Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam-Mahyuddin.pdf - IDR UIN ...
Dasar Seleksi dan Persilangan
Transcript of Dasar Seleksi dan Persilangan
DASAR-DASAR SELEKSI
Seleksi adalah memilih bibit yang bermutu tinggi yang dapat diturunkan pada anaknya
Dengan seleksi, diharapkan mutu bibit pada generasi berikutnya meningkat
Tujuan peternakan sapi pedaging adalah meningkatkan produksi dan efisiensi serta mutu yang dihasilkan sesuai selera konsumen
Keberhasilan seleksi ditentukan 5 faktor
Keberhasilan Seleksi
Heritabilitas Deferensial seleksi Selang generasi Kecermatan seleksi Banyaknya sifat yang diseleksi
HERITABILITAS
Tidak seluruh sifat tetuanya diturunkan pada anaknya, terbatas pada sifat genetik saja
Sifat yang dipengaruhi lingkungan tidak diturunkan pada anaknya
Heritabilitas adalah persentase sifat tetua yang diturunkan pada keturunannya (h2)
Setiap sifat produksi mempunyai nilai h2 yang berbeda.
Rumus Heritabilitas
VlVgVgVp
Va
VA = variasi gen additiveVP = Variasi phenotipeVG = Variasi genVL = Variasi Lingkungan
DEFERENSIAL SELEKSI
Perbedaan antara produksi rata-rata ternak yang terpilih untuk bibit dengan rata-rata populasi
Karena sifat yang dimiliki tetuanya tidak seluruhnya diturunkan pada keturunannya, maka besarnya Respon Seleksi adalah DSxhRS 2
SELANG GENERASI
Jarak waktu rata-rata antara kelahiran individu dengan waktu kelahiran keturunannya yang akan dipakai untuk pengganti
Pada sapi pedaging rata-rata 4.5-5 tahun
Diperlukan untuk menghitung Respon Seleksi per tahun yaitu: SG
DSxhTahunRS2
/
KECERMATAN SELEKSI
Korelasi antara mutu bibit (nilai breeding) menurut perkiraan dengan mutu bibit yang sebenarnya.
Besarnya nilai kecermatan seleksi berkisar antara 0 dan 1 yaitu
hh 2
BANYAKNYA SIFAT YANG DISELEKSI
Mengingat selang generasi yang panjang, maka dilakukan seleksi lebih dari satu sifat
Makin banyak sifat yang diseleksi, makin rendah respon seleksinya, akan menurun sebesar ,
n adalah banyaknya sifat yang diseleksi
n1
SISTEM SELEKSI
Seleksi berdasarkan produktivitas individu
Seleksi berdasarkan produktifitas tetua
Seleksi berdasarkan produktifitas keturunan
Seleksi berdasarkan produktifitas kolateral
Seleksi individu
Cara seleksi yang paling sederhana Keberhasilannya sangat tergantung heritabilitas sifat yang diseleksi
jika dilakukan secara massal disebut mass selection
Memilih yang terbaik dari populasi ternak yang ada.
Seleksi tetua (pedegree selection)
Dilakukan pada sapi2 yang masih kecil
Ingat bahwa anak hanya mewarisi setengah sifat induk dan setengah sifat pejantan
Makin jauh hubungan kerabat individu dengan tetua,makin sedikit informasi yang diperoleh atau makin rendah kecermatannya
Seleksi keturunan (progeny)
Merupakan cara seleksi yang paling tinggi kecermatannya
Kemampuan individu dalam mewariskan sifat yang dimiliki langsung teruji
Penting dalam menyeleksi pejantan
Seleksi kolateral
Hubungan kerabat kolateral adalah hubungan kerabat tidak pada satu garis keturunan
Kecermatannya tergantung pada kedekatan hubungan kolateral
SELEKSI BETINA PRODUKTIF Sangat penting, karena keberhasilan usaha peternakan sapi pedaging tergantung pada banyaknya anak yang dilahirkan per tahun dan tingginya bobot sapih atau potong
Banyaknya anak tergantung pada banyaknya induk produktif dan umur produktifnya
Nilai produktifitas seekor betina dihitung berdasarkan nilai MPPA (Most Probable Producing Ability)
MPPA dihitung berdasarkan banyaknya anak yang dilahirkan, bobot sapih anak tsb dan nilai repeatabilitas atau daya ulang sifat
Rumus MPPA
Keterangan:H = Ratio bobot sapih rata-rata populasi dengan
bobot sapih rata-rata populasi n = banyaknya anak yang dilahirkan seekor indukC = ratio bobot sapih rata-rata individu dengan
bobot sapih rata-rata populasir = reatibilitas bobot sapih 0.4
][)1(1 HCrn
rnHMPPA
ESTIMASI NILAI BREEDING
Selalu digunakan dalam seleksi Disebut Probable Breeding Value (PBV) P = rata-rata produksi populasi dimana individu itu diambil
P1 = produksi individu itu sendiri B = koefisien regresi dari genotip terhadap fenotip individu
PBV = P + b (P1 – P)
SISTIM PERKAWINAN
Perkawianan acak (random mating) Perkawinan untuk meningkatkan heterozygositas
Perkawinan untuk meningkatkan homozygositas
Perkawinan atas dasar persamaan fenotip
Perkawinan acak
Terjadi secara acak/alami Tidak akan mengubah mutu genetik Digunakan sebagai kontrol populasi dalam seleksi/persilangan
Perkawinan untuk meningkatkan derajat heterozygositas
Meningkatkan variasi genetik Mendapatkan efek heterosis Meningkatkan daya hidup (hybrid vigor) Mengumpulkan sifat-sifat produksi yang baik
Metoda : Metoda F1, Double cross (persilangan ganda), back cross (persilangan balik), Rotational Cross (Persilangan tatar)
Metoda F1
Perkawinan antar 2 bangsa ternak untuk memperoleh keturunan pertamanya
Keturunan pertama (F1) merupakan produk akhir (commercial breed)
Tujuan untuk memperoleh efek heterosis yang sebesar-besarnya
Harus tersedia parent stock
Double Cross (Persilangan Ganda)
Persilangan antara bangsa-bangsa ternak, dimana keturunannya disilangkan kembali
Tujuan untuk mengumpulkan sifat-sifat yang baik
Untuk meningkatkan hybrid vigor Produk F1 diseleksi dan interse mating agar F2 nya mempunyai heterosis yang optimal
Back Cross (Persilangan Balik)
Persilangan kembali pada salah satu bangsa tetuanya
Tujuan untuk memperoleh sifat-sifat yang baik dari salah satu bangsa tetuanya (maternal ability)
Rotational Cross (persilangan Rotasi)
Persilangan yang dilakukan secara bergilir pada bangsa-bangsa ternak yang terlibat dalam persilangan tersebut
Biasanya dilakukan selama 4-5 generasi untuk mencapai keseimbangan
Jika sifat yang dikehendaki sudah maximum, dilakukan interse mating (perkawinan antar sesama keturunan) dan seleksi
Criss Cross (two breed rotation) AA X BB
AA X AB AB X BB
BB X Cross Breeds Cross breeds X AA
AA X Cross Breeds Cross Breeds X BB
BB X Cross Breeds Cross Breeds X AA
Cross Breeds Produk Akhir Cross Breeds
Three Breed Rotation AA BB
CC
CC X AB AC X BB BC X AA
AA X ABC ABC X CC ABC X BB
BB X ABC ABC X AA ABC X CC
CC X ABC ABC X BB ABC X AA
ABC ABC ABC
Grading Up (Persilangan Tatar) Perkawinan silang terus menerus yang diarahkan pada salah satu bangsa tetuanya
Umumnya pure bred jantan dikawinkan betina lokal
Untuk memperoleh sifat-sifat yang baik dari salah satu bangsa tetuanya
Pra syarat : dapat dilakukan jika kedua bangsa berasal dari daerah atau iklim yang sama, karena adanya interaksi antara genetik dan lingkungan
Dilakukan 4-5 generasi (>15 tahun)
Perkawinan untuk meningkatkan homozygositas
Inbreeding adalah perkawinan diantara ternak yang
lebih erat hubungan kekerabatannya dari pada hubungan kekerabatan dalam populasi dimana ternak tersebut berasal.
Terjadi dalam satu bangsa Terdiri dari close breeding, line breeding
dan perkawinan atas dasar persamaan fenotip
Close breeding
Perkawinan diantara ternak-ternak yang dekat hubungan kekerabatannya
Contoh : anak betina dan bapaknya anak jantan dan induknya
antar saudara kandung
Line Breeding
Perkawinan antara ternak yang lebih renggang hubungannya dari pada close breeding dan dilakukan terus menerus pada salah satu tetuanya (jantan/betina)
Tujuan untuk mendapatkan/mempertahankan sifat-sifat yang baik dari salah satu tetuanya
Contoh : maternal ability, litter size
Pengaruh Inbreeding
Meningkatkan proporsi pasangan gen yang homozygot
Kurang baik pada populasi ternak, karena gen-gen resesif akan bergabung bersama-sama dalam keadaan homozygot (sifat gen resesif umumnya tidak baik); gen homozygot akan menurunkan effisiensi reproduksi
Perkawinan atas dasar persamaan fenotip
Assortative mating yaitu pejantan terbaik disilangkan betina terbaik atau pejantan terburuk disilangkan dengan pejantan terburukuntuk mengetahui kisaran produksi suatu tipe bangsa ternakJika diikuti dengan seleksi akan meningkatkan mutu genetik yang lebih besar
Dissortative Mating
Ternak yang kurang baik untuk sifat tertentu disilangkan dengan ternak yang baik
Untuk keseimbangan terhadap sifat2 produksi
Persilangan ternak dwi guna Ternak lebih uniform dalam produksi
PEMBERIAN PAKAN
Untuk sapi pedaging ditentukan oleh tujuan pemeliharaan dan fase pemeliharaan.
Kolostrom Air susu induk ransum
Colostrom Susu induk yang baru melahirkan Dibutuhkan anak sapi hingga 7 hari Mengandung zat antibody, protein tinggi,
vitamin terutama A, B, D dan E serta mineral Mempunyai sifat mencahar dan menggertak alat
pencernaan supaya bekerja lebih baik Pengganti colostrom diberikan 3 kali per ekor
per hari dengan komposisi bahan: 1 btr telur ayam dikocok, campur 300 cc air hangat, 0.5 sdt castrol oli, 600 cc susu murni dan 250 mg/ekor/hari antibiotik chlortetrasiklin
Air Susu Induk
Biasa diberikan selama 1 bulan atau sampai umur sapih
Jika lepas colostrom, disapih, maka diberikan susu pengganti (Milk Replacer/MR)
MR diberikan 2 kali/hari 3 liter/ekor, dengan suhu 38oC. Terdiri dari 60% skim, 20% tp kedelai, 11.9% tp kelapa, 9.1% tp tulang dan 60 mg/3lt antibiotik chlortetrasiklin
Ransum/Pakan
Untuk pembesaran dan penggemukan harus mengandung cukup energi, protein, mineral dan air
Pemberian berdasarkan bobot badan, untuk memenuhi hidup pokok dan pertambahan bobot badan per hari untuk untuk kebutuhan produksi
Disesuaikan dengan kemampuan ternak untuk mengkonsumsi bahan kering
Menurut NRC (National Research Council) adalah 1.4-3% bobot badan
Kebutuhan energi, protein dan mineral
Untuk menghitung kebutuhan energi ternak, diperlukan satuan energi. Satuan energi yang dapat digunakan TDN (Total Digestible Nutrient), MP (Martabat Pati), DE (Digestible Energy), ME (Metabolistable Energy) dan NE (Net Energy), bisa ditentukan berdasarkan tabel NRC yaitu berdasarkan bobot badan dan pertambahan bobot badan per hari
Metode DLG
Cara sederhana menurut DLG (Deutsche Landwirtschaftliche Gesseeschaft) dari Jerman Barat dengan satuan energi MP
Hanya diperlukan data bobot badan Tergantung pada lama penggemukan yang diinginkan
Rumus MP
Untuk penggemukan intensif:MP (g) = 10 x bobot badan (kg) + 1000
Untuk penggemukan semi intensif:MP (g) = 10 x bobot badan (kg) + 600
Untuk pembesaran:MP (g) = 10 x bobot badan (kg) + 300
Kebutuhan Protein
Untuk penggemukan berkisar 1/8 – 1/10 MP
Untuk Pembesaran 1/3 MP Mineral Ca dan P adalah 0.3-0.4% Bahan kering ransum
Formulasi Ransum
Beberapa hal yang penting diperhatikan dalah :
1. ketersediaan dan harga bahan pakan yang akan digunakan
2. Komposisi nutrisi dalam tabel hanya petunjuk, kenyataan di lapang terdapat keragaman komposisi pakan
3. Kebutuhan nutrisi sesuai umur dan tujuan pemeliharaan
Syarat Bahan pakan
Sesuai kebutuhan nutrisi ternak (E dan P) Palatabel dan mudah dicerna Ekonomis dan tidak bersaing dengan manusia
Cukup protein, tidak melebihi kebutuhan Formulasi seimbang, baik untuk perkembangan mikroba rumen
Formulasi disusun berdasarkan bobot badan dan produktifitas ternak