; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dengan
segala kelimpahan. Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan
nyawanya bagi domba-dombanya;” (Yoh 10: 10-11).
Yesus Gembala yang baik menjadi model dalam mendalami nilai-nilai dasar
Pendidikan Ursulin. Melalui pendalaman nilai dasar Pendidikan Ursulin, setiap
orang dalam komunitas pembelajar diharapkan dapat hidup dan berkembang
sebagai manusia seutuhnya seperti yang telah diteladankan oleh Yesus Kristus
sendiri.
`9 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
2. Kata-kata Santa Angela
a) Cinta kepada Tuhan dan Perhatian akan Keselamatan Jiwa-Jiwa.
Usahakan dengan bantuan Allah untuk memperoleh sikap batin yang
menggerakkan anda … hanya karena cinta kepadaNya dan perhatian akan
keselamatan jiwa-jiwa. Dengan demikian setiap karya dan tindakan anda …,
karena berakar dalam cinta kasih ganda ini, niscaya akan menghasilkan buah yang
baik dan terpuji (War 1: 2 – 3).
b). Relasi yang Intim dengan Tuhan.
Semoga kekuatan dan hiburan Roh Kudus menyertai Anda semua, agar Anda
tabah serta teguh dan seria menjalankan tugae yang telah dipercayakan kepada
Anda (Prakata Nasehat 3-4).
c.) Doa
Percaya kepada Tuhan, tabah, teguh dan setia dalam mengemban tugas yang telah
dipercayakan Tuhan. “Sewajarnyalah Anda berdoa kepada Allah agar Dia
menerangi dan membimbing Anda dan mengajarkan kepada Anda, apa yang harus
Anda lakukan dalam tugas Anda demi cinta kepadaNya” (Prakata Nasehat 7)
d) Peka terhadap Perubahan
Jika karena perubahan jaman dan keadaan perlu … untuk mengubah sesuatu,
lakukanlah halitu dengan kebijaksanaan setelah mendengarkan nasihat yang baik
(Warisan Terakhir, 2)
C. Visi dan Misi Pendidikan Ursulin
1. Visi
Komunitas pembelajar yang kritis, kreatif, dan inovatif dalam mengintegrasikan ilmu,
iman, dan nilai-nilai kemanusiaan seturut semangat Santa Angela.
2. Misi
a) Sebagai lembaga pendidikan yan berkualitas dan terpadu, sekolah Ursulin
menyiapkan peserta didik ke jenjang yang lebih tinggi dan siap bermasyarakat.
b) Sebagai komunitas pembelajar, sekolah Ursulin mengembangkan potensi dan
keterampilan atau lifeskills secara kritis, kreatif, dan inovatif.
c) Sebagai sekolah Katolik sekolah Ursulin menanamkan semangat Santa Angela pada
setiap pribadi agar dapat mengintegrasikan ilmu, iman, dan nilai-nilai kemanusiaan
untuk menjawab tantangan zaman dan mewujudnyatakan semangat SERVIAM
dalam kehidupan sehari-hari.
`10 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
d) Sebagai Penunjang pembangunan bangsa, sekolah Ursulin mengembangkan
kecintaan pada budaya, bangsa, dan tanah air, melalui penghargaan kepada
pluraritas budaya, agama, dan membangun kepedulian kepada yang kurang mampu.
e) Sebagai bagian dari Ursulin Internasional, sekolah Ursulin Indonesia meningkatkan
kerja sama dengan sekolah-sekolah Ursulin di Indonesia dan Asia Pasifik.
D. Tujuan Pendidikan Ursulin
Tujuan pendidikan Ursulin adalah pembentukan manusia integral dengan nilai-nilai
Kristiani berdasarkan semangat dan teladan Santa Angela sehingga peserta didik dapat
menampilkan diri sebagai citra Allah yang rela mengabdi bagi keluarga, Gereja, dan
masyarakat. Sejalan dengan tujuan tersebut maka tradisi luhur pendidikan Ursulin adalah
membangun manusia yang cinta kepada Allah dan dapat menghadirkan Allah dalam
masyarakat dengan semangat cinta kasih. Inspirasi membangun cinta pada Allah dan
menghadirkan kerajaan Allah dalam masyarakat dengan semangat cinta kasih, dapat
terlihat dalam hidup Santa Angela yang mampu mengangkat harkat dan martabat manusia
agar hidup suci, untuk mempersiapkan diri membangun kerajaan Allah, demi kemuliaan
Allah dan kebahagiaan jiwa-jiwa ( SA.N. Prakata) sebagai anggota keluarga, Gereja dan
masyarakat.
Dalam konsep tujuan pendidikan Ursulin, yang merujuk pada pemikiran Santa
Angela bahwa hasil pendidikan (pembelajaran) tidak hanya dapat menjawab kebutuhan
manusia pada jamanya, namun juga harus berpikir jauh kedepan, yaitu bahwa hasil
pendidikan harus mampu menjawab kebutuhan manusia sepanjang masa (kontekstual).
Dengan kondisi dan situasi dunia yang semakin berubah tentunya pendidikan Ursulin
harus dapat juga menjawab perubahan itu, dengan cara merenungkan,
merevisi/merefleksikan dan mengonsep kembali kembali format-format /design
pembelajaran yang baru, agar pendidikan Ursulin tetap selaras/aktual dan dapat menjawab
kebutuhan manusia jaman sekarang, “ Jika karena perubahan zaman dan keadaan perlu
untuk membuat peraturan baru atau mengubah sesuatu, lakukan hal itu dengan
kebijaksanaan setelah mendengar nasehat yang baik”. (bdk. Warisan terakhir S.TA)
E. Tradisi Pendidikan Ursulin
Dalam pedoman dasar, pendidikan Ursulin Indonesia selengkapnya memperhatikan
keseimbangan pembentukan pribadi, pembentukan semangar kekeluargaan, dan
pembentukan Semangat Kepedulian Sosial dan Kerasulan.
`11 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
1. Pembentukan Pribadi
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam proses pembentukan pribadi setiap
peserta didik Ursulin adalah aspek intelektual, kehendak bebas, dan hati.
a. Pembentukan intelektual
Pembentukan intelektual yang dilandasi dengan pendidikan iman dan pembiasaan
untuk hidup dengan berbagai keutamaan, tetap menjadi perhatian dalam proses
pendidikan dan pembelajaran di sekolah Ursulin. Pendidikan Ursulin bertujuan
agar putra-putrinya beriman, bernalar, memiliki keseimbangan kecerdasan, dan
memiliki keyakinan kuat. Selain itu mereka juga dapat mengekspresikan pikiranya
dengan jelas dan bermakna. Pendidikan Ursulin menekankan pada
pelatihan/praktek daripada membebani otak dengan hafalan.
b. Pembentukan Kehendak
Pembentukan kekuatan kehendak baik dan kebebasan batun dalam pendidikan
Ursulin mengarahkan para peserta didik untuk memiliki martabat yang luhur.
Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pembentukan kekuatan kehendak baik
dan kebebasan batin, dilakukan melalui pembiasaan ,melalui refleksi, kepekaan
mendengarkan suara hati, melakukan discernment, dan bersikap kritis dan
keberanian melawan arus.
c. Pembentukan Hati
Pembentukan hati adalah mahkota yang sempurna dari pembentukan intelektual
dan pembentukan kehendak. Dalam proses pembelajaran di sekolah Ursulin setiap
peserta didik dilatih untuk memiliki kasih dan kepedulian, kemurahan hati,
kerendahan hati, serta kerelaan melayani dengan hati yang berbelas kasih dan
berbelarasa. Teladan kemurahan hati Santa Angela memperhatikan kesetiaan
cintanya yang sejati kepada Kristus. Hal ini mengutamakan kemurahan hati,
kerendahan hati, pemberian diri, bela rasa (empati) dan kasih sayang.
2. Pembentukan Semangat Kekeluargaan
Pendidikan Ursulin harus dapat membangun suasana kekeluargaan seperti keluarga
katolik di komunitas sekolah dan terlebih yang di asrama. Dalam suasan ini
dibutuhkan ikatan kasih dan perilaku penuh pengertian.
3. Pembentukan Semangat Kepedulian Sosial dan Kerasulan
Santa Angela membuka hati, menghibur dan merawat orang-orang yang sakit,
sengsara dan menderita, terutama anak-anak dan gadis yatim piatu. Prinsip keadilan
`12 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
sosial dan cinta kasih dapat dipraktikan peserta didik sesuai dengan usianya
dibutuhkan pengetahuan ajaran sosial Gereja dan melatih nalar mereka dengan
melakukan analisis sosial agar mempunyai hati bagi orang-orang menderita dan
tertindas dalam masyarakat.
.
`13 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Bagian 3
SERVITE ET AMATE
A. Servite et Amate
Servite et Amate (layanilah dan cintailah) adalah akronim dari Serviam, integritas, againt
the tide, compassionate Motherhoud, achievement motivation, dan tim spirit. Nilai-nilai
keutamaan tersebut yang harus dihidupi oleh seluruh warga sekolah di lingkungan
Ursulin. Nilai Servite et Amate harus menjadi sumber dan pijakan dalam pendidikan
Ursulin.
1. Serviam (melayani)
Melayani adalah mengabdikan diri kepada Allah, keluarga, masyarakat, Gereja
dan negara tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, serta golongan, yang
dibangkitkan dari kesadarkan akan pengalaman cinta Tuhan yang selalu memberi,
mencintai dan melayani, melalui orang tua dan sesama melalui perilaku hidup sehari-
hari.
Semangat pengabdian dan pelayanan menjadi modal yang kuat dalam
memberikan diri untuk Tuhan dan sesama melalui proses pembelajaran. Proses
pembelajaran sebagai sarana mengungkapkan kasih dan cinta Tuhan pada anak-anak
yang dipercayakan Tuhan pada kita. Mengabdikan diri kepada Allah, keluarga,
masyarakat, Gereja dan negara tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, serta
golongan.
Pengabdian dan pelayanan peserta didik dibangkitkan dengan kesadarkan akan
pengalaman cinta Tuhan yang selalu memberi dan melayani, perasaan dicintai dan
pengalaman dilayani oleh Tuhan melalui orang tua dan sesama diharapkan
menumbuhkan jiwa dan perilaku yang melayani juga. Pelayanan dalam proses
pembelajaran sebagai wujud syukur atas kebahagiaan dan sukacita belas kasih Tuhan.
Kepekaan dan kepedulian terhadap masalah sosial yang ada dalam kehidupan
peserta didik serta memperjuangkan keadilan sosial menjadikan kita semakin solider
dengan kehidupan sesama, lebih-lebih yang miskin dan marginal (tersingkirkan).
2. Integritas
Integritas adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan, yang diwujudkan dalam tindakan
yang sesuai dengan nilai, keyakinan, dan prinsip yang dipegangnya.
`14 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Dalam etika, integritas diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan
seseorang. Seorang dikatakan “mempunyai integritas” apabila tindakannya sesuai
dengan nilai, keyakinan, dan prinsip yang dipegangnya (Wikipedia).
Integritas juga dapat diartikan sebuah nilai (value), sama seperti kedisiplinan,
kejujuran, ketekunan, keberanian, keuletan. Bahkan integritas mempunyai nilai lebih
dari nilai-nilai yang lain, hal itu disebabkan karena integritas adalah sebuah nilai yang
menjamin semua nilai lain dilakukan dengan baik dan konsisiten. Kualitas kejujuran
seseorang akan tergantung dari seberapa konsisten integritas seseorang itu terhadap
kejujuranya. Integritas adalah kualitas yang melindungi nilai-nilai seseorang, dan
menyebabkan seseorang hidup konsisten dengan nilai-nilai yang dimiliki.
Dalam arti yang sederhana seseorang yang mempunyai integritas adalah
seseorang yang memiliki kepribadian yang jujur dan memiliki kepribadian yang kuat
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan serta menghargai kehidupan dan
keutuhan ciptaan. integritas adalah kompas yang mengarahkan perilaku seseorang.
Seseorang yang mempunyai integritas tinggi akan menentukan maju mundurnya suatu
sekolah dan lebih luas lagi akan menentukan masa depan masyarakat.
Seseorang yang mempunyai integritas selalu menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan serta menghargai kehidupan dan keutuhan ciptaan. Sebagai seorang
beriman selalu menghargai keunikan pribadi dan melihat rencana Allah dalam setiap
pribadi dan mampu menjadi pribadi yang beriman, utuh dan humanis sebagai citraan
Allah serta memiliki kemurnian bathin untuk mendengarkan suara Allah.
3. Againts The Tide
Melawan arus berarti kemampuan membangun kepercayaan diri sehingga
mempunyai keberanian dalam sikap dan tindakan untuk membuat hal yang berbeda,
bahkan melawan kecenderungan dan kebiasaan buruk dunia, demi kebenaran,
keadilan dan kesejahteraan bersama.
Pembelajaran disekolah harus mampu membentuk nurani yang benar agar
berani membela kebenaran dan keadilan di atas kepentingan pribadi dan golongan.
"Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya
kita jangan hanyut dibawa arus." Ibrani 2:1
Belajar dari ikan salmon yang mempunyai keunikan, Ikan salmon selain dapat
bekembang biak di air tawar daerah pegunungan, ia dapat juga berkembang biak dan
hidup di air asin. Ikan salmon ketika akan bertelur dan berkembang biak, ia akan
`15 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
pergi ke habitat aslinya, yaitu air tawar di daerah pegunungan. Perjalanan yang cukup
panjang dan melelahkan bahkan dengan susah payah harus berjuang melawan
derasnya air, melompat jika airnya surut. Hal yang terburuk dialami adalah kematian,
sebab tak jarang banyak beruang yang memangsa mereka. Upaya mencapai tempat
untuk bertelur perlu ratusan kilometer jauhnya itupun ia harus melawan derasnya
arus, curam dan terjalnya sungai dan juga buasnya beruang yang siap memangsanya.
Sehingga dapat dipahami jika bisa sampai daerah pegunungan sekujur tubuhnya
harus terluka dan setelah sampai di habitat asalnya, ikan salmon itu bertelur dan
kemudian mati.
Keberanian melawan arus seperti ikan Salmon yang berani mengambil resiko
terluka dan bahkan dimakan beruang atau pemangsa lain demi mencapai tujuanya
bertelur di hulu sungai tentunya dapat memberikan inspirasi dan spirit dalam hidup
kita sebagai seorang pembelajar.
Untuk berpikir dan bertindak yang berbeda dengan kebanyakan yang terjadi
memang membutuhkan kegigihan dan keberanian. Berani berkata tidak dan bahkan
harus berani dikatakan orang “nekad”. Yang perlu kita jadikan sebagai spirit dan
kekuatan dalam melawan arus adalah, banyak kenyataan penemuan-penemuan baru
yang inovatif dan kreatif dilakukan oleh orang-orang yang tak tunduk pada kebiasaan
atau orang yang berani beda.
Berani melawan arus dunia ini dan memiliki kehidupan yang berbeda adalah
kehendak Tuhan bagi orang percaya. "Janganlah kamu menjadi serupa dengan
dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah
dan yang sempurna." (Roma 12:2).
4. Compassionate Motherhood
Berbelas kasih keibuan berarti bersifat seperti ibu (lemah lembut, penuh kasih
sayang, dan mudah tergerak) yang memampukan seseorang mengembangkan
keterbukaan, kelembutan hati, untuk menerima sesama (inklusif) dan cinta damai
(piacevolezza), yang diikuti dengan tindakan untuk memberi dan menolong mereka
yang membutuhkan, lebih-lebih mereka yang menderita dan teraniaya, lemah, takut
dan mudah berkecil hati.
“Kemudian saya mohon kepada Anda supaya memperhatikan puteri-puteri
Anda, dengan mengenangkan mereka masing-masing sedalam-dalamnya di hati dan
`16 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
pikiran Anda, bukan hanya nama mereka, melainkan latar belakang dan kepribadian
mereka, dan setiap hal mengenai mereka. Itu tidak sukar apabila anda meliputi
mereka dengan cinta yang sejati. Perhatikanlah bahwa seorang ibu meskipun
mempunyai seribu anak masih sanggup memberikan tempat bagi setiap anak dalam
hatinya, karena demikianlah kerjanya cinta sejati.” ( ST. A, Warisan 2: 1-6)
Perasaan keibuan biasanya cepat tumbuh pada seorang wanita, namun tidak
jarang seorang pria justru mempunyai sifat keibuan yang tinggi. Hati seorang ibu
mudah tergerak membantu orang yang membutuhkan pertolongan, mampu mencintai
sesama tanpa pilih kasih dengan mengenang sesama yang dipercayakan kepada kita
dalam hati dan pikiran.
Hati yang berbelas kasih selalu diikuti dengan tindakan untuk memberi dan
menolong mereka yang membutuhkan, lebih-lebih mereka yang menderita dan
teraniaya. Hati yang berbelas kasih mampu memberikan peneguhan kepada sesama
yang lemah, takut dan mudah berkecil hati serta mampu menanamkan sikap taqwa
kepada mereka yang terlalu bebas dan lemah hati nuraninya. Manusia dengan segala
kebebasan dan kebahagiaanya merupakan perwujudan belas kasih Allah yang tak
terkira maka hidup manusia harus dikembalikan demi kemuliaanNya. Ia telah
melingkupi kita dengan kasih setia dan belas kasihan-Nya, maka bagikanlah belas
kasih itu pada semua orang agar sungguh kasih Allah yang berlimpah, menjadikan
berkat bagi siapa saja yang berkenan bagi kemuliaanNya.
5. Achievement Motivation
Motivasi berprestasi adalah dorongan dalam diri seseorang karena adanya
rangsangan (baik dari dalam maupun dari luar) untuk memenuhi kebutuhanya yang
menimbulkan perilaku mandiri, mau bekerja keras, berdaya juang tinggi, penuh
energi, terarah, dan bertahan lama demi mencapai cita-cita yang luhur.
Segala sesuatu yang dikerjakan manusia dalam berinteraksi dengan orang lain
dan lingkungannya selalu dipengaruhi oleh suatu motif. Motif tersebut salah satunya
adalah motivasi untuk berprestasi. Motivasi berkaitan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi orang untuk berperilaku dengan cara tertentu. Seseorang yang
mempunyai motivasi berprestasi selalu mengembangkan sikap dan perilaku mandiri,
mau bekerja keras, dan berdaya juang tinggi. Selain itu juga mampu mengembangkan
diri secara optimal demi mencapai cita-cita yang luhur.
`17 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan
kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang
penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2007).
Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan menyenangi
tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan terbuka untuk umpan balik yang
memperbaiki prestasi inovatif kreatif.
Motivasi berprestasi diwujudkan dalam bentuk usaha serta tindakan belajar
yang efektif sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar yang dicapai. Dengan
demikian proses belajar akan mendapat hasil yang maksimal ketika seseorang
mempunyai dorongan untuk belajar. Dengan adanya motivasi berprestasi maka akan
muncul ide-ide atau gagasan, keinginan dan usaha untuk melakukan aktivitas belajar
dengan efektif dan efisien.
Dalam prestasi belajar semakin tinggi motivasi berprestasi seseorang semakin
baik pula prestasi akademiknya. Semakin rendah motivasi berprestasi seseorang,
semakin rendah pula prestasi akademiknya. Seseorang yang motivasi berprestasinya
tinggi akan lebih mudah memperoleh prestasi akademik yang tinggi dan seseorang
yang motivasi berprestasinya rendah cenderung memperoleh prestasi akademik yang
rendah pula.
6. Team spirit
Semangat kekeluargaan dan kebersamaan adalah semangat yang mampu
memelihara jiwa kekeluargaan, persatuan, dan solidaritas dalam membangun hidup
dalam keserasian, sehati sekehendak dan terikat satu sama lain.
Dengan kebersamaan kita dapat saling bertukar pengalaman hidup sehingga kita
mendapatkan arti hidup yang sesungguhnya. Seseorang yang mampu memelihara jiwa
kekeluargaan, persatuan, dan solidaritas, mampu mencintai tanah air dan
mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika. Seseorang yang
mempunyai semangat kebersamaan mengutamakan musyawarah, menghormati, dan
menjunjung tinggi setiap keputusan yang diambil untuk kepentingan bersama, dan
kebersamaan itu akan melahirkan kemenangan, namun jika mengutamakan
kemenangan belum tentu bisa melahirkan kebersamaan. Maka kebersamaan lebih
penting daripada kemenangan.
`18 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
B. Peran Servite et Amate dalam Pembelajaran
Menjadikan peserta didik memiliki keutamaan hidup seperti Krsitus dibutuhkan
kesabaran dan proses yang panjang. Hal itu disebabkan banyaknya faktor yang
mempengaruhinya, diantaranya adalah kondisi intern peserta didik dengan intelektual dan
sifat yang berbeda, serta kondisi ekstern dengan pola hidup manusia yang semakin lama
semakin tidak teratur atau semakin semrawut. Dalam kondisi yang demikian maka
menuntut suatu pengikat nilai yang dapat menjadi roh dalam berpikir dan bertindak. Maka
peran Servite et Amate dalam pembelajaran sangatlah penting, peran itu adalah :
1. Servite et Amate menempatkan peserta didik sebagai subyek yang utama.
Peserta didik adalah pihak yang terpenting dan pelaku utama pembelajaran karena yang
berproses belajar bukanlah pendidiknya tetapi peserta didik itu sendiri yang didorong
untuk menemukan, memahami, mengklarifikasi, menganalisis, dan membuat konsep
serta mampu merefleksikan dan menemukan makna atas pengalaman belajarnya,
sebagai perjumpaan dengan Allah dan sesama. Dengan demikian menjadikan mereka
terus menerus berkembang dalam pengetahuan, sikap, keterampilan dan kualitas hidup
rohaninya.
Pembelajaran Servite et Amate harus menempatkan peserta didik menjadi subyek
pelayanan yang utama dalam membangun suatu dialog pengetahuan, kehidupan dan
iman. Dengan dialog pengetahuan, kehidupan dan iman yang terbangun, peserta didik
akan masuk dalam suasana baru yang penuh kecerdasan dan keimanan, dimana peserta
didik saling peduli untuk membantu permasalahan hidup mereka, saling meneguhkan
serta memberi harapan, dan saling mendorong peserta didik untuk terlibat aktif dalam
mengusahakan kehidupan yang lebih baik yang lebih adil dan sejahtera.
2. Servite et Amate sebagai pemaknaan pembelajaran yang bermartabat.
Hasil pembelajaran yang terbaik harus memampukan peserta didik bertahan
hidup dalam dunia sekarang ini dengan tetap berpedoman pada spiritualitas Santa
Angela, yang menjunjung tinggi martabat manusia sebagai citra Allah. Kenyataan
dunia merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran karena dengan
mengetahui kenyataan dunia dan pengalaman peserta didik di dalamnya, pembelajaran
sungguh-sungguh akan lebih bermakna dan menjawab kebutuhan peserta didik di
tengah tantangan dunia. Peserta didik perlu diajak untuk mengkritisi kenyataan dunia,
salah satu caranya dengan menganalisis masalah sosial secara ilmiah sehingga melalui
pembelajaran peserta didik dilibatkan untuk mengungkapkan pengalaman
`19 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
pembelajaranya, diajak untuk mengemukakan tanggapan atau pandangannya, serta
saling memberi masukan untuk mengusahakan pengetahuan, sikap, keterampilan dan
hidup rohaninya yang lebih baik. Dengan membuka mata dan membangun kesadaran
akan situasi dunia yang sedang dihadapi melalui pembelajaran Servite et Amate
harapan akan kehidupan yang lebih baik untuk menjadi manusia yang sejahtera dan
secitra dengan Tuhan akan terwujud. Pembelajaran Servite et Amate menjadikan
peserta didik lebih berpengetahuan dan beriman yang membantu peserta didik
menemukan Allah dalam setiap pengalaman hidup bersama orang-orang di sekitarnya.
3. Servite et Amate sebagai sarana refleksi dan komunikasi pengalaman
pembelajaran.
Pembelajaran mengajak peserta didik untuk merefleksikan pengalaman dan konsep
belajar baru dengan konsep dan pengalaman pengetahuan yang telah dimilikinya,
sebagai pengalaman hidup dengan Tuhan dan sesama. Selanjutnya buah-buah refleksi
itu kemudian dikomunikasikan sehingga mereka saling diperkaya dan saling
meneguhkan. Komunikasi yang penuh kelembutan dan empaty menjadikan peserta
didik membangun suatu kebersamaan dan persekutuan antar pribadi. Refleksi
mempertemukan pengalaman belajar mereka dengan Rahmat Allah yang penuh belas
kasih, sehingga peserta didik sungguh-sungguh dapat menemukan kehadiran Allah
dalam setiap peristiwa hidup mereka sehari-hari.
4. Servite et Amate mewujudkan suasana kebersatuan dan kebersamaan (insieme).
Pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, reflektif dan menyenangkan memerlukan
suasana dan kondisi yang akrab, guyub dan penuh persaudaraan karena dengan
demikian akan terbangun keterbukaan antar peserta didik, pendidik, dan semua warga
sekolah, sehingga semua warga sekolah dapat dengan leluasa mengungkapkan
pengalaman hidupnya dalam kebermaknaan bersama Tuhan, merasa saling diteguhkan,
dan saling menerima dengan segala kelebihan dan kekuranganya. Pembelajaran Servite
et Amate yang berlangsung dalam suasana kekeluargaan akan dapat saling
mengembangkan sebagian nilai-nilai hidup Santa Angela sebagai spirit pendidikan
Ursulin.
Begitu pentingnya peran Servite et Amate dalam pembelajaran, maka mau tidak
mau mengajak kita semua berperan aktif dalam mewujudkan pembelajaran “menuju” dan
“menjadi” melayani, mencitai dan berpengetahuan. Kata “menuju” merujuk pada
`20 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
bagaimana hasil pembelajaran itu menjadi penyangga (scafolding) bagi tujuan belajar
yang lebih tinggi. Hasil belajar sebagai sarana lompatan bukan tujuan. Juga dapat
dijelaskan kata menuju berarti masih dalam proses perjalanan menuju pada hasil
pembelajaran yang sebenarnya. Sedangkan kata “menjadi” berarti sudah sanpai akhir
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Proses merancang pembelajaran Servite et Amate meliputi: perencanaan pembelajaran,
implementasi pembelajaran dan evaluasi pembelajaran (nilai sikap) yang dijiwai oleh nilai
serviam, integritas, berani melawan arus, belas kasih, motivasi berprestasi dan semangat
kebersamaan (Serviam, integrity, against the tide, compassionate motherhood,
achievement motivation, team spirit/insieme).
`21 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Bagian 4
Definisi Konseptual, Operasional, dan Indikator Operasional
Servite Et Amate
A. Melayani (Serviam)
Definisi Konseptual
Melayani adalah mengabdikan diri kepada Allah, keluarga, masyarakat, Gereja dan
negara tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, serta golongan, yang dibangkitkan dari
kesadarkan akan pengalaman cinta Tuhan yang selalu memberi, mencintai dan melayani,
melalui orang tua dan sesama melalui perilaku hidup sehari-hari.
Definisi operasional :
1. Seseorang yang mengabdikan/memberikan diri untuk Tuhan melalui kegiatan yang
langsung berhubungan dengan Tuhan.
Indikator operasional :
a. Berdoa sebelum dan sesudah makan.
b. Berdoa sebelum tidur dan saat bangun tidur.
c. Berdoa sebelum berangkat ke sekolah atau ke tempat lain.
d. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran.
e. Bedoa sebelum mengerjakan soal.
f. Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan suatu kegiatan.
g. Menjalin relasi dengan Tuhan melalui doa pribadi dan doa bersama.
h. Mampu bersyukur dalam segala hal yang dialami.
i. Berserah diri kepada Tuhan apabila gagal dalam mengerjakan sesuatu.
j. Berdoa dengan khikmad saat doa angelus di sekolah.
k. Mebaca kitab suci setiap hari.
l. Membaca renungan harian.
m. Membaca buku-buku rohani.
n. Menyanyikan lagu-lagu rohani.
2. Seseorang yang mengabdikan/memberikan diri untuk keluarga melalui tugas dan
kewajiban dalam hidup keluarga.
Indikator operasional :
a. Membantu orang tua dalam pekerjaan sehari-hari.
`22 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
b. Belajar dengan setia tanpa menunggu disuruh oleh orang tua.
c. Menemani adik yang sedang sakit.
d. Merawat orang tua yang sakit.
e. Ikut menyiapkan alat-alat yang akan dibawa ke sekolah.
f. Merapikan tempat tidur saat bangun tidur.
g. Bersedia menjalankan bila dimintai tolong orang tua untuk mengerjakan sesuatu.
3. Seseorang yang mengabdikan/memberikan diri dalam kegiatan-kegiatan di sekolah.
Indikator operasional :
a. Membantu pendidik dalam kegiatan-kegiatan di sekolah.
b. Rajin mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
c. Rajin mengikuti kegiatan kemah.
d. Mengambil bagian dalam tugas-tugas rohani di sekolah.
e. Melaksanakan tugas yang diberikan pendidik, sekolah dan Yayasan
f. Memberikan sebagian uangnya untuk aksi sosial di sekolah.
4. Seseorang yang mengabdikan/memberikan diri dalam kegiatan-kegiatan di
masyarakat.
Indikator operasional :
1. Mengucapkan selamat hari raya pada saudara yang beragama lain.
2. Menghormati orang lain dalam hidup agamanya.
3. Ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat.
4. Membantu teman yang berkekurangan.
5. Mau bergaul dengan siapapun terutama yang miskin dan terpinggirkan.
6. Mendoakan teman yang ulang tahun, sakit dan intensi yang dibutuhkan
7. Mengunjungi temannya yang sakit di rumah/ rumah sakit.
5. Seseorang yang mengabdikan/memberikan diri untuk Tuhan melalui pelayanan-
pelayanan dalam hidup menggereja.
Indikator operasional :
a. Mengikuti misa hari minggu.
b. Mengikuti sekolah minggu.
c. Mengikuti kegiatan rekat setiap hari minggu.
d. Menjalankan ibadah tepat waktu.
e. Melayani dalam tugas-tugas di Gereja ( koor, Lektor, dirigen, misdinar dsb)
`23 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
6. Seseorang yang mengabdikan/memberikan diri untuk Negara dalam kewajiban-
kewajiban sebagai warga negara yang baik.
Indikator operasional :
a. Mengikuti upacara bendera saat upacara hari-hari besar nasional.
b. Menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan sikap siap dan khikmad.
c. Menyanyikan lagu-lagu nasional.
d. Mampu menyebutkan Pancasila secara benar.
e. Berziarah ke makam pahlawan.
f. Mengikuti lomba-lomba saat perayaan 17 Agustus di desa.
g. Mentaati tanda-tanda lalu lintas.
B. Integritas (integrity)
Definisi konseptual
Integritas adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan, yang diwujudkan dalam tindakan
yang sesuai dengan nilai, keyakinan, dan prinsip yang dipegangnya.
Definisi operasional
1. Seseorang yang konsisten dan teguh pada nilai-nilai kebaikan yang diyakininya.
Indikator operasional:
a. Selaras dalam pikiran, hati, kata dan perbuatan.
b. Mensyukuri kebaikan Tuhan dengan mencintai keluarga, sekolah, Bangsa dan
agama.
c. Menjaga, memelihara dan mengembangkan hubungan baik dengan orang lain.
d. Mampu mengendalikan diri dalam perkataan dan perbuatan.
e. Berpikir positif.
f. Menghargai waktu.
g. Selalu menepati janji.
h. Memegang teguh komitmen dan bertanggungjawab.
i. Menjaga prinsip dan nilai-nilai yang diyakini.
j. Berusaha memperbaiki kesalahan.
k. Optimis akan masa depan.
l. Membaharui diri terus menerus untuk kemajuan.
`24 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
2. Seseorang yang melakukan perbuatan selaras dengan apa yang ada dalam pikiran, hati,
dan perkataan.
Indikator operasional:
a. Mengemukakan perasaan terhadap sesuatu apa adanya ( jujur).
b. Menyapa dan menghormati orang lain tanpa membedakan (pilih kasih)
c. Melaporkan data atau informasi apa adanya.
d. Jujur dalam mengerjakan ulangan atau ujian.
e. Mengakui kebenaran dan kelebihan orang lain.
f. Bersikap jujur terhadap diri sendiri dan orang lain.
g. Bersikap sopan terhadap diri sendiri dan orang lain.
h. Berani mengakui kesalahan dan kekurangan.
i. Berani meminta maaf bila melakukan kesalahan.
j. Mau memaafkan kesalahan orang lain ( murah hati).
k. Mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki.
l. Melaporkan barang yang ditemukan.
m. Menempatkan barang di tempat yang disediakan oleh sekolah.
C. Melawan arus (Againt the tide)
Definisi konseptual
Melawan arus berarti kemampuan membangun kepercayaan diri sehingga mempunyai
keberanian dalam sikap dan tindakan untuk membuat hal yang berbeda, bahkan melawan
kecenderungan dan kebiasaan buruk dunia, demi kebenaran, keadilan dan kesejahteraan
bersama.
Definisi operasional
1. Seseorang yang mempunyai kepercayaan diri sehingga mempunyai keberanian untuk
berbeda dengan orang lain.
Indikator operasional:
a. Tidak mudah mengikuti trend sedang berkembang.
b. Berani mengatakan “benar” bila benar, dan “tidak” bila salah.
c. Selalu terus belajar.
d. Menjaga nama baik sekolah.
e. Melakukan sesuatu dengan baik dan benar walaupun sulit.
f. Berani beda dengan kebanyakan demi kebenaran.
`25 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
g. Menyelesaikan tugas dengan sebaik baiknya walaupun ada tantangan.
h. Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan.
i. Tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat
j. Mengembalikan barang yang bukan kepunyaanya.
k. Berani memberi dan menerima kritik
l. Menyenangi situasi menantang, dimana mereka dapat memanfaatkan
kemampuannya.
m. Cenderung mencari cara-cara yang unik dalam menyelesaikan suatu masalah.
2. Seseorang yang mempunyai keberanian bersikap melawan kebiasaan buruk dunia.
Indikator operasional:
a. Tidak mudah tergoda oleh hal-hal duniawi.
b. Jujur dalam ulangan.
c. Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan
d. Tidak boros dan konsumtif, melainkan produktif.
e. Tidak merokok.
f. Berani keluar dari zona kenyamanan demi sesuatu yang lebih.
g. Senang hati menerima kritik hasil kerjanya.
h. Memperhitungkan resiko yang sedang dengan hasil yang dapat diduga, ketimbang
resiko besar waluapun hasilnya besar.
i. Hening di hadapan Tuhan bila terjadi konflik.
3. Seseorang yang mempunyai keberanian bertindak memperjuangkan kebenaran dan
keadilan demi kesejahteraan bersama.
Indikator operasional:
a. Bersedia mengerjakan tugas-tugas yang sulit, cukup menantang untuk berkreasi,
bukan yang monoton demi tujuan yang lebih baik.
b. Bijaksana dalam mengambil keputusan demi kesejahteraan bersama.
c. Berani menyampaikan pendapat ketika bapak ibu pendidik dianggap salah dalam
memyampaiakan kebijakan.
d. Membela teman yang disakiti dan dikucilkan.
`26 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
D. Berbelas Kasih (compassionate Motherhood)
Definisi konseptual
Berbelas kasih keibuan berarti bersifat seperti ibu (lemah lembut, penuh kasih sayang,
dan mudah tergerak) yang memampukan seseorang mengembangkan keterbukaan,
kelembutan hati, untuk menerima sesama (inklusif) dan cinta damai (piacevolezza), yang
diikuti dengan tindakan untuk memberi dan menolong mereka yang membutuhkan, lebih-
lebih mereka yang menderita dan teraniaya, lemah, takut dan mudah berkecil hati.
Definisi operasional:
1. Seseorang yang lemah lembut dan penuh kasih sayang dalam pergaulan dengan orang
lain.
Indikator operasional:
a. Lemah lembut dalam perkataan.
b. Mengerjakan segala sesuatu dengan riang gembira.
c. Simpatik.
d. Ramah.
e. Murah senyum
f. Berkata dengan nada yang rendah.
2. Seseorang yang mudah tergerak hatinya untuk memperhatikan orang lain yang
berkekurangan.
Indikator operasional:
a. Mempunyai empathy pada orang lain.
b. Memahami orang lain.
c. Mampu memberi dorongan pada teman yang putus asa.
d. Mampu menenangkan teman yang gelisah.
e. Mencintai sesama sebagai ciptaan Tuhan.
f. Dapat menjadi contoh yang baik bagi orang lain.
g. Membangun persahabatan.
h. Mencegah timbulnya perselisihan.( pendamai)
i. Mengusahakan hubungan yang baik dengan orang lain
j. Mampu menghibur teman yang susah.
k. Menerima kelebihan dan kekurangan diri dan orang lain.
l. Mempunyai kepekaan sosial.
m. Mampu mendengarkan orang lain.
`27 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
3. Seseorang yang terbuka untuk menerima orang lain tanpa membedakan.
Indikator operasional:
a. Bersahabat dengan orang lain dan lingkungan.
b. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia
c. Berpikir dan bersikap positif terhadap terhadap orang lain.
d. Bersikap inklusif.
E. Motivasi Berprestasi (achievement Motivation)
Definisi konseptual
Motivasi berprestasi adalah dorongan dalam diri seseorang karena adanya rangsangan
(baik dari dalam maupun dari luar) untuk memenuhi kebutuhanya yang menimbulkan
perilaku mandiri, mau bekerja keras, berdaya juang tinggi, penuh energi, terarah, dan
bertahan lama demi mencapai cita-cita yang luhur dan bermartabat.
Definisi operasional:
1. Seseorang yang mampu hidup mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Indikator operasional:
a. Menyelesaiakan tugas dengan hasil sebaik mungkin.
b. Mempunyai target dalam menyelesaikan tugas.
c. Bekerja keras.
d. Mencermati lingkungan dan mencari kesempatan/ peluang.
e. Dalam menyelesaikan tugas tidak tergantung pada orang lain atau atasan.
f. Mempunyai daya juang tinggi.
g. Bekerja tidak atas dasar keberuntungan.
h. Realistis menilai dirinya.
i. Menghargai hadiah yang diterimanya.
j. Pantang menyerah.
k. Tidak lupa diri bila mendapat pujian atas prestasinya.
l. Menyelesaikan tugas atas usahanya bukan karena untung-untungan.
m. Pantang menyerah dan keras hati meskipun menemui hambatan-hambatan.
n. Bertanggungjawab terhadap tugasnya.
o. Mampu bersyukur atas hasil kerjanya ( baik berhasil maupun gagal)
`28 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
2. Seseorang yang mampu bekerja keras guna memperjuangkan hal yang lebih baik.
Indikator operasional:
a. Melaksanakan tugas karena panggilan, bukan sekedar mencari nafkah/kewajiban.
b. Berorientasi ke depan dan berantisipasi penuh memperkirakan hasil kerjanya.
c. Menjadikan pekerjaan yang lalu sebagai umpan-balik bagi pekerjaan selanjutnya.
d. Berbuat sebaik mungkin.
e. Berpikir dan berorientasi ke masa depan.
f. Lebih mementingkan prestasi ketimbang upah yang akan diterimanya.
g. Kreatif dalam berpikir dan mengerjakan tugas.
h. Dalam melakukan suatu tindakan tidak didorong atau dipengaruhi oleh rewards
(hadiah atau uang).
i. Mempunyai sifat optimis dalam bekerja.
j. Mementingkan kerja daripada imbalan yang diterima.
3. Seseorang yang mempunyai daya juang tinggi dalam memperjuangkan visi hidupnya.
Indikator operasional:
a. Tidak mudah menyerah dalam mencapai suatu kesuksesan
b. Bekerja lebih keras kalau diberikan umpan balik.
c. Menyesal kalau hasil kerjanya jelek, apalagi kalau diperlukan orang lain.
d. Tidak putus asa jika mengalami kegagalan.
e. Tidak menyalahkan orang lain jika mengalami kegagalan.
f. Selalu optimis dalam bekerja.
4. Seseorang yang mempunyai semangat dan penuh energi dalam mengerjakan pekerjaan
yang diberikan padanya.
Indikator operasional:
a. Bersemangat dalam mengerjakan tugas.
b. Berani presentasi di depan kelas.
c. Menyenangi keberhasilan yang dicapai atas usaha sendiri daripada karena
keberuntungan.
d. Selalu menerima tugas dengan gembira.
5. Seseorang yang mempunyai daya tahan dalam bekerja dan memperjuangkan sesuatu
yang lebih tinggi dari standar yang ada.
Indikator operasional:
a. Memiliki kesan yang dalam terhadap keberhasilan dan kegagalannya.
`29 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
b. Mampu berkompetisi positif dalam segala kegiatan.
c. Selalu berani keluar dari zona nyaman guna sesuatu yang lebih baik.
d. Bekerja secara maksimal (tidak setengah-setengah).
e. Menjadikan segala sesuatu sebagai batu loncatan, bukan sebagai tujuan akhir.
F. Semangat Kebersamaan (team spirit)
Definisi konseptual
Semangat kebersamaan adalah semangat yang mampu memelihara jiwa kekeluargaan,
persatuan, dan solidaritas dalam membangun hidup dalam keserasian, sehati sekehendak
dan terikat satu sama lain.
Definisi operasional:
1. Seseorang yang mempunyai semangat untuk menjaga jiwa kekeluargaan demi
persatuan kelompoknya.
Indikator oprasional:
a. Mampu bekerjasama dengan orang lain
b. Senang bergaul untuk memperoleh pengalaman.
c. Mampu beradaptasi dengan orang lain dan lingkungan.
d. Bergembira hidup dalam kelompok.
e. Setia pada komitmen bersama.
f. Mengutamakan kepentingan bersama.
g. Setia pada kelompoknya.
h. Bertanggung jawab.
i. Mampu bergotong royong.
j. Bersikap adil.
k. Tidak curang. ( jujur)
l. Bersikap dewasa.
m. Berpandangan positif terhadap orang lain.
n. Meningkatkan hubungan positif dengan orang lain.
o. Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu.
p. Mampu membuat keputusan dengan cepat dan tepat.
q. Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan.
`30 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
2. Seseorang yang mempunyai solidaritas dalam hidup yang penuh keserasian dan
keharmonisan.
Indikator operasional:
a. Menghargai pendapat orang lain
b. Mau mendengarkan pendapat orang lain
c. Tidak mendahulukan kepentingan pribadi.
d. Mau menerima kelebihan dan kekurangan orang lain
e. Bersikap tenggang rasa.
f. Mengutamakan kebersamaan dibanding kemenangan.
g. Bersedia menerima ide orang lain.
h. Suka berteman tanpa memandang perbedaan.
i. Dapat memaafkan kesalahan orang lain dan berani minta maaf bila salah.
j. Menghormati orang yang lebih tua.
k. Tidak berkata-kata kotor dan kasar.
l. Tidak menyela pembicaraan.
m. Mampu berterimakasih.
n. Murah senyum dan mudah menyapa.
o. Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat.
p. Menghormati teman yang berbeda agama, suku, ras, gender dan budaya.
q. Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya.
r. Dapat menerima kekurangan orang lain.
s. Meminta ijin ketika menggunakan barang milik orang lain.
3. Seseorang yang mempunyai semangat sehati dan sekehendak dalam hidup bersama
yang terikat satu sama lain.
Indikator operasional:
a. Mencari jalan terbaik untuk mengatasi perbedaan pendapat dengan orang lain.
b. Mampu menjaga nama baik sekolah / yayasan
c. Mampu mengenal dan menjalankan visi-misi sekolah/ yayasan
d. Mengutamakan dan mendahulukan kepentingan yayasan.
e. Memusatkan perhatian pada tujuan kelompok.
f. Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah.
g. Bersedia melakukan tugas sesuai kesepakatan bersama.
h. Bersedia membantu orang lain tanpa mengharap imbalan.
i. Terlibat aktif dalam kerja kelompok
`31 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Bagian 5
IMPLEMENTASI PERILAKU SERVITE ET AMATE
DALAM PEMBELAJARAN
A. Implementasi Perilaku Servite Et Amate dalam Perencanaan Pembelajaran.
Implementasi perilaku Servite Et Amate dilakukan dengan penyusunan silabus yang
di dalamnya tertuang kompetensi sikap yang merepresentasikan nilai-nilai Servite Et
Amate. Silabus yang dipakai adalah silabus yang sudah ada, kita tinggal memaksimalkan
dengan menambahkan indikator-indikator Servite Et Amate termasuk Teknik penilaianya.
Selanjutnya menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dengan berpedoman
pada silabus yang sudah dikembangkan, kemudian disharingkan dengan teman sejawat
dan dilakukan expert-judgement, serta dilakukan revisi berulang.
Setiap pendidik pada satuan pendidikan Ursulin berkewajiban menyusun RPP
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, efektif, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, psikologis, dan rohani peserta didik.
RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci pada tujuan
aspek kognitif dan psikomotor mengacu pada silabus, buku-buku pegangan
pembelajaran, buku pegangan pendidik, sedangkan dalam menentukan tujuan
pembelajaran aspek sikap mengacu pada nilai-nilai yang terkandung dalam Servite et
Amate.
Prinsip Penyusunan RPP Servite et Amate :
a. RPP disusun oleh pendidik berdasarkan silabus dan indikator operasional yang
dijabarkan dari core values Servite et Amate.
b. RPP dikembangkan pendidik dengan mencantumkan nilai-nilai Servite et Amate pada
Kompetensi Inti spiritual dan sosial.
c. RPP mendorong partisipasi aktif peserta didik. (Kemdikbud, 2013) maka disarankan
model pembelajaran memakai cooperatif learning sebagai sarana mengembangkan
pelayanan (serviam), keibuan yang berbelas kasih (compassionate motherhood), dan
kebersamaan (team spirit/insieme).
d. RPP sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai
manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dalam RPP
`32 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat,
rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar,
keterampilan belajar, dan kebiasaan belajar (Kemdikbud, 2013) disarankan nilai-nilai
berani melawan arus (againt the tide) dan motivasi berprestasi (achiement motivation)
selalu ada dalam setiap pembelajaran.
B. Implementasi Perilaku Servite et Amate dalam Proses Pembelajaran.
Implementasi pembelajaran perilaku Servite et Amate terlihat pada pengaturan
kualitas kelas yang meliputi segi fisik dan psikologis agar teroskestrasi dengan harmonis,
sehingga menjadi sebuah panggung yang menarik peserta didik untuk terlibat dalam
proses pembelajaran yang mensejahterakan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran perilaku Servite et Amate, pendidik disarankan
berpedoman RPP yang telah dibuat dengan menggunakan model, strategi, metode dan
media pembelajaran yang mengerucut ke arah kesejahteraan peserta didik.
Kondisi pembelajaran yang semakin kondusif, maka tingkat keberhasilan peserta
didik dalam belajarnya akan semakin tinggi dan sebaliknya. Atau terciptanya kondisi
pembelajaran yang efektif akan menjadikan proses pembelajaran berlangsung secara
efektif dan efisien dan peserta didik berhasil dalam mewujudkan tujuan/kompetensi yang
diharapkan sebagai dampaknya.
Interaksi atau hubungan timbal balik antar individu dalam kelas harus membuat
setiap pribadi merasa dimengerti, dicintai, dan dihargai. Hubungan yang harmonis dan
membahagiakan dimulai dari berpikir positif dan hati terbuka terhadap siapa saja tanpa
membedakan dengan tetap mengimani bahwa Tuhan hadir dalam setiap pribadi yang
hadir di sekitar kita. Mulailah pertemuan dengan senyuman, berkatalah dengan lemah
lembut, dengarlah dengan kesabaran, tetaplah rendah hati dalam bersikap.
Variasi tugas peserta didik baik secara individu, berpasangan maupun kelompok
dan kelompok diusahakan mencerminkan nilai-nilai yang tertuang dalam Servite et
Amate. Tugas perorangan hendaknya menantang dan menumbuhkan motivasi untuk
berbuat lebih baik. Tugas secara berkelompok hendaknya juga dikerjakan dengan
kebersamaan dengan tetap berpegang teguh pada nilai kekeluargaan.
Suasana belajar adalah faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran dalam
mencapai tujuan yang diinginkan. Suasana belajar yang kondusif harus mampu
menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk mengeksplorasi pengetahuan dan
mengolah nilai hidup sehingga menimbulkan suasana hati yang gembira. Berangkat dari
`33 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
rasa kegembiraan itulah maka akan munculah motivasi untuk terlibat penuh dalam proses
pembelajaran serta mempunyai pemahaman atau penguasan materi belajar, serta
munculnya perilaku Servita et Amate dalam diri peserta didik. Dalam sebuah penelitian
psikologi pembelajaran disebutkan jika suasana belajar menyenangkan, daya serap anak
akan meningkat, bahkan berlipat. Contohnya belajar puisi sambil menyanyi atau sambil
melihat film pendek, hasilnya akan lebih baik ketimbang model hafalan.
Rose and Nicholl (1997) menyatakan bahwa pembelajaran yang menyenangkan
memiliki ciri-ciri sebagai:
1. Menciptakan lingkungan tanpa stress, lingkungan yang aman untuk melakukan
kesalahan, namun menumbuhkan harapan meraih sukses tetap tinggi.
2. Menjamin bahwa bahan ajar itu relevan dengan manfaat dan pentingnya dalam
memenuhi harapan peserta didik.
3. Menjamin bahwa secara emosional dapat berlangsung proses belajar positif, pada
umumnya suasana ini dapat tumbuh jika belajar dilakukan bersama dengan orang lain,
ada humor dan dorongan semangat , waktu rehat dan jeda teratur, serta dukungan
antusias.
4. Melibatkan secara sadar semua indera dan juga pikiran otak kiri dan otak kanan.
5. Menantang peserta didik untuk dapat berpikir jauh ke depan dan mengekspresikan
yang sedang dipelajarinya dengan mengerahkan kecerdasan secara optimal untuk
memahami memahami bahan ajar.
6. Mengkonsolidasikan bahan ajar yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang dalam
periode-periode yang relaks.
Seorang pendidik idealnya kreatif mendesain lingkungan belajar agar tercipta
suasana yang menyenangkan dan mendamaikan. DePorter (2002) melalui Quantum
Teaching mengedepankan perlunya mengorkestrasi kelas dengan label lingkungan yang
mendukung. Kelas yang baik menurutnya didukung dengan poster ikon, poster afirmasi,
warna yang disukai dan menggairahkan, serta alat bantu belajar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengorkestra kondisi ruang belajar
agar menjadi kondusif diantaranya:
1. Mendesain ruang kelas dengan hal-hal yang membuat suasana hati ceria.
Kelas yang kondusif adalah prasyarat bagi pembelajaran yang bernuansa Servite et
Amate, hal ini dapat dilakukan dengan mengatur ruang kelas agar aksesibilitas
memudahkan peserta didik menjangkau alat dan sumber belajar yang bernuansa
`34 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Servite et Amate. Hal ini dapat dilakukan dengan pengadaan buku-buku, gambar, alat
dan sarana yang berisi materi Servite et Amate. Buku-buku referensi tentang Santa
Angela atau buku buku lain yang didalamnya memuat nilai-nilai pelayanan, integritas,
kelemahlembutan, keberanian menantang arus, motivasi berprestasi dan kebersamaan
hendaknya tersedia dan mudah diakses oleh peserta didik.
Mendesain ruang kelas agar tercipta suasana belajar menjadi bergairah dan
menyenangkan dapat juga dilakukan dengan menambah gambar-gambar di dinding
kelas sesuai tema pelajaran, bunga, ruangan yang bersih, aneka tulisan yang
memotivasi, tulisan nilai-nilai hidup yang perlu dihayati, hiasan warna-warni dan tata
letak meja dan kursi dan pencahayaan ruangan yang memadahi. Mengatur ruangan
sangat penting disebabkan penyerapan informasi dari proses belajar banyak
berlangsung dalam pikiran bawah sadar. Peserta didik menyerap materi pelajaran
tanpa memikirkannya secara sadar. Oleh karenanya pikiran bawah sadar harus
dirangsang sedemikian rupa agar lebih responsif.
Dalam kelas untuk ana-anak kecil bila perlu ciptakan suasana kelas yang mirip
pesta, ada balon, lampion, dan hiasan-hiasan dinding. Alangkah baik pula jika siapkan
musik pengiring ketika presentasi atau ketika peserta didik mengerjakan tugas-tugas.
Akan lebih baik jika memakai musik klasik dan instrument lagu-lagu rohani.
2. Membangun interaksi hubungan timbal balik antara pendidik dan peserta
didik.
Pendidik yang melayani dan mencintai dalam proses pembelajaran, diharapkan
dapat menghadirkan belas kasih Tuhan kepada peserta didiknya. Anak-anak atau
peserta didik merupakan aset yang besar bagi masa depan dunia dengan potensi dan
bakat yang berbeda-beda. Peserta didik datang dengan mimpi, cita-cita besar, dan
membawa harapan orang tuanya untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Pendidik yang berperan sebagai orang tua saat dikelas mesti menjadi pendengar
dan pemerhati yang baik bagi anak-anak. Pendidik harus mampu mendengarkan
dengan setia kebutuhan, keinginan dan permasalahan peserta didik. Keakraban antara
pendidik dan peserta didik sangat menentukan keberhasilan belajar bagi peserta didik.
Jika hal ini terjalin suasana belajar akan lebih santai dan peserta didik akan lebih
mudah menangkap materi pembelajaran. Ketika peserta didik mengalami kesulitan
mereka tidak takut atau sungkan bertanya.
`35 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Perhatian dan pendekatan pribadi merupakan suatu bentuk pemberian diri
pendidik kepada peserta didik yang memungkinkan pendidik memahami latar
belakang mereka dengan segala aspek kehidupanya. Perhatikanlah dan bersungguh-
sungguh mengerti dan memahami tingkah laku puteri-puteri Anda, hendaknya Anda
mengetahui seluk beluk kebutuhan mereka baik yang rohani maupun yang jasmani (
ST. A. Nasehat 4,1). Melalui pendekatan pribadi diharapkan pendidik mengenal sebaik
mungkin peserta didiknya sehingga dapat memberikan bantuan secara tepat.
Pendekatan secara pribadi akan mempermudah pendidik dalam pendampingan dan
penemuan metode yang cocok yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Sebagai model yang pantas digugu dan ditiru, pendidik diharapkan menggunakan
pendekatan kelembutan terhadap peserta didik yang menjadi Subyek didiknya. Saya
mohon kepada Anda usahakan membimbing mereka dengan kasih sayang dan
kehalusan serta kebaikan. Jangan menguasai ataupun memperlakukan mereka secara
kasar. (Warisan 3 : 1-2). Kelembutan akan menciptakan keterbukaan hati seseorang
terhadap pribadi lain dan memungkinkan dialog yang mendukung terbangunya
kerjasama.
Tindakan kelemahlembutan diawali dengan menimba karakter kelemahlembutan
dari sumbernya yakni Yesus Kristus sendiri. Dengan demikian, pendidik dimampukan
untuk melakukan tindakan kelemahlembutan (Matius 11:29). Kedekatan terhadap
sumber kelemahlembutan, mendorong seseorang dalam hal ini pendidik-pendidik
dalam pendidikan ursulin untuk hidup seperti Kristus (1 Yohanes 2:6).
Kedekatan terhadap sumber kelemahlembutan, mendorong seseorang untuk
dapat menguasai dirinya, orang yang dapat menguasai diri adalah orang yang cerdas
secara emosional dan sosial. Dimana dalam setiap tindakan, perkataan, pikirannya,
mempertimbangkan semua dampaknya baik bagi diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan, terlebih dalam hubungannya dengan Tuhan.
Kedekatan terhadap sumber kelemahlembutan mendorong seseorang untuk
memiliki kelemahlembutan, dan melakukannya dalam proses pembelajaran. Sehingga
tindakan-tindakan seperti keteladanan, penerimaan terhadap semua orang, keadilan,
pemberian pujian, ketegasan penuh kasih, dapat dilakukannya. Dengan demikian
pendidik tersebut dapat memengaruhi lingkungan sekitar dan dapat menciptakan
lingkungan belajar bagi orang lain, sehingga merekapun dapat mempraktekkan
kelemahlembutan.
`36 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Ada beberapa hal yang harus ditempuh oleh pendidik untuk mengembangkan
kelas yang penuh kelemahlembutan. a). menjadi teman belajar peserta didik bukan
penguasa kelas; b). kurangi kelantangan suara dan utamakan keramahtamahan suara;
c). hindarkan kata perintah namun gunakanlah kata ajakan; d). berilah motivasi
terhadap anak sehingga bukan paksaan yang dimunculkan, tetapi pemberian stimulus;
dan e). gunakan kata-kata positif yang memotivasi, bukan kata-kata yang mencela.
Memakai perkataan yang baik untuk membangun adalah suatu hal yang jauh lebih
bijaksana daripada memakai perkataan yang mencela.
Maxwell (1999:35), berpendapat bahwa seseorang dapat membangun sebuah
hubungan yang indah dengan orang lain apabila ia sanggup mengatakan:
6 Kata terpenting: Saya mengakui telah melakukan kesalahan besar
Paradigma seorang pendidik adalah sosok yang dikagumi dan dihormati biasanya
membuat sang pendidik merasa seperti “diagungkan” sehingga akan menjadi sangat
memalukan baginya untuk mengakui kesalahan yang mungkin telah dibuatnya. Salah
satu alasannya adalah karena takut kehilangan wibawa. Sesungguhnya, mengakui
kesalahan adalah lebih baik daripada menutupi kesalahan karena wibawa seorang
pendidik akan terlihat dari apa yang telah ia lakukan.
5 Kata terpenting: Anda melakukan pekerjaan dengan baik.
Memuji peserta didik atas keberhasilan yang telah dicapai atau memuji atas tiap
usaha yang telah ia lakukan dalam proses pembelajaran, dapat meningkatkan motivasi
belajar peserta didik. Dengan memberikan pujian, berarti seorang pendidik sedang
menumbuhkan kepercayaan diri pada peserta didiknya sehingga peserta didik tersebut
dapat mendorong dirinya sendiri untuk dapat lebih maju dalam meraih kesuksesan
belajar.
4 Kata terpenting: Bagaimana menurut pendapat Anda?
Hal yang luar biasa jika seorang pendidik dapat bertanya tentang pendapat
peserta didik, karena dengan bertanya demikian, seorang pendidik memposisikan diri
menjadi seorang teman yang membutuhkan pendapat dan hal ini akan membuat
peserta didik belajar untuk saling menghargai.
3 Kata terpenting: Jika Anda berkenan…
Menanyakan dan memberikan pilihan-pilihan kepada peserta didik sehubungan
dengan proses pembelajaran akan membuat peserta didik berlatih untuk mengambil
`37 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
keputusannya sendiri tanpa ada unsur pemaksaan. Peserta didik belajar untuk berpikir
kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.
2 Kata terpenting: Terima kasih
Kata “maaf” dan “terima kasih” adalah sebuah ungkapan kerendahan hati yang
mendudukan orang lain sebagai orang yang ikut berpartisipasi dalam keberhasilanya.
Ketika peserta didik mampu mengatakan terima kasih baik kepada teman atau
pendidiknya, berarti ia memiliki kepekaan bahwa apa yang telah berhasil ia dapatkan
adalah bukan karena kehebatannya sendiri, melainkan ada orang lain yang turut
membantu. Dari sinilah peserta didik dapat belajar untuk menyadari bahwa bekerja
sama merupakan hal yang sangat baik untuk dilakukan.
1 Kata terpenting: Kita
Kata “kita” menjadi sangat penting ketika pendidik mengajak peserta didiknya
untuk masuk dalam proses pembelajaran. Kata “kita” mengandung makna kesatuan
dan kebersamaan. Dalam hal ini, kesatuan dan kebersamaan mutlak diperlukan untuk
mencapai sebuah tujuan belajar. “Bawalah dunia peserta didik ke dunia kita dan
antarkan dunia kita ke dunia peserta didik. Semakin jauh anda memasuki dunia peserta
didik, semakin jauh pengaruh yang dapat anda berikan kepada mereka.” (Degeng,
2006).
1 Kata paling tidak penting: Saya
Mengapa kata “saya” menjadi tidak penting? karena kata “saya” menunjukkan
ego, pengagungan terhadap kemampuan diri sendiri dan tidak mempedulikan orang
lain sehingga menyebabkan anak memiliki pola pikir yang mengarah pada
kepentingan diri sendiri.
1 kata terburuk: Jangan! Dilarang! Awas! Harus!
Kata-kata seperti ini sangat sering dikatakan oleh pendidik terhadap peserta
didiknya. Segala sesuatu yang dikerjakan oleh peserta didik harus sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh pendidik. Sehingga tidak ada tempat untuk mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
1 kata terindah: Silakan..
Setiap orang mendambakan untuk dapat melakukan hal-hal yang sesuai dengan
apa yang dirindukan. Ketika peserta didik menyatakan kepada pendidik tentang
kerinduanya melakukan sesuatu, satu-satunya kata yang diharapkan didengar adalah
kata “silakan”.
`38 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
2. Membangun interaksi hubungan timbal balik antara peserta didik dengan
peserta didik.
Sekolah merupakan miniatur kehidupan dalam masyarakat. Karena itu, selain
diberi pembelajaran dalam keseharian, para peserta didik juga diajak mengembangkan
aspek persaudaraan dan solidaritas antar teman sebagai bekal kehidupan
bersosisalisasi dalam hidup bermasyarakat. peserta didik diajarkan rasa saling
menghormati dan mencintai perbedaan dalam segala bidang baik dengan teman
maupun masyarakat sekitar. Peserta didik tidak cukup hanya menerima perbedaan,
tetapi lebih penting lagi mencintai kebersamaan dalam perbedaan.
Sebagai makhluk sosial peserta didik merupakan indvidu yang selalu
membutuhkan orang lain dalam mengembangkan kehidupan mereka. Oleh karena itu,
sudah sepatutnyalah setiap individu memahami dan menguasai hukum yang berlaku
antar manusia. Sepuluh hukum hubungan antar manusia menurut Maxwell (1999:6):
1. Berbicara kepada orang lain
2. Tersenyum kepada orang lain
3. Memanggil orang lain dengan namanya
4. Bersahabat dan suka menolong
5. Menjadi orang yang ramah
6. Menunjukkan ketertarikan yang tulus pada orang lain
7. Mudah memuji
8. Tenggang rasa terhadap orang lain
9. Terbuka
10. Siap memberikan pelayanan
C. Pengukuran, Penilaian Dan Evaluasi Servite Et Amate
Pengukuran, penilaian dan evaluasi nilai-nilai Servite Et Amate membutuhkan
pemahaman dan analisis yang tidak mudah, hal ini disebabkan karena suatu nilai (value)
adalah hal yang subyektif, bahkan nilai itu bersifat kekal dan tak dapat didefinisikan atau
diartikan oleh pikiran manusia. Suatu nilai hanya dapat dirasakan melalui sikap atau
perbuatan yang dapat dilihat oleh indera manusia.
Pengukuran, penilaian dan evaluasi Servite Et Amate harus menyelaraskan antara
konten, konteks dan konstruknya. Konten, konteks dan konstruk kemudian diperjelas dan
`39 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
dimurnikan dengan motif positif yang menyertainya. Sebagai contoh nilai melayani di
bawah ini:
Maria membantu Martha yang mengalami kesulitan belajar, dengan menemani dan
mengajari dia belajar setelah pulang sekolah. Maria melakukan karena kasihan pada
Martha yang ibunya baru meninggal.
Perilaku Martha kontenya adalah membantu, konteksnya kesulitan belajar,
konstruknya memberi tambahan belajar dan motifnya adalah rasa kasihan.
Dalam hal ini pelayanan Maria baik, karena hal yang dilakukan baik, memberi
tambahan belajar, dan motifnya baik yaitu rasa kasihan, maka pelayanan Maria adalah
baik atau sangat baik.
Ibu maria mengabdikan diri untuk sekolah, dengan merapikan dan memperindah ruang
guru, hal itu dilakukan karena dia sadar bahwa kerapian dan keindahan itu hal yang
baik.
Perilaku ibu Martha dalam perilaku ini, kontenya adalah mengabdi, konteksnya adalah
hidup di sekolah, kontruknya merapikan dan memperindah ruang pendidik, serta
motifnya adalah pemahaman bahwa kerapian dan keindahan itu adalah hal yang baik.
Dalam hal ini pelayanan Ibu maria sangat baik, karena yang dilakukan sangat baik,
merapikan dan memperindah ruang guru, motifnya juga sangat baik karena sadar akan
nilai kerapian dan keindahan, maka nilai perilaku melayani Ibu Maria bisa dikatakan
sangat baik.
Maria melaksanakan tugas Gereja dengan menjadi lektor, karena dia bangga bila
dikenal oleh pendidik dan teman-temanya.
Pada perilaku ini kontenya adalah melaksanakan tugas, konteksnya hidup menggereja,
konstruknya menjadi lektor dan motifnya adalah kebanggaan dikenal orang.
Dalam hal ini pelayanan Ibu kurang baik, karena yang dilakukan sangat baik,
menjadi lektor, namun motifnya kurang baik karena kebanggan dikenal orang, maka
nilai perilaku melayani Ibu Maria bisa dikatakan cukup baik, atau mungkin kurang
baik.
Dari ketiga contoh di atas yang dapat dinilai dengan pengamatan adalah perilakunya atau
konstruknya, yaitu memberi tambahan belajar, merapikan dan memperindah ruang
pendidik, dan menjadi lektor, sedangkan konten, kontek dan motif berguna untuk
membedakan sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Pengukuran perilaku
Servite et Amate menggunakan Skala Lingkert dengan skor 1 sampai 5.
`40 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
1. Penilaian Perilaku Servite Et Amate Peserta didik
Penilaian merupakan proses yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
Dalam penilaian perilaku Servite Et Amate harus dilakukan dengan baik dan benar.
Penilaian perilaku Servite Et Amate lebih mementingkan pencapaian sikap dan
tingkah laku peserta didik. Agar hasil penilaian yang dilakukan pendidik benar dan
objektif, maka pendidik harus memahami prinsip-prinsip penilaian yang benar
sesuai dengan standar penilaian pendidikan yang sudah ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016.
Dalam standar ini banyak teknik dan bentuk penilaian yang ditawarkan untuk
melakukan penilaian, termasuk dalam penilaian karakter atau perilaku. Dalam
penilaian karakter atau perilaku, pendidik hendaknya membuat instrumen penilaian
yang dilengkapi dengan rubrik penilaian untuk menghindari penilaian yang subjektif,
baik dalam bentuk instrumen penilaian pengamatan.
Penilaian sikap Servite Et Amate merupakan kegiatan untuk mengetahui perilaku
melayani, perilaku yang berintegritas, berilaku yang berani melawan arus, perilaku
yang berbelas kasih, perilaku yang mempunyai semangat berprestasi dan perilaku
yang mempunyai semangat kebersamaan pada peserta didik yang dapat diamati dalam
kehidupan seharihari, baik di dalam maupun di luar kelas sebagai hasil pembelajaran.
a. Teknik Penilaian
Penilaian nilai-nilai Servite Et Amate dapat dilakukan dengan teknik pengamatan
(observasi), jika indikatornya sudah berupa sikap atau tindakan yang sudah dapat
diamati, dan dengan teknik evaluasi diri jika indikatornya berupa afeksi yang tidak
dapat diamati atau dilihat. Teknik penilaian pengamatan/observasi dapat
menggunakan instrumen berupa lembar observasi, atau buku jurnal, sedangkan
penilaian diri menggunakan instrument penilaian diri yang berupa pertanyaan
dengan jawaban skala angka 1 sampai dengan 5. Teknik penilaian lain yang dapat
digunakan adalah penilaian antar teman. Penilaian antar teman dapat digunakan
sebagai konfirmasi dari hasil penilaian observasi oleh pendidik dan penilaian diri
oleh peserta didik.
Teknik observasi dapat dilakukan menggunakan lembar observasi tertutup maupun
terbuka.
`41 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
1) Lembar observasi tertutup
Ketika menggunakan lembar observasi tertutup, pendidik menentukan secara
sistematis butirbutir perilaku yang akan diobservasi beserta
indikatorindikatornya. Format berikut adalah contoh lembar observasi tertutup.
CONTOH FORMAT PENILAIAN OBSERVASI
NILAI SERVIAM
Nama : ………………………………………………….
Kelas / no. urut : ………………………………………………….
Keterangan.
5 = selalu 2 = jarang
4 = sering 1 = tidak pernah
3 = kadang-kadang
No Indikator perilaku Seviam 1 2 3 4 5
1. Berdoa sebelum berangkat ke sekolah atau ke
tempat lain.
2. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran.
3. Bedoa sebelum mengerjakan soal.
4. Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan suatu
kegiatan.
5. Menghormati orang lain dalam hidup agamanya.
6. Membantu pendidik dalam kegiatan-kegiatan di
sekolah.
7. Memberikan sebagian uangnya untuk aksi sosial.
8. Membantu teman yang berkekurangan.
9. Mendoakan teman yang ulang tahun, sakit dan
intensi yang dibutuhkan
10. Mengunjungi temannya yang sakit di rumah/ rumah
sakit.
2) Lembar observasi terbuka
Dalam melakukan observasi pendidik tidak menggunakan instrumen baku
melainkan hanya ramburambu observasi, namun pendidik hanya menuliskan
peserta didik yang berperilaku “ekstrem”, baik ekstrem positif maupun ekstrem
negative. Untuk yang tidak tercatat dalam lembar observasi diasumsikan bernilai
baik.
`42 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Contoh Lembar Observasi Terbuka
No. Hari dan
tanggal
Nama peserta didik Catatan perilaku Tanda
tangan
Tindak
lanjut
3. Penilaian Diri
Penilaian diri dipakai untuk mengukur nilai-nilai Servite Et Amate yang
indicator operasional perilakunya sulit atau tidak bisa diamati oleh mata
penglihatan pendidik. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya
dalam konteks perkembangan perilaku. Instrumen yang digunakan berupa
lembar penilaian diri.
Ada dua asumsi yang mendasari penilaian diri yaitu: Pertama, individu
merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri. Kedua,
keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang
dirasakannya.
Contoh format penilaian diri.
CONTOH FORMAT PENILAIAN DIRI
NILAI SERVIAM
Nama : …………………………………………………………
Kelas / no. urut : …………………………………………………..
Keterangan.
5 = selalu 2 = jarang
4 = sering 1 = tidak pernah
3 = kadang-kadang
No Indikator perilaku Seviam 1 2 3 4 5
1. Saya berdoa sebelum dan sesudah menjalankan
suatu kegiatan.
2. Saya bersyukur dalam segala hal yang saya alami.
3. Saya berserah diri kepada Tuhan apabila gagal
dalam mengerjakan sesuatu.
4. Saya menjalankan Ibadat sesuai hukum Gereja.( 5
`43 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
perintah gereja)
5. Saya menjalankan ibadah tepat waktu.
6. Saya melayani dalam tugas-tugas di Gereja (
koor, Lektor, derigen, misdinar dsb)
7. Saya menghormati orang lain dalam hidup
agamanya.
8. Saya belajar dengan setia tanpa menunggu disuruh
oleh orang tua
9. Saya membantu orang tua dalam pekerjaan sehari-
hari.
10. Saya ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial di
masyarakat.
11. Saya memberikan sebagian uang untuk aksi sosial.
12 Saya membantu teman yang berkekurangan.
13. Saya senang bergaul dengan siapapun terutama
yang miskin dan terpinggirkan.
14. Saya mendoakan teman yang ulang tahun, sakit
dan intensi yang dibutuhkan
15. Saya mengunjungi temannya yang sakit di rumah/
rumah sakit.
Format penilaian menggunakan skala sikap jenis Likert dengan lima
pilihan/alternatif jawaban yang dikembangkan oleh Robinson (dalam Cohen,
1976). Sewaktu menanggapi pernyataan menentukan tingkat intensitas mereka
terhadap suatu kegiatan yang diikuti.dengan memilih salah satu dari pilihan yang
tersedia. Pernyataan positif kriterianya adalah 5 = selalu, 4 = sering, 3 =
kadang-kadang, 2 = jarang, 1 = tidak pernah. Bila ada pernyataan negatif maka
kriterianya, 5 = tidak pernah, 4 = jarang, 3 = kadang-kadang, 2 = sering, 1 =
selalu.
Hasil akhir dihitung dari jumlah skor yang diperoleh dibagi skor maksimal
kali lima.
Setelah itu dilihat dilihat dalam tabel termasuk kelompok mana.
NO Skor akhir yang diperoleh Predikat Sebutan
1. 4 - 5 A Sangat Baik
2. 3 – 3.9 B Baik
3. 2 – 2.9 C Cukup
4. 1 – 1.9 D Kurang
Contoh penilaian untuk nilai serviam.
Jumlah pernyataan 21, dengan demikian skor maksimalnya 5 X 21 = 105.
Si Agus jumlah skor yang diperoleh 90. Maka penilaianya 90/105 X 5 = 4,29.
Hasil akhir 4.29, maka untuk nilai serviam dia A (Sangat baik)
`44 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Bagian 6
PERILAKU PENDIDIK URSULIN DALAM PEMBELAJARAN
Prilaku pendidik dalam pembelajaran ini ditinjau dari kemampuan-kemampuan
pendidik dalam melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan pembelajaran di dalam
kelas. Secara umum kemampuan yang perlu dimiliki pendidik dalam perilaku pengajaran
yang berkaitan dengan pengetahuan adalah (1) kemampuan merencanakan pembelajaran; (2)
kemampuan mengimplementasikan pembelajaran; dan (3) kemampuan mengevaluasi.
Sedangkan yang bersifat Psikologis yaitu (1) mengarahkan dan memotivasi siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan; (2) memberikan pengalaman belajar dalam
rangka mencapai tujuan; dan (3) mengembangkan aspek-aspek kepribadian siswa secara
menyeluruh.
Perilaku pendidik Ursulin dalam pembelajaran haruslah lebih dari tuntutan di atas.
Pendidik di lingkungan pendidikan Ursulin harus mempunyai nilai lebih dalam hal
memperlakukan peserta didik. Pendidik Ursulin dituntut untuk memberikan tempat yang
terpenting dalam pembelajaran yaitu kesejahteraan dan sukacita peserta didik dalam proses
pembelajaran. Tuntutan lebih pada pendidik-pendidik Ursulin adalah mereka harus dapat (1)
menjadi perpanjangan tangan Allah yang membawa peserta didik menuju ke hadirat Allah;
(2) menjadi model untuk peserta didik, karena setiap pendidik Ursulin menjadi cermin
kesempurnaan bagi muridnya; (3) tetap bergantung pada Allah, karena ketergantungan
pendidik pada Allah menjadi ukuran keberhasilan mereka; (4) secara terus menerus
menyatukan diri dengan Allah, meminta terang rahmad Allah dan menemukan kehendak
Allah melalui doa dan bimbingan Roh Nya; (5) dan yang terpenting sebagai pendidik Ursulin
adalah semakin menjadi pribadi yang rendah hati.
A. Perilaku Pendidik menurut tradisi Ursulin
Untuk menjadi dan membentuk pendidik yang mengikuti tradisi Ursulin, kita perlu
untuk mengembangkan cinta dan pengetahuan. Karakteristik ini berurusan dengan
bagaimana menjadi dan bagaimana untuk bertindak “mencintai” dan “berpengetahuan”.
Kemampuan yang perlu dikembangkan untuk menjadi pendidik menurut tradisi
ursulin:
1. Mencintai hidup dan melihat kehidupan sebagai pengalaman yang menyenangkan..
2. Berkomitmen untuk alam, orang lain, dan untuk rasa transendensi.
`45 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
3. Suka mencari kebenaran dan pembelajar seumur hidup.
4. Mampu berdiam diri dalam Dia
5. Kreatif, fleksibel, dan berpikiran terbuka.
6. Dapat mendengarkan dengan sabar.
7. Sederhana dalam cara.
8. Ceria dalam berkomunikasi
9. Hangat terhadap orang lain dan memiliki rasa humor yang baik.
10. Tidak ingin bekerja di sekolah sebagai pelarian.
11. Melihat peserta didik sebagai makhluk positif.
12. Rendah hati, mengakui bahwa peserta didik memiliki / panduan dalam dirinya.
13. Dapat melihat peserta didik sebagai "gelas setengah penuh bukan setengah kosong"
14. Melihat anak / peserta didik dalam perjalanan untuk menjadi, bukan sudah terbentuk
atau cacat.
15. Menerima perbedaan peserta didik dan keunikan peserta didik.
16. Mampu hidup bersama dengan menerima dan merespon sehingga yang lain dapat
tumbuh menjadi seorang ilmuwan dan orang suci.
Kemampuan-kemampuan diatas harus tetap dimengerti dan dipahami bahwa
kesederhanaan dan kerendahatian tetap menjadi dasar dari Pendidik Ursulin apakah bekerja
dengan anak-anak, remaja atau orang dewasa.
B. Model pendidik Ursulin yang sungguh dicita-citakan
1. Pendidik yang mampu berelasi dengan orang lain (Human relationship), yang
meliputi unsur keterampilan sosial, kehangatan, empati, simpati dan mampu berelasi
dengan dengan hati kepada para peserta didik. Kemampuan berelasi dengan orang lain
menjadi penting karena jaman sekarang untuk menjadi seseorang yang mempunyai
kehangatan dalam berelasi sungguh sangat langka. Pendidik Ursulin harus mampu
menjadi penyalur berkat dan kebaikan Tuhan kepada para peserta didik atau orang-
orang disekitarnya. Kemampuan menjadi mediator dan fasilitator diharapkan mampu
menumbuhkan rasa damai dan tenteram dalam diri para peserta didik. Pada akhirnya
pendidik diharapkan mampu mengajak peserta didik sampai kepada pengalaman akan
kasih Allah. Menjadi perpanjangan tangan Allah yang membawa peserta didik menuju
ke hadirat Allah
`46 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
2. Pendidik yang mempunyai keterampilan mengelola kelas. Kemampuan ini meliputi
penguasaan dan keterampilan dalam memahami karakter peserta didik, materi
pembelajaran dan suasana pembelajaran. Terkait dengan realitas kehidupan peserta didik
dewasa ini, pendidik harus mempunyai keterampilan mensintesiskan materi
pembelajaran dan nilai-nilai Servite et Amate dengan realitas sosial mereka, sehingga
menjadi bahan yang edukatif dan transformatif dalam hidup mereka. Kemampuan
mengolah dan mengintegrasikan nilai-nilai Servite et Amate dalam perilaku setiap hari
amatlah penting, sebab pendidik menjadi model pertama yang menjadi arahah dalam
proses pembentukan pribadi peserta didik.
Kreatifitas dalam membentuk peserta didik menjadi pribadi yang utuh sangat
dibutuhkan oleh pendidik Ursulin. Pendidik Ursulin diharapkan mempunyai
kemampuan memahami karakteristik atau keunikan peserta didiknya. Setiap pribadi
yang hadir di kelas semuanya unik, dan tidak ada yang sama diantara mereka. Pendidik
Ursulin diandaikan sebagai pemahat batu marmer. Setiap pribadi yang dihadapi
bagaikan sebongkah batu marmer yang satu sama lain bentuk dan motifnya berbeda,
maka seorang pemahat akan memahat bongkahan batu itu sesuai dengan yang sesuai
dengan model bongkahan dan motifnya. Bongkahan yang panjang bisa menjadi patung
ular yang indah, bongkahan yang kotak bisa menjadi patung kepala manusia yang indah,
bongkahan yang besar bisa menjadi patung kuda dan sebagainya.
Seorang pendidik Ursulin harus dapat membentuk peserta didik menjadi apa yang
terbaik tergantung pada keunikan mereka, maka setiap pribadi akan terbentuk menjadi
dirinya sendiri bukan menjadi seperti keinginan pendidiknya atau keinginan orang
tuanya. Jika dalam satu kelas ada tiga puluh peserta didik yang berbeda, maka hasilnya
akan menjadi tiga puluh peserta didik yang berbeda pula, sehingga pendidik Ursulin
harus meninggalkan pola tujuan yang seragam khusunya dalam proses pembentukan
karakter.
3. Pendidik yang mempunyai keterampilan teknologi, keterampilan ini meliputi
keterampilan pendidik dalam mempergunakan berbagai sarana dan mengembangkan
media pembelajaran untuk mengembangkan proses isi serta suasana pembelajaran.
Media yang dikembangkan haruslah mendukung berbagai upaya edukatif dan
trasnformatif atas pengalaman pembelajaran peserta didik. Pendidik dituntut mempunyai
kemampuan dalam mengupayakan media pembelajaran yang konstruktif dan
menyenangkan dalam proses pembelajaran. Terampil menggunakan sarana-sarana
`47 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
teknologi yang modern. Terampil menggunakan laptop dengan segala program aplikasi
yang tentunya berkaitan dengan pembelajaran sangat diperlukan dalam rangka
pembelajaran yang efektif dan efisien.
4. Pendidik yang dapat berperan sebagai fasilitator yang membantu peserta didik
berefleksi menemukan Allah dalam peristiwa pembelajaran. Karena peranannya sebagai
seorang yang membantu mempertemukan kehendak Allah dengan pengalaman
pembelajaran maka pendidik haruslah memiliki sikap mau belajar, terutama belajar dari
Santa Angela. Belajar dari peserta didik berarti mencoba memahami pergulatan hidup
peserta didik, memahami harapan-harapan peserta didik, kesulitan-kesulitan serta
kekuatan yang dimiliki peserta didik. Dengan belajar dari peserta didik maka pendidik
harus dekat dengan peserta didik, sering berinteraksi dengan peserta didik, dan mencitai
peserta didiknya.
5. Pendidik harus dapat menjadi sahabat dari peserta didik, yaitu mau mendengarkan,
mau hidup bersama dalam kehidupan peserta didik, berjuang bersama peserta didik, dan
saling memperkembangkan iman. Selain itu pendidik juga harus mampu membangun
persaudaraan bersama peserta didik dan mewujudkan iman itu dalam kehidupan sehari-
hari sehingga Kerajaan Allah dirasakan hadir secara nyata dalam kehidupan bersama.
Semakin jauh pendidik memasuki dunia peserta didik, semakin jauh pengaruh yang
dapat pendidik berikan kepada mereka.
6. Seorang pendidik harus memiliki sikap kenabian yaitu sebagai seorang yang
menegakan kehendak Allah dengan menyuarakan kebenaran dan mewujudkan kasih di
tengah masyarakat sekolah. Mewartakan kebenaran adalah tugas seorang pendidik
sebagai seorang nabi, pendidik hidupnya harus mampu mencerminkan kehidupan
sebagaimana kehendak Allah, karena bagaimana mungkin seorang yang menyuarakan
kehendak Allah pada orang lain tetapi dirinya sendiri tidak mencerminkan kehendak
Allah.
C. Merancang Kualitas Pendidik
Sebuah ungkapan yang indah “There is no good student, without good teacher”.
Ungkapan ini dapat dimaknai bahwa kualitas pendidik menentukan kualitas peserta didik,
dan kualitas peserta didik akan menentukan kualitas sekolah. Tidak akan ada peserta didik
yang baik tanpa pendidik yang baik, dan tidak ada sekolah yang baik tanpa peserta didik
yang baik. Merancang kualitas pendidik ada 3 hal yang harus dikembangkan yaitu:
`48 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
1. Spiritual
Spiritualitas berasal bahasa latin “spiritus” yang berarti Roh/semangat/nafas
kehidupan. Spiritualitas dapat diartikan roh/semangat/daya Ilahi yang menjiwai,
membakar hati, memberi dorongan dan kekuatan untuk hidup dan berkarya.
Spiritualitas pendidikan Ursulin adalah spiritualitas Santa Angela, yaitu spiritualitas
yang ditimba dari hidup dan karya Santa Angela Merici. Spiritualitas Pendidik Ursulin
adalah dasar kerohanian yang menjiwai seseorang untuk menjadi Pendidik yang baik
seperti Santa Angela Merici.
2. Kompetensi
a. Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang harus dimiliki oleh
pendidik yang mencerminkan kepribadian yang dewasa dan berwibawa, serta
dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya.
b. Pedagogik
Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran yang
meliputi perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil
pembelajaran. Selain itu juga keterampilan memahami peserta didik dengan segala
keunikanya sangat dibutuhkan oleh seorang pendidik
c. Profesional
Kompetensi Profesional adalah penguasaan materi pembelajaran beserta dengan
metode-metode pembelajaranya
d. Sosial
Kompetensi sosial adalah “kemampuan pendidik untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, pendidik, orangtua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar”.
3. Kualifikasi
Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kualifikasi didefinisikan sebagai keahlian
yang dibutuhkan untuk melaksanakan sesuatu, atau menduduki suatu jabatan tertentu.
Dalam definisi yang lain, kualifikasi berarti sebagai hal-hal yang menjadi syarat baik
secara akademis serta teknis untuk menjadi seorang pendidik.
Merancang kualitas pendidik adalah kegiatan merekrut, menugasi, meningkatkan
kemampuan, memberikan penghargaan kepada pendidik agar memberikan kontribusi
yang berkualitas terhadap proses pendidikan di sekolah dan proses pembelajaran kelas
`49 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
pada khususnya. Aktivitas merancang kualitas pendidik terdiri atas: rekrutmen,
penugasan, peningkatan kualifikasi dan kompetensi, promosi dan penghargaan.
Rekrutmen tenaga kependidikan yang berperilaku Servite et Amate melalui seleksi
ketat, referensi kepala sekolah dan pendidik sejawat serta yayasan sehingga yang terekrut
memenuhi kualifikasi, prestasi akademik, dedikasi dan kemampuan khusus sesuai dengan
ciri khas sekolah Ursulin.
Penugasan tenaga kependidikan dalam menumbuhkan perilaku Servite Et Amate
selain pada tugas utama, juga pada tugas tambahan, sesuai dengan kualifikasi, kompetensi
dan kemampuan khusus yang dimiliki, dan didasarkan atas kebutuhan riil pengembangan
peserta didik di sekolah.
Peningkatan kualifikasi tenaga kependidikan yang berperilaku Servite et Amate
melalui studi lanjut, sedangkan peningkatan kompetensi melalui supervisi, pertemuan
ilmiah, pelatihan, workshop, seminar, pendampingan, dan kemitraan dengan lembaga lain.
Kualitas hidup kerohanian berakar pada pemahaman keagamaan, yaitu pemahaman
keagamaan yang memandang bahwa Tuhan Maha Belas Kasih, Pemurah, Pengasih dan
Penyayang, sehingga harus disyukuri dengan cara memberikan seluruh pikiran, perkataan
dan perbuatan sebagai rasa syukur pada Tuhan. Dengan asumsi jika pikiran, perkataan
dan perbuatan kita merupakan wujud rasa syukur maka apapun yang kita pikirkan,
katakan dan lakukan akan diusahakan yang terbaik. Merealisasikan rasa syukur dan cinta
kasih terhadap sesama dalam bentuk memberikan layanan pembelajaran yang terbaik,
dalam upaya mewujudkan kualitas yang bersifat holistik, ialah menghasilkan lulusan
berkualitas secara akademik dan non akademik serta berkepribadian utuh.
Berbagai kegiatan kerohanian yang diikuti oleh pendidik dan peserta didik,
seringkali dikaitkan dengan bagaimana pendidik itu memberikan pelayanan yang
berkualitas kepada peserta didik. Pemahaman dan penghayatan nilai-nilai Servite et
Amate dipandang sebagai sumber inspirasi dan motivasi untuk melakukan pengabdian dan
pelayanan yang optimal melalui kerja keras dalam memberikan layanan pendidikan yang
terbaik. Menjadi pendidik merupakan pilihan yang dipandang sebagai bentuk syukur atas
kebaikan Allah, oleh karena itu harus dijalani dengan suka cita dengan bekerja sebaik
mungkin.
`50 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Daftar Rujukan
Carolina Gómez del Valle OSU. Ursuline Education: Education for Life
Cohen, E. G. 1976. Educational Research in Classroom and Schools: A Manual of
Materials and Methods. New York: Happer & Row Publisher.
Degeng, I. N. S. 2006. Bagaimana Cara Menjadi Quantum Teacher: Wibawa VS
Lembut. Makalah disajikan dalam Seminar di Universitas PGRI Adibuana,
Surabaya, 9 Februari
DePorter, B. dkk. 2002. Quantum Teaching; Mempraktikkan Quantum Learning di
Ruang-ruang Kelas. Bandung : Penerbit Kaifa.
Firmanto, D. 2017. Pendidikan Humanistik dalam Perspektif Ursulin. Makalah
disajikan dalam seminar di Yayasan Paratha Bhakti Surabaya. 4 Maret.
https://www.jica.go.jp/project/indonesian/indonesia/0800042/materials/materials_01.ht
ml
Maxwell, J. C. 1996. Kuasa Kesehatian. Terjemahan oleh Jonathan PO. 1999. Jakarta:
Bethlehem
Panduan Umum, Pendalaman Nilai-Nilai Dasar Pendidikan Ursulin
Rose,C and Nicholl, M. J. 1997, Accelerated Learning for The 21St Century, Judy
Piatkus, London.
Santrock, J. W. 2007. Educational Psychology (Fifth Edition). New York : University
of Texas at Dallas
The Ursuline methode of Education
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Pendidik dan Dosen,
`51 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
CONTOH FORMAT PENILAIAN OBSERVASI
NILAI SERVIAM
Nama : …………………………………………………………
Kelas / no. urut : …………………………………………………………
Keterangan.
5 = selalu 2 = jarang
4 = sering 1 = tidak pernah
3 = kadang-kadang
No Indikator perilaku Seviam 1 2 3 4 5
1. Berdoa sebelum berangkat ke sekolah atau ke tempat lain.
2. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran.
3. Bedoa sebelum mengerjakan soal.
4. Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan suatu kegiatan.
5. Menghormati orang lain dalam hidup agamanya.
6. Membantu pendidik dalam kegiatan-kegiatan di sekolah.
7. Memberikan sebagian uangnya untuk aksi sosial.
8. Membantu teman yang berkekurangan.
9. Mendoakan teman yang ulang tahun, sakit dan intensi yang
dibutuhkan
10. Mengunjungi temannya yang sakit di rumah/ rumah sakit.
No Indikator perilaku Integritas 1 2 3 4 5
1. Memberi salam pada teman, pendidik dan karyawan sekolah.
2. Menyapa dan menghormati orang lain tanpa membedakan (pilih
kasih)
3. Jujur dalam mengerjakan ulangan atau ujian.
4. Datang di sekolah tepat waktu
5. Bertanggungjawab bila merusakan barang teman atau barang sekolah.
6. Bersikap sopan terhadap teman, pendidik dan karyawan
7. Berani mengakui kesalahan dan kekurangan.
8. Berani meminta maaf bila melakukan kesalahan.
9. Mau memaafkan kesalahan orang lain ( murah hati).
10. Melaporkan barang yang ditemukan.
11. Menempatkan barang di tempat yang disediakan oleh sekolah.
12. Melaporkan data atau informasi apa adanya.
13. Mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki.
14. Mengakui kebenaran dan kelebihan orang lain.
`52 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
No Indikator perilaku Againts The Tide 1 2 3 4 5
1. Tidak mudah mengikuti trend sedang berkembang.
2. Berani mengatakan “benar” bila benar, dan “salah” bila salah.
3. Berani beda dengan kebanyakan demi kebenaran.
4. Menyelesaikan tugas dengan sebaik baiknya walaupun ada
tantangan.
5. Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan.
6. Tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat.
7. Mengembalikan barang yang bukan kepunyaanya.
8. Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan.
9. Berani memberi dan menerima kritik.
10. Tidak boros dan konsumtif, melainkan produktif.
11. Senang hati menerima kritik hasil kerjanya.
12. Bersedia mengerjakan tugas-tugas yang sulit, cukup menantang
untuk berkreasi, bukan yang monoton.
13. Bijaksana dalam mengambil keputusan.
No Indikator perilaku Compassionate Motherhood 1 2 3 4 5
1. Lemah lembut dalam perkataan.
2. Mengerjakan segala sesuatu dengan riang gembira.
3. Simpatik.
4. Ramah.
5. Bersahabat dengan orang lain dan lingkungan.
7. Mampu memberi dorongan pada teman yang putus asa.
8. Mampu menenangkan teman yang gelisah.
9. Dapat menjadi contoh yang baik bagi orang lain.
10. Mampu mendengarkan orang lain.
No Indikator perilaku Achievement Motivation 1 2 3 4 5 1. Menyelesaiakan tugas dengan hasil sebaik mungkin.
2. Bekerja keras.
3. Kreatif dalam berpikir dan mengerjakan tugas.
4. Mandiri.
5. Menghargai hadiah yang diterimanya.
6. Bersemangat.
7. Pantang menyerah.
8. Berbuat sebaik mungkin.
9. Menyesal kalau hasil kerjanya jelek, apalagi kalau diperlukan orang
lain.
10. Berani presentasi di depan kelas.
`53 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
No Indikator perilaku Team spirit 1 2 3 4 5
1. Mampu bekerjasama dengan orang lain.
2. Mau menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.
3. Mau mendengarkan pendapat orang lain.
4. Senang bergaul untuk memperoleh pengalaman.
5. Mampu beradaptasi dengan orang lain dan lingkungan.
6. Bergembira hidup dalam kelompok.
7. Setia pada komitmen bersama.
8. Mengutamakan kepentingan bersama.
9. Setia pada kelompoknya.
10. Bersedia menerima ide orang lain.
11. Suka berteman tanpa memandang perbedaan.
12. Bertanggung jawab.
13. Mampu bergotong royong.
14. Bersikap tenggang rasa.
15. Bersikap adil.
16. Tidak curang. ( jujur)
17. Bersikap dewasa.
`54 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
CONTOH FORMAT PENILAIAN DIRI
NILAI SERVIAM
Nama : …………………………………………………………
Kelas / no. urut : …………………………………………………………
Keterangan.
5 = selalu 2 = jarang
4 = sering 1 = tidak pernah
3 = kadang-kadang
No Indikator perilaku Seviam 1 2 3 4 5
1. Saya berdoa sebelum dan sesudah menjalankan suatu kegiatan.
2. Saya bersyukur dalam segala hal yang saya alami.
3. Saya berserah diri kepada Tuhan apabila gagal dalam
mengerjakan sesuatu.
4. Saya menjalankan Ibadat sesuai hukum Gereja.( 5 perintah
gereja)
5. Saya menjalankan ibadah tepat waktu.
6. Saya melayani dalam tugas-tugas di Gereja ( koor, Lektor,
derigen, misdinar dsb)
7. Saya menghormati orang lain dalam hidup agamanya.
8. Saya belajar dengan setia tanpa menunggu disuruh oleh orang
tua
9. Saya membantu orang tua dalam pekerjaan sehari-hari.
10. Saya ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat.
11. Saya memberikan sebagian uang untuk aksi sosial.
12 Saya membantu teman yang berkekurangan.
13. Saya senang bergaul dengan siapapun terutama yang miskin dan
terpinggirkan.
14. Saya mendoakan teman yang ulang tahun, sakit dan intensi yang
dibutuhkan
15. Saya mengunjungi temannya yang sakit di rumah/ rumah sakit.
No Indikator perilaku Integritas 1 2 3 4 5
1. Saya mensyukuri kebaikan Tuhan dengan mencintai keluarga,
sekolah, Bangsa dan agama
2. Saya menyapa dan menghormati orang lain tanpa membedakan (pilih
kasih)
3. Saya menjaga, memelihara dan mengembangkan hubungan baik
dengan orang lain.
4. Saya mampu mengendalikan diri dalam perkataan dan perbuatan.
5. Saya berpikir positif.
6. Saya menghargai waktu.
7. Saya selalu menepati janji.
8. Saya memegang teguh komitmen dan bertanggungjawab.
9. Saya selaras dalam pikiran, hati, kata dan perbuatan.
10. Saya menjaga prinsip dan nilai-nilai yang diyakini.
`55 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
No Indikator perilaku Againts The Tide 1 2 3 4 5
1. Saya tidak mudah mengikuti trend sedang berkembang.
2. Saya berani mengatakan “benar” bila benar, dan “salah” bila
salah.
3. Saya selalu terus belajar.
4. Saya berani beda dengan kebanyakan demi kebenaran.
5. Saya tidak mudah tergoda oleh hal-hal duniawi.
6. Saya menyelesaikan tugas dengan sebaik baiknya walaupun ada
tantangan.
7. Saya menerima resiko dari tindakan yang dilakukan.
8. Saya tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat.
9. Saya berani keluar dari zona kenyamanan demi sesuatu yang
lebih.
10. Saya berani memberi dan menerima kritik.
No Indikator perilaku Compassionate Motherhood 1 2 3 4 5
1. Saya memahami orang lain.
2. Saya mencintai sesama sebagai ciptaan Tuhan.
3. Saya dapat menjadi contoh yang baik bagi orang lain.
4. Saya membangun persahabatan.
5. Saya mencegah timbulnya perselisihan.( pendamai)
6. Saya mengusahakan hubungan yang baik dengan orang lain
7. Saya menerima kelebihan dan kekurangan diri dan orang lain.
8. Saya meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia
9. Saya berpikir dan bersikap positif terhadap terhadap orang lain.
10 Saya mempunyai kepekaan sosial.
11. Saya mampu mendengarkan orang lain.
12. Saya mempunyai empathy pada orang lain.
13. Saya menjalin relasi dengan Tuhan melaui doa pribadi dan doa
bersama.
No Indikator perilaku Achievement Motivation 1 2 3 4 5 1. Saya tidak mudah menyerah dalam mencapai suatu kesuksesan
2. Saya mampu berkompetisi positif dalam segala kegiatan.
3. Saya menyelesaiakan tugas dengan hasil sebaik mungkin.
4. Saya dalam bekerja atau belajar seakan-akan dikejar waktu.
5. Saya bekerja keras.
6. Saya kreatif dalam berpikir dan mengerjakan tugas.
7. Dalam melakukan suatu tindakan tidak didorong atau dipengaruhi oleh
rewards (hadiah atau uang).
8. Saya mencermati lingkungan dan mencari kesempatan/ peluang.
9. Saya mandiri.
10. Saya mempunyai daya juang tinggi.
11. Saya bekerja tidak atas dasar keberuntungan.
12. Saya berpikir dan berorientasi ke masa depan.
13. Saya lebih mementingkan prestasi ketimbang upah yang akan diterimanya.
`56 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
No Indikator perilaku Team spirit 1 2 3 4 5
1. Saya mampu bekerjasama dengan orang lain.
2. Saya mau menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.
3. Saya menghargai pendapat orang lain.
4. Saya mau mendengarkan pendapat orang lain.
5. Saya senang bergaul untuk memperoleh pengalaman.
6. Saya mampu beradaptasi dengan orang lain dan lingkungan.
7. Saya setia pada komitmen bersama.
8. Saya mengutamakan kepentingan bersama.
9. Saya setia pada kelompoknya.
10. Saya bersedia menerima ide orang lain.
11. Saya suka berteman tanpa memandang perbedaan.
12. Saya berpandangan positif terhadap orang lain.
13. Saya meningkatkan hubungan positif antar peserta didik dan
pendidik dan personel sekolah.
14. Saya mengutamakan kebersamaan dibanding kemenangan.
15. Saya tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat.
16. Saya menghormati teman yang berbeda agama, suku, ras, gender
dan budaya.
17. Saya menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan
pendapatnya.
18. Saya dapat menerima kekurangan orang lain.
19. Saya dapat memaafkan kesalahan orang lain dan berani minta
maaf bila salah.
20. Saya berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu.
21. Saya terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau
sekolah.
22. Saya bersedia melakukan tugas sesuai kesepakatan bersama.
23. Saya bersedia membantu orang lain tanpa mengharap imbalan.
24. Saya terlibat aktif dalam kerja kelompok.
25. Saya memusatkan perhatian pada tujuan kelompok.
`57 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
Pesan Santa Angela untuk para pendidik:
"Janganlah sampai tugas ini menjadi suatu beban tetapi sebaliknya, berterima kasihlah kepada Allah dengan sepenuh hati, karena Dia telah berkenan memilih anda untuk membaktikan seluruh diri anda untuk memelihara dan menjaga harta milikNya". (Prakata Nas.).
"Allah dengan mudah dapat menggunakan sarana lain yang lebih baik daripada anda tetapi karena belas kasihNya Dia telah memilih anda demi kebaikan anda sendiri agar anda layak menerima kebaikanNya yang berkelimpahan dan agar Dia mempunyai alasan untuk menganugerahi anda". (Nas. 1).
"Semoga kekuatan dan bantuan Roh Kudus menyertai anda semua, agar anda tabah serta teguh dan setia menjalankan tugas yang telah anda sanggupi". (Nas. 1).
Tabahkan dirimu dengan setia dan dengan gembira dalam karya yang telah anda mulai (War. Terakhir)
`58 |Penguatan Servite Et Amate dalam Pembelajaran
IGNATIUS AGUS BUDIONO, Doktor Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Malang. Bekerja sebagai Koordinator Kurikulum di Yayasan Paratha Bhakti Surabaya dan SMP Santo Yusup Pacet. Sebagai dosen tamu di beberapa perguruan tinggi, baik program sarjana maupun pascasarjana untuk mata kuliah Teori dan Model Pembelajaran, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Evaluasi Pembelajaran. Menekuni bidang penelitian pendidikan dan pembelajaran, serta aktif dalam pembinaan profesi Guru.