Dasar Seleksi dan Persilangan

46
BUDIDAYA SAPI POTONG DAN KERBAU IR.KOMARIAH.MSi DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA 2010

Transcript of Dasar Seleksi dan Persilangan

BUDIDAYA SAPI POTONG DAN KERBAU

IR.KOMARIAH.MSi

DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA2010

DASAR-DASAR SELEKSI

Seleksi adalah memilih bibit yang bermutu tinggi yang dapat diturunkan pada anaknya

Dengan seleksi, diharapkan mutu bibit pada generasi berikutnya meningkat

Tujuan peternakan sapi pedaging adalah meningkatkan produksi dan efisiensi serta mutu yang dihasilkan sesuai selera konsumen

Keberhasilan seleksi ditentukan 5 faktor

Keberhasilan Seleksi

Heritabilitas Deferensial seleksi Selang generasi Kecermatan seleksi Banyaknya sifat yang diseleksi

HERITABILITAS

Tidak seluruh sifat tetuanya diturunkan pada anaknya, terbatas pada sifat genetik saja

Sifat yang dipengaruhi lingkungan tidak diturunkan pada anaknya

Heritabilitas adalah persentase sifat tetua yang diturunkan pada keturunannya (h2)

Setiap sifat produksi mempunyai nilai h2 yang berbeda.

Rumus Heritabilitas

VlVgVgVp

Va

VA = variasi gen additiveVP = Variasi phenotipeVG = Variasi genVL = Variasi Lingkungan

DEFERENSIAL SELEKSI

Perbedaan antara produksi rata-rata ternak yang terpilih untuk bibit dengan rata-rata populasi

Karena sifat yang dimiliki tetuanya tidak seluruhnya diturunkan pada keturunannya, maka besarnya Respon Seleksi adalah DSxhRS 2

SELANG GENERASI

Jarak waktu rata-rata antara kelahiran individu dengan waktu kelahiran keturunannya yang akan dipakai untuk pengganti

Pada sapi pedaging rata-rata 4.5-5 tahun

Diperlukan untuk menghitung Respon Seleksi per tahun yaitu: SG

DSxhTahunRS2

/

KECERMATAN SELEKSI

Korelasi antara mutu bibit (nilai breeding) menurut perkiraan dengan mutu bibit yang sebenarnya.

Besarnya nilai kecermatan seleksi berkisar antara 0 dan 1 yaitu

hh 2

BANYAKNYA SIFAT YANG DISELEKSI

Mengingat selang generasi yang panjang, maka dilakukan seleksi lebih dari satu sifat

Makin banyak sifat yang diseleksi, makin rendah respon seleksinya, akan menurun sebesar ,

n adalah banyaknya sifat yang diseleksi

n1

SISTEM SELEKSI

Seleksi berdasarkan produktivitas individu

Seleksi berdasarkan produktifitas tetua

Seleksi berdasarkan produktifitas keturunan

Seleksi berdasarkan produktifitas kolateral

Seleksi individu

Cara seleksi yang paling sederhana Keberhasilannya sangat tergantung heritabilitas sifat yang diseleksi

jika dilakukan secara massal disebut mass selection

Memilih yang terbaik dari populasi ternak yang ada.

Seleksi tetua (pedegree selection)

Dilakukan pada sapi2 yang masih kecil

Ingat bahwa anak hanya mewarisi setengah sifat induk dan setengah sifat pejantan

Makin jauh hubungan kerabat individu dengan tetua,makin sedikit informasi yang diperoleh atau makin rendah kecermatannya

Seleksi keturunan (progeny)

Merupakan cara seleksi yang paling tinggi kecermatannya

Kemampuan individu dalam mewariskan sifat yang dimiliki langsung teruji

Penting dalam menyeleksi pejantan

Seleksi kolateral

Hubungan kerabat kolateral adalah hubungan kerabat tidak pada satu garis keturunan

Kecermatannya tergantung pada kedekatan hubungan kolateral

SELEKSI BETINA PRODUKTIF Sangat penting, karena keberhasilan usaha peternakan sapi pedaging tergantung pada banyaknya anak yang dilahirkan per tahun dan tingginya bobot sapih atau potong

Banyaknya anak tergantung pada banyaknya induk produktif dan umur produktifnya

Nilai produktifitas seekor betina dihitung berdasarkan nilai MPPA (Most Probable Producing Ability)

MPPA dihitung berdasarkan banyaknya anak yang dilahirkan, bobot sapih anak tsb dan nilai repeatabilitas atau daya ulang sifat

Rumus MPPA

Keterangan:H = Ratio bobot sapih rata-rata populasi dengan

bobot sapih rata-rata populasi n = banyaknya anak yang dilahirkan seekor indukC = ratio bobot sapih rata-rata individu dengan

bobot sapih rata-rata populasir = reatibilitas bobot sapih 0.4

][)1(1 HCrn

rnHMPPA

ESTIMASI NILAI BREEDING

Selalu digunakan dalam seleksi Disebut Probable Breeding Value (PBV) P = rata-rata produksi populasi dimana individu itu diambil

P1 = produksi individu itu sendiri B = koefisien regresi dari genotip terhadap fenotip individu

PBV = P + b (P1 – P)

SISTIM PERKAWINAN

Perkawianan acak (random mating) Perkawinan untuk meningkatkan heterozygositas

Perkawinan untuk meningkatkan homozygositas

Perkawinan atas dasar persamaan fenotip

Perkawinan acak

Terjadi secara acak/alami Tidak akan mengubah mutu genetik Digunakan sebagai kontrol populasi dalam seleksi/persilangan

Perkawinan untuk meningkatkan derajat heterozygositas

Meningkatkan variasi genetik Mendapatkan efek heterosis Meningkatkan daya hidup (hybrid vigor) Mengumpulkan sifat-sifat produksi yang baik

Metoda : Metoda F1, Double cross (persilangan ganda), back cross (persilangan balik), Rotational Cross (Persilangan tatar)

Metoda F1

Perkawinan antar 2 bangsa ternak untuk memperoleh keturunan pertamanya

Keturunan pertama (F1) merupakan produk akhir (commercial breed)

Tujuan untuk memperoleh efek heterosis yang sebesar-besarnya

Harus tersedia parent stock

Double Cross (Persilangan Ganda)

Persilangan antara bangsa-bangsa ternak, dimana keturunannya disilangkan kembali

Tujuan untuk mengumpulkan sifat-sifat yang baik

Untuk meningkatkan hybrid vigor Produk F1 diseleksi dan interse mating agar F2 nya mempunyai heterosis yang optimal

AA X BB CC X DD

F1 AB X CD

ABCD

Back Cross (Persilangan Balik)

Persilangan kembali pada salah satu bangsa tetuanya

Tujuan untuk memperoleh sifat-sifat yang baik dari salah satu bangsa tetuanya (maternal ability)

AA X BB

AB X BB

ABB (produk akhir)

Rotational Cross (persilangan Rotasi)

Persilangan yang dilakukan secara bergilir pada bangsa-bangsa ternak yang terlibat dalam persilangan tersebut

Biasanya dilakukan selama 4-5 generasi untuk mencapai keseimbangan

Jika sifat yang dikehendaki sudah maximum, dilakukan interse mating (perkawinan antar sesama keturunan) dan seleksi

Criss Cross (two breed rotation) AA X BB

AA X AB AB X BB

BB X Cross Breeds Cross breeds X AA

AA X Cross Breeds Cross Breeds X BB

BB X Cross Breeds Cross Breeds X AA

Cross Breeds Produk Akhir Cross Breeds

Three Breed Rotation AA BB

CC

CC X AB AC X BB BC X AA

AA X ABC ABC X CC ABC X BB

BB X ABC ABC X AA ABC X CC

CC X ABC ABC X BB ABC X AA

ABC ABC ABC

Grading Up (Persilangan Tatar) Perkawinan silang terus menerus yang diarahkan pada salah satu bangsa tetuanya

Umumnya pure bred jantan dikawinkan betina lokal

Untuk memperoleh sifat-sifat yang baik dari salah satu bangsa tetuanya

Pra syarat : dapat dilakukan jika kedua bangsa berasal dari daerah atau iklim yang sama, karena adanya interaksi antara genetik dan lingkungan

Dilakukan 4-5 generasi (>15 tahun)

Perkawinan untuk meningkatkan homozygositas

Inbreeding adalah perkawinan diantara ternak yang

lebih erat hubungan kekerabatannya dari pada hubungan kekerabatan dalam populasi dimana ternak tersebut berasal.

Terjadi dalam satu bangsa Terdiri dari close breeding, line breeding

dan perkawinan atas dasar persamaan fenotip

Close breeding

Perkawinan diantara ternak-ternak yang dekat hubungan kekerabatannya

Contoh : anak betina dan bapaknya anak jantan dan induknya

antar saudara kandung

Line Breeding

Perkawinan antara ternak yang lebih renggang hubungannya dari pada close breeding dan dilakukan terus menerus pada salah satu tetuanya (jantan/betina)

Tujuan untuk mendapatkan/mempertahankan sifat-sifat yang baik dari salah satu tetuanya

Contoh : maternal ability, litter size

Pengaruh Inbreeding

Meningkatkan proporsi pasangan gen yang homozygot

Kurang baik pada populasi ternak, karena gen-gen resesif akan bergabung bersama-sama dalam keadaan homozygot (sifat gen resesif umumnya tidak baik); gen homozygot akan menurunkan effisiensi reproduksi

Perkawinan atas dasar persamaan fenotip

Assortative mating yaitu pejantan terbaik disilangkan betina terbaik atau pejantan terburuk disilangkan dengan pejantan terburukuntuk mengetahui kisaran produksi suatu tipe bangsa ternakJika diikuti dengan seleksi akan meningkatkan mutu genetik yang lebih besar

Dissortative Mating

Ternak yang kurang baik untuk sifat tertentu disilangkan dengan ternak yang baik

Untuk keseimbangan terhadap sifat2 produksi

Persilangan ternak dwi guna Ternak lebih uniform dalam produksi

PEMBERIAN PAKAN

Untuk sapi pedaging ditentukan oleh tujuan pemeliharaan dan fase pemeliharaan.

Kolostrom Air susu induk ransum

Colostrom Susu induk yang baru melahirkan Dibutuhkan anak sapi hingga 7 hari Mengandung zat antibody, protein tinggi,

vitamin terutama A, B, D dan E serta mineral Mempunyai sifat mencahar dan menggertak alat

pencernaan supaya bekerja lebih baik Pengganti colostrom diberikan 3 kali per ekor

per hari dengan komposisi bahan: 1 btr telur ayam dikocok, campur 300 cc air hangat, 0.5 sdt castrol oli, 600 cc susu murni dan 250 mg/ekor/hari antibiotik chlortetrasiklin

Air Susu Induk

Biasa diberikan selama 1 bulan atau sampai umur sapih

Jika lepas colostrom, disapih, maka diberikan susu pengganti (Milk Replacer/MR)

MR diberikan 2 kali/hari 3 liter/ekor, dengan suhu 38oC. Terdiri dari 60% skim, 20% tp kedelai, 11.9% tp kelapa, 9.1% tp tulang dan 60 mg/3lt antibiotik chlortetrasiklin

Ransum/Pakan

Untuk pembesaran dan penggemukan harus mengandung cukup energi, protein, mineral dan air

Pemberian berdasarkan bobot badan, untuk memenuhi hidup pokok dan pertambahan bobot badan per hari untuk untuk kebutuhan produksi

Disesuaikan dengan kemampuan ternak untuk mengkonsumsi bahan kering

Menurut NRC (National Research Council) adalah 1.4-3% bobot badan

Kebutuhan energi, protein dan mineral

Untuk menghitung kebutuhan energi ternak, diperlukan satuan energi. Satuan energi yang dapat digunakan TDN (Total Digestible Nutrient), MP (Martabat Pati), DE (Digestible Energy), ME (Metabolistable Energy) dan NE (Net Energy), bisa ditentukan berdasarkan tabel NRC yaitu berdasarkan bobot badan dan pertambahan bobot badan per hari

Metode DLG

Cara sederhana menurut DLG (Deutsche Landwirtschaftliche Gesseeschaft) dari Jerman Barat dengan satuan energi MP

Hanya diperlukan data bobot badan Tergantung pada lama penggemukan yang diinginkan

Rumus MP

Untuk penggemukan intensif:MP (g) = 10 x bobot badan (kg) + 1000

Untuk penggemukan semi intensif:MP (g) = 10 x bobot badan (kg) + 600

Untuk pembesaran:MP (g) = 10 x bobot badan (kg) + 300

Kebutuhan Protein

Untuk penggemukan berkisar 1/8 – 1/10 MP

Untuk Pembesaran 1/3 MP Mineral Ca dan P adalah 0.3-0.4% Bahan kering ransum

Formulasi Ransum

Beberapa hal yang penting diperhatikan dalah :

1. ketersediaan dan harga bahan pakan yang akan digunakan

2. Komposisi nutrisi dalam tabel hanya petunjuk, kenyataan di lapang terdapat keragaman komposisi pakan

3. Kebutuhan nutrisi sesuai umur dan tujuan pemeliharaan

Syarat Bahan pakan

Sesuai kebutuhan nutrisi ternak (E dan P) Palatabel dan mudah dicerna Ekonomis dan tidak bersaing dengan manusia

Cukup protein, tidak melebihi kebutuhan Formulasi seimbang, baik untuk perkembangan mikroba rumen

Formulasi disusun berdasarkan bobot badan dan produktifitas ternak

Pearson Square Method

Contoh: Sapi pedaging dengan bobot badan 182 kg dengan pbb/hr 0.5 kg dengan komposisi hijauan:konsentrat adalah 60:40% dengan bahan rumput alam, bungkil kelapa dan jagung. Susunlah dengan pearson square method